PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
PERAN GURU IPA/FISIKA DALAM UPAYA UNTUK MEMPERSIAPKAN KARIER SISWA DALAM BIDANG IPA/FISIKA (STUDI KASUS PADA 5 GURU FISIKA SMA DI YOGYAKARTA) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Fisika
Oleh: DION PASKALIS KOPONG BELOLO NIM: 111424025
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2016
i
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
ii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
iii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
HALAMAN PERSEMBAHAN
“INDAH PADA WAKTUNYA”
Kupersembahkan karyaku ini untuk: 1. Kedua orangtuaku tercinta (Amak Ludofikus Lebu Raya Lamanepa no’o Inak Yuliana Deran Manuk). 2. Kakak dan adik-adikku yang terkasih (ka Siska Puhugelong, ka Elias Lamanepa, Ina Boi Lamanepa, & Simon Lamanepa). 3. Kekasih hatiku, Erlin Lasar. 4. Keluarga Bpk. Dominikus Ola Rotok di Tarakan. 5. Tadon Adonara dan suku Lewo Lamanepa. 6. Teman-teman Pendidikan Fisika angkatan 2011. 7. Almamaterku, Universitas Sanata Dharma.
iv
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
v
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
vi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, Yesus Kristus dan kepada Bunda Maria yang telah melimpahkan berkat-Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan skrispi yang berjudul “Peran Guru IPA/Fisika dalam Upaya untuk Mempersiapkan Karier Siswa Dalam Bidang IPA/Fisika (Studi Kasus Pada 5 Guru Fisika SMA di Yogyakarta”. Penulisan skripsi ini bertujuan untuk mendapatkan gelar sarjana (S1) pendidikan di Program Studi Pendidikan Fisika Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Peneliti menyadari bahwa dalam pembuatan skripsi ini tidak lepas dari peran serta berbagai pihak yang mendukung dan membantu sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terimakasih sebesarbesarnya kepada: 1. Bapak Johanes Eka Priyatna, M.Sc, Ph.D., selaku Rektor Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. 2. Bapak Rohandi, Ph.D., selaku Dekan FKIP Universitas Sanata Dharma dan Dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan, arahan, motivasi, dan koreksi sehingga penulis dapat menyelesaikan studi dengan lancar. 3. Bapak Dr. M. Andi Rudhito, S.Pd., selaku Ketua Jurusan JPMIPA Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. 4. Dr. Ign. Edi Santosa, M.Si., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Fisika, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas
vii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Sanata Dharma Yogyakarta, sekaligus sebagai Dosen Pembimbing Akademik yang telah membimbing penulis masa pendidikan. 5. Kedua Orangtuaku yang telah memberikan cinta, kasih sayang, doa dan motivasi selama penulis menempuh pendidikan. 6. Keluarga Bapak Dominikus Ola Rotok yang telah mendukung penulis dengan sepenuh hati dalam menyelesaikan studi. 7. Kakak dan adik-adikku tercinta; Elias Lamanepa, Ina Boy Lamanepa, dan Simon Lamanepa yang telah mendoakan penulis dalam menjalankan studi. 8. Kakak Fransiska Benga Ola, yang selalu memberikan semangat dan inspirasi yang luar biasa buat penulis selama di bangku kuliah. 9. Kekasih hatiku, Erlin Lasar, yang selalu selalu menyemangati dan mendoakan serta membantu penulis dalam menyelesaikan studi. 10. Segenap dosen Pendidikan Fisika Universitas Sanata Dharma yang telah membagikan ilmu dan wawasannya. 11. Ibu Esti, Ibu Tari, Pak Jumadi, Pak Gampang dan Pak Tono yang telah bersedia meluangkan waktu untuk menjadi subyek penelitian bagi penulis. 12. Kelompok penelitian; Veronika Niken, Perry Surya, dan Eri Pratama atas kebersamaan, bantuan, dan berbagi ilmu selama penyusunan skrispi ini. 13. Teman-teman Pendidikan Fisika 2011 atas kebersamaan dan cerita yang kita alami untuk berjuang menyelesaikan studi di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. 14. Sahabatku, Hendrikus Hendra Knoba, yang telah membantu penulis selama menyelesaikan studi dari awal sampai pada akhir masa studi.
viii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
15. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyelesaian skripsi ini sehingga segala kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan. Semoga skripsi ini memberikan manfaat bagi pembaca pada khususnya serta ilmu pengetahuan pada umumnya.
Salam hangat Penulis
ix
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
ABSTRAK
Dion Paskalis Kopong Belolo.2015. Peran Guru IPA/Fisika dalam Upaya Untuk Mempersiapkan Karier Siswa dalam Bidang IPA/Fisika: (Studi Kasus Pada 5 Guru Fisika SMA Di Yogyakarta). Skripsi. Program Studi Pendidikan Fisika, Jurusan Pendidikan dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatatif yang bertujuan untuk mengetahui (1) sejauh mana kesadaran guru bahwa jurusan IPA/Fisika yang dipilih oleh siswa bertujuan untuk mempersiapkan siswa berkarier dalam Bidang IPA/Fisika, (2) sejauh mana pemahaman guru fisika mengenai karakteristik IPA/Fisika, dan (3) cara guru fisika mempersiapkan karier siswa melalui pengajaran di jurusan IPA/Fisika. Penelitian ini dilaksanakan pada 4 SMA di kota Yogyakarta pada bulan Maret-April 2015. Subyek penelitian ini adalah 5 guru fisika yang mengajar di jurusan IPA. Dalam penelitian ini, instrumen yang digunakan adalah pertanyaan wawancara. Hasil penelitian menunjukan bahwa (1) rata-rata guru fisika memiliki kesadaran yang cukup tinggi bahwa jurusan IPA yang dipilih oleh siswa bertujuan untuk mempersiapkan siswa berkarier dalam bidang IPA/Fisika, (2) rata-rata guru fisika memahami karakteristik IPA/Fisika dimana pemahaman guru fisika lebih menekankan pada aspek pengetahuan, dan (3) cara guru fisika mempersiapkan karier siswa melalui pengajaran di jurusan IPA/Fisika dengan cara mengembangkan keterampilan proses sains kepada siswa yaitu melalui kegiatan laboratorium.
Kata kunci: jurusan IPA, guru fisika, karier siswa
x
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
ABSTRACT Dion Paskalis Kopong Belolo. 2015. The Role of Science/Physics Teacher in Preparing Students’ Career in Physics (A Case Study towards Five High-School Physic Teachers in Yogyakarta).
This is a descriptive-qualitative study that aimed to determine (1) the extent of teacher awareness that Science/Physics class majoring, which were chosen by students, aimed to help them preparing on having a career in Science/Physics, (2) the extent of to which teachers understand the characteristics of Physics, and (3) the way Physics teachers prepare students' career through teaching in Physics class. The research was conducted in four High Schools of Yogyakarta since March up to April 2015. The subjects of this study were five Physics teachers who teach in department of IPA. In this study, the instruments used were the questions of interview. The results of this study are (1) an average of Physics teachers have a fairly high awareness that Science majors chosen by students aimed to help them preparing on having a career in Science/Physics, (2) an average of Physics teachers understand the characteristics of IPA/Physics which emphasized on the aspect of knowledge, and (3) the way Physics teachers prepare students’ career through teaching in Science/Physics major classes is by developing students’ science process skills through laboratory activities.
Keywords: Science major, Physics teacher, students’ career.
xi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ..................................................................................... ....... i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................................. ii HALAMAN PEGESAHAN .................................................................................. iii HALAMAN PERSEMBAHAN ........................................................................... iv PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ............................................................... v PERNYATAAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH .............................................. vi KATA PENGANTAR ...........................................................................................vii ABSTRAK ............................................................................................................... x ABSTRACT ............................................................................................................ xi DAFTAR ISI.......................................................................................................... xii DAFTAR TABEL ................................................................................................ xv DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xvi BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1 A. Latar Belakang Masalah ............................................................................... 1 B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 2 C. Tujuan Penelitian .......................................................................................... 3 D. Manfaat Penelitian ....................................................................................... 3
xii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB II LANDASAN TEORI ............................................................................... 5 A. Pembelajaran IPA/Fisika .............................................................................. 5 B. Pengajaran Untuk Siswa ynag Memilih Jurusan IPA/Fisika ........................ 8 C. Peran Guru IPA/Fisika dalam Membangun Minat Siswa dalam Mempersiapkan Karier dalam Bidang IPA ............................................... 13 1. Kesadaran guru bahwa jurusan IPA/Fisika yang dipilih oleh siswa bertujuan untuk berkarier dalam Bidang IPA/Fisika ............................ 13 2. Guru memahami karakteristik yang membuat IPA/Fisika berbeda ...... 15 3. Guru harus mengembangkan keterampilan proses sains atau kerja ilmiah kepada siswa ......................................................................................... 17 D. Persepsi Guru terhadap Siswa yang telah Memilih Jurusan IPA ................ 17 E. Bimbingan Karier yang Dilakukan oleh Guru Fisika .................................. 19 BAB III METODE PENELITIAN .................................................................... 22 A. Jenis Penelitian ........................................................................................... 22 B. Tempat dan Waktu Penelitian .................................................................... 23 C. Subyek Penelitian ....................................................................................... 24 D. Variabel Penelitian ..................................................................................... 24 E. Desain Penelitian ........................................................................................ 24 1. Kegiatan Penelitian ............................................................................... 24 2. Pengumpulan Data ................................................................................ 25 F. Instrumen Penelitian ................................................................................... 25 G. Metode Pengumpulan Data ......................................................................... 27
xiii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
H. Analisis Data ............................................................................................... 28 BAB IV DATA, ANALISIS DATA .................................................................... 30 A. Pelaksanaan Penelitian ................................................................................ 30 B. Deskripsi Guru ............................................................................................ 31 C. Data Penelitian ............................................................................................ 33 D. Analisis Data ............................................................................................... 33 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................... 61 A. Kesimpulan ................................................................................................. 62 B. Saran ............................................................................................................ 63 C. Daftar Pustaka ............................................................................................. 64
xiv
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
DAFTAR TABEL 4.1. Daftar Pelaksanaan Penelitian......................................................................... 31 4.2. Kesadaran Guru bahwa Jurusan IPA/Fisika yang Dipilih oleh Siswa Bertujuan untuk Mepersiapkan Siswa Berkarier dalam Bidang IPA/Fisika ... 43 4.3. Pemahaman Guru mengenai Karakteristik yang Membuat IPA/Fisika Berbeda ........................................................................................................... 49 4.4. Cara Guru Mengembangkan Keterampilan Proses Sains atau Kerja Ilmiah Kepada Siswa ................................................................................................... 59
xv
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
DAFTAR LAMPIRAN Surat Izin Penelitian ............................................................................................ 65 Lampiran a. SMAN 6 dan SMAN 9 Yogyakarta ........................................... 65 Lampiran b. SMA PIRI 1 Yogyakarta ........................................................... 67 Lampiran c. SMA IMMANUEL Yogyakarta ................................................ 68 Surat Pernyataan Telah Melakukan Penelitian ................................................ 69 Lampiran d. SMAN 6 Yogyakarta ................................................................. 69 Lampiran e. SMAN 9 Yogyakarta ................................................................. 70 Lampiran f. SMA PIRI 1 Yogyakarta ............................................................ 71 Lampiran g. SMA IMMANUEL Yogyakarta ................................................ 72 Pedoman wawancara ........................................................................................... 73 Lampiran h. Pedoman wawancara Guru ........................................................ 73 Contoh hasil wawancara .................................................................................... 74 Lampiran i.Wawancara dengan Guru A ......................................................... 74
xvi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam upaya mengelola kegiatan belajar mengajar fisika kiranya ada sebuah pertanyaan yang bisa kita lontarkan, yakni iklim baru yang bagaimana dalam pengajaran fisika dengan mempertimbangkan penalaran yang dituntut dalam ilmu pengetahuan alam (fisika). Dalam pemikiran modern selalu dikatakan bahwa imu pengetahuan tugasnya adalah merumuskan hukum-hukum yang bersifat umum dan mutlak. Namun dalam pengajaran yang dipentingkan adalah bagaimana hukum ilmiah serupa itu terbentuk. Menurut R. Rohandi (Sumaji, 1998: 113), untuk membahas hakekat IPA, diperlukan sebuah kajian kritis. Ini tentu saja membawa konsekuensi pada cara pandang orang dalam menanggapi dan menghayati IPA. Akibat cara pandang orang dalam (guru), mengenai apa itu IPA, dalam lingkup yang sempit, akan membawa warna pada pembelajaran yang diterapkan manakala guru melakukan aktivitas bersama anak dalam pembelajaran sains. Hasil penelitian menunjukkan bahwa model pembelajaran IPA sangat dipengaruhi oleh persepsi guru tentang sains,
1
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
2
terlepas dari materi apa yang akan diajarkan. Ini sering disebut dengan Hidden curriculum (Cross dalam sumaji dkk, 1998:13). Oleh karena cara pandang guru tentang IPA sangat mempengaruhi model pembelajaran IPA, maka untuk proses pembelajaran di jurusan IPA, dalam hal ini mata pelajaran fisika, guru seharusnya menyadari bahwa jurusan IPA yang dipilih oleh siswa itu akan memberikan kontribusi terhadap karier siswa di masa depan. Apabila hal ini tidak disadari oleh guru maka kemungkinan besar guru hanya akan membekali materi kepada siswa sesuai dengan tuntutan kurikulum yang ada. Guru IPA (fisika) harus menyadari juga apa yang membedakan mengajar/membelajarkan IPA (fisika) dengan mengajar ilmu lain, misalnya bahasa atau IPS. Karakteristik apa yang membuat IPA berbeda, dan mengapa guru-guru IPA mesti memahami karakterisitik tersebut. Apabila guru IPA sudah menyadari dan memahami hal ini, maka guru dapat membantu siswa mempersiapkan kariernya ke depan lewat proses belajar yang sesuai dengan karakteristik IPA.
B. Rumusan Masalah Berdasarkan
latar
belakang
permasalahan
di
atas,
dapat
dirumuskan permasalahan sebagai berikut: 1. Apakah guru fisika kelas XI menyadari bahwa jurusan IPA yang dipilih oleh siswa itu punya kepentingan tertentu yang berkaitan dengan karier siswa ke depannya di bidang IPA/Fisika?
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
3
2. Apakah guru fisika kelas XI menyadari karakteristik apa yang membuat IPA (fisika) berbeda? 3. Bagaimana
cara
guru
fisika
kelas
dalam
membantu
siswa
mempersiapkan kariernya ke depan lewat pengajaran yang sesuai dengan karakteristik IPA? C. Tujuan Penelitian Setelah mengetahui rumusan masalah di atas, maka tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui sejauh mana kesadaran guru fisika kelas XI bahwa jurusan IPA yang dipilih oleh siswa sesungguhnya memiliki kepentingan tertentu yang berkaitan dengan karier siswa ke depannya. 2. Untuk mengetahui sejauh mana guru fisika kelas XI menyadari dan memahami karakteristik apa yang membuat IPA (fisika) berbeda. 3. Untuk mengetahui sejauh mana cara guru fisika kelas dalam membantu siswa mempersiapkan kariernya ke depan lewat pengajaran yang sesuai dengan karakteristik IPA.
D. Manfaat Penelitian: Setelah memperoleh jawaban atas masalah yang dirumuskan di atas maka, diharapkan penelitian ini berguna untuk : 1. Dunia pendidikan, sebagai bahan masukan yang penting dalam meningkatkan mutu, khususnya dalam hal ini proses belajar-mengajar di sekolah.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
2. Guru fisika, sebagai
bahan masukan agar dapat
4
membantu
mempersiapkan karir siswa lewat proses belajar mengajar. 3. Peneliti, sebagai informasi yang mendukung ketika peneliti terjun ke lapangan. 4. Para peneliti lain kelak, sebagai bahan pertimbangan jika melakukan penelitian yang berhubungan dengan penelitian ini dalam ruang lingkup yang lebih luas serta pembahasan yang lebih mendalam.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB II LANDASAN TEORI
A. Pembelajaran IPA-Fisika Pembelajaran fisika tidak akan lepas dari hakekat fisika. Fisika merupakan cabang dari ilmu pengetahuan alam (sains). Oleh karena itu, hakekat fisika dapat ditinjau dan dipahami melalui hakekat sains. Menurut Zen dalam Sumaji dkk (1998: 161), sains adalah suatu eksplorasi ke alam materi berdasarkan observasi, dan yang mencari hubungan-hubungan alamiah yang teratur mengenai fenomena yang diamati serta bersifat mampu menguji diri sendiri. Dawson dalam Sumaji dkk (1998: 161) menyatakan bahwa sains adalah aktivitas pemecahan masalah oleh manusia yang termotifasi oleh keingintahuan akan alam di sekelilingnya dan keinginan memahami, menguasai, dan mengolahnya demi memenuhi kebutuhan. Sains merupakan bagian dari kehidupan kita dan kehidupan kita merupakan bagian dari pembelajaran sains. Pendidikan sains seharusnya bukan saja berguna bagi anak dalam kehidupannya, melainkan juga untuk perkembangan suatu masyarakat dan kehidupan yang akan datang. Menurut Orlich dalam Sumaji dkk (1998: 117), bahwa suatu ciri pendidikan sains adalah bahwa sains lebih dari sekedar kumpulan yang dinamakan fakta. Cross dalam Sumaji dkk (1998: 117) menyatakan bahwa
5
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
6
belajar sains bukan hanya untuk memahami konsep-konsep ilmiah dan aplikasinya dalam masyarakat, melainkan juga untuk mengembangkan berbagai nilai. Menurut R. Rohandi (Sumaji, 1998: 113), pembelajaran sains (fisika) tidak lain merupakan proses konstruksi pengetahuan melalui aktivitas berfikir anak. Dalam keadaan ini anak diberi kesempatan untuk mengembangkan
pengetahuannya
secara
mandiri
melalui
proses
komunikasi yang menghubungkan pengetahuan awal yang dimiliki dengan pengetahuan yang akan atau harus ditemukannya. Pembelajaran fisika seharusnya lebih menekankan pada proses kegiatan yang dialami siswa melalui interaksi dengan lingkungan dalam menguasai konsep fisika melalui penerapan aktivitas siswa itu sendiri. Terdapat dua aspek penting dalam sains yaitu proses sains dan produk sains. Fisika dipandang sebagai suatu proses dan sekaligus produk sehingga dalam pembelajarannya harus mempertimbangkan strategi atau metode pembelajaran yang salah satunya melalui kegiatan demonstrasi dan praktik. Hal ini dikarenakan melalui kegiatan demonstrasi, siswa memperoleh penjelasan tentang konsep yang abstrak. Melalui kegiatan praktik, siswa melakukan olah pikir dan tangan. Fisika merupakan pengetahuan tentang alam, sehingga dalam pembelajarannya harus mempertimbangkan pendekatan pembelajaran yang sesuai. Salah satu pendekatan
yang sesuai
dalam
pembelajaran
fisika
yaitu
kerja
laboratorium. Hal ini dikarenakan dalam pembelajaran yang menggunakan kerja laboratorium siswa akan lebih aktif dalam kegiatan eksperimen atau
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
7
praktikum, siswa akan langsung berinteraksi dengan alam dan siswa dapat memperoleh konsep fisika yang dipelajarinya melalui kegiatan eksperimen tersebut. Sumaji (1998: 121) mengemukakan beberapa aspek penting yang dapat diperhatikan dalam memberdayakan peserta didik melalui pembelajaran IPA (fisika) sebagai berikut: a. Pentingnya memahami bahwa pada saat memulai kegiatan pembelajaran,
siswa
telah
memiliki
berbagai
konsepsi,
pengetahuan yang relevan dengan apa yang mereka pelajari. b. Aktivitas siswa melalui berbagai kegiatan nyata dengan alam menjadi hal yang utama dalam pembelajaran IPA (fisika). c. Dalam setiap pembelajaran IPA (fisika), kegiatan bertanya baik guru maupun siswa menjadi bagian yang penting, bahkan menjadi bagian utama dalam pembelajaran. d. Berkaitan dengan kegiatan bertanya bagi peserta didik, pertanyaan “mengapa” menjadi hal yang fundamental dalam IPA (fisika). Kemampuan peserta didik untuk memberi penjelasan tentang kemengapaan fenomena alam akan sangat berguna dalam memahami suatu masalah. Berdasarkan beberapa hal di atas, dalam belajar IPA (fisika) peserta didik lebih dilibatkan secara aktif dengan tujuan untuk mengembangkan dan mengajarkan cara berfikir ilmiah. Dengan demkian,
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
8
kondisi seperti ini akan mampu menjadikan anak berdaya, yang sangat berperan penting dalam kehidupan mereka sehari-hari
B. Pengajaran Untuk Siswa yang Memilih Jurusan IPA (Fisika) Pengajaran fisika di kelas sebelum penjurusan dan sesudah penjurusan tentu akan sedikit berbeda. Perbedaan yang paling mendasar terletak pada jumlah jam pelajaran. Jumlah jam pelajaran fisika di jurusan IPA akan lebih banyak dibandingkan dengan jumlah jam pelajaran fisika pada kelas yang belum dijuruskan. Dilihat dari segi siswanya, dapat dikatakan bahwa siswa yang telah memilih jurusan IPA akan lebih siap untuk menerima pengajaran di jurusan IPA. Dengan melihat kondisi ini, maka guru fisika yang mengajar di jurusan IPA harus memperhatikan pengajaran untuk siswa yang telah memilih jurusan IPA. Menurut Suryawan (1989), mengajar fisika hanya dengan ceramah sebenarnya bukanlah mengajar fisika, melainkan sekedar mengenalkan fisika. Kegiatan laboratorium hendaknya dimasukkan dalam kegiatan intrakurikuler (wajib, bukan sekedar penunjang), karena kegiatan laboratorium adalah inti pengajaran fisika. Laboratorium fisika adalah suatu tempat untuk melakukan percobaan dan penelitian. Laboratorium fisika pada umumnya berupa ruangan tertutup, tetapi dapat juga berupa ruangan terbuka. Ditinjau dari tujuan dan fungsi pengajaran fisika di SMA serta ditinjau dari hakekat dan sejarah/perkembangan fisika, laboratorium
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
9
sebagai tempat mengadakan percobaan dan penelitian sangat dibutuhkan dan memegang peranan penting (essensial). Di lain pihak hasil penelitian psikologi kependidikan menunjukkan bahwa banyak siswa SMA bahkan mahasiswa yang belum berkembang cara berpikir formalnya. Ternyata pola berpikir konkrit masih banyak digunakan secara luas. Dalam kaitan inilah laboratorium fisika di SMA semakin terasa dibutuhkan, karena melalui laboratorium beserta alatnya dapat diperoleh pengalaman langsung dan dapat menampilkan obyek/benda konkrit dalam pengajaran fisika. Menurut Suryawan (1989), ditinjau dari pendekatan dan metode pengajaran fisika sesuai dengan hakekat fisika, peranan laboratorium sangat penting dan sangat menunjang. Sebagaimana diketahui dalam perkembangan fisika, peranan laboratorium bagi para ilmuwan dalam menghasilkan produk/ilmu sangat dominan. Dengan demikian diharapkan dan selalu ditekankan agar melalui kegiatan laboratorium, peran siswa dalam proses belajar mengajar mempunyai porsi yang tinggi sehingga dapat diharapkan kemampuan siswa, baik kognitif, afektif, maupun psikomotorik dapat berkembang secara lebih baik. Dalam pengajaran fisika ditekankan tiga metode pokok dalam keseluruhan proses belajar mengajar, yaitu: metode eskperimen, metode demonstrasi dan metode diskusi informasi. Dua metode yang disebut terdahulu, di samping juga metode yang ketiga sangat membutuhkan adanya laboratorium serta pemanfaatannya yang optimal.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Ilmu
Pengetahuan
Alam
(fisika)
merupakan
10
himpunan
pengetahuan yang tersusun secara sistematik yang diperoleh dan dikembangkan dengan metode ilmiah seperti observasi, klasifikasi, eksperimen, dsb. Dengan alasan ini pengajaran fisika tidak hanya menekankan pada perolehan produk/hasil (penguasaan konsep) tetapi juga proses perolehan produk/hasil tersebut. Mengajar dengan pendekatan keterampilan proses berarti memberikan kesempatan kepada siswa untuk menghayati fisika yang sebenarnya, yaitu yang menyangkut: 1. hasil ilmu, 2. proses berpikir atau penemuan, dan 3. sikap ilmiah. Keterampilan proses dalam fisika mencakup keterampilan proses dasar dan keterampilan proses lanjutan. Sebagai salah satu sarana dalam pengajaran fisika, laboratorium fisika dapat digunakan untuk menunjang/mengefektifkan kegiatan belajar mengajar fisika di dalam kelas. Tetapi sebaliknya, kegiatan kelas dapat pula
diusahakan
agar
menunjang
kegiatan
laboratorium.
Agar
laboratorium dapat memberikan manfaat yang sebesar-besarnya tentulah harus dilakukan pengelolaan yang baik. Kondisi laboratorium itu sendiri juga menentukan. Penjagaan keamanan, pemeliharaan, pengaturan jadwal pemakaian, penetapan peraturan dan tata tertib harus dilakukan. Laboratorium fisika harus didesain sedemikian rupa agar memungkinkan terlaksananya kegiatan-kegiatan laboratorium dengan baik.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
11
Menurut Suryawan (1989), di samping yang sudah disebutkan di atas, dalam rangka mengoptimalkan penggunaan laboratorium perlu diambil langkah-langkah: 1. Guru. Guru harus dibekali keterampilan dan ditingkatkan kemampuannya dalam menggunakan alat-alat laboratorium fisika. Di samping itu faktor kemauan dari guru itu sendiri untuk terus belajar harus ada, sehingga guru dapat cakap dan terampil dalam mengelola dan mempersiapkan kegiatan-kegiatan laboratorium. 2. Siswa. Kemauan dan kesadaran dari siswa harus ada dan perlu terus ditingkatkan. Di samping pemberian keterampilan/kecakapan dalam menggunakan alat-alat laboratorium fisika, peningkatan motivasi siswa untuk belajar memahami fisika dengan proses berfikir ilmiah melalui bantuan laboratorium juga harus terus ditingkatkan. 3. Petugas laboratorium. Petugas
laboratorium
mengembangkan
hendaklah
mempunyai
pengetahuan/pemahaman
dan
tentang
terus alat-alat
laboratorium 4. Fasilitas. Walaupun disadari bahwa fasilitas/alat-alat laboratorium tidak mutlak harus canggih (hasil teknologi), namun akan lebih baik lagi seandainya fasilitas laboratorium terus ditingkatkan/disempurnakan. Di samping
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
12
itu pemilihan alat-alat yang relevan tentu sangat menunjang pendayagunaan laboratorium fisika. 5. Metode. Untuk lebih mendayagunakan atau mengoptimalkan pengunaan laboratorium, maka metode yang dapat digunakan adalah a. Metode experiment. Sering disebut metode laboratorium. b. Metode demonstrasi. Model pembelajaran dengan demonstrasi diartikan sebagai model mengajar dengan pendekatan visual agar siswa mengamati proses, informasi, perisitiwa, dan alat dalam pelajaran fisika. c. Widya wisata/karya wisata (Field Trip).
Mengajar dengan
wisata artinya guru mengajar para siswa untuk belajar fisika bukan di ruang kelas, tetapi mereka diajak pergi ke tempat wisata yang mengandung nilai fisika atau saintifik. d. Pameran karya fisika. Yang dimaksud dengan karya fisika adalah karya siswa entah pribadi atau kelompok, yang memang ditugaskan guru untuk dibuat, dan setelah selesai karya-karya itu akan dipamerkan untuk umum, untuk siswa sekolah lain, untuk orang tua, dan juga peminat pendidikan. e. Pemanfaatan laboratorium untuk kegiatan Karya Ilmiah Remaja (KIR), khususnya yang berkaitan dengan fisika. 6. Perencanaan dan waktu pelaksanaan.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
13
Perencanaan kegiatan laboratorium hendaknya dilakukan secermat dan setepat mungkin sehingga dengan waktu yang tersedia dapat dilaksanakan kegiatan-kegiatan laboratorium dengan baik.
C. Peran Guru IPA/Fisika dalam Membangun Minat Siswa dalam Mempersiapkan Karier dalam Bidang IPA Untuk membangun minat siswa dalam mempersiapkan karier siswa dalam bidang IPA, guru diharapkan memahami beberapa aspek selain materi fisika yang diajarkan. Aspek-aspek tersebut antara lain: 1. Kesadaran guru bahwa jurusan IPA/Fisika yang dipilih oleh siswa bertujuan untuk berkarier dalam Bidang IPA/Fisika. Dengan menyadari bahwa jurusan IPA/Fisika yang dipilih oleh siswa bertujuan untuk mempersiapkan siswa untuk dapat berkarier di bidang
IPA/Fisika,
guru
diharapkan
mampu
secara
optimal
mengembangkan peserta didik dengan tidak hanya sebagai pembelajar, melainkan juga sebagai pembimbing peserta didik dalam mengenal dirinya dan lingkungannya. Dengan kesadaran ini guru berusaha membimbing siswa agar dapat menemukan berbagai potensi yang dimilikinya,
membimbing
siswa
agar
dapat
mencapai
dan
melaksanakan tugas-tugas perkembangan mereka, sehingga dengan ketercapaian itu ia dapat tumbuh dan berkembang sebagai individu yang mandiri dan produktif. Kesadaran guru akan hal ini juga didasarkan pada Permen Nomor 22 tahun 2006 tentang Standar
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
14
Kompetensi Mata Pelajaran, dimana di sana dijelaskan 5 tujuan mata pelajaran fisika di SMA antara lain: a. Membentuk sikap positif terhadap fisika dengan menyadari keteraturan dan keindahan alam serta mengagungkan kebesaran Tuhan Yang Maha Esa. b. Memupuk sikap ilmiah yaitu jujur, obyektif, terbuka, ulet, kritis dan dapat bekerjasama dengan orang lain. c. Mengembangkan pengalaman untuk dapat merumuskan masalah, mengajukan dan menguji hipotesis melalui percobaan, merancang dan merakit instrumen percobaan, mengumpulkan, mengolah, dan menafsirkan data, serta mengkomunikasikan hasil percobaan secara lisan dan tertulis. d. Mengembangkan pengalaman untuk dapat merumuskan masalah, mengajukan dan menguji hipotesis melalui percobaan, merancang dan merakit instrumen percobaan, mengumpulkan, mengolah, dan menafsirkan data, serta mengkomunikasikan hasil percobaan secara lisan dan tertulis. e. Menguasai
konsep
dan
prinsip
fisika
serta
mempunyai
keterampilan mengembangkan pengetahuan, dan sikap percaya diri sebagai bekal untuk melanjutkan pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi serta mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
15
2. Guru memahami karakteristik yang membuat IPA/Fisika berbeda dilihat dari hakekat IPA/Fisika itu sendiri. Bidang ilmu sosial atau IPS dapat diartikan dengan “penelaahan atau kajian tentang masyarakat”. Dalam mengkaji masyarakat, guru dapat melakukan kajian dari berbagai perspektif sosial, seperti kajian melalui pengajaran sejarah, geografi, ekonomi, sosiologi, antropologi, politik-pemerintahan, dan aspek psikologi sosial yang disederhanakan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Sedangkan IPA sendiri berasal dari kata sains yang berarti alam. Sains merupakan “pengetahuan hasil kegiatan manusia yang bersifat aktif dan dinamis tiada henti-hentinya serta diperoleh melalui metode tertentu yaitu teratur, sistematis, berobjek, bermetode dan berlaku secara universal”. selain itu IPA merupakan “pengetahuan teoritis yang diperoleh atau disusun dengan cara yang khas atau khusus, yaitu dengan
melakukan
observasi,
eksperimentasi,
penyimpulan,
penyusunan teori, eksperimentasi, observasi dan demikian seterusnya kait mengkait antara cara yang satu dengan cara yang lain”. Cara memahami karakteristik IPA/fisika dengan memahami hakekat dari sains itu sendiri. Karena fisika merupakan bagian dari sains, maka hakekat fisika dapat dilihat dari hakekat sains. Perhatikan definisi-definisi sains berikut ini. Science is a problem solving activity conducted by humans who are motivated by a curiosity about the world around them and a desire to understand that world, or by a desire to manipulate the world in
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
16
order to satisfy other wants or needs, or by both of these. (Dawson dalam Severinus, 2013) Science is not just a collection of laws, a catalogue of facts, it is a creation of human mind with its freely invented ideas and concepts. Physical theories try to form a picture of reality and to establish its connentions with the wide world of sense impressions. (Einstein & Infield 1938 dalam Severinus, 2013) Science is a) Body of knowledge b) Method c) Way of knowing, or the values and beliefs inherent to scientific knowledge and its development (Ledermann, Norman, dalam severinus, 2013) Dari definisi-definisi di atas dapat disimpulkan bahwa sains termasuk di dalamnya fisika, memiliki tiga aspek yaitu (1) aspek pengetahuan, (2) aspek proses, (3) aspek sikap. Aspek pengetahuan. Fisika sebagai body of knowledge berisi fakta, konsep, prinsip, hukum dan teori. Ini adalah produk ilmiah dari fisika. Aspek proses. Fisika sebagai proses ilmiah berisi keterampilan proses ilmiah yang harus dilaksanakan untuk menghasilkan produk ilmiah. Ini dikenal sebagai metode ilmiah (scientific method) yang berisi langkahlangkah merumuskan masalah, menyusun hipotesis, melakukan eksperimen, mengumpulkan data, menganalisis data, dan menarik kesimpulan. Aspek sikap. Dalam melaksanan proses ilmiah, seorang fisikawan didorong dan dikendalikan oleh sikap-sikap ilmiah seperti rasa ingin tahu,
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
17
skeptis atau selalu minta bukti, terbuka terhadap pendapat lain, jujur, obyektif, setia pada data, teliti, kerjasama, dan tidak mudah menyerah. 3. Guru mengembangkan keterampilan proses sains atau kerja ilmiah kepada siswa. Semiawan
(1985)
mengidentifikasi
empat
alasan
yang
melandasi perlunya diterapkan pendekatan keterampilan proses dalam kegiatan belajar-mengajar sehari-hari. Alasan pertama, perkembangan ilmu pengetahuan semakin cepat sehingga tak mungkin lagi para guru mengajarkan semua fakta dan konsep kepada siswa. Alasan kedua, para ahli psikologi umumnya sependapat bahwa anak-anak mudah memahami konsep-konsep yang rumit dan abstrak jika disertai dengan contoh-contoh konkret, contoh-contoh yang wajar sesuai dengan situasi dan kondisi yang dihadapi, dengan mempratekkan sendiri upaya penemuan konsep melalui perlakuan terhadap pernyataan fisik, melalui penanganan benda-benda yang bersifat nyata. Alasan ketiga, penemuan ilmu pengetahuan tidak bersifat mutlak benar seratus persen, penemuan bersifat relatif. Alasan keempat, dalam proses belajar-mengajar seyogyanya pengembangan konsep tidak dilepaskan dari pengembangan sikap dan nilai dalam diri anak didik.
D. Persepsi Guru terhadap Siwa yang telah Memilih Jurusan IPA Pengindraan merupakan suatu proses diterimanya stimulus oleh individu melalui alat indera. Namun, proses tersebut tidak berhenti sampai
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
18
di situ saja. Pada umumnya stimulus tersebut diteruskan ke syaraf otak sebagai pusat susunan syaraf dan proses selanjutnya merupakan proses persepsi. Proses pengindraan terjadi setiap saat, yaitu pada waktu individu menerima stimulus yang mengenai dirinya melalui alat indera. Alat indera merupakan penghubung antara individu dengan dunia luar (Woodworth dan Marquis dalam Bimo Walgito, 1991:53). Persepsi adalah proses pemberian arti oleh seseorang kepada berbagai rangsangan atau stimulus yang diterimanya (Hiam dan Schewe, 1994:212). Mengutip Kamus Besar Bahasa Indonesia (1990:675), persepsi diartikan sebagai suatu tanggapan (penerimaan langsung atau proses seseorang mengetahui beberapa hal melalui pancaindra. Semua orang sangat mudah melakukan perbuatan melihat, mendengar, membaui atau mencium, merasakan dan menyentuh, yaitu proses-proses yang sudah semestinya ada. Namun, informasi yang datang
dari
organ-organ
indera
kiranya
perlu
terlebih
dahulu
diorganisasikan dan diinterpretasikan sebelum dapat dimengerti, proses ini dinamakan persepsi/ perception (Soenardi, 1988:83) Menurut Purwantini dan Purwanti (2007) menyatakan bahwa persepsi adalah proses pemahaman, menerima, mengorganisasikan dan menginterpretasikan rangsangan dari luar/lingkungan melalui panca indera sehingga individu mengerti dan menyadari apa yang ditangkap oleh inderanya. Dalam
hal
ini,
persepsi
merupakan
proses
pemahaman,
penerimaan, pengorganisasian dan penginterpretasian oleh guru terhadap
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
19
proses pembelajaran di jurusan IPA. Guru fisika harus menyadari dan memahami bahwa siswa yang telah memilih jurusan IPA karena mempunyai kepentingan tertentu, yaitu karier yang akan digeluti di masa depan, yang berkaitan dengan jurusan IPA. Sehingga dengan pandangan ini guru mengupayakan pengajaran yang menuntun siswa untuk lebih mengenal dirinya. E. Bimbingan Karier yang Dilakukan oleh Guru Fisika Masa remaja merupakan masa pembentukan identitas. Identitas karier merupakan bagian dari identitas diri yang dibentuk pada masa remaja. Identitas karier adalah jalur pekerjaan atau karier yang ingin ditekuni di masa depan (Santrock, 2013). Untuk dapat menemukan identitas karier, remaja perlu menempuh proses perkembangan karier dan mencapai kematangan karier. Karier itu sendiri didefinisikan sebagai gabungan dan rangkaian peran yang dijalani individu dalam kehidupannya (Super, 1980). Menurut Greenhauss, Callanan dan Godshalk dalam wirastari dkk (2013), karier merupakan pola pengalaman yang berkaitan dengan pekerjaan dalam sepanjang hidup individu. Selanjutnya, Arnold dalam Wirastari (2013) menjelaskan bahwa pengalaman dalam pekerjaan juga berkaitan dengan posisi, peranan, dan aktivitas yang mendukung proses kerja individu. Pendidikan, kegiatan hobi, peran keluarga dan tugas rumah tangga juga dapat mendukung proses bekerja, meskipun hal-hal tersebut tidak langsung berhubungan dengan pekerjaan.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
20
Berdasarkan definisi dari para ahli tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa karier merupakan peran dan pengalaman individu, baik yang berkaitan langsung dengan pekerjaan maupun yang tidak langsung mendukung pekerjaan yang ditekuni dalam kehidupannya. Setelah diperoleh pemahaman tentang pengertian karier, maka akan dikemukakan tentang pengertian bimbingan karier. Bimbingan karier lebih menitikberatkan kepada perencanaan kehidupan, yang terlebih haruslah mempertimbangkan potensi-potensi diri yang dimilikinya serta lingkungan sekitar agar mereka memperoleh dan memiliki pandangan yang cukup luas dari pengaruh terhadap berbagai peranan positif yang layak dilaksanakan dalam masyarakat. Menurut pengertian Donald E. Super dalam Sukardi (1987: 21-22), bimbingan karier memiliki beberapa ciri-ciri, di antaranya: a. Bimbingan karier adalah merupakan suatu proses yang bertujuan untuk membantu individu menumbuhkan gambaran dirinya. b. Bimbingan karier adalah suatu bantuan layanan untuk membantu individu menumbuhkan dan menerima peranan yang dilakukannya dalam dunia kerja. c. Bimbingan karier adalah suatu bentuk layanan bimbingan yang bertujuan membantu individu memperoleh kesempatan untuk mencoba dan memilih pekerjaan yang sesuai dengan potensi yang dimiliki.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
21
d. Bimbingan karier adalah suatu bentuk layanan bimbingan yang bertujuan untuk membantu individu memperoleh gambaran dirinya dalam dunia kerja. Dari defenisi di atas, disimpulkan bahwa bimbingan karier tidak semata-mata hanya dilakukan oleh guru Bimbingan dan Konseling melainkan guru mata pelajaran dalam hal ini guru fisika juga ikut terlibat dalam mengarahkan siswa mencapai karier
yang diinginkannya.
Bimbingan karier yang dilakukan oleh guru fisika menekankan pada penyelenggaraan pengajaran sesuai dengan kebutuhan siswa, atau dengan kata lain guru fisika membantu siswa untuk memperoleh gambaran diri siswa lewat proses belajar mengajar. Guru fisika mendidik, mengajar, mengarahkan, melatih, dan membimbing siswa lewat proses pengajaran yang dilakukan. Ini merupakan cara yang dilakukan oleh guru untuk memperiapkan karier siswa.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Dalam sebuah penelitian sangat erat hubungannya dengan suatu metode, karena penggunaan metode dalam penelitian harus disesuaikan dengan permasalahan dan tujuan yang akan dikaji. Keberhasilan dalam sebuah penelitian tidak terlepas dari suatu metode yang digunakan dalam pelaksanaan pengumpulan data dan analisis data. Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah studi deskriptif yang sifatnya penelitian kualitatif. Riset kualitatif mempunyai setting alamiah sebagai sumber langsung data dan peneliti merupakan instrumen kunci. Peneliti terlibat langsung dalam sekolah atau tempat yang diteliti. Insight peneliti menjadi dasar analisis. Konteks penelitian sangat penting karena anggapannya adalah sesuatu hal dapat dimengerti lebih baik dalam konteksnya. Anggapan dasar lain: tingkah laku manusia dipengaruhi oleh setting di mana hal itu terjadi. Riset kualitatif bersifat deskriptif. Data dikumpulkan dalam bentuk kata-kata, gambar, keadaan, daripada bilangan. Termasuk data adalah transkrip interview, fieldnotes, foto, videotapes, dokumen pribadi dan ofisial, memo dan record lain. Peneliti menganalisis data dengan segala
22
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
23
kekayaannya sedekat mungkin, dengan bentuk-bentuk data yang terekam. Anggapannya: semuanya punya andil dalam menjelaskan apa yang sedang dipelajari. Informasi dan pengungkapan detail sangat penting dalam riset kualitatif; bukan hanya kesimpulan atau rangkuman. Penelitian kualitatif lebih tertarik pada proses daripada hasil akhir. Strategi kualitatif menekankan bagaimana harapan-harapan diterjemahkan dalam kegiatan-kegiatan, prosedur dan interaksi setiap hari. Peneliti kualitatif cenderung menganalisis data secara induktif. Tidak mencari data/bukti untuk membuktikan atau tidak membuktikan hipotesis yang dipunyai sebelumnya; tetapi lebih mengabstraksikan hal-hal yang khusus. Meaning atau makna merupakan perhatian utama bagi pendekatan kualitatif. Maka peneliti boleh terus bertanya, apa maksud dari data-data itu (Paul Suparno ,2010: 153-154).
B. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitan dilakukuan di beberapa SMA di Yogyakarta. Adapun SMA-SMA tersebut yakni: SMA K, SMA L, SMA M, dan SMA N. 2. Waktu Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret-April 2015 Tahun Ajaran 2014/2015.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
24
C. Subyek Penelitian Subyek penelitian ini adalah guru fisika kelas XI di 4 sekolah yang berbeda dimana keempat sekolah tersebut semuanya berada di Yogyakarta. Keempat sekolah tersebut dalam penelitian ini disimbolkan atau diberi inisial. Keempat sekolah ini adalah sekolah K, sekolah L, sekolah M, dan sekolah N. Guru fisika kelas XI yang menjadi subyek penelitian karena ruang lingkup penelitian ini adalah penjurusan, dimana guru kelas XI sangat berperan penting pada tingkat ini. Alasan lain yang mendasari adalah peneliti berasal dari jurusan pendidikan fisika. D. Variabel Penelitian Dalam penelitian ini, variabelnya adalah persepsi guru fisika kelas XI mengenai siswa yang telah memilih jurusan IPA. E. Desain Penelitian 1. Kegiatan Penelitian Penelitian ini diawali dengan mencari sekolah-sekolah yang bisa menerima penelitian di semester genap tahun ajaran 2014/2015. Dari kegiatan awal ini diperoleh dua sekolah negeri dan dua sekolah swasta. Setelah pihak sekolah mengizinkan untuk diadakan penelitian maka, langkah selanjutnya adalah berkoordinasi dengan guru fisika kelas XI untuk memberikan gambaran tentang teknik pengambilan data dan jadwal pengambilan data. Jadwal pengambilan data ini disepakati oleh guru dengan peneliti dengan catatan tidak mengganggu jadwal
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
25
mengajar guru yang bersangkutan. Jadwal pengambilan data ini disesuaikan juga antara satu sekolah dengan sekolah yang lain sehingga menghindari adanya jadwal yang bertabrakan. 2. Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan instrumen wawancara. Wawancara yang dilakukan bersifat terstruktur dengan adanya pedoman wawancara. Dari jawaban hasil wawancara bersama guru fiska kelax IX bisa menghasilkan pertanyaan tambahan untuk mendapatkan data yang lebih lengkap. Data tentang informasi mengenai persepsi guru fisika kelas IX dari tiap sekolah yang diperoleh kemudian dianalisis lebih lanjut untuk mendapatkan hasil dan kesimpulan dari penelitian. F. Instrumen Penelitian Instrumentasi adalah seluruh proses untuk mengumpulkan data. Termasuk di dalamnya bagaimana memilih atau mendesain instrumen dan menentukan keadaan agar instrumen itu dapat digunakan/dipraktekkan. Maka termasuk di dalamnya: di mana data akan dikumpulkan; kapan data akan dikumpulkan; berapa kali data akan dikumpulkan; instrumen yang mau digunakan, dan siapa yang mengumpulkan data. Instrumen adalah alat yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian. Bentuknya dapat berupa: tes tertulis, angket, wawancara, dokumentasi, dan observasi (Paul Suparno, 2010:56).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
26
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu berupa pedoman wawancara. Pedoman wawancara tersebut dibuat sendiri oleh peneliti. Pedoman wawancara merupakan sebuah alat yang dapat membantu diperolehnya informasi yang lebih akurat. Wawancara dalam pengambilan dilakukan secara bebas terstruktur. Artinya, peneliti mempunyai pedoman wawancara namun, dari hasil wawancara dengan narasumber bisa diperoleh pertanyaan baru yang dapat ditanyakan pada narasumber untuk memperkaya data yang didapatkan. Pada pedoman wawancara berisi beberap pertanyaan terkait dengan persepsi guru fisika kelas XI mengenai siswa yang telah memilih jurusan IPA. Adapun pedoman wawancara yang digunakan oleh peneliti untuk pengambilan data yaitu sebagai berikut: 1. Proses pembelajaran seperti apa yang guru berikan kepada siswa setelah siswa dijuruskan ke IPA. 2. Proses pembelajaran yang guru berikan kepada siswa apakah sesuai dengan kebutuhan siswa (memperhatikan karir/cita-cita siswa dan faktor lainnya atau hanya sesuai tuntutan sekolah) atau tidak. 3. Pada saat mengajar, guru hanya memperhatikan materi fisika yang harus dikuasai atau dimiliki siswa saja atau ada hal lain. 4. Guru memperhatikan atau tidak karier atau cita-cita pekerjaan yang ingin diraih siswa.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
27
5. Cara guru fisika yang mengajar di kelas IPA mempersiapkan karir atau cita-cita siswa IPA kelak. 6. Guru menyadari atau tidak bahwa kelas IPA harus memiliki atau menguasai keterampilan proses sains atau kerja ilmiah. 7. Cara guru mengimplementasikan keterampilan proses sains atau kerja ilmiah kepada siswa dalam proses belajar. 8. Cara guru mengembangkan keterampilan proses sains atau kerja ilmiah kepada siswa IPA (melalui Lab). 9. Kondisi dan kelengkapan alat-alat yang tersedia di Lab dan seberapa sering guru mengajak siswa untuk melakukan percobaan atau pratikum di Lab. 10. Cara guru mengembangkan keterampilan proses sains jika alat-alat yang tersedia di Lab kurang lengkap atau kondisi Lab yang kurang kondusif atau jarangnya melakukan praktikum di Lab.
G. Metode Pengumpulan Data Metode perolehan data dalam penelitian ini menggunakan instrumen pertanyaan untuk wawancara. Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan dalam wawancara berupa pertanyaan untuk memperoleh informasi perihal persepsi guru fisika kelas XI mengenai siswa yang telah memilih jurusan IPA. Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan pada narasumber berasal dari pedoman wawancara yang telah dipersiapkan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
28
lebih dahulu. Pertanyaan-pertanyaan dalam wawancara dapat berkembang berdasarkan jawaban dari narasumber.
H. Analisis Data Menurut Paul Suparno (2010: 121-122) analisis data sesudah pengumpulan data adalah membuat transkrip, kategorisasi coding, dan mekanika mengerjakan data. Semua data yang masih belum berwujud bahasa tertulis perlu ditranskrip ke tulisan terlebih dahulu. Dalam penelitian ini data masih dalam wujud rekaman sehingga perlu ditulis dalam bentuk tulisan. Pengambilan data hasil wawancara memerlukan bantuan alat rekam untuk merekam percakapan saat wawancara berlangsung. Alat rekam yang digunakan saat pengambilan data minimal menggunakan dua alat rekam, hal ini dilakukan untuk antisipasi jika salah satu alat rekam kurang baik saat merekam ataupun menghindari kemungkinan kehilangan data dalam rekaman tersebut. Adapun rekaman hasil wawancara ditulis secara keseluruhan untuk mendapatkan data yang asli. Data-data yang sudah ditranskrip, dibaca dengan teliti dan diberi tanda (coding). Coding diwujdukan dalam suatu kata yang menunjukan isi dari bagian data tertentu. Data-data yang sama Coding-nya disatukan, sehingga peneliti menjadi tahu pola yang sering muncul. Pola yang sama itu kemudian diberi nama dengan konsep tertentu yang disesuaikan dengan tujuan penelitian ini.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
29
Dalam mekanika mengerjakan data, secara sederhana, peneliti memotong-motong data yang sudah diberi kode. Kemudian data-data yang berkode sama disatukan. Setelah disatukan, diberi nama dengan suatu kategori yang menyatakan isinya. Setelah itu kategori yang dekat disatukan dalam konsep yang sama. Langkah selanjutnya peneliti mengurutkan konsep-konsep yang ditemukan. Langkah terakhir adalah menulis laporan secara lengkap berdasarkan konsep-konsep yang ditemukan.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB IV DATA, ANALISIS DATA A. Pelaksanaan Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret-April 2015 tahun ajaran 2014/2015. Penelitian di empat sekolah tersebut dilaksanakan pada hari dan tanggal yang berbeda. Penelitian ini dilaksanakan di empat Sekolah Menengah Atas (SMA) di Yogyakarta. Agar lebih mudah dalam menganalisis dan membahas, peneliti mengganti nama SMA dan nama guru. Untuk SMA pertama yang diteliti diberi nama Sekolah K, Untuk SMA kedua yang diteliti diberi nama Sekolah L, untuk SMA ketiga yang diteliti diberi nama Sekolah M, dan untuk SMA keempat yang diteliti diberi nama Sekolah N. Sekolah K dan Sekolah L adalah sekolah negeri, sedangkan Sekolah M dan Sekolah N adalah sekolah swasta. Penelitian pada keempat sekolah ini melibatkan 5 orang guru fisika kelas IX. Pertimbangan peneliti untuk meneliti lima guru di 4 sekolah yang berbeda adalah faktor efisiensi waktu, tenaga, dan biaya. Menurut peneliti, apabila hanya meneliti satu guru saja, dirasa data yang diperoleh belum cukup dan kurang bervariasi. Penelitian pada sekolah K melibatkan dua guru perempuan (sebut saja Guru A dan Guru B), penelitian pada sekolah L melibatkan seorang guru laki-laki (sebut saja Guru C), penelitian pada sekolah M melibatkan seorang guru laki-laki (sebut saja guru D), dan penelitian pada sekolah N melibatkan seorang guru laki-laki
30
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
31
(sebut saja guru E). Kegiatan pengambilan data berupa wawancara dengan kelima guru fisika kelas IX ini dilaksanakan pada waktu luang dari masing-masing guru sehingga tidak mengganggu kegiatan belajar mengajar di kelas. Kegiatan yang dilaksanakan selama peneltian dapat dilihat pada table berikut: Tabel 4.1 Daftar Pelaksanaan Penelitian No Tanggal Pelaksanaan 1 Kamis 26 Maret 2015 Pukul 12.30 - selesai 2
3
4
5
Jumad 27 Maret 2015 Pukul 09.18 – selesai Senin 30 Maret 2015 Pukul 09.41 – selesai Rabu 1 April 2015 Pukul 10.47 – selesai Kamis 9 April 2015 Pukul 12.40 – selesai
Perlakuan Wawancara dengan Guru A di sekolah K
Wawancara dengan Guru B disekolah K Wawancara dengan Guru C di sekolah L Wawancara dengan Guru D di sekolah M Wawancara dengan Guru E di sekolah N
B. Deskrispi Guru Pada penelitian ini subyek yang diteliti merupakan guru SMA di Yogyakarta. Peneliti mengambil subyek penelitian sebanyak 5 guru dari empat sekolah yang berbeda. Dari kelima guru itu masing-masing memiliki pengalaman mengajar yang berbeda-beda. Kelima guru ini di beri inisial karena tujuan penelitian ini bukan untuk membandingkan guru
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
32
mana yang lebih baik antara yang satu dengan lainnya, melainkan untuk memperbanyak pengetahuan peneliti tentang pengajaran yang dilakukan oleh guru di jurusan IPA sehingga hasil penelitian ini dapat menjadi bekal untuk peneliti waktu mengajar nantinya. Menurut peneliti, apabila hanya meneliti satu guru saja, dirasa data yang diperoleh belum cukup dan kurang bervariasi. Selain itu juga untuk memudahkan peneliti dalam menganalisis datanya. Untuk lebih jelasnya, kelima guru tersebut dapat dideskripsikan sebagai berikut: 1. Guru A Guru A adalah seorang guru perempuan lulusan salah satu Universitas negeri di Yogyakarta pada tahun 1989. Guru A termasuk dalam kategori guru senior dikarenakan pengalaman mengajar sebagai guru fisika sudah mencapi 26 tahun. 2. Guru B Guru B adalah seorang guru perempuan lulusan salah satu Universitas swasta di Yogyakarta pada tahun 1999. Pengalaman mengajar sebagai guru fisika sampai saat ini sudah mencapai 16 tahun 3. Guru C Guru C adalah seorang guru laki-laki lulusan salah satu Unversitas swasta di Yogyakarta pada tahun 1995. Pengalaman
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
33
mengajar sebagai guru fisika sampai saat ini sudah mencapi 20 tahun. 4. Guru D Guru D adalah seorang guru laki-laki lulusan salah satu Universitas negeri di Yogyakarta pada tahun 1982. Guru D merupakan guru senior. Pengalaman mengajar sebagi guru fisika sampai saat ini sudah mencapi 26 tahun 5. Guru E Guru E adalah seorang guru laki-laki muda lulusan salah satu Universitas swasta di Yogyakarta pada tahun 2014. Sampai saat ini lama mengajar sebagai guru fisika sudah mencapai satu setengah tahun. C. Data Penelitian Peneliti telah melakukan proses pengumpulan data dengan merekam kegiatan wawancara dengan masing-masing guru. Dari data yang diperoleh kemudian di transkrip. D. Analisis Data Peneliti telah melakukan penelitian kepada Guru A, Guru B, Guru C, Guru D dan Guru E, dan mengumpulkan data-data yang diperlukan untuk proses analisis data. Peneliti melakukan analisis data secara deskriptif kualitatif.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
34
Untuk mengetahui peran guru dalam membangun minat siswa dalam mempersiapkan karier dalam bidang IPA, peneliti membagi menjadi tiga kriteria yaitu (1) Kesadaran guru bahwa jurusan IPA/Fisika yang dipilih oleh siswa bertujuan untuk mempersiapkan siswa berkarier dalam bidang IPA/Fisika, (2) Pemahaman guru mengenai karakteristik yang membuat IPA/Fisika berbeda, (3) Cara guru mengembangkan keterampilan proses sains atau kerja ilmiah kepada siswa. 1. Kesadaran guru bahwa jurusan IPA/Fisika yang dipilih oleh siswa bertujuan untuk mempersiapkan siswa berkarier dalam Bidang IPA/Fisika.
Nama Guru
Pernyataan
Guru A
“Oh ia sih menurut saya, itu heterogen ada yang memang senangnya belajar IPA artinya karena dia merasa lebih enjoy belajar IPA dari pada belajar IPS. Tapi ada juga yang tidak menutup kemungkinan, sekarang jurusan IPA kan lebih banyak mempunyai peluang untuk masuk perguruan tinggi daripada yang IPS, lebih banyak lebih luas itu sehingga mereka pilih itu. Kalau zaman sekarang orang tua kayanya ngga terlalu memaksakan anaknya tapi hanya mendukung aja gitu yah.Tetapi yah memang itulah rata-rata memilih jurusan IPA kalau ditanya satu per satu anakanak yah kebanyakan karena memang pengennya, senangnya
Analisis
Menurut data yang diperoleh dari hasil wawancara dengan Guru A, peneliti menemukan bahwa Guru A menyadari bahwa jurusan IPA yang dipilih oleh siswa itu disebabkan karena memang siswa merasa senang untuk belajar IPA. Namun di lain pihak guru juga menyadari bahwa siswa mempunyai pengembangan cara berpikir yang berbeda dimana siswa memandang jurusan IPA yang dipilihnya itu akan mempunyai peluang lebih besar untuk masuk ke jenjang pendidikan selanjutnya yaitu perguruan tinggi dari pada jurusan IPS.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
tuh belajar IPA dari pada IPS”. [pernyataan Guru A hal 74] “Kalau harapan saya pribadi yah konsisten gitu yah sudah memilih IPA yah mestinya terus konsisten, alasannya apa dulu memilih IPA, karena saya lebih senang belajar IPA, setelah itu yah mesti harus. kalau saya menangkapnya seperti itu, tapi toh itu pilihan mereka, kita ngga ngerti yah, dalam benak nanti mereka tidak masuk pekerjaan yang di bidang IPA pun mesti ada. Peluang untuk masuk ke non IPA juga besar juga,tapi paling tidak menurut saya pola pikir orang IPA itu kan apapun itu tetap beda dengan orang IPS. berpikir tahap teknis habis itu ini, habis itu ini itu, mungkin dengan model pembelajaran IPA lebih besar cara seperti itu”.
35
Selain menyadari alasan dari siswa sendiri kenapa memilih jurusan IPA, guru A juga mempunyai kesadaran dan harapan untuk siswa yang telah memilih jurusan IPA. Kesadaran yang dimiliki oleh Guru A yaitu siswa yang telah memilih jurusan IPA akan mempunyai pola pikir yang berbeda dengan siswa yang memilih bukan jurusan IPA. Pola pikir yang berbeda di sini yaitu anak memiliki pola pikir yang lebih kritis. Pola pikir kritis anak tersebut merupakan salah satu sikap ilmiah yang harus dimilikinya. Harapan yang dimiliki oleh Guru A yaitu siswa yang telah memilih jurusan IPA/Fisika nantinya akan melanjutkan ke jenjang pendidikan yang
[pernyataan Guru A hal 75]
lebih tinggi di bidang IPA/Fisika dan nantinya juga akan berkarier di bidang yang sama yaitu bidang IPA/Fisika. “Mesti sebelum bekerja kan mereka harus anu dulu harus ke perguruan tinggi dulu kan,nah itu kalau menurut saya kan memangnya yang dibangun bukan cuma harus ngerti ilmunya yah tapi yang dibangun itu adalah kecintaanya pada yang mau ditekuni. Supaya dia tekun disitu kan dia harus cinta dulu”. “Ternyata memang ada beberapa anak itu cinta fisika sekalipun mungkin dari sisi nilai dia ngga bagus. Tapi itu saya menekankan, ibu tidak melatih kamu untuk mengejar nilainya, tapi kejarlah ilmunya fisikanya”.
Guru A mempunyai kesadaran bahwa siswa yang masuk jurusan IPA/Fisika ini nantinya akan melanjutkan ke perguruan tinggi. Oleh sebab itu dalam pengajaran yang dilakukan, Guru A berusaha untuk membuat siswa mencintai fisika-nya. Guru A menyadari bahwa dalam proses belajarnya, anak harus dibuat mencintai apa yang sedang dan nanti dipelajari. Dengan membuat anak mencintai fisika-nya, maka anak tersebut akan semangat
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
“Memberikan wawasan bahwa banyak kok fisika itu tidak sekedar pelajaran fisika tapi banyak hampir semua yang ada di lingkungan kita itu semua itu butuh fisika”. [pernyataan Guru A hal 76,77]
36
dan tekun dalam belajar fisika. Cara Guru A mengembangkan kecintaan anak terhadap fisika yaitu memberikan motivasi terhadap anak dengan cara membuka pikiran anak bahwa segala sesuatu yang ada di sekitar kita selalu berhubungan atau berkaitan dengan fisika, atau secara sederhana mengkaitkan kehidupan sehari-hari dengan fisika-nya. Guru A menyadari anak masih memiliki proses yang lebih panjang sehingga dengan membuat mereka mencintai ilmunya, anak akan lebih tekun dan lebih kreatif. Hal ini ditunjukkan dengan beberapa anak yang menurut Guru A mempunyai nilai pelajaran fisika yang tidak begitu tinggi tapi melanjutkan ke perguruan tinggi dengan memilih jurusan teknik fisika. Alat ukur kemampuan seorang anak tidak hanya diukur dari kemampuan mengerjakan soal ujian tapi masih banyak alat ukur yang lain misalkan keterampilan membuat alat, dimana yang ditekankan di sini adalah kreativitas anak.
Peneliti: Apakah dalam proses pembelajaran itu selain motivasi ibu memberikan sesuatu di luar motivasi untuk bisa meningkatkan keterampilan mereka itu bu?
Guru A juga mempunyai kesadaran bahwa dalam meningkatkan keterampilan anak dalam hal ini bersikap ilmiah, tidak hanya dalam hal motivasi tetapi juga lewat
Guru A: Biasanya itu yang bisa dilakukan dalam keadaan yang terbatas yah paling hanya alat-alat lab. Ngga ada alat yang cukup yah biasanya demonstrasi gitu yah.
pembelajaran di laboratorium. Apabila sekolah memiliki
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Demonstrasi artinya biar kita itu biar anak-anak itu ngga anu yah walaupun banyak yah sekarang misalnya mau merangkai itu kan sekarang udah ada animasi itu loh,cuma kan ngga lihat alatnya yang benar juga kadang bingung. [pertanyaan dan pernyataan Guru A hal 78]
37
keterbatasan alat maka diganti dengan demonstrasi. Salah satu tujuan demonstrasi ini yaitu menghindari kebingungan siswa apabila siswa tidak melihat alatnya secara
langsung
melainkan
lewat
video
animasi
pembelajaran. Dari hasil analisis permyataan Guru A, dapat dikatakan bahwa Guru A mempunyai kesadaran yang tinggi bahwa siswa yang memilih jurusan IPA/Fisika akan berkarier dalam bidang IPA/Fisika. Kesadaran Guru A itu diimplementasikan lewat pengajaran yaitu dengan membangun kecintaan anak terhadap ilmu fisika dengan cara memotivasi siswa serta meningkatkan keterampilan siswa lewat pengajaran fisika melalui laboratorium.
Guru B
“Karena di K 13 memang diharuskan seperti itu yah. Jadi karakteristik anak itu betul-betul diperhatikan, itu kan kalau jumlah siswanya sedikit, karena ini kembali ke KTSP dimana jumlah siswanya banyak, tidak mungkin ibu memperhatikan kebutuhan anak satu per satu. Jadi saya global saja, rata-rata dari anak ini yang saya olah seperti itu. Jadi ngga memandang satu persatu gitu, karena kita kan terkendala waktu. Waktu mengajar efektif kan cuman sebentar, banyak liburnya padahal materi kan sudah harus selesai”. [pernyataan Guru B hal 93]
Menurut data yang diperoleh dari hasil wawancara dengan Guru B, peneliti menemukan bahwa dalam proses belajar mengajar, Guru B mempunyai kendala terutama dalam hal waktu. Guru B menganggap waktu efektif
untuk
pembelajaran
menjadi
berkurang
disebabkan karena banyaknya hari libur dalam tiap semester, padahal materi yang dituntut dalam kurikulum yang
sudah
ditetapkan
oleh
pemerintah
harus
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
38
diselesaikan. Hal ini berdampak juga pada kesadaran Guru B untuk memperhatikan kebutuhan anak yang sudah memilih jurusan IPA. Kebutuhan tiap anak tidak menjadi hal yang diutamakan tapi penyelesaian materi yang menjadi hal yang lebih diutamakan. Dengan jumlah siswa yang banyak dan waktu efektif yang sudah berkurang karena banyaknya hari libur sementara materi harus diselesaikan sehingga tidak memungkinkan Guru B memperhatikan kebutuhan tiap masing-masing anak. Kebutuhan anak diperhatikan secara umum. Dalam pengajaran di Jurusan IPA, Guru B “Kalau di kelas X saya tidak mengunggul-unggulkan IPA kalau IPA itu lebih itu ngga karena saya juga menghormati anak-anak yang bakatnya tidak di IPA tapi begitu mereka di kelas XI dan sudah jelas jurusannya IPA, saya selalu memberikan angin segar bahwa kalau di IPA itu untuk masa depan itu lebih luas jangkuannya, saya selalu memberi motivasi seperti itu. Kalian mau dimana saja bisa, bahkan mau meramba ke IPS pun bisa bahkan bersaing dengan anak IPS itu bisa, itu kelebihan kamu yang harus kalian kembangkan”. [pernyataan Guru B hal 93]
memiliki pengembangan pola berpikir yang berbeda mengenai siswa yang berada di jurusan IPA. Guru B memiliki pandangan bahwa siswa yang di jurusan IPA akan mempunyai peluang lebih luas untuk memasuki dunia kerja. Hal ini disebabkan karena siswa yang telah memilih jurusan IPA bisa bersaing dengan siswa yang telah memilih jurusan IPS untuk merebut peluang melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi dalam bidang sosial dan nantinya akan bekerja di bidang sosial juga. Dari analisis pernyataan Guru B, dapat dikatakan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
39
bahwa Guru B kurang mempunyai kesadaran bahwa siswa yang memilih jurusan IPA/Fisika akan berkarier dalam bidang IPA/Fisika. Guru C
“Banyak diantara mereka mengambil itu karena kepingin kuliah di IPA yah, misalnya di teknik dan lain sebagainya. Itu bapa menyadari hal itu, karena memang sebagian besar arahnya kesana, mereka pingin ke teknik, ke dokteran dan lain sebagainya. Jadi kita berikan sesuai dengan kebutuhan sesuai kita jangan menyimpang dari kurikulum, silabus, RPP.” [pernyataan Guru C hal 97]
Menurut data yang diperoleh dari hasil wawancara dengan Guru C, peneliti menemukan bahwa, Guru C menyadari bahwa jurusan IPA yang telah dipilih oleh siswa
itu
karena
siswa
memiliki
tujuan
untuk
melanjutkan ke jenjang pendidikan lebih tinggi yang berkaitan dengan IPA/Fisika. Guru C menyadari bahwa siswa yang mengambil jurusan IPA karena keinginan untuk melanjutkan kuliah di bidang IPA. Dalam pengajarannya, Guru C memberikan sesuai dengan kebutuhan siswa itu sendiri. Kebutuhan yang dimaksud oleh Guru C ini adalah kebutuhan yang sesuai dengan harapan dari kurikulum yang tertuang dalam silabus dan RPP.
“misalnya sebagian besar kan anak itu kan cendrung ke teknik misalnya gitu yah, yah untuk fisikanya kita tekankan pada dinamika rotasi, kesimbangan benda tegar itu kita kuatkan dan itu salah satu dasar dari teknik misalnya tekik sipil juga perlu, arsitekjuga perlu, membuat jembatan juga rumah dan sebagainya juga perlu dasar-dasar itu. Kemudian untuk termodinamika misalnya, anak
Pengajaran yang dilakukan oleh Guru C dimana sesuai dengan kebutuhan siswa ini dicontohkan dengan memberi
penekanan
pada
materi-materi
tertentu.
Penekanan pada materi-materi tertentu ini dikarenakan Guru C menyadari bahwa sebagian besar siswanya akan melanjutkan ke bangku kuliah dengan mengambil
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
pasti masuk kedokteran pasti juga akan kembali diberikan materi itu kaitannya dengan termodinamika suhu dan lain sebaginya pasti ada kaitanya dengan kebutuhan mereka selain kita juga harus memberikan materi-materi yang harus kita selipkan, penekanan penting”. [pernyataan Guru C hal 97]
40
jurusan sesuai dengan materi-materi yang ditekankan tersebut. Dari hasil analisis pernyataan Guru C, dapat dikatakan bahwa Guru C mempunyai kesadaran yang tinggi bahwa siswa yang memilih jurusan IPA/Fisika akan berkarier dalam bidang IPA/Fisika. Kesadaran Guru C itu diimplementasikan lewat pengajaran yaitu dengan banyak memberi penekanan-penekanan pada materi yang yang sesuai dengan kebutuhan siswa.
Guru D
“Jadi ada anak itu dikira kemampuan kimianya udah cukup, saya besok mau ke teknik kimia, waduh mas jangan kamu tidak keterima, karena apa great seseorang bisa masuk ke UGM, itu tidak hanya nilai mas, faktor yang ngga kelihatan, yang ngga kelihatan itu apa, e istilahnya apa toh tapi itu menyangkut sekolah, bukan nama baik”.
Menurut data yang diperoleh dari hasil wawancara dengan Guru D, dalam pengajaran yang dilakukannya, Guru D kadang-kadang menginformasikan kepada siswa tentang bagaimana caranya untuk bisa
lolos seleksi
masuk ke perguruan tinggi dengan melihat berbagai macam faktor antara lain dengan melihat kondisi pribadi
[pernyataan Guru D hal 105]
atau kemampuan intelektual, dan keadaan orang tua. Menurut Guru D, ketika siswa melanjutkan ke perguruan tinggi negeri adalah suatu kebanggaan tersendiri dari orang tua siswa sehingga dalam hal ini Guru D lebih menekankan bagaimana caranya agar para siswa bisa lolos ke perguruan tinggi negeri dengan cara memilih jurusan yang jarang diminati. Dalam hal ini juga, Guru D
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
41
menyarankan kepada siswa agar memilih jurusan tidak hanya dengan kemampuan intelektual saja tapi lihat juga kondisi sekolah tempat siswa itu belajar. Dari pernyataan ini secara tidak langsung membuat motivasi siswa menjadi menurun untuk menekuni bidang yang disukainya. Guru D memberikan saran kepada siswa yang menyukai bidang IPA bahwa ketika melanjutkan ke perguruan tinggi, siswa bisa memilih jurusan lain yang tidak terkait dengan bidang IPA. Dari analisis pernyataan Guru D, dapat dikatakan bahwa Guru D kurang mempunyai kesadaran bahwa siswa yang memilih jurusan IPA/Fisika akan berkarier dalam bidang IPA/Fisika. Guru E
“Di lab lab dia mau belajar sungguh-sungguh atau cuman main-main yah nanti kelihatan disana. Kalau anak-anak yang kelihatan main-main nanti saya tegur saya suruh kerjakan ulang.” [pernyataan Guru E hal 114]
Menurut data yang diperoleh dari hasil wawancara, Guru E mempunyai pandangan bahwa siswa yang memilih jurusan IPA akan mempunyai karier di bidang IPA. Dengan kesadaran itu Guru E memperhatikan sikap siswa dalam tiap proses pembelajarannya. Dengan kesadaran
itu
Guru
siswanya
untuk
mau
E
benar-benar belajar
membimbing
menekuni
bidang
IPA/Fisika. Hal ini terlihat dari keseriusan Guru E dalam membimbing siswanya untuk mengadakan praktikum di
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
42
laboratorium. Apabila ada siswa yang kurang serius dalam melaksanakan pratikum, maka Guru E akan meminta siwa itu untuk mengulanginya. Hal ini dilakukan oleh Guru E dengan tujuan untuk membuat anak lebih serius untuk menekuni bidang yang nanti di pilih di jenjang pendidikan selanjutnya. “Ada hal lain ada hubungannya, paling ngga hubungannya dalam kehidupan kita sehari-hari, ada hubungannya gitu. Jadi apa yang kita pelajari nanti dihubungkan sama kejadian yang kita lakukan setiap hari misalnya contohnya simple misalnya gaya gesek, kenapa mobil itu dibuat ujungnya kaya kepala ikan, anak itu diberi gambaran seperti itu, tujuannya apa, untuk mengurangi gesekan udara, biar mobil kecepatannya bisa lebih tinggi seperti itu saya gambarkan seperti itu.” [pernyataan Guru E hal 113]
Dengan menyadari bahwa siswa akan berkarier di bidang IPA/Fisika, Guru E menerapakan pembelajaran fisika yang kontekstual dengan menghubungkan kejadian sehari-hari yang berkaitan dengan fisika sehingga membuat siswa termotivasi karena pembelajaran fisika sangat dekat dengan kehidupan atau fenomena di sekitar kita. Dari hasil analisis pernyataan Guru E, dapat disimpulkan bahwa Guru E memiliki kesadaran yang tinggi bahwa siswa yang telah memilih jurusan IPA/Fisika akan berkarier di bidang IPA/Fisika.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
43
Tabel 4.2 Kesadaran Guru bahwa jurusan IPA/Fisika yang dipilih oleh siswa bertujuan untuk mempersiapkan siswa berkarier dalam bidang IPA/Fisika
Mempunyai kesadaran yang tinggi bahwa siswa yang Guru A
memilih jurusan IPA/Fisika akan berkarier dalam bidang IPA/Fisika. Kurang mempunyai kesadaran bahwa siswa yang memilih
Guru B
jurusan IPA/Fisika akan berkarier dalam bidang IPA/Fisika. Mempunyai kesadaran yang tinggi bahwa siswa yang
Guru C
memilih jurusan IPA/Fisika akan berkarier dalam bidang IPA/Fisika. Kurang mempunyai kesadaran bahwa siswa yang memilih
Guru D
jurusan IPA/Fisika akan berkarier dalam bidang IPA/Fisika. Memiliki kesadaran yang tinggi bahwa siswa yang telah
Guru E
memilih jurusan IPA/Fisika akan berkarier di bidang IPA/Fisika.
Dari hasil analisis di atas mengenai peran guru dalam membangun minat siswa dalam mempersiapkan karier dalam bidang IPA/Fisika, guru memiliki persepsi atau pandangan masing-masing mengenai siswa yang sudah memilih jurusan IPA, ada guru yang mempunyai pandangan bahwa jurusan IPA yang dipilih oleh siswa bertujuan untuk berkarier dalam
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
44
bidang IPA tetapi ada juga yang memiliki pola pikir yang berbeda, yaitu siswa yang memilih jurusan IPA mempunyai peluang lebih besar untuk masuk ke bidang karier yang lain selain karier di bidang IPA. Pandangan yang berdasarkan bahwa siswa yang memilih jurusan IPA akan berkarier dalam bidang IPA memiliki pengaruh yang lebih baik untuk guru yang bersangkutan dan untuk siswa terutama. Hal ini dikarenakan dengan perpandangan bahwa siswa yang memilih jurusan IPA akan berkarier dalam bidang IPA maka dalam pembelajaran guru akan berfokus pada pengajarannya untuk mengarahkan siswa mempelajari IPA, dalam hal ini adalah ilmu fisika. Dengan kata lain, guru berfokus pada siswa untuk memberi penguasaan konsep dan prinsip fisika serta mempunyai keterampilan mengembangkan pengetahuan, dan sikap percaya diri sebagai bekal untuk melanjutkan pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi serta mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. 2. Pemahaman guru mengenai karakteristik yang membuat IPA/Fisika berbeda Nama Guru
Pernyataan
Guru A
“Kalau orang IPA kan ciri khasnya berpikir kritis yah, berpikir sains gitu, memecahkan masalah gitu yah, dengan metode tahapan seperti itu. Ada masalah dia prediksi sendiri lalu cari benaranya seperti apa, dari prediksinya itu benar apa ngga entah lewat eksperimen, entah lewat membaca, entah lewat
Analisis
Menurut data yang diperoleh dari hasil wawacara, Guru A mengatakan bahwa ciri khas orang IPA adalah berpikir kritis dalam memecahkan masalah-masalah yang dihadapi. Cara memecahkan masalah yang dihadapi adalah dengan memprediksi kemungkinan jawaban yang
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
mencoba hal-hal yang sederhana seperti itu.” [pernyataan Guru A hal 89]
45
ada kemudian dibuktikan. Cara pembuktiannya yaitu melalui eksperimen, membaca, dan mencoba hal-hal yang sederhana. Dari hasil analisis Pernyataan Guru A, dapat dikatakan bahwa Guru A memahami Karakteristik IPA/Fisika berbeda, dimana pemahaman Guru A lebih menekankan pada Aspek Proses dan Aspek Sikap yang harus dimiliki oleh siswanya yang ada di jurusan IPA/Fisika.
Guru B
“Yang membedakan ilmu fisika dengan ilmu yang lain, ilmu fisika itu kan ilmu fakta alam jadi sebisa mungkin apa yang kita sampaikan itu anak membuktikan. Lalu saya selalu menekankan ke anak bahwa fisika itu bukan pelajaran diawang-awang tapi yang dekat dengan kita. Jadi selalu saya hubungkan dengan keseharian yang sering kita alami gitu. jadi untuk soal ini dalam kasarannya, dalam kehidupan sehari-hari contohnya seperti ini. Kadang saya yang mencari, kadang anak yang saya minta suruh mencari, mungkin bedanya disitu kalau dengan pelajaran yang lain”.
Menurut
data
yang
diperoleh
dari
hasil
wawancara, Guru B mengatakan bahwa ilmu fisika itu adalah ilmu yang mempelajari tentang fenomena atau kejadian-kejadian alam jadi dalam mempelajarinya harus diperlukan pembuktian akan fakta-fakta yang terjadi. Oleh karena itu dalam proses belajar mengajar Guru B mengaitkan materi pengajaran fisika dengan kejadian sehari-hari yang dialami oleh siswa. Dari hasil analisis pernyataan Guru B, dapat
[pernyataan Guru B hal 92]
dikatakan bahwa Guru B memahami Karakteristik IPA/Fisika berbeda, dimana pemahaman Guru B lebih menekankan kepada Aspek Pengetahuan.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Guru C
“terutama fisika itu kan harus dengan praktek mas, tidak hanya sekedar teori saja, sejauh yang kita laksanakan dalam proses pembelajaran itu yah selain teori juga praketek. Itu kan istilahnya apa tadi, pembelajaran sains yah”. [pernyataan Guru C hal 98]
46
Menurut data yang diperoleh dari hasil wawacara, Guru C mengatakan bahwa sains itu selalu berkaitan dengan teori dan praktikum. Artinya bahwa kedua hal ini sangat berkaitan erat. Pembelajaran IPA/Fisika
harus
dipraktekkan tidak hanya teorinya saja atau tidak hanya sekedar teori saja yang diberikan kepada siswa. Dengan pembelajaran lewat praktikum ini membuat siswa yang lebih berperan aktif dan menemukan sendiri atau membuktikan sendiri teori-teori yang sudah ada. Dari hasil analisis pernyataan Guru C, dapat dikatakan bahwa Guru C memahami karakteristik IPA/Fisika berbeda, dimana pemahaman Guru C lebih menekankan kepada Aspek Pengetahuan dan Aspek Proses.
Guru D
“cuman biasanya kalau untuk yang bahasa itu tidak ada dasar matematikanya jadi penyampaiannya mungkin penyampaian seperti itu”. [pernyataan Guru D hal 103]
Menurut data yang diperoleh dari hasil wawancara dengan Guru D, pembelajaran IPA/Fisika itu berbeda dengan ilmu yang lain semata-mata pada materi yang disampaikan. Perbedaan yang paling mendasar menurut Guru D adalah dasar matematikanya.
“Perbedaanya adalah nanti kita IPA nanti itu ada angka-angka sedangkan kalau itu bahasa atau itu nanti biologi tetap nanti dia cuman hafalan. Cuman bedanya kalau biologi itu banyak istilah
Dalam ilmu lain, misalkan ilmu bahasa, di sana tidak ada dasar matematikanya. Selain itu Guru D tidak memiliki pemahaman yang menyeluruh terkait bidang
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
asing. Kalau IPA nanti harus ada matematikanya”. [pernyataan Guru D hal 103]
47
IPA. Pemahaman yang tidak menyeluruh disini terkait dengan lingkup bidang IPA, misalkan Biologi. Guru D memiliki pandangan bahwa Biologi hanya ilmu yang semata-mata berupa hafalan, padahal di sini ilmu biologi termasuk
dalam
ruang
lingkup
IPA
dimana
karakteristiknya atau hakekatnya sama dengan ilmu fisika. Dari hasil analisis di atas, dapat dikatakan bahwa Guru D kurang memahami karakteristik yang membuat IPA/Fisika itu berbeda
Guru E
“Ya kalau fisika menurut saya, kalau fisika saya lebih suka karena apa fisika tuh ada abstraksinya ada bayangan. Kita di fisika selain belajar ilmu kita juga belajar merenung. Setelah belajar teori, kita pahami, kita abstrasikan, kita renungkan lalu kita lakukan penelitian. Memang fisika tuh menangnya dipenelitiannya jadi kita bisa mencari kesimpulan misalnya diteori ini ideal ternyata di lab kok ngga ideal berarti ada istilahnya kita ada cari sesuatu disitu, misalnya ada ralat atau apa banyak sekali, yah seperti itulah”.
Menurut data yang diperoleh dari hasil wawancara, Guru E mengatakan bahwa karaketeristik yang membuat IPA/Fisika itu berbeda adalah dari segi penelitian. Penelitian ini yang mendasari lahirnya suatu teori. Dan dari penelitian itu kita bisa menemukan masalah dan kita harus memahami masalah tersebut. Dengan penelitian kita bisa mencari suatu kesimpulan dari suatu masalah, misalkan dalam percobaan di laboratorium hasil yang diperoleh berbeda dengan teori yang ada sehingga di situ
[pernyataan Guru E hal 114]
kita harus mencari tahu di mana letak masalahnya sehingga data yang didapatkan tidak sesuai dengan teori
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
48
yang ada. Dari hasil analisis di atas, dapat dikatakan bahwa Guru E memahami Karakteristik IPA/Fisika berbeda, dimana pemahaman Guru E lebih menekankan kepada Aspek Pengetahuan dan Aspek Proses.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
49
Table 4.3 Pemahaman Guru mengenai Karakteristik yang Membuat IPA/Fisika Berbeda Guru A memahami Karakteristik IPA/Fisika berbeda, Guru A
dimana pemahaman Guru A lebih menekankan pada Aspek Proses dan Aspek Sikap yang harus dimiliki oleh siswanya yang ada di jurusan IPA/Fisika. Guru B memahami Karakteristik IPA/Fisika berbeda,
Guru B
dimana pemahaman Guru B lebih menekankan kepada Aspek Pengetahuan. Guru C memahami Karakteristik IPA/Fisika berbeda,
Guru C
dimana pemahaman Guru C lebih menekankan kepada Aspek Pengetahuan dan Aspek Proses. Guru D kurang memahami karakteristik yang membuat
Guru D
IPA/Fisika itu berbeda.
Guru E memahami Karakteristik IPA/Fisika berbeda, Guru E
dimana pemahaman Guru E lebih menekankan kepada Aspek Pengetahuan dan Aspek Proses.
Pandangan dari guru untuk mempersiapkan karier dalam bidang IPA/Fisika juga tidak telepas dari pemahaman guru mengenai karakteristik
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
50
pengajaran IPA/Fisika itu sendiri. Dengan memahami karateristik IPA/Fisika, maka dalam pengajarannya guru akan lebih mengutamakan pengajaran yang sesuai dengan hakekat pengajaran IPA/Fisika itu sendiri. 3. Cara Guru mengembangkan keterampilan proses sains atau kerja ilmiah kepada siswa.
Nama Guru
Pernyataan
Guru A
“Harusnya lewat kegiatan Lab. Kegiatan lab itu kan mestinya ngga cuman bekerja di dalam lab sebetulnya bisa dilakukan diluar lab gitu yah yang penting ada alat ukurnya, ada yang dipake untuk mengukur alat ukurnya, misalnya aja diajak kemana, outbond misalnya. Outbond kan bukan milik anak IPS aja yah misalnya mereka belajar ekonomi tentang perbankkan mereka di lepas ke bank tapi mereka bisa aja anak IPA di lepas ke parangtritis mengukur tekanan udara disana, kecepatan angin dan sebagainya itu kan jadi sebuah proyek pekerjaan.” [pernyataan Guru A hal 89]
Analisis
Menurut
data
yang
diperoleh
dari
hasil
wawancara, cara Guru A mengembangkan keterampilan proses sains adalah melalui kegiatan di laboratorium. Kegiatan laboratorium ini tidak hanya dilaksanakan di dalam ruangan atau biasa disebut dengan ruang laboratorium tetapi juga bisa dilaksanakan di alam terbuka. Kegiatan di alam terbuka ini merupakan salah satu
metode
untuk
lebih
mendayagunakan
atau
mengoptimalkan penggunaan laboratorium. Kegiatan di alam terbuka ini biasa disebut dengan widya wisata atau karya wisata.
“Kalau kelas XI itu kalau sini kan praktikum sore yah, satu tahun ajaran ada 8 praktikum tapi dengan alat terbatas tidak semuanya. saya tidak menerapkan praktikum didalam pembelajaran saya yang terpadu tapi disini
Dalam proses pengembangan keterampilan proses sains
atau
kerja
ilmiah
siswa,
Guru
A
tidak
menerapkannya dalam pembelajaran yang terpadu atau pembelajaran di kelas sesuai dengan jam pelajaran fisika
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
programnya pratikum tujuannya nanti pas ujian praktek itu mereka bisa, cuman nanti saya masukan dipembelajaran itu karena dia sudah melakukan percobaan misalnya saja waktu saya membahas tentang elastisitas itu sudah praktikum tentang menentukan konstanta pegas”.
51
tapi dilakukan pada sore hari yaitu dengan mengadakan pratikum di lab. Namun tujuan dari pelaksanaan pratikum ini hanya semata-mata untuk memenuhi administrasi dari kurikulum dimana pada mata pelajaran fisika itu ada nilai pratek yang harus dimasukkan.
[pernyataan Guru A hal 90]
Dalam proses pengembangan keterampilan proses “Kendala pertamanya itu satu alat, yang kedua waktu, mungkin juga karena saya, saya mau menyalahkan diri sendiri, manajemen waktu saya kurang bagus mungkin, tapi yah saya lihat hampir rata-rata semua guru untuk fisika yah itu merasakan ngga bisa memanej waktu. Jadi ngga ngerti mungkin yang salah gurunya atau sistemnya yah. Kalau saya ngga menyalahkan sistem yah saya sendiri yang saya salahkan untuk saya ngga bisa memanage waktu atau membuat sebuah pembelajaran yang terpadu, yang melibatkan metode laboratorium tapi sekaligus…ee kan gitu yah kita memperhatikan proses yah, kita mengutamakan akhirnya kan proses, tapi pada kenyataannya pada saat ujian itu kan bukan proses apalagi cek point jadi yah saya pribadi merasakan evaluasi ujian nasional jadi tidak sinkron dengan printah menanamkan konsep itu dengan proses”. “Sebetulnya kalau praktikum tu anak-anak cenderung lebih suka karena lebih otak atik otak atik gitu yah. Cuman kadang-kadang untuk memasukan metode pembelajaran yang ideal yang
ini
juga,
Guru
A
menyadari
bahwa
anak-anak
menyenangi pratikum karena anak terlibat langsung untuk mengenal alat-alat kemudian memakai alat-alat tersebut. Namun dalam pengajarannya, Guru A tidak melaksanakan semua pratikum yang telah direncanakan. Ada beberapa faktor yang menghambat Guru A dalam melaksanakan pengajaran seperti itu, antara lain: (a) peralatan laboratorium fisika yang kurang lengkap atau kurang memadai; (b) Guru A tidak bisa mengatur waktu secara efektif untuk melaksanakan kegiatan pratikum. Namun
secara
tidak
langsung faktor
lain
yang
berpengaruh adalah efek dari evaluasi kurikulum yang dibuat pemerintah dimana alat pengukur evaluasi itu adalah mengadakan ujian nasional. Ujian nasional berupa check point ini tidak sejalan dengan tuntutan dari kurikulum itu sendiri yaitu penanaman konsep terhadap
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
52
seperti yah saya pun juga punya anuh yah punya pandangan/gambaran idealisnya orang ngajar itu seperti apa tapi pada akhirnya saya tidak bisa melaksanakan seperti idealism yang saya pikirkan itu Untuk menyiapkan alat dengan tugas saya yang begitu banyak, artinya ngga ada waktu artinya ada orang yang menyiapkannya disana. Harus ada orang laborannya”.
anak lewat proses. Peralatan laboratorium yang kurang
[pernyataan Guru A hal 78, 81]
adalah peralatan lab yang lebih murah sementara untuk
memadai
ini
salah
satunya
disebabkan
karena
laboratorium dari sekolah negeri hanya mengandalkan bantuan dari pemerintah. Sementara itu yang dipenuhi tidah hanya peralatan lab fisika tetapi juga lab kimia dan lab biologi. Dimana peralatan yang lebih dulu dipenuhi
lab fisika peralatannya rata-rata lebih mahal daripada lab kimia dan lab biologi. Dan terkait dengan masalah waktu, Guru A berharap harus ada laboran yang bisa menyiapkan peralatan lab sehingga Guru A tidak membuang waktu menyiapkan peralatan yang akan dipakai untuk pembelajaran di lab. Untuk
mengatasi
mengefektifkan melakukannya
kekurangan
pengajaran dengan
cara
fisika,
namun Guru
demonstrasi
dapat A dan
pembelajaran yang menggunakan multimedia. Dari hasil analisis pernyataan Guru A, dapat dikatakan dalam mengajarkan fisika, Guru A belum secara maksimal mengembangkan keterampilan proses sains atau kerja ilmiah kepada siswa. Hal itu karena sesuai dengan alasan-alasan yang disebutkan sebelumnya
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
53
di atas.
Guru B
“Yah itu mereka diberi peluang untuk praktikum itu kan salah satunya itu. Disitu mereka mencari data, menganalisis data, kemudian membuat laporan, dari laporan itu mereka mengambil hipotesa, lalu menganalisa, menyimpulkan seperti itu”. [pernyataan Guru B hal 95]
Menurut
data
yang
diperoleh
dari
hasil
wawancara, cara Guru B mengembangkan keterampilan proses sains adalah melalui kegiatan praktikum. Melalui kegiatan pratikum ini, anak akan mencari data, menganalisis data kemudian membuat laporan sesuai dengan praktikum yang telah dilakukan. Dalam laporan itu anak akan menganalisis data yang telah diperoleh dari hasil pratikum dan dari analisis itu anak akan sampai pada kesimpulan akan data yang sebelumnya telah dianalisis. Namun
“Kalau lab fisika itu jauh dari kata sempurna karena kita tahu sendiri kita kan sekolah negeri jadi apaapa itu kan menunggu bantuan dari pemerintah. Kita sering tiap tahun itu kan mengusulkan ala ini, alat ini rusak, mnta ditambah alat ini tapi realisasinya sampe sekarang ngga pernah ada, jadi yah kia hanya gunakan alat apa yang ada di lab. Itu kendalanya, dan tidak semua materi bisa kita praktekkan karena kendala alat itu.”
dalam
kenyataan
dalam
proses
pembelajaran, Guru B tidak melaksanakan semua kegiatan pratikum yang telah direncanakan sebelumnya. Hal ini disebabkan karena keterbatasan alat laboratorium atau dengan kata lain, alat laboratorium yang tersedia belum memadai. Dalam upaya untuk menambah fasilitas atau alat-alat laboratorium, Guru B dan guru-guru lainnya di sekolah telah berusaha untuk mengusulkan
[pernyataan Guru B hal 95]
kepada pemerintah setempat mengenai pengadaan alat
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
54
laboratorium yang belum ada, mengganti alat yang telah rusak atau yang sudah tidak layak untuk digunakan dan menambah alat-alat yang sudah ada karena dirasa belum mencukupi untuk jumlah siswa yang banyak. Namun pada kenyataannya alat-alat yang telah diusulkan itu belum pernah didatangkan oleh pemerintah.
“Harus pake alat peraga, tapi saya kendalanya waktu, kadang tidak punya bakat untuk ke arah sana, membuat alat peraga Kita banyak dapat bantuan alat peraga dari universitas lain ketika mereka melakukan penelitian, banyak sekali dapat bantuan alat peraga dan itu lebih sederhana, biayanya murah dan mudah digunakan seperti itu jadi anak lebih muda mencapai sesuatu kesimpulan yang kita inginkan itu muda dari alat peraga yang mahasiswa buat itu”.
Untuk pengajarannya
mengatasi Guru
kekurangan B
ini,
mengatasinya
dalam dengan
menggunakan alat peraga. Namun karena terkendala waktu dan kurang terampilnya guru dalam membuat alat peraga, maka alat peraga yang digunakan oleh Guru B ini adalah alat peraga hasil bantuan dari mahasiswamahasiswa yang melaksankan penelitian di sekolah tersebut. Dengan alat peraga ini keterbatasan alat di
“Kalau ngga ada lab yang memadai ibu ada tayangantayangan animasi itu, bisa ibu cari di internet atau kalau ngga anak yang saya suruh nyari atau buat power point seperti itu”.
laboratorium bisa teratasi. Alat peraga ini juga bisa
[pernyataan Guru B hal 95, 96]
untuk
membantu siswa mencapai kesimpulan terhadap materi yang sedang dipelajari. Selain menggunakan alat peraga mengatasi
kekurangan
ini,
Guru
B
juga
menggunakan tayangan animasi atau melalui powerpoint presentation. Dari hasil analisis di atas, dapat dikatakan dalam mengajarkan fisika, Guru B belum secara maksimal
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
55
mengembangkan keterampilan proses sains atau kerja ilmiah kepada siswa. Hal itu karena keterbatasan alat laboratorium. Guru C
“Senang mas, anak senang karena selain…kita memang punya anak yang senang gitu yah karena memang sudah jurusan mereka, karena mereka sudha yakin betul ini jurusan saya yang harus saya laksanakan”. [pernyataan Guru C hal 99]
Menurut
data
yang
diperoleh
dari
hasil
wawancara, cara Guru C mengembangkan keterampilan proses sains adalah melalui kegiatan praktikum. Guru C mengatakan
bahwa
fisika
itu
perlu
pembuktian
kebenarannya. Pembuktian kebenaran ini dengan melalui pratikum. Pengajaran melalui pratikum yang dilakukan ini menurut Guru C, disenangi oleh siswa karena kembali lagi pada dasarnya yaitu anak yang berperan aktif. Guru C melihat bahwa siswa merasa senang karena mereka sudah menyadari betul bahwa jurusan IPA yang dipilih oleh mereka itu harus melakukan hal-hal yang seperti itu.
“Untuk misalnya materi-materi tertentu untuk bisa kita prakteka yah, kecuali kalau termodinamika kan susah yah. Teori kinetik gas paling ngga kita memberikan animasi pembelajaran karena alat kita memang terbatas. Yang bisa misalnya gaya gesek itu bisa kita laksanakan, kemudian optik, kemudian grafitasi itu kan sains semua, dan lan sebaginya”. “Kalau masih kurang sih masih yah, nanti kaitannya dengan dana, nanti kita punya apa ngga”.
Dalam mengembangkan keterampilan proses ini, Guru C mengalami keterbatasan alat sehingga upaya untuk mengoptimalkannya, Guru C menggunakan tayangan animasi sesuai dengan materi yang mau diajarkan. Menurut Guru C keterbatasan alat ini karena berkaitan dengan keterbatasan dana yang dimiliki oleh sekolah ini.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
[pernyataan Guru C hal 99, 101]
56
Dari hasil analisis pernyataan Guru C, dapat dikatakan dalam mengajarkan fisika, Guru C belum secara maksimal mengembangkan keterampilan proses sains atau kerja ilmiah kepada siswa. Hal itu karena keterbatasan alat laboratorium.
Guru D
“Nah terus terang untuk saya pribadi, itu belum begitu banyak mas,belum begitu banyak untuk menyelenggarakan yang saintifik atau kerja ilmiah itu”. [pernyataan Guru D hal 112]
Menurut
data
yang
diperoleh
dari
hasil
wawancara, cara Guru D mengembangkan keterampilan proses sains adalah melalui kegiatan praktikum. Namun pada kenyataannya, Guru D jarang melaksanakan pembelajaran yang seperti ini.
“Kendalanya sih banyak, kendalanya itu ee bukan kendala yah, dikatakan kendala yah ada, memang banyak faktor, belum tentu alat yang saya sampaikan sesuai dengan materi itu ada, kemudian memang kondisi anak, sebenarnya kan sebelum saya menyampaikan materi itu kan saya sudah memberi informasi kan, nak besok materinya seperti ini, ada bukunya ini, halaman ini, kalian punya buku mohon dibaca dulu sehingga anak itu udah tahu sudah ada masukan dulu baru besok kita mengadakan pembelajaran saintifik mulai dari pratikum atau mulai dari percobaan”.
Pembelajaran yang menitikberatkan keterampilan proses sains ini menjadi jarang dilakukan oleh Guru D disebabkan oleh faktor-faktor antara lain: kondisi alat lab yang kurang lengkap atau kurang memadai serta kondisi anak yang belum terlalu siap untuk memulai proses belajar mengajar sehingga akan menghambat pemebelajaran yang seperti ini. Kondisi anak yang menurut Guru D sangat susah untuk diatur karena memiliki latar belakang yang sedikit berbeda dari siswasiswa yang lainnya.
[pernyataan Guru D hal 112]
Selain itu juga karena terkendala waktu sehingga
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
“Yang namanya laboran ada, maunya yah seperti yang sekolahsekolah besar itu, tenaga laboran ada, kemudian kita sebagai guru hanya mas, ngomong sama laboranya, besok pertemuan ini tanggal ini disiapka ini yah mas, dengan laborannya, laborannya yang menyiapkan. Sini ngga mungkin, yah guru, yah laboran, yah tukang bersih-bersih lab”. [pernyataan Guru D hal 109]
57
membuat Guru D jarang melakukan pratikum. Dari segi keterbatasan waktu itu, Guru D mengharapkan agar di sekolah harus ada laboran sehingga waktu praktikum tidak tersita untuk menyiapkan alat-alat yang mau digunakan untuk praktikum pada saat itu. Dari hasil analisis pernyataan Guru D, dapat dikatakan dalam mengajarkan fisika, Guru D belum secara maksimal mengembangkan keterampilan proses sains atau kerja ilmiah kepada siswa. Hal itu karena keterbatasan alat laboratorium, kondisi siswa dan keterbatasan waktu.
Guru E
“Khusus yang fisika sudah cukup memadai” “Semua tapi ada sebagian alat yang belum bisa dipake karena saya sendiri belum pernah make itu, saya belum berani otak-atik”.
Menurut
data
yang
diperoleh
dari
hasil
wawancara, cara Guru E mengembangkan keterampilan proses sains adalah melalui kegiatan praktikum. Setiap materi yang diajarkan oleh Guru E nantinya akan ada
[pernyataan Guru E hal 116]
pratikumnya. Dari setiap pratikum itu sebagian besar siswa merasa senang karena siswa lebih diajak untuk terlibat dalam belajar. Menurut Guru E dengan belajar di Laboratorium, anak-anak seolah-olah belajar sambil bermain mereka mengunakan alat dan mengatur alat atau memposisikan diinginkan.
alat
sehinga
sesuai
dengan
yang
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
58
Dalam mengembangkan keterampilan proses sains atau kerja ilmiah ini, Guru E merasa alat yang tersedia di laboratorium fisika sudah cukup memadai untuk melaksanakan semua pratikum yang telah direncanakan. Namun di lain sisi, dengan ketersediaan alat yang cukup memadai tersebut masih ada kendala yang menghambat proses pembelajaran yang dilakukan yang datang dari Guru E sendiri, yaitu ada beberapa alat yang menurut Guru E belum bisa dioperasikan karena Guru E memiliki keterbatasan pengetahuan atau keterampilan tentang pengoperasian beberapa alat tersebut. Dari hasil analisis di atas, dapat dikatakan dalam mengajarkan fisika, Guru E belum secara maksimal mengembangkan keterampilan proses sains atau kerja ilmiah kepada siswa. Hal itu karena keterbatasan Guru dalam mengoperasikan alat laboratorium tersebut
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
59
Tabel 4.4 Cara Guru Mengembangkan Keterampilan Proses Sains atau Kerja Ilmiah Kepada Siswa. Cara Mengembangkan Keterampilan Proses Sains
Guru A
Guru B
Guru C
Guru D
Guru E
Fakta
Kendala
Melalui kegiatan laboratorium
Belum secara maksimal mengembangkan keterampilan proses sains atau kerja ilmiah kepada siswa
(a) Peralatan laboratorium fisika yang kurang lengkap atau kurang memadai; (b) Guru A tidak bisa mengatur waktu secara efektif untuk melaksanakan kegiatan pratikum.
Melalui kegiatan laboratorium
Belum secara maksimal Keterbatasan alat mengembangkan laboratorium. keterampilan proses sains atau kerja ilmiah kepada siswa
Melalui kegiatan laboratorium
Belum secara maksimal Keterbatasan alat mengembangkan laboratorium. keterampilan proses sains atau kerja ilmiah kepada siswa.
Melalui kegiatan laboratorium
Belum secara maksimal mengembangkan keterampilan proses sains atau kerja ilmiah kepada siswa.
Karena keterbatasan alat laboratorium, kondisi siswa yang belum siap untuk mengikuti pembelajaran dan keterbatasan waktu.
Melalui kegiatan laboratorium
Belum secara maksimal mengembangkan keterampilan proses sains atau kerja ilmiah kepada siswa.
Keterbatasan pengetahuan atau keterampilan untuk mengoperasikan beberapa alat tersebut.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
60
Dari hasil analisis diperoleh hasil bahwa dalam pengajaran di jurusan IPA dalam hal ini pengajaran fisika, kegiatan laboratorium menjadi inti pengajaran fisika. Namun dalam kenyataannya guru-guru belum memaksimalkan kegiatan laboratorium ini. Dalam penelitian ini ditemukan masih dijumpai adanya kendala-kendala dalam pengajaran dan pendayagunaan laboratorium fisika dan pemanfaatan secara optimal. Kendala-kendala yang ditemukan antara lain: a. Peralatan laboratorium fisika yang kurang lengkap atau tidak lengkap serta kondisi laboratorium yang buruk. b. Keterbatasan waktu yang tersedia. c. Guru yang kurang atau tidak terampil/ mengelola dan menggunakan alatalat laboratorium fisika. d. Kondisi siswa yang belum siap untuk menerima kondisi pembelajaran yang seperti itu. Oleh karena itu harus ada upaya untuk mengoptimalkan pendayagunaan laboratorium dari kendala-kendala yang ada antara lain: (a) walaupun disadari bahwa fasilitas/alat-alat laboratorium tidak mutlak harus canggih, namun akan lebih baik lagi fasilitas laboratorium terus disempurnakan/ditingkatkan terlepas dari itu juga, fasilitas laboratorium juga dapat mengarah pada perkembangan teknologi; (b)
keterbatasan
waktu yang tersedia ini bisa diatasi dengan adanya petugas laboratorium atau yang biasa dinamakan dengan laboran. Apabila laboran ini ada, maka laboran
hendaklah
mempunyai
dan
terus
mengembangkan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
61
pengetahuan/pemahaman tentang alat-alat laboratorium; (c) guru harus dibekali keterampilan dan ditingkatkan kemampuannya dalam pengunaan alat-alat laboratorium fisika. Salah satu cara untuk meningkatkan kemampuan ini dengan cara diadakannya pelatihan pengunaan alat-alat laboratorium fisika; selain itu guru harus dituntut untuk kreatif dalam membuat alat peraga yang sederhana yang dapat dibuat dengan biaya yang murah namun tetap mengutamakan sisi pemanfaat dan tidak terlepas dari materi yang mau diajarkan dengan menggunakan alat peraga itu sendiri (d) peningkatan motivasi siswa untuk belajar memahami fisika dengan proses berfikir ilmiah melalui bantuan laboratorium harus tarsus ditingkatkan. Kemauan dan kesadaran dari siswa harus ada dan terus ditingkatkan, di samping pemberian keterampilan/kecakapan dalam menggunakan alat-alat laboratorium fisika.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
62
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan data dan analisis data, dapat disimpulkan beberapa hal mengenai peran guru IPA/Fisika dalam upaya untuk mempersiapkan karier siswa dalam bidang IPA/Fisika sebagai berikut: 1. Rata-rata guru fisika memiliki kesadaran yang cukup tinggi bahwa jurusan IPA yang dipilih oleh siswa bertujuan untuk berkarier dalam bidang IPA/Fisika. 2. Semua guru fisika menyadari karakteristik IPA/Fisika berbeda dengan ilmu yang lainnya. Namun rata-rata guru fisika belum memahami karakteristik IPA/Fisika secara menyeluruh yang seharusnya diterapkan dalam pengajaran. Rata-rata guru fisika lebih menekankan pada Aspek Pengetahuan dalam pengajarannya 3. Cara guru fisika mempersiapkan karier siswa melalui pengajaran adalah dengan mengembangkan keterampilan proses sains kepada siswa melalui kegiatan laboratorium. Namun rata-rata guru fisika belum maksimal mengembangkan kegiatan laboratorium dalam pengajarannya.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
63
B. Saran Berdasarkan kesimpulan yang diperoleh, peneliti menyampaikan beberapa saran, yaitu: Sebagai seorang guru fisika, harus terus mengembangkan keterampilan dalam mengunakan alat-alat laboratorium fisika. 1. Harus ada kerjasama yang baik antara guru fisika dan pihak sekolah untuk pengadaan fasilitas laboratorium. 2. Bagi peneliti selanjutnya, dapat melihat bagaimana persepsi siswa terhadap pengajaran oleh guru fisika melalui kegiatan laboratorium ini.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
DAFTAR PUSTAKA Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia. Undang-undang Republik Indonesia, No. 20, Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Diakses 11 april 2015. hhtp://www.Depdiknas.90.id Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1990. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka Druxes, Herbert dkk. 1986. Kompendium Didaktik Fisika. Bandung: Remadja Karya CV. Hiam, Alexander dan Charles D.S. 1994.(Alih bahasa Agus Maulana). The portable MBA: Pemasaran. Jakarta : Bina Rupa Aksara. Hosnan, M. 2014. Pendekatan Saintifik dan Kontekstual dalam Pembelajaran Abad 21. Bogor: Ghalia Indonesia. Ledermann, Norman. 2007. “Nature of Science: past, present and future”., dalam Handbook of Research On Science Eduction, hal. 831-879 Liem, T.L. 2007. Asyiknya Meneliti Sains. Bandung: Pudak Scientific. Pudjijogyanti, C.R. 1985. Konsep Diri dalam Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Pusat Penelitian UNIKA Atma Jaya. Purwantini, Corneliom dan Purwanti, R.E. 2007. “Persepsi Guru, Siswa dan Orangtua terhadap UN”; dalam Jurnal, Widya Dhrma vol. 18, No. 1. Yogyakarta: Lembaga Penelitian Universitas Sanata Dharma. Rohandi, R. 1998. “Memberdayakan Anak Melalui Pendidikan Sains”; dalam Sumaji.dkk (Eds.). Pendidikan Sains yang Humanistis, hlm. 112-124. Yogyakarta: Kanisius. Rohandi, R. 2000. “Menuju Kebiasaan Bertanya dalam Pembelajaran Sains di Sekolah Dasar”; dalam Sudarminta.dkk (Eds.). Transformasi Pendidikan, edit. Atmadi & Setiyaningsih, hlm. 199-211. Yogyakarta: Kanisius. Sanjaya, Wina. 2008. Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
64
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
65
Santrock J. W. (2013). Life Span Development. New York: McGraw-Hill. Semiawan, C., Tangyong, Belen, S., Matahelemual, Y. 1985. Pendekatan Keterampilan Proses. Jakarta: Gramedia. Soenardi. 1998. Pengantar Psikologi. Edisi 2. Jakarta : Erlangga. Sukardi. 1987. Bimbingan Karier di Sekolah-Sekolah. Jakarta: Ghalia Indonesia. Suparno, P. 2007. Metodologi Pembelajaran Fisika. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma. Suparno, P. 2010. Metode Penelitian Pendidikan Fisika. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma. Super, D.E. (1980). A Life-Span, Life-Space Approach to Career Development. Journal of Vocational Behavior 16: 282-289 Suryawan, E.A. 1989. “Pendayagunaan Laboratorium Fisika dalam Pengajaran Fisika di SMA”; dalam Rangkuman Seminar Pendidikan Fisika se-Jawa. IKIP, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta Severinus, Domi. 2013. “Pembelajaran Fisika seturut Hakekatnya serta Sumbangannya dalam Pendidikan Karakter Siswa”., dalam Lontar Physics Forum. Diakses pada tanggal 2 juni 2015 http://prosiding.upgrismg.ac.id/index.php/lpf2013/lpf2013/paper/viewFile/ 121/73 Walgito,Bimo.1991.Psikologi Sosial: Suatu pengantar.Yogyakarta: Andi Offset Wirastari, Maria & Ajisuksmo, C.R.P. 2013. “Kematangan Karier Peserta Didik Kelas XII sebuah SMA Swasta di Jakarta”.; dalam Jurnal Widya Dharma vol.25, N0. 1. Yogyakarta: Lembaga Penelitian Universitas Sanata Dharma.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
65
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
LAMPIRAN
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Surat Izin penelitan Lampiran a. SMAN 6 dan SMAN 9 Yogyakarta
65
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
66
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Lampiran b. SMA PIRI
67
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Lampiran c. SMA IMANUEL KALASAN
68
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Surat Pernyataan telah Melakukan Penelitian Lampiran d. SMAN 6 Yogyakarta
69
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Lampiran e. SMAN 9 Yogyakarta
70
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Lampiran f. SMA PIRI I Yogyakarta
71
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Lampiran g. SMA Imanuel Kalasan
72
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
73
Pedoman wawancara Lampiran h. Pedoman wawancara Guru 1. Proses pembelajaran seperti apa yang guru berikan kepada siswa setelah siswa dijuruskan ke IPA 2. Proses pembelajaran yang guru berikan kepada siswa apakah sesuai dengan kebutuhan siswa (memperhatikan karir/cita-cita siswa dan faktor lainnya atau hanya sesuai tuntutan sekolah) 3. Pada saat mengajar, guru hanya memperhatikan materi fisika yang harus dikuasai atau dimiliki siswa saja atau ada hal lain 4. Guru memperhatikan atau tidak karier atau cita-cita pekerjaan yang ingin diraih siswa 5. Cara guru fisika yang mengajar di kelas IPA mempersiapkan karir atau cita-cita siswa IPA kelak 6. Guru menyadari atau tidak bahwa kelas IPA harus memiliki atau menguasai keterampilan proses sains atau kerja ilmiah 7. Cara guru mengimplementasikan keterampilan proses sains atau kerja ilmiah kepada siswa dalam proses belajar 8. Cara guru mengembangkan keterampilan proses sains atau kerja ilmiah kepada siswa IPA (melalui Lab) 9. Kondisi dan kelengkapan alat-alat yang tersedia di Lab dan seberapa sering guru mengajak siswa untuk melakukan percobaan atau pratikum di Lab 10. Cara guru mengembangkan keterampilan proses sains jika alat-alat yang tersedia di Lab kurang lengkap atau kondisi Lab yang kurang kondusif atau jarangnya melakukan praktikum di Lab
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
74
Contoh hasil wawancara Lampiran i.Wawancara dengan Guru A Peneliti: Terima kasih sebelumnya ibu, sekedar menceritakan sedikit, sebelumnya kami sudah wawancara dengan guru BK mengenai penjurusan dan berikutnya kami mewawancarai ibu untuk mengetahui proses belajar mengajar di jurusan IPA sendiri karena pada saaat siswa di juruskan. Guru A : Jadi kalau saya tuh memberi informasi yang sudah dijuruskan gitu kan. Kalau tadi kan yang proses penjurusanya kelas X ini kan kelas XI. Peneliti: Setelah di juruskan terutama siswa IPA nya dan proses pembelajaran IPA nya (fisika). proses belajar mengajar terutama pelajaran fisika yah bu,apakah ibu menyadari bahwa jurusan IPA yang dipilih oleh siswa itu punya kepentingan tertentu bagi siswanya sendiri. Guru A: Oh ia sih menurut saya, itu heterogen ada yang memang senangnya belajar IPA artinya karena dia merasa lebih enjoy belajar IPA dari pada belajar IPS. Tapi ada juga yang tidak menutup kemungkinan, sekarang jurusan IPA kan lebih banyak mempunyai peluang untuk masuk perguruan tinggi daripada yang IPS, lebih banyak lebih luas itu sehingga mereka pilih itu. Tapi ada juga yang mungkin orang tuanya mungkin itu sebagian kecil kalau itu. Kalau zaman sekarang orang tua kayanya ngga terlalu memaksakan anaknya tapi hanya mendukung aja gitu yah, mungkin ada yang memang orang tuanya yang pengen anaknya masuk IPA dengan alasan tertentu gitu. Tetapi yah memang itulah ratarata memilih jurusan IPA kalau ditanya satu per satu anak-anak yah kebanyakan karena memang pengennya, senangnya tuh belajar IPA dari pada IPS
tapi
mungkin kalau menurut perhitungan saya mungkin karena mereka sudah ngerti nanti setelah lulus itu lebih luas peluang untuk masuk ke perguruan tingginya itu jika dia memilih jurusan IPA. Anak IPA kan bisa memilih IPS, walupun setelah lulus akhirnya yang dipilih fakultasnya yang IPS gitu yah. Kalau bahasa saya meletas, gimana kok meletas, belajar fisika kok malah yang dipilih IPS.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
75
Peneliti: Ee misalkan mendengkarkan ada beberapa persoalan belum tertentu orang dengan porsi IPA kemudian bekerja di bidang IPA. Diluar itu apakah ibu menyadari bahwa siswa yang masuk di jurusan IPA itu nanti akan bekerja di dalam atau bidang yang nanti digeluti di masa depan itu berkaitan dengan bidang IPA? Guru A: maksudnya? Peneliti: Dalam benak ibu apakah ibu menyadari bahwa apakah siswa yang nanti masuk di jurusan IPA itu masa depannya ke jurusan IPA juga atau bekerja di bidang IPA juga? Guru A Kalau harapan saya pribadi yah ee konsisten gitu yah sudah memilih IPA yah mestinya terus konsisten, alasannya apa dulu memilih IPA, karena saya lebih senang belajar IPA, setelah itu yah mesti harus, kalau saya menangkapnya seperti itu, tapi toh itu pilihan mereka, kita ngga ngerti yah, dalam benak nanti mereka tidak masuk pekerjaan yang di bidang IPA pun mesti ada. Peluang untuk masuk ke non IPA juga besar juga. Tapi paling tidak menurut saya pola pikir orang IPA itu kan apapun itu tetap beda dengan orang IPS. Walaupun sama-sama pinternya, di IPA dan IPS itu cara berpikirnya tetap berbeda. Walaupun mungkin ada anak di IPS yang model berpikirnya seperti orang IPA misalnya poin-poin, tetapi kita kan juga punya kelemahan yah ngga fleksibel tapi untuk berpikir tahap teknis habis itu ini, habis itu ini itu, mungkin dengan model pemebelajaran IPA lebih besar cara seperti itu,tapi kita punya kelemahan yang ngga luwes gitu. Saya mesti sama anak selalu yah saya karena guru kelas XI yah jadi sudah mereka sudah memilih. Kalau saya guru kelas X, saya akan memberi anak-anak seperti itu. IPA sama IPS itu kan semua punya konsekuensi sendiri-sendiri yah. Silahkan kamu memilih apa IPA atau IPS tapi harus konsisten harus konsekuen dan harus bertanggung jawab,tidak mau asal senang aja tapi kenyataannya nilainya tidak ada usaha lah. peneliti: Harapan ibu nantinya anak ibu yang masuk ke jurusan IPA akan bekerja di bidang IPA juga, proses pembelajaran yang seperti apa sehingga mengantar
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
76
siswa sendiri untuk bisa kedepannya mencapai cita-cita mereka itu seperti apa Bu? Guru A Mesti sebelum bekerja kan mereka harus anu dulu harus ke perguruan tinggi dulu kan,nah itu kalau menurut saya kan memangnya yang dibangun bukan Cuma harus ngerti ilmunya yah tapi yang dibangun itu adalah kecintaanya pada yang mau ditekuni. Supaya dia tekun disitu kan dia harus cinta dulu. Kadangkadang kan saya lihat itu ada juga yang fisikanya waktu saya mengajar itu menurut saya bukan golongan menengah ke atas, tapi yah boleh di katakan menengah ke bawa, artinya mereka standar yah KKMnya tuh hanya karena dilatih terus. Itu tapi setelah kelas 3 (tiga) itu terus dia saya tanya mau milih atau ambil apa dek jawabanya fisika. Ternyata memang ada beberapa anak itu cinta fisika sekalipun mungkin dari sisi nilai dia ngga bagus. Tapi itu saya menekankan, ibu tidak melatih kamu untuk tidak mengejar nilainya, tapi kejarlah ilmunya fisikanya. Kalau suka fisika yah ilmu fisikanya itu diambil nanti nilai itu akan mengikuti ilmu yang kamu peroleh walaupun mungkin tidak seperti yang kamu harapakan bangetnya, ilmunya banyak, itu mungkin karena kamu kurang berlatih. Tapi nanti seiring dengan perkembangan psikisnya itu kan nanti mereka juga akan berubah. Itu banyak kok anak-anak yang dulunya yah menurut guru itu dia biasa saja, tapi kenyataannya setelah mereka bekerja, setelah lulus kuliah bekerja mereka sukses. Itu kan karena melalui proses yang menurut saya harus dikembangkan pertama itu kecintaanya pada itu supaya dia tekun disitu, supaya dia semangat untuk belajar tidak dilihat dari susah banget eee, ngga senang aku, susah banget ee, itu kan ngga tekun lagi, ngga cinta lagi. Kalau cinta itu yo sulit seperti apapun tetap dia pinginya mempelajari itu. Jadi kalau pelaksanaanya bagaimana yah menurut saya standar-standar saja. Di tempat kita yah misalnya hanya dengan praktikum kah atau dengan media pembelajaran yang IT kan sudah biasa yah, menurut saya yah semenarik-menariknya itu kalau hatinya tidak cinta yah susalah. Membangunnya itu yah tetap aja kalau dipandang, kalau standar kita nilai yah nilainya akan dari dulu sampai sekarang segitu-gitu terus.yah namanya
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
77
nilai fisika. Supaya dia konsisten,tekun menekuninya. Terus nanti untuk bekerja pun saya inginnya ke situ. Peneliti: Cara ibu mengembangkannya? Guru A: Memotivasi mereka Peneliti: Terus cara ibu memotivasinya dengan bagaimana? Guru A Saya biasanya anuh diskusi dengan mereka. Kalau bahasa garis kerasnya itu memasukan konsep tentang kecintaan kita terhadap sebuah ilmu.itu supaya kita konsisten itu dengan cara diskusi dengan mereka, terus yang kedua kita juga memberikan wawasan bahwa banyak kok fisika itu tidak sekedar pelajaran fisika tapi banyak hamper semua yang ada di lingkungan kita itu semua itu butuh fisika. Sebagai contoh orang IPS mau tidak mau itu yang namanya handphone kan dia pake. Saya selalu bilang sebenci-bencinya kamu dengan fisika,
fisik itu di
sekitarmu pake, sekalipun milih IPS sekalipun kalau HP ngga ngerti ngga mungkin, kita mau menghidupkan lampu di rumah atau mengganti bohlam lampu yang sudah rusak
itu kan fisika juga. Terus gimana cara menggunakan
Handphone yang benar misalnya terkait dengan radiasi dengan apa itu dengan fisika juga. Terkait dengan gelombang, itu tuh tetap ada fisikanya. Jadi membuka pikiran mereka gitu, yah memang itu metodenya mesti setiap orang berbeda-beda yah. Tapi kalau saya pribadi memang kalau ada waktu memang saya sisipi itulah. Mau bahas masalah gelombang misalnya itu yah 15 menit itu masukin itu supaya mereka termotivasi ternyata luas benar dan itu bisa dimanfaatkan. Tapi saya bisanya ngomong doang ngga bisa menerapkan, tapi anak-anak itu masih panjang, dia masih bisa berkembang dengan luar biasa jadi harus ditekankan seperti itu dan anak kok menurut saya, yang saya lihat itu meskipun belum begitu banyak yah, beberapa masuk teknik fisika,.dengan nilai fisika yang tidak tinggi bukan kemampuannya yah, dengan nilai pelajarannya itu loh ulangan dan sebaginya kan alat ukurnya sebetulnya ngga cuman it toh mereka kreatif misalnya bikin alat ini ini ini. kalau konsepnya ngga paham yah udah ngga bisa lah bikin alat seperti itu
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
78
donk, saya saja ngga bisa, berartikan konsep saya masih kalah dengan mereka meskipun kalau mengerjakaa soal nilainya lebih bagus saya daripada mereka. Peneliti: Cara ibu membuat kecintaan mereka dengan memberikan motivasi, mengkaitkan suatu hal dengan kehidupan yang nyata dengan ilmu fisikanya. Salah satu kecintaan yang kita bangun itu kan kecintaan terhadap bagaimana dia bersikap ilmiah. Di fisika kan harapan kita kan dia bisa menjadi seorang yang konsisten dan focus disitu dan bisa menjadi seorang peneliti di bidang fisika seperti itu. Apakah dalam proses pembelajaran itu selain motivasi ibu memberikan sesuatu di luar
motivasi untuk bisa meningkatkan keterampilan
mereka itu bu? Guru A: Biasanya itu yang bisa dilakukan dalam keadaan yang terbatas yah paling hanya alat-alat lab. Ngga ada alat yang cukup yah biasanya demonstrasi gitu yah. Demonstrasi artinya biar kita itu biar anak-anak itu ngga anu yah walaupun banyak yah sekarang misalnya mau merangkai itu kan sekarang udah ada animasi itu loh. Cuman kan ngga lihat alatnya yang benar juga kadang bingung, misalnya statip kadang-kadang mereka ngga ngerti statip itu seperti apa kalau mereka ngga kita tunjukan, padahalkan cuman statip, Cuma karena kita udah tau statip. Tapi kalu misalanya siapkan statip cuman gitu yah, statip tuh yang mana bu, jadi tetap itu harus diberitahukan. Sebetulnya kalau praktikum tu anakanak cenderung lebih suka karena lebih otak atik otak atik gitu yah. Cuman kadang-kadang untuk memasukan metode pembelajaran yang ideal yang seperti yah saya pun juga punya anuh yah punya pandangan/gambaran idealisnya orang ngajar itu seperti apa tapi pada akhirnya saya tidak bisa melaksanakan seperti idealism yang saya pikirkan itu kan harus semaksimal mungkin saya harus melakukan itu. Kalau idealism saya misalnya saya mau menanamkan konsep umpamannya e misalnya hukum ohm gitu aja yah, konsep hukum ohm itu kan saya harus menyediakan dulu, menyiapkan alat lab. Untuk menyiapkan alat dengan tugas saya yang begitu banyak, artinya ngga ada waktu artinya ada orang yang menyiapkannya disana. Harus ada orang laborannya. Nah apakah laboran itu tersedia di sekolah. Seandainya idealisme saya, ada yang bagian yang sudah mulai
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
79
ngurusi bagian itu mereka sudah paham betul, saya tinggal tanya, saya tinggal bilang hari ini saya mau jam pertama kedua besok pagi saya mau praktikum hokum ohm, lalu dia Ok bu sudah siap, saya tinggal masuk tidak buang-buang waktu itu mungkin cukup waktunya, terus di ukurkan R-nya dengan V sekian Arus ketemunya berapa, gimana kalau beda potensialnya diganti, power supplynya ditambahi dari 3 ke 6 ohh arusnya ternyata berubah juga, terus sekarang coba dibandingkan coba V kamu bagi dengan I-nya dari tabel itu kan, nah itu sebelumnya kan dalam idealisme saya mestinya terus dari praktikum tadi mereka bisa menyimpulkan terus nanti digiring toh R itu tergantung dari V ngga karena anak-anak secara matematika itu kan R itu V/I. itu matematika, kalau Cuma lihat matematikanya mestinya kalau V-nya lebih besar R-nya akan lebih besar dengan I yang sama. Tapi R=V/I menurut Ohm, hasil percobaan itn tidak seperti yang kita lakukan, itulah bedanya matematika dengan fisika. Jadi gga bisa kalau punya V-nya gede nanti R-nya ikut gede. Dari hasil percobaan kalau V-nya besar I-nya mengikut perubahan menjadi besar sehingga menghasilkan R yang konstan gitu. Nanti kalau kita pengen memberitahukan konsep bahwa R itu tergantung dari hambat jenisnya, tergantung dari apa itu ee panjangnya, itu kan harus pake praktek juga. Jadi nanti mereka anuh idealisme saya itu, praktikumnya agak lama itu yah kalau hambatan nikelinnya sama tembaga misalnya beda hambat jenis nanti akan menghasilkan R yang berbeda walaupun panjangnya sama, luas penampangnya sama gitu kan, nanti variabelnya diganti yang rhonya sama tapi panjangnya beda. Itu memakan waktu yang cukup banyak tapi cukup untuk mengajarkan konsep beda itu karena kita belum terbiasa tadi, mungkin kalau dari SD itu sudah dibiasakan seperti itu yah nanti sampai kita SMA tinggal istilahnya melanjutkan saja, kalau idealisme saya seperti itu tapi kenyataannya kan tidak seperti itu sehingga saya harus menyesuaikan diri antara waktu yang tersedia dengan materi mereka harus tuntas dan dengan alat yang seadanya. Peneliti: Sebenarnya ibu berharap bahwa pelajaran fisika itu lewat eksperimen di lab seperti itu tapi karena….
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
80
Guru A: Anuh harus terpadu, kalau Cuma dengan eksperimen saja ngga bisa. Saya pernah itu ada anak dari Taiwan, disini waktu ngobrol-ngobrol sama… kalau anak-anak sama dengan anak-anak bahasa inggrisnya udah klop yah kalau dengan saya ngga. Itu saya pernah tanyakan, coba ditanyakan kalau pembelajaran disana gimana kok sih anak itu bisa, anak-anak menganggapnya pinter kok Bu anaknya itu bisa kalau matematika. Terus setelah ditanya, pembelajarannya disana itu anuh lama, jadi pake fisiknya kalau cuman dengerin gitu dia anuh dia mungkin ngga ngerti bahasanya juga yah jadi ngantuk gitu yah. Tapi mereka tuh dengan menggunakan medianya tuh multi, multimedia. Cuman lab saja ngga tapi mereka melakukan dan multimedia dan itu memang waktu yang diperlukan banyak karena pelajarannya ngga sebanyak kita. Pengennya fisika yah belajarnya banyak fisika, yang kedua alatnya itu mencukupi tapi ceramahnya tetap ada. Kemarin waktu kita tukar dari Cibain University itu mereka memberikan kebetulan materi yang diberikan itu anuh kolaborasi antara calon guru bahasa inggris jadi kuliah juga toh dengan kalian yang dua orang itu, kemudian yang satu tuh mahasiswa teknik elektro kalau ngga salah itu sudah hampir lulus, dia mau skripsi matematika terus anuh apa dia berkolaborasi yang mahasiswa teknik elektronya itu mau membuat alat kan terus yang menjelaskanya adalah yang bahasa inggrisnya. Terus yang menyampaikan kan yang elektro kan ngga begitu pintar menyampaikan dalam bahasa inggris karena orang jepang, terus yang anuh mahasiswa teknik elektronya itu yang punya alatnya itu yang melakukan. Dia itu membuat alat amanya apa, lupa saya. Konsep alat itu bahwa ada pemantulan bunyi, terus alatnya itu speaker. Speakernya itu kecil-kecil, kalau dipantulkan kesana, anak-anak disuruh merem gitu, suruh pejam matanya itu, seolah-olah suara itu datang dari sana. Nah itu yang menjelaskan mahasiwa bahasa inggrisnya tapi konsepnya itu dirumuskan oleh mahasiswa elektronya itu. Itu kan pembelajaran yang menarik menurut saya, dulu pernah ada tim teaching yah, jadi satu kelas yang ngajar ngga cuman satu, dua guru. Tempat kita ngga ngerti ini, kaya guru TK itu kan yang ngajar satu kelas ngga cuman satu guru terus SMA pun sebetulnya bagus juga kalau tim teaching gitu tapi optimal gitu loh, kerja sama yang harus solid optimal. Bisa itu anak itu, menarik sekali tapi yah kalau saya amati cuman membahas tentang
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
81
pemantulan bunyi butuh waktu berapa jam yah dek sekitar 2 jam itu 120 menit cuman pemantulan gelombang bunyi dan dengan alat yang banyak multimedia menjelaskan juga paling ngga menjelaskan, power point juga, tapi membuat power point juga mestinya kalau persiapan lama juga itu menurut saya, karena power pointnya juga bagus, persiapanya banyak toh dan itu kalau hanya dipersiapkan oleh satu orang guru ngga mungkin selesai dalam waktu yang singkat itu harus tim, jelas tim harus kerja sama. Kalau mau ideal loh yah, kalau ideal itu kan seperti yang saya sampaikan idealisme saya. Coba yah kalau anak, kalau kita mampu seperti itu, yah semua ada kelebihan dan kekurangannya. Orang luar kan mempelajarinya tidak global yah jadi fokus k… seperti anak-anak disini senang untuk…tapi kan dia ngga mungkin menyelesaikan ngga cuman fisika saja, menyelesaikan kimia, biologi, matematika. Masih yang lainnya yang IPS pun masuk situ, bahasa inggris. Peneliti: Selama pembelajaran, ibu mengampuh pelajaran fisika ini, ibu merasa materi fisika yang diajarkan itu terlalu banyak sehingga waktu untuk kaya…apalagi ibu merasa harus ada keseimbangan antara materi pengajaran di kelas dengan praktikum di lab. kalau dari ibu sendiri, apakah ibu berharap supaya untuk kenyataannya disini seperti apa, apakah proses pembelajaran di kelas dengan di laboratorium itu seimbang atau sepertinya kurang berimbang? Guru A: Yang sekarang dirasakan untuk saat ini? yah kurang berimbang Peneliti: Kendala utamanya itu karena apa? Guru A: Kendala pertamanya itu satu alat, yang kedua waktu, mungkin juga karena saya, saya mau menyalahkan diri sendiri, manajemen waktu saya kurang bagus mungkin, tapi yah saya lihat hampir rata-rata semua guru ee untuk fisika yah itu merasakan ngga bisa memanej waktu. Jadi ngga ngerti mungkin yang salah gurunya atau sistemnya yah. Kalau saya ngga menyalahkan sistem yah saya sendiri yang saya salahkan untuk saya ngga bisa memanej waktu atau membuat sebuah pembelajaran yang terpadu, yang melibatkan metode laboratorium tapi sekaligus…ee kan gitu yah kita memperhatikan proses yah, kita mengutamakan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
82
akhirnya kan proses, tapi pada kenyataannya pada saat ujian itu kan bukan proses apalagi cek point jadi yah saya pribadi merasakan evaluasi ujian nasional jadi tidak sinkron dengan printah menanamkan konsep itu dengan proses. Jadi kalau ujiannya tidak sama dengan waktu saya kuliah yah misalnya waktu saya kuliah kan kita hampir ngga kenal ujian cek pont yah tapi esai jadi sebetulnya yah sebenanrnya saya mesti isi, jadi mau tidak mau saya harus belajar beneran ini gimana toh cara kerjanya kok bisa gitu. Waktu saya pernah kecewa juga, waktu kurikulum baru KBK dahulu (Kurikulum Berbasis Kompetensi) memang mengenai proses yang diutamakan setelah evaluasinya masih cek point gitu yah ngga cocok. Mungkin masih kesulitan kita untuk membuat sistem yang bagus gitu yah, yah bertahaplah. Itu kan kita harus laksanakan dalam keadaan apapun kan harus secara maksimal. Untuk fisika yah konsep fisikanya punyalah meskipun nanti ternyata dia tidak menggeluti itu tapi paling tidaklah kita harus punya kenangan konsep yang matematis gitu, kan mungkin aja yah orang laki-laki misalnya dulu lulusan IPA gitu yah, kalau konsep fisika matang gitu nanti logika dia dalam kehidupan sehari-hari tetap pake tuh loh jadi kan paling ngga ada manfaatnya sekalipun setelah bekerja ternyata di Bank misalnya itu kan ngga ada kaitanya yah dengan fisika tapi paling tidak andai ada alat untuk anuh uang gitu yah paling nda sedikit dia tau lah. Ohh ini alatnya, masuk dia. Itu nanti di rumah dimanfaatkanlah supaya konsep fisika yang dia bawa itu bermanfaat sekalipun hanya kecil konsep tapi manfaatnya besar. Peneliti:Kalau menurut ibu sendiri, tadi kan ibu sudah bercerita banyak. Kalau pembelajaran yang efektif untuk fisika tuh yang seperti apa Bu? Guru A: Efektifnya yang memandang fisika efektif dari mana? Peneliti: Efektifnya itu maksudnya ee prosesnya baik dan nilainya juga baik. Yang menurut ibu yang paling efektif untuk mendapatkan dua hasil yang nilainya baik dan prosesnya juga baik Guru A: Dengan keadaan yang tidak mau diubah seperti sekarang ini yah… yah tetap kalau menurut saya multimedia yah. Multimedia yang semaksimal yang ada.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
83
Misalnya: kok alatnya cuman satu, yah udah kita pake demonstrasi aja. Jadi selain misalnya aja waktu saya menjelaskan elastisitas itu kan pegas yah, yah saya bawa pegas
atau bawa karet gitu toh terus habis itu nanti dipandu juga dengan
powerpoint itu yah ada toh.ngambil dari yang anuh itu, misalnya gambar aja pegas nanti ditarik pake beban lalu dia bisa narik sendir, di lepas dia bisa bolak-balik gitu toh. Nah itu kan mereka lihat ohh gitu toh caranya tapi saya hanya menunjukan demonstrasinya itu ngga ngitung menghitung gitu yah, ini ditarik ngulur, dalam kenyataan benar toh sama panjang beneran nanti baru kita demosntrasikan lewat power pointnya itu lewat animasi sehingga oh yah itu tidak sekedar animasi tapi dalam kenyataan memang seperti itu pegas ditarik dia akan…bahkan mungkin susah toh dek kadang terlalu panjang bisa mental gitu kan, supaya anuh kita contohkan sekali yah ini kalau beneran gitu yah tarik sedikit itu kan gerakannya cepat sekali susah diikuti kalau digambar itu kan gampang, ini kenyataannya, terus kalau mau diperhatikan diteliti dengan baik gerakannya itu seperti apa pake animasi. Tapi paling ngga mereka…itu kan memaksimalkan kondisi yang tidak maksimal, alatnya ngga maksimal, mungkin keterbatasan waktu juga gitu. Menurut saya yah yang efisien yah itu harus multimedia cuman memang harus gurunya itu supaya apa namanya memang tugasnya belum begitu ini sih. Kalau mau jadi guru beneran itu tidak cuek yah, yang beneran tidak usah seratus yah
nilainya taruh aja yang KKM 80 gitu aja sudah cukup bagus toh
diatas KKM. Guru yang 80 itu tadi itu yah memang waktunya bener-bener terisi toh nah harus menyiapkan gitu tapi kalau parallel aja masih mending yah jadi kelas berbeda dengan kelas yang lain yah kasihan dia menyiapkan dan jam yang diampuh beda misalnya saya nggajar kelas X, kelas XI, kelas XII kasihan itu, kalau misalnya kelas XI aja mungkin masih bisalah dilakukan walaupun habis waktu itu, belum lagi menyiapkan misalnya koreksiannya, materinya, itu memang senang bener kalau ngga senang yah nanti akan jadi jelek. Jadi ngga ada keinginan dari hati kita untuk memberikan ke anak itu nanti apa targetnya yang mau kita capai. Kalau saya terus terang ngga sekedar nilainya bagus.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
84
Peneliti: Terus kalau soal materi pembelajaran yang mungkin dari soal ketika kuriklum 2013 dialihkan ke kurikulum 2006 kemudian kembali lagi dari kurikulum 2013 ke 2006 tapi pandangan kita kan untuk pembelajaran fisikanya sendiri mungkin tidak menjadi permasalahan tentang kurikulum karena perubahan kurikulum apapun tetap pembelajaran fisika itu berbasis saintifik jadi yah tetap itu yah tetap itu. Jadi kalau soal perubahan kurikulum, dari guru fisika mungkin tidak terlalu berpengaruh, yang penting disini proses saintifiknya apalagi anak fisika untuk itu dalam proses pembealajarannya itu cara ibu bagaimana sehingga bisa menerapkan proses saintifik yang ada dalam fisika tersebut? Guru A: Proses saintifik kalau mau dibuat… kan tidak setiap tatap muka harus dengan proses… Peneliti: Dari segi pembelajaran ibu bisa menerapkan proses saintifik seperti apa bu? Guru A: Biasanya kita memberikan ini yah misalnya aja contoh dalam… misalnya kita mau apa yang dibahas, umpamannya apa yah gelombang gitu aja, misalnya mau membahas tentang gelombang nah itu yah diberi permasalahan dulu anuh apa bukan permasalahan tapi diberi sebuah keadaan yang nanti memunculkan jawaban gelombang gitu, jadi mereka nanti nyambung antara materi yang mau kita bahas dengan apa yang konsep dasar yang sudah mereka punya, gelombang tuh apa yah menurut saya yah sedikit, kalau fisika memang dengan memberi ini terus nanti mereka bertanya atau saya yang bertanya mereka yang dipancing toh kadang-kadang kalau mereka suruh langsung bertanya kan kadang juga belum terbiasa kalau sudah terbiasa ngga masalah. Ada sih kelas yang ada satu orang anak, oh yah karena mungkin mereka ada yang tertarik anak itu, tapi kan ngga semuanya tertarik seperti itu. Itu yah kita anuh kita pancing supaya mereka bertanya. Kadang-kadang kalau anuh yah kalau kita mengajari yang nilainya 80 itu cape banget karena kita harus ngomong-ngomong dengan anak-anak. Mengajar tapi omong-omong, kita ngomong muridnya jawab nanti terus gantian nanti mempunyai kemungkinan lain nanti ada yang nyahut lagi terus
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
85
nanti saya menegaskan, melakukannya agak sulit yah jadi sampai materi itu masuk yah tapi sudah dibatasi dulu digiringnya kemana supaya mereka bertanya sesuai dengan yang mau dibahas. Peneliti: menurut ibu dalam pembelajaran itu antara praktikum dengan teorinya, menurut pandangan ibu sendiri lebih baiknya mengajar materi dulu baru praktikum yang menyangkut materi itu atau praktikum dulu baru mendalami materi yang berkaitan dengan praktikum tadi? Guru A: kalau menurut ngga bisa di…saya bilang praktikum dulu atau tergantung pokok bahasannya, karena ada pokok bahasan yang bisa cocok dengan praktikum dulu baru nanti penjelasan tapi ada juga yang bahaya kalau praktikum langsung kalau tidak diberi pengantarnya dulu. Jadi harus kondisional lah. Peneliti: dari selama ibu disini, ibu biasanya mungkin tidak tentu tapi frekuensinya keseringan ibu mengajarkan materi
dulu baru praktikum atau
praktikum dulu baru teorinya? Guru A: kalau saya lebih suka praktikum dulu baru materi. Cuman lebih banyaknya tidak dilepas langsung, meski ada pengantar dulu. Tidak terus mereka dikasih LKS kemudian disuruh membaca sendiri kemudian praktek nanti baju dijelaskan teorinya, ngga bisa seperti itu juga. Kadang-kadang kalau memang kira-kira bisa mengerjakan dengan itu mesti harus tetap dengan pengantar dulu. Untuk kita mau membahas…waktunya memang cukup panjang karena memberi bantuan itu contoh aja yang sederhana misalnya umpamannya mau alat optik yang paling sederhana, yang paling sederhana misalnya lup gitu yah, terus kita mau percobaan dengan menggunakan lup, menentukan fokusnya lup itu berapa, nah itu anuh kok itu juga harus pake pengantar dulu karena kan materi alat optik itu di kelas X sementara dulu di SMP mereka belajar optika geometri di SMA tidak diuluang lagi optika geometrinya rata-rata sudah lupa yah, terus fokus itu apa juga sudah lupa makanya harus diberi petunjuk praktikumnya setelah itu dikomeni dulu, kalau tidak nanti tidak fokus mencarinya itu. Jadi nanti hasil yang kita peroleh ngga sama dengan yang kita harapkan gitu jadi tetap harus dibimbing
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
86
dulu. Bimbing dulu kasih tujuannya apa diberitahukan baru kemudian mereka percobaan mengarah kesitu baru kemudian diterangkan lewat gambarnya. Secara geometris kan digambar yah ini pembentukan bayangan seperti itu. Sebenarnya kalau teori dulu baru praktikum itu anuh yah, contoh yang mudah misalnya kita ingin menunjukan gelombang stasioner kemudian ingin menentukan cepat rambat gelombang dalam tali itu mungkin itu bisa pratikum langsung dengan LKS itu ditunjukan tapi pernah suatu saat itu kita kan praktikumnya lepas dari KBM jadi praktikum sore itu ada itu terus pas jatah praktikum perocobaan melde itu yah dia ngga ngerti pokonya asal percobaan sesuai dengan ini tapi tujuannya ngga dibaca jadi ngga bermakna gitu loh bagi dia. Nanti setelah begitu usai terus saya pasti menjelaskan itu terus saya tanyakan sudah pernah melihat gelombang stasioner baru terus…bingung kalau gelombang stasioner tiba-tiba saya tanya seperti itu dia ngga ngerti karena ngga pernah lihat jadi percobaan melde itu gitu. Nanti setelah kita jelaskan gelombang stasioner itu terbentuk ini ini ini misalnya gitu gitu gitu. Baru nanti dia bisa jawab yang kemarin percobaan melde itu. Jadi memang harus barang itu, sampe angel to itu kalau praktikum terpisah. Lebih efisien itu kalau jumlah gurunya ngga cuman satu jadi praktikum yang satu ni alatnya gini gini nanti diselingi dengan penjelasan langsung. Peneliti: Menurut ibu disini selama ini apakah labnya sudah standar untuk pembelajaran yang baik atau bagaimana? Guru A: Belum, belum karena biasanya lab-lab di sekolah negeri itu kan hanya mengandalkan bantuan dari pemerintah terus apalagi sekarang-sekarang ini kan tidak boleh yah menarik dana orang tua itu kan sudah sangat-sangat dibatasi, sementara kita tau alat-alat lab itu kan fisika terutama harganya mahal jadi yah menurut saya yah belum mencukupi artinya sangat terbatas banget dan sekolah kalau memenihi kan ngga cuman fisika saja ada kimia, ada biologi, mestiya yang dipenuhi dulu yang tidak terlalu mahal yah. Misalnya besic meter gitu aja, mau beli untuk 8 kelompok berarti harus beli 8 ia toh minimal, itu kalau cuman ampere meter doang kalau voltmeter, basic meter yang bisa untuk anuh yah belinya berarti 2 kali 16 kan gitu jadi…hampir semua sekolah negeri masih anuh dek
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
87
masih kurang, mungkin kalau agak cukup itu dulu SMA 7 disini itu kan karena SMA 7 dulu untuk workshop untuk pusat pembelajaran lab itu di SMA 7. Dulu ibu soalnya ada disana 11 tahun gitu yah jadi agak tahu perbedaanya yah kalau labnya sana sama labnya sini. Saya pindah kesini pertama juga…memang sekolah riset yah tapi mereka, anak-anak itu benar-benar kreatif sendiri sementara alat-alat di sekolah tidak mendung/belum mendukung, belum bisa dikatakan memenuhi syarat sebagai sekolah atau tempat untuk memfasilitasi riset mereka jadi mereka kerja sama dengan UGM gitu biasanyauntuk pinjam alat disana. Kalau di sekolahnya sendiri malah belum tersedia. Bahakan kalau mau praktikum itu tidak bisa satu kelas 6 kelompok gitu terus tersedia 6 alat yang sama bisa. Intinya yang praktikum sore itu satu kelas beda-beda alatnya karena alatnya terbatas toh yang penting dalam satu semester bisa menyelesaikan misalnya bisa memberikan sekian gitu. Intinya semua sekolah negeri dari anak-anak yang sering saya tanya dari SMA mana-mana yang negeri yah khususnya itu yah saya tanya, belum pernah melihat. Sudah pernah melihat CRO, jawabanya belum padahal sudah kelas 12 yah. CRO tuh apa, terus saya harus memperlihatkan gambarnya kalau cara membacanya gimana yah ngga tau. Saya aja baru tau cara membaca, kalau mengoperasikan juga masih lihat-lihat petunjuknya atau coba-coba. Dari dulu sampai sekarang yah masih seperti itu. Peneliti: Terus alat-alat lab itu kan misalkan ibu menyadari bahwa masih kurang terutama fisika. Untuk pengadaan barang-barang alat-alat lab itu sekolah dikasih jatah pertahun atau gimana Bu untuk pembelian alat-alat lab? Guru A: Mengajukan, tapi kalau ini anuh e kalau selama saya disini 3 tahun terakhir saya disini itu anuh yah hanya mengajukan gitu kalau ada dananya yah belilah kalau ngga ada dananya yah dipending. Peneliti: Itu ibu sudah pernah mengajukan pembeliaan alat-alat lab tapi dari pemerintah sendiri belum… Guru A: ooo belum itu kan harus lewat sekolah dong. Itu pun juga mungkin prosedurnya, mungkin sekolah sudah tahu prosedurnya gimana, lama atau gimana,
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
88
atau hasilnya nanti akan seperti apa mungkin sekolah tahu tapi terus terang saya ngga pernah mengorek keterangan misalnya mengajukan ke anuh terus prosedurya gimana, saya ngga tau. Yang jelas kalau mengajukan alat lab yah lewat sekolah, misalnya ada edaran yang fisika butunya apa gitu, tapi yah itu belum tentu… Peneliti: Pernah diedarkan ke ibu suratnya? Guru A: Bukan surat, cuman alat-alat yang dibutuhkan Peneliti: Itu dari pemerintah yang.. Guru A: Ibu ngga tahu, itu sekolah yang urus, tapi ibu ngga pernah cari tahu gitu loh, mungkin saya kurang informasi tapi pernah. Peneliti: Barang-barang yang selama ibu list pernah didatangkan ke sekolah? Guru A: Yah ada sih tapi ngga.. ada yah kan sesuai dengan dana mungkin yah misalnya kemarin itu beli basic meter. Peneliti: Kalau di SMA 6 ini kan kalau alat lab itu kan dapat dari bantuan pemerintah, nah kalau buku buat siswanya sendiri bagaimana Bu, biasa pake buku paket, LKS atau dua-duanya? Guru A: Dua-duanya Peneliti: Kalau buku, pinjaman dari perpustakaan… Guru A: Yah ada, ada beberapa yang pinjam dari perpus tapi ada juga yang beli. Kalau selama saya disini, kalau untuk fisika, anak-anak itu bebas tidak saya suruh beli yang apa, yang penting pinjam juga boleh yang penting ada materi yang sedang kita bahas gitu aja tapi harus punya. Kamu harus usaha loh, andai tidak punya pun pada saat butuh barangnya itu harus ada karena untuk latihan, LKS untuk latihan-latihan soal, kan ngga mungkin dibahas di kelas semua toh itu belajarnya saya mewajibkannya seperti itu. Beli boleh, pinjam juga silahkan.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
89
Peneliti: Menurut ibu, karakteristik orang IPA terutama fisika itu harus bisa apa Bu? Guru A: Mungkin kan mestinya anaknya itu logis yah. Karena kadang-kadang logika itu,kalau logika bagus itu kadang-kadang tidak usah diberi turnya, itu kan dia mengadapi anuh…Kalau orang IPA kan ciri khasnya berpikir kritis yah, berpikir sains gitu, memecahkan masalah gitu yah, dengan metode tahapan seperti itu. Ada masalah dia prediksi sendiri lalu cari benaranya seperti apa, dari prediksinya itu benar apa ngga entah lewat eksperimen, entah lewat membaca, entah lewat mencoba hal-hal yang sederhana seperti itu. Peneliti: Karakterisitik orang MIPA itu seperti yang ibu sampaikan tadi kan bisa meneliti, bisa merumuskan masalah terus bisa menganalisis, kalau dalam proses pembelajaran IPA itu diimpelementasikan lewat sehingga mereka bisa mengembangkan karakteristik orang IPA terutama fisika? Guru A: Harusnya lewat kegiatan Lab. Kegiatan lab itu kan mestinya ngga cuman bekerja di dalam lab sebetulnya bisa dilakukan diluar lab gitu yah yang penting ada alat ukurnya, ada yang dipake untuk mengukur alat ukurnya, misalnya aja diajak kemana, outbond misalnya. Outbond kan bukan milik anak IPS aja yah misalnya mereka belajar ekonomi tentang perbankkan mereka di lepas ke bank tapi mereka bisa aja anak IPA di lepas ke parangtritis mengukur tekanan udara disana, kecepatan angin dan sebagainya itu kan jadi sebuah proyek pekerjaan. Kalau orang IPA logikanya lah yang harus dikembangkan. Logikanya dan dia harus menghadapi apa yah keadaan yang dia temukan itu, pengen mencari solusinya. Kalau kita mungkin yang lebih kerennya yah berpikir ilmiah. Peneliti: Dari ibu sendiri, sejauh ini apakah merasa sudah membekali siswa dengan kemampuan seperti itu? Guru A: Belum bisa maksimal. Saya sudah berusaha maksimal tapi hasilnya menurut saya belum maksimal karena tidak semua anak, nda usah tidak semua, tidak 50% tapi mungkin lebih kecil dari 50% yang mampu seperti itu. Kalau anak
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
90
sini masih mending karena ada pelatihan dasar penelitian yah jadi awalnya mereka sering dipaksa toh nantinya lama-lama karena tau kebiasaanya kaya gini lama-lama mereka bisa sendiri jauh lebih bisa daripada gurunya. Gurunya ngga bisa membuat yang anuh… dia bisa. Karena dia ini yah tertarik dengan… tapi itu tidak signifikan dengan nilai fisikanya loh makanya pemerintah tinggal mintanya yang mana.kalau dari pemerintah kan minta nilai. Anak itu pas pelajaran, nilai fisikanya…Selama ini saya tidak pernah lihat dia mendapatkan nilai yah artinya bersama teman-teman yang lain karena yang bagus hanya satu dua orang tapi dia konsisiten memilihnya. Waktu saya tanya juga, kamu ambil apa dek, kalau tidak fisika saya milih teknik nuklir. Waktu dia mengajukan beasiswa ke turki yang dipilih apa dek “fisika”. Beasiswa ke turki kan dia dulu membuat periskop terus tingkat nasional juara 2 tapi fisikanya tidak signifikan antara nilai fisikanya dan kecintaan dia terhadap fisika. Kalau dia tidak senang ngga mungkin dia memilih jurusan fisika karena dia tau konsekwensinya. Konsekwensinya kenyataanya dia nilainya ngga pernah bagus. Mungkin konsep fisika dia bagus cuman ngga cocok. Kalau saya pribadi saya lebih suka dia tahu konsepnya tapi nilainya itu saya nanti gampanglah. Yang penting dia berusaha diremedi gitu sampai tuntas. Kalau pemerintah kan ngukurnya dari situ. Peneliti: Dari pengamatan ibu ketika ekpserimen, mereka menyenangi eksperimennya atau ? Guru A : Sebagian besar menyenangi apalagi kalau anak itu tahu konsepnya yah. Tapi kalau tidak yah sekedar caranya ini untuk nyari ini, dicari ini dulu cuman gitu doang. Kalau bahasa saya ngga bermakna. Peneliti: Sejauh ini berapa praktikum yang sudah ibu terapkan ke siswa kelas XI? Guru A: Kalau kelas XI itu kalau sini kan praktikum sore yah, satu tahun ajaran ada 8 praktikum tapi dengan alat terbatas tidak semuanya. saya tidak menerapkan praktikum didalam pembelajaran saya yang terpadu tapi disini programnya pratikum tujuannya nanti pas ujian praktek itu mereka bisa, cuman nanti saya masukan dipembelajaran itu karena dia sudah melakukan percobaan misalnya saja
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
waktu saya membahas tentang
91
elastisitas itu sudah praktikum tentang
menentukan konstanta pegas. Itu kalau mereka belum belajar elastisitas kan mereka ngga mudeng konstanta pegas itu apa kan ditulis tujuan menentukan konstanta pegas, cara kerja ini diukur awalnya berapa, digantungi beban sekian gram bertambah berapa dan seterusnya toh nah nanti pada saat pembelajaran karena mereka sudah melakukan toh. Sudah toh praktikum menentukan konstanta pegas, sudah, masih ingat caranya, masih.