PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
UJI ANALGESIK FRAKSI ETANOL-HEKSAN ETANOL HEKSAN EKSTRAK METANOL-AIR METANOL DAUN Macaranga tanarius L. DENGAN METODE GELIAT PADA MENCIT GALUR SWISS
SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) Program Studi Farmasi
Oleh : Silvia Dwi Puspa Susanti NIM : 128114086
FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2015
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
UJI ANALGESIK FRAKSI ETANOL-HEKSAN ETANOL HEKSAN EKSTRAK METANOL-AIR METANOL DAUN Macaranga tanarius L. DENGAN METODE GELIAT PADA MENCIT GALUR SWISS
SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) Program Studi Farmasi
Oleh : Silvia Dwi Puspa Susanti NIM : 128114086
FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2015
i
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Persetujuan Pembimbing
UJI ANALGESIK FRAKSI ETANOL-HEKSAN EKSTRAK METANOL-AIR DAUN Macaranga tanarius L. DENGAN METODE GELIAT PADA MENCIT GALUR SWISS
Skripsi yang diajukan oleh: Silvia Dwi Puspa Susanti NIM : 128114086
telah disetujui oleh:
Pembimbing Utama
Phebe Hendra, M.Si., Ph.D., Apt.
tanggal:
Pembimbing Pendamping
Christianus Heru Setiawan, M.Sc., Apt.
tanggal:
ii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Pengesahan Skripsi Berjudul
UJI ANALGESIK FRAKSI ETANOL-HEKSAN EKSTRAK METANOL-AIR DAUN Macaranga tanarius L. DENGAN METODE GELIAT PADA MENCIT GALUR SWISS
Oleh: Silvia Dwi Puspa Susanti NIM : 128114086 Dipertahankan di hadapan Panitia Penguji Skripsi Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma pada tanggal: ……………..…….
Mengetahui Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Dekan
Aris Widayati, M.Si., Apt., Ph.D
Panitia Penguji :
Tanda tangan
1. Phebe Hendra, M.Si., Ph.D., Apt.
……………………...
2. Christianus Heru Setiawan, M.Sc., Apt.
………………………
3. Dita Maria Virginia, M.Sc., Apt.
………………………
4. Damiana Sapta Candrasari, M.Sc.
……………………… iii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
HALAMAN PERSEMBAHAN
Opportunity follows struggle. It follows effort. It follows hard work. It doesn’t come before. -Shelby Steele-
Kupersembahkan skripsi ini untuk: Tuhan Yesus sebagai sumber kekuatan dan anugerah dalam hidupku, Santo Yudas Tadeus yang menjadi perantara doa dan mukjizat, Kedua orang tuaku Bapak F.X. Suripto dan Ibu V.Y. Sulisti yang telah memberikan doa, dukungan, perjuangan, serta kasih sayang, Mbak Ivon, Surya, Christie, serta sahabat dan teman-teman, dan Almamaterku Universitas Sanata Dharma
iv
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah. Apabila di kemudian hari ditemukan indikasi plagiarisme dalam naskah ini, maka saya bersedia menanggung segala sanksi sesuai peraturan perundangundangan yang berlaku.
Yogyakarta,……………………….. Penulis
(Silvia Dwi Puspa Susanti)
v
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGANAKADEMIS
vi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
PRAKATA Puji dan syukur penulis haturkan ke hadirat Tuhan yang Maha Esa, atas berkat, kasih, dan penyertaan-Nya hingga penelitian dan penyusunan skripsi berjudul “Uji Analgesik Fraksi Etanol-Heksan Ekstrak Metanol-Air Daun Macaranga tanarius L. dengan Metode Geliat pada Mencit Galur Swiss” dapat penulis selesaikan. Proses penyusunan skripsi ini tidak lepas dari peran, dukungan, dan bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terimakasih kepada: 1. Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta 2. Bapak Enade Perdana Istyatono, Ph.D., Apt., selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah memberikan dukungan dan bimbingan selama menjalani proses perkuliahan di Fakultas Farmasi hingga saat ini. 3. Ibu Phebe Hendra, M.Si., Ph.D., Apt., selaku Dosen Pembimbing Utama atas bimbingan, semangat, bantuan, dan pengarahan selama proses penelitian hingga penyusunan skripsi ini. 4. Christianus Heru Setiawan, M.Sc., Apt., selaku Dosen Pembimbing Pendamping atas bimbingan, pengarahan, saran, serta masukan selama proses penelitian hingga penyusunan skripsi ini. 5. Ibu Dita Maria Virginia, M.Sc., Apt. selaku Dosen Penguji yang telah memberikan saran dan kritik hingga skripsi ini tersusun. 6. Ibu Damiana Sapta Candrasari, M.Sc. selaku Dosen Penguji yang telah memberikan saran dan kritik hingga skripsi ini tersusun.
vii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
7. Bapak, Ibu, Mbak Ivon, Mas Theo, Surya, Christie, dan Mbah Marjono yang selalu memberikan doa, dukungan, semangat, bantuan, dan kasih sayang. 8. Pak Heru, Pak Wagiran, Pak Suparjiman, dan Pak Kayatno yang telah membantu dalam proses penelitian di laboratorium. 9. Sahabat yang setia membantu, mendukung, dan memberi semangat dalam perjuangan menyelesaikan skripsi ini, Nurul Kusumawardani, Antonia Vidya Kartika, dan Kristiyani Irawati. Terimakasih atas kesempatan berjuang bersama kalian. 10. Teman-teman FSM B dan FKK B 2012. 11. Seorang sahabat sekaligus kekasih, Benediktus Prasetyo Adhi Kurniawan. Terimakasih atas dukungan, pengertian, kesabaran, doa, saran, dan kasih sayang yang diberikan. Penulis menyadari bahwa skripsi ini tentunya masih jauh dari sempurna, untuk itu penulis sangat terbuka pada masukan dan kritik dari pembaca. Akhir kata, semoga karya ini dapat berguna bagi pembaca dan bagi perkembangan ilmu pengetahuan. Yogyakarta, November 2015 Penulis
viii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ………………………………………………………..
i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ……………………………
ii
HALAMAN PENGESAHAN ………………………………………………
iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ……………………………………………
iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ……………………………………
v
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ………………………...
vi
PRAKATA ………………………………………………………………….
vii
DAFTAR ISI ………………………………………………………………..
ix
DAFTAR TABEL …………………………………………………………..
xii
DAFTAR GAMBAR ……………………………………………………….
xiii
DAFTAR LAMPIRAN ……………………………………………………..
xv
INTISARI …………………………………………………………………..
xvii
ABSTRACT .............................................................................................
xviii
BAB I. PENGANTAR ……………………………………………………...
1
A. Latar Belakang ………………………………………………………….
1
1. Rumusan Masalah …………………………………………………..
4
2. Keaslian Penelitian ………………………………………………….
4
3. Manfaat Penelitian ………………………………………………….
6
B. Tujuan Penelitian ……………………………………………………….
6
BAB II. PENELAAHAN PUSTAKA……………………………………...
7
A. Nyeri. ……………………………………………………………………
7
ix
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
B. Analgesik ……..………………………………………………………..
12
C. Asetosal ………………………………………………………………..
15
D. Macaranga tanarius L ..………………………………………………..
16
E. Senyawa Fenolik ………………………………………………………..
21
F. Metode penyarian ..……………………………………………………..
21
G. Proses penyarian senyawa aktif ...………………………………………
23
H. Pelarut ……..……………………………………………………………
26
I. Metode uji Analgesik …………………………….……………………..
28
J. Asam asetat ..……………………………………………………………
31
K. Landasan Teori ………………………………………………………….
32
L. Hipotesis ………………………………………………………………..
33
BAB III. METODE PENELITIAN ………………………………………...
34
A. Jenis dan Rancangan penelitian ………………………………………...
34
B. Variabel dan Definisi Operasional ……………………………………...
34
C. Bahan Penelitian ………………………………………………………..
38
D. Alat Penelitian …………………………………………………………..
39
E. Tata Cara Penelitian …………………………………………………….
39
F. Analisis Hasil ………………………………………………………...…
50
G. Ruang Lingkup Penelitian ………………………………………………
52
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN …………………………………..
53
A. Determinasi Tanaman Macaranga tanarius L. …………………………
53
B. Pengumpulan dan Penyerbukan Daun macaranga tanarius L. ………..
53
C. Penetapan Kadar Air ……………………………………………………
56
x
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
D. Pembuatan
Fraksi
Etanol-Heksan
Ekstrak
Metanol-Air
Daun
Macaranga tanarius L. …………………………………………………
56
E. Hasil Pengujian Senyawa Metabolit Sekunder …………………………
62
F. Uji Pendahuluan ………………………………………………………..
67
G. Uji Efek Analgesik Fraksi Daun Macaranga tanarius L. ………………
69
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ……………………………………
83
A. Kesimpulan ……………………………………………………………..
83
B. Saran …………………………………………………………………….
83
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………
84
LAMPIRAN ………………………………………………………………..
89
BIOGRAFI PENULIS ……………………………………………………..
118
xi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
DAFTAR TABEL Tabel I.
Penelitian terkait daun Macaranga tanarius L. ……………….
Tabel II.
Hasil pengujian fraksi etanol-heksan ekstrak metanol-air daun Macaranga tanarius L. ………………………………………..
Tabel III.
68
Hasil uji T tidak berpasangan untuk data jumlah geliat pada penentuan selang waktu …...…………………………………..
Tabel V.
62
Rata-rata jumlah kumulatif geliat mencit pada penentuan selang waktu pemberian asam asetat 50 mg/kg BB …………...
Tabel IV.
4
68
Hasil rata-rata jumlah kumulatif geliat, rata-rata persen proteksi, dan rata-rata perubahan persen proteksi pada kelompok kontrol negatif, kontrol positif, dan 3 peringkat dosis fraksi daun Macaranga tanarius L. ……………………..
Tabel VI.
71
Hasil uji Scheffe untuk jumlah kumulatif geliat pada kelompok kontrol negatif, kontrol positif, dan 3 peringkat dosis fraksi Macaranga tanarius L. ………………………………………..
Tabel VII.
74
Hasil uji Scheffe untuk persen proteksi pada kelompok kontrol negatif, kontrol positif, dan 3 peringkat dosis fraksi Macaranga tanarius L. ………………………………………..
xii
75
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
DAFTAR GAMBAR Gambar 1.
Struktur kimia Asetosal ……………………………………
15
Gambar 2.
Macaranga tanarius L. ……………………………………
16
Gambar 3.
Struktur senyawa dari daun Macaranga tanarius L. yang memiliki aktivitas terhadap penangkapan radikal bebas DPPH ………………………………………………………
Gambar 4.
Flowchart langkah pembuatan ekstrak metanol-air daun Macaranga tanarius L. ……………………………………
Gambar 5.
20
41
Flowchart langkah pembuatan fraksi etanol-heksan dari ekstrak kental metanol-air daun Macaranga tanarius L. ….
42
Gambar 6.
Skema perlakuan hewan uji ………………………………..
49
Gambar 7.
Fokus penelitian …………………………………………...
53
Gambar 8.
(a) Histogram rata-rata jumlah kumulatif geliat (b) Histogram rata-rata persen proteksi, dan (c) Histogram rata-rata perubahan persen proteksi pada uji efek analgesik kelompok uji yaitu kontrol negatif, kontrol positif, dan 3 peringkat dosis fraksi daun Macaranga tanarius L. ………
72
Gambar 9.
Daun Macaranga tanarius L. ……………………………...
94
Gambar 10.
Serbuk daun Macaranga tanarius L. ……………………...
94
Gambar 11.
Hasil ekstrak metanol-air daun Macaranga tanarius L. ….
94
Gambar 12.
Hasil fraksi etanol-heksan dari ekstrak metanol-air daun Macaranga tanarius L. …………………………………..
xiii
94
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Gambar 13.
Sediaan fraksi etanol-heksan dari ekstrak metanol-air daun Macaranga tanarius L. ……………………………………
94
Gambar 14.
Injeksi intraperitoneal ……………………………………...
95
Gambar 15.
Geliat mencit yang memenuhi kriteria …………………….
95
Gambar 16.
Geliat mencit yang tidak memenuhi kriteria ………………
95
Gambar 17.
Hasil uji Alkaloid dengan reagen Mayer ………………….
95
Gambar 18.
Hasil uji Alkaloid dengan reagen Dragendorff …………..
96
Gambar 19.
Hasil uji Flavonoid ………………………………………..
96
Gambar 20.
Hasil uji Terpenoid ………………………………………..
96
Gambar 21.
Hasil uji Fenolik …………………………………………..
96
Gambar 22.
Hasil uji Tanin …………………………………………….
96
Gambar 23.
Hasil uji Saponin ………………………………………….
96
Gambar 24.
Hasil uji Glikosida …………………………………………
96
xiv
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1.
Surat determinasi tanaman Macaranga tanarius L. ……......
Lampiran 2.
Surat keterangan penetapan kadar air serbuk daun
90
Macaranga tanarius L. dari LPPT UGM ………………......
91
Lampiran 3.
Surat Ethical Clearance dari Fakultas Kedokteran UGM .....
92
Lampiran 4.
Surat legalitas analisa data oleh Pusat Kajian CE&BU Fakultas Kedokteran UGM …………………………………
Lampiran 5.
93
Daun dan serbuk daun Macaranga tanarius L.; hasil ekstrak metanol-air dan hasil fraksi etanol-heksan ekstrak metanolair daun Macaranga tanarius L., serta sediaan fraksi daun Macaranga tanarius L………………………………………
94
Lampiran 6.
Injeksi intraperitoneal ………………………………………
95
Lampiran 7.
Kriteria geliat mencit ……………………………………….
95
Lampiran 8.
Hasil pengujian fitokimia fraksi etanol-heksan ekstrak metanol-air daun Macaranga tanarius L. …………………..
Lampiran 9.
Hasil analisis statistik jumlah geliat pada penentuan selang waktu pemberian asam asetat 50mg/kg BB ………………...
Lampiran 10.
96
97
Hasil analisis statistik jumlah geliat pada uji efek analgesik fraksi etanol-heksan ekstrak metanol-air daun Macaranga tanarius L. ………………………………………………….. 103
xv
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Lampiran 11.
Hasil analisis statistik % proteksi pada uji efek analgesik fraksi etanol-heksan ekstrak metanol-air daun Macaranga tanarius L. ………………………………………………….
Lampiran 12.
Perhitungan persen rendamen fraksi etanol-heksan ekstrak metanol-air daun Macaranga tanarius L. …………………..
Lampiran 13.
109
117
Perhitungan konversi dosis 191,8 mg/kg BB mencit ke manusia 70 kg BB …………………………………………..
xvi
117
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
INTISARI Nyeri merupakan perasaan sensoris dan emosional yang tidak nyaman sehingga menyebabkan seseorang datang untuk mencari pertolongan medis. Oleh karena itu diperlukan analgesik untuk mengatasi nyeri. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian sediaan fraksi etanol-heksan ekstrak metanol-air daun Macaranga tanarius L. terhadap efek analgesik pada mencit betina galur Swiss yang terinduksi asam asetat 1%. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental murni dengan rancangan acak lengkap pola searah. Dua puluh lima ekor mencit umur 2-3 bulan dan berat badan 20-30 gram dikelompokkan ke dalam 5 kelompok yaitu kelompok kontrol negatif (Aquadest dosis 191,8 mg/kg BB), kelompok kontrol positif (Asetosal dosis 91mg/kg BB), dan kelompok fraksi etanol-heksan ekstrak metanol-air daun Macaranga tanarius L. dalam tiga peringkat dosis yaitu 47,95; 95,9; dan 191,8 mg/kg BB. Kontrol dan bahan uji diberikan secara per oral, kemudian diberi asam asetat 1% secara intraperitoneal sebagai penginduksi nyeri dengan selang waktu pemberian selama 10 menit. Pengamatan geliat dilakukan setiap 5 menit selama 1 jam. Jumlah geliat digunakan untuk menghitung nilai % proteksi, dan nilai perubahan % proteksi. Hasil dianalisis dengan uji Shapiro Wilk, dilanjutkan uji One Way ANOVA dan uji Scheffe dengan taraf kepercayaan 95%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa fraksi etanol-heksan ekstrak metanol-air daun Macaranga tanarius L. memiliki efek analgesik dengan % proteksi pada dosis 47,95; 95,9; dan 191,8 mg/kg BB secara berturut-turut adalah 57,83; 65,12; dan 79,24 dan perubahan % proteksi secara berturut-turut adalah 6,42; 5,35; dan 28,21. Tidak terdapat kekerabatan antara efek analgesik dan dosis fraksi yang diberikan. Kata kunci: analgesik, fraksi etanol-heksan, ekstrak metanol-air, daun Macaranga tanarius L.
xvii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
ABSTRACT Pain is an unpleasant sensory and emotional experience, causing a person to find medical help. Therefore it needs an analgesic to relieve pain. In this present study, the writer has investigated the analgesic effect of ethanol-hexane fraction from methanol-water extract of Macaranga tanarius L. leaves using models of acetic acid-induced writhing response in female Swiss mice. This study is pure experimental with completely randomized design. Twenty-five mice aged 2-3 months and weighed 20-30 grams are grouped into 5 groups: negative control group (Aquadest dose of 191.8 mg / kg), a positive control group (aspirin dose of 91mg / kg), and the group of ethanol-hexane fraction of methanol-water extract of Macaranga tanarius L. leaves in three doses ie 47.95; 95.9; and 191.8 mg / kg. Aspirin and fraction are given orally, then given a 1% acetic acid intraperitoneally as an inducer of pain with an interval of administration for 10 minutes. Observation of writhing response is done every 5 minutes in 1 hour. The amount of writhing response is used to calculate the value of percent protection, that used to calculate change of percent protection to determine the analgesic effect writhing test compounds against asetosal. The results obtained were analyzed by Shapiro Wilk test, followed by One Way ANOVA test and Scheffe test with 95% confidence level. The results showed that ethanol-hexane fraction of methanol-water extract of Macaranga tanarius L. leaves has an analgesic effect. Percent protection at doses of 47.95; 95.9; and 191.8 mg / kg respectively was 57.83; 65.12; and 79.24% and change of % protection was -6.42; 5.35; and 28.21. There is no kinship between the analgesic effect and dose fractions are given. Keywords : Analgesic, ethanol-hexane fraction, methanol-water extract, leaves of Macaranga tanarius L.
xviii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB I PENGANTAR
A. Latar Belakang Nyeri adalah perasaan sensoris dan emosional yang tidak nyaman, berkaitan dengan (ancaman) kerusakan jaringan yang dapat disebabkan oleh rangsangan mekanis, kimiawi atau fisis (kalor dan listrik). Rangsangan tersebut memicu pelepasan zat-zat tertentu yang disebut mediator nyeri, antara lain histamin, bradikinin, leukotrien, dan prostaglandin (Tjay dan Rahardja, 2007). Nyeri menjadi masalah kesehatan yang menjadi alasan seseorang datang untuk mencari pertolongan medis. Menurut Goldberg dan Summer (2011), secara global diperkirakan 20% orang dewasa mengalami nyeri dan sebanyak 10% orang dewasa terdiagnosa mengalami nyeri kronik setiap tahunnya. Dalam pengatasan nyeri diperlukan analgesik yaitu zat-zat yang dapat mengurangi atau menghalau rasa nyeri. Analgesik dapat diperoleh dari tanaman obat yang dipercaya oleh masyarakat secara turun-temurun, maupun yang telah terbukti dapat mengatasi nyeri. Menurut penelitian Musa, Aliyu, Yaro, Magaji, Hassan dan Abdullahi (2009), pengobatan herbal masih digunakan sebagai pengobatan utama di negara berkembang, yaitu sekitar 75-80% dari total jumlah penduduk. Beberapa tahun terakhir, pengobatan herbal di negara maju mulai meningkat. Salah satu tanaman obat yang terbukti memiliki aktivitas terhadap proteksi nyeri adalah Macaranga tanarius L. melalui penelitian yang dilakukan oleh Wulandari (2010) yang menyatakan bahwa infusa daun Macaranga tanarius L. 1
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
2
memiliki efek analgesik pada mencit betina galur Swiss. Selain itu, penelitian oleh Andini (2010) juga membuktikan bahwa ekstrak metanol-air daun Macaranga tanarius L. memiliki efek analgesik pada mencit betina galur Swiss. Penelitian terkait kandungan senyawa yang bertanggung jawab untuk proteksi nyeri telah dilakukan oleh Matsunami et al. (2006) dan Matsunami et al. (2009) yang melaporkan adanya senyawa glikosida yang diisolasi dari daun Macaranga tanarius L. yaitu mallophenol B, macarangioside A, B, C, dan E, serta pinoresinol 4-O-[6”-O-galloyl]-β-D-glucopyranoside yang tersari melalui fraksi butanol dan menunjukkan aktivitas penangkapan radikal DPPH. Penelitian oleh Puteri dan Kawabata, (2010) juga berhasil mengisolasi dan mengidentifikasi empat senyawa ellagitannin dari ekstrak metanol-air daun Macaranga tanarius L. yang berperan sebagai antidiabetes melalui pemisahan secara kromatografi sehingga diperoleh senyawa mallotinic acid, corilagin, chebulagic acid, dan macatannins B dengan nilai koefisien partisi secara berturutturut adalah 1,65; 1,10; 2,30; dan 2,57. Koefisien partisi pada rentang ≤ 2 hingga ≤ 4 bersifat semipolar. Ellagitannin termasuk golongan polifenol kompleks yang memiliki efek terhadap penangkapan radikal DPPH. Konsentrasi total ellagitannin memiliki korelasi positif terhadap aktivitas antioksidan (Jordao, Correia, DelCampo, dan SanJose, 2012). Tjay dan Rahardja (2007) menyatakan bahwa ada kaitan antara penangkapan radikal bebas dengan penghambatan mediator-mediator nyeri dan peradangan. Adanya aktivitas antioksidan atau penangkapan radikal DPPH oleh senyawa yang terkandung dalam daun Macaranga tanarius L. memungkinkan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
3
kemampuan senyawa tersebut dalam menangkap radikal bebas dalam tubuh yang dilepaskan pada proses pembentukan mediator-mediator nyeri dan peradangan. Radikal bebas akan dilepaskan ketika asam arakidonat diubah menjadi endoperoksida dan asam hidroksiperoksida melalui jalur siklooksigenase dan lipooksigenase. Radikal bebas merupakan molekul yang tidak stabil sehingga akan mengambil elektron dari molekul atau sel lain di dalam tubuh untuk mestabilkan diri. Proses pengambilan elektron ini akan menyebabkan terjadinya kerusakan jaringan dan pelepasan mediator-mediator nyeri. Apabila radikal bebas tersebut dapat dihambat, maka terjadinya nyeri dapat terhambat. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah senyawa ellagitannin dalam daun Macaranga tanarius L. yang bersifat sebagai antioksidan dan telah terbukti memiliki efek antidiabetes juga memiliki aktivitas sebagai analgesik. Selain itu, penelitian efek analgesik daun Macaranga tanarius L. dari bentuk sediaan fraksi belum pernah dilakukan. Berdasarkan uraian latar belakang ini, penulis tertarik untuk melakukan penapisan efek analgesik fraksi etanol-heksan ekstrak metanol-air daun Macaranga tanarius L. dengan metode geliat pada mencit galur Swiss. Tujuan penyarian dengan metode fraksinasi adalah untuk menyari secara spesifik dua senyawa ellagitanin dalam daun Macaranga tanarius L. yaitu chebulagic acid dan macatannins B yang bersifat semipolar. Pemilihan pelarut didasarkan pada prinsip like dissolve like, sehingga pelarut yang digunakan adalah campuran pelarut etanol-heksan dengan nilai log p campuran 2,97 yang memiliki rentang polaritas semipolar sehingga dapat menyari senyawa chebulagic acid dan macatannins B.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
4
1. Rumusan masalah a. Apakah pemberian fraksi etanol-heksan ekstrak metanol-air daun Macaranga tanarius L. memiliki efek analgesik pada mencit galur Swiss? b. Berapa persen proteksi geliat fraksi etanol-heksan ekstrak metanol-air daun Macaranga tanarius L. pada mencit galur Swiss? c. Berapa perubahan persen proteksi geliat fraksi etanol-heksan ekstrak metanol-air daun Macaranga tanarius L. pada mencit galur Swiss? d. Apakah terdapat kekerabatan antara efek analgesik dan dosis fraksi etanolheksan ekstrak metanol-air daun Macaranga tanarius L.? 2. Keaslian penelitian Penelitian yang telah dilakukan terkait daun Macaranga tanarius L. dapat dilihat pada tabel I. Tabel I. Penelitian terkait daun Macaranga tanarius L. Judul penelitian dan Metode Hasil peneliti Radical-Scavenging Fraksi butanol daun Diperoleh 9 senyawa yaitu Activities of New Macaranga tanarius mallophenol B, lauroside, Megastigmane L. dipisahkan melalui methyl brevifolin carboxylate, Glucosides from kromatografi kolom, hyperin, isoquercitrin, dan Macaranga tanarius L. silica gel, ODS, dan macarangioside A-D. oleh Matsunami et al. HPLC, selanjutnya Macarangioside A-C dan (2006). dilakukan uji mallophenol B memiliki penangkapan radikal aktivitas penangkapan radikal DPPH dari senyawa DPPH. yang terisolasi. Absolute Configuration Fraksi butanol daun Ditemukan 3 senyawa yaitu of (+)-Pinoresinol 4-O- Macaranga tanarius (+)-pinoresinol 4-O-[600-O[600-O-galloyl]- b-DL. dipisahkan melalui galloyl]-b-Dglucopyranoside, kromatografi kolom glucopyranoside, Macarangiosides E, and selanjutnya macarangiosides E dan F. F Isolated from the dilakukan uji (+)-pinoresinol 4-O-[600-OLeaves of Macaranga penangkapan radikal galloyl]-b-D-glucopyranoside tanarius L. oleh DPPH dari senyawa dan macarangiosides E dapat Matsunami et al. (2009). yang terisolasi. menangkap radikal DPPH.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Tabel I. Lanjutan Ekstrak etanol daun Macaranga tanarius L. dianalisis dengan kromatografi (HPLC) untuk mengisolasi senyawa aktif yang memiliki aktivitas penghambatan αglucosidase yang penting dalam pengobatan hiperglikemia. Efek Analgesik Ekstrak Pengujian efek Metanol-Air Daun analgesik Macaranga tanarius L. menggunakan pada Mencit Betina Galur rangsang kimia yaitu Swiss (Andini, 2010). asam asetat sebagai penginduksi nyeri. Novel α-glucosidase Inhibitors from Macaranga tanarius L. Leaves oleh Puteri dan Kawabata (2010).
5
Ditemukan 5 senyawa ellagitannin yang berhasil diisolasi dan diidentifikasi. Senyawa tersebut adalah mallotinic acid, corilagin, chebulagic acid, dan dua senyawa baru yaitu macatannin A dan B.
Ekstrak metanol-air daun Macaranga tanarius L. memiliki efek analgesik dengan persen proteksi pada dosis 711, 2.133, dan 6.400 mg/kg BB berturut-turut adalah 41,94; 76,94, dan 84,92%. Besar perubahan proteksi pada dosis 711, 2.133, dan 6.400 mg/kg BB berturut-turut adalah -48,1; 2,7; dan 35,9. Besar ED50 ekstrak metanol-air daun M.tanarius adalah 1.470 mg/kg BB. Efek Analgesik Infusa Pengujian efek Infusa daun Macaranga Daun Macaranga analgesik tanarius L. memiliki efek tanarius L. pada Mencit menggunakan analgesik dengan persen Betina Galur Swiss oleh rangsang kimia yaitu proteksi pada dosis 666,68; Wulandari (2010). asam asetat sebagai 3333,4 dan 16667 mg/kg BB penginduksi nyeri. berturut turut adalah 57,6; 64,5; dan 73,7%. Besar perubahan persen proteksi pada dosis 666,68; 3333,4 dan 16667 mg/kgBB berturut turut adalah -9,7%, 1,2% dan 15,6%. ED50 infusa daun Macaranga tanarius L. adalah 154,88 mg/kg BB. Sejauh pengetahuan penulis, penelitian efek analgesik fraksi etanol-heksan ekstrak metanol-air daun Macaranga tanarius L. belum pernah dilakukan.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
6
3. Manfaat penelitian a. Manfaat teoritis. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai khasiat daun Macaranga tanarius L. yang dapat digunakan sebagai analgesik. b. Manfaat praktis. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada masyarakat tentang ada tidaknya efek analgesik fraksi etanolheksan ekstrak metanol-air daun Macaranga tanarius L.
B. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum Mengetahui pengaruh pemberian sediaan fraksi etanol-heksan ekstrak metanol-air daun Macaranga tanarius L. terhadap efek analgesik pada mencit galur Swiss yang terinduksi asam asetat 1%. 2. Tujuan khusus a. Mengetahui besar persen proteksi geliat fraksi etanol-heksan ekstrak metanol-air daun Macaranga tanarius L. pada mencit galur Swiss. b. Mengetahui besar perubahan proteksi geliat fraksi etanol-heksan ekstrak metanol-air daun Macaranga tanarius L. pada mencit galur Swiss. c. Mengetahui ada tidaknya kekerabatan antara efek analgesik dan dosis fraksi etanol-heksan ekstrak metanol-air daun Macaranga tanarius L.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB II PENELAAHAN PUSTAKA
A. Nyeri 1. Pengertian nyeri Nyeri adalah perasaan sensoris dan emosional yang tidak nyaman, berkaitan dengan (ancaman) kerusakan jaringan. Nyeri merupakan suatu perasaan subjektif pribadi dan ambang toleransi nyeri berbeda-beda bagi setiap orang. Rasa nyeri dalam kebanyakan hal hanya merupakan suatu gejala yang berfungsi sebagai isyarat bahaya tentang adanya gangguan di jaringan, seperti peradangan, infeksi jasad renik atau kejang otot. Nyeri yang disebabkan oleh rangsangan mekanis, kimiawi atau fisis (kalor, listrik) dapat menimbulkan kerusakan pada jaringan. Rangsangan tersebut memicu pelepasan zat-zat tertentu yang disebut mediator nyeri, antara lain histamin, bradikinin, leukotrien dan prostaglandin (Tjay dan Rahardja, 2007). 2. Ambang dan toleransi nyeri Ambang nyeri adalah tingkat stimulus yang pertama kali dipersepsikan sebagai nyeri (Corwin, 2009). Toleransi nyeri adalah kemampuan individu untuk menahan stimulus nyeri tanpa memperlihatkan tanda fisik nyeri. Toleransi nyeri bergantung pada pengalaman sebelumnya, harapan budaya, serta keadaan emosi dan fisik individu. Faktor yang menurunkan toleransi nyeri adalah pajanan berulang nyeri, kelelahan, kekurangan tidur, rasa cemas, dan ketakutan (Hartwig dan Wilson, 2006).
7
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
8
3. Klasifikasi nyeri Nyeri dapat diklasifikasikan ke dalam beberapa golongan berdasarkan pada tempat, berat ringannya, waktu lamanya serangan dan mekanisme terjadinya: a. Nyeri berdasarkanA tempatnya: 1) Pheriperal pain, yaitu nyeri yang terasa pada permukaan tubuh misalnya pada kulit, mukosa. 2) Deep pain, yaitu nyeri yang terasa pada permukaan tubuh yang lebih dalam atau pada organ-organ tubuh viseral. 3) Refered pain, yatu nyeri dalam yang disebabkan karena penyakit organ/struktur dalam tubuh yang ditransmisikan ke bagian tubuh di daerah yang berbeda, bukan daerah asal nyeri. 4) Central pain, yaitu nyeri yang terjadi karena perangsangan pada sistem saraf pusat, spinal cord, batang otak, dan thalamus. (Asmadi, 2008). b. Nyeri berdasarkan berat ringannya: 1) Nyeri ringan, yaitu nyeri dengan intensitas rendah. 2) Nyeri sedang, yaitu nyeri yang menimbulkan reaksi. 3) Nyeri berat, yaitu nyeri dengan intensitas yang tinggi. (Asmadi, 2008). c. Nyeri berdasarkan waktu lamanya serangan: 1) Nyeri Akut Nyeri
akut
berlangsung
secara
tiba-tiba
dan
umumnya
berhubungan dengan adanya suatu trauma atau cedera spesifik. Nyeri akut
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
9
mengindikasikan adanya suatu kerusakan atau cedera yang baru saja terjadi. Sensasi dari nyeri akut biasanya menurun sejalan dengan adanya proses penyembuhan. Nyeri akut memiliki tujuan untuk memperingatkan adanya suatu cedera atau masalah. Nyeri akut umumnya berlangsung kurang dari enam bulan (Muttaqin, 2008). 2) Nyeri Kronis Nyeri kronis merupakan suatu keadaan yang berlangsung secara konstan atau intermiten dan menetap sepanajang suatu periode waktu. Keadaan ketidaknyamanaan yang dialami individu dapat berlangsung selama enam bulan atau lebih. Nyeri kronis memiliki pola yang beragam. Nyeri ada yang timbul dengan periode yang diselingi interval bebas dari nyeri lalu nyeri akan timbul kembali, ada pula pola nyeri kronis yang konstan, artinya rasa nyeri tersebut terus-menerus terasa dan semakin lama intensitasnya meningkat walaupun telah diberikan pengobatan (Muttaqin, 2008). d. Nyeri berdasarkan mekanismenya: 1) Nyeri nosiseptif Terjadinya nyeri oleh karena stimuli yang sangat kuat sehingga merusak jaringan. Jaringan yang dirusak mengalami inflamasi dan mengeluarkan berbagai mediator inflamasi, seperti bradikinin, leukotrien, prostaglandin,
purin dan
sitokin
yang dapat mengaktivasi atau
mensensitisasi nosiseptor secara langsung maupun tidak langsung. Nosiseptor dapat menanggapi rangsangan berupa panas, dingin, getaran,
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
10
stimulus untuk meregang, dan substansi kimia yang dilepaskan oleh jaringan yang kehilangan oksigen, jaringan yang terganggu atau proses inflamasi. Nyeri yang ditimbulkan dapat dibagi lagi menjadi nyeri somatik yaitu nyeri yang disebabkan oleh aktivasi nosiseptor pada permukaan jaringan misalnya kulit, mukosa pada mulut dan hidung; serta nyeri viseral, yaitu nyeri yang disebabkan karena aktivasi nosiseptor pada organ dalam tubuh seperti organ pada rongga perut atau rongga dada (WHO, 2012). 2) Nyeri neuropatik Merupakan nyeri yang didahului dan disebabkan adanya kerusakan dan disfungsi pada sistem saraf di perifer maupun di sistem saraf pusat yang diakibatkan oleh trauma, kompresi, keracunan toksin, atau gangguan metabolik. Akibat adanya lesi, maka terjadi perubahan khususnya pada Serabut Saraf Aferen (SSA) atau fungsi neuron sensorik yang dalam keadaan normal dipertahankan secara aktif oleh keseimbangan antara neuron
dengan
lingkungannya,
sehingga
menimbulkan
gangguan
keseimbangan. Gangguan keseimbangan tersebut dapat melalui perubahan molekuler sehingga aktivasi SSA (mekanisme perifer) menjadi abnormal yang selanjutnya menyebabkan gangguan fungsi sentral (WHO, 2012). 4. Mekanisme terjadinya nyeri: Munculnya nyeri sangat berkaitan erat dengan reseptor dan adanya rangsangan. Reseptor nyeri yang dimaksud adalah nosiseptor, merupakan ujungujung saraf bebas yang memiliki sedikit myelin yang tersebar pada kulit dan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
11
mukosa. Reseptor nyeri dapat memberikan respon akibat adanya stimulasi atau rangsangan yang melebihi nilai ambang tertentu (nilai ambang nyeri). Stimulasi tersebut dapat berupa kimiawi, termal, listrik, atau mekanis. Stimulasi menyebabkan lepasnya histamine, bradikinin, prostaglandin, K+, leukotrien, serotonin dan substansi P (Hidayat dan Hidayat, 2008). Rangkaian proses perjalanan yang menyertai antara kerusakan jaringan sampai nyeri yang dapat dirasakan adalah suatu proses elektrofisiologi. Menurut Timby (2009), ada 4 proses yang mengikuti proses nosiseptitif yaiu: a. Transduksi. Transduksi adalah perubahan rangsangan nyeri (noxious stimuli) menjadi aktivitas listrik pada ujung-ujung saraf sensoris. Mediator nyeri seperti prostaglandin, serotonin, bradikinin, leukotrien, substansi P, histamine, dan potassium akan mengaktifkan atau mensensitisasi reseptor-reseptor nyeri. Reseptor nyeri merupakan anyaman ujung-ujung bebas serat-serat afferent Adelta dan C. Reseptor-reseptor ini banyak dijumpai di jaringan kulit, periosteum, di dalam pulpa gigi dan jaringan tubuh yang lain. Serat saraf afferent A-delta dan C adalah serat-serat saraf sensorik yang mempunyai fungsi meneruskan sensorik nyeri dari perifer ke sentral ke sistem saraf pusat. Interaksi antara mediator nyeri dengan reseptor nyeri menyebabkan terbentuknya impuls nyeri. Transduksi adalah proses dari stimulasi dikonversi menjadi bentuk yang dapat diakses oleh otak. Proses transduksi dimulai ketika nosiseptor teraktivasi. Aktivasi nosiseptor merupakan bentuk respon terhadap stimulus yang datang seperti kerusakan jaringan.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
12
b. Transmisi. Transmisi adalah serangkaian kejadian-kejadian neural yang membawa impuls listrik melalui sistem saraf ke area otak. Proses transmisi melibatkan saraf aferen yang terbentuk dari serat saraf berdiameter kecil ke diameter sedang, serta yang berdiameter besar. Saraf aferen akan berakson pada dorsal horn di spinalis. Selanjutnya transmisi ini dilanjutkan melalui sistem contralateral spinothalamic melalui ventral lateral dari thalamus menuju cortex serebral. c. Modulasi. Proses modulasi mengacu kepada aktivitas neural dalam upaya mengontrol jalur transmisi nosiseptor tersebut. Proses modulasi melibatkan sistem neural yang komplek. Ketika terdapat impuls nyeri akan dikontrol oleh sistem saraf pusat dan impuls nyeri ini ditransmisikan ke bagian lain dari sistem saraf seperti bagian cortex. Selanjutnya impuls nyeri ini akan ditransmisikan melalui saraf-saraf descenden ke tulang belakang untuk memodulasi efektor. d. Persepsi. Persepsi adalah proses yang subyektif. Proses persepsi ini tidak hanya berkaitan dengan proses fisiologis atau proses anatomis saja, akan tetapi juga meliputi pengenalan dan mengingat. Oleh karena itu, faktor psikologis, emosional, dan perilaku juga muncul sebagai respon dalam mempersepsikan pengalaman nyeri tersebut.
B. Analgesik Analgesik adalah senyawa yang dalam dosis terapeutik meringankan atau menekan rasa nyeri, tanpa memiliki kerja anestesi umum. Berdasarkan potensi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
13
kerja, mekanisme kerja dan efek samping, analgesik dibedakan dalam dua kelompok: 1. Analgesik Nonopioid Senyawa ini mengobati nyeri ringan sampai sedang dengan mempengaruhi sintesis prostaglandin. Pada perifer, prostaglandin diproduksi oleh sel-sel inflamasi yang mensensitisasi reseptor prostaglandin pada saraf perifer sehingga membentuk stimulus nyeri. Pada nyeri sentral sitokin dilepaskan sebagai respon inflamasi sehingga menginduksi produksi prostaglandin pada sumsum tulang belakang. Prostaglandin ini mensensitisasi saraf nosiseptif sekunder sehingga meningkatkan persepsi nyeri. Antiinflamasi nonsteroid (NSAIDs) menghambat prostaglandin untuk sensitisasi saraf perifer dan sentral ketika terjadi proses inflamasi (Goland, 2011). Agen
antiinflamasi
nonsteroid
menghambat
aktivitas
enzim
siklooksigenasi (COX-1 dan COX-2) yang dibutuhkan untuk produksi prostaglandin.
Penghambatan
sistem
siklooksigenase
menyebabkan
asam
arakhidonat dan asam-asam C20 tak jenuh lain tidak diubah menjadi endoperoksida siklik. Endoperoksida siklik merupakan prazat dari prostaglandin serta prazat dari tromboksan A2 dan prostasiklin (Goland, 2011). NSAIDs mempengaruhi mekanisme nyeri melalui 3 cara. Pertama, NSAIDs mengurangi aktifasi ambang pintu perifer pada saraf nosiseptor afferent primer. dengan mengurangi pembentukan prostaglandin, NSAIDs dapat menurunkan inflamasi hyperalgesia dan allodynia. Kedua, NSAIDs menurunkan pengerahan leukosit sebagai mediator inflamasi. Ketiga, NSAIDs melewati blood-
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
14
brain barrier dan mencegah prostaglandin yang bekerja untuk memproduksi neuromodulator di sumsum tulang belakang (Goland, 2011). 2. Analgesik Opioid Menurut Staf Pengajar Departemen Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya (2008), analgesik opioid adalah golongan obat penghilang nyeri alamiah, semisintetis, dan sintetis yang sebagian sifat-sifatnya sama atau hampir sama dengan opium atau morfin. Penggunaan utama opioid ini adalah untuk mengatasi rasa nyeri yang tidak hilang dengan analgesik biasa. Analgesik opioid bekerja dengan berikatan dengan reseptor stereospesifik di sistem saraf pusat, dengan mengubah persepsi dan respons emosi terhadap nyeri. Analgesik opioid menyerupai peptide opioid endogen (terutama dinorfin) yang dilepaskan pada batang otak maupun medulla spinalis bersama input inhibisi lainnya yaitu serabut enkefalinergik, noradrenergik, dan serotonergik desendens sehingga dapat menurunkan aktivitas neuron relay kornu posterior yang berperan menyampaikan informasi nyeri ke korteks sensoris melalui neuron dalam thalamus sehingga dapat menyebabkan analgesia (Neal, 2006). Efek peptide opioid diperantarai oleh reseptor opioid spesifik yang terdistribusi luas dalam sistem saraf pusat dan sudah diklasifikasikan menjadi tiga tipe utama. Reseptor µ mempunyai konsentrasi yang paling tinggi dalam daerah otak yang terlibat dalam nosisepsi dan merupakan reseptor yang berinteraksi dengan sebagian besar analgesik opioid untuk menghasilkan analgesia. Reseptor δ dan κ masing-masing menunjukkan selektivitas untuk enkefalin dan dimorfin. Aktivasi reseptor κ juga menghasilkan analgesia, tetapi berlawanan dengan agonis
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
15
µ (misalnya morfin) yang menyebabkan euphoria, agonis κ (misalnya pentazosin, nalbufin) berhubungan ubungan dengan disforia (Neal, 2006). Morfin dan alkaloid opium alamiah diperoleh dari opium (candu) yang merupakan getah kering tanaman Papaver somniferum.. Dalam opium terdapat 2 golongan zat kimia penting, yaitu golongan fenantren (morfin dan kodein), dan da golongan Benzyl-isokinolin isokinolin (papaverin dan noskapin). Dari golongan fenantren, diturunkan morfin, kodein, dan berbagai analgesik semisintesis morfin, seperti heroin, hodrokodon, oksikodon, dan antagonis opioid (Staf Pengajar Departemen Farmakologi Fakultass Kedokteran Universitas Sriwijaya, 2008).
C. Asetosal
Gambar 1. 1 Struktur kimia Asetosal (Wilmana Wilmana dan Gan, 2007) 2007 Asam asetilsalisilat atau lebih dikenal sebagai asetosal atau aspirin (gambar 1) merupakan ester salisilat dari asam, berbentuk kristal putih, seperti batang atau jarum dan berbau. Asetosal Asetosal sedikit larut dalam air dan sangat larut dalam alkohol. Asetosal termasuk dalam golongan analgesik nonnon-narkotik dengan indikasi sebagai pereda nyeri, sakit kepala, nyeri ringan yang berhubungan dengan adanya inflamasi, nyeri ringan sampai sedang setelah operasi, dan sakit gigi (Dinkes, 2010).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
16
Asetosal adalah obat anti-nyeri tertua yang sampai saat ini paling banyak digunakan di seluruh dunia. Zat ini juga berkhasiat anti-demam kuat (antipiretik) dan pada dosis rendah (80 mg) berdaya menghambat agregasi trombosit. Pada dosis lebih besar dari normal (diatas 5 gram sehari) obat ini juga berkhasiat antiradang akibat gagalnya sintesis prostaglandin-E (Tjay dan Rahardja, 2007). Asetosal adalah prototip dari obat-obat antiinflamasi nonsteroid dan bekerja dengan jalan menghambat enzim siklo-oksigenase tetapi tidak enzim lipooksigenase. Asetosal cepat dideasetilasi oleh esterase dalam tubuh, menghasilkan salisilat, yang mempunyai efek anti-inflamasi, antipiretik, dan analgesik (Mycek, Richard, dan Pamela, 2001). Mekanisme asetosal dalam menekan rasa nyeri adalah dengan menurunkan sintesis PGE2. Prostaglandin E2 (PGE2) akan mensensitisasi ujung saraf terhadap efek bradikinin, histamine, dan mediator kimiawi lainnya yang dilepaskan secara lokal oleh proses inflamasi. Salisilat digunakan terutama untuk menanggulangi rasa sakit intensitas ringan sampai sedang yang timbul dari struktur integumen daripada yang berasal dari visera ( Mycek, Richard, dan Pamela 2001).
D. Macaranga tanarius L.
Gambar 2. Tanaman Macaranga tanarius L.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
17
1. Taksonomi Kerajaan
: Plantae
Divisi
: Maginoliophyta
Kelas
: Maginoliospida
Ordo
: Malpighiales
Famili
: Euphorbiaceae
Sub Famili
: Acalyphoides
Bangsa
: Acalypheae
Sub Bangsa
: Macaranginae
Genus
: Macaranga
Spesies
: Macaranga tanarius (L.) Benth. Mull. Arg (Magadula, 2014).
2. Nama lain Tanaman Macaranga tanarius L. dikenal dengan beberapa nama daerah antara lain Tutu Ancur (Jawa), Mapu (Batak), Mara (Sunda) (Ong, 2008). 3. Morfologi Macaranga tanarius L. (gambar 2) merupakan pohon
kecil sampai
sedang, dengan dahan agak besar. Daun berseling, agak membundar, dengan stipula besar yang luruh. Perbungaan malai di ketiak, bunga ditutupi oleh daun gagang. Buah kapsul berkokus 2, ada kelenjar kekuningan di luarnya. Biji membulat dan menggelembur (Ong, 2008).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
18
4. Ekologi penyebaran dan budidaya Tumbuhan Macaranga tanarius L. umum dijumpai di daratan Asia Tenggara (Thailand Selatan, Semenanjung Malaya), dan pada banyak pulau antara lain Sumatera, Borneo, Kepulauan Sunda Kecil, Sulawesi, Nugini, seluruh kepulauan Filipina. Tumbuhan ini dapat ditemukan di sepanjang Asia Timur dan Selatan, khususnya Cina Selatan, Koreaa dan Jepang (Ong, 2008). 5. Kandungan kimia Daun
Macaranga
tanarius
L.
mengandung
tanarifuranonol,
tanariflavanone C, dan tanariflavanone D bersama dengan 7 kandungan yang telah diketahui yaitu nymphaeol A, nymphaeol B, nymphaeol C, tanariflavanone B, blumenol A (vomifoliol), blumenol B (7,8 dihydrovomifoliol) dan annuionone E (Phommart Suthivaiyakit, Chimnoi, Ruchirawat, dan Suthivaiyakit, 2005). Dilaporkan terdapat 4 kandungan dari fraksi butanol daun Macaranga tanarius L., yaitu macarangiosides A-D, mallophenol B, lauroside E, methyl brevifolin carboxylate, hyperin dan isoquercitrin (Matsunami et al., 2006). Pada daun Macaranga tanarius L. juga ditemukan tujuh senyawa flavonoid baru yaitu macaflavanones A-G dari penelitian oleh Kawakami, Harinantenaina, Matsunami, Otsuka, Shinzato, dan Takeda (2008) serta (+)-pinoresinol 4-O-[6”-O-galloyl]-βD-glucopyranoside, macarangiosides E dan F, bersama dengan 15 komponen lain yang telah dilaporkan terdapat pada daun Macaranga tanarius L. (Matsunami et al., 2009). Penelitian oleh Puteri dan Kawabata (2009) membuktikan bahwa daun Macaranga tanarius L. memiliki kandungan ellagitannin berupa mallotinic acid, corilagin, chebulagic acid, macatannin A, dan macatannin B dengan nilai
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
19
koefisien partisi secara berturut-turut adalah 1,65; 1,10; 2,30; dan 2,57. Koefisien partisi yang berada pada rentang ≤ 2 hingga ≤ 4 memiliki sifat semi polar. 6. Aktivitas Penangkapan Radikal Bebas DPPH Radikal bebas merupakan salah satu bentuk senyawa reaktif, yang memiliki elektron yang tidak berpasangan di kulit terluarnya sehingga bersifat tidak stabil, dan dapat menimbulkan peradangan. Untuk menetralisasi radikal bebas, tubuh membutuhkan antioksidan untuk melindungi tubuh dari serangan radikal bebas dan meredam dampak negatifnya. Metode penentuan aktivitas penangkapan radikal bebas adalah dengan menggunakan larutan 1,1-difenil-2pikrilhidrazil (DPPH). Kemampuan penangkapan radikal berhubungan dengan kemampuan komponen senyawa dalam menyumbangkan elektron atau hidrogen yang akan bereaksi dan akan memudarkan DPPH (Toripah, Abidjulu, dan Wehantouw, 2014). Senyawa dalam daun Macaranga tanarius L. yang telah terbukti bersifat poten terhadap penangkapan radikal bebas DPPH anatara lain adalah 4 senyawa glikosida, yaitu mallophenol B, macarangioside A, macarangioside B, dan macarangioside C (Matsunami et al., 2006); (+)-pinoresinol 4-O-[6”-O-galloyl]β-D-glucopyranoside dan macarangioside E (Matsunami et al., 2009); dan senyawa ellagitannin berupa mallonic acid, corilagin, chebulagic acid, dan macatannin B (Puteri dan Kawabata, 2009). Struktur senyawa dalam daun Macaranga tanarius L. yang bersifat poten terhadap penangkapan radikal bebas DPPH dapat dilihat pada gambar 3.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Mallophenol B
Macarangioside A
20
Macarangioside B
Macarangioside C Macarangioside E (+)-Pinoresinol 4-O-[6”-Ogalloyl]-β-D-glucopyranoside
Mallotinic acid : R2=R4= H, R3=R6= Valoneayl Corilagin : R2=R4= H, R3=R6= HHDP Chebulagic acid : R2=R4= Chebuloyl, R3=R6= HHDP Macatainin B : R2=R4= Tanaroyl, R3=R6= HHDP Gambar 3. Struktur senyawa dari daun Macaranga tanarius L. yang memiliki aktivitas terhadap penangkapan radikal bebas DPPH (Matsunami et al., 2006; Matsunami et al., 2009 dan Puteri dan Kawabata, 2009)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
21
E. Senyawa Fenolik Fenolik adalah senyawa yang memiliki satu atau lebih cincin aromatik dengan satu atau lebih gugus hidroksil. Senyawa fenolik merupakan senyawa metabolit sekunder yang paling banyak ditemukan pada tanaman, dengan lebih dari 8000 struktur fenolik yang telah diketahui, mulai dari struktur yang sederhana seperti asam fenolat, hingga senyawa yang sangat terpolimersasi seperti tannin (Dai dan Mumper, 2010). Fenolik pada tanaman terdiri dari asam fenolat, flavonoid, dan tannin, serta sedikit ligan. Flavonoid adalah jenis polifenol yang paling sering dikonsumsi. Flavonoid dibagi ke dalam 6 sub grup yaitu flavones, flafonols, flavanols, flavanones, isoflavones, dan antosianin berdasarkan bagian oksidasi dari cincin C pusat. Variasi struktur pada setiap sub grup dapat disebabkan karena tingkat dan pola hidroksilasi, metoksilasi, prenilasi, atau glikosilasi (Dai dan Mumper, 2010). Tannin merupakan kelompok utama lainnya dari polifenol yang terdiri dari dua kelompok yaitu tannin terhidrolisis dan tannin terkondensasi. Tannin terhidrolisis merupakan senyawa yang mengandung inti pusat dari glukosa atau polyol lain yang teresterifikasi dengan gallic acid, yang biasa disebut dengan gallotanins atau teresterifikasi dengan hexahydroxydiphenic acid yang biasa disebut dengan ellagitanin (Dai dan Mumper, 2010).
F. Metode Penyarian Menurut Departemen Kesehatan RI (1986), penyarian merupakan peristiwa pemindahan massa. Zat aktif yang semula berada di dalam sel ditarik
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
22
oleh cairan penyari, sehingga terjadi larutan zat aktif dalam cairan penyari tersebut. Secara umum metode penyarian dapat dibedakan menjadi: 1. Infundasi Infundasi merupakan proses penyarian yang umumnya digunakan untuk menyari kandungan zat aktif yang larut dalam air dari bahan-bahan nabati. Penyarian dengan cara ini menghasilkan sari yang tidak stabil dan mudah tercemar oleh kuman dan kapang. Oleh karena itu, sari yang diperoleh dengan cara ini tidak boleh disimpan lebih dari 24 jam. Infusa adalah sediaan cair yang dibuat dengan mengekstraksi simplisia nabati dengan air pada suhu 90°C selama 15 menit. 2. Maserasi Maserasi merupakan cara penyarian yang sederhana. Maserasi dilakukan dengan cara merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari. Cairan penyari akan menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif. Zat aktif akan larut karena adanya perbedaan konsentrasi antara larutan zat aktif di dalam dan di luar sel, maka larutan yang terpekat didesak keluar. Peristiwa tersebut berulang sehingga terjadi keseimbangan konsentrasi antara larutan di luar dan di dalam sel. 3. Perkolasi Perkolasi merupakan cara penyarian yang dilakukan dengan mengalirkan cairan penyari melalui serbuk simplisia yang telah dibasahi. Prinsip perkolasi adalah simplisia ditempatkan dalam suatu bejana silinder yang di bagian bawahnya diberi sekat berpori. Cairan penyari dialirkan dari atas ke bawah
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
23
melalui serbuk tersebut dan akan melarutkan zat aktif dari sel-sel yang dilalui sampai mencapai keadaan jenuh. 4. Ekstrak Ekstrak adalah sediaan pekat yang diperoleh dengan mengekstraksi zat aktif dari simplisia nabati atau hewani menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian rupa hingga baku yang telah ditetapkan.
G. Proses penyarian senyawa aktif 1. Pembuatan ekstrak a. Pembuatan serbuk simplisia dan klasifikasinya. Proses awal pembuatan ekstrak adalah tahap pembuatan serbuk simplisia kering (penyerbukan). Proses ini dapat mempengaruhi mutu ekstrak karena makin halus simplisia, proses ekstraksi makin efektif-efisien, namun makin halus serbuk, maka makin rumit secara teknologi peralatan untuk tahap filtrasi. Dalam hal simplisia sebagai bahan baku (awal) dan produk siap dikonsumsi langsung, dapat dipertimbangkan 3 konsep untuk menyusun parameter standar umum : 1) Bahwa simplisia sebagai bahan kefarmasian seharusnya memenuhi 3 parameter mutu umum suatu bahan (material), yaitu kebenaran jenis (identifikasi), kemurnian (bebas dari kontaminasi kimia dan biologis), serta aturan penstabilan (wadah, penyimpanan, dan transportasi). 2) Bahwa simplisia sebagai bahan dan produk konsumsi manusia sebagai obat tetap diupayakan memenuhi 3 paradigma seperti produk
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
24
kefarmasian lainnya, yaitu Quality-Safety-Efficacy (Mutu-AmanManfaat). 3) Bahwa simplisia sebagai bahan dengan kandungan kimia yang bertanggung jawab terhadap respon biologis harus mempunyai spesifikasi kimia, yaitu informasi komposisi (jenis dan kadar) senyawa kandungan. (Departemen Kesehatan RI, 2000). b. Cairan pelarut. Cairan pelarut dalam proses pembuatan ekstrak merupakan pelarut yang baik (optimal) untuk senyawa kandungan yang berkhasiat atau yang aktif, dengan demikian senyawa tersebut dapat terpisahkan dari bahan dan dari senyawa kandungan lainnya, serta ekstrak hanya mengandung sebagian besar senyawa kandungan yang diinginkan. Dalam hal ekstrak total, maka cairan pelarut dipilih yaitu yang melarutkan hampir semua metabolit sekunder yang terkandung. Faktor utama untuk pertimbangan pada pemilihan cairan penyari adalah sebagai berikut: 1) Selektivitas 2) Kemudahan bekerja dan proses dengan cairan ersebut 3) Ekonomis 4) Ramah lingkungan 5) Keamanan (Departemen Kesehatan RI, 2000). c. Maserasi. Maserasi dihasilkan dengan merendam bahan tanaman dalam suatu cairan, yang secara umum merupakan pelarut organik pada suhu
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
25
ruangan. Pada proses ekstraksi ini, bahan tanaman direndam dengan pelarut dalam wadah tertutup. Larutan diaduk untuk meningkatkan penyarian senyawa aktif dari bahan tanaman. Setelah penyarian berlangsung sempurna, bahan tanaman dipisahkan dari pelarutnya melalui penyaringan. Bahan tanaman selanjutnya ditambah dengan pelarut yang baru untuk merendam bahan tanaman tersebut. Langkah ini dapat diulang selama beberapa kali untuk memastikan bahwa penyarian zat aktif dari bahan tanaman berlangsung sempurna. Maserasi dapat membutuhkan waktu dalam hitungan jam hingga hari untuk satu kali proses ekstraksi, dan membutuhkan waktu hingga beberapa minggu untuk melakukan remaserasi. Walaupun maserasi membutuhkan waktu yang relatif lama, tetapi dapat digunakan untuk menyari senyawa yang bersifat tidak stabil terhadap panas, karena prosesnya dilakukan pada suhu ruangan (Tiwari, Brunton, dan Brennan, 2013). d. Pemekatan/ Penguapan. Pemekatan berarti peningkatan jumlah senyawa terlarut melalui penguapan pelarut, tetapi tidak sampai menjadi kering, ekstrak hanya menjadi kental/pekat (Departemen Kesehatan RI, 2000). e. Pengeringan ekstrak. Pengeringan berarti menghilangkan perarut dari bahan sehingga menghasilkan serbuk, masa kering rapuh, tergantung proses dan peralatan yang digunakan. Ada berbagai proses pengeringan ekstrak, yaitu dengan cara pengeringan evaporasi, vaporasi, sublimasi, kontak, radiasi, dan dielektrik (Departemen Kesehatan RI, 2000).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
26
f. Rendemen. Rendemen adalah perbandingan antara ekstrak yang diperoleh dengan simplisia awal (Departemen Kesehatan RI, 2000). 2. Ekstraksi bertingkat Menurut Damayanti dan Suparjana (cit Prasetyo, 2013), metode ekstraksi bertingkat menggunakan sederet pelarut dengan kepolaran yang berbeda. Penyarian menggunakan metode ekstraksi bertingkat yang dilakukan dengan maserasi menggunakan beberapa cairan penyari disebut sebagai fraksinasi karena cairan penyari yang digunakan berbeda kepolarannya sehingga senyawa dalam fraksi yang didapat telah mengalami pemisahan bersadarkan kepolarannya. Keuntungan metode ekstraksi bertingkat ini adalah semua senyawa yang berbeda polaritasnya dapat diekstraksi berdasarkan kepolaran terhadap pelarut tertentu.
H. Pelarut 1. Metanol Pelarut yang cocok digunakan untuk campuran dengan air (panas atau dingin) adalah metanol, etanol, aseton, dan etil asetat. Metanol dan etanol telah banyak digunakan untuk mengekstrak antioksidan (Sultana et al., 2009). Metanol atau methyl alkohol memiliki rumus molekul CH4O, merupakan cairan yang tidak berwarna dan mudah menguap dengan bau yang menyengat seperti etil alkohol, selain itu metanol dapat bercampur sempurna dengan air. Metanol memiliki titik didih 650C dan nilai polaritasnya sebesar 5,1 sehingga bersifat polar (National Center for Biotechnology Information, 2015). Metanol banyak digunakan sebagai larutan penyari pada metode ekstraksi maserasi, hal ini dikarenakan metanol diduga mampu melarutkan hampir semua
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
27
komponen baik yang bersifat polar, semi polar, maupun non-polar sehingga metanol disebut sebagai pelarut universal (Al-Ash’ary, Supriyanti, dan Zackiyah, 2010). Metanol jika terhirup atau tertelan dapat menyebabkan gangguan penglihatan, seperti kabur. (United States Environmental Protection Agency, 2013). 2. Etanol Etanol atau ethyl alkohol dengan rumus molekul C2H6O dan titik didih 78,20C, merupakan cairan jernih tidak berwarna dapat dengan cepat diserap oleh saluran pencernaan dan didistribusikan ke seluruh tubuh. Etanol memiliki aktivitas bakterisida dan sering digunakan sebagai desinfektan topikal, selain itu juga banyak digunakan sebagai pelarut dan pengawet dalam sediaan farmasi, dan bahan utama minuman beralkohol (National Center for Biotechnology Information, 2015). Etanol di dalam tubuh akan mengalami oksidasi oleh suatu enzim hati yaitu alkohol dehydrogenase. Hasil dari oksidasi etanol adalah asetaldehid dan asam asetat. Namun, hasil oksidasi tersebut kurang toksik dibandingkan dengan metanol yang menghasilkan toksik seperti formaldehid dan asam formiat (Stoker, 2010). 3. Heksan Heksan atau N-Hexane memiliki rumus molekul C6H14 dengan titik didih 68,70C
merupakan cairan jernih tidak berwarna dengan bau seperti minyak.
Heksan tidak dapat larut air dan banyak digunakan sebagai pelarut, thinner, reaksi kimia dan sebagai agen pembersih (National Center for Biotechnology Information, 2015).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
28
Penggunaan heksan dalam proses fraksinasi adalah untuk memisahkan senyawa-senyawa nonpolar seperti klorofil, triterpen, lemak dan senyawa nonpolar lain. Hal ini dikarenakan heksan merupakan senyawa hidrokarbon yang memiliki polaritas 0 sehingga dapat digunakan untuk menarik senyawa-senyawa non polar yang tidak diinginkan dalam hasil proses ekstrak maupun fraksi (Agoes, 2009).
I. Metode Uji Analgesik Pengujian efek analgesik dalam penemuan dan pengembangan agen analgesik baru yang dilakukan pada hewan uji di laboratorium antara lain: 1. Golongan Analgesik Narkotik a. Metode jentikan ekor. Pada uji ini ekor mencit atau tikus dicukur dan dilapisi dengan cat penyerap panas berwarna hitam. Hewan uji ditempatkan pada balok dengan lampu inframerah yang panas sehingga ekor dapat menerima panas secara maksimum. Jarak antara waktu sebelum hewan uji menjentikkan ekornya untuk keluar dari balok inframerah dicatat. Prosedur pengujian diulangi dengan menggunakan hewan uji yang sudah diberi dosis agen analgesik yang diteliti, dan perpanjangan waktu selama ekor hewan uji masih berada pada balok yang panas dicatat (Cannon, 2007). b. Metode potensi petidin. Metode ini kurang baik untuk skrining awal, karena dibutuhkan hewan uji dalam jumlah yang relatif besar untuk melakukan uji ini, namun metode ini dapat digunakan untuk pengujian lanjutan dari hasil skrining awal. Tiap kelompok terdiri dari 20 ekor tikus,
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
29
setengah dari kelompok dibagi menjadi 3 bagian dan diberi petidin dengan dosis berturut-turut 2, 4, dan 8 mg/kg. Setengah kelompok yang lain diberi petidin dengan senyawa uji dengan dosis 25% dari LD50. Persen analgesik dihitung dengan bantuan metode rangsang panas. Pengujian ini memanfaatkan seperangkat alat laboratorium yang berupa lempeng panas dengan suhu yang telah ditentukan. Hewan uji diletakkan pada lempeng panas dan jarak waktu sebelum hewan uji menunjukkan tanda ketidaknyamanan dicatat. Prosedur uji ini diulang dengan menggunakan hewan uji yang telah diberi dosis agen analgesik, kemudian diamati jarak waktu selama hewan uji masih dapat tinggal pada lempeng panas sebelum menunjukkan tanda ketidaknyamanan. Kurva antara dosis dan respon dibuat dan dilakukan analisis secara statistik (Cannon, 2007). 2. Golongan Analgesik Non-narkotik a. Metode rangsang kimia. Metode ini sering digunakan sebagai protokol pada penapisan aktivitas analgesik perifer suatu bahan obat. Prinsip dalam metode ini adalah senyawa uji dinilai kemampuannya dalam menekan atau menghilangkan rasa nyeri yang diinduksi secara kimia. Rasa nyeri ini pada hewan uji diperlihatkan dalam bentuk respon gerakan geliatan. Frekuensi gerakan ini dalam waktu tertentu menyatakan derajat nyeri yang dirasakannya. Pada metode ini hewan uji diberikan senyawa kimia yang dapat menginduksi nyeri berupa fenilkuinon, benzokuinon atau asam asetat, secara intraperitoneal (i.p). Selanjutnya dilakukan pengamatan pada hewan uji selama 1 jam. Geliat didefinisikan sebagai gerakan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
30
meregangkan, gerakan pinggang yang memuntir, menarik kaki belakang, dan penarikan abdomen sehingga bagian perut menyentuh lantai. Setiap geliat yang terjadi dicatat sebagai respon positif. Pemberian analgesik akan mengurangi jumlah geliat dalam jangka waktu tertentu. Penghambatan geliat yang merupakan persen proteksi senyawa analgesik diukur dengan persamaan Handerson- Forsaith yaitu: %
= 100% − ( × 100%)
Keterangan : O = Jumlah kumulatif geliat hewan uji kelompok perlakuan K = jumlah kumulatif geliat hewan uji kelompok kontrol (Turner, 1965). b. Metode rektodolorimeter. Metode ini menggunakan tegangan listrik yang dihubungkan dari voltmeter ke kandang tikus. Pada metode ini tikus diletakkan dalam sebuah kandang yang dibuat khusus dengan lantai berupa tembaga yang dihubungkan dengan sebuah penginduksi yang berupa gulungan. Ujung gulungan tersebut dihubungkan dengan silinder elektroda tembaga, sedangkan ujung yang lainnya lagi dihubungkan pada ekor hewan uji. Sebuah voltmeter yang peka terhadap adanya perubahan tegangan sebesar 0,1 volt selanjutnya dihubungkan dengan konduktor yang berada di gulungan bagian atas. Tegangan yang dibutuhkan untuk menimbulkan teriakan pada tikus adalah 1-2 volt. Respon teriakan hewan uji dihitung setiap 10 menit selama 1 jam (Turner, 1965).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
31
J.Asam asetat Asam asetat atau asam cuka (CH3COOH) adalah golongan asam karboksilat yang sering digunakan sebagai pemberi rasa asam pada makanan, penurun pH pada industri makanan dan sebagai zat pengawet. Asam asetat murni dikenal sebagai asam asetat glasial yang merupakan senyawa berbentuk cairan, tak berwarna, berbau menyengat, memiliki rasa asam yang tajam dan larut dalam air, alkohol, gliserol, dan eter, dan memiliki titik leleh 16,6o C (Sutresna, 2007). Pada pengujian efek analgesik asam asetat glasial digunakan sebagai senyawa kimia yang menginduksi nyeri. Asam asetat glasial dapat merusak membran sel dan fosfolipid yang akan merangsang munculnya mediator nyeri (Katzung, 2002). Pada pengujian efek analgesik, asam asetat bekerja sebagai iritan yang merusak jaringan secara lokal. Setelah pemberian secara intraperitoneal, asam asetat mengubah pH di dalam rongga perut akibat pelepasan ion H+ dari asam asetat yang menyebabkan luka pada membran sel. Fosfolipid dari membran sel akan melepaskan asam arakidonat yang akan membentuk prostaglandin dan menimbulkan nyeri (Wilmana dan Gan, 2007). Prostaglandin yang dihasilkan pada cairan intraperitoneal terutama prostaglandin E2 (PGE2) dan prostaglandin Fα2 (PGF
α2).
Prostaglandin ini akan
menyebabkan nyeri dan meningkatkan permeabilitas kapiler. Oleh karena itu, senyawa yang dapat menghambat geliat pada mencit merupakan analgesik yang bekerja dengan menghambat sintesis prostaglandin (Muhammad, Saeed, dan Khan, 2012).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
32
K. Landasan Teori Nyeri merupakan perasaan sensoris dan emosional yang tidak nyaman akibat adanya rangsangan baik berupa mekanis, kimiawi atau fisis (kalor dan listrik) yang menyebabkan kerusakan jaringan sehingga terjadi pelepasan mediator nyeri antara lain histamin, bradikinin, leukotrien, dan prostaglandin yang akan mensensitisasi reseptor-reseptor nyeri. Untuk mengatasi nyeri diperlukan analgesik yaitu senyawa yang dalam dosis terapeutik dapat menekan rasa nyeri. Berdasarkan penelitian oleh Puteri dan Kawabata (2010), daun Macaranga tanarius L. memiliki empat kandungan senyawa ellagitannin berupa mallotinic acid, corilagin, chebulagic acid, dan macatannins B yang berperan sebagai antidiabetes dan memiliki aktivitas terhadap penangkapan radikal bebas DPPH. Adanya aktivitas penangkapan radikal DPPH oleh senyawa ellagitannin yang terkandung dalam daun Macaranga tanarius L. memungkinkan kemampuan senyawa tersebut dalam menangkap radikal bebas dalam tubuh yang dilepaskan pada proses pembentukan mediator-mediator nyeri dan peradangan. Radikal bebas merupakan molekul yang tidak stabil sehingga akan mengambil elektron dari molekul atau sel lain di dalam tubuh untuk mestabilkan diri. Proses pengambilan elektron ini akan menyebabkan terjadinya kerusakan jaringan dan pelepasan mediator-mediator nyeri. Apabila radikal bebas tersebut dapat dihambat, maka terjadinya nyeri dapat terhambat. Penyarian senyawa ellagitannin dalam daun Macaranga tanarius L. dilakukan secara spesifik melalui proses ekstraksi secara bertingkat dengan menggunakan beberapa cairan penyari dengan kepolaran berbeda. Pelarut
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
33
metanol-air merupakan campuran yang dapat larut sempurna dan banyak digunakan sebagai larutan penyari pada proses maserasi karena diduga dapat melarutkan hampir semua komponen baik yang bersifat polar, semi polar, maupun non polar (Al-Ash’ary, Supriyanti, dan Zackiyah, 2010). Selanjutnya ekstrak yang telah didapat difraksinasi menggunakan pelarut etanol-heksan yang memiliki nilai log p campuran 2,97 sehingga dapat menyari dua senyawa ellagitannin berupa chebulagic acid dan macatannins B yang memiliki rentang kepolaran yaitu semipolar. Pengujian efek analgesik fraksi etanol-heksan ekstrak metanol-air daun Macaranga tanarius L. dilakukan dengan metode rangsang kimia yang merupakan protokol pada penapisan aktivitas analgesik perifer. Senyawa penginduksi nyeri yang digunakan adalah asam asetat yang dapat melepaskan ion H+ sehingga akan mengubah pH dalam rongga perut dan menyebabkan luka pada membran sel. Adanya kerusakan pada membran sel menyebabkan pelepasan asam arakhidonat dan membentuk prostaglandin yang akan mensensitisasi reseptor nyeri sehingga dapat menimbulkan nyeri.
L. Hipotesis Sediaan fraksi etanol-heksan ekstrak metanol-air daun Macaranga tanarius L. memiliki efek analgesik pada mencit betina galur Swiss yang terinduksi asam asetat 1 %.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian Penelitian ini termasuk jenis penelitian eksperimental murni dengan rancangan acak lengkap pola searah. Penelitian eksperimental murni bertujuan untuk menyelidiki kemungkinan hubungan sebab-akibat dengan cara memberi perlakuan pada satu atau lebih kelompok eksperimen dan membandingkan hasilnya dengan satu atau lebih kelompok kontrol yang tidak diberi perlakuan. Dalam penelitian eksperimental murni dilakukan randominasi yaitu penunjukan subyek penelitian yang dilakukukan secara acak. Acak lengkap merupakan rancangan penelitian dimana semua subyek uji yang digunakan memiliki kriteria yang sama sehingga memiliki kesempatan yang sama untuk dipilih ke dalam kelompok kontrol maupun perlakuan, sedangkan pola searah merupakan rancangan penelitian yang memiliki satu variabel bebas yang digunakan (Wasis, 2008). Pada penelitian ini variabel bebas yang digunakan adalah dosis fraksi etanol heksan ekstrak metanol air daun Macaranga tanarius L.
B. Variabel dan Definisi Operasional Variabel-variabel dalam penelitian ini adalah : 1. Variabel utama a. Variabel bebas, adalah dosis fraksi etanol-heksan ekstrak metanol-air daun Macaranga tanarius L.
34
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
35
b. Variabel tergantung, adalah jumlah geliat yang selanjutnya diolah sebagai persen proteksi geliat. 2. Variabel pengacau a. Variabel pengacau terkendali: 1) Galur, berat badan, dan
umur dari hewan uji. Hewan uji yang
digunakan adalah mencit betina galur Swiss dengan berat badan 20-30 gram, dan berumur 2-3 bulan. 2) Bahan uji yang digunakan berupa daun Macaranga tanarius L., berasal dari lingkungan Kampus Universitas Sanata Dharma, Paingan, Maguwoharjo, Depok, Sleman, Yogyakarta. 3) Waktu pemanenan daun Macaranga tanarius L. dilakukan pada bulan April 2015 di pagi hari antara pukul 07.00-10.00 WIB. b. Variabel pengacau tak terkendali: 1) Keadaan patologi mencit, yaitu kondisi anatomi dan fisiologi mencit yang abnormal. 2) Ketahanan mencit, yaitu kemampuan individu mencit dalam menahan rasa sakit. 2. Definisi operasional a. Daun Macaranga tanarius L. yang digunakan adalah daun yang berwarna hijau segar, tidak berlubang, serta tidak terdapat kotoran dari binatang kecil. Daun diambil pada pukul 07.00-10.00 WIB di daerah Paingan, Maguwoharjo, Depok, Sleman, Yogyakarta.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
36
b. Ekstrak metanol-air daun Macaranga tanarius L. adalah ekstrak kental yang pembuatannya didasarkan pada metode ekstraksi padat cair (Matsunami et al, 2006) dengan cara mengekstraksi serbuk daun Macaranga tanarius L. melalui proses maserasi menggunakan campuran pelarut metanol-air. c. Fraksi etanol-heksan ekstrak metanol-air daun Macaranga tanarius L. merupakan fraksi kental daun Macaranga tanarius L. yang diperoleh melalui proses ekstraksi bertingkat dari ekstrak kental metanol-air daun Macaranga tanarius L., kemudian dimaserasi kembali dengan campuran pelarut etanol-heksan. Metode fraksinasi ini didasarkan pada penelitian Puteri dan Kawabata (2010) yang dimodifikasi melalui proses maserasi bertingkat menggunakan pelarut dengan tingkat kepolaran yang berbeda. d. Sediaan fraksi daun Macaranga tanarius L. yaitu fraksi etanol-heksan ekstrak metanol-air daun Macaranga tanarius L. yang dilarutkan dengan CMC-Na 1% dalam labu takar 25 mL dan diberikan secara per oral. e. Dosis
pemberian
fraksi
etanol-heksan
ekstrak
metanol-air
daun
Macaranga tanariius L. merupakan jumlah fraksi etanol-heksan ekstrak metanol-air daun Macaranga tanarius L. yang diperoleh dari penetapan konsentrasi terpekat fraksi sebesar 0,6 gram/25 mL atau 2,4 % dan hasil konversi penggunaan pada tikus dengan dosis tertinggi 137 mg/kg BB. f. Pemberian fraksi etanol-heksan ekstrak metanol-air secara peroral merupakan pemberian tingkatan dosis fraksi etanol-heksan ekstrak metanol-air daun Macaranga tanarius L. sebesar 47,95; 95,9; dan 191,8
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
37
mg/kgBB dengan menggunakan spuit injeksi oral setelah injeksi asam asetat 1% secara intraperitoneal dengan selang waktu pemberian 10 menit. g. Metode induksi rangsang kimia. Metode yang digunakan untuk mengukur efek analgesik zat uji terhadap subyek uji dengan cara memberi rangsang nyeri berupa asam asetat 1% yang diberikan secara intraperitoneal sehingga menimbulkan respon positif berupa geliat yang diamati setiap 5 menit selama 1 jam. h. Penetapan kriteria geliat mencit. Kriteria geliat mencit yang diamati dan dihitung adalah gerakan menggeliat dengan menarik kedua pasang kaki ke depan dan ke belakang serta menempelkan perut pada alas tempat berpijak mencit tersebut (kotak kaca pengamatan geliat). i. Jumlah kumulatif geliat adalah banyaknya geliat yang terjadi akibat pemberian rangsang kimia (asam asetat 1%) selama 1 jam. j. Persen proteksi adalah seratus dikurangi jumlah kumulatif geliat kelompok perlakuan dibagi rata-rata jumlah kumulatif geliat kelompok kontrol negatif dikali 100 persen. k. Perubahan persen proteksi adalah jumlah rata-rata persen proteksi kelompok kontrol positif dikurangi persen proteksi kelompok perlakuan, kemudian dibagi rata-rata persen proteksi kelompok kontrol positif dan dikali 100 persen. l. Efek analgesik adalah persen proteksi geliat oleh senyawa uji terhadap rangsang nyeri dari asam asetat yang memenuhi kriteria ≥ 50% (Kelompok Kerja Ilmiah Phyto Medica, 1991).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
38
C. Bahan Penelitian 1.
Bahan utama a.
Hewan uji yang digunakan berupa mencit betina galur Swiss dengan umur 2-3 bulan, berat badan 20-30 g dan diperoleh dari Laboratorium Imono Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
b.
Daun Macaranga tanarius L. diperoleh dari daerah Paingan, Maguwoharjo, Depok, Sleman, Yogyakarta.
2.
Bahan kimia a.
Asetosal diproduksi oleh Merck dan diperoleh dari Laboratorium Farmakologi-Toksikologi Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
b.
Zat penginduksi nyeri, Asam asetat glasial diproduksi oleh Merck dan diperoleh
dari
Laboratorium
Kimia
Analisis
Fakultas
Farmasi
Universitas Sanata Dharma. c.
Carboxymethylcellulose-natrrium atau CMC-Na (Dai-Ichi Seiyaku Co., Ltd), sebagai pensuspensi asetosal dan fraksi etanol-heksan ekstrak metanol-air daun Macaranga tanarius L. diperoleh dari Laboratorium Farmakologi dan Toksikologi, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
d.
Aquadest diperoleh dari PT Brataco Chemika Yogyakarta.
e.
Metanol diperoleh dari PT Brataco Chemika Yogyakarta.
f.
Etanol diperoleh dari PT Brataco Chemika Yogyakarta.
g.
Heksan diperoleh dari PT Brataco Chemika Yogyakarta.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
h.
39
Ketamin 0,5 ml diperoleh dari Laboratorium Farmakologi dan Toksikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
D. Alat Penelitian 1. Alat pembuatan serbuk kering daun Macaranga tanarius L. Alat-alat yang digunakan antara lain adalah oven (Memmert), mesin penyerbuk (Retsch), dan ayakan. 2. Pembuatan fraksi etanol-heksan ekstrak metanol-air daun Macaranga tanarius L. Seperangkat alat gelas berupa gelas beaker, erlenmeyer, gelas ukur, labu alas bulat, pipet ukur, glass firn, pipet tetes, cawan porselin, corong, corong Buchner, batang pengaduk (Pyrek Iwaki Glass®), timbangan elektrik, pompa vakum, shaker, vacuum rotary evaporator, waterbath dan oven. 3. Alat uji analgesik Seperangkat alat gelas berupa gelas beaker, gelas ukur, labu ukur, pipet ukur, glass firn, pipet tetes, batang pengaduk (Pyrex Iwaki Glass®), timbangan analitik Mettler Toledo®, spuit Terumo®, needle, stopwatch, dan kotak kaca tempat pengamatan geliat.
E. Tata Cara Penelitian 1. Determinasi tanaman Determinasi tanaman Macaranga tanarius L. dilakukan secara benar menggunakan buku acuan Flora untuk Sekolah di Indonesia (Steenis, 1975) dengan membandingkan bagian tanaman berupa batang, daun, dan buah.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
40
Selanjutnya determinasi dilakukan dengan membandingkan simplisia tanaman yang digunakan dengan herbarium tanaman Macaranga tanarius L. koleksi Laboratorium Botani Farmasi. Determinasi dilakukan di Laboratorium Botani Farmasi, Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma. 2. Pengumpulan bahan uji Bahan uji yang digunakan adalah daun Macaranga tanarius L. yang diperoleh dari tanaman Macaranga tanarius L. yang tumbuh di daerah Paingan, Maguwoharjo, Depok, Sleman, Yogyakarta. Daun dipanen pada bulan April 2015 dengan kriteria daun yang masih segar, berwarna hijau, tidak terlalu tua atau muda, dan tidak berlubang. 3. Pembuatan serbuk daun Macaranga tanarius L. Daun Macaranga tanarius L. yang telah dikumpulkan, dicuci dengan air mengalir, kemudian ditiriskan untuk meniadakan air pada daun. Selanjutnya daun dikeringkan di bawah sinar matahari dengan bantuan kain, selanjutnya dikeringkan kembali dalam oven pada suhu 45˚C-50o C. Setelah daun benar-benar kering, daun diserbuk dan diayak dengan menggunakan ayakan nomor 40. Penyerbukan daun dilakukan di LPPT Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. 4. Penetapan kadar air pada serbuk kering daun Macaranga tanarius L. Penetapan kadar air dilakukan dengan metode Gravimetri dengan menggunakan alat moisture balance. Sebanyak 5 gram serbuk Macaranga tanarius L. dimasukkan ke dalam alat dan diratakan kemudian bobot serbuk ditimbang sebagai bobot sebelum pemanasan. Serbuk dipanaskan pada suhu 105º C selama 3 jam hingga berat konstan dan ditimbang bobot serbuk setelah
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
41
pemanasan. Selisih bobot serbuk sebelum dan setelah pemanasan merupakan kadar air dar serbuk yang diselidiki. Persyarataan serbuk yang baik yaitu kurang dari 10% (Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan, 1995). 5. Pembuatan fraksi etanol-heksan ekstrak metanol-air daun Macaranga tanarius L. a. Pembuatan ekstrak kental daun Macaranga tanarius L. 40 gram serbuk M.tanarius
Maserasi (140 rpm) selama 72 jam 100 mL metanol 70% dan 100 mL aquadest
Remaserasi 2x Maserat - Saring dengan corong buchner - Dipekatkan dengan Rotary evaporator (3 rpm) pada suhu 650C Ekstrak cair Uapkan pada water bath untuk menghilangkan aquadest
Ekstrak Kental
Oven suhu 400C ± 24 jam
Didapatkan bobot tetap ekstrak kental daun Macaranga tanarius L.
Gambar 4. Flowchart langkah pembuatan ekstrak metanol-air daun Macaranga tanarius L.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
42
b. Fraksi etanol-heksan ekstrak metanol-air daun Macaranga tanarius L. 1 gram Ekstrak kental M.tanarius Maserasi (140 rpm) selama 24 jam
Alkohol 95% atau etanol dan heksan (ml) Remaserasi 1x Filtrat Saring dengan corong Buchner. Dipekatkan dengan Rotary evaporator (3 rpm) pada suhu didih campuran etanol – heksan 58,60 ~ 60°C (Agoes,2009). Fraksi cair M.tanarius Uapkan pada water bath untuk menghilangkan pelarut yang belum dapat ikut menguap seleuruhnya melalui vaccum rotary evaporator
Oven suhu 400C Fraksi Kental
Hingga Didapatkan bobot tetap Fraksi kental daun Macaranga tanarius L.
Gambar 5. Flowchart langkah pembuatan fraksi etanol-heksan dari hasil ekstrak kental metanol-air daun Macaranga tanarius L. 6. Penetapan konsentrasi terpekat Konsentrasi yang digunakan adalah konsentrasi terpekat yang dapat dibuat dan dapat dimasukkan serta dikeluarkan dari sepuit oral 1 mL. Menurut Purwiyanto (2013), konsentrasi terpekat merupakan jumlah maksimum zat terlarut
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
43
dalam setiap satuan larutan pada temperatur tertentu. Berdasarkan penelitian hepatoprotektif yang sedang dijalankan, telah didapatkan konsentrasi terpekat dengan melarutkan sebanyak 0,6 gram fraksi larut ke dalam CMC-Na 1% pada labu ukur 25 mL, sehingga didapatkan konsentrasi fraksi etanol-heksan ekstrak metanol-air sebesar 0,6 gram/25 mL atau 2,4 %. 7. Pembuatan larutan uji a. Larutan Asam asetat Larutan asam asetat 1 % dibuat dari larutan asam asetat glasial 100 % v/v dengan menggunakan rumus V1.C1 = V2.C2. V1. 100% = 25 mL . 1% V1 = 0,25 mL Asam asetat glasial 100 % diambil sebanyak 0,250 mL dimasukkan ke dalam labu ukur 25 mL kemudian ditambahkan aquadest hingga batas tanda. b. Larutan CMC-Na 1% Ditimbang sebanyak 1,0 gram CMC-Na, kemudian ditaburkan di atas aquadest yang telah dipanaskan, diaduk hingga larutan mengembang dan homogen. Larutan CMC-Na dimasukkan ke dalam labu ukur 100 mL dan ditambahkan aquadest hingga batas tanda kemudian digojog. c. Suspensi asetosal Suspensi asetosal 1 % dibuat dengan mensuspensikan 250,0 mg asetosal dalam CMC-Na 1 % dengan menggunakan labu ukur 25,0 mL.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
44
d. Sediaan fraksi daun Macaranga tanarius L. Fraksi etanol-heksan ekstrak metanol-air daun Macaranga tanarius L. sebanyak 0,6 gram dilarutkan ke dalam larutan CMC-Na 1% kemudian dimasukkan ke dalam labu takar 25 mL, ditambahkan dengan larutan CMC-Na hingga batas tanda dan digojog hingga terbentuk larutan homogen. 8. Penetapan dosis a. Dosis asam asetat Dosis optimum asam asetat untuk menginduksi nyeri adalah 50 mg/kg BB (Andini, 2010; Wulandari, 2010; dan Tabalubun, 2013). b. Dosis asetosal Dosis asetosal yang digunakan adalah dosis lazim yaitu 0,5 g atau 500 mg untuk berat badan manusia Indonesia 50 kg (Andini, 2010 dan Wulandari, 2010). Faktor konversi dengan pedoman manusia Eropa 70 kg ke mencit 20 g adalah 0,0026. Dosis asetosal untuk manusia 70 kg adalah (70 kg : 50 kg) x 500 mg = 700 mg. Konversi dosis untuk mencit 20 g adalah 0,0026 x 700 mg = 1,82 mg, maka dosis asetosal adalah 1,82 mg : 20 g = 0,091 mg/g BB atau 91 mg/kg BB. c. Dosis fraksi etanol-heksan ekstrak metanol-air daun Macaranga tanarius L. Ditentukan berdasarkan konsentrasi terpekat fraksi etanol-heksan ekstrak metanol-air daun Macaranga tanarius L. yaitu 0,6 gram/25 mL.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
45
Selanjutnya diperoleh dosis tertinggi untuk hewan uji tikus adalah 137 mg/kg BB melalui perhitungan sebagai berikut: Dosis x BB tikus (g) = Konsentrasi terpekat fraksi × Volume pemberian Dosis x 350 g BB
= 0,6 gram/25mL x 2mL ( volume maksimal tikus)
Dosis x 0,350 kg BB = 600 mg/ 25 mL x 2 mL Dosis fraksi
= 137,1 mg/kg BB ≈ 137 mg/kg BB
Faktor konversi dosis untuk tikus 200 g ke mencit 20 g adalah 0,14. 1) Dosis tertinggi fraksi etanol-heksan ekstrak metanol-air daun Macaranga tanarius L. pada tikus adalah 137 mg/kgBB, maka dosis untuk tikus dengan BB = 200 g adalah 137 mg/kg BB x 0,2 kg = 27,4 mg/kg BB ≈ 27,4 mg/ 200 g BB. 2) Dosis tertinggi untuk mencit 20 gram ditentukan dari nilai konversi dosis dari tikus 200 gram ke mencit 20 gram yaitu 0,14; maka dosis tertinggi untuk mencit 20 gram adalah 27,4 mg/200 gram x 0,14 = 3,836 mg/20 gram BB mencit ≈ 191,8 mg/kg BB. 3) Dosis terendah dan dosis menengah ditentukan dengan menurunkan dua kelipatan dari dosis tertinggi sehingga diperoleh dosis untuk mencit 20 gram sebagai berikut: Dosis menengah = 1,918 mg/20 gram BB ≈ 95,9 mg/kg BB Dosis terendah
= 0,959 mg/20 gram BB ≈ 47,95 mg/kg BB
9. Pengujian kandungan senyawa metabolit sekunder a. Pemeriksaan Alkaloid. Larutan ekstrak sebanyak 3 mL ditambah dengan 1ml HCl 2N dan 6 mL aquadest. Kemudian dipanaskan di atas penangas
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
46
air selama 2 menit, didinginkan dan disaring. Sebanyak 3 tetes filtrat dipindahkan pada kaca arloji, kemudian ditambahkan pereaksi Mayer dan Dragendorff, masing-masing sebanyak 2 tetes. Adanya alkaloid ditandai dengan terbentuknya endapan putih dengan pereaksi Mayer dan endapan merah dengan pereaksi Dragendorff (Departemen Kesehatan RI, 2000). b. Pemeriksaan Flavonoid. Larutan ekstrak sebanyak 2 mL ditambah dengan sedikit serbuk seng atau magnesium dan 2 mL HCl 2N. Senyawa flavonoid akan menimbulkan warna jingga sampai merah (Departemen Kesehatan RI, 2000). c. Pemeriksaan Saponin. Larutan ekstrak sebanyak 1 mL ditambahkan 10 mL aquadest dan dikocok kuat selama 10 menit. Hasil dinyatakan positif apabila buih yang terbentuk stabil selama tidak kurang dari 10 menit, setinggi 1cm sampai 10 cm. Pada penambahan 1 tetes HCl 2N, buih tidak hilang (Departemen Kesehatan RI, 2000). d. Pemeriksaan Triterpenoid/Steroid. Sebanyak 1 mL larutan ekstrak kental diuapkan sampai kering, kemudian ditambah dengan pereaksi LiebermanBurchad. Jika warna berubah menjadi biru atau ungu, menandakan adanya senyawa steroid. Jika warna berubah menjadi merah, menunjukkan adanya senyawa terpenoid (Departemen Kesehatan RI, 2000). e. Pemeriksaan Fenolik. Sebanyak 2 mL ekstrak ditambahkan dengan 10 mL aquadest lalu didihkan selama 10 menit dalam tangas air mendidih. Larutan kemudian disaring dan filtratnya ditambahkan dengan 3 tetes
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
47
FeCl3 1%. Terjadinya warna hijau-biru menunjukkan adanya fenolik (Departemen Kesehatan RI, 2000). f. Pemeriksaan Tanin. Fraksi etanol-heksan ekstrak metanol-air daun Macaranga tanarius L. sebanyak 1 mL dan dipindahkan ke atas plat tetes lalu ditambah beberapa tetes FeCl3. Hasil positif dibuktikan dengan perubahan warna larutan menjadi hijau sampai biru kehitaman (Azizah, Suarsini, dan Prabaningtyas, 2014). g. Pemeriksaan Glikosida. Sebanyak 0,1 mL fraksi daun Macranga tanarius L. dimasukkan ke dalam tabung reaksi lalu ditambahkan 2 mL aquadest, 5 tetes Molisch, dan 2 mL H2SO4 pekat secara hati-hati melalui dinding tabung reaksi. Hasil positif ditunjukkan dengan adanya cincin ungu pada batas cairan (Azizah, Suarsini, dan Prabaningtyas, 2014). 10. Uji pendahuluan : Penetapan selang waktu pemberian asam asetat 1 % v/v Selang waktu pemberian asam asetat merupakan jeda antara pemberian zat uji secara peroral dengan pemberian injeksi asam asetat secara intraperitoneal (ip). Dalam saat selang waktu tersebut, zat uji diharapkan telah diabsorpsi sehingga dapat memberikan efek analgesik secara optimal. Pada penentuan selang waktu digunakan asetosal dosis 91 mg/kg BB. Selang waktu yang diujikan adalah 10 dan 15 menit. Selanjutnya dihitung rata-rata jumlah geliat pada berbagai selang waktu tersebut. Selang waktu dengan jumlah geliat yang paling sedikit dipilih sebagai selang waktu pemberian fraksi etanol-heksan ekstrak metanol-air daun Macaranga tanarius L.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
48
11. Perlakuan hewan uji Hewan uji sebanyak 25 ekor mencit betina galur Swiss berumur 2-3 bulan dan memiliki berat badan 20-30 gram diberi perlakuan yang sama sebelum digunakan yaitu diadaptasikan di lingkungan tempat penelitian selama 18-24 jam dan dipuasakan selama 18-24 jam dengan hanya diberikan air minum saja. Selanjutnya hewan uji dibagi menjadi 5 kelompok secara acak dimana masingmasing kelompok uji menggunakan 5 ekor mencit dengan rincian sebagai berikut: a. Kelompok I sebagai kontrol negatif diberikan CMC-Na dosis 191,8 mg/kg BB b. Kelompok II sebagai kontrol positif diberikan Asetosal dosis 91 mg/kg BB c. Kelompok III sebagai perlakuan diberikan fraksi etanol-heksan ekstrak metanol-air daun Macaranga tanarius L. dosis 47,95 mg/kg BB d. Kelompok IV sebagai perlakuan diberikan fraksi etanol-heksan ekstrak metanol-air daun Macaranga tanarius L. dosis 95,9 mg/kg BB e. Kelompok V sebagai perlakuan diberikan fraksi etil asetat ekstrak metanol-air daun Macaranga tanarius L. dosis 191,8 mg/kg BB Setelah diberi perlakuan, setiap hewan uji dari masing- masing kelompok diberi asam asetat 1% dengan dosis 50 mg/kg BB secara intraperitoneal dengan selang waktu 10 menit. Respon geliat diamati dan dicatat setiap 5 menit selama 1 jam. 12. Perhitungan persen proteksi Besarnya proteksi geliat dihitung dengan persamaan yaitu: % proteksi = (100-[(P/K) x 100]% Keterangan : P = jumlah kumulatif geliat hewan uji setelah pemberian senyawa uji K = jumlah rata-rata kumulatif geliat hewan uji kontrol negatif
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
49
Data persen proteksi geliat tersebut kemudian dianalisis menggunakan analisa variansi satu arah dengan taraf kepercayaan 95%. 13. Perhitungan perubahan persen proteksi Perubahan persen proteksi geliat terhadap kontrol positif dihitung menggunakan rumus: Perubahan % proteksi = [(A-B)/B] x 100 Keterangan: A = %proteksi geliat pada tiap kelompok perlakuan B = rata-rata proteksi geliat pada kontrol positif (Pudjiastuti, Dzulkarnain, dan Nuratmi, 2000).
Dua puluh lima ekor mencit dikelompokkan secara acak ke dalam 5 kelompok
Kelompok I CMC-Na
Kelompok II Asetosal 91mg/kg BB
Kelompok III FDM dosis 47,95 mg/kg BB
Kelompok IV FDM dosis 95,9 mg/kg BB
Kelompok V FDM dosis 191,8 mg/kg BB
Pemberian asam asetat 1% dosis 50 mg/kg BB setelah 10 menit secara i.p
Pengamatan geliat setiap selang waktu 5 menit selama 1 jam
Perhitungan % proteksi dan perubahan % proteksi Gambar 6. Skema perlakuan hewan uji
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
50
F. Analisis Hasil 1. Uji pendahuluan untuk penentuan selang waktu pemberian senyawa uji dan asam asetat Hasil rata-rata jumlah geliat masing-masing kelompok uji yaitu kelompok kontrol negatif CMC-Na dengan selang waktu pemberian 10 menit, kelompok selang waktu pemberian 10 menit, dan kelompok selang waktu 15 menit diuji secara statistik untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan yang bermakna antar kelompok. Analisis menggunakan Shapiro-Wilk dipilih untuk mengetahui distribusi data masing-masing kelompok. Uji Shapiro-Wilk dipilih karena sampel yang digunakan kurang dari 50. Nilai probabilitas (p) > 0,05 menunjukkan data berdistribusi normal, sedangkan nilai p < 0,05 menunjukkan data berdistribusi tidak normal. Selanjutnya dilakukan analisis varian data antar kelompok dengan uji Levene. Nilai probabilitas (p) > 0,05 menunjukkan data antar kelompok bervariansi homogen, sedangkan nilai p < 0,05 menunjukkan variansi berbeda. Untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan yang bermakna antar kelompok maka dilakukan uji T tidak berpasangan. Uji ini dipilih untuk membandingkan rata-rata jumlah geliat dari 1 kali pengukuran pada dua kelompok perlakuan yaitu kelompok kontrol negatif CMC-Na dengan selang waktu 10 menit terhadap kelompok selang waktu 10 menit dan antara kelompok selang waktu 10 menit terhadap kelompok selang waktu 15 menit yang memiliki distribusi normal dan variansi homogen. Nilai probabilitas (p) > 0,05 menunjukkan tidak terdapat perbedaan rerata antardua kelompok,
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
51
sedangkan nilai p < 0,05 menunjukkan terdapat perbedaan rerata antardua kelompok (Dahlan, 2014). 2. Uji analgesik fraksi etanol heksan ekstrak metanol air daun Macaranga tanarius l. Hasil rata-rata jumlah kumulatif geliat dan perhitungan persen proteksi dianalisis secara statistik untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan yang bermakna antar kelompok. Analisis statistik diawali dengan uji Shapiro-Wilk untuk mengetahui distribusi data masing-masing kelompok. Uji Shapiro-Wilk dipilih karena sampel yang digunakan kurang dari
50, apabila nilai
probabilitas (p) > 0,05 menunjukkan data berdistribusi normal, sedangkan nilai p < 0,05 menunjukkan data berdistribusi tidak normal. Selanjutnya dilakukan analisis varian data antar kelompok dengan uji Levene. Nilai probabilitas (p) > 0,05 menunjukkan data antar kelompok bervariansi homogen, sedangkan nilai p < 0,05 menunjukkan variansi berbeda. Karena data dari 5 kelompok uji memiliki distribusi normal dan variansi homogen, maka dilanjutkan uji ANOVA satu arah dengan taraf kepercayaan 95%. Analisis ini dilakukan untuk mengetahui perbedaan rerata antardua kelompok tidak berpasangan. Nilai probabilitas (p) < 0,05 menunjukkan paling tidak terdapat dua kelompok data yang mempunyai perbedaan rerata yang bermakna, sedangkan nilai p > 0,05 menunjukkan tidak terdapat perbedaan rerata yang bermakna antardua kelompok. Apabila nilai p dari hasil uji ANOVA satu arah < 0,05 maka analisis statistik dilanjutkan dengan analisis Post-Hoc untuk mengetahui kelompok mana yang berbeda
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
52
secara bermakna. Analisis Post-Hoc yang digunakan adalah uji Scheffe. Uji Scheffe dipilih karena alternatif uji Post-Hoc manapun akan memberikan hasil yang relatif sama. Jika diperoleh nilai p < 0,05 menunjukkan perbedaan rerata yang bermakna antara dua kelompok data,
sedangkan nilai p > 0,05
menunjukkan perbedaan tersebut tidak bermakna (Dahlan, 2014).
G. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian payung yang meneliti pengaruh pemberian fraksi etanol etanol-heksan ekstrak metanol-air daun Macaranga tanarius L. terhadap efek hepatoprotektif, anti anti-inflamasi inflamasi dan analgesik. Peringkat dosis yang digunakan dalam penelitian ini adalah 137; 68,5 dan 34,25 mg/kg BB tikus. Peneliti hanya fokus pada pengaruh pemberian fraksi etanol-heksan etanol ekstrak metanol-air daun Macaranga tanarius L. terhadap efek analgesik pada mencit galur Swiss (gambar 7) 7).. Oleh karena itu, dilakukan konversi dos dosis untuk hewan uji mencit menjadi 47,95; 95,9 dan 191,8 mg/kg BB mencit. Fraksi etanol-heksan heksan ekstrak metanol metanol-air daun Macaranga tanarius L. dosis 137; 68,5 dan 34,25 mg/kg BB tikus Efek hepatoprotektif Keterangan: Efek anti-inflamasi Efek analgesik Gambar 7. Fokus penelitian
*
*
Fokus penelitian oleh peneliti
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Determinasi Tanaman Macaranga tanarius L. Determinasi merupakan proses mengidentifikasi tanaman sehingga diketahui ciri-ciri tumbuhan tersebut secara spesifik, kemudian data yang diperoleh dibandingkan dengan acuan determinasi (Steenis, 1975) untuk mengetahui klasifikasi tanaman. Tujuan determinasi adalah untuk memastikan sampel tanaman yang digunakan dalam penelitian benar yaitu berasal dari spesies Macaranga tanarius L. Tanaman Macaranga tanarius L. yang digunakan sebagai bahan simplisia merupakan tanaman liar, yaitu tumbuhan yang tumbuh sendiri di pekarangan atau pagar-pagar, sehingga identifikasi harus dilakukan untuk menjamin bahwa bagian tanaman yang diambil berasal dari spesies tanaman yang diinginkan. Hasil determinasi yang dilakukan di Laboratorium Botani Farmasi membuktikan bahwa yang dideterminasi adalah benar tanaman Macaranga tanarius L. (Lampiran 1) melalui determinasi yang dilakukan secara benar hingga kategori jenis (spesies).
B. Pengumpulan dan Penyerbukan Daun Macaranga tanarius L. Bagian tanaman yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun Macaranga tanarius L. Daun dipilih untuk diuji pada penelitian efek analgesik karena berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Kumazawa, Murase, Momose, dan Fukumoto (2014) terbukti bahwa daun Macaranga tanarius L. mengandung
53
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
54
senyawa flavonoid terprenilasi dan memiliki aktivitas penangkapan radikal bebas DPPH yang paling tinggi setelah bagian glandular trichoma yang cenderung lebih sulit untuk dikumpulkan dalam jumlah yang banyak. Daun Macaranga tanarius L. diambil pada saat tanaman telah dewasa yang ditandai dengan perubahan pertumbuhan dari vegetatif ke generatif yaitu munculnya bunga. Hal ini dilakukan karena pada saat itu penumpukan senyawa aktif berada dalam kondisi optimal sehingga mempunyai mutu terbaik. Pemanenan daun dilakukan antara pukul 07.00-10.00 WIB agar diperoleh kandungan senyawa metabolit yang optimal. Kandungan antioksidan dalam daun akan banyak hilang untuk digunakan sebagai proteksi terhadap sinar UV yang merupakan salah satu sumber radikal bebas dari lingkungan jika pemanenan dilakukan pada siang hari (Tjay dan Rahardja, 2007). Waktu pemanenan akan mempengaruhi kuantitas dan kualitas kandungan senyawa metabolit dalam daun, sehingga pemanenan harus dilakukan pada waktu yang tepat agar diperoleh kandungan metabolit dalam jumlah optimal (Soegihardjo, 2013). Pengumpulan daun Macaranga tanarius L. dilakukan pada daerah yang sama yaitu di daerah Paingan, Maguwoharjo, Depok, Sleman, Yogyakarta dengan kriteria masih segar, berwarna hijau, tidak terlalu tua atau muda, dan tidak berlubang untuk menjaga mutu bahan aktif dalam simplisia agar tetap atau tidak bervariasi. Hal ini dilakukan karena kadar bahan aktif dalam simplisia juga bergantung pada lingkungan tumbuh. Tempat tumbuh yang berbeda akan memiliki kualitas tanah, kadar air, dan intensitas sinar matahari yang berbeda, sehingga menyebabkan perbedaan kandungan senyawa aktif.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
55
Daun yang telah dipanen selanjutnya dicuci dengan air mengalir agar dapat memenuhi kriteria bahan baku simplisia yaitu bersih, tidak bercampur dengan tanah, pasir, kerikil atau pengotor lainnya. Pembersihan simplisia dari tanah juga dapat mengurangi jumlah kontaminasi mikrobiologi (Soegihardjo, 2013). Daun yang sudah dicuci kemudian ditiriskan dan dikeringkan di bawah sinar matahari dengan bantuan penutup kain hitam. Tujuan penggunaan kain hitam adalah untuk menghindari debu, dan mencegah simplisia yang sudah kering agar tidak terbawa oleh angin sehingga akan mengurangi bahan baku simplisia, serta menghindari terurainya kandungan kimia karena paparan sinar matahari (UV) secara langsung. Pengeringan dilanjutkan dengan menggunakan oven pada suhu 45˚C-50o C untuk menyerap kandungan air yang masih tersisa sehingga simplisia tidak mudah rusak dan dapat bertahan lama karena dapat mencegah pertumbuhan jamur atau mikroba, serta mencegah terjadinya hidrolisis kandungan senyawa metabolit akibat reaksi enzimatik yang diperantarai oleh adanya air. Simplisia daun yang telah benar-benar kering dihaluskan hingga berbentuk serbuk kemudian diayak menggunakan ayakan nomor 40 mesh supaya didapatkan ukuran serbuk yang seragam. Penyerbukan ini dilakukan agar luas permukaan serbuk simplisia yang berkontak dengan cairan penyari semakin besar, sehingga diharapkan senyawa metabolit yang terkandung didalamnya dapat berdifusi dengan mudah ke dalam cairan penyari untuk mencapai kesetimbangan konsentrasi antara senyawa aktif di dalam sel dan dalam cairan penyari. Penyerbukan daun Macaranga tanarius L. dilakukan di LPPT UGM dengan hasil yang diperoleh 1200 g serbuk kering.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
56
C. Penetapan Kadar Air Kadar
air
ditetapkan
dengan
metode
gravimetri,
yaitu
dengan
membandingkan selisih bobot serbuk daun Macaranga tanarius L. sebelum pengeringan pada suhu 105°C selama 3 jam dengan bobot serbuk setelah pengeringan. Tujuan penetapan kadar air adalah untuk mengetahui batasan maksimal tentang besarnya kandungan air dalam bahan. Serbuk simplisia dianggap aman jika memenuhi persyaratan serbuk yang baik yaitu memiliki kadar air kurang dari 10%. Pada kadar air mencapai kurang dari 10%, dapat mencegah pertumbuhan kapang dan jasad renik lainnya, serta menghentikan reaksi enzimatik. Enzim tertentu dalam sel masih dapat bekerja menguraikan senyawa aktif sesaat setelah sel mati dan selama bahan simplisia tersebut masih mengandung kadar air tertentu (Prasetyo dan Endang, 2013). Penetapan kadar air serbuk Macaranga tanarius L. dilakukan oleh LPPT UGM dengan 2 kali replikasi. Hasil penetapan kadar air yang diperoleh adalah kurang dari 10% dengan rata-rata sebesar 6,66% b/b (Lampiran 2). Hal ini menunjukkan bahwa serbuk daun Macaranga tanarius L. telah memenuhi standar kadar air serbuk yang baik.
D. Pembuatan Fraksi Etanol-Heksan Ekstrak Metanol Daun Macaranga tanarius L. Pembuatan fraksi diawali dengan proses ekstraksi serbuk daun Macaranga tanarius L. Ekstraksi merupakan proses pemisahan bahan dari campurannya menggunakan pelarut yang sesuai. Ekstraksi bahan tanaman akan melalui dua proses yang terjadi secara paralel yaitu pelepasan bahan yang diekstraksi melalui
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
57
proses dari sel yang telah dirusak, dan pelepasan bahan yang diekstraksi melalui proses difusi (Agoes, 2009). Serbuk kering daun Macaranga tanarius L. ditimbang sebanyak 40 g kemudian dimaserasi menggunakan campuran pelarut metanol dan air masing-masing sebanyak 100 ml. Total bobot serbuk kering daun Macaranga tanarius L. yang digunakan dalam penelitian ini adalah 1200 g. Maserasi merupakan salah satu metode penyarian simplisia dengan menggunakan beberapa macam pelarut pada suhu kamar dan dalam kurun waktu tertentu. Pada tahap maserasi, pelarut akan berdifusi ke dalam sel dan selanjutnya zat aktif akan larut di dalam pelarut hingga tercapai kesetimbangan antara solute dan solven. Untuk mengambil senyawa aktif yang masih tersisa maka dilakukan proses remaserasi sebanyak dua kali, hingga diperoleh warna larutan yang bening. Baik proses maserasi maupun remaserasi dilakukan dengan bantuan shaker selama 72 jam agar solute dan solvent dapat berkontak secara homogen dan mencapai kesetimbangan konsentrasi (Puteri dan Kawabata, 2010). Penggojogan dilakukan secara konstan dengan kecepatan putaran 140 rpm agar kesetimbangan konsentrasi antara solute dan solvent dapat lebih mudah tercapai. Lamanya waktu maserasi selama 72 jam merupakan waktu yang optimal untuk mencapai konsentrasi yang setimbang antara solute dan solvent dalam pengambilan senyawa aktif. Proses ekstraksi didasarkan pada prinsip like dissolves like atau kelarutan senyawa aktif terhadap pelarutnya. Kandungan aktif dalam daun Macaranga tanarius L. yang ingin disari adalah senyawa ellagitannin yang bersifat semipolar, oleh karena itu penyari yang digunakan juga harus memiliki rentang polaritas
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
58
yang sama, agar dapat menyari senyawa aktif yang diinginkan secara selektif. Pelarut yang digunakan untuk ekstraksi adalah metanol 70% dan air dengan perbandingan 1:1. Pelarut ini dipilih karena campuran alkohol dan air memiliki daya ekstraktif terbesar untuk semua bahan alam berbobot molekul rendah seperti alkaloida, saponin, dan flavonoid (Agoes, 2009). Selain itu, pelarut yang mengandung air akan meningkatkan proses difusi karena adanya perlakuan dengan air akan menyebabkan terjadinya pengembangan sel sehingga terjadi peningkatan permeabilitas atau pecahnya dinding sel. Perbandingan pelarut metanol dan air 1:1 dipilih karena pada perbandingan tersebut dapat mencegah terjadinya ekstraksi klorofil atau zat yang bersifat resin dan polimer yang pada umumnya bukan merupakan bagian penting untuk ekstrak (Agoes, 2009). Metanol digunakan pada konsentrasi 70% karena menurut penelitian Lim, Lim dan Yule (2008) , metanol 70% dapat menyari senyawa polifenol dan senyawa antioksidan secara efisien. Hasil maserasi dan remaserasi disaring sehingga diperoleh ekstrak metanolair daun Macaranga tanarius L. Proses penyaringan dilakukan dengan menggunakan kain mori dan kertas saring serta menggunakan bantuan corong Buchner dan pompa vakum untuk mempercepat proses penyaringan. Penyaringan dilakukan untuk memisahkan partikel serbuk dan kotoran dengan maserat yang diperoleh. Adanya serbuk dan kotoran akan membentuk endapan ketika ekstrak dikeringkan. Kain mori digunakan sebagai media penyaring untuk mempermudah proses pemisahan serbuk dengan maserat yang akan diambil. Setelah penyaringan dengan kain mori, dilanjutkan dengan menggunakan kertas saring untuk
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
59
menjamin tidak ada serbuk atau pengotor berukuran kecil yang tercampur dengan maserat. Ekstrak yang diperoleh selanjutnya dipekatkan dengan bantuan rotary evaporator. Pemekatan ini dilakukan untuk memisahkan kandungan aktif dengan campuran pelarut metanol-air sehingga diperoleh ekstrak kental. Ekstrak kental merupakan masa kental yang mengandung bermacam konsentrasi sisa kelembaban dan kekuatan bahan berkhasiat yang diperoleh dari ekstrak cair yang diuapkan larutan penyarinya secara hati-hati. Pada suhu kamar, ekstrak kental tidak berbentuk cair (Agoes, 2009). Suhu yang digunakan untuk menguapkan pelarut adalah 65°C. dengan kecepatan putar 3 rpm. Suhu penguapan yang lebih rendah dibanding titik didih pelarut tetap dapat menguapkan pelarut karena prinsip kerja rotary evaporator yang menggunakan bantuan tekanan dari pompa vakum, sehingga titik didih pelarut di dalam sistem akan lebih rendah, selain itu adanya putaran labu alas bulat menyebabkan panas yang diberikan pada sistem lebih merata. Proses pemekatan dihentikan ketika sebagian besar pelarut telah menguap, yang ditandai dengan tetesan pelarut pada labu penampung yang semakin sedikit, sehingga hanya meninggalkan senyawa aktif yang dituju. Ekstrak kental yang didapat selanjutnya dituang ke dalam cawan porselein yang telah ditimbang sebelumnya. Cawan berisi ekstrak kental diletakkan pada waterbath untuk menguapkan sisa pelarut air, selanjutnya cawan berisi ekstrak dimasukkan ke dalam oven pada suhu 40°C selama ± 24 jam hingga didapatkan bobot tetap penyusutan 0%. Hasil bobot tetap ekstrak kental yang diperoleh pada penelitian adalah 126,240 gram.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
60
Ekstrak kental yang diperoleh difraksinasi dengan cara dimaserasi kembali dengan campuran pelarut yang berbeda. Fraksinasi adalah proses pemisahan berdasarkan kepolaran senyawa yang terkandung di dalam ekstrak kental daun Macaranga tanarius L. (Damayanti dan Suparjana (cit Prasetyo,2013)). Ekstrak tumbuhan biasanya masih mengandung berbagai senyawa yang tidak diinginkan, antara lain karbohidrat atau senyawa lipid. Untuk mendapatkan senyawa aktif secara selektif, maka dilakukan ekstraksi bertingkat dengan menggunakan pelarut yang memiliki rentang kepolaran yang lebih sempit dibanding pelarut yang digunakan pada proses ekstraksi. Dalam penelitian ini senyawa yang diinginkan merupakan senyawa ellagitannin. Empat senyawa ellagitannin berupa mallotinic acid, corilagin, chebulagic acid, dan macatannins B memiliki nilai koefisien partisi (log P) secara berturut-turut adalah 1,65; 1,10; 2,30; dan 2,57. Koefisien partisi merupakan perbandingan konsentrasi yang tetap suatu zat terlarut pada campuran pelarut yang saling tidak bercampur. Zat terlarut akan mendistribusikan dirinya sendiri di antara kedua pelarut berdasarkan afinitasnya pada masingmasing fase. Sama seperti proses ekstraksi, pemilihan pelarut pada proses fraksinasi juga didasarkan pada kelarutan zat aktif pada pelarutnya. Dalam hal ini, kelarutan ditentukan dengan kedekatan nilai log P senyawa aktif dengan pelarut yang digunakan. Pelarut polar memiliki log P ≤ 2, pelarut semi polar memiliki rentang log P 2-4, sedangkan pelarut nonpolar memiliki log P ≥ 4 (Holmbreg, 2003). Pelarut yang digunakan dalam proses fraksinasi adalah campuran etanol (log P 0,16) dan heksan (log P 3,13) dengan log P campuran 2,97 sehingga dapat
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
61
menyari senyawa aktif dengan rentang semi polar. Penggunaan campuran pelarut etanol dan heksan diharapkan dapat menyari senyawa ellagitannin berupa senyawa chebulagic acid dan macatannins B yang bersifat semi polar secara lebih spesifik. Tahap selanjutnya adalah proses maserasi dan remaserasi yang masing-masing dilakukan selama 24 jam dengan bantuan shaker agar pelarut dapat berkontak dengan senyawa aktif secara optimal. Remaserasi hanya dilakukan sebanyak 1 kali karena hasil remaserasi telah memberikan larutan berwarna bening sehingga kemungkinan senyawa yang dituju sudah tidak tersari lagi pada pelarut. Larutan hasil maserasi dan remaserasi kemudian disaring dengan bantuan kertas saring dan corong Buchner sehingga didapatkan fraksi cair daun Macaranga tanarius L. penyaringan ini dilakukan untuk memisahkan fraksi yang didapat dengan pengotor berupa partikel halus dari ekstrak kental. Filtrat hasil penyaringan dipekatkan dengan menggunakan rotary evaporator untuk memisahkan antara senyawa aktif dengan campuran pelarut etanol-heksan. Suhu yang digunakan adalah 60°C karena titik didih campuran pelarut etanol dan heksan adalah 58,60 ~ 60°C (Agoes,2009). Fraksi yang telah dipekatkan kemudian dituang ke dalam cawan porselein yang telah ditimbang sebelumnya lalu diletakkan pada waterbath untuk menguapkan pelarut yang masih tersisa. Fraksi kental yang didapat kemudian dimasukkan ke dalam oven pada suhu 40°C hingga diperoleh bobot tetap dengan penyusutan 0%. Jumlah fraksi etenol-heksan ekstrak metanol-air yang diperoleh pada penelitian ini adalah 30,508 gram. Bobot fraksi yang diperoleh digunakan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
62
untuk menghitung nilai % rendemen yang merupakan perbandingan antara bobot fraksi yang diperoleh dengan bobot serbuk kering daun Macaranga tanarius L. yang digunakan. Hasil perhitungan % rendemen adalah 2,55% (Lampiran 12).
E. Hasil Pengujian Kandungan Senyawa Metabolit Sekunder Sebelum dilakukan pengujian efek analgesik fraksi etanol-heksan ekstrak metanol-air daun Macaranga tanarius L. perlu dilakukan pengujian secara kualitatif untuk mengetahui kandungan senyawa metabolit yang terkandung di dalamnya. Metabolit sekunder merupakan senyawa kimia pada tanaman yang bermolekul kecil. Dalam penelitian ini, pengujian kandungan senyawa metabolit sekunder dilakukan dengan cara mereaksikan fraksi daun Macaranga tanarius L. dengan suatu reagen tertentu di dalam tabung reaksi. Hasil pengujian kandungan senyawa metabolit sekunder dapat dilihat pada tabel II. Tabel II. Hasil Pengujian Fraksi Etanol-Heksan Ekstrak Metanol-Air Daun Macaranga tanarius L. No Pengujian Fitokimia Hasil Pengujian Tanda Positif Hasil +/++/+++ / 1 Alkaloid Reagen Dragendorff Endapan merah Endapan merah + Reagen Mayer Endapan putih Endapan putih + 2 Flavonoid Kuning-Jingga Jingga +++ 3 Terpenoid Merah Coklat 4 Fenolik Hijau-Biru Hijau-biru + Buih ≥ 1 cm Buih ≤ 1 cm 5 Saponin bertahan selama 30 menit 6 Tanin Biru Kehitaman Biru Kehitaman +++ Cincin warna biru- Terdapat cincin ++ 7 Glikosida ungu pada batas wana ungu tua cairan pada batas cairan Keterangan: (+++) intensitas kuat, (++) intensitas sedang, (+) intensitas rendah, (-) tidak terdeteksi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
63
1. Senyawa alkaloid Pengujian kandungan senyawa alkaloid dilakukan dengan menggunakan 2 macam reagen/pereaksi yaitu Dragendorff dan Mayer. Prinsip penggunaan kedua reagen ini untuk identifikasi kandungan alkaloid adalah pengendapan alkaloid dengan logam-logam berat. Hasil positif akan ditunjukkan dengan terbentuknya endapan merah dengan reagen Dragendorff dan endapan putih dengan reagen Mayer. Hasil pengujian kandungan senyawa alkaloid pada fraksi etanol-heksan ekstrak metanol-air daun Macaranga tanarius L. menunjukkan hasil positif dengan intensitas rendah. Hal ini ditunjukkan dari endapan merah dan endapan putih yang terbentuk tidak terlalu banyak. Dalam tumbuhan, senyawa alkaloid dapat terbentuk pada daun, dimana proses fotosintesis terjadi. Senyawa alkaloid sendiri digunakan pada tanaman untuk mempertahankan diri dari serangan luar. Beberapa senyawa alkaloid yang terisolasi dapat memberikan efek farmakologis sebagai analgesik, mempengaruhi peredaran darah dan pernapasan, anaestetika lokal, dan antiparasit (Sirait, 2007). 2. Senyawa flavonoid Pengujian senyawa flavonoid dilakukan dengan menambahkan logam magnesium pada larutan fraksi Macaranga tanarius L., kemudian ditambahkan 2 mL HCl 2 N. Tujuan penambahan logam magnesium dan HCl pada pengujian flavonoid adalah untuk mereduksi inti benzopiron yang terdapat dalam struktur flavonoid sehingga terjadi perubahan warna menjadi jingga atau merah. Hasil uji flavonoid pada fraksi etanol-heksan ekstrak metanol-air daun Macaranga tanarius L. memberikan hasil positif berupa terbentuknya warna
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
64
jingga, namun belum dapat diketahui secara pasti jenis senyawa flavonoid yang terkandung dalam fraksi etanol-heksan ekstrak metanol-air daun Macaranga tanarius L. 3. Senyawa terpenoid Pengujian senyawa terpenoid dilakukan dengan menggunakan reagen Lieberman Buchard yang dibuat dari asam sulfat pekat dan anhidrida asetat. Senyawa terpenoid akan mengalami dehidrasi dengan penambahan asam kuat dan membentuk garam yang memberikan reaksi dengan terbentuknya warna biru atau ungu untuk senyawa steroid dan warna merah untuk senyawa terpenoid. Perubahan warna ini disebabkan terjadinya reaksi oksidasi pada golongan terpenoid/steroid melalui ikatan rangkap terkonjugasi. Hasil pengujian senyawa terpenoid menunjukkan hasil negatif dengan tidak terbentuknya hasil reaksi berwarna coklat. Hasil negatif ini dikarenakan senyawa terpenoid tidak tersari dengan pelarut yang digunakan dalam proses penyarian. Pelarut yang digunakan pada pembuatan fraksi Macaranga tanarius L. bersifat semi polar, sedangkan menurut Sirait (2007), sebagian besar terpenoid mempunyai struktur siklik dengan satu atau lebih gugus fungsional seperti hidroksi dan karbonil, sehingga terpenoid pada umumnya merupakan senyawa yang larut dalam lipid. 4. Senyawa fenolik Pengujian kandungan fenolik dilakukan untuk membuktikan adanya gugus OH dari fenol pada fraksi daun Macaranga tanarius L. Adanya gugus fenolik akan memberikan warna hijau hingga biru setelah penambahan FeCl3. Hasil
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
65
pengujian menunjukkan warna hijau kehitaman. Hal ini membuktikan bahwa fraksi etanol-heksan ekstrak metanol-air daun Macaranga tanarius L. mengandung senyawa fenolik. Fenolik adalah senyawa yang memiliki satu atau lebih cincin aromatik dengan satu atau lebih gugus hidroksil. Fenolik pada tanaman terdiri dari asam fenolat, flavonoid, dan tannin, serta sedikit ligan (Dai dan Mumper, 2010). Oleh karena itu, senyawa fenolik yang dapat terkandung dalam fraksi Macaranga tanarius L. antara lain chebulagic acid dan macatannin B (Puteri dan Kawabata, 2010). 5. Senyawa saponin Pengujian kandungan saponin dilakukan dengan menambahkan aquadest pada fraksi Macaranga tanarius L. kemudian dikocok kuat selama 10 menit, hasil positif ditunjukkan dengan terbentuknya buih setinggi 1-10 cm selama 10 menit dan dengan penambahan HCl buih tidak hilang. Saponin memiliki gugus polar dan non-polar bersifat aktif permukaan sehingga saat dikocok dengan air dapat terbentuk misel. Pada struktur misel, gugus polar menghadap ke luar sedangkan gugus non polar menghadap ke dalam. Keadaan inilah yang tampak seperti busa. Pengujian menunjukkan hasil negatif karena buih yang terbentuk ≤ 1cm. Hal ini membuktikan bahwa fraksi Macaranga tanarius L. tidak memiliki kandungan senyawa saponin. Hal ini disebabkan karena senyawa yang tersari merupakan senyawa dengan rentang polaritas semi polar, sehingga senyawa yang bersifat non polar seperti saponin terpenoid/steroid tidak terkandung dalam fraksi Macaranga tanarius L.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
66
6. Senyawa tanin Pengujian kandungan senyawa tannin dilakukan dengan memindahkan fraksi Macaranga tanarius L. ke dalam plat tetes, lalu ditambahkan FeCl3 1%. FeCl3 akan bereaksi dengan salah satu gugus hidroksil yang ada pada senyawa tannin sehingga terbentuk warna biru kehitaman. Hasil pengujian menunjukkan hasil positif dengan intensitas kuat, sehingga dapat disimpulkan bahwa fraksi Macaranga tanarius L. memiliki kandungan senyawa tannin. Hal ini didukung oleh penelitian Puteri dan Kawabata (2010) yang membuktikan bahwa daun Macaranga tanarius L. memiliki kandungan ellagitannin berupa chebulagic acid, dan macatannin B. 7. Senyawa glikosida Pengujian senyawa glikosida dilakukan dengan menambahkan pereaksi Molisch dan H2SO4 ke dalam tabung berisi larutan fraksi Macaranga tanarius L. Prinsip dari pengujian ini adalah H2SO4 akan menghidrolisis ikatan glikosida merubah monosakarida menjadi furfural dan derivat-derivatnya. Hasil hidrolisis ini akan bergabung dengan α-naphtol yang merupakan komponen dalam pereaksi Molisch dan menghasilkan kompleks berwarna ungu. Pengujian kandungan senyawa glikosida menunjukkan hasil positif yang ditandai dengan terbentuknya cincin warna ungu tua pada batas larutan, namun belum dapat dipastikan jenis senyawa glikosida yang terkandung di dalamnya, oleh karena itu dapat dilakukan penelitian lebih lanjut dengan metode kromatografi untuk memastikan senyawa glikosida yang terkandung dalam fraksi etanol-heksan ekstrak metanol-air daun Macaranga tanarius L.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
67
F. Uji Pendahuluan Penentuan selang waktu pemberian asam asetat Selang waktu adalah jarak antara pemberian asetosal atau fraksi etanol heksan ekstrak metanol air daun Macaranga tanarius L. dengan asam asetat. Penentuan selang waktu dilakukan untuk memperkirakan waktu yang tepat untuk menginjeksikan penginduksi nyeri berupa asam asetat. Pengujian dilakukan dengan memberikan asetosal sebagai kontrol positif dengan dosis 91 mg/kg BB secara per oral kemudian diberi asam asetat dengan dosis 50 mg/kg BB secara intraperitoneal dengan selang waktu 10 dan 15 menit. Pengujian juga menggunakan kontrol negatif CMC-Na untuk mengetahui apakah pada selang waktu 10 dan 15 menit asetosal telah terabsorbsi dan dapat menimbulkan efek analgesik. Hal ini diketahui dari perbandingan jumlah kumulatif geliat kontrol negatif CMC-Na berbeda signifikan dibandingkan dengan
selang waktu
pemberian 10 dan 15 menit. Dari kedua selang waktu yang diujikan, dipilih selang waktu pemberian yang memenuhi persyaratan, dimana pada selang waktu pemberian tersebut asetosal sebagai kontrol positif telah diabsorbsi dengan baik pada saluran cerna sehingga dapat bekerja sebagai analgesik dengan memberikan respon penurunan jumlah geliat. Hasil pengujian selang waktu pemberian asam asetat menghasilkan ratarata jumlah kumulatif geliat mencit pada kelompok kontrol negatif CMC-Na dan kelompok selang waktu 10 dan 15 menit yang disajikan pada tabel III.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
68
Tabel III. Rata-rata jumlah kumulatif geliat mencit pada penentuan selang waktu pemberian asam asetat 50 mg/kg BB. Kumulatif geliat Kelompok Nilai p (Mean ± SE) Kontrol negatif CMC-Na 1,000(N) 92,00 ± 1,73 selang 10 menit 10 menit 35,00 ± 0,57 1,000(N) 15 menit 32,66 ± 1,45 0,780(N) Keterangan: Mean = rata-rata kumulatif geliat SE = Standard Error N = data berdistribusi normal (p > 0,05) Hasil analisis statistik dengan uji Shapiro-Wilk menunjukkan nilai p > 0,05 (lampiran 9), sehingga dapat disimpulkan bahwa data rata-rata jumlah geliat masing-masing kelompok memiliki distribusi normal. Hasil uji variansi dengan uji Levene juga menujukkan nilai p > 0,05 (lampiran 9). Hal ini membuktikan bahwa data rata-rata jumlah geliat antar kelompok bervariansi homogen. Untuk mengetahui perbedaan rata-rata jumlah kumulatif geliat antar kelompok maka dilakukan uji T tidak berpasangan sehingga diketahui apakah antar kelompok memiliki perbedaan yang bermakna (lampiran 9). Tabel IV. Hasil uji T tidak berpasangan untuk data jumlah geliat pada penentuan selang waktu Kelompok Nilai p Kontrol negatif CMC-Na Selang waktu 10 menit 0,000(BB) Selang waktu 10 menit Selang waktu 15 menit 0,210(BTB) Keterangan: BB = berbeda bermakna (p < 0,05) BTB = berbeda tidak bermakna (p > 0,05) Hasil uji T tidak berpasangan (tabel IV) menunjukkan bahwa antara kelompok kontrol negatif CMC-Na dengan selang waktu 10 menit memiliki perbedaan rata-rata jumlah kumulatif geliat yang berbeda bermakna (p < 0,05). Hal ini disebabkan karena CMC-Na tidak memiliki efek analgesik sehingga
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
69
memiliki jumlah geliat yang paling banyak. Dengan adanya perbedaan yang bermakna tersebut dapat disimpulkan bahwa asetosal sebagai kontrol positif telah dapat terabsorpsi dan bekerja dengan menurunkan jumlah geliat pada selang waktu pemberian 10 menit. Hasil uji T tidak berpasangan untuk selang waktu 10 dan 15 menit menunjukkan nilai probabilitas 0,210; sehingga dapat disimpulkan bahwa rata-rata kumulatif jumlah geliat antara kedua selang waktu tersebut berbeda tidak bermakna (p > 0,05). Oleh karena itu, selang waktu 10 dan 15 menit merupakan jarak waktu yang optimal pada pemberian asetosal dan senyawa uji dengan asam asetat karena pada selang waktu tersebut asetosal telah diabsorbsi pada saluran cerna. Selang waktu pemberian 10 menit lebih singkat dibanding selang waktu 15 menit, sehingga dipilih sebagai selang waktu pemberian asetosal dan sediaan fraksi etanol-heksan ekstrak metanol-air dengan asam asetat pada penelitian ini.
G. Uji Efek Analgesik Fraksi Daun Macaranga tanarius L. Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui efek analgesik fraksi etanolheksan ekstrak metanol-air daun Macaranga tanarius L. dengan mengukur kemampuan senyawa uji dalam mengatasi sensasi nyeri. Sensasi nyeri muncul dari pemberian asam asetat yang dapat menginduksi munculnya geliat pada mencit sebagai respon nyeri. Larutan asam asetat 1% diinjeksi secara intraperitoneal dengan dosis yang digunakan adalah 50 mg/kg BB. Berdasarkan hasil uji pendahuluan, asam asetat diinjeksikan 10 menit setelah pemberian senyawa uji secara per oral. Pada penelitian ini digunakan mencit betina galur Swiss karena menurut McMahon (2013), mencit betina memiliki ambang nyeri
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
70
yang lebih rendah dibanding mencit jantan, sehingga lebih sensitif pada pengujian nyeri nosiseptif. Hal ini kemungkinan dipengaruhi oleh aktivasi G-protein yang berkaitan dengan potassium channels yang memediasi inhibisi post sinaps oleh neurotransmitter inhibisi. Inhibisi ini lebih efektif pada jenis kelamin jantan dibanding betina, sehingga ambang nyeri mencit jantan lebih tinggi dibanding mencit betina. Fraksi Macaranga tanarius L. diberikan dalam tiga peringkat yaitu dosis 47,95; 95,9; dan 191,8 mg/kg BB. Kontrol positif yang digunakan dalam penelitian ini adalah asetosal dengan dosis 91 mg/kg BB. Asetosal digunakan sebagai kontrol positif karena telah terbukti memiliki efek analgesik. Kontrol negatif yang digunakan dalam penelitian ini adalah CMC Na 1% yang merupakan pelarut sediaan fraksi dan asetosal dengan dosis pemberian 191,8 mg/kg BB. Pengamatan dilakukan selama 1 jam dengan mencatat geliat yang terjadi setiap selang waktu 5 menit. Hasil pengamatan memberikan data berupa jumlah kumulatif geliat yang selanjutnya diolah menjadi data persen proteksi. Persen proteksi merupakan besarnya kemampuan senyawa uji dalam mengatasi rasa nyeri. Menurut Phytomedica (1991), suatu senyawa dikatakan memiliki efek analgesik jika nilai persen proteksi memenuhi kriteria yaitu ≥ 50%. Nilai persen proteksi yang diperoleh selanjutnya diolah menjadi nilai perubahan persen proteksi. Perubahan persen proteksi dihitung untuk mengetahui besarnya daya analgesik fraksi daun Macaranga tanarius L. setiap peringkat dosis terhadap asetosal. Hasil rata-rata jumlah kumulatif geliat, rata-rata persen proteksi dan ratarata perubahan persen proteksi pada tiap kelompok uji disajikan dalam tabel V
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
71
dan dan hasil pengolahan data dalam bentuk histogram dapat dilihat pada gambar 8. Tabel V. Hasil rata-rata jumlah kumulatif geliat, rata-rata persen proteksi, dan rata-rata perubahan persen proteksi pada kelompok kontrol negatif, kontrol positif, dan 3 peringkat dosis fraksi daun Macaranga tanarius L. Jumlah Perubahan Persen kumulatif persen Kelompok proteksi Nilai p geliat proteksi (Mean ± SE) (Mean ± SE) (Mean ± SE) Kontrol negatif 90,60 ± 2,42 0,00 ± 2,67 -99,99 ± 4,32 0,260(N) CMC-Na Kontrol positif 34,60 ± 1,28 61,80 ± 1,42 0,00 ± 2,30 0,199(N) asetosal FDM dosis 47,95 38,20 ± 2,43 57,83 ± 2,69 -6,42 ± 4,35 0,826(N) mg/kg BB FDM dosis 95,9 31,60 ± 2,06 65,12 ± 2,27 5,35 ± 3,68 0,108(N) mg/kg BB FDM dosis 191,8 18,80 ± 1,71 79,24 ± 1,89 28,21 ± 3,06 0,658(N) mg/kg BB Keterangan: Mean = rata-rata SE = Standard Error FDM = fraksi etanol-heksan ekstrak metanol-air daun Macaranga tanarius L. N = data berdistribusi normal (p > 0,05) 90,60± 2,42
38,20 ± 2,43 34,60 ± 1,28
31,60 ± 2,06 18,80 ± 1,71
(a)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
72
79,24 ± 1,89 65,12 ± 2,27 61,80 ± 1,42
57,83 ± 2,69
0,00 ± 2,67
(b) 28,21 ± 3,06 -99,99 ± 4,32
0,00 ± 2,30
-6,42 ± 4,35
5,35 ± 3,68
(c) Gambar 8. (a) Histogram rata-rata jumlah kumulaif geliat (b) Histogram rata-rata persen proteksi dan (c) Histogram rata-rata perubahan persen proteksi pada uji efek analgesik kelompok uji yaitu kontrol negatif, kontrol positif, dan peringkat dosis fraksi daun Macaranga tanarius L.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
73
Dari data dan histogram yang dipaparkan, diketahui bahwa jumlah kumulatif geliat berbanding terbalik dengan persen proteksi. Semakin besar ratarata jumlah kumulatif geliat maka persen proteksi akan semakin kecil. Data jumlah kumulatif geliat dan persen proteksi yang diperoleh selanjutnya dianalisis secara statistik untuk mengetahui adanya perbedaan antar kelompok (Lampiran 10 dan 11). Analisis secara statistik diawali dengan uji Shapiro-Wilk untuk mengetahui distribusi data masing-masing kelompok. Uji Shapiro-Wilk dipilih karena jumlah sampel yang digunakan < 50 sampel. Hasil pengujian menunjukkan nilai probabilitas > 0,05 untuk semua kelompok, sehingga dapat disimpulkan data pada masing-masing kelompok berdistribusi normal. Analisis secara statistik dilanjutkan dengan menguji variansi data antar kelompok menggunakan uji Levene. Hasil uji Levene menunjukkan nilai probabilitas > 0,05, sehingga dapat disimpulkan data bervariansi homogen. Untuk mengetahui perbedaan jumlah kumulatif geliat dan persen proteksi antar kelompok maka dilakukan uji One way ANOVA. Uji One way ANOVA dipilih karena data berdistribusi normal dan bervariansi homogen. Hasil uji One way ANOVA untuk jumlah kumulatif geliat dan persen proteksi diperoleh nilai probabilitas 0,000 (p < 0,05), sehingga dapat disimpulkan paling tidak terdapat perbedaan yang bermakna antar dua kelompok. Untuk mengetahui kelompok mana yang memiliki perbedaan jumlah kumulatif geliat dan persen proteksi yang bermakna maka dilakukan uji post hoc yaitu uji Scheffe. Hasil uji Scheffe untuk jumlah kumulatif geliat disajikan dalam tabel VI dan persen proteksi disajikan dalam tabel VII.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
74
Tabel VI. Hasil uji Scheffe untuk jumlah kumulatif geliat pada kelompok kontrol negatif, kontrol positif, dan 3 peringkat dosis fraksi Macaranga tanarius L. Kelompok Nilai probabilitas Kontrol positif dosis 91 0,000(BB) mg/kg BB FDM dosis 47,95 0,000(BB) mg/kg BB Kontrol negatif dosis 191,8 mg/kg BB FDM dosis 95,9 mg/kg 0,000(BB) BB FDM dosis 191,8 0,000(BB) mg/kg BB FDM dosis 47,95 0,812(BTB) mg/kg BB Kontrol positif dosis 91 FDM dosis 95,9 mg/kg 0,892(BTB) mg/kg BB BB FDM dosis 191,8 0,001(BB) mg/kg BB FDM dosis 95,9 mg/kg 0,297(BTB) BB FDM dosis 47,95 mg/kg BB FDM dosis 191,8 0,000(BB) mg/kg BB FDM dosis 95,9 mg/kg FDM dosis 191,8 0,006(BB) BB mg/kg BB Keterangan: BB = Berbeda bermakna (p < 0,05) BTB = Berbeda tidak bermakna (p > 0,05) FDM = Fraksi etanol-heksan ekstrak metanol-air daun Macaranga tanarius L.
1. Kelompok kontrol negatif Kontrol negatif CMC-Na memiliki rata-rata jumlah kumulatif geliat yaitu 90,60 ± 2,42, dengan nilai rata-rata persen proteksi 0,00 ± 2,67. Penelitian yang dilakukan oleh Andini (2010) dan Octavianus, Fatimali, dan Lolo (2014) juga membuktikan bahwa CMC-Na sebagai kontrol negatif pada pengujian efek analgesik menghasilkan jumlah geliat paling banyak dibanding kelompok uji lainnya. Persen proteksi yang sangat rendah menandakan bahwa CMC-Na yang merupakan pelarut asetosal dan fraksi Macaranga tanarius L. tidak memiliki kemampuan untuk mengatasi nyeri sehingga memiliki rata-rata jumlah kumulatif
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
75
geliat terbanyak dibanding kelompok uji lainnya. Hal ini membuktikan bahwa CMC-Na tidak mengandung zat aktif yang mampu memberikan daya hambat terhadap nyeri. Tabel VII. Hasil uji Scheffe untuk persen proteksi pada kelompok kontrol negatif, kontrol positif, dan 3 peringkat dosis fraksi Macaranga tanarius L. Kelompok Nilai p Kontrol positif 0,000(BB) dosis 91 mg/kg BB FDM dosis 47,95 0,000(BB) Kontrol negatif mg/kg BB dosis 191,8 mg/kg FDM dosis 95,9 BB 0,000(BB) mg/kg BB FDM dosis 191,8 0,000(BB) mg/kg BB FDM dosis 47,95 0,812(BTB) mg/kg BB Kontrol positif FDM dosis 95,9 0,892(BTB) dosis 91 mg/kg BB mg/kg BB FDM dosis 191,8 0,001(BB) mg/kg BB FDM dosis 95,9 0,297(BTB) mg/kg BB FDM dosis 47,95 mg/kg BB FDM dosis 191,8 0,000(BB) mg/kg BB FDM dosis 95,9 FDM dosis 191,8 0,006(BB) mg/kg BB mg/kg BB Keterangan: BB = Berbeda bermakna (p < 0,05) BTB = Berbeda tidak bermakna (p > 0,05) FDM = Fraksi etanol-heksan ekstrak metanol-air daun Macaranga tanarius L. 2. Kelompok kontrol positif Asetosal sebagai kontrol positif memiliki rata-rata jumlah kumulatif geliat sebesar 34,60 ± 1,28. Berdasarkan hasil uji Scheffe, jumlah kumulatif geliat dan persen proteksi kontrol positif asetosal berbeda secara bermakna terhadap kontrol negatif CMC-Na dengan nilai probabilitas < 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa pemberian asetosal dapat memberikan proteksi terhadap rasa nyeri yaitu sebesar
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
76
61,80 ± 1,42 %, sedangkan kontrol negatif CMC-Na tidak dapat memberikan proteksi terhadap rasa nyeri. Nilai persen proteksi asetosal ≥ 50% menandakan bahwa asetosal terbukti memiliki efek analgesik yang ditandai dengan rata-rata jumlah kumulatif geliat yang jauh lebih rendah dibanding kontrol negatif CMCNa. 3. Kelompok perlakuan fraksi Macaranga tanarius L. dosis 47,95 mg/kg BB Fraksi Macaranga tanarius L. dosis 47,95 mg/kg BB memiliki rata-rata jumlah kumulatif geliat 38,20 ± 2,43 dan rata-rata persen proteksi 57,83 ± 2,69. Nilai persen proteksi ≥ 50% menandakan bahwa fraksi Macaranga tanarius L. dosis 47,95 mg/kg BB terbukti memiliki efek analgesik. Hasil uji Scheffe untuk jumlah kumulatif geliat dan persen proteksi menunjukkan hasil yang berbeda bermakna (p < 0,05) (lampiran 10 dan 11) terhadap kelompok kontrol negatif CMC-Na yang memiliki rata-rata jumlah kumulatif geliat 90,60 ± 2,42 dan ratarata persen proteksi 0,00 ± 2,67. Hasil uji Scheffe untuk jumlah kumulatif geliat dan persen proteksi menunjukkan hasil yang berbeda tidak bermakna dengan nilai probabilitas 0,812 (p > 0,05) (lampiran 10 dan 11) terhadap kontrol positif asetosal yang memiliki rata-rata jumlah kumulatif geliat 34,60 ± 1,28 dan rata-rata persen proteksi 61,80 ± 1,42. Hal ini membuktikan bahwa fraksi Macaranga tanarius L. dosis 47,95 mg/kg BB memiliki kemampuan proteksi nyeri yang setara dengan asetosal. Berdasarkan hasil perhitungan perubahan persen proteksi, fraksi Macaranga tanarius L. dosis 47,95 mg/kg BB memiliki daya analgesik 6,42 ± 4,35 lebih rendah dibanding asetosal.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
77
4. Kelompok perlakuan fraksi Macaranga tanarius L. dosis 95,9 mg/kg BB Fraksi Macaranga tanarius L. dosis 95,9 mg/kg BB memiliki rata-rata jumlah kumulatif geliat 31,60 ± 2,06 dan nilai rata-rata persen proteksi 65,12 ± 2,27. Nilai persen proteksi ≥ 50% menandakan bahwa fraksi Macaranga tanarius L. dosis 95,9 mg/kg BB terbukti memiliki efek analgesik. Hasil uji Scheffe untuk jumlah kumulatif geliat dan persen proteksi menunjukkan hasil yang berbeda bermakna (p < 0,05) (lampiran 10 dan 11) terhadap kelompok kontrol negatif CMC-Na yang memiliki rata-rata jumlah kumulatif geliat 90,60 ± 2,42 dan ratarata persen proteksi 0,00 ± 2,67. Hasil uji Scheffe untuk jumlah kumulatif geliat dan persen proteksi menunjukkan hasil yang berbeda tidak bermakna dengan nilai probabilitas 0,892 (p > 0,05) (lampiran 10 dan 11) terhadap kontrol positif asetosal yang memiliki rata-rata jumlah kumulatif geliat 34,60 ± 1,28 dan rata-rata persen proteksi 61,80 ± 1,42. Hal ini membuktikan bahwa fraksi Macaranga tanarius L. dosis 95,9 mg/kg BB memiliki kemampuan proteksi nyeri yang setara dengan asetosal. Berdasarkan hasil perhitungan perubahan persen proteksi, fraksi Macaranga tanarius L. dosis 95,9 mg/kg BB memiliki daya analgesik 5,35 ± 3,68 lebih tinggi dibanding asetosal. 5. Kelompok perlakuan fraksi Macaranga tanarius L. dosis 191,8 mg/kg BB Fraksi Macaranga tanarius L. dosis 191,8 mg/kg BB memiliki rata-rata jumlah kumulatif geliat 18,80 ± 1,71 dan nilai rata-rata persen proteksi 79,24 ± 1,89. Nilai persen proteksi ≥ 50% menandakan bahwa fraksi Macaranga tanarius L. dosis 191,8 mg/kg BB terbukti memiliki efek analgesik. Hasil uji Scheffe untuk jumlah kumulatif geliat dan persen proteksi menunjukkan hasil yang berbeda
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
78
bermakna (p < 0,05) (Lampiran 10 dan 11) terhadap kelompok kontrol negatif CMC-Na yang memiliki rata-rata jumlah kumulatif geliat 90,60 ± 2,42 dan ratarata persen proteksi 0,00 ± 2,67. Hasil uji Scheffe untuk jumlah kumulatif geliat dan persen proteksi menunjukkan hasil yang berbeda bermakna dengan nilai probabilitas 0,001 (p < 0,05) (lampiran 6 dan 7) terhadap kontrol positif asetosal yang memiliki rata-rata jumlah kumulatif geliat 34,60 ± 1,28 dan rata-rata persen proteksi 61,80 ± 1,42. Hal ini membuktikan bahwa fraksi Macaranga tanarius L. dosis 191,8 mg/kg BB memiliki kemampuan proteksi nyeri yang lebih tinggi dibanding asetosal. Berdasarkan hasil perhitungan perubahan persen proteksi, fraksi Macaranga tanarius L. dosis 191,8 mg/kg BB memiliki daya analgesik 28,21 ± 3,06 lebih tinggi dibanding asetosal. 6. Perbandingan antar kelompok perlakuan fraksi Macaranga tanarius L. dosis 47,95 mg/kg BB, 95,9 mg/kg BB dan 191,8 mg/kg BB. Fraksi Macaranga tanarius L. pada masing-masing peringkat dosis 47,95 mg/kg BB, 95,9 mg/kg BB, dan 191,8 mg/kg BB memiliki rata-rata jumlah kumulatif geliat yang berbeda yaitu 38,20 ± 2,43; 31,60 ± 2,06; dan 18,80 ± 1,71. Rata-rata jumlah kumulatif geliat ini semakin menurun seiring dengan peningkatan dosis fraksi Macaranga tanarius L. Nilai persen proteksi ketiga peringkat dosis fraksi Macaranga tanarius L. untuk dosis 191,8 mg/kg BB, 95,9 mg/kg BB, dan 47,95 mg/kg BB secara berturut-turut adalah 79,24 ± 1,89; 65,12 ± 2,27; dan 57,83 ± 2,69. Hasil persen proteksi yang diperoleh ≥ 50 % menandakan bahwa ketiga dosis fraksi Macaranga tanarius L. memiliki efek
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
79
analgesik. Data menunjukkan bahwa semakin besar dosis fraksi Macaranga tanarius L. maka nilai persen proteksi akan semakin besar. Untuk mengetahui perbedaan jumlah kumulatif geliat dan persen proteksi antar peringkat dosis fraksi Macaranga tanarius L., maka dilakukan pengujian secara statistik. Hasil uji Scheffe menunjukkan jumlah kumulatif geliat dan persen proteksi yang berbeda tidak bermakna antara dosis 47,95 mg/kg BB dan 95,9 mg/kg BB fraksi Macaranga tanarius L. dengan nilai probabilitas > 0,05. Hal ini membuktikan bahwa fraksi Macaranga tanarius L. dosis 47,95 mg/kg BB dan 95,9 mg/kg BB memiliki kemampuan penghambatan nyeri yang setara. Hasil uji Scheffe menunjukkan jumlah kumulatif geliat dan
persen
proteksi yang berbeda bermakna antara dosis 47,95 mg/kg BB dan 191,8 mg/kg BB fraksi Macaranga tanarius L. dengan nilai probabilitas p < 0,05. Hal ini membuktikan bahwa fraksi Macaranga tanarius L. dosis 191,8 mg/kg BB memiliki kemampuan penghambatan nyeri yang lebih besar dibanding dosis 47,95 mg/kg BB. Hasil uji Scheffe menunjukkan jumlah kumulatif geliat dan
persen
proteksi yang berbeda bermakna antara dosis 95,9 mg/kg BB dan 191,8 mg/kg BB fraksi Macaranga tanarius L. dengan nilai probabilitas p < 0,05. Hal ini membuktikan bahwa fraksi Macaranga tanarius L. dosis 191,8 mg/kg BB memiliki kemampuan penghambatan nyeri yang lebih besar dibanding dosis 95,9 mg/kg BB. Dari hasil analisis statistik yang telah dilakukan, dapat diketahui bahwa fraksi etanol-heksan ekstrak metanol-air daun Macaranga tanarius L. pada dosis
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
80
47,95 mg/kg BB memiliki efek analgesik yang setara dengan dosis 95,9 mg/kg BB, sedangkan dosis 191,8 mg/kg BB memiliki efek analgesik yang lebih besar dibanding dua dosis lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan kekerabatan antara peringkat dosis fraksi Macaranga tanarius L. dengan efek analgesik yang ditimbulkan. Efek analgesik tidak mengalami peningkatan seiring dengan peningkatan dosis fraksi Macaranga tanarius L. Dari ketiga peringkat dosis, dosis 191,8 mg/kg BB memberikan efek analgesik paling besar. Apabila dosis pada mencit 20 gram dikonversi ke dosis pada menusia 70 kg maka diperoleh dosis 21,25 mg/kg BB (Lampiran 13), sehingga fraksi etanol-heksan ekstrak metanol-air daun Macaranga tanarius L. dosis 191,8 mg/kg BB mencit memungkinkan untuk diberikan pada manusia. Penapisan aktivitas analgesik fraksi etanol-heksan ekstrak metanol-air daun Macaranga tanarius L. dapat dilanjutkan dengan menggunakan metode pengujian efek analgesik narkotik yaitu metode rangsang panas. Hal ini perlu dilakukan karena efek analgesik yang muncul dari pemberian fraksi daun Macaranga tanarius L. dapat berasal dari penghambatan nyeri secara perifer maupun secara sentral. Oleh karena itu perlu dilakukan pengujian analgesik dengan metode rangsang panas untuk mengetahui apakah fraksi etanol-heksan ekstrak metanol-air daun Macaranga tanarius L. bekerja sebagai analgesik perifer atau sentral. Efek analgesik dari
fraksi etanol-heksan ekstrak metanol-air daun
Macaranga tanarius L. diduga berasal dari senyawa ellagitannin yaitu chebulagic acid dan macatananin B yang terkandung di dalamnya. Senyawa ellagitannin
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
81
telah terbukti memiliki aktivitas dalam menangkal radikal bebas DPPH. Radikal bebas merupakan molekul yang tidak stabil karena kehilangan elektronnya. Untuk menjadi stabil, maka radikal bebas akan mengambil elektron dari molekul atau sel lain di dalam tubuh. Radikal bebas akan menyerang tubuh terutama merusak protein, sel, dan jaringan dalam organ tubuh dan menyebabkan terjadinya kerusakan sel akibat proses pengambilan elektron dari sel-sel tubuh dalam upaya radikal bebas untuk menstabilkan diri. Kerusakan jaringan yang terjadi akibat adanya rangsangan secara mekanis, kimiawi maupun fisis akan menyebabkan peningkatan jumlah radikal bebas di dalam tubuh. Radikal bebas akan dilepaskan pada proses perubahan asam arakidonat menjadi endoperoksida dan asam hidroksiperoksida pada proses pembentukan prostaglandin sebagai mediator nyeri. Secara alamiah, tubuh akan memproduksi antioksidan yang dapat menetralkan radikal bebas. Namun, apabila radikal bebas berada dalam jumlah cukup banyak dan tidak seimbang dengan antioksidan endogen yang tersedia, maka sel akan mengalami serangan oleh radikal bebas dan menyebabkan kerusakan jaringan. Oleh karena itu dibutuhkan senyawa antioksidan eksogen untuk mengatasi pembentukan radikal bebas yang terlalu banyak. Dalam penelitian ini, diduga senyawa chebulagic acid dan macatananin B yang terkandung dalam fraksi etanol-heksan ekstrak metanol-air daun Macaranga tanarius L. berperan sebagai senyawa antioksidan eksogen yang menghambat pembentukan radikal bebas pada proses perubahan asam arakidonat menjadi endoperoksida dan asam hidroksiperoksida, sehingga tidak terjadi kerusakan jaringan lebih lanjut yang disebabkan oleh radikal bebas. Untuk
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
82
mengetahui secara lebih spesifik senyawa aktif yang berperan sebagai analgesik dapat dilakukan penegasan dengan menggunakan kromatografi kolom sehingga dapat dilakukan isolasi senyawa yang berperan sebagai analgesik.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan 1. Fraksi etanol-heksan ekstrak metanol-air daun Macaranga tanarius L. dosis 47,95; 95,9; dan 191,8 mg/kg BB memiliki efek analgesik pada mencit betina galur Swiss. 2. Persen proteksi geliat fraksi etanol-heksan ekstrak metanol-air daun Macaranga tanarius L. pada dosis 47,95; 95,9; dan 191,8 mg/kg BB secara berturut adalah 57,83; 65,12; dan 79,24. 3. Perubahan proteksi geliat fraksi etanol-heksan ekstrak metanol-air daun Macaranga tanarius L. pada dosis 47,95; 95,9; dan 191,8 mg/kg BB secara berturut-turut adalah -6,42; 5,35; dan 28,21. 4. Tidak ada kekerabatan antara efek analgesik dan dosis fraksi etanol-heksan ekstrak metanol-air daun Macaranga tanarius L. B. Saran 1. Perlu dilakukan penapisan aktivitas analgesik fraksi etanol-heksan ekstrak metanol-air daun Macaranga tanarius L. dengan menggunakan metode uji analgesik narkotik. 2. Perlu dilakukan penegasan kandungan senyawa aktif dalam fraksi etanolheksan ekstrak metanol-air daun Macaranga tanarius L. yang berperan sebagai analgesik.
83
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
DAFTAR PUSTAKA Agoes, G., 2009, Teknologi Bahan Alam (Serial Farmasi Industri-2), Edisi revisi dan perluasan, Penerbit ITB, Bandung, pp. 31-40, 174. Al-Ash’ary, M.N., Supriyanti, T.E.M., Zackiyah, 2010, Penentuan Pelarut Terbaik dalam Mengekstraksi Senyawa Bioaktif dari Kulit Batang Artocarpus heterophyllus, Universitas Pendidikan Indonesia Al Wasel, A.H., and Bashandy, S.A., 2011, Carbon Tetrachloride-induced Hepatotoxicty and Nephrotoxicity in Rats: Protective Role Vitamin C, Journal of Pharmacology and Toxicology, 6(3), 283-292. Andini, A.P., 2010, Efek Analgesik Ekstrak Metanol-Air Daun Macaranga tanarius L. pada Mencit Betina Galur Swiss, Skripsi, 10-11, 55, Universitas Sanata Dharma, Yogakarta. Asmadi, 2008, Teknik Prosedural Keperawatan: Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien, Salemba Medika, Jakarta, hal. 145-147. Azizah, N., Suarsini, E., dan Prabaningtyas, S., 2014, Analisis Kandungan Kimia Infusa Tanaman Sangkaet (Basilicum polystachyon (L.) Moench) dan Uji Efektivitas Antifungal Infusa tanaman Sangket terhadap Penghambatan Pertumbuhan Candida albicans secara In Vitro, Skripsi, 3, Universitas Negeri Malang, Malang. Cannon, J.G., 2007, Pharmacology for Chemist, Second Edition, American Chemical Society, New York, p. 192. Corwin, E.J., 2009, Buku Saku Patofisiologi, Edisi 3, EGC, Jakarta, hal. 388-390. Dahlan, M.S. 2008, Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan, Edisi 3, Salemba Medika, Jakarta, hal. 53-58, 85-105. Dai, J., dan Mumper J.R., 2010, Plant Phenolics: Extraction, Analysis and Their Antioxidant and Anticancer Properties, Molecules, 15, 7317-7352. Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1986, Sediaan Galenik, departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta, hal. 8-25. Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2000, Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta, hal. 9, 47, 772, dan 782. Dinas
Kesehatan, 2010, Informasi tentang Asetosal, http://dinkes.tasikmalayakota.go.id/index.php/informasi-obat/220asetosal.html, diakses tanggal 8 November 2015.
84
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
85
Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan, 1995, Farmakope Indonesia, Edisi IV, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, hal. 46. Goland, D.E., 2011, Principles of Pharmacology: the Pathophysiologic Basis of Drug Therapy, Lippincott Williams and Wilkins, Philadelphia, pp. 275276. Goldberg, D.S., and Summer J. McGee, 2011, Pain as A Global Public Health Priority, BMC Public Health, 11, 770. Hartwig, M.S., dan Wilson, L.M., 2006, Patofisiologi Konsep Klinis ProsesProses Penyakit, Vol. 2, EGC, Jakarta, hal. 1063-1064, 1073-1075. Hidayat, M., dan Hidayat A.A.A., 2008, Keterampilan Dasar Praktik Klinik untuk Kebidanan, Salemba Medika, Jakarta, hal. 121. Holmberg, K., 2003, Novel Surfactants, second edition vol.144, revised and expanded, Marcel Dekker, Inc., United States of America, pp.101. Jordao, A. M., Correia, A.C., Delcampo, R., dan SanJose, M.L.G., 2012, Antioxidant Capacity, Scavenger Activity, and Ellagitannins Content from Commercial Oak Pieces Used in Winemaking, Eur Food Res Technol, 235: 817-825. Katzung, B.G., 2002, Farmakologi Dasar dan Klinik, Edisi 8, Salemba Medika, Jakarta, hal. 462. Kawakami, S., Harinantenaina, L., Matsunami, K., Otsuka, H., Shinzato, T., and Takeda, Y., 2008, Macaflavones A-G, Prenylated Flavones from the Leaves of Macaranga tanarius, J. Nat. Prod., 71, 1872-1876. Kelompok Kerja Ilmiah Phyto Medica, 1991, Pedoman dan Pengembangan Fitofarmakan, Penapisan Farmakologi, Pengujian Fitokimia dan Pengujian Klinik, Yayasan Pengembangan Obat Bahan Alam Phyto Medica, Jakarta, pp.3,41, 259. Kumazawa, S., Murase, M., Momose, N., dan Fukumoto, S., 2014, Analysis of Antioxidant Prenylflavonoids in Different Parts of Macaranga tanarius L., the Plant Origin of Okinawan Propolis, Asian Pacific Journal of Tropical Medicine, 16-20. Lim, T.Y., Lim, Y.Y., Yule, C.M., 2009, Evaluation of antioxidant, antibacterial and anti-tyrosinase activities of four Macaranga species, Food Chemistry, 114, 594-599.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
86
Magadula, J.J., 2014, Phytochemistry and Pharmacology of the genus Macaranga: A review, Academic Journal, 8, 489-503. Matsunami, K., Otsuka, H., Kondo, K., Shinzato, T., Kawahata, M., Yamaguchi, K., et al., 2009, Absolute configuration of (+)-pinoresinol 4-O-[600-Ogalloyl]- b-D-glucopyranoside, macarangiosides E., and F isolated from the leaves of Macaranga tanarius, Phytochemistry 70 1277-1285. Matsunami, K., Takamori, I., Shinzato, T., Aramoto, M., Kondo, K., Otsuka, H., et al, 2006, Radical-Scavenging Activities of New Megastigmane Glucosides from Macaranga tanarius (L.) MUL(L.)-ARG., Chem. Pharm. Bul (L.), 54, 1403-1407. McMahon, S.B., 2013, Wall and Melzack’s Textbook of Pain, Sixth edition, Elsevier, Philadelphia, p. 286. Muhammad, N., Saeed, M & Khan, H., 2012, Antipiretic, Analgesic and AntiInflammatory Activity of Viola betonicifolia Whole Plant, BMC Complementary and Alternative Medicine, 12 (59). Musa, A.M., Aliyu, A.B., Yaro, A.H., Magaji, M.G., Hassan, H.S. and Abdullahi, M.I., 2009, Preliminary Phytocemichal, Analgesik and Anti Inflamatory Studies of the Metanol Extract of Anisopus manii (N.E.Br) (Asclepiadaceae) in Rodents, African Journal of Pharmacy and Pharmacology, 3, 374-378. Muttaqin, A., 2008, Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Persarafan, Salemba Medika, Jakarta, hal. 502-504. Mycek, M.J., Richard A. H., dan Pamela C.C., 2001, Farmakologi : Ulasan Bergambar, Edisi 2, Widya Medika, Jakarta, hal. 406-407. National Center for Biotechnology Information, 2015, Methanol, Neal, M. J., 2006, At a Glance Farmakologi Medis, Ed. 5, Erangga, Jakarta, hal. 64-65. Octavianus, S., Fatimawali, dan Lolo, W.A., 2014, Uji Efek Analgetik Ekstrak Etanol Daun Pepaya (Carica papaya L.) pada Mencit Putih Jantan (Mus muscculus), Pharmacon, 3, 87-92. Ong, H.C., 2008, Tumbuhan Liar : Khasiat Ubatan dan Kegunaan Lain, PRINAD SDN. BHD., Kuala Lumpur, hal. 124-125. Phommart, S., Suthivaiyakit, P., Chimnoi N., Ruchirawat, S., dan Suthivaiyakit, S., 2005, Constituents of the Leaves of Macaranga tanarius, J. Nat. Prod., 68, 927-930.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
87
Phytomedika, 1991, Penapisan Farmakologi Pengujian Fitokimia dan Pengujian Klinik, Yayasan Pengembangan Obat Bahan Alami Phytomedika, Jakarta, hal.49. Prasetyo, dan Endang, I., 2013, Pengelolaan Budidaya Tanaman Obat-obatan (Bahan Simplisia), Badan Penerbitan Fakultas Pertanian UNIB, Bengkulu, hal. 19. Prasetyo, H.D., 2013, Aktivitas Antimikroba Fraksi Petroleum Eter, Kloroform, Etanol Bunga Pulu (Chartamus tinctorius L.) Terhadap Staphylococcus aureus, Escherichia coli, dan Candida albicans, Skripsi, Universitas Sanata Dharma, pp.18. Pudjiastuti, B., Dzulkarnain, dan B. Nuratmi, 2000, Uji analgetik infus rimpang lempuyang pahit (Zingiber amaricans BL.) pada mencit putih, Cermin Dunia Kedokteran, 129: 39-41. Puteri, M. D. P. T. G., dan Kawabata, J., 2010, Novel α- glucosidase inhibitors from Macaranga tanarius leaves, Food Chemistry, 123, 384-389. Sirait, M., 2007, Penuntun Fitokimia dalam Farmasi, Penerbit ITB, Bandung, hal. 54-62. Soegihardjo, 2013, Farmakognosi, Citra Aji, Parama, Yogyakarta, hal. 8. Staf Pengajar Departemen Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya, 2008, Kumpulan kuliah Farmakologi, Edisi 2, EGC, Jakarta, hal. 542-543. Steenis, C.G.G.J.van., Hoed, D., Blommbergen, S., dan Eyma, P.J., 1992, Flora:Untuk Sekolah di Indonesia, cetakan keenam, diterjemahkan oleh Moeso, S., dkk., PT Pradnya Paramita, Jakarta, pp.35,36,37,49,50. Stoker, S.H., 2010, General Organik and Biological Chemistry, 5th edition, Cengage Learning, Inc., USA, pp. 404-405. Sultana, B., Anwar, F., Ashraf, M., 2009, Effect of Extraction Solvent/Technique on the Antioxidant Activity of Selected Medicinal Plant Extracts, Molecules, 14, 2168. Sutresna, N., 2007, Cerdas Belajar Kimia, Grafindo Media Pratama, Bandung, hal. 229. Tabalubun, E.M., 2013, Efek Analgesik Infusa Daun Iler (Coleus atropurpureus L. Benth) dengan Metode Rangsang Kimia pada Mencit Betina, Skripsi, 26, Universitas Sanata Dharma, Yogakarta.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
88
Tiwari, B.K., Brunton, N., Brennan, C.S., 2013, Handbook of Plant Food Phytochemicals: Sources, Stability, and Extraction, John Wiley and Sons, Ltd., United Kingdom. Tjay, T. H., dan Rahardja, K., 2007, Obat-obat Penting: Khasiat Penggunaan dan Efek-efek Sampingnya, Edisi VI, Cetakan ke-1, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta, hal. 312. Toripah, S.S., Abidjulu, J., Wehantouw, F., 2014, Aktivitas Antioksidan dan Kandungan Total Fenolik Ekstrak Daun Kelor (Moringa oleifera Lam.), Pharmacon, 3, 4. Turner, R.A., 1965, Screening Method in Pharmacology, Academic Press, New York, pp. 100-107. United
States Environmental Protection Agency, 2013, Hexane, http://www.epa.gov/ttnatw01/hlthef/hexane.html, diakses pada tanggal 12 Agustus 2015.
United
States Environmental Protection Agency, 2013, Methanol, http://www.epa.gov/ttn/atw/hlthef/methanol.html, diakses pada tanggal 12 Agustus 2015.
Wasis, 2008, Pedoman Riset Praktis untuk Profesi Perawat, EGC, Jakarta, hal. 17-20. Wilmana, P.F., Gan, S., 2007, Analgesik-Antipiretik Analgesik Anti-Inflamasi Nonsteroid dan Obat Gangguan Sendi Lainnya, Farmakologi dan Terapi, Edisi 5, Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, hal. 230-233. World Health Organization, 2012, WHO Guidelines on the Pharmacological Treatment of Persisting Pain in Children with Medical Illnesses, WHO Press, Switzerland, pp 17-18. Wulandari, D., 2010, Efek Analgesik Infusa Daun Macaranga tanarius L. pada Mencit Betina Galur Swiss, Skripsi, 19-30, Universitas Sanata Dharma, Yogakarta. www. http://pubchem.ncbi.nlm.nih.gov/compound/methanol, diakses pada tanggal 12 Agustus 2015.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
85
LAMPIRAN
89
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Lampiran 1. Surat determinasi tanaman Macaranga tanarius L.
90
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
91
Lampiran 2. Surat keterangan penetapan kadar air serbuk daun Macaranga tanarius L. dari LPPT UGM
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Lampiran 3. Surat Ethical Clearance dari Fakultas Kedokteran UGM
92
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
93
Lampiran 4. Surat legalitas analisa data oleh Pusat Kajian CE&BU Fakultas Kedokteran UGM
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
94
Lampiran an 5. Daun dan serbuk daun Macaranga tanarius L.; hasil ekstrak metanol-air air dan hasil fraksi etanol etanol-heksan heksan ekstrak metanol metanol-air daun Macaranga tanarius L., serta sediaan fraksi daun Macaranga tanarius L.
Gambar 9. Daun Macaranga tanarius L.
Gambar 10. Serbuk Macaranga tanarius L.
Gambar 11.. Hasil ekstrak metanol-air air daun Macaranga tanarius L.
Gambar 12.. Hasil fraksi etanol-heksan etanol dari ekstrak metanol-air metanol daun Macaranga tanarius L.
Gambar 13.. Sediaan fraksi etanol-heksan heksan dari ekstrak metanol-air air daun Macaranga tanarius L.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
95
Lampiran 6. Injeksi intraperitoneal
Gambar 14. Injeksi intraperitoneal Lampiran 7. Kriteria geliat mencit
Gambar 15.. Geliat mencit yang memenuhi kriteria
Gambar 16. Geliat mencit yang tidak memenuhi kriteria
Lampiran 8. Hasil pengujian fitokimia fraksi etanol-heksan etanol heksan ekstrak metanolmetanol air daun Macaranga tanarius L.
Gambar 17. Hasil uji Alkaloid dengan reagen Mayer
Gambar 18. Hasil uji Alkaloid dengan reagen Dragendorff
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Gambar 19.. Hasil uji Flavonoid
Gambar 20.. Hasil uji Terpenoid
Gambar 21. Hasil uji Fenolik
Gambar 22.. Hasil uji Tanin
Gambar 23.. Hasil uji Saponin
Gambar 24.. Hasil uji Glikosida
96
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
97
Lampiran 9. Hasil analisis statistik jumlah geliat pada penentuan selang waktu pemberian asam asetat 50mg/kg BB. Case Processing Summary Cases Valid Kelompok
N
Percent
Missing N
Total
Percent
N
Percent
Geliat Kontrol Negatif CMC-Na selang 10 menit
3 100.0%
0
.0%
3
100.0%
Selang waktu pemberian 10 menit
3 100.0%
0
.0%
3
100.0%
Descriptives Kelompok Geliat Kontrol Negatif CMC-Na selang 10 menit
Statistic Mean 95% Confidence Interval for Mean
92.0000 1.73205 Lower Bound
84.5476
Upper Bound
99.4524
5% Trimmed Mean
.
Median
92.0000
Variance
9.000
Std. Deviation
3.00000
Minimum
89.00
Maximum
95.00
Range
6.00
Interquartile Range
.
Skewness Kurtosis Selang waktu pemberian 10 menit
Mean 95% Confidence Interval for Mean
Std. Error
.000
1.225
.
.
35.0000
.57735
Lower Bound
32.5159
Upper Bound
37.4841
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
5% Trimmed Mean
98
.
Median
35.0000
Variance
1.000
Std. Deviation
1.00000
Minimum
34.00
Maximum
36.00
Range
2.00
Interquartile Range
.
Skewness
.000
1.225
.
.
Kurtosis
1. Uji distribusi data kelompok kontrol negatif CMC-Na selang 10 menit dan selang waktu pemberian 10 menit Hipotesis : Ho = distribusi jumlah geliat normal H1 = distribusi jumlah geliat tidak normal Kriteria uji : Ho ditolak bila Sig. < 0,05 Ho diterima bila Sig. > 0,05 Hasil : Tests of Normality Kolmogorov-Smirnova Kelompok Geliat Kontrol Negatif CMCNa selang 10 menit Selang waktu pemberian 10 menit
Statistic
Df
Shapiro-Wilk
Sig.
Statistic
df
Sig.
.175
3
.
1.000
3
1.000
.175
3
.
1.000
3
1.000
Kesimpulan : Ho diterima, maka distribusi jumlah geliat normal 2. Uji varian data antar kelompok kontrol negatif CMC-Na selang 10 menit dan selang waktu pemberian 10 menit Hipotesis : Ho = data jumlah geliat bervariasi homogen H1 = data jumlah geliat tidak bervariasi homogen Kriteria uji : Ho ditolak bila Sig. < 0,05 Ho diterima bila Sig. > 0,05
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
99
Hasil : Levene's Test for Equality of Variances F Geliat
Equal variances assumed
Sig. 1.600
.275
Equal variances not assumed
Kesimpulan: Ho diterima, maka data bervariansi homogen. 3. Uji hipotesis T tidak berpasangan untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan yang bermakna terhadap jumlah geliat antar kelompok tidak berpasangan yang berdistribusi normal Hipotesis : Ho = jumlah geliat antar kelompok perlakuan tidak berbeda bermakna H1 = jumlah geliat antar kelompok perlakuan berbeda bermakna Kriteria uji : Ho ditolak bila Sig. < 0,05 Ho diterima bila Sig. > 0,05 Hasil : t-test for Equality of Means 95% Confidence Mea Std. Interval of the n Error Difference Sig. (2- Diffe Differen t Geli at
Equal variance s assumed Equal variance s not assumed
Df
tailed)
rence
ce
Lower
Upper
31.2 2
4
0.000
57
1.82574
51.93093
62.06907
31.2 2
2.43 9
0.000
57
1.82574
50.35537
63.64463
Kesimpulan : Ho ditolak, maka jumlah geliat antar kelompok perlakuan berbeda bermakna.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
100
Case Processing Summary Cases Valid Kelompok
N
Percent
Missing N
Total
Percent
N
Percent
Geliat Selang waktu 10 menit
3 100.0%
0
.0%
3 100.0%
Selang waktu 15 menit
3 100.0%
0
.0%
3 100.0%
Descriptives Kelompok Geliat Selang waktu 10 menit
Mean 95% Confidence Interval for Mean
35.0000
.57735
Lower Bound
32.5159
Upper Bound
37.4841
5% Trimmed Mean
.
Median
35.0000
Variance
1.000
Std. Deviation
1.00000
Minimum
34.00
Maximum
36.00
Range
2.00
Interquartile Range
.
Skewness Kurtosis Selang waktu 15 menit
Statistic
Std. Error
Mean 95% Confidence Interval for Mean 5% Trimmed Mean Median Variance
.000
1.225
.
.
32.6667 1.45297 Lower Bound
26.4151
Upper Bound
38.9183 . 33.0000 6.333
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Std. Deviation
101
2.51661
Minimum
30.00
Maximum
35.00
Range
5.00
Interquartile Range
.
Skewness
-.586
1.225
.
.
Kurtosis
1. Uji distribusi data kelompok selang waktu pemberian 10 dan 15 menit Hipotesis : Ho = distribusi jumlah geliat normal H1 = distribusi jumlah geliat tidak normal Kriteria uji : Ho ditolak bila Sig. < 0,05 Ho diterima bila Sig. > 0,05 Hasil : Tests of Normality Kolmogorov-Smirnova Kelompok Geliat Selang waktu 10 menit
Statistic df .175
Sig. 3
Shapiro-Wilk Statistic
.
df
Sig.
1.000
3 1.000
Selang waktu 15 menit .219 3 . .987 Kesimpulan : Ho diterima, maka distribusi jumlah geliat normal.
3 .780
2. Uji varian data antar kelompok selang waktu pemberian 10 dan 15 menit Hipotesis : Ho = data jumlah geliat bervariasi homogen H1 = data jumlah geliat tidak bervariasi homogen Kriteria uji : Ho ditolak bila Sig. < 0,05 Ho diterima bila Sig. > 0,05 Hasil :
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
102
Levene's Test for Equality of Variances F Geliat
Equal variances assumed
Sig. 1.923
.238
Equal variances not assumed Kesimpulan: Ho diterima, maka data bervariansi homogen. 3. Uji hipotesis T tidak berpasangan untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan yang bermakna terhadap jumlah geliat antar kelompok tidak berpasangan yang berdistribusi normal Hipotesis : Ho = jumlah geliat antar kelompok perlakuan tidak berbeda bermakna H1 = jumlah geliat antar kelompok perlakuan berbeda bermakna Kriteria uji : Ho ditolak bila Sig. < 0,05 Ho diterima bila Sig. > 0,05 Hasil : Independent Samples Test t-test for Equality of Means Std. 95% Confidence Erro Interval of the Sig. r Difference (2Mean Diff tailed Differ eren ) ence ce Lower Upper
T Df Equal varianc es assume 2.333 1.56 6.6742 d 1.492 4 0.21 33 347 -2.00756 3 Equal varianc es not assume 2.61 0.24 2.333 1.56 7.7485 d 1.492 6 5 33 347 -3.08186 2 Kesimpulan : Ho diterima, maka jumlah geliat antar kelompok perlakuan berbeda tidak bermakna. Geli at
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
103
Lampiran 10. Hasil analisis statistik jumlah geliat pada uji efek analgesik fraksi etanol-heksan ekstrak metanol-air daun Macaranga tanarius L. Case Processing Summary Cases Valid Kelompok
N
Percent
Missing N
Total
Percent
N
Percent
Geliat Kontrol negatif CMCNa
5 100.0%
0
.0%
5 100.0%
Kontrol positif Asetosal
5 100.0%
0
.0%
5 100.0%
FDM dosis 47,95 mg/kg BB
5 100.0%
0
.0%
5 100.0%
FDM dosis 95,9 mg/kg BB
5 100.0%
0
.0%
5 100.0%
FDM dosis 191,8 mg/kg BB
5 100.0%
0
.0%
5 100.0%
Descriptives Kelompok
Statistic
Geliat Kontrol Mean negatif CMC- 95% Na Confidence Interval for Mean
Std. Error
90.6000 2.42074 Lower Bound
83.8789
Upper Bound 97.3211
5% Trimmed Mean
90.8333
Median
92.0000
Variance
29.300
Std. Deviation
5.41295
Minimum
82.00
Maximum
95.00
Range
13.00
Interquartile Range
9.50
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Skewness
-1.227
.913
Kurtosis
1.071
2.000
Kontrol positif Mean Asetosal 95% Confidence Interval for Mean
34.6000 1.28841 Lower Bound
31.0228
Upper Bound 38.1772
5% Trimmed Mean
34.6667
Median
35.0000
Variance
8.300
Std. Deviation
FDM dosis 47,95 mg/kg BB
104
2.88097
Minimum
30.00
Maximum
38.00
Range
8.00
Interquartile Range
4.00
Skewness
-1.008
.913
Kurtosis
2.550
2.000
Mean 95% Confidence Interval for Mean
38.2000 2.43721 Lower Bound
31.4332
Upper Bound 44.9668
5% Trimmed Mean
38.2778
Median
39.0000
Variance
29.700
Std. Deviation
5.44977
Minimum
30.00
Maximum
45.00
Range
15.00
Interquartile Range Skewness
9.00 -.598
.913
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Kurtosis FDM dosis 95,9 mg/kg BB
1.455
Mean 95% Confidence Interval for Mean
2.000
31.6000 2.06398 Lower Bound
25.8695
Upper Bound 37.3305
5% Trimmed Mean
31.4444
Median
29.0000
Variance
21.300
Std. Deviation
4.61519
Minimum
28.00
Maximum
38.00
Range
10.00
Interquartile Range
8.50
Skewness
.808
.913
-1.958
2.000
Kurtosis FDM dosis 191,8 mg/kg BB
105
Mean 95% Confidence Interval for Mean
18.8000 1.71464 Lower Bound
14.0394
Upper Bound 23.5606
5% Trimmed Mean
18.8333
Median
19.0000
Variance
14.700
Std. Deviation
3.83406
Minimum
14.00
Maximum
23.00
Range
9.00
Interquartile Range
7.50
Skewness
-.190
.913
Kurtosis
-2.167
2.000
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
106
1. Uji distribusi data masing-masing kelompok Hipotesis : Ho = distribusi data jumlah geliat normal H1 = distribusi data jumlah geliat tidak normal Kriteria uji : Ho ditolak bila Sig. < 0,05 Ho diterima bila Sig. > 0,05 Hasil : Tests of Normality Kolmogorov-Smirnova Kelompok
Statistic
df
Sig.
Shapiro-Wilk Statistic
df
Sig.
Geliat Kontrol negatif CMC-Na
.208
5
.200*
.868
5
.260
Kontrol positif Asetosal
.355
5
.038
.852
5
.199
FDM dosis 47,95 mg/kg BB
.213
5
.200*
.963
5
.826
FDM dosis 95,9 mg/kg BB
.313
5
.122
.816
5
.108
FDM dosis 191,8 mg/kg BB
.198
5
.200*
.939
5
.658
Kesimpulan : Ho diterima, maka data berdistribusi normal 2. Uji varian data antar kelompok Hipotesis : Ho = data jumlah geliat bervariasi homogen H1 = data jumlah geliat tidak bervariasi homogen Kriteria uji : Ho ditolak bila Sig. < 0,05 Ho diterima bila Sig. > 0,05 Hasil : Test of Homogeneity of Variances Geliat Levene Statistic .712
df1
df2 4
Sig. 20
.593
Kesimpulan : Ho diterima, maka data bervariansi homogen
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
107
3. Uji hipotesis one way anova untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan yang bermakna terhadap jumlah geliat antar kelompok tidak berpasangan yang berdistribusi normal dan memiliki variansi homogen Hipotesis : Ho = jumlah geliat antar kelompok perlakuan tidak berbeda bermakna H1 = jumlah geliat antar kelompok perlakuan berbeda bermakna Kriteria uji : Ho ditolak bila Sig. < 0,05 Ho diterima bila Sig. > 0,05 Hasil : ANOVA Geliat Sum of Squares Between Groups Within Groups Total
Df
Mean Square
F
15373.360
4
3843.340
413.200
20
20.660
15786.560
24
Sig.
186.028
.000
Kesimpulan : Ho ditolak, maka jumlah geliat antar kelompok perlakuan berbeda bermakna 4. Uji post hoc Scheffe untuk mengetahui pada kelompok mana terdapat perbedaan jumlah geliat yang bermakna Hipotesis : Ho = jumlah geliat antar kelompok perlakuan tidak berbeda bermakna H1 = jumlah geliat antar kelompok perlakuan berbeda bermakna Kriteria uji : Ho ditolak bila Sig. < 0,05 Ho diterima bila Sig. > 0,05 Hasil : Multiple Comparisons Geliat Scheffe
(I) Kelompok
(J) Kelompok
Mean Difference (I-J)
95% Confidence Interval Std. Error
Sig.
Lower Bound
Upper Bound
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Kontrol negatif Kontrol positif CMC-Na Asetosal
56.00000* 2.87472 .000
46.2665
65.7335
FDM dosis 47,95 mg/kg BB
52.40000* 2.87472 .000
42.6665
62.1335
FDM dosis 95,9 mg/kg BB
59.00000* 2.87472 .000
49.2665
68.7335
FDM dosis 191,8 mg/kg BB
71.80000* 2.87472 .000
62.0665
81.5335
Kontrol positif Kontrol negatif Asetosal CMC-Na FDM dosis 47,95 mg/kg BB FDM dosis 95,9 mg/kg BB FDM dosis 191,8 mg/kg BB FDM dosis 47,95 mg/kg BB
Kontrol negatif CMC-Na
-56.00000* 2.87472 .000 -65.7335 -46.2665 -3.60000 2.87472 .812 -13.3335
6.1335
3.00000 2.87472 .892
-6.7335
12.7335
15.80000* 2.87472 .001
6.0665
25.5335
-52.40000* 2.87472 .000 -62.1335 -42.6665
Kontrol positif Asetosal
3.60000 2.87472 .812
-6.1335
13.3335
FDM dosis 95,9 mg/kg BB
6.60000 2.87472 .297
-3.1335
16.3335
19.40000* 2.87472 .000
9.6665
29.1335
FDM dosis 191,8 mg/kg BB FDM dosis Kontrol negatif 95,9 mg/kg BB CMC-Na
-59.00000* 2.87472 .000 -68.7335 -49.2665
Kontrol positif Asetosal
-3.00000 2.87472 .892 -12.7335
6.7335
FDM dosis 47,95 mg/kg BB
-6.60000 2.87472 .297 -16.3335
3.1335
FDM dosis 191,8 mg/kg BB FDM dosis 191,8 mg/kg BB
108
12.80000* 2.87472 .006
3.0665
22.5335
Kontrol negatif CMC-Na
-71.80000* 2.87472 .000 -81.5335 -62.0665
Kontrol positif Asetosal
-15.80000* 2.87472 .001 -25.5335
-6.0665
FDM dosis 47,95 mg/kg BB
-19.40000* 2.87472 .000 -29.1335
-9.6665
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
FDM dosis 95,9 mg/kg BB
-12.80000* 2.87472 .006 -22.5335
109
-3.0665
Kesimpulan : a. Jumlah geliat kelompok kontrol negatif CMC-Na berbeda bermakna terhadap kontrol positif Asetosal, FDM dosis 47,95 mg/kg BB, FDM dosis 95,9 mg/kg BB, dan FDM dosis 191,8 mg/kg BB. b. Jumlah geliat kelompok kontrol positif Asetosal berbeda bermakna terhadap kontrol negatif CMC-Na dan FDM dosis 191,8 mg/kg BB, dan berbeda tidak bermakna terhadap FDM dosis 47,95 mg/kg BB dan FDM dosis 95,9 mg/kg BB. c. Jumlah geliat kelompok FDM dosis 47,95 mg/kg BB berbeda tidak bermakna terhadap FDM dosis 95,9 mg/kg BB dan berbeda bermakna terhadap FDM dosis 191,8 mg/kg BB. d. Jumlah geliat kelompok FDM dosis 95,9 mg/kg BB berbeda bermakna terhadap FDM dosis 191,8 mg/kg BB. Lampiran 11. Hasil analisis statistik % proteksi pada uji efek analgesik fraksi etanol-heksan ekstrak metanol-air daun Macaranga tanarius L. Case Processing Summary Cases Valid Kelompok
N
Percent
Missing N
Total
Percent
N
Percent
PersenProtek Kontrol negatif si CMC-Na 5 100.0%
0
.0%
5 100.0%
Kontrol positif Asetosal
5 100.0%
0
.0%
5 100.0%
FDM dosis 47,95 mg/kg BB
5 100.0%
0
.0%
5 100.0%
FDM dosis 95,9 mg/kg BB
5 100.0%
0
.0%
5 100.0%
FDM dosis 191,8 mg/kg BB
5 100.0%
0
.0%
5 100.0%
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
110
Descriptives Statisti c
Kelompok PersenProteks Kontrol negatif i CMC-Na
Mean 95% Confidence Interval for Mean
.0002 2.67175 Lower Bound
-7.4178
Upper Bound
7.4182
5% Trimmed Mean
Kontrol positif Asetosal
Std. Error
-.2573
Median
-1.5450
Variance
35.691
Std. Deviation
5.9742 2
Minimum
-4.86
Maximum
9.49
Range
14.35
Interquartile Range
10.48
Skewness
1.227
.913
Kurtosis
1.071
2.000
Mean 95% Confidence Interval for Mean
61.809 1.42209 6 Lower Bound
57.861 2
Upper Bound
65.758 0
5% Trimmed Mean
61.736 0
Median
61.368 0
Variance
10.112
Std. Deviation
3.1799 0
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
FDM dosis 47,95 mg/kg BB
Minimum
58.06
Maximum
66.89
Range
8.83
Interquartile Range
4.41
Skewness
1.008
.913
Kurtosis
2.551
2.000
Mean 95% Confidence Interval for Mean
FDM dosis 95,9 mg/kg BB
111
57.836 2.69007 2 Lower Bound
50.367 4
Upper Bound
65.305 0
5% Trimmed Mean
57.750 3
Median
56.953 0
Variance
36.182
Std. Deviation
6.0151 7
Minimum
50.33
Maximum
66.89
Range
16.56
Interquartile Range
9.93
Skewness
.598
.913
Kurtosis
1.455
2.000
Mean 95% Confidence Interval for Mean
65.120 2.27806 8 Lower Bound
58.795 9
Upper Bound
71.445 7
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
5% Trimmed Mean
65.292 5
Median
67.991 0
Variance
25.948
Std. Deviation
5.0939 0
Minimum
58.06
Maximum
69.09
Range
11.04
Interquartile Range
FDM dosis 191,8 mg/kg BB
112
9.38
Skewness
-.808
.913
Kurtosis
-1.958
2.000
Mean
79.248 1.89253 8
95% Confidence Interval for Mean
Lower Bound
73.994 3
Upper Bound
84.503 3
5% Trimmed Mean
79.212 0
Median
79.028 0
Variance
17.908
Std. Deviation
4.2318 2
Minimum
74.61
Maximum
84.55
Range
9.93
Interquartile Range
8.28
Skewness
.190
.913
-2.167
2.000
Kurtosis
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
113
1. Uji distribusi data masing-masing kelompok Hipotesis : Ho = distribusi data % proteksi normal H1 = distribusi data % proteksi tidak normal Kriteria uji : Ho ditolak bila Sig. < 0,05 Ho diterima bila Sig. > 0,05 Hasil : Tests of Normality Kolmogorov-Smirnova Kelompok PersenProteksi
Statistic
Statisti Sig. c
df
Sig.
.208
5
.200*
.868
5
.260
Kontrol positif Asetosal
.355
5
.038
.852
5
.199
FDM dosis 47,95 mg/kg BB
.213
5
.200*
.963
5
.826
FDM dosis 95,9 mg/kg BB
.313
5
.122
.816
5
.108
FDM dosis 191,8 mg/kg BB
.198
5
.200*
.939
5
.658
Test of Homogeneity of Variances PersenProteksi
.712
Df
Kontrol negatif CMC-Na
Kesimpulan : Ho diterima, maka data berdistribusi normal 2. Uji varian data antar kelompok Hipotesis : Ho = data % proteksi bervariasi homogen H1 = data % proteksi tidak bervariasi homogen Kriteria uji : Ho ditolak bila Sig. < 0,05 Ho diterima bila Sig. > 0,05 Hasil :
Levene Statistic
Shapiro-Wilk
df1
df2 4
Sig. 20
.593
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
114
Kesimpulan : Ho diterima, maka data bervariansi homogen 3. Uji hipotesis one way anova untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan yang bermakna terhadap % proteksi antar kelompok tidak berpasangan yang berdistribusi normal dan memiliki variansi homogen Hipotesis : Ho = % proteksi antar kelompok perlakuan tidak berbeda bermakna H1 = % proteksi antar kelompok perlakuan berbeda bermakna Kriteria uji : Ho ditolak bila Sig. < 0,05 Ho diterima bila Sig. > 0,05 Hasil : ANOVA PersenProteksi Sum of Squares Between Groups Within Groups Total
Df
Mean Square
18728.481
4
4682.120
503.366
20
25.168
19231.847
24
F 186.032
Sig. .000
Kesimpulan : Ho diterima, maka % proteksi antar kelompok perlakuan berbeda bermakna 4. Uji post hoc Scheffe untuk mengetahui pada kelompok mana terdapat perbedaan % proteksi yang bermakna Hipotesis : Ho = % proteksi antar kelompok perlakuan tidak berbeda bermakna H1 = % proteksi antar kelompok perlakuan berbeda bermakna Kriteria uji : Ho ditolak bila Sig. < 0,05 Ho diterima bila Sig. > 0,05 Hasil :
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
115
Multiple Comparisons PersenProteksi Scheffe
Mean Difference (I-J)
95% Confidence Interval Std. Error
Upper Bound
(J) Kelompok
Kontrol negatif CMC-Na
Kontrol positif Asetosal
-61.80940* 3.17290
.000 -72.5525 -51.0663
FDM dosis 47,95 mg/kg BB
-57.83600* 3.17290
.000 -68.5791 -47.0929
FDM dosis 95,9 -65.12060* 3.17290 mg/kg BB
.000 -75.8637 -54.3775
FDM dosis 191,8 mg/kg BB
.000 -89.9917 -68.5055
Kontrol positif Asetosal
Kontrol negatif CMC-Na FDM dosis 47,95 mg/kg BB FDM dosis 95,9 mg/kg BB FDM dosis 191,8 mg/kg BB
-79.24860* 3.17290
Sig.
Lower Bound
(I) Kelompok
61.80940* 3.17290
.000
51.0663
72.5525
3.97340 3.17290
.812
-6.7697
14.7165
-3.31120 3.17290
.892 -14.0543
7.4319
-17.43920* 3.17290
.001 -28.1823
-6.6961
.000
47.0929
68.5791
FDM dosis Kontrol negatif 47,95 mg/kg BB CMC-Na
57.83600* 3.17290
Kontrol positif Asetosal
-3.97340 3.17290
.812 -14.7165
6.7697
FDM dosis 95,9 mg/kg BB
-7.28460 3.17290
.297 -18.0277
3.4585
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
FDM dosis 191,8 mg/kg BB
-21.41260* 3.17290
116
.000 -32.1557 -10.6695
FDM dosis 95,9 Kontrol negatif mg/kg BB CMC-Na
65.12060* 3.17290
.000
54.3775
75.8637
Kontrol positif Asetosal
3.31120 3.17290
.892
-7.4319
14.0543
FDM dosis 47,95 mg/kg BB
7.28460 3.17290
.297
-3.4585
18.0277
FDM dosis 191,8 mg/kg BB
-14.12800* 3.17290
.006 -24.8711
-3.3849
FDM dosis Kontrol negatif 191,8 mg/kg BB CMC-Na
79.24860* 3.17290
.000
68.5055
89.9917
Kontrol positif Asetosal
17.43920* 3.17290
.001
6.6961
28.1823
FDM dosis 47,95 mg/kg BB
21.41260* 3.17290
.000
10.6695
32.1557
FDM dosis 95,9 mg/kg BB
14.12800* 3.17290
.006
3.3849
24.8711
Kesimpulan : a. Persen proteksi kelompok kontrol negatif CMC-Na berbeda bermakna terhadap kontrol positif Asetosal, FDM dosis 47,95 mg/kg BB, FDM dosis 95,9 mg/kg BB, dan FDM dosis 191,8 mg/kg BB. b. Persen proteksi kelompok kontrol positif Asetosal berbeda bermakna terhadap kontrol negatif CMC-Na dan FDM dosis 191,8 mg/kg BB, dan berbeda tidak bermakna terhadap FDM dosis 47,95 mg/kg BB dan FDM dosis 95,9 mg/kg BB. c. Persen proteksi kelompok FDM dosis 47,95 mg/kg BB berbeda tidak bermakna terhadap FDM dosis 95,9 mg/kg BB dan berbeda bermakna terhadap FDM dosis 191,8 mg/kg BB. d. Persen proteksi kelompok FDM dosis 95,9 mg/kg BB berbeda bermakna terhadap FDM dosis 191,8 mg/kg BB.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
117
Lampiran 12. Perhitungan persen rendemen fraksi etanol-heksan ekstrak metanol-air daun Macaranga tanarius L.
% Rendemen = =
× 100%
, .
× 100% = 2,55 %
Lampiran 13. Perhitungan konversi dosis 191,8 mg/kg BB mencit ke manusia 70 kg BB Faktor konversi mencit 20 gram ke manusia 70 kg = 387,9 Dosis dengan persen proteksi tertinggi pada mencit = 191,8 mg/kg BB = 3,836 mg/20 g BB Dosis pada manusia 70 kg BB = 3,836 mg/20 g BB × 387,9 = 1.487,98 mg ≈ 1.488 mg ≈ 21,25 mg/kg BB
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BIOGRAFI PENULIS Penulis bernama lengkap Silvia Dwi Puspa Susanti. Dilahirkan di Lahat, sumatera Selatan pada tanggal 3 November 1994. Lahir dari pasangan Franciscus Xaverius Suripto dan Vincentia Yoviniana Sulisti sebagai anak kedua dari 4 bersaudara. Pada tahun 2000 masuk SD Santo Yosef Lahat. Pada tahun 2006 menempuh pendidikan di SMP Santo Yosef Lahat dan pada tahun 2009 melanjutkan pendidikan di SMA Santo Yosef Lahat. Pada tahun 2012 penulis masuk Fakultas Farmasi Universitas sanata Dharma. Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif dalam beberapa kegiatan yang dilakukan kampus anatara lain sebagai Bendahara pada kegiatan Desa Mitra, Pelayanan Kesehatan Gratis dalam rangka Dies Natalis ke 59 Sanata Dharma, dan Pengobatan Gratis dalam rangka Dies Natalis XIX Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma. Penulis juga pernah mengikuti kegiatan PKM didanai Dikti dengan judul MANG TOGA (Memanfaatkan dan Mengolah Tanaman Obat Keluarga) sebagai Alternatif Pengobatan bagi Keluarga Mandiri di Dusun Pundong, Yogyakarta.
118