PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
STRATEGI PEMBELAJARAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN BERDASARKAN FAKTOR MEMBACA DAN HASIL TES KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN PADA MAHASISWA SEMESTER VI KELAS B PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA UNIVERSITAS SANATA DHARMA, YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2015
SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia
Oleh : Fransiska Ambar Widhiyan Rini 111224029
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2015
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
STRATEGI PEMBELAJARAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN BERDASARKAN FAKTOR MEMBACA DAN HASIL TES KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN PADA MAHASISWA SEMESTER VI KELAS B PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA UNIVERSITAS SANATA DHARMA, YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2015 SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia
Oleh: Fransiska Ambar Widhiyan Rini 111224029
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2015
i
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
SKRIPSI
STRATEGIPEⅣ BELAJARAN KEMAMPUAN MEMBACA PEPIAIIAMAN BERDASARKAN FAKTOR MEMBACA DAN EASILIES KEPIMPUAN MEIMBACA PEDIAIIAMAN PADA DIAIIASISWA SEⅣ IESTER VI КELAS B PROGRAM STUDIPENDⅡ )IKAN BAHASA SASTRA IRTDONESIA UNIVERSITAS SANATA DIIANA,YOGYAKARTA TAIIUN AJARAN 2015
Disusun oieh:
NIM:111
Disefujui oleh:
IFI■ 星翌1:1置 二 A■ lb │1露 ≧■ 鰤露翼&霧餃璽賢
■ 11 │1董
■ ζ
│‐
:15 Juli 2015
荼R墓ど '
¬
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
SKRIPSI
PEDEAHAMAN STRATEGIPEIMBELAJARAN KEDIAMPUAN】 凋EMBACA TD3 K回 ⅥAMttUAⅣ FAKTOR MEPIBACA DAN IIA雨 西 BERDA― MEDIBACA PEDIAHAMAN PADA MAIIASISWA SEDIEESTER VI KELAS B PROGRAM STUDIPENDE)IKAN BAHASA SASTRA INDONESIA IINMRSITASSANATA DEARMA,YOGYAKARTA TAIIIN AJARAN 2015 Dゎ 《 澪iapkan dan disusun oLh Fransiska AInbar Widhiyan RIni NIⅣI:111224029
Telah dipertahankan di depan Panitia PengllJl pada tanggai 05契 牡gustts 2015 dall dinyat〔
油繊■ telab
mcmmuhisya資
=
露
Stisuttan Pttitia Pengtti
Nal■ a
Ketua
Dr.Yuliana Sctiyadngs選 1,M.Pd.
Sckrctans
Dr,R.Klttana ltthardi,M.IIum.
Anggota
Prott Eな .[■盪 owo,NII.Pd.
Anggota
Dr.B.Wittavttto,M.Pd.
愚 ggo協
Dr.Yul勧 腱 Sct呼祖 ingsih,M.Pd
Yogyakarta, 05 Agustus 201 5 Fakultas Keguruan dan Ilmu pendidikan
Universitas Sanata Dharma
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
MOTTO
“Kebanggaan kita yang terbesar bukan tidak pernah gagal, tetapi bangkit kembali ketika kita jatuh.” (Confusius)
“Saya datang, saya bimbingan, saya ujian, saya revisi, dan saya menang”
“Jangan lihat masa lampau dengan penyesalan, jangan pula lihat masa depan dengan ketakutan, tapi lihatlah sekitar Anda dengan penuh kesadaran.” (James Thurber)
iv
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
PERSEMBAHAN
Dengan penuh cinta dan rasa terima kasih skripsi ini saya persembahkan kepada:
1. Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria yang selalu menemaniku dalam segala kondisi, mengabulkan permohonanku, dan memberikan kasih sayang berlimpah. 2. Keluargaku tercinta. Ayah (Martinus Suramto), ibu (Muara Sutarti), adikadikku tersayang Ignatia Anggun Dwi Oktaviani dan Yohanes Anang Tri Jayanto.
v
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
PERI\YATAAN KEASLIAI\ KARYA Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini
tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuaii yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 05 Agustus 201
5
Peneliti.
3"W Fransiska{mbar Widhiyan Rini
tr\224029
vl
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasisu,a Universitas Sanata Dharma: : Fransiska Ambar Widhiyan
Nama
Rini
NomorMahasiswa :111224029 Demi kepentingan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta karya ilmiah saya yang berjudul:
STRATEGI PEMBELAJARAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN BERDASARKAN FAKTOR MEMBACA DAN HASIL TES KEMAMPUAN
MEMBACA PEMAHAMAN PADA MAHASISWA SEMESTER VI KELAS B PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDOT''{ESIA UNIVERSITAS SANATA DHARMA, YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2015
I)engan demikian, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak
untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolany/ dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan memublikasikannya di intemet atau
media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin dari saya penulis maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenamya.
Dibuat di Yogyakarta,padatanggal 05 Agustus 2015 Yang menyatakan
cgw Fransiska Ambar Widhiyan Rini
vlI
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
ABSTRAK Rini, Fransiska Ambar Widhiyan. 2015. Strategi Pembelajaran Kemampuan Membaca Pemahaman Berdasarkan Faktor Membaca dan Hasil Tes Kemampuan Membaca Pemahaman Pada Mahasiswa Semester VI Kelas B Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Universitas Sanata Dharma Yogyakarta Tahun Ajaran 2015. Skripsi. Yogyakarta: PBSI,FKIP,USD. Penelitian ini mengkaji strategi pembelajaran kemampuan membaca pemahaman berdasarkan faktor membaca dan hasil tes kemampuan membaca pemahaman pada mahasiswa semester VI kelas B Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta tahun ajaran 2015. Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan strategi pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan membaca pemahaman mahasiswa semester VI kelas B Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, yang berjumlah 28 mahasiswa. Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif kualitatif dan deskriptif kuantitatif. Instrumen yang digunakan adalah instrumen tes dan nontes. Instrumen tes yang digunakan adalah tes kemampuan membaca pemahaman. Instrumen nontes yang digunakan peneliti adalah observasi, wawancara, dan angket. Faktor membaca dianalisis berdasarkan faktor internal dan faktor eksternal. Tes kemampuan membaca pemahaman mahasiswa dianalisis berdasarkan enam aspek membaca pemahaman, yaitu (1) menangkap arti kata/istilah, (2) makna tersirat, (3) makna tersurat, (4) menarik kesimpulan isi bacaan, (5) memprediksi maksud penulis, dan (6) mengevaluasi bacaan. Keenam aspek tersebut kemudian dikaitkan dengan analisis SWOT untuk mengetahui kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman yang diperoleh dari hasil analisis faktor membaca, observasi, dan wawancara. Dari hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa faktor membaca masuk dalam kategori tinggi dengan persentase sebesar 72,23%. Tingkat kemampuan membaca pemahaman berada pada kategori cukup. Hal ini dibuktikan dengan nilai rata-rata mahasiswa adalah 22,28. Strategi tiap aspek yakni (1) mahasiswa menandai kata-kata asing menggunakan beraneka macam pena atau spidol warna. (2) mahasiswa diminta untuk membiasakan membawa buku kemanapun pergi (khususnya kamus), (3) membuat daftar pertanyaan sebelum membaca, (4) memberi bahan bacaan yang terdapat gambar penjelas atau pendukung, (5) melakukan review kembali isi bacaan secara verbal, (6) mengajak mahasiswa untuk berdiskusi dan menyampaikan hasil diskusinya.
viii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
ABSTRACT Rini, Fransiska Ambar Widhiyan. 2015. The Learning Strategy of Reading Comprehension Ability Based on the Factors of Reading and Test Result of Reading Comprehension Ability for Students from Semester Six Class B in Indonesia Literature Language Education of Sanata Dharma University in 2015 Academic Year. Thesis. Yogyakarta: Indonesia Literature Language Education, Faculty of Teacher Training and Education, Sanata Dharma University. This research studies the learning strategy of reading comprehension ability based on the factors of reading and test result of reading comprehension ability for students from semester six class B in Indonesia Literature Language Education of Sanata Dharma University in 2015 Academic Year. The purpose of this study is to describe the learning strategy to improve the reading comprehension ability of the students from semester six class B in Indonesia Literature Language Education of Sanata Dharma University, which amounts to 28 students. This research is a qualitative and quantitative descriptive research. The instruments used were test and non-test instruments. The test instrument used was the test of reading comprehension ability. The non-test instrument that were used by the researcher were observation, interview and questionnaires. The reading factor was analyzed based on internal and external factors. The test of student’s reading comprehension ability was analyzed based on six aspects of reading comprehension, which are (1) apprehending the meaning of the word/term, (2) implicit meaning, (3) explicit meaning, (4) concluding the content of reading, (5) predicting the writer’s intention and (6) evaluating the reading. The six aspects were then associated with SWOT analysis to find out the strength, weakness, opportunity and threat which were obtained from the results of analysis of reading, observation and interview factors. From the results of research, it can be concluded that reading factor is included in high category with a percentage of 72.23%. The level of reading comprehension ability is in sufficient category. This is proven by the students’ average value which is 22.28. The strategies of each aspect are (1) students mark the unfamiliar words using a variety of pens or highlighters, (2) the students are asked to get used to bring book wherever they go (especially dictionary), (3) making a list of questions before reading, (4) providing the reading material contained explanatory or supporting image, (5) conducting the review of reading content verbally, (6) inviting the students to have discussion and present the results of their discussion.
ix
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
KATA PENGANTAR Segala puji syukur penulis haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat-Nya dan berkat-Nya, sehingga skripsi yang berjudul Strategi Pembelajaran Kemampuan Membaca Pemahaman Berdasarkan Faktor Membaca dan Hasil Tes Kemampuan Membaca Pemahaman Pada Mahasiswa Semester VI Kelas B Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Universitas Sanata Dharma Yogyakarta Tahun Ajaran 2015 dapat penulis selesaikan dengan baik. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan, Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Penulis menyadari bahwa skripsi ini berhasil diselesaikan karena bantuan, dukungan, bimbingan, doa, nasihat,dan kerjasama dari banyak pihak. Oleh karena itu, dengan rendah hati penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada: 1. Rohandi, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma. 2. P. Kuswandono, Ph.D. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni, Universitas Sanata Dharma. 3. Dr. Yuliana Setyaningsih, M.Pd. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. 4. Dr. R. Kunjana Rahardi, M.Hum. selaku Wakil Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. 5. Prof. Dr. Pranowo, M.Pd. sebagai dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu memberikan bimbingan dengan bijaksana, sabar, dan penuh ketelitian bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 6. Robertus Marsidiq, selaku karyawan sekretariat prodi PBSI yang dengan sabar
memberikan
pelayanan
administratif
menyelesaikan berbagai urusan administrasi.
x
kepada
penulis
dalam
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
7. Seluruh mahasiswa semester VI kelas B program studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta yang telah bersedia menjadi responden dalam penelitian ini. 8. Kedua orang tuaku, ayah Martinus Suramto dan ibu Muara Sutarti yang selalu memberikan dukungan, semangat, nasihat, doa dan segala hal yang terbaik untuk penulis. 9. Kedua adikku tersayang, Ignatia Anggun Dwi Oktaviani dan Yohanes Anang Tri Jayanto yang selalu memberi dukungan, memotivasi, dan selalu melakukan kekonyolan untuk menghibur penulis. Terimakasih atas persaudaran kita yang indah ini. 10. Mas Ariesta Yuan Iswahyudi yang sudah membantu, memberi dukungan, nasihat, kasih sayang, kesabaran mengadapi penulis, doa, dan motivasi selama proses penyelesain skripsi. 11. Sahabatku Karolina Candra Dewi dan Christine Dyah Prawesthi atas kebersamaan selama di Yogyakarta dan segala hal yang pernah kita lakukan bersama baik itu menyenangkan atau tidak menyenangkan. 12. Teman terbaikku Rugi Astutik, Maria Dwi Rianti, dan Priska Nawang Wulan atas bantuan, dukungan, dan motivasi untuk penulis. 13. Albert Ade dan Gratia terima kasih telah membantu membuat abstract dan memberi kelancaran dalam penyelesaian skripsi ini. 14. Teman unit di Asrama Syantikara Betha dan kak Martha terima kasih sudah membantu, menjadi teman begadang tiap malam, dan memberi semangat penulis selama proses penyelesaian skripsi . 15. Teman-teman PBSI angkatan 2011 yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu. Terima kasih atas motivasi, dukungan, semangat, dan kebersamaan yang terjalin selama ini. 16. Semua pihak yang belum disebutkan yang turut membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih atas kehadiran kalian yang telah memberikan pengalaman luar biasa untuk penulis. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan dan jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis dengan senang hati menerima kritik dan
xi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
saran yang membangun demi penyempurnaan skripsi
Penulis berharap,
semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Yogyakarta, 05 Agustus 2015
Fransiska Ambar Widhiyan Rini
xll
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL…………………………………………………….
i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING……………………….
ii
HALAMAN PENGESAHAN….………………………………………..
iii
MOTTO……………………….………………………………………….
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN…………………………………………
v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA………………………………...
vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS……………………
vii
ABSTRAK………………………………………………………………..
viii
ABSTRACT……………………………………………………………….
ix
KATA PENGANTAR…………………………………………………...
x
DAFTAR ISI …………………………………………………………….
xiii
DAFTAR TABEL …………………………………………………….…
xvi
DAFTAR SKEMA ……………………………………………………….
xviii
DAFTAR LAMPIRAN ………………………………………………….
xix
BAB I PENDAHULUAN ………………………………………………..
1
1.1 Latar Belakang………………………………………………………...
1
1.2 Rumusan Masalah…………………………………………………….
5
1.3 Tujuan Penelitian……………………………………………………...
6
1.4 Manfaat Penelitian…………………………………………………….
6
1.5 Batasan Istilah………………………………………………………...
7
1.6 Sistematika Penulisan…………………………………………………
8
BAB II LANDASAN TEORI……………………………………………
9
2.1 Penelitian yang Relevan………………………………………………
9
2.2 Kajian Teori…………………………………………………………...
11
xiii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
2.2.1 Pengertian Membaca…………………………………………….
11
2.2.2 Tujuan Membaca………………………………………………...
12
2.2.3 Manfaat Membaca……………………………………………….
13
2.2.4 Faktor Membaca…………………………………………………
14
2.2.5 Jenis-Jenis Membaca…………………………………………….
19
2.2.6 Pengertian Membaca Pemahaman………………………………
21
2.2.7 Pengertian Strategi Pembelajaran………………………………...
22
2.2.8 Jenis Strategi Pembelajaran Membaca Pemahaman…………….
23
2.2.9 Teori Analisis SWOT……………………………………………
26
2.2.10 Teori Skala Likert……………………………………………...
27
2.3 Kerangka Berpikir…………………………………………………….
29
BAB III METODOLOGI PENELITIAN……………………………….
32
3.1 Jenis Penelitian………………………………………………………...
32
3.2 Subjek Penelitian………………………………………………………
33
3.3 Teknik Pengumpulan Data……………………………………………..
33
3.3.1 Teknik Tes………………………………………………………..
33
3.3.2 Teknik Nontes……………………..……………………………..
33
a. Observasi ………………………………………….……..………
34
b. Wawancara…………………………………….………….……..
34
c. Angket…………………………………………………….……...
34
3.4 Instrumen Penelitian…………………………………………………..
34
3.4.1 Instrumen Tes………………………………………………….…
35
3.4.2 Instrumen Nontes…………………………………………………
35
a. Instrument Observasi………………………………………………
35
b. Instrument Wawancara……………………………………………..
36
c. Instrument Angket………………………………………………….
37
3.5 Teknik Analisis Data Penelitian………………………………………..
38
xiv
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
3.5.1 Teknik Analisis Data Angket Faktor Membaca……………….....
38
3.5.2 Teknik Analisis Data Tes Kemampuan Membaca Pemahaman….
40
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN..........................
42
4.1 Deskripsi Data………………………………………………………….
42
4.2 Analisis Data Observasi………………………………………………..
43
4.3 Analisis Angket Faktor Membaca dan Analisis SWOT……………….
45
4.3.1 Analisis Data Angket Faktor Membaca…………………………..
46
4.3.1.1 Faktor Internal……………………………………………
47
4.3.1.2 Faktor Eksternal………………………………………….
82
4.3.2 Analisis SWOT……………………………………………….......
94
4.4 Analisis Hasil Tes Kemampuan Membaca Pemahaman dan Keterkaitannya dengan Analisis SWOT………………………………..
99
4.4.1 Analisis Hasil Tes Kemampuan Membaca Pemahaman…………
99
4.4.2 Keterkaitan Hasil Tes Kemampuan Membaca Pemahaman dengan Membaca Analisis SWOT……………………………….
102
4.5 Analisis Data Wawancara……………………………………………...
111
4.6 Strategi Pembelajaran Kemampuan Membaca Pemahaman………….
114
4.7 Pembahasan ……………………………………………………………
122
BAB V PENUTUP …………………………………………………..........
131
5.1 Kesimpulan Hasil Penelitian……...……………………………………
131
5.2 Saran……………………………………………………………………
133
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………..
136
LAMPIRAN……………………………………………………………….
138
xv
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
DAFTAL TABEL Tabel 2.1 Kategori Faktor Membaca………………………………………..
28
Tabel 3.1 Kisi-Kisi Tes Kemampuan Membaca Pemahaman………………
35
Tabel 3.2 Panduan Observasi……………………………………………….
36
Tabel 3.3 Pedoman Wawancara…………………………………………….
36
Tabel 3.4 Kisi-Kisi Angket Faktor Membaca………………………………
37
Tabel 3.5 Kategori Faktor Membaca ………………………………………
39
Tabel 3.6 Kategori Skala 5………………………………………………….
41
Tabel 4.1 Kategori Faktor Membaca ………………………………………
47
Tabel 4.2 Indikator Motivasi………………………………………………
48
Tabel 4.3 Indikator Sikap dan Minat Pembaca……………………………
53
Tabel 4.4 Indikator Kebiasaan Membaca…………………………………
58
Tabel 4.5 Indikator Kondisi Emosi dan Kondisi Kesehatan Pembaca……
63
Tabel 4.6Indikator Ketertarikan Terhadap Bacaan dan Kebermanfaatan Bagi Pembaca…………………………………………………….
67
Tabel 4.7 Indikator Tingkat Intelegensi Pembaca……….…………………
72
Tabel 4.8 Indikator Pengetahuan TentangCara Membaca…………………
76
Tabel 4.9 Indikator Pengalaman yang Dimiliki……………………………
79
Tabel 4.10 Indikator Penguasaan Bahasa…………………………………..
80
Tabel 4.11 Indikator Sosial Ekonomi Keluarga dan Tidak Tersedianya Bahan Bacaan……………………………………………………
83
Tabel 4.12 Indikator Suasana Lingkungan dan Waktu……………………..
86
Tabel 4.13 Indikator Budaya Lisan………………………………………….
89
Tabel 4.14 Indikator Media Elektronik……………………………………...
90
Tabel 4.15 Indikator Teks…………………………………………………...
92
Tabel 4.16 Kekuatan (Strength)…………………………………………….
95
Tabel 4.17 Kelemahan (Weakness)…………………………………………
97
Tabel 4.18 Peluang (Opportunity)…………………………………………..
98
xvi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Tabel 4.19 Ancaman (Threat)……………………………………………….
99
Tabel 4.20 Hasil Perhitungan Tes Kemampuan Membaca Pemahaman……
100
xvii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
DAFTAR SKEMA Skema 2.1 Jenis-Jenis Membaca………………………………………..
21
Skema 2.2 Skema kerangka berpikir……………………………………
31
xviii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Angket Faktor Membaca………………………………………
139
Lampiran 2 Tes Kemampuan Membaca Pemahaman……………………...
146
Lampiran 3 Kunci Jawaban Tes Kemampuan Membaca Pemahaman…….
162
Lampiran 4 Daftar Hadir …………………………………………………..
163
Lampiran 5 Perhitungan Skala Likert Faktor Membaca…………………...
165
Lampiran 6 Tabulasi Angket Faktor Membaca…………………………….
169
Lampiran 7 Perhitungan Nilai Rata-rata dan Simpangan Baku Tes Kemampuan Membaca Pemahaman…………………………..
178
Lampiran 8 Nilai Tes Kemampuan Membaca Pemahaman………………..
182
Lampiran 9 Hasil Observasi………………………………………………..
184
Lampiran 10 Hasil Wawancara…………………………………………….
186
Lampiran 11 Hasil Lembar Kerja Tes Kemampuan Membaca Pemahaman……………………………….…………………
196
Lampiran 12 Hasil Angket Faktor Membaca Pemahaman…………………
210
xix
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB I LATAR BELAKANG
1.1 Latar Belakang Masalah Membaca merupakan salah satu dari keempat keterampilan berbahasa. Membaca sangat penting bagi setiap orang seperti meningkatkan pengetahuan dan wawasan. Menurut Tampubolon (2008:4) membaca merupakan salah satu kemampuan yang harus dibina dan dikembangkan. Atas dasar itu sebaiknya kemampuan membaca harus dibina dan ditingkatkan agar menjadi sebuah kebiasaan. Kemampuan membaca tidak hanya berperan untuk menguasai bidang ilmu yang dipelajari, tetapi juga berperan untuk mengetahui berbagai macam kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang harus dikembangkan. Namun, kegiatan membaca belum menjadi sebuah kebiasaan dan bagian dari kehidupan sehari – hari masyarakat Indonesia diberbagai kalangan baik itu anak – anak, remaja, dewasa, maupun orang tua. Masyarakat lebih meminati budaya menonton dan mendengar daripada budaya baca. Situasi demikian dapat dilihat dari beberapa hasil survei yang dilakukan oleh beberapa lembaga, di antaranya adalah survei Progress In Internasional Reading Literacy Study (PIRLS) pada tahun 2006 menyebutkan kemampuan membaca siswa kelas IV di Indonesia berada di posisi 41 dari 45 negara (negara bagian) peserta (http://litbang.kemdikbud.go.id/index.php/survei-internasional-pirls,
1
diakses
pada
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
2
tanggal 08 September 2014). Publikasi IAEEA tanggal 28 November 2007 tentang minat baca dari 41 negara menginformasikan kemampuan membaca siswa Indonesia selevel dengan negara belahan bagian selatan bersama Selandia Baru dan Afrika Selatan. Survei lain, dari Organization for Economic Cooperation and Development (OECD) tahun 2009 menyebutkan bahwa kemampuan membaca masyarakat Indonesia
berada
pada
posisi
57
dari
62
negara
anggotanya
(http://www.perpustakaan.depkeu.go.id/DefaultPrg.asp?in=Detailnews&IdNews=442 diakses pada tanggal 26 Juli 2014). Data tersebut menunjukkan bahwa kemampuan membaca dari tahun ke tahun tidak mengalami perkembangan yang signifikan karena posisi Indonesia masih tetap di bawah 56 negara lain. Kurangnya minat membaca juga mempengaruhi rendahnya kemampuan membaca masyarakat Indonesia. Data Bank Dunia Nomor 16369-IND dan studi International Association for the Evaluation of Education Achicievement (IAEEA), untuk kawasan Asia Timur, menyebutkan bahwa minta baca bangsa Indonesia memegang posisi terendah dengan skor 51,7, di bawah Filipina (skor 52,6), Thailand (skor 65,1), Singapura (skor 74,0) dan Hongkong (skor 75,5). Data lainnya yang bersumber dari hasil survei UNESCO (2011) menyebutkan bahwa indeks membaca masyarakat Indonesia hanya 0,001. Artinya, dari 1.000 penduduk Indonesia, hanya ada satu orang yang masih memiliki minat baca tinggi (media.kompasiana.com, diakses pada tanggal 17 September 2014). Selain kurangnya minat, membaca juga belum menjadi budaya masyarakat padahal budaya baca merupakan salah satu kunci untuk memajukan bangsa ini, terutama melalui kemampuan membaca pemahaman.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
3
Menurut hasil penelitian Program For International Student Assessment (PISA) pada tahun 2012, Indonesia berada di peringkat 64 dari 65 negara (m.radarpena.com, diakses pada tanggal 07 Desember 2014). Hasil penelitian lain dari Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2012 memublikasikan, membaca bagi masyarakat Indonesia belum menjadikan kegiatan sebagai sumber untuk mendapatkan informasi. Masyarakat lebih memilih menonton televisi (91,68%) dan mendengarkan radio (18,57%) daripada membaca (17,66%). Artinya, membaca untuk mendapatkan informasi baru dilakukan oleh 17,66% dari total penduduk Indonesia (bps.go.id, diakses pada tanggal 26 Januari 2015). Presentase membaca masyarakat Indonesia mengalami penurunan yang cukup tinggi 1,28%, dari 18,94% pada tahun 2009. Padahal hasil penelitian dari Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2006 mempublikasikan, membaca bagi masyarakat Indonesia belum menjadikan kegiatan sebagai sumber untuk mendapatkan informasi. Masyarakat lebih memilih menonton televisi (85,9%), dan mendengarkan radio (40,3%) daripada membaca (23,5%). Berdasarkan hal tersebut dapat diartikan, membaca untuk mendapatkan informasi baru dilakukan oleh 23,5% dari penduduk Indonesia. Hal ini menunjukkan bahwa persentase membaca berdasarkan dari hasil penelitian BPS setiap tahunnya mengalami penurunan, dapat dilihat pada tahun 2006 persentase membaca masyarakat mencapai 23,5%, tahun 2009 turun menjadi 18,94%, dan pada tahun 2012 persentase membaca masyarakat juga mengalami penurunan cukup tinggi 1,28% menjadi 17,66%. Jika setiap tahun persentase membaca selalu
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
4
menurun, bangsa Indonesia akan semakin kesulitan untuk mengejar kemajuan bangsa lain. Untuk mengatasi masalah tersebut yang dibutuhkan oleh bangsa Indonesia adalah kemampuan membaca pemahaman tingkat tinggi, yaitu membaca pemahaman. Alasan harus menguasai membaca pemahaman adalah (1) membantu siswa meningkatkan kemampuan belajar, (b) mempererat waktu membaca dengan pemerolehan pengetahuan yang lebih banyak, (c) memberikan wawasan secara luas tentang berbagai jenis kegiatan membaca, dan (d) membiasakan siswa berpikir kritis terhadap bacaan yang dibaca (Smith 1973 dalam Pranowo, 1996:30). Jika seseorang memahami dan menjalankan alasan-alasan tersebut sebenarnya baik, karena kemampuan membaca pemahaman sangat diperlukan untuk meningkatkan daya pikir dan pengetahuan yang lebih baik. Berdasarkan hasil observasi proses perkuliahan pada tanggal 20 April 2015 di ruang S303 Universitas Sanata Dharma Yogyakarta juga menunjukkan, kurangnya minat membaca pada mahasiswa. Hal ini dapat diketahui dari partisipasi mahasiswa di kelas saat mengikuti perkuliahan, sebagai contoh seperti mahasiswa sulit dan enggan untuk bertanya tentang materi yang diberikan dosen. Mahasiswa cenderung diam dan menerima semua informasi yang diberikan dosen. Mereka jarang memberikan kritik, pendapat ataupun idenya. Pada saat dosen menanyakan alasan mahasiswa tidak mau bertanya, kebanyakan mahasiswa merasa bingung dan tidak mampu
untuk
bertanya (takut jika pertanyaannya tidak bermutu). Di sisi lain,
kualitas pertanyaan sebenarnya dapat ditelusuri dari hasil bacaan mereka.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
5
Mahasiswa yang tidak mampu bertanya ataupun memberikan pertanyaan tidak berkualitas, kemungkinan karena sebelumnya mereka tidak membaca tentang materi yang diberikan dosen. Berdasarkan uraian di atas, maka diperlukan upaya untuk menentukan strategi pembelajaran membaca pemahaman. Oleh karena itu, peneliti melakukan penelitian dengan
judul
“Strategi
Pembelajaran
Kemampuan
Membaca
Pemahaman
Berdasarkan Faktor Membaca dan Hasil Tes Kemampuan Membaca Pemahaman Pada Mahasiswa Semester VI Kelas B Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta Tahun Ajaran 2015”.
1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka peneliti merumuskan permasalahan penelitian sebagai berikut. 1. Faktor apa saja yang memengaruhi kemampuan membaca mahasiswa PBSI semester VI kelas B Universitas Sanata Dharma Yogyakarta Tahun Ajaran 2015? 2. Bagaimana tingkat kemampuan membaca pemahaman mahasiswa PBSI semester VI Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta ? 3. Bagaimana strategi pembelajaran kemampuan membaca pemahaman bagi mahasiswa PBSI semester VI Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta?
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
6
1.3 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Mendeskripsikan faktor yang memengaruhi kemampuan membaca mahasiswa PBSI semester VI kelas B Universitas Sanata Dharma Yogyakarta tahun Ajaran 2015. 2. Mendeskripsikan tingkat kemampuan membaca pemahaman yang dimiliki oleh mahasiswa PBSI semester VI Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta tahun ajaran 2015. 3. Menjelaskan strategi pembelajaran kemampuan membaca pemahaman bagi mahasiswa PBSI semester VI Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta tahun ajaran 2015.
1.4 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi mahasiswa bahasa dan sastra Indonesia dan peneliti lainnya. 1. Bagi Mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi tentang faktor apa saja yang memengaruhi kemampuan membaca pemahaman mahasiswa. Dengan demikian, mahasiswa dapat meningkatkan faktor positif membaca dan mengatasi faktor yang dapat mengganggu. Selain itu, hasil peneltian ini dapat memberikan gambaran strategi pembelajaran membaca pemahaman yang dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan membaca membaca mereka.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
7
2. Bagi Peneliti Lain Hasil penelitian ini diharapkan diharapkan dapat memberi inspirasi dan masukan bagi peneliti lain agar penelitian yang berkaitan dengan kemampuan membaca pemahaman dapat dikembangkan menjadi lebih baik.
1.5 Batasan Istilah Dalam penelitian ini digunakan beberapa istilah. Untuk menghindari salah tafsir diberikan batasannya sebagai berikut. 1. Membaca Membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan pembaca untuk memperoleh pesan yang hendak disampaikan penulis melalui media kata – kata atau bahasa tulis (Tarigan, 2008: 7). 2. Membaca pemahaman Membaca pemahaman adalah kegiatan membaca yang bertujuan untuk memperoleh pemahaman dan penafsiran makna – makna yang terkandung di dalam lambang – lambang bahasa tulis (Tarigan, 2010: 42). 3. Strategi Strategi adalah suatu pola yang direncanakan dan ditetapkan secara sengaja untuk melakukan kegiatan atau tindakan. Strategi mencakup tujuan kegiatan, siapa yang terlibat dalam kegiatan, isi kegiatan, proses kegiatan, dan sarana penunjang kegiatan (Abdul, 2013: 3).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
8
4. Strategi pembelajaran Strategi pembelajaran merupakan rencana tindakan (rangkaian kegiatan) termasuk penggunaan metode dan pemanfaatan berbagai sumber daya atau kekuatan dalam pembelajaran menurut Wina Sanjaya dalam Abdul (2013:8).
1.6 Sistematika Penulisan Sistematika penulisan ini merupakan gambaran umum mengenai isi dari keseluruhan pembahasan, yang bertujuan untuk memudahkan pembaca dalam mengikuti alur pembahasan yang terdapat dalam penulisan skripsi. Penelitian deskripsi ini terdiri dari lima bab, yaitu (I) pendahuluan, (II) landasan teori, (III) metodologi penelitian, (IV) hasil penelitian dan pembahasan, dan (V) penutup. Bab I terdiri atas latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan istilah, dan sistematika penyajian. Bab II terdiri atas penelitian yang relevan, kajian teori, dan kerangka berpikir. Bab III terdiri atas jenis penelitian, subjek penelitian, teknik pengumpulan data, instrumen penelitian, dan teknik analisis data. Bab IV terdiri atas deskripsi data, analisis data observasi, analisis angket faktor kemampuan membaca dan analisis SWOT, analsisis hasil tes kemampuan membaca pemahaman dan keterkaitan dengan analisis SWOT, analisis data wawancara, strategi pembelajaran membaca pemahaman, dan pembahasan. Bab V terdiri atas kesimpulan penelitian dan saran.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB II LANDASAN TEORI
2.1 Penelitian yang Relevan Setiap penelitian pada umumnya telah ada acuan yang mendasarinya. Acuanacuan ini digunakan sebagai referensi untuk mengadakan suatu penelitian. Peneliti menemukan dua penelitian yang relevan dengan penelitian yang dilakukan peneliti. Pertama, penelitian yang dilakukan oleh Sheila Prima Ramadhani (2013), mahasiswa Universitas Sanata Dharma, dengan judul Hubungan Antara Minat Baca dengan kemampuan Membaca Pemahaman Siswa Kelas XI Animasi SMK Negeri 5 Yogyakarta Tahun Ajaran 2012/2013 yang dilakukan oleh. Tujuan penelitian ini adalah untuk (1) mendeskripsikan seberapa tinggi kemampuan membaca pemahaman siswa yang memiliki minat baca tinggi, (2) mendeskripsikan seberapa tinggi kemampuan membaca pemahaman siswa yang memiliki minat baca rendah, dan (3) mendeskripsikan hubungan antara minat baca dengan kemampuan membaca pemahaman siswa kelas XI Animasi SMK Negeri 5 Yogyakarta tahun ajaran 2012/2013. Populasi penenlitian ini mencakup seluruh siswa kelas XI Animasi SMK Negeri 5 Yogyakarta yang berjumlah 65 siswa. Seluruh anggota populasi dijadikan sampel penelitian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) kemampuan membaca pemahaman membaca pemahaman siswa yang memiliki minat tinggi dinyatakan masuk dalam
9
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
10
kategori baik, (2) kemampuan membaca pemahaman siswa yang memiliki minat baca rendah dinyatakan masuk dalam kategori cukup, dan (3) ada hubungan atau korelasi tinggi antara minat baca dengan kemampuan membaca pemahaman siswa kelas XI Animasi SMK Negeri 5 Yogyakarta tahun ajaran 2012/2013 dengan besar nilai r berada di antara 0,800 sampai dengan 1,00 . Penelitian kedua, penelitian yang dilakukan oleh Aloysius Ivan Tri Widayanto (2006) berjudul Kemampuan Membaca Pemahaman Siswa Tingkat II SMK Putra Tama, Bantul, Yogyakarta Tahun Ajaran 2005/2006. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan membaca pemahaman siswa kelas II SMK Putra Tama tahun ajaran 2005/2006. Populasi penelitian ini adalah siswa tingkat II Akutansi, penjualan, dan broadcast dia SMK Putra Tama yang berjumlah 104 orang. Sampel penelitian hanya 92 siswa. Berdasarkan hasil yang dicapai oleh ketiga kelas di SMK Putra Tama menunjukkan bahwa kemampuan membaca pemahaman siswa tingkat II berkategori baik. Hal ini dapat diketahui dari perolehan skor yang berkisar di angka 5,7 – 7,2. Penelitian yang dilakukan peneliti memiliki persamaan dan perbedaan dengan penelitian terdahulu. Pada penelitian ini akan dibahas strategi pembelajaran kemampuan membaca pemahaman berdasarkan faktor membaca dan hasil tes kemampuan membaca pemahaman mahasiswa semester VI kelas B Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta tahun ajaran 2015. Relevansi kedua penelitian terdahulu dengan penelitian yang sedang dilakukan adalah sama-sama menggunakan kemampuan membaca pemahaman sebagai kemampuan yang diujikan. Cara menganalisis tes kemampuan membaca
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
11
pemahaman, kedua penelitian terdahulu mencari nilai rata-rata (mean) dan simpangan baku untuk mengetahui tingkat kemampuan membaca pemahaman. Perbedaan terletak pada subjek penelitian. Subjek pada penelitian ini adalah mahasiswa semester VI kelas B program studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta tahun ajaran 2015.
2.2 Kajian Teori 2.2.1 Pengertian Membaca Membaca adalah satu dari empat kemampuan bahasa pokok, dan merupakan satu bagian atau komponen dari komunikasi tulisan (Tampubolon, 1987:5), sedangkan menurut Soedarso (2004:4), membaca adalah aktivitas yang kompleks dengan mengerahkan sejumlah besar tindakan yang terpisah – pisah, meliputi: orang harus menggunakan pengertian dan khayalan. Membaca dapat dilakukan kapan saja dan di mana saja. Selain itu, membaca merupakan suatu aktivitas yang memiliki banyak manfaat. Melalui membaca, seseorang diharapkan antara lain, (1) memperoleh informasi dan tanggapan yang tepat, (2) mencari sumber, menyimpulkan, menjaring, dan menyerpa informasi dari bacaan, dan (3) mampu mendalami, menghayati, menikmati, dan mengambil manfaat dari bacaan (Syafi’ie, 1993:2). Pendapat lain dikemukakan oleh Rahim (2001:163) yang menyatakan bahwa membaca meliputi infornasi tekstual yang dihubungkan dengan istilah skemata menunjukkan kelompok konsep yang tersusun dalam otak
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
12
seseorang yang berhubungan dengan objek – objek, tempat – tempat, tindakan – tindakan atau peristiwa – peristiwa. Berdasarkan beberapa pendapat di atas maka dapat disimpulkan, membaca adalah salah satu keterampilan berbahasa dari empat keterampilan berbahasa yang lain yang memiliki banyak manfaat yang bersifat kompleks dan rumit dengan tujuan memperoleh pemahaman yang bersifat menyeluruh.
2.2.2 Tujuan Membaca Suatu kegiatan yang dilakukan oleh setiap individu pasti disertai dengan adanya tujuan. Begitu pula dengan membaca, hendaknya seorang pembaca memiliki tujuan sebelum melakukannya. Tujuan dalam membaca dan menentukan arah dan hasil yang akan diperoleh oleh pembaca. Setiap pembaca memiliki tujuan berbeda – beda. Penentuan tujuan didasarkan pada kebutuhan individu masing – masing. Berdasarkan pendapat Rahim (2008: 11), adapun macam
–
macam
tujuan membaca,
yaitu:
(1) Kesenangan, (2)
menyempurnakan membaca nyaring; (3) menggunakan strategi tertentu, (4) memperbaharui pengetahuannya tentang suatu topik, (5) mengaitkan informasi baru dengan informasi dengan informasi yang telah diketahuinya, (6) memperoleh informasi untuk laporan lisan atau tertulis, (7) mengkonfirmasikan atau menolak prediksi; (8) menampilkan suatu eksperimen atau mengaplikasikan informasi yang diperoleh dari suatu teks dalam beberapa cara lain dan mempelajari tentang struktur teks, dan (9) menjawab pertanyaan – pertanyaan yang spesifik.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
13
2.2.3 Manfaat Membaca Menurut Hernowo (2005 : 33) melalui membaca seseorang dapat belajar dari pengalaman orang lain dan menambah ilmu pengetahuan Jordan E. Ayan (dalam Hernowo, 2005 :35) mengatakan, “membaca dapat memicu daya kreativitas pembaca dengan membaca seseorang akan memperoleh pengetahuan dan wawasan baru yang akan semakin meningkatkan kecerdasannya sehingga ia lebih mampu menjawab tantangan hidup pada masa - masa mendatang”. Hernowo (2005:35) juga menjelaskan beberapa manfaat yang diperoleh melalui membaca sebagai berikut. a) Mempermudah pemahaman terhadap bacaan dari bermacam – macam bidang ilmu terutama yang terkait dengan mata pelajaran. Pada hakikatnya membaca dapat membantu seseorang dalam menambah, memperluas, dan memperdalam suatu materi. b) Meningkatkan kemampuan membuat perbandingan, penelitian, dan pengkajian terhadap berbagai hal yang sangat berguna dalam kehidupan. c) Meningkatkan apresiasi di bidang sastra dan seni. d) Meningkatkan kemampuan mengenal diri dan lingkungan serta berbagai macam kebudayaan. e) Memperluas wawasan dan mengembangkan kepribadian. Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa membaca merupakan kegiatan yang memiliki banyak manfaat. Kegiatan membaca pada dasarnya dilakukan seseorang untuk memperoleh informasi sehingga menambah
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
14
pengalaman dan pengetahuan yang dapat menghasilkan kepuasan batin. Kegiatan membaca dapat pula mempermudah pemahaman, meningkatkan kreatifitas, serta memperluas wawasan seseorang.
2.4 Faktor Membaca Ada banyak faktor yang mempengaruhi kemampuan membaca pemahaman. Menurut Somadayo (2011: 30) faktor-faktor yang dapat mempengaruhi proses membaca pemahaman di antaranya: 1) Tingkat intelegensi, dua orang yang berbeda IQ-nya sudah pasti akan berbeda hasil dan kemampuan membacanya, 2) Kemampuan berbahasa, karena keterbatasan kosakata yang dimilikinya seseorang akan sulit memahami teks bacaan tertentu, 3) Sikap dan minat, sikap biasanya ditunjukkan oleh rasa senang atau tidak senang, sedangkan minat merupakan keadaan dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk melakukan sesuatu, 4) Keadaan bacaan yang berkenaan dengan tingkat kesulitan yang dikupas, aspek perwajahan, atau desain halaman buku, besar kecilnya huruf dan sejenisnya, 5) Kebisaaan membaca, maksudnya apakah seseorang tersebut mempunyai tradisi membaca atau banyak waktu atau kesempatan yang disediakan oleh seseorang sebagai kebutuhan, 6) Pengetahuan tentang cara membaca, misalnya dalam menentukan ide pokok secara cepat, menangkap kata-kata kunci secara cepat, dan sebagainya,
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
15
7) Latar belakang sosial, ekonomi dan budaya, 8) Emosi, misalnya keadaan emosi yang berubah, dan 9) Pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki sebelumnya. Johnson dan Pearson dalam Zuhcdi (2007:23) menyatakan bahwa faktorfaktor yang memengaruhi komprehensi membaca dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu: 1) Faktor yang berasal dari dalam diri pembaca, yaitu meliputi kemampuan linguistik (kebahasaan), minat, motivasi dan kumpulan kemampuan membaca. 2) Faktor yang berada di luar diri pembaca dibedakan menjadi dua kategori, yaitu unsur-unsur bacaan dan lingkungan membaca. a) Unsur-unsur pada bacaan atau ciri-ciri tekstual meliputi kebahasaan teks yaitu tingkat kesulitan bahan bacaan dan organisasi teks bacaan. Organisasi teks merupakan pertolongan yang tersedia pada bacaan bisa berupa bab, subbab, grafik atau tabel, serta susunan tulisan. b) Kualitas lingkungan membaca meliputi:(1) persiapan guru sebelum, pada saat, atau setelah pelajaran membaca guna mendorong siswa dalam memahami teks, (2) cara siswa menanggapi tugas, dan (3) suasana umum menyelesaikan tugas (hambatan dan dorongan membaca). Faktor-faktor yang mempengaruhi membaca menurut Lamb dan Arnold (dalam Rahim, 2007:6) ada 3, yaitu (1) faktor fisiologis, (2) faktor intelektual, dan (3) faktor lingkungan. Ketiga faktor tersebut dapat diuraikan sebagai berikut.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
16
a. Faktor Fisiologis mencakup kesehatan fisik, pertimbangan neurologis, dan jenis kelamin. Beberapa ahli mengemukakan bahwa keterbelakangan neurologis (misalnya berbagai cacat otak) dan kekurangan matang secara fisik merupakan salah satu faktor yang dapat menyebabkan anak gagal dalam meningkatkan kemampuan membaca pemahaman. b. Faktor Intelektual dapat disebut juga istilah intelegensi. Istilah intelegensi didefinisikan sebagai suatu kegiatan berpikir yang terdiri dari pemahaman yang esensial tentang situasi yang diberikan dan meresponnya secara tepat. Secara umum ada hubungan antara kecerdasan yang diindikasikan oleh IQ dengan ratarata peningkatan remedial membaca. Tingkat intelegensi membaca itu sendiri pada hakikatnya proses berpikir dan memecahkan masalah. Dua orang yang berbeda IQ sudah pasti akan berbeda hasil dan kemampuan membacanya. c. Faktor Lingkungan juga mempengaruhi kemampuan membaca seseorang. Faktor lingkungan dapat dijabarkan sebagai berikut. 1) Latar belakang dan pengalaman anak di rumah: lingkungan dapat membentuk pribadi, sikap, nilai, dan kemampuan bahasa anak. Kondisi di rumah juga memengaruhi probadi dan penyesuaian diri anak dalam masyarakat. Kondisi itu pada gilirannya dapat membentuk anak dan dapat juga menghalangi anak belajar membaca. Seorang anak yang tinggal di dalam rumah tangga yang harmonis, rumah yang penuh cinta kasih, tidak akan menemukan kendala yang berarti dalam membaca. Kualitas dan luasnya pengalaman anak di rumah juga penting bagi kemajuan belajar membaca. Membaca seharusnya
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
17
merupakan suatu kegiatan yang bermakna, pengalaman masa lalu anak-anak memungkinkan anak-anak untuk lebih memahami apa yang mereka baca. 2) Faktor sosial ekonomi orang tua dan lingkungan tetangga merupakan faktor yang
membentuk
lingkungan
rumah
anak.
Beberapa
penelitian
memperlihatkan bahwa status sosial ekonomi anak semakin tinggi kemampuan verbal anak tersebut. Anak-anak yang yang mendapat contoh bahasa yang baik dari orang dewasa serta orang tua yang berbicara dan mendorong anak-anak untuk berbicara mendukung perkembangan bahasa dan intelegensi anak tersebut. 3) Faktor psikologis juga mempengaruhi kemampuan membaca anak. Faktor ini mencakup hal-hal seperti motivasi, minat, kematangan sosio, emosi, dan penyesuaian diri. Adapun penjabarannya sebagai berikut. a) Motivasi Motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan memberikan arah kegiatan belajar sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar dapat tercapai (Sardiman, 1986: 75). Motivasi merupakan sejumlah proses, yang bersifat internal, atau eksternal bagi seorang individu, yang menyebabkan timbulnya sikap antusiasme dan persistensi dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan tertentu (Gray, dalam Winardi, 2008).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
18
b) Minat Djamarah
(2011:166)
menjelaskan
bahwa
minat
adalah
kecenderungan yang menetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa aktivitas. Seseorang yang berminat terhadap suatu aktivitas akan memperhatikan aktivitas itu secara konsisten dengan rasa senang. Slameto (2010:180) menyatakan bahwa minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh. Minat pada dasarnya adalah penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu di luar diri. Semakin kuat atau dekat hubungan tersebut, semakin besar minat. c) Kematangan Sosio dan Emosi serta Penyesuaian Diri Menurut Rahim (2007:29) bahwa ada tiga aspek kematangan emosi dan sosio yaitu stabilitas emos, kepercayaan diri, dan kemampuan berpatisipasi kelompok. Seseorang harus mempunyai pengontrolan emosi pada tingkat tertentu. Seseorang yang mudah marah, menangis dan bereaksi secara berlebihan ketika tidak mendapatkan sesuatu atau menarik diri, atau mendongkol akan mendapat kesulitan dalam pelajaran membaca. Hal tersebut berbanding terbalik dengan seseorang yang lebih mudah
mengontrol
emosinya
akan
lebih
mudah
memusatkan
perhatiannya pada teks yang dibacanya. Pemusatan perhatian pada bahan bacaan memungkinkan meningkatkan kemampuan dalam memahami bacaan.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
19
Berdasarkan faktor-faktor di atas ada banyak faktor yang mempengaruhi kemampuan membaca pemahaman seseorang. Faktor yang paling mempengaruhi berasal dari diri sendiri. Hal ini berhubungan dengan minat dan motivasi seseoranglah yang menentukan kemampuan membaca pemahamannya. Apabila ia memiliki kesadaran akan pentingnya membaca, maka minat dan motivasi untuk membacanya tinggi sehingga kemampuan membacanya akan semakin terasah dan berkembang. Semakin sering membaca maka kemampuan membaca seseorang juga akan meningkat. Selain itu, lingkungan juga mempengaruhi, misalnya orang yang tinggal di lingkungan orang yang gemar membaca dan orang yang tinggal di lingkungan yang tidak suka membaca, tentu akan berbeda kemampuan membacanya. Hal itu dikarenakan orang yang berada di lingkungan orang yang suka membaca tentunya akan termotivasi untuk suka membaca. Sebaliknya orang yang tinggal di lingkungan yang tidak suka membaca pasti kemampuan membacanya rendah, karena mereka tidak pernah membaca sehingga kemampuannya tidak terasah.
2.2.5
Jenis-Jenis Membaca Membaca dapat dibedakan menjadi beberapa jenis, yaitu berdasarkan
terdengar tidaknya suara pembaca, Tarigan (2008:12) membedakan membaca menjadi dua, yaitu membaca nyaring (oral reading) dan membaca dalam hati (silent reading). tarigan (1982:23) menyatakan membaca nyaring adalah susatu aktivitas atau kegiatan yang merupakan alat bagi guru, murid, ataupun pembaca bersama-sama
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
20
dengan orang lain atau pendengar untuk menangkap serta memahami informasi, pikiran, dan perasaan seseorang pengarang. Saat membaca, pembaca mengeluarkan suara sehingga orang lain bisa mendengarkannya. Jenis membaca yang kedua adalah membaca dalam hati. Jenis membaca ini dilaksanakan tanpa menyuarakan yang dibaca. Pembaca hanya menggunakan ingatan visual yang mengakibatkan pengaktifan mata dan ingatan (Prihanto, 2006:3). Membaca dalam hati dibedakan menjadi dua bagian besar, yaitu membaca intensif dan membaca ekstensif. Membaca ekstensif berarti membaca secara luas. Objeknya meliputi sebanyak mungkin teks dalam waktu yang sesingkat mungkin (Tarigan, 1983:3). Membaca ekstensif mencakup membaca survei, membaca sekilas, dan membaca dangkal. Jenis membaca dalam hati yang kedua adalah membaca intensif. Tarigan (1994:36) mengemukakan membaca intensif adalah studi saksama, telaah, teliti, dan penanganan terperinci yang dilaksanakan di dalam kelas terhadap suatu tugas yang pendek kira-kira dua sampai empat halaman setiap hari. Membaca intensif meliputi membaca telaah isi dan membaca telaah bahasa. Adapun membaca telaah isi mencakup membaca teliti, membaca pemahaman, membaca kritis, dan membaca ide. Membaca telaah bahasa mencakup membaca bahasa asing dan bahasa sastra. Secara ringkas, jenis-jenis membaca dapat digambarkan sebagai berikut.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Membaca nyaring
21
Membaca survei Membaca ekstensif
Membaca
Membaca sekilas Membaca dangkal Membaca teliti Membaca telaah isi
Membaca dalam hati
Membaca pemahaman Membaca kritis Membaca ide
Membaca intensif Membaca bahasa asing Membaca telaah bahasa Membaca sastra
(Tarigan, 1983:13) Skema 2.1 Jenis-Jenis Membaca
2.2.6
Pengertian Membaca Pemahaman Membaca pemahaman adalah salah satu jenis membaca di antara macam –
macam membaca yang jumlahnya cukup banyak. Menurut Nurgiantoro (2001: 5), kemampuan membaca pemahaman merupakan kemampuan untuk memahami informasi yang disampaikan pihak lain melalui sarana tulisan. Inti dari kemampuan membaca pemahaman adalah memahami informasi yang disampaikan oleh penulis. Aspek kemampuan membaca pemahaman meliputi pemahaman makna kata – kata, pemahaman makna kalimat, pemahaman ide pokok paragraf, pemahaman ide penjelas, dan pemahaman isi keseluruhan wacana.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
22
Dalam membaca pemahaman terdapat tingkatan, tingkatan dalam membaca pemahaman menurut Anderson dalam Tarigan (1986) meliputi: (1) mengidentifikasi arti kata/istilah, (2) menangkap makna tersurat dan tersirat, (3) menyimpulkan, (4) memprediksi, dan (5) mengevaluasi. Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pengertian membaca pemahaman adalah kegiatan membaca yang bertujuan untuk memperoleh pemahaman dan penafsiran makna – makna yang terkandung di dalam lambang – lambang bahasa tulis. Melalui kegiatan membaca pemahaman, seseorang dapat mengetahui tingkat pemahamannya terhadap bacaan. Pembaca menginterpretasikan apa yang dibacanya berdasarkan pengetahuan yang telah dimiliki. Secara tidak langsung, pembaca berdialog dengan penulis lewat bacaan. Proses komunikasi antara pembaca dengan penulis lewat bacaan tersebut ada kalanya lancar dan ada kalanya terganggu bahkan sama sekali tidak berjalan. Kelancaran tersebut akan sangat berpengaruh terhadap pemahaman.
2.2.7 Pengertian Strategi Pembelajaran Strategi pembelajar dapat dipersepsikan dan diartikan secara bervariasi. Ada yang menggambarkan strategi belajar sebagai sifat, tingkah laku yang tidak teramat, atau langkah nyata yang dapat diamati Huda (dalam Sunendar, 2011:6). Pengertian yang disajikan oleh Brown (dalam Sunendar, 2011:7) menekankan konsep strategi belajar sebagai tingkah laku yang tidak teramati dalam diri pembelajar. Strategi belajar berkaitan dengan pemrosesan, penyimpanan, dan pengambilan (retrieval)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
23
masukan pemerolehan bahasa. Namun, Stern (dalam Sunendar, 20011:7) memandang strategi belajar sebagai kecenderungan atau sifat-sifat umum dari pendekatan yang digunakan oleh pembelajaran bahasa. Adapun Nunan (dalam Sunendar, 20011:7) menafsirkan strategi pembelajaran sebagai proses mental yang digunakan pembelajar untuk mempelajari dan menggunakan bahasa sasaran. Strategi pembelajaran mempunyai pengertian suatu garis-garis besar haluan untuk bertindak dalam usaha mencapai sasaran yang telah ditentukan. Dihubungkan dengan pembelajaran, strategi bisa diartikan sebagai pola-pola umum kegiatan pengajar dan peserta didik dalam mewujudkan kegiatan pembelajaran untuk tujuan yang telah digariskan. (Mujiono dalam Sunendar, 2011:8) Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa strategi pembelajaran meliputi kegiatan atau pemakaian teknik yang dilakukan oleh pengajar mulai dari perencanaan, pelaksanaan kegiatan sampai ke tahap evaluasi, serta program tindak lanjut yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu, yaitu pengajaran.
2.2.8 Jenis Strategi Pembelajaran Membaca Pemahaman Strategi pembelajaran membaca pemahaman pada dasarnya adalah siasat yang digunakan ketika mahasiswa melakukan kegiatan membaca dapat memahami isi teks dan memperoleh makna dari teks yang dibacanya. Macam-macam strategi pembelajaran membaca pemahaman yang sering digunakan yaitu MURDER, SQ3R,PQ4R, dan KWL.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
24
Strategi MURDER pada dasarnya adalah (a) Mood, yang diperlukan adalah menciptakan suasana hati yang positif terhadap materi yang akan dipelajari, (b) Understand, berusaha untuk dapat memahami berbagai informasi, (c) Recall, ulangi materi yang pernah dibaca dengan cara meringkas, (d) Digest, telaah dan mencari informasi yang belum dipahami melalui berbagai cara, (e) Expand, kemabangkan materi yang telah Anda telaah untuk mencoba menerapkan dalam kehidupan seharihari, dan (f) Review, mempelajari kembali materi yang pernah dipelajari agar semakin teringat isinya. Strategi SQ3R menuntut mahasiswa memulai kegiatan membaca dengan langkah yang harus ditempuh yaitu (1) Survey adalah mengidentivikasi unsur-unsur teks yang dibaca. Contoh unsur-unsur teks seperti judul buku, nama pengarang, daftar isi, jumlah bab, topik setiap bab, indeks, dan daftar pustaka, (2) Question, adalah menyusun daftar pertanyaan yang dipikirkan oleh pembaca sebelum membaca buku, (3) Read, adalah membaca bahan. Dalam membaca bahan, pembaca harus berusaha memahami arti kata sukar, idiom, dan ungkapan, selain itu dapat memahami makan tersirat, memahami makna tersurat, menyimpulkan isi bacaan, mengevaluasi bacaan, menangkap maksud penulis, dan membuat prediksi setelah bahan bacaan selesai dibaca, (4) Resite, adalah melakukan tanya jawab mengenai isi bacaan, dan (5) Review, adalah mengulas keseluruhan isi bacaan dengan menggunakan rumusan bahasa sendiri. Strategi PQ4R memiliki langkah-langkah mirip dengan SQ3R, tetapi lebih ditekankan pada kegiatan membaca membuat elaborasi isi bacaan. Kegiatan PQ4R
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
25
meliputi (1) Preview (membaca selintas dengan cepat), (2) Queation (bertanya), (3) Read, (4) Refleksi, (5) Resite (melakukan tanya jawab), dan (6) Review (mengulang kembali isi bacaan secara menyeluruh menggunakan rumusan bahasa sendiri). Selain itu, masih ada strategi pembelajaran membaca pemahaman yang lain yaitu strategi KWL yang merupakan singkatan dari What I Know (apa yang saya ketahui), What I Want to Learn (apa yang ingin saya pelajari), dan What I Learned (apa yang telah saya pelajari). Strategi ini menekankan pada pentingnya latar belakang pengetahuan pembaca. Langkah pembelajaran menggunakan KWL adalah sebagai berikut. Langkah What I Know mencakup empat langkah, yaitu: (1) membimbing mahasiswa menyampaikan ide-ide tentang topik bacaan yang akan dibaca, (2) mencatat tentang topik yang akan dibaca, (3) mengatur diskusi tentang ide-ide yang diajukan mahasiswa, dan (4) memberikan stimulus atau penyelesaian contoh mengenai kategori ide. Untuk langkah What Do I Want to Learn mencakup dua langkah, yaitu (1) membimbing mahasiswa untuk mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan topik bacaan, dan (2) membimbing mahasiswa untuk membuat skala prioritas tentang pertanyaan-pertanyaan yang benar-benar mereka inginkan jawabannya Selanjutnya untuk langkah What I Learned, yaitu dosen membimbing mahasiswa menuliskan kembali apa yang telah dibaca dengan bahasanya sendiri.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
26
2.2.9 Teori Analisis SWOT Analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi perusahaan (Rangkuti, 2003:18). Namun, dalam penelitian ini analisis SWOT digunakan untuk mengindetifikasi berbagai faktor membaca yang dimiliki oleh mahasiswa. Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan dan peluang, tetapi secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan dan ancaman. Menurut Rangkuti (2003:19) SWOT adalah singkatan dari lingkungan internal
Strengths dan
Weaknesses serta lingkungan eksternal
Opportunities dan Threats yang ada dalam faktor membaca manusia. Dalam hal ini analisis SWOT membandingkan antara faktor eksternal (peluang dan ancaman) dengan faktor internal (kekuatan dan kelemahan) Pearce II (2013:156-157) menjabarkan analisis SWOT sebagai berikut. Peluang (Opportunities) merupakan situasi utama yang menguntungkan dalam lingkungan yang mendukung faktor membaca mahasiswa. Ancaman (Threats) merupakan situasi utama yang tidak menguntungkan dalam lingkungan mahasiswa dalam membaca. Kekuatan (Strengths) merupakan keunggulan mahasiswa pada saat membaca dan kelemahan (Weaknesses) merupakan keterbatasan atau kekurangan yang dimiliki mahasiswa ketika membaca yang dapat menghambat pemahaman mahasiswa terhadap bacaan. Keempat hal tersebut dapat dikatakan sebagai suatu teknik yang digunakan oleh peneliti untuk melakukan penyorotan yang cepat atas situasi strategi pembelajaran yang sesuai untuk kemampuan membaca pemahaman.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
27
Analisis SWOT adalah salah satu tahap dalam manajemen strategi yang merupakan pendekatan analisis lingkungan. (Sagala, 2007:140) Proses penilaian kekuatan, kelemahan, peluang, dan hambatan secara umum menunjuk pada dunia bisnis sebagai analisis SWOT. Analisis SWOT menyediakan para pengambil keputusan organisasi akan informasi yang dapat menyiapkan dasar dan pertimbangan dalam pengambilan keputusan dan tindakan. Analisis SWOT (Susanto, 2014:133) adalah perangkat analisa yang popular, terutama untuk kepentingan perumusan strategi. Kemampuan analisis SWOT bertahan sebagai alat perencanaan yang masih terus digunakan sampai saat ini, membuktikan kehebatan analisis dalam pandangan seorang dosen. Analisisis SWOT juga dapat dikatakan sebuah pendekatan konseptual yang luas, yang menjadikannya rentan terhadap beberapa keterbatasan. Pertama, analisis SWOT berpontensi untuk terlalu banyak memberikan penekanan pada kekuatan internal dan kurang memberikan perhatian pada ancaman eksternal. Kedua, analisis SWOT dapat menjadikan sesuatu yang bersifat statis dan beresiko mengabaikan perubahan situasi dan lingkungan yang dinamis. Ketiga, analisis SWOT berpontensi terlalu memberikan penekanan hanya pada satu kekuatan atau elemen dari strategi.
2.2.10 Teori Skala Likert Skala likert adalah skala yang dapat dipergunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang mengenai suatu gejala atau fenomena (Sumanto, 2014:102).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
28
Hal tersebut juga dipertegas oleh Riduwan (2002:12) skala likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok tentang kejadian atau gejala sosial. Dalam penelitian gejala sosial ini telah ditetapkan secara spesifik oleh peneliti, yang selanjutnya disebut variabel penelitian, dengan menggunakan skala likert, maka variabel yang akan dijabarkan menjadi dimensi, dimensi dijabarkan menjadi subvariabel kemudian sub variabel dijabarkan lagi menjadi indikator-indikator yang dapat diukur. Akhirnya indikator-indikator yang terukur ini dapat dijadikan titik tolak untuk membuat item instrumen yang berupa pernyataan atau pertanyaan yang perlu dijawab oleh responden. Di bawah ini dijabarkan kriteria interpretasi skor yakni: Tabel 2.1 Kategori Faktor Membaca Rentang Skor 0% - 20% 21% - 40% 41% - 60% 61% - 80% 81% - 100%
Kriteria Sangat Rendah Rendah Cukup Tinggi Sangat Tinggi
Dalam skala likert (Suharso, 2009:44), kemungkinan jawaban tidak sekedar “setuju” dan “tidak setuju”, tetapi dibuat lebih banyak kemungkinan jawabannya, yaitu 5 = Sangat Setuju (SS), 4= Setuju (S), 3 = Tidak Memiliki Pilihan (TMP), 2 = Tidak Setuju (TS), dan 1= Sangat Tidak Setuju(STS). Suharso (2009:44) menjelaskan cara mengerjakan skala Likert, yaitu:
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
29
1) Mengumpulkan sejumlah pernyataan-pernyataan yang berkaitan dengan masalah yang akan diteliti. Responden diwajibkan memilih salah satu dari sejumlah kategori jawaban yang tersedia. Kemudian masing-masing jawaban diberi penilaian tertentu (misalnya 1,2,3,4,5). 2) Membuat nilai total untuk setiap responden dengan menjumlah nilai untuk seluruh jawaban. 3) Menilai kekompakkan antarpernyataan. Caranya dengan membandingkan jawaban antara dua responden yang mempunyai skor total yang sangat berbeda, tetapi memberikan jawaban yang sama untuk pernyataan tersebut. Pernyataan tersebut dinilai tidak baik, sehingga harus dikeluarkan (tidak digunakan untuk mengukur konsep yang diteliti). 4) Pernyataan yang kompak dijumlahkan untuk membentuk variabel baru dengan menggunakan teknik summated rating.
2.3 Kerangka Berpikir Strategi pembelajaran kemampuan membaca pemahaman berdasarkan faktor membaca dan hasil tes kemampuan membaca pemahaman pada mahasiswa semester VI kelas B Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Universitas Santa Dharma, Yogyakarta tahun ajaran 2015 dibuat dengan dasar kerangka berpikir sebagai berikut. Pertama, peneliti melakukan analisis kebutuhan dan mengumpulkan data mahasiswa dengan melakukan observasi, menyebarkan angket faktor membaca, menyebarkan tes kemampuan membaca pemahaman, dan wawancara.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
30
Kedua, mencari teori yang mendukung untuk analisis data. Selanjutnya, datadata yang sudah diperoleh dianalisis. Faktor membaca dianalisis berdasarkan faktor internal dan eksternal. Terdapat 101 pernyataan (subindikator) dalam angket faktor membaca dan diklasifikasikan ke dalam 9 indikator internal dan 5 faktor eksternal. Hasil perhitungan skala likert setiap subindikator diklasifikasi ke dalam sikap positif dan sikap negatif.
Setelah subindikator diklasifikasi langkah selanjutnya adalah
dianalisis SWOT untuk mengetahui kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman. Tes kemampuan membaca pemahaman digunakan untuk mengukur tingkat kemampuan membaca pemahaman mahasiswa. Tes kemampuan membaca pemahaman dianalisis dengan cara mencari nilai rata-rata (mean) dan simpangan baku. Selanjutnya, nilai rata-rata dan simpangan baku yang diperoleh dikonversikan ke dalam skala 5. Secara khusus peneliti juga melakukan analisis tes kemampuan membaca pemahaman berpedom pada aspek membaca Pemahaman, yaitu (1) menangkap arti kata/istilah, (2) makna tersirat, (3) makna tersurat, (4) menarik kesimpulan isi bacaan, (5) memprediksi maksud penulis, dan (6) mengevaluasi bacaan. Kemudian aspek tersebut dikaitkan dengan analisis SWOT. Ketiga, menentukan strategi pembelajaran kemampuan membaca pemahaman berdasarkan hasil observasi, angket faktor membaca, hasil tes kemampuan membaca pemahaman,
dan
wawancara.
Strategi
pembelajaran
ini
diharapkan dapat
meningkatkan kemampuan membaca pemahaman mahasiswa. Secara ringkas kerangka berpikir dapat dilihat pada skema berikut ini.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Strategi Pembelajaran Kemampuan Membaca Pemahaman
Faktor Membaca
Tes Kemampuan Membaca Pemahaman
Analisis SWOT
Strategi Pembelajaran Sesuai Aspek Kemampuan Membaca Pemahaman
Skema 2.2 Kerangka Berpikir
31
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif kualitatif dan deskriptif kuantitatif. Menurut Suprapto (2013:13) penelitian deskriptif yaitu penelitian terhadap status, sikap, pendapat, kelompok individu, perangkat kondisi dan prosedur, suatu sistem pemikiran atau peristiwa dalam rangka membuat deskripsi atau gambar secara sistematik dan analitik yang dapat digunakan untuk memecahkan suatu masalah aktual pada masa kini. Narbuko dan Achmadi (2007:44) mengungkapkan penelitian deskriptif yaitu penelitian yang berusaha untuk menuturkan pemecahan masalah yang ada sekarang berdasarkan data-data, jadi penelitian deskriptif itu menyajikan data, menganalisis, dan menginterpretasi. Penelitian kualitatif merupakan suatu strategi inquiry yang menenkankan pencarian makna, pengertian, konsep, karateristik, gejala, simbol, maupun deskripsi tentang suatu fenomena, fokus dan multimetode, bersifat alami, dan holistik,menggutamakan kualitas, menggunakan beberapa cara, serta disajikan secara naratif. Penelitian deskriptif kuantitatif adalah salah satu jenis penelitian yang bertujuan mendeskripsikan secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta dan sifat populasi tertentu, atau mencoba menggambarkan fenomena secara detail (Lehmann 1979).
32
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
33
Peneliti menggunakan penelitian ini bermaksud untuk mendeskripsikan strategi pembelajaran kemampuan membaca pemahaman berdasarkan faktor membaca dan hasil tes kemampuan membaca pemahaman pada mahasiswa semester VI kelas B Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta tahun ajaran 2015.
3.2 Subjek Penelitian Subjek dalam penelitian ini adalah mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia, di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta semester VI kelas B tahun ajaran 2015 yang berjumlah 28 mahasiswa.
3.3 Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan dua teknik, yaitu teknik tes dan nontes. 3.3.1 Teknik Tes Tes adalah salah satu cara untuk mendapatkan informasi kompetensi, pengetahuan, dan keterampilan tentang peserta didik (Nurgiyantoro, 2010:105). Tes ini digunakan oleh peneliti untuk mengetahui kemampuan membaca pemahaman mahasiswa. 3.3.2 Teknik Nontes Nontes merupakan alat penilaian yang dipergunakan untuk mendapatkan informasi tentang keadaan mahasiswa. Teknik nontes yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
34
a. Observasi observasi diartikan sebagai pengamatan dan pencataan secara sistematik terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian (margono, 2007: 158). Observasi sebagai teknik pengumpulan data mempunyai ciri yang lebih spesifik dibandingkan dengan teknik yang lain. b. Wawancara Menurut Margono (2007: 165), interview atau wawancara merupakan alat pengumpul informasi dengan cara mengajukan sejumlah pertanyaan secara lisan untuk dijawab secara lisan pula. c. Angket (Kuisioner) Angket merupakan alat pengumpulan data melalui daftar pertanyaan tertulis yang tersusun dan diserahkan untuk mendapatkan informasi dari sumber data atau responden (Arikunto, 2006: 123).
3.4 Instrumen Penelitian Instrumen adalah alat yang dipilih dan digunakan oleh peneliti dalam kegiatannya mengumpulkan data agar kegiatan tersebut menjadi sistematis dan mudah (Arikunto, 2006 : 134). Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu tes dan nontes. Instrumen tes berupa tes membaca pemahaman untuk mengetahui kemampuan membaca pemahaman mahasiswa, sedangkan instrumen nontes yang digunakan peneliti adalah wawancara, panduan observasi, angket (kuesioner) yang ditunjukan kepada mahasiswa.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
35
3.4.1 Instrumen Tes Tes yang diberikan dalam penelitian ini adalah tes kemampuan membaca pemahaman berupa pertanyaan dari bacaan yang telah diberikan kepada mahasiswa. Berikut ini merupakan kisi – kisi pedoman tes kemampuan membaca pemahaman. Tabel 3.1 Kisi – Kisi Tes Kemampuan Membaca Pemahaman No 1.
Jumlah 2 1, 2
2. 3. 4.
Butir – butir Pertanyaan Menangkap arti kata istilah, idiom, ungkapan, dan gaya bahasa Menangkap makna tersirat Menangkap makna tersurat Menarik kesimpulan isi bacaan
5.
Memprediksi maksud penulis
15
6.
Mengevaluasi bacaan
5
5 3 12
Nomor Soal
5, 20, 23, 35, 36 4, 19, 22 8, 9, 12, 17, 18, 21, 25, 31, 37, 38, 40, 42 3, 6, 7, 13, 16, 24, 27, 28, 29, 30, 32, 33, 34, 39, 41 10, 11, 14, 15, 26
3.4.2 Instrumen Nontes Pada penelitian ini instrumen nontes digunakan sebagai alat untuk mengamati bagaimana keterlibatan dan sikap guru dan mahasiswa dalam proses perkuliahan serta minat yang mereka miliki dalam membaca. Instrumen nontes yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu observasi, wawancara, dan angket (kuisioner). a. Instrumen Observasi Observasi merupakan cara untuk mendapatkan informasi dengan mengamati objek secara cermat dan terencana (Nurgiyantoro, 2010: 93). Instrumen ini digunakan untuk mengetahui perilaku dan aktivitas dosen dan mahasiswa dalam proses perkuliahan. Observasi dilaksanakan pada saat proses
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
36
perkuliahan berlangsung. Berikut ini panduan observasi yang akan digunakan untuk mengobservasi proses perkuliahan di dalam kelas. Tabel 3.2 Panduan Observasi No Keadaan yang terjadi di Kelas 1. Apa yang dilakukan oleh dosen pada saat mengawali perkuliahan? 2. Pendekatan, metode, dan teknik apa yang digunakan oleh dosen dalam menyampaikan materi perkuliahan (ceramah, diskusi,presentasi, tanya jawab, dsb) 3. Apa yang dilakukan oleh dosen ketika ada mahasiswa yang tidak tahu terhadap materi yang dibahas oleh dosen? 4. Bagaimana sikap dosen terhadap individu mahasiswa (demokratis,pilihpilih,dsb) 5. Bagaimana sikap dosen terhadap mahasiswa yang selalu bertanya ketika menghadapi masalah? 6. Apa yang dilakukan oleh dosen ketika ada mahasiswa yang ramai di kelas? 7. Apakah dosen juga mengevaluasi proses dan hasil perkuliahan? 8. Apakah yang dilakukan oleh dosen ketika mengakhiri perkuliahan?
b. Instrumen Wawancara Wawancara digunakan untuk memperoleh data secara langsung dari mahasiswa semester VI kelas B Program Studi Pendidikan Bahasa Sasstra Indonesia Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang memiliki nilai tes kemampuan membaca pemahaman tinggi. Berikut ini merupakan pedoman wawancara. Tabel 3.3 Pedoman Wawancara No 1. 2. 3. 4.
Aspek yang Ditanyakan Berkaitan dengan minat baca yang dimiliki agar mencapai prestasi yang baik. Berkaitan dengan motivasi yang mendorong diri untuk membaca Berkaitan dengan faktor internal dan eksternal dominan yang mempengaruhi kemampuan membaca pemahaman Berkaitan dengan budaya baca yang dimiliki.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
37
c. Instrumen Angket Angket merupakan sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya (Arikunto, 2009: 151). Berikut ini merupakan kisi – kisi angket faktor membaca. Tabel 3.4 Kisi – Kisi Angket Faktor Membaca No
Butir – Butir Data
Jumlah
Nomor Item
Faktor Internal 1. Motivasi membaca
10
2.
Kondisi emosi pembaca
13
3.
Sikap dan minat pembaca
21
4.
Kebiasaan membaca
10
5.
Pengalaman yang dimiliki sebelumnya Pengetahuan tentang cara membaca Ketertarikan terhadap bacaan Kebermanfaatan bagi pembaca
1
1, 6, 76, 77, 78, 92, 96, 98,99 4, 5, 41, 47, 54, 84, 85, 87, 88, 89, 90, 93 3,42, 43, 44, 45, 46, 49, 51, 53, 57, 64, 65, 66, 72, 73, 79, 82, 83, 91 7, 8, 9, 10, 58, 69, 80, 100, 101 11
7
12, 35, 59, 60,61,62,63,
5 9
6. 7. 8.
97, 86, 50, 70, 81,
9. Kondisi kesehatan pembaca 10. Tingkat intelegensi pembaca
2 9
11. Penguasaan bahasa
2
2,13, 15, 17, 18, 14,16, 25, 40, 48, 74, 75, 94, 95 19, 20, 21, 24, 26, 52, 55, 56, 67,68, 71 22, 33
3
27, 28, 29
2 1 2
30,31, 37 23, 32
1
34
Faktor Eksternal 1. Latar belakang sosial ekonomi keluarga 2. Suasana lingkungan 3. Waktu 4. Faktor teks: keadaan bacaan, bahasa yang dipakai dalam teks, tata tulis teks, dan tingkat keterbacaan teks 5. Masih kuatnya pengaruh budaya lisan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
No Butir – Butir Data Jumlah Faktor Eksternal 6. Kuatnya pengaruh media 1 36 elektronik (khususnya menonton televisi) 7. Tidak tersedianya bahan 1 38 bacaan di rumah
38
Nomor Item
3.5 Teknik Analisis Data Penelitian Menurut Sujana (1989:128) analisis data bertujuan untuk mengubah data mentah dari hasil pengukuran menjadi data yang lebih halus sehingga memberi arah untuk pengkajian lebih lanjut. Berikut ini penjabaran teknik analisis data yang dilakukan oleh peneliti untuk mendeskripsikan faktor yang mempengaruhi membaca dan tingkat hasil tes kemampuan membaca pemahaman 3.5.1 Teknik Analisis Data Angket Faktor Membaca Peneliti menggunakan skala Likert untuk menghitung angket faktor membaca. Menurut Riduwan (2002: 15) agar dapat menginterpretasi hasi nilai faktor membaca perlu mencari total skor angket faktor membaca dengan rumus: T x Pn Keterangan: T = Total jumlah responden yang memilih Pn = Pilihan angka skor likert Apabila total skor sudah diketahui kemudian interpretasi skor perhitungan untuk mendapatkan hasil interpretasi, harus diketahui dulu skor ideal (X) dan skor rendah (Y). adapun rumus penilaiannya sebagai berikut. Skor Ideal (X) = Skor tertinggi likert x jumlah responden Skor rendah (Y) = skor terendah likert x jumlah responden
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
39
Agar dapat menginterpretasi hasil nilai faktor yang mempengaruhi kemampuan membaca mahasiswa diperlukan rumus index %, yaitu:
Index % = total skor/ skor ideal* 100 Sebelum menginterpretasi kita harus mengetahui interval (jarak) dan interpretasi persen agar mengetahui penilaian dengan metode mencari interval skor persen (I). rumus interval yaitu I = 100/ jumlah skor likert ( I = 100/5 = 20). Di bawah ini akan dijabarkan kategori interpretasi skor. Tabel 3.5. Kategori Faktor Membaca Rentang Skor 0% - 20% 21% - 40% 41% - 60% 61% - 80% 81% - 100%
Kriteria Sangat Rendah Rendah Cukup Tinggi Sangat Tinggi
Setelah faktor membaca dianalisis menggunakan skala Likert dan diketahui sikap yang ada dalam setiap pernyataan/subindikator dalam angket (kuisioner) yang digunakan oleh peneliti. Oleh karena itu, langkah selanjutnya yang dapat dilakukan adalah melakukan analisis SWOT untuk menentukan strategi pembelajaran kemampuan membaca pemahaman. Analisis SWOT adalah salah satu tahap dalam manajemen strategi yang merupakan pendekatan analisis lingkungan. (Sagala, 2007:140) Proses penilaian kekuatan, kelemahan, peluang, dan hambatan secara umum menunjuk pada dunia bisnis sebagai analisis SWOT. Analisis SWOT menyediakan para pengambil keputusan organisasi akan informasi yang dapat menyiapkan dasar dan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
40
pertimbangan dalam pengambilan keputusan dan tindakan. Analisis SWOT (Susanto, 2014:133) adalah perangkat analisa yang popular, terutama untuk kepentingan perumusan strategi. Kemampuan analisis SWOT bertahan sebagai alat perencanaan yang masih terus digunakan sampai saat ini, membuktikan kehebatan analisis dalam pandangan seorang dosen. Jadi agar dapat menentukan strategi pembelajaran yang sesuai berdasarkan aspek membaca pemahaman digunakan analisis SWOT yang bertujuan untuk menentukan kelemahan dan kelebihan yang berasal dari faktor internal, sedangkan untuk ancaman dan peluang berasal dari faktor ekternal membaca. Kemudian setelah diketahui kelebihan, kekurangan, ancaman dan peluang di setiap aspek membaca pemahaman peneliti menentukan strategi pembelajaran yang sesuai atas enam aspek membaca pemahama yang sebelumnya diketahui apakah pada aspek yang bersangkutan mahasiswa dinyatakan lulus atau tidak.
3.5.2 Teknik Analisis Data Tes Kemampuan Membaca Pemahaman Untuk mengukur tingkat kemampuan membaca pemahaman mahasiswa dilakukan analisis data dengan langkah-langkah sebagai berikut. a) Data skor hasil tes kemampuan membaca pemahaman ditabulasikan dan digunakan sebagai persiapan untuk menghitung tingkat kemampuan membaca pemahaman mahasiswa PBSI semester VI kelas B. b) Mencari Nilai Rata-Rata (Mean) Nilai rata-rata dihitung dengan rumus: =
∑
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
41
Keterangan: = Nilai rata-rata ∑X
= Jumlah skor
N
= Jumlah mahasiswa
c) Menentukan Simpangan Baku Simpangan baku dihitung dengan rumus: S=
∑
∑
− [ ]2
Keterangan: S
= Simpangan baku
∑X
= Jumlah skor
∑
= Jumlah skor yang dikuadratkan
N
= Jumlah mahasiswa
d) Mengkonversi ke dalam skala 5 Setelah menghitung nilai rata-rata dan simpangan baku, skor dikonversikan ke dalam skala 5. Adapun rinciannya sebagai berikut. Tabel 3.6. Kategori Skala 5 Skala 5 5 4 3 2 1
Skor Mentah M + 1,5(S) M + 0,5 (S) M - 0,5(S) M - 1,5 (S) Di bawah M - 1,5 (S)
Kategori Sangat mampu Mampu Cukup mampu Kurang mampu Tidak mampu
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi Data Pelaksanaan Penelitian Pelaksanaan penelitian dilakukan di Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Universitas Sanata Dharma terletak di Mrican Tromol Pos 29 Yogyakarta 55022. Pengambilan data angket dan tes dilakukan pada hari Jumat, 18 April 2015 di ruang K.30 Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Responden dalam penelitian ini adalah mahasiswa semester VI kelas B Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang berjumlah 35 mahasiswa dan 35 orang mahasiswa ini dinyatakan sebagai populasi dalam penelitian, tetapi pada hari pengambilan data yang hadir hanya 30 mahasiswa dan yang mengikuti tes saat pengambilan data hanya 28 mahasiswa (dua mahasiswa sudah mengerjakan tes di kelas sebelumnya dan lima mahasiswa tidak hadir). Maka terdapat 28 mahasiswa yang dijadikan sampel dalam penelitian ini. Populasi dalam penelitian ini, yaitu mahasiswa semester VI kelas B Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Pengambilan data berlangsung selama satu hari dan membutuhkan waktu dua jam untuk mengerjakan angket dan tes membaca pemahaman. Pengambilan data berjalan dengan baik dan lancar karena didukung dengan ruang kelas yang memiliki sirkulasi udara dan penerangan yang sangat baik. selain itu, responden juga dapat menciptakan situasi yang kondusif saat mengerjakan angket dan tes, sehingga semua proses pengambilan data berjalan dengan baik dan lancar.
42
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
43
Selanjutnya pengambilan data melalui teknik observasi dilakukan pada hari Senin tanggal 20 April 2015 dari pukul 07.00-09.45 WIB di ruang kelas S303 Universitas Sanata Dharma yogyakarta. Kemudian pada hari Jumat, tanggal 24 April 2015 peneliti melakukan wawancara terhadap beberapa mahasiswa PBSI semester VI kelas B Universitas Sanata Dharma yang mendapatkan nilai tes kemampuan membaca pemahaman tinggi.
4.2 Analisis Data Observasi Data observasi untuk mengetahui situasi pembelajaran di kelas. Ketika melakukan observasi, peneliti menggunakan panduan. Panduan digunakan untuk mengamati perkuliahan mengenai apa yang dilakukan oleh dosen dan mahasiswa selama proses perkuliahan berlangsung. Keadaan kelas ketika melakukan observasi sesuai dengan aspek – aspek yang dirumuskan menujukkan situasi proses perkuliahan berlangsung seperti layaknya proses perkuliahan biasa. Mahasiswa mengikuti perkuliahan seperti biasa dan tidak mengetahui jika sedang dilakukan observasi. Pada awal perkuliahan, situasi kelas masih ramai meskipun dosen sudah berada di dalam kelas dan sudah siap untuk mengajar. Pendekatan yang digunakan oleh dosen saat mengajar yaitu pendekatan komunikatif, dengan menggunakan pendekatan komunikatif akan membuat timbulnya interaksi antara dosen dan mahasiswa. Metode yang digunakan dalam perkuliahan adalah metode presentasi kelompok, diskusi, dan ceramah. Metode ceramah digunakan dosen untuk memberikan penguatan atau peneguhan atas materi yang disampaikan.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
44
Proses perkulihan dilanjutkan dengan presentasi kelompok. Pada hari itu ada dua kelompok berpresentasi. Saat presentasi ada kelompok yang mengawali kegiatan presentasi dengan menggunakan pre test
dan di akhir presentasi
menggunakan post test. Dengan adanya pre test dan post test dapat dilihat tingkat pemahaman mahasiswa yang memperhatikan dan kesiapan mahasiswa mengikuti proses perkuliahan. Setelah presentasi selesai barulah dosen memberikan peneguhan dan pembenaran untuk pertanyaan tersebut. Situasi perkuliahan berlangsung baik, tetapi kurang demokratis karena hanya ada beberapa mahasiswa yang terlibat aktif dalam diskusi setelah presentasi kelompok selesai. Pada saat mengajar dosen menggunakan media pembelajaran, yaitu papan tulis, spidol, dan multimedia. Sebelum mengakhiri proses perkuliahan dengan memberikan kesimpulan akhir perkuliahan, dosen menyampaikan tugas yang harus dikerjakan oleh mahasiswa dan dikumpulkan pada pertemuan selanjutnya. Tugas tersebut dimaksudkan sebagai bentuk evaluasi hasil dari pembembelajaran yang dilalui pada hari itu sehingga pada akhir proses perkuliahan dosen menyampaikan kesimpulan dari materi yang dipelajari. Di akhir proses perkuliahan mahasiswa tidak membuat kesimpulan sendiri, tetapi bersama dengan dosen. Untuk refleksi di akhir perkuliahan, mahasiswa tidak membuatnya. Berdasarkan hasil observasi ini, proses perkuliahan yang berlangsung mengarahkan mahasiswa PBSI semester VI kelas B Universitas Sanata Dharma Yogyakarta untuk menerapkan membaca pemahaman. Membaca pemahaman diterapkan pada awal proses perkuliahan dan pada saat presentasi kelompok. Pada awal perkuliahan berlangsung dosen mengajukan pertanyaan terkait materi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
45
presentasi minggu lalu dan materi yang akan dibahas pada hari itu. Hal itu dilakukan untuk mengetahui tingkat kemampuan membaca pemahaman yang dimiliki oleh mahasiswa dan kesiapan mahasiswa dalam mengikuti perkuliahan. Cara dosen mengajar dengan menggunakan pendekatan komunikatif. Teknik pembelajaran yang digunakan, yaitu teknik presentasi kelompok, diskusi, dan ceramah. Pendekatan dan teknik yang digunakan oleh dosen dapat menunjukan adanya interaksi yang baik antara dosen dengan mahasiswa. Selain itu, dosen juga memberi balikan yang baik ketika menjawab pertanyaan mahasiswa. Mahasiswa juga membuat catatan atau rangkuman penting atas materi yang dibahas jika mereka tidak bertanya. Sebelum menyampaikan kesimpulan akhir perkuliahan dosen memberikan tugas kepada mahasiswa. Tugas ini digunakan sebagai evaluasi hasil pembelajaran. Namun, di akhir perkuliahan dosen tidak mengajak mahasiswa untuk membuat refleksi, baik itu refleksi lisan maupun tertulis.
4.3 Analisis Faktor Membaca dan Analisis SWOT Untuk
menentukan
strategi
pembelajaran
kemampuan
membaca
pemahaman langkah yang peneliti lalui, yaitu melakukan analisis faktor membaca untuk menentukan sikap positif dan sikap negatif yang ada dalam diri mahasiswa. Selanjutnya membuat analisis SWOT atas hasil analisis faktor membaca dan mengelompokkannya ke dalam empat kelompok yaitu kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman. Berikut ini penjelasnya.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
46
4.3.1 Analisis Data Angket Faktor Membaca Angket faktor membaca merupakan instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data tentang faktor yang mempengaruhi membaca pada diri setiap mahasiswa PBSI semester VI kelas B Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Angket faktor membaca terdiri dari 101 butir pernyataan (indikator). Di dalam angket faktor membaca memaparkan faktor apa saja yang mempengaruhi kemampuan membaca pemahaman pada diri mahasiswa. Secara garis besar faktor membaca dibedakan menjadi dua, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Berikut ini dijelaskan faktor internal dan faktor eksternal yang mempengaruhi membaca mahasiswa semester VI kelas B Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Data angket faktor membaca dianalisis menggunakan skala Likert. Rentang skor yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu skor satu sampai lima dengan rincian sebagai berikut, 5 = sangat setuju, 4 = setuju, 3 = tidak memiliki pilihan, 2 = tidak setuju, dan 1 = sangat tidak setuju. Langkah – langkah yang digunakan untuk mengetahui hasil data dari angket faktor membaca yaitu, (1) data yang sudah terkumpul pada tabulasi (terlampir) kemudian dihitung jumlah mahasiswa yang memilih untuk setiap rentang skor. Misalnya pada rentang skor lima terdapat 11 mahasiswa yang memilih, (2) setelah diketahui jumlah mahasiswa yang memilih di setiap rentang skor selanjutnya jumlah mahasiswa yang memilih dikalikan dengan rentang skor. Misanya, 11 mahasiswa dikalikan dengan lima, (3) setelah semua rentang skor dikalikan dengan jumlah mahasiswa langkah selanjutnya yaitu menentukan nilai tertinggi. Cara untuk mendapatkan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
47
nilai tertinggi, yaitu rentang skor tertinggi dikalikan dengan jumlah keseluruhan mahasiswa yang menjadi responden dalam penelitian ini, sedangkan untuk cara mendapatkan skor terendah, yaitu rentang skor terendah dikalikan dengan jumlah keseluruhan mahasiswa yang menjadi responden dalam penelitian ini. (4) langkah terakhir menentukan kriteria interpretasi skor dengan rumus total perhitungan skor dibagi skor tertinggi kemudian dikalikan 100%. Berikut ini kategori interpretasi skor berdasarkan skala Likert. Tabel 4.1 Kategori Faktor Membaca Rentang Skor 81% - 100% 61% - 80% 41% - 60% 21% - 40% 0% - 20%
Kategori Sangat tinggi Tinggi Cukup Rendah Sangat rendah
Berdasarkan kategori di atas, analisis faktor yang mempengaruhi kemampuan membaca dapat dianalisis sebagai berikut. 4.3.1.1 Faktor Internal Faktor internal adalah faktor yang ada dalam diri mahasiswa yang dapat mempengaruhi kemampuan membaca, faktor internal berupa (a) indikator motivasi, (b) indikator sikap dan minat, (c) indikator kebiasaan, (d) indikator emosi dan kondisi kesehatan, (e) indikator pengalaman yang dimiliki, (f) pengetahuan tentang cara membaca, (g) indikator ketertarikan terhadap bacaan dan kebermanfaatan bagi pembaca, (h) indikator tingkat intelegensi, dan (i) indikator penguasaan bahasa. Secara berturut-turut, analisis faktor internal dapat dideskripsikan sebagai berikut.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
48
a. Indikator Motivasi Indikator motivasi adalah dorongan seseorang untuk melakukan sesuatu tindakan. Berkaitan dengan angket penelitian, berbagai dorongan untuk melakukan sesuatu tindakan dapat dilihat melalui subindikator seperti (1) dorongan menyelesaikan tugas secara tepat waktu, (2) dorongan untuk mencapai prestasi setinggi-tingginya dengan cara rajin membaca, (3) dorongan membaca atas kesadaran diri sendiri bukan karena orang lain, (4) dorongan untuk segera mencari bahan bacaan dan membaca jika diberi tugas membaca oleh dosen, (5) dorongan untuk membaca literatur dari berbagai sumber, (6) dorongan untuk membaca setiap akan melakukan ujian tengah semester atau akhir semester, dan (7) dorongan untuk membuat target membaca. Secara berturut-turut, berdasarkan hasil angket dapat disajikan dalam tabel berikut. Tabel 4.2 Indikator Motivasi No
1
2
3
4
5
Subindikator
Jika diberi tugas membaca oleh dosen, saya berusaha menyelesaikannya tepat waktu. Selama perkuliahan, saya ingin mencapai prestasi setinggitingginya dengan cara rajin membaca. Saya membaca bukan karena dorongan orang lain tetapi tumbuh dari kesadaran sendiri. Jika diberi tugas membaca oleh dosen saya sesegera mungkin mencari bahan dan segera membacanya. Dalam setiap perkuliahan, saya tidak pernah membaca literatur dari berbagai sumber dengan
1 (STS)
Rentang Skor 2 3 4 (TS) (TMP) (S)
5 (SS)
1
7
4
13
3
0
1
5
16
6
1
0
5
14
8
0
2
3
18
5
1
15
5
6
1
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
6
7
tujuan untuk melebihi kemampuan teman-teman saya. Jika akan menempuh ujian tengah semester atau akhir semester, dorongan membaca saya sangat kuat. 0 Target membaca yang saya inginkan tidak pernah saya 0 tentukan ketika membaca.
1
1
18
8
7
3
15
3
49
Berdasarkan indikator motivasi dengan tujuh subindikatornya, tabel 4.2 di atas masing-masing dapat dijelaskan sebagai berikut. Subindikator pertama “kesediaan mahasiswa untuk menyelesaikan tugas tepat waktu jika diberi tugas oleh dosen” memperlihatkan kondisi yang bervariasi. Jika pilihan sangat setuju dan setuju dipandang sebagai sikap positif berarti terdapat 16 atau 57% mahasiswa yang menyatakan bersedia menyelesaikan tugas secara tepat waktu. Berdasarkan kriteria yang ada, jumlah tersebut termasuk kategori cukup tinggi. Sebaliknya, dengan subindikator yang sama, apabila pilihan sangat tidak setuju dan sangat tidak setuju dipandang negatif berarti terdapat 8 atau 29% mahasiswa yang tidak menyelesaikan tugas tepat waktu. Berdasarkan kriteria yang ada jumlah tersebut termasuk kategori rendah. Namun, masih ada 4 atau 14,3% mahasiswa yang belum jelas sikapnya. Berdasarkan kriteria yang ada, jumlah tersebut termasuk kategori sangat rendah. Subindikator kedua “selama perkuliahan, mahasiswa ingin mencapai prestasi setinggi-tingginya dengan cara rajin membaca”. Berdasarkan data yang ada, jika pilihan sangat setuju dan setuju dimasukkan dalam kategori sama, yaitu sikap positif berarti terdapat 22 atau 79% mahasiswa yang memiliki dorongan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
50
untuk mencapai prestasi setinggi-tingginya dengan rajin membaca. Berdasarkan kriteria, jumlah tersebut termasuk kategori tinggi. Sebaliknya, dengan subindikator yang sama, jika pilihan sangat tidak setuju dan tidak setuju dimasukkan ke dalam kategori yang sama yaitu sikap negatif, terdapat sebanyak 1 atau 4% mahasiswa tidak memiliki dorongan untuk mencapai prestasi setinggi-tingginya dengan rajin membaca. Berdasarkan kriteria, jumlah tersebut termasuk kategori sangat rendah. Namun, masih ada 5 atau 18% mahasiswa yang belum jelas sikapnya. Berdasarkan kriteria yang ada, jumlah tersebut termasuk dalam kategori sangat rendah. Subindikator ketiga “membaca bukan karena dorongan orang lain tetapi tumbuh dari kesadaran sendiri”. Berdasarkan data yang ada, jika pilihan setuju dimasukkan ke dalam kategori sikap positif, terdapat 22 atau 79% mahasiswa yang menyatakan membaca bukan karena dorongan orang lain tetapi tumbuh dari kesadaran sendiri. Jumlah tersebut termasuk kategori tinggi. Sebaliknya, dengan subindikator yang sama, jika pilihan sangat tidak setuju dan tidak setuju dimasukkan ke dalam kategori sikap negatif berarti terdapat 1 atau 4% mahasiswa yang menganggap bahwa membaca tidak tumbuh atas kesadaran sendiri. Berdasarkan kriteria yang ada, jumlah tersebut termasuk kategori sangat rendah. Namun, masih ada 5 atau 18% mahasiswa yang belum jelas sikapnya. Jumlah tersebut termasuk kategori sangat rendah. Subindikator keempat “jika diberi tugas membaca oleh dosen, saya sesegera mingkin mencari bahan dan segera membacanya”. Jika pilihan sangat setuju dan setuju dimasukkan dalam kategori yang sama, yaitu sikap positif
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
51
terdapat 23 atau 82,14% mahasiswa segera mencari bahan bacaan. Jumlah tersebut termasuk dalam kategori sangat tinggi. Sebaliknya, dengan subindikator yang sama, apabila pilihan sangat tidak setuju dan tidak setuju dimasukkan ke dalam kategori yang sama, yaitu sikap negatif terdapat 2 atau 7,14% mahasiswa tidak segera mencari bahan bacaan. Berdasakan kriteria yang ada, jumlah tersebut termasuk dalam kategori sangat rendah. Namun, masih ada 3 atau 10,71% mahasiswa yang belum jelas sikapnya. Jumlah tersebut termasuk dalam kategori sangat rendah. Subindikator kelima “dalam setiap perkuliahan, mahasiswa tidak pernah membaca literatur dari berbagai sumber dengan tujuan untuk melebihi kemampuan teman-temannya”. Jika pilihan sangat setuju dan setuju dimasukkan dalam kategori yang sama, yaitu sikap positif terdapat 7 atau 25% mahasiswa tidak pernah membaca literatur dari berbagai sumber dengan tujuan untuk melebihi kemampuan temannya. Berdasarkan kriteria yang ada, jumlah tersebut termasuk dalam kategori rendah. Sebaliknya, dengan subindikator yang sama, apabila pilihan sangat tidak setuju dan tidak setuju dimasukkan ke dalam kategori yang sama, yaitu sikap negatif berarti terdapat 16 atau 57,14% mahasiswa yang membaca literatur dari berbagai sumber dengan tujuan untuk melebihi kemampuan temannya. Berdasakan kriteria yang ada, jumlah tersebut termasuk dalam kategori cukup tinggi. Namun, masih ada 5 atau 18% mahasiswa yang belum jelas sikapnya. Jumlah tersebut termasuk dalam kategori sangat rendah.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
52
Subindikator keenam “jika akan menghadapi ujian tengah semester atau akhir semester, dorongan membaca mahasiswa sangat kuat”. Berdasarkan data yang ada, apabila pilihan sangat setuju dan setuju dimasukkan ke dalam kategori sikap positif, berarti terdapat 26 atau 93% mahasiswa yang memiliki dorongan membaca sangat kuat ketika akan menghadapi ujian tengah dan akhir semester. Jumlah tersebut termasuk kategori sangat tinggi. Sebaliknya, dengan subindikator yang sama terdapat 1 atau 4% mahasiswa yang tidak setuju jika dorongan membaca menjadi sangat kuat ketika akan menghadapi ujian. Jumlah tersebut termasuk kategori sangat rendah. Subindikator ketujuh “target membaca yang mahasiswa inginkan tidak pernah mereka tentukan ketika membaca”. Jika pilihan sangat setuju dan setuju dimasukkan ke dalam kategori sikap positif, sebanyak 18 atau 64,3% mahasiswa tidak menentukan target membaca. Jumlah tersebut termasuk kategori tinggi. Sebaliknya, dengan subindikator yang sama. Jika pilihan sangat tidak setuju dan tidak setuju ke dalam kategori sama yaitu sikap negatif maka terdapat 7 atau 25% mahasiswa menyatakan diri menentukan target membaca. Namun, masih terdapat 3 atau 11% mahasiswa yang belum jelas sikapnya. Jumlah tersebut termasuk kategori sangat rendah. b. Indikator Sikap dan Minat Pembaca Minat adalah keinginan atau kesadaran yang ada dalam diri seseorang untuk melakukan sesuatu tanpa menunggu orang lain meminta melakukannya. Berkaitan dengan angket penelitian, berbagai keinginan yang tumbuh dalam diri mahasiswa untuk melakukan suatu tindakan sesuai dengan niatnya dapat dilihat melalui
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
53
subindikator seperti: (1) keinginan memperoleh bahan bacaan yang dapat dibaca setiap hari, (2) keinginan untuk mencari jawaban atas suatu masalah melalui membaca, (3) keinginan untuk mendiskusikan dengan teman mengenai isi bacaan yang telah dibaca, (4) keinginan pergi ke toko buku membeli bahan bacaan jika di rumah tidak memiliki atau tidak tersedia di perpustakaan pribadi, (5) keinginan untuk membaca kembali bacaan yang pernah dibaca untuk menyegarkan ingatan, (6) keinginan untuk mengungkapkan gagasan hasil membaca secara tertulis dalam bentuk artikel, makalah,atau bentuk lain, (7) keinginan untuk membeli buku setiap ada buku baru terbit, dan (8) keinginan untuk mencari bahan bacaan ketika mendapat tugas membaca dari dosen tetapi setelah tugas lain sudah mahasiswa selesaikan. Secara berturut-turut dapat dideskripsikan sebagai berikut. Tabel 4.3 Indikator Sikap dan Minat Pembaca No
1
2 3
4
5
6
Subindikator
Saya merasa ingin memperoleh bahan bacaan yang dapat dibaca setiap hari. Saya ingin mencari jawaban atas suatu masalah melalui membaca. Saya merasa perlu mendiskusikan dengan teman mengenai isi bacaan yang telah saya baca. Saya ke toko buku untuk membeli bacaan jika di rumah tidak memiliki atau tidak tersedia di perpustakaan pribadi. Saya ingin membaca kembali bacaan yang pernah saya baca untuk menyegarkan ingatan. Setelah membaca, saya berkeinginan mengungkapkan gagasan hasil membaca secara
1 (STS)
Rentang Skor 2 3 4 (TS) (TMP) (S)
5 (SS)
1
4
8
13
2
0
2
3
18
5
0
3
6
13
6
0
6
1
14
7
0
1
5
17
5
0
10
9
8
1
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
7 8
tertulis dalam bentuk artikel, makalah,atau bentuk lain. Jika ada buku yang baru terbit, 1 saya ingin membelinya. Jika diberi tugas membaca oleh dosen, saya mencari bahan 0 bacaan setelah tugas lain saya selesaikan.
10
8
8
1
0
2
21
5
54
Berdasarkan indikator sikap dan minat pembaca dengan kedelapan subindikatornya, tabel 4.3 masing-masing dapat dijelaskan sebagai berikut. Subindikator “merasa ingin memperoleh bahan bacaan yang dapat dibaca setiap hari” memperlihatkan kondisi yang bervariasi. Jika pilihan sangat setuju termasuk dalam sikap positif maka terdapat 15 atau 54% mahasiswa yang menyatakan berkeinginan memperoleh bahan bacaan setiap hari. Jumlah tersebut termasuk kategori cukup. Sebaliknya, dengan subindikator yang sama, apabila pilihan sangat tidak setuju dan sangat tidak setuju dikategorikan sebagai sikap negatif, terdapat 5 atau 18% mahasiswa yang tidak berkeinginan memperoleh bahan bacaan setiap hari. Berdasarkan kriteria yang ada jumlah tersebut termasuk kategori sangat lemah. Namun, terdapat 8 atau 29% mahasiswa yang belum jelas sikapnya. Indikator sikap dan minat pembaca dengan subindikator “ingin mencari jawaban atas suatu masalah melalui membaca”. Berdasarkan data yang ada, apabila pilihan sangat setuju dan setuju dimasukkan ke dalam kategori sikap positif, berarti terdapat 23 atau 82,14% mahasiswa yang ingin mencari jawaban atas suatu masalah melalui membaca. Jumlah tersebut termasuk kategori sangat tinggi. Sebaliknya, dengan subindikator yang sama. Jika pilihan sangat tidak
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
55
setuju dimasukkan ke dalam kategori sikap negatif maka terdapat sebanyak 2 atau 7,14% mahasiswa yang tidak ingin mencari jawaban atas suatu masalah melalui membaca. Berdasarkan kriteria yang ada jumlah tersebut termasuk dalam kategori sangat rendah. Namun, masih ada 3 atau 11% mahasiswa yang belum jelas sikapnya. Indikator sikap dan minat pembaca dengan subindikator “merasa perlu mendiskusikan dengan teman mengenai isi bacaan yang telah dibaca”. Berdasarkan data yang ada, apabila pilihan setuju dan sangat setuju dimasukkan ke dalam kategori sikap positif, terdapat 19 atau 68% mahasiswa menyatakan merasa perlu mendiskusikan dengan teman mengenai isi bacaan yang telah dibaca. Jika pilihan sangat tidak setuju dan tidak setuju dimasukkan ke dalam kategori sikap negatif maka terdapat 3 atau 11% mahasiswa merasa tidak perlu mendiskusikan mengenai isi bacaan yang telah dibaca dengan teman. Berdasarkan kriteria yang ada, jumlah tersebut termasuk ke dalam kategori sangat rendah. Namun, masih ada 6 atau 21,42% mahasiswa yang belum jelas sikapnya. Indikator sikap dan minat pembaca dengan subindikator “mahasiswa pergi ke toko buku untuk membeli bacaan jika di rumah tidak memiliki atau tidak tersedia diperpustakaan pribadi”. Berdasarkan data yang ada, jika pilihan setuju dan sangat setuju dimasukkan ke dalam kategori yang sama dipandang positif, berarti ada sebanyak 21 atau 75% mahasiswa yang pergi ke toko buku membeli buku bacaan yang tidak tersedia di rumah maupun di perpustaakan pribadi. Sebaliknya, dengan subindikator yang sama, apabila pilihan sangat tidak setuju dan tidak setuju dimasukkan ke dalam kategori yang sama dipandang
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
56
negatif terdapat 6 mahasiswa atau 21,42% yang tidak menganggap bahwa merasa perlu mendiskusikan dengan teman mengenai isi bacaan yang telah dibaca. Namun, masih ada 1 mahasiswa atau 4% mahasiswa yang belum jelas sikapnya. Indikator sikap dan minat pembaca dengan subindikator “mahasiswa ingin membaca kembali bacaan yang pernah dibaca untuk menyegarkan ingatan”. Jika pilihan sangat setuju dan setuju dimasukkan ke dalam kategori yang sama yaitu sikap positif maka sebanyak 22 atau 79% mahasiswa membaca kembali bacaan yang pernah dibaca untuk menyegarkan ingatan. Jika pilihan sangat tidak setuju dan tidak setuju dikategorikan ke dalam kategori sikap negatif maka terdapat 1 atau 4% mahasiswa tidak membaca kembali bacaan yang pernah dibaca untuk menyegarkan ingatan. Namun, masih terdapat 5 atau 29% mahasiswa yang belum jelas sikapnya. Indikator sikap dan minat pembaca dengan subindikator “setelah membaca, mahasiswa berkeinginan mengungkapkan gagasan hasil membaca secara tertulis dalam bentuk artikel, makalah, atau bentuk lain”, dengan subindikator ini apabila pilihan sangat setuju dan setuju dimasukkan ke dalam kategori sikap positif, berarti sebanyak 9 atau 32,14% mahasiswa berkeinginan mengungkapkan gagasan hasil membaca secara tertulis dalam bentuk artikel, makalah, atau bentuk lain. Sebaliknya, dengan subindikator yang sama, jika pilihan sangat tidak setuju dan tidak setuju ke dalam kategori sama dipandang negatif, berarti terdapat 10 atau 35,71% yang tidak memiliki keinginan untuk mengungkapkan gagasan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
57
hasil membaca secara tertulis. Namun, masih terdapat 9 atau 32,14% mahasiswa yang belum jelas sikapnya. Indikator sikap dan minat pembaca dengan subindikator “jika ada buku yang baru terbit, mahasiswa ingin membelinya”. Jika pilihan sangat setuju dan setuju pada subindikator di atas dimasukkan ke dalam kategori yang sama dipandang positif, berarti sebanyak 9 atau 32,14% mahasiswa dinyatakan membeli buku jika ada buku yang baru terbit. Berdasarkan kriteria yang ada, jumlah tersebut termasuk kategori rendah. Sebaliknya, dengan subindikator yang sama apabila pilihan sangat tidak setuju dan tidak setuju ke dalam kategori sikap negatif, maka dapat diketahui bahwa terdapat 11 atau 39,3% mahasiswa yang tidak membeli buku jika ada buku yang baru terbit. Namun, masih terdapat 8 atau 29% mahasiswa yang belum jelas sikapnya. Indikator sikap dan minat pembaca dengan subindikator “jika diberi tugas membaca oleh dosen, mahasiswa mencari bahan bacaan setelah tugas lain mereka selesaikan” dengan subindikator ini apabila pilihan sangat setuju dan setuju dimasukkan ke dalam kategori yang sama dipandang sebagai sikap positif, sebanyak 26 atau 93% mahasiswa dinyatakan mencari bahan bacaan setelah tugas lain mereka selesaikan ketika diberi tugas membaca oleh dosen. Sebaliknya, dengan subindikator yang sama, jika pilihan sangat tidak setuju dan tidak setuju ke dalam kategori sama dipandang negatif, berarti terdapat 0 atau 0% mahasiswa yang segera mencari bahan bacaan ketika mendapat tugas membaca dari dosen. Berdasarkan kategori yang ada, jumlah tersebut termasuk
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
58
dalam kategori sangat rendah. Namun, masih terdapat 2 atau 7,14% mahasiswa yang belum jelas sikapnya. c. Indikator Kebiasaan Membaca Indikator kebiasaan mahasiswa, kebiasaan adalah suatu kegiatan yang dilakukan sehari-hari. Kebiasaan mahasiswa juga bagian dari faktor internal yang terdapat dalam diri mahasiswa yang memengaruhi kemampuan membaca setiap individu mahasiswa. Subindikator kebiasaan membaca mencakup (1) membaca sudah menjadi kebutuhan hidup yang tidak dapat ditinggalkan, (2) kebiasaan meletakkan buku yang akan dibaca pada tempat yang mudah dijangkau, (3) kebiasaan untuk tidak mudah percaya dengan pendapat orang lain sebelum membaca sendiri sumber aslinya, (4) kebiasaan mengonfirmasi gagasan orang lain melalui bacaan yang relevan, (5) kebiasaan untuk melakukan kegiatan membaca setiap hari, (6) kebiasaan menyusun jadwal untuk membaca, (7) kebiasaan untuk membawa bahan bacaan kemana pun pergi, dan (8) kebiasaan untuk menentukan target yang jelas untuk melakukan kegiatan membaca. Secara berturut-turut dapat dideskripsikan sebagai berikut. Tabel 4.4 Kebiasaan Membaca No
Subindikator 1 (STS)
1
2
3
Membaca sudah menjadi kebutuhan hidup saya yang tidak 1 dapat saya tinggalkan. Buku – buku yang akan saya baca saya siapkan di tempat yang 0 mudah saya jangkau. Saya tidak mudah percaya dengan pendapat orang lain sebelum membaca sendiri 0
Rentang Skor 2 3 4 (TS) (TMP) (S)
5 (SS)
3
11
9
4
3
2
18
5
4
6
12
6
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
4
5 6 7 8
sumber aslinya. Saya mengonfirmasi gagasan orang lain melalui bacaan yang relevan. Saya memiliki kecenderungan untuk membaca setiap hari. Saya menyusun jadwal teratur untuk membaca setiap hari. Saya membawa bahan bacaan kemana pun pergi. Dalam keseharian, saya selalu menentukan target yang jelas untuk melakukan kegiatan membaca.
1
2
6
19
0
1
12
10
4
1
4
12
8
3
1
3
13
6
6
0
0
11
11
4
2
59
Subindikator yang terdapat dalam indikator kebiasaan mahasiswa pada tabel 4.4 masing-masing dapat dijelaskan sebagai berikut. Subindikator “membaca sudah menjadi kebutuhan hidup saya yang tidak dapat saya tinggalkan” memperlihatkan kondisi yang bervariasi. Jika pilihan sangat setuju dipandang positif maka terdapat 13 atau 46,42% mahasiswa yang menyatakan membaca sudah menjadi kebutuhan hidup yang tidak dapat ditinggalkan. Berdasarkan kriteria yang ada, jumlah tersebut termasuk kategori cukup. Sebaliknya, pada subindikator yang sama apabila pilihan sangat tidak setuju dan sangat tidak setuju dipandang negatif, terdapat 4 atau 14,3% mahasiswa menganggap membaca bukan merupakan kebutuhan yang tidak dapat ditinggalkan. Berdasarkan kriteria yang ada jumlah tersebut termasuk kategori sangat rendah. Namun, masih ada 11 atau 39,3% mahasiswa belum jelas sikapnya. Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan oleh peneliti, subindikator atau pernyataan di atas menunjukkan sikap positif karena pernyataan tersebut
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
60
merupakan pernyataan positif dan jumlah mahasiswa yang setuju lebih banyak dibandingkan dengan mahasiswa yang tidak setuju. Indikator kebiasaan membaca dengan subindikator “buku – buku yang akan mahasiswa baca, mereka siapkan di tempat yang mudah dijangkau”. Berdasarkan data yang ada, apabila pilihan sangat setuju dan setuju dimasukkan dalam kategori sikap positif, dinyatakan 23 atau 82,14% mahasiswa terbiasa menyiapkan buku yang akan dibaca di tempat yang mudah dijangkau. Sebaliknya, apabila pilihan sangat tidak setuju dan tidak setuju dimasukkan ke dalam kategori sikap negatif, berarti terdapat 3 atau 11% mahasiswa tidak terbiasa menyiapkan buku yang mereka baca di tempat yang mudah mereka jangkau. Namun, masih ada 2 pilihan atau 7,14% yang belum jelas sikapnya. Indikator kebiasaan membaca dengan subindikator “saya tidak mudah percaya dengan pendapat orang lain sebelum membaca sendiri sumber aslinya”. Jika pilihan setuju dan sangat setuju dalam subindikator di atas dimasukan ke dalam kategori yang sama, yaitu dipandang positif maka terdapat 18 atau 64,3% mahasiswa yang tidak mudah percaya dengan pendapat orang lain sebelum membaca sendiri sumber aslinya. Sebaliknya, apabila pilihan sangat tidak setuju dan tidak setuju dimasukkan ke dalam kategori sikap negatif, terdapat 4 atau 14,3% mahasiswa yang mudah percaya dengan pendapat orang lain dan tidak membaca sendiri sumber aslinya. Namun, masih ada 6 atau 21,42% mahasiswa yang belum jelas sikapnya. Indikator
kebiasaan
membaca
dengan
subindikator
“mahasiswa
mengonfirmasi gagasan orang lain melalui bacaan yang relevan”. Jika pilihan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
61
sangat setuju dan setuju pada subindikator di atas dimasukkan ke dalam kategori yang sama yaitu sikap positif, berarti sebanyak 19 atau 68% mahasiswa dinyatakan mengonfirmasi gagasan orang lain melalui bacaan yang relevan. Berdasarkan kriteria yang ada, jumlah tersebut termasuk kategori tinggi. Sebaliknya, apabila pilihan sangat tidak setuju dan tidak setuju ke dalam kategori sama dipandang negatif, berarti terdapat 3 atau 11% mahasiswa yang tidak mengonfirmasi gagasan orang lain melalui bacaan yang relevan. Berdasarkan kriteria yang ada, jumlah tersebut termasuk dalam kategori sangat rendah. Namun, masih terdapat 6 atau 21,42% mahasiswa yang belum jelas sikapnya. Indikator kebiasaan membaca dengan subindikator “saya memiliki kecenderungan untuk membaca setiap hari”. Jika pilihan sangat setuju dan setuju pada subindikator di atas dimasukkan ke dalam kategori yang sama dipandang sebagai sikap positif maka sebanyak 5 atau 18% mahasiswa memiliki kecenderungan untuk membaca setiap hari. Berdasarkan kriteria yang ada, jumlah tersebut termasuk kategori sangat rendah. Sebaliknya, apabila pilihan sangat tidak setuju dan tidak setuju dimasukkan ke dalam kategori sama dipandang sebagai sikap negatif, terdapat 13 pilihan atau 46,42% mahasiswa yang tidak memiliki kecenderungan untuk membaca setiap hari. Namun, masih terdapat 10 pilihan mahasiswa atau 35,71% yang belum jelas sikapnya. Indikator kebiasaan membaca dengan subindikator “mahasiswa menyusun jadwal teratur untuk membaca setiap hari” menunjukkan sikap negatif karena pernyataan tersebut merupakan pernyataan positif, tetapi mahasiswa lebih banyak
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
62
memilih tidak setuju. Berikut ini merupakan penjelasan subindikator atau pernyataan di atas menunjukkan sikap negatif. Terdapat sebanyak 4 atau 14,3% mahasiswa menyusun jadwal teratur untuk membaca setiap hari. Sebaliknya, dengan subindikator yang sama, terdapat 16 atau 57,14% mahasiswa tidak memiliki kebiasaan menyusun jadwal teratur untuk membaca setiap hari. Selain itu, terdapat 8 atau 29% mahasiswa yang belum jelas sikapnya. Indikator kebiasaan membaca dengan subindikator “mahasiswa membawa bahan bacaan kemana pun pergi” menunjukkan sikap negatif karena pada pernyataan atau subindikator ini merupakan pernyataan positif, tetapi mahasiswa lebih banyak tidak menyetujuinya. Berikut ini penjelasan jumlah mahasiswa yang memilih setuju, tidak setuju, maupun yang tidak memiliki pilihan. Pada pernyataan atau subindikator di atas terdapat 6 atau 21,42% mahasiswa yang setuju membawa bahan bacaan kemanapun mereka pergi. Selanjutnya, terdapat 16 atau 57,14% mahasiswa yang tidak setuju membawa bahan bacaan kemanapun mereka pergi. Selain itu, masih terdapat 6 atau 21,42% mahasiswa yang belum jelas sikapnya. Indikator kebiasaan membaca dengan subindikator “dalam keseharian mahasiswa selalu menentukan target yang jelas untuk melakukan kegiatan membaca” menunjukkan sikap negatif dengan alasan pernyataan tersebut merupakan pernyataan positif, tetapi jumlah mahasiswa yang setuju lebih sedikit dibandingkan dengan mahasiswa yang tidak setuju. Pada pernyataan tersebut diketahui bahwa mahasiswa yang memilih sangat setuju dan setuju terdapat 6 atau 21,42% mahasiswa menyatakan diri selalu menentukan target yang jelas ketika
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
63
melakukan kegiatan membaca. Sebaliknya, pada subindikator yang sama terdapat 11 atau 39,3% mahasiswa yang tidak selalu menentukan target yang jelas saat melakukan kegiatan membaca. Selain itu, masih terdapat 11 atau 39,3% mahasiswa yang belum jelas sikapnya. d. Indikator Kondisi Emosi dan Kondisi Kesehatan Pembaca Indikator kondisi emosi dan kesehatan pembaca, kedua indikator ini termasuk dalam faktor internal yang mempengaruhi kemampuan membaca pemahaman mahasiswa. Hal ini terlihat ketika kondisi emosi dan kesehatan pembaca buruk akan membuat pembaca sulit untuk berkonsentrasi dalam memahami bahan bacaan yang sedang dibaca. Subindikator kondisi emosi dan kesehatan mencakup (1) meskipun kondisi kesehata tidak baik mahasiswa tetap membaca jika tengah menghadapi ujian, (2) kondisi emosi merasa kecewa ketika tidak dapat menyelesaikan tugas secara maksimal, (3) kondisi emosi merasa kecewa jika hasil membaca yang mahasiswa lakukan dan mereka presentasikan di kelas mendapat kritikan dan masukan dari teman, (4) kondisi emosi sedang enak mahasiswa mudah memahami isi bacaan yang dibaca, (5) kondisi emosi merasa aneh ketika bepergian tidak membawa bahan bacaa, dan (6) kondisi emosi merasa ada yang kurang jika belum membaca sebelum tidur. Secara berturut-turut, berdasarkan angket dapat disajikan dalam tabel berikut dan diuraikan sesuai dengan data yang ada. Tabel 4.5 Indikator Kondisi Emosi dan Kondisi Kesehatan Pembaca No
1
Subindikator
Kalau
menghadapi
Rentang Skor 1 2 3 4 (STS) (TS) (TMP) (S) ujian, 0 2 4 12
5 (SS) 10
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
2
3
4
5
6
meskipun kondisi kesehatan tidak baik saya tetap membacanya. Saya sangat kecewa jika tugas yang diberikan kepada saya tidak dapat saya selesaikan secara maksimal. Setelah selesai membaca, saya merasa kecewa jika hasil membaca yang saya lakukan dan saya presentasikan di kelas mendapat kritikan dan masukan dari teman. Jika perasaan sedang enak, saya mudah sekali memahami isi bacaan yang saya baca. Saya merasa aneh jika bepergian tetapi tidak membawa bahan bacaan. Saya merasa masih ada yang kurang jika belum membaca sebelum tidur
1
3
2
11
11
2
13
6
5
2
0
1
0
8
19
2
16
9
1
0
0
11
11
4
2
64
Berdasarkan indikator kondisi emosi dan kesehatan pembaca dengan keenam subindikatornya, tabel di atas masing-masing dapat dijelaskan sebagai berikut. Subindikator “kalau menghadapi ujian, meskipun kondisi kesehatan tidak baik mahasiswa tetap membacanya” memperlihatkan sikap positif karena pada pernyataan tersebut mahasiswa lebih banyak setuju dibandingkan dengan mahasiswa yang tidak setuju. Terdapat 22 atau 79% mahasiswa setuju bahwa tetap melakukan kegiatan membaca kalau menghadapi ujian meskipun kondisi kesehatan sedang tidak baik. Sebaliknya, dengan subindikator yang sama, terdapat 2 atau 7,14% mahasiswa yang tidak melakukan kegiatan membaca karena kondisi kesehatannya tidak baik, meskipun tengah menghadapi ujian. Selain itu, masih ada 4 atau 14,3% mahasiswa yang belum jelas sikapnya.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
65
Indikator kondisi emosi dan kesehatan pembaca dengan subindikator “mahasiswa merasa kecewa jika tugas yang diberikan kepada mereka tidak dapat diselesaikan secara maksimal” menunjukkan sikap positif karena ada 22 atau 79% mahasiswa merasa kecewa jika tidak dapat menyelesaikan tugas secara maksimal. Sebaliknya, terdapat 4 atau 14,3% mahasiswa yang tidak merasa kecewa jika tidak dapat menyelesaikan tugas secara maksimal. Selain itu, terdapat 2 pilihan atau 7,14% mahasiswa yang belum jelas sikapnya. Indikator kondisi emosi dan kesehatan pembaca dengan subindikator “merasa kecewa jika hasil membaca yang mahasiswa lakukan dan mereka presentasikan di kelas mendapat kritikkan dan masukan dari teman”. Berdasarkan data yang ada, apabila pilihan sangat setuju dan setuju dikategorikan sebagai sikap positif berarti terdapat 7 atau 25% mahasiswa mudah merasa kecewa jika hasil membaca dan presentasinya mendapat kirikan dan masukkan dari teman. Jika pilihan sangat tidak setuju dikategorikan sebagai sikap negatif, berarti terdapat 15 atau 54% mahasiswa tidak kecewa ketika hasil membaca yang dipresentasikan mendapat masukan dan kritikan dari teman. Selain itu, dalam subindikator ini juga terdapat 6 atau 21,42% mahasiswa yang belum jelas sikapnya. Indikator kondisi emosi dan kesehatan pembaca dengan subindikator “ jika perasaan sedang enak, mahasiswa mudah sekali memahami isi bacaan yang dibaca” menunjukkan sikap positif dengan alasan bahwa mahasiswa yang memilih setuju lebih banyak dibandingan dengan mahasiswa yang memilih tidak setuju. Berikut ini uraian penjelasannya. Pada subindikator di atas diketahui 27 atau 96,42% mahasiswa mudah memahami isi bacaan ketika perasaan sedang
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
66
enak. Sebaliknya, terdapat 1 atau 4% mahasiswa yang tidak setuju atau merasa kesulitan memahami isi bacaan meskipun kondisi perasaan sedang enak. Indikator kondisi emosi dan kesehatan pembaca dengan subindikator “ merasa aneh jika bepergian tetapi tidak membawa bahan bacaan” menunjukkan sikap negatif dengan alasan bahwa mahasiswa yang memilih setuju lebih sedikit dibandingan dengan mahasiswa yang memilih tidak setuju. Berikut ini uraian penjelasannya. Pada subindikator di atas diketahui 1 atau 4% mahasiswa merasa aneh jika bepergian tetapi tidak membawa bahan bacaan. Sebaliknya, pada subindikator yang sama terdapat 18 atau 64,3% mahasiswa yang tidak setuju atau tidak merasa aneh jika bepergian tetapi tidak membawa bahan bacaan. Selain itu, masih ada 9 atau 32,14% mahasiswa yang belum jelas sikapnya. Indikator kondisi emosi dan kesehatan pembaca dengan subindikator “ merasa masih ada yang kurang jika belum membaca sebelum tidur”. Berdasarkan data yang ada, jika pilihan setuju dipandang positif, berarti ada sebanyak 6 atau 21,42% mahasiswa merasa masih ada yang kurang jika belum membaca sebelum tidur. Berdasarkan kriteria yang ada, jumlah tersebut termasuk rendah.Sebaliknya, dengan subindikator yang sama, apabila pilihan sangat tidak setuju dan tidak setuju dipandang negatif dapat diketahui bahwa terdapat 11 atau 39,3% mahasiswa tidak merasa ada yang kurang ketika belum membaca sebelum tidur. Selain itu, masih ada 11 atau 39,3% mahasiswa yang belum jelas sikapnya. Berdasarkan hasil analisis, subindikator atau pernyataan di atas menunjukkan sikap negatif karena jumlah mahasiswa yang setuju lebih sedikit dibandingkan dengan mahasiswa yang tidak setuju atas pernyataan positif tersebut.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
67
e. Indikator Ketertarikan Terhadap Bacaan dan Kebermanfaatan Bagi Pembaca Indikator ketertarikan terhadap bacaan dan kebermanfaatan bagi pembaca merupakan bagian dari faktor internal yang mempengaruhi kemampuan membaca mahasiswa. Subindikator ketertarikan terhadap bahan bacaan dan kebermanfaatan bagi pembaca mencakup (1) kesadaran mahasiswa bahwa membaca merupakan kebutuhan pokok bagi seorang mahasiswa jika ingin memiliki wawasan dan pengetahuan yang luas, (2) sesulit apapun isi dalam bacaan, mahasiswa akan berusaha mempelajarinya sampai dapat memahami isi bacaan jika itu berkaitan dengan bidang mereka, (3) ketertarikan membaca bacaan yang berkaitan dengan ilmu yang dipelajari, (4) mahasiswa membaca bacaan yang bermanfaat secara langsung dan mendukung perkuliahan, (5) ketertarikan mahasiswa membaca jenis bacaan yang menurut mereka menarik, dan (6) ketertarikan selalu membaca bacaan hiburan. Secara berturut-turut, berdasarkan hasil angket dapat disajikan dalam tabel berikut. Tabel 4.6 Indikator Ketertarikan Terhadap Bacaan dan Kebermanfaatan Bagi Pembaca No
1
2
Subindikator
Rentang Skor 1 2 3 4 (STS) (TS) (TMP) (S) Saya menyadari bahwa 0 0 0 6 membaca merupakan kebutuhan pokok bagi seorang mahasiswa jika ingin memiliki wawasan dan pengetahuan luas. Sesulit apapun isi dalam 0 2 6 14 bacaan, jika berkaitan dengan bidang ilmu yang saya pelajari, saya akan berusaha sampai
5 (SS) 22
6
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
3
4
5
6
dapat memahami isi bacaan. Bacaan apa pun jika berkaitan dengan bidang ilmu yang saya pelajari, saya ingin membacanya Saya membaca bacaan yang bermanfaat secara langsung dan mendukung perkuliahan saya. Saya hanya membaca jenis bacaan yang saya anggap menarik untuk dibaca. Dalam keseharian, dorongan membaca yang tertuju pada bacaan-bacaan hiburan.
1
3
9
13
2
0
2
4
17
5
0
6
1
9
12
0
7
3
12
6
68
Berdasarkan indikator ketertarikan terhadap bacaan dan kebermanfaatan bagi pembaca, subindikator pada tabel 4.6 masing-masing dapat dijelaskan sebagai berikut. Subindikator “mahasiswa menyadari bahwa membaca merupakan kebutuhan pokok bagi seorang mahasiswa jika ingin memiliki wawasan dan pengetahuan luas” memperlihatkan kondisi yang bervariasi. Jika pilihan sangat setuju (22 mahasiswa) dan setuju ( 6 mahasiswa) dipandang sebagai sikap positif maka terdapat 28 atau 100% mahasiswa menyadari, membaca merupakan kebutuhan pokok bagi seorang mahasiswa jika ingin memiliki wawasan dan pengetahuan luas. Berdasarkan kriteria yang ada, jumlah tersebut termasuk kategori sangat tinggi. Sebaliknya, dengan subindikator yang sama, apabila pilihan sangat tidak setuju dan sangat tidak setuju dipandang negatif, tetapi pada subindikator ini tidak terdapat mahasiswa yang memilih sangat tidak setuju maupun tidak setuju, dan pada subindikator yang sama tidak ada mahasiswa yang belum jelas sikapnya, karena 100% mahasiswa menyadari dan menyetujui bahwa membaca merupakan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
69
kebutuhan pokok bagi seorang mahasiswa jika ingin memiliki wawasan dan pengetahuan luas. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pada subindikator pertama yang terdapat dalam table 4.6 menunjukkan sikap positif karena secara keseluruhan mahasiswa menyetujui pernyataan positif tersebut. Indikator ketertarikan terhadap bacaan dan kebermanfaatan bagi pembaca dengan subindikator “sesulit apapun isi dalam bacaan,apabila berkaitan dengan bidang ilmu yang mahasiswa pelajari, mereka akan berusaha memahami isi bacaan”. Berdasarkan data yang ada, apabila pilihan sangat setuju dan setuju dimasukan dalam kategori sama berarti terdapat 20 atau 71,42% mahasiswa akan berusaha memahami isi bacaan yang berkaitan dengan bidang ilmu yang dipelajari. Sebaliknya, dengan subindikator yang sama, jika pilihan sangat tidak setuju dimasukkan ke dalam kategori yang sama, terdapat sebanyak 2 atau 7,14% mahasiswa tidak akan berusaha sampai dapat memahami isi bacaan. sesulit apapun isi dalam bacaan, meskipun berkaitan dengan bidang ilmu yang mahasiswa pelajari. Berdasarkan kriteria yang ada jumlah ini termasuk dalam kategori sangat rendah. Selain itu, dalam subindikator ini masih ada 6 atau 21,42% mahasiswa yang belum jelas sikapnya. Subindikator ketiga, yaitu “ bacaan apapun jika berkaitan dengan bidang ilmu yang mahasiswa pelajari, mereka ingin membacanya”. Pada subindikator ini jumlah keseluruhan mahasiswa yang memilih sangat setuju dan setuju terdapat 15 atau 54% mahasiswa. Pada subindikator yang sama juga terdapat 4 atau 14,3% mahasiswa memilih sangat tidak setuju dan tidak setuju. Selain itu terdapat
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
70
terdapat 9 atau 32,14% mahasiswa yang belum jelas sikapnya. Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan oleh penelitidapat disimpulkan bahwa subindikator ketiga yang terdapat dalam tabel 4.6 menunjukkan sikap positif. Indikator ketertarikan terhadap bacaan dan keermanfaatan bagi pembaca dengan subindikator “mahasiswa membaca bacaan yang bermanfaat secara langsung dan mendukung perkuliahan mereka” menunjukkan sikap positif karena jumlah mahasiswa yang menyetujui pernyataan positif ini lebih banyak dibandingkan dengan mahasiswa yang tidak setuju. Terdapat sebanyak 22 atau 79% mahasiswa yang memilih sangat setuju dan setuju. Sebaliknya, dengan subindikator yang sama terdapat 2 atau 7,14% mahasiswa yang tidak setuju. Berdasakan kriteria yang ada jumlah tersebut termasuk kategori sangat rendah. Selain itu, terdapat 4 atau 14,3% mahasiswa yang belum diketahui sikapnya. Indikator ketertarikan terhadap bacaan dan kebermanfaatan bagi pembaca dengan sub indikator “hanya membaca jenis bacaan yang saya anggap menarik untuk dibaca”. Jika pilihan sangat setuju dan setuju pada subindikator kelima yang terdapat di tabel 4.5 dimasukkan ke dalam kategori yang sama dipandang positif, berarti ada sebanyak 21 mahasiswa atau 75% mahasiswa hanya membaca jenis bacaan yang saya anggap menarik untuk dibaca. Pada subindikator yang sama apabila pilihan sangat tidak setuju dan tidak setuju dimasukkan ke dalam kategori yang sama terdapat 6 atau 21,42% mahasiswa yang tidak hanya membaca jenis bacaan yang saya anggap menarik untuk dibaca. Selain itu, masih ada 1 atau 4% mahasiswa yang belum jelas sikapnya.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
71
Indikator ketertarikan terhadap bacaan dan kebermanfaatan bagi pembaca subindikator “dalam keseharian, dorongan membaca tertuju pada bacaan-bacaan hiburan”. Pada subindikator ini, jika pilihan sangat setuju dan setuju dimasukkan ke dalam kategori yang sama, berarti sebanyak 18 atau 64,3% mahasiswa setuju dalam keseharian dorongan membaca tertuju pada bacaan-bacaan hiburan. Sebaliknya, pada subindikator yang sama jika pilihan sangat tidak setuju dan tidak setuju ke dalam kategori sama, berarti terdapat 7 atau 25% mahasiswa yang dalam keseharian kegiatan membaca yang dilakukan tidak hanya tertarik atau tertuju pada bacaan-bacaan hiburan. Selain itu, masih terdapat 3 atau 11% mahasiswa yang belum jelas sikapnya. f. Indikator Tingkat Intelegensi Pembaca Indikator tingkat intelegensi pembaca merupakan bagian dari faktor internal yang mempengaruhi kemampuan membaca yang berasal dalam diri mahasiswa. Tingkat intelegensi juga berpengaruh terhadap pemahaman pembaca dalam memahami isi bacaan baik itu bacaan yang berkaitan dengan bidang yang dipelajari atau tidak berkaitan dengan bidang ilmu yang dipelajari. Subindikator tingkat intelegensi pembaca mencakup (1) mahasiswa melacak sumber aslinya agar dapat memahami secara lebih komprehensif , jika ada pendapat dalam sebuah artikel, buku, atau hasil penelitian, (2) setiap berargumentasi mahasiswa merujuk pada bacaan, (3) tingkat intelegensi tidak begitu penting, jika tekun dan rajin membaca pasti dapat memahami isi bacaan, (4) meskipun berkaitan dengan bidang ilmu yang mahasiswa pelajari, kadang mereka mengalami kesulitan untuk memahami isi bacaan, dan (5) mahasiswa sering mengalami kesulitan untuk
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
72
memahami isi bacaan yang tidak berkaitan dengan bidang mereka. Secara berturut-turut, berdasarkan hasil angket dapat disajikan dalam tabel berikut. Tabel 4.7 Indikator Tingkat Intelegensi Pembaca No Subindikator
1
2
3
4
5
1 (STS) Jika ada pendapat ahli yang 0 dikutip dalam suatu artikel, buku, atau hasil penelitian, saya ingin melacak sumber aslinya agar dapat memahami secara lebih komprehensif. Saya ingin merujuk pada bacaan setiap berargumentasi dengan 1 orang lain Tingkat intelegensi tidak begitu penting, jika tekun dan rajin membaca pasti dapat memahami isi bacaan. 1 Meskipun berkaitan dengan bidang ilmu yang saya pelajari, kadang-kadang saya mengalami 0 kesulitan untuk memahami isi bacaan. Bacaan yang tidak berkaitan dengan bidang yang saya pelajari, saya sering mengalami kesulitan untuk memahami isinya. 1
Rentang Skor 2 3 (TMP) 4 (TS) (S) 3 13 9
5 (SS) 3
4
6
14
3
1
3
12
11
3
0
18
7
3
4
15
5
Berdasarkan indikator tingkat intelegensi pembaca dengan kelima subindikatornya, tabel di atas masing-masing dapat dijelaskan sebagai berikut. Subindikator “jika ada pendapat ahli yang dikutip dalam suatu artikel, buku, atau hasil penelitian, mahasiswa ingin melacak sumber aslinya agar dapat memahami secara komprehensif” memperlihatkan kondisi yang bervariasi. Jika pilihan sangat setuju (3 mahasiswa) dan setuju (9 mahasiswa) dipandang sebagai sikap positif
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
73
berarti terdapat 12 atau 43% mahasiswa melacak sumber asli pendapat ahli yang dikutip. Pada subindikator yang sama terdapat 3 atau 11,71% mahasiswa yang tidak melacak sumber asli pendapat ahli yang dikutip. Berdasarkan kriteria yang ada jumlah tersebut termasuk kategori sangat lemah. Selain itu, masih ada 13 atau 46,42% mahasiswa yang belum jelas sikapnya. Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan oleh peneliti, subindikator pertama yang terdapat dalam tabel 4.7 menunjukkan sikap positif. Alasannya adalah jumlah mahasiswa yang setuju dengan penyataan positif tersebut lebih banyak dibandingkan dengan jumlah mahasiswa yang tidak setuju atas subindikator pertama. Indikator tingkat intelegensi pembaca dengan subindikator “mahasiswa ingin merujuk pada bacaan setiap berargumentasi dengan orang lain”. Berdasarkan data yang ada, jika pilihan sangat setuju dan setuju dimasukkan dalam kategori sikap positif berarti terdapat 17 atau 60,71% mahasiswa ketika berargumentasi merujuk pada bacaan. Pada subindikator yang sama jika pilihan sangat tidak setuju dimasukkan ke dalam kategori yang sama dipandang negatif, terdapat 5 atau 18% mahasiswa ketika berargumentasi tidak merujuk pada bacaan. Selain itu, masih ada 6 atau 21,42% mahasiswa yang belum jelas sikapnya. Jumlah tersebut masuk dalam kategori rendah. Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan oleh peneliti, subindikator kedua yang terdapat dalam tabel 4.7 menunjukkan sikap negatif. Alasannya adalah jumlah mahasiswa yang setuju dengan penyataan positif tersebut lebih
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
74
banyak dibandingkan dengan jumlah mahasiswa yang tidak setuju atas subindikator kedua. Indikator tingkat intelegensi pembaca dengan subindikator “tingkat intelegensi tidak begitu penting, jika tekun dan rajin membaca pasti dapat memahami isi bacaan”. Jika pilihan setuju dan tidak setuju pada subindikator ini dimasukkan ke dalam kategori sikap positif maka terdapat 23 atau 82,14% mahasiswa yang menyatakan bahwa tingkat intelegensi tidak begitu penting apabila tekun dan rajin membaca. Sebaliknya, dengan subindikator yang sama, jika pilihan sangat tidak setuju dan tidak setuju dimasukkan ke dalam kategori sikap negatif maka 2 atau 7,14% mahasiswa menyatakan bahwa tingkat intelegensi itu tidak penting. Selain itu, masih ada 3 atau 10,71% mahasiswa yang belum jelas sikapnya. Indikator tingkat intelegensi pembaca dengan subindikator “Meskipun berkaitan dengan bidang ilmu yang saya pelajari, kadang-kadang mahasiswa mengalami kesulitan untuk memahami isi bacaan”. Berdasarkan data yang ada, jika pilihan sangat setuju dan setuju dimasukkan ke dalam kategori yang sama, berarti sebanyak 25 atau 89,3% mahasiswa masih mengalami kesulitan untuk memahami isi bacaan meskipun berkaitan dengan bidang ilmu yang dipelajari. Sebaliknya, dengan subindikator yang sama, jika pilihan sangat tidak setuju dan tidak setuju ke dalam kategori sama, berarti terdapat 3 atau 11% mahasiswa tidak mengalami kesulitan untuk memahami isi bacaan yang berkaitan dengan bidang ilmu yang dipelajari . Dalam subindikator ini tidak terdapat mahasiwa yang sikapnya tidak jelas.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
75
Indikator tingkat intelegensi pembaca dengan subindikator “bacaan yang tidak berkaitan dengan bidang yang mahasiswa pelajari membuat mereka sering mengalami kesulitan untuk memahami isinya”. Berdasarkan data yang ada, jika pilihan sangat setuju dan setuju dimasukkan dalam kategori sama berarti terdapat 20 atau 71,42% mahasiswa sering mengalami kesulitan untuk memahami isi bacaan yang tidak berkaitan dengan bidang mereka. Sebaliknya, jika pilihan sangat tidak setuju dimasukkan ke dalam kategori yang sama, terdapat sebanyak 4 atau 14,3% mahasiswa tidak mengalami kesulitan untuk memahami isi bacaan yang tidak berkaitan dengan bidang mereka. Namun, masih ada 4 atau 14,3% mahasiswa yang belum jelas sikapnya. g. Indikator Pengetahuan tentang Cara Membaca Indikator pengetahuan tentang cara membaca yang terdiri dari enam subindikator merupakan bagian dari faktor internal yang memengaruhi kemampuan membaca mahasiswa. Subindikator pengetahuan tentang cara membaca mencakup (1) dengan memahami berbagai teknik membaca, ternyata sangat membantu mempermudah memahami isi bacaan, (2) untuk mempermudah memahami isi bacaan, mahasiswa membuat skema gagasan setiap kali membaca, (3) cara membaca mahasiswa, sambil membaca mereka membuat ringkasan isi bacaan, (4) cara membaca mahasiswa,membuat pertanyaan berdasarkan isi bacaan untuk memahami isi bacaan, dan (6) cara membaca cukup mengingat-ingat isinya saja agar memahami isi bacaan. Pada tabel 4.8 di bawah ini, secara berturut-turut dijabarkan jumlah mahasiswa yang memilih pernyataan yang berkaitan dengan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
76
indikator pengetahuan tentang cara membaca mahasiswa PBSI semester VI kelas B Universitas Sanata Dharma Yogyakarta berdasarkan hasil angket. Tabel 4.8 Indikator Pengetahuan Tentang Cara Membaca No
1
2
3 4
5
6
Subindikator
Dengan memahami berbagai teknik membaca, ternyata sangat membantu mempermudah memahami isi bacaan. Untuk mempermudah memahami isi bacaan, saya membuat skema gagasan setiap kali membaca. Sambil membaca, saya membuat ringkasan isi bacaan. Untuk memahami isi bacaan, saya membuat pertanyaan berdasarkan isi bacaan yang saya baca. Agar memahami isi bacaan, saya merumuskan dengan bahasa sendiri. Agar memahami isi bacaan, saya cukup mengingat-ingat isinya saja.
1 (STS)
Rentang Skor 2 3 4 (TS) (TMP) (S)
5 (SS)
0
1
4
15
8
0
5
10
9
4
1
1
10
13
3
0
9
9
8
2
0
3
1
18
6
1
10
4
10
3
Berdasarkan indikator pengetahuan tentang cara membaca dengan enam subindikatornya, tabel 4.8 di atas masing-masing dapat dijelaskan sebagai berikut. Subindikator “memahami berbagai teknik membaca, ternyata sangat membantu mempermudah memahami isi bacaan” memperlihatkan kondisi yang bervariasi. Jika pilihan sangat setuju (8 mahasiswa) dan setuju (15 mahasiswa) dipandang positif maka terdapat 23 atau 82,14% mahasiswa yang menyadari bahwa memahami berbagai teknik membaca dapat mempermudah memahami isi bacaan. Sebaliknya, dengan subindikator yang sama, apabila pilihan sangat tidak setuju dan sangat tidak setuju dipandang negatif, terdapat 1 atau 4% mahasiswa yang
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
tidak setuju jika dengan memahami berbagai teknik
77
membaca dapat
mempermudah memahami isi bacaan. Selain itu, masih ada 4 atau 14,3% mahasiswa yang belum jelas sikapnya. Indikator pengetahuan tentang cara membaca dengan subindikator “untuk mempermudah memahami isi bacaan, mahasiswa membuat skema gagasan setiap kali membaca”. Berdasarkan data yang ada, apabila pilihan sangat setuju dan setuju dimasukkan dalam kategori sikap positif ,berarti terdapat 13 atau 46,42% mahasiswa membuat skema gagasan setiap membaca. Sebaliknya, jika pilihan sangat tidak setuju dan tidak setuju dimasukkan ke dalam kategori yang sama yaitu sikap negatif maka sebanyak 5 atau 18% mahasiswa dinyatakan tidak membuat skema gagasan setiap membaca. Selain itu, masih ada 10 atau 35,71% mahasiswa yang belum jelas sikapnya. Indikator pengetahuan tentang cara membaca dengan subindikator “sambil membaca, mahasiswa membuat ringkasan isi bacaan”. Berdasarkan data yang ada, jika pilihan setuju dimasukkan ke dalam kategori yang sama yaitu sikap positif, berarti terdapat 16 atau 57,14% mahasiswa membuat ringkasan isi bacaan sambil membaca. Berdasarkan kriteria yang ada, jumlah tersebut termasuk cukup tinggi. Sebaliknya, dengan subindikator yang sama, jika pilihan sangat tidak setuju dan tidak setuju dimasukkan ke dalam kategori sikap negatif maka 2 atau 7,14% mahasiswa dinyatakan tidak membuat ringkasan isi bacaan sambil membaca. Selain itu, masih ada 10 atau 35,71% mahasiswa yang belum jelas sikapnya. Indikator pengetahuan tentang cara membaca dengan subindikator “untuk memahami isi bacaan, mahasiswa membuat pertanyaan berdasarkan isi bacaan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
78
yang mereka baca”. Berdasarkan data yang ada, jika pilihan sangat setuju dan setuju dimasukkan dalam ketegori yang sama yaitu sikap positif, berarti terdapat 10 atau 35,71% mahasiswa membuat pertanyaan berdasarkan isi bacaan untuk memahami isi bacaan. Sebaliknya, dengan subindikator yang sama, jika pilihan sangat tidak setuju dan tidak setuju dimasukkan ke dalam kategori sikap negatif maka terdapat
9 atau 32,14% mahasiswa yang tidak membuat pertanyaan
berdasarkan isi bacaan untuk mempermudah memahami isi bacaan. Selain itu, masih ada 9 atau 32,14% mahasiswa yang belum jelas sikapnya. Indikator pengetahuan tentang cara membaca dengan subindikator “agar memahami isi bacaan, mahasiswa merumuskan dengan bahasa mereka sendiri”. Berdasarkan data yang ada, jika pilihan setuju dimasukkan ke dalam kategori yang sama yaitu sikap positif, berarti terdapat 24 mahasiswa atau 85,71% mahasiswa merumuskan isi bacaan dengan bahasa mereka sendiri. Sebaliknya, dengan subindikator yang sama, jika pilihan sangat tidak setuju dan tidak setuju dimasukkan ke dalam kategori yang sama yaitu menunjukkan sikap negatif maka terdapat 3 atau 10,71% mahasiswa yang tidak merumuskan isi bacaan dengan bahasa mereka sendiri. Selain itu, ternyata terdapat 1 atau 4% mahasiswa yang belum jelas sikapnya. Indikator pengetahuan tentang cara membaca dengan subindikator “agar memahami isi bacaan, mahasiswa cukup mengingat-ingat isinya saja”. Berdasarkan data yang ada, jika pilihan sangat setuju dan setuju dimasukkan dalam ketegori yang sama yaitu sikap positif, berarti terdapat 13 atau 46,42% mahasiswa yang mengingat-ingat isi bacaan agar memahami isinya. Selanjutnya,
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
79
jika pilihan sangat tidak setuju dan tidak setuju pada subindikator yang sama dimasukkan ke dalam kategori sikap negatif maka terdapat
11 atau 39,3%
mahasiswa yang tidak cukup mengingat-ingat isi bacaan agar memahami isinya. Selain itu, masih ada 4 atau 14,3% mahasiswa yang belum jelas sikapnya. h. Indikator Pengalaman yang Dimiliki Sebelumnya Indikator pengalaman yang dimiliki sebelumnya merupakan bagian dari faktor internal yang memengaruhi kemampuan membaca mahasiswa. Pengalaman yang dimiliki oleh mahasiswa sebelumnya dapat membantu mahasiswa untuk memahami isi bacaan. Subindikator pengalaman yang dimiliki sebelumnya adalah pengetahuan atau pengalaman yang sudah mahasiswa miliki berperan besar untuk membantu mempermudah pemahaman isi bacaan yang mereka baca. Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.9 di bawah ini. Tabel 4.9 Indikator Pengalaman yang Dimiliki Sebelumnya No
Subindikator 1 (STS)
1
Pengetahuan atau pengalaman yang sudah saya miliki berperan besar untuk membantu mempermudah pemahaman isi bacaan yang saya baca. 0
Rentang Skor 2 3 4 (TS) (TMP) (S)
5 (SS)
0
13
0
15
Berdasarkan tabel di atas, subindikator “pengetahuan atau pengalaman yang sudah mahasiswa miliki berperan besar untuk membantu mempermudah pemahaman isi bacaan yang saya baca”. Terdapat 28 atau 100% mahasiswa yang memilih setuju dan sangat setuju, sehingga dapat diartikan 100% mahasiswa menyatakan pengetahuan atau pengalaman yang sudah dimiliki berperan besar
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
80
untuk membantu mempermudah pemahaman isi bacaan yang dibaca Berdasarkan kriteria yang ada jumlah ini termasuk kategori sangat tinggi. Sebaliknya, dengan subindikator yang sama, apabila pilihan sangat tidak setuju dan sangat tidak setuju dimasukkan dalam kategori yang sama, yaitu sikap negatif berarti terdapat sebanyak 0 mahasiswa atau 0% mahasiswa tidak setuju. Berdasarkan kriteria yang ada, jumlah tersebut termasuk kategori sangat rendah. Selain itu, masih ada 0 mahasiswa atau
0% yang belum jelas sikapnya. Jumlah tersebut termasuk
kategori sangat rendah. Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan oleh peneliti, penyataan di atas menunjukkan sikap positif karena pernyataan ini termasuk pernyataan positif dan jumlah mahasiswa yang setuju lebih banyak daripada jumlah mahasiswa yang tidak setuju. i. Indikator Penguasaan Bahasa Penguasaan bahasa yang dimiliki mahasiswa juga dapat memengaruhi kemampuan membaca mahasiswa. Adapun subindikatornya sebagai berikut: (1) ketika membaca, kesulitan yang mahasiswa hadapi adalah kata-kata yang tidak saya ketahui artinya, dan (2) teks yang terlalu banyak kata-kata asing sering mempersulit pemahaman isi bacaan. Lebih jelasnya dapat dilihat dalam tabel indikator penguasaan bahasa di bawah ini. Tabel 4.10 Indikator Penguasaan Bahasa No
Subindikator 1 (STS)
1
Ketika membaca, kesulitan yang saya hadapi adalah kata-kata yang tidak saya ketahui artinya. 0
Rentang Skor 2 3 4 (TS) (TMP) (S)
5 (SS)
2
11
3
12
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
2
Teks yang terlau banyak kata-kata asing sering mempersulit pemahaman isi bacaan. 0
1
4
14
81
9
Berdasarkan indikator penguasaan bahasa dengan kedua subindikatornya , tabel di atas dapat dijelaskan sebagai berikut. Subindikator “ketika membaca, kesulitan yang mahasiswa hadapi adalah kata-kata yang tidak mereka ketahui artinya” memperlihatkan kondisi yang bervariasi. Jika pilihan sangat setuju dan setuju dipandang sebagai sikap negatif berarti terdapat 23 atau 82,14% mahasiswa kesulitan yang dihadapi ketika membaca adalah kata-kata yang tidak diketahui artinya. Berdasarkan kriteria yang ada jumlah tersebut termasuk dalam kategori sangat tinggi. Namun, pada subindikator yang sama, terdapat 2 atau 7,14% mahasiswa memilih pilihan sangat tidak setuju dan tidak setuju. Mahasiswa tersebut menyatakan bahwa kata-kata yang tidak diketahui artinya tidak mempersulit mereka ketika membaca. Berdasarkan kriteria yang ada jumlah tersebut termasuk kategori sangat rendah, tetapi 2 mahasiswa memiliki sikap positif. Selain itu, masih ada 3 atau 10,71% mahasiswa yang belum jelas sikapnya. Jumlah tersebut termasuk dalam kategori sangat rendah. Indikator penguasaan bahasa dengan subindikator “teks yang terlalu banyak kata-kata asing sering mempersulit pemahaman isi bacaan”. Berdasarkan data yang ada, jika pilihan sangat setuju dan setuju dimasukkan dalam kategori sama yaitu sikap positif berarti terdapat 23 atau 82,14% mahasiswa merasa teks yang terlalu banyak kata-kata asing sering mempersulit pemahaman isi bacaan. Berdasarkan kriteria yang ada jumlah ini termasuk kategori sangat tinggi.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
82
Namu, pada subindikator yang sama, apabila pilihan sangat tidak setuju dan sangat tidak setuju dimasukkan dalam kategori sikap negatif maka terdapat sebanyak 1 atau 4% mahasiswa tidak merasa teks yang terlalu banyak kata-kata asing mempersulit pemahaman isi bacaan. Berdasarkan kriteria yang ada jumlah tersebut termasuk kategori sangat rendah. Selain itu, masih ada 4 atau 14,3% mahasiswa yang belum jelas sikapnya. Jumlah tersebut termasuk kategori sangat rendah. Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan oleh peneliti, kedua pernyataan di atas menunjukkan sikap negatif karena pernyataan ini termasuk pernyataan negatif dan
jumlah mahasiswa yang setuju lebih banyak daripada jumlah
mahasiswa yang tidak setuju.
4.3.1.2 Faktor Eksternal Faktor eksternal membaca adalah faktor yang berasal dari lingkungan mahasiswa. Faktor internal yang dominan memengaruhi kemampuan membaca mahasiswa meliputi indikator latar belakang sosial ekonomi keluarga, suasana lingkungan, indikator waktu, indikator faktor teks (keadaan bacaan, bahasa yang dipakai dalam teks, tata tulis teks, dan tingkat keterbacaan teks), indikator masih kuatnya pengaruh budaya lisan, indikator kuatnya pengaruh media elektronik (khususnya menonton televisi), dan indikator tidak tersediannya bahan bacaan di rumah. Secara berturut-turut, analisis faktor eksternal dapat dideskripsikan sebagai berikut.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
83
a. Indikator Latar Belakang Sosial Ekonomi Keluarga dan tidak Tersedianya Bahan Bacaan Indikator latar belakang sosial ekonomi keluarga dan tidak tersedianya bahan bacaan merupakan bagian dari faktor eksternal mahasiswa yang dapat mempengaruhi kemampuan membaca. Adapun subindikator latar belakang sosial ekonomi dan tidak tersedianya bahan bacaan, yaitu (1) meskipun pendapatan orang tua terbatas, kalau untuk membeli buku, mahasiswa selalu diberi uang untuk membelinya, (2) mahasiswa merasa gelisah di saat ingin membaca tetapi tidak tersedia bahan bacaan, dan (3) mahasiswa tidak pernah mengalami kesulitan untuk memperoleh bahan bacaan yang mereka butuhkan. Secara berturut-turut, berdasarkan hasil angket dapat disajikan dalam tabel berikut. Tabel 4.11 Indikator Latar Belakang Sosial Ekonomi Keluarga dan tidak Tersedianya Bahan Bacaan No
Subindikator 1 (STS)
1
2
3
Meskipun pendapatan orang tua terbatas, kalau untuk membeli buku, saya selalu diberi uang untuk membelinya. 0 Saya merasa gelisah di saat ingin membaca tetapi tidak tersedia bahan bacaan 1 Saya tidak pernah mengalami kesulitan untuk memperoleh bahan bacaan yang saya butuhkan. 7
Rentang Skor 2 3 4 (TS) (TMP) (S)
5 (SS)
8
4
5
11
6
4
15
2
10
6
3
2
Berdasarkan tabel 4.11 di atas diketahui terdapat tiga subindikator dan masing-masing dapat dijelaskan sebagai berikut. Subindikator “meskipun pendapatan orang tua terbatas, kalau untuk membeli buku mahasiswa selalu diberi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
84
uang untuk membelinya” memperlihatkan kondisi yang bervariasi. Jika pilihan sangat setuju (11 mahasiswa) dan setuju (5 mahasiswa) dipandang positif berarti terdapat 16 mahasiswa atau 57,14% mahasiswa diberi uang untuk membeli buku, meskipun pendapatan orang tua terbatas. Berdasarkan kriteria yang ada, jumlah tersebut termasuk kategori cukup. Namun, pada subindikator yang sama, apabila pilihan sangat tidak setuju dan sangat tidak setuju dipandang negative berarti terdapat 8 atau 29% mahasiswa yang tidak diberi uang untuk membeli buku karena pendapatan orang tuanya terbatas. Berdasarkan kriteria yang ada jumlah tersebut termasuk kategori rendah. Selain itu, masih ada 4 atau 14,3% mahasiswa yang belum jelas sikapnya. Jumlah tersebut termasuk dalam kategori sangat rendah. Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan oleh peneliti, pernyataan di atas menunjukkan sikap positif. Alasannya, yaitu pernyataan tersebut termasuk pernyataan positif dan jumlah mahasiswa yang setuju lebih banyak daripada mahasiswa yang tidak setuju. Subindikator kedua, yaitu “mahasiswa
merasa gelisah disaat ingin
membaca tetapi tidak tersedia bahan bacaan”. Berdasarkan data yang ada, jika dipilih sangat setuju dan setuju dimasukkan dalam kategori sama yaitu sikap positif berarti terdapat 17 atau 60,71% mahasiswa merasa gelisah disaat ingin membaca tidak tersedia bahan bacaan. Berdasarkan kriteria yang ada jumlah ini termasuk kategori cukup tinggi. Namun, pada subindikator yang sama juga terdapat mahasiswa yang memilih sangat tidak setuju dan tidak setuju. Jika pilihan tersebut dimasukkan dalam kategori sikap negative maka sebanyak 7 atau 25%
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
85
mahasiswa tidak merasa gelisah disaat ingi membaca tetapi tidak tersedia bahan bacaan. Berdasarkan kriteria yang ada jumlah tersebut termasuk kategori rendah. Selain itu, masih ada 4 atau 14,3% mahasiswa yang belum jelas sikapnya. Jumlah tersebut termasuk kategori sangat rendah. Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan oleh peneliti pernyataan diatas menunjukkan sikap positif. Alasannya adalah karena pernyataan ini termasuk pernyataan positif dan jumlah mahasiswa yang setuju lebih banyak dibandingkan dengan jumlah mahasiswa yang tidak setuju. Subindikator ketiga, yaitu “tidak pernah mengalami kesulitan untuk memperoleh bahan bacaan yang saya butuhkan”. Berdasarkan data yang ada, jika dipilih sangat setuju dan setuju dimasukkan dalam kategori sama berarti terdapat 5 atau 18% mahasiswa tidak pernah mengalami kesulitan untuk memperoleh bahan bacaan yang saya butuhkan. Berdasarkan kriteria yang ada jumlah ini termasuk kategori sangat rendah. Sebaliknya, dengan subindikator yang sama, apabila pilihan sangat tidak setuju dan sangat tidak setuju dipandang negatif berarti sebanyak 17 atau 60,71% mahasiswa mengalami kesulitan untuk memperoleh bahan bacaan yang dibutuhkan. Berdasarkan kriteria yang ada jumlah tersebut termasuk kategori cukup tinggi. Selain itu, masih ada 6 atau 21,42% mahasiswa yang belum jelas sikapnya. Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan oleh peneliti, penyataan diatas menunjukkan sikap negatif karena pernyataan ini termasuk pernyataan positif , tetapi jumlah mahasiswa yang setuju lebih sedikit daripada mahasiswa yang tidak setuju.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
86
b. Indikator Suasana Lingkungan dan Waktu Indikator suasana lingkungan dan waktu, indikator ini merupakan bagian dari faktor eksternal di luar pribadi mahasiswa yang dapat mempengaruhi kemampuan membaca. Adapun subindikator suasana lingkungan mencakup (1) lingkungan rumah tangga mahasiswa atau tempat mahasiswa tinggal sangat nyaman untuk membaca (2) suasana lingkungan masyarakat tempat mahasiswa tinggal sangat kondusif untuk membaca, dan (3) jadwal membaca mahasiswa sering terganggu, jika tiba-tiba ada orang yang datang bertamu. Secara berturutturut, berdasarkan hasil angket dapat disajikan dalam tabel berikut. Tabel 4.12 Indikator Suasana Lingkungan dan Waktu No
Subindikator 1 (STS)
1
2
3
Lingkungan rumah tangga saya atau tempat saya tinggal sangat nyaman untuk membaca. 3 Lingkungan masyarakat tempat saya tinggal sangat kondusif untuk membaca. 2 Jadwal membaca saya sering terganggu, jika tiba-tiba ada orang yang datang bertamu. 0
Rentang Skor 2 3 4 (TS) (TMP) (S)
5 (SS)
4
1
12
8
3
3
14
6
0
3
14
11
Berdasarkan indikator suasana lingkungan dan waktu beserta tiga subindikatornya, tabel di atas masing-masing dapat dijelaskan sebagai berikut. Subindikator “lingkungan rumah tangga mahasiswa atau tempat mahasiswa tinggal sangat nyaman untuk membaca” memperlihatkan kondisi yang bervariasi. Jika pilihan sangat setuju (8 mahasiswa) dan setuju (12 mahasiswa) dipandang positif maka sebanyak 20 atau 71,42% mahasiswa menyatakan suasana
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
87
lingkungan rumah tangga atau tempat mahasiswa tinggal sangat nyaman digunakan untuk membaca. Berdasarkan kriteria yang ada, jumlah tersebut termasuk kategori tinggi. Sebaliknya, dengan subindikator yang sama, apabila pilihan sangat tidak setuju dan sangat tidak setuju dikategorikan sebagai sikap negatif, terdapat 7 atau 25% mahasiswa yang merasa suasana lingkungan rumah tangga atau tempat mereka tinggal tidak nyaman digunakan untuk melakukan kegiatan membaca. Berdasarkan kriteria yang ada jumlah tersebut termasuk kategori lemah. Selain itu, ternyata terdapat 1 atau 4% mahasiswa yang belum jelas sikapnya. Berdasarkan kriteria yang ada, jumlah tersebut termasuk kategori sangat rendah. Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan oleh peneliti, penyataan di atas menunjukkan sikap positif karena pernyataan ini termasuk pernyataan positif dan jumlah mahasiswa yang setuju lebih banyak daripada mahasiswa yang tidak setuju. Indikator suasana lingkungan dan waktu dengan subindikator “lingkungan masyarakat tempat mahasiswa tinggal sangat kondusif untuk membaca”. Jika pilihan sangat setuju dan setuju dimasukkan dalam kategori sama berarti terdapat 20 atau 71,42% mahasiswa yang merasa lingkungan masyarakat tempat mereka tinggal sangat kondusif untuk membaca. Berdasarkan kriteria yang ada, jumlah tersebut termasuk kategori tinggi. Sebaliknya, apabila pilihan sangat tidak setuju dimasukkan ke dalam kategori yang sama, maka pada subindikator ini terdapat 5 atau 18% mahasiswa merasa lingkungan masyarakat tempat mereka tinggal tidak kondusif untuk membaca. Berdasarkan kriteria yang ada, jumlah tersebut termasuk dalam kategori sangat rendah. Selain itu, masih ada 3 atau 10,71%
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
88
mahasiswa yang belum jelas sikapnya. Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan oleh peneliti, penyataan tersebut menunjukkan sikap positif karena pernyataan tersebut termasuk pernyataan positif dan jumlah mahasiswa yang setuju lebih banyak daripada mahasiswa yang tidak setuju. Indikator suasana lingkungan dan waktu dengan subindikator “jadwal membaca mahasiswa sering terganggu, jika tiba-tiba ada orang yang datang bertamu”. Berdasarkan data yang ada, apabila pilihan sangat setuju dan setuju dimasukkan dalam kategori sama, berarti terdapat 25 atau 89,3% mahasiswa yang sering terganggu jadwal membacanya karena tiba-tiba ada orang yang datang bertamu. Berdasarkan kriteria yang ada, jumlah tersebut termasuk kategori sangat tinggi. Sebaliknya, jika pilihan sangat tidak setuju dimasukkan ke dalam kategori yang sama maka pada subindikator ini terdapat 0 atau 0% mahasiswa merasa jadwal membaca mahasiswa sering terganggu ketika ada orang datang bertamu secara tiba-tiba. Berdasarkan kriteria yang ada jumlah ini termasuk dalam kategori sangat rendah. Selain itu, masih ada 3 atau 10,71% mahasiswa yang belum jelas sikapnya. Jumlah tersebut termasuk dalam kategori sangat rendah. Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan oleh peneliti, penyataan ini menunjukkan sikap negatif karena pernyataan ini termasuk pernyataan negatif dan jumlah mahasiswa yang setuju lebih banyak daripada mahasiswa yang tidak setuju. c. Indikator Pengaruh Budaya Lisan Indikator kuatnya pengaruh budaya lisan menjadi salah satu indikator penting yang dapat memengaruhi kegiatan membaca seseorang. Subindikator kuatnya pengaruh budaya lisan, yaitu masih kuatnya pengaruh bahasa lisan dalam
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
89
hidup mahasiswa, sering mempersulit pemahaman isi bacaan. Berdasarkan hasil angket dapat disajikan dalam tabel berikut. Tabel 4.13 Indikator Pengaruh Budaya Lisan No
Subindikator 1 (STS)
1
Masih kuatnya pengaruh bahasa lisan dalam hidup saya, sering mempersulit pemahaman isi bacaan. 1
Rentang Skor 2 3 4 (TS) (TMP) (S)
5 (SS)
6
2
6
13
Berdasarkan indikator kuatnya pengaruh budaya lisan dengan satu subindikatornya, tabel di atas dapat dijelaskan sebagai berikut. Subindikator “masih kuatnya pengaruh bahasa lisan dalam hidup mahasiswa, sering mempersulit pemahaman isi bacaan”. Jika pilihan sangat setuju dan setuju dimasukan ke dalam kategori yang sama, berarti sebanyak 15 atau 54% mahasiswa yang mengganggap pengaruh budaya lisan dalam hidup mereka masih kuat sehingga mempersulit pemahaman isi bacaan. Berdasarkan kriteria yang ada, jumlah tersebut termasuk cukup tinggi. Sebaliknya, apabila pilihan sangat tidak setuju dan tidak setuju dimasukkan ke dalam kategori yang sama terdapat 7 atau 25% mahasiswa yang tidak menganggap bahwa pengaruh budaya lisan dalam hidup mereka masih kuat sehingga mempersulit pemahaman isi bacaan. Jumlah tersebut termasuk kategori sangat rendah. Selain itu, terdapat 6 atau 21,42% mahasiswa yang belum jelas sikapnya. Berdasarkan kriteria yang ada, jumlah tersebut termasuk kategori rendah.Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan oleh peneliti, pernyataan “masih kuatnya pengaruh bahasa lisan dalam hidup mahasiswa, sering mempersulit
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
90
pemahaman isi bacaan” menunjukkan sikap negatif karena pernyataan ini termasuk pernyataan negatif dan jumlah mahasiswa yang setuju lebih banyak daripada mahasiswa yang tidak setuju. d. Indikator Pengaruh Media Elektronik Indikator kuatnya pengaruh media elektronik menjadi salah satu indikator penting yang dapat mempengaruhi kegiatan membaca seseorang. Subindikator kuatnya pengaruh media elektronik, yaitu kuatnya pengaruh media elektronik seperti adanya acara televisi yang menarik membuat mahasiswa meninggalkan kegiataan membaca mereka dan memilih menonton televisi terlebih dahulu. Berdasarkan hasil angket dapat disajikan dalam tabel berikut. Tabel 4.14 Indikator Pengaruh Media Elektronik No
Subindikator 1 (STS)
1
Jika acara televisi menarik, kegiatan membaca saya tinggalkan terlebih dahulu untuk menonton acara televisi. 0
Rentang Skor 2 3 4 (TS) (TMP) (S)
5 (SS)
4
12
1
11
Berdasarkan indikator kuatnya pengaruh media elektronik dengan satu subindikatornya, tabel di atas dapat dijelaskan sebagai berikut. Subindikator “jika acara televisi menarik, kegiatan membaca mahasiswa tinggalkan terlebih dahulu untuk menonton acara televisi”. Jika pilihan sangat setuju dan setuju dimasukkan ke dalam kategori yang sama, berarti sebanyak 23 atau 82,14% mahasiswa memilih menonton televisi dan meninggalkan kegiatan membaca mereka ketika ada acara televisi menarik. Berdasarkan kriteria yang ada, jumlah tersebut termasuk kategori sangat tinggi.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
91
Sebaliknya, jika pilihan sangat tidak setuju dan tidak setuju ke dalam kategori sama, berarti terdapat 4 pilihan atau 14,3% mahasiswa tetap akan melakukan kegiatan membaca meskipun ada acara televisi menarik. Berdasarkan kriteria yang ada, jumlah tersebut termasuk kategori sangat rendah. Selain itu, masih terdapat 1 mahasiswa atau 4% yang belum jelas sikapnya antara akan tetap melakukan kegiatan membaca atau meninggalkan kegiatan membaca ketika ada acara televisi menarik. Berdasarkan kriteria yang ada, jumlah tersebut termasuh kategori sangat rendah. Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan oleh peneliti, pernyataan “jika acara televisi menarik, kegiatan membaca mahasiswa tinggalkan terlebih dahulu untuk menonton acara televisi” menunjukkan sikap negatif karena pernyataan ini termasuk pernyataan negatif dan jumlah mahasiswa yang setuju lebih banyak daripada mahasiswa yang tidak setuju. e. Indikator Teks (keadaan bacaan, bahasa yang dipakai dalam teks, tata tulis teks, dan tingkat keterbacaan teks) Indikator teks (keadaan bacaan, bahasa yang dipakai dalam teks, tata tulis teks, dan tingkat keterbacaan teks) merupakan indikator faktor eksternal yang berpengaruh terhadap kemampuan membaca pemahaman mahasiswa. Sub indikator faktor teks mencakup (1) pemahaman isi bacaan mahasiswa sering terhambat karena tingkat keterbacaan teks yang terlalu sulit, dan (2) mahasiswa sulit memahami isi bacaan karena kalimat bacaan terlalu panjang, dan (3) struktur teks yang tidak sistematis sering mempersulit pemahaman isi bacaan. Berdasarkan hasil angket dapat disajikan dalam tabel berikut.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
92
Tabel 4.15 Indikator Teks (keadaan bacaan, bahasa yang dipakai dalam teks, tata tulis teks, dan tingkat keterbacaan teks) No
Subindikator 1 (STS)
1
2
3
Tingkat keterbacaan yang terlalu sulit sering menghambat pemahaman isi bacaan. 0 Kalimat yang terlalu panjang mempersulit saya untuk memahami isi bacaan. 1 Struktur teks yang tidak sistematis sering mempersulit pemahaman isi bacaan. 0
Rentang Skor 2 3 4 (TS) (TMP) (S)
5 (SS)
2
4
16
6
6
1
14
6
1
3
17
7
Berdasarkan indikator faktor teks dengan tiga subindikatornya, tabel di atas masing-masing dapat dijelaskan sebagai berikut. Subindikator “tingkat keterbacaan yang terlalu sulit sering menghambat pemahaman isi bacaan” dengan subindikator ini, apabila pilihan sangat setuju dan setuju dimasukkan ke dalam kategori yang sama, berarti ada sebanyak 22 mahasiswa atau 78,57% mahasiswa yang mengganggap tingkat keterbacaan yang terlalu sulit sering menghambat pemahaman isi bacaan yang mereka baca. Berdasarkan kriteria yang ada, jumlah tersebut termasuk tinggi. Sebaliknya, pada subindikator yang sama, apabila pilihan sangat tidak setuju dan tidak setuju dimasukkan ke dalam kategori yang sama terdapat 2 atau 7,14% mahasiswa yang tidak menganggap bahwa tingkat keterbacaan yang terlalu sulit sering menghambat pemahaman isi bacaan yang mereka baca. Berdasarkan kriteria yang ada, jumlah tersebut termasuk sangat rendah. Selain itu, masih ada 4 atau 14,3% mahasiswa yang belum jelas sikapnya. Berdasarkan kriteria yang ada,
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
93
jumlah tersebut termasuk sangat rendah. Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan oleh peneliti, penyataan “tingkat keterbacaan yang terlalu sulit sering menghambat pemahaman isi bacaan” menunjukkan sikap negatif. Alasannya karena pernyataan ini termasuk pernyataan negatif dan jumlah mahasiswa yang setuju lebih banyak daripada mahasiswa yang tidak setuju. Indikator faktor teks dengan subindikator “kalimat yang terlalu panjang mempersulit mahasiswa untuk memahami isi bacaan”. Pada subindikator ini, jika pilihan sangat setuju dan setuju dimasukkan ke dalam kategori yang sama, berarti sebanyak 20 pilihan atau 71,42% mahasiswa mengganggap bahwa kalimat yang terlalu panjang mempersulit mereka untuk memahami isi bacaan. Berdasarkan kriteria yang ada, jumlah tersebut termasuk kategori tinggi. Sebaliknya, dengan subindikator yang sama, apabila pilihan sangat tidak setuju dan tidak setuju ke dalam kategori sama, berarti terdapat 7 pilihan atau 25% mahasiswa menganggap kalimat yang terlalu panjang dalam sebuah bacaan tidak mempersulit mereka untuk memahami isi bacaan. Berdasarkan kriteria yang ada, jumlah tersebut termasuk kategori rendah. Selain itu, masih terdapat 1 atau 4% mahasiswa belum jelas sikapnya. Berdasarkan kriteria yang ada, jumlah tersebut termasuh kategori sangat rendah. Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan oleh peneliti, subindikator
“kalimat yang terlalu panjang mempersulit mahasiswa
untuk memahami isi bacaan”menunjukkan sikap negatif karena pernyataan ini termasuk pernyataan negatif dan jumlah mahasiswa yang setuju lebih banyak. Indikator faktor membaca dengan subindikator “ struktur kalimat yang tidak sistematis sering mempersulit pemahaman isi bacaan” memperlihatkan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
94
kondisi yang bervariasi. Jika pilihan sangat setuju dan setuju dipandang sebagai sikap positif berarti terdapat 24 atau 85,71% mahasiswa yang menyatakan struktur kalimat yang tidak sistematis mempersulit pemahaman isi bacaan. Berdasarkan kriteria yang ada jumlah tersebut termasuk kategori sangat tinggi. Sebaliknya, pada subindikator yang sama, jika pilihan sangat tidak setuju dan tidak setuju dikategorikan sebagai sikap negatif berarti terdapat 1 atau 4% mahasiswa yang menyatakan struktur kalimat yang tidak sistematis tidak mempersulit pemahaman isi bacaan. Berdasarkan kriteria yang ada jumlah tersebut termasuk kategori sangat rendah. Selain itu, masih ada 3 atau 10,71% mahasiswa yang belum jelas sikapnya. Berdasarkan kriteria yang ada, jumlah tersebut termasuk kategori sangat rendah.
Pernyataan “struktur kalimat yang
tidak sistematis sering mempersulit pemahaman isi bacaan” menunjukkan sikap negatif karena pernyataan ini termasuk pernyataan negatif, tetapi jumlah mahasiswa yang setuju lebih banyak daripada mahasiswa yang tidak setuju. Kesimpulan secara keseluruhan hasil analisis faktor membaca, baik faktor internal maupun faktor eksternal berdasarkan hasil keseluruhan tabulasi angket faktor membaca (dilampirkan) diketahui bahwa persentase faktor membaca adalah 72,23%. Jumlah tersebut termasuk dalam kategori tinggi.
4.3.2 Analisis SWOT Penelitian ini juga menggunakan analisis SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, and Threat) untuk mengetahui kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman. Pada faktor internal membaca, subindikator yang termasuk dalam sikap
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
95
positif dapat dikatakan sebagai kekuatan, sedangkan sikap negatif dapat dikatakan sebagai kelemahan. Selanjutnya pada faktor eksternal membaca, subindikator yang termasuk dalam sikap positif dapat dikatakan sebaga peluang sebaliknya sikap negatif dapat dikatakan sebagai ancaman. Adapun penjabarannya sebagai berikut. a. Kekuatan (Strength) Kekuatan atau strength dalam faktor membaca dapat ditentukan berdasarkan hasil analisis peneliti, di mana kekuatan ini berasal dari subindikator atau pernyataan yang terdapat pada faktor internal membaca yang menunjukkan sikap positif. Secara berturut-turut kekuatan faktor membaca dapat disajikan dalam tabel berikut. Tabel 4.16 Kekuatan (Strength) No 1 2 3 4 5
6 7 8 9 10 11
Subindikator Jika diberi tugas membaca oleh dosen, saya berusaha menyelesaikannya tepat waktu. Selama perkuliahan, saya ingin mencapai prestasi setinggi-tingginya dengan cara rajin membaca. Saya membaca bukan karena dorongan orang lain tetapi tumbuh dari kesadaran sendiri. Jika diberi tugas membaca oleh dosen saya sesegera mungkin mencari bahan dan segera membacanya Dalam setiap perkuliahan, saya tidak pernah membaca literatur dari berbagai sumber dengan tujuan untuk melebihi kemampuan temanteman saya. Saya merasa ingin memperoleh bahan bacaan yang dapat dibaca setiap hari. Saya ingin mencari jawaban atas suatu masalah melalui membaca. Saya merasa perlu mendiskusikan dengan teman mengenai isi bacaan yang telah saya baca. Saya ke toko buku untuk membeli bacaan jika di rumah tidak memiliki atau tidak tersedia di perpustakaan pribadi. Saya ingin membaca kembali bacaan yang pernah saya baca untuk menyegarkan ingatan. Membaca sudah menjadi kebutuhan hidup saya yang tidak dapat
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
12 13 14 15 16 17
18
19
20 21 22
23 24 25 26 27 28 29 30
saya tinggalkan. Buku – buku yang akan saya baca saya siapkan di tempat yang mudah saya jangkau. Saya tidak mudah percaya dengan pendapat orang lain sebelum membaca sendiri sumber aslinya. Saya mengonfirmasi gagasan orang lain melalui bacaan yang relevan. Kalau menghadapi ujian, meskipun kondisi kesehatan tidak baik saya tetap membacanya. Saya sangat kecewa jika tugas yang diberikan kepada saya tidak dapat saya selesaikan secara maksimal. Setelah selesai membaca, saya merasa kecewa jika hasil membaca yang saya lakukan dan saya presentasikan di kelas mendapat kritikan dan masukan dari teman. Saya menyadari bahwa membaca merupakan kebutuhan pokok bagi seorang mahasiswa jika ingin memiliki wawasan dan pengetahuan luas. Sesulit apapun isi dalam bacaan, jika berkaitan dengan bidang ilmu yang saya pelajari, saya akan berusaha sampai dapat memahami isi bacaan. Bacaan apa pun jika berkaitan dengan bidang ilmu yang saya pelajari, saya ingin membacanya Saya membaca bacaan yang bermanfaat secara langsung dan mendukung perkuliahan saya. Jika ada pendapat ahli yang dikutip dalam suatu artikel, buku, atau hasil penelitian, saya ingin melacak sumber aslinya agar dapat memahami secara lebih komprehensif. Saya ingin merujuk pada bacaan setiap berargumentasi dengan orang lain Tingkat intelegensi tidak begitu penting, jika tekun dan rajin membaca pasti dapat memahami isi bacaan. Dengan memahami berbagai teknik membaca, ternyata sangat membantu mempermudah memahami isi bacaan. Untuk mempermudah memahami isi bacaan, saya membuat skema gagasan setiap kali membaca. Sambil membaca, saya membuat ringkasan isi bacaan. Untuk memahami isi bacaan, saya membuat pertanyaan berdasarkan isi bacaan yang saya baca. Agar memahami isi bacaan, saya merumuskan dengan bahasa sendiri. Pengetahuan atau pengalaman yang sudah saya miliki berperan besar untuk membantu mempermudah pemahaman isi bacaan yang saya baca.
96
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
97
b. Kelemahan (Weakness) Kelemahan atau weakness yang terdapat dalam faktor membaca dapat ditentukan dari hasil analisis sikap negatif pada subindikator faktor internal membaca. Berikut ini kelemahan faktor membaca yang mempengaruhi mahasiswa PBSI semester VI kelas B Universitas Sanata Dharma Yogyakarta disajikan dalam tabel di bawah ini. Tabel 4.17 Kelemahan (Weakness) No 1 2 3
4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
16
Subindikator Jika akan menempuh ujian tengah semester atau akhir semester, dorongan membaca saya sangat kuat. Target membaca yang saya inginkan tidak pernah saya tentukan ketika membaca. Setelah membaca, saya berkeinginan mengungkapkan gagasan hasil membaca secara tertulis dalam bentuk artikel, makalah,atau bentuk lain. Jika ada buku yang baru terbit, saya ingin membelinya. Jika diberi tugas membaca oleh dosen, saya mencari bahan bacaan setelah tugas lain saya selesaikan. Saya memiliki kecenderungan untuk membaca setiap hari. Saya menyusun jadwal teratur untuk membaca setiap hari. Saya membawa bahan bacaan kemana pun pergi. Dalam keseharian, saya selalu menentukan target yang jelas untuk melakukan kegiatan membaca. Jika perasaan sedang enak, saya mudah sekali memahami isi bacaan yang saya baca. Saya merasa aneh jika bepergian tetapi tidak membawa bahan bacaan. Saya merasa masih ada yang kurang jika belum membaca sebelum tidur Saya hanya membaca jenis bacaan yang saya anggap menarik untuk dibaca. Dalam keseharian, dorongan membaca yang tertuju pada bacaanbacaan hiburan. Meskipun berkaitan dengan bidang ilmu yang saya pelajari, kadang-kadang saya mengalami kesulitan untuk memahami isi bacaan. Bacaan yang tidak berkaitan dengan bidang yang saya pelajari, saya sering mengalami kesulitan untuk memahami isinya.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
17
98
Meskipun berkaitan dengan bidang ilmu yang saya pelajari, kadang-kadang saya mengalami kesulitan untuk memahami isi bacaan. Bacaan yang tidak berkaitan dengan bidang yang saya pelajari, saya sering mengalami kesulitan untuk memahami isinya. Agar memahami isi bacaan, saya cukup mengingat-ingat isinya saja. Ketika membaca, kesulitan yang saya hadapi adalah kata-kata yang tidak saya ketahui artinya. Teks yang terlau banyak kata-kata asing sering mempersulit pemahaman isi bacaan.
18 19 20 21
c. Peluang (Opportunity) Peluang atau opportunity dalam faktor membaca dapat ditentukan berdasarkan faktor eksternal membaca yang memiliki subindikator yang termasuk dalam sikap positif . Berikut peluang faktor membaca mahasiswa PBSI semester VI kelas B Universitas Sanata Dharma Yogyakarta disajikan dalam tabel di bawah ini. Tabel 4.18 Peluang (Opportunity) No 1 2 3 4
Subindikator Meskipun pendapatan orang tua terbatas, kalau untuk membeli buku, saya selalu diberi uang untuk membelinya. Saya merasa gelisah di saat ingin membaca tetapi tidak tersedia bahan bacaan Lingkungan rumah tangga saya atau tempat saya tinggal sangat nyaman untuk membaca. Lingkungan masyarakat tempat saya tinggal sangat kondusif untuk membaca.
d. Ancaman (Threat) Ancaman atau threat faktor membaca dapat ditentukan berdasarkan faktor eksternal membaca yang memiliki subindikator yang termasuk dalam sikap
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
99
negatif. Berikut ini ancaman faktor membaca yang mempengaruhi mahasiswa PBSI semester VI kelas B Universitas Sanata Dharma Yogyakarta disajikan dalam tabel. Tabel 4.19 Ancaman (Threat) No 1 2 3 4 5 6 7
Subindikator Saya tidak pernah mengalami kesulitan untuk memperoleh bahan bacaan yang saya butuhkan. Jadwal membaca saya sering terganggu, jika tiba-tiba ada orang yang datang bertamu. Masih kuatnya pengaruh bahasa lisan dalam hidup saya, sering mempersulit pemahaman isi bacaan. Jika acara televisi menarik, kegiatan membaca saya tinggalkan terlebih dahulu untuk menonton acara televisi. Tingkat keterbacaan yang terlalu sulit sering menghambat pemahaman isi bacaan. Kalimat yang terlalu panjang mempersulit saya untuk memahami isi bacaan. Struktur teks yang tidak sistematis sering mempersulit pemahaman isi bacaan.
4.4 Analisis
Hasil Tes
Kemampuan
Membaca
Pemahaman
dan
Keterkaitannya dengan SWOT 4.4.1 Analisis Data Tes kemampuan Membaca Pemahaman Tes
kemampuan
membaca
pemahaman
yang
digunakan
dalam
pengumpulan data berupa tes objektif atau pilihan ganda dan digunakan untuk mengukur tingkat kognitif mahasiswa dalam memahami isi bacaan. Dalam hal ini mahasiswa diharapkan dapat memilih jawaban yang tepat untuk setiap pertanyaan yang ada di dalam tes. Dalam
tes kemampuan membaca pemahaman yang
diberikan kepada mahasiswa terdapat 42 butir pertanyaan. Teks yang digunakan dalam tes ini diambil dari potongan paragraf yang bersumber dari surat kabar. Mahasiswa diharapkan mampu menjawab pertanyaan yang berupa potongan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
100
paragraf yang bersumber dari surat kabar tersebut. Pertanyaan yang harus dijawab oleh mahasiswa, yaitu mengenai arti kata, arti istilah, makna tersirat, makna tersurat, menarik kesimpulan, memprediksi maksud penulis dan mengevaluasi bacaan yang ada di dalam teks yang diujikan. Dalam tes objektif hanya terdapat satu jawaban benar. Oleh karena itu, untuk penilaian tes objektif adalah jawaban benar akan mendapat skor satu (1) , sedangkan untuk jawaban salah mendapat skor nol (0). Kemudian jumlah benar dalam satu tes untuk tiap mahasiswa menjadi nilai keseluruhan dalam tes kemampuan membaca pemahaman. Perhitungan nilai rata-rata dan simpangan baku tes kemampuan membaca pemahaman mahasiswa PBSI semester VI kelas B Universitas Sanata Dharma Yogyakarta tahun ajaran 2015 disajikan dalam lampiran tujuh. Langkah selanjutnya, setelah
diketahui nilai rata-rata dan
simpangan baku dikonversikan ke dalam skala lima. Skala lima digunakan untuk mengetahui tingkat keberhasilan untuk tes kemampuan membaca pemahaman. Setelah mengkonversikan ke dalam skala lima, kemudian membuat rincian hasil perhitungan kemampuan membaca pemahaman mahasiswa PBSI semester VI kelas B Universitas Sanata Dharma tahun ajaran 2015 disajikan dalam tabel berikut. Tabel 4.20 Hasil Perhitungan Tes Kemampuan Membaca Pemahaman No
Kelompok Frekuensi Skala Frekuensi nilai (%) 5
1
27 – 42
4
14,2%
5
2
24 – 26
8
28,5%
4
3
21 – 23
8
28,5%
3
Kategori Kemampuan Membaca Pemahaman Sangat Tinggi Kemampuan Membaca Pemahaman Tinggi Kemampuan Membaca
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
4
17 – 20
6
21,4%
2
5
< 17
2
7,14%
1
101
Pemahaman Cukup Kemampuan Membaca Pemahaman Kurang Tidak Memiliki Kemampuan Membaca Pemahaman
Dari tabel di atas diketahui, nilai tes kemampuan membaca pemahaman mahasiswa PBSI semester VI kelas B Universitas Sanata Dharma Yogyakarta tahun ajaran 2014/2015. Mahasiswa yang memiliki kemampuan membaca pemahaman yang tinggi adalah mahasiswa yang termasuk dalam kelompok nilai tes kemampuan membaca pemahaman 24 sampai dengan 42. Mahasiswa dinyatakan memiliki kemampuan membaca pemahaman tinggi karena dapat memahami tes yang berupa penggalan paragraf, sehingga dapat menjawa pertanyaan tes dengan benar dan tepat. Mahasiswa yang memiliki kemampuan membaca pemahaman rendah adalah mahasiswa yang termasuk dalam kelompok nilai tes kemampuan membaca pemahaman kurang dari 24. Mahasiswa dinyatakan memiliki kemampuan membaca pemahaman rendah karena kurang mampu menjawab pertanyaan dengan tepat seperti pertanyaan mengenai makna tersurat, memberikan simpulan pada penggalan paragraf , kurang terliti dalam menganalisis, mengevaluasi kalimat yang kurang efektif, menentukan pikiran utama dari penggalan paragraf yang terdapat dalam tes, dan memprediksi pikiran pembaca. Berdasarkan simpulan tersebut dapat dirinci perhitungan nilai kemampuan membaca pemahaman sebagai berikut. Dari 28 mahasiswa PBSI semester VI Universitas Sanata Dharma yang mengikuti tes, empat mahasiswa (14,2%) dengan kelompok nilai tes membaca pemahaman
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
102
antara 27 sampai dengan 42 dinyatakan masuk kategori memiliki kemampuan membaca pemahaman sangat tinggi. Delapan mahasiswa (28,5%) dengan kelompok nilai 24 sampai dengan 26 dinyatakan masuk kategori kemampuan membaca pemahaman tinggi. Enam mahasiswa (28,5%) dengan kelompok nilai antara 21 sampai dengan 25 dinyatakan masuk kategori kemampuan membaca pemahaman cukup. Enam mahasiswa (21,4%) dengan kelompok nilai antara 17 sampai 20 dinyatakan masuk kategori kemampuan membaca pemahaman kurang, sedangkan dua mahasiswa (7,14%) dengan kelompok nilai kurang dari 17 dinyatakan masuk kategori tidak memiliki kemampuan membaca pemahaman. Kesimpulan hasil kemampuan membaca pemahaman mahasiswa PBSI semester VI kelas B Universitas Sanata Dharma Yogyakarta tahun ajaran 2015 adalah tingkat kemampuan membaca pemahaman mahasiswa PBSI semester VI kelas B berada pada kategori cukup. Hal ini dibuktikan dengan nilai rata-rata mahasiswa adalah 22,28. 4.4.2 Keterkaitan Hasil Tes Kemampuan Membaca Pemahaman dengan Analisis SWOT Setelah mengetahui hasil tes kemampuan membaca pemahaman mahasiswa, selanjutnya peneliti menganalisis keterkaitan hasil tes tersebut dengan analisis SWOT yang terdiri dari kekuatan, kelemahan, ancaman, dan peluang. Kekuatan, kelemahan, ancaman, dan peluang diambil dari hasil analisis faktor membaca, hasil observasi, dan hasil wawancara mahasiswa. Secara berturut-turut akan dijelaskan sebagai berikut.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
103
a. Keterkaitan Aspek Menangkap Arti Kata/Istilah dengan Analisis SWOT Aspek menangkap arti kata/istilah merupakan aspek yang terdapat dalam kemampuan membaca pemahaman. Pada aspek ini terdapat dua butir soal dari 42 butir soal yang digunakan untuk mengukur kemampuan mahasiswa. Hasil tes membaca pemahaman mahasiswa pada aspek menangkap arti kata/istilah menunjukkan bahwa mahasiswa tidak lulus atas aspek ini. Hal itu dikarenakan hanya terdapat 17 atau 30,4% mahasiswa yang dapat menjawab benar dan mahasiswa yang menjawab salah terdapat 39 atau 69,64% mahasiswa. Jika hasil tes pada aspek menangkap arti kata/istilah dikaitkan dengan analisis SWOT dapat dipaparkan bahwa dalam aspek ini terdapat kekuatan yang dapat mendukung mahasiswa untuk meningkatkan kemampuannya atas aspek menangkap arti kata/istilah. Kekuatan yang dimiliki oleh mahasiswa, yaitu mereka sudah membaca literatur dari berbagai sumber dalam setiap perkuliahan, buku-buku yang akan digunakan juga sudah disiapkan di tempat yang mudah dijangkau. Selain itu, mahasiswa sudah mulai bertanya kepada dosen jika mereka mengalami kesulitan dalam memahami materi, dan
menandai kata-kata pada kalimat yang tidak
diketahui artinya ketika sedang melakukan kegiatan membaca. Sebaliknya,pada aspek yang sama ternyata terdapat kelemahan yang dimiliki oleh mahasiswa miliki, yaitu mahasiswa tidak membawa bahan bacaan kemanapun mereka pergi dan ketika tidak membawa bahan bacaan itu mereka tidak merasa aneh atau merasa ada yang kurang. Selain kelemahan ternyata juga terdapat sebuah ancaman yang dapat memengaruhi kemampuan mahasiswa dalam
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
104
aspek menangkap arti kata atau istilah. Ancaman yang mempengaruhi kemampuan mahasiswa, yaitu masih merasa kesulitan mencari bahan bacaan yang mereka butuhkan dan memiliki dorongan membaca yang kuat pada bahan bacaan yang dianggap menarik untuk dibaca dan mudah dipahami bahasanya. Namun, dalam aspek menangkap arti kata/istilah juga terdapat peluang yang dapat menjadi penunjang mahasiswa untuk meningkatkan kemampuannya. Peluang aspek menangkap arti kata atau istilah, yaitu mereka masih sering gelisah ketika tidak tersedia bahan bacaan ketika mereka ingin membaca. b. Keterkaitan Aspek Menangkap Makna Tersirat dengan Analisis SWOT Aspek menangkap makna tersirat merupakan bagian dari aspek kemampuan membaca pemahaman di mana pada aspek ini seseorang diharapkan mampu untuk menentukan makna tersirat yang terdapat dalam teks. Makna tersirat (disebut juga makna implisit) adalah makna/arti/frasa/kalimat yang untuk mengetahuinya perlu membaca keseluruhan isi (baik kalimat utama maupun kalimat penjelasnya), karena tidak dituliskan secara jelas di dalam teks. Pada aspek makna tersirat terdapat lima butir soal dari 42 butir soal yang digunakan untuk mengukur kemampuan mahasiswa. Jika kelima butir soal dijumlahkan, berarti jumlah keseluruhan mahasiswa adalah 140 mahasiswa, dengan jumlah keseluruhan mahasiswa menjawab benar 49 atau 35% mahasiswa dan 91 atau 65% mahasiswa menjawab salah, maka dapat disimpulkan bahwa pada aspek menangkap makna tersirat mahasiswa semester VI kelas B Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta tidak lulus.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
105
Jika data tersebut dikaitkan dengan analisis SWOT maka diketahui kekuatan,kelemahan, ancaman, dan peluang yang mahasiswa miliki atas aspek menangkap makna tersirat.
Kekuatan yang dimiliki oleh mahasiswa, yaitu
mahasiswa menyadari pengetahuan atau pengalaman yang sudah dimiliki berperan besar untuk membantu mempermudah pemahaman isi bacaan yang mereka baca. Selain itu, seperti yang kita ketahui bahwa dalam menangkap makna tersirat kita perlu membaca isi bacaan secara keseluruhan, karena tidak dituliskan secara jelas di dalam teks. Maka untuk mempermudah memahami isi bacaan, mereka membuat skema gagasan setiap kali membaca dan membaca teks tidak cukup sekali. Selanjutnya, pada aspek menangkap makna tersirat juga terdapat kelemahan, yaitu mahasiswa merasa kesulitan memahami isi bacaan ketika melakukan kegiatan membaca menemukan kata-kata yang tidak mereka ketahui artinya. Selain kelemahan ternyata terdapat ancaman yang dapat mempengaruhi kemampuan membaca pemahaman mahasiswa atas aspek menangkap makna tersirat. Ancaman yang mempengaruhi, yaitu kalimat yang terlalu panjang dan bahasa yang digunakan dalam bahan bacaan yang sulit dipahami juga membuat mahasiswa malas untuk membacanya, justru akan meninggalkan bacaan itu. Namun, kelemahan dan ancaman atas aspek menangkap makna tersirat dapat diatasi dengan adanya peluang, yaitu kondisi lingkungan rumah tangga dan masyarakat tempat mahasiswa tinggal sangat kondusif
dan nyama untuk
melakukan kegiatan membaca dan mahasiswa juga mudah mengatasi ganggu yang berkaitan dengan lingkungan di luar diri mereka. Tidak hanya itu, ketika
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
106
mereka belum memahami sesuatu mereka juga akan menanyakan hal itu kepada orang yang ahli di bidangnya. c. Keterkaitan Aspek Menangkap Makna Tersurat dengan Analisis SWOT Aspek menangkap makna tersirat adalah aspek ketiga dari enam aspek yang ada dalam kemampuan membaca pemahaman. Makna tersurat sering juga disebut sebagi makna eksplisit, untuk mengetahuinya cukup membaca sekilas, karena telah dituliskan secara jelas di dalam teks dan lebih jelas dipahami. Hasil tes membaca pemahaman pada aspek menangkap makna tersurat diketahui bahwa pada aspek ini terdapat tiga butir soal dari 42 butir soal yang ada dalam tes kemampuan membaca pemahaman. Dari tiga butir soal yang dinyatakan masuk dalam aspek menangkap makna tersurat
terdapat 36 mahasiswa atau
42,85% menjawab benar dan jumlah keseluruhan mahasiswa yang menjawab salah adalah 48 mahasiswa atau 57,14%. Kesimpulannya pada spek menangkap makna tersurat mahasiswa PBSI semester VI Universitas Sanata Dharma dinyatakan lulus. Data tersebut dikaitkan dengan analisis SWOT. Adapun penjelasannya sebagai berikut. Kekuatan yang dimiliki oleh mahasiswa yaitu memahami berbagai teknik membaca, sangat membantu mempermudah dalam memahami isi bacaan, jika ada pendapat ahli yang dikutip dalam artikel, buku, atau hasil penelitian, mahasiswa ingin melacak sumber aslinya agar dapat memahami secara komprehensif, dan mengonfirmasi gagasan orang lain melalui bacaan yang relevan. Sedangkan, untuk kelemahan dalam aspek menangkap makna tersurat adalah mahasiswa tidak memiliki kecenderungan untuk membaca setiap hari, tidak menentukan jadwal
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
107
teratur untuk membaca, dan sering pasif dalam perkuliahan daripada bertanya kepada dosen ketika mengadapi kesulitan. Sehingga ketika dosen bertanya mahasiswa kesulitan menjawab. Selain kekuatan dan kelemahan, di dalam analisis SWOT juga terdapat ancaman dan peluang. Ancaman yang dijumpai dalam aspek menangkap makna tersurat adalah struktur teks yang tidak sistematis sering mempersulit pemahaman isi bacaan dan masih melakukan kegiatan membaca pada saat-saat tertentu atau sesuai dengan perasaan dan kondisi mereka. Selanjutnya untuk peluang atas aspek menangkap makna tersurat adalah lingkungan rumah tangga atau tempat mahasiswa tinggal sangat nyaman untuk membaca. d. Keterkaitan Aspek Menarik Kesimpulan isi bacaan dengan Analisis SWOT Aspek menarik kesimpulan isi bacaan merupakan bagian dari aspek kemampuan membaca pemahaman. Menarik kesimpulan dapat dilakukan ketika seseorang sudah membaca keseluruhan isi bacaan yang dibacanya. Terdapat 12 butir soal yang masuk dalam kategori aspek menarik kesimpulan isi bacaan. Hasil tes membaca pemahaman pada aspek menarik kesimpulan isi bacaan diketahui Jumlah keseluruhan mahasiswa yang dapat menjawab benar adalah 173 atau 52% mahasiswa, sedangkan 163 atau 48.51% mahasiswa menjawab salah. Kesimpulan yang dapat dirumuskan oleh peneliti setelah melihat hasil tes di atas adalah pada aspek menarik kesimpulan isi bacaan mahasiswa PBSI semester VI kelas B Universitas Sanata Dharma Yogyakarta dinyatakan lulus. Data tersebut dapat dikaitkan dengan analisis SWOT. Berikut ini penjelasannya.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
108
Kekuatan dalam aspek menarik kesimpulan isi bacaan yaitu mahasiswa mengonfirmasi gagasan orang lain melalui bacaan yang relevan, sesulit apapun isi dalam bacaa, jika berkaitan dengan bidang ilmu yang mahasiswa pelajari, mereka akan berusaha sampai dapat memahami isi bacaan, dan untuk memudahkan dalam memahami isi bacaan, mahasiswa membuat pertanyaan berdasarkan isi bacaan yang dibaca. Kelemahan dalam aspek menarik kesimpulan isi bacaan adalah meskipun berkaitan dengan bidang ilmu yang mahasiswa pelajari, kadang-kadang mereka mengalami kesulitan untuk memahami isi bacaan, dan jadwal membaca mahasiswa sering terganggu, jika tiba-tiba ada orang yang datang bertamu. Ancaman dalam aspek menarik kesimpulan isi bacaan adalah struktur teks yang tidak sistematis sering mempersulit pemahaman isi bacaan. Peluang aspek menarik kesimpulan isi bacaan adalah lingkungan masyarakat tempat saya tinggal sangat kondusif untuk membaca. e. Ketertarikan Aspek Memprediksi maksud Penulis dengan Analisis SWOT Aspek memprediksi maksud penulis. Memprediksi merupakan kegiatan memperkirakan segala sesuatu yang akan terjadi. Dalam hal ini memprediksi yang dimaksud seseorang mampu menentukan atau memperkirakan apa maksud dari penulis ketika seseorang itu sudah menyelesaikan menbaca sebuah teks. Terdapat 15 butir soal yang dinyatakan masuk dalam kategori aspek memprediksi maksud penulis. Hasil tes membaca pemahaman pada aspek memprediksi maksud penulis diketahui jumlah keseluruhan mahasiswa yang dapat menjawab benar atas 15
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
109
butir soal berkaitan dengan aspek memprediksi maksud penulis adalah 242 atau 57,61% mahasiswa. Selain itu, terdapat 178 atau 42,4% mahasiswa menjawab salah. Kesimpulannya adalah mahasiswa PBSI semester VI kelas B Universitas Sanata Dharma Yogyakarta dinyatakan lulus tes kemampuan membaca pemahaman atas aspek memprediksi maksud penulis. Data tersebut dapat dikaitkan dengan analisis SWOT. Adapun penjelasannya sebagai berikut. Kekuatan, kelemahan, ancaman, dan peluang merupakan bagian dari analisis SWOT. Dalam aspek memprediksi maksud penulis dapat diketahui kekuatan yang dimiliki oleh mahasiswa, yaitu mereka selalu memiliki keinginan untuk mendiskusikan dengan teman mengenai isi bacaan yang telah mereka baca dan tidak mudah percaya dengan pendapat orang lain sebelum membaca sendiri sumber aslinya. Selain itu, ada sudah mencoba membiasakan diri untuk menentukan buku apa yang akan dibaca dan target apa yang diinginkan. Ternyata, selain kekuatan dalam aspek memprediksi maksud penulis juga terdapat kelemahan yang ada dalam diri mahasiswa, yaitu akan mudah memahami isi bacaan yang dibaca jika perasaan sedang enak dan hanya membaca jenis bacaan yang dianggap menarik. Selanjutnya, ancaman dalam aspek memprediksi maksud penulis yaitu tingkat keterbacaan yang terlalu sulit sering menghambar pemahaman isi bacaan. Sedangkan untuk peluang aspek memprediksi maksud penulis adalah lingkungan rumah tangga atau tempat mahasiswa tinggal sangat nyaman untuk membaca.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
110
f. Keterkaitan Aspek Mengevaluasi bacaan dengan Analisis SWOT Aspek mengevaluasi bacaan, mengevaluasi adalah kegiatan memberikan penilaian terhadapa sesuatu, dalam hal ini seseorang diharapkan mampu memberikan penilaian atas bacaan yang dibacanya baik dari segi kelebihan dan kekurangan isi bacaan. Terdapat 5 butir soal yang termasuk dalam kategori aspek mengevaluasi bacaan. Hasil tes kemampuan membaca pemahaman pada aspek mengevaluasi bacaan
diketahui jumlah keseluruhan mahasiswa yang dapat
menjawab benar atas 5 butir soal ini adalah 89 atau 64% mahasiswa dan 51 atau 36,42% mahasiswa menjawab salah. Berdasarkan hasil tes di atas dapat disimpulkan bahwa mahasiswa PBSI semester VI kelas B Universitas Sanata Dharma Yogyakarta lulus aspek mengevaluasi bacaan. Data tersebut dapat dikaitkan dengan analisis SWOT. Berikut ini penjelasannya. Kekuatan aspek mengevalusi bahan bacaan adalah mahasiswa ingin mencari jawaban atas suatu masalah melalui membaca dan menyadari jika membaca buka karena dorongan orang lain tetapi tumbuh dari kesadaran sendiri. Ketika mendapat kritikan dan masukan dari dosen atau teman mereka tidak kecewa, tetapi mereka senang karena mereka dapat mengetahui letak kesalahan yang dibuat. Kelemahan aspek mengevaluasi bahan bacaan adalah dalam keseharian mahasiswa tidak menentukan target yang jelas untuk membaca dan dorongan membaca mereka tertuju pada bacaan-bacaan hiburan. Selain kelemahan dalam analisis SWOT juga terdapat ancaman. Ancaman dalam aspek mengevaluasi bahan bacaan adalah kegiatan membaca akan ditinggalkan ketika ada acara televisi menarik. Ketika bahan bacaan yang mereka baca tidak menarik
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
111
tidak akan menuntaskan membacanya dan memilih mengerjakan hal lain. Peluang aspek mengevaluasi bacaan adalah suasana lingkungan masyarakat tempat mereka tinggal sangat kondusif untuk membaca.
4.5 Analisis Data Hasil Wawancara Subbab ini membahas hasil wawancara beberapa mahasiswa PBSI semester VI Universitas Sanata Dharma Yogyakarta untuk mengonfirmasi hasil angket dan hasil tes. Wawancara dilakukan secara tebuka dengan rambu – rambu sebagai berikut (1) berkaitan dengan minat baca yang dimiliki agar mencapai prestasi yang baik, (2) berkaitan dengan motivasi yang mendorong dirinya untuk membaca, (3) berkaitan dengan faktor internal dan eksternal dominan yang mempengaruhi kemampuan membaca pemahaman, dan (4) berkaitan dengan budaya baca yang dimiliki. Pertama, mengenai aspek yang berkaitan dengan minat baca yang dimiliki agar mencapai prestasi yang baik. Pertanyaan mengenai aspek ini menurut beberapa mahasiswa yang peneliti wawancara menyatakan bahwa minat yang dimiliki mahasiswa tidak tinggi masih dalam taraf cukup. Namun, dengan minat baca yang cukup kuat beberapa mahasiswa PBSI semester VI ini sudah memiliki prestasi yang dapat dinyatakan masuk dalam kategori memuaskan. Ada juga yang mengatakan minat baca mereka tergantung atas mata kuliah yang diikuti. Jika mata kuliahnya menarik, jenis buku dan bahasa yang digunakan dalam isi bacaan mudah dipahami pasti akan melakukan kegiatan membaca. Minat memang suatu bentuk kesadaran diri yang disertai dengan adanya perbuatan. Begitu halnya
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
112
dengan membaca, seseorang akan melakukan kegiataan membaca ketika dia memiliki keinginan untuk membaca bahan bacaan yang tersedia. Tidak selamanya ketika banyak bahan bacaan yang tersedia akan membuat niat seseorang itu tinggi. Berdasarkan hasil wawancara minat baca mahasiswa memang belum sangat tinggi, masih tertuju pada jenis – jenis bacaan yang menggunakan bahasa yang mudah dipahami dan sesuai dengan kebutuhan mereka. Namun, prestasi yang mereka miliki sudah baik sesuai dengan hasil belajar mereka yang berupaya membaca buku referensi yang berkaitan dengan mata kuliah agar dapat menunjang pengetahuan mereka. Kedua, mengenai aspek yang berkaitan dengan motivasi yang mendorong dirinya untuk membaca. Dalam hal ini mahasiswa memiliki motivasi yang cukup kuat yang mendukung mereka untuk melakukan kegiataan membaca. Seperti ketika mereka mempresentasikan hasil membacanya di kelas saat proses perkuliahan kemudian dikritik dan diberi masukkan oleh dosen atau teman tidak membuat mereka merasa kecewa walaupun kadang kritikan dan masukkan yang didapat tidak selamanya berupa pujian. Beberapa mahasiswa ini akan tetap membaca buku referensi yang disarankan jika memang dengan membaca referensi itu akan membuat hasil presentasi mereka menjadi lebih maksimal. Ketiga, mengenai aspek yang berkaitan dengan faktor internal dan eksternal dominan yang mempengaruhi kemampuan membaca pemahaman. Untuk pertanyaan ketika ini, para mahasiswa mengatakan bahwa factor yang sangat dominan mempengaruhi kemampuan membaca mereka adalah faktor internal, faktor yang ada dalam diri mahasiswa itu sendiri. Mereka belum mampu
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
113
mengatasi pengaruh faktor internal yang dapat mempengaruhi kemampuan membaca mereka. Misalnya ketika mereka sedang galau atau sedih pasti mereka tidak dapat konsentrasi untuk membaca. Sedangkan untuk hal yang berkaitan dengan
faktor
eksternal
mahasiswa
cenderung
mampu
mengatasinya
dibandingkan dengan faktor internal yang ada dalam diri mereka. Keempat, mengenai budaya baca yang dimiliki. Kegiatan membaca belum menjadi budaya baca di kalangan mahasiswa PBSI semester VI Universitas Sanata Dharma Yogyakarta ini. Mereka melakukan kegiatan membaca untuk memenuhi kebutuhan mereka dan sesuai dengan kesenangan mereka. Ketika sedang ingin sekali membaca para mahasiswa ini akan melakukan kegiatan membaca dengan penuh semangat. Jika apa yang dibaca sesuai dengan apa yang dibutuhkan dan isi bacaan yang diulas menarik pasti akan membacanya. Begitupun sebaliknya ketika tidak menarik dan tidak sesuai dengan kebutuhan mereka, mahasiswa tidak melakukan kegiatan membaca. Sebenarnya ada juga yang sudah menjadikan kegiatan membaca sebagai sebuah kebiasaan dalam hidupnya. Mulai menyukai berbagai jenis genre buku, meski kadang faktor teks juga mempengaruhi keinginannya membaca seperti bahasa, struktur yang ada dalam isi bacaan. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan peneliti terhadap beberapa mahasiswa PBSI semester VI Universitas Sanata Dharma Yogyakarta dapat disimpulkan bahwa minat dan motivasi yang dimiliki oleh mahasiswa sudah cukup tinggi. Faktor yang dominan mempengaruhi kemampuan membaca pemahaman mereka yaitu faktor internal, faktor yang berasal dari dalam diri
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
114
mahasiswa itu sendiri. Untuk budaya baca, mahasiswa belum menjadikan kegiatan membaca sebagai kebiasaan dalam kehidupan mereka sehari – hari .
4.6 Strategi Pembelajaran Kemampuan Membaca Pemahaman Strategi pembelajaran adalah pendekatan menyeluruh dalam suatu sistem pembelajaran yang berupa pedoman umum dan kerangka kegiatan untuk mencapai tujuan umum pembelajaran, yang dijabarkan dari pandangan falsafah atau teori belajar tertentu (Abdul,2013:7). Strategi pembelajaran membaca pemahaman pada dasarnya adalah siasat yang dapat digunakan ketika mahasiswa melakukan kegiatan membaca dapat memahami isi teks dan memperoleh makna dari yang dibacanya. Penentuan strategi pembelajaran disesuaikan dengan gaya belajar mahasiswa. Terdapat tiga jenis gaya belajar yaitu gaya belajar visual, gaya belajar auditorial, dan gaya belajar kinestetik. Berikut ini strategi pembelajaran membaca pemahaman yang dirumuskan oleh peneliti sesuai dengan enam aspek yang terdapat dalam membaca pemahaman. a. Strategi Pembelajaran untuk Aspek Menangkap Arti kata/istilah Analisis SWOT berkaitan dengan aspek menangkap arti/istilah diketahui memiliki kekuatan,kelemahan, ancaman dan peluang. Kekuatan yang dimiliki oleh mahasiswa, yaitu mereka sudah membaca literatur dari berbagai sumber dalam setiap perkuliahan, buku-buku yang akan digunakan juga sudah disiapkan di tempat yang mudah dijangkau. Selain itu, mahasiswa sudah mulai bertanya kepada dosen jika mereka mengalami kesulitan dalam memahami materi, dan menandai kata-kata pada kalimat yang tidak diketahui artinya ketika sedang
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
115
melakukan kegiatan membaca. Sebaliknya, pada aspek yang sama ternyata terdapat kelemahan yang dimiliki mahasiswa dalam aspek menangkap arti kata atau istilah, yaitu mahasiswa tidak membawa bahan bacaan kemanapun mereka pergi dan ketika tidak membawa bahan bacaan itu mereka tidak merasa aneh atau merasa ada yang kurang. Selain kelemahan, ternyata terdapat ancaman yang dapat memempengaruhi kemampuan mahasiswa dalam aspek menangkap arti kata atau istilah. Ancaman yang mempengaruhi kemampuan mahasiswa, yaitu masih merasa kesulitan mencari bahan bacaan yang mereka butuhkan dan memiliki dorongan membaca yang kuat pada bahan bacaan yang dianggap menarik untuk dibaca dan mudah dipahami bahasanya. Namun, dalam aspek menangkap arti kata/istilah juga terdapat peluang yang dapat menjadi penunjang mahasiswa untuk meningkatkan kemampuannya. Peluang aspek menangkap arti kata atau istilah, yaitu mereka masih sering gelisah ketika tidak tersedia bahan bacaan ketika mereka ingin membaca. Berdasarkan pemaparan di atas dapat ditentukan strategi pembelajaran kemampuan membaca pemahaman untuk aspek menangkap arti kata/ istilah, sebagai berikut. Membiasakan mahasiswa untuk membaca berbagai literatur yang tidak hanya melulu menggunakan bahasa Indonesia dan menarik untuk dibaca saja, sehingga dapat melatih pemahaman mahasiswa ketika menghadapi kata-kata asing yang dapat mempersulit pemahaman mereka. Selain itu, Mahasiswa menandai kata-kata asing yang tidak mereka ketahui artinya menggunakan beraneka macam pena atau spidol warna, karena kelamahan mahasiswa itu tidak
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
116
membiasakan diri membawa bahan bacaan kemanapun pergi, sebaiknya mulai membiasakan membawa bahan bacaan kemanapun pergi. Jadi strategi pembelajaran yang sesuai untuk aspek menangkap arti kata/istilah, yaitu membiasakan diri untuk membawa bahan bacaan kemanapun pergi. Pada aspek menangkap arti kata/istilah buku yang dapat digunakan adalah kamus. Dengan demikian, jika disesuaikan dengan gaya belajar mahasiswa maka strategi tersebut dapat diterapkan untuk ketiga gaya belajar yang ada, yaitu visual, auditorial, dan kinestetik. b. Strategi Pembelajaran untuk Aspek Menangkap Makna Tersirat Analisis SWOT berkaitan dengan aspek menangkap makna tersirat diketahui kekuatan yang dimiliki oleh mahasiswa, yaitu mahasiswa menyadari pengetahuan atau pengalaman yang sudah dimiliki berperan besar untuk membantu mempermudah pemahaman isi bacaan yang mereka baca. Selain itu, seperti yang kita ketahui bahwa dalam menangkap makna tersirat kita perlu membaca isi bacaan secara keseluruhan, karena tidak dituliskan secara jelas di dalam teks. Untuk mempermudah memahami isi bacaan, mereka membuat skema gagasan setiap kali membaca dan membaca teks tidak cukup sekali. Selanjutnya, pada aspek menangkap makna tersirat juga terdapat kelemahan, yaitu mahasiswa merasa kesulitan memahami isi bacaan ketika melakukan kegiatan membaca menemukan kata-kata yang tidak
mereka ketahui artinya. Selain kelemahan
ternyata terdapat ancaman yang dapat mempengaruhi kemampuan membaca pemahaman mahasiswa atas aspek menangkap makna tersirat. Ancaman yang mempengaruhi, yaitu kalimat yang terlalu panjang dan bahasa yang digunakan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
117
dalam bahan bacaan yang sulit dipahami juga membuat mahasiswa malas untuk membacanya, justru akan meninggalkan bacaan itu. Namun, kelemahan dan ancaman atas aspek menangkap makna tersirat dapat diatasi dengan adanya peluang, yaitu kondisi lingkungan rumah tangga dan masyarakat tempat mahasiswa tinggal sangat kondusif dan nyaman untuk melakukan kegiatan membaca dan mahasiswa juga mudah mengatasi gangguan yang berkaitan dengan lingkungan di luar diri mereka. Tidak hanya itu, ketika mereka belum memahami sesuatu mereka juga akan menanyakan hal itu kepada orang yang ahli di bidangnya. Berdasarkan data di atas dapat ditentukan strategi pembelajaran aspek menangkap makna tersirat sebagai berikut. Pertama strategi pembelajaran membaca pemahaman untuk aspek menangkap makna tersirat adalah mengartikan kata-kata yang tidak diketahui artinya terlebih dahulu, karena ketika sudah mengetahui artinya pasti akan mempermudah menemukan makna tersirat yang ada dalam teks. Kedua, jika teks yang dibaca terlalu panjang strategi yang dapat digunakan untuk gaya belajar visual, yaitu dosen dapat memberi bahan bacaan yang terdapat gambar penjelas atau pendukung mengenai bacaan, sehingga mahasiswa yang memiliki gaya belajar visual mampu memahami isi bacaan dan pada akhirnya dapat menangkap makna tersirat yang terdapat dalam teks. c.
Strategi Pembelajaran untuk Aspek Menangkap Makna Tersurat Analisis SWOT berkaitan dengan aspek menangkap makna tersurat
diketahui memiliki kekuatan yaitu memahami berbagai teknik membaca, sangat membantu mempermudah dalam memahami isi bacaan. Jika ada pendapat ahli
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
118
yang dikutip dalam artikel, buku, atau hasil penelitian maka mahasiswa ingin melacak sumber aslinya agar dapat memahami secara komprehensif, dan mengonfirmasi gagasan orang lain melalui bacaan yang relevan. Kelemahan dalam aspek menangkap makna tersurat adalah mahasiswa tidak memiliki kecenderungan membaca setiap hari, dan tidak menentukan jadwal teratur untuk membaca, dan sering pasif dalam perkuliahan daripada bertanya kepada dosen ketika mengadapi kesulitan sehingga ketika dosen bertanya mahasiswa kesulitan menjawab. Ancaman yang dijumpai dalam aspek menangkap makna tersurat adalah struktur teks yang tidak sistematis sering mempersulit pemahaman isi bacaan dan masih melakukan kegiatan membaca pada saat-saat tertentu atau sesuai dengan perasaan dan kondisi mereka. Selanjutnya untuk peluang atas aspek menangkap makna tersurat adalah lingkungan rumah tangga atau tempat mahasiswa tinggal sangat nyaman untuk membaca. Berdasarkan data di atas dapat ditentukan strategi pembelajaran untuk menangkap makna tersurat adalah membiasakan mahasiswa diberi tugas untuk membaca agar terbiasa membaca dan menentukan jadwal untuk membaca dengan begitu akan melatih kemampuan membaca mahasiswa. Selain itu, ketika membaca teks tidak cukup sekali namun berkali-kali mengetahui benar apa makna tersurat yang ada dalam teks dan membuat teks yang sistematis menjadi sistematis sesuai dengan pemahaman mahasiswa sendiri agar mempermudah menemukan makna tersurat dalam teks. Strategi pembelajaran pada aspek menangkap makna
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
119
tersurat yang peneliti tentukan sudah sesuai dengan ketiga jenis gaya belajar yang dimiliki oleh mahasiswa. d. Strategi Pembelajaran untuk Aspek Menarik Kesimpulan Isi Bacaan Analisis SWOT berkaitan dengan aspek menarik kesimpulan isi bacaan memiliki kekuatan mahasiswa mengonfirmasi gagasan orang lain melalui bacaan yang relevan, sesulit apapun isi dalam bacaa, jika berkaitan dengan bidang ilmu yang mahasiswa pelajari, mereka akan berusaha sampai dapat memahami isi bacaan, dan untuk memudahkan dalam memahami isi bacaan, mahasiswa membuat pertanyaan berdasarkan isi bacaan yang dibaca. Kelemahan dalam aspek menarik kesimpulan isi bacaan adalah meskipun berkaitan dengan bidang ilmu yang mahasiswa pelajari, kadang-kadang mereka mengalami kesulitan untuk memahami isi bacaan, dan jadwal membaca mahasiswa sering terganggu, jika tiba-tiba ada orang yang datang bertamu. Ancaman dalam aspek menarik kesimpulan isi bacaan adalah struktur teks yang tidak sistematis sering mempersulit pemahaman isi bacaan, sedangkan peluang aspek menarik kesimpulan isi bacaan adalah lingkungan masyarakat tempat saya tinggal sangat kondusif untuk membaca. Berdasarkan data di atas dapat ditentukan strategi pembelajaran untuk menarik kesimpulan isi bacaan sebagai berikut. Aspek menarik kesimpulan dapat dengan mudah dicapai jika mahasiswa membaca dengan suasana lingkungan kondusif, tetapi bagi mahasiswa yang memiliki gaya belajar visual mereka juga tidak akan merasa terganggu suasana tidak kondusif. Lain halnya dengan mahasiswa yang memiliki gaya belajar auditorial, mereka justru membutuhkan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
120
suasana lingkungan yang kondusif dan tenang ketika melakukan kegiatan membaca. Strategi pembelajaran atas aspek menarik kesimpulan yag disesuaikan dengan gaya belajar visual, auditorial, dan kinestetik, yaitu (1) mahasiswa membuat daftar pertanyaan sebelum membaca berdasarkan kata kunci 5W + 1H, sehingga dapat mempermudah mahasiswa memahami isi bacaan secara keseluruhan. (2) membuat skema atau mind mapping isi bacaan sehingga dapat mempermudah mahasiswa yang memiliki gaya belajar kinestetik memahami isi bacaan. (3) bagi mahasiswa yang memiliki gaya belajar auditorial dapat berdiskusi dengan teman. jika memungkinkan membacakan hasil menentukan kesimpulan isi bacaan. e. Strategi Pembelajaran untuk Aspek Memprediksi Maksud Penulis Analisis SWOT dari hasil observasi, angket faktor membaca, dan wawancara yang berkaitan dengan aspek memprediksi maksud penulis diketahui memiliki kekuatan, yaitu mahasiswa memiliki keinginan untuk mendiskusikan dengan teman mengenai isi bacaan yang telah mereka baca dan tidak mudah percaya dengan pendapat orang lain sebelum membaca sendiri sumber aslinya. Selain itu, mahasiswa juga sudah mencoba membiasakan diri untuk menentukan buku apa yang akan dibaca dan target apa yang diinginkan. Ternyata selain kekuatan dalam aspek memprediksi maksud penulis juga terdapat kelemahan yang ada dalam diri mahasiswa, yaitu (1) mahasiswa akan
mudah memahami isi
bacaan yang dibaca jika perasaan sedang enak, dan (2) mahasiswa kesulitan memahami isi bacaan ketika melakukan kegiatan membaca menghadapi teks yang banyak kata-kata asing .
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
121
Selanjutnya ancaman dalam aspek memprediksi maksud penulis yaitu tingkat keterbacaan yang terlalu sulit sering menghambat pemahaman isi bacaan, sedangkan untuk peluang aspek memprediksi maksud penulis adalah lingkungan rumah tangga atau tempat mahasiswa tinggal sangat nyaman untuk membaca. Berdasarkan data di atas, maka dapat ditentukan strategi pembelajaran untuk aspek memprediksi maksud penulis sebagai berikut. Strategi pembelajaran yang dapat digunakan sesuai dengan tiga jenis gaya belajar mahasiswa, yaitu (1) mahasiswa menandai kata-kata asing menggunakan beraneka macam pena atau spidol warna kemudian mencari artinya, (2) mahasiswa membuat peta pemikiran isi bacaan, dan (3) dosen melakukan review kembali secara verbal tentang isi bacaan. f. Strategi Pembelajaran untuk Aspek Mengevaluasi Bacaan Analisis SWOT dari hasil observasi, angket faktor membaca, dan wawancara yang berkaitan dengan aspek menarik mengevaluasi bacaan memiliki kekuatan, kelemahan, ancaman dan peluang. Kekuatan yang ada pada aspek mengevalusi bahan bacaan, yaitu (1) mahasiswa ingin mencari jawaban atas suatu masalah melalui membaca, dan (2) mahasiswa menyadari apabila membaca buka karena dorongan orang lain, tetapi tumbuh dari kesadaran sendiri. Kelemahan pada aspek mengevaluasi bacaan adalah (1) mahasiswa tidak menentukan target yang jelas untuk membaca, (2) dorongan membaca mahasiswa tertuju pada bacaan-bacaan hiburan, (3) mahasiswa kurang aktif bertanya ketika mengalami kesulitan dan (4) pilihan bahasa yang digunakan oleh penulis yang terlalu sulit dapat memengaruhi pemahaman isi bacaan mahasiswa.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
122
Ancaman dalam aspek mengevaluasi bahan bacaan adalah kegiatan membaca akan ditinggalkan ketika ada acara televisi menarik. Peluang aspek mengevaluasi bacaan adalah suasana lingkungan masyarakat tempat mereka tinggal sangat kondusif untuk membaca. Strategi pembelajaran kemampuan membaca pemahaman pada aspek mengevaluasi bacaan, yaitu (1) masih membutuhkan konsetrasi yang baik ketika membaca isi bacaan secara keseluruhan sehingga dapat memberikan evaluasi. Strategi tersebut sesuai dengan mahasiswa yang memiliki gaya belajar auditotial. (2) mahasiswa juga dapat diajak untuk berdiskusi dalam kelompok, (3) mahasiswa membuat membuat ringkasan isi bacaan sesuai dengan pemahaman. (4) dosen dapat meminta memahasiswa untuk menyampaikan hasil evaluasi bacaan.
4.7 Pembahasan Penelitian
berjudul
Strategi
Pembelajaran
Kemampuan
Membaca
Pemahaman Berdasarkan Faktor Membaca dan Hasil Tes Kemampuan Membaca Pemahaman Pada Mahasiswa Semester VI Kelas B Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Universitas Sanata Dharma Yogyakarta Tahun Ajaran 2015 ini bertujuan untuk mendeskripsikan strategi pembelajaran kemampuan membaca pemahaman mahasiswa semester VI kelas B Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta berdasarkan faktor membaca dan hasil tes kemampuan membaca pemahaman.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
123
Subbab ini akan membahas tiga hal, yaitu faktor membaca, hasil tes kemampuan membaca pemahaman, dan strategi pembelajaran kemampuan membaca pemahaman. Adapun penjelasannya sebagai berikut. 4.7.1 Faktor Membaca Faktor membaca terdiri atas faktor internal dan faktor eksternal dengan jumlah 101 pernyataan dan diklasifikasikan ke dalam 14 indikator. Faktor internal berkaitan dengan diri pembaca secara langsung, sedangkan faktor eksternal berasal dari luar diri pembaca. Faktor internal yang mempengaruhi kemampuan membaca adalah yaitu motivasi membaca, sikap dan minat, kebiasaan membaca, kondisi emosi dan kondisi kesehatan, ketertarikan dan kebermanfaatan bagi pembaca. tingkat intelegensi, pengetahuan tentang cara membaca, pengalaman yang dimiliki sebelumnya, dan penguasaan bahasa. Untuk faktor eksternal meliputi latar belakang sosial ekonomi keluarga dan tidak tersedianya bahan bacaan, faktor teks, indikator suasana lingkungan dan waktu, masih kuatnya pengaruh budaya lisan, dan masih kuatnya pengaruh media elektronik. Pernyataan yang terdapat dalam angket faktor membaca, yaitu pernyataan positif dan negatif. Berdasarkan angket faktor membaca yang telah diisi oleh 28 mahasiswa, diketahui bahwa hasil perhitungan angket faktor membaca adalah 69, 30% dan masuk kedalah kategori tinggi. Kategori tersebut sesuai dengan analisis indikator dalam faktor membaca. Mahasiswa memiliki motivasi baca tinggi, sejumlah 79% mahasiswa menyatakan dorongan membaca timbul atas kesadaran sendiri. Mahasiswa juga memiliki sikap dan minat tingi, sejumlah 82,14% mahasiswa memiliki keinginan mencari jawaban atas suatu masalah melalui membaca.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
124
Kondisi emosi mahasiswa juga baik, sejumlah 79% mahasiswa merasa kecewa ketika tidak dapat menyelesaikan tugas membaca dari dosen dengan baik. Sejumlah 82,42% mahasiswa menyatakan memahami berbagai teknik membaca dapat membantu memahami isi bacaan dengan mudah. Sejumlah 100% mahasiswa menyadari bahwa membaca merupakan kebutuhan pokok mahasiswa untuk memiliki wawasan dan pengetahuan luas. Tingkat intelegensi mahasiswa tidak tinggi. Namun 82,14% mahasiswa mengaku tekun dan rajin membaca akan mempermudah memahami isi bacaan. Mahasiswa memiliki
pengetahuan banayak,
sejumlah 100% mahasiswa
menyatakan bahwa pengetahuan dan pengalamn yang dimiliki sebelumnya berperan besar untuk membantu mempermudah mahasiswa memahami isi bacaan yang mereka baca. Sosial ekonomi mahasiswa tinggi, sejumlah 57,14% mahasiswa mengaku meskipun penghasilan orang tua terbatas, tetapi tidak kesulitan untuk memperoleh bahan bacaan. Suasana lingkungan mahasiswa mendukung
untuk
membaca,
sejumlah
71,42%
mahasiswa
menyatakan
lingkungan rumah tangga dan masyarakat mahasiswa sangat nyaman dan kondusif untuk membaca. Penjelasan di atas merupakan indikator yang mencerminkan sikap positif mahasiswa, tetapi tidak hanya indikator yang mencerminkan sikap positif saja yang dijelaskan. Berikut ini akan dijelaskan indikator yang mencerminkan sikap negatif mahasiswa. Mahasiswa belum memiliki kebiasaan membaca, sejumlah 46,42% mahasiswa tidak memiliki kencenderungan membaca setiap hari. Mahasiswa hanya membaca buku yang menurut mereka menarik, sejumlah 64,3%
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
125
mahasiswa mengaku dalam keseharian lebih menyukai bacaan-bacaan hiburan. Penguasaan bahasa mahasiswa rendah, sejumlah 82,14% mahasiswa menyatakan mengalami kesulitan memahami isi bacaan apabila mereka menjumpai banyak kata-kata asing. Sejumlah 89,3% mahasiswa mengaku bahwa jadwal membaca mereka sering terganggu apabila ada tamu datang. Sejumlah 54% mahasiswa mengaku kuatnya pengaruh budaya lisan sering mempersulit pemahaman isis bacaan. Tidak hanya budaya lisan berpengaruh kuat ternyata media elektronik juga mempengaruhi kemampuan membaca mahasiswa, sejumlah 82,14% juga mengaku lebih memilih menonton televisi daripada membaca. Mahasiswa sangat kesulitan menghadapi faktor teks, sejumlah 78,57% mahasiswa menyatakan tingakat keterbacaan yang terlalu sulit sering menghambat pemahaman, 71,42% mahasiswa mengaku mengalami kesulitan memahami isi bacaan apabila menhadapi kalimat yang terlalu panjang, dan 85,71% mahasiswamenyatakan struktur kalimat yang tidak ssitematis sering mempersulit pemahaman isi bacaan. Hasil perhitungan di atas dapat diketahui faktor-faktor membaca yang memengaruhi mahasiswa mampu membaca pemahama dan faktor-faktor membaca yang menghambat mahasiswa kurang mampu membaca pemahaamn. Melalui penelitian ini dapat diketahui bahwa semakin tinggi sikap positif faktor membaca yang dimiiki mahasiswa, semakin tinggi pula kemampuan membaca pemahamannya. Sebaliknya, semakin tinggi sikap negatif faktor membaca yang dimiliki
mahasiswa
akan
semakin
rendah
pula
kemampuan
membaca
pemahamannya. Hal ini dikaitkan dengan pendapat Rahim (2007:28) menyatakan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
126
orang yang mempunyai minat baca kuat akan diwujudkan dalam kesediannya untuk mendapatkan baha bacaan kemudian membacanya atas kesadaran sendiri. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahawa sikap positif dari indikator motivasi membaca, sikap dan minat, kondisi emosi, pengetahuan yang dimiliki sebelumnya,
kebermanfaatan,
tingkat
intelegensi,
latar
belakang
sosial
ekonomi,dan suasana lingkungan yang dimiliki mahasiswa masuk dalam kategori tinggi akan memengaruhi mahasiswa mampu membaca pemahaman, sedangkan sikap negatif dari indikator kebiasaan, ketertarikan, waktu, teks, pengaruh budaya lisan, dan pengaruh media elektronik yang dimiliki mahasiswa masuk dalam kategori tinggi akan memengaruhi yang kurang mampu membaca pemahaman. 4.7.2 Hasil Tes Kemampuan Membaca Pemahaman Tes kemampuan membaca pemahaman diberikan untuk mengukur tingkat kemampuan
membaca
pemahaman
mahasiswa.tes
kemampuan
membaca
pemahaman terdiri dari 42 butir soal yang dibuat berdasarkan enam aspek membaca pemahaman, yaitu (1) menangkap arti kata/istilah, (2) makna tersirat, (3) makna tersurat, (4) menarik kesimpulan isi bacaan, (5) memprediksi maksud penulis, dan (6) mengevaluasi bacaan. Berdasarkan analisis data diketahui bahwa mahasiswa semester VI kelas B Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Universitas Sanata Dharma Yogyakarta tahun ajaran 2015 memiliki kemampuan membaca pemahaman ratarata adalah 22,28 dan masuk dalam kategori cukup. Mahasiswa dinyatakan tidak lulus pada aspek menangkap arti kata/istilah dan aspek menangkap makna tersirat, tetapi untuk empat aspek membaca pemahaman yang lain dinyatakan lulus. Empat
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
127
aspek tersebut, yaitu (1) makna tersurat, (2) menarik kesimpulan isi bacaan, (3) memprediksi maksud penulis, dan (4) mengevaluasi bacaan. Adapun penjelasan rincinya sebagai berikut. Pada aspek menangkap arti kata/istilah menunjukkan bahwa mahasiswa tidak lulus atas aspek ini. Hal itu dikarenakan hanya terdapat 17 atau 30,4% mahasiswa yang dapat menjawab benar dan mahasiswa yang menjawab salah terdapat 39 atau 69,64% mahasiswa. Pada aspek makna tersirat mahasiswa PBSI semester VI kelas B tidak lulus karena jumlah keseluruhan mahasiswa jumlah keseluruhan mahasiswa menjawab benar 49 atau 35% mahasiswa dan 91 atau 65% mahasiswa menjawab salah dari 140 mahasiswa yang menjawab lima soal yang ada dalam aspek menangkap makna tersirat. Selanjutnya pada aspek menangkap makna tersurat diketahui bahwa pada aspek ini terdapat tiga butir soal dari 42 butir soal yang ada dalam tes kemampuan membaca pemahaman. Dari tiga butir soal yang dinyatakan masuk dalam aspek menangkap makna tersurat
terdapat 36 mahasiswa atau
42,85% menjawab benar dan jumlah keseluruhan mahasiswa yang menjawab salah adalah 48 mahasiswa atau 57,14%, dapat disimpulkan bahwa mahasiswa PBSI semester VI Universitas Sanata Dharma dinyatakan lulus dalam aspek ini. Hasil tes membaca pemahaman pada aspek menarik kesimpulan isi bacaan mahasiswa semester VI kelas B Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Universitas Sanata Dharma Yogyakarta dinyatakan lulus. Diketahui jumlah keseluruhan mahasiswa yang dapat menjawab benar adalah 173 atau 52% mahasiswa atas 12 butir soal dan 163 atau 48.51% mahasiswa menjawab salah.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
128
Pada aspek memprediksi maksud penulis diketahui jumlah keseluruhan mahasiswa yang dapat menjawab benar atas 15 butir soal berkaitan dengan aspek memprediksi maksud penulis adalah 242 atau 57,61% sedangkan 178 atau 42,4% mahasiswa menjawab salah. Atas aspek ini mahasiswa semester VI kelas B Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Universitas Sanata Dharma Yogyakarta dinyatakan lulus tes kemampuan membaca pemahaman atas aspek memprediksi maksud penulis. Pada aspek terakhir membaca pemahaman yaitu aspek mengevaluasi bacaan, terdapat 5 butir soal yang termasuk dalamnya. Hasil tes kemampuan membaca pemahaman pada aspek mengevaluasi bacaan diketahui jumlah keseluruhan mahasiswa adalah 89 atau 64% mahasiswa dan 51 atau 36,42% mahasiswa menjawab salah. Berdasarkan hasil tes di atas dapat disimpulkan bahwa mahasiswa semester VI kelas B Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Universitas Sanata Dharma Yogyakarta tahun ajaran 2015 lulus aspek mengevaluasi bacaan. Hasil tes ini tidak sesuai dengan faktor membaca yang dimiliki mahasiswa. Jika faktor membaca menunjukkan kategori tinggi maka seharusnya mahasiswa memiliki kemampuan membaca pemahaman tinggi pula, tetapi pada kenyataannya mahasiswa semester VI kelas B Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Universitas Sanata Dharma Yogyakarta diketahui memiliki kemampuan membaca pemahaman pada kategori cukup. Hal ini dikarenakan mahasiswa memiliki sikap negatif dalam faktor membaca yang tinggi sehingga kemampuan membaca pemahaman mahasiswa cukup.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
129
Hal ini berkaitan dengan pendapat Nurgiantoro (2001: 5) mengungkapkan bahwa kemampuan membaca pemahaman merupakan kemampuan untuk memahami informasi yang disampaikan pihak lain melalui sarana tulisan. Inti dari kemampuan
membaca
pemahaman
adalah
memahami
informasi
yang
disampaikan oleh penulis. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa mahasiswa semester VI kelas B Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Universitas Sanata Dharma kemampuan membaca pemahamannya cukup sehingga memerlukan strategi pembelajaran. 4.7.3 Strategi Pembelajaran Kemampuan Membaca Pemahaman Strategi pembelajaran membaca pemahaman pada dasarnya adalah siasat agar ketika melakuakn kegiatan membaca dapat memahami isi teks dan memperoleh makna dari teks yang dibacanya. Berdasarkan hasil analisis data, terdapat kesenjangan antara faktor membaca yang masuk kategori tinggi dan hasil tes kemampuan membaca pemahaman yang masuk dalam kategori cukup sehingga perlu adanya strategi pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan membaca pemahaman. Hasil yang tidak seimbang antara faktor membaca dan tes kemampuan membaca pemahaman menjadi dasar peneliti membuat strategi pembelajaran kemampuan membaca pemahaman mahasiswa semester VI kelas B Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Universitas Sanata Dharma Yogyakarta tahun ajaran 2015. Strategi pembelajaran dibuat berdasarkan analisis hasil observasi, faktor membaca dengan analisis SWOT, hasil kemampuan membaca pemahaman dan dikaitkan dengan analisis SWOT, dan wawancara. Strategi pembelajran ini
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
130
dikhususkan pada mahasiswa yang kurang mampu membaca pemahaman. Setiap aspek kemampuan membaca pemahaman memiliki strategi masing-masing. Adapun strategi pembelajaran kemampuan membaca pemahaman, yaitu . (1) mahasiswa menandai kata-kata asing menggunakan beraneka macam pena atau spidol warna, (2) mahasiswa diminta untuk membiasakan membawa buku kemanapun pergi (khususnya kamus), (3) membuat daftar pertanyaan sebelum membaca, (4) memberi bahan bacaan yang terdapat gambar penjelas atau pendukung, (5) melakukan review kembali isi bacaan secara verbal, (6) mengajak mahasiswa untuk berdiskusi dan menyampaikan hasil diskusinya. Strategi merupakan pola umum rentetan kegiatan yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu (Sanjaya, 2008:126). Dengan demikian, dapat disimpulkan bahawa strategi pembelajaran yang telah dibuat oleh peneliti diharapkan dapat meningkatkan kemampuan membaca kritis pada mahasiswa mahasiswa semester VI kelas B Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Universitas Sanata Dharma Yogyakarta tahun ajaran 2015.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan Hasil Penelitian Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan peneliti dapat menarik kesimpulan sebagai berikut. Pertama, faktor membaca mahasiswa semester VI kelas B Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta tahun ajaran 2015 masuk dalam kategori tinggi dengan persentase 69,30%. Faktor membaca yang menunjukkan kategori tinggi, yaitu mahasiswa memiliki kebiasaan membaca, motivasi membaca, sikap dan minat membaca, kondisi emosi yang baik, memiliki banyak cara atau teknik membaca, latar belakang sosial ekonomi keluarga mahasiswa mempermudah dan mendukung untuk mendapatkan bahan bacaan, dan suasana lingkungan rumah tangga dan masyaratak mahasiswa sangat nyaman dan kondusif untuk membaca. Kedua, hasil tes kemampuan membaca pemahaman mahasiswa semester VI kelas B Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Universitas Sanata Dharma,Yogyakarta tahun ajaran 2015 kategori cukup. Hasil analisis data menunjukkan bahwa hasil nilai rata-rata kemampuan membaca pemahaman mahasiswa adalah 22,28. Dari 28 mahasiswa hanya terdapat 12 mahasiswa yang lulus dengan kategori cukup 24-27. Selain itu, dari enam aspek membaca pemahaman terdapat dua aspek yang belum dapat dicapai oleh mahasiswa, yaitu aspek menangkap arti kata/istilah dan menangkap makna tersirat, sedangkan pada aspek menangkap makna tersurat, menarik kesimpulan, memprediksi maksud
131
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
132
penulis, dan mengevaluasi bacaan mahasiswa dinyatakan mampu mencapainya. Hasil tes kemampuan membaca pemahaman masuk dalam kategori cukup diketahui karena mahasiswa masih memilih jenis buku yang ingin dibaca, penguasaan bahasa mahasiswa masih rendah, tidak menyadiakan waktu khusus untuk membaca, kondisi kesehatan yang tidak baik juga memengaruhi kemampuan mahasiswa dalam memahami isi bacaan, mengalami kesulitan dalam menghadapi faktor teks, masih kuatnya pengaruh budaya lisan dan media elektronik khususnya televisi tinggi. Ketiga, berdasarkan hasil observasi, angket faktor membaca, hasil tes kemampuan membaca pemahaman dan kaitannya dengan analisis SWOT, dan hasil wawancara dapat ditentukan strategi pembelajaran kemampuan membaca pemahaman yang disesuaikan dengan tiga gaya belajar yan dimiliki mahasiswa yaitu gaya belatar visual, gaya belajar auditorial, dan gaya belajar kinestetik. Strategi pembelajaran ini difokuskan pada dua aspek kemampuan membaca pemahaman yang belum dicapai oleh mahasiswa, yaitu aspek menangkap arti kata/istilah dan menangkap makna tersirat. Namun, aspek menangkap makna tersurat, menarik kesimpulan, memprediksi maksud penulis, dan mengevaluasi bacaan yang sudah dapat dicapai oleh mahasiswa tetap dibuat strategi pembelajaran karena strategi pembelajaran ini dikhususkan untuk mahasiswa yang belum mampu mencapai keemapt aspek tersebut. Berikut ini strategi pembelajaran kemampuan membaca pemahaman: 1) Mahasiswa menandai kata-kata asing menggunakan beraneka macam pena atau spidol warna.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
133
2) Mahasiswa diminta untuk membiasakan membawa buku kemanapun pergi (khususnya kamus). 3) Membuat daftar pertanyaan sebelum membaca. 4) Memberi bahan bacaan yang terdapat gambar penjelas atau pendukung. 5) Melakukan review kembali isi bacaan secara verbal. 6) Mengajak mahasiswa untuk berdiskusi dan menyampaikan hasil diskusinya Strategi pembelajaran memampuan membaca pemahaman di atas diharapkan dapat menjadi alternatif pembelajaran dan dapat meningkatkan kemampuan membaca pemahaman bagi mahasiswa semester VI kelas B Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta tahun ajaran 2015.
5.1 Saran Berdasarkan hasil analisis data, pembahasan, dan kesimpulan diajukan beberapa saran bagi dosen Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia, mahasiswa, dan peneliti lain. a. Bagi Dosen Dosen sebaiknya memperhatikan kemampuan membaca pemahaman mahasiswa karena diketahui kemampuan membaca pemahaman mahasiswa semester VI kelas B masih dalam kategori kurang. Hasil tersebut sangat memprihatinkan apalagi jika mengingat sebentar lagi mereka akan lulus dan menjadi seorang guru. Dosen dapat menggunakan strategi yang dimulai dengan sebuah perencanan, pelaksanaan, dan evaluasi ketika mengadakan atau melakukan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
134
proses perkuliahan. Selain itu, dosen memberi tugas kepada mahasiswa secara berkala agar dapat membentuk kebiasaan mahasiswa untuk
membaca buku.
Kegiatan membaca yang ditugaskan kepada mahasiswa tidak hanya membaca saja tetapi mahasiswa juga diminta untuk melaporkan hasilnya dalam bentuk artikel, sipnosis, mahalah, dan resensi. b. Bagi Mahasiswa Berdasarkan hasil penelitian, sebaiknya mahasiswa dapat menggunakan fasilitas yang telah disediakan oleh pihak universitas dan fasilitas yang telah diberikan
oleh
dosen.
Hal
ini
dimaksudkan
agar
mahasiswa
mampu
mengembangkan bakat dalam dirinya dan meningkatkan kemampuan membaca yang selama ini sudah dimiliki namun masih perlu ditingkatkan kembali. Untuk itu sebaiknya mahasiswa mulai mencoba membiasakan diri untuk membuat jadwal ketika akan membaca, menentukan target yang ingin dicapai sehingga kegiatan membaca yang dilakukan memiliki tujuan. Selain itu, mahasiswa sebaiknya mencoba membaca berbagai bacaan yang tidak hanya berkaitan dengan bidangnya dan menurut diri sendiri itu menarik. Menamamkan dalam diri pemahaman bahwa dengan melakukan kegiatan membaca akan menambah wawasan dan pengetahuan semakin luas serta dapat membuat percaya diri. c. Bagi Penelitian Lain Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi bagi peneliti lain untuk penelitian selanjutnya. Masih banyak yang perlu diteliti terkaitan dengan strategi pembelajaran kemampuan membaca pemahaman seperti pengembangan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
135
modul strategi pembelajaran yang sesuai untuk mahasiswa, pelaksanaan strategi pembelajaran yang tepat untuk meningkatkan kemampuan membaca pemahaman.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Praktis. Jakarta: Bina Aksara.
Penelitian:
Suatu
Pendekatan
Consuelo. 2006. Pengantar Metode Penelitian. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Darmadi, Hamid. 2014. Metode Penelitian Pendidikan dan Sosial. Bandung: Alfabeta. http://litbang.kemdikbud.go.id/index.php/survei-internasional-pirls September 2014.
diakses
08
http://www.bps.go.id/tab_sub/view.php?tabel=1&daftar=1&id_subyek=27¬ab =36, diakses 26 Januari 2015. http://www.perpustakaan.depkeu.go.id/DefaultPrg.asp?in=Detailnews&IdNews=4 42, diakses tanggal 26Juli 2014. http://www.criticalthinking.org/schoolstudy.htm, diakses tanggal 26 Januari 2015. Indrawan, Rully dan Poppy Yaniawati. 2014. METODOLOGI PENELITIAN: Kuantitatif, Kualitatif, dan Campuran untuk Manajemen, Pembangunan, dan Pendidikan. Bandung: PT Refika Aditama. Iskandarwassid dan Dadang Sunendar. 2011. Strategi Pembelajaran Bahasa. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Kountour, Ronny. 2003. Metode Penelitian untuk Penulisan Skripsi dan Tesis. Jakarta Pusat: PPM. Margono. 2007. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta. Nurgiantoro, Burhan. 2010. Penilaian Kompetensi. Yogyakarta: BPFE.
Pembelajaran
Bahasa
Berbasis
Pearce II, John A dan Richard B. Robinson. 2013. Manajemen Strategis: Formulasi, Implementasi, dan Pengendalian. Jakarta: Salemba. Pranowo. 2011. Proposal Penelitian Hibah Kompetensi “Pengembangan Budaya Baca Melalui Membaca Pemahaman”. Yogyakarta. Rangkuti, Freddy. 2003. Analisis SWOT: Teknik Membedah Kasus Bisnis. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Rahim, Farida. 2005. Pengajaran Membaca di Sekolah Dasar. Jakarta: Bumi Aksara.
136
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
137
____________. 2007. Pengajaran Membaca di Sekolah Dasar. Jakarta: Bumi Aksara. Ramadhani, Sheila Prima. 2013. Hubungan antara Minat Baca dengan Kemampuan Membaca Pemahaman Siswa Kelas XI Animasi SMK Negeri 5 Yogyakarta Tahun Ajaran 2012/2013. Yogyakarta: PBSID, FKIP, USD. Riduwan. 2002. Skala Pengukuran Variabel-variabel. Bandung: Alfabeta. Slameto. 2010. Belajar dan Faktor - faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Bina Aksara. Sudjana, Nana, dan Ibrahim M. A. 1989. Penelitian Pendidikan. Bandung: Sinar Baru. Sumanto. 2014. Teori dan Aplikasi Metode Penelitian. Yogyakarta: CAPS. (Centerof Academic Publishing Service). Suprapto. 2013. Metodologi Penelitian Ilmu Pendidikan dan Ilmu-Ilmu Pengetahuan Sosial. Yogyakarta: CAPS(Center of Academic Publishing Service). Tampubolon, D.P. 1989. Kemampuan Membaca: Teknik Membaca Efektif dan Efisien. Bandung: Angkasa. Tarigan, H.G. 1982. Membaca sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: IKIP-STIA. ___________. 1994. Membaca Ekspresif. Bandung: Angkasa. ___________. 2005. Membaca sebagai Suatu Keterampila Berbahasa. Bandung: Angkasa. ___________. 2008. Membaca sebagai Suatu Keterampila Berbahasa. Bandung: Angkasa. Wahyu, Dionysius Hananda. 2008. Hubungan antara Minat Baca dengan Kemampuan Membaca Cepat Siswa Kelas V SD Negeri di Gugus Umbulmartani, Ngemplak, Sleman Tahun Ajaran 2007/2008. Yogyakarta: PBSID, FKIP, USD. Widayanto, Aloysius Ivan. 2006. Kemampuan Mambaca Pemahaman Siswa Tingkat II SMK Putra Tama, Bantul, Yogyakarta Tahun Ajaran 2005 2005/2006. Yogyakarta: PBSID, FKIP, USD. Winkel, W.S. 2009. Psikologi Pengajaran. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Yusuf, A. Muri. 2014. METODE PENELITIAN: Kuantitatif, Kualitatif & Penelitian Gabungan. Jakarta: PRENADAMEDIA GROUP.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
LAMPIRAN
138
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
139
Lampiran 1
Mrican, Tromol Pos 29 Yogyakarta 55002,Telp.: 0274-513301 – ext. 1405,Fax.: 0274-562383,e-mail:
[email protected] 0274-562383
Nama Mahasiswa
: _________________________________
Semester
: _________________________________
Nama PT
: _________________________________
Jurusan/ Prodi
: _________________________________
Petunjuk: 1. Berilah tanda silang (X) pada rentangan sekor 5 = SANGAT SETUJU, 4 = SETUJU, 3 = TIDAK MEMILIKI PILIHAN, 2 = TIDAK SETUJU, dan 1 = SANGAT TIDAK SETUJU, sesuai dengan pendapat Anda. 2. Jawaban ditulis di lembar angket, setelah selesai dikumpulkan kembali kepada petugas!
No
Subindikator
1
Jika akan menempuh ujian tengah semester atau akhir semester, dorongan membaca saya sangat kuat. Dalam keseharian, dorongan membaca saya hanya tertuju pada bacaan-bacaan hiburan. Saya membaca bukan karena dorongan orang lain tetapi tumbuh dari kesadaran sendiri. Jika perasaan sedang enak, saya mudah sekali memahami isi bacaan yang saya baca. Jika kondisi perasaan sedang galau, saya sulit sekali memahami isi bacaan yang saya baca. Kegiatan membaca saya lakukan hanya jika akan ada ujian. Membaca sudah menjadi kebutuhan hidup saya yang tidak dapat saya tinggalkan. Saya memiliki kecenderungan untuk membaca setiap hari. Saya menyusun jadwal teratur untuk
2 3 4 5 6 7 8 9
Rentangan Sekor 1 2 3 4 5
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
10 11
12
13 14
15
16
17
18
19 20 21
22
23 24
25
membaca setiap hari. Buku-buku yang akan saya baca saya siapkan di tempat yang mudah saya jangkau. Pengetahuan atau pengalaman yang sudah saya miliki berperan besar untuk membantu mempermudah pemahaman isi bacaan yang saya baca. Dengan memahami berbagai teknik membaca, ternyata sangat membantu mempermudah memahami isi bacaan. Saya hanya membaca jenis bacaan yang saya anggap menarik untuk dibaca. Bacaan apa pun jika berkaitan dengan bidang ilmu yang saya pelajari, saya ingin membacanya. Bacaan yang diberitahukan oleh teman karena menarik isinya, saya ingin membacanya. Saya membaca bacaan yang bermanfaat secara langsung dan mendukung perkuliahan saya. Jika tidak berkaitan dengan bidang yang saya pelajari, meskipun bacaan itu menarik, saya tidak membacanya. Meskipun tidak berkaitaan dengan bidang yang saya pelajari, jika bacaan itu menarik, saya membacanya. Jika kondisi kesehatan tidak baik, saya sulit berkonsentrasi dalam membaca. Kalau menghadapi ujian, meskipun kondisi kesehatan tidak baik saya tetap membacanya. Tingkat intelegensi tidak begitu penting, jika tekun dan rajin membaca pasti dapat memahami isi bacaan. Ketika membaca, kesulitan yang saya hadapi adalah kata-kata yang tidak saya ketahui artinya. Kalimat yang terlalu panjang mempersulit saya untuk memahami isi bacaan. Bacaan yang tidak berkaitan dengan bidang yang saya pelajari, saya sering mengalami kesulitan untuk memahami isinya. Sesulit apapun isi dalam bacaan, jika berkaitan dengan bidang ilmu yang saya pelajari, saya akan berusaha sampai dapat
140
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
26
27
28
29
30 31 32 33 34
35 36
37 38 39
40
41 42 43
memahami isi bacaan. Meskipun berkaitan dengan bidang ilmu yang saya pelajari, kadang-kadang saya mengalami kesulitan untuk memahami isi bacaan. Saya tidak pernah mengalami kesulitan untuk memperoleh bahan bacaan yang saya butuhkan. Karena penghasilan orang tua terbatas, bacaan yang sebenarnya saya butuhkan tidak saya peroleh dengan mudah. Meskipun pendapatan orang tua terbatas, kalau untuk membeli buku, saya selalu diberi uang untuk membelinya. Lingkungan rumah tangga saya atau tempat saya tinggal sangat nyaman untuk membaca. Lingkungan masyarakat tempat saya tinggal sangat kondusif untuk membaca. Tingkat keterbacaan yang terlalu sulit sering menghambat pemahaman isi bacaan. Teks yang terlau banyak kata-kata asing sering mempersulit pemahaman isi bacaan. Masih kuatnya pengaruh bahasa lisan dalam hidup saya, sering mempersulit pemahaman isi bacaan. Struktur teks yang tidak sistematis sering mempersulit pemahaman isi bacaan. Jika acara televisi menarik, kegiatan membaca saya tinggalkan terlebih dahulu untuk menonton acara televisi. Jadwal membaca saya sering terganggu, jika tiba-tiba ada orang yang datang bertamu. Saya merasa gelisah di saat ingin membaca tetapi tidak tersedia bahan bacaan Jika ada permasalahan yang tidak dapat diselesaikan, saya mesti mencari jawaban melalui membaca Saya menyadari bahwa membaca merupakan kebutuhan pokok bagi seorang mahasiswa jika ingin memiliki wawasan dan pengetahuan luas. Saya merasa ingin membaca bacaan apa pun setiap hari. Saya merasa ingin memperoleh bahan bacaan yang dapat dibaca setiap hari. Saya ingin mencari jawaban atas suatu
141
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
44
45 46 47 48 49 50
51
52 53
54
55 56 57 58
59 60
61
masalah melalui membaca. Saya sangat respek kepada orang lain yang memberi jawaban atas suatu pertanyaan dengan menyebut sumber yang pernah dibacanya. Saya merasa masih ada yang kurang jika belum membaca sebelum istirahat. Saya membawa bahan bacaan kemana pun pergi. Saya merasa aneh jika bepergian tetapi tidak membawa bahan bacaan. Saya merasa bahwa membaca adalah cara terbaik untuk menambah pengetahuan. Saya ke perpustakaan untuk membaca jika ada masalah yang perlu diselesiakan. Saya ke toko buku untuk membeli bacaan jika di rumah tidak memiliki atau tidak tersedia di perpustakaan pribadi. Pada suatu saat, saya bercita-cita memiliki koleksi perpustakaan pribadi yang lengkap di rumah. Saya berpikir, dari pada untuk membeli pakaian lebih baik untuk membeli buku. Saya merasa perlu mendiskusikan dengan teman mengenai isi bacaan yang telah saya dibaca. Saya merasa tidak puas dengan bacaan yang telah saya baca sebelum membandingkan dengan bacaan lain. Saya ingin merujuk pada bacaan setiap berargumentasi dengan orang lain. Saya mengonfirmasi gagasan orang lain melalui bacaan yang relevan. Saya memberi informasi kepada teman jika ada bacaan baru yang menarik untuk dibaca. Saya tidak mudah percaya dengan pendapat orang lain sebelum membaca sendiri sumber aslinya. Sambil membaca, saya membuat ringkasan isi bacaan. Untuk memahami isi bacaan, saya membuat pertanyaan berdasarkan isi bacaan yang saya baca. Agar memahami isi bacaan, saya cukup mengingat-ingat isinya saja.
142
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
62 63
64 65
67
68
69 70
71 72
73
74
75 76 77
78
79
Agar memahami isi bacaan, saya merumuskan dengan bahasa saya sendiri. Untuk mempermudah memahami isi bacaan, saya membuat skema gagasan setiap kali membaca. Jika teman memiliki buku baru, saya meminjam untuk dibaca. Jika teman memiliki buku baru, saya berusaha untuk memilikinya agar dapat membaca setiap saat. Jika ada teman yang memiliki buku baru, saya ingin mengajak untuk mendiskusikan isinya. Jika ada pendapat ahli yang dikutip dalam suatu artikel, buku, atau hasil penelitian, saya ingin melacak sumber aslinya agar dapat memahami secara lebih komprehensif. Untuk mendapat informasi baru, saya mencarinya melalui internet. Saya lebih suka membaca sendiri sumber informasi dari pada mengikuti pendapat orang lain. Jika ada buku yang baru terbit, saya ingin membelinya. Setelah membaca, saya berkeinginan mengungkapkan gagasan hasil membaca secara tertulis dalam bentuk artikel, makalah, atau bentuk lain. Saya ingin membaca kembali bacaan yang pernah saya baca untuk menyegarkan ingatan. Saya ingin mengetahui perkembangan sesuatu yang pernah terjadi melalui membaca. Dengan rajin membaca, kemampuan berbicara saya menjadi baik. Jika diberi tugas membaca oleh dosen, saya berusaha menyelesaikannya tepat waktu. Jika diberi tugas membaca oleh dosen, saya selesaikan setelah tugas-tugas lain saya kerjakan. Jika diberi tugas membaca oleh dosen, saya sesegera mungkin mencari bahan dan segera membacanya. Jika diberi tugas membaca oleh dosen, saya
143
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
80
81 82
83
84
85
86
87
88
89
90
91
92
mencari bahan bacaan setelah tugas lain saya selesaikan. Dalam keseharian, saya selalu menentukan target yang jelas untuk melakukan kegiatan membaca. Target membaca yang saya inginkan tidak pernah saya tentukan ketika membaca. Dalam setiap perkuliahan, saya membaca literatur dari berbagai sumber yang menantang untuk menguasai ilmu melebihi teman-teman Anda. Dalam setiap perkuliahan, saya tidak pernah membaca literatur dari berbagai sumber dengan tujuan untuk melebihi kemampuan teman-teman saya. Setelah selesai membaca, saya merasa bangga jika hasil membaca yang saya lakukan dan saya dipresentasikan di kelas mendapat kritik dan masukan dari teman. Setelah selesai membaca, saya merasa kecewa jika hasil membaca yang saya lakukan dan saya dipresentasikan di kelas mendapat kritik dan masukan dari teman. Setelah selesai membaca, saya merasa bangga jika hasil membaca yang saya lakukan dan saya dipresentasikan di kelas mendapat kritik dan masukan dari dosen. Setelah selesai membaca, saya merasa kecewa jika hasil membaca yang saya lakukan dan saya dipresentasikan di kelas mendapat kritik dan masukan dari dosen. Saya merasa puas jika dapat menyelesaikan secara maksimal tugas yang diberikan kepada saya. Saya sangat kecewa jika tugas yang diberikan kepada saya tidak dapat saya selesaikan secara masimal. Dalam perkuliahan dengan rajin membaca, saya sangat puas jika prestasi saya dapat mengungguli teman-teman. Selama perkuliahan dengan rajin membaca, tidak terbersit sedikitpun untuk mengungguli teman-teman saya. Selama perkuliahan, saya ingin mencapai prestasi setinggi-tingginya dengan cara rajin membaca.
144
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
93
94
95
96
97
98
99
100
101
Saya merasa sangat kecewa jika tidak mampu mencapai prestasi kuliah setinggitingginya melalui kegiatan membaca literatur yang ditunjuk oleh dosen. Kebutuhan hidup yang berhubungan dengan kebutuhan ilmu pengetahuan dapat dipenuhi melalui membaca. Kebutuhan hidup yang berhubungaan dengan ilmu pengetahuan tidak selalu dapat dipenuhi hanya melalui membaca. Jika berhasil menyelesaikan tugas membaca, merasa dihargaai jika mendapat pujian dari dosen atau teman. Jika berhasil menyelsaikan tugas membaca, saya tidak pernah mengharapkan pujian dari dosen atau teman kuliah. Saya sangat mengharapkan bonus nilai dari dosen pada akhir semester jika tugas membaca (misalnya meringkas buku), dapat saya selesaikan dengan baik. Saya tidak pernah mengharapkan bonus nilai dari dosen meskipun saya mampu meringkas isi bacaan yang ditugaskan karena keberhasilan yang saya capai sudah merupakan bonus tersendiri bagi saya.. Saya mengharapkan ada perhatian dari dosen atau teman kuliah jika saya mampu menyelesaikan tugas yang sayaa kerjakan. Saya tidak pernah mengharapkan ada perhatian dari dosen atau teman kuliah jika saya mampu menyelesaikan tugas yang sayaa kerjakan.
145
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
146
Lampiran 2
Mrican, Tromol Pos 29 Yogyakarta 55002,Telp.: 0274-513301 – ext. 1405,Fax.: 0274-562383,e-mail:
[email protected] 0274-562383
TES KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN Nama Mahasiswa
: _________________________________
Semester
: _________________________________
Nama PT
: _________________________________
Jurusan/ Prodi
: _________________________________
PETUNJUK PENGERJAAN a. Setiap soal disusun berdasarkan penggalan teks non fiksi b. Bacalah setiap penggalan dengan saksama agar dapat menjawab pertanyaan sebaik-baiknya! c. Berilah tanda silang (X) pada huruf A, B, C, D, atau E jawaban yang Anda anggap paling tepat! Paragraf di bawah ini sebagai dasar untuk menjawab pertanyaan nomor 1 s.d. 5 1) “Penundaan terbang bisa terjadi karena banyak alasan. Pesawat Alaska Airlines terpaksa menunda penerbangan Los Angeles-Portland, Sabtu lalu, garagara ada penumpang yang digigit kala Jengking. Juru bicara maskapai itu Cole Cosgrove, Minggu (15/2), menjelaskan, perempuan penumpang itu telah ditangani staff medis. Penumpang ini terkena sengatan di lengannya. “tak seorang pun ketakutan, termasuk perempuan yang tersengat kala Jengking. Awak pesawat telah melakukan tugas dengan baik, demikian pula pilot,” katanya sebagaimana dikutip CNN. 2) Gara-gara insiden ini, pesawat harus kembali lagi ke terminal. Perempuan yang kena sengatan menjalani pemeriksaan kesehatan dan mendapat pengobatan. Tidak diketahui dari mana asal kalajengking itu. Namun, sebelum tiba di Los Angeles, pesawat itu terbang dari Los Cabos, Mexico. Ternyata kala Jengking pun ingin merasakan perjalanan udara”. (Kompas: Selasa, 17 Februari 2015)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
147
1. Arti kata “staff” dalam penggalan paragraf di atas adalah … A. Anggota B. Bagian C. Petugas D. Bidang E. Devisi 2. Arti kata “insiden” dalam paragraf di atas adalah …. A. Kejadian B. Kecelakaan C. Musibah D. Peristiwa E. A, B, C, dan D semua benar. 3. Pikiran utama paragraf kedua di atas adalah …. A. Gara-gara insiden ini, pesawat harus kembali lagi ke terminal. B. Perempuan yang kena sengatan menjalani pemeriksaan kesehatan dan mendapat pengobatan. C. Tidak diketahui dari mana asal kalajengking itu. D. Namun, sebelum tiba di Los Angeles, pesawat itu terbang dari Los Cabos, Mexico. Ternyata kala Jengking pun ingin merasakan perjalanan udara”. E. Kala Jengking memang suka menggigit perempuan. 4. Makna tersurat yang terdapat dalam paragraf di atas adalah …. A. Penumpang yang tersengat Kala Jengking telah ditangani staff medis. B. Gara-gara ada penumpang yang digigit Kala Jengking, pesawat Alaska Air Line terpaksa kembali ke terminal. C. Gara-gara ada penumpang pesawat yang digigit Kala Jengking, penerbanagan Los-Angeleles – Portland tertunda. D. Sebelum tiba di Los Angeles, pesawat itu terbang dari Los Cabos, Mexico. E. Pemberitahuan juru bicara maskapai Alaska Air Line tentang adanya penumpang yang digigit Kala Jengking. 5. Makna tersirat dalam paragraf di atas adalah …. A. Gara-gara ada yang membawa Kala Jengking dan menyengat salah seorang penumpangnya, pesawat Alaska Air Line terpaksa menunda penerbangan. B. Gara-gara ada penumpang pesawat yang tidak tertib mengikuti aturan, penerbangan dapat terganggu. C. Tidak diketahui pembawa Kala Jengking ke dalam pesawat. D. Karena kecerobohan penumpang, penerbangan dapat terganggu. E. Untung saja hanya Kala Jengking, apa lagi kalau penumpangnya ada yang membawa bom.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
148
6. Pernyataan di bawah ini yang merupakan penerapan teori adalah …. A. Berdasarkan Undang-undang Dasar 1945 pasal 28 berbunyi bahwa “Bahasa negara adalah bahasa Indonesia”. Oleh karena itu, bahasa pengantar pendidikan untuk seluruh rakyat Indonesia wajib menggunakan bahasa Indonesia. B. Belum banyak warga negara Indonesia yang memahami arti penting Bhinneka Tunggal Ika maka kadang-kadang hanya karena perbedaan afiliasi politik tega bermusuhan dengan bangsa sendiri. C. Tindak ;pidana korupsi adalah kejahatan yang sangat merugikan bangsa dan negara.. D. Udara di Yogyakarta jauh berbeda dari udara di Malang karena ketinggian DPL juga berbeda. E. Seorang vegetarian hanya mengonsumsi sayur-sayuran dan selalu menghindari daging. 7. Pernyataan di bawah ini merupakan penerapan teori secara benar untuk memecahkan masalah .… A. Kalimat “Semua orang diperkotaan menginginkan disediakan taman bermain untuk anak-anak”. Penggunaan “di” pada “diperkotaan” dan “dibangunkan” adalah awalan. B. Kalimat “Dalam perkembangan perekonomian Indonesia selalu terhambat oleh naik turunnya harga minyak dunia”. Struktur kalimat tersebut menyalahi pola kalimat bahasa Indonesia karena tidak ada subjek kalimat. C. Kalimat “seorang pengemudi becak sering melanggar aturan lalu lintas dengan alasan jalan menaik”. Struktur kalimat tersebut menyalahi pola kalimat bahasa Indonesia karena tidak ada subjek kalimat. D. Kalimat “Permasalahan yang dihadapi para petani di pedesaan adalah sering tidak tersedianya pupuk pada masa tanam”. Struktur kalimat tersebut menyalahi pola kalimat bahasa Indonesia karena tidak ada predikat. E. “Ringan sama dijinjing, berat sama dipikul” adalah peribahasa yang berarti berat ringannya beban tergantung banyak sedikitnya orang yang membawa. Pargraf berikut sebagai dasar untuk menjawab pertanyaan nomor 8 s.d 9 “Pendidikan karakter merupakan terobosan dalam dunia pendidikan untuk membentuk mental dan kepribadian anak. Mereka adalah calon pewaris sah masa depan bangsa. Jika mental dan kepribadian mereka tidak ditempa sedini mungkin, tidak mustahil di masa depan akan terus terjadi berbagai penyimpangan yang melanggar aturan, seperti korupsi, ketidakdisiplinan, tidak bertanggung jawab. Oleh karena itu, peranan guru sangat besar untuk menanamkan pendidikan karakter melalui setiap mata pelajaran. Namun, untuk melaksanakan pendidikan karakter tidaklah mudah. Kurikulum sekolah yang berubah-ubah tidak selalu memasukkan pendidikan karakter sebagai mata pelajaran”.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
149
8. Paragraf di atas dapat disimpulkan sebagai berikut …. A. Jika mental dan kepribadian anak tidak ditempa sedini mungkin, di masa depan akan terus terjadi berbagai penyimpangan yang melanggar aturan, seperti korupsi, ketidakdisiplinan, tidak bertanggung jawab B. Hubungan pendidikan karakter ddengan peranan guru mata pelajaran. C. Peranan guru sangat besar untuk menanamkan pendidikan karakter melalui setiap mata pelajaran agar tidak terjadi penyimpangan aturandi masa-masa mendatang. D. Pendidikan karakter merupakan terobosan dalam dunia pendidikan untuk membentuk mental dan kepribadian anak. E. Untuk melaksanakan pendidikan karakter tidaklah mudah. Kurikulum sekolah yang berubah-ubah tidak selalu memasukkan pendidikan karakter sebagai mata pelajaran. 9. Paragraf di atas dapat diikhtisarkan sebagai berikut. A. (1) Pendidikan karakter perlu diberikan sedini mungkin, (2) Pendidikan karakter untuk menghindari penyimpangan aturan, (3) Pentingnya pendidikan karakter bagi anak, (4) peranan guru sangat penting dalam pendidikan karakter. B. Pendidikan karakter sangat penting bagi anak untuk menghindari penyimpangan aturan di masa-masa yang akan datang. C. (1) Pentingnya pendidikan karakter bagi anak, (2) pendidikan karakter perlu diberikan sedini mungkin, (3) Pendidikan karakter untuk menghindari penyimpangan aturan, (4) peranan guru sangat penting dalam pendidikan karakter. D. Pentingnya peranan pendidikan karakter bagi anak agar tidak terjadi penyimpanngan aturan di masa datang. E. Peranan guru sangat penting dalam memberikan pendidikan karakter melalui setiap mata pelajaran. Penggalan teks di bawah ini sebagai dasar untuk menjawab soal nomor 10 s.d. 13 1) Kepala Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Iskandar Zulkarnain mengatakan maraknya perburuan batu mulia di sekitar daerah Sungai Luk Ulo mengancam kelestarian lingkungan dan situs batuan purbakala Karang Sambung. Kegiatan penambangan harus dilakukan terencana dan matang agar tidak merusak batuan purba barusia jutaan tahun. 2) Menurut Iskandar pihaknya tak ingin melarang kegiatan penambangan yang dilakukan oleh masyarakat. “Persoalannya masyarakat butuh. Kalaupun mau menambang, maka harus dilakukan perencanaan,” ujarnya kemarin. 10. Pernyataan yang tepat untuk menganalisis suatu masalah adalah …. A. Kepala LIPI memprihatinkan perburuan batu mulia sungai Luk Ulo, Karang Sambung.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
150
B. Kegiatan penambangan batu mulia di Luk Ulo, Karang Sambung harus dilakukan terencana dan matang agar tidak merusak cagar alam batuan berusia jutaan tahun. C. Agar situas batuan Luk Ulo, Karang Sambung tidak rusak, penambangan harus dilakukan perencanaan. D. Batu mulia di Luk Olo, Karang sambung bernilai tinggi. E. Kepala LIPI tidak ingin melarang kegiatan penambangan yang dilakukan oleh masyarakat. 11. Informasi yang perlu dikumpulkan untuk menyelesaikan masalah dalam paragraf di atas adalah …. A. Penambangan batuan purba di sungai Luk Ulo, Karang Sambung perlu
dihentikan. B. (1) Pernyataan Kepala LIPI, (2) Perburuan batu mulia di sungai Luk Ulo, (3) Masyarakat membutuhkan, (4) Perburuan perlu perencanaan.. C. (1) Situs batuan purbakala perlu dilestarikan, (2) Sungai Luk Ulo banyak menyimpan baagu akik, (3) Penambangan harus dilaraang. D. Masyarakat membutuhkan penambangan batu akik di sungai Luk UlO sebagai sumber penghidupan. E. Situs purbakala di Luk Ulo sudah berusia jutaan tahun.
12. Berdasarkan informasi yang terdapat dalam paragraf di atas, pemecahan masalahnya adalah …. A. Penambangan batu mulia di sungaai Luk Ulo, Karang Sambung tidak
perlu dilarang tetapi perlu perencanaan yang matang agar tidak merusak pelestarian cagar alam batuan berusia jutaan tahun. B. Pernyataan Kepala LIPI membuat masyarakat menjadi tenang. C. Batu mulia di sungai Luk Ulo sudah berusia jutaan tahun. D. Pihaknya tak ingin melarang kegiatan penambangan yang dilakukan oleh masyarakat. “Persoalannya masyarakat butuh. Kalaupun mau menambang, maka harus dilakukan perencanaan”. E. Kegiatan penambangan harus dilakukan terencana dan matang agar tidak merusak batuan purba barusia jutaan tahun. 13. Setelah membaca paragraf di atas, prediksi yang mungkin terjadi adalah …. A. Situs batuan purbakala Karang Sambung akan rusak. B. Jika situs purbakala tidak dijaga dengan baik, ada kemungkinan situs-situs di tempat lain juga akan dirusak untuk kepentingan sesaat. C. Akan semakin banyak yang terjangkit demam batu akik. D. Masyarakat akan semakin sadar perlunya pelestarian cagar budaya. E. Penambang pasir di hulu sungai Luk Ulo perlu dihentikan. Penggalan teks berikut sebagai dasar untuk menjawab pertanyaan no. 14 s.d. 15 1) Seorang ibu mengeluh sering dianggap pelit oleh tetangganya ketika menanyakan kepada anaknya perihal uang seratus perak yang diberikannya tadi pagi. Bukan hanya itu saja, suaminya juga sering mengatakan dia terlalu teliti saat
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
151
menanyai anaknya tentang alokasi uang yang diberikannya itu. 2) "Tetangga saya sering bilang saya pelit karena bertanya terus pada anak saya tentang uang yang saya berikan. Maksud saya bukan karena pelit, tetapi untuk mengetahui apakah yang dilakukan anak saya benar atau tidak,'' terang si ibu saat menjelaskan perilakunya itu. 14. Jika dievaluasi dari pemakaian bahasa Indonesia pargraf pertama di atas kurang efektif. A. Isinya hanya berupa keluh kesah seorang Ibu tentang anaknya. B. Pemakaian akhiran “-nya” pada paragraf pertama kurang efektif karena diulang berkali-kali. C. Ibu hanya ingin “curhat” melalui tulisannya. D. Kalimat pertama terlalu panjang. E. Kalimat pertama terjadi elipsis subjek pada anak kalimat. 15. Berdasarkan isinya, kedua paragraf di atas masih cukup informatif karena …. A. mempermasalahkan uang seratus perak. B. setiap keluarga memiliki cara sendiri-sendiri dalam mendidik anak. C. anaknya agar tidak suka minta uang terus. D. tetangga dan suaminya memang rewel. E. ingin menjelaskan alasan mengapa dia melakukan hal seperti itu.
Penggalan paragraf di bawah ini sebagai dasar untuk menjawab soal nomor 16 s.d. 18 1) Memberantas korupsi tidak harus heboh besar-besaran tetapi dapat juga dilakukan secara kecil-kecilan mulai dari rumah tangga. Jika gerakan memberantas korupsi dilakukan oleh setiap keluarga dengan cara pencegahan, niascaya di masa datang tidak akan ada anak manusia yang berani korupsi di pemerintahan. 2) Jika ada seseorang yang melakukan korupsi, orang pertama yang harus dihukum atas tindakan korupsi adalah orang tua sang koruptor. Benih koruptor itu sudah disebar 20-25 tahun yang lalu oleh kedua orang tuanya. Dan saat inilah benih itu tumbuh dan merajalela. Seandainya kedua orang tua selalu peduli terhadap perilaku jujur, disiplin, bertanggung jawab terhadap perilaku anak, tidak akan ada keluarga yang melahirkan koruptor. 16. “Pemberantasan korupsi bukan hanya tanggung jawab KPK dan POLRI”. Pernyataan yang sejalan dengan kalimat di atas adalah …. A. Korupsi tidak mungkin dapat diberantas jika moral manusianya sudah terlanjur terjangkit virus korupsi. B. Politisi yang duduk di lembaga legislatif juga banyak yang terlibat korupsi. C. Pencegahan korupsi sulit dilakukan selama oknum-oknum di KPK, POLRI, Kejaksaan, dan Kehakiman belum bersih dari koruptor. .
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
152
D. Pemberantasaan korupsi dapat juga dilakukan melalui keluarga,
masyarakat, dan sekolah. E. Pencegahan korupsi dapat dilakukan sejak anak masih di sekolah.
17. “Jika ada seseorang yang melakukan korupsi, orang pertama yang harus dihukum atas tindakan korupsi adalah orang tua sang koruptor. Benih koruptor itu sudah disebar 20-25 tahun yang lalu oleh kedua orang tuanya”. Pernyataan di atas sejalan dengan pernyataan di bawah ini, KECUALI ....
A. Peranan keluarga sangat penting untuk melakukan pencegahan tindak pidana korupsi. B. Orang tua ikut bertanggung jawab terhadap korupsi yang dilakukan oleh anak-anak mereka. C. Pelaku korupsi adalah produk dari pendidikan yang terjadi di dalam keluarga. D. Benih korupsi sudah disebar sejak 20 – 25 tahun yang lalu. E. Tindakan korupsi ibarat penghisap ganja, sekali melakukan dan merasakan nikmatnya, mereka akan kecanduan. 18. “Seandainya kedua orang tua selalu peduli terhadap perilaku jujur, disiplin, bertanggung jawab terhadap perilaku anak, tidak akan ada keluarga yang melahirkan koruptor”. Pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa .... A. Agar tidak menjadi koruptor, orang tua harus menanamkan perilaku
jujur, disiplin, dan tanggung jawab kepada anak melalui keluarga. B. Perhatian terhadap pendidikan kejujuran, kedisiplinan, dan penanaman
rasa tannggung jawab akan dapat mencegah perilaku korupsi. mencegah perilaku korupsi, peranan orang tua untuk menanamkan perilaku jujur, disiplin, dan tanggung jawab. D. Sumber utama lahirnya koruptor adalah keluarga. E. Masyarakat ikut andil melahirkan terjadinya korupsi. C. Untuk
Paragraf di bawah ini sebagai dasar untuk menjawab pertanyaan nomor 19 s.d. 21 3) Seorang ibu mengeluh sering dianggap pelit oleh tetangganya ketika menanyakan kepada anaknya perihal uang seratus perak yang diberikannya tadi pagi. Bukan hanya itu saja, suaminya juga sering mengatakan dia terlalu teliti saat menanyai anaknya tentang alokasi uang yang diberikannya itu. 4) "Tetangga saya sering bilang saya pelit karena bertanya terus pada anak saya tentang uang yang saya berikan. Maksud saya bukan karena pelit, tetapi untuk mengetahui apakah yang dilakukan anak saya benar atau tidak,'' terang si ibu saat menjelaskan perilakunya itu. 19. Makna tersurat dalam paragraf pertama di atas adalah …. A. Ibu lain terlalu bawel karena ikut mengurus urusan rumah tangga orang lain. B. Suaminya tidak memahami maksud istrinya
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
153
C. Seoranag Ibu bercerita karena ada Ibu lain, dan juga suaminya menuduh bahwa Ibu itu terlalu pelit karena menanyakan uang seratus perak yang diberikan kepada anaknya tadi pagi. D. Ibu memang pelit karena hanya uang seratus perak diminta mempertanggung-jawabkan. E. Seorang Ibu harus mendidik anak sejak dini agar anak belajar bertanggung jawab. 20. Makna tersirat kedua paragraf di atas adalah …. A. Hakikat pendidikan anti korupsi. B. Ibu mendidik anak sejak dini agar kelak dapat bertanggung jawab terhadap kepercayaan yang diberikan kepadanya. C. Mendidik bertanggung jawab kepada anak tidak harus sampai hal-hal sekecil itu. D. Ibu ingin memberi penjelasan kepada semua orang, apakah tindakan anaknya benar atau salah. E. Ibu tidak senang jika urusan rumah tangganya dicampuri oleh orang lain. 21. Berdasarkan isi dua paragraf di atas dapat disimpulkan bahwa …. A. Orang tua yang terlalu pelit tanpa jelas tujuannya akan merepotkan anak. B. Setiap orang harus mengurusi rumah tangga sendiri tanpa harys dicampuri oleh keluarga lain. C. Orang tua harus memberi kesempatan kepada anak agar belajar bertanggung jawab. D. Pada hakikatnya pendidikan anti korupsi harus diberikan sedini mungkin mulai dari hal-hal kecil, seperti uang jajan seratus perakpun harus dipertanggungjawabkan oleh anak kepada ibunya. E. Orang tua tidak boleh terlalu banyak ngomong tentang uang saku yang sudah diberikan kepada anaknya. Penggalan teks berikut sebagai dasar untuk menjawab pertanyaan nomor 22 s.d. 23 1) KETUA Mahkamah Konstitusi (MK) Mahfud MD menantang mantan hakim konstitusi Arsyad Sanusi untuk membongkar kecurangan-kecurangan pada lembaga yang dipimpinnya. Dia mengaku tak khawatir terhadap langkah mantan anak buahnya tersebut. 2) "Pak Arsyad bilang akan membongkar borok MK. Ini yang saya tunggu. Sejak dulu kalau ada orang bermasalah di sini selalu bilang akan dibongkar, tapi tidak pernah ada sampai sekarang. Saya tunggu, bongkarlah, kalau perlu bawa traktor, apa kesalahan MK?" ujarnya saat menggelar jumpa pers di kantornya kemarin. 3) Sebelumnya, Arsyad mengancam akan membongkar praktik mafia di MK setelah Mahfud dan Sekjen MK sendiri M Gaffar mengungkapkan pesan Arsyad
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
154
dalam dugaan pemalsuan dan penggelapan surat MK ke KPU untuk sengketa hasil pemilu di daerah pemilihan Sulawesi Selatan dalam Panja Mafia Pemilu DPR, Selasa (21/06). Sinar Indonesia, 23 Juni 2011 22. Makna tersurat paragraf kedua di atas adalah …. A. Mahfud menunggu bukti ancaman Arsyad B. Pak Arsyad bilang akan membongkar borok MK. C. Sejak dulu kalau ada orang bermasalah di sini selalu bilang akan membongkjar borok MK. D. Penjelasan Mafud ketika mengadakan jumpa pers di kantornya. E. Banyak orang akan membongjkar borok MK tetapi tidak pernah dilakukan. 23. Makna tersirat paragraf dua teks di atas adalah …. A. MK merupakan lembaga tempat pencari keadilan bagi siapa pun. B. Mahfud tidak takut terhadap ancaman Arsyad mantan anak buahnya yang akan membongkar borok MK. C. Ancaman Arsyad hanyalah gertak sambal untuk menakut-nakuti Mahfud sebagai ketua MK. D. Mahfud menantang kesungguhan ancaman Arsyad. E. Arsyad adalah pelaku pemalsuan dan penggelapan surat MK ke KPU untuk sengketa hasil pemilu di daerah pemilihan Sulawesi Selatan dalam Panja Mafia Pemilu DPR. Paragraf di bawah ini digunakan untuk menjawab pertanyaan nomor 24 s.d 26. Pemakaian bahasa dalam masyarakat ada yang santun dan ada yang tidak santun. Fenomena demikian akan terus terjadi dalam masyarakat seperti halnya pemakaian kaidah-kaidah lain, seperti kaidah bahasa yang baik dan kaidah bahasa yang benar. Mengapa demikian? Ada beberapa alasan, antara lain (a) tidak semua orang memahami kaidah kesantunan, (b) ada yang memahami kaidah tetapi tidak mahir menggunakan kaidah kesantunan, (c) ada yang mahir menggunakan kaidah kesantunan dalam berbahasa tetapi tidak mengetahui bahwa yang digunakan adalah kaidah kesantunan, dan (d) tidak memahami kaidah kesantunan dan tidak mahir berbahasa secara santun. 24. Berdasarkan paragraf di atas, “fenomena ketidaksantunan pemakaian bahasa akan terus terjadi seperti halnya pemakaian bahasa yang baik dan benar”. Jika dilihat dari fakta yang ada pernyataan tersebut membuktikan bahwa …. A. Fenomena tersebut merupakan fakta yang dapat ditemukan di dalam masyarakat sampai kapan pun. B. Kemampuan berbahasa secara santun harus terus disosialisasi kepada seluruh masyarakat. C. Banyak orang yang tidak mengetahui kaidah berbahasa secara santun tetapi ketika berbahasa justru santun. D. Banyak orang yang mengetahui kaidah berbahasa secara santun tetapi ketika berbahasa justru tidak santun.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
155
E. Banyak orang yang tidak memahami kaidah kesantunan dan tidak
mahir berbahasa secara santun. 25. Berdasarkan paragraf di atas, terlihat perbedaan secara jelas antara fakta, data, dan opini. Yang merupakan fakta dalam paragraf tersebut adalah …. A. Kemampuan berbahasa secara santun harus terus disosiaalisasikan
kepada masyarakat. B. Banyak warga masyarakat yang belum mampu berbahasa secara baik, benar,dan santun. C. Kaidah bahasa santun berbeda denngan kaidah bahasa yang baik dan benar. D. Setiap orang yang mampu berbahasa secara benar pasti mampu berbahasa secara santun. E. Fenomena pemakaian bahasa yang santun maupun tidak santun akan semakin berkurang di dalam masyarakat.
26. Kalimat yang tidak efektif dalam paragraf di atas adalah ….. A. Pemakaian bahasa dalam masyarakat ada yang santun dan ada yang tidak santun. B. Fenomena demikian akan terus terjadi dalam masyarakat seperti halnya pemakaian kaidah-kaidah lain, seperti kaidah bahasa yang baik dan kaidah bahasa yang benar. C. Tidak semua orang memahami kaidah kesantunan. D. Ada yang memahami kaidah tetapi tidak mahir menggunakan kaidah kesantunan. E. Ada yang mahir menggunakan kaidah kesantunan dalam berbahasa tetapi tidak mengetahui bahwa yang digunakan adalah kaidah kesantunan. 27. Pernyataan di bawah ini merupakan penciptaan konsep baru berdasarkan konsep yang sudah ada sebelumnya. A. Candi Prambanan dibuat zaman dinasti Syailendra. B. Menulis cerpen berdasarkan tema yang sudah ditentukan sebelumnya. C. Pak sigit memahat patung Dewi Syiwa berdasarkan patung yang ada di candi Prambanan. D. Pak Bondan memang mahir membatik menggunakan kain sutera. E. Lagu Indonesia Raya diciptakan oleh WR Supratman.
28. Pernyataan berikut merupakan usaha memanipulasi keadaan yang sebenarnya ke dalam keadaan yang diinginkan. A. Keripik singkong yang diolah secara modern dapat meningkatkan nilai
tambah secara ekonomi. B. Proses pengolahan keripik singkong yang dilakukan secara manual membutuhkan tenaga kerja yang lebih banyak. C. Untuk dapat membuat keripik singkong yang baik dibutuhkan kualitas singkong bermutu tinggi. D. Produksi keripik singkong sedang booming seperti perdagangan batu akik.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
156
E. Pengrajin keripik di Wedi Klaten terampil membuat keripik singkong rasa emping mlinjo.
Penggalan teks di bawah ini sebagai dasar untuk menjawab pertanyaan nomor 29 s.d. 30. Perdagangan narkoba tidak hanya membahayakan generasi muda tetapi juga menjadi ancaman bagi keselamatan negara. Columbia merupakan salah satu contoh negara yang dikendalikan oleh pedagang narkoba sehingga seakan-akan di dalam negara ada dua pemerintahan yang berkuasa. Negara Columbia hampir tidak mampu memberantas peredaran narkoba karena konglomerat di Columbia sudah mampu menguasai tokoh-tokoh politik yang duduk di parlemen maupun di pemerintahan. Jika Indonesia tidak ingin menjadi negara seperti Columbia, masyarakat perlu mendukung pemerintah untuk menerapkan hukuman mati bagi pedagang narkoba. Apa lagi, akhir-akhir ini perdagangan narkoba di Indonesia tidak hanya melibatkan pedagang domestik tetapi sudah merambah ke pedagang internasional. 29. Setelah membaca teks di atas, prediksi yang mungkin terjadi adalah …. A. Pemerintah akan semakin tegas dalam menindak pedagang dan pengedar narkoba di Indonesia. B. Perdagangan narkoba di Indonesia bukan hanya melibatkan pedagang domestik tetapi juga pedagang internasional. C. Ancaman bahaya narkoba sudah merambah ke generasi muda termasuk anakanak sekolah. D. Pemerintah perlu dukungan semua pihak untuk memberantas peredaran narkoba. E. Clumbia merupakan contoh negara yang dikuasai oleh pedagang narkoba. (19)
30. Jika pemerintah Indonesia bersikap tegas, dapat diprediksi bahwa perdagangan dan peredaran narkoba …. A. dapat berkurang karena pedagang narkoba akan berpikir dua tiga kali untuk mengedarkan narkoba di Indonesia. B. tetap berkembang karena mereka melihat keuntungan yang sangat besar dari perdagangan narkoba. C. dimusuhui oleh seluruh rakyat Indonesia. D. terus terjadi dengan mencari celah yang mungkin dilakukan untuk
menyelundupkan narkoba. E. beralih ke bisnis kelontong atau barang-barang lain yang tidak dilarang
oleh pemerintah Indonesia. Penggalan teks berikut untuk menjawab pertanyaan soal nomor 31 s.d. 32 Pemakaian bahasa dalam masyarakat ada yang santun dan ada yang tidak santun. Fenomena demikian akan terus terjadi dalam masyarakat seperti halnya pemakaian kaidah-kaidah lain, seperti kaidah bahasa yang baik dan kaidah bahasa yang benar. Mengapa demikian? Ada beberapa alasan, antara lain (a) tidak semua orang memahami kaidah kesantunan, (b) ada yang memahami kaidah tetapi tidak
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
157
mahir menggunakan kaidah kesantunan, (c) ada yang mahir menggunakan kaidah kesantunan dalam berbahasa tetapi tidak mengetahui bahwa yang digunakan adalah kaidah kesantunan, dan (d) tidak memahami kaidah kesantunan dan tidak mahir berbahasa secara santun. 31. Pokok masalah yang dibahas dalam penggalan di atas adalah …. A. Kondisi pemakaian bahasa dalam masyarakat B. Alasan mengapa seseorang tidak berbahasa santun C. Kesantunan berbahasa dan faktor-faktor penyebab kesantunan. D. Perbedaan bahasa yang baik dan benar dengan bahasa yang santun. E. Banyak orang yang belum mahir berbahasa secara santun. 32. Prediksi yang dapat dilakukan oleh pembaca setelah membaca paragraf di atas adalah …. A. Orang yang mampu berbahasa santun pasti mampu berbahasa secara baik dan benar. B. Karena pentingnya pemakaian berbahasa secara santun, pembelajaran bahasa santun akan semakin mendpat perhatian oleh guru di sekolah. C. Akan lebih banyak pemakai bahasa yang benar dari pada pemakai bahasa yang santun. D. Di masa-masa yang akan datang akan semakin bertambah jumlah orang yang mampu berbahasa secara santun. E. Tidak akan ada perubahan pemakai bahasa yang santun di masa-masa mendatang. Paragraf di bawah ini dipakai sebagai dasar untuk menjawab pertanyaan nomor 33 s.d 36. 1) Pengurus Ikatan Alumni Universitas Indonesia, dan Alumni Institut Pertanian Bogor dan Alumni Institut Teknologi Bandung mendatangi Markas Besar Polri di Jakarta, kemarin. Rombongan akademikus yang terdiri atas 50 orang yang dipimpin anggota tim independen sekaligus pengurus Ikatan Alumni UI, Imam Prasodjo, tersebut diterima Wakil Kepala Polri Komisaris Jenderal Badrodin Haiti, Kepala Badan Reserse Kriminal Mabes Polri Komisaris Jenderal Budi Waseso, dan pejabat lainnya. Imam meminta jaminan agar mereka tak dijadikan tersangka karena sikap yang diambilnya. “Kemarin kami membela KPK, tapi ada ingatan lama, jangan-jangan kami calon tersangka,” kata Imam. 2) Dalam kesempatan itu, pakar hukum tata Negara dari Universitas Indonusa Esa Unggul, Refly Harun, mengaku tertawa ketika mendengar Polri menetapkan Bambang Widjojanto sebagai tersangka karena menggelar briefing terhadap saksi. “Kasus BW very-very ordninary,” ujar Refly. Refly juga menyoroti kasus yang menjerat Ketua KPK Abraham Samad, yang menjadi tersangka karena memasukkan nama orang di kartu keluarganya untuk membuat paspor. Budi Waseso mengatakan penetapan tersangka terhadap dua pimpinan KPK itu sebatas menanggapi aduan masyarakat. “Jadi bukan serta-merta saya mentersangkakan. Itu ada penyelidikan,” kata Budi. Koran Tempo, halaman 2, (Senin, 23 Februari 2015).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
158
33. Pikiran utama paragraf pertama di atas adalah …. A. Rombongan diterima Wakil Kepala Polri Komisaris Jenderal Badrodin Haiti, Kepala Badan Reserse Kriminal Mabes Polri Komisaris Jenderal Budi Waseso, dan pejabat lainnya. B. Pengurus Ikatan Alumni Universitas Indonesia, dan Alumni Institut Pertanian Bogor dan Alumni Institut Teknologi Bandung mendatangi Markas Besar Polri di Jakarta, kemarin. C. Rombongan akademikus yang terdiri atas 50 orang yang dipimpin anggota tim independen sekaligus pengurus Ikatan Alumni UI, Imam Prasodjo, tersebut diterima Wakil Kepala Polri Komisaris Jenderal Badrodin Haiti, Kepala Badan Reserse Kriminal Mabes Polri Komisaris Jenderal Budi Waseso, dan pejabat lainnya. D. Imam meminta jaminan agar mereka tak dijadikan tersangka karena sikap yang diambilnya. E. “Kemarin kami membela KPK, tapi ada ingatan lama, jangan-jangan kami calon tersangka,” kata Imam. 34. Pikiran utama paragraf kedua di atas adalah …. A. Budi Waseso mengatakan penetapan tersangka terhadap dua pimpinan KPK itu sebatas menanggapi aduan masyarakat. B. Refly juga menyoroti kasus yang menjerat Ketua KPK Abraham Samad, yang menjadi tersangka karena memasukkan nama orang di kartu keluarganya untuk membuat paspor. C. Dalam kesempatan itu, pakar hukum tata Negara dari Universitas Indonusa Esa Unggul, Refly Harun, mengaku tertawa ketika mendengar Polri menetapkan Bambang Widjojanto sebagai tersangka karena menggelar briefing terhadap saksi. D. “Jadi bukan serta-merta saya mentersangkakan. Itu ada penyelidikan,” kata Budi. E. Refly menyindir POLRI ketika menetapkan Bambang Widjoyanto sebagai tersangka karena menggelar briefing terhadap saksi. “Kasus BW very-very ordninary,”. 35. Makna tersirat bacaan pada paragraf pertama di atas adalah …. A. Mereka tidak ingin dijadikan tersangka oleh POLRI karena membela KPK. B. Kedatangan ikatan alumni UI, IPB, dan ITB ke POLRI. C. Pengurus Ikatan Alumni beberapa perguruan tinggi mendatangi Markas Besar Polri di Jakarta untuk meminta jaminan agar mereka tidak dijadikan tersangka karena sikap yang diambilnya.. D. Mereka tidak mau dijadikan tersangka karena selama ini membela KPK. E. Rombongan yang terdiri atas 50 orang yang dipimpin Imam Prasaja itu diterima diterima Wakapolri Badrudin Haiti. 36. Makna tersirat bacaan pada paragraf kedua di atas adalah ….
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
159
A. Pakar hukum tata Negara dari Universitas Indonusa Esa Unggul, Refly Harun, menyoroti penetapan Bambang Widjoyanto dan Ketua KPK Abraham Samad sebagai tersangka. B. Bambang Widjojanto dan Abraham Samad ditetapkan sebagai tersangka untuk dua kasus yang berbeda. C. Ketua KPK Abraham Samad ditetapkan sebagai tersangka karena memasukkan nama orang di kartu keluarganya untuk membuat paspor. D. Budi Waseso mengatakan penetapan tersangka terhadap dua pimpinan KPK itu sebatas menanggapi aduan masyarakat. E. “Jadi bukan serta-merta saya mentersangkakan. Itu ada penyelidikan,” kata Budi. 37. Bacalah paragraf di bawah ini dengan saksama! “Ginjal yang berfungsi menyaring darah kotor bisa mengalami kerusakan jika dipaksa bekerja secara intensif terus-menerus. Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah salah satu kondisi yang dikatakan oleh dokter patut diwaspadai karena bisa memicu kerusakan tersebut. dr Ginova Nainggolan, SpPD, KGH, dari Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) mengatakan masih sedikit masyarakat yang menyadarinya. Terlebih kerusakan ginjal akibat hipertensi terjadi perlahan dan tidak menunjukkan gejala khusus sehingga sulit untuk dideteksi”. Paragraf di atas dapat disimpulkan sebagai berikut. A. Kerusakan ginjal dapat terjadi pada penderita hipertensi dan gula darah. B. Ginjal yang berfungsi menyaring darah kotor dapat rusak jika dipaksa bekerja intensif terus-menerus. C. Salah satu penyebab rusaknya ginjal adalah pada pasien tekanan darah tinggi. D. Penderita penyakit hipertensi perlu mewaspadai kondisi ginjalnya. E. Kerusakan ginjal akibat hipertensi terjadi perlahan-lahan dan tidak menunjukkan gejala khusus. Penggalan teks di bawah ini sebagai dasar untuk menjawab soal nomor 38 s.d. 39. "Gejala kerusakan ginjal pada tahap dini biasanya tidak ada keluhan yang khas. Gejalanya, paling merasa tidak enak badan tetapi tidak ada kan yang kalau badannya lemas dia bilang 'barangkali saya sakit ginjal', paling bilangnya kecapaian," ujar dr Ginova dalam acara diskusi di Plaza Central, Sudirman, Jakarta Selatan, seperti ditulis pada Jumat (27/2/2015). Hipertensi dikatakan oleh dr Ginova biasanya membutuhkan waktu sampai 10 tahun untuk membuat kerusakan pada ginjal yang jika tidak disadari dan ditangani maka besar kemungkinan ginjal mengalami kegagalan. Pasien yang mengalami gagal ginjal hanya punya dua pilihan,
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
160
seumur hidupnya melakukan cuci darah atau transplantasi ginjal baru. dr Ginova mengatakan selain hipertensi penyakit diabetes juga perlu diwaspadai sebagai penyebab gagal ginjal. Jika seseorang memiliki kondisi hipertensi dan diabetes dalam waktu yang lama maka risiko ginjal alami kegagalan juga semakin besar. 38. Paragraf di atas dapat disimpulkan sebagai berikut. A. Pasien hipertensi membutuhkan waktu sampai 10 tahun untuk membuat kerusakan ginjal. B. Gejala gagal ginjal hanya merasa tidak enak badan dan mengatakan karena kecapekan. C. Pasien yang gagal ginjal hanya punya dua pilihan, cuci daerah seujur hidup atau transplantasi ginjal baru. D. Kerusakan gagal ginjal tidak ada keluhan khas dan membutuhkan waktu cukup lama utuk dapat dideteksi bagi penderita hipertensi dan gula darah. E. Setiap penderita hipertensi dan gula darah sangat potensial mengalami gagal ginjal. 39. Prediksi yang mungkin dapat dibuat oleh pembaca setelah membaca teks di atas adalah …. A. Jika seseorang mengalami gagal ginjal, mereka harus cuci darah selama hidup. B. Minum obat apa pun harus dikonsultasikan kepada dokter. C. Pembaca akan berhati-hati mengonsumsi obat-obatan yang dapat membahayakan ginjal. D. Lebih baik menderita hipertensi dari pada harus gagal ginjal. E. Pengidap hipertensi dan gula darah tidak mau lagi minum obat. Penggalan teks di bawah ini sebagai dasar untuk menjawab soal nomor 40 s.d. … Seorang guru yang hanya dapat memberi contoh tetapi tidak dapat menjadi contoh bagaikan “nandur gedhang awoh pakel, ngomong gampang nglakoni angel” (menanam pisang berbuah pakel, bicaranya mudah tetapi melaksnakannya sukar). Itulah potret sebagian besar guru di Indonesia. Banyak guru bahasa Indonesia yang biasa mengajarkan menulis tetapi dirinya sendiri belum pernah menulis, baik berupa artikel, cerpen, atau bahkan buku ajar. Guru harus terus dikembangkan kompetensinya. Namun, jika mau jujur, pemerintah menghadapi kendala. Banyak guru yang sebenarnya tidak memenuhi syarat menjadi guru. Mereka memilih jurusan keguruan setelah ditolak di jurusan lain. Akibatnya, out put keguruan banyak yang tidak memiliki daya kreasi dan inovasi.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
161
40. Kesimpulan yang dapat ditarik dari teks di atas adalah …. A. Jika menginginkan siswa berjiwa kreatif dan inovatif, guru harus terus ddikembangkan kompetensinya agar profesional sehingga mampu menjadi contoh bagi siswanya. B. Memberi contoh bagi siswa jauh lebih mudah dari pada memberi contoh. C. Memberi contoh dan menjadi contoh sama pentingnya bagi guru. D. Banyak guru yang sebenarnya tidak memiliki jiwa guru tetapi terpaksa harus menjadi guru karena tidak ada pilihan lain. E. Menjadi guru yang profesional bukan masalah sederhana.
41. Penggalan di atas jika dianalisis sebenarnya “banyak guru yang tidak profesional, karena banyak guru yang tidak memiliki jiwa guru”. Opsi yang dapat dilakukan adalah …. A. melakukan seleksi secara lebih ketat bagi calon mahasiswa yang akan masuk ke jurusan keguruan agar dapat dididik menjadi guru profesional. B. pemerintah harus terus-menerus memberikan pelatihan kepada guru yang bertugas di sekolah. C. mahasiswa yang tidak memiliki jiwa guru lebih baik memilih jurusan lain. D. mahasiswa yang sudah memilih jurusan keguruan harus mengubah paradigma berpikirnya. E. PTS yang tidak selektif dalam memilih mahasiswa perlu diberi teguran agar tidak merugikan anak didik di masa mendatang. 42. “Sesuai dengan perubahan paradigma modern, pembelajaran harus berfokus pada pembelajar. Interaksi perkuliahan tidak lagi dilakukan searah dengan metode ceramah, tetapi harus interaktif antara dosen dengan mahasiswa”. Berdasarkan pernyataan tersebut, jika diaplikasikan dalam praktik perkuliahan, model pembelajaran yang tepat adalah …. A. Membiarkan mahasiswa belajar sendiri, sementara dosen cukup menunggu pertanyaan dari mahasiswa. B. Metode perkuliahan harus bersifat interaktif, seperti metode diskusi berdasarkan pokok masalah tertentu yang ditentukan oleh dosen. C. Dosen memberi tugas kepada mahasiswa untuk membaca literatur sebanyak-banyaknya. D. Dosen memberi ceramah kepada mahasiswa selama perkuliahan berlangsung. E. Mahasiswa harus selalu mempersiapkan pertanyaan yang akan diajukan kepada dosen sebelum perkuliahan berlangsung.
=======PR======
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
162
Lampiran 3 KUNCI JAWABAN TES KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN 1. C
11. B
21. D
31. A
41 A
2. C
12. A
22. B
32. D
42. B
3. A
13. B
23. D
33. B
4. C
14. B
24. A
34. C
5. B
15. E
25. B
35. C
6. A
16. D
26. B
36. A
7. B
17. E
27. C
37. E
8. C
18. A
28. E
38. D
9. C
19. C
29. A
39. C
10. B
20. B
30. A
40. A
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Lampiran 4
163
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
164
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
165
Lampiran 5
PERHITUNGAN SKALA LIKERT ANGKET FAKTOR MEMBACA MAHASISWA SEMESTER VI KELAS B UNIVERSITAS SANATA DHARMA TAHUN AJARAN 2014/2015 Rentang Skor
Indikator
Skala Likert
STS
TS
N
S
SS Jumlah
1
0
1
1
18
8
2
0
7
3
12
3
1
0
5
4
0
1
5
0
6
Total
STS
TS
N
S
SS
Skor
SS
STS
28
0
2
3
72
40
117
140
28
6
28
0
28
9
24
6
67
140
28
14
8
28
1
0
15
56
40
112
140
28
0
8
19
28
0
2
0
32
95
129
140
28
2
3
13
10
28
0
8
9
18
3
38
140
28
1
13
2
9
3
28
5
52
6
18
3
84
140
28
7
1
3
11
9
4
28
1
6
33
36
20
96
140
28
8
1
12
10
4
1
28
1
24
30
16
5
76
140
28
9
4
12
8
3
1
28
4
24
24
12
5
69
140
28
10
0
3
2
18
5
28
0
6
6
72
20
104
140
28
11
0
0
0
15
13
28
0
0
0
60
65
125
140
28
12
0
1
4
15
8
28
0
2
12
60
40
114
140
28
13
0
6
1
9
12
28
0
24
3
18
12
57
140
28
14
1
3
9
13
2
28
1
6
27
52
10
96
140
28
15
0
0
2
17
9
28
0
0
6
68
45
119
140
28
16
0
2
4
17
5
28
0
4
12
68
25
109
140
28
17
3
16
4
4
1
28
15
64
12
8
1
100
140
28
18
0
3
4
15
6
28
0
6
12
60
30
108
140
28
19
2
2
0
13
11
28
10
8
0
26
11
55
140
28
20
0
2
4
12
10
28
0
4
12
48
50
114
140
28
21
1
1
3
12
11
28
5
4
9
24
11
53
140
28
22
0
2
3
12
11
28
0
4
9
48
55
116
140
28
23
1
6
1
14
6
28
1
12
3
56
30
102
140
28
24
1
3
4
15
5
28
1
6
12
60
25
104
140
28
25
0
2
6
14
6
28
0
4
18
56
30
108
140
28
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
166
26
0
3
0
18
7
28
0
6
0
72
35
113
140
28
27
7
10
6
3
2
28
7
20
18
12
10
67
140
28
28
2
10
4
6
6
28
2
20
12
24
30
88
140
28
29
0
8
4
5
11
28
0
16
12
20
55
103
140
28
30
3
4
1
12
8
28
3
8
3
48
40
102
140
28
31
2
3
3
14
6
28
2
6
9
56
30
103
140
28
32
0
2
4
16
6
28
0
4
12
64
30
110
140
28
33
0
1
4
14
9
28
0
2
12
56
45
115
140
28
34
1
6
6
13
2
28
1
12
18
52
10
93
140
28
35
0
1
3
17
7
28
0
2
9
68
35
114
140
28
36
0
4
1
11
12
28
0
16
3
22
12
53
140
28
37
0
0
3
14
11
28
0
0
9
28
11
48
140
28
38
1
6
4
15
2
28
1
12
12
60
10
95
140
28
39
0
5
6
14
3
28
0
10
18
56
15
99
140
28
40
0
0
0
6
22
28
0
0
0
24
110
134
140
28
41
1
7
4
13
3
28
1
14
12
52
15
94
140
28
42
1
4
8
13
2
28
1
8
24
52
10
95
140
28
43
0
2
3
18
5
28
0
4
9
72
25
110
140
28
44
0
0
2
21
5
28
0
0
6
84
25
115
140
28
45
0
11
11
4
2
28
0
22
33
16
10
81
140
28
46
3
13
6
6
0
28
3
26
18
24
0
71
140
28
47
2
16
9
1
0
28
2
32
27
4
0
65
140
28
48
0
0
3
14 11
28
0
0
9
56
55
120
140
28
49
0
4
5
15
4
28
0
8
15
60
20
103
140
28
50
0
6
1
14
7
28
0
12
3
56
35
106
140
28
51
1
1
7
15
4
28
1
2
21
60
20
104
140
28
52
1
10
12
5
0
28
1
20
36
20
0
77
140
28
53
0
3
6
13
6
28
0
6
18
52
30
106
140
28
54
0
7
9
9
3
28
0
14
27
36
15
92
140
28
55
1
4
6
14
3
28
1
8
18
56
15
98
140
28
56
1
2
6
19
0
28
1
4
18
76
0
99
140
28
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
167
57
0
3
4
18
3
28
0
6
12
72
15
105
140
28
58
0
4
6
12
6
28
0
8
18
48
30
104
140
28
59
1
1
10 13
3
28
1
2
30
52
15
100
140
28
60
0
9
9
8
2
28
0
18
27
32
10
87
140
28
61
1
10
4
10
3
28
1
20
12
40
15
88
140
28
62
0
3
1
18
6
28
0
6
3
72
30
111
140
28
63
0
5
10
9
4
28
0
10
30
36
20
96
140
28
64
0
5
10
9
4
28
0
10
30
36
20
96
140
28
65
1
13
8
4
2
28
1
26
24
16
10
77
140
28
66
2
5
14
6
1
28
2
10
42
24
5
83
140
28
67
0
3
13
9
3
28
0
6
39
36
15
96
140
28
68
0
2
5
16
5
28
0
4
15
64
25
108
140
28
69
0
4
6
13
5
28
0
8
18
52
25
103
140
28
70
1
10
8
8
1
28
1
20
24
32
5
82
140
28
71
0
10
9
8
1
28
0
20
27
32
5
84
140
28
72
0
1
5
17
5
28
0
2
15
68
25
110
140
28
73
0
0
2
23
3
28
0
0
6
92
15
113
140
28
74
0
0
4
16
8
28
0
0
12
64
40
116
140
28
75
0
0
2
16 10
28
0
0
6
64
50
120
140
28
1
7
4
13
3
28
1
14
12
52
15
94
140
28
1
4
8
13
2
28
1
8
24
52
10
95
140
28
0
2
3
18
5
28
0
4
9
72
25
110
140
28
0
0
2
21
5
28
0
0
6
84
25
115
140
28
0
11
11
4
2
28
0
22
33
16
10
81
140
28
0
7
3
15
3
28
0
14
9
60
15
98
140
28
0
6
10
9
3
28
0
12
30
36
15
93
140
28
1
15
5
6
1
28
1
30
15
24
5
75
140
28
1
0
5
17
5
28
1
0
15
68
25
109
140
28
76 77 78 79 80 81 82 83 84
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
85 86 87 88 89 90 91 92 93 94 95 96 97 98 99 100 101
168
2
13
6
5
2
28
2
26
18
20
10
76
140
28
0
1
4
14
9
28
0
2
12
56
45
115
140
28
4
9
5
8
2
28
4
18
15
32
10
79
140
28
0
1
1
9
17
28
0
2
3
36
85
126
140
28
1
3
2
11 11
28
1
6
6
44
55
112
140
28
0
3
10
9
6
28
0
6
30
36
30
102
140
28
1
6
8
12
1
28
1
12
24
48
5
90
140
28
0
1
5
16
6
28
0
2
15
64
30
111
140
28
0
0
4
16
8
28
0
0
12
64
40
116
140
28
0
1
2
17
8
28
0
2
6
68
40
116
140
28
1
7
6
10
4
28
1
14
18
40
20
93
140
28
1
2
8
12
5
28
1
4
24
48
25
102
140
28
0
5
9
11
3
28
0
10
27
44
15
96
140
28
1
4
4
9
10
28
1
8
12
36
50
107
140
28
4
8
6
6
4
28
4
16
18
24
20
82
140
28
1
6
5
11
5
28
1
12
15
44
25
97
140
28
3
7
6
9
3
28
3
14
18
36
15
86
140
28
9800 14140
2828
Jumlah
9800 : 14140 x 100% = 69,30%
Kategori
Faktor membaca tinggi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
169
Lampiran 6 TABULASI ANGKET FAKTOR MEMBACA PEMAHAMAN MAHASISWA PBSI SEMESTER VI UNIVERSITAS SANATA DHARMA TAHUN AJARAN 2014/2015
No 1
2
3
4
5
6 7
8 9 10
11
12
Indikator Jika akan menempuh ujian tengah semester atau akhir semester, dorongan membaca saya sangat kuat. Dalam keseharian, dorongan membaca saya hanya tertuju pada bacaan-bacaan hiburan. Saya membaca bukan karena dorongan orang lain tetapi tumbuh dari kesadaran sendiri. Jika perasaan sedang enak, saya mudah sekali memahami isi bacaan yang saya baca. Jika kondisi perasaan sedang galau, saya sulit sekali memahami isi bacaan yang saya baca. Kegiatan membaca saya lakukan hanya jika akan ada ujian. Membaca sudah menjadi kebutuhan hidup saya yang tidak dapat saya tinggalkan. Saya memiliki kecenderungan untuk membaca setiap hari. Saya menyusun jadwal teratur untuk membaca setiap hari. Buku-buku yang akan saya baca saya siapkan di tempat yang mudah saya jangkau. Pengetahuan atau pengalaman yang sudah saya miliki berperan besar untuk membantu mempermudah pemahaman isi bacaan yang saya baca. Dengan memahami berbagai teknik membaca, ternyata sangat membantu mempermudah memahami isi bacaan.
1 (STS)
Rentang Skor 2 3 4 (TS) (N) (S)
5 (SS)
Jumlah
0
1
1
18
8
28
0
7
3
12
6
28
1
0
5
14
8
28
0
1
0
8
19
28
0
2
3
13
10
28
1
13
2
9
3
28
1
3
11
9
4
28
1
12
10
4
1
28
4
12
8
3
1
28
0
3
2
18
5
28
0
0
0
15
13
28
0
1
4
15
8
28
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 13
14
15
16
17
18
19 20
21
22
23
24
25
26
Saya hanya membaca jenis bacaan yang saya anggap menarik untuk dibaca. Bacaan apa pun jika berkaitan dengan bidang ilmu yang saya pelajari, saya ingin membacanya. Bacaan yang diberitahukan oleh teman karena menarik isinya, saya ingin membacanya. Saya membaca bacaan yang bermanfaat secara langsung dan mendukung perkuliahan saya. Jika tidak berkaitan dengan bidang yang saya pelajari, meskipun bacaan itu menarik, saya tidak membacanya. Meskipun tidak berkaitaan dengan bidang yang saya pelajari, jika bacaan itu menarik, saya membacanya. Jika kondisi kesehatan tidak baik, saya sulit berkonsentrasi dalam membaca. Kalau menghadapi ujian, meskipun kondisi kesehatan tidak baik saya tetap membacanya. Tingkat intelegensi tidak begitu penting, jika tekun dan rajin membaca pasti dapat memahami isi bacaan. Ketika membaca, kesulitan yang saya hadapi adalah kata-kata yang tidak saya ketahui artinya. Kalimat yang terlalu panjang mempersulit saya untuk memahami isi bacaan. Bacaan yang tidak berkaitan dengan bidang yang saya pelajari, saya sering mengalami kesulitan untuk memahami isinya. Sesulit apapun isi dalam bacaan, jika berkaitan dengan bidang ilmu yang saya pelajari, saya akan berusaha sampai dapat memahami isi bacaan. Meskipun berkaitan dengan bidang ilmu yang saya pelajari, kadangkadang saya mengalami kesulitan untuk memahami isi bacaan.
170
0
6
1
9
12
28
1
3
9
13
2
28
0
0
2
17
9
28
0
2
4
17
5
28
3
16
4
4
1
28
0
3
4
15
6
28
2
2
0
13
11
28
0
2
4
12
10
28
1
1
3
12
11
28
0
2
3
12
11
28
1
6
1
14
6
28
1
3
4
15
5
28
0
2
6
14
6
28
0
3
0
18
7
28
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
Saya tidak pernah mengalami kesulitan untuk memperoleh bahan bacaan yang saya butuhkan. Karena penghasilan orang tua terbatas, bacaan yang sebenarnya saya butuhkan tidak saya peroleh dengan mudah. Meskipun pendapatan orang tua terbatas, kalau untuk membeli buku, saya selalu diberi uang untuk membelinya. Lingkungan rumah tangga saya atau tempat saya tinggal sangat nyaman untuk membaca. Lingkungan masyarakat tempat saya tinggal sangat kondusif untuk membaca. Tingkat keterbacaan yang terlalu sulit sering menghambat pemahaman isi bacaan. Teks yang terlau banyak kata-kata asing sering mempersulit pemahaman isi bacaan. Masih kuatnya pengaruh bahasa lisan dalam hidup saya, sering mempersulit pemahaman isi bacaan. Struktur teks yang tidak sistematis sering mempersulit pemahaman isi bacaan. Jika acara televisi menarik, kegiatan membaca saya tinggalkan terlebih dahulu untuk menonton acara televisi. Jadwal membaca saya sering terganggu, jika tiba-tiba ada orang yang datang bertamu. Saya merasa gelisah di saat ingin membaca tetapi tidak tersedia bahan bacaan Jika ada permasalahan yang tidak dapat diselesaikan, saya mesti mencari jawaban melalui membaca Saya menyadari bahwa membaca merupakan kebutuhan pokok bagi seorang mahasiswa jika ingin memiliki wawasan dan pengetahuan luas.
171
7
10
6
3
2
28
2
10
4
6
6
28
0
8
4
5
11
28
3
4
1
12
8
28
2
3
3
14
6
28
0
2
4
16
6
28
0
1
4
14
9
28
1
6
6
13
2
28
0
1
3
17
7
28
0
4
1
11
12
28
0
0
3
14
11
28
1
6
4
15
2
28
0
5
6
14
3
28
0
0
0
6
22
28
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 41
Saya merasa ingin membaca bacaan apa pun setiap hari.
42
Saya merasa ingin memperoleh bahan bacaan yang dapat dibaca setiap hari.
43
Saya ingin mencari jawaban atas suatu masalah melalui membaca.
44
45
172
Saya sangat respek kepada orang lain yang memberi jawaban atas suatu pertanyaan dengan menyebut sumber yang pernah dibacanya. Saya merasa masih ada yang kurang jika belum membaca sebelum istirahat.
1
7
4
13
3
28
1
4
8
13
2
28
0
2
3
18
5
28
0
0
2
21
5
28
0
11
11
4
2
3
13
6
6
0
28
2
16
9
1
0
28
0
0
3
14
11
28
0
4
5
15
4
28
0
6
1
14
7
28
1
1
7
15
4
28
28 46
Saya membawa bahan bacaan kemana pun pergi.
47
Saya merasa aneh jika bepergian tetapi tidak membawa bahan bacaan. Saya merasa bahwa membaca adalah cara terbaik untuk menambah pengetahuan.
48 Saya ke perpustakaan untuk membaca jika ada masalah yang perlu diselesiakan. 49
50 51
Saya ke toko buku untuk membeli bacaan jika di rumah tidak memiliki atau tidak tersedia di perpustakaan pribadi. Pada suatu saat, saya bercita-cita memiliki koleksi perpustakaan pribadi yang lengkap di rumah.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 52
Saya berpikir, dari pada untuk membeli pakaian lebih baik untuk membeli buku.
53
Saya merasa perlu mendiskusikan dengan teman mengenai isi bacaan yang telah saya dibaca.
54
Saya merasa tidak puas dengan bacaan yang telah saya baca sebelum membandingkan dengan bacaan lain.
55
Saya ingin merujuk pada bacaan setiap berargumentasi dengan orang lain.
56
Saya mengonfirmasi gagasan orang lain melalui bacaan yang relevan.
57
173
1
10
12
5
0
28
0
3
6
13
6
28
0
7
9
9
3
28
1
4
6
14
3
28
1
2
6
19
0
28
0
3
4
18
3
28
0
4
6
12
6
28
1
1
10
13
3
28
0
9
9
8
2
28
1
10
4
10
3
28
0
3
1
18
6
28
0
5
10
9
4
28
Saya memberi informasi kepada teman jika ada bacaan baru yang menarik untuk dibaca.
58
Saya tidak mudah percaya dengan pendapat orang lain sebelum membaca sendiri sumber aslinya.
59
Sambil membaca, saya membuat ringkasan isi bacaan.
60
Untuk memahami isi bacaan, saya membuat pertanyaan berdasarkan isi bacaan yang saya baca.
61
Agar memahami isi bacaan, saya cukup mengingat-ingat isinya saja.
62
Agar memahami isi bacaan, saya merumuskan dengan bahasa saya sendiri.
63
Untuk mempermudah memahami isi bacaan, saya membuat skema gagasan setiap kali membaca.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 64
Jika teman memiliki buku baru, saya meminjam untuk dibaca.
65
Jika teman memiliki buku baru, saya berusaha untuk memilikinya agar dapat membaca setiap saat.
66
Jika ada teman yang memiliki buku baru, saya ingin mengajak untuk mendiskusikan isinya.
67
68
69
Jika ada pendapat ahli yang dikutip dalam suatu artikel, buku, atau hasil penelitian, saya ingin melacak sumber aslinya agar dapat memahami secara lebih komprehensif. Untuk mendapat informasi baru, saya mencarinya melalui internet.
0
5
10
9
4
28
1
13
8
4
2
28
2
5
14
6
1
28
0
3
13
9
3
28
0
2
5
16
5
28
0
4
6
13
5
28
1
10
8
8
1
28
0
10
9
8
1
28
0
1
5
17
5
28
0
0
2
23
3
28
0
0
4
16
8
28
Saya lebih suka membaca sendiri sumber informasi dari pada mengikuti pendapat orang lain.
70
Jika ada buku yang baru terbit, saya ingin membelinya.
71
Setelah membaca, saya berkeinginan mengungkapkan gagasan hasil membaca secara tertulis dalam bentuk artikel, makalah, atau bentuk lain. Saya ingin membaca kembali bacaan yang pernah saya baca untuk menyegarkan ingatan.
72
174
73
Saya ingin mengetahui perkembangan sesuatu yang pernah terjadi melalui membaca.
74
Dengan rajin membaca, kemampuan berbicara saya menjadi baik.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 75
76
Melalui membaca, saya mampu berpikir lebih kritis ketika memberi tanggapan terhadap pendapat orang lain. Jika diberi tugas membaca oleh dosen, saya berusaha menyelesaikannya tepat waktu.
0
0
2
16
10
1
7
4
13
3
175
28
28 77
Jika diberi tugas membaca oleh dosen, saya selesaikan setelah tugas-tugas lain saya kerjakan.
1
4
8
13
2 28
78
Jika diberi tugas membaca oleh dosen, saya sesegera mungkin mencari bahan dan segera membacanya.
0
2
3
18
5 28
79
Jika diberi tugas membaca oleh dosen, saya mencari bahan bacaan setelah tugas lain saya selesaikan.
0
0
2
21
5 28
80
Dalam keseharian, saya selalu menentukan target yang jelas untuk melakukan kegiatan membaca.
0
11
11
4
2 28
81
Target membaca yang saya inginkan tidak pernah saya tentukan ketika membaca.
0
7
3
15
3 28
82
83
84
85
Dalam setiap perkuliahan, saya membaca literatur dari berbagai sumber yang menantang untuk menguasai ilmu melebihi teman-teman Anda. Dalam setiap perkuliahan, saya tidak pernah membaca literatur dari berbagai sumber dengan tujuan untuk melebihi kemampuan teman-teman saya. Setelah selesai membaca, saya merasa bangga jika hasil membaca yang saya lakukan dan saya dipresentasikan di kelas mendapat kritik dan masukan dari teman. Setelah selesai membaca, saya merasa kecewa jika hasil membaca yang saya lakukan dan saya dipresentasikan di kelas mendapat kritik dan masukan dari teman.
0
6
10
9
3 28
1
15
5
6
1 28
1
0
5
17
5 28
2
13
6
5
2 28
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 86
87
88
Setelah selesai membaca, saya merasa bangga jika hasil membaca yang saya lakukan dan saya dipresentasikan di kelas mendapat kritik dan masukan dari dosen. Setelah selesai membaca, saya merasa kecewa jika hasil membaca yang saya lakukan dan saya dipresentasikan di kelas mendapat kritik dan masukan dari dosen. Saya merasa puas jika dapat menyelesaikan secara maksimal tugas yang diberikan kepada saya.
0
1
4
14
176
9 28
4
9
5
8
2 28
0
1
1
9
17 28
89
Saya sangat kecewa jika tugas yang diberikan kepada saya tidak dapat saya selesaikan secara masimal.
1
3
2
11
11 28
90
91
Dalam perkuliahan dengan rajin membaca, saya sangat puas jika prestasi saya dapat mengungguli teman-teman. Selama perkuliahan dengan rajin membaca, tidak terbersit sedikitpun untuk mengungguli teman-teman saya.
0
3
10
9
6 28
1
6
8
12
1 28
92
Selama perkuliahan, saya ingin mencapai prestasi setinggi-tingginya dengan cara rajin membaca.
0
1
5
16
6 28
93
94
Saya merasa sangat kecewa jika tidak mampu mencapai prestasi kuliah setinggi-tingginya melalui kegiatan membaca literatur yang ditunjuk oleh dosen. Kebutuhan hidup yang berhubungan dengan kebutuhan ilmu pengetahuan dapat dipenuhi melalui membaca.
0
0
4
16
8 28
0
1
2
17
8 28
95
96
Kebutuhan hidup yang berhubungaan dengan ilmu pengetahuan tidak selalu 1 dapat dipenuhi hanya melalui membaca. Jika berhasil menyelesaikan tugas membaca, merasa dihargaai jika 1 mendapat pujian dari dosen atau teman.
7
6
10
4 28
2
8
12
5 28
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 97
98
99
100
101
Jika berhasil menyelsaikan tugas membaca, saya tidak pernah mengharapkan pujian dari dosen atau teman kuliah. Saya sangat mengharapkan bonus nilai dari dosen pada akhir semester jika tugas membaca (misalnya meringkas buku), dapat saya selesaikan dengan baik. Saya tidak pernah mengharapkan bonus nilai dari dosen meskipun saya mampu meringkas isi bacaan yang ditugaskan karena keberhasilan yang saya capai sudah merupakan bonus tersendiri bagi saya.. Saya mengharapkan ada perhatian dari dosen atau teman kuliah jika saya mampu menyelesaikan tugas yang sayaa kerjakan. Saya tidak pernah mengharapkan ada perhatian dari dosen atau teman kuliah jika saya mampu menyelesaikan tugas yang sayaa kerjakan.
0
5
9
11
177
3 28
1
4
4
9
10 28
4
8
6
6
4 28
1
6
5
11
5 28
3
7
6
9
3 28
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
178
Lampiran 7
Perhitungan Nilai Rata-Rata dan Simpangan Baku Tes Membaca Pemahaman
Tabel Skor Nilasi Tes Kemampuan Membaca Pemahaman Mahasiswa PBSI Semester VI Kelas B Universitas Sanata Dharma Yogyakarta Tahun Ajaran 2015 No
Skor (X)
X2
1
18
324
2
21
441
3
23
529
4
16
256
5
24
576
6
22
484
7
27
729
8
18
324
9
24
576
10
24
576
11
23
529
12
20
400
13
23
529
14
25
625
15
21
441
16
27
729
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
17
19
361
18
26
676
19
19
361
20
25
625
21
20
400
22
27
729
23
21
441
24
22
484
25
24
576
26
27
729
27
24
576
28
14
196
∑X = 624
∑
179
= 14222
a. Mencari Nilai Rata-Rata (Mean) Berdasarkan tabel skor tes kemampuan membaca pemahaman diketahui bahwa ∑X = 624, dan N = 28. Nilai rata-rata dihitung dengan rumus: =
∑
Keterangan: = Nilai rata-rata ∑X
= Jumlah skor
N
= Jumlah mahasiswa
Adapun rincian penghitungannya sebagai berikut: =
∑
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
180
= = 22,28 Jadi nilai rata-rata tes kemampuan membaca pemahaman adalah 22,28
b. Menentukan Simpangan Baku Berdasarkan tabel skor tes kemampuan membaca pemahaman diketahui bahwa ∑X = 624, ∑ S=
∑
= 14222, dan N =28. Simpangan baku dihitung dengan rumus: ∑
− [ ]2
Keterangan: S
= Simpangan baku
∑X
= Jumlah skor
∑
= Jumlah skor yang dikuadratkan
N
= Jumlah mahasiswa
Adapun rincian penghitungan sebagai berikut: S=
= =
=
=
∑
∑
− [ ]2 −[
]2
507,92 − [22,28]2 507,92 − 496,39
11,53
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
181
= 3,39 Jadi, simpangan bakunya adalah 3,39
c. Mengkonversi ke dalam skala 5 Setelah menghitung nilai rata-rata dan menentukan simpangan baku, skor dikonversikan ke dalam skala 5. Adapun rinciannya sebagai berikut: Tabel Konversi Skor Tes Kemampuan Membaca Pemahaman Mahasiswa PBSI Semester VI Kelas B Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta Tahun Ajaran 2015
Skor Mentah
Skala
X + 1,5 (S) = 22,28 + 1,5 (3,39) = 27,39 ~ 27 X + 0,5 (S) = 22,28 + 0,5 (3,39) = 23,9~ 24 X - 0,5 (S) = 22,28 - 0,5 (3,39) = 20,48 ~ 21 X - 1,5 (S) = 22,28 - 1,5 (3,39) = 17,19~ 17 < 17,19 ~ < 17
5 4 3 2 1
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
182
Lampiran 8
HASIL NILAI TES KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN MAHASISWA SEMESTER VI KELAS B PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2015
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27
NIM
Nama
111224050
KRISTIANUS TALMOMKESAN
111224069
ERNA YUNITA
111224077
ARYANTO ABDI
121224004
COSMAS KRISNA WIDYAHANANDA
121224005
IG. AJIE PAMUNGKAS
121224009
FLORENTINA FIBRIANINGTYAS
121224011
STEFANUS EDO CHRISTIANTO
121224012
GEOVANI FUTUT PUJI RAHAYU
121224013
ANDIR MEKU
121224018
TIAN EKA FEBRIANA
121224020
YOHANA VITA DESIANI
121224022
SESILIA PRADITA NOVITA SARI
121224025
NOVIE LITA ISTIQOMAH
121224027
CHRISTIAN ADVEN SAPUTRA
121224028
MARIA MAGDALENA DAMAR ISTI NUGRAHENI
121224029
VINSENSIA GITTA PUSPASARI
121224032
AGNES WIGA RIMAWATI
121224034
MARTINA NOVI TENSAWANTI
121224035
HERNINGDYAH CAHYANING RATRI
121224036
ELISABET APTI ELITA SARI
121224037
DEWI WULANSARI
121224038
SESILIA INDAH LISTYORINI
121224045
KARMELIA GALIH RUNTI SARI
121224046
YOHACIM TITO SETYO BUDIHARJO
121224047
MARTHA NOVITASARI LAGUR
121224048
EDI TRI HARYANTO
121224051
NETY PUTRI PERDANI
Nilai 18 21 23 16 24 22 27 18 24 24 23 20 23 25 21 27 19 26 19 25 20 27 21
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
28 29 30 31 32 33 34 35
121224052
MARKUS JALU VIANUGRAH
121224053
PAULINA NOVI DIANING SARI
121224054
SEPTIAN PURNOMO AJI
121224068
VIVI DAMAYANTI
121224069
MARIA ANI MARINI
121224088
ROSWITA RAMBU LODANG
121224112
ELICHA BONITA BR TURNIP
131224001
ALOYSIA DIAN ANDRIANA MARTIANI LOVA
22 24 27 24 14 -
183
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
184
Lampiran 9
HASIL OBSERVASI PROSES PERKULIAHAN YANG TERJADI DI DALAM KELAS
Hari , tanggal observasi
: senin, 20 April 2015
Waktu
: 07.00-9.45 WIB
Tempat
: Gedung PGSD, lantai III, ruang S303, Univesitas Sanata Dharma Yogyakarta
No 1
Keadaan yang Terjadi di Kelas
Catatan
Apa yang dilakukan oleh dosen pada Mengawali proses perkuliahan dengan salam dan saat mengawali perkuliahan?
doa. Sehingga membuat suasana kelas menjadi kondusif
untuk
berlangsungnya
proses
perkuliahan. Selain itu, dosen mengulas materi yang dibahas atau dipelajari pada pertemuan sebelumnya. 2
Pendekatan, metode, dan teknik apa Pendekatan yang digunakan oleh dosen adalah yang digunakan oleh dosen dalam pendekatan menyampaikan (ceramah,
materi
komunikatif.
Metode
yang
perkuliahan digunakan dalam perkuliahan adalah metode
diskusi,presentasi,
tanya presentasi kelompok, diskusi, dan ceramah.
jawab, dsb)
Ceramah
digunakan
untuk
memberikan
penguatan atau peneguhaan atas materi yang disampaikan. 3
Apa yang dilakukan oleh dosen ketika Dosen menjelaskan kepada mahasiswa yang ada
mahasiswa
yang
tidak
tahu tidak tahu materi yang dibahas oleh dosen
terhadap materi yang dibahas oleh dosen? 4
Bagaimana
sikap
dosen
terhadap Sikap dosen terhadap individu mahasiswa sudah
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
185
individu mahasiswa (demokratis,pilih- demokratis. pilih,dsb) 5
Bagaimana
sikap
dosen
terhadap Dosen
berusaha
membantu
menjelaskan
mahasiswa yang selalu bertanya ketika pertanyaan yang ditanyakan oleh mahasiswa menghadapi masalah?
yang
menghadapi
masalah
agar
dapat
memperoleh titik terang atas masalah atau kesulitan yang dialami olehnya. 6
Apa yang dilakukan oleh dosen ketika Dosen memberi pertanyaan kepada mahasiswa ada mahasiswa yang ramai di kelas?
yang ribut untuk melihat apakah ketika mereka ribut mahasiswa tersebut memperhatikan dosen atau teman yang sedang menjelaskan materi perkuliahan.
7
Apakah dosen juga mengevaluasi Dosen memberi tugas untuk mahasiswa. Tugas proses dan hasil perkuliahan?
tersebut dijadikan sebagai bentuk evaluasi perkuliahan yang telah berlangsung.
8
Apakah yang dilakukan oleh dosen Dosen membuat kesimpulan tentang apa yang ketika mengakhiri perkuliahan?
dipelajari
pada
hari
itu
bersama
dengan
mahasiswa. Selain itu, dosen juga mengakhiri proses perkuliahan dengan salam sebelum meninggalkan ruangan.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
186
Lampiran 10
TRANSKRIP WAWANCARA MAHASISWA
Nama Mahasiswa
: Agnes Wiga Rimawati
Hari, tanggal
: Jumat, 24 April 2015
Tempat wawancara
: RII/K 30 Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
Peneliti
Minat baca yang bagaimana yang Anda miliki agar mencapai prestasi yang baik?
Informan Minat baca yang selama ini biasa saja karena saya tidak selalu sering tertarik dengan berbagai macam buku untuk dibaca. Namun, sejauh ini prestasi yang saya miliki juga sudah baik. Saya masih suka membaca buku yang menurut saya menarik atau karena dapat tugas baru saya akan membaca buku itu. Peneliti
Motivasi apa yang mendorong Anda untuk melakukan kegiatan membaca?
Informan Motivasi yang mendorong saya untuk melakukan kegiatan membaca itu karena rasa ingin tahu dan itu karena kesadaran dari diri sendiri. Dorongan membaca meningkat ketika akan presentasi atau ujian. Peneliti
Diantara faktor internal dan eksternal faktor apakah yang paling dominan mempengaruhi kemampuan membaca pemahaman Anda?
Informan Faktor yang paling dominan itu faktor internal yang berasal dari dalam diri karena saya lebih sering tidak dapat konsentrasi atau minat untuk membaca ketika sedang galau atau sedang ada masalah. Untuk faktor eksternal sejauh ini saya mampu untuk mengatasinya. Peneliti
Seperti apakan budaya baca yang Anda miliki? Apakah kegiatan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
187
membaca itu sudah membudaya dalam kehidupan Anda sehingga menjadi sebuah kebiasaan yang tidak dapat ditinggalkan? Informan Sejauh ini kegiatan membaca yang saya miliki belum menjadi sebuah kebiasaan. Saya membaca buku pada saat-saat tertentu saja belum setiap hari saya membaca buku.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
188
TRANSKRIP WAWANCARA MAHASISWA
Nama Mahasiswa
: Dewi Wulansari
Hari, tanggal
: Jumat, 24 April 2015
Tempat wawancara
: RII/K 30 Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
Peneliti
Minat baca yang bagaimana yang Anda miliki agar mencapai prestasi yang baik?
Informan Minat yang aku miliki biasa saja tidak terlalu tinggi. Peneliti
Motivasi apa yang mendorong Anda untuk melakukan kegiatan membaca?
Informan Dorongan untuk membaca yang saya miliki memang tidak tinggi tetapi ketika saya mendpat tugas dari dosen saya berusaha untuk mengumpulkan tugas itu sesuai dengan waktu yang ditentukan tidak menunda. Selain itu saya juga belum biasa menentukan target apa yang saya inginkan ketika membaca. Peneliti
Diantara faktor internal dan eksternal faktor apakah yang paling dominan mempengaruhi kemampuan membaca pemahaman Anda?
Informan Selama ini faktor yang begitu dominan mempengaruhi kemampuan membaca pemahaman saya itu, faktor internal, karena bagi saya saya paling sulit mengendalikan faktor yang berkaitan langsung dengan diri sendiri. Kalau untuk faktor dari luar saya masih bisa mengatasinya. Peneliti
Seperti apakan budaya baca yang Anda miliki? Apakah kegiatan membaca itu sudah membudaya dalam kehidupan Anda sehingga menjadi sebuah kebiasaan yang tidak dapat ditinggalkan?
Informan Membaca dalam kehidupan saya belum membudaya jadi belum menjadi sebuah kebiasaan yang sering saya lakukan. Selama ini saya membaca
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
189
jika ada tugas dan jika bahan bacaan itu menarik untuk dibaca selebihnya saya jarang membaca.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
190
TRANSKRIP WAWANCARA MAHASISWA
Nama Mahasiswa
: Karmelia Galih Runti Sari
Hari, tanggal
: Jumat, 24 April 2015
Tempat wawancara
: RII/K 30 Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
Peneliti
Minat baca yang bagaimana yang Anda miliki agar mencapai prestasi yang baik?
Informan Tergantung dengan mata kuliahnya, jika mata kuliah yang dipelajari menarik pasti akan berusaha untuk membacanya sampai mengerti dan saat itu minat baca tinggi Peneliti
Motivasi apa yang mendorong Anda untuk melakukan kegiatan membaca?
Informan Motivasi baca kuat ketika bacaan yang say abaca itu member manfaat positif dan berusaha untuk mengumpulkan segala tugas perkuliahan tepat waktu tidak menunda-nunda. Selain itu, menentukan target membaca. Seperti menentukan buku apa saja yang akan dibaca dalam sehari. Peneliti
Diantara faktor internal dan eksternal faktor apakah yang paling dominan mempengaruhi kemampuan membaca pemahaman Anda?
Informan Sebenarnya kedua faktor itu mempengaruhi kemampuan membaca yang saya miliki. Tidak hanya faktor internal atau eksternal saja. Ya kadang jika saya tidak mood untuk membaca saya tidak melakukan kegiatan membaca dan itu biasanya merupakan pengaruh dari diri saya, selain itu ketika kondisi lingkungan tidak mendukung juga dapat mempengaruhi. Peneliti
Seperti apakan budaya baca yang Anda miliki? Apakah kegiatan membaca itu sudah membudaya dalam kehidupan Anda sehingga
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
191
menjadi sebuah kebiasaan yang tidak dapat ditinggalkan? Informan Kalau lagi pengen membaca pasti akan membaca setiap hari, tapi jika tidak ingin membaca tidak akan melakukan kegian membaca setiap hari. Ya, sebenarnya semua itu tergantung denga mood sih.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
192
TRANSKRIP WAWANCARA MAHASISWA
Nama Mahasiswa
: Martha Novitasari Lagur
Hari, tanggal
: Jumat, 24 April 2015
Tempat wawancara
: RII/K 30 Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
Peneliti
Minat baca yang bagaimana yang Anda miliki agar mencapai prestasi yang baik?
Informan Tergantung
materi
dan
bahasanyakalau
menarik
pasti
akan
membacanya. Jika materi dan bahasa yang digunakan dalam bacaan menarik pasti saya memiliki minat cukup tinggi untuk membacanya. Peneliti
Motivasi apa yang mendorong Anda untuk melakukan kegiatan membaca?
Informan Dorongan atau motivasi
membaca yang saya miliki tidak tinggi,
namun sejauh ini saya selalu berusaha untuk membaca beberapa literature yang dapat menunjang pengetahuan saya tentang mata kuliah yang saya pelajari. Peneliti
Diantara faktor internal dan eksternal faktor apakah yang paling dominan mempengaruhi kemampuan membaca pemahaman Anda?
Informan Sebenarnya diantara faktor eksternal dan internal itu tidak ada yang dominan karena keduanya mempengaruhi kemampuan membaca saya. Contohnya seperti kadang ketika suasana lingkungan tempat saya membaca ribut atau tidak kondusif saya tidak dapat berkonsentrasi untuk membaca. Selain itu, saya juga belum memiliki kebiasaan untuk menentukan jadwal membaca setiap hari dan target apa yang ingin dicapai ketika melakukan kegiatan membaca. Peneliti
Seperti apakah budaya baca yang Anda miliki? Apakah kegiatan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
193
membaca itu sudah membudaya dalam kehidupan Anda sehingga menjadi sebuah kebiasaan yang tidak dapat ditinggalkan? Informan Kegiatan membaca belum membudaya dalam kehidupan saya karena saya sering meninggalkan kegiatan membaca. Saya belum menerapkan kebiasaan untuk membaca setiap hari. Kegiatan membaca itu saya lakukan pada saat-saat tertentu saja.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
194
TRANSKRIP WAWANCARA MAHASISWA
Nama Mahasiswa
: Vivi Damayanti
Hari, tanggal
: Jumat, 24 April 2015
Tempat wawancara
: RII/K 30 Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
Peneliti
Minat baca yang bagaimana yang Anda miliki agar mencapai prestasi yang baik?
Informan Tergantung isi bacaan dan bahasa yang digunakan, jika isinya menarik dan bahasa yang digunakan gampang dipahami pasti minat saya untuk membaca bacaan cukup tinggi. Karena saya paling sulit memahami isi bacaan yang terjemahan, bahasa yang digunakan didalamnya sulit untuk dipahami. Peneliti
Motivasi apa yang mendorong Anda untuk melakukan kegiatan membaca?
Informan Dorngan atau motivasi membaca akan meningkat ketika akan menghadapi ujian atau presentasi. Pada kondisi seperti itu dorongan atau motivasi saya untuk melakukan kegiatan membaca sebuah bacaan sangat meningkat dari hari biasanya. Untuk masalah penyelesaiaan tugas saya selalu memiliki motivasi untuk mengumpulkan segala tugas perkuliahan tepat waktu. Peneliti
Diantara faktor internal dan eksternal faktor apakah yang paling dominan mempengaruhi kemampuan membaca pemahaman Anda?
Informan Faktor internal lebih dominan mempengaruhi kemampuan membaca pemahaman saya. Contohnya ketika kondisi saya tidak sehat pasti saya akan megalami kesulitan untuk memahami isi bacaan yang saya baca.bahasa
asing
yang
digunakan
dalam
bacaan
juga
dapat
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
195
mempengaruhi oleh karena itu saya tidak begitu tertarik membaca buku terjemahan karena saya sulit memahami isinya. Sebenarnya saya leih suka membaca buku yang bahasanya ringan dan mudah untuk dipahami. Peneliti
Seperti apakan budaya baca yang Anda miliki? Apakah kegiatan membaca itu sudah membudaya dalam kehidupan Anda sehingga menjadi sebuah kebiasaan yang tidak dapat ditinggalkan?
Informan Selama ini budaya baca yang saya miliki biasa saja, karena kegiatan membaca yang saya lakukan belum menjadi sebuah kebiasaan yang sering saya lakukan. Sebenarnya saya tidak jauh berbeda dengan temnateman yang lain.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Lampiran 11
196
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
197
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
198
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
199
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
200
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
201
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
202
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
203
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
204
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
205
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
206
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
207
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
208
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
209
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Lampiran 12
210
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
211
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
212
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
213
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
214
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
215
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
216
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BIODATA PENULIS Fransiska Ambar Widhiyan Rini lahir di Sidoharjo pada tanggal 13 Maret 1993. Pada tahun 1999 penulis mulai masuk pendidikan formal di SD Negeri 1 Sidoharjo dan lulus pada tahun 2005. Setelah lulus SD melanjutkan pendidikan di SMP Negeri 1 Sidomulyo dan lulus tahun 2008. Penulis melanjutkan pendidikan di SMA Xaverius Pringsewu dan lulus pada tahun 2011. Tahun 2011, penulis melanjutkan pendidikan di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP), Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni, Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia. Lulus pada tahun 2015 dengan skripsi Strategi Pembelajaran Kemampuan Membaca Pemahaman Berdasarkan Faktor Membaca dan Hasil Tes Kemampuan Membaca Pemahaman Pada Mahasiswa Semester VI Kelas B Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Universitas Sanata Dharma Yogyakarta Tahun Ajaran 2015.