PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
EVALUASI MEDICATION ERROR RESEP RACIKAN PASIEN PEDIATRIK DI FARMASI RAWAT JALAN RUMAH SAKIT BETHESDA PADA BULAN JULI TAHUN 2007 (TINJAUAN FASE DISPENSING)
SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm) Program Studi Ilmu Farmasi
Oleh : Erline Yusticia Hinlandou NIM : 048114053
FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2008
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
EVALUASI MEDICATION ERROR RESEP RACIKAN PASIEN PEDIATRIK DI FARMASI RAWAT JALAN RUMAH SAKIT BETHESDA PADA BULAN JULI TAHUN 2007 (TINJAUAN FASE DISPENSING)
SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm) Program Studi Ilmu Farmasi
Oleh : Erline Yusticia Hinlandou NIM : 048114053
FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2008
ii
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
Kupersembahkan karya ini untuk : Mama-Papaku, ungkapan rasa cinta dan baktiku Almamaterku
v
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma : Nama
: Erline Yusticia Hinlandou
Nomor Mahasiswa
: 048114053
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul : Evaluasi Medication Error Resep Racikan Pasien Pediatrik di Farmasi Rawat Jalan Rumah Sakit Bethesda pada Bulan Juli Tahun 2007 (Tinjauan Fase Dispensing) beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal : 30 Januari 2008
Yang menyatakan,
(Erline Yusticia Hinlandou)
vi
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
PRAKATA Puji syukur dan terima kasih ke hadirat Tuhan yang selalu menyertai, membimbing, dan memberikan kasih-Nya yang luar biasa besar kepada penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi syarat memperoleh gelar sarjana Farmasi. Mengingat semua proses pengambilan dan penulisan skripsi ini tidak akan berhasil tanpa bimbingan, bantuan, dan kerja sama dari berbagai pihak, maka melalui halaman ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesarbesarnya kepada : 1. Rita Suhadi, M.Si., Apt. selaku pemilik proyek, dekan Universitas Sanata Dharma, dan dosen pembimbing skripsi II. 2. Aris Widayati, M.Si., Apt selaku dosen pembimbing I yang telah memberikan banyak bantuan dan bimbingan selama proses penulisan. 3. RS Bethesda atas kerja sama yang telah dilakukan 4. Apoteker RS Bethesda, terutama Bu Endang dan Bu Anna atas bimbingan dan dukungannya di lapangan 5. Petugas Farmasi Rawat Jalan RS Bethesda termasuk para asisten apoteker dan reseptir 6. Yosef Wijoyo, M.Si., Apt atas kesediaannya menjadi dosen penguji 7. Papa, mama, dan keluarga yang selalu memberi dukungan spiritual, moral, maupun materiil. 8. Teman-teman seperjuangan : Henny, Tata, Amanda, dan Novi yang selalu memberi semangat, pencerahan, dan menemani dalam segala suasana.
vii
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
9. Teman-teman yang selalu membantu dan mendukung: Maduma, Lina, Ndu2, Nina, Dipta, Nana, Keke, Ari, Iponk, Sari, Dea, Anita, Etolz, Desi, Wiwid, Yo2, dan Agung 10. Teman-teman proyek lain (carrot team, tea team, alga team, curcuma team) 11. FKK Angkatan 2004 atas kebersamaan dan semangat yang diberikan 12. Seluruh pihak yang membantu semua proses terlaksana dengan baik Selama proses pembuatan skripsi ini, penulis menyadari banyak kekurangan, mengingat keterbatasan kemampuan penulis. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari segenap pembaca.
Yogyakarta, 30 Januari 2008
Penulis
viii
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
ix
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
INTISARI Resep racikan diberikan kepada pasien pediatrik untuk mendapatkan dosis yang tepat. Resep racikan ini sangat berpotensi menimbulkan medication error (ME). Berdasarkan laporan dari United States Pharmacopeia Medication Errors Reporting Program, 377 kesalahan pada fase dispensing disebabkan oleh kesalahan dari pihak farmasi. Faktor sistem memegang peranan utama sebagai penyebab terjadinya ME. Penelitian ini merupakan penelitian observasional deskriptif. Rancangan penelitian adalah cross sectional. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui bentukbentuk dan presentase kejadian ME, serta mengetahui penyebab, usaha pencegahan, pengatasan, dan perbaikan yang sebaiknya dilakukan. Metode penelitian menggunakan observasi dan wawancara mendalam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi kesalahan pada interpretasi (3,1%); pengambilan obat (6,8%); peracikan (4,6%); pelabelan (0,4%); kalkulasi dan rekalkulasi dosis (1,5%); dan pengemasan (0,2%); serta penyebutan nama pasien (0,2%). Penyebab ME di farmasi adalah kesalahan pada desain dan implementasi sistem. Usaha pencegahan yang telah dilakukan meliputi dilakukannya pemeriksaaan ulang, pencatatan ulang resep, adanya prosedur kerja, pengaturan letak obat, dan memperbaiki jadwal kerja. Usaha pengatasan berupa memberikan penjelasan kepada pasien dan menyelesaikan masalah. Usulan usaha perbaikan dapat berupa perubahan alur kerja, penambahan kolom berat badan pada resep, perubahan jadwal kerja, peningkatan sumber daya, dan penggantian obat berdasarkan persetujuan dokter. Kata kunci : medication error, dispensing, transcribing, resep racikan, dan pasien pediatrik.
x
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
ABSTRACT Many compounding prescription is prescibed to pediatric patient for getting the right dosage. The service of compounding prescription have a prone to medication error. According to the report of United States Pharmacopeia Medication Errors Reporting Program, 377 medication errors could be identified as pharmacy technician errors at dispensing phase. System factor play a major role in increasing the likelihood that an individual will make error. This research is a descriptive-observational research. Design of this research is cross sectional. From this research, hopefully we can know the type of medication errors that are happened and how many precentase of it’s kind, factors cause medication error, prevention efforts, efforts to deal the problem, and recommendations to repair the system. To obtain that purposes, this research uses observation and indepth interview methods. Based on the observation, the types of medication errors that were happened are error in interpretation (3,1%); labeling ( 0,4%); incorrect medicine (6,8%); dosage calculation (1,5%) packaging (0,2%); compounding (4,6%), and calling patient name (0,2%). Factors cause medication error at pharmacy are error in design and implementation of system. The prevention efforts that have done are checking, recording the prescription, work procedure, arranged medicine places, and arranged the work schedule. The efforts to deal medication error that were happen are giving some explanation to patient and finish the problems. Recommendations to repair the system are arranged work procedure, give a column weight patient in prescription, arranged work schedule, increase technology and human resources, and switch the medicine at prescription must have legalization from the medical doctor. Key word : medication error, dispensing, transcribing, compounding prescription, dan pediatric patient.
xi
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .......................................................................................... ii HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING................................................. iii HALAMAN PENGESAHAN............................................................................. iv HALAMAN PERSEMBAHAN......................................................................... v LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI............................. vi PRAKATA.......................................................................................................... vii PERNYATAAN KEASL.IAN KARYA............................................................. ix INTISARI............................................................................................................ x ABSTRACT........................................................................................................ xi DAFTAR ISI....................................................................................................... xii DAFTAR TABEL............................................................................................... xv DAFTAR DIAGRAM........................................................................................ xvii DAFTAR LAMPIRAN...................................................................................... xviii BAB I. PENGANTAR....................................................................................... 1 A. Latar Belakang.............................................................................................. 1 1. Permasalahan.......................................................................................... 3 2. Keaslian Penelitian................................................................................. 3 3. Manfaat Penelitian.................................................................................. 5 B. Tujuan penelitian.......................................................................................... 5 1. Tujuan Umum......................................................................................... 5 2. Tujuan Khusus........................................................................................ 5
xii
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
BAB II. PENELAHAAN PUSTAKA............................................................... 6 A. Patient Safety................................................................................................ 6 B. Medication Error......................................................................................... 6 1. Definisi ME............................................................................................ 6 2. Tipe ME................................................................................................. 7 3. Fase ME................................................................................................. 8 C. Faktor Penyebab ME.................................................................................
9
D. Medication Error pada Pediatrik..............................................................
9
E. Cara Pencegahan ME pada Pasien Pediatrik.............................................
10
F. Resep..........................................................................................................
11
G. Pelayanan Resep .......................................................................................
12
H. Keterangan Empirik...................................................................................... 13 BAB III. METODOLOGI PENELITIAN.......................................................
15
A. Jenis dan Rancangan Penelitian.................................................................. 15 B. Definisi Operasional .................................................................................. 15 C. Subyek dan Obyek Penelitian..................................................................... 17 D. Teknik Sampling......................................................................................... 18 E. Waktu dan Tempat Penelitian ...................................................................
19
1. Observasi............................................................................................... 19 2. Wawancara Mendalam.........................................................................
20
F. Instrumen Penelitian ................................................................................... 20 G. Tata Cara Penelitian .................................................................................... 21 1. Orientasi................................................................................................ 21
xiii
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
2. Pengumpulan Data................................................................................. 22 a. Observasi ......................................................................................... 22 b. In-depth interview (wawancara mendalam) ..................................... 22 3. Pengolahan Data .................................................................................... 23 a. Data Kualitatif.................................................................................. 23 b. Data Kuantitatif................................................................................ 23 H. Keterbatasan dalam Penelitian........................................................................ 24 BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN.................................. 26 A. Frekuensi Penulisan dan Pelayanan Resep Racikan Pediatrik..................... 26 B. Bentuk- bentuk ME...................................................................................... 27 C. Faktor-faktor Penyebab Terjadinya ME...................................................... 41 D. Usaha Pencegahan dan Pengatasan ME....................................................... 47 1. Usaha Pencegahan ................................................................................ 47 2. Usaha Pengatasan................................................................................... 49 E. Usulan Usaha Perbaikan .............................................................................. 51 BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN........................................................... 55 A. Kesimpulan ................................................................................................. 55 B. Saran ............................................................................................................ 56 DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 57 LAMPIRAN...................................................................................................... 61 BIOGRAFI PENULIS....................................................................................... 108
xiv
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
DAFTAR TABEL
Tabel I .
Persyaratan Pengkajian Resep........................................................12
Tabel II.
Bentuk-bentuk ME yang Pernah Terjadi di Rumah Sakit Bethesda.........................................................................................28
Tabel III.
Bentuk, Macam, Jumlah, dan Presentase Kesalahan pada Tahap Interpretasi di Instalasi Farmasi Rawat Jalan RS Bethesda Bulan Juli..................................................................................................32
Tabel IV.
Bentuk, Macam, Jumlah, dan Presentase Kesalahan pada Tahap Pelabelan di Instalasi Farmasi Rawat Jalan RS Bethesda Bulan Juli 2007................................................................................................34
Tabel V.
Bentuk, Macam, Jumlah, dan Presentase Kesalahan pada Tahap Kalkulasi dan Rekalkulasi Dosis di Instalasi Farmasi Rawat Jalan RS Bethesda Bulan Juli 2007........................................................ 34
Tabel VI.
Macam dan Presentase Pengambilan Kekuatan Obat yang Salah di Farmasi
Rawat
Jalan
RS
Bethesda
pada
Bulan
Juli
2007................................................................................................35 Tabel VII.
Macam dan Presentase Kesalahan Pengambilan Jumlah Obat yang Tidak Sesuai Resep yang Belum Sampai ke Tangan Pasien di Farmasi Rawat Jalan RS Bethesda pada Bulan Juli 2007............. 36
Tabel VIII.
Macam dan Presentase Kesalahan Pengambilan Jumlah Obat yang Tidak Sesuai Resep yang Sampai ke Tangan Pasien di Farmasi Rawat Jalan RS Bethesda pada Bulan Juli 2007............................37
xv
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
Tabel IX.
Macam dan Presentase Kesalahan Peracikan yang Mempengaruhi Dosis di Farmasi Rawat Jalan RS Bethesda pada Bulan Juli 2007................................................................................................38
Tabel X.
Macam dan Presentase Kesalahan dalam Peracikan Membuat Bentuk Sediaan di Farmasi Rawat Jalan RS Bethesda pada Bulan Juli 2007........................................................................................39
Tabel XI.
Macam dan Presentase Kesalahan Pengemasan di Farmasi Rawat Jalan RS Bethesda pada Bulan Juli 2007...................................... 40
Tabel XII.
Macam dan Presentase Kesalahan Penyebutan Nama Pasien di Farmasi Rawat Jalan RS Bethesda pada Bulan Juli 2007............. 40
Tabel XIII.
Upaya Pencegahan ME oleh Dokter di RS Bethesda.................... 47
Tabel XIV.
Upaya Pencegahan ME yang Telah Dilakukan oleh Pihak Farmasi Rawat Jalan RS Bethesda.............................................................. 48
Tabel XV.
Upaya Pengatasan ME yang Telah Dilakukan di RS Bethesda....50
Tabel XVI.
Usulan Upaya Perbaikan yang Sebaiknya Dilakukan oleh RS Bethesda.........................................................................................51
xvi
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
DAFTAR DIAGRAM
Diagram 1. Jumlah Penulisan dan Pelayanan Resep Racikan dan Non Racikan Pasien Pediatrik di Farmasi Rawat Jalan RS Bethesda Periode Juli 2007…………………………………...……………......…………..26 Diagram 2. Bentuk-bentuk dan Presentase Kejadian ME Bulan Juli 2007 di Instalasi Farmasi Rawat Jalan RS Bethesda......................................29 Diagram 3. Presentase Kelengkapan Resep di Instalasi Farmasi Rawat Jalan RS Bethesda Bulan Juli 2007..................................................................45
xvii
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1.
Jumlah Populasi Resep Pediatrik Bulan Juli 2007 di Rumah Sakit Bethesda.........................................................................................62
Lampiran 2.
Bentuk, Presentase, dan Frekuensi Kejadian ME yang Sampai ke Tangan
Pasien
dan
yang
Belum
Sampai
ke
Tangan
Pasien.............................................................................................63 Lampiran 3.
Jumlah dan Presentase Kelengkapan Resep Racikan Pediatrik pada Bulan Juli 2007 di Rumah Sakit Bethesda.....................................64
Lampiran 4.
Jumlah Kelengkapan Aturan Waktu Minum Resep Racikan Pediatrik pada Bulan Juli 2007 di Rumah Sakit Bethesda.............65
Lampiran 5.
Jumlah Informasi Yang Diberikan Selama Penyerahan Obat Resep Racikan Pediatrik pada Bulan Juli 2007 di Rumah Sakit Bethesda.........................................................................................66
Lampiran 6.
Hasil Wawancara Asisten Apoteker..............................................67
Lampiran 7.
Hasil Wawancara Dokter...............................................................77
Lampiran 8.
Hasil Wawancara dengan Apoteker ..............................................82
Lampiran 9.
Hasil Wawancara dengan Pasien....................................................85
Lampiran 10. Kejadian ME Yang Ditemukan Pada Resep Pasien Pediatrik Bulan Juli 2007 Di Rumah Sakit Bethesda .............................................94 Lampiran 11. Kelengkapan Resep......................................................................107
xviii
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
BAB I PENGANTAR
A. Latar Belakang Medication error(ME) merupakan masalah serius dan penting yang sudah timbul sejak dulu. The National Coordinating Council for Medication Error Reporting and Prevention (NCC MERP) mendefinisikan ME adalah suatu kejadian dapat dicegah yang mampu menyebabkan kesalahan dalam pemakaian obat atau kejadian membahayakan pasien di mana masih dalam pengawasan profesi kesehatan, pasien, atau konsumen (Anonim, 2000b). Medication error dapat menyebabkan kerugian pada pasien dan kehilangan kepercayaan terhadap sistem pelayanan kesehatan sehingga dapat merusak hubungan pasien dengan tenaga profesional kesehatan (Cox, 2000). Sejak tahun 1992, Food and Drug Administration (FDA) telah menerima sekitar 20.000 laporan terjadinya ME. Laporan ini merupakan laporan dari sukarelawan, sehingga dimungkinkan jumlah ME yang sebenarnya jauh lebih tinggi (Anonim, 2003). Faktor sistem memegang peranan utama sebagai penyebab terjadinya ME. Desain sistem yang kurang baik dapat mengakibatkan ME oleh petugas dan kesulitan mendeteksi adanya kesalahan sehingga dapat mengakibatkan ME sampai ke tangan pasien. Usaha pencegahan ME harus fokus pada akar permasalahan yaitu pada desain dan implementasi sistem. Kurangnya standarisasi, ketersediaan informasi yang kurang memadai, dan jadwal kerja yang buruk dapat menunjang individu melakukan kesalahan (Cohen, 1999).
1
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
2
Pelayanan kefarmasian pada masa kini telah berkembang ke patient oriented. Oleh sebab itu, tuntutan tanggung jawab terhadap pasien menjadi lebih besar. Tingginya rasa tanggung jawab ini seharusnya dapat untuk meminimalkan rasa malu dan saling menyalahkan yang timbul akibat adanya kesalahan yang diketahui (Cohen, 1999). The United States Pharmacopeia Center for the Advancement of Patient Safety (USP CAPS) mengindentifikasi bahwa banyak ME terjadi pada populasi spesifik yaitu umur kelahiran sampai 16 tahun. Laporan ME ini dipresentasikan kepada USP Safe Medication Use and Pediatric Expert Committees untuk dievaluasi. Dari hasil evaluasi tersebut, USP merekomendasikan untuk mencegah ME yang terjadi pada populasi pediatrik (Anonim, 2003). Kelompok pediatrik memiliki respon yang berbeda terhadap obat dibandingkan orang dewasa. Apalagi pada pasien neonatal, perhitungan dosis harus lebih cermat karena resiko toksisitasnya yang tinggi. Anak kecil memerlukan dosis per kilogram yang lebih besar daripada orang dewasa karena kecepatan metabolismenya yang lebih tinggi. Dosis anak dihitung dapat berdasarkan berat badan, umur, dan luas permukaan tubuh. Keanekaragaman dosis inilah yang menjadi penyebab banyak obat yang sudah jadi diracik atau direkonstitusi kembali (Anonim, 2000a). Selama periode 5 tahun (1995-1999), dari 377 ME yang dilaporkan kepada United States Pharmacopeia Medication Errors Reporting Program (USP MERP) dapat diidentifikasi sebagai kesalahan petugas farmasi. Medication error oleh petugas farmasi ditemukan terus-menerus pada fase dispensing (Anonim, 2005c).
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
3
Penelitian ini lebih fokus kepada fase dispensing karena bertujuan meminimalkan kesalahan petugas farmasi pada fase tersebut. Penelitian dilakukan di Rumah Sakit (RS) Bethesda. Rumah sakit ini telah melakukan kerjasama dengan Universitas Sanata Dharma dalam bidang penelitian. Penelitian ini termasuk dalam penelitian program hibah berjudul Evaluasi Patient Safety Terapi dengan Sediaan Racikan pada Pasien di Bangsal Anak Rumah Sakit Bethesda Juli-Agustus 2007 (Suhadi, 2007). Penelitian ini merupakan permintaan dari pihak RS tersebut. Rumah sakit ini termasuk dalam RS swasta tipe utama dengan akreditasi ISO 9000 dan merupakan salah satu RS swasta terbesar di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Rumah sakit ini mempunyai 8 apoteker dan telah menjalankan beberapa kegiatan pelayanan farmasi klinis.
1. Permasalahan a.
Apa saja bentuk-bentuk ME dan berapakah presentase kejadiannya selama proses dispensing?
b.
Faktor-faktor apa saja yang menjadi penyebab timbulnya ME?
c.
Upaya pencegahan dan pengatasan ME apa saja yang selama ini telah dilakukan?
d.
Apa sajakah upaya perbaikan yang sebaiknya dilakukan?
2. Keaslian Penelitian Penelitian ME sudah pernah dilakukan sebelumnya oleh Lisby, Nielsen dan Mainz (2004) dengan judul Errors in The Medication Process: Frequency,
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
4
Type, and Potential Clinical Consequences at Aarhus University Hospital, Denmark. Hasil yang didapatkan melalui penelitian ini adalah terjadi ME sebanyak 1065 dari 2467 potensi ME. Frekuensi ME pada tiap fase meliputi prescribing: 167/433 (39%), transcription: 310/558 (56%), dispensing: 22/538 (4%), dan administration: 166/412 (41%). Tipe ME yang paling sering terjadi adalah pemberian obat yang tidak diresepkan dan pengobatan yang tidak diberikan (omission drug). Selain itu, Hartayu dan Widayati (2006) juga telah mengulas tentang ME melalui penelitian Kajian Kelengkapan Resep Pediatri yang Berpotensi Menimbulkan ME di Rumah Sakit dan 10 Apotek di Yogyakarta. Melalui penelitian ini diketahui bahwa frekuensi tertinggi ketidaklengkapan resep yang dapat memicu terjadinya ME adalah tidak tercantumnya berat badan (RS I: 65,71%; RS II: 100%; Apotek: 98,53%) dan umur pasien (RS I: 49,84%; RS II: 100%; Apotek: 14,05%). Penelitian kali ini berbeda dengan penelitian yang telah dilakukan di atas. Perbedaan tersebut lebih pada tempat, waktu, tujuan penelitian, dan metode pengambilan data. Penelitian ini lebih bertujuan untuk mengetahui frekuensi kejadian ME (bukan potensi kesalahan) di Farmasi Rawat Jalan RS Bethesda selama fase dispensing periode Juli 2007. Selain itu, penelitian ini juga bermaksud mengetahui penyebab terjadinya ME, upaya pencegahan dan pengatasan yang telah dilakukan, dan usaha perbaikan yang sebaiknya dilakukan. Metode penelitian yang digunakan adalah observasi dan wawancara yang dilakukan secara cross sectional.
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
5
3. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai berikut : a. manfaat teoritis Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk menambah ilmu pengetahuan dalam bidang kefarmasiaan. b. manfaat praktis Hasil yang diperoleh diharapkan dapat digunakan sebagai dasar dalam penyusunan prosedur baru pencegahan ME di Instalasi Rawat Jalan RS Bethesda.
B. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Secara umum, tujuan penelitian ini adalah untuk mengevaluasi ME yang terjadi selama proses dispensing di Farmasi Rawat Jalan RS Bethesda tanpa menganalisis kerasionalan resep maupun obat yang diberikan ke pasien. 2. Tujuan Khusus Secara khusus, penelitian ini bertujuan untuk : a. mengetahui bentuk-bentuk ME dan presentase kejadiannya selama fase dispensing b. mengetahui penyebab terjadinya ME yang muncul c. mengetahui usaha pencegahan dan pengatasan ME yang selama ini telah dilakukan d. mengetahui
usaha
perbaikan
yang
sebaiknya
dilaksanakan
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
BAB II PENELAHAAN PUSTAKA
A. Definisi Patient Safety Patient safety adalah bebas dari kejadian merugikan yang tidak disengaja selama masa pengobatan; aktivitas untuk mencegah atau mengatasi adverse outcome yang ditimbulkan selama proses pengobatan (Anonim, 2005b). Menurut Aspden, Corrigan., Wolcott, dan Erickson (2004) dan Anonim (2004a), patient safety didefinisikan “the identification, analysis and management of patient-related risks and incidents, in order to make patient care safer and minimise harm to patients.”
B. Medication Error 1. Definisi ME The National Coordinating Council for Medication Error Reporting and Prevention (Anonim, 2000b) mengemukakan bahwa “medication error as any preventable event that may cause or lead to inappropriate medication use or patient harm while the medication is in the control of the health care professional, patient, or consumer”. Kejadian yang dimaksud adalah yang berhubungan dengan praktek profesional kesehatan, produk kesehatan, prosedur, dan sistem meliputi: prescribing,
komunikasi,
pelabelan,
pengemasan,
peracikan,
dispensing,
distribusi, pemberian, edukasi, monitoring, dan penggunaan (Anonim, 2000b).
6
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
7
2. Tipe ME Ada beberapa tipe ME menurut Siregar dan Kumolosasi (2005), Koyle dan Butkus (2002), dan Anonim (1998) yaitu: a. produk yang rusak adalah produk yang stabilitas fisika dan kimianya telah berubah karena penyimpanan yang kurang baik, terpapar cahaya, suhu yang tidak sesuai. b. dosis berlebih adalah melipatkan dosis dengan melakukan pemberian pada waktu yang berbeda c. kesalahan peresepan adalah kesalahan seleksi obat, dosis, bentuk sediaan, mutu, rute, konsentrasi,
kecepatan pemberian, atau instruksi untuk
menggunakan obat yang diorder oleh dokter yang tidak benar; resep atau order obat yang tidak terbaca yang menyebabkan kesalahan yang sampai pada pasien. d. dosis atau kekuatan yang tidak tepat adalah dosis atau kekuatan obat yang diberikan berbeda dengan yang diresepkan, termasuk pemberian jumlah obat yang tidak tepat. e. rute pemberian yang salah f. waktu pemberian yang salah g. bentuk sediaan yang salah adalah bentuk sediaan obat yang diberikan berbeda dengan yang diresepkan h. preparasi yang salah adalah preparasi/ formulasi yang salah dari produk obat (salah merekonstitusi atau melarutkan obat) i. teknik pemberian yang salah; contoh penggerusan obat yang kurang tepat
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
8
j. unauthorized drug adalah obat yang tidak disahkan (diresepkan) oleh dokter, diberikan kepada pasien yang salah k. omission drug adalah pengobatan yang tidak diberikan, tidak termasuk penolakan pasien, keputusan klinik (kontraindikasi) atau alasan lain (karena alasan pasien akan melakukan tes laboratorium sehingga obat tidak diberikan) l. salah pasien m. obat yang diberikan salah n. pembacaan yang salah o. kesalahan monitoring (termasuk kontraindikasi) 3. Fase ME Fase pada proses pengobatan yaitu : a. fase prescribing adalah segala tindakan yang meliputi membuat keputusan medis, memilih obat dan regimen obat, dokumentasi pada rekam medik, dan tindakan pengesahan penulis resep untuk melakukan permintaan obat terhadap farmasi (Aspden, Wolcott, Bootman, dan Cronenwett, 2007). b. fase dispensing merupakan kegiatan pelayanan yang dimulai pada tahap interpretasi, validasi, menyiapkan/meracik obat, memberikan label/etiket, penyerahan obat dengan pemberian informasi obat yang memadai disertai sistem dokumentasi (Anonim, 2004a). c. fase pemberian adalah fase pemberian obat ke pasien yang dilakukan oleh pasien sendiri, perawat, atau caregiver (Anonim, 2005b). d. fase monitoring adalah kegiatan mengevaluasi efek samping dan efek terapi yang timbul melalui respon emosional, fisik, dan psikologis pada pasien
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
9
setelah pemberian obat serta mencatat (mendokumentasikan) semua penemuan terkait tersebut (Aspden, dkk., 2007).
B. Faktor Penyebab Medication Error Faktor penyebab medication error dapat berupa : 1) komunikasi yang buruk, baik secara tertulis dalam bentuk kertas resep maupun secara lisan (antara pasien, dokter dan apoteker), 2) sistem distribusi obat yang kurang mendukung (sistem komputerisasi, sistem penyimpanan obat, dan lain sebagainya), 3) sumber daya manusia (kurang pengetahuan, pekerjaan yang berlebihan), 4) kurangnya edukasi ke pasien, 5) kurangnya peran pasien dan keluarganya (Cohen, 1999), 6) nama obat yang hampir sama, 7) kesalahan pada penulisan dan penempelan label, 8) kesalahan pengemasan yaitu kemasan dan bentuk sediaan yang kurang tepat (Thomas, 2001), 9) cara dispensing obat yang baik (CDOB) tidak diterapkan, dan 10) pelaksanaan sistem formularium yang belum memadai (Siregar dan Kumolosasi, 2004).
C. Medication Error pada Pediatrik Tenaga kesehatan profesional sering tidak dapat mempersiapkan dan memberikan dosis dari formulasi yang tersedia di pasaran yang sesuai seperti yang dibutuhkan pasien pediatrik. Akibatnya bentuk sediaan obat untuk pasien pediatrik sering diubah. Tablet mungkin dihancurkan (digerus), kapsul dibuka dan diminum bersama makanan atau minuman. Situasi ini dapat meningkatkan permasalahan kelarutan dan bioavailabilitas. Walaupun dilakukan reformulasi,
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
10
masalah dapat timbul dari kekurangan informasi tentang stabilitas, sterilitas produk, dan bioavailabilitas (Cohen, 1999). Walaupun pabrik obat memproduksi obat dengan konsentrasi untuk dewasa dan anak-anak, masih timbul potensi kesalahan. Produk anak-anak dan dewasa biasanya disimpan bersebelahan pada rak. Jika farmasis atau pelanggan tidak membaca label, maka dia akan memilih obat dengan konsentrasi yang salah (Cohen, 1999). Resiko pelayanan resep pada pasien pediatrik salah satunya adalah kesalahan perhitungan dosis. Kesalahan perhitungan dosis disebabkan kurang teliti dan tulisan resep yang tidak jelas yang mengakibatkan kesalahan intepretasi. Resiko ini dapat diminimalisasi dengan memeriksa kembali, dan menstandarisasi dosis yang diminta (Cohen, 1999). Bayi dan anak-anak memiliki resiko ME yang tinggi karena beberapa faktor yaitu perubahan perkembangan fisiologis (mempengaruhi disposisi obat), perhitungan dosis yang bersifat individual berdasarkan berat badan, kurangnya bentuk sediaan obat dan konsentrasi obat di pasaran, dan kurangnya informasi dan pelabelan untuk pediatrik pada berbagai obat (Bell, 2003).
D. Cara Pencegahan ME pada Pasien Pediatrik Cara yang paling efektif mengurangi kesalahan adalah pencegahan. Semua dosis dan rute pemberian harus diperiksa dua kali oleh dua petugas kesehatan profesional.
Perhatian
harus
difokuskan
pada
kemungkinan
kesalahan
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
11
menghitung, kesalahan desimal, dan kesalahan konsentrasi pada penggunaan sediaan oral atau sediaan parenteral pada sediaan pediatrik (Cohen, 1999).
E. Resep Surat Keputusan Menteri Kesehatan No. 922/MenKes/Per/x/1993, Bab I, pasal 1h. (Lestari, 2002) menyebutkan bahwa ”resep adalah permintaan tertulis dari dokter, dokter gigi, dokter hewan kepada Apoteker Pengelola Apotek untuk menyediakan dan menyerahkan obat bagi penderita sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.” Hal yang terpenting dalam menuliskan resep adalah bahwa tulisan harus jelas sehingga mudah dimengerti.
Penulisan resep
yang menimbulkan
ketidakjelasan, keraguan, atau salah pengertian mengenai nama obat serta takaran yang harus diberikan, sedapat mungkin harus dihindari. Kebiasaan buruk di kalangan dokter dalam menulis resep dengan tulisan yang tidak jelas, kadangkadang menyebabkan pengobatan yang tidak efektif dan tidak aman, masa sakit memanjang, membahayakan, dan menimbulkan kekhawatiran pasien, serta menyebabkan pembengkakan biaya (Anonim, 1994). Pengkajian resep,
menurut Surat
Keputusan .Menteri Kesehatan
No.1197/MENKES/SK/X/2004, Bab VI, pasal 6, merupakan kegiatan dalam pelayanan kefarmasian yang dimulai dari seleksi persyaratan administrasi, persyaratan farmasi dan persyaratan klinis baik untuk pasien rawat inap maupun rawat jalan.
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
12
Tabel I . Persyaratan Pengkajian Resep No. Persyaratan Persyaratan Farmasi Persyaratan Klinis Administrasi 1 Nama, umur, jenis Bentuk dan kekuatan Ketepatan indikasi, kelamin dan berat sediaan dosis dan waktu badan pasien penggunaan obat 2 Nama, nomor izin, Dosis dan jumlah obat Duplikasi pengobatan alamat dan paraf dokter 3 Tanggal resep Stabilitas dan Alergi, interaksi dan ketersediaan efek samping obat 4 Ruangan/unit asal Aturan, cara dan teknik Kontraindikasi resep penggunaan 5 Efek aditif
F. Pelayanan Resep Proses pelayanan resep mencakup kegiatan-kegiatan berikut: 1) membaca dan mengerti isi resep Tahap ini merupakan tahap penterjemahan (interpretasi) resep dokter. Bila resep tidak jelas atau lengkap, farmasis dapat berkomunikasi langsung dengan dokter yang meresepkan (Aspden, dkk., 2007). 2) memasukkan data ke komputer Selama proses fase ini, resep obat dimasukkan ke data komputer oleh farmasis atau petugas farmasi kemudian mencetak label. Pemasukkan data ke sistem komputer database farmasi dapat digunakan untuk melakukan skrining resep secara klinis sehingga dapat diketahui apakah terjadi interaksi obat, duplikasi pengobatan, alergi, atau dosis yang melebihi kadar efek maksimum (Anonim, 2005a dan Aspden, dkk., 2007).
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
13
3) preparasi Pada fase ini paling banyak ditemukan kesalahan petugas farmasi. Preparasi terdiri dari tahap penghitungan jumlah obat yang diresepkan, pengambilan obat, peracikan, pengemasan kembali, dan pelabelan pada kemasan obat (Anonim, 2005a dan Aspden, dkk., 2007). 4) menyerahkan obat dan memberikan informasi Penyerahan obat ke pasien di bawah pengawasan apoteker berperan penting dalam upaya agar pasien mengerti dan menggunakan obat secara benar seperti yang dianjurkan. Kekeliruan dalam penyediaan obat dan penyerahan obat ke pasien sering mengakibatkan kerugian bagi pasien (Anonim, 2000a). Menurut Surat Keputusan Menteri Kesehatan No.1027/MenKes/SK/IX/ 2004, tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek, menyebutkan bahwa ”Sebelum obat diserahkan pada pasien harus dilakukan pemeriksaan akhir terhadap kesesuaian antara obat dengan resep. Penyerahan obat dilakukan oleh apoteker disertai pemberian informasi obat dan konseling kepada pasien dan tenaga kesehatan.” Menurut Surat Keputusan Menteri Kesehatan No.1027/MenKes/SK/IX/ 2004, tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek, menyebutkan bahwa ”Apoteker harus memberikan informasi yang benar, jelas, dan mudah dimengerti, akurat, tidak bias, etis, bijaksana, dan terkini. Informasi obat pada pasien sekurang-kurangnya meliputi: cara pemakaian obat, cara penyimpanan obat, jangka waktu pengobatan, aktivitas serta makanan dan minuman yang harus dihindari selama terapi.”
J. Keterangan Empirik Hasil penelitian kali ini diharapkan dapat memberikan gambaran bentukbentuk dan presentase ME yang terjadi selama proses dispensing. Selain itu,
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
14
diharapkan dapat mengetahui penyebab ME, upaya pencegahan dan pengatasan yang telah dilaksanakan, serta usaha perbaikan yang sebaiknya dilakukan.
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
15
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A.
Jenis dan Rancangan Penelitian
Jenis penelitian termasuk observasional deskriptif. Observasional berarti observasi terhadap berbagai variabel obyek menurut keadaan apa adanya, tanpa ada manipulasi atau intervensi peneliti. Penelitian ini bertujuan melakukan eksplorasi deskriptif terhadap suatu fenomena, fenomena dalam penelitian ini adalah kejadian ME, tanpa mencoba menganalisis bagaimana dan mengapa fenomena tersebut terjadi (Pratiknya, 2001). Penelitian ini tidak menganalisis dan mengkategorikan dampak dari setiap kejadian ME. Rancangan penelitian adalah cross sectional karena pengamatan kejadian ME, kelengkapan resep, dan pemberian informasi ke pasien pada tiap subyek dilakukan sekali saja dan evaluasi kesalahan dilakukan langsung pada saat observasi.
B. Definisi Operasional Batasan makna dan penafsiran pada penelitian ini adalah sebagai berikut: 1.
medication error adalah kesalahan yang dilakukan oleh pembaca resep pada fase dispensing tanpa memperhatikan tahap validasi dan pemberian harga.
2.
kesalahan pembaca resep adalah bila pembaca resep melakukan kesalahan dalam satu tahap pelayanan resep dan kesalahan tersebut belum dibetulkan sampai satu tahap tersebut selesai dilakukan.
15
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
3.
16
fase dispensing meliputi tahap interpretasi, kalkulasi dosis, pelabelan (pengetikan dan penempelan label), rekalkulasi dosis, pengambilan obat, (peracikan), pengemasan, pemeriksaan ulang, dan penyerahan obat serta pemberian informasi.
4.
kesalahan interpretasi diasumsikan sebagai kesalahan pengetikan di komputer.
5.
pembaca resep adalah semua petugas Farmasi Rawat Jalan RS Bethesda yang memiliki kewenangan menangani resep, yaitu apoteker dan asisten apoteker di bawah pengawasan apoteker.
6.
pasien pediatrik adalah pasien dari dokter yang praktek di Klinik Kesehatan Anak RS Bethesda.
7.
responden adalah orang tua pasien pediatrik, dokter, dan pembaca resep yang diwawancarai dengan metode wawancara mendalam.
8.
waktu minum adalah aturan khusus dalam mengkonsumsi obat yang meliputi sebelum makan dan sesudah makan.
9.
racikan adalah obat dengan rute pemberian per oral, yang sudah siap dikonsumsi, direkonstitusi ulang menjadi bentuk sediaan baru yaitu kapsul, pulveres, dan sirup.
10.
racikan standar RS Bethesda (RSB) adalah obat dari resep racikan dokter, yang berdasarkan kebijakan RS dan sudah melalui kesepakatan dengan dokter, telah diracik dan dikemas terlebih dahulu dengan variasi dosis tertentu oleh pihak RS bagian produksi sebelum resep diterima Instalasi
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
17
Farmasi Rawat Jalan RS Bethesda yang bertujuan untuk mempercepat proses pelayanan resep. 11.
racikan non-standar adalah obat dari resep racikan dokter yang diracik atau direkonstitusi ulang setelah resep diterima Farmasi Rawat Jalan RS Bethesda dan telah diperintahkan untuk diracik (biaya obat telah dibayar oleh pasien).
12.
kesalahan yang belum sampai ke tangan pasien adalah kesalahan yang sudah dibetulkan sebelum obat diserahkan ke pasien atau kesalahan yang belum dibetulkan oleh pembaca resep dan belum diketahui kesalahan ini berlanjut sampai obat diserahkan ke pasien atau tidak karena obat belum diambil pasien pada waktu observasi.
C. Subyek dan Obyek Penelitian Subjek penelitian pada pengambilan data dengan wawancara mendalam di RS Bethesda ini adalah responden yang terdiri dari dokter yang praktek di Klinik Kesehatan Anak, asisten apoteker yang bekerja di Farmasi Rawat Jalan, apoteker penangggung jawab Farmasi Rawat Jalan, dan orang tua pasien pediatrik. Kriteria orang tua pasien pediatrik yang diwawancarai adalah orang tua dari pasien pediatrik yang membeli obat berdasarkan resep racikan di Farmasi Rawat Jalan RS Bethesda, pelayanan resepnya diobservasi oleh peneliti dan maksimal dalam 1 bulan terakhir pernah membeli obat berdasarkan resep di Farmasi Rawat Jalan RS Bethesda.
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
18
Obyek penelitian yang digunakan selama observasi adalah resep racikan pasien pediatrik yang diterima Farmasi Rawat Jalan RS Bethesda pada bulan Juli tahun 2007.
D. Teknik Sampling Teknik sampling yang digunakan pada observasi resep racikan pediatrik adalah teknik sampling incidental. Segala obyek yang secara kebetulan/insidental bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel, bila dipandang obyek yang kebetulan ditemui itu cocok sebagai sumber data (Sugiyono, 2007). Sumber data yang dimaksud adalah resep racikan pediatrik. Menurut Sevilla, Ochave, Punsalan, Regala, dan Uriarte (1988), ukuran minimum sampel yang dapat diterima pada penelitian deskriptif adalah 10 % dari populasi. Populasi resep racikan pediatrik bulan Juli 2007 adalah 954 resep maka jumlah minimum sampel yang harus didapatkan adalah 96 resep. Jumlah sampel yang didapat selama masa observasi sebanyak 456 resep. Jumlah ini sudah melebihi batas minimum sampel. Pengambilan sampel untuk wawancara dengan cara sampling kuota. Cara ini merupakan teknik untuk menentukan sampel dari populasi yang memiliki ciriciri tertentu sampai jumlah (kuota) yang diinginkan (Sugiyono, 2007). Sampling hanya dilakukan terhadap asisten apoteker. Berdasarkan Sevilla, Ochave, Punsalan, Regala, dan Uriarte (1988), untuk populasi yang sangat kecil diperlukan sampel minimum 20 % dari populasi pada penelitian deskriptif. Populasi asisten apoteker yang bekerja di Farmasi Rawat Jalan RS Bethesda sebanyak 16 orang.
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
19
Jumlah sampel ditetapkan 6 orang. Jumlah sampel ini sudah melebihi 20 % dari populasi dan dirasa sudah cukup mewakili populasi. Wawancara terhadap orang tua pasien hanya bersifat sebagai pendukung data dan bukan merupakan tujuan utama penelitian. Oleh sebab itu, wawancara ini hanya dilakukan kepada 16 orang dan dianggap sudah dapat mewakili populasi. Wawancara mendalam juga dilakukan terhadap populasi dokter yang praktek di Klinik Kesehatan Anak yang berjumlah 4 orang dan apoteker penanggung jawab Farmasi Rawat Jalan RS Bethesda sebanyak 1 orang.
E. Waktu dan Tempat Penelitian 1. Observasi Observasi dilaksanakan selama 1 bulan dari tanggal 4 Juli sampai 4 Agustus 2007 di Farmasi Rawat Jalan RS Bethesda terhadap pelayanan resep racikan untuk pasien pediatrik. Waktu observasi ini sedikit berbeda dengan judul karena terjadi kendala perijinan penelitian sehingga waktu penelitian menjadi sedikit bergeser. Penelitian tidak dilakukan pada hari Sabtu sore dan hari Minggu. Dokter yang membuka praktek di Klinik Kesehatan Anak hanya bekerja pada hari Senin sampai Sabtu pagi. Observasi dilakukan di Unit Farmasi Timur Atas pada pukul 10.30-13.30 WIB dan di Farmasi Timur Bawah pada pukul 18.3020.30WIB. Hal ini dilakukan karena berdasarkan orientasi, resep pasien pediatrik yang diterima dari Farmasi Timur Atas pada pagi hari lebih banyak daripada di Farmasi Timur Bawah. Klinik Kesehatan Anak terletak di lantai 1 dekat Farmasi Timur Atas sehingga kemungkinan pasien menebus resep di farmasi timur atas
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
20
lebih banyak daripada di Farmasi Timur Bawah. Pada sore hari, Farmasi Timur Atas tutup sehingga semua resep diterima Farmasi Rawat Jalan Timur Bawah. 2. Wawancara mendalam Wawancara mendalam terhadap orang tua pasien pediatrik dilaksanakan selama 2 minggu sebelum masa observasi berakhir. Wawancara kepada pasien dilakukan ketika pasien menunggu penyerahan obat dan atas persetujuan pasien. Wawancara mendalam terhadap dokter dan pembaca resep dilakukan setelah masa observasi berakhir dan berdasarkan persetujuan dari pihak dokter dan pembaca resep.
F. Instrumen Penelitian Instumen penelitian adalah formulir yang terdiri dari kolom-kolom berisi tahap pelayanan resep, kolom kelengkapan resep, dan pedoman wawancara. Pembuatan kolom tahap-tahap pelayanan resep dibuat sesuai hasil orientasi. Kolom
kelengkapan
resep
dibuat
berdasarkan
pengkajian
resep
pada
KEPMENKES RI No. 1197/MENKES/SK/X/2004 tentang Standar Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit. Penyusunan pedoman wawancara meliputi langkah-langkah berikut : 1. penyusunan pedoman wawancara mendalam untuk pewawancara Pedoman wawancara harus dapat merangkum item-item pertanyaan mengenai bentuk-bentuk, penyebab, usaha pencegahan, usaha pengatasan ME, dan usaha perbaikan yang sebaiknya dilakukan. Pedoman wawancara berisi
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
21
prosedur dalam wawancara dan semua pertanyaan yang berhubungan dengan tujuan yang hendak dicapai pada penelitian ini 2. penyusunan lembaran kolom hasil wawancara mendalam untuk raportur Semua pertanyaan yang telah disusun oleh pewawancara diketik sedemikian sehingga setiap pertanyaan mempunyai kolom jawaban tersendiri. Hal ini untuk mempermudah peneliti membaca hasil wawancara. 3. uji validitas isi Uji validitas perlu dilakukan untuk mengetahui kejelasan tujuan dan lingkup informasi yang hendak diungkap, yaitu sejauh mana item-item pertanyaan dapat mencakup seluruh kawasan isi obyek yang hendak diukur. Uji validitas isi dilakukan dengan menanyakan kelayakan pertanyaan kepada dosen pembimbing dan pembimbing lapangan. Jika belum terpenuhi dan sesuai, peneliti harus merevisi ulang pertanyaan yang belum tepat.
G. Tata Cara Penelitian 1. Orientasi Orientasi dilakukan selama 3 hari untuk belajar membaca resep dan mengamati setiap tahap pelayanan resep. Orientasi ini berguna untuk menentukan strategi pengambilan
data
yang
tepat.
Selanjutnya
dilakukan
simulasi
pengambilan data. Hasil orientasi penelitian ini kemudian dikonsultasikan kepada pembimbing. Apabila sudah memenuhi kriteria yang diinginkan maka penelitian pun dimulai berdasarkan surat ijin penelitian dari RS Bethesda.
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
22
2. Pengumpulan Data a. Observasi Proses observasi yang dilakukan adalah mengamati dan mencatat semua bentuk-bentuk ME pada setiap tahap pelayanan resep. Pengamatan ME ini dilaksanakan oleh 2 orang. Selanjutnya mengamati kelengkapan resep dengan menggunakan formulir yang telah dibuat. Peneliti juga mencatat semua item obat dan informasi lain yang tercantum dalam resep serta profil pasien pediatrik yang sudah diobservasi dan menghitung jumlah populasi resep racikan dan non-racikan pasien pediatrik yang masuk ke farmasi rawat jalan selama masa observasi (1 bulan). Perhitungan jumlah populasi resep digunakan untuk melihat apakah sampel sudah mencukupi dan mengetahui pola peresepan obat. b. In-depth interview (wawancara mendalam) Wawancara mendalam terhadap pembaca resep dan dokter bertujuan untuk mengkonfirmasi bentuk-bentuk ME yang pernah terjadi pada fase dispensing dan untuk mengetahui faktor-faktor yang menjadi penyebab, usaha pencegahan, usaha pengatasan ME, dan usaha perbaikan yang sebaiknya dilakukan. Wawancara mendalam terhadap orang tua pasien pediatrik lebih bertujuan untuk melihat pemahaman orang tua pasien terhadap informasi yang telah diberikan saat penyerahan obat. Data yang didapat melalui wawancara merupakan data kualitatif. Data hasil wawancara berupa tulisan dan telah dikonfirmasikan kembali kepada setiap responden.
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
23
3. Pengolahan Data a. Data kualitatif Data yang didapatkan dengan wawancara mendalam digunakan untuk mengidentifikasi faktor-faktor penyebab, usaha pencegahan, usaha pengatasan ME, dan usaha perbaikan yang sebaiknya dilakukan. b. Data kuantitatif Data kuantitatif didapatkan dari : 1) populasi resep Hasil pencatatan populasi resep racikan dan non-racikan setiap harinya dapat digunakan sebagai latar belakang frekuensi penulisan dan pelayanan resep racikan pediatrik. 2) kejadian ME Pengolahan data dilakukan dengan mengelompokkan bentukbentuk ME yang terjadi pada setiap kategori. Selanjutnya menghitung frekuensi dan besarnya presentase jumlah kesalahan pembaca resep pada setiap kategori bentuk ME dari jumlah total resep pasien pediatrik yang dapat diobservasi. Hasil perhitungan presentase disajikan dalam diagram. Frekuensi dan deskripsi kejadian ME disajikan dalam tabel. Kesalahan dalam satu bentuk ME pada satu resep dihitung satu kesalahan dengan pertimbangan satu lembar resep merupakan satu paket pengobatan. 3) kelengkapan resep Berdasarkan pengisian formulir kelengkapan resep, dihitung jumlah total kelengkapannya untuk setiap variabel. Selanjutnya dihitung
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
24
presentasenya dari jumlah total resep pediatrik yang dapat diobservasi. Presentase hasil perhitungan disajikan dalam bentuk diagram. 4) kelengkapan informasi saat penyerahan obat Data kelengkapan informasi dilihat dari hasil observasi pada tahap penyerahan obat dan dari hasil wawancara mendalam terhadap pembaca resep. Data menunjukkan informasi apa saja yang diberikan selama ini kepada pasien. Selanjutnya menghitung frekuensi kelengkapan informasi yang diberikan.
H. Keterbatasan dalam Penelitian Masalah yang dihadapi adalah observasi harus dilakukan tanpa mempengaruhi kerja pembaca resep. Secara psikologis, orang yang sedang bekerja bila diamati akan timbul persepsi yang berbeda-beda untuk setiap individu. Kondisi psikologis ini kemungkinan mempengaruhi kerja pembaca resep. Walaupun sudah dilakukan orientasi, ternyata cara kerja peneliti tetap dapat mempengaruhi keefektifan kerja pembaca resep. Pada perhitungan kelengkapan resep, ada beberapa resep yang tidak tercatat karena resep diambil di luar waktu observasi. Profil pasien juga tidak semua dapat diketahui karena rekam medik terkadang dibawa ke rawat inap sehingga tidak dapat dibaca. Pemberian informasi ke pasien tidak dapat diikuti semua disebabkan resep diambil di luar waktu observasi, alur pelayanan resep yang sangat cepat, keadaan lingkungan yang membuat terkadang pemberian informasi menjadi kurang terdengar jelas.
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
25
Wawancara harus dilakukan secara cepat dan terburu. Hal ini disebabkan sebagian besar pasien hanya ingin wawancara dilakukan sebelum penyerahan obat. Padahal pelayanan resep dari dokter tertentu sangat cepat karena tanpa melalui tahap peracikan (pasien mendapatkan racikan standar). Selain itu kriteria pasien yang diwawancarai adalah pasien yang pelayanan resepnya dapat diikuti oleh peneliti. Dalam hal ini, kesulitan utama peneliti adalah waktu wawancara yang terbatas. Peneliti tidak dapat membedakan kesalahan pada tahap interpretasi atau pada validasi karena tahap ini dilakukan bersamaan dan oleh orang yang sama. Kesalahan tahap interpretasi pada penelitian ini dilihat dari praktek pengetikan di komputer (memasukkan data) karena pengetikan di komputer dianggap merupakan perwujudan dari interpretasi pembaca resep. Sebenarnya kesalahan pada pengetikan belum tentu kesalahan pada interpretasi. Kesalahan pada tahap ini dapat berupa kesalahan menekan tombol atau salah memilih tampilan di monitor komputer karena terburu-buru. Kesulitan peneliti adalah pembaca resep bekerja tanpa bicara (pembacaan dilakukan dalam hati) sehingga tidak diketahui bagaimana interpretasi pembaca resep sebenarnya.
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
26
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Frekuensi Penulisan dan Pelayanan Resep Racikan Pediatrik Frekuensi penulisan dan pelayanan resep racikan untuk pasien pediatrik sangat tinggi setiap harinya. Melalui hasil observasi, diketahui penulisan dan pelayanan resep racikan setiap harinya jauh lebih banyak dibandingkan dengan resep non racikan. Jumlah penulisan dan pelayanan resep racikan selama masa observasi mencapai 3,7 kali lebih banyak daripada resep non racikan. Jumlah Penulisan dan Pelayanan Resep Racikan dan Non Racikan
50 40 30 20 10
Ju li Ag us t 3 Ag st
Ju li
1
30
Ju li
27
Ju li
25
Ju li
23
Ju li
20
Ju li
18
Ju li
16
11
13
i Ju li
i
Ju l 9
Ju l 6
Ju l
i
0 4
Jumlah Penulisan dan Pelayanan Resep
60
Tanggal Penulisan dan Pembuatan Resep Racikan dan Non Racikan
resep racikan resep non-racikan
Diagram 1. Jumlah Penulisan dan Pelayanan Resep Racikan dan Non Racikan Pasien Pediatrik di Farmasi Rawat Jalan RS Bethesda Periode Juli 2007 Berdasarkan hasil wawancara dengan dokter, penulisan resep racikan ini memang dapat ditujukan untuk mendapatkan dosis yang tepat bagi setiap individu pasien pediatrik. Dosis ini disesuaikan dengan berat badan, kondisi penyakit, dan hasil diagnosa. Selain itu, pemberian resep racikan ini dari segi ekonomis, lebih 26
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
27
murah daripada bentuk sediaan sirup. Alasan lain adalah lebih efisien, misalnya untuk beberapa jenis obat dapat diracik menjadi satu sehingga pasien lebih nyaman untuk meminumnya. Dilihat dari segi pelayanan resep, resep racikan tidak efisien waktu dan memiliki potensi ME yang lebih besar. Hal ini disebabkan pelayanan resep racikan memiliki tahap yang lebih panjang daripada resep non racikan yaitu harus melalui perhitungan jumlah obat, peracikan, dan pengemasan kembali. Perhitungan jumlah obat dan peracikan dapat berpengaruh pada dosis obat yang diberikan, sedangkan pengemasan akan mempengaruhi kestabilan obat dan dosis obat. Ketepatan dosis sangat diperlukan bagi pasien pediatrik terutama pasien neonatal karena resiko toksisitasnya yang tinggi (Anonim, 2000a). Proses yang lebih panjang tersebut membuat pelayanan resep menjadi lama dan harus melakukan analisis resep yang lebih yaitu harus memperhatikan interaksi farmasetik dan perhitungan dosis. Farmasi harus mendahulukan keselamatan pasien daripada kecepatan pelayanan resep.
B. Bentuk- bentuk ME Medication error adalah kejadian yang merugikan pasien selama dalam penanganan tenaga kesehatan, yang sebetulnya dapat dicegah. Bentuk-bentuk ME dapat dilihat pada tahap-tahap pelayanan resep. Melalui observasi, dapat diketahui tahap-tahap yang berlangsung dalam proses pelayanan resep adalah sebagai berikut : pengetikan di komputer (interpretasi, pemberian harga, validasi, dan kalkulasi dosis) → pengetikan dan penempelan label → rekalkulasi dosis dan
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
pengambilan obat → (peracikan) → pengemasan → pemeriksaan ulang
28
→
penyerahan obat dan pemberian informasi. Berikut ini adalah bentuk-bentuk ME yang pernah terjadi di RS Bethesda berdasarkan hasil wawancara. Tabel II. Bentuk-bentuk ME yang Pernah Terjadi di RS Bethesda No Bentuk-bentuk ME yang Pernah Terjadi di RS Bethesda 1 Kesalahan pengambilan nama obat 2 Kesalahan pengambilan jumlah obat 3 Penyerahan obat ke pasien yang salah 4 Kesalahan membuat bentuk sediaan obat 5 Kesalahan pengambilan kekuatan obat 6 Kesalahan pengetikan di komputer 7 Kesalahan membaca nama obat 8 Kesalahan membaca kekuatan obat 9 Kesalahan membaca jumlah obat
Berdasarkan hasil wawancara, diketahui penyebab ME pada tahap pengambilan dan penyerahan obat kepada pasien yang pernah terjadi di RS Bethesda. Terdapat 2 kejadian penyerahan obat ke pasien yang salah dan pasien tersebut tidak dapat diketahui keberadaannya sehingga pihak farmasi tidak dapat mengatasi kesalahan tersebut. Kejadian ini kemungkinan disebabkan kesalahan pada saat memanggil nama pasien. Empat dari 6 asisten apoteker yang diwawancarai pernah salah memanggil nama pasien. Tetapi juga tidak menutup kemungkinan pasien salah mendengar. Kesalahan pada pengambilan obat disebabkan peletakan obat yang berdekatan dan pengembalian obat pada tempat yang salah. Menurut hasil wawancara, ME yang berakibat memperparah penyakit pasien pernah terjadi. Kesalahan banyak terjadi pada tahap dispensing yaitu kurang lengkapnya pemberian informasi pada saat penyerahan obat sehingga
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
29
terjadi kesalahpahaman. Pada label tertulis sampai habis, pasien mengira obat tersebut adalah antibiotik, kemungkinan petugas farmasi tidak menjelaskan kegunaan dari obat tersebut sehingga obat tidak diminum sampai habis akibatnya kondisi pasien semakin parah dan harus menjalani rawat inap. Kasus lain adalah penggantian obat yang salah pada pasien pediatrik. Penggantian obat seharusnya dengan dosis dan kekuatan yang sama atau disesuaikan tetapi kasus yang terjadi pasien mendapatkan obat dengan dosis lebih besar sehingga jantung pasien berdebar-debar. Dampak negatif penggunaan obat yang tidak tepat dapat menurunkan mutu pelayanan pengobatan misalnya meningkatnya efek samping, meningkatnya kegagalan pengobatan, dan meningkatkan resistensi antimikroba (Anonim, 2000a) Berdasarkan hasil observasi didapatkan hasil bentuk-bentuk ME beserta presentase kejadiannya.
Bentuk-Bentuk dan Presentase Kejadian ME 8
Kesalahan interpretasi 6.8
Presentase Kejadian ME
7
Kesalahan Pengambilan Obat
6
Kesalahan Peracikan
4.6
5 4
Kesalahan Pengemasan
3.1 3 2 1
1.5
Kesalahan Penyebutan Nama Pasien Kesalahan Pelabelan
0.2
0.2
0.4
0
Bentuk-bentuk. Kejadian ME
Kesalahan Kalkulasi dan Rekalkulasi Dosis
Diagram 2. Bentuk-bentuk dan Presentase Kejadian ME Bulan Juli 2007 di Instalasi Farmasi Rawat Jalan RS Bethesda
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
30
Dari hasil yang didapatkan, presentase kesalahan paling tinggi terjadi pada pengambilan jumlah obat yang tidak sesuai resep. Empat dari 6 asisten apoteker yang diwawancarai mengatakan bahwa tingkat kesibukan yang tinggi (ramai) dapat menjadi penyebab. Faktor kesibukan ini dapat mengurangi konsentrasi pembaca resep dan meningkatkan rasa terburu-buru dalam pelayanan. Rasa terburu-buru inilah yang dapat membuat kurangnya koordinasi pemeriksaan ulang jumlah obat pada resep racikan sehingga kesalahan pada tahap ini lebih sering terjadi. Instalasi Farmasi Rawat Jalan RS Bethesda membuat target waktu pelayanan resep yaitu 15 menit untuk resep non racikan dan 45 menit untuk resep racikan. Berdasarkan hasil wawancara, dapat disimpulkan bahwa target waktu dalam pelayanan resep bukan merupakan beban bagi pembaca resep, yang dapat berpotensi menimbulkan ME. Pembaca resep bekerja secepatnya tanpa memperhatikan target waktu tersebut. Kesalahan pengambilan jumlah obat dapat menyebabkan penggunaan obat yang tidak tepat, tidak aman, tidak efektif, dan tidak ekonomis (Anonim, 2000a). Hasil observasi menunjukkan peracikan yang mempengaruhi dosis juga sering terjadi dikarenakan kurangnya kompetensi petugas farmasi dan optimalisasi teknologi. Peracikan yang mempengaruhi dosis adalah peracikan yang dapat menyebabkan pemberian dosis tidak tepat. Dari pihak sumber daya manusia sendiri adalah kurang hati-hati dan terburu-buru. Dampaknya bagi pasien adalah dosis pemberian yang tidak tepat.
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
31
Kesalahan pada tahap interpretasi cukup tinggi, hasil observasi menunjukkan, hal ini dikarenakan kurangnya konsentrasi sehingga dapat mengakibatkan kesalahan memilih tampilan di komputer, salah menekan tombol, dan tidak teliti. Kurangnya konsentrasi disebabkan beban kerja yang tinggi (harus berhubungan langsung dengan pasien, melakukan kalkulasi dosis, dan validasi resep), kondisi petugas yang kurang mendukung, dan suasana kerja yang ramai (tingkat kesibukan tinggi). Kelengkapan program komputer yang kurang memadai dalam pilihan frekuensi aturan pakai berpotensi menyebabkan ME. Kesalahan pada fase ini menyebabkan tidak efisien, waktu, tenaga, dan biaya. Berikut merupakan bentuk-bentuk ME pada fase dispensing yang ditemui selama masa penelitian : 1. kesalahan interpretasi Dari hasil observasi diketahui bahwa pengetikan di komputer mencakup tahap interpretasi, validasi, pemberian harga, dan kalkulasi dosis. Medication error pada penelitian ini tanpa melihat kesalahan pada tahap validasi dan pemberian harga. Kesalahan pada kalkulasi dosis dilihat pada penulisan hasil perhitungan dosis di resep. Kesalahan pembaca resep pada tahap interpretasi dapat dilihat dari praktek pengetikan di komputer yang merupakan perwujudan dari interpretasi pembaca resep. Melalui observasi, dapat diketahui bahwa penyebab kesalahan pada tahap ini adalah kurangnya konsentrasi pembaca resep, tingkat kesibukan yang tinggi dan kurangnya sumber daya manusia. Kurangnya konsentrasi ini lebih disebabkan beban kerja yang tinggi yang meliputi penerimaan resep di mana petugas harus
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
32
mampu berinteraksi dengan pasien, mengkalkulasi dosis, interpretasi, dan validasi resep. Tabel III. Bentuk, Macam, Jumlah, dan Presentase Kesalahan pada Tahap Interpretasi di Instalasi Farmasi Rawat Jalan RS Bethesda Bulan Juli 2007 No Bentuk Presentase Kesalahan Jumlah Kesalahan Macam Kesalahan Kesalah (n=456) an (%) 1 Pengetikan Profilas ½ + Pronicy ¼ pulv Nama Obat diketik profilas ½ + Meptin ¼ kaps 1 Total 1 0,2 2 Pengetikan Kekuatan Obat Rifampisin 200 mg diketik 300 mg 1 Profilas ½ +Pronicy ½ pulv diketik profilas ½ + Pronicy ¼ 1 Racikan Pamol 200 mg + Dexamethasone 2/3 tab + Adona 1/3 tab + vit K 1/3 tab dibaca dan diketik racikan Pamol 150 mg + Dexamethasone 1/2 tab + Adona 1/4 tab + vit K 1/4 tab 1 Dekstrometophan 2 mg diketik 3 mg 1 Total 4 0,9 3 Pengetikan Jumlah Obat Salah ketik jumlah histrin 1 Pronicy 8 tab dibaca 3 tab 1 Racikan seharusnya 15 bungkus diketik 26 bungkus 1 Total 3 0,7 4 Pengetikan Bentuk Sediaan Obat Pulv diketik kapsul 2 Kapsul diketik pulveres 4 Total 6 1,3 Total 14 3,1
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
33
Sistem kerja program komputer yang digunakan oleh Instalasi Farmasi Rawat Jalan RS Bethesda adalah hanya dengan mengetik huruf depan nama obat, akan tampil di monitor seluruh nama obat yang tersedia. Kesalahan yang terjadi pada pengetikan nama obat adalah kesalahan memilih nama obat yang tampil di monitor karena terburu-buru. Kesalahan pengetikan kekuatan dan jumlah obat merupakan kesalahan dalam menekan tombol angka pada komputer. Melalui
pengamatan,
dapat
diketahui
bahwa
ME
yang
terjadi
mengakibatkan ketidakefisienan waktu, tenaga, dan biaya, serta ketidakpatuhan pasien. Kesalahan dalam pengetikan (memasukkan data) dapat berlanjut ke tahap pelayanan resep berikutnya. Hal ini berpotensi kesalahan akan sampai ke tangan pasien. Oleh sebab itu, kompetensi petugas farmasi yang bertugas di pekerjaan kefarmasian sangat dibutuhkan dalam memberikan pelayanan kefarmasian dengan optimal. 2. pelabelan Kesalahan yang terjadi adalah pembaca resep salah memilih aturan pakai dan lupa memberi waktu minum. Sistem kerja komputer berdasarkan hasil observasi pada pengetikan label adalah mengetik aturan pakai dengan kode tertentu kemudian akan muncul di monitor pilihan aturan pakai. Pengetikan nama dan jumlah obat, serta identitas pasien sudah dilakukan pada awal fase dispensing yaitu saat pengetikan di komputer. Tidak semua frekuensi aturan pakai pemberian obat tersedia pada tampilan komputer tersebut. Bila aturan pakai obat tersebut tidak tersedia, maka akan dipilih aturan pakai yang mirip aturan pakai pada resep, setelah label dicetak, tulisan dibetulkan secara manual. Hal tersebut berpotensi
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
34
menimbulkan ME. Tingkat kesibukan yang tinggi membuat pembaca resep sering lupa membetulkan kembali hasil cetakan. Tabel IV. Bentuk, Macam, Jumlah, dan Presentase Kesalahan pada Tahap Pelabelan di Instalasi Farmasi Rawat Jalan RS Bethesda Bulan Juli 2007 No Bentuk Presentase Kesalahan Jumlah Kesalahan Macam Kesalahan Kesalah (n=456) an (%) 1. Pengetikan Aturan Racikan kurang keterangan malam Pakai sebelum tidur 1 Sirup racikan 3x1 sdt ditulis sdm 1 Total 2 0,4
3. kalkulasi dan rekalkulasi dosis
No
1.
Tabel V. Bentuk, Macam, Jumlah, dan Presentase Kesalahan pada Tahap Kalkulasi dan Rekalkulasi Dosis di Instalasi Farmasi Rawat Jalan RS Bethesda Bulan Juli 2007 Bentuk Presentase Kesalahan Jumlah Kesalahan Macam Kesalahan Kesalah (n=456) an (%) Kalkulasi Racikan pamol 225 mg + luminal Dosis 7,5mg sebanyak 15, pamol yang diracik dihitung 1,75 tab seharusnya 6,75 tab 1 Homoclomin 2,5 mg sebanyak 15, dihitung 3 1/4 tab seharusnya 3 3/4tab 1 Histrin 1/2 tab sebanyak 30 dihitung 15 1/2 seharusnya 15 1 Profilas 1/2 tab sebanyak 30 racikan, dihitung 5 tab seharusnya 15 tab 1 Rifampisin 200mg sebanyak 30 pulv dihitung 15 tab seharusnya 10 tab. Ini karena salah entry (200mg dientry 300mg) 1 Rhinofed 1/15 tab sebanyak 30 pulv dihitung 4 tab seharusnya 2 tab 1 Ketoconazole diambilkan 2,5 1
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
35
seharusnya 1,25 (salah hitung) Total
7
1,5
Kesalahan pada tahap ini dapat diawali pada tahap pengetikan di komputer (memasukkan data). Sistem kerja komputer di Instalasi Farmasi Rawat Jalan Bethesda adalah dengan memasukkan kekuatan obat akan diketahui jumlah obat yang harus diambil. Jika terjadi kesalahan memasukkan kekuatan obat maka akan terjadi
kesalahan
kalkulasi
dosis.
Kesalahan
perhitungan
dosis
dapat
menyebabkan kesalahan pada pengambilan jumlah obat. Dengan demikian, pasien tidak mendapatkan terapi yang diharapkan. Penyebab kesalahan ini adalah kurangnya konsentrasi pada saat perhitungan, tidak dilakukan rekalkulasi, dan kesalahan pengetikan yang tidak diperiksa ulang. 4. pengambilan obat a. Pengambilan Kekuatan Obat yang Salah Tabel VI. Macam dan Presentase Pengambilan Kekuatan Obat yang Salah di Farmasi Rawat Jalan RS Bethesda pada Bulan Juli 2007 No Presentase Jumlah kesalahan Macam Pengambilan kesalah (n=456) Kekuatan Obat yang Salah an (%) 1. Racikan Pamol 200 mg + Dexamethasone 2/3 tab + Adona 1/3 tab + vit K 1/3 tab dibaca dan diketik racikan Pamol 150 mg + Dexamethasone 1/2 tab + Adona 1/4 tab + vit K 1/4 tab 1 2. Profilas ½ + Pronicy ½ diambilkan profilas ½ + Pronicy ¼ 1 Total 2 0,4
Medication error pada tahap ini dimulai pada tahap pengetikan di komputer (memasukkan data). Hasil pengamatan menunjukkan bahwa penyebab ME pada tahap ini adalah pengambilan kekuatan obat yang tidak berdasarkan
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
36
pembacaan langsung dari resep. Pengambilan kekuatan obat berdasarkan hasil cetakan pengetikan label. Kesalahan pengambilan obat dapat menyebabkan dosis obat yang diberikan kepada pasien salah. Dosis obat akan berpengaruh terhadap bioavailabilitas obat. Dosis obat yang kurang dari kadar efek minimum akan menyebabkan obat tidak memberikan efek. Dosis yang melebihi kadar efek maksimum dapat memberikan efek toksik.
b. Pengambilan Jumlah Obat yang Tidak Sesuai Resep Tabel VII. Macam dan Presentase Kesalahan Pengambilan Jumlah Obat yang Tidak Sesuai Resep yang Belum Sampai ke Tangan Pasien di Farmasi Rawat Jalan RS Bethesda pada Bulan Juli 2007 No Presentase Jumlah kesalahan kesalah (n=456) Macam kesalahan an (%) 1. Luminal hanya diberi 6,5 harusnya 7,5 1 2. Pehadoxin seharusnya diambil 60 hanya diambil 30 1 3. Eritromisin kurang 1 seharusnya 7,5 hanya diberi 6,5 1 4. Racikan sebanyak 15 hanya diambilkan 10 1 5. Thiamphenicol seharusnya 7,5 diambilkan 9,5 1 6. Pamol luminal kurang 2 (hanya diberi 13) 1 7. Racikan kelebihan 1 1 8. Racikan dengan jumlah obat 10 diambilkan 5 1 9. Cetrizin belum diambilkan 1 10. Pehadoxin kurang 1 1 11. Telfast 20 diambilkan 30 1 12. Ketoconazole diambilkan 2,5 seharusnya 1,25 1 13. Cobazym di resep tertulis 15 mendapat 10 1 14. Homoclomin diberikan 4 seharusnya diberi 3 1 Total 14 3,1
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
37
Tabel VIII. Macam dan Presentase Kesalahan Pengambilan Jumlah Obat yang Tidak Sesuai Resep yang Sampai ke Tangan Pasien di Farmasi Rawat Jalan RS Bethesda pada Bulan Juli 2007 No Presentase Jumlah kesalahan kesalah (n=456) Macam kesalahan an (%) 1. Histrin 3,75 tab diambilkan 4,75 tab 1 2. Pehadoxin tertulis 37,5 tab diambilkan 38,5 tab 1 3. Pehadoxin seharusnya diambil 36,5 tab tetapi diambilkan 37,5 tab dan Histrin diambilkan 7 tab seharusnya 7,5 tab 1 4. Racikan pamol luminal seharusnya diambilkan 10 tetapi diberikan 15 1 5. Rifampisin 7,5 tab diambilkan 8,5 tab 1 6. Interhistin seharusnya 5 tab hanya diberi 3 tab (kurang 2) 1 7. Salbutamol 11,25 tab diberikan 11,5 tab 1 8. Racikan tertulis 10 diambilkan 8 (kurang 2) 1 9. Profilas + Pronicy di resep ditulis 10 hanya diberi 8 1 10 Salah mengentry maka salah hitung, seharusnya rifampisin yang diambil 10 diambilkan 15 1 11. Racikan pamol 225 mg + luminal 7,5mg sebanyak 15, pamol yang diracik dihitung 1,75 tab seharusnya 6,75 tab sehingga yang diberikan 1,75 tab 1 12. Homoclomin 2,5 mg sebanyak 15, dihitung 3 ¼ tab seharusnya 3 ¾ tab sehingga diberikan 3 ¼ tab 1 13. Histrin ½ tab sebanyak 30 dihitung 15 ½ seharusnya 15 1 14. Profilas 1/2 tab sebanyak 30 racikan, dihitung 5 tab seharusnya 15 tab sehingga diberikan 5 tab 1 15. Rhinofed 1/15 tab sebanyak 30 pulv dihitung 4 tab seharusnya 2 tab, diberikan 4 tab 1 Total 15 3,3 Melalui pengamatan, diketahui penyebab kesalahan pengambilan jumlah obat adalah kurang ketelitian pembaca resep. Keadaan pelayanan resep yang sedang ramai dan jumlah sumber daya manusia yang terbatas membuat pembaca resep terburu-buru dalam bekerja sehingga tidak meminta rekan kerjanya untuk mengadakan pemeriksaan ulang. Penyebab lain adalah kesalahan pada saat
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
38
memasukkan data di komputer dan tidak melakukan penghitungan dosis ulang. Data tersebut didapatkan melalui observasi dan hasil wawancara. 5. peracikan a. Peracikan yang Mempengaruhi Dosis Tabel IX. Macam dan Presentase Kesalahan Peracikan yang Mempengaruhi Dosis di Farmasi Rawat Jalan RS Bethesda pada Bulan Juli 2007 No Presentase Kesalahan Macam Kesalahan Jumlah (n=456) Peracikan yang Mempengaruhi Dosis Kesalahan (%) 1. Racikan ada yang tumpah sedikit 9 5. Racikan ketika dimasukkan ke dalam kapsul ada yang tumpah, ada yang sisa dimasukkan ke kapsul yang kira-kira masih kosong atau kertas setelahnya 1 9. Racikan Profilas + histrin tumpah sedikit kemudian dimasukkan kembali (racikan sedikit sekali) 1 10. Racikan banyak yang tumpah 1 11. Cotrimoksasole 1,92 tab diambilkan 2 tab 1 14. Racikan belum homogen 1 15. Combantrin 7 cc diberi 7,5 cc 1 16. Tablet ketika diracik kurang 1 (ketinggalan) kemudian diracik kembali 1 17. Combantrin 5 cc diberikan combantrin 7,5 cc. Setelah dimasukkan ke dalam kemasan baru, dikeluarkan lagi menurut perkiraan peracik. 1 Total 17 3,7 Medication error adalah kejadian, yang dapat dicegah, yang dapat menyebabkan pengobatan yang kurang tepat. Peracikan yang mempengaruhi dosis ini termasuk ME. Berdasarkan hasil observasi, kejadian ME berupa obat tumpah pada saat pengemasan, pengambilan kekuatan sirup berdasarkan perkiraan, pencampuran obat yang kurang homogen, dan pembulatan kekuatan obat seperti 1,92 tablet dibulatkan menjadi 2 tablet. Pembulatan kekuatan obat ini disebabkan
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
39
sulit untuk membagi tablet dengan tepat. Selain itu, pembagian kekuatan tablet yang tepat seperti perhitungan dosis di atas (1,92 tablet) akan merugikan RS secara ekonomi. Pembuatan obat racikan sering tumpah karena pengemasan masih secara manual. Pencampuran obat yang tidak homogen dan pembulatan dosis perlu hati-hati karena bila pada obat poten dengan jendela terapi sempit maka akan membahayakan pasien. b. Kesalahan dalam Peracikan Membuat Bentuk Sediaan Obat Kesalahan pada tahap ini diawali pada tahap pengetikan di komputer (memasukkan data). Hal ini mengakibatkan kesalahan pada label. Peracik hanya melihat bentuk sediaan dari label. Jika label salah, maka bentuk sediaan yang dibuat juga akan salah. Hal ini menyebabkan ketidakefesienan waktu dan tenaga. Tujuan dokter memilih bentuk sediaan tertentu untuk mendapatkan efek semaksimal mungkin, efek samping seminimal mungkin, mudah, dan praktis bagi penderita (Lestari, 2002). Menurut DiPiro (2005), ketaatan pasien dipengaruhi kenyamanan pasien terhadap bentuk sediaan obat. Jika kesalahan ini sampai ke tangan pasien, dapat mempengaruhi kepatuhan pasien dalam pemberian obat. Tabel X. Macam dan Presentase Kesalahan dalam Peracikan Membuat Bentuk Sediaan di Farmasi Rawat Jalan RS Bethesda pada Bulan Juli 2007 No Presentase Jumlah Kesalahan Macam Kesalahan dalam Peracikan Kesalah (n=456) Membuat Bentuk Sediaan an (%) 1. Kapsul dibuat pulveres 4 Total 4 0,9
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
40
6. kesalahan pengemasan Kesalahan pengemasan terjadi karena memasukkan obat ke kemasan dengan label yang salah. Kedua kemasan memiliki cetakan label yang mirip. Berdasarkan hasil pengamatan, diketahui bahwa pengetikan label racikan tidak disertai dengan nama obat (contoh : racikan 1, racikan 2). Hal ini berpotensi menyebabkan obat tertukar. Pencegahan ME yang telah dilakukan adalah dengan menuliskan nama obat secara manual. Tabel XI. Macam dan Presentase Kesalahan Pengemasan di Farmasi Rawat Jalan RS Bethesda pada Bulan Juli 2007 No Presentase Kesalahan Jumlah (n=456) Macam Kesalahan Karena Label Tertukar Kesalahan (%) 1. Label kedua racikan tertukar 1 Total 1 0,2 7. kesalahan penyebutan nama pasien Kesalahan penyebutan nama pasien hanya terjadi pada satu resep selama masa observasi. Penyerahan obat harus kepada pasien yang tepat (Anonim, 2006). Penyerahan kepada pasien yang tidak tepat memungkinkan terapi yang diberikan tidak aman, efektif, dan ekonomis (Anonim, 2000a). Tabel XII. Macam dan Presentase Kesalahan Penyebutan Nama Pasien di Farmasi Rawat Jalan RS Bethesda pada Bulan Juli 2007 No Presentase Kesalahan Macam Kesalahan Jumlah (n=456) Penyebutan Nama Pasien Kesalahan (%) 1. Salah menyebut nama 1 Total 1 0,2
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
41
C. Faktor –faktor Penyebab Terjadinya ME Faktor-faktor yang menjadi penyebab terjadinya ME dapat dilihat dari 3 sisi, yaitu : 1. hasil wawancara dan observasi Wawancara mendalam dilakukan terhadap tenaga kesehatan yang terkait. Tenaga kesehatan yang dimaksud dalam hal ini adalah dokter, apoteker, dan asisten apoteker. Penggalian penyebab ME ini dilihat dari dokter dari sisi prescribing yang sangat berpengaruh pada kebenaran proses interpretasi. Penelusuran faktor-faktor penyebab dari sisi apoteker dan asisten apoteker disebabkan mereka lebih berperan pada fase dispensing. Penggalian informasi mengenai penyebab ini tidak dilakukan terhadap perawat karena perawat lebih berperan pada fase pemberian. Berdasarkan hasil wawancara dengan dokter, penyebab kesalahan dalam penulisan resep adalah dokter salah memilih obat dan menentukan dosis. Dokter tidak hafal semua dosis dan tidak paham secara detail mengenai obat sehingga berpotensi menimbul ME. Penyebab utama kesalahan pada proses interpretasi adalah tulisan dokter yang tidak jelas dan pembaca resep tidak konfirmasi ke penulis resep. Berdasarkan hasil wawancara dan observasi, penyebab utama ME pada fase dispensing adalah kurangnya ketelitian dan konsentrasi. Kedua penyebab ini bila diteliti kembali, lebih banyak disebabkan oleh kesalahan desain dan implementasi sistem. Tingkat kesibukan yang tinggi (kondisi ramai) tidak selalu menjadi penyebab karena beberapa kejadian ME terjadi pada saat tingkat
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
42
kesibukan rendah (sepi). Kesalahan pada desain dan implementasi sistem dapat meliputi : kurangnya sumber daya manusia (tenaga kerja), penggantian obat tanpa konfirmasi dokter (penulis resep), dan beban kerja yang berat. Pengetahuan petugas farmasi yang terbatas tentang obat-obat baru dapat menyebabkan kesalahan membaca resep. Selain itu, alur pelayanan resep yang searah dapat menyebabkan ME berlanjut terus sampai ke tangan pasien. Selama
proses
pelayanan
resep,
tahap
yang
paling
berpotensi
menimbulkan ME menurut sebagian besar pembaca resep adalah pada bagian pengetikan di komputer dan penyerahan obat. Tahap pengetikan mengawali semua proses sehingga bila terjadi kesalahan di tahap awal dapat berlanjut sampai tahap akhir, sedangkan tahap penyerahan obat dianggap merupakan faktor penentu apakah ME ini dapat lolos sampai ke tangan pasien. Tahap akhir penyerahan obat merupakan tahap pemeriksaan semua proses di awal. Pada kedua tahap ini petugas farmasi harus lebih teliti. 2. pemahaman pasien terhadap pemberian informasi ketika penyerahan obat Pemahaman pasien mengenai pemberian informasi ke pasien perlu diketahui untuk melihat bahwa proses dispensing berjalan dengan benar sehingga mencegah ME pada saat pemberian. Penjelasan pemberian informasi pada saat penyerahan obat lebih banyak dibahas pada Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek daripada pada Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit. Menurut Surat Keputusan Menteri Kesehatan No.1027/MenKes/SK/IX/2004 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek, informasi obat yang harus diberikan meliputi :
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
43
a. cara pemakaian obat Menurut hasil observasi, informasi yang selalu diberikan ke pasien pada saat penyerahan obat adalah aturan pakai. Sebagian besar pemberian informasi aturan pakai hanya berdasarkan tulisan di resep. Pemberian informasi yang tidak lengkap seperti kurangnya informasi waktu minum (setiap berapa jam sekali) berpotensi menyebabkan ME pada saat pemberian. Berdasarkan hasil wawancara terhadap pasien, diketahui terdapat pasien yang melakukan pemberian obat setiap 1 jam sekali. Oleh sebab itu, pemberian informasi yang jelas dan lengkap sangat diperlukan, terutama pada obat-obat poten dengan jendela terapi yang sempit. Menurut Cohen (1999), salah satu penyebab ME adalah kurangnya edukasi ke pasien. Hasil wawancara menunjukkan terdapat responden yang berpendapat bahwa meminum obat terus-menerus tidak baik untuk anak sehingga pemberian obat (termasuk antibiotik) dihentikan setelah anak tersebut sembuh. Selain itu, terdapat responden yang melakukan pemberian obat tidak sesuai seperti dengan yang diinformasikan. Kasus yang terjadi adalah obat yang seharusnya diminum pagi, siang, dan sore diminum bersamaan dengan obat lain yang diminum pada malam hari. Waktu pemberian yang tidak tepat ini dapat berpotensi menimbulkan interaksi obat. Interaksi obat menurut Anonim (2000a) adalah peristiwa di mana kerja obat dipengaruhi obat lain yang diberikan bersamaan. Akibat yang
tidak
dikehendaki
dari
peristiwa
ini
yakni
kemungkinan
meningkatnya efek toksik atau efek samping obat, atau kemungkinan
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
44
berkurangnya efek klinik yang diharapkan. Kurangnya komunikasi antara penyedia obat (pihak farmasi) dengan pasien dan pengetahuan pasien terhadap keparahan penyakit akan mempengaruhi ketaatan pasien dalam pemberian obat (DiPiro, 2005). Melalui hasil wawancara, diketahui pernah terjadi kesalahpahaman antara dokter dan pihak farmasi. Dokter merasa “terhakimi”. Perhitungan dosis yang dilakukan dokter berdasarkan berat badan sedangkan oleh pihak farmasi berdasarkan umur. Menurut hasil observasi selama 1 bulan, diketahui kelengkapan berat badan pada resep hanya mencapai 0,4 %. Kurang lengkapnya resep inilah yang menyebabkan kesalahpahaman. Oleh sebab itu, perlu peningkatan kelengkapan resep untuk membantu pihak farmasi menganalissa resep. b. cara penyimpanan obat Menurut hasil observasi, informasi tempat penyimpanan obat hanya diberikan pada obat tertentu yang disimpan di lemari es. Hasil wawancara menyatakan terdapat pasien yang menyimpan obat di lemari es karena tidak mendapat informasi tempat penyimpanan obat. Obat yang didapatkan pasien tersebut adalah obat yang disimpan pada suhu ruangan. Hal ini akan berpengaruh pada stabilitas obat. Jika obat yang diberikan adalah sirup yang seharusnya disimpan pada suhu ruangan, maka suhu di lemari es akan mengubah stabilitas dan konsistensi obat sehingga dapat mempengaruhi efek obat. Obat racikan seperti dilantin bersifat higroskopis
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
45
sehingga sebaiknya perlu pemberitahuan kepada pasien mengenai tempat penyimpanan. c. jangka waktu pengobatan, dan d. aktivitas serta makanan dan minuman yang harus dihindari selama terapi Kedua poin c dan d jarang sekali diinformasikan oleh pihak farmasi tetapi lebih sering diinformasikan oleh dokter. Hal ini dimungkinkan karena pihak farmasi tidak mengetahui benar penyakit, diagnosis, dan terapi yang hendak diberikan dokter sehingga dokter lebih berperan dalam pemberian informasi ini. 3. kelengkapan resep Menurut Lestari (2002), resep merupakan sarana komunikasi profesional antara dokter (penulis resep), penyedia/ pembuat obat, dan pasien. Oleh sebab itu, perlu adanya kelengkapan resep agar komunikasi berjalan dengan lancar dan baik.
Presentase Kelengkapan Resep
Kelengkapan Resep 120 100
100 93.2 86.8
100
92.3
86.8
100100100 100100100 72.2
80 60 40
17.7 20
0.4
2.8 2.8 0.6
0.6
0
n ur in an en tua ter IP at ter e p sal is tan bat bat kai bat um ie s i S m ok es ok as Um lam ad a s n g a t a Do ua h o n o pa a o Min r P Al f d an uni la iaa an Ke at b at p o ra a D ek m tu a a K s r um ed tu r Na a k ar ulis ga n a am am ni Be l am J P e s N N A m W n n J A Na k e u p ua nt R al e g B ng Ta
Variabel
Diagram 3. Presentase Kelengkapan Resep
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
46
Data observasi yang didapatkan menunjukkan, kelengkapan identitas dokter sangat kecil kecuali nama dokter. Menurut Surat Keputusan .Menteri Kesehatan
No.1197/MENKES/SK/X/2004, pada resep harus terdapat nama,
nomor izin, alamat, dan paraf dokter. Di RS Bethesda memiliki kebijakan tersendiri di mana lembar resep yang digunakan dibuat serupa, dengan menggunakan identitas RS dan hanya terdapat kolom khusus untuk nama dokter. Kolom tersebut sebagian besar diberi stampel nama dokter. Bila kolom tersebut tidak diberi stampel, akan ditulis nama panggilan dokter dengan tulisan tangan. Hal ini berpotensi menimbulkan ME karena komunikasi dokter dan penyedia obat menjadi terhambat. Menurut hasil wawancara, terdapat kejadian penulisan nama panggilan dokter yang menyebabkan kesalahpahaman yaitu salah menghubungi dokter. Lembar resep dibuat demikian karena RS sudah memiliki identitas setiap dokter seperti nomor handphone, nomor telepon dan lain-lain sehingga tidak perlu mencantumkan identitas dokter secara lengkap. Sebagian besar identitas pasien diketik dalam label. Label itu berisi nomor rekam medik, jenis kelamin, nama pasien, nama orang tua, umur, dan alamat. Jika label ini tidak ada, maka kelengkapan identitas pasien menjadi berkurang karena resep terkadang hanya berisi nama dengan atau tanpa umur. Hal ini akan menyebabkan pihak farmasi kesulitan mencari pasien jika terjadi ME. Saat ini, sedang digalakkan adanya pencatatan nomor telepon pasien. Selain itu, keterangan seperti umur dan berat badan penting untuk menentukan dosis pasien anak. Berdasarkan hasil wawancara, didapatkan bahwa terkadang label ini kurang akurat terutama umur dan status.
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
47
Kelengkapan ruangan asal unit sangat kecil karena resep yang memiliki keterangan ini hanya didapatkan dari pasien dari klinik Kartini dengan label khusus. Pencantuman berat badan hanya terdapat pada 2 pasien dari semua sampel yang berhasil diamati. Ketidaklengkapan berat badan pasien dapat menghambat komunikasi dokter dan apoteker. Apoteker akan sulit menentukan ketepatan dosis pada saat analisis resep. Kurang
lengkapnya
informasi
waktu
minum
mempengaruhi
ketidaklengkapan dalam pemberian informasi pada saat penyerahan obat. Kelengkapan waktu minum pada resep yang hanya mencapai 72,2%, dapat berpotensi kesalahan waktu minum pada saat pemberian. Berdasarkan hasil wawancara, jika pasien tidak mendapatkan informasi waktu minum, orang tua pasien akan meminumkan obat berdasarkan mood anak, kesempatan tertentu di mana orang tua bertemu anak (pulang sekolah atau pulang kerja), dan mengikuti kebiasaan orang lain. Hal ini mengakibatkan potensi bioavailabilitas obat menjadi tidak seperti yang diharapkan.
D. Usaha Pencegahan dan Pengatasan ME 1. Usaha Pencegahan Berikut adalah upaya pencegahan ME yang telah dilakukan oleh dokter berdasarkan hasil wawancara mendalam.
No 1. 2. 3. 4.
Tabel XIII. Upaya Pencegahan ME oleh Dokter di RS Bethesda Upaya Pencegahan ME yang Telah Dilakukan oleh Dokter melakukan komunikasi dengan pihak farmasi dokter menulis resep yang standar (dikenali) mencatat obat yang diberikan pada rekam medik dan resep menyarankan pasien untuk meminta kopi resep dari pihak farmasi
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
48
Tujuan pencatatan resep pada rekam medik dan permintaan kopi resep supaya adanya kesalahan dapat dikonfirmasi di catatan tersebut. Komunikasi antara dokter, pasien, dan apoteker selama ini memang sudah berjalan tetapi ternyata masih terjadi banyak masalah. Melalui hasil wawancara, dapat diketahui bahwa terdapat kejadian penggantian obat dengan mekanisme dan dosis berbeda tanpa konfirmasi dokter sehingga menimbulkan efek yang merugikan bagi pasien. Cara berkomunikasi yang salah sering membuat kesalahpahaman. Konfirmasi obat ke dokter harus dibekali dengan bukti, pengetahuan, dan dasar yang kuat. Usaha pencegahan ME harus fokus kepada akar permasalahan yaitu kesalahan pada desain dan implementasi sistem (Cohen, 1999). Usaha pencegahan yang telah dilakukan oleh RS Bethesda selama ini adalah perbaikan di sistem kerja. Berdasarkan hasil wawancara mendalam, didapatkan bahwa : Tabel XIV. Upaya Pencegahan ME yang Telah Dilakukan oleh Pihak Farmasi Rawat Jalan RS Bethesda No Upaya Pencegahan ME yang Telah Dilakukan oleh Pihak Farmasi Rawat Jalan RS Bethesda 1. melakukan pemeriksaan ulang selama proses pelayanan resep 2. melakukan pekerjaan dengan konsentrasi tinggi 3. adanya prosedur kerja dan motivasi kerja 4. 1 resep tidak hanya dilayani satu orang saja 5. mengatur letak susunan obat di rak 6. petugas yang menyerahkan obat dan yang memeriksa ulang harus berbeda 7. meningkatkan ketelitian dan hati-hati dalam bekerja 8. menghafal persediaan 9. memperbaiki jadwal kerja petugas farmasi 10. adanya pemberitahuan kepada pasien untuk memeriksa ulang label dan obat yang diterima melalui spanduk ataupun kantong plastik 11. jika tulisan dokter tidak jelas dan resep tidak lengkap, pihak farmasi melihat catatan rekam medik, menghubungi perawat, bertanya kepada rekan kerja, senior, dan apoteker. Jika masih belum menemukan jawaban yang diinginkan maka akan menghubungi dokter.
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
49
Masalah yang muncul selama usaha pencegahan ini menurut hasil wawancara adalah dokter lupa tentang obat yang diresepkan, dokter susah dihubungi sehingga pelayanan resep harus ditunda, kondisi badan yang kurang baik padahal harus bertugas di pengetikan komputer, dan tenaga kerja kurang sehingga pemeriksaan ulang sulit dilakukan karena takut mengganggu konsentrasi. 2. Usaha Pengatasan Usaha pengatasan ME yang telah terjadi berdasarkan hasil wawancara adalah menjalin hubungan baik antara dokter, pasien, dan dengan pihak farmasi. Pihak farmasi dan dokter harus mengetahui tugasnya masing-masing. Hubungan dokter, apoteker, dan pasien serta tugas masing-masing untuk tujuan keberhasilan pengobatan dapat ditunjukkan melalui bagan berikut (Lestari, 2002). Dokter
Penderita
Terampil menentukan :
menyampaikan keluhan
-
Diagnosis
-
terapi dan mampu menulis
resep yang baik
lengkap, jelas, dan disiplin terhadap :
Apoteker Pengelola Apotek (APA)
- petunjuk dokter - petunjuk APA
Terampil : - mampu membaca dan menganalisis resep - menyerahkan obat - membuat atau menyediakan obat Interaksi di atas dapat diterapkan oleh ketiga pihak yang saling terkait di rumah sakit dengan seimbang. Petugas farmasi tidak boleh melampaui tugas dokter
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
50
tersebut. Menurut Anonim (2004a), apoteker harus dapat menjalankan kompetensinya dan melakukan pelayanan farmasi. Berdasarkan hasil wawancara dengan dokter, petugas farmasi sering memberikan informasi yang salah pada saat penyerahan obat yaitu informasi indikasi obat yang tidak sesuai diagnosis dan tujuan pengobatan dokter. Selain itu, pemberian informasi efek samping dengan cara berkomunikasi yang salah dapat menimbulkan rasa takut dan berkurangnya tingkat kepercayaan pasien terhadap tenaga kesehatan. Menurut DiPiro (2005), rasa takut terhadap efek samping obat akan mengurangi ketaatan pasien dalam pemberian obat. Upaya pengatasan ME yang telah terjadi selama ini menurut hasil wawancara adalah sebagai berikut : Tabel XV. Upaya Pengatasan ME yang Telah Dilakukan di RS Bethesda No Pelaku Upaya Pengatasan yang Telah Dilakukan 1. Dokter tidak memperburuk suasana segera memberikan penyelesaian masalah menenangkan pasien memberikan penjelasan kepada pasien menjalin komunikasi dengan pasien dan pihak farmasi 2. Pihak memberitahukan pasien untuk menghentikan farmasi pemberian menelepon pasien memberitahukan adanya kesalahan atau bahkan mengantarkan obat ke pasien menelepon dokter Medication error yang ringan ada yang diselesaikan sendiri oleh asisten apoteker tapi untuk kasus yang berat harus melapor ke kepala pelaksana harian atau apoteker. Masalah yang pernah terjadi dalam upaya pengatasan ini adalah komunikasi antara apoteker dan dokter menjadi tidak baik karena saling menyalahkan dan tingkat kepercayaan pasien menjadi berkurang.
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
51
E. Usulan Usaha Perbaikan Berikut adalah usulan yang didapatkan berdasarkan : 1. hasil wawancara Usulan upaya perbaikan yang sebaiknya dilakukan oleh RS Bethesda berdasarkan penyebab ME adalah sebagai berikut : Tabel XVI. Usulan Upaya Perbaikan yang Sebaiknya Dilakukan oleh RS Bethesda No Penyebab ME Upaya Perbaikan Yang Diusulkan 1. kurangnya ketelitian orang yang bertugas di tahap pengetikan di komputer adalah orang yang dalam kondisi tubuh baik, memiliki konsentrasi tinggi, dan terbiasa (cepat) bekerja di komputer sering dilakukan pergantian petugas di bagian pengetikan komputer perlu dilakukan pemeriksaan berulang-ulang 2. kurangnya sumber pengaturan kembali jadwal kerja pembaca daya manusia dan resep tingkat kesibukan yang tinggi pengaturan jadwal praktek dokter yang sering membuat resep racikan, dibuat tidak bersamaan. apoteker harus selalu ada di instalasi farmasi termasuk hari libur untuk membantu memberikan pertimbangan penyelesaian masalah selama proses pelayanan farmasi menambah sumber daya manusia baru atau melatih sumber daya manusia yang sudah ada menambah komputer atau memperbaharui program komputer sehingga kerja komputer menjadi lebih cepat (loading cepat).
Petugas pada tahap pengetikan di komputer harus dalam kondisi tubuh yang baik karena tahap pengetikan merupakan ujung tombak dan paling mempengaruhi kecepatan pelayanan resep. Petugas di bagian pengetikan komputer sebaiknya sering dilakukan pergantian karena pekerjaan ini memerlukan
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
52
konsentrasi tinggi sehingga akan menguras tenaga lebih banyak. Selain itu, perlu dilakukan pemeriksaan berulang-ulang, tidak cukup percaya pada pekerjaan pembaca resep yang lain. Usulan dari dokter dan apoteker dapat berupa menanamkan kerja satu tim, penggantian obat harus berdasarkan persetujuan dokter, dan menambah pengetahuan
mengenai
obat-obatan
baik
dosis,
farmakokinetika,
dan
farmakodinamik. Menurut Anonim (2006), salah satu faktor yang berkontribusi menyebabkan ME adalah kurangnya pengetahuan. Setiap petugas harus memiliki pengetahuan tersebut tidak hanya mengandalkan dari brosur obat. Pendekatan terhadap dokter dalam mengkonfirmasi dosis obat perlu mendapat perhatian supaya tidak timbul perasaan “terhakimi”. Usulan peneliti adalah diperlukan penambahan kolom berat badan pada resep untuk menunjang kelengkapan resep sehingga kesalahpahaman farmasi pada perhitungan dosis pediatrik dapat dihindari. 2. hasil observasi Racikan
standar
RS
Bethesda
dengan
komposisi
paracetamol,
deksamethasone, carbazokrom natrium sulfat, dan vitamin K berdasarkan hasil observasi, terkadang tidak diberikan pada pasien. Pembaca resep terkadang meracik secara manual. Tindakan ini menyebabkan tidak efisien waktu, biaya, dan tenaga. Racikan standar RS Bethesda yang sudah dibuat menjadi tidak terjual yang dapat merugikan manajerial RS. Penggunaan RSB dengan dosis yang hampir sama dengan resep lebih menguntungkan daripada membuat secara
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
53
manual. Pembuatan manual beresiko terjadinya kesalahan perhitungan dosis, pengambilan obat, dan kesalahan dalam peracikan. Saran dari peneliti untuk mencegah ME adalah mengubah alur pelayanan resep yang ada selama ini. Perubahan alur ini membutuhkan penyesuaian tetapi dirasa lebih efektif. Oleh sebab itu, perlu adanya penelitian berikutnya. Alur untuk pelayanan resep RSB dibuat sebagai berikut : resep diterima → pengetikan di komputer (interpretasi, validasi, pemberian harga, dan kalkulasi dosis) → pengambilan obat → pelabelan → pemeriksaan ulang dan pengemasan → penyerahan obat dan pemberian informasi Syarat penggunaan pada alur ini adalah orang yang melakukan pelabelan dan pengemasan harus berbeda. Pengemasan dan pemeriksaan ulang dapat dilakukan dalam waktu bersamaan sehingga mempersingkat waktu pelayanan resep. Keuntungan pengemasan dan pemeriksaan ulang dilakukan bersamaan adalah pemeriksaan menjadi lebih teliti karena benar-benar melihat dan menghitung jumlah obat bukan hanya “mengintip” dan memperkirakan saja. Pemeriksaan yang biasa dilakukan hanya “mengintip” dari ketebalan, jika racikan cukup banyak dan “mencurigakan” maka obat harus dikeluarkan lagi dari kemasan dan dihitung ulang. Hal ini memperlama waktu kerja. Perubahan alur yang hampir sama sebaiknya juga dilakukan pada racikan non standar. Syarat yang harus dipenuhi dalam penggunaan alur ini adalah orang yang menangani pengetikan label dan pelabelan harus orang yang berbeda. Perubahan alur yang diusulkan yaitu :
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
resep diterima
54
pengetikan di komputer (validasi, interpretasi, pemberian harga, dan kalkulasi dosis) pengetikan pelabelan
penempelan label dan pemeriksaan ulang
pengambilan obat peracikan
dan pemeriksaan ulang
dan pengemasan penyerahan obat dan pemberian informasi Pengambilan obat selalu dilakukan lebih dahulu daripada pelabelan bertujuan untuk mencegah kesalahan pengambilan obat sampai ke tangan pasien karena pembaca resep hanya melihat label. Pertimbangan lain menentukan alur ini adalah dapat mempersingkat waktu pelayanan resep. Kelemahan alur yang searah adalah membuat pelayanan menjadi lama karena selalu menunggu tahap sebelumnya dan bila terjadi kesalahan di awal akan terbawa sampai akhir jika tidak teliti. Pengetikan label dan peracikan dapat dilakukan dalam waktu bersamaan. Perhitungan dosis dan kekuatan obat harus selalu dihitung dengan kalkulator karena tidak menutup kemungkinan adanya kesalahan pengetikan di komputer. Walaupun demikian, dengan adanya kedua alur di atas tetap tidak menutup kemungkinan terjadinya ME karena terdapat banyak faktor yang berpotensi menimbulkan ME seperti kelelahan petugas dan kurangnya sumber daya manusia. Kedua alur ini hanya berfungsi mencegah kesalahan sampai ke tangan pasien karena kurangnya ketelitian dan tingkat kesibukan yang tinggi.
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
55
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan Hasil penelitian menunjukkan bahwa : 1. bentuk dan presentase kejadian ME yang ditemukan selama masa observasi meliputi kesalahan pada pengambilan obat sebesar 6,8%, peracikan sebesar 4,6%, tahap interpretasi sebesar 3,1%, kalkulasi dan rekalkulasi dosis sebesar 1,5%, tahap pelabelan sebesar 0,4%, pengemasan sebesar 0,2%, dan penyebutan nama pasien sebesar 0,2%. 2. penyebab ME pada fase dispensing oleh pihak farmasi adalah kesalahan pada desain dan implementasi sistem. 3. usaha pencegahan yang selama ini telah dilakukan adalah sebagai berikut : a. oleh dokter dilakukan komunikasi dengan pihak farmasi, dokter menulis resep yang standar (dikenali), mencatat obat yang diberikan pada rekam medik dan resep, dan menyarankan pasien untuk meminta kopi resep dari pihak farmasi. b. oleh pihak farmasi melakukan pemeriksaan ulang
selama proses pelayanan resep,
melakukan pekerjaan dengan konsentrasi tinggi, memperbaiki jadwal kerja petugas, meningkatkan ketelitian dan hati-hati, adanya pemberitahuan kepada pasien tentang pemeriksaan ulang label dan obat yang diterima melalui spanduk ataupun kantong plastik, petugas yang menyerahkan obat dan yang 55
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
56
memeriksa ulang harus berbeda, mengatur letak susunan obat di rak, 1 resep tidak hanya dilayani satu orang saja, adanya prosedur kerja dan motivasi kerja. 4. upaya pengatasan ME yang terjadi adalah a. oleh dokter tidak memperburuk suasana, segera memberikan penyelesaian masalah, menenangkan pasien, dan memberikan penjelasan kepada pasien. b. oleh pihak farmasi memberitahukan pasien untuk menghentikan pemberian, menelepon pasien memberitahukan adanya kesalahan atau bahkan mengantarkan obat ke pasien, dan menelepon dokter. 5. usaha perbaikan yang sebaiknya dilakukan yaitu
perubahan jadwal kerja
pihak farmasi atau jadwal praktek dokter, penggantian obat harus berdasarkan persetujuan dokter penulis resep, peningkatan sumber daya yang ada (manusia dan peralatan), penggunaan resep racikan standar yang telah tersedia, penambahan kolom berat badan pada resep, dan perubahan alur kerja.
B. Saran Saran yang diajukan adalah 1. dilakukan penelitian kembali mengenai keefektifan perubahan alur kerja. 2. dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai analisis kejadian ME dan mengkategorikan ME sesuai kaidah patient safety.
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
57
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 1994, Guide to Good Prescribing, diterjemahkan oleh Zunilda S. Bustami,, Penerbit ITB, Bandung.
Anonim, 1998, NCC MERP Taxonomy of http://www.nccmerp.org/pdf/taxo2001-07-31.pdf, Januari 2008.
Medication Errors, diakses tanggal 3
Anonim, 2000a, Informatorium Obat Nasional Indonesia, 9, 12-13, Departemen Kesehatan RI, Jakarta.
Anonim, 2000b, Medication Errors, FDA, http://www.fda.gov/cder/drug/Med Errors/default.htm, diakses tanggal 13 Oktober 2007.
Anonim, 2003, USP Quality Review, U.S. Pharmacopeia, http://www.usp.org/ hqi/practitionerPrograms/newsletters/qualityReview/qr772003-04-01.html, diakses tanggal 3 November 2007.
Anonim, 2004a, NHS National Patient Safety Agency Seven steps to patient safety - The full reference guide, 188, London.
Anonim, 2004b, Surat Keputusan .Menteri Kesehatan No.1027/MenKes/SK/IX /2004, http://bankdata.depkes.go.id/data%20intra net/Regulasi/Kepmenkes /Kepmenkes%201027-MENKES-SK-X2004.pdf, diakses tanggal 3 Januari 2008.
Anonim, 2004c, Surat Keputusan .Menteri Kesehatan No.1197/MENKES/SK/X /2004, http://bankdata.depkes.go.id/data%20intranet/Regulasi/Kepmenkes /Kepmenkes%201197_MENKESSKX2004.pdf, diakses tanggal 3 Januari 2008. Anonim, 2005a, Defining the Problem and Developing Solutions, http://www. nccmerp.org/pdf/reportFinal2005-11-29.pdf, diakses tanggal 3 Januari 2008.
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
58
Anonim, 2005b, Glossary of terms related to patient and medication safety, www.who.int/patientsafety/highlights/COE_patient_and_medication_safet y_gl.pdf, diakses tanggal 3 Januari 2008.
Anonim, 2005c, Preventing Medication Error: Technicians Role, http://www.con tin uingeducation.com/pharmtech/preventerrors/preventerrors.pdf, diakses tanggal 3 November 2007.
Anonim, 2005d, Summit : Setting a Research Agenda for Patient Safety, Agency for Health research and Quality, Summary Statement by American Academy of Pediatric, American Academy of Pediatric, www.aap.org/ advocacy/washing/patientsafety.htm, diakses tanggal 10 Desember 2007. Anonim, 2006a, Medication Practice Standard, http://www.cno.org/prac/learn /modules/medication/slides/Errors.pdf, diakses tanggal 3 Januari 2008.
Anonim, 2006b, MIMS Indonesia Petunjuk Konsultasi edisi 6 tahun 2006/ 2007, PT Indomaster, Jakarta.
Aspden, P., Corrigan J. M., Wolcott J., dan Erickson S. M. (Eds), 2004, Patient Safety: Achieving a New Standard for Care, 550, Institute of Medicine, Committee on Data Standards for Patient Safety, National Academy Press, Washington, D.C.
Aspden, P., Wolcott, J., Bootman, J.L., dan Cronenwett, L.R., 2007, Preventing Medication Errors: Quality Chasm Series, National Academy of Sciences, United States of America, http://www.nap.edu/catalog/11623.html, diakses tanggal 3 Januari 2008. Bell, E.A., 2003, Medication errors in pediatrics, Infectious Diseases in Children, http://www.idinchildren.com/200302/pharmcon.asp, diakses tanggal 10 Desember 2007.
Cohen, Michael R., 1999, Medication Errors, 1.1-2.4, 16.1-16.7, American Pharmaceutical Association, Washington DC.
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
59
Cox, A., dan Marriott, J., 2000, Dealing With Dispensing Errors, http://www. pharmj.com/Editorial/20000513/comment/bs_errors.html, diakses tanggal 3 November 2007.
DiPiro, J., 2005, Pharmacotheraphy a Pathophysiologic Approach, Sixth Edition, 98,The Mcgraw Hill Companies, United States of America.
Hartayu, T.S., dan Widayati, A., Kajian Kelengkapan Resep Pediatri yang Berpotensi Menimbulkan Medication Error di Rumah Sakit dan 10 Apotek di Yogyakarta, Risalah Seminar Ilmiah Nasional Hasil Penelitian ”Fitofarmaka : Imunomodulator Masa Kini, Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Koyle, B.H., dan Butkus, S.J., 2002, Medication Error/ Event Reporting, www. state.sc.us/ddsn/qpl/directives/appendixK.pdf, diakses tanggal 3 Januari 2008.
Lacy, C.F., Armstrong, L.L., Goldman, M.P., Lance L.L., 2006, Drug Information Handbook, 14th Ed., Lexi-comp, Ohio.
Lestari, C.S., 2002, Seni Menulis Resep Teori dan Praktek, 3, 4, 11, P.T. Perca, Jakarta.
Lisby, M., Nielsen, L.P., and Mainz, J., 2004, Errors in The Medication Process: Frequency, Type, and Potential Clinical Consequences, International Journal for Quality in Health Care, http://intqhc.oxfordjournals.org/cgi/ content/full/17/1/15, diakses tanggal 3 Januari 2008.
McEvoy, G., 2005, American Hospital Formulary Service (AHFS) Drug Information 2005, American Society of Health-System Pharmacists, United States of America.
Pratiknya, A.W., 2001, Dasar-dasar Metodologi Penelitian Kedokteran dan Kesehatan, 11-14, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
60
Seviella, Ochave, Punsalan, Regala, dan Uriarte, 1988, An Introducing to Research Methods, diterjemahkan oleh Alimuddin Tuwu, 163, Universitas Indonesia, Jakarta.
Siregar, C. dan Kumolosasi E., 2005, Farmasi Klinik Teori dan Terapan, 383388, Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Sugiyono, 2007, Metodologi Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, 85, Alfabeta, Bandung.
Suhadi, R., 2007, Evaluasi Patient Safety Terapi Dengan Sediaan Racikan Pada Pasien Di Bangsal Anak RS Bethesda Juli-Agustus 2007 (Kajian Farmasetik, Kimia Analitik, Farmasi Klinik), Proposal Penelitian Payung, Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Thomas, M.R., Holquist, C., dan Phillips, J., 2001, Med Error Reports To FDA Show A Mixed Bag, MEDWATCH, http://www.fda.gov/cder/drug/ MedErrors/mixed.pdf, diakses tanggal 3 November 2007.
Winotopradjoko, M., 2005, Informasi Spesialite Obat Indonesia (ISO) volume 402005, PT Anem Kosong Anem, Jakarta.
.
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
LAMPIRAN
61
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
62
Lampiran 1. Jumlah Populasi Resep Pediatrik Bulan Juli 2007 di Rumah Sakit Bethesda Tanggal Jumlah resep racikan Jumlah resep non racikan 4 Juli 30 6 5 Juli 25 5 6 Juli 45 10 7 Juli 31 6 9 Juli 32 11 10 Juli 29 8 11 Juli 28 4 12 Juli 39 4 13 Juli 18 5 14 Juli 29 12 16 Juli 40 16 17 Juli 38 13 18 Juli 22 7 19 Juli 43 11 20 Juli 27 10 21 Juli 21 15 23 Juli 42 8 24 Juli 35 6 25 Juli 28 14 26 Juli 34 5 27 Juli 27 15 28 Juli 29 7 30 Juli 51 7 31 Juli 40 9 1 Agust 55 8 2 Agst 43 7 3 Agst 42 20 4 Agst 31 11 Total 954 260
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
63
Lampiran 2. Bentuk, Presentase, dan Frekuensi Kejadian Medication Error yang Sampai ke Tangan Pasien dan yang Belum Sampai ke Tangan Pasien pada Bulan Juli 2007 di Rumah Sakit Bethesda Frekuensi Frekuensi yang Presentase yang belum kesalahan sampai ke sampai Frekuensi (n=456) tangan ke tangan No Bentuk Kesalahan kesalahan (%) pasien pasien Pengetikan Nama 1 Obat 1 0,2 1 Pengetikan Kekuatan 2 Obat 4 0,9 2 2 3 Pengetikan BSO 6 1,3 1 5 Pengetikan Jumlah 4 Obat 3 0,7 3 Pengambilan Jumlah 5 Obat 29 6,4 15 14 Salah Ambil 6 Kekuatan Obat 2 0,4 1 1 7 Pelabelan 2 0,4 2 Kesalahan 8 Pengemasan 1 0,2 1 9 Perhitungan Dosis 7 1,5 4 3 Peracikan Membuat 10 BSO 4 0,9 4 Peracikan 11 Mempengaruhi Dosis 17 3,7 14 3 Penyebutan Nama 12 Pasien 1 0,2 1 Total 77 16,8 39 38
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
64
Lampiran 3. Jumlah dan Presentase Kelengkapan Resep Racikan Pediatrik pada Bulan Juli 2007 di Rumah Sakit Bethesda Jumlah Presentase Kelengkapan Kelengkapan Variabel Resep Resep (n=456) Nama Pasien 456 100 Umur 425 93.2 Jenis Kelamin 396 86.8 Berat badan 2 0.44 Alamat pasien 396 86.8 Nama orang tua 81 17.8 Nama Dokter 456 100 SIP 13 2.85 Alamat 13 2.85 Paraf dokter 3 0.66 Tanggal penulisan resep 421 92.3 Ruangan unit asal 3 0.66 Dosis 456 100 Kekuatan 456 100 Jumlah obat 456 100 Bentuk sediaan obat 456 100 Aturan pakai 456 100 Nama obat 456 100 Waktu Minum 52 72.2
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
65
Lampiran 4. Jumlah Kelengkapan Aturan Waktu Minum Resep Racikan Pediatrik pada Bulan Juli 2007 di Rumah Sakit Bethesda Jumlah Jumlah Jumlah Resep Jumlah Resep yang Resep yang yang Harus Ada Resep yang Tidak Tanggal Diikuti Waktu Minum Lengkap Lengkap 4 Juli 24 3 2 1 5 Juli 21 0 0 0 6 Juli 20 3 2 1 7 Juli 10 4 3 1 9 Juli 29 4 3 1 10 Juli 17 2 0 2 11 Juli 16 3 2 1 12 Juli 25 5 4 1 13 Juli 16 5 5 0 14 Juli 15 1 1 0 16 Juli 27 3 3 0 17 Juli 29 4 3 1 18 Juli 14 4 4 0 19 Juli 11 3 3 0 20 Juli 14 4 3 1 21 Juli 7 0 0 0 23 Juli 8 0 0 0 24 Juli 10 3 0 3 25 Juli 6 1 1 0 26 Juli 9 1 1 0 27 Juli 9 3 0 3 28 Juli 12 1 1 0 30 Juli 15 4 3 1 31 Juli 20 2 1 1 1 Agust 15 8 6 2 2 Agst 17 0 0 0 3 Agst 11 0 0 0 4 Agst 12 1 1 0 Total 439 72 52 20
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
66
Lampiran 5. Jumlah Informasi Yang Diberikan Selama Penyerahan Obat Resep Racikan Pediatrik pada Bulan Juli 2007 di Rumah Sakit Bethesda Informasi yang Aturan Indikasi Waktu Tanggal Dapat Diikuti Pakai Obat Minum 4 Juli 24 24 3 2 5 Juli 23 23 9 2 6 Juli 20 20 2 1 7 Juli 8 8 9 Juli 27 27 6 8 10 Juli 17 17 5 5 11 Juli 15 15 2 9 12 Juli 26 26 6 5 13 Juli 17 17 9 5 14 Juli 15 15 5 1 16 Juli 24 24 7 11 17 Juli 20 20 12 4 18 Juli 9 9 3 4 19 Juli 10 10 5 20 Juli 11 11 6 1 21 Juli 0 0 0 0 23 Juli 4 4 3 24 Juli 5 5 4 3 25 Juli 3 3 2 26 Juli 5 5 3 27 Juli 8 8 5 28 Juli 5 5 3 30 Juli 2 2 2 31 Juli 13 13 7 1 1 Agst 2 2 2 Agst 8 8 3 1 3 Agst 3 3 1 1 4 Agst 7 7 2 2 Total 301 301 96 67
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
67
Lampiran 6. Hasil Wawancara Asisten Apoteker Question No.: 1.1 Apakah Anda mengetahui tentang Medication Error (ME)? Tolong jelaskan pengertian ME! Response: Respondent ID 1 : Kesalahan obat Respondent ID 2 : Kesalahan yang kita (AA) lakukan. Kesalahan bukan karena disengaja karena ada faktor-faktor yang mempengaruhi seperti ramai dan kurangnya SDM. Respondent ID 3 : Tahu. Kesalahan dalam pelayanan obat Respondent ID 4 : Kesalahan obat Respondent ID 5 : Tahu. Kesalahan dalam pengobatan Respondent ID 6 : Kesalahan yang dibuat karena tidak memenuhi prosedur (kesalahan yang melakukan). Question No.: 2.1 Sebutkan contoh ME yang pernah terjadi di RS ini dalam 6 bulan terakhir! Response: Respondent ID 1 : Ada. Contoh : salah nama pasien (nama depan sama, nama belakang beda. Obat yang diberikan tertukar. Kemudian dicari kembali dan ketahuan. Ibunya dipanggil lagi.) Mengambil obat dengan mg salah. Obat 200 mg tertukar dengan 100mg. Tapi kesalahan ini belum keluar sampai ke pasien (potensi). Respondent ID 2 : Ada. Keliru nama. Nama hampir sama. Obat sudah dibawa pulang. Pasien A diberikan obat untuk pasien B. Terjadi pada bulan Juli awal. Pasien tidak bisa dilacak. Respondent ID 3 : Ada tapi jarang. Contoh : -Ada ibu mengembalikan pro lacta for mother seharusnya dia mendapatkan prolacta for baby (bentuknya berbeda). -Obat tertinggal atau jumlahnya kurang. Biasanya ditangani apoteker jika tidak ada akan ditangani AA Respondent ID 4 : obat salah (mg salah), salah mengentry (tetapi tidak sampai ke pasien) Respondent ID 5 : -Obat tertukar. Contoh : terjadi pada resep pagi, obat A diambil oleh pasien B. A datang ingin mengambil obat A tapi tidak ada, yang ada adalah obat B. Ibu yang A dibuatkan obat yang baru. Sedangkan yang B tidak bisa dilacak tapi tetap disiapkan obat untuk B tapi tidak diambil. - Salah bentuk sediaan . Contoh : obat puyer dibuat kapsul diserahkan ke pasien tapi sudah menjelaskan ke pasien. Respondent ID 6 : Kesalahan dalam memberi harga dan kesalahan membaca obat (tidak sampai ke tangan pasien). Obat tertukar. Obat salep A diberikan pasien B. Pasien sadar karena namanya berbeda. Pasien A menelepon Bethesda. Pengatasan yang dilakukan adalah membuatkan obat A lagi lalu diantarkan ke A kemudian mencari obat A yang sudah diserahkan ke B.
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
68
Lampiran 6. Hasil Wawancara Asisten Apoteker Question No.: 2.2 Apakah selama ini ada komplain dari pasien mengenai ME yang terjadi? Response: Respondent ID 1 : Ada. Kebanyakan pasien tidak marah, malah kadang-kadang obat yang kurang diingatkan oleh pasien. Respondent ID 2 : Tidak tahu Respondent ID 3 : Mungkin. Tetapi ibu yang mengembalikan tidak marah Respondent ID 4 : mg salah. Pasien dikejar untuk membenarkan kesalahan Respondent ID 5 : Belum pernah. Respondent ID 6 : Komplain dari rawat inap. Obat tertukar sudah diminum 1.Pasien sadar. Perawat tahu ketika menuliskan resep putih ke kartu kuning. Lalu dibetulkan (obat ditukar). Pasien dari dokter anak pernah mengalami ME tetapi tidak tahu pasti. Question No.: 2.3 Apakah pernah terjadi ME yang berakibat fatal? Response: Respondent ID 1 : Tidak ada Respondent ID 2 : Ada karena salah dosis Respondent ID 3 : tidak ada Respondent ID 4 : Pernah. Pasien sakit parah diberi obat. Entah karena obatnya atau bukan tetapi pasien bertambah parah kemudian opname. Obatnya dextiome. Respondent ID 5 : Belum pernah. Respondent ID 6 : Tidak ada Question No.: 2.4 Apakah selama ini ada kesalahan dalam hal pembacaan resep? Dalam hal apa sajakah? Berikan contohnya! Response: Respondent ID 1 : Pernah. mg, nama obat dan jumlah obat Respondent ID 2 : sering. Karena tidak jelas di bagian nama obat dan nominal (misal : berapa mg) Respondent ID 3 : Ada. jumlah obatnya, dokter menulis mencurigakan sehingga kemudian menghubungi dokter, dan mg (tapi jarang terjadi) Respondent ID 4 : Pernah salah baca. Pada bagian nama obat (Flagil dan Flagistatin). Pada bagian jumlah obat dan kekuatan (mg) kurang jelas Respondent ID 5 : -Pernah membaca resep salah. Contoh : salah membaca obat dan salah mengambil obat (primperan com diberi primperan). Sudah diminum 1. -Dari dokter anak, kesalahan signa, daktarin oral gel 3 x1 cth padahal seharusnya dioleskan 3x sehari. AA menelpon ke dokter dan ternyata dioleskan 3x sehari . Obat belum sampai ke tangan pasien. -Rifampisin dan pehadoxin dengan signa 1x1pagi dan histrin cobazym dengan signa 1x1sore. ditulis pagi dan pagi kemudian diteleponkan dokter -Dokter THT , tulisannya sulit dibaca , ditelepon menjawab lupa - dokter anak pernah ada tulisannya tidak jelas tetapi mau menjelaskan
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
69
Lampiran 6. Hasil Wawancara Asisten Apoteker Respondent ID 6 : Sering. Dalam hal nama obat, mg (contoh: Qten ada 2 macam biasa dan 100mg). Question No.: 2.5 Pernahkah ada kesalahan dalam pengambilan obat? Sebutkan contohnya! Response: Respondent ID 1 : Pernah. Contoh : Celebrex 200 mg diambilkan Celebrex 100mg Respondent ID 2 : Pernah. Contoh : pengambilan obat yang salah karena letaknya berdekatan dan terburu-buru Respondent ID 3 : Pernah. Obat mirip. Ada yang mengembalikan salah tempat. Jadi yang mengambil salah. Respondent ID 4 : Pernah karena jarak letak obat dekat sehingga bisa tertukar Respondent ID 5 : Pernah. Primperan com diambilkan primperan Respondent ID 6 : Pernah tetapi tidak sampai ke tangan pasien. Ketahuan di pemeriksaan ulang. (Qten 100mg diberi Qten biasa) tertukar. Ketika akan menyerahkan ketahuan salah, lalu dibetulkan. Medixon (5) dan metil prednisolon (10) tertukar. Question No.: 2.6 Pernahkah ada kesalahan dalam penyerahan obat? Berikan contohnya! Response: Respondent ID 1 : Pernah. Contoh : Nama aneh sehingga salah memanggil. Pernah labelnya salah. Respondent ID 2 : Pernah. Nama yang dipanggil tidak salah tetapi orang yang mengambil beda. Salah berbicara, seharusnya 1x1 Respondent ID 3 : Salah memanggil sehingga tidak ada yang maju. Label 1x1 dibaca 2x1 pernah Respondent ID 4 : Pernah . Salah memanggil nama. Respondent ID 5 : Pernah. Contoh: -Kapsul diracik, dibutuhkan kapsul besar sekali, kemudian dibagi 2, yang meracik lupa memberi tahu.Di resep ditulis 3x1 dengan jumlah obat 30. Tapi AA menyadari karena obat banyak sekali kemudian dijelaskan ke pasien bahwa minumnya 3x2. - Salah memanggil nama orang. Ibu Suprihatin ada 2 lembar resep hanya diberi harga 1 lembar yang satu lembar belum dihargai. Kemudian ada resep Ibu Suprihati dari dokter lain. Respondent ID 6 : Nama tidak pernah salah Question No.: 3.1 Menurut Anda apa sajakah penyebab terjadinya ME dalam pelayananan resep? Response: Respondent ID 1 : terlalu tergesa-gesa, kurang teliti, lelah, ramai, dan tulisan dokter
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
70
Lampiran 6. Hasil Wawancara Asisten Apoteker Respondent ID 2 : SDM kurang, keadaan ramai sehingga terburu-buru. Respondent ID 3 : ramai dan human error Respondent ID 4 : Tulisan dokter tidak jelas dan AA sedang lelah, sakit dan lengah. Respondent ID 5 : Tulisan dokter sulit dibaca, tulisan dokter tidak jelas. Pernah ada dari dokter kulit, bahan A dan B tidak bisa bercampur (pecah). Respondent ID 6 : kurang konsentrasi (resep dokter yang dibaca bila tidak konsentrasi bisa salah seperti yekaflu dan yekapon) dan tergesa-gesa karena ramai dan ditunggu. Question No.: 3.2 Menurut Anda pada bagian kerja pembaca resep manakah yang paling berpotensial menyebabkan medication error? Mengapa? Response: Respondent ID 1 : Pada saat penyerahan obat karena pada saat penyerahan obat itu mencakup semua proses yang telah dilakukan. Respondent ID 2 : Penyerahan obat. Penyerahan merupakan yang akhir karena dari awal, proses dilakukan banyak orang. Etiket paling sering dilihat. Respondent ID 3 : Yang menghargai (bagian validasi) salah. Karena validasi merupakan awal. ia harus tahu keseluruhan. Jika validasi salah, bagian etiket belum tentu tahu. Respondent ID 4 : Bagian entry karena yang pertama kali membaca. Jika salah dan tidak bertanya kesalahan akan bisa sampai belakang. Karena yang meracik kadang-kadang tidak memeriksa lagi. Respondent ID 5 : Yang meracik dan yang mengambilkan obat. Kalau racikan, jika ramai tidak sempat dicek ulang. Jika mengambil kadang tertukar yang atqas dan yang bawah. Harus ada kalkulator saat meracik untuk mengecek kerja computer. Respondent ID 6 : Pemberian harga(validasi) karena merupakan titik awal dari segalanya. Jika validasi salah, pelabelan juga bisa ikut salah, pengambilan obat hanya melihat label sehingga bisa salah. Ketahuan ketika dicek ulang. Question No.: 3.3 Apakah selama ini sering terdapat banyak penulisan resep yang tidak jelas? Pada bagian mana (singkatan, nama obat, angka, desimal, atau satuan)? Response: Respondent ID 1 : Ada. dari dokter THT (jika ditelepon dijawab lupa) Jika dari dokter anak, tidak ada. Respondent ID 2 : ya Respondent ID 3 : Sering. bagian jumlah obat, mg (jarang) Respondent ID 4 : Nama obat, jumlah, dan mg Respondent ID 5 : Ada. Bagian nama obat, mg/ desimal (ofloxasin 500 mg padahal yang tersedia 400 mg), obat-obat baru (tulisannya tidak jelas), obat dicopi resep, pasien mencari keman-mana tidak mendapatkan obatnya. kembali lagi ke RS dan akhirnya obatnya diganti.
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
71
Lampiran 6. Hasil Wawancara Asisten Apoteker Respondent ID 6 : Nama obat Question No.: 3.4 Apakah penulisan dokter yang buruk dapat menjadi penyebab timbulnya ME? Apakah pernah terjadi di RS ini? Response: Respondent ID 1 : Ya. Dari dokter anak tidak ada. Respondent ID 2 : dapat. Dokter dihubungi, tetapi dokter lupa menulis apa. Pada dokter anak jarang terjadi. Respondent ID 3 : bisa Respondent ID 4 : Ya. Kadang-kadang dokter salah tulis Respondent ID 5 : mempengaruhi Respondent ID 6 : Ya Question No.: 3.5 Menurut Anda apakah resep yang diserahkan selama ini sudah cukup lengkap? Response: Respondent ID 1 : Tidak. Sering tidak ada nama pasien (jika tidak ada label) dan kurang signa Respondent ID 2 : Resep belum cukup lengkap. kurang tanggal, paraf, mg → dosis (jarang terjadi), dan nama dokter Respondent ID 3 : Tidak lengkap. Kurang tanggal, jumlah obat dan mg (jarang) Respondent ID 4 : Kadang-kadang lengkap. kadang-kadang tidak. Mg tidak jelas, nama pasien juga tidak jelas dan tidak ditempeli stiker. Respondent ID 5 : Pernah tidak lengkap. Sekarang sedang digalakkan pencantuman nomor telepon pasien. Kurang tanggal (pada dokter anak), stiker kadang tidak valid (umur tidak tepat), ditulis nona padahal sedang hamil. Respondent ID 6 : Nomor rekam medik tidak semuanya ada. Jadi ketika akan memasukkan data harus meminjam kuitansi atau kartu periksa. Question No.: 3.6 Menurut Anda, informasi apa sajakah yang harus diberikan pada saat penyerahan obat? Response: Respondent ID 1 : Aturan pakai, cara penyimpanan, dan terima kasih Respondent ID 2 : Aturan minum (tidak diminum bersamaan), tempat penyimpanan, cara pakai Respondent ID 3 : Cara minum (sebelum makan atau sesudah makan), jam-jam minum (seperti obat antivirus), jenis obat (misal : obat panas, obat antibiotik), cara pakai obat Respondent ID 4 : Aturan minum, cara minum/ cara makan, kegunaan, keterangan misalnya bila perlu (prn) → bila pasien bertanya Respondent ID 5 : Cara minum obat (diminum, dioleskan, diteteskan), aturan minum, cara pakai, jika pasien bertanya menjawab pertanyaan pasien.
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
72
Lampiran 6. Hasil Wawancara Asisten Apoteker Respondent ID 6 : Obat ada berapa item, jenis obat (antibiotik), aturan minum (jam 6.00 dan 14.00, tiap 8 jam), fungsi obat(analgetik) jika perlu saja, simpan di lemari es (jangan di freezer), sirup yang sudah dioplos diberitahu kalau sudah dioplos, jika sirup ada 2 botol (sama obatnya) diberitahu dihabiskan dulu salah satu. Question No.: 3.7 Ada target waktu yang harus dicapai dalam pelayanan resep. Apakah waktu tersebut sudah dirasa cukup? Response: Respondent ID 1 : Target waktu cukup asal SDM memadai. Pada kenyataannya SDM kurang memadai. Respondent ID 2 : Target waktu untuk racikan 45 menit, nonracikan 15 menit. Jika hanya satu resep yang masuk, target waktu tersebut cukup tetapi bila masuknya ramai-ramai (bersamaan) tidak cukup. Respondent ID 3 : Tidak membuat tertekan. Bekerja secepatnya. Masalahnya dokter praktek bersamaan sehingga kesannya lama. Respondent ID 4 : Target waktu bukan beban, yang penting pasien cepat dapat obat. Target waktu kadang tidak cukup , jika 2 lembar resep walaupun obat paten tetap tidak cukup. Respondent ID 5 : Target waktu dirasa cukup jika SDM mencukupi tapi untuk farmasi timur atas tidak cukup target waktunya. Di atas banyak racikan, AA kurang, reseptir cukup. Adanya target waktu tidak mempengaruhi. Jalan sesuai kenyataan (jika ditanya pasien berapa lama, jika ramai menjawab sesuai keadaan). racikan banyak yang antri dan kerja harus sesuai prosedur. Respondent ID 6 : Target waktu sudah cukup. Target waktu tidak membuat buruburu. Untuk 1 resep 15 menit cukup. tapi bila menumpuk akan ada jeda waktu sehingga lebih lama. Jeda waktu yang membuat lama. Question No.: 3.8 Apakah banyaknya pasien dan tekanan dalam pekerjaan dapat menyebabkan timbulnya ME? Response: Respondent ID 1 : Patokan waktu membuat terburu-buru. Jika ramai, membuat bingung sehingga dapat terjadi ME. Respondent ID 2 : Ya. kurang SDM, kondisi AA lelah, dan terburu-buru dapat berpotensi ME Respondent ID 3 : Berpotensi. Jika ramai, sedangkan orang kurang. Respondent ID 4 : Tidak Respondent ID 5 : Ya, jika ramai pasien terburu-buru, mengganggu konsentrasi Respondent ID 6 : Ya. Jika ramai dan tidak ada teman apalagi pasien bertanyatanya terus, membuat pusing. Question No.: 4.1 Upaya apa sajakah yang selama ini telah dilakukan RS Bethesda dalam mencegah terjadinya ME?
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
73
Lampiran 6. Hasil Wawancara Asisten Apoteker Response: Respondent ID 1 : Pengecekan ulang dan ketelitian Respondent ID 2 : Lebih hati-hati, yang mengontrol dan menyerahkan berbeda petugas Respondent ID 3 : Satu resep tidak hanya dilayani satu orang, 1 resep dilayani 5 orang (validasi, label, pengambilan obat, cek ulang, penyerahan) untuk mencegah ME. Respondent ID 4 : Saling memeriksa. Ada pemberitahuan ke pasien melalui spanduk dan kantong plastic untuk mengecek ulang obat dan etiket. Respondent ID 5 : - ada cek ulang - cek dan ricek (tapi di atas kurang orang sehingga tidak mungkin cek dan ricek, takut mengganggu konsentrasi yang lain) -BO3 memberi motivasi untuk diri sendiri -meletakkan sususan obat yang mirip agak dijauhkan Respondent ID 6 : dibuat prosedur, di farmasi dibuat protap. Menjalani protap dapat menghindari ME. Protap = menerima resep , mencap, menulis jam, entry, membaca satu per satu. Question No.: 4.2 Bagaimana tindakan Anda bila terjadi kesalahan penulisan resep, tulisan tidak jelas, tidak terbaca, dan resep tidak lengkap? Response: Respondent ID 1 : 1. bertanya ke yang lebih senior, atau ke beberapa orang 2. bertanya ke apoteker 3. bertanya ke dokter (telepon) 4. Jika dokter tidak bisa dihubungi, telepon ke hp dokter Respondent ID 2 : 1.bertanya kepada sesama AA 2. menghubungi dokter. Jika dokter lupa atau tidak bisa dihubungi, resep ditunda, meminta nomor telepon pasien untuk dihubungi lagi Respondent ID 3 : Bertanya ke teman (AA), jika tidak bisa bertanya ke apoteker, jika tidak tahu bertanya kepada dokter. Jika dokter tidak bisa dihubungi melihat status (rekam medik). Respondent ID 4 : 1.bertanya kepada teman, 2.menelepon ke dokter (ke hp), 3.bertanya ke pasien atau melihat status Respondent ID 5 : -tanya ke teman-teman (AA) jika signa atau obat tidak jelas -ke klinik (kalu bisa diselesaikan melalui perawat (misal : jika tidak ada no rekam medik atau stiker, nama pasien tidak jelasa dan nama pasien susah) -Signa tidak jelas bertanya ke dokter (misal 1/2 dan 1 1/2) -di bawah bisa bertanya apoteker sedangkan di atas tidak Respondent ID 6 : 1. tanya kepada teman-teman (AA) 2. tanya KSP / kalahar (kepala pelaksana harian) 3. bertanya ke dokter. Jika dokter tidak ada, pinjam status. Jika tidak terbaca tetap menunggu dokter. Pasien diberitahu untuk menunggu
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
74
Lampiran 6. Hasil Wawancara Asisten Apoteker Question No.: 4.3 Apakah selama ini Anda mengalami masalah dalam upaya pencegahan ME tersebut? Response: Respondent ID 1 : Ada. dalam memeriksa dari entry (pengetikan di komputer) sampai mengambilkan obat. Misal : 10 dientry 12 Respondent ID 2 : Ada. kurangnya SDM dan dokter susah dihubungi Respondent ID 3 : Jika malam hanya ada 2 petugas. Dokter tidak dapat dihubungi atau lupa sehingga harus ke klinik. Respondent ID 4 : Sering. Dokter lupa sehingga harus ke klinik bertanya kepada dokter. Pada dokter anak tidak pernah Respondent ID 5 : Ada. Copi resep (ketika mondok askeskin, obatnya adalah amino steril 6 %, pasiennya harus membeli sendiri, nama dokter di copi resep salah tertulis dr. Hari. Menelepon dokter tidak bisa. menelepon apotek luar RS tetapi tidak ada yang mengangkat.Kemudian ditelepon dari pusat nama dokternya adalah Hendro W. Dokter ditelepon akhirnya obatnya diganti panamin G. Respondent ID 6 : Tidak ada. Selama ini tidak ada masalah dengan dokter. Tipe salah seorang dokter anak, obatnya tidak mau diganti. Question No.: 5.1 Bagaimana cara Anda mengatasi ME yang telah terjadi? Response: Respondent ID 1 : Lapor apoteker supaya tahu. Kemudian menelepon pasien dan memberi tahu yang benar (jika bisa dilakukan AA, dilakukan oleh AA) Respondent ID 2 : 1. konsultasi ke apoteker sebagai langkah awal 2. telepon dokter 3. telepon pasien Respondent ID 3 : Pasien biasanya ditelepon oleh apoteker, kalau apoteker tidak ada dilakukan oleh AA. Jika AA yang salah, obat akan diantar ke pasien Respondent ID 4 : Pasien sakit parah karena farmasi salah memberi obat. Obat dihentikan dokter diganti dengan obat lain. Respondent ID 5 : - Mencari no telp melalui RM lalu telepon ke pasien. tanya pasien bisa ke Bethesda lagi tidak, memberi tahu bila ada obat yang kurang atau salah. - Jika tidak berat sekali masalahnya ditangani sendiri. Contoh : pasien mendapat 2 resep, yang satu sudah selesai dilayani yang lain belum, masih menunggu. Yang sudah selesai sudah diberikan, ketika resep yang tersisa tadi diberikan pasien sudah tidak ada. Pasien ditelepon diberitahu tetapi ternyata yang menerima telepon adalah temannya. Jadi hanya dititipi pesan. Jika fatal seperti kekurangan Clavamox,harus apoteker sendiri yang mengatasi. - Kalau tidak ada apoteker, AA yang mengatasi tapi kalau apoteker ada akan lebih enak Respondent ID 6 : Jika salah obat, pasien diberitahu obatnya jangan diminum. Mencari resep, obat dibetulkan, lapor KSP/ kalahar. Jika pasien tidak marah
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
75
Lampiran 6. Hasil Wawancara Asisten Apoteker diselesaikan sendiri. tapi jika pasien marah dan obat fatal, diselesaikan KSP/kalahar (jika timbul masalah besar) Question No.: 5.2 Apakah Anda mengalami masalah selama usaha pengatasan tersebut? Response: Respondent ID 1 : Ada tapi pasien tidak sangat marah Respondent ID 2 : -pasien marah -pada resep tertulis 10 sedangkan obat hanya ada 5. Padahal sudah dibuat kuitansi dengan jumlah obat 10. Pasien marah jika pasien mau, kuitansi diganti atau obat dipesankan. Kadang obat yang dipesankan dapat diantarkan ke pasien atau pasien akan ditelepon dari pihak RS (jika bisa AA maka AA yang akan menelepon) untuk mengambil kekurangan obat. Respondent ID 3 : Obat tidak ada, kemudian memesan obat, obat tidak datangdatang. Jadi pasien menelpon obatnya tidak datang. Respondent ID 4 : Jarang ada pasien yang marah-marah Respondent ID 5 : Pernah komunikasi dengan dokter kurang baik.Jadi menyalahkandan marah-marah. Dogmatil tab 6 (2x1/2) diambilkan yang biasa bukan yang forte bentuk kapsul. AA bertanya kepada dokter bahwa yang diberikan dogmatil tab tapi dokter berkata dogmatil forte. Respondent ID 6 : Tidak, jika sudah lapor mengikuti petunjuk atasan. Question No.: 6.1 Menurut Anda, upaya perbaikan apa sajakah yang perlu dilakukan dalam usaha pencegahan dan pengatasan ME? Response : Respondent ID 1 : -program yang ada di komputer dibuat lebih cepat (kemajuan teknologi) - SDM yang ada dilatih untuk peningkatan pelayanan dan ditambah SDM baru Respondent ID 2 : SDM diperbanyak, jadwal dokter tidak dibuat bersamaan terutama yang banyak obat racikan, pemberian tugas khusus bagi setiap orang (seperti ada petugas di bagian etiket, racikan), dan jika sore ada AA senior supaya ada yang bertanggung jawab Respondent ID 3 : lebih teliti, sesuai dengan BO3 (baca obat ketika mengambil, meletakkan, dan mengembalikan) membaca resep ketika melayani bertanya ke teman (AA) atau apoteker jika tidak tahu. Respondent ID 4 : menambah komputer, saling waspada diri, kalau kurang jelas bertanya kepada yang lain. Respondent ID 5 : Apoteker selalu standby dan mudah dihubungi. Terkadang jaga sore atau hari libur tidak ada apoteker sehingga bingung bila menemui masalah tidak ada yang memberi pertimbangan. Fasilitas ditingkatkan , misal: telepon langsung ke luar karena menelpon lewat operator lama. Respondent ID 6 : Sistem komputer diperbaiki. Sering barang ada tetapi di system tidak ada sehingga salah memberi harga. Dibuat online dari rekam medis
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
76
Lampiran 6. Hasil Wawancara Asisten Apoteker dan farmasi sehingga bias langsung tahu data semua pasien (mempercepat pelayanan). Question No.: 6.2 Menurut Anda, sumbangan apa saja yang telah Anda lakukan untuk menunjang pencegahan dan pengatasan ME? Response: Respondent ID 1 : lebih bekerja keras dan punya kepribadian Respondent ID 2 : Pelayanan semaksimal mungkin. Resep racikan didahulukan obat/ resep dari klinik diambilkan dahulu obatnya sehingga pelayanan lebih cepat. Respondent ID 3 : Melayani harus sebaik-baiknya. Melayani harus dengan sukacita (senang melakukannya) sehingga pekerjaan menjadi lebih baik Respondent ID 4 : membaca lebih jelas dan kerja yang maksimal Respondent ID 5 : lebih meningkatkan konsentrasi, lebih teliti, jika melayani obat racikan harus konsentrasi tidak mau diganggu. Mengkalkulator ulang atau cek ulang untuk obat racikan. cek sendiri sampai 2x apalagi untuk anak dan yang diminum. Respondent ID 6 : Konsentrasi saat sedang bekerja, bekerja dengan hati-hati, berusaha ketika sedang bekerja mengesampingkan urusan yang lain, dan melakukan cek dan ricek dengan teman.
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
77
Lampiran 7. Hasil Wawancara Dokter Question No.: 1. Menurut pandangan Dokter, apakah yang dimaksud dengan Medication Error (ME)? Response: Respondent ID 1 : Misal : salah menulis, salah mengambil obat, salah menimbang. Bukan salah mendiagnosa Respondent ID 2 : Mengubah resep harus konfirmasi dengan Dokter. Dosis harus sesuai, tidak hanya sesuai umur saja tetapi juga berat badan. Respondent ID 3 : Pemberian obat yang tidak tepat dengan tujuan (sesuai dengan diagnosa) Misalkan : diagnosa ISPA tapi obat yang diberikan obat diare Respondent ID 4 : Kecelakaan, nasib pasien sedang sial. Question No.: 2. Apakah Dokter dapat memberikan contoh ME yang pernah terjadi di RS Bethesda ini dalam 6 bulan terakhir? Response: Respondent ID 1 :- Salah menulis dosis. Misal : 1x1 ditulis 3x1 - Salah menulis (dosis betul tetapi jumlah obat salah). Misal : 1x1 dengan jumlah obat 30 tetapi ditulis 90 Respondent ID 2 : - Pada resep tertulis Sir Fartholin exp yang mengandung salbutamol 1,2 mg, oleh pihak farmasi rawat jalan diganti dengan Sir Salbron exp yang mengandung salbutamol 2 mg tanpa konfirmasi dengan dokter terlebih dahulu. Aturan pakai (dosis) yang diberikan ke pasien sesuai resep (menggunakan dosis Sir Fartholin). Orang tua pasien mengeluh jantung anaknya berdebar-debar semalaman. Orang tua menelpon dokter dan memeriksakan anaknya kembali. Setelah dilihat copy resepnya ternyata obat diganti tanpa konfirmasi dengan dokter. - Pada resep ditulis Profilas 3/4, tulisan dirasa sudah sangat jelas tetapi yang diberikan ke pasien profilas 1/3 - Ada 5 item pada resep, tetapi yang diberikan ke pasien hanya 4 item. Entah karena obat habis atau lupa diberikan atau tertinggal - Mucopect diganti dextro - Impepsa diganti polycrol dimaksudkan dokter untuk melapisi lambung tetapi oleh pihak farmasi rawat jalan dikira untuk obat maag sehingga diganti polycrol. Padahal polycrol berfungsi mengurangi keasaman lambung saja. Respondent ID 3 : tidak ada Respondent ID 4 : Hampir tidak ada. Nasib pasien sedang baik. Question No.: 3 Apakah selama ini ada komplain dari pasien mengenai ME yang terjadi ? Response: Respondent ID 1 : Ada, seperti obat lain dari biasanya kemudian dibetulkan. Penyebabnya kemungkinan karena salah tulis atau salah mengambil obat.
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
78
Lampiran 7. Hasil Wawancara Dokter Respondent ID 2 : sering sekali Respondent ID 3 : Tidak, pasien tidak tahu. Seharusnya farmasi ikut mengkoreksi. Respondent ID 4 : belum pernah Question No.: 4. Apakah pernah terjadi ME yang berakibat fatal? Response: Respondent ID 1 : tidak pernah Respondent ID 2 : ya Respondent ID 3 : Respondent ID 4 : tidak ada Question No.: 1.1 Menurut Dokter, apa sajakah penyebab terjadinya ME dalam pelayanan resep? Response: Respondent ID 1 : tulisan salah, salah mengambil obat, pasien banyak, salah menimbang Respondent ID 2 : kurang teliti, tulisan dokter, mengganti obat tetapi tidak tahu isi obat yang diganti dan tanpa konfirmasi dengan dokter Respondent ID 3 : Dari segi saya : salah diagnosa, dokter tidak paham secara detail tentang obat itu dan dosis obat. Yang terpenting diagnosa harus benar terlebih dahulu. Dokter kadang tidak hafal dosisnya (mg/kg). Hal ini yang menyebabkan tidak pas. Respondent ID 4 : Dari pihak dokter: kurang tepat memilih obat. Dari pihak farmasi : obat palsu. Dari pihak pasien : salah pemakaian, aturan pakai salah. Question No.: 1.2 Menurut Dokter, mengapa dapat terjadi kesalahan dalam membaca resep? Response: Respondent ID 1 : tulisan tidak jelas tetapi petugas tidak konfirmasi Respondent ID 2 : kurang teliti, tergesa-gesa, dan tulisan dokter Respondent ID 3 : Jika tulisan dokter jelek dan apoteker tidak tahu Respondent ID 4 : manusiawi Question No.: 2.1 Upaya apa sajakah yang telah dilakukan dokter dengan pihak farmasi rawat jalan dalam mencegah terjadinya ME? Response: Respondent ID 1 : - Komunikasi ( tidak jelas bertanya) - Semua tercatat, misal : tercatat pada status pasien dan resep. Bila terjadi ketidakberesan dapat dikonfirmasi pasien, status pasien, dan resep. Respondent ID 2 : komunikasi Respondent ID 3 : Harus masing-masing menyadari fungsinya. Farmasi harus melakukan screning dan wajib mengkoreksi (misalnya : harusnya 2x tetapi ditulis 3x)
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
79
Lampiran 7. Hasil Wawancara Dokter Respondent ID 4 : Jika ragu-ragu, farmasi menelpon dokter. Dari pihak dokter : menulis resep yang jelas dan obat tidak aneh-aneh (sesuai standar) Question No.: 2.2 Apakah sering terjadi komunikasi antara Dokter dengan pihak farmasi rawat jalan mengenai pelayanan resep? Apakah pernah terjadi masalah dalam komunikasi selama ini? Jika pernah terjadi, tolong dijelaskan! Response: Respondent ID 1 : Sering. Pernah terjadi masalah. Yang seharusnya dikomunikasikan, tidak dikomunikasikan dan yang seharusnya tidak dikomunikasikan, dikomunikasikan. Contoh : anak dengan BB = 105 kg dengan umur = 16 tahun dan anak dengan BB = 80 kg, dengan umur= 6 tahun. Pada resep sudah ditulis BB tetapi petugas apotek komplain mengenai dosisnya karena tidak sesuai untuk ukuran anak dan tidak sesuai umur. Respondent ID 2 : Sering.Ya sering terjadi pada jam sibuk sering bertanya dan sok tahu (pihak farmasi menanyakan dosisnya kurang tepat tanpa melihat berat badan pasien, pihak farmasi mengatakan bahwa obat tertentu tidak boleh diberikan untuk anak hanya berdasarkan brosur saja). Respondent ID 3 : harus Respondent ID 4 : Sering dan harus Question No.: 2.3 Apakah kerja sama pihak penulisan resep dan pelayanan resep selama ini telah berjalan dengan baik? Response: Respondent ID 1 : Pernah terjadi masalah Respondent ID 2 : ya Respondent ID 3 : Kadang-kadang. Mengenai penggantian obat, kadang mengganti tanpa memberi tahu Respondent ID 4 : baik Question No.: 3.1 Bagaimana cara dokter mengatasi ME yang telah terjadi? Response: Respondent ID 1 : - Harus menjalin hubungan baik dengan pasien, dokter, dan apotek. Yang dimaksud hubngan baik di sini adalah semua pihak harus dalam wewenang masing-masing. Dokter memiliki wewenang mendiagnosis dan memberi obat. Sering petugas apotek melampaui wewenang (seperti kasus dosis yang dianggap tidak sesuai umur dan status anak pada pertanyaan 3.2). - Tulisan jelas Respondent ID 2 : -komunikasi yang baik -setiap petugas mempunyai pengetahuan tentang farmakodinamik, farmakokinetik, dan dosis obat tidak hanya dilihat dari brosur,tetapi dari buku (MIMS atau ISO) Respondent ID 3 : Respondent ID 4 : -
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
80
Lampiran 7. Hasil Wawancara Dokter Question No.: 3.2 Apakah selama ini pernah terjadi masalah selama usaha pencegahan dan pengatasan ME baik terhadap pasien maupun terhadap petugas farmasi rawat jalan? Jika pernah, tolong diceritakan! Response: Respondent ID 1 : Pada umunya berjalan baik, tapi kadang-kadang harus berkalikali menjelaskan. Banyak ribut dengan apoteker baru. Bila hubungan dengan pasien baik, maka dapat dijelaskan. Masalah yang terjadi : Apoteker sering menghakimi efek samping (Apoteker memberitahukan efek samping obat kepada pasien sehingga pasien kembali ke dokter dan komplain. Dokter harus menjelaskan kembali), indikasi obat yang harus sesuai diagnosa( contoh : kloramfenikol sebagai antibiotik, petugas apotek komplain karena penyakit pasien bukan tiphus tetapi diberi kloramfenikol, penyebab penyakit pasien Candida albicans diberi ketokonazole, petugas apotek mengatakan bahwa obat itu untuk gatal-gatal, sedangkan pasien tidak merasa gatal. Pasien kembali ke dokter dan komplain, dosis yang tidak sesuai umur. Respondent ID 2 : Terjadi. Pasien marah-marah, dokter harus menenangkan. Dokter marah karena di saat jam sibuk, dianggap pertanyaan yang diberikan malah seperti menghakimi (tidak dikaji dahulu) → pihak farmasi dianggap sok tahu. Pihak farmasi mengganti obat tanpa konfirmasi dengan dokter dahulu sehingga pasien marah karena jantung pasien berdebar-debar. Respondent ID 3 : Respondent ID 4 : Question No.: 4.1 Menurut Dokter, upaya perbaikan apa sajakah yang perlu dilakukan farmasi rawat jalan untuk mencegah terjadinya ME? Response: Respondent ID 1 : Komunikasi baik, membuat catatan yang lengkap, komplain pada wewenang masing-masing. Respondent ID 2 : Setiap orang sebaiknya memiliki pengetahuan mengenai farmakokinetik, farmakodinamik, dan dosis obat . Tidak hanya melihat brosur. Respondent ID 3 : Adanya etika berkomunikasi: saling menghargai, jika mengganti obat harus memberi tahu dokter Respondent ID 4 : Jika ragu-ragu, telepon dokter, jangan langsung melayani. Konsentrasi dalam bekerja. Question No.: 4.2 Sumbangan seperti apa sajakah yang telah Dokter berikan selama ini untuk mencegah dan mengatasi terjadinya ME? Response: Respondent ID 1 : - Memberikan penjelasan pada pasien dan apotek bahwa dosis berdasarkan berat badan. - Obat-obat yang diberikan untuk menyembuhkan bukan untuk "menjual obat". -Catatan-catatan dibuat walaupun tidak terbaca tetapi bila biasa membaca dapat membacanya.
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
81
Lampiran 7. Hasil Wawancara Dokter Respondent ID 2 : tidak memperburuk suasana ketika pasien komplain dan pelayanan yang baik Respondent ID 3 : Saling mengembangkan diri Respondent ID 4 : Menjaga komunikasi yang baik dengan farmasi. menulis resep yang jelas dan tidak aneh-aneh.
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
82
Lampiran 8. Hasil Wawancara dengan Apoteker Question No.: 1. Apakah Anda mengetahui tentang ME? Tolong jelaskan pengertian Medication Error (ME)! Response: Ketidaksesuaian pada saat pengobatan pasien dari aspek obat. Misal : dosis dan indikasi yang tidak sesuai, jumlah yang tidak sesuai. Question No.: 2. Sebutkan contoh ME yang pernah terjadi di RS Bethesda ini dalam 6 bulan terakhir! Response: -Nama pasien kebetulan sama, pasien tidak mendapatkan obat yang seharusnya. -Masa terapi kurang karena obat yang diberikan kurang -Indikasi obat yang diberikan tidak sesuai keluhan Question No.: 3. Apakah selama ini ada komplain dari pasien mengani ME yang pernah terjadi? Response: Komplain : obat tidak seperti biasanya (aturan minum beda dari biasanya). Hal ini mungkin disebabkan dokter tidak memberitahu atau terjadi kesalahan. Question No.: 4. Apakah pernah terjadi ME yang berakibat fatal? Response: Pasien opname karena salah etiket. Pada resep tertulis sampai habis sehingga pasien mengira obat tersebut antibiotik padahal bukan. Pasien tidak meminum obat sampai habis. Terapi tidak berjalan dengan baik. Question No.: 5. Apakah selama ini ada kesalahan dalam pembacaan resep?Dalam hal apa sajakah? Berikan contoh! Response: Ada, dalam hal nama obat karena ganti nama, signa (kadang-kadang) misalnya 2 dan 1, kekuatan dan mg kadang salah. Question No.: 6. Pernahkah ada kesalahan dalam pengambilan obat?Sebutkan contoh! Response: Nama hampir sama sedangkan letak terlalu dekat (misalnya obat yang sama dengan kekuatan berbeda), nama obat yang hampir sama, hanya dibaca sekilas. Misalnya : Matovit dan motifal Question No.: 7. Pernahkah terjadi kesalahan dalam penyerahan obat? Berikan contoh! Response: Responden belum pernah melakukan. Pernah terjadi di RS Bethesda nama mirip (nama depan sama) kemudian diulang untuk memastikan ke pasien. Question No.: 8. Menurut Anda, apa sajakah penyebab terjadinya ME dalam pelayanan resep? Response: Kurang konsentrasi dan membaca tidak lengkap. Tapi yang paling utama adalah tulisan dokter yang tidak jelas.
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
83
Lampiran 8. Hasil Wawancara dengan Apoteker Question No.: 9. Menurut Anda, pada bagian kerja pembaca resep mana yang paling berpotensial menyebabkan ME?Mengapa? Response: Di bagian validasi karena dari depan salah bisa jadi sampai belakang salah. Bagian belakang jarang (walaupun ada) yang membaca resep langsung, biasanya langsung hanya dari etiket. Question No.: 10. Apakah selama ini sering terdapat banyak penulisan resep yang tidak jelas? Pada bagian mana (singkatan, nama obat, angka, desimal, satuan)? Response: Banyak. Pada bagian nama obat dan kekuatan. Penulisan juga tidak jelas pada bagian nama pasien jika tidak ada label. Question No.: 11. Apakah penulisan dokter yang buruk dapat menjadi penyebab timbulnya ME? Apakah pernah terjadi di RS Bethesda ini? Response: Ya. Pernah. Question No.: 12. Menurut Anda apakah resep yang diserahkan selama ini sudah cukup lengkap? Response: Yang kurang adalah tanggal, kekuatan obat, dan nama dokter (nama dokter hanya nama panggilan). Dalam hal ini label sangat membantu. Jika tidak ada label yang kurang adalah alamat pasien Question No.: 13. Menurut Anda, informasi apa sajakah yang harus diberikan pada saat penyerahan obat (terutama obat racikan)? Response: Secara umum yang diberikan adalah jumlah obat, kegunaan secara umum, dan waktu minum. Jika pasien bertanya akan diberitahu kegunaan sesuai keluhan dan diagnosis. Question No.: 14. Ada target waktu yang harus dicapai dalam pelayanan resep. Apakah menurut Anda waktu yang diberikan sudah dirasa cukup? Response: Target waktu dirasa tidak cukup. Tetapi harus ada target waktu yang dipegang untuk melayani pasien sebaik-baiknya. Target ini digunakan sebagai patokan waktu supaya tidak terbuai sehingga kerja lebih efisien. Question No.: 15. Apakah banyaknya pasien dan tekanan dalam pekerjaan dapat menyebabkan timbulnya ME? Response: Tidak. Semakin banyak pasien (ramai) semakin menambah konsentrasi. Question No.: 16. Selama ini upaya apa sajakah yang telah dilakukan RS Bethesda (khususnya farmasi rawat jalan) dalam mencegah terjadinya ME? Response: Dibuat alur(validasi → pelabelan → pengambilan obat → packaging →cek ulang → penyerahan), setiap tahap dispensing dilakukan oleh orang yang berbeda, memperbaiki jadwal kerja petugas, ada link (kerja sama) dengan pihak
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
84
rekam medik, jika ragu-ragu harus bertanya ke yang lain (AA lain atau Apoteker) atau ke dokter Question No.: 17 Bagaimana tindakan Anda bila terjadi kesalahan penulisan resep, tulisan yang tidak jelas, tidak terbaca, dan resep yang tidak lengkap? Response: Jika teman-teman (AA atau Apoteker) tidak bisa, bertanya ke dokter. Question No.: 18. Apakah selama ini Anda mengalami masalah dalam upaya pencegahan ME tersebut? Response: Dokter susah dihubungi padahal pasien menunggu. Dokter lupa menulis resep (ada keluhan yang belum diobati) Question No.: 19. Bagaimana cara Anda mengatasi ME yang telah terjadi? Response: konsentrasi penuh, menghafal persediaan, dan peka dengan melihat Question No.: 20. Apakah Anda mengalami masalah selama usaha pengatasan tersebut? Response: tidak konsentrasi, badan tidak fit (kurang sehat) padahal harus melayani di bagian validasi Question No.: 21 Menurut Anda upaya perbaikan apa sajakah yang perlu dilakukan farmasi rawat jalan? Response: Harus menanamkan satu tim (tidak menyalahkan), kerja sama dengan dokter harus baik, dan tulisan dokter harus jelas Question No.: 22. Menurut Anda, sumbangan apa sajakah yang telah Anda lakukan untuk menunjang pencegahan dan pengatasan ME? Response: Letak obat dibuat 1 golongan
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
85
Lampiran 9. Hasil Wawancara dengan Pasien Question No.: 1 Kapan terakhir kali Anda membeli obat (mendapatkan pelayanan resep) dari farmasi rawat jalan Bethesda? Response: Respondent ID 1 : Satu bulan yang lalu Respondent ID 2 : Minggu kemarin Respondent ID 3 : Rutin tiap bulan NB: pada rekam medik terakhir kali periksa tanggal 13 Juli 2007 Respondent ID 4 : Sudah rutin selama 3 tahun karena sakit virus. Terakhir kali bulan kemarin. NB : dicocokkan dengan rekam medis, terkahir kali periksa tanggal 30 Juni 2007. Respondent ID 5 : Minggu lalu Respondent ID 6 : 2 minggu yang lalu Respondent ID 7 : tiap 2 minggu 1x kontrol Respondent ID 8 : 2 Agustus 2007 Respondent ID 9 : Rutin, tiap bulan (bulan lalu) Respondent ID 10 : Satu minggu lalu Respondent ID 11 : Sering periksa ke poliklinik anak Betesda kalau sakit. NB: Berdasarkan rekam medik terkhir kali periksa tanggal 25 Juli 2007 Respondent ID 12 : Minggu lalu NB : menurut rekam medis, terkahir periksa pada 23 Juli 2007 Respondent ID 13 : Sudah sering , 2 minggu sekali datang. Ke sini 1 bulan yang lalu. NB : berdasarkan rekam medis, terkhir kali periksa tanggal 30 Juni 2007 Respondent ID 14 : 1 bulan yang lalu NB : berdasarkan rekam medik, pasien periksa ke Betesda terakhir tanggal 7 Juli 2007. Pasien didiagnosis menderita flek sehingga setiap bulan rutin periksa ke poliklinik anak. Kali ini merupakan resep flek bulan ke-2. Respondent ID 15 : Tanggal 21 Juli 2007. NB : berdasarkan rekam medik, terakhir kali periksa ke Bethesda tanggal 20 Juli 2007 Respondent ID 16 : 6 bulan lalu Question No.: 1.1. Apakah Anda sudah pernah mengalami kesalahan obat yang Anda terima dari RS Bethesda selama 1 tahun terakhir? Jika tidak pernah, apakah sebelumnya pernah mengalami? Kapan kira-kira tepatnya? Tolong ceritakan! Apa yang Anda lakukan? Response: Respondent ID 1 : Belum pernah Respondent ID 2 : Tidak pernah Respondent ID 3 : Tidak pernah Respondent ID 4 : Pernah. Sekali. Obat ada yang kurang. Obat kurang 30 bungkus. Karena di resep ada 4 racikan. Tiap racikan 90 buah. Saya ditelepon,
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
86
Lampiran 9. Hasil Wawancara dengan Pasien diberitahu bahwa ada kekurangan obat, obat sudah jadi (sudah dibuat), dan bisa diambil. Bentuk kesalahan : obat yang diberikan kurang. Yang menyadari : pihak farmasi rawat jalan. Tindakan pengatasan : pasien ditelepon, diberitahu ada. kekurangan obat, dan diminta untuk mengambil sisa obat. Respondent ID 5 : Tidak pernah Respondent ID 6 : Tidak pernah Respondent ID 7 : Tidak pernah Respondent ID 8 : Tidak pernah Respondent ID 9 : Tidak pernah Respondent ID 10 : Belum pernah Respondent ID 11 : Tidak pernah Respondent ID 12 : Minggu lalu, hanya diberi 1 macam obat seharusnya 2 macam. Pasien sakit batuk dan panas. Obat panas belum diberi karena dokter lupa meresepkan Respondent ID 13 : tidak pernah Respondent ID 14 : Tidak pernah. Ketika obat diserahkan terjdi ME.Obat yang diserahkan kurang. Ada 2 lembar resep. Hanya halaman pertama (resep pertama) saja yang terbaca. Yang menyadari AA pada saat penyerahan. Yang menangani juga AA. AA memberi penjelasan dan meminta pasien untuk menunggu kembali. Tindakan yang dilakukan AA adalah meracikkan lagi (yang lembar kedua). Tanggapan pasien adalah pelayanannya lama Respondent ID 15 : Belum pernah Respondent ID 16 : Tidak pernah NB : ketika penyerahan obat, dilihat etiket salah. Etiket tertulis Profilas 1/2 + Meptin 1/4 caps(10) seharusnya Profilas 1/2 + Pronicy 1/4 pulv (10). Yang menyadari kesalahan adalah orang tua pasien. Pasien bingung bertanya kepada pewawancara. Question No.: 2.1 Informasi apa sajakah yang Anda dapatkan saat menerima obat? Apakah sudah termasuk cara pemakaian, cara penyimpanan, jangka waktu pengobatan, dan makanan minuman yang harus dihindari selama terapi? Response: Respondent ID 1 : Aturan pakai, cara penyimpanan, dan jangka waktu pengobatan. Respondent ID 2 : Berapa kali minum, harus dihabiskan tidak, sesudah atau sebelum makan → (aturan pakai dan waktu minum), tempat penyimpanan (untuk obat yang disimpan di kulkas), jika sudah habis dihentikan Respondent ID 3 : Cara pakai, dosis, jumlah obat, diminum sesudah atau sebelum makan, dilarutkan. Cara penyimpanan tidak diberitahukan tetapi bila mendapatkan Lacto B diberitahu disimpan di kulkas. Makanan dan minuman yang harus dihindari tidak diberitahu.
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
87
Lampiran 9. Hasil Wawancara dengan Pasien Respondent ID 4 : 8 jam sekali (aturan pakai). Obat diberi pengering. Respondent ID 5 : cara pemakaian dan jangka waktu pengobatan Respondent ID 6 : Cara minum, aturan pakai, cara penyimpanan Respondent ID 7 : Minumnya berapa kali, paracetamol diminum bila perlu, obat batuk diminum jika batuk, sirup jangan dibuang dari dus Respondent ID 8 : Aturan pakai, cara pemakaian, jangka waktu pemakaian, dan tempat penyimpanan jika ada yang disimpan di kulkas Respondent ID 9 : Aturan pakai, waktu minum obat (bila panas) Respondent ID 10 : Aturan pakai, jika sudah tidak panas tidak diminum, kadaluwarsa 6 bulan, jika lebih dari 6 bulan tidak boleh diminum. Respondent ID 11 : Cara pemakaian, jangka waktu pengobatan. Obatnya biasa jadi sudah tahu. Respondent ID 12 : Aturan pakai (obat batuk 2 x sehari). Cara penyimpanan tidak diberitahu Respondent ID 13 : Dosis dan aturan pakai Respondent ID 14 : Aturan pakai Respondent ID 15 : Aturan pakai, dan jangka waktu pengobatan. Makanan atau minuman yang harus dihindari diberitahu dokter Respondent ID 16 : Aturan pakai Question No.: 2.2 Bagaimana cara penyimpanan obat (terutama obat racikan)? Response: Respondent ID 1 : pada box (kotak) Respondent ID 2 : Disimpan di tempat kering Respondent ID 3 : Obat dalam plastik (packaging) dimasukkan ke dalam toples Respondent ID 4 : Di atas meja (ruangan biasa) Respondent ID 5 : dimasukkan ke tupperware karena kemasan sudah baik Respondent ID 6 : di tempat sejuk dan tidak terkena matahari langsung (diberitahu AA) Respondent ID 7 : Tidak diberitahu Respondent ID 8 : ada yang di kulkas, obat racikan di kotak obat, jika ingin digunakan lagi dilihat dahulu lembab atau tidak, berubah warna atau tidak (diberitahu dokter) Respondent ID 9 : tempat kering Respondent ID 10 : di kulkas (inisiatif sendiri dan dari petugas farmasi rawat jalan) Respondent ID 11 : tidak diberitahu Respondent ID 12 : di ruangan biasa Respondent ID 13 : Sirup disimpan di dalam kulkas Respondent ID 14 : Obat disimpan di kulkas (inisiatif sendiri) Respondent ID 15 : Puyer disimpan di kotak obat Respondent ID 16 : Disimpan di lemari obat
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
88
Lampiran 9. Hasil Wawancara dengan Pasien Question No.: 2.3 Apakah Anda tahu makanan atau minuman apa saja yang harus dihindari selama Anda sakit?Tolong sebutkan! Response: Respondent ID 1 : Belum diberitahu Respondent ID 2 : Diberitahu dokter Respondent ID 3 : Goreng-gorengan, chiki, yang di tenggorokan sakit. Respondent ID 4 : Tidak ada pantangan, semua boleh dimakan. (sudah bertanya kepada dokter) Respondent ID 5 : Makanan atau minuman yang umum : dingin, gorengan. Informasi ini diberitahu dokter Respondent ID 6 : Chiki, gorengan, dan es. (diberitahu dokter) Respondent ID 7 : Tidak Respondent ID 8 : Respondent ID 9 : Belum tahu, tidak pernah diberitahu dokter dan apotek. Anak belum makan apa-apa (belum bisa mengunyah) hanya minum susu. Respondent ID 10 : menghindari makanan atau minuman yang beralkohol (diberitahu dokter) Respondent ID 11 : Dari dokter, di farmasi rawat jalan tidak diberitahu Respondent ID 12 : Boleh minum susu, obat diminumkan 1/2 jam sebelum minum susu atau setelah minum susu. Masih diberi ASI Respondent ID 13 : diberi informasi oleh dokter Respondent ID 14 : yang dihindari : es dan chiki (bertanya kepada orang lain). Kata dokter boleh minum es. Farmasi tidak memberitahu Respondent ID 15 : chiki, makanan berbumbu, sebagai antisipasi dari diri sendiri dan ada juga pemberitahuan dari dokter Respondent ID 16 : Yang harus dihindari susu (pernah diberitahu) Question No.: 2.4 Apakah Anda pernah mendapatkan penjelasan informasi pemakaian obat yang membingungkan? Berikan contohnya! Response: Respondent ID 1 : Tidak pernah. Informasi yang diberikan sudah jelas. Respondent ID 2 : Tidak. Informasi yang diberikan sudah jelas Respondent ID 3 : Tidak pernah Respondent ID 4 : Tidak pernah Respondent ID 5 : Informasi yang diberikan sudah jelas Respondent ID 6 : Tidak.Informasi yang diberikan sudah jelas Respondent ID 7 : Informasi yang diberikan sudah jelas Respondent ID 8 : Informasi sudah jelas Respondent ID 9 : Tidak pernah Respondent ID 10 : Informasi yang diberikan sudah jelas Respondent ID 11 : Tidak Respondent ID 12 : tidak ada yang membingungkan Respondent ID 13 : Tidak bingung
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
89
Lampiran 9. Hasil Wawancara dengan Pasien Respondent ID 14 : tidak pernah. Informasi yang diberikan sudah jelas. Respondent ID 15 : Tidak pernah. Informasi yang diberikan sudah jelas Respondent ID 16 : Informasi jelas Question No.: 2.5 Pernah tidak Anda bingung bagaimana meminumkan obat ke anak Anda? Response: Respondent ID 1 : Tidak pernah Respondent ID 2 : Tidak pernah karena jika tidak jelas, bertanya. Kalau butuh copy resep, minta (inisiatif sendiri) Respondent ID 3 : Tidak pernah Respondent ID 4 : Tidak pernah Respondent ID 5 : Tidak bingung Respondent ID 6 : Tidak. Informasi yang diberikan sudah jelas Respondent ID 7 : Tidak Respondent ID 8 : Tidak Respondent ID 9 : Sudah tahu cara meminumkan obat Respondent ID 10 : Tidak Respondent ID 11 : Tidak bingung Respondent ID 12 : Tidak bingung karena ada aturan pakai di label Respondent ID 13 : Tidak bingung Respondent ID 14 : Tidak bingung Respondent ID 15 : Tidak bingung. Sudah jelas Respondent ID 16 : Tidak. Sudah jelas ketika akan meminumkan obatnya Question No.: 3.1 Jika pasien mendapatkan sirup atau suspensi yang diminum: - Apakah perlu dikocok terlebih dahulu? -Obat yang diminumkan sampai seberapa batas sendoknya? Response: Respondent ID 1 : - Perlu dikocok dahulu - Tepat batas pada sendok yang diberi oleh farmasi rawat jalan Respondent ID 2 : - Dikocok dahulu - 1/2 sendok sampai batas Respondent ID 3 : dikocok dahulu Respondent ID 4 : - sirup Obat batuk dikocok dahulu - menggunakan sendok dari farmasi Respondent ID 5 : - Perlu dikocok dahulu - tepat batas Respondent ID 6 : - Kocok terlebih dahulu - sampai batas Respondent ID 7 : - Imboost diikocok dahulu
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
90
Lampiran 9. Hasil Wawancara dengan Pasien - satu sendok plastik Respondent ID 8 : - dikocok lebih dahulu - sesuai batas Respondent ID 9 : - kocok -1/2 sendok sesuai batas Respondent ID 10 : - dikocok lebih dulu - tepat batas Respondent ID 11 : - Dikocok dahulu -1/2 sendok Respondent ID 12 : Respondent ID 13 : - ada tulisan dikocok dahulu - dari farmasi diberitahu 5 ml (sampai batas) Respondent ID 14 : - dikocok terlebih dahulu - tepat batas Respondent ID 15 : - dikocok terlebih dahulu - pasien mendapatkan sirup antibiotik, diminumkan tepat batas Respondent ID 16 : - Sekitar batasnya Question No.: 3.2 Jika pasien mendapatkan pulveres : Apakah Anda mencampurkannya lebih dahulu dengan air?Dengan air teh, sirup atau yang lain? Ataukah langsung diminum? Response: Respondent ID 1 : Respondent ID 2 : - dicampur air putih hangat lalu diminumkan, karena yang saya tahu obat tidak boleh dicampur dengan air susu. 5 menit kemudian diminumi air susu Respondent ID 3 : Dicampur dengan air putih Respondent ID 4 : - dicampur dengan air putih biasa. Pernah dicampur dengan madu Respondent ID 5 : dicampur dengan air putih Respondent ID 6 : Dicampur dengan air putih Respondent ID 7 : dicampur denga air putih Respondent ID 8 : - dicampur dengan air putih Respondent ID 9 : dicampur dengan air putih Respondent ID 10 : Dicampur dengan air putih manis (diberitahu petugas farmasi rawat jalan , dokter, dan inisiatif sendiri) Respondent ID 11 : Dicampur teh atau air putih yang diberi gula Respondent ID 12 : Obat batuk dicampur air putih biasa Respondent ID 13 : Dicampur dengan air putih Respondent ID 14 : Dicampur air putih (inisiatif sendiri) Respondent ID 15 : Dicampur air manis (inisiatif sendiri) Respondent ID 16 : Jika ada obat sirup dicampur dengan sirupnya. Tetapi jika tidak ada dicampur air putih atau air sirup atau air madu
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
91
Lampiran 9. Hasil Wawancara dengan Pasien Question No.: 4.1 Bagaimana aturan pakainya? Sebelum, pada waktu, atau sesudah makan? Response: Respondent ID 1 : 2x 1 hari, sesudah makan Respondent ID 2 : 2x 1 hari sesuai label Respondent ID 3 : 2x 1 hari. Jika tidak ada tulisan biasanya diberikan sesudah makan Respondent ID 4 : Sebelum atau sesudah makan Respondent ID 5 : Obat yang kemarin didaptkan diminum sesudah makan. Jika tidak ada tulisan di label waktu minum obatnya tergantung mood anak. Respondent ID 6 : Sebelum tidur Respondent ID 7 : Imboost dan puyer diminum sesudah makan Respondent ID 8 : Sesudah makan Respondent ID 9 : Aturan pakai sesuai label, jika tidak ada tulisannya diminumkan sesudah makan. Respondent ID 10 : Sesudah makan (bertanya), sebelum makan (sesuai label) Respondent ID 11 : Sebelum tidur 1x1 Respondent ID 12 : malam sebelum tidur, pagi, dan setelah makan Respondent ID 13 : Sesudah makan. Untuk obat rutin, diminum sebelum tidur Respondent ID 14 : sebelum makan (tidak diberitahu hanya ikut kata orangorang) Respondent ID 15 : diminumkan sebelum makan karena pasien muntah. Jika sesudah makan diberikan 1 jam setelah makan Respondent ID 16 : Aturan pakai jelas Question No.: 4.2 Kapan tepatnya waktu minum obat? Response: Respondent ID 1 : Pukul 08.30 dan 16.30 Respondent ID 2 : - 2 x 1 hari (pagi pukul 7 dan sore pukul 17.00). Hal ini dilakukan karena siang tidak ada di rumah (kerja) - 3 x sehari (pagi jam 7.00, siang jam 12.00, dan sore jam 17.00) Respondent ID 3 : Jam 7 pagi dan jam 6 sore Respondent ID 4 : 8 jam sekali. Pagi jam 5, siang jam 1, dan malam jam 9 Respondent ID 5 : Pagi dan malam Respondent ID 6 : Sebelum tidur Respondent ID 7 : Imboost diminum pagi dan puyer diminum sore Respondent ID 8 : 3 x ( jam 06.00, jam 12.00, jam 18.00) Respondent ID 9 : Jika 3x sehari diminumkan tiap 5-6 jam (diberitahu petugas farmasi rawat jalan di bagian penyerahan) Respondent ID 10 : Jika 2 x sehari, pagi= sebelum sekolah dan sore = sebelum magrib) Respondent ID 11 : Sirup 2x Respondent ID 12 : Pagi = setelah menyusui (jam 7). Sore = jam 6 atau jam 7.
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
92
Lampiran 9. Hasil Wawancara dengan Pasien 2x sehari = setiap 12 jam Respondent ID 13 : Pagi = jam 7. Sore = jam 6. Kalau 3 x, siang jam 1 Respondent ID 14 : Obat flek diminum jam 06.00. Sirup curcuma diminum setelah makan (sesuai aturan) Respondent ID 15 : Obat panas diminumkan 4xsehari. Jika panas diminumkan, selang 1 jam berikutnya diminumkan lagi jika panas belum turun. Jika diminumkan 2x, diberikan tiap 8 jam (diberitahu dokter dan farmasi) Respondent ID 16 : Pagi jam 7 atau jam 8, sore jam 6, malam jam 9. Obat yang diberikan Meptin 2x sehari dan puyer 1x sehari sebelum tidur Question No.: 4.3 Apakah perlu diminum sampai habis? Response: Respondent ID 1 : Jika sudah sembuh, dihentikan Respondent ID 2 : Jika obat yang tidak perlu sampai habis, tidak dihabiskan. Respondent ID 3 : Jika ada tulisan sampai habis ya dihabiskan Respondent ID 4 : Obat batuk sampai habis. Racikan harus habis Respondent ID 5 : Bila perlu saja. Jika sudah tidak batuk, berhenti Respondent ID 6 :Sampai habis Respondent ID 7 : Ya. Jika sudah habis, kontrol lagi ke dokter Respondent ID 8 : sesuai ketentuan di label Respondent ID 9 : Jika antibiotik, diminum sampai habis Respondent ID 10 : Sirup meptin diminumkan sampai habis Respondent ID 11 : Tidak perlu Respondent ID 12 : obat rutin jadi harus habis Respondent ID 13 : Antibiotik harus habis Respondent ID 14 : Harus habis Respondent ID 15 : Antibiotik sampai habis. Jika lainnya tidak sampai habis (yang untuk sakit panas tidak dihabiskan) Respondent ID 16 : Tidak diberitahu Question No.: 4.4 Apa yang Anda lakukan bila obat anak Anda belum habis tetapi anak Anda sudah sembuh? Response: Respondent ID 1 : Dihentikan Respondent ID 2 : Jika sudah sembuh, yang tidak harus dihabiskan, ya dibuang. Respondent ID 3 : Kalau ada tulisan sampai habis, dihabiskan. Respondent ID 4 : Jika sisa, langsung dibuang Respondent ID 5 : Berhenti kalau sudah baik Respondent ID 6 : Untuk sirup, tidak diminum Respondent ID 7 : Respondent ID 8 : Antibiotik sampai habis (kadang tidak), obat biasa tidak sampai habis Respondent ID 9 : Tetap diminum sampai habis
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
93
Lampiran 9. Hasil Wawancara dengan Pasien Respondent ID 10 : tetap diminum (untuk obat panas dan batuk) → sesuai pemberitahuan dokter dan petugas farmasi rawat jalan. Pasien memiliki didiagnosa flek, dan pada saat gempa mengalami kejang. Respondent ID 11 : Respondent ID 12 : antibiotik harus habis. Obat panas, jika sudah sembuh dihentikan Respondent ID 13 : Jika antibiotik diminum sampai habis. Untuk serbuk, jika sudah sembuh sisanya dibuang. Tetapi bila sirup disimpan. Respondent ID 14 : Tetap diminumkan (obat flek) Respondent ID 15 : Antibiotik tidak dilanjutkan jika sudah sembuh. Semua jika sudah sembuh berhenti Respondent ID 16 : Antibiotik sampai habis. jika bukan antibiotik sudah sembuh dihentikan. Question No.: 4.5 Berapa lama masa pengobatan anak Anda? Response: Respondent ID 1 : 1 minggu, bila belum sembuh kembali ke dokter Respondent ID 2 : 1 minggu tapi jika sudah sembuh, obat dibuang. Respondent ID 3 : Lama karena rutin. Biasanya 1 minggu Respondent ID 4 : Satu bulan Respondent ID 5 : Menurut dokter, 1 minggu kontrol. Respondent ID 6 : 3 bulan (diberitahu dokter) Respondent ID 7 : 3 bulan (diberitahu dokter) Respondent ID 8 : sampai sembuh. Jika satu minggu tidak sembuh, kontrol ke dokter Respondent ID 9 : Untuk vitamin, masa terapi jangka lama. Obat hanya untuk imunisasi, pasien tidak pernah sakit. Respondent ID 10 : Satu minggu Respondent ID 11 : Respondent ID 12 : Dua minggu Respondent ID 13 : 3 hari sembuh Respondent ID 14 : 1/2 tahun, tiap obat habis kontrol ke dokter (tiap bulan) → diberitahu dokter Respondent ID 15 : 6 bulan, sebelum obat habis kontrol (obat untuk 1 bulan) Respondent ID 16 : 4 - 5 hr
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 94 Lampiran 10. KEJADIAN ME YANG DITEMUKAN PADA RESEP PASIEN PEDIATRIK BULAN JULI 2007 DI RUMAH SAKIT BETHESDA
N o
1
1. KESALAHAN PENGETIKAN NAMA OBAT Umu BB r Jenis kelamin (kg) Resep 4 th 6 bl 17 hr Perempuan 16 Profilas 1/2 + Pronicy 1/4 (10) 1dd 1 HS Sir Meptin (1) 2 dd 1 cth Sir Imboost force (1) 3 dd 1 cth
kurang lebih 1 bulan batuk mula-mula kering, sekarang berdahak
Kejadian Profilas 1/2+Pronicy 1/4 pulv diketik profilas 1/2+ Meptin 1/4 kaps (pengambilan obat benar)
2. No 1
2
3
4
Umu r 2th 10bl 25 hr 8th 6hr
8bl 28hr
KESALAHAN PENGETIKAN KEKUATAN OBAT Jenis BB kelamin (kg) Resep Rifampicin 200 mg + Pehadoxin 125 mg + Perempuan 12,5 Pronicy 1/10 tab (30) 1 dd 1 1/2 jam ac
Anamnesis dan diagnosis
Laki-laki
28kg
Laki-laki
8,10 kg
Perempuan
Profilas 1/4 tab + Histrine 1/4 tab + Cobazym 1/4 tab (30) 1 dd 1 sore Pamol 250 mg + luminal 15 mg (10) 3 dd 1 prn Profilas ½ tab + Pronicy 1/2 tab (10) 1 dd 1 HS Meptin swinghaler 2 puff(1) Clavamox sir (1) 3 dd1 cth Meptin 6 mcg+Mucopect 3 mg+ Dextrometophan 2 mg (15) 3 dd 1 pulv Pamol 300 mg + Dexamethasone 2/3 tab + Adona 4/3 tab +vit K 1/3 tab (12) 3 dd 1 →CS 3 Lapricef/ Ossadrox 300 mg + Divens plus 1/2 cap (1) 3 dd1 Sir thymi 50 cc + aqua 25 cc + Interhistrin 3 tab + Profilas 3 tab + GG 300 mg (1) 3 dd 5 cc
Anamnesis dan diagnosis kontrol, tak ada keluhan, obat habis Tanggal 7 Juni ' 07 terdiagnosis TB dan bronchitis Batuk pilek tadi pagi muntah 1 x Tadi pagi panas 390 C 3 hr batuk, pilek, panas -. Diagnosa : ISPA
Kejadian Rifampisin 200 mg diketik 300 mg
Profilas 1/2+Pronicy 1/2 pulv diketik profilas 1/2+ Pronicy 1/4
Dextrometophan 2 mg diketik 3 mg
CS3 diketik CS2, padahal di resep dituliskan CS3
CS3= Pamol 200 mg + Dexamethasone 2/3 tab + Adona 1/3 tab +vit K 1/3 tab (12) CS2= Pamol 150 mg + Dexamethasone 1/2 tab + Adona 1/4 tab +vit K 1/4 tab
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 95 3.
KESALAHAN PENGETIKAN BENTUK SEDIAAN OBAT Jenis BB kelamin (kg) Resep
Umu No r 4 th 6 bl 1 17 hr Perempuan
2
7 th Laki-laki 8bl 27 hr
3
8th Laki-laki 4bl 3hr 9th Laki-laki 11 bl 16 hr
4
5
6
16 Profilas 1/2 + Pronicy 1/4 (10) 1dd 1 HS Sir Meptin (1) 2 dd 1 cth Sir Imboost force (1) 3 dd 1 cth 27 Nonflamin 5 (3x1/2) kg Acyclovir 300 g + homoclomin ½ tab ( 3x1 sp hbs) -15 caps Divens plus sir 1 (3x1 cth)
22,5 Pehadoxin 250 mg (30) 1 dd 1 cap kg Rifampisin 250 mg (30) 1 dd 1 cap
Anamnesis dan diagnosis kurang lebih 1 bulan batuk mula-mula kering, sekarang berdahak Kontrol ada pembengkakan di pipi kiri , badan anget Diagnosa :Parotitis kiri
Kontrol tak ada keluhan ; riwayat : asma sesak 44kg Profilas ½ tab + Ryzem ½ tab(10) 1 dd 1 cap Batuk pilek 4 hr, HS Panas - , Bronsolvan 75mg+Cortidex ½ tab+Salbron ½ Riwayat: asma tab (15) 3 dd 1 cap 5th Perempuan Dilantin Pd 10 mg 2x1 -60 Tgl 5 feb 2007 Rifam 275 mg + Peha 200+ pron 1/10 (1x1 ½ didiagnosa TB jam pg) -30 Prof ½ + Histrin 2/5 +cobazym 1/3 cap -15 – 1x1 sore 8 th Sir Thymi 50 cc + aquadest 25 cc + interhistrin 3 tab + bricasma 3 tab + GG 3 tab+ profilas 3 tab (1) 3x 7,5 cc Aminophilin 125 mg + Dexamethasone 2/3 tab + meptin ¼ tab (12) 1 dd 1 cap Spiramycin 1,5M IU tab F.C (15) 3 dd 1 tab tiap 8 jam ½ jam sblm makan
Kejadian Profilas 1/2+Pronicy 1/4 pulv diketik profilas 1/2+ Meptin 1/4 kaps (pengambilan obat benar) tidak diketik kapsul
Kapsul diketik pulveres
Kapsul diketik pulveres ketahuan ketika penyerahan
Pulv diketik kapsul
Kapsul diketik pulveres
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 96 4.
KESALAHAN PENGETIKAN JUMLAH OBAT Umu Jenis BB No r kelamin (kg) Resep 1 8bl Perempuan 6700 Yekaprim ¼ tab+Histrin 1/10 tab + B1 10 16 hr gr mg(10) 2 dd 1 Pamol 75 mg + luminal 5 mg (15) 2 dd 1 prn demam 2
10 bl Laki-laki 1hr
3 5bl
Kontrol rutin , tak Racikan seharusnya 15 bungkus diketik 26 ada keluhan, dr tgl bungkus 23 Mei 2007. Tgl 16-21 Mei 2007 mondok dengan diagnosis campak ; bronkopneumonia
Sir Thymi 50 cc + aquadest 25 cc + interhistrin 3 tab + bricasma 3 tab + GG 300 mg (3 tab)+ profilas 3 tab (1) 3x ½ cth Cloracef 60 mg + Dexamethasone 1/3 tab + aminofilin 0.02 gram + meptin 1/6 tab (30) 3x1 HS minum sampai habis tiap 8 jam Curvit Cl 175 cc + Pronicy 8 tab (1) 1x1 sdk plastic 5 ml
5. Umu No r 1 2th 1 bl 15hr
7,92 Pamol 1/6 tab + luminal 10 g (10) 4 dd 1 kg Rifam 100 mg + Peha 100 + Pronicy 1/15 tab (15) 1dd ½ jam ac PZA 100 gram + Cobazym 1/5 cap (30) 2 dd 1 Profilas 1/5 tab + Histrine 1/6 tab (15) 1 dd 1 sore
Anamnesis dan diagnosis Kejadian Pilek, batuk, panas Salah ketik jumlah histrin
PENGAMBILAN JUMLAH OBAT YANG TIDAK SESUAI RESEP Jenis BB Anamnesis dan kelamin (kg) Resep diagnosis Laki-laki 11.3 Rifampicin 175 mg + Pehadoxin 125 mg + Kontrol rutin, 40 gr Pronicy 1/10 tab (15) 1 dd 1 ½ jam pagi kemarin muntah Profilas 1/3 tab + histrin ¼ tab + Cobazym 1/3 1x. cap (15) 1 dd 1 sore 24-29 Mei ’07 opname dengan diagnosa utama bronchitis akut dan diagnosa
Pronicy 8 tab dibaca 3 tab
Kejadian Histrin 3,75 tab diambilkan 4,75 tab
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 97 2
1th 8bl 12hr
Laki-laki
sekunder TB Kontrol TB
11 Rifampicin 150 mg + Pehadoxin 125 mg + Pehadoxin tertulis 37,5 tab diambilkan 38,5 tab kg Pronicy 1/15 tab (30) 1 dd 1 Profilas 1/4 tab + histrin ¼ tab (30) 1 dd 1 PZA 125 mg + Cobazym 1/5 tab (30) 1 dd 1 3 2th Perempuan 12,5 Rifampicin 200 mg + Pehadoxin 125 mg + Batuk +, pilek , Pehadoxin seharusnya diambil 36,5 tab tetapi 9bl kg Cobazym 1/10 tab (30) 1 dd 1 ac ½ jam pagi riwayat : bronchitis hanya diambilkan 37,5 tab 10hr Profilas 1/3 tab + histrin ¼ tab + cobazym 1/3 asmatis cap (30) 1 dd 1 sore Histrin diambilkan 7 tab seharusnya 7,5 tab 4 2th Perempuan 12,5 Pamol 125 mg + luminal 15 mg (10) 3 dd 2 hari pilek, pagi Racikan pamol luminal seharusnya diambilkan 10 6bl kg 1prn tadi anget, riwayat tetapi diberikan 15 24hr Profilas ¼ tab + Pronicy 1/8 tab (10) 1 dd 1 : kejang demam HS Sir Meptin (1) 2 dd 1/2 cth 5 2th Laki-laki 10,2 Erythrocin dulcet mg 125 + Homoclomin 2 Pilek 3 hr, batuk -, Rifampisin 7,5 tab diambilkan 8,5 tab 8bl 2 kg mg+ Dextrometophan 3 mg ( 15) 3 dd 1 nafsu makan 17hr Curmunos sir (1) 1 dd 1 cth menurun. Pehadoxin 150 mg + Rifampisin 150 mg (30) Diagnosis : 3 dd 1 PKTB,ISPA PZA 200 mg (30) 1 dd 1 6 9th Acyclovir 1 gram 3 dd 1 Interhistin seharusnya 5 tab hanya diberi 3 tab Climadan 100 mg + Dexamethasone 2/3 tab (kurang 2) + Interhistrin 1/3 tab + Profilas 1/3 tab (15) 3 dd 1 7 20 bl Laki-laki 13,4 Combivent respule (3) Batuk, pilek, Salbutamol 11,25 tab diberikan 11,5 tab kg Salbutamol 1,5 g + rhinofed 1/5 tab + susah makan Homoclomin 1/3 tab +Medixon 1/3 tab (15) 3 dd 1 Paracetamol 150 + luminal 15 mg (15) 4 dd 1 Ossadrox (1) 3 dd 1 cth sp habis 8 4th Laki-laki 17 Profilas ½ tab + Pronicy ¼ tab + Cetrizin ½ Batuk 3 hr, panas Racikan tertulis 10 diambilkan 8 (kurang 2) 5bl kg tab (10) 1 dd 1 HS 21hr Meptin sir 2 dd 1 cth 9 3th Laki-laki 16 Profilas ½ + Pronicy ¼ (10) 1 dd 1 HS Kontrol masih Profilas + Pronicy di resep ditulis 10 hanya diberi 9bl kg Ventolin nebule (3) batuk, diagnosa : 8 10hr BKB
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 98 10 2th Perempuan 12,5 Rifampicin 200 mg + Pehadoxin 125 mg + 10bl kg Pronicy 1/10 tab (30) 1 dd 1 1/2 jam ac 25hr Profilas 1/4 tab + Histrine 1/4 tab + Cobazym 1/4 tab (30) 1 dd 1 sore
Karena salah mengentry maka salah hitung, seharusnya rifampisin yang diambil 10 diambilkan 15
11 6th 10 bl 18hr
Laki-laki
Racikan pamol 225 mg + luminal 7,5mg sebanyak 15, pamol yang diracik dihitung 1,75 tab seharusnya 6,75 tab sehingga yang diberikan 1,75 tab
12 11th 5bl 29hr
Laki-laki
13 4 th 2 bl 11hr
Laki-laki
21 kg
23,5 kg
14 5th Perempuan 18,5 1bl kg 19hr
15 1th Perempuan 9370 15hr gr
kontrol, tak ada keluhan, obat habis Tanggal 7 Juni ' 07 terdiagnosis TB dan bronchitis Garamycin tube 10%+Acyclovir 5%cream (1) Timbul bintik-bintik ue merah di seluruh Salicyl talk (1) tubuh + 3 hr Acyclovir 200 mg + Homoclomin 2/5 tab + B1 10 mg (15) 3 dd1 Diven plus sir(1) 3 dd C ½ Pamol 225 mg + luminal 15 mg (15) 4 dd 1 Salbron exp(1) 3 dd 1 cth Lacto B (15) 3 dd 1 Divens Sir botol 100 ml (1) 3 dd 1 cth 2 hr batuk pilek, Meptin 20 mcg + DMP 10 mg + Mucopect 15 riwayat : bronkitis mg + Homoclomin 2,5 mg (15) 3 dd 1 pulv asmatis diagnosa : ISPA Rifampisin 325 mg+ Pehadoxin 250 mg + Kontrol obat rutin Pronicy 1/10 tab (30) 1 dd 1 ac ½ jam pagi IV , batuk +, pilek Profilas 1/2 tab +Histrin 1/2 tab +Cobazym , demam 1/2 cap (30) 1 dd 1 sore Becombion 1 dd 1 cth Curvit Cl sir (1) 1 dd 1cth Kontrol III, tgl 7 Rifampisin 300 mg + Pehadoxin 200 mg + Mei 2007 Pronicy 1/10 tab (30) 1 dd 1 ac ½ jam pagi terdiagnosa : TB Profilas 1/2 tab +Histrin 2/5 tab +Cobazym 2/5 cap (30) 1 dd 1 sore Sir Meptin (1) 2 dd ¾ cth bila batuk Livit sir (1) 1 dd 1 sir 1 cth Pilek pusing, Rifampisin 125 mg + Pehadoxin 100 mg + panas 2 hr Pronicy 1/10 tab (30) 1 dd 1 ac ½ jam pagi Riwayat : kejang Profilas 1/4 tab +Histrin1/5 tab +Cobazym 1/5 demam kompleks cap Diagnosa: + Rhinofed 1/15 tab (30) 1 dd 1 sore rhinofaringitis akut Dilantin 15 mg (60) 2 dd 1 pulv bakterial
Homoclomin 2,5 mg sebanyak 15, dihitung 3 1/4 tab seharusnya 3 3/4tab sehingga diberikan 3 ¼ tab Histrin 1/2 tab sebanyak 30 dihitung 15 1/2 seharusnya 15
Profilas 1/2 tab sebanyak 30 racikan, dihitung 5 tab seharusnya 15 tab sehingga diberikan 5 tab
Rhinofed 1/15 tab sebanyak 30 pulv dihitung 4 tab seharusnya 2 tab, diberikan 4 tab
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 99 Pct 100 mg + diazepam 15 mg (10) 4 dd 1 bila panas 16 2th Perempuan 11,5 Eritrocin dulcet 125 mg + luminal 15 mg+ 8bl kg homoclomin 2mg (15) 3 dd 1 3hr Proris sir (1)
17 5 th 6 bl 19 hr
Laki-laki
20,5 Rifampicin 300mg+Pehadoxin 200mg+ kg Pronicy 1/10tab (1x1 ac ½ pagi) -30 Profilas ½ tab + Histrin 2/5 tab + Cobazym 1/3 cap (1x1 sore)-30 Sir Curvit Cl (1x1 cth) -1
18 1th Perempuan 10,5 Eritrocin dulcet 100 mg + dextrometophan 3 10 bl 2 kg mg+ homoclomin 2mg (15) 3 dd 1 5hr Ketrisin 0,1% 5 g ointment (3 dd) 19 7 bl perempuan 7430 Profilas ¼ + Pronicy 1/8 (15) 1 dd 1HS 4 hr gram Mercotin (1) 2 dd 1 gtt
20 7th 9 perempuan 24kg Kontrol rutin , ingus -, aroma bl 29 Telfast 30 mg (30) 2dd 1 hr Rhinofed (1) 2 dd 1 cth Thiamphenicol (15) 3 dd1 sp habis 21 5 th perempuan 22kg Vometa 4x 7,5 ml (1)½ jam sblm 3 bl Pamol 225 mg + Luminal 15 mg (15)4x1 2 hr bungkus Lacto B sachet (15) 3x1 Bactricid (2) 2x1 sdk plastic 22 2 th Laki-laki 15.5 Profilas ¼ tab + Pronicy 1/8 tab (15) 1x1 HS 1 bl kg Curvit 24 hr 23 4 th perempuan 13 Lacto B (5) 2x1 2 bl kg Pronicy 1/2 tab + Cobazym ½ tab (10) 1x1
Panas mulai kemarin, sudah minum sanmol dan imboost force Batuk-, pilek-, perut sakit + Kontrol tak ada keluhan ; tgl 5 April 2007 didiagnosis = mixed bronchitis +TB Kontrol masih sariawan . batuk + 3 hr, pilek + Diagnosa : ISPA Kontrol tak ada keluhan. Tanggal 7 Juli 2007 panas, batuk, pilek 3 hr Kontrol rutin,ingus-, aroma
Luminal hanya diberi 6,5 harusnya 7,5
Pehadoxin seharusnya diambil 60 hanya diambil 30
Eritromisin kurang 1 seharusnya 7,5 hanya diberi 6,5
Racikan sebanyak 15 hanya diambilkan 10
Thiamphenicol seharusnya 7,5 diambilkan 9,5
Pamol luminal kurang 2 (hanya diberi 13)
Kontrol pilek (30 Mei didiagnosa ISPA) Kontrol BAB 3x berlendir , perut
Racikan kelebihan 1
Racikan dengan jumlah obat 10 diambilkan 5
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 100 30 hr
HS
24 3 th 6 bl 30 hr
Laki-laki
15 kg
25 4 th 3 bl 22 hr
Laki-laki
16 kg
26 11th 8bl 23hr
Laki-laki
61,5 kg
27 2 bl Perempuan 4880 6hr gram
28 8th 1 Perempuan bl 2hr
29 kg
29 1 th perempuan 7 bl
10 kg
sakit, muntah - ; Diagnosa : perut diare disentri Tanggal 29 Juni: mencret 6x, muntah 2x, perut mulas Profilas ½ tab + pronicy ¼ tab + cetrizin ½ 3 hari batuk pilek ; Cetrizin belum diambilkan tab (10) 1x1 HS Diagnosa = ASMA Meptin 5 mcg / sir 60 ml (1) 2x1 8-12 Mei 2007 Ventolin 2.5 mg nebules Diare disentri Rifampicin 100 mg + Pehadoxin 175 mg + Kontrol Pasien Pehadoxin kurang 1 Pronicy 1/10 tab -30 (1x1 ac ½ jam pagi) Mondok pada Profilas 2/5 tab + Histrin 1/3 tab + Cobazym tanggal 3-7 Maret 1/3 cap -30 (1x1) 2007; Diagnosa Sakavit Kalk Sir 60 ml (1x1 cth) utama = bronchopneumoni a ; Diagnosa sekunder = TB Ossadrox 500mg (15) 3 dd1 Demam 3 hr Telfast 20 diambilkan 30 Nonflamin ½ cap+ Rhinofed ½ tab (10) 2 dd1 batuk, pilek Telfast (20) 2 dd1 Riwayat : Sir OBH Nelco (1) 3 dd 1C bronchitis asmatis Imboost cap (10) 1 dd 1 Pamol (15) 3-4 dd 1 prn demam Setiap ½ jam C I (5) ASI + PASI Ketoconazole diambilkan 2,5 seharusnya 1,25 Ketoconazole 25 mg (10) 1 dd1 (salah hitung) Tanalbin 100 mg (10) 3 dd1 Kanamycin 50 mg (10) 3 dd 1 Divens Plus(1) 3 dd C ½ Kontrol rutin Cobazym di resep tertulis 15 mendapat 10 Pehadoxin 350 mg + Histrin ¾ tab +Cobazym Riwayat : bronkitis ½ cap (30) 1 dd 1 sore asmatis Sir Lyvit (1) 1 dd C1/2 Sagestan cream (1) Acyclovir cream (1) Combivent respull pro nebulizer -3 2 hr panas batuk Homoclomin diberikan 4 seharusnya diberi 3 Sir bactricid (1) 2x1 cth sp hbs muntah , anget,
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 101 8 hr
Mucopect 6 mg + homocolmin 1/5 tab + Medixon 1/5 tab + Rhinofed 1/10 tab (3x1) 15 Pamol 100 (1/5) + Luminal 10 mg – 15 (4x1 prn demam) Meptin (1) 2 dd ½ cth
batuk hilang min 1 bulan
6.
PENGAMBILAN KEKUATAN OBAT YANG SALAH Jenis BB Anamnesis dan No Umur kelamin (kg) Resep diagnosis 1 Perempuan Pamol 300 mg + Dexamethasone 2/3 tab + Adona 4/3 tab +vit K 1/3 tab (12) 3 dd 1 →CS 3 Lapricef/ Ossadrox 300 mg + Divens plus 1/2 cap (1) 3 dd1 Sir thymi 50 cc + aqua 25 cc + Interhistrin 3 tab + Profilas 3 tab + GG 300 mg (1) 3 dd 5 cc 2
8th 6hr
Laki-laki
28kg Pamol 250 mg + luminal 15 mg (10) 3 dd 1 prn Batuk pilek tadi Profilas ½ tab + Pronicy 1/2 tab (10) 1 dd 1 HS pagi muntah 1 x Meptin swinghaler 2 puff(1) Tadi pagi panas 390 C
Profilas 1/2+Pronicy 1/2 pulv diambilkan profilas 1/2+ Pronicy 1/4
7. No Umur 1 8 th 9 bl 14 hr
2
KESALAHAN PENGETIKAN ATURAN PAKAI (LABEL) Jenis BB kelamin (kg) Resep Perempuan 39 Pamol 250 + luminal 15 – 3x1 prn 10 kg Pronicy ½ + Cobazym ½ -1x1 HS-5 Imboost Force sir 3x1cth
Kejadian CS3 diambilkan CS2 CS2= Pamol 150 mg + Dexamethasone 1/2 tab + Adona 1/4 tab +vit K 1/4 tab (12) 3 dd 1 CS3= Pamol 200 mg + Dexamethasone 2/3 tab + Adona 1/3 tab +vit K 1/3 tab (12)
Perempuan
Pamol 300 mg + Dexamethasone 2/3 tab + Adona 4/3 tab +vit K 1/3 tab (12) 3 dd 1 →CS 3 Lapricef/ Ossadrox 300 mg + Divens plus 1/2 cap (1) 3 dd1 Sir thymi 50 cc + aqua 25 cc + Interhistrin 3 tab + Profilas 3 tab + GG 300 mg (1) 3 dd 5 cc
Anamnesis dan diagnosis Kejadian 2 hr lalu mulai panas Racikan kurang keterangan malam sebelum menggigil terutama tidur malam hari Demam hari ke 3 Sirup racikan 3x1 sdt ditulis sdm
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 102 8.
LABEL TERTUKAR Jenis No Umur kelamin BB Resep 1 2th Laki-laki 10,22 Erythrocin dulcet mg 125 + Homoclomin 2 mg+ 8bl kg Dextrometophan 3 mg ( 15) 3 dd 1 17hr Curmunos sir (1) 1 dd 1 cth Pehadoxin 150 mg + Rifampisin 150 mg (30) 3 dd 1 PZA 200 mg (30) 1 dd 1
9.
2 11th 5bl 29hr
KESALAHAN PERHITUNGAN DOSIS Jenis kelamin BB Resep Laki-laki 21 kg Garamicyn 10% tube + acyclovir 5% cream5 g (1) ue Salicyl talk (1) Acyclovir 200 mg + Homoclomin 2/5 tab+ B1 10 mg (15) 3 dd 1 Divens plus sir (1) 3 dd C ½ Pamol 225 mg + Luminal 15 mg (15) 4 dd 1 Salbron exp (1) 3 dd 1 cth Lacto B sachet (15) 3 dd 1 Laki-laki Divens Sir botol 100 ml (1) 3 dd 1 cth Meptin 20 mcg + DMP 10 mg + Mucopect 15 mg + Homoclomin 2,5 mg (15) 3 dd 1 pulv
3
Laki-laki
No Umur 1 6th 10bl 18hr
4 th 2 bl 11hr
23,5 Rifampisin 325 mg+ Pehadoxin 250 mg + kg Pronicy 1/10 tab (30) 1 dd 1 ac ½ jam pagi Profilas 1/2 tab +Histrin 1/2 tab +Cobazym 1/2 cap (30) 1 dd 1 sore Becombion 1 dd 1 cth 4 5th Perempuan 18,5 Curvit Cl sir (1) 1 dd 1cth 1bl kg Rifampisin 300 mg + Pehadoxin 200 mg + 19hr Pronicy 1/10 tab (30) 1 dd 1 ac ½ jam pagi Profilas 1/2 tab +Histrin 2/5 tab +Cobazym 2/5 cap (30) 1 dd 1 sore
Anamnesis dan diagnosis Kejadian Pilek 3 hr, batuk -, Label kedua racikan tertukar nafsu makan menurun. Diagnosis : PKTB,ISPA
Anamnesis dan diagnosis Kejadian Timbul bintik-bintik Racikan pamol 225 mg + luminal 7,5mg merah di seluruh sebanyak 15, pamol yang diracik dihitung 1,75 tubuh + 3 hr, batuk +, tab seharusnya 6,75 tab pilek +, panas +
2 hr batuk pilek, riwayat : bronkitis asmatis diagnosa : ISPA Kontrol obat rutin IV , batuk +, pilek -, demam -
Homoclomin 2,5 mg sebanyak 15, dihitung 3 1/4 tab seharunya 3 3/4tab
Kontrol III, tgl 7 Mei 2007 terdiagnosa : TB
Profilas 1/2 tab sebanyak 30 racikan, dihitung 5 tab seharusnya 15 tab
Histrin 1/2 tab sebanyak 30 dihitung 15 1/2 seharusnya 15
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 103 Sir Meptin (1) 2 dd ¾ cth bila batuk 5
2th Perempuan 12,5 10bl kg 25hr Rifampicin 200 mg + Pehadoxin 125 mg + Pronicy 1/10 tab (30) 1 dd 1 1/2 jam ac Profilas 1/4 tab + Histrine 1/4 tab + Cobazym 1/4 tab (30) 1 dd 1 sore 6 Livit sir (1) 1 dd 1 sir 1 cth 9370 Rifampisin 125 mg + Pehadoxin 100 mg + 1th Perempuan gr Pronicy 1/10 tab (30) 1 dd 1 ac ½ jam pagi 15hr Profilas 1/4 tab +Histrin1/5 tab +Cobazym 1/5 cap + Rhinofed 1/15 tab (30) 1 dd 1 sore Dilantin 15 mg (60) 2 dd 1 pulv Pct 100 mg + diazepam 15 mg (10) 4 dd 1 bila panas 7 2 bl Perempuan 4880 Setiap ½ jam C I (5) 6hr gram Ketoconazole 25 mg (10) 1 dd1 Tanalbin 100 mg (10) 3 dd1 Kanamycin 50 mg (10) 3 dd 1
10. No Umur 1 8th 4bl 3hr 2 9th 11 bl 16 hr 3
8 th
Kontrol, obat habis, tak ada keluhan Tgl 7 Juni 2007 terdiagnosis TB dan bronkitis
Rifampisin 200mg sebanyak 30 pulv dihitung 15 tab seharusnya 10 tab. Ini karena salah entry (200mg dientry 300mg)
Pilek pusing, panas 2 Rhinofed 1/15 tab sebanyak 30 pulv dihitung 4 hr tab seharusnya 2 tab Riwayat : kejang demam kompleks Diagnosa: rhinofaringitis akut bakterial
ASI + PASI
KESALAHAN DALAM PROSES PERACIKAN MEMBUAT BENTUK SEDIAAN Jenis Anamnesis dan kelamin BB Resep diagnosis Laki-laki 22,5 Pehadoxin 250 mg (30) 1 dd 1 cap Kontrol tak ada kg Rifampisin 250 mg (30) 1 dd 1 cap keluhan ; riwayat : asma sesak Laki-laki 44kg Profilas ½ tab + Ryzem ½ tab(10) 1 dd 1 cap Batuk pilek 4 hr, HS Panas - , Bronsolvan 75mg+Cortidex ½ tab+Salbron ½ Riwayat: asma tab (15) 3 dd 1 cap Sir Thymi 50 cc + aquadest 25 cc + interhistrin 3 tab + bricasma 3 tab + GG 3 tab+ profilas 3 tab (1) 3x 7,5 cc Aminophilin 125 mg + Dexamethasone 2/3 tab + meptin ¼ tab (12) 1 dd 1 cap
Ketoconazole diambilkan 2,5 seharusnya 1,25 (salah hitung)
Kejadian Kapsul dibuat pulveres, kesalahan disadari ketika penyerahan Kapsul dibuat pulveres, kesalahan disadari ketika penyerahan
Kapsul dibuat pulveres
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 104 Spiramycin 1,5M IU tab F.C (15) 3 dd 1 tab tiap 8 jam ½ jam sblm makan 11. No Umur 1 1th 3bl 28 hr 2 4th 7bl 10hr 3
2th 5bl 26 hr
4
2th 8bl 3hr
5
6
PERACIKAN YANG MEMPENGARUHI DOSIS Jenis kelamin BB Resep Perempuan 7790 Colistin 100.000 IU + Cobazym 1/5 cap (15) 3 gr dd 1 sp hbs Sir Livit (1) 1 dd ½ cth sore Perempuan 14,5kg Acyclovir 200 mg (10) 3 dd 1 bkgs Pamol 150 mg + luminal 15 mg (10) 3 dd 1 prn Imboost Force sir (1) 2 dd 1 C Perempuan Dilantin PD 20 mg (90) 3 dd 1 bgks Rivotril tab (15) 1 dd ¼ tab Depakene sir botol (2) 2 dd ½ cth Pct 100 mg (15) 3 dd 1 Perempuan 11,5 Erithrocin 125 mg + luminal 15 mg + kg homoclomin 2 mg (15) 3 dd 1 pulv Proris sir (1)
Anamnesis dan diagnosis Kontrol habis opname (GEA dehidrasi) Batuk, pilek, panas, rahang kanan bengkak Kontrol obat habis,diagnosa kejang demam
Kejadian Racikan ada yang tumpah sedikit
Racikan acyclovir tumpah sedikit
Tumpah sedikit pada saat peracikan kemudian diambil lagi
Panas mulai kemarin, Ada yang tumpah ketika membungkus sudah minum sanmol dan imboost force, batuk-, pilek-, perut sakit +, panas III, diagnosa : palpitasi Perempuan Rhinofed tab 50 mg (12) 3 dd 1 Racikan ketika dimasukkan ke dalam kapsul Antalgin 300 mg + Dexamethasone 2/3 tab + ada yang tumpah, ada yang sisa dimasukkan vit K 1/3tab + Adona 1/3 tab (12) 3 dd 1 caps ke kapsul yang kira-kira masih kosong atau Chloramfenikol 250 mg (20) 3 dd 2 caps kertas setelahnya 4,5 Perempuan 18 kg Sir Meptin 2 dd ¾ cth prn batuk Sering batuk, foto Racikan yang PZA + cobazym tumpah th Rifampisin + Pehadoxin 200 mg +Pronicy thorax sedikit 1/15 tab (15) 1 dd 1 ac ½ jam pagi memperlihatkan PZA 200mg + Cobazym 1/3 cap (30) 2 dd 1 mixed TB pneumonia Profilas ½ tab + Histrin 2/5 tab (15) 1 dd 1 sore Sir livit 1 dd 1 cth
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 105 7
Livit sir (1) 1 dd 1 sir 1 cth 1th Perempuan Rifampisin 125 mg + Pehadoxin 100 mg + 15hr 9370 Pronicy 1/10 tab (30) 1 dd 1 ac ½ jam pagi gr Profilas 1/4 tab +Histrin1/5 tab +Cobazym 1/5 cap + Rhinofed 1/15 tab (30) 1 dd 1 sore Dilantin 15 mg (60) 2 dd 1 pulv Pct 100 mg + diazepam 15 mg (10) 4 dd 1 bila panas 8 7 th Laki-laki Xepadergin 1/3 mg (90) 3 dd 1 Bio ATP 1/3 tab (90) 3 dd 1 9 1th Laki-laki 11 kg Sir ventolin exp (1) 3 dd 1 cth prn batuk sesak 7bl Rifampisin 175 mg + Pehadoxin 125 mg 25 hr +Pronicy 1/15 tab (15) 1 dd 1 ac ½ jam pg PZA 125 mg + Cobazym 1/3 cap (30) 2 dd 1 Profilas 1/3 tab + Histrin ¼ tab (15) 1 dd 1 sore 10 7th Laki-laki 33kg Erythrocin 250 mg + Aminofilin 60 mg + DMP 6bl 8 mg + Dexamethasone 1/3 tab (15) 3 dd 1 28hr Salbuvent exp (1) 3 dd 1 cth Combivent vial (1) 11 8 bl Perempuan 6660 Pamol 75 mg + Dexamethasone 1/3 tab + 6 hr gr Adona 1/6 tab + vit K 1/6 tab (12) 3 dd 1 Cotrimoxasole + metronidasole (12) 3 dd 1 Tanalbin (12) 3 dd 1 Ketoconasole (10) 1 dd 1 12 5th Perempuan 18,5 Curvit Cl sir (1) 1 dd 1cth 1bl kg Rifampisin 300 mg + Pehadoxin 200 mg + 19hr Pronicy 1/10 tab (30) 1 dd 1 ac ½ jam pagi Profilas 1/2 tab +Histrin 2/5 tab +Cobazym 2/5 cap (30) 1 dd 1 sore Sir Meptin (1) 2 dd ¾ cth bila batuk 13 11 bl Perempuan Sir Curmunos (1) 2 dd ½ cth 4 hr Rifampisin 150 mg + Pehadoxin 100 mg + Pronicy 1/10 tab (30) 1 dd 1 ac ½ jam pg
Pilek pusing, panas 2 Racikan rifampsin + pehadoxin hr + pronicy tumpah sedikit Riwayat : kejang demam kompleks Diagnosa: rhinofaringitis akut bakterial
Racikan bio ATP tumpah sedikit Kontrol rutin, Racikan Profilas + histrin tumpah sedikit Opname tgl 10-12 kemudian dimasukkan kembali (racikan Juni ’07 dg diagnosa sedikit sekali) utama demam kejang sederhana Sesak napas mulai Racikan banyak yang tumpah tadi pagi, batuk, panas hr II Diagnosis : ASMA, ISPA 3 hr panas, BAB Cotrimoksasole 1,92 tab diambilkan 2 tab kental sehari + 4 kali, agak panas
Kontrol III, tgl 7 Mei 2007 terdiagnosa : TB
Racikan rifampisin + pehadoxin + pronicy tumpah sedikit
Kontrol, Sesak +, 3 hr Ada racikan yang tumpah sedikit di batuk +, diagnosa : packaging batuk ASMA
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 106
14 25 th
15 6th
Laki-laki
Profilas ¼ tab + Histrin 1/5 tab + Cobazym 1/5 cap + Rhinofed 1/15 tab (30) 1 dd 1 sore Codein 20 mg + Dexamethasone 2/3 tab + Interhistin 1/3 tab + Antalgin 250 mg (12) 3 dd 1 Ciprofloxasin (8) 2 dd 1 16 kg Sir Curvit Cl(1) 1x1 cth Sir combantrin 7 cc (1) 1x7 cc jam 20.00 Sir Rimactan 200 cc (1) da 100 cc => 1x 13 cc ac ½ jam Sir Piravit 100 cc (1) 1x 8 cc ac ½ jam pagi PZA 175 mg + Cobazym 1/3 cap (30) 2x1 Profilas 2/5 tab + Histrin 1/3 tab (15) 1x1 sore
16 10bl Perempuan 7140 Diagnosa tanggal 30 Juni ’07 : gr HEPB 3 17 2 th Laki-laki 12,5 Konsultasi keluar cacing kremi 3 bl kg 4 hr
Kontrol batuk –; Combantrin 7 cc diberi 7,5 cc 27-4-07 Diagnosa utama = bronkopneumonia, Diagnosa sekunder = TB
Vitaflur Puyer (10) 1 dd 1 campur susu Sir combantrin 5 cc (1) 1 dd 5 cc Curvit Cl (I) 1 dd 1 cth
Tablet ketika diracik kurang 1 (ketinggalan) kemudian diracik kembali Combantrin 5 cc diberikan combantrin 7,5 cc. Setelah dimasukkan ke dalam kemasan baru, dikeluarkan lagi menurut perkiraan peracik.
12. No Umur 1 1 th 2bl 2hr
KESALAHAN PENYEBUTAN NAMA PASIEN Jenis kelamin BB Resep Perempuan Pamol 1/5 (100) + luminal 10 mg (10) 3 dd 1 bungkus prn Lactacyd liquid (1) 2dd 1 Mercotin 2 dd 1gtt
Racikan belum homogen
Anamnesis dan diagnosis Kejadian Mulai kemarin badan Salah menyebut nama (nama sulit) panas, batuk, pilek +. Muntah -. Diagnosis : ISPA dan demam
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 107 Lampiran 11. KELENGKAPAN RESEP Tgl Pe Identi tas
Pasien
Identit as
Dokter
Tgl Penuli
ngamtn Nama Umur Jns Klmn BB Nama Ortu Almt Nama SIP Alamat Paraf san Resep 4 Juli
27
25
21
5 Juli
21
20
18
6 Juli
21
21
17
7Juli
10
8
8
9 Juli
29
29
27
10 Juli
18
16
16
11 Juli
16
16
12 Juli
25
13 Juli
1
21
27
2
18
7 2
27
27
27
27
21
19
21
21
21
21
21
21
17
21
18
21
21
21
21
21
21
8
10
8
10
10
10
10
10
10
27
29
29
29
29
29
29
29
2
16
18
18
18
18
18
18
18
12
6
12
16
2
2
14
16
16
16
16
16
16
23
22
5
22
25
1
1
23
25
25
25
25
25
25
17
17
16
4
16
17
1
1
17
17
17
17
17
17
17
14 Juli
16
12
13
5
13
16
13
16
16
16
16
16
16
16 Juli
27
26
26
11
26
27
26
27
27
27
27
27
27
17 Juli
29
26
25
2
25
29
27
29
29
29
29
29
29
18 Juli
14
14
14
7
14
14
14
14
14
14
14
14
14
19 Juli
14
14
13
3
13
14
1
1
14
14
14
14
14
14
14
20 Juli
15
15
14
3
14
15
1
1
15
15
15
15
15
15
15
21 Juli
7
6
6
6
7
6
7
7
7
7
7
7
23 Juli
8
7
7
7
8
7
8
8
8
8
8
8
24 Juli
10
9
6
6
10
8
10
10
10
10
10
10
25 Juli
6
6
6
6
6
6
6
6
6
6
6
6
26 Juli
9
7
7
3
7
9
7
9
9
9
9
9
9
27 Juli
9
9
7
2
7
9
9
9
9
9
9
9
9
28 Juli
14
13
14
1
14
14
13
14
14
14
14
14
14
30 Juli
17
16
13
1
13
17
16
17
17
17
17
17
17
31 Juli
20
17
17
17
20
17
20
20
20
20
20
20
1 Agst
14
14
14
1
14
14
14
14
14
14
14
14
14
2 Agst
18
15
14
3
14
18
16
18
18
18
18
18
18
3 Agst
13
13
12
3
12
13
13
13
13
13
13
13
13
4 Agst
12
11
11
5
11
12
12
12
12
12
12
12
12
Total
456
425
396
81
396
456
456
456
456
456
456
456
2
2
Unit Asal BSO Kekuatan Dosis Jmlh Aturan Diamati 27
1
3
Jmlh R/
27
1
3
Pelayanan Farma si
25
1
2
Ruangan
1
28 16
1
1
1 13
1
1
1
1 13
1
3
421
1
1
3
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
108
BIOGRAFI PENULIS
Erline Yusticia Hinlandou, putri pertama anak kedua dari pasangan Sonny Hindarto dan Lani Budi Herawati. Penulis merupakan anak kedua dari 2 bersaudara. Lahir di Yogyakarta pada tanggal 10 Maret 1986. Pendidikan Dasar ditempuh dari tahun 1992 - 1998 di Sekolah Dasar Pangudi Luhur I Yogyakarta.
Jenjang
Sekolah
Lanjutan
Tingkat
Pertama dijalani di SLTP Stella Duce I Jogjakarta dan lulus pada tahun 2001. Pendidikan Sekolah Menengah Umum dilalui di SMU Stella Duce I Yogyakarta dan lulus pada tahun 2004. Saat ini penulis masih terdaftar sebagai mahasiswi Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma.