PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
PENGGUNAAN UNSUR INTRALINGUAL DAN EKSTRALINGUAL DALAM DAYA BAHASA DAN NILAI RASA BAHASA PADA TUTURAN BERITA POLITIK KORAN KOMPAS EDISI SEPTEMBER - OKTOBER 2014 SEBAGAI PENANDA KESANTUNAN BERKOMUNIKASI
SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia
Oleh: Veranita Ragil Sagita 111224058
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2015
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
PENGGUNAAN UNSUR INTRALINGUAL DAN EKSTRALINGUAL DALAM DAYA BAHASA DAN NILAI RASA BAHASA PADA TUTURAN BERITA POLITIK KORAN KOMPAS EDISI SEPTEMBER - OKTOBER 2014 SEBAGAI PENANDA KESANTUNAN BERKOMUNIKASI
SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia
Oleh: Veranita Ragil Sagita 111224058
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2015 i
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
ii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
. iii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
HALAMAN PERSEMBAHAN
Skripsi ini saya persembahkan kepada Allah S.W.T, orang tuaku, dan saudarasaudaraku tercinta
iv
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
MOTO
Tak perlu berkeluh kesah karna busur panah tak selalu tepat sasaran, nikmatilah prosesnya seperti saat menjalin cinta Maka, Selesaikanlah apa yang sudah kamu mulai!
v
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
vi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
vii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
ABSTRAK
Sagita,Veranita Ragil. 2015. Penggunaan Unsur Intralingual dan Ekstralingual Daya Bahasa dan Nilai Rasa Bahasa pada Tuturan Berita Politik Koran Kompas Edisi September-Oktober 2014 sebagai Penanda Kesantunan Berkomunikasi. Skirpsi.Yogyakarta: Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Penelitian ini mengkaji tentang unsur intralingual dan ekstralingual daya bahasa dan nilai rasa bahasa pada berita politik Koran Kompas sebagai penanda kesantunan berkomunikasi. Tujuan penelitian ini adalah (1) mendeskripsikan penggunaan unsur intralingual dan ekstralingual yang mampu memunculkan daya bahasa pada Berita Politik Koran Kompas sebagai penanda kesantunan berkomunikasi, (2) mendeskripsikan penggunaan unsur intralingual dan ekstralingual yang mampu memunculkan nilai rasa bahasa pada Berita Politik Koran Kompas sebagai penanda kesantunan berkomunikasi. Jenis penelitian ini adalah deksriptif kualitatif. Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa tuturan dalam berita politik Koran Kompas. Data diambil selama bulan September dan Oktober tahun 2014. Prosedur pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik observasi (baca dan catat). Selain itu, pencatatan observasi dilakukan untuk mengetahui konteks tuturan. Hasil penelitian menunjukan bahwa (1) Unsur intralingual dalam daya bahasa pada tuturan berita politik Koran Kompas yang dijadikan sebagai penanda kesantunan berkomunikasi hanya berupa diksi, klausa, dan kalimat, sedangkan unsur ekstralingual daya bahasa berupa fenomena konteks praanggapan selalu menyertai tuturan. (2) Unsur intralingual dalam nilai rasa bahasa pada tuturan berita politik Koran Kompas yang dijadikan sebagai penanda kesantunan berkomunikasi berupa diksi, klausa, dan kalimat, sedangkan unsur ekstralingual nilai rasa bahasa berupa fenomena konteks praanggapan selalu menyertai tujuan
viii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
ABSTRACT
Sagita, Veranita Ragil. 2015. The use of Intralingual and Extralingual elements of Language Power and Language Sense Value in Speech Politics News at Kompas Newspaper Edition September until November 2014 as Wellmannered Communication Unity Marker. Thesis. Indonesian Language and Literature Education Study Program, Faculty of Teacher Training and Education, Sanata Dharma University.
The research analyzed intralingual and extralingual elements of language power and language sense value in politics news at Kompas newspaper as wellmannered communication marker. The aims of the research were (1) described the use of intralingual and extralingual elements which were able to appear the language power of politics news in Kompas newspaper as well-mannered communication marker. (2) Described the use of intralingual and extralingual elements which were able to appear the language sense value of politics in Kompas newspaper. The research was qualitative descriptive research. The research used discourses of politics news in Kompas newspaper as the data of the research. The data was taken during September until November 2014. The procedure of gathering the data in the research used observation technique (reading and writing). Besides, the researcher wrote the observation to know the discourse contexts. The results of the research were (1) Intralingual elements of language power in politics news at Kompas newspaper as well-mannered communication marker was only diction, clauses, and sentences, meanwhile extralingual elements of language power were contexts phenomena which always espoused discourses. (2) Intralingual element of language sense value in politics news at Kompas newspaper were dictions, clauses, and sentences, whereas extralingual of language sense value were contexts phenomena which espoused the goals.
ix
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rakmat serta karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Unsur Intralingual Dan Ekstralingual Daya Bahasa Dan Nilai Rasa Bahasa Pada Berita Politik Koran Kompas Edisi September - Oktober 2014 Sebagai Penanda Kesantunan Berkomunikasi”. Penyusunan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia, pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma. Penulis menyadari bahwa selama penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak sehingga penulis dapat menyelesaikannya dengan lancar. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang selama ini memberikan bantuan, bimbingan, motivasi, doa, dan kerja sama yang tidak ternilai harganya dari awal hingga akhir penulisan skripsi ini. Sehubungan dengan hal tersebut, penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Rohandi, Ph.D., selaku Dekan FKIP Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. 2. Dr. Yuliana Setiyaningsih selaku Kaprodi PBSI yang telah memberikan motivasi kepada penulis selama menyelesaikan skripsi. 3. Prof
Dr.
Pranowo,
M.Pd.,
selaku
dosen
pembimbing
yang
telah
mengorbankan waktu, pikiran, tenaga, kesabaran, dan motivasi selama membimbing penulis. 4. Seluruh dosen PBSI yang telah memberikan banyak ilmu penegtahuan dan wawasan kepada penulis selama belajar di Prodi PBSI, sehingga penulis memiliki bekal menjadi pengajar yang cerdas, humanis, dan professional. 5. Perpustakaan Universitas Sanata Dharma yang telah menyediakan buku-buku sebagai penunjang penulis menyelesaikan skripsi.
x
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
6. Karyawan sekretariat PBSI yang telah membantu penulis dalam hal meneyelesaikan skripsi. 7. Orang tua saya tercinta, Bapak Slamet Suripto Adi S.Pd dan Ibu Purwaningdyah Retnaningsih yang telah memberikan doa, semangat, dan memotivasi penulis dari awal hingga akhir penulisan skripsi. 8. Kakak-Kakaku tersayang, Fandi Mega Purnama, Felan Adi Wibowo, Dinar Budi Utami, Aruna Falistiana Heronti yang telah memberikan motivasi, doa, dan partisipasinya. 9. Penyemangatku, Mr. Calais yang selalu memberikan motivasi dan partisipasinya hingga akhir penulisan skripsi. 10. Teman-teman kelompok payung hibah bersaing, Agnes Devi Utami, Antonia Andari, Wahyu Nurasih, Sofylia Melati, Maria Retno Purwandani,
dan
Elizabet Desi F.D Radja yang telah memberikan semangat serta kerjasamanya yang luar biasa selama menyelesaikan skripsi 11. Sahabat-sahabatku, Nency Putri Damayanti, Agnes Devi Utami, Antonia Andari, Risti Anggraeni yang telah memberikan motivasi, semangat, dan kerjasamanya. 12. Sahabat mengejar masa depan, Hana Nurfiani dan Roro Putri Kawuryan yang selalu memberikan motivasi dan menemaniku lembur skripsi. 13. Teman-teman PBSI angkatan 2011 yang banyak memberikan masukan, informasi, serta dukungan kepada penulis. 14. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.
xi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ......................................................................................
i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ..........................................
ii
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................
iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ....................................................................
iv
MOTO .............................................................................................................
v
LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS .....................................................................
vi
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ........................................................
vii
ABSTRAK ......................................................................................................
viii
ABSTRACT .....................................................................................................
ix
KATA PENGANTAR ....................................................................................
x
DAFTAR ISI...................................................................................................
xii
BAB I PENDAHULUAN ...............................................................................
1
1.1
Latar Belakang ...................................................................................
1
1.2
Rumusan Masalah ..............................................................................
3
1.3
Tujuan Penelitian ...............................................................................
4
1.4
Ruang Lingkup ..................................................................................
5
1.5
Manfaat penelitian .............................................................................
5
1.6
Batasan Istilah ....................................................................................
6
1.7
Sistematika Penyajian ........................................................................
7
BAB II KAJIAN PUSTAKA .........................................................................
9
2.1
Penelitian yang Relevan.....................................................................
9
2.2
Kajian Teoretis ...................................................................................
10
xii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
2.2.1 Kajian Bahasa secara Semantik ................................................
11
2.2.2 Kajian Bahasa secara Pragmatik ...............................................
11
2.2.3 Unsur Intralingual .....................................................................
14
2.2.3.1 Pilihan Kata ..................................................................
16
2.2.3.2 Klausa ..........................................................................
18
2.2.3.3 Kalimat .........................................................................
18
2.2.3.4 Ko-teks .........................................................................
20
2.2.4 Unsur Ekstralingual ..................................................................
21
2.2.5 Daya Bahasa .............................................................................
23
2.2.6 Nilai Rasa Bahasa .....................................................................
25
2.2.7 Konteks .....................................................................................
31
2.2.8 Gaya Bahasa .............................................................................
31
2.2.9 Fungsi Komunikatif Bahasa......................................................
33
2.2.10 Kesantunan Berkomunikasi ....................................................
34
2.2.11 Berita Politik ...........................................................................
37
Kerangka Berfikir ..............................................................................
38
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ....................................................
40
2.3
3.1
Jenis Penelitian ..................................................................................
40
3.2
Sumber Data dan Data Penelitian ......................................................
41
3.3
Teknik Pengumpulan Data.................................................................
41
3.4
Instrumen Penelitian ..........................................................................
42
3.5
Teknik Analisis Data .........................................................................
43
3.6
Trianggulasi Hasil Analisis Data .......................................................
44
BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN.....................................
45
4.1
Deskripsi Data....................................................................................
45
4.2
Hasil Analisis Data ............................................................................
47
4.2.1 Analisis Penanda Intralingual dan Ekstralingual dalam Daya
xiii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Bahasa sebagai Penanda Kesantunan Berkomunikasi..............
48
4.2.1.1 Daya Khabar .................................................................
49
4.2.1.1.1 Daya Informasi ..............................................
49
4.2.1.1.2 Daya Penegasan .............................................
56
4.2.1.2 Daya Ungkap ................................................................ .
61
4.2.1.3 Daya Ancam…………………………………………...
68
4.2.1.3.1 Daya Kritik.......................................................
68
4.2.1.3.2 Daya Sindir…..................................................
72
4.2.1.3.3 Daya Peringatan…….………………….…...
77
4.2.1.4 Daya Paksa……………………………………………
80
4.2.1.4.1 Daya Saran .................................................. ...
80
4.2.1.4.2 Daya Suruh .................................................. ...
83
4.2.1.5 Daya Harap. ..................................................................
85
4.2.1.5.1 Daya Harapan .............................................. ..
86
4.2.1.5.2 Daya Permohonan........................................ ..
89
4.2.1.6 Daya Penolakan ............................................................
90
4.2.1.6.1 Daya Bantah ................................................ ..
90
4.2.1.6.2 Daya Protes .................................................. ..
93
4.2.1.7 Daya Kelakar ................................................................
94
4.2.1.7. 1 Daya Humor ............................................... ..
94
4.2.1.8 Daya Banding ............................................................. ..
95
4.2.2 Analisis Penanda Intralingual dan Ekstralingual dalam Nilai Rasa Bahasa sebagai Penanda Kesantunan Berkomunikasi ....
98
4.2.2.1 Nilai Rasa Halus ...........................................................
100
4.2.2.1.1 Nilai Rasa Hormat .........................................
100
4.2.2.1.2 Nilai Rasa Terima Kasih................................
103
4.2.2.1.3 Nilai Rasa Syukur .........................................
106
4.2.2.1.4 Nilai Rasa Rendah Hati .................................
107
xiv
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
4.2.2.2 Nilai Rasa Kasar ...........................................................
109
4.2.2.3 Nilai Rasa Takut………………………………………
114
4.2.2.3.1 Nilai Rasa Khawatir.......................................
114
4.2.2.3.2 Nilai Rasa Ragu-ragu ....................................
118
4.2.2.3.3Nilai Rasa Curiga ...........................................
121
4.2.2.3.4 Nilai Rasa Bingung .......................................
122
4.2.2.4 Nilai Rasa Bahagia .......................................................
124
4.2.2.4.1 Nilai Rasa Kagum..........................................
127
4.2.2.5 Nilai Rasa Sedih ..........................................................
130
4.2.2.5.1 Nilai Rasa Prihatin .........................................
131
4.2.2.5.2 Nilai Rasa Haru .............................................
133
4.2.2.6 Nilai Rasa Marah .........................................................
135
4.2.2.6.1 Nilai Rasa Kecewa.........................................
135
4.2.2.6.2 Nilai Rasa Kesal ............................................
140
4.2.2.7 Nilai Rasa Yakin .........................................................
142
4.2.2.7.1 Nilai Rasa Optimis.........................................
143
4.2.2.7.2 Nilai Rasa Penuh Harapan .............................
145
4.2.2.8 Nilai Rasa Heran ..........................................................
148
4.2.2.9 Nilai Rasa Ikhlas ..........................................................
150
4.2.2.10 Nilai Rasa Cinta..........................................................
152
4.2.2.10.1 Nilai Rasa Peduli .........................................
152
4.2.2.11 Nilai Rasa Sombong ...................................................
154
4.3 Pembahasan ………………………………………………………...
156
4.3.1 Analisis Intralingual dan Ekstralingual dalam Daya Bahasa sebagai Penanda Kesantunan Berkomunikasi ..........................
156
4.3.2 Analisis Intralingual dan Ekstralingual dalam Nilai Rasa Bahasa sebagai Penanda Kesantunan Berkomunikasi .............
162
BAB V PENUTUP..........................................................................................
170
xv
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
5.1
Kesimpulan ........................................................................................
170
5.2
Saran ..................................................................................................
171
DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................
172
LAMPIRAN-LAMPIRAN ............................................................................
174
BIODATA PENELITI ..................................................................................
288
xvi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang Media cetak merupakan jenis media massa yang melibatkan adanya komunikasi antara penulis dan pembaca. Salah satu jenis media cetak adalah surat kabar. Surat kabar atau yang disebut Koran merupakan jenis media cetak yang menampilkan berita atau pendapat (opini). Berita biasanya disajikan kejadian-kejadian pendidikan, budaya, ekonomi, dan salah satunya adalah mengenai kejadian politik. Surat kabar memiliki fungsi umum yakni, memberikan informasi yang aktual, up to date, dan terpercaya. Berita politik merupakan salah satu pengisi dalam Koran yang sangat ditunggutunggu untuk dibaca oleh khalayak ramai.Hal ini sesuai dengan Depdiknas (2005: 386) berita politik adalah sebuah laporan; pemberitahuan; kabar; dan cerita atau keterangan mengenai suatu kejadian atau berita yang hangat mengenai ketatanegaraan atau dasar pemerintahan.Kejadian-kejadian dalam pemerintahan mengenai politik itu selalu menjadi perbincangan kalayak ramai, karena masyarakat selalu mengawasi kinerja para tokoh yang ada dalam dunia politik itu sendiri.Hal ini yang membuat berita mengenai politik sangat menjadi berita yang disukai karena di dalamnya terdapat berbagai macam informasi dan ungkapan sekitar masalah politik.
1
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
2
Pemilihan bahasa dalam beritapolitik lebih sering menggunakan bahasa yang formal. Namun bahasa formal yang digunakan juga bisa menyinggung hati orang lain, terutama tokoh yang disebutkan dalam berita tersebut. Selain itu, para tokoh politik yang mengungkapkan pendapat atau opininya mengenai masalah politik juga terkadang masih ada yang kurang santun. Hal ini dikarenakan mengutarakan topik masalah dengan menyebutkan secara langsung apa yang dimaksud, bahkan ada pula yang menggunakan emosinya. Ada juga yang menggunakan kata-kata kasar dan tidak santun dalam berututur, sehingga tingkat kesantunan dalam berkomunkasi menjadi berkurang.Untuk dapat mengefektifkan kesantunan dalam berkomunikasi, seorang penutur harus mampu memanfaatkan daya bahasa dan nilai rasa bahasa. Pada berita politik dalam media massa berupa Koran, dapat kita lihat bagaimana tuturan dari para tokoh politik yang digunakan untuk memunculkan daya bahasa dan nilai rasa bahasa. Daya bahasa adalah kadar kekuatan bahasa yang berada di balik kata dengan maksud meningkatkan fungsi bahasa dalam berkomunikasi, sedangkan nilai rasa bahasa merupakan kadar perasaan yang terkandung dalam suatu tuturan sehingga mitra tutur dapat menyerap kadar perasaan yang terdapat dalam tuturan. Daya bahasa dan nilai rasa bahasa dapat muncul melalui aspek yang terkandung dalam tuturan, yang bisa disebut unsur intralingual, dan aspek dari luar bahasa yang bisa disebut unsur ekstralingual. Penggunaan unsur intralingual dan ekstralingual daya bahasa dan nilai rasa bahasa pada berita politik memiliki peran yang sangat penting sebagai penanda kesantunan dalam berkomunikasi.Pemanfaatan berbagai aspek bahasa seperti
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
3
pemilihan kata (diksi), frasa, klausa, dan kalimat dapat dijadikan sebagai penanda penggunaan unsur intralingual untuk memunculkan daya bahasa dan nilai rasa bahasa pada berita politik sebagai kesantunan berkomunikasi.Akan tetapi, komunikasi yang baik tidak hanya mengandalkan unsur intralingual saja, melainkan juga unsur ekstralingual.Unsur ekstralingual daya bahasa dan nilai rasa bahasa pada berita politik dapat dimunculkan melalui fenomena konteks praanggapan. Dengan adanya unsur intralingual dan ekstralingual kita dapat menentukan daya bahasa dan nilai rasa bahasanya dengan menggunakan teori pragmatik dan atau semantik (pragmasemantik).Sebagai ilmu tentang makna, kajian semantik dimaksudkan untuk menerangjelaskan makna kata yang terkandung dalam ujaran yang disusun berdasarkan unsur intralingualnya.Sedangkan kajian pragmatik, digunakan untuk menerangjelaskan maksud ujaran yang terkandung dalam unsur ekstralingualnya.Keduanya dipakai untuk mengidentifikasi dan mendeskripsikan daya bahasa dan nilai rasa bahasa sebagai penanda kesantunan dalam berkomunikasi tentunya pada berita politik Kompas.
1.2 Rumusan masalah Berdasarkan latar belakang di atas, permasalahan utama dalam penelitian ini adalah “Bagaimanakah penggunaan unsur intralingual dan ekstralingual dalam daya bahasa dan nilai rasa bahasa pada tuturan berita politikKoran Kompassebagai penanda kesantunan berkomunikasiedisi September-Oktober
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
4
2014” Berdasarkan rumusan masalah utama tersebut, disusun submasalah sebagai berikut. 1. Bagaimanakah penggunaan unsur intralingual dan ekstralingual untuk memunculkan daya bahasa pada tuturan
berita politik Koran
Kompassebagai penanda kesantunan berkomunikasi? 2. Bagaimanakah penggunaan unsur intralingual dan ekstralingual untuk memunculkan nilai rasa bahasa pada tuturan berita politik Koran kompassebagai penanda kesantunan berkomunikasi?
1.3 Tujuan Penelitian Tujuan umum penelitian ini adalah ingin mendeskripsikan daya bahasa dan nilai rasa bahasa pada tuturan berita politikKoran kompassebagai penanda kesantunan dalam berkomunikasi edisi September-Oktober 2014.Sedangkan tujuan khususnya adalah sebagai berikut. 1. Mendeskripsikan penggunaan unsur intralingual dan ekstralingual yang mampu memunculkan daya bahasa pada tuturan berita politikKoran kompassebagai penanda kesantunan berkomunikasi. 2. Mendeskripsikan penggunaan unsur intralingual dan ekstralingual yang mampu memunculkan nilai rasa bahasa pada tuturan berita politik Koran Kompas sebagai penanda kesantunan berkomunikasi.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
5
1.4 Ruang Lingkup Penelitian ini adalah penelitian pragmatik yang mendeskripsikan daya bahasa dan nilai rasa bahasa dengan memperhatikan aspek intralingual dan ekstralingual bahasa. Data penelitian difokuskan pada berita politik di Suara Harian Koran Kompas bulan September – Oktober 2014.
1.5 Manfaat penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut. 1. Praktis Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan pembaca dalam memahami unsur intralingual dan unsur ekstralingual dalam daya bahasa dan nilai
rasa
bahasa,
sehingga
kekasaran
dan
ketidaksantunan
dalam
berkomunikasi akan semakin berkurang, dan secara perlahan akan terbentuk masyarakat yang santun. Selain itu, melalui penelitian ini, peneliti dapat belajar untuk lebih memahami unsur intralingual dan ekstralingual dalam daya bahasa dan nilai rasa bahasa yang dapat dijadikan penanda santun tidaknya suatu tuturan.Pemahaman mengenai unsur intralingual dan ekstralingual dalam berkomunikasi ini dapat mengoptimalkan kata-kata agar tuturan lebih santun. Penelitian ini juga diharapkan mampu memberikan inspirasi dan rujukan kepada peneliti lain yang ingin meneliti unsur intralingual dan ekstralingual dalam daya bahasa dan nilai rasa bahasa pada objek lain, mengingat penelitian tentang hal tersebut masih sangat minim.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
6
2. Teoretis Penelitian ini akan mampu memberikan kontribusi terhadap teori kesantunan berbahasa, terutama yang berkaitan dengan penanda kesantunan dalam komunikasi dari perspektif pragmatik dan semantik, karena saat ini belum ada buku yang secara spesifik membahas tentang unsur intralingual dan ektralingual sebagai penanda kesantunan dalam berkomunikasi.
1.6 Batasan Istilah 1. Unsur Intralingual Unsur intralingual adalah segala unsur kebahasaan baik berupa bunyi, kata, frasa, kalimat, dan wacana yang membentuk satu kesatuan makna maupun
aspek
pemakaian
bahasa
seperti
implikatur,
tindak
tutur,
praanggapan, dsb (Pranowo, 2013:45). 2. Unsur Ekstralingual Unsur ekstralingual merupakan suatu unsur yang berada di luar bahasa atau di luar unsur internal, misalnya gerakan anggota tubuh, cara berbicara, siskap sinis, lirikan mata, peristiwa lain, tuturan katanya (implikatur), maupun fenomena konteks praanggapan yang menyertai tuturan. Penanda ekstralingual dapat berupa konteks tuturan yang selalu menyertai tuturan dan konteks situasi komunikasi (Pranowo, 2009:97:98).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
7
3. Daya Bahasa Daya bahasa dalam Pranowo (2012 : 128) merupakan kekuatan yang dimiliki oleh bahasa untuk mengefektifkan pesan yang disampaikan kepada mitra tutur. 4. Nilai Rasa Bahasa Poerwadarminta (1967: 34-35) mengatakan bahwa nilai rasa adalah kadar rasa yang tercantum dalam isi kata itu. Rasa disini maksudnya adalah gerakan hati atau segala yang terasa dalam batin; seperti sedih, senang, suka, duka, benci, menghina, mengejek, hormat, dan sebagainya. 5. Berita Politik Depdiknas
(2005:
386)
berita
politik
adalah
sebuah
laporan;
pemberitahuan; kabar; dan cerita atau keterangan mengenai suatu kejadian atau berita yang hangat mengenai ketatanegaraan atau dasar pemerintahan. 6. Kesantunan Berkomunikasi Pranowo (2012:4) mengungkapkan bahwa struktur bahasa yang santun adalah struktur bahasa yang disusun oleh penutur/penulis agar tidak menyinggung perasaan pendengar atau pembaca.
1.7 Sistematika Penyajian Sistematika penyajian ini terdiri dari Bab I, Bab II, Bab III, Bab IV, Bab V, dan Daftar Pustaka.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
8
Bab I dalam penelitian ini mengenai pendahuluan yang menguaraikan latar belakang masalah penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan istilah, dan sistematika penyajian. Bab II dalam penelitian ini berisi kajian pustaka yang menguraikan mengenai pnelitian yang relevan, kajian teoritis dan kerangka berpikir. Bab III dalam penelitian ini berisi metodologi penelitian.Bab tersebut akan menguraikan tentang jenis penelitian, sumber data dan data penelitian, teknik pengumpulan data, instrumen penelitian, teknik analisis data, dan trianggulasi hasil analisis data. Bab IV dalam penelitian ini berisi hasil penelitian dan pembahasan.Pada bab tersebut akan diuraikan mengenai deskripsi data, hasil analisis data penelitian dan pembahasan hasil penelitian. Bab V dalam penelitian ini berisi penutup. Pada bab tersebut akan diuraikan mengenai kesimpulan dan saran.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
9
BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1 Penelitian yang relevan Penelitian yang relevan dengan topik ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Qonita Yuni Fitri (2009) yang berjudul Pemanfaatan Daya Bahasa dan Diksi Pidato
Politik.
Penelitian
ini
merupakan
jenis
penelitian
deskriptif
kualitatif.Dalam penelitian ini Qonita mendeskripsikan jenis-jenis, manfaat dan ciri-ciri daya bahasa yang digunakan dalam pidato politik para tokoh-tokoh politik.Persamaannya
terletak
pada
pengkajian
daya
bahasa,
sedangkan
perbedaannya terletak di obyek penelitiannya. Penelitian dari Qonita ini bersumber
pada kalimat atau tuturan dalam pidato para tokoh-tokoh politik,
sedangkan penelitian saya bersumber pada berita Politik yang ada di Koran Kompas. Dari uraian di atas membuktikan bahwa penelitian ini belum pernah dikaji.Penelitian tersebut layak untuk diangkat sebagai penelitian. Penelitian relevan yang lain adalah penelitian Dini Suryani (2013)yang berjudul Nilai Rasa Bahasa pada Diksi dalam Dialog Interaktif di Mata Najwa, Mtro TV Bulan Oktober dan November 2012. Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif kualitatif. Dalam penelitian ini Dini mendeskripsikan jenisjenis nilai rasa dan ciri-ciri diksi yang mengandung nilai rasa bahasa yang digunakan dalam dialog interaktif. Persamaannya adalah terletak pada pengkajian nilai
rasa
bahasanya,
sedangkan
9
perbedaannya
terletak
pada
objek
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
10
penelitiannya.Peneitian dari Dini ini bersumber pada tuturan pada dialog interaktif, sedangkan penelitian saya bersumber dari tuturan yang ada pada berita politik di Koran Kompas. Penelitian relevan yang lain juga adalah penelitian Veronica Tuwin Rahayu yang berjudul Implikatur dan Penanda Kesantunan Tuturan pada Berita Politik di Surat Kabar Tribun Jogja Edisi Juni-Agustus 2011. Penelitian ini merupakan jenis penelitian
deskriptif
kualitatif.
Dalam
penelitian
ini
peneliti
lebih
mendeskripsikan kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang yang diamati (tuturan di surat kabar) tentang berita politik pada Surat Kabar Tribun Jogja 2011. Persamaannya adalah terletak pada obyek yang ditelitik yaitu mengenai berita politik.Veronica mengamati Berita Politik pada Tribun Jogja Edisi Juni-Agustus 2011, sedangkan saya mengamati Berita Politik pada Koran Kompas edisi September – Oktober 2014. Keduanya sama-sama bersumber pada tuturan yang ada pada surat kabar. 2.2 Kajian Teoretis Penelitian unsur intralingual dan ekstralingual dalam daya bahasa dan nilai rasa bahasa pada berita politik Koran Kompas merupakan penelitian bidang linguistikdengan kajian bahasa dari sudut pandang pragmatik dan semantik.Kedua teori tersebut dipakai untuk memecahkan masalah yang berkaitan dengan unsur intralingual dan ekstralingual.Teori semantik digunakan untuk memecahkan masalah yang bersifat intralingual.Teori pragmatik digunakan untuk memecahkan masalah yang bersifat ekstralingual.Kedua teori tersebut dipakai sebagai ancangan untuk mengidentifikasi serta mendeskripsikan penggunaan unsur intralingual dan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
11
ekstralingual daya bahasa dan nilai rasa bahasa sebagai penanda kesantunan berkomunkasi.Kajian teoritis yang digunakan adalah sebagai berikut. 2.2.1 Kajian Bahasa secara Semantik Semantik adalah ilmu yang mempelajari tentang makna sebuah kata.Seperti yang diungkapkan oleh Abdul Chaer (2013:2) bahwa semantik merupakan ilmu dalam
bidang
linguistik
yang
mempelajari
makna
suatu
tanda-tanda
linguistik.Teori ini didukung oleh I Dewa Putu dan Rohmadi (2011:2) yang mengungkapkan bahwa semantik merupakan ilmu yang mempelajari makna unsur kebahasaan meliputi bunyi, suku kata, morfem (pada umunya), kata, frasa, klausa, kalimat, dan wacana.Suatu tuturan baik lisan maupun tulisan mengandung makna tertentu yang dapat berdiri sendiri. Kajian bahasa secara semantik menempatkan bahasa dalam pemakaian yang bebas dari konteks.Makna dan maksud bahasa diinterpretasi dari unsur-unsur lingual yang membentuk wacana.Makna dan maksud dapat dipahami dari unsurunsur bahasa yang digunakan untuk menyusun satuan makna.Makna yang terdapat dalam suatu tuturan dapat memunculkan daya bahasa dan nilai rasa bahasa.Hal ini dikarenakan makna merupakan substansi paling penting dalam kajian intralingual. Suatu bunyi, kata, frasa, klausa, dan kalimat tanpa dimaknai, maka tidak akan menjadi unsur intralingual yang mampu memunculkan daya bahasa dan nilai rasa bahasa. 2.2.2 Kajian Bahasa secara Pragmatik Pragmatik merupakan ilmu bahasa yang membahas mengenai maksud yang ingin disampaikan penutur kepada mitra tutur. Ilmu ini lebih banyak berhubungan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
12
dengan analisis tentang apa yang dimaksudkan orang dengan tuturan-tuturannya. Menurut Yule (2006:5), pragmatik adalah studi tentang hubungan antara bentukbentuk linguistik dan pemakai bentuk-bentuk itu. Pragmatik juga banyak kita temukan dalam setiap percakapan.Pendapat ini sejalan dengan Nadar (2009:2) yang mengungkpakan bahwa pragmatik merupakan cabang ilmu linguistik yang mempelajari bahasa yang digunakan untuk berkomunikasi dalam situasi tertentu. Jadi dapat dikatakan bahwa pragmatik adalah suatu kajian ilmu linguistik yang membahas mengenai hubungan antara bentuk-bentuk linguistik dan pemakainnya dalam percakapan yang memiliki tujuan menyampaikan maksud tertentu dan melibatkan situasi/konteks tertentu. Konteks merupakan kajian yang memiliki peranan penting dalam pragmatik. Seperti dalam pendapat Nadar (2009:4) berpendapat bahwa konteks merupakan situasi lingkungan yang memungkinkan penutur dan mitra tutur untuk dapat berinteraksi, dan membuat ujaran mereka dapat dipahami. Jadi dapat disimpulkan bahwa konteks merupakan hal yang menyertai sebuah tuturan agar dapat diketahui maksudnya oleh penutur maupun mitra tutur. Tanpa konteks yang menyertai tuturan, kita tidak akan mengetahui maksud tuturannya. Hal ini dikarenakan, letak konteks itu sangat penting untuk mengetahui maksud dibalik suatu tuturan. Yule (2006:13-81) serta Brown dan Yule (1996:38), mengungkapkan bahwa konteks dapat diketahui melalui berbagai aspek pragmatik yang meliputi (1) praanggapan dan (2) latar belakang penutur. Secara terperinci, kedua aspek
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
13
pragmatik yang digunakan untuk memunculkan konteks akan diuraikan sebagai berikut. 1) Praanggapan Pada saat berkomunikasi, untuk dapat menangkap maksud tuturan yang diungkapkan oleh mitra tutur, terlebih dahulu kita harus memiliki pengetahuan awal mengenai hal yang dibicarakan. Menurut Yule (2006: 43), praanggapan adalah sesuatu yang diasumsikan oleh penutur sebagai kejadian sebelum menghasilkan suatu tuturan. jadi dapat disimpulkan bahwa praanggapan adalah anggapan penutur mengenai kejadian sebelum menghasilkan tuturan. 2) Latar Belakang Penutur Latar belakang penutur pengetahuan sebelumnya yang dimiliki oleh mitra tutur mengenai seorang penutur. Brown dan Yule (1997:38) mengungkapkan bahwa pengetahuan tentang penutur pada peristiwa komunikatif tertentu memungkinkan mitra tutur membayangkan apa yang mungkin dikatakan oleh penutur. Jika seorang mengetahui latar belakang penutur, maka mitra tutur dapat memprediksi apa yang akan dikatakan oleh penutur baik dari segi bentuk maupun isi. Latar belakang penutur ini juga dapat memengaruhi kepercayaan mitra tutur terhadap apa yang diucapkan oleh penutur. Berbagai aspek pragmatik yang dipaparkan diatas digunakan untuk mengetahui maksud penutur yang diungkapkan melalui suatu
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
14
tuturan.Maksud tuturan dapat dilihat melalui konteks yang diketahui melalui fenomena praanggapan, implikatur, tidak tutur, deiksis, dan latar belakang penutur.Suatu tuturan selalu diikuti dengan konteks tertentu.Keberadaan maksud menjadi sangat penting saat kita hendak mengetahui daya bahasa dan nilai rasa bahasa yang muncul dalam suatu tuturan.
2.2.3 Unsur Intralingual Penelitian unsur intralingual dalam daya bahasa dan nilai rasa bahasa merupakan penelitian bidang lingusitik dengan kajian bahasa dari sudut pandang semantik (pragmasemantik).Unsur intralingual itu merupakan suatu unsur untuk bahasa tertulis yang menjadi suatu tuturan. Misalnya dalam
pilihan kata,
ungkapan khas, kata seru, kata tutur, kata asing, kata basa-basi, kata honorifik, sapaan mesra “ayang, papi, bunda, diajeng”, umpatan, pujian, dan lain sebagainya. Chaer (2012:15) memaparkan bahwa linguistik mikro mengarahkan kajiannya pada stuktur internal bahasa pada umumnya atau pun bahasa tertentu. Dalam linguistik mikro ada berbagai macam subdisiplin ilmu linguistik, yaitu: (1) fonologi, menyelidiki ciri-ciri bunyi bahasa, cara terjadinya, dan fungsinya dalam sistem kebahasaan secara keseluruhan; (2) morfologi, menyelidiki struktur kata, bagian-bagiannya, serta cara pembentukannya; (3)sintaksis, menyelidiki satuansatuan kata dan satuan-satuan lain di atas kata, hubungan satu dengan lainnya, serta cara penyusunannya sehingga menjadi satuan ujaran; (4) semantik,
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
15
menyelidiki makna bahasa baik yang bersifat leksikal, gramatikal, maupun kontekstual; (5) leksikologi, menyelidiki leksikon atau kosa kata suatu bahasa dari berbagai aspeknya. Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa studi linguistik mikro ini merupakan studi dasar linguistik, sebab yang dipelajari di dalamnya ialah struktur internal bahasa itu sendiri.Secara kebahasaan, bentuk merupakan wujud fisik tuturan, sedangkan makna merupakan wujud nonfisik tuturan.Keduanya merupakan unsur internal bahasa.Struktur internal bahasa mendapat pengaruh dari dalam bahasa itu sendiri, tanpa mendapat pengaruh sedikit pun dari aspek luar bahasa. Dalam hubungannya dengan kajian daya bahasa dan nilai rasa bahasa, bahasa verbal digunakan untuk menganalisis unsur intralingual. Menurut Pranowo (2012:3), bahasa verbal adalah bahasa yang diungkapkan dengan kata-kata dalam bentuk ujaran atau tulisan. Daya bahasa dan nilai rasa bahasa dalam bahasa verbal (unsur intralingual) biasanya akan memiliki efek yang sangat kuat apabila didukung oleh bahasa non verbal. Pemakaian bahasa verbal memiliki unsur utama berupa kata, kalimat, paragraf (paratone: bahasa lisan), dan wacana. Jika bahasa verbal yang dimaksud adalah bahasa tulis, penanda jeda pendek, sedang, panjang, dan panjang sekali diwujudkan berupa pemisahan kata, tanda koma, tanda titik, pergantian paragraf, dan pergantian wacana.Sementara itu, jika bahasa verbal yang dimaksud adalah bahasa lisan, penanda jeda diwujudkan berupa intonasi, tekanan, dan irama. Di samping itu, bahasa verbal lisan juga memanfaatkan permainan bunyi, permainan kata, gaya bahasa, idiom dapat memberi efek komunikatif bagi mitra tutur. Jadi,
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
16
daya bahasa dan nilai rasa bahasa dapat terjadi dalam bahasa lisan maupun bahasa tulis tetapi cara memasukkannya berbeda-beda. Untuk dapat mengkaji lebih dalam unsur intralingual dapat dikaji melalui: (1) pilihan kata atau diksi, (2) klausa, (3) kalimat, dan (4) ko-teks. 2.2.3.1 Pilihan kata atau diksi Dalam mendeskripsi banyak bahasa di dunia diperlukan sebuah unit yang disebut kata. Kata merupakan suatu unit dalam bahasa yang memiliki stabilitas intern dan mobilitas posisional, yang berarti ia memiliki komposisi tertentu (entah fonologis entah morfologis) dan secara relative memiliki distribusi yang bebas (Keraf, 1981:21). Selain itu kata dapat juga dikatakan satuan gramatikal bebas terkecil.Kata adalah deretan huruf yang diapit oleh dua buah spasi, dan mempunyai satu arti (Chaer, 2012: 162).Hal ini dapat dikatakan bahwa ketika berbicara kita perlu memiliki kata-kata yang tepat.Tepat maksudnya sesuai dengan arti dan tempatnya. Mendefinisikan kata sebagian besar dibatasi secara morfologis dan dibatasi secara fonologis.Dalam kegiatan komunikasi, kata-kata disatukan dalam suatu konstruksi yang lebih besar berdasarkan kaidah-kaidah sintaksis yang ada dalam suatu bahasa.Akan tetapi yang paling penting dari rangkaian kata adalah pengertian yang tersirat di balik kata yang digunakan itu.Pengertian yang tersirat dalam sebuah kata itu mengandung makna bahwa tiap kata mengungkapkan sebuah gagasan atau sebuah ide. Dengan kata lain kata-kata merupakan suatu alat penyalur gagasan yang akan disampaikan kepada orang lain. Untuk itu semakin
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
17
banyak kata yang dimiliki dan dikuasai, semakin banyak pula ide atau gagasan yang dikuasainya dan diungkapkannya. Pilihan kata atau diksi jauh lebih luas dari apa yang dipantulkan oleh jalinan kata-kata itu (Keraf, 1984:22). Sedangkan pilihan kata menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia pusat bahasa Departemen Pendidikan Indonesia adalah pilihan kata yang tepat dan selaras (dalam penggunaannya) untuk mengungkapkan gagasan sehingga dapat diperoleh efek tertentu sperti yang diharapkan. Diksi atau pilihan kata dapat pula diartikan sebagai kemampuan dalam membedakan secara tepat nuansa makna dari gagasan yang ingin disampaikan, dan kemampuan untuk menemukan bentuk yang sesuai dengan istilah dan nilai rasa yang dimiliki oleh pendengar. Fungsi dari diksi atau pilihan kata antara lain. a Membuat pembaca atau pendengar mengerti secara benar dan tidak salah paham terhadap apa yang disampaikan oleh pembaca atau penulis. b Untuk mencapai target komunikasi yang efektif. c Melambangkan gagasan yang diekspresikan secara verbal. d Membentuk gaya ekspresi gagasan yang tepat (sangat resmi, resmi, dan tidak resmi) sehingga menyenangkan pendengar dan pembaca. Pilihan kata atau diksi mencakup pengertian kata-kata yang dapat dipakai untuk menyampaikan suatu gagasan, membentuk pengelompokan kata yang tepat, dan gaya mana yang paling sesuai dalam suatu situasi. Pilihan kata atau diksi adalah suatu kemampuan dalam membedakan secara tepat makna dari gagasan yang disampaikan.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
18
2.2.3.2 Klausa Klausa merupakan suatu tataran dalam sintaksis yang berada satu tingkat di atas frasa dan dibawah satu tingkat kalimat.Dalam Chaer (2012: 231) klausa merupakan satuan sintaksis berupa runtunan kata-kata berkonstruksi predikatif. Maksudnya adalah dalam konstruksi itu ada komponen berupa kata dan frase, yang berfungsi sebagai predikat dan yang lain berfungsi sebagai subjek, objek, dan sebagai keterangan. Fungsi subjek dalam klausa bersifat wajib, sedangkan yang lain bersifat tidak wajib. Jika kita lihat konstruksi kamar tidur dan adik tidur, maka dapat dikatakan konstruksi kamar tidur bukanlah sebuah klausa karena hubungan komponen kamar tidur dan komponen tidur tidaklah bersifat predikatif.Sebaliknya konstruksi ibu tidur adalah sebuah klausa karena hubungan komponen ibu dan komponen tidur bersifat predikatif, ibu adalah pengisi fungsi subjek dan tidur adalah pengisi fungsi predikat. Dari contoh di atas dapat disimpulkan bahwa klausa memang berpotensi untuk menjadi kalimat tunggal karena di dalamnya sudah ada funsi sintaksis wajib, yaitu subjek dan predikat.
2.2.3.3 Kalimat Alwi, dkk (2010:317) Kalimat adalah satuan bahasa terkecil, dalam wujud lisan atau tulisan, yang mengungkapkan pikiran yang utuh.Dalam wujud lisan, kalimat diucapkan dengan suara naik turun dank eras lembut, disela jeda, dan diakhiri dengan intonasi akhir. Sedangkan dalam wujud tulisan berhuruf latin, kalimat diawali huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik. Kalimat merupakan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
19
satuan dasar wacana. Wacana hanya akan terbentuk jika ada dua kalimat, atau lebih yang letaknya berurutan dan berdasarkan kaidah kewacanaan. Jadi setiap tuturan, berupa kata atau untaian kata, yang memiliki ciri-ciri yang disebutkan di atas pada suatu wacana atau teks yang dinakamakan suatu kalimat. Dilihat dari segi bentuknya, kalimat dapat dirumuskan sebagai konstruksi sintaksis terbesar yang terdiri atas dua kata atau lebih.Dalam Ramlam (2005: 23) kalimat di sini ialah satuan gramatik yang dibatasi oleh adanya jeda panjang yang disertai nada akhir turun atau naik. Chaer (2012:240) kalimat adalah satuan sintaksis yang disusun dari konstituen dasar, yaitu biasanya berupa klausa, dilengkapi dengan konjungsi bila diperlukan, dan tidak lupa disertai dengan intonasi final.Jadi dapat dikatakan bahwa unsur terpenting atau yang menjadi dasar dalam suatu kalimat adalah konstituen dasar dan intonasi final. Apaabila intonasi final yang terdiri dari tanda titik, tanda tanya, dan tanda seru, maka dapat dikatakan sebagai kalimat. Ramlan (2005:26) membedakan jenis kalimat berdasarkan fungsi dan hubungan situasinya menjadi kalimat berita, kalimat Tanya, dan kalimat perintah. a. Kalimat berita Kalimat berita berfungsi untuk memberitahukan informasi kepada orang lain, sehingga menimbulkan tanggapan atau respon dari orang lain. Kalimat berita selalu diakhiri dengan tanda titik (.). Misalnya: hewan itu sangat buas. Kalimat tersebut termasuk dalam kalimat berita, karena tidak terdapat kata Tanya, ajakan, maupun larangan. b. Kalimat tanya
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
20
Fungsi dari kata Tanya adalah untuk menanyakan sesuatu.Kalimat Tanya selalu diakhiri dengan tanda Tanya (?). Misalnya: kapan kamu pulang?.Kalimat
tersebut
merupakan
kalimat
Tanya,
karena
menanyakan sesuatu dan diakhiri dengan tanda Tanya. Kata-kata Tanya meliputi: apa, siapa, kapan, mengapa, kenapa, mana bika, berapa, dan bagaimana. c. Kalimat suruh Kalimat suruh berfungsi untuk mengharapkan tanggapan yang berupa tindakan dari orang yang diajak berbicara.
2.2.3.4 Ko-teks Ujaran apa pun pada dasarnya bisa dipandang sebagai teks dalam sebuah konteks tertentu. Menurut Van Dijk (1980: 41) deifinisi teks mirip dengan definisi yang dikemukakan oleh Beaugrande & Dressler (1981) yang mengajukan gagasan bahwa rangkaian-rangkaian kalimat yang memiliki struktur makro bisa ditetapkan sebagai teks.Struktur makro sebagai kerangka proposisi dan tematik dasar yang memungkinkan teks bisa menyatu.Definisi
teks yang fungsional lebih
dikemukakan oleh Halliday (1978:137) teks merupakan segala sesuatu yang bermakna dalam suatu situasi tertentu. Berkaitan dengan teks, didapati pula istilah koteks (co-text), yaitu teks yang bersifat sejajar, koordinatif, dan memiliki hubungan dengan teks lainnya (Mulyana: 2005:8).Maksudnya adalah teks yang satu memiliki hubungan dengan teks lainnya. Teks lain tersebut bisa berada di depan (mendahului) atau di belakang (mengiringi). Contohnya Junot tampak
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
21
lusuh.Jalannya sempoyongan.Tetapi wajahnya menunjukan keceriaan.Dia baru pulang dari Jakarta. Bentuk “dia” pada kalimat terakhir, mengacu pada nama Junot yang sudah disebutkan sebelumnya. Penafsiran ini jelas benar karena didasarkan pada teks lain yang menjadi penjelas kata “dia”. Maka dalam hal ini “Junot” adalah koteks bagi bentuk :dia”. Keberadaan koteks dalam suatu struktur wacana menunjukan bahwa teks tersebut memiliki struktur yang saling berkaitan satu dengan yang lainnya. Dengan demikian koteks dalam suatu wacana berfungsi sebagai alat bantu dalam memahami dan menganalisis wacana.
2.2.4 Unsur Ekstralingual Unsur ekstralingual merupakan suatu unsur yang berada dalam luar bahasa atau diluar unsur internal, misalnya gerakan anggota tubuh, cara berbicara, sikap sinis, lirikan mata, peristiwa lain, tuturan katanya (implikatur), dan praanggapan. Dapat dikatakan bahwa unsur ekstralingual ini dapat kita lihat dalam konteks tuturan berupa fenomena praanggapan dalam suatu wacana atau tulisan, termasuk dalam berita politik dalam Koran Kompas. Chaer (2012:16) menyebutkan bahwa ilmu bahasa yang menyelidiki bahasa dalam kaitannya dengan faktor-faktor di luar bahasa, lebih banyak membahas faktor luar bahasanya itu daripada struktur internal bahasa disebut sebagai linguistik makro. Menurut hipotesis Edward Sapir dan Benjamin Lee Whorf menyatakan bahwa bahasa mempengaruhi kebudayaan. Jadi, bahasa itu mempengaruhi cara berpikir dan bertindak manusia itu sendiri. Dapat disimpulkan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
22
bahwa studi atau objek dasar linguistik makro ini merupakan bahasa dalam hubungannya dengan faktor-faktor di luar bahasa, karena pengaruh yang didapatkan hanyalah pengaruh dari luar bahasa. Sebagai cermin kepribadian bangsa, kita harus mampu menerapkan tindak bahasa itu dalam kehidupan sehari-harinya, bukan hanya tindak bahasa yang bersifat verbal, tetapi juga tindak bahasa yang bersifat nonverbal. Dalam hubungannya dengan kajian daya bahasa dan nilai rasa bahasa, bahasa nonverbal digunakan untuk menganalisis unsur ekstralingual. Kajian unsur ekstralingual pada berita politik Koran kompas dapat dimunculkan melalui daya bahasa dan nilai rasa bahasa.Kajian ekstralingual yang paling sering dimunculkan ialah fenomena konteks berupa praanggapan atau pengetahuan umum. Aspek
non
kebahasaan
yang
lainnya
ialah
konteks
situasi
komunikasi.Konteks situasi komunikasi ialah segala keadaan yang melingkupi terjadinya komunikasi.Hal ini dapat berhubungan dengan tempat, waktu, kondisi psikologis penutur, respons lingkungan terhadap tuturan, dan sebagainya. Konteks situasi komunikasi dapat mempengaruhi tingkat kesantunan pemakaian bahasa.Sebab, konteks situasi komunikasi yang melingkupi terjadinya berbagai peristiwa dapat memancing emosi penutur sehingga tuturannya terkesan keras dan tidak santun. Bahasa non verbal ini memiliki peranan penting dalam tindakan komunikasi.Hal ini dikarenakan seseorang berkomunikasi tidak hanya berupa
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
23
bahasa lisan.Banyak seseorang yang memanfaatkan media sebagai alat komunikasi, seperti pada berita politik dalam Koran kompas.
2.2.5 Daya Bahasa Alat komunikasi yang paling efektif adalah bahasa.Dalam berbahasa tentunya harus memperhatikan tingkat kesopanannya. Seperti berbahasa yang baik tentu akan mewujudkan hasil pemikiran yang baik pula. Semua orang dapat berbahasa, namun tidak semua orang dapat berbahasa secara baik dalam berkomunikasi.Tidak setiap orang mampu memanfaatkan daya bahasa untuk mengefektifkan komunikasi.Seperti dalam penggunaan bahasa secara efektif dan sesuai dengan konteks, dapat memungkinkan terjadinya daya pada suatu bahasa. Daya bahasa dalam Pranowo (2012 : 128) merupakan kekuatan yang dimiliki oleh bahasa untuk mengefektifkan pesan yang disampaikan kepada mitra tutur.Selain itu daya bahasa juga dapat dikatakan sebagai kekuatan yang dimiliki oleh bahasa untuk mengefektifkan pesan yang disampaikan kepada mitra tutur.Menyampaikan
pesan
dengan
menggunakan
daya
bahasa
dapat
meningkatkan efektifitas komunikasi (Pranowo, 2012:129).Efektifitas komunikasi ini bersifat positif dan negatif.Jika daya bahasa dimanfaatkan secara positif, maka komunikasi dapat berjalan secara santun dan efektif.
Namun, apabila daya
bahasa digunakan secara negatif, maka komunikasi dapat menimbulkan ketidaksantunan. Sudaryanto (1989, dalam Pranowo, 2012:138) menggali daya bahasa dari aspek linguistik.Hasilnya, hampir seluruh tataran bahasa mampu memunculkan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
24
daya bahasa. Daya bahasa akan terlihat dari tataran bunyi, bentuk kata, struktur, leksikon (terutama pilihan kata), dan wacana. Daya bahasa dapat digali melalui sinonim kata. Kata satu dengan kata yang lain tentunya memiliki daya bahasa yang berbeda-beda. Misalnya kata „mati‟ atau „meninggal‟ memiliki daya bahasa yang bersifat netral.Beda halnya dengan kata mampus, gugur, wafat, dan sebagainya memiliki daya bahasa yang berbedabeda.Kata „mampus‟ memiliki daya bahasa negatif yang di daalamnya mengandung rasa dendam dan penuh kepuasan karena orang yang dibencinya tidak lagi dapat berbuat apa-apa seperti ketika masih berdaya atau hidup.Kata „gugur‟ memiliki daya bahasa yang hormat terhadap subjek karena kematiannya terjadi
untuk
membela
kebenaran
sehingga
perlu
mendapat
penghargaan/penghormatan.Kata „wafat‟memiliki daya bahasa yang hormat terhadap subjek karena yang meninggal dunia biasanya orang-orang besar ternama. Daya bahasa dalam suatu wacana atau tulisan dapat muncul ketika kesatuan makna itu mengungkapkan kesatuan pesan yang terkandung didalamnya.Pesan yang terungkap dari kesatuan makna tersebut muncul dalam bentuk wacana atau tulisan. Seperti dikatakan Yuni, daya bahasa merupakan suatu kadar kekuatan bahasa untuk menyampaikan makna, informasi, atau maksud melalui fungsi komunikatif sehingga pendengar mampu memahami dan menangkap segala makna, informasi, atau maksud penutur/penulis (Qonita Fitria Yuni, 2009). Selain itu daya bahasa dapat digali melalui sinonim kata. Kata satu dengan kata yang lain
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
25
tentunya akan memiliki daya bahasa yang berbeda-beda sesuai dengan pemakaian konteks tuturannya. 2.2.6 Nilai Rasa Bahasa Nilai rasa bahasa adalah kadar perasaan yang terdapat dalam suatu makna, informasi, atau maksud yang diungkapkan oleh penutur atau penulis agar sesuai dengan yang diinginkan penulis atau penutur. Menurut Poerwadarminta (1967: 34-35) nilai rasa adalah kadar rasa yang tercantum dalam isi kata itu. Rasa disini maksudnya adalah gerakan hati atau segala yang terasa dalam batin; seperti sedih, senang, suka, duka, benci, menghina, mngejek, hormat, dan sebagainya.Nilai rasa dalam tuturan itu sendiri dapat diketahui dengan memperhatikan pilihan kata atau diksinya, karena kata-kata emosi merupakan manifestasi perasaan penutur. Nilai rasa bahasa dapat muncul melalui unsur intralingual seperti permainan bunyi, kata, gaya bahasa, ungkapan, dan konteks bahasa. Dalam berbagai tindak komunikasi brbeda-beda nilai rasa bahasanya.Nilai rasa dalam tuturan dapat menyatakan, sindiran, pujian, rasa empati, melebih-lebihkan, dan sebagainya. Jadi dapat dikatakan bahwa untuk mengetahui atau memunculkan nilai rasa bahasa seseorang kita bisa lihat dari bahasa verbal dapat terlihat dari diksi atau pilihan katanya, bahasa non verbal dapat terlihat dari fenomena konteks praanggapan, sedangkan konteksnya dapat terlihat setelah kita mengetahui maksud suatu tuturan dengan memperhatikan berbagai aspek pragmatik seperti praanggapan, tindak tutur, dan implikatur. Menurut Poerwadarminta (1967 : 35-36), ciri-ciri kata yang memiliki nilai rasa yaitu menggunakan :
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
26
1. Kata rasa (perasaan) Kata rasa mencakup kata-kata yang berisi kadar rasa seperti rasa senang, sedih, benci, menghina, mencemooh, belas kasihan, dan sebagainya. 2. Kata pelembut Kata-kata yang bernilai rasa halus dikelompokan menjadi tiga : a) Nilai rasa hormat Kata-kata yang bernilai rasa hormat memiliki ciri menggunakan kata-kata hormat, misalnya : anda, beliau, dan lain sebagainya. b) Nilai rasa menghargai Kata-kata yang bernilai rasa menghargai memiliki cirri menggunakan kata-kata halus, misalnya : istri, mengandung, jenazah, dan lain sebagainya. c) Nilai rasa khawatir Kata-kata yang bernilai rasa khawatir terjadi sesuatu memiliki cirri menggunakan kata pantang, misalnya: akar untuk menyebutkan ular di malam hari. 3. Nilai rasa kasar Kata-kata yang bernilai rasa kasar adalah kata-kata yang pada umumnya dianggap kasar.Kata-kata ini umumnya adalah sebagai ungkapan perasaan marah, benci, sakit hati, mendongkol, dan sebagainya.Misalnya kata tolol.Kata tolol memiliki makna dan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
27
maksud.Makna yaitu arti kata tersebut, sedangkan maksud terdapat pada isi kata tersebut. Maksud dan nilai rasa (kadar perasaan) dapat ditemukan dalam isi kata. 4. Kata Bunyi Kata ini hanya berkadar bunyi seperti: desis, dentang, sir, dan sebagainya. Jenis-jenis nilai rasa dalam poerwadarminta (1967: 35-36) mengelompokan kata-kata yang bernilai rasa menjadi dua, yaitu kata yang umum dianggap bernilai rasa dan kata yang sengaja diberi nilai rasa untuk menggantikan kata yang dianggap kurang baik nilai rasanya. Kata- kata yang umum bernilai rasa, misalnya : konyol, tolol, mampus, dan lain sebagainya. Kata - kata yang diberi nilai rasa adalah untuk menggantikan kata-kata yang dianggap kurang pantas diucapkan, misalnya gugur untuk mati dalam peperangan, mengandung untuk bunting, dan lain sebagainya. Untuk mengetahui perasaan seseorang, kita perlu menganalisis emosi yang dikeluarkan melalui tingkah laku maupun kata-katanya.Suprapti,dkk dalam Kaswanti Purwo (1992:110-112), mengelompokkan kata emosi pada manusia ke dalam 28 macam, yaitu malas, kelelahan, kesedihan, pesimis, takut, heran, tertekan, marah, benci, bersalah, malu, muak, bosan, sunyi, kekosongan, kedamaian-kebahagiaan, bebas, cinta, kangen, terasing, dipaksa-dibohongi, dicintai, yakin-optimis, sehat, perasaan terhadap makanan, keinginan, menerima, dan rasa kecil.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
28
1. Malas-acuh: acuh, ogah, ogah-ogahan, segan, wegah, males, enggan. 2. Kelelahan: Letih, cape, penat, lemes, pegal, pusing, pucat, sakit, perih, kessemutan, gatal, ngantuk, lesu, pening, nyeri, dan getir. 3. Kesedihan: Pilu, sedih, haru, terharu, trenyuh, kasihan, ngenes, tergugah, prihatin,syahdu, susah, pedih, sendu, duka, iba, dan masygul. 4. Perasaan pesimis depresif: Nelangsa, merana, malang, sial, sia-sia, putus asa, pesimis, kehilangan pegangan, hina, kalah, apes, putus harapan, dan patah semangat. 5. Takut-cemas: Kacau, bingung, gugup, gemetaran, tegang, cemas, gelisah, risau, waswas, kuatir, bimbang, ragu-ragu, sangsi, panik, takut, ngeri, gentar, curiga, ruwet, sewen, berdebar-debar, resah, ragu, seram, dan nanar. 6. Heran: Kaget, heran, tercengang, terpukau, takjub, kagum, seperti mimpi, terkejut, dan terpaku. 7. Tertekan: Terdorong, terdesak, terpaksa, terkekang, terhambat, tertindas, terinjak, terpukul, tersinggung, tersindir, tersudut, teramcam, terikat, terbanting, dan terhina.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
29
8. Marah: Sakit hati, jengkel, keki, kesal, dongkol, gedeg, geram, sebal, cape hati, kecewa, marah, pitam, darah pendidih, kelap, sengit, panas, mangkel, gondok, naik darah, dan amarah. 9. Benci: Dendam, cemburu, iri, benci, antipati, sentimen, dan tidak menghargai. 10. Bersalah: Bersalah, salah, dosa, menyesal, dan sesal. 11. Malu: Malu, sungkan, kikuk, kaku,risi, dan jengah. 12. Muak: Gilo, jijik, enak, mual, muak, dan senep. 13. Bosan: Jeleh, jenuh, jemu, dan bosan. 14. Sunyi: Kesepian, sepi, dan kehilangan. 15. Kekosongan: Hampa, kosong, hambar, dan dingin. 16. Kedamaian-kebahagiaan: Adhem, nyaman, aman, tentram,selamat, terlindungi, enak, nikmat, asyik, betah, rileks, santai, gembira, riang, senang, besar hati, bangga, bahagia, ayem, tenang, damai, dan girang. 17. Bebas:
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
30
Lega, plong, lapang, puas, untung, ringan, dan terlepas. 18. Cinta: Suka, simpati, tertarik, cinta, sayang, dhemen, dan kasih. 19. Kangen: rindu, kangen, dan terkenang. 20. Terasing: Terasing, terkucil, tak dihiraukan, diabaikan, dan asing. 21. Dipaksa-dibohongi: Dipaksa, diburu-buru, diadu domba, ditipu, dikibuli, dininabobokan, dan diboodohi, 22. Dicintai: Terbelai, tersanjung, diperhatikan, disayangi, dibutuhkan, dipercaya, dan dicintai. 23. Yakin optimis: Yakin, optimis, kuat, cukup, dan mantep. 24. Sehat: Segar, sehat, dan sadar. 25. Perasaan terhadap makanan: Kenyang, lapar, dan haus. 26. Keinginan: Bernafas, ngantuk, dan ingin. 27. Menerima Ikhlas, rela, pasrah, dan bersyukur.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
31
28. Rasa kecil: Sempit dan kecil.
2.2.7 Konteks Pragmatik adalah salah satu cabang linguistik yang menonjolkan konteks dalam analisisnya.Dalam bukunya, Levison (1997) membuat beberapa definisi tentang pragmatik yang berhubungan dengan konteks. a. Pragmatik adalah kajian ihwal hubungan antara bahasa dan konteks yang digramatikalisasikan atau dikodekan di dalam unsur bahasa. b. Pragmatik adalah kajian ihwal hubungan antara bahasa dan konteks yang merupakan dasar bagii penjelasan tentang pemahaman bahasa. Berdasarkan definisi pragmatik di atas, dapat disimpulkan bahwa konteks diperlukan oleh pragmatik. Tanpa konteks, analisis pragmatik tidak akan berjalan, karena daya pragmatik itu bergantung pada konteks yang berlangsung pada waktu tuturan diujarkan dalam sebuah peristiwa tutur. Konteks ialah situasi atau latar terjadinya suatu komunikasi (Mulyana:2005). Konteks dapat dianggap sebagai sebab dan alasan terjadinya suatu pembicaraan atau dialog.Segala sesuatu yang berhubungan dengan tuturan, sangat bergantung pada konteks yang melatarbelakangi peristiwa.
2.2.8 Gaya Bahasa Gaya atau khususnya bahasa dikenal dalam retorika dengan style.Style merupakan suatu kemampuan untuk menulis atau mempergunakan kata-kata
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
32
secara indah. Hal ini sependapat dengan Tarigan (1985:5) bahwa gaya bahasa adalah bahasa indah yang dipergunakan untuk meningkatkan efek dengan jalan memperkenalkan serta memperbandingkan suatu benda atau hal tertentu dengan benda atau hal lain yang lebih umum. Gaya bahasa atau style disini menjadi masalah atau bagian dari diksi atau pilihan kata yang mempersoalkan cocok tidaknya pemakaian kata, frasa atau klausa. Oleh sebab itu, prsoalan gaya bahasa meliputi semua hierarki kebahasaan seperti, pilihan kata, farasa, klausa, dan kalimat, bahkan mencakup pula sebuah wacana secara keseluruhan. Bila kita melihat gaya secara umum, tentu kita dapat mengatakan bahwa gaya adalah cara mengungkapkan diri sendiri, entah melalui bahasa, tingkah laku, atau pun cara berpakaian. Untuk itu gaya bahasa dapat dikatakan sebagai cara menggunakan bahasa (Keraf, 1984: 113). Cara menggunakan bahasa yang baik juga harus mengandung tiga unsur seperti: kejujuran, sopan-santun, dan menarik. Dengan gaya bahasa, memungkinkan kita dapat menilai bagaimana kepribadian seseorang. Watak, dan kemampuan seseorang dalam mempergunakan bahasa itu sendiri. Semakin baik gaya bahasa yang digunakan, semakin baik pula penilaian orang lain terhadapnya. Sebaliknya, semakin buruk gaya bahasa seseorang, maka semakin buruk pula penilaian yang diberikan padanya. Jadi dapat dikatakan bahwa gaya bahasa itu merupakan cara mengungkapkan pikirian melalui bahasa secara khas sesuai dengan jiwa dan kepribadian penulis (pemakai bahasa). Berdasarkan pilihan katanya, gaya bahasa mempersoalkan kata mana yang paling tepat dan sesuai untuk posisi-posisi tertentu dalam kalimat, serta tepat tidaknya penggunaan kata-kata yang dilihat dari lapisan pemakaian bahasa dalam
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
33
masyarakat. Dengan kata lain, gaya bahasa ini mempersoalkan ketepatan dan kesesuaian dalam menghadapi situasi-situasi tertentu. 2.2.9 Fungsi Komunikatif Bahasa Fungsi komunikatif bahasa terungkap melalui tindak tutur.Menurut Searle (1969) mengemukakan bahwa setiap tindak tutur (speech acts) selalu mengacu pada tiga tindakan yaitu tindakan lokusi, tindakan ilokusi, dan tindakan perlokusi.Dalam lokusi selalu terkandung makna tuturan namun didalamnya juga terkandung maksud penutur (tindak ilokusi) dan setiap lokusi selalu menimbulkan efek dari tuturan (perlokusi).Fungsi komunikatif dalam tindak tutur selalu tersrat daya bahasa dan nilai rasa bahasa. Leech (2003:63) memaparkan ada lima fungsi bahasa dalam komunikasi, meliputi (a) fungsi informasional, (b) fungsi ekspresif, (c) fungsi direktif, (d) fungsi phatik, (e) fungsi estetik. (a)
Fungsi informasional biasa digunakan untuk menginformasikan sesuatu, misalnya melaporkan, mendeskripsikan, dan menjelaskan sesuatu. Fungsi ini dianggap sebagai fungsi yang sangat penting.
(b)
Fungsi ekspresif biasa digunakan untuk mengungkapkan perasaan penuturnya, dan mengekspresikan emosi, keinginan, atau perasaan penyampaian pesan. Kata seru adalah contoh yang paling jelas dalam hal ini, misalnya :Aduh...perutku sakit! Contoh tersebut menggunakan fungsi ekspresif yang mengungkapkan keluhan rasa sakit.
(c)
Fungsi direktif biasa digunakan untuk mempengaruhi orang lain, baik emosinya, maupun tingkah lakunya. Selain itu, juga dapat digunakan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
34
untuk memberi keterangan, mengundang, memerintah, memesan, mengingatkan, mengancam, dan lain sebagainya. Contoh fungsi direktif adalah: Masuk, duduklah! Contoh tersebut menggunakan fungsi direktif pada kata kerja yang memiliki makna perintah. (d)
Fungsi phatik digunakan untuk menjaga agar garis komunikasi tetap terbuka, dan untuk terus menjaga hubungan sosial secara baik.
(e)
Fungsi estetik, yang paling penting adalah
bahwa seseorang
mengatakan sesuatu, bukan apa yang dikatakan. Semua
tindak
komunikasi
tentunya
harus
memperhatikan
tingkat
kesantunannya, agar komunikasi itu sendiri dapat berjalan dengan baik. 2.2.10 Kesantunan Berkomunikasi Bahasa yang santun ialah bahasa yang dapat mencerminkan perilaku penutur sebagai manusia yang mempunyai harkat dan martabat.Bahasa merupakan cermin kepribadian seseorang juga cermin kepribadian bangsa.Melalui bahasa, seseorang atau suatu bangsa dapat diketahui kepribadiannya.Leech (1983) melihat kesantunan bahasa dari parameter keuntungan(benefit) dan kerugian (loss). Semakin memaksimalkan keuntungan pada pihak penutur dan semakin memaksimalkan kerugian pada pihak mitra tutur akan semakin tidak santunlah tuturan itu. Begitu juga sebaliknya, apabila semakin meminimalkan kesantunan kerugian pada pihak mitra tutur, dan semakin mengoptimalkan kerugian pada pihak penutur maka akan menjadi semakin santunlah tuturan tersebut Ungkapan
seseorang
yang
perlu
dikembangkan
adalah
ungkapan
kepribadian yang baik, benar, dan santun sehingga mencerminkan budi pekerti
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
luhur
seseorang.Budi
pekerti
merupakan
tolok
ukur
kepribadian
35
baik
seseorang.Pemakaian bahasa secara santun belum banyak mendapat perhatian, sehingga banyak ditemukan pemakaian bahasa yang digunakan oleh penutur terkadang menyakiti hati mitra tutur.Hal ini terjadi karena pemakai bahasa (penutur) belum mengetahui bahwa di dalam suatu struktur bahasa terdapat struktur kesantunan.Pranowo (2012:4) mengungkapkan bahwa struktur bahasa yang santun adalah struktur bahasa yang disusun oleh penutur/penulisagar tidak menyinggung perasaan pendengar atau pembaca. Ketika berkomunikasi, penggunaan bahasa yang baik dan benar saja tidak cukup. Namun, kaidah lain yang perlu dan penting untuk diperhatikan ialah kesantunan. Kaidah kesantunan dipakai dalam setiap tindak bahasa.Seseorang yang sedang bercanda pun hendaknya menggunakan bahasa yang santun. Agar pemakaian bahasa terasa semakin santun, penutur dapat berbahasa menggunakan bentuk-bentuk tertentu (Pranowo, 2012:6), seperti (1) menggunakan tuturan tidak langsung, (2) pemakaian bahasa dengan bahasa kias, (3) ungkapan memakai gaya bahasa penghalus, (4) tuturan yang dikatakan berbeda dengan yang dimaksudkan, dan (5) tuturan dikatakan secara implisit. Berbahasa yang baik, benar, dan santun dapat menjadi kebiasaan dan dapat membentuk perilaku seseorang menjadi lebih baik.Terlepas dari tuturan santun atau tidak santun, keduanya merupakan tindak komunikasi. Komunikasi akan berhasil apabila didukung oleh beberapa faktor, seperti: (1) ada kesepahaman topik yang dibicarakan antara penutur dengan mitra tutur, (2) ada kesepakatan bahasa yang digunakan oleh penutur kepada mitra tutur, (3) mitra tutur tertarik
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
36
dengan pesan yang disampaikan oleh penutur, (4) penutur dan mitra tutur samasama dalam konteks dan situasi yang sama, (5) praanggapan penutur terhadap mitra tutur benar, dan (6) penutur mahir memanfaatkan daya bahasa yang menjadikan komunikasi lebih efektif. Kesantunan dalam berbahasa sangat diperlukan ketika seseorang hendak berkomnuikasi. Leech (1983) dalam Pranowo, (2012:103) mengemukakan ada tujuh indikator kesantunan yang dikenal dengan sebutan maksim, meliputi (1) maksim kebijaksanaan (memberi keuntungan bagi mitra tutur), (2) maksim kedermawanan
(memaksimalkan
kerugian
bagi
diri
sendiri,
dan
lebih
meminimalkan kerugian orang lain), (3) maksim pujian (memaksimalkan pujian bagi orang lain), (4) maksim kerendahan hati (meminimalkan pujian terhadap diri sendiri), (5) maksim kesetujuan (memaksimalkan kesetujuan terhadap orang lain), (6) maksim simpati (memaksimalkan ungkapan simpati kepada mitra tutur), (7) maksim pertimbangan (meminimalkan rasa tidak senang pada mitra tutur dan memaksimalkan rasa senang pada mitra tutur). Pranowo (2005) juga mengemukakan bahwa komunikasi dapat terasa santun apabila ditandai hal-hal berikut, (1) Perhatikan suasana perasaan hati mitra tutur sehingga tuturan dapat membuat hati mitra tutur berkenan (angon rasa), (2) Pertemukan perasaan penutur dengn mitra tutur sehingga isis komunikasi samasama dikehendaki (adu rasa), (3) Jagalah agar tuturan dapat diterima oleh mitra tutur karena mitra tutur sedang berkenan di hati (empan papan), (4) Jagalah agar tuturan memperlihatkan rasa ketidakmampuan penutur di hadapan mitra tutur (sifat rendah hati), (5) Jagalah agar tuturan selalu memperlihatkan bahwa mitra
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
37
tutur diposisikan pada tempat yang lebih tinggi (sikap hormat), (6) Jagalah agar tuturan selalu memperlihatkan bahwa apa yang dikatakan kepada mitra tutur juga dirasakan oleh penutur (sikap tepa). Selain indikator tersebut, penanda kesantunan juga dapat dilihat melalui pemakaian pilihan kata (diksi), seperti
“maaf”,
“tolong”, “bapak”, “ibu”. 2.2.11 Berita Politik Komunikasi adalah suatu tindakan yang memungkinkan terjadinya interaksi antar manusia. Komunikasi itu sendiri adalah salah satu kegiatan dasar manusia dan proses sosial yang dijalaninya (William, dkk, 2004:26). Melalui komunikasi seseorang dapat mempengaruhi orang lain, baik itu secara langsung seperti orang tua kepada anaknya, atau tidak langsung seperti Koran yang berisi pesan-pesan atau informasi kepada pembacanya. Dalam Koran biasanya memuat suatu berita dari berbagai kejadian yang terjadi secara up to date.Berita memuat berbagai macam kasusdan problematika kehidupan sosial.Salah satunya berita politik yang sering acap kali muncul tiada henti. Berita merupakan suatu informasi yang berbicara seputar masalah atau peristiwa yang terjadi di sekitar kita.Menurut Syamsul (2006) berita merupakan suatu sajian sebuah media massa di samping opini.Masalah atau informasi yang ada dapat berupa berbagai macam. Salah satunya berita mengenai politik.Kardiyat (2005: 28) mengungkapkan pengertian politik disini adalah sebagai ilmu pemerintahan negara, jadi tidak terbatas kepada pengertian partai dan kegiatannya.Depdiknas (2005: 386) berita politik adalah sebuah laporan; pemberitahuan; kabar; dan cerita atau keterangan mengenai suatu kejadian atau
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
38
berita yang hangat mengenai ketatanegaraan atau dasar pemerintahan.Kasus atau berita politik tentunya tidak asing lagi ditelinga kita.Dalam kesehariannya ada saja masalah politik yang bermunculan yang menjadi suatu masalah yang sudah tidak mengherankan bagi khalayak ramai.Berbagai masalah politik itu dapat kita lihat dengan melihat berita.Berita itu dapat dilihat secara media visual/audio maupun media cetak.Dalam media cetak salah satunya berita politik yang terdapat dalam Koran. Dalam Koran, terdapat berbagai macam berita politik yang jika kita lihat, ternyata memiliki bahasa yang berbeda dengan yang lain. Berita politik ini lebih menggunakan bahasa yang menggelitik, mengencam, bahkan menarik pembaca untuk ikut andil di dalamnya.Bahasa yang digunakan dalam berita politik lebih menggugah pembaca. 2.3 Kerangka Berpikir Unsur intralingual dan ekstralingual daya bahasa dan nilai rasa bahasapada Berita Politik kompas sebagai penanda kesantunan berkomunikasi diteliti menggunakan teori semantik dan semantik.Ujaran-ujaran yang ada dianalisis kemudian dideskripsikan penggunaan unsure intralingual dan ekstralingual daya bahasa dan nilai rasa bahasanya. Kerangka pikir dalam penelitian ini dapat dilihat dari bagan berikut.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Tuturan yang Diduga Mengandung Daya Bahasa dan Nilai Rasa Bahasa pada Tuturan Berita Politik Koran Kompas sebagai Penanda Kesantunan
Kajian Pragmasemantik
Unsur Intralingual dan Ekstralingual Daya Bahasa
Unsur Intralingual dan Ekstralingual Nilai Rasa Bahasa
Indikator Kesantunan Berkomunikasi Leech 1983 dan Pranowo 2005
Santun
Tidak Santun
39
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
40
BAB III Metodologi Penelitian
Dalam metode penelitian ini akan dibahas mengenai lima hal, (1) Jenis penelitian, (2) Sumber data dan Data penelitian, (3) Teknik pengumpulan data, (4) Instrumen penelitian, (5) Teknik analisis data, (6) Triangulasi Hasil Ananlisis Data. Keenam hal tersebut dapat diuraikan sebagai berikut. 3.1 Jenis Penelitian Penelitian daya bahasa dan nilai rasa bahasa pada berita politik Kompas sebagai penanda kesantunan dalam berkomunikasi ini dilaksanakan menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif. Penelitian kualitatif menurut Moeleong (2006:6) adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subyek penelitian misalnya perilaku, persepsi, tindakan, dll secara holistic dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa. Pendekatan deskriptif kualitatif yang dimaksud adalah penelitian akan memerikan berbagai daya bahasa dan nilai rasa bahasa, serta mengidentifikasi berbagai faktor yang menjadi alasan pemakaian daya bahasa dan nilai rasa bahasa tertentu dalam berbagai peristiwa komunikasi pada berita politik Kompas. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif, karena data yang diambil atau digunakan sebagai objek dalam penelitian yaitu berupa tuturan atau bahasa verbal kesantunan bahasa yang digunakan didalamnya.
40
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
41
3.2 Sumber Data dan Data Penelitian Menurut Lofland dalam Moleong (2006:157) sumber data utama dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata dan tindakan, selebihnya ialah data tambahan seperti dokumen dan lain-lainnya.Sumber data penelitian yang digunakan adalah berbagai register pemakaian bahasa tertulis (register jurnalistik) yang terdapat dalam berbagai pemakaian bahasa. Data penelitian berupa kalimat atau tulisan yang terdapat dalam berita politik yang dicurigai mengandung daya bahasa dan nilai rasa bahasanya. 3.3 Teknik Pengumpulan Data Teknik merupakan penjabaran metode dalam sebuah penelitian, yang disesuaikan dengan alat dan sifat (Sudaryanto, 1993:9). Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik baca dan teknik catat. Dalam teknik catat digunakan untuk mencatat kalimat atau tulisan yang diduga mengandung daya bahasa dan nilai rasa bahasanya pada sebuah berita politik Kompas. Sedangkan teknik baca disini dapat digunakan untuk menemukan data-data yang terdapat dalam berita politik Kompas tersebut. Data dikumpulkan dengan berbagai teknik, yaitu teknik baca dan catat. Untuk data bahasa tulis dikumpulkan dengan teknik baca-catat. Data pemakaian bahasa dicatat, diidentifikasi, dan diklasifikasi berdasarkan kesamaan ciri penanda khas yang terdapat dalam kalimat atau tuturan. Hasilnya kemudian dianalisis dimana daya bahasa dan nila rasa bahasanya dalam setiak kata atau kalimat di dalam tulisan tersebut.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
42
3.4 Instrumen Penelitian Instrumen penelitian adalah peneliti sendiri yang berbekal pengetahuan Pragmatik dan Semantik. Peneliti sebagai penutur bahasa Indonesia dan ahli dalam bidang pragmatik dan semantik memiliki bekal intelektual maupun intuitif yang cukup memadai untuk mendapatkan data penelitian yang sesuai dengan yang dibutuhkan. Sebagai bekal pengumpulan data, peneliti melengkapi diri dengan format pengumpulan data sebagai berikut. 1. Data penggunaan unsur intralingual dan ekstralingual dalam daya bahasa untuk mengefektifkan kesantunan Data tuturan: ………………………………………………………………………………… …………... Konteks tuturan: ………………………………………………………………………………… …………… Penanda tuturan: ………………………………………………………………………………… ……………
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
43
1. Data penggunaan unsur intralingual dan ekstralingual dalam nilai rasa bahasa bahasa untuk mengefektifkan kesantunan. Data tuturan: ………………………………………………………………………………… …………... Konteks tuturan: ………………………………………………………………………………… …………… Penanda tuturan: ………………………………………………………………………………… ……………
3.5 Teknik Analisis Data Menurut Bogdan dan Biklen, teknik analisis data kualitatif adalah suatu upaya yang dapat dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasi data, memilahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesisnya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain (Bogdan dan Biklen 1982, melalui Moeloeng 2006:248). Data yang sudah terkumpul kemudian dianalisis dengan langkah sebagai berikut: 1. Peneliti menganalisis unsur intralingual yang meliputi diksi, klausa, dan kalimat yang diduga mempunyai daya bahasa dan nilai rasa bahasa.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
44
2. Peneliti menganalisis daya bahasa dan nilai rasa bahasa dalam tuturan yang dimaknai berdasarkan unsur ekstralingual fenomena konteks praanggapan. 3. Peneliti mengklasifikasikan jenis daya bahasa dan nilai rasa bahasa berdasarkan unsur intralingual dan ekstralingualnya. 4. Peneliti menganalisis penanda kesantunan yang ada di dalam daya bahasa dan nilai rasa bahasa yang digunakan dalam tuturan berita politik berdasarkan unsur intralingual dan ekstralingualnya. 5. Peneliti membuat kesimpulan mengenai penggunaan unsur intralingual dan ekstralingual dalam daya bahasa dan nilai rasa bahasa pada tuturan berita politik Koran Kompas sebagai penanda kesantunan berkomunkasi. Data dalam penelitian ini, berupa bahasa tulis, daya bahasa dan nilai rasa bahasa dimaknai berdasarkan unsur intralingual dan ekstarlingual yang menyertai kalimatnya. 3.6 Triangulasi Data Untuk meningkatkan tingkat kepercayaan (validitas) hasil analisis data dilakukan pemeriksaan terhadap keabsahan temuan dengan cara tringulasi teori. Triangulasi teori ialah kepercayaan terhadap teori yang digunakan dengan mengkonfirmasi hasil analisis data dengan beberapa teori yang terkait dengan landasan teori (PBSID, 2004). Di samping itu, dalam penelitian ini juga dilakukan triangulasi logis. Triangulasi logis ini dilaksanakan dengan cara diskusi bersama dosen pembimbing, yakni Prof. Dr. Pranowo, M.Pd.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
45
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi Data Berita Politik merupakan berita mengenai kenegaraan atau bersifat pemerintahan yang dapat dijumpai dalam media cetak, salah satunya dalam Koran Kompas. Dalam Koran, terdapat berbagai macam berita politik yang jika kita lihat, ternyata memiliki bahasa yang berbeda dengan yang lain. Berita politik ini lebih menggunakan bahasa yang menggelitik, mengencam, bahkan menarik pembaca untuk ikut andil di dalamnya. Berita politik dalam Koran Kompas biasanya berada pada halaman 2-5. Berita yang dimuat biasanya mengenai masalah atau peristiwa dalam dunia politik dan pemerintahan yang sedang terjadi. Bahasa yang digunakan dalam berita politik adalah bahasa formal disertai dengan istilah hukum yang menjadi ciri khas berita politik ini. Bahasa formal yang disertai dengan istilah hukum inilah yang membuat tuturan narasumber mengandung daya bahasa yang kuat dan juga mengandung nilai rasa bahasa. Daya dan nilai rasa bahasa dapat dimunculkan melalui unsur intralingual berupa diksi, klausa, dan kalimat yang diikuti oleh unsur ekstralingual berupa fenomena konteks praanggapan dan suasana tuturan. Unsur intralinggual dan ekstralingual
tidak
bisa
dipisahkan,
45
karena
unsur
ekstralingual
selalu
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
46
mengikutinya. Walaupun tidak semua unsur ekstralingual dapat dilihat namun kedua unsur ini merupakan kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Berikut ini deskripsi data yang digunakan dalam penelitian. Data daya bahasa No
Nama Daya
Bulan
Jumlah
September 2014
Oktober 2014
1.
Daya Khabar
22
13
35
2.
Daya Ungkap
18
4
22
3.
Daya Ancam
21
2
23
4.
Daya Paksa
11
-
11
5.
Daya Harap
5
1
6
6.
Daya penolakan
2
2
4
7.
Daya kelakar
-
2
2
8.
Daya Banding
1
1
2
Jumlah
105
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
47
Data nilai rasa bahasa No
Nama Daya
Bulan
Jumlah
September
Oktober
1.
Nilai Rasa halus
4
7
11
2.
Nilai rasa kasar
3
1
4
3.
Nilai rasa takut
5
9
14
4.
Nilai rasa yakin
6
2
8
5.
Nilai rasa heran
2
1
3
6.
Nilai rasa sedih
12
2
14
7.
Nilai rasa bahagia
5
4
9
8.
Nilai rasa marah
11
2
13
9.
Nilai rasa Ikhlas
2
-
2
10.
Nilai rasa Cinta
-
1
1
11.
Nilai
-
2
2
rasa
Sombong Jumlah
80
4.2 Hasil Analisis Data Data yang dianalisis merupakan tuturan yang diambil dari tuturan yang ada dalam berita politik “Koran Kompas” selama bulan September-Oktober 2014. Analisis data terdiri dari unsur intralingual dan ekstralingual daya bahasa dan nilai rasa bahasa. Analisis data merupakan pengklasifikasian daya bahasa dan nilai rasa
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
48
ke dalam jenis-jenisnya berdasarkan unsur intralingual (diksi, frasa, klausa, kalimat, dan wacana) dan unsur ekstralingual berupa fenomena konteks praanggapan berupa peengtahuan umum. Fenomena konteks adalah anggapan dari peneliti tentang bagaimana konteks itu dimunculkan. Hasil
analisis
data
tentang
penggunaan
unsur
intralingual
dan
ekstralingualyang dapat memunculkan daya bahasa dan nilai rasa bahasa dalam berita politik Koran Kompas sebagai penanda kesantunan berkomunikasi akan dipaparkan sebagaiberikut. 4.2.1 Analisis Penanda Intralingual dan Ekstralingual dalam Daya Bahasa sebagai Penanda Kesantunan Berkomunikasi Analisis unsur intralingual dan ekstralingual daya bahasa merupakan pengelompokan kekuatan suatu kata, diksi, frasa, klausa, kalimat, dan wacana yang kemudian dimunculkan dengan unsur ekstralingual yang berupa susana tuturan
dan
fenomena
konteks
praanggapan
berupa
pengetahuan
umum.Pemanfaatan unsur intralingual danekstralingual tersebut digunakan untuk memberikan efek komunikatif lebih kuatpada mitra tutur dengan tujuan tertentu, seperti memberikan informasi, membujuk, mengikuti pikiran,mengibur, dan lain sebagainya. Berdasarkan hasil pengumpulan data yang dilakukan pada bulan September dan Oktober yang telah ditetapkan sebagai objek penelitian, terdapat 8 penggolongan jenis daya bahasa yang ditemukan, yaitu daya kabar, daya ungkap, daya ancam, daya paksa, daya harap, daya penolakan, daya kelakar, dan daya banding.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
49
Penggolongan daya bahasa tersebut didasarkan pada kemiripan efek komunikatif yang ada dalam unsur intralingual dan ekstralingual sebagai penanda kesantunan berkomunikasi. Secara terperinci, analisis unsur intralingual dan ekstralingual yang digunakan untuk memunculkan daya bahasa sebagai penanda kesantunan berkomunikasi akan dipaparkan sebagai berikut. 4.2.1.1 Daya Kabar Daya kabar adalah kekuatan suatu kalimat dalam wacana yang digunakan oleh penutur untuk menyampaikan suatu kejadian mengenai berita politik melalui informasi dan penegasan. Daya khabar dalam berita politik Koran Kompas ditemukan sebanyak 34 tuturan. Data tersebut meliputi : 4.2.1.1.1. Daya informasi Daya informasi adalah kekuatan suatu bahasa yang digunakan oleh penutur untuk memberitahukan informasi yang dapat memberi pengetahuan baru kepada mitra tutur. Dalam berita politik, daya informasi merupakan daya yang paling dominan ditemukan yaitu sebanyak 24 tuturan. Data tersebut disajikan sebagai berikut. 1.
“Dialog merupakan bagian dari tradisi musyawarah yang menjadi ciri yang sangat penting bangsa ini, sama halnya dengan semangat gotong royong”. (BPKK, 02/09/2014) (Konteks : Tuturan diucapkan oleh Hasto selaku Deputi Tim Transisi yang menanggapi pertemuan antara Presiden Jokowi dengan Ketua Umum PAN Hatta Rajasa untuk bersilaturahmi. Penutur memiliki
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
50
pengetahuan lama bahwa kebiasaan bangsa Indonesia yang sejak dahulu dikenal dengan negara yang memiliki jiwa mufakat dan silaturahmi antar umat yang tinggi.)
2. “Pencurian ikan bukan hanya di Indonesia, dunia juga” (BPKK, 03/09/2014) (Konteks : Tuturan diucapkan oleh Menteri kelautan, Sharif Chicip yang menilai kondisi mafia perikanan saat ini sudah menyebar luas. Seperti di Filipan dan Malaysia yang juga memiliki wilayah laut yang luas.)
3. “Ke-58 calon itu terdiri dari lima perempuan dan 53 laki-laki. Salah satunya Pak Busyro Muqoddas.” (BPKK, 03/09/2014) (Konteks : Tuturan diucapkan oleh Amir yang merupakan Ketua Panitia Seleksi Pimpinan KPK yang
memberitahu data calon
pimpinan KPK.)
4. “Secara keseluruhan, rapor kinerja DPRD tingkat provinsi dan kabupaten mendapat angka merah” (BPKK, 30/09/2014) (Konteks : Tuturan diucapkan oleh Peneliti Utama Indonesia Governance Index (IGI) Kemitraan Lenny Hidayat yang menanggapi rapor
kinerja anggota DPRD yang jeblok. Rapor kinerja DPRD
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
51
tingkat provinsi dan kabupaten pada tahun 2014 jauh lebih buruk dibandingkan tahun 2012.)
5. “Salah satu faktor yang cukup mempengaruhi citra DPR adalah perilaku korupsi” (BPKK, 01/10/2014) (Konteks : Tuturan diucapkan oleh penutur yang menanggapi korupsi di indonesia yang banyak menyeret anggota DPR. Sepanjang lima tahun terakhir, terseretnya sejumlah anggota DPR dalam kasus korupsi yang menjadi pemicu pesimisme publik pada lembaga ini. selain itu adanya proyek-proyek di kementerian dan pembahasan anggaran yang menjadi lahan praktik korupsi anggota legislatif.)
Ketujuh tuturan berita politik di atas mengandung daya informasi berupa informasi. Daya informasi tersebut tercermin pada konteks yang ada dalam kalimat-kalimat berita politik di atas. Kalimat-kalimat berupa informasi tersebut memiliki sebuah pesan informasi mengenai kejadian di dalam lingkup politik. Tuturan (1) mencoba memperlihatkan informasi yang ada dalam tuturan tersebut dengan menjelaskan dialog merupakan tradisi dalam msuyawarah sama halnya dengan gotong royong. Seperti kebiasaan bangsa Indonesia yang sejak dahulu dikenal dengan negara yang memiliki jiwa mufakat dan silaturahmi antar umat yang tinggi. Musyawarah bagi bangsa Indonesia merupakan salah satu kegiatan yang sering dilakukan dalam suatu rapat untuk membicarakan suatu masalah dan menentukan suatu keputusan. Presiden Jokowi menerapkan tardisi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
52
musyawarah terhadap seluruh partai politik untuk memperkuat pemerintahannya kelak. Terbukti selama ini Presiden Jokowi selalu menjalin silaturahmi dengan para petinggi untuk membahas kemajuan negara Indonesia. Daya informasi tersebut dapat dilihat melalui penanda intralingual berupa kalimat“dialog merupakan bagian dari tradisi musyawarah yang menjadi ciri yang sangat penting bangsa ini, sama halnya dengan semangat gotong royong”. Penanda ekstralingual dimunculkan melalui konteks berupa fenomena praanggapan bahwa negara kita memang dikenal dengan negara yang menjunjung tinggi musyawarah mufakat. Para pemimpin bangsa sering melakukan musyawarah untuk menyelesaikan suatu permasalahan atau menentukan suatu keputusan. Dengan menerapkan musyawarah dalam setiap diskusi akan membentuk keputusan yang baik, dan itulah yang dilakukan para pejuang bangsa di dalam negara yang kaya akan jiwa mufakatnya ini. Tuturan dalam berita politik tersebut dianggap sebagai tuturan yang santun karena menggunakan bahasa yang formal. Selain itu, dianggap santun karena sesuai dengan prinsip kesantunan menurut Leech dalam Pranowo (103:2012) yaitu maksim kebijaksanaan, tuturan dapat memberikan keuntungan kepada mitra tutur. Dalam konteks ini tuturan penutur mengandung maksim kebijaksanaan karena telah memberikan keuntungan dalam bentuk informasi kepada publik dan pembaca mengenai pentingnya dialog dan gotong royong. Sama halnya dengan tuturan berita politik (1), tuturan (2) juga memperlihatkan informasi dengan memberitahu mengenai pencurian ikan yang tidak hanya terjadi di Indonesia, melainkan juga di dunia. Daya informasi tersebut
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
53
dapat dilihat melalui penanda intralingual berupa kalimat “Pencurian ikan bukan hanya di Indonesia, dunia juga”. Penanda ekstralingual dimunculkan melalui konteks berupa fenomena praanggapan bahwa pencurian ikan sudah menyebar hampir di seluruh dunia. Seperti di yang terjadi di negara tetangga, seperti di Filipina dan Malaysia. Tuturan dalam berita politik tersebut juga dianggap sebagai tuturan yang santun karena sesuai dengan prinsip kesantunan menurut Leech dalam Pranowo (103:2012) yaitu maksim kebijaksanaan, tuturan dapat memberikan keuntungan kepada mitra tutur. Dalam konteks ini tuturan penutur mengandung maksim kebijaksanaan karena telah memberikan keuntungan dalam bentuk informasi kepada publik dan pembaca mengenai pencurian ikan yang menyebar sampai di dunia. Tuturan (3) mencoba memperlihatkan informasi berupa data calon ketua umum KPK. Tuturan tersebut diucapkan oleh Amir yang merupakan Ketua Panitia Seleksi Pimpinan KPK yang memberitahu data calon pimpinan KPK, salah satunya adalah Busyo Muqoddas yang dicalonkan kembali sebagai ketua umum KPK. Daya informasi tersebut dapat dilihat melalui penanda intralingual berupa kalimat “Ke-58 calon itu terdiri dari lima perempuan dan 53 laki-laki. Salah satunya Pak Busyro Muqoddas”. Penanda ekstralingual dimunculkan melalui konteks berupa fenomena praanggapan bahwa banyak tokoh yang mencalonkan diri sebagai Ketua KPK. Seperti pak Busyro Muqqodas yang memiliki kinerja yang bagus pada masa kerja sebelumnya ketika menjadi Ketua KPK. Banyak dukungan yang ditunjukan kepadanya agar mencalonkan kembali
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
54
menjadi Ketua KPK, karena kinerja Pak Busyro sendiri yang sangat membuat masyarakat menyukai sosok dirinya. Bahkan kasus-kasus besar dapat diberantas pada masa kepemimpinannya. Salah satunya kasus Nazarudin. Tuturan dalam berita politik tersebut juga dianggap sebagai tuturan yang santun karena sesuai dengan prinsip kesantunan menurut Leech dalam Pranowo (103:2012) yaitu maksim kebijaksanaan, tuturan dapat memberikan keuntungan kepada mitra tutur. Dalam konteks ini tuturan Ganjar Bondon mengandung maksim kebijaksanaan karena telah memberikan keuntungan dalam bentuk informasi kepada publik bahwa salah satu calon ketua KPK adalah Busyro Muqoddas yang memiliki kinerja yang bagus. Tuturan (4) mencoba memperlihatkan informasi mengenai rapor kinerja anggota DPRD yang mendapatkan angka merah. Tuturan yang diucapkan oleh Peneliti Utama Indonesia Governance Index (IGI) Kemitraan Lenny Hidayat memberitahu bahwa rapor kinerja anggota DPRD tingkat provinsi dan kabupaten tahun 2014 mengalami penurunan lebih buruk dari tahun 2012. Daya informasi dapat dilihat melalui penanda intralingual berupa kalimat “ Secara keseluruhan, rapor kinerja DPRD tingkat provinsi dan kabupaten mendapat angka merah”. Penanda
ekstralingual
dimunculkan
melalui
konteks
berupa
fenomena
praanggapan bahwa data rapor anggota DPRD pada tahun 2014 jauh lebih buruk dibandingkan tahun 2012. Rata-rata rapor pada tahun 2014 hanya 3,42(skala 010), sedangkan pada tahun 2012 rata-ratanya 4,89. Lima DPRD yang memiliki rapor terburuk adalah Seluma Bengkulu (2,10); Sampang, Jawa Timur (2,33);
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
55
Jayapura, Papua (2,44); Lombok Utara, NTB (2,55);Pontianak, Kalimantan Barat (2,70). Tuturan dalam berita politik tersebut juga dianggap sebagai tuturan yang santun karena sesuai dengan prinsip kesantunan menurut Leech dalam Pranowo (103:2012) yaitu maksim kebijaksanaan, tuturan dapat memberikan keuntungan kepada mitra tutur. Dalam konteks ini tuturan Ganjar Bondon mengandung maksim kebijaksanaan karena telah memberikan keuntungan dalam bentuk informasi kepada publik mengenai rapor kinerja anggota DPRD mendapat angka merah. Tuturan (5) juga mengutarakan informasi mengenai citra DPR yang buruk dikarenakan perilaku korupsi yang dilakukan oleh anggota DPR. Daya informasi dapat dilihat melalui penanda intralingual berupa kalimat “ Salah satu faktor yang cukup mempengaruhi citra DPR adalah perilaku korupsi”.Penanda ekstralingual dimunculkan melalui konteks berupa fenomena praanggapan bahwa korupsi di indonesia yang banyak menyeret anggota DPR. Sepanjang lima tahun terakhir, terseretnya sejumlah anggota DPR dalam kasus korupsi yang menjadi pemicu pesimisme publik pada lembaga ini. selain itu adanya proyek-proyek di kementerian dan pembahasan anggaran yang menjadi lahan praktik korupsi anggota legislatif. Beberapa nama-nama anggota DPR yang terseret kasus korupsi adalah M Nazaruddin (Demokrat), yang terseret kasus korupsi proyek di Kementerian Pemuda dan Olahraga. Kasus ini akhirnya menyeret, menjerat juga kolega separtainya, yaitu Angelina Sondakh, Andi Malarangang dan Anas Urbaningrum. Selain itu kasus suap dana Penyesuaian infrastruktur Daerah
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
56
menyeret Wa Ode Nur Hayati (PAN). Sementara Luthfi Hasan Ishaq (PKS) terjertat kasus suap proyek impor sapi, Zulkarnaen Djabar (Golkar) dalam korupsi proyek pengadaan Al Quran di Kementerian Agama, dan Chaerunisa (Golkar) dalam kasus suap sengketa pilkada di Mahkamah Konstitusi. Tuturan dalam berita politik tersebut juga dianggap sebagai tuturan yang santun karena sesuai dengan prinsip kesantunan menurut Leech dalam Pranowo (103:2012) yaitu maksim kebijaksanaan, tuturan dapat memberikan keuntungan kepada mitra tutur. Dalam konteks ini tuturan penutur mengandung maksim kebijaksanaan karena telah memberikan keuntungan dalam bentuk informasi kepada publik mengenai faktor yang mempengaruhi citra DPR berasal dari perilaku korupsi. Berdasarkan kelima contoh di atas dapat disimpulkan bahwa daya informasi memiliki ciri khas, yakni tuturannya selalu memberikan keuntungan bagi mitra tutur. Hal ini sesuai dengan prinsip kesantunan Leech dalam Pranowo (2012:103) yakni maksim kebijaksanaan, tuturan dapat memberikan keuntungan kepada mitra tutur. Hal ini terlihat pada semua contoh tuturan yang mengandung daya informasi, memberikan keuntungan berupa informasi. 4.2.1.1.2 Daya Penegasan Daya penegasan adalah kekuatan bahasa yang digunakan penutur untuk menegaskan tuturannya kepada mitra tutur. Peneliti menemukan 3 tuturan yang mengandung penegasan. Data tersebut disajikan sebagai berikut.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
57
6. “Rapat terakhir presiden PKS menegaskan posisi kami tetap bahwa kepala
daerah,
gubernur
dan
bupati
atau
walikota
dipilih
langsung.(BPKK, 02/09/2014) (Konteks : Tuturan diucapkan oleh Fahri Hamsah selaku Wakil Sekertaris Jendral PKS untuk menanggapi proses pilkada. Pilkada oleh anggota DPRD akan merusak tatanan politik dan relasi pemerintahan di daerah. Seperti akan munculnya plotik uang dan tidak
adanya
kesempatan
bagi
masyarakat
untuk
memilih
pemimpinnya sendiri.)
7. “Sampai sekarang masih tetap akan dilantik selama belum ada keputusan hukum yang bersifat tetap” (BPKK, 03/09/2014) (Konteks :Tuturan diucapkan oleh Husni Kamil, selaku Ketua KPU yang menegaskan mengenai pelantikan calon anggota DPR. Anggota DPR yang memiliki masalah akan tetap dilantik sebelum jatuhnya keputusan hukum.)
8. “Saya jelaskan tadi, semua menteri dan kepala lembaga mendapat DOM.”(BPKK, 10/10/2014) (Konteks: Tuturan diucapkan oleh Jero Wacik yang menanggapi pemeriksaan perdannya dengan pertanyaan yang diberikan kepadanya mengenai DOM. Selama Jero Wacik menjabat sebagai Menteri
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
58
Kebudayaan dan Pariwisata dan ketika menjadi Menteri ESDM juga mendapatkan DOM.)
Ketiga tuturan di atas mengandung daya penegasan yang mencoba menyampaikan maksud dengan cara menegaskan. Daya penegasan dalam kalimatkalimat di atas menggunakan cara mengabari yang dilakukan melalui penegasan penutur terhadap mitra tutur. Tuturan (6) mencoba memperlihatkan penegasan yang dilakukan dengan cara menegaskan posisi PKS tetap, bahwa kepala daerah, gubernur dan bupati atau walikota dipilih langsung. Daya penegasan tersebut dapat dilihat melalui penanda intralingual berupa kata “tetap”. Penanda ekstralingual dimunculkan melalui konteks berupa fenomena praanggapan bahwa pemilihan oleh anggota DPRD menjadikan pemilihan tidak sehat karena adanya suap untuk mendapkan kursi kepala daerah. Selain itu manyarakat tidak mendapatkan haknya untuk memilih pemimpin yang mereka inginkan. Tuturan ini dipersepsi sebagai tuturan yang santun karena sesuai dengan prinsip kesantunan menurut Leech dalam Pranowo (103:2012) yaitu maksim kebijaksanaan, tuturan dapat memberikan keuntungan bagi mitra tutur. Dalam konteks ini, tuturan Fahri Hamsah mengandung maksim kebijaksanaan karena telah
memberikan
keuntungan
dalam
bentuk
penegasan
berupa
diksi
“tetap”kepada publik bahwa posisi PKS tetap bahwa kepala daerah, gubernur dan bupati atau walikota dipilih langsung.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
59
Tuturan (7) juga mencoba memperlihatkan penegasan yang dilakukan dengan cara menegaskan mengenai pelantikan calon anggota DPR. Anggota DPR yang memiliki masalah akan tetap dilantik sebelum jatuhnya keputusan hukum. Daya penegasan tersebut dapat diperkuat dengan penanda intralingual berupa kalimat “Sampai sekarang masih tetap akan dilantik selama belum ada keputusan hukum yang bersifat tetap” yang diperkuat dengan klausa “..tetap akan dilantik…”. Kalimat tersebut dipersepsi sebagai sikap tegas dari KPU untuk tetap melantik kedua orang caleg terpilih asal Golkar yang dipecat oleh DPP Golkar sebelum surat pemecatan yang bersifat keputusan hukum tetap diturunkan. Daya penegasan juga diperkuat melalui diksi “tetap” yang memiliki makna denotatif atau makna sebenarnya yaitu tidak berubah atau konsisten. Penanda ekstralingual dimunculkan melalui konteks berupa fenomena praanggapan bahwa seseorang yang terjerat kasus hukum apabila belum dijatuhkan keputusan hukum yang bersifat tetap tentu masih belum bisa dijadikan tersangka dan masih bisa dikatakan rakyat Indonesia yang tidak bersalah. Tuturan di atas dipersepsi santun karena sesuai dengan prinsip kesantunan menurut Leech dalam Pranowo (103:2012) yaitu maksim kebijaksanaan, tuturan memberikan keuntungan terhadap penutur. Dalam konteks ini, tuturan Husni Kamil memberikan keuntungan dalam bentuk penegasan berupa klausa “tetap akan dilantik” terhadap mitra tutur bahwa pelantikan akan tetap dijalankan sebelum putusan hukum yang bersifat tetap. Tuturan (8) juga mencoba memperlihatkan penegasan yang dilakukan oleh Jero Wacik bahwa semua menteri dan kepala lembaga mendapatkan DOM. Daya
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
60
penegasan diperkuat dengan penanda intralingual berupa kalimat “Saya jelaskan tadi, semua menteri dan kepala lembaga mendapat DOM” yang diperkuat dengan klausa “ saya jelaskan tadi….”. Penanda ekstralingual dimunculkan melalui konteks berupa fenomena praanggapan bahwa pada saat dirinya menjabat sebagai Menteri Kebudayaan dan Pariwisata selama 7 tahun. Ketika menjadi Menteri ESDM selama tiga tahun, dia juga mendapatkan DOM. Tuturan di atas dipersepsi santun karena sesuai dengan prinsip kesantunan menurut Leech dalam Pranowo (103:2012) yaitu maksim kebijaksanaan, tuturan memberikan keuntungan terhadap penutur. Dalam konteks ini, tuturan Jero Wacik memberikan keuntungan dalam bentuk penegasan terhadap mitra tutur bahwa semua menteri mendapatkan DOM. Seperti ketika dirinya menjabat sebagai Menteri Kebudayaan dan Pariwisata dan ketika menjadi Menteri ESDM juga mendapatkan DOM. Berdasarkan contoh di atas, dapat disimpulkan bahwa daya penegasan memiliki
ciri
khas
yang
sering
dipakai
yakni
diksi
“tetap”
pada
(DB.11/BPKK/02/09/2014) dan (DB.16/BPKK/03/09/2014). Sedangkan pada (DB.94/BPKK/10/10/2014) berbeda dengan kedua tuturan di atas, yaitu lebih menggunakan klausa “saya jelaskan tadi,…” juga termasuk ke dalam daya penegasan karena mengandung penegasan mengenai sesuatu topik. Jadi tidak semua daya penegasan menggunakan kata-kata khas seperti yang telah disebutkan di atas. Selain itu, daya penegasan dapat dimunculkan melalui penanda intralingual berupa kalimat. Sedangkan penanda ekstralingual berupa fenomena praanggapan berupa pengetahuan umum.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
61
4.2.1.2 Daya Ungkap Daya ungkap adalah kekuatan bahasa yang digunakan oleh penutur untuk mengungkapkan pandangannya atau pikirannya mengenai suatu hal yang dianggap penting kepada mitra tutur. Dalam berita politik, daya ungkap digunakan untuk mengungkapkan pendapat mengenai suatu berita politik. Daya ungkap menyatakan ungkapan suatu hal atau peristiwa agar pembaca memahami adanya makna pada suatu kalimat. Daya ungkap dalam berita politik Koran Kompas ditemukan sebanyak 11 tuturan. Data tersebut disajikan sebagai berikut : 9. “Pak Busyro ini sebenarnya tak tergantikan, bahkan salah satu pimpinan KPK terbaik”. (BPKK, 03/09/2014) (Konteks :Tuturan diucapkan oleh Ganjar Bondon, Dosen Hukum Pidana UI yang menanggapi pencalonan ulang Busyro. Penutur memiliki pengetahuan lama ketika dalam masa pimpinan Busyro Muqoddas, dia dapat memberantas semua korupsi besar bahkan yang melibatkan Nazar cs sudah dibongkar habis oleh Busyro Muqoddas.)
10. “Saya kira itu baik untuk Pak Jero agar dia fokus dan berkonsentrasi pada masalah yang dihadapi” (BPKK, 06/09/2014) (Konteks : Tuturan diucapkan oleh Amir Syamsuddin untuk menanggapi pengunduran diri Jero Wacik dari jabatan menteri. Hal ini dikarenakan Jero Wacik terjerat dalam kasus korupsi)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
62
11. “Kalau dipikir-pikir, ngapain juga kita ekspor. Mendingan kita stop ekspor minyak. Kita mengolah sendiri untuk kebutuhan dalam negeri sendiri dulu. Sekarang ini, kita seolah-olah ekspor dan dapat penghasilan, tetapi juga mengeluarkan anggaran subsidi. Prinsipnya energi harus diutamakan untuk kebutuhan dalam negeri dulu” (BPKK, 06/09/2014). (Konteks: Tuturan diucapkan oleh Haryadi yang menanggapi minyak mentah yang diekspor ke Indonesia nilainya hampir mencapai Rp 300 triliun. Ironisnya, besaran subsidi minyak juga hampir Rp 300 triliun.)
12. “Kesalahan Jero Wacik mungkin tidak seratus persen kesalahan dia. Namun, (lebih) karena dia tidak paham seluk beluk proses migas yang rumit membuat dia tidak sadar kalau dia terpeleset” (BPKK, 07/09/2014) (Konteks: Tuturan diucapkan Dewi Aryani, anggota DPR yang menanggapi kasus yang menjerat Jero Wacik. Hal ini dikarenakan pemilihan pejabat yang kurang ahli dibidangnya, seperti Jero Wacik.)
13. “Keistimewaan anak pejabat terbukti hanya menghancurkan pribadi dan menurunkan tingkat kepercayaan terhadap pemerintahan.”(BPKK, 24/10/2014) (Konteks: Tuturan diucapkan oleh Uchok yang menanggapi keistimewaan anak pejabat dalam tes CPNS. Penutur memiliki
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
63
pengetahuan lama bahwa pemaksaan anak pejabat untuk diterima sebagai pegawai ke dalam struktur pemerintahan hanya akan merusak sistem. Seperti apabila anak pejabat itu tidak mampu bekerja dan melanggar aturan, tentu tidak akan ada atasan yang berani menegur dan menjatuhkan sanksi.) Kelima tuturan di atas mengandung daya ungkap. Daya ungkap dalam kalimat-kalimat tersebut menunjukan pendapat-pendapat dari penutur terkait suatu kejadian mengenai berita politik. Daya ungkap tercermin pada tuturan diatas. Tuturan (9) mencoba mengungkapkan pendapat dari Ganjar Bondon dalam menanggapi pencalonan kembali Busyro Muqoddas sebagai ketu umum KPK. Ganjar mengutarakan pendapatnya mengenai sosok Busyro yang memiliki kinerja yang bagus dan pimpinan KPK terbaik. Daya ungkap dapat dilihat melalui penanda intralingual berupa kalimat “Pak Busyro ini sebenarnya tak tergantikan, bahkan salah satu pimpinan KPK terbaik”. Penanda ekstralingual dimunculkan melalui konteks berupa fenomena praanggapan bahwa selama Busyro menjabat sebagai ketua umum KPK , dia sudah bekerja dengan baik. Terbukti dia sudah membabat habis kasus korupsi-korupsi besar bahkan yang melibatkan Nazar cs. Tuturan tersebut dianggap sebagai tuturan yang santun karena sesuai dengan prinsip kesantunan menurut Leech dalam Pranowo (103:2012) yaitu maksim pujian, tuturan dapat memberikan pujian kepada mitra tutur. Dalam konteks ini, tuturan Ganjar Bondo mengandung maksim pujian, karena telah memberikan pujian dalam bentuk pemberian pendapat mengenai sosok Busyro Muqoddas
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
dalam pemilihan ketua umum KPK.
64
Pujian itu seperti dalam kalimat “Pak
Busyro ini sebenarnya tak tergantikan, bahkan salah satu pimpinan KPK terbaik”. Tuturan (10) mencoba mengungkapkan rasa simpati terhadap kasus yang dialami oleh Jero Wacik yang membuat dirinya mengundurkan diri dari jabatan menteri. Daya ungkap dapat dilihat melalui penanda intralingual berupa kalimat “ Saya kira itu baik untuk Pak Jero agar dia fokus dan berkonsentrasi pada masalah yang dihadapi”yang diperkuat melalui klausa“ Saya kira itu baik untuk Pak Jero…”. Penanda ekstralingual dimunculkan melalui konteks berupa fenomena praanggapan bahwa Jero Wacik tersangkut kasus dugaan pemerasan di Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM). Selain itu Jero juga didera kasus lain yaitu ditetapkan sebagai tersangka tindak pidana korupsi saat menjabat sebagai Menteri Kebudayaan dan Pariwisata tahun 2008-2011. Sedangkan suasana yang terdapat dalam tuturan adalah suasana sedih dan syok. Tuturan tersebut dianggap sebagai tuturan yang santun karena sesuai dengan prinsip kesantunan menurut Leech dalam Pranowo (103:2012) yaitu maksim simpati, tuturan dapat mengungkapkan rasa simpati terhadap yang dialami mitra tutur. Hal ini terlihat pada tuturan Amir Syamsudin yang mengandung maksim simpati karena telah memberikan simpati dalam bentuk pemberian pendapat atau ungkapan kepada Jero Wacik. Ungkapan itu berupa klausa “ Saya kira itu baik untuk Pak Jero…”.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
65
Tuturan (11) mencoba mengungkapkan pendapat yang diucapkan oleh Haryadi yang menanggapi ekspor minyak yang nilainya hampir sama dengan besaran subsidi minyak yang mencapai Rp 300 triliun. Daya ungkap dilihat melalui tuturan“ Kalau dipikir-pikir, ngapain juga kita ekspor. Mendingan kita stop ekspor minyak. Kita mengolah sendiri untuk kebutuhan dalam negeri sendiri dulu. Sekarang ini, kita seolah-olah ekspor dan dapat penghasilan, tetapi juga mengeluarkan anggaran subsidi. Prinsipnya energi harus diutamakan untuk kebutuhan dalam negeri dulu”yang diperkuat dengan penanda intralingual berupa kalimat “. Prinsipnya energi harus diutamakan untuk kebutuhan dalam negeri dulu…”. Penanda ekstralingual dimunculkan melalui konteks berupa fenomena praanggapan bahwa hasil dari ekspor tidak mendapatkan keuntungan karena pemerintah tetap mengeluarkan anggaran untuk subsidi. Lebih baik olah sendiri dan utamakan untuk kebutuhan dalam negeri. Kalaupun ada keuntungan atau pun kerugian, setidaknya kebutuhan dalam negeri tetap terpenuhi. Minyak mentah yang diekspor Indonesia nilainya hampir mencapai Rp 300 triliun. Ironisnya, besaran subsidi minyak juga hampir Rp 300 triliun. Tuturan tersebut dianggap sebagai tuturan yang santun karena sesuai dengan prinsip kesantunan menurut Leech dalam Pranowo (103:2012) yaitu maksim kebijaksanaan, tuturan dapat memberikan keuntungan kepada mitra tutur. Dalam konteks ini, tuturan Haryadi mengandung maksim kebijaksanaan karena telah memberikan keuntungan dalam bentuk pemberian pendapat mengenai ekspor minyak yang tidak menguntungkan bagi negara, karena negara juga mengeluarkan subsidi dengan nilai yang sama dengan hasil ekspor minyak.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
66
Sama seperti tuturan (10), pada tuturan (12) juga mencoba mengungkapkan rasa simpati terhadap kasus yang menjerat Jero Wacik karena migas bukan lah bidangnya. Daya ungkap dapat dilihat melalui tuturan“ Kesalahan Jero Wacik mungkin tidak seratus persen kesalahan dia. Namun, (lebih) karena dia tidak paham seluk beluk proses migas yang rumit membuat dia tidak sadar kalau dia terpeleset”yang diperkuat dengan penanda intralingual berupa kalimat“ Kesalahan Jero Wacik mungkin tidak seratus persen kesalahan dia”. Penanda ekstralingual dimunculkan melalui konteks berupa fenomena praanggapan bahwa latar belakang Jero Wacik merupakan lulusan dari beberapa Perguruan Tinggi ternama di Indonesia. Selama menempuh pendidikan, Jero Wacik belajar dalam bidang Teknik mesin dan berada di Fakultas Ekonomi UI. Setelah bergabung dalam partai usungan SBY, pada akhirnya membawanya menjadi Menteri Kebudayaan dan Pariwisata tahun 2004-2009 dan menjabat Menteri Energi dan sumber Daya Mineral periode 2011-2014. Tuturan tersebut dianggap sebagai tuturan yang santun karena sesuai dengan prinsip kesantunan menurut Leech dalam Pranowo (103:2012) yaitu maksim simpati, tuturan dapat mengungkapkan rasa simpati terhadap yang dialami mitra tutur. Hal ini terlihat pada tuturan Dewi Ariyani yang mengandung maksim simpati karena telah memberikan simpati dalam bentuk pemberian pendapat terhadap kasus yang menimpa Jero Wacik. Rasa simpati terlihat dalam kalimat “ Kesalahan Jero Wacik mungkin tidak seratus persen kesalahan dia”. Tuturan ke (13) juga sama dengan tuturan ke (11) yang mencoba mengungkapkan pendapat yang diucapkan oleh Uchok mengenai keistimewaan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
67
dalam anak pejabat dalam tes CPNS. Daya ungkap dapat dilihat melalui penanda ekstralingual berupa kalimat “Keistimewaan anak pejabat terbukti hanya menghancurkan pribadi dan menurunkan tingkat kepercayaan terhadap pemerintahan”.Penanda ekstralingual dimunculkan melalui konteks berupa fenomena praanggapanbahwa pemaksaan anak pejabat untuk diterima sebagai pegawai ke dalam struktur pemerintahan hanya akan merusak sistem. Seperti apabila anak pejabat itu tidak mampu bekerja dan melanggar aturan, tentu tidak akan ada atasan yang berani menegur dan menjatuhkan sanksi. Seperti kasus yang dialami anak pejabat yang diam-diam mengikuti tender proyek pemerintahan yang dilakukan putra mantan Menteri Koperasi dan UKM Sjarifuddin Hasan, tak ada satupun kementerian berani menolak. Pada akhirnya dugaan korupsi pun terungkap dan kini harus dibawa ke pengadilan. Tuturan tersebut dianggap sebagai tuturan yang santun karena sesuai dengan prinsip kesantunan menurut Leech dalam Pranowo (103:2012) yaitu maksim kebijaksanaan, tuturan dapat memberikan keuntungan kepada mitra tutur. Dalam konteks ini, tuturan Uchok mengandung maksim kebijaksanaan karena telah memberikan
keuntungan
dalam
bentuk
pemberian
pendapat
mengenai
diistimewakannya anak pejabat dalam tes CPNS yang akan menghancurkan pribadi dan menurunkan tingkat kepercayaan terhadap pemerintahan. Berdasarkan kelima contoh di atas dapat disimpulkan bahwa daya ungkap memiliki ciri khas yang digunakan yaitu berisi pendapat dan masukan kepada mitra tutur. Selain itu, daya ungkap juga memberikan keuntungan kepada mitra tutur karena tuturannya dapat dijadikan pedoman atau masukan mitra tutur, seperti
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
68
pada tuturan (DB.34/BPKK/06-09-2014) dan (DB.104/BPKK/24-10-2014). Ada juga tuturan dalam daya ungkap yang dianggap sebagai tuturan santun karena mengungkapkan
simpati
terhadap
(DB.30/BPKK/06-09-2014)dan(DB.
mitra
tutur,
seperti
35/BPKK/07-09-2014).
pada
Sedangkan
tuturan pada
(DB.22/BPKK/03-09-2014) lebih mengungkapkan rasa pujian penutur terhadap mitra tutur. 4.2.1.3 Daya Ancam Daya ancam adalah kekuatan bahasa yang digunakan oleh penutur untuk mengancam mitra tutur karena tindakan mitra tutur dianggap tidak sesuai dengan aturan oleh penutur. Ancaman ini dapat dilakukan melalui kritikan (kritikan langsung dan tidak langsung), peringatan, sindiran, dan ejekan. Berkaitan dengan tuturan dalam berita politik, daya ancam digunakan untuk menyampaikan maksud secara langsung maupun tidak langsung. Daya ancam dalam berita politik Koran Kompas ditemukan sebanyak 21 tuturan. Data tersebut meliputi: 4.2.1.3.1 Daya Kritik Daya kritik adalah kekuatan bahasa yang digunakan penutur untuk mengkritik mitra tutur, lembaga atau pun seseorang yang dianggap tindakannya tidak sesuai dengan aturan secara langsung. Kritikan bisa berbentuk kritikan secara langsung dan implikatur. Peneliti menemukan 2 tuturan yang mengandung daya kritik. Data tersebut disajikan sebagai berikut: 14. “Jangan hanya terpaku pada kasus-kasus besar. Jangan-jangan empat tahun diperiksa dan disidang tetapi tidak ada satu pun yang selesai”. (BPKK, 03/09/2014)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
69
(Konteks: Tuturan diucapkan oleh Ganjar yang memiliki pengetahuan lama bahwa KPK selama ini hanya fokus menangani kasus-kasus besar dan menyampingkan kasus-kasus kecil. Dimana kasus korupsi pada anggota kader partai lebih diutamakan dari pada kasus korupsi pada masyarakat biasa) 15. ”Ketika seorang kader partai politik terkena kasus korupsi, seharusnya ada semacam mekanisme berupa koreksi internal yang diikuti dengan adanya teguran. Namun, sampai sekarang tidak ada mekanisme itu”. (BPKK, 01/09/014) (Konteks:
Tuturan
diucapkan
oleh
Emerson
Yuntho
selaku
koordinator monitoring hukum dan peradilan Indonesia yang menanggapi permasalahan mengenai kasus korupsi. Kasus korupsi di Indonesia banyak sekali dilakukan oleh kader partai politik. Beberapa diantaranya adalah kader partai politik seperti Angelina Sondakh, Andi Malaranggeng, Anas Urbaningrum, bahkan Jero Wacik). Kedua tuturan berita politik di atas mengandung daya ancam berupa kritikan. Tuturan (14) mencoba memperlihatkan ancaman dengan cara mengkritik secara langsung mengenai KPK yang hanya menangani kasus-kasus besar. Daya ancam tersebut dapat dilihat melalui penanda intralingual berupa kalimat “Jangan hanya terpaku pada kasus-kasus besar”. Daya ancam juga semakin diperkuat dengan penanda intralingual berupa klausa“jangan hanya terpaku”.Klausa tersebut dipersepsi sebagai ancaman berupa kritikan yang diberikan kepada KPK, agar tidak hanya menangani kasus-kasus besar seperti korupsi pada pejabat dan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
70
menteri. Penanda ekstralingual dimunculkan melalui konteks berupa fenomena praanggapan bahwa seperti kasus yang menimpa Nazaruddin. Dia terhimpit dua kasus besar yaitu kasus suap Kemenpora dan dugaan suap Sekjen MK Janedjri. Selain itu ada kasus korupsi Bank Century. Dalam mengatasi kasus ini membutuhkan waktu yang cukup lama, dan menomerduakan kasus-kasus kecil seperti kasus korupsi dalam masyarakat biasa. KPK selama ini hanya terfokus terhadap kasus korupsi yang melibatkan pejabat dan aparat pemerintahan. Sehingga mereka melalaikan kasus- kasus kecil yang juga membutuhkan penanganan. Tuturan tersebut dianggap sebagai tuturan yang tidak santun karena penutur menyatakan kritikan secara langsung dan yang dikatakan sesuai dengan apa yang dimaksudkan. Tuturan seperti itu dinilai dapat menyinggung perasaan pihak-pihak yang menjadi sasaran kritik. Selain itu juga bertentangan dengan prinsip kesantunan menurut Pranowo (109:2012) yakni sikap tenggang rasa, sikap menjaga perasaan mitra tutur. Dalam konteks ini, tuturan Ganjar berupa kalimat “Jangan hanya terpaku pada kasus-kasus besar” bertentangan dengan prinsip tenggang rasa karena mengkritik secara langsung anggota KPK yang hanya menangani kasus-kasus besar seperti kasus korupsi pada tokoh politik dan para pejabat. Tuturan (15) sama dengan tuturan (14) yang memperlihatkan ancaman berupa kritikan secara langsung. Pada tuturan (14) ini, memperlihatkan ancaman berupa kritikan mengenai kasus korupsi yang banyak menjerat para pejabat dan kader partai politik. Daya ancam berupa kritikan dilihat melalui penanda
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
71
intralingual berupa kalimat “Namun, sampai sekarang tidak ada mekanisme itu”. Kalimat tersebut dipersepsi sebagai kritikan terhadap partai politik yang sampai saat ini tidak adanya suatu gerakan atau pembenahan dalam menangani kadernya yang tersangkut kasus korupsi. Penanda ekstralingual dimunculkan melalui konteks berupa fenomena praanggapan bahwa kader partai politik banyak yang terlibat korupsi. Beberapa diantaranya adalah kader partai politik seperti Angelina Sondakh, Andi Malaranggeng, Anas Urbaningrum, bahkan Jero Wacik. Kader partai politik tersebut berada di bawah naungan Partai Demokrat. Dengan adanya kasus yang banyak menjerat kader parpol tersebut, membuat publik meninggalkan Partai Demokrat. Terbukti pada pemilu 2014 perolehan suara Partai Demokrat rontok. Tuturan tersebut dianggap sebagai tuturan yang tidak santun karena bertentangan dengan prinsip kesantunan Pranowo (109:2012) yakni sikap tenggang rasa, sikap menjaga perasaan agar mitra tutur tidak merasa terancam atas tuturan penuturnya. Dalam konteks ini, tuturan Emerson Yuntho berupa kalimat “Namun, sampai sekarang tidak ada mekanisme itu” bertentangan dengan prinsip tenggang rasa karena mengkritik secara langsung partai yang ada di pemerintahan tidak berbenah dan melakukan koreksi internal. Padahal jumlah kasus korupsi pada kader partai politik terus meningkat. Berdasarkan contoh di atas dapat disimpulkan bahwa daya ancam berupa kritikan merupakan tuturan yang tidak santun karena bertentangan dengan prinsip kesantunan Pranowo (109:2012) yakni sikap tenggang rasa, sikapmenjaga perasaan mitra tutur. Hal itu disebabkan daya kritik ditujukan langsung terhadap
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
72
mitra tutur. Daya kritik dapat dimunculkan melalui penanda intralingual kalimat yang diikuti oleh penanda ekstralingual fenomena konteks praanggapan. 4.2.1.3.2 Daya Sindir Ancaman juga dapat dilakukan melalui daya sindir. Daya sindiran dalam berita politik bisa berbentuk sindiran langsung dan tidak langsung. Daya sindir adalah kekuatan bahasa yang digunakan oleh penutur untuk menyindir mitra tutur atau seseorang mengenai suatu kejadian atau topik tertentu. Seperti data yang disajikan sebagai berikut. 16. “Masak malaikat mau dites sama setan” (BPKK, 04/09/2014) (Konteks: Tuturan diucapkan oleh Asep Iwan, ahli Hukum Pidana dimana penutur memiliki pengetahuan lama bahwa seleksi pada tahap DPR sudah tidak dipercayai lagi, terutama oleh calon pimpinan yang jujur dan kredibel)
17. “Jangan-jangan tingkat penerimaan pajak rendah karena dikorupsi. Kita hanya bisa menyapu koruptor kalau saja sapunya bersih dari korupsi”.(BPKK, 24/09/2014) (Konteks: Tuturan diucapkan oleh Pengamat Perpajakan Yustinus Prastowo yang menanggapi lemahnya pemberantasan korupsi di negara ini, karena petugas KPK yang memikili peran dalam tindakan korupsi)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
73
18. “Kalau kualitas partainya seperti itu, tidak heran kualitas DPRD dan kepala daerah yang diusung” (BPKK, 26/09/2014) (Konteks: Tuturan diucapkan oleh Dadang Trisasongko selaku Sekretaris Jendral Transparancy International Indonesia yang menanggapi kualitas para partai politik yang enggan terbuka dalam laporan keuangan. Di mana, survei yang pernah digelar TI Indonesia menyatakan betapa gelapnya birokrasi Indonesia)
19. “Pantes Gus Dur dulu mengatakan DPR itu seperti taman kanak-kanak. Kalau melihat, ya tidak terlalu salah kalau seperti itu”(BPKK, 03/10/2014) (Konteks: Tuturan diucapkan oleh Popong Otje selaku anggota DPR tertua yang menanggapi keadaan sidang paripurna DPR dengan agenda penetapan pimpinan fraksi dan pimpinan DPR yang berlangsung gaduh. Puluhan anggota DPR yang beberapa jam sebelumnya dilantik berteriak mengajukan interupsi. Selain itu banyak mikrofon mati dan sebagian wakil rakyat merangsek ke depan meja pimpinan sidang paripurna.)
Keempat tuturan di atas mengandung daya ancam berupa sindiran. Tuturan (16) mencoba memperlihatkan ancaman berupa sindiran yang dilakukan dengan cara menyindir kepada anggota DPR yang selama ini sudah tidak dipercayai lagi oleh masyarakat. Hal ini karena banyaknya kasus suap pada anggota DPR. Daya ancam berupa sindiran dapat dilihat melalui penanda intralingual berupa kalimat
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
74
“Masak malaikat mau dites sama setan”. Penanda ekstralingual dimunculkan melalui konteks berupa fenomena praanggapan bahwa kebanyakan orang sudah tidak percaya lagi kepada DPR. Hal ini dikarenakan kinerja DPR sebagai wakil rakyat akan tetapi kebanyakan kasus korupsi justru banyak melibatkan anggota DPR itu sendiri. Terutama kasus suap yang diterima oleh anggota DPR. Tuturan dalam berita politik tersebut dianggap sebagai tuturan yang santun karena menggunakan tuturan tidak langsung. Dalam hal ini, penutur secara tidak langsung tidak menyebutkan siapa
yang dimaksudkan. Penutur hanya
menggunakan perumpamaan seperti “ setan dan malaikat”. Selain itu tuturan ini dianggap santun karena sesuai dengan prinsip kesantunan Pranowo (109:2012) yakni sikap tenggang rasa, sikap menjaga perasaan mitra tutur. Seperti tuturan Asep Iwan mengandung prinsip tenggang rasa karena dalam menyindir tidak menyebut jelas yang dimaksud sebagai “setan dan malaikat”. Sama halnya dengan tuturan (16), tuturan (17) juga memperlihatkan ancaman dengan cara menyindir KPK yang dinilai belum bersih dari korupsi. KPK yang diketahui sebagai pemberantas korupsi ternyata diyakini ikut terseret kasus korupsi. Daya ancam dapat dilihat melalui penanda intralingual berupa kalimat “Kita hanya bisa menyapu koruptor kalau saja sapunya bersih dari korupsi”. Penanda intralingual juga diperkuat dengan kata “sapunya”. Kata tersebut merupakan ungkapan terhadap KPK yang bertugas untuk memberantas korupsi. Penanda ekstralingual dimunculkan melalui konteks berupa fenomena praanggapan bahwa masih ada dan banyak anggota KPK yang terlibat di dalam kasus korupsi yang dilakukan para koruptor seperti pejabat negara. Kasus korupsi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
75
di Indonesia belum dapat teratasi secara tuntas karena para anggota KPK pun masih belum bersih dari korupsi. Seperti kasus suap yang diterima anggota KPK dari para koruptor. Tuturan dalam berita politik tersebut dianggap sebagai tuturan yang santun karena menggunakan tuturan secara tidak langsung. Selain itu,tuturan tersebut santun karena sesuai dengan prinsip kesantunan Pranowo (109:2012) yakni sikap tenggang rasa, sikap menjaga perasaan mitra tutur. Dalam hal ini, tuturan Yustinus mengandung prinsip tenggang rasa karena dalam menyindir KPK tidak langsung menyebutkan “KPK”, melainkan dengan kata ungkapan “sapunya”. Tuturan (18) berbeda dengan tuturan sebelumnya. Tuturan ke (18) ini mencoba memperlihatkan ancaman dengan cara menyindir langsung kualitas para partai politik di Indonesia.Daya ancam berupa sindirian dapat dilihat melalui penanda intralingual berupa kalimat“ Kalau kualitas partainya seperti itu, tidak heran kualitas DPRD dan kepala daerah yang diusung”. Penanda ekstralingual dimunculkan melalui konteks berupa fenomena praanggapan bahwa kualitas para partai politik di Indonesia belum memadai karena enggan terbuka dalam laporan keuangan. Hal ini dikarenakan gelapnya birokrasi di Indonesia. Seperti kita ketahui sebanyak 22 provinsi dan 21 kabupaten/kota, APBD-nya sulit diakses dan tertutup. Akses LHKPN juga tidak dilaporkan dan tidak dipublikasi. Tuturan tersebut dianggap sebagai tuturan yang tidak santun karena menggunakan tuturan berupa sindiran secara langsung. Tuturan tersebut dianggap tidak santun karena bertentangan dengan prinsip kesantunan Pranowo (109:2012) yakni sikap tenggang rasa, sikap menjaga perasaan mitra tutur. Dalam hal ini,
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
76
tuturan Dadang berupa kalimat“ Kalau kualitas partainya seperti itu, tidak heran kualitas DPRD dan kepala daerah yang diusung” bertentangan dengan prinsip tenggang rasa karena menyindir kaulitas partai secara langsung. Tuturan ke (19) sama dengan tuturan ke (18) yang mencoba memperlihatkan ancaman dengan cara menyindir langsung DPR, pada saat siding paripurna DPR yang berlangsung sangat gaduh. Daya ancam berupa sindiran dapat dilihat melalui tuturan“ Pantes Gus Dur dulu mengatakan DPR itu seperti taman kanak-kanak. Kalau melihat, ya tidak terlalu salah kalau seperti itu” yang diperkuat dengan penanda intralingual berupa klausa “DPR itu seperti taman kanak-kanak”. Penanda
ekstralingual
dimunculkan
melalui
konteks
berupa
fenomena
praanggapan bahwa anggota DPR berperilaku seperti anak-anak apabila interupsinya atau pendapatnya tidak dihiraukan oleh pimpinan sidang. Hal ini dapat berakibat rusaknya mikrofon dalam ruang sidang dan sebagian wakil rakyat merangsek ke depan meja pimpinan sidang paripurna. Tuturan tersebut dianggap sebagai tuturan yang tidak santun karena bertentangan dengan prinsip kesantuna Pranowo (109:2012)yakni sikap tenggang rasa, sikap menjaga perasaan mitra tutur. Dalam konteks ini, tuturan Popong Otje berupa kalimat“ Pantes Gus Dur dulu mengatakan DPR itu seperti taman kanakkanak” bertentangan dengan prinsip tenggang rasa karena menyindir anggota DPR secara langsung, bahwa kelakuannya masih seperti anak-anak. Hal ini terbukti pada saat rapat paripurna sangat gaduh dan riuh. Berdasarkan contoh di atas dapat disimpulkan bahwa daya sindir merupakan bentuk ancaman yang santun apabila diucapkan secara tidak langsung. Sedangkan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
77
daya sindir itu tidak santun apabila diucapkan secara langsung siapa orang yang disindirnya. Daya sindir yang dianggap santun biasanya menggunakan ungkapan atau
perumpamaan.
Seperti
“malaikat
dan
setan”
pada
(DB.27/BPKK/04/09/2014) dan “sapunya” pada (DB.71/BPKK/24/09/2014). Selain itu, daya sindir yang dianggap tidak santun biasanya langsung menunjukan siapa orang yang disindirnya. Seperti pada “kualitas partai politik” pada (DB.74/BPKK/26/09/2014) dan “KPK” pada(DB.87/BPKK/03/10/2014).Penanda ekstralingual berupa fenomena konteks selalu mengikuti tuturan yang diucapkan. Pengetahuan umum juga selalu menjadi penanda penting unsur ekstralingual untuk memunculkan daya sindiran. 4.2.1.3.3 Daya Peringatan Daya peringatan adalah suatu kekuatan bahasa yang digunakan oleh penutur untuk memperingatkan seseorang atau memberi teguran kepada mitra tutur. Peringatan ini bisa berbentuk impilikatur dan peringatan secara langsung. Seperti pada data sebagai berikut. 20. “Seluruh masyarakat juga harus mengontrol, bahkan kalau terjadi korupsi pelakunya harus disikat”(BPKK, 28/09/2014) (Konteks : Tuturan diucapkan oleh Muladi selaku Ketua Mahkamah Partai Golkar yang menanggapi keputusan Sidang Paripurna DPR soal Undang-Undang Pemilihan Kepala Daerah yang mengesahkan pemilihan kepala daerah oleh DPRD. Penutur memiliki penegtahuan lama bahwa pilkada oleh DPRD akan merampas kedaulatan rakyat dan sangat memicu adanya politik uang dan penyuapan.)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
78
21. “ Sidang diskors dulu. Tah!” (BPKK, 03/10/2014) (Konteks: Tuturan diucapkan oleh pimpinan sidang Popong yang menanggapi kegaduhan sidang paripurna DPR. Kegaduhan itu dikarenakan interupsi yang diajukan oleh menteri yang dilantik tidak digubris olehnya. Saat keriuhan berlangsung penutur mencari palu sidang yang tiba-tiba hilang dari meja pimpinan.)
Tuturan (20) mencoba memperlihatkan ancaman dengan cara memberi peringatan bagi kepala daerah yang melakukan korupsi. Daya ancam tersebut dapat dilihat melalui penanda intralingual berupa klausa “bahkan kalau terjadi korupsi pelakunya harus disikat”. Klausa tersebut dipersepsi sebagai peringatan atau himbauan terhadap anggota DPR agar tidak terlibat dalam kasus korupsi. Dengan adanya pilkada oleh DPRD, anggota DPRD harus membuktikan sinyalemen KPK, bahwa pilkada oleh DPRD merupakan sumber korupsi tidak betul. Apabila ada yang tersangkut kasus korupsi pelakunya harus dipecat dari jabatannya. Hal ini karena keputusan sidang yang sudah mempercayakan pilkada oleh DPRD. Penanda ekstralingual dimunculkan melalui konteks berupa fenomena praanggapan bahwa pilkada oleh DPRD akan merampas kedaulatan rakyat dan memicu adanya politik uang dan penyuapan. Seperti kita ketahui kasus yang menimpa Akil Mochtar Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi yang terlibat dalam kasus suap Pemilukada Kabupaten Gunungmas. Hukuman yang diterima oleh Akil Mochtar adalah pidana seumur hidup di balik jeruji besi. Sedangkan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
79
penanda ekstralingual berupa fenomena konteks praanggapan dari Muladi juga menyertai tujuan. Tuturan tersebut dianggap sebagai tuturan yang tidak santun karena bertentangan dengan prinsip kesantunan Pranowo (109:2012) yakni pilihan diksi yang santun. Dalam konteks ini, tuturan Muladi menggunaan diksi yang tidak santun seperti “disikat”. Diksi tersebut akan lebih santun apabila menggunakan diksi “diberhentikan”. Hal ini dapat diketahui melalui fenomena konteks. Tuturan (21) juga mencoba memperlihatkan ancaman dengan cara memberikan peringatan terhadap anggota sidang paripurna DPR mengenai suasana yang gaduh dan riuh. Daya ancam berupa peringatan dapat dilihat melalui penanda intralingual berupa kalimat “ Sidang diskors dulu. Tah!” Penanda ekstralingual dimunculkan melalui konteks berupa fenomena praanggapan bahwa sidang paripurna DPR dengan agenda pemilihan fraksi dan pimpinan DPR berlangsung gaduh. Di tengah keriuhan, penutur mencari palu sidang yang tibatiba hilang dari meja pimpinan. Rapat Paripurna DPR gaduh karena interupsi menteri yang sudah dilantik tidak digubris oleh pimpinan sidang. Tuturan tersebut dianggap sebagai tuturan yang tidak santun karena terkesan dikemukakan secara emosional, bahwa penutur marah atas tindakan anggota DPR dalam sidang paripurna yang gaduh dan riuh. Hal ini sesuai dengan prinsip kesantunan Poedjosoedarmo dalam Pranowo (2012:38) yakni orang yang tidak bisa menahan emosinya akan berbicara meledak-ledak, seperti pada kalimat “sidang diskors dulu. Tah!. Fenomena konteks selalu menyertai penanda intralingualnya.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
80
Berdasarkan contoh di atas dapat disimpulkan bahwa daya peringatan yang muncul dalam berita politik Koran Kompas merupakan tuturan yang tidak santun. Tuturan peringatan dianggap tidak santun seperti pada (DB.85/BPKK/03/10/2014) berupa diksi “disikat” dan pada (DB.76/BPKK/28/09/2014). Selain itu, penanda ekstralingual berupa fenomena konteks selalu menyertai tujuan. 4.2.1.4 Daya Paksa Daya paksa adalah kekuatan bahasa yang digunakan oleh penutur untuk mengungkapkan atau menyampaikan pesan melalui paksaan atau desakan, yang berupa kegiatan saran dan menyuruh Berkaitan dengan berita politik pada Koran Kompas, daya paksa digunkan untuk menyampaikan pesan secara langsung maupun tidak langsung. Data tersebut meliputi: 4.2.1.4.1. Daya Saran Daya saran adalah kekuatan bahasa yang digunakan oleh penutur untuk memberikan saran terhadap mitra tutur atau semua orang yang menurut penutur harus diberi saran untuk memperbaikinya. Saran yang diutarakan oleh mitra tutur berupa tuturan langsung. seperti disajikan sebagai berikut. 22. “Pastikan dulu masyarakat aman, baru harga BBM dinaikan”. (BPKK, 03/09/2014) (Konteks: Tuturan diucapkan oleh Rini Soemarno untuk menanggapi kenaikan harga BBM. Rini memiliki pengetahuan lama, bahwa masyarakat merasa terusik dengan adanya kenaikan BBM. Terbukti ketika BBM dinaikan masyarakat banyak yang kesusahan bahkan tidak sedikit yang mengadakan demonstrasi.)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
81
23. “ Jokowi-JK seyogyanya belajar dari kekurangan Kabinet SBY sehingga penunjukan menteri harus lebih diletakan bukan saja pada merit system, tetapi juga rekam jejak” (BPKK, 08/09/2014) (Konteks:
Tuturan
diucapkan
oleh
Busyro
Muqoddas
untuk
menanggapi pemerintahan baru dan penyeleksian calon menteri dalam kabinet baru. Busyro memiliki pengetahuan lama bahwa hingga saat ini sudah ada tiga menteri aktif Kabinet Indonesia Bersatu di bawah kepemimpinan Susilo Bambang Yudhoyono yang menjadi tersangka korupsi.) Tuturan (22) mencoba memperlihatkan paksaan dengan cara memberi saran kepada pemerintah agar sebelum menaikan BBM, pemerintah harus memastikan bahwa rakyat kecil menerima keputusan tersebut. Daya saran dapat dilihat melalui penanda intralingual berupa kalimat “Pastikan dulu masyarakat aman, baru harga BBM dinaikan”. Penanda ekstralingual dimunculkan melalui konteks berupa fenomena praanggapan bahwa ketika BBM dinaikan masyarakat miskin merasa terbebani dan menderita karena kenaikan BBM dan tidak adanya subsidi baginya. Bahkan subsidi yang menjadi haknya, dipakai atau dikonsumsi oleh pihak yang mampu seperti para pejabat dan masyarakat strata atas. Dengan kejadian seperti itu mengakibatkan banyak masyarakat yang unjuk rasa di jalanan agar harga BBM diturunkan. Tuturan tersebut dianggap sebagai tuturan yang santun karena sesuai dengan prinsip kesantunan menurut Leech dalam Pranowo (103:2012) yaitu maksim
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
82
kebijaksanaan, tuturan dapat memberikan keuntungan kepada mitra tutur. Dalam konteks ini, tuturan Rini Soemarno mengandung maksim kebijaksanaan karena telah memberikan keuntungan dalam bentuk saran kepada pemerintah mengenai kenaikan BBM. Tuturan (23) juga mencoba memperlihatkan paksaan dengan cara memberikan saran terhadap kabinet Jokowi agar lebih memperhatikan rekam jejak para menteri dalam kabinet barunya. Daya saran dapat dilihat melalui penanda intralingual berupa kalimat “Jokowi-JK seyogyanya belajar dari kekurangan Kabinet SBY sehingga penunjukan menteri harus lebih diletakan bukan saja pada merit system, tetapi juga rekam jejak” yang diperkuat melalui diksi “seyogyanya”. Penanda ekstralingual dimunculkan melalui konteks berupa fenomena praanggapan bahwa dalam Kabinet Indonesia Bersatu di bawah kepemimpinan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono banyak yang menjadi tersangka kasus korupsi. Beberapa diantaranya adalah mantan Menteri Pemuda dan Olahraga Andi Alfian Malarangeng, mantan Menteri Agama Suryadharma Ali, dan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Jero Wacik. Tuturan tersebut dianggap sebagai tuturan yang santun karena sesuai dengan prinsip kesantunan menurut Leech dalam Pranowo (103:2012) yaitu maksim kebijaksanaan, tuturan dapat memberikan keuntungan kepada mitra tutur. Dalam konteks ini, tuturan Rini Soemarno mengandung maksim kebijaksanaan karena telah memberikan keuntungan dalam bentuk saran terhadap kabinet Jokowi agar dalam pemilihan menteri, Jokowi harus memperhatikan rekam jejak para menteri dalam kabinet barunya.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
83
Berdasarkan kedua contoh di atas dapat disimpulkan bahwa daya saran merupakan tuturan yang santun. Seperti dalam tuturan “seyogyanya” pada (DB.42/BPKK/08/09/2014)dan “pastikan”pada(DB. 14/BPKK/03/09/2014). Daya saran yang terdapat dalam berita politik semuanya mengandung maksim kebijaksanaan karena “saran” sendiri merupakan tuturan yang dapat memberikan keuntungan terhadap mitra tutur. Dengan saran mitra tutur akan memperbaiki kesalahan atau pun masukan untuk sesuatu agar lebih baik. Penanda ekstralingual berupa fenomena konteks juga selalu menyertai tujuan. 4.2.1.4.2 Daya Suruh Daya suruh adalah kekuatan suatu bahasa yang berupa perintah untuk melakukan suatu perbuatan dengan alasan tertentu. Seperti disajikan sebagai berikut: 24. “Kira-kira satu persennya saja tak sampai. Pokoknya saya pesan agar yang bisa diefisienkan, diefisienkan”. (BPKK, 03/09/2014) (Konteks: Tuturan diucapkan oleh Arief Budiman, selaku Komisioner KPU yang menyarankan KPU untuk menggunakan anggaran sebaik mungkin yang digunakan untuk pelantikan calon anggota DPR. Anggaran KPU yang saat ini alokasinya masih tersedia sekitar 4 triliun.)
25. “Kami memberi kesempatan Pak SDA berkonsentrasi menyelesaikan masalah hukum yang harus dihadapi.”(BPKK, 11/09/2014)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
(Konteks:
Tuturan
diucapkan
oleh
Sekretaris
Jendral
84
PPP
Romahurmuzy yang menanggapi pemberhentian Suryadharma Ali atas kasus korupsi dana haji. Suryadharma Ali telah menjatuhkan nama baik dan kehormatan PPP atas kasus yang menimpanya.)
Tuturan (24) mencoba memperlihatkan paksaan dengan cara menyuruh KPU untuk menggunakan anggaran dengan sebaik-baiknya. Daya paksa berupa suruhan dapat dilihat melalui penanda intralingual berupa kalimat “Pokoknya saya pesan agar yang bisa diefisienkan, diefisienkan”. Penanda ekstralingual dimunculkan melalui konteks berupa fenomena praanggapan bahwa banyak anggaran dana yang disalahgunakan oleh beberapa pihak. Selain itu anggaran yang disiapkan untuk pelantikan calon DPR tidak digunakan sebagaimana mestinya. Tuturan tersebut dianggap sebagai tuturan yang santun karena sesuai dengan prinsip kesantunan menurut Leech dalam Pranowo (103:2012) yaitu maksim kebijaksanaan, tuturan dapat memberikan keuntungan kepada mitra tutur. Dalam konteks ini, tuturan Arif Budiman mengandung maksim kebijaksanaan karena telah memberikan keuntungan dalam bentuk suruhan dengan menggunakan kata yang santun terhadap KPU agar menggunakan anggaran sebaik-baiknya sesuai dengan kebutuhan. Tuturan (25) juga mencoba memperlihatkan paksaan dengan cara menyuruh Suryadharma Ali berhenti dari jabatannya agar fokus terhadap masalah yang sedang menimpanya. Daya paksa berupa suruhan dapat dilihat melalui penanda intralingual berupa kalimat “Kami memberi kesempatan Pak SDA berkonsentrasi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
85
menyelesaikan masalah hukum yang harus dihadapi”. Penanda ekstralingual dimunculkan
melalui
konteks
berupa
fenomena
praanggapan
bahwa
pemberhentian Suryadharma Ali dikarenakan masuknya surat usulan dari 21 DPW PPP. Masukan ini merupakan hasil dari pertemuan para sesepuh dan politikus senior PPP yang mendesak agar Suryadharma Ali mundur dari jabatannya. Hal ini dikarenakan Suryadharma telah menjatuhkan nama baik dan kehormatan PPP atas kasus korupsi dana haji yang menjeratnya. Tuturan tersebut dianggap sebagai tuturan yang santun karena sesuai dengan prinsip kesantunan menurut Pranowo (104:2012) yaitu menggunakan diksi yang santun. Dalam konteks ini, tuturan Romahurmuzy menggunakan diksi yang santun dalam bentuk suruhan dengan menggunakan kata yang santun berupa kalimat “Kami memberi kesempatan Pak SDA berkonsentrasi menyelesaikan masalah hukum yang harus dihadapi”. Penutur menyuruh mitra tutur dengan menggunakan klausa “ Kami memberi kesempatan…” dipersepsi lebih santun dari pada menggunakan tuturan seperti “Kami memecat Pak SDA”. 4.2.1.5 Daya Harap Daya harap adalah kekuatan bahasa yang digunakan penutur untuk mengungkapkan harapnnya kepada mitra tutur. Daya harap berupa permohonan dan harapan penutur mengenai apa yang diharapkan. Daya harap dalam berita politik Koran Kompas ditemukan sebanyak 5 tutuan. Data tersebut disajikan sebagai berikut.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
86
4.2.1.5.1 Daya harapan Daya harapan adalah kekuatan bahasa untuk mengungkapkan harapan penutur kepada mitra tutur. Seperti disajikan sebagai berikut: 26. “Semoga pekan ini kami bisa menyelesaikan proses. Saya tidak bisa berjanji, tetapi tak lama lagi”. (BPKK, 03/09/2014) (Konteks: Tuturan diucapkan oleh Abraham Samad, Ketua KPK yang menjawab pertanyaan mengenai penyelesaian kasus korupsi di Kementerian ESDM yaitu Jero Wacik.) 27. “Semoga nuraninya tersentuh dan dia bertobat, lalu memulai lembaran baru, melangkah dengan kejujuran dan berkah”(BPKK, 20/09/2014) (Konteks tuturan Tuturan diucapkan oleh Busyro Muqoddas selaku Wakil Ketua KPK yang menanggapi sikap Luthfi yang tidak jera atas vonis dirinya yang dijerat 18 tahun hukuman penjara.) 28. “Kami harapkan (pelantikan) betul-betul dihadiri lengkap dan suskes” (BPKK, 17/10/2014) (Konteks: Tuturan diucapkan oleh Ketua MPR Zulkifli Hasan yang menanggapi
kehadiran
sejumlah
pihak
untuk
membangun
kebersamaan dalam pelantikan presiden-wakil presiden terpilih Joko Widodo-Jusuf Kalla. Selain itu beberapa mantan preisden seperti tiga mantan presiden ini juga akan menghadiri pelantikan presiden periode 2014-2019. Beberapa diantaranya adalah presiden ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono, Megawati Soekarnoputri (presiden ke-5), dan BJ Habibie (presdien ke-3).)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
87
Ketiga tuturan di atas mengandung daya harap. Daya harap dalam kalimatkalimat tersebut menunjukan adanya suatu keinginan dan harapan dari penutur. Tuturan (26) mencoba memperlihatkan harapan dari Ketua KPK agar kasus korupsi di Kementerian ESDM segera diselesaikan. Daya harap tersebut dapat dilihat melalui penanda intralingual berupa kalimat “Semoga pekan ini kami bisa menyelesaikan proses. Saya tidak bisa berjanji, tetapi tak lama lagi” yang diperkuat dengan diksi “semoga”. Penanda ekstralingual dimunculkan melalui konteks berupa fenomena praanggapan bahwa perlu satu tahap lagi untuk mengambil keputusan atas kasus yang melibatkan Jero Wacik. Tuturan tersebut dianggap sebagai tuturan yang santun karena sesuai dengan prinsip Pranowo (104:2012) yakni penggunaan diksi santun. Dalam konteks ini, tuturan Abraham Samad dalam mengutarakan harapannya menggunakan diksi santun seperti “semoga” yang terkesan tidak memaksakan kehendaknya. Tuturan (27) sama dengan tuturan (26) yang mencoba memperlihatkan harapan Busyro Muqoddas agar Luthfi Hasan bertobat dan berubah menjadi manusia yang jujur dan penuh keberkahan. Daya harap dapat dilihat melalui penanda intralingual berupa kalimat “ Semoga nuraninya tersentuh dan dia bertobat, lalu memulai lembaran baru, melangkah dengan kejujuran dan berkah” yang diperkuat dengan diksi “semoga”.Penanda ekstralingual dimunculkan melalui konteks berupa fenomena praanggapan bahwa dengan adanya hukuman yang lumayan lama yaitu 18 tahun dan pencabutan hak politik terhadap terdakwa harusnya bisa menjadikan pelajaran agar dapat bertaubat dan menyesali
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
88
perbuatannya. Selain itu menjadikan pendidikan moral bagi seseorang yang terjerat kasus hukum yang berat, seperti yang dialami Luthfi Hasan Ishaq. Tuturan tersebut dianggap sebagai tuturan yang santun karena sesuai dengan prinsip kesantunan Pranowo (104:2012) yakni penggunaan diksi santun. Dalam konteks ini, tuturan
Busyro Muqoddas dalam mengutarakan harapannya
menggunakan diksi santun seperti “semoga”, yang terkesan tidak memaksakan kehendaknya. Tuturan ke (28) mencoba memperlihatkan harapan Zulkifi Hasan agar pelantikan presiden dapat dihadiri oleh sejumlah tokoh politik untuk membangun kebersamaan para menteri dan tokoh politik. Daya harap dapat dilihat melalui penanda intralingual berupa kalimat “ Kami harapkan (pelantikan) betul-betul dihadiri lengkap dan suskes” yang diperkuat dengan diksi “harapkan”.Penanda ekstralingual dimunculkan melalui konteks berupa fenomena praanggapan bahwa beberapa mantan preisden seperti tiga mantan presiden ini juga akan menghadiri pelantikan presiden periode 2014-2019. Beberapa diantaranya adalah presiden ke6 Susilo Bambang Yudhoyono, Megawati Soekarnoputri (presiden ke-5), dan BJ Habibie (presdien ke-3). Selain itu tokoh lain yang menyatakan akan hadir adalah Ketua Umum Partai PAN Hatta Rajasa, Ketua Umum Partai Golkar Aburizal Bakrie,dan sembilan kepala pemerintahan dan delapan utusan khusus dari negara sahabat juga akan hadir. Tuturan tersebut dianggap sebagai tuturan santun karena sesuai dengan prinsip kesantunan Pranowo (104:2012) yakni penggunaan diksi santun. Dalam
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
89
konteks ini, tuturan Zulkifi Hasan dalam mengutarakan harapannya menggunakan diksi santun seperti “harapkan” yang terkesan tidak memaksakan kehendaknya. Berdasarkan contoh di atas dapat disimpulkan bahwa daya harap memiliki ciri khas kata yang digunakan yaitu”semoga”.
Selain itu ada juga yang
menggunakan kata “harapkan”. Daya harap memiliki tuturan yang santun karena penutur tidak pernah memaksakan harapannya. Selain itu, daya harap dapat dimunculkan melalui penanda intralingual berupa kalimat yang diikuti oleh penanda ekstralingual berupa fenomena konteks. 4.2.1.5.2 Daya Permohonan Daya permohonan adalah kekuatan bahasa yang digunakan oleh penutur untuk memohon sesuatu agar keinginannya terwujud. Seperti data berikut. 29. “Presiden sekarang punya kesempatan menghentikan sebelum semuanya terlambat. Kami memohon kepada Presiden, hal-hal yang bisa nantinya merusak demokrasi ke depan harus dihentikan” (BPKK, 16/09/2014) (Konteks: Tuturan diucapkan oleh Didik selaku Pakar kepemiluan yang menanggapi UU pilkada langsung. UU No 12/2008 tentang Pemerintahan Daerah bahwa pemilihan daerah dilakukan secara langsung sebagai bentuk pelaksanaan kedaulatan rakyat. Namun, masih ada parlemen yang bersikeras memilih pilkada tak langsung). Tuturan tersebut mencoba memperlihatkan permohonan mengenai hal-hal yang merusak demokrasi harus segera dihentikan. Daya permohonan dapat dilihat melalui penanda intralingual berupa kalimat “Kami memohon kepada Presiden,
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
90
hal-hal yang bisa nantinya merusak demokrasi ke depan harus dihentikan”yang diperkuat dengan diksi “memohon”. Penanda ekstralingual dimunculkan melalui konteks berupa fenomena praanggapan bahwa presiden memiliki kewenangan penuh dalam menentukan mana yang baik buat rakyat dan negara. Pemilu langsung dapat melindungi hak rakyat dan sebagai bentuk pelaksanaan kedaulatan rakyat. Sedangkan pemilu oleh DPRD akan memicu adanya politik uang. Tuturan tersebut dianggap sebagai tuturan yang santun karena sesuai dengan prinsip kesantunan Pranowo (104:2012) yakni penggunaan diksi santun. Dalam konteks ini, tuturan Didik dalam mengutarakan harapannya menggunakan diksi santun seperti “memohon”, yang terkesan tidak memaksakan kehendaknya. 4.2.1.6 Daya Penolakan Daya penolakan adalah kekuatan bahasa yang digunakan oleh penutur untuk menyangkal pendapat atau berita yang menurutnya tidak sesuai dengan kenyatan yang terjadi. Daya penolakan dapat dilakukan dengan membantah atau memprotes. Dalam berita politik, peneliti hanya menemukan daya bantah mencapai 4 tuturan. data tersebut yaitu: 4.2.1.6.1 Daya bantah Daya bantah adalah kekuatan bahasa yang digunakan oleh penutur untuk membantah atau melawan suatu kejadian tertentu. Daya bantah dapat disajikan sebagai berikut: 30. “ Tidak betul” (BPKK, 10/09/2014)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
91
(Konteks: Tuturan diucapkan oleh Daniel untuk menanggapi kasus korupsi aliran dana dari menteri ESDM yang menganggap dirinya menerima aliran dana atas jasa konsultasi terhadap Jero Wacik. )
31. “ Kita tidak pernah nawar-nawarin” (BPKK, 06/10/2014) (Konteks: Tuturan diucapkan oleh Jokowi yang menanggapi pengusulan calon menteri untuk masuk dalam seleksi pemilihan pimpinan DPR pada kabinet Jokowi. Pemilihan pimpinan DPR pada kabinet Jokowi adalah dengan cara menyeleksi para nama-nama yang diusulkan oleh parpol. Akan tetapi sampai pada saat ini belum ada nama-nama yang diusulkan oleh parpol karena permintaannya baru disampaikan.) Tuturan (30) mencoba memperlihatkan penolakan dari Daniel, dengan cara membantah aliran dana dari menteri ESDM atas jasa konsultasi terhadap Jero Wacik. Daya bantah dapat dilihat dengan penanda intralingual berupa kalimat “Tidak betul” yang diperkuat dengan diksi “tidak”.Penanda ekstralingual dimunculkan melalui konteks berupa fenomena praanggapan bahwa Daniel merupakan staf khusus Presiden SBY Bidang Komunikasi Politik. Selain itu rekam jejak Daniel juga terbilang baik dan jauh dari kasus korupsi. Tuturan tersebut dianggap sebagai tuturan yang santun karena sesuai dengan prinsip kesantunan Pranowo (104:2012) yakni pilihan diksi, tuturan sudah mencerminkan rasa santun. Dalam konteks ini, tuturan Daniel mencerminkan rasa
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
92
santun dengan membantah menggunakan pilihan diksi yang baik, seperti menggunakan kalimat “Tidak betul”. Tuturan (31) mencoba memperlihatkan bantahan Jokowi bahwa beliau tidak pernah menawarkan kepada parpol atas seleksi calon menteri dalam kabinet Jokowi. Daya bantah dapat dilihat melalui penanda intralingual berupa kalimat “Kita tidak pernah nawar-nawarin” yang diperkuat dengan diksi “tidak”. Penanda intralingual juga diperkuat dengan diksi “tidak” yang mengandung bantahan dari Jokowi. Penanda ekstralingual dimunculkan melalui konteks berupa fenomena praanggapan bahwa pemilihan pimpinan DPR dengan cara memanggil calon menteri dari kalangan professional murnii dan usulan nama-nama menteri dari parpol pengusungnya. Tuturan tersebut dianggap sebagai tuturan yang tidak santun karena bertentangan dengan prinsip kesantunan Pranowo (104:2012) yakni pilihan diksi, tuturan sudah mencerminkan rasa santun. Dalam konteks ini, tuturan Jokowi bertentangan dengan rasa santun dengan membantah menggunakan pilihan kata yang kurang baik yaitu “nawar-nawarin”. Pilihan kata tersebut tidak sesuai dengan EYD dan tidak sesuai apabila diucapkan oleh Jokow,i yang seharusnya menggunakan tuturaan seperti “Kami tidak menawari”. Tuturan tersebut dipersepsi lebih santun dibandingkan tuturan “ Kami tidak nawar-nawarin”. Berdasarkan kedua contoh daya bantah di atas, dapat disimpulkan bahwa penolakan melalui daya bantah (berita politik Koran Kompas) mempunyai cirri khas kata yang selalu digunakan dalam tuturannya yaitu kata “tidak”. Seperti pada contoh berikut ini: “tidak betul” (DB.46/BPKK/10-09-2014) dan “kami
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
93
tidak”(DB.89/BPKK/06-10-2014). Selain itu, dalam daya bantah (berita politik di Koran) adalah memunculkan unsur intralingual untuk memunculkan daya dapat berupa kalimat dan kata. Sedangkan untuk ekstralingual berupa fenomena konteks selalu mengikuti tuturan yang diucapkan. 4.2.1.6.2 Daya Protes Penolakan tidak hanya ditunjukan melalui daya bantah, namun juga melalui daya protes. Daya protes merupakan bentuk penolakan yang dimaksudkan untuk menyatakan ketidaksetujuan dari penutur kepada mitra tutur terhadap fenomena yang sedang terjadi yang menurutnya tidak sesuai dengan keinginannya. Peneliti hanya menemukan 1 tuturan yang mengandung daya protes. Data tersebut yaitu: 32. “ Kami tidak mau hak suara rakyat dibungkam. Kami akan terus mengawal pembahasan peraturan pemerintahan pengganti undangundang (perppu) di DPR supaya hak rakyat di pilkada dikembalikan” (BPKK, 10/10/2014) (Konteks: Tuturan diucapkan oleh Firda selaku Ketua Badan Ekstekutif Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UPI YAI yang menanggapi pemilihan pilkada langsung. Hak rakyat untuk memilih pimpinannya diatur dalam undang-undang.)
Tuturan
tersebut
mencoba
memperlihatkan
bantahan
Firdaatas
dilaksanakannya pemilihan kepala daerah oleh DPRD yang akan membungkam hak suara rakyat. Daya bantah dapat dilihat dengan penanda intralingual berupa kalimat “ Kami tidak mau hak suara rakyat dibungkam”. Penanda ekstralingual
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
94
dimunculkan melalui konteks berupa fenomena praanggapan bahwa rakyat memiliki hak untuk memilih pimpinannya. Dalam undang-undang pun tertulis hak rakyat yang dijamin oleh negara. Maka dengan adanya pemilihan langsung akan lebih menyuarakan suara rakyat dan menjunjung tinggi hak rayat untuk memilih. Tuturan tersebut dianggap sebagai tuturan yang tidak santun karena menggunakan tuturan langsung. Selain itu tuturan tersebut juga dianggap tidak santun karena bertentangan dengan prinsip kesantunan Leech dalam Pranowo (103:2012) yakni maksim kesetujuan, tuturan memberikan persetujuan kepada mitra tutur. Dalam konteks ini, tuturan Firda mengandung ketidaksetujuan karena tidak setuju kalau hak suara rakyat dibungkam. 4.2.1.7 Daya Kelakar Daya kelakar adalah kekuatan bahasa yang digunakan penutur untuk menimbulkan tawa pada mitra tutur karena tuturannya mengandung lelucon. Daya kelakar dapat dituturkan dengan cara humor. 4.2.1.7.1 Daya Humor Daya humor adalah kekuatan penutur untuk menimbulkan gelak tawa atas tuturanya. Kelucuan itu bisa dilihat ketika tuturan itu selesai dibaca dan membuat pembaca tertawa akan tuturannya. Data tersebut yaitu: 33. “Anak guru, sederhana, rada ndeso.” (BPKK, 20/10/2014) (Konteks: Tuturan diucapkan oleh presiden RI Jokowi Dodo saat ditanya mengenai kenapa beliau bisa jatuh cinta kepada ibu Iriana dan menjadikannya sebagai istri. Sambil tertawa Jokowi menjawab dengan apa adanya. Ana merupakan sosok yang sederhana dan apa
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
95
adanya. Beliau merupakan anak dari seorang guru PPKN di SMA Negeri 3 Surakrta.) Tuturan tersebut mencoba memperlihatkan kelakar dengan cara humor. Pada konteks di atas, Jokowi melontarkan kata yang membuat mitra tutur tersenyum dan tertawa. Seperti kita ketahui Ibu Ana memang sosok yang sederhana dan apa adanya. Daya humor dapat dilihat melalui penanda intralingual berupa kalimat “Anak guru, sederhana, rada ndeso”. Penanda ekstralingual dimunculkan melalui konteks berupa fenomena praanggapan bahwa Ana merupakan sosok yang sederhana dan apa adanya. Beliau merupakan anak dari seorang guru PPKN di SMA Negeri 3 Surakrta. Kesederhanaan Ana terlihat dari cara die berpakaian yang memakai pakaian jauh dari kesan glamour dan lebih memilih memakai kain dari Solo. Selain itu tas yang dipakai juga produksi usaha kecil dan menengah dari Solo. Penanda ekstralingual berupa fenomena konteks dari Jokowi yang menyertai tujuan. Tuturan ini dianggap sebagai tuturan yang tidak santun karena bertentangan dengan prinsip kesantunan Pranowo (109:2012) yakni sikap tenggang rasa, tuturan harus menjaga perasaan mitra tutur. Dalam konteks ini, tuturan Jokowi bertentangan dengan sikap tenggang rasa karena Jokowi sudah merendahkan mitra tuturnya, dengan menggunakan kalimat “Anak guru, sederhana, rada ndeso”. 4.2.1.8 Daya Banding Daya banding adalah kekuatan bahasa yang digunakan penutur untuk membandingkan suatu hal tertentu. Daya banding ini biasanya membandingkan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
96
anatra sesuatu dengan yang lain. Daya banding dalam berita politik ditemukan 1 tuturan. Data tersebut disajikan sebagai berikut. 34. “Kalau kemarin (pemerintahan SBY) ada kementrian yang harus dijabat
orang
politik,
dalam
kepemimpinan
Jokowi-JK
bisa
professional murni”.(BPKK, 17/09/2014) (Konteks: Tuturan diucapkan oleh Jokowi yang menanggapi posisi menteri dalam kabinetnya. Menteri dalam kabinet itu akan diisi kalangan professional murni. Jokowi memiliki pengetahuan lama bahwa posisi menteri yang diisi oleh tokoh yang berlatar belakang politik tidak dapat memecahkan masalah selama ini, justru banyak yang tidak bisa menanganinya karena bukan pada bidangnya. Hal ini juga sesuai Undang-Undang Kementerian Negara.)
35. “Kok tidak tertib seperti zaman Pak SBY, ya?”(BPKK, 28/10/2014) (Konteks: Tuturan diucapkan oleh seorang pers yang menanggapi suasana sesaat pelantikan di Istana Negara yang berlangsung cukup gaduh dan tak tertib seperti zaman presiden ke-6. Penutur memiliki penegtahuan
lama
bahwa
presiden
ke-6
merupakan
mantan
purnawirawan TNI yang mana banyak protocol yang mengatur tata tertib dalam Istana Negara.). Tuturan (34) mencoba memperlihatkan perbandingan para menteri pada pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono dengan pemerintahan Jokowi. Daya banding dapat dilihat dengan penanda intralingual berupa kalimat “ Kalau
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
97
kemarin (pemerintahan SBY) ada kementrian yang harus dijabat orang politik, dalam kepemimpinan Jokowi-JK bisa professional murni”. Penanda ekstralingual dimunculkan melalui konteks berupa fenomena praanggapan bahwa saat pemerintahan SBY yang mana menteri diisi oleh kalangan politik yang tidak menguasai permasalahan di bidangnya. Dapat dikatakan bahwa orang politik pada masa SBY bukan orang bekerja pada bidangnya. Hal ini tentunya berakibat munculnya korupsi didalamnya. Seperti kasus yang dialami Jero Wacik atas dugaan korupsi di Kementerian ESDM. Hal ini dikarenakan Jero Wacik kurang memahami permasalahan dalam bidang energy dan sumber daya mineral. Tuturan tersebut dianggap sebagai tuturan yang tidak santun karena mengutarakan sesuatu yang dibandingkan secara langsung. Selain itu, tuturan tersebut dianggap tidak santun karena bertentangan dengan prinsip kesantunan Pranowo (109:2012) yakni tenggang rasa, tuturan menjaga perasaan mitra tutur. Dalam konteks ini, tuturan Jokowi secara langsung dapat menyebabkan mitra tutur terancam atas tuturannya. Hal ini dikarenakan secara langsung penutur membandingkan masa Jokowi dengan masa SBY. Fenomena konteks juga selalu menyertai tujuan. Tuturan (35) mencoba memperlihatkan perbandingan ketika pelantikan Susilo Bambang Yudhoyono dengn pelantikan Jokowi. Daya banding dapat dilihat dengan penanda intralingual berupa kalimat “ Kok tidak tertib seperti zaman Pak SBY, ya?”. Penutur melihat pada zaman pelantikan SBY lebih rapi dan tertib, tidak seperti pada saat pelantikan Jokowi. Suasana pelantikan di Istana Negara yang berlangsung gaduh dan tak tertib karena para tamu berebut untuk
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
98
menyalami persiden dan wakil presiden terpilih. Penanda ekstralingual dimunculkan melalui konteks berupa fenomena praanggapan bahwa pada zaman pemerintahan SBY, terutama saat pelantikan suasan berlangsung dengan tertib karena SBY merupakan purnawirawan TNI . Pada tahun 2004-2014, suasana berjalan dengan lancar dan hikmat. Kalau presiden tengah menyalami pejabat, tak ada satu pun berani bergerak atau maju ke tengah ruang pelantikan tanpa diatur protokol. Tuturan tersebut dianggap sebagai tuturan yang tidak santun karena mengutarakan sesuatu yang dibandingkan secara langsung. Selain itu tuturan tersebut dianggap tidak santun karena bertentangan dengan prinsip kesantunan Pranowo (109:2012) yakni tenggang rasa, tuturan menjaga perasaan mitra tutur. Dalam konteks ini, tuturan seorang pers seperti “ Kok tidak tertib seperti zaman Pak SBY, ya?” itu menyebabkan pihak yang dibicarakan seperti Jokowi merasa direndahkan dan dibandingkan dengan pada saat pemerintahan SBY. Berdasarkan kedua contoh tuturan di atas dapat disimpulkan bahwa daya banding biasanya membandingkan antara kejadian satu dengan yang lainnya. Seperti kita lihat dalam kedua tuturan itu membandingkan pemerintahan SBY dengan pemerintahan Jokowi. Selain itu juga membandingkan masa pelantikan Jokowi dengan SBY. Dalam daya banding juga tuturannya dianggap tidak santun karena secara langsung menyebutkan sesuatu yang dibandingkannya. 4.2.2.Analisis Penanda Intralingual dan Ekstralingualdalam Nilai Rasa Bahasa Bahasa sebagai Penanda Kesantunan Berkomunikasi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
99
Nilai rasa bahasa merupakan kadar perasaan yang terkandung dalam suatututuran karena penutur mengungkapkan domain afektifnya menggunakan bahasadalam berkomunikasi sehingga mitra tutur dapat menyerap kadar perasaan yangterdapat dalam tuturan. Analisis unsur intralingual dan ekstralingual Nilai Rasa Bahasa merupakan suatu pengelompokan nilai rasa ke dalam kata, frasa, klausa, kalimat, dan wacana yang diikuti atau dimunculkan dengan unsur ekstralingual yang berupa pengetahuan umum, suasana konteks, dan fenomena konteks yang digunakan untuk mengetahui kadar rasa suatu tuturan. Pemanfaatan unsur intralingual dan ekstralingual tersebut digunakan agarmitra tutur dapat menyerap kadar perasaan tuturan yang diucapkan oleh penutur.Ada berbagai macam kadar perasaan yang ingin disampaikan oleh penutur dengan perantara bahasa yang digunakan (baik verbal maupun non verbal), seperti rasatakut, simpati, sedih, gembira dan lain sebagainya. Berdasarkan hasilpengumpulan data yang dilakukan pada berita politik Koran Kompas yang telahditetapkan sebagai objek penelitian, terdapat 11 penggolongan jenis nilai rasabahasa yang ditemukan, yaitu: nilai rasa halus, nilai rasa kasar, nilai rasa takut,nilai rasa bahagia, nilai rasa sedih, nilai rasa marah, nilai rasa yakin, nilai rasa ikhlas, nilai rasa cinta, dan nilai rasa sombong. Penggolongan
tersebut
didasarkan
pada
unsur
intralingual
yang
digunakanmaupun unsur ekstralingual yang menyertai suatu tuturan (konteks tuturan) yang dapat memunculkan nilai rasa bahasa. Secaraterperinci, penggunaan unsur intralingual dan ekstralingual yang digunakan untukmemunculkan nilai rasa bahasa akan dibahas sebagai berikut.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
100
4.2.2.1 Nilai Rasa Halus Nilai rasa halus adalah kadar rasa atau perasaan bahasa yang digunakan penutur untuk memperhalus tuturannya, sehingga mitra tutur dapat menyerap kadar rasa yang ada dalam tuturan. Nilai rasa halus ditunjukan melalui rasa hormat (menggunakan kata yang bernilai rasa hormat seperti: mas, ibu, pak, mbah, beliau, dll), rasa sopan, rasa terima kasih, rasa syukur, rasa rendah hati, dan rasa religius. Berikut ini disajikan tuturan yang mengandung nilai rasa halus. 4.2.2.1.1 Nilai Rasa Hormat Nilai rasa hormat adalah kadar rasa atau perasaan bahasa yang digunakan penutur untuk menghormati mitra tutur, sehingga mitra tutur dapat menyerap kadar rasa yang ada dalam tuturan. kehalusan itu dapat dirasakan melalui penggunaan kata-kata yang bernilai rasa hormat seperti: mbah, mas, ibu, pak, almarhum, meninggal dunia, dll. Seperti dalam tuturan yang disajikan berikut. 1. “ Ada pembatalan pelantikan beberapa caleg terpilih akibat meninggal dunia dan mengundurkan diri”. (BPKK, 03/09/014) (Konteks:Tuturan
diucapkan
oleh
penutur
untuk
menanggapi
pelantikan caleg terpilih. Penutur memiliki pengetahuan lama bahwa pelantikan tidak dapat dilakukan apabila calon yang dilantik mengalami suatu kejadian, seperti meninggal dunia.)
2. “ Mbah Moen menerima hasil muktamar dan mengatakanbahwa itu adalah takdir Allah SWT.” (BPKK, 19/10/2014)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
101
(Konteks: Tuturan diucapkan oleh Emron Pangkapi salah seorang farmatur yang menanggapi keputusan hasil Muktamar VIII di Surabaya yang menghasil bahwa PPP bergabung dengan mendukung pemerintah.)
Tuturan (1) mencoba memperlihatkan rasa hormat dengan mengungkapkan kata “meninggal dunia” bagi seseorang yang meninggal dan mengakibatkan pelantikan tidak dapat dilakukan karena calon yang akan dilantik mengalami kejadian seperti “meninggal dunia”. Nilai rasa hormat dapat dilihat dengan penanda intralingual berupa diksi ”meninggal dunia”. Penanda ekstralingual dimunculkan melalui konteks berupa fenomena praanggapan bahwa untuk menyebut seseorang yang meninggal adalah menggunakan diksi “meninggal dunia” bukan diksi “mati” yang biasanya disebutkan untuk hewan. Selain itu caleg yang meninggal pada saat pelantikanakan dibatalkan pelantikannya. Suasana haru juga menyertai konteks tuturan tersebut. Tuturan tersebut dianggap sebagai tuturan yang santun karena sesuai dengan prinsip kesantunan Pranowo (104:2012) yakni penggunaan diksi santun. Dalam konteks ini, tuturan yang diucapkan dalam mengungkapkan penghormatannya menggunakan diksi “meninggal dunia” karena kata tersebut dipersepsi sebagai kata yang halus untuk menyebut seseorang yang meninggal atau sudah tiada dari pada menggunakan diksi “mati”. Tuturan (2) mencoba memperlihatkan rasa hormat dengan menyebutkan mitra tutur dengan menggunakan diksi”Mbah”. Hal ini dikarenakan mitra tutur
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
102
yang usianya sudah 86 tahun. Daya hormat dapat dilihat dengan penanda intralingual berupa diksi “Mbah”. Penanda ekstralingual dimunculkan melalui konteks berupa fenomena praanggapan bahwa Ketua Majelis Syariah PPP KH Maimun Zubair sekarang sudah berusia 86 tahun. Beliau merupakan seorang ulama dan politikus. Penutur juga memiliki pengetahuan lama bahwa di Indonesia sangat kental dengan budayanya. Maka kepada seseorang yang lebih tua usianya harus memanggilnya dengan sebutan yang sopan. Hal ini untuk menghormati seseorang yang lebih tua dari pada kita. Tuturan tersebut dipersepsi sebagai tuturan yang santun karena sesuai dengan prinsip kesantunan Pranowo (104:2012) yakni penggunaan diksi santun. Dalam
konteks
ini,
tuturan
Emron
Pangkapi
yang
diucapkan
dalam
mengungkapkan penghormatannya menggunakan diksi “Mbah” karena kata tersebut dipersepsi sebagai kata yang halus untuk menyebut seseorang yang lebih tua, karena usia Maimun yang sudah 86 tahun. Berdasarkan kedua contoh di atas dapat disimpulkan bahwa tuturan yang bernilai rasa hormat merupakan tuturan yang santun karena sesuai dengan prinsip Pranowo (104:2012) yakni penggunaan diksi santun. Seperti pada contoh (NR.14/BPKK/03-09-2014) yang menggunakan diksi “meninggal dunia” yang lebih santun dari pada “mati”. Selain itu pada contoh (NR.76/BPKK/09/10/2014) yang menggunakan diksi “mbah” yang lebih santun dari pada menyebutkan namanya karena beliau sudah berusia 86 tahun. Selain itu, nilai rasa bahasa juga dapat dimunculkan melalui penanda intralingual berupa kalimat dan penanda ekstralingual berupa pengetahuan umum dan fenomena konteks.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
103
4.2.2.1.2 Nilai rasa terima kasih Nilai rasa terima kasih adalah kadar rasa atau perasaan bahasa yang digunakan oleh penutur untuk mengungkapkan rasa terima kasih sehingga mitra tutur dapat menyerap kadar rasa yang ada dalam tuturan. Tuturan tersebut disajikan sebagai berikut : 3. “ Kami mengucapkan terima kasih atas semua itu” (BPKK, 20/10/2014) (Konteks: Tuturan diucapkan oleh penutur untuk menanggapi pelepasan SBY di pintu gerbang Istana. Hubungan baik yang dijalin SBY dengan PKB selama 10 tahun menjabat sebagai presiden perlu dilanjutkan. Penutur memiliki penegtahuan lama bahwa selama menjabat sebagai presiden Yudhoyono telah memperhatikan lembaga pendidikan yang dikelola NU).
4. “ Terima kasih sudah membantu saya” (BPKK, 21/10/2014) (Konteks:Tuturan diucapkan Ny Herawati Boediono yang menanggapi perlakuan
ajudan
wapres
terhadap
dirinya
ketika
datang
menjemputnya untuk menghadiri pelantikan presiden periode 20142019. Penutur memiliki pengetahuan lama bahwa selama masa jabatannya mendampingi Pak Boediono sebagai Wakil Presiden, keempat ajudan utusan pemerintahan pun sudah bekerja dengan baik dan banyak membantu penutur dalam melakukan segala kegiatan pemerintahan.)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
104
Tuturan (3) mencoba memperlihatkan rasa terima kasih yang diucapkan oleh penutur untuk Susilo Bambang Yudhoyono yang telah memimpin bangsa selama 10 tahun ini. Nilai rasa terima kasih dapat dilihat melalui penanda intralingual berupa kalimat “ Kami mengucapkan terima kasih atas semua itu”yang diperkuat dengan klausa “ kami mengucapkan terima kasih” yang dipersepsi sebagai ungkapan terima kasih. Penanda ekstralingual dimunculkan melalui konteks berupa fenomena praanggapan bahwa selama 10 tahun Yudhoyono menjabat sebagai presiden, beliau mendukung program-program sosial-ekonomi untuk pesantren,
madrasah,
dan
omunitas
pedesaan.
Selain
itu,
selama
kepemimpinannya kader NU juga dipercaya mengisi sejumlah kementerian hingga jadi mediator bagi kerukunan antar umat beragama. Tuturan tersebut dianggap sebagai tuturan yang santun karena sesuai dengan prinsip kesantunan
Leech dalam Pranowo
(103:20120)
yakni
maksim
pertimbangan, tuturan mengungkapkan rasa senang kepada mitra tutur. Dalam konteks ini, tuturan penutur sesuai dengan maksim pertimbangan karena penutur mengungkapkan rasa terima kasihnya kepada Susilo Bambang Yudhoyono. Seperti yang dituturkan dengan kalimat “ Kami mengucapkan terima kasih atas semua itu”. Ungkapan rasa terima kasih itu dipersepsi sebagai bentuk rasa senang karena Susilo Bambang Yudhoyono telah memimpin negara selama 10 tahun dengan baik dan penuh kerja keras. Tuturan (4) juga mencoba memperlihatkan rasa terima kasih Ny Herawati atas perlakuan ajudan yang sudah membantu dirinya selama menjabat sebagai Ibu
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
105
Wakil Preisden periode 2009-2014. Nilai rasa terima kasih dapat dilihat melalui penanda intralingual berupa kalimat “ Terima kasih sudah membantu saya”. Penanda
ekstralingual
dimunculkan
melalui
konteks
berupa
fenomena
praanggapan bahwa selama masa jabatannya mendampingi Pak Boediono sebagai Wakil Presiden, keempat ajudan utusan pemerintahan pun sudah bekerja dengan baik dan banyak membantu penutur dalam melakukan segala kegiatan pemerintahan. Tuturan tersebut dianggap sebagai tuturan yang santun karena sesuai denganprinsip kesantunan Leech dalam Pranowo (103:20120) yakni maksim pertimbangan, tuturan mengungkapkan rasa senang kepada mitra tutur. Dalam konteks ini, tuturan Ny Herawati Boediono sesuai dengan maksim pertimbangan karena penutur mengungkapkan rasa terima kasihnya kepada ajudan negara. Seperti
dituturkan
dengan
kalimat
“Terima
kasih
sudah
membantu
saya”.Ungkapan rasa terima kasih itu dipersepsi sebagai bentuk rasa senang karena sudah mengawalnya selama 5 tahun ini. Berdasarkan kedua tuturan di atas dapat disimpulkan bahwa tuturan yang bernilai rasa terima kasih merupakan tuturan yang santun, karena sesuai dengan prinsip Leech dalam Pranowo (103:2012) yakni maksim pertimbangan, tuturan mengungkapkan rasa senang kepada mitra tutur. Misalnya pada contoh pertama (NR.56/BPKK/20-10-2014) terdapat kalimat “kami mengucapkan terima kasih atas semua itu” dalam kalimat yang dirasa santun karena penutur mengungkapkan rasa senang dengan mengucapkan terima kasih kepada mitra tutur. Selain itu pada contoh kedua (NR.60/BPKK/21-10-2014) terdapat klausa
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
106
“terima kasih sudah membantu..” dalam kalimat yang dirasa santun karena penutur mengungkapkan rasa senang dengan mengucapkan terima kasih kepada mitra tutur. 4.2.2.1.3 Nilai rasa syukur Nilai rasa syukur adalah kadar rasa atau perasaan bahasa yang digunakan penutur untuk mengungkapkan rasa syukur kepada Tuhan sehingga mitra tutur dapat menyerap rasa yang ada dalam tuturan. Berikut ini akan disajikan beberapa tuturan yang mengandung rasa syukur sebagai berikut: 5. “Selesai sudah, hari ini adalah puncak. Kami ucapkan puji syukur” (BPKK, 21/10/2014) (Konteks: Tuturan diucapkan oleh Ketua Makin Kota Tegal Gyiong Gyiong yang menanggapi sembahyang besar sebagai ungkapan syukur atas terealisasinya persoalan bangsa dalam pemilu presiden. Acara ini diikuti sekitar 40 orang dan dilaksanakan pada Senin sekitar pukul 09.00.) Tuturan tersebut mencoba memperlihatkan rasa syukur Gyiong-Gyiong atas selesainya acara sembahyang syukuran pelantikan besar sebagai ungkapan syukur atas terealisasinya persoalan bangsa dalam pemilu presiden. Nilai rasa syukur dapat dilihat dengan penanda intralingual berupa kalimat “Kami ucapkan puji syukur”yang diperkuat dengan diksi “Puji syukur”.Penanda ekstralingual dimunculkan melalui konteks berupa fenomena praanggapan bahwa adanya sembahyang besar sebagai ungkapan syukur atas terealisasinya persoalan bangsa dalam pemilu presiden. Acara ini diikuti sekitar 40 orang dan dilaksanakan pada
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
107
Senin sekitar pukul 09.00. Selain itu, suasana yang terkandung dalam konteks tuturan adalah suasana bahagia dan syukur. Tuturan di atas dianggap sebagai tuturan yang santun karena sesuai dengan prinsip kesantunan Pranowo (104:2012) yaitu sikap rendah hati. Kalimat tersebut dipersepsi sebagai ungkapan rendah hati dari Gyiong-Gyiong kepada Tuhan yang ditandai dengan kata “Puji Syukur” Berdasarkan contoh di atas dapat disimpulkan bahwa nilai rasa syukur merupakan nilai rasa yang santun karena sesuai dengan prinsip kesantunan Pranowo
(104:2012)
yakni
sikap
rendah
hati.
Seperti
pada
contoh
(NR.62/BPKK/21-10-2014) sikap rendah hati ditunjukan melalui penggunaan kata “Puji syukur”yang diucapkan oleh Gyiong-Gyiong. Kata “puji syukur” adalah bentuk ungkapan syukur untuk menunjukan kerendahan hati Gyiong-Gyiong kepada Tuhan atau tidak sombong karena telah diberikan kelancaran acara. Selain itu penanda intralingual dapat dimunculkan melalui penanda intralingual berupa kalimat, sedangkan penanda ekstralingual berupa fenomena konteks selalu menyertai tujuan. 4.2.2.1.4 Nilai rasa rendah hati Nilai rasa rendah hati adalah kadar rasa atau perasaan di dalam bahasa yang digunakan penutur untuk mengungkapkan kerendahan hati, sehingga mitra tutur dapat menyerap kadar rasa yang ada dalam tuturan. Dalam berita politik hanya ada satu tuturan yang mengandung nilai rasa rendah hati, yaitu:
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
108
6. “ Saya pilih sendiri pakaian saya, yang penting nyaman, pas di badan, enak dilihat.” (BPKK, 20/10/2014) (Konteks: Tuturan diucapkan oleh Ibu Negara Iriana yang menanggapi penampilannya sebagai Ibu Negara. Sosok bu Iriana yang sederhana dan apa adanya seperti pakaian yang dipakainya adalah kain yang berasal dari Solo).
Tuturan tersebut mencoba memperlihatkan rasa rendah hati Ibu Iriana Jokowi atas penampilannya yang sederhana dan lebih sering menggunakan pakaian yang kainnya berasal dari Solo. Nilai rasa rendah hati dapat dilihat melalui penanda intralingual berupa kalimat “ Saya pilih sendiri pakaian saya, yang penting nyaman, pas di badan, enak dilihat.”. Penanda ekstralingual dimunculkan melalui konteks berupa fenomena praanggapan bahwa Sosok Ibu Iriana yang sederhana dan apa adanya, seperti pakaian yang dipakainya adalah kain yang berasal dari Solo. Bahkan, untuk tas yang digunakan beliau tetap menggunakan tas produksi usaha kecil dan menengah dari Solo. Tuturan di atas dipersepsi sebagai tuturan yang santun karena sesuai dengan prinsip kesantunan Pranowo (104:2012) yaitu sikap rendah hati. Dalam konteks ini kerendahan hati Ibu Iriana dapat dirasakan ketika dirinya berkata “…yang penting nyaman, pas di badan, enak dilihat.”.Hal ini membuktikan bahwa sosok Ibu Iriana tidak memaksakan untuk memakai pakaian yang mahal, namun lebih pada yang pas dan enak dilihat.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
109
Berdasarkan contoh di atas dapat disimpulkan bahwa tuturan yang mengandung nilai rasa rendah hati merupakan tuturan yang santun karena sesuai dengan prinsip kesantunan Pranowo (104:2012) yaitu sikap rendah hati. Selain itu, ciri lain dari sikap rendah hati pada contoh tuturan (NR.58/BPKK/20-10-2014) mitra tutur dapat menyerap kadar rendah hati dari penutur. kerendahan hati penutur dapat dirasakan ketika penutur mengatakan “…yang penting nyama, pas di badan, enak dilihat”. Rasa rendah hati dapat dimunculkan melalui penanda intralingual kalimat dan penanda ekstralingual berupa fenomena konteks praanggapan. 4.2.2.2 Nilai Rasa Kasar Nilai rasa kasar adalah kadar rasa atau perasaan dalam bahasa yang dianggap kasar dan tidak hormat, serta disampaikan dengan cara yang tidak baik. Nilai rasa kasar juga merupakan suatu tuturan yang diungkapkan secara langsung. Berikut beberapa data yang mengandung nilai rasa kasar dalam berita politik Koran Kompas: 7. “ Kalau namanya tim impian, pasti di dalamnya bukan pencolengpencoleng, pencuri uang rakyat”(BPKK, 06/10/2014) (Konteks:
Tuturan
diucapkan
oleh
Seno
Kusumoharjo
yang
menanggapi kabinet pemerintahan Jokowi- JK yang akan membentuk Tim Impian. Dalam kabinet harus diisi orang-orang yang mampu, mau bekerja keras, bersih, dan tidak memiliki catatan kelam masa lalu. Penutur memiliki pengetahuan lama bahwa korupsi yang menjerat
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
110
menteri masih belum dapat diatasi dan masih banyak ditemukan menteri atau partai politik yang tersandung kasus korupsi).
8. “ Pantes Gus Dur dulu mengatakan DPR itu seperti taman kanakkanak. Kalau melihat, ya tidak terlalu salah kalau seperti itu”(BPKK, 03/10/2014) (Konteks: Tuturan diucapkan oleh Popong Otje selaku anggota DPR tertua yang menanggapi keadaan sidang paripurna DPR dengan agenda penetapan pimpinan fraksi dan pimpinan DPR yang berlangsung gaduh. Puluhan anggota DPR yang beberapa jam sebelumnya dilantik berteriak mengajukan interupsi. Selain itu banyak mikrofon mati dan sebagian wakil rakyat merangsek ke depan meja pimpinan sidang paripurna.)
9. “ Memberantas korupsi tidak bisa ditunda karena koruptor juga tak pernah menunda pekerjaannya merampok uang negara.” (BPKK, 31/10/2014) (Konteks: Tuturan diucapkan oleh Emerson Yuntho yang menanggapi lambatnya penetapan jaksa agung yang menghambat pemberantasan korupsi. Penutur memiliki pengetahuan lama bahwa korupsi di Indonesia sulit untuk diberantas. Hal ini dikarenakan banayaknya orang, bahkan pejabat negara yang terjerat kasus korupsi. Para
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
111
koruptor tidak memandang kapan dan dimanapun merka berkorupsi, melainkan setiap ada kesempatan mereka langsung melakukanya).
Tuturan (7) dipersepsi memiliki nilai rasa kasar karena menggunakan pilihan kata yang dianggap kasar dan menyinggung perasaan mitra tutur. Hal ini dapat dilihat melalui penanda intralingual berupa kalimat “ Kalau namanya tim impian, pasti di dalamnya bukan pencoleng-pencoleng, pencuri uang rakyat”yang diperkuat dengan klausa “…pencuri uang rakyat”. Kalimat tersebut dipersepsi sebagai nilai rasa kasar karena berisi ungkapan langsung penutur terhadap kabinet Jokowi untuk mewujudkan tim impian. Selain itu, para menteri di dalam tim impian tersebut masih ada yang belum bersih dari korupsi, bahkan merupakan tokoh utama terjadinya korupsi di tubuh pemerintahan. Penanda ekstralingual dimunculkan melalui konteks berupa fenomena praanggapan bahwa korupsi yang menjerat menteri masih belum bisa diatasi. Buktinya banyak kasus yang ditemukan selama ini, bahwa banyak menteri atau partai politik yang tersandung kasus korupsi. Tuturan di atas dianggap sebagai tuturan yang tidak santun karena bertentangan dengan prinsip kesantunan Pranowo (104:2012) yakni kesantunan ditandai dengan penggunaan diksi yang santun. Dalam konteks ini, Seno Kusumoharjo menggunakan klausa “pencuri uang rakyat” untuk menyebut koruptor. Klausa tersebut dipersepsi sebagai kasar karena ada yang lebih halus yaitu menggunakan diksi “koruptor”. Hal ini diperkuat dengan penanda ekstralingual berupa fenomena konteks praanggapan yang menyertai tujuan.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
112
Tuturan (8) juga dipersepsi memiliki nilai rasa kasar karena menggunakan pilihan kata yang dianggap kasar dan diutarakan secara langsung, sehingga menyinggung perasaan mitra tutur. Nilai rasa kasar dapat dilihat melalui tuturan“ Pantes Gus Dur dulu mengatakan DPR itu seperti taman kanak-kanak. Kalau melihat, ya tidak terlalu salah kalau seperti itu” yang diperkuat dengan penanda intralingual berupa kalimat “ Pantes Gus Dur dulu mengatakan DPR itu seperti taman kanak-kanak.”. Penutur mengatakan secara langsung mengenai tingkah laku para menteri pada saat sidang paripurna DPR. Banyak menteri yang bersikap seperti anak-anak dengan cara berteriak mengajukan interupsi. Mereka tidak mau mengalah anatara satu dengan yang lainnya sehingga membuat sidang menjadi gaduh dan riuh. Penanda ekstralingual dimunculkan melalui konteks berupa fenomena praanggapan bahwa anggota DPR berperilaku seperti anak-anak apabila interupsinya atau pendapatnya tidak dihiraukan oleh pimpinan sidang. Hal ini mengakibatkan rusaknya mikrofon dalam ruang sidang dan sebagian wakil rakyat merangsek ke depan meja pimpinan sidang paripurna. Tuturan di atas dianggap sebagai tuturan yang tidak santun karena bertentangan dengan prinsip kesantunan Pranowo (109:2012) yakni sikap tengang rasa, tuturan menjaga perasaan mitra tutur. Tuturan Popong dianggap tidak santun karena mengutarakan pendapatnya secara langsung, seperti pada tuturan “ Pantes Gus Dur dulu mengatakan DPR itu seperti taman kanak-kanak…”.Hal ini dikatakan Popong karena melihat kelakuan anggota DPR yang gaduh dan riuh saat pelaksanaan rapat paripurna DPR.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
113
Tututran (9) juga dipersepsi memiliki nilai rasa kasar karena menggunakan pilihan kata yang dianggap kasar dan diutarakan secara langsung, sehingga menyinggung perasaan mitra tutur. Nilai rasa kasar dapat dilihat dengan penanda intralingual berupa klausa “….koruptor juga tak pernah menunda pekerjaanya merampok uang negara” yang diperkuat dengan diksi “merampok”. Diksi tersebut dianggap sebagai nilai rasa kasar karena menggunakan diksi yang kasar. Penanda
ekstralingual
dimunculkan
melalui
konteks
berupa
fenomena
praanggapan bahwakorupsi di Indonesia sulit untuk diberantas. Hal ini dikarenakan banayaknya orang atau bahkan pejabat negara yang terjerat kasus korupsi. Para koruptor tidak memandang kapan dan dimanapun mereka berkorupsi, melainkan setiap ada kesempatan mereka langsung melakukanya. Tuturan di atas merupakan tuturan yang tidak santun karena tidak sesuai dengan prinsip kesantunan Pranowo (104:2012) yaitu kesantunan ditandai dengan penggunaan diksi yang santun. Dalam konteks ini, tuturan Emerson menyebut para koruptor dengan pekerjaannya “merampok” uang negara, padahal masih terdapat kata yang lebih santun untuk menggantikan kata “merampok yaitu seperti kata “mengambil paksa”. Berdasarkan ketiga contoh di atas dapat disimpulkan bahwa nilai rasa kasar mengandung tuturan yang tidak santun. Hal ini dikarenakan bertentangan dengan prinsip kesantunan Pranowo (109:2012) yakni sikap tengang rasa, tuturan menjaga perasaan mitra tutur, seperti pada contoh tuturan (NR.49/BPKK/03-102014)“ Pantes Gus Dur dulu mengatakan DPR itu seperti taman kanak-kanak”. Tuturan ini dipersepsi tidak santun karena secara langsung mengatakan bahwa
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
114
anggota DPR bertingkah laku layaknya anak-anak. Hal ini dikarenakan pada saat rapat paripurna kelakuan anggota DPR gaduh dan riuh karena interupsinya yang tidak ditanggapi oleh ketua siding. Padahal ada yang lebih santun untuk menyebut kelakuan anggota DPR yang seperti taman kanak-kanak itu dengan kata “ belum dewasa”. Selain itu juga bertentangan dengan prinsip kesantunan Pranowo (104:2012) yaitu kesantunan ditandai dengan penggunaan diksi yang santun. Seperti pada contoh tuturan (NR.51/BPKK/06-10-2014) penutur menggunakan diksi “pencuri” (diksi “koruptor” dirasa lebih santun), dan pada tuturan (NR.80/BPKK/06/-0-2014) penutur menggunakan diksi “merampok” (diksi “mengambil paksa”dirasa lebih halus). Selain itu, nilai rasa kasar dapat dimunculkan melalui penanda intralingual berupa diksi-diksi yang bernilai rasa kasar. Penanda ekstralingual berupa fenomena konteks praanggapan juga menyertai tuturan. 4.2.2.3 Nilai Rasa Takut Nilai rasa takut adalah kadar rasa atau perasaan bahasa yang digunakan oleh penutur untuk mengungkapkan ketakutannya sehingga mitra tutur dapat menyerap kadar rasa yang ada dalam tuturan. Ketakutan itu dapat dilihat melalui nilai rasa khawatir, ragu-ragu, curiga, dan bingung. 4.2.2.3.1 Nilai rasa khawatir Nilai rasa khawatir adalah kadar rasa atau perasaan bahasa yang digunakan penutur untuk menjelaskan kekhawatirannya kepada mitra tutur. Seperti tuturan yang disajikan berikut ini:
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
115
10. “ Pemaksaan anak pejabat untuk diterima sebagai pegawai ke dalam struktur pemerintahan dikhawatirkan hanya merusak sistem” (BPKK, 24/10/2014) (Konteks:Tuturan diucapkan oleh Emerson Yuntho selaku Peneliti Indonesia Corruption Watch yang menanggapi tes seleksi anak pejabat yang disamakan dengan peserta seleksi lainnya. Penutur memiliki pengetahuan lama bahwa ketika seorang anak pejabat diistimewakan dan pada saat bekerja anak pejabat itu tidak mampu bekerja dengan baik dan melanggar aturan, tentu tidak aka nada batasan yang berani menegur atau menjatuhkan sanksi.)
11. “ Yashona dikhawatirkan akan membuat
kebijakan
yang
menguntungkan golongannya atau mengakomodasi kepentingan rekan-rekannya.”(BPKK, 28/10/2014) (Konteks: Tuturan diucapkan oleh Bahrain selaku pegiat Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia yang menanggapi latar belakang Yassona sebagai politisi PDI-P dalam menyelesaikan permasalahan overkapasitas rumah tahanan dan lembaga negara.)
Tuturan (10) dipersepsi memiliki nilai rasa khawatir dari Emerson Yuntho atas keistimewaan anak pejabat dalam tes CPNS yang akan merusak sistem pemerintahan. Nilai rasa khawatir dapat dilihat melalui penanda intralingual berupa kalimat “Pemaksaan anak pejabat untuk diterima sebagai pegawai ke
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
116
dalam struktur pemerintahan dikhawatirkan hanya merusak sistem”. Penanda ekstralingual dimunculkan melalui konteks berupa fenomena praanggapan bahwa ketika seorang anak pejabat diistimewakan dan pada saat bekerja anak pejabat itu tidak mampu bekerja dengan baik dan melanggar aturan, tentu tidak aka nada batasan yang berani menegur atau menjatuhkan sanksi. Seperti anak pejabat yang diam-diam mengikuti tender proyek pemerintah, seperti dilakukan putra mantan Menteri Koperasi dan UKM Sjarifuddin Hasan, tak ada satu pun kementerian atau lembaga yang berani menolak. Akibatnya dugaan korupsi pun terungkap dan kini harus dibawa ke pengadilan. Tuturan di atas dianggap sebagai tuturan yang santun karena sesuai dengan prinsip
kesantunan
Leech
dalam
Pranowo
(103:2012)
yaitu
maksim
kebijaksanaan, tuturan dapat memberikan keuntungan kepada mitra tutur. Di dalam konteks ini, tuturan Emerson memberikan keuntungan berupa masukan kepada mitra tutur, khususnya pemerintah yakni apabila anak pejabat diistimewakan, seperti dalam tes CPNS akan merusak sistem pemerintahan. Tuturan (11) juga dipersepsi memiliki nilai rasa khawatir atas tuturan Bahrain mengenai latar belakang Yassona sebagai politisi PDI-P dalam menyelesaikan permasalahan overkapasitas rumah tahanan dan lembaga negara yang dikhawatirkan akan akan membuat kebijakan yang menguntungkan golongannya. Nilai rasa khawatir dapat dilihat melalui penanda intralingual berupa kalimat “ Yashona dikhawatirkan akan membuat kebijakan yang menguntungkan
golongannya
atau
mengakomodasi
kepentingan
rekan-
rekannya.” yang diperkuat dengan diksi “dikhawatirkan”. Penanda ekstralingual
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
117
dimunculkan melalui konteks berupa fenomena praanggapan bahwa Yashona berlatar belakang sebagai politisi PDI-P dan sama dengan Jokowi yang saat ini menjabat sebagai presiden. Seperti kebijakan menteri sebelumnya, Amir Syamsudin. Pada akhir masa jabatannya, Amir yang berlatar belakang Partai Demokrat mengeluarkan pembebasan bersyarat kepada sejumlah narapidana meski yang bersangkutan bukan justice collaborator sehingga KPK menolak memberikan
rekomendasi
pembebasan
bersyarat.
Beberapa
narapidana
diantaranya adalah Hartati Murdaya (mantan anggota Dewan Pembina Partai Demokrat) dan Sumartono (mantan anggota DPRD Kota Semarang/Fraksi Partai Demokrat). Tuturan di atas dianggap sebagai tuturan yang santun karena sesuai dengan prinsip
kesantunan
Leech
dalam
Pranowo
(103:2012)
yaitu
maksim
kebijaksanaan, tuturan dapat memberikan keuntungan kepada mitra tutur. Di dalam konteks ini, tuturan Bahrain memberikan keuntungan berupa masukan kepada mitra tutur bahwa Yashona merupakan politisi dari PDI-P yang nantinya dikhawatirkan akan lebih menguntungkan golongan dan rekan-rekannya. Berdasarkan kedua contoh tuturan di atas nilai rasa khawatir merupakan nilai rasa yang santun . Tuturan yang santun karena sesuai dengan prinsip kesantunan Leech dalam Pranowo (103:2012) yakni maksim kebijaksanaan, tuturan memberikan keuntungan kepada mitra tuturnya. Keuntungan itu berupa masukan terhadap mitra tutur. Selain itu, adanya ciri khas penggunaan diksi “dikhawatirkan” pada kedua contoh tuturan(NR.64/BPKK/24-10-2014) dan tuturan (NR.68/BPKK/28-10-2014) yang memperkuat penanda intralingualnya.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
118
Selain itu, nilai rasa khawatir dapat dimunculkan melalui penanda intralingual berupa kalimat yang diikuti penanda ekstralingual berupa fenomena konteks praanggapan. 4.2.2.3.2 Nilai rasa ragu-ragu Nilai rasa ragu-ragu adalah kadar rasa atau perasaan bahasa yang digunakan penutur untuk mengungkapkan keraguannya, sehingga mitra tutur dapat menyerap kadar rasa yang ada dalam tuturan. Berikut disajikan tuturan yang mengandung rasa ragu-ragu, yaitu : 12. “Mereka diduga bersama-sama menyalahgunakan dana investasi itu untuk kepentingan pribadi senilai Rp 1 miliar” (BPKK, 01/10/2014) (Konteks: Tuturan diucapkan oleh penutur untuk menanggapi kasus korupsi dana investasi Pemerintah Daerah Lhokseumawe ke Perusahaan Daerah Pembangunan Lhokseumawe sebesar Rp 5 miliar pada tahun 2013. Pada tahun 2013 kedua tersangka tersebut yaitu, Abubakar menjabat sebagai Direktur Utama PDBL dan Isa sebagai Direktur Keuangan PDBL.)
13. “Masak malaikat mau dites sama setan”.(BPKK, 04/09/2014) (Konteks: Tuturan diucapkan oleh ahli Hukum Pidana Asep Iwan yang menanggapi seleksi Pansel Pimpinan KPK. Penutur memiliki pengetahuan lama bahwa seleksi pada tahap DPR sudah tidak
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
119
dipercayai lagi oleh masyarakat, hal ini sangat merugikan bagi calon pimpinan yang jujur dan kredibel.)
Tuturan (12) dipersepsi memiliki nilai rasa ragu-ragu. Nilai rasa ragu-ragu tersebut dapat dilihat melalui penanda intralingual berupa klausa “Mereka diduga bersama-sama”. Klausa tersebut mengungkapkan rasa ragu-ragu penutur yang diperkuat dengan diksi “diduga” yang berarti kejadian yang belum pasti. Penanda ekstralingual dimunculkan melalui konteks berupa fenomena praanggapan bahwa pada tahun 2013 kedua tersangka tersebut yaitu, Abubakar menjabat sebagai Direktur Utama PDBL dan Isa sebagai Direktur Keuangan PDBL. Mereka membuat laporan pertanggung jawaban itu, namun terdeteksi ada dana Rp 1 miliar yang disalahgunakan. Tuturan tersebut dianggap sebagai tuturan yang tidak santun karena bertentangan dengan prinsip kesantunan Leech dalam Pranowo (103:2012) yakni maksim kesetujuan, memberikan persetujuan kepada mitra tutur. Hal ini dikarenakan penutur tidak memberikan persetujuan bahwa mereka bekerja bersama. Kemudian, pada tuturan (13) juga dipersepsi memiliki nilai rasa ragu-ragu. Nilai rasa ragu-ragu tersebut dapat dilihat melalui penanda intralingual berupa kalimat
“Masak
malaikat
mau
dites
sama
setan”.
Kalimat
tersebut
mengungkapkan rasa ragu-ragu penutur yang menggunakan perumpaan malaikat dan setan. Dalam kalimat tersebut mengungkapkan rasa ragu-ragu calon pimpinan yang akan di seleksi pada tahap DPR. Ungkapan malaikat dan setan disini
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
120
merupakan perumpamaan calon pimpinan yang disebut “malaikat”dan “setan” untuk anggota DPR. Penanda ekstralingual dimunculkan melalui konteks berupa fenomena praanggapan bahwa kebanyakan orang sudah tidak percaya lagi kepada DPR. Hal ini dikarenakan kinerja DPR sebagai wakil rakyat yang tidak baik dan tidak bisa dipercaya, bahkan kebanyakan kasus korupsi justru banyak melibatkan anggota DPR itu sendiri. Tuturan di atas merupakan tuturan yang santun, karena Asep Iwan dalam mengungkapkan tuturannya tidak menyebut nama seseorang yang dikatakan sebagai malaikat dan setan. Asep hanya menyebut “ malaikat mau dites sama setan”. Prinsip ini sesuai dengan indikator kesantunan menurut Pranowo (109:2012) yaitu sikap tenggang rasa. Dalam konteks ini, Asep tidak menyebut langsung tokoh yang dimaksud, melainkan lebih menggunakan ungkapan seperti “malaikat” dan “setan” . Sikap ini diperlihatkan Asep dalam tuturannya yang berupa kalimat “ Masak malaikat mau dites sama setan”. Berdasarkan
contoh
nilai
rasa
ragu-ragu
di
atas,
peneliti
dapat
menyimpulkan bahwa tuturan yang mengandung nilai rasa ragu-ragu merupakan tuturan yang santun dan tidak santun. Tuturan itu santun dikarenakan sesuai dengan prinsip kesantunan menurut Pranowo (109:2012) yaitu sikap tenggang rasa. Hal ini dikarenakan pada contoh tuturan (NR.24/BPKK/04-09-2014) penutur secara langsung tidak menyebutkan seseorang yang dimaksud dalam tuturan, melainkan lebih menggunakan ungkapan. Seperti pada tuturan “Masak malaikat mau dites sama setan”.Sedangkan tuturan yang dianggap tidak santun karena bertentangan dengan prinsip kesantunan Leech dalam Pranowo (103:2012) yaitu
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
121
maksim kesetujuan, memberikan persetujuan kepada mitra tutur. Dalam konteks ini, penutur tidak memberikan persetujuan bahwa Abubakar dan Isa yang menyalahgunakan dana investasi sebesar Rp 1 miliar. ketidaksetujuan penutur dapat dirasakan ketika penutur mengatakan “mereka diduga bersama-sama menyalahgunakan dana investasi”. Padahal pada penanda ekstralingual berupa fenomena konteks menunjukan kerja sama antara Abubakar dan Isa yang membuat buku laporan keuangan dan terdeteksi disalahgunakan sebesar Rp 1 miliar. 4.2.2.3.3 Nilai rasa curiga Nilai rasa curiga adalah kadar rasa atau perasaan bahasa yang digunakan oleh penutur untuk mengungkapkan kecurigaannya sehingga mitra tutur dapat menyerap kadar rasa yang ada dalam tuturan. seperti tuturan berikut ini, yaitu: 14. “Penyamaran harta-harta tersebut bisa saja lewat anaknya.” (BPKK, 28/10/2014) (Konteks: Tuturan diucapkan oleh Wakil Ketua KPK Busyro Muqoddas yang menanggapai penyamaran harta kekayaan Atut yang diperoleh dari tindak pidana korupsi melalui anakanaknya.
Penutur
memiliki
pengetahuan
lama
bahwa
penelusuran penyamaran harta dapat melalui pemeriksaan terhadap anak dan istrinya.) Tuturan tersebut dipersepsi memiliki rasa curiga yang dirasakan oleh Busyro Muqoddas mengenai penyamaran harta kekayaan Atut yang diperoleh dari tindakan korupsi. Nilai rasa curiga dapat diperkuat dengan penanda intralingual
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
122
berupa kalimat “ Penyamaran harta-harta tersebut bisa saja lewat anaknya.”. Penanda
ekstralingual
dimunculkan
melalui
konteks
berupa
fenomena
praanggapan bahwa penelusuran bisa melalui pemeriksaan terhadap anak dan istrinya. Seperti saat megusut TPPU Djoko Susilo (mantan Kepala Korps Lalu Lintas Polri), KPK juga memeriksa anak-istrinya. Tuturan di atas dianggap sebagai tuturan yang tidak santun karena bertentangandengan prinsip kesantunan Pranowo (103:2012) yakni angon rasa. Dalam konteks ini, isi tuturan tidak didukung dengan bukti yang kuat, melainkan hanya atas dasar kecurigaan. Jadi, disini penutur membuat mitra tutur tidak berkenaan dengan tuturannya. Dalam hal ini, Atut yang dicurigai menyamarkan harta korupsinya lewat anak-anaknya. Berdasarkan contoh di atas dapat disimpulkan bahwa nilai rasa curiga dapat dipersepsi sebagai nilai rasa yang tidak santun. Hal ini dikarenakan bertentangan dengan prinsip kesantunan Pranowo (103:2012) yakni angon rasa. Pada tuturan (NR.69/BPKK/28-10-2014) dipersepsi tidak santun juga karena kecurigaan yang dikatakan oleh penutur tidak berdasarkan bukti. Selain itu, nilai rasa curiga dapat dimunculkan melalui penanda intralingual kalimat, sedangkan penanda ekstralingual dimunculkan berupa fenomena konteks praanggapan. 4.2.2.3.4 Nilai rasa bingung Nilai rasa bingung adalah kadar rasa atau perasaan dalam bahasa yang digunakan penutur untuk mengungkapkan kebingungannya, sehingga mitra tutur dapat menyerap kadar rasa yang ada dalam tuturan. seperti tuturan berikut.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
123
15. “Sebagai kawan, dia datang konsultasi dengan saya, tetapi bagaimana saya bisa memberikan nasihat kalau saya sendiri tak tahu masalahnya”(BPKK, 04/09/014) (Konteks: Tuturan diucapkan oleh Amir Syamsudin selaku Menteri Hukum dan HAM untuk menanggapi pertemuan dengan Jero Wacik. Pertemuannya tersebut hanya konsultasi sebagai sesama kawan di lingkungan kabinet dan partai.)
Tuturan tersebut dipersepsi memiliki nilai rasa bingung seperti Amir Syamsudin yang kebingungan dengan kedatangan Jero Wacik yang tidak menjelaskan masalah yang sedang dihadapinya. Nilai rasa bingung dapat dilihat dengan penanda intralingual berupa kalimat “Sebagai kawan, dia datang konsultasi dengan saya, tetapi bagaimana saya bisa memberikan nasihat kalau saya sendiri tak tahu masalahnya”.Amir sebagai kawan menjelaskan bahwa Jero datang untuk berkonsultasi atas masalah hukum yanag menimpanya. Selain itu pertemuannya juga hanya berkonsultasi masalah sebagai kawan di lingkungan kabinet dan partai. Penanda ekstralingual dimunculkan melalui konteks berupa fenomena praanggapan bahwa selama pemerintahan Presiden SBY belum pernah dan tidak akan mencampuri perkara hukum terkait kader partai. Tuturan di atas dianggap sebagai tuturan yang tidak santun karena bertentangan dengan prinsip kesantunan Pranowo (103:2012) yakni adu rasa, membuat kepahaman dengan mitra tutur. Di dalam konteks ini, tuturan Jero Wacik tidak sesuai dengan prinsip adu rasa, yakni tidak membuat kepahaman
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
124
terhadap Amir Syamsudin atas kedatangannya. Hal ini dikarenakan Jero datang tidak membahas mengenai kasus yang menimpanya. Berdasarkan contoh di atas dapat disimpulkan bahwa tuturan yang mengandung rasa bingung merupakan tuturan yang tidak santun. Seperti pada contoh (NR.21/BPKK/04-09-2014) dipersepsi sebagai tuturan yang mengandung rasa bingung namun tidak santun. Hal itu karena tidak sesuai dengan prinsip kesantunan Leech dalam Pranowo (103:2012) yaitu adu rasa, membuat kepahaman dengan mitra tutur. Misalnya pada tuturan “…bagaimana saya bisa memberikan nasihat kalau saya sendiri tak tahu masalahnya” yang dipersepsi sebagai rasa bingung Amir terhadap kedatangan dan masalah yang dialami Jero Wacik. Rasa bingung itu dimunculkan melalui penanda intralingual berupa kalimat, sedangkan penanda ekstralingualnya dimunculkan melalui fenomena konteks praanggapan yang selalui mengikuti tuturan. 4.2.2.4 Nilai Rasa Bahagia Nilai rasa bahagia adalah kadar rasa perasaan bahasa yang digunakan penutur untuk mengungkapkan kebahagiaannya sehingga mitra tutur dapat menyerap kadar rasa yang ada di dalam tuturan. Berikut disajikan tuturan yang mengandung nilai rasa bahagia: 16. “Pelantikan Joko Widodo dan Jusuf Kalla sebagai Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia 2014-2019 disambut meriah di sejumlah daerah” (BPKK, 21/10/2014) (Konteks: Tuturan diucapkan oleh penutur untuk menanggapi pelantikan presiden periode 2014-2019. Banyak warga yang
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
125
sangat antusias mendukung pelantikan tersebut dengan mengucap syukur. penutur memiliki pengetahuan lama bahwa banyak dukungan yang datang ntuk presiden baru tersebut. salah
satunya
adalah
umat
Khonghucu
yang
menyelenggarakan sembahyang besar di tempat ibadah Khong Miao, Majelis Agama Khonghucu Indonesia (Makin) Kota Tegal.) 17. “ Ini momentum yang patut dirayakan” (BPKK, 21/10/2014) (Konteks: Tuturan diucapkan oleh Andi Roestono selaku penyelenggara acara Kenduri Rakyat di halaman gedung DPRD untuk merayakan pelantikan Jokowi-JK. Penutur memiliki pengetahuan lama bahwa kemenangan calon yang didukungnya patut untuk dirayakan karena peristiwa itu merupakan kemenangan seluruh rayat.)
Tuturan (16) dipersepsi memiliki nilai rasa bahagia yang terlihat oleh kebahagian penutur dalam pelantikan presiden peiode 2014-2019. Nilai rasa bahagia dapat dilihat dengan penanda intralingual berupa kalimat “Pelantikan Joko Widodo dan Jusuf Kalla sebagai Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia 2014-2019 disambut meriah di sejumlah daerah” yang diperkuat dengan klausa ”disambut meriah”. Hal ini membuktikan bahwa masyarakat ikut berbahagia menyambut pelantikan calon pemimpin negara pilihannya. Penanda ekstralingual dimunculkan melalui konteks berupa fenomena praanggapan bahwa
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
126
banyak dukungan yang datang untuk presiden baru tersebut. salah satunya adalah umat Khonghucu yang menyelenggarakan sembahyang besar di tempat ibadah Khong Miao, Majelis Agama Khonghucu Indonesia (Makin) Kota Tegal. Selain itu di Jawa Tengah, sejumlah elemen masyarakat merayakan pelantikan dengan menyelenggarakan Kenduri Rakyat di halaman gedung DPRD setempat. Tuturan di atas dianggap sebagai tuturan yang santun karena sesuai dengan prinsip
kesantunan
Leech
dalam
Pranowo
(103:2012)
yaitu
maksim
pertimbangan, tuturan dapat mengungkapkan rasa senang kepada mitra tutur. Dalam konteks ini, rasa senang ditunjukan melalui kebahagiaan penutur atas terpilihnya dan dilantiknya Jokowi-Jk sebagai presiden dan wakil presiden periode 2014-2019. Rasa senang itu diutarakan dengan klausa “disambut meriah” yang berarti warga bahagia atas pelantikan Jokowi-JK. Selain itu, pada tuturan (17) juga dipersepsi memiliki nilai rasa bahagia yang terlihat oleh kebahagian Andi Roestono selaku penyelenggara acara Kenduri Rakyat di halaman gedung DPRD untuk merayakan pelantikan Jokowi-JK. Nilai rasa bahagia dapat dilihat dengan penanda intralingual berupa kalimat“ini momentum yang patut dirayakan” yang diperkuat dengan diksi”dirayakan‟‟ yang berarti mencerminkan bahwa penutur berbahagia dengan pelantikan Jokowi-JK. Penanda
ekstralingual
dimunculkan
melalui
konteks
berupa
fenomena
praanggapan bahwa kemenangan calon yang didukungnya patut untuk dirayakan karena peristiwa itu merupakan kemenangan seluruh rayat. Selain itu juga sebagai bentuk dukungan dan ucapan syukur atas terpilihnya pimpinan yang didukungnya.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
127
seperti yang dilakukan masyarakat kota Tegal dengan menggelar acara Kenduri Rakyat di halaman gedung DPRD untuk merayakan pelantikan Jokowi-JK. Tuturan di atas dianggap sebagai tuturan yang santun karena sesuai dengan prinsip
kesantunan
Leech
dalam
Pranowo
(103:2012)
yaitu
maksim
pertimbangan, tuturan dapat mengungkapkan rasa senang kepada mitra tutur. Dalam konteks ini, rasa senang ditunjukan melalui diksi “dirayakan” sebagai kebahagiaan Andi Roestono atas terpilihnya dan dilantiknya Jokowi-JK sebagai presiden dan wakil presiden periode 2014-2019. Berdasarkan kedua contoh di atas, dapat disimpulkan bahwa nilai rasa bahagia merupakan tuturan yang santun karena sesuai dengan prinsip kesantunan Leech dalam Pranowo (103:2012) yaitu maksim pertimbangan, tuturan dapat mengungkapkan rasa senang kepada mitra tutur. Misalnya pada contoh (NR.61/BPKK/21/10/2014)“….disambut meriah di sejumlah daerah” rasa senang ditunjukan oleh penutur atas dilantiknya Jokowi-JK.Kemudian pada contoh (NR.63/BPKK/21-10-2014)“…momentum yang patut dirayakan” rasa senang ditunjukan oleh Andi karena terpilih dan dilantiknya Jokowi-JK sebagai presiden dan wakil presiden periode 2014-2019. Rasa bahagia juga dapat dimunculkan melalui penanda intralingual berupa kalimat, sedangkan penanda ekstralingual dimunculkan melalui fenomena konteks praanggapan yang selalu mengikuti tuturan. 4.2.2.4.1 Nilai rasa kagum Nilai rasa kagum adalah kadar rasa atau perasaan bahasa yang digunakan penutur untuk mengungkapkan rasa kagumnya, sehingga penutur dapat merasakan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
128
kadar rasa yang ada di dalam tuturan. seperti tuturan yang disajikan sebagai berikut. 18. “Pak Busyro ini sebenarnya tak tergantikan, bahkan salah satu pimpinan KPK terbaik”. (BPKK, 03/09/2014) (Konteks: Tuturan diucapkan oleh Ganjar Bondon, Dosen Hukum Pidana UI yang menanggapi pencalonan ulang Busyro. Penutur memiliki pengetahuan lama ketika dalam masa pimpinan Busyro Muqoddas, dia dapat memberantas semua korupsi besar bahkan yang melibatkan Nazar cs sudah dibongkar habis oleh Busyro Muqoddas. )
19. “ Dipilih sebagai pimpinan sidang karena merupakan anggota DPR tertua, Popong tergolong berani mengendalikan sidang”(BPKK, 03/10/2014) (Konteks: Tuturan diucapkan oleh penutur yang menanggapi sosok pimpinan sidang paripurna DPR yang berusia 76 tahun. Beliau memilih tidak menggubris sejumlah interupsi agar paripurna tidak berlarut-larut. )
Tuturan (18) dipersepsi memiliki nilai rasa kagum seperti yang terjadi pada Ganjar Bondon yang kagum akan sosok Busyro Muqoddas karena salah satu pimpinan KPK terbaik. Nilai rasa kagum dapat dilihat melalui penanda intralingual berupa kalimat “Pak Busyro ini sebenarnya tak tergantikan, bahkan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
129
salah satu pimpinan KPK terbaik”yang di dukung dengan klausa“pimpinan KPK terbaik”. Hal tersebut mencerminkan rasa kekaguman Ganjar karena merupakan pimpinan KPK terbaik. Penanda ekstralingual dimunculkan melalui konteks berupa fenomena praanggapan bahwa Busyro telah membabat habis kasus korupsi-korupsi besar bahkan yng melibatkan Nazar cs. Tuturan di atas dianggap sebagai tuturan yang santun karena sesuai dengan prinsip kesantunan Leech dalam Pranowo (103:2012) yakni maksim pujian, tuturan dapat memberikan pujian terhadap mitra tutur. Dalam konteks ini, pujian kepada mitra tutur ditunjukan melalui rasa kagum Ganjar terhadap kinerja Busyro Muqoddas yang menjadi salah satu pimpinan KPK terbaik. Seperti diutarakan melalui klausa “pimpinan KPK terbaik”. Selain itu tuturan (19) juga dipersepsi memiliki nilai rasa kagum seperti yang dialami oleh penutur yang kagum akan sosok Popong otje, pimpinan sidang paripurna DPR yang berusia 76 tahun. Nilai rasa kagum dapat dilihat melalui penanda intralingual berupa kalimat “ Dipilih sebagai pimpinan sidang karena merupakan anggota DPR tertua, Popong tergolong berani mengendalikan sidang”. Penanda ekstralingual dimunculkan melalui konteks berupa fenomena praanggapan bahwa sosok Popong yang berusia 76 tahun merupakan anggota DPR tertua yang berani mengambil tindakan untuk tidak menggubris sejumlah interupsi agar paripurna tidak berlarut-larut. Beliau memiliki pengetahuan lama bahwa apabila interupsi diladeni, butuh waktu tiga hari rapatnya selesai. Tuturan di atas dianggap sebagai tuturan yang santun karena sesuai dengan prinsip kesantunan Leech dalam Pranowo (103:2012) yakni maksim pujian,
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
130
tuturan dapat memberikan pujian terhadap mitra tutur. Dalam konteks ini, pujian kepada mitra tutur ditunjukan melalui rasa kagum penutur terhadap sosok Popong Otje salah satu pimpinan sidang paripurna DPR yang berusia 76 tahun. Beliau berani mengambil tindakan untuk tidak menggubris sejumlah interupsi agar paripurna tidak berlarut-larut. Seperti yang diutarkan melalui klausa “….Popong tergolong berani mengendalikan sidang”. Berdasarkan kedua contoh di atas dapat disimpulkan bahwa nilai rasa kagum merupakan nilai rasa yang santun karena sesuai dengan kesantunan Leech dalam Pranowo (103:2012) yakni maksim pujian, tuturan memberikan pujian terhadap mitra tutur. pada contoh NR.19/BPKK/03-09-2014 “…..tak tergantikan, bahkan salah satu pimpinan KPK terbaik” yang mengungkapkan rasa kagum Ganjar terhadap Busyro Muqoddas. Kemudian pada contoh NR.48/BPKK/03-10-2014 “…sidang karena merupakan anggota DPR tertua, Popong tergolong berani mengendalikan sidang” yang merupakan rasa kagum penutur terhadap Popong Otje. Selain itu, penanda intralingual berupa kalimat yang diikuti oleh penanda ekstralingual berupa fenomena konteks praanggapan yang selalu mengikuti tuturan. 4.2.2.5 Nilai Rasa Sedih Nilai rasa sedih adalah kadar perasaan bahasa yang digunakan penutur untuk mengungkapkan rasa sedihnya, sehingga mitra tutur dapat menyerap kadar rasa yang ada di dalam tuturan. Kesedihan itu dapat dimunculkan melalui rasa prihatin dan haru.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
131
4.2.2.5.1 Nilai rasa prihatin Nilai rasa prihatin adalah kadar rasa bahasa yang digunakan penutur untuk mengungkapkan rasa keprihatinannya, sehingga mitra tutur dapat menyerap kadar rasa yang ada di dalam tuturan. seperti tuturan berikut. 20. “ Lemas saya, dan prihatin. Enggak habis pikir. Enggak bisa omong lagi. (Sebab) mau omong apa lagi, ya? Itu masalah pribadi Pak Jero”(BPKK, 04/09/014) (Konteks: Tuturan diucapkan oleh Sjarifudin hasan selaku Ketua DPP Partai Demokrat yang menanggapi kasus yang menjerat Jero Wacik. Penutur memiliki pengetahuan lama bahwa Para kader dan petinggi partai Demokrat banyak yang terjerat kasus korupsi.)
21. “ Partai Demokrat merasa prihatin dengan penetapan Jero Wacik sebagai tersangka korupsi penggunaan dana operasional menteri dan tuduhan pemerasan” (BPKK, 04/09/2014) (Konteks:Tuturan diucapkan oleh Max Sopacua selaku Wakil Ketua Umum Partai demokrat yang menanggapi kasus yang menjerat Jero Wacik atas dugaan korupsi di Kementerian ESDM.)
Tuturan (20) dipersepsi memiliki nilai rasa prihatin karena mengandung rasa prihatin Sjarifudin atas kasus yang menjerat Jero Wacik. Nilai rasa prihatin dapat dilihat dengan tuturan“ Lemas saya, dan prihatin. Enggak habis pikir. Enggak bisa omong lagi. (Sebab) mau omong apa lagi, ya? Itu masalah pribadi Pak
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
132
Jero” yang diperkuat dengan penanda intralingual berupa kalimat”Lemas saya, dan prihatin”.Penanda ekstralingual dimunculkan melalui konteks berupa fenomena praanggapanbahwa para kader dan petinggi partai Demokrat banyak yang terjerat kasus korupsi. Seperti kasus yang menimpa Nazarudin, Angelina Sondakh, Andi Malaranggeng, sampai pada kasus yang menjerat Anas Urbaningrum. Tuturan di atas dianggap sebagai tuturan yang santun karena sesuai dengan indikator kesantunan menurut Pranowo (2005:104) yang mengungkapkan bahwa, agar komunikasi dapat terasa santun, tuturan ditandai dengan sikap tepa selira, yaitu dengan menjaga agar tuturan selalu memperlihatkan apa yang dikatakan kepada mitra tutur juga dirasakan oleh penutur. dalam hal ini, tuturan Sjarifudin memperlihatkan keprihatinannya terhadap Jero Wacik dengan melalui kalimat “Lemas saya dan prihatin”. Tuturan (21) dipersepsi memiliki nilai rasa prihatin karena mengandung rasa prihatin Max Sopacua atas kasus yang menjerat Jero Wacik. Nilai rasa prihatin dapat dilihat dengan penanda intralingual berupa kalimat “Partai Demokrat merasa prihatin dengan penetapan Jero Wacik sebagai tersangka korupsi penggunaan dana operasional menteri dan tuduhan pemerasan” yang diperkuat dengan klausa “ Partai Demokrat merasa prihatin”. Penanda ekstralingual dimunculkan melalui konteks berupa fenomena praanggapan bahwa jabatan Jero Wacik yang dilihat bukan pada bidangnya. Jero Wacik tidak ahli menangani masalah sumber daya mineral karena bukan pada bidangnya. Selain itu banyak juga kasus yang menjerat para kader partai Demokrat selama ini. Terlihat sebelum
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
133
Jero Wacik tertangkap, sudah ada enam kader yang juga petinggi Partai Demokrat menjadi tersangka akibat dugaan kasus korupsi. Penanda ekstralingual juga diperkuat dengan suasana tuturan yang haru atau kasihan. Tuturan di atas dianggap sebagai tuturan yang santun karena sesuai dengan indikator kesantunan menurut Pranowo (2005:104) yang mengungkapkan bahwa, agar komunikasi dapat terasa santun, tuturan ditandai dengan sikap tepa selira, yaitu dengan menjaga agar tuturan selalu memperlihatkan apa yang dikatakan kepada mitra tutur juga dirasakan oleh penutur. dalam konteks ini, tuturan Max Sopacua memperlihatkan keprihatinannya terhadap Jero Wacik atas kasus yang sedang menimpanya dengan melalui klausa “Partai demokrat merasa prihatin..”. Berdasarkan kedua contoh di atas dapat disimpulkan bahwa nilai rasa prihatin memiliki ciri khas tuturan yang mengandung diksi “prihatin”. Selain itu, nilai rasa prihatin juga merupakan tuturan yang santun karena sesuai dengan indikator kesantunan menurut Pranowo (2005:104) yang mengungkapkan bahwa, agar komunikasi dapat terasa santun, tuturan ditandai dengan sikap tepa selira, yaitu dengan menjaga agar tuturan selalu memperlihatkan apa yang dikatakan kepada mitra tutur juga dirasakan oleh penutur. Selain itu, penanda intralingual berupa kalimat yang diikuti oleh penanda ekstralingual berupa fenomena konteks praanggapan yang selalu mengikuti tuturan. 4.2.2.5.2 Nilai rasa haru Nilai rasa haru adalah kadar rasa atau perasaan dalam bahasa yang digunakan penutur untuk mengungkapkan rasa harunya, sehingga mitra tutur
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
134
dapat menyerap kadar rasa yang ada di dalam tuturan. Seperti contoh tuturan berikut. 22. “ Air mata bercucuran di arena Muktamar VIII PArtai Persatuan Pembangunan versi Jakarta.” (BPKK, 31/10/2014) (Konteks: Tuturan diucapkan oleh penutur yang menanggapi suasana ketika Muktamar VIII PPP versi Jakarta. Dengan shalawat Nabi yang dilantunkan oleh penyanyi religi Haddad Alwi bersama
anak-anak
asuhnya
yang
mampu
mengentalkan
kekhusyukan. Shalawat nabi membuat tamu ikut larut dan memejamkan mata sambil menengadahkan tangan.)
Tuturan tersebut dipersepsi memiliki nilai rasa haru yang diungkapkan penutur pada saat Muktamar VIII PPP,para tamu banyak ikut larut ketika shalawat nabi dilantunkan. Nilai rasa haru dapat dilihat dengan penanda intralingual berupa kalimat “ Air mata bercucuran di arena Muktamar VIII Partai Persatuan Pembangunan versi Jakarta.” yang diperkuat dengan klausa “ Air matanya bercucuran”. Klausa tersebut mengungkapkan rasa haru karena dengan mengeluarkan air mata berarti hatinya tersentuh ketika dilantunkan shalawat nabi. Penanda
ekstralingual
dimunculkan
melalui
konteks
berupa
fenomena
praanggapan bahwa dengan shalawat Nabi yang dilantunkan oleh penyanyi religi Haddad Alwi bersama anak-anak asuhnya yang mampu mengentalkan kekhusyukan. Shalawat nabi membuat tamu ikut larut dan memejamkan mata
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
135
sambil menengadahkan tangan. Susana haru saat muktamar juga memperkuat penanda ekstralingualnya. Tuturan di atas dianggap tuturan yang tidak santun karena menggunakan pilihan kata yang tidak santun. Selain itu bertentangan dengan prinsip kesantunan Pranowo (90:2012) pemakaian diksi yang santun. Dalam konteks ini, tuturan penutur dipersepsi kurang santun karena menggunakan diksi “bercucuran” yang dirasa berlebihan. Padahal ada yang lebih santun dibandingkan diksi “bercucuran” yaitu “menetes”. Diksi “menetes” dipersepsi lebih santun karena menggambarkan air mata yang menetes bukan bercucuran, karena dirasa berlebihan. 4.2.2.6 Nilai Rasa Marah Nilai rasa marah adalah nilai rasa yang terjadi karena munculnya rasa sangat tidak senang karena suatu hal. Nilai rasa marah dapat berupa rasa kecewa dan kesal. 4.2.2.6.1 Nilai rasa kecewa Nilai rasa kecewa adalah kadar rasa bahasa yang terjadi karena munculnya rasa kekecewaan terhadap suatu hal atau kejadian. Seperti pada contoh berikut. 23. ”Ketika seorang kader partai politik terkena kasus korupsi, seharusnya ada semacam mekanisme berupa koreksi internal yang diikuti dengan adanya teguran. Namun, sampai sekarang tidak ada mekanisme itu”. (BPKK, 01/09/014) (Konteks: Tuturan diucapkan oleh Emerson Yuntho selaku koordinator monitoring hukum dan peradilan Indonesia yang
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
136
menanggapi permasalahan mengenai kasus korupsi. Kasus korupsi di Indonesia banyak sekali dilakukan oleh kader partai politik. Beberapa diantaranya adalah kader partai politik seperti Angelina Sondakh, Andi Malaranggeng, Anas Urbaningrum, bahkan Jero Wacik.)
24. “Sayangnya, sampai sejauh ini tidak ada langkah atau program anti korupsi yang dicanangkan partai”. (BPKK, 01/09/2014) (Konteks: Tuturan diucapkan oleh Emerson Yuntho untuk menanggapi tidak adanya pembenahan kinerja partai politik dalam memberantas korupsi pada kader partai politik. Selama ini partai tidak melakukan pembenahan untuk mengurangi angka korupsi pada kadernya. Penutur memiliki pengetahuan lama bahwa selama ini pendanaan partai masih dibebankan kepada kadernya, terutama yang duduk di pemerintahan.)
25. “Jangan setelah berkompetisi para pemimpin tidak ada lagi silaturahmi, ketemu saja tidak, mengucapkan selamat juga tidak. Ini tidak baik untuk politik kita”.(BPKK, 03/09/014) (Konteks:
Tuturan
diucapkan
oleh
Hatta
Rajasa
untuk
menanggapi keadaan setelah pemilu Presiden dan Wakil Presiden berlangsung. Penutur memiliki pengetahuan lama bahwa seperti pemilu presiden periode 2004-2009, ketika Yudhoyono terpilih
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
137
menjadi presiden. Megawati yang harus mengakui kekalahannya malah memutuskan tali silaturahmi dengan Susilo Bambang Yudhoyono yang pada pemilu tersebut mendapatkan suara lebih unggul dari pada dirinya).
Tuturan (23) dipersepsi memiliki nilai rasa kecewa seperti rasa kekecewaan Emerson terhadap kasus korupsi di Indonesia yang banyak melibatkan para tokoh politik dan para pejabat dan menteri. Nilai rasa kecewa dapat dilihat dengan tuturan ”Ketika seorang kader partai politik terkena kasus korupsi, seharusnya ada semacam mekanisme berupa koreksi internal yang diikuti dengan adanya teguran. Namun, sampai sekarang tidak ada mekanisme itu”yang diperkuat dengan penanda intralingual berupa kalimat “Namun, sampai sekarang tidak ada mekanisme itu”. Penanda ekstralingual dimunculkan melalui konteks berupa fenomena praanggapan bahwa kader partai politik banyak yang terlibat korupsi. Beberapa diantaranya adalah kader partai politik seperti Angelina Sondakh, Andi Malaranggeng, Anas Urbaningrum, bahkan Jero Wacik. Kader partai politik tersebut berada di bawah naungan Partai Demokrat. Dengan adanya kasus yang banyak menjerat kader parpol tersebut, membuat publik meninggalkan Partai Demokrat. Terbukti pada pemilu 2014 perolehan suara Partai Demokrat rontok. Tuturan di atas dianggap sebagai tuturan yang tidak santun karena bertentangan dengan prinsip kesantunan menurut Pranowo (109:2012) yakni sikap tenggaang rasa, tuturan menjaga perasaan mitra tutur. Dalam hal ini, tuturan Emerson dalam mengungkapkan maksudnya secara langsung sehingga tidak
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
138
menjaga perasaan mitra tutur. seperti yang dikatakan melalui kalimat “Namun, sampai sekarang tidak ada mekanisme itu”. Hal ini dipersepsi sebagai kekecewaan karena tidak ada koreksi internal. Selain itu, tuturan (24) juga diprediksi memiliki nilai rasa kecewa seperti kekecewaan yang diungkapkan oleh Emerson mengenai tidak adanya pembenahan kinerjadalam tubuh partai politik dalam memberantas korupsi yang banyak menjerat para kader partai politik. Nilai rasa kecewa dapat dilihat dengan penanda intralingual berupa kalimat “Sayangnya, sampai sejauh ini tidak ada langkah atau program anti korupsi yang dicanangkan partai” yang diperkuat dengan kalusa”tidak ada langkah atau program”. Penanda ekstralingual dimunculkan melalui konteks berupa fenomena praanggapan bahwa sampai sekarang masih banyak kader politik yang terjerat kasus korupsi. Hal ini dapat dipicu karena tidak ada pembenahan kinerja partai politik dalam memberantas korupsi pada kader partai politik. Penutur memiliki pengetahuan lama bahwa selama ini pendanaan partai masih dibebankan kepada kadernya, terutama yang duduk di pemerintahan. Hal seperti inilah yang memicu adanya korupsi pada kader partai politik. Tuturan di atas dianggap sebagai tuturan yang tidak santun karena bertentangan dengan prinsip kesantunan menurut Pranowo (109:2012) yakni sikap tenggaang rasa, tuturan menjaga perasaan mitra tutur. Dalam hal ini, tuturan Emerson dikatakan secara langsung tanpa menjaga perasaan mitra tuturnya. Seperti yang diutarakan melalui klusa “ tidak ada langkah atau program…” yang dipersepsi sebagai kekecewaan penutur atas tidak ada langkah untuk mencegah korupsi.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
139
Kemudian tuturan (25) juga diprediksi memiliki nilai rasa kecewa seperti kekecewaan yang diungkapkan oleh Hatta Rajasa mengenai sikap para pemimpin yang tidak menjaga tali silaturahmi. Nilai rasa kecewa dapat dilihat dengan tuturan“ jangan setelah berkompetisi para pemimpin tidak ada lagi silaturahmi, ketemu saja tidak, mengucapkan selamat juga tidak. Ini tidak baik untuk politik kita” yang diperkuat dengan penanda intralingual berupa klausa “..ketemu saja tidak, mengucapkan selamat juga tidak..”. Penanda ekstralingual dimunculkan melalui konteks berupa fenomena praanggapan bahwa bahwa ketika SBY ditetapkan sebagai Presiden periode sebelumnya, rivalnya yaitu Megawati Soekarno Putri tidak bisa menerimanya. Hingga saat ini terjadi isu-isu dan masyarakat bisa melihat sendiri bagaimana hubungan antara SBY dan Megawati yang terlibat perang dingin. Bahkan Megawati terlihat memutuskan hubungan silaturahmi dengan Susilo Bambang Yudhoyono pasca pemilu. Seperti pada saat pelantikan presiden periode 2004-2009 dan periode 2009-2014, Megawati yang mendapatkan undangan memilih tidak hadir dalam pelantikan presiden tersebut. Tuturan di atas dianggap sebagai tuturan yang tidak santun karena bertentangan dengan prinsip kesantunan menurut Pranowo (109:2012) yakni sikap tenggaang rasa, tuturan menjaga perasaan mitra tutur. Dalam hal ini, tuturan hatta Rajasa dikatakan secara langsung tanpa menjaga perasaan mitra tuturnya. Seperti yang diutarakan melalui klausa “…ketemu saja tidak, mengucapkan selamat juga tidak…” .yang dipersepsi sebagai kekecewaan penutur atas tidak adanya tali silaturahmi antara pimpinan saat berkompetisi.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
140
Berdasarkan ketiga contoh di atas dapat disimpulkan bahwa nilai rasa kecewa merupakan tuturan yang tidak santun karena bertentangan dengan prinsip kesantunan menurut Pranowo (109:2012) yakni sikap tenggaang rasa, tuturan menjaga perasaan mitra tutur. Seperti pada contoh tuturan (NR.1/BPKK/01-092014) “ …tidak ada mekanisme itu”, pada tuturan (NR.2/BPKK/01-09-2014) “tidak ada langkah atau program..” dan juga pada contoh tuturan (NR.12/BPKK/03-09-2012) “ketemu saja tidak, mengucapkan salam juga tidak.”. Selain itu, penanda intralingual berupa kalimat yang diikuti oleh penanda ekstralingual berupa fenomena konteks praanggapan yang selalu mengikuti tuturan. 4.2.2.6.2 Nilai rasa kesal Nilai rasa kesal adalah kadar rasa bahasa yang terjadi akibat munculnya kekesalan karena suatu hal. Seperti pada tuturan berikut. 26. “ Kami sudah capek diperlakukan seperti pengemis. Kerja keras kami tak dihargai. Ini akan membuat ummat marah, apa gunanya PPP di KMP?”(BPKK, 08/10/2014) (Konteks: Tuturan diucapkan oleh Hasrul Aswar selaku Wakil Ketua Umum PPP yang menanggapi perlakuan KMP terhadap Partai PPP atas ketidakadilan yang diberikan. PPP sudah berusaha untuk berkomunikasi dengan KMP, akan tetapi KMP tetap memutuskan PPP tidak masuk dalam paket calon pimpinan MPR.)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
141
Tuturan tersebut dipersepsi memiliki nilai rasa kesal seperti kekecewaan yang dirasakan oleh Hasrul Aswar atas ketidakadilan yang diberikan KMP. Nilai rasa kesal dapat dilihat melalui “Kami sudah capek diperlakukan seperti pengemis. Kerja keras kami tak dihargai” yang diperkuat dengan penanda intralingual berupa kalimat “Kami sudah capek diperlakukan seperti pengemis”. Kalimat tersebut dipersepsi sebagai rasa kekesalan Hasrul atas diperlakukannya seperti pengemis oleh KPM. Penanda ekstralingual dimunculkan melalui konteks berupa fenomena praanggapan bahwa Hasrul Azwar selaku Wakil Ketua PPP yang diusung oleh PPP sebagai calon pimpinan MPR tidak dapat masuk dalam paket calon pimpinan MPR. Padahal Hasrul sebagai calon pimpinan MPR merupakan harga mati, tidak bisa ditawar lagi. Tuturan di atas dianggap sebagai tuturan yang santun karena sesuai dengan prinsip kesantunan Pranowo (1004:2012)yakni sikap rendah hati, tuturan memperlihatkan rasa ketidakmampuan penutur dihadapan mitra tutur. Dalam hal ini, tuturan Hasrul sesuai dengan sikap rendah hati, karena saat bertutur dia menganggap dirinya sebagai “pengemis”. Berdasarkan contoh tuturan di atas dapat disimpulkan bahwa nilai rasa kesal merupakan tuturan yang dianggap santun karena sesuai dengan prinsip kesantunan Pranowo (1004:2012)yakni sikap rendah hati, tuturan memperlihatkan rasa ketidakmampuan penutur dihadapan mitra tutur. Dalam tuturan ini, penutur menggunakan diksi “pengemis” untuk merendahkan dirinya dihadapan mitra tutur. Selain itu, penanda intralingual berupa kalimat yang diikuti oleh penanda
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
142
ekstralingual berupa fenomena konteks praanggapan yang selalu mengikuti tuturan. 4.2.2.7 Nilai Rasa Yakin Nilai rasa yakin adalah kadar rasa bahasa yang digunakan penutur untuk mengungkapkan perasaan yakinnya, sehingga mitra tutur dapat menyerap kadar rasa yang ada dalam tuturan. keyakinan ini dapat ditunjukan melalui nilai rasa yakin itu sendiri dan nilai rasa optimis. Nilai rasa yakin dapat dilihat dalam tuturan berikut. 27. “Sangat yakin Pak Joko kuat. Kami enggak ada kepentingan apaapa. Yang penting itu, kan amanah enggak boleh disalahgunakan.” (BPKK, 20/10/2014) (Konteks:Tuturan diucapkan oleh Ibu Negara Iriana yang menanggapi kemampuan Jokowi dalam menghadapi godaan korupsi. Penutur memiliki pengetahuan lama bahwa Jokowi merupakan sosok yang apa adanya dan memiliki pribadi yang bersahaja. )
Tuturan (27) dipersepsi memiliki kadar nilai rasa yakin karena mengandung penegasan secara mantap bahwa Jokowi tidak akan tergiur dengan korupsi. Seperti kasus-kasus yang menimpa pejabat dan menteri di pemerintahan. Nilai rasa yakin dapat dilihat melalui penanda intralingual berupa kalimat “sangat yakin Pak Joko kuat”. Penanda ekstralingual dimunculkan melalui konteks berupa fenomena praanggapan bahwa Jokowi merupakan sosok yang apa adanya dan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
143
memiliki pribadi yang bersahaja. Seperti kita ketahui barang-barang yang dipakai oleh Jokowi seperti sepatu bahkan dia hanya membeli sepatu dalam negeri yang harganya terjangkau. Selain itu gaya hidup Pak Jokowi yang selama ini kita ketahui sederhana dan apa adanya. Tuturan di atas dianggap sebagai tuturan yang santun karena sesuai dengan prinsip kesantunan Leech dalam Pranowo (103:2012) yakni maksim pujian, tuturan memberikan pujian terhadap mitra tutur. Dalam hal ini, tuturan Ibu Negara merupakan tuturan santun karena memuji mitra tutur dengan berkata “Pak Joko Kuat”. Berdasarkan contoh di atas dapat disimpulkan bahwa nilai rasa yakin merupakan nilai rasa yang santun karena sesuai dengan prinsip kesantunan Leech dalam Pranowo (103:2012) yakni maksim pujian, tuturan memberikan pujian terhadap mitra tutur. Selain itu memiliki ciri khas tuturan dengan menggunakan diksi “yakin”.Selain itu, penanda intralingual berupa kalimat yang diikuti oleh penanda ekstralingual berupa fenomena konteks praanggapan yang selalu mengikuti tuturan. 4.2.2.7.1 Nilai rasa optimis Nilai rasa optimis adalah kadar rasa atau perasaan bahasa yang digunakan penutur untuk mengungkapkan rasa optimisnya, sehingga mitra tutur dapat menyerap kadar rasa yang ada di dalam tuturan. Seperti tuturan berikut. 28. “Koalisi, insya Allah akan ada. Tentu tak etis saya menyebutnya. Namun insya Allah akan ada.” (BPKK, 01/09/014)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
144
(Konteks: Tuturan diucapkan oleh Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh yang menanggapi koalisi pendukung jokowi yang di dalamnya ada beberapa partai pendukung. Beberapa diantaranya adalah PPP dan Partai Demokrat.)
Tuturan (28) dipersepsi sebagai nilai rasa optimis, yakni bahwa penutur merasa yakin akan ada koalisi pendukung Jokowi. Nilai rasa optimis dapat dilihat melalui penanda intralingual berupa kalimat“Koalisi, insya Allah akan ada”. Penanda
ekstralingual
dimunculkan
melalui
konteks
berupa
fenomena
praanggapan bahwa koalisi pendukung jokowi yang di dalamnya ada beberapa partai pendukung. Beberapa diantaranya akan bergabung adalah PPP dan Partai Demokrat. Tuturan di atas dianggap sebagai tuturan yang santun karena mengandung rasa optimistis bahwa koalisi akan ada. Hal ini sesuai dengan prinsip kesantunan Pranowo (2012) yaitu selalu berprasangka baik. Rasa optimis melahirkan prasangka baik dalam diri penutur terhadap mitra tutur maupun orang yang dimaksud dalam tuturan. Berdasarkan contoh di atas dapat disimpulkan bahwa nilai rasa optimis merupakan nilai rasa yang santun karena sesuai dengan prinsip kesantunan Pranowo (2012) yaitu selalu berprasangka baik. Dalam tuturan (NR.4/BPKK/0109-2014)”Koalisi, insya Allah akan ada.”. Tuturan ini mengandung rasa optimis dengan diperkuat menggunakan diksi “insya Allah”. Selain itu, penanda
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
145
intralingual berupa kalimat yang diikuti oleh penanda ekstralingual berupa fenomena konteks praanggapan yang selalu mengikuti tuturan. 4.2.2.7.2 Nilai rasa penuh harapan Nilai rasa penuh harapan adalah kadar rasa bahasa yang digunakan oleh penutur untuk mengungkapkan rasa optimistisnya, sehingga mitra tutur dapat menyerap kadar rasa yang ada dalam tuturan. seperti tuturan di bawah ini : 29. “ Semoga nuraninya tersentuh dan dia bertobat, lalu memulai lembaran baru, melangkah dengan kejujuran dan berkah”(BPKK, 20/09/2014) (Konteks:Tuturan diucapkan oleh Busyro Muqoddas selaku Wakil Ketua KPK yang menanggapi sikap Luthfi yang tidak jera atas vonis dirinya yang dijerat 18 tahun hukuman penjara. )
30. “ Semoga dengan shalawat ini, Allah curahkan rahmat untuk kita. Allah damaikan negeri ini.”(BPKK, 31/10/2014) (Konteks: Tuturan diucapkan oleh penyanyi religi Haddad Alwi yang menanggapi suasana Muktamar VIII Partai Persatuan Pembangunan versi Jakarta. Penutur memiliki pengetahuan lama bahwa dengan shalawat membuat hati menjadi tenang dan merasa dekat dengan Sang Pencipta.)
Tuturan (29) dipersepsi sebagai nilai rasa penuh harapan karena Busyro Muqoddas berharap Luthfi Hasan jera akan vonis yang dijatuhkan kepadanya dan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
146
segera untuk bertobat. Nilai rasa penuh harapan dapat dilihat melalui penanda intralingual berupa kalimat“ Semoga nuraninya tersentuh dan dia bertobat, lalu memulai lembaran baru, melangkah dengan kejujuran dan berkah”yang diperkuat dengan diksi “semoga. Diksi tersebut mengandung rasa yang penuh harapan agar Luthfi bisa berubah dan bertobat.Penanda ekstralingual dimunculkan melalui konteks berupa fenomena praanggapan umum bahwadengan adanya hukuman yang lumayan lama yaitu 18 tahun dan pencabutan hak politik terhadap terdakwa harusnya bisa menjadikan pelajaran agar dapat bertaubat dan menyesali perbuatannya. Selain itu menjadikan pendidikan moral bagi seseorang yang terjerat kasus hukum yang berat. Tuturan di atas dianggap sebagai tuturan yang santun karena mengandung rasa penuh harapan, bahwa Luthfi akan bertobat dan berubah dengan vonis yang dijatuhkan kepadanya. Hal ini sesuai dengan prinsip kesantunan Pranowo (2012) yaitu selalu berprasangka baik. Rasa optimistis melahirkan prasangka baik dalam diri penutur terhadap mitra tutur maupun orang yang dimaksud dalam tuturan. Seperti dalam tuturan “ semoga nuraninya tersentuh…” yang diperspesi sebaga prasangka baik penutur kepada mitra tutur dapat berubah menjadi lebih baik. Tuturan (30) juga dipersepsi sebagai nilai rasa penuh harapan, yakni harapan Haddad Alwi agar Allah mencurahkan rahmat bagi negeri ini dengan shalawat nabi. Nilai rasa penuh harapan dapat dilihat dengan penanda intralingual berupa kalimat. “ Semoga dengan shalawat ini, Allah curahkan rahmat untuk kita. Allah damaikan negeri ini.” yang diperkuat dengan diksi “semoga”. Diksi tersebut mengungkapkan harapan Hadda agar Allah mencurahkan rahmatnya dan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
147
damaikan negeri ini. Penanda ekstralingual dimunculkan melalui konteks berupa fenomena praanggapan bahwa dengan shalawat membuat hati menjadi tenang dan merasa dekat dengan Sang Pencipta. Hal ini seperti para tamu yang ikut larut dalam shalawat Nabi. Salah satunya Politisi senior PPP, Bachtiar Chamsjah yang tidak kuasa membendung air matanya. Tuturan di atas dianggap sebagai tuturan yang santun karena mengandung rasa penuh harapan, bahwa Haddad Alwi berharap Allah akan mencurahkan rahmat dan damai negeri ini dan bagi semua umatnya. Hal ini sesuai dengan prinsip kesantunan Pranowo (2012) yaitu selalu berprasangka baik. Rasa penuh harapan melahirkan prasangka baik dalam diri penutur terhadap mitra tutur maupun orang yang dimaksud dalam tuturan. Seperti pada tuturan “semoga dengan shalawat ini…” yang dipersepsi sebagai prasangka baik penutur kepada mitra tutur agar mendapat rahmat dari Allah SWT. Berdasarkan kedua contoh di atas dapat disimpulkan bahwa tuturan yang bernilai rasa penuh harapan bersifat optimistis memiliki ciri tuturan dengan menggunakan diksi “semoga”. Selain itu tuturan itu juga merupakan tuturan yang santun karena sesuai dengan prinsip kesantunan Pranowo (2012) yaitu berprasangka baik kepada mitra tutur maupun orang yang dimaksud di dalam tuturan. seperti pada contoh (NR.38/BPKK/20-09-2014)“semoga hati…” yang merupakan bentuk optimistis/penuh harapan dari Busyro Muqoddas. Kemudian contoh(NR.73/BPKK/31-09-2014)”semoga dengan shalawat…” yang dipersepsi sebagai bentuk ungkapan penuh harapan atau optimis Haddad bahwa Allah akan mencurahkan rahmat dan damainya untuk negeri dan umatnya.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
148
4.2.2.8 Nilai Rasa Heran Nilai rasa heran adalah kadar rasa atau perasaan bahasa yang digunakan penutur untuk mengungkapkan keheranannya sehingga mitra tutur dapat menyerap kadar rasa yang ada di dalam tuturan. seperti pada contoh tuturan berikut. 31. “ Kok tidak tertib seperti zaman Pak SBY, ya?” (BPKK, 28/10/2014) (Konteks: Tuturan diucapkan oleh seorang pers yang menanggapi suasana sesaat pelantikan di Istana Negara yang berlangsung cukup gaduh dan tak tertib seperti zaman presiden ke-6. Penutur memiliki penegtahuan lama bahwa presiden ke-6 merupakan mantan purnawirawan TNI yang mana banyak protocol yang mengatur tata tertib dalam Istana Negara.)
32. “Pencurian ikan bukan hanya di Indonesia, dunia juga”. (BPKK, 03/09/2014) (Konteks: Tuturan diucapkan oleh Menteri kelautan, Sharif Chicip yang menilai kondisi mafia perikanan saat ini sudah menyebar luas. Seperti di Filipan dan Malaysia yang juga memiliki wilayah laut yang luas.) Tuturan (31) dipersepsi memiliki nilai rasa heran karena mengungkapkan keherananan pers yang berada di dalam gedung pelantikan presiden periode 20142019 yang berlangsung tidak tertib dan cukup gaduh. Nilai rasa heran dapat
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
149
dilihat melalui penanda intralingual berupa kalimat “Kok tidak tertib seperti zaman Pak SBY, ya?”. Penanda ekstralingual dimunculkan melalui konteks berupa fenomena praanggapan bahwa pada zaman pemerintahan SBY, terutama saat pelantikan suasan berlangsung dengan tertib karena SBY merupakan purnawirawan TNI . Pada tahun 2004-2014, suasana berjalan dengan lancar dan hikmat. Kalau presiden tengah menyalami pejabat, tak ada satu pun berani bergerak atau maju ke tengah ruang pelantikan tanpa diatur protokol. Tuturan di atas dianggap sebagai tuturan yang tidak santun karena mengutarakan secara langsung maksud penutur terhadap mitra tutur. tuturan tersebut dianggap tidak santun dikarenakan bertentangan dengan prinsip kesantunan Pranowo (109:2012) yakni, sikap tenggang rasa, tuturan menjaga perasaan mitra tutur. Dalam hal ini, tuturan pers tidak dapat menjaga perasaan mitra tutur atas ungkapan yang dikatakan secara langsung. Seperti pada kalimat “ Kok tidak tertib seperti zaman Pak SBY, ya?”. Kalimat tersebut secara langsung membandingkan antara zaman Jokowi dan SBY. Tuturan (32) juga dipersepsi sebagai nilai rasa heran karena mengungkapkan keheranan Syarif Chicip atas mafia perikanan yang sudah menyebar sampai di dunia, seperti di Filipina dan Malaysia. Nilai rasa heran dapat dilihat melalui penanda intralingual berupa kalimat “Pencurian ikan bukan hanya di Indonesia, dunia juga”. Penanda ekstralingual dimunculkan melalui konteks berupa fenomena praanggapan mengenai pencurian ikan yang sudah menyebar hampir di seluruh dunia. Seperti yang terjadi di negara tetangga, seperti di Filipina dan Malaysia.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
150
Tuturan di atas dianggap sebagai tuturan yang santun karena sesuai dengan prinsip
kesantunan
Leech
dalam
Pranowo
(103:2012)
yakni,
maksim
kebijaksanaan, tuturan memberikan keuntungan kepada mitra tutur.Dalam hal ini, tuturan Syarif memberikan keuntungan berupa informasi bahwa mafia ikan sudah menyebar luas di dunia, seperti di Filipina dan Malaysia. Berdasarkan kedua contoh tuturan di atas dapat disimpulkan bahwa, nilai rasa heran mengandung tutuan yang santun dan tidak santun. Mengandung tuturan santun dikarenakan sesuai dengan maksim kebijaksanaan, yakni memberikan keuntungan berupa informasi kepada mitra tutur. Seperti pada contoh (NR.18/BPKK/03-09-2014)“Pencurian ikan bukan hanya di Indonesia, dunia juga” yang dipersepsi sebagai informasi bahwa pencurian ikan bukan hanya di Indonesia melainkan di dunia juga, seperti terjadi di negara Filipina dan Malaysia,. Sedangkan nilai rasa yang mengandung tuturan yang tidak santun dikarenakan bertentangan dengan prinsip kesantunan Pranowo, yakni sikap tenggang rasa. Seperti pada contoh (NR.67/BPKK/28-10-2014)“ Kok tidak tertib seperti zaman Pak SBY, ya?” yang dipersepsi sebagai tuturan tidak santun karena secara langsung mengatakan maksud tuturan. Selain itu, penanda intralingual berupa kalimat, sedangkan penanda ekstralingual berupa fenomena konteks praanggapan selalu mengikuti tuturan. 4.2.2.9 Nilai Rasa Ikhlas Nilai rasa ikhlas adalah kadar rasa bahasa yang digunakan penutur untuk merelakan sesuatu, sehingga mitra tutur dapat menyerap rasa yang ada dalam tuturan. Seperti contoh berikut ini:
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
151
33. “ Kompetisi telah selesai. Hormati keputusan Mahkamah Konstitusi. Mari kita bersama-sama membangun bangsa ini”. (BPKK, 03/09/014) (Konteks:Tuturan diucapkan oleh Hatta Rajasa untuk menanggapi hasil Pemilu Presiden periode 2014-2019. Penutur memiliki pengetahuan lama bahwa Hatta yang berpasangan dengan calon presiden Prabowo, harus merelakan kekalahnya dengan lapang dada.)
Tuturan (33) dipersepsi memiliki rasa ikhlas berupa kerelaan atau rasa menerima yang diungkapkan oleh Hatta Rajasa yang menerima kekalahannya pada pilpres periode 2014-2019. Nilai rasa ikhlas dapat dilihat melalui tuturan “ Kompetisi telah selesai. Hormati keputusan Mahkamah Konstitusi. Mari kita bersama-sama membangun bangsa ini” yang diperkuat dengan penanda intralingual berupa kalimat “Hormati keputusan Mahkamah Konstitusi”. Kalimat tersebut dipersepsi memiliki nilai rasa ikhlas karena mengungkapkan rasa menerima atas Keputusan Mahkamah Konstitusi. Prabowo-Hatta menerima keputusan dan menghormati keputusan MK. Selain itu, nilai rasa ikhlas juga diperkuat dengan adanya ajakan Hatta untuk bersama-sama membangun bangsa unjuk menjadi lebih baik. Penanda ekstralingual dimunculkan melalui konteks berupa fenomena praanggapan bahwa kompetisi hanya ada ketika pemilu berlangsung. Selebihnya kita harus menerima keputusan MK dengan lapang dada
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
152
agar kita dapat membangun bangsa ini bersama-sama. Keputusan MK juga bersifat kuat dan tidak dapat diganggu kuat. Tuturan di atas dianggap sebagai tuturan yang santun karena sesuai dengan prinsip kesantunan Pranowo (104:2012) yakni pilihan diksi santun. Dalam hal ini, tuturan Hatta menggunakan tuturan pilihan diksi yang santun, selain itu Hatta mengungkapkan
rasa
ikhlas
dengan menerima keputusan MK
dengan
menggunakan pilihan kata yang santun, seperti “Hormati keputusan Mahkamah Konstitusi”. Berdasarkan contoh tuturan di atas dapat disimpulkan bahwa nilai rasa ikhlas merupakan tuturan yang santun karena sesuai dengan prinsip kesantunan Pranowo (109:2012) yakni sikap tenggang rasa, tuturan menjaga perasaan mitra tutur. Selain itu penanda intralingual berupa kalimat, sedangkan penanda ekstralingual berupa fenomena konteks praanggapan mengikuti tuturan. 4.2.2.10 Nilai Rasa Cinta Nilai rasa cinta adalah kadar rasa atau perasaan bahasa yang digunakan penutur untuk mengungkapkan rasa cintanya sehingga mitra tutur dapat menyerap kadar rasa yang ada di dalam tuturan. Rasa cinta dapat ditunjukkan melalui perasaan peduli dan merasa setuju. 4.2.2.10.1 Nilai rasa peduli Nilai rasa peduli adalah kadar rasa bahasa yang digunakan penutur untuk mengungkapkan rasa pedulinya sehingga mitra tutur dapat menyerap kadar rasa yang ada di dalam tuturan. Seperti tuturan berikut ini:
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
153
34. “ Kami sebagai pemuda merasa bertanggung jawab untuk saling meningkatkan kemampuan. Tidak ingin bekerja dan sukses sendirian, lebih indah jika bersama-sama.”(BPKK, 29/10/2014) (Konteks:Tuturan diucapkan oleh Dadang Gunawan yang menanggapi tokoh muda pemberdayaan masyarakat di Kabupaten Tasikmalaya dengan pemeliharaan buah manggis. Bersama 70 orang, penutur mengadakan pelatihan untuk meningkatkan kemampuan bertani, mulai dari pengaturan ukuran tanaman hingga pemupukan yang baik.)
Tuturan (34) dipersepsi memiliki nilai rasa peduli karena mengungkapkan rasa peduli Dadang Gunawan terhadapkemampuan para pemuda dalam pelatihan untuk meningkatkan kemampuan bertani. Nilai rasa simpatik dapat dilihat melalui tuturan“Kami sebagai pemuda merasa bertanggung jawab untuk saling meningkatkan kemampuan. Tidak ingin bekerja dan sukses sendirian, lebih indah jika bersama-sama.”yang diperkuat dengan penanda intralingual berupa kalimat “Tidak ingin bekerja dan suskes sendirian, lebih indah jika bersama-sama”. Penanda
ekstralingual
dimunculkan
melalui
konteks
berupa
fenomena
praanggapan umum bahwa bahwa bersama 70 orang, penutur mengadakan pelatihan untuk meningkatkan kemampuan bertani, mulai dari pengaturan ukuran tanaman hingga pemupukan yang baik. Selain itu, sebelumnya penutur hanyalah penyortir buah manggis, namun berkat kerja kerasnya sekarang dia mampu menjadi pengepul hasil panen 30 petani.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
154
Tuturan tersebut dianggap sebagai tuturan yang santun karena sesuai dengan prinsip
kesantunan
Leech
dalam
Pranowo
(103:2012)
yakni
maksim
kebijaksanaan, tuturan memberikan keuntungan terhadap penutur. Dalam hal ini, tuturan Dadang memberikan keuntungan terhadap mitra tutur berupa ajakan untuk bekerja sama meningkatkan kemampuan bersama. Seperti pada tuturan “Kami sebagai pemuda merasa bertanggung jawab untuk saling meningkatkan kemampuan.” yang mengungkapkan kepedulian antar sesama. Berdasarkan contoh tuturan di atas dapat disimpulkan nilai rasa peduli merupakan tuturan yang santun karena sesuai dengan prinsip kesantunan Leech dalam Pranowo (103:2012) yakni maksim kebijaksanaan, tuturan memberikan keuntungan terhadap penutur. 4.2.2.11 Nilai Rasa Sombong Nilai rasa sombong adalah kadar perasaan yang muncul karena menghargai diri sendiri secara berlebihan. Nilai rasa sombong dapat disajikan sebaga berikut: 35. “ Ya, enggak ada masalah. Semua bisa diatur. Enggak apa-apa. Biasa doang, beda antara 16 dan 18 (tahun)”.(BPKK, 20/09/2014) (Konteks: Tuturan diucapkan oleh Luthfi Hasan Ishaq untuk menanggapi vonis yang dijatuhkan terhadap dirinya atas kasus dugaan korupsi kuota impor daging sapi. Selain vonisnya yang dijatuhkan dengan kurungan 18 tahun penjara, Mahkamah Agung juga mencabut hak politiknya. Penutur memiliki pengetahuan lama bahwa semua hal di negara ini bisa diatur, bahkan di dalam penjara pun dia masih bisa berpolitik.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
155
Tuturan (35) dipersepsi memiliki nilai rasa sombong karena terlihat kesombongan Luthfi Hasan yang menganggap dirinya tidak masalah mengenai vonis yang dijatuhkan terhadapnya. Baginya semua masalah bisa diatur dengan uang. Nilai rasa sombong dapat dilihat melalui tuturan“ Ya, enggak ada masalah. Semua bisa diatur. Enggak apa-apa. Biasa doang, beda antara 16 dan 18 (tahun)”yang diperkuat dengan penanda intralingual berupa kalimat “semua bisa diatur”. Kalimat tersebut mengungkapkan kesombombongan Luthfi bahwa dirinya mampu mengatasi masalah atas vonis yang dijatuhkan terhadap dirinya dengan berbagai cara, seperti dengan uang. Penanda ekstralingual dimunculkan melalui konteks berupa fenomena praanggapan bahwa penegak hukum di Indonesia belum tegas terhadap kasus korupsi di Indonesia yang banyak melibatkan pejabat dan politikus. Banyak pejabat yang terjerat kasus korupsi tetapi hukuman yang diberikannya tidak sebanding dengan perbuatannya. Bahkan kejadian nenek yang mencuri buah coklat di kebun tetangga mendapatkan hukuman yang hampir sama dengan pejabat yang korupsi. Apalagi perbedaan ruangan penjara pejabat yang seperti hotel jauh berbeda dengan masyrakat biasa yang tidak sengaja terbelit kasus hukum yang seperti ruangan penjara biasa dibalik besi penjara. Tuturan di atas dianggap sebagai tuturan yang tidak santun karena bertentangan dengan prinsip kesantunan Leech dalam Pranowo (103:2012) yakni maksim kerendahan hati, tuturan tidak memuji diri sendiri. Dalam hal ini, tuturan Luthfi bertentangan dengan maksim kerendahan hati, karena disini penutur justru
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
156
memuji dirinya sendiri dan menganggap tidak masalah dengan vonis yang dijatuhkan terhadap dirinya. Hal ini terlihat pada kalimat “Semua bisa diatur”. 4.3 Pembahasan Berdasarkan hasil analisis penanda intralingual dan ekstralingual dalam daya bahasa dan nilai rasa bahasa pada Berita Politik Koran Kompas di atas, ditemukan daya bahasa dan nilai rasa bahasa yang beraneka ragam. Daya bahasa dan nilai rasa tersebut digolongkan berdasarkan kriteria tertentu yang dapat digali melalui unsur intralingual dan ekstralingual. Penanda intralingual dan ekstralingual daya bahasa dan nilai rasa bahasa yang digunakan dapat menentukan santun dan tidaknya suatu tuturan untuk berkomunikasi. Deskripsi mengenai penggunaan unsur intralingual dan ekstralingual daya bahasa dan nilai rasa bahasa sebagai penanda kesantunan berkomunikasi akan dibahas sebagai berikut. 4.3.1 Analisis Intralingual dan Ekstralingual dalam Daya Bahasa sebagai Penanda Kesantunan Berkomunikasi Daya bahasa yang ditemukan dalam berita politik Koran Kompas sebagai sumber data mencakup 8 daya bahasa, yaitu (1) daya kabar (yang didalamnya terdiri atas daya informasi dan daya penegas), (2) daya ungkap, (3) daya ancam (yang didalamnya terdiri atas daya kritik, daya sindir, dan daya peringatan), (4) daya paksa (yang didalamnya terdiri dari daya saran dan daya suruh), (5) daya harap (yang didalamnya terdiri atas daya harapan dan daya permohonan), (6) daya penolakan (yang didalamnya terdiri atas daya bantah dan daya protes), (7) daya kelakar (yang didalamnya terdiri atas daya humor), dan (8) daya banding. Temuan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
157
ini tidak jauh berbeda dengan temuan Pranowo (2012,126:144). Berdasarkan aneka macam daya bahasa tersebut, sebagai penanda kesantunan digunakan unsur intralingual dan unsur ekstralingual (Pranowo, 2012:127). Unsur intralingual berupa unsur segmental, seperti kalimat, klausa, frasa, dan diksi. Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan, unsur intralingual dayabahasa yang ditemukan pada berita politik Koran Kompas sebagai penanda kesantunan berupa diksi, klausa, dan kalimat. Satu daya bahasa ada yang ditandai oleh diksi atau kalimat saja, namun ada juga yang ditandai oleh kalimat dan diksi, bahkan ada juga yang ditandai oleh ketiganya. Unsur intralingual berupa kalimat dapat dijumpai pada pemunculan daya ungkap, daya kelakar, dan daya banding.Unsur intralingual berupa diksi dapat dijumpai pada pemunculan daya harap. Unsur intralingual berupa diksi dan kalimat dapat dijumpai pada pemunculan daya kabar, daya paksa, dan daya penolakan. Selain itu, unsur intralingual berupa diksi, klausa, dan kalimat dapat dijumpai pada pemunculan daya ancam. Penggunaan unsur intralingual di atas, disebabkan oleh beberapa alasan,seperti keefektifan kalimat, kepaduan klausa dengan klausa lain yang membentuk kalimat, dan ketepatan penggunaan diksi sesuai dengan daya bahasa yang ingin dimunculkan. Di samping itu, pemunculan daya bahasa sebagai penanda kesantunan juga menggunakan unsur ekstralingual. Unsur ekstralingual dapat berupa konteks tuturan atau fenomena praangapan. Unsur ekstralingual berupa konteks
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
158
dapatdilihat pada munculnya setiap daya bahasa karena digunakan untuk mengetahui maksud tuturan. Daya kabar pada tuturan “Pencurian ikan bukan hanya di Indonesia, dunia juga”(DB.20/BPKK/03-09-2014) menggunakan fenomena konteks praanggapan. Tuturan tersebut menggunakan unsur intralingual berupa kalimat berita.Unsur ekstralingual dan intralingual dalam tuturan berdaya kabar tersebut dapat dikatakan santun karena sesuai dengan indikator kesantunan Leech 1983 (dalamPranowo, 2012:103), yaitu maksim kebijaksanaan (“tact maxim” tuturan dapatmemberikan keuntungan kepada mitra tutur). Di dalam konteks tuturan tersebut,unsur
ekstralingual
dan
intralingual
yang
digunakan
penutur
mengindikasikan bahwa penutur memberikan keuntungan kepada mitra tutur berupa informasi mengenai pencurian ikan yang menyebar sampai ke penjuru dunia seperti di negara Filipina dan Malaysia. Daya ungkap pada tuturan“Pak Busyro ini sebenarnya tak tergantikan, bahkan
salah
satu
pimpinan
KPK
terbaik”(DB.22/BPKK/03-09-2014)
menggunakan fenomena konteks praanggapan. Tuturan tersebut menggunakan unsur intralingual berupa kalimat “Pak Busyro ini sebenarnya tak tergantikan, bahkan salah satu pimpinan KPK terbaik”. Unsur ekstralingual dan intralingual dalam tuturan berdaya ungkap tersebut dapat dikatakan santun karena penutur memberikan pujian kepada mitra tutur. Pemberian pujian ini sesuai dengan maksim pujian Leech 1983 (dalam Pranowo, 2012:103). Di dalam konteks tuturan tersebut, penutur memberikan pujian kepada mitra tutur berupa pujian karena
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
159
mitra tutur merupakan pimpinan KPK yang terbaik dan dapat menangani kasuskasus besar seperti korupsi di pemerintahan. Daya
ancam
pada
tuturan
“Masak
malaikat
mau
dites
sama
setan”(DB.27/BPKK/04-09-2014) menggunakan fenomena konteks praanggapan. Tuturan tersebut menggunakan unsur intralingual berupa kalimat “Masak malaikat mau dites sama setan”. Unsur ekstralingual dan intralingual dalam tuturan berdaya ancam tersebut dapat dikatakansantun karena penutur tidak secara langsung mengutarakan maksudnya atau dalam mengutarakannya berupa sindiran, karena menghargai perasaan mitra tutur. Hal ini sejalan dengan prinsip kesantunan Pranowo (109:2012) yakni sikap tenggang rasa, sikap menjaga perasaan mitra tutur. Di dalam konteks tuturan tersebut, penutur tidak secara langsung menyebut pihak yang bersangkutan, melainkan lebih menggunakan perumpamaan seperti malaikat dan setan, sehingga penutur tetap menjaga perasaan mitra tutur dengan tidak mengatakan secara langsung siapa yang dimaksudkan. Daya paksa pada tuturan“Jokowi-JK seyogyanya belajar dari kekurangan Kabinet SBY sehingga penunjukan menteri harus lebih diletakan bukan saja pada merit system, tetapi juga rekam jejak”(DB.42/BPKK/08/09/2014)menggunakan fenomena konteks praanggapan. Tuturan tersebut menggunakan unsur intralingual berupa diksi “seyogyanya”. Unsur ekstralingual dan intralingual dalam tuturan berdaya paksa tersebut dapat dikatakan santun karena sesuai dengan prinsip kesantunan menurut Leech 1983 (dalam Pranowo, 2012:103) yaitu maksim kebijaksanaan, tuturan dapat memberikan keuntungan kepada mitra tutur. Di
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
160
dalam konteks tuturan tersebut, tuturan Rini Soemarno mengandung maksim kebijaksanaan karena telah memberikan keuntungan dalam bentuk saran terhadap kabinet Jokowi agar dalam pemilihan menteri, Jokowi harus memperhatikan rekam jejak para menteri dalam kabinet barunya. Daya harap pada tuturan “ Semoga nuraninya tersentuh dan dia bertobat, lalu
memulai
lembaran
baru,
berkah”(DB.69/BPKK/20-09-2012)
melangkah
dengan
menggunakan
kejujuran
fenomena
dan
konteks
praanggapan. Tuturantersebut menggunakan unsur intralingual berupa diksi “semoga”. Unsur ekstralingual dan intralingual dalam tuturan berdaya harap tersebut dapat dikatakan santun karena penutur menggunakan diksi santun dalam mengutarakan tuturannya. Hal ini sesuai dengan prinsip kesantunan Pranowo (104:2012) yakni penggunaan diksi santun. Di dalam konteks tuturan tersebut, penutur berharap agar mitra tutur bertobat dan mau berubah. Daya penolakan pada tuturan“ Kami tidak mau hak suara rakyat dibungkam”
(DB.93/BPKK/10-10-2014)
menggunakan
fenomena
konteks
praanggapan. Tuturan tersebut menggunakan unsur intralingual berupa diksi “tidak”. Unsur ekstralingual dan intralingual dalam tuturan berdaya penolakan tersebut dapat dikatakan tidak santun dikarenakan menggunakan tuturan secara langsung dan mengandung ketidaksetujuan. Hal ini bertentangan dengan maksim persetujuan Leech 1983 (dalam Pranowo, 2012:103).Dalam konteks tuturan tersebut, penutur tidak setuju kalau hak suara rakyat dibungkam.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Daya
kelakar
pada
tuturan
“Anak
ndeso”(DB.103/BPKK/20-10-2014)menggunakan
guru,
sederhana,
fenomena
161
rada konteks
praanggapan. Tuturan tersebut menggunakan unsure intralingual berupa kalimat“Anak guru, sederhana, rada ndeso”. Unsur ekstralingual dan intralingual dalam tuturan berdaya kelakar tersebut dapat dikatakan tidak santunkarena penutur tidak menjaga perasaan mitra tutur. Hal ini bertentangan dengan prinsip kesantunan Pranowo (2012:109) yakni sikap tenggang rasa. Di dalam konteks tuturan tersebut, tuturan penutur tidak menjaga perasaan mitra tutur karena bertutur secara langsung dengan mengatakan “…rada ndeso”. Daya banding pada tuturan “ Kalau kemarin (pemerintahan SBY) ada kementrian yang harus dijabat orang politik, dalam kepemimpinan Jokowi-JK bisa professional murni” (DB.61/BPKK/17-09-2014) menggunakan fenomena konteks praanggapan. Tuturan tersebut menggunakan unsur intralingual berupa kalimat “ Kalau kemarin (pemerintahan SBY) ada kementrian yang harus dijabat orang politik, dalam kepemimpinan Jokowi-JK bisa professional murni”.Unsur ekstralingual dan intralingual dalam tuturan berdaya banding tersebut dapat dikatakantidak santun karena penutur tidak bisa menjaga perasaan mitra tutur. Hal ini bertentangan dengan prinsip kesantunan Pranowo (2012:109) yakni sikap tenggang rasa, sikap menjaga perasaan mitra tutur. Dalam konteks ini, tuturan penutur dipersepsi tidak santun karena secara langsung penutur membandingkan antara masa Jokowi dengan masa SBY. Jika dilihat dari unsur intralingual dan ekstralingual sebagai penanda kesantunan dalam berkomunikasi, daya bahasa yang menunjukan kesantunan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
162
terdapat dalam daya kabar, daya ungkap, daya paksa, dan daya harap. Sebaliknya, daya bahasa yang menunjukan ketidaksantunan terdapat dalam daya kelakar dan daya banding. Selain itu, ditemukan juga daya bahasa yang dapat menunjukan kesantunan dan ketidaksantunan, yaitu dalam daya ancam dan daya penolakan. 4.3.2 Analisis Intralingual dan Ekstralingual dalam Nilai Rasa Bahasa sebagai Penanda Kesantunan Berkomunikasi Nilai rasa bahasa yang ditemukan dalam berita politik Koran Kompas sebagai sumber data mencakup 11 nilai rasa bahasa, yaitu (1) nilai rasa takut (yang terdiri atas nilai rasa khawatir, nilai rasa ragu-ragu, nilai rasa bingung, dan nilai rasa curiga), (2) nilai rasa bahagia (yang terdiri atas nilai rasa bahagia dan nilai rasa kagum, (3) nilai rasa sedih (yang terdiri atas nilai rasa prihatin dan nilai rasa haru), (4) nilai rasa marah (yang terdiri atas nilai rasa kecewa dan nilai rasa kesal), (5) nilai rasa yakin (yang terdiri atas nilai rasa optimis dan nilai rasa penuh harapan), (6) nilai rasa heran, (7) nilai rasa ikhlas, (8) nilai rasa cinta (yang terdiri atas nilai rasa peduli), (9) nilai rasa sombong, (10) nilai rasa halus (yang terdiri atas nilai rasa hormat, nilai rasa terima kasih, nilai rasa syukur, dan nilai rasa rendah hati), dan (11) nilai rasa kasar. Temuan ini tidak jauh berbeda dengan temuan Suryani (2013,92:93). Berdasarkan aneka macam nilai rasa tersebut, unsur intralingual nilai rasa bahasa yang ditemukan pada berita politik Koran Kompas sebagai penanda kesantunan berupa diksi, klausa, dan kalimat. Unsur intralingual nilai rasa bahasa
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
163
yang ditemukan dalam setiap nilai rasa terkadang hanya terdiri satu unsur intralingual, namun ada juga yang terdiri dari beberapa unsur intralingual. Unsur intralingual berupa kalimat dapat dijumpai pada pemunculan nilai rasa heran, nilai rasa ikhlas, nilai rasa cinta, dan nilai rasa sombong. Unsur intralingual berupa klausa dan kalimat dapat dijumpai pada pemunculan nilai rasa bahagia, nilai rasa sedih, dan nilai rasa marah. Unsur intralingual berupa kalimat dan diksi dapat dijumpai pada pemunculan nilai rasa halus, nilai rasa takut, dan nilai rasa yakin. Unsur intralingual berupa diksi, klausa, dan kalimat dapat dijumpai pada pemunculan nilai rasa kasar. Penggunaan unsur intralingual di atas, disebabkan oleh beberapa alasan, seperti keefektifan kalimat, kepaduan klausa dengan klausa lain yang membentuk kalimat, dan ketepatan penggunaan diksi sesuai dengan nilai rasa bahasa yang ingin dimunculkan. Di samping itu, pemunculan nilai rasa bahasa sebagai penanda kesantunan juga menggunakan unsur ekstralingual. Unsur ekstralingual dapat berupa konteks tuturan atau fenomena praanggapan. Unsur ekstralingual berupa konteks dapat dilihat pada munculnya setiap nilai rasa bahasa karena digunakan untuk mengetahui kadar rasa suatu tuturan. Nilai rasa takut pada tuturan “Pemaksaan anak pejabat untuk diterima sebagai pegawai ke dalam struktur pemerintahan dikhawatirkan hanya merusak sistem”(NR.64/BPKK/24-10-2014) menggunakan fenomena konteks praanggapan. Tuturan tersebut menggunakan unsur intralingual berupa diksi “dikhawatirkan”.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
164
Unsur ekstralingual dan intralingual dalam tuturan bernilai rasa takut dapat dikatakan santun karena memberikan keuntungan berupa masukan atas kecemasan yang dirasakan penutur. Hal ini sesuai dengan prinsip kesantunan Leech dalam Pranowo (2012:103) yaitu maksim kebijaksanaan (tuturan dapat memberikan keuntungan kepada mitra tutur).Di dalam konteks tuturan tersebut, tuturan penutur memberikan keuntungan berupa masukan terhadap kekhawatiran dirinya akan anak pejabat yang diistimewakan. Nilai rasa bahagia pada tuturan“ini momentum yang patut dirayakan” (NR.63/BPKK/21-10-2014) menggunakan fenomena konteks praanggapan. Tuturan tersebut menggunakan unsur intralingual berupa kalimat “ ini momentum yang patut dirayakan”. Unsur ekstralingual dan intralingual dalam tuturan bernilai rasa bahagia dikatakansantun karena sesuai dengan prinsip kesantunan Leech dalam Pranowo (103:2012) yaitu maksim pertimbangan. Di dalam konteks tuturan tersebut, rasa senang ditunjukan melalui kebahagian penutur atas terpilihnya dan dilantiknya Jokowi-JK sebagai presiden dan wakil presiden periode 2014-2019. Nilai rasa sedih pada tuturan “ Lemas saya, dan prihatin. Enggak habis pikir. Enggak bisa omong lagi. (Sebab) mau omong apa lagi, ya? Itu masalah pribadi Pak Jero” (NR.20/BPKK/04-09-2014) menggunakan fenomena konteks praanggapan. Tuturan tersebut menggunakan unsur intralingual berupa kalimat “Lemas saya, dan prihatin”. Unsur ekstralingual dan intralingual dalam tuturan bernilai rasa sedih dikatakan santun karena keseluruhan unsur intralingual tersebut mengungkapkan rasa penutur yang ikut merasakan apa yang dirasakan mitra tutur. Hal ini sesuai dengan prinsip kesantunan menurut Pranowo (2012:104) yakni
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
165
sikap tepa selira. Dalam konteks ini, penutur ikut merasakan apa yang dirasakan mitra tutur dengan dilihat pada kalimat “lemas saya, dan prihatin”. Nilai rasa marah pada tuturan“Kami sudah capek diperlakukan seperti pengemis” praanggapan.
(NR.52/BPKK/08-10-2014) Tuturan
tersebut
menggunakan
menggunakan
unsur
fenomena
konteks
intralingual
berupa
kalimat“Kami sudah capek diperlakukan seperti pengemis”. Unsur ekstralingual dan intralingual dalam tuturan bernilai rasa marah dikatakan santun karena penutur memperlihatkan ketidakmampuannya dihadapan mitra tutur. Hal ini sejalan dengan prinsip kesantunan Pranowo (1004:2012)yakni sikap rendah hati. Di dalam konteks tuturan tersebut, penutur menggunakan diksi “pengemis” untuk merendahkan dirinya dihadapan mitra tutur. Hal ini membuktikan bahwa dihadapan mitra tutur, penutur memperlihatkan rasa ketidakmampuannya yang diibaratkan seperti pengemis. Nilai rasa yakin pada tuturan “ Semoga nuraninya tersentuh dan dia bertobat, lalu memulai lembaran baru, melangkah dengan kejujuran dan berkah” (NR.38/BPKK/20-09-2014)
menggunakan
fenomena
konteks
praanggapan.
Tuturan tersebut menggunakan unsur intralingual berupa kalimat“ Semoga nuraninya tersentuh dan dia bertobat, lalu memulai lembaran baru, melangkah dengan kejujuran dan berkah”. Unsur ekstralingual dan intralingual dalam tuturan bernilai rasa yakin dikatakan santun karena penutur memiliki prasangka baik terhadap mitra tutur. hal ini sesuai dengan prinsip kesantunan Pranowo (2012:63) yaitu selalu berprasangka baik. Di dalam konteks tuturan tersebut, tuturan penutur
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
166
memiliki rasa optimistis yang melahirkan prasangka baik dalam diri penutur terhadap mitra tutur atau orang yang dimaksud. Nilai rasa heran pada tuturan “Kok tidak tertib seperti zaman Pak SBY, ya?” (NR.67/BPKK/28-10-2014)
menggunakan
fenomena
konteks
praanggapan.
Tuturan tersebut menggunakan unsur intralingual berupa kalimat “Kok tidak tertib seperti zaman Pak SBY, ya?”. Unsur ekstralingual dan intralingual dalam tuturan bernilai rasa heran dikatakan tidak santun karena dalam mengutarakan tuturannya, penutur mengatakan secara langsung sehingga tidak dapat menjaga perasaan mitratutur. Hal ini sesuai dengan prinsip kesantunan Pranowo (109:2012) yakni sikap tenggang rasa. Misalnya dalam kalimat “ Kok tidak tertib seperti zaman Pak SBY, ya?”. Dalam konteks ini, tuturan penutur tidak dapat menjaga perasaan mitra tutur karena diutarkan secara langsung dengan membandingkan pada zaman Jokowi dan SBY. Nilai rasa ikhlas pada tuturan “ Kompetisi telah selesai. Hormati keputusan Mahkamah
Konstitusi.
Mari
kita
bersama-sama
membangun
bangsa
ini”(NR.11/BPKK/03-09-2014) menggunakan fenomena konteks praanggapan. Tuturan tersebut mengunakan unsure intralingual berupa kalimat “Hormati keputusan Mahkamah”. Unsur ekstralingual dan intralingual dalam tuturan bernilai rasa ikhlas dikatakan santun karena menggunakan kata yang santun. Hal ini sesuai dengan prinsip kesantunan Pranowo (2012:104) yakni pilihan diksi santun. Di dalam konteks tuturan tersebut,penutur dalam mengutarakan tuturannya menggunakan pilihan kata yang santun seperti “Hormati keputusan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
167
Mahkamah Konstitusi”. Tuturan tersebut menggambarkan penutur yang ikhlas dan menerima keputusan Mahkamah Konstitusi. Nilai rasa cinta pada tuturan “Kami sebagai pemuda merasa bertanggung jawab untuk saling meningkatkan kemampuan. Tidak ingin bekerja dan sukses sendirian,
lebih
indah
jika
bersama-sama.”
(NR.70/BPKK/29-10-2014)
menggunakan fenomena konteks praamggapan. Tuturan tersebut menggunakan unsur intralingual berupa kalimat “Tidak ingin bekerja dan sukses sendirian, lebih indah jika bersama-sama.”. Unsur ekstralingual dan intralingual dalam tuturan bernilai rasa cinta dikatakansantun karena keseluruhan unsur intralingual memberikan keuntungan berupa ajakan. Keuntungan tersebut sesuai dengan prinsip
kesantunan
Leech
dalam
Pranowo
(103:2012)
yakni
maksim
kebijaksanaan. Di dalam konteks tuturan tersebut, tuturan penutur memberikan keuntungan berupa ajakan terhadap mitra tutur untuk bekerja sama meningkatkan kemampuan bersama. Nilai rasa sombong pada tuturan “ Ya, enggak ada masalah. Semua bisa diatur. Enggak apa-apa. Biasa doang, beda antara 16 dan 18 (tahun)” (NR.36/BPKK/20-09-2014) menggunakan fenomena konteks praanggapan. Tuturan tersebut menggunakan unsure intralingual berupa kalimat “semua bisa siatur”. Unsur ekstralingual dan intralingual dalam tuturan bernilai rasa sombong dikatakan tidak santun karena penutur menyombongkan dirinya sendiri. Hal ini bertentangan dengan prinsip kesantunan Leech dalam Pranowo (103:2012) yakni maksim kerendahan hati. Di dalam konteks tuturan tersebut, penutur
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
168
memuji dirinya sendiri dengan menganggap vonis yang dijatuhkan dapat diatasi karena semuanya bisa diatur. Nilai rasa halus pada tuturan “ Mbah Moen menerima hasil muktamar dan mengatakan bahwa itu adalah takdir Allah SWT.” (NR.76/BPKK/19-10-2014) menggunakan fenomena konteks praanggapan. Tuturan tersebut menggunakan unsure intralingual berupa diksi “Mbah”. Unsur ekstralingual dan intralingual dalam tuturan bernilai rasa halus dikatakan santun karena keseluruhan unsur intralingual tersebut menggunakan diksi yang santun. Pilihan diksi yang santun sesuai dengan prinsip kesantunan Pranowo (2012:104) yakni penggunaan diksi santun.Di dalam konteks ini, diksi “mbah” merupakan diksi yang santun, karena digunakan untuk menyebut orang yang lebih tua atau lanjut usia. Hal ini dikarenakan usia Maimun yang sudah 86 tahun. Nilai rasa kasar pada tuturan “ Memberantas korupsi tidak bisa ditunda karena koruptor juga tak pernah menunda pekerjaannya merampok uang negara.”
(NR.80/BPKK/31-10-2014)
menggunakan
fenomena
konteks
praanggapan. Tuturan tersebut menggunakan unsur intralingual berupa diksi “merampok”. Unsur ekstralingual dan intralingual dalam tuturan bernilai rasa kasar dikatakan tidak santun karena penutur mengutarakan tuturannya dengan menggunakan pilihan diksi yang kasar. Hal itu bertentangan dengan prinsip kesantunan Pranowo (104:2012) yakni penggunaan diksi santun. Diksi tesebut tidak santun, lebih baik menggunakan kata “mengambil paksa” yang dirasa lebih santun. Di dalam konteks tuturan tersebut, penutur memiliki pengetahuan lama bahwa apabila korupsi dalam memberantas lamban, maka korupsi di Indonesia
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
169
akan meningkat. Hal ini dikarenakan para koruptor selalu pintar dalam mengambil uang negara, terutama para pejabat pemerintahan. Jika dilihat dari unsur intralingual dan ekstralingual sebagai penanda kesantunan dalam berkomunikasi, nilai rasa bahasa yang menunjukan kesantunan terdapat dalam nilai rasa halus, nilai rasa bahagia, nilai rasa cinta, dan nilai rasa ikhlas.Sebaliknya, nilai rasa bahasa yang menunjukan ketidaksantunan terdapat dalam nilai rasa kasar, nilai rasa yakin, dan nilai rasa sombong. Selain itu, ditemukan nilai rasa bahasa yang dapat menunjukan kesantunan dan ketidaksantunan, yaitu dalam nilai rasa heran, nilai rasa sedih, nilai rasa marah, nilai rasa takut.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
170
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan Berdasarkan analisis data dan pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa unsur intralingual dalam tuturan pada berita politik yang dijadikan sebagai penanda kesantunan berkomunikasi hanya berupa diksi, klausa, dan kalimat. Unsur ekstralingual berupa konteks selalu menyertai tuturan dan dimunculkan melalui fenomena konteks praanggapan dalam setiap daya bahasa. Penggunaan unsur intralingual dan ekstralingual dalam daya bahasa yang dapat memunculkan kesantunan terdapat dalam daya kabar, daya ungkap, daya paksa, dan daya harap.Penggunaan unsur intralingual dan ekstralingual dalam daya bahasa yang memunculkan ketidaksantunan terdapat dalam daya kelakar dan daya banding. Selain itu, ditemukan juga daya bahasa yang dapat memunculkan kesantunan dan ketidaksantunan, yaitu dalam daya ancam dan penolakan. Unsur intralingual dalam nilai rasa bahasa dalam tuturan pada berita politik Koran Kompas yang dijadikan sebagai penanda kesantunan berkomunikasi berupa diksi, klausa, dan kalimat. Unsur ekstralingual konteks selalu menyertai tuturan dan dimunculkan melalui fenomena konteks praanggapan dalam setiap nilai rasa bahasa. Penggunaan unsur intralingual dan ekstralingual dalam nilai rasa bahasa yang dapat memunculkan kesantunan terdapat dalam nilai rasa halus, nilai rasa
170
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
171
bahagia, nilai rasa cinta, dan nilai rasa ikhlas. Penggunaan unsur intralingual dan ekstralingual dalam nilai rasa bahasa yang memunculkan ketidaksantunan terdapat dalam nilai rasa kasar, nilai rasa yakin, dan nilai rasa sombong.Selain itu, ditemukan juga nilai rasa bahasa yang dapat memunculkan kesantunan dan ketidaksantunan, yaitu dalam nilai rasa heran, nilai rasa sedih, nilai rasa marah, nilai rasa takut. 5.2 Saran Penelitian ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu peneliti mengajukan beberapa saran untuk peneliti selanjutnya yang tertarik pada bidang daya bahasa dan nilai rasa bahasa. Berikut ini saran dari peneliti: 1. Data yang diteliti sebaiknya tidak hanya berita politik di media cetak saja, tetapi masih ada data yang terdapat di media televisi, radio, atau percakapan langsung dalam suatu konteks situasi tertentu. 2. Dalam penelitian ini hanya membahas mengenai penggunaan unsur intralingual dan ekstralingual daya bahasa dan nilai rasa bahasa sebagai penanda kesantunan berkomunikasi. Setelah adanya penelitian ini, peneliti menginginkan jika ada penelitian yang sama dan alangkah baiknya juga meneliti keterkaitan antara daya bahasa dan nilai rasa bahasa karena keduanya tidak apat dipisahkan.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
172
Daftar Pustaka Alwi, dkk. 2010. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai pustaka. Brown, H. Douglas. 2008. Prinsip Pembelajaran dan Pengajaran Bahasa. Jakarta: Kedutaan Besar Amerika Serikat. Chaer, Abdul. 2009. Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta .2010. Linguistik umum. Jakarta: Rineka Cipta. Junaedi, Fajar. 2007. Komunikasi Massa Pengantar Teoritis. Yogyakarta: SANTUSTA. Keraf, Gorys. 1984. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: Gramedia. Leech, Geoffrey. 2003. Semantik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Moleong, Lexy J. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya. Nadar, FX. 2009. Pragmatik dan Penelitian Pragmatik. Yogyakarta: Graha Ilmu. Pranowo. 2009. Kesantunan Berbahasa Tokoh Masyarakat. Pidato Pengukuhan Guru Besar di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, 15 Agustus 2009. Yogyakarta: Penerbit USD. . 2012. Berbahasa secara Santun. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Pateda, Mansoer. 1986. Semantik Leksikal. Flores: Nusa Indah. Rahardi, Kunjana.2012.Menulis Artikel Opini dan Kolom di Media Massa. Jakarta: Erlangga. . 2006. Dimensi-dimensi Kebahasaan: Aneka Masalah Bahasa Indonesia Terkini. Yogyakarta: Erlangga. Rivers, L.William, dkk.2004. Media Massa dan Masyarakat Modern. Jakarta: Prenada Media. Searle, J.R. 1969. Speech Acts. Cambrigde : Cambridge University Press Sudaryanto.1993. Metode dan Teknik Anlisis Data: Pengantar Penelitian Wahana Kebudayaan Secara Linguistik. Yogyakarta: Duta Wacana University Pers. Suprapti, dkk. 1992. “Leksikon dan Taksonomi Emosi”, dalam Kaswanti Purwo (ed.)PELLBA 5 Pertemuan Linguistik Lembaga Bahasa Atma Jaya. Jakarta: Kanisius. Suryani, Dini. 2013. Nilai Rasa Bahasa pada Diksi dalam Dialog Interaktif Mata Najwa, Metro TV Bulan Oktober dan November 2012. Skripsi S1. PBSID. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma. Tarigan, Henry Guntur. 1985. Pengajaran Semantik. Bandung: Angkasa
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
173
Wuwur, P. Dori. 1991. Retorika. Yogyakarta: Kanisius. Yule, Geoge. 2006. Pragmatik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Yuni, Qonita Fitra. 2009. Pemanfaatan Daya Bahasa pada Diksi Pidato Politik. Skripsi S1. PBSID. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
174
LAMPIRAN 1 DATA PENGGUNAAN UNSUR INTRALINGUAL DAN EKSTRALINGUAL DALAM DAYA BAHASA PADA TUTURAN BERITA POLITIK KORAN KOMPAS EDISI SEPTEMBER-OKTOBER 2014 UNTUK MENGEFEKTIFKAN KESANTUNAN
A. Data unsur intralingual dan ekstralingual dalam daya bahasa untuk mengefektifkan kesantunan 1) Data tuturan: ”Ketika seorang kader partai politik terkena kasus korupsi, seharusnya ada semacam mekanisme berupa koreksi internal yang diikuti dengan adanya teguran. Namun, sampai sekarang tidak ada mekanisme itu”. (BPKK,01/09/014Topik : Korupsi Harus Dicegah dari Awal) Konteks tuturan: Tuturan diucapkan oleh Emerson Yuntho selaku koordinator monitoring hukum dan peradilan Indonesia yang menanggapi permasalahan mengenai kasus korupsi. Kasus korupsi di Indonesia banyak sekali dilakukan oleh kader partai politik. Beberapa diantaranya adalah kader partai politik seperti Angelina Sondakh, Andi Malaranggeng, Anas Urbaningrum, bahkan Jero Wacik. Penanda tuturan : Penanda intralingual ditandai oleh kalimat “Namun, sampai sekarang tidak ada mekanisme itu” untuk memunculkan daya kritikdalam berita politik. Kalimat tersebut dipersepsi sebagai kritikan terhadap partai politik yang sampai saat ini tidak adanya suatu gerakan atau pembenahan dalam menangani kadernya yang tersangkut kasus korupsi. Penanda ekstralingual dimunculkan melalui konteks berupa fenomena praanggapan bahwa kader partai politik banyak yang terlibat korupsi. Beberapa diantaranya adalah kader partai politik seperti Angelina Sondakh, Andi Malaranggeng, Anas Urbaningrum, bahkan Jero Wacik. Kader partai politik tersebut berada di bawah naungan Partai Demokrat. Dengan adanya kasus yang banyak menjerat kader parpol tersebut, membuat publik meninggalkan Partai Demokrat. Terbukti pada pemilu 2014 perolehan suara Partai Demokrat rontok.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
175
2) Data tuturan : “seharusnya partai politik juga segera melihat akar masalah yang membuat kadernya sampai korupsi”. ( BPKK,01/09/014Topik : Korupsi Harus Dicegah dari Awal) Konteks tuturan: Tuturan diucapkan oleh Emerson Yuntho yang menanggapi permasalahan kasus korupsi pada kader partai politik. Kasus korupsi pada kader partai politik tidak dapat diatasi karena tidak adanya langkah atau program anti korupsi yang dicanangkan partai. Penanda tuturan : Penanda intralingual ditandai oleh kalimat “seharusnya partai politik juga segera melihat akar masalah yang membuat kadernya sampai korupsi”untuk memunculkan daya ungkap dalam berita politik.Kalimat tersebut dipersepsi mengandung ungkapan atau pendapat dari penutur agar partai politik segera mencari akar masalah yang membuat kadernya melakukan korupsi. Penanda ekstralingual dimunculkan melalui konteks berupa fenomena praanggapan bahwa sampai saat ini kasus korupsi pada kader partai politik tidak dapat diatasi karena tidak adanya langkah atau program anti korupsi yang dicanangkan partai. Hal ini yang membuat para kader tidak jera dengan tindakan korupsi. 3) Data tuturan : “Perlu dibuat juga pakta integritas yang bukan berisi janji semata, melainkan berisi kesediaan untuk mundur atau diberhentikan jika menjadi tersangka dalam kasus korupsi”. ( BPKK,01/09/014 Topik : Korupsi Harus Dicegah dari Awal) Konteks tuturan : Tuturan diucapkan oleh Ferry Mursyidan Baldan yang menanggapi proses pencegahan anti korupsi. Ferry memiliki pengetahuan lama mengenai banyaknya kader partai yang tidak menempati janjinya untuk tidak berkorupsi. Ferry juga melihat kenyataanya selama ini, apabila ada kader yang tersangkut kasus korupsi, partainya tidak memberikan sanksi yang sepantasnya kepada para kadernya yang tersangkut kasus korupsi. Penanda tuturan : Penanda intralingual ditandai oleh klausa ”kesedian untuk mundur atau diberhentikan” untuk memunculkan daya ungkap dalam berita politik. Pada klausa tersebut dipersepsi sebagai sanksi yang diterima oleh kader partai politik karena tidak dapat menempati janjinya dan apabila dia terjerat dalam kasus korupsi maka harus bersedia untuk mundur dan diberhentikan dari jabatannya. Penanda ekstralingual dimunculkan melalui
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
176
konteks berupa fenomena praanggapan bahwa banyak kader partai yang tidak menempati janjinya untuk tidak berkorupsi. Kenyataanya selama ini, apabila ada kader yang tersangkut kasus korupsi, partainya tidak memberikan sanksi yang sepantasnya kepada para kadernya yang tersangkut kasus korupsi. Seperti kasus yang menimpa Idham Samawi yang menjadi tersangka kasus korupsi dana hibah Koni ke Persiba Bantul yang masih menduduki jabatan di DPP partai PDIP. 4) Data tuturan : “Koalisi Masyarakat Sipil Anti Korupsi meminta panitia seleksi calon pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi memperpanjang waktu pendaftaran yang seharusnya ditutup 3 September ini”. (BPKK,01/09/014 (Topik : Pendaftaran Diharapkan Diperpanjang) Konteks tuturan : Koalisi Masyarakat Sipil Anti Korupsi menanggapi seleksi calon pimpinan KPK untuk memberikan peluang terhadap calon pemimpin yang kredibel dan berintegritas untuk menjadi pemimpin KPK. Penanda tuturan : Penanda intralingual ditandai oleh diksi “meminta”untuk memunculkan daya harap dalam berita politik. Diksi tersebut dipersepsi sebagai harapan panitia untuk memperpanjang waktu pendaftaran calon pimpinan KPK agar dapat menjaring pemimpin yang berkualitas dan berintegritas.Penanda ekstralingual dimunculkan melalui konteks berupa fenomena praanggapan bahwa terkait masa pemilihan calon pimpinan KPK. Hal ini dilihat dari pemilihan yang dengan waktu yang singkat, dimana akan mendapatkan pemimpin yang kurang pas untuk menjadi pimpinan KPK. 5) Data tuturan: “Koalisi tersebut berharap masyarakat ikut mendorong para tokoh yang dinilai kredibel dan berintegritas agar mendaftarkan ke KPK”. ( BPKK,01/09/014Topik : Pendaftaran Diharapkan Diperpanjang. Konteks tuturan : Koalisi Masyarakat Sipil Anti Korupsi menanggapi proses pemilihan calon pemimpin KPK, dimana tidak adanya minat bagi para tokoh yang benarbenar memiliki kredibel dan berintegritas untuk mencalonkan dirinya sebagai calon pemimpin KPK. Dengan terlihat pada data yang mendaftar baru lima orang pendaftar calon pimpinan KPK.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
177
Penanda tuturan : Penanda intralingual ditandai oleh diksi “ berharap” untuk memunculkan daya harap dalam berita politik. Diksi tersebut dipersepsi sebagai anjuran koalisi kepada masyarakat untuk ikut mendorong para tokoh yang berintegritas agar mencalonkan dirinya sebagai pemimpin KPK. Penanda ekstralingual dimunculkan melalui konteks berupa fenomena praanggapan bahwa selama ini para tokoh yang berada di bidang seperti di bidang hukum kurang tertarik untuk mencalonkan diri menjadi pimpinan KPK. Hal ini terlihat pada data yang mendaftar baru lima orang pendaftar calon pimpinan KPK. 6) Data tuturan : “Ingat, celah kecil di KPK bisa dimanfaatkan oleh pihak-pihak yang ingin melemahkan KPK”. (BPKK,01/09/2014 (Topik : Pendaftaran Diharapkan Diperpanjang) Konteks tuturan : Tuturan diucapkan oleh Bahrain untuk menanggapi kondisi pendaftaran calon pemimpin KPK yang sampai saat itu masih terjaring beberapa calon dan apabila berjumlah genap akan memicu adanya jalan buntu. Penanda tuturan : Tuturan intralingual ditandai oleh diksi “Ingat” untuk memunculkan daya peringatan dalam berita politik. Diksi tersebut dipersepsi sebagai peringatan kepada KPK agar waspada dan tidak lengah dalam menangani suatu kasus karena dapat dimanfaatkan oleh pihak-pihak yang ingin melemahkan KPK. Ketika KPK hanya dipimpin empat orang akan memberikan ruang kepada pihak yang kontra dengan KPK. Untuk memperkuat efek komunikatif bagi mitra tutur, penutur menggunakan sinonim “celah kecil” yang berarti jalan kecil. Penanda ekstralingual dimunculkan melalui konteks berupa fenomena praanggapan bahwa pihak Polri melakukan kriminalisasi terhadap lembaga korupsi negara ini (KPK). Hal ini dikarenkan Polri dan KPK pada kenyataanya tidak dapat berjalan bersama. 7) Data tuturan : “Ketua umum PKB sebaiknya tak lagi hanya berasal dari keluarga keturunan kiai. Kalangan professional dinilai akan lebih mampu membawa PKB menjadi partai terbuka yang modern”. (BPKK, 01/09/2014 ( Topik : PKB Memperjuangkan Islam Moderat)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
178
Konteks tuturan : Publik menanggapi keadaan partai PKB yang sampai sekarang masih memiliki daya tarik sendiri. Publik juga memiliki pengetahuan lama mengenai terbentuknya partai PKB yang selalu dipimpin oleh tokoh yang religius (keturunan kiai). Salah satunya mantan presiden dan mantan ketua dewan syuro Abdurrahman Wahid (Gus Dur) yang masih identik dengan PKB. Penanda tuturan: Penanda intralingual ditandai oleh klausa “sebaiknya, tak lagi hanya” untuk memunculkan daya paksa dalam berita politik. Klausa tersebut dipersepsi sebagai permintaan atau anjuran agar ketua umum PKB tidak hanya keturunan kiai tetapi juga dari kalangan profesional. Dengan kalangan yang professional dan intelektual dapat membawa partai PKB menjadi partai yang terbuka dan modern. Penanda ekstralingual dimunculkan melalui konteks berupa fenomena praanggapan bahwa pada saat pemimpinan sebelumnya, Partai PKB dipimpin atau diketuai oleh Abdurrahman Wahid, Alwi Abdurahman Shihab, dan Muhaimin Iskandar. Ketiganya ini dapat disebut sebagai tokoh agama atau dari keturunan kiai yang dilihat dari latar belakang keluarganya. 8) Data tuturan : “Muhaimin pun mengajak para pengurus untuk memperkuat semangat kolektivitas”. (BPKK, 02/09/2014 (Topik :Muhaimin Terpilih Aklamasi Pimpin PKB) Konteks tuturan : Tuturan diucapkan oleh Muhaimin yang terpilih kembali menjadi ketua umum tanfidziyah. Muhaimin memiliki pengetahuan lama karena pernah menjabat sebagai ketua umum sebelumnya. Pada saat masa pemimpinannya anggotanya masih belum kompak dan kurang memiliki semangat bekerja sama yang tinggi. Penanda tuturan : Penanda intralingual ditandai oleh diksi “mengajak” untuk memunculkan daya paksadalam berita politik.Diksi tersebut dipersepsi sebagai ajakan Muhaimin agar para pengurus memperkuat semangat kolektivitasnya. Dengan pengalaman Muhaimin pada masa pimpinannya sebelumnya, dimana pengurus kurang kompak dan kurang memiliki semangat kinerja yang tinggi. Penanda ekstralingual dimunculkan melalui konteks berupa fenomena praanggapan bahwa pada masa sebelumnya keputusan partai terbelah menjadi dua yaitu keputusan syuro dan tanfidz. Hal ini
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
179
dikarenakan kepengurusan kurang memiliki jiwa kekompakan antara satu dengan lainnya. 9) Data tuturan : “setiap keputusan hendaknya adalah keputusan bersama. Bukan lagi keputusan dewan syuro atau ketua umum, bukan keputusan pengurus wilayah atau cabang, tetapi semua kader”. (BPKK, 02/09/2014 ( Topik :Muhaimin Terpilih Aklamasi Pimpin PKB) Konteks tuturan : Tuturan diucapkan oleh Muhaimin yang menanggapi keadaan partai PKB pada waktu itu, dimana penutur memiliki pengetahuan lama yang mana, pada masa sebelumnya keputusan dalam partai PKB merupakan keputusan dari satu pihak (dewan syuro) bukan dari keputusan bersama. Penanda tuturan : Penanda intralingual ditandai oleh kalimat“setiap keputusan hendaknya adalah keputusan bersama. Bukan lagi keputusan dewan syuro atau ketua umum, bukan keputusan pengurus wilayah atau cabang, tetapi semua kader” untuk memunculkan daya informasi dalam berita politik. informasi itu didukung oleh diksi “hendaknya” yang dipersepsi untuk memberi tahu atau menegaskan para kader dan anggotanya, bahwa keputusan yang ada dalam partai bukanlah keputusan ketua umum saja, melainkan semua anggota juga berhak menentukan suaranya atau merupakan keputusan bersama.Penanda ekstralingual dimunculkan melalui konteks berupa fenomena praanggapan bahwa selama ini keputusan yang ada bukanlah keputusan dari partai melainkan dari dewan syuro dan tanfidziyah. 10) Data tuturan : “dialog merupakan bagian dari tradisi musyawarah yang menjadi ciri yang sangat penting bangsa ini, sama halnya dengan semangat gotong royong”. (BPKK, 02/09/2014 ( Topik :Jokowi Bertemu Hatta di Rumah Surya Paloh) Konteks tuturan : Tuturan diucapkan oleh Hasto selaku Deputi Tim Transisi yang menanggapi pertemuan antara Presiden Jokowi dengan Ketua Umum PAN Hatta Rajasa untuk bersilaturahmi. Hal ini diperkuat dengan kebiasaan bangsa Indonesia yang sejak dahulu dikenal dengan negara yang memiliki jiwa mufakat dan silaturahmi antar umat yang tinggi.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
180
Penanda tuturan : Penanda tuturan ditandai oleh kalimat “dialog merupakan bagian dari tradisi musyawarah yang menjadi ciri yang sangat penting bangsa ini, sama halnya dengan semangat gotong royong” untuk memunculkan daya informasi dalam berita politik. Kalimat tersebut dipersepsi sebagai informasi mengenai pentingnya dialog yang merupakan tradisi musyawarah di negara Indonesia. Presiden Jokowi menerapkan tardisi musyawarah terhadap seluruh partai politik untuk memperkuat pemerintahannya kelak. Terbukti selama ini Presiden Jokowi selalu menjalin silaturahmi dengan para petinggi untuk membahas kemajuan negara Indonesia. Kalimat tersebut memberikan informasi bahwa tradisi musyawarah merupakan ciri yang sangat penting bagi bangsa Indonesia.Penanda ekstralingual dimunculkan melalui konteks berupa fenomena praanggapan bahwa negara kita memang dikenal dengan negara yang menjunjung tinggi musyawarah mufakat. Para pemimpin bangsa sering melakukan musyawarah untuk menyelesaikan suatu permasalahan atau menentukan suatu keputusan. Dengan menerapkan musyawarah dalam setiap diskusi akan membentuk keputusan yang baik, dan itulah yang dilakukan para pejuang bangsa di dalam negara yang kaya akan jiwa mufakatnya ini. 11) Data tuturan : “Rapat terakhir presiden PKS menegaskan posisi kami tetap bahwa kepala daerah, gubernur dan bupati atau walikota dipilih langsung. (BPKK, 02/09/2014 ( Topik : Pemerintah Mendengarkan Rakyat ) Konteks tuturan : Tuturan diucapkan oleh Fahri Hamsah selaku Wakil Sekertaris Jendral PKS untuk menanggapi proses pilkada. Pilkada oleh anggota DPRD akan merusak tatanan politik dan relasi pemerintahan di daerah. Seperti akan munculnya plotik uang dan tidak adanya kesempatan bagi masyarakat untuk memilih pemimpinnya sendiri. Penanda tuturan : Penanda intralingual ditandai oleh diksi “tetap” untuk memunculkan daya penegasan dalam berita politik. Diksi ini dipersepsi sebagai penegasan dari tuturan penutur untuk menegaskan pihaknya tetap konsisten dengan pemilihan langsung. Dimana dengan pemilihan langsung akan membuat masyarakat memilih sesuai dengan pilihannya. Selain itu akan mencegah politik uang di dalam pemilu DPRD. Penanda ekstralingual dimunculkan melalui konteks berupa fenomena praanggapan bahwa pemilihan oleh anggota DPRD menjadikan pemilihan tidak sehat karena adanya suap
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
181
untuk mendapkan kursi kepala daerah. Selain itu manyarakat tidak mendapatkan haknya untuk memilih pemimpin yang mereka inginkan. 12) Data tuturan : “Saat menjadi relawan, mereka mendukung salah satu. Namun, setelah pergantian pemerintahan, mereka menginginkan perubahan dan mengawasi kebijakan pemerintahan sebagai masyarakat sipil dan warga”. (BPKK, 02/09/2014 Topik : Relawan Tepis Isu Sektarian) Konteks tuturan : Tuturan diucapkan oleh Ganda, Dosen UI yang menanggapi adanya gerakan relawan yang muncul karena dorongan partisipasi politik untuk memenangkan calon tertentu. Ganda memiliki pengetahuan lama, relawan hanya ada pada saat masa kampanye partai. Selebihnya relawan akan menuntut janji dari calon yang telah didukungnya. Penanda tuturan : Penanda intralingual ditandai oleh kalimat “Namun, setelah pergantian pemerintahan, mereka menginginkan perubahan dan mengawasi kebijakan pemerintahan sebagai masyarakat sipil dan warga” untuk memunculkan daya ungkap dalam berita politik. Kalimat tersebut dipersepsi sebagai ungkapan posisi relawan ketika berperan sebagai relawan dan masyrakat sipil. Kalimat diatas menjelaskan ketika seseorang menjadi relawan dia akan mendukung calonnya. Namun setelah pergantian pemerintahan, mereka akan menjadi rakyat yang menuntut dan menginginkan perubahan atas apa yang sudah dijanjikan. Penanda ekstralingual dimunculkan melalui konteks berupa fenomena praanggapan bahwa kejadian sebelum-sebelumnya relawan bekerja sebagai pendukung calonnya pada saat pemilu. Akan tetapi pada saat calon itu sudah menjadi pemimpin relawan tentu akan menagih janjinya. 13) Data tuturan : “Kalau ingin menaikkan harga BBM, kita berarti menggeser (subsidi) ke program yang dibutuhkan masyarakat bawah. Maka, kita harus memiliki data keluarga miskin dan prasejahtera. Ini menjadi prioritas kami.” (BPKK, 03/09/2014 Topik : Tim Transisi TEmui Waapres Boediono hal.2) Konteks tuturan : Tuturan diucapkan oleh Rini Soemarno selaku Ketua Tim Transisi Jokowi yang menanggapi kenaikan harga BBM. Dimana Rini memiliki pengetahuan lama jika pada situasi sebelumnya, BBM bersubsidi digunakan juga oleh masyarakat yang mampu (kelas atas).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
182
Penanda tuturan : Penanda intralingual ditandai oleh kalimat “Kalau ingin menaikkan harga BBM, kita berarti menggeser (subsidi) ke program yang dibutuhkan masyarakat bawah” untuk memunculkan daya ungkap dalam berita politik. Kalimat tersebut dipersepsi sebagai sikap tegas Rini untuk mensejahterakan rakyat miskin walaupun dengan adanya kenaikan BBM. Penanda ekstralingual dimunculkan melalui konteks berupa fenomena praanggapan bahwa dengan adanya kenaikan BBM banyak rakyat miskin yang menderita. Walaupun BBM naik dan rakyat mendapatkan subsidi oleh pemerintah, namun pada kenyataannya banyak para penguasaha atau orang kelas atas yang masih menggunakan BBM bersubsidi. 14) Data tuturan “Pastikan dulu masyarakat aman, baru harga BBM dinaikan”. (BPKK, 03/09/2014 Topik : Tim Transisi Temui Wapres Boediono hal.2) Konteks tuturan : Tuturan diucapkan oleh Rini Soemarno untuk menanggapi kenaikan harga BBM. Rini memiliki pengetahuan lama, bahwa masyarakat merasa terusik dengan adanya kenaikan BBM. Terbukti ketika BBM dinaikan masyarakat banyak yang kesusahan bahkan tidak sedikit yang mengadakan demonstrasi. Penanda tuturan : Penanda intralingual ditandai oleh klausa ”pastikan dulu” untuk memunculkan daya saran dalam berita politik. Frasa tersebut dipersepsi sebagai saran atau masukan terhadap pemerintah mengenai tindakan untuk menaikan harga BBM. Disini penutur menyarankan pemerintah untuk memastikan atau menjamin masyarakat aman apabila harga BBM dinaikan, terutama pada masyarakat miskin. Penanda ekstralingual dimunculkan melalui konteks berupa fenomena praanggapan bahwa ketika BBM dinaikan masyarakat miskin merasa terbebani dan menderita karena kenaikan BBM dan tidak adanya subsidi baginya. Bahkan subsidi yang menjadi haknya, dipakai atau dikonsumsi oleh pihak yang mampu. Dengan kejadian seperti itu mengakibatkan banyak masyarakat yang unjuk rasa di jalanan agar harga BBM diturunkan.
15) Data tuturan “Beliau bercerita tentang pembangunan di Papua dan kebijakan afirmatif agar ditindaklanjuti”. (BPKK, 03/09/2014 Topik : Tim Transisi Temui Waapres Boediono hal.2)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
183
Konteks tuturan : Tuturan diucapkan oleh Andi, Deputi Tim Transisi yang menanggapi program di rancangan APBN 2015 mengenai pembangunan tol laut dan papua. Penanda tuturan: Penanda intralingual ditandai oleh kalimat“Beliau bercerita tentang pembangunan di Papua dan kebijakan afirmatif agar ditindaklanjuti” untuk memunculkan daya informasi dalam berita politik.Kalimat tersebut dipersepsi sebagai daya informasi karena berisi tentang informasi mengenai keadaan pembangunan di Papua yang disampaikan oleh Andi ketika berkunjung ke Papua. Penanda ekstralingual dimunculkan melalui konteks berupa fenomena praanggapan bahwa kebijakan afirmatif ini merupakan diskriminasi positif yang memberi ruang terbuka untuk meningkatkan kapasitas dan kapabilitas masyarakat Papua. 16) Data tuturan “Sampai sekarang masih tetap akan dilantik selama belum ada keputusan hukum yang bersifat tetap”. (BPKK, 03/09/2014 Topik : KPU Siapkan Pelantikan 1 Oktober hal.2) Konteks tuturan : Tuturan diucapkan oleh Husni Kamil, selaku Ketua KPU yang menegaskan mengenai pelantikan calon anggota DPR. Anggota DPR yang memiliki masalah akan tetap dilantik sebelum jatuhnya keputusan hukum. Penanda tuturan : Penanda intralingual ditandai oleh kalimat“Sampai sekarang masih tetap akan dilantik selama belum ada keputusan hukum yang bersifat tetap” untuk memunculkan daya penegasan dalam berita politik. Kalimat tersebut dipersepsi sebagai sikap tegas dari KPU untuk tetap melantik kedua orang caleg terpilih asal Golkar yang dipecat oleh DPP Golkar sebelum surat pemecatan yang bersifat keputusan hukum tetap diturunkan. Daya penegasan juga diperkuat melalui diksi “tetap” yang memiliki makna denotatif atau makna sebenarnya yaitu tidak berubah. Penanda ekstralingual dimunculkan melalui konteks berupa fenomena praanggapan bahwa seseorang yang terjerat kasus hukum apabila belum dijatuhkan keputusan hukum yang bersifat tetap tentu masih belum bisa dijadikan tersangka dan masih bisa dikatakan rakyat Indonesia yang tidak bersalah.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
184
17) Data tuturan “Kira-kira satu persennya saja tak sampai. Pokoknya saya pesan agar yang bisa diefisienkan, diefisienkan”. (BPKK, 03/09/2014 Topik : KPU Siapkan Pelantikan 1 Oktober hal.2) Konteks tuturan : Tuturan diucapkan oleh Arief Budiman, selaku Komisioner KPU yang menyarankan KPU untuk menggunakan anggaran sebaik mungkin yang digunakan untuk pelantikan calon anggota DPR. Anggaran KPU yang saat ini alokasinya masih tersedia sekitar 4 triliun. Penanda tuturan : Penanda intralingual ditandai oleh diksi“pokoknya” untuk memunculkan daya paksadalam berita politik.Diksi tersebut dipersepsi mengandung makna denotatif atau makna sebenarnya yaitu memaksa agar anggaran pelantikan caleg terpilih dapat diefisienkan dan digunakan sebagaimana mestinya. Penanda ekstralingual dimunculkan melalui konteks berupa fenomena praanggapan bahwa banyaknya anggaran dana yang disalah gunakan oleh beberapa pihak. Selain itu anggaran yang disiapkan untuk pelantikan calon DPR tidak digunakan sebagaimana mestinya. 18) Data tuturan “Pengusulan wakil tidak lagi harus melalui persetujuan DRPD, seperti usulan sebelumnya, karena khawatir kalau tetap melalui DRPD akan memicu politik uang”. (BPKK, 03/09/2014 Topik : RUU Pilkada Diputus September hal.2) Konteks tuturan : Tuturan diucapkan oleh Djohermansyah, selaku Direktur Jendral Otonomi Daerah yang menanggapi pemilihan kepala daerah. Penutur memiliki pengetahuan lama, apabila melewati jalur DPR banyak calon kepala daerah yang menyuap dengan uang hanya demi kursi kepala daerah. Penanda tuturan : Penanda intralingual ditandai oleh kalimat“Pengusulan wakil tidak lagi harus melalui persetujuan DRPD, seperti usulan sebelumnya, karena khawatir kalau tetap melalui DRPD akan memicu politik uang” untuk memunculkan daya ungkap dalam berita politik. Kalimat tersebut dipersepsi memiliki makna yang berisi pendapat dari penutur. Selain itu, untuk memperjelas efek komunikatif penutur dapat dilihat pada frasa “tidak lagi harus” yang merupakan pendapat dari penutur bahwa, sebaiknya pemilu diadakan secara langsung oleh rakyat. Penanda ekstralingual dimunculkan melalui konteks berupa fenomena praanggapan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
185
bahwa ketika pilkada di tentukan oleh DPRD, banyak calon yang menyuap untuk mendapatkan kursi pemimpin itu. 19) Data tuturan “Dengan tidak diwajibkannya pemasangan transmitter vessel monitoring system kepada usaha perikanan tangkap oleh asing, pencurian ikan di perairan Indonesia meningkat”. (BPKK, 03/09/2014 Topik : Stop Mafia Perikanan hal.3) Konteks tuturan : Tuturan diucapkan oleh Abdul Halim, selaku Sekertaris Jendral Koalisi Rakyat untuk Keadilan Perikanan yang menanggapi keadaan praktik mafia ikan di Indonesia mengenai permen-KP yang harus ditegaskan dan dilaksanakan sebaik mungkin. Penanda tuturan : Penanda intralingual ditandai oleh kalimat“Dengan tidak diwajibkannya pemasangan transmitter vessel monitoring system kepada usaha perikanan tangkap oleh asing, pencurian ikan di perairan Indonesia meningkat” untuk memunculkan daya informasidalam berita politik. Kalimat tersebut dipersepsi sebagai daya informasi karena di dalam kalimat tersebut terdapat informasi mengenai peningkatan pencurian ikan di Indonesia yang diakibatkan karena tidak diwajibkannya pemasangan transmitter vessel monitoring system. Selain itu adanya Permen-KP yang terkesan memberikan kelonggaran terhadap potensi penangkapan ikan ilegal. Penanda ekstralingual dimunculkan melalui konteks berupa fenomena praanggapan bahwa pencurian ikan di negara Indonesia yang semakin meningkat. Bahkan kapal asing masuk diwilayah perairan Indonesia dengan memalsukan pemakaian bendera Indonesia di kapalnya. 20) Data tuturan “Pencurian ikan bukan hanya di Indonesia, dunia juga”. (BPKK, 03/09/2014 Topik : Stop Mafia Perikanan hal.3) Konteks tuturan : Tuturan diucapkan oleh Menteri kelautan, Sharif Chicip yang menilai kondisi mafia perikanan saat ini sudah menyebar luas. Seperti di Filipan dan Malaysia yang juga memiliki wilayah laut yang luas. Penanda tuturan : Penanda intralingual ditandai oleh klausa “dunia juga” untuk memunculkan daya informasi dalam berita politik. Klausa tersebut dipersepsi sebagai daya informasi karena di dalam frasa tersebut terdapat informasi bahwa pencurian ikan juga terdapat di negara Filipina dan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
186
Malaysia. Negara-negara tetangga tersebut juga memiliki wilayah laut yang cukup luas. Penanda ekstralingual dimunculkan melalui konteks berupa fenomena praanggapan bahwa pencurian ikan yang sudah menyebar hampir di seluruh dunia. Seperti di yang terjadi di negara tetangga, seperti di Filipina dan Malaysia. 21) Data tuturan “Ke-58 calon itu terdiri dari lima perempuan dan 53 laki-laki. Salah satunya Pak Busyro Muqoddas”. (BPKK, 03/09/2014 Topik : Busyro Didukung hal.4) Konteks tuturan : Tuturan diucapkan oleh Amir yang merupakan Ketua Panitia Seleksi Pimpinan KPK yang memberitahu data calon pimpinan KPK. Penanda tuturan : Penanda intralingual ditandai oleh kalimat“Ke-58 calon itu terdiri dari lima perempuan dan 53 laki-laki. Salah satunya Pak Busyro Muqoddas” untuk memunculkan daya informasidalam berita politik. Kalimat tersebut dipersepsi sebagai daya informasi karena di dalam kalimat tersebut terdapat informasi mengenai data jumlah calon pimpinan KPK yang salah satunya adalah mantan pimpinan KPK terdahulu yaitu Busyro Muqoddas. Penanda ekstralingual dimunculkan melalui konteks berupa fenomena praanggapan bahwa banyak tokoh yang mencalonkan diri sebagai Ketua KPK. Seperti pak Busyro Muqqodas yang memiliki kinerja yang bagus pada masa kerja sebelumnya ketika menjadi Ketua KPK. Banyak dukungan yang ditunjukan kepadanya agar mencalonkan kembali menjadi Ketua KPK, karena kinerja Pak Busyro sendiri yang sangat membuat masyarakat menyukai sosok dirinya. Bahkan kasus-kasus besar dapat diberantas pada masa kepemimpinannya. Salah satunya kasus Nazarudin. 22) Data tuturan “Pak Busyro ini sebenarnya tak tergantikan, bahkan salah satu pimpinan KPK terbaik”. (BPKK, 03/09/2014 Topik : Busyro Didukung hal.4) Konteks tuturan : Tuturan diucapkan oleh Ganjar Bondon, Dosen Hukum Pidana UI yang menanggapi pencalonan ulang Busyro. Penutur memiliki pengetahuan lama ketika dalam masa pimpinan Busyro Muqoddas, dia dapat memberantas semua korupsi besar bahkan yang melibatkan Nazar cs sudah dibongkar habis oleh Busyro Muqoddas.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
187
Penanda tuturan : Penanda intralingual ditandai oleh klausa“pimpinan KPK terbaik” untuk memunculkan daya ungkap dalam berita politik. Klausa tersebut dipersepsi sebagai daya ungkap dari penutur, karena di dalam klausa tersebut terdapat ungkapan atau pendapat dari penutur mengenai kinerja Busyro selama ini, yang mana Busyro telah membabat habis kasus korupsi-korupsi besar bahkan yng melibatkan Nazar cs. Penanda ekstralingual dimunculkan melalui konteks berupa fenomena praanggapan bahwa sepak terjang Pak Busyro sangat bagus. Bahkan beliau sudah memberantas kasus-kasus besar seperti kasus Nazar cs. 23) Data tuturan “Tidak harus superman (manusia super) atau orang sekelas nabi. Orang popular juga sulit karena pertemanannya banyak”. (BPKK, 03/09/2014 Topik : Busyro Didukung hal.4) Konteks tuturan : Tuturan diucapkan oleh Ganjar yang memiliki pengetahuan lama bahwa, selama ini pimpinan KPK diberikan kepada mereka yang termasuk kalangan hebat. Padahal tokoh muda yang memiliki pengetahuan hukum juga bisa dijadikan pemimpin. Penanda tuturan : Penanda intralingual ditandai oleh kalimat“Orang popular juga sulit karena pertemanannya banyak” untuk memunculkan daya sindir dalam berita politik.Kalimat tersebut dipersepsi sebagai daya sindir karena di dalamnya terdapat sindiran terhadap panitia pemilihan KPK, yang mana tokoh yang memahami hukum lah yang sebenarnya dibutuhkan. Walaupun itu bukan dari kalangan hebat tetapi, dari tokoh muda yang memiliki pengetahuan hukum yang baik juga dapat dijadikan pemimpin.Penanda ekstralingual dimunculkan melalui konteks berupa fenomena praanggapan bahwa tokoh muda yang memahami hukum mungkin lebih memberi harapan. Karena yang dibutuhkan adalah ilmunya tentang hukum dan semangat juangnya yang tinggi. 24) Data tuturan “Jangan hanya terpaku pada kasus-kasus besar. Jangan-jangan empat tahun diperiksa dan disidang tetapi tidak ada satu pun yang selesai”. (BPKK, 03/09/2014 Topik : Busyro Didukung hal.4) Konteks tuturan : Tuturan diucapkan oleh Ganjar yang memiliki pengetahuan lama bahwa KPK selama ini hanya fokus menangani kasus-kasus besar dan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
188
menyampingkan kasus-kasus kecil. Dimana kasus korupsi pada anggota kader partai lebih diutamakan dari pada kasus korupsi pada masyarakat biasa. Penanda tuturan : Penanda intralingual ditandai oleh diksi “Jangan hanya terpaku pada kasus-kasus besar” untuk memunculkan daya kritik dalam berita politik. Diksi tersebut dipersepsi sebagai kritikan terhadap KPK yang hanya terpaku pada kasus besar dan diduga tidak dapat menyelesaikannya dalam waktu empat tahun tersebut. Penutur menduga empat tahun berjalan kasus yang ditangani KPK tidak akan selesai karena terpaku pada kasus-kasus besar saja. Penanda ekstralingual dimunculkan melalui konteks berupa fenomena praanggapan berupa kasus yang menimpa Nazaruddin. Dia terhimpit dua kasus besar yaitu kasus suap Kemenpora dan dugaan suap Sekjen MK Janedjri. Selain itu ada kasus korupsi Bank Century. Dalam mengatasi kasus ini membutuhkan waktu yang cukup lama, dan menomerduakan kasus-kasus kecil seperti kasus korupsi dalam masyarakat biasa. KPK selama ini hanya terfokus terhadap kasus korupsi yang melibatkan pejabat, perusahaan, dan aparat pemerintahan. 25) Data tuturan “Semoga pekan ini kami bisa menyelesaikan proses. Saya tidak bisa berjanji, tetapi tak lama lagi”. (BPKK, 03/09/2014 Topik : Busyro Didukung hal.4) Konteks tuturan : Tuturan diucapkan oleh Abraham Samad, Ketua KPK yang menjawab pertanyaan mengenai penyelesaian kasus korupsi di Kementerian ESDM yaitu Jero Wacik. Penanda tuturan: Penanda intralingual ditandai oleh diksi “semoga” untuk memunculkan daya harap dalam berita politik. Diksi tersebut dipersepsi sebagai daya harap karena diksi tersebut merupakan harapan dari penutur agar KPK dapat menyelesaikan kasus yang sedang ditanganinnya secepat mungkin Penanda ekstralingual dimunculkan melalui konteks berupa fenomena praanggapan bahwa perlu satu tahap lagi untuk mengambil keputusan atas kasus yang melibatkan Jero Wacik.
26) Data tuturan “Kita harus percaya bahwa dewan etik (MKD) bekerja secara objektif”. (BPKK, 04/09/2014 Topik : Anggota DPR Tidak Boleh Diistimewakan)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
189
Konteks tuturan : Tuturan diucapkan oleh Totok Daryanto, anggota DPR yang meyakinkan bahwa dewan etik tidak bekerja secara eksklusif atau tertutup. Penanda tuturan : Penanda intralingual ditandai oleh klausa “kita harus percaya” untuk memunculkan daya paksadalam berita politik. Pada klausa tersebut dipersepsi sebagai daya paksa karena memiliki makna memaksa atau meminta, dimana penutur meminta mitra tutur agar percaya terhadap kinerja dewan etik yang bekerja secara objektif. Penanda ekstralingual dimunculkan melalui konteks berupa fenomena praanggapan bahwa selama ini dewan etik tidak bekerja secara eksklusif atau tertutup. Seperti ketika dewn etik diberi tugas untuk menelusuri, mencari keterangan, dan memeriksa. Pengusutan tersebut harus dilakukan secara objektif dan sesuai dengan fakta. 27) Data tuturan “Masak malaikat mau dites sama setan”.(BPKK, 04/09/2014 Topik : Total 104 Pendaftar hal.5) Konteks tuturan : Tuturan diucapkan oleh Asep Iwan, ahli Hukum Pidana dimana penutur memiliki pengetahuan lama bahwa seleksi pada tahap DPR sudah tidak dipercayai lagi, terutama oleh calon pimpinan yang jujur dan kredibel. Penanda tuturan : Penanda intralingual ditandai oleh kalimat“Masak malaikat mau dites sama setan” untuk memunculkan daya sindirdalam berita politik. Kalimat itu dipersepsi sebagai sindirian terhadap sistem tes yang harus dilalui calon pimpinan KPK di tingkat DPR. Hal ini dikarenakan masyarakat sudah tidak percaya lagi terhadap anggota DPR yang diibaratkan sebagai “setan”. Sedangkan orang-orang yang jujur dan kredibel diibartkan sebagai malaikat. Keduanya mengandung gaya bahasa perumpaan yang mengibaratkan orang sebagai malaikat atau setan. Penanda ekstralingual dimunculkan melalui konteks berupa fenomena praanggapan bahwa kebanyakan orang sudah tidak percaya lagi kepada DPR. Hal ini dikarenakan kinerja DPR sebagai wakil rakyat akan tetapi kebanyakan kasus korupsi justru banyak melibatkan anggota DPR itu sendiri. 28) Data tuturan “ Khusus untuk advokat, harus dipastikan mereka tidak pernah membela kasus korupsi”. (BPKK, 05/09/2014 Topik : Masukan Publik Ditunggu hal.3)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
190
Konteks tuturan : Tuturan diucapkan oleh Lalola Easter, anggota koalisi dan juga divisi Hukum dan Monitoring yang menanggapi tahap seleksi calon pimpinan KPK dimana seleksi tahap IV adalah penelusuran rekam jejak calon pada 22-26 September 2014. Penanda tuturan : Penanda intralingual ditandai oleh klausa “khusus untuk advokat” untuk memunculkan daya penegasan dalam berita politik. Klausa tersebut dipersepsi mengandung makna penegasan atau kekhususan untuk advokat yang bersih dari kasus pembelaan korupsi. Penanda ekstralingual dimunculkan melalui konteks berupa fenomena praanggapan bahwa pemimpin KPK harus seorang yang bebas dari konflik kepentingan politik dan bisnis. Advokat harus memiliki jiwa yang bersih agar dapat membela yang semestinya. 29) Data tuturan “ Tidak terlihat pula kesungguhan DPR bersikap transparan dan akuntabel”. (BPKK, 05/09/2014 Topik : Stop Pembahasan TataTertib DPR hal.5) Konteks tuturan : Tuturan diucapkan oleh Ronald, Direktur Advokasi yang menanggapi tata tertib DPR, dimana DPR menambah kewenangannya, tetapi tidak menyediakan ruang pengawasan yang memadai. Penanda tuturan: Penanda intralingual ditandai oleh kalimat “Tidak terlihat pula kesungguhan DPR bersikap transparan dan akuntabel” untuk memunculkan daya ungkap dalam berita politik. Kalimat tersebut dipersepsi sebagai ungkapan pendapat dari penutur, yang melihat kinerja DPR untuk bekerja dengan penuh tanggung jawab. Penanda ekstralingual dimunculkan melalui konteks berupa fenomena praanggapan bahwa DPR sendiri tidak memiliki keinginan untuk menjadikan DPR periode mendatang menjadi lebih baik. Hal itu tampak dari UU MD3 yang baru, dimana DPR malah menambah kewenangannya tetapi tidak menyediakan ruang pengawasan yang memadai. 30) Data tuturan “ Saya kira itu baik untuk Pak Jero agar dia fokus dan berkonsentrasi pada masalah yang dihadapi”. (BPKK, 06/09/2014 Topik : Jero Mundur sebagai Menteri hal.3).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
191
Konteks tuturan : Tuturan diucapkan oleh Amir Syamsuddin untuk menanggapi pengunduran diri Jero Wacik dari jabatan menteri. Hal ini dikarenakan Jero Wacik terjerat dalam kasus korupsi. Penanda tuturan : Penanda intralingual ditandai oleh kalimat“ Saya kira itu baik untuk Pak Jero agar dia fokus dan berkonsentrasi pada masalah yang dihadapi”untuk memunculkandaya ungkap dalam berita politik. Kalimat tersebut dipersepsi sebagai daya ungkap karena berisi pendapat dari Amir kepada Jero Wacik agar fokus terhadap masalah yang dihadapinya. Penanda ekstralingual dimunculkan melalui konteks berupa fenomena praanggapan bahwa Jero Wacik tersangkut kasus dugaan pemerasan di Kementerian Energy dan Sumber Daya Mineral (ESDM). Selain itu Jero juga didera kasus lain yaitu ditetapkan sebagai tersangka tindak pidana korupsi saat menjabat sebagai Menteri Kebudayaan dan Pariwisata tahun 2008-2011. Sedangkan suasana yang terdapat dalam tuturan adalah suasana sedih dan syok.
31) Data tuturan “ Mungkin Pak Jero kaget, tidak menyangka”.(BPKK, 06/09/2014 Topik : Jero Mundur sebagai Menteri hal.3) Konteks tuturan : Tuturan diucapkan oleh Amir Syamsuddin, Menteri hukum yang menanggapi keadaan pengunduruan diri Jero Wacik karena Jero sendiri sudah mendatangani pakta integritas. Penanda tuturan : Penanda tuturan ditandai oleh kalimat “Mungkin Pak Jero kaget, tidak menyangka” untuk memunculkan daya sindir dalam berita politik. Kalimat tersebut dipersepsi sebagai daya sindir yang ditunjukan kepada Jero Wacik karena kasus yang menimpanya secara berurutan. Seperti tersangkut kasus korupsi dan membawanya untuk hengkang dari kursi anggota Partai Demokrat karena dirinya sudah mendatangani pakta integritas. Penanda ekstralingual dimunculkan melalui konteks berupa fenomena praanggapan bhawa Jero Wacik tersangkut dua kasus korupsi yaitu kasus dugaan pemerrasan di Kementerian Energy dan Sumber Daya Mineral (ESDM) dan tersangka tindak pidana korupsi saat menjabat sebagai Menteri Kebudayaan dan Pariwisata tahun 2008-2011. Kedua kasus itu membuat Jero terdiam karena dirinya menganggap sudah bekerja secara maksimal dan sebaik mungkin.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
192
32) Data tuturan “ Korupsi di Indonesia ini struktural banget. Peran-perannya juga struktural karena banyak pihak yang sangat berkepentingan”. (BPKK, 06/09/2014 Topik : Jero Mundur sebagai Menteri hal 3). Konteks tuturan Tuturan diucapkan oleh Busyro Muqoddas selaku Ketua Umum KPK yang menanggapi kasus yang menjerat Jero Wacik. Bahwa di Negara Indonesia korupsi tidak dapat dikerjakan secara individual. Berbagai pihak saling memiliki peran dan bekerjasama. Penanda tuturan Penanda intralingual ditandai oleh kalimat “ Korupsi di Indonesia ini struktural banget.” untuk memunculkan daya sindir dalam berita politik. Kalimat tersebut dipersepsi sebagai daya sindir dimana Ketua KPK menyindir kasus korupsi yang ada di Indonesia ini. Tersangka yang terjerat kasus korupsi ini bekerja terstruktur sesuai perannya. Penanda ekstralingual dimunculkan melalui konteks berupa fenomena praanggapan bahwa korupsi di Indonesia menyeret banyak pihak yang terkait dengan kasus korupsi yang ada. Seperti kasus korupsi proyek Hambalang yang menyeret nama Anas Urbaningrum. Selain itu kasus tersebut juga sebelumnya telah menyeret menteri Pemuda dan Olahraga Andi Alfian Mallarangeng serta Kepala Biro Keuangan dan Rumah Tangga Kemenpora Deddy Kusdinar. 33) Data tuturan “ Jokowi harus mempunyai orang untuk menjadi kepanjangn tangannya yang berani menunjukan mana yang sungguh baik dan buruk.”. (BPKK, 06/09/2014 Topik : Utamakan Integritas dan Kompetensi hal.3) Konteks tuturan : Tuturan diucapkan oleh Anton Supit, Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia yang menanggapi pemerintahan Jokowi. Penanda tuturan : Penanda intralingual ditandai oleh diksi “harus” untuk memunculkan daya paksa. Diksi tersebut dipersepsi sebagai daya paksa karena penutur menginginkan Jokowi memiliki kanan tangan agar dapat menunjukan mana yang baik dan mana yang buruk. Serta dapat memberikan masukan terbaik tentang kinerja dan perilaku menterinya. Penanda ekstralingual dimunculkan melalui konteks berupa fenomena praanggapan bahwa seorang pemimpin harus memiliki orang kepercayaan yang bersikap jujur. Dengan adanya orang kepercayaan tentu Jokowi akan bekerja semaksimal
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
193
mungkin dengan bantuan dari orang kepercayaannya yang memiliki jiwa yang jujur, tegas, dan adil. 34) Data tuturan “ Kalau dipikir-pikir, ngapain juga kita ekspor. Mendingan kita stop ekspor minyak. Kita mengolah sendiri untuk kebutuhan dalam negeri sendiri dulu. Sekarang ini, kita seolah-olah ekspor dan dapat penghasilan, tetapi juga mengeluarkan anggaran subsidi. Prinsipnya energi harus diutamakan untuk kebutuhan dalam negeri dulu. (BPKK, 06/09/2014 Topik : Utamakan Integritas dan Kompetensi hal.3) Konteks tuturan : Tuturan diucapkan oleh Haryadi yang menanggapi minyak mentah yang diekspor ke Indonesia nilainya hampir mencapai Rp 300 triliun. Ironisnya, besaran subsidi minyak juga hampir Rp 300 triliun. Penanda tuturan : Penanda intralingual ditandai oleh kalimat “ prinsipnya, energi harus diutamakan untuk kebutuhan dalam negeri dulu” untuk memunculkan daya ungkapdalam berita politik. Kalimat tersebut dipersepsi sebagai ungkapan penutur agar pemerintah memikirkan kepentingan dalam negeri dahulu dari pada luar negeri. Dari pada pemerintah kerja 2 kali yang mana hasilnya sama, lebih baik kerja sekali untuk mengolah minyak mentah dan digunakan oleh negara sendiri itu jauh lebih baik. Penanda ekstralingual dimunculkan melalui konteks berupa fenomena praanggapan bahwa hasil dari ekspor tidak mendapatkan keuntungan karena pemerintah tetap mengeluarkan anggaran untuk subsidi. Lebih baik olah sendiri dan utamakan untuk kebutuhan dalam negeri. Kalaupun ada keuntungan atau pun kerugian, setidaknya kebutuhan dalam negeri tetap terpenuhi. Dimana minyak mentah yang diekspor Indonesia nilainya hampir mencapai Rp 300 triliun. Ironisnya, besaran subsidi minyak juga hampir Rp 300 triliun. 35) Data tuturan “ Kesalahan Jero Wacik mungkin tidak seratus persen kesalahan dia. Namun, (lebih) karena dia tidak paham seluk beluk proses migas yang rumit membuat dia tidak sadar kalau dia terpeleset”.(BPKK, 07/09/2014 Topik :Problem Kapabilitas Menteri hal.2) Konteks tuturan : Tuturan diucapkan Dewi Aryani, anggota DPR yang menanggapi kasus yang menjerat Jero Wacik. Dimana hal ini dikarenakan pemilihan pejabat yang kurang ahli dibidangnya, seperti Jero Wacik.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
194
Penanda tuturan : Penanda intralingual ditandai oleh kalimat “Kesalahan Jero Wacik mungkin tidak seratus persen kesalahan dia”untuk memunculkan daya ungkapdalam berita politik. Kalimat tersebut dipersepsi sebagai bentuk ungkapan mengenai masalah yang menyeret Jero Wacik atas tindakan penyelewangan di kemeterian. Dimana posisi itu bukan bidangnya Jero Wacik. Seperti masyarakat ketahui Jero Wacik merupakan mantan Menteri Kebudayaan dan Pariwasata. Penanda ekstralingual dimunculkan melalui konteks berupa fenomena praanggapan bahwa latar belakang Jero Wacik merupakan lulusan dari beberapa Perguruan Tinggi ternama di Indonesia. Selama menempuh pendidikan, Jero Wacik belajar dalam bidang Teknik mesin dan berada di Fakultas Ekonomi UI. Setelah bergabung dalam partai usungan SBY, pada akhirnya membawanya menjadi Menteri Kebudayaan dan Pariwisata tahun 2004-2009 dan menjabat Menteri Energi dan sumber Daya Mineral periode 2011-2014. 36) Data tuturan “ Mafia ini kan, banyak. Ada mafia yang berkuasa saat ini, sudah ada juga persiapan melahirkan anak mafia atau malah membentuk mafia baru”.(BPKK, 07/09/2014 Topik :Problem Kapabilitas Menteri hal.2) Konteks tuturan : Tuturan diucapkan oleh Dewi untuk menanggapi praktik mafia migas, dimana mafia migas masih ada saat Jokowi-JK berkuasa. Penanda tuturan : Penanda intralingual ditandai oleh kalimat“ Mafia ini kan, banyak. Ada mafia yang berkuasa saat ini, sudah ada juga persiapan melahirkan anak mafia atau malah membentuk mafia baru”untuk memunculkan daya sindir dalam berita politik. Kalimat tersebut dipersepsi sebagai daya sindir dilihat pada struktur wacananya, dimana wacana tersebut merupakan ungkapan penutur mengenai mafia migas di Indonesia. Jero Wacik termasuk salah satu mafia migas yang sudah terungkap dan masih ada mafia migas lain yang diduga terlibat yaitu orang-orang di lingkaran Jokowi-JK. Penanda ekstralingual dimunculkan melalui konteks berupa fenomena praanggapan bahwa mafia migas merupakan sekelompok mafia yang tidak dapat bekerja sendiri. Jika satu dari mafia terungkap, pasti masih banyak mafia yang terkait. Bahkan untuk menjaga agar mafia tersebut tidak punah, maka munculah mafi baru. Seperti munculnya nama Sudirman Said sebagai kandidiat kuat calon Menteri ESDM. Dimana Sudriman Said sendiri memiliki rekam jejak yang kurang baik untuk mengurusi energy migas dan minyak ini. Seperti diketahui, Sudirman di
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
195
kalangan bisnis migas dikenal sebagai “mafia migas” dengan strateginya seolah memotong impor minyak, tetapi malah menerapkan skema seolaholah imortir langsung tapi menjadi broker minyak. Hal ini yang mendukung kuat terbentuknya mafia migas baru yang akan mempernuruk wajah Pemerintahan Jokowi. 37) Data tuturan “Kementerian ESDM sebenarnya sudah sangat hati-hati dalam menjalankan tugasnya guna mencegah penyelewengan anggaran dan kewenangan”(BPKK, 07/09/2014 Topik :Problem Kapabilitas Menteri hal.2) Konteks tuturan: Tuturan diucapkan oleh Saleh Abdurahman yang menaggapi kinerja Kementerian ESDM yang bekerja dengan baik. Penanda tuturan : Penanda intralingual ditandai oleh kalimat“Kementerian ESDM sebenarnya sudah sangat hati-hati dalam menjalankan tugasnya guna mencegah penyelewengan anggaran dan kewenangan” untuk memunculkan daya informasi. Kalimat tersebut dipersepsi sebagai daya informasi karena mengandung informasi bahwa kinerja kementerian ESDM sudah sangat hati-hati dalam mencegah adanya penyelewengan anggaran dan kewenangan. Penanda ekstralingual dimunculkan melalui konteks berupa fenomena praanggapan bahwa Kementerian ESDM meminta bantuan Inspektorat jendral dan juga audit berkala oleh Badan Pemeriksaan Keungan. Mereka meminta bantuan agar terhindar dari penyelewengan anggaran dan kewenangan. 38) Data tuturan “ Akhirnya gugatan kita hanya lewat jalanan saja. Jika petisi ditanggapi, itu seolah hanya bonus”.(BPKK, 08/09/2014 Topik : Warga Mimpikan Hak Petisi hal.2) Konteks tuturan : Tuturan diucapkan oleh Dian, Mayarakat Antinuklir yang menanggapi Hak Petisi. Beliau memiliki pengetahuan lama, bahwa di Indonesia jika ada pejabat yang dipetisi, tidak ada kewajiban untuk merespons petisi tersebut. Penanda tuturan : Penanda intralingual ditandai oleh kalimat “Jika petisi ditanggapi, itu seolah hanya bonus”untuk memunculkandaya sindir dalam berita politik. Kalimat tersebut dipersepsi berisi sindiran terhadap hak petisi yang tidak
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
196
dihiraukan oleh pejabat. Seperti pada klausa “itu seolah hanya bonus”. Klausa tersebut yang memperkuat adanya daya sindirian karena memiliki makna menyindir. Dimana di Indonesia Hak petisi itu tidak ada gunanya karena tidak masuk dalam aturan yang ada. Penanda ekstralingual dimunculkan melalui konteks berupa fenomena praanggapan bahwa di Jepang setiap petisi warga serius disampaikan dan ditanggapi karena dijamin konstitusi. Sedangkan di Indonesia jika ada pejabat yang dipetisi, tidak ada kewajiban untuk merespon petisi tersebut. 39) Data tuturan “ Kita prihatin dengan kondisi yang menimpa ketua umum”(BPKK, 08/09/2014 Topik : PPP Merasa Terpasung KPK hal.2) Konteks tuturan : Tuturan diucapkan oleh Asgar Djuhaepa selaku Ketua DPW Sulawesi Tengah untuk menanggapi kasus korupsi penyelenggaraan haji tahun 2012/2013 yang menjerat Ketua Umum Suryadharma Ali. Penanda tuturan : Penanda intralingual ditandai oleh kalimat “Kita prihatin dengan kondisi yang menimpa ketua umum”untuk memunculkan daya ungkap dalam berita politik. Kalimat tersebut dipersepsi sebagai daya ungkap karena mengandung ungkapan keprihatinan penutur atas kasus yang menimpa Suryadharma Ali atas kasus korupsi Penyelenggaraan haji tahun 20122013. Penanda ekstralingual dimunculkan melalui konteks berupa fenomena praanggapan bahwa hasil rapat menjelaskan bahwa Suryadharma Ali telah meningkatkan pelayanan penyelenggaraan haji. Peningkatan yang telah dilakukan saat Menjabat Menteri Agama salah satunya mendekatkan lokasi pemondokan haji dari 4 kilometer menjadi 1 kilometer. 40) Data tuturan “ Saya hanya disuruh pimpinan untuk menyebarkan informasi itu kepada seluruh anggota DPW atau DPC”. (BPKK, 08/09/2014 Topik : PPP Merasa Terpasung KPK hal.2) Konteks tuturan : Tuturan diucapkan oleh Suharjo, selaku staf Sekretaris DPP PPP untuk menanggapi acara sosialisasi bantuan rumah susun sederhana sewa (rusunawa). Penanda tuturan : Penanda intralingual ditandai oleh kalimat “Saya hanya disuruh pimpinan untuk menyebarkan informasi itu kepada seluruh anggota DPW atau
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
197
DPC”untuk memunculkan daya penegasan dalam berita politik.Kalimat tersebut dipersepsi sebagai daya penegasan terhadap pesan singkat yang tertulis dalam SMS mengenai acara silaturahmi beserta Ketua Umum DPP PPP untuk menggelar sosialisasi rusunawa di Hotel Sultan, Jakarta. Selain itu untuk mengingt efisien waktu, dalam acara tersebut setiap DPW membawa 2 orang calon penerima bantuan rusunawa yang sudah diusulkan sebelumnya lewat sms sekaligus membawa proposal untuk mendapatkan pengarahan terkait SK yang dilakukan di tempat yang berbeda. Penanda ekstralingual dimunculkan melalui konteks berupa fenomena praanggapan bahwa penutur merupakan staf sekretaris DPP PPP yang bertugas mengurusi acara dari Ketua Umum DPP PPP. 41) Data tuturan “ Tetapi, sampai sekarang belum pernah ada yang minta itu”(BPKK, 08/09/2014 Topik : Seleksi Menteri Rawan hal.3) Konteks tuturan : Tuturan diucapkan oleh Busyro Muqoddas selaku Ketua umum KPK yang menanggapi seleksi calon menteri di pemerintahan Jokowi-JK. Bahwa sebelumnya, Jokowi-JK meminta bantuan kepada KPK untuk memberikan informasi tentang rekam jejak calon menteri di kabinet. Penanda tuturan : Penanda intralingual ditandai oleh kalimat “ Tetapi, sampai sekarang belum pernah ada yang minta itu” untuk memunculkan daya penegasan dalam berita politik. Kalimat tersebut dipersepsi sebagai daya penegasan terhadap mitra tutur, bahwa sampai sekarang Jokowi-JK belum meminta kepada KPK dan PPATK untuk membantu dalam menyeleksi calon menteri, seperti yang sudah dijanjikan Jokow-JK sebelumnya. Penanda ekstralingual dimunculkan melalui konteks berupa fenomena praanggapan bahwa Jokowi –JK sudah berjanji untuk melibatkan KPK dan PPATK untuk menyeleksi calon menteri dan memberikan informasi rekam jejak dalam hal korupsi atau keungan. Namum kenyataanya sampai saat ini belum ada perintah dari Jokowi-JK untuk melibatkan KPK dan PPATK dalam tahap seleksi tersebut.
42) Data tuturan “ Jokowi-JK seyogyanya belajar dari kekurangan Kabinet SBY sehingga penunjukan menteri harus lebih diletakan bukan saja pada merit system, tetapi juga rekam jejak”(BPKK, 08/09/2014 Topik : Seleksi Menteri Rawan hal.3)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
198
Konteks tuturan Tuturan diucapkan oleh Busyro Muqoddas untuk menanggapi pemerintahan baru dan penyeleksian calon menteri dalam kabinet baru. Busyro memiliki pengetahuan lama bahwa hingga saat ini sudah ada tiga menteri aktif Kabinet Indonesia Bersatu di bawah kepemimpinan Susilo Bambang Yudhoyono yang menjadi tersangka korupsi. Penanda tuturan Penanda intralingual ditandai oleh kalimat “ Jokowi-JK seyogyanya belajar dari kekurangan Kabinet SBY sehingga penunjukan menteri harus lebih diletakan bukan saja pada merit system, tetapi juga rekam jejak”untuk memunculkan daya saran dalam berita politik. Kalimat tersebut dipersepsi sebagai daya saran karena terdapat saran kepada pemerintahan Jokowi-JK. Saran tersebut berupa masukan agar pemilihan menteri lebih didasarkan pada rekam jejak dalam hal korupsi ataupun keungan. Penanda ekstralingual dimunculkan melalui konteks berupa fenomena praanggapan bahwa dalam Kabinet Indonesia Bersatu di bawah kepemimpinan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono banyak yang menjadi tersangka kasus korupsi. Beberapa diantaranya adalah mantan Menteri Pemuda dan Olahraga Andi Alfian Malarangeng, mantan Menteri Agama Suryadharma Ali, dan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Jero Wacik. 43) Data tuturan “ Presiden terpilih Joko Widodo, yang mengampanyekan perlunya revolusi mental, mengajak semua warga mulai bekerja keras dan memikirkan hal-hal konstruktif untuk Indonesia”. (BPKK, 09/09/2014 Topik : PPP Revolusi Mental Dimulai hal.3) Konteks tuturan Tuturan diucapkan oleh penutur untuk menanggapi kampanye Jokowi terkait revolusi mental untuk membangun Indonesia dengan mempromosikan eksotika Indonesia di kancah dunia. Penanda tuturan Penanda intralingual ditandaioleh kalimat “ Presiden terpilih Joko Widodo, yang mengampanyekan perlunya revolusi mental, mengajak semua warga mulai bekerja keras dan memikirkan hal-hal konstruktif untuk Indonesia”untuk memunculkan daya paksa dalam berita politik. Kalimat tersebut dipersepsi sebagai daya paksa karena terdapat ajakan Jokowi kepada seluruh warga untuk bekerja keras salah satunya dengan mempromosikan kekayaan yang dimiliki oleh negara kita yang sangat kaya ini. Penanda ekstralingual dimunculkan melalui konteks berupa
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
199
fenomena praanggapan bahwa Indonesia adalah negara yang sangat kaya akan industry kreatif dan pariwisatanya. Kekayaan alam dan budaya yang dimiliki oleh negara ini sungguh luar biasa. Beberapa diantaranya adalah kekayaan industri kreatifnya berupa film, musik, seni pertunjukan, tari, animasi, games atau permainan, dan ada juga produk-produk kreatif kampong, seperti tenun bordir dan batik. Selain itu ada produk pariwisata berupa pantai, gunung, danau, sungai, dan kawah.
44) Data tuturan “ Nanti saya mau Tanya Pak Hermawan, jagonya marketing siapa saja sih. Jangan hanya memarketingi korporat saja. Negara ini juga perlu dimarketingi”.(BPKK, 09/09/2014 Topik : PPP Revolusi Mental Dimulai hal.3) Konteks tuturan Tuturan diucapkan oleh Jokowi untuk menanggapi calon menteri di bawah pimpinannya yang harus berasal dari marketing. Penanda tuturan Penanda intralingual ditandai oleh kalimat “Jangan hanya memarketingi korporat saja.” untuk memunculkan daya sindir dalam berita politik. Wacana tersebut dipersepsi sebagai daya sindir karena terdapat sindiran Jokowi atas kinerja menteri yang kurang bisa memahami teknik marketing terhadap produk yang dimiliki negara. Selama ini menteri hanya bisa memarketingi urusan perusahaan besar sampai mereka lupa kalau negara ini juga perlu dimarketingi karena kekayaan dan asset negara yang begitu kaya. Penanda ekstralingual dimunculkan melalui konteks berupa fenomena praanggapan bahwa Jokowi sebagai presiden yang sudah berorientasi pada marketing. Selain itu dengan adanya kekayaan yang dimiliki negara Indonesia ini sungguh dapat membuahkan hasil apabila dikelola dan dimarketingi dengan baik. 45) Data tuturan “ Dengan pilkada langsung, calon pemimpin pasti akan terjun ke masyarakat untuk bertemu dan melihat langsung persoalan disana. Oleh karena itu, ketika dia memerintah, tanggung jawabnya kepada masyarakat sangat besar”.(BPKK, 10/09/2014 Topik : Apkasi-Apkasi Tolak Pemilihan oleh DPRD hal.2) Konteks tuturan Tuturan diucapkan oleh Bupati Maluku Tenggara Anderias Rantanubun yang menanggapi pemilihan kepala daerah oleh DPRD. Pemilihan daerah
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
200
oleh DPRD kurang memiliki tanggung jawab dan cenderung tunduk dengan kemauan DPRD. Penanda tuturan Penanda intralingual ditandai oleh kalimat “ Dengan pilkada langsung, calon pemimpin pasti akan terjun ke masyarakat untuk bertemu dan melihat langsung persoalan disana.”untuk memunculkan daya ungkap dalam berita politik. Kalimat tersebut dipersepsi sebagai daya ungkap karena berisi ungkapan atau tanggapan dari Anderias bahwa dengan pilkada langsung akan memberikan tanggung jawab yang besar terhadap pemimpin terpilih. Selain itu dapat menjamin kesejahteraan rakyat atas hak mereka dalam memilih pemimpinnya sendiri. Penanda ekstralingual dimunculkan melalui konteks berupa fenomena praanggapan bahwa dalam pemilihan melalui DPRD, kepala daerah sudah terbiasa berpolitik uang. Hal ini tentu akan memicu hal yang tidak baik dan merusak tatanan pemerintahan. Dengan pemilihan DPRD juga membuat pemimpin terpilih cenderung tunduk terhadap kemuan DPRD atau partai yang mengusungnya. 46) Data tuturan “ Tidak betul” (BPKK, 10/09/2014 Topik : Diduga dana ke Daniel hal.3) Konteks tuturan Tuturan diucapkan oleh Daniel untuk menanggapi kasus korupsi aliran dana dari menteri ESDM yang menganggap dirinya menerima aliran dana atas jasa konsultasi terhadap Jero Wacik. Penanda tuturan Penanda intralingual ditandai oleh klausa “tidak betul” untuk memunculkan daya bantah dalam berita politik. Klausa tersebut dipersepsi sebagai daya bantah karena merupakan bantahan dari Daniel atas dugaan yang mengatakan dirinya menerima aliran dana dari menteri ESDM atas jasa konsultasi. Penanda ekstralingual dimunculkan melalui konteks berupa fenomena praanggapan bahwa Daniel merupakan staf khusus Presiden SBY Bidang Komunikasi Politik. Selain itu rekam jejak Daniel juga terbilang baik dan jauh dari kasus korupsi.
47) Data tuturan “ Bantahan pernah menjadi konsultanbagi Jero itu disampaikan Daniel saat diperiksa penyidik KPK sebagai saksi untuk tersangka, Jero.”(BPKK, 10/09/2014 Topik : Diduga dana ke Daniel hal.3)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
201
Konteks tuturan Tuturan diucapkan oleh Daniel untuk menanggapi kasus korupsi aliran dana dari menteri ESDM yang menganggap dirinya menerima aliran dana atas jasa konsultasi terhadap Jero Wacik. Penanda tuturan Penanda intralingual ditandai oleh kalimat “ Bantahan pernah menjadi konsultanbagi Jero itu disampaikan Daniel saat diperiksa penyidik KPK sebagai saksi untuk tersangka, Jero” untuk memunculkan daya bantah dalam berita politik. Kalimat tersebut dipersepsi sebagai daya bantah karena mengandung bantahan Daniel atas dugaan menerima aliran dana dari menteri ESDM terkait jasa konsultasi. Penanda ekstralingual dimunculkan melalui konteks berupa fenomena praanggapan bahwa Daniel merupakan sosok yang memiliki rekam jejak yang baik, bahkan sampai sekarang tidak ada kasus korupsi yang menjeratnya. Daniel juga merupakan staf khusus Presiden SBY dalam Bidang Komunikasi Politik. 48) Data tuturan “ Banyak birokrasi yang tidak bisa membaca not, tidak bisa bermain music. Nyanyi pun sebagian lipsing, sebagian lainnya sumbang. Kita mesti mengecek ulang, siapa yang tidak bisa main music, tidak bisa baca not balok nanti pension dini. “(BPKK, 10/09/2014 Topik : Birokrasi Butuh Langkah Ekstrem hal.5) Konteks tuturan Tuturan diucapkan oleh Sofjan Wanandi selaku Ketua Umum APINDO yang menanggapi revolusi mental yang diusung pasangan presiden dan wakil presiden Joko widodo- Jusuf Kalla yang dimulai dari birokrasi. Penanda tuturan Penanda intralingual ditandai oleh kalimat “ Banyak birokrasi yang tidak bisa membaca not, tidak bisa bermain music.” untuk memunculkan daya sindir dalam berita politik. Kalimat tersebut dipersepsi sebagai daya sindir karena di dalam struktur wacana tersebut mengandung sindiran penutur atas kinerja menteri selama ini. Sindiran tentang “tidak bisa membaca not” berarti mengibaratkan sebagai menteri yang tidak paham atas bidang yang diembannya dalam pemerintahan. Menteri atau pejebat dalam pemerintahan tidak paham atas bidangnya bahkan mereka tidak tau apa yang harus mereka kerjakan. Sedangkan sindrian tentang “nyanyi pun lipsing bahkan lainnya sumbang”. Hal ini diibaratkan sebagai pejabat yang tidak bisa bekerja sesuai dengan bidang yang diembannya. Penanda ekstralingual dimunculkan melalui konteks berupa fenomena praanggapan bahwa banyak menteri yang bekerja bukan pada bidangnya. Seperti Jero
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
202
Wacik merupakan mantan Menteri Kebudayaan dan Pariwasata, latar belakang Jero Wacik merupakan lulusan dari beberapa Perguruan Tinggi ternama di Indonesia. Selama menempuh pendidikan, Jero Wacik belajar dalam bidang Teknik mesin dan berada di Fakultas Ekonomi UI. Setelah bergabung dalam partai usungan SBY, pada akhirnya membawanya menjadi Menteri Kebudayaan dan Pariwisata tahun 2004-2009 dan menjabat Menteri Energi dan sumber Daya Mineral periode 2011-2014. Jika dilihat dari latar belakangnya Jero Wacik dapat dikatakan tidak begitu paham dalam bidangnya. Hal inilah yang menyebabkan Jero Wacik tersandung kasus atas dugaan pemerasaan di kementerian ESDM. 49) Data tuturan “ Kami memberi kesempatan Pak SDA berkonsentrasi menyelesaikan masalah hukum yang harus dihadapi.”(BPKK, 11/09/2014 Topik : PPP Tentukan Koalisi hal.3) Konteks tuturan Tuturan diucapkan oleh Sekretaris Jendral PPP Romahurmuzy yang menanggapi pemberhentian Suryadharma Ali atas kasus korupsi dana haji. Suryadharma Ali telah menjatuhkan nama baik dan kehormatan PPP atas kasus yang menimpanya. Penanda tuturan Penanda intralingual ditandai oleh kalimat“ Kami memberi kesempatan Pak SDA berkonsentrasi menyelesaikan masalah hukum yang harus dihadapi” untuk memunculkan daya perintah dalam berita politik. Kalimat tersebut dipersepsi sebaga daya perintah karena terdapat perintah atau keputusan dari DPP PPP untuk memberhentikan Suryadharma Ali agar dapat berkonsentrasi terhadap masalah yang dihadapinya. Penanda ekstralingual dimunculkan melalui konteks berupa fenomena praanggapan bahwa pemberhentian Suryadharma Ali dikarenakan masuknya surat usulan dari 21 DPW PPP. Masukan ini merupakan hasil dari pertemuan para sesepuh dan politikus senior PPP yang mendesak agar Suryadharma Ali mundur dari jabatannya. Hal ini dikarenakan Suryadharma telah menjatuhkan nama baik dan kehormatan PPP atas kasus korupsi dana haji yang menjeratnya.
50) Data tuturan “ Kunci utama perubahan koalisi PPP kini terletak pada gencar atau tidaknya Jokowi-JK mengajak PPP bergabung.”(BPKK, 12/09/2014 Topik : PPP Tak Ingin Tersandera Ketua hal.5)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
203
Konteks tuturan Tuturan diucapkan oleh Hanta selaku pengamat politik untuk menanggapi penentu koalisi PPP bahwa mantan Ketua umum PPP Suryadharma Ali mendukung Prabowo Subianto secara terbuka. Penanda tuturan Penanda intralingual ditandai oleh kalimat “Kunci utama perubahan koalisi PPP kini terletak pada gencar atau tidaknya Jokowi-JK mengajak PPP bergabung” untuk memunculkan daya penegasan dalam berita politik. Kalimat tersebut dipersepsi sebagai daya penegasan karena di dalam tersebut mengandung ungkapan penegasan atas kunci utama perubahan koalisi PPP yang terletak pada keputusan Jokowi-JK. Penanda ekstralingual dimunculkan melalui konteks berupa fenomena praanggapan bahwa mantan Ketua umum PPP Suryadharma Ali justru mendukung Parabowo Subianto secara terbuka pada kampanye Partai Gerindra saap pemilu legislatif. Padahal saat itu PPP sedang berupaya memenangi pemilu legislatif. 51) Data tuturan “ Kita sudah kehilangan budaya malu dalam berpolitik. Kalau salah seharusnya berani mengaku dan minta maaf. Rasa malu menjadi barang langka dan mahal.”(BPKK, 15/09/2014 Topik : Surya Paloh : Tumbuhkan Budaya Malu hal.2) Konteks tuturan Tuturan diucapkan oleh Surya Paloh selaku Ketua umum Partai Nasdem untuk menanggapi perlunya menumbuhkan budaya malu bagi legislator di DPR. Menumbuhkan budaya malu sangat penting agar rakyat kembali percaya kepada partai politik dan demokrasi. Penanda tuturan Penanda intralingual ditandai dengan kalimat “Kita sudah kehilangan budaya malu dalam berpolitik” untuk memunculkan daya ungkap dalam berita politik. Kalimat tersebut dipersepsi sebagai daya ungkap karena mengandung ungkapan pendapat penutur untuk mengakui kesalahan apabila melakukan kesalahan dengan cara mengakui dan meminta maaf. Namun, hal seperti itu saat ini justru sudah tidak nampak lagi. Kebanyakan para legislator sudah tidak memiliki rasa malu bahkan rasa malu itu memang menjadi barang langka dalam pemerintahan di DPR. Penanda ekstralingual dimunculkan melalui konteks berupa fenomena praanggapan bahwa menumbuhkan budaya malu sangat penting agar rakyat kembali percaya kepada partai politik dan demokrasi. Seperti pada kader Nasdem di DPR dan DPRD yang berbuat salah dan tidak minta maaf akan ditegur
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
204
keras oleh partai. Kalau tetap tidak mengakui kesalahan, mereka akan dipecat. 52) Data tuturan “ Akibat minimnya tunjangan, banyak jaksa yang akhirnya tergoda korupsi“(BPKK, 15/09/2014 Topik : Tunjangan Jaksa Minim hal.3) Konteks tuturan Tuturan diucapkan oleh Jaksa Reda Mantovani untuk menanggapi minimnya tunjangan jaksa, diamana tunjangan jaksa lebih kecil dibandingan dengan pengadilan negeri. Penanda tuturan Penanda intralingual ditandai oleh kalimat “Akibat minimnya tunjangan, banyak jaksa yang akhirnya tergoda korupsi“untuk memunculkan daya informasi dalam berita politik.Kalimat tersebut dipersepsi sebagai daya informatif karena mengandung informasi mengenai minimnya tunjangan jaksa yang mengakibatkan banyaknya jaksa yang korupsi. Penanda ekstralingual dimunculkan melalui konteks berupa fenomena praanggapan bahwa tunjangan fungsional kejaksaan negeri relatif kecil dibandingkan kehakiman. Tunjangan fungsional kejaksaan hanya sekitar 2,2 juta per bulan. Sementara itu, tunjangan ketua pengadilan negeri mencapai 20,4 juta per bulan. Salah satu jaksa yang melakukan tindakan korupsi adalah jaksa Urip Tri Gunawan yang divonis 20 tahun penjara atas kasus penerimaan uang suap sebesar 600 ribu dolar AS dan melakukan pemerasan sebesar 1 miliar terhadap mantan Kepala BPPN.
53) Data tuturan “ Nilai tunjangan kinerja dan fungsional yang diterima jaksa relatif kecil jika dibandingkan dengan profesi penegak hukum lain” (BPKK, 15/09/2014 Topik : Tunjangan Jaksa Minim hal.3) Konteks tuturan Tuturan diucapkan oleh penutur untuk menanggapi minimnya tunjangan jaksa, bahwa pekerjaan jaksa lebih luas dibandingkan dengan hakim dan polisi. Penanda tuturan Penanda intralingual ditandai olehkalimat“ Nilai tunjangan kinerja dan fungsional yang diterima jaksa relatif kecil jika dibandingkan dengan profesi penegak hukum lain” untuk memunculkan daya informasi dalam berita politik. Kalimat tersebut dipersepsi sebagai daya informasi karena mengandung informasi bahwa tunjangan kinerja dan professional jaksa
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
205
reltif kecil dibandingkan profesi penegak hukum lain seperti pengadilan negeri. Penanda ekstralingual dimunculkan melalui konteks berupa fenomena praanggapan bahwa tunjangan kinerja dan fungsional mencapai 9, 8 juta per bulan. Sedangkan untuk pengadilan negeri mencapai 40, 2 juta per bulan. Melihat perbedaan tunjangan yang diterima oleh kejaksaan dan kehakiman sangatlah mencolok. Pekerjaan jaksa lebih luas dibandingkan dengan kehakiman bahkan polisi. Jaksa bisa melakukan penyelidikan, penuntutan dipersidangan, hingga eksekusi terpidana dan penyitaan asset untuk negara. 54) Data tuturan “ Telah kami putuskan 34 kementerian yang nantinya akan diduduki oleh 18 profesional dan 16 profesional partai”.(BPKK, 16/09/2014 Topik : 16 Menteri dari Partai Politik hal.1) Konteks tuturan Tuturan diucapkan oleh penutur untuk menanggapi pemerintahan di bawah kepemimpinan Jokowi-JK. Jokowi-JK lebih memilih figur menteri professional dari partai politik. Penanda tuturan Penanda intralingual ditandai oleh kalimat“Telah kami putuskan 34 kementerian yang nantinya akan diduduki oleh 18 profesional dan 16 profesional partai” untuk memunculkan daya informasi dalam berita politik. Kalimat tersebut dipersepsi sebagai daya informatif karena mengandung informasi mengenai data calon menteri dalam pemerintahan Jokowi-JK. Penanda ekstralingual dimunculkan melalui konteks berupa fenomena praanggapan bahwa Jokowi-JK lebih memilih figur menteri professional dari partai politik. Kemeterian yang dipimpin figur menteri professional murni antara lain menteri keuangan, menteri badan dan usaha milik negara, menteri energy dan sumber daya mineral, serta menteri pertanian. 55) Data tuturan “ Ini negara demokrasi. Soal Ahok keluar itu sudah selesai. Namun, saya sampaikan agar ini menjadi pembelajaran untuk politisi-politisi muda Indonesia”(BPKK, 16/09/2014 Topik : Pengunduran Ahok Jadi Pembelajaran Politisi hal.2) Konteks tuturan Tuturan diucapkan oleh Wakil Ketua DPP Gerindra Hashim Djojohadikusumo untuk menanggapi pengunduran Basuki (Ahok) dari partai Gerindra yang dinilai tidak etis.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
206
Penanda tuturan Penanda intralingual ditandai oleh kalimat "Namun, saya sampaikan agar ini menjadi pembelajaran untuk politisi-politisi muda Indonesia”untuk memunculkan daya peringatan dalam berita politik. Kalimat tersebut dipersepsi sebagai daya peringatan karena mengandung peringatan terhadap politisi muda untuk berdiskusi terlebih dahulu apabila akan mengundurkan diri. Selain itu adanya peringatan terhadap politisi muda apabila akan mengundurkan diri lakukanlah dengan cara yang etis dengan mengomunikasikannya dengan Ketua umum DPP Partainya. Penanda ekstralingual dimunculkan melalui konteks berupa fenomena praanggapan bahwa Hashim baru mengetahui Basuki mengundurkan diri padaq esoknya. Padahal, selama ini, komunikasinya dengan Basuki relatif lancar, termasuk lewat layanan pesan Blackberry dan telepon genggam. 56) Data tuturan “ Presiden sekarang punya kesempatan menghentikan sebelum semuanya terlambat. Kami memohon kepada Presiden, hal-hal yang bisa nantinya merusak demokrasi ke depan harus dihentikan”(BPKK, 16/09/2014 Topik : KPU Siapkan Aturan hal.3) Konteks tuturan Tuturan diucapkan oleh Didik selaku Pakar kepemiluan yang menanggapi UU pilkada langsung. UU No 12/2008 tentang Pemerintahan Daerah bahwa pemilihan daerah dilakukan secara langsung sebagai bentuk pelaksanaan kedaulatan rakyat. Namun, masih ada parlemen yang bersikeras memilih pilkada tak langsung Penanda tuturan Penanda intralingual ditandai oleh kalimat “Kami memohon kepada Presiden, hal-hal yang bisa nantinya merusak demokrasi ke depan harus dihentikan”untuk memunculkan daya permohonan dalam berita politik. Hal ini juga diperkuat dari diksi “memohon” yang mengandung arti meminta atau berharap, bahwa penutur memohon kepada presiden untuk segera memutuskan pilkada apakah oleh DPRD atau pemilu langsung. Selain itu pihak yang tidak setuju dengan pilkada langsung segera diatasi. Penanda ekstralingual dimunculkan melalui konteks berupa fenomena praanggapan bahwa presiden memiliki kewenangan penuh dalam menentukan mana yang baik buat rakyat dan negara. Pemilu langsung dapat melindungi hak rakyat dan sebagai bentuk pelaksanaan kedaulatan rakyat. Sedangkan pemilu oleh DPRD akan memicu adanya politik uang.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
207
57) Data tuturan “ Perbuatan terdakwa selaku anggota DPR yang melakukan hubungan transaksional telah mencederai kepercayaan rakyat banyak, khususnya masyarakat pemilih yang telah memilih terdakwa menjadi anggota DPR RI” (BPKK, 16/09/2014 Topik : MA Cabut Hak Politik Luthfi hal. 3) Konteks tuturan Tuturan diucapkan oleh Ketua Kamar Pidana MA Artidjo Alkostar yang menanggapi kasus yang menjerat Luthfi Hasan Ishaaq yang telah melakukan hubungan transaksional dengan memepergunakan kekuasaan elektoral demi imbalan atau fee dari pengusaha daging sapi. Penanda tuturan Penanda intralingual ditandai oleh kalimat“ Perbuatan terdakwa selaku anggota DPR yang melakukan hubungan transaksional telah mencederai kepercayaan rakyat banyak, khususnya masyarakat pemilih yang telah memilih terdakwa menjadi anggota DPR RI” untuk memunculkan daya informasi dalam berita politik. Kalimat tersebut dipersepsi sebagai daya informasi karena berisi informasi bahwa perbuatan yang dilakukan oleh Luthfi Hasan telah melukai perasaan dan kepercayaan masyarakat terhadap dirinya, khususnya para masyarakat yang mendukung dan memilihnya ketika pencalonannya sebagai anggota DPR RI. Penanda ekstralingual dimunculkan melalui konteks berupa fenomena praanggapan bahwa Luthfi Hasan Ishaaq telah melakukan korupsi dan tindak pidana pencucian uang. Selain itu terdakwa juga telah melakukan hubungan transaksional dengan memepergunakan kekuasaan elektoral demi imbalan atau fee dari pengusaha daging sapi. Luthfi terbukti menerima janji pemberian uang senilai 40 miliar dari PT Indoguna Utama dan sebagian diantaranya, yaitu senilai Rp 1,3 miliar, telah diterima melalui Ahmad Fathanah. 58) Data tuturan “ Pak Busyro juga akan menjalani profile assessment dan pengecekan latar belakang sama seperti calon pimpinan lainnya. Orang kan, bisa berubah dari hari ke hari”.(BPKK, 16/09/2014 Topik : Busyro Tak Diistimewakan hal.5) Konteks tuturan Tuturan diucapkan oleh Juru Bicara Panitia Seleksi Imam Prasodjo yang menanggapi proses seleksi yang pada 11 calon pimpinan KPK, salah satunya Wakil Ketua KPK saat ini, Busyro Muqoddas. Busyro Muqoddas yang masih menjabat sebagai Wakil Ketua KPK juga ikut melakukan tes seleksi tersebut.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
208
Penanda tuturan: Penanda intralingual ditandai oleh kalimat “Orang kan, bisa berubah dari hari ke hari”untuk memunculkan daya sindir dalam berita politik. Kalimat tersebut dipersepsi sebagai daya sindir bahwa pribadi setiap orang bisa berubah kapan pun dan dalam kondisi apa pun. Bahkan lingkungan dan orang disekitar juga dapat merubah pribadi seseorang apabila tidak konsisten terhadap dirinya sendiri. Kalimat tersebut berisi sindiran terhadap Busyro Muqoddas, bahwa saat tahap seleksi posisi Busyro Muqoddas masih menjabat sebagai wakil ketua KPK. Hal yang dikhawatirkan apabila Busyro tidak ikut pada tahap seleksi itu. Penanda ekstralingual dimunculkan melalui konteks berupa fenomena praanggapan bahwa saat menjalani tahap seleksi posisi Busyro masih menjabat sebagai Wakil Ketua KPK. Hal ini dikarenakan Pansel tidak membeda-bedakan antara calon yang satu dengan yang lainnya. 59) Data tuturan “ Ya harus begitu. Kesetaraan penting dikedepankan dan saya justru nyaman dengan cara pansel sebagai wujud menghormati peserta”.(BPKK, 16/09/2014 Topik : Busyro Tak Diistimewakan hal.5) Konteks tuturan Konteks tuturan diucapkan oleh Busyro Muqoddas yang menanggapi perlakuan Pansel dalam proses seleksi calon pimpinan KPK. Busyro memiliki pengetahuan lama bahwa pansel memang harus bersikap sama dan adil terhadap calon yang diseleksi. Tidak memandang jabatan dan posisi calon itu sendiri. Penanda tuturan Penanda intralingual ditandai oleh kalimat “Ya harus begitu. Kesetaraan penting dikedepankan dan saya justru nyaman dengan cara pansel sebagai wujud menghormati peserta”untuk memunculkan daya ungkap dalam berita politik. Kalimat tersebut dipersepsi sebagai daya ungkap karena berisi ungkapan Busyro yang menyatakan menghormati sikap pansel yang tidak membeda-bedakan calon-calon lain dengan dirinya. Penanda ekstralingual dimunculkan melalui konteks berupa fenomena praanggapan bahwa Pansel memang harus bekerja dengan adil dan menyamakan semua calon pimpinan KPK dalam seleksi. 60) Data tuturan “ Hanya untuk menghilangkan sedikit rasa sakit. Tapi sebenarnya kita sedang menderita radang sendi dari ujung jari hingga leher”(BPKK, 16/09/2014 Topik : Busyro Tak Diistimewakan hal.5)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
209
Konteks tuturan Tuturan diucapkan oleh Taufiequrachman Ruki selaku mantan Ketua KPK yang menanggapi kasus korupsi di Indonesia. Ruki memiliki pengetahuan lama bahwa korupsi di Indonesia sebenarnya sudah kronis. Penanda tuturan Penanda intralingual ditandai oleh kalimat “Hanya untuk menghilangkan sedikit rasa sakit. Tapi sebenarnya kita sedang menderita radang sendi dari ujung jari hingga leher”untuk memunculkan daya sindiran dalam berita politik. Kalimat tersebut dipersepsi sebagai daya sindir karena dalam wacana tersebut memiliki gaya perumpamaan. Kalimat tersebut diumpamakan sebagai KPK yang memberantas kasus korupsi di Indonesia. Namun hasilnya masih sama karena kondisi korupsi dinegeri ini yang sudah kronis. Jadi upaya pemberantasan hanyalah untuk menguranginya saja, bukan menghilangkan. Dapat dikatakan bahwa wacana tersebut merupakan sindiran terhadap KPK yang belum bisa memberantas korupsi dengan tuntas. Penanda ekstralingual dimunculkan melalui konteks berupa fenomena praanggapanbahwa korupsi di Indonesia sebenarnya sudah kronis. Karena cara pemberantasan korupsi yang terbaik belum ditemukan. Akar korupsi di Indonesia pun tidak dirumuskan dengan tepat. Sehingga sampai saat ini korupsi di Indonesia belum dapat diatasi secara tuntas. 61) Data tuturan “ Kalau kemarin (pemerintahan SBY) ada kementrian yang harus dijabat orang politik, dalam kepemimpinan Jokowi-JK bisa professional murni”.(BPKK, 17/09/2014 Topik : Posisi Menteri Mulai Dipastikan hal.1) Konteks tuturan Tuturan diucapkan oleh Jokowi yang menanggapi posisi menteri dalam kabinetnya. Menteri dalam kabinet itu akan diisi kalangan professional murni. Jokowi memiliki pengetahuan lama bahwa posisi menteri yang diisi oleh tokoh yang berlatar belakang politik tidak dapat memecahkan masalah selama ini, justru banyak yang tidak bisa menanganinya karena bukan pada bidangnya. Hal ini juga sesuai Undang-Undang Kementerian Negara. Penanda tuturan Penanda intralingual ditandai oleh kalimat “ Kalau kemarin (pemerintahan SBY) ada kementrian yang harus dijabat orang politik, dalam kepemimpinan Jokowi-JK bisa professional murni”untuk memunculkan daya banding dalam berita politik. Kalimat tersebut
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
210
dipersepsi sebagai daya banding karena memiiki perbandingan antara pemerintahan SBY yang menterinya berlatar belakang orang politik yang ditempatkan bukan pada bidangnya. Sedangkan pada pemerintahan Jokowi-JK lebih mengutamakan posisi menteri diiisi oleh kalangan professional murni yang professional dan benar-benar menguasai permasalahan dibidangnya. Penanda ekstralingual dimunculkan melalui konteks berupa fenomena praanggapan bahwa saat pemerintahan SBY yangmana menteri diisi oleh kalangan politik yang tidak menguasai permasalahan di bidangnya. Dapat dikatakan bahwa orang politik pada masa SBY bukan orang bekerja pada bidangnya. Hal ini tentunya berakibat munculnya korupsi didalamnya. Seperti kasus yang dialami Jero Wacik atas dugaan korupsi di Kementerian ESDM. Hal ini dikarenakan Jero Wacik kurang memahami permasalahan dalam bidang energy dansumber daya mineral. 62) Data tuturan “ Peringatan besar-besaran ini sebagai kado untuk Presiden SBY. Kami melepas beliau sehingga beliau ada kepuasan selama 10 tahun memimpin dan melihat TNI sudah dibangun sampai di sini” (BPKK, 18/09/2014 Topik : TNI Beri Kado ke SBY hal.5) Konteks tuturan Tuturan diucapkan oleh Kepala Pusat Penerbangan TNI Mayjen Fuad Basya yang menanggapi akhir masa jabatan SBY sebagai Presiden RI dan Ulang Tahun Ke-69 TNI . Penanda tuturan Penanda intralingual ditandai oleh kalimat ” Kami melepas beliau sehingga beliau ada kepuasan selama 10 tahun memimpin dan melihat TNI sudah dibangun sampai di sini” untuk memunculkan daya informasi dalam berita politik. Wacana tersebut dipersepsi sebagai daya informasi bahwa wacana tersebut berisi informasi pergelaran acara tersebut adalah untuk melepas SBY diakhir masa jabatannya. Selain itu adalah kado untuk SBY dari para TNI yang ingin menampilkan kerja kerasnya selama pemerintahan SBY ini. Penanda ekstralingual dimunculkan melalui konteks berupa fenomena praanggapan bahwa SBY merupakan sosok yang berlatar belakang seorang TNI. Sebelum beliau menjabat sebagai Presiden pada tahun 2004, beliau adalah seorang Panglima TNI.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
211
63) Data tuturan “ Penilaian bukan pada kepribadian, mereka baik dan bersih track record-nya. Tapi, logika, kerunutan, dan konsistensi diperlukan”(BPKK, 19/09/2014 Topik : Muslich Tersisih hal.5) Konteks tuturan Tuturan diucapkan oleh Muzzammil selaku Wakil Ketua Komisi III DPR yang menanggapi gagalnya calon Hakim Agung yaitu Muslich Bambang Luqmono. Penutur memiliki pengetahuan lama bahwa calon Hakim Agung harus konsisten dengan apa yang mereka katakan. Penanda tuturan Penanda intralingual ditandai oleh kalimat “Tapi, logika, kerunutan, dan konsistensi diperlukan” untuk memunculkan daya penegasan dalam berita politik. Kalimat tersebut dipersepsi sebagai daya penegasan karena mengandung penegasan terhadap calon Hakim Agung agar konsisten terhadap yang dikatakan. Penanda ekstralingual dimunculkan melalui konteks berupa fenomena praanggapan bahwa selama seleksi Muchlis tidak konsisten atas jawaban yang dia katakan. Jawaban yang satu dengan jawaban yang lain tidak konsisten pada saat tes itu.
64) Data tuturan “ Mereka ini, kan, punya integritas baik sehingga diharapkan mampu bekerja baik dan memperbaiki peradilan dari mafia”(BPKK, 19/09/2014 Topik : Muslich Tersisih hal.5) Konteks tuturan Tuturan diucapkan oleh Muzzammil selaku Wakil Ketua Komisi III DPR yang menanggapi seleksi calon Hakim Agung. Dalam seleksi tersebut sudah terpilih empat calon yang dipilih oleh DPR melalui pemungutan suara. Penutur memiliki pengetahuan lama bahwa calon Hakim Agung harus memiliki logika dan konsisten terhadap apa yang dia katakan. Penanda tuturan Penanda intralingual ditandai oleh kalimat“ Mereka ini, kan, punya integritas baik sehingga diharapkan mampu bekerja baik dan memperbaiki peradilan dari mafia”untuk memunculkan daya harap dalam berita politik. Kalimat tersebut dipersepsi sebagai daya harap karena mengandung harapan dari penutur agar calon Hakim Agung memiliki integritas yang baik dan mampu bekerja dengan baik. Penanda ekstralingual dimunculkan melalui konteks berupa fenomena praanggapan bahwa keempat calon Hakim Agung disetujui oleh DPR dengan memperoleh 38 suara melalui pemungutan suara. Keempat calon itu
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
212
adalah Amran Suadi, Sudrajat Dimiyati, Purwosusilo, dan Is Sudaryono. Keempat calon ini memiliki integritas yang bagus dan memiliki rekam jejak yang baik. 65) Data tuturan “ Suhardi merupakan sosok pribadi yang jarang dijumpai di arena kehidupan politik. Beliau bukan politisi professional, tapi akademisi”(BPKK, 21/09/2014 Topik : Prabowo Solidkan Gerindra hal.2) Konteks tuturan Tuturan diucapkan oleh Prabowo Subianto yang menanggapi sosok Suhardi Ketua Umum Gerindra yang wafat 28 Agustus 2014. Prabowo memiliki pengetahuan lama bahwa (alm) Suhardi merupakan sosok yang sederhana dan jujur. Beliau merupakan alumnus Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada. Pada tahun 2001 (alm) Suhardi mulai masuk ke lingkungan birokrasi menjabat sebagai Direktur Jendral Rehabilitas Lahan dan Perhutanan Sosisal, Departemen Kehutanan dan Perkebunan. Penanda tuturan Penanda intralingual ditandai oleh kalimat“Beliau bukan politisi professional, tapi akademisi”untuk memunculkan daya ungkapdalam berita politik. Kalimat tersebut dipersepsi sebagai daya ungkap karena berisi ungkapan dari Prabowo bahwa (alm) Suhardi merupakan sosok yang memiliki pendidikan yang tinggi dan sederhana. Penanda ekstralingual dimunculkan melalui konteks berupa fenomena praanggapan bahwa (alm) Suhardi merupakan sosok yang berpendidikan tinggi. Beliau merupakan lulusan S1 Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada. Setelah itu, beliau melanjutkan gelar master dan doktor, keduanya di bidang kehutanan di University oh the Philippines Los Banos, Filipina. Beliau menjalani karir sebagai akademisi di UGM dan pernah menjadi Dekan Fakultas Kehutanan pada periode 2000-2001. Setelah itu pada tahun 2001, beliau mulai masuk ke lingkungkungan birokrasi dengan menjabat sebagai Direktur Jendral Rehabilitas Lahan dan Perhutanan Sosisal, Departemen Kehutanan dan Perkebunan. 66) Data tuturan “ Profesor Suhardi contoh nasionalis dengan tidak gembar gembor, tidak teriak-teriak, tidak penuh pamer, dan slogan” (BPKK, 21/09/2014 Topik : Prabowo Solidkan Gerindra hal.2) Konteks tuturan Tuturan diucapkan oleh Prabowo Subianto yang menanggapi sosok Suhardi Ketua Umum Gerindra yang wafat 28 Agustus 2014. Prabowo
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
213
memiliki pengetahuan lama bahwa (alm) Suhardi merupakan sosok yang sederhana dan apa adanya. Penanda tuturan Penanda intralingual ditandai oleh klausa“tidak penuh pamer”untuk memunculkan daya ungkap dalam berita politik. Frasa tersebut dipersepsi sebagai daya ungkap karena berisi ungkapan Prabowo bahwa (alm) Suhardi merupakan sosok yang sederhana dan tidak pamer. Penanda ekstralingual dimunculkan melalui konteks berupa fenomena praanggapan bahwa (alm) Suhardi merupakan sosok yang sederhana, orang yang benarbenar apa adanya. Hal ini terlihat pada saat beliau tinggal di Yogyakarta, beliau selalu naik sepeda dari rumah ke kantor. 67) Data tuturan “ Ya, enggak ada masalah. Semua bisa diatur. Enggak apa-apa. Biasa doang, beda antara 16 dan 18 (tahun)”.(BPKK, 20/09/2014 Topik : Luthfi: Saya Masih Bisa Berpolitik dari Penjara hal.5) Konteks tuturan Tuturan diucapkan oleh Luthfi Hasan Ishaq untuk menanggapi vonis yang dijatuhkan terhadap dirinya atas kasus dugaan korupsi kuota impor daging sapi. Selain vonisnya yang dijatuhkan dengan kurungan 18 tahun penjara, Mahkamah Agung juga mencabut hak politiknya. Penutur memiliki pengetahuan lama bahwa semua hal di negara ini bisa diatur, bahkan di dalam penjara pun dia masih bisa berpolitik. Penanda tuturan Penanda intralingual ditandai oleh kalimat “ Semua bisa diatur.”untuk memunculkan daya sindir dalam berita politik. Kalimat tersebut dipersepsi sebagai daya sindir karena berisi ledekan terhadap pemerintah mengenai peraturan pemerintah yang masih bisa diatur dengan uang. Penanda ekstralingual dimunculkan melalui konteks berupa fenomena praanggapan bahwa hukum di negara Indonesia kurang tegas. Beberapa kasus hukum yang menjerat para politikus atas tindakan kasus korupsi terhitung tidak membuat para koruptor jera. Hal ini dikarenakan sistem hukum yang kurang tegas dan adanya remisi dan pembebasan bersyarat terhadap terpidana kasus korupsi. Seperti kasus yang menimpa Gayus Tambunan atas kasus dugaan penggelapan pajak. Walaupun sudah di dalam penjara, dia masih dengan mudah pergi ke luar negeri, bahkan sempat terlihat sedang menonton pertandingan sepak bola di Bali. Dengan kejadian semacam ini tentu akan bisa dilakukan oleh pejabat atau politikus manapun, karena negara Indonesia yang masih bisa diatur dengan uang.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
214
68) Data tuturan “ Saya kira dulu 20 tahun, ternyata hanya 16 tahun, kan “(BPKK, 20/09/2014 Topik : Luthfi: Saya Masih Bisa Berpolitikdari Penjara hal.5) Konteks tuturan Tuturan diucapkan Luthfi Hasan Ishaq yang menanggapi vonis yang dijatuhkan Mahkamah Agung terhadap dirinya atas kasus dugaan korupsi kuota impor daging sapi. Penanda tuturan Penanda intralingual ditandai oleh kalimat “Saya kira dulu 20 tahun, ternyata hanya 16 tahun, kan “untuk memunculkan daya sindir dalam berita politik. Kalimat tersebut dipersepsi sebagai daya sindir karena berisi sindiran terhadap penegak hukum di Indonesia yang tidak konsisten. Penanda ekstralingual dimunculkan melalui konteks berupa fenomena praanggapan bahwa penegak hukum di Indonesia belum tegas terhadap kasus korupsi di Indonesia yang banyak melibatkan pejabat dan politikus. Banyak pejabat yang terjerat kasus korupsi tetapi hukuman yang diberikannya tidak sebanding dengan perbuatannya. Bahkan kejadian nenek yang mencuri buah coklat di kebun tetangga mendapatkan hukuman yang hampir sama dengan pejabat yang korupsi. Apalagi perbedaan ruangan penjara pejabat yang seperti hotel jauh berbeda dengan masyrakat biasa yang tidak sengaja terbelit kasus hukum yang seperti ruangan penjara biasa dibalik besi penjara. 69) Data tuturan “ Semoga nuraninya tersentuh dan dia bertobat, lalu memulai lembaran baru, melangkah dengan kejujuran dan berkah”(BPKK, 20/09/2014 Topik : Luthfi: Saya Masih Bisa Berpolitikdari Penjara hal.5) Konteks tuturan Tuturan diucapkan oleh Busyro Muqoddas selaku Wakil Ketua KPK yang menanggapi sikap Luthfi yang tidak jera atas vonis dirinya yang dijerat 18 tahun hukuman penjara. Penanda tuturan Penanda intralingual ditandai oleh kalimat“ Semoga nuraninya tersentuh dan dia bertobat, lalu memulai lembaran baru, melangkah dengan kejujuran dan berkah”untuk memunculkan daya harap dalam berita politik. penanda intralingualnya juga ditandai oleh diksi “semoga” yang memiliki makna harapan penutur terhadap Luhtfi Hasan agar bertaubat dan memperbaiki dirinya. Penanda ekstralingual dimunculkan melalui konteks berupa fenomena praanggapan bahwa dengan adanya hukuman yang lumayan lama yaitu 18 tahun dan pencabutan hak politik terhadap
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
215
terdakwa harusnya bisa menjadikan pelajaran agar dapat bertaubat dan menyesali perbuatannya. Selain itu menjadikan pendidikan moral bagi seseorang yang terjerat kasus hukum yang berat.
70) Data tuturan “ Pertahankan pilkada langsung” (BPKK, 23/09/2014 Topik : Kaum Perempuan Bergerak hal.2) Konteks tuturan Tuturan diucapkan oleh Dian kartika Sari selaku Jendral Koalisi Perempuan Indonesia yang menanggapi petisi perempuan kepada pemerintah. Para sekelompok perempuan yang tergabung dalam Koalisi Perempuan Indonesia tidak menyetujui pilkada oleh DPRD. Mereka memiliki pengetahuan lama bahwa pilkada oleh DPRD menyebabkan peluang perempuan untuk menjabat kepala daerah semakin menipis. Penanda tuturan Penanda intralingual ditandai oleh kalimat “ Pertahankan pilkada langsung” untuk memunculkan daya meminta dalam berita politik. Kalimat tersebut dipersepsi sebagai daya meminta karena mengandung permintaan penutur kepada pemerintah untuk mempertahankan pilkada langsung. Koalisi Perempuan Indonesia meminta pemerintah untuk tetap menjalankan pilkada langsung. Penanda ekstralingual dimunculkan melalui konteks berupa fenomena praanggapan bahwa pilkada oleh DPRD menyebabkan peluang perempuan untuk menjabat kepala daerah semakin menipis. Padahal dengan adanya pilkada langsung belum menjamin peluang perempuan untuk menjabat kepala daerah karena belum optimal apalagi dengan pilkada oleh DPRD. Seperti kita ketahui perempuan yang menjabat kepala daerah hanya 18 orang, yaitu 15 bupati dan 3 wakil gubernur. Padahal Indonesia memiliki 34 provinsi, 511 kabupaten / kota. 71) Data tuturan “ Jangan-jangan tingkat penerimaan pajak rendah karena dikorupsi. Kita hanya bisa menyapu koruptor kalau saja sapunya bersih dari korupsi”.(BPKK, 24/09/2014 Topik : Pajak, Pintu Masuk Berantas Korupsi hal.4) Konteks tuturan Tuturan diucapkan oleh Pengamat Perpajakan Yustinus Prastowo yang menanggapi lemahnya pemberantasan korupsi di negara ini, karena petugas KPK yang memikili peran dalam tindakan korupsi. Penanda tuturan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
216
Penanda intralingual ditandai oleh kalimat “Kita hanya bisa menyapu koruptor kalau saja sapunya bersih dari korupsi” untuk memunculkan daya sindir dalam berita politik. Kalimat tersebut dipersepsi sebagai daya sindir karena mengandung sindirian penutur terhadap KPK yang masih terlibat dalam kasus korupsi itu sendiri. KPK sebagai pemberantas koruptor, tetapi juga ada anggota KPK yang terlibat di dalamnya. Penanda ekstralingual dimunculkan melalui konteks berupa fenomena praanggapan bahwa masih ada dan banyak anggota KPK yang terlibat di dalam kasus korupsi yang dilakukan para koruptor seperti pejabat negara. Kasus korupsi di Indonesia belum dapat teratasi secara tuntas karena, para anggota KPK pun masih belum bersih dari korupsi. 72) Data tuturan “ Proses persetujuan terhadap Rancangan Undang-Undang Pemilihan Kepala Daerah berlangsung sangat alot di DPR” (BPKK, 26/09/2014 Topik : Fraksi Demokrat Walk Out hal.4) Konteks tuturan Tuturan diucapkan oleh penutur yang menanggapi Rapat Paripurna DPR untuk mengambil persetujuan RUU Pemilihan Kepala Daerah. Rapat yang diadakan sampai tengah malam ini belum mendapatkan kesepakatan dikarenakan perdebatan yang alot. Hal ini berawal karena suara terpecah menjadi tiga opsi. Penanda tuturan Penanda intralingual ditandai oleh kalimat“ Proses persetujuan terhadap Rancangan Undang-Undang Pemilihan Kepala Daerah berlangsung sangat alot di DPR” untuk memunculkan daya informasi dalam berita politik. kalimat tersebut dipersepsi sebagai daya informasi karena berisi informasi rapat yang berlangsung lama sampai tengah malam. Rapat ini berlangsung cukup lama karena perbedaan pendapat yang membuat perdebatan menjadi alot. Penanda ekstralingual dimunculkan melalui konteks berupa fenomena praanggapan bahwa Partai Demokrat yang semula setuju pilkada langsung, bersikukuh mengajukan opsi tersendiri di luar mekanisme pilkada langsung dan tidak langsung. Opsi itu adalah pilkada langsung dengan sepuluh syarat yang mereka ajukan masuk dalam batang tubuh RUU Pilkada. 73) Data tuturan “ Dana (gratifikasi) itu ada yang digunakan Anas untuk pencalonan sebagai ketua umum Partai Demokrat, jadi relevan jika hak politiknya dicabut”.(BPKK, 26/09/2014 Topik : Inkonsisten Putusan Tipikor hal.4)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
217
Konteks tuturan Tuturan diucapkan oleh Tama S Langkun selaku Koordinator Divisi Investigasi dan Publikasi Indonesia Coruption Watch yang menanggapi dana grativikasi yang digunakan pencabutan hak politik Anas Urbaningrum. Penutur memiliki pengetahuan lama bahwa pencabutan hak politik tidak ada lagi kesempatan bagi terpidana korupsi untuk menjadi pejabat negara. Penanda tuturan Penanda intralingual ditandai oleh kalimat “ Dana (gratifikasi) itu ada yang digunakan Anas untuk pencalonan sebagai ketua umum Partai Demokrat, jadi relevan jika hak politiknya dicabut”untuk memunculkan daya ungkap dalam berita politik. Kalimat tersebut dipersepsi sebagai daya ungkap karena berisi ungkapan penutur terhadap dana grativikasi yang diterima oleh Anas dan digunakannya untuk pencalonan sebagai ketua umum Partai Demokrat. Penanda ekstralingual dimunculkan melalui konteks berupa fenomena praanggapan bahwa Anas Urbaningrum mendapatkan dana grativikasi sebesar Rp 2,21 miliar dari proyek Hambalang. Uang itu digunakan untuk pencalonan diri Anas sebagai calon ketua umum dalam Kongres Partai Demokrat di Bandung pada 2010. 74) Data tuturan “ Kalau kualitas partainya seperti itu, tidak heran kualitas DPRD dan kepala daerah yang diusung”.(BPKK, 26/09/2014 Topik : Lima Kabupaten Dinilai Tertutup hal.5) Konteks tuturan Tuturan diucapkan oleh Dadang Trisasongko selaku Sekretaris Jendral Transparancy International Indonesia yang menanggapi kualitas para partai politik yang enggan terbuka dalam laporan keuangan. Di mana, survei yang pernah digelar TI Indonesia menyatakan betapa gelapnya birokrasi Indonesia. Penanda tuturan Penanda intralingual ditandai oleh kalimat“ Kalau kualitas partainya seperti itu, tidak heran kualitas DPRD dan kepala daerah yang diusung” untuk memunculkan daya sindir dalam berita politik. kalimat tersebut dipersepsi sebagai daya sindir karena berisi sindiran penutur terhadap kualitas partai politik yang ada di DPRD. Penanda ekstralingual dimunculkan melalui konteks berupa fenomena praanggapan bahwa kualitas partai politik belum memadai karena enggan terbuka dalam laporan keuangan. Hal ini dikarenakan gelapnya birokrasi di Indonesia. Seperti kita ketahui sebanyak 22 provinsi dan 21 kabupaten/kota, APBD-
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
218
nya sulit diakses dan tertutup. Akses LHKPN juga tidak dilaporkan dan tidak dipublikasi. 75) Data tuturan “ Kalau pilkada di DPRD, korupsinya akan terlokalisasi di DPRD, yang terjadi justru akan melanggengkan korupsi atau sustainable corruption, korupsi besar-besaran, grand corruption, ada di situ semuanya”(BPKK, 26/09/2014 Topik : Lima Kabupaten Dinilai Tertutup hal.5) Konteks tuturan Tuturan diucapkan oleh Bambang Widjojanto selaku Wakil Ketua KPK yang menanggapi kejadian yang terjadi di Indonesia adalah paradox. Semua hal dibuka aksesnya, kecuali sistem kekuasaan. Penanda tuturan Penanda intralingual ditandai oleh kalimat “ Kalau pilkada di DPRD, korupsinya akan terlokalisasi di DPRD, yang terjadi justru akan melanggengkan korupsi atau sustainable corruption, korupsi besarbesaran, grand corruption, ada di situ semuanya”untuk memunculkan daya informasi dalam berita politik. kalimat tersebut dipersepsi sebagai daya informasi karena berisi informasi mengenai pilkada di DPRD yang akan mengakibatkan politik uang. Di mana, akan melanggengkan korupsi dan mengakibatkan korupsi besar-besaran. Hal ini dikarenakan masih ada anggota DPRD yang masih belum bersih dan dapat disuap sewaktu-waktu. Penanda ekstralingual dimunculkan melalui konteks berupa fenomena praanggapan bahwa para pelaku tindakan korupsi adalah dari para anggota DPRD sendiri. Anggota DPRD sangat mungkin sekali mendapatkan uang suap dari calon yang menginginkan kursi DPR. Hal itu yang membuat negara ini belum terbebas dari tindak korupsi, karena pelaku korupsi ada di dalam tubuh DPRD itu sendiri, dan apabila pilkada di DPRD akan banyak kasus korupsi karena adanya politik uang. 76) Data tuturan “seluruh masyarakat juga harus mengontrol, bahkan kalau terjadi korupsi pelakunya harus disikat”(BPKK, 28/09/2014 Topik : Parpol Rampas Kedaulatan ) Konteks tuturan Tuturan diucapkan oleh Muladi selaku Ketua Mahkamah Partai Golkar yang menanggapi keputusan Sidang Paripurna DPR soal Undang-Undang Pemilihan Kepala Daerah yang mengesahkan pemilihan kepala daerah oleh DPRD. Penutur memiliki penegtahuan lama bahwa pilkada oleh
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
219
DPRD akan merampas kedaulatan rakyat dan sangat memicu adanya politik uang dan penyuapan. Penanda tuturan Penanda intralingual ditandai oleh klausa “bahkan kalau terjadi korupsi pelakunya harus disikat”untuk memunculkan daya peringatan dalam berita politik. Klausa tersebut dipersepsi sebagai daya peringatan karena berisi peringatan atau himbauan terhadap anggota DPR agar tidak terlibat dalam kasus korupsi. Dengan adanya pilkada oleh DPRD, anggota DPRD harus membuktikan sinyalemen KPK, bahwa pilkada oleh DPRD merupakan sumber korupsi tidak betul. Apabila ada yang tersangkut kasus korupsi pelakunya harus dipecat dari jabatannya. Hal ini karena keputusan sidang yang sudah mempercayakan pilkada oleh DPRD. Penanda ekstralingual dimunculkan melalui konteks berupa fenomena praanggapan bahwa pilkada oleh DPRD akan merampas kedaulatan rakyat dan memicu adanya politik uang dan penyuapan. Seperti kita ketahui kasus yang menimpa Akil Mochtar Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi yang terlibat dalam kasus suap Pemilukada Kabupaten Gunungmas. Hukuman yang diterima oleh Akil Mochtar adalah pidana seumur hidup di balik jeruji besi.
77) Data tuturan “ Kalau ternyata nanti (pemerintahan) nggak benar, ya „gebuk‟.”(BPKK, 29/09/2014 Topik : Jokowi Minta Aktivis Ikut Awasi hal.5) Konteks tuturan Tuturan diucapkan oleh Presiden Joko Widodo di hadapan peserta reuni, silaturahim, dan konsolidasi Perhimpunan Nasional Aktivis yang menanggapi hasil putusan sidang paripurna DPR yang mengesahkan Undang-Undang Pilkada. Di mana, DPR memutuskan kepala daerah dipilih DPRD, bukan lagi oleh rakyat. Penutur sebagai Presiden memiliki pengetahuan lama bahwa kepala daerah yang yang terpilih dan memiliki kinerja tidak baik atau tersangkut kasus korupsi akan segera diberhentikan dari jabatannya. Penanda tuturan Penanda intralingual ditandai oleh kalimat “Kalau ternyata nanti (pemerintahan) nggak benar, ya „gebuk‟.” untuk memunculkan daya peringatan dalam berita politik. Kalimat tersebut dipersepsi sebagai daya peringatan karena mengandung peringatan yang diucapkan penutur terhadap kepala daerah yang sudah dipilih oleh DPRD agar bekerja dengan baik, dan terhindar dari korupsi. Penanda ekstralingual dimunculkan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
220
melalui konteks berupa fenomena praanggapan bahwa kepala daerah yang terkena kasus korupsi akan diberhentikan dari jabatannya dan dicabut hak politiknya. Selain itu juga dihukum sesuai pasal yang ditentukan oleh KPK.
78) Data tuturan “ Tanpa pilkada langsung, bagaimana mungkin saya bisa menjadi wali kota, atau menjadi gubernur?”(BPKK, 29/09/2014 Topik : Jokowi Minta Aktivis Ikut Awasi hal.5) Konteks tuturan Tuturan diucapkan oleh Presiden Joko Widodo yang menanggapi pemilihan kepala daerah secara langsung. Di mana, pilkada langsung merupakan pilihan rakyat dan penutur sendiri lahir dari pilihan rakyat. Penanda tuturan Penanda intralingual ditandai oleh kalimat “Tanpa pilkada langsung, bagaimana mungkin saya bisa menjadi wali kota, atau menjadi gubernur?” untuk memunculkan daya ungkap dalam berita politik. kalimat tersebut dipersepsi sebagai daya ungkap karena berisi ungkapan penutur bahwa dirinya lahir menjadi kepala daerah adalah dari pilihan rakyat. Penanda ekstralingual dimunculkan melalui konteks berupa fenomena praanggapan bahwa pilkada langsung akan membuat calon yang dipilih memiliki tanggung jawab yang besar karena membawa aspirasi atau amanat rakyat. Pilkada langsung juga dapat efisen dengan menggelar pilkada serentak dan mengefisienkan anggaran penyelenggaraan pilkada. 79) Data tuturan “ secara keseluruhan, rapor kinerja DPRD tingkat provinsi dan kabupaten mendapat angka merah”(BPKK, 30/09/2014 Topik : Rapor Merah DPRD hal.2) Konteks tuturan Tuturan diucapkan oleh Peneliti Utama Indonesia Governance Index (IGI) Kemitraan Lenny Hidayat yang menanggapi rapor kinerja anggota DPRD yang jeblok. Rapor kinerja DPRD tingkat provinsi dan kabupaten pada tahun 2014 jauh lebih buruk dibandingkan tahun 2012. Penanda tuturan Penanda intralingual ditandai oleh kalimat “secara keseluruhan, rapor kinerja DPRD tingkat provinsi dan kabupaten mendapat angka merah”untuk memunculkan daya informasi dalam berita politik. Kalimat tersebut dipersepsi sebagai daya informasi karena berisi informasi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
221
mengenai rapor anggota DPRD pada tahun2014 yang mendapatkan angka merah. Penanda ekstralingual dimunculkan melalui konteks berupa fenomena praanggapan bahwa rapor anggota DPRD pada tahun 2014 jauh lebih buruk dibandingkan tahun 2012. Rata-rata rapor pada tahun 2014 hanya 3,42(skala 0-10), sedangkan pada tahun 2012 rata-ratanya 4,89. Lima DPRD yang memiliki rapor terburuk adalah Seluma Bengkulu (2,10); Sampang, Jawa Timur (2,33); Jayapura, Papua (2,44); Lombok Utara, NTB (2,55);Pontianak, Kalimantan Barat (2,70). 80) Data tuturan “ Mereka menilai tersangka korupsi itu harus ditunda pelantikannya guna menuntaskan proses hukum”(BPKK, 01/10/2014 Topik : 2 Tersangka Dilantik Jadi Anggota DPR Aceh hal.2) Konteks tuturan Tuturan diucapkan oleh beberapa lapisan masyarakat yang menanggapi kasus korupsi yang menjerat Abubakar A Latif dan Muhammad Isa. Keduanya merupakan calon anggota DPR yang akan dilantik, namun dengan adanya kasus yang menjeratnya maka pelantikannya ditunda terlebih dahulu. Penutur memiliki pegetahuan lama bahwa apabila seseorang dengan status tersangka tetap akan dilantik, hal itu akan mengganggu kinerjanya, terutama pada awal masa jabatannya. Penanda tuturan Penanda intralingual ditandai oleh kalimat “Mereka menilai tersangka korupsi itu harus ditunda pelantikannya guna menuntaskan proses hukum”untuk memunculkan daya ungkap dalam berita politik. Kalimat tersebut dipersepsi sebagai daya ungkap karena berisi ungkapan pendapat penutur bahwa pelantikan sebaiknya ditunda terlebih dahulu untuk menyelesaikan proses hukum yang menjerat kedua calon anggota DPR. Penanda ekstralingual dimunculkan melalui konteks berupa fenomena praanggapan bahwa ketika pejabat yang akan dilantik tersandung kasus korupsi, lebih baik tuntaskan dahulu proses hukumnya. Karena status tersangka akan mengganggu kinerjanya, terutama pada masa awal jabatannya. 81) Data tuturan “ salah satu beban berat Dewan Perwakilan Rakyat periode 2014-2019 yang akan mengucapkan janji pada Rabu (1/10) ini adalah bagaimana memperbaiki citra lembaga itu.(BPKK, 01/10/2014 Topik : DPR, Citra, dan Politik Partai hal.4) Konteks tuturan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
222
Tuturan diucapkan oleh penutur yang menanggapi terpuruknya citra dan kinerja DPR dihadapan publik yang terekam dari jajak penanda Kompas lima tahun terakhir. Proporsi responden yang memberi penilaian negatif terus melebihi separuh bagian responden. Proporsi tersebut mencapai74,8 persen. Penanda tuturan Penanda intralingual ditandai oleh kalimat “ salah satu beban berat Dewan Perwakilan Rakyat periode 2014-2019 yang akan mengucapkan janji pada Rabu (1/10) ini adalah bagaimana memperbaiki citra lembaga itu” untuk memunculkan daya informasi dalam berita politik. kalimat tersebut dipersepsi sebagai daya informasi karena berisi informasi mengenai beban berat DPR untuk memperbaiki citra lembaga itu. Citra DPR di mata masyarakat sangat negatif. Penanda ekstralingual dimunculkan melalui konteks berupa fenomena praanggapan bahwa citra DPR di masyarakat sangat negatif, terbukti proporsi tersebut mencapai 74,8 persen. Selain itu sikap DPR yang menyetujui pengesahan UndangUndang Pilkada melalui DPRD, juga memicu citra negatif DPR di mata publik. Padahal publik sendiri lebih mempertahankan pilkada langsung dibandingkan mengubahnya melalui DPRD. Reaksi negatif pubik terhadap DPR bersumber dari kiprah DPR hasil Pemilu 2009.
82) Data tuturan “ salah satu faktor yang cukup mempengaruhi citra DPR adalah perilaku korupsi”(BPKK, 01/10/2014 Topik : DPR, Citra, dan Politik Partai hal.4) Konteks tuturan Tuturan diucapkan oleh penutur yang menanggapi korupsi di indonesia yang banyak menyeret anggota DPR. Sepanjang lima tahun terakhir, terseretnya sejumlah anggota DPR dalam kasus korupsi yang menjadi pemicu pesimisme publik pada lembaga ini. selain itu adanya proyekproyek di kementerian dan pembahasan anggaran yang menjadi lahan praktik korupsi anggota legislatif. Penanda tuturan Penanda intralingual ditandai oleh kalimat “ salah satu faktor yang cukup mempengaruhi citra DPR adalah perilaku korupsi” untuk memunculkan daya informasi dalam berita politik. kalimat tersebut dipersepsi sebagai daya informasi karena mengandung informasi mengenai citra DPR yang dipengaruhi oleh perilaku korupsi. Korupsi di negara Indonesia banyak dijumpai oleh pejabat negara dan sampai saat ini belum dapat diberantas tuntas. Penanda ekstralingual dimunculkan melalui konteks berupa
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
223
fenomena praanggapan bahwakorupsi di indonesia yang banyak menyeret anggota DPR. Sepanjang lima tahun terakhir, terseretnya sejumlah anggota DPR dalam kasus korupsi yang menjadi pemicu pesimisme publik pada lembaga ini. selain itu adanya proyek-proyek di kementerian dan pembahasan anggaran yang menjadi lahan praktik korupsi anggota legislatif. Beberapa nama-nama anggota DPR yang terseret kasus korupsi adalah M Nazaruddin (Demokrat), yang terseret kasus korupsi proyek di Kementerian Pemuda dan Olahraga. Kasus ini akhirnya menyeret, menjerat juga kolega separtainya, yaitu Angelina Sondakh, Andi Malrangangeng dan Anas Urbaningrum. Selain itu kasus suap dana Penyesuaian infrastruktur Daerah menyeret Wa Ode Nur Hayati (PAN). Sementara Luthfi Hasan Ishaq (PKS) terjertat kasus suap proyek impor sapi, Zulkarnaen Djabar (Golkar) dalam korupsi proyek pengadaan Al Quran di Kementerian Agama, dan Chaerunisa (Golkar) dalam kasus suap sengketa pilkada di Mahkamah Konstitusi. 83) Data tuturan “ Dengan terbitnya surat edaran itu, pelaksanaan pilkada serentak di lima kabupaten dan kota di Bali akan ditunda”(BPKK, 03/10/2014 Topik : Daerah Tunda Pilkada hal.5) Konteks tuturan Tuturan diucapkan oleh Ketua KPU Bali I Dewa Kade Wiarsa Raka Sandi yang menanggapi surat edaran KPU yang diterima KPU Bali. Dengan surat bernomor 1600/KPU/X/2014 mengenai pelaksanaan tahapan pilkada tahun 2015. Penanda tuturan Penanda intralingual ditandai oleh kalimat “ Dengan terbitnya surat edaran itu, pelaksanaan pilkada serentak di lima kabupaten dan kota di Bali akan ditunda”untuk memunculkan daya informasi dalam berita politik. Kalimat tersebut dipersepsi sebagai daya informasi karena mengandung informasi mengenai surat edaran KPU kepada KPU Bali yang menunda pelaksanaan pilkada serentak di lima kabupaten dan kota di Bali. Penanda ekstralingual dimunculkan melalui konteks berupa fenomena praanggapan bahwa berdasarkan surat surat bernomor 1600/KPU/X/2014 mengenai pelaksanaan tahapan pilkada tahun 2015, yang ditunda sampai disahkannya UU pilkada oleh Presiden. 84) Data tuturan “ Pemilihan kepala daerah melalui DPRD berpotensi menyuburkan praktik korupsi antara kalangan legislatif dan eksekutif di daerah-
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
224
daerah”(BPKK, 03/10/2014 Topik : PPATK Perketat Pengawasan Legislatif hal.5) Konteks tuturan Tuturan diucapkan oleh Wakil Ketua Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan Agus Susanto yang menanggapi kongkalikong ekstekutif dan DPRD. Penanda tuturan Penanda intralingual ditandai oleh kalimat “Pemilihan kepala daerah melalui DPRD berpotensi menyuburkan praktik korupsi antara kalangan legislatif dan eksekutif di daerah-daerah” untuk memunculkan daya informasi dalam berita politik. kalimat tersebut dipersepsi sebagai daya informasi karena berisi informasi mengenai pilkada oleh DPRD yang akan menyuburkan praktik korupsi. Dengan adanya pilkada DPRD akan memicu politik uang dan penyuapan. Penanda ekstralingual dimunculkan melalui konteks berupa fenomena praanggapan bahwa adanya kongkalikong antara kalangan eksekutif dengan DPRD yang sudah dimulai sejak penyusunan anggaran. Bahkan, sejak 1999 hingga 2014, tercatat sekitar 3.600 anggota DPRD tersangkut kasus korupsi. Sementara di sisi kepala daerah, tercatat 325 kepala daerah tersangkut kasus korupsi. 85) Data tuturan “ sidang diskors dulu. Tah!” (BPKK, 03/10/2014 Topik : Sidang Paripurna dan Gus Dur hal.2) Konteks tuturan Tuturan diucapkan oleh pimpinan sidang Popong yang menanggapi kegaduhan sidang paripurna DPR. Kegaduhan itu dikarenakan interupsi yang diajukan oleh menteri yang dilantik tidak digubris olehnya. Saat keriuhan berlangsung penutur mencari palu sidang yang tiba-tiba hilang dari meja pimpinan. Penanda tuturan Penanda intralingual ditandai oleh kalimat “sidang diskors dulu. Tah!” untuk memunculkan daya peringatan dalam berita politik. kalimat tersebut dipersepsi sebagai daya peringatan karena berisi peringatan kepada para peserta sidang bahwa Sidang Paripurna diskors selama 30 menit. Penanda ekstralingual dimunculkan melalui konteks berupa fenomena praanggapan bahwa sidang paripurna DPR dengan agenda pemilihan fraksi dan pimpinan DPR berlangsung gaduh. Di tengah keriuhan, penutur mencari palu sidang yang tiba-tiba hilang dari meja pimpinan. Rapat Paripurna DPR gaduh karena interupsi menteri yang sudah dilantik tida digurbis oleh pimpinan sidang.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
225
86) Data tuturan “ Dipilih sebagai pimpinan sidang karena merupakan anggota DPR tertua, Popong tergolong berani mengendalikan sidang”(BPKK, 03/10/2014 Topik : Sidang Paripurna dan Gus Dur hal.2) Konteks tuturan Tuturan diucapkan oleh penutur yang menanggapi sosok pimpinan sidang paripurna DPR yang berusia 76 tahun. Beliau memilih tidak menggubris sejumlah interupsi agar paripurna tidak berlarut-larut. Penanda tuturan Penanda intralingual ditandai oleh kalimat “ Dipilih sebagai pimpinan siding karena merupakan anggota DPR tertua, Popong tergolong berani mengendalikan sidang” untuk memunculkan daya informasi dalam berita politik. wacana tersebut dipersepsi sebagai daya informasi karena berisi informasi mengenai sosok popong yang dipilih menjadi pimpinan sidang paripurna karena beliau merupakan anggota DPR tertua. Beliau juga mampu mengendalikan sidang dengan cara tidak menerima atau menggubris interupsi para anggota DPR yang dilantik. Penanda ekstralingual dimunculkan melalui konteks berupa fenomena praanggapan bahwa sosok Popong yang berusia 76 tahun merupakan anggota DPR tertua yang berani mengambil tindakan untuk tidak menggubris sejumlah interupsi agar paripurna tidak berlarut-larut. Beliau memiliki pengetahuan lama bahwa apabila interupsi diladeni, butuh waktu tiga hari rapatnya selesai.
87) Data tuturan “ Pantes Gus Dur dulu mengatakan DPR itu seperti taman kanak-kanak. Kalau melihat, ya tidak terlalu salah kalau seperti itu”(BPKK, 03/10/2014 Topik : Sidang Paripurna dan Gus Dur hal.2) Konteks tuturan Tuturan diucapkan oleh Popong Otje selaku anggota DPR tertua yang menanggapi keadaan sidang paripurna DPR dengan agenda penetapan pimpinan fraksi dan pimpinan DPR yang berlangsung gaduh. Puluhan anggota DPR yang beberapa jam sebelumnya dilantik berteriak mengajukan interupsi. Selain itu banyak mikrofon mati dan sebagian wakil rakyat merangsek ke depan meja pimpinan sidang paripurna. Penanda tuturan Penanda intralingual ditandai oleh kalimat “Pantes Gus Dur dulu mengatakan DPR itu seperti taman kanak-kanak. Kalau melihat, ya tidak terlalu salah kalau seperti itu”untuk memunculkan daya sindir dalam
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
226
berita politik. wacana tersebut dipersepsi sebagai daya sindir karena berisi sindiran penutur atas tingkah laku para menteri pada saat siding paripurna DPR. Banyak menteri yang bersikap seperti anak-anak dengan cara berteriak mengajukan interupsi. Mereka tidak mau mengalah anatar satu dengan yang lainnya sehingga membuat sidang menjadi gaduh dan riuh. Penanda ekstralingual dimunculkan melalui konteks berupa fenomena praanggapan bahwa anggota DPR berperilaku seperti anak-anak apabila interupsinya atau pendapatnya tidak dihiraukan oleh pimpinan sidang. Hal ini dapat berakibat rusaknya mikrofon dalam ruang sidang dan sebagian wakil rakyat merangsek ke depan meja pimpinan sidang paripurna.
88) Data tuturan “ Kami akan kembali tidur di Mampang. Di sana, lekukan bantalnya lebih enak, bantal sendiri.”(BPKK, 04/10/2014 Topik : Hari Terakhir Wapres di Rumah Dinasnya hal.5) Konteks tuturan Tuturan diucapkan oleh mantan Wakil Presiden Boediono yang menanggapi hari terakhirnya beliau berada di rumah dinasnya dan akan pindah ke rumah pribadinya sebelum masa jabatannya berakhir. Rumah pribadi Boediono bercat putih dengan tanaman rimbun diterasnya yang tidak berubah selama lima tahun ini. Penanda tuturan Penanda intralingual ditandai oleh kalimat “Di sana, lekukan bantalnya lebih enak, bantal sendiri.”untuk memunculkan daya humor dalam berita politik. kalimat tersebut dipersepsi sebagai daya humor karena berisi humor dari penutur yang mengatakan tidur di kamar sendiri lebih enak dibandingkan tidur di rumah dinas yang milik negara. Apa pun itu, kalau miliki sendiri pasti lebih nyaman dibandingkan bukan milik sendiri. Penanda ekstralingual dimunculkan melalui konteks berupa fenomena praanggapan bahwa mantan Wakil Presiden Boediono memiliki rumah pribadi yang bercat putih dengan tanaman yang rimbun. Berbagai perlengkapan dan perabotan rumah masih ditutup plastik agar tidak berdebu. Rumah yang luasnya tidak seluas rumah dinasnya ini sangat nyaman karena merupakan rumah pribadinya atau rumahnya sendiri. Penutur memiliki pengetahuan lama bahwa, tinggal di rumahnya sendiri lebih enak dan nyaman dari pada tinggal di rumah dinas yang begitu luas yang menjadi saksi bisu saat dirinya berkiprah bagi bangsa di pemerintahan.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
227
89) Data tuturan “ Kita tidak pernah nawar-nawarin” (BPKK, 06/10/2014 Topik : Kabinet Jokowi Harus Tim Impian hal.2) Konteks tuturan Tuturan diucapkan oleh Jokowi yang menanggapi pengusulan calon menteri untuk masuk dalam seleksi pemilihan pimpinan DPR pada kabinet Jokowi. Pemilihan pimpinan DPR pada kabinet Jokowi adalah dengan cara menyeleksi para nama-nama yang diusulkan oleh parpol. Akan tetapi sampai pada saat ini belum ada nama-nama yang diusulkan oleh parpol karena permintaannya baru disampaikan. Penanda tuturan Penanda intralingual ditandai oleh kalimat “Kita tidak pernah nawarnawarin” untuk memunculkan daya bantah dalam berita politik. Kalimat tersebut dipersepsi sebagai daya bantah karena berisi bantahan dari Jokowi bahwa dirinya tidak pernah menawarkan posisi menteri kepada Koalisi Merah Putih. Penanda ekstralingual dimunculkan melalui konteks berupa fenomena praanggapan bahwa pemilihan pimpinan DPR dengan cara memanggil calon menteri dari kalangan professional murni dan usulan nama-nama menteri dari parpol pengusungnya. 90) Data tuturan “ Kalau namanya tim impian, pasti di dalamnya bukan pencolengpencoleng, pencuri uang rakyat”(BPKK, 06/10/2014 Topik : Kabinet Jokowi Harus Tim Impian hal.2) Konteks tuturan Tuturan diucapkan oleh Seno Kusumoharjo yang menanggapi kabinet pemerintahan Jokowi- JK yang akan membentuk Tim Impian. Dalam kabinet harus diisi orang-orang yang mampu, mau bekerja keras, bersih, dan tidak memiliki catatan kelam masa lalu. Penutur memiliki pengetahuan lama bahwa korupsi yang menjerat menteri masih belum dapat diatasi dan masih banyak ditemukan menteri atau partai politik yang tersandung kasus korupsi. Penanda tuturan Penanda intralingual ditandai oleh kalimat “Kalau namanya tim impian, pasti di dalamnya bukan pencoleng-pencoleng, pencuri uang rakyat” untuk memunculkan daya sindir dalam berita politik. Kalimat tersebut dipersepsi sebagai daya sindir karena berisi sindiran penutur terhadap kabinet Jokowi untuk mewujudkan tim impian. Di mana, para menteri di dalam tim impian tersebut masih ada yang belum bersih dari korupsi, bahkan merupakan tokoh utama terjadinya korupsi di tubuh
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
228
pemerintahanPenanda ekstralingual dimunculkan melalui konteks berupa fenomena praanggapan bahwa korupsi yang menjerat menteri masih belum bisa diatasi. Buktinya banyak kasus yang ditemukan selama ini, bahwa banyak menteri atau partai politik yang tersandung kasus korupsi.
91) Data tuturan “ Setelah lama berjuang bersama Koalisi Merah Putih, Partai Persatuan Pembangunan akhirnya memutuskan berubah haluan. Partai ini memilih bergabung dengan Koalisi Indonesia Hebat di detik-detik terakhir menjelang pemilihan pimpinan Majelis Permusyawaratan Rakyat”(BPKK, 08/10/2014 Topik : Ketika PPP Berubah Haluan.. hal.2) Konteks tuturan Tuturan diucapkan oleh penutur yang menanggapi pindahnya Partai PPP dari Koalisi Merah Putih ke Koalisi Indonesia Hebat. Hal ini dikarenakan PPP merasa terbuang setelah terdampar dari kursi calon pimpinan MPR yang diajukan Koalisis Merah Putih (KMP). Penanda tuturan Penanda intralingual ditandai oleh kalimat “ Setelah lama berjuang bersama Koalisi Merah Putih, Partai Persatuan Pembangunan akhirnya memutuskan berubah haluan. Partai ini memilih bergabung dengan Koalisi Indonesia Hebat di detik-detik terakhir menjelang pemilihan pimpinan Majelis Permusyawaratan Rakyat” untuk memnculkan daya informasi dalam berita politik. Wacana tersebut dipersepsi sebagai daya informasi karena berisi informasi mengenai pindahnya Partai PPP dari Koalisi Merah Putih ke Koalisi Indonesia Hebat. Penanda ekstralingual dimunculkan melalui konteks berupa fenomena praanggapan bahwa selama ini Partai PPP sudah berdarah-darah mendukung KMP dalam pemilu presiden lalu yang mendukung pasangan Prabowo Subianti- Hatta Rajasa. KMP sudah menjanjikan kursi calon pimpinan MPR atas kerelaan PPP melepas posisi pimpinan DPR, namun kenyataannya PPP juga terlempar dari kursi calon pimpinan MPR itu. 92) Data tuturan “ Kami sudah capek diperlakukan seperti pengemis. Kerja keras kami tak dihargai. Ini akan membuat ummat marah, apa gunanya PPP di KMP?”(BPKK, 08/10/2014 Topik : Ketika PPP Berubah Haluan.. hal.2) Konteks tuturan Tuturan diucapkan oleh Hasrul Aswar selaku Wakil Ketua Umum PPP yang menanggapi perlakuan KMP terhadap Partai PPP atas ketidakadilan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
229
yang diberikan. PPP sudah berusaha untuk berkomunikasi dengan KMP, akan tetapi KMP tetap memutuskan PPP tidak masuk dalam paket calon pimpinan MPR. Penanda tuturan Penanda intralingual ditandai oleh kalimat “ Kami sudah capek diperlakukan seperti pengemis” untuk memunculkan daya penegasan dalam berita politik. kalimat tersebut dipersepsi sebagai daya penegasan karena berisi penegasan penutur bahwa penutur sudah lelah dan capek karena diperlakukan seperti pengemis selama berjuang bersama KMP. Bersama KMP penutur merasa tidak dihargai dan tidak ada rasa keadilan yang diberikan kepada PPP. Sehingga tidak ada gunanya berjuang bersama KMP karena tidak dapat memajukan kualitas partai PPP. Penanda ekstralingual dimunculkan melalui konteks berupa fenomena praanggapan bahwa Hasrul Azwar selaku Wakil Ketua PPP yang diusung oleh PPP sebagai calon pimpinan MPR tidak dapat masuk dalam paket calon pimpinan MPR. Padahal Hasrul sebagai calon pimpinan MPR merupakan harga mati, tidak bisa ditawar lagi. 93) Data tuturan “ Kami tidak mau hak suara rakyat dibungkam. Kami akan terus mengawal pembahasan peraturan pemerintahan pengganti undangundang (perppu) di DPR supaya hak rakyat di pilkada dikembalikan” (BPKK, 10/10/2014 Topik : Mayarakat Minta Pilkada Langsung hal.2) Konteks tuturan Tuturan diucapkan oleh Firda selaku Ketua Badan Ekstekutif Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UPI YAI yang menanggapi pemilihan pilkada langsung. Hak rakyat untuk memilih pimpinannya diatur dalam undang-undang. Penanda tuturan Penanda intralingual ditandai oleh kalimat “Kami tidak mau hak suara rakyat dibungkam” untuk memunculkan daya protes dalam berita politik. Kalimat tersebut dipersepsi sebagai daya penolakan karena mengandung penolakan dari penutur terhadap pemilihan kepala daerah oleh DPRD. Penutur menolak hal tersebut agar hak suara rakyat tidak dihilangkan.Penanda ekstralingual dimunculkan melalui konteks berupa fenomena praanggapan bahwa rakyat memiliki hak untuk memilih pimpinannya. Dalam undang-undang pun tertulis hak rakyat yang dijamin oleh negara. Maka dengan adanya pemilihan langsung akan lebih menyuarakan suara rakyat dan menjunjung tinggi hak rayat untuk memilih.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
230
94) Data tuturan “Saya jelaskan tadi, semua menteri dan kepala lembaga mendapat DOM,” (BPKK, 10/10/2014 Topik : Jero Bantah Memeras dan Salah Gunakan DOM hal.3) Konteks tuturan Tuturan diucapkan oleh Jero Wacik yang menanggapi pemeriksaan perdannya dengan pertanyaan yang diberikan kepadanya mengenai DOM. Selama Jero Wacik menjabat sebagai Menteri Kebudayaan dan Pariwisata dan ketika menjadi Menteri ESDM juga mendapatkan DOM. Penanda tuturan Penanda tuturan ditandai oleh kalimat“Saya jelaskan tadi, semua menteri dan kepala lembaga mendapat DOM,” untuk memunculkan daya penegasandalam berita politik.kalimat tersebut dipersepsi sebagai daya penegasan karena mengandung ungkapan penegasan Jero Wacik bahwa semua menteri dan kepala lembaga mendapatkan DOM. Penanda ekstralingual dimunculkan melalui konteks berupa fenomena praanggapan bahwa pada saat dirinya menjabat sebagai Menteri Kebudayaan dan Pariwisata selama 7 tahun. Ketika menjadi Menteri ESDM selama tiga tahun, dia juga mendapatkan DOM. 95) Data tuturan “ Jadi, perlu saya terangkan, biar jelas di masyarakat, saya tidak pernah memeras siapa pun ya…” (BPKK, 10/10/2014 Topik : Jero Bantah Memeras dan Salah Gunakan DOM hal.3) Konteks tuturan Tuturan diucapkan oleh Jero Wacik yang menanggapi pemeriksaan perdana dirinya atas kasus dugaan pemerasan yang dilakukannya saat menjabat Menteri ESDM. Jero disangka memeras bawahan dan rekanan Kementerian ESDM terkait keinginan untuk menambah DOM di Kementerian ESDM. Penanda tuturan Penanda intralingual ditandai oleh kalimat “ Jadi, perlu saya terangkan, biar jelas di masyarakat, saya tidak pernah memeras siapa pun ya…” untuk memunculkan daya penegasan dalam berita politik. Kalimat tersebut dipersepsi sebagai daya penegasan karena berisi ungkapan penegasan Jero Wacik bahwa dirinya tidak pernah memeras bawahan atau rekanan Kementerian ESDM. Penanda ekstralingual dimunculkan melalui konteks berupa fenomena praanggapan bahwa besarnya DOM di Kementerian ESDM sebesar 120 juta per bulan. Jero menggunakan DOM sesuai aturan karena sudah ada peraturan penggunaannya.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
231
96) Data tuturan “ Di pusat, Demokrat bergabung dengan KMP, tetapi di daerah berbeda”(BPKK, 12/10/2014 Topik : Golkar Heran PDI-P Didukung Demokrat hal.2) Konteks tuturan Tuturan diucapkan oleh Ketua DPD Golkar Sulut Vreeke Runtu yang menanggapi gabungnya Partai Demokrat bersama Partai PDI-P dalam pemilihan alat kelengkapan DPRD Provinsi Sulawesi Utara yang nenguasai 24 kursi dan lebih unggul dari pada KMP DPRD Sulut yang menguasai 21 kursi. Penutur memiliki pengetahuan lama bahwa hubungan antara partai Demokrat dan PDI-P selama ini tidak begitu baik. Keduanya memiliki prinsip dan pandangan yang berbeda sehingga tidak dapat disatukan apalagi dalam satu kubu. Penanda tuturan Penanda intralingual ditandai oleh diksi “tetapi” untuk memunculkan daya informasi dalam berita politik. Diksi tersebut dipersepsi sebagai daya informasi karena memiliki makna membandingkan antara posisi Demokrat ketika di pusat dan di daerah. Apabila di pusat Demokrat lebih memilih bergabung dengan KMP, sedangkan di daerah Demokrat bergabung dengan KIH yang dimotori oleh PDI-P. Penanda ekstralingual dimunculkan melalui konteks berupa fenomena praanggapan bahwa posisi partai Demokrat selama ini tidak menentu. Bahkan apabila dilihat dalam pemilihan alat kelengkapan DPRD Provinsi Sulawesi Utara Demokrat memilih bergabung dengan KIH dan mendukung PDI-P sehingga memenangkan kursi sebanyak 24 kursi. Hal ini terlihat sangat aneh karena hubungan antara Partai Demokrat dengan PDI-P selama ini sangat tidak baik apalagi mereka berada di satu kubu. Seperti kita ketahui hubungan partai Demokrat dengan PDI-P kurang harmonis semenjak Ketua Umum Partai Demokrat dan Ketua Umum PDI-P mencalonkan diri sebagai presiden pada periode 2004-2009 yang akhirnya di menangkan oleh Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono. Selama itu pula Megawati Soekarno Putri selaku Ketua Umum PDI-P tidak pernah bertemu atau pun bersikap pro dengan Susilo Bambang Yudhoyono. Hal ini terbukti dalam pelantikan presiden SBY pada periode pertama dan kedua Megawati tidak pernah hadir walaupun beliau sudah mendapatkan undangan.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
232
97) Data tuturan “Selain itu, e-voting juga tak mengenal suara rusak, semua suara bisa dihitung” (BPKK, 14/10/2014 Topik : Pilkada Serentak Tanpa E-Voting hal.5) Konteks tuturan Tuturan diucapkan oleh Kepala Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa Kabupaten Musi Rawas Rudi Irawan yang menanggapi Pilkada dengan menggunakan e-voting yang meningkatkan partisipasi pemilih dan warga sangat antusias dengan tekhnologi baru. Penutur memiliki pengetahuan lama bahwa, polkades manual biasanya banyak menemukan kendala, seperti surat suara yang rusak dan surat suara itu tidak dapat dihitung karena sudah rusak. Penanda tuturan Penanda intralingual ditandai oleh kalimat “Selain itu, e-voting juga tak mengenal suara rusak, semua suara bisa dihitung”untuk memunculkan daya informasi dalam berita politik. Kalimat tersebut dipersepsi sebagai daya informasi karena berisi informasi mengenai penggunaan pilkada dengan system e-voting yang sangat meningkatkan partisipasi pemilih dalam suatu desa. Sistem e-voting ini juga lebih mudah digunakan dan masyarkat pun sangat antusias. Penanda ekstralingual dimunculkan melalui konteks berupa fenomena praanggapan bahwa pada pilkada secara manual sering terjadi suara rusak melebihi jumlah suara yang diperoleh kandidat yang menang. Pilkada secara manual sering menimbulkan konflik karena tidak percaya kepada panitia atau kepada hasil penghitungan suara. 98) Data tuturan “Kinerja DPR periode 2014-2019 diragukan akan lebih baik dibandingkan DPR periode sebelumnya karena hampir separuh dari anggota DPR memiliki rekam jejak yang buruk” (BPKK, 15/10/2014 Topik : Kinerja DPR 2014-2019 Diragukan hal.2) Konteks tuturan Tuturan diucapkan oleh penutur yang menanggapi anggota DPR periode 2014-2019 yang memiliki rekam jejak buruk. Hal ini dapat kita lihat dari hasil penelusuran, 242 dari 560 anggota DPR memiliki rekam jejak yang buruk karena terlibat kasus pelanggaran hukum dan HAM. Penanda tuturan Penanda intralingual ditandai oleh kalimat “Kinerja DPR periode 20142019 diragukan akan lebih baik dibandingkan DPR periode sebelumnya karena hampir separuh dari anggota DPR memiliki rekam jejak yang
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
233
buruk”untuk memunculkan daya ungkap dalam berita politik. Kalimat tersebut dipersepsi sebagai daya ungkap karena berisi ungkapan dari penutur bahwa dengan banyaknya anggota DPR yang memiliki rekam jejak yang buruk tidak akan meningkatkan kinerja DPR lebih baik lagi dibandingkan kinerja DPR periode sebelumnya. Penanda ekstralingual dimunculkan melalui konteks berupa fenomena praanggapan bahwa 242 dari 560 anggota DPR memiliki rekam jejak yang buruk karena terlibat kasus pelanggaran hukum dan HAM. Diantaranya, pernah menjadi terdakwa kasus korupsi, pernah diperiksa dalam kasus korupsi oleh KPK, polisi, dan kejaksaan, serta pernah menjadi tersangka kasus korupsi. Selain itu aktif membela kasus korupsi, pernah terlibat pelanggaran pemilu, bahkan termasuk memiliki catatan absen buruk semasa menjabat anggota DPR sebelumnya. 99) Data tuturan “ kalau mau upacara serah terima, ya sebelum pelantikan karena pada saat itu status SBY masih presiden dan Jokowi sebagai presiden terpilih. Kalau sudah dilantik, kan jadi aneh.”(BPKK, 17/10/2014 Topik : Acara Serah Terima Menyalahi Etika hal.3) Konteks tuturan Tuturan diucapkan Wakil Ketua MPR Mahyudin yang menanggapi upacara serah terima yang diadakan oleh Susilo Bambang Yudhoyono setelah pelantikan presiden terpilih Joko Widodo periode 2014-2019. Penutur memiliki pengetahuan lama bahwa serah terima sebelum pelantikan justru membuat masyarakat bingung karena terkesan ada dua presiden yang aktif. Penanda tuturan Penanda intralingual ditanda oleh kalimat “ kalau mau upacara serah terima, ya sebelum pelantikan karena pada saat itu status SBY masih presiden dan Jokowi sebagai presiden terpilih.” untuk memunculkan daya ungkap dalam berita politik. Kalimat tersebut dipersepsi sebagai daya ungkap karena berisi ungkapan penutur bahwa upacara serah terima lebih baik diadakan sebelum pelantikan presiden terpilih. Hal ini agar terkesan tidak aneh karena saat serah terima status presiden terpilih sudah berstatus menjadi presiden dan presiden sebelumnya berstatus menjadi mantan presiden. Apabila dilihat sangat tidak etis seorang mantan presiden menyerahkan jabatannya kepada presiden yang sudah terpilih. Penanda ekstralingual dimunculkan melalui konteks berupa fenomena praanggapan bahwa serah terima sebelum pelantikan justru membuat masyarakat bingung karena terkesan ada dua presiden yang aktif. Padahal, seperti kita
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
234
ketahui hukum ketatanegaraan di Indonesia melarang dualism kekuasaan presiden. Selain itu berlaku untuk prinsip kekosongan presiden, yakni tidak boleh ada kekosongan presiden dalam sehari pun.
100) Data tuturan “ Kami harapkan (pelantikan) betul-betul dihadiri lengkap dan suskes”(BPKK, 17/10/2014 Topik : Tiga Presiden RI Hadiri Pelantikan Hal.5) Konteks tuturan Tuturan diucapkan oleh Ketua MPR Zulkifli Hasan yang menanggapi kehadiran sejumlah pihak untuk membangun kebersamaan dalam pelantikan presiden-wakil presiden terpilih Joko Widodo-Jusuf Kalla. Selain itu beberapa mantan preisden seperti tiga mantan presiden ini juga akan menghadiri pelantikan presiden periode 2014-2019. Beberapa diantaranya adalah presiden ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono, Megawati Soekarnoputri (presiden ke-5), dan BJ Habibie (presdien ke-3). Penanda tuturan Penanda intralingual ditandai oleh kalimat “ Kami harapkan (pelantikan) betul-betul dihadiri lengkap dan suskes”untuk memunculkan daya harapan dalam berita politik. Kalimat tersebut dipersepsi sebagai daya harapan karena berisi harapan penutur agar sejumlah pihak dapat menghadiri pelantikan presiden tersebut dan pelantikan dapat berjalan dengan lancar dan sukses. Penanda ekstralingual dimunculkan melalui konteks berupa fenomena praanggapan bahwa beberapa mantan preisden seperti tiga mantan presiden ini juga akan menghadiri pelantikan presiden periode 2014-2019. Beberapa diantaranya adalah presiden ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono, Megawati Soekarnoputri (presiden ke-5), dan BJ Habibie (presdien ke-3). Selain itu tokoh lain yang menyatakan akan hadir adalah Ketua Umum Partai PAN Hatta Rajasa, Ketua Umum Partai Golkar Aburizal Bakrie,dan sembilan kepala pemerintahan dan delapan utusan khusus dari negara sahabat juga akan hadir. 101) Data tuturan “ Dari diskusi yang ada, pilkada serentak September 2015” (BPKK, 18/10/2014 Topik : KPU setuju Dilakukan September Hal.5) Konteks tuturan Tuturan diucapkan oleh Ketua KPU Husni Kamil Malik saat ditemui seusai konsolidasi di KPU Yogyakarta, yang menanggapi pelaksanaan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
235
pemilihan kepala daerah yang diadakan September 2015. Penutur memeiliki pengetahuan lama bahwa Perppu No 1/2014 digelar pada September 2015. Hal ini dikarenakan pada Desember 2015 pada kepala daerah sudah harus dilantik. Penanda tuturan Penanda intralingual ditandai oleh kalimat “ Dari diskusi yang ada, pilkada serentak September 2015”untuk memunculkan daya informasi dalam berita politik. daya tersebut dipersepsi sebagai daya informasi karena mengandung informasi mengenai pelaksanaan pilkada yang akan dilaksanakan secara serentak pada September 2015. Penanda ekstralingual dimunculkan melalui konteks berupa fenomena praanggapanbahwa Perppu No 1/2014 digelar pada September 2015. Hal ini dikarenakan pada Desember 2015 pada kepala daerah sudah harus dilantik.
102) Data tuturan “Anak-anak ke istana kalau sedang libur saja.” (BPKK, 20/10/2014 Topik : Bersahaja dan Tetap “Blusukan” Hal.4) Konteks tuturan Tuturan diucapkan oleh Ibu Negara Iriana yang menanggapi kesibukan anak-anaknya. Ketiga anaknya tidak ikut tinggal di istana negara bersama Ibu Iriana dan Pak Jokowi yang sedang bertugas memimpin bangsa. Penanda tuturan Penanda intralingual ditandai oleh kalimat“Anak-anak ke istana kalau sedang libur saja.”untuk memunculkan daya informasi dalam berita politik. Kalimat tersebut dipersepsi sebagai daya informasi karena memberikan informasi bahwa ketiga anknya datang ke istana apabila sedang libur pada kegiatannya masing-masingPenanda ekstralingual dimunculkan melalui konteks berupa fenomena praanggapan bahwa anak sulungnya tinggal di Solo guna meneruskan bisnis keluarganya. Sementara anak keduanya, masih mengikuti seleksi CPNS dan tinggal di rumah pribadinya di Solo. Adapun anak ketiganya tengah menyelesaikan kuliah di Singapura. 103) Data tuturan “Anak guru, sederhana, rada ndeso.”(BPKK, 20/10/2014 Topik : Bersahaja dan Tetap “Blusukan” Hal.4) Konteks tuturan Tuturan diucapkan oleh presiden RI Jokowi Dodo saat ditanya mengenai kenapa beliau bisa jatuh cinta kepada ibu Iriana dan menjadikannya
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
236
sebagai istri. Ana merupakan sosok yang sederhana dan apa adanya. Beliau merupakan anak dari seorang guru PPKN di SMA Negeri 3 Surakrta. Penanda tuturan Penanda intralingual ditandai oleh kalimat“Anak guru, sederhana, rada ndeso.”untuk memunculkan daya humor dalam berita politik. kalimat tersebut diperspesi sebagai daya humor karena berisi ungkapan humor Jokowi mengenai sosok istrinya dengan penuh canda. Beliau mengungkapkan sosok istrinya dengan sedikit senyum dan didominasi bahasa jawa. Penanda ekstralingual dimunculkan melalui konteks berupa fenomena praanggapanbahwa Ana merupakan sosok yang sederhana dan apa adanya. Beliau merupakan anak dari seorang guru PPKN di SMA Negeri 3 Surakrta. Kesederhanaan Ana terlihat dari cara die berpakaian yang memakai pakaian jauh dari kesan glamour dan lebih memilih memakai kain dari Solo. Selain itu tas yang dipakai juga produksi usaha kecil dan menengah dari Solo. 104) Data tuturan “ Keistimewaan anak pejabat terbukti hanya menghancurkan pribadi dan menurunkan tingkat kepercayaan terhadap pemerintahan.” (BPKK, 24/10/2014 Topik : Patut Ditiru Pejabat Lain Hal.5) Konteks tuturan Tuturan diucapkan oleh Uchok yang menanggapi keistimewaan anak pejabat dalam tes CPNS. Penutur memiliki pengetahuan lama bahwa pemaksaan anak pejabat untuk diterima sebagai pegawai ke dalam struktur pemerintahan hanya akan merusak sistem. Seperti apabila anak pejabat itu tidak mampu bekerja dan melanggar aturan, tentu tidak aka nada atasan yang berani menegur dan menjatuhkan sanksi. Penanda tuturan Penanda intralingual ditandai oleh kalimat“ Keistimewaan anak pejabat terbukti hanya menghancurkan pribadi dan menurunkan tingkat kepercayaan terhadap pemerintahan.” untuk memunculkan daya ungkap dalam berita politik. kalimat tersebut dipersepsi sebagai daya ungkap karena berisi ungkapan penutur atas tidak baiknya anak pejabat yang diistimewakan dalam tes CPNS yang akan menghancurkan dan menurunkan kepercayaan terhadap pemerintahan. Penanda ekstralingual dimunculkan melalui konteks berupa fenomena praanggapan bahwa pemaksaan anak pejabat untuk diterima sebagai pegawai ke dalam struktur pemerintahan hanya akan merusak sistem. Seperti apabila anak pejabat itu tidak mampu bekerja dan melanggar aturan, tentu tidak aka nada atasan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
237
yang berani menegur dan menjatuhkan sanksi. Seperti kasus yang dialami anak pejabat yang diam-diam mengikuti tender proyek pemerintahan yang dilakukan putra mantan Menteri Koperasi dan UKM Sjarifuddin Hasan, tak ada satupun kementerian berani menolak. Pada akhirnya dugaan korupsi pun terungkap dan kini harus dibawa ke pengadilan. 105) Data tuturan “ kok tidak tertib seperti zaman Pak SBY, ya?”(BPKK, 28/10/2014 Topik : Ibarat Pemain Band yang Baru Mulai “ Nyetem” Hal.2) Konteks tuturan Tuturan diucapkan oleh seorang pers yang menanggapi suasana sesaat pelantikan di Istana Negara yang berlangsung cukup gaduh dan tak tertib seperti zaman presiden ke-6. Penutur memiliki penegtahuan lama bahwa presiden ke-6 merupakan mantan purnawirawan TNI yang mana banyak protocol yang mengatur tata tertib dalam Istana Negara. Penanda tuturan Penanda intralingual ditandai oleh kalimat“ kok tidak tertib seperti zaman Pak SBY, ya?”untuk memunculkan daya banding dalam berita politik. Kalimat tersebut dipersepsi sebagai daya bandingkarena penutur melihat perbedaan pelantikan pada zaman SBY dan Jokowi. Penutur melihat pada zaman pelantikan SBY lebih rapid an tertib, tidak seperti pada saat pelantikan Jokowi. Suasana pelantikan di Istana Negara yang berlangsung gaduh dan tak tertib karena para tamu berebut untuk menyalami persiden dan wakil presiden terpilih. Penanda ekstralingual dimunculkan melalui konteks berupa fenomena praanggapan bahwa pada zaman pemerintahan SBY, terutama saat pelantikan suasan berlangsung dengan tertib karena SBY merupakan purnawirawan TNI . Pada tahun 2004-2014, suasana berjalan dengan lancar dan hikmat. Kalau presiden tengah menyalami pejabat, tak ada satu pun berani bergerak atau maju ke tengah ruang pelantikan tanpa diatur protocol.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
238
LAMPIRAN 2 DATA PENGGUNAAN UNSUR INTRALINGUAL DAN EKSTRALINGUAL DALAM NILAI RASA BAHASA PADA TUTURAN BERITA POLITIK KORAN KOMPAS EDISI SEPTEMBER-OKTOBER 2014 UNTUK MENGEFEKTIFKAN KESANTUNAN
B. Data unsur intralingual dan ekstralingual dalam nilai rasa bahasa untuk mengefektifkan kesantunan 1. Data tuturan: ”Ketika seorang kader partai politik terkena kasus korupsi, seharusnya ada semacam mekanisme berupa koreksi internal yang diikuti dengan adanya teguran. Namun, sampai sekarang tidak ada mekanisme itu”. (BPKK,01/09/014Topik : Korupsi Harus Dicegah dari Awal, Hal. 2) Konteks tuturan: Tuturan diucapkan oleh Emerson Yuntho selaku koordinator monitoring hukum dan peradilan Indonesia yang menanggapi permasalahan mengenai kasus korupsi. Kasus korupsi di Indonesia banyak sekali dilakukan oleh kader partai politik. Beberapa diantaranya adalah kader partai politik seperti Angelina Sondakh, Andi Malaranggeng, Anas Urbaningrum, bahkan Jero Wacik. Penanda tuturan : Penanda intralingual ditandai dengan kalimat “Namun, sampai sekarang tidak ada mekanisme itu” untuk memunculkan nilai rasa kecewa. Kalimat tersebut dipersepsi sebagai ungkapan kekecewaan atas tidak adanya suatu gerakan atau pembenahan dalam menangani kadernya yang tersangkut kasus korupsi. Penanda ekstralingual dimunculkan melalui konteks berupa fenomena praanggapan bahwa kader partai politik banyak yang terlibat korupsi. Beberapa diantaranya adalah kader partai politik seperti Angelina Sondakh, Andi Malaranggeng, Anas Urbaningrum, bahkan Jero Wacik. Kader partai politik tersebut berada di bawah naungan Partai Demokrat. Dengan adanya kasus yang banyak menjerat kader parpol tersebut, membuat publik meninggalkan Partai Demokrat. Terbukti pada pemilu 2014 perolehan suara Partai Demokrat rontok.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
239
2. Data tuturan “Sayangnya, sampai sejauh ini tidak ada langkah atau program anti korupsi yang dicanangkan partai”. (BPKK,01/09/014Topik : Korupsi Harus Dicegah dari Awal, Hal. 2) Konteks tuturan : Tuturan diucapkan oleh Emerson Yuntho untuk menanggapi tidak adanya pembenahan kinerja partai politik dalam memberantas korupsi pada kader partai politik. Selama ini partai tidak melakukan pembenahan untuk mengurangi angka korupsi pada kadernya. Penutur memiliki pengetahuan lama bahwa selama ini pendanaan partai masih dibebankan kepada kadernya, terutama yang duduk di pemerintahan. Penanda tuturan : Penanda intralingual ditandai dengan diksi “sayangnya” untuk memunculkan nilai rasa kecewa. Diksi tersebut dipersepsi sebagai rasa kecewa penutur atas tindakan partai politik yang belum melakukan langkah atau program untuk menghentikan tindakan korupsi pada kader partai. Hal itu yang menyebabkan korupsi pada kader partai politik bukan lah yang baru. Penanda ekstralingual dimunculkan melalui konteks berupa fenomena praanggapan bahwa sampai sekarang masih banyak kader politik yang terjerat kasus korupsi. Hal ini dapat dipicu karena tidak ada pembenahan kinerja partai politik dalam memberantas korupsi pada kader partai politik. Penutur memiliki pengetahuan lama bahwa selama ini pendanaan partai masih dibebankan kepada kadernya, terutama yang duduk di pemerintahan. Hal seperti inilah yang memicu adanya korupsi pada kader partai politik. 3. Data tuturan “ Kepemimpinan Indonesia kini sedang menghadapi situasi gawat darurat” (BPKK,01/09/014Topik : Penegakan Hukum Tantang Jokowi, Hal.2) Konteks tuturan : Tuturan diucapkan oleh penutur untuk menanggapi keadan pemerintahan di Indonesia dalam menghadapi persoalan bangsa yang kait-mengait dengan kasus korupsi. Penutur memiliki pengetahuan lama bahwa hukum berada di depan mata, tetapi sang pemimpin justru tidak berhasil menghadirkan penegak hukum. Penanda tuturan : Penanda intralingual ditandai dengan diksi “gawat darurat” untuk memunculkan nilai rasa khawatir. Diksi tersebut dipersepsi sebagai nilai rasa khawatir karena penutur melihat keadaan pemerintahan di Indonesia
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
240
yang menghawatirkan dengan adanya persoalan bangsa yang saling berhubungan dengan kasus korupsi. Penanda ekstralingual dimunculkan melalui konteks berupa fenomena praanggapan bahwa selama lima tahun ini, pengamat politik melihat kepemimpinan dari segi hukum. Hasilnya adalah munculnya hukum konservatif di Indonesia seperti penegakannya tidak pernah bagus, saling ancam, dan penerapannya ditransaksikan. Selain itu dilihat dari suasananya, tuturan ini mengandung suasana genting. 4. Data tuturan “Koalisi, insya Allah akan ada. Tentu tak etis saya menyebutnya. Namun insya Allah akan ada.”(BPKK, 01/09/014Topik : Bangun Bangsa Bersama Hal. 3) Konteks tuturan Tuturan diucapkan oleh Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh yang menanggapi koalisi pendukung jokowi yang di dalamnya ada beberapa partai pendukung. Beberapa diantaranya adalah PPP dan Partai Demokrat. Penanda tuturan Penanda intralingual ditandai oleh diksi“Koalisi, insya Allah akan ada. Tentu tak etis saya menyebutnya. Namun insya Allah akan ada.” untuk memunculkan nilai rasa optimis dalam berita politik. Diksi tersebut dipersepsi sebagai nilai rasa optimis karena memperlihatkan bahwa penutur yakin akan ada koalisi tersebut. Penanda ekstralingual dimunculkan melalui konteks berupa fenomena praanggapan bahwa koalisi pendukung jokowi yang di dalamnya ada beberapa partai pendukung. Beberapa diantaranya akan bergabung adalah PPP dan Partai Demokrat. 5. Data tuturan “ Juru bicara Masyarakat Transparasi (Mata) Banten Oman Abdurahman, Senin (1/9), menilai, vonis Atut yang hanya 4 tahun penjara dalam sengketa Pemilu Kepala Daerah (Pilkada) Lebak, Banten, di Mahkamah Konstitusi (MK) sangat melukai rasa keadilan di masyarakat.(BPKK, 02/09/014Topik : Rasa Keadilan Rakyat Terusik, Hal. 2) Konteks tuturan Tuturan diucapkan oleh Oman yang menanggapi vonis terhadap tersangka suap mantan Hakim dan Ketua MK yaitu Atut Chosiyah. Vonis yang dijatuhkan terhadap Atut sangat tidak membuat efek jera. Hal ini dikarenakan Atut hanya divonis selama 4 tahun atas kasus suap mantan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
241
hakim dan Ketua Mahkamah Konstitusi Akil Mochtar. Penutur memiliki pengetahuan lama bahwa vonis yang dijatuhkan merupakan pelecehan terhadap supermasi hukum dan membawa dampak negatif karena vonis yang dijtuhkan tidak sebanding dengan kasus yang dilakukan. Penanda tuturan Penanda intralingual ditandai dengan diksi“melukai” untuk memunculkan nilai rasa prihatin. Diksi tersebut dipersepsi sebagai nilai rasa prihatin karena penutur menganggap bahwa adanya vonis tersebut sangat melukai hati masyarakat. Majelis hakim memberikan vonis dengan melihat jabatan dari tersangka itu sendiri, dari pada melihat peraturan hukum yang ada. Hal ini tentu menyakiti hak masyarakat sebagai sesama warga indonesia Penanda ekstralingual dimunculkan melalui konteks berupa fenomena praanggapan bahwa selama ini penegakan hukum di Indonesia sendiri belum sesuai dengan peraturannya. Sering ketidakadilan hak dalam masyarakat terjadi. Perbedaan hukuman terlihat apabila seorang pejabat terlibat kasus korupsi yang hanya mendapatkan vonis yang tidak semestinya dibandingkan rakyat biasa yang dituduh mencuri barang yang sepele jika dilihat dari kenyataannya, majelis hukum atau penegakan hukum di Indonesia berlaku tidak adil atas hukuman yang diterima oleh pejabat dengan rakyat biasa. Biasanya rakyat biasa menerima hukuman yang lebih berat dibandingkan dengan hukuman yang diterima pejabat negara apabila tersandung kasus korupsi. 6. Data tuturan “ Ini jelas pelecehan terhadap supermasi hukum”.(BPKK, 02/09/014Topik : Rasa Keadilan Rakyat Terusik, Hal. 2) Konteks tuturan Tuturan diucapkan oleh Oman, selaku Juru Bicara Masyarakat Transparasi Banten yang menanggapi vonis terhadap Atut. Vonis tersebut membawa dampak negatif dan tidak memberikan efek jera. Penanda tuturan Penanda intralingual ditandai dengan kalimat“ Ini jelas pelecehan terhadap supermasi hukum untuk memunculkan nilai rasatidak terima. Kalimat tersebut dipersepsi sebagai nilai rasa tidak terima karena sudah melecehkan atau menghina supermasi hukum. Kekuatan hukum selama ini harusnya bisa adil terhadap semua masyarakat, walaupun itu pejabat negara. Namun pada kenyataannya, seperti kasus Atut ini, majelis hakim tidak berbuat adil terhadap setiap masyarakat yang melakukan kesalahan. Penanda ekstralingual dimunculkan melalui konteks berupa fenomena praanggapan bahwa kasus-kasus yang menimpa pejabat negara selama ini
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
242
tidak ditangani sebagamana mestinya. Hal ini yang membuat hak rakyat tidak dihiraukan, karena penegak hukumnya sendiri malah tidak memberi keadilan sepenuhnya terhadap masyarakatnya. Sehingga tidak membuat para tokoh politik jera akan kasus korupsi atau suap. Hal ini terbukti sampai saat ini kasus suap dan korupsi belum dapat diberantas secara tuntas. 7. Data tuturan “ Saat pembacaan vonis, ruang sidang dipenuhi pengunjung, terutama pendukung Atut yang sebagian besar ibu-ibu. Beberapa dari mereka menangis saat hakim mengetukan palu vonis terhadap Atut”. (BPKK, 02/09/014 Topik : Rasa Keadilan Rakyat Terusik, Hal. 2) Konteks tuturan Tuturan diucapkan oleh penutur untuk menaggapi keadaan saat persidangan Atut. Penutur memiliki pengetahuan lama bahwa pendukung Atut selama ini kebanyakan adalah kaum ibu-ibu. Penanda tuturan Penanda intralingual ditandai oleh diksi “menangis” untuk memunculkan nilai rasa sedih dalam berita politik. Diksi tersebut dipersepsi sebagai nilai rasa sedih karena mengandung makna sedih dengan menggambarkan keadaan saat pendukung meneteskan air mata. Selain itu, terlihat jelas situasi yang mengharukan dan menyedihkan ketika ibu-ibu pendukung Atut meneteskan air mata saat vonis Atut dibacakan. Nilai rasa sedih diperkuat dengan penanda ekstralingualnya berupa suasana sedih dan situasi yang mengharukan. Selain itu adanya pengetahuan umum bahwa pendukung Atut selama ini kebanyakan dari kalangan ibu-ibu. 8. Data tuturan “ Selain berlaku sopan selama sidang, Atut juga belum pernah dihukum”.(BPKK, 02/09/014 Topik : Rasa Keadilan Rakyat Terusik, Hal. 2) Konteks tuturan Tuturan diucapkan oleh Hakim untuk menanggapi sikap Atut dan rekam jejaknya. Penutur memiliki pengetahuan lama bahwa Atut memiliki rekam jejak yang baik karena sebelumnya belum pernah berurusan dengan hukum. Penanda tuturan Penanda intralingual ditandai oleh kalimat“Selain berlaku sopan selama sidang, Atut juga belum pernah dihukum” untuk memunculkan nilai rasa sopan dalam berita politik. kalimat tersebut dipersepsi sebagai nilai rasa
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
243
sopan karena terlihat dari tingkah laku atut selama persidangan. Selain itu dikarenakan rekam jejak atut yang belum pernah berurusan dengan hukum sebelumnya. Penanda ekstralingual dimunculkan melalui konteks berupa fenomena praanggapan bahwa kinerja Atut selama ini terlihat baik-baik saja sebelum dia tersangkut kasus suap ini. Hal ini terlihat dalam rekam jejaknya, Atut belum pernah dihukum atau belum pernah tersandung kasus sebelum ini. 9. Data tuturan “ gerakan relawan antara lain muncul karena ada rasa percaya terhadap calon yang didukung.”(BPKK, 02/09/014Topik : Relawan Tepis Isu Sekterian Hal. 4) Konteks tuturan Tuturan diucapkan oleh penutur untuk menanggapi gerakan relawan yang efektif dan menekan kampanye hitam yang bernuansa suku, agama, ras, dan antar-golongan yang muncul dalam Pemilu Presiden 2014. Penutur memiliki pengetahuan lama bahwa gerakan relawan muncul karena rasa tertarik dan percaya terhadap calon yang didukungnya. Penanda tuturan Penanda intralingual ditandai oleh diksi “percaya” untuk memunculkan nilai rasa yakindalam berita politik. Diksi tersebut dipersepsi sebagai nilai rasa yakin karena mengandung makna konotatif yaitu percaya. selain itu adanya kepercayaan relawan terhadap calon yang didukungnya. Penanda ekstralingual dimunculkan melalui konteks berupa fenomena praanggapan bahwa kepercayaan relawan terhadap calon yang didukungnya muncul karena sepak terjang dan rasa percaya terhadap calon yang didukungnya. Seperti relawan mendukung Jokowi-JK yang berasal dari guru-guru sekolah menengah kejuruan (SMK). Relawan ini dibentuk karena tertarik dengan gerakan mobil nasional Jokowi. 10. Data tuturan “ Perseturuan politik setelah pemilu Presiden 2014 secara perlahan berakhir” (BPKK, 03/09/014Topik : Hatta: Kompetisi Usai, Mari Bangun Bangsa, Hal. 2) Konteks tuturan Tuturan diucapkan penutur untuk menanggapi perseturuan selama pemilu presiden 2014 bahwa perseturuan itu terjadi antara calon pasangan Jokowi-JK dengan Prabowo-Hatta. Penanda tuturan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
244
Penanda intralingual ditandai olehkalimat“Perseturuan politik setelah pemilu Presiden 2014 secara perlahan berakhir” untuk memunculkan nilairasa syukur dalam berita politik. Kalimat tersebut dipersepsi sebagai nilai rasa syukur karena pihak dari Prabowo-Hatta sudah menerima kekalahannya dan mengakui keputusan MK yang memutuskan rivalnya sebagai Presiden dan Wakil Presiden terpilih periode 2014-2019. Penanda ekstralingual dimunculkan melalui konteks berupa fenomena praanggapan bahwa setelah MK memutuskan Jokowi-JK sebagai Presiden dan Wakil Presiden dengan keikhlasannya Prabowo-Hatta menerima keputusan tersebut dengan lapang dada. Selain itu Hatta juga meminta masyarakat pendukungnya untuk menerima keputusan MK secara ikhlas. 11. Data tuturan “ Kompetisi telah selesai. Hormati keputusan Mahkamah Konstitusi. Mari kita bersama-sama membangun bangsa ini”.(BPKK, 03/09/014Topik : Hatta: Kompetisi Usai, Mari Bangun Bangsa, Hal. 2) Konteks tuturan Tuturan diucapkan oleh Hatta Rajasa untuk menanggapi hasil Pemilu Presiden periode 2014-2019. Penutur memiliki pengetahuan lama bahwa Hatta yang berpasangan dengan calon presiden Prabowo, harus merelakan kekalahnya dengan lapang dada. Penanda tuturan Penanda intralingual ditandai oleh kalimat“ Hormati keputusan Mahkamah Konstitusi.”untuk memunculkan nilai rasa ikhlas dalam berita politik. Kalimat tersebut dipersepsi sebagai nilai rasa ikhlas karena pihak Prabowo-Hatta menerima keputusan dan menghormati keputusan MK. Selain itu, nilai rasa ikhlas juga diperkuat dengan adanya ajakan Hatta untuk bersama-sama membangun bangsa unjuk menjadi lebih baik. Penanda ekstralingual dimunculkan melalui konteks berupa fenomena praanggapan bahwa kompetisi hanya ada ketika pemilu berlangsung. Selebihnya kita harus menerima keputusan MK dengan lapang dada agar kita dapat membangun bangsa ini bersama-sama. Keputusan MK juga bersifat kuat dan tidak dapat diganggu kuat. 12. Data tuturan “ jangan setelah berkompetisi para pemimpin tidak ada lagi silaturahmi, ketemu saja tidak, mengucapkan selamat juga tidak. Ini tidak baik untuk politik kita”.(BPKK, 03/09/014Topik : Hatta: Kompetisi Usai, Mari Bangun Bangsa, Hal. 2) Konteks tuturan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
245
Tuturan diucapkan oleh Hatta Rajasa untuk menanggapi keadaan setelah pemilu Presiden dan Wakil Presiden berlangsung. Penutur memiliki pengetahuan lama bahwa seperti pemilu presiden periode 2004-2009, ketika Yudhoyono terpilih menjadi presiden. Megawati yang harus mengakui kekalahannya malah memutuskan tali silaturahmi dengan Susilo Bambang Yudhoyono yang pada pemilu tersebut mendapatkan suara lebih unggul dari pada dirinya. Penanda tuturan Penanda intralingual ditandai oleh kalimat“jangan setelah berkompetisi para pemimpin tidak ada lagi silaturahmi, ketemu saja tidak, mengucapkan selamat juga tidak” untuk memunculkan nilai rasa kecewadalam berita politik. Kalimat tersebut dipersepsi sebagai nilai rasa menghargai karena penutur mengajak para masyarakat untuk menghargai dan menerima keputusan MK. Penanda ekstralingual dimunculkan melalui konteks berupa fenomena praanggapan bahwa ketika SBY ditetapkan sebagai Presiden periode sebelumnya, rivalnya yaitu Megawati Soekarno Putri tidak bisa menerimanya. Hingga saat ini terjadi isu-isu dan masyarakat bisa melihat sendiri bagaimana hubungan antara SBY dan Megawati yang terlibat perang dingin. Bahkan Megawati terlihat memutuskan hubungan silaturahmi dengan Susilo Bambang Yudhoyono pasca pemilu. Seperti pada saat pelantikan presiden periode 2004-2009 dan periode 2009-2014, Megawati yang mendapatkan undangan memilih tidak hadir dalam pelantikan presiden tersebut. 13. Data tuturan “ saya bersilaturahim. Saya sampaiakan selamat kepada Pak Jokowi. Kita mendoakan supaya bangsa kita maju dan mari sama-sama kita bangun negeri ini dalam kapasitas masing-masing”(BPKK, 03/09/014Topik : Hatta: Kompetisi Usai, Mari Bangun Bangsa, Hal. 2) Konteks tuturan Tuturan diucapkan oleh Hatta untuk menanggapi terpilihnya calon Presiden dan Wakil Presiden periode 2014-2019. Penutur memiliki pengetahuan lama bahwa dengan berdoa segala urusan akan menjadi lebih murah. Penanda tuturan Penanda intralingual ditandai oleh kalimat “Kita mendoakan supaya bangsa kita maju dan mari sama-sama kita bangun negeri ini dalam kapasitas masing-masing”untuk memunculkan nilai rasa religius dalam berita politik.Kalimat tersebut dipersepsi mengandung nilai rasa religius karena berisi tindakan berdoa untuk memajukan bangsa ini. Nilai rasa
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
246
religius dapat dilihat dari ajakan penutur untuk berdoa dan usaha untuk membangun bangsa lebih baik. Penanda ekstralingual dimunculkan melalui konteks berupa fenomena praanggapan bahwa dengan berdoa kita akan selalu dimudahkan jalannya. Suasana yang terlihat pada tuturan tersebut mengandung suasana bahagia. Seperti kita lihat kubu yang kalah dapat menerimanya dan berbahagia dengan keputusan yang ada. 14. Data tuturan “ Ada pembatalan pelantikan beberapa caleg terpilih akibat meninggal dunia dan mengundurkan diri”.(BPKK, 03/09/014Topik : KPU siapkan pelantikan 1 Oktober,, Hal. 2) Konteks tuturan Tuturan diucapkan oleh penutur untuk menanggapi pelantikan caleg terpilih. Penutur memiliki pengetahuan lama bahwa pelantikan tidak dapat dilakukan apabila calon yang dilantik mengalami suatu kejadian, seperti meninggal dunia. Penanda tuturan Penanda intralingual ditandai oleh diksi“meninggal dunia” untuk memunculkan nilai rasa halus dalam berita politik. Diksi tersebut dipersepsi sebagai nilai rasa halus karena diksi”meninggal dunia” berarti seseorang itu sudah meninggal. Diksi tersebut dipakai oleh seseorang untuk mengungkapkan seseorang yang telah tiada dengan mengucapkan “meninggal dunia”. Penggunaan diksi “meninggal dunia” adalah digunakan untuk manusia, tidak seperti hewan yang menggunakan diksi “mati”. Nilai rasa halus diperkuat dengan penanda ekstralingual berupa suasana haru dan sedih. Selain itu diperkuat dengan pengetahuan umum bahwa caleg yang meninggal pada saat pelantikan akan akan dibatalkan pelantikannya. 15. Data tuturan “ praktik mafia yang menggerogoti kekayaan maritim Indonesia itu selama ini tumbuh subur karena celah regulasi”. (BPKK, 03/09/014 Topik : Stop Mafia Perikanan Hal. 3) Konteks tuturan Tuturan diucapkan penutur untuk menanggapi praktik mafia perikanan. Sampai saat ini mafia perikanan masih berkembang secara pesat terutama di Indonesia. Penanda tuturan Penanda intralingual ditandai oleh kalimat“ praktik mafia yang menggerogoti kekayaan maritim Indonesia itu selama ini tumbuh subur
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
247
karena celah regulasi” untuk memunculkan nilai rasa heran dalam berita politik. Kalimat tersebut dipersepsi sebagai nilai rasa heran karena ternyata praktik mafia perikanan justru masih bisa berkembang dikarenakan celah regulasi yang membuka praktik mafia. Penanda ekstralingual dimunculkan melalui konteks berupa fenomena praanggapan bahwa regulasi usaha perikanan tangkap sudah direvisi akan tetapi tidak dapat menyelesaikan pencurian ikan di Indonesia. Bahkan terkesan memberikan kelonggaran terhadap potensi penangkapan ikan illegal. 16. Data tuturan “ ada kekecewaan terhadap putusan itu, tetapi kekecewaan itu akan kami tuangkan dalam bentuk hukum, yaitu melakukan upaya banding” (BPKK, 03/09/014Topik : Hatta: Episode Atut BelumBerakhir, Hal. 4) Konteks tuturan Tuturan diucapkan oleh Abraham Samad untuk menanggapi vonis yang ditetapkan kepada Atut Chosiyah selaku Gubernur Banten Nonaktif. Penanda tuturan Penanda intralingual ditandai oleh diksi”kekecewaan” untuk memunculkan nilai rasa kecewa dalam berita politik. Diksi tersebut dipersepsi sebagai nilai rasa kecewa karena mengandung makna denotatif atau makna sebenarnya yang berarti penutur merasa kecewa atas putusan Majelis Hakim. Hal ini dikarenakan vonis yang dijatuhkan kepada Atut tidak sebanding dengan tindakan yang dilakukan oleh Atut, sehingga membuat KPK akan mengajukan banding. Penanda ekstralingual dimunculkan melalui konteks berupa fenomena praanggapan bahwa Atut terjerat dalam dua kasus korupsi yaitum dugaan korupsi pencucian uang dan korupsi pengadaan alat kesehatan. Dengan adanya kasus yang menimpanya tersebut, tentu tidak adil apabila hukuman atut hanya 4 tahun kurungan penjara. 17. Data tuturan “ pengusulan wakil tidak lagi harus melalui persetujuan DRPD, seperti usulan sebelumnya, karena khawatir kalau tetap melalui DPRD akan memicu politik uang”.(BPKK, 03/09/2014 Topik : RUU Pilkada Diputus September hal.2) Konteks tuturan Tuturan diucapkan oleh Djohermansyah, selaku Direktur Jendral Otonomi Daerah yang menanggapi pemilihan kepala daerah. Dimana penutur memiliki pengetahuan lama, apabila melewati jalur DPR banyak calon
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
248
kepala daerah yang menyuap dengan uang hanya demi kursi kepala daerah. Penanda tuturan Pennada intralingual ditandai oleh kalimat“karena khawatir kalau tetap melalui DPRD akan memicu politik uang” untuk memunculkan nilai rasa khawatirdalam berita politik. Kalimat tersebut dipersepsi sebagai nilai rasa khawatir karena adanya kekhawatiran apabila melalui persetujuan DPRD akan banyak calon kepala daerah yang menyuap atau membeli kursi kepala daerah itu. Penanda ekstralingual dimunculkan melalui konteks berupa fenomena praanggapan bahwa ketika pilkada di tentukan oleh DPRD, banyak calon yang menyuap untuk mendapatkan kursi pemimpin itu. 18. Data tuturan “Pencurian ikan bukan hanya di Indonesia, dunia juga”. (BPKK, 03/09/2014 Topik : Stop Mafia Perikanan hal.3) Konteks tuturan : Tuturan diucapkan oleh Menteri kelautan, Sharif Chicip yang menilai kondisi mafia perikanan saat ini sudah menyebar luas. Seperti di Filipan dan Malaysia yang juga memiliki wilayah laut yang luas. Penanda tuturan : Penanda intralingual ditandai oleh klausa“dunia juga” untuk memunculkan nilai rasa heran dalam berita politik. Klausa tersebut dipersepsi sebagai nilai rasa heran karena di dalam frasa tersebut menjelaskan bahwa pencurian ikan bukan hanya terjadi di Indonesia, tetapi juga di dunia. Seperti terjadi juga di negara Filipina dan Malaysia. Negaranegara tetangga tersebut juga memiliki wilayah laut yang cukup luas. Penanda ekstralingual dimunculkan melalui konteks berupa fenomena praanggapan bahwa pencurian ikan yang sudah menyebar hampir di seluruh dunia. Seperti yang terjadi di negara tetangga, seperti di Filipina dan Malaysia 19. Data tuturan “Pak Busyro ini sebenarnya tak tergantikan, bahkan salah satu pimpinan KPK terbaik”. (BPKK, 03/09/2014 Topik : Busyro Didukung hal.4) Konteks tuturan : Tuturan diucapkan oleh Ganjar Bondon, Dosen Hukum Pidana UI yang menanggapi pencalonan ulang Busyro. Penutur memiliki pengetahuan lama ketika dalam masa pimpinan Busyro Muqoddas, dia dapat
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
249
memberantas semua korupsi besar bahkan yang melibatkan Nazar cs sudah dibongkar habis oleh Busyro Muqoddas. Penanda tuturan : Penanda intralingual ditandai oleh klausa“pimpinan KPK terbaik” untuk memunculkan nilai rasa kagum dalam berita politik. Klausa tersebut dipersepsi sebagai nilai rasa kagum terhadap sosok Busyro Muqoddas yang pada jabatan sebelumnya, beliau memiliki kinerja yang bagus sebagai Wakil Ketua KPK. Penanda ekstralingual dimunculkan melalui konteks berupa fenomena praanggapan bahwa Busyro telah membabat habis kasus korupsi-korupsi besar bahkan yng melibatkan Nazar cs. 20. Data tuturan “ lemas saya, dan prihatin. Enggak habis pikir. Enggak bisa omong lagi. (Sebab) mau omong apa lagi, ya? Itu masalah pribadi Pak Jero”(BPKK, 04/09/014 Topik : Demokrat Tak Habis Pikir, Hal. 2) Konteks tuturan Tuturan diucapkan oleh Sjarifudin hasan selaku Ketua DPP Partai Demokrat yang menanggapi kasus yang menjerat Jero Wacik. Penutur memiliki pengetahuan lama bahwa Para kader dan petinggi partai Demokrat banyak yang terjerat kasus korupsi. Penanda tuturan Penanda intralingual ditandai oleh kalimat “lemas saya, dan prihatin” untuk memunculkan nilai rasa prihatindalam berita politik.Kalimat tersebut dipersepsi sebagai nilai rasa prihatin terutama dimunculkan dalam diksi “prihatin” yang berarti bersedih hati melihat kasus yang menimpa Jero Wacik. Penanda ekstralingual dimunculkan melalui konteks berupa fenomena praanggapan bahwa para kader dan petinggi partai Demokrat banyak yang terjerat kasus korupsi. Seperti kasus yang menimpa Nazarudin, Angelina Sondakh, Andi Malaranggeng, sampai pada kasus yang menjerat Anas Urbaningrum. 21. Data tuturan “sebagai kawan, dia datang konsultasi dengan saya, tetapi bagaimana saya bisa memberikan nasihat kalau saya sendiri tak tahu masalahnya”(BPKK, 04/09/014Topik : Demokrat Tak Habis Pikir, Hal. 2) Konteks tuturan Tuturan diucapkan oleh Amir Syamsudin selaku Menteri Hukum dan HAM untuk menanggapi pertemuan dengan Jero Wacik. Pertemuannya tersebut hanya konsultasi sebagai sesama kawan di lingkungan kabinet dan partai.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
250
Penanda tuturan Penanda intralingual ditandai oleh kalimat“sebagai kawan, dia datang konsultasi dengan saya, tetapi bagaimana saya bisa memberikan nasihat kalau saya sendiri tak tahu masalahnya”untuk memunculkan nilai rasa bingung dalam berita politik. Kalimat tersebut dipersepsi sebagai nilai rasa bingung karena Jero Wacik datang ke Amir, tetapi dia tidak menceritakan maksud kedatangannya. Amir sebagai kawan menjelaskan bahwa Jero datang untuk berkonsultasi atas masalah hukum yanag menimpanya. Selain itu pertemuannya juga hanya berkonsultasi masalah sebagai kawan di lingkungan kabinet dan partai.Penanda ekstralingual dimunculkan melalui konteks berupa fenomena praanggapan bahwa selama pemerintahan Presiden SBY belum pernah dan tidak akan mencampuri perkara hukum terkait kader partai. 22. Data tuturan “ partai Demokrat merasa prihatin dengan penetapan Jero Wacik sebagai tersangka korupsi penggunaan dana operasional menteri dan tuduhan pemerasan”(BPKK, 04/09/014Topik : Demokrat Tak Habis Pikir, Hal. 2) Konteks tuturan Tuturan diucapkan oleh Max Sopacua selaku Wakil Ketua Umum Partai demokrat yang menanggapi kasus yang menjerat Jero Wacik atas dugaan korupsi di Kementerian ESDM. Penanda tuturan Penanda intralingual ditandai dengan kalimat“ partai Demokrat merasa prihatin dengan penetapan Jero Wacik sebagai tersangka korupsi penggunaan dana operasional menteri dan tuduhan pemerasan” untuk memunculkan nilai rasa prihatin dalam berita politik. Kalimat tersebut dipersepsi sebagai nilai rasa prihatin karena mengandung ungkapan prihatin dari Partai Demokrat atas kasus yang menimpa Jero Wacik.Penanda ekstralingual dimunculkan melalui konteks berupa fenomena praanggapan bahwa jabatan Jero Wacik yang dilihat bukan pada bidangnya. Jero Wacik tidak ahli menangani masalah sumber daya mineral karena bukan pada bidangnya. Selain itu banyak juga kasus yang menjerat para kader partai Demokrat selama ini. Terlihat sebelum Jero Wacik tertangkap, sudah ada enam kader yang juga petinggi Partai Demokrat menjadi tersangka akibat dugaan kasus korupsi. Penanda ekstralingual juga diperkuat dengan suasana tuturan yang haru atau kasihan.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
251
23. Data tuturan “Kita harus percaya bahwa dewan etik (MKD) bekerja secara objektif”. ”. (BPKK, 04/09/2014 Topik : Anggota DPR Tidak Boleh Diistimewakan) Konteks tuturan : Tuturan diucapkan oleh Totok Daryanto, anggota DPR yang meyakinkan bahwa dewan etik tidak bekerja secara eksklusif atau tertutup. Penanda tuturan : Penanda intralingual ditandai oleh klausa “kita harus percaya” untuk memunculkan nilai rasa yakin dalam berita politik. Klausa tersebut dipersepsi sebagai nilai rasa yakin karena memiliki makna meyakinkan mitra tutur agar yakin terhadap kinerja dewan etik yang bekerja secara objektif. Penanda ekstralingual dimunculkan melalui konteks berupa fenomena praanggapan bahwa selama ini dewan etik tidak bekerja secara eksklusif atau tertutup. Seperti ketika dewn etik diberi tugas untuk menelusuri, mencari keterangan, dan memeriksa. Pengusutan tersebut harus dilakukan secara objektif dan sesuai dengan fakta.
24. Data tuturan “Masak malaikat mau dites sama setan”.(BPKK, 04/09/2014 Topik : Total 104 Pendaftar hal.5) Konteks tuturan : Tuturan diucapkan oleh ahli Hukum Pidana Asep Iwan yang menanggapi seleksi Pansel Pimpinan KPK. Penutur memiliki pengetahuan lama bahwa seleksi pada tahap DPR sudah tidak dipercayai lagi oleh masyarakat, hal ini sangat merugikan bagi calon pimpinan yang jujur dan kredibel Penanda tuturan : Penanda intralingual ditandai oleh kalimat“Masak malaikat mau dites sama setan” untuk memunculkan nilai rasa ragu dalam berita politik. Kalimat itu dipersepsi sebagai nilai rasa ragu karena berupa keraguan penutur mengenai proses tes seleksi pada tahap DPR. Sindirian itu diucapkan terhadap sistem tes yang harus dilalui calon pimpinan KPK di tingkat DPR. Hal ini dikarenakan masyarakat sudah tidak percaya lagi terhadap anggota DPR yang diibaratkan sebagai “setan”. Sedangkan orang-orang yang jujur dan kredibel diibartkan sebagai malaikat. Keduanya mengandung gaya bahasa perumpaan yang mengibaratkan orang sebagai malaikat atau setan. Penanda ekstralingual dimunculkan melalui konteks berupa fenomena praanggapan bahwa kebanyakan orang sudah tidak percaya lagi kepada DPR. Hal ini dikarenakan kinerja DPR
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
252
sebagai wakil rakyat akan tetapi kebanyakan kasus korupsi justru banyak melibatkan anggota DPR itu sendiri 25. Data tuturan “ Akhirnya gugatan kita hanya lewat jalanan saja. Jika petisi ditanggapi, itu seolah hanya bonus”.(BPKK, 08/09/2014 Topik : Warga Mimpikan Hak Petisi hal.2) Konteks tuturan : Tuturan diucapkan oleh Dian, Mayarakat Antinuklir yang menanggapi Hak Petisi. Beliau memiliki pengetahuan lama, bahwa di Indonesia jika ada pejabat yang dipetisi, tidak ada kewajiban untuk merespons petisi tersebut. Penanda tuturan : Penanda intralingual ditandai oleh kalimat“ Akhirnya gugatan kita hanya lewat jalanan saja. Jika petisi ditanggapi, itu seolah hanya bonus”untuk memunculkan nilai rasa kecewa dalam berita politik. Kalimat tersebut dipersepsi sebagai nilai rasa kecewa karena berisi kekecewaan terhadap tindakan pejabat yang tidak merespons balik petisi. Seperti di Indonesia, hak petisi itu tidak ada gunanya karena tidak masuk dalam aturan yang ada. Penanda ekstralingual dimunculkan melalui konteks berupa fenomena praanggapan bahwa di Jepang setiap petisi warga serius disampaikan dan ditanggapi karena dijamin konstitusi. Sedangkan di Indonesia jika ada pejabat yang dipetisi, tidak ada kewajiban untuk merespon petisi tersebut. 26. Data tuturan “ Kita prihatin dengan kondisi yang menimpa ketua umum”(BPKK, 08/09/2014 Topik : PPP Merasa Terpasung KPK hal.2) Konteks tuturan : Tuturan diucapkan oleh Asgar Djuhaepa selaku Ketua DPW Sulawesi Tengah untuk menanggapi kasus korupsi penyelenggaraan haji tahun 2012/2013 yang menjerat Ketua Umum Suryadharma Ali. Penanda tuturan : Penanda intralingual ditandai oleh kalimat “ Kita prihatin dengan kondisi yang menimpa ketua umum”untuk memunculkan nilai rasa prihatin dalam berita politik. Kalimat tersebut dipersepsi sebagai nilai rasa prihatin karena mengandung ungkapan keprihatinan penutur atas kasus yang menimpa Suryadharma Ali atas kasus korupsi Penyelenggaraan haji tahun 2012-2013. Penanda ekstralingual dimunculkan melalui konteks berupa fenomena praanggapan bahwa hasil rapat menjelaskan bahwa Suryadharma Ali telah meningkatkan pelayanan penyelenggaraan haji.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
253
Peningkatan yang telah dilakukan saat Menjabat Menteri Agama salah satunya mendekatkan lokasi pemondokan haji dari 4 kilometer menjadi 1 kilometer. 27. Data tuturan “kebijakan tersebut mencederai rasa keadilan masyarakat dan bisa mendorong semakin banyak orang melakukan korupsi” (BPKK, 10/10/2014 Topik : KPK Tolak Memberi Rekomendasi hal.3) Konteks tuturan Tuturan diucapkan oleh Koordinator Indonesia Corporation Watch Ade irawan yang menanggapi kebijakan pemberian pembebasan bersyarat terhadap sejumlah narapidana korupsi. Penutur memiliki penegtahuan lama bahwa, narapidana berhak menerima pembebasan bersyarat apabila memenuhi syarat seperti ditetapkan sebagai justice collaborator dan dapat rekomendasi dari KPK. Penanda tuturan Penanda intralingual ditandai oleh kalimat “kebijakan tersebut mencederai rasa keadilan masyarakat dan bisa mendorong semakin banyak orang melakukan korupsi””untuk memunculkan nilai rasakhawatir dalam berita politik. Kalimat tersebut dipersepsi sebagai nilai rasa khawatir karena penutur merasa khawatir apabila kebijakan tersebut lama-lama akan mendorong orang untuk melakukan korupsiPenanda ekstralingual dimunculkan melalui konteks berupa fenomena praanggapan bahwa narapidana berhak menerima pembebasan bersyarat apabila memenuhi syarat seperti ditetapkan sebagai justice collaborator dan dapat rekomendasi dari KPK. Seperti kebijakan yang diberikan kepada Hartati bahwa Menkumham sudah mengirimkan permintaan rekomendasi kepada KPK, namun tidak ada balasan. Pada akhirnya Kemenkumham tetap memproses pembebasan bersyarat Hartati. 28. Data tuturan “ saya optimis Jokowi bisa, tetapi sepertinya tidak dalam waktu dekat ini” (BPKK, 10/10/2014 Jokowi Diminta Pakai Otoritas Politiknya hal.3) Konteks tuturan Tuturan diucapkan oleh Dosen Hukum dan HAM UNAIR Herlambang Wiratraman yang menanggapi kasus-kasus pelanggaran HAM yang masih mengambang. Penutur memiliki pengetahuan lama bahwa Jokowi sebagai presiden berhak menggunakan otoritas politiknya dengan membuat keputusan presiden untuk mempercepat penuntasan kasus-kasus pelanggaran HAM.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
254
Penanda tuturan Penanda intralingual ditandai oleh klausa “ saya optimis Jokowi bisa” untuk memunculkan nilai rasa optimis dalam berita politik. Klausa tersebut dipersepsi sebagai nilai rasa optimis karena mengandung rasa optimis penutur terhadap sepak terjang Jokowi yang memiliki cara-cara dalam menuntaskan kasus pelanggaran HAM. Penanda ekstralingual dimunculkan melalui konteks berupa fenomena praanggapan bahwa posisi Jokowi sebagai presiden mampu turun tangan membersihkan sistem peradilan dan mendesak semua pihak yang diduga terlibat untuk diadili. Dengan posisi Jokowi tersebut tentu dapat menuntaskan masalah sistem peradilan dan kasus pelanggaran HAM. 29. Data tuturan “ Banyak birokrasi yang tidak bisa membaca not, tidak bisa bermain music. Nyanyi pun sebagian lipsing, sebagian lainnya sumbang. Kita mesti mengecek ulang, siapa yang tidak bisa main music, tidak bisa baca not balok nanti pension dini. “(BPKK, 10/09/2014 Topik : Birokrasi Butuh Langkah Ekstrem hal.5) Konteks tuturan Tuturan diucapkan oleh Sofjan Wanandi selaku Ketua Umum APINDO yang menanggapi revolusi mental yang diusung pasangan presiden dan wakil presiden Joko widodo- Jusuf Kalla yang dimulai dari birokrasi. Penanda tuturan Penanda intralingual ditandai oleh kalimat “Kita mesti mengecek ulang, siapa yang tidak bisa main music, tidak bisa baca not balok nanti pension dini” untuk memunculkan nilai rasa halus dalam berita politik. Kalimat tersebut dipersepsi sebagai nilai rasa halus karena mengandung sindiran secara tidak langsung. Dalam struktur wacana tersebut mengandung sindiran penutur atas kinerja menteri selama ini. Sindiran tentang “tidak bisa membaca not” berarti mengibaratkan sebagai menteri yang tidak paham atas bidang yang diembannya dalam pemerintahan. Menteri atau pejebat dalam pemerintahan tidak paham atas bidangnya bahkan mereka tidak tau apa yang harus mereka kerjakan. Sedangkan sindrian tentang “nyanyi pun lipsing bahkan lainnya sumbang”. Hal ini diibaratkan sebagai pejabat yang tidak bisa bekerja sesuai dengan bidang yang diembannya. Penanda ekstralingual dimunculkan melalui konteks berupa fenomena praanggapan bahwa banyak menteri yang bekerja bukan pada bidangnya. Seperti Jero Wacik merupakan mantan Menteri Kebudayaan dan Pariwasata, latar belakang Jero Wacik merupakan lulusan dari beberapa Perguruan Tinggi ternama di Indonesia. Selama menempuh pendidikan,
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
255
Jero Wacik belajar dalam bidang Teknik mesin dan berada di Fakultas Ekonomi UI. Setelah bergabung dalam partai usungan SBY, pada akhirnya membawanya menjadi Menteri Kebudayaan dan Pariwisata tahun 20042009 dan menjabat Menteri Energi dan sumber Daya Mineral periode 2011-2014. Jika dilihat dari latar belakangnya Jero Wacik dapat dikatakan tidak begitu paham dalam bidangnya. Hal inilah yang menyebabkan Jero Wacik tersandung kasus atas dugaan pemerasaan di kementerian ESDM. 30. Data tuturan: “ Kita sudah kehilangan budaya malu dalam berpolitik. Kalau salah seharusnya berani mengaku dan minta maaf. Rasa malu menjadi barang langka dan mahal.”(BPKK, 15/09/2014 Topik : Surya Paloh : Tumbuhkan Budaya Malu hal.2) Konteks tuturan: Tuturan diucapkan oleh Surya Paloh selaku Ketua umum Partai Nasdem untuk menanggapi perlunya menumbuhkan budaya malu bagi legislator di DPR. Menumbuhkan budaya malu sangat penting agar rakyat kembali percaya kepada partai politik dan demokrasi. Penanda tuturan: Penanda intralingual ditandai dengan kalimat “ Kita sudah kehilangan budaya malu dalam berpolitik.” untuk memunculkan nilai rasa kecewa dalam berita politik. Kalimat tersebut dipersepsi sebagai nilai rasa kecewa karena mengandung ungkapan kekecewaan penutur atas tindakan politikus yang tidak memiliki rasa malu apabila melakukan kesalahan. Kebanyakan para legislator sudah tidak memiliki rasa malu bahkan rasa malu itu memang menjadi barang langka dalam pemerintahan di DPR. Penanda ekstralingual dimunculkan melalui konteks berupa fenomena praanggapan bahwa menumbuhkan budaya malu sangat penting agar rakyat kembali percaya kepada partai politik dan demokrasi. Seperti pada kader Nasdem di DPR dan DPRD yang berbuat salah dan tidak minta maaf akan ditegur keras oleh partai. Kalau tetap tidak mengakui kesalahan, mereka akan dipecat. 31. Data tuturan: “ akibat minimnya tunjangan, banyak jaksa yang akhirnya tergoda korupsi” (BPKK, 15/10/2014 Topik : Tunjangan Jaksa Minim hal.3) Konteks tuturan: Tuturan diucapkan oleh Jaksa Reda Mantovani yang menanggapi tunjangan jaksa yang minim. Tunjangan jaksa dapat dikatakan jauh di bawah panitera yang menerima Rp 11,69 juta per bulan. Penutur juga
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
256
memiliki pengetahuan lama bahwa dengan minimnya tunjangan jaksa akan memicu jaksa-jaksa yang kini masih memiliki integritas lama-lama juga akan tergelincir dalam korupsi. Penanda tuturan: Penanda intralingual ditandai oleh kalimat “akibat minimnya tunjangan, banyak jaksa yang akhirnya tergoda korupsi”untuk memunculkan nilai rasa prihatin dalam berita politik. Kalimat tersebut dipersepsi sebagai nilai rasa prihatin karena mengandung keprihatinan terhadap tunjangan jaksa yang tidak sebanding dengan tugasnya sebagai jaksa. Bahkan tunjangan kehakiman lebih besar dibandingkan tunjangan kejaksaan. Padahal pekerjaan jaksa lebih luas dibandingkan kehakiman. Penanda ekstralingual dimunculkan melalui konteks berupa fenomena praanggapan bahwa tunjangan yang minim dan pekerjaan yang cukup berat akan memicu adanya korupsi. Bahkan seseorang yang masih memiliki integritas, lama-lama juga akan tergelincir dalam korupsi. 32. Data tuturan “ Perbuatan terdakwa selaku anggota DPR yang melakukan hubungan transaksional telah mencederai kepercayaan rakyat banyak, khususnya masyarakat pemilih yang telah memilih terdakwa menjadi anggota DPR RI” (BPKK, 16/09/2014 Topik : MA Cabut Hak Politik Luthfi hal. 3) Konteks tuturan Tuturan diucapkan oleh Ketua Kamar Pidana MA Artidjo Alkostar yang menanggapi kasus yang menjerat Luthfi Hasan Ishaaq yang telah melakukan hubungan transaksional dengan memepergunakan kekuasaan elektoral demi imbalan atau fee dari pengusaha daging sapi. Penanda tuturan Penanda intralingual ditandai oleh kalimat“Perbuatan terdakwa selaku anggota DPR yang melakukan hubungan transaksional telah mencederai kepercayaan rakyat banyak, khususnya masyarakat pemilih yang telah memilih terdakwa menjadi anggota DPR RI” untuk memunculkan nilai rasa kecewa dalam berita politik. Kalimat tersebut dipersepsi sebagai nilai rasa kecewa karena mengandung rasa kekecewaan terhadap anggota DPR yang telah dipilihnya. Kekecewaan itu muncul karena perbuatan yang dilakukan oleh Luthfi Hasan telah melukai perasaan dan kepercayaan masyarakat terhadap dirinya, khususnya para masyarakat yang mendukung dan memilihnya ketika pencalonannya sebagai anggota DPR RI. Penanda ekstralingual dimunculkan melalui konteks berupa fenomena praanggapan bahwa Luthfi Hasan Ishaaq telah melakukan korupsi dan tindak pidana pencucian uang. Selain itu terdakwa juga telah melakukan hubungan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
257
transaksional dengan memepergunakan kekuasaan elektoral demi imbalan atau fee dari pengusaha daging sapi. Luthfi terbukti menerima janji pemberian uang senilai 40 miliar dari PT Indoguna Utama dan sebagian diantaranya, yaitu senilai Rp 1,3 miliar, telah diterima melalui Ahmad Fathanah. 33. Data tuturan “ kami menyayangkan, jika Pak Suryadharma Ali masih bersilaturahi kedaerah, apalagi membawa misi dan menyebarkan provokasi” (BPKK, 16/09/2014 Topik : Emron Pimpin PPP hal.) Konteks tuturan Tuturan diucapkan oleh Ketua DPW PPP Jatim Musyafak Noer yang menanggapi tindakan Suryadharma Ali yang berkeliling dan meminta dukungan ke daerah, karena pelengseran dirinya dari jabatan Ketua Umum PPP dan digantikan oleh Emron Pangkapi. Penutur memiliki pengetahuan lama bahwa sikap pengurus PPP Se-Jawa Timur solid mendukung Emron Penanda tuturan Penanda intralingual ditandai oleh kalimat “kami menyayangkan, jika Pak Suryadharma Ali masih bersilaturahi kedaerah, apalagi membawa misi dan menyebarkan provokasi”untuk memunculkan nilai rasa prihatin dalam berita politik. Kalimat tersebut dipersepsi sebagai nilai rasa prihatin karena mengandung keprihatinan penutur terhadap tindakan Suryadharma yang berkeliling ke daerah untuk mencari dukungan. Bagi penutur hal demikian tidak ada hasilnya, bahkan hanya membuang waktu. Padahal pada saat itu dia sudah dilengserkan dari jabatannya sebagai Ketua Umum PPP. Penanda ekstralingual dimunculkan melalui konteks berupa fenomena praanggapan bahwa bahwa sikap pengurus PPP Se-Jawa Timur solid mendukung Emron. 34. Data tuturan “ Hanya untuk menghilangkan sedikit rasa sakit. Tapi sebenarnya kita sedang menderita radang sendi dari ujung jari hingga leher”(BPKK, 16/09/2014 Topik : Busyro Tak Diistimewakan hal.5) Konteks tuturan Tuturan diucapkan oleh Taufiequrachman Ruki selaku mantan Ketua KPK yang menanggapi kasus korupsi di Indonesia. Ruki memiliki pengetahuan lama bahwa korupsi di Indonesia sebenarnya sudah kronis. Penanda tuturan Penanda intralingual ditandai oleh kalimat “Hanya untuk menghilangkan sedikit rasa sakit. Tapi sebenarnya kita sedang menderita radang sendi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
258
dari ujung jari hingga leher”untuk memunculkan nilai rasa prihatin dalam berita politik. Kalimat tersebut dipersepsi sebagai nilai rasa prihatin karena dalam wacana tersebut mengandung rasa prihatin penutur terhadap kasus korupsi di Indonesia. Selain itu tuturan tersebut juga mengandung gaya perumpamaan. Kalimat tersebut diumpamakan sebagai KPK yang memberantas kasus korupsi di Indonesia. Namun hasilnya masih sama karena kondisi korupsi dinegeri ini yang sudah kronis. Jadi upaya pemberantasan hanyalah untuk menguranginya saja, bukan menghilangkan. Dapat dikatakan bahwa kalimat tersebut merupakan sindiran terhadap KPK yang belum bisa memberantas korupsi dengan tuntas. Penanda ekstralingual dimunculkan melalui konteks berupa fenomena praanggapan bahwa korupsi di Indonesia sebenarnya sudah kronis. Karena cara pemberantasan korupsi yang terbaik belum ditemukan. Akar korupsi di Indonesia pun tidak dirumuskan dengan tepat. Sehingga sampai saat ini korupsi di Indonesia belum dapat diatasi secara tuntas. 35. Data tuturan “ Peringatan besar-besaran ini sebagai kado untuk Presiden SBY. Kami melepas beliau sehingga beliau ada kepuasan selama 10 tahun memimpin dan melihat TNI sudah dibangun sampai di sini” (BPKK, 18/09/2014 Topik : TNI Beri Kado ke SBY hal.5) Konteks tuturan Tuturan diucapkan oleh Kepala Pusat Penerbangan TNI Mayjen Fuad Basya yang menanggapi akhir masa jabatan SBY sebagai Presiden RI dan Ulang Tahun Ke-69 TNI . Penanda tuturan Penanda intralingual ditandai olehs diksi “kepuasan”untuk memunculkan nilai rasa puas dalam berita politik. Diksi tersebut dipersepsi sebagai nilai rasa puas karena berisi kepuasan Yudhoyono atas kinerja TNI saat beliau menjabat sebagai Presiden RI selama 10 tahun ini. Pergelaran acara tersebut adalah untuk melepas SBY diakhir masa jabatannya. Selain itu kado untuk SBY dari para TNI yang ingin menampilkan kerja kerasnya selama pemerintahan SBY. Penanda ekstralingual dimunculkan melalui konteks berupa fenomena praanggapan bahwa SBY merupakan sosok yang berlatar belakang seorang TNI. Sebelum beliau menjabat sebagai Presiden pada tahun 2004, beliau adalah seorang Panglima TNI. Dengan kinerja TNI yang bagus tentu aka nada kepuasan tersendiri bagi Susilo Bambang Yudhoyono selama memimpin negara ini 10 tahun lamanya.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
259
36. Data tuturan “ Ya, enggak ada masalah. Semua bisa diatur. Enggak apa-apa. Biasa doang, beda antara 16 dan 18 (tahun)”.(BPKK, 20/09/2014 Topik : Luthfi: Saya Masih Bisa Berpolitik dari Penjara hal.5) Konteks tuturan Tuturan diucapkan oleh Luthfi Hasan Ishaq untuk menanggapi vonis yang dijatuhkan terhadap dirinya atas kasus dugaan korupsi kuota impor daging sapi. Selain vonisnya yang dijatuhkan dengan kurungan 18 tahun penjara, Mahkamah Agung juga mencabut hak politiknya. Penutur memiliki pengetahuan lama bahwa semua hal di negara ini bisa diatur, bahkan di dalam penjara pun dia masih bisa berpolitik. Penanda tuturan Penanda intralingual ditandai oleh kalimat “ Ya, enggak ada masalah. Semua bisa diatur. Enggak apa-apa. Biasa doang, beda antara 16 dan 18 (tahun)”untuk memunculkan nilai rasa sombong dalam berita politik. Wacana tersebut dipersepsi sebagai nilai rasa sombong karena memperlihatkan kesombongan penutur atas vonis yang dijatuhkan kepadanya. Dengan vonis yang diberikan seharusnya membuat dia jera, namun Luthfi Hasan masih berlaga tenang dan sombong. Baginya itu tidak masalah dan bisa diatur terhadap pemerintah mengenai peraturan pemerintah yang masih bisa diatur dengan uang. Penanda ekstralingual dimunculkan melalui konteks berupa fenomena praanggapan bahwa hukum di negara Indonesia kurang tegas. Beberapa kasus hukum yang menjerat para politikus atas tindakan kasus korupsi terhitung tidak membuat para koruptor jera. Hal ini dikarenakan sistem hukum yang kurang tegas dan adanya remisi dan pembebasan bersyarat terhadap terpidana kasus korupsi. Seperti kasus yang menimpa Gayus Tambunan atas kasus dugaan penggelapan pajak. Walaupun sudah di dalam penjara, dia masih dengan mudah pergi ke luar negeri, bahkan sempat terlihat sedang menonton pertandingan sepak bola di Bali. Dengan kejadian semacam ini tentu akan bisa dilakukan oleh pejabat atau politikus manapun, karena negara Indonesia yang masih bisa diatur dengan uang.
37. Data tuturan “ Saya kira dulu 20 tahun, ternyata hanya 16 tahun, kan “(BPKK, 20/09/2014 Topik : Luthfi: Saya Masih Bisa Berpolitikdari Penjara hal.5) Konteks tuturan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
260
Tuturan diucapkan Luthfi Hasan Ishaq yang menanggapi vonis yang dijatuhkan Mahkamah Agung terhadap dirinya atas kasus dugaan korupsi kuota impor daging sapi. Penanda tuturan Penanda intralingual ditandai oleh kalimat “Saya kira dulu 20 tahun, ternyata hanya 16 tahun, kan“untuk memunculkan nilai rasa sombong dalam berita politik. Kalimat tersebut dipersepsi sebagai nilai rasa sombong karena memperlihatkan kesombongan penutur atas hukuman penjara yang hanya 16 tahun. Penanda ekstralingual dimunculkan melalui konteks berupa fenomena praanggapan bahwa penegak hukum di Indonesia belum tegas terhadap kasus korupsi di Indonesia yang banyak melibatkan pejabat dan politikus. Banyak pejabat yang terjerat kasus korupsi tetapi hukuman yang diberikannya tidak sebanding dengan perbuatannya. Bahkan kejadian nenek yang mencuri buah coklat di kebun tetangga mendapatkan hukuman yang hampir sama dengan pejabat yang korupsi. Apalagi perbedaan ruangan penjara pejabat yang seperti hotel jauh berbeda dengan masyrakat biasa yang tidak sengaja terbelit kasus hukum yang seperti ruangan penjara biasa dibalik besi penjara. 38. Data tuturan “ Semoga nuraninya tersentuh dan dia bertobat, lalu memulai lembaran baru, melangkah dengan kejujuran dan berkah”(BPKK, 20/09/2014 Topik : Luthfi: Saya Masih Bisa Berpolitikdari Penjara hal.5) Konteks tuturan Tuturan diucapkan oleh Busyro Muqoddas selaku Wakil Ketua KPK yang menanggapi sikap Luthfi yang tidak jera atas vonis dirinya yang dijerat 18 tahun hukuman penjara. Penanda tuturan Penanda intralingual ditandai oleh kalimat“ Semoga nuraninya tersentuh dan dia bertobat, lalu memulai lembaran baru, melangkah dengan kejujuran dan berkah”untuk memunculkan nilai rasa penuh harapan dalam berita politik. Penanda intralingualnya juga ditandai oleh diksi “semoga” yang memiliki makna harapan penutur terhadap Luhtfi Hasan agar bertaubat dan memperbaiki dirinya. Penanda ekstralingual dimunculkan melalui konteks berupa fenomena praanggapan bahwa dengan adanya hukuman yang lumayan lama yaitu 18 tahun dan pencabutan hak politik terhadap terdakwa harusnya bisa menjadikan pelajaran agar dapat bertaubat dan menyesali perbuatannya. Selain itu menjadikan pendidikan moral bagi seseorang yang terjerat kasus hukum yang berat.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
261
39. Data tuturan “ Suhardi merupakan sosok pribadi yang jarang dijumpai di arena kehidupan politik. Beliau bukan politisi professional, tapi akademisi”(BPKK, 21/09/2014 Topik : Prabowo Solidkan Gerindra hal.2) Konteks tuturan Tuturan diucapkan oleh Prabowo Subianto yang menanggapi sosok Suhardi Ketua Umum Gerindra yang wafat 28 Agustus 2014. Prabowo memiliki pengetahuan lama bahwa (alm) Suhardi merupakan sosok yang sederhana dan jujur. Beliau merupakan alumnus Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada. Pada tahun 2001 (alm) Suhardi mulai masuk ke lingkungan birokrasi menjabat sebagai Direktur Jendral Rehabilitas Lahan dan Perhutanan Sosisal, Departemen Kehutanan dan Perkebunan. Penanda tuturan Penanda intralingual ditandai oleh kalimat“Beliau bukan politisi professional, tapi akademisi”untuk memunculkan nilai rasa kagum dalam berita politik. Kalimat tersebut dipersepsi sebagai nilai rasa kagum karena berisi ungkapan kekaguman penutur terhadap sosok Suhardi yang memiliki pendidikan yang tinggi dan sederhana. Penanda ekstralingual dimunculkan melalui konteks berupa fenomena praanggapan bahwa (alm) Suhardi merupakan sosok yang berpendidikan tinggi. Beliau merupakan lulusan S1 Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada. Setelah itu, beliau melanjutkan gelar master dan doktor, keduanya di bidang kehutanan di University oh the Philippines Los Banos, Filipina. Beliau menjalani karir sebagai akademisi di UGM dan pernah menjadi Dekan Fakultas Kehutanan pada periode 2000-2001. Setelah itu pada tahun 2001, beliau mulai masuk ke lingkungkungan birokrasi dengan menjabat sebagai Direktur Jendral Rehabilitas Lahan dan Perhutanan Sosisal, Departemen Kehutanan dan Perkebunan. 40. Data tuturan “ Profesor Suhardi contoh nasionalis dengan tidak gembar gembor, tidak teriak-teriak, tidak penuh pamer, dan slogan” (BPKK, 21/09/2014 Topik : Prabowo Solidkan Gerindra hal.2) Konteks tuturan Tuturan diucapkan oleh Prabowo Subianto yang menanggapi sosok Suhardi Ketua Umum Gerindra yang wafat 28 Agustus 2014. Prabowo memiliki pengetahuan lama bahwa (alm) Suhardi merupakan sosok yang sederhana dan apa adanya. Penanda tuturan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
262
Penanda intralingual ditandai oleh kalimat “Profesor Suhardi contoh nasionalis dengan tidak gembar gembor, tidak teriak-teriak, tidak penuh pamer, dan slogan”untuk memunculkan nilai rasa kagum dalam berita politik. Kalimat tersebut dipersepsi sebagai nilai rasa kagum karena berisi ungkapan kekaguman penutur terhadap sosok Suhardi yang sederhana dan tidak pamer. Penanda ekstralingual dimunculkan melalui konteks berupa fenomena praanggapan bahwa (alm) Suhardi merupakan sosok yang sederhana, orang yang benar-benar apa adanya. Hal ini terlihat pada saat beliau tinggal di Yogyakarta, beliau selalu naik sepeda dari rumah ke kantor. 41. Data tuturan “ Jangan-jangan tingkat penerimaan pajak rendah karena dikorupsi. Kita hanya bisa menyapu koruptor kalau saja sapunya bersih dari korupsi”.(BPKK, 24/09/2014 Topik : Pajak, Pintu Masuk Berantas Korupsi hal.4) Konteks tuturan Tuturan diucapkan oleh Pengamat Perpajakan Yustinus Prastowo yang menanggapi lemahnya pemberantasan korupsi di negara ini, karena petugas KPK yang memikili peran dalam tindakan korupsi. Penanda tuturan Penanda intralingual ditandai oleh kalimat “Kita hanya bisa menyapu koruptor kalau saja sapunya bersih dari korupsi” untuk memunculkan nilai rasa halus dalam berita politik. Kalimat tersebut dipersepsi sebagai nilai rasa halus karena mengandung sindirian yang tidak langsung terhadap KPK. Tuturan tersebut tidak secara langsung ditunjukan kepada KPK, melainkan dengan ungkapan perumpamaan seperti “penyapu koruptor”. Seperti kita ketahui, dalam negara ini penyapu atau pemberantas koruptor adalah tugas KPK. Tugas KPK sebagai pemberantas koruptor, tetapi juga ada anggota KPK yang terlibat di dalamnyaPenanda ekstralingual dimunculkan melalui konteks berupa fenomena praanggapan bahwa masih ada dan banyak anggota KPK yang terlibat di dalam kasus korupsi yang dilakukan para koruptor seperti pejabat negara. Kasus korupsi di Indonesia belum dapat teratasi secara tuntas karena para anggota KPK pun masih belum bersih dari korupsi.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
263
42. Data tuturan “ Kalau kualitas partainya seperti itu, tidak heran kualitas DPRD dan kepala daerah yang diusung”.(BPKK, 26/09/2014 Topik : Lima Kabupaten Dinilai Tertutup hal.5) Konteks tuturan Tuturan diucapkan oleh Dadang Trisasongko selaku Sekretaris Jendral Transparancy International Indonesia yang menanggapi kualitas para partai politik yang enggan terbuka dalam laporan keuangan. Di mana, survei yang pernah digelar TI Indonesia menyatakan betapa gelapnya birokrasi Indonesia. Penanda tuturan Penanda intralingual ditandai oleh kalimat“ Kalau kualitas partainya seperti itu, tidak heran kualitas DPRD dan kepala daerah yang diusung” untuk memunculkan nilai rasa kasar dalam berita politik. Kalimat tersebut dipersepsi sebagai nilai rasa kasar karena berisi sindiran secara langsung yang ditunujukan kepada DPRD. Penutur melontarkan sindiran langsung mengenai kualitas partai politik yang ada di DPRD. Penanda ekstralingual dimunculkan melalui konteks berupa fenomena praanggapan bahwa kualitas partai politik belum memadai karena enggan terbuka dalam laporan keuangan. Hal ini dikarenakan gelapnya birokrasi di Indonesia. Seperti kita ketahui sebanyak 22 provinsi dan 21 kabupaten/kota, APBDnya sulit diakses dan tertutup. Akses LHKPN juga tidak dilaporkan dan tidak dipublikasi. 43. Data tuturan “ secara keseluruhan, rapor kinerja DPRD tingkat provinsi dan kabupaten mendapat angka merah”(BPKK, 30/09/2014 Topik : Rapor Merah DPRD hal.2) Konteks tuturan Tuturan diucapkan oleh Peneliti Utama Indonesia Governance Index (IGI) Kemitraan Lenny Hidayat yang menanggapi rapor kinerja anggota DPRD yang jeblok. Rapor kinerja DPRD tingkat provinsi dan kabupaten pada tahun 2014 jauh lebih buruk dibandingkan tahun 2012. Penanda tuturan Penanda intralingual ditandai oleh kalimat “secara keseluruhan, rapor kinerja DPRD tingkat provinsi dan kabupaten mendapat angka merah”untuk memunculkan nilai rasa prihatin dalam berita politik. Kalimat tersebut dipersepsi sebagai nilai rasa prihatin karena penutur merasai prihatin dengan rapor kinerja yang mendapatkan angka merah. Sebagai anggota DPRD harusnya meningkatkan kinerjanya semaksimal
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
264
mungkin agar bisa memajukan negeri ini. Namun pada kenyataannya terlihat dalam penelitian rapor kinerja anggota DPRD masih menunjukan angka merah yang dinilai buruk. Penanda ekstralingual dimunculkan melalui konteks berupa fenomena praanggapan bahwa rapor anggota DPRD pada tahun 2014 jauh lebih buruk dibandingkan tahun 2012. Ratarata rapor pada tahun 2014 hanya 3,42(skala 0-10), sedangkan pada tahun 2012 rata-ratanya 4,89. Lima DPRD yang memiliki rapor terburuk adalah Seluma Bengkulu (2,10); Sampang, Jawa Timur (2,33); Jayapura, Papua (2,44); Lombok Utara, NTB (2,55);Pontianak, Kalimantan Barat (2,70). 44. Data tuturan “mereka menilai tersangka korupsi itu harus ditunda pelantikannya guna menuntaskan proses hukum” (BPKK, 01/10/2014 Topik : Tersangka dilantik jadi anggota DPR Aceh Hal.2) Konteks tuturan Tuturan diucapkan oleh penutur untuk menanggapi pelantikan calon anggota DPR aceh yang tersandung kasus korupsi. Penutur memiliki pengetahuan lama bahwa calon yang akan dilantik lebih baik terhindar dari kasus hukum , apalagi dengan menyandang status sebagai tersangka. Hal ini akan mengganggu kinerja calon anggota DPR tersebut pada awal masa jabatannya. Penanda tuturan Penanda intralingual ditandai oleh kalimat “mereka menilai tersangka korupsi itu harus ditunda pelantikannya guna menuntaskan proses hukum”untuk memunculkan nilai rasa curiga dalam berita politik. Kalimat tersebut dipersepsi sebagai nilai rasa curiga karena tuturan tersebut mengandung rasa setuju atas ditundanya pelantikan calon anggota DPR Aceh. Penanda ekstralingual dimunculkan melalui konteks berupa fenomena praanggapan bahwa calon yang akan dilantik lebih baik terhindar dari kasus hukum, apalagi dengan menyandang status sebagai tersangka. Hal ini akan mengganggu kinerja calon anggota DPR tersebut pada awal masa jabatannya.
45. Data tuturan “Mereka diduga bersama-sama menyalahgunakan dana investasi itu untuk kepentingan pribadi senilai Rp 1 miliar”(BPKK, 01/10/2014 Topik : Tersangka dilantik jadi anggota DPR Aceh Hal.2) Konteks tuturan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
265
Tuturan diucapkan oleh penutur untuk menanggapi kasus korupsi dana investasi Pemerintah Daerah Lhokseumawe ke Perusahaan Daerah Pembangunan Lhokseumawe sebesar Rp 5 miliar pada tahun 2013. Pada tahun 2013 kedua tersangka tersebut yaitu, Abubakar menjabat sebagai Direktur Utama PDBL dan Isa sebagai Direktur Keuangan PDBL Penanda tuturan Penanda intralingual ditandai oleh diksi “diduga” untuk memunculkan nilai rasa ragu dalam berita politik. Diksi tersebut dipersepsi sebagai nilai rasa ragu karena diksi tersebut mengandung makna belum pasti atau yang dugaan dan belum dapat dinyatakan benar. Penanda ekstralingual dimunculkan melalui konteks berupa fenomena praanggapan bahwa pada tahun 2013 kedua tersangka tersebut yaitu, Abubakar menjabat sebagai Direktur Utama PDBL dan Isa sebagai Direktur Keuangan PDBL. Mereka membuat laporan pertanggung jawaban itu, namun terdeteksi ada dana Rp 1 miliar yang disalahgunakan. 46. Data tuturan “Massa Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Syiah Kuala pun mengkritik proses pelantikan anggota dewan yang terjerat kasus korupsi itu dengan menggelar aksi demonstarsi di kawasan Simpang Lima Banda Aceh”(BPKK, 01/10/2014 Topik : Tersangka dilantik jadi anggota DPR Aceh Hal.2)marah Konteks tuturan Tuturan diucapkan oleh penutur untuk menanggapi proses pelantikan anggota dewan yang terjerat kasus korupsi. Penutur memiliki pengetahuan lama bahwa sangat tidak pantas ada anggota dewan yang dialantik ketika bestatus tersangka korupsi. Penanda tuturan Penanda intralingual ditandai oleh kalimat “Massa Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Syiah Kuala pun mengkritik proses pelantikan anggota dewan yang terjerat kasus korupsi itu dengan menggelar aksi demonstarsi di kawasan Simpang Lima Banda Aceh” untuk memunculkan nilai rasa marah dalam berita politik. Kalimat tersebut dipersepsi sebagai nilai rasa marah atas pelantikan anggota dewan yang terjerat kasus korupsi. Nilai rasa itu ditandai dengan tindakan demonstrasi, dimana tindakan itu dikarenakan atas tidak terimanya masa atas pelantikan kedua tersangka tersebut menjadi anggota DPR. Penanda ekstralingual dimunculkan melalui konteks berupa fenomena praanggapan bahwa sangat tidak pantas apabila calon anggota yang menyandang status tersangka tetap dilantik menjadi anggota DPR.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
266
47. Data tuturan “ sidang diskors dulu. Tah!” (BPKK, 03/10/2014 Topik : Sidang Paripurna dan Gus Dur hal.2) Konteks tuturan Tuturan diucapkan oleh pimpinan sidang Popong yang menanggapi kegaduhan sidang paripurna DPR. Kegaduhan itu dikarenakan interupsi yang diajukan oleh menteri yang dilantik tidak digubris olehnya. Saat keriuhan berlangsung penutur mencari palu sidang yang tiba-tiba hilang dari meja pimpinan. Penanda tuturan Penanda intralingual ditandai oleh kalimat “sidang diskors dulu. Tah!” untuk memunculkan nilai rasa kesal dalam berita politik. kalimat tersebut dipersepsi sebagai nilai rasa kesal karena berisi kekesalan penutur terhadap keadaan sidng yang gaduh dan sangat riuh. Penanda ekstralingual dimunculkan melalui konteks berupa fenomena praanggapan bahwa sidang paripurna DPR dengan agenda pemilihan fraksi dan pimpinan DPR berlangsung gaduh. Di tengah keriuhan, penutur mencari palu sidang yang tiba-tiba hilang dari meja pimpinan. Rapat Paripurna DPR gaduh karena interupsi menteri yang sudah dilantik tida digurbis oleh pimpinan sidang. 48. Data tuturan “ Dipilih sebagai pimpinan sidang karena merupakan anggota DPR tertua, Popong tergolong berani mengendalikan sidang”(BPKK, 03/10/2014 Topik : Sidang Paripurna dan Gus Dur hal.2) Konteks tuturan Tuturan diucapkan oleh penutur yang menanggapi sosok pimpinan sidang paripurna DPR yang berusia 76 tahun. Beliau memilih tidak menggubris sejumlah interupsi agar paripurna tidak berlarut-larut. Penanda tuturan Penanda intralingual ditandai oleh kalimat “ Dipilih sebagai pimpinan siding karena merupakan anggota DPR tertua, Popong tergolong berani mengendalikan sidang” untuk memunculkannilai rasa kagum dalam berita politik. Kalimat tersebut dipersepsi sebagai nilai rasa kagum karena berisi ungkapan kekaguman mengenai sosok popong yang dipilih menjadi pimpinan sidang paripurna karena beliau merupakan anggota DPR tertua. Beliau juga mampu mengendalikan sidang dengan cara tidak menerima atau menggubris interupsi para anggota DPR yang dilantik. Penanda ekstralingual dimunculkan melalui konteks berupa fenomena praanggapan bahwa sosok Popong yang berusia 76 tahun merupakan anggota DPR tertua yang berani mengambil tindakan untuk tidak menggubris sejumlah
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
267
interupsi agar paripurna tidak berlarut-larut. Beliau memiliki pengetahuan lama bahwa apabila interupsi diladeni, butuh waktu tiga hari rapatnya selesai. 49. Data tuturan “ Pantes Gus Dur dulu mengatakan DPR itu seperti taman kanak-kanak. Kalau melihat, ya tidak terlalu salah kalau seperti itu”(BPKK, 03/10/2014 Topik : Sidang Paripurna dan Gus Dur hal.2) Konteks tuturan Tuturan diucapkan oleh Popong Otje selaku anggota DPR tertua yang menanggapi keadaan sidang paripurna DPR dengan agenda penetapan pimpinan fraksi dan pimpinan DPR yang berlangsung gaduh. Puluhan anggota DPR yang beberapa jam sebelumnya dilantik berteriak mengajukan interupsi. Selain itu banyak mikrofon mati dan sebagian wakil rakyat merangsek ke depan meja pimpinan sidang paripurna. Penanda tuturan Penanda intralingual ditandai oleh klausa “DPR itu seperti taman kanakkanak”untuk memunculkan nilai rasa kasar dalam berita politik. Klausa tersebut dipersepsi sebagai nilai rasa kasar karena berisi ungkapan langsung terhadap DPR. Penutur mengatakan secara langsung mengenai tingkah laku para menteri pada saat siding paripurna DPR. Banyak menteri yang bersikap seperti anak-anak dengan cara berteriak mengajukan interupsi. Mereka tidak mau mengalah anatar satu dengan yang lainnya sehingga membuat sidang menjadi gaduh dan riuh. Penanda ekstralingual dimunculkan melalui konteks berupa fenomena praanggapan bahwa anggota DPR berperilaku seperti anak-anak apabila interupsinya atau pendapatnya tidak dihiraukan oleh pimpinan sidang. Hal ini dapat berakibat rusaknya mikrofon dalam ruang sidang dan sebagian wakil rakyat merangsek ke depan meja pimpinan sidang paripurna. 50. Data tuturan “ Kami akan kembali tidur di Mampang. Di sana, lekukan bantalnya lebih enak, bantal sendiri.”(BPKK, 04/10/2014 Topik : Hari Terakhir Wapres di Rumah Dinasnya hal.5) Konteks tuturan Tuturan diucapkan oleh mantan Wakil Presiden Boediono yang menanggapi hari terakhirnya beliau berada di rumah dinasnya dan akan pindah ke rumah pribadinya sebelum masa jabatannya berakhir. Rumah pribadi Boediono bercat putih dengan tanaman rimbun diterasnya yang tidak berubah selama lima tahun ini.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
268
Penanda tuturan Penanda intralingual ditandai oleh kalimat “Di sana, lekukan bantalnya lebih enak, bantal sendiri.”untuk memunculkan nilai rasa bahagia dalam berita politik. Kalimat tersebut dipersepsi sebagai nilai rasa bahagia karena berisi ungkapan penutur atas kenyamanan yang dirasakan apabila tidur di rumah sendiri. Penutur mengatakan tidur di kamar sendiri lebih enak dibandingkan tidur di rumah dinas yang milik negara. Apa pun itu, kalau miliki sendiri pasti lebih nyaman dibandingkan bukan milik sendiri. Penanda ekstralingual dimunculkan melalui konteks berupa fenomena praanggapan bahwa mantan Wakil Presiden Boediono memiliki rumah pribadi yang bercat putih dengan tanaman yang rimbun. Berbagai perlengkapan dan perabotan rumah masih ditutup plastik agar tidak berdebu. Rumah yang luasnya tidak seluas rumah dinasnya ini sangat nyaman karena merupakan rumah pribadinya atau rumahnya sendiri. Penutur memiliki pengetahuan lama bahwa, tinggal di rumahnya sendiri lebih enak dan nyaman dari pada tinggal di rumah dinas yang begitu luas yang menjadi saksi bisu saat dirinya berkiprah bagi bangsa di pemerintahan. 51. Data tuturan “ Kalau namanya tim impian, pasti di dalamnya bukan pencolengpencoleng, pencuri uang rakyat”(BPKK, 06/10/2014 Topik : Kabinet Jokowi Harus Tim Impian hal.2) Konteks tuturan Tuturan diucapkan oleh Seno Kusumoharjo yang menanggapi kabinet pemerintahan Jokowi- JK yang akan membentuk Tim Impian. Dalam kabinet harus diisi orang-orang yang mampu, mau bekerja keras, bersih, dan tidak memiliki catatan kelam masa lalu. Penutur memiliki pengetahuan lama bahwa korupsi yang menjerat menteri masih belum dapat diatasi dan masih banyak ditemukan menteri atau partai politik yang tersandung kasus korupsi. Penanda tuturan Penanda intralingual ditandai oleh kalimat “Kalau namanya tim impian, pasti di dalamnya bukan pencoleng-pencoleng, pencuri uang rakyat” untuk memunculkan nilai rasa kasar dalam berita politik. Kalimat tersebut dipersepsi sebagai nilai rasa kasar karena berisi ungkapan langsung penutur terhadap kabinet Jokowi untuk mewujudkan tim impian. Di mana, para menteri di dalam tim impian tersebut masih ada yang belum bersih dari korupsi, bahkan merupakan tokoh utama terjadinya korupsi di tubuh pemerintahan. Penanda ekstralingual dimunculkan melalui konteks
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
269
berupa fenomena praanggapan bahwa korupsi yang menjerat menteri masih belum bisa diatasi. Buktinya banyak kasus yang ditemukan selama ini, bahwa banyak menteri atau partai politik yang tersandung kasus korupsi. 52. Data tuturan “ Kami sudah capek diperlakukan seperti pengemis. Kerja keras kami tak dihargai. Ini akan membuat ummat marah, apa gunanya PPP di KMP?”(BPKK, 08/10/2014 Topik : Ketika PPP Berubah Haluan.. hal.2) Konteks tuturan Tuturan diucapkan oleh Hasrul Aswar selaku Wakil Ketua Umum PPP yang menanggapi perlakuan KMP terhadap Partai PPP atas ketidakadilan yang diberikan. PPP sudah berusaha untuk berkomunikasi dengan KMP, akan tetapi KMP tetap memutuskan PPP tidak masuk dalam paket calon pimpinan MPR. Penanda tuturan Penanda intralingual ditandai oleh kalimat “ Kami sudah capek diperlakukan seperti pengemis” untuk memunculkan nilai rasa kesal dalam berita politik. kalimat tersebut dipersepsi sebagai nilai rasa kesal karena mengandung kekesalan penutur terhadap KMP yang memperlakukannya tidak adil. Penutur merasa sudah lelah dan capek karena diperlakukan seperti pengemis selama berjuang bersama KMP. Bersama KMP penutur merasa tidak dihargai dan tidak ada rasa keadilan yang diberikan kepada PPP. Sehingga tidak ada gunanya berjuang bersama KMP karena tidak dapat memajukan kualitas partai PPP. Penanda ekstralingual dimunculkan melalui konteks berupa fenomena praanggapan bahwa Hasrul Azwar selaku Wakil Ketua PPP yang diusung oleh PPP sebagai calon pimpinan MPR tidak dapat masuk dalam paket calon pimpinan MPR. Padahal Hasrul sebagai calon pimpinan MPR merupakan harga mati, tidak bisa ditawar lagi. 53. Data tuturan “ Kami tidak mau hak suara rakyat dibungkam. Kami akan terus mengawal pembahasan peraturan pemerintahan pengganti undangundang (perppu) di DPR supaya hak rakyat di pilkada dikembalikan” (BPKK, 10/10/2014 Topik : Mayarakat Minta Pilkada Langsung hal.2) Konteks tuturan Tuturan diucapkan oleh Firda selaku Ketua Badan Ekstekutif Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UPI YAI yang menanggapi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
270
pemilihan pilkada langsung. Hak rakyat untuk memilih pimpinannya diatur dalam undang-undang. Penanda tuturan Penanda intralingual ditandai oleh kalimat “Kami tidak mau hak suara rakyat dibungkam” untuk memunculkan nilai rasa tidak terima dalam berita politik. Kalimat tersebut dipersepsi sebagai nilai rasa tidak terima karena mengandung penolakan dari penutur terhadap pemilihan kepala daerah oleh DPRD. Penutur menolak hal tersebut agar hak suara rakyat tidak dihilangkan.Penanda ekstralingual dimunculkan melalui konteks berupa fenomena praanggapan bahwa rakyat memiliki hak untuk memilih pimpinannya. Dalam undang-undang pun tertulis hak rakyat yang dijamin oleh negara. Maka dengan adanya pemilihan langsung akan lebih menyuarakan suara rakyat dan menjunjung tinggi hak rayat untuk memilih. 54. Data tuturan “Kinerja DPR periode 2014-2019 diragukan akan lebih baik dibandingkan DPR periode sebelumnya karena hampir separuh dari anggota DPR memiliki rekam jejak yang buruk” (BPKK, 15/10/2014 Topik : Kinerja DPR 2014-2019 Diragukan hal.2) Konteks tuturan Tuturan diucapkan oleh penutur yang menanggapi anggota DPR periode 2014-2019 yang memiliki rekam jejak buruk. Hal ini dapat kita lihat dari hasil penelusuran, 242 dari 560 anggota DPR memiliki rekam jejak yang buruk karena terlibat kasus pelanggaran hukum dan HAM. Penanda tuturan Penanda intralingual ditandai oleh kalimat “Kinerja DPR periode 20142019 diragukan akan lebih baik dibandingkan DPR periode sebelumnya karena hampir separuh dari anggota DPR memiliki rekam jejak yang buruk”untuk memunculkan nilai rasa ragu dalam berita politik. Kalimat tersebut dipersepsi sebagai nilai rasa ragu karena mengandung ungkapan keraguan atas kinerja DPR periode 2014-2019 yang separuh anggota DPR memiliki rekam jejak yang buruk. Penutur menganggap dengan banyaknya anggota DPR yang memiliki rekam jejak yang buruk tidak akan meningkatkan kinerja DPR lebih baik lagi dibandingkan kinerja DPR periode sebelumnya. Penanda ekstralingual dimunculkan melalui konteks berupa fenomena praanggapan bahwa 242 dari 560 anggota DPR memiliki rekam jejak yang buruk karena terlibat kasus pelanggaran hukum dan HAM. Diantaranya, pernah menjadi terdakwa kasus korupsi, pernah diperiksa dalam kasus korupsi oleh KPK, polisi, dan kejaksaan, serta
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
271
pernah menjadi tersangka kasus korupsi. Selain itu aktif membela kasus korupsi, pernah terlibat pelanggaran pemilu, bahkan termasuk memiliki catatan absen buruk semasa menjabat anggota DPR sebelumnya. 55. Data tuturan “ Perseturuan politik yang tajam antara Koalisi Merah Putih dan Koakisi Indonesia Hebat dikhawatirkan berimbas ke lembaga yudikatif, seperti Mahkamah Agung dan Mahkamah Konstitusi” (BPKK, 16/10/2014 Topik : Perseturuan Bisa ke Yudikatif hal.4) Konteks tuturan Tuturan diucapkan oleh penutur untuk menanggapi perseteruan dua koalisi sejak ajang pemilihan presiden yang menampilkan dua pasang calon, Jokowi-JK dan Prabowo-Hatta. Perseteruan ini berlangsung karena masing-masing kubu berupaya menempatkan orang-orang yang bisa menjaga kepentingan kubu masing-masing dalam posisi hakim agung atau hakim konstitusi. Penanda tuturan Penanda intralingual ditandai oleh kalimat “Perseturuan politik yang tajam antara Koalisi Merah Putih dan Koakisi Indonesia Hebat dikhawatirkan berimbas ke lembaga yudikatif, seperti Mahkamah Agung dan Mahkamah Konstitusi”untuk memunculkan nilai rasa khawatir dalam berita politik. Kalimat tersebut dipersepsi sebagai nilai rasa khawatir karena berisi ungkapan kekhawatiran penutur atas perseteruan yang terjadi di kubu KMP dan KIH yang akan berlanjut untuk menguasai lembaga-lembaga yudikatif. Penanda ekstralingual dimunculkan melalui konteks berupa fenomena praanggapan umum bahwa perseteruan dua koalisi berlangsung karena masing-masing kubu berupaya menempatkan orang-orang yang bisa menjaga kepentingan kubu masing-masing dalam posisi hakim agung atau hakim konstitusi. Selain itu, kepentingan menjadi parameter utama, integritas dan kualitas sosok tentu akan dikalahkan. 56. Data tuturan “ Kami mengucapkan terima kasih atas semua itu”(BPKK, 20/10/2014 Topik : SBY Dilepas di Gerbang hal.4) Konteks tuturan Tuturan diucapkan oleh penutur untuk menanggapi pelepasan SBY di pintu gerbang Istana. Hubungan baik yang dijalin SBY dengan PKB selama 10 tahun menjabat sebagai presiden perlu dilanjutkan. Penutur memiliki penegtahuan lama bahwa selama menjabat sebagai presiden Yudhoyono telah memperhatikan lembaga pendidikan yang dikelola NU.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
272
Penanda tuturan Penanda intralingual ditandai oleh kalimat“ Kami mengucapkan terima kasih atas semua itu”untuk memunculkan nilai rasa terima kasih dalam berita politik. Kalimat tersebut dipersepsi sebagai nilai rasa terima kasih karena partai PKB sudah banyak didukung oleh Yudhoyono selama 10 tahun, Selain itu keduanya juga telah menjalin hubungan dengan baik. Penanda ekstralingual dimunculkan melalui konteks berupa fenomena praanggapan bahwa selama 10 tahun Yudhoyono menjabat sebagai presiden, beliau mendukung program-program sosial-ekonomi untuk pesantren, madrasah, dan omunitas pedesaan. Selain itu, selama kepemimpinannya kader NU juga dipercaya mengisi sejumlah kementerian hingga jadi mediator bagi kerukunan antar umat beragama. 57. Data tuturan “sangat yakin Pak Joko kuat. Kami enggak ada kepentingan apa-apa. Yang penting itu, kan amanah enggak boleh disalahgunakan.” (BPKK, 20/10/2014 Topik : Bersahaja dan Tetap “Blusukan” hal.4) Konteks tuturan Tuturan diucapkan oleh Ibu Negara Iriana yang menanggapi kemampuan Jokowi dalam menghadapi godaan korupsi. Penutur memiliki pengetahuan lama bahwa Jokowi merupakan sosok yang apa adanya dan memiliki pribadi yang bersahaja. Penanda tuturan Penanda intralingual ditandai oleh kalimat “sangat yakin Pak Joko kuat” untuk memunculkan nilai rasa optimis dalam berita politik. Kalimat tersebut dipersepsi sebagai nilai rasa optimis karena hal yang diutarakan oleh penutur dilandasi oleh rasa optimis karena yakin akan pribadi Jokowi yang tidak tergiur dengan korupsi. Penanda ekstralingual dimunculkan melalui konteks berupa fenomena praanggapan bahwa Jokowi merupakan sosok yang apa adanya dan memiliki pribadi yang bersahaja. Seperti kita ketahui barang-barang yang dipakai oleh Jokowi seperti sepatu bahkan dia hanya membeli sepatu dalam negeri yang harganya terjangkau. Selain itu gaya hidup Pak Jokowi yang selama ini kita ketahui sederhana dan apa adanya. 58. Data tuturan “ saya pilih sendiri pakaian saya, yang penting nyaman, pas di badan, enak dilihat.”(BPKK, 20/10/2014 Topik : Bersahaja dan Tetap “Blusukan” hal.4) Konteks tuturan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
273
Tuturan diucapkan oleh Ibu Negara Iriana yang menanggapi penampilannya sebagai Ibu Negara. Sosok bu Iriana yang sederhana dan apa adanya seperti pakaian yang dipakainya adalah kain yang berasal dari Solo. Penanda tuturan Penanda intralingual ditandai oleh kalimat “ saya pilih sendiri pakaian saya, yang penting nyaman, pas di badan, enak dilihat.” untuk memunculkan nilai rasa rendahhati dalam berita politik. Kalimat tersebut dipersepsi sebagai nilai rasa rendah diri karena hal yang diutarakan mengandung rasa rendah diri penutur yang bersahaja dan apa adanya. Penanda ekstralingual dimunculkan melalui konteks berupa fenomena praanggapan umum bahwaSosok bu Iriana yang sederhana dan apa adanya, seperti pakaian yang dipakainya adalah kain yang berasal dari Solo. Bahkan, untuk tas yang digunakan beliau tetap menggunakan tas produksi usaha kecil dan menengah dari Solo. 59. Data tuturan “ Saya baru pertama kali ini masuk ke Istana” (BPKK, 21/10/2014 Topik : Istana Merdeka, Istana Rakyat hal.4) Konteks tuturan Tuturan diucapkan oleh seorang perempuan yang sedang hamil, dia merupakan warga dari Kelurahan Pluit, Jakarta Utara yang menanggapi upacara penghormatan militer dan pisah sambut. Penutur memiliki pengetahuan lama bahwa tidak sembarang orang dapat keluar masuk Istana dengan seenaknya. Perlu ada pengawalan dan keterangan yang jelas untuk masuk ke sebuah Istana Negara. Penanda tuturan Penanda intralingual ditandai oleh kalimat “Saya baru pertama kali ini masuk ke Istana” untuk memunculkan nilai rasa bahagia dalam berita politik. Kalimat tersebut dipersepsi sebagai nilai rasa bahagia karena memperlihatkan rasa bahagia dari penutur yang bisa masuk Istana Negara, dan itu merupakan pertama kalinya bagi penutur. Penanda ekstralingual dimunculkan melalui konteks berupa fenomena praanggapan bahwa selama ini tidak sembarang orang dapat keluar masuk Istana dengan seenaknya. Perlu ada pengawalan dan keterangan yang jelas untuk masuk ke Istana Negara. 60. Data tuturan “ Terima kasih sudah membantu saya” (BPKK, 21/10/2014 Topik : Ny Herawati Boediono Pun Cuci Piring Sendiri hal.4)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
274
Konteks tuturan Tuturan diucapkan Ny Herawati Boediono yang menanggapi perlakuan ajudan wapres terhadap dirinya ketika datang menjemputnya untuk menghadiri pelantikan presiden periode 2014-2019. Penutur memiliki pengetahuan lama bahwa selama masa jabatannya mendampingi Pak Boediono sebagai Wakil Presiden, keempat ajudan utusan pemerintahan pun sudah bekerja dengan baik dan banyak membantu penutur dalam melakukan segala kegiatan pemerintahan. Penanda tuturan Penanda intralingual ditandai oleh kalimat “ Terima kasih sudah membantu saya”untuk memunculkan nilai rasa terima kasih dalam berita politik. Kalimat tersebut dipersepsi sebagai nilai rasa terima kasih karena menunjukan bahwa hal yang dikatakan oleh penutur dilandasi rasa terima kasih. Penanda ekstralingual dimunculkan melalui konteks berupa fenomena praanggapan bahwa selama masa jabatannya mendampingi Pak Boediono sebagai Wakil Presiden, keempat ajudan utusan pemerintahan pun sudah bekerja dengan baik dan banyak membantu penutur dalam melakukan segala kegiatan pemerintahan. 61. Data tuturan “ pelantikan Joko Widodo dan Jusuf Kalla sebagai Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia 2014-2019 disambut meriah di sejumlah daerah” (BPKK, 21/10/2014 Topik : Daerah Sambut Jokowi hal.5) Konteks tuturan Tuturan diucapkan oleh penutur untuk menanggapi pelantikan presiden periode 2014-2019. Banyak warga yang sangat antusias mendukung pelantikan tersebut dengan mengucap syukur. penutur memiliki pengetahuan lama bahwa banyak dukungan yang datang ntuk presiden baru tersebut. salah satunya adalah umat Khonghucu yang menyelenggarakan sembahyang besar di tempat ibadah Khong Miao, Majelis Agama Khonghucu Indonesia (Makin) Kota Tegal. Penanda tuturan Penanda intralingual ditandai oleh klausa “disambut meriah di sejumlah daerah” untuk memunculkan nilai rasa bahagia dalam berita politik. Klausa tersebut dipersepsi sebagai nilai rasa bahagia karena tuturan tersebut memperlihatkan bahwa perasaannya yang sangat bahagia menyambut pelantikan Jokowi-JK. Penanda ekstralingual dimunculkan melalui konteks berupa fenomena praanggapan bahwa banyak dukungan yang datang ntuk presiden baru tersebut. salah satunya adalah umat Khonghucu yang menyelenggarakan sembahyang besar di tempat ibadah
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
275
Khong Miao, Majelis Agama Khonghucu Indonesia (Makin) Kota Tegal. Selain itu di Jawa Tengah, sejumlah elemen masyarakat merayakan pelantikan dengan menyelenggarakan Kenduri Rakyat di halaman gedung DPRD setempat. 62. Data tuturan “ Selesai sudah, hari ini adalah puncak. Kami ucapkan puji syukur” (BPKK, 21/10/2014 Topik : Daerah Sambut Jokowi hal.5) Konteks tuturan Tuturan diucapkan oleh Ketua Makin Kota Tegal Gyiong Gyiong yang menanggapi sembahyang besar sebagai ungkapan syukur atas terealisasinya persoalan bangsa dalam pemilu presiden. Acara ini diikuti sekitar 40 orang dan dilaksanakan pada Senin sekitar pukul 09.00. Penanda tuturan Penanda intralingual ditandai oleh kalimat “Kami ucapkan puji syukur” untuk memunculkan nilai rasa syukur dalam berita politik. Kalimat tersebut dipersepsi sebagai nilai rasa syukur karena menunjukan hal yang dikatakan oleh penutur dilandasi oleh rasa syukur. Rasa syukur yang diutarakan adalah atas selesainya sembahyang dalam rangka ucapan syukur atas pelantikan Jokowi-JK. Penanda ekstralingual dimunculkan melalui konteks berupa fenomena praanggapan bahwa adanya sembahyang besar sebagai ungkapan syukur atas terealisasinya persoalan bangsa dalam pemilu presiden. Acara ini diikuti sekitar 40 orang dan dilaksanakan pada Senin sekitar pukul 09.00. 63. Data tuturan “ ini momentum yang patut dirayakan” (BPKK, 21/10/2014 Topik : Daerah Sambut Jokowi hal.5) Konteks tuturan Tuturan diucapkan oleh Andi Roestono selaku penyelenggara acara Kenduri Rakyat di halaman gedung DPRD untuk merayakan pelantikan Jokowi-JK. Penutur memiliki pengetahuan lama bahwa kemenangan calon yang didukungnya patut untuk dirayakan karena peristiwa itu merupakan kemenangan seluruh rayat. Penanda tuturan Penanada intralingual ditandai oleh kalimat “ ini momentum yang patut dirayakan”untuk memunculkan nilai rasa bahagia dalam berita politik. Kalimat tersebut dipersepsi sebagai nilai rasa bahagia setuju karena penutur merasa bahagia dengan dilantiknya calon pimpinan yang terpilih yaitu presiden Jokowi dan wakil presiden Jusuf Kalla. Penanda
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
276
ekstralingual dimunculkan melalui konteks berupa fenomena praanggapan bahwa kemenangan calon yang didukungnya patut untuk dirayakan karena peristiwa itu merupakan kemenangan seluruh rayat. Selain itu juga sebagai bentuk dukungan dan ucapan syukur atas terpilihnya pimpinan yang didukungnya.
64. Data tuturan “ Pemaksaan anak pejabat untuk diterima sebagai pegawai ke dalam struktur pemerintahan dikhawatirkan hanya merusak sistem” (BPKK, 24/10/2014 Topik : Patut Ditiru Pejabat Lain .5) Konteks tuturan Tuturan diucapkan oleh Emerson Yuntho selaku Peneliti Indonesia Corruption Watch yang menanggapi tes seleksi anak pejabat yang disamakan dengan peserta seleksi lainnya. Penutur memiliki pengetahuan lama bahwa ketika seorang anak pejabat diistimewakan dan pada saat bekerja anak pejabat itu tidak mampu bekerja dengan baik dan melanggar aturan, tentu tidak aka nada batasan yang berani menegur atau menjatuhkan sanksi. Penanda tuturan Penanda intralingual ditandai oleh kalimat “ Pemaksaan anak pejabat untuk diterima sebagai pegawai ke dalam struktur pemerintahan dikhawatirkan hanya merusak sistem”untuk memunculkan nilai rasa khawatirdalam berita politik. Kalimat tersebut dipersepsi sebagai nilai rasa khawatir karena mengandung kehawatiran penutur apabila anak pejabat diistimewakan dalam seleksi yang pada akhirnya akan merusak sistem. Penanda ekstralingual dimunculkan melalui konteks berupa fenomena praanggapan bahwa ketika seorang anak pejabat diistimewakan dan pada saat bekerja anak pejabat itu tidak mampu bekerja dengan baik dan melanggar aturan, tentu tidak aka nada batasan yang berani menegur atau menjatuhkan sanksi. Seperti anak pejabat yang diam-diam mengikuti tender proyek pemerintah, seperti dilakukan putra mantan Menteri Koperasi dan UKM Sjarifuddin Hasan, tak ada satu pun kementerian atau lembaga yang berani menolak. Akibatnya dugaan korupsi pun terungkap dan kini harus dibawa ke pengadilan. 65. Data tuturan “ Keistimewaan anak pejabat terbukti hanya menghancurkan pribadi dan menurunkan tingkat kepercayaan terhadap pemerintah.” (BPKK, 24/10/2014 Topik : Patut Ditiru Pejabat Lain .5)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
277
Konteks tuturan Tuturan diucapkan oleh Uchok Sky Khadafi yang menanggapi keistimewaan anak pejabat dalam tes seleksi. Tes seleksi yang dilakukan putri Jokowi dalam seleksi tes CPNS di Solo dijamin tanpa keistimewaan. Penutur memiliki pengetahuan lama bahwa diistimewakannya anak pejabat seperti anak pejabat dari menteri Koperasi dan UKM yang akhirnya tersandung kasus korupsi. Penanda tuturan Penanda intralingual ditandai oleh diksi “terbukti”untuk memunculkan nilai rasa yakin dalam berita politik. Diksi tersebut dipersepsi sebagai nilai rasa yakin karena mengandung rasa yakin dengan terbuktinya keistimewaan anak pejabat yang dapat menghancurkan pribadi dan kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah. Penanda ekstralingual dimunculkan melalui konteks berupa fenomena praanggapan bahwa seperi kasus yang menjerat anak pejabat yang diam-diam mengikuti tender proyek pemerintah, seperti dilakukan putra mantan Menteri Koperasi dan UKM Sjarifuddin Hasan, tak ada satu pun kementerian atau lembaga yang berani menolak. Akibatnya dugaan korupsi pun terungkap dan kini harus dibawa ke pengadilan. 66. Data tuturan “ kita lihat nanti”(BPKK, 24/10/2014 Topik : Patut Ditiru Pejabat Lain Hal.5) Konteks tuturan Tuturan diucapkan oleh putri kedua Jokowi, Kahiyang Ayu yang menanggapi pertanyaan wartawan sesaat melakukan tes CPNS. Sambil tertawa penutur hanya menjawab pertanyaan secara singkat dan kemudian berjalan cepat menuju pintu depan. Penanda tuturan Penanda intralingual ditandai oleh kalimat “ kita lihat nanti” untuk memunculkan nilai rasa ikhlas dalam berita politik. Kalimat tersebut dipersepsi sebagai nilai rasa ikhlas karena memperlihatkan bahwa penutur ikhlas dengan hasil seleksi yang didapatnya nanti. Penanda ekstralingual dimunculkan melalui konteks berupa fenomena praanggapan bahwa Kahyaning merupakan sosok yang murah senyum dan lapang dada. Hal ini sudah terlihat ketika dia berani untuk mengikuti tes CPNS, padahal dia adalah seorang anak preisden. Dengan tes yang dijalaninya selama 1.30 menit tentu akan menghasilkan hasil yang memuaskan karena dilakukan dengan penuh usaha.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
278
67. Data tuturan “ kok tidak tertib seperti zaman Pak SBY, ya?”(BPKK, 28/10/2014 Topik : Ibarat Pemain Band yang Baru Mulai “ Nyetem” Hal.2) Konteks tuturan Tuturan diucapkan oleh seorang pers yang menanggapi suasana sesaat pelantikan di Istana Negara yang berlangsung cukup gaduh dan tak tertib seperti zaman presiden ke-6. Penutur memiliki penegtahuan lama bahwa presiden ke-6 merupakan mantan purnawirawan TNI yang mana banyak protocol yang mengatur tata tertib dalam Istana Negara. Penanda tuturan Penanda intralingual ditandai oleh kalimat“ kok tidak tertib seperti zaman Pak SBY, ya?”untuk memunculkan nilai rasa heran dalam berita politik. Kalimat tersebut dipersepsi sebagai nilai rasa heran karena mengandung rasa heran penutur atas suasana pelantikan di Istana Negara yang berlangsung gaduh dan tak tertib karena para tamu berebut untuk menyalami persiden dan wakil presiden terpilih. Penanda ekstralingual dimunculkan melalui konteks berupa fenomena praanggapan bahwa pada zaman pemerintahan SBY, terutama saat pelantikan suasan berlangsung dengan tertib karena SBY merupakan purnawirawan TNI . Pada tahun 2004-2014, suasana berjalan dengan lancar dan hikmat. Kalau presiden tengah menyalami pejabat, tak ada satu pun berani bergerak atau maju ke tengah ruang pelantikan tanpa diatur protokol.
68. Data tuturan “ Yashona dikhawatirkan akan membuat kebijakan yang menguntungkan golongannya atau mengakomodasi kepentingan rekan-rekannya.”(BPKK, 28/10/2014 Topik : Overkapasitas Rutan, Tantangan Menteri Baru Hal.4) Konteks tuturan Tuturan diucapkan oleh Bahrain selaku pegiat Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia yang menanggapi latar belakang Yassona sebagai politisi PDI-P dalam menyelesaikan permasalahan overkapasitas rumah tahanan dan lembaga negara. Penanda tuturan Penanda intralingual ditandai oleh kalimat “ Yashona dikhawatirkan akan membuat kebijakan yang menguntungkan golongannya atau mengakomodasi kepentingan rekan-rekannya.”untuk memunculkan nilai rasa khawatir dalam berita politik. Kalimat tersebut dipersepsi sebagai nilai rasa khawatir karena mengungkapkan rasa kekhawatiran penutur apabila Yashona membuat kebijakan yang menguntungkan golongannya.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
279
Seperti memberikan revisi kepada narapidana perkara korupsi atau pencucian uang tanpa memperhatikan ketentuan yang sudah dibuat. Penanda ekstralingual dimunculkan melalui konteks berupa fenomena praanggapan bahwa Yashona berlatar belakang sebagai politisi PDI-P dan sama dengan Jokowi yang saat ini menjabat sebagai presiden. Seperti kebijakan menteri sebelumnya, Amir Syamsudin. Pada akhir masa jabatannya, Amir yang berlatar belakang Partai Demokrat mengeluarkan pembebasan bersyarat kepada sejumlah narapidana meski yang bersangkutan bukan justice collaborator sehingga KPK menolak memberikan rekomendasi pembebasan bersyarat. Beberapa narapidana diantaranya adalah Hartati Murdaya (mantan anggota Dewan Pembina Partai Demokrat) dan Sumartono (mantan anggota DPRD Kota Semarang/Fraksi Partai Demokrat). 69. Data tuturan “ penyamaran harta-harta tersebut bisa saja lewat anaknya.” (BPKK, 28/10/2014 Topik : KPK Telusuri Cuci Uang Atut dari Anak Hal.5) Konteks tuturan Tuturan diucapkan oleh Wakil Ketua KPK Busyro Muqoddas yang menanggapai penyamaran harta kekayaan Atut yang diperoleh dari tindak pidana korupsi melalui anak-anaknya. Penutur memiliki pengetahuan lama bahwa penelusuran penyamaran harta dapat melalui pemeriksaan terhadap anak dan istrinya. Penanda tuturan Penanda intralingual ditandai oleh kalimat “penyamaran harta-harta tersebut bisa saja lewat anaknya.” untuk memunculkan nilai rasa curiga dalam berita politik.Kalimat tersebut dipersepsi sebagai nilai rasa curiga karena memperlihatkan rasa curiga penutur akan penyemaran harta Atut melalui anak-anaknya. Penanda ekstralingual dimunculkan melalui konteks berupa fenomena praanggapan bahwa penelusuran bisa melalui pemeriksaan terhadap anak dan istrinya. Seperti saat megusut TPPU Djoko Susilo (mantanKepala Korps Lalu Lintas Polri), KPK juga memeriksa anak-istrinya. 70. Data tuturan “ Kami sebagai pemuda merasa bertanggung jawab untuk saling meningkatkan kemampuan. Tidak ingin bekerja dan sukses sendirian, lebih indah jika bersama-sama.”(BPKK, 29/10/2014 Topik : Sikap Toleransi Wajib DIwarisi Hal.3) Konteks tuturan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
280
Tuturan diucapkan oleh Dadang Gunawan yang menanggapi tokoh muda pemberdayaan masyarakat di Kabupaten Tasikmalaya dengan pemeliharaan buah manggis. Bersama 70 orang, penutur mengadakan pelatihan untuk meningkatkan kemampuan bertani, mulai dari pengaturan ukuran tanaman hingga pemupukan yang baik. Penanda tuturan: Penanda intralingual ditandai oleh kalimat “ Kami sebagai pemuda merasa bertanggung jawab untuk saling meningkatkan kemampuan. Tidak ingin bekerja dan sukses sendirian, lebih indah jika bersama-sama.”untuk memunculkan nilai rasa peduli dalam berita politik. Kalimat tersebut dipersepsi sebagai nilai rasa peduli karena mengutarakan kepedulian penutur terhadap pemberdayaan masyarakat tokoh muda untuk saling meningkatkan kemampuan dalam bertani. Salah satunya dengan pemeliharaan buah manggis. Penanda ekstralingual dimunculkan melalui konteks berupa fenomena praanggapan bahwa bersama 70 orang, penutur mengadakan pelatihan untuk meningkatkan kemampuan bertani, mulai dari pengaturan ukuran tanaman hingga pemupukan yang baik. Selain itu, sebelumnya penutur hanyalah penyortir buah manggis, namun berkat kerja kerasnya sekarang dia mampu menjadi pengepul hasil panen 30 petani.
71. Data tuturan “ Komisi Pemberantasan Korupsi mencecar mantan Direktur Jendral Penyelenggaraan Haji dan Umrah Kementerian Agama Anggito Abimanyu soal penyelewengan kuota haji.”(BPKK, 29/10/2014 Topik : Anggito Dicecar Soal Kuota Haji Hal.3) Konteks tuturan Tuturan diucapkan oleh penutur untuk menanggapi kasus penyelewengan kouta haji. Penutur memiliki pengetahuan lama bahwa kasus ini merupakan tindak lanjut penyidikan kasus dugaan korupsi penyelenggaraan ibadah haji tahun 2012-2013. Penanda tuturan Penanda intralingual ditandai oleh kalimat “ Komisi Pemberantasan Korupsi mencecar mantan Direktur Jendral Penyelenggaraan Haji dan Umrah Kementerian Agama Anggito Abimanyu soal penyelewengan kuota haji.”untuk memunculkan nilai rasa curiga dalam berita politik kalimat tersebut dipersepsi sebagai nilai rasa curiga karena memperlihatkan tersudutnya Anggito karena diduga ikut terlibat dalam kasus penyelewengan kuota haji. Penanda ekstralingual dimunculkan melalui konteks berupa fenomena praanggapan bahwa Anggito diperiksa menjadi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
281
saksi untuk tersangka mantan Menteri Agama Suryadharma Ali. Hal ini dikarenakan Anggito merupakan mantan Direktur Jenderal Penyelenggaraan haji dan Umrah. 72. Data tuturan “ Beliau sudah baik, sudah sembuh, tinggal tunggu pemulihan sedikit.”(BPKK, 29/10/2014 Topik : Kondisi Presiden ke-3 RI BJ Habibie Membaik Hal.4) Konteks tuturan Tuturan diucapkan oleh presiden Jokowi yang menanggapi kesehatan mantan preisden ke-3 RI B.J Habibie yang sedang dirawat di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Soebroto. Saat dijenguk oleh presiden Jokowi, B.J Habibie justru banyak berpesan kepadanya agar kerja keras biar negara bisa lebih baik lagi dan rakyat lebih sejahtera. Penanda tuturan Penanda intralingual ditandai oleh kalimat “Beliau sudah baik, sudah sembuh, tinggal tunggu pemulihan sedikit.”untuk memunculkan nilai rasa syukur dalam berita politik. Kalimat tersebut dipersepsi sebagai nilai rasa syukur karena memperlihatkan keadaan B.J Habibie yang semakin membaik. Penanda ekstralingual dimunculkan melalui konteks berupa fenomena praanggapan bahwa B.J Habibie dirawat karena kelelahan setelah mengikuti banyak aktivitas beberapa waktu ini. Beliau merasakan dadanya sakit, namun jantungnya baik-baik saja. Namun, saat dijenguk oleh presiden Jokowi, B.J Habibie justru banyak berpesan kepadanya agar kerja keras biar negara bisa lebih baik lagi dan rakyat lebih sejahtera. Di usia 79 ini sangat rentan bagi Habibie dengan penyakit yang dideritanya. 73. Data tuturan “ Semoga dengan shalawat ini, Allah curahkan rahmat untuk kita. Allah damaikan negeri ini.”(BPKK, 31/10/2014 Topik : Menyentuh Muktamirin dengan Shalawat Hal.2) Konteks tuturan Tuturan diucapkan oleh penyanyi religi Haddad Alwi yang menanggapi suasana Muktamar VIII Partai Persatuan Pembangunan versi Jakarta. Penutur memiliki pengetahuan lama bahwa dengan shalawat membuat hati menjadi tenang dan merasa dekat dengan Sang Pencipta. Penanda tuturan Penanda intralingual ditandai oleh strukturdiksi“ Semoga dengan shalawat ini, Allah curahkan rahmat untuk kita. Allah damaikan negeri ini.”untuk memunculkan nilai rasa penuhharapan dalam berita politik.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
282
Wacana tersebut dipersepsi sebagai nilai rasa penuh harapan karena mengungkapkan harapan penutur untuk mendamaikan negeri ini terutama dengan mempersatukan anggota PPP. Penanda ekstralingual dimunculkan melalui konteks berupa fenomena praanggapan bahwa dengan shalawat membuat hati menjadi tenang dan merasa dekat dengan Sang Pencipta. Hal ini seperti para tamu yang ikut larut dalam shalawat Nabi. Salah satunya Politisi senior PPP, Bachtiar Chamsjah yang tidak kuasa membendung air matanya. 74. Data tuturan “ banyak pejabat di Kementerian Dalam Negeri, mulai dari pejabat pusat, gubernur, bupati, sampai kepala desa terjerat kasus korupsi.”(BPKK, 30/10/2014 Topik : Mendagri: Bekerjalah Sepenuh Hati Hal.4) kecewa Konteks tuturan Tuturan diucapkan oleh Menteri Dalam Negeri Tjahjo yang menanggapi banyaknya pejabat yang terjerat kasus korupsi. Penutur memiliki pengetahuan umum bahwa selama dua tahun terakhir, pejabat yang terjerat kasus korupsi mencapai 296 orang Penanda tuturan Penanda intralingual ditandai oleh kalimat “ banyak pejabat di Kementerian Dalam Negeri, mulai dari pejabat pusat, gubernur, bupati, sampai kepala desa terjerat kasus korupsi.”untuk memunculkan nilai rasa prihatin dalam berita politik. Kalimat tersebut dipersepsi sebagai nilai rasa prihatin karena memperlihatkan banyaknya kasus korupsi yang membuat keprihatinan masyarakat atas kasus yang banyak menerjang para pejabat tersebut. Penanda ekstralingual dimunculkan melalui konteks berupa fenomena praanggapan bahwa selama dua tahun terakhir, pejabat yang terjerat kasus korupsi mencapai 296 orang. Salah satunya Sugiharto yaitu Direktur Pengelola Informasi Administrasi Kependudukan Direktorat Jenderal Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Dukcapil) Kemendagri yang terjerat kasus korupsi pengadaan e-KTP. 75. Data tuturan “ air mata bercucuran di arena Muktamar VIII PArtai Persatuan Pembangunan versi Jakarta.”(BPKK, 31/10/2014 Topik : Menyentuh Muktamirin dengan Shalawat Hal.2) Konteks tuturan Tuturan diucapkan oleh penutur yang menanggapi suasana ketika Muktamar VIII PPP versi Jakarta. Dengan shalawat Nabi yang dilantunkan oleh penyanyi religi Haddad Alwi bersama anak-anak asuhnya yang
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
283
mampu mengentalkan kekhusyukan. Shalawat nabi membuat tamu ikut larut dan memejamkan mata sambil menengadahkan tangan. Penanda tuturan Penanda intralingual ditandai oleh klausa“ air mata bercucuran” untuk memunculkan nilai rasa haru dlam berita politik. Klausa tersebut dipersepsi sebagai nilai rasa haru karena menggambarkan suasana pada saat Muktamar banyak pejabat yang menteskan air mata. Penanda ekstralingual dimunculkan melalui konteks berupa fenomena praanggapan bahwa dengan shalawat Nabi yang dilantunkan oleh penyanyi religi Haddad Alwi bersama anak-anak asuhnya yang mampu mengentalkan kekhusyukan. Shalawat nabi membuat tamu ikut larut dan memejamkan mata sambil menengadahkan tangan.
76. Data tuturan “ Mbah Moen menerima hasil muktamar dan mengatakanbahwa itu adalah takdir Allah SWT.” (BPKK, 19/10/2014 Topik : Kelola Ekspektasi Rakyat Hal.2) Konteks tuturan Tuturan diucapkan oleh Emron Pangkapi salah seorang farmatur yang menanggapi keputusan hasil Muktamar VIII di Surabaya yang menghasilkan keputusan bahwa PPP bergabung dengan mendukung pemerintah. Penanda tuturan Penanda intralingual ditandai oleh diksi “Mbah” untuk memunculkan nilai rasa hormat dalam berita politik. Diksi tersebut dipersepsi sebagai nilai rasa hormat karena penutur menganggap orang yang disebutkan usianya lebih tua darinya. Penanda ekstralingual dimunculkan melalui konteks berupa fenomena praanggapan bahwa Ketua Majelis Syariah PPP KH Maimun Zubair sekarang sudah berusia 86 tahun. Beliau merupakan seorang ulama dan politikus. 77. Data tuturan “ Sopan santun di ruang nyata seharusnya berlaku di ruang maya.”(BPKK, 31/10/2014 Topik : Tuntaskan Pelanggaran HAM Berat Hal.5) Konteks tuturan Tuturan diucapkan oleh anggota dewan pers Imam Wahyudi yang menanggapi kasus yang terjadi dalam dunia maya. Banyaknya kasus pencemaran nama baik dan pornografi di media sosial yang melibatkan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
284
Jokowi saat kampanye pilpres 2014. Penutur memiliki pengetahuan lama bahwa kasus yang terjadi di dunia maya bukan kewenangan Dewan Pers untuk menyelesaikan, namun agar insan pers tidak kehilangan fokus saat meliput berbagai masalah. Penanda tuturan Penanda intralingual ditandai oleh kalimat“ Sopan santun di ruang nyata seharusnya berlaku di ruang maya” untuk memunculkan nilai rasa halus dalam berita politik. Kalimat tersebut dipersepsi sebagai nilai rasa merasa setuju karena mengandung rasa setuju atas sopan santun yang dilakukan di ruang maya. Penanda ekstralingual dimunculkan melalui konteks berupa fenomena praanggapan bahwa banyaknya kasus pencemaran nama baik dan pornografi di media sosial yang melibatkan Jokowi saat kampanye pilpres 2014. Penutur memiliki pengetahuan lama bahwa kasus yang terjadi di dunia maya bukan kewenangan Dewan Pers untuk menyelesaikan, namun agar insan pers tidak kehilangan fokus saat meliput berbagai masalah.
78. Data tuturan “ ES ini diduga tidak melakukan aksinya sendirian.”(BPKK, 31/10/2014 Topik : ES Peras Korban Lain di Twitter Hal.5) Konteks tuturan Tuturan diucapkan oleh Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya Rikwanto yang menanggapi pemerasan yang dilakukan melalui media sosial, yaitu Twitter. Sebelumnya, polisi tengah mendalami hubungan ES dengan akun @triomacan2000. Saat polisi menggeledah, uang hasil pemerasan ditemukan di laci meja milik RN yang pernah diperiksa polisi untuk kasus terkait akun @triomacan2000. Penanda tuturan Penanda intralingual ditandai oleh kalimat“ ES ini diduga tidak melakukan aksinya sendirian.” untuk memunculkannilai rasa ragu dalam berita politik. kalimat tersebut dipersepsi sebagai nilai rasa ragu karena mengutarakan keraguan bahwa es ini tidak melakukan aksinya sendirian. Ada beberapa teman yang ikut juga terlibat, namun belum ditemukan jejaknya. Penanda ekstralingual dimunculkan melalui konteks berupa fenomena praanggapan bahwa ES memiliki hubungan dengan akun @triomacan2000. Saat polisi menggeledah, uang hasil pemerasan ditemukan di laci meja milik RN yang pernah diperiksa polisi untuk kasus terkait akun @triomacan2000. Selain ES ada juga RN yang ikut terlibat dalam kasus itu.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
285
79. Data tuturan “ Penetapan jaksa agung yang tergolong lambat dikhawatirkan menghambat kinerja penegakan hukum dan pemberantasan korupsi oleh kejaksaan Agung.” (BPKK, 31/10/2014 Topik : Segera Tetapkan JAksa Agung Hal.5) Konteks tuturan Tuturan diucapkan oleh penutur untuk menanggapi penetapan jaksa agung yang harus segera ditetapkana agar pemerintah bisa segera menjalankan tugasnya. penutur memiliki pengetahuan lama bahwa tanpa jaksa agung definitif, agenda hukum dan anti korupsi yang dicanangkan Jokowi tidak akan berjalan. Penanda tuturan Penanda intralingual ditandai oleh kalimat “ Penetapan jaksa agung yang tergolong lambat dikhawatirkan menghambat kinerja penegakan hukum dan pemberantasan korupsi oleh kejaksaan Agung.” untuk memunculkan nilai rasa khawatir dalam berita politik. Kalimat tersebut dipersepsi sebagai nilai rasa khawatir karena mengutarakan kekhawatiran penutur apabila pentepan jaksa agung yang lambat akan menghambat penegakan hukum dan pemberantasan korupsi. Penanda ekstralingual dimunculkan melalui konteks berupa fenomena praanggapan bahwa tanpa jaksa agung definitif, agenda hukum dan anti korupsi yang dicanangkan Jokowi tidak akan berjalan. Selain itu diperlukannya percepatan penetapan untuk menghindari spekulasi masih adanya tarik-menarik kepentingan atau bagibagi kursi untuk partai pendukung Jokowi. 80. Data tuturan “ memberantas korupsi tidak bisa ditunda karena koruptor juga tak pernah menunda pekerjaannya merampok uang negara.” (BPKK, 31/10/2014 Topik : Segera Tetapkan Jaksa Agung Hal.5) Konteks tuturan Tuturan diucapkan oleh Emerson Yuntho yang menanggapi lambatnya penetapan jaksa agung yang menghambat pemberantasan korupsi. Penutur memiliki pengetahuan lama bahwa korupsi di Indonesia sulit untuk diberantas. Hal ini dikarenakan banayaknya orang, bahkan pejabat negara yang terjerat kasus korupsi. Para koruptor tidak memandang kapan dan dimanapun merka berkorupsi, melainkan setiap ada kesempatan mereka langsung melakukanya. Penanda tuturan Penanda intralingual ditandai oleh kalimat “ memberantas korupsi tidak bisa ditundakarena koruptor juga tak pernah menunda pekerjaannya
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
286
merampok uang negara.”untuk memunculkan nilai rasa kasar dalam berita politik. Kalimat tersebut dipersepsi sebagai nilai rasa kasar karena mengandung pernyataan langsung yang menyebutkan bahwa koruptor tidak pernah menunda pekerjaannya merampok uang negara. Penanda ekstralingual dimunculkan melalui konteks berupa fenomena praanggapan bahwa korupsi di Indonesia sulit untuk diberantas. Hal ini dikarenakan banayaknya orang, bahkan pejabat negara yang terjerat kasus korupsi. Para koruptor tidak memandang kapan dan dimanapun mereka berkorupsi, melainkan setiap ada kesempatan mereka langsung melakukanya.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
287
BIODATA PENELITI
Veranita Ragil Sagita lahir di Purbalingga, pada tanggal 16 Desember 1993. Penulis menempuh pendidikan Sekolah Dasar di SDN 1 Cipaku dari tahun 1999-2005, Sekolah
Menengah
Pertama
di
SMP
Negeri
3
Purbalingga dari tahun 2005-2008, Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri 2 Purbalingga selama tiga tahun dari tahun 2008-2011. Selain itu, penulis menempuh pendidikan S1 program studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
288