PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
SUMBANGAN KATEKESE UMAT DALAM RANGKA MENINGKATKAN PENGHAYATAN IMAN UMAT LINGKUNGAN SANTO YUSUF, BERUT, WILAYAH SANTA MARTA, SUMBER, PAROKI SANTA MARIA LOURDES, SUMBER, MAGELANG, JAWA TENGAH MELALUI SHARED CHRISTIAN PRAXIS SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik
Oleh: Monica Dewi Pratiwi NIM: 101124028
PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN KEKHUSUSAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK JURUSAN ILMU PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2015
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
ii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
iii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
PERSEMBAHAN
Skripsi ini kupersembahkan kepada orang tuaku tercinta: Paulus Sugita dan Victoria Suprihatin berserta kakak-kakakku tersayang: Agustinus Eko Pramustiyowidi, dan Yohanes Wikan Kharismawan, keluarga-keluarga dan umat di Lingkungan St. Yusuf, Berut, Wilayah St. Marta, Sumber, Paroki St. Maria Lourdes, Sumber, Magelang.
iv
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
MOTTO “Dan sesungguhnya ada orang yang terakhir yang akan menjadi orang yang terdahulu dan ada orang yang terdahulu yang akan menjadi orang yang terakhir." (Luk 13:30)
v
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
vi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
vii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
ABSTRAK Judul skripsi SUMBANGAN KATEKESE UMAT DALAM RANGKA MENINGKATKAN PENGHAYATAN IMAN UMAT LINGKUNGAN SANTO YUSUF, BERUT, WILAYAH SANTA MARTA, SUMBER, PAROKI SANTA MARIA LOURDES, SUMBER, MAGELANG, JAWA TENGAH MELALUI SHARED CHRISTIAN PRAXIS. Skripsi ini memiliki latar belakang bahwa dalam kehidupan umat kurang mampu menghayati iman khususnya bagi orang dewasa dan orang tua. Masih banyak umat yang kurang memahami imannya dan menerapkannya dalam hidup. Umat kurang mampu mendalami pengalaman hidupnya menjadi bermakna. Persoalan pokok pada skripsi ini adalah iman setiap umat sebaiknya selalu dikembangkan. Akan tetapi pada kenyataanya umat yang berusia dewasa dan tua kurang mendapat perhatian dari Gereja. Oleh sebab itu untuk mendalami persoalan yang dihadapi umat, penulis melakukan penyebaran kuesioner dan studi pustaka yang bersumber dari Kitab Suci, dokumen-dokumen Gereja, dan pandangan para ahli. Katekese umat merupakan proses sharing pengalaman iman yang mampu meneguhkan iman umat. Melalui katekese, umat diharapkan terbantu untuk mendalami pesan Kitab Suci berdasarkan pengalaman hidup. Sedangkan keberhasilan katekese umat membutuhkan kerjasama antara umat sebagai peserta dan pendamping. Dalam proses katekese umat, melibatkan beberapa unsur yaitu sharing pengalaman iman, pendalaman pesan Kitab Suci, menerapkan iman Kristiani dalam kehidupan dan doa bersama. Tetapi umat belum memanfaatkan peluang yang ada, banyak umat belum terlibat dalam proses katekese umat. Di usia dewasa dan usia tua mereka menghadapi banyak tantangan dan persolan hidup, oleh karena itu kehadiran katekese umat sangat membantu dan mempengaruhi penghayatan iman supaya umat memiliki iman yang kuat dalam menghadapi kehidupan. Salah satu model katekese umat yang dapat membantu umat meningkatkan penghayatan iman adalah model Shared Christian Praxis. Model SCP menekankan dialog dan partisipasi supaya mendorong umat untuk mengungkapkan visi dan misi hidup dengan Visi dan Misi Kristiani, sehingga umat mampu untuk mewujudkan nilai-nilai Kerajaan Allah. Penulis dalam skripsi ini mengusulkan katekese umat model SCP untuk membantu umat meningkatkan penghayatan iman. Umat diharapkan terbantu dalam mendalami pengalaman hidupnya berdasarkan wahyu Tuhan sehingga umat dapat mengembangkan dan mendalami imannya melalui tindakan nyata dalam hidup. Adapun tema umum yang diangkat adalah “Membangun Kebersamaan dalam Meningkatkan Penghayatan Iman”. Tujuannya adalah bersama pendamping, peserta diajak untuk menyadari dan memahami pentingnya arti kebersamaan dalam meningkatkan penghayatan iman sehingga peserta dapat bersama-sama membangun kebersamaan dalam hidup berkomunitas dan melibatkan diri dalam kegiatan menggereja.
viii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
ABSTRACT The title of this thesis is THE CONTRIBUTION OF COMMUNITY CATECHESIS TO IMPROVE THE FAITHFUL’S FAITH IN SAINT JOSEPH DISTRICT, BERUT, SANTA MARTA REGION, SUMBER, SANTA MARIA LOURDES PARISH, SUMBER, MAGELANG, CENTRAL JAVA THROUGH SHARED CHRISTIAN PRAXIS. The background of this thesis is based on the fact that christian elderly could not live their faith in their life. Many people do not understand their own and can not apply it in their life. People could not make their life experiences more meaningful. The key issue of this thesis is to develop lifelong faith formation of every people. But in reality christian elderly do not receivefully atention from Church. There, to explore the problem, the author spread questionnaires, do literature study from Bible, Church documents, and from experts point of view. Community catechesis ia a prosess of sharing experiences of people of faith that is meant to confirm the faith of the people. Throught people catechesis, is expected to help the faithful’s deepen the message of the Bible based on their life experiences. On the other hand, community catechesis can be successful there is it cooperation among people as participants and chaperones. In the process of community catechesis, it involves several elements by sharing faith experience, by deepening the message of Bible, by applying christian faith in life and prayering together. But many pople have not yet used the advantages. Many people have not been involved in the process of community catechesis. Adult and elderly faced many challenges and life problem, therefore the presence of community catechesis really help and influence faithful’s faith, so that they can have strong faith for their life. One model of community catechesis that can help people to develop faith formation the Shared Christian Praxis model. SCP model emphasize dialogue and participation in order encourage people to express the vision and mossion on their life with Vision and Mission Christian so that people were able to actualize meaning God’s Kingdom. The writer in this paper proposes a model community catechesis SCP to help people improve the appreciation of faith. People are expected to gain help in deepening the experience of life based on the revelation of God so that people can develop and deepen their faith throught concrete action in life. The theme raised is to “Building Fellowship to Develop Faithful’s Faith”. The gold of this theme is together with the chaperones, participants are invited to ralize and understand the important of being together to develop faithful’s faith so that they can buil fellowship in their own community and participate into Church activities.
ix
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan karena cinta kasih-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul SUMBANGAN KATEKESE UMAT DALAM RANGKA MENINGKATKAN PENGHAYATAN IMAN UMAT LINGKUNGAN SANTO YUSUF, BERUT, WILAYAH SANTA MARTA, SUMBER, PAROKI SANTA MARIA LOURDES, SUMBER, MAGELANG, JAWA TENGAH MELALUI SHARED CHRISTIAN PRAXIS. Selama proses penulisan dan penyusunan skripsi ini, penulis mendapatkan banyak dukungan dan perhatian dari berbagai pihak. Untuk itu penulis dengan setulus hati mengucapkan banyak terima kasih kepada: 1. Drs. M. Sumarno Ds., S.J., M.A., selaku Dosen Pembimbing Utama, yang selalu memberi perhatian, meluangkan waktu dan membimbing penulis dengan penuh kesabaran dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini. 2. Drs. F.X. Heryatno W.W., S.J., M.Ed., selaku Dosen Pembimbing Akademik dan dosen penguji kedua, yang telah memberi dukungan kepada penulis dalam penyelesaian skripsi ini. 3. Drs. L. Bambang H.Y., M.Hum., selaku dosen penguji ketiga, yang sering mengingatkan penulis untuk segera menyelesaikan skripsi ini. 4. Segenap staf dosen dan seluruh karyawan prodi IPPAK Universitas Sanata Dharma, yang secara tidak langsung selalu memberikan semangat kepada
x
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
penulis dalam menyelesaikan studi di IPPAK dan telah mendidik serta membimbing penulis selama belajar di IPPAK. 5. Aloysius Martoyoto Wiyono, Pr, sebagai Pastor Paroki St. Maria Lourdes, Sumber, Magelang yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian dan memberi dukungan dalam menyelesaikan studi di Prodi IPPAK Universitas Sanata Dharma. 6. Ketua Lingkungan dan seluruh umat di Lingkungan St. Yusuf, Berut yang telah
memberikan
dukungan
dan
perhatian
kepada
penulis
dalam
menyelesaikan penulisan skripsi ini. 7. Kedua orang tua beserta sanak keluarga dengan ketulusan hati mendoakan, membantu, mendampingi, memberikan dukungan dan memberikan motivasi sepenuhnya bagi penulis dalam menyelesaikan perkuliahan di Prodi IPPAK Universitas Sanata Dharma. 8. Sahabat-sahabat tercinta: Tiara Wulandari Mustikarani dan Hana Puspita Canti yang dengan setia memberikan dukungan dan selalu memberikan semangat dalam menyelesaikan skripsi ini. 9. Segenap teman-teman tercinta mahasiswa angkatan 2010 dan lintas angkatan yang telah mendukung dan berdinamika bersama dalam studi di IPPAK sehingga tercipta kebersamaan sebagai keluarga IPPAK. 10. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang dengan tulus hati telah memberikan kritik, saran, dukungan, dan semangat dalam menyelesaikan studi di Prodi IPPAK Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
xi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
xii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
DAFTAR ISI
Halaman JUDUL ............................................................................................................
i
PERSETUJUAN PEMBIMBING ....................................................................
ii
PENGESAHAN
...........................................................................................
iii
PERSEMBAHAN ...........................................................................................
iv
MOTTO ...........................................................................................................
v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ..........................................................
vi
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI .........................................
vii
ABSTRAK .......................................................................................................
viii
ABSTRACT .....................................................................................................
ix
KATA PENGANTAR ....................................................................................
x
DAFTAR ISI ..................................................................................................
xii
DAFTAR SINGKATAN ...............................................................................
xx
DAFTAR TABEL ........................................................................................... xxiv BAB I. PENDAHULUAN .............................................................................
1
A. Latar Belakang ..................................................................................
1
B. Rumusan Masalah .............................................................................
4
C. Tujuan Penulisan ...............................................................................
4
D. Manfaat Penulisan .............................................................................
5
E. Metode Penulisan .............................................................................
5
F. Sistematika Penulisan ........................................................................
5
II. PENELITIAN TENTANG KATEKESE UMAT DI LINGKUNGAN ST. YUSUF, BERUT, WILAYAH ST. MARTA SUMBER, PAROKI ST. MARIA LOURDES, SUMBER, MAGELANG ......................................................................................
8
A. Gambaran Umum Situasi Paroki St. Maria Lourdes, Sumber ...........
8
1. Sejarah Berdirinya Gereja St. Maria Lourdes, Sumber .............
8
2. Visi dan Misi Paroki St. Maria Lourdes, Sumber ......................
10
BAB
xiii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
a. Visi Paroki St. Maria Lourdes, Sumber ..............................
10
b. Misi Paroki St. Maria Lourdes, Sumber ..............................
11
3. Karya Pastoral di Paroki St. Maria Lourdes, Sumber ................
12
4. Letak Geografis ..........................................................................
12
5. Situasi Umum Paroki St. Maria Lourdes, Sumber .....................
13
6. Situasi Sosial dan Ekonomi Paroki St. Maria Lourdes, Sumber
15
B. Gambaran Situasi Umum di Lingkungan St. Yusuf, Berut, Wilayah St. Marta, Sumber, Paroki St. Maria Lourdes, Sumber , Magelang ..
16
1. Situasi Umum di Lingkungan St. Yusuf, Berut, Wilayah St. Marta, Sumber, Paroki St. Maria Lourdes, Sumber ....................
16
2. Situasi Katekese Umat di Lingkungan St. Yusuf, Berut, Wilayah St. Marta, Sumber, Paroki St. Maria Lourdes, Sumber
17
C. Penelitian Sumbangan Katekese Umat dalam Rangka Meningkatkan Penghayatan Iman di Lingkungan St. Yusuf, Berut, Wilayah St. Marta, Sumber, Paroki St. Maria Lourdes, Sumber, Magelang ...........................................................................................
20
1. Latar Belakang Penelitian ............................................................
20
2. Rumusan Permasalahan ..............................................................
21
3. Tujuan Penelitian ........................................................................
21
4. Metodologi Penelitian .................................................................
22
a. Metode Penelitian .................................................................
22
b. Jenis Penelitian ......................................................................
22
c. Alat Pengumpulan Data ........................................................
22
d. Tempat Penelitian...................................................................
23
e. Waktu Penelitian ...................................................................
23
f. Responden .............................................................................
23
g. Sampel ..................................................................................
23
h. Variabel Penelitian ...............................................................
24
i. Teknik Analisis Data ..............................................................
25
D. Hasil Penelitian Sumbangan Katekese Umat dalam Rangka Meningkatkan Penghayatan Iman Umat Lingkungan St. Yusuf, Berut ...................................................................................................
25
xiv
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
1. Identitas Responden ...................................................................
26
2. Pemahaman dan Keterlibatan Umat dalam Katekese Umat ........
27
a. Pemahaman Umat terhadap Katekese Umat .........................
28
b. Keterlibatan Umat dalam Katekese Umat ...........................
31
c. Hambatan yang terjadi dalam Katekese Umat ....................
33
d. Dukungan yang Dibutuhkan dalam Katekese Umat .............
35
e. Harapan terhadap Katekese Umat .........................................
36
f. Usulan terhadap Katekese Umat .........................................
38
3. Penghayatan dan Perwujudan Iman dalam Katekese Umat .........
39
a. Pemahaman Umat terhadap Iman .........................................
39
b. Penghayatan Iman dalam Katekese Umat
.........................
41
c. Perwujudan Iman dalam Katekese Umat ..............................
42
d. Peran Katekese Umat dalam Meningkatkan Penghayatan Iman ......................................................................................
45
E. Pembahasan Hasil Penelitian Sumbangan Katekese Umat dalam Rangka Meningkatkan Penghayatan Iman Umat Lingkungan St. Yusuf, Berut ....................................................................................
48
1. Identitas Responden ...................................................................
48
2. Pemahaman dan Keterlibatan Umat dalam Katekese Umat ......
49
a. Pemahaman Umat terhadap Katekese Umat .........................
49
b. Keterlibatan Umat dalam Katekese Umat ...........................
52
c. Hambatan yang Terjadi dalam Katekese Umat ....................
54
d. Dukungan yang Dibutuhkan dalam Katekese Umat .............
56
e. Harapan terhadap Katekese Umat .........................................
57
f. Usulan terhadap Katekese Umat .........................................
59
3. Penghayatan dan Perwujudan Iman dalam Katekese Umat ........
60
a. Pemahaman Umat terhadap Iman .........................................
60
b. Penghayatan Iman dalam Katekese Umat
.........................
62
c. Perwujudan Iman dalam Katekese Umat ..............................
63
d. Peran Katekese Umat dalam Meningkatkan Penghayatan Iman ......................................................................................
66
xv
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
F. Kesimpulan Penelitian ......................................................................
69
BAB III. KATEKESE UMAT MODEL SHARED CHRISTIAN PRAXIS DALAM PENGHAYATAN IMAN ............................................
71
A. Gambaran Umum tentang Katekese ................................................
72
1. Tempat Katekese dalam Pastoral Gereja ....................................
72
2. Pengertian Umum Katekese ........................................................
76
3. Tujuan Katekese ..........................................................................
78
4. Isi Katekese ..................................................................................
79
5. Pendekatan-pendekatan Katekese ..............................................
80
a. Pendekataan Biblis/Kitab Suci ..............................................
81
b. Pendekatan Antropologis/Pengalaman Manusia ..................
81
c. Pendekatan Masalah...............................................................
82
d. Pendekatan Peristiwa ............................................................
82
e. Pendekatan Alam ...................................................................
83
6. Sarana Katekese ..........................................................................
83
B. Gambaran Umum tentang Katekese Umat ......................................
84
1. Pengertian Umum Katekese Umat ..............................................
85
2. Tujuan Katekese Umat ...............................................................
85
3. Isi Katekese Umat ........................................................................
87
4. Sarana Katekese Umat .................................................................
87
5. Model Katekese Umat .................................................................
88
a. Model Pengalaman Hidup .....................................................
88
b. Model Biblis ..........................................................................
90
c. Model Campuran: Biblis dan Pengalaman Hidup ...............
91
C. Shared Christian Praxis: Salah Satu Model Katekese Umat ...........
92
1. Pengertian Shared Christian Praxis ............................................
92
a. Shared ..................................................................................
93
b. Christian ...............................................................................
94
c. Praxis ....................................................................................
95
2. Langkah Katekese Umat Model Shared Christian Praxis ...........
96
xvi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
a. Langkah 0: Pemusatan Aktifitas
.......................................
97
b. Langkah I: Pengungkapkan Pengalaman Hidup Peserta .......
98
c. Langkah II: Mendalami Pengalaman Hidup Peserta ............. 100 d. Langkah III: Menggali Pengalaman Iman Kristiani Peserta . 102 e. Langkah IV: Menerapkan Iman Kristiani dalam Situasi Konkrit ............................................................................... 103 f. Langkah V: Mengusahakan Suatu Aksi Konkret
............... 105
3. Tinjauan Kritis Katekese Umat Model Shared Christian Praxis
107
a. Urutan Langkah ................................................................... 108 b. Peserta .................................................................................... 108 c. Penggunaan Waktu ............................................................... 109 d. Keterampilan Katekis ............................................................ 109 D. Penghayatan Iman dalam Katekese Umat ....................................... 110 1. Penghayatan Iman ...................................................................... 110 2. Bentuk dan Cara Penghayatan Iman dalam Katekese Umat .... 113 a. Bentuk Penghayatan Iman dalam Katekese Umat ............... 114 b. Cara Penghayatan Iman dalam Katekese Umat .................. 114 3. Faktor Pendukung dan Penghambat Penghayatan Iman dalam Katekese Umat ........................................................................... 115 a. Faktor Pendukung Penghayatan Iman dalam Katekese Umat ..................................................................................... 115 b. Faktor Penghambat Penghayatan Iman dalam Katekese Umat ................................................................................... 116 4. Penghayatan Iman dalam Katekese Umat Model Shared Christian Praxis ........................................................................ 117 a. Penekanan Penghayatan Iman dalam Langkah 0: Pemusatan Aktifitas ............................................................................... 118 b. Penekanan Penghayatan Iman dalam Langkah I: Pengungkapan Pengalaman Hidup Peserta ............................ 119 c. Penekanan Penghayatan Iman dalam Langkah II: Mendalami Pengalaman Hidup Peserta ................................. 120 d. Penekanan Penghayatan Iman dalam Langkah III: Menggali Pengalaman Iman Kristiani Peserta .................................... 121 xvii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
e. Penekanan Penghayatan Iman dalam Langkah IV: Menerapkan Iman Kristiani dalam Situasi Konkrit ............ 122 f. Penekanan Penghayatan Iman dalam Langkah V: Mengusahakan Suatu Aksi Konkret .................................... 124 BAB IV. USULAN KATEKESE UMAT MODEL SHARED CHRISTIAN PRAXIS UNTUK MENINGKATKAN PENGHAYATAN IMAN UMAT LINGKUNGAN ST. YUSUF, BERUT, WILAYAH ST. MARTA, SUMBER, PAROKI ST. MARIA LOURDES, SUMBER, MAGELANG ............................................................... 125 A. Latar Belakang Usulan Katekese Umat Model Shared Christian Praxis ................................................................................................ 125 B. Alasan Pemilihan Tema dan Tujuan ................................................ 126 C. Rumusan Tema dan Tujuan ............................................................... 128 D. Matrik Usulan Katekese Umat Model Shared Christian Praxis bagi Umat Lingkungan St. Yusuf, Berut, Wilayah St. Marta, Sumber, Paroki St. Maria Lourdes, Sumber, Magelang .............................. 131 E. Petunjuk Pelaksanaan Usulan Katekese Umat .................................. 135 F. Contoh Persiapan Katekese Umat Model Shared Christian Praxis . 136 BAB V. PENUTUP ......................................................................................... 149 A. Kesimpulan ........................................................................................ 149 B. Saran .................................................................................................. 151 1. Bagi Pendamping Katekese Umat .............................................. 152 2. Bagi Umat .................................................................................... 152 DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 154 LAMPIRAN .................................................................................................. 157 Lampiran 1: Surat Permohonan Izin Penelitian untuk Pastor Kepala Paroki .............................................................................
(1)
Lampiran 2: Surat Izin Penelitian untuk Ketua Lingkungan St. Yusuf, Berut .................................................................................
(2)
Lampiran 3: Surat Bukti Melaksanakan Penelitian ..............................
(3)
Lampiran 4: Pedoman Wawancara dengan Ketua Lingkungan St. Yusuf, Berut ................................................................
(4)
Lampiran 5: Rangkuman Hasil Wawancara dengan Ketua Lingkungan St. Yusuf, Berut .................................................................
(5)
xviii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Lampiran 6: Kuesioner untuk Penelitian
............................................ (10)
Lampiran 7: Contoh Isian Kuesioner Penelitian .................................. (17) Lampiran 8: Kumpulan Lagu-lagu
..................................................... (25)
Lampiran 9: Cerita: Daun-daun dan Orang ............................................ (26)
xix
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
DAFTAR SINGKATAN
A. Singkatan Kitab Suci Seluruh singkatan Kitab Suci dalam skripsi ini mengikuti Kitab Suci Perjanjian Baru: dengan Pengantar dan Catatan Singkat. (Dipersembahkan kepada umat Katolik Indonesia oleh Ditjen Bimas Katolik Departeman Agama Republik Indonesia dalam rangka PELITA IV). Ende: Arnoldus, 1984/1985, hal. 8.
B. Singkatan Dokumen Resmi Gereja CT
: Catechesi Tradendae, Anjuran Paus Yohanes Paulus II kepada para Uskup, Klerus, dan segenap umat beriman tentang ketekese masa kini, 16 Oktober 1979.
DV
: Dei Verbum, Konstitusi Dogmatis Konsili Vatikan II tentang wahyu ilahi, 18 November 1965.
KGK
: Katekismus Gereja Katolik, disahkan oleh Yohanes Paulus II, 25 Juni 1992.
KHK
: Kitab Hukum Kanonik (Codex Iuris Canonici), diundangkan oleh Paus Yohanes Paulus II, 25 Januari 1983.
LG
: Lumen Gentium. Konstitusi Dogmatis Konsili Vatikan II tentang Gereja, 21 November 1964.
Youcat
: Youcat Indonesia – Katekismus Populer, disahkan oleh Paus
xx
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Benedictus XVI, tahun 2010. Dokumen asli diterbitkan tahun 2010, R.D. Yohanes Dwi Harsanto, dkk (Penerjemah).
C. Singkatan lain-lain AK
: Suster-suster Abdi Kristus
Art
: Artikel
Bdk
: Bandingkan
BKSN
: Bulan Kitab Suci Nasional
Dll
: Dan lain-lain
Dst
: Dan seterusnya
Hal
: Halaman
IPPAK
: Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik
J
: Jumlah responden yang menjawab salah satu item jawaban dalam soal kuesioner.
JIP
: Jurusan Ilmu Pendidikan
Kamtibmas
: Keamanan dan Ketertiban Masyarakat
Kan
: Kanon
KBBI
: Kamus Besar Bahasa Indonesia (Edisi III), yang disusun oleh Balai Pustaka Jakarta
KK
: Kepala Keluarga
KWI
: Konferensi Waligereja Indonesia
LAI
: Lembaga Alkitab Indonesia
xxi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
LBI
: Lembaga Biblika Indonesia
LCD
: Liquid Crystal Display
MB
: Madah Bakti, No.553, 478, 501, 533 Buku Doa dan Nyanyian Edisi 2000 yang disusun oleh Pusat Musik Liturgi Yogyakarta
N
: Jumlah responden
No
: Nomor
OMK
: Orang Muda Katolik
PAK
: Pendalaman Agama Katolik
PIA
: Pendalaman Iman Anak
PIR
: Pendalaman Iman Remaja
PKKI
: Pertemuan Kateketik antar Keuskupan se-Indonesia
PML
: Pusat Musik Liturgi
PNS
: Pegawai Negara Sipil
PPL
: Program Pengalaman Lapangan
Pr
: Projo
Prodi
: Program Studi
PS
: Puji Syukur, No. 615, Buku Doa dan Nyanyian Gerejawi yang disusun oleh Komisi Liturgi Konferensi Waligereja Indonesia tahun 1992
Rm
: Romo
RT
: Rukun Tetangga
xxii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
SCP
: Shared Christian Praxis
SD
: Sekolah Dasar
SJ
: Serikat Jesuit
SMA
: Sekolah Menengah Atas
SMK
: Sekolah Menengah Kejuruan
Sosekbud
: Sosial, ekonomi, dan budaya
SR
: Sekolah Rakyat
USD
: Universitas Sanata Dharma
xxiii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 1: Variabel Penelitian ..........................................................................
24
Tabel 2: Identitas Responden ........................................................................
26
Tabel 3: Pemahaman Umat terhadap Katekese Umat
..................................
28
Tabel 4: Keterlibatan Umat dalam Katekese Umat
..................................
31
Tabel 5: Hambatan yang terjadi dalam Katekese Umat ................................
33
Tabel 6: Dukungan yang Dibutuhkan dalam Katekese Umat
......................
35
Tabel 7: Harapan terhadap Katekese Umat ...................................................
36
Tabel 8: Usulan terhadap Katekese Umat .....................................................
38
Tabel 9: Pemahaman Umat terhadap Iman ...................................................
39
Tabel 10: Penghayatan Iman dalam Katekese Umat .....................................
41
Tabel 11: Perwujudan Iman dalam Katekese Umat .......................................
42
Tabel 12: Peran Katekese Umat dalam Meningkatkan Penghayatan Iman
45
xxiv
.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di zaman sekarang iman yang kuat masih sangat dibutuhkan oleh setiap umat untuk bisa menghadapi perkembangan zaman dan permasalah hidup. Dari usia anak-anak sampai dengan tua, mereka perlu mendapatkan pendampingan supaya iman mereka terus bertumbuh dan berkembang dalam hidup. Khususnya umat yang sudah berusia dewasa dan tua juga masih memerlukan pendampingan supaya iman mereka semakin berkembang untuk menghadapi kehidupan. Umat yang berusia dewasa dan tua pasti menghadapi berbagai macam persolan hidup dari lingkungan keluarga, sosial, maupun pribadi. Persoalan hidup tersebut harus dihadapi dengan ketegaran dan dengan iman yang kuat. Walaupun pada kenyataanya masih banyak umat kurang bisa menyikapi persolan tersebut dengan iman tetapi malah menghindar dari masalah. Oleh sebab itulah Gereja memiliki tugas untuk mewartakan Kabar Gembira kepada semua umat supaya umat juga terbantu untuk mendalami dan mengembangkan imannya. Gereja memiliki tugas mewartakan Kabar Gembira kepada seluruh umat tanpa memandang perbedaan. Oleh sebab itu Gereja berupaya untuk membangun kebiasaan hidup rohani dan menemukan kegiatan-kegiatan yang dapat membantu umat mendewasakan iman Salah satu kegiatan Gereja yang sudah dikenal oleh umat adalah katekese umat. Setiap Lingkungan menyelenggarakan katekese umat pada masa-masa tertentu (Prapaskah, Adven, BKSN), atau Lingkungan dengan sengaja melaksanakan katekese umat sebagai kegiatan rutin yang harus dilaksanakan demi kepentingan bersama.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 2
Berdasarkan PKKI II katekese umat merupakan proses komunikasi pengalaman iman antar umat sehingga umat dapat saling bersaksi dan mampu memperteguhkan dan menyempurnakan iman setiap umat. Katekese umat juga mengandaikan adanya perencanaan dengan tidak meninggalkan pengetahuan Tujuan katekese umat adalah mendalami pengalaman hidup dengan terang Kitab Suci supaya terjadi pertobatan terus menerus. Iman umat semakin beriman dan dapat mewujudkan imanya dalam kehidupan sehari-hari sehingga bersatu dengan Kristus (Huber, 1981b: 15-16). Pada dasarnya katekese umat dapat ditujukan kepada anak-anak, remaja, orang muda, orang dewasa dan orang tua. Melalui katekese umat dibantu untuk dekat dan mendalami pesan dalam Kitab Suci yang terkandung di dalamnya sehingga umat dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Dalam berkatekese umat dapat belajar banyak hal misalnya dapat saling mengenal pribadi satu sama lain, peka terhadap kebutuhan umat, imannya semakin berkembang dan diteguhkan, serta semakin mengenal pribadi-Nya, dll. Akan tetapi berdasarkan pengamatan penulis umat yang berusia dewasa dan tua kurang mendapatkan perhatian dari pihak Gereja. Gereja lebih fokus untuk lebih memberikan pelayanan terhadap kaum muda dengan alasan mereka adalah para generasi penerus Gereja. Padahal Kabar Gembira hendaknya selalu diwartakan kepada siapa saja dan tanpa mengenal batasan umur. Pelayanan juga terus diberikan kepada umat yang sudah dewasa maupun tua karena mereka membutuhkan iman yang kokoh untuk menghadapi permasalah hidupnya. Iman memang penting dalam hidup umat, hal ini juga dikatakan oleh Injil Matius yaitu “Ia berkata kepada mereka: Karena kamu kurang percaya. Sebab Aku
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 3
berkata kepadamu: Sesungguhnya sekiranya kamu mempunyai iman sebesar biji sesawi saja kamu dapat berkata kepada gunung ini: Pindah dari tempat ini ke sana, maka gunung ini akan pindah, dan takkan ada yang mustahil bagimu“ (Mat 17:20). Dalam kutipan tersebut sudah sangat jelas bahwa sekecil apa pun iman yang dimiliki oleh seseorang akan menjadi berguna dan berpengaruh dalam hidupnya jika iman tersebut terus dikembangkan. Segala sesuatu yang terjadi di dunia ini dapat dihadapi dengan iman. Tidak ada yang mustahil terjadi dalam kehidupan umat bila melakukannya dengan iman. Penulis melaksanakan penelitian untuk mengetahui gambaran umum katekese umat yang berlangsung di Lingkungan St. Yusuf, Berut. Untuk mengetahui seberapa besar sumbangan katekese umat terhadap penghayatan iman umat di Lingkungan St. Yusuf, Berut sehingga umat dapat menjadi saksi Kristus dalam kehidupan sehari-hari. Penulis berusaha untuk mengajak umat di Lingkungan St. Yusuf supaya dapat melibatkan diri dalam kegiatan menggereja terutama kegiatan katekese umat yang ada di Lingkungan. Melalui katekese umat diharapkan umat mampu terbantu untuk mendalami pengalaman-pengalaman hidupnya berdasarkan pesan dalam Kitab Suci. Dengan mengikuti katekese umat diharapkan semakin tekun mengembangkan dan mendalami imannya dan mampu mewujudkan imannya dalam kehidupan sehari-hari. Penulis juga ingin mencoba mengusulkan salah satu model katekese umat Shared Christian Praxis yang cocok bagi umat setempat supaya umat terbantu untuk meningkatkan penghayatan iman.Usulan ini mengajak umat untuk terlibat aktif dalam katekese umat karena katekese umat dapat memberikan pengaruh dan manfaat dalam kehidupan. Katekese umat merupakan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 4
kegiatan yang melibatkan doa bersama, dan dialog antar umat dan Tuhan. Maka penulis mengangkat judul SUMBANGAN KATEKESE UMAT DALAM RANGKA
MENINGKATKAN
PENGHAYATAN
IMAN
UMAT
LINGKUNGAN SANTO YUSUF, BERUT, WILAYAH SANTA MARTA, SUMBER, PAROKI SANTA MARIA LOURDES, SUMBER, MAGELANG, JAWA TENGAH MELALUI SHARED CHRISTIAN PRAXIS
B. Rumusan Masalah Berdasarkan pembatasan masalah di atas, penulis akan memberi perhatian khusus pada masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana gambaran katekese umat yang berlangsung di Lingkungan St. Yusuf, Berut? 2. Apa gambaran umum dari katekese umat? 3. Bagaimana katekese umat model Shared Christian Praxis dapat meningkatkan penghayatan iman umat Lingkungan St. Yusuf, Berut?
C. Tujuan Penulisan 1. Mengetahui gambaran umum katekese umat yang berlangsung di Lingkungan St. Yusuf, Berut. 2. Mengetahui dan mendalami hal-hal pokok tentang gambaran umum dari katekese umat. 3. Mengetahui cara yang bisa dilakukan untuk meningkatkan penghayatan iman umat Lingkungan St. Yusuf, Berut melalui katekese umat model Shared Christian Praxis.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 5
D. Manfaat Penulisan 1. Memberikan pemahaman yang cukup kepada umat di Lingkungan St. Yusuf, Berut tentang katekese umat serta mengetahui salah satu model katekese umat yaitu model Shared Christian Praxis sehingga umat dapat merasakan manfaatnya dan terbantu dalam meningkatkan penghayatan iman. 2. Memberikan dorongan atau motivasi kepada umat di Lingkungan St. Yusuf, Berut supaya dapat mengikuti katekese umat dengan kesungguhan hati sehingga umat terbantu dalam meningkatkan penghayatan iman. 3. Menambah wawasan baru dan membantu penulis sebagai anggota Gereja untuk meningkatkan penghayatan iman dengan melibatkan diri dalam katekese umat sebagai modal untuk menghadapi persoalan hidup.
E. Metode Penulisan Dalam penulisan skripsi ini penulis menggunakan metode diskriptif. Metode diskriptif berusaha untuk memecahkan masalah yang ada berdasarkan data-data yang diperoleh kemudian disusun, dijelaskan, dan dianalisis (Cholik Narbuko & Abu Achmadi, 2007: 44). Penulisan skripsi ini penulis menggunakan metode diskripsi yang mendalami tentang katekese umat dalam rangka meningkatkan penghayatan iman di Lingkungan St. Yusuf, Berut, Wilayah St. Marta, Sumber, Paroki St. Maria Lourdes, Sumber.
F. Sistematika Penulisan Judul Skipsi yang dipilih adalah SUMBANGAN KATEKESE UMAT DALAM RANGKA MENINGKATKAN PENGHAYATAN IMAN UMAT
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 6
LINGKUNGAN SANTO YUSUF, BERUT WILAYAH SANTA. MARTA, SUMBER PAROKI SANTA MARIA LOURDES, SUMBER, MAGELANG, JAWA TENGAH MELALUI SHARED CHRISTIAN PRAXIS. Bab I berisikan pendahuluan yang terdiri dari latar belakang, rumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode penulisan, dan sistematika penulisan. Bab II membahas tentang gambaran umum katekese umat yang berlangsung di Lingkungan St. Yusuf, Berut. Bab II terdiri dari lima bagian yaitu pertama, gambaran umum tentang situasi Paroki St. Maria Lourdes, Sumber. Kedua, gambaran situasi umum di Lingkungan St. Yusuf, Berut. Ketiga, penelitian tentang sumbangan katekese umat dalam rangka meningkatkan penghayatan iman di Lingkungan St. Yusuf, Berut. Keempat, hasil penelitian tentang sumbangan katekese umat dalam rangka meningkatkan penghayatan iman di Lingkungan St. Yusuf, Berut. Kelima, pembahasan hasil penelitian. Bab III membahas tentang salah satu model katekese umat yaitu model Shared Christian Praxis untuk meningkatkan penghayatan iman. Bab III terdiri dari empat bagian yaitu pertama, gambaran umum tentang katekese. Kedua, gambaran umum tentang katekese umat. Ketiga, Shared Christian Praxis merupakan salah satu model katekese umat. Keempat, penghayatan iman dalam katekese umat. Bab IV menjelaskan tentang katekese umat model Shared Christian Praxis sebagai usulan untuk meningkatkan penghayatan iman di Lingkungan St. Yusuf, Berut. Bab IV ini terdiri dari enam bagian yaitu latar belakang usulan katekese umat model Shared Christian Praxis, alasan pemilihan tema dan tujuan, rumusan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 7
tema dan tujuan, penjabaran katekese umat model Shared Christian Praxis, petunjuk pelaksanaan katekese umat model Shared Christian Praxis, dan contoh persiapan katekese umat model Shared Christian Praxis. Bab V berisikan penutup yang terdiri dari kesimpulan dan saran dari keseluruhan skripsi diantaranya: saran bagi para pendamping ketekese umat dan saran bagi seluruh umat di Lingkungan St. Yusuf, Berut.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB II PENELITIAN TENTANG KATEKESE UMAT DI LINGKUNGAN ST. YUSUF, BERUT, WILAYAH ST. MARTA, SUMBER, PAROKI ST. MARIA LOURDES, SUMBER, MAGELANG
Salah satu cara untuk meningkatkan penghayatan iman adalah melalui katekese umat. Katekese umat merupakan sharing pengalaman iman antar peserta yang saling meneguhkan satu dengan yang lain. Umat yang sungguh-sungguh mengikuti proses berkatekese akan terbantu untuk meningkatkan penghayatan iman. Umat sebaiknya mampu meningkatkan penghayatan iman supaya umat memperoleh iman yang kuat sebagai pedoman/bekal menjalani kehidupan seharihari dan mampu untuk bersaksi di tengah-tengah masyarakat.
A. Gambaran Umum Situasi Paroki St. Maria Lourdes, Sumber Paroki St. Maria Lourdes, Sumber merupakan salah satu Wilayah dari Paroki St. Antonius, Muntilan. Akan tetapi karena umat di Sumber semakin berkembang maka Paroki St. Maria Lourdes berdiri sendiri terpisah dari Paroki St. Antonius, Muntilan. Oleh sebab itu Paroki St. Maria Lourdes, Sumber dibagi menjadi 4 Wilayah dan masing-masing Wilayah mempunyai Gereja/Kapel untuk memudahkan umat berkumpul beribadah (Martoyoto Wiyono, 2014: 1).
1. Sejarah Berdirinya Gereja St. Maria Lourdes, Sumber Kehadiran Tuan Sungken (Belanda) pada tahun 1923 sebagai pengusaha sapi perah dan perkebunan bibit tebu memberikan pengaruh yang baik kepada
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 9
warga sekitar. Banyak warga dan para pekerja tertarik untuk menjadi orang Katolik karena kehadiran Tuan Sungken. Oleh sebab itu Rm. Speekle, SJ dari Paroki Muntilan datang untuk memberi pelajaran agama, pembinaan, dan sebulan sekali mengadakan misa di rumah Tuan Sungken (Kirjito, 2009: 6). Akan tetapi ketika terjadi perang di Yogyakarta pada tanggal 19 Desember 1948 Gereja yang berada di dusun Musuk dihancurkan, beberapa tokoh agama ditangkap dan diadili dengan tuduhan menjadi mata-mata bangsa Belanda. Pada tahun 1950 kegiatan Gereja hidup kembali dan umat dihimpun oleh tokoh Katolik, yaitu Timotius Prawiro Wahyono dari dusun Juwono, Pius Partin dari dusun Diwak, dan Yusup Somaatmaja dari dusun Berut (Kirjito, 2009: 6). Pada tahun 1951, guru sekolah Kanisius diwajibkan untuk mengajar agama di Lingkungan-lingkungan. Pada tahun 1953 dibangun SR Kanisius sekaligus dipakai sebagai tempat beribadah. Pada tahun 1957 SR Kanisius dibongkar, dan dibangun Gereja dan pada tanggal 11 Februari 1959 Gereja selesai dibangun serta diresmikan dengan nama Gereja St. Maria Lourdes. Pada tahun 1968 berdirilah SMP Farming dan sekolah pertukangan di lokasi dekat SR Kanisius dan sustersuster AK membangun rumah biara di dekat Gereja Sumber (Kirjito, 2009: 7). Pada bulan Agustus 1978 Rm. Dibya Wahyana, SJ membeli tanah di belakang Gereja Sumber untuk dibangun gedung pastoran. Namun pada tanggal 17 Agustus 1978 Rm. Dibya Wahyana, SJ meninggal dunia menjelang pemberkatan gedung pastoran. Pada tahun 1988, Rm. Simon Ciptosuwarno, SJ, bertugas di Gereja Sumber, beliau memikirkan untuk membangun stasi mandiri karena jumlah umat semakin banyak. Berdasarkan gagasan Rm Cipto umat Sumber dibagi dalam empat stasi mandiri, yaitu stasi Sumber, stasi Tangkil, stasi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 10
Juwono dan stasi Lor Senowo. Setiap Wilayah memiliki Gereja/Kapel masingmasing. Para Romo melaksanakan perayaan Ekaristi dan pelayanan umat di masing-masing stasi. Dengan keempat stasi tersebut, Sumber berkembang menjadi Paroki administratif dari Paroki Muntilan. Pada tahun 1997 Rm. P. Susanto Prawirowardoyo, Pr bertugas di Sumber, pada saat itulah Paroki administatrif Sumber mulai dirintis sebagai Paroki mandiri (Kirjito, 2009: 8).
2. Visi dan Misi Paroki St. Maria Lourdes, Sumber Umat harus mampu mewujudkan nilai-nilai Kerajaan Allah dalam kehidupan sehari-hari. Oleh sebab itu umat juga harus paham akan visi dan misi Paroki. Visi merupakan tujuan bersama yang akan dicapai melalui misi. Misi merupakan langkah atau cara untuk mencapai tujuan bersama. Semua warga Gereja harus saling bekerja sama dan saling mendukung satu sama lain supaya tujuan bersama dapat terwujud.
a. Visi Paroki St. Maria Lourdes, Sumber Martoyoto Wiyono (2014: 6) mengatakan bahwa visi Paroki St. Maria Lourdes, Sumber berdasarkan arahan Keuskupan Agung Semarang adalah “Persekutuan murid-murid Kristus yang tekun dan setia memperdalam iman melalui kegiatan yang menghadirkan keselamatan Allah kepada semua orang.” Berdasarkan rumusan visi tersebut Paroki St. Maria Lourdes, Sumber memiliki tiga hal pokok yang ditekankan dalam pelayanannya yaitu persekutuan murid-murid Yesus yang tekun dan setia memperdalam iman serta menghadirkan keselamatan
Allah.
Pertama,
umat
Paroki
Sumber
merupakan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 11
persekutuan/paguyuban murid-murid Kristus yaitu umat yang tampil sebagai murid yang setia mendengarkan, mengikuti, dan melaksanakan kehendak-Nya. Kedua, umat Paroki Sumber harus tekun dan setia memperdalam imannya. Umat harus mengikuti teladan Yesus dengan kesetiaan supaya dapat menemukan kehendak Allah dalam kesederhanaan hidup. Ketiga, kegiatan yang dilakukan oleh umat Paroki Sumber ingin menghadirkan keselamatan Allah kepada semua orang. Umat melaksanakan kegiatan-kegiatan tersebut tidak sebatas aktivitas atau program kerja tetapi setiap hal yang dilakukan umat dengan giat akan membawa keselamatan bagi semua orang (Martoyoto Wiyono, 2014: 6).
b. Misi Paroki St. Maria Lourdes, Sumber Misi Paroki St. Maria Lourdes, Sumber yaitu sebagai berikut (Martoyoto Wiyono, 2014: 6): - Meneguhkan keluarga muda dan OMK dalam menjalani kehidupannya dengan iman yang tangguh. - Mengembangkan budaya setempat sebagai sarana hidup bermasyarakat. - Melayani dengan tulus dan murah hati semua orang yang terbuka akan karya keselamatan Tuhan. - Memberdayakan potensi-potensi umat dan masyarakat dalam meningkatkan semangat kerja. - Meningkatkan kepedulian umat untuk menjaga kelestarian alam dalam kehidupan sehari-hari Misi Paroki St. Maria Lourdes, Sumber dijelaskan dalam lima bagian. Pertama, Gereja ingin meneguhkan keluarga-keluarga muda dan OMK supaya dalam menjalani kehidupan sehari-hari dengan iman yang tangguh. Kedua, Gereja ingin mengembangkan kebudayaan yang ada sebagai sarana hidup bermasyarakat. Ketiga, Gereja akan melayani semua umat dengan ketulusan dan kemurahan hati
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 12
serta terbuka terhadap karya keselamatan Allah. Keempat, Gereja ingin mengembangkan dan mengelola potensi yang dimiliki umat dan masyarakat sekitar untuk meningkatkan semangat kerja. Kelima, Gereja akan meningkatkan kepedulian umat terhadap keutuhan alam semesta dalam kehidupan.
3. Karya Pastoral di Paroki St. Maria Lourdes, Sumber Paroki tidak sebatas memiliki visi dan misi saja tetapi harus mempunyai karya pastoral dalam Paroki untuk mendukung terwujudnya visi dan misi Paroki tersebut. Karya pastoral yang dilaksanakan di Paroki St. Maria Lourdes, Sumber adalah Ekaristi harian, Ekaristi mingguan, Ekaristi sekolah, perayaan hari besar, kunjungan keluarga, paguyuban Ana Yoakim (wali timbalan), ibu-ibu wanita katolik (Marta, Rukun Biyung), Rekoleksi, Kerahiman Ilahi, Paguyuban Keluarga Mesias, PIA, PIR, dan OMK. Sedangkan kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan adalah mengadakan live in, dan mengirim bantuan berupa beras ke Seminari Tinggi Mertoyudan, Magelang (Martoyoto Wiyono, 2014: 7-8).
4. Letak Geografis Menurut buku Pedoman Pelaksanaan Dewan Paroki St. Maria Lourdes, Sumber, Gereja St. Maria Lourdes terletak di desa Sumber, kecamatan Dukun, kabupaten Magelang. Batas-batas Paroki Sumber yaitu sebagai berikut (Kirjito, 2009: 14 ): - Sebelah Barat: Paroki St. Antonius, Muntilan, - Sebelah Utara: Paroki St. Kristoforus, Banyutemumpang, -
Sebelah Timur: Paroki Hati Tak Bernoda St. Perawan Maria, Boyolali,
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 13
- Sebelah Selatan: Paroki St. Theresia, Salam, Paroki St. Maria Lourdes, Sumber terdiri dari 4 Wilayah/stasi yaitu Wilayah St. Marta, Sumber, Wilayah St. Yusup, Juwono, Wilayah St. Paulus, Ngargomulyo, dan Wilayah St. Petrus Kanisius, Lor Senowo. Sebagian kecil umat di Wilayah St. Petrus Kanisius, Lor Senowo berasal dari desa Tlogolele dan Banyutemumpang, kecamatan Selo, kabupaten Boyolali. Mereka tetap dilayani di Paroki Sumber karena jarak ke Gereja Boyolali terlalu jauh dan lebih dekat untuk datang ke Gereja Wilayah St. Petrus Kanisius Lor Senowo, Paroki St. Maria Lourdes (Martoyoto Wiyono, 2014: 2).
5. Situasi Umat Paroki St. Maria Lourdes, Sumber, Magelang Berdasarkan data statistik per bulan April 2014 jumlah umat Paroki Sumber berjumlah 1.151 KK dan terdiri dari 2.999 jiwa. Untuk memudahkan dalam pengorganisasian umat, Paroki St. Maria Lourdes, Sumber dibagi menjadi 4 Wilayah dengan 33 Lingkungan sebagai berikut (Martoyoto Wiyono, 2014: 2-5).
Jumlah Umat Paroki St. Maria Lourdes, Sumber, Magelang Sumber (465 KK; 1110 jiwa)
18%
37% Juwono (133 KK; 382 jiwa)
32% 13%
Ngargomulyo (353 KK; 951 jiwa)
Lor Senowo (200 KK; 556 jiwa)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 14
Jumlah Umat Wilayah St. Marta, Sumber St Yohanes Talun (19 KK / 41 Jiwa) St Paulus Gejiwan (33 KK/86 Jiwa) St Monica Duren (43 KK / 110 Jiwa) St Yusup Kemiriombo (37 KK/72 Jiwa) St Don Bosco Sumber (61 KK / 167 Jiwa) St Yusup Berut (68 KK / 163 Jiwa) St Yulius Berut (40 KK/109 Jiwa) St Petrus Ngentak (68 KK/190 Jiwa) St Paulus Diwak (57 KK/130 Jiwa) St Pius Diwak (39 KK / 102 Jiwa)
Jumlah Umat Wilayah St. Yusup, Juwono St Yakobus Keron - Ngadipuro (20 KK / 46 Jiwa) St Albertus Balong (18 KK/57 Jiwa) St Yusup Juwono (29 KK/98 Jiwa) St Lukas Kwayuhan - Wates (30 KK/92 Jiwa) St Mikael Sempon - Selosari (36 KK/89 Jiwa)
Jumlah Umat Wilayah St. Paulus, St Thomas Kalibening (54 KK/144 Jiwa) Ngargomulyo St Alexander Sabrang (32 KK/83 Jiwa) St Mateus Batur Duwur (26 KK/69 Jiwa) St Petrus Kanisius Braman (31 KK/102 Jiwa) Theresia Gemer (42 KK/119 Jiwa) St Yohanes Pembaptis Gemer (42 KK/81 Jiwa) St Maria Tangkil (27 KK/81 Jiwa) St Yusup Tangkil (29 KK/71 Jiwa)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 15
Jumlah Umat Wilayah St. Petrus Kanisius, Lor Senowo St Yusup Ngampel (18 KK / 50 Jiwa) St Bartholomeus Kajangkoso (17 KK / 49 Jiwa) St Gregorius Grogol (20 KK/61 Jiwa) St Yakobus Krinjing (16 KK/48 Jiwa) St Yohanes Dadapan (30 KK/90 Jiwa) St Maria Sewukan (44 KK/134 Jiwa) St Mateus Semen (43 KK/109 Jiwa)
6. Situasi Sosial dan Ekonomi Paroki St. Maria Lourdes, Sumber Situasi sosial kemasyarakatan yang tercipta di Paroki St. Maria Lourdes, Sumber sangat baik karena tercipta kerukunan, persaudaraan, dan gotong royong. Hal ini juga terlihat dari kerja sama antar budaya dan agama misalnya saling mengundang tokoh agama sebagai peserta atau pembicara dalam suatu kegiatan bersama. Umat mengadakan Natalan tani, penyelenggaraan live in, bersilaturahmi kepada umat beragama lain pada saat Idul Fitri, merayakan Suran, Muludan, silaturahmi kepada Kamtibmas Polsek Dukun, mengadakan gelar budaya „Jagad Bocah Merapi‟ bekerja sama dengan Padhepokan Tjipta Budaya, Sanggar Bangun Budaya, dll (Martoyoto Wiyono, 2014: 11). Secara ekonomi umat di Paroki St. Maria Lourdes, Sumber berada dalam kelas menengah ke bawah karena sebagian besar umat bekerja sebagai petani dan buruh. Umat Paroki Sumber sebagian kecil bekerja sebagai PNS, pegawai swasta, pensiunan, karyawan, wiraswasta dll (Martoyoto Wiyono, 2014: 13-15).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 16
B. Gambaran Situasi Umum di Lingkungan St. Yusuf, Berut, Wilayah St. Marta, Sumber, Paroki St. Maria Lourdes, Sumber Lingkungan St. Yusuf merupakan pecahan dari Lingkungan St. Yulius, Berut. Pada tahun 2005 Lingkungan St. Yulius dikembangkan menjadi satu Lingkungan lagi yaitu St. Yusuf karena jumlah umat bertambah banyak. Setiap Lingkungan mempunyai kepengurusan masing-masing, tetapi tetap saling bekerjasama. Sedangkan penggunaan nama pelindung Lingkungan St. Yusuf diambil dari nama baptis tokoh agama yang tinggal di Lingkungan tersebut yaitu Bapak Yusup Somaatmaja [Lampiran 5: (5)].
1. Situasi Umat di Lingkungan St. Yusuf, Berut, Wilayah St. Marta Sumber, Paroki St. Maria Lourdes, Sumber Secara geografis Lingkungan St. Yusuf, Berut berada di kelurahan Sumber, kecamatan Dukun, kabupaten Magelang. Batas-batas Lingkungan St. Yusuf, Berut sebagai berikut [Lampiran 5: (5)]: - Sebelah Utara: Lingkungan St. Petrus, Ngentak, dan Lingkungan St. Paulus, serta St. Pius, Diwak, - Sebelah Selatan: Lingkungan St. Thomas, Kalibening, - Sebelah Barat: Lingkungan St. Yulius, Berut, - Sebelah Timur: Lingkungan St. Petrus, Ngentak, Berdasarkan data per November 2014 Lingkungan St. Yusuf, Berut terdiri dari 60 KK dengan 187 jiwa. Umat di Lingkungan St. Yusuf, Berut mayoritas adalah orang dewasa. Sedangkan pekerjaan umat 90% adalah petani dan buruh (mencangkul, tandur, menambang pasir, buruh pabrik batu, dst). Sebagian kecil
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 17
umat bekerja sebagai PNS dan pensiunan. Oleh sebab itu secara ekonomi umat berada dalam kelas menengah ke bawah [Lampiran 5: (5)]. Situasi sosial di Lingkungan St. Yusuf dengan umat beragama lain terjalin dengan baik. Keakraban antar umat beragama dapat dirasakan saat umat sedang mengalami kerepotan (umat Katolik), umat Muslim ikut membantu dan sebaliknya. Dalam organisasi pedesaan tidak ada pembedaan antara orang Katolik dan Muslim misalnya arisan, kegiatan RT, dan kelompok tani, kerja bakti. Umat Katolik dan Muslim membaur dalam berkesenian. Walaupaun kesenian tersebut pendiri dan pelatihnya orang Katolik tetapi pesertanya dari umat Muslim. Kebersamaan umat yang tercipta saat hari raya kurban, umat Katolik mendapatkan daging kurban, pada saat lebaran umat Katolik ikut merayakan dengan saling berkunjung untuk bersilaturahmi. Apabila ada umat yang meninggal semua warga terlibat membantu, misalnya bila yang meninggal umat Katolik maka umat Muslim diundang untuk mendoakan yang meninggal dengan cara tahlilan dan sebaliknya [Lampiran 5: (5)-(6)].
2. Situasi Katekese Umat di Lingkungan St. Yusuf, Berut, Wilayah St. Marta Sumber, Paroki St. Maria Lourdes, Sumber Umat di Lingkungan St. Yusuf, Berut dalam keterlibatan hidup menggereja masih sangat kurang. Sebagian sesar umat sangat sulit untuk terlibat, belum mempunyai “greget” atau semangat dan belum ada kesadaran diri untuk mengikuti kegiatan menggereja sehingga sedikit umat yang mau terlibat penuh. Ketidakterlibatan umat dalam hidup menggereja dapat dilihat dari kedatangan umat mengikuti Ekaristi di Gereja (Ekaristi harian maupun Ekaristi mingguan),
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 18
pendalaman iman di Lingkungan, doa bersama dan kerja bakti membersihkan Gereja [Lampiran 5: (6)]. Sedangkan kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan di Lingkungan St. Yusuf adalah ibadat sabda setiap satu bulan sekali, rosario (bulan Mei dan Oktober), pendalaman iman (BKSN, Adven, dan Prapaskah), PIA setiap minggu dibantu oleh siswa-siswi dari SMA Vanlith Muntilan, jalan salib, kerja bakti membersihkan Gereja, tugas koor setiap 10 minggu sekali bekerjasama dengan Lingkungan St. Yulius, kegiatan WK (Wanita Katolik) setiap Senin paing, dan Novena bersama [Lampiran 5: (6)]. Katekese umat yang sudah berjalan di Lingkungan St. Yusuf dilaksanakan pada masa Adven, Prapaskah dan BKSN walaupun menurut kesepakatan katekese umat dilaksanakan satu bulan sekali. Keterlibatan umat dalam menghadiri katekese umat belum merata artinya sebagian kecil umat yang mau datang. Umat harus diajak satu persatu dan biasanya yang hadir adalah orang dewasa dan tua, serta beberapa anak remaja yang memiliki tugas sekolah [Lampiran 5: (8)]. Keterlibatan umat dalam proses katekese umat masih pasif karena sebagian besar umat kurang berpendidikan sehingga banyak umat hanya sebagai pendengar. Sebagian besar umat kurang bisa mengolah pengalaman hiduo menjadi pengalaman iman. Umat yang aktif dalam berkatekese hanya orang-orang tertentu dan umat akan aktif pada saat menyampaikan doa umat dengan menggunakan bahasa yang sederhana. Oleh karena itu hambatan yang dihadapi Lingkungan adalah umat yang aktif mengungkapkan gagasan terbatas, umat sulit untuk menyampaikan pengalaman hidup dan pengalaman iman, kurangnya sarana pendukung karena sarana yang di miliki Lingkungan sangat terbatas, peserta atau
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 19
umat yang datang kebanyakan orang-orang tua, susah mengajak umat untuk terlibat walaupun setiap pertemuan sudah diingatkan, daya tangkap umat kurang karena lelah bekerja. Sedangkan dukungan dari Lingkungan adalah tersedianya tempat yang digunakan untuk berkatekese dengan cara bergiliran bagi umat yang bersedia rumahnya digunakan untuk berkumpul [Lampiran 5 :(8)]. Pendamping katekese umat adalah prodiakon atau ketua Lingkungan hal ini dilakukan karena tidak semua umat mampu memandu katekese umat. Proses katekese umat yang sejauh ini sudah berjalan adalah lagu pembukaan, doa pembukaan, pengantar, bacaan Kitab Suci, pembahasan teks Kitab Suci, sharing pengalaman hidup, rangkuman, doa umat, doa penutup dan doa malam, serta lagu penutup jika diperlukan. Akan tetapi pada langkah-langkah tersebut tidak selalu sama karena bisa sharing pengalaman hidup kemudian pembacaan Kitab Suci dan pembahasannya. Dalam hal ini pendamping berperan sebagai pemandu, dan memberikan pengarahan/penjelasan isi teks Kitab Suci dengan penggunaan sarana pendukung (Kitab Suci, Kidung Adi, atau buku panduan) [Lampiran 5: (7)]. Umat dan pendamping saling bekerjasama dengan harapan umat dapat terlibat aktif dalam proses berkatekese dan menghadirinya dengan kesadaran supaya menjadi umat yang berkualitas dalam iman, dan pendamping dapat memandu dengan kreatif supaya umat antusias mengikutinya. Sedangkan usulan yang diharapkan Lingkungan adalah mencari sarana yang menarik misalnya penggunaan LCD untuk menampilkan foto, gambar, video, umat lebih peka dan tahu kebutuhan Lingkungan, adanya pembekalan untuk para pendamping katekese umat, serta mencetak katekis yang handal [Lampiran 5: (9)].
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 20
C. Penelitian
tentang
Sumbangan
Katekese
Umat
dalam
Rangka
Meningkatkan Pengahayatan Iman di Lingkungan St. Yusuf, Berut, Wilayah St.Marta, Sumber, Paroki St. Maria Lourdes, Sumber, Magelang Berdasarkan permasalahan yang ada penulis melakukan penelitian supaya mendapatkan data-data yang diperlukan untuk mengetahui seberapa besar sumbangan katekese umat dalam meningkatkan penghayatan iman di Lingkungan St. Yusuf, Berut. Dalam kehidupan umat katekese umat dan iman saling berkaitan karena iman perlu dikembangkan dan katekese umat merupakan salah satu cara untuk meningkatkan penghayatan iman.
1. Latar Belakang Penelitian Setiap Lingkungan memiliki kegiatan rohani yang bertujuan untuk menumbuhkan iman supaya semakin dewasa. Umat diharapkan dapat terlibat aktif di dalamnya supaya mereka dapat menjadi saksi Kristus dalam kehidupan. Salah satu kegiatan Lingkungan yang sangat menarik adalah ketekese umat. Akan tetapi umat kurang mempunyai kepedulian terhadap kegiatan tersebut. Umat biasanya lebih tertarik untuk mengikuti doa devosi seperti doa Rosario dari pada mengikuti katekese umat. Berdasarkan pengamatan umat di Lingkungan St. Yusuf masih banyak umat yang belum beriman. Hal ini terlihat dari kepekaan, kepedulian, dan kesadaran diri dalam menghidupi Gereja dan menghadapi kehidupan. Umat kurang mampu mendalami pengalaman hidup sehari-hari menjadi bermakna. Oleh sebab itu penulis melaksanakan penelitian untuk mengetahui seberapa besar sumbangan katekese umat terhadap penghayatan iman di Lingkungan St. Yusuf, Berut. Kehadiran katekese umat pasti membawa nilai positif dalam
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 21
kehidupan iman umat yaitu membantu umat meningkatkan penghayatan iman sehingga dapat bersaksi di tengah-tengah masyarakat.
2. Rumusan Permasalahan Berdasarkan latar belakang penelitian, dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut : a. Bagaimana gambaran katekese umat yang berlangsung di Lingkungan St. Yusuf, Berut? b. Apa hambatan umat dalam mengikuti katekese umat yang ada di Lingkungan St. Yusuf, Berut? c. Apa harapan umat terhadap terlaksananya katekese umat di Lingkungan St. Yusuf, Berut? d. Sejauh mana sumbangan katekese umat dalam meningkatkan penghayatan iman?
3. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian yang ingin dicapai adalah sebagai berikut: a. Untuk mengetahui gambaran umum katekese umat yang berlangsung di Lingkungan St. Yusuf, Berut. b. Untuk mengetahui hambatan-hambatan umat dalam mengikuti ketekese umat di Lingkungan St. Yusuf, Berut. c. Untuk mengetahui harapan umat terhadap katekese umat di Lingkungan St. Yusuf, Berut supaya menjadi lebih baik lagi.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 22
d. Untuk
mengetahui
sejauh
mana
sumbangan
katekese
umat
dalam
meningkatkan penghayatan iman.
4. Metodologi Penelitian a. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode diskriptif. Metode diskriptif berusaha untuk memecahkan masalah berdasarkan data-data yang diperoleh kemudian disusun, dijelaskan, dan dianalisis (Cholik Narbuko & Abu Achmadi, 2007: 44).
b. Jenis Penelitian Penulis dalam penelitian menggunakan jenis penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif adalah memahami fenomena yang dialami responden secara holistik dan deskriptif dalam bentuk kata-kata dan bahasa, serta pada suatu konteks yang sedang dialami dengan menggunakan metode alamiah (Moleong, 2012: 6).
c. Alat Pengumpulan Data Dalam penelitian, penulis menggunakan alat pengumpulan data berupa kuesioner. Kuesioner merupakan daftar pertanyaan/pernyataan yang bersifat terbuka/tertutup. Sifat kuesioner yang dipilih adalah kuesioner tertutup. Kuesioner tertutup merupakan kuesioner yang berbentuk sedemikian rupa sehingga responden diminta memilih satu jawaban yang sesuai dengan karakteristik dalam dirinya, dengan memberi tanda silang (Riduwan, 2013: 72). Penulis menggunakan kuesioner langsung yaitu daftar pertanyaan yang dikirim kepada responden secara
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 23
langsung. Dengan menggunakan tipe pilihan kuesioner fact finding yaitu jawaban koesioner yang disediakan ada dua pilihan sedangkan tipe item multiple choice jawaban yang disediakan lebih dari dua pilihan (Sutrisna Hadi, 2004b: 178).
d. Tempat Penelitian Penulis melaksanakan penyebaran dan pengisian kuesioner kepada responden untuk melakukan penelitian tentang sumbangan katekese umat dalam meningkatkan penghayatan iman dilakukan di Lingkungan St. Yusuf, Berut.
e. Waktu Penelitian Waktu yang digunakan penulis untuk melakukan penelitian adalah 5 hari. Kegiatan penyebaran dan pengisian kuesioner dimulai pada tanggal 6-8 Desember 2014 dan tanggal 15-16 Desember 2014. Penulis menyebarkan kuesioner kepada responden dengan cara mendatangi langsung ke rumah responden.
f. Responden Responden merupakan orang-orang yang berperan sebagai penjawab atas pertanyaan-pertanyaan dalam penelitian (Pusat Bahasa Depenas, 2015: 952). Responden dalam penelitian ini adalah umat di Lingkungan St. Yusuf, Berut yang berusia 30 tahun ke atas dengan jumlah keseluruhan ada 100 jiwa.
g. Sampel Sampel merupakan sebagian responden yang akan diteliti. Populasi merupakan semua responden dari sampel (Sutrisna Hadi, 2004: 77). Penelitian ini
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 24
menggunakan teknik random sampling yaitu pengambilan sampel secara random/acak (Sutrisna Hadi, 2004: 82-84). Purposive sampling merupakan jenis sampel yang digunakan karena pemilihan responden berdasarkan ciri-ciri tertentu supaya penelitian dapat mencapai tujuan (Sutrisna Hadi, 2004: 91). Sampel diambil dari 60 % dari 100 responden (populasi) yaitu 60 responden dengan kriteria: umat Lingkungan St. Yusuf, Berut, berusia 30 tahun ke atas, dan terlibat aktif maupun tidak terlibat aktif dalam katekese umat.
h. Variabel Penelitian Variabel merupakan konsep yang dapat diukur, dan memiliki dua nilai atau lebih yang berasal dari satu unit yaitu dari pribadi/kelompok/satu unit dengan waktu yang berbeda (Labovitz & Hagelorn, 1982: 29). Variabel dalam penelitian ini adalah katekese umat dan meningkatkan penghayatan iman umat di Lingkungan St. Yusuf, Berut. Variabel yang diungkap adalah identitas responden, pemahaman dan keterlibatan umat dalam katekese umat, penghayatan dan perwujudan iman dalam katekese umat. Untuk lebih memperjelas variabel penelitian yang diungkap dalam penelitian dapat dilihat dalam tabel berikut:
Tabel 1: Variabel Penelitian No. (1) 1.
2.
Variabel yang diungkap (2) Identitas responden
Pemahaman dan
Aspek yang diungkap
a. b. c. d. a.
(3) Jenis kelamin Usia Pendidikan Pekerjaan Pemahaman umat
No. Item
Jumlah
(4) 1 2 3 4 5, 6, 7, 8, 9,
(5) 1 1 1 1 8
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 25
(1)
3.
(3) keterlibatan umat terhadap katekese umat dalam katekese b. Keterlibatan umat umat dalam katekese umat c. Hambatan yang terjadi dalam katekese umat d. Dukungan yang dibutuhkan dalam ketekese umat e. Harapan terhadap katekese umat Usulan terhadap katekese umat Penghayatan, dan a. Pemahaman umat perwujudan, iman terhadap iman dalam katekese b. Penghayatan iman umat katolik dalam katekese umat c. Perwujudan iman dalam katekese umat d. Peran katekese umat dalam meningkatkan penghayatan iman JUMLAH
(4)
(5)
10, 11,12 13, 14, 15, 16, 17 18, 19, 20, 21 22, 23,24
5 4 3
4 25, 26, 27,28 3 29, 30, 31 32, 33, 34
3
35, 36, 37, 38
4
39, 40, 41, 42, 43
5
44, 45, 46, 47, 48, 49, 50
7
50
i. Teknik Analisis Data Dalam pengolahan data hasil penelitian, rumus yang digunakan adalah (
). (J) adalah jumlah jawaban responden yang masuk, (N) adalah
jumlah responden keseluruhan, dan 100% adalah prosentase keseluruhan (Riduwan, 2013: 89).
D. Hasil Penelitian tentang Sumbangan Katekese Umat dalam Rangka Meningkatkan Penghayatan Iman Umat Lingkungan St. Yusuf, Berut. Hasil penelitian yang disajikan setelah melakukan penelitian adalah katekese umat yang terlaksana di Lingkungan dan sumbangan katekese umat
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 26
dalam meningkatkan penghayatan iman. Data-data yang diperoleh penelitian adalah identitas responden, pemahaman dan keterlibatan umat serta penghayatan dan perwujudan iman dalam katekese umat. Penyebaran kuesionder dilakukan selama 5 hari yaitu dari tanggal 6-8 Desember 2014 dan 15-16 Desember 2014. Dari 60 kuesioner yang disebarkan ada 52 yang kembali dan 8 tidak kembali. Berikut ini hasil pengolahan data berdasarkan masing-masing variabel dari 52 kuesioner yang disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut:
1. Identitas Responden Pada variabel identitas responden terdiri dari jenis kelamin, usia, pendidikan, dan pekerjaan responden yang terungkap dalam tabel 2 berikut ini. Tabel 2. Identitas Responden N= (52) No (1) 1.
2.
3.
4.
Pertanyaan (2) Jenis kelamin a. Laki-laki b. Perempuan Usia a. Kurang dari 35 tahun b. 36-45 tahun c. 46-55 tahun d. Lebih dari 56 tahun Pendidikan terakhir a. SD b. SMP c. SMA/SMK d. Perguruan tinggi Pekerjaan a. Petani b. Buruh/karyawan
Jumlah (3)
% (4)
24 28
46,15 53,85
13 22 8 9
25,00 42,31 15,38 17,31
10 11 19 12
19,23 21,15 36,54 23,08
30 14
57,70 26,92
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 27
(1)
(2) c. Wiraswasta d. PNS
(3) 7 1
(4) 13,46 1,92
Berdasarkan tabel 2 di atas sebagian besar responden berjenis kelamin perempuan 53,85% (28 orang), walaupun perbandingannya tidak terlalu jauh dengan responden yang berjenis kelamin laki-laki 46,15% (24 orang). Sebagian besar responden yang berusia 36-45 tahun ada 42,31% (22 orang), sedangkan sebagian lagi responden yang berusia kurang dari 35 tahun ada 25,00% (13 orang), berusia lebih dari 50 tahun ada 17,31% (9 orang), dan berusia 46-55 tahun 15,38% (8 orang). Ada pun sebagian besar pendidikan terakhir responden adalah SMA/SMK 36,54% (19 orang), perguruan tinggi 23,08% (12 orang), SMP 21,15% (11 orang), dan SD 19,23% (10 orang). Sedangkan sebagian besar responden bekerja sebagai petani 57,69% (30 orang), dan sebagian kecil umat bekerja sebagai buruh/karyawan 26,92% (14 orang), wiraswasta 13,46% (7 orang), dan PNS 1,92% (1 orang).
2. Pemahaman dan Keterlibatan Umat dalam Katekese Umat Pada variabel pemahaman dan keterlibatan umat dalam katekese umat terdiri dari pemahaman umat terhadap katekese umat, keterlibatan umat dalam katekese umat, hambatan yang terjadi dalam katekese umat, dukungan yang dibutuhkan dalam ketekese umat, harapan terhadap katekese umat dan usulan terhadap katekese umat. Variabel pemahaman dan keterlibatan umat dalam katekese umat terungkap dalam tabel berikut ini:
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 28
a. Pemahaman Umat terhadap Katekese Umat Tabel 3. Pemahaman Umat terhadap Katekese Umat N= (52) No (1) 5.
6.
7.
8.
9.
10.
Pertanyaan (2) Pengertian katekese umat a. Pendalaman Kitab Suci b. Saling membagikan pengalaman iman c. Ibadat Sabda d. Doa Rosario Tujuan ketekese umat a. Saling membagikan pengalaman iman antar umat b. Mengolah pengalaman hidup melalui terang Kitab Suci c. Pendewasaan iman dan kesaksian iman di tengahtengah masyarakat d. Berdoa bersama Isi katekese umat a. Pengalaman hidup sehari-hari b. Pengalaman iman Gereja yang ada di dalam Kitab Suci c. Ajaran Gereja tentang dokumen Gereja d. Doa Sarana yang digunakan dalam katekese umat a. Teks Kitab Suci yang akan dibahas b. Buku lagu dan buku doa c. Buku panduan d. Sarana dari kreatifitas pendamping Model katekese umat a. Menggali pengalaman hidup b. Pendalaman Kitab Suci c. Campuran (menggali pengalaman hidup dan pendalaman Kitab Suci) d. Doa bersama Langkah-langkah yang terjadi dalam katekese umat a. Pembukaan, pembacaan teks Kitab Suci, cerita pengalaman hidup berdasarkan Kitab Suci, pendalaman pengalaman hidup dan Kitab Suci, doa umat dan penutup b. Pembukaan, pengalaman hidup umat, mendalami teks Kitab Suci, menerapkan iman Kristiani dalam situasi umat dan mengusahakan suatu aksi konkret dalam kehidupan, doa umat dan penutup
Jumlah (3)
% (4)
27 21 0 4
51,93 40,38 0,00 7,69
10 22
19,23 42,31
17
32,69
3
5,77
28 17
53,85 32,69
1 6
1,92 11,54
24 4 14 10
46,15 7,70 26,92 19,23
20 17 4
38,46 32,69 7,70
11
21,15
14
26,92
19
36,54
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 29
(1)
11.
12.
(2) c. Pembukaan, pembacaan teks Kitab Suci, doa umat dan doa penutup d. Pembukaan, pembacaan teks Kitab Suci, pendalaman Kitab Suci, pendalaman pengalaman hidup, penerapan iman Kristiani, doa umat dan penutup. Tema katekese umat sesuai dengan situasi dan kondisi umat a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah Pemimpin katekese umat a. Ketua Lingkungan b. Prodiakon c. Umat yang ditunjuk d. Umat secara bergantian
(3) 3
(4) 5,77
16
30,77
9 14 26 3
17,31 26,92 50,00 5,77
20 12 12 8
38,46 23,08 23,08 15,38
Berdasarkan tabel 3 di atas pemahaman umat terhadap pengertian katekese umat sebagian besar responden menjawab pendalaman Kitab Suci 51,93% (27 orang), katekese umat merupakan saling membagikan pengalaman iman 40,38% (21 orang). Tetapi ada juga responden yang menjawab katekese umat merupakan doa Rosario 7,69% (4 orang) dan tidak ada responden yang menjawab katekese umat merupakan ibadat sabda. Pemahaman responden terhadap tujuan katekese umat sebagian besar responden menjawab mengolah pengalaman hidup melalui terang Kitab Suci 42,31% (22 orang), dan membagikan pengalaman iman antar umat 19,23% (10 orang). tujuan katekese umat adalah pendewasaan iman dan kesaksian iman di tengah- masyarakat 32,69% (17 orang), dan berdoa bersama 5,77% (3 orang). Isi katekese umat yang sejauh ini dilaksanakan di Lingkungan St. Yusuf adalah pengalaman hidup sehari-hari 53, 85% (28 orang). Sedangkan pengalaman
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 30
iman Gereja yang ada di dalam Kitab Suci 32, 69% (17 orang), ajaran Gereja tentang dokumen Gereja 1, 92% (1 orang), dan doa bersama 11,54% (6 orang). Sedangkan sarana yang digunakan dalam katekese umat sebagian besar responden menjawab sarana teks Kitab Suci yang akan dibahas 46,15% (24 orang), dan 7, 69% (4 orang) menjawab buku lagu dan buku doa. Sarana lain yang digunakan dalam berkatekese adalah buku panduan 26,92 % (14 orang), dan sarana dari kreatifitas pendamping 19,23% (10 orang). Model katekese umat yang biasanya digunakan di Lingkungan adalah 38, 46% (20 orang) menjawab menggali pengalaman hidup dan pendalaman Kitab Suci 32,69% (17 orang). Sedangkan 21,15% (11 orang) menjawab katekese umat model doa bersama, dan 7,70% (4 orang) responden menjawab model campuran (menggali pengalaman hidup dan pendalaman Kitab Suci). Adapun langkah-langkah yang terjadi dalam katekese umat di Lingkungan sebagian besar responden menjawab pembukaan, pengalaman hidup umat, mendalami teks Kitab Suci, menerapkan iman Kristiani dalam situasi umat dan mengusahakan suatu aksi konkret dalam kehidupan, doa umat dan penutup 36,54% (19 orang), dan 30,77% (16 orang) responden menjawab pembukaan, pembacaan teks Kitab Suci, pendalaman Kitab Suci, pendalaman pengalaman hidup, penerapan iman Kristiani, doa umat dan penutup. Sedangkan responden yang menjawab langkah-langkah pembukaan, pembacaan teks Kitab Suci, cerita pengalaman hidup berdasarkan Kitab Suci, pendalaman pengalaman hidup dan Kitab Suci, doa umat dan penutup 26,92% (14 orang), serta pembukaan, pembacaan teks Kitab Suci, doa umat dan doa penutup 5,77% (3 orang).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 31
Kesesuaian tema katekese umat terhadap situasi dan kondisi umat di Lingkungan sebagian besar responden menjawab kadang-kadang sesuai 50,00% (26 orang), dan sering sesuai 26,92% (14 orang). Sedangkan 17,31% (9 orang) responden menjawab tema katekese umat selalu sesuai dan 5,77% (3 orang) responden menjawab tidak pernah sesuai. Pemimpin katekese umat yang sering terlaksana di Lingkungan adalah 38,46% (20 orang) menjawab ketua Lingkungan, dan prodiakon sebanyak 23,08% (12 orang). 23,08% (12 orang) responden menjawab umat yang ditunjuk, dan 15,38% (8 orang) menjawab umat secara bergantian.
b. Keterlibatan Umat dalam Katekese Umat Tabel 4. Keterlibatan Umat dalam Katekese Umat N= (52) No (1) 13.
14.
15.
16.
Pertanyaan (2) Keterlibatan umat mengikuti katekese umat a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah Ketertarikan umat mengikuti katekese umat a. Sangat tertarik b. Tertarik c. Kurang tertarik d. Tidak tertarik Motivasi umat mengikuti ketekese umat a. Kebutuhan dan kerinduan akan sabda Tuhan b. Ingin berkumpul bersama. c. Memperdalam iman d. Keterpaksaan atau ikut-ikutan Sikap umat dalam mengikuti katekese umat a. Diam saja atau pasif b. Berbicara jika ditunjuk
Jumlah (3)
% (4)
4 10 33 5
7,70 19,23 63,46 9,61
5 41 6 0 20 6 24 2
9,61 78,85 11,54 0,00 38,46 11,54 46,15 3,85
2 9
3,85 17,31
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 32
(1)
17.
(2) c. Mengikuti arahan pendamping d. Aktif dengan terlibat dalam proses katekese umat Situasi umat dalam mengikuti kegiatan katekese umat di Lingkungan a. Umat terlibat aktif b. Umat sebagai peserta mengikuti alur yang diarahkan pembimbing c. Umat pasif dan cuek d. Umat kurang menciptakan suasana kekeluargaan
(3) 24 17
(4) 46,15 32,69
12 26
23,08 50,00
3 11
5,77 21,15
Berdasarkan tabel di atas keterlibatan umat dalam mengikuti katekese umat di Lingkungan sebagian responden menjawab kadang-kadang mengikuti katekese umat 63,46% (33 orang), dan 19,23% (10 orang) menjawab sering mengikuti katekese umat. Sedangkan 9,61% (5 orang) menjawab tidak pernah mengikuti katekese umat, dan 7,70% (4 orang) menjawab selalu mengikuti ketekese umat. Sebagian besar responden tertarik mengikuti katekese umat 78,85% (41 orang), dan 11,54% (6 orang) kurang tertarik. Sedangkan 9,61 % (5 orang) menjawab sangat tertarik mengikuti katekese umat, dan tidak ada responden yang menjawab tidak pernah tertarik.. Motivasi umat mengikuti katekese umat 46,15% (24 orang) menjawab memperdalam iman, 38,46% (20 orang) menjawab kebutuhan dan kerinduan sabda Tuhan. Sedangkan motivasi lain ingin berkumpul bersama umat lain 11,54% (6 orang), dan motivasi karena keterpaksaan/ikut-ikutan 3,85% (2 orang). Sikap umat dalam mengikuti katekese umat sebagian besar responden mengikuti arahan pendamping 46,15% (24 orang), dan 32,69% (17 orang) terlibat aktif dalam proses katekese umat. Sedangkan sikap umat berbicara jika ditunjuk 17,31% (9 orang), dan sikap diam atau pasif 3,85% (2 orang).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 33
Situasi umat dalam mengikuti katekese umat adalah umat mengikuti alur yang diarahkan pendamping 50,00% (26 orang), dan umat terlibat aktif 23,08% (12 orang). Sedangkan 21,15% (11 orang) situasi umat kurang menciptakan suasana kebersamaan, dan 5,77% (3 orang) menjawab situasi umat pasif dan cuek.
c. Hambatan yang terjadi dalam Katekese Umat Tabel 5. Hambatan yang terjadi dalam Katekese Umat N= (52) No (1) 18.
19.
20.
21.
Pertanyaan (2) Hambatan yang dialami selama mengikuti proses katekese umat a. Kesulitan untuk memahami proses katekese umat b. Kesulitan untuk mengungkapkan pengalaman hidup c. Kesulitan untuk merenungkan pengalaman hidup d. Kesulitan untuk menanggapi pokok pembicaraan Hambatan yang dirasakan dari pihak Lingkungan berkaitan dengan pelaksanaan katekese umat a. Pendamping kurang kreatif sehingga terpaku pada teks b. Pendamping kurang mempunyai pengetahuan cukup tentang bahan katekese umat c. Kurangnya dukungan sarana dari Lingkungan d. Tidak tersedianya tempat untuk melakukan katekese umat Hambatan dalam diri untuk mengikuti katekese umat a. Kesibukan b. Kurang peduli/malas c. Memiliki masalah pribadi d. Lelah setelah seharian bekerja Hambatan yang terjadi dalam pelaksanaan katekese umat a. Katekese umat terlalu lama b. Tidak tepat waktu c. Tercipta suasana emosional yang tidak mendukung d. Tercipta lingkungan fisik yang kurang mendukung
Jumlah (3)
% (4)
9
17,31
14
26,92
19 10
36,54 19,23
14
26,92
7
13,46
26 5
50,00 9,62
23 11 0 18
44,23 21,15 0,00 34,62
16 9 12 15
30,77 17,31 23,08 28,84
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 34
Berdasarkan tabel di atas hambatan yang dialami umat salama mengikuti katekese umat adalah kesulitan untuk merenungkan pengalaman hidup 36,54% (19 orang), dan kesulitan untuk mengungkapkan pengalaman hidup 26,92% (14 orang). Sedangkan responden yang menjawab kesulitan untuk menanggapi pokok pembicaraan pokok pembicaraan 19,23% (10 orang), dan 17,31% (9 orang) responden menjawab kesulitan untuk memahami proses katekese umat. Hambatan yang umat rasakan dari pihak Lingkungan adalah 50,00% (26 orang) responden menjawab kurangnya sarana pendukung, dan 26,92% (14 orang) responden pendamping kurang kreatif sehingga terpaku pada teks. Sedangkan sebagian kecil responden menjawab pendamping kurang mempunyai pengetahuan yang cukup tentang katekese umat 13,46% (7 orang), dan 9,62% (5 orang) responden menjawab tidak tersedianya tempat untuk melakukan katekese umat. Hambatan dalam diri umat untuk mengikuti katekese umat di Lingkungan sebagain besar responden menjawab kesibukan 44,23% (23 orang), dan 34,61% (18 orang) responden menjawab lelah setelah seharian bekerja. Sedangkan hambatan dalam diri yaitu kurang peduli atau malas terhadap kegiatan katekese umat 21,15% (11 orang) dan bahkan tidak ada responden yang menjawab memiliki masalah pribadi dalam mengikuti katekese umat. Hambatan yang terjadi dalam pelaksanaan katekese umat sebagaian besar responden menjawab katekese umat terlalu lama 30,77% (16 orang), dan tercipta lingkungan fisik yang kurang mendukung 28,84% (15 orang). Sebagian kecil responden menjawab hambatan yang terjadi dalam pelaksanaan katekese umat tercipta suasana emosional yang tidak mendukung 23,08% (12 orang), dan 17,31% (9 orang) responden menjawab tidak tepat waktu.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 35
d. Dukungan yang Dibutuhkan dalam Katekese Umat Tabel 6. Dukungan yang Dibutuhkan dalam Katekese Umat N= (52) No (1) 22.
23.
24.
Pertanyaan (2) Waktu yang ideal/cocok untuk katekese umat a. Kurang dari 60 menit b. 60 menit-90 menit c. 90 menit-120 menit d. Lebih dari 120 menit Dukungan Lingkungan yang dirasakan selama mengikuti katekese umat a. Menyediakan tempat b. Menyediakan sarana pendukung c. Adanya pendamping/pemandu katekese umat d. Menyediakan dana Dukungan dalam diri untuk mengikuti katekese umat a. Mempunyai waktu luang untuk mengikuti katekese umat b. Mempunyai kesadaran diri untuk terlibat aktif dalam proses katekese umat c. Mempunyai kerinduan untuk dekat dengan Sabda Allah d. Keterbukaan untuk menyediakan tempat untuk katekese umat
Jumlah (3)
% (4)
19 29 4 0
36,54 55,77 7,69 0,00
18 17 17 0
34,62 32,69 32,69 0,00
8
15,38
23
44,23
18
34,62
3
5,77
Berdasarkan tabel diatas waktu yang ideal atau untuk katekese umat, responden menjawab 60 menit-90 menit 55,76% (19 orang), dan 36,54% (19 orang) responden menjawab kurang dari 60 menit. Sedangkan 7,69% (4 orang) responden menjawab 90 menit-120 menit. Dukungan Lingkungan untuk terselenggaranya katekese umat sebagian responden menjawab menyediakan tempat 34,62% (18 orang), dan Lingkungan menyediakan sarana pendukung 32,69% (17 orang). Sebagian kecil responden menjawab adanya pendamping/pemimpin katekese umat 32,69% (17 orang).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 36
Dukungan yang ada dalam diri umat sebagian responden mempunyai kesadaran diri terlibat aktif dalam proses katekese umat 44,23% (23 orang), dan 34,62% (18 orang) menjawab mempunyai kerinduan untuk dekat dengan sabda Allah. Sedangkan dukungan lain umat memiliki waktu luang 15,38% (8 orang), dan 5,77 (3 orang) responden keterbukaan menyediakan tempat.
e. Harapan terhadap Katekese Umat Tabel 7. Harapan terhadap Katekese Umat N= (52) No (1) 25.
26.
27.
28.
Pertanyaan (2) Harapan terhadap katekese umat yang akan datang a. Katekese umat dikemas dengan menarik b. Menggunakan sarana pendukung c. Menjawab kebutuhan umat d. Menciptakan suasana yang menyenangkan penuh persaudaraan Harapan terhadap proses katekese umat a. Umat terlibat aktif sehingga dapat memahami materi katekese umat b. Tercipta suasana yang bersahabat (saling menghormati) c. Isi sesuai dengan kebutuhan umat d. Dapat disusun secara menarik Harapan terhadap pendamping katekese umat a. Pendamping lebih kreatif dan aktif melibatkan semua umat b. Pendamping memiliki pengetahuan yang cukup c. Pendamping terampil dalam berkomunikasi d. Pendamping terampil mengajak umat merenungkan pengalaman hidup Katekese umat yang menarik a. Menjawab kebutuhan umat b. Dapat menantang umat untuk menghadapi perkembangan zaman dan permasalahanya c. Dapat mengajak umat terlibat aktif dalam proses pendalaman iman
Jumlah (3)
% (4)
13 2 7 30
25,00 3,85 13,46 57,69
20
38,46
15
28,85
4 13
7,69 25,00
26
50,00
5 4 17
9,62 7,69 32,69
13 8
25,00 15,38
3
5,77
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 37
(1)
(2) d. Dapat mengajak umat terlibat aktif dalam hidup menggereja dan masyarakat
(3) 28
(1) 53,85
Tabel 7 di atas menunjukkan harapan responden terhadap katekese umat, sebagian besar responden menjawab menciptakan suasana menyenangkan penuh persaudaraan 57,69% (30 orang), dan katekese umat dikemas dengan menarik 25,00% (13 orang). Harapan umat terhadap katekese umat 13,46% (7 orang) responden menjawab katekese umat dapat menjawab kebutuhan umat, dan 3,85% (2 orang) responden menjawab menggunakan sarana pendukung. Harapan umat terhadap proses katekese umat 38,46% (20 orang) responden menjawab umat terlibat aktif sehingga dapat memahami materi katekese umat, dan 28,85% (15 orang) tercipta suasana yang bersahabat. Sedangkan 25,00% (13 orang) menjawab proses katekese umat dapat disusun secara menarik, dan 7,69% (4 orang) menjawab isi katekese umat sesuai kebutuhan umat. Ada pun harapan terhadap pendamping katekese umat sebagian besar responden menjawab pendamping lebih kreatif dan aktif melibatkan semua umat 50,00% (26 orang), dan pendamping terampil mengajak umat merenungkan pengalaman hidup 32,69% (17 orang). Sedangkan 9,62% (5 orang) responden menjawab pendamping memiliki pengetahuan yang cukup, dan 7,69% ( 4 orang) responden menjawab pendamping terampil berkomunikasi. Katekese umat yang menarik adalah katekese umat yang dapat mengajak umat terlibat aktif dalam hidup menggereja dan masyarakat 53,85% (28 orang), dan 25,00% (13 orang) responden katekese umat yang dapat menjawab kebutuhan umat. Katekese umat yang menarik adalah dapat menantang umat menghadapi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 38
perkembangan zaman 15,38% (8 orang), dan mengajak umat terlibat aktif dalam katekese umat 5,77% (3 orang).
f. Usulan terhadap Katekese Umat Tabel 8. Usulan terhadap Katekese Umat N=(52) No (1) 29.
30.
31.
Pertanyaan (2) Usulan untuk katekese umat yang akan datang a. Menyediakan sarana dan menggunakan metode yang menarik b. Adanya pelatihan untuk para pendamping/pemandu katekese umat c. Pendamping kreatif sehingga umat dapat saling membagikan pengalaman hidup d. Menciptakan suasana yang mendukung Tema yang menarik untuk diangkat dalam katekese umat yang akan datang a. Lingkungan hidup b. Kesetaraan gender c. Memperjuangkan keadilan d. Membangun kebersamaan Usulan untuk pendamping katekese umat a. Pendamping dapat membangkitkan suasana kekeluargaan b. Pendamping menguasai bahan dan dapat menyajikan materi dengan menarik c. Pendamping menggunakan bahasa yang sederhana d. Pendamping dapat menjadi motivator umat
Jumlah (3)
% (4)
5
9,62
6
11,54
9
17,31
32
61,53
7 3 3 39
13,46 5,77 5,77 75,00
27
51,93
11
21,15
4 10
7,69 19,23
Tabel di atas menunjukkan usulan katekese umat 61,53% (32 orang) responden menjawab menciptakan suasana yang mendukung, dan pendamping kreatif sehingga dapat saling membagikan pengalaman hidup 17,31% (9 orang). Adapun 11,54% (6 orang) mengusulkan pelatihan untuk para pendamping, dan 9,62% (5 orang) menyediakan sarana dan menggunakan metode yang menarik.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 39
Sedangkan tema yang menarik untuk diangkat dalam katekese umat sebagian besar responden menjawab tema membangun kebersamaan 79,00% (39 orang), dan tema lingkungan hidup 13,46% (7 orang). Sedangkan 5,77% (3 orang) responden menjawab katekese umat dengan tema kesetaraan gender dan 5,77% (3 orang) responden menjawab tema memperjuangkan keadilan. Usulan responden terhadap pendamping katekese umat adalah pendamping dapat membangkitkan suasana kekeluargaan 51,93% (27 orang), dan pendamping menguasai bahan dan menyajikan materi dengan menarik 21,15% (11 orang). Sedangkan usulan pendamping katekese umat adalah pendamping dapat menjadi motivator bagi umat 19,23% (10 orang), dan pendamping dapat menggunakan bahasa yang sederhana 7,69% (4 orang).
3. Pengahayatan dan Perwujudan Iman dalam Katekese Umat Variabel penghayatan dan perwujudan iman dalam katekese umat terdiri dari pemahaman umat terhadap iman, penghayatan iman dan perwujudan iman dalam katekese umat, serta
peran katekese umat dalam meningkatkan
penghayatan iman. Variabel tersebut dijabarkan dalam tabel berikut:
a.
Pemahaman Umat terhadap Iman Tabel 9. Pemahaman Umat terhadap Iman N=(52)
No (1) 32.
Pertanyaan (2) Arti iman a. Gambaran hubungan manusia dengan Tuhan dan
Jumlah (3)
% (4)
30
57,69
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 40
(1)
33.
34.
(2) tanggapan manusia akan wahyu-Nya b. Iman merupakan sumber dan pusat dari keseluruhan kehidupan keagamaan sehingga manusia dapat menanggapi rencana Tuhan. c. Sikap penyerahan diri secara total kepada Allah d. Iman merupakan ikatan pribadi antara manusia dengan Allah yang tak terpisahkan dengan persetujuan bebas yang dimiliki manusia atas wahyu-Nya. Iman harus diwujudkan dalam tindakan konkret a. Sangat setuju b. Setuju c. Ragu-ragu d. Tidak setuju Mewujudkan iman dalam sikap, tindakan, dan ucapan di kehidupan sehari-hari a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah
(3)
(4)
2
3,85
19 1
36,54 1,92
21 30 1 0
40,38 57,70 1,92 0,00
8 15 29 0
15,38 28,85 55,77 0,00
Tabel di atas menunjukkan jawaban responden tantang arti iman yaitu iman adalah gambaran hubungan manusia dengan Tuhan dan tanggapan manusia akan wahyu-Nya 57,69% (30 orang) dan iman merupakan sikap penyerahan diri secara total kepada Allah 36,54% (19 orang). Sedangkan iman merupakan sumber dan pusat keseluruhan kehidupan keagamaan sehingga manusia dapat menanggapi rencana Tuhan ada 3,85% (2 orang) dan iman merupakan ikatan pribadi antara manusia dengan Allah yang tak terpisahkan dengan persetujuan bebas yang dimiliki manusia atas wahyu-Nya. 1,92% (1 orang). Iman sebaiknya diwujudkan dalam tindakan konkret, sebagian besar responden menjawab setuju 56,69% (30 orang), dan
40,38% (21 orang)
menjawab sangat setuju, ragu-ragu 19,20 (1 orang) bahkan tidak ada responden yang menjawab tidak setuju jika iman sebaiknya diwujudkan.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 41
Responden mewujudkan iman dalam sikap, tindakan, dan ucapan, sebagian besar responden menjawab kadang-kadang 55,77% (29 orang), dan 28,85% (15 orang) responden menjawab sering. Sedangkan responden menjawab selalu mewujudkan iman dalam sikap, tindakan, dan ucapan kehidupan sehari-hari 15,38% (8 orang), dan tidak ada responden yang menjawab tidak pernah mewujudkan iman.
b. Penghayatan Iman dalam Katekese Umat Tabel 10. Penghayatan Iman dalam Katekese Umat N= (52) No (1) 35.
36.
37.
38.
Pertanyaan (2) Merenungkan pengalaman hidup yang sudah dialami a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah Berdasarkan pengalaman umat menemukan makna/arti yang terkandung di dalamnya. a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah Umat dapat menemukan nilai-nilai Kitab Suci yang menegur, memperteguhkan, atau mengokohkan iman umat sendiri a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah Materi katekese umat membantu umat dalam memahami keadaan atau situasi hidup a. Sangat membantu b. Membantu c. Kurang membantu d. Tidak membantu
Jumlah (3)
% (4)
8 18 26 0
15,39 34,61 50,00 0,00
12 26 14 0
23,08 50,00 26,92 0,00
20 20 12 0
38,46 38,46 23,08 0,00
13 35 4 0
25,00 67,31 7,69 0,00
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 42
Tabel di atas menunjukkan bahwa sebagian responden menjawab kadangkadang merenungkan pengalaman hidup 50,00% (26 orang), dan sering 34,61% (18 orang). Sedangkan responden yang selalu merenungkan 15,39% (8 orang), dan tidak ada responden yang tidak pernah merenungkan pengalaman hidup. Berdasarkan pengalaman hidup responden menemukan makna/arti yang terkandung di dalamnya, sebagian responden menjawab sering 50,00% (26 orang), dan kadang-kadang 14,92% (14 orang). Bahkan ada responden yang menjawab berdasarkan pengalaman hidup selalu menemukan makna/arti yang terkandung di dalamnya 23,08% (12 orang), dan tidak ada responden yang menjawab tidak pernah menemukan makna/arti yang terkandung di dalamnya. Sebagian besar responden menjawab materi katekese umat membantu responden dalam memahami keadaan/situasi hidup, 67,31% (35 orang), dan sangat membantu 25,00% (13 orang). Tetapi ada juga responden menjawab materi katekese umat kurang membantu 7,69% (4 orang), dan tidak ada responden yang menjawab materi katekese umat tidak membantu.
c. Perwujudan Iman dalam Katekese Umat Tabel 11. Perwujudan Iman Katolik dalam Katekese Umat N=(52) No (1) 39.
Pertanyaan (2) Menciptakan suasana kekeluargaan dalam proses ketekese umat a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah
Jumlah (3)
% (4)
18 18 13 3
34,61 34,61 25,00 5,78
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 43
(1) 40.
41.
42.
43.
(2) Terbuka terhadap pendapat dan sharing pangalaman iman dari umat lain a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah Yang dilakukan umat dalam proses katekese umat untuk mendukung penghayatan iman a. Tidak menghakimi pendapat orang lain b. Mensharingkan pengalaman iman dengan kejujuran dan keterbukaan c. Memperhatikan penjelasan dan pengarahan pendamping d. Terlibat penuh dalam proses katekese umat Dapat merasakan kehadiran Allah mengikui ketekese umat melalui sharing pengalaman hidup a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah Setelah mengikuti proses katekese umat mempunyai keputusan untuk melaksanakan niat-niat yang akan dibangun sebagai wujud pertobatan. a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah
(3)
(4)
16 11 24 1
30,77 21,16 46,15 1,92
16 11
30,78 21,15
24
46,15
1
1,92
12 20 20 0
23,08 38,46 38,46 0,00
15 18 19 0
28,85 34,61 36,54 0,00
Berdasarkan no. item 39 responden menciptakan suasana kekeluargaan dalam proses katekese umat, sebagian besar responden menjawab selalu 34,61% (18 orang), dan 34,61% (18 orang) responden menjawab sering. Tetapi ada juga responden yang menjawab kadang-kadang menciptakan suasana kekeluargaan dalam proses katekese umat 25,00% (13 orang), dan jarang menciptakan suasana kekeluargaan dalam proses katekese umat 5,77 (3 orang). Sedangkan keterbukaan umat terhadap pendapat dan saling membagikan pengalaman iman dari umat lain, sebagian besar responden menjawab kadang-
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 44
kadang 15% (24 orang), dan 30,77 % (16 orang) responden menjawab selalu. Sedangkan 21,16% (11 orang) responden menjawab sering terbuka terhadap pendapat, dan saling membagikan pengalaman iman dari umat lain, tetapi ada juga responden yang menjawab tidak pernah terbuka 1,92% (1 orang). Sedangkan hal yang dilakukan responden dalam proses katekese umat untuk mendukung penghayatan iman katolik, sebagian besar responden menjawab memperhatikan penjelasan dan pengarahan dari pendamping 46,15% (24 orang), dan 30,78% (16 orang) responden menjawab tidak menghakimi pendapat orang lain. Sedangkan sebagian kecil responden menjawab hal yang dilakukan dalam proses ketekese umat untuk mendukung penghayatan iman adalah membagikan pengalaman iman dengan kejujuran dan keterbukaan 21,15% (11 orang) dan terlibat secara penuh dalam proses katekese umat 1,92% (1 orang). Adapun responden merasakan kehadiran Allah setelah/selama mengikuti katekese umat melalui saling membagikan pengalaman hidup, sebagian responden menjawab sering 38,46% (20 orang), dan 38,46% (20 orang) responden menjawab kadang-kadang. Sedangkan 23,85% (12 orang) responden menjawab selalu merasakan kehadiran Allah selama mengikuti katekese umat dan tidak ada responden yang menjawab tidak pernah. Setelah mengikuti proses katekese umat responden mempunyai keputusan untuk melaksanakan niat-niat yang dibangun sebagai wujud pertobatan, sebagian responden menjawab kadang-kadang 36,54% (19 orang), dan 34,61% (18 orang) responden menjawab sering. Sedangkan responden menjawab selalu mempunyai keputusan untuk melaksanakan niat-niat yang dibangun sebagai wujud pertobatan 28,85% (15 orang) dantidak ada responden yang menjawab tidak pernah.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 45
d. Peran Katekese Umat dalam Meningkatkan Penghayatan Iman Tabel 12. Peran Katekese Umat dalam Meningkatkan Penghayatan Iman N= (52) No (1) 44.
45.
46.
47.
48.
Pertanyaan (2) Manfaat yang diperoleh setelah mengikuti katekese umat a. Menambah pengetahuan tentang ajaran Gereja dan nilai-nilai dalam Kitab Suci b. Menguatkan dan meneguhkan iman c. Memberikan keberanian untuk bersaksi dalam kehidupan sehari-hari d. Tidak tahu Katekese umat membantu umat dalam penghayatan iman a. Sangat membantu b. Membantu c. Kurang membantu d. Tidak membantu Peran katekese umat dalam rangka meningkatkan penghayatan iman a. Memberikan pengetahuan tentang ajaran Gereja dan nilai-nilai Kitab Suci b. Untuk mempermudah umat mendalami pengalaman hidup c. Membantu umat untuk memahami nilai-nilai Kitab Suci dalam pengalaman hidup d. Untuk membantu umat mendalami kehidupan berdasarkan iman Hasil yang diperoleh selama mengikuti katekese umat a. Menemukan makna pengalaman hidup b. Dapat merenungkan pengalaman hidup sehingga dapat bersaksi kepada sesama di tengah masyarakat c. Terbuka terhadap kehadiran Allah dalam kehidupan d. Biasa saja Pengaruh yang dirasakan umat selama mengikuti katekese umat dalam meningkatkan penghayatan iman a. Iman semakin diteguhkan dan dikuatkan b. Berani untuk bersaksi kepada sesama c. Berasa bahagia dan tenang karena telah mendalami nilai-nilai dalam Kitab Suci dan pengalaman hidup d. Biasa saja
Jumlah (3)
% (4)
17
32,69
26 3
50,00 5,77
6
11,54
19 30 3 0
36,54 57,69 5,77 0,00
16
30,77
4
7,69
28
53,85
4
7,69
18 12
34,62 23,08
17 5
32,69 9,61
32 6 10
61,54 11,54 19,23
4
7,69
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 46
(1) 49.
50.
(2) Proses katekese umat yang dapat meningkatkan penghayatan iman katolik a. Saling membagikan pengalaman hidup b. Merenungkan pengalaman hidup dalam terang Kitab Suci c. Menerapkan iman Kristiani dan mengusahakan suatu aksi konkrit yang akan dilakukan d. Merenungkankan pengalaman hidup dalam terang Kitab Suci dan melaksanakan aksi konkrit dalam kehidupan sebagai perwujudan iman Yang dialami dan dirasakan setelah mengikuti katekese umat di Lingkungan a. Merasa terbantu untuk semakin mengenal pribadi Yesus dan diri pribadi sehingga mengembangkan/memperdalam iman b. Merasa tertarik untuk mengikuti katekese umat yang akan datang c. Merasa terganggu karena waktu untuk keluarga/pribadi menjadi berkurang d. Biasa saja
(3)
(4)
10 8
19,23 15,38
8
15,39
26
50,00
44
84,62
2
3,85
0
0,00
6
11,53
Hasil penelitian tabel di atas menunjukkan manfaat yang diperoleh setelah mengikuti katekese umat adalah 50,00% (26 orang) responden menjawab menguatkan dan meneguhkan iman, dan 32,69% (17 orang) responden menjawab menambah pengetahuan tentang ajaran Gereja. Sedangkan 5,77% (3 orang) responden menjawab memberikan keberanian untuk bersaksi dalam kehidupan sehari-hari, tetapi ada juga responden yang menjawab tidak tahu manfaat yang diperoleh setelah mengikuti katekese umat 11,54% (6 orang). Katekese umat membantu penghayatan iman, sebagian responden menjawab membantu 57,69% (30 orang), dan sangat membantu 36,54% (19 orang). Sedangkan 5,77% (3 orang) responden menjawab katekese umat kurang membantu dalam penghayatan iman, dan tidak ada responden yang menjawab katekese umat tidak membantu penghayatan iman.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 47
Peran katekese umat dalam rangka meningkatkan penghayatan iman yaitu responden menjawab membantu umat untuk memahami nilai-nilai Kitab Suci dalam pengalaman hidup 53,85% (28 orang) dan 30,77% (16 orang) untuk memberikan pengetahuan tentang ajaran Gereja dan nilai-nilai Kitab Suci. Peran katekese umat dalam rangka meningkatkan penghayatan iman 7,69% (4 orang) untuk memudahkan umat mendalami pengalaman hidup, dan untuk membantu umat mendalami kehidupan berdasarkan iman 7,69% (4 orang). Hasil yang diperoleh selama mengikuti katekese umat, sebagian responden menemukan makna pengalaman hidup 34,61% (18 orang), dan 32,69% (17 orang) terbuka terhadap kehadiran Allah dalam kehidupan. Hasil yang diperoleh selama mengikuti katekese umat adalah dapat merenungkan pengalaman hidup sehingga dapat bersaksi kepada sesama di tengah masyarakat 23,08% (12 orang), tetapi ada juga responden yang menjawab biasa saja 9,61% (5 orang). Pengaruh yang dirasakan selama mengikuti katekese umat dalam meningkatkan penghayatan iman adalah responden menjawab iman semakin diteguhkan dan dikuatkan 61,54% (32 orang), dan merasa bahagia dan tenang karena telah mendalami nilai-nilai Kitab Suci dan pengalaman hidup 19,23% (10 orang). Sedangkan pengaruh lain yang dirasakan adalah berani untuk bersaksi kepada sesama 11,54% (6 orang), dan merasa biasa saja 7,69% (4 orang). Proses katekese umat yang dapat meningkatkan penghayatan iman katolik adalah merenungkan pengalaman hidup dalam terang Kitab Suci dan melaksanakan aksi konkrit dalam kehidupan sebagai perwujudan iman 50,00% (26 orang), dan saling membagikan pengalaman iman 19,23% (10 orang). Sedangkan responden menjawab merenungkan pengalaman hidup dalam terang
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 48
Kitab Suci 15,39% (8 orang), dan menerapkan iman Kristiani dan mengusahakan suatu aksi konkrit yang akan dilakukan 15,38% (8 orang). Umat merasakan dan mengalami manfaat setelah mengikuti katekese umat banyak responden yang menjawab merasa terbantu untuk semakin mengenal pribadi Yesus dan diri pribadi sehingga mengembangkan/memperdalam iman 84,61% (44 orang), dan merasa biasa saja 11,53% (6 orang). Akan tetapi ada juga responden yang menjawab merasa tertarik untuk mengikuti pendalaman iman yang akan datang 3,85% (2 orang) dan tidak ada responden yang menjawab merasa terganggu karena waktu untuk keluarga/pribadi berkurang.
E. Pembahasan Hasil Penelitian Sumbangan Katekese Umat dalam Rangka Meningkatkan Penghayatan Iman Umat Lingkungan St. Yusuf, Berut Berdasarkan hasil penelitian tentang seberapa besar sumbangan katekese umat dalam rangka meningkatkan penghayatan iman di Lingkungan St. Yusuf maka ditemukan poin-poin penting dari setiap variabel. Oleh sebab itu hasil penelitian tersebut dijabarkan sesuai dengan data-data yang diperoleh. Pembahasan hasil penelitian bertujuan untuk mengetahui lebih dalam pelaksanaan katekese umat di Lingkungan St. Yusuf, Berut, dan mengetahui seberapa besar sumbangan katekese umat dalam rangka meningkatkan penghayatan iman.
1. Identitas Responden Tabel 2 di atas menunjukkan keseluruhan responden yang berjumlah 52 orang adalah umat yang aktif maupun tidak aktif mengikuti katekese umat. Sebagian besar umat berjenis kelamin perempuan (28 orang) dan sebagian
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 49
berjenis kelamin laki-laki tidak begitu jauh yaitu (24 orang). Sedangkan usia umat sebagian responden kebanyakan antara 36-45 tahun (22 orang) Sebagian besar pendidikan terakhir umat adalah lulusan SMA/SMK sebagian kecil pendidikan terakhir SD, SMP, dan perguruan tinggi dengan pekerjaan umat sebagai petani dan buruh/karyawan serta sebagian kecil bekerja sebagai wiraswasta dan PNS. Berdasarkan data di atas, usia umat yang terlibat dalam katekese umat bervariasi yaitu antara kurang dari 35 tahun dan lebih dari 56 tahun dengan latar belakang pendidikan yang berbeda juga. Hal ini menunjukkan bahwa umat yang hadir dalam katekese umat adalah umat usia dewasa dan tua, bahkan pekerjaan umat sebagai petani tidak menjadi penghalang untuk membaur dengan umat lain dalam mengikuti katekese umat yang ada di Lingkungan.
2. Pemahaman dan Keterlibatan Umat dalam Katekese Umat Pada bagian variabel 1 penulis membicarakan tentang pemahaman dan keterlibatan umat dalam katekese umat yang dijabarkan lebih dalam untuk mendapatkan data penting. Pemahaman dan keterlibatan umat dalam katekese umat terdiri dari pemahaman umat terhadap katekese umat, keterlibatan umat dalam katekese umat, hambatan yang terjadi dalam katekese umat, dukungan, harapan dan usulan terhadap katekese umat.
a. Pemahaman Umat terhadap Katekese Umat Berdasarkan tabel 3 pemahaman umat terhadap katekese umat masih sangat kurang. Sebagian besar umat menjawab katekese umat adalah pendalaman Kitab Suci 51,93% padahal katekese umat merupakan tukar pengalaman iman antara
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 50
umat 40,38%. Bahkan ada umat yang menjawab katekese umat merupakan doa rosario. Dengan jawaban tersebut berarti umat belum bisa membedakan antara katekese umat dengan doa rosario. Pemahaman umat terhadap katekese umat sudah cukup baik hal ini terlihat dari jawaban umat yaitu saling membagikan pengalaman iman, mengolah pengalaman hidup melalui terang Kitab Suci, serta pendewasaan iman dan kesaksian di masyarakat. Tetapi ada beberapa umat yang belum memahami tujuan dari katekese umat karena katekese umat merupakan doa bersama. Berdasarkan situasi di Lingkungan isi ketekese umat yang selama ini sudah terlaksana sering menggunakan pengalaman hidup sehari-hari, pengalaman iman Gereja yang ada di dalam Kitab Suci, dan doa tetapi hanya sedikit saja menyangkut dokumen Gereja. Berdasarkan jawaban umat isi katekese umat yang sudah terlaksana di Lingkungan bervariasi akan tetapi masih perlu dikembangkan lagi karena dokumen Gereja masih kurang digunakan menjadi isi katekese umat. Sedangkan sarana yang sering digunakan dalam katekese umat adalah teks Kitab Suci yang akan dibahas, buku panduan. Sarana yang tersedia tersebut menunjukkan bahwa umat dan Lingkungan sudah menyadari bahwa pentingnya menggunakan sarana pendukung dalam proses katekese umat sehingga umat dapat mengetahui alur pembicaraan yang akan dibahas. Ada pun buku lagu dan buku doa kurang digunakan sebagai sarana pendukung katekese umat karena umat sudah menyediakan buku panduan yang di dalamya terdapat lagu dan doa-doanya. Sarana yang terakhir yang sering digunakan adalah sarana kreatif dari pendamping. Hal ini menunjukkan pendamping memiliki kreatifitas dan telah mempersiapkan materi katekese umat dengan maksimal.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 51
Sedangkan model katekese umat yang sering digunakan adalah menggali pengalaman hidup dan pendalaman Kitab Suci. Hal ini menunjukkan bahwa kedua model katekese umat tersebut sering digunakan di Lingkungan. Sedangkan katekese umat model campuran (menggali pengalaman hidup dan pendalaman Kitab Suci) jarang digunakan di Lingkungan. Akan tetapi ada juga umat yang belum memahami model katekese umat yang bisanya dilakukan di Lingkungan karena beberapa umat menjawab katekese umat model doa bersama. Doa bersama masuk dalam proses katekese umat dan tidak berdiri sendiri. Model katekese umat yang sering digunakan di Lingkungan sudah sesuai dengan langkah-langkah katekese umat. Sebagian besar umat menjawab langkahlangkah sebagai berikut pembukaan, pengalaman hidup umat, mendalami teks Kitab Suci, menerapkan iman Kristiani dalam situasi umat dan mengusahakan suatu aksi konkret dalam kehidupan, doa umat dan penutup. Langkah-langkah tersebut merupakan katekese model pengalaman hidup. Langkah pembukaan, pembacaan teks Kitab Suci, pendalaman Kitab Suci, pendalaman pengalaman hidup, penerapan iman Kristiani, doa umat dan penutup ini merupakan model Kitab Suci. Langkah-langkah seperti pembukaan, pembacaan teks Kitab Suci, cerita pengalaman hidup berdasarkan Kitab Suci, pendalaman pengalaman hidup dan Kitab Suci, doa umat dan penutup merupakan model campuran. Sedangkan langkah-langkah seperti pembukaan, pembacaan teks Kitab Suci, doa umat dan doa penutup merupakan katekese umat yang tidak lengkap. .Adapun tema katekese umat yang selama ini dilaksanakan di Lingkungan masih mengalami keprihatinan karena menurut umat tema katekese umat masih kadang-kadang sesuai dengan situasi dan kondisi umat di Lingkungan. Hal ini
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 52
menunjukkan tema katekese belum menjawab kebutuhan dan kerinduan umat. Sedangkan tema katekese umat yang sering sesuai dengan situasi dan kondisi umat berarti tema katekese umat sudah cukup menanggapi kebutuhan dan kerinduan umat. Ada pun tema katekese umat selalu sesuai dengan situasi dan kondisi berarti umat sudah puas karena menjawab kebutuhan. Tetapi jika tema katekese umat tidak pernah sesuai berarti umat tidak memiliki kepekaan terhadap sekitarnya dan dirinya serta kurang terbuka menerima materi katekese umat. Bahkan keterlibatan umat dalam memandu jalannya katekese umat masih sangat kurang karena yang sering memandu katekese umat adalah ketua Lingkungan dan prodiakon. Hal ini menunjukkan bahwa umat masih beranggapan tugas pemandu katekese umat adalah katua Lingkungan dan prodiakon. Para pengurus Lingkungan belum memberikan kesempatan penuh kepada umat. Keterlibatan umat dalam memimpin katekese umat masih kurang hal ini terlihat dari jawaban umat yaitu umat yang ditunjuk dan umat secara bergantian.
b. Keterlibatan Umat dalam Katekese Umat Katerlibatan umat dalam berkatekese masih sangat kurang karena sebagian besar umat kadang-kadang mengikuti katekese umat. Sebagian kecil umat menjawab sering terlibat yang berarti umat sudah cukup memiliki kesadaran diri terlibat walaupun tidak maksimal menghadirinya. Sedangkan umat yang selalu terlibat maka umat tersebut secara penuh telah mengikuti katekese umat dan memiliki kesadaran diri yang tinggi untuk terlibat. Bahkan ada umat yang tidak pernah mengikuti katekese umat hal ini menunjukkan bahwa umat tidak memiliki kepedulian dan kesadaran diri mengikuti katekese umat yang ada di Lingkungan.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 53
Kebanyakan umat tertarik mengikuti katekese umat hal ini menunjukkan bahwa umat memiliki kesadaran diri yang cukup baik karena katekese umat penting dan dapat memberikan manfaat. Sedangkan umat yang sangat tertarik mengikuti katekese umat berarti katekese umat sangat penting dan umat memiliki kesadaran yang tinggi terlibat aktif dalam kegiatan di Lingkungan. Bahkan tidak ada umat yang tidak tertarik terhadap katekese umat, hal ini menunjukkan bahwa katekese umat memberikan pengaruh baik dalam kehidupan. Akan tetapi ada umat yang kurang tertarik mengikuti katekese umat hal ini menunjukkan bahwa umat belum memiliki kesadaran diri untuk terlibat aktif dalam kegiatan di Lingkungan. Pada dasarnya motivasi umat mengikuti katekese umat sangat baik karena untuk memperdalami iman, dan kebutuhan dan kerinduan akan sabda Tuhan. Hal tersebut menunjukkan bahwa motivasi umat untuk pendewasaan iman dan sebagai petunjuk menjalani hidup. Tetapi jika umat memiliki motivasi ingin berkumpul bersama, dan sebagian lagi karena keterpaksaan/ikut-ikutan. Hal ini menunjukkan bahwa umat melakukannya sebagai kewajiban bukan kebutuhan dan kesadaran diri sehingga umat menghadiri katekese umat sebatas sebagai rutinitas. Mengikuti katekese umat untuk mendalami iman berarti umat menyadari bahwa iman perlu untuk selalu dikembangkan dan didalami supaya semakin berkembang. Sedangkan keterlibatan umat dalam katekese umat sebagian besar umat masih sangat kurang karena umat hanya mengikuti arahan pendamping, dan sebagian kecil umat diam saja/pasif, dan bicara jika ditunjuk. Ketiga hal ini menunjukkan bahwa umat menerima apa saja yang diungkapkan dan diarahkan oleh pendamping dan umat kurang memiliki kesadaran diri untuk terlibat aktif dalam katekese umat. Umat juga perlu mendapat sapaan/perintah secara langsung
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 54
supaya mau terlibat aktif dalam proses katekese umat. Bahkan sedikit umat yang terlibat aktif dalam katekese umat. Umat yang terlibat aktif berarti umat tersebut memiliki kesadaran diri untuk melibatkan diri dalam proses katekese umat dan menyadari pentingnya melibatkan diri demi tercapainya tujuan bersama.
c. Hambatan yang terjadi dalam Katekese Umat Hambatan umat dalam mengikuti katekese umat perlu untuk diperhatikan supaya katekese umat dapat menjadi lebih baik. Hambatan yang biasanya dialami umat adalah kesulitan dalam merenungkan pengalaman hidup sehari-hari. Hal ini menunjukkan bahwa umat perlu dibantu untuk menemukan pengalaman hidup sesuai tema atau umat tersebut belum memiliki kerendahan hati untuk memproses pengalaman hidupnya. Kesulitan lain yang dihadapi umat adalah kesulitan mengungkapkan pengalaman hidup sehari-hari. Hal ini berarti umat belum bisa terbuka untuk membagikan pengalaman hidup. Umat juga kesulitan menanggapi pokok pembicaraan berarti umat kurang fokus mengikuti katekese umat, atau kurang memahami meteri yang disampaikan oleh pendamping. Umat kesulitan memahami proses katekese umat, hal ini menunjukkan bahwa umat kurang tertarik atau kurang memperhatikan pembicaan. Adapun hambatan yang dirasakan pihak Lingkungan adalah kurangnya sarana pendukung. Hal ini menunjukkan bahwa Lingkungan belum bisa menyediakan
sarana-sarana
yang
mendukung.
Lingkungan
belum
bisa
menyediakan sara pendukung kemungkinan ada beberapa sebab seperti ketidaktahuan pengurus Lingkungan, keterbatasan biaya, tenaga, dan ide. Hambatan lain pendamping kurang kreatif dalam memandu katekese umat
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 55
sehingga pendamping terpaku pada teks. Hal ini terjadi karena pendamping kurang mempersiapkan bahan dan mempersiapkan diri sehingga kurang memahami bahan katekese umat yang akan disampaikan. Kurangnya sarana dan kurangnya kreatifitas pendamping disebabkan karena keterbatasan tenaga dan kurangnya pengetahuan. Sedangkan tidak tersedianya tempat berkatekese berarti umat kurang memiliki kesadaran diri untuk menggunakan rumahnya sebagai tempat berkatekese. Hambatan lainnya adalah tidak adanya dana, hal ini menunjukkan Lingkungan kurang memperhatikan fasilitas yang dibutuhkan. Ada pun hambatan dalam diri umat untuk mengikuti katekese umat adalah kurang peduli/malas mengikuti ketekse umat. Hal ini menunjukkan bahwa umat kurang memiliki kesadaran diri mengikuti katekese umat. Hambatan lainnya adalah masalah pribadi, ini berarti umat sudah bijaksana menghadapi masalah pribadinya sehingga mampu mengikuti katekese umat di Lingkungan. Umat kelelahan setelah seharian bekerja, hal ini terjadi karena sebagian umat bekerja sebagai petani dan buruh sehingga hampir seharian waktu mereka digunakan bekerja. Bahkan tidak hanya itu saja umat juga masih mempunyai kesibukan yang lain yang menyebabkan mereka tidak terlibat mengikuti katekese umat. Hal ini menunjukkan bahwa umat belum bisa membagi waktu secara bijaksana untuk keluarga/pribadi dan kegiatan yang ada di Lingkungan serta umat kurang memiliki kesadaran diri menghadiri ketekese umat. Adapun hambatan yang terjadi dalam katekese umat, sebagian besar umat menjawab katekese umat terlalu lama. Hal ini menunjukkan bahwa umat merasa proses katekese umat terlalu panjang. Hambatan lainnya adalah tercipta lingkungan fisik yang kurang mendukung. Hal ini berarti lingkungan fisik sangat
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 56
mempengaruhi proses katekese umat. Tercipta suasana emosional yang tidak mendukung, hal tersebut menunjukkan bahwa untuk melaksanakan katekese umat perlu menciptakan suasana emosional yang mendukung. Hambatan lainnya adalah tidak tepat waktu memulai katekese umat. Hal ini menunjukkan bahwa umat menginginkan supaya menggunakan waktu dengan sebaik-baiknya.
d. Dukungan yang Dibutuhkan dalam Katekese Umat Waktu yang ideal/cocok dalam pelaksanaan katekese umat adalah 60 menit90 menit. Hal ini menunjukkan bahwa umat waktu tersebut tidak terlalu lama dalam melaksanakan katekese umat. Sedangkan umat yang memilih waktu kurang dari 60 menit berarti umat tersebut menginginkan proses katekese umat yang singkat sehingga tidak menyita banyak waktu. Ada juga umat yang memilih waktu 90 menit-120 menit, hal ini menunjukkan bahwa untuk mendalami tema katekese umat memerlukan waktu yang lama. Tetapi jika waktu yang ideal lebih dari 120 menit maka umat menginginkan supaya membahas tema katekese umat secara rinci dan jelas sehingga membutuhkan waktu yang lama. Sedangkan dukungan dari Lingkungan untuk terlaksananya katekese umat adalah menyediakan tempat, menyediakan sarana pendukung, dan adanya pendamping katekese umat. Berdasarkan ketiga hal tersebut Lingkungan telah terbuka menyediakan tempat dan dengan kesadaran diri menyediakan sarana pendukung serta tersedianya pendamping katekese umat. Adapun dukungan yang ada dalam diri umat adalah umat memiliki kesadaran diri terlibat dalam kagiatan katekese umat. Hal ini berarti bahwa umat memiliki kepeduliam untuk mengikuti katekese umat. Dukungan lainnya adalah
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 57
kerinduan umat terhadap sabda Tuhan. Bagi umat yang merindukan sabda Tuhan maka umat tersebut akan bersungguh-sungguh dalam mengikuti proses katekese umat walaupun prosesnya tidak dikemas dengan menggunakan sarana pendukung dan menyadari bahwa sabda Tuhan merupakan sumber hidup. Dukungan lain yang diperlukan demi terlaksananya katekese umat adalah adanya waktu luang dan tersedianya tempat berkatekese. Kedua hal ini menunjukkan bahwa umat masih mengesampingkan katekese umat dalam kehidupan sehingga kurang terbuka menyediakan tempat dan kurang bijaksana membagi waktu.
e. Harapan terhadap Katekese Umat Harapan umat terhadap katekese umat adalah menciptakan suasana yang menyenangkan penuh dengan persaudaraan. Hal tersebut menunjukkan suasana kekeluargaan penting dalam berkatekese dan umat merindukan suasana tersebut. Harapan lain dalam berkatekese adalah mengemas katekese umat menjadi menarik. Hal ini menunjukan katekese umat yang sudah berlangsung belum dikemas dengan menarik. Sedangkan sarana pendukung untuk katekese umat masih kurang sehingga perlu ditingkatkan. Materi yang menjawab kebutuhan umat merupakan hal penting supaya umat tertarik mengikuti katekese umat. Adapun harapan umat terhadap proses katekese umat supaya menjadi lebih baik yaitu umat terlibat aktif sehingga dapat memahami materi katekese umat. Hal tersebut menunjukkan bahwa umat menginginkan supaya seluruh umat dengan kesadaran diri terlibat aktif dalam proses katekese umat supaya katekese umat dapat berjalan dengan baik dan lancar. Sedangkan harapan lainnya adalah menciptakan suasana yang saling menghormati. Hal ini menunjukkan bahwa
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 58
suasana yanag mendukung dibutuhkan dalam proses katekese umat. Katekese umat dapat disusun dengan menarik, hal ini menunjukkan selama ini katekese umat belum maksimal dalam penyusunanya sehingga menjadi kurang menarik. Sedangkan harapan akan isi sesuai dengan kebutuhan umat ini berarti katekese umat yang berlangsung di Lingkungan kurang sesuai dengan kebutuhan umat. Sedangkan harapan umat terhadap pendamping katekese umat, adalah pendamping lebih kreatif dan aktif melibatkan semua umat, serta pendamping terampil membantu umat merenungkan pengalaman hidup dan merenungkan pesan dalam Kitab Suci. Oleh sebab itu umat mengharapkan supaya pendamping katekese umat tidak hanya kreatif dan melibatkan umat tetapi pendamping dapat mengajak umat untuk merenungkan pengalaman hidup dan menemukan nilai-nilai dalam Kitab Suci. Adapun harapan lainnya adalah pendamping memiliki pengetahuan yang cukup tentang katekese umat. Hal ini menunjukkan bahwa pengetahuan diperlukan dalam proses katekese umat. Pengetahuan dapat mendukung dan membantu proses katekese umat. Pendamping juga dapat terampil dalam berkomunikasi, hal ini menunjukkan bahwa umat menyadari dalam proses katekese umat memerlukan komunikasi. Terjalinnya komunikasi yang baik akan mempengaruhi keberhasilan penyampaian isi katekese umat. Sedangkan katekese umat yang menarik adalah katekese umat yang dapat mengajak umat terlibat aktif dalam hidup menggereja, masyarakat, serta katekese umat yang menjawab kebutuhan umat. Kedua hal tersebut menunjukkan bahwa katekese umat tidak sebatas mendalami pengalaman hidup dan nilai-nilai Kitab Suci tetapi memberikan pengaruh untuk terlibat dalam kegiatan menggereja dan masyarakat. Katekese umat dapat menjawab kebutuhan umat berarti umat
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 59
merindukan apa yang menjadi kebutuhan dan kebutuhannya dapat terpenuhi dalam katekese umat. Sedangkan katekese umat yang dapat menantang umat menghadapi
perkembangan
zaman
dan
menunjukkan bahwa umat mengharapkan
permasalahanya.
Hal
tersebut
semangat, dan nilai hidup baru
sehingga dapat menghadapi perkembangan zaman dan permasalahannya.
f. Usulan terhadap Katekese Umat Berdasarkan tabel 8 di atas, usulan terhadap katekese umat yang akan datang adalah menciptakan suasana yang mendukung. Suasana dalam proses katekese umat sangat penting demi keberhasilan tujuan yang akan dicapai. Sedangkan usulan lainnya untuk katekese umat yang datang adalah adanya pelatihan untuk para pendamping, menyediakan sarana dan menggunakan metode yang menarik. Berdasarkan kedua hal tersebut menunjukkan bahwa sarana dan metode yang menarik dapat mendukung keseluruhan proses katekese umat. Bahkan perlu ada pelatihan untuk pendamping, hal ini menunjukkan bahwa umat sadar pengetahuan itu penting untuk melengkapi informasi dalam katekese umat. Ada pun usulan lain supaya pendamping dapat kreatif sehingga umat dapat saling membagikan pengalaman iman. Hal ini berarti pendamping diharapkan dapat kreatif mengajak umat mengungkapkan pengalaman hidup. Sedangkan tema yang menarik untuk diangkat dalam katekese umat adalah membangun kebersamaan karena tema ini sesuai dengan situasi dan kondisi umat di Lingkungan. Tema tersebut sangat penting dan dibutuhkan dalam kehidupan menggereja. Sedangakan tema lingkungan hidup merupakan tema yang penting juga karena sekarang lingkungan alam mulai tercemar oleh limbah sampah dan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 60
suara. Tema kesetaraan gender merupakan tema yang menarik hal ini menunjukkan bahwa pada zaman sekarang masih terjadi diskriminasi terhadap laki-laki atau perempuan. Adapun tema tentang memperjuangkan keadilan merupakan tema yang menarik sebab di zaman yang modern ini masih sering terjadi ketidakadilan dalam kehidupan Gereja maupun masyarakat umum. Usulan untuk pendamping katekese umat adalah dapat membangkitkan suasana kekeluargaan. Suasana kekeluargaan penting demi kelancaran proses katekese umat. Pendamping dapat menjadi motivator, berarti umat dapat memperoleh semangat baru. Bahasa yang sederhana perlu diperhatikan supaya umat dapat memahami isi katekese umat. Pendamping menguasai bahan dan menyajikan materi dengan menarik yang berarti perlu ada persiapan yang matang.
3. Penghayatan dan Perwujudan Iman dalam Katekese Umat Pada variabel 2 penulis membicarakan tentang penghayatan dan perwujudan iman dalam ketekese umat. Variabel 2 tersebut terbagi terdiri dari pemahaman umat terhadap iman, penghayatan iman dalam katekese umat, perwujudan iman dalam katekese umat, dan peran katekese umat dalam meningkatkan penghayatan iman umat.
a. Pemahaman Umat terhadap Iman Berdasarkan tabel 9 di atas, arti iman berdasarkan jawaban umat sudah sesuai karena iman merupakan gambaran hubungan manusia dengan Tuhan dan tanggapan manusia akan wahyu-Nya. Iman merupakan sumber dan pusat dari keseluruhan kehidupan keagamaan sehingga manusia dapat menanggapi rencana
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 61
Tuhan. Hal ini menunjukkan bahwa pemahaman umat sudah sesuai dengan pengertian iman berdasarkan Kitab Suci. Iman merupakan sikap penyerahan diri secara total kepada Allah. Hal tersebut menunjukkan bahwa umat belum paham tentang pengertian iman karena sikap penyerahan merupakan tindakan nyata dari iman. Iman adalah ikatan pribadi antara manusia dengan Allah yang tak terpisahkan dengan persetujuan bebas yang dimiliki manusia atas wahyu-Nya. Hal tersebut menunjukkan umat sudah paham tentang iman sesuai dengan KGK. Sedangkan banyak umat yang setuju bila iman harus diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari yang berarti bahwa umat telah menyadari iman sebaiknya diwujudkan dalam hidup. Sedangkan umat yang sangat setuju jika iman harus diwujudkan berarti umat sungguh menyadari bahwa iman sebaiknya wajib diwujudkan. Sedangkan umat yang ragu-ragu berarti dalam kehidupan sehari-hari umat tersebut masih jarang mewujudkan iman dalam kehidupan. Adapun umat yang tidak setuju jika iman diwujudkan dalam tindakan nyata berarti umat mengetahui bahwa iman sebaiknya diwujudkan dalam kehidupan. Selama ini umat kadang-kadang mewujudkan iman dalam sikap, tindakan, dan ucapan di dalam kehidupan. Hal tersebut menunjukkan bahwa umat masih butuh belajar untuk sering mewujudkan iman dalam kehidupan. Sedangkan umat yang sering menunjukkan iman dalam sikap, tindakan, dan ucapan maka umat tersebut telah mewujudkannya iman dengan kesungguhan hati dan mampu melewati rintangan yang dihadapi. Sedangkan umat yang selalu mewujudkan iman dalam tindakan, sikap, dan perkataan berarti umat sudah maksimal dalam mewujudkan iman. Bahkan tidak ada umat yang menjawab tidak pernah
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 62
mewujudkan iman dalam sikap, tindakan, dan dalam ucapan. Hal tersebut berarti umat telah mewujudkan iman dalam tindakan nyata.
b. Penghayatan Iman dalam Katekese Umat Umat yang kadang-kadang merenungkan pengalaman hidup yang sudah dialami berarti umat tersebut kurang mampu mengolah pengalaman hidup menjadi bermakna. Sedangkan umat yang sering merenungkan pengalaman hidup berarti umat sudah cukup baik mengolah pengalaman hidup menjadi bermakna dan dapat menghadapi tantangan yang ada. Adapun umat yang selalu merenungkan pengalaman hidup berarti umat menyadari pentingnya mengolah pengalaman hidup menjadi bermakna, dan umat semakin mengenal dirinya. Tetapi tidak ada umat yang tidak pernah merenungkan pengalaman hidup. Hal tersebut menunjukkan bahwa umat paham untuk merenungkan pengalaman hidupnya. Berdasarkan pengalaman hidup umat selalu menemukan makna dan arti yang terkandung di dalamnya maka umat telah menemukan pesan baru dan membangun kebiasaan merenungkan pengalaman hidup. Sedangkan umat yang kadang-kadang menemukan makna hidup maka umat belum membangun kebiasaan untuk merenungkan pengalaman hidupnya. Bila umat menjawab sering menemukan makna dalam pengalaman hidup, maka umat tersebut sudah mulai membangun kebiasaan merenungkan pengalaman hidup. Tetapi tidak ada umat yang tidak pernah menemukan makna dalam pengalaman hidupnya. Hal tersebut menunjukkan bahwa umat pernah merenungkan pengalaman hidupnya, dan umat pernah menemukan nilai-nilai baru dalam kehidupannya.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 63
Adapun umat yang selalu menemukan nilai-nilai dalam Kitab Suci yang menegur, memperteguhkan, atau mengokohkan iman berarti umat terbuka menerima teguran, peneguhan, atau pengokohan iman. Sedangkan umat yang sering menemukan nilai-nilai dalam Kitab Suci yang menegur, memperteguhkan, atau mengokohkan iman berarti umat cukup terbuka menerima sapaan-Nya. Umat yang kadang-kadang menemukan nilai-nilai dalam Kitab Suci yang menegur, memperteguhkan, atau mengokohkan iman. Hal tersebut menunjukkan bahwa umat masih kurang terbuka akan sapaan Tuhan lewat sabda-Nya. Bahkan tidak ada umat yang tidak pernah menemukan nilai-nilai dalam Kitab Suci yang menegur, memperteguhkan, atau mengokohkan iman. Hal tersebut berarti umat menyadari dirinya dapat disapa Tuhan lewat sabda-Nya dan pengalaman hidup. Sedangkan materi katekese umat dapat membantu umat memahami keadaan dan situasi hidup berarti katekese umat memberikan peran penting dalam mendalami pengalaman hidup pribadi dan sosial. Adapun umat yang menganggap katekese umat kurang membantu dalam memahami keadaan dan situasi hidup berarti materi katekese umat kurang sesuai kenyataan. Sedangkan katekese umat tidak membantu umat dalam memahami keadaan dan situasi hidup berarti katekese umat tidak bisa memberikan manfaat untuk memahami keadaan sekitar.
c. Perwujudan Iman dalam Katekese Umat Berdasarkan tabel 11 di atas, umat selalu menciptakan suasana kekeluargaan dalam proses katekese umat. Hal tersebut menunjukkan bahwa umat sadar dan memahami bahwa dalam proses katekese umat diperlukan suasana kekeluargaan. Sedangkan umat yang sering menciptakan suasana kekeluargaan dalam proses
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 64
katekese umat berarti umat telah sadar bila suasana kekeluargaan perlu diciptakan untuk mendukung proses katekese umat. Adapun umat yang kadang-kadang menciptakan suasana kekeluargaan berarti umat belum menyadari pentingnya menciptakan suasana kekeluargaan untuk mendukung katekese umat. Tetapi jika umat tidak pernah menciptakan suasana kekeluargaan berarti umat tersebut tidak paham akan pentingnya suasana kekeluargaan dalam berkatekese, dan umat belum mewujudkan perannya sebagai peserta dalam proses katekese umat. Berdasarkan tabel di atas umat yang terbuka terhadap pendapat dan sharing pengalaman iman dari umat lain masih sangat kurang karena kebanyakan umat masih kadang-kadang terbuka. Oleh sebab itu umat yang kadang-kadang terbuka berarti belum memahami pentingnya menghargai dan menghormati perbedaan yang ada dalam katekese umat. Ada pun umat yang selalu terbuka terhadap pendapat dan sharing pengalaman iman berarti umat sudah menyadari bahwa setiap manusia itu berbeda sehingga perlu saling menghormati dan menghargai. Adapun umat yang sering terbuka, maka umat tersebut sudah cukup memahami perlunya menghormati dan menghargai orang lain dalam proses katekese umat. Sedangkan umat yang tidak pernah terbuka terhadap orang lain maka umat tersebut menganggap dirinya benar dan tidak bisa menghargai gagasan orang lain. Sedangkan yang dilakukan umat dalam proses katekese umat untuk mendukung penghayatan iman adalah tidak menghakimi pendapat orang lain. Hal tersebut menunjukkan bahwa umat bisa menghargai perbedaan. Adapun sikap lainnya adalah mensharingkan pengalaman iman dengan kejujuran dan keterbukaan, maka umat bisa berdamai dengan dirinya sehingga dapat berbagi pengalaman. Umat yang terlibat penuh dalam katekese umat berarti umat dengan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 65
kesadaran diri ambil bagian dalam katekese umat demi tujuan yang akan dicapai. Sedangkan umat yang memperhatikan penjelasan dan pengarahan pendamping berarti menerima arahan pendamping tanpa harus terlibat dalam katekese umat. Umat dapat selalu merasakan kehadiran Allah selama mengikuti katekese umat melalui sharing pengalaman hidup. Hal tersebut menunjukkan bahwa umat sungguh-sungguh mengikuti katekese umat. Umat kadang-kadang merasakan kehadiran Allah selama mengikuti katekese umat melalui sharing pengalaman hidup. Hal tersebut menunjukkan bahwa umat kurang mampu mengikuti katekese umat. Adapun umat yang sering merasakan kehadiran Allah selama mengikuti katekese umat maka umat sudah cukup menyadari kehadiran Allah. Bahkan tidak ada umat yang tidak pernah merasakan kehadiran Allah selama mengikuti katekese umat melalui sharing pengalaman hidup. Hal ini menunjukkan bahwa umat sudah pernah merasakan kehadiran Allah selama mengikuti katekese umat. Setelah mengikuti proses berkatekese umat selalu mempunyai keputusan melaksanakan niat-niat yang akan dibangun sebagai wujud pertobatan. Hal tersebut menunjukkan bahwa umat mempunyai kesadaran diri untuk mewujudkan imannya secara maksimal. Umat yang sering mempunyai keputusan untuk melaksanakan niat-niatnya maka umat mempunyai kesadaran diri mewujudkan imannya tetapi belum maksimal. Sedangkan umat yang kadang-kadang mempunyai keputusan untuk melaksanakan niat-niatnya berarti umat kurang memiliki kesadaran diri mewujudkan imannya. Tetapi tidak ada umat yang tidak pernah
mempunyai
keputusan
melaksanakan
niat-niatnya.
Hal
tersebut
menunjukkan bahwa umat sudah memahami bahwa iman sebaiknya diwujudkan.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 66
d. Peran Katekese Umat dalam Meningkatkan Penghayatan Iman Manfaat yang diperoleh umat setelah mengikuti katekese umat adalah menguatkan dan meneguhkan iman. Hal tersebut menunjukkan bahwa katekese umat memberikan manfaat yang baik karena iman umat semakin dikuatkan dan diteguhkan untuk bersaksi dalam kehidupan. Manfaat lain yang diperoleh umat adalah menambah pengetahuan tentang ajaran Gereja dan nilai-nilai dalam Kitab Suci. Hal tersebut menunjukkan bahwa katekese umat dapat memberikan pengetahuan tentang ajaran Gereja dan nilai-nilai Kitab Suci. Katekese umat juga memberikan keberanian untuk bersaksi dalam kehidupan. Hal ini menunjukkan bahwa katekese umat mengajak umat untuk berani menjadi saksi dalam kehidupan. Akan tetapi ada juga umat yang tidak mengetahui manfaat yang diperoleh setelah mengikuti katekese umat. Hal ini berarti umat tidak mengikuti proses katekese umat dengan kesungguhan hati dan sebatas rutinitas. Sedangkan katekese umat dapat sangat membantu dalam penghayatan iman maka katekese umat dapat memberikan banyak manfaat dalam kehidupan umat dan memudahkan umat dalam penghayatan iman. Katekese umat dapat membantu dalam penghayatan iman berarti katekese umat dapat memberikan manfaat bagi kehidupan umat dan dapat membantu umat dalam penghayatan iman. Katekese umat dapat kurang membantu dalam penghayatan iman. Hal tersebut menunjukkan bahwa katekese umat belum banyak memberikan sumbangan dalam kehidupan umat. Ada pun katekese umat tidak membantu dalam penghayatan iman berarti katekese umat tidak memberikan manfaat bagi kehidupan umat. Peran katekese umat dalam meningkatkan penghayatan iman hanya sebatas membantu umat memahami pesan Kitab Suci dalam pengalaman hidup. Hal
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 67
tersebut menunjukkan bahwa katekese umat dapat memberikan informasi dan membantu mendalami pesan Kitab Suci. Sebagian kecil lagi umat berpendapat bahwa peran katekese umat adalah mempermudah umat mendalami pengalaman hidup. Hal tersebut menunjukkan bahwa umat terbantu dalam mendalami pengalaman hidup. Adapun peran lain dari katekese umat adalah membantu umat mendalami kehidupan berdasarkan iman. Hal tersebut menujukkan bahwa dalam berkatekese umat diajak untuk mendalami pengalaman hidupnya berdasarkan Kitab Suci dan mengajak untuk mewujudkan imannya dalam tindakan nyata. Sedangkan hasil yang diperoleh umat selama mengikuti katekese umat adalah menemukan makna pengalaman hidup. Hal tersebut menunjukkan bahwa kehadiran katekese umat memberikan manfaat untuk memperoleh makna baru dari pengalaman hidup. Hasil lain yang diperoleh umat adalah terbuka terhadap kehadiran Allah dalam kehidupan. Hal tersebut menunjukkan bahwa katekese umat dapat menyadarkan umat tentang pentingnya keterbukaan terhadap sapaanNya. Dalam berkatekese umat dapat merenungkan pengalaman hidup sehingga dapat bersaksi di tengah masyarakat. Hal tersebut menunjukkan bahwa umat belajar mendalami pengalaman hidup dengan merenungkan dan mewujudkannya. Tetapi jika umat merasa biasa saja, maka umat kurang terbuka dan merasa apa yang diterima dalam katekese umat merupakan sesuatu yang kurang penting. Pengaruh yang dirasakan umat selama mengikuti katekese umat dalam mengingkatkan penghayatan iman adalah iman semakin diteguhkan dan dikuatkan. Pengaruh tersebut menunjukkan umat mengikuti proses katekese umat dengan kesungguhan hati. Pengaruh lain yang dirasakan umat adalah berani bersaksi. Hal tersebut menunjukkan bahwa katekese umat dapat membantu umat
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 68
untuk bersaksi dalam hidup. Sedangkan umat yang merasa bahagia dan tenang karena telah mendalami pesan Kitab Suci dan pengalaman hidup, maka katekese umat dapat memberikan kedamaian hati, karena kekuatirannya dapat terjawab dari pesan baru yang diperoleh. Tetapi jika umat merasa biasa saja maka katekese umat tidak memberikan manfaat dan dampak dalam pribadi umat tersebut. Proses katekese umat yang dapat meningkatkan penghayatan iman adalah merenungkan pengalaman hidup dalam terang Kitab Suci dan melaksanakan aksi konkrit dalam kehidupan sebagai perwujudan iman. Hal tersebut menunjukkan bahwa umat memahami seluruh proses katekese memiliki peran dan memiliki tujuan. Beberapa umat menjawab proses katekese umat yang dapat meningkatkan penghayatan iman yaitu saling membagikan pengalaman hidup. Hal tersebut menunjukkan bahwa umat tersebut kurang memahami tujuan katekese umat yang akan dicapai bersama. Setelah mengikuti proses katekese umat, umat merasa terbantu untuk mengenal pribadi-Nya dan diri pribadi sehingga mengembangkan iman. Hal tersebut menunjukkan bahwa umat semakin mengenal bahwa kehidupannya berharga dan dapat meneladani tindakan-Nya. Adapun umat merasa tertarik untuk mengikuti katekese umat yang akan datang berarti umat merasakan manfaat dan pengaruh mengikuti katekese umat. Bahkan tidak ada umat yang merasa terganggu karena waktu untuk keluarga/pribadi menjadi berkurang. Hal tersebut menunjukkan bahwa katekese umat memberikan pengaruh yang positif dalam kehidupan. Tetapi ada juga umat yang merasa biasa saja. Hal tersebut menjadi keprihatinan karena umat belum bisa merasakan peran dan manfaat mengikuti katekese umat.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 69
F. Kesimpulan Penelitian Berdasarkan penelitian sebagian besar umat di Lingkungan St. Yusuf, Berut berjenis kelamin perempuan dengan usia 36-46 tahun. Pendidikan terakhir sebagian besar SMA/SMK dan pekerjaan umat sebagai petani dan buruh. Sebagain besar umat kurang memahami katekese umat yang sudah berlangsung di Lingkungan. Katekese umat yang sudah berlangsung di Lingkungan masih membutuhkan banyak perbaikan karena sarana yang digunakan masih sangat terbatas, perlu meningkatkan suasana kekeluargaan dan meningkatkan peran pendamping. Sedangkan tema yang digunakan dalam berkatekese masih belum sesuai dengan kebutuhan umat sehingga katekese umat menjadi tidak menarik. Hambatan yang dialami umat dalam katekese umat adalah sebagian besar kesulitan merenungkan pengalaman hidup, menanggapi pokok pembicaraan, dan mengungkapkan pengalaman hidup, umat sibuk, malas mengikuti katekese umat, serta lelah setelah seharian bekerja. Adapun hambatan yang dialami Lingkungan adalah kurangnya sarana pendukung, pendamping kurang kreatif, dan kurang memiliki pengetahuan yang cukup. Bahkan proses katekese umat selama ini terlalu lama, dan tercipta suasana yang kurang mendukung. Sedangkan harapan umat terhadap katekese umat adalah menciptakan suasana kekeluargaan dan persaudaraan, umat terlibat aktif, pendamping memiliki pengetahuan yang cukup akan materi katekese umat, pendamping kreatif dan aktif melibatkan semua umat dan materi katekese umat dapat menjawab kebutuhan, mengangkat tema tentang membangun kebersamaan serta katekese umat dapat mengajak umat untuk terlibat aktif dalam hidup menggereja dan masyarakat.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 70
Ada pun sumbangan katekese umat dalam meningkatkan penghayatan iman masih belum dirasakan seluruh umat. Hal ini dapat dilihat dari peran katekese umat dalam kehidupan umat yaitu membantu memahami pesan Kitab Suci dalam pengalaman hidup, memberi pengetahuan tentang ajaran Gereja dan pesan Kitab Suci dan terbantu mendalami iman tetapi belum sampai pada tindakan nyata.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB III KATEKESE UMAT MODEL SHARED CHRISTIAN PRAXIS DALAM PENGHAYATAN IMAN
Karya pastoral Gereja merupakan tindakan Gereja sebagai keseluruhan umat Allah dalam melaksanakan tugas perutusan dan panggilan (Adisusanto, 2000: 13). Dalam karya pastoral, Gereja mempunyai tugas penting yang disebut sebagai tiga tugas Kristus yaitu Kristus Nabi (docendi), Kristus imam (sanctificandi), dan Kristus sebagai Raja (regendi) (Amalorpavadass, 1972: 5). Dalam
tugas
kenabian
Gereja
berpartisipasi
mewartakan
misteri
keselamatan dan mengajak umat menanggapi panggilan Allah. Yesus yang sudah bangkit dan mati merupakan pokok pewartaan Gereja sekarang, karena tugas pokok Kristus sebelum wafat dan kebangkitan adalah mewartakan Kerajaan Allah (Sumarno Ds, 2013/2014: 35-36). Tempat katekese dalam karya pastoral Gereja berada di dalam tugas kenabian. Katekese berada dalam tugas kenabian karena katekese merupakan pengajaran/pendidikan agama untuk umat. Salah satu bentuk katekese adalah katekese umat yang berisikan tukar pengalaman iman (Huber, 1981c: 10). Model Shared Christian Praxis merupakan salah satu model katekese umat yang dapat membantu umat untuk meningkatkan penghayatan iman. Model Shared Christian Praxis ini bertitik tolak pada pengalaman hidup. Dengan penghayatan iman umat diharapkan dapat menanggapi wahyu-Nya sehingga memperoleh keselamatan yang telah Allah janjikan dan membagikan kasih kepada sesama.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 72
A. Gambaran Umum tentang Katekese Gereja merupakan himpunan orang-orang beriman akan Yesus Kristus. Oleh sebab itu Gereja mempunyai tiga tugas Kristus dalam karya pastoralnya yaitu Kristus Nabi (decendi), Kristus Imam (sanctificandi), dan Kristus Raja (regendi). Tugas Kristus Nabi dalam KHK, kan. 747 § 1 adalah Kristus memberi kepercayaan kepada Gereja untuk menjaga iman bersama Roh Kudus sebagai kebenaran, menyelidiki mendalam, mewartakan, dan menjelaskan dengan setia. Gereja memiliki tugas dan hak mewartakan Injil kepada semua orang dengan alat komunikasi sosial dan tanpa bergantung pihak lain. Tugas Kritus Imam menurut KHK, kan. 834 § 1 bahwa Gereja melaksanakan tugas menguduskan secara istimewa dengan liturgi suci sebagai pelaksanaan tugas imamat. Pengudusan manusia dinyatakan dalam tanda-tanda indrawi dan dihasilkan dengan cara khas. Dengan liturgi dipersembahkan juga liturgi publik kepada Allah oleh Tubuh Yesus, yaitu Kepada dan anggota- Nya. Tugas Kristus Raja dalam KHK, kan. 212 § 1 para Gembala suci yang mewakili Kristus sebagai guru iman, atau mereka yang ditetapkan sebagai pemimpin Gereja harus diikuti dengan ketaatan kristiani oleh kaum beriman kristiani dengan kesadaran tanggungjawab masing-masing.
1. Tempat Katekese dalam Pastoral Gereja Istilah „pastoral‟ berasal dari kata „pastor‟, yang dalam bahasa Latinnya berarti gembala. „Pastoral‟ merupakan seluruh karya yang dilakukan oleh semua orang beriman, tidak hanya pastor sebagai pelayan imamat dalam melaksanakan tugas sebagai Kristus Imam (Sumarno Ds, 2012/2013: 1).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 73
Oleh karena itu karya pastoral dapat dipahami sebagai tindakan yang dilakukan Gereja sebagai keseluruhan umat Allah dalam melaksanakan tugas perutusan dan panggilannya, bukan hanya karya pastor atau hirarki saja tetapi seluruh umat berpartisipasi (Adisusanto, 2000: 13). Dalam karya pastoral Gereja terdapat tiga tugas pokok Kristus yang harus terlaksana yaitu Kristus sebagai Nabi (docendi), Kristus sebagai Imam (sanctificandi), dan Kristus sebagai Raja (regendi). Dari ketiga tugas Gereja tersebut terdapat tiga bentuk yang terpenuhi dalam pelayanan pastoral Gereja yaitu pelayanan sabda dengan mewartakan (kerygma), pelayanan ibadat dengan merayakan (leiturgia), dan pelayanan pengarahan dengan mengorganisir dan mendidik umat
Kristus
(koinonia) dengan penuh cinta kasih supaya dapat
memberikan kesaksian (martyria) dan pengabdian
kepada sesama (diakonia)
(Sumarno Ds, 2013/2014: 35; bdk. Amalorpavadass, 1972: 5). Tugas pokok Kristus sebagai Nabi (docendi) adalah mewartakan Kerajaan Allah kepada seluruh umat. Dalam tugas tersebut Gereja berpartisipasi dalam pokok, karya dan pewartaan Yesus tentang Kerajaan Allah. LG, art. 12 mengatakan bahwa semua umat Allah berpartisipasi dalam tugas kenabian yaitu menyampaikan kesaksian, melalui pengalaman iman dan cinta kasih, serta memberikan pujian syukur kepada-Nya (Ibr 13:15). Seluruh umat beriman yang telah diurapi (1 Yoh 2:20.27), dan tidak dapat sesat dalam beriman. LG, art. 35 kaum awam berpartisipasi dalam tugas kenabian. Oleh karena itu umat menjadi saksi-Nya dan dibekali iman dan rahmat sabda (Kis 2:17-18; bdk. Why 19:10) sehingga dapat terpancar dalam kehidupan (Sumarno Ds, 2013/2014: 35).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 74
Tugas kenabian Gereja adalah mewartakan Kerajaan Allah, mengajak seluruh umat menanggapi panggilan dan menerima keselamatan-Nya yang terpenuhi dalam bentuk pelayanan sabda. Pelayanan sabda yang merupakan fungsi pastoral dan berisikan Tradisi yang hidup. Oleh karena itu sabda Allah disampaikan dengan cara dan bentuk yang bervariasi, sehingga dapat membina, menggairahkan dan memupuk iman umat supaya menjadi aktual dan relevan dalam
kehidupan
sehari-hari
(Sumarno
Ds,
2013/2014:
36-37;
bdk.
Amalorpavadass, 1972: 5-6). Bentuk dan fungsi Gereja dalam pelayanan Sabda adalah magisterium (kuasa mengajar) Gereja yang tidak dapat sesat, sebagai penjaga dan penyampaian pengajaran iman; peranan teologi sebagai refleksi iman dan pengalaman kristen/ sebagai penulisan sistematis dan penyelidikan ilmiah tentang kebenaran iman; serta pelayanan sabda dengan pewartaan, katekese dan homili/khotbah (Sumarno Ds, 2013: 37; bdk. Amalorpavadass, 1972: 6). Pelayanan sabda merupakan tugas Gereja yang penting karena merupakan awal mula terbentuknya Gereja adalah melalui komunitas kaum beriman (1 Ptr 1:23) sehingga seolah-olah orang dilahirkan lewat sabda. Gereja hidup dan mendapat sumber makanan dari Sabda Allah maupun roti Ekaristi (Kis 2:24) (Sumarno Ds, 2013/2014: 37; bdk. Amalorpavadass, 1972: 7). Ketiga tugas Gereja tersebut merupakan tugas penyelamatan Gereja sehingga katekese berada dalam tugas kenabian (docendi). Katekese berperan sebagai sarana, alat dan media penyampaian wahyu Allah (Sumarno Ds, 2013/2014: 35; bdk. Amalorpavadass, 1972: 5).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 75
Pelayanan sabda memberikan persiapan dan membimbing ke arah perayaan (santificandi). Perayaan merupakan ungkapan syukur atas pewartaan sabda yang telah diterima umat. Kegiatan ibadat terjadi karena warta Gembira yang harus diwartakan dan liturgi Ekaristi timbul karena liturgi sabda. Dalam perayaan terdapat pelayanan sabda sebagai sebuah pewartaan dan pelayanan sabda cocok untuk berkatekese (Sumarno Ds, 2013/2014: 37; bdk. Amalorpavadass, 1972: 7). Tugas Kristus sebagai Raja (regendi) berproses dari pelayanan sabda (kerygma) dan liturgi yang keduanya saling membutuhkan sehingga tercapai kesaksian iman dan terwujudnya pengabdian cinta kasih dalam kehidupan (Sumarno Ds, 2013/2014: 37; bdk. Amalorpavadass, 1972: 7-8). Ketiga tugas Kristus tersebut saling berhubungan satu dengan yang lain. Tanpa pelayanan sabda liturgi menjadi magis dan ritual, hukum menjadi legalistis dan yuridis, lembaga menjadi institusional, dan pastor hanya sebagai pembesar administrasi. Demi terwujudnya tugas Kristus maka dibutuhkan usaha terus menerus. Dalam Perjanjian Lama peranan imam bersifat ibadat tetapi dalam Perjanjian Baru terjadi penekanan dalam tugas kenabian sebagai segi imamat (Rm 15:16). Kegiatan ibadat muncul karena Kabar Gembira yang diwartakan. Ekaristi timbul karena liturgi sabda, dan Ekaristi tidak berarti jika tidak ada liturgi sabda (Sumarno Ds, 2013/2014: 37; bdk. Amalorpavadass, 1972: 7). Katekese merupakan bagian dari pelayanan sabda dan tercermin dalam tugas kenabian yang dilakukan oleh Gereja demi terciptanya Kerajaan Allah. Tugas kenabian adalah menyampaikan Kabar Gembira kepada seluruh umat dengan memberi kesaksian iman dan menanggapi wahyu Allah. Tugas kenabian didukung dengan tugas perayaan (sanctificandi) sebagai bentuk tindakan ritual.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 76
Tugas perayaan timbul karena tugas kenabian (docendi), dan tugas Raja (regendi) berasal dari proses tugas kenabian dan perayaan. Oleh karena itu tempat katekese dalam karya pastoral Gereja berada dalam tugas kenabian yang merupakan pewartaan sabda melalui kesaksian iman dengan menjawab dan mewujudkan nilai-nilai Kerajaan Allah dalam kehidupan sehari-hari (Sumarno Ds, 2013/2014: 36-38; bdk. Amalorpavadass, 1972: 5-8). Secara keseluruhan katekese tidak dapat dipisahkan dari kegiatan pastoral dan misioner Gereja. Katekese merupakan pembinaan iman untuk anak-anak, kaum muda, orang dewasa, dan orang tua tentang ajaran Kristiani, yang diberikan secara organis dan sistematis, supaya umat dapat memasuki kepenuhan hidup Kristiani. Oleh karena itu katekese secara formal tidak bertepatan dengan unsur misi pastoral Gereja yang memiliki unsur kateketis, yang merupakan persiapan katekese atau bersumber pada misi pastoral. Tetapi katekese tetap bertumpu pada unsur-unsur kateketis. Unsur misi pastoral adalah proklamasi awal Injil/pewartaan misioner melalui kerygma untuk membangkitkan iman umat, penyelidikan alasan beriman, pengalaman hidup, perayaan Sakramen, integrasi ke dalam hidup jemaat, dan kesaksian apostolis misioner. Katekese dan evangelisasi tidak saling bertentangan dan tidak bisa dianggap sama tetapi keduanya saling berhubungan (CT, art. 18).
2. Pengertian Umum Katekese Istilah „katekese‟ berasal dari bahasa Yunani yaitu „katechein’. Katechein berasal dari dua kata yaitu kat yang berarti pergi atau meluas, dan echo berarti menggema atau menyuarakan ke luar. Katechein mempunyai dua pengertian yaitu
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 77
pewartaan yang sedang disampaikan atau diwartakan dan ajaran dari para pemimpin untuk umat (Papo, 1987: 1). Kata „katekese‟ berarti membuat gema, membuat sesuatu bergaung. Kata „katekese‟ juga terdapat dalam teks Kitab Suci yaitu Luk 1:4 (diajarkan); Kis 18:25 (pengajaran dalam Jalan Tuhan); Kis 21:21 (mengajar); Rm 2:18 (diajar); 1 Kor 14:19 (mengajar); Gal 6:6 (pengajaran) (Telaumbanua, 1999: 4). Dalam konteks pengertian tentang katekese dapat dipahami sebagai pengajaran, pendalaman, dan pendidikan iman untuk umat supaya seorang Kristen semakin hari semakin dewasa dalam iman. Oleh sebab itu katekese diperuntukkan bagi orang yang sudah dibaptis tetapi dengan berjalannya waktu setelah zaman Bapa-bapa Gereja (Patristik), katekese merupakan suatu pengajaran dan latihan untuk para calon baptis (Telaumbanua, 1999: 4). Dengan demikian katekese merupakan segala usaha penyampaian ajaran iman, pendidikan agama/ajaran Gereja (Papo, 1987: 11). Di dalam katekese berisikan pengarahan tata-hidup orang beriman yang diwujudkan dalam kehidupan pribadi dan bersama (Setyakarjana, 1997: 4). CT, art. 18 menyatakan bahwa katekese adalah pembinaan iman untuk anak-anak, kaum muda dan orang dewasa tentang ajaran Kristen. Pembinaan iman tersebut disampaikan secara organis dan sistematis, dengan tujuan mengantar umat memasuki kepenuhan hidup Kristen. Katekese juga mengajak seluruh umat-Nya untuk merasakan kasih Allah sebagaimana dijalaskan dalam CT, art. 5: Katekese mencakup arti mengajak sesama mendalami Misteri dalam segala dimensinya: “untuk menunjukkan kepada semua orang makna rencana yang terkandung dalam misteri ...bersama dengan segala orang kudus memahami,
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 78
betapa lebarnya dan panjangnya dan tingginya dan dalamnya kasih Kristus ... mengenai kasih itu yang melampaui segala pengetahuan ... (dan dipenuhi) dalam segala kepenuhan Allah”. Katekese tidak sebatas mengantar umat pada kepenuhan hidup Kristus tetapi juga mengajak umat untuk mendalami Misteri Kristus yaitu makna terdalam tentang kasih Allah, kasih yang melebihi pengetahuan, dan kasih yang terpenuhi dalam kepenuhan diri Allah. Dalam rangka penerimaan sakramen katekese merupakan persiapan menerima sakramen-sakramen yang bernilai tinggi untuk mengantar kepada sakramen iman (CT, art. 23). Katekese juga harus mampu memantapkan dan mengajarkan iman, serta terus menerus membangkitkan iman dengan bantuan rahmat-Nya. Dengan hati terbuka, timbul pertobatan dan menyerahkan diri seutuhnya kepada Yesus. Hal ini biasa terjadi bagi umat yang baru mengalami ambang iman (CT, art. 19). Oleh karena itu inti dari katekese terarah pada pendewasaan iman dan kesaksian umat di tengah-tengah masyarakat (CT, art. 25).
3. Tujuan Katekese Katekese bertujuan untuk mendampingi umat supaya bersatu dengan Kristus sehingga umat menerima kekuatan dari Allah (CT, art. 25). Sasarannya adalah umat yang sudah tua maupun yang masih muda semakin hari bertumbuh dalam iman dengan bantuan Allah. Dalam proses katekese, umat diajak untuk mengenal misteri Kristus melalui firman-firman-Nya, supaya umat hidup berdasarkan firman-Nya (CT, art. 20). Katekese juga merangsang pengetahuan, penghayatan, serta pertumbuhan benih iman yang diberi oleh Roh Kudus melalui pewartaan awal, dan yang diperoleh melalui pembaptisan (CT, art. 5).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 79
Sejalan dengan itu tujuan mutakir katekese ialah bukan saja menghubungkan umat dengan Yesus Kristus, melainkan mengundangnya untuk memasuki persekutuan hidup yang mesra denganNya. Hanya Dialah, yang dapat membimbing kita kepada cintakasih Bapa dalam Roh, dan mengajak kita ikut serta menghayati hidup Tritunggal Kudus (CT, art. 5). Tujuan katekese adalah membantu menghubungkan relasi manusia dengan pribadi Yesus dan mengundang Yesus masuk dalam kehidupan manusia sehingga terjalin hubungan yang mesra. Yesus Kristus membimbing manusia dengan cinta kasih Bapa dalam Roh, dan mengajak manusia untuk terlibat dalam menghayati hidup Tritunggal Kudus.
4. Isi Katekese Dalam CT, art. 5 dikatakan bahwa jantung katekese adalah pribadi Yesus yang diutus Bapa menjadi manusia. Dia yang telah menderita sengsara dan wafat demi manusia, dan sekarang telah bangkit dengan mulia serta hidup di tengah kehidupan manusia. Jantung katekese disampaikan melalui pewartaan Injil dan Kabar Gembira Keselamatan yang merupakan bagian dari katekese. Isi katekese tersebut sering didengar, disampaikan dan diterima dengan terbuka hati. Oleh karena itu katekese didalami melalui refleksi dan studi sistematis dalam pengalaman hidup yang diwujudkan dalam kehidupan Gereja, masyarakat serta umat berani untuk mengambil keputusan dan berkomitmen (CT, art. 26). Isi katekese merupakan wahyu Allah (Kitab Suci) yang memuncak dalam diri Yesus Kristus yang mewartakan Kerajaan Allah kepada semua orang. Dengan prinsip Kabar Gembira tersebut menjadi aktual, nyata, dapat dirasakan oleh umat dan membawa perubahan hidup (Banyu Dewa, 2003: 18). Keselamatan dan pembebasan yang berasal dari Allah dan Yesus Kristus, nilai-nilai kerja dan harga
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 80
diri manusia serta masalah-masalah sosial yang terjadi di masyarakat merupakan isi katekese yang tidak bisa ditinggalkan (Gowing Bataona, 1979: 40-43) Tradisi dan Kitab Suci yang merupakan sumber hidup dan warisan Gereja yang berisikan sabda Allah sebagai sumber pokok katekese. Tradisi dan Kitab Suci merupakan suatu hal yang kudus. Tradisi dan Kitab Suci tersebut yang telah dipercayakan kepada Gereja seperti yang telah diingatkan dalam Konsili Vatikan II,
pelayanan sabda-kotbah pastoral, kateketik dan pendidikan Kristen harus
dikembangkan, dan mendorong manusia menuju kekudusan melalui sabda Allah (CT, art. 27). Karena Tradisi dan Kitab Suci merupakan sumber katekese maka dibutuhkan perhatian akan kenyataan yang terjadi karena katekese harus lebih berwarna, dan diresapi oleh gagasan, semangat dan visi Kitab Suci serta Injil dengan berhadapan pada teks-teks tersebut dengan melakukan kontak. Oleh karena itu katekese akan menjadi kaya dan efektif jika membaca teks tersebut dengan pengertian serta hati dengan menggali inspirasi, refleksi dan kehidupan Gereja (CT, art. 27).
5. Pendekatan-pendekatan Katekese Pendekatan merupakan suatu pola dasar yang dapat digunakan dalam menyampaikan pewartaan Kristiani, supaya umat atau peserta terbantu dalam menghayati imannya. Terdapat lima pendekatan yang dapat digunakan dalam karya
katekese
yaitu
pendekatan
biblis/Kitab
Suci,
pendekatan
antropologis/pengalaman manusia, pendekatan masalah, pendekatan peristiwa, dan pendekatan alam (Papo, 1987: 64).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 81
a. Pendekataan Biblis/Kitab Suci Pendekataan biblis/Kitab Suci merupakan pola dasar dalam penyampaian pewartaan berdasarkan nilai-nilai Kitab Suci. Pendekatan ini meliputi tiga langkah yaitu menampilkan aspirasi umat, menampilkan nilai-nilai Kitab Suci dan hidup baru (Papo, 1987: 64). Langkah pertama dalam pendekatan biblis adalah memilih salah satu nilai kemanusiaan dengan memberikan penjelasan dan mengungkapkan pengalaman hidup dengan memanfaatkan sarana pendukung yang ada. Langkah kedua mendalami nilai Kitab Suci dengan pengalaman hidup peserta dan pengalaman hidup orang kudus. Langkah ketiga berdasarkan nilai-nilai Kitab Suci, peserta diajak untuk mewujudkannya dalam kehidupan sehari-hari sebagai bentuk pertobatan (Papo, 1987: 65).
b. Pendekatan Antropologis/Pengalaman Manusia Pendekatan antropologis/pengalaman manusia merupakan pendekatan yang bertitik tolak dari pengalaman hidup yang konkret. Pendekatan antropologis menekankan penyadaran pengalaman hidup umat dalam memberikan arah melalui Yesus Kristus sehingga umat dapat memaknai hidup menjadi berarti. Pendekatan antropologis memiliki tiga langkah pokok yaitu pengalaman hidup, menemukan arti kristiani, dan arti bagi hidup (Papo, 1987: 65-66). Langkah
pertama
dalam
pendekatan
antropologis
diawali
dengan
merangsang pengalaman hidup dan memanfaatkan sarana misalnya cerita, foto, film, atau sarana lainnya. Langkah kedua peserta diajak untuk mengungkapkan pengalaman hidup dan mendalaminya sebagai pengalaman yang dirasakan semua
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 82
orang. Langkah ketiga umat diajak untuk menyimak kesaksian iman dalam Kitab Suci sebagai arti akhir dari pengalaman hidup. Sabda Allah yang sudah diterima dapat memberi arti baru dalam kehidupan manusia yaitu dari pengalaman hidup menuju Yesus Kristus dan kembali ke kehidupan nyata (Papo, 1987: 65-66).
c. Pendekatan Masalah Pendekatan masalah merupakan pendekatan berdasarkan masalah yang sedang terjadi dan membutuhkan solusi berdasarkan Kitab Suci. Pendekatan ini terdiri dari penegasan masalah dengan menguraikan masalah yang terjadi, mencari jawaban Kristiani melalui Kitab Suci, dan penerapan hidup (Papo, 1987: 66-67). Langkah pertama dalam pendekatan masalah adalah menemukan masalah yang terdapat fakta-fakta hidup sebagai topik. Topik tersebut menjadi hal penting dengan melakukan diskusi untuk memecahankan masalah. Jawaban yang muncul harus sesuai akal budi, berdasarkan wahyu dan dokumen Gereja. Langkah kedua, peserta diajak menemukan jawaban berdasarkan Kitab Suci/domumen Gereja. Jawaban yang muncul dapat memberi pengaruh pada kehidupan dan menemukan contoh konkret sebagai nilai baru. Agar pendekatan masalah dapat berhasil peserta dituntut untuk melakukan meditasi mendalam sehingga memperoleh kesimpulan yang tepat. Peserta juga diharapkan memiliki rasa hormat terhadap Kitab Suci, liturgi, dll dalam proses katekese (Papo, 1987: 66-67).
d. Pendekatan Peristiwa Pendekatan peristiwa merupakan pewartaan yang terjadi saat ada kesempatan spontan, misalnya resepsi pernikahan, layat, reuni keluarga,
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 83
peringatan orang meninggal, pemberkatan rumah, arisan, selametan, tukar cincin, dll. Pendekatan peristiwa meliputi tiga langkah yaitu menanggapi peristiwa yang terjadi, mendalami iman dalam terang Kitab Suci, dan penerapan dalam hidup (Papo, 1987: 67-68). Pendekatan peristiwa diawali dengan mengajak umat mengungkapkan pengalaman hidup sesuai peristiwa yang sedang terjadi dan katekis memberikan arahan. Dari sharing pengalaman hidup, dan menemukan nilai-nilai hidup peserta diteguhkan dengan bacaan Kitab Suci. Pada tahap akhir katekis menyebutkan contoh konkret dan memberikan penjelasan supaya peserta dapat menghayati peristiwa itu dengan semangat dan pandangan baru (Papo, 1987: 67-68).
e. Pendekatan Alam Pendekatan alam merupakan pendekatan yang bertitik tolak dari unsur alam semesta untuk membantu peserta dalam menghayati imannya. Pendekatan alam terdiri dari tiga langkah pokok yaitu mencari arti alam semesta yang terjadi, membaca Kitab Suci, dan perwujudan hidup (Papo, 1987: 68-69). Pendekatan alam didahului dengan mengajak peserta memperhatikan alam, memilih dan memperhatikan salah satu jenis alam dengan mengungkapkan pendapat. Peserta mendalami teks Kitab Suci dengan menemukan makna hidup dan berani mewujudkan nilai-nilai itu dalam kehidupan (Papo, 1987: 68-69).
6. Sarana Katekese Sarana merupakan alat bantu, bahan, tempat dan kesempatan yang digunakan dalam berkatekese, misalnya papan tulis, gambar, flanel, cerita,
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 84
nyanyian, drama, guntingan gambar, perayaan, buku, alat-alat ibadat dan tempat berkatekese. Pribadi pendamping merupakan sarana sebagai pemudah, pengarah, dan, pencipta suasana. Pendamping sebagai tokoh dan pemberi kesaksian iman dengan mengembangkan kepribadian peserta yaitu memberi penyadaran, pengembangan dan peneguh iman dan kehidupan agama (Papo, 1987: 79). Berdasarkan dari pengajaran lisan maupun beredarnya surat-surat di Gerejagereja yang telah dilakukan oleh para Rasul pada zaman itu katekese terus berkembang untuk mencari cara dan sarana yang bersifat modern. Cara dan sarana yang modern itu mendukung jalannya tugas perutusan, dan mendukung peran serta jemaat dan para gembala (CT, art. 46). Peluang-peluang besar yang ada yaitu berkat media komunikasi sosial dan media komunikasi dalam kelompok (“group media”) yaitu radio, media cetak, piringan hitam, rekaman tape, serta seluruh media audio-visual lain yang harus dimanfaatkan dengan baik (CT, art. 46). Berbagai upaya dan usaha yang sudah dilakukan, semua kegiatan Gereja bersifat kateketis, karya katekese tidak kehilangan nilai, akan tetapi memperoleh penyegaran baru. Salah satu gejala utama pembaharuan katekese sekarang adalah penerbitan dan penggadaan buku-buku katekese di wilayah Gereja yang bisa digunakan sebagai sumber atau isi katekese (CT, art. 49).
B. Gambaran Umum tentang Katekese Umat Katekese umat merupakan komunikasi iman antar peserta dengan saling memberikan kesaksian iman yang akan membantu umat untuk diteguhkan imannya dan semakin menghayati imannya secara sempurna (Huber, 1981b: 15).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 85
Keberhasilan proses katekese umat dapat dilihat dari tercapainya tujuan yang didukung dengan sarana, isi, sumber katekese yang mendukung serta pemilihan model katekese. Model katekese umat yang dapat digunakan adalah model pengalaman hidup, model biblis/Kitab Suci dan model campuran.
1. Pengertian Umum Katekese Umat Huber (1981b: 15) mengutip rumusan katekese umat yang dihasilkan oleh PKKI II: Katekese Umat diartikan sebagai komunikasi iman atau tukar pengalaman iman (penghayatan iman) antara anggota jemaat/kelompok. Melalui kesaksian para peserta saling membantu sedemikian rupa, sehingga iman masing-masing diteguhkan dan dihayati semakin sempurna. Dalam Ketekese Umat tekanan terutama diletakkan penghayatan iman, meskipun pengetahuan tidak dilupakan. Katekese Umat mengandaikan ada perencanaan.
Rumusan di atas menegaskan bahwa katekese umat merupakan tukar pengalaman iman antar umat dengan saling membagikan kesaksian iman. Kesaksian
iman
tersebut
dapat
memperteguhkan
iman
peserta
yang
mendengarkan. Tukar pengalaman iman merupakan pokok dari proses katekese umat, dengan tidak meninggalkan pengetahuan dan mengandaikan perencanaan.
2. Tujuan Katekese Umat Katekese umat merupakan sharing pengalaman iman antar peserta yang meneguhkan. Maka Huber (1981b: 16), mengutip rumusan tujuan katekese umat dalam PKKI II, yaitu -
supaya dalam terang Injil kita semakin meresapi arti pengalamanpengalaman kita sehari-hari;
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 86
-
dan kita bertobat (metanoia) kepada Allah dan semakin menyadari kehadiran-Nya dalam kenyataan hidup sehari-hari: dengan demikian kita semakin sempurna beriman, berharap, mengamalkan cinta kasih dan makin dikukuhkan hidup kristiani kita; pula kita makin bersatu dalam Kristus, makin menjemaat, makin tegas mewujudkan tugas Gereja setempat dan mengkokohkan Gereja semesta; sehingga kita sanggup memberi kesaksian tentang Kristus dalam hidup kita di tengah masyarakat.
Berdasarkan rumusan di atas tujuan katekese umat adalah umat diajak untuk meresapi pengalaman hidup dengan terang Kitab Suci supaya dapat melakukan pertobatan dan merasakan kehadiran Allah dalam kehidupan. Umat semakin sempurna dalam iman, pengaharapan, cinta kasih dan hidup semakin kokoh. Hidup umatdapat menyatu dengan Kristus, menjemaat, berani mewujudkan tugas Gereja dan mampu mengokohkan Gereja semesta serta bersaksi tentang Kristus dalam kehidupan sehari-hari. Umat mampu memberikan kesaksian tentang Kristus dalam hidup di tengahtengah masyarakat, merupakan rangkuman tujuan katekese umat dari sudut yang berbeda. Ketiga tujuan katekese umat yang pertama lebih mengarah pada pribadi peserta (ekstern), dan kedua lainnya menegaskan tujuan katekese umat sebagai Gereja dan memuncak pada hidup umat di tengah-tengah masyarakat (intern) (Huber, 1981a: 23). Katekese umat membantu umat untuk hidup penuh kesadaran, mendalam, mendorong proses pemanusiaan kristiani dan membantu proses pendewasaan iman. Katekese umat menempatkan pengalaman religius dalam kehidupan nyata sehingga umat dapat menafsirkan riwayat hidupnya sebagai sejarah penyelamatan (Huber, 1981a: 23).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 87
3. Isi Katekese Umat Demi terwujudnya tujuan katekese umat diperlukan isi katekese umat. Isi katekese umat adalah pengalaman iman umat dalam kehidupan sehari-hari, pengalaman iman Gereja yang terdapat di dalam Kitab Suci, dan pengalaman iman Gereja dalam Tradisi yaitu perumusan iman Gereja untuk menanggapi situasi dan kondisi pada saat ini dan yang akan datang (Heselaar, 1981: 103). Dalam katekese umat, peserta diajak untuk bersaksi akan Yesus Kristus. Yesus Kristus yang hadir di tengah kehidupan manusia, dengan tujuan manusia dapat berjumpa dengan Allah melalui perantara Yesus. Oleh sebab itu Yesus menjadi isi dan cara dalam berkatekese (Huber, 1981a: 19). Melalui sabda manusia dapat berjumpa dan bersaksi akan iman Yesus Kristus sebagai perantara Bapa. Kahadiran Yesus menjadi pola hidup manusia dalam Kitab Suci (Perjanjian Lama) mendasari penghayatan iman sepanjang Tradisi (Sumarno Ds, 2013: 9). Untuk mendukung isi katekese umat maka diperlukan sumber katekese yang jelas untuk mempertanggungjawabkan isi tersebut. Sumber-sumber katekese umat meliputi Kitab Suci, ajaran Magisterium, liturgi, kehidupan Gereja, kehidupan manusia, dan tanda-tanda zaman. Sumber katekese umat tersebut dapat menjadi pegangan umat dalam menjalankan kehidupan (Pareira, 1979: 82).
4. Sarana Katekese Umat Sarana pendukung untuk menyampaikan pesan atau isi katekese umat diperlukan. Sarana-sarana yang bisa digunakan adalah buku-buku teks untuk peserta, bantuan audio visual, dan katekismus lokal. Sarana-sarana tersebut dapat langsung digunakan dalam kegiatan kateketik yang disediakan komunitas kristiani
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 88
berdasarkan orientasi kateketis, dan kegiatan kateketik-analisis situasi, rencana karya, petunjuk kateketik (Dapiyanta, 2013: 13). Ungkapan yang sama juga dikatakan bahwa sarana katekese umat adalah alat-alat komunikasi sosial dari bangsa yang memberikan pengaruh dan dukungan atas kemajuan hidup rohani, serta kemajuan mutu manusia. Alat-alat komunikasi tersebut digunakan untuk mencapai cita-cita bersama dari berbagai kalangan (Setyakarjana, 1997: 10). Buku-buku katekese, sarana slide, tape recorder, Kitab Suci, dan sarana audio visual yang sangat mendukung dalam proses berkatekese (Setyakarjana, 1997: 42).
5. Model Katekese Umat Model merupakan pola dasar yang digunakan dalam melaksanakan pewartaan Injil. Unsur pokok dalam pendalaman iman/katekese adalah pengalaman hidup, teks Kitab Suci, dan penerapan konkret. Pendalaman iman/katekese memiliki tiga model katekese umat, yaitu model pengalaman hidup, model biblis dan model campuran (Sumarno Ds, 2013: 11).
a. Model Pengalaman Hidup Model pengalaman hidup bertitik tolak dari pengalaman hidup dan berpusat pada hidup peserta. Berdasarkan pengalaman dan tindakan hidup yang dialami maka umat semakin mengenal pribadinya. Model pengalaman hidup menekankan pengalaman konkret peserta sebagai pusat dari proses komunikasi iman. Oleh karena itu dalam berkatekese dibutuhkan suasana yang mendukung supaya umat berani mengungkapkan pengalaman hidup (Sumarno Ds, 2013: 11-12).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 89
Langkah-langkah dalam model pengalaman hidup adalah pembukaan, penyajian pengalaman hidup, pendalaman pengalaman hidup, rangkuman pendalaman pengalaman hidup, bacaan Kitab Suci/Tradisi, pendalaman teks Kitab Suci/Tradisi, rangkuman pendalaman teks Kitab Suci/Tradisi dan penerapan dalam kehidupan sehari-hari (Sumarno Ds, 2013: 11-12). Langkah awal katekese umat model pengalaman hidup adalah pembukaan yang
berisikan
lagu
dan
doa
pembukaan
sesuai
tema.
Kemudian
katekis/pendamping menyajikan pengalaman hidup yang relevan, diambil dari surat kabar/cerita sesuai tema. Berdasarkan pengalaman hidup, peserta diajak untuk mendalaminya dan mengaktulisasikan pengalaman hidup konkret tersebut. Pendalaman pengalaman hidup dapat dilakukan dalam kelompok kecil dengan menggunakan pertanyaan bantuan untuk merangsang peserta mengambil sikap moral. Setelah mendalami pengalaman hidup katekis/pendamping membuat rangkuman sikap yang akan dilakukan peserta. Berdasarkan pengalaman hidup peserta merefleksikan nilai-nilai dalam Kitab Suci/Tradisi untuk mengukuhkan iman. Pada tahap ini katekis/pendamping berperan untuk membantu umat mengungkapkan
pesan
inti
teks
Kitab
Suci/Tradisi.
Setelah
itu
katekis/pendamping merangkum pendalaman teks Kitab Suci/Tradisi pesan intinya berdasarkan persiapan dari sumber-sumber yang mendukung. Berdasarkan hasil refleksi peserta diajak untuk menerapkan nilai/sikap yang diperoleh selama proses berkatekese dalam kehidupan konkret, dan mengambil kesimpulan praktis sesuai tema dalam hidup di masyarakat, Gereja, Lingkungan, Wilayah, maupun Paroki, keluarga. Peserta juga diajak untuk merenungkan dan mengungkapkan buah-buah pribadi yang diperoleh berupa niat yang dapat dilakukan dalam
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 90
kehidupan sehari-hari. Sebagai penutup dalam berkatekese peserta diajak untuk mengungkapkan doa spontan, dan dapat diakhiri doa penutup dengan merangkum keseluruhan tema, atau dengan doa bersama/nyanyian (Sumarno Ds, 2013: 11-12).
b. Model Biblis Model biblis berpusat pada pengalaman Kitab Suci/Tradisi dan memiliki tiga hal pokok yang perlu diperhatikan yaitu mengamati, mengartikan dan menerapkan teks Kitab Suci. Ketiga hal pokok tersebut digunakan untuk membantu umat memahami isi Kitab Suci/Tradisi. Ketekese umat model biblis terdiri dari beberapa langkah yaitu pembukaan, teks Kitab Suci/Tradisi, pendalaman teks Kitab Suci/Tradisi, pendalaman pengalaman hidup, penerapan dalam hidup, dan penutup (Sumarno Ds, 2013: 12-13). Langkah pertama dalam model biblis yang berisikan doa dan atau nyanyian pembukaan. Pada langkah pembukaan peran katekis/pendamping menghubungkan tema katekese sekarang dengan tema sebelumnya. Setelah itu pembacaan teks Kitab Suci yang dibacakan oleh salah satu peserta langsung dari Kitab Suci dan peserta diajak merefleksikannya. Pendalaman teks Kitab Suci, diawali dengan masuk dalam kelompok kecil untuk mengungkapkan hasil refleksi pribadi. Sedangkan katekis/pendamping berperan merangkum pesan inti dari peserta dengan menghubungkan penjelasan pribadi berdasarkan persiapan pribadi. Katekis/pendamping menjadi sumber yang penting karena menampilkan isi/pesan inti Kitab Suci yang relevan dan mudah dipahami peserta. Kemudian peserta diajak untuk mendalami pengalaman hidup dengan menghubungkan pesan inti teks Kitab Suci. Dari pendalaman hidup peserta diajak merefleksikan dan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 91
menemukan sikap yang bisa dilakukan dalam hidup. Peserta dapat menemukan semangat, jiwa, serta kekuatan baru dari teks Kitab Suci yang dapat diwujudkan. Kemudian peserta masuk dalam keheningan merenungkan pesan yang diperoleh, menemukan sarana, dan cara menghadapi kesulitan, serta menemukan hal-hal yang mendukung dalam kehidupan sehari-hari. Sebagai penutup proses katekese peserta mengungkapkan doa spontan dan katekis/pendamping menutup dengan doa penutup, doa bersama atau nyanyian bersama (Sumarno Ds, 2013: 12-13).
c. Model Campuran: Biblis dan Pengalaman Hidup Katekese umat model campuran merupakan gabungan antara model biblis dan model pengalaman hidup. Model campuran bertitik tolak pada hubungan antara Kitab Suci/Tradisi dengan pengalaman hidup konkret peserta (Sumarno Ds, 2013: 13-14). Katekese umat model campuran memiliki beberapa langkah penting yaitu pembukaan, pembacaan Kitab Suci/Tradisi, penyajian pengalaman hidup, pendalaman pengalaman hidup dengan teks Kitab Suci/Tradisi, penerapan meditatif, evaluasi singkat, dan doa penutup (Sumarno Ds, 2013: 13-14). Langkah pembukaan model campuran adalah doa dan nyanyian pembuka. Langkah kedua, pembacaan teks Kitab Suci/Tradisi, dibacakan peserta secara langsung dan pendamping mengulanginya kemudian peserta diberi kesempatan merenungkannya. Setelah itu peserta diajak menyimak pengalaman hidup dengan sarana pendukung untuk membangkitkan semangat peserta. Peserta diajak mengungkapkan kesan pribadi dalam penyajian pengalaman hidup, mencari apa yang terjadi dalam pengalaman hidup secara objektif, menemukan tema dan pesan pokok. Berdasarkan pengalaman hidup peserta diajak merefleksikan dan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 92
mendalami pesan yang diperoleh dan menghubungkan pengalaman pribadi dengan pesan Kitab Suci. Peran pendamping adalah merangkum reflekis pengalaman hidup dan mengajak peserta membangun niat bersama/pribadi. Langkah lima, penerapan meditatif
katekis membuat pertanyaan pembantu
sebagai bahan reflektif pengalaman hidup, dan refleksi-pemikiran muncul selama pendalaman pengalaman dihubungkan dengan Kitab Suci. Kemudian Katekis mengajak peserta menemukan nilai baru dalam hidup pribadidan bersama. Langkah keenam adalah evaluasi jalannya katekese umat berupa isi, tema, langkah-langkah dan proses sharing pengalaman iman. Dengan evaluasi diharapkan pertemuan berikutnya menjadi lebih baik, sesuai, dan
relevan.
Sebagai penutup dilakukan doa umat spontan dan doa penutup dan menyanyikan lagu penutup sesuai tema (Sumarno Ds, 2013: 13-14).
C. Shared Christian Praxis: Salah Satu Model Katekese Umat Salah satu model katekese umat yaitu model Shared Christian Praxis (SCP). Shared Christian Praxis adalah model katekese umat yang menekankan sifat dialog dan partisipasi supaya mendorong umat berdasarkan konfrontasi tradisi dan visi hidup dengan Tradisi dan Visi Kristiani sehingga dapat mewujudkan nilainilai Kerajaan Allah di dalam kehidupan sehari-hari (Sumarno Ds, 2013: 14-15).
1. Pengertian Shared Christian Praxis Katekese umat model Shared Christian Praxis (SCP) terdiri dari 3 (tiga) unsur penting yang harus diperhatikan yaitu Shared, Christian, dan Praxis (Sumarno Ds, 2012: 15-17).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 93
a. Shared Istilah „shared’ merupakan pengertian dari komunikasi iman yang bersifat dialogal, partisipasi dan kritis, sikap egaliterian, terbuka terhadap diri sendiri, sesama dan rahmat Tuhan. Shared menekankan aspek dialog, kebersamaan, keterlibatan dan solidaritas. Oleh sebab itu proses sharing pengalaman peserta diharapkan dapat saling mendengarkan dengan terbuka, dengan hati dan berkomunikasi dengan kebebasan hati. Karena sharing mempunyai hubungan antara hidup faktual dengan tradisi dan visi kristiani (Groome, 1997: 4). Sharing berarti saling berbagi rasa, pengetahuan, dan saling mendengarkan pengalaman setiap umat. Proses sharing diawali dengan berdialog kepada diri sendiri kemudian diungkapkan dalam berbagai pengalaman dengan suasana persaudaraan dan cinta kasih (Sumarno Ds, 2013: 16). Aspek dialog dalam sharing didahului dengan refleksi dan pengolahan pengalaman pribadi sebagai pokok penegasan bersama. Dalam proses berdialog dibutuhkan kejujuran, keterbukaan, kepekaan dan penghormatan. Hal terpenting dalam berdialog adalah mendengarkan dengan hati yaitu mendengarkan penuh simpati. Oleh karena itu dialog memiliki unsur peneguhan, penegasan, dan hasrat untuk maju bersama serta unsur hubungan dialegtis antara praktis faktual peserta dengan nilai dan semangat kristiani (Groome, 1997: 4). Dalam dialog terdapat dua unsur yaitu membicarakan (to tell) dan mendengarkan (to lisen). Membicarakan berarti menyampaikan kebenaran dan pengalaman pribadi dan mengatakannya dengan kejujuran, bukan atas apa yang didengar, diperkirakan dan dipikirkan. Membicarakan didasari sikap keterbukaan, kejujuran, dan kerendahan hati untuk mengungkapkan pengalaman hidup.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 94
Mendengarkan berarti mendengar dengan hati dan rasa yang dikomunikasikan orang lain. Dengan mendengarkan pribadi tersebut akan menemukan diri sendiri dan menemukan kehendak Tuhan dalam hidupnya. Mendengarkan melibatkan keseluruhan diri sehingga muncul empati (Sumarno Ds, 2013: 16-17).
b. Christian Model Shared Christian Praxis akan mengusahakan supaya kekayaan iman Kristiani dan visinya dapat terjangkau, dekat, dan relevan di tengah-tengah kehidupan umat. Dengan proses itu kekayaan iman Gereja dapat berkembang menjadi pengalaman iman karena kekayaan iman menekankan dua unsur pokok yaitu pengalaman iman Kristiani (tradisi) dan visi (Groome, 1997: 2-3). Tradisi (T dengan huruf besar) merupakan keseluruhan pengalaman iman umat yang terungkap dan dibakukan Gereja dalam menanggapi pewahyuan Allah. Tradisi Gereja merupakan seluruh corak kehidupan umat Kristiani, Kitab Suci, ajaran Gereja resmi, intepretasi/tafsir, penelitian para teolog, praktek suci, ibadat, sakramen, simbol, ritus, pesta/peringatan, hiasan/lukisan merupakan ekspresi iman akan pengalamannya dengan Allah berdasarkan peristiwa historis, mati, dan kebangkitan Yesus (Sumarno Ds, 2013: 17). Tradisi mengungkapkan kenyataan iman umat yang hidup dan dihidupi. Sebagai kenyataan iman Tradisi Kristiani terus mengundang umat dalam keterlibatan praktis dan proses pembribadian. Tradisi Kristiani merupakan perjumpaan antara rahmat Allah dalam Kristus dan tanggapan manusia. Tradisi sebagai sabda yang dihidupi untuk mengembangkan identitas kristiani dan memberi insiprasi supaya nilai-nilai itu terwujud (Groome, 1997: 3).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 95
Tradisi (t dalam huruf kecil) merupakan seluruh pengalaman konkret manusia dan sejarahnya dalam menghayati hidup serta menjalani hidup di dunia atas dasar iman (Sumarno Ds, 2013: 17). Visi (V dengan huruf
besar) merupakan pengetahuan dan kenyataan
hadirnya isi Tradisi, dan menjadi jawaban pengalaman iman kristiani serta janji Allah yang terungkap dalam Tradisi. Visi merupakan kenyataan konkret atas jawaban manusia terhadap janji-janji Allah yang terwujud dalam Tradisi (Sumarno Ds, 2012: 17). Visi Kristiani menekankan tuntutan dan janji yang terdapat dalam Tradisi, tanggungjawab dan perutusan umat merupakan jalan menghidupi semangat dan sikap kemuridan dan hal mendasar adalah terwujudnya Kerajaan Allah. Visi Kristiani mengarah pada proses sejarah kehidupan yang saling berhubungan, bersifat dinamis, mengandung penilaian, penegasan, pilihan, dan keputusan (Groome, 1997: 3). Visi (v dalam huruf kecil) merupakan kritik perbuatan manusia pada masa kini, dan menjadi ukuran beriman dan terbuka atas masa depan. Manusia dalam menjalankan
kehidupannya
berusaha
menganggapi
janji
Allah
dan
merumuskannya dalam visi kristiani berdasarkan pengalaman akan tradisi atau pengalaman yang sedang dihayati (Sumarno Ds, 2013: 17).
c. Praxis Praxis merupakan perbuatan/tindakan manusia yang meliputi keseluruhan diri manusia dengan segala sesuatu yang dibuat dengan tujuan tertentu. Praxis mengacu pada tindakan manusia dengan tujuan perubahan hidup meliputi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 96
kesatuan praktik dan teori (kreatifitas), antara refleksi kritis dan kesadaran historis (keterlibatan baru). Praxis merupakan praktek yang didukung oleh refleksi teoritis dan sebaliknya. Praxis merupakan ungkapan pribadi meliputi ungkapan fisik, emosional, intelektual, dan spiritual dari hidup (Sumarno Ds, 2013: 15). Aktifitas terdiri dari kegiatan mental, fisik, kesadaran, tindakan pribadi dan sosial, hidup pribadi, kegiatan publik yang merupakan kenyataan masa kini sebagai perwujutan diri. Aktifitas bersifat historis sehingga ditempatkan pada waktu dan tempat (Sumarno Ds, 2013: 15; bdk. Groome, 1997: 2) Penekanan refleksi ada pada refleksi kritis terhadap tindakan historis pribadi dan sosial terhadap praxis pribadi dan kehidupan masyarakat terhadap Tradisi dan Visi kristiani (Sumarno Ds, 2013: 15; bdk. Groome, 1997: 2). Kreativitas merupakan perpaduan antara aktifitas dan refleksi dengan menekankan sifat transenden sebagai manusia dalam dinamika praxis sehingga menciptakan praxis baru yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari (Sumarno Ds, 2013: 15; bdk. Groome, 1997: 2)
2. Langkah Katekese Umat Model Shared Christian Praxis Katekese umat model Shared Christian Praxis yang menekankan proses komunikasi pengalaman hidup. Oleh sebab itu katekese umat model Shared Christian Praxis (SCP) dapat dipahami sebagai suatu proses yang mengalir. Katekese umat model Shared Christian Praxis terdiri dari lima langkah yang saling berurutan, walaupun dalam kenyataanya tidak jarang terjadi tumpang tindih, atau terulang atau langkah satu dengan yang lainnya saling bergabung menjadi satu (Groome, 1997: 5).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 97
Langkah-langkah katekese umat model Shared Christian Praxis (SCP) saling berhubungan satu dengan yang lainnya. Katekese umat model Shared Christian Praxis memiliki dari 5 (lima) langkah-langkah pokok yang didahului dengan langkah 0 (pemusatan aktifitas). Kelima langkah katekese umat model Shared Christian Praxis (SCP) adalah mengungkap pangalaman hidup peserta, mendalami pengalaman hidup peserta, menggali pengalaman iman kristiani, menerapkan iman kristiani dalam situasi peserta konkret, dan mengusahakan suatu aksi konkrit (Sumarno Ds, 2013: 18-22; bdk. Groome, 1997: 5-50).
a. Langkah 0: Pemusatan Aktifitas Langkah nol dapat digunakan bila diperlukan. Apabila sudah memiliki bahan atau buku panduan yang sudah jadi, maka langkah ini tidak perlu digunakan. Unsur-unsur penting yang ada pada langkah nol adalah kekhasan, tujuan, peran peserta, dan peran pendamping. Kekhasan dari langkah nol adalah peserta dapat menentukan sendiri tema pokok yang akan dibahas sesuai dengan minat, kebutuhan dan keprihatinan yang sedang terjadi (Sumarno Ds, 2013: 18). Melalui cerita, permasalahan/keyakinan, peserta didorong menyampaikan pemahaman dan pengalaman. Berdasarkan kepentingan, minat, kebutuhan peserta diajak merumuskan topik dan menyusunannya sesuai prioritas (Groome, 1997: 8). Tujuan yang ingin dicapai adalah peserta menentukan tema yang sesuai kenyataan hidup sehingga tema tersebut menjadi tema pokok. Tema yang diangkat harus konkret yang mencerminkan pokok hidup, keprihatinan, permasalahan dan kebutuhan peserta (Sumarno Ds, 2013: 18).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 98
Membangun keterlibatan dan kesadaran peserta sebagai subjek dalam ketekese sehingga menjadi pendidikan yang menciptakan kesatuan kesadaran, kehendak, dan keterlibatan baru. Tema dasar disadari sebagai tema bersama. Langkah nol bermaksud membangun kesadaran dan minat bersama dan visi sebagai sarana perjumpaan, kebersatuan, dan komunikasi antar pribadi sebagai subjek dengan menghormati keunikan dan kebutuhan (Groome, 1997: 8). Peserta berperan untuk terlibat aktif dalam berkatekese, menjalin dialog dalam pemilihan tema dasar sesuai model Shared Christian Praxis dan tema tersebut tidak bertentangan dengan iman kristiani. Melalui simbol, keyakinan, cerita, bahasa foto, poster, video, kaset, film, telenovela, atau sarana lain peserta dapat menemukan sendiri salah satu aspek kehidupan yang bisa digunakan sebagai tema dasar dalam berkatekese (Sumarno Ds, 2013: 19). Pendamping
menciptakan
lingkungan
psikososial
yaitu
peserta
berpartisipasi dan tercipta suasana persahabatan, kekeluargaan, dan saling percaya sehingga peserta diterima, dimengerti, dan dihargai. Pendamping menciptakan lingkungan fisik yang mendukung. Pendamping memilih sarana yang tepat dan membantu peserta menentukan serta merumuskan tema pokok yang menjadi prioritas (Sumarno Ds, 2013: 19; bdk. Groome, 1997: 10).
b. Langkah I: Pengungkapan Pengalaman Hidup Peserta Langkah pertama merupakan keterlibatan peserta untuk membagikan pengalaman hidupnya sesuai dengan tema. Pengalaman hidup yang dibagikan merupakan kejadian atau peristiwa yang benar-benar dialami. Langkah pertama
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 99
ini memiliki tiga hal pokok yang mendukung jalannya katekese yaitu kekhasan, tujuan, peran peserta, dan peran pendamping. Kekhasan langkah pertama adalah sharing pengalaman hidup yang terjadi di masyarakat, dan kehidupan pribadi. Melalui cerita, puisi, tarian, nyanyian, drama pendek,
lambang,
dll
peserta
mengungkapkan
pengalaman
hidup
dan
keterlibatannya. Pengalaman hidup yang diungkapkan dapat berupa perasaan, menilai, sikap, kepercayaan, dan keyakinan sehingga peserta sadar dan kritis akan pengalaman hidupnya (Sumarno Ds, 2013: 19; bdk. Groome, 1997: 5). Tujuan yang akan dicapai pada langkah pertama adalah peserta dapat mengungkapkan
pengalaman
hidup
sesuai
tema.
Peserta
tidak
hanya
mengungkapkan pengalaman pribadi tetapi pengalaman orang lain/keadaan masyarakat/gabungan keduanya (Sumarno Ds, 2013: 19; bdk. Groome, 1997: 5). Untuk mendukung terwujudnya tujuan yang akan dicapai maka peserta berperan mengungkapkan pengalaman hidup. Peserta menyadari pengalaman pribadinya, mendalami, membahasakan, dan menyampaikan kepada peserta yang lain (Sumarno Ds, 2013: 19; bdk. Groome 1997: 11). Pengalaman hidup yang diungkapkan adalah pengalaman pribadi, atau kehidupan dan permasalahan sosial, ekomomi, budaya yang terjadi di lingkungan masyarakat atau gabungan keduanya. Dengan sharing pengalaman peserta yang masih subjektif dan akan menjadi objektif sehingga mereka akan diteguhkan dan dikembangakan imannya (Sumarno Ds, 2013: 19; bdk. Groome, 1997: 11). Demi terciptanya peran peserta pendamping juga ikut berperan yaitu berperan sebagai fasilitator yang mampu menciptakan suasana hangat dan mendukung. Apabila peserta yang hadir banyak, maka dibagi dalam kelompok
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 100
kecil supaya efektif. Pendamping merumuskan pertanyaan dengan jelas, terarah, tidak menyinggung pribadi peserta, pendamping menyesuaikan latar belakang peserta, terbuka dan objektif dalam menghadapi peserta. Pendamping membangun sikap ramah, sabar, hormat, dan bersahabat. Pendamping peka terhadap permasahan peserta, dan memberi kebebasan memilih pertanyaan yang cocok. Pendamping juga menyadari tujuan dan pokok pemikiran dasar langkah pertama (Sumarno Ds, 2013: 19; bdk. Groome, 1997: 13, 42).
c. Langkah II: Mendalami Pengalaman Hidup Peserta Berdasarkan proses sharing pengalaman hidup pada langkah pertama maka langkah kedua ini peserta mendalami pengalaman hidupnya menjadi pengalaman iman. Langkah kedua ini juga terdiri dari tiga hal pokok yaitu kekhasan, tujuan, peran peserta, dan peran pendamping. Kekhasan langkah kedua adalah refleksi kritis dan mengantar peserta pada pengalaman hidup dan tindakannya yang mencakup tiga hal yaitu pemahaman kritis dan sosial (alasan, minat, asumsi) menekankan pemahaman terhadap tindakan dan pertimbangannya serta menganalisa pengalaman hidup yang dibentuk oleh sistem sosial yang keduanya saling berhubungan. Kenangan analisis dan sosial (sumber historis) yang mencakup sejarah hidup dan pranata sosial yang membentuk dan mempengaruhi cara hidup masyarakat. Imajinasi kreatif dan sosial (harapan konsekunsi historis), mencakup dua tekanan yaitu bersifat pribadi berarti membayangkan konsekuansi, kemungkinan, dan tanggungjawab pribadi atas keputusan konsekuansi yang membuat peserta sadar akan keterlibatan dan solidaritas sosial (Sumarno Ds, 2013: 20; bdk. Groome 1997: 5-6).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 101
Tujuan yang akan dicapai adalah merefleksikan dan mengantar peserta pada kesadaran kritis pengalaman hidupnya dan tindakanya yang berhubungan dengan pemahaman kritis dan sosial (alasan, minat, asumsi), kenangan analisis dan sosial (sumber historis) dan imajinasi kreatif serta sosial (harapan konsekuensi historis). Berdasarkan pengalaman hidup peserta sampai pada kesadaran terdalam, sehingga dapat mengolah dan menemukan makna hidup, dan praksis baru (Sumarno Ds, 2013: 20; bdk. Groome, 1997: 5-6, 43). Peran peserta pada langkah kedua adalah memperdalam pengalaman hidup melalui refleksi dan berproses pada kesadaran kritis atas pengalaman hidup dan tindakannya yang meliputi tiga hal yaitu pemahaman kritis dan sosial, kenangan analisis dan sosial, serta imajinasi kreatif dan sosial. Peserta berusaha merefleksikan pengalaman hidupnya yang telah dikomunikasikan sehingga menemukan arti dan nilai dari pengalaman tersebut. Peserta juga dapat mencapai kesadaran terhadap tradisi dan visi hidupnya sehingga menciptakan keterlibatan hidup dan praksis baru. Jadi inti peran peserta pada langkah kedua adalah memperdalam sharing pengalaman hidup pada langkah kedua dan mengantar peserta pada kesadaran kritis akan pengalaman dan tindakannya (Sumarno Ds, 2013: 20; bdk. Groome, 1997: 14-15). Pendamping juga berperan menciptakan suasana saling menghormati dan mendukung setiap gagasan, sumbangan dari peserta. Pendamping mengundang peserta melakukan refleksi kritis, menguji pemahaman, kenangan, dan imajinasi peserta. Pendamping mengajak peserta untuk aktif berbicara tanpa paksaan. Pendamping dapat menggunakan pertanyaan pembantu untuk mendalami tema bukan mengintrogasi, mengganggu harga diri dan rahasia peserta. Pendamping
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 102
memahami kondisi peserta, terutama peserta yang tidak biasa melakukan refleksi kritis. Pendamping berusaha untuk menghindari kesan bahwa peserta diwajibkan mempertanggungjawabkan pengalaman hidup. Peran pendamping yang penting adalah kesabaran dalam berproses, dan menggunakan imajinasi sebagai penyambung langkah ketiga (Sumarno Ds, 2013: 20; bdk. Groome, 1997: 44). Pendamping menyadari adanya kesulitan dalam refleksi kritis sehingga dibutuhkan kesabaran, dan keterampilan untuk mengembangkanya. Pendamping perlu menciptakan lingkungan psikososial yaitu keakraban, rasa senasibsepenanggungan dan kepercayaan antar peserta. (Groome, 1997: 19).
d. Langkah III: Menggali Pengalaman Iman Kristiani Peserta Pada langkah ketiga peserta akan berhadapan dengan teks Kitab Suci untuk didalami bersama supaya menemukan nilai-nilai Kerajaan Allah yang bisa diwujudkan dalam kehidupan. Langkah ketiga memiliki tiga hal pokok yang perlu diperhatikan yaitu kekhasan, tujuan, peran peserta, dan peran pendamping. Kekhasan langkah ketiga adalah pendamping menyampaikan pesan Tradisi dan Visi Kristiani supaya terjangkau dan mengena dalam kehidupan peserta. Tradisi dan Visi Kristisni berisikan pewahyuan dan kehendak Allah yang memuncak dalam misteri hidup dan karya Yesus serta mampu mengungkapkan tanggapan manusia atas pewahyuan-Nya. Sifat pewahyuan Allah adalah dialogal, menyejarah dan normatif, seperti terungkap dalam Kitab Suci, ajaran-ajaran Gereja, liturgi, spiritual, devosi, kepemimpinan, kehidupan umat beriman. Oleh sebab itu diperlukan penafsiran supaya pewahyuan-Nya relevan dalam kehidupan (Sumarno Ds, 2013: 20-21).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 103
Tujuan yang hendak dicapai pada langkah ketiga mengkomunikasikan nilainilai yang terdapat dalam Tradisi dan Visi kristiani supaya dekat dan mengena dalam kehidupan peserta dengan latar belakang kebudayaan yang berbeda. Pendamping membuka jalan, menghilangkan hambatan sehingga peserta dapat menemukan nilai-nilai yang terkandung dalam Tradisi dan Visi kristiani tersebut (Sumarno Ds, 2013: 20; bdk. Groome, 1997: 6). Peran peserta demi terciptanya tujuan langkah ini adalah mendialogkan tradisi dan visi hidup dengan Tradisi dan Visi Gereja sehingga iman Kristiani dapat dekat dan hadir di tengah-tengah kehidupan peserta dan peserta terdorong mempribadikan makna kebenaran secara kritis dan kreatif, dan menemukan praksis baru (Sumarno Ds, 2013: 19; bdk. Groome, 1997: 19). Pendamping juga berpartisipasi dengan menghormati Tradisi dan visi Kristiani yang otentik, dan normatif, memanfaatkan sarana dan menafsirakan Kitab Suci sebagai informasi dan mambantu peserta supaya nilai-nilai Tradisi dan visi Kristiani dapat dekat dalam kehidupan peserta. Tafsiran Kitab Suci disertai dengan kesaksian iman, harapan, dan hidup pribadi. Pendamping menggunakan metode yang tepat dan cocok, mengantar peserta pada kesadaran diri, tidak mengulang-ulang rumusan, tidak bersikap sebagai guru serta mempersiapkan bahan secara maksimal (Sumarno Ds, 2013: 21; bdk. Groome, 1997: 28).
e. Langkah IV: Menerapkan Iman Kristiani dalam Situasi Konkrit Berdasarkan
pengolahan
langkah
pertama
sampai
ketiga
peserta
menemukan nlai-nilai baik yang akan dikembangkan dan nilai-nilai tidak baik
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 104
yang akan ditinggalkan. Untuk itu langkah keempat ini juga mempunyai tiga unsur pokok yaitu kekhasan, tujuan, peran peserta, dan peran pendamping. Kekhasan langkah ketiga ini, peserta diajak untuk mendialogkan hasil pengolahan langkah pertama, kedua dan isi pokok langkah ketiga. Peserta dapat menemukan nilai-nilai Tradisi dan Visi Kristiani yang meneguhkan, mengkritik, sehingga peserta dapat melangkah pada kehidupan yang lebih baik dengan semangat, nilai, dan iman baru demi terwujudnya Kerajaan Allah (Sumarno Ds, 2013: 21; bdk. Groome, 1997: 7). Berdasarkan penemuan nilai-nilai Tradisi maka tujuan yang dicapai pada langkah ini adalah mengajak peserta menemukan nilai hidup berdasarkan Tradisi dan Visi Kristiani. Peserta diajak untuk dapat menentukan sendiri sikap lama yang akan diubah atau diperbaiki, dan menemukan nilai-nilai baru yang hendak dikembangkan dan diwujudkan dalam kehidupan. Langkah empat bertujuan mengintepretasikan nilai hidup ke dalam Tradisi dan visi Kristiani serta mempersonalisasikan dan memperkaya dinamika Tradisi dan visi Kristiani (Sumarno Ds, 2013: 21; bdk. Groome, 1997: 30, 48). Peserta dan pendamping juga berpartisipasi demi tujuan yang akan dicapai. Peran peserta adalah peserta mendialogkan hasil pengolahan langkah pertama, langkah kedua dan isi pokok langkah ketiga. Berdasarkan hasil pengolahan setiap langkah peserta menemukan nilai-nilai tradisi dan visi Kristiani yang meneguhkan, mengkritik, sehingga peserta dapat melangkah kehidupan yang lebih baik lagi dengan semangat, nilai, dan iman baru demi terwujudnya Kerajaan Allah (Sumarno Ds, 2013: 21; bdk. Groome, 1997: 5).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 105
Dalam proses menemukan nilai hidup peserta dapat mengungkapkan perasaan, sikap, intuisi, perspektif, evaluasi, dan penegasan kebenaran nilai dan kesadaran yang diyakini sebagai tanggapan dialog tradisi dan visi kristiani. Pengungkapan nilai hidup dapat berupa penjelasan, tulisan, simbol, atau ekspresi dsb (Sumarno Ds, 2013: 21; bdk. Groome, 1997: 32). Pendamping menghormati kebebasan dan saling menghormati hasil penegasan peserta, terutama peserta yang menolak penafsiran pendamping, pendamping mampu meyakinkan peserta supaya menemukan nilai pengalaman hidup dan visi dalam terang Tradisi dan Visi Kristiani. Pendamping mendorong peserta supaya dapat merubah sikap sebagai pendengar pasif menjadi pendengar aktif, menyadari tafsiran pendamping bukan harga mati dan pendamping mampu mendengarkan dengan hati terhadap tanggapan, pendapat, dan pemikiran peserta lain (Sumarno Ds, 2012: 21-22; bdk. Groome, 1997: 48-49). Peran lainnya yang harus dilakukan pendamping adalah membantu peserta dengan cara menyampaikan pertanyaan-pertanyaan bantuan yang bersifat aktif, supaya peserta dapat menemukan sendiri nilai-nilai hidup, kesadaran baru dari iman, dan perjuangan hidup yang akan diwujudkan dan dikembangkan secara kritis dan kreatif dalam kehidupan sehari-hari (Sumarno Ds, 2013: 21; bdk. Groome, 1997: 49).
f. Langkah V: Mengusahakan Suatu Aksi Konkret Langkah kelima merupakan langkah terakhir dari katekese umat model Shared Christian Praxis. Pada tahap ini peserta diajak menutup katekese umat dengan melakukan ibadat singkat untuk mendoakan seluruh proses katekese umat
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 106
yang telah berlangsung. Langkah kelima ini juga terdiri dari tiga hal penting yaitu kekhasan, tujuan, peran peserta, dan peran pendamping. Kekhasan langkah kelima adalah peserta diajak menemukan keputusan pribadi dan bersama berdasarkan tema dalam berkatekese. Keputusan tersebut dapat bermacam bentuk dan sifat serta subjek dan arah. Keputusan berdasarkan bentuk menekankan aspek kognitif/pemahaman, aspek afektif/perasaan, dan tingkah laku/praktis-politis. Keputusan berdasarkan sifat berhubungan dengan pribadi, dan interpersonal/sosial-politis. Keputusan berdasarkan subjek bersifat aktivitas
pribadi,
intern/kepentingan
dan
bersama.
kelompok
Keputusan
dan
berdasarkan
ekstern/kepentingan
arah
diluar
bersifat kelompok
(keterlibatan sesama) (Sumarno Ds, 2013: 22; bdk. Groome, 1997: 34-35). Sedangkan tujuan yang dicapai adalah peserta dapat sampai pada keputusan praktis sebagai tanggapan umat terhadap wahyu Allah yang berlangsung dalam sejarah kehidupan dengan Tradisi Gereja dan Visi Kristiani. Keprihatinan dari tujuan yang ingin dicapai adalah mendorong peserta pada keterlibatan baru sehingga muncul pertobatan pribadi dan sosial (metanoia). Secara teologis peserta diajak untuk mengungkapkan harapan rahmat Allah dan atas tanggapan tersebut kehidupan manusia akan menjadi lebih baik. Tanggapan tersebut bertujuan membantu peserta mengambil keputusan secara moral, konseptual, sosial, politis sesuai nilai Kristiani. Langkah kelima merupakan sarana untuk menghayati dan mewujudkan iman (Sumarno Ds, 2013: 22; bdk. Groome, 1997: 34, 49). Berdasarkan
tujuan
yang
akan
dicapai
peserta
berperan
untuk
mengungkapkan keputusan yang akan diwujudkan dan dikembangkan dalam berbagai bentuk (aspek kognitif/pemahaman, dan aspek afektif/perasaan) dan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 107
berdasarkan sifat (pribadi, interpersonal, sosial-politis); berdasarkan subjek (aktifitas pribadi/bersama) dan berdasarkan arah (intern atau ekstern untuk kepentingan kelompok) (Sumarno Ds, 2013: 22; bdk. Groome, 1997: 49). Pendamping juga berperan untuk membantu peserta mengambil keputusan pribadi diiringi dengan pertobatan pribadi atau sosial. Keputusan tersebut sebagai wujud iman Kristiani supaya Kerajaan Alah dapat hadir dalam kehidupan manusia (Sumarno Ds, 2013: 22; bdk. Groome, 1997: 37). Pendamping menyadari hakikat praktis, inovatif, dan transformatif pada langkah kedua. Pendamping mampu untuk merumuskan pertanyaan yang bersifat sederhana sehingga membantu peserta mengambil keputusan, dan menekankan sikap optimis yang realistis. Pendamping merangkum isi langkah pertama sampai keempat sehingga membantu peserta mengambil keputusan pribadi dan bersama. Sebagai penutup peserta diajak merayakan liturgi sederhana untuk mendoakan keputusan yang diambil (Sumarno Ds, 2013: 22; bdk. Groome, 1997: 50).
3. Tinjauan Kritis Katekese Umat Model Shared Christian Praxis Keberhasilan katekese umat dipengaruhi oleh beberapa hal pokokuntuk mendukung jalannya ketekese umat model Shared Charistian Praxis. Hal-hal yang mendukung katekese umat model Shared Christian Praxis adalah materi, kesiapan pendamping, fasilitator, dan lingkungan fisik yang mendukung. Hal-hal yang harus diperhatikan demi terlaksananya katekese umat model Shared Christian Praxis adalah urutan setiap langkah, peserta katekese umat, penggunaan waktu yang efektif, serta keterampilan katekis/pendamping dalam berkatekese (Sumarno Ds, 2013: 22-23).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 108
a. Urutan Langkah Urutan dalam berkatekese yang biasanya terjadi adalah mensharingkan pengalaman hidup dan merefleksikannya. Berdasarkan hasil refleksi peserta diajak menemukan pengalaman iman dan menghadirkan Tradisi dan Visi Kristiani, mewujudkannya dalam tindakan nyata serta berani menanggapi wahyu Allah sebagai pembaharuan/keterlibatan baru (Sumarno Ds, 2013: 22-23). Kelima langkah tersebut dapat dikombinasikan satu dengan yang lain dengan memberi penekanan yang berbeda dalam setiap langkah. Langkah-langkah katekese umat tersebut dapat terjadi tumpang tindih antara langkah pertama dan kedua, langkah empat dengan langkah kelima (Sumarno Ds, 2013: 23). Semua langkah-langkah tersebut merupakan satu kesatuan, supaya memudahkan pendamping dalam memandu. Untuk memulai katekese umat adalah dengan mengungkapkan pengalaman hidup secara bersama. Cara tersebut merupakan cara yang bisa dilakukan walaupun tidak harus dilaksanakan. Tetapi yang terpenting dalam berkatekese adalah suasana kebersamaan, pengungkapan dan merefleksikan pengalaman hidup menjadi pengalaman iman sehingga terarah pada pendidikan iman (Sumarno Ds, 2012: 23).
b. Peserta Mendorong peserta berdasarkan tradisi dan visi hidup dengan Tradisi dan Visi Kristiani, supaya secara pribadi/kelompok melakukan penegasan dan berani mengambil keputusan demi terwujudnya Kerajaan Allah (Sumarno Ds, 2013: 14). Suasana lingkungan yang mendukung akan membuat peserta menjadi bebas dan terbuka mengungkapkan pengalaman hidup/pendapatnya. Oleh sebab itu
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 109
dibutuhkan rasa percaya diri terhadap diri sendiri maupun peserta lain dan jika memungkinkan mampu berkontak dengan semua peserta (Sumarno Ds, 2013: 24).
c. Penggunaan Waktu Pada dasarnya Shared Christian Praxis merupakan suatu kegiatan/sikap yang dapat digunakan dalam setiap usaha pendidikan kristiani, maka berkaitan dengan waktu tidak menjadi suatu masalah (Sumarno Ds, 2013: 23). Shared Christian Praxis merupakan kegiatan yang dapat dilaksanakan diberbagai kesempatan terutama berkaitan dengan pendidikan kristiani, maka waktu yang digunakan dapat menyesuaikan situasi dan kondisi peserta. Waktu yang digunakan bersifat fleksibel karena menyesuaikan penggunaannya misalnya retret/rekoleksi. Penggunaan dan pemanfaatan lingkungan, tempat, dan waktu yang longgar merupakan sesuatu yang ideal dalam memberi perhatian yang cukup pada setiap langkah (Sumarno Ds, 2013: 23-24).
d. Keterampilan Katekis Katekis terampil dalam menciptakan lingkungan emosional dan lingkungan physis yang mendukung. Lingkungan emosional merupakan suasana saling menerima, hangat, dan terbuka, sehingga peserta merasa diterima, bebas, dan santai. Lingkungan physis merupakan lingkungan yang lembut, misalnya lantai tertutup lebih baik dari pada lantai kosong, kursi yang nyaman dari pada kursi malas atau kursi bangku, memperhatikan pencahayaan, pengaturan tempat duduk, suasana warna, lantai, hiasan, dll. Katekis/pendamping juga terampil dengan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 110
berperan sebagai pemandu atau fasilitator dalam keseluruhan proses katekese umat (Sumarno Ds, 2013: 24). Tanggung jawab dan peran katekis dalam berkatekese adalah sebagai fasilitator dengan menciptakan suasana pertemuan menjadi hangat dan mendukung, memberikan penjelasan dengan jelas, menghormati dan menghargai setiap gagasan yang disampaikan peserta, mengajak peserta untuk terlibat, memberikan tafsiran yang jelas dan menggunakan bahasa yang sederhana, tidak mendoktrinasi kepada peserta tetapi membiarkan peserta berproses dengan bantuan katekis serta berani bersaksi akan kebenaran (Sumarno Ds, 2013: 19-22).
D. Penghayatan Iman dalam Katekese Umat Katekese umat merupakan tempat untuk membantu umat menghayati iman katolik karena melalui sharing pengalaman iman umat semakin diteguhkan imannya. Shared Christian Praxis adalah salah satu model katekese umat yang bisa dgunakan untuk membantu peserta mendalami imannya karena menekankan pengalaman hidup konkret. Dari setiap proses katekese umat dan langkah-langkah yang ada didalamya peserta akan diajak untuk memperdalam kehidupannya sehingga iman umat semakin bertumbuh dan berkembang.
1. Penghayatan Iman Penghayatan berasal dari kata „hayat‟ yang berarti hidup, kehidupan, nyawa, atau raga. Penghayatan berarti pengalaman batin, pendalaman, penjiwaan, atau peresapan. Penghayatan merupakan pendalaman kehidupan (pengalaman hidup) yang dialami sekarang atau masa lalu (Setiawan, 2014: 1).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 111 Pengertian iman dalam bahasa Yunani disebut „pistis’ artinya memberi kepercayaan kepada seseorang atau dalam bahasa Latin „fides’ dan dalam bahasa Inggris „faith’ artinya keyakinan dan penerimaan akan wahyu Allah. Dalam bahasa Indonesia „beriman‟ lebih dimaksudkan sebagai hubungan manusia dengan Allah; sedangkan „percaya‟ dipakai sebagai hubungan antar manusia. Dalam Kitab Suci „iman‟ merupakan sumber dan pusat dari keseluruhan kehidupan keagamaan manusia. Dengan iman manusia mampu menjawab rencana Allah dalam jangka waktu (Leon Dufour, 1979: 7). Kata „iman‟ dan „percaya‟ merupakan gambaran hubungan manusia dengan Allah, serta tanggapan akan wahyu Allah. Akan tetapi wahyu yang disampaikan Allah kadang tidak sesuai dengan harapan manusia, karena kehendak Allah belum tentu sesuai dengan kehendak manusia (Sutrisnaatmaka, 2002: 47-48). Dalam KGK, art. 150 menjelaskan tentang pengertian iman dalam kehidupan manusia: Iman adalah ikatan manusia dengan Allah dan sekaligus, tidak terpisahkan dari itu, persetujuan secara bebas terhadap segala kebenaran yang diwahyukan Allah. Sebagai ikatan pribadi dengan Allah dan persetujuan terhadap kebenaran yang diwahyukan Allah, iman Kristen berbeda dengan kepercayaan yang diberikan kepada seorang manusia. Menyerahkan diri seluruhnya kepada Allah, dan mengimani secara absolut apa yang Ia katakan adalah tepat dan benar. Sebaliknya adalah sia-sia dan salah memberikan kepercayaan yang demikian itu kepada seorang makluk. Berdasarkan rumusan di atas iman merupakan sebuah ikatan pribadi antara manusia dengan Allah yang tak terpisahkan dengan persetujuan bebas yang dimiliki manusia terhadap kebenaran yang diwahyukan-Nya. Sebagai ikatan pribadi dengan Allah dan persetujuan bebas akan wahyu Allah, maka iman berbeda dengan kepercayaan yang diberikan untuk manusia. Menyerahkan diri
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 112
dan mengimani-Nya secara penuh bahwa wahyu Allah benar dan tepat. Menjadi salah dan sia-sia jika memberikan kepercayaan seperti itu kepada manusia. Iman merupakan hubungan manusia dengan Allah. Hubungan tersebut manusia terlibat penuh dalam penyerahan diri kepada Allah yang telah mewahyukan kehendak dan rencana-Nya, dengan mendatangi manusia melalui kekuasaan dan kasih sayang serta memanggil manusia masuk dalam kesatuan-Nya (Banawiratma & Suharyo, 1990: 60). Iman juga dapat terlihat dalam wujud sosial yaitu agama. Hal tersebut dapat terlihat
dengan
jelas
dalam
ekspresi
agama
melalui
dan
dalam
persaudaraan/paguyuban iman, dalam pewartaan, dalam ibadah/perayaan iman dan dalam wujud sekuler iman (Banawiratma & Suharyo, 1990: 61). Karena iman merupakan penyerahan diri dan tanggapan wahyu Allah maka keterarahan dan penyerahan diri manusia tidak hanya terlihat dalam ungkapan iman, misalnya doa, upacara, peragaan religius, rumusan ajaran. Keterarahan dan penyerahan diri manusia terlaksana dalam perbuatan baik misalnya menemani orang sakit atau membebaskan sesama dari kesengsaraan, penderitaan, kesepian, kemalangan dan merasa tersingkir dari yang lain (Banawiratma, 1986: 36). Dalam DV, art. 5 ditegaskan tentang keterlibatan iman dalam keseluruhan diri manusia: Kepada Allah yang menyampaikan wahyu manusia wajib menyatakan “ketaatan iman” (Rom 16:26; lih. Rom 1:5; 2 Kor 10:5-6 ). Demikianlah manusia dengan kebebasan menyerahkan diri seutuhnya kepada Allah, dengan mempersembahkan “kepatuhan akal budi serta kehendak yang sepenuhnya kepada Allah yang mewahyukan”, dan dengan sukarela menerima sebagai kebenaran wahyu yang dikaruniakan oleh-Nya. Supaya orang dapat beriman seperti itu, diperlukan rahmat Allah yang mendahului serta menolong, pun juga bantuan batin Roh Kudus, yang menggerakkan hati dan mengembalikannya kepada Allah, membuka mata budi dan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 113
mempercayai kebenaran. Supaya semakin mendalamlah pengertian akan wahyu, Roh Kudus itu juga senantiasa menyempurnakan iman melalui kurnia-kurnia-Nya. Berdasarkan rumusan di atas iman memiliki tiga aspek dalam melibatkan diri manusia. Pertama, ketaatan iman dan penyerahan bebas atas seluruh diri kepada Allah, yaitu berhubungan dengan akal budi (intelektual, pengetahuan, keyakinan dan pengertian serta pemahaman). Kedua, kehendak yaitu perasaan supaya manusia dapat menentukan sikap hidup. Ketiga, kerelaan hati/keterbukaan menerima wahyu Allah, walaupun pada kenyataannya kerelaan dan ketaatan kadang bertentangan dengan kehendak manusia (Sustrisnaatmaka, 2002: 48-49). Keterlibatan iman dalam diri manusia tidak berarti beriman sekedar mengetahui Kitab Suci dan ajaran Gereja, tetapi mampu mewujudkannya dalam hidup. Iman dihayati dalam pribadi yang otentik, mempertahankan keutuhan ciptaan, menghargai sesama, dan tindakan berdasarkan cinta kasih. Beriman berarti mampu menyelamatkan kehidupan melalui iman itu (Shenli, 2013: 1). Jadi dapat disimpulkan bahwa penghayatan iman merupakan proses seseorang
mendalami
kehidupannya
melalui
pengalaman
hidup
dengan
menanggapi wahyu Allah. Iman harus melibatkan seluruh diri manusia supaya nilai-nilai Kerajaan Allah dapat terwujud dalam kehidupan. Iman akan tumbuh dan berkembang bila diwujudkan dalam tindakan penuh cinta kasih karena iman tidak terbatas pada pengetahuan tentang Kitab Suci dan ajaran Gereja.
2. Bentuk dan Cara Penghayatan Iman dalam Katekese Umat Untuk sampai pada penghayatan iman dalam keseluruhan proses katekese umat, peserta harus mengetahui cara yang bisa dilakukan untuk meningkatkan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 114
pengahayatan iman. Peserta paham bentuk-bentuk pengahyatan iman dalam proses katekese umat.
a. Bentuk Penghayatan Iman dalam Katekese Umat Pada dasarnya iman bukanlah kata-kata hampa/tanpa makna tetapi iman merupakan kenyataan. Kenyataan yang artinya iman dapat diwujudkan dalam tindakan, perbuatan, dan kata-kata penuh cinta kasih yang bisa dibagikan kepada semua orang (Youcat, no. 25). Bentuk penghayatan iman yang terlihat adalah proses sharing pengalaman hidup, peserta mempunyai kecintaan dunia, dan manusia sebagai dasar berkomunikasi, memiliki sikap rendah hati, pengalaman iman yang melibatkan kejujuran dan keterbukaan sehingga memperoleh kekuatan dan dukungan dari sesama, bijaksana terhadap apa yang disharingkan. Sharing tidak sebatas kepada peserta, tetapi antar peserta dan Tuhan (Sumarno Ds, 2013: 17).
b. Cara Penghayatan Iman dalam Katekese Umat Iman bertumbuh bila umat cermat mendengarkan sabda Tuhan dan membangun hubungan intim dengan Allah dalam doa (Youcat, no. 21). Karena sabda Allah dengan keteguhan, kesetiaan, dan tanpa kesalahan mengajarkan kebenaran sebab ditulis berdasarkan ilham Roh Kudus. Ilham Roh Kudus turun melalui orang-orang terpilih untuk menggunakan kecakapan dan kemampuan mereka sementara Allah berkarya dalam dan melalui orang-orang tersebut (Youcat, no.14). Mencari kesatuan pribadi dengan Allah dan percaya kepada-Nya dalam segala hal sehingga manusia berani menanggapi wahyu Allah dalam diri
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 115
Yesus (Youcat, no. 22). Umat haus dan menginginkan kepenuhan sabda Allah dengan bantuan pendamping dalam berkatekese (Olsthoorn, 1981:59-60).
3. Faktor Pendukung dan Penghambat Penghayatan Iman dalam Katekese Umat Proses penghayatan iman dalam katekese umat dibutuhkan kerjasama antara pendamping dan peserta sebagai bentuk dukungan tercapainya tujuan bersama. Bahkan dalam proses itu pendamping dan peserta akan menghadapi hambatanhambatan yang akan mengganggu proses pengahayatan iman. Oleh karena itu diperlukan kepekaan masing-masing peserta akan sapaan Allah melalui proses berkatekese sehingga satu dengan lain saling terbantu dalam penghayatan iman.
a. Faktor Pendukung Penghayatan Iman dalam Katekese Umat Ada beberapa faktor yang mempengaruhi keberhasilan proses katekese umat dalam penghayatan iman yaitu pertemuan menarik, peserta harus intim, pendamping peka, waktu harus menguntungkan, pendamping menguasai teknik memimpin (Huber, 1981c: 14). Menggunakan metode yang bervariasi, bahasa sederhana dan mudah dipahami, tema sesuai kebutuhan, menjangkau seluruh umat, penyajian materi tersusun secara sistematis dan melakukan evaluasi untuk menghindari terjadinya kesalahan yang sama, fasilitator/pendamping menguasai bahan dan adanya pelatihan serta keterlibatan kaum biarawan-biarawati (Dapiyanta, 2013: 13). Pendamping memperhatikan bahan, metode, dan susunan kelompok yang dapat menjamin keterlibatan umat supaya memberikan pengaruh demi berkembangnya penghayatan iman (Olsthoorn, 1981:59-60).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 116
Ungkapan lain juga dikatakan bahwa faktor pendukung katekese umat adalah kebiasaan umat berkumpul, adanya penggerak dan aktivitas Paroki yang menggiatkan umat terlibat, adanya bahan katekese umat yang tersedia, dan adanya program keuskupan, pusat pastoral, dan panitia kateketik (Setyakarjana, 1997: 84) Faktor pendukung penghayatan iman dari peserta adalah haus sabda Allah dan menginginkan kepenuhan-Nya melalui berkatekese. Peserta merindukan jawaban atas kebutuhan hidup, dan merindukan kehendak Allah. Umat pernah mengalami pengalaman menemukan jawaban dasariah dalam Kitab Suci, dan yakin Kitab Suci mendekati dan menyapa umat (Olsthoorn, 1971: 59-60). Peserta dan pendamping menciptakan lingkungan emosional dan physis yang baik. Lingkungan emosional merupakan suasana pertemuan yang saling menerima, hangat, dan terbuka sehingga peserta bebas mengungkapkan argumen. Menghargai dan memperhatikan setiap sumbangan yang disampaikan umat. rasa Saling percaya antar peserta dan pendamping sebagai dukungan proses dalam berkatekese sehingga sampai pada penghayatan iman (Sumarno Ds, 2013: 23). Lingkungan physis merupakan lingkungan belajar yang menyenangkan, mesra, hangat, dan terbuka. Misalnya lantai tertutup, kursi yang nyaman, pengaturan cahaya, pengaturan tempat duduk, warna, hiasan, jumlah umat, dll. Jika peserta yang datang banyak maka bisa masuk dalam kelompok kecil supaya efisien dan memberikan kesempatan perserta terlibat (Sumarno Ds, 2013: 24).
b. Faktor Penghambat Penghayatan Iman dalam Katekese Umat Faktor penghambat penghayatan iman dalam berkatekese adalah umat belum haus akan sabda Allah sebagai sumber hidup akibatnya umat belum tertarik
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 117
pada pertemuan Kitab Suci/katekese dan belum sungguh-sungguh melibatkan diri (Olsthoorn, 1981: 60). Tukar pengalaman hidup menjadi gagal dan menjengkelkan apabila peserta tidak mau saling menanggapi, tidak saling menampung, dan secara bersama tidak mendalami satu pokok dalam katekese umat. Dalam proses pembicaraan tidak saling berkaitan dan menjadi tidak cocok dengan pokok tema yang diangkat (Huber, 1981b:19). Adapun faktor penghambat lainnya adalah pendamping kurang mengetahui dan memahami katekese umat serta kurang memiliki keterampilan memandu katekese umat. Masih ada petugas hirarki yang kurang memahami dan bersimpati terhadap katekese umat, masih ada umat yang klerikalisme-centris, dan adanya hambatan struktural, sehingga umat menjadi pasif (Lalu, 2007: 22).
4. Penghayatan Iman dalam Katekese Umat Model Shared Christian Praxis Salah satu cara untuk membantu meningkatkan penghayatan iman adalah melalui katekese umat model Shared Christian Praxis. Dalam katekese umat model Shared Christian Praxis prosesnya menekankan dialog/partisipasi supaya peserta terdorong berdasarkan komunikasi Tradisi dan Visi Kristiani dengan tradisi dan visi untuk mewujudkan nilai-nilai Kerajaan Allah (Groome, 1997: 1). Dalam katekese umat model Shared Christian Praxis terdapat langkahlangkah penting yang harus diperhatikan. Setiap langkah dalam model Shared Christian Praxis memiliki tiga unsur penting demi tercapainya penghayatan iman yaitu letak, dukungan, dan hambatan penghayatan iman. Ketiga unsur tersebut saling melengkapi satu sama lain demi tercapainya tujuan bersama.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 118
a. Penekanan Penghayatan Iman dalam Langkah 0: Pemusatan Aktifitas Letak penghayatan iman langkah 0 adalah keterlibatan umat dalam menentukan tema yang diangkat pada pertemuan berikutnya. Penghayatan iman diawali dengan sikap kepekaan terhadap situasi yang terjadi di dalam keluarga maupun
masyarakat
sekitar
yang
mencerminkan
pokok-pokok
hidup,
keprihatinan, permasalahan, dan kebutuhan (Sumarno Ds, 2013: 18; bdk. Groome, 1997: 8, 39). Peserta mampu mengungkapkan keyakinan kepada Allah yang senantiasa terlibat dalam mewahyukan diri dan kehendak-Nya dalam kehidupan umat. Melalui refleksi, sejarah hidup dapat menjadi tempat perjumpaan pewahyuan Allah dan tanggapan manusia (Sumarno Ds, 2013: 18-19). Dukungan dari langkah 0 adalah peserta diberi kebebasan mengungkapkan pendapat untuk menentukan tema yang akan dibahas. Peserta menentukan tema pertemuan sesuai dengan pokok hidup, keprihatinan, permasalahan, dan kebutuhan
(Sumarno
Ds,
2013:
18).
Penggunaan
sarana
tepat
untuk
mempermudah peserta mengungkapkan tema pokok misalnya menggunakan simbol, keyakinan, foto, poster, video, kaset suara, film, telenovela, atau sarana yang lain. Didukung juga dengan lingkungan psikososial dan fisik yang kondusif, dan katekis/pendamping dapat membantu peserta menentukan tema yang menjadi prioritas (Sumarno Ds, 2013: 18; bdk. Groome, 1997: 10). Sedangkan hambatan yang sering dihadapi adalah umat tidak memiliki kepeduliaan dan kepekaan atas peristiwa/kejadian yang ada di lingkungan sekitar. Pendamping kurang mampu mengarahkan dan menggunakan sarana pendukung untuk membantu peserta mengungkapkan pendapat. Pendamping kurang mampu
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 119
memilih tema yang menjadi prioritas dan sesuai dengan kebutuhan umat, pendamping kurang mampu mengarahkan umat dalam menentukan tema dasar.
b. Penekanaan Penghayatan Iman pada Langkah I: Pengungkapan Pengalaman Hidup Peserta Letak
penghayatan
iman
berada
dalam
kesadaran
diri
peserta
mengungkapkan pengalaman hidup berdasarkan kehidupan dan permasalahan (sosekbud) yang terjadi di masyarakat atau gabungan keduanya, sehingga peserta dapat menghayati iman katolik (Sumarno Ds, 2013: 19 ; bdk. Groome, 1997: 11). Kesadaran peserta terhadap pengalaman hidupnya akan mempertebal keyakinan bahwa sebagai subjek utama dalam proses berkatekese. Sebagai subjek, peserta mempunyai hak untuk mengatur dan merencanakan hidupnya berdasarkan kepentingan, minat, dan kemampuan sehingga proses katekese akan membantu peserta menghayati iman katolik (Groome, 1997: 11). Dukungan demi terciptanya penghayatan iman adalah peserta terdorong untuk mensharingkan pengalaman hidup dalam berbagai bentuk (lambang, tarian, nyanyian, puisi, pantonim, dll). Melalui sharing peserta terbantu untuk meningkatkan pengahayatan iman. Pendamping memberi dukungan dengan menciptakan sikap ramah, sabar, hormat, bersahabat, peka dan melaksanakan perannya dengan baik. Tercipta suasana yang hangat, merumuskan pertanyaan yang jelas, terarah, tidak menyinggung harga diri, sesuai latar belakang, bersifat terbuka dan objektif (Sumarno Ds, 2013: 19; Groome, 1997: 13).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 120
Hambatan yang terjadi yaitu umat tidak mau terlibat, dan tidak terbuka mensharingkan pengalaman hidup. Pendamping sering kurang mampu mengajak peserta terlibat, adanya lingkungan fisik, dan suasana yang kurang mendukung.
c. Penekanaan
Penghayatan
Iman
dalam
Langkah
II:
Mendalami
Pengalaman Hidup Peserta Letak penghayatan iman berada dalam refleksi kritis dan tersampainya peserta pada pengalaman hidup dan tindakan yang mencakup tiga hal yaitu pemahaman kritis dan sosial (alasan, minat, asumsi) menekankan pemahaman terhadap tindakan dan pertimbangannya serta menganalisa pengalaman hidup yang dibentuk oleh sistem sosial. Kenangan analisis dan sosial (sumber historis) yang mencakup dua hal yaitu sejarah hidup dan pranata sosial yang membentuk dan mempengaruhi cara hidup dalam masyarakat. Imajinasi kreatif dan sosial (harapan konsekunsi historis), mencakup dua tekanan yaitu bersifat pribadi berkaitan dengan konsekuansi, kemungkinan, dan tanggungjawab pribadi atas apa yang telah dilakukan dan konsekuansi itu membuat sadar akan keterlibatan dan solidaritas sosial (Sumarno Ds, 2013: 19; bdk. Groome 1997: 5-6). Dukungan yang mempengaruhi dalam penghayatan iman adalah pribadi pendamping dalam memandu proses katekese umat yaitu menciptakan suasana saling menghormati dan mendukung setiap gagasan, mengundang umat untuk refleksi kritis, mendorong peserta berdialog dan menarik penegasan bersama dengan tujuan memperdalam, menguji pemahaman, kenangan, dan imanjinasi. Pendamping mengajak peserta untuk berbicara tanpa paksaan, menggunakan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 121
pertanyaan yang terbuka, pendamping dapat memahami kondisi peserta terutama yang tidak terbiasa melakukan refleksi kritis (Sumarno Ds, 2013: 20). Sedangkan hambatan yang mengganggu proses penghayatan iman adalah peserta belum bisa merefleksikan pengalaman hidup menjadi pengalaman iman. Peserta belum bisa berdamai/terbuka dengan pengalaman hidupnya sehingga tidak menemukan
nilai-nilai
baik
melalui
pengalaman
hidup
sebagai
bahan
pembelajaran dalam kehidupan. Terciptanya suasana yang kurang mendukung, dan pendamping kurang terampil memandu peserta dalam berkatekese.
d. Penekanaan
Penghayatan
Iman
dalam
Langkah
III:
Menggali
Pengalaman Iman Kristiani Peserta Letak penghayatan imannya berada dalam penyampaian pesan Tradisi dan Visi Kristiani supaya terjangkau dan mengena dalam kehidupan peserta dalam konteks dan latar belakang budaya. Tradisi dan Visi Kristisni berisi pewahyuan diri dan kehendak Allah yang memuncak dalam misteri hidup dan karya Yesus serta mampu mengungkapkan tanggapan manusia atas pewahyuan. Sifat pewahyuan Allah adalah dialogal, menyejarah dan normatif, seperti terungkap dalam Kitab Suci, pengajaran Gereja, liturgi, spiritual, devosi, kepemimpinan, kehidupan umat beriman. Karena bersifat normatif maka diperlukan penafsiran supaya pewahyuan Allah dapat relevan dalam hidup (Sumarno Ds, 2013: 20-21). Dukungan dari pendamping yang berpengaruh dalam penghayatan iman katolik adalah pendamping menghormati Tradisi dan Visi Kristiani yang otentik dan normatif. Pendamping memanfaatkan sarana dan menafsirakan Kitab Suci sebagai informasi serta membantu peserta supaya nilai Tradisi dan visi Kristiani
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 122
dekat dalam kehidupan. Tafsiran Kitab Suci disertai dengan kesaksian iman, harapan, dan hidup pribadi. Pendamping menggunakan metode yang tepat dan cocok. Pendamping mengantar peserta pada kesadaran diri, tidak mengulangulang rumusan, tidak bersikap sebagai guru dan mempersiapkannya secara maksimal (Sumarno Ds, 2013: 21; bdk. Groome, 1997: 28). Hambatan yang sering terjadi adalah peserta merasa tidak tidak layak menafsirkan pesan Kitab Suci. Oleh karena itu peserta menjadi pasif dan tidak bisa menghayati iman sesuai dengan kehidupan. Sedangkan kesulitan dari pendamping adalah tidak memiliki pengetahuan yang cukup dalam menafsirkan Kitab Suci, tidak sesuai tujuan dan tidak ada kesinambungan antara langkah satu dan dua. Pendamping tidak menggunakan metode yang tepat, mendekte peserta, mengulang-ulang rumusan, bersikap sebagai guru, dan pendamping tidak mempersiapkan dengan matang sehingga umat tidak bisa meningkatkan penghayatan iman karena teks Kitab Suci tidak dekat dan relevan.
e. Penekanaan Penghayatan Iman dalam Langkah IV: Menerapkan Iman Kristiani dalam Situasi Konkrit Letak penghayatan iman langkah keempat adalah menemukan nilai-nilai hidup yang hendak ditekankan, sikap-sikap tidak baik yang hendak dihilangkan, dan sikap-sikap baik yang hendak dikembangkan. Peserta mengintegrasikan nilainilai hidup dalam Tradisi dan visi Kristiani serta mempersonalisasikan dan memperkaya dinamika Tradisi dan visi kristiani. Peserta mendialogkan hasil pengolahan langkah I-III. Nilai-nilai yang menenguhkan, mengkritik atau mempertanyatakan dan mengundang peserta pada kehidupan yang lebih baik
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 123
dengan semangat, nilai, dan iman yang baru demi terwujudnya Kerajaan Allah (Sumarno Ds, 2013: 21). Dukungan pendamping dalam penghayatan iman adalah menghormati kebebasan dan hasil penegasan peserta bahkan kepada peserta yang menolak tafsiran pendamping. Pendamping mampu meyakinkan peserta
untuk
menemukan nilai pengalaman hidup dan visi dengan nilai Tradisi dan Visi Kristiani. Pendamping mendorong peserta merubah sikap pendengar pasif menjadi aktif. Pendamping menyadari bahwa tafsiran pendamping bukan harga mati, mendengarkan dengan hati (Sumarno Ds, 2013: 21). Hambatan penghayatan iman dari pendamping dan peserta beranggapan bahwa tafsiran pendamping sebagai kebenaran satu-satunya, peserta menerima pesan Tradisi dan Visi Kristiani sebagai kebenaran yang baku (objektivitisme) dan pendapat/pengalaman peserta yang paling benar karena seolah-olah tidak membutuhkan nilai-nilai Tradisi dan Visi Kristiani (subjektifitisme) (Sumarno Ds, 2013: 21; bdk. Groome, 1997: 31). Dalam proses langkah keempat ini peserta merasa tidak mampu/tidak percaya diri dalam menemukan nilai tradisi dan visi peserta dengan Tradisi dan Visi Kristiani. Peserta bersikap pasif tidak mau terlibat sehingga tercipta suasana yang tegang. Bahkan pendamping mengalami kesulitan dalam mengajak peserta untuk saling mendengarkan pendapat yang berbeda-beda. Peserta kurang bisa memahami penjelasan pendamping sehingga akan menghambat proses langkah kelima dan suasana menjadi tidak menarik lagi.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 124
f. Penekanaan Penghayatan Iman dalam Langkah V: Mengusahakan Suatu Aksi Konkret Letak penghayatan iman pada langkah lima adalah peserta dapat mengambil keputusan praktis sebagai tanggapan akan wahyu Allah yang berlangsung dalam hidup dengan Tradisi Gereja sepanjang sejarah dan visi kristiani. Praktis yang merupakan keputusan peserta dalam mendorong keterlibatan baru dan melahirkan pertobatan pribadi dan sosial (metanoia) (Sumarno Ds, 2013: 22). Untuk mendukung penghayatan iman pendamping dapat melaksanakan tanggungjawabnya dengan kesungguhan hati. Pendamping menyadari hakikat praktis, inovatif, dan transformatif dari langkah lima. Pendamping merumuskan pertanyaan yang sederhana untuk membantu peserta mengambil keputusan, dan menekankan sikap optimis yang realistis pada. Pendamping merangkum hasil langkah I-IV. Pendamping mengusahakan supaya peserta sampai pada keputusan pribadi dan bersama serta mengajak peserta merayakan liturgi sederhana untuk mendoakan keputusan yang sudah diambil (Sumarno Ds, 2013: 22). Hambatan yang sering terjadi dalam proses penghayatan iman adalah peserta berhenti pada niat pribadi sehingga nilai-nilai Kerajaan Allah kurang bisa diwujudkan dalam kehidupan bersama. Penghayatan iman akan terhambat karena peserta sulit menemukan nilai-nilai kehidupan sebagai bentuk keterlibatan dalam kehidupan dan pendamping tidak menjalankan perannya dengan baik.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB IV USULAN KATEKESE UMAT MODEL SHARED CHRISTIAN PRAXIS UNTUK MENINGKATKAN PENGHAYATAN IMAN UMAT LINGKUNGAN ST. YUSUF, BERUT, WILAYAH ST. MARTA, SUMBER, PAROKI ST. MARIA LOURDES, SUMBER, MAGELANG
Katekese umat yang berlangsung di Lingkungan St. Yusuf, Berut memberikan sumbangan dalam kehidupan umat terutama dalam meningkatkan penghayatan iman. Berdasarkan keprihatinan yang masih terjadi di Lingkungan St. Yusuf maka penulis mengusulkan adanya katekese umat model Shared Christian Praxis untuk membantu umat meningkatkan penghayatan iman. Usulan tersebut dapat berguna dan bermanfaat bagi umat untuk membantu meningkatkan pengahayatan iman dan mengajak umat untuk terlibat aktif mengikuti katekese umat yang ada di Lingkungan supaya umat mengalami pertobatan terus menerus.
A. Latar Belakang Usulan Katekese Umat Model Shared Christian Praxis Katekese umat merupakan sharing pengalaman iman antar umat yang mampu memperteguhkan
iman
masing-masing
umat.
Katekese
umat
biasanya
diselenggarakan pada bulan Maret (Prapaskah), Oktober (BKSN), dan Desember (Adven) bahkan pihak keuskupan sudah menyediakan bahan dalam bentuk buku panduan untuk memudahkan umat dalam berkatekese. Dengan adanya katekese umat, umat diharapkan semakin dewasa dalam iman sehingga dapat menjadi saksi di tengah-tengah masyarakat. Dengan adanya ketekese umat, umat memiliki tempat untuk belajar lebih dalam tentang sabda Tuhan sebagai pedoman dalam menjalani
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 126
kehidupan dan mengajak umat untuk peduli dengan lingkungan sekitar. Bahkan dengan mengikuti katekese umat dapat membantu umat untuk meningkatkan penghayatan iman. Dalam proses katekese umat melibatkan beberapa unsur yaitu pengalaman hidup, mendalami sabda Tuhan, membangun niat dan doa bersama. Berdasarkan hasil penelitian, kehadiran katekese umat belum mampu membantu umat meningkatkan penghayatan iman dengan berbagai sebab. Oleh sebab itu penulis mengusulkan katekese umat yang dilakukan di Lingkungan dengan tujuan membantu umat meningkatkan penghayatan iman. Dengan adanya usulan katekese umat diharapkan umat semakin meningkatkan penghayatan iman dan semangat terlibat dalam hidup menggereja serta terjadi pertobatan terus.
B. Alasan Pemilihan Tema dan Tujuan Berdasarkan penelitian dan pengamatan penulis terhadap katekese umat yang berlangsung di Lingkungan St. Yusuf umat belum menyadari pentingnya melibatkan diri dalam hidup menggereja. Masih banyak umat yang belum terlibat dalam kegiatan Lingkungan dengan berbagai alasan. Padahal katekese umat dapat memberikan manfaat yang besar dalam kehidupan umat. Katekese umat tidak sekedar kegiatan rutin dari program bersama, tetapi katekese umat dapat membantu umat untuk lebih dekat dengan sabda Tuhan, untuk merekatkan hubungan dengan sesama dan mampu membantu umat meningkatkan penghayatan iman. Berdasarkan hasil penelitian tema yang menarik untuk diangkat dalam ketekese umat adalah membangun kebersamaan. Bagi penulis tema tersebut sesuai dengan situasi umat di Lingkungan St. Yusuf. Membangun kebersamaan dalam kehidupan sangat penting dan umat masih sangat kurang membangun kebersamaan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 127
antar umat di Lingkungan maupun di dalam keluarga. Umat kurang memahami pentingnya peran setiap orang dalam kegiatan di Lingkungan. Hal ini dapat terlihat dari keterlibatan umat yaitu kurangnya keterlibatan umat mengikuti tugas koor di Gereja, membersihkan Gereja (kerja bakti), kurang menghormati perbedaan yang ada. Melalui tema ini umat tidak hanya meningkatkan penghayatan iman sekaligus membangun kebersamaan dalam hidup sebagai wujud kasih. Tema dan tujuan yang diangkat dalam katekese umat sesuai dengan hasil penelitian. Katekese umat yang menarik adalah tema dan isinya menjawab kebutuhan umat, mengajak umat terlibat dalam kegiatan menggereja dan didukung dengan penggunaan metode dan sarana. Tema umum yang diangkat dalam ketekese umat model Shared Christian Praxis di Lingkungan St. Yusuf, Berut adalah “Membangun kebersamaan dalam meningkatkan penghayatan iman” dengan tujuan bersama pendamping, peserta diajak untuk menyadari dan memahami pentingnya arti kebersamaan dalam meningkatkan
penghayatan
iman
sehingga
peserta
dapat
bersama-sama
membangun kebersamaan dalam hidup berkomunitas dan melibatkan diri dalam kegiatan menggereja. Melalui usulan katekese umat ini, umat semakin terbantu meningkatkan penghayatan iman dan mampu membangun kebersamaan di lingkungan keluarga, Gereja, maupun masyarakat serta melibatkan diri dalam kegiatan menggereja. Tema umum tersebut masih dijabarkan lagi menjadi 6 tema yaitu bersama Yesus kita membangun kebersamaan dalam hidup berkomunitas, membangun kebersamaan dalam keluarga, membangun kebersamaan dalam kehidupan menggereja, iman yang kuat membuahkan kasih dalam hidup kebersamaan, hidup dalam kasih dan bersatu dalam Kristus.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 128
Penjabaran tema umum menjadi beberapa tema didasarkan pada Yesus sebagai
teladan
manusia
dalam
membangun
kebersamaan,
membangun
kebersamaan di lingkungan keluarga, membangun kebersamaan dalam kegiatan menggereja. Dengan membangun kebersamaan dan melibatkan diri dalam kegiatan menggereja maka iman akan menjadi kuat sehingga membuahkan kasih dalam kehidupan bersama. Iman yang kuat dapat menciptakan kebersamaan dalam hidup melalui kasih Tuhan sehingga mampu untuk hidup seturut dengan kehendak-Nya dan berani menjadi saksi Kristus dalam kehidupan sehari-hari.
C. Rumusan Tema dan Tujuan Tema Umum
: Membangun
kebersamaan
dalam
meningkatkan
penghayatan iman. Tujuan Umum
: Bersama pendamping, peserta diajak untuk menyadari dan memahami pentingnya arti kebersamaan dalam meningkatkan penghayatan iman sehingga peserta dapat bersama-sama membangun kebersamaan dalam hidup berkomunitas dan melibatkan diri dalam kegiatan menggereja.
Tema dan Tujuan umum tersebut dijabarkan dalam tema dan tujuan yang lebih khusus yaitu sebagai berikut: Tema I
: Bersama Yesus kita membangun kebersamaan dalam hidup berkomunitas.
Tujuan I
: Bersama pendamping, peserta diajak untuk menyadari pentingnya membangun kebersamaan dalam hidup
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 129
berkomunitas sehingga mereka dapat saling berbagi satu sama lain dalam kehidupan sehari-hari. Tema II
: Membangun kebersamaan dalam keluarga.
Tujuan II
: Bersama pendamping, peserta diajak untuk menyadari betapa pentingnya membangun kebersamaan di dalam keluarga sehingga mereka dapat menciptakan suasana damai di dalam keluarga.
Tema III
: Membangun kebersamaan dalam kehidupan menggereja.
Tujuan III
: Bersama
pendamping,
peserta
mendalami
makna
kebersamaan dalam kegiatan menggereja sehingga mereka
mampu
melibatkan
diri
dalam
kegiatan
menggereja terutama di Lingkungan. Tema IV
: Iman yang kuat membuahkan kasih dalam hidup kebersamaan.
Tujuan IV
: Bersama pendamping, peserta diajak untuk menyadari bahwa iman merupakan dasar untuk membangun kebersamaan sehingga mereka dapat saling membantu dalam kehidupan sehari-hari.
Tema V
: Hidup dalam kasih.
Tujuan V
: Bersama pendamping, peserta diajak untuk hidup berdasarkan
kasih
sehingga
mereka
dapat
saling
mengasihi satu sama lain dalam kehidupan sehari-hari. Tema VI
: Bersatu dalam Kristus
Tujuan VI
: Bersama pendamping, peserta diajak untuk hidup bersatu
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 130
dengan Kristus sehingga mereka dapat rendah hati dalam hidup
di
masyarakat.
Lingkungan
keluarga,
Gereja,
maupun
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 131
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 132
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 133
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 134
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 135
E. Petunjuk Pelaksanaan Usulan Katekese Umat Usulan katekese umat model Shared Christian Praxis ditujukan kepada umat di Lingkungan St. Yusuf, Berut. Katekese umat ini dilaksanakan setiap bulan sekali kecuali pada masa Prapaskah, BKSN, masa Adven dan bulan Rosario. Katekese umat ini juga dilaksanakan dalam jangka waktu satu tahun, dengan 6 kali pertemuan. Waktu yang digunakan setiap masing-masing pertemuan katekese umat 60-90 menit. Sedangkan tempat yang digunakan untuk katekese umat adalah salah satu rumah umat secara bergantian. Usulan katekese umat model Shared Christian Praxis dilaksanakan secara berurutan berdasarkan tema yang sudah disusun karena pertemuan satu berhubungan dengan pertemuan berikutnya supaya tujuan dapat tercapai dengan baik. Enam tema katekese umat sebagai usaha untuk meningkatkan penghayatan iman umat di Lingkungan St. Yusuf, Berut. Sedangkan pendamping atau pelaksana kegiatan katekese umat adalah penulis dan bekerja sama dengan pemuka umat serta umat di Lingkungan St. Yusuf. Melalui kegiatan ini diharapkan umat semakin terbantu untuk meningkatkan penghayatan iman dan memperkenalkan kepada umat katekese umat model Shared Christian Praxis sepaya umat juga semakin semangat untuk melibatkan diri dalam ketekese umat.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 136
F. Contoh Persiapan Katekese Umat model Shared Christian Praxis 1. Identitas a. Tema pertemuan
: Bersama Yesus kita membangun kebersamaan dalam hidup berkomunitas.
b. Tujuan
: Bersama pendamping, peserta diajak untuk menyadari pentingnya membangun kebersamaan dalam hidup berkomunitas sehingga mereka dapat saling berbagi satu sama lain dalam kehidupan sehari-hari.
c. Peserta
: Orang dewasa
d. Tempat
: Salah satu rumah umat
e. Waktu
: 60-90 menit
f. Metode
: Sharing Tanya jawab Informasi Renungan Peneguhan
g. Model
: SCP (Shared Christian Praxis)
h. Sarana
: Teks Kitab Suci Kis 2:41-47. Teks lagu: “Dalam Yesus Kita Bersaudara” dan “Hari ini Ku Rasa Bahagia” Teks Cerita: “Daun-daun dan Orang” Spiker aktif Laptop
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 137
i.
Sumber bahan
: Darmawijaya, St. (2006). Kisah Para Rasul. Kanisius: Yogyakarta, hal. 42-47. LBI. (2002). Tafsir Alkitab Perjanjian Baru. Kanisius: Kanisius: Yogyakarta, hal. 218. LAI. (2011). Alkitab Deuterokanonika. KWI: Jakarta, hal. 143. Mihalic, Frank. (2008a). 1500 Cerita Bermakna (Jilid I). Obor: Jakarta, hal. 182-183.
2. Pemikiran Dasar Pada zaman sekarang kebersamaan antar umat tetap diperlukan untuk mempererat hubungan satu sama lain. Suatu kelompok/komunitas terbentuk karena adanya kebersamaan antar anggota. Tetapi pada kenyataanya kebersamaan semakin luntur karena perkembangan zaman. Pada zaman sekarang banyak umat yang tidak peduli dengan lingkungan di mana mereka tinggal. Banyak umat kurang memahami pentingnya membangun kebersamaan. Penyebab lunturnya kebersamaan dalam kehidupan umat adalah pengaruh perkembangan teknologi yang pesat, sibuk dengan pekerjaan, cuek dengan keadaan sekitar, egois, dll. Tidak jarang sering dijumpai banyak umat membangun kebersamaan saat kebersamaa itu menguntungkan bagi dirinya. Kis 2:41-47 menguraikan tentang kebersamaan yang ada dalam sebuah komunitas/kelompok yaitu mereka orang-orang yang percaya kepada Yesus. Kita merupakan pribadi-pribadi yang percaya kepada Yesus dan hidup dalam suatu lingkungan yang membuat kita selalu kuat. Secara istimewa juga kita dipanggil
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 138
untuk hidup bersama Yesus melalui pembaptisan yang sudah kita terima. Karena kita hidup dalam komunitas/kelompok yang membutuhkan kebersamaan maka Yesus mengajak kita untuk tekun dalam pengajaran dan berkumpul merayakan Ekaristi atau ibadat bersama, tekun dalam doa, bersuka cita, bersyukur, dan saling berbagi satu sama lain. Oleh karena itu kita semakin percaya dan yakin akan kuasa Yesus dalam hidup kita sehingga semakin banyak yang percaya kepadaNya dan saling membangun kebersamaan. Pada pertemuan kali ini kita diajak untuk membangun kebersamaan dalam berkomunitas terutama komunitas Gereja, serta melibatkan Yesus untuk mewujudkan kebersamaan. Kebersamaan dalam berkomunitas harus selalu dikembangkan supaya suka cita hidup bersama Yesus dapat selalu dirasakan. Dengan membangun kebersamaan kita dapat merasakan kasih Tuhan dengan saling berbagi. Perwujudan kebersamaan dalam komunitas misalnya melibatkan diri dalam kegiatan menggereja, tekun berdoa, menghadiri perayaan Ekaristi, saling berbagi pengalaman, saling berbagi pengetahuan, saling bekerjasama membersihkan Gereja, melibatkan diri dalam tugas koor, dll. Membangun kebersamaan berarti berani untuk berkorban dan berani untuk bekerjasama.
3. Pengembangan Langkah-Langkah: a. Pembukaan 1) Kata pengantar Bapak/ibu dalam Yesus Kristus, pada malam hari ini kita di sini berkumpul untuk
bersama-sama
belajar
tentang
bersama
Yesus
kita
membangun
kebersamaan dalam berkomunitas/kelompok. Pada saat ini kebersamaan yang ada
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 139
di Lingkungan atau Gereja semakin hari semakin luntur. Banyak dijumpai umat yang terlalu sibuk dengan pekerjaan, kurang peduli dengan sekitar, atau kurang tanggap akan situasi dan kondisi di sekitar. Kebersamaan itu penting bagi kehidupan kita dalam sebuah komunitas/kelompok. Bahkan segala sesuatu dapat dihadapi jika kita melibatkan Yesus dalam membangun kebersamaan tersebut. Dalam Kis 2:41-47 kita akan diajak untuk membangun kebersamaan dalam komunitas orang beriman. Kebersamaan yang sesungguhnya tidak hanya sebatas merasakan kebahagiaan akan tetapi kebersamaan juga membutuhkan perjuangan, dan pengorbanan untuk sesuatu yang akan dicapai. Dalam membangun kebersamaan membutuhkan kerjasama satu sama lain. Melalui kebersamaan kita belajar mampu saling berkomunikasi, saling mengenal dan saling berbagi. 2) Lagu pembukaan: “Dalam Yesus Kita Bersaudara” [Lampiran 8: (25)] 3) Doa pembukaan Bapa yang maha pemurah, kami bersyukur dan berterima kasih kepada-Mu, karena penyertaan-Mu kami semua dapat berkumpul di tempat ini untuk bersamasama mendalami sabda-Mu. Bapa, kami mohon dampingi kami semua yang ada di sini supaya kami dapat membuka hati kami untuk merenungkan, mendalami, dan mensharingkan pengalaman hidup kami dalam membangun kebersamaan berkomunitas. Kami mohon agar kami semakin menyadari pentingnya membangun kebersamaan dalam hidup komunitas sehingga kami dapat saling berbagi kasih. Bapa kami mohon berkatilah seluruh pertemuan malam hari ini, dari awal hingga akhir supaya kami sungguh-sungguh memahami arti kebersamaan dan dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Amin.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 140
b. Langkah I: Mengungkapkan Pengalaman Hidup Peserta 1) Pendamping membagikan teks cerita yang berjudul “Daun-Daun dan Orang” [Lampiran 9: (26)] kepada peserta dan menunjuk salah satu peserta untuk membacakanya sedangkan umat lain memperhatikan dan mendengarkan. 2) Pendamping memberikan waktu kepada umat untuk membaca secara pribadi cerita tersebut dalam hati. 3) Pendamping meminta salah satu peserta untuk mencoba menceritakan kembali dengan singkat cerita “Daun-Daun dan Orang”. 4) Inti sari cerita “Daun-Daun dan Orang”. Hidup dalam kelompok seperti halnya sebuah pohon yang terdiri dari daun, batang pohon, cabang, dan akar. Daun memiliki peran penting demi berkembang dan bertumbuhnya pohon. Satu lembar daun bagaikan satu pribadi dalam kelompok tersebut. Jika satu lembar daun tidak dapat bekerja dengan baik maka akan menghambat pertumbuhan pohon. Jika tidak ada kerjasama antara daun, batang, cabang, maupun akar maka pohon tidak akan tumbuh dengan baik. Pohon membutuhkan air dari akar pohon dan sinar matahari. Melalui hijau daun pohon akan memproduksi air dan gula kemudian disimpan sebagai bahan makanan. 5) Pengungkapan
pengalaman
hidup:
peserta
diajak
untuk
mendalami
perumpamaan tersebut dengan tuntunan beberapa pertanyaan: a) Ceritakanlah hambatan apa saja yang terjadi jika sebuah pohon tumbuh tanpa ada kebersamaan? b) Ceritakan pengalaman Bapak/Ibu dalam menghadapi hambatan dalam membangun kebersamaan berkomunitas (Lingkungan, Wilayah, atau Paroki)? 6) Suatu contoh arah rangkuman pendamping
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 141
Berdasarkan perumpamaan di atas, hambatan yang terjadi jika bagianbagian dari pohon tersebut tidak tumbuh dalam kebersamaan adalah jika pohon tidak menerima sinar matahari karena terhalang sesuatu, tidak ada air yang mengalir, daun menjadi gugur atau layu dll. Dalam pengalaman hidup hambatan-hambatan yang sering dihadapi dalam membangun kebersamaan berkomunitas misalnya tidak mau bekerja sama satu sama lain, tidak saling mempercayai kemampuan orang lain, tidak mau berkorban, saling menyalahkan, dijahui umat lain, tidak mau tahu atau tidak peduli dengan lingkungan, dll. Hambatan-hambatan tersebut menghambat pertumbuhan hidup dalam berkomunitas. Hambatan-hambatan tersebut akan mengganggu kehidupan dalam berkomunitas, akan tetapi semua hambatan dapat diselesaikan jika saling bekerjasama dan melibatkan Yesus.
c. Langkah II: Mendalami Pengalaman Hidup Peserta 1) Peserta diajak untuk merefleksikan sharing pengalaman hidup yang telah diungkapkan pada langkah I, dengan panduan pertanyaan sebagai berikut ini: Bagaimana sikap Bapak/Ibu dalam menghadapi hambatan-hambatan yang terjadi dalam membangun kebersamaan di Lingkungan/Wilayah/Paroki? 2) Pendamping memberikan arah rangkuman singkat atas jawaban-jawaban peserta yang telah diungkapkan, misalnya sebagai berikut: Bapak/Ibu yang terkasih, setelah kita merefleksikan pengalaman hidup kita, banyak hal yang bisa kita lakukan untuk menghadapi hambatan-hambatan untuk membangun kebersamaan dalam komunitas/kelompok. Setiap dari kita pasti memiliki cara sendiri untuk menghadapi hambatan-hambatan tersebut. Ada orang
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 142
yang memberikan perhatian dan kepedulian, tekun terlibat dalam setiap kegiatan yang ada di Lingkungan, Wilayah/Paroki, tetapi ada juga yang menikmati saja apa yang sedang terjadi dalam kelompok, cuek, tidak mau tahu. Diperlukan ketekunan dan keberanian dalam menghadapi hambatan tersebut dan melibatkan Yesus supaya memberikan kekuatan. Hanya Yesus yang bisa diandalkan dalam menghadapi berbagai hambatan dan tantangan untuk membangun kebersamaan.
d. Langkah III: Menggali Pengalaman Iman Kristiani 1) Salah satu peserta dimohon untuk membacakan teks langsung dari Kitab Suci, yang diambil dari Kis 2:41-47. 2) Peserta diberi waktu hening sejenak untuk secara pribadi merenungkan dan menanggapi bacaan Kitab Suci dengan bantuan beberapa pertanyaan, yaitu: a) Ayat-ayat mana yang mengesan bagi Bapak/Ibu berkaitan membangun kebersamaan dalam berkomunitas? Mengapa ayat tersebut mengesan bagi Bapak/Ibu? b) Apa pesan inti yang mau disampaikan Paulus dalam membangun kebersamaan di Lingkungan/Wilayah/Paroki? 3) Peserta diajak untuk terlebih dahulu mengungkapkan hasil renungan pribadi sehubungan dengan pertanyaan diatas. 4) Pendamping
menyampaikan
tafsiran
dari
bacaan
Kis
2:41-47
dan
menghubungkan pesan inti dengan tanggapan dan hasil renungan pribadi serta sesuai dengan tema dan tujuan pertemuan, misalnya, sebagai berikut: Teks Kitab Suci yang diambil dari Kis 2: 41-47 merupakan salah satu perikop yang membicarakan tentang kebersamaan dalam berkomunitas. Dan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 143
perikop ini mengajak kita untuk merenungkan cara hidup dalam sebuah komunitas yang pertama. Hampir semua ayat dalam Kis 2:41-47 dapat mengesan bagi hidup kita. Kis 2:41, mengingatkan akan panggilan hidup kita untuk mengikuti Yesus melalui baptisan. Dalam komunitas bertekun dalam pengajaran, dan berkumpul untuk berdoa bersama (Kis 2:42), terjadi mukjizat dan tanda dalam pengajaran (Kis 2:43), banyak orang yang percaya kepada-Nya tetap bersatu dan kepunyaan mereka adalah kepunyaan bersama (Kis 2:44), saling berbagi (Kis 2:45), selalu berkumpul bersama dengan sepenuh hati, bertekun, dan bersuka cita, (Kis 2:46) dan orang-orang yang percaya kepada-Nya selalu memuji Tuhan, sehingga banyak orang senang melihat kehadiran mereka dan semakin bertambah banyak. Berdasarkan Kis 2: 41-47, pesan inti yang ingin disampaikan oleh Paulus adalah orang yang percaya kepada-Nya semakin banyak. Oleh sebab itu terbentuklah gaya hidup jemaat yaitu persekutuan, untuk saling melayani berdasarkan ajaran Gereja dan dilaksanakan dalam ibadah. Seperti dalam Kis 2:44, menggambarkan sebuah kebersamaan dalam komunitas. Kebersamaan dan menganggap semua yang ada adalah milik bersama. Hal ini merupakan sebuah ungkapan persahabatan. Yang menjadi pokok dalam berkomunitas adalah semua anggota jemaat dicukupi kebutuhannya dan tidak seorang pun menyimpan bagi dirinya sendiri dan yang lainnya mengalami kekurangan. Unsur kehidupan dalam berkomunitas adalah bertekun dalan ajaran, membangun keluarga baru, memecahkan roti, berdoa bersama, dan dicintai banyak orang. Dasar utama umat Allah adalah setia pada ajaran Gereja yang di dalamnya terdapat nilai-nilai Kitab Suci. Umat dapat membangun keluarga baru berdasarkan pada pengalaman iman dan dikembangkan dalam persaudaraan. Ciri
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 144
khas persaudaraan tersebut adalah mengesampingkan kepentingan pribadi dan saling berbagi dalam kebersamaan, saling peduli, dan memperhatikan satu sama lain. Sedangkan makan bersama lebih pada mengenang apa yang pernah dilakukan oleh Yesus besama para murid-Nya. Doa bersama merupakan ungkapan dari komunitas beriman dan tampil sebagai saksi hubungan yang erat dengan Allah sebagai hubungan yang pokok dalam kehidupan.
e. Langkah IV: Menerapkan Iman Kristiani dalam Situasi Peserta Konkrit 1) Pendamping mulai mengawali langkah ini dengan menempatkan peserta dalam konteks dan situasi pertemuan, serta menerapkan pesan inti Kitab Suci dalam pengalaman, kebutuhan, dan situasi hidup sesuai dengan tema dan tujuan katekese umat, misalnya sebagai berikut: Bapak/Ibu yang terkasih dalam Yesus setelah kita bersama-sama mendalami pengalaman kebersamaan dalam komunitas/kelompok kita menemukan pesan di dalamnya. Bersama Yesus kita diajak untuk mampu membangun komunitas orang beriman yang sungguh hidup dalam kehidupan kita. Dibutuhkan kerjasama dalam membangun kebersamaan dalam komunitas/kelompok. Bersama Yesus kita mampu menjalani kehidupan dalam komunitas/kelompok. Tidak mudah hidup dalam sebuah komunitas/kelompok karena setiap orang memiliki kepentingan, karakter dan kekhasan masing-masing. Akan tetapi kita persatukan oleh tujuan yang sama yaitu bersama berproses menjadi orang beriman dengan teladan Yesus. 2) Sebagai bahan refleksi untuk semakin mendalami arti kebersamaan dalam berkomunitas. Dan dalam suasana yang hening peserta diajak untuk merenungkan hasil merenungkan langkah I-III dengan panduan pertanyaan sebagai berikut:
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 145 Apa arti berbagi bagi Bapak/Ibu untuk membangun kebersamaan dalam hidup berkomunitas di Lingkungan/Wilayah/Paroki? 3) Peserta diberi kesempatan untuk merenungkan pertanyaan di atas dengan diiringi lagu instumental (Jesus, remember me). Setelah itu peserta diberi kesempatan untuk mengungkapkan hasil renungan pribadi. Pada langkah ke IV pendamping dapat memberikan arah rangkuman singkat sesuai dengan hasil-hasil renungan pribadi peserta, misalnya: Bersama Yesus kita mampu melakukan banyak hal termasuk membangun kebersamaan dalam berkomunitas/kelompok. Dengan melibatkan Yesus kita telah menyadari bahwa pentingnya bantuan Yesus dalam hidup kita. Pribadi Yesus dapat menjadi teladan bagi kita untuk membangun kebersamaan dalam sebuah komunitas/kelompok orang. Oleh karena itu hidup dalam kebersamaan sangat penting bagi kita, dan hidup dalam kebersamaan memberikan kekuatan dan manfaat untuk menjalani kehidupan. Berbagi dalam kebersamaan berarti mau membagikan apa yang kita miliki kepada mereka yang lebih membutuhkan. Berbagai berarti mau berkorban bagi sesama. Berbagi berarti belajar untuk hidup dalam kebersamaan dan tidak mementingkan diri sendiri. Berbagi berarti mau memberikan diri kepada sesama yang membutuhkan. Contoh saling berbagi dalam kebersamaan berkomunitas adalah saling berbagi pengalaman, saling berbagi pengetahuan, berbagi perhatian, berbagi materi kepada yang membutuhkan, saling berbagi kebahagiaan, saling membantu kepada yang membutuhkan, mengikuti Ekaristi di Gereja, mengikuti kegiatan-kegiatan yang ada di Lingkungan, musyawarah dalam menyelesaikan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 146
suatu masalah, saling mempercayai, dan saling melengkapi, mengikuti kerja bakti, ikut terlibat tugas koor di Gereja, dll.
f. Langkah V: Mengusahakan Suatu Aksi Konkrit 1) Pengantar Bapak/Ibu yang terkasih tadi kita sudah bersama-sama menggali pengalaman hidup dalam komunitas/kelompok melalui perumpamaan tumbuhnya sebuah pohon. Hidup berkomunitas ibarat sebuah pohon yang terdiri dari daun, batang, ranting-ranting, dan akar. Demi pertumbuhan sebuah pohon diperlukan sinar matahari untuk sumber tenaga dan pengairan yang cukup untuk mengolah bahan makanan sehingga menghasilkan buah. Satu lembar daun ibarat satu pribadi yang memiliki peran penting demi pertumbuhan komunitas. Demikian pula dengan pengalaman hidup, dalam membangun kebersamaan kita mengalami banyak tantangan/hambatan. Setiap orang memiliki cara sendiri untuk menghadapi tantangan/hambatan yang terjadi. Hambatan-hambatan yang biasanya terjadi dalam membangun kebersamaan adalah malas untuk terlibat, tidak memiliki kesadaran diri untuk saling berbagi, sibuk dengan pekerjaan, dll. Sedangkan sikap/tindakan yang bisa dilakukan untuk menghadapi hambatan dalam membangun kebersamaan adalah melibatkan Yesus dalam menghadapi kesulitan, mempertahankan apa yang sudah menjadi kebiasaan baik dalam berkomunitas, tekun, saling mengingatkan, peduli dengan sesama, dll. Bersama Yesus kita belajar banyak hal yaitu tekun dalam doa, tekun dalam pengajaran, menghadiri Ekaristi atau ibadah, dan saling berbagi. Berbagi disini tidak sebatas berbagi secara materi tetapi dapat berbagai pengalaman, perhatian,
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 147
kasih, dll. Tindakan-tindakan tersebut merupakan wujud dari kebersamaan dalam sebuah komunitas. Berdasarkan pengalaman iman dalam Kisah Para Rasul kita semakin menyadari bahwa membangun kebersamaan dalam komunitas/kelompok itu penting. Melalui Yesus dan bersama Yesus kita diajak untuk terus membangun kebersamaan walaupun banyak tantangan yang akan dihadapi. Berdasarkan hasil refleksi kita semakin tegur/disadarkan/diteguhkan dalam hal berdoa, mengikuti Ekaristi, tekun mengikuti pengajaran, dan saling berbagi. Bahkan kebersamaan berarti mau saling berbagi kepada sesama. Berbagi berarti mau memberi apa yang kita miliki untuk orang lain. Berbagi berarti memberikan perhatian dengan kasih. Tindakan nyata dari saling berbagi untuk membangun kebersamaan
adalah
saling
berbagi
perhatian,
berbagai
kasih,
saling
mengingatkan, berbagi pengalaman, pengetahuan, mengikuti Ekaristi, dll. Oleh sebab itu untuk mendukung terwujudnya kebersamaan dalam komunitas alangkah baiknya kita dapat menemukan dan melaksanakan niat-niat yang akan kita bangun secara pribadi dan bersama supaya semakin hari komunitas/kelompok orang beriman di Lingkungan/Wilayah/Paroki terus kita hidupi dan kita bangun. 2) Peserta diajak untuk memikirkan niat-niat yang akan dilakukan untuk mendukung terwujudnya kebersamaan di Lingkungan/Wilayah/Paroki, dengan panduan pertanyaan sebagai berikut: Tindakanan apa saja yang harus diperhatikan untuk mewujudkan kebersamaan dalam
berkomunitas
dengan
saling
berbagi
dengan
sesama
di
Lingkungan/Wilayah/Paroki? 3) Peserta diberi kesempatan mengungkapkan dan mensharingkan niat pribadi yang akan dilakukan dalam kehidupan. Kemudian peserta diajak untuk
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 148
mendiskusikan dan mengambil keputusan bersama yang akan dibangun dalam sebagai umat beriman di Lingkungan St. Yusuf, Berut. Setelah itu niat pribadi dan bersama dipersembahkan dalam doa umat supaya dapat terwujud dalam hidup. g. Penutup 1) Pendamping meletakkan salib dan lilin di tengah-tengah peserta, sehingga semua peserta dapat melihatnya. Kemudian pendamping mengajak peserta untuk mengajukan doa-doa umat kepada Tuhan Yesus. Pendamping mengawalinya doa umat kemudian diakhiri dengan doa Bapa Kami, doa penutup yang dihubungkan dengan tema dan tujuan katekese umat dan doa malam. 2) Doa Penutup Tuhan Yesus, yang penuh kasih, kami mengucap syukur kepada-Mu karena pada pertemuan malam hari ini, Engkau telah menyertai kami sehingga pertemuan malam ini dapat berjalan dengan baik. Banyak tantangan/hambatan yang kami hadapi untuk membangun kebersamaan. Tapi kami percaya kami dapat melewatinya dengan ketukunan, dan kesabaran. Kami berterima kasih kerena kami disadarkan dan dibuka mata hati kami betapa pentingnya membangun kebersamaan dalam berkomunitas serta melibatkan Engkau dalam hidup. Bantulah kami supaya berkat teladan-Mu kami mampu mewujudkan kebersamaan dengan saling berbagi perhatian, kasih, tenaga, waktu, dan pengalaman kepada sesama. Semoga berkat kasih-Mu kami mampu mewujudkan niat yang akan kami lakukan dalam kehidupan untuk membangun kebersamaan dalam berkomunitas. Doa permohonan ini kami haturkan dalam kebaktian kami kepada hati-Mu Yang Maha Kudus, kini dan selama-lamanya. Amin. Doa malam. 3) Lagu Penutup : “Hari ini Ku Rasa Bahagia” [Lampiran 8: (25)].
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB V PENUTUP
Berdasarkan situasi umat dan hasil penelitian, dapat dilihat situasi katekese umat yang sudah berlangsung di Lingkungan St. Yusuf, Berut dan penghayatan iman umat melalui katekese umat. Oleh sebab itu dapat ditarik kesimpulan dan saran supaya katekese umat yang sudah berlangsung di Lingkungan St. Yusuf semakin hari semakin baik. Dengan adanya katekese umat diharapkan mendukung kebutuhan umat sehingga membantu meningkatkan penghayatan iman.
A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian banyak umat yang belum memiliki pemahaman yang benar tentang katekese umat sehingga terjadi salah penafsiran tentang katekese umat yang diselenggarakan di Lingkungan. Masih banyak umat menganggap katekese umat merupakan doa bersama dan doa Rosario sehingga tujuan yang akan dicapai dalam katekese umat belum dapat tercapai dengan maksimal. Katekese umat yang sudah berlangsung di Lingkungan St. Yusuf belum mampu menanggapi kebutuhan umat sehingga peran dan manfaatnya belum maksimal. Peran dan manfaat katekese umat hanya sebatas sebagai pengetahuan tentang ajaran Gereja/nilai-nilai dalam Kitab Suci, dan menguatkan iman umat tetapi belum sampai pada perwujudan iman dalam kehidupan seharihari. Perwujudan iman dalam hidup umat belum terlaksana secara maksimal karena umat banyak yang masih kadang-kadang mewujudkan iman walaupun mereka menyadari bahwa iman harus diwujudkan dalam tindakan, perbuatan dan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 150
perkataan. Kehadiran katekese umat di Lingkungan belum mampu membantu umat dalam meningkatkan penghayatan iman katolik, hal ini disebabkan karena kurangnya keterlibatan umat, pemahaman umat kurang, proses katekese umat yang kurang menarik, peran pendamping dan peserta kurang maksimal dan kurangnya keseriusan umat dalam mengikuti katekese umat. Berdasarkan situasi katekese umat di Lingkungan St. Yusuf, Berut masih banyak yang perlu diperbaiki lagi supaya kehadiran katekese umat mampu membantu umat meningkatkan pengahayatan iman dan merekatkan hubungan satu sama lain dalam kebersamaan. Lingkungan dapat meningkatkan peran pendamping katekese umat, melibatkan seluruh umat dalam katekese umat, materi katekese umat yang sesuai dengan kebutuhan, tersedianya tempat katekese umat, serta dapat mengolah waktu katekese umat dengan baik. Katekese umat merupakan sharing pengalaman iman antar umat sehingga dapat saling memperteguhkan iman umat. Dalam proses katekese umat, umat akan diajak untuk mendalami pengalaman hidup melalui terang Injil sehingga umat dapat mengalami pertobatan secara terus menerus dan dapat merasakan kehadiran Tuhan dalam kehidupan sehari-hari. Katekese umat juga mengajak umat untuk mewujudkan iman dalam tindakan nyata, dan umat dapat hidup seturut kehendakNya sehingga mampu menjadi saksi-saksi Kristus di dalam kehidupan. Ada beberapa hal yang dapat mempengaruhi keberhasilan proses katekese umat yaitu isi katekese umat, pemilihan model katekese umat, sarana yang digunakan, peran pendamping serta peserta. Peran pendamping dalam proses katekese umat sangat mempengaruhi karena pendamping berperan sebagai fasilitator. Katekese umat dapat memberikan pengaruh dan manfaat demi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 151
pendewasaan iman. Oleh sebab itu dalam proses katekese umat, umat dibantu untuk meningkatkan penghayatan iman dan mampu mewujudkan iman dalam kehidupan sehari-hari. Shared Christian Praxis merupakan salah satu model katekese umat yang dapat membantu umat dalam meningkatkan penghayatan iman. Katekese umat model Shared Christian Praxis menekankan dialog antar peserta dan pendamping dengan mendalami dan mengolah pengalalaman hidup konkrit. Model SCP terdiri dari lima langkah dan didahului dengan langkah 0. Setiap langkah dalam model SCP memiliki unsur kekhasan, tujuan, peran pendamping, dan peran peserta. Langkah-langkah tersebut saling berkaitan sehingga membantu umat untuk mencapai tujuan dan membantu umat meningkatkan pengahayatan iman. Oleh sebab itu untuk membantu umat meningkatkan penghayatan iman, penulis mengusulkan untuk mengadakan katekese umat dengan model Shared Christian Praxis. Model Shared Christian Praxis dipilih dengan alasan model tersebut cocok untuk umat di Lingkungan St. Yusuf, Berut karena menekankan dialog pengungkapan pengalaman hidup. Tema katekese umat terdiri dari enam tema yang saling berkaitan. Tema katekese umat tersebut dilaksanakan setiap bulan kecuali pada masa Adven, Prapaskah, dan bulan Rosario.
B. Saran Berdasarkan hasil dan pembahasan hasil penelitian maka masih banyak hal yang perlu ditingkatkan lagi untuk mendukung berlangsungnya kegiatan katekese umat. Katekese umat yang mampu memberikan manfaat dan pengaruh bagi kehidupan umat. Kehadiran katekese umat mampu membantu umat
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 152
meningkatkan penghayatan iman katolik dan membantu meningkatkan kebersamaan di Lingkungan sehingga mampu melibatkan diri dalam kegiatan menggereja.
1. Bagi Pendamping Yang dimaksud pendamping adalah para pengurus Lingkungan dan seluruh umat Lingkungan St. Yusuf, Berut yang memiliki kesadaran diri dan kemampuan untuk menjadi pendampingi katekese umat. Para pengurus Lingkungan dan seluruh umat di Lingkungan memiliki kesadaran diri untuk melibatkan diri dalam mendampingi umat dalam melaksanakan katekese umat. Para pendamping dan seluruh umat dapat menyadari pentingnya katekese umat dalam pendewasaan iman dan meningkatkan penghayatan iman, sehingga katekese umat perlu dilaksanakan secara rutin dan umat dapat merasakan manfaatnya dalam hidup. Para pengurus dan umat dapat mempersiapkan materi dan mempersiapkan diri secara maksimal karena keberhasilan katekese umat tergantung pada peran pendamping. Pengurus Lingkungan dan umat dapat saling bekerjasama dan saling mempercayai demi kebersamaan umat beriman di Lingkungan St. Yusuf, Berut.
2. Bagi Umat Umat dapat menyadari pentingnya katekese umat di Lingkungan karena memberikan manfaat yang besar dalam kehidupan umat. Umat dapat menyadari bahwa katekese umat bukan sekedar kegiatan rutinitas atau kebiasaan tetapi katekese umat dapat menjadi kebutuhan umat untuk mendewasaan iman dan membantu meningkatkan penghayatan iman. Dengan adanya katekese umat, umat
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 153
dapat semakin mengenal sabda Tuhan, membangun hubungan yang erat dengan Tuhan dan sesama. Umat dalam mengikuti katekese umat diharapkan dapat terlibat aktif dalam proses katekese umat, sehingga tujuan katekese umat dapat tercapai dan umat merasakan manfaatnya dalam hidup. Umat juga perlu untuk menciptakan suasana yang mendukung yaitu suasana kekeluargaan. Dengan menciptakan suasana kekeluargaan dalam berkatekese maka katekese umat menjadi menyenangkan, menarik dan dapat merasakan damai dalam mengikuti katekese umat. Umat juga perlu untuk saling menghormati dan menghargai satu sama lain demi tercipta Lingkungan yang penuh dengan kasih persaudaraan dan kebersamaan.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
DAFTAR PUSTAKA Abineno, J.L.CH. (1967). Tafsiran Surat Filipi. Jakarta: Badan Penerbit Kristen. Adisusanto, F.X. (2000). Katekese dalam Konteks Pastoral Gereja. (Seri Puskat No. 370). Yogyakarta: Lembaga Pengembangan Kateketik Puskat. Amalorpavadass, D.S. (1972). Katekese sebagai Tugas Pastoral Gereja. (Seri Pradnyawidya No. 11). Yogyakarta: Sekolah Tinggi Kateketik “Pradnyawidya”. Banawiratma, J.B. (1986). Iman Kristiani Berjumpa dengan Iman Non-Kristiani. Dalam J.B. Banawiratma (Ed.). Wahyu Iman Kebatinan. (hal. 35-52). Yogyakarta: Kanisius. ________. & Suharyo, I. (1990). Umat Allah Menegaskan Arah. Kanisius: Yogyakarta. Banyu Dewa HS, P. (2003). Katekese di Tengah Pesatnya Kemajuan Teknologi. Umat Baru, 208, hal. 14-19. Cholik Narbuko & Abu Achmadi. (2007). Metodologi Penelitian. Jakarta: PT. Bumi Aksara. Dapiyanta, F.X. (2013). Katekese Umat antara Harapan dan Kenyataan. Rohani, 60, hal. 12-14. Darmawijaya, St. (2006). Kisah Para Rasul. Kanisius: Yogyakarta. Gowing Bataona, Yos. (1979). Katekese Sekarang. Dalam Th. Huber (Ed.). Arah Katekese Indonesia??? (hal. 18-45). Yogyakarta: Kanisius. Groome, Thomas H. (1997). Shared Christian Praxis: Suatu Model Berkatekese (Seri Puskat No. 356). (F.X. Heryatno Wono Wulung, Penyadur) Yogyakarta: Lembaga Pengembangan Kateketik Puskat. (Buku asli diterbitkan tahun 1991). Hadiwiyata, A.S. (2008). Tafsiran Injil Yohanes. Yogyakarta: Kanisius. Heselaar, F. (1981). Di Sekitar Katekese Umat. Dalam Th. Huber (Ed.). Katekese Umat Hasil Pertemuan Kateketik antar Keuskupan Se-Indonesia II. (hal. 97-105). Yogyakarta: Kanisius. Huber, Th. (1981a). Beberapa Catatan pada Rumus Katekese Umat PKKI II. Dalam Th. Huber (Ed.). Katekese Umat Hasil Pertemuan Kateketik antar Keuskupan Se-Indonesia II. (hal. 17-23). Yogyakarta: Kanisius. ________. (1981b). Katekese Umat Hasil Pertemuan Kateketik antar Keuskupan se-Indonesia II. Dalam Th. Huber (Ed.). Rumus Katekese Umat yang Dihasilkan PKKI II. (hal. 15-16). Yogyakarta: Kanisius. ________. (1981c). Pertemuan Kateketik Antar Keuskupan Se-Indonesia II 26 Juni - 5 Juli 1980. Dalam Th. Huber (Ed.). Katekese Umat Hasil Pertemuan Kateketik antar Keuskupan Se-Indonesia II. (hal. 7-14). Yogyakarta: Kanisius. Katekismus Gereja Katolik. (1995). (P. Herman Embuiru SVD, Penerjemah). Ende: Arnoldus. (Dokumen Asli diterbitkan Tahun 1992). Kirjito, Vincentius. (2009). Pedoman Pelaksanaan Dewan Paroki St. Maria Lourdes, Sumber. Manuskrip yang berisi tentang kerangka besar pedoman tata penggembalaan Paroki St. Maria Lourdes yang disusun dalam rangka
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 155
pembaharuan pedoman pelaksaan dewan Paroki Sumber pada tanggal 5 Mei 2009. Kitab Hukum Kanonik. (2006). (Codex Iuris Canonici) (Dr. R. Rubiyatmoko dkk, Penerjemah). Bogor: Grafika Mardi Yuana. (Dokumen asli diterbitkan tahun 1983). Konsili Vatikan II. (1993). Dokumen Konsili Vatikan II. (R. Hardawiryana, Penerjemah). Jakarta: Obor. (Dokumen asli diterbitkan tahun 1966). Labovits, Samforn & Hagelorn, Robert. (1982). Metode Riset Sosial. Jakarta: Erlangga. Lalu, Yosef. (2007). Katekese Umat. Yogyakarta: Kanisius. LBI. (1985). Surat-surat Ibrani dan Umum. Yogyakarta: Kanisius. ________. (2002). Tafsir Alkitab Perjanjian Baru. (A.S. Hardawiyata, Penerjemah). Yogyakarta: Kanisius. ________. (2011). Alkitab Deuterokanonika. Jakarta: Lembaga Alkitab Indonesia. Leon Dufour, Xavier. (1979). Iman dalam Kitab Suci. (Seri Pastoral No. 3). Yogyakarta: Pusat Pastoral Yogyakarta. Martoyoto Wiyono, Aloysius. (2014). Profil Paroki St. Maria Lourdes Sumber dan Narasi Supervisi. Manuskrip yang berisi tentang profil Paroki dan bahan supervisi untuk pembelajaran pelayanan tahun 2013-2014 yang disusun dalam rangka supervisi Paroki St. Maria Lourdes, Sumber pada tanggal 19 Mei 2014. Mihalik, Frank. (1998a). 1500 Cerita Bermakna (Jilid I). (F. Rudijanto, MA, Penerjemah). Bogor: Grafika Mardi Yuana. ________. (1998b). 1500 Cerita Bermakna (Jilid III). (F. Rudijanto, MA, Penerjemah). Bogor: Grafika Mardi Yuana. Moleong, Lexy J. (2012). Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Olsthoorn, P. Dr. Martin (1981). Membina Kelompok Kitab Suci yang Anggotaanggotanya Semakin Terlibat. Dalam Th. Huber (Ed.). Katekese Umat Hasil Pertemuan Kateketik antar Keuskupan Se-Indonesia II. (hal. 5873). Yogyakarta: Kanisius. Papo, Jakob. (1987). Memahami Katekese. Ende: Nusa Indah. Pareira, Berthold A. (1979). Katekese dan Kitab Suci. Dalam Th. Huber (Ed.). Arah Katekese Indonesia??? (hal. 82-93). Yogyakarta: Kanisius. Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. (2005). Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi III. Jakarta: Balai Pustaka. Riduwan. (2013). Belajar Penelitian untuk Guru-Karyawan dan Peneliti Pemula. Bandung: Alfabeta. Setiawan, Ebda. http://kbbi.web.id/penghayatan accessed on May 14, 2014. Setyakarjana, J.S. (1997). Arah Katekese di Indonesia: Dari Mencari Arah Ketekese 1976 sampai dengan Pertemuan Katekatik antar Keuskupan Se-Indonesia VI 1996. Yogyakarta: Pusat Kateketik Yogyakarta. Shenli, Mario Angelo. (2013). Iman yang Membumi. Fenomena, X, hal. 1. Sumarno Ds, M. (2012/2013). Pastoral Paroki. Diktat Mata Kuliah Pastoral Paroki untuk Mahasiswa Semester V, Program Studi Ilmu Pendidikan dengan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 156
________. (2013). Program Pengalaman Lapangan Pendidikan Agama Katolik Paroki (PPL PAK Paroki). Diktat Mata Kuliah Program Pengalaman Lapangan Pendidikan Agama Katolik Paroki (PPL PAK Paroki) untuk Mahasiswa semester VI, Program Studi Ilmu Pendidikan dengan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. ________. (2013/2014). Pengantar Pendidikan Agama Katolik Paroki). Diktat Mata Kuliah Pengantar Pendidikan Agama Katolik Paroki untuk Mahasiswa Semester III, Program Studi Ilmu Pendidikan dengan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Sutrisnaatmaka, Mgr. A. M. (2002). Penghayatan Iman Berdasar Wahyu Allah: Impikasi dan Relevansinya untuk Hidup Dewasa Ini. Dalam L. Madya Utama, SJ dkk. (Ed.). Dinamika Hidup Beriman. (hal. 45-86). Yogyakarta: Kanisius. Sutrisno Hadi. (2004a). Metodologi Research (Jilid 1). Yogyakarta: Andi. ________. (2004b). Metodologi Research (Jilid 2). Yogyakarta: Andi. Telaumbanua, Marinus. (1999). Ilmu Kateketik: Hakikat, Metode, dan Peserta Katekese Gerejawi. Jakarta: Obor. van den End, Th. (1995). Tafsiran Alkitab Surat Roma. Jakarta: PT BPK Gunung Mulia. Verlag, Pattloch GmbH & Munich, Co. KG,. (2012) Youcat Indonesia: Katekismus Populer. (R.D. Yohanes Dwi Harsanto dkk., Penerjemah). Yogyakarta: Kanisius. (Dokumen asli diterbitkan tahun 2010). Yohanes Paulus II. (1992). Catechesi Tradendae. (R. Hardawirjana, Penerjemah). Jakarta: Dokpen KWI. (Dokumen asli diterbitkan tahun 1979).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 157
LAMPIRAN
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Lampiran 1: Surat Permohonan Izin Penelitian untuk Pastor Kepala Paroki
(1)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Lampiran 2: Surat Izin Penelitin untuk Ketua Lingkunan St. Yusuf, Berut
(2)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Lampiran 3: Surat Bukti Melaksanakan Penelitian
(3)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Lampiran 4: Pedoman Wawancara dengan Ketua Lingkungan St.Yusuf, Berut 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23.
Sebutkan batas-batas Lingkungan St. Yusuf, Berut? Bagaimana sejarah Lingkungan St. Yusuf, Berut? Berapa jumlah umat di Lingkungan St. Yusuf, Berut? Apa pekerjaan umat di Lingkungan St. Yusuf, Berut? Bagaimana situasi sosial dan ekonomi umat di Lingkungan St. Yusuf, Berut? Kegiatan apa saja yang sudah terlaksana di Lingkungan? kapan dilakukan? Bagaimana keterlibatan umat dalam kegiatan di Lingkungan? Apa permasalahan yang sering terjadi di Lingkungan St. Yusuf, Berut? Menurut Anda apa itu katekese umat/pendalaman iman? Apa tujuan dari katekese umat/pendalaman iman? Apa isi katekese umat/pendalaman iman yang disampaikan kepada umat? Sarana apa yang digunakan dalam ketekese umat/pendalaman iman? Apa model katekese umat/pendalaman iman yang biasanya digunakan? Apa saja langkah-langkah yang terjadi dalam katekese umat/pendalaman iman? Bagaimana peran pendamping dalam katekese umat/pendalaman iman? Kapan katekese umat/pendalaman iman dilaksanakan? Dari mana Lingkungan mendapat bahan katekese umat/pendalaman iman? Siapa yang biasanya memimpin/pemandu katekese umat/pendalaman iman? Bagaimana keterlibatan umat dalam mengikuti katekese umat/pendalaman iman? Apa dukungan Lingkungan terhadap penyelenggaraan katekese umat/ pendalaman iman? Apa hambatan atau kesulitan yang sering dihadapi dalam katekese umat/pendalaman iman? Apa harapan Anda terhadap penyelenggaraan katekese umat/pendalaman iman? Apa usulan Anda terhadap penyelenggaraan katekese umat/pendalaman iman di Lingkungan St. Yusuf, Berut supaya menjadi lebih baik?
(4)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Lampiran 5: Rangkuman Hasil Wawancara dengan Ketua Lingkungan St. Yusuf, Berut A. Pelaksanaan Responden : P. Sugito, Ketua Lingkungan St. Yusuf, Berut Waktu : 4 November 2014 Tempat : di Rumah Responden B. Pokok-Pokok Pertanyaan dan Rangkuman Hasil Wawancara 1. Sebutkan batas-batas Lingkungan St. Yusuf, Berut? Jawaban: Sebelah Utara: Lingkungan St. Petrus, Ngentak dan St. Paulus, St. Pius, Diwak, Sebelah Selatan: Lingkungan St. Thomas, Kalibening, Sebelah Barat: Lingkungan St. Yulius, Berut, Sebelah Timur: Lingkungan St. Petrus, Ngentak 2.
Bagaimana sejarah Lingkungan St. Yusuf, Berut? Jawaban: Dulu Lingkungannya hanya ada satu yaitu Lingkungan St. Yulius, tapi karena banyak keluarga-keluarga baru maka pada tahun 2005 Lingkungan dibagi menjadi dua yaitu Lingkungan St. Yulius dan St. Yusuf. Nama St. Yusuf diambil dari nama baptis seorang tokoh agama yaitu Yusuf Somaatmaja.
3.
Berapa jumlah umat di Lingkungan St. Yusuf, Berut? Jawaban: Ada 60 KK dan terdiri dari 187 orang. Lingkungan St. Yusuf, Berut mayoritas orang dewasa.
4.
Apa pekerjaan umat di Lingkungan St. Yusuf, Berut? Jawaban: 90% pekerjaan umat sebagai petani dan buruh (mencangkul, tandur, menggali pasir, buruh pabrik baru, dll) dan beberapa orang sebagai PNS dan pensiunan.
5.
Bagaimana situasi sosial dan ekonomi umat di Lingkungan St. Yusuf, Berut? Jawaban: Secara umum situasi sosialnya baik artinya bila ada umat non Katolik yang kerepotan, orang Katolik juga ikut membantu dan jika orang Katolik yang kerepotan, orang non Katolik ikut mambantu juga. Dalam organisasi pedesaan tidak ada pembedaan antara Katolik dan non Katolik misalnya arisan, Rtnan, kelompok tani). Contoh lain misalnya Lingkungan mempunyai kesenian, pendiri dan pelatihnya dari orang Katolik, tapi umat Muslim juga ikut terlibat sebagai peserta. Undangan untuk pertunjukan tidak hanya dalam acara-acara orang Katolik tapi juga hari-hari besar orang Muslim. Sehingga
(5)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
hubungan keduanya menjadi dekat dan erat. Kalau kurbanan, orang Katolik juga mendapat daging kurban, jika lebaran orang Katolik ikut merayakan dan saling silaturahmi tanpa memandang agama dan golongan, dan jika sambatan/kerjabakti, nikahan, orang meninggal semua warga saling membantu. Ini terlihat jika orang Katolik ada yang meninggal orang Muslim juga ikut diundang untuk mendoakan yang meninggal dengan cara mereka yaitu tahlilan dan jika yang meninggal orang Muslim orang Katolik juga diundang. Situasi ekonomi, termasuk kelas menengah kebawah karena sebagain besar bekerja sebagai petani dan buruh saja. 6.
Kegiatan apa saja yang sudah terlaksana di Lingkungan? kapan dilakukan? Jawaban: Ibadat sabda, 1 bulan sekali Rosario pada bulan Mei dan Oktober Pendalaman iman saat BKSN bulan September, Adven bulan Desember, Prapaskah bulan Maret PIA setiap minggu dibantu oleh beberapa siswa-siswi dari SMA Vanlith Jalan salib setiap prapaskah Koor untuk tugas Gereja setiap 10 minggu sekali bekerja sama dengan Lingkungan St. Yulius, Berut Novena dilakukan menjelang Pentakosta Kegiatan Wanita Katolik setiap Senin paing Kerja bakti membersihkan Gereja
7.
Bagaimana keterlibatan umat dalam kegiatan di Lingkungan? Jawaban: Umat masih malas dan sibuk dengan urusan masing-masing (mengejar harta duniawi), umat belum mempunyai “greget” untuk terlibat. Kesadaran umat sangat kurang. Ada yang aktif tapi ada juga yang masih tidak aktif (belum merata) ini dapat dilihat dari keterlibatan umat terhadap kegiatan di Lingkungan misalnya pendalaman iman, kerja bakti untuk Gereja, dll.
8.
Apa permasalahan yang terjadi di Lingkungan St. Yusuf, Berut? Jawaban: Banyak keluarga-keluarga mengalami permasalahan (perselingkuhan) Banyak orang muda (OMK) yang menikah di KUA sehingga pindah agama Banyak umat yang sibuk mengumpulkan harta sehingga tidak mau terlibat dalam kegiatan menggereja Umat susah untuk diajak berkumpul untuk musyawarah membahas Lingkungan Adanya ketidakpercayaan umat terhadap salah satu pengurus Lingkungan
9.
Menurut Anda apa itu katekese umat/pendalaman iman?
(6)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Jawaban: Pendalaman iman merupakan proses pembelajaran untuk mengenal akan Tuhan, penyampaian ajaran Gereja kepada umat. Pendalaman iman menyampaikan pengalaman kepada umat lain (sesama) 10. Apa tujuan dari katekese umat/pendalaman iman? Jawaban: Memperkuat dan menumbuhkan iman umat supaya dapat menghadapi permasalahan dengan benar Memperdalam iman dan pengetahuan tentang ajaran Gereja 11. Apa isi katekese umat/pendalaman iman yang disampaikan kepada umat? Jawaban: Pendalaman ajaran Gereja Sharing pengalaman Ajakan untuk terlibat dalam hidup menggereja untuk memperdalam iman Mendengarkan pengalaman iman 12. Apa sarana yang digunakan dalam ketekese umat/pendalaman iman? Jawaban: Kitab Suci Pengalaman iman Buku lagu (Kidung Adi) Buku panduan 13. Apa model katekese umat/pendalaman iman yang biasanya digunakan? Jawaban: Modelnya tidak tentu kadang menggunakan pengalaman tapi kadang menggunakan Kitab Suci. 14. Apa saja langkah-langkah yang terjadi dalam katekese umat/pendalaman iman? Jawaban: Lagu biasanya hapalan Doa pembukaan Pengantar Bacaan Kitab Suci yang akan dibahas Pembahasan Kitab Suci Sharing pengalaman hidup Rangkuman Doa umat Doa penutup dan doa malam Lagu penutup jika diperlukan
(7)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
15. Bagaimana peran pendamping dalam katekese umat/pendalaman iman? Jawaban: Perannya memimpin doa Memberikan pengarahan/penjelasan tentang teks Kitab Suci 16. Kapan katekese umat/pendalaman iman dilaksanaka? Jawaban: Pendalaman iman biasanya dilaksanakan pada saat BKSN (September), Adven (Desember) dan Prapaskah (Maret). Kesepakatanya setiap bulan sekali mengadakan pendalaman iman (minggu pertama doa Rosario, minggu kedua doa Kerahiman Ilahi, minggu ketiga pendalaman iman, dan minggu ke empat ibadat bersama). 17. Dari mana Lingkungan mendapat bahan katekese umat/pendalaman iman? Jawaban: Bahan dari Gereja atau menyusun sendiri jika diperlukan. 18. Siapa yang biasanya memimpin/pemandu katekese umat/pendalaman iman? Jawaban: Yang memimpin biasanya ketua Lingkungan dan prodiakon, sedangkan umat hanya sebagai peserta karena umat tidak mungkin diberi tugas untuk memimpin pendalaman iman. Umat dilibatkan dalam proses pendalaman iman. 19. Bagaimana keterlibatan umat dalam mengikuti katekese umat/pendalaman iman? Jawaban: Umat sebagian besar petani yang kurang pendidikan maka yang aktif itu hanya sedikit. Sebagian besar hanya sebagai pendengar setia saja. Yang mempunyai pengalaman iman pun sangat terbatas. Jadi yang aktif pendalaman iman biasanya orang-orang tertentu saja, hanya biasanya umat akan aktif dalam doa umat dengan menggunakan bahasa sederhana, dan dalam nyanyian umat terlibat. Umat yang aktif mengikuti pendalaman iman biasanya orang dewasa dan orang tua, dan ada juga anak remaja karena mendapat tugas sekolah. 20. Apa dukungan Lingkungan terhadap penyelenggaraan katekese umat/pendalaman iman? Jawaban: Tersedianya tempat untuk menyelenggarakan pendalaman iman, Lingkungan tetap memerlukan pendalaman iman walaupun yang datang hanya sedikit. 21. Apa hambatan atau kesulitan yang sering dihadapi dalam katekese umat/pendalaman iman?
(8)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Jawaban: Umat yang bisa berbicara terbatas sehingga sulit untuk menyampaikan pengalaman hidup Kurangnya sarana pendukung/sarana minim Pesertanya hanya orang-orang tua Sulit mengajak umat untuk terlibat Setiap kali pertemuan harus diingatkan dengan cara diajak satu per satu Karena lelah umat daya tangkapnya kurang 22. Apa harapan Anda terhadap penyelenggaraan katekese umat/pendalaman iman? Jawaban: Umat dapat aktif mengikuti kegiatan Lingkungan dengan cara mengikuti proses pendalaman iman (membangun dan menghidupi Lingkungan) Umat aktif dalam hidup menggereja Umat menjadi umat yang berkualitas untuk memperkuat iman Pendamping dapat memimpin pendalaman iman dengan kreatif 23. Apa usulan Anda terhadap penyelenggaraan katekese umat/pendalaman iman di Lingkungan St. Yusuf, Berut supaya menjadi lebih baik? Jawaban: Mencari sarana yang menarik contohnya LCD Mencetak katekis yang handal Umat tahu kebutuhan Lingkungan Ada pembekalan atau pelatihan untuk memimpin pendalaman iman
(9)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Lampiran 6: Kuesioner untuk Penelitian KUESIONER PENELITIAN SUMBANGAN KATEKESE UMAT DALAM RANGKA MENINGKATKAN PENGHAYATAN IMAN KATOLIK DI LINGKUNGAN ST. YUSUF BERUT, WILAYAH ST. MARTA SUMBER, PAROKI ST. MARIA LOURDES SUMBER MAGELANG __________________________________________________________________ Petunjuk: Jawablah semua pertanyaan-pertanyaan di bawah ini dengan memberikan tanda silang (X) di depan jawaban yang sesuai dengan situasi yang sesungguhnya. __________________________________________________________________ A. IDENTITAS DIRI 1. Jenis kelamin Anda? a. Laki-laki b. Perempuan 2. Berapa umur Anda? a. Kurang dari 35 tahun c. 46-55 tahun b. 36-45 tahun d. Lebih dari 56 tahun 3. Apa pendidikan terakhir Anda? a. SD c. SMA/SMK b. SMP d. Perguruan tinggi 4. Apa pekerjaan Anda sekarang? a. Petani c. Wiraswasta b. Buruh/karyawan d. PNS B. PEMAHAMAN UMAT TERHADAP KATEKESE UMAT/PENDALAMAN IMAN 5. Apa yang Anda ketahui tentang katekese umat/pendalaman iman? a. Pendalaman Kitab Suci b. Sharing pengalaman iman c. Ibadat Sabda d. Doa Rosario 6. Apa tujuan dari ketekese umat/pendalaman iman? a. Sharing pengalaman iman antar peserta b. Mengolah pengalaman hidup melalui terang Kitab Suci c. Pendewasaaan iman dan kesaksian iman di tengah-tengah masyarakat d. Berdoa bersama 7. Apa isi dari katekese umat/pendalaman iman yang sejauh ini dilaksanakan? a. Pengalaman hidup sehari-hari b. Pengalaman iman Gereja yang ada di dalam Kitab Suci c. Ajaran Gereja tentang dokumen Gereja d. Doa
(10)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
8.
Sarana apa saja yang selama ini digunakan dalam katekese umat/pendalaman iman? a. Teks Kitab Suci yang akan dibahas b. Buku lagu dan buku doa c. Buku panduan d. Sarana dari kreatifitas pendamping 9. Apa model katekese umat/pendalaman iman yang digunakan di Lingkungan Anda? a. Menggali pengalaman hidup c. Sarasehan b. Pendalaman Kitab Suci d. Doa bersama 10. Bagaimana langkah-langkah yang terjadi dalam katekese umat/pendalaman iman di Lingkungan Anda? a. Pembukaan, pembacaan teks Kitab Suci, cerita pengalaman hidup berdasarkan Kitab Suci, pendalaman pengalaman hidup dan Kitab Suci, doa umat dan penutup b. Pembukaan, pengalaman hidup umat, mendalami teks Kitab Suci, menerapkan iman Kristiani dalam situasi umat dan mengusahakan suatu aksi konkret dalam kehidupan, doa umat dan penutup c. Pembukaan, pembacaan teks Kitab Suci, doa umat dan doa penutup d. Pembukaan, pembacaan teks Kitab Suci, pendalaman Kitab Suci, pendalaman pengalaman hidup, penerapan iman Kristiani, doa umat dan penutup 11. Apakah tema katekese umat/pendalaman iman sesuai dengan situasi dan kondisi umat? a. Selalu c. Kadang-kadang b. Sering d. Tidak pernah 12. Siapa yang memimpin katekese umat/pendalaman iman selama ini? a. Ketua Lingkungan c. Umat yang ditunjuk b. Prodiakon d. Umat secara bergantian C. KETERLIBATAN UMAT DALAM KATEKESE UMAT/PENDALAMAN IMAN 13. Apakah Anda mengikuti katekese umat/pendalaman iman? a. Selalu c. Kadang-kadang b. Sering d. Tidak pernah 14. Apakah Anda tertarik mengikuti katekese umat/pendalaman iman? a. Sangat tertarik c. Kurang tertarik b. Tertarik d. Tidak tertarik 15. Apa motivasi Anda mengikuti ketekese umat/pendalaman iman? a. Kebutuhan dan kerinduan akan sabda Tuhan b. Ingin berkumpul bersama c. Memperdalam iman d. Keterpaksaan atau ikut-ikutan 16. Bagaimana sikap Anda dalam mengikuti katekese umat/pendalaman iman? a. Diam saja atau pasif b. Berbicara jika ditunjuk
(11)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
c. Mengikuti arahan pendamping d. Aktif dengan terlibat dalam proses pendalaman iman 17. Bagaimana situasi umat dalam mengikuti kegiatan katekese umat/pendalaman iman di Lingkungan Anda? a. Umat terlibat aktif b. Umat sebagai peserta mengikuti alur yang diarahkan pendamping c. Umat pasif dan cuek d. Umat kurang menciptakan suasana kebersama D. HAMBATAN YANG TERJADI DALAM KATEKESE UMAT/PENDALAMAN IMAN 18. Apa hambatan yang Anda alami selama mengikuti katekese umat/pendalaman iman? a. Kesulitan untuk memahami proses pendalaman iman b. Kesulitan untuk mengungkapkan pengalaman hidup c. Kesulitan untuk merenungkan/merefleksikan pengalaman hidup d. Kesulitan untuk menanggapi pokok pembicaraan 19. Apa hambatan yang Anda rasakan dari pihak Lingkungan berkaitan dengan pelaksanaan katekese umat/pendalaman iman? a. Pendamping kurang kreatif sehingga terpaku pada teks b. Pendamping kurang mempunyai pengetahuan cukup tentang bahan pendalaman iman c. Kurangnya dukungan dari Lingkungan d. Tidak tersedianya tempat untuk melakukan pendalaman iman 20. Apa hambatan dalam diri Anda untuk mengikuti katekese umat/pendalaman iman? a. Kesibukan c. Memiliki masalah pribadi b. Kurang peduli/malas d. Lelah setelah seharian bekerja 21. Apa hambatan yang terjadi dalam pelaksanaan katekese umat/pendalaman iman? a. Penggunaan waktu untuk pendalaman iman terlalu lama b. Kesepakatan waktu untuk pendalaman iman terlalu malam c. Tercipta suasana emosional yang tidak mendukung d. Tercipta Lingkungan fisik yang kurang mendukung E. DUKUNGAN TERHADAP KATEKESE UMAT/PENDALAMAN IMAN 22. Berapakah waktu yang ideal/cocok untuk katekese umat/pendalaman iman? a. Kurang dari 60 menit c. 90 menit-120 menit b. 60 menit-90 menit d. Lebih dari 120 menit 23. Apa dukungan Lingkungan yang Anda rasakan selama mengikuti katekese umat/pendalaman iman? a. Menyediakan tempat b. Menyediakan sarana pendukung c. Adanya pendamping/pemandu pendalaman iman
(12)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
d. Menyediakan dana 24. Apa dukungan dalam diri Anda untuk mengikuti katekese umat/pendalaman iman? a. Mempunyai waktu luang untuk mengikuti pendalaman iman b. Mempunyai kesadaran diri untuk terlibat aktif dalam mengikuti pendalaman iman c. Mempunyai kerinduan untuk dekat dengan Sabda Allah d. Keterbukaan untuk menyediakan tempat untuk pandalaman iman F. HARAPAN TERHADAP KATEKESE UMAT/PENDALAMAN IMAN 25. Apa harapan Anda terhadap katekese umat/pendalaman iman yang akan datang? a. Pendalaman iman dikemas dengan menarik b. Menggunakan sarana pendukung c. Menjawab kebutuhan umat d. Menciptakan suasana yang menyenangkan penuh persaudaraan 26. Apa harapan Anda terhadap proses katekese umat/pendalaman iman? a. Umat terlibat aktif sehingga dapat memahami materi pendalaman iman b. Tercipta suasana yang bersahabat (saling menghormati) c. Isi sesuai dengan kebutuhan umat d. Dapat disusun secara menarik sehingga dapat hidup 27. Apa harapan Anda terhadap pendamping katekese umat/pendalaman iman? a. Pendamping lebih kreatif dan aktif melibatkan semua umat b. Pendamping memiliki pengetahuan yang cukup c. Pendamping terampil dalam berkomunikasi d. Pendamping terampil dalam berefleksi (mengolah pengalaman hidup menjadi kesaksian iman) 28. Bagaimana pendalaman iman yang menarik bagi Anda? a. Menjawab kebutuhan umat b. Dapat menantang umat untuk menghadapi perkembangan zaman dan permasalahanya c. Dapat mengajak umat terlibat aktif dalam proses pendalaman iman d. Dapat mengajak umat terlibat aktif dalam hidup menggereja dan masyarakat G. USULAN TERHADAP KATEKESE UMAT/PENDALAMAN IMAN 29. Apa usulan Anda untuk katekese umat/pendalaman iman yang akan datang? a. Menyediakan sarana dan metode menarik b. Adanya pelatihan untuk para pendamping/pemandu pendalaman iman c. Pendamping kreatif sehingga terjadi komunikasi iman d. Menciptakan suasana yang mendukung (kekeluargaan, persahabatan, dan saling terbuka) 30. Apa tema yang menarik bagi Anda yang diangkat dalam katekese umat/pendalaman iman yang akan datang? a. Lingkungan hidup b. Kesetaraan gender
(13)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
c. Memperjuangkan keadilan d. Membangun kebersamaan 31. Apa usulan Anda untuk pendamping katekese umat/pendalaman iman? a. Pendamping dapat membangkitkan suasana kekeluargaan dan persahabatan b. Pendamping menguasai bahan dan dapat menyajikan materi dengan menarik c. Pendamping menggunakan bahasa yang sederhana d. Pendamping dapat menjadi motivator umat H. PEMAHAMAN UMAT TERHADAP IMAN 32. Apa arti dari iman? a. Gambaran hubungan manusia dengan Tuhan dan tanggapan manusia akan wahyu-Nya b. Tanggapan manusia akan wahyu-Nya c. Sikap penyerahan diri secara total kepada Allah d. Memberi kepercayakan kepada Allah untuk memimpin hidup manusia 33. Apakah iman harus diwujudnyatakan dalam tindakan konkret? a. Sangat setuju c. Ragu-ragu b. Setuju d. Tidak setuju 34. Apakah selama ini Anda mewujudkan iman dalam sikap, tindakan, dan ucapan di kehidupan sehari-hari? a. Selalu c. Kadang-kadang b. Sering d. Tidak pernah I. 35.
36.
37.
38.
PENGHAYATAN IMAN KATOLIK DALAM KATEKESE UMAT/PENDALAMAN IMAN Apakah Anda merefleksikan/merenungkan pengalaman hidup yang sudah dialami? a. Selalu c. Kadang-kadang b. Sering d. Tidak pernah Berdasarkan pengalaman hidup (menyenangkan dan tidak menyenangkan) Anda menemukan makna/arti yang terkandung di dalamnya. a. Selalu c. Kadang-kadang b. Sering d. Tidak pernah Apakah Anda menemukan nilai-nilai Kitab Suci yang menegur, memperteguhkan, atau mengokohkan iman? a. Selalu c. Kadang-kadang b. Sering d. Tidak pernah Apakah materi katekese umat/pendalaman iman membantu Anda dalam memahami keadaaan atau situasi hidup anda? a. Sangat membantu b. Membantu c. Kurang membantu d. Tidak membantu
(14)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
J.
PERWUJUDAN IMAN KATOLIK DALAM KATEKESE UMAT/ PANDALAMAN IMAN 39. Apakah Anda menciptakan suasana kekeluargaan dalam proses ketekese umat/pendalaman iman? a. Selalu c. Kadang-kadang b. Sering d. Jarang 40. Apakah Anda terbuka terhadap pendapat dan sharing pangalaman iman dari umat lain? a. Selalu c. Kadang-kadang b. Sering d. Tidak pernah 41. Apa yang Anda lakukan dalam proses katekese umat/pendalaman iman untuk mendukung penghayatan iman? a. Tidak menghakimi pendapat orang lain b. Terlibat aktif dalam proses katekese umat c. Terbuka terhadap diri sendiri dan sesama d. Memperhatikan penjelasan dan pengarahan pendamping 42. Apakah Anda dapat merasakan kehadiran Allah setelah atau selama mengikuti proses ketekese umat/pendalaman iman? a. Selalu c. Kadang-kadang b. Sering d. Tidak pernah 43. Setelah mengikuti proses katekese umat/pendalaman iman Anda mempunyai keputusan untuk melaksanakan niat-niat yang Anda bangun sebagai wujud pertobatan. a. Selalu c. Kadang-kadang b. Sering d. Tidak pernah K. PERAN KATEKESE UMAT/PENDALAMAN IMAN DALAM RANGKA MENINGKATKAN PENGHAYATAN IMAN KATOLIK 44. Apa manfaat yang Anda peroleh setelah mengikuti katekese umat/ pendalaman iman? a. Menambah pengetahuan tentang ajaran Gereja dan nilai-nilai dalam Kitab Suci b. Menguatkan dan meneguhkan iman untuk bersaksi dalam kehidupan sehari-hari c. Menjadi lebih peduli dengan sesama d. Tidak tahu 45. Apakah katekese umat/pendalaman iman membantu Anda dalam pengahayatan iman katolik? a. Sangat membantu b. Membantu c. Kurang membantu d. Tidak membantu
(15)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 46. Apa peran katekese umat/pendalaman iman dalam rangka meningkatkan penghayatan iman katolik? a. Memberikan pengetahuan tentang ajaran Gereja dan nilai-nilai Kitab Suci b. Untuk mempermudah umat mendalami pengahayatan iman katolik c. Membantu umat untuk memahami nilai-nilai Kitab Suci dalam pengalaman hidup d. Untuk menghantar umat pada kepenuhan hidup bersama Kristus 47. Apa hasil yang Anda peroleh selama mengikuti katekese umat/pendalaman iman? a. Menemukan makna pengalaman hidup b. Dapat merefleksikan pengalaman hidup sehingga dapat bersaksi kepada sesama di tengah masyarakat c. Terbuka terhadap kehadiran Allah dalam kehidupan d. Biasa saja 48. Apa pengaruh yang Anda rasakan selama mengikuti katekese umat/pendalaman iman dalam meningkatkan penghayatan iman katolik? a. Iman semakin diteguhkan dan dikuatkan b. Berani untuk bersaksi kepada sesama c. Menjadi peduli terhadap keadaan sesama d. Biasa saja 49. Menutut Anda, mana proses katekese umat/pendalaman iman yang dapat meningkatkan penghayatan iman katolik? a. Saling membagikan pengalaman iman b. Merefleksikan pengalaman hidup dalam terang Kitab Suci c. Menerapkan iman Kristiani dan mengusahakan suatu aksi konkrit yang akan dilakukan d. Merefleksikan pengalaman hidup dalam terang Kitab Suci dan melaksanakan aksi konkrit dalam kehidupan sebagai perwujudan iman 50. Apa yang Anda alami dan Anda rasakan setelah mengikuti katekese umat/pendalaman iman di Lingkungan? a. Merasa terbantu untuk semakin mengenal pribadi Yesus dan diri pribadi sehingga mengembangkan/memperdalam iman b. Merasa tertarik untuk mengikuti pendalaman iman yang akan datang c. Merasa terganggu karena waktu untuk keluarga/pribadi menjadi berkurang d. Biasa saja
----------TERIMA KASIH-------
(16)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Lampiran 7: Contoh Isian Kuesioner Penelitian
(17)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
(18)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
(19)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
(20)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
(21)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
(22)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
(23)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
(24)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Lampiran 8: Kumpulan Lagu-lagu Lagu pembukaan: “Dalam Yesus Kita Bersaudara” Dalam Yesus kita bersaudara (3X) Sekarang dan selamanya Dalam Yesus kita bersaudara Dalam Yesus kita bersatu (3X) Sekarang dan selamanya Dalam Yesus kita bersatu Lagu penutup : “Hari ini Ku Rasa Bahagia” Hari ini kurasa bahagia Berkumpul bersama saudara seiman Tuhan Yesus t’lah satukan kita Tanpa memandang di antara kita Bergandengan tangan dalam kasih dalam satu hati Berjalan dalam terang kasih Tuhan Kau sahabatku Kau saudaraku Tiada yang dapat memisahkan kita
(25)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Lampiran 9: Cerita : Daun-daun dan Orang “Daun-daun dan Orang” Yang paling penting dari sebuah pohon adalah daun-daunnya. Anda bisa memiliki batang pohon dan cabang-cabangnya, tapi jika tidak ada daunnya maka pohon itu adalah pohon mati atau tidak produksi. Daun adalah bengkel dari sebuah pohon. Dalam satu kelompok atau organisasi, para anggotanya bisa disamakan dengan daun-daun pada sebuah pohon. Sama seperti ada ratusan jenis daun maka ada banyak jenis manusia: yang berguna, yang berfungsi sebagai hiasan, berduri, bisa dimakan, bisa untuk obat, harum, dan beragam bentuk dan ukurannya. Selembar daun adalah satu unit kerja. Jika ia tidak bekerja dan memproduksi, maka pohon itu sendiri memotong saluran hidupnya. Daun membutuhkan air dari akar pohon dan cahaya matahari dari atas. Melalui warna hijau pada daun, ia memproduksi air dan gula yang disimpan di dalam akar dan kemudian menjadi makanan seperti kentang dan sebagainya. Jika Anda menghalangi sinar matahari dari daun maka ia akan mati. Ia mati karena ia tidak bisa bekerja dan memproduksi. Jika Anda tidak mengairinya maka ia akan mati juga...karena ia tidak bisa bekerja. Dan sekali lagi, jika karena satu dan lain hal tidak dapat berproduksi, maka pohon itu akan menggugurkan daunnya, daun itu tidak berguna, berproduktif. Orang dalam organisasi bisa disamakan dengan daun-daun itu, tanpa mereka kelompok bisa saja mempunyai ketua dan beberapa kepala seksi, tapi tidak mempunyai anggota. Dalam kehidupan rohani, seperti halnya dengan daun dalam ilmu tumbuhan (botani), kita memerlukan kekuatan dari bawah dan dari atas. Kita adalah manusia; kita membutuhkan bumi dan kehidupan; tetapi kita juga memerlukan rahmat Tuhan dari atas. Tanpa hal ini kita tidak bisa menghasilkan buah. Mihalik, Frank. (2008). 1500 Cerita Bermakna (Jilid I). Obor: Jakarta, hal.182-183.
(26)