PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
PEMBUATAN DAN UJI AKTIVITAS SEDIAAN GEL SCARLESS WOUND DENGAN EKSTRAK BINAHONG DAN ZAT AKTIF IBUPROFEN
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) Program Studi Farmasi
Diajukan oleh: Prita Patricia NIM: 128114094
FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2015
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
PEMBUATAN DAN UJI AKTIVITAS SEDIAAN GEL SCARLESS WOUND DENGAN EKSTRAK BINAHONG DAN ZAT AKTIF IBUPROFEN
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) Program Studi Farmasi
Diajukan oleh: Prita Patricia NIM: 128114094
FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2015
i
PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI PLAGIAT
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Pengesahan Skripsi Beriudul
PEMBUA,TAN DAI\[ UJI AKTIVTfAS SEDIAAN GEL,SCI.RI,.E.SS WOUAID DENGAIT EIGTRAK BII\TAHONG DAI\T ZAT AKTIF IBTJPROI|:EN
Oleh: Prita Patricia NM: 128114094
itiaPenguji Slripsi
Dipertahnkan_
,#q'*1"" wl"
w*8
&&
S.q
@3*.. ffi *"e h./l T"* *
\
I
n{ --l y+.r =dh_:,s&kf;
*#wmw{#
M.Si., Ph.D., Apt.
PanitiaPengqii:
1.
Dr. Sri l{artati Yuliani, Apt.
2.
Enade Perdana trslyastono, PhrD.,
3.
Sfahyuning Setyani, M.Sc., ApL
lu
Apt
PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI PLAGIAT
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
INTISARI Luka adalah keadaan dimana terjadi kerusakan jaringan. Tubuh akan berusaha memperbaiki melalui mekanisme penyembuhan luka yang seringkali menimbulkan parut luka atau bekas luka. Hal ini disebabkan karena adanya fase inflamasi pada mekanisme tersebut. Ibuprofen merupakan salah satu zat antiinflamasi yang dapat memperpendek fase inflamasi dengan cara menghambat enzim siklooksigenase pada sintesis prostaglandin. Prostaglandin memiliki peran penting pada tahap pembentukan fase inflamasi. Binahong (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis.) berpotensi sebagai penyembuh luka karena mengandung asam askorbat yang berperan penting untuk mengaktifkan enzim prolil hidroksilase. Enzim ini berfungsi untuk menunjang tahap hidroksilasi dalam pembentukan kolagen, sehingga dapat mempercepat proses penyembuhan luka. Dalam penelitian ini gel dengan ekstrak binahong akan dikombinasikan dengan ibuprofen untuk menghasilkan gel scarless wound. Metode yang digunakan adalah metode eksperimental murni. Metode uji yang digunakan adalah uji histopatologi yang dilanjutkan dengan penghitungan luas kolagen dan uji sifat fisis. Data penghitungan luas kolagen dianalisis menggunakan uji independent sample t-test dengan taraf kepercayaan 95. Dalam penelitian ini diduga kombinasi ibuprofen dan ekstrak etanol binahong akan mengurangi pembentukan parut luka insisi pada hewan uji mencit galur Swiss Webster. Hasil penelitian menunjukkan bahwa gel binahong ibuprofen menghasilkan parut luka lebih sedikit secara statistik (3,5192 ± 0,0225 mm2) dibandingkan gel binahong (7,7070 ± 0,0821 mm2 ). Kata kunci : luka, ibuprofen, binahong (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis.), parut luka.
vi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
ABSTRACT Wound is a condition where the tissue was damaged. The body will repair this damage by wound healing mechanism which often leads to the formation of scar. The scar is caused by the inflammation phase of wound healing mechanism. Ibuprofen is one of the antiinflammatory agent that can inhibit or shorten the inflammatory phase by inhibit cyclooxygenase enzyme in prostaglandin synthesize. Prostaglandin has an important role on the formation of inflammatory phase. Binahong (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis.) has a potential activity as a wound healing agent. Binahong contains ascorbic acid which is impotant for the activation of prolyl-hydroxygenase enzyme that support hydroxylation phase in the process of collagen formation, so that the wound healing process can be acceletared. In this research, a gel preparation with binahong extract was combined with ibuprofen to form a scarless wound gel. This research was purely experimental. The test method used is a histopahological test which continued with a calculation of collagen area and a physical properties test. The collagen area calculation data were analyzed by independent sample t-test with 95% confidence interval. In this research, the addition of ibuprofen was expected to reduce the scar formation on incisional wound of white Swiss Webster mice. The result showed that the gel preparation with binahong extract and ibuprofen formed statistically less scar (3,5192 ± 0,0225 mm2) when compared to the gel preparation with binahong extract only (7,7070 ± 0,0821 mm2). Keywords : wound, ibuprofen, binahong (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis.), scar.
vii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
HALAMAN PERSEMBAHAN
Ad maiorem Dei gloriam (Demi lebih besarnya kemuliaan Tuhan)
“And, when you want something, all the universe conspires in helping you to achieve it.” – Paulo Coelho
“While there’s life, there is hope.” – Stephen Hawking
Kupersembahkan untuk : Bapak, Ibu, dan Adik Febri Sebagai ungkapan rasa sayangku Ayaga, teman-teman, dan Almamaterku.
viii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala perlindungan dan berkat yang telah diberikan sehingga skripsi dengan berjudul “Pembuatan dan Uji Aktivitas Sediaan Gel Scarless Wound dengan Ekstrak Binahong dan Zat Aktif Ibuprofen” dapat dikerjakan dengan baik dan lancar. Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini tidak terlepas dari campur tangan berbagai pihak. Kesempatan ini penulis gunakan untuk mengungkapkan rasa terima kasih kepada: 1.
Ibu Aris Widayati, M.Si., Ph.D., Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma;
2.
Ibu Dr. Sri Hartati Yuliani, Apt. selaku Ketua Program Studi Farmasi dan pembimbing yang selalu menuntun dan memberikan saran selama penelitian dan penyusunan skripsi;
3.
Ibu Agustina Setiawati, M.Sc., Apt., selaku Kepala Laboratorium Fakultas Farmasi yang telah memberikan ijin dalam penggunaan fasilitas laboratorium untuk kepentingan penelitian ini;
4.
Bapak Yohanes Dwiatmaka, M.Si. yang telah memberikan bantuan dalam determinasi tanaman Anredera cordifolia (Ten.) Steenis;
5.
Bapak Enade Perdana Istyastono, Ph.D., Apt., yang juga terus mendukung dan memberi banyak panduan dan masukan dalam penelitian ini;
ix
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
6.
Pak Musrifin, Pak Agung, Pak Wagiran, Pak Mukminin, Pak Sigit, dan Pak Parjiman, selaku laboran laboratorium Fakultas Farmasi yang telah membantu penulis dalam proses pelaksanaan penelitian di laboratorium;
7.
Bapak Yohanes Ratijo, yang telah banyak meluangkan waktu, tempat, dan tenaga, serta selalu memotivasi demi lancarnya penelitian ini;
8.
Bapak, Ibu, Febri dan keluarga besarku yang selalu memberi motivasi, perhatian dan doa demi kelancaran studi dan penyusunan naskah skripsi;
9.
Ayaga Divadi sebagai partner skripsi sekaligus sahabat terbaik, atas pengertian, perhatian, bantuan, motivasi dan waktu yang diberikan;
10. Teman-teman seperjuangan Bertha dan Ossak atas segala kerjasama, bantuan dan semangat dalam penyusunan skripsi ini dari awal hingga akhir; 11. Tika, Gita, Cindya, Astrid, Monic, Angel, Nata, dan LUVV untuk keceriaan dan motivasi yang diberikan; 12. Teman-teman FSM-C 2012, FST-B 2012 dan seluruh angkatan Farmasi 2012; 13. Serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini dengan baik. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih memiliki banyak kekurangan sehingga penulis berharap kritik dan saran dari semua pihak. Akhir kata, penulis berharap semoga tugas akhir ini dapat bermanfaat bagi semua pihak terutama di bidang ilmu farmasi. Penulis
x
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
DAFTAR ISI
Halaman HALAMAN JUDUL ........................................................................... i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................... ii HALAMAN PENGESAHAN ............................................................. iii PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ............................................... iv PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI .................................. v INTISARI ............................................................................................ vi ABSTRACT ........................................................................................ vii HALAMAN PERSEMBAHAN .......................................................... viii PRAKATA .......................................................................................... ix DAFTAR ISI ...................................................................................... xi DAFTAR TABEL ............................................................................... xiv DAFTAR GAMBAR .......................................................................... xv DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................... xvi BAB I. PENDAHULUAN ................................................................... 1 A. Latar Belakang .............................................................................. 1 B. Rumusan Masalah ......................................................................... 3 C. Tujuan Penelitian .......................................................................... 4 D. Keaslian Penelitian ........................................................................ 4 E. Manfaat Penelitian ........................................................................ 4 BAB II. PENELAAHAN PUSTAKA .................................................. 5
xi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
A. Luka ............................................................................................. 5 B. Ibuprofen ...................................................................................... 7 C. Binahong ...................................................................................... 8 D. Gel ................................................................................................ 9 E. Landasan Teori ............................................................................. 10 F. Hipotesis ....................................................................................... 11 BAB III. METODOLOGI PENELITIAN............................................. 12 A. Jenis dan Rancangan Penelitian ..................................................... 12 B. Variabel dan Definisi Operasional ................................................. 12 1. Variabel Penelitian ................................................................... 12 2. Definisi Operasional ................................................................. 13 C. Bahan Penelitian ........................................................................... 13 1. Subjek Penelitian ...................................................................... 13 2. Bahan Penelitian ....................................................................... 13 D. Alat Penelitian .............................................................................. 14 E. Tata Cara Penelitian ...................................................................... 14 1.
Pengumpulan Bahan ............................................................... 14
2.
Pengeringan ........................................................................... 14
3.
Pembuatan Ekstrak Binahong ................................................. 14
4.
Pembuatan Gel Scarless Wound ............................................. 15
5.
Sterilisasi Ruangan ................................................................. 17
6.
Sterilisasi Tube ....................................................................... 17
7.
Perlakuan Mencit ................................................................... 17
xii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
8.
Pengecatan Hematoxylin (HE) ............................................... 18
9.
Uji Daya Sebar ....................................................................... 19
10. Uji Sterilitas ........................................................................... 19 11. Uji Viskositas ......................................................................... 20 F. Tata Cara Analisis Hasil ................................................................ 20 BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................. 22 A. Determinasi Tanaman ................................................................... 22 B. Ekstraksi ....................................................................................... 22 C. Formulasi ...................................................................................... 24 D. Uji Sterilitas .................................................................................. 25 E. Uji Sifat Fisis ................................................................................ 26 F. Kriteria dan Perlakuan Terhadap Mencit ....................................... 27 G. Penghitungan Luas Kolagen .......................................................... 29 BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ............................................... 33 A. Kesimpulan ................................................................................... 33 B. Saran............................................................................................. 33 DAFTAR PUSTAKA ......................................................................... 34 LAMPIRAN ....................................................................................... 36 BIOGRAFI PENULIS ........................................................................ 51
xiii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel I.
Formula Sediaan Gel Uji Scarless Wound ............................ 16
Tabel II. Hasil Uji Sifat Fisis .............................................................. 26 Tabel III. Hasil Pengukuran Jumlah Luas Kolagen .............................. 29
xiv
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
DAFTAR GAMBAR
Halaman Gambar 1. Struktur Kimia Ibuprofen .................................................... 7 Gambar 2. Skema Penghitungan Luas Kolagen .................................... 21 Gambar 3. Hasil Proses Ekstraksi......................................................... 23 Gambar 4. Proses Elektrolisis .............................................................. 23 Gambar 5. Hasil Uji Sterilitas .............................................................. 25 Gambar 6. Grafik Rheology Sediaan Gel ............................................. 27 Gambar 7. Preparat Hasil Uji Histopatologi ......................................... 30
xv
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman Lampiran 1. Surat pengesahan hasil determinasi tanaman .................... 37 Lampiran 2. Certificate of Analysis ibuprofen ...................................... 38 Lampiran 3. Ethical Clearance dari LPPT UGM.................................. 41 Lampiran 4. Surat keterangan lisensi SPSS UGM ................................ 42 Lampiran 5. Data hasil uji sifat fisis dan luas kolagen .......................... 43 Lampiran 6. Data statistik rata-rata hasil penghitungan luas kolagen .... 44 Lampiran 7. Foto-foto dokumentasi kegiatan penelitian ....................... 47
xvi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Kulit merupakan salah satu organ yang paling penting bagi manusia. Selain berfungsi sebagai pertahanan tubuh, kulit seringkali juga menjadi indikator kesehatan manusia. Gangguan pada kulit merupakan hal yang selalu mengancam kesehatan kulit manusia, salah satunya adalah luka. Luka merupakan salah satu bentuk gangguan pada kulit yang sering dialami manusia. Semua manusia pasti pernah mengalami luka pada kulitnya, baik itu luka bakar, luka terbuka, luka tergores, dan sebagainya. Luka mengakibatkan terjadinya kerusakan pada banyak lapisan, seperti lapisan epidermis, membran basal, dan lapisan dermis yang terdiri atas fibroblas, matriks ekstraseluler, saraf, darah, dan pembuluh limfatik (Shaw dan Martin, 2009). Tidak jarang luka yang terjadi menimbulkan parut luka. Parut luka atau jaringan parut timbul akibat adanya proses penyembuhan luka. Proses penyembuhan luka terdiri atas 3 fase. Fase yang pertama adalah fase inflamasi, biasanya terjadi selama 4-6 hari. Fase ini terjadi segera setelah terbentuknya luka. Pada fase ini terjadi proses vasokonstriksi, vasodilatasi, peningkatan permeabilitas pembuluh membran, dan proses fagositosis. Fase yang kedua adalah fase pembentukan jaringan atau proliferasi, dimulai sekitar 4-5 hari setelah terbentuk luka dan berlangsung selama beberapa minggu. Proses utama yang terjadi pada fase ini adalah proses angiogenesis, granulasi pembentukan jaringan, epitelisasi
1
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
2
ulang, dan proses pembentukan matriks ekstraseluler. Fase yang terakhir adalah fase pematangan jaringan (Shai dan Maibach, 2005). Pada akhir fase inflamasi akan terbentuk jaringan parut. Kemampuan kulit untuk meregenerasi sel-sel kulit untuk menyembuhkan luka tanpa menimbulkan jaringan parut dapat dilakukan dengan cara mengurangi atau menghilangkan fase
inflamasi. Pengurangan masa fase
inflamasi akan
memberikan dampak yang signifikan terhadap proses penyembuhan luka, yaitu terjadi penurunan aktivitas pembentukan jaringan parut tanpa mengganggu proses epitelisasi ulang. Menurut hasil penelitian, diketahui bahwa tanpa adanya infeksi, fase inflamasi dapat dikurangi dengan pemberian zat-zat antiinflamasi. Zat-zat antiinflamasi dapat digunakan untuk meningkatkan hasil proses penyembuhan luka dengan membatasi terjadinya pembentukan jaringan parut (Wilgus, Vodovotz, Vittadini, Clubbs, dan Oberyszyn, 2003). Ibuprofen merupakan salah satu zat antiinflamasi. Ibuprofen merupakan turunan dari asam propionat yang berperan sebagai inhibitor non-selektif terhadap siklooksigenase-1 (COX-1) dan siklooksigenase-2 (COX-2). Ibuprofen akan menghambat mekanisme aksi dari siklooksigenase pada sintesis prostaglandin. Prostaglandin memiliki peran sebagai enzim yang penting pada pembentukan fase inflamasi. Dengan pemberian ibuprofen, maka proses pembentukan fase inflamasi akan terhambat. Sebagai antiinflamasi, ibuprofen memiliki dosis sebesar 300 mg setiap 6-8 jam atau 400-800 mg dalam 3-4 kali sehari (Aslam dan Bushra, 2010). Binahong (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis.) adalah tanaman obat yang dapat tumbuh di dataran rendah maupun dataran tinggi. Binahong
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
3
mengandung senyawa flavonoid, saponin, dan alkaloid. Senyawa flavonoid memiliki beberapa efek farmakologis, diantaranya yaitu sebagai antimikroba, antiinflamasi, merangsang pembentukan kolagen, dan melindungi pembuluh darah. Flavonoid dapat menghambat inflamasi dengan cara menghambat pelepasan asam arakidonat dan sekresi enzim pada lisosom, serta menghambat fase proliferasi dan fase eksudat inflamasi (Sumartiningsih, 2011). Berdasarkan hal tersebut, binahong diduga memiliki potensi untuk dibuat dalam bentuk sediaan topikal, salah satunya adalah gel. Gel ekstrak binahong dengan zat aktif antiinflamasi berupa ibuprofen. Gel adalah sistem semipadat yang terdiri dari suspensi yang dibuat dari partikel anorganik yang kecil atau molekul organik yang besar, dan terpenetrasi oleh suatu cairan. Gel dapat digunakan untuk obat yang digunakan secara topikal (Dirjen POM, 1995). Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kombinasi ekstrak binahong dan ibuprofen sebagai sediaan gel scarless wound dalam proses penyembuhan luka. Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi bagi pengembangan sediaan farmasi dengan memanfaatkan bahan yang beredar secara bebas di Indonesia.
B. Rumusan Masalah Apakah kombinasi ekstak binahong dan ibuprofen pada sediaan gel penyembuh luka dapat memberikan efek pengurangan parut luka?
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
C.
4
Tujuan Penelitian
Mengetahui apakah kombinasi ekstrak binahong dan ibuprofen pada sediaan gel penyembuh luka dapat memberikan efek pengurangan parut luka.
D.
Keaslian Penelitian
Penelitian mengenai ekstrak etanol daun binahong sebagai sediaan hidrogel penyembuh luka oleh Yuliani (2012), menunjukkan bahwa binahong memiliki aktivitas penyembuhan luka. Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh Umar, Krihariyani, dan Mutiarawati (2012) telah membuktikan bahwa pemberian ekstrak daun binahong dapat mempercepat penyembuhan luka pada mencit. Sejauh penelusuran pustaka yang dilakukan peneliti, penelitian tentang pembuatan dan uji aktivitas sediaan gel scarless wound dengan zat aktif ibuprofen belum pernah dilakukan.
E. a.
Manfaat Penelitian
Manfaat Teoretis. Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan khususnya dalam bidang kefarmasian berkaitan dengan aktivitas zat antiinflamasi ibuprofen dalam proses penyembuhan luka dengan efek pengurangan parut luka, sehingga dapat pula dijadikan sumber acuan yang dapat digunakan untuk penelitian selanjutnya.
b.
Manfaat Praktis. Penelitian ini diharapkan dapat membuktikan secara ilmiah mengenai daya aktivitas zat
antiinflamasi ibuprofen dalam proses
penyembuhan luka dengan efek pengurangan parut luka.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB II PENELAAHAN PUSTAKA
A.
Luka
Luka adalah keadaan dimana kontinuitas jaringan rusak akibat adanya trauma yang ditimbulkan oleh benda tajam atau tumpul, perubahan suhu, kimiawi, listrik, radiasi, atau gigitan hewan (Reksoprodjo, 2012). Luka mengakibatkan terjadinya kerusakan pada banyak lapisan, seperti lapisan epidermis, membran basal, dan lapisan dermis yang terdiri atas fibroblas, matriks ekstraseluler, saraf, darah, dan pembuluh limfatik (Shaw dan Martin, 2009). Sebagai respon dari kerusakan jaringan tersebut, maka tubuh akan berusaha untuk memperbaiki jaringan yang rusak melalui mekanisme penyembuhan luka (Reksoprodjo, 2012). Proses penyembuhan luka dibagi menjadi 3 fase, yaitu fase inflamasi, fase pembentukan jaringan atau proliferasi, dan fase pematangan jaringan. Fase inflamasi biasanya terjadi selama 4-6 hari. Fase inflamasi ini dimulai sejak adanya luka. Bagian organ yang terluka dan pembuluh limfatik akan mengalami vasokonstriksi cepat yang terjadi selama beberapa menit. Trombosit akan mengumpul di sekitar endotelium tempat terjadinya luka. Fibrinogen akan membelah membentuk monomer-monomer fibrin yang akan membentuk gumpalan hemostatik. Adanya kumpulan trombosit dan gumpalan hemostatik akan menghalangi keluarnya darah dari tempat terjadinya luka. Selanjutnya secara perlahan akan terbentuk jaringan baru yang akan menggantikan gumpalan fibrin
5
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
6
yang telah terbentuk sebelumnya. Tahapan ini akan diakhiri dengan terbentuknya parut luka atau jaringan parut (Shai dan Maibach, 2005). Senyawa kimia tertentu seperti prostaglandin akan dihasilkan oleh jaringan yang terluka, dan histamin akan dihasilkan oleh mast cells untuk menstimulasi terjadinya dilatasi vaskuler dengan cara meningkatkan permeabilitas pembuluh kapiler. Karena adanya sekresi bermacam-macam senyawa kimia, maka akan muncul tanda-tanda fase inflamasi lainnya seperti berwarna kemerahan, panas, dan sakit. Proses vasodilatasi ini terjadi selama kurang lebih 1 jam (Shai dan Maibach, 2005). Fase selanjutnya adalah fase pembentukan jaringan atau proliferasi. Fase ini dimulai sekitar 4-5 hari setelah terjadinya luka. Proses utama yang terjadi dalam fase ini adalah angiogenesis, pembentukan granulasi jaringan, re-epitelisasi, dan pembentukan matriks ekstraseluler. Fase ini akan diakhiri dengan kondisi luka yang semakin mengecil karena jaringan yang sehat sudah mulai terbentuk (Shai dan Maibach, 2005). Fase yang terakhir adalah fase pematangan jaringan. Fase ini berlangsung hingga dua tahun setelah terjadinya luka. Fase ini merupakan suatu proses yang berkesinambungan membentuk keseimbangan yang dinamis antara jumlah sintesis kolagen baru dengan jumlah lisisnya kolagen yang lama. Kolagen tipe III akan disintesis di beberapa minggu pertama, kemudian diganti dengan kolagen tipa I yang lebih stabil. Peningkatan jumlah kolagen yang stabil akan meningkatkan kekuatan penyembuhan luka (Shai dan Maibach, 2005).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
7
Proses pembentukan parut luka merupakan bagian dari proses penyembuhan luka. Proses inflamasi juga merupakan salah satu proses dalam penyembuhan luka serta memiliki peranan yang sangat besar dalam proses pembentukan parut luka (Eming, Krieg, dan Davidson, 2007). Pembentukan parut luka dapat dikurangi tanpa harus meniadakan proses eliminasi karena proses eliminasi sendiri berperan dalam proses penyembuhan luka. Wilgus dkk. (2003) dalam penelitiannya menunjukkan bahwa enzim COX dan prostaglandin merupakan penentu jumlah parut luka yang terbentuk.
B. Ibuprofen
Gambar 1. Struktur kimia Ibuprofen (Aslam dan Bushra, 2010). Ibuprofen adalah salah satu zat antiinflamasi yang merupakan turunan dari asam propionat dan merupakan salah satu jenis obat NSAID. Ibuprofen merupakan inhibitor non-selektif terhadap siklooksigenase-1 (COX-1) dan siklooksigenase-2
(COX-2).
Mekanisme
aksi
ibuprofen
adalah
dengan
menghambat enzim siklooksigenase pada sintesis prostaglandin. Prostaglandin memiliki peran penting pada tahap pembentukan fase inflamasi. Dengan pemberian ibuprofen, maka akan memperpendek fase inflamasi atau menghambat pembentukan fase inflamasi. Sebagai antiinflamasi, ibuprofen memiliki dosis
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
8
sebesar 300 mg setiap 6-8 jam atau 400-800 mg dalam 3-4 kali sehari (Aslam dan Bushra, 2010).
C. Binahong (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis.) Klasifikasi binahong menurut taksonomi adalah sebagai berikut: Dunia
: Plantae
Divisi
: Magnoliophyta
Kelas
: Magnoliopsida
Sub Kelas
: Hamamelidae
Bangsa
: Caryophyllales
Suku
: Basellaceae
Marga
: Anredera
Jenis
: Anredera cordifolia (Ten.) Steenis.
Sinonim
: Boussingaultia cordifolia Ten,; Boussingaultia gracilis Miers; Boussingaultia pseudobasselloides Haum (Starr, Starr, dan Loope,
2003). Binahong (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis.) atau Dheng shan chi adalah tanaman yang berasal dari dataran Cina dan menyebar ke seluruh kawasan Asia Tenggara. Di Indonesia, tanaman ini dikenal sebagai gendola yang melingkar diatas jalan taman. Binahong merupakan tanaman menjalar dengan panjang mencapai 5 meter. Binahong memiliki batang yang lunak, berbentuk silindris, saling membelit, berwarna merah, bagian dalamnya berbentuk solid, bagian
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
9
permukaannya halus, serta membentuk semacam umbi yang melekat di ketiak daun dengan bentuk yang tidak beraturan dan bertekstur kasar (Manoi, 2009). Sebagai obat luka, binahong mengandung beberapa kandungan kimia yaitu flavonoid, asam oleanolik, protein, saponin, dan asam askorbat (Susetya, 2012). Selain itu, telah ditemukan juga konsentrasi optimum ekstrak etanol binahong dalam sediaan hidrogel penyembuh luka (Yuliani, 2012). Kandungan flavonoid dan asam askorbat yang terdapat pada binahong berperan dalam proses pembentukan kolagen serta percepatan epitelisasi. Selain itu, terdapat juga senyawa saponin yang berperan dalam mencegah infeksi pada luka (Ariani, Loho, dan Durry, 2013). Binahong mempunyai banyak khasiat dalam menyembuhkan berbagai macam penyakit ringan maupun berat, termasuk sebagai obat penyembuh luka. Hampir semua bagian tanaman binahong seperti umbi, batang, bunga, dan daun dapat digunakan dalam terapi herbal (Ariani dkk., 2013).
D. Gel Gel merupakan sistem semipadat yang terdiri dari suspensi yang dibuat dari partikel anorganik yang besar, terpenetrasi oleh suatu cairan (Dirjen POM, 1995). Sediaan dalam bentuk gel memiliki beberapa keuntungan diantaranya adalah tidak lengket, gel memiliki aliran tiksotropik dan pseudoplastik yaitu gel berbentuk padat ketika disimpan dan akan segera mencair jika dikocok, dibutuhkan konsentrasi bahan pembentuk gel yang sedikit untuk membentuk
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
10
massa gel yang baik, viskositas gel tidak mengalami perubahan yang berarti pada suhu penyimpanan (Lieberman, 1989). Hidrogel merupakan salah satu jenis makromolekul polimer bersifat hidrofilik yang mampu mengembang dalam air dan memiliki daya difusi air yang tinggi. Sifatnya yang dapat menangkap air dan bersifat biokompatibel terhadap tubuh membuat hidrogel memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai penyembuh luka (Erizal, 2008). Kandungan air yang tinggi pada hidrogel mampu menciptakan lingkungan yang lembap. Lingkungan yang lembap dapat mencegah terjadinya dehidrasi jaringan serta dapat berfungsi untuk mengurangi rasa sakit yang timbul selama proses penyembuhan luka (Field dan Kerstein, 1994).
E. Landasan Teori Luka adalah salah satu gangguan pada kulit. Luka mengakibatkan kerusakan pada jaringan kulit. Ada 3 fase dalam proses penyembuhan luka, yaitu fase inflamasi, proliferasi, dan remodelling. Pada fase inflamasi enzim COX-2 akan diinduksi untuk memicu terjadinya sintesis prostaglandin dan pembentukan kolagen. Namun, produksi kolagen yang tidak beraturan dapat menyebabkan timbulnya parut luka atau bekas luka. Ibuprofen adalah zat antiinflamasi yang dapat digunakan untuk memperpendek atau mempercepat fase inflamasi. Ibuprofen merupakan inhibitor non-selektif terhadap siklooksigenase-1 (COX-1) dan siklooksigenase-2 (COX-2). Ibuprofen akan menghambat mekanisme aksi dari siklooksigenase pada sintesis
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
11
prostaglandin, enzim yang penting pada pembentukan fase inflamasi. Dengan pemberian ibuprofen, maka proses pembentukan fase inflamasi akan terhambat. Binahong merupakan salah satu tanaman yang memiliki potensi untuk menyembuhkan luka. Binahong mengandung asam askorbat yang berperan penting untuk mengaktifkan enzim prolil hidroksilase yang menunjang tahap hidroksilasi dalam pembentukan kolagen, sehingga dapat mempercepat proses penyembuhan luka. Dengan penambahan zat antiinflamasi ibuprofen terhadap gel dengan ekstrak binahong sebagai sediaan gel scarless wound akan mempercepat proses penyembuhan luka dan meminimalisir pembentukan parut luka.
F. Hipotesis Diduga penambahan ibuprofen akan mengurangi pembentukan parut luka pada hewan mencit putih (Mus musculus) galur Swiss Webster menggunakan metode uji histopatologi.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian Penelitian yang berjudul ”Pembuatan dan Uji Aktivitas Sediaan Gel Scarless Wound dengan Ekstrak Binahong dan Zat Aktif Ibuprofen” termasuk penelitian eksperimental murni. Penelitian ini termasuk jenis eksperimental murni karena terdapat perlakuan terhadap subjek uji.
B. Variabel dan Definisi Operasional 1.
Variabel penelitian a. Variabel utama 1) Variabel bebas: penambahan zat antiinflamasi ibuprofen 5% pada sediaan gel scarless wound dengan ekstrak binahong; 2) Variabel tergantung: daya pengurangan parut luka (parameter: luas kolagen). b. Variabel pengacau 1) Variabel pengacau terkendali: galur mencit, berat badan mencit, pemberian makan mencit, dan proses ekstraksi binahong; 2) Variabel pengacau tak terkendali: kondisi patologis hewan uji (mencit).
12
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
2.
13
Definisi operasional a. Ekstrak binahong (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis.). Merupakan larutan hasil ekstraksi total daun binahong yang diperoleh dengan cara ekstraksi. b. Parut luka. Merupakan jaringan yang terbentuk akibat fase inflamasi yang ditimbulkan pada saat proses penyembuhan luka. c. Uji histopatologi. Merupakan pengamatan kondisi kulit mencit secara mikroskopik menggunakan mikroskop cahaya dengan bantuan zat pewarna.
C. Bahan Penelitian 1.
Subjek penelitian Subjek uji yang digunakan adalah mencit putih (Mus musculus) galur Swiss Webster, yang diperoleh dari Laboratorium Imono Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
2.
Bahan penelitian Bahan uji yang digunakan adalah daun binahong (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis.) yang diperoleh dari kebun obat Universitas Sanata Dharma (Paingan, Yogyakarta) yang dipanen pada bulan Desember 2014 dan zat aktif antiinflamasi ibuprofen yang diperoleh dari PT Sanbe. Selain itu juga ®
digunakan Bioplacenton , etanol 96% (Labora), kalium sorbate, asam borat, carbopol, CMC-Na, gliserol, TEA, eter, krim Veet®, kapas, dan akuadest.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
14
D. Alat Penelitian Beaker glass, mantle heater, stirrer, magnetic stirrer, labu ukur, corong buchner, pompa vakum, batang pengaduk, sentrifuge, sentrifuge tube, mortir, stamper, spuit injeksi, pinset, gunting, scalpel, blade, jarum bedah, benang operasi, sel elektrolisis, plat besi, mikroskop cahaya.
E. Tata Cara Penelitian 1.
Pengumpulan bahan Bahan uji yang digunakan adalah simplisia basah daun binahong (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis.) yang diperoleh dari kebun obat Universitas Sanata Dharma (Paingan, Yogyakarta) yang dipanen pada bulan Desember 2014.
2.
Pengeringan Tanaman segar yang didapat, dipisahkan dari batang dan akarnya. Kemudian bagian daun dikeringkan untuk mendapatkan simplisia kering yang akan digunakan dalam penelitian.
3.
Pembuatan ekstrak binahong Simplisia
kering
kemudian
dibuat
menjadi
serbuk
dengan
menggunakan blender. Kemudian diambil 200 gram dan dimasukkan ke dalam beaker glass yang telah berisi 1000 mL etanol 96% dan stirrer. Lalu dipanaskan dalam mantle heater diatas magnetic stirrer, suhu mantle heater dikontrol pada suhu 70oC selama 90 menit. Setelah 90 menit, beaker glass diangkat dan stirrer dikeluarkan. Kemudian ekstrak binahong tersebut
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
15
disaring dengan menggunakan corong buchner lalu ditambahkan 50 mL akuades kedalam beaker glass yang berisi filtrat. Lalu dimasukkan dua buah plat besi ke dalam beaker glass yang berisi filtrat tersebut kemudian dihubungkan dengan sel elektrolisis. Proses elektrolisis dilakukan hingga volume ekstrak yang tersisa 250 mL. Hasil elektrolisis disaring dengan menggunakan corong buchner dan dilakukan sentrifugasi. Bagian supernatan diambil dan disimpan dalam beaker glass lalu ditutup dengan aluminium foil. 4.
Pembuatan gel scarless wound Berikut ini merupakan formula gel yang digunakan: R/
m.f. gel
Carbopol
1
CMC-Na
0,5
Ca-alginat
0,5
Trietanolamin
sampai pH 7
Gliserol
12,5
Asam borat
0,5
Kalium sorbat
0,2
Etanol
10
Akuades
ad 90
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
16
Tabel I. Formula sediaan gel uji scarless wound Formula
Gel
Carbopol CMC-Na Ca-alginat
1 0,5 0,5 sampai pH 7 12,5 0,5
1 0,5 0,5 sampai pH 7 12,5 0,5
1 0,5 0,5 sampai pH 7 12,5 0,5
0,2
0,2
0,2
0,2
10 ad 90
5 ad 90
5 ad 90
ad 90
-
5%
-
5%
-
-
5%
5%
Trietanolamin Gliserol Asam borat Kalium sorbat Etanol Akuades Ekstrak binahong Ibuprofen
Gel Ibuprofen
Gel Binahong Ibuprofen 1 0,5 0,5
Gel Binahong
sampai pH 7 12,5 0,5
Proses pembuatan gel diawali dengan menyiapkan ekstrak etanol daun binahong di dalam LAF. Kemudian CMC-Na dikembangkan dalam akuadest selama 24 jam, kemudian ditambahkan Ca-alginat dan diaduk hingga homogen (campuran A). Kalium sorbat dan asam borat yang telah dilarutkan dengan akuadest ditambahkan pada campuran A. Kemudian ditambahkan gliserol dan diaduk hingga homogen. Lalu ditambahkan TEA sedikit demi sedikit bersama dengan pengadukan hingga homogen dan mencapai pH 7 (campuran B). Campuran B disterilisasi dengan menggunakan autoklaf pada suhu 121°C selama 30 menit. Campuran B yang telah disterilisasi tersebut kemudian dicampurkan dengan ekstrak etanol daun binahong dengan pengadukan pelan hingga tercampur merata. Pencampuran ini dilakukan di dalam LAF.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
17
Sediaan yang dibuat adalah sediaan gel, gel binahong, gel ibuprofen, dan gel ibuprofen binahong. Masing-masing formula yang digunakan ditampilkan pada Tabel I. 5.
Sterilisasi ruangan Ruangan dibersihkan dengan menggunakan etanol 70%, termasuk sudut-sudut dan lantai ruangan. Kemudian lampu UV yang terdapat dalam LAF dan yang terdapat diruangan dinyalakan selama 24 jam. Proses ini dilakukan 24 jam sebelum proses pembuatan gel scarless wound.
6.
Sterilisasi tube Sterilisasi tube dilakukan dengan cara mencuci tube dengan etanol 70% kemudian bersamaan dengan plastik filling gel dilektakkan dalam LAF dan dibiarkan dibawah sinar UV selama 24 jam bersamaan dengan proses sterilisasi ruangan.
7.
Perlakuan mencit Sejumlah mencit ditimbang sesuai keperluan, dengan batasan deviasi berat badan tidak lebih dari 3 gram. Mencit yang terpilih kemudian digunting bulu-bulu yang ada dibagian punggungnya. Kemudian seluruh bagian punggungnya diolesi dengan krim Veet® dan didiamkan selama 3 menit. Setelah 3 menit, dibilas dengan menggunakan kapas yang telah dibasahi dengan air bersih hingga punggung mencit bebas dari bulu-bulu yang menempel. Didiamkan selama 2 hari. Lalu mencit diberi anestesi menggunakan ketamin. Punggung mencit dijepit dengan menggunakan pinset steril, kemudian diberi sayatan melintang selebar 1 cm dengan blade steril.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
18
Lalu bagian tengah luka segera dijahit dengan menggunakan jarum dan benang operasi. Sebanyak 0,1 mL gel scarless wound dioleskan di luka yang telah dijahit dengan menggunakan spuit. Lalu dibiarkan selama 2 hari. Setelah 2 hari, mencit dieutanasia dengan kloroform berlebih (via inhalasi: mencit dimasukkan ke dalam wadah tertutup berisi kapas yang telah dibasahi klorofom). Lalu diambil sebagian kulit punggung mencit seluas 2x2 cm di bagian luka dan disimpan didalam pot yang berisi formalin 10%. Kemudian jaringan kulit dibuat preparat histologi dengan pengecatan Hematoxylin. Preparat diamati dengan mikroskop cahaya untuk mendapatkan data mikroskopis (histologi). 8.
Pengecatan Hematoxylin (HE) Pengecatan hematoxylin ini diawali dengan proses trimming yaitu proses pemotongan jaringan dengan menggunakan pisau skalpel. Kemudian dilanjutkan dengan proses dehidrasi, dimana pada proses ini air yang terkandung dalam jaringan dikeluarkan dengan menggunakan reagen pembersih, lalu dilakuakn impregnasi yaitu penetrasi parafin ke dalam jaringan). Proses selanjutnya adalah embedding and cutting. Pada proses ini, jaringan yang sudah didehidrasi diletakkan di atas sebuah balok kayu (embedding) sebagai alas pemotongan jaringan dengan pisau mikrotom (cutting). Lalu dilanjutkan dengan proses staining, yaitu proses pengecatan yang dilakukan menggunakan xylol, alkohol absolut, akuadest, harris hematoxylin, acid alkohol, eosin, dan alkohol 96%. Proses yang terakhir adalah proses mounting. Proses ini dilakukan dengan menutup object glass
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
19
dengan cover glass. Kemudian hasilnya dilihat dengan menggunakan mikroskop. 9.
Uji daya sebar Hidrogel ditimbang sebanyak 0,5 gram lalu diletakkan di tengah kaca bulat yang berskala, ditutup menggunakan kaca penutup yang telah diberi beban dengan total berat kaca penutup dan beban adalah 125 gram selama 1 menit. Kemudian dicatat diameter yang terbentuk.
10. Uji sterilitas Kabinet Laminar Air Flow (LAF) disterilkan dengan lampu UV selama 24 jam setelah sebelumnya dibersihkan dengan menggunakan etanol 70%. Peralatan yang digunakan disterilkan menggunakan autoklaf pada suhu 121°C selama 15 menit. Nutrient Agar (Oxoid) sebanyak 21 gram dilarutkan dalam akuadest sebanyak 750 mL, diaduk homogen dengan menggunakan batang pengaduk. Media dipanaskan dengan elemen pemanas hingga tercampur homogen. Kemudian dituangkan ke dalam 7 tabung reaksi masingmasing sebanyak 15 mL. Tabung reaksi ditutup dengan kapas. Seluruh media disterilkan menggunakan autoklaf selama 15 menit dengan suhu 121°C. Media steril dituang dari tabung reaksi ke dalam cawan petri. Penuangan dilakukan dalam LAF, didekat nyala bunsen. Kemudian dibiarkan hingga memadat dan media siap digunakan. Gel yang akan diuji sterilitasnya disiapkan. Kemasan gel dibersihkan dengan menggunakan etanol 70%. Jarum ose yang akan digunakan dipijarkan di atas bunsen, kemudian didinginkan. Kemasan gel dibuka secara aseptis di
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
20
dekat nyala bunsen, kemudian sedikit gel dibuang, lalu diambil 1 ose gel dan digoreskan secara zig-zag pada permukaan media agar. Setiap akan digoreskan, ose harus dipijarkan terlebih dulu. Sampel terdiri dari 6 formula, sisa media digunakan sebagai kontrol media. Tiap petri diberi label dan dibungkus dengan menggunakan plastic wrap. Dilakukan inkubasi terbalik dalam inkubator selama 24 jam. 11. Uji viskositas Pengujian viskositas gel dilakukan menggunakan viskometer Merlyn II dengan sistem cup and bob. Sebanyak 15 mL gel dimasukkan ke dalam cup, kemudian cup dan bob dipasang pada viskometer. Dilakukan pengujian viskositas pada kecepatan 50 rpm pada suhu 25°C.
F. Tata Cara Analisis Hasil Hasil pengamatan uji histopatologis dilaporkan secara semi kuantitatif yaitu dengan cara menghitung luas kolagen yang terbentuk. Pengukuran ketebalan lapisan epidermis kulit punggung mencit dilakukan setelah organ tersebut diberi perlakuan selama 48 jam. Pengukuran preparat tiap sampel dilakukan dengan program Image-J dengan metode penghitungan seperti yang terdapat pada gambar dibawah ini:
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
G I
H
D
21
C J
K
L F
E
A
B
Gambar 2. Skema penghitungan luas kolagen Keterangan gambar: A. Garis IJ merupakan batas luar epidermis kulit mencit; B. Garis KL merupakan perbatasan antara lapisan epidermis dengan lapisan dermis kulit mencit; C. A dan E merupakan batas luka pada epidermis bagian dalam kulit mencit bagian kanan; D. D dan H merupakan batas luka pada epidermis bagian luar kulit mencit bagian kiri; E. Panjang masing-masing AB dan EF adalah 5 pixel. Ukuran panjang yang digunakan pada program Image-J adalah 62 ppi (pixel per inche); F. BC dan FG merupakan garis yang masing-masing tegak lurus terhadap AB dan EF; G. CDA dan GHE adalah garis yang terbentuk sesuai dengan jumlah luas penampang epidermis ABCD dan EFGH; H. Penghitungan luas dilakukan menggunakan program Image-J.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Determinasi Tanaman Tujuan dilakukan determinasi tanaman adalah untuk memastikan kebenaran jenis tanaman yang digunakan dalam penelitian ini. Hasil proses determinasi tanaman menunjukkan bahwa sampel tanaman yang digunakan adalah benar Anredera cordifolia (Ten.) Steenis. Sampel tanaman binahong yang digunakan dalam penelitian ini diambil dari Kebun Obat Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta, pada bulan Desember 2014. Surat hasil uji determinasi terlampir (Lampiran 1.).
B. Ekstraksi Ekstraksi dalam bidang kefarmasian, merupakan suatu proses pemisahan komponen aktif yang berasal dari jarungan tumbuhan atau hewan menggunakan pelarut yang selektif. Dalam penelitian ini, proses ekstraksi dilakukan diatas mantel heater dengan bantuan stirer pada suhu 70°C selama 90 menit. Tujuannya adalah untuk memaksimalkan proses ekstraksi dan juga membantu proses pemekatan. Penyaringan menggunakan corong buchner dilakukan untuk membuang zat-zat yang tidak ikut terlarut dalam pelarut yang digunakan yakni etanol 96%.
22
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
23
Gambar 3. Hasil proses ekstraksi Proses ekstraksi ini diakhiri dengan proses elektrolisis. Namun sebelumnya dilakukan penambahan akuadest sebanyak 5%. Tujuannya adalah untuk membantu penghantaran arus listrik. Proses elektrolisis perlu dilakukan untuk mengendapkan klorofil yang terkandung dalam ekstrak etanol binahong agar warna ekstrak etanol binahong yang dihasilkan menarik. Pada akhir proses elektrolisis dilakukan sentrifugasi. Tujuan dilakukan sentrifugasi adalah untuk membantu mempercepat proses pengendapan klorofil. Hasil akhir dari rangkaian proses ini berupa ekstrak etanol binahong yang kental dan berwarna kekuningkuningan.
(a) (b) Gambar 4. Proses elektrolisis (a) dan hasil proses elektrolisis (b)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
24
C. Formulasi Formula gel scarless wound yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari penelitian pembuatan gel wound healing dengan ekstrak binahong. Perbedaan formula pada penelitian ini dengan penelitian sebelumnya terletak pada penambahan zat antiinflamasi ibuprofen. Jenis gel yang digunakan dalam penelitian ini adalah hydrogel. Digunakan CMC-Na sebagai gelling agent. Sebelum digunakan, CMC-Na dikembangkan dulu menggunakan akuadest selama 24 jam. Tujuannya agar seluruh CMC-Na dapat mengikat akuadest sehingga dapat mengembang dengan sempurna. Dilakukan penambahan Ca-alginat, kalium sorbat, dan asam borat. Caalginat berfungsi sebagai gelling agent. Sedangkan kalium sorbat dan asam borat berfungsi sebagai pengawet. Penambahan gliserol juga dilakukan dalam pembuatan gel ini. Gliserol berperan sebagai gelling agent. Selain itu juga ditambahkan TEA (trietanolamin) yang berfungsi untuk meningkatkan pH sehingga mencapai pH 7. Penggunaan pH 7 ini disesuaikan dengan pH kulit agar tidak timbul iritasi atau efek yang tidak diinginkan ketika diaplikasikan pada kulit. Basis gel yang telah jadi kemudian disterilisasi menggunakan autoklaf dengan suhu 121C selama 15 menit agar basis gel terbebas dari mikroorganisme. Penambahan ekstrak binahong dan ibuprofen yang telah dilarutkan dengan etanol dilakukan di akhir proses pembuatan gel. Proses penambahan ekstrak binahong dan ibuprofen ini dilakukan secara aseptis dalam LAF.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
25
D. Uji Sterilitas
(a)
(b)
(c) (d) Gambar 5. Hasil uji sterilitas gel (a); gel binahong (b); gel ibuprofen (c); gel binahong ibuprofen (d) Uji sterilitas dilakukan untuk melihat apakah sediaan gel yang dibuat dalam penelitian ini bersifat steril atau tidak. Sediaan gel scarless wound ini merupakan sediaan steril karena akan diaplikasikan pada luka yang terbuka. Jika sediaan ini tidak steril, dikhawatirkan dapat menimbulkan infeksi pada luka. Hasil uji sterilisasi terhadap basis gel, basis binahong, basis ibuprofen, dan basis ibuprofen binahong adalah steril. Tidak ditemukan adanya pertumbuhan bakteri atau adanya kontaminan pada cawan petri. Hal ini ditunjukkan pada Gambar 5.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
26
E. Uji Sifat Fisis Pengujian sifat fisis yang dilakukan meliputi uji daya sebar, uji viskositas dan uji homogenitas. Uji daya sebar dilakukan untuk mengetahui seberapa besar kemampuan sediaan yang dibuat dalam penelitian ini untuk menyebar ketika diaplikasikan. Data hasil uji sifat fisis sediaan dapat dilihat pada Tabel II.
Gel Gel binahong Gel ibuprofen Gel binahong ibuprofen
Tabel II. Hasil uji sifat fisis Daya sebar Viskositas Rata-rata ± SD Rata-rata ± SD (cm) (Pa.s) 5,633 ± 0,058 1,730 ± 0,033 5,400 ± 0,152 1,882 ± 0,031 4,892 ± 0,189 2,082 ± 0,051 4,992 ± 0,113 2,952 ± 0,597
Homogenitas Homogen Homogen Homogen Homogen
Uji viskositas dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui nilai viskositas sediaan gel yang dibuat pada penelitian ini. Uji viskositas dilakukan menggunakan Rheosys Merlin II pada rpm 50. Gel memiliki viskositas sebesar 1,730 ± 0,033 Pa.s serta daya sebar 5,633 ± 0,058 cm, sedangkan gel binahong memiliki viskositas sebesar 1,882 ± 0,031 Pa.s dan daya sebar 5,400 ± 0,152 cm. Viskositas gel ibuprofen adalah 2,082 ± 0,051 Pa.s dengan daya sebar 4,892 ± 0,189 cm, sedangkan viskositas gel binahong ibuprofen adalah 4,992 ± 0,113 Pa.s dengan daya sebar 4,992 ± 0,113 cm. Hasil uji homogenitas menunjukkan bahwa semua sediaan homogen.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
27
120 110 Shear Rate (1/s)
100 90 Gel
80
Bin
70
Ibu
60
BinIbu
50 40 80
90
100 110 120 130 140 150 160 170 Shear Stress (Pa)
Gambar 6. Grafik rheology sediaan gel Dari grafik rheologi yang ditampilkan pada Gambar 6, dapat diketahui bahwa sediaan gel yang dibuat dalam penelitian ini memiliki sifat alir jenis pseudoplastis yang ditandai dengan bentuk grafik yang berbentuk agak melengkung naik ke atas.
F. Kriteria dan Perlakuan terhadap Mencit Gel yang telah dibuat dalam penelitian ini selanjutnya akan diuji aktivitasnya pada luka yang dibuat pada kulit punggung mencit. Mencit yang digunakan adalah mencit dengan galur Swiss Webster, dengan usia 2-3 bulan, dan bobot minimal 25 gram, dengan deviasi bobot sebesar 3 gram. Mencit yang digunakan adalah mencit dengan galur Swiss Webster. Mencit yang digunakan adalah mencit dengan usia 2-3 bulan, karena pada usia tersebut, kulit mencit dalam kondisi yang cukup baik, aktivitas pembentukan kolagennya juga optimal. Digunakan mencit dengan bobot minimal 25 gram
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
28
dengan deviasi bobot sebesar 3 gram karena pada bobot tersebut kulit mencit tidak terlalu tebal dan tidak juga terlalu tipis sehingga memudahkan dalam proses pengujian. Deviasi sebesar 3 gram agar ketebalan kulit mencit satu dengan yang lainnya relatif sama, sehingga hal ini dapat meminimalisir faktor pengacau yang dapat mengganggu hasil proses pengujian. Sebelum dilukai, mencit diberi anestesi terlebih dahulu menggunakan ketamin dengan dosis 40 mg/kg BB. Tujuan pemberian anestesi adalah agar mencit tidak merasakan rasa sakit seperti yang tertulis dalam Ethical Clearence. Setelah mencit tertidur, kulit punggung mencit kemudian dilukai dengan menggunakan blade dibuat luka berbentuk melintang selebar 1 cm. Kemudian dijahit sebanyak 1 jahitan menggunakan jarum dan benang operasi. Lalu dioleskan gel sebanyak 0,01 mL pada tempat yang telah dijahit. Seluruh alat yang digunakan, baik yang digunakan untuk melukai maupun yang digunakan untuk menjahit luka pada mencit bersifat steril. Tujuannya agar tidak terjadi proses infeksi yang dapat mengganggu proses penyembuhan luka. Pemberian gel scarless wound ini dilakukan setiap 12 jam selama 48 jam. Setelah 2 hari, mencit di eutanasia menggunakan kloroform. Kulit punggung mencit diambil dengan ukuran 2x2 cm dengan posisi luka berada di tengahtengahnya. Kemudian kulit tersebut dilekatkan pada potongan kertas karton lalu disimpan dalam formalin 10%. Tujuan perekatan dengan kertas karton ini adalah untuk menghindari terjadinya mengerutan jaringan atau jaringan kulit tersebut menjadi tergulung akibat air yang terdapat dalam sel kulit tersebut tertarik keluar oleh larutan formalin 10% yang digunakan untuk menyimpannya. Larutan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
29
formalin 10% digunakan untuk menyimpan preparat jaringan kulit tersebut agar preparat kulit tersebut tidak membusuk ketika dalam proses menunggu proses pengecatan.
G. Penghitungan Luas Kolagen Parut luka terbentuk ketika terjadi pembentukan kolagen tidak beraturan sehingga akan menimbulkan bekas atau jaringan parut. Pada penelitian ini, penghitungan jumlah kolagen dilakukan terhadap foto preparat yang telah dilakukan pengecatan HE dan diamati dibawah mikroskop. Tabel III. Hasil pengukuran jumlah luas kolagen Rata-rata ± SD (mm2) Kontrol negatif 5,7522 ± 0.0828 Bioplacenton® 6,8614 ± 0,0146 Gel 3,7393 ± 0.0225 Gel binahong 7,7070 ± 0,0821 Gel ibuprofen 5,7670 ± 0,0346 Gel binahong ibuprofen 3,5192 ± 0,0225
Penghitungan jumlah kolagen ini dilakukan dengan menggunakan program Image-J. Dimana dengan program ini, yang dihitung adalah luas kolagen yang terbentuk, dimulai dari tepi terluar luka yang terbentuk kekanan dan kekiri sejauh 5 pixel. Luasan yang terbentuk kemudian diukur dan diperoleh dalam ukuran pixel2. Setelah itu dilakukan konversi nilai menjadi cm2. Lalu dibandingkan antara luasan pada perlakuan satu dengan yang lainnya. Pengukuran dilakukan oleh tiga orang yang berbeda agar mendapatkan hasil yang valid.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
30
Gambar 7. Foto preparat hasil uji histopatologi: Kontrol negatif (a); Bioplacenton® (b); Gel (c); Gel binahong (d); Gel ibuprofen (e); Gel binahong ibuprofen (f) Dari hasil uji histopatologi kemudian dilanjutkan dengan penghitungan jumlah luas kolagen yang terbentuk disekitar luka. Pembentukan scar didefinisikan sebagai pembentukan kolagen baru tidak beraturan yang terbentuk pada area epidermis dengan panjang 5 pixel ke kanan dan 5 pixel ke kiri yang dimulai dari perbatasan epidermis dengan sayatan luka.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
31
Pada penelitian ini digunakan pembanding berupa Bioplacenton® karena memiliki mekanisme penyembuhan luka yang sama dengan yang dimiliki oleh binahong, yakni dengan mempercepat proses pembentukan kolagen. Tabel III menunjukkan data hasil pengukuran jumlah luas kolagen. Luas kolagen yang terbentuk pada Bioplacenton® sebesar 6,8614 ± 0,0146 mm2, lebih besar jika dibandingkan dengan luas kolagen yang terbentuk pada kontrol negatif yaitu sebesar 5,7522 ± 0,0828 mm2. Hal ini membuktikan bahwa Bioplacenton® memiliki aktivitas penyembuhan luka dengan mekanisme mempercepat pembentukan kolagen. Terbukti dari luas kolagen yang terbentuk pada Bioplacenton® lebih besar dibandingkan dengan luas kolagen yang terbentuk pada kontrol negatif. Lain halnya dengan luas kolagen yang terbentuk pada gel yaitu sebesar 3,7393 ± 0,0225 mm2. Luas kolagen yang terbentuk pada gel lebih kecil jika dibandingkan dengan luas kolagen yang terbentuk pada kontrol negatif yakni, 5,7522 ± 0,0828 mm2. Sedangkan pada gel binahong, luas kolagen yang terbentuk adalah sebesar 7,7070 ± 0,0821 mm2. Lebih besar jika dibandingkan dengan luas kolagen yang terbentuk pada kontrol negatif, yakni 5,7522 ± 0,0828 mm2. Hal ini diduga karena binahong memiliki aktivitas penyembuhan luka dengan cara mempercepat proses pembentukan kolagen baru. Ini sejalan dengan yang disampaikan dalam penelitian Yuliani (2012) bahwa binahong memiliki khasiat menyembuhkan luka. Luas kolagen yang terbentuk oleh gel ibuprofen yakni 5,7670 ± 0,0346 mm2. Tidak berbeda jika dibandingkan dengan luas kolagen yang terbentuk pada
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
32
kontrol negatif, yakni 5,7522 ± 0,0828 mm2. Hal ini menunjukkan bahwa gel ibuprofen tidak mampu menunjukkan aktivitas pengurangan jumlah kolagen. Luas kolagen yang terbentuk pada gel binahong ibuprofen (3,5192 ± 0,0225 mm2) lebih kecil jika dibandingkan dengan luas kolagen yang terbentuk pada kontrol negatif (5,7522 ± 0,0828 mm2). Ini membuktikan bahwa penambahan zat aktif antiinflamasi ibuprofen pada sediaan gel binahong efektif berkhasiat menurunkan atau menekan proses pembentukan kolagen pada tahap inflamasi. Ini sejalan dengan teori yang disampaikan oleh Wilgus dkk. (2003) bahwa penambahan zat antiinflamasi dalam sediaan scarless wound dapat menekan aktivitas inflamasi dalam tahap awal proses penyembuhan luka, yang menyebabkan penurunan yang signifikan dalam proses pembentukan parut luka. Luas kolagen yang terbentuk pada Bioplacenton®, gel, gel binahong, dan gel binahong ibuprofen menghasilkan data yang berbeda secara statistik jika dibandingkan dengan luas kolagen yang terbentuk pada kontrol negatif. Hal ini dibuktikan dengan nilai p<0,05. Sedangkan luas kolagen yang terbentuk pada gel ibuprofen menghasilkan data yang tidak berbeda secara statistik jika dibandingkan dengan luas kolagen yang terbentuk pada kontrol negatif. Hal ini dibuktikan dengan nilai p>0,05.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan Penambahan zat antiinflamasi ibuprofen pada sediaan gel scarless wound dapat berpengaruh terhadap pembentukan jaringan parut yang terjadi pada proses penyembuhan luka, yakni dengan menghambat proses pembentukan kolagen baru sehingga memungkinkan jumlah kolagen baru yang terbentuk tidak berlebihan dan menimbulkan jaringan parut atau parut luka.
B. Saran 1.
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut terkait senyawa-senyawa pada ekstrak binahong yang berperan dalam proses penyembuhan luka;
2.
Perlu dilakukan uji penetapan kadar ibuprofen yang terdapat dalam sediaan gel scarless wound;
3.
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk membandingkan dengan kulit normal mencit yang tidak dilukai;
4.
Perlu dilakukan pengamatan secara berkala secara visual hingga luka benar-benar sembuh untuk memastikan terbentuk/tidaknya parut luka pasca proses penyembuhan luka.
33
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
34
DAFTAR PUSTAKA
Ariani, S., Loho, L., dan Durry, M.F., 2013, Khasiat Daun Binahong (Andrederacordifolia (TEN) steenis) Terhadap Pembentukan Jaringan Granulasi dan Reepitelisasi Penyembuhan Luka Terbuka Kulit Kelinci, Jurnal e-Biomedik, vol. 1(2), 914-919. Aslam, Nousheen, dan Bushra, Rabia, 2010, An Overview of Clinical Pharmacology of Ibuprofen, Oman Medical Journal, Pakistan, 155-158. Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan RI, 1995, Farmakope Indonesia, jilid IV, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta, hal. 712. Eming, S.A., Krieg, T., dan Davidson, J.M., 2007, Inflammation in Wound Repair: Molecular and Cellular Mechanisms, Journal of Investigative Dermatology, 127, 514-525. Erizal, S.P., Dewi, dan Sudrajat, A., 2009, Sintesis Hidrogel Polietilen Oksida Berikatan Silang dan Imobilisasi Antibiotik dengan Cara Induksi Radiasi Gamma untuk Aplikasi Pembalut Luka, Jurnal Ilmiah Aplikasi Isotop dan Radiasi, vol.5(2), 177-193. Field, C.K., dan Kerstein, M.D., 1994, Overview of Wound Healing in a Moist Environment, The American Journal of Surgery, 167(1A), 2-6. Lieberman., Rieger, dan Banker, 1989, Pharmaceutical Dosage Form: Disperse System, Marcel Dekker Inc., New York, pp. 495-498. Manoi, F., 2009, Binahong (Andredera cordifolia) sebagai obat, Warta Penelitian dan Pengembangan Tanaman Industri, vol. 15(1), 3-5. Reksoprodjo, S., 2012, Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta, hal. 387. Shai, A., dan Maibach, H., I., 2005, Wound Healing and Ulcers of The Skin, Springer, Berlin, Jerman, pp. 7-12. Shaw, J., dan Martin, Paul, 2009, Wound Repair at a Glance, The Company of Biologist, UK, pp. 3209-3213. Starr, F., Starr, K., dan Loope, L., 2003, Andredera cordifolia Madeira vine, United States Geological Survey-Biological Resources Division Haleakala Field Station, 1-6. Sumartiningsih, S., 2011, The Effect of Binahong to Hematoma, World Academy of Science, 78, 743-745. Susetya, D., 2012, Khasiat & Manfaat Daun Ajaib Binahong Cetakan 1, Pustaka Baru Press, Yogyakarta, hal. 25.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
35
Umar, A., Krihariyani, D., dan Mutiarawati, D., T., 2012, Pengaruh Pemberian Ekstrak Daun Binahong (Andrederacordifolia (TEN) steenis) Terhadap Kesembuhan Luka Infeksi Staphylococcus aureus pada Mencit, Analisis Kesehatan Sains, vol. 01(02), 68-75. Wilgus, Traci A., Vodovotz, Y., Vittadini, E., Clubbs, E., A., dan Oberyszyn, T., M., 2003, Reduction of Scar Formation in Full-tickness Wounds with Topical Celecoxib Treatment, Wound Rep Reg, 11, 25-34. Yuliani, S.H., 2012, Ekstrak Etanol Daun Binahong, Disertasi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
LAMPIRAN
36
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Lampiran 1. Surat pengesahan hasil determinasi tanaman
37
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Lampiran 2. Certificate of Analysis ibuprofen
38
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
39
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
40
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Lampiran 3. Ethical Clearance dari LPPT UGM
41
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Lampiran 4. Surat keterangan lisensi SPSS UGM
42
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
43
Lampiran 5. Data hasil uji sifat fisis dan luas kolagen
Gel Gel binahong Gel ibuprofen Gel binahong ibuprofen
Gel Gel binahong Gel ibuprofen Gel binahong ibuprofen
Tabel hasil uji daya sebar Replikasi 1 Replikasi 2 Replikasi (cm) (cm) 3 (cm) 5,700 5,600 5,600 5,500 5,225 5,475 4,675 4,975 5,025 5,100 4,875 5,000
Tabel hasil uji viskositas Replikasi 1 Replikasi 2 Replikasi 3 (Pa.s) (Pa.s) (Pa.s) 1,707 1,715 1,767 1,917 1,858 1,870 2,140 2,043 2,062 2,673 3,637 2,546
Tabel hasil pengukuran jumlah luas kolagen Repetisi 1 Repetisi 2 Repetisi 3 (mm2) (mm2) (mm2) Kontrol Negatif 5,6567 5,8048 5,7950 Bioplacenton® 6,8677 6,8447 6,8719 Gel 3,7468 3,7572 3,7140 Gel binahong 7,7443 7,7639 7,6129 Gel ibuprofen 5,7793 5,7937 5,7279 Gel binahong ibuprofen 3,5311 3,5333 3,4932
Rata-rata ± SD (cm) 5,633 ± 0,058 5,400 ± 0,152 4,892 ± 0,189 4,992 ± 0,113
Rata-rata ± SD (Pa.s) 1,730 ± 0,033 1,882 ± 0,031 2,082 ± 0,051 2,952 ± 0,597
Rata-rata ± SD (mm2) 5,7522 ± 0.0828 6,8614 ± 0,0146 3,7393 ± 0.0225 7,7070 ± 0,0821 5,7670 ± 0,0346 3,5192 ± 0,0225
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
44
Lampiran 6. Data statistik rata-rata hasil penghitungan luas kolagen Descriptives Klp.
N
Mean
Std. Dev.
Std. Error
1 2 3 4 5 6 Total
3 3 3 3 3 3 18
5.7522 6.8614 3.7393 7.7070 5.7670 3.5192 5.5577
.08282 .01464 .02255 .08211 .03459 .02254 1.56470
.04782 .00845 .01302 .04741 .01997 .01302 .36880
Tests of Normality Shapiro-Wilk Kelompok Statistic df Sig. 1 .799 3 .113 2 .863 3 .275 3 .918 3 .444 4 .846 3 .228 5 .905 3 .400 6 .791 3 .093 Lilliefors Significance Correction
95% Confidence Interval for Mean Lower Upper Bound Bound 5.5464 5.9579 6.8251 6.8978 3.6833 3.7953 7.5031 7.9110 5.6810 5.8529 3.4632 3.5752 4.7796 6.3358
Min.
Max.
5.66 6.84 3.71 7.61 5.73 3.49 3.49
5.80 6.87 3.76 7.76 5.79 3.53 7.76
Tests of Homogeneity of Variances Levene Statistic 3.374 df1 5 df2 12 Sig. .039 Keterangan Kelompok Keterangan 1 Kontrol negatif 2 Bioplacenton® 3 Gel 4 Gel binahong 5 Gel ibuprofen 6 Gel binahong ibuprofen
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
t-Test: Two-Sample Assuming Unequal Variances Kelompok 1 Kelompok 2 Mean 5.7522 6.8614 Variance 0.0069 0.0002 Observations 3 3 Hypothesized Mean Difference 0 df 2 t Stat -22.8438 P(T<=t) one-tail 0.0010 t Critical one-tail 2.9200
t-Test: Two-Sample Assuming Unequal Variances Kelompok 1 Kelompok 3 Mean 5.7522 3.7393 Variance 0.0069 0.0005 Observations 3 3 Hypothesized Mean Difference 0 df 2 t Stat 40.6162 P(T<=t) one-tail 0.0003 t Critical one-tail 2.9200
t-Test: Two-Sample Assuming Unequal Variances Kelompok 1 Kelompok 4 Mean 5.7522 7.7070 Variance 0.0069 0.0067 Observations 3 3 Hypothesized Mean Difference 0 df 4 t Stat -29.0327 P(T<=t) one-tail 0.0000 t Critical one-tail 2.1318
45
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
t-Test: Two-Sample Assuming Unequal Variances Kelompok 1 Kelompok 5 Mean 5.7522 5.7670 Variance 0.0069 0.0012 Observations 3 3 Hypothesized Mean Difference 0 df 3 t Stat -0.2856 P(T<=t) one-tail 0.3969 t Critical one-tail 2.3534
t-Test: Two-Sample Assuming Unequal Variances Kelompok 1 Kelompok 6 Mean 5.7522 3.5192 Variance 0.0069 0.0005 Observations 3 3 Hypothesized Mean Difference 0 df 2 t Stat 45.0587 P(T<=t) one-tail 0.0002 t Critical one-tail 2.9200
46
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Lampiran 7. Foto-foto dokumentasi kegiatan penelitian
Formulasi sediaan
Uji sterilitas
47
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Mencit sebelum dicukur
Kandang mencit
48
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Proses penjahitan luka insisi pada punggung mencit
49
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Mencit sesudah dieutanasia, siap diambil kulit punggungnya
Flakon berisi sampel kulit punggung mencit, siap diuji histopatologi
50
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
51
BIOGRAFI PENULIS
Penulis skripsi yang berjudul “Pembuatan dan Uji Aktivitas Sediaan Gel Scarless Wound dengan Ekstrak Binahong dan Zat Aktif Ibuprofen” memiliki nama lengkap Prita Patricia. Dilahirkan di Jakarta pada tanggal 4 Januari 1994 dari pasangan Bapak Setyo Pribadi dan Ibu Rita Haryanti. Penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara. Penulis telah menyelesaikan pendidikan di TK SOS Desa Taruna Jakarta pada tahun 2000, lalu melanjutkan pendidikan di SD Ign. Slamet Riyadi Jakarta pada tahun 2000 hingga 2006. Penulis menempuh pendidikan sekolah menengah di SMP Ign. Slamet Riyadi Jakarta pada tahun 2006 hingga 2009, lalu melanjukan pendidikan di SMA Kolese Gonzaga Jakarta pada tahun 2009 hingga 2012. Penulis melanjutkan pendidikan tinggi di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta pada tahun 2012 hingga 2015. Selama menjadi mahasiswa di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma penulis cukup aktif dalam kegiatan kemahasiswaan dan kepanitiaan.