PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI UPAYA PENGEMBANGAN SPIRITUALITAS KRISTIANI MAHASISWA – MAHASISWI IPPAK – USD SEBAGAI CALON GURU PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK YANG PROFESIONAL DAN BERSPIRITUAL
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik
Oleh: Nicanius Andrey Wuddy Luchensy NIM: 101124020
PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN KEKHUSUSAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2015
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
i
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
PERSEMBAHAN
Skripsi ini kupersembahkan kepada orang tuaku Antonius Warono dan C. Wembo R dan adikku Monica Vivilyana W yang selalu mendukung, menyertai serta selalu mendoakan usaha dan perjuanganku selama ini, teman-teman IPPAK angkatan 2010, sahabat, dan pihakpihak yang selalu mendukung dalam kasih dan doa, serta perhatian.
iv
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
MOTTO
“Dan orang-orang bijaksana akan bercahaya seperti cahaya cakrawala, dan yang telah menuntun banyak orang kepada kebenaran seperti bintang-bintang, tetap untuk selama-lamanya.” (Dan 12;3)
v
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
ABSTRAK Judul skripsi ini adalah “UPAYA PENGEMBANGAN SPIRITUALITAS KRISTIANI MAHASISWA-MAHASISWI IPPAK – USD SEBAGAI CALON GURU AGAMA KATOLIK YANG PROFESIONAL DAN BERSPIRITUAL”. Penulisan skripsi ini dilatarbelakangi kurangnya penghayatan dan kedalaman pembinaan iman para mahasiswa-mahasiswi IPPAK, dapat dilihat dari para mahasiswa-mahasiswi sangat baik di bidang teori tetapi dalam bidang prakteknya belum maksimal. Bisa dikatakan belum mencapai perkembangan pribadi yang utuh. Melihat persoalan itu penulis melakukan penelitian untuk memperoleh data-data yang penulis inginkan. Penulis ingin meneliti apakah mahasiswamahasiswi IPPAK telah mengalami perkembangan pribadi secara utuh. Penulis melakukan observasi kepada mahasiswa-mahasiswi IPPAK – USD kemudian menyebarkan kuesioner kepada 60 responden yaitu para mahasiswa. Selain itu penulis juga melakukan wawancara untuk menguatkan pendapat-pendapat dari responden. Dari penelitian dan wawancara tersebut, penulis telah membahasnya dan menyimpulkannya. Dari penelitian tersebut diketahui bahwa para mahasiswa IPPAK sebagian besar sudah mampu dalam hal teori ketika berada dalam perkuliahan, tapi dalam hal prakteknya para mahasiswa IPPAK masih belum bisa menghayati terlebih spiritualitas Kristiani. Menjadi calon guru agama Katolik haruslah seimbang baik itu teori maupun prakteknya, karena sosok guru yang ideal salah satunya profesional serta berspiritualitas. Untuk menjadi pribadi yang utuh teori dan praktek harus berjalan bersama tidak ada yang saling mendominasi. Selain itu juga penulis berharap dengan penelitian dan wawancara ini makin memacu para mahasiswa IPPAK untuk lebih memotivasi dirinya dalam menjalani panggilan Tuhan ini. Para mahasiswa perlu mengembangkan dirinya agar menjadi pribadi seorang calon guru agama yang utuh. Untuk menindaklanjuti penelitian ini, penulis mengusulkan program kegiatan serial rekoleksi sebagai upaya untuk makin mendalami/menginternalisasi spiritualitas Kristiani para mahasiswa IPPAK agar menjadi pribadi yang berkembang secara utuh. Melalui kegiatan yang penulis tawarkan ini, diharapkan para mahasiswa IPPAK makin menyadari serta semakin mendalami spiritualitas Kristiani mereka msing-masing dalam rangka menjadi calon guru agama Katolik yang profesional dan berspiritualitas.
viii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
ABSTRACT This thesis titled “CHRISTIAN SPIRITUALITY DEVELOPMENT EFFORTS STUDENTS IPPAK-USD AS CANDIDATE FOR PROFESIONALITY AND SPIRITUAL RELIGIOUS EDUCATION TEACHER”. The lack of full and total comprehension of the depth faith formation of IPPAK students are background of this writing. It can be seen from students that are good in theory but in practice not maximized field. Meaning to say that students have not yet reached of personal integrity development. Facing this kind of problems, the author conducted research to obtain the desired data. The authors wanted to examine whether IPPAK students have experienced the development of the whole as a person. The authors make observation to students IPPAK-USD by distributing questionnaires to 60 students as respondents. Besides that, the authors conducted interview to support the opinions of respondents. The authors conducted discussions and eventually make conclusions by this research and interviews. From these studies it is known that IPPAK students are good in theory while in their class, but they cannot live up to Christian spirituality in practices. To be a Catholic teacher must be balanced between theory and practices, because one of the characteristic of the figure of ideal teacher is professional and having Christian’s spirituality. Theory and practice have to walk with nothing dominate to have personal integrity. The authors also look forward to the results of research and interviews will challenge IPPAK students motivated in journeying God’s call. The students need to develop themselves in order to become a candidate of religion teacher with personal integrity. To follow up on this study, the authors propose a series of recollection activities programs as an effort to go deeper to internalize Christian’s spirituality IPPAK students to develop being integrated person. Through this activities which the authors offer, expected that the IPPAK students are more aware of and explore deeply their Christian’s spirituality life in order to become candidate of Catholic religion teacher which professional and good in spirituality.
ix
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
KATA PENGANTAR
Pertama-tama rasa syukur dan terimakasih penulis ucapkan kepada Allah Bapa, Tuhan Yesus Kristus, serta perantaraan Bunda Maria, karena berkat kasih dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini berjudul “UPAYA
PENGEMBANGAN
SPIRITUALITAS
KRISTIANI
MAHASISWA - MAHASISWI IPPAK - USD SEBAGAI CALON GURU PENDIDIKAN
AGAMA
KATOLIK
YANG
PROFESIONAL
DAN
BERSPIRITUAL”. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma. Selama proses penulisan skripsi ini mulai dari perencanaan sampai pada tahap akhir, penulis merasakan hambatan dan tantangan. Namun karena kebaikan dan kasih Allah, penulis dapat menyelesaikannya. Selain itu banyak pihak yang mendukung penulis, oleh karena itu penulis mengucapkan terimakasih kepada: 1. Romo Drs. FX. Heryatno Wono Wulung, SJ. M. Ed selaku kaprodi dan dosen pembimbing skripsi yang dengan kesediaannya, kesabaran serta kasih sayangnya membimbing dan mengarahkan penulis selama proses penyusunan tugas akhir serta selama pembelajaran di prodi IPPAK – USD ini. 2. Bapak Yoseph Kristianto, SFK. M. Pd selaku Dosen Pembimbing Akademik (DPA) yang telah membantu, mengarahkan serta memotivasi penulis selama perkuliahan serta menyelesaikan tugas akhir ini.
x
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
3. Bapak Drs. L. Bambang Hendarto Y. M. Hum selaku dosen penguji ketiga yang telah merelakan tenaga, waktu serta pikiran membimbing dan mengarahkan penulis. 4. Segenap romo, bapak dan ibu dosen, serta karyawan-karyawan IPPAK – USD yang telah memberikan dukungan, semangat dan motivasi kepada penulis untuk memperlancar studi penulis. 5. Orang tua, adik, serta keluarga besar penulis yang telah mendukung dan memberi semangat kepada penulis selama perkuliahan sampai menyelesaikan tugas akhir ini. 6. Segenap teman-teman IPPAK angkatan 2010 yang selalu memberi dorongan, semangat dan perhatian kepada penulis selama pembelajaran di kampus, berjuang dan melangkah bersama. 7. Sahabat, teman-teman terbaik penulis serta kepada Bernadetta Linda Kusumawati yang selalu memberikan semangat, motivasi, dukungan, serta perhatian
kepada penulis selama pembelajaran serta dalam menyelesaikan
tugas akhir ini. 8. Kepala sekolah, bapak dan ibu guru serta karyawan/wati SD Kanisius Wirobrajan I yang telah mendukung penulis untuk menyelesaikan tugas akhir ini.
xi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ....................................................................................
i
HALAMAN PERSETUJUAN ......................................................................
ii
HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................
iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ....................................................................
iv
HALAMAN MOTTO ...................................................................................
v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ........................................................
vi
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ..........................................
vii
ABSTRAK ...................................................................................................
viii
ABSTRACT ...................................................................................................
ix
KATA PENGANTAR .................................................................................
x
DAFTAR ISI ................................................................................................
xiii
DAFTAR SINGKATAN ..............................................................................
xvi
DAFTAR TABEL ........................................................................................ xvii BAB I. PENDAHULUAN ...........................................................................
1
A. Latar Belakang Masalah ...........................................................
1
B. Rumusan Masalah ....................................................................
8
C. Tujuan Penulisan. .....................................................................
8
D. Manfaat Penulisan. ...................................................................
8
E. Metode Penulisan .....................................................................
9
F. Sistematika Penulisan ...............................................................
9
BAB II. SOSOK GURU AGAMA YANG PROFESIONAL DAN BERSPIRITUALITAS KRISTIANI ............................................
11
A. Sosok Guru Yang Profesional ..................................................
11
1. Guru Yang Profesional.........................................................
11
2. Empat Kompetensi Guru Profesional ..................................
14
a. Kompetensi Pedagogik ..................................................
15
b. Kompetensi Profesional ................................................
15
c. Kompetensi Kepribadian ...............................................
16
d. Kompetensi Sosial ........................................................
16
xiii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
B. Guru Agama Yang Berspiritualitas Kristiani .............................
17
1. Guru Kristiani ......................................................................
17
2. Guru Agama Katolik ............................................................
18
3. Spiritualitas Kristiani ...........................................................
24
4. Sosok Guru Agama Yang Berspiritualitas Kristiani. .............
26
BAB III. PEMBINAAN SPIRITUALITAS KRISTIANI MAHASISWAMAHASISWI IPPAK – USD SEBAGAI CALON GURU AGAMA YANG PROFESIONAL DAN BERSPIRITUAL ...................... 31 A. Gambaran Umum Prodi IPPAK - USD .....................................
32
1. Visi dan Misi Prodi IPPAK – USD Tahun 2013 ....................
32
2. Tujuan Prodi IPPAK – USD .................................................
32
3. Gambaran Umum Mahasiswa-Mahasiswi IPPAK – USD .....
34
4. Pembelajaran dan Suasana Akademis Prodi IPPAK – USD ..
37
B. Penelitian Tentang Pembinaan Kristiani Mahasiswa-Mahasiswi IPPAK - USD Sebagai Calon Guru Agama Katolik ..................
40
1. Desain Penelitian……………………………………… …..
40
a. Latar Belakang Penelitian ................................................
40
b. Rumusan Permasalahan ...................................................
42
c. Tujuan Penelitian ............................................................
42
d. Responden Penelitian ......................................................
43
e. Instrumen Pengumpulan Data ..........................................
43
1) Kuesioner …………………………………………….
44
2) Wawancara…………………………………………...
44
f. Jenis Penelitian ................................................................
44
g. Tempat dan Waktu Penelitian ..........................................
45
h. Variabel Penelitian ..........................................................
45
i. Kisi-Kisi Penelitian .........................................................
46
2. Laporan Hasil Penelitian .......................................................
48
a. Laporan Penelitian Melalui Kuesioner………………….
49
b. Laporan Penelitian Melalui Wawancara………………
57
c. Pembahasan Hasil Kuesioner…………………………
60
xiv
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
d. Pembahasan Hasil Wawancara………………………..
62
e. Kesimpulan Penelitian………………………………...
63
BAB IV. USULAN PROGRAM KEGIATAN REKOLEKSI OUTING UNTUK MAHASISWA-MAHASISWI IPPAK-USD SEBAGAI UPAYA MENGEMBANGKAN SPIRITUALITAS KRISTIANI.. 65 A. Latar Belakang Diadakannya Rekoleksi Outing bagi MahasiswaMahasiswi IPPAK-USD ...........................................................
66
B. Program Serial Rekoleksi Untuk Mengembangkan Spiritualitas Kristiani Mahasiswa-Mahasiswi IPPAK-USD ..........................
68
1. Latar Belakang Program .....................................................
68
2. Tujuan Pemilihan Program...................................................
70
3. Usulan Program Rekoleksi ...................................................
70
a. Tema Rekoleksi…………………………………………
71
b. Peserta…………………………………………………..
71
c. Tempat dan Waktu……………………………………..
71
d. Pelaksanaan Rekoleksi………………………………… .
71
e. Metode Rekoleksi………………………………………
72
f. Sarana…………………………………………………..
72
g. Pendamping……………………………………………
72
h. Matriks Program Rekoleksi…………………………… .
74
i. Susunan Acara…………………………………………
76
j. Contoh Salah Satu Persiapan…………………………..
76
BAB V. PENUTUP.....................................................................................
85
A. Kesimpulan ...........................................................................
85
B. Saran .....................................................................................
87
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................
89
LAMPIRAN ...............................................................................................
92
Lampiran 1. Surat Ijin Penelitian ...................................................................
(1)
Lampiran 2. Daftar Pertanyaan Angket ........................................................
(2)
Lampiran 3. Panduan Daftar Pertanyaan Wawancara ...................................
(4)
Lampiran 4. Transkrip Hasil Wawancara ....................................................
(5)
xv
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
DAFTAR SINGKATAN
A. Singkatan Dokumen Gereja CT
:Catechesi Tradendae, Anjuran Apostolik Paus Yohanes Paulus II kepada Para Uskup, Klerus dan segenap umat beriman tentang katekese masa kini, 16 Oktober 1979
EN
:Evangelii Nuntiandi, Imbauan Apostolik Bapa Suci Paulus VI tentang Karya Pewartaan Injil dalam Jaman Modern, 8 Desember 1975.
B. Singkatan Lain Art
: Artikel
Dan
: Daniel
IPPAK
: Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik
Mat
: Matius
Mrk
: Markus
KWI
: Konferensi Wali Gereja Indonesia
Komkat
: Komisi Kateketik
Prodi
: Program Studi
PP
: Peraturan Pemerintah
UU
: Undang-undang
USD
: Universitas Sanata Dharma
xvi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
DAFTAR TABEL
Tabel 1.
Data Mahasiswa-mahasiswi IPPAK – USD TA 2014/2015
Tabel 2.
Kisi-kisi Instrumen Gambaran Tentang Persepsi Mahasiswamahasiswi IPPAK terhadap guru agama Katolik yang Profesional sekaligus berspiritualitas.
Tabel 3.
Kisi–kisi Instrumen Gambaran tentang tingkat Internalisasi Mahasiswa- mahasiswi IPPAK terhadap sosok guru agama Katolik yang profesional sekaligus berspiritualitas.
Tabel 4.
Jumlah Pembagian Responden Kuesioner
Tabel 5.
Guru
Agama
Katolik
yang
Profesional
menurut
pandangan/perspektif mahasiswa-mahasiswi IPPAK – USD Tabel 6.
Sejauh mana mahasiswa-mahasiswi sudah mempersiapkan dirinya menghayati spiritualitas Kristiani sebagai calon guru agama Katolik.
Tabel 7.
Matriks Program Rekoleksi
Tabel 8.
Jadwal Rekoleksi Mahasiswa-Mahasiswi IPPAK - USD
xvii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Pendidikan bukan hanya semata-mata tugas guru dan lembaga pendidikan (sekolah) melainkan tugas dari seluruh warga masyarakat. Orang tua adalah pendidik yang utama dan pertama bagi anak-anak mereka. Orang tua mempunyai pengaruh yang kuat bagi anak-anak, terutama penanaman nilai-nilai. Sigit Setyawan (2013:128) mengatakan bahwa “para orang tua sebaiknya menanamkan nilai-nilai sejak usia dini, meskipun membutuhkan waktu yang cukup lama hingga mereka menemukan nilai-nilai yang ditanamkan itu relevan dengan kehidupan mereka”. Selain itu, orang tua juga mempunyai kewajiban dan hak yang tidak bisa diganggu untuk mendidik anak-anak mereka. Maka hendaklah orang tua paham dan mengerti akan pentingnya tugas mereka sebagai pendidik yang pertama dan utama. Peran besar orang tua juga seperti yang dikemukakan oleh Sigit Setyawan (2013:92) merupakan agen utama dalam perkembangan anak. Penulis melihat bahwa peran orang tua sangatlah vital dalam perkembangan kepribadian anak. Namun tidak sedikit anak-anak yang kurang mempedulikan dan memperhatikan nilai-nilai yang ditanamkan orang tua mereka, karena terpengaruh oleh pergaulan dan lingkungan sekitar yang kurang mendukung. Sigit Setyawan (2013:92) mengatakan “pengaruh terjadi dengan kuat karena ada faktor
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
2
lingkungan dan peristiwa yang mendukung”. Selain itu juga, ada orang tua yang kurang memperhatikan tindakan yang ditujukan kepada anak-anak mereka sehingga anak-anak beranggapan bahwa orang tua tidak memberikan teladan yang baik. Misalnya orang tua yang tidak mempunyai waktu bersama dengan anakanak mereka karena kesibukan yang tidak bisa ditinggalkan. Ini salah satu penyebab anak-anak kurang diperhatikan oleh orang tua dan beranggapan orang tua tidak memberikan teladan yang baik. Selain peran dari orang tua, peran guru dalam pendidikan juga sangat penting. Guru banyak disebut sebagai “pahlawan tanpa tanda jasa” yang berarti guru mempunyai pengaruh yang kuat dalam masyarakat. Profesi guru juga dipandang sebagai profesi yang mulia karena mengajarkan hal-hal yang baik, dari yang awal tidak tahu menjadi semakin tahu. Dalam dunia pendidikan peran guru menjadi sangatlah vital untuk mengajarkan hal-hal yang baru kepada para murid. Dalam hal ini Sigit Setyawan (2013:1) mengatakan: Peran guru yang dipandang mulia oleh masyarakat juga tercermin dari akronim kata “guru” dalam bahasa Jawa sebagai digugu lan ditiru. Kata “digugu” berarti hal-hal yang dikatakannya layak dipercayai oleh orang lain dan “ditiru” berarti hal-hal yang dilakukannya layak dijadikan teladan.
Sosok guru berperan menanamkan nilai kepada anak-anak pada saat di sekolah. Sedangkan orang tua menanamkan nilai-nilai di awal kehidupan anakanak dan menanamkan nilai ketika anak-anak berusaha untuk mengenal lingkungan sekitarnya. Nilai yang dikomunikasikan oleh guru mempunyai pengaruh bagi siswa, Sigit Setyawan (2013:23) mengatakan bahwa “hidup siswa dibentuk oleh guru, terutama melalui nilai-nilai yang ditularkan oleh para guru”.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
3
Siswa membutuhkan sosok yang memberikan teladan yang baik dalam kehidupannya. Sosok guru disini menjadi penting untuk memberikan teladan yang baik di sekolah, karena dengan teladan yang baik dapat mencerminkan sosok guru yang profesional. Sigit Setyawan (2013:88) mengatakan “keteladanan yang disertai tindakan verbal dan dilakukan secara konsisten akan meningkatkan kredibilitas guru”. Namun ada permasalahan yang membuat profesi guru menjadi bias sehingga kurang menghayati perannya sebagai guru, melainkan karena alasan tuntutan profesi misalnya untuk proses sertifikasi dsb. Perhatian guru akan kompetensi yang dimiliki juga semakin berkurang, hanya memperhatikan beberapa kompetensi saja seperti kompetensi pedagogik. Sedangkan kompetensi kepribadian dan sosial kurang diperhatikan. Selain tuntutan profesi, ada kendala lain yaitu dari dalam diri guru itu sendiri. Guru kurang menghayati perannya sebagai pendidik bagi siswanya, sehingga guru kurang dapat memotivasi siswa untuk semakin berkembang dalam belajar. Sigit Setyawan (2013:127) mengatakan “seorang guru sebaiknya menyadari bahwa dirinya memiliki potensi untuk memengaruhi siswa”. Guru sebagai awam Katolik berada di sekolah mempunyai tugas membantu/memperlancar iman siswa sehingga siswa bangga akan imannya itu. Lukas
Mandagi
(1984:23)
mengatakan
bahwa
“pendidik
tidak
hanya
memindahkan sekumpulan pengetahuan kepada siswa, melainkan menjadikan Injil sebagai dasar dan sumber dari segala usaha agar menjadi manusia berpribadi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
4
dan utuh”. Pelayanan kaum awam Katolik di sekolah merupakan wujud panggilan dalam bidang pendidikan yang disemangati oleh Kristus dan Injil-Nya. Pendidikan agama Katolik sudah mengalami banyak perkembangan baik kurikulumnya maupun pengajarnya (guru). Namun dari segi berkembangnya pendidikan agama Katolik, masih tetap ada berbagai macam tantangan atau kesulitan. Di sekolah-sekolah, baik itu di sekolah Katolik maupun sekolah negeri pendidikan agama Katolik mempunyai kesulitan atau tantangan yang berbedabeda. Jam pelajaran pendidikan agama Katolik baik itu di sekolah negeri maupun swasta Katolik sekitar 2-3 jam selama satu minggu. Tapi ada perbedaan seperti jumlah murid yang mengikuti pelajaran agama Katolik. Di sekolah negeri jumlah murid yang beragama Katolik lebih sedikit jadi ketika pelajaran agama Katolik murid yang hadir kurang, bahkan tidak jarang ada yang digabung dengan kelas lain. Di sekolah swasta Katolik yang mayoritas muridnya beragama Katolik tidak kesulitan untuk mengajar pelajaran agama katolik, dan biasanya murid yang beragama lain ikut menyesuaikan dan sambil menambah pengetahuan mereka akan agama Katolik dan mampu menghargai temannya. Dalam pelajaran agama Katolik itu sendiri, guru-guru agama ketika mengajar kurang menghayati perannya sebagai guru agama. Lukas Mandagi (1984:19) mengatakan “jumlah guru awam yang terjun dalam karya pendidikan banyak, namun mereka memandang karya pendidikan sebagai partisipasi dalam tugas Kristus demi mewartakan karya keselamatan kepada semua orang”. Guru agama ketika mengajar di depan kelas bukan hanya memberikan hal yang baru kepada siswa, melainkan perkataan dari Yesus sendiri yaitu sang Guru sejati.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
5
Tidak hanya berpaku pada buku saja melainkan membuka cakrawala siswa agar semakin mendalami dan mencintai imannya akan Yesus sendiri. Jika dilihat dari siswanya ketika mengikuti pelajaran agama, dari pengalaman beberapa siswa mengungkapkan jika pelajaran agama kurang menarik, dan siswa mementingkan pelajaran yang lain. Tidak dipungkiri jika siswa mengatakan demikian karena pelajaran agama yang kurang menarik, baik itu pembawaan dari guru atau materinya. Dengan keprihatinan dan tantangan yang dihadapi, pendidikan agama Katolik menjadi kurang berdampak bagi kehidupan siswa. Mereka hanya mengikuti pelajaran agama saja di sekolah setelah itu kurang diperhatikan. Kehidupan sehari-hari siswa di rumah menjadi kurang terbantu oleh pelajaran agama Katolik. Sikap-sikap siswa juga perlu diperhatikan misalnya masih ada siswa yang suka melakukan bullying, mencontek ketika ulangan maupun sikapsikap lain yang tidak mencerminkan seorang murid Katolik. Prodi IPPAK berperan dalam mempersiapkan generasi penerus dalam bidang keagamaan, dan selama ini sudah mampu menyumbangkan tenaga pendidik, khususnya guru agama Katolik. Selain menjawab banyak keprihatinan yang ada, prodi IPPAK juga memberi inovasi baik itu dalam bentuk pemikiran maupun tenaga. Selain katekis yang berperan penting di paroki, ada guru agama yang mempunyai peranan yang penting juga di sekolah. Mahasiswa-mahasiswi IPPAK sebagai calon guru agama Katolik ditempa dan benar-benar dipersiapkan untuk menjadi guru agama yang berspiritualitas. Mahasiswa-mahasiswi IPPAK datang dari berbagai macam kalangan, baik itu awam maupun kaum religius
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
6
(biarawan/biarawati) yang mempunyai motivasi untuk belajar mengembangkan diri. Para mahasiswa IPPAK belajar mengembangkan diri melalui kegiatan yang ada di kampus baik itu terjadwal dalam mata kuliah maupun di luar mata kuliah, misalnya belajar untuk berorganisasi. Melalui segala hal yang prodi IPPAK berikan para mahasiswa diharapkan dapat menerapkan dalam kehidupan sehari-hari terlebih bagaimana mengembangkan diri menjadi pribadi yang utuh. Utuh yang dimaksud adalah berkembang dalam 3 hal yaitu head, heart, dan hands. Kegiatan-kegiatan di kampus IPPAK sangat mendukung bagi perkembangan diri pribadi mahasiswa baik itu dari mata kuliahnya sendiri maupun kegiatan di luar mata kuliah. Panggilan hati mahasiswa-mahasiswi IPPAK semakin dipupuk dan dibaharui dengan harapan mereka menjadi seorang guru yang tangguh dan mempunyai iman yang matang. Mahasiswa-mahasiswi IPPAK-USD adalah kaum muda gereja baik itu awam dan juga kaum religiusnya yang mempunyai motivasi dalam dirinya masing-masing.
Maka
itu
prodi
IPPAK-USD
dalam
perkuliahannya
mempersiapkan mahasiswa-mahasiswi untuk menjadi seorang guru agama Katolik. Dalam perkuliahan ada beberapa mata kuliah yang mendukung dalam pelaksanaan PPL PAK PD dan PPL PAK PM, seperti pembinaan Spiritualitas dan persiapan PPL sekolah. Mata kuliah Pembinaan Spiritualitas sangat berguna bagi mahasiswa-mahasiswi IPPAK karena dari mata kuliah ini mahasiswa-mahasiswi semakin dibentuk dan dipersiapkan agar menjadi sosok guru yang mempunyai spiritualitas Kristiani yang kokoh. Guru agama Katolik perlu mempunyai identitas
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
akan dirinya yang sebagai guru agama Katolik.
7
Mintara (2009:14-21)
mengemukakan tentang identitas guru Kristiani seperti sikap berani merendahkan diri, melayani secara tulus, dan memberi teladan, selain itu mempunyai kepekaan untuk melihat konteks dan situasi batin muridnya. Keutamaan yang mendasar adalah memasukkan pribadi para muridnya ke dalam jantung hatinya, dan dibawa kedalam doanya. Prodi IPPAK telah menyelenggarakan pendidikan untuk calon-calon guru agama Katolik yang siap diutus. Prodi meyakini untuk membina/mendidik calon guru agama Katolik masih mempunyai banyak peluang yang besar. Selain itu mahasiswa-mahasiswi IPPAK tiap tahun akademis juga mengalami pertumbuhan yang baik, mereka berasal dari berbagai daerah di Indonesia yang bersatu dalam motivasi menjadi pendidik yang berilmu dan bijaksana (Pradnyawidya). Berdasarkan uraian di atas tampak bahwa spiritualitas Kristiani perlu dikembangkan dalam diri mahasiswa-mahasiswi IPPAK-USD yang akan menjadi guru agama Katolik. Spiritualitas Kristiani perlu dikembangkan agar membantu mahasiswa-mahasiswi IPPAK-USD menjadi sosok guru yang profesional serta berspiritualitas. Dalam rangka itu penulis terdorong menulis tugas akhir dengan judul:
UPAYA
PENGEMBANGAN
SPIRITUALITAS
KRISTIANI
MAHASISWA-MAHASISWI IPPAK-USD SEBAGAI CALON GURU PENDIDIKAN
AGAMA
BERSPIRITUAL.
KATOLIK
YANG
PROFESIONAL
DAN
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
8
B. RUMUSAN MASALAH 1.
Sosok guru agama Katolik seperti apa yang profesional dan berspiritualitas Kristiani?
2.
Sejauh mana mahasiswa-mahasiswi IPPAK – USD telah menginternalisasi spiritualitas Kristiani di dalam masa studinya?
3.
Usaha apa yang dapat dilakukan untuk mengembangkan spiritualitas Kristiani oleh mahasiswa-mahasiswi IPPAK-USD sebagai calon guru agama Katolik?
C. TUJUAN PENULISAN 1.
Menemukan sosok guru agama Katolik yang profesional sekaligus berspiritualitas.
2.
Mengetahui tingkat penghayatan spiritualitas Kristiani mahasiswa-mahasiswi IPPAK-USD.
3.
Menemukan bentuk-bentuk usaha untuk mengembangkan spiritualitas Kristiani mahasiswa-mahasiswi IPPAK-USD sebagai calon guru agama Katolik yang profesional dan berspiritual.
D. MANFAAT PENULISAN Penulisan skripsi ini diharapkan akan memberikan pengetahuan dan juga wawasan tentang pengembangan spiritualitas Kristiani bagi mahasiswa-mahasiswi IPPAK-USD sebagai calon guru agama Katolik. Adapun harapan tersebut antara lain:
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
1.
9
Bagi calon guru agama Katolik dapat menambah wawasan dan juga semakin mendalami tentang spiritualitas Kristiani.
2.
Bagi mahasiswa-mahasiswi IPPAK – USD dapat semakin menyadari sebagai calon guru agama katolik bagaimana pentingnya spiritualitas Kristiani itu dikembangkan dalam dirinya untuk menjadi pribadi yang utuh.
3.
Bagi penulis sendiri, dengan menulis skripsi ini dapat membuka wawasan dan juga semakin mendalami spiritualitas Kristiani sebagai semangat untuk menjadi seorang guru agama Katolik.
E. METODE PENULISAN Adapun metode penulisan yang digunakan adalah metode deskriptif analisis. Deskriptif analisis adalah metode dengan penggambaran secara nyata keadaan mahasiswa-mahasiswi IPPAK-USD sebagai calon guru agama Katolik. Dalam metode ini penulis akan menggunakan kuesioner (instrumen penelitian) untuk memperoleh data dan wawancara. Data ini sebagai penguat untuk deskripsi yang penulis gunakan selain itu penulis juga menggunakan metode studi pustaka.
F. SISTEMATIKA PENULISAN Skripsi yang berjudul “UPAYA PENGEMBANGAN SPIRITUALITAS KRISTIANI MAHASISWA-MAHASISWI IPPAK-USD SEBAGAI CALON GURU PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK YANG PROFESIONAL DAN BERSPIRITUAL” ini, secara umum akan memuat pokok-pokok sebagai berikut:
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
10
Bab I berisi latar belakang penulisan, rumusan permasalahan, tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode dan sistematika penulisan skripsi. Bab II berisi uraian tentang Sosok Guru Agama Yang Berspiritualitas Kristiani. Uraian bab II ini terbagi menjadi beberapa pokok yaitu, pengertian spiritualitas Kristiani, spiritualitas guru Kristiani, guru agama, guru agama Katolik, dan sosok guru agama Katolik yang berspiritualitas Kristiani. Bab III berisi uraian mengenai gambaran situasi spiritualitas Kristiani mahasiswamahasiswi IPPAK-USD yang terbagi dalam dua pokok pembahasan yaitu; gambaran umum prodi IPPAK-USD, penelitian tentang pembinaan spiritualitas Kristiani mahasiswa-mahasiswi IPPAK-USD, dan hasil penelitian tentang spiritualitas Kristiani mahasiswa-mahasiswi IPPAK-USD. Bab IV berisi program kegiatan serial rekoleksi untuk mengembangkan spiritualitas Kristiani bagi mahasiswa-mahasiswi IPPAK-USD sebagai calon guru pendidikan agama Katolik. Bab ini menguraikan latar belakang program, tema dan tujuan program, penjabaran program, petunjuk pelaksanaan program, dan contoh pelaksanaan program. Bab V berisi penutup yang mencakup kesimpulan dan saran.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB II
SOSOK GURU AGAMA YANG PROFESIONAL DAN BERSPIRITUALITAS KRISTIANI
Pada bab II ini, penulis akan memaparkan tentang Sosok Guru Agama yang mempunyai spiritualitas Kristiani. Penulis akan menyoroti tentang spiritualitas Kristiani seorang guru agama Katolik di sekolah dan akan memberikan sumbangan pemikiran dari berbagai sumber bagaimana sosok guru agama Katolik yang berspiritualitas. Dalam bab II ini, penulis membahas tentang sosok guru agama Katolik yang berspiritualitas Kristiani. Bab II ini merupakan kajian pustaka, maka penulis membagi bab dalam dua bagian yaitu sosok guru secara umum dan kemudian sosok guru yang berspiritualitas Kristiani. A. Sosok Guru Yang Profesional 1. Guru Yang Profesional Guru dalam pepatah Jawa adalah sosok manusia yang harus dapat digugu dan ditiru. Digugu artinya segala ucapannya harus dapat dipercaya, sedangkan ditiru artinya segala tingkah lakunya harus dapat diteladani oleh murid-murid. Selain memberi teladan yang baik, guru juga berperan penting untuk membimbing murid-murid (Winkel, 2005: 221). UU Republik Indonesia No. 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen pasal 1, menyatakan:
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
12
Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.
Dalam undang-undang ini dapat dilihat bahwa guru adalah pendidik profesional. Guru yang profesional yang dimaksud seorang guru mampu menguasai empat kompetensi yaitu kompetensi pedagogik, sosial, kepribadian, dan profesional. Tugas utama seorang guru adalah sebagai pendidik profesional dimanapun guru itu mengajar baik pada pendidikan dasar ataupun menengah. Tugas guru adalah mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih dan juga menilai peserta didik. Sedangkan PP No. 38/1992, bab 1, pasal 1, ayat 1 menjelaskan bahwa tenaga kependidikan adalah warga masyarakat yang mengabdikan diri secara langsung dalam penyelenggaraan lembaga kependidikan tertentu (Samana, 1994:11). Surat Edaran Mendikbud dan Kepala BAKN No. 57686/MPK/1989 mendefinisikan guru ialah pegawai negeri sipil (PNS) yang diberi tugas, wewenang, dan tanggungjawab oleh pejabat yang berwenang untuk melaksanakan pendidikan di sekolah, termasuk hak yang melekat dalam jabatan. Suparlan (2006: 9) mengartikan guru sebagai orang yang tugasnya terkait dengan upaya mencerdaskan kehidupan bangsa dalam semua aspeknya, baik spiritual, emosional, intelektual, fisikal, maupun aspek lainnya. UU Republik Indonesia No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen pasal 2 ayat 1 menjelaskan: “Guru mempunyai kedudukan sebagai tenaga profesional pada jenjang pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan anak usia
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
13
dini pada jalur pendidikan formal yang diangkat sesuai dengan peraturan perundang-undangan”. Dengan kedudukan yang dipunyai oleh guru tersebut maka guru mempunyai fungsi untuk meningkatkan martabat dan peran guru sebagai agen pembelajaran berfungsi untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional. Selain itu dalam UU ini pada pasal 8 menjelaskan tentang “Guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional”. Uzer Usman (1991: 4) menyatakan bahwa ada tiga jenis tugas guru yaitu tugas dalam bidang profesi, tugas bidang kemanusiaan, dan tugas dalam bidang kemasyarakatan. Dalam bidang profesi, bagaimana guru dapat mengajar dan mendidik siswa dan memberikan pengajaran yang baru. Dalam bidang kemanusiaan, bagaimana guru dapat menjadi orang tua asuh siswa selama di sekolah. Dalam bidang masyarakat, guru mendapat posisi yang baik karena mengajarkan tentang pengetahuan baru kepada orang lain. Dalam proses belajar mengajar di sekolah, terdapat komponen-komponen yang saling berinteraksi antara lain guru, isi atau materi pelajaraan, dan siswa. Interaksi antara ketiga komponen utama melibatkan sarana dan prasarana, seperti metode, media, dan penataan lingkungan tempat belajar sehingga tercipta situasi belajar mengajar yang memungkinkan tercapainya tujuan yang telah direncanakan sebelumnya. Suparlan (2006: 10) mengatakan “Guru adalah seseorang yang memiliki tugas sebagai fasilitator agar siswa dapat belajar dan atau mengembangkan potensi dasar dan kemampuannya secara optimal, melalui lembaga pendidikan sekolah”. Dapat disimpulkan bahwa guru yang memegang
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
14
peranan sentral dalam proses belajar mengajar menjalankan tiga tugas utama, yaitu merencanakan, melaksanakan pengajaran, dan memberikan balikan (Muhammad Ali, 1987: 4-6). Memberikan balikan artinya memberi tanggapan atas respon siswa atau pertanyaan dari para siswa ketika di kelas. Proses belajar dan mengajar masa kini berbeda dengan pembelajaran yang lalu. Perbedaannya terletak pada peserta didik yang kini menjadi pusat pembelajaran, bukan hanya gurunya. Dalam pengemasan proses pembelajarannya pun berbeda, guru tidak hanya berbicara di depan kelas melainkan harus menciptakan pembelajaran yang aktif dan interaktif dan dikemas dalam pembelajaran kolaboratif dan kooperatif. SCL (Student Centered Learning) adalah proses pembelajaran yang terletak pada peserta didik, dimana mereka dapat memperoleh fasilitas untuk membangun sendiri pengetahuannya, sehingga mereka akan memperoleh pemahaman yang mendalam, dan pada akhimya dapat meningkatkan mutu kualitas peserta didik.
2.
Empat Kompetensi Guru Profesional Kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku
yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru atau dosen dalam melaksanakan tugas keprofesionalan mereka. Pasal 28 ayat 3 Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan secara tegas dinyatakan bahwa ada empat kompetensi yang harus dimiliki guru sebagai agen pembelajaran. Keempat kompetensi itu adalah kompetensi pedagogik, kompetensi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
15
kepribadian, kompetensi profesional dan kompetensi sosial. Untuk menjadi guru yang profesional harus memiliki empat kompetensi ini antara lain:
a.
Kompetensi Pedagogik Kompetensi pedagogik adalah kemampuan guru untuk memahami siswa,
bagaimana merancang dan melaksanakan pembelajaran, mengevaluasi hasil belajar siswa serta mampu untuk mengembangkan siswa itu sendiri. Dalam kompetensi pedagogik ini bagaimana guru mampu untuk mengelola pembelajaran mulai dari awal sampai akhir, selain itu guru juga membantu siswa untuk mengembangkan pada ranah kognitif (pengetahuan) dengan kata lain guru mampu mengelola pembelajaran di kelas.
b.
Kompetensi Profesional Kompetensi profesional adalah kemampuan guru menguasai kurikulum
materi pembelajaran secara luas dan mendalam sesuai dengan bidang keilmuannya. Selain itu bagaimana guru juga mampu mempersiapkan administrasi pembelajarannya. Guru juga mampu untuk menunjukkan sisi kreatifitasnya dalam mengemas materi agar menarik minat belajar siswa, selain itu mampu menggunakan media pembelajaran yang sesuai agar motivasi belajar siswa itu meningkat. Dengan berkembangnya zaman maka guru juga mengikuti perkembangan ilmu pendidikan terkini yang selalu dinamis. Tugas guru bukan semata memberikan materi pelajaran kepada siswa saja melainkan bagaimana membentuk karakter siswa itu sendiri.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
c.
16
Kompetensi Kepribadian Kompetensi kepribadian merupakan kompetensi yang berifat personal dari
seorang guru. Kepribadian yang mantap dari sosok seorang guru akan memberikan teladan yang baik terhadap anak didik maupun lingkungan sekitarnya, sehingga guru akan tampil sebagai sosok yang patut “digugu” (ditaati nasehat/ucapan/perintahnya) dan “ditiru” (dicontoh sikap dan perilakunya). Kemampuan kepribadian seorang guru juga mencerminkan kehidupannya baik itu dilihat dari faktor fisik maupun psikisnya setiap perkataan, tindakan, dan tingkah laku positif akan meningkatkan citra diri dan kepribadian seseorang. Samana (1994:54) mengatakan bahwa kompetensi kepribadian merupakan modal dasar bagi seorang guru dalam menjalankan tugas keguruannya. Selain itu guru juga mampu menjadi seorang pemimpin baik itu di dalam lingkup sekolah maupun di luar sekolah, dengan tujuan menciptakan suasana belajar yang kondusif agar tujuan pembelajaran dapat tercapai. Dengan kompetensi kepribadian ini guru dapat menjadi teladan dan panutan bagi para siswanya.
d.
Kompetensi Sosial Kompetensi sosial seorang guru dapat dilihat dari cara berkomunikasi dan
bergaul secara efektif baik dengan orang tua, sesama guru, maupun dengan siswa itu sendiri. Selain itu guru tidak boleh mempunyai sikap eksklusif melainkan inklusif dan tidak mendiskriminasi siswa. Kompetensi sosial juga bagaimana guru mempunyai cara berkomunikasi yang baik terlebih santun serta mampu memberikan interaksi yang baik di lingkungan sekolah maupun lingkungan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
17
masyarakat. Samana (1994:54) mengatakan bahwa kompetensi sosial merupakan salah satu modal dasar bagi seorang guru dalam menjalankan tugas keguruannya.
B. Guru Yang Berspiritualitas Kristiani 1. Guru Kristiani Guru Kristiani adalah seorang awam atau seorang religius (biarawan, biarawati dan klerus), baik itu beragama Protestan atau Katolik yang mempunyai profesi sebagai pengajar di sekolah. Guru Kristiani juga mengajar baik itu di pendidikan dasar maupun pendidikan menengah. Dalam pelayanannya sebagai pengajar, guru Kristiani haruslah mampu untuk memberikan kesaksian imannya dan pelayanannya itu sebagai tugas sosial Gereja. Sebagai pengajar, guru Kristiani juga haruslah mampu bertindak sebagai pemimpin tapi bukan pemimpin dalam arti harafiah, melainkan mampu memiliki kedalaman hidup dan memberikan teladan yang baik bagi orang di sekitarnya. Mintara (2009: 5) mengatakan bahwa “Seorang pemimpin mesti memiliki kedalaman hidup. Ia mesti seorang pribadi yang mengakar kuat. Ia tidak mudah bengkok dan ia tahan uji.” Guru Kristiani berpusat pada Yesus Kristus, Sang Guru Sejati. Selain itu juga, dalam mengajar pastilah berisi tentang Kristus sendiri dan ajaran-Nya, dan bagaimana mewujudkannya pada masa sekarang. Pada saat pelayanan-Nya, Yesus mengajar orang banyak yang mengikuti-Nya dan mendengarkan ajaran-Nya. Pada masa sekarang, tugas mengajar itu sudah dilanjutkan oleh guru-guru Kristiani, yang harus mampu menjalankan tugas seperti Yesus. Dalam proses pembelajaran, guru Kristiani juga harus mempunyai semangat Kristiani, misalnya seperti
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
18
kebenaran, kesetiaan dan kasih. Misalnya untuk nilai kebenaran, guru Kristiani mengajarkan tentang kebenaran pada murid-murid. Dalam mengajar, guru Kristiani tidak hanya mengajarkan tentang kebenaran-kebenaran tapi juga bagaimana dapat berkomunikasi dengan Allah itu sendiri (bdk CT art 7). Berkomunikasi dengan Allah yang dimaksudkan adalah bagaimana guru mampu menunjukkan bahwa dirinya memberikan teladan misalnya ketika berdoa secara pribadi. Guru Katolik mencerminkan orang Kristiani yang mengabdikan diri pada kehidupan orang banyak, terutama dalam tugas menjadi seorang pendidik di sekolah. Guru Kristiani bertugas mendidik para murid melalui pelajaran agama Katolik di sekolah. Melalui tugasnya yaitu mendidik guru dapat membuat orang banyak terbantu terutama dalam hal pendidikan. Sebagai orang Kristiani, tugas menjadi seorang guru merupakan suatu panggilan hati, karena dengan melayani dengan sepenuh hati maka guru itu dapat menghayati tugas yang diembannya. Panggilan hati yang dimaksud adalah bagaimana guru itu menghayati bahwa menjadi gurulah panggilan hidupnya. Guru merupakan tugas yang mulia dan menjadi perpanjangan tangan Tuhan dalam melayani sesama. Menjadi guru Kristiani merupakan sebuah pelayanan terutama pelayanan akan iman jadi bukan hanya sekedar pekerjaan.
2. Guru Agama Katolik Guru agama Katolik adalah seorang awam Katolik atau religius (biarawan atau biarawati) yang menjadi pendidik atau guru agama Katolik di sekolah. Guru
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
19
agama Katolik mengajar pelajaran agama Katolik di sekolah baik di tingkat sekolah dasar atau menengah. Guru agama Katolik mempunyai iman yang dewasa agar mampu melaksanakan tugas untuk membantu, mempermudah dan memperlancar pengakuan iman murid-muridnya sebagai orang beriman. Guru agama Katolik dapat disebut sebagai pendidik iman, saksi iman, dan membantu dalam perkembangan iman murid-muridnya. Sebagai pendidik iman, guru agama Katolik mewartakan Kabar Gembira Kerajaan Allah dalam proses belajar mengajarnya. Hal tersebut mempunyai tujuan agar para murid terbantu untuk semakin mengenal dan menghayati imannya akan Kristus. Oleh karena itu, guru sebagai pendidik iman dalam melaksanakan pelayanannya harus memperhatikan kehidupan konkret para murid (Setyakarjana, 1997:4). Selain sebagai pendidik iman, guru agama Katolik juga sebagai saksi iman. Maksudnya adalah mempunyai identitas sendiri atau khas dalam melaksanakan tugasnya yang belum tentu dimiliki oleh guru lain. Identitas tersebut dapat terlihat dalam mewartakan kabar gembira Kerajaan Allah dalam setiap proses pembelajarannya. Tindakan nyata dapat dilihat sebagai perwujudan dari kesaksian iman, misalnya pembawaan diri yang tenang dan matang, disiplin diri, memperjuangkan keadilan dan memperhatikan siswa yang kesulitan. Jadi, guru agama Katolik dalam mengajar tidak hanya melalui kata-kata saja, melainkan melalui tindakan nyata dalam kehidupan sehari-hari serta memberikan teladan yang baik.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
20
Peranan guru agama Katolik di sekolah ketika mengajar di kelas sama dengan guru-guru mata pelajaran yang lain seperti matematika, IPS, ataupun mata pelajaran yang lain. Tapi dalam hal mendidik, guru agama Katolik lebih spesifik dan lebih mendalam, karena guru agama Katolik lebih memperhatikan perkembangan iman siswa siswinya. Dalam mata pelajaran PAK lebih ditekankan pada pemahaman murid-murid bukan hafalan semata serta tidak lepas dari tugas utamanya guru agama Katolik adalah membantu memperkembangkan iman murid-muridnya. Proses dalam PAK direncanakan dan diorganisir serta dipertanggungajawabkan
demi
perubahan
anak
didik,
sehingga
dapat
memperkembangkan hidup beriman para siswa (Winkel, 1989: 20). Hutabarat dalam Lokakarya Malino (1981: 18) menyatakan bahwa PAK merupakan salah satu bidang studi yang diajarkan di sekolah, agar siswa mampu menggumuli hidup dari segi pandangan-pandangan Katolik, dan dengan demikian mudah-mudahan siswa berkembang terus menerus menjadi manusia paripurna (manusia beriman). Lokakarya Malino (1981: 20) menyatakan bahwa guru agama Katolik merupakan pengantar proses belajar dan memiliki persiapan yang sungguh-sungguh. Guru agama Katolik di sekolah merupakan pembina iman yang harus memiliki pengetahuan, pemahaman, dan pengalaman iman, yang bertugas tidak hanya mengajar melainkan mampu menciptakan situasi yang nyaman bagi siswa untuk dapat belajar dan mendapatkan hasil yang baik. Guru agama Katolik di sekolah merupakan pendidik iman dan juga sebagai pewarta di sekolah. Sekolah merupakan salah satu tempat untuk mewartakan Injil
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
21
kepada remaja (murid-murid), dan sekolah juga merupakan tempat bertemu dan berinteraksi satu sama lain. Dalam hal ini Papo (1990: 15-16) mengatakan: Makna lingkup sekolah ialah tingkat lembaga pendidikan dengan kurikulumnya, ditunjang dengan struktur peluang kecerahan masa depan beserta kondisi sekolah dan kondisi lingkungan hidup anak, dengan wawasan yang berorientasi kepada hidup dan mau terlibat dalam masyarakat.
Dari penjelasan ini dapat dikatakan bahwa lingkup sekolah merupakan tempat yang baik asalkan kondisi lingkungan sekolah mendukung untuk mendidik, terutama dalam mendidik iman para muridnya. Sama dengan Yesus sendiri yang begitu gigih dalam mengajar orang-orang banyak pada waktu itu. Apa yang diwartakan oleh Yesus? Yang diwartakan Yesus adalah Kerajaan Allah (EN art. 8). Begitu pula guru agama di sekolah, bertugas mewartakan Yesus dan juga Kerajaan Allah yang secara sederhana dapat dilihat melalui kehidupan sehari-hari di sekolah. Mewartakan Injil merupakan tugas khas bagi Gereja seperti pengajaran, pelayanan, dan kesaksian. Gereja ada untuk mewartakan Injil melalui kotbah dan mengajar, selain itu memberikan pelayanan (EN art. 14). Dalam mengajar di kelas, guru agama Katolik perlulah memperhatikan pembawaan dirinya dan juga menciptakan relasi yang komunikatif serta dialog yang aktif dengan para siswa. Penampilan yang baik akan mencerminkan penghayatan diri sebagai guru agama Katolik. Pendidikan iman tidak lepas dari tugas guru agama Katolik di sekolah, yaitu mendidik iman siswa agar semakin mendalam dan mampu menghayati imannya. Papo (1990: 17) mengatakan bahwa “Hidup beriman berarti hidup Kristen bersama dan dalam Yesus Kristus, yang berlaku untuk seluruh hidup”.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
22
Dengan kata lain beriman akan Yesus Kristus berarti juga mau bersatu denganNya dan menyerahkan hidup bersama dengan Dia. Mengajar adalah tugas utama guru agama, sama dengan Yesus pada waktu itu mengajar orang-orang banyak (Mat 4:23; Mrk 13:13). Pendidikan iman itu haruslah menyentuh dan memperhatikan kehidupan konkret para siswa yang juga harus bersifat holistik. Bersifat holistik artinya, sesuai dengan kepentingan siswa, tujuan PAK di sekolah harus mencakup segi kognitif, afeksi, dan praksis (Heryatno, 2008: 23). Ketiga unsur ini adalah satu kesatuan, tidak dapat dipisahkan karena saling berhubungan, karena dengan ketiga unsur ini dapat mencerminkan orang Kristiani yang setia menghayati imannya. Usaha pendidikan iman di sekolah itu untuk membantu orang semakin tumbuh dan berkembang dalam kehidupan iman dan menjadi serupa dengan Kristus (2 Kor, 3:18). Values FKIP Universitas Sanata Dharma menekankan beberapa sikap yang harus dipunyai oleh guru, yaitu profesionalitas, kecintaan dan kreativitas kepada nara didik, dan mempunyai sikap murah hati. Ketiga sikap inilah yang harus benar-benar diperhatikan oleh guru dalam proses pembelajaran. Begitu juga terhadap mahasiswa-mahasiswi IPPAK sebagai calong guru agama Katolik. Profesionalitas yang dimaksud adalah bagaimana kemampuan guru mengikuti perkembangan ilmu terkini, dengan cara terus belajar dan mengembangkan diri. Selain itu guru juga mampu menguasai bahan atau materi pembelajaran secara luas dan mendalam sesuai dengan substansi keilmuannya masing-masing. Guru mampu melihat siswa sebagai subyek bukan obyek,
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
23
sehingga para siswa dapat benar-benar dapat diperhatikan oleh guru. Kreativitas seorang guru juga diperlukan dalam pembelajaran, agar timbul niat dan minat para siswa untuk mengikuti pembelajaran. Guru agama Katolik di sekolah perlu memperhatikan 4 kompetensi yang wajib dimiliki oleh seorang guru, yaitu kompetensi pedagogik,
kepribadian,
profesional, dan sosial. Kompetensi pedagogik yaitu dimana guru agama Katolik mempunyai kemampuan untuk memahami karakteristik yang dimiliki oleh para siswa melalui berbagai cara.
Cara tersebut adalah bagaimana merancang
pembelajaran, dan melaksanakan pembelajaran PAK sekaligus melakukan evaluasi. Kompetensi yang kedua adalah kompetensi kepribadian. Kepribadian guru agama Katolik mempunyai kekhasan, dewasa, bijaksana, arif serta mempunyai akhlak yang mulia sehingga guru agama Katolik dapat menjadi teladan bagi para siswanya. Kompetensi yang ketiga adalah kompetensi profesional, yaitu guru mampu menguasai materi pembelajaran khususnya materi dalam PAK. Materi PAK mencakup 4 dimensi, yaitu dimensi pribadi siswa, termasuk relasi dengan sesama dan lingkungannya. Yang kedua adalah dimensi pribadi Yesus Kristus, kekhasan iman Kristiani diwarnai oleh pribadi Yesus Kristus. Ketiga adalah dimensi Gereja, yang dipahami sebagai persekutuan murid-murid Yesus yang siap melanjutkan karya Yesus. Dimana ajaran dan Iman Gereja berkembang di dalamnya. Dimensi terakhir adalah dimensi kemasyarakatan, yaitu Kristus dan Gereja-Nya ada bukan untuk diri-Nya sendiri, tetapi hadir untuk dunia.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
24
Kompetensi sosial perlu dimiliki oleh guru agama Katolik, karena untuk melakukan proses pembelajaran harus dapat berkomunikasi dengan baik. Komunikasi tidak hanya melulu kepada siswa, melainkan kepada teman sekerja maupun dengan orang tua murid.
3. Spiritualitas Kristiani Kata spiritualitas dalam konteks keagamaan dimengerti sebagai hubungan antara manusia dengan Allah. Spiritualitas berasal dari kata spirit yang memiliki dua arti, yang pertama adalah sukma, jiwa, roh: yang kedua berarti semangat. Manusia mempunyai hubungan dengan Allah dimana dengan mempunyai spiritualitas atau semangat itu manusia mampu melakukan kegiatannya. Heuken (2002: 11) mengatakan bahwa “spiritualitas itu menandakan hubungan „kerohanian‟ antara orang perorangan dengan Allah”. Heryatno (2008: 89) mengatakan bahwa “spiritualitas diletakkan di dalam konteks transendensi hidup manusia yang memberi makna dan yang sekaligus mengarahkan serta menyatukan seluruh kegiatan hidupnya”. Dari sini dapat dilihat bahwa hubungan dengan Allah adalah puncak hidup manusia, bagaimana manusia menyerahkan dan mengarahkan hidupnya pada rahmat Allah. Spiritualitas yang bersumber pada Yesus Kristus inilah yang disebut spiritualitas Kristiani. Spiritualitas berhubungan dengan iman seseorang, dimana manusia beriman akan Yang Ilahi. Manusia berhubungan dengan Allah dan manusia menjawab atau menanggapi rahmat Tuhan dengan iman. Pidyarto (1993: 59)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
25
mengatakan bahwa “Iman adalah kepercayaan manusia kepada Allah, penyerahan diri kepada-Nya sebagai jawaban manusia kepada panggilan Allah”. Dapat dilihat bahwa dengan iman itu, manusia mampu berhubungan dengan Allah, dan juga dapat menemukan rahmat atau berkat yang diberikan oleh Allah. Dengan iman itu juga, manusia mampu mengamalkan kebaikan bagi orang-orang di lingkungannya, asalkan manusia itu mampu juga untuk menghayati imannya itu dengan sepenuh hati. Iman bukan sikap batin yang melarikan diri ke dalam dunia khayal. Iman adalah kesadaran bahwa hidup tidak sendirian melainkan bersatu padu dengan semua orang lain yang telah memilih Kristus menjadi pegangan hidupnya. Percaya berarti mengakui bahwa hidupnya sudah mempunyai arti akan Kristus yang bersatu dengan Allah (Jacobs, 1985: 9192). Spiritualitas Kristiani dipahami juga sebagai Spiritualitas yang berpusat pada Kristus. Sebagai umat Kristiani, kita percaya bahwa Tuhan telah menyatakan diri-Nya di dalam diri Yesus Kristus PuteraNya oleh kuasa Roh Kudus-Nya. Oleh karena itu, spiritualitas Kristen bersumber pada Allah Tritunggal Maha Kudus, sedangkan yang menjadi pusat adalah Kristus sendiri. Sifat Kristosentris itu bukan untuk menyampaikan ajaran guru sendiri, melainkan ajaran Yesus Kristus, yaitu kebenaran yang tidak lain Diri-Nya sendiri (CT art 6). Dengan spiritualitas itu manusia
mampu
untuk
menghayati
imannya
itu
dan
mampu
mempertanggungjawabkan imannya. Papo (1990: 17) mengatakan “Hidup beriman berarti hidup seorang Kristen bersama dan dalam Yesus Kristus, yang berlaku untuk seluruh hidup”. Maksudnya adalah hidup seorang Kristiani
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
mengimani Yesus
Kristus selain
itu
dalam
segala tindakannya,
26
juga
memperhatikan orang yang mengimani Yesus.
4.
Sosok Guru Agama Yang Berspiritualitas Kristiani Pada sub bab ini penulis akan membahas sosok guru agama yang
berspiritualitas Kristiani. Sub bab sebelumnya telah menguraikan tentang guru, guru agama Katolik serta spiritualitas Kristiani. Selain menjadi pendidik iman di sekolah yang mengimani Kristus, guru agama Katolik juga haruslah mempunyai spiritualitas Kristiani yang mendalam. Guru agama Katolik juga dapat berkarya di tengah masyarakat, yaitu sebagai pewarta dan saksi Kristus. Khususnya dalam bidang pendidikan di sekolah, yakni mewartakan Kerajaan Allah melalui pengajaran di sekolah. Sebagai orang Kristiani, guru agama Katolik mempercayakan dan menyerahkan hidupnya pada penyelenggaraan Allah. Selain itu guru agama Katolik juga belajar dari Sang Guru sejati yaitu Yesus Kristus sendiri. Dalam kehidupan-Nya, Yesus selalu menyerahkan seluruh hidup-Nya pada penyelenggaraan Bapa, berpegang teguh pada kehendak Bapa-Nya. Demikian juga dengan guru agama Katolik, perlulah menyerahkan hidup dan selalu berpegang pada ajaran kasih Yesus dan mengasihi Bapa. Hidup bersatu dengan Bapa dan Yesus menjadi tujuan orang kristiani dan juga tinggal di dalam Dia. Spiritualitas Yesus sendiri menjadi sebuah spiritualitas guru Kristiani. Mintara (2014: 22) mengatakan:
Sebagai orang Kristiani, menjadi guru bukan sekadar profesi, melainkan sungguh merupakan panggilan Tuhan sendiri. Panggilan menjadi guru
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
27
adalah panggilan hati. Panggilan menjadi guru adalah panggilan dari Sang Guru Sejati.
Dari kutipan di atas dapat dilihat bahwa menjadi seorang pengajar bukan semata-mata sebagai sebuah profesi, karena dibutuhkan passion atau hasrat didalamnya serta sebuah panggilan dan skill. Seorang pengajar harus mencintai pekerjaan mengajar, bahan yang diajar dan siapa yang diajar. Tiga elemen ini harus bersinergi untuk menghasilkan seorang pengajar dan murid yang berkualitas. Spiritualitas Kristiani mempunyai wujud yang khas yaitu pelayanan tanpa mengharapkan balas jasa. Mengapa pelayanan? Karena dengan pelayanan itu, guru agama Katolik juga ikut menghayati pelayanan Yesus sendiri. Pelayanan sepenuh hati Yesus kepada bangsa-Nya pada waktu itu dapat menjadi contoh yang baik bagi guru agama Katolik yaitu melayani dengan sepenuh hati. Mintara (2010: 36) mengatakan bahwa “Memberikan diri sepenuh hati dan menyelami hati anakanak kita kiranya merupakan modal utama untuk memahami mereka secara utuh”. Sebagai simbol dari pelayanan itu kita harus menjadi terang dan garam dunia. Mintara (2010: 73) mengatakan “Menjadi garam dan terang dunia berarti menjadi model dan contoh pelaku keutamaan Kristiani”. Guru juga haruslah mempunyai sikap pelayanan dengan tulus dan juga memberikan teladan yang baik bagi murid-muridnya. Melayani dengan rendah hati dan tulus menjadikan seorang guru dicintai oleh murid-muridnya, selain memberikan teladan yang baik, guru juga mengajarkan keutamaan dan pelajaran hidup bagi murid-muridnya (Yoh 13:1-20). Dapat dilihat disini, bahwa Yesus
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
28
mengajarkan praktek secara langsung memberikan teladan dan pelayanan kepada orang-orang disekitarnya. Mau belajar terus menerus merupakan tugas dari guru, Profesi guru adalah sebuah panggilan hidup, jika tidak mempunyai panggilan sebagai seorang guru mungkin ada kesulitan ketika menjalaninya. Guru juga mampu menghayati sikap-sikap yang mencerminkan seorang guru Kristiani. Heryatno (2008: 91) mengatakan “…..panggilan-Nya kita tanggapi antara lain dengan meneguhkan, mengasihi, menyemangati, memperhatikan, mendampingi, dan membantu peserta didik yang dipercayakan kepada pengabdian kita.” Dari sini kita dapat melihat bahwa guru agama Katolik haruslah mempunyai spiritualitas dan juga integritas sehingga mampu mewujudkan pelayanannya dengan sepenuh hati. Mengapa sepenuh hati, karena dengan sepenuh hati itu seorang guru dapat menanggapi peserta didik (siswa) dengan baik pula atau memandang baik peserta didik (siswa). Mintara (2010: 88) mengatakan “Yang paling penting dibutuhkan dalam mengajar bukanlah kata-kata, melainkan teladan hidup. Yang dibutuhkan adalah integritas dan jati diri Anda sebagai pribadi yang berprofesi guru”. Selain itu guru juga menjadi pemimpin, bukan pemimpin dalam arti harafiah tetapi berani menjadi pemimpin bagi dirinya dan juga bagi peserta didiknya. Mintara (2009: 5) mengatakan bahwa “Seorang pemimpin mesti memiliki kedalaman hidup. Ia mesti seorang pribadi yang mengakar kuat. Ia tidak mudah bengkok dan tahan uji. Seorang pemimpin mesti siap sedia menjalankan tugas.” Dapat dilihat bahwa, guru agama Katolik haruslah mempunyai kedalaman
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
29
hidup. Maksudnya adalah menghayati jalan panggilannya sebagai guru agama, dan tidak meninggalkan hidup doa dan pelayanannya. Kedalaman hidup dapat diartikan juga mampu melihat kembali atau berefleksi baik dirinya, kegiatannya, dan juga pelayanannya kepada para siswa. Doa dan pelayanan dapat menjadikan semangat dalam panggilan sebagai guru. Mempunyai pendirian yang kuat dan tidak mudah terpengaruh apalagi pengaruh yang jelek, serta siap menjalankan tugasnya, guru agama Katolik perlulah mempunyai sikap siap sedia. Apabila ditunjuk atau ditugaskan dimanapun, guru agama Katolik siap sedia untuk menanggapi panggilannya sebagai guru. Kepekaan menjadi sikap yang mesti dimiliki oleh guru agama Katolik yaitu bagaimana dapat melihat keadaan konkret yang dialami oleh siswa. Misalnya ketika ada siswa yang lesu ketika mengikuti pelajaran agama, guru mendatangi dan bertanya ada masalah apa. Ketika Yesus memperingatkan Yudas dan juga ketika Yesus menegur Petrus yang kurang percaya pada-Nya, Yesus dengan tegas mengingatkan bahwa yang bekerja dalam dirinya (Petrus) bukan roh baik tapi roh jahat (Yoh 13:36-38). Dalam hal ini Yakob Papo (1990: 36) mengatakan:
Seorang guru agama, baik pada tempat kerjanya di tengah-tengah anak didik dan juga dalam lingkungan masyarakat harus selalu menyadari dan membarui motivasi tugasnya bahwa ia adalah guru iman yang terpanggil untuk mewartakan Kristus.
Guru agama Katolik memiliki tempat di tengah masyarakat, karena dengan hidup bersosialisasi di masyarakatnya guru mampu untuk terus belajar dan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
30
mengembangkan potensinya. Guru dapat menunjukkan bahwa dirinya mampu dan berani mewartakan Yesus di tengah masyarakat, membawa damai dan juga suasana yang baik untuk kehidupan bermasyarakat.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB III
PEMBINAAN SPIRITUALITAS KRISTIANI MAHASISWA-MAHASISWI IPPAK-USD SEBAGAI CALON GURU AGAMA KATOLIK YANG PROFESIONAL DAN BERSPIRITUAL
Dalam bab II telah diuraikan tentang pengertian guru secara umum sampai pengertian secara khusus tentang guru agama Katolik. Pada bab II juga telah diuraikan tentang Spiritualitas Kristiani dan guru agama Katolik yang berspiritualitas Kristiani. Pada bab III ini penulis membahas penelitian tentang pembinaan Spiritualitas Kristiani bagi mahasiswa-mahasiswi IPPAK-USD sebagai calon guru agama Katolik. Dalam bab III ini penulis memulainya dengan memaparkan gambaran umum prodi IPPAK-USD, mahasiswa-mahasiswi prodi IPPAK dan perkembangannya menjelaskan
serta
metodologi
suasana
akademis.
penelitian
yang
Bagian akan
selanjutnya
dilaksanakan.
penulis Sesudah
melaksanakan penelitian, penulis membahas hasil penelitian yang telah diperoleh dalam laporan penelitian. Dengan penelitian ini, penulis berharap dapat menggambarkan sosok guru agama Katolik ysng ideal dan yang diharapkan terutama yang berspiritualitas Kristiani kepada mahasiswa-mahasiswi IPPAK.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
32
A. Gambaran Umum Prodi IPPAK-USD 1.
Visi dan Misi Prodi IPPAK-USD tahun 2013 Menurut Borang Akreditasi Prodi IPPAK – USD tahun 2013, Prodi
IPPAK-USD memiliki visi yaitu: “Terwujudnya Gereja yang memperjuangkan masyarakat Indonesia yang semakin bermartabat.” Sedangkan Misi Prodi IPPAK-USD menurut Borang Akreditasi Prodi IPPAK-USD tahun 2013 adalah: a.
Mendidik kaum muda menjadi katekis dalam konteks Gereja Indonesia yang memasyarakat.
b.
Mengembangkan karya katekese dalam Gereja demi masyarakat Indonesia yang semakin bermartabat.
2.
Tujuan Prodi IPPAK-USD Menurut Borang Akreditasi Prodi IPPAK-USD tahun 2013, prodi IPPAK
mempunyai tujuan yaitu: a.
Menghasilkan pendidik Agama Katolik di sekolah maupun pendidik Agama Katolik di paroki yang mempunyai iman yang mendalam, berkompeten, berkepribadian dan berintegritas unggul. Selain itu dapat membantu umat beriman mengembangkan imannya.
b.
Menghasilkan pengembang karya katekese melalui kerjasama dengan tokohtokoh umat dan para pimpinan Gereja.
c.
Prodi IPPAK-USD mampu menghasilkan karya-karya pengembangan katekese.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
33
Prodi IPPAK - USD berkomitmen semakin mantap untuk menjadi lembaga pendidikan katekis dan pengembang karya katekese di Indonesia. Maka dengan itu prodi IPPAK - USD selalu mengadakan kegiatan-kegiatan yang mendukung warga kampus seperti retret angkatan dan juga dosen, bekerjasama dengan alumni dalam bentuk lokakarya, kerjasama dengan sekolah-sekolah Katolik, dan juga yang penting adalah meningkatkan pelaksanaan kuliah Pembinaan Spiritualitas bagi mahasiswa-mahasiswi IPPAK sendiri. Itu semua bertujuan agar lulusan prodi IPPAK menjadi semakin berkembang dan maju. Semua itu dapat terjadi bila ada kerjasama antar pihak yang terlibat baik itu oleh dosen, mahasiswa, maupun stakeholder yang terkait. Tim penyusun Borang Akreditasi tahun 2013 menjelaskan bahwa Prodi IPPAK - USD semakin belajar bagaimana mengembangkan kurikulum perkuliahan yang sesuai juga relevan untuk zaman sekarang ini terutama akan kebutuhan umat yang akan dilayani. Karena zaman yang semakin berkembang maka
dosen
juga
semakin
mempersiapkan
diri
dengan
meningkatkan
produktivitas, kualitas mengajar, dan juga penelitian. Itu semua dilakukan oleh dosen IPPAK untuk mempersiapkan mahasiswanya agar dapat menghadapi tuntutan zaman sekarang. Menghadapi berkembangnya zaman dan tuntutannya, Prodi IPPAK tidak berdiam
diri
untuk
melakukan
perubahan
misalnya
dengan
semakin
berkembangnya program-program unggulan semisal Teater Rakyat, dimana kegiatan ini mengasah kemampuan mahasiswa-mahasiswi untuk mampu mengolah dan juga mengemukakan pendapatnya mengenai masalah atau isu yang
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
34
sedang hangat di masyarakat. Selain itu ada Pembinaan Spiritualitas yang ada di tiap semester (mulai dari semester I sampai VIII). Dalam Pembinaan Spiritualitas ini terdapat tema-tema yang diolah pada tiap semester. Tema-tema ini diharapkan memacu mahasiswa-mahasiswi untuk semakin mampu melihat dirinya sebagai pribadi yang otentik dan juga menghargai temannya yang lain. Tapi yang paling utama mahasiswa mampu mendapatkan ilmu terutama akan pelatihan soft skills.
3.
Gambaran Umum Mahasiswa-mahasiswi IPPAK - USD Beragamnya mahasiswa-mahasiswi IPPAK yang datang dari berbagai
daerah menjadi salah satu kekhasan prodi ini. Kaum religius dan awam semua menyatu dalam komunitas kampus. Pengalaman penulis pada awal kuliah merasakan sedikit canggung atau segan ketika berbincang atau berdiskusi dengan kaum religius, karena mereka berbeda dari yang lain. Tapi lama-kelamaan menjadi terbiasa karena mereka juga ingin belajar bersama. Itu salah satu contoh keakraban mahasiswa-mahasiswi IPPAK. Begitu juga dengan dosen dan mahasiswanya mengalami relasi yang saling menguatkan, meneguhkan dan penuh dengan persaudaraan. Di prodi IPPAK, mahasiswa-mahasiswi mempunyai dosen pembimbing (DPA) masing-masing untuk mendampingi studi selama kuliah, dan juga mendampingi ketika ada persoalan, sehingga tidak mengganggu kelancaran studi. DPA juga mengamati berkembangnya mahasiswa-mahasiswi di dalam proses kuliah maupun di luar kuliah. Ini semua terjalin dengan baik dan penuh dengan keakraban.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Mahasiswa-mahasiswi
prodi
IPPAK
dibekali
bagaimana
35
dapat
mengekspresikan diri lewat mata kuliah yang mendukung, seperti teater dan pembinaan ekspresi. Di sini mahasiswa-mahasiswi dilatih untuk berani tampil di muka umum, mampu berkomunikasi dengan efektif, serta mampu mengutarakan ide (gagasan) di dalam kelompok. Mahasiswa dilatih untuk berani tampil agar nanti ketika berada di tengah umat atau melaksanakan tugas tidak malu melainkan berani untuk mengungkapkan pendapat. Prodi IPPAK juga memberi kesempatan bagi mahasiswa untuk belajar berorganisasi, lewat kegiatan ekstrakurikuler seperti HIMKA
(Himpunan
Mahasiswa
Kateketik).
Mahasiswa
dilatih
untuk
berkomitmen dalam berorganisasi di sela-sela padatnya kuliah di kampus. Kegiatan organisasi tidak hanya dalam prodi IPPAK saja, melainkan mahasiswa dapat ikut serta dalam kegiatan di kampus pusat (Mrican) dalam berbagai kegiatan seperti INSADHA (Inisiasi Sanata Dharma), INFISA (Inisiasi FKIP Sanata Dharma) serta INSIPRO (Inisiasi Prodi). Selain itu prodi IPPAK juga menyelenggarakan kegiatan yang mendukung mahasiswanya seperti misa kampus yang diadakan tiap minggu pertama setiap bulan, retret dan juga rekoleksi dan kegiatan rohani lain yang mendukung. Mahasiswa-mahasiswi IPPAK setelah lulus dituntut mempunyai soft skllis untuk mendukung pelayanannya sebagai guru agama maupun katekis. Prodi mempunyai tujuan yaitu menghasilkan lulusan yang berkarakter utuh dan kuat dalam 3 C, yaitu competence, conscience, dan compassion. Semua ini bertujuan untuk membina lulusan yang berbudi luhur, berkarakter, jujur, bertanggungjawab, dan juga disiplin. Ini juga didasari oleh nilai-nilai Kristiani dan juga visi Ignasian.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
36
Dalam nilai-nilainya, prodi menekankan bahwa lulusannya harus mampu mempunyai profesionalitas dalam mendidik, mampu mempunyai kreativitas dalam mendidik, dan juga membangun sikap murah hati. Keadaan mahasiswa-mahasiswi IPPAK menurut data tahun 2008-2013 yang peneliti peroleh dari sekretariat prodi menggambarkan mahasiswamahasiswi IPPAK mengalami fluktuatif, maksudnya ada kenaikan mahasiswa dan ada juga sedikit penurunan. Untuk lebih jelas dapat dilihat dalam tabel berikut:
No
Tabel 1 Data Mahasiswa/siswi IPPAK-USD TA 2014/2015 Jenis Kelamin Tahun Angkatan Semester Laki-laki Perempuan Jumlah
1
2014/2015
I
17
22
39
2
2013/2014
III
13
29
42
3
2012/2013
V
21
43
64
4
2011/2012
VII
20
23
43
5
2010/2011
IX
17
35
52
6
2009/2010
XI
3
12
15
7
2008/2009
XIII
5
2
7
8
2007/2008
XV
1
2
3
97
168
265
JUMLAH
Di prodi IPPAK mahasiswa-mahasiswi mendapatkan pelayanan, baik itu dari para dosen maupun dari pihak universitas sendiri. Prodi IPPAK menyelenggarakan bimbingan pribadi bagi mahasiswa-mahasiswi. Keistimewaan prodi IPPAK ada dalam pembinaan Spiritualitas yang didapat mahasiswa pada tiap semester. Prodi tidak memberi bobot SKS dalam mata kuliah Pembinaan Spiritualitas ini dengan maksud mahasiswa-mahasiswi diberi semangat hidup dan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
37
juga perjuangan melalui Spiritualitas Ignasian yang diwariskan oleh St. Ignasius Loyola. Pembinaan Spiritualitas dapat membantu mahasiswa juga untuk mendewasakan diri dalam menghadapi arus zaman.
4.
Pembelajaran dan Suasana Akademis Prodi IPPAK-USD Data dan penjelasan pada subbab ini penulis ambil dari Borang Akreditasi
IPPAK – USD dan Laporan Evaluasi Diri Prodi IPPAK – USD tahun 2013 yang disusun oleh Tim Penyusun Prodi IPPAK – USD. Kompetensi utama lulusan Prodi IPPAK adalah sebagai pengembang karya katekese, terlebih menjadi pendidik agama Katolik di sekolah. Lulusan IPPAK untuk menjadi pengembang karya-karya katekese perlulah menguasai ilmu kateketik, mampu merefleksikan iman pribadi dan tradisi, mampu merancang, mengembangkan serta mengelola karya-karya katekese, dan juga mampu mendampingi/mengkader tenaga-tenaga katekis baru sehingga mampu menghasilkan karya-karya katekese. Lulusan diharapkan mampu mengenal peserta didik dan mampu melaksanakan pembelajaran PAK di sekolah, mengevaluasi dan juga bekerjasama dengan berbagai pihak yang terkait. Itu semua agar mahasiswa dapat mengembangkan diri menjadi guru agama Katolik di sekolah. Selain menjadi pengembang karya katekese dan juga guru agama, lulusan prodi IPPAK juga dapat menjadi katekis di paroki. Sedangkan kompetensi yang mendukung lulusan dari prodi IPPAK adalah mahasiswa yang menguasai dasar-dasar ilmu teologi dan mampu menguasai dasar-dasar ilmu pendidikan. Mata kuliah di Prodi IPPAK wajib diambil
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
38
seluruhnya oleh mahasiswa karena sudah sesuai dengan yang dibutuhkan. Selain mata kuliah yang berbobot 2 SKS, ada juga mata kuliah yang nol ( 0 ) SKS. Ini menjadi kekhasan kokuriluler prodi IPPAK karena bertujuan agar mahasiswa memiliki bekal ketrampilan berekspresi, memiliki kerohanian yang kuat, dan juga berkepribadian yang mantab. Mata kuliah kokurikuler ini juga menjadi prasyarat dalam yudisium. Praktek lapangan menjadi salah satu hal yang penting bagi prodi IPPAK, karena beberapa mata kuliah harus dipraktekkan setelah memahami teori. Misalnya mata kuliah PPL PAK Dasar dan Menengah dimana mahasiswamahasiswi terjun secara langsung mengajar di sekolah, begitu juga ada KKN (KBP/Karya Bakti Paroki) yang terjun langsung ke tengah-tengah hidup umat di paroki. Suasana akademis di prodi IPPAK selama ini penulis rasakan sangat kental dengan persaudaraan dan saling membantu satu sama lain. Rasa persaudaraan itu terbina antar mahasiswa, antar dosen, dan juga karyawan. Pada umunya hubungan serta partisipasi mahasiswa terhadap segala kegiatan di kampus cukup antusias misalnya ketika semester II sedang mengadakan kegiatan Teater Rakyat, semester yang lain pun ikut mengapresiasi dengan menyaksikan penampilan mereka. Ada hal lain yang membuat prodi IPPAK berbeda dari prodi lain yaitu bagaimana sikap persaudaraan dan kekeluargaan dipupuk di dalam kampus. Misalnya ketika perkuliahan berlangsung mahasiswa pun dapat berpartisipasi secara aktif. Keterlibatan mahasiswa ini merupakan dampak dari pembelajaran yang menyentuh pribadi mereka karena paradigma yang digunakan di prodi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
39
IPPAK didasarkan pada pedagogi reflektif. Maka di setiap kegiatan maupun pembelajaran selalu dilengkapi dengan refleksi dan evaluasi, hal ini tidak lepas dari spiritualitas yang dihidupi oleh lembaga yaitu Spiritualitas Ignasian. Selain itu, dosen termasuk DPA (Dosen Pembimbing Akademis) melakukan monitoring kepada mahasiswanya misalnya dengan mengadakan pertemuan rutin atau bertanya hal-hal yang dapat membantu mahasiswa untuk semakin serius dalam kuliah. Prodi IPPAK menyediakan segala hal untuk membantu mahasiswa mengembangkan dirinya dalam berbagai bidang misalnya dalam berorganisasi maupun hal-hal untuk perkembangan pribadi yang mengasah soft skill. Sikap saling
menghormati,
menerima dan saling percaya antar
pendamping dan juga mahaiswa merupakan kekhasan prodi IPPAK. Dosen mengenakan pendekatan cura personalis supaya tercipta suasana yang nyaman dalam proses perkuliahan maupun pendampingan. Suasana keterbukaan itu menyingkirkan rasa tak aman. Mahasiswa mempunyai rasa kebebasan dan mempunyai sikap tenggang rasa karena saling menghargai perbedaan diantara mereka. Selain itu di dalam kampus ada suasana kebersamaan dan kerjasama, karena pada dasarnya manusia adalah makhluk sosial yang tidak bisa hidup sendiri. Dalam kebersamaan itu seseorang dapat tumbuh dan berkembang baik itu dari segi pribadi maupun hidup sosialnya juga berpengaruh untuk segi spiritualitasnya. Dalam prodi IPPAK kegiatan kebersamaan cukup banyak misalnya kuliah umum, Makrab, Rekoleksi Prodi, dan Misa kampus.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
40
B. Penelitian Tentang Pembinaan Spiritualitas Kristiani MahasiswaMahasiswi IPPAK-USD Sebagai Calon Guru Agama Katolik Yang Profesional dan Berspiritual 1. Desain Penelitian a. Latar Belakang Penelitian Penulis ingin melakukan penelitian bagi mahasiswa-mahasiswi IPPAK tentang upaya pembinaan Spiritualitas Kristiani mahasiswa-mahasiswi IPPAK. Penelitian ini mempunyai tujuan untuk mengetahui sejauh mana mahasiswamahasiswi IPPAK sudah memahami, menginternalisasi dalam diri dan juga semakin menghayati Spiritualitas Kristiani, karena sebagai calon guru agama Katolik yang kokoh perlu memiliki Spiritualitas Kristiani. Mahasiswa-mahasiswi perlu mendapatkan gambaran seorang guru agama Katolik yang ideal, profesional dan mempunyai spiritualitas Kristiani yang mantab. Berdasarkan pengalaman penulis menjadi guru agama di sekolah dasar Katolik di kota Yogyakarta, berasa dekat dan memperhatikan kebutuhan peserta didik itu perlu didahulukan, karena dengan memperhatikan peserta didik penulis tahu apa yang dibutuhkan. UU Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen memuat tentang kompetensi yang harus dikuasai oleh guru yaitu kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional. Ini merupakan sosok guru yang dibutuhkan yang sesuai dengan bidangnya masing-masing termasuk juga guru agama Katolik. Sosok guru agama Katolik semakin dibutuhkan perannya bagi para muridnya. Faktanya sekarang guru semakin dapat berinovasi karena zaman juga ikut berkembang. Dulu guru banyak disegani atau bahkan ditakuti bukan karena
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
41
galak melainkan masyarakat masih begitu menghormati guru. Sosok guru yang ideal seiring maju dan berkembangnya zaman semakin bergeser pula yang diinginkan. Pada masa sekarang ini guru agama yang ideal adalah guru yang memahami profesinya, yaitu bagaimana guru agama mendidik dengan sepenuh hatinya. Guru agama Katolik mempunyai sikap inklusif dan tidak menutup diri, melainkan mampu untuk bekerjasama dengan orang lain, sehingga tercipta sebuah komunitas yang saling mendukung. Prodi
IPPAK
mempunyai
motto
yang
sangat
mendalam
yaitu
Pradnyawidya (bijaksana dan berilmu). Selain itu, mahasiswa juga mendapatkan spiritualitas Ignasian yang sungguh membantu mendalami spiritualitas Kristiani karena dapat memacu mahasiswa menjadi pendidik yang sungguh dapat memuliakan nama Tuhan yang lebih besar. Gambaran seorang guru agama Katolik menurut penulis yaitu guru yang memahami cara mengajar, mampu menguasai materi dan juga mempunyai iman yang matang dan mendalam. Bagaimana itu dapat dihayati oleh guru agama Katolik dengan mempunyai spiritualitas Kristiani yang mendalam. Faktanya sekarang ini belum semua guru agama Katolik menghayati panggilannya. Banyak yang berpendapat bahwa guru hanya sebagai pekerjaan mengajar saja, sehingga belum sampai pada pelayanan iman. Penulis ingin mendapatkan gambaran bagaimana sosok guru agama Katolik yang ideal bagi mahasiswa-mahasiswi IPPAK. Melihat faktanya sekarang berbeda dengan masa lalu, sekarang dan yang akan datang pastinya menginginkan sosok guru agama yang sesuai dengan perkembangan zamannya. Spiritualitas
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
42
Kristiani dalam prodi IPPAK diharapkan mampu membantu mahasiswamahasiswi untuk semakin mendalami dan menghayati panggilan sebagai pendidik, khususnya sebagai guru agama Katolik.
b.
Rumusan Permasalahan Adapun rumusan permasalahan untuk penelitian ini adalah:
1) Gambaran sosok guru agama Katolik seperti apa yang diharapkan mahasiswamahasiswi IPPAK-USD? 2) Bagaimana gambaran tingkat internalisasi mahasiswa-mahasiswi IPPAKUSD sebagai calon guru agama Katolik?
c.
Tujuan Penelitian Penelitian ini diadakan untuk mendapatkan gambaran sosok guru yang
profesional
serta
berspiritual
menurut
perspektif
mahasiswa-mahasiswi.
Tujuannya adalah sebagai berikut: 1) Mendapatkan gambaran tentang persepsi mahasiswa-mahasiswi IPPAK terhadap guru agama Katolik yang profesional sekaligus berspiritualitas. 2) Mendapatkan gambaran tentang tingkat internalisasi mahasiswa-mahasiswi IPPAK terhadap sosok guru agama berspiritualitas.
Katolik
yang profesional dan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
43
d. Responden Penelitian Penelitian ini mengambil populasi mahasiswa-mahasiswi IPPAK. Penulis mengambil sampel mempergunakan teknik random sampling yaitu mengambil sampel secara acak sederhana sesuai dengan responden yang sudah ditentukan. Sedangkan penulis melakukan penarikan sampel dengan metode accidental sampling yaitu penelitian dilakukan secara kebetulan sesuai dengan unit atau subjek yang ada. Penulis hanya mengambil sampel saja dari tiap semester mulai dari semester II, IV, VI, dan VIII, X sehingga penulis mendapatkan jumlah responden sejumlah 60.
e.
Instrumen Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan melalui
penyebaran kuesioner. Cara yang dilakukan adalah dengan membuat pertanyaan berkaitan
dengan
spiritualitas
Kristiani
dan
juga
menggali
harapan
mahasiswa/siswi IPPAK sebagai calon guru agama Katolik. Penyebaran angket ini diberikan kepada mahasiswa-mahasiswi IPPAK semester II, IV, VI, VIII, dan X. setelah diisi kuesioner dikembalikan pada peneliti Selain kuesioner, penulis juga menggunakan teknik wawancara yang bertujuan untuk menguatkan data yang telah diperoleh. Instrumen atau alat pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
44
1) Kuesioner Kuesioner merupakan alat penelitian yang dibagikan kepada responden, untuk memungkinkan jawaban pernyataan yang sesuai dengan pengetahuan, pemahaman dan pengalaman sejujurnya. Pernyataan yang telah disusun disebarkan kepada responden, yakni para mahasiswa. Dalam penyebaran kuesioner, penulis pertama-tama bertemu dengan fungsionaris kelas dan beberapa orang yang akan penulis bawakan kuesioner untuk dibagikan, selain itu penulis membagikan secara accidental kepada mahasiswa-mahasiswi ketika sedang berkumpul atau kerja kelompok. 2) Wawancara Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti, dan juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam dan jumlah respondennya sedikit/kecil. Wawancara dilakukan apabila
ada
keraguan
bagi
penulis
sehingga
perlu
penguatan
dalam
pendapat/argumen. Wawancara penulis lakukan ketika di kampus maupun di tempat kost para responden. Waktu yang diperlukan untuk mewawancarai masing-masing responden amat bervariasi, tergantung tanggapan dari responden tersebut.
f. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang akan penulis gunakan adalah penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif adalah suatu penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
45
dan menganalisis fenomena, peristiwa, aktifitas, sikap, kepercayaan, persepsi, pemikiran orang secara individual maupun kelompok (Nana, 2012: 60). Tetapi juga penelitian deskriptif adalah suatu penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan fenomena yang ada, baik itu alamiah atau rekayasa manusia (Nana, 2012: 72). Sedangkan
metode
deskriptif
analitis
merupakan
metode
yang
menganalisis suatu data yang ditinjau dari dua hal yakni kenyataan dan ketentuan yang ada.
g.
Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di kampus Prodi IPPAK-USD. Penyebaran
kuesioner dan wawancara dilakukan pada bulan Maret 2015 dimana mahasiswamahasiswi tengah menjalani masa perkuliahan.
h.
Variabel Penelitian Variabel dalam penelitian ini ada dua yaitu :
1) Gambaran tentang persepsi mahasiswa-mahasiswi IPPAK-USD terhadap guru agama Katolik yang profesional dan berspiritualitas. 2) Mendapatkan gambaran tentang tingkat internalisasi mahasiswa-mahasiswi IPPAK-USD sebagai calon guru agama Katolik yang profesional dan berspiritualitas.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
i.
46
Kisi-kisi Penelitian Tabel 2 Kisi-kisi Instrumen Gambaran Tentang Persepsi Mahasiswamahasiswi IPPAK terhadap guru agama Katolik yang Profesional sekaligus berspiritualitas. Variabel Aspek Indikator No Jum Item lah MahasiswaGuru agama Pengertian guru 1 10 mahasiswi
Katolik yang
IPPAK
professional.
mendapatkan
Kompetensi 2
pedagogik. Kompetensi
gambaran tentang guru
3
profesional. Kompetensi
agama Katolik yang
4
sosial.
profesional
Kompetensi
sekaligus
5
kepribadian.
berspiritua litas.
agama Katolik.
Guru
yang
Guru agama
mencintai peserta
Katolik yang
didik,
berspirituali-
menghayati
tas.
panggilannya.
dan
Spiritualitas guru Kristiani.
6
7, 8, 9, 10.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
47
Tabel 3 Kisi–kisi Instrumen Gambaran tentang tingkat Internalisasi Mahasiswa-mahasiswi IPPAK terhadap sosok guru agama Katolik yang profesional sekaligus berspiritualitas. Variabel Aspek Indikator No Jum Item lah Tingkat Pendidik 11 20 Pendidik yang internalisasi
yang
mahasiswa-
Kristosen-
mahasiswi
tris,
umatsentris/sis-
IPPAK
umatsentris,
wasentris.
Kristosentris. Pendidik
yang 12
terhadap sosok dan inklusif. Sosok guru dan guru
yang
yang
13, 14
untuk
15
teladan
profesional
ideal
dan
zaman sekarang.
berspiritualitas Spiritualitas Kristiani.
Pengertian
16, 17
Spiritualitas Kristiani. Penghayatan dan
persiapan
diri
dalam
18, 19
Spiritualitas Kristiani. Manfaat spiritualitas Kristiani.
20
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
2.
48
Laporan Hasil Penelitian Pada bulan Maret 2015 peneliti telah melakukan penelitian melalui
kuesioner yang telah disebar ke semester II – X sekaligus peneliti melakukan wawancara. Dalam penelitian ini, peneliti telah melakukan penelitian dengan menyebarkan kuesioner pada 60 responden. Peneliti juga melakukan wawancara di kampus IPPAK – USD, waktu dan pelaksanaan wawancara bervariasi tergantung tanggapan dari responden tersebut. Wawancara telah peneliti lakukan pada 15 responden diantaranya laki-laki dan perempuan. Berikut adalah perbandingan dan juga pembagian kuesioner yang penulis lakukan:
Tabel 4 Jumlah Pembagian Responden Kuesioner No
Semester
Jumlah Kuesioner yang disebar ( N )
1
II
10
2
IV
15
3
VI
15
4
VIII
10
5
X
10
Total N : 60 responden kuesioner Peneliti akan memaparkan hasil penelitian berdasarkan variabel penelitian yang telah ditentukan. Pembahasan variabel didukung dengan hasil dari wawancara. Untuk mengelola data yang akan dikumpulkan, guna mengetahui dan menentukan jumlah prosentase dari setiap variabel, dipergunakan rumus di bawah
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
49
ini (Riduwan, 2004:87). Rumus ini digunakan untuk menghitung tiap prosentase dari variabel. A
A = Jumlah yang menjawab
X 100 % = ... N
a.
N = Jumlah responden
Laporan Penelitian Melalui Kuesioner Laporan penelitian melalui kuesioner yang peneliti sebarkan ke 60
responden mahasiswa-mahasiswi IPPAK – USD mulai dari semester II – X tertera pada tabel berikut: Tabel 5 Guru Agama Katolik yang Profesional menurut pandangan/perspektif mahasiswa-mahasiswi IPPAK – USD (N = 60) No
1
Pernyataan
Jumlah SS
S
TS
STS
33
27
0
0
(55%)
(45%)
(0%)
(0%)
Sebagai guru yang memiliki
30
29
1
0
Kompetensi Pedagogik guru
(50%)
(48%)
(2%)
(0%)
54
6
0
0
Guru agama Katolik adalah pengajar sekolah
iman yang
Katolik
di
bertugas
mengembangkan iman siswa. 2
mampu memahami keadaan atau kemampuan siswa. 3
Sebagai guru yang memiliki
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Kompetensi
(90%)
(10%)
(0%)
(0%)
Sebagai guru yang memiliki
0
3
20
37
Kompetensi Sosial maka dalam
(0%)
(5%)
(33%)
(62%)
Sebagai guru yang memiliki
39
21
0
0
Kompetensi Kepribadian guru
(65%)
(35%)
(0%)
(0%)
yang
27
33
0
0
guru
(45%)
(55%)
(0%)
(0%)
yang
37
23
0
0
guru
(62%)
(38%)
(0%)
(0%)
sebelum
Profesional
50
mengajar,
mempersiapkan
guru
materi/bahan
ajar dengan baik. 4
bersikap
guru
hanya
bersosialisasi dengan sesama guru, dan murid saja. Orang tua tidak. 5
wajib mempunyai kepribadian yang
mantap
agar
dapat
menjadi contoh yang baik bagi siswa. 6
Sebagai
guru
berspiritualitas, memperhatikan
iman
serta
kedalaman hidup siswanya. 7
Sebagai
guru
berspiritualitas, memberikan
pelayanan
diri
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
51
secara total pada muridnya. 8
Spiritualitas
Ignasian
25
35
0
0
Kristiani
(42%)
(58%)
(0%)
(0%)
37
22
1
0
(62%)
(36%)
(2%)
(0%)
Selalu bersyukur adalah salah
39
20
1
0
satu ciri guru yang mempunyai
(65%)
(33%)
(2%)
(0%)
membantu
guru
dalam memberikan pelayanan kepada siswa demi kemuliaan Tuhan yang lebih besar. 9
Mencintai
peserta
didik
merupakan hal yang penting bagi guru. 10
spiritualitas mendalam.
Tabel di atas memperlihatkan sosok guru agama Katolik yang profesional menurut pandangan atau perspektif mahasiswa-mahasiswi IPPAK – USD. Berdasarkan penelitian yang diperoleh dari item no. 1 penulis melihat bahwa 33 (55%) responden menyatakan bahwa guru agama adalah seorang pendidik iman Katolik disekolah. Sedangkan pada item no. 2, 30 (50%) responden menyatakan bahwa guru harus menguasai kompetensi Pedagogik. Pada item no. 3 penulis meilhat 54 (90%) responden menyatakan bahwa sebagai guru haruslah mempunyai kompetensi Profesional dalam mengajar sehingga dapat mempersiapkan bahan ajar dengan baik. Pada item no. 4 sebanyak 37 (62%) responden menyatakan bahwa guru haruslah mempunyai kompetensi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
52
Sosial yang menyeluruh, tidak hanya dengan murid (siswa) dan guru saja melainkan dengan orang tua mampu untuk bersosialisasi. Pada item no. 5 sebanyak 39 (65%) responden menyatakan guru harus mempunyai kepribadian yang mantap sehingga dapat menjadi contoh yang baik bagi murid-murid. Penulis melihat pada item no. 6 sebanyak 33 (55%)
responden
menyatakan sebagai guru selalu memperhatikan kedalaman iman siswanya dan perkembangan imannya agar semakin mantap. Sedangkan pada item no. 7 sebanyak 37 (62%) responden menyatakan bagaimana guru dapat memberikan pelayanannya secara total kepada murid-murid dan tidak setengah hati. Pada item no. 8, 35 (58%) responden menyatakan spiritualitas Ignasian membantu guru dalam memberikan pelayanan (mengajar) di sekolah, itu semua demi kemuliaan Allah yang lebih besar dan semakin dihayati oleh para siswa. Pada item no. 9 sebanyak 37 (62%) responden menyatakan behwa guru mempunyai rasa cinta serta kasih kepada siswanya karena merupakan hal yang penting selain itu siswa juga merasa diperhatikan akan perkembangan ilmu dan imannya. Sedangkan pada item no 10 sebanyak 39 (65%) menyatakan bersyukur merupakan salah satu ciri guru Kristiani yang mempunyai spiritualitas mendalam.
Tabel 6 Sejauh Mana Mahasiswa-Mahasiswi Sudah Mempersiapkan Dirinya Menghayati Spiritualitas Kristiani Sebagai Calon Guru Agama Katolik (N = 60) No 11
Pernyataan Sebagai
mahasiswa
saya
semakin belajar dan tahu
SS 30 (50%)
Jumlah S TS 30 0 (50%)
(0%)
STS 0 (0%)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
bahwa Yesus adalah inti dari pewartaan guru agama di sekolah. 12
Sebagai
mahasiswa
saya
34
25
0
1
(57%)
(41%)
(0%)
(2%)
25
33
2
0
(41%)
(55%)
(4%)
(0%)
25
35
0
0
(41%)
(59%)
(0%)
(0%)
Sebagai mahasiswa, saya
35
24
1
0
belajar untuk bergaul dan
(59%)
(39%)
(2%)
(0%)
semakin belajar memandang siswa sebagai subjek bukan objek. 13
Sebagai mahasiswa, saya semakin
belajar
dan
menghayati
bahwa
kepribadian yang baik akan diterima
baik
juga
di
lingkungan. 14
Sebagai
mahasiswa
saya
belajar untuk menghargai perbedaan
dalam
masyarakat sehingga tidak terjadi konflik. 15
membangun yang
komunikasi
baik antar sesama
terutama
yang
berbeda
53
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
agama. 16
Inti
dari
36
24
0
0
(60%)
(40%)
(0%)
(0%)
35
25
0
0
(59%)
(41%)
(0%)
(0%)
38
22
0
0
(63%)
(37%)
(0%)
(0%)
23
34
3
0
(38%)
(57%)
(5%)
(0%)
Spiritualitas Kristiani yang
27
33
0
0
saya dapatkan di IPPAK
(45%)
(55%)
(0%)
(0%)
Kristiani
spiritualitas adalah
Yesus
Kristus. 17
Spiritualitas Kristiani adalah spiritualitas
yang
mengambil semangat dari diri Yesus. 18
Penghayatan
dalam
spiritualitas membantu
Kristiani saya
untuk
semakin masuk ke dalam “hubungan” dengan Allah. 19
Saya
sebagai
merasakan makin
mahasiswa
manfaat
dan
menghayati
spiritualitas Kristiani selama kuliah di IPPAK. 20
membantu
saya
kehidupan sehari-hari.
dalam
54
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
55
Dari tabel variabel yang kedua diatas ingin menggambarkan sejauh mana mahasiswa-mahasiswi IPPAK – USD telah mempersiapkan dirinya dan makin menghayati spiritualitas Kristiani. Sesuai dengan hasil yang diperoleh, penulis mempunyai pendapat bahwa mahasiswa-mahasiswi sudah mempersiapkan dirinya dan semakin menghayati spiritualitas Kristiani. Pada item no. 11, 60 responden menjawab secara berimbang (50% dan 50%) yang menyatakan bahwa Yesus adalah inti dari pewartaan iman disekolah. Ini merupakan tanda bahwa mahasiswa-mahasiswi IPPAK sudah semakin menghayati dan mendalami spiritualitas. Sedangkan pada item no. 12 sebanyak 34 (57%) responden menyatakan bahwa memandang siswa sebagai subjek bukan objek. Mengapa demikian, karena siswa bukanlah tempat/ajang untuk beruji coba melainkan bagaimana sebagai guru harus bisa membentuk dan mengolah sikap dan iman anak agar menjadi semakin dewasa dan terus berkembang. Pada item no. 13 sebanyak 33 (55%) responden menyatakan setuju bahwa kepribadian yang baik dapat diterima baik oleh lingkungan. Seorang pribadi yang mempunyai kepribadian yang baik juga membantu dirinya untuk bersosialisasi dan bergaula dengan lingkungan. Pada soal item no. 14 sebanyak 35 (59%) responden yang menyatakan setuju jika dalam masayarakat tidak dapat menghargai perbedaan maka akan timbul konflik dalam masyarakat tersebut. Mahasiswa-mahasiswi IPPAK banyak yang tinggal dalam masyarakat dan berbaur dengan lingkungan masyarakat, sebagai orang Katolik kita harus dapat membawa kesejukan dan kedamaian dalam hidup bermasyarakat, mau bergaul dan berbaur di lingkungan, dan yang utama
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
56
bagaimana mampu menghargai perbedaan itu sendiri. Pada item no. 15 yang dominan menjawab sebanyak 35 (59%) responden yang menyatakan sebagai mahasiswa mampu membangun komunikasi yang baik dan efektif sehingga tercipta suasana pergaulan yang sehat dan mampu membuat orang lain merasa nyaman. Suasana yang nyaman dan harmonis akan menimbulkan kehidupan yang damai, jika tidak akan timbul konflik atau kekacauan dalam masyarakat. Pada item no. 16 sebanyak 36 (60%) responden yang menyatakan sangat setuju Yesus Kristus adalah inti dari spiritualitas Kristiani. Sedangkan item no. 17 sebanyak 35 (59%) responden yang menyatakan setuju semangat spiritualitas Kristiani diambil dari pribadi Yesus Kristus sendiri, karena dengan semangat Yesus untuk mewartakan Kerajaan Allah dan juga nilai kasih patut mahasiswa/siswi contoh dalam kehidupan sehari-hari, khususnya sebagai calon guru agama Katolik. Pada item no. 18
sebanyak 38 (63%) responden yang
menyatakan sangat setuju kalau semakin menghayati spiritualitas Kristiani maka dapat membantu dan membuat “hubungan” kita dengan Allah menjadi lebih dekat. Item no. 19 sebanyak 34 (57%) responden yang menjawab setuju dengan pilihan selama kuliah di IPPAK – USD, mahasiswa-mahasiswi semakin merasakan manfaat dari spiritualitas Kristiani. Spiritualitas Kristiani di IPPAK dibentuk dari berbagai kegiatan rohani dan juga mata kuliah Pembinaan Spiritualitas yang didapat pada tiap semester. Dengan semakin menghayati spiritualitas Kristiani diharapkan mahasiswa-mahasiswi juga dapat menularkan dan mengembangkan bagi dirinya sendiri dan juga bagi orang lain, khususnya
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
57
sebagai calon guru agama Katolik di sekolah. Pada item no. 20 sebanyak 33 (55%) responden menyatakan setuju kalau spiritualitas Kristiani yang didapat di kampus dapat membantu kehidupan mereka sehari-hari baik itu pergaulan dengan sesama mahasiswa, dosen, masyarakat lingkungan, dan sebagai bekal untuk menjadi guru agama Katolik yang profesional.
b. Laporan Penelitian Melalui Wawancara Selain melakukan penelitian melalui kuesioner yang disebar ke mahasiswa-mahasiswi IPPAK, peneliti juga melakukan wawancara ke sejumlah mahasiswa-mahasiswi. Peneliti mewawancarai 15 responden diantaranya laki-laki dan perempuan, dan semuanya adalah mahasiswa-mahasiswi IPPAK. Dalam melakukan wawancara peneliti tidak mewawancarai semua mahasiswa-mahasiswi melainkan hanya mengambil dari sejumlah mahasiswa-mahasiswi saja. Peneliti menggunakan kode RL untuk responden laki-laki dan RP untuk responden perempuan. Berikut adalah hasil laporan peneliti yang telah melakukan wawancara: 1) Pada pertanyaan tentang pengertian guru agama Katolik RL 1 menjawab guru agama Katolik seorang pendidik yang mempunyai bidang ilmu khusus agama Katolik. Pendapat ini semakin dikuatkan oleh pendapat RL 2 bahwa guru agama Katolik adalah seorang guru yang mendampingi iman, dan juga dipanggil secara khusus untuk menanamkan iman dan membagikan pengetahuan tentang agama. Pendapat RL 1 semakin dikuatkan oleh RP 1 yang menyatakan bahwa guru agama merupakan salah satu bentuk dari Pastoral sekolah.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
58
2) Pada pertanyaan tentang apakah mahasiswa-mahasiswi IPPAK sungguh mempunyai motivasi untuk menjadi guru agama Katolik. RL 3 menyatakan bahwa dulu belum merasa terpanggil menjadi guru agama, tapi seiring berjalannya waktu panggilan itu bersemi dan panggilan menjadi guru agama pun makin jelas. Sedangkan RL 4 dan RL 5 menyatakan bahwa dari dulu sampai sekarang sudah terpanggil menjadi guru agama. RP 6 mempunyai pendapat bahwa motivasi menjadi guru agama Katolik ada karena masih banyak peluangnya. 3) RP 6 menyatakan pendapatnya mengenai pernyataan selanjutnya bahwa guru agama Katolik itu harus bersosialisasi dengan orang tua, karena dapat mengetahui perkembangan anak didiknya. Sedangkan pendapat RP 6 dikuatkan oleh RL 7 yang menyatakan bahwa guru agama menjadi orang tua kedua di sekolah yang membantu orang tua mengawasinya. RL 8 menyatakan bahwa guru, orang tua, dan sekolah adalah satu kesatuan dan tidak dapat dipisahkan. Guru wajib bersosialisasi dengan orang tua terutama pada saat jam sekolah. 4) RL 9 menyatakan pendapatnya bahwa guru agama perlu mengetahui kedalaman hidup dan iman naradidiknya karena dengan guru mengetahui guru dapat memahami pribadinya. Sedangkan pendapat ini semakin dikuatkan oleh pendapat dari RP 3 yang menyatakan sejauh mana guru mengetahui perkembangan siswa jadi guru perlu memperhatikan siswanya dalam iman. RL 10 memberikan pernyataan bahwa guru perlu mengetahui kedalaman hidup dan iman siswa karena pada akhir pelajaran guru mampu memberikan kesimpulan yang berguna untuk siswa.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
59
5) Pelayanan secara total perlu diberikan kepada siswa mengapa? RL 11 menyatakan pendapatnya bahwa terpanggil menjadi guru agama, maka pelayanan pun diberikan secara total kepada para siswa. Sedangkan RL 12 menyatakan pendapatnya bahwa guru mengabdi kepada bangsa dan negara jadi perlu memberikan pelayanannya secara total demi pendidikan yang baik untuk siswa. RL 13 memberikan pendapat bahwa pelayanan total merupakan salah satu prinsip seorang guru karena jika setengah-setengah maka pelajaran pun tidak dapat diterima dengan baik. 6) Pada pernyataan apakah guru agama Katolik perlu mencintai siswa, mencintai tidak dalam arti secara personal melainkan secara universal. RL 14 menyatakan pendapatnya bahwa anak (siswa) merupakan titipan dari orang tua untuk belajar di sekolah, maka guru juga harus bertanggungjawab dalam mendidik. RP 4 menyatakan bahwa mencintai dalam arti peduli kepada siswa-siswa dan mencintai dalam arti secara luas tidak secara pribadi (person). 7) Pada pertanyaan apakah mahasiswa-mahasiswi mengalami perkembangan selama di IPPAK ini, khususnya dalam kerohanian RL 15 menyatakan bahwa dia mengalami perkembangan dalam kerohanian misalnya dengan membiasakan dengan hidup doa dan ber-ekaristi. Efeknya adalah ketika mengalami persoalan hidup dia mampu untuk mengatasinya. Sedangkan RP 5 menyatakan pendapat yang berlainan dia belum mengalami perkembangan dalam arti praktek kerohanian tapi untuk teori mendapatkan yang lebih banyak. RP 6 menyatakan bahwa perkembangan belum seluruhnya dirasakan tapi mengalami perubahan dalam kehidupan sehari-hari.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
60
8) Seseorang yang mempunyai kepribadian yang baik apakah tidak menimbulkan konflik dan dapat diterima dalam masyarakat, RP 6 mempunyai orang yang berkepribadian baik belum tentu juga dapat diterima di masyarakat, karena mungkin masih ada hal-hal yang kurang dapat diterima. Tapi RP 7 mempunyai pendapat yang lain yaitu masyarakat perlu mempunyai orang-orang yang berkepribadian baik. Memiliki kepribadian yang baik pastinya membantu bersosialisasi dalam masyarakat, sehingga konflik semakin kecil ditimbulkan. 9) Mahasiswa-mahasiswi IPPAK merasakan manfaat yang berguna bagi kehidupan sehari-hari dari mata kuliah Pembinaan Spiritualitas RP 8 mempunyai pendapat
yaitu selama mengikuti mata kuliah Pembinaan Spiritualitas
mendapatkan manfaat terutama semangat dalam menjalani
hidup sehari-hari.
Sedangkan R 2 berpendapat bahwa mata kuliah Pembinaan Spiritualitas mempunyai manfaat dalam kehidupan sehari-hari karena dapat membentuk karakter dan kepribadian yang baik. R 3 menyatakan pendapatnya sebagai mahasiswa yang tengah mengikuti perkuliahan belum terlalu mendapatkan manfaatnya tapi mengalami perubahan dalam sikap dan juga pengetahuan.
c. Pembahasan Hasil Kuesioner Setelah penulis melakukan penelitian dengan menyebarkan angket ke semua responden yaitu mahasiswa-mahasiswi IPPAK penulis menyatakan bahwa mahasiswa-mahasiswi IPPAK dalam hal teori baik itu kerohanian, kepribadian, dan juga sosialisasi sudah baik, itu dilihat dari kuesioner yang diisi oleh mereka. Tapi penulis melihat secara langsung mahasiswa-mahasiswi IPPAK secara
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
61
prakteknya belum dapat melaksanakannya secara maksimal masih ada saja kendala yang mempengaruhi. Misalnya satu contoh hidup kerohanian mahasiswamahasiswi IPPAK, secara teori mereka bisa mengikutinya dengan baik belajar bermacam-macama bentuk doa yang ada dalam Spiritualitas Ignasian, tapi apa prakteknya sudah bisa mereka terapkan dalam hidup sehari-hari? Sebagian besar dari mahasiswa mengatakan kepada penulis dalam wawancara belum semua dapat menerapkan dalam kehidupan sehari-hari. Dari variabel yang pertama penulis mendapat bahwa sebagian besar mahasiswa-mahasiswi IPPAK menjawab dengan baik melalui kuesioner, beberapa hal dijawab secara positif namun ada juga yang ditanggapi kurang positif. Kompetensi-kompetensi yang harus dimiliki guru ternyata belum semua mahasiswa-mahasiswi mengetahuinya hanya sekedar membaca saja tetapi belum dalam tahap internalisasi. Variabel pertama merupakan acuan untuk mahasiswamahasiswi IPPAK dapat menentukan sosok guru yang bagaimana menurut persepsi mereka, yaitu guru agama Katolik yang profesional dalam pekerjaannya dan juga berspiritualitas. Variabel kedua penulis membahas tentang bagaimana tingkat internalisasi mahasiswa-mahasiswi IPPAK terhadap spiritualitas Kristiani selama proses perkuliahan. Penulis dapat melihat bahwa mahasiswa-mahasiswi IPPAK mempunyai kelebihan dalam hal teori ketika perkuliahan saja, tapi untuk prakteknya secara nyata belum semua dapat melaksanakannya.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
62
d. Pembahasan Hasil Wawancara Penulis setelah menyebar kuesioner kemudian melakukan wawancara dengan beberapa mahasiswa di kampus IPPAK – USD. Dari hasil wawancara penulis dengan mahasiswa ternyata memberi peneguhan dan juga kekuatan pernyataan dari kuesioner yang telah dibuat sebelumnya. Mahasiswa IPPAK khususnya yang masih aktif sebagian besar mendukung pertanyaan yang dilontarkan dalam wawancara. Guru agama Katolik dalam pandangan mahasiswa ternyata kurang lebih sama yaitu guru yang mengajarkan agama Katolik di sekolah, selain itu juga sebagai pendidik iman anak di sekolah. Kemudian mahasiswa juga mendukung jika guru haruslah bersosialisasi dengan orang tua karena orang tua, guru, dan sekolah merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan sehingga ada hubungan timbal balik diantara aspek-aspek tersebut. Pertanyaan lainnya adalah ketika penulis memberi pertanyaan tentang apakah guru juga perlu mengetahui kedalaman iman dan memberikan pelayanan secara total kepada siswa. Guru agama Katolik perlu memberikan pelayanan yang total kepada siswanya karena dengan pelayanan yang total itu materi akan tersampaikan dengan baik tidak hanya setengah hati. Selain pelayanan secara total guru juga mampu memberi pendampingan iman kepada siswanya dan mengarahkan kearah yang baik. Poin-poin selanjutnya dalam wawancara adalah mengupas tentang bagaimana mahasiswa memaknai perkuliahan dan kehidupannya sehari-hari. Mahasiswa sebagian besar mengalami perkembangan secara perlahan-lahan dalam
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
63
iman dan juga kerohanian mereka, efeknya juga sudah terasa misalnya semakin mendalami hidup doa dan ber-ekaristi walaupun masih ada yang belum terlihat untuk prakteknya. Selain itu mahasiswa-mahasiswi IPPAK sebagian besar hidup ditengah-tengah masyarakat sehingga mau tidak mau harus berbaur dan bersosialisasi dengan masyarakat sekitar tempat tinggalnya. Maka dari itu mahasiswa harus mempunyai kepribadian yang baik sehingga dapat diterima dalam masyarakat. Poin yang terakhir dalam wawancara adalah mengenai manfaat mata kuliah Pembinaan Spiritualitas yang telah didapat maupun sedang diikuti. Mata kuliah Pembinaan Spiritualitas membantu menemukan semangat dalam menjalani kehidupan sehari-hari selain itu juga membentuk karakter mahasiswa itu sendiri.
e. Kesimpulan Penelitian Mahasiswa-mahasiswi IPPAK – USD sebagai calon guru agama Katolik dan juga pewarta iman di masyarakat mengalami sedikit banyak perkembangan baik itu di tempat tinggal maupun di kampus. Guru agama juga dituntut untuk memberikan pelayanan secara total kepada siswa, karena dengan pelayanan itu siswa merasa terbantu memahami imannya juga. Penulis mengambil kesimpulan pada penelitian ini bahwa mahasiswamahasiswi IPPAK sudah baik dalam hal yang menyangkut tentang teori, namun untuk langkah nyatanya perlu semakin diperdalam lagi dan diwujudnyatakan dalam hidup sehari-hari. Menjadi guru agama Katolik yang berspiritualitas tidaklah mudah bagaimana mau dan mampu untuk menguasai diri dan juga
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
64
memberikan pelayanan diri secara total untuk siswa disekolah. Tidak hanya teori saja yang diperdalam misalnya dengan mengetahui kompetensi-kompetensi guru, melainkan kompetensi itu harus diejawantahkan dalam kehidupan nyata. Menjadi seorang guru agama Katolik tidak hanya bekerja sendiri melainkan ada rekan kerja di sekolah dan juga orang tua siswa itu sendiri, maka bersosialisasi dengan orang tua juga perlu ditekankan. Guru merupakan orang tua kedua siswa di sekolah. Mintara (2010; 28) mengatakan bahwa guru juga mendidik dan mendampingi anak agar memiliki karakter seperti yang dicitacitakan orang tua. Jadi bersosialisasi itu amat penting bagi guru. Menjadi seorang guru agama Katolik yang berspiritualitas tidak serta merta melupakan bahwa dirinya juga harus profesional. Jika seorang guru agama Katolik mempunyai spiritualitas yang baik dan mantap maka keprofesionalitasan dalam pelayanannya sebagai guru pun akan selalu ada di dalam dirinya. Dengan semangat yang dipunyai oleh mahasiswa-mahasiswi IPPAK menjadi bekal yang baik untuk menjadi seorang guru agama Katolik yang berspiritualitas tangguh dan mantap dalam iman.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB IV
USULAN PROGRAM KEGIATAN REKOLEKSI OUTING UNTUK MAHASISWA-MAHASISWI IPPAK – USD SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN SPIRITUALITAS KRISTIANI
Dalam bab III penulis sudah memaparkan serta memberi kesimpulan tentang penelitian yang sudah dilakukan. Di dalam bab IV ini penulis mengusulkan usulan program kegiatan yang ditujukan kepada mahasiswamahasiswi IPPAK – USD sebagai upaya untuk semakin mengembangkan serta makin menginternalisasi spiritualitas Kristiani. Dalam usulan program kegiatan ini, penulis akan menguraikan kegiatan rekoleksi yang relevan untuk mahasiswamahasiswi IPPAK. Rekoleksi merupakan salah satu wadah untuk memperdalam nilai-nilai Kristiani dan pemaknaannya dalam hidup sehari-hari. Bahan rekoleksi sendiri berasal dari pengalaman peserta yang dioleh secara pribadi. Rekoleksi merupakan peninjauan kembali karya-karya Allah di dalam diri seseorang. Rekoleksi juga dapat
melatih
kepekaan
seseorang
terhadap
macam-macam
roh
yang
menggerakkan hati (Mangunhardjana, 1985: 19). Dalam rekoleksi ini dibutuhkan perencanaan dan juga persiapan yang matang yang menyangkut tema, sarana, fasilitas, moderator, metode, materi, pendamping rekoleksi serta bagaimana rekoleksi ini menjawab kebutuhan yang ada. Rekoleksi ini dikatakan mempunyai dampak positif apabila mahasiswa-
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
66
mahasiswi IPPAK sudah semakin merasakan manfaat yang diperoleh. Manfaat itu bisa dirasakan tidak hanya berhenti pada pemikiran (teori) saja melainkan bagaimana mahasiswa-mahasiswi IPPAK itu mampu menghayatinya dan menerapkannya dalam hidup sehari-hari.
A. Latar Belakang Diadakannya Kegiatan Rekoleksi Outing bagi MahasiswaMahasiswi IPPAK – USD Kegiatan rekoleksi yang diadakan untuk mahasiswa-mahasiswi IPPAK sudah terencana dan terprogram dengan baik. Kegiatan rekoleksi ini penulis usulkan bagi semua angkatan mahasiswa-mahasiswi IPPAK. Tujuan umum diadakannya rekoleksi ini adalah untuk mengupayakan spiritualitas Kristiani lebih berkembang bagi mahasiswa-mahasiswi IPPAK. Penulis mempunyai program yaitu kegiatan rekoleksi outing, maksudnya adalah kegiatan rekoleksi ini diadakan di luar dari kompleks kampus IPPAK. Biasanya kegiatan rekoleksi di kampus IPPAK selalu berada di dalam kompleks kampus oleh karena itu usulan penulis kegiatan rekoleksi ini diadakan di luar kampus. Kegiatan rekoleksi ini diadakan di luar kampus agar mahasiswamahasiswi tidak selalu merasa biasa-biasa saja dalam hal suasananya melainkan merasakan suasana yang berbeda dan lebih mendukung. Karena mahasiswa sudah setiap hari merasakan perkuliahan di dalam kampus, maka penulis mengusulkan program rekoleksi outing. Kegiatan rekoleksi untuk mahasiswa-mahasiswi IPPAK ini berangkat dari pengalaman dan penghayatan mahasiswa-mahasiswi itu sendiri. Rekoleksi ini mengajak mahasiswa-mahasiswi untuk berjalan dalam terang Injil Yesus Kristus
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
67
supaya semakin mampu untuk menginternalisasi nilai-nilai spiritualitas Kristiani. Maka dari itu melalui proses rekoleksi ini mahasiswa-mahasiswi IPPAK dapat mengkomunikasi imannya kepada peserta lain sehingga muncul rasa saling menguatkan satu sama lain. Pengalaman hidup mereka selama kuliah dan hidup sehari-hari perlu semakin diolah agar semakin meningkatkan motivasi mereka menjadi seorang guru agama Katolik yang profesional sekaligus berspiritualitas. Rekoleksi ini diadakan untuk semakin melihat kemampuan mahasiswa dalam menghayati imannya khususnya menghayati spiritualitas Kristiani mereka. Hasil penelitian pada bab III menunjukkan bahwa sebagian besar mahasiswamahasiswi IPPAK sudah sangat baik dalam hal teori (kognitif) saja, tetapi dalam hal prakteknya (psikomotor) belum menunjukkan hal secara nyata. Oleh karena itu rekoleksi ini diadakan untuk meningkatkan kepekaan mahasiswa-mahasiswi IPPAK terhadap panggilan hati mereka dan bagaimana mereka semakin mampu menghayati spiritualitas Kristiani. Spiritualitas Kristiani tidak bisa dipahami di dalam pikiran atau hanya sebatas teori saja melainkan bagaimana pengolahan di dalam hati masing-masing pribadi setelah itu mampu menerapkan dalam hidup sehari-hari. Rekoleksi ini dipilih menjadi program yang diusulkan oleh penulis. Dalam kegiatan rekoleksi ini penulis mengusulkan tema-tema yang sedapat mungkin meneguhkan motivasi mahasiswa-mahasiswi IPPAK untuk semakin menemukan karya Allah dan mampu membaharui hidup mereka, sehingga nantinya mereka mampu mengembangkan spiritualitas Kristiani sebagai calon guru agama Katolik.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
68
B. Program Serial Rekoleksi Untuk Meningkatkan Penghayatan Spiritualitas Kristiani Mahasiswa-Mahasiswi IPPAK – USD Berdasarkan hasil penelitian pada bab III, penulis mengusulkan program yaitu serial rekoleksi untuk mahasiswa-mahasiswi IPPAK – USD. Dengan program ini diharapakan mahasiswa-mahasiswi IPPAK semakin mampu menghayati spiritualitas Kristiani.
1.
Latar Belakang Program Mahasiswa-mahasiswi IPPAK sebagian besar masih berjiwa muda dan
masih bisa untuk berkembang dalam berbagai hal, baik itu hal kerohanian sampai pada hal kepribadian. Dalam perkembangan itu haruslah seimbang antara pikiran (teori) dan juga prakteknya (praxis), tidak ada merasa paling unggul melainkan berjalan bersama sehingga tidak pincang. Perkembangan pribadi yang utuh misalnya dapat dilihat dari 3 C yaitu compassion, competence, dan conscience. 3 hal ini harus berjalan beriringan dan tidak ada yang merasa paling unggul jika ingin menjadi pribadi yang berkembang lebih baik. Selain itu ada juga 3 H yaitu head, heart, dan hands, yang ada dalam tubuh semua orang yang saling membutuhkan satu sama lain dan tidak bisa berkembang bila sendirian. Kegiatan rekoleksi ini ingin mewujudkan mahasiswa-mahasiswi IPPAK yang dapat berkembang secara utuh baik itu imannya maupun perbuatannya sehari-hari. Tidak selalu mengandalkan pemikiran saja melainkan hati dan iman juga perlu diolah agar menjadi pribadi yang matang dan utuh.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
69
Dalam kegiatan rekoleksi, pemilihan materi dan penyampaian materi harus lebih kreatif agar lebih mengena pada setiap diri pribadi mahasiswa-mahasiswi IPPAK. Paling penting bagaimana dengan kegiatan rekoleksi ini mahasiswamahasiswi mampu semakin menemukan kembali penghayatan spiritualitas Kristiani di dalam dirinya agar semakin bersemangat dalam perkuliahan. Penulis melihat sebagian besar mahasiswa hanya terbatas pada pemikiran (kepala) saja tetapi untuk hati dan tangan belum terlalu terlihat. Dengan kegiatan rekoleksi ini penulis mempunyai tujuan untuk mengajak mahasiswa-mahasiswi IPPAK untuk mengembangkannya semua demi mencapai perkembangan diri yang utuh. Dengan kegiatan rekoleksi ini diharapkan mahasiswa-mahasiswi bertemu dengan dirinya secara pribadi dan dengan bantuan terang Injil mereka mampu untuk semakin menghayati dan mengembangkan spiritualitas Kristiani. Langkah-langkah dalam serial kegiatan rekoleksi ini diawali dari survey lapangan atau expose community. Maksudnya agar mahasiswa-mahasiswi benarbenar mengalami apa yang terjadi di lapangan. Selain mengalami langsung mahasiswa-mahasiswi juga makin dapat merefleksikan pengalamannya itu demi perkembangan diri mereka. Oleh karena itu penulis mengusulkan program serial kegiatan rekoleksi ini dilakukan lebih dari satu kali, bisa dua atau tiga kali pertemuan, agar proses refleksi dan menginternalisasi dapat berjalan dengan baik.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
2.
70
Tujuan Pemilihan Program Tujuan dari program ini adalah membantu mahasiswa-mahasiswi IPPAK
untuk semakin menghayati spiritualitas Kristiani demi menjadi pribadi yang berkembang secara matang dan utuh. Selain itu mahasiswa-mahasiswi semakin dapat menginternalisasi dan menghayati spiritualitas Kristiani di dalam hidup sehari-hari.
3.
Usulan Program Kegiatan Rekoleksi Dalam membuat program rekleksi ini penulis akan menyusun langkah-
langkah rekoleksi agar mampu dijalankan dengan baik. Sebelumnya penulis akan melakukan koordinasi dengan koordinator Pembinaan Spiritualitas IPPAK yaitu Romo BA. Rukiyanto, SJ bahwa program ini bukan menghilangkan mata kuliah Pembinaan Spiritualitas melainkan untuk memperkaya dan menambah materi dalam mata kuliah Pembinaan Spiritualitas. Penulis mengusulkan tempat untuk mengadakan kegiatan rekoleksi ini di Wisma USD di Penting Sari. Tempat itu dirasa cocok untuk mengadakan rekoleksi ini. Selain itu waktu untuk rekoleksi ini penulis mengusulkan di luar jam perkuliahan misalnya diadakan pada hari Sabtu sore sampai Minggu siang. Kegiatan rekoleksi ini diadakan agar mahasiswamahasiswi mengalami perkembangan menjadi pribadi yang utuh, tidak hanya sebatas pemikiran kognitif saja tapi bagaimana segi praxisnya juga semakin dikembangkan.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
a.
71
Tema Umum Tema umum untuk rekoleksi ini adalah Menginternalisasi Spiritualitas
Kristiani dalam Menjalani Panggilan Sebagai Calon Guru Agama Katolik. Dengan tujuan yaitu membantu mahasiswa-mahasiswi IPPAK untuk semakin menginternalisasi spiritualitas Kristiani sebagai calon guru agama Katolik yang profesional serta berspiritualitas.
b.
Peserta Peserta kegiatan rekoleksi ini adalah mahasiswa-mahasiswi IPPAK – USD
semester VI dan VIII (tahun ke 3 dan 4). Mengapa hanya semester VI dan VIII saja, penulis melihat pada semester tersebut para mahasiswa sudah semakin intens untuk bertemu dengan umat, baik itu di lingkungan maupun masyarakat yang lebih luas. Oleh karena itu penulis hanya memilih beberapa semester karena agar lebih fokus dan tidak terlalu membias inti dari rekoleksi ini.
c.
Tempat dan Waktu
Tempat
: Wisma USD Penting Sari, Kaliurang
Waktu
: November 2015
d.
Pelaksanaan Rekoleksi Kegiatan rekoleksi ini diawali mahasiswa-mahasiswi melakukan observasi
baik itu di lingkungan sekitar maupun komunitas-komunitas yang membutuhkan perhatian. Observasi (praxis) menjadi penting karena mahasiswa-mahasiswi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
72
benar-benar mengalami atau terjun langsung untuk merasakan kehidupan yang di observasi itu. Tempat-tempat yang akan dikunjungi ketika survey adaah tempattempat yang mendukung para mahasiswa menjadi seorang guru misalnya di sekolah-sekolah atau lembaga pendidikan yang lain. Dalam observasi mahasiswa-mahasiswi dibekali beberapa pertanyaan yang membantu menemukan kenyataan hidup yang dialami. Setelah itu peserta diberikan waktu untuk merefleksikan pengalamannya tadi dalam terang Injil dan harta kekayaan Gereja. Dengan demikian mereka mampu menemukan panggilan dalam dirinya, mampu memotivasi dirinya, berefleksi dalam terang Injil Tuhan.
e.
Metode Rekoleksi Metode dalam rekoleksi ini adalah survey lapangan, sharing kelompok, dan
diskusi kelompok serta refleksi pribadi.
f.
Sarana Multimedia
: laptop, LCD, speaker, wireless.
Alat musik
: gitar/keyboard.
Alkitab, Madah Bakti, buku doa, dan buku refleksi pribadi. Perlengkapan games, dinamika kelompok.
g.
Pendamping
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
73
Pendamping rekoleksi ini bisa diatur dari koordinator bidang Pembinaan Spiritualitas prodi IPPAK, dengan bantuan dari masing-masing dosen pembinaan Spiritualitas dari tiap semester.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
h. Matriks Program Rekoleksi Tema umum
: Menginternalisasi Spiritualitas Kristiani dalam menjalani panggilan sebagai calon guru agama Katolik yang
profesional sekaligus berspiritual. Tujuan umum
: Membantu mahasiswa-mahasiswi IPPAK – USD dalam menginternalisasi spiritualitas Kristiani sebagai calon
guru agama Katolik yang profesional sekaligus berspiritual. Tabel 7 Matriks Program Rekoleksi No
(1) 1
Tema
Tujuan Tema
(2)
(3)
Judul
Tujuan
Pertemuan
Pertemuan
(4)
(5)
Materi
Metode
Sarana
Bahan (6)
(7)
Film
Informa
(8) Kitab
Membantu
Mendengar
Membantu
Memanggilku
mahasiswa-
kan Suara-Nya
mahasiswa-
“Panggi
mahasiswi
mahasiswi
lan
Sharing
Laptop
IPPAK dalam
untuk
Samuel”
Tanya
Spea
menekuni
semakin
panggilannya
mendengar
untuk
sebagai calon
kan
tema
guru
panggilan
“Tuhan
Tuhan dalam
Memang
hidupnya.
gilku”
agama
Katolik
si
Materi
jawab
Suci
ker
Refleksi Hand I
out.
(9) Yoh. 10:27-30 Lagu “Dengar Dia Panggil Nama Saya”
74
Tuhan
suara
Sumber
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
2
Makin mantap Mahasiswa-
Ini pilihanku !
Membantu
Materi
pada pilihanku mahasiswi
mahasiswa-
untuk
ini.
IPPAK
mahasiswi
tema
semakin
IPPAK agar
mantap akan
Informa si
Kitab Suci
Sharing
Laptop
“Makin
Tanya
Spea
semakin
Mantap
jawab
ker
pilihannya
memantap
Pada
Refleksi
Hand
sekarang
kan
Pilihanku
menjadi
pilihannya
Ini”
calon
guru
sekarang ini.
II
Yoh. 10:1-18
out
Video klip
agama
“Panggi
Katolik
lan Hidupku”
75
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
i.
76
Susunan Acara Tabel 8 Jadwal Rekoleksi Mahasiswa-Mahasiswi IPPAK – USD Survey Kelompok No 1
Waktu
Ket
09.00
– Kelompok
13.00
survey
mengadakan Koordinator
lapangan
terlebih kelompok masing-
dahulu. 2
13.00
masing.
– Istirahat siang
15.00
15.00 – 16.00
16.00 – 18.00
18.00 – 18.30 18.30 – 19.00
19.00 – 21.00
Sesi I Tuhan Memanggilku Registrasi Panitia. peserta di wisma dan snack. Pleno Panitia dan kelompok para besar dari pendamping survey Spiritualitas. lapangan dan pendalaman materi sesi I.
Refleksi pribadi. Makan malam. Pleno kelompok masing-masing dan mendalami tema I “Tuhan Memanggilku”
Tim pendamping pembinaan Spiritualitas.
Pada waktu ini mahasiswa/mahasi swi diajak untuk mendalami materi dan mengolah pengalaman yang telah didapat Selama melakukan survey di lapangan.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
21.30 – 22.00 22.00 -
2
05.00 – 06.00 06.00 – 06.30 06.30 – 07.00 07.00 – 08.30 08.30 – 09.00 09.00 – 09.30 09.30 – 10.00
j.
77
Doa/ibadat malam Tidur malam Sesi II Makin Mantap Pada Pilihanku Ini Bangun pagi dan beberes pribadi. Doa/ibadat pagi bersama. Sarapan pagi. Masuk materi pendalaman tema II “Makin Mantap Pada Pilihanku Ini”. Refleksi pribadi. Pleno kelompok. Snack dan persiapan pulang.
Tim pendamping Pembinaan Spiritualitas
Pada waktu ini mahasiswa/ahasiswi diajak untuk mendalami materi tema II.
Contoh Salah Satu Persiapan Tema I
1) Pemikiran Dasar Panggilan Tuhan kepada umat-Nya berbeda-beda, ada yang dipanggil untuk pekerjaan yang berat ataupun dipanggil untuk menjadi guru. Menjadi calon guru agama Katolik merupakan sebuah panggilan bagi kita mahasiswa-
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
78
mahasiswi IPPAK. Harusnya kita semua sudah semakin menyadari itu semua untuk mendengar dan menanggapi panggilan Tuhan itu. Mahasiswa-mahasiswi IPPAK sebagai kaum muda gereja terpanggil menjadi seorang pewarta di sekolah yaitu menjadi guru agama Katolik. Dalam berdinamika di kampus para mahasiswa sangat baik dalam menerima teori-teori yang diperlukan untuk menjadi guru. Namun apakah dalam ranah kognitif saja yang diperlukan? Ternyata ranah praxis (praktek) juga harus disentuh karena dengan prkatek itu sendiri para mahasiswa juga semakin mengetahui kebutuhan-kebutuhan pada masa sekarang. Pengetahuan dan tindakan nyata haruslah berjalan beriringan tidak ada saling mendominasi. Dengan pengetahuan itu para mahasiswa juga semakin mengetahui teori-teori yang akan diterapkan, sedangkan praxis (praktek) yaitu bagaimana para mahasiswa dapat menerapkan langsung di kehidupan nyata. Jadi tidak hanya sekedar tangguh dalam teori saja melainkan unggul dalam hal praxisnya di kehidupan sehari-hari. Para mahasiswa IPPAK dipanggil Tuhan untuk senantiasa membantu mengembangkan iman khususnya siswa di sekolah. Injil Yoh. 10:27-30 menceritakan tentang Yesus sebagai gembala yang utama yang sungguh mengenal domba-domba-Nya, dan dombanya selalu mendengar suara-Nya. Mendengar suara Tuhan dengan hati yang penuh keyakinan perlu dilatih agar suara Tuhan itu tidak sia-sia dan kita dapat mendengarkannya dengan baik.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
79
Sebelum sesi I ini dimulai para mahasiswa melakukan survey lapangan ke komunitas yang membutuhkan. Mereka mencari data dan juga mengambil pengalaman hidup dari orang-orang yang membutuhkan perhatian dan kasih sayang. Tujuan dari survey lapangan ini agar para mahasiswa mengalamai hidup mereka secara langsung dan makin menghayati bahwa Allah berperan dalam hidup manusia, sehingga para mahasiswa semakin menghayati akan spiritualitas Krisitani di dalam hidupnya. Rekoleksi ini diharapkan membantu mahasiswa-mahasiswi IPPAK dalam memotivasi diri agar lebih bersemangat lagi dalam perkuliahan. Yang paling penting adalah bagaimana mahasiswa-mahasiswi IPPAK mampu menghayati serta menginternalisasi spiritualitas Kristiani tersebut.
2) Tujuan Pertemuan Sesi I Sesi I
: Tuhan Memanggilku.
Tujuan sesi I
:
Membantu
mahasiswa-mahasiswi
IPPAK
menekuni panggilannya sebagai calon guru agama Katolik.
3) Materi Melakukan observasi lapangan. Menonton film tentang “Panggilan Samuel” Gerak dan lagu “Dengar Dia Panggil Nama Saya” Refleksi pribadi dan sharing dalam kelompok. Penyampaian materi mengenai “Mendengar Panggilan Tuhan”
dalam
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
80
4) Sumber Bahan Pengalaman peserta dalam observasi lapangan. Yoh. 10:27-30
5) Metode Informasi Diskusi kelompok Sharing Tanya jawab
6) Sarana Laptop LCD Speaker Hand out power point.
7) Langkah-langkah dalam sesi I (a) Observasi lapangan oleh kelompok Langkah awal ini di mulai dengan kelompok mengadakan observasi lapangan sesuai dengan kesepakatan yang telah dibuat dalam kelompok. Dalam observasi ini tiap kelompok membawa panduan beberapa pertanyaan untuk memudahkan pengolahan lapangan. Contoh panduan pertanyaan: Kegiatan seperti apakah yang bapak/ibu/saudara lakukan?
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
81
Apakah bapak/ibu/saudara bersyukur pada Tuhan atas kehidupan Anda selama ini? Apa yang bapak/ibu/saudara harapkan kepada pihak-pihak pemerintah agar menjadi hidup lebih baik? Bagaimana bapak/ibu/saudara mengolah hidup rohani selama ini?
(b) Pengantar Teman-teman mahasiswa-mahasiswi yang terkasih, kita berkumpul di tempat ini untuk mengadakan rekoleksi. Rekoleksi ini berbeda dengan rekoleksi yang telah diadakan sebelumnya, kita berada di luar kampus. Dengan tujuan agar kita lebih bebas dan merasakan suasana yang baru, sehingga kita semakin merasakan kehendak Tuhan di dalam hidup kita msing-masing. Sesi I ini mempunyai tema “Panggilanku Campur Tangan Tuhan”, dimana kita yang berada di kampus IPPAK ini merupakan panggilan Tuhan. Kita berasal dari berbagai daerah dan juga pribadi yang berbeda-beda tapi dipanggil disini untuk bersama-sama melangkah menanggapi panggilan Tuhan itu. Setelah kita sama-sama melakukan survey lapangan tadi, kita benar-benar merasakan bahwa kehidupan itu sungguh berbeda dari yang kita banyak pikirkan. Ternyata hal sepele yang kita lihat belum tentu sepele bagi yang benar-benar merasakannya. Dengan kita mengadakan survey lapangan terlebih dahulu kita semakin diingatkan bahwa kita harus bertindak, bukan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
82
hanya membantu dalam pikiran saja melainkan bagaimana kita bertindak langsung pada mereka yang menbutuhkan. Diharapkan kita semakin peka dan menjadi pribadi yang berkembang secara utuh baik itu dari pikiran, hati dan perbuatan.
(c) Pengolahan sesi I : “Tuhan Memanggilku” Setelah kelompok kembali dari observasi lapangan, maka sesi I siap dimulai. Pendamping mengajak peserta untuk melihat film pendek mengenai “Panggilan Samuel”, kemudian pendamping membagi peserta menjadi 4-5 kelompok dan mendiskusikan inti sari dari cuplikan film yang sudah dilihat. Sharing pengalaman dapat dibantu oleh beberapa pertanyaan: Film tadi menceritakan tentang apa? Apa yang dilakukan Samuel setelah mendengar panggilan Allah sebanyak 3X? Bagaimana perasaanmu setelah menyaksikan cuplikan film tersebut? Bagian manakah yang paling berkesan menurut kamu? Dapatkah teman-teman menghubungkan panggilan Samuel dengan panggian kita menjadi seorang guru agama Katolik?
(d) Penjelasan Mengenai Materi Dalam cuplikan film pendek tadi diceritakan mengenai panggilan Samuel. Samuel awalnya tidak percaya kalau dirinya dipanggil oleh Allah, setelah panggilan yang ketiga kalinya barulah Samuel menjawab “Ya Allah,
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
83
hambaMu mendengarkan”. Dari kisah ini dapat diambil intinya bahwa panggilan kita masing-masing merupakan campur tangan dari Tuhan sendiri, tinggal bagaimana kita menanggapi panggilan tersebut. Apakah menjawab dengan sepebuh hati hati atau mengabaikannya sehingga kita makin jauh dari panggilan kita msing-masing. Kita semua disini berkumpul dalam rangka menanggapi panggilan Tuhan itu sendiri yaitu menjadi calon-calon guru agama Katolik. Maka kita semua harus menanggapinya dengan rendah hati dan kesanggupan yang mendalam.
(e) Mendalami Kitab Suci Peserta diajak untuk membaca teks Kitab Suci yang diambil dari Injil Yohanes 10:27-30. Setelah peserta membaca, kemudian peserta diajak untuk mendalami teks tersebut dengan bantuan pertanyaan: Ayat mana yang mengesan menurut Anda? Bagaimana tanggapan kalian jika kalian mengalami panggilan dari Tuhan sendiri? Inspirasi apa yang Anda dapatkan dari teks Kitab Suci ini?
Panggilan Tuhan adalah suatu hal yang istimewa yang belum tentu semua oraang mengalaminya. Panggilan Tuhan ada banyak cara misalkan ada yang dipanggil untuk menjadi imam, biarawan/wati, kepala keluarga, bahkan menjadi seorang guru. Menjadi seorang guru tidaklah mudah disini perlulah sikap rendah hati dan mau menerima keadaan orang lain. Selain itu menjadi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
84
seorang guru harus menguasai kompetensi-kompetensi yang ada, seperti dalam perkuliahan sedikit sudah disinggung namun harus lebih lagi dipahamai dan dihayati. Panggilan yang mulia ini harus kita pelihara dengan baik agar tidak menjadi sia-sia melainkan menjadi berkah bagi kita semua. Untuk itu teman teman mahasiswa yang terkasih mari kita semua menanggapi panggilan Tuhan yang mulai ini dengan suka hati dan kesungguhan hati, agar kita juga dapat menjalaninya dengan baik dan merasa tidak ada beban.
(f) Merencanakan Aksi Baru Pendamping mengumpulkan peserta dalam kelompok-kelompok kecil, dan membuat tugas untuk membuat aksi baru dari observasi lapangan yang telah dilakukan tadi. Dipandu dengan beberapa pertanyaan: Pertanyaan panduan untuk merencanakan aksi baru Setelah mengalami kenyataan pada saat observasi tadi, aksi baru apa yang akan kelompok lakukan? Apa usul atau sumbangan konkrit kelompok untuk persoalan yang telah kelompok alami tadi?
(g)
Gerak dan lagu Dengar Dia panggil nama saya Dengar Dia panggil namamu Dengan Dia panggil nama saya Juga Dia panggil namamu Oh giranglah (2X)
Yesus amat cinta pada saya Oh giranglah Kujawab ya ya ya (2X) Kujawab ya Tuhan (2X) Kujawab ya ya ya
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB V
PENUTUP
Pada bab ini penulis akan meyampaikan kesimpulan dari skripsi yang “Upaya
berjudul
Pengembangan
Spiritualitas
Kristiani
Mahasiswa-
Mahasiswi IPPAK – USD Sebagai Calon Guru Pendidikan Agama Katolik Yang
Profesional
dan
Berspiritual”.
Kemudian
penulis
juga
akan
mengemukakan saran yang ditujukan kepada mahasiswa-mahasiswi IPPAK.
A. Kesimpulan Sosok guru yang profesional adalah guru yang menguasai empat kompetensi yaitu kompetensi pedagogik, kompetensi sosial, kompetensi kepribadian, dan kompetensi profesional. Begitu juga untuk guru agama Katolik perlu mengetahui kompetensi yang ada sekaligus menghayati spiritualitas Kristiani di dalam hidupnya. Sosok guru agama Katoik yang mahasiswa-mahasiswi IPPAK harapkan adalah seorang guru yang menguasai bidang keilmuannya, selain itu mampu membantu mengembangkan iman murid-murid agar mempunyai iman yang mantap dan mendalam. Guru agama Katolik juga perlu menguasai kompetensikompetensi untuk itu guru agama Katolik harus selalu belajar. Dalam segi spiritualitas, guru agama Katolik juga harus mempunyai spiritualitas yang mendalam, bagaimana menghayati pekerjaannya sebagai pelayanan kepada
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
86
sesama. Oleh karena itu profesional dan berspiritualitas harus berjalan beriringan dan tidak ada yang mendominasi agar tercapai perkembangan diri yang utuh. Penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar mahasiswa-mahasiswi IPPAK sudah baik dalam hal pemahaman teori. Sedangkan dalam hal praxis di lapangan mereka belum semua menghayati, dan masih banyak perlu untuk membuka diri dan hati. Maka dari itu perlunya pendampingan secara lebih menyeluruh tidak hanya pemahaman saja melainkan bagaimana mengolah pengalaman itu agar menjadi pribadi yang berkembang dalam iman. Prodi IPPAK telah menyediakan segala sarana bagi mahasiswanya untuk berkembang secara rohani maupun jasmani. Kegiatan-kegiatan rohani cukup banyak diadakan di prodi IPPAK guna membina iman maupun segi spiritual dari mahasiswa tersebut. Tinggal
bagaimana
mahasiswa
mengimplementasikannya
dalam
yang
bersangkutan
hidup
sehari-hari.
mengolahnya Sosok
guru
dan yang
berspiritualitas di dalamnya juga memiliki kompetensi yang baik, karena dengan mempunyai spiritualitas yang mendalam maka guru juga mampu memberikan pelayanan yang total. Program serial kegiatan rekoleksi sebagai program diharapkan membantu para mahasiswa IPPAK untuk semakin menghayati spiritualitas Kristiani. Survey lapangan menjadi titik tolak utama yang harus diolah para mahasiswa IPPAK karena pengalaman hidup itulah keutuhan hidup dapat dilihat. Dengan rekoleksi ini diharapkan para mahasiswa IPPAK makin menginternalisasi spiritualitas Kristiani sehingga dapat menjadi pribadi yang berkembang secara utuh. Rekoleksi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
87
ini untuk semakin melengkapi khasanah iman mahasiswa-mahasiswi IPPAK dalam pembinaan Spiritualitas.
B. Saran Penulis bertitik tolak dari keseluruhan yang telah diuraikan dalam setiap bab dan penulis mencoba untuk memberikan saran-saran yang berguna dan masukan yang baik untuk mahasiswa-mahasiswi IPPAK. Berdasarkan pembahasan pada bab-bab sebelumnya beberapa hal berikut penulis ajukan sebagai sarana untuk pihak yang terkait.
1.
Bagi mahasiswa-mahasiswi IPPAK – USD Mahasiswa-mahasiswi IPPAK – USD diharapkan semakin menyadari
bahwa dirinya merupakan calon guru agama Katolik. Mereka diharapkan semakin mengetahui serta menghayati panggilannya itu sehingga mahasiswa-mahasiswi IPPAK merasakan manfaatnya. Selain itu mahasiswa-mahasiswi diharapkan dapat semakin menginternalisasikan spiritualitas Kristiani dalam kehidupan sehari-hari sehingga semakin dapat menemukan sosok guru yang ideal menurut pandangan mereka masing-masing terutama yang profesional dan berspiritualitas. Para mahasiswa dalam berdinamika di kampus maupun hidup sehari-hari tetap memperhatikan perkembangan imannya, tidak hanya dalam pemikiran saja melainkan hati dan perbuatan juga harus berjalan secara seimbang.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
2.
88
Bagi Koordinator Spiritualitas IPPAK Prodi IPPAK telah
perkembangan
spiritualitas
memberikan perhatian Kristiani
yang
lebih
mahasiswa-mahasiswinya
mengenai melalui
pendampingan-pendampingan iman. Maka dengan program ini diharapkan semakin memperkaya karya pendampingan tersebut, sehingga dapat menyentuh hati mahasiswa-mahasiswi agar mereka merasakan manfaatnya. Selain itu mahasiswa-mahasiswi IPPAK diharapkan semakin berkembang menjadi pribadi yang utuh. Bagi koordinator Spiritualitas IPPAK diharapkan mampu melakukan inovasi dan lebih berkreasi lagi dalam hal pendampingan spiritualitas untuk mahasiswa-mahasiswi IPPAK
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
89
DAFTAR PUSTAKA Afrisanti Lusita. (2011). Buku Pintar Menjadi Guru Kreatif, Inspiratif dan Inovatif. Yogyakarta:Araska. Agus Rukiyanto, Bernardus. (Ed). (2012). Pewartaan di Zaman Global. Yogyakarta: Kanisius. Alkitab Deuterokanonika. (1976). Jakarta: Lembaga Alkitab Indonesia dan Lembaga Biblika Indonesia. Ajaran dan Pedoman Gereja Tentang Pendidikan Katolik. (1991). Seri Dokumen Gereja. Jakarta: Grasindo. Aprilia Heppi Harsari, Valentina. (2013). Upaya Meningkatkan Keterlibatan Kaum Muda Stsi Gembala Yang Baik Paroki Santo Yusuf Batang dalam Hidup Menggereja Melalui Katekese Kaum Muda. Yogyakarta. Universitas Sanata Dharma. Bambang Hendarto Y, L. (2006). Pedoman Penulisan Skripsi. Yogyakarta:Prodi IPPAK – USD. Banawiratma, J.B. (1990). Spiritualitas Transformatif (Suatu Pergumulan Ekumenis). Yogyakarta: Kanisius. _______________. (1991). Iman, Pendidikan dan Perubahan Sosial. Yogyakarta: Kanisius. Baskara T Wardaya. (1995). Spiritualitas Pembebasan Refleksi Atas Iman Kristiani dan Praksis Pastoral. Yogyakarta: Kanisius. Budi Susanto, Ag. 22 November, 2013. Mengajar Dengan Penuh Perhatian. Praba, hlm 19. Darminta, J. (1993). Latihan Rohani St. Ignasius Loyola. Yogyakarta: Kanisius. _________. (2006). Penegasan Panggilan. Yogyakarta: Kanisius. Darmawijaya, St. (1990). Aneka Tema Rekoleksi. Yogyakarta: Kanisius. Drost, J. (2002). Pedagogi Ignasian Manajemen Berbasis Sekolah. Jakarta: Grasindo. Groenen C. (1979). Dasar-dasar Hidup Religius Panggilan Kristen. Yogyakarta: Kanisius. Hasil Lokakarya Katekese Umat. (1984). 20 Tema Katekese Umat. Jakarta: Obor. Harmin, Merrill dan Melanie Toth. (2012). Pembelajaran Aktif Yang Menginspirasi:Buku Pegangan Lengkap Untuk Guru Masa Kini. Jakarta: PT. Macanan Jaya Cemerlang. Heryatno Wono Wulung. (2008). Pokok-pokok Pendidikan Agama Katolik di Sekolah. Yogyakarta: IPPAK – USD. ____________________. (Ed). Secercah Lentera Kehidupan: Kisah-kisah Inspiratif Para Pewarta Iman. (2012). Yogyakarta: Kanisius 2012. Heuken, A. (2002). Spiritualitas Kristiani Pemekaran Hidup Rohani Selama Dua Puluh Abad. Jakarta: Yayasan Cipta Loka Caraka. Hutabarat, Rafael. (1981). Berkatekese: Katekese Sebagai Sarana Pembentukan Hidup Kristen Jemaat. Yogyakarta: Kanisius. Jacobs, Tom. (1985). Sikap Dasar Kristiani. Yogyakarta: Kanisius.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
90
Johnson, LouAnne. (2008). Pengajaran Yang Kreatif dan Menarik:Cara Membangkitkan Minat Siswa Melalui Pemikiran. Jakarta: PT. Macanan Jaya Cemerlang. Kamari, F.X. Kepribadian Seorang Katekis. Seri Pradnyawidya 13. Yogyakarta. Lalu, Yosef. (2005). Katekese Umat. Jakarta: Komisi Kateketik KWI. Mandagi, L. (1984). Awam Katolik Di Sekolah Menurut Dokumen Gereja. Seri Pastoral 113. Pusat Pastoral Yogyakarta. __________. (1994). Identitas Pendidik Katolik. Seri Pastoral 231. Pusat Pastoral Yogyakarta. Mangunhardjana, A. M. (1985). Membimbing Rekoleksi. Yogyakarta: Kanisius. Mardiatmadja, BS. (1985). Beriman Dengan Bertanggungjawab. Yogyakarta: Kanisius. Michel, Thomas. (2001). Pokok-pokok Iman Kristiani. Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Mintara Sufiyanta, A. (2010). Sang Guru Sang Peziarah: Spiritualitas Guru Kristiani. Jakarta: Obor. _________________. (2011). Guruku Malaikat Jiwaku: Spiritualitas Guru Kristiani. Jakarta: Obor. _________________. (2013). The Art of Educating: Cinta di Rumah Kasih di Sekolah. Yogyakarta: Kanisius. _________________. (2013). Life As The Real School: Hidup Bijaksana Hidup Bermakna. Yogyakarta: Kanisius. _________________. (2013). Cinta Sang Guru: Kisah-kisah Inspiratif Kaum Guru. Yogyakarta: Kanisius. _________________. (2013). Teacher As an Instructional Leader: Mendidik Dengan Jernih Hati dan Terang Budi. Yogyakarta: Kanisius. _________________. (2014). Hati Sang Guru: Menghayati Panggilan Guru Kristiani. Yogyakarta: Kanisius. Muhammad Ali, H. (1987). Guru Dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru. Moh Uzer Usman. (1990). Menjadi Guru Professional. Bandung: Remaja Rosdakarya Offset. Moleong, Lexy J. (2012). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Nana Sudjana. (1990). Penilaian Proses Belajar Mengajar cet. 3. Bandung: Remaja Rosdakarya. _____________. (1989). Dasar-Dasar Proses belajar Mengajar cet. 2. Bandung. Remaja Rosdakarya. Papo, Yakob. (1990). Pendidikan Hidup Beriman Dalam Lingkup Sekolah. Yogyakarta: Kanisius. Paulus VI. (2013). Evangelii Nuntiandi (Mewartakan Injil). Jakarta:Dokpen KWI. (Dokumen asli diterbitkan tahun 1975). Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru.(2007), Jakarta: Sekretariat Negara. Pidyarto, H. (1993). Mempertanggungjawabkan Iman Katolik. Malang: Dioma. Riduwan. (2010). Belajar Mudah Penelitian. Bandung:Alfabeta.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
91
Samana, A. (1994). Profesionalisme Keguruan. Yogyakarta: Kanisius. Sigit Setyawan. (2013). Guruku Panutanku. Yogyakarta: Kanisius. Sukaryadi, Ag. 21 November, 2013. Membangun Kembali Spiritualitas Guru Agama Katolik. Praba, hlm 29. Suparlan. (2006). Guru Sebagai Profesi. Yogyakarta: Hikayat Publishing. Team PPK Epouto Keuskupan Jayapura. (1985). Jalan Kita Menuju Kehidupan (Katekese Untuk Orang Dewasa). Jakarta: Obor. Telaumbanua, Marinus. (1999). Ilmu Kateketik: Hakikat, Metode dan Peserta Katekese Gerejawi. Jakarta: Obor. Tim Penyusun Panduan Program Studi IPPAK. (2010). Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma. Tim Akreditasi Prodi IPPAK – USD. Borang Akreditas Prodi IPPAK. (2013). Prodi IPPAK – USD. Yogyakarta. ______________________________. Laporan Evaluasi Diri. (2013). Prodi IPPAK – USD. Yogyakarta. Undang-Undang Tentang Guru dan Dosen.(2005). Jakarta: Sekretariat Negara. Van Bremen, Peter G. (1976). Semangat Kristiani. Yogyakarta: Kanisius. Winkel, W.S. (1989). Psikologi Pengajaran. Jakarta: Gramedia. Yohanes Paulus II. (2006). Catechesis Tradendae (Penyelenggaraan Katekese). (R. Hardawiryana, Penerjemah). Jakarta:Dokpen KWI. (Dokumen asli diterbitkan tahun 1979) Youcat Indonesia: Katekismus Populer. (2012). Yogyakarta: Kanisius.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
LAMPIRAN
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI Lampiran 2 : Daftar Pertanyaan Angket ANGKET UPAYA PENGEMBANGAN SPIRITUALITAS KRISTIANI MAHASISWA/SISWI IPPAK-USD SEBAGAI CALON GURU PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK YANG PROFESIONAL DAN BERSPIRITUAL NIM : Jenis Kelamin : Laki-laki / Perempuan *(Biarawan/ Biarawati) (*lingkari) Semester : Petunjuk : A. Bacalah secara cermat dan teliti sebelum mengerjakan soal-soal di bawah ini B. Pilihlah salah satu jawaban dalam kolom berikut ini yang sesuai dengan keadaan dan pengalaman anda dengan memberi tanda cek list ( ) pada kolom jawaban yang dimaksud: C. Contoh cara menjawab: No
Pernyataan
SS
1
Spiritualitas Kristiani adalah spiritualitas yang mengambil semangat dari diri Yesus. Inti dari spiritualitas Kristiani adalah Yesus Kristus
√
2
SS S TS STS No 1 2
3
4
5
6 7
S
TS
STS
√
: Sangat Setuju : Setuju : Tidak Setuju : Sangat Tidak Setuju
Pernyataan Guru agama Katolik adalah pengajar iman Katolik di sekolah yang bertugas mengembangkan iman siswa. Sebagai guru yang memiliki Kompetensi Pedagogik guru mampu memahami keadaan atau kemampuan siswa. Sebagai guru yang memiliki Kompetensi Profesional sebelum mengajar, hendaknya guru mempersiapkan materi/bahan ajar dengan baik. Sebagai guru yang memiliki Kompetensi Sosial maka dalam bersikap guru hanya bersosialisasi dengan sesama guru, dan murid saja. Orang tua tidak. Sebagai guru yang memiliki Kompetensi Kepribadian guru wajib mempunyai kepribadian yang mantap agar dapat menjadi contoh yang baik bagi siswa. Sebagai guru yang berspiritualitas, guru memperhatikan iman serta kedalaman hidup siswanya. Sebagai guru yang berspiritualitas, guru memberikan (2)
SS
S
TS
STS
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
pelayanan diri secara total pada muridnya. 8
9 10 11
12 13
14
15
16 17 18
19
20
Spiritualitas Ignasian membantu guru Kristiani dalam memberikan pelayanan kepada siswa demi kemuliaan Tuhan yang lebih besar. Mencintai peserta didik merupakan hal yang penting bagi guru. Selalu bersyukur adalah salah satu ciri guru yang mempunyai spiritualitas mendalam. Sebagai mahasiswa saya semakin belajar dan tahu bahwa Yesus adalah inti dari pewartaan guru agama di sekolah. Sebagai mahasiswa saya semakin belajar memandang siswa sebagai subjek bukan objek. Sebagai mahasiswa, saya semakin belajar dan menghayati bahwa kepribadian yang baik akan diterima baik juga di lingkungan. Sebagai mahasiswa saya belajar untuk menghargai perbedaan dalam masyarakat sehingga tidak terjadi konflik. Sebagai mahasiswa, saya belajar untuk bergaul dan membangun komunikasi yang baik antar sesama terutama yang berbeda agama. Inti dari spiritualitas Kristiani adalah Yesus Kristus. Spiritualitas Kristiani adalah spiritualitas yang mengambil semangat dari diri Yesus. Penghayatan dalam spiritualitas Kristiani membantu saya untuk semakin masuk ke dalam “hubungan” dengan Allah. Saya sebagai mahasiswa merasakan manfaat dan makin menghayati spiritualitas Kristiani selama kuliah di IPPAK. Spiritualitas Kristiani yang saya dapatkan di IPPAK membantu saya dalam kehidupan sehari-hari.
(3)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI Lampiran 3 : Panduan Daftar Pertanyaan Wawancara
PANDUAN DAFTAR PERTANYAAN WAWANCARA 1. Menurut Anda, apa pengertian guru agama Katolik itu? 2. Apakah Anda sungguh mempunyai motivasi untuk menjadi guru agama Katolik? 3. Apakah Anda setuju jika guru tidak harus bersosialisasi dengan orang tua siswa? Mengapa? 4. Menurut Anda perlukah guru agama mengetahui kedalaman hidup dan iman setiap anak didknya? Mengapa? 5. Mengapa pelayanan secara total perlu diberikan kepada siswa? 6. Menurut Anda pentingkah mencintai siswa bagi guru agama? Mengapa? 7. Apakah Anda mengalami perkembangan selama di IPPAK ini, khususnya dalam kerohanian? Jelaskan! 8. Menurut Anda, apakah kepribadian yang baik dapat diterima di masyarakat dan tidak menimbulkan konflik? 9. Sebagai mahasiswa/siswi IPPAK yang mengikuti mata kuliah Pembinaan Spiritualitas, apakah Anda merasakan selama ini Anda semakin merasakan manfaat dan semakin menghayati spiritualitas itu sendiri? Dan apakah itu membantu anda dalam kehidupan sehari-hari?
(4)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Lampiran 4 : Transkrip Hasil Wawancara
TRANSKRIP HASIL WAWANCARA 1. Menurut Anda, apa pengertian guru agama Katolik itu? R1: Guru agama Katolik adalah seorang pendidik yang mempunyai bidang khusus. R2 : Guru agama Katolik adalah seorang pewarta iman di sekolah. R3: Guru agama Katolik adalah pendidik iman di sekolah. R4: Guru agama Katolik adalah seorang pembimbing iman dan salah satu bentuk Pastoral di sekolah. R5: Guru agama Katolik adalah pendamping iman anak di sekolah. R6: Guru agama Katolik adalah saksi iman dan pewarta untuk siswa dan guru di sekolah. R7: Guru agama Katolik adalah saksi iman dan pewarta untuk siswa dan guru di sekolah. R8 :Guru agama Katolik adalah seorang guru atau katekis di sekolah. R9: Guru agama Katolik adalah seorang pendidik yang khusus belajar tentang agama Katolik. R10: Guru agama Katolik adalah seorang guru pengajar agama Katolik di sekolah, yang mempunyai kemampuan khusus di bidang agama Katolik. R11: Guru agama Katolik adalah seorang guru yang belajar di bidang khusus yaitu agama Katolik. R12: Guru agama Katolik adalah seorang guru yang mengajar agama Katolik di sekolah, baik itu sekolah dasar maupun sekolah menengah. R13: Guru agama Katolik adalah pendidik di sekolah yang mengajarkan agama Katolik. R14: Guru agama Katolik adalah seorang pendidik iman dan juga katekis di sekolah. R15: Guru agama Katolik adalah seorang pendidik agama yang bekerja di sekolah. 2. Apakah Anda sungguh mempunyai motivasi untuk menjadi guru agama Katolik? R1: Motivasi itu sudah saya punyai sejak awal, karena itu saya bersemangat dalam menjalani perkuliahan di kampus. R2: Saya mempunyai motivasi yang besar dari awal masuk dan sampai sekarang saya masih optimis akan motivasi saya itu. R3: Motivasi itu saya rasakan sejak dari dulu untuk menjadi seorang pendidik yakni guru agama Katolik. R4: Motivasi itu saya rasakan ketika sudah menjalani perkuliahan di kampus. R5: Motivasi itu saya rasakan sejak dari dulu untuk menjadi seorang guru khususnya guru agama Katolik. (5)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
R6: Motivasi itu baru muncul ketika saya sudah menjalani proses kuliah dan sampai saat ini motivasi itu masih ada. R7: Motivasi itu baru muncul ketika saya sudah menjalani proses kuliah dan sampai saat ini motivasi itu masih ada, saya ingin menjadi guru agama. R8: Motivasi itu ada karena saya melihat masih banyaknya peluang menjadi guru agama Katolik. R9: Saya merasakan bahwa motivasi di diri saya sudah ada dari awal, samapi saat ini saya masih terus berusaha untuk memupuk motivasi saya itu agar dapat semakin berkembang. R10: Saya sejak dari dulu mempunyai keinginan menjadi seorang guru, tidak berpikir untuk menjadi guru agama. Karena itu cita-cita ini didukung oleh keluarga saya, sehingga saya semakin bersemangat ketika kuliah. R11: Motivasi itu ada karena saya melihat masih banyaknya peluang menjadi guru agama Katolik. R12: Saya mempunyai motivasi menjadi guru/pendidik sejak dulu, sehingga diterima di IPPAK ini merupakan hadiah yang baik untuk saya, saya akan berusaha sekuat mungkin untuk menjalani proses perkuliahan ini dengan baik. R13: Guru agama mungkin belum terpikirkan oleh saya, melainkan untuk menjadi guru sudah ada. Akhirnya saya diterima di IPPAK dan saya pun melanjutkan cita-cita saya dulu tapi untuk kali ini menjadi seorang guru agama Katolik. R14: Saya waktu itu belum terpikirkan menjadi guru agama, tapi setelah masuk IPPAK ini saya menemukan motivasi itu setlah menjalani perkuliahan selama ini. R15: Motivasi untuk menjadi guru agama sudah ada karena menurut saya masih ada peluang untuk bekerja dimanapun. 3. Apakah Anda setuju jika guru tidak harus bersosialisasi dengan orang tua siswa? Mengapa? R1: Saya tidak setuju. Guru harus bersosialisasi dengan orang tua karena guru adalah orang tua kedua di sekolah. R2: Saya tidak setuju. Guru harus bersosialisasi dengan orang tua karena guru dapat mengawasi secara langsung ketika di sekolah. R3: Saya tidak setuju. Guru di sekolah menjadi “pengawas” siswa siswi yang telah dipercayakan oleh orang tua. R4: Saya tidak setuju. Guru harus bersosialisasi dengan orang tua karena dengan bersosialisasi orang tua dapat mengawasi anaknya di sekolah melalui guru. R5: Saya tidak setuju. Guru di sekolah menjadi perantara bagi orang tua yang selalu bekerjasama dengan baik. R6: Saya tidak setuju. Guru di sekolah menjadi penghubung antara orang tua dengan pihak sekolah. R7: Saya tidak setuju. Guru di sekolah menjadi penghubung antara orang tua dengan pihak sekolah. R8: Saya tidak setuju. Guru di sekolah harus menjadi partner yang baik di sekolah sehingga menjadi menguntungkan satu sama lain. (6)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
R9: Saya tidak setuju. Guru di sekolah harus bekerjasama dengan baik sehingga siswa siswi menjadi aman dan semakin berkembang di sekolah. R10: Saya tidak setuju. Guru di sekolah harus menjadi partner dan bekerjasama dengan baik sehingga menghasilkan sinergi yang baik antar sekolah dengan pihak rumah. R11: Saya tidak setuju. Guru dan orang tua harus bersinergi dan bekerjasama dengan baik sehingga demi siswa siswi. Kerjasama diperlukan agar timbul hubungan yang baik antara orang tua dan sekolah. R12: Saya tidak setuju. Guru dan orang tua harus bersinergi dan bekerjasama dengan baik sehingga demi siswa siswi. Kerjasama diperlukan agar timbul hubungan yang baik antara orang tua dan sekolah. R13: Saya tidak setuju. Guru dan orang tua harus bekerjasama satu sama lain supaya timbul hubungan yang baik. R14: Saya tidak setuju. Guru dan orang tua harus bekerjasama satu sama lain supaya timbul hubungan yang baik. R15: Saya tidak setuju. Guru dan orang tua harus menjadi rekan dalam mendidik siswa siswi. Orang tua di rumah sedangkan guru di sekolah. 4. Menurut Anda perlukah guru agama mengetahui kedalaman hidup dan iman setiap anak didknya? Mengapa? R1: Guru agama perlu mengetahui kedalaman hidup dan iman siswa siswinya agar semakin mengenal dan tahu bagaimana caranya mengembangkannya. R2: Guru agama perlu mengetahui kedalaman hidup siswanya agar bisa memberikan materi yang pas dan sesuai dengan porsinya. R3: Guru agama perlu mengetahui kedalaman iman siswa siswi agar guru agama dapat membantu mengembangkannya. R4: Guru agama perlu mengetahui kedalaman hidup dan iman siswanya karena dengan iman itu, guru agama tahu prioritasnya ketika sedang mengajar. R5: Guru agama perlu mengetahui kedalaman iman siswa siswi agar ketika penyampaian materi tidak terlalu jauh atau sulit diterima. R6: Guru agama perlu mengetahui kedalaman iman siswa siswi, karena guru agama juga sebagai pendamping iman agar semakin berkembang. R7: Guru agama perlu mengetahui kedalaman iman siswa siswi, karena guru agama juga sebagai pendamping iman agar semakin berkembang. R8: Guru agama perlu mengetahui kedalaman iman siswa siswi karena guru agama juga memperhatikan perkembangan iman dari tiap siswa siswinya. Itu semua dilakukan agar tidak ada yang mengalami kesulitan. R9: Guru agama perlu mengetahui kedalaman iman siswa siswi agar para siswa tidak mengalami kesulitan dalam menerima materi dan semakin maju berusaha menjadi semakin baik. R10: Selain mengajar di kelas, guru agama perlu mengetahui kedalaman hidup siswa siswi karena dengan mengetahui imannya itu, guru agama mampu masuk melalui materi yang diajarkan. R11: Guru agama perlu mengetahui kedalaman iman siswa siswi karena guru agama juga memperhatikan perkembangan iman dari tiap siswa siswinya. Itu semua dilakukan agar tidak ada yang mengalami kesulitan. (7)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
R12: Tidak hanya materi saja yang diajarkan oleh guru agama, melainkan bagaimana cara guru agama tersebut mengembangkan iman para siswa siswinya, agar mereka semakin mantap akan imannya itu. R13: Materi hanya untuk pengetahuan siswa siswi saja tapi yang lebih penting adalah iman, bagaimana iman itu dipupuk dan dibina agar semakin berkembang kearah yang baik. R14: Materi hanya untuk pengetahuan siswa siswi saja tapi yang lebih penting adalah iman, bagaimana iman itu dipupuk dan dibina agar semakin berkembang ke arah yang baik. R15: Kedalaman hidup dapat dapat dilihat dari perilaku siswa siswi sehari-hari tidak hanya melulu dari materi saja. 5. Mengapa pelayanan secara total perlu diberikan kepada siswa? R1: Pelayanan secara total itu adalah wujud pelayanan Yesus sendiri. R2: Pelayanan secara total itu perlu karena dalam meberikan pelayanan tidak boleh setengah-setengah. R3: Pelayanan secara total itu sama dengan pelayanan hati. R4: Pelayanan secara total itu adalah bagaimana seni untuk melayani dengan tulus. R5: Pelayanan secara total harus diberikan kepada siswa siswi karena dengan pelayanan total itu guru semakin puas akan pekerjaannya. R6: Pelayanan secara total wajib diberikan kepada para siswa, agar para siswa merasa diperhatikan dan merasa senang karena belajar dengan tenang. R7: Pelayanan secara total wajib diberikan kepada para siswa, agar para siswa merasa diperhatikan dan merasa senang karena belajar dengan tenang. R8: Pelayanan secara total wajib diberikan kepada para siswa, karena dengan pelayanan total guru agama juga memberikan kasih yang tulus kepada siswa siswinya. R9: Menjadi seorang guru harus tahu konsekuensinya dan semakin mengerti akan siswanya, jadi dalam bekerja tidak setengah hati melainkan sepenuh hati. R10: Pelayanan secara total wajib diberikan kepada para siswa, karena dengan pelayanan total guru agama juga memberikan kasih yang tulus kepada siswa siswinya. R11: Pelayanan secara total wajib diberikan kepada para siswa, karena dengan pelayanan total guru agama juga memberikan kasih yang tulus kepada siswa siswinya. R12: Guru mengabdi kepada Negara dan bangsa maka guru wajib memberikan pelayanan yang total kepada siswa siswi. R13: Guru adalah pelayan pendidikan, maka sebagai calon guru kita harus tahu konsekuensinya menjadi guru yaitu memberikan pelayanan secara total kepada siswa siswi. R14: Guru adalah pelayan pendidikan, maka sebagai calon guru kita harus tahu konsekuensinya menjadi guru yaitu memberikan pelayanan secara total kepada siswa siswi. R15: Guru adalah sang pelayan di bidang pendidikan, maka dengan rendah hati juga pelayanan yang tulus dapat diberikan oleh seorang guru. (8)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
6. Menurut Anda pentingkah mencintai siswa bagi guru agama? Mengapa? R1: Mencintai siswa siswi dalam arti tidak personal melainkan benar-benar mengasihi peserta didiknya itu. R2: Mencintai siswa siswi dalam arti tidak pilih pilih melainkan universal. R3: Mencintai dan mengasihi secara universal tidak pilih-pilih. R4: Mencintai siswa siswi dalam arti secara universal tidak memilih melainkan mengasihi semua. R5: Mencintai dalam arti secara universal tidak secara personal, mampu untuk berbagi kasih kepada siswa siswi. R6: Mencintai secara menyeluruh tidak pilih-pilih dan tidak membedabedakan. R7: Mencintai secara menyeluruh tidak pilih-pilih dan tidak membedabedakan. R8: Mengasihi siswa siswi tanpa memilih melain kan secara keseluruhan (universal). R9: Mengasihi tanpa mengenal batas dan tanpa pilih-piih itu menjadi prinsip seorang guru agama di sekolah. R10: Guru agama dalam mengasihi siswa siswi tidak meilih-milih, sama seperti yesus yang selalu mengasihi orang-orang tanpa memandang status atau kedudukan, semua sama dan harus dikasihi. R11: Mengasihi siswa siswi tanpa memilih melainkan secara keseluruhan (universal). R12: Mengasihi siswa siswi tanpa memilih melainkan secara keseluruhan (universal). R13: Mengasihi tanpa harus memilih, melainkan bagaimana kita mampu untuk membuka diri bagi sesama. R14: Mengasihi tanpa harus memilih, melainkan bagaimana kita mampu untuk membuka diri bagi sesama. R15: Membuka diri akan mengasihi orang lain tanpa pandang bulu. Ini menjadi penting karena, dengan mengasihi kita sebagai calon guru agama mampu mengerti akan kebutuhan siswa siswi. 7. Apakah Anda mengalami perkembangan selama di IPPAK ini, khususnya dalam kerohanian? Jelaskan! R1: Awalnya tidak terlalu merasakan perkembangan itu, namun semakin hari saya merasakannya walau belum terlalu sempurna. R2: Belum merasakan perkembangan yang berarti dalam hidup. R3: Saya mengalami perkembangan itu dari awal sampai saat ini, terutama dalam hal kerohanian. R4: Perkembangan dari hari ke hari semakin saya rasakan. R5: Saya mengalami perkembangan yang lumayan pesat khusunya dalam hal kerohanian.. Dalam hal kerohanian saya semakin rajin mengikuti ekaristi harian dan hidup doa. R6: Saya belum mengalami perkembangan dalam hal kerohanian, saya cenderung biasa-biasa saja untuk menjalaninya. (9)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
R7: Saya belum mengalami perkembangan dalam hal kerohanian, saya cenderung biasa-biasa saja untuk menjalaninya. R8: Saya sudah semakin merasakan perkembangan itu, sedikit demi sedikit terutama dalam bidang kerohanian, misalnya makin rajin mengikuti perayaan ekaristi dan bacaan rohani. R9: Saya belum mengalami perkembangan dalam hal kerohanian, selama ini saya hanya melakukan biasa saja tidak ada yang terlalu menonjol. R10: Saya merasakan perkembangan dalam hal rohani, khususnya saya semakin sering mengikuti perayaan ekaristi harian. Itu salah satu contoh yang makin berkembang di dalam diri saya. R11: Saya sudah semakin merasakan perkembangan itu, sedikit demi sedikit terutama dalam bidang kerohanian, misalnya makin rajin mengikuti perayaan ekaristi dan bacaan rohani. R12: Saya belum terlalu mengalami perkembangan dalam hal kerohanian, semua saya jalani dengan biasa biasa saja. R13: Dalam hal kerohanian saya belum terlalu berkembang, saya merasa biasabiasa saja dalam melakukan apapun. R14: Saya merasa belum berkembang dalam hal kerohanian tapi setelah masuk di IPPAK kerohanian saya semakin lebih baik dari sebelumnya. R15: Saya bersyukur bahwa dalam hal kerohanian saya telah mengalami perkembangan. Contohnya, saya ketika itu belum rajin mengikuti perayaan ekaristi, sekarang saya mulai rajin mengikuti perayaan ekaristi harian. 8. Menurut Anda, apakah kepribadian yang baik dapat diterima di masyarakat dan tidak menimbulkan konflik? R1: Ya jelas. Kepribadian yang baik pastinya dapat diterima dimanapun termasuk di dalam masyarakat. R2: Ya jelas. Kepribadian yang baik pasti dapat diterima dan diapresiasi oleh masyarakat. R3: Salah satu indikator tidak terjadinya konflik adalah mempunyai kepribadian yang baik. R4: Ya jelas. Kepribadian yang baik akan diterima di masyarakat sehingga konflik dapat dihindari. R5: Dalam masyarakat pastinya tidak ingin warganya bermasalah jadi kehidupan bermasyarakat dibangun mulai dari diri sendiri yang mempunyai kepribadian yang baik. R6: Pribadi yang baik pastinya dapat mudah bergaul dan dapat diterima di dalam masyarakat luas. R7: Pribadi yang baik pastinya dapat mudah bergaul dan dapat diterima di dalam masyarakat luas. R8: Di masyarakat luas saya meyakini kalau orang yang punya kepribadian yang baik itu dapat diterima di masyarakat, dan kebanyakan orang baik itu tidak terlalu membuat konflik. R9: Konflik biasanya dari orang-orang yang mempunyai kepribadian yang kurang baik, tetapi orang yang mempunyai kepribadian yang baik setidaknya mau menghindari konflik itu. (10)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
R10: Konflik dapat disebabkan oleh banyak hal, khususnya jika orang yang tidak mempunyai kepribadian yang baik. Krpibadian yang baik merupakan faktor yang mempengaruhi timbulnya konflik atau tidak. R11: Dimasyarakat luas saya meyakini kalau orang yang punya kepribadian yang baik itu dapat diterima di masyarakat, dan kebanyakan orang baik itu tidak terlalu membuat konflik. R12: Konflik dapat terjadi disebabkan oleh banyak hal, misalnya saat ini masih banyak orang yang berkelakukan kurang baik dan itu dapat menimbulkan konflik di masyarakat. R13: Kita ditempa untuk menjadi pribadi yang baik karena dengan menjadi pribadi yang baik itu kita dapat diterima di masyarakat. R14: Pribadi yang baik dapat diterima di dalam masyarakat, dan umumnya pribadi yang baik itu sebagian besar tidak menimbulkan konflik. R15: Kepribadian yang baik pastinya dapat diterima oleh masyarakat, tapi untuk menimbulkan konflik atau tidak tergantung dari tiap pribadinya. Kita tidak tahu pikiran orang, mana yang baik mana yang tidak baik. 9. Sebagai mahasiswa/siswi IPPAK yang mengikuti mata kuliah Pembinaan Spiritualitas, apakah Anda merasakan selama ini Anda semakin merasakan manfaat dan semakin menghayati spiritualitas itu sendiri? Dan apakah itu membantu anda dalam kehidupan sehari-hari? R1: Belum terlalu merasakan tapi saya merasa sudah ada yang berubah kea rah yang lebih baik dibandingkan sebelu-sebelumnya. Dalam kehidupan sehari-hari sungguh sangat membantu saya baik itu di komunitas maupun di masyarakat ingkungan. R2: Saya merasakan banyak manfaat tapi belum sepenuhnya saya hayati, hanya di kulit luarnya saja. R3: Saya sudah semakin merasakan manfaatnya ketika kuliah dan mempunyai dampak yang baik di kehidupan pribadi saya. R4: Saya sudah semakin merasakan walaupun belum semua. Selain itu saya juga merasakan banyak manfaat dan itu semua dapat saya terapkan di kehidupan sehari-hari. R5: Saya sudah semakin merasakan manfaatnya ketika kuliah dan mempunyai dampak yang baik di kehidupan pribadi saya. Misalnya dalam berbagai bidang yakni dalam bidang kerohanian maupun hal studi, awalnya saya kurang tertarik membaca dan sekarang saya sudah semakin tekun untuk membaca. R6: Saya sudah semakin merasakan manfaatnya ketika kuliah dan mempunyai dampak yang baik di kehidupan pribadi saya. Misalnya dalam berbagai bidang yakni dalam bidang kerohanian maupun hal studi, awalnya saya kurang tertarik membaca dan sekarang saya sudah semakin tekun untuk membaca. R7: Saya sudah semakin merasakan manfaatnya ketika kuliah dan mempunyai dampak yang baik di kehidupan pribadi saya. Misalnya dalam berbagai bidang yakni dalam bidang kerohanian maupun hal studi, awalnya saya kurang tertarik membaca dan sekarang saya sudah semakin tekun untuk membaca.
(11)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
R8: Saya sudah semakin merasakan manfaatnya ketika kuliah dan mempunyai dampak yang baik di kehidupan pribadi saya. Misalnya dalam berbagai bidang yakni dalam bidang kerohanian maupun hal studi. R9: Semakin hari saya merasakan perkembangan yang berarti dalam hidup saya terutama ketika kuliah di IPPAK, saya merasakan banyak manfaat yang diperoleh. Perkembangan diri, kerohanian, sampai studi saya mengalami perkembangan yang tidak biasanya dari sebelum-sebelumnya. Begitu juga dengan manfaat yang saya peroleh ketika mengikuti pembinaan spiritualitas. R10: Saya bersyukur dapat kesempatan kuliah di IPPAK, karena di IPPAK ini saya mendapatkan kesempatan untuk mengolah kepribadian dan segala yang berkaitan dengan kemampuan saya secara pribadi. Dalam pembinaan spiritualitas, saya mendapatkan banyak manfaat misalnya dalam hal studi semakin membantu saya semangat dalam kuliah. R11: Saya sudah semakin merasakan manfaatnya ketika kuliah dan mempunyai dampak yang baik di kehidupan pribadi saya. Misalnya dalam berbagai bidang yakni dalam bidang kerohanian maupun hal studi, awalnya saya kurang tertarik membaca dan sekarang saya sudah semakin tekun untuk membaca. Pembinaan spiritualitas banyak manfaat yang saya rasakan selama ini, mulai dari perkembangan dalam hal kerohanian, pribadi, sosial, dan studi. R12: Suatu kesempatan yang baik dapat kuliah di IPPAK ini, saya merasakan perkembangan yang baik di dalam diri saya. Mulai dari waktu itu belum terlalu sering berdoa (jarang) sekarang saya bersyukur saya dapat memulai untuk melakukan doa dengan baik itulah salah satu hal yang dapat saya rasakan manfaatnya ketika kuliah di IPPAK. Pembinaan spiritualitas membantu saya dalam banyak hal terutama akan kemampuan pribadi dan dalam hal studi. R13: Saya bersyukur dapat kuliah di Jogja, terlebih di IPPAK ini. Saya merasa beruntung IPPAK berbeda dengan prodi yang lain, ada yang istimewa disini yaitu bagaimana para dosen benar-benar peduli pada mahasiswanya itu semua adalah wujud kasih dalam kampus yang harus dilestarikan. Pembinaan spiritualitas itu sendiri membantu saya mengembangkan diri secara pribadi menjadi pribadi yang utuh dan matang. R14: Selama saya mengikuti pembinaan spiritualitas, saya merasa ada yang berkembang di diri saya yaitu bagaimana saya semakin mengerti kepribadian saya dan mengerti akan kebutuhan saya sebagai mahasiswa dan juga warga masyarakat pada umumnya. R15: Pembinaan spiritualitas adalah mata kuliah yang banyak manfaatnya untuk saya terlebih selama ini saya mengikutinya. Saya mendapat banyak manfaat mulai dari perkembangan pribadi sampai perkembangan dalam studi pun saya merasakannya.
(12)