PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
HUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS DAN KOMUNIKASI SEKSUAL PADA PEREMPUAN DEWASA YANG TELAH MENIKAH
Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi
Disusun Oleh : Chaterine Devinda Putri NIM : 109114136
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2015
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
ii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
iii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
MOTTO “Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akan mendapat; ketuklah, maka pintu akan dibukakan bagimu.” (Matius 7:7) Santa Maria, Bunda Allah, doakanlah kami yang berdosa ini, sekarang dan waktu kami mati, Amin.
Kesatria Cahaya sering merasa takut, tetapi hal itu biasa terjadi dalam diri seorang kesatria.(Paulo Coelho) Keajaiban hanya bisa difahami oleh mereka yang memiliki sistem makna. (Ayu Utami) Keluarlah maka kau akan mendapat banyak inspirasi. (Unknown)
Freedom I let go of fear and the peace came quickly Freedom I was in the dark and then it hit me I choose suffering and pain in the falling rain I know, I gotta get out into the world again I got this new beginning and I will fly like a cannonball! I’ll fly I’ll fly like a cannonball! (Cannonball – Lea Michelle)
iv
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
SKRIPSI INI ‘KU PERSEMBAHKAN KEPADA:
BUNDA MARIA PENOLONG ABADI
ORANGTUAKU TERCINTA: DALIUS & CRESENSIA DENNY dan KEDUA ADIKKU: CHRISTIAN RONALD PUTRA & BRIGITTA TRI ADINDA
v
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
vi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
HUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS DAN KOMUNIKASI SEKSUAL PADA PEREMPUAN DEWASA YANG TELAH MENIKAH Chaterine Devinda Putri ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara religiusitas dan komunikasi seksual. Subyek penelitian adalah 140 perempuan dewasa yang telah menikah. Hipotesis dalam penelitian ini yaitu terdapat korelasi negatif yang signifikan antara religiusitas dan komunikasi seksual pada perempuan dewasa yang telah menikah. Semakin tinggi religiusitas, maka komunikasi seksual semakin rendah, begitu sebaliknya. Metode sampling yang digunakan adalah teknik sampling insidental. Data dikumpulkan menggunakan Religion Scale dan Skala Komunikasi Seksual dengan model penskalaan Likert. Religion Scale memiliki koefisien Alpha Cronbach sebesar 0,924 dan Skala Komunikasi Seksual memiliki koefisien Alpha Cronbach sebesar 0,890. Uji asumsi yang digunakan adalah uji normalitas dan uji linearitas.Hasil menunjukkan bahwa data memiliki distribusi normal dan memiliki hubungan yang linear antara religiusitas dan komunikasi seksual pada perempuan dewasa yang telah menikah. Uji hipotesis yang digunakan adalah Pearson Product Momen. Hasil penelitian menunjukkan nilai korelasi yang cukup signifikan sebesar 0,204. Dengan demikian, terdapat korelasi positif yang cukup signifikan antara religiusitas dan komunikasi seksual. Maka, hipotesis yang berbunyi ada korelasi negatif yang signifikan antara religiusitas dan komunikasi seksual pada perempuan dewasa yang telah menikah, ditolak.
Kata kunci: Religiusitas, Komunikasi Seksual, Perempuan Dewasa Menikah
vii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
RELATIONSHIP OF RELIGIOSITY AND SEXUAL COMMUNICATION ON MARRIED WOMEN Chaterine Devinda Putri ABSTRACT
This study aims to determine the relationship between religiosity and sexual communication. The subjects are 140 married women. The hypothesis said that there was significant negative correlation between religiosity and sexual communication in married women. The higher the religiosity, the lower of sexual communication, and vice versa. The sampling method used in this study was incidental sampling technique. The instruments to collect data were Religion Scale and Sexual Communication Scale in Likert’s model. The religion scale had an Alpha Cronbach coefficient of 0.924 and the sexual communication scale had an Alpha Cronbach coefficient of 0.890. The assumption tests that used were the normality and linearity tests. The results indicate that data have a normal distribution and have a linear relationship between religiosity and sexual communication in married women. The hypothesis was tested with Pearson Product Momen correlation. The results shows the significant coefficient of correlation of 0.204. It means that there is significant positive correlation between religiosity and sexual communication in married women. Therefore, the hypothesis that there is a significant negative correlation between religiosity and sexual communication is rejected.
Keywords: Religiosity, Sexual Communication, Married Women
viii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
ix
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis haturkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas segala kasih dan penyertaanNya dalam penulisan skripsi ini. Proses penyelesaian yang tidak mudah dan memakan waktu yang panjang ini sungguh mengajarkan kepada penulis bahwa tidak ada yang sia-sia untuk dilakukan. Sekali lagi, syukur kepada Tuhan atas segala berkat kehidupan yang boleh penulis rasakan selama penulis menempuh pendidikan di bangku kuliah. Dengan penuh kerendahan hati penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak luput dari kekurangan. Penulis sangat terbantu dengan segala kebaikan dan kepedulian dari berbagai pihak dalam proses penyeselaian skripsi ini. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada: 1. Dr. T. Priyo Widiyanto, M.Si selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma, sekaligus sebagai dosen pembimbing akademik. (terimakasih Pak atas segala nasihat dan motivasi yang bapak berikan kepada saya, semoga Tuhan memberkati Bapak dan keluarga) 2. Ratri Sunar Astuti, M.Si selaku Ketua Program Studi Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma. 3. C. Siswa Widyatmoko, M.Psi selaku dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan perhatian besar dalam membimbing dan menuntun penulis selama pengerjaan skripsi ini. (tiada kata terindah selain ucapan terima kasih sebesar-besarnya atas kesabaran Bapak dalam membimbing saya menulis
x
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
skripsi dan atas segala ilmu yang telah Bapak bagikan kepada saya, kiranya Tuhan senantiasa memberkati keluarga Bapak) 4. Bapak dan Ibu dosen Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma. (terimakasih Pak, Bu, atas ilmu dan pengalaman yang telah diberikan kepada saya, Yes! I have find my another way in Psychology^^) 5. Semua karyawan di Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma, terutama kepada Mas Gandung dan Ibu Nanik, Mas Mudji (yang selalu menanyakan soal “mantan” hehe), Mas Donny, dan Pak Gik. 6. Teman-teman bimbingan skripsi: Mbak Martha, Mbak Lana, Mas Baskara, Novia Owe, Dita, Fiona Damanik, dan Didi. (makasih banyak ya atas support teman-teman dalam setiap bimbingan dan kegalauan setelah bimbingan, sukses selalu!) 7. Secara khusus untuk Yoga yang telah membantu saya dalam penerjemahan skala dan untuk Engger yang bersedia jadi guru privat saya. 8. Teman-teman Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma angkatan 2010 yang tidak dapat saya sebutkan satu-persatu, selamat berjuang di perjalanan yang baru. 9. Seluruh ibu-ibu responden yang bersedia mengisi kuesioner penelitian saya, terima kasih sekali lagi atas bantuan dan partisipasinya. Tanpa terkecuali kepada para pihak yang bersedia membantu saya dalam menyebarkan kuesioner saya. 10. Kedua orangtua saya, Dalius & Cresensia Denny. (makasih atas segala doa, dukungan, kebebasan, dan kepercayaan yang Mamak dan Bapak berikan buat
xi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Inda selama ini. Semoga ini menjadi kado terindah untuk segala pengorbanan kalian) 11. Kedua adik kandung saya, Christian Ronald Putra dan Brigitta Tri Adinda. (kalian berdua menjadi semangat yang selalu membakarku untuk terus berjuang) 12. Sahabat saya Gadis Sumatera: Maia Simanungkalit dan Indah Noo, ingatlah bahwa persahabatan yang tulus takkan lekang oleh waktu; Vero,Esri, Cicil, Sr. Petra, Sr. Marcel, Opa, Tyas, Winda, yang setia mendengar keluh kesah dan kecemasan saya selama ini. 13. Para sahabat kecil saya yang selalu ada meski jauh: Ririn, Atik, Selvi, dan Ayu. (melawan keterbatasan walaupun sedikit kemungkinan-takkan menyerah untuk hadapi hingga sedih tak mau datang lagi/Ipank-SahabatKecil) 14. Seluruh keluarga baru saya di Forum Mahasiswa Kabupaten Landak Yogyakarta (FORMAKAL). FORMAKAL UYE! 15. Teman-teman saya di MAGIS 2013, terutama kepada Mbak Tiwi, Kak Kons, Baros, Kak Ance, Mas Giri, Mas Pras, dan Roben. Ad Maiorem Dei Gloriam~ 16. Teman-teman Mitra Perpustakaan, Mbak Lala, Mbak Nissa, Mbak Herlina(makasih Mbak udah bantu mengoreksi skripsiku), Remma, Erni, Yovi, Agnes, Iwan, Mita, Wita, Tuti, Natasha, Septy, dan Singgih. (makasih ya udah dengerin curhatku soal skripsi, dan atas segala bantuan yang takkan kulupakan)
xii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
17. Cewek-cewek Kost Gifa (kost terakhir selama kuliah): Eliza, Mbak Christyn, Vitha, Vera, Eta, Dewi, Maria, dan Inung. (makasih ya udah bantuin ini itu selama tinggal bareng) 18. Semua orang yang telah dikirim Tuhan untuk menolong saya dan terlebih mendorong saya untuk menyelesaikan penulisan skripsi ini. (Kalian roar biasa!) 19. Dan terakhir buat kekasih saya, Albertus Dwi Kurniawan. Terima kasih karena kamu tak pernah lelah menyemangati saya dalam menyelesaikan skripsi ini, bahkan ketika saya sudah tidak yakin dengan apa yang saya lakukan. Saya akan selalu ingat ucapanmu bahwa “hanya keyakinan yang kita butuhkan untuk hidup”.
Akhir kata, penulis berharap bahwa skripsi yang jauh dari sempurna ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Kiranya, anugerah yang Tuhan berikan pada kita menjadi berkat bagi hidup orang-orang di sekitar kita.
Yogyakarta,
Peneliti
xiii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL .................................................................................. i LEMBAR PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING .......................... ii LEMBAR PENGESAHAN ..................................................................... iii HALAMAN MOTTO .............................................................................. iv HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................... v HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ............................ vi ABSTRAK ............................................................................................... vii ABSTRACT ............................................................................................. viii LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI ............................................. ix KATA PENGANTAR ............................................................................... x DAFTAR ISI ........................................................................................... xiv DAFTAR TABEL ................................................................................. xvii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ..................................................................................... 1 B. Rumusan Masalah................................................................................ 8 C. Tujuan .................................................................................................. 8 D. Manfaat ................................................................................................ 8 BAB II LANDASAN TEORI A. Religiusitas ........................................................................................ 10 1. Definisi Religiusitas ................................................................... 10
xiv
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
2. Jenis Religiusitas ........................................................................ 12 3. Alat UkurReligiusitas ................................................................. 13 4. Tahap Perkembangan Religiusitas……………………………...15 5. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Religiusitas…………18 B. Komunikasi Seksual ..................................................................... ….20 1. Definisi Komunikasi…………………………………………....20 2. Komunikasi Seksual…………………………………………….21 a. Definisi Komunikasi Seksual……………………………...21 b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Komunikasi Seksual....23 C. Perempuan Dewasa Menikah ............................................................ 24 1. Definisi…………………………………………………………24 2. Pola Komunikasi……………………………………………….26 3. Seksualitas Perempuan Dewasa Menikah……………………...27 D. Dinamika Hubungan ......................................................................... 30 E. Hipotesis ............................................................................................ 33 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian .................................................................................. 35 B. Identifikasi Variabel Penelitian ......................................................... 35 C. Definisi Operasional .......................................................................... 35 1. Religiusitas……………………………………………………..35 2. Komunikasi Seksual…………………………………………....36 D. Subyek Penelitian .............................................................................. 36
xv
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
E. Metode Pengumpulan Data ............................................................... 37 1. Religion Scale............................................................................. 37 2. Survey terhadap Komunikasi Seksual ........................................ 40 3. Skala Komunikasi Seksual ......................................................... 41 F. Uji Coba Alat Ukur............................................................................ 42 1. Validitas………………………………………………………..43 2. Seleksi Item…………………………………………………….43 3. Reliabilitas…………………………………………………….. 45 G. Metode Analisis Data ……………………………………………….45 1. Uji Asumsi ……………………………………………………..45 a. Uji Normalitas …………………………………………….45 b. Uji Linearitas ……………………………………………...46 2. Uji Hipotesis .............................................................................. 46 a. Uji Korelasi………………………………………………..46 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Subyek Penelitian .............................................................. 48 B. Pelaksanaan Penelitian ...................................................................... 52 C. Deskripsi Data Penelitian .................................................................. 52 D. Hasil Penelitian .................................................................................. 56 1. Uji Asumsi ……………………………………………………..56 a. Uji Normalitas ………………………………………….....56 b. Uji Linearitas ……………………………………………...57
xvi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
2. Uji Hipotesis……………………………………………………57 E. Analisis Tambahan ............................................................................ 59 F. Pembahasan…………………………………………………………60 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ........................................................................................ 63 B. Keterbatasan Penelitian ..................................................................... 63 C. Saran ………………………………………………………………...64 DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. 65 LAMPIRAN .............................................................................................. 70
xvii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
DAFTAR BAGAN
Bagan 1. Kerangka Berpikir Antara Religiusitas dan Komunikasi Seksual………………………………….………………………...34 Bagan 2.Scatter Plot Hubungan Religiusitas dan Komunikasi Seksual……………………………………………………………58
xviii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
DAFTAR TABEL
Tabel 1.Sistem Penilaian Religion Scale .................................................. 39 Tabel 2.Blue-Print Skala Komunikasi Seksual ........................................ 42 Tabel 3.Sistem Penilaian Skala Komunikasi Seksual .............................. 42 Table 4.Blue-Print Penulisan Item Setelah Uji Coba ............................... 44 Tabel 5.Deskripsi Subyek Berdasarkan Usia ........................................... 48 Tabel 6.Deskripsi Subyek Berdasarkan Suku .......................................... 49 Tabel 7.Deskripsi Subyek Berdasarkan Agama ....................................... 49 Tabel 8. Deskripsi Subyek Berdasarkan Jenjang Pendidikan ..…………50 Tabel 9. Deskripsi Subyek Berdasarkan Pekerjaan …..…………………50 Tabel 10. Deskripsi Subyek Berdasarkan Usia Pernikahan……………...51 Tabel 11. Deskripsi Subyek Berdasarkan Jumlah Anak…………………51 Tabel 12. Skor Subyek Pada Variabel Religiusitas………………………54 Tabel 13. Skor Subyek Pada Variabel Komunikasi Seksual……………..55 Tabel 14. Uji Normalitas…………………………………………………56 Tabel 15. Uji Linearitas…………………………………………………..57 Tabel 16. Uji Hipotesis…………………………………………………...57 Tabel 17. Uji Anova Satu Jalur …...……………………………………..59
xix
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Form Survey Komunikasi Seksual .................................... 71 Lampiran 2. Hasil Analisis Survey Komunikasi Seksual........................ 73 Lampiran 3. Skala Uji Coba .................................................................... 77 Lampiran 4. Back-Translation Religion Scale ........................................ 86 Lampiran 5. Reliabilitas dan Korelasi Item Total Religion Scale Uji Coba ..............................................................................................89 Lampiran 6. Reliabilitas dan Korelasi Total Skala Komunikasi Seksual Uji Coba……………………………………………………90 Lampiran 7. Skala Komunikasi Seksual Final ........................................ 92 Lampiran 8. Skala Penelitian Final ......................................................... 93 Lampiran 9. Analisis Tambahan Anova Satu Jalur …………………...105
xx
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hubungan seksual yang memuaskan bagi pasangan suami-istri turut mempengaruhi kepuasan terhadap kehidupan pernikahan yang dijalani. Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan Byers; Byers, Demmons, dan Lawrance; Cupach dan Comstock; Morokoff dan Gillilland; Trudel; Young, Denny, Luquis, dan Young yang menemukan bahwa terdapat hubungan yang positif antara kepuasan seksual dengan kepuasan hubungan (dalam Menard & Offman, 2009). Henderson-King dan Veroff (dalam Timm & Keiley, 2011) mengatakan pula bahwa kepuasan seksual memiliki kaitan yang erat dengan kepuasan pernikahan.Selain meningkatkan kepuasan hubungan pernikahan, kepuasan seksual pada pasangan juga menumbuhkan perasaan yang erat di antara pasangan. Penelitian paling baru mengatakan bahwa kepuasan seksual dapat menumbuhkan perasaan yang positif terhadap pasangan, seperti empati, penghargaan positif, dan kohesi (Song, Bergen, & Schumm, 2008). Lee (dalam Song, Bergen, & Schumm, 2008) menyimpulkan bahwa hubungan seksual secara khusus menjadi penting terhadap hubungan pernikahan. Sebagai tambahan, menurut Rosen dan Bachmann (dalam Zygmunt & Nomejko, 2011), kepuasan seksual sangat berpengaruh terhadap kualitas hidup dan kebahagiaan. Pada kenyataannya, kepuasan seksual tidak selalu dapat dicapai sebagaimana yang diharapkan oleh istri maupun suami. Berdasarkan data yang
1
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
2
diperoleh dari rubrik konsultasi seputar seksologi di majalah Kartini (2009), para istri sering mempertanyakan soal kesulitan mencapai orgasme.Salah satu saran yang disampaikan oleh dr. Naek L. Tobing sebagai konsultan pada rubrik tersebut, yaitu mengungkapkan permasalahan seksual secara jujur pada suami. Fakta ini diduga terkait dengan adanya perasaan tidak nyaman untuk berbicara tentang seksualitas pada pasangan (Hickman & Muehlenhard dalam Matlin, 2012). Kalichman (dalam Santrock, 2002) menyatakan pula bahwa sebagian besar individu tidak berkesempatan untuk mengekspresikan pandangan seksual secara terbuka, bahkan kepada pasangan intim. Peneliti menduga
bahwa
permasalahan
ini
kemudian
memicu
munculnya
miskomunikasi seksual yang diduga dapat menurunkan tingkat kepuasan seksual. Kebanyakan kasus miskomunikasi seksual memperlihatkan bahwa pria dan wanita memberikan interpretasi dan respon berbeda terhadap situasi seksual (Beres, 2010). Beres (2010) mengatakan pula bahwa pria seringkali berpotensi tidak mampu membaca isyarat seksual pada wanita. Julia Kristeva (dalam Junus, 2013) bahkan menegaskan bahwa laki-laki merasa lebih tahu tentang seksualitas perempuan dan menganggapnya sama dengan seksualitas pada kaumnya. Kekeliruan dalam menangkap makna dari pesan seksual tersebut menjadi sangat berpengaruh pada sikap individu terhadap pasangan didalam hubungan seksual. Lebih jauh lagi, ketidakcocokan dalam pemahaman seksual tersebut dapat memicu konflik antara suami-istri yang dapat berujung perceraian (Bisri, 1978).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
3
Komunikasi seksual menjadi topik yang penting dipelajari karena berkaitan dengan usaha yang dilakukan pasangan untuk mencapai kepuasan seksual. Setiati (2006) mengatakan bahwa kunci keintiman dalam melakukan aktivitas seks adalah sikap keterbukaan pasangan dalam menerima obrolan seputar seks. Disebutkan pula bahwa komunikasi seksual merupakan aspek yang sangat penting bagi perkembangan hubungan (dalam Sprecher & McKinney, 1993). Beberapa studi yang dirangkum dalam Oattes dan Offman (2007) telah menemukan bahwa komunikasi seksual memiliki hubungan yang positif dengan kepuasan seksual dan kesejahteraan hubungan. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Wardayati (dalam Intisari-Online, 2011), komunikasi seksual suami-istri penting dilakukan agar pasangan saling memahami kebutuhan seksual mereka. Wardayati (dalam Intisari-Online, 2011) menyebutkan pula bahwa komunikasi seksual yang baik dapat menciptakan kehidupan seksual yang harmonis pada pasangan. Menurut Elizabeth Babin (dalam Kompas, 2012), kepuasan pasangan dipengaruhi oleh kemampuan individu dalam berkomunikasi saat berhubungan seksual. Sebagai tambahan, Haavio-Manila dan Kontula menyebutkan bahwa komunikasi seksual juga dapat dilakukan untuk menolak aktivitas seksual yang tidak diinginkan (dalam Zygmunt & Nomejko, 2011). Sampai saat ini penelitian di bidang komunikasi seksual yang bertujuan untuk meningkatkan kepuasan seksual pada pasangan suami-istri masih terbilang sedikit (Oattes & Offman, 2007). Studi mengenai komunikasi seksual sebagian besar dilakukan dalam konteks relasi antara orangtua dan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
4
anak, serta dalam relasi berpacaran pada remaja. Hal ini selaras dengan pendapat Menard dan Offman (2009) yang menyebutkan bahwa sebagian besar penelitian di bidang komunikasi seksual berfokus pada komunikasi orangtua-anak yang bertujuan untuk memberikan pendidikan seks. Adapun komunikasi seksual yang dipelajari dalam konteks remaja bertujuan untuk memberikan pemahaman tentang perilaku seks yang aman guna terhindar dari penyakit menular dan kehamilan yang tidak diinginkan. Peneliti berpendapat bahwa penting untuk mempelajari komunikasi seksual pada konteks hubungan suami-istri terkait dengan tujuannya dalam mencapai kepuasan seksual. Setiap individu, baik suami maupun istri perlu memiliki kemampuan yang baik dalam komunikasi seksual bersama pasangan. Akan tetapi, tidak jarang muncul perasaan takut untuk membicarakan soal seks yang disebabkan individu tidak menguasai bidang tersebut (Groves, 1978). Penelitian dewasa ini telah menemukan bahwa kemampuan individu dalam melakukan komunikasi seksual dipengaruhi oleh harga diri seksual yang dimilikinya (Menard & Offman, 2009). Dalam penelitian tersebut, Menard dan Offman (2009) menemukan bahwa individu dengan harga diri seksual yang tinggi kemungkinan lebih mampu untuk melakukan komunikasi seksual yang asertif. Selain itu, Ethier et al. dan Holmbeck et al. (dalam Oattes & Offman, 2007) juga menemukan bahwa terdapat hubungan harga diri seksual dan perilaku seksual, termasuk pula komunikasi seksual. Berdasarkan temuan ini, dapat dikatakan bahwa tidak semua individu dapat melakukan komunikasi seksual
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
5
dengan baik, bergantung pada tingkat harga diri seksual yang dimiliki individu. Beberapa penelitian lain mengenai komunikasi seksual menemukan bahwa
kemampuan
komunikasi
seksual
pada
wanita
lebih
rendah
dibandingkan pria. Sebagaimana dalam penelitian Brehm et al., O’Sullivan dan Gaines (dalam Matlin, 2012), kebanyakan perempuan mengatakan bahwa mereka kesulitan untuk mengkomunikasikan pesan seksual secara verbal. Padahal untuk dapat mengalami kepuasan seksual, penting bagi seorang perempuan untuk dapat berterusterang kepada suaminya mengenai apa yang dibutuhkan agar dapat terangsang (dalam Maslan, 2010). Sebaliknya, laki-laki lebih percaya diri untuk mengungkapkan kebutuhan seksual mereka dibandingkan dengan perempuan (Rosenthal et al. dalam Oattes & Offman, 2007). Terdapat faktor-faktor yang menyebabkan perempuan tidak dapat mengungkapkan seksualitas mereka secara bebas sebagaimana pada laki-laki. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Barrientos dan Paez; Carpenter, Nathanson, dan Kim; Lieu; Pines dan Friedman (dalam Ashdown, Hackathorn, & Clark, 2011), harapan sosial memberi batasan terhadap seksualitas perempuan, khususnya dalam ekspresi seksual. Keadaan tersebut muncul sebagai konstruksi sosial-budaya yang telah mendefinisikan laki-laki secara alamiah sebagai makhluk seksual, sedangkan perempuan lebih diharapkan untuk menginginkan hubungan romantis dengan pasangan(James, Lichtenberg, Maas, & Seidman, dalam Priyatna, 2013).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
6
Peneliti menduga bahwa terdapat faktor lain yang dapat memprediksi kemampuan perempuan dalam melakukan komunikasi seksual. Ketika bercermin pada konteks sosial-masyarakat saat ini, peneliti melihat bahwa topik mengenai seksualitas memang masih dianggap tidak pantas untuk diperbincangkan secara terbuka. Segala sesuatu yang berhubungan dengan seksualitas menjadi hal yang tabu untuk diketahui terutama bagi individu yang belum mencapai usia dewasa. Sebagaimana yang ditemukan Pratiwi (2009) di Yogyakarta, dimana anak-anak usia sekolah dasar menunjukkan ekspresi ketidaknyamanan dan ketertutupan selama berbicara mengenai seksualitas. Salah seorang responden pada penelitian Pratiwi tersebut menyebutkan kata “burung” untuk menamai alat kelamin laki-laki, dan “kupu-kupu” sebagai nama alat kelamin perempuan. Keadaan tersebut muncul akibatperasaan maluketika membicarakan seksualitas yang berkembang didalam diri individu sejak kecil. Hal ini sesuai dengan pendapat Tukker (2013) dimana banyak anak kecil yang memperoleh pemahaman akan seks sebagai sesuatu yang salah dan memalukan. Pemahaman ini bersumber pada norma sosial yang berlaku didalam masyarakat, khususnya norma agama sebagai hasil konstruksi dari kehidupan religius. Dampak kehidupan religius terhadap seksualitas telah diperlihatkan melalui penelitian-penelitian terdahulu. Seperti pada penelitian Ahrold dan Meston; McCree, Wingood, DiClemente, Davies, dan Harrington (dalam Woo & Brotto, 2012), yang menemukan pengaruh dari interaksi budaya dan religiusitas terhadap seksualitas. Kemudian, menurut Davidson, Darling
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
7
danNorton, pandangan sebagian orang terhadap seks sangat didominasi oleh ideologi agama (dalam Ashdown, Hackathorn, & Clark, 2011). Religiusitas individu tidak hanya dapat memprediksi perilaku individu dalam berhubungan intim, melainkan dapat memprediksi perilaku seksual tertentu, seperti masturbasi (Davidson, Darling, & Norton,1995). Selain itu, penelitian Woo dan Brotto (2012) terhadap wanita Asia Timur dan Euro-Kanada telah menemukan bahwa level yang tinggi pada religiusitas menyebabkan tingginya level sex guilt yang kemudian menyebabkan hasrat seksual menjadi rendah. Berdasarkan temuan-temuan tersebut, peneliti menduga bahwa religiusitas juga berhubungan dengan perilaku individu dalam komunikasi seksual. Sisi religiusitas disinyalir memiliki dampak bagi kehidupan seksualitas perempuan, khususnya dalam komunikasi seksual yang akan diteliti. Hal ini mengacu pada pendapat Priyatna (2013) bahwa pengungkapan atau ekspresi seksualitas, khususnya hasrat seksual, seringkali digambarkan sebagai bentuk kesalahan dan dosa. Menurut Priyatna lagi, perempuan pada umumnya merasa kesulitan untuk menceritakan pengalaman seksualnya pada laki-laki lain bahkan kepada suami karena pengalaman seksual perempuan sering dimaknai sebagai hal yang kotor, salah, dan dosa. Pemaknaan seksualitas sebagai hal yang kotor, salah, dan dosa tersebut diduga berkaitan dengan aspek religius pada diri perempuan, dan menyebabkan perempuan tidak nyaman dengan seksualitasnya. Oleh karena itu, peneliti merasa bahwa penting untuk mengetahui bagaimana hubungan religiusitas dengan kemampuan komunikasi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
8
seksual, terutama pada perempuan yang secara sosial tidak mudah untuk mengekspresikan seksualitasnya.
B. Rumusan Masalah 1. Apakah religiusitas pada perempuan dewasa yang telah menikah memiliki hubungan dengan kemampuan dalam melakukan komunikasi seksual?
C. Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah sisi religiusitas perempuan dewasa yang telah menikah memiliki hubungan dengan kemampuan dalam melakukan komunikasi seksual.
D. Manfaat 1. Teoritis Penelitian ini bermanfaat untuk menambah pengetahuan di bidang ilmu psikologi, terutama Psikologi Sosial, Psikologi Klinis, dan Psikologi Perkembangan mengenai religiusitas dan komunikasi seksual. Selain itu, hasil penelitian ini juga dapat dimanfaatkan sebagai bahan referensi bagi penelitian selanjutnya dalam bidang komunikasi seksual. 2. Praktis -
Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan bagi Praktisi di bidang Psikologi, Konseling Perkawinan, atau Lembaga Perkawinan dalam
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
9
memberikan pemahaman bagi pasangan suami istri dalam masalah seksualitas. -
Hasil penelitian ini juga dapat memberikan pengetahuan mengenai komunikasi seksual bagi pasangan suami istri agar kehidupan seksual pasangan semakin harmoni. Bagi istri, pengetahuan ini dapat digunakan untuk dapat diterapkan dalam hubungan seksualnya bersama pasangan. Sedangkan bagi suami, penelitian ini diharapkan dapat memberi pemahaman mengenai kemampuan komunikasi seksual pada istri, sehingga keduanya dapat menyelesaikan permasalahan seksual secara lebih terbuka.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB II LANDASAN TEORI A. RELIGIUSITAS 1. Definisi Religiusitas Pemahaman
mengenai
konsep
religiusitas
didahului
dengan
pengetahuan yang terkait dengan konsep kepercayaan atau agama. Agama didefinisikan sebagai relasi manusia dengan Tuhan sebagaimana didalam penghayatan manusia (Dister, 1988). Menurut Dister (1988), agama dipandang pula sebagai suatu sikap yang dihayati manusia secara lahir dan batin. Kemudian, Glock dan Stark mendefinisikan agama sebagai simbol, sistem keyakinan, sistem nilai, dan sistem perilaku yang menuju pada suatu makna tertinggi dan disusun dalam suatu lembaga (dalam Ancok, 1994). Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut, kepercayaan atau agama merupakan suatu lembaga sosial berbentuk simbol, sistem keyakinan, sistem nilai, dan sistem perilaku yang berusaha untuk mengatur sikap dan cara hidup yang dihayati secara lahir batin sebagai relasi antara manusia dengan Tuhan. Terdapat empat motif psikologis yang menyebabkan individu memilih untuk memeluk suatu agama (Dister, 1988). Pertama, agama dianggap sebagai sarana untuk mengatasi frustasi. Kedua, agama merupakan sarana untuk menjaga kesusilaan dan tata tertib masyarakat. Ketiga, agama sebagai sarana untuk memuaskan intelek yang ingin tahu.
10
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Keempat, agama sebagai sarana untuk
11
mengatasi ketakutan. Keempat
motif beragama tersebut menjadi dasar perilaku religius individu. Hardjana (1993) menyebutkan bahwa terdapat enam faktor utama yang mendorong individu untuk beragama. Pertama, manusia ingin mendapatkan keamanan dari malapetaka yang tak dapat dikuasai. Kedua, untuk mencari perlindungan dalam menghadapi ketidakpastian hidup. Ketiga, agama dijadikan acuan dalam mencari kejelasan atas makna hidup dan alam raya. Keempat, agama digunakan dalam memperoleh pembenaran akan segala praktik kehidupan yang baik. Kelima, melalui agama individu dapat meneguhkan tata nilai kehidupan. Terakhir, memeluk agama merupakan alasan individu untuk memuaskan hasrat jiwa yang paling dalam: menemukan Tuhan didalam hidup. Berdasarkan penjelasan diatas, peneliti melihat bahwa secara psikologis terdapat faktor-faktor terkait kebutuhan intelektual, fisik, dan sosial-emosi yang mendorong individu untuk memeluk agama dengan tujuan mencapai kesejahteraan pribadi. Religiusitas memiliki pengertian yang berbeda dengan agama. Menurut Ratnawati, dkk (2002), religiusitas merupakan sikap atau tindakan yang dilakukan secara terus menerus dalam upaya mencari jawaban atas sejumlah pertanyaan yang berkaitan dengan aspek eksistensialnya. Kemudian, lebih khusus Najib menyatakan bahwa religiusitas menunjuk pada suatu pengalaman yang memunculkan rasa rindu, rasa ingin bersatu, dan rasa ingin berada bersama sesuatu yang
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
12
abstrak (dalam Ratnawati, 2002). De Visser, Smith, Richters, dan Rissel (2007) mendefinisikan religiusitas sebagai suatu kekuatan dari keyakinan religius yang dicerminkan kedalam sikap (memandang agama sebagai sesuatu yang penting) dan perilaku (frekuensi kehadiran di gereja). Selain itu, menurut Rodolpho, Penteado, Borges, dan Alvarez (2013), religiusitas adalah konsep menyeluruh mengenai kapasitas untuk menghidupi pengalaman keagamaan yang meliputi kedekatan dengan Tuhan. Dapat disimpulkan bahwa religiusitas merupakan sikap yang berasal dari
keyakinan
individu
terhadap
pengalaman
keagamaan
yang
menimbulkan rasa kedekatan dengan Tuhan sebagai pribadi yang abstrak dan mendorong individu untuk mencari makna eksistensinya. 2. Jenis Religiusitas Konsep religiusitas menurut Gordon Allport (dalam King & Crowther, 2004) dibagi menjadi religiusitas intrinsik dan religiusitas ekstrinsik. Religiusitas intrinsik merupakan suatu orientasi religius yang bertujuan untuk mencapai pemahaman akan religiusitas itu sendiri. Menurut Allport (dalam Crapps, 1993), religiusitas intrinsik mengarahkan individu untuk memandang agama sebagai iman yang bernilai pada diri sendiri,
menuntut
keterlibatan,
dan
mengatasi
kepentingan
diri.
Sedangkan, religiusitas ekstrinsik lebih bertujuan sebagai sarana menuju kesejahteraan sosial, seperti rasa nyaman dan penerimaan. Individu dengan religiusitas yang berorientasi ekstrinsik memandang agama sebagai tameng yang berguna untuk mendukung kepercayaan diri, memperbaiki
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
13
status, bertahan melawan kenyataan, atau memberi sanksi pada suatu cara hidup (Allport dalam Crapps, 1993). Allport (dalam Elias, 1975) membedakan individu yang berorientasi intrinsik sebagai individu yang menghidupi agama, dan individu dengan orientasi ekstrinsik sebagai individu yang memanfaatkan agama. Berdasarkan pada konsep religiusitas intrinsik dan ekstrinsik, maka pengukuran terhadap tingkat religiusitas dilakukan dengan menggunakan Religion Scale (Bardis, 1961). Religion scale ini dimaksudkan untuk mengukur sikap terhadap keyakinan dan praktik-praktik religius (Kauffman dalam King & Crowther, 2004). 3. Alat Ukur Religiusitas Pengukuran terhadap tingkat religiusitas pada penelitian ini menggunakan Religion Scale (Bardis, 1961). Semakin tinggi skor subjek pada skala ini, menunjukkan bahwa subjek memiliki tingkat religiusitas yang semakin tinggi pula. Tiga aspek besar didalam keyakinan yang akan diukur adalah (1) konsep mengenai kodrat dan karakter ketuhanan; (2) doktrin yang berkenaan dengan kewajiban timbal balik dan keharusan antara ketuhanan dan kemanusiaan; dan (3) tatanan perilaku yang dirancang agar sesuai dengan kehendak Tuhan dan untuk meyakinkan orang-orang percaya akan suara hatinya bahwa apapun ganjaran yang akan diterima dan kebebasan dari hukuman di dunia bergantung pada imannya. Ketiga aspek besar tersebut menjadi tolak ukur terhadap tinggi atau rendahnya sikap religiusitas pada subjek penelitian ini.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
14
Sikap religiusitas yang berorientasi intrinsik dan ekstrinsik secara tersirat dapat ditemukan pada setiap item religion scale. Terdapat 6 butir item yang dapat digolongkan kedalam religiusitas intrinsik (1, 5, 7, 11, 13, & 23), dan ke-18 butir item sisanya dapat digolongkan kedalam religiusitas ekstrinsik (2, 3, 4, 6, 8, 9, 10, 12, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, & 24). Item-item yang cenderung berorientasi intrinsik memiliki makna yang menunjukkan bahwa individu dengan orientasi tersebut memandang agama sebagai iman yang bernilai pada diri sendiri, menuntut keterlibatan, dan mengatasi kepentingan diri. Sedangkan, item-item dengan kecenderungan ekstrinsik dimaknai melalui pandangan terhadap agama sebagai tameng yang berguna untuk mendukung kepercayaan diri, memperbaiki status, bertahan melawan kenyataan, atau memberi sanksi pada suatu cara hidup. Melalui item-item yang berorientasi intrinsik, religiusitas dinyatakan sebagai penghayatan agama yang dihidupi oleh individu. Sebagai contoh, pada item nomor 5 (lampiran 8) yang berbunyi: “keyakinan pada Tuhan membuat hidup lebih bermakna.” Melalui item tersebut, religiusitas ditunjukkan sebagai pemaknaanakan kehadiran Tuhan didalam hidup manusia.Sedangkan,
pada
item-item
yang
berorientasi
ekstrinsik,
religiusitas lebih dipandang sebagai sikap yang menjadi kewajiban bagi para penganut agama. Misalnya, pada item nomor 4 (lampiran 8) yang berbunyi demikian, “Orang harus hadir ke tempat ibadahnya seminggu
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
15
sekali jika memungkinkan.” Pada item tersebut sikap religiusitas ditunjukkan melalui kewajiban hadir ke tempat ibadah. 4. Tahap Perkembangan Religiusitas James W. Fowler (dalam Cremers,1995) telah mengembangkan teori mengenai
religiusitas
(keberagamaan).
Terdapat
tujuh
tahap
perkembangan kepercayaan menurut Fowler, yakni: a. Kepercayaan Awal dan Elementer (usia 0 – 2 tahun) Rasa percaya dan setia yang elementer pada semua orang dan lingkungan yang mengasuh sang bayi, serta pada gambaran kenyataan yang paling akhir dan mendasar. b. Kepercayaan Intuitif – Proyektif (usia 2 – 6 tahun) Tahapan ini terjadi pada masa kanak-kanak. Sifat anak-anak yang masih egosentris menyebabkan mereka sulit membedakan pandangan mereka dengan pandangan dari orangtua terhadap Tuhan, malaikat, dan surga / neraka. Anak-anak memiliki pikiran bahwa menyembah Tuhan merupakan suatu kewajiban yang memiliki ganjaran bila tidak dilakukan. c. Kepercayaan Mistis – Harfiah (usia 6 – 11 tahun) Dalam tahapan ini, anak-anak mulai dapat berpikir secara logis meskipun belum mampu berpikir secara abstrak. Cara pandang mereka terhadap keagamaan masih dipengaruhi oleh pandangan dari orangtua dan lingkungan masyarakat. Segala pemahaman yang diperoleh dari keluarga maupun lingkungan dimaknai secara harafiah, sehingga
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
16
mereka memandang bahwa Tuhan memiliki kekuasaan dan kekuatan dalam hidup mereka. d. Kepercayaan Sintetis – Konvensional (usia 12 tahun – dewasa) Tahapan ini terjadi pada remaja awal yang merupakan masa transisi dari masa anak-anak. Dalam tahapan ini, remaja mulai mampu berpikir secara abstrak sehingga lebih bersikap kritis terhadap pengetahuan yang berasal dari luar diri mereka. Remaja juga mulai menginginkan hubungan yang intim dengan Tuhan, sehingga mereka mulai meyakini kegiatan-kegiatan yang bersifat keagamaan dan tokoh yang menjadi panutan dalam hal keagamaan. Kelemahan yang mereka alami pada tahap ini adalah ketidakmampuan untuk menganalisis alternative ideology agama secara tepat, yang juga sering terjadi pada orang dewasa menurut Fowler. e. Kepercayaan Individuatif – Reflektif (dimulai pada usia 18 tahun) Tahap ini terjadi pada masa transisi dari masa remaja menuju dewasa awal. Individu telah memiliki kemampuan untuk mengambil keputusan dan melakukan tanggungjawab terhadap apa yang diyakininya. Individu pada tahap ini telah memiliki kesadaran bahwa keyakinan yang mereka yakini memiliki arti bagi kehidupan mereka sehingga harus diperjuangkan. f. Kepercayaan Konjungtif (dimulai pada usai 35 tahun) Tahap ini terjadi pada tengah baya dan selanjutnya, sekitar umur 35 tahun dan seterusnya. Batas-batas diri, kepribadian, dan pandangan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
17
hidup yang sebelumnya telah ditetapkan dengan jelas kini menjadi kabur dan seakan-akan kosong. Mulai timbul kesadaran baru dan pengakuan kritis terhadap berbagai macam polaritas, ketegangan, kedwiartian, dan multidimensionalitas yang dirasakan dalam diri individu. g. Kepercayaan yang Mengacu pada Universalitas (usia 30 tahun dan seterusnya) Tahap ini sebenarnya jarang terjadi, apabila terjadi umumnya setelah umur 30 tahun. Individu yang telah mencapai tahap ini melepaskan diri sebagai pusat istimewa proses konstitusi kepercayaan dan semakin mundur ke belakang. Individu ini mengalami perombakan radikal terhadap segala pikiran, nilai, dan komitmennya yang biasa. Dorongan hati yang dimiliki semata-mata berasal dari kebajikan ilahi, seperti cinta kasih inklusif dan keadilan universal serta penghargaan yang amat tinggi terhadap nilai hidup. Berdasarkan
penjelasan
diatas,
dapat
diketahui
mengenai
karakteristik perkembangan kepercayaan pada individu dewasa. Individu pada usia dewasa memasuki perkembangan kepercayaan yang dinamakan tahap Individuatif – Reflektif. Pada tahap ini, individu memiliki kemampuan untuk mengambil keputusan dan melakukan tanggungjawab terhadap apa yang diyakininya. Dengan adanya kemampuan tersebut, individu mulai menyadari bahwa keyakinan diyakini memiliki arti bagi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
18
kehidupan mereka sehingga harus diperjuangkan. Dapat dikatakan pula bahwa pada tahapan ini individu memiliki religiusitas yang lebih stabil. 5. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Religiusitas a. Faktor Emosi i. Kesejahteraan Psikologis Witter, Stock, Okun, dan Haring (dalam Chamberlain & Zika, 1988) menemukan bahwa terdapat hubungan yang positif antara religiusitas dan kesejahteraan psikologis. ii. Rasa Bersalah Seksual Pada penelitian Woo dan Brotto (2012) terhadap perempuan Asia timur, ditemukan bahwa level yang tinggi pada religiusitas menyebabkan sex guilt meningkat, dan hal tersebut menyebabkan hasrat seksual menurun. b. Faktor Demografi Beberapa
faktor
demografi
yang
berhubungan
dengan
religiusitas, yakni gender, usia, dan etnis. Dalam hal gender, ditemukan bahwa terdapat perbedaan tingkat religiusitas antara perempuan dan laki-laki. Perempuan cenderung lebih berminat pada agama dan juga lebih banyak terlibat aktif dalam kegiatan keagamaan dibandingkan laki-laki (Hurlock, 1980). Menurut Beit-Hallahmi dan Argyle (dalam Walter & Davie, 1998), religiusitas perempuan lebih tinggi dibandingkan laki-laki, baik dalam hal intensitas kehadiran di rumah ibadah, doa pribadi maupun isi dari keyakinan religius yang
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
19
dimiliki. Selain itu, ditemukan pula bahwa tingkat religiusitas pada perempuan Amerika kulit hitam segala usia melebihi tingkat religiusitas pada laki-lakinya (Levin & Taylor, 1993). Tingkat religiusitas dipengaruhi pula oleh faktor usia. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Witter, Stock, Okun, dan Haring yang mengatakan bahwa religiusitas pada individu yang lebih tua memiliki pengaruh yang kuat terhadap kesejahteraan psikologis (dalam Chamberlain & Zika, 1988). Berdasarkan faktor etnis, Mitchell menemukan bahwa warisan budaya pada kebanyakan kelompok etnis berkaitan dengan masyarakat dan tradisi religius (dalam Ahrold & Meston, 2008).
Salah satu faktor emosi yang terkait dengan religiusitas adalah munculnya perasaan bersalah seksual, khususnya pada perempuan. Rasa bersalah seksual tersebut tidak hanya dapat mempengaruhi ekspresi seksual perempuan dalam hal hasrat seksual, tetapi diduga pula dapat mempengaruhi komunikasi seksual. Oleh karena itu, peneliti ingin melihat hubungan antara religiusitas dengan kemampuan komunikasi seksual pada perempuan dewasa yang telah menikah.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
20
B. KOMUNIKASI SEKSUAL 1. Definisi Komunikasi Berelson
dan
Steiner (dalam Fisher, 1986) mendefinisikan
komunikasi sebagai suatu proses penyampaian informasi, ide, emosi, keterampilan, melalui penggunaan simbol-kata, gambar, angka, atau grafik. Menurut DeVito (2011), komunikasi mengacu pada tindakan, oleh satu orang atau lebih, yang mengirim dan menerima pesan yang terdistorsi oleh gangguan, terjadi dalam suatu konteks tertentu, mempunyai pengaruh tertentu, dan ada kesempatan untuk melakukan umpan balik. Berdasarkan pengertian tersebut, komunikasi dapat diartikan sebagai proses yang bertujuan untuk menyampaikan pesan berupa informasi maupun ide tertentu melalui berbagai media yang memiliki pengaruh bagi pengirim dan penerima pesan. Pada suatu relasi interpersonal dikenal istilah komunikasi interpersonal. Wiryanto (2004) mendefinisikan komunikasi interpersonal sebagai komunikasi yang berlangsung dalam situasi tatap muka antara dua orang atau lebih, baik secara terorganisir maupun didalam kerumunan. Sedangkan, menurut Verderber et al. (dalam Budyatna & Ganiem, 2011), komunikasi interpersonal merupakan proses dimana individu menciptakan dan mengelola hubungan mereka, melaksanakan tanggung jawab secara timbal balik dalam menciptakan makna. Emmers-Sommer dan Allen memahami komunikasi interpersonal sebagai aktivitas yang berkaitan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
21
dengan kesehatan, dimana komunikasi dapat mempengaruhi emosi, serta kesejahteraan mental dan fisik kita (dalam Parker & Ivanov, 2013). Beberapa pengertian diatas menyebutkan bahwa komunikasi interpersonal memiliki makna bagi setiap individu yang terlibat dalam proses tersebut, sehingga dapat mempengaruhi kesejahteraan fisik dan mental. Selain itu, Budyatna dan Ganiem (2011) menyebutkan bahwa keberhasilan didalam komunikasi interpersonal secara relatif dapat meningkatkan
kebahagiaan
dan
produktivitas
individu.
Didalam
mengembangkan relasi interpersonal, khususnya didalam relasi yang intim antara perempuan dan laki-laki, penting untuk mempelajari komunikasi sebagai faktor yang dapat meningkatkan kualitas hubungan. 2. Komunikasi Seksual a. Definisi Komunikasi Seksual Menurut Beebe, S.A, et al (2011) komunikasi seksual merupakan bentuk
dari
menceritakan
kepada
pasangan
mengenai
seks,
keterbukaan diri, dan mendiskusikan aktivitas seksual sebelumnya yang berpengaruh terhadap seksual dan kepuasan hubungan. Komunikasi seksual juga merupakan ungkapan pasangan akan hasrat seksual secara verbal maupun nonverbal, termasuk penerimaan atau penolakan terhadap ajakan pasangan untuk melakukan hubungan seksual. Komunikasi seksual juga mengacu pada sebuah proses diskusi mengenai aspek kehidupan seksual seseorang terhadap pasangannya. Didalam proses komunikasi tersebut, aspek-aspek seksual yang
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
22
didiskusikan seperti praktek seksual, kenikmatan seksual, dan ajakan seksual (Faulker & Lanutti, Holmberg & Blair, dalam Babin 2013). Selain itu, Rehmanet al. (2011) menyatakan bahwa komunikasi seksual dilakukan dengan membicarakan topik-topik terkait seksualitas bersama pasangan. Komunikasi seksual juga dapat dipahami sebagai suatu kemampuan untuk membicarakan dan memulai perilaku seksual yang memuaskan (Morokoffet al., dalam Oattes & Offman, 2007). Sebagai tambahan, menurut Cupach dan Comstock (dalam Oattes & Offman, 2007), komunikasi seksual mengarahkan pasangan untuk saling memberi pengertian mengenai kebutuhan seksual mereka, hasrat seksual dan pilihan dalam melakukan hubungan seksual. Penelitian terdahulu mendefinisikan komunikasi seksual dalam bentuk sexual self disclosure dan sexual assertiveness.Sexual selfdisclosure adalah kemampuan untuk mengkomunikasikan pilihanpilihan seksual secara terbuka (Rehman et al., 2011). Sedangkan, sexual
assertiveness
merupakan
kemampuan
seseorang
untuk
mengkomunikasikan kebutuhan seksual dan memulai perilaku seksual dengan pasangan (Shafer dalam Menard & Offman, 2009). Berdasarkan pengertian-pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa komunikasi seksual merupakan suatu kemampuan untuk mendiskusikan berbagai aspek kehidupan seksual, seperti keterbukaan diri, hasrat seksual, ajakan seksual, kenikmatan seksual, maupun
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
23
aktivitas seksual sebelumnya kepada pasangan baik secara verbal maupun non-verbal. b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Komunikasi Seksual Oattes dan Offman (2007) telah membuktikan bahwa harga diri global dan harga diri seksual mempengaruhi kemampuan seseorang dalam melakukan komunikasi seksual. Individu dengan harga diri global dan harga diri seksual yang tinggi cenderung mampu untuk berkomunikasi
seksual.
Penelitian
sebelumnya
juga
telah
membuktikan bahwa individu dengan harga diri global yang tinggi memiliki kemampuan komunikasi seksual yang tinggi pula (Ferroni & Taffe, dalam Oattes & Offman, 2007). Serupa dengan penelitian Adler dan Hendrick (1991) yang menemukan bahwa individu dengan harga diri seksual yang tinggi akan lebih menerima seksualitas mereka dan dengan demikian individu tersebut mampu untuk berpikir serta menyiapkan interaksi seksual selanjutnya. Zeanah dan Schwarz mendefinisikan harga diri seksual sebagai reaksi afektif seseorang pada penilaian subjektif atas pikiran, perasaan, dan perilaku seksual seseorang (Menard & Offman, 2009). Selain itu, terdapat penelitian yang menemukan bahwa kemampuan diferensiasi diri juga dapat mempengaruhi komunikasi seksual pasangan. Diferensiasi diri merupakan proses perkembangan yang memampukan individu untuk menetapkan batasan didalam relasi intim yang membantu mereka untuk menyeimbangkan keterpisahan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
24
dan keterhubungan dengan menjaga otonomi diri, selama tetap terhubung dengan sistem relasi (Bowen dalam Timm & Keiley, 2011). Scnarch (dalam Timm & Keiley, 2011) berpendapat bahwa kemampuan diferensiasi diri dalam relasi intim mengarahkan pasangan untuk dapat berbicara secara terbuka mengenai berbagai masalah, kebutuhan, dan fantasi seksual tanpa dibebani rasa cemas. Beebe, S.A, et al (2011) memandang komunikasi seksual sebagai ungkapan individuakan hasrat seksual secara verbal maupun nonverbal. Ungkapan akan hasrat seksual tersebut, baik secara verbal maupun nonverbal, merupakan salah satu bentuk dari ekspresi seksual. Beberapa penelitian yang dirangkum dalam Murray, Ciarrocchi, dan Murray-Swank (2007) telah menunjukkan bahwa terhambatnya ekspresi seksual disebabkan oleh pengaruh sikap religiusitas dengan sex guilt sebagai mediatornya. Berdasarkan temuan tersebut, peneliti menyimpulkan bahwa perilaku komunikasi seksual turut dipengaruhi pula oleh sikap religiusitas yang dimiliki oleh individu.
C. Perempuan Dewasa Menikah 1. Definisi Usia dewasa dikategorikan menjadi dewasa awal, dewasa madya, dan dewasa lanjut (Hurlock, 1980). Subjek dewasa pada penelitian ini adalah perempuan dewasa awal (usia18-40 tahun) dan perempuan dewasa madya (usia 40-60 tahun). Didalam tahap perkembangan psikososial
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
25
Erikson, isu utama permulaan masa dewasa ditandai dengan munculnya rasa intimasi versus isolasi (Papalia et al., 2008). Apabila pada tahap ini seorang individu dewasa tidak dapat membuat komitmen personal terhadap orang lain, maka mereka akan terisolasi dan lebih terpaku pada pikiran atau kegiatannya sendiri. Oleh karena itu, setiap individu pada tahap ini akan berusaha menyelesaikan tugas perkembangannya yakni dengan mencapai intimasi. Masa
dewasa
mencirikan
adanya
sikap
kedewasaan
yang
menunjukkan adanya sikap pertanggungjawaban penuh atas pembentukan diri sendiri (Kartono, 1992). Dalam hal ini, perempuan dianggap dewasa apabila seorang perempuan mampu memahami dirinya sendiri dan mulai merencanakan pola hidup bagi masa depannya. Menurut Kartono (1992), perempuan dewasa adalah perempuan yang sudah memiliki bentuk dan sifat yang relatif stabil. Kestabilan pribadi pada perempuan dewasa memungkinkannya untuk memilih bidang studi, profesi/pekerjaan, dan relasi sosial yang bersifat stabil pula, termasuk didalam relasi pernikahan. Seorang individu dewasa akan menjalin relasi pernikahan dengan pasangan yang telah dianggap cocok. Definisi pernikahan atau perkawinan berdasarkan Undang Undang No. 1 Tahun 1974 yaitu suatu ikatan lahir batin antara pria dan wanita dengan tujuan membentuk keluarga yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Mahaesa (Asmin, 1986). Definisi tersebut menunjukkan bahwa suatu ikatan pernikahan memiliki suatu tujuan yang mulia, yakni mencapai kebahagiaan bersama.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Berdasarkan
pengertian-pengertian
diatas,
perempuan
26
dewasa
menikah adalah seorang perempuan usia 18-60 tahun yang telah terikat lahir-batin
dengan
seorang
laki-laki
untuk
membentuk
keluarga
berdasarkan agama yang dianut. 2. Pola Komunikasi Komunikasi dapat berupa komunikasi verbal dan komunikasi nonverbal. Komunikasi verbal mengacu pada bentuk komunikasi yang dilakukan
melalui
kata-kata.
Sedangkan,
komunikasi
non-verbal
merupakan bentuk komunikasi yang tidak berfokus pada kata-kata aktual, seperti intonasi suara, ekspresi wajah, bahkan jarak antara seseorang dengan orang lainnya saat berdiri. Selanjutnya, akan dijelaskan bagaimana karakteristik pola komunikasi verbal pada perempuan yang berbeda dengan pola komunikasi pada laki-laki (dalam Matlin, 2012). Terdapat stereotip dimana perempuan sangat aktif dalam berbicara. Bahkan, dikatakan bahwa perempuan mampu berbicara selama berjamjam lamanya. Akan tetapi, penelitian yang dilakukan oleh Athenstaedt et al., Mehl et al., Niedzwienska menemukan bahwa tidak banyak perbedaan gender yang besar dalam jumlah waktu percakapan antara perempuan dan laki-laki pada mahasiswa. Penelitian Aries, M. Crawford, Eckert dan McConnell-Ginet, Romaine, Thomson et al. bahkan menemukan bahwa laki-laki lebih aktif berbicara dibanding perempuan. Dalam hal penyampaian interupsi, Athenstaedt et al. dan Ellis et al. mengatakan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
27
bahwa laki-laki cenderung lebih sering menginterupsi pembicaraan daripada perempuan. Perempuan dan laki-laki juga memiliki perbedaan dalam gaya maupun isi dari bahasa ketika melakukan komunikasi verbal. Carli menemukan bahwa orang-orang jarang menggunakan bahasa yang menunjukkan keragu-raguan ketika mereka berbicara pada jenis kelamin yang sama. Sebaliknya, ketika perempuan berbicara pada laki-laki, mereka nampaknya lebih sering menggunakan bentuk kalimat yang menunjukkan keragu-raguan. Misalnya, “saya tidak yakin”. Sedangkan, isi pembicaraan yang seringkali dibahas oleh perempuan berdasarkan urutan intensitasnya berkisar seputar dunia sosial, proses berpikir, emosi, pekerjaan, dan seks.Hasil penelitian yang dilakukan oleh Newman et al. tersebut menunjukkan bahwa perempuan sangat jarang membicarakan soal seks. 3. Seksualitas Perempuan Dewasa Menikah Memasuki usia dewasa, perempuan memiliki minat yang lebih besar terhadap seksualitas dibandingkan dengan masa remaja (Hurlock, 1980). Karakteristik seksual pada perempuan dewasa dilihat sebagai sesuatu yang khas dari perempuan dan mungkin berbeda dari karakteristik seksual pada laki-laki. Beberapa aspek mengenai seksualitas perempuan dewasa meliputi respon seksual, hasrat seksual, sikap terhadap seksualitas perempuan, dan perilaku seksual. Masters dan Johnson (dalam Matlin, 2012) menemukan bahwa respon seksual perempuan dan laki-laki secara umum memiliki kesamaan,
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
28
khususnya secara fisiologis. Empat tahap yang terjadi selama aktivitas seksual perempuan, meliputi excitement phaseyang berupa rangsangan seksual akibat sentuhan dan pikiran-pikiran erotik; plateau phaseyang menandakan daerah klitoris semakin sensitif; orgasmic phase yang menimbulkan kontraksi pada rahim dan bagian luar vagina; dan resolution phaseyang menandakan kembalinya organ seksual pada kondisi awal. Meskipun terdapat kesamaan reaksi fisiologis dengan laki-laki, perempuan cenderung lebih menekankan pentingnya emosi dan pikiran dalam aktivitas seksual (dalam Matlin, 2012). Menurut Hurlock (1980), respon seksual perempuan akan menurun diakibatkan adanya sikap mawas terhadap perilaku seksual yang dilakukan bersama pasangan. Karakteristik seksual selanjutnya adalah hasrat seksual, yang merupakan suatu kebutuhan untuk terlibat didalam aktivitas seksual dengan tujuan mencapai kenikmatan fisik atau emosional (Fine & McClelland; Tolman, dalam Matlin, 2012). Penelitian para feminis menemukan bahwa terdapat perbedaan yang sangat besar pada hasrat seksual perempuan dan laki-laki. Sejumlah fakta mengenai perbedaan hasrat seksual antara perempuan dan laki-laki, yaitu: (1) perempuan tidak banyak memikirkan tentang seks; (2) perempuan tidak sering melakukan masturbasi seperti laki-laki; (3) perempuan tidak menginginkan aktivitas seksual sebanyak yang diinginkan oleh laki-laki; (4) perempuan tidak sering mengajak untuk melakukan aktivitas seksual; (5) perempuan hanya ingin terlibat dalam aktivitas seksual bersama pasangan; dan (6)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
29
perempuan tidak suka untuk memiliki pasangan seksual yang banyak (Impett & Peplau; Miller et al; Mosher & Danoff-Burg; dan Vohs & Baumeister, dalam Matlin, 2012). Sikap individu terhadap seksualitas dipengaruhi oleh budaya dimana individu tersebut tinggal. Mayoritas masyarakat Amerika Utara percaya bahwa hubungan seksual diluar pernikahan dapat diterima secara wajar dalam suatu hubungan yang dilandasi komitmen (Widmer et al., dalam Matlin, 2012). Di negara timur, seperti Filipina, 60 % masyarakatnya menganggap bahwa hubungan seks diluar pernikahan merupakan hal yang tidak benar. Masyarakat memiliki sikap yang berbeda terhadap perilaku seksual perempuan dibandingkan dengan perilaku seksual laki-laki. Penelitian Hatfield dan Rafson, dan Sprecher (dalam Matlin, 2012) menemukan bahwa masyarakat Amerika Utara memiliki suatu standar ganda yang berisi suatu keyakinan bahwa hubungan seks diluar pernikahan lebih tepat dilakukan oleh laki-laki ketimbang perempuan. Selain itu, terdapat pula suatu norma sosial bagi perilaku seksual, yang dipelajari melalui kebudayaan (Bowleg et al.; DeLamater & Hyde; Rudman & Glick, dalam Matlin, 2012). Berdasarkan norma sosial tersebut, perempuan diharapkan dapat bertahan atau patuh secara pasif terhadap dorongan seksual pasangannya (Impett & Peplau; Greene & Faulkner; Morokoff, dalam Matlin, 2012). Akan tetapi, para perempuan yang menjalani hubungan yang egaliter cenderung merasa bebas untuk
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
30
mengungkapakan ketertarikan erotik mereka (Peplau, dalam Matlin, 2012). Pada aspek perilaku, perempuan memiliki perilaku seksual yang sangat berbeda dari laki-laki.Penelitian Hill; Hyde & Oliver; Peterson & Hyde, dalam Matlin, 2012) menemukan bahwa perilaku masturbasi lebih umum dilakukan laki-laki daripada perempuan.
D. Dinamika Hubungan antara Religiusitas dan Komunikasi Seksual pada Perempuan Dewasa yang Telah Menikah Sikap religiusitas terbentuk atas dasar keterikatan individu dengan sistem kepercayaan yang diyakini. Kepercayaan atau agama merupakan suatu relasi manusia dengan Tuhan sebagaimana didalam penghayatan manusia (Dister, 1988). Kemudian, individu memaknai relasi tersebut kedalam suatu sikap yang disebut sebagai religiusitas. Religiusitas dipahami sebagai sikap yang berasal dari keyakinan individu terhadap pengalaman keagamaan yang menimbulkan rasa kedekatan dengan Tuhan sebagai pribadi yang abstrak dan mendorong individu untuk mencari makna eksistensinya. Pengaruh agama terhadap perilaku manusia terutama untuk memperoleh ketenangan didalam hidup, sehingga secara psikologis agama menjadi suatu nilai penting bagi individu (Dister, 1998). Keberagamaan sebagai aspek yang penting dalam kehidupan individu, sehingga sikap religiusitas berkembang dalam setiap tahapan perkembangan hidup keagamaan. Pada usia dewasa awal, perkembangan kepercayaan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
31
individu berada pada tahap yang disebut individuatif – reflektif. Fowler (dalam Cremers, 1995) mengatakan, individu pada tahap tersebut telah memiliki kesadaran bahwa kepercayaan yang mereka yakini memiliki arti bagi kehidupan mereka sehingga harus diperjuangkan secara bertanggungjawab. Maka, tahap perkembangan kepercayaan pada perempuan dewasa berada di tahap individuatif – reflektif, dimana perempuan dewasa menyadari bahwa kepercayaan yang mereka yakini memberikan arti bagi kehidupan sehingga mereka
mampu
memperjuangkan
keyakinan
tersebut
dengan
penuh
tanggungjawab. Selain itu, ditemukan bahwa tingkat religiusitas yang dimiliki perempuan dewasa lebih tinggi dibandingkan religiusitas pada laki-laki dewasa.Hal tersebut sesuai dengan hasil penelitian Beit-Hallahmi dan Argyle (dalam Walter & Davie, 1998) yang menemukan bahwa religiusitas perempuan lebih tinggi dibandingkan laki-laki, baik dalam hal intensitas kehadiran ke rumah ibadah, doa pribadi maupun isi dari keyakinan religius yang dimiliki. Sikap religiusitas yang tinggi pada perempuan diduga mempengaruhi sikap perempuan, khususnya terhadap seksualitas. Penelitian terdahulu menemukan bahwa pengukuran religiusitas sering menjadi prediktor yang signifikan terhadap sikap seksualitas perempuan (Arnold & Meston, 2007). Woo dan Brotto (2012) menemukan bahwa religiusitas yang tinggi dapat menyebabkan rendahnya hasrat seksual pada perempuan Asia timur. Padahal, hasrat seksual yang rendah berhubungan dengan ketidakpuasan seksual pada pasangan, sebagaimana yang disebutkan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
oleh
Basson
dalam
artikel
New
England
(www.nejm.org/doi/full/10.1056/NEJMcp050154).
Journal
of
Selain hasrat
32
Medicine seksual,
kepuasan seksual juga dipengaruhi oleh komunikasi seksual. Komunikasi seksual merupakan suatu kemampuan untuk mendiskusikan berbagai aspek kehidupan seksual, seperti keterbukaan diri, hasrat seksual, ajakan seksual, kenikmatan seksual, maupun aktivitas seksual sebelumnya kepada pasangan baik secara verbal maupun non-verbal. Hasil penelitian yang dirangkum oleh Oattes dan Offman (2007) menunjukkan bahwa komunikasi seksual yang baik dapat meningkatkan kepuasan seksual. Akan tetapi, tidak semua individu mampu melakukan komunikasi seksual, terutama perempuan. Hal ini terkait dengan pendapat Newman et al. (dalam Matlin, 2012) yang mengatakan bahwa perempuan sangat jarang membicarakan soal seks dibandingkan laki-laki. Rendahnya kemampuan perempuan dalam melakukan komunikasi seksual diduga terkait dengan tingginya sikap religiusitas yang dimiliki. Beberapa penelitian yang dirangkum dalam Murray, Ciarrocchi, dan MurraySwank (2007) telah menunjukkan bahwa terhambatnya ekspresi seksual disebabkan oleh pengaruh sikap religiusitas dengan sex guilt sebagai mediatornya. Sikap religiusitas yang berasal dari orientasi intrinsik dan ekstrinsik diduga berpengaruh terhadap ekspresi seksual pada perempuan dikarenakan kedua sikap religius tersebut menempatkan seksualitas secara normatif didalam kehidupan perempuan. Perempuan dengan religiusitas yang intrinsik cenderung akan mengutamakan penghayatan hidup beragama,
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
33
sehingga tidak terlibat aktif dalam kehidupan seksual. Kemudian, sikap religius yang ekstrinsik pada diri perempuan diduga membentuk pola pikir yang cenderung kaku terhadap hukum agama, khususnya terkait kehidupan seksual. Sikap religiusitas tersebut cenderung berusaha mengendalikan setiap tatanan perilaku seksual manusia agar sesuai dengan kehendak Tuhan. Perempuan dewasa pada umumnya merasa sulit untuk menceritakan pengalaman seksual kepada laki-laki lain, bahkan kepada suaminya, karena memiliki anggapan bahwa pengalaman seksual merupakan hal yang kotor, salah, dan dosa (Priyatna, 2013). Anggapan tersebut diduga karena sikap religius yang dimiliki oleh perempuan menikah. Maka, peneliti menduga bahwa sikap religiusitas pada perempuan menjadi faktor yang menghambat komunikasi seksual sebagai bagian dari ekspresi seksual.
E. Hipotesis Berdasarkan uraian diatas, peneliti memiliki hipotesis yaitu terdapat hubungan yang negatif antara religiusitas dengan kemampuan komunikasi seksual pada perempuan dewasa yang telah menikah. Semakin tinggi religiusitas pada perempuan dewasa yang telah menikah, maka semakin rendah kemampuan perempuan dalam melakukan komunikasi seksual. Sedangkan, apabila semakin rendah religiusitas, maka kemampuan dalam melakukan komunikasi seksual akan semakin tinggi.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Bagan 1. Kerangka Berpikir Antara Religiusitas dan Komunikasi Seksual
Religius: Memahami konsep tentang Tuhan, memahami adanya kewajiban timbal balik antara ketuhanan dan kemanusiaan, dan meyakini adanya suatu ganjaran terhadap perilaku yang dipengaruhi oleh iman akan Tuhan
Religiusitas Perempuan Dewasa Menikah
Ireligius: Tidak memahami konsep tentang Tuhan, tidak memahami adanya kewajiban timbal balik antara ketuhanan dan kemanusiaan, dan tidak meyakini adanya suatu ganjaran terhadap perilaku yang dipengaruhi oleh iman akan Tuhan
Komunikasi Seksual:
Komunikasi Seksual:
Tidak mampu mendiskusikan berbagai aspek kehidupan seksual, seperti keterbukaan diri, hasrat seksual, ajakan seksual, kenikmatan seksual, maupun aktivitas seksual sebelumnya kepada pasangan baik secara verbal maupun nonverbal
Mampu untuk mendiskusikan berbagai aspek kehidupan seksual, seperti keterbukaan diri, hasrat seksual, ajakan seksual, kenikmatan seksual, maupun aktivitas seksual sebelumnya kepada pasangan baik secara verbal maupun non-verbal 34
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif korelasional, yaitu penelitian yang melihat hubungan antar variabel (Kountur, 2003).Variabelvariabel didalam penelitian ini diukur melalui instrumen penelitian sehingga data yang terdiri dari angka-angka dapat dianalisis dengan menggunakan prosedur statistik (Noor, 2011).
B. Identifikasi Variabel Penelitian Variabel merupakan suatu atribut atau nilai dari orang, objek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu (Noor, 2011). Berdasarkan landasan teori yang telah dipaparkan, penelitian ini memiliki dua variabel, yaitu: 1. Variabel Bebas
: Religiusitas
2. Variabel Terikat
: Komunikasi Seksual
C. Definisi Operasional 1. Religiusitas Religiusitas merupakan sikap yang berasal dari keyakinan individu terhadap pengalaman keagamaan yang menimbulkan rasa kedekatan dengan Tuhan sebagai pribadi yang abstrak dan mendorong individu untuk mencari makna eksistensinya. Pengukuran terhadap tingkat religiusitas menggunakan Religion Scale (Bardis, 1961). Semakin tinggi skor subjek
35
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
36
pada skala ini, menunjukkan bahwa subjek memiliki tingkat religiusitas yang semakin tinggi pula. 2. Komunikasi Seksual Komunikasi seksual adalah suatu kemampuan untuk mendiskusikan berbagai aspek kehidupan seksual, seperti keterbukaan diri, hasrat seksual, ajakan seksual, kenikmatan seksual, maupun aktivitas seksual sebelumnya kepada pasangan baik secara verbal maupun non-verbal. Tingkat komunikasi seksual diukur menggunakan skala komunikasi seksual yang disusun sendiri oleh peneliti melalui survey pendahuluan mengenai komunikasi seksual. Faktor-faktor didalam skala komunikasi seksual terdiri
dari
perilaku
seksual,
peningkatan
kualitas
hubungan,
pandangan/nilai terhadap seksualitas, dan pengalaman seksual. Semakin tinggi skor yang diperoleh subjek dalam skala komunikasi seksual, menunjukkan tingkat komunikasi seksual yang tinggi pada diri subjek. Sebaliknya, semakin rendah skor yang diperoleh subjek, hal tersebut menunjukkan tingkat komunikasi seksual yang rendah pula pada diri subjek.
D. Subjek Penelitian Metode pengambilan sampel menggunakan sampling insidental, yang merupakan suatu teknik penentuan sampel dengan menggunakan orang-orang yang kebetulan ditemui oleh peneliti dan cocok dijadikan sebagai sampel (Sugiyono, 2003). Peneliti memilih perempuan dewasa yang telah menikah
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
37
sebagai subjek didalam penelitian ini. Pemilihan kriteria tersebut berdasarkan atas pertimbangan bahwa perempuan menikah memiliki frekuensi yang aktif dalam hubungan seksual, sehingga akan lebih membantu peneliti dalam memahami variabel komunikasi seksual. Subjek penelitian yang dipilih oleh peneliti berkisar pada usia 18 – 60 tahun berdasarkan atas kriteria usia dewasa awal hingga dewasa madya (Hurlock, 1980).
E. Metode Pengumpulan Data Pada bagian ini akan dijelaskan mengenai cara yang ditempuh oleh peneliti dalam mengumpulkan data penelitian. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan alat berupa skala pengukuran sikap jenis Likert. Skala Likert merupakan skala yang bertujuan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi terhadap fenomena sosial (Sugiyono, 2003). Peneliti menggunakan religion scale, survey terhadap komunikasi seksual dan skala komunikasi seksual dalam pengumpulan data penelitian. Religion scale bertujuan untuk mengukur tingkat religusitas pada perempuan menikah. Kemudian, survey terhadap komunikasi seksual bertujuan untuk mengetahui bentuk-bentuk komunikasi seksual yang terjadi secara aktual pada masyarakat Indonesia. Skala komunikasi seksual merupakan skala yang bertujuan untuk mengukur tingkat komunikasi seksual yang dimiliki oleh perempuan menikah. 1. Religion Scale Peneliti memilih religion scale berdasarkan atas artikel reviu terhadap berbagai pengukuran yang digunakan didalam penelitian bidang
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
38
psikologi (King dan Crowther, 2004). Pada artikel tersebut, disajikan beberapa alat ukur religiusitas dan spiritualitas beserta tujuan konseptual yang dapat dipahami. Menurut King dan Crowther, sejumlah alat ukur tersebut telah memiliki kontribusi teoritis dan empiris yang unik terhadap literatur di bidang religi. King dan Crowther menyatakan pula bahwa terdapat izin yang memperbolehkan para peneliti untuk menggunakan sejumlah alat ukur yang ditinjau ulang didalam artikel tersebut. Religion scale dimaksudkan untuk mengukur sikap terhadap keyakinan dan praktek religius (Kauffman dalam King & Crowther, 2004). Tiga aspek besar didalam keyakinan yang akan diukur adalah (1) konsep mengenai kodrat dan karakter ketuhanan; (2) doktrin yang berkenaan dengan kewajiban timbal balik dan keharusan antara ketuhanan dan kemanusiaan; dan (3) tatanan perilaku yang dirancang agar sesuai dengan kehendak Tuhan dan untuk meyakinkan orang-orang percaya akan suara hatinya bahwa apapun ganjaran yang akan diterima dan kebebasan dari hukuman di dunia bergantung pada imannya. Tahap awal dalam penyusunan skala ini dilakukan dengan mengumpulkan sekitar 200 pernyataan singkat terkait dengan berbagai keyakinan dan praktik religius yang kebanyakan diperoleh dari penerbitan dengan topik mengenai keyakinan (Bardis, 1961). Skala ini terdiri dari 25 aitem yang seluruhnya merupakan item favorable.Religion scale diterjemahkan dengan menggunakan teknik backtranslation oleh 1 orang dengan ketentuan bahwa orang tersebut pernah
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
39
tinggal di luar negeri, dalam hal ini negara yang menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa nasional. Teknik penerjemahan ini dilakukan dengan menerjemahkan kembali skala yang telah diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia. Setelah diterjemahkan kembali kedalam bahasa Inggris, item-item pada skala tersebut kemudian dibandingkan dengan item-item pada skala asli untuk melihat apakah terdapat makna yang tidak sama. Item-item yang dihasilkan melalui back-translation diperiksa kembali oleh dosen pembimbing skripsi. Rentang nilai pada skala ini berkisar dari angka 0 sampai 4. Angka 0 menunjukkan respon sangat tidak setuju, angka 1 menunjukkan respon tidak setuju, angka 2 menunjukkan respon ragu-ragu, angka 3 menunjukkan respon setuju, dan angka 4 untuk menunjukkan respon yang sangat setuju. Pemberian nilai pada skala ini dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 1 Sistem Penilaian Religion Scale Jawaban Sangat Setuju (SS)
Pernyataan Favorable 4
Setuju (S)
3
Ragu-ragu (R)
2
Tidak Setuju (TS)
1
Sangat Tidak Setuju (STS)
0
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
40
2. Survey terhadap Komunikasi Seksual Skala penelitian mengenai komunikasi seksual yang kebanyakan dilakukan di luar negeri dirasa kurang relevan dengan kondisi budaya masyarakat Indonesia yang sangat menjunjung tinggi nilai sopan santun. Beberapa aitem pada skala yang peneliti temukan menuliskan nama bagian genital tubuh secara jelas. Peneliti merasa kurang pantas untuk menggunakan skala tersebut, terlebih mengingat bahwa penelitian yang terkait bidang seksualitas menuntut kepercayaan penuh dari calon responden untuk dapat berpartisipasi. Oleh karena itu, peneliti melakukan survey pendahuluan terhadap komunikasi seksual guna mengetahui bentuk-bentuk komunikasi seksual yang terjadi didalam konteks masyarakat Indonesia. Berdasarkan teori mengenai bentuk komunikasi yang dikemukakan oleh Johnson (dalam Supratiknya, 1995), pesan didalam komunikasi dapat disampaikan secara verbal melalui kata-kata, maupun secara nonverbal melalui ekspresi atau gerakan tubuh. Kemudian, peneliti menyusun angket yang berisi enam pertanyaan terbuka mengenai bentuk komunikasi yang bertujuan untuk mengungkapkan segala pikiran, perasaan, atau pilihan terkait kebutuhan seksualitas kepada pasangan. Tujuan dari pertanyaan terbuka yakni untuk memperoleh jawaban yang dalam dan bervariasi dari responden. Didalam menyusun keenam pertanyaan survey tersebut, peneliti menggunakan pertimbangan dari expert judgment yang berasal dari dosen pembimbing skripsi.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
41
Selanjutnya angket disebarkan kepada 101 responden dewasa, 56 orang pria dan 55 orang wanita. Jawaban dari angket tersebut kemudian dianalisis menggunakan teknik kualitatif untuk merumuskan tema umum mengenai komunikasi seksual yang secara relevan terjadi pada masyarakat Indonesia. Peneliti dibantu oleh dosen pembimbing skripsi dalam proses analisis hasil angket tersebut hingga dapat merumuskan empat tema umum. (Lampiran.2) Keempat tema umum tersebut yaitu: (1) Perilaku seksual; (2) Peningkatan kualitas hubungan; (3) Nilai / pandangan terhadap seksualitas; dan (4) Pengalaman seksual. Berdasarkan hasil analisis yang diperoleh melalui survey tersebut, dapat peneliti simpulkan bahwa komunikasi seksual pada masyarakat Indonesia mencakup empat pesan seksualitas yang ingin disampaikan kepada pasangan baik secara verbal maupun nonverbal. 3. Skala Komunikasi Seksual Skala komunikasi seksual terdiri dari 24 item yang disusun berdasarkan 4 aspek dari komunikasi seksual, yaitu komunikasi seksual untuk mencapai “peningkatan
“perilaku seksual”, komunikasi seksual untuk
kualitas
hubungan”,
komunikasi
seksual
dalam
mengungkapkan “nilai/pandangan terhadap seksualitas”, dan komunikasi seksual untuk menceritakan “pengalaman seksual”. 24 item skala ini merupakan item yang telah lolos seleksi dari 40 item yang diuji cobakan terhadap 30 orang perempuan menikah. Blue print item sebelum diujicobakan adalah:
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
42
Tabel 2 Blue Print Skala Komunikasi Seksual No 1. 2. 3. 4.
Aspek Favorable Unfavorable Jumlah Komunikasi Seksual Perilaku seksual 7 3 10 Peningkatan kualitas 8 2 10 hubungan Nilai/pandangan 9 1 10 terhadap seksualitas Pengalaman seksual 5 5 10 Total 29 11 40 Pilihan jawaban didalam skala komunikasi seksual, meliputi: Sangat
Sesuai (SS), Sesuai (S), Tidak Sesuai (TS), dan Sangat Tidak Sesuai (STS). Sistem pemberian nilai dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 3 Sistem Penilaian Skala Komunikasi Seksual Jawaban Sangat Sesuai (SS) Sesuai (S) Tidak Sesuai (TS) Sangat Tidak Sesuai (STS)
Pernyataan Favorable Unfavorable 4 1 2 3 3 2 4 1
F. Uji Coba Alat Ukur Peneliti melakukan uji coba terhadap skala yang akan digunakan dalam mengumpulkan data penelitian, yakni skala komunikasi seksual dan religion scale. Uji coba tersebut bertujuan agar hasil pengukuran melalui sejumlah item pada skala yang akan peneliti gunakan memiliki validitas dan reliabilitas yang dapat dipertanggungjawabkan. Subjek yang digunakan dalam uji coba memiliki karakteristik yang sama dengan subjek penelitian, yakni perempuan yang telah menikah.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
43
Pelaksanaan uji coba berupa penyebaran kuesioner berlangsung dari tanggal 11 Maret 2015 hingga tanggal 18 Maret 2015. Skala uji coba terdiri dari skala komunikasi seksual yang memuat 40 item dan religion scale yang memuat 25 item, kemudian disebarkan kepada 30 orang perempuan menikah yang berada di kota Yogyakarta. Setelah kuesioner kembali pada peneliti, hasil jawaban responden kemudian dianalisis menggunakan program SPSS 16.0 for Windows. 1. Validitas Validitas merupakan ukuran yang menunjukkan ketepatan dan kecermatan dari suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya (Azwar, 1992). Peneliti menggunakan validitas isi didalam penelitian ini. Validitas isi adalah validitas yang diestimasi dengan menggunakan analisis rasional atau penilaian dari seorang ahli (Azwar, 1992). Ahli yang memberikan penilaian dalam penelitian ini adalah dosen pembimbing skripsi. Penilaian pada skala tersebut berdasarkan kesesuaian antara seluruh item yang disusun dengan aspek-aspek dari variabel yang hendak diukur. 2. Seleksi Item Dalam memperoleh item-item yang baik maka dilakukan seleksi terhadap sejumlah item yang telah disusun oleh peneliti. Seleksi item dilakukan dengan melihat daya beda yang dimiliki setiap item. Daya beda atau daya diskriminasi adalah suatu nilai yang menunjukkan sejauh mana item dapat membedakan antara indivisu atau kelompok individu yang memiliki dan yang tidak memiliki atribut yang diukur (Azwar, 2009).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
44
Sebagai contoh, pada skala komunikasi seksual yang disusun oleh peneliti, item dengan daya beda yang tinggi adalah item yang dapat membedakan antara individu yang memiliki kemampuan komunikasi seksual yang tinggi dengan individu yang memiliki kemampuan komunikasi seksual yang rendah. Daya beda diuji dengan menghitung koefisien korelasi antara distribusi skor item dengan distribusi skor skala. Hasil dari penghitungan tersebut menghasilkan sebuah parameter yang disebut koefisien korelasi item total (rix) (Azwar, 2009). Item yang baik adalah item yang memiliki koefisien korelasi item total ≥ 0,30. Berdasarkan hasil uji coba yang dilakukan,religion scale memiliki 24 item yang layak digunakan(Lampiran. 5), kemudian skala komunikasi seksual memiliki 24 item yang layak digunakan (Lampiran. 6). Dikarenakan hanya 1 item yang tidak lolos seleksi pada religion scale, peneliti memutuskan untuk tetap menggunakan ke-25 item pada skala tersebut. Blue print skala komunikasi seksual dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 4 Blue Print Penulisan Item Setelah Pelaksanaan Uji Coba No 1. 2. 3. 4.
Aspek Komunikasi Seksual Perilaku seksual Peningkatan kualitas hubungan Nilai/pandangan terhadap seksualitas Pengalaman seksual Total
Favorable
Unfavorable
Jumlah
6
0
6
6
1
7
7
0
7
3 22
1 2
4 24
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
45
3. Reliabilitas Reliabilitas merupakan indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat ukur dapat dipercaya atau diandalkan (Noor, 2011). Suatu alat ukur dapat dikatakan mantap atau konsisten apabila menunjukkan hasil yang sama setiap kali dilakukan pengukuran dalam kondisi yang sama (Noor, 2011). Peneliti menggunakan pendekatan α Cronbach untuk menguji nilai reliabilitas pada hasil uji coba skala. Hasil perhitungan menunjukkan skala komunikasi seksual memiliki koefisien reliabel sebesar 0,890, sedangkan religion scale memiliki koefisen reliabel sebesar 0,924. Berdasarkan hasil tersebut, skala komunikasi seksual dan religion scale dapat dikatakan reliabel.
G. Metode Analisis Data 1. Uji Asumsi a. Uji Normalitas Uji normalitas merupakan suatu pengujian statistik yang bertujuan untuk mengecek apakah data penelitian berasal dari populasi yang sebarannya normal (Santoso, 2010). Teknik uji normalitas yang digunakan didalam penelitian ini adalah analisis KolmogorovSmirnov. Apabila nilai p lebih besar daripada 0,05 dapat disimpulkan bahwa daya penelitian memiliki sebaran yang normal. Sebaliknya,
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
46
apabila nilai p lebih kecil daripada 0,05 maka data penelitian memiliki sebaran yang tidak normal. b. Uji Linearitas Teknik regresi mengasumsikan adanya suatu hubungan yang linear antarvariabel. Asumsi linearitas menyatakan bahwa hubungan antarvariabel yang mengikuti garis lurus (Santoso, 2010). Apabila nilai p < 0,05 maka terdapat hubungan yang linear pada kedua variabel yang diukur. Sedangkan, nilai p > 0,05 menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang linier pada kedua variabel. 2. Uji Hipotesis a. Uji Korelasi Uji korelasi merupakan suatu analisis yang bertujuan untuk melihat kecenderungan pola satu variabel berdasarkan kecenderungan pola variabel yang lain. Apabila kecenderungan dalam satu variabel selalu diikuti oleh kecenderungan variabel lain, maka dapat dikatakan bahwa kedua variabel tersebut memiliki korelasi (Santoso, 2010). Angka yang menunjukkan derajat sebuah korelasi disebut sebagai koefisien korelasi. Teknik analisis yang digunakan untuk menghitung koefisien korelasi adalah teknik Korelasi Product Momen Pearson. Koefisien korelasi yang semakin mendekati angka -1 menunjukkan korelasi negatif antara variabel yang diteliti. Sebaliknya, apabila koefisien korelasi semakin mendekati angka 1, maka korelasi antara kedua variabel dikatakan positif. Korelasi antara kedua variabel dapat
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
47
dikatakan signifikan apabila nilai p < 0,05. Sedangkan, korelasi antara kedua variabel menjadi tidak signifikan apabila nilai p > 0,05.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Subjek Penelitian Subjek pada penelitian ini adalah perempuan dewasa yang telah menikah dengan rentang usia 18 – 60 tahun. Subjek penelitan diperoleh dari daerah Kalimantan Barat dan Yogyakarta. Dari 150 subjek yang telah diberikan skala penelitian, terdapat 140 subjek yang bersedia mengisi skala dan telah memenuhi kriteria usia subjek penelitian. Deskripsi mengenai identitas subjek disajikan melalui tabel-tabel dibawah ini. Tabel 5 Deskripsi Subjek Berdasarkan Usia Usia (tahun)
Frekuensi
Persentase
≤ 20 21 – 30 31 – 40 41 – 50 > 50
2 72 40 22 4
1.4% 51.4% 28.6% 15.7% 2.9%
Total
140
100%
Berdasarkan deskripsi usia subjek pada tabel diatas, subjek pada penelitian ini memiliki usia yang bervariasi dari rentang usia 19 tahun sampai 55 tahun. Subjek dewasa awal (18 – 40 tahun) berjumlah sebanyak 114 orang dengan persentase sebesar 81,4%. Sedangkan, subjek dewasa madya (40 – 60 tahun) berjumlah sebanyak 26 orang dengan persentase sebesar 18,6%. Usia subjek yang paling banyak adalah usia dalam rentang 21 – 30 tahun (51,4%).
48
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 49
Tabel 6 Deskripsi Subjek Berdasarkan Suku Suku Batak Bugis Dayak Jawa Madura Manado Melayu Tionghoa Toraja
Frekuensi 4 1 81 29 3 1 12 8 1
Persentase 2.9% 0.7% 57.9% 20.7% 2.1% 0.7% 8.6% 5.7% 0.7%
Total
140 orang
100%
Subjek pada penelitian ini paling banyak berasal dari suku Dayak yang berdomisili di Kalimantan Barat, dengan persentase sebesar 57.9%. Sedangkan, suku yang paling sedikit adalah suku Bugis, suku Manado, dan suku Toraja, masing-masing dengan persentase sebesar 0.7%.
Tabel 7 Deskripsi Subjek Berdasarkan Agama Agama Budha Islam Katolik Kristen
Frekuensi 2 39 72 27
Persentase 1.4% 27.9% 51.4% 19.3%
Total
140 orang
100%
Berdasarkan kategori agama yang dianut, agama yang paling banyak dianut oleh subjek pada penelitian ini adalah agama Katolik (51.4%). Sedangkan, agama yang paling sedikit dianut oleh subjek adalah agama Budha (1.4%).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 50
Tabel 8 Deskripsi Subjek Berdasarkan Jenjang Pendidikan Jenjang Pendidikan
Frekuensi
Persentase
Tidak Sekolah Pendidian Dasar Pendidikan Diploma Pendidikan Sarjana
1 79 27 33
0.7% 56.4% 19.3% 23.6%
Total
140 orang
100%
Subjek yang terlibat didalam penelitian ini terdiri dari subjek dengan jenjang pendidikan yang bervariasi, mulai dari Tidak Sekolah hingga pendidikan Sarjana. Berdasarkan kategori jenjang pendidikan, subjek paling banyak berasal dari jenjang pendidikan dasar (56,4%). Sedangkan, jenjang pendidikan yang paling sedikit adalah Tidak Sekolah, dengan persentase sebesar 0.7%.
Tabel 9 Deskripsi Subjek Berdasarkan Pekerjaan Pekerjaan
Frekuensi
Persentase
Guru Pelayan Kesehatan Mengurus Rumah Tangga PNS Swasta
17 11 60
12.1% 7.9% 42.9%
17 35
12.1% 25%
Total 140 orang 100% Berdasarkan kategori pekerjaan yang dimiliki, pekerjaan yang paling banyak dimiliki subjek adalah Mengurus Rumah Tangga (42,9%). Sedangkan, pekerjaan yang paling sedikit adalah Pelayan Kesehatan (Bidan dan Perawat), dengan persentase sebesar 0,7%.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 51
Tabel 10 Deskripsi Subjek Berdasarkan Usia Pernikahan Usia Pernikahan
Frekuensi
Persentase
≤ 5 tahun 6 – 10 tahun 11 – 15 tahun 16 – 20 tahun 21 – 25 tahun > 25 tahun
58 30 18 15 14 5
41.4% 21.5% 12.8% 10.7% 10% 3.6%
Total
140 orang
100%
Subjek pada penelitian ini memiliki usia pernikahan dari ≤ 5 tahun hingga ≥ 25 tahun. Usia pernikahan yang paling banyak dimiliki oleh subjek penelitian ini berada dalam rentang waktu ≤ 5 tahun, dengan persentase sebesar 41,4%. Sedangkan, usia pernikahan yang paling sedikit yaitu dalam rentang waktu ≥ 25 tahun, dengan persentase sebesar 3,6%.
Tabel 11 Deskripsi Subjek Berdasarkan Jumlah Anak Jumlah Anak
Frekuensi
Persentase
0 1–3 >3
17 117 6
12.1% 83.6% 4.3%
Total 140 orang 100% Berdasarkan kriteria jumlah anak, subjek pada penelitian ini terdiri dari subjek yang belum memiliki anak dan subjek yang telah memiliki anak. Terdapat 117 subjek yang memiliki jumlah anak sebanyak 1 - 3 orang (83,6%), dan 6 subjek dengan jumlah anak > 3 orang (4,3%).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 52
B. Pelaksanaan Penelitian Peneliti melakukan pendataan terlebihdahulu terkait nama calon subjek yang akan diberikan skala penelitian. Berdasarkan pendataan tersebut, terdapat 100 nama perempuan menikah yang berhasil dikumpulkan oleh peneliti dibantu dengan beberapa orang. Calon subjek penelitian dipilih berdasarkan kemudahan dalam menjangkaunya. Hal ini bertujuan agar peneliti dapat bertemu langsung dengan subjek, sehingga subjek dapat memahami tujuan dari penelitian ini. Persiapan untuk mengumpulkan data dilakukan dengan mempersiapkan skala yang akan digunakan kedalam bentuk final. Skala komunikasi seksual dan religion scale digabungkan kedalam suatu booklet yang telah dilengkapi dengan petunjuk pengisian skala. Kemudian, skala penelitian tersebut dicetak sebanyak 150 eksemplar. Skala penelitian mulai disebarkan pada 26 April 2015 hingga terkumpul semua pada 29 Mei 2015. Proses pengumpulan data tersebut dilakukan dengan menemui subjek secara perorangan. Peneliti memberikan waktu selama 1 – 3 hari untuk subjek dapat mengisi skala penelitian secara lebih efektif. Hal ini bertujuan pula untuk menghindari jawaban subjek yang tidak sesuai dengan keadaan sesungguhnya.
C. Deskripsi Data Penelitian Deskripsi data bertujuan untuk memberikan gambaran penting mengenai keadaan distribusi skor skala pada kelompok subjek penelitian (Azwar, 2009).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 53
Data penelitian ini akan dideskripsikan berdasarkan skor pada skala religiusitas dan skala komunikasi seksual.
1) Skala Religiusitas Skor maksimal subyek
: 4 × 25 = 100
Skor minimal subjek
: 0 × 25 = 0
Rumus Satuan Deviasi Standar: σ = 1/6 (skor maksimal subjek – skor minimal subjek) σ = 1/6 (100 – 0) = 17 Rumus Mean Teoritis: µ = ½ (skor maksimal item + skor minimal item) K µ = ½ ( 4 + 0) 25 = 50 Keterangan: µ : Mean Teoritis σ : Satuan Deviasi Standar K : Jumah Item Rumus Kategori Skor: Rendah
: x < µ - 0.1 (σ) = 50 – 0.1 (17) = 50 – 1.7 = 48.3
Sedang
: (µ - 0.1(σ)) ≤ x < (µ + 1.0(σ)) = 50 + 1.0 (17)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 54
= 67 Tinggi
: (µ + 1.0(σ)) ≥ x = 67-100
Maka, kategori skor pada skala religiusitas: Rendah : 17 - 47 Sedang : 48 - 66 Tinggi : 67 – 100 Tabel 12 Skor Subjek Pada Variabel Religiusitas Religiusitas Total Subjek
Kategori Sedang 11 7.9%
Rendah 1 0.7%
Total Tinggi 128 91.4%
2) Skala Komunikasi Seksual Skor maksimal subjek : 4 × 24 = 96 Skor minimal subjek
: 1 × 24 = 24
Rumus Satuan Deviasi Standar: σ = 1/6 (skor maksimal subjek – skor minimal subjek) σ = 1/6 (96 – 24) = 12 Rumus Mean Teoritis: µ = ½ (skor maksimal item + skor minimal item) K µ = ½ ( 4 + 1) 24 = 60 Keterangan: µ : Mean Teoritis σ : Satuan Deviasi Standar
140 100%
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 55
K : Jumah Item Rumus Kategori Skor: Rendah
: x < µ - 0.1 (σ) = 60 – 0.1 (12) = 60 – 1.2 = 59
Sedang
: (µ - 0.1(σ)) ≤ x < (µ + 1.0(σ)) = 60 + 1.0 (12) = 60 + 12 = 72
Tinggi
: (µ + 1.0(σ)) ≥ x = 72-96
Maka, kategori skor pada skala komunikasi seksual: Rendah
: 12 - 58
Sedang
: 59 - 71
Tinggi
: 72 - 96
Tabel 13 Skor Subjek Pada Variabel Komunikasi Seksual Komunikasi Kategori Total Seksual Rendah Sedang Tinggi Total 14 73 53 140 Subjek 10% 52.1% 37.9% 100% Skor yang paling banyak diperoleh subjek pada variabel religiusitas adalah skor dengan kategori tinggi (67-100). Terdapat 128 subjek yang memperoleh skor tinggi (91,4%). Hasil tersebut menunjukkan bahwa subjek pada penelitian ini memiliki sikap religiusitas yang tinggi. Pada
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 56
variabel komunikasi seksual, skor yang diperoleh paling banyak subjek adalah skor dengan kategori sedang (59-71). Terdapat 73 subjek dengan skor yang tergolong didalam kategori tersebut (52,1%). Hal ini menunjukkan bahwa subjek penelitian cenderung mampu untuk untuk mendiskusikan berbagai aspek kehidupan seksual, seperti keterbukaan diri, hasrat seksual, ajakan seksual, kenikmatan seksual, maupun aktivitas seksual sebelumnya kepada pasangan baik secara verbal maupun nonverbal.
D. Hasil Penelitian 1. Uji Asumsi a. Uji Normalitas Tabel 14 Uji Normalitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Sig. (2-tailed) Religiusitas 0.525 Komunikasi_Seksual 0.234
Uji normalitas dilakukan melalui analisis Kolmogorov-Smirnov non-parametrik dengan menggunakan SPSS 16.0 for Windows.Nilai signifikansi yang diperoleh pada variabel religiusitas sebesar 0,525.Angka tersebut menunjukkan bahwa data terdistribusi secara normal dikarenakan nilai p > 0,05. Pada variabel komunikasi seksual ditemukan signifikansi sebesar 0,234, yang menunjukkan pula bahwa data terdistribusi secara normal.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 57
b. Uji Linearitas Tabel 15 Uji Linearitas ANOVA Tabel Sig. Komunikasi_Seksual Between (Combined) 0.192 Groups Religiusitas Linearity 0.015 Deviation from Linearity 0.330
Hasil uji linearitas menunjukkan bahwa nilai Linearity antara komunikasi seksual dan religiusitas memiliki signifikansi sebesar 0,015. Berdasarkan hasil tersebut, disimpulkan bahwa komunikasi seksual dan religiusitas memiliki hubungan yang linear karena nilai p < 0,05. Hubungan yang linear menunjukkan bahwa variabel komunikasi seksual dan religiusitas memiliki hubungan yang kuat (Santoso, 2010). 2. Uji Hipotesis Tabel 16 Uji Hipotesis Correlations Religiusitas 1
Pearson’s Correlation Sig. (1-tailled) N Komunikasi_ Pearson Seksual Correlation Sig. (1-tailled) N Religiusitas
Komunikasi_Seksual 0.204
140 0.204
0.008 140 1
0.008 140
140
Uji hipotesis pada penelitian ini menggunakan teknik Korelasi Product Momen Pearson. Hasil tersebut menunjukkan bahwa korelasi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 58
antara religiusitas dan komunikasi seksual sebesar 0,204 dengan signifikansi sebesar 0,008. Berdasarkan hal tersebut, disimpulkan bahwa terdapat korelasi yang positif yang signifikan antara religiusitas dan komunikasi seksual. Bagan 2 Scatter Plot Hubungan Religiusitas dan Komunikasi Seksual
Grafik scatter plot diatas menunjukkan bahwa data memiliki sebaran yang mengikuti pola garis lurus, sehingga dapat disimpulkan terdapat hubungan yang linear antara religiusitas dan komunikasi seksual.
E. Analisis Tambahan Peneliti melakukan analisis tambahan berdasarkan data demografi subjek, yaitu agama, pendidikan, dan usia pernikahan. Analisis tambahan ini bertujuan untuk memperoleh penjelasan lebih lanjut terkait dengan keadaan subjek terkait dengan faktor-faktor demografi yang dimiliki. Metode dalam
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 59
analisis tambahan dilakukan dengan menguji perbedaan melalui analisis anova satu jalur. Tabel 17 Uji Anova Satu Jalur ANOVA Variabel Penelitian Religiusitas Komunikasi Seksual
Sig. 0.384 0.938
Pendidikan
Religiusitas Komunikasi Seksual
0.252 0.030
Usia Pernikahan
Religiusitas Komunikasi Seksual
0.725 0.901
Faktor Demografi Agama
Berdasarkan hasil uji anova satu jalur, tidak ditemukan perbedaan religiusitas berdasarkan agama, pendidikan, dan usia pernikahan subjek. Pada variabel komunikasi seksual, ditemukan perbedaan berdasarkan jenjang pendidikan subjek dengan signifikansi sebesar 0,030. Akan tetapi, analisis post hoc tidak dapat dilakukan karena terdapat kelompok subjek yang jumlahnya hanya satu orang. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa kemampuan perempuan menikah dalam melakukan komunikasi seksual turut dipengaruhi pula oleh tingkat pendidikan terakhir yang telah dijalani. Hasil uji anova pada penelitian ini tidak dapat menunjukkan kelompok pendidikan mana yang mempengaruhi perempuan menikah untuk dapat melakukan komunikasi seksual.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 60
F. Pembahasan Penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara religiusitas dan komunikasi seksual, sehingga hipotesis ditolak. Hasil penelitian menunjukkan adanya korelasi yang positif sebesar 0,204 dengan signifikansi 0,008. Berdasarkan hasil tersebut, dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi religiusitas yang dimiliki oleh perempuan menikah maka semakin tinggi pula kemampuan dalam melakukan komunikasi seksual pada pasangan. Begitu pula sebaliknya, semakin rendah religiusitas yang dimiliki oleh perempuan menikah maka kemampuan dalam komunikasi seksual juga akan semakin rendah. Hasil penelitian terhadap religiusitas menunjukkan bahwa perempuan menikah memiliki religiusitas yang tinggi. Hal ini berarti sikap yang berasal dari keyakinan perempuan menikah terhadap pengalaman keagamaan menimbulkan rasa kedekatan yang sangat kuat dengan Tuhan sebagai pribadi yang abstrak, sehingga muncul dorongan yang tinggi untuk mencari makna eksistensinya. Korelasi yang positif menunjukkan bahwa religiusitas yang tinggi, baik intrinsik maupun ekstrinsik memiliki hubungan yang kuat dengan komunikasi seksual, maka perempuan menikah mampu mendiskusikan berbagai aspek kehidupan seksual, seperti keterbukaan diri, hasrat seksual, ajakan seksual, kenikmatan seksual, maupun aktivitas seksual sebelumnya kepada pasangan baik secara verbal maupun non-verbal. Sebaliknya, apabila perempuan menikah memiliki religiusitas yang rendah maka kemampuan mendiskusikan berbagai aspek kehidupan seksual juga rendah.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 61
Religiusitas pada penelitian ini diukur melalui religion scale dengan sejumlah besar item yang mengacu pada orientasi ekstrinsik, sehingga peneliti menduga sikap religius perempuan menikah cenderung dipengaruhi oleh orientasi tersebut. Religiusitas yang berorientasi ekstrinsik bertujuan sebagai sarana menuju kesejahteraan sosial, seperti rasa nyaman dan penerimaan (Allport dalam King & Crowther, 2005). Dorongan dari sikap religius ini diduga mengarahkan setiap pengikut agama untuk berperilaku sesuainorma agama dengan tujuan mencapai rasa nyaman dan penerimaan secara sosial, termasuk didalam perilaku seksual. Pemahaman akan norma agama diyakini menjadi tolak ukur dalam tatanan perilaku seksual yang pantas dan tidak pantas dilakukan. Seksualitas dipahami sebagai hak istimewa yang hanya diperuntukkan bagi individu yang telah menikah. Melalui pemahaman tersebut, perempuan yang telah menikah cenderung ekspresif dalam perilaku seksual, sehingga cenderung mampu melakukan komunikasi seksual kepada pasangan. Selain itu, ditemukan pengaruh faktor budaya terhadap korelasi positif antar kedua variabel tersebut, khususnya terkait perkawinan dan seksualitas pada perempuan. Analisis didasarkan pada pengalaman perempuan dalam dunia perkawinan yang diperoleh dari sumber historis berupa sastra kakawin yang ditulis oleh pujangga istana Indic Jawa dan Bali (Creese, 2012). Peneliti menggunakan analisis tersebut dengan tujuan untuk memperoleh kajian budaya Indonesia dan Asia Tenggara yang dirasa lebih relevan dengan hasil penelitian. Menurut Creese (2012), seksualitas perempuan dikendalikan secara
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 62
ketat oleh laki-laki, sehingga ketika memasuki dunia perkawinan, perempuan akan memperoleh kebebasan dalam perilaku seksual. Masyarakat mencoba menekan pembebasan nafsu seksual dengan menciptakan sebuah aturan pendisiplinan berdasarkan norma yang berlaku, hal ini dilakukan karena tidak menyukai
adanya
pengungkapan
kehidupan
seksual
(Freud,
2002).
Berdasarkan dugaan peneliti terkait hal tersebut, perempuan menikah lebih mampu untuk melakukan komunikasi seksual karena adanya perasaan bebas untuk mengekspresikan seksualitas ketika telah menikah, setelah mengalami suatu keadaan terkekang sebelumnya. Berdasarkan analisis tambahan, ditemukan bahwa tingkat pendidikan turut mempengaruhi
kemampuan
perempuan
menikah
dalam
melakukan
komunikasi seksual. Tingkat pendidikan yang paling banyak pada penelitian ini adalah pendidikan dasar, mencakup sekolah dasar (SD) dan sekolah menengah (SMP / SMA / sederajat). Pada tingkat pendidikan dasar, individu telah memperoleh pengetahuan yang cukup baik terkait dengan seksualitas. Selain itu, perkembangan dunia teknologi juga semakin memudahkan individu dalam memperoleh informasi seputar dunia seks. Pengetahuan yang memadai terkait seksualitas ini diduga menjadi modal yang cukup baik untuk mendiskusikan berbagai hal terkait seksualitas pada pasangan.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 63
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Hipotesis penelitian yang menyatakan bahwa ada korelasi negatif antara religiusitas dan komunikasi seksual pada perempuan dewasa yang telah menikah, ditolak. Hasil penelitian memperlihatkan nilai koefisien korelasi sebesar 0,204 dengan signifikansi sebesar 0,008. Hal tersebut menunjukkan bahwa semakin tinggi religiusitas pada perempuan dewasa yang telah menikah, maka semakin tinggi pula komunikasi seksual yang dimiliki. Hasil analisis tambahan menunjukkan bahwa tingkat pendidikan turut berhubungan dengan kemampuan perempuan menikah dalam melakukan komunikasi seksual. Akan tetapi, data penelitian tidak dapat menunjukkan kelompok pendidikan mana yang berhubungan dengan komunikasi seksual pada perempuan menikah.
B. Keterbatasan Penelitian Beberapa keterbatasan didalam penelitian ini adalah : 1. Skala yang digunakan untuk mengukur religiusitas merupakan skala adaptasi dengan item-item yang menunjukkan adanya kecenderungan untuk mengukur religiusitas berdasarkan keyakinan agama tertentu. Sedangkan, subjek penelitian ini berasal dari keyakinan agama yang berbeda.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 64
2. Distribusi item pada skala komunikasi seksual memiliki jumlah yang tidak merata. Hal ini disebabkan tidak meratanya jumlah indikator perilaku pada setiap faktor komunikasi seksual.
C. Saran Berdasarkan hasil dari penelitian yang telah dilakukan, peneliti menyarankan hal-hal berikut. 1. Bagi perempuan dewasa menikah Perempuan disarankan untuk lebih meningkatkan sisi religius didalam dirinya karena kemampuan dalam meningkatkan komunikasi seksual dapat berjalan beriringan dengan pengahayatan religius individu. 2. Bagi peneliti selanjutnya Peneliti selanjutnya perlu untuk memperbaiki skala komunikasi seksual, terutama dalam penyusunan item sesuai dengan konsep indikator perilaku yang didasarkan atas analisis tematik yang lebih teliti dan akurat. Apabila ingin meneliti lebih jauh terkait hubungan religiusitas dan komunikasi seksual, peneliti menyarankan untuk mengukur sisi spiritualitas yang juga merupakan domain dalam kehidupan religius seseorang. Peneliti juga menyarankan agar penelitian selanjutnya ditujukan untuk menguji perbedaan antara pengaruh religiusitas terhadap komunikasi seksual pada perempuan belum menikah dan yang telah menikah.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
DAFTAR PUSTAKA Ahrold, T. K., & Meston, C. M. (2007). Ethnics differences in sexual attitudes of U.S. college students: gender, acculturation, and religiosity factors. Archivesof Sex Behavior. Ancok, D., & Suroso. (2005). Psikologi Islam. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Ashdown, B. K., Hackathorn, J., & Clark, E. M. (2011). In and out of the bedroom: sexual satisfaction in the marital relationship. Journal of Integrated Social Sciences, 2 (1), 40-57. Asmin.(1986). Status perkawinan antar agama ditinjau dari Undang-Undang Perkawinan No. 1/1974. Jakarta: PT Dian Rakyat. Azwar, S. (2009). Penyusunan skala psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Azwar, S. (2012). Reliabilitas dan validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Babin, E. A. (2013). “An examination of predictors of nonverbal and verbal communication of pleasure during sex and sexual satisfaction”. Journal of Social and Personal Relationship, 30 (3), 270-292. Bardis, P. D. (1961). A religion scale. Social Science,36(2),120-123. Basson, R. (2006, April). Sexual desire and arousal disorders in women. New England Journal of Medicine, 354:1497-1506. Diunduh 18 Februari 2015 dari www.nejm.org/doi/full/10.1056/NEJMcp050154 Beebe, S. A., Beebe, S. J., & Redmond, M. V. (1996). Interpersonal communication: relating to others. Allyn and Bacon. Beres, M. (2010). Sexual miscommunication? Untangling assumptions about sexual communication between casual sex partners. Culture, Health, and Sexuality, 12 (1). Bisri, T. (1978). Seni bercinta dalam perkawinan. Bandung: Cahaya Abadi Budyatna, M. & Ganiem, L. M. (2011). Teori komunikasi antarpribadi. Jakarta: Kencana Predana Media Group. Byers, E. S. (2011). Beyond the birds and the bees and was it good for you?: Thirty years of research on sexual communication. Canadian Psychology, 52 (1), 20-28.
65
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 66
Candra, A. (2012, September). Pentingnya Komunikasi Saat Berhubungan Intim. Diunduh 6 Oktober 2014 dari www.nasional.kompas.com/read/2012/09/07/09582687/twitter.com Chamberlain, K., &Zika, S. (1988). Religiosity, life meaning and well being: some relationships in a sample of women. Journal for the Scientific Study of Religion, 27 (3), 411-420. Crapps, R. W. (1993). Dialog psikologi dan agama. Yogyakarta: Kanisius. Creese, H. (2012). Perempuan dalam kakawin. Bali: Pustaka Larasan. Davidson, J. K., Darling, C. A., &Norton, L. (1995). Religiosity and the sexuality of women: sexual behavior and sexual satisfaction revisited. The Journal of Sex Research, 32(3),235-243. DeVito, J. A. (2011). Komunikasi antarmanusia (edisi Ke-V). Jakarta: Karisma Publishing Group. Dister, N. S. (1988). Pengalaman dan motivasi beragama. Yogyakarta: Kanisius. Effendi, S., & Tukiran. (2012). Metode penelitian survey (Rev. ed.). Jakarta: Penerbit LP3ES. Elias, J. L. (1975). Psychology and religious education. Bethlehem, Pa: Booksellers of Bethlehem, Inc. Fisher, B. A. (1983). Teori-teori komunikasi. Bandung: Remadja Karya. Francais, L. J., & Wilcox, C. (1998). Religiosity and femininity: do women really hold a more positive attitude toward christianity?. Journal for Scientific Study of Religion, 37 (3), 462-469. Freud, S. (2002). Psikoanalisis Sigmund Freud (Ira Puspitorini, Trans.). Yogyakarta: Ikon Teralitera. Go, P. (1985). Seksualitas dan perkawinan. Malang: SFFT Widya Sasana. Groves, E. R. (1978). Sex fulfillment in marriage. Jakarta: Magic Centre. Hardjana, A. M. (1993) Penghayatan agama: yang otentik dan tidak otentik. Yogyakarta: Kanisius. Hendropuspito, D. (1983). Sosiologi agama. Yogyakarta: Kanisius.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 67
Hurlock, E. (1980). Psikologi perkembangan edisi kelima. Jakarta: Penerbit Erlangga. Ibrahim, Z. (2002). Psikologi wanita. Bandung: Pustaka Hidayah. Junus, F. G. (2013). Seksualitas perempuan dalam Alkitab. Jurnal Perempuan, 18 (2), 27-39. Kartono, K. (2006). Psikologi perempuan I: mengenal gadis remaja & perempuan dewasa. Bandung: Penerbit Maju Mundur. King, J. E., &Crowther, M. R. (2004). The measurement of religiosity and spirituality (examples and issues from psychology). Journal of Organizational Change Management, 17(1), 83-101. Latan, H. (2014). Aplikasi analisis data statistik untuk ilmu sosial sains dengan IBM SPSS. Bandung: Alfabeta. Levin, J. S., & Taylor, R. J. (1993). Gender and age differences in religiosity among black Americans. The Gerontologis, 33 (1), 16-23. Liliweri, A. (1994). Komunikasi verbal dan non verbal. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti. Masland, R. P. (2010). It’s all about sex. Jakarta: PT Bumi Aksara. Matlin, M. W. (2012). The psychology of women (ed. Ke-7). USA:Wadsworth, Cengage Learning. Mattis, J. S. (1997). Spirituality and religiosity in the lives of black women. African American Research Perspectives. Menard, A. D., & Offman, A. (2009). The interrelationship between sexual selfesteem, sexual assertiveness and sexual satisfaction. The Canadian Journal of Human Sexuality, 18 (1-2), 35-45. Murray, K. M., Ciarrocchi, J. W., & Murray-Swank, M. A. (2007). Spirituality, religiosity, shame and guilt as predictors of sexual attitudes and experiences. Journal of Psychology and Theology, 35 (3), 222-234. Nani, N., dkk. (2011). Psikologi perempuan: pendekatan kontekstual Indonesia. Jakarta: Penerbit Universitas Atma Jaya. Noor, J. (2011). Metodologi penelitian: skripsi, tesis, disertasi dan karya ilmiah. Jakarta: Kencana Prenada Media Grup.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 68
Oattes, M.K. & Offman, A. (2007). Global self esteem and sexual self esteem as predictors of sexual communication in intimate relationship. The Canadian Journal of Sexuality, 16 (3-4), 89-100. Papalia, O., & Feldman. (2009). Human development (perkembangan manusia). Jakarta: Salemba Humanika. Pratiwi, C. (2010). Studi representasi sosial tentang identitas gender dan identitas seksual anak usia sekolah dasar di Yogyakarta. In Handayani, C. S (Ed.). Representasi Sosial: Seksualitas, Kesehatan, dan Identitas. Yogyakarta: Penerbit Universitas Sanata Dharma. Priyatna, A. (2013). Menghasrati subjektivitas seksual perempuan. Jurnal Perempuan, 18 (2), 7-25. Rehman, U. S., Rellini, A. H.,& Fallis, E. (2011). The importance of sexual selfdisclosure to sexual satisfaction and functioning in comitted relationship. Journal Sexual Medicine, 8, 3018-3115. Rodolpho, J. R., Penteado, P. E. de Souza., Borges, A. L. V., & Alvarez, R. E. (2013). Religiosity and sexuality: counselling provided by Brazilian protestan pastors. Sexual and Reproductive Healthcare, 4, 57-63. Santrock, J. W. (2002). Life-span development (perkembangan masa hidup) Jilid II. Jakarta: Erlangga. Santoso, A. (2010). Statistik untuk psikologi dari blog menjadi buku. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma. Setiati, E. (2006). Sexual happiness in marriage (kebahagiaan seksual didalam perkawinan). Yogyakarta: Santusta. Sherkat, D. E. (2002). Sexuality and religious commitment in the United States: an empirical examination. Journal for the Scientific Study of Religion, 41(2), 313-323. Sugiyono. (2013). Metode penelitian kuantitatif, kualitatif, dan R & D. Bandung: Alfabeta. Sumer, Z. H. (2015). Gender, religiosity, sexual activity, sexual knowledge, and attitudes toward controversial aspects of sexuality. Journal Religious Health, 54 (6), 2033-2044. Supratiknya, A. (1995). Tinjauan Yogyakarta: Kanisius.
psikologis:
komunikasi
antarpribadi.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 69
Susan, S. & McKinney, K. (1993). Sexuality. New York: Sage Publishing. Tanjung, B. N., & Ardial, H. (2007). Pedoman penulisan karya ilmiah (proposal, skripsi, dan tesis) dan mempersiapkan diri menjadi penulis artikel ilmiah. Jakarta: Kencana. Timm, T. M., & Kiley, M. K. (2011). The effects of differentiation of self, adult attachment, and sexual communication on sexual and marital satisfaction: A Path Analysis. Journal of Sex and Marital Therapy, 37, 206-223. Tobing, N. L. (2009, 2 s/d 19 Maret). Rubrik Konsultasi Seksologi: “Tak Pernah Merasakan Kenikmatan”. Kartini, 2239,104. Tukker, M. E. (2013). Where sexuality and spirituality meet: an assesment of Christian teaching on marriage in relation to the reality of 21st century moral norms. HTS Teologiese Stuides/Theological Studies, 69(1), Art. #1343, 1-8. Visser, R. O.de., Smith, A. M. A., Juliet R., & Rissel, C. E. (2007). Association between religiosity and sexuality in a representative sample of Australian adults. Archives of Sex Behavior, 36, 33-46. Walter, T., &Davie, G. (1998).The religiosity of women in modern west. The British Journal of Sociology, 49(4), 640-660. Wardayati, K. T. (2011, Juni). Komunikasi Seksual Suami-Istri. Diunduh 11 September 2014 dariwww.intisari-online.com/mobile/read/komunikasiseksual-suami-istri Wiryanto. (2004). Pengantar Ilmu komunikasi. Jakarta: Grasindo. Woo, J. S. T., & Brotto, L. A. (2012). Sex guilt mediates the relationship between religiosity and sexual desire in East Asian and Euro-Canadian college-aged women. Archives of Sex Behavior, 41,1485-1495. Zygmunt, G. D., &Nomejko, A. (2011).Sexual satisfaction’s contribution to a sense of quality of life in early adulthood. Polish Journal of Applied Psychology, 9(1), 65-73.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
LAMPIRAN
70
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
71
Lampiran 1. Form Survey Komunikasi Seksual
Survey Komunikasi Seksual
Data Pribadi Jenis Kelamin : Laki-laki / Perempuan (lingkari yang sesuai) Usia
: …….. tahun
Suku
:……………..
Agama
:……………..
Status Relasi : (pilih yang sesuai) a. Menikah ……. tahun …….. bulan b. Sedang berpacaran / tunangan ……. tahun …….. bulan c. Sebelumnya pernah berpacaran …….. kali
1. Apa saja hal-hal yang berkaitan dengan seks yang biasanya disampaikan atau dibicarakan dengan pasangan melalui media seperti handphone / komputer? ………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………….
2. Apa saja hal-hal yang berkaitan dengan seks yang biasanya disampaikan atau dibicarakan dengan pasangan melalui bahasa tubuh, sikap atau kode-kode tertentu? ………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
72
3. Apa saja hal-hal yang berkaitan dengan seks yang biasanya disampaikan atau dibicarakan dengan pasangan secara langsung atau face to face? ………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………
4. Apa saja hal-hal yang berkaitan dengan seks yang biasanya disampaikan atau dibicarakan dengan pasangan secara tidak langsung, misalnya melalui pengandaian atau istilah-istilah tertentu maupun diselingi gurauan / guyonan? ………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………
5. Apa saja hal-hal yang berkaitan dengan seks yang biasanya ingin dibicarakan atau disampaikan pada pasangan, tetapi tidak dibicarakan atau disampaikan? ………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………
6. Apa saja hal-hal yang berkaitan dengan seks yang sebaiknya tidak dibicarakan atau disampaikan pada pasangan? ………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………
Terima kasih atas perhatian dan partisipasi Anda
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Lampiran 2. Hasil Analisis Survey Komunikasi Seksual
No.
Indikator Komunikasi Seksual Responden Wanita
1.
Sentuhan fisik (40 responden)
2.
Kode pada perilaku seks (25 responden)
3.
Kekurangan & kelebihan fisik pasangan (24 responden)
4.
Hubungan seksual (23 responden)
5.
Hasrat seksual (20 responden)
6.
Gaya/ teknik dalam seks (19 responden)
7.
Menunjukkan/ menyentuh daerah sensitive/ erogen (17 responden)
8.
Mengungkapkan perasaan cinta & rindu pada pasangan (15 responden)
9.
Pengalaman seks (15 responden)
10.
Istilah/ gurauan pada perilaku seks (13 responden)
11.
Hal-hal seksual yang disukai dan tidak disukai pasangan (12 responden)
12.
Kepuasan dan tidakpuasan seks (12 responden)
13.
Kesehatan organ seksual (7 responden)
14.
Istilah dan pengandaian tertentu pada fisik pasangan (6 responden)
15.
Batasan-batasan dalam perilaku seksual (6 responden)
16.
Menstruasi pada wanita (5 responden)
17.
Memberi istilah tertentu pada alat kelamin (4 responden)
18.
Penggunaan alat pengaman saat berhubungan seks (4 responden)
19.
Membahas film yang mengandung pornografi (4 responden)
20.
Melakukan phone seks/ Chatting seks (3 responden)
21.
Keperawanan (2 responden)
22.
Kehamilan (2 responden)
23.
Fantasi seks (2 responden)
24.
Mimpi basah (1 responden)
25.
Seks bebas (1 responden)
26.
Masturbasi (1 responden)
27.
Seks menurut pandangan agama (1 responden)
28.
Pendidikan seks (1 responden)
29.
Keintiman pasangan lain (1 responden)
73
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
74
No.
Indikator Komunikasi Seksual Responden Pria
1.
Keinginan untuk melakukan sentuhan fisik (40 responden)
2.
Hasrat seksual (25 responden)
3.
Lelucon & kode yang mengandung seksualitas (24 responden)
4.
Pengalaman seksual sebelumnya (22 responden)
5.
Kepuasan / ketidakpuasan seks (18 responden)
6.
Memuji fisik pasangan (17 responden)
7.
Posisi / gaya berhubungan seks (16 responden)
8.
Teknik membangkitkan gairah seksual (20 responden)
9.
Hubungan seks (12 responden)
10.
Fisik pasangan (10 responden)
11.
Pengandaian tertentu untuk perilaku seks (9 responden)
12.
Fantasi seks (8 responden)
13.
Keperawanan (8 responden)
14.
Perasaan cinta dan kasih sayang (6 responden)
15.
Hal seksual yang disukai dan tidak disukai (6 responden)
16.
Menstruasi (3 responden)
17.
Larangan dalam suatu hubungan (3 responden)
18.
Kehamilan (3 responden)
19.
Fenomena seksual (3 responden)
20.
Kesehatan organ seksual (3 responden)
21.
Merencanakan hal baru dalam hubungan ( 2 responden)
22.
Kekurangan pasangan dalam bercinta (2 responden)
23.
Menggunakan istilah tertentu untuk alat kelamin (2 responden)
24.
Pornografi (2 responden)
25.
Phone sekx (2 responden)
26.
Masturbasi (1 responden)
27.
Seks bebas (1 responden)
28.
Batasan perilaku seks (1 responden)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
75
No. 1.
Indikator Komunikasi Seksual Sentuhan fisik (80 responden)
Faktor Perilaku seksual
Kode pada perilaku seks (49 responden) Hasrat seksual (45 responden) Istilah/ gurauan/ pengandaian untuk perilaku seks (22 responden) Menunjukkan/ menyentuh daerah sensitive/ erogen (17 responden) Istilah dan pengandaian tertentu pada fisik pasangan (6 responden) Menggunakan istilah tertentu pada alat kelamin (6 responden) Keintiman pasangan lain (1 responden) Hubungan seksual (35 responden) Melakukan phone seks/ Chatting seks (5 responden) 2.
Gaya/ teknik berhubungan seks (35
Peningkatan kualitas
responden)
hubungan
Teknik membangkitkan gairah seksual (20 responden) Fantasi seks (10 responden) Penggunaan alat pengaman saat berhubungan seks (4 responden) Merencanakan hal baru dalam hubungan ( 2 responden) Kekurangan pasangan dalam bercinta (2 responden) Kepuasan dan tidakpuasan seks (30 responden)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
76
Hal-hal seksual yang disukai dan tidak disukai pasangan (18 responden) Kekurangan & kelebihan fisik pasangan (34 responden) Mengungkapkan perasaan cinta dan kasih sayang (21 responden) Memuji fisik pasangan (17 responden) 3.
Kesehatan organ seksual (10
Pandangan / nilai terhadap
responden)
seksualitas
Menstruasi pada wanita (8 responden) Batasan perilaku seks (7 responden) Membahas hal yang berkaitan dengan pornografi (6 responden) Kehamilan (5 responden) Larangan dalam suatu hubungan (3 responden) Fenomena seksual (3 responden) Seks bebas (2 responden) Seks menurut pandangan agama (1 responden) Pendidikan seks (1 responden) 4.
Pengalaman seksual (37 responden) Keperawanan (10 responden) Masturbasi (2 responden) Mimpi basah (1 responden)
Pengalaman seksual
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
77
Lampiran 3. Skala Uji Coba
SKALA UJI COBA Digunakan Untuk Penyelesaian Tugas Akhir
Disusun oleh: Chaterine Devinda Putri (109114136)
FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2015
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
78
Yogyakarta, Maret 2015
Kepada: Yth. Saudara yang berpartisipasi
Dengan hormat, saya:
Nama
: Chaterine Devinda Putri
Fakultas
: Psikologi
Universitas
: Sanata Dharma
Saat ini saya sedang melakukan penelitian guna memenuhi penyusunan tugas akhir, dalam rangka menyelesaikan tanggung jawab saya sebagai mahasiswa.Maka saya mohon kesediaan Saudara untuk meluangkan waktu serta berpartisipasi dalam mengisi kuesioner yang saya susun ini. Saya menyadari sepenuhnya bahwa jawaban yang Saudara berikan bersifat pribadi, sehingga seluruh jawaban yang Saudara berikan akan terjaga kerahasiaannya. Oleh karena itu, Saudara dimohon untuk menjawab sesuai dengan keadaan Saudara yang sebenarnya. Saya mengucapkan terima kasih atas kesediaan Saudara untuk berpartisipasi dalam penelitian saya ini.
Hormat Saya
Chaterine Devinda Putri
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
79
DATA IDENTITAS
Inisial
:
Usia
:
Suku
:
Agama
:
Usia pernikahan
: ………… tahun ……….. bulan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
80
SKALA I PETUNJUK PENGISIAN
Berikut ini terdapat 40 pernyataan, bacalah dengan teliti sebelum mengisi jawaban dari pernyataan yang ada. Pilihlah salah satu dari empat pilihan jawaban yang tersedia, yang sesuai dengan diri Anda, dengan memberikan tanda silang ( X) pada kolom jawaban. Adapun pilihan jawaban yang tersedia, yaitu:
SS
: Bila Anda merasa “SANGAT SESUAI” dengan pernyataan
S
: Bila Anda merasa “SESUAI” dengan pernyataan
TS
: Bila Anda merasa “TIDAK SESUAI” dengan pernyataan
STS
: Bila Anda merasa “SANGAT TIDAK SESUAI” dengan pernyataan
Anda bebas untuk menentukan pilihan atas jawaban Anda sendiri.Dalam hal ini tidak ada jawaban benar atau salah, karena jawaban Anda mencerminkan diri Anda masing-masing.
Contoh cara pengisian: Pernyataan
SS
S
Saya mampu mengutarakan perasaan saya
TS
STS
X
terkait seks pada pasangan.
Apabila Anda merasa ingin mengganti jawaban, maka Anda dapat mengganti pilihan jawaban dan memberi tanda silang ( X) pada pilihan jawaban yang menurut Anda lebih sesuai. Contoh koreksi: Pernyataan Saya mampu mengutarakan perasaan saya terkait seks pada pasangan.
SS X
S X
TS
STS
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
81
Pastikan tidak ada pernyataan yang terlewatkan. Selamat Mengerjakan! No. Pernyataan 1. Saya enggan mengatakan pada pasangan bahwa saya ingin dipeluk. 2. Jika pasangan melakukan sesuatu yang saya sukai saat berhubungan seks, saya tidak segan untuk memujinya. 3. Saya tidak mersa canggung untuk membahas siklus menstruasi. 4. Saya berterus terang tentang status keperawanan saya. 5. Jika saya ingin berciuman, saya mengungkapkannya pada pasangan. 6. Saya tidak mengungkapkan pada pasangan jika ia melakukan hal yang tidak menyenangkan saat bermesraan. 7. Saya tidak canggung membicarakan film atau gambar porno. 8. Jika saya mengalami permasalahan seksual, saya tidak canggung untuk mengungkapkan pada pasangan. 9. Saya memberi kode atau mengatakan secara langsung jika sedang menginginkan seks. 10. Saya mengatakan pada pasangan tentang variasi gaya atau posisi hubungan seks yang saya sukai. 11. Saya tidak menutupi sikap saya tentang seks bebas. 12. Jika saya tertarik pada orang lain, saya mau mengakui hal itu pada pasangan. 13. Saat ingin berdekatan, saya mengungkapkan perasaan tersebut baik secara langsung atau isyarat tertentu. 14. Saya menyatakan frekuensi hubungan seks yang saya inginkan. 15. Saya tidak canggung untuk berdiskusi tentang pendidikan seks. 16. Jika saya merasa terangsang, saya tidak canggung mengungkapkan pada pasangan. 17. Saya berterus terang jika tidak suka dengan aroma, bentuk, atau ukuran alat kelamin pasangan. 18. Saya mengungkapkan pandangan saya tentang penggunaan alat pengaman atau kontrasepsi. 19. Saya berterus terang pada pasangan jika saya
SS
S
TS
STS
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
82
20. 21. 22. 23. 24. 25. 26.
27.
28.
29.
30.
31.
32. 33.
34. 35. 36. 37.
sedang bergairah. Saya menceritakan pada pasangan tentang fantasi seks yang saya miliki. Saya tidak mau membicarakan sikap saya terhadap hubungan seks pra-nikah. Saya diam saja walaupun saya tidak merasakan kepuasan seksual. Saya mengungkapkan tentang sentuhan yang saya sukai dari pasangan. Saya tidak canggung untuk mengungkapkan pandangan saya tentang keperawanan. Jika saya merasakan kepuasan seksual, saya menceritakan kepuasan saya pada pasangan. Saya tidak merasa canggung untuk berkata: “aku sayang kamu” atau ungkapan lain yang menunjukkan perasaan cinta. Saya mengatakan pada pasangan mengenai perilaku seks yang boleh dan tidak boleh dilakukan. Jika saya sedang tidak ingin bermesraan padahal pasangan ingin bermesraan, saya tidak mengungkapkan perasaan tersebut. Jika merasa kangen, saya kikuk untuk mengungkapkan perasaan tersebut pada pasangan. Saya tidak menutupi pandangan saya tentang sikap yang sepantasnya bagi seorang perempuan terhadap keinginan seksual lakilaki. Jika sedang ingin bermesraan, saya mengungkapkan keinginan saya secara langsung atau dengan isyarat. Saya memuji bagian tubuh pasangan yang menurut saya seksi atau menawan. Saya tidak segan untuk mengungkapkan pandangan saya terhadap cara berpakaian perempuan di tempat umum. Saya menyampaikan tentang pengalaman seks yang mengganggu saya. Saya malu untuk menceritakan pengalaman berciuman. Saya takut menceritakan pengalaman seksual tidak menyenangkan yang pernah saya alami. Pengalaman seksual yang pernah saya alami dengan mantan hanya saya simpan dalam hati
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
83
38. 39. 40.
saja. Saya enggan menceritakan keintiman yang saya alami dengan pasangan sebelumnya. Saya sulit menceritakan pengalaman seks yang pernah saya lakukan dengan orang lain. Saya tidak malu menceritakan gaya seksual yang pernah saya lakukan.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
84
Pastikan tidak ada pernyataan yang terlewatkan. Selamat Mengerjakan! No. Pernyataan 1. Keyakinan agama yang kuat adalah hal terbaik didalam hidup. 2. Setiap sekolah harus mendorong siswasiswanya untuk menjalankan ibadah atau persembahyangan di tempat ibadahnya. 3. Orang harus membela agama / keyakinan mereka di atas segala hal. 4. Orang harus hadir ke tempat ibadahnya seminggu sekali jika memungkinkan. 5. Keyakinan terhadap Tuhan membuat hidup lebih bermakna. 6. Setiap orang harus memberikan 10% dari penghasilannya untuk masjid, gereja, pura, atau lembaga agamanya masingmasing. 7. Semua orang adalah anak-anak Tuhan. 8. Orang yang menghadiri kegiatan keagamaan secara teratur mengembangkan kebijaksanaan hidup yang kuat. 9. Kita harus selalu mengasihi musuh kita. 10. Tuhan memberikan pahala kepada orang yang taat beragama. 11. Doa dapat menyelesaikan banyak masalah. 12. Tiap sekolah harus memiliki tempat ibadah untuk siswa-siswanya. 13. Ada kehidupan setelah kematian. 14. Orang-orang harus membaca kitab suci sekurangnya satu kali dalam sehari. 15. Guru-guru harus menekankan teladan keagamaan didalam kelas. 16. Orang-orang muda harus mengikuti pembinaan agama seminggu sekalisecara teratur. 17. Orang-orang harus berdoa setidaknya sekali sehari. 18. Acara pernikahan yang agamis lebih baik daripada acara pernikahan yang biasa. 19. Orang beragama harus berusaha menyebarkan ajaran dari Kitab Suci. 20. Orang harus mengucap syukur setiap kali makan.
SS
S
R
TS
STS
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
85
21.
22.
23. 24. 25.
Ketika seseorang merencanakan akan menikah, ia harus berkonsultasi pada pemimpin agamanya. Kenakalan merupakan hal yang lebih jarang terjadi pada remaja yang mengikuti kegiatan agama secara teratur. Apa yang saat ini dipandang baik (secara moral) akan selamanya dipandang baik. Anak-anak harus dibesarkan sesuai ajaran agama. Setiap orang harus berpartisipasi setidaknya dalam satu kegiatan keagamaan.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
86
Lampiran 4. Back-Translation Religion Scale 1.
A sound religious faith is the best thing in life. Keyakinan agama yang kuat adalah hal terbaik didalam hidup Astrong Religious faith is the best thing in life.
2.
Every school should encourage its students to attend church. Setiap sekolah harus mendorong siswa-siswanya untuk menjalankan ibadah atau persembahyangan di tempat ibadahnya Every school must encourage their students to go to church.
3.
People should defend their religion above all other things. Orang harus membela agama / keyakinan mereka di atas segala hal. People must defend their religion / faith above all else.ople should defend their religion above all other things.
4.
People should attend church once a week if possible. Orang harus hadir ke gereja (tempat-tempat ibadah) seminggu sekali jika memungkinkan. People must go to church once a week if possible.
5.
Belief in God makes life more meaningful. Keyakinan terhadap Tuhan membuat hidup lebih bermakna. Faith in God makes life more meaningful.
6.
Every person should give 10 per cent of his income to his church. Setiap orang harus memberikan 10% dari penghasilannya untuk masjid, gereja, pura, atau lembaga agamanya masing-masing Everyone must give 10% of their income to the church.
7.
All people are God's children. Semua orang adalah anak-anak Tuhan. Everyone is God’s child.
8.
People attending church regularly develop a sound philosophy of life. Orang yang menghadiri kegiatan keagamaan secara teratur mengembangkan kebijaksanaan hidup yang kuat. People who attend religious events regularly develop a strong philosophy of life.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
87
9.
We should always love our enemies. Kita harus selalu mengasihi musuh kita. We must always love our enemies.
10.
God rewards those who live religiously. Tuhan memberikan pahala kepada orang yang taat beragama. God gives rewards to religious people.
11.
Prayer can solve many problems. Doa dapat menyelesaikan banyak masalah. Prayer can solve many problems.
12.
Every school should have chapel services for its students. Tiap sekolah harus memiliki tempat ibadah untuk siswa-siswanya. Every school must have chapels for their students.
13.
There is life after death. Ada kehidupan setelah kematian. There is life after death.
14.
People should read the Scriptures at least once a day. Orang-orang harus membaca kitab suci sekurangnya satu kali dalam sehari. People must read the Bible at least once a day.
15.
Teachers should stress religious ideals in class. Guru-guru harus menekankan teladan keagamaan didalam kelas. Teachers must emphasize religious models in class.
16.
Young people should attend Sunday School regularly. Orang-orang muda harus mengikuti pembinaan agama seminggu sekali secara teratur. Young people must attend Sunday School regularly.
17.
People should pray at least once a day. Orang-orang harus berdoa setidaknya sekali sehari. People must pray at least once a day.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
88
18.
A religious wedding ceremony is better than a civil one. Acara pernikahan agama yang agamis lebih baik daripada acara pernikahan yang biasa. Religious wedding ceremony is better than civil wedding.
19.
Religious people should try to spread the teachings of the Scripture. Orang beragama harus berusaha menyebarkan ajaran dari Kitab Suci. Religious people should try to relay the teachings of the Holy Bible.
20.
People should say grace at all meals. Orang harus mengucap syukur setiap kali makan. People must give thanks whenever they eat.
21.
When a person is planning to be married, he should consult his minister, priest, or rabbi. Ketika seseorang merencanakan akan menikah, ia harus berkonsultasi pada pemimpin agamanya. When someone plans on getting married, he / she must consult his / her religious leader.
22.
Delinquency is less common among young people attending church regularly. Kenakalan merupakan hal yang lebih jarang terjadi pada remaja yang mengikuti kegiatan agama secara teratur. Delinquencies are unusual things among young people attending religious events regularly.
23.
What is moral today will always be moral. Apa yang saat ini dipandang baik (secara moral) akan selamanya dipandang baik. What is morally good in the present time will always be good.
24.
Children should be brought up religiously. Anak-anak harus dibesarkan sesuai ajaran agama. Children should be raised according to religious teachings.
25.
Every person should participate in at least one church activity. Setiap orang harus berpartisipasi setidaknya dalam satu kegiatan keagamaan. Everyone must participate in at least one religious event.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
89
Lampiran 5. Reliabilitas dan Korelasi Item Total Skala Religion Scale Uji Coba
Reliability Statistics Cronbach's Alpha
N of Items
.924
25
Item-Total Statistics Corrected Item-Total
Cronbach's Alpha if
Correlation
Item Deleted
X1
.675
.920
X2
.828
.918
X3
.475
.923
X4
.352
.928
X5
.825
.919
X6
.473
.922
X7
.405
.923
X8
.441
.924
X9
.240
.926
X10
.486
.922
X11
.827
.918
X12
.663
.919
X13
.512
.922
X14
.540
.921
X15
.749
.918
X16
.683
.919
X17
.310
.924
X18
.731
.918
X19
.724
.918
X20
.504
.922
X21
.584
.921
X22
.707
.918
X23
.427
.924
X24
.620
.920
X25
.511
.922
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
90
Lampiran 6. Reliabilitas dan Korelasi Item Total Skala Komunikasi Seksual Uji Coba
Reliability Statistics Cronbach's Alpha
N of Items
.890
40
Item-Total Statistics Corrected Item-Total
Cronbach's Alpha if
Correlation
Item Deleted
Y1
.203
.890
Y2
.270
.889
Y3
.447
.886
Y4
.195
.890
Y5
.281
.889
Y6
.185
.890
Y7
.199
.890
Y8
.685
.883
Y9
.594
.884
Y10
.200
.890
Y11
.293
.888
Y12
.353
.888
Y13
.675
.883
Y14
.636
.883
Y15
.667
.882
Y16
.694
.882
Y17
.556
.884
Y18
.405
.887
Y19
.641
.883
Y20
.436
.886
Y21
.103
.892
Y22
.190
.890
Y23
.626
.884
Y24
.498
.885
Y25
.667
.883
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
91
Y26
.734
.881
Y27
.527
.885
Y28
-.017
.894
Y29
.388
.887
Y30
.616
.884
Y31
.766
.881
Y32
.694
.882
Y33
.541
.885
Y34
.544
.885
Y35
.068
.892
Y36
.121
.891
Y37
.338
.888
Y38
.155
.891
Y39
.144
.892
Y40
-.387
.900
Warna abu-abu merupakan item yang tidak lolos seleksi (rit < 0,30)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
92
Lampiran 7. Skala Komunikasi Seksual Final
No. Aspek 1. Perilaku Seks
2.
Peningkatan Kualitas Hubungan
3.
Nilai / Pandangan tentang Seks
Item Saya memberi kode atau mengatakan secara langsung jika sedang menginginkan seks. (1.3) Saat ingin berdekatan, saya mengungkapkan perasaan tersebut baik secara langsung ataupun dengan isyarat tertentu. (1.4) Jika saya merasa terangsang, saya tidak canggung mengungkapkan pada pasangan. (1.5) Saya berterus terang pada pasangan jika saya sedang bergairah. (1.6) Jika saya merasakan kepuasan seksual, saya menceritakan kepuasan saya pada pasangan. (1.8) Jika sedang ingin bermesraan, saya mengungkapkan perasaan tersebut pada pasangan. (1.10) Saya menyatakan frekuensi hubungan seks yang saya inginkan. (2.4) Saya berterus terang jika tidak suka dengan aroma, bentuk, atau ukuran alat kelamin pasangan. (2.5) Saya menceritakan pada pasangan tentang fantasi seks yang saya miliki. (2.6) Saya mengungkapkan tentang sentuhan yang saya sukai dari pasangan. (2.7) Saya tidak merasa canggung untuk berkata: “aku sayang kamu” atau ungkapan lain yang menunjukkan perasaan cinta. (2.8) Jika merasa kangen, saya kikuk untuk mengungkapkan perasaan tersebut pada pasangan. (2.9) Saya memuji bagian tubuh pasangan yang menurut saya seksi atau menawan. (2.10) Saya tidak merasa canggung untuk membahas siklus menstruasi. (3.1) Saya tidak canggung untuk berdiskusi tentang pendidikan seks. (3.4) Saya mengungkapkan pandangan saya tentang penggunaan alat pengaman atau kontrasepsi. (3.5) Saya tidak canggung untuk mengungkapkan pandangan saya tentang keperawanan. (3.7)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
93
4.
Pengalaman Seksual
Saya mengatakan pada pasangan mengenai perilaku seks yang boleh dan tidak boleh dilakukan. (3.8) Saya tidak menutupi pandangan saya tentang sikap yang sepantasnya bagi seorang perempuan terhadap keinginan seksual laki-laki. (3.9) Saya tidak segan untuk mengungkapkan pandangan saya terhadap cara berpakaian perempuan di tempat umum. (3.10) Jika saya mengalami permasalahan seksual, saya tidak canggung untuk mengungkapkan pada pasangan. (4.2) Jika saya tertarik pada orang lain, saya mau mengakui hal itu pada pasangan. (4.3) Saya menyampaikan tentang pengalaman seks yang mengganggu saya. (4.4) Pengalaman seksual yang pernah saya alami dengan mantan hanya saya simpan dalam hati saja. (4.7)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
94
Lampiran 8. Skala Penelitian Final
SKALA PENELITIAN Digunakan Untuk Penyelesaian Tugas Akhir
Disusun oleh: Chaterine Devinda Putri (109114136)
FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2015
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
95
Yogyakarta, April 2015
Kepada: Yth. Saudara yang berpartisipasi
Dengan hormat, saya:
Nama
: Chaterine Devinda Putri
Fakultas
: Psikologi
Universitas
: Sanata Dharma
Saat ini saya sedang melakukan penelitian guna memenuhi penyusunan tugas akhir, dalam rangka menyelesaikan tanggung jawab saya sebagai mahasiswa.Maka saya mohon kesediaan Saudara untuk meluangkan waktu serta berpartisipasi dalam mengisi kuesioner yang saya susun ini. Saya menyadari sepenuhnya bahwa jawaban yang Saudara berikan bersifat pribadi, sehingga seluruh jawaban yang Saudara berikan akan terjaga kerahasiaannya. Oleh karena itu, Saudara dimohon untuk menjawab sesuai dengan keadaan Saudara yang sebenarnya. Saya mengucapkan terima kasih atas kesediaan Saudara untuk berpartisipasi dalam penelitian saya ini.
Hormat Saya
Chaterine Devinda Putri
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
96
DATA IDENTITAS
Inisial
:
Usia
:
Suku
:
Agama
:
Pendidikan
:
Pekerjaan
:
Usia pernikahan
: ………… tahun ……….. bulan
Jumlah anak
:
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
97
SKALA I PETUNJUK PENGISIAN
Berikut ini terdapat 24 pernyataan, bacalah dengan teliti sebelum mengisi jawaban dari pernyataan yang ada. Pilihlah salah satu dari empat pilihan jawaban yang tersedia, yang sesuai dengan diri Anda, dengan memberikan tanda centang( √ ) pada kolom jawaban. Adapun pilihan jawaban yang tersedia, yaitu:
SS
: Bila Anda merasa “SANGAT SESUAI” dengan pernyataan
S
: Bila Anda merasa “SESUAI” dengan pernyataan
TS
: Bila Anda merasa “TIDAK SESUAI” dengan pernyataan
STS
: Bila Anda merasa “SANGAT TIDAK SESUAI” dengan pernyataan
Anda bebas untuk menentukan pilihan atas jawaban Anda sendiri.Dalam hal ini tidak ada jawaban benar atau salah, karena jawaban Anda mencerminkan diri Anda masing-masing.
Contoh cara pengisian: Pernyataan
SS
S
TS
STS
√
Saya mampu mengutarakan perasaan saya terkait seks pada pasangan.
Apabila Anda merasa ingin mengganti jawaban, maka Anda dapat mengganti pilihan jawaban dan memberi tanda centang ( √) pada pilihan jawaban yang menurut Anda lebih sesuai.
Contoh koreksi: Pernyataan
SS
Saya mampu mengutarakan perasaan saya terkait √ seks pada pasangan.
S √
TS
STS
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
98
Pastikan tidak ada pernyataan yang terlewatkan. Selamat Mengerjakan! No.
Pernyataan
1.
Saya memberi kode atau mengatakan secara langsung jika sedang menginginkan seks.
2.
Saya menyatakan frekuensi hubungan seks yang saya inginkan.
3.
Saya tidak merasa canggung untuk membahas siklus menstruasi.
4.
Jika saya mengalami permasalahan seksual, saya tidak canggung untuk mengungkapkan pada pasangan.
5.
Saat ingin berdekatan, saya mengungkapkan perasaan tersebut baik secara langsung atau dengan isyarat tertentu.
6.
Saya berterus terang jika tidak suka dengan aroma, bentuk, atau ukuran alat kelamin pasangan.
7.
Saya tidak canggung untuk berdiskusi tentang pendidikan seks.
8.
Jika saya tertarik pada orang lain, saya mau mengakui hal itu pada pasangan.
9.
Jika saya merasa terangsang, saya tidak canggung mengungkapkan pada pasangan.
10.
Saya menceritakan pada pasangan tentang fantasi seks yang saya miliki.
11.
Saya mengungkapkan pandangan saya tentang penggunaan alat pengaman atau kontrasepsi.
SS
S
TS
STS
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
99
No.
Pernyataan
SS
12.
Saya menyampaikan tentang pengalaman seks yang mengganggu saya.
13.
Saya berterus terang pada pasangan jika saya sedang bergairah.
14.
Saya mengungkapkan tentang sentuhan yang saya sukai dari pasangan.
15.
Saya tidak canggung untuk mengungkapkan pandangan saya tentang keperawanan.
16.
Pengalaman seksual yang pernah saya alami dengan mantan hanya saya simpan dalam hati saja.
17.
Jika saya merasakan kepuasan seksual, saya menceritakan kepuasan saya pada pasangan.
18.
Saya tidak merasa canggung untuk berkata: “aku sayang kamu” atau ungkapan lain yang menunjukkan perasaan cinta.
19.
Saya mengatakan pada pasangan mengenai perilaku seks yang boleh dan tidak boleh dilakukan.
20.
Jika
sedang
ingin
mengungkapkan
bermesraan,
keinginan
saya
saya
secara
kikuk
untuk
tersebut
pada
langsung atau dengan isyarat. 21.
Jika
merasa
kangen,
mengungkapkan pasangan.
saya
perasaan
S
TS
STS
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
100
No.
Pernyataan
22.
Saya tidak menutupi pandangan saya tentang sikap
yang
sepantasnya
SS
bagi
seorang
perempuan terhadap keinginan seksual lakilaki. 23.
Saya memuji bagian tubuh pasangan yang menurut saya seksi atau menawan.
24.
Saya tidak segan untuk mengungkapkan pandangan saya terhadap cara berpakaian perempuan di tempat umum.
S
TS
STS
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
101
SKALA II PETUNJUK PENGISIAN Berikut ini terdapat daftar pernyataan yang berkaitan dengan agama. Bacalah semua pernyataan dengan sangat cermat dan berikan respon sesuai dengan keyakinan Anda yang sebenarnya, tanpa berkonsultasi kepada orang lain. Berilah tanda centang ( √) didalam pilihan kotak yang tersedia, yaitu:
SS
: Bila Anda merasa “SANGAT SETUJU” dengan pernyataan tersebut.
S
: Bila Anda merasa “SETUJU” dengan pernyataan tersebut.
R
: Bila Anda merasa “RAGU-RAGU” terhadap pernyataan tersebut.
TS
: Bila Anda merasa “TIDAK SETUJU” dengan pernyataan tersebut.
STS : Bila Anda merasa “SANGAT TIDAK SETUJU” dengan pernyataan tersebut.
Anda bebas untuk menentukan pilihan atas jawaban Anda sendiri.Dalam hal ini tidak ada jawaban benar atau salah, karena jawaban Anda mencerminkan diri Anda masing-masing.
Contoh cara pengisian: Pernyataan
SS
S
R
TS
STS
√
Semua orang adalah anak-anak Tuhan.
Apabila Anda merasa ingin mengganti jawaban, maka Anda dapat mengganti pilihan jawaban dan memberi tanda centang ( √ ) pada pilihan jawaban yang menurut Anda lebih sesuai.
Contoh koreksi: Pernyataan
SS
S
Semua orang adalah anak-anak Tuhan.
√
√
R
TS
STS
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
102
Pastikan tidak ada pernyataan yang terlewatkan. Selamat Mengerjakan! No. 1.
Pernyataan
SS
Keyakinan agama yang kuat adalah hal terbaik didalam hidup.
2.
Setiap sekolah harus mendorong siswasiswanya untuk menjalankan ibadah atau persembahyangan di tempat ibadahnya.
3.
Orang harus membela agama / keyakinan mereka di atas segala hal.
4.
Orang harus hadir ke tempat ibadahnya seminggu sekali jika memungkinkan.
5.
Keyakinan terhadap Tuhan membuat hidup lebih bermakna.
6.
Setiap orang harus memberikan 10% dari penghasilannya untuk masjid, gereja, pura, atau lembaga agamanya masingmasing.
7.
Semua orang adalah anak-anak Tuhan.
8.
Orang
yang
menghadiri
keagamaan
secara
kegiatan teratur
mengembangkan kebijaksanaan hidup yang kuat. 9.
Kita harus selalu mengasihi musuh kita.
10.
Tuhan memberikan pahala kepada orang yang taat beragama.
11.
Doa
dapat
masalah.
menyelesaikan
banyak
S
R
TS
STS
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
103
No.
Pernyataan
SS
12.
Tiap sekolah harus memiliki tempat ibadah untuk siswa-siswanya.
13.
Ada kehidupan setelah kematian.
14.
Orang
harus
membaca
kitab
suci
sekurangnya satu kali dalam sehari. 15.
Guru
harus
menekankan
teladan
keagamaan didalam kelas. 16.
Orang muda harus mengikuti pembinaan agama seminggu sekalisecara teratur.
17.
Orang harus berdoa setidaknya sekali sehari.
18.
Acara pernikahan yang agamis lebih baik daripada acara pernikahan yang biasa.
19.
Orang
beragama
harus
berusaha
menyebarkan ajaran dari Kitab Suci. 20.
Orang harus mengucap syukur setiap kali makan.
21.
Ketika seseorang merencanakan akan menikah, ia harus berkonsultasi pada pemimpin agamanya.
22.
Kenakalan merupakan hal yang lebih jarang
terjadi
pada
remaja
yang
mengikuti kegiatan agama secara teratur. 23.
Apa yang saat ini dipandang baik (secara moral) akan selamanya dipandang baik.
24.
Anak-anak
harus
ajaran agama.
dibesarkan
sesuai
S
R
TS
STS
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
104
No. 25.
Pernyataan Setiap
orang
setidaknya keagamaan.
harus
dalam
SS berpartisipasi
satu
kegiatan
S
R
TS
STS
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
105
Lampiran 9. Analisis Tambahan Anova Satu Jalur ANOVA Sum of Squares Religiusitas
KS
Between Groups
df
Mean Square
333.682
3
111.227
Within Groups
14752.460
136
108.474
Total
15086.143
139
31.948
3
10.649
Within Groups
10595.274
136
77.906
Total
10627.221
139
Between Groups
F
Sig. 1.025
.384
.137
.938
(Agama) ANOVA Sum of Squares Religiusitas
KS
Between Groups
df
Mean Square
445.274
3
148.425
Within Groups
14640.868
136
107.653
Total
15086.143
139
673.777
3
224.592
9953.444
136
73.187
10627.221
139
Between Groups Within Groups Total
F
Sig. 1.379
.252
3.069
.030
(Jenjang Pendidikan) ANOVA Sum of Squares Religiusitas
KS
Between Groups
df
Mean Square
312.498
5
62.500
Within Groups
14773.645
134
110.251
Total
15086.143
139
124.657
5
24.931
Within Groups
10502.565
134
78.377
Total
10627.221
139
Between Groups
(Usia Pernikahan)
F
Sig. .567
.725
.318
.901