PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI i
KEKERASAN DALAM PACARAN (Studi Deskriptif pada Siswa Kelas XI SMA N 1 Karangnongko Tahun Ajaran 2012/2013 dan Implikasinya Terhadap Usulan Topik-Topik Layanan Bimbingan Pribadi Sosial) Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling
Disusun Oleh: Dendy Setyadi NIM: 091114015
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2013
i
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI ii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI iii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI iv
MOTTO “Kasih itu sabar; kasih itu murah hati; ia tidak cemburu. Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong, Ia tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri. Ia tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain, Ia tidak bersukacita karena ketidakadilan, tetapi karena kebenaran, Ia menutupi segala sesuatu, percaya segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar menanggung segala sesuatu, Kasih tidak berkesudahan; nubuat akan berakhir; bahasa roh akan berhenti; pengetahuan akan lenyap, Sebab pengetahuan kita tidak lengkap dan nubuat kita tidak sempurna, Tetapi jika yang sempurna tiba, maka yang tidak sempurna itu akan lenyap.” ( 1 Korintus 13: 4-10)
Kupersembahkan Karyaku ini untuk ; Tuhan Yesus Kristus Universitas Sanata Dharma, Prodi Bimbingan Konseling Orang Tuaku Bapak Siswadi dan ibu Suyati Adikku Dimas Kurnia Adi, Vindy Ayu Saputri Sadtya Edy N, Mariska K , Andreas Rian, Sahabat-sahabatku BK 2009 SMA N I Karangnongko Klaten
iv
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 15 Juli 2013 Penulis
Dendy Setyadi
v
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI vi
LEMBARAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertandatangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma Nama
: Dendy Setyadi
Nomor Mahasiswa
: 091114015
Dengan
Pengembangan
Ilmu
Pengetahuan,
saya
memberikan
kepada
Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya saya yang berjudul : KEKERASAN DALAM PACARAN (Studi Deskriptif pada Siswa Kelas XI SMA N 1 Karangnongko
Tahun Ajaran 2012/2013 dan Implikasinya
Terhadap Usulan Topik-Topik Layanan Bimbingan Pribadi Sosial) Beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikan di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Yogyakarta, 15 Juli 2013 Yang menyatakan,
Dendy Setyadi
vi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI vii
ABSTRAK
KEKERASAN DALAM PACARAN (Studi Deskriptif pada Siswa Kelas XI SMA N 1 Karangnongko Tahun Ajaran 2012/2013 dan Implikasinya Terhadap Usulan Topik-Topik Layanan Bimbingan Pribadi Sosial)
Dendy Setyadi Universitas Sanata Dharma 2013
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang bertujuan untuk memperoleh gambaran mengenai bentuk kekerasan dalam berpacaran pada remaja di SMA N 1 Karangnongko Tahun Ajaran 2012/2013. Masalah pertama yang diteliti adalah “Bentuk-bentuk kekerasan seperti apa yang kerap muncul dalam berpacaran di kalangan remaja SMA N 1 Karangnongko Tahun ajaran 2012/2013?”. Masalah yang kedua adalah “Berdasarkan bentuk kekerasan pacaran yang frekuen dialami siswa, topik bimbingan apa yang implikatif diusulkan dalam penyusunan program bimbingan pacaran yang sehat dan aman?”. Jenis penelitian adalah penelitian deskriptif dengan metode survei. Instrumen penelitian yang dipakai adalah kuesioner Bentuk-bentuk Kekerasan dalam Pacaran pada siswa dengan jumlah 58 item. Subyek penelitian adalah para siswa kelas XI IPA 1, 2, 3 dan XI IPS 1, 2, 3 SMA N 1 Karangnongko yang terdiri dari 184 orang. Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan teknik deskriptif katagoris yang diawali dengan tabulasi skor tabulasi skor dari masingmasing item, selanjutnya mengkategorisasikan bentuk-bentuk kekerasan dalam pacaran yang dialami siswa. Kategorisasi ini terdiri dari tiga jenjang yaitu tinggi, sedang, dan rendah. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa (1) Bentuk-bentuk kekerasan dalam berpacaran pada remaja SMA N 1 Karangnongko Tahun ajaran 2012/2013 termasuk dalam kategori “jarang” terdapat 58 butir item, dan terdapat kategori kerap kali 2 item, dan bentuk kekerasan dalam pacaran yang terjadi kategori sering tidak ada. (2) Berdasarkan analisis butir-butir kuesioner bentik-bentuk kekerasan dalam pacaran, yang terindikasi 10 frekuensi tinggi, diusulkan topik bimbingan yang implikatif dalam bimbingan pacaran yang sehat dan aman.
vii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI viii
ABSTRACT
DATING VIOLENCE (A Descriptive Study of the Eleventh Grade Students at SMAN 1 Karangnongko in 2012/2013 Academic Year and Its Implications to the Suggested Topics of Social Personal Guidance Service) by Dendy Setyadi University Sanata Dharma Yogyakarta 2013
This study belongs to a descriptive study that aims at obtaining the description about violence in dating among adolescents’ overview as students at SMAN 1 Karangnongko in 2012/2013 academic year. The first problem formulated is “What types of dating violence that often appear in dating among adolescents of the students at SMAN 1 Karangnongko in 2012/2013 academic year?” The second is “Based on the types of dating violence frequently encountered, what are the implied guidance topics appropriately suggested in compiling the healthy and safe dating guidance program?” The type of this research is a descriptive study using survey method. The research instrument used is a questionnaire about types of dating violence among adolescents consisting of 58 items. The subject is the eleventh grade students of class XI IPA 1, 2, 3 and XI IPS 1, 2, 3 at SMAN 1 Karangnongko consisting of 184 people. The technique of data analysis is using categorized descriptive technique that begins with a score tabulation of each item, then categorizing the types of dating violence encountered by students. This categorization consists of three levels, they are high, medium, and low. The results show that: (1) The types of dating violence encountered by adolescents at SMAN 1 Karangnongko in 2012/2013 academic year indicate that 58 items belong to the rare category, 2 items belong to the frequent category, and no items belong to the often category. (2) Based on the analysis of the items in the questionnaire that belong to high frequency, the writer suggested the implied guidance topics in compiling the healthy and safe dating guidance program.
viii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI ix
KATA PENGANTAR
Penulis mengucapkan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan kasih karuniaNya, serta bimbinganNya selama proses penyelesaian skripsi ini. Skripsi ini berjudul Kekerasan dalam Pacaran (Studi Deskriptif Siswa Kelas XI SMA N 1 Karangnongko
Tahun Ajaran 2012/2013 dan Implikasinya
Terhadap Usulan Topik-Topik Layanan Bimbingan Pribadi Sosial). Penyusunan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Penulis banyak mendapatkan pengalaman selama proses penyelesaian skripsi ini. Baik pengalaman menyenangkan ataupun kurang menyenangkan, namun semua pengalaman itu merupakan pelajaran yang berharga bagi perkembangan diri penulis. Skripsi ini dapat terwujud berkat bantuan dan kerjasama dari berbagai pihak yang telah bersedia membimbing, membantu dan selalu memberikan dorongan kepada penulis selama proses penyelesaian skripsi ini. Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih kepada: 1. Bapak Rohandi, Ph. D, selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. 2. Dr. Gendon Barus, M.Si. Ketua Program Studi Bimbingan dan Konseling dan dosen pembimbing yang telah banyak menyediakan waktu, tenaga dan
ix
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI x
pikiran untuk membimbing serta memotivasi penulis dalam proses penulisan skripsi ini sampai selesai dan menjadi sebuah buku. 3. Dr. M.M. Sri Hastuti, M.Si. dan A. Setyadari, S.Pd. S.Psi., Psi., M.A Dosen Pembimbing Akademik yang telah memberikan semangat pada penulis. 4. Bapak dan Ibu Dosen di Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma yang telah membekali penulis dengan berbagai ilmu pengetahuan selama ini sehingga berguna bagi penulis. 5. Bapak Markus, S.Pd. Kepala Sekolah SMA Santo Mikael Warak yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengadakan uji coba instrumen penelitian. 6. Bapak Suyanto Kepala Sekolah SMA N 1 Karangnongko, Klaten yang telah memberikan ijin dan kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian kepada para siswa kelas XI SMA N 1 Karangnongko. 7. Ibu Giantari, S.Pd. dan Bapak Priyono S.Pd. Guru Bimbingan dan Konseling SMA N 1 Karangnongko, Klaten yang telah membantu penulis dalam proses pengambilan data di sekolah terhadap para siswa kelas XI. 8. Para Siswa kelas XI SMA N 1 Karangnongko yang telah berpartisipasi dalam proses pengumpulan data. 9. Bapak saya Siswadi, Ibu Suyati S.Pd. dan Adik Dimas Kurnia Adi saya yang selalu memberikan dukungan, perhatian dan selalu mendoakan. 10. Vindy Ayu Saputri yang memberi motivasi dan doa.
x
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI xi
11. Dosen Seminar Ag. Krisna Indah M, S.Pd.,M.A. yang telah membantu saya dari 0 sampai bisa menjadi proposal yang baik. 12. Para Dosen yang memberi inspirasi pada saya (Pak Donal, Pak Sin, Pak Budi, Mas Tatung, Mbak Indah, Bu Retno, dll) 13. Mas Pur UKSW dan Pak Sopyan Guru SMP saya yang telah membereskan dalam Hal Bahasa. 14. Teman-teman Bimbingan Klasikal (Prima, Rian, Wira, Mas Pur, Yhuvita, Fransiska Wening, Sr. Valen, Rino, Tia, Wulan Oneng, Dedy, Rino, dll) yang membagikan pengalamannya. 15. Teman-teman Program Studi Bimbingan dan Konseling angkatan 2009 yang selalu memberikan semangat dan dorongan kepada penulis selama proses penulisan skripsi. 16. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu dan memberikan dukungan dalam proses penulisan skripsi ini. Dengan segala segala kerendahan hati penulis mengucapkan terimaksih kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam proses penyelesaian skripsi ini. Penulis memilki harapan yang besar semoga skripsi ini dapat bermanfaat.
Penulis
xi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI xii
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL…………………………………………………
i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING……………………..
ii
HALAMAN PENGESAHAN……………………………………….
iii
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN…………………….
iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA……………………………
v
LEMBARAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS............................
vi
ABSTRAK……………………………………………………………
vii
ABSTRACT..........................................................................................
viii
KATA PENGANTAR………………………………………………..
ix
DAFTAR ISI………………………………………………………….
xii
DAFTAR TABEL…………………………………………………….
xiv
DAFTAR GRAFIK...............................................................................
xv
DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………….
xvi
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………….
1
A. Latar Belakang Masalah…………………………………..
1
B. Rumusan Masalah………………………………………….
6
C. Tujuan Penelitian…………………………………………..
7
D. Manfaat Penelitian…………………………………………
7
E. Definisi Operasional……………………………………….
9
BAB II LANDASAN TEORI……………………………………….. A. Kekerasan..............................................................................
xii
11 11
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI xiii
B. Pacaran...................................................................................
12
C. Kekerasan dalam Pacaran......................................................
18
D. Bentuk Kekerasan dalam Pacaran..........................…………
19
E. Remaja....................................................................................
36
F. Bimbingan Pribadi Sosial........................................................
43
BAB III METODE PENELITIAN…………………………………….
46
A. Jenis Penelitian……………………………………………..
46
B. Subyek Penelitian…………………………………………..
46
C. Instrumen Penelitian………………………………………..
47
D. Teknik Pengumpulan Data dan Analisis Data……………...
55
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN………………
59
A. Hasil Penelitian.......................................................................
59
B. Pembahasan Hasil Penelitian……………..………………….
66
C. Dampak Implikatif Hasil Penelitian…………………………
81
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN……………………………….
86
A. Kesimpulan………………………………………………….
86
B. Saran………………………………………………………..
87
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………….
89
LAMPIRAN……………………………………………………………
93
xiii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI xiv
DAFTAR TABEL Tabel 1 : Rincian Subjek Penelitian.........................................................
47
Tabel 2 : Skoring Kuesioner....…………………………………..…….
49
Tabel 3 : Kisi-kisi Kuesioner Kekerasan dalam Pacaran...............…….
50
Tabel 4 : Item Valid dan tidak valid.......................................................
53
Tabel 5 : Koefisien Reliabilitas.....................................………………..
54
Tabel 6 : Norma Penggolongan Kategorisasi Tingkat Frekuensi Kekerasan dalam Pacaran.........................................................
57
Tabel 7 : Hasil pengolongan....................................................................
58
Tabel 8 : Gambaran Umum Partisipasi Berdasarkan Jenis Kelamin, Usia, Frekuensi berganti Pacar, dan Agama......................................
60
Tabel 9 : Kategori Tingkat Frekuensi.......................................................
61
Tabel 10: Penggolongan Bentuk-bentuk Dating Violence dalam tiga kategori.. ………………………………………….
62
Tabel 11: Lamanya Hubungan Pacaran Berdasarkan Jenis Kelamin.......
64
Tabel 12: Penggolongan butir dalam tiga Kategori..................................
65
Tabel 13: Analisis Top ten bentuk-bentuk Dating Violence.....................
65
Tabel 14: Pengolongan item Tertinggi Menurut Frekuensi......................
66
Tabel 15: Rumusan Butir-butir dating violence top ten dan Usulan Topik Bimbingan....................................................
82
Tabel 16: Usulan Topik-topik bimbingan pribadi sosial yang relevan......
83
xiv
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI xv
DAFTAR GRAFIK
Grafik 1 : Profil Bentuk-bentuk Dating Violence yang dialami siswa.....
xv
63
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI xvi
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 : Data Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Internal Tiap Aspek..
93
Lampiran 2 : Data Hasil Bentuk-bentuk Kekerasan dalam Pacaran.................
99
Lampiran 3 : Kuesioner………………………………………………………
126
Lampiran 4 : Satuan Pelayanan Bimbingan......................................................
132
Lampiran 5 : Surat Pengantar Penelitian................……………………….......
145
xvi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 1
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini berisi uraian mengenai latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan definisi operasional.
A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak menuju dewasa yang mencakup kematangan mental, emosional, sosial dan fisik. Banyak hal yang terjadi di masa remaja, salah satu yang menarik adalah trend berpacaran. Fenomena berpacaran sudah sangat umum terjadi di kalangan remaja. Pacaran merupakan suatu proses dua manusia lawan jenis untuk saling mengenal dan memahami, dan belajar membina hubungan sebagai persiapan pranikah, untuk menghindari terjadinya ketidakcocokan dan permasalahan pada saat setelah menikah. Masingmasing berusaha mengenal kebiasaan, karakter atau sifat, dan reaksi-reaksi terhadap berbagai masalah maupun peristiwa. Pacaran merupakan proses perkenalan antara dua insan manusia (Hadi:2010). Pacaran berarti tahap untuk saling mengenal antara seorang laki-laki dan perempuan yang saling tertarik dan berminat untuk menjalin hubungan yang eksklusif (terpisah, sendiri, istimewa). Pacaran memang diarahkan untuk suatu hubungan yang lebih lanjut, lebih dalam, dan lebih pribadi. Ini tidak boleh diartikan sebagai keharusan untuk melanjutkan. Pacaran dimaksudkan sebagai situasi yang memungkinkan pasangan yang
1
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 2
berelasi semakin dekat dan akhirnya menemukan kecocokan satu sama lain untuk melanjutkan hidup bersama dalam ikatan resmi, berbentuk perkawinan. Indahnya romantika pacaran seringkali menghipnotis remaja sehingga lupa bahwa di balik indahnya pacaran, justru membawa dirinya ke dalam situasi yang tidak menyenangkan, bahkan akan menjadi cerita yang tidak akan terlupakan seumur hidup. Dalam aktifitas pacaran, ada kalanya bisa terjadi hal-hal yang menimbulkan kekerasan. Sebagian besar remaja beranggapan bahwa dalam berpacaran tidak mungkin terjadi kekerasan, karena masa berpacaran merupakan masa yang penuh dengan hal – hal yang indah, yang setiap hari diwarnai oleh manisnya tingkah laku dan kata – kata yang dilakukan dan diucapkan oleh dua sejoli yang sedang dimabuk asmara. Orang sering tidak sadar bahwa sebuah hubungan pacaran dapat berubah menjadi tidak sehat dan dapat memunculkan kekerasan. Kekerasan adalah suatu tindakan berdasarkan perbedaan jenis kelamin yang mengakibatkan kesengsaraan atau penderitaan secara fisik, seksual atau psikologis, termasuk ancaman tindakan tertentu, pemaksaan atau perampasan kemerdekaan secara sewenang-wenang, baik yang terjadi di depan umum atau dalam kehidupan pribadi (Arya, 2010). Kekerasan yang terjadi ini biasanya terdiri dari beberapa jenis, misalnya: serangan terhadap fisik, mental/psikis, ekonomi dan seksual. Dari segi fisik, kekerasan yang dilakukan bisa berupa: memukul, meninju, menendang,
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 3
menjambak, mencubit, dan lain sebagainya. Dari segi mental, bentuk kekersan biasanya seperti: cemburu yang berlebihan, pemaksaan, memakimaki di depan umum, dan lain sebagainya. Kekerasan dalam hal ekonomi, misalnya: jika pasangan sering meminjam uang atau barang-barang lain tanpa pernah mengembalikannya, selalu minta ditraktir, dan lain-lain. Kekerasan dalam hal seksual bisa berbentuk, misalnya dipaksa dicium oleh pacar, kemudian mulai meraba-raba tubuh atau memaksa untuk melakukan hubungan seksual. Kekerasan dalam berpacaran telah banyak terjadi di Indonesia, seperti yang dilansir dalam LBH APIK (Lembaga Bantuan Hukum Asosiasi Perempuan Indonesia untuk Keadilan) bahwa selama tahun 2009, LBH APIK menerima pengaduan dan pendampingan sebanyak 56 kasus kekerasan dalam pacaran. Tahun 2001 Rumah Sakit Bhayangkara di Makasar membuka pelayanan satu atap (one stop service) dalam menangani masalah kekerasan terhadap perempuan. Selama 1 tahun ada 7 kasus kekerasan dalam pacaran yang dilaporkan. PKBI Yogyakarta mendapatkan bahwa dari bulan Januari hingga Juni 2001 saja, terdapat 47 kasus kekerasan dalam berpacaran, 57% diantaranya adalah kekerasan emosional, 20% mengaku mengalami kekerasan seksual, 15% mengalami kekerasan fisik, dan 8% lainnya merupakan kasus kekerasan ekonomi. Januari hingga Juni 2011 PKBI Yogyakarta juga menemukan 27 kasus kekerasan dalam pacaran yang 15% di antaranya kekerasan fisik, 57%
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 4
kekerasan emosional, 8% kekerasan seksual, dan 20% kekerasan ekonomi. (Kesrepro.info) Harian Tribun Jogja (17 Juli 2012) memberitakan bahwa 14 perempuan meninggal akibat kekerasan saat menjalani pacaran. Data yang telah disampaikan di atas menunjukkan bahwa tindak kekerasan yang terjadi saat berpacaran di Indonesia berada dalam tingkat yang mengkhawtirkan. Hal ini berkaitan dengan dampak yang diterima oleh sang korban karena kekerasan dalam berpacaran. Para korban umumnya bersikap pasif, mereka hanya diam, tidak berani melapor atau bercerita kepada orang lain karena beberapa alasan, diantaranya: malu, terlalu sayang kepada pacar, takut ditinggalkan, beranggapan masalah tersebut merupakan hal yang terlalu pribadi, tidak tahu harus berbuat apa, dan ketakutan akan ancaman dan kenekatan sang pacar. Sedikit sekali masyarakat yang tahu adanya kekerasan yang terjadi dalam pacaran, karena sebagian besar menganggap bahwa masa pacaran adalah masa yang penuh dengan hal-hal yang indah. Kekerasan dalam berpacaran merupakan masalah yang masih belum banyak terungkap karena ketidaktahuan masyarakat, akibat kurangnya informasi dan data dari laporan korban mengenai kekerasan tersebut. Permasalahan kekerasan dalam berpacaran harus segera dicari solusinya, karena remaja adalah penerus bangsa yang akan memegang peranan penting bagi kemajuan bangsa. Apabila dalam masa remaja sesorang mendapat perlakuan yang kasar, maka pengalaman tersebut akan berdampak pada kejiwaan. Karena
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 5
remaja
merupakan
harapan
bangsa,
maka
tentunya
kita
tidak
menginginkan bila remaja kita lemah dan rapuh dalam mental, psikis, dan spiritualnya. Fenomena di atas, menunjukkan tindak kekerasan yang terjadi saat berpacaran cukup mengkhawatirkan dan sangat merugikan, maka dari itu diperlukan peran dari guru Bimbingan dan Konseling sebagai sarana perubahan untuk membantu dengan memberikan informasi sesuai dengan apa yang dibutuhkan siswa sebagai subjek bimbingan. Di samping itu, peran guru bimbingan adalah membimbing dan mengarahkan siswa untuk dapat mengambil keputusan yang tepat untuk tercapainya tujuan yang telah ditetapkan. Layanan bimbingan dan konseling merupakan upaya pemberian bantuan yang dirancang dengan memfokuskan pada kebutuhan, kekuatan, minat, dan isu-isu yang berkaitan dengan tahapan perkembangan anak dan merupakan bagian penting dan integral dari keseluruhan program pendidikan. Bimbingan merupakan bantuan dalam memberikan informasi dengan menyajikan pengetahuan yang dapat digunakan untuk mengambil suatu keputusan. Tujuan bimbingan adalah membimbing dan mengarahkan seseorang atau individu ke suatu tujuan dan mengatur kehidupan sendiri, menjamin perkembangan dirinya seoptimal mungkin, memikul tanggung jawab atas arah hidupnya dan menyelesaikan tugas yang dihadapi dalam kehidupan secara memuaskan. Untuk memperoleh pemahaman mengenai pacaran yang sehat dan aman, remaja memerlukan bimbingan. Bimbingan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 6
merupakan salah satu cara untuk mencegah kekerasan di dalam berpacaran bagi remaja. Berdasarkan pada uraian di atas, maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul : Analisis Kekerasan dalam Pacaran (Studi Diskripsif Bentuk-bentuk Kekerasan dalam Berpacaran pada Siswa Kelas XI SMA N 1 Karangnongko
Tahun Ajaran 2012/2013 dan
Implikasinya Terhadap Usulan Topik-Topik Layanan Bimbingan Pribadi Sosial).
B. Rumusan Masalah Permasalahan yang ingin dikaji dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut: 1.
Bentuk-bentuk kekerasan seperti apa yang kerap muncul dalam berpacaran di kalangan remaja SMA N 1 Karangnongko?
2.
Berdasarkan bentuk kekerasan pacaran yang frekuen sangat banyak atau tinggi dialami siswa, topik bimbingan apa yang implikatif diusulkan sebagai program bimbingan pacaran yang sehat dan aman di SMA N 1 Karangnongko?
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 7
C. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk: 1. Memperoleh data dan informasi secara lebih jelas dan lengkap mengenai bentuk kekerasan dalam berpacaran yang banyak dialami siswa SMA N 1 Karangnongko 2. Penyusunan satuan pelayanan bimbingan pribadi sosial tentang kekerasan dalam berpacaran (dating violence) yang dialami remaja SMA N I Karangnongko berdasarkan identifikasi bentuk-bentuk kekerasan dalam berpacaran yang kerap.
D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat teoritis Hasil Bimbingan
penelitian ini dan
dapat
Konseling
digunakan bagi untuk
mahasiswa
mengembangkan
dan
memperkaya pengetahuan yang dimiliki menyangkut dating violence sebagai bekal seorang calon guru Bimbingan dan Konseling di sekolah. 2. Manfaat praktis a.
Guru Pembimbing Hasil penelitian ini dapat digunakan oleh guru Bimbingan dan Konseling untuk menggembangkan program Bimbingan dan Konseling Pribadi Sosial, khususnya dalam pencegahan kekerasan dalam berpacaran.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 8
b.
Siswa Siswa semakin sadar akan tugas dan tanggung jawabnya sebagai pelajar dalam mempersiapkan masa depannya. Siswa semakin sadar untuk berefleksi sampai seberapa hubungan dalam berpacaran yang semestinya dan dapat memperoleh bantuan-bantuan yang sesuai untuk mecegah kekerasan dalam berpacaran.
c. Guru Mata Pelajaran Hasil penelitian ini dapat digunakan Guru Mata Pelajaran dalam mengupayakan agar tidak terjadi kekerasan pada siswa dalam berpacaran. d. Peneliti Peneliti
mendapat
kesempatan
untuk
melakukan
penelitian serta belajar berpikir kritis dalam menjawab persoalan-persoalan, khususnya dalam mencermati bentukbentuk
kekerasan
berpacaran
pada
siswa
SMA
N
1
Karangnongko Klaten Tahun Pelajaran 2012/2013, sehingga peneliti mampu mengembangkan program Bimbingan dan Konseling
Pribadi
Sosial,
khususnya
meminimalisir kekerasan dalam berpacaran.
dalam
rangka
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 9
e. Peneliti lain Peneliti lain mendapat masukan yang terkait dengan penelitian ini, sehingga terinspirasi mengembangkan penelitian yang terkait dengan kekerasan dalam berpacaran.
E. Definisi Operasional 1. Dating violence adalah tindakan atau ancaman yang dilakukan secara sengaja, baik melalui perilaku, perkataan maupun mimik wajah yang dilakukan salah satu pihak kepada pihak lain dalam hubungan pacaran, yang ditujukan untuk memperoleh dan mempertahankan kekuatan atau kekuasaan dan kontrol atas pasangannya dalam hubungan pacaran. Hal ini disebabkan karena kecemburuan, mengontrol perilaku, perubahan suasana hati yang tak bisa diramal, alkohol dan penggunaan obat, ledakan kemarahan, mempunyai masalah dengan teman dan keluarga, menggunakan kekuatan ketika bertengkar. 2. Remaja adalah suatu masa transisi perkembangan dan masa kanakkanak menuju masa dewasa, yang melibatkan perubahanperubahan biologis, kognitif, dan sosio-emosional. 3. Bimbingan Pribadi-Sosial adalah bimbingan yang diberikan kepada siswa dalam menghadapi keadaan batinnya sendiri dan mengatasi berbagai pergumulan dalam batinnya sendiri; dalam mengatur diri sendiri di bidang kerohanian, perawatan jasmani, pengisian waktu
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 10
luang, penyaluran napsu seksual, serta bimbingan dalam membina hubungan kemanusiaan dengan sesama di berbagai lingkungan (pergaulan sosial).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 11
BAB II LANDASAN TEORI
Bab ini berisi uraian mengenai kekerasan, pacaran, kekerasan dalam pacaran, bentuk kekerasan dalam pacaran, remaja dan bimbingan prribadi sosial.
A. Kekerasan
John Galtung (Warsana, 1992) mengatakan, kekerasan atau dalam prinsip dasar hukum publik dan privat Romawi merupakan sebuah ekspresi, baik yang dilakukan secara fisik ataupun secara verbal yang mencerminkan pada tindakan agresi dan penyerangan pada kebebasan atau martabat seseorang yang dapat dilakukan oleh perorangan atau sekelompok orang, umumnya berkaitan dengan kewenangannya. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Edisi Ketiga, 2002), kekerasan adalah perihal atau sifat keras,paksaan, perbuatan seseorang atau sekelompok orang yang menyebabkan cedera ataumatinya orang lain.
Menurut WHO (1999), kekerasan adalah penggunaan kekuatan fisik dan kekuasaan, ancaman atau tindakan terhadap diri sendiri, perorangan atau sekelompok orang atau masyarakat yang mengakibatkan atau kemungkinan besar mengakibatkan memar atau trauma atau perampasan hak. Kekerasan dapat pula berupa pelanggaran (penyiksaan, pemerkosaan, pemukulan, dll.) dimaksudkan untuk menyebabkan penderitaan atau sakit pada orang lain, dan hingga batas tertentu kepada binatang dan harta-benda. Istilah "kekerasan" juga berkonotasi kecenderungan agresif untuk melakukan perilaku yang merusak.
11
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 12
Berdasarkan uraian di atas dapat diperoleh kesimpulan bahwa kekerasan adalah tindakan yang bersifat, berciri keras, paksaan yang dilakukan kepada seseorang atau kelompok orang yang menyebabkan cedera atau matinya orang lain atau menyebabkan kerusakan fisik, psikis atau barang orang lain.
B. Pacaran
1. Pengertian pacaran
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Edisi Ketiga, 2002:807), pacar adalah kekasih atau teman lawan jenis yang tetap dan mempunyai hubungan berdasarkan cinta-kasih. Berpacaran adalah bercintaan; berkasih-kasihan (dengan sang pacar). Memacari adalah mengencani; menjadikan dia sebagai pacar; mengencani. Sementara kencan, sendiri menurut kamus tersebut adalah berjanji untuk saling bertemu di suatu tempat dengan waktu yang telah ditetapkan bersama.
Menurut Cate dan Llyod (dalam Dinastuti, 2008) pacaran atau courtship adalah semua hal yang meliputi hubungan berpacaran (dating relationship), baik yang mengarah ke perkawinan maupun yang putus sebelum perkawinan terjadi. Adimassana (2001) mengungkapkan bahwa pacaran mengandung pengertian bahwa pemuda dan pemudi mulai memproses hubungan mereka untuk serius melihat atau menjajagi dan memikirkan kemungkinan mereka dapat menikah. Baron & Byrne (dalam Satria, 2011) menyebutkan ada beberapa karakteristik dari
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 13
hubungan pacaran, yaitu perilaku yang saling bergantung satu dan lainnya, interaksi yang berulang, kedekatan emosionaal, dan kebutuhan untuk saling mengisi. Hubungan ini terdiri dari orang-orang yang kita sukai, seseorang yang kita sukai, cintai, hubungan yang romantis dan hubungan seksual. Salah satu kerakteristik dari pacaran yaitu adanya kedekatan atau keintiman secara fisik (physical intimacy). Keintiman (intimacy) tersebut meliputi berbagai tingkah laku tertentu, seperti berpegangan tangan, berciuman, dan berbagai interaksi perilaku seksual lainnya.
Pacaran merupakan proses perkenalan antara dua insan manusia yang biasanya berada dalam rangkaian tahap pencarian kecocokan menuju kehidupan berkeluarga yang dikenal dengan pernikahan. Aktivitas berpacaran memiliki variasi dalam pelaksanaannya dan sangat dipengaruhi oleh tradisi individuindividu dalam masyarakat. Dimulai dari proses pendekatan, pengenalan pribadi, hingga akhirnya menjalani hubungan afeksi yang ekslusif.
Berdasarkan uraian di atas dapat diperoleh kesimpulan bahwa pacaran adalah suatu proses hubungan antara dua orang insan manusia (laki-laki dan perempuan) yang mempunyai komitmen untuk berinteraksi sosial dan melakukan aktivitas bersama-sama dengan maksud menuju hubungan yang lebih berkualitas (pertunangan atau pernikahan).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 14
2. Fungsi Pacaran bagi Remaja
Beberapa fungsi berpacaran adalah sebagai berikut (dalam Rice: 2005):
a. Rekreasi
Salah
satu
fungsi
utama
berpacaran
adalah
untuk
kesenangan.Pacaran memberikan hiburan yang merupakan bentuk dari rekreasi dan sumber kesenangan.
b. Persahabatan tanpa adanya tanggung jawab pernikahan
Persahabatan dengan orang lain merupakan motif kuat dalam berpacaran.
Keinginan
untuk
memiliki
hubungan
pertemanan,
mendapatkan dukungan, kasih sayang dan cinta dari orang lain merupakan bagian normal dalam perkembangan menuju kedewasaan
c. Sumber status keberhasilan
Remaja yang berasal dari kelas sosial ekonomi atas lebih sering berpacaran dibandingkan dengan mereka yang berasal dari kelas sosial ekonomi
bawah
dan
beberapa
remaja
menggunakan
hubungan
berpacaran sebagai bagian untuk mendapatkan, membuktikan ataupun mempertahankan status. Saat ini hal tersebut bukan merupakan motif utama dari berpacaran.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 15
d. Sosialisasi
Berpacaran merupakan tujuan dari perkembangan keppribadian dan sosial. Hal ini merupakan pembelajaran untuk mengetahui, memahami, dan bergaul baik dengan berbagai tipe individu yang berbeda. Melalui berpacaran, remaja belajar untuk bekerjasama, memperhatikan, bertanggung jawab, mempelajari beberapa kemampuan sosial, dan masalah etika serta mempelajari teknik untuk berinteraksi dengan orang lain.
e. Pengalaman seksual atau kepuasan
Penelitian telah menunjukkan bahwa berpacaran telah menjadi lebih dari sekedar orientasi seks karna telah banyak remaja yang melakukan hubungan seksual. Apakah berpacaran digunakan untuk melakukan seks atau seks berkembang pada masa berpacaran tergantung sikap, perasaan, motif, dan nilai yang dianut oleh remaja itu sendiri
f. Pemilihan pasangan
Apakah hal ini merupakan motif yang disadari atau tidak, pemilihan pasangan akan terjadi juga terutama dikalangan remaja yang sudah memiliki pengalaman berpacaran sebelumnya. Semakin lama sesorang berpacaran, kecenderungan mereka utuk terlalu mengidolakan satu sama lain akan semakin berkurang dan akan semakin besar kesempatan mereka untuk mengenal satu sama lain. Berpacaran juga
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 16
memberikan kesempatan bagi dua orang untuk menjadi pasangan.jika mereka memilki persamaan dalam suatu peranan, memiliki minat dan karakter kepribadian yang sama, mereka akan mengembangkan hubungan yang harmonis apabila dibandingkan dengan mereka yang tidak memiliki persamaan dalam hal fisik, karakteristik psikologis dan sosial.
3.
Tahapan Pacaran
Menuru Priyani (2010), Relasi antara pria dan wanita mempunyai berbagai tahap, mulai dari tahap yang paling awal sampai palling dekat dan dalam dan akhirya ke arah ke yang istimewa. Tahap-tahap relasi pria dan wanita sangat terkait dengan perkembangan jiwa seseorang. Tahap tahapnya adalah sebagai berikut :
a.
Kekaguman/ tergila-gila pada lawan jenis
Pada tahap ini seseorang merasa sangat tertarik bahkan tergila-gila pada seseorang yang belawanan jenis. Orang yang dikagumi bisa orang yang tidak dikenalnya. Keksarkan ciraguman terhadap seseorang tersebut biasanya hanya
berdai-ciri
fisik
atau
penampilannya,
bukan
karena
keena
kepribadiannya.
b. Cinta monyet
Tahap ini ditandai munculnya perasaan suka pada seseorang yang sangat kuat, yang terjadi secara tiba-tiba, tanpa adanya alasan yang masuk
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 17
akal. Kadang perasaan itu muncul pada pandangan pertama. Cinta monyet bisa tertuju pada seseorang yangg dikenalnya, dan tidak didasari oleh pengenalan akan pribadi orang itu. Perasaan jatuh cinta dalam tahap ini, diikuti dengan perasaan yang sangat menggelora dan berimbas pada aktivitas lainnya, tetapi tidak berlangsung lama, segera akan berpindah ke orang lain, dan seterusnya sampai berulang berkali-kali.
c. Kencan
Tahap ini biasanya adalah peningkatan dari tahap cinta monyet, yang terjadi pada dua
orang yang salig jatuh cinta, yang sudah disertai
ketertarikan pada perilaku tertentu dari pasangan, dan disertai keinginan untuk mengobrol/bersama-sama dalam waktu tertentu, tetapi belum ada komitmen. Pada tahap kencan bisa terjadi perasaan tertarik menghilang karena ada hal tertentu yang tidak disukai. Apabila perasaan tertarik itu hilang, maka relasi kembali sebagai pertemanan biasa.
d. Pacaran Diawal dengan peristiwa “menembak” yang ditanggapi oleh orang yang ditembak, lalu ada komitmen untuk “jalan bareng”. Pada saat ini biasanya mulai sedikit demi sedikit, tampil apa adanya (karena terlalu lelah untuk perpura-pura terus). Pada saat ini biasanya belum melibatkan kedua orang tua. Tahap pacaran biasanya merupakan hasil seleksi setelah melaukukan kencan dengan beberapa orang.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 18
e. Pacaran serius Pada tahap ini, biasanya sudah ada pembicaraan “masa depan”, orang tua sudah dikenalkan.
f. Perkawinan
Tahap dimana sudah ada ikatan formal sebagai suami istri. Peningkatan dari satu tahap ke tahap berikutnya dalam relasi antara pria dan wanita adalah sesuatu yang akan terjadi dan mengalir secara alamiah, dan perlu dikelola dan disikapi secara bijak agar semakin mendewasakan pribadi seseorang.
C. Kekerasan dalam Pacaran (Dating Violence) 1. Pengertian Kekerasan dalam Pacaran Riani (2012) mengatakan kekerasan dalam pacaran adalah segala bentuk tindakan yang mempunyai unsur kekerasan yang meliputi kekerasan secara fisik, seksual, atau psikologis yang terjadi dalam sebuah hubungan pacaran, baik yang dilakukan di depan umum maupun dalam kehidupan pribadi. Menurut Cate dan Llyod (dalam Dinastuti, 2008) pacaran atau courtship adalah semua hal yang meliputi hubungan berpacaran (dating relationship), baik yang mengarah ke perkawinan maupun yang putus sebelum perkawinan terjadi. Dari pengertian di atas, dapat dipahami bahwa kekerasan dalam berpacaran adalah semua perilaku
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 19
yang bermaksud menyakiti pasangan dalam sebuah hubungan secara fisik dan verbal sehingga merugikan orang lain. Wekerle dan Wolfe (dalam Furlong :2005) memberikan definisi kekerasan dalam pacaran sebagai semua tindakan yang bermaksud untuk mengontrol atau mendominasi
pasangannya
secara
fisik,
seksual
atau
emosional
yang
menyebabkan terjadinya luka. Berdasarkan uraian di atas dapat diperoleh kesimpulan bahwa Dating violence adalah tindakan atau ancaman yang dilakukan secara sengaja baik melalui perilaku, perkataan maupun mimik wajah yang dilakukan salah satu pihak kepada pihak lain dalam hubungan pacaran. Perilaku ini ditujukan untuk memperoleh dan mempertahankan kekuatan atau kekuasaan dan kontrol atas pasangannya dalam hubungan pacaran.
D. Bentuk Kekerasan dalam Pacaran (Dating Violence)
Menurut Murray (dalam Siagian 2009:16) bentuk-bentuk dating violence terdiri atas tiga bentuk, yaitu kekerasan verbal dan emosional, kekerasan seksual, kekerasan fisik.
1. Kekerasan Verbal dan Emosional
Kekerasan verbal dan emosional dalam berpacaran adalah ancaman yang dilakukan pasangan terhadap pacarnya dengan perkataan maupun
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 20
mimik wajah. Menurut Murray (dalam Siagian 2009:16), kekerasan verbal dan emosional terdiri dari:
a. Memangil Nama atau Memberi Julukan Negatif (Name Calling)
Name calling adalah memanggil pasangannya dengan sebutansebutan yang negatif. Pasangan mengatakan pacarnya gendut, jelek, malas, bodoh, tidak ada seorangpun yang menginginkan pacaran dengannya, mau muntah melihat pacarnya. Korban menerima tipe kekerasan ini, karena mereka tidak memiliki self esteem yang tinggi, sehingga tidak bisa mengatakan “jika saya jelek, mengapa kamu masih bersama saya sekarang”.
b. Mengintimidasi (Intimidating)
Pasangannya atau pacarnya akan menunjukkan wajah yang kecewa tanpa mengatakan alasan mengapa ia marah atau kecewa dengan pacarnya. Perlakuan menakut-nakuti dan menggertak pasangan dengan cara bertindak ceroboh saat mengendarai kendaraan. Jadi, pihak laki-laki atau perempuan dapat mengetahui apakah pacarnya marah atau tidak, dari ekspresi wajahnya dan perilakunya.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 21
c. Melanggar Privasi dalam Pengunaan Alat Komunikasi (Use of pagers and cell phones)
Seorang pacar ada yang memberikan ponsel kepada pacarnya, supaya dapat mengingatkan atau supaya tetap bisa menghubungi pacarnya. Alat komunikasi ini juga dapat memonitor pacarnya dan memeriksa keadaan pacarnya sesering mereka mau. Ada juga dari mereka yang tidak memberikan ponsel kepada pacarnya, tetapi baik yang memberikan ponsel maupun yang tidak memberikan ponsel tersebut akan marah ketika orang lain menghubungi pacarnya, meskipun orangtua dari pacarnya, karena itu mengganggu kebersamaan mereka. Individu ini harus mengetahui siapa yang menghubungi pacarnya dan mengapa orang tersebut menghubungi pacarnya. Menerobos area pribadi dengan cara mengawasi pergaulan, melarang sampai mengambil alih isi alat komunikasi.
d. Menjadikan Pacar sebagai Penunggu Telepon Sehingga Membatasi Kebebasan (Making a boy/girl wait by the phone)
Seorang pacar berjanji akan menelepon pacarnya pada jam tertentu, akan tetapi sang pacar tidak menelepon juga. Pacar yang dijanjikan akan ditelepon, terus menerus menunggu telepon dari pasangannya, membawa teleponnya kemana saja di dalam rumah, misalnya pada saat makan bersama keluarga. Hal ini terjadi berkali-kali, sehingga membuat si pacar tidak mau menerima telepon dari temannya, tidak berinteraksi dengan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 22
keluarganya karena sedang menunggu telepon dari pacarnya. Hal ini disebabkan karena pasangan ingin selalu melindungi kekasihnya. e. Memonopoli Waktu Pasangannya (Monopolizing a girl’s/ boy`s time)
Korban dating violence cenderung kehabisan waktu untuk melakukan aktivitas dengan teman atau untuk mengurus keperluannya karena pasangan yang selalu mengekang, karena mereka selalu menghabiskan waktu bersama dengan pacarnya.
f. Membuat Seseorang Merasa tidak Nyaman dengan Melakukan Penghinaan (Making a girl`s/ boy`s feel insecure)
Seringkali orang yang melakukan dating violence memanggil pacarnya dengan mengkritik. Perilaku ini ditandai dengan cara melakukan penghinaan
seperti: bentuk rambut; pakaian, mereka
mengatakan bahwa semua itu dilakukan karena mereka sayang pada pacarnya dan menginginkan yang terbaik untuk pacarnya. Padahal mereka membuat pacar mereka merasa tidak nyaman. Ketika pacar mereka terus menerus dikritik, mereka akan merasa bahwa semua yang ada pada diri mereka buruk, tidak ada peluang atau kesempatan untuk meninggalkan pasangannya.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 23
g. Menuduh/Mempersalahkan (Blaming)
Semua kesalahan yang terjadi adalah perbuatan pasangannya, bahkan mereka sering mencurigai pacar mereka atas perbuatan yang belum dapat dibuktikan kebenarannya seperti menuduh melakukan perselingkuhan, hubungan seks.
h. Mengancaman (Making threats) Biasanya mereka mengatakan, “Jika kamu melakukan ini, maka saya akan melakukan sesuatu padamu”. Perlakuan menakutnakuti ini bisa dilakukan agar korban menuruti kemauannya dengan memutuskan hubungan cinta, hingga menyebar foto-foto dan video. Ancaman mereka tidak hanya berdampak pada pacar mereka, tetapi kepada orang tua, dan teman mereka.
i. Memanipulasi/Membuat Dirinya terlihat Menyedihkan (Manipulation / making himself look pathetic)
Hal ini sering dilakukan oleh pria. Perempuan sering dibohongi oleh pria. Pria biasanya mengatakan sesuatu hal yang konyol tentang kehidupan, misalnya pacarnya orang yang satu-satunya mengerti dirinya, atau mengatakan kepada pacarnya bahwa dia akan bunuh
diri
jika
tidak
bersama
pacarnya
lagi,
memaksakan
kehendaknya dengan cara mengungkit masa lalu yang menyedihkan.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 24
j. Mengintrogasi (Interrogating)
Pasangan
yang
pencemburu,
posesif,
suka
mengatur,
cenderung menginterogasi pacarnya. Ia selalu menanyakan di mana pacarnya berada sekarang, siapa yang bersama mereka, berapa orang laki-laki atau wanita yang bersama mereka, atau mengapa mereka tidak membalas pesan mereka.
k.
Mempermalukan di Depan Publik (Humiliating her/ him in public)
Mengatakan sesuatu mengenai organ tubuh pribadi pacarnya kepada pacarnya di depan teman-temannya. Atau mempermalukan pacarnya di depan teman-temannya. Perilaku ini ditandai dengan cara memperlakukan sang pacar tidak baik, melakukan penghinaan terhadap suku, ras, dan agama. Bahkan, membeberkan aib sang pacar sebagai sebuah gurauan.
l. Merusakkan, Meminjam Benda/Sesuatu yang Berharga (Breaking borrow treasured items)
Tidak memperdulikan perasaan atau barang-barang, uang milik pacar mereka, jika pasangan mereka menangis, mereka menganggap hal itu sebuah kebodohan.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 25
2. Kekerasan Seksual
Kekerasan seksual dalam berpacaran adalah pemaksaan untuk melakukan kegiatan atau kontak seksual sedangkan pacar mereka tidak menghendakinya. Menurut Murray (dalam Siagian:2009:16), Kekerasan seksual terdiri dari:
a.
Perkosaan
Melakukan
hubungan
seks
secara
paksa
tanpa
ijin
pasangannya atau dengan kata lain disebut dengan pemerkosaan. Biasanya pasangan mereka tidak mengetahui apa yang akan dilakukan pasangannya pada saat itu. Peristiwa ini biasanya di bawah tekanan, ancaman, bujukan, memperdaya korban.
b.
Sentuhan yang tidak diinginkan
Sentuhan pada bagian-bagian tubuh yang dilakukan tanpa persetujuan pasangannya, sentuhan ini kerap kali terjadi di bagian dada, bokong, dan yang lainnya.
3. Kekerasan Fisik
Kekerasan
fisik
dalam
berpacaran
adalah
perilaku
yang
mengakibatkan pacar terluka secara fisik, seperti memukul, menampar, menendang dan sebagainya (Murray, 2009). Wanita juga melakukan kekerasan tipe ini terhadap pasangan prianya, akan tetapi konsekuensi fisik
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 26
yang terjadi tidak begitu berbahaya seperti yang dilakukan pria terhadap wanita.
Murray (dalam Siagian:2009) mengidentifikasi kekerasan fisik dalam pacaran terdiri dari:
a. Memukul, mendorong, membenturkan
Mumukul, mendorong dan membenturkan merupakan tipe abuse yang dapat dilihat dan diidentifikasi. Perilaku ini diantaranya adalah memukul, meninju, menendang, menampar, menggigit, mendorong ke dinding dan mencakar baik dengan menggunakan tangan maupun dengan menggunakan alat. Hal ini menghasilkan memar, patah kaki, dan lain sebagainya. Hal ini dilakukan sebagai hukuman kepada pasangannya.
b. Mengendalikan, menahan
Perilaku ini dilakukan pada saat menahan pasangan mereka untuk tidak pergi meninggalkan mereka, misalnya meremas, menggengam tangan atau lengannya terlalu kuat.
c. Permainan kasar
Menjadikan pukulan sebagai permainan dalam hubungan, padahal sebenarnya pihak tersebut menjadikan pukulan-pukulan ini
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 27
sebagai taktik untuk menahan pasangannya pergi darinya. Ini menandakan dominasi dari pihak yang melayangkan pukulan tersebut.
4. Bentuk-bentuk Kekerasan dalam Berpacaran yang Umum Terjadi
Menurut Subhan (2004), bentuk- bentuk kekerasan yang sering dilakukan meliputi :
a. Kekerasan Fisik, merupakan pelecehan seksual, seperti: rabaan, colekan yag tidak diinginkan, pemukulan, penganiayaan, serta pemerkosaan. b. Kekerasan Nonfisik, merupakan pelecehan seksual, seperti: sapaan, siulan, atau bentuk perhatian yang tIdak diinginkan, direndahkan, dianggap selalu tidak mampu, memaki, dll. Jombang women’s crisis center (2013) mengidentifikasi bentuk kekerasan dalam pacaran yang terjadi di kalangan remaja adalah:
a. Kekerasan fisik, misalnya memukul, menendang, menjambak rambut, mendorong sekuat tenaga, menampar, menonjok, mencekik, membakar bagian tubuh/menyundut dengan rokok, pemaksaan berhubungan seks, menggunakan alat, atau dengan sengaja mengajak seseorang ke tempat yang membahayakan keselamatan. b. Kekerasan seksual, bentuknya bisa berupa pemaksaaan hubungan seksual (rabaan, ciuman, sentuhan) yang tidak kita kehendaki, dipaksa aborsi, dll.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 28
c. Kekerasan psikis, bentuknya berupa cacimakiaan, umpatan, hinaan, pemberian julukan yang mengandung olok-olok ; membuat seseorang menjadi bahan tertawaan ; mengancam, cemburu yang berlebihan, membatasi pasangannya untuk melakukan kegiatan yang disukai, pemerasan, mengisolasi, larangan berteman.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa perilaku dating violence terdiri dari tiga bentuk yakni kekerasan Verbal dan Emosional yang terdiri dari mengatakan pacarnya gendut, menuduh, mempermalukan di depan umum, membatasi kebebasan, ancaman, melanggar privasi. Kekerasan fisik, berupa memukul, meninju, menendang, menjambak rambut, mendorong sekuat tenaga, menampar, menonjok, mencekik. Bentuk kekerasan dapat berupa seksual pemaksaan hubungan seksual, perkosaan, rabaan yang tidak di inginkan.
5. Faktor-Faktor Kekerasan dalam Pacaran
Murray (dalam Siagian 2012:16) menyatakan bahwa terdapat tujuh faktor yang berkontribusi dalam Kekerasan dalam Pacaran, yaitu:
a. Penerimaan teman sebaya
Remaja cenderung ingin mendapatkan penerimaan dari teman sebaya mereka, misalnya remaja pria dituntut oleh teman sebayanya untuk melakukan kekerasan sebagai tanda kemaskulinan mereka.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 29
b. Harapan peran gender
Pria diharapkan untuk lebih mendominasi sedangkan wanita diharapkan untuk lebih pasif. Pria yang menganut peran gender yang mendominasi akan lebih cenderung mengesahkan perbuatan dating violence kepada pasangannya, sedangkan wanita yang menganut peran gender yang pasif, akan lebih menerima dating violence dari pasangannya.
c. Pengalaman yang sedikit
Secara umum, remaja memiliki sedikit pengalaman dalam berpacaran dan menjalin hubungan dibandingkan dengan orang dewasa. Remaja tidak mengerti seperti apa pacaran yang benar, apakah setiap hal yang mereka lakukan saat pacaran adalah baik. Contohnya: cemburu dan posesif dari abuser dilihat sebagai tanda cinta dan sesuatu yang dipersembahkan dari abuser. Karena kurangnya pengalaman, mereka menjadi kurang objektif dalam menilai hubungan mereka.
d. Jarang berhubungan dengan pihak yang lebih tua
Remaja selalu merasa bahwa orang dewasa tidak akan menanggapi mereka dengan serius, dan mereka menganggap bahwa intervensi dari orang dewasa akan membuat kepercayaan diri dan kemandirian diri mereka hilang. Inilah yang membuat mereka menutupi dating violence yang terjadi pada diri mereka.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 30
e. Sedikit akses ke layanan masyarakat
Remaja di bawah usia 18 tahun mempunyai akses yang sedikit ke pengobatan medis, dan meminta perlindungan ke tempat penampungan orang-orang yang menjadi korban kekerasan. Mereka membutuhkan panduan orangtua, tetapi mereka takut menyampaikannya. Hal ini akan menghambat remaja untuk terlepas dari kekerasan dalam pacaran.
f. Legalitas
Kesempatan legal berbeda antara orang dewasa dan remaja, remaja kurang memiliki kesempatan legal. Remaja sering kali memiliki akses yang sedikit ke pengadilan, polisi dan bantuan. Ini merupakan rintangan bagi remaja untuk melawan dating violence.
g. Penggunaan obat-obatan
Obat-obatan tidak merupakan penyebab dating violence, tetapi ini dapat meningkatkan peluang terjadinya dating violence dan meningkatkan keberbahayaannya.
Obat-obatan
menurunkan
kemampuan
untuk
menunjukkan kontrol diri dan kemampuan membuat keputusan yang baik dihadapan wanita ataupun prianya.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 31
World Report On Violence And Health (dalam Siagian 2012:17) mengindikasikan enam faktor yang menyebabkan dating violence diantaranya:
a. Faktor individual
Faktor demografi yang dapat menyebabkan seseorang melakukan kekerasan kepada pasangannya adalah usia yang muda dan memiliki status ekonomi yang rendah. The Health and Development Study in Dunedin, New Zealand (2002)– Dalam satu penelitian longitudinalnya menunjukkan bahwa seseorang yang berasal dari keluarga yang melakukan kekerasanberasal dari keluarga yang umumnya berada pada level ekonomi yang rendah, memiliki prestasi akademis yang rendah atau pendidikan yang rendah, maka mereka akan melakukan dating violence.
b. Sejarah kekerasan dalam keluarga
Studi yang dilakukan di Brazil, Afrika, dan Indonesia (2002) menunjukkan bahwa dating violence cenderung dilakukan oleh laki-laki yang sering mengobservasi ibunya yang mengalami kekerasan dalam rumah tangga.
c. Penggunaan Alkohol
Penelitian Black, dkk (2002) yang diadakan di Brazil, Cambodia, Canada, Chile, Colombia, Costa Rica, El Salvador, India, Indonesia, Nicaragua, Afrika Selatan, Spanyol, dan Venezuela
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 32
menemukan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara peminum minuman keras dengan menjadi pelaku dating violence. Hal ini bisa terjadi karena alkohol dapat mengakibatkan menurunnya kemampuan individu dalam menginterpretasikan sesuatu (World Report on Violence and Health, 2002) . Lebih lanjut Borsary & Carey (dalam Roudsary, Leahy & Walters, 2009) menggunakan pengukuran penggunan alkohol satu kali seminggu dalam memprediksikan pelaku dating violence.
d. Gangguan kepribadian
Penelitian di Canada (2002) menunjukkan bahwa laki-laki yang menyerang pasangannya cenderung mengalami emotionally dependent, insecure dan rendahnya self-esteem sehingga sulit mengontrol dorongan-dorongan yang ada dalam diri mereka. Mereka juga memiliki skor yang tinggi pada skala personality disorder termasuk diantaranya antisocial, aggressive and borderline personality disorders.
e. Faktor dalam Hubungan O’Kefee (2005) mengatakan bahwa, kurangnya kepuasan dalam hubungan, semakin banyaknya konflik yang terjadi dalam hubungan tersebut akan meningkatkan terjadinya dating violence. Hasil penelitian Lewis & Fremouw, Ray & Gold, Billingham (dalam Luthra dan Gidycs, 2006) mengatakan bahwa semakin lama durasi suatu hubungan, maka dating violence dalam hubungan tersebut semakin meningkat.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 33
Follingstad, Rutledge, Polek, & McNeill-Hawkins (dalam Luthra & Gidycs, 2006) menyebutkan bahwa dengan pertambahan setiap 6 bulan durasi pacaran, korban dari kekerasan berulang-ulang akan lebih bisa bertahan dalam hubungan yang dijalaninya, daripada korban yang mengalami sekali kekerasan atau dengan kata lain semakin sering dilakukan suatu kekerasan kepada pasangannya maka sang pelaku akan semakin merasa bahwa si korban menerima perilaku kekerasan tersebut.
f. Faktor komunitas
Pada Tingkat ekonomi yang tinggi, orang-orang lebih mampu untuk melakukan perlindungan ataupun pembelaan terhadap kekerasan yang dialaminnya. Meskipun tidak selalu benar bahwa kemiskinan meningkatkan kekerasan, namun tinggal dalam kemiskinan dapat menyebabkan hopelessness. Untuk beberapa pria, tinggal dalam kemiskinan bisa mengakibatkan stress, frustrasi, dan perasaan tidak mampu untuk memenuhi harapan sosial, atau hidup sesuai dengan harapan sosial. Peran gender tradisional, ada tidaknya sanksi dalam komunitas itu, atau daerah tempat tinggal pelaku dan korban merupakan bekas daerah perang sehingga tersedia peralatan perang, juga turut berperan Sebagai pemicu dating violence. Kekerasan yang terjadi di komunitas berhubungan dengan faktor penyebab menjadi pelaku dating violence dikedua gender (Malik dalam O`Kefee, 2005). Frekuensi kekerasan yang terjadi di komunitas akan meningkatkan kekerasan yang
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 34
terjadi, mungkin ini disebabkan oleh penerimaan seseorang mengenai violence tersebut. (O’Keefe, 2005).
6. Karakteristik Orang yang melakukan Dating Violence
Beberapa ciri orang yang melakukan dating violence adalah:
a. Rendahnya self esteem atau self image yang buruk
Self esteem adalah keseluruhan sikap kepada diri, apakah positif atau negatif (Rosenberg, dalam Baron, Byrne & Branscombe, 2006). Orang-orang dengan self esteem dan self image yang rendah ingin meningkatkan self esteem dan self image mereka dengan menunjukkan kekuatan mereka atas pasangan mereka.
b. Toleransi yang sedikit kepada frustrasi
Frustrasi didefinisikan sebagai perasaan yang timbul ketika terdapat situasi yang merintangi goal (Dollard, Doob, Miller, Mower; & Sears dalam Baron et al., 2006). Roseinzweig (dalam Kellen, 2009) mengatakan bahwa reaksi seseorang kepada situasi frustrasi bisa favorable atau tidak favorable berdasarkan toleransi frustrasi seseorang. Kellen (2009) mengatakan bahwa memiliki toleransi frustasi yang rendah seringkali merupakan faktor yang dapat menciptakan kemarahan dan kekerasan.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 35
c. Suasana hati yang sering berubah-ubah
Orang dengan tipe ini biasanya kelihatan tenang dalam beberapa menit, dan tiba-tiba berperilaku agresif kemudian.
d. Mudah marah
Pelaku dating violence cenderung mengekspresikan ketakutan atau kecemasan sebagai kemarahan, atau menolak untuk mendiskusikan perasaan mereka, dan kemudian menunj ukkan kemarahan mereka yang meledak–ledak.
e. Kecemburuan yang berlebihan
Pada pelaku dating violence kecemburuan terjadi dengan pihak ketiga dalam hubungan, dimana pihak yang cemburu merasa bahwa pasangan mereka membina hubungan dengan oranglain. Seseorang yang pencemburu menunjukkan ekspresi cemburu mereka, seperti kemarahan maupun kekerasan fisik (Peppermint, 2006).
f. Terlalu posesif
Di kalangan pelaku dating violence posesif merupakan perasaan takut akan kehilangan seseorang, takut ditinggalkan kekasihnya sendiri (Hendrick & Hendrick dalam Baron, Byrne & Branscombe 2006). Perasaan ini membuat pasangan mereka ingin mengontrol segala
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 36
sesuatu mengenai pasangannya, dan tidak jarang kontrol yang dilakukan terlalu berlebihan dan mengekang pasangannya.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa delapan faktor yang mempengaruhi dating violence pada remaja adalah (1) faktor individual, (2) sejarah kekerasan dalam keluarga, (3) penerimaan teman sebaya, (4) harapan peran gender, (5) penggunaan obat-obatan, (6) gangguan kepribadian, (7) faktor dalam hubungan, dan (8) faktor komunitas. Faktor individual yang dapat menyebabkan seseorang melakukan kekerasan terhadap pasangannya adalah usia muda, berada pada level ekonomi yang rendah, memiliki prestasi akademis yang rendah, serta seseorang yang sering mengobservasi ibunya yang mengalami kekerasan dalam rumah tangga, mengalami emotionally dependent, insecure dan rendahnya self esteem. Semakin banyaknya konflik yang terjadi dalam hubungan tersebut akan meningkatkan terjadinya dating violence. Dating violence sering dialami remaja baik yang baru saja berpacaran atau sudah lama.
E. Remaja 1. Pengertian Remaja Santrock (2003) mendefinisikan masa remaja (adolescence) sebagai suatu periode transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa, yang melibatkan perubahan-perubahan biologis, kognitif, dan sosioemosional. Tugas pokok remaja adalah mempersiapkan diri memasuki masa dewasa. Menurut Konopka (dalam Yusuf, 2010) masa remaja meliputi : (1)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 37
remaja awal: 12-15 tahun; (2) remaja madya: 15-18 tahun; (3) remaja akhir: 19-22 tahun. Remaja berasal dari kata latin adolensence yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Istilah adolensence mempunyai arti yang lebih luas lagi yang mencakup kematangan mental, emosional sosial dan fisik (Hurlock, 1992). Masa remaja ini sebenarnya tidak mempunyai tempat yang jelas karena tidak termasuk golongan anak tetapi tidak juga golongan dewasa atau tua. Masa remaja, dengan jelas menunjukkan sifat transisi atau peralihan karena remaja belum memperoleh status dewasa dan tidak lagi memiliki status anak. Menurut Sri Rumini & Siti Sundari (2004: 53) masa remaja adalah peralihan dari masa anak dengan masa dewasa yang mengalami perkembangan semua aspek/ fungsi untuk memasuki masa dewasa. Darajat (1990: 23) mengemukakan remaja adalah: masa peralihan diantara masa kanak-kanak dan dewasa. Dalam masa ini anak mengalami masa pertumbuhan dan masa perkembangan fisiknya maupun perkembangan psikisnya. Mereka bukanlah anak-anak baik bentuk badan ataupun cara berfikir atau bertindak, tetapi bukan pula orang dewasa yang telah matang. Remaja merupakan segmen perkembangan individu yang sangat penting,
yaitu diawali dengan matangnya organ – organ fisik (seksual)
sehingga mampu bereproduksi (Yusuf. 2010 : 184). Masa remaja adalah masa
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 38
peralihan dari anak – anak menuju dewasa yang mencakup kematangan mental, emosional, sosial dan fisik (Hurlock, 1999 : 206). WHO (dalam Sarwono, 2005) memberikan definisi tentang remaja sebagai individu yang memiliki 3 kriteria, yaitu kriteria biologis, psikologis, dan sosial ekonomi. Secara lengkap definisi tersebut diterangkan sebagai berikut. Kriteria biologis remaja adalah suatu masa ketika individu berkembang dari saat pertama kali ia menunjukkan tanda-tanda seksual sekundernya sampai saat ia mencapai kematangan seksual. Sedangkan dalam kriteria psikologis remaja merupakan suatu masa perkembangan psikologis individu dan pola identifikasi dari kanak-kanak menjadi dewasa. Dalam kriteria sosial ekonomi, remaja merupakan suatu masa terjadinya peralihan individu dari ketergantungan sosial-ekonomi yang penuh menuju keadaan yang relatif lebih mandiri. Berdasarakan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa remaja ialah masa peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa dengan rentang usia antara 12-22 tahun, dimana pada masa tersebut terjadi proses pematangan, baik itu pematangan fisik, psikologis, sosial, serta ekonomi.
2. Tugas Perkembangan Remaja Havighurst (dalam Yusuf, 2010) melalui perspektif psikososial berpendapat bahwa periode yang beragam dalam kehidupan individu menuntut untuk menuntaskan tugas-tugas perkembangan yang khusus.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 39
Selanjutnya Havighurst (dalam Yusuf, 2010) mengartikan tugas-tugas perkembangan sebagai berikut: A developmental task is a task which arises at or about a certain period in the life of the individual, successful achievement of which leads to his happiness and to success with later task, while failure leads to unhappiness in the individual, disapproval by society, and difficulty with later task.
Havighurst (dalam Yusuf, 2010) secara rinci menjelaskan tugas-tugas perkembangan remaja sebagai berikut: a. Mencapai hubungan yang lebih matang dengan teman sebaya. b. Mencapai peran sosial sebagai pria dan wanita. c. Menerima keadaan fisik dan menggunakannya secara efektif. d. Mencapai kemandirian emosional dari orang tua dan orang dewasa lainnya. e. Mencapai jaminan kemandirian ekonomi. f. Memilih dan mempersiapkan karier/ pekerjaan. g. Mempersiapkan pernikahan dan hidup berkeluarga. h. Mengembangkan keterampilan intelektual dan konsep-konsep yang diperlukan bagi warga negara. i. Mencapai tingkah laku ang bertanggung jawab secara sosial. j. Memperoleh seperangkat nilai dan sistem etika sebagai petunjuk/ pembimbing dalam bertingkah laku. Willis (2005: 8 – 15) mengungkapkan Tugas perkembangan masa remaja sebagai berikut : a. Memperoleh sejumlah norma – norma dan nilai – nilai.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 40
b. Belajar memiliki peran sosial sesuai dengan jenis kelamin masing – masing. c. Menerima kenyataan jasmaniah serta dapat menggunakannya secara efektif dan merasa puas terhadap keadaan tersebut. d. Mencapai kebebasan dari kebergantungan terhadap orang tua dan orang dewasa lainnya. e. Mencapai kebebasan ekonomi. f. Mempersiapkan diri untuk menentukan suatu pekerjaan yang sesuai dengan bakat dan kesanggupannya. g. Memperoleh informasi tentang perkawinan dan mempersiapkannya. h. Mengembangkan kecakapan intelektual dan konsep – konsep tentang kehidupan bermasyarakat. i. Memiliki konsep-konsep tentang tingkah laku sosial yang perlu untuk kehidupan bermasyarakat. Berdasarakan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tugas perkembangan remaja ialah mencapai hubungan yang lebih matang dengan teman sebaya, mencapai peran gender dalam kehidupan sosial, menerima keadaan dan menggunakan fsik secara baik, mencapai kematangan emosional yang didapat dari orang tua dan orang dewasa lainnya, mencapai kematangan kemandirian ekonomi, memilih dan mempersiapkan pekerjaan, mendapatkan informasi
mempersiapkan
mengembangkan keterampilan
pernikahan
dan
hidup
berkeluarga,
intelektual dan konsep-konsep
yang
diperlukan bagi masyarakat, mencapai tingkah aku yang bertanggung jawab
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 41
secara sosial, memperoleh seperangkat nilai dan sistem etika sebagai petunjuk/ pembimbing dalam bertingkah laku.
3. Ciri-ciri Masa Remaja Menurut Zulkifli (2003: 65-67), ciri-ciri remaja antara lain sebagai berikut: a. Pertumbuhan fisik Pertumbuhan fisik mengalami perubahan dengan cepat, lebih cepat dibandingkan dengan masa anak-anak dan masa dewasa. b. Perkembangan seksual Seksual
mengalami
perkembangan
yang
kadang-kadang
menimbulkan masalah dan menjadi penyebab timbulnya perkelahian, bunuh diri, dan sebagainya. c. Cara berfikir Remaja cenderung berpikir kausatif. Cara berpikir kausatif yaitu menyangkut hubungan sebab dan akibat. Saat remaja dilarang untuk
melakukan
suatu
hal,
maka
remaja
tersebut
akan
mempertanyakan mengapa ia tidak boleh melakukan hal tersebut. d. Emosi yang meluap-luap Keadaan emosi remaja masih labil karena erat hubungannya dengan keadaan hormon. Suatu saat ia dapat merasa sangat sedih, di lain waktu ia dapat merasa sangat marah.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 42
e. Mulai tertarik pada lawan jenis Dalam kehidupan sosial remaja, mereka lebih tertarik pada lawan jenisnya. Mereka mulai membina hubungan dengan lawan jenis dan mulai pacaran. f. Menarik perhatian lingkungan Pada masa
ini
remaja mulai
mencari perhatian dari
lingkungannya, berusaha mendapatkan status dan peran, misalnya melalui kegiatan remaja di lingkungan tempat tinggalnya. Remaja juga cenderung terikat dengan kelompok remaja. Dalam kehidupan sosialnya, remaja tertarik pada kelompok sebayanya, sehingga tidak jarang remaja lebih mengutamakan kelompoknya daripada orang tuanya.
4. Kekerasan dalam Berpacaran di Kalangan Remaja Siswa SMA sebagai seorang remaja, Namun pada umumnya perilaku dating violence dapat menpengaruhi siswa, bahkan bisa membuat keadaan siswa jadi lain. Keadaan ini dapat menimbulkan kecemasan, kemarahan terhadap lawan jenis oleh siswa. Kecemasan, kemarahan ini akan semakin bertambah dengan adanya tuntutan orang tua maupun pihak lain bahwa belum saatnya untuk berpacaran. Namun sering tuntutan ini tidak disertai dengan dukungan positif, terutama dari orang tua. Selain itu siswa belum mengetahui pacaran yang baik. Hal ini menyebabkan ketidaksiapan siswa dalam berpacaran ataupun berteman
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 43
dengan lawan jenis. Keadaan seperti ini, dapat menyebabkan siswa cenderung melakukan kekerasan. Hal lain yang juga terlihat pada diri siswa SMA, sebagai remaja, adalah kuatnya pengaruh teman sebaya. Salah satu penyebabnya karena kebutuhan akan rasa aman dan rasa diterima oleh teman sebaya. Oleh karena itu perilaku teman sebaya dapat berpengaruh pada siswa, salah satunya adalah perilaku dating violence.
F. Bimbingan Pribadi Sosial
1. Pengertian Bimbingan
Moegiadi (dalam Winkel, 2004: 29) mendefinisikan bimbingan dalam berbagai pengertian. Pertama, bimbingan adalah suatu usaha untuk melengkapi individu dengan pengetahuan, pengalaman, dan informasi, tentang dirinya sendiri. Kedua, bimbingan sebagai suatu cara pemberian bantuan kepada individu untuk memahami dan mempergunakan secara efisien dan efektif segala kesempatan yang dimiliki untuk perkembangan pribadinya. Ketiga, bimbingan merupakan sejenis pelayanan kepada individuindividu, agar mereka dapat menentukan pilihan, menetapkan tujuan dengan tepat, dan menyusun rencana secara realistis, sehingga mereka dapat menyesuaikan diri dengan memuaskan di dalam lingkungan di mana mereka hidup. Keempat, bimbingan dapat berarti suatu proses pemberian bantuan kepada individu dalam hal memahami diri sendiri, menghubungkan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 44
pemahaman
tentang
dirinya
sendiri
dengan
lingkungan,
memilih,
menentukan, dan menyusun rencana sesuai dengan konsep dirinya sendiri dan tuntutan dari lingkungan.
2. Pengertian Pribadi Sosial
Bimbingan pribadi-sosial merupakan salah satu bidang bimbingan yang ada di sekolah. Menurut Sukardi (2010: 11) mengungkapkan bahwa bimbingan pribadi-sosial merupakan usaha bimbingan, dalam menghadapi dan
memecahkan
masalah
pribadi-sosial,
seperti
penyesuaian
diri,
menghadapi konflik dan pergaulan. Ahmadi (2004: 109) mengungkapkan bimbingan pribadi-sosial adalah, seperangkat usaha bantuan kepada peserta didik agar dapat mengahadapi sendiri masalah-masalah pribadi dan sosial yang dialaminya, mengadakan penyesuaian pribadi dan sosial, memilih kelompok sosial, memilih jenis-jenis kegiatan sosial dan kegiatan rekreatif yang bernilai guna, serta berdaya upaya sendiri dalam memecahkan masalahmasalah pribadi, rekreasi dan sosial yang dialaminya.
Inti dari pengertian bimbingan pribadi-sosial yang dikemukakan oleh Ahmadi adalah, bahwa bimbingan pribadi-sosial diberikan kepada individu, agar mampu menghadapi dan memecahkan permasalahan pribadi-sosialnya secara mandiri. Hal senada juga diungkapkan oleh Yusuf (2010: 11) yang mengungkapkan bahwa bimbingan pribadi-sosial adalah bimbingan untuk membantu para individu dalam memecahkan masalah-masalah sosial-pribadi.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 45
Para siswa SMA termasuk dalam kategori masa remaja. Masa remaja merupakan proses dimana banyak mengalami perkembangan dan perubahan. Perkembangan
dan
perubahan
yang
dialami
oleh
remaja
adalah
perkembangan fisik dan psikis dalam diri remaja. Gunarsa dan Gunarsa (2002), mengemukakan bahwa perubahan fisik dapat teramati secara langsung misalnya perubahan tinggi badan, berat badan, wajah, akan tetapi yang menyangkut perubahan psikis tidak cepat dapat diamati.
Untuk mencapai kompetensi dan keterampilan hidup yang dibutuhkan maka siswa tidak cukup hanya diberi pelajaran bidang studi. Sekolah berkewajiban memberi bimbingan dan konseling yang menyangkut ketercapaian kompetensi pribadi sosial, belajar, dan karier (Nurihsan & Sudianto, 2004). Adapun masalah dalam persoalan pribadi-sosial ialah mencapai hubungan yang lebih matang dengan teman sebaya yang bertanggung jawab. Berkaitan dengan persoalan tersebut, maka untuk siswa perlu mendapat layanan bimbingan pribadi-sosial pacaran yang sehat dan aman dengan tujuan agar mereka bisa mengerti dan melaksanakan hubungan pacaran yang sehat dan aman.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 46
BAB III METODE PENELITIAN
Bab ini berisi uraian mengenai jenis penelitian, subjek penelitian, instrumen penelitian, dan teknik pengumpulan data.
A. Jenis Penelitian Penelitian ini tergolong penelitian deskriptif. Furchan (2007: 447) mengatakan penelitian deskriptif merupakan penelitian yang dirancang untuk memperoleh informasi tentang status gejala pada saat penelitian dilakukan, menjelaskan data apa adanya dalam situasi sekarang. Penelitian deskriptif ini dilakukan untuk memperoleh gambaran tentang bentuk-bentuk kekerasan yang frekuen atau kerap dialamai dalam berpacaran (dating violence) pada remaja SMA N 1 Karangnongko, Klaten dengan implikasinya pada usulan topik-topik layanan bimbingan pribadi sosial.
B. Subjek Penelitian Penelitian ini, yang menjadi subjek penelitian adalah para siswa kelas XI SMA N 1 Karangnongko Klaten Tahun Ajaran 2012/2013 yang terdiri dari 6 kelas yaitu XI IA 1, XI 1A 2, XI IA 3, XI IS 1, XI IS 2, dan XI IS 3. Jumlah siswa SMA N 1 Karangnongko secara rinci di jelaskan pada tabel 1. Semua siswa kelas XI SMA N 1 Karangnongko menjadi subyek
yang akan diteliti. Alasan memilih SMA N 1 Karangnongko
46
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 47
sebagai tempat penelitian karena (1) SMA N 1 Karangnongko mudah dijangkau oleh peneliti; (2) SMA N 1 Karangnongko mempunyai guru bimbingan dan konseling; (3) siswa SMA N 1 Karangnongko tergolong remaja; (4) pengalaman sebagian siswa di sana kerap mengamati banyak teman
yang
mengalami
dating
violence,
misalnya
:
menuduh,
mengintrogasi, mengancam. Tabel 1 Subjek Penelitian Kelas
Jumlah
XI IA 1
30 siswa
XI IA 2
32 siswa
XI IA 3
30 siswa
XI IS 1
30 siswa
XI IS 2
33 siswa
XI IS 3
29 siswa
Jumlah
184 siswa
C. Instrumen Penelitian 1. Kuesioner Alat yang digunakan dalam penelitian ini berbentuk kuesioner. Kuesioner disusun dalam bentuk skala alat ukur untuk mengetahui bentuk-bentuk kekerasan dalam pacaran. Struktur kuesioner berisi tentang pernyataan-pernyataan dan pilihan jawaban responden.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 48
Kuesioner disusun dalam bentuk rating scale (skala bertingkat) yang mengikuti rinsip-prinsip skala Likert, yaitu suatu ukuran subjektif yang memuat sejumlah pernyataan. Masing-masing pernyataan dilengkapi dengan pilihan jawaban yang menunjukkan jarang, kerap kali, sering. Masing-masing tingkatan diberi nilai angka yang sesuai dengan tingkatan sikap responden. Metode yang digunakan dalam skala penelitian ini adalah metode skoring yang dijumlahkan (Method of Summated Rating). Kuesioner kekerasan dalam pacaran ini akan terdiri dari dua bagian yaitu (1) bagian pengantar, identitas responden serta petunjuk pengisian dan (2) bagian pernyataan yang mengungkap bentuk-bentuk kekerasan dalam pacaran siswa kelas XI di SMA N 1 Karangnongko Klaten tahun pelajaran 2012/2013. Kuesioner dikonstruk berdasarkan aspek bentuk kekerasan dalam pacaran yaitu kekerasan secara verbal dan emosional, seksual, fisik. Kuesioner dinyatakan dalam satu bentuk pernyataan yaitu tentang bentuk-bentuk kekerasan dalam pacaran Pada saat Pengambilan data, semua anggota dijadikan subjek penelitian. Kuesioner yang telah diisi oleh responden secara lengkap akan digunakan sebagai sampel dalam penelitian ini.
2. Penentuan Skor Pemberian skor dilakukan dengan memberi nilai pada setiap alternatif jawaban ditentukan sebagai berikut:
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 49
a. Pemberian skor untuk item yang bersifat favorabel diberi skor 4 untuk jawaban lebih dari 10 kali, skor 3 untuk jawaban 7-9 kali, skor 2 untuk jawaban 4-7kali, skor 1 untuk jawaban 13kali. b. Skoring setiap pilihan jawaban dapat dilihat pada tabel 2. Tabel 2 Skoring/ Penilaian Kuesioner Perilaku Dating Violence Alternatif Jawaban No.
1.
Pernyataan
Tidak pernah
Pernah 13 kali (1)
4-7kali (2)
Pernah 79 kali (3)
Pernah lebih dari 10 kali (4)
Favoraebel
0
1
2
3
4
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 50
3. Kisi-kisi Kuesioner Tabel 3 Kisi-kisi Kuesioner Kekerasan dalam Pacaran No
Aspek
Indikaor
1
Mengalami Name calling kekerasan Intimidating looks secara verbal dan Use of pagers and emosional cell phones Making a boy/girl wait by the phone Monopolizing a girl’s/ boy`s time Making a girl`s/ boy`s feel insecure Blaming Making threats
Pernyataan 1, 2, 3, 4
4
4, 5, 6, 7
4
8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15,
8
16, 17
2
18, 19
2
20, 21, 22
3
23, 24
2
25, 26, 27,28
4
Manipulation / making himself 29, 30 look pathetic Interrogating 31, 32, 33, 34, 35
2.
3.
Mengalami kekerasan secara seksual Mengalami kekerasan secara fisik
2 5
Humiliating her/ 36, 37, 38, 39, 40 him in public
5
Breaking treasured items Perkosaan
41, 42, 43
3
44,
1
Sentuhan yang 45, tidak diinginkan Memukul, 46, 47, 48, 49, 50, 51, 52, mendorong, 53, 54 membenturkan Mengendalikan, menahan Permainan kasar
Jumlah
∑
55, 56, 57 58 58
1
9 3 1 58
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 51
4. Validitas dan Reliabilitas a. Validitas Validitas berarti sejauh mana tingkat ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurannya. Validitas instrumen dalam penelitian ini digunakan jenis validitas isi (Content Validity). Validitas isi merupakan validitas yang mengukur relevansi item kuesioner dengan indikator keperilakuan dan dengan tujuan ukur (Azwar, 2012:132). Uji Validitas kuesioner penelitian ini didasarkan pada pertimbangan dari ahli (judgment expert). Dalam penelitian ini, item/ pernyataan kuesioner penelitian dikonstruksi tentang aspekaspek yang diukur dan selanjutnya dikonsultasikan pada ahli. Pengujian judgment expert dilakukan oleh dosen pembimbing yaitu Dr. Gendon Barus M.Si. Dosen memberi penilaian terkait dengan kesesuaian antara variabel penelitian, indikator penelitian, dan rumusan kalimat pernyataan atau item kuesioner. Kuesioner yang telah melewati uji validitas logik atau rasional melalui konsultasi dan telaah yang dilakukan oleh ahli kemudian diujicobakan di SMA Santo Mikael Warak Yogyakarta. Jumlah siswa yang menjadi responden pada uji coba kuesioner penelitian ini yaitu 46 siswa. Beberapa pertimbangan peneliti memilih SMA Santo Mikael Warak sebagai tempat untuk melakukan uji coba kuesioner, ialah adanya kesamaan rentang usia, Guru Bimbingan dan konseling
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 52
memberikan layanan bimbingan, bentuk perilaku pacaran yang dialami. Selanjutnya, peneliti menghitung koefisien koerelasi hasil uji coba dengan menggunakan program komputer Statistic Program for Social Science (SPSS) 16.0 for Window. Metode yang digunakan yaitu dengan mengkorelasikan skor-skor setiap item
instrumen
terhadap
skor-skor setiap aspek melalui pendekatan korelasi Pearson Product Moment dengan rumus sebagai berikut :
N
rXY = N
X2
XY
X X
2
N
Y Y2
Y
2
Keterangan :
rXY = Korelasi skor butir/item dengan skor total aspek N = Jumlah subyek X = Skor item atau butir Y = Skor total per aspek . Berdasarkan hasil penghitungan statistik, dapat diketahui dari 60 item yang diujicobakan terdapat 58 item yang valid dan 2 item yang tidak valid. Jumlah item yang valid dan tidak valid dapat dilihat pada tabel di halaman berikut ini:
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 53
Tabel 4 Jumlah Item yang Valid dan Tidak Valid
No 1
Aspek Mengalami kekerasan secara verbal dan emosional
Indikaor
3.
Intimidating looks Use of pagers and cell phones Making a boy/girl wait by the phone Monopolizing a girl’s/ boy`s time Making a girl`s/ boy`s feel insecure Blaming Making threats
Breaking treasured items Mengalami Perkosaan kekerasan Sentuhan yang secara tidak diinginkan seksual Mengalami Memukul, kekerasan mendorong, secara fisik membenturkan Mengendalikan, menahan Permainan kasar
Jumlah
Nomor Item yang tidak Valid
∑
1, 2, 3, 4, 5, 6, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24, 25, 26, 27,28, 29, 30, 31, 32, 33, 34, 35, 36, 37, 38, 39, 40, 41, 42, 43, 45
7, 44
45
46, 47
____
2
____
13
2
60
Name calling
Manipulation / making himself look pathetic Interrogating Humiliating her/ him in public
2.
Nomor Item yang Valid
48, 49, 50, 51, 52, 53, 54, 55, 56, 57, 58, 59, 60 58
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 54
b. Reliabilitas Reliabilitas adalah sejauhmana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya (Azwar, 2008:4). Dengan demikian tujuan pengujian reliabilitas alat ukur adalah mengetahui sejauh mana pengukuran variabel dapat memberikan hasil yang sama jika dilakukan kembali kepada subjek yang sama pada kesempatan yang berbeda. Perhitungan indeks reliabilitas kuesioner penelitian ini menggunakan pendekatan koefisien Alpha Cronbach (α). Adapun rumus koefisien reliabilitas Alpha Cronbach (α) adalah sebagai berikut: α = 2[1-
Sx 2 + Si 2 Sx 2
]
Keterangan rumus : S12 dan S22
: varians skor belahan 1 dan varians skor belahan 2
Sx2
: varians skor skala Berdasarkan hasil uji coba yang telah dilakukan dan telah
dihitung dengan menggunakan bantuan program komputer Statistic Program for Social Science (SPSS) 16.0 for Window, diperoleh perhitungan reliabilitas seluruh instrumen dengan menggunakan rumus koefisien alpha (α), yaitu 0,992. Tabel 5 Koefisien Reliabilitas Bentuk-bentuk Kekerasan dalam Pacaran. Koefisien Alpha Cronbach
N item
N subyek
0, 992
58
155
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 55
Dari hasil perhitungan, reliabilitas skala sebesar 0,992, termasuk kategori tinggi sehingga dapat dikatakan bahwa kuesioner dianggap memiliki reliabilitas sangat tinggi.
D. Teknik Pengumpulan Data dan Analisis Data 1. Persiapan dan pelaksanaan Tahap Persiapan yang dilakukan adalah sebagai berikut : a. Penyusunan kuesioner. b. Mengidentifikasi aspek-aspek kekerasan dalam pacaran yang akan diungkap. c. Mengidentifikasi indikator-indikator dari aspek kekerasan dalam pacaran. d. Merumuskan item-item yang mengungkap berbagai aspek yang hendak diteliti berdasarkan indikator kekerasan dalam pacaran. e. Mengkonsultasikan kuesioner, sehingga mendapat pertimbangan ahli dan memenuhi validitas isi secara logik/rasional f. Uji coba empirik kuesioner kekerasan dalam pacaran bertujuan untuk mengetahui tingkat validitas dan reliabilitas instrumen/alat ukur, sehingga didapatkan kelayakan penggunaannya sebagai alat ukur yang dapat dihandalkan dan benar-benar mengungkap apa yang diteliti.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 56
g. Tahap pelaksanaan pengambilan data dilaksanakan pada hari Kamis, dan Senin di SMA N 1 Karangnongko dengan responden sebanyak 158 siswa.
2. Teknik Analisis Data a. Memeriksa keabsahan administratif hasil jawaban responden untuk diolah lebih lanjut. b. Memberi skor setiap alternatif jawaban. Alternatif jawaban, Frekuensi no 1 ialah 1-3 kali mengalami, no 2 ialah 4-7 kali, no 3 ialah 7-9 kali dan 4 lebih dari 10 kali. c. Membuat tabulasi data, menghitung skor total dari masing-masing item kuisioner dan skor rata-rata subjek maupun rata-rata butir. d. Memeriksa validitas dan reliabilitas kuisioner bentuk-bentuk kekerasan dalam pacaran para siswa dengan cara : 1) Menghitung koefisien reliabilitas kueisioner Kekerasan dalam Berpacaran (dating violence) dari Siswa SMA N 1 Karangnongko Klaten Tahun Ajaran 2012/2013 menggunakan rumus Spearman-Brown dengan program komputer SPSS. 2) Menghitung koefisien validitas kueisioner Kekerasan dalam Berpacaran (dating violence) teknik korelasi menggunakan Product Moment dari Pearson dengan menggunakan program komputer SPSS. 3) Mengkategorisasikan frekuensi bentukbentuk kekerasan dalam pacaran menurut Azwar (2008 : 107-108) dengan tiga katagori; sering, kerap kali, jarang.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 57
Tabel 6 Norma Penggolongan Kategorisasi Tingkat Frekuensi Kekerasan dalam Pacaran Penghitungan Skor Item Keterangan X ≤ [µ-1,0(σ)]
Jarang
[µ-1,0(σ)] ≤ X < [µ+1,0(σ)]
Kerap Kali
[µ+1,0(σ)] ≤ X
Sering
Keterangan: X maximum teoritik
: Rata-rata skor total tertinggi
X minimum teoritik
: Rata-rata skor total terendah
σ
: Standar deviasi, yaitu luas jarak rentangan yang dibagi dalam 6 satuan deviasi sebaran
µ
: Mean teoretik, yaitu rata-rata teoretis dari skor maksimum dan minimum
Kategorisasi tersebut menjadi patokan dalam menentukan tinggi rendahnya frekuensi bentuk-bentuk kekerasan dalam pacaran. Kategorisasi item penelitian diperoleh melalui perhitungan (dengan jumlah subjek 155) sebagai berikut: X maksimum teoritik : 4 x 155 = 620 X minimum teoritik : 0 x 155 = 0 Luas jarak : 620 – 0 = 620 σ (standar deviasi) : 620 : 6 = 103,3 dibulatkan menjadi 103 µ (mean teoritik) : (620):2 = 310
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 58
Penentuan kategorisasi setelah dilakukan penghitungan dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 7 Kategorisasi Tingkat Frekuensi Terjadinya Bentuk-bentuk Kekerasan dalam Pacaran Penghitungan Skor Item Skor Keterangan X ≤ [µ-1,0(σ)]
X < 270
Jarang
[µ-1,0(σ)] ≤ X < [µ+1,0(σ)]
207< X ≤ 413
Kerap Kali
[µ+1,0(σ)] ≤ X
413 ≤ X
Sering
Kemudian, jumlah skor data subjek penelitian dikelompokkan ke dalam penggolongan kategorisasi yang terdapat pada tabel di atas. Namun apabila komposisi data tidak terdistribusi secara normal, maka kategorisasi dilakukan berdasarkan nilai mean. Untuk memperkaya informasi dari analisis hasil temuan penelitian ini, dilakukan analisis perindikator bentuk-bentuk kekerasan dalam pacaran, dengan memperhatikan terutama bentuk kekerasan yang frekuensinya dialami oleh remaja pada kategori lebih dari 10 kali letak nilai 4 pada skala.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 59
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Bab ini memuat jawaban atas rumusan masalah penelitian ini yaitu, (1) Bentuk-bentuk kekerasan seperti apa yang kerap muncul dalam berpacaran (dating violence) dikalangan remaja SMA N I Karangnongko Klaten, dan (2) berdasarkan bentuk kekerasan dalam pacaran yang frekuensinya banyak dialami siswa, topik bimbingan apa yang implikatif diusulkan dalam penyusunan progaram bimbingan pacaran yang sehat dan aman.
A. Hasil Penelitian 1. Deskripsi Gambaran Umum Partisipan Penelitian Setelah dilakukan pengumpulan data, data diolah sesuai dengan prosedur yang telah dijabarkan dalam teknik analisis data pada bab III. Berdasarkan hasil pengolahan data tersebut, berikut ini disajikan tabel deskripsi gambaran umum partisipan secara umum, sebagai berikut:
59
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 60
Tabel 8. Gambaran Umum Partisipan Berdasarkan Jenis Kelamin, Usia, Frekuensi Berganti Pacar, dan Agama. JENIS KELAMIN NO 1
KATAGORI
3,2 % 17,42 % 40,65 % 2,58 %
4,52 30,97 61,29 3,23
7 48 95 5
63,88
100 %
PEREMPUAN
Dalam (%)
2 21 32 1
1,3 % 13,55 % 20,65 % 0,65 %
5 27 63 4
Total (%)
3
Jumlah
Dalam (%)
USIA
18 Tahun 17 Tahun 16 Tahun 15 Tahun
2
TOTA L (%)
LAKILAKI
36, 12
Jumlah
56
BERGANTI PACAR 1 Kali
10
6,45 %
6
3,87 %
10,32
16
2 Kali 3 Kali 4 Kali 5 Kali
6 6 8 13
3,87 % 3,87 % 5,16 % 8,39 %
10 21 11 23
6,45 % 13,55 % 7,1 % 14,84 %
10,32 17, 42 12,26 23,23
16 27 19 36
Lebih Dari 5 Kali TOTAL (%)
13
8,39 %
28
18,06 %
26,45
41
63,87
100 %
Jumlah
56
AGAMA Islam Khatolik
52 2
35, 48 % 1,3 %
82 8
52,90 % 5,16 %
86,45 6,45
134 10
Kristen
2
1,3 %
9
5,8 %
7,10
11
Hindhu
0
0
___
Budha
0
0
___
36,13
TOTAL (%) Jumlah
99
99
36, 13 56
155
155
63,87
100 %
99
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa: a. Sebanyak 155 partisipan terlibat dalam penelitian dating violence. Berdasarkan jenis kelamin partisipan dalam katagori umur, proposi
155
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 61
remaja perempuan lebih besar, yaitu sebesar
63,88% apabila
dibandingkan dengan remaja laki-laki, yaitu sebanyak 36,12 %. Subjek b. Katagori berganti pacar, remaja putri lebih besar dari pada remaja putra yakni 63,87 bernading 36,13. Kategori agama remaja putra lebih kecil dibanding remaja putri, dengan berbagai perbedaan agama. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bentuk-bentuk kekerasan dalam pacaran pada siswa kelas XI SMA N 1 Karangnongko Klaten dan implikasinya pada usulan program yang cocok untuk penyusunan silabus bimbingan pribadi sosial. Penelitian ini, ada tiga kategori bentuk kekerasan dalam pacaran yang dialami para siswa berdasarkan nilai rata-rata total, yaitu kategori jarang, kategori kerap sekali, dan kategori sering diperoleh gambaran sebagai berikut: Tabel 9 Kategorisasi Tingkat Frekuensi Terjadinya Bentuk-bentuk Kekerasan dalam Pacaran Penghitungan Skor Item Skor Keterangan X ≤ [µ-1,0(σ)]
X < 270
Jarang
[µ-1,0(σ)] ≤ X < [µ+1,0(σ)]
271< X ≤ 413
Kerap Kali
[µ+1,0(σ)] ≤ X
414 ≤ X
Sering
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 62
Tabel 10 Pengolongan Bentuk-bentuk Dating Violence dalam tiga kategori No 1.
Katagori Frekuensi Jarang
Indikator Name calling
No Pernyataan 1, 2, 3, 4
Intimidating looks
6, 7
2
Use of pagers and cell phones
8, 10, 11, 12, 13, 14, 15,
8
Making a boy/girl wait by the phone
16, 17
2
Monopolizing a girl’s/ boy`s time
18, 19
2
Making a girl`s/ boy`s feel insecure
20, 21, 22
3
Blaming
23, 24
2
Making threats
25, 26, 27,28
4
Manipulation / making himself look pathetic
29, 30
2
Interrogating
31, 32, 33, 34, 35
5
Humiliating her/ him in public
36, 37, 38, 39, 40
5
Breaking treasured items
41, 42, 43
3
Perkosaan
44,
1
Sentuhan yang tidak diinginkan
45,
1
Memukul, mendorong, membenturkan
46, 47, 48, 49, 50, 51, 52, 53, 54
9
Mengendalikan, menahan
55, 56, 57
3
Permainan kasar
58
1
56
56 item
Intimidating looks
5
1
Use of pagers and cell phones
9
1
Jumlah 2.
Frekuensi Kerap kali
Jumlah 3. Frekuensi Sering Jumlah
Jumlah 4
2 item
0 item
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 63
Berdasarkan dari perhitungan rata-rata skor total tersebut dapat disimpulkan bahwa banyak yang mengalami bentuk-bentuk kekerasan dalam kategori jarang, sesuai dengan tabel penggolongan subyek oleh Azwar (2009 : 107-109). Berikut ini disajikan secara visual tentang bentuk-bentuk kekerasan dalam pacaran SMA N 1 Karangongko, yang disajikan dalam bentuk diagram berikut:
120 100 80 60 40 20 0 Jarang
Kerap Kali
Sering
Diagram 1. Profil Bentuk-bentuk Dating Violence yang di alami Siswa Kelas XI SMA N 1 Karangnongko Klaten Tahun Ajaran 2012/1013
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 64
Tabel 11 Lamanya hubungan pacaran berdasarkan jenis kelamin NO
Jenis Kelamin Lama Berpacaran < sebulan 1-6 bulan 6-1 tahun Lebih dari 1 tahun TOTAL
45 43 27 40
29,03 % 27,74 % 17,41 25,80
155
100%
Laki-laki 19 9 10 18
% 12,25 5,80 6,45 11,61 36,11
Perempuan 26 34 17 22
% 16,77 21,93 10,96 14,19 63,09
Remaja Laki-laki yang terlibat dalam dating violence mengalami masa berpacaran yang lebih kecil dibandingkan dengan remaja putri. Subjek partisipan laki-laki yang terlibat 36,11 % dari 100 % subyek, Untuk partisipan perempuan yang terlibat sebanyak 63,09 %.. Subjek yang pernah berpacaran dan terlibat dalam dating violence memiliki masa berpacaran kurang dari 1 bulan 29,03% dari seluruh subjek yang berpartisipasi. Subjek partisipan yang berpacaran 1-6 bulan sebanyak 27,74% dan 17,41 % subjek partisipan berpacaran 6-1 tahun dan sisanya 25,80% berpacaran lebih dari 1 tahun.
2. Butir-butir Bentuk-bentuk Dating Violence para Siswa Berdasarkan perhitungan rata-rata skor tiap butir pada kuisioner diperoleh 56 butir yang masuk dalam kategori jarang , kategori kerap kali ada 2 butir dan di sering tidak ada pada tabel penggolongan subjek oleh Azwar (2008 : 107-109). Kategori butir-butir tersebut adalah:
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 65
Tabel 12 Penggolongan butir-butir dalam tiga Kategori Rerata Skor Kategori Jumlah
No 1.
-270
Jarang
56 butir
2.
271-413
Kerap Kali
2 butir
3.
414-
Sering
0 butir
Jumlah
58 butir
Saya mengambil sepuluh butir yang berfrekuensi tinggi (frekuensi yang tinggi dalam kategori bentuk-bentuk kekerasan dalam pacaran) adalah :
No
Butir
1.
1
2. 3.
3 5
4.
9
5.
11
6
14
7.
33
8
34
9
8
10
30
Tabel 13 Analisis sepuluh butir bentuk-bentuk dating violence Rumusan Skor Peringkat Menjelek-jelekkan tubuh saya (memberi julukan negatif, misal 223 7 “Gembrot,Cungkring) Mengatakan saya “malas” 242 5 Mencemberuti saya dengan wajah kesal. 271 2 Melarang saya melakukan sesuatu 287 1 dengan lawan jenis Mengawasi pergaulan saya dengan 241 6 orang lain. Membaca isi inbox saya dengan penuh 259 4 curiga Mempertontonkan rasa cemburu yang 201 8 berlebihan Menyatakan pada saya, seakan-akan 3 265 saya sudah jadi miliknya. Melarang saya berbaur dengan lawan 191 9 jenis Menyakiti saya dengan mengungkit184 10 ungkit masa lalu
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 66
Setiap item mempunyai frekuensi kekerasan yang berbeda-beda, dengan perbedaan sebagai berikut : Tabel 14 Pengolongan Item Tertinggi Menurut Frekuensi No Item 1 3 5 9 11 14 33 34 8 30
Bentuk Kekerasan Menjelek-jelekkan tubuh saya (memberi julukan negatif, misal “Gembrot,Cungkring) Mengatakan saya “malas” Mencemberuti saya dengan wajah kesal. Melarang saya melakukan sesuatu dengan lawan jenis Mengawasi pergaulan saya dengan orang lain. Membaca isi inbox saya dengan penuh curiga Mempertontonkan rasa cemburu yang berlebihan Menyatakan pada saya, seakanakan saya sudah jadi miliknya. Melarang saya berbaur dengan lawan jenis Menyakiti saya dengan mengungkit-ungkit masa lalu
Frekuensi 7-9 X 10 X atau lebih
1-3 X
4-6 X
47
36
7
54
20
24
19
56
26
15
29
43
18
10
44
60
18
11
51
18
13
62
12
13
60
28
11
41
18
10
61
22
5
28
28 32 19 29 44 16
B. Pembahasan Hasil Penelitian Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dan hasil penelitian bentukbentuk kekerasan dalam pacaran pada siswa kelas XI SMA N 1 Karangnongko, Klaten tahun pelajaran 2012/2013 menunjukkan bahwa Hampir semua siswa pernah mengalami bentuk-bentuk dating violence. Selain itu, hasil penelitian juag menunjukakn bahwa semua butir bentuk-bentuk
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 67
dating violence termasuk dalam kategori jarang dan kerap kali serta terdapat 10 item yang mempunyai frekuensi yang tinggi. Dating violence atau yang biasa disebut kekerasan dalam pacaran merupakan
tindakan atau ancaman yang dilakukan secara sengaja baik
melalui perilaku, perkataan maupun mimik wajah yang dilakukan salah satu pihak kepada pihak lain dalam hubungan pacaran. Perilaku ini ditujukan untuk memperoleh dan mempertahankan kekuatan atau kekuasaan dan kontrol atas pasangannya dalam hubungan pacaran. Banyak faktor yang mempengaruhi kekerasan dalam pacaran misalnya faktor individual, sejarah kekerasan dalam keluarga, alkohol bahkan karena jarang berhubungan dengan pihak yang lebih tua. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kekerasan dalam pacaran ada di kalangan siswa. Para siswa mengalami semua bentuk kekerasan dalam pacaran, yang meliputi empat jenis kekerasan, yaitu kekerasan verbal, kekerasan emosional, kekerasan seksual dan kekerasan fisik, di mana verbal dan emosional digabungkan. Riani (2012) Mengatakan bahwa kekerasan dalam pacaran kerap muncul dalam bentuk tindakan, yang meliputi kekerasan secara fisik, seksual, atau psikologis yang terjadi dalam sebuah hubungan pacaran, baik yang dilakukan di depan umum maupun dalam kehidupan pribadi. Dari hasil itu terdapat beberapa hal yang menunjukan bahwa kekerasan berpacaran terjadi di semua aspek. Beberapa sumber mengatakan banyak faktor yang mempengaruhi, kenapa banyak siswa mengalami bentuk
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 68
kekerasan dalam pacaran antara lain: faktor individual, sejarah kekerasan dalam keluarga, penerimaan teman sebaya, harapan peran gender, penggunaan obat-obatan, gangguan kepribadian, faktor dalam hubungan, dan faktor komunitas. Faktor individual yang dapat menyebabkan seseorang melakukan kekerasan terhadap pasangannya adalah usia muda, berada pada level ekonomi yang rendah, memiliki prestasi akademis yang rendah, serta seseorang yang sering mengobservasi ibunya yang mengalami kekerasan dalam rumah tangga, mengalami emotionally dependent, insecure dan rendahnya self esteem. Semakin banyaknya konflik yang terjadi dalam hubungan tersebut akan meningkatkan terjadinya dating violence. Berdasarkan hasil analisis deskritif data diperoleh sepuluh butir item bentuk kekerasan dalam pacaran yang mempunyai frekuensi tinggi. Butir-butir ini terdapat dalam aspek kekerasan secara verbal dan emosional. 1. Menjelek-jelekkan
tubuh
saya
(memberi
julukan
negatif,
misal
“Gembrot,Cungkring). Untuk item pertama menjelek-jelekan tubuh saya, dari hasil penelitian dalam kekerasan dalam pacaran memiliki frekuensi kekerasan untuk 1-3 kali sebanyak 47 subjek yang mengalami. Dari hasil penelitian, masih banyak para siswa yang mengalami kekerasan. Mengapa bisa terjadi kepada remaja. Kebanyakan orang beranggapan bahwa memberika julukan kepada orang lain itu hal yang biasa, dengan sesuka hati kita memberikan nama-nama yang bukan semestinya. Bagi pasangan memberikan julukan adalah tanda sayang atau kasih, tapi kita harus mengetahui batasnya. Jika
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 69
kita sudah tidak Nyaman, maka kata-kata itu sudah menjadi kekerasan, karena membuat kita tidak nyaman tersebut. Mereka tidak mengerti, kenapa mudah terjadi tindakan kekerasan. Tindakan kekerasan tidak ada tindakan tegas. Apakah karena kekerasan ini paling mudah dilakukan dan tanpa ada payung hukumnya. Kekerasan tidak dilaporkan biasanya karena korban merasa takut akibat ancaman oleh pacar, atau iba karena pelaku memohon maaf sedemikian rupa, setelah melakukan kekerasan, sehingga korban percaya bahwa pelaku benar-benar menyesali perbuatannya dan tidak akan mengulanginya lagi. 2. Mengatakan saya “malas”. Untuk item kedua, Mengatakan saya “malas” Untuk 1-3 kali sebanyak 54 subjek, 4-7 kali sebanyak 20 subjek, 24 subjek untuk 7-9 kali
dan
19 subjek untuk lebih dari 10 kali.
Kekerasan ini terjadi bila saat bersama pelaku, korban merasa senang karena bersama dengan orang yang mereka sayang. Namun rasa senang itu hanya muncul saat tidak terjadi pertengkaran. Sama dengan item no 1, Kebanyakan orang beranggapan bahwa mengatakan hal yang negatif kepada orang lain itu hal yang biasa, dengan sesuka hati kita mengatakan hal yang negatif tanpa kita sadari. Bagi pasangan memberikan julukan-julukan adalah tanda sayang atau kasih, tapi kita harus mengetahui batasnya. Jika kita sudah tidak nyaman, maka kata-kata itu sudah menjadi kekerasan, karena membuat kita tidak nyaman tersebut.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 70
Kejadian ini tidak bisa terjerat hukum, tapi secara psikologis bisa menganggu korban. Korban akan memaafkan karena pelaku memohon maaf sedemikian rupa sehingga korban iba, setelah melakukan kekerasan, sehingga
korban
percaya
bahwa
pelaku
benar-benar
menyesali
perbuatannya dan tidak akan mengulanginya. 3. Mencemberuti saya dengan wajah kesal. Untuk item ketiga, Mencemberuti saya dengan wajah kesal. Untuk 1-3 kali sebanyak 56 subjek, 4-7 kali sebanyak 26 subjek, 15 subjek untuk 7-9 kali dan 29 subjek untuk lebih dari 10 kali. Kita bisa lihat banayk subyek yang mengalami 1-3 kali kekerasan dalam pacaran. Kebanyakan orang, melakukan hal ini untuk menyelesaikan konflik. Kebanyakan remaja beranggapan bahwa hal diatas digunakan sebagai cara untuk menyelesaikan konflik yang terjadi dalam berpacaran. Jika keinginan pasangan tidak dituruti, maka item di atas dilakukan agar korban mau melakukannya. Kasus ini juga susah di laporkan atau ditindak secara hukum. Korban tidak melaporkan kekerasan ini, karena korban merasa iba karena pelaku memohon maaf sedemikian rupa, setelah melakukan kekerasan, sehingga
korban
percaya
bahwa
pelaku
benar-benar
menyesali
perbuatannya dan tidak akan mengulanginya lagi. 4. Melarang saya melakukan sesuatu dengan lawan jenis. Untuk item keempat, Melarang saya melakukan sesuatu dengan lawan jenis. Untuk 1-3 kali sebanyak 43 subjek, 4-7 kali sebanyak 18
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 71
subjek, 10 subjek untuk 7-9 kali dan 44 subjek untuk lebih dari 10 kali. Kasus kekerasan yang terjadi banyak dialami subyek sebanyak 10 kali atau lebih. Kebanyakan orang beranggapan bahwa melarang pasangan melakukan kegiatan dengan orang lain, itu hal yang biasa. Pasangan dengan sesuka hati melarang tanpa meyadari akibatnya. Bagi pasangan melarang adalah tanda sayang atau kasih, cemburu, tidak ingin kehilangan pasangannya, tapi kita harus mengetahui batasnya. Jika kita sudah tidak nyaman, maka tindakan itu sudah menjadi kekerasan, karena membuat kita tidak nyaman tersebut. Kekerasan ini terjadi karena pacar yang pencemburu atau karena ingin mejaga pacaranya. Kekerasan ini tidak dilaporkan karena korban iba karena pelaku memohon maaf sedemikian rupa, setelah melakukan kekerasan, sehingga korban percaya bahwa pelaku benar-benar menyesali perbuatannya dan tidak akan mengulanginya lagi dan tidak ada payung hukumnya. Korban merasa apa yang dilakukan pelaku tersebut, karena sayang dan menjaga. 5. Mengawasi pergaulan saya dengan orang lain. Untuk item ini, Mengawasi pergaulan saya dengan orang lain untuk 1-3 kali sebanyak 60 subjek, 4-7 kali sebanyak 18 subjek, 11 subjek untuk 7-9 kali dan 28 subjek untuk lebih dari 10 kali. Bila kita lihat kasus kekerasan ini, banyak dialami 1-3 X. Mengawasi suatu hal yang biasa bagi kita. Tapi, bila kegiatan ini terjadi terus menerus akan menjadi gangguan bagi kita.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 72
Kebanyakan orang beranggapan bahwa mengawasi pasangan melakukan kegiatan dengan orang lain, itu hal yang biasa. Pasangan dengan sesuka hati mengawasi tanpa disadari dan mereka tidak menyadari akibatnya. Bagi pasangan mengawasi adalah tanda sayang atau kasih, cemburu, tidak ingin kehilangan pasangannya, tapi kita harus mengetahui batasnya. Bila kejadian ini terjadi terus menerus, pasangan akan semakin risih dan banyak teman yang menjahui karena tidak nyaman dengan sikap pasangannya. Jika kita sudah tidak nyaman, maka tindakan itu sudah menjadi kekerasan, karena membuat kita tidak nyaman tersebut. Kasus kekerasan ini yang tidak akan dilaporkan, biasanya karena korban merasa takut akibat ancaman oleh pacar, iba karena pelaku memohon maaf sedemikian rupa, setelah melakukan kekerasan, sehingga korban percaya bahwa pelaku benar-benar menyesali perbuatannya dan tidak akan mengulanginya lagi, bahkan akan ditingagalkan atau diputuskan bila korban tidak memberitahu di mana berada, bersama siapa. 6. inbox saya dengan penuh curiga. Untuk item keenam, Membaca isi inbox saya dengan penuh curiga. Untuk 1-3 kali sebanyak 51 subjek, 4-7 kali sebanyak 18 subjek, 13 subjek untuk 7-9 kali dan 32 subjek untuk lebih dari 10 kali. Kebanyakan orang beranggapan bahwa membaca isi inbox itu hal yang biasa, dengan sesuka hati kita membaca inbox pasangan kita. Bagi pasangan memberikan julukan adalah tanda sayang atau kasih, curiga, tidak ingin kehilangan. Pasangan tidak mengetahui batasnya. Jika kita
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 73
sudah tidak nyaman, maka tindakan itu sudah menjadi kekerasan, karena membuat kita tidak nyaman tersebut. Kebanyakan Kasus kekerasan dilaporkan biasanya karena korban merasa iba karena pelaku memohon maaf sedemikian rupa, setelah melakukan kekerasan, sehingga korban percaya bahwa pelaku benar-benar menyesali perbuatannya dan tidak akan mengulanginya. Korban takut kejadian kekerasan itu akan terjadi lagi saat mereka sedang bersama. Namun korban mencoba mempertahankan hubungan dengan pelaku karena korban berharap suatu saat nanti pelaku akan berubah, hal ini terjadi pada kekerasan yang lain juga. 7. Item berikutnya, mempertontonkan rasa cemburu yang berlebihan. Untuk item ketujuh, Mempertontonkan rasa cemburu yang berlebihan. untuk 1-3 kali sebanyak 62 subjek, 4-7 kali sebanyak 12 subjek, 13 subjek untuk 7-9 kali dan 19 subjek untuk lebih dari 10 kali kasus kekerasan yang terjadi untuk kasus ini bnayak terjadi 1-3 kali. Kebanyakan orang beranggapan bahwa mempertontonkan rasa cemburu yang berlebihan kepada pasangan itu hal yang biasa, dengan sesuka hati kita selalu cemburu. Bagi pasangan cemburu adalah tanda sayang atau kasih, banyak berangagapan cemburu itu tanda sayang. Tapi kita harus mengetahui batasnya. Jika kita sudah tidak nyaman, maka tindakan itu sudah menjadi kekerasan, karena membuat kita tidak nyaman tersebut.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 74
Kasus tidak dapat dilaporkan karena tidak ada hukuman pidana. Korban takut kejadian kekerasan itu akan terjadi lagi saat mereka sedang bersama. Namun Korban mencoba mempertahankan hubungan d engan pelaku karena korban berharap suatu saat nanti pelaku akan berubah, sehingga
korban
percaya
bahwa
pelaku
benar-benar
menyesali
perbuatannya dan tidak akan mengulangi perbuatan ini lagi. 8. Poin berikutnya, menyatakan pada saya, seakan-akan saya sudah jadi miliknya. Untuk item kedelapan, Mengatakan saya “malas” untuk 1-3 kali sebanyak 60 subjek. Kekerasan banyak terjadi di frekuensi 1-3 kali. Kebanyakan orang beranggapan bahwa menyatakan seakan-akan pasangan adalah miliknya, hal yang biasa. Pasangan dengan sesuka hati melakukan tindakan ini. Bagi pasangan tindakan adalah tanda sayang atau kasih, tidak ingin kehilangan, banyak juga yang tidak mengerti apa status yang dimiliki sekarang ini. Tapi kita harus mengetahui batasnya. Jika kita sudah tidak nyaman, maka tindakan itu sudah menjadi kekerasan, karena membuat kita tidak nyaman tersebut. Sama dengan kasus yang lain, Kasus kekerasan ini tidak bisa terjerat hukum. Tapi, bila kekerasan masuk ke area kekerasan yang membuat memar, atau secara fisik kekerasan bisa dijerat hukum. Banyak korban yang tidak melaporkan tindakan ini, karena korban merasa takut akibat ancaman oleh pacar, atau iba karena pelaku memohon maaf sedemikian rupa, setelah melakukan kekerasan. Korban mencoba mempertahankan hubungan dengan pelaku karena korban berharap suatu
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 75
saat nanti pelaku akan berubah, atau karena korban terlalu sayang terhadap pelaku. 9. Poin berikutnya, melarang saya berbaur dengan lawan jenis. Untuk item kesembilan, Melarang saya berbaur dengan lawan jenis sebanyak 44 subjek untuk lebih dari 10 kali. Kebanyakan orang beranggapan bahwa melarang berbaur dengan lawan jenis itu hal yang biasa, dengan sessuka hati kita melarang. Bagi pasangan melarang adalah tanda sayang atau kasih, menjaga kekasihnya agar terhindar dari bahaya, tapi kita harus mengetahui batasnya. Bila kejadian ini terjadi, pasangan akan risih, tidak nayaman dengan tindakan ini. Jika kita sudah tidak nyaman, maka kata-kata itu sudah menjadi kekerasan, karena membuat kita tidak nyaman tersebut. Kasus kekerasan merupakan tindakan pengasingan, mengisolasi segala bentuk hubungan dengan pertemanan termasuk dengan lawan jenis. Kasus ini tidak dilaporkan ke ranah hukum, karena tidak berbau kriminal. Biasanya korban merasa takut akibat ancaman oleh pacar, atau iba karena pelaku memohon maaf sedemikian rupa, setelah melakukan kekerasan, sehingga korban percaya bahwa pelaku benar-benar menyesali perbuatan dan tidak akan mengulanginya lagi atau karena korban terlalu sayang kepada kekasih atau pelaku. 10. Item berikut menyakiti saya dengan mengungkit-ungkit masa lalu. Untuk item kesepuluh, Menyakiti saya dengan mengungkit-ungkit masa lalu untuk 1-3 kali sebanyak 61 subjek.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 76
Kebanyakan orang beranggapan bahwa mengungkit masa lalu adalah hal yang biasa ketika pacaran. Kekasih dengan sesuka hati kita mengungkit masa lalu tanpa memperdulikan pasangannya. Bagi pasangan mengungkit masa lalu adalah tanda kesal,cemburu, atau karena keinginan tidak dituruti. Tapi, kita harus mengetahui batasnya. Jika kita sudah tidak nyaman, maka tindakan itu sudah menjadi kekerasan, karena membuat kita tidak nyaman tersebut. Korban mempertahankan hubungan dengan pelaku karena korban berharap suatu saat nanti pelaku akan berubah. Kasus kekerasan yang tidak dilaporkan biasanya karena korban merasa takut akibat ancaman oleh pacar, atau iba karena pelaku memohon maaf sedemikian rupa, setelah melakukan kekerasan, sehingga korban percaya bahwa pelaku benar-benar menyesali perbuatannya dan tidak akan mengulanginya lagi.
Berdasarkan pemaparan di atas, dapat kita lihat bahwa kebayakan subjek pernah mengalami kekerasan 1-3 kali sewaktu pacaran. Subjek kebanyakan mengalami kekerasan secara verbal dan emosional, seperti caci maki, curiga dll. Kekerasan verbal dan emosional sering terjadi pada korban saat korban dan pelaku bertengkar. Pelaku kurang dapat mengontrol emosi sehingga sering mengeluarkan kata-kata kasar yang tidak disadari terhadap korban dan tidak jarang pelaku melakukan kekerasan secara emosional. Misalnya dengan mengatakan hal-hal yang membuat korban sakit hati, dengan mengungkit-ungkit masa lalu, dll. Semua item bentuk-bentuk kekerasan dalam pacaran terisi semua,
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 77
ini menunjukkan bahwa kekerasan berpacaran terjadi dikalagan siswa. Setiap item mempunyai frekuensi kekerasan yang berbeda-beda. Fenomena yang nampak hanya kasus-kasus yang tanpa sengaja dan tidak diketahui, dapat dikatakan bahwa yang tampak berupa fenomena gunung es (iceberg), dimana kasus sebenarnya masih jauh lebih besar lagi, namun banyak hal yang membuatnya tidak muncul ke permukaan. Salah satunya adalah karena tidak dilaporkan. Ada beberapa kemungkinan faktor yang dapat mempengaruhi Kekerasan dalam pacaran (dating violence) SMA N 1 Karangnongko Klaten tahun ajaran 2012/2013.
Menurut
Siagian
(2012)
Kemungkinan
faktor-faktor
yang
mempengaruhi kekerasan dalam pacaran (dating violence) tersebut antara lain adalah: 1. Harapan Peran Gender Melihat hasil penelitian ini, banyak remaja perempuan yang sering mendapatkan kekerasan dalam pacaran. Kebanyakan dari subyek adalah perempuan, yag dimana perempuan itu di pandang pasif. Untuk pria diharapkan untuk lebih mendominasi sedangkan wanita diharapkan untuk lebih pasif. Pria yang menganut peran gender yang mendominasi akan lebih cenderung mengesahkan perbuatan dating violence kepada pasangannya, sedangkan wanita yang menganut peran gender yang pasif, akan lebih menerima dating violence dari pasangannya.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 78
2. Pengalaman yang Sedikit Pacaran merupakan hubungan yang selalu indah. Kebanyakan dari subyek adalah remaja yang belum terlalu mengenal arti dari pacaran. secara umum, remaja memiliki sedikit pengalaman dalam berpacaran dan menjalin hubungan dibandingkan dengan orang dewasa. Remaja tidak mengerti seperti apa pacaran yang benar, apakah setiap hal yang mereka lakukan saat pacaran adalah baik. Contohnya: cemburu dan posesif dari abuser dilihat sebagai tanda cinta dan sesuatu yang dipersembahkan dari abuser. Karena kurangnya pengalaman, mereka menjadi kurang objektif dalam menilai hubungan mereka. 3. Faktor Individual Setiap Pribadi mempunyai pengalaman yang berbeda-beda. Remaja juga mempunyai pengalaman dan persepsi yangg berbeda. Banyak yang melakukan kekerasan karena di anggap yang dilakukan itu adalah arsa sayang. Keadaan setiap individu membuat sesorang memahami arti kekerasan berbeda-beda. Faktor demografi yang dapat menyebabkan seseorang melakukan kekerasan kepada pasangannya adalah usia yang muda dan memiliki status ekonomi yang rendah. The Health and Development Study in Dunedin, New Zealand – Dalam satu penelitian longitudinalnya menunjukkan bahwa seseorang yang berasal dari keluarga yang melakukan kekerasanberasal dari keluarga yang umumnya berada pada level ekonomi yang
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 79
rendah, memiliki prestasi akademis yang rendah atau pendidikan yang rendah, maka mereka akan melakukan dating violence. Kekerasan bisa terjadi tanpa kita sadari di kehidupan ini. Siswa tidak menyadari kekerasan dalam pacaran karena indahnya pacaran itu sendiri. Siswa saat ini dalam masa remaja, masa peralihan dari anak-anak menuju dewasa yang mencakup kematangan
mental, emosional, sosial dan fisik.
Mereka mempunyai salah satu masa yang menarik yaitu trend berpacaran. Dampak kekerasan dalam berpacaran, meliputi dampak fisik dan dampak psikis. Dampak secara fisik bagi korban kekerasan berupa rasa sakit, seperti perih, panas, memar. Dampak psikis bagi korban saat kekerasan terjadi berupa merasa sakit hati, kesal, sebel, marah, benci, tidak ingin bertemu dengan pelaku, ingin putus, sedih, menyesal. Dampak setelah kekerasan terjadi meliputi dampak fisik berupa rasa sakit, seperti rasa perih, panas, bengkak, memar pada bagian tubuh yang mengalami kekerasan. Dampak psikis bagi korban setelah mengalami kekerasan meliputi dampak positif bagi korban, yaitu korban memandang seseorang tidak hanya dari fisiknya saja, tetapi juga kepribadiannya dan korban lebih mampu mengontrol sifat tempramen yang dimiliki, dan dampak negatif bagi korban yaitu takut dengan laki-laki atau perempuan, menutup diri, menutup diri dari dunia luar, stress, nilai menurun, malas beraktifitas, sakit hati, krisis kepercayaan terhadap orang lain, trauma, marah. Hal-hal di atas dapat diatasi dengan beberapa upaya, antara lain: 1. Memberikan definisi yang benar tentang arti pacaran.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 80
2. Memberitahu bahwa dalam pacaran itu ada kekerasan dalam pacaran. 3. Komunikasi yang baik 4. Memberikan pengetahuan pacaran yang sehat. 5. Menyadarkan bahwa kita berhak atas tubuh dan jiwa kita, tak seorangpun berhak menggugat. Meski saling cinta tidak berarti pasangan boleh bertindak semau gue terhadap kita. 6. Harus berani menolak dan berkata “TIDAK” jika si doi atau pasangan mulai melakukan kekerasan. Melihat dari butir-butir bentuk-bentuk kekerasan dalam pacaran yang dialami pada siswa, guru pembimbing dapat mengetahui kebutuhan para siswa dalam hal berhubungan dengan lawan jenis. Butir-butir yang terjadi adalah dalam aspek verbal dan emosional, para guru harus bisa memberikan bimbingan, dukungan dan motivasi kepada para siswa agar siswa bisa terhindar dari kekerasan dalam pacaran. Kebutuhan para siswa yang belum terpenuhi, guru pembimbing sebagai pembimbing para siswa memiliki peran penting karena mereka yang mengetahui kebutuhan itu. Dengan hal itu maka guru pembimbing dapat membantu mereka dengan memberikan bimbingan baik secara kelompok ataupun perorangan sesuai dengan kebutuhan para siswa. Dengan bimbingan yang diberikan diharapkan para siswa mampu memahami arti pacaran dan kekerasan dalam pacaran.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 81
C. Dampak Implikatif Hasil Penelitian Berdasarkan hasil penelitian mengenai “Kekerasan dalam Perpacaran (Studi deskripsi pada siswa kelas XI SMA N I Karangnongko Tahun ajaran 2012/2013 dan implikasinya terhadap usulan Topik-topik layanan bimbingan pribadi sosial)”. Dampak implikatif tersebut berupa usulan topik-topik bimbingan pribadi sosial. Usulan topik-topok bimbingan pribadi sosial tersebut dapat digunakan oleh guru pembimbing
untuk membantu siswa
dalam mencegah kekerasan dalam pacaran. Alasan peneliti mengusulkan topik-topik bimbingan pribadi sosial karena banyak siswa yang mengalami kekerasan dalam pacaran. Siswa tidak mengerti apa itu kekerasan dalam pacaran dan cara pencegahannya, sehingga peneliti merasa perlu membuatkan topik-topik ini. Peneliti berharap agar usulan topik-topik bimbingan pribadi sosial ini dapat diberikan guru pembimbing kepada semua siswa yang sudah berpacaran ataupun belum pacaran. Pemberiaan materi untuk siswa yang belum pacaran adalah untuk pencegahan dan untuk yang sudah dalah untuk memberikan edukasi dengan demikian siswa bisa menghindari kekerasan dalam pacaran. Melihat hasil penelitian dan dari butir-butir yang termasuk tinggi dalam frekuensi kerap kali dan jarang, maka peneliti memberikan beberapa usulan yang disusun dalam silabus bimbingan. Dalam silabus tersebut terdapat beberapa topik yang bisa dipergunakan dalam bimbingan klasikal. Memperhatikan kebutuhan para siswa tersebut, maka guru pembimbing dapat membantu para siswa melalui kegiatan bimbingan dan konseling pribadi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 82
sosial, baik secara klasikal maupun individual dengan topik-topik bimbingan yang sesuai dengan kebutuhan para siswa. Topik-topik yang terkait dengan butir-butir sepuluh item yang mempunyai frekuensi tinggi dan antara lain: Tabel 15 Rumusan Butir-butir sepuluh item yang mempunyai frekuensi tinggi dan Usulan Topik-topik Bimbingan. Topik-topik Bimbingan No Rumusan 1
Menjelek-jelekkan tubuh saya (memberi julukan negatif, misal “Gembrot,Cungkring)
2
Mengatakan saya “malas”
3
Mencemberuti saya dengan wajah kesal.
Berpikir positif
5
Melarang saya melakukan sesuatu dengan lawan jenis Mengawasi pergaulan saya dengan orang lain.
6
Membaca isi inbox saya dengan penuh curiga
7
Mempertontonkan berlebihan
8
Menyatakan pada saya, seakan-akan saya sudah jadi miliknya.
4
9 10
rasa
cemburu
yang
Pacaran yang sehat Aku Bisa Mengatakan “Tidak” Aku dan Mereka
Kepercayaan
Melarang saya berbaur dengan lawan jenis Menyakiti saya dengan mengungkit-ungkit masa lalu
(Penjabaran topik-topik bimbingan disajikan dalam silabus pelayanan bimbingan) Bimbingan yang diselenggarakan berdasarkan kebutuhan para siswa dalam hal dating violence. Para siswa diharapkan semakin memahami bentukbentuk dating violence. Hasil yang diharapkan adalah para siswa bisa menghindari dan tidak melakukan dating violence. Dari topik-topik dalam silabus tersebut diharapkan guru pembimbing mampu membimbing dan mengarahkan para siswa untuk lebih bisa mengarahkan dan membimbing agar terhindar dari kekerasan dalam pacaran.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
83
Tabel 15 Usulan topik-topik bimbingan pribadi sosial yang relevan untuk mencegah kekerasan dalam pacaran di SMA N 1 Karangnongko Klaten No
No item
1
1. Menjelekjelekkan tubuh saya (memberi julukan negatif, misal “Gembrot,Cungkri ng)
2
3
3.Mengatakan saya “malas”
5.Mencemberuti saya dengan wajah kesal.
Skor
223
242
271
Topik
Berpikir positif
Berpikir Positif
Aku Bisa Mengatakan “Tidak”
Tujuan Siswa semakin mampu menjalin pecaran yang sehat dan tidak takut bila dikatakan negatif. Siswa semakin mampu menjalin pecaran yang sehat dan tidak takut bila dikatakan negatif. Siswa semakin mampu untuk terbuka mengenai apa yang diinginkannya
Waktu
2 JP
2 JP
2 JP
Bidang Bimbingan
Metode
Sumber
Tanya Jawab, Game, Refleksi
Modul PPKM 1, Konsep diri. USD 2012
Tanya Jawab, Game, Refleksi
1.Modul PPKM 1, Konsep diri.USD 2.Tim pengembang UPT-MPK USD, week-end Moral, 2010 : UPT-MPK USD, Yogyakarta
Tanya Jawab, Game, Refleksi
1.Llyod, Sam R.1991. Mengembangkan Perilaku Asertif yang Positif: Teknik-teknik Praktis untuk Keberhasilan Pribadi. Jakarta: Binarupa Aksara. 2.Rini, Jasinta. 2001. “Asertivitas”. (www. e-psikologi.com).
Pri Sos
Pri Sos
Pri Sos
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
4
5
6
9.Melarang saya melakukan sesuatu dengan lawan jenis
11.Mengawasi pergaulan saya dengan orang lain.
14.Membaca isi inbox saya dengan penuh curiga
287
241
259
Aku dan Mereka
Kepercayaan
Kepercayaan
7
33.Mempertontonk an rasa cemburu yang berlebihan
201
Kepercayaan
8
34.Menyatakan pada saya, seakan-
265
Aku dan Mereka
Siswa semakin mampu menjalin relasi yang baik dengan teman dan pasangan Siswa semakin mampu membangun kepercayaan dengan pasangan dan teman. Siswa semakin mampu membangun kepercayaan dengan pasangan dan teman. Siswa semakin mampu membangun kepercayaan dengan pasangan dan teman. Siswa semakin mampu menjalin
2 JP
2 JP
2 JP
84
Tanya Jawab, Game, Refleksi
1.Supratiknya, A. 1996. Tumbuh Bersama Sahabat. Kanisius : Yogjakarta.
Tanya Jawab, Game, Refleksi
Team focus on the Family, Berani mengali lebih dalam, 2009. ANDI Offset: Yogyakarta.
Tanya Jawab, Game, Refleksi
Team focus on the Family, Berani mengali lebih dalam, 2009. ANDI Offset: Yogyakarta.
Tanya Jawab, Game, Refleksi
Team focus on the Family, Berani mengali lebih dalam, 2009. ANDI Offset: Yogyakarta.
Tanya Jawab, Game, Refleksi
1.Supratiknya, A. 1996. Tumbuh Bersama Sahabat. Kanisius :
Pri Sos
Pri Sos
Pri Sos
2 JP
Pri Sos
2 JP
Pri Sos
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
akan saya sudah jadi miliknya.
9
10
8.Melarang saya berbaur dengan lawan jenis
30.Menyakiti saya dengan mengungkit-ungkit masa lalu
191
184
Aku Bisa Mengatakan “Tidak”
Aku Bisa Mengatakan “Tidak”
relasi yang baik dengan teman dan pasangan Siswa semakin mampu untuk terbuka mengenai apa yang diinginkannya Siswa semakin mampu untuk terbuka mengenai apa yang diinginkannya
85
Yogjakarta.
2 JP
2 JP
Tanya Jawab, Game, Refleksi
1 Llyod, Sam R.1991. Mengembangkan Perilaku Asertif yang Positif: Teknik-teknik Praktis untuk Keberhasilan Pribadi. Jakarta: Binarupa Aksara.
Tanya Jawab, Game, Refleksi
Llyod, Sam R.1991. Mengembangkan Perilaku Asertif yang Positif: Teknik-teknik Praktis untuk Keberhasilan Pribadi. Jakarta: Binarupa Aksara.
Pri Sos
Pri Sos
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 86
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Pada bab ini akan dikemukakan mengenai kesimpulan hasil penelitian dan saran-saran terhadap kegiatan bimbingan dan konseling pribadi sosial di sekolah.
A. Kesimpulan Beberapa kesimpulan berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan hasil penelitian adalah: Hasil Penelitian: 1. Bentuk-bentuk kekerasan yang dialami siswa ialah jarang 96, 55 %, kerap kali 3,45 % dan sering sebanyak 0 %. 2. Terdapat sepuluh item yang mempunyai frekuensi tinggi dan butir bentukbentuk kekerasan dalam pacaran yang termasuk kategori rendah tetapi memeliki frekuensi yang cukup tinggi, sebagai berikut: No
Rumusan
2 3
Menjelek-jelekkan tubuh saya (memberi julukan negatif, misal “Gembrot,Cungkring) Mengatakan saya “malas” Mencemberuti saya dengan wajah kesal.
4
Melarang saya melakukan sesuatu dengan lawan jenis
5
Mengawasi pergaulan saya dengan orang lain.
6
Membaca isi inbox saya dengan penuh curiga
7
Mempertontonkan rasa cemburu yang berlebihan Menyatakan pada saya, seakan-akan saya sudah jadi miliknya. Melarang saya berbaur dengan lawan jenis Menyakiti saya dengan mengungkit-ungkit masa lalu
1
8 9 10
86
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 87
B. Saran Berikut ini dikemukakan beberapa saran yang sesuai dengan hasil penelitian untuk berbagai pihak. 1. Guru Pembimbing Guru pembimbing diharapkan peka terhadap kebutuhan para siswa yang selama ini belum tercapai dalam hal berhubungan dengan lawan jenis. Guru pembimbing mampu memberikan layanan bimbingan dan konseling pribadi sosial yang efektif bagi para siswa sehingga siswa semakin mengerti dan memahami kekerasan dalam pacaran. 2. Siswa a. Siswa semakin sadar dan mengerti akan kekerasan dalam pacaran. b. Siswa semakin sadar untuk berefleksi sampai sejauh mana mereka mengerti akan arti pacaran dan kekerasan dalam pacaran. c. Siswa mampu mengatur diri terutama dalam kegiatan berhubungan dengan lawan jenis, sehingga siswa dapat mengantisipasinya. 3. Guru Mata Pelajaran Guru mata pelajaran diharapkan semakin mengerti akan kekerasan dalam berpacaran. 4. Peneliti Dengan penelitian ini, peneliti lebih mampu mengembangkan kompetensi dalam bimbingan konseling pribadi sosial khususnya dalam rangka permasalahan remaja yag berkaitan dengan pacaran.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 88
5. Peneliti lain Peneliti lain setelah mendapat masukan yang terkait dengan penelitian kekerasan dalam pacaran mampu mengembangan penelitian lain yang terkait dengan kekerasan dalam pacaran, yaitu: a. Peneliti lain lebih memperkaya teori-teori terbaru yang berkaitan dengan kekerasan dalam pacaran. b. Peneliti lain bisa menggunakan skala populasi dan responden yang lebih besar agar dapat lebih menggambarkan kekerasan dalam pacaran. c. Peneliti bisa menilik dari sisi pelaku kekerasan dalam pacaran, agar semakin melengkapi penelitian sebelumnya. d. Penelitian selanjutnya juga melihat dari sisi faktor-faktor korban dan pelaku, bisa juga mengunakan penelitian kuantitatif kulitatif.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 89
DAFTAR PUSTAKA Adetunji Adeleke .2009. National Assembly. Nigeria. Adimassana, YB. 2001. Reader Teologi Moral. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma Ahmadi, A. 2004. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta Arya. 2010. Kekerasan Dalam Pacaran. Artikel. http://belajarpsikologi.com. Diakses tanggal 10 Juli 2012. Azwar, Saifuddin. 2008.Penyusunan Skala Psikologis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar ______________2012. Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Basyarudin, A. 2010. Pacaran di Kalangan Remaja. Artikel. http://dc378.4shared.com. Diakses tanggal 20 Januari 2013 pukul 13.32. Dinastuti. 2008. Gambaran Emotional Abuse dalam Hubungan Berpacaran pada Empat Orang Dewasa Muda. Jurnal Manasa, Volume 2, Nomor 1. Darajat, Zakiah. 1990. Kesehatan Mental. Jakarta: Gunung Agung Fucchan, Arief. H. 2007. Pengantar Penelitian Dalam Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Furlong, Michael, et al, 2005. Dating violence patterns of California adolesce, www.proquest.com, diakses 14 November 2012 pukul 17.56 Gunarsa, S.D & Gunarsa, Y.S.D. 2002. Psikologi Untuk Muda-Mudi. Jakarta : BPK Gunung Mulia. Hadi. 2010. Pengertian Pacaran. Artikel. http://muda.kompasiana.com. Diakses tanggal 10 Juni 2012. Hurlock, E B. 1992. Psikologi Perkembangan (Suatu Pengantar Sepanjang Bentang Kehidupan). (terjemahan : Istiwidiyanti). Edisi V. Jakarta: P.T. Gelora Aksara Pratama. Hurlock, Elizabeth B. Alih bahasa Isti Widayanti dan Sudjarwo. (1999). Psikologi Perkembangan. Jakarta : Erlangga. Baron, Byrne & Branscombe.2006. Social psychology (12th ed.). Boston. USA
89
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 90
Jombang women’s crisis center. 2013. Kekerasan dalam Pacaran. www.wccjombang.or.id. Diakses tanggal 11/11/2012 pukul 16.45. Kamus Besar Bahasa Indonesia. 2002. Jakarta: Depdiknas Kellen.2002. The Facts on Teens and Dating Violence. www.proquest.com, diakses 28 November 2012 pukul 13.06 LBH Apik, 2011. Laporan Tahun 2011 LBH Apik Jakarta “Jerat Birokrasi, Patriarki Dan Formalisme Hukum Bagi Perempuan Pencari Keadilan”. Artikel. http://www.lbh-apik.or.id. Diakses tanggal 10 Juni 2012 pukul 16.51. Murray, Jill. 2009. But i love him. Jakarta: Bhuana Ilmu Populer. Nurihsan, A.J. & Sudianto, A. 2004. Manajemen Bimbingan & Konseling di SMA Kurikulum 2004. Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia. O’Kefee. 2005. Teen Dating Violence: A Review of Risk Factors and Prevention Efforts. National Resource Center on Domestic Violence. USA Pepermin. 2006. The National Clearinghouse on Family Violence and Dating Violence. USA Priyani R. 2010. Menjadi Pria-Wanita Dewasa (Week-End Moral). Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma Riani.2012. kekerasan dalam pacaran dan Kesehatan.kompasiana.com kejiwaan/2012/06/26/
bagaimana
bersikap.
Rice, F. Philip. 2005. The adolescent development, relationship, adn culture., 9 edition, Allyn ad Bacon, USA. Roudsari BS, Leahy MM, Walters ST. 2009. Correlates of dating violence among male and female heavy-drinking college students. J Interpers Violence. 2009 Nov;24(11):1892-905. Rossiningtyas, W.2006. Perilaku Remaja yang Teribat dalam Dating Violence ditinjau dari Social Learning Theory. Tesis (tidak diterbitkan). Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia. Santrock, John W. 2003. Adolescence: perkembangan remaja. Jakarta: Erlangga Satria. 2011. Pengertian Pacaran. Artikel. http://id.shvoong.com. Diakses tanggal 18 November 2012 jam 16.30. Santrock, John W. 2007. Remaja Ed. 11 Jilid 1. Jakarta: Erlangga.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 91
Santoso, T. 2002. Teori-Teori Kekerasan. Jakarta: Ghalia Indonesia. Sarwono, Sarlito. 2005. Psikologi Remaja. Jakarta: Raja Grafindo Persada. SeBAYAPKBI Jatim. 2007. Kekerasan dalam pacaran.. www.kiatsehat.com. Diakses tanggal 17092012 pukul 13.00. Sri Rumini & Siti Sundari. 2004. Perkembangan Anak & Remaja. Jakarta : Rineka Cipta Surachman, Winarno.1986. Pengantar Interaksi Belajar Mengajar. Bandung: Tarsito. Sony Set.2009. Teen Dating Violence- Stop Kekerasan Dalam Berpacaran. Yogyakarta:Kanisius. _____________.2008.“JBK-Stop Dating Violence !”. http://stopdatingviolence.blogspot.com/ Diakses tgl 28/05/2012 pukul 13.26 Sugiyono. 2011. Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta. Subhan, Z. 2004. Kekerasan Terhadap Perempuan. Yogyakarta: Pustaka Pesantren. Sukardi, K.D. 2010. Proses Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta Siagian, Olivia.2009.Gambaran Bentuk-Bentuk Dating Violence Pada Remaja yang Berpacaran di Kota Medan. Skripsi (tidak diterbitkan). Medan:Falkutas Psikologi. Universitas Sumatera Utara. Sofyan S. Willis. (2005). Remaja dan Masalahnya Mengupas Berbagai bentuk Kenakalan Remaja seperti Narkoba, Freesex dan Pemecahannya. Bandung : Alfabeta. Tribun Jogja. 2012. 14 Meninggal Karena kekersan dalam pacaran. www.tibunjogja.com. Di akses pada 06/07/2012 pukul 11.30. Yusuf Syamsuf. 2010. Rosdakarya.
Psikologi Anak dan Remaja. Bandung : Remaja
Warsana, W. 1992. Kekuasaan dan Kekerasan Menurut John Galtung. Yogyakarta: Kanisius. Winkel, W.S, Hastuti, S. 2004. Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan. Yogyakarta : Media Abadi.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 92
WHO. 1999. World report on violence and health. Switzerland. Zulkifli, L. 2003. Psikologi Perkembangan. Bandung : Remaja Rosdakarya.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 93
Lampiran 1 Hasil Perhitungan Taraf Validitas dan Reliabilitas kuesioner uji coba
Spearman's rho
No item Item 1
Item 2
Item 3
Item 4
Item 5
Item 6
Item 7
Item 8
Item 9
Item 10
Item 11
Item 12
Item 13
parameter Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N
Hasil Hitung 0.595430137 1.01089E-05 47 0.410540427 0.004153226 47 0.480761934 0.000625063 47 0.50365449 0.000307459 47 0.577015264 2.17983E-05 47 0.490192562 0.00046945 47
Correlation Coefficient
0.294612344
Sig. (2-tailed) N Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Correlation Coefficient
0.044406428 47 0.483993516 0.000567178 47 0.48661616 0.000523795 47 0.422630236
Sig. (2-tailed)
0.003082124
N
47
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Correlation Coefficient
0.349357991 0.016085599 47 0.379629488 0.008491885 47 0.488860586
Keputusan valid
valid
valid
valid
valid
valid
Tidak Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 94
No item
Item 14
Item 15
Item 16
Item 17
Item 18
Item 19
Item 20
Item 21
Item 22
Item 23
Item 24
Item 25
Item 26
parameter
Hasil Hitung
Sig. (2-tailed) N Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Correlation Coefficient
0.000489066 47 0.332936349 0.022213168 47 0.532510703 0.000116714 47 0.451354099 0.001450763 47 0.565191554 3.48572E-05 47 0.38669467 0.007253141 47 0.650099049 0.000001 47 0.461038276 0.001108522 47 0.536659185 0.000100804 47 0.37324718 0.009763929 47 0.427707015 0.002710449 47 0.750961435 0.000001 47 0.369129221 0.010669 47 0.40016393
Keputusan
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 95
No item
Item 27
Item 28
Item 29
Item 30
Item 31
Item 32
Item 33
Item 34
Item 35
Item 36
Item 37
Item 38
Item 39
parameter
Hasil Hitung
Sig. (2-tailed) N Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Correlation Coefficient
0.005319659 47 0.373396138 0.009732469 47 0.702006364 0.000001 47 0.455113502 0.001308093 47 0.468164986 0.000904786 47 0.321310298 0.027648572 47 0.481700086 0.000607735 47 0.53857443 9.41481E-05 47 0.549069308 6.42728E-05 47 0.475466843 0.000731456 47 0.57525619 2.34021E-05 47 0.557379184 4.70735E-05 47 0.438562312 0.002045606 47 0.560141602
Keputusan
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 96
No item
Hasil Hitung
Sig. (2-tailed) N Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N
4.23655E-05 47 0.415373771 0.003691145 47 0.345292495 0.017450037 47 0.302480905 0.038776537 47 0.371045579 0.010239223 47
Item 44
Correlation Coefficient
0.184975213
Item 45
Sig. (2-tailed) N Correlation Coefficient
0.213222397 47 0.503867291
Sig. (2-tailed)
0.000305366
N
47
Correlation Coefficient
0.869284839
Sig. (2-tailed)
0.000001
N
47
item 47
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N
0.869001869 0.000001 47
valid
item 48
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Correlation Coefficient Sig. (2-tailed)
0.624939756 2.65933E-06 47 0.353063596 0.01492194 47 0.451868744 0.001430448
Valid
Item 40
Item 41
Item 42
Item 43
item 46
Correlations Spearman's rho
Keputusan
parameter
item 49
item 50
Valid
Valid
Valid
Valid
Tidak Valid
Valid
valid
Valid
Valid
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 97
No item
item 51
item 52
item 53
item 54
item 55
item 56
item 57
item 58
item 59
item 60
parameter
Hasil Hitung
N Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N
47 0.609152949 5.52447E-06 47 0.432540988 0.002393903 47 0.634099977 1.70748E-06 47 0.466931035 0.000937461 47 0.503372101 0.000310257 47
Correlation Coefficient
0.5471166
Sig. (2-tailed)
6.90705E-05
N Correlation Coefficient Sig. (2-tailed)
47 0.47394483 0.000764906
N Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N
47 0.472912097 0.000788378 47 0.424073353 0.00297216 47 0.523807062 0.000157761 47
Keputusan
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
valid
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 98
RELIABILITAS Case Processing Summary N Cases Valid 155 Excludeda 0 Total 155 a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Reliability Statistics Cronbach's Alpha N of Items .992 58
% 100.0 .0 100.0
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 99
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 100
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 101
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 102
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 103
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 104
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 105
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 106
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 107
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 108
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 109
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 110
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 111
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 112
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 113
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 114
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 115
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 116
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 117
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 118
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 119
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 120
SATUAN PELAYANAN BIMBINGAN
A. Topik/Pokok Bahasan : Asertif B. Tugas Perkembangan : Semakin mampu bersikap asertif C. Bidang Bimbingan
: Pribadi – Sosial
D. Jenis Layanan
: Klasikal
E. Fungsi Layanan
: Pemahaman dan pengembangan
F. Sasaran Pelayanan Bimbingan (Binimbing) : Siswa kelas XI SMA G. Standar Kompetensi : Mengharapkan dan mencapai perilaku sosial yang bertanggungjawab H. Kompetensi Dasar (Tujuan Umum) :
Binimbing
semakin
mampu
bersikap asertif I. Indikator (Tujuan Khusus) : Agar binimbing: 1. Dapat mendefinisikan asertif 2. Dapat menjelaskan pentingnya bersikap asertif 3. Siswa mengetahui alasan mengapa harus menumbuhkan sikap asertif J. Materi Pelayanan
:
1. Definisi asertif 2. Pentingnya bersikap asertif 3. Alasan mengapa harus menumbuhkan sikap asertif K. Metode
: ceramah, sharing/diskusi, tanya jawab
L. Waktu
: 45 menit
M. Tempat
: ruang konseling/ruang kelas (menyesuaikan
kondisi sekolah) N. Media
: lembar kasus, kertas, pena, laptop, viewer
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 121
O. Prosedur
: Waktu
No.
Kegiatan
Guru BK
Binimbing (Menit)
1. Pengantar
2.
Ice Breaking
1.1. Membuka kegiatan bimbingan dengan salam. 1.2. Menjelaskan tujuan kegiatan bimbingan Semua binimbing diminta berdiri dan bersama-sama menyanyikan lagu “cabucabu cacaca”
Menjawab salam.
1
Mendengarkan.
2
Mengikuti intruksi guru untuk mengikuti ice breaking dengan bernyanyi dan bergoyang bersama.
3
Menyimak penjelasan guru.
3
(Disertai gerakan yang sesuai dengan liriknya) 3.
3.1. Menjelaskan definisi asertif
Materi
4.
3.2. Menjelaskan Menyimak dan pentingnya bersikap mencatat hal penting asertif dari materi yang disampaikan.
3
3.3. Menjelaskan alasan mengapa harus menumbuhkan sikap asertif. 4.1. Binimbing diminta membentuk kelompok beranggotakan 3-4 orang. Masing-masing kelompok diberi lembar kasus yang berisi cerita singkat sebuah kasus (kasus mengenai perilaku yang tidak asertif) 4.2. Kelompok bertugas untuk mendiskusikan
Menyimak penjelasan guru.
3
Membentuk kelompok
3
Mendiskusikan kasus dan memberikan
9
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 122
dan memberikan tanggapan terhadap kasus tersebut. 4.3. Salah satu perwakilan diminta membacakan hasil diskusinya.
tanggapan
Salah satu binimbing membacakan hasil diskusi.
8
Binimbing yang lain mendengarkan. Dinamika Kelompok 5.
Menuliskan refleksi dengan pernyataan tiga kali saya pada sebuah kertas.
3
Refleksi
5.1. Meminta siswa menuliskan pernyataan hasil belajarnya dan manfaat yang diperoleh dari kegiatan hari ini.
Salah satu binimbing membacakan refleksinya.
2
Sharing
Meminta sukarelawan untuk membacakan refleksinya. Mengajak binimbing untuk bersama-sama menarik kesimpulan dari kegiatan hari ini.
Mengungkapkan pendapat mengenai kesimpulan kegiatan hari ini.
3
8.1. Memberi penguatan kepada binimbing 8.2. Memberikan salam penutup
Mendengarkan.
2
Menjawab salam.
1
6.
7. Kesimpulan
8. Penutup
P. Penilaian
:
1. Proses : a. Apakah binimbing terlibat aktif dalam kegiatan bimbingan? b. Apakah binimbing memperhatikan penjelasan pembimbing? 2. Hasil : a. Jelaskan definisi asertif! b. Berikan contoh perilaku asertif! c. Jelaskan pentingnya harus menumbuhkan sikap asertif!
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 123
Q. Rencana Tindak Lanjut
: binimbing yang masih membutuhkan informasi
atau bantuan lebih lanjut dapat melakukan konseling individual.
R. Sumber Pustaka
:
1. Llyod, Sam R.1991. Mengembangkan Perilaku Asertif yang Positif: Teknikteknik Praktis untuk Keberhasilan Pribadi. Jakarta: Binarupa Aksara. 2. Rini, Jasinta. 2001. “Asertivitas”. (www. e-psikologi.com).
Klaten, ...................... 2013 Mengetahui, Koordinator BK
(...............................)
Pembimbing
(...............................)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 124
SATUAN PELAYANAN BIMBINGAN
A. Topik/Pokok Bahasan : Kepercayaan B. Tugas Perkembangan : Semakin mamngenal dan memengembangkan sikap percaya C. Bidang Bimbingan
: Pribadi – Sosial
D. Jenis Layanan
: Klasikal
E. Fungsi Layanan
: Pemahaman dan pengembangan
F. Sasaran Pelayanan Bimbingan (Binimbing) : Siswa kelas XI SMA G. Standar Kompetensi : Siswa mengetahui cara menumbuhkan sikap percaya dalam hubungan. H. Kompetensi Dasar (Tujuan Umum) :
Binimbing
semakin
mampu
menerapkan cara menumbuhkan sikap percaya I. Indikator (Tujuan Khusus) : Agar binimbing: 1. Dapat mendefinisikan kepercayaan. 2. Siswa mengetahui alasan mengapa harus menumbuhkan sikap percaya K. Materi Pelayanan
:
Definisi kepercayaan Alasan mengapa harus menumbuhkan sikap percaya J. Metode
: ceramah, sharing/diskusi, tanya jawab
K. Waktu
: 45 menit
L. Tempat
: ruang konseling/ruang kelas (menyesuaikan
kondisi sekolah) M. Media
: lembar kasus, kertas, pena, laptop, viewer
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 125
N. Prosedur
: Waktu
No.
Kegiatan
Guru BK
Binimbing (Menit)
9. Pengantar
10.
Ice Breaking
9.1. Membuka kegiatan bimbingan dengan salam. 9.2. Menjelaskan tujuan kegiatan bimbingan Semua binimbing diminta berdiri dan bersama-sama menyanyikan lagu “cabucabu cacaca”
Menjawab salam.
1
Mendengarkan.
2
Mengikuti intruksi guru untuk mengikuti ice breaking dengan bernyanyi dan bergoyang bersama.
3
11.1. Menjelaskan definisi kepercayaan
Menyimak penjelasan guru.
3
11.2. Menjelaskan alasan mengapa harus menumbuhkan sikap percaya. 12.1. Binimbing diminta membentuk kelompok beranggotakan 3-4 orang. Masing-masing kelompok diberi lembar kasus yang berisi cerita singkat sebuah kasus (kasus mengenai perilaku kepercayaan) 12.2. Kelompok bertugas untuk mendiskusikan dan memberikan tanggapan terhadap kasus tersebut. 12.3. Salah satu perwakilan diminta membacakan hasil
Menyimak penjelasan guru.
3
Membentuk kelompok
3
Mendiskusikan kasus dan memberikan tanggapan
9
Salah satu binimbing membacakan hasil
8
(Disertai gerakan yang sesuai dengan liriknya) 11. Materi
12.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 126
diskusinya.
diskusi.
Dinamika Kelompok 13.
Binimbing yang lain mendengarkan. Menuliskan refleksi dengan pernyataan tiga kali saya pada sebuah kertas.
3
Refleksi
13.1. Meminta siswa menuliskan pernyataan hasil belajarnya dan manfaat yang diperoleh dari kegiatan hari ini. Meminta sukarelawan untuk membacakan refleksinya.
Salah satu binimbing membacakan refleksinya.
2
Sharing
Mengungkapkan pendapat mengenai kesimpulan kegiatan hari ini.
3
Kesimpulan
Mengajak binimbing untuk bersama-sama menarik kesimpulan dari kegiatan hari ini.
Mendengarkan.
2
Penutup
16.1. Memberi penguatan kepada binimbing 16.2. Memberikan salam penutup
Menjawab salam.
1
14.
15.
16.
O. Penilaian
:
1. Proses : a. Apakah binimbing terlibat aktif dalam kegiatan bimbingan? b. Apakah binimbing memperhatikan penjelasan pembimbing? 2. Hasil : a. Jelaskan definisi kepercayaan! b. Jelaskan pentingnya harus menumbuhkan sikap percaya! P. Rencana Tindak Lanjut : binimbing yang masih membutuhkan informasi atau bantuan lebih lanjut dapat melakukan konseling individual. Q. Sumber Pustaka
:
Team Focus on the family, Berani mengali lebih dalam. 2009. Andi Offset: Yogyakarta.
Klaten, ...................... 2013
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 127
Mengetahui, Koordinator BK
(...............................)
Pembimbing
(..........................)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 128
SATUAN PELAYANAN BIMBINGAN
A. Topik/Pokok Bahasan : Pacaran yang Sehat B. Tugas Perkembangan : Semakin mampu mengembangkan pacaran yang sehat C. Bidang Bimbingan
: Pribadi – Sosial
D. Jenis Layanan
: Klasikal
E. Fungsi Layanan
: Pemahaman dan pengembangan
F. Sasaran Pelayanan Bimbingan (Binimbing) : Siswa kelas XI SMA G. Standar Kompetensi : Mengembangkan perilaku berpacaran yang sehat H. Kompetensi Dasar (Tujuan Umum)
:
Binimbing
semakin
mampu
mengerti Pacaran yang sehat I. Indikator (Tujuan Khusus) : Agar binimbing: 1. Dapat mendefinisikan berpacaran yang sehat. 2. Dapat menjelaskan ciri-ciri berpacaran yang sehat. 3. Siswa menyebutkan hal-hal yang perlu dihindari agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan dalam pacaran J. Materi Pelayanan
:
1. Definisi berpacaran yang sehat. 2. Ciri-ciri berpacaran yang sehat. 3. Alasan mengapa harus berpacaran yang sehat. K. Metode
: ceramah, sharing/diskusi, tanya jawab
L. Waktu
: 45 menit
M. Tempat
: ruang konseling/ruang kelas (menyesuaikan
kondisi sekolah) N. Media
: lembar kasus, kertas, pena, laptop, viewer
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 129
O. Prosedur
: Waktu
No.
Kegiatan
Guru BK
Binimbing (Menit)
17. Pengantar
18.
Ice Breaking
17.1. Membuka kegiatan bimbingan dengan salam. 17.2. Menjelaskan tujuan kegiatan bimbingan Semua binimbing diminta berdiri dan bersama-sama menyanyikan lagu “cabucabu cacaca”
Menjawab salam.
1
Mendengarkan.
2
Mengikuti intruksi guru untuk mengikuti ice breaking dengan bernyanyi dan bergoyang bersama.
3
Menyimak penjelasan guru.
3
Menyimak penjelasan guru.
3
Membentuk kelompok
3
Mendiskusikan kasus dan memberikan tanggapan
9
(Disertai gerakan yang sesuai dengan liriknya) 19.
Materi
20.
19.1. Menjelaskan definisi berpacaran yang sehat. 19.2. Menjelaskan ciriciri berpacaran yang sehat. 19.3. Menjelaskan alasan mengapa harus berpacaran yang sehat. 20.1. Binimbing diminta membentuk kelompok beranggotakan 3-4 orang. Masing-masing kelompok diberi lembar kasus yang berisi cerita singkat sebuah kasus (kasus mengenai perilaku kepercayaan) 20.2. Kelompok bertugas untuk mendiskusikan dan memberikan tanggapan terhadap
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 130
kasus tersebut. 20.3. Salah satu Salah satu binimbing perwakilan diminta membacakan hasil membacakan hasil diskusi. diskusinya. Binimbing yang lain mendengarkan.
8
Dinamika Kelompok 21.
Menuliskan refleksi dengan pernyataan tiga kali saya pada sebuah kertas.
3
Refleksi
21.1. Meminta siswa menuliskan pernyataan hasil belajarnya dan manfaat yang diperoleh dari kegiatan hari ini.
Salah satu binimbing membacakan refleksinya.
2
Sharing
Meminta sukarelawan untuk membacakan refleksinya.
Mengungkapkan pendapat mengenai kesimpulan kegiatan hari ini.
3
Kesimpulan
Mengajak binimbing untuk bersama-sama menarik kesimpulan dari kegiatan hari ini.
Mendengarkan.
2
Penutup
24.1. Memberi penguatan kepada binimbing 24.2. Memberikan salam penutup
Menjawab salam.
1
22.
23.
24.
P. Penilaian : 1. Proses : a. Apakah binimbing terlibat aktif dalam kegiatan bimbingan? b. Apakah binimbing memperhatikan penjelasan pembimbing? 2. Hasil : a. Jelaskan definisi berpacaran yang sehat! b. Ciri-ciri berpacaran yang sehat! c. Jelaskan pentingnya harus berpacaran yang sehat! Q. Rencana Tindak Lanjut : binimbing yang masih membutuhkan informasi atau bantuan lebih lanjut dapat melakukan konseling individual. R. Sumber Pustaka
:
1. Team Focus on the family, Berani mengali lebih dalam. 2009. Andi Offset: Yogyakarta 2. http://www.infosehat.com/inside_level2.asp?artid=827&secid=48&intid=4
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 131
3. 4. 5. 6.
http://catatanku26.wordpress.com/pecaran-yang-sehat/ http://zulliyan.blogspot.com/2010/09/ciri-ciri-pacaran-tidak-sehat.html http://jainursantoso.com/2011/01/17/pacaran-sehat/ http://smpn3jenar.multiply.com/journal/item/22
Klaten, ...................... 2013 Mengetahui, Koordinator BK
(...............................)
Pembimbing
(.........................)