PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
JENIS TINDAK TUTUR, TINGKAT KESANTUNAN TUTURAN, DAN PENANDA LINGUAL KESANTUNAN TUTURAN CALON GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR PROVINSI DKI JAKARTA DAN PARA PENDUKUNG DALAM BERITA BEBERAPA SURAT KABAR NASIONAL TAHUN 2012
SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah
Disusun oleh: Eduardus Sateng Tanis 091224001
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA, SASTRA INDONESIA, DAN DAERAH JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2013
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
JENIS TINDAK TUTUR, TINGKAT KESANTUNAN TUTURAN, DAN PENANDA LINGUAL KESANTUNAN TUTURAN CALON GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR PROVINSI DKI JAKARTA DAN PARA PENDUKUNG DALAM BERITA BEBERAPA SURAT KABAR NASIONAL TAHUN 2012
SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah
Disusun oleh: Eduardus Sateng Tanis 091224001
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA, SASTRA INDONESIA, DAN DAERAH JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2013
i
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
SKRIPSI
JENIS TINDAK TUTUR, TINGKAT KESANTUNAN TUTURAN, DAN PENANDA LINGUAL KESANTUNAN TUTURAN CALON GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR PROVINSI DKI JAKARTA DAN PARA PENDUKUNG DALAM BERITA BEBERAPA SURAT KABAR NASIONAL TAHUN 2012
Disusun oleh: Eduardus Sateng Tanis 091224001
Telah disetujui oleh:
Dosen Pembimbing I
Dr. B. Widharyanto, M.Pd.
Tanggal 25 Juli 2013
Dosen Pembimbing II
Dr. R. Kunjana Rahardi, M.H
Tanggal 25 Juli 2013
ii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
SKRIPSI
JENIS TINDAK TUTUR, TINGKAT KESANTUNAN TUTURAN, DAN PENANDA LINGUAL KESANTUNAN TUTURAN CALON GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR PROVINSI DKI JAKARTA DAN PARA PENDUKUNG DALAM BERITA BEBERAPA SURAT KABAR NASIONAL TAHUN 2012 Dipersiapkan dan Disusun oleh: Eduardus Sateng Tanis 091224001
Telah dipertahankan di depan Panitia Penguji pada tanggal 31 Juli 2013 dan dinyatakan telah memenuhi syarat Susunan Panitia Penguji Nama Lengkap Ketua
: Dr. Yuliana Setiyaningsih
Sekretaris
: Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum.
Anggota 1
: Dr. B. Widharyanto, M.Pd.
Anggota 2
: Dr. R. Kunjana Rahardi, M.Hum.
Anggota 3
: Prof. Dr. Pranowo Yogyakarta, 31 Juli 2013 Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Dekan,
Rohandi, Ph.D. iii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
MOTO DAN PERSEMBAHAN “Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu Allah.” (Yohanes 1:1) “Wovon man nicht sprechen kann, darüber muß man schweigen” – Tentang apa yang tidak dikatakan orang harus diam” (Ludwig Wittgenstein, 1889 – 1951)
Skripsi ini saya persembahkan kepada: 1. Keuskupan Ruteng Terima kasih kepada YM Mgr. Hubertus Leteng dan rekan-rekan imam serta biarawan-biarawati yang selalu mendukungku dalam tugas belajar selama ini. Melalui doa-doa dan sapaanmu, Tuhan telah meneguhkanku untuk semakin mengenal FirmanNya dan bersaksi tentang Firman itu kepada semua orang.
2. Seminari Pius XII Kisol Terima kasih atas dukungan dari para Romo, Frater, Suster, para Guru, Karyawan dan karyawati serta para seminaris yang selalu memberikan semangat dan dukungan tiada henti sejak awal perkuliahan sampai saat ini. Kalian adalah rekan ziarahku dalam tugas pengabdian sebagai guru dan pendidik.
3. Keluargaku dan para Sahabatku Kalian adalah pendoa yang setia bagiku. Bidukku terus berlayar di tengah riak ombak kehidupan. Kalian membuatku tegar dan setia selalu dalam ziarah panggilan dan tugas belajar selama ini. Semoga bahasa kasih selalu menjadi tali yang mempererat kekeluargaan dan persaudaraan kita.
iv
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan di dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya penulisan karya ilmiah.
Yogyakarta, 31 Juli 2013 Penulis
Eduardus Sateng Tanis
v
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma: Nama
: Eduardus Sateng Tanis
Nomor Mahasiswa
: 091 224 001
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul: JENIS TINDAK TUTUR, TINGKAT KESANTUNAN TUTURAN, DAN PENANDA LINGUAL KESANTUNAN TUTURAN CALON GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR PROVINSI DKI JAKARTA DAN PARA PENDUKUNG DALAM BERITA BEBERAPA SURAT KABAR NASIONAL TAHUN 2012 beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam
bentuk
media
lain,
mengelolanya
dalam
bentuk
pangkalan
data,
mendistribusikan secara terbatas, dan memublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis. Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya. Yogyakarta, 31 Juli 2013
Eduardus Sateng Tanis
vi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
ABSTRAK Tanis, Eduardus Sateng. 2013. Jenis Tindak Tutur, Tingkat Kesantunan Tuturan, dan Penanda Lingual Kesantunan Tuturan Calon Gubernur dan Wakil Gubernur Provinsi DKI Jakarta dan Para Pendukung dalam Berita Beberapa Surat Kabar Nasional Tahun 2012. Skripsi. Yogyakarta: PBSID, JPBS, FKIP, USD. Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan (1) jenis-jenis tindak tutur di dalam tuturan calon gubernur, wakil gubernur, para pendukung dalam berita surat kabar nasional, (2) tingkat kesantunan tuturan calon gubernur, wakil gubernur, dan para pendukung dalam berita surat kabar nasional, dan (3) jenis-jenis penanda lingual yang menunjukkan kesantunan di dalam tuturan calon gubernur, wakil gubernur, dan para pendukung dalam berita surat kabar nasional dalam konteks pemilukada Provinsi DKI Jakarta tahun 2012. Penelitian ini tergolong penelitian kualitatif sesuai dengan objek dan tujuannya. Objek penelitian ini adalah tuturan langsung di dalam berita surat kabar dan tujuannya adalah mendeskripsikan fenomena penggunaan bahasa, khususnya tuturan langsung calon gubernur, wakil gubernur, dan para pendukung. Fenomena penggunaan bahasa yang dicermati adalah jenis-jenis fungsi tindak tutur, tingkat kesantunan tuturan, dan penanda lingual kesantunan tuturan. Sumber data dan data diperoleh dari surat kabar sebagai sumber tertulis berupa tuturan-tuturan langsung. Instrumen penelitian ini adalah peneliti sendiri yang dilengkapi dengan instrumen pengumpulan data berupa kartu data utama yang berisi data tindak tutur, konteks tuturan, fungsi tuturan, tingkat kesantunan tuturan, dan penanda lingual kesantunan.Teknik pengumpulan datanya adalah teknik dokumentasi dan teknik sadap bebas libat cakap. Teknik ini diwujudkan peneliti dengan cara menginventarisasi, mencatat, mengidentifikasi, mengklasifikasi, mengkategorisasi, dan membuat kode data untuk selanjutnya peneliti menganalisis data-data tersebut. Selanjutnya, peneliti membuat pemaknaan atas tuturan-tuturan dengan memperhatikan konteks yang melingkupi terjadinya tuturan-tuturan itu.Analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan metode kualitatif dan metode kontekstual. Kesimpulan dari penelitian ini adalah: Pertama, jenis-jenis tindak tutur yang terdapat di dalam tuturan calon gubernur, wakil gubernur, dan para pendukung adalah (1) konvivial, (2) kolaboratif, (3) kompetitif, dan (4) konfliktif. Kedua, tingkat kesantunan tuturan para calon tuturan calon gubernur dan wakil gubernur, dan para pendukung berturut-turut adalah (1) netral, (2) tidak santun, (3) santun, dan (4) lebih tidak santun. Ketiga, penanda lingual kesantunan yang terdapat di dalam tuturan calon gubernur, wakil gubernur, dan para pendukung meliputi (1) diksi atau pilihan kata, (2) gaya bahasa, (3) pronomina, dan (3) modalitas.
vii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
ABSTRACT Tanis, Eduardus Sateng. 2013. Types of Speech Acts, Degree of Politeness, and Lingual Politeness Markers in Utterances of Candidates of Governor, Vice Governor of DKI Jakarta Province and Their Constituencies in National Newspapers in 2012. Thesis. Yogyakarta: PBSID, JPBS, FKIP, USD. This research tried to describe three main goals, namely (1) kinds of speech act in utterances of candidates of governor, vice governor of DKI Jakarta Province and their constituencies in national newspapers in 2012; (2) politeness degree in utterances of candidates of governor, vice governor of DKI Jakarta Province and their constituencies in national newspapers in 2012; and (3) the lingual politeness markers in utterances of the candidates of governor, vice governor of DKI Jakarta Province and their constituencies in national newspapers in 2012. According to its objects and goal, this research was classified as a qualitative research. The objects of the research were direct speeches in newspaper and its goal is to describe the phenomena of language used in utterances of candidates of governor, vice governor of DKI Jakarta Province and their constituencies. The phenomena of language used to be described were the kinds of functions of speech act, the politeness degree in utterances, and the lingual politeness markers in utterances. The researcher became the main instrument complemented by the collecting data instruments. The methods used in collecting data in this research were scrutinized methods, with tapping technique as basic technique and free-scrutinizing-involvingtalking and writing techniques as the follow-up technique. By the methods and techniques, the researcher then inventoried, collected, identified, classified, and coded all data, then interpreted the data. In accordance with the research problems, the results of the study were: first, there were four kinds of functions of speech act in utterances of candidates of governor, vice governor of DKI Jakarta Province and of their constituencies, they were (1) convivial, (2) collaborative, (3) competitive, and (4) conflictive. Second, the politeness degree in utterances of candidates of governor, vice governor of DKI Jakarta Province and their constituencies are (1) neutral, (2) impolite, (3) polite, and (4) more impolite. Third, there were four lingual politeness markers in utterances of candidates of governor, vice governor of DKI Jakarta Province and their constituencies, namely diction, language style, pronominal, and modals.
viii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur dihaturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena penyelenggaraanNyalah penulis dapat menyelesaikan tugas akhir berjudul Jenis Tindak Tutur, Tingkat Kesantunan Tuturan, dan Penanda Lingual Kesantunan Tuturan Calon Gubernur dan Wakil Gubernur Provinsi DKI Jakarta dan Para Pendukung dalam Berita Beberapa Surat Kabar Nasional Tahun 2012 dengan lancar dan baik. Tugas akhir dalam bentuk skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan studi strata satu dan meraih gelar sarjana pendidikan sesuai kurikulum Program Studi Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah (PBSID), Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP), Universitas Sanata Dharma (USD) Yogyakarta. Penulis menyadari bahwa skripsi ini dapat diselesaikan karena bantuan dan dukungan dari banyak pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih berlimpah kepada: 1. Rohandi, Ph.D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Yogyakarta. 2. Dr. Yuliana Setiyaningsih, sebagai Ketua Program Studi PBSID yang telah mendampingi dan mendukung penulis secara akademis selama penulis menempuh pendidikan di Program Studi PBSID, USD Yogyakarta. 3. Dr. B. Widharyanto, M.Pd., sebagai dosesn pembimbing I yang dengan pengertian dan kesabaran telah membimbing, memotivasi, berdiskusi, dan memberikan berbagai masukan yang sangat berharga bagi penulis sejak proses awal hingga akhir penulisan skripsi ini. 4. Dr. R. Kunjana Rahardi, M.Hum., sebagai dosen pembimbing II yang juga dengan penuh kesabaran dan ketelitian telah membimbing, memotivasi, dan memberikan masukan yang berharga bagi penulis sehingga penulisan skripsi ini dapat dikerjakan dengan baik. ix
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
5. Segenap dosen Program Studi PBSID yang telah mendidik, mengarahkan, dan menuntun penulis selama masa studi dan berproses bersama dalam usaha mendalami berbagai ilmu kependidikan dan kebahasaan, khususnya bahasa dan sastra Indonesia, sebagai bekal dan harta berharga bagi penulis untuk terjun ke dunia pendidikan yang sesungguhnya sebagai guru dan pendidik. 6. R. Marsidiq, selaku karyawan Sekretariat Program Studi PBSID yang dengan sabar memberikan pelayanan kepada penulis dalam menyelesaikan berbagai urusan administratif. 7. Drs. Paulus Suparmo, S.S. M.Hum., selaku Kepala Perpustakaan USD Yogyakarta dan segenap staf yang memberikan kesempatan seluas-luasnya bagi penulis untuk mengumpulkan data penelitian dan mengerjakan tugas ini di ruang perpustakaan Universitas Sanata Dharma. 8. Rm. Emanuel Haru, Pr dan Rm. Stephanus T. Rahmat, Pr di Komunitas Projo Keuskupan Ruteng, yang senantiasa mendukung dan mendoakan penulis selama tugas belajar di Program Studi PBSID Universitas Sanata Dharma. 9. Rekan-rekan biarawan, biarawati, dan religius dalam Forum Birawan Biarawati dan Religius Kevikepan Yogyakarta yang selalu memberikan dukungan, baik rohani maupun jasmani, sehingga menguatkan penulis dalam melewati masamasa studi dengan baik. 10. Keluarga Bapak dan Ibu N. Sukiryadi di Pringwulung yang menjadi tempat naungan penulis selama berdomisili di Yogyakarta. 11. Teman-teman mahasiswa PBSID Angkatan 2009, khususnya Theresia Banik Putriana, Christiana Tri Jatuningsih, Fransisca Ayu Krisnasari, Aurelia Rani Wijayanti, Natalia Staffyani, Natalia Kristanti, Tofan Gustyawan, Nikolaus Subandi, Reinaldus Agassi, Gabriela Nurhayati, Agustina Galuh Noviyanti, dan semuanya serta Br. Liber Jehadit, CSA yang setia menemani penulis dalam suka dan duka; canda dan tawa; sukses dan gagal selama proses belajar di Program Studi PBSID. Kebersamaan dan persaudaraan membuat kita mampu
x
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
melewati segala batas-batas dan sekat-sekat perbedaan demi tujuan yang mulia: menjadi guru bahasa Indonesia. Penulis menyadari bahwa masih ada banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini. Semoga karya ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca dan menjadi inspirasi bagi peminat studi kebahasaan, khususnya ilmu pragmatik dan sosiopragmatik, untuk penelitian lebih lanjut.
Penulis
Eduardus Sateng Tanis
xi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL………………………………………………………......
i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING …………………………….
ii
HALAMAN PENGESAHAN………………………………...………………
iii
HALAMAN MOTO DAN PERSEMBAHAN……………………...……….
iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA…………………….………………..
v
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI……………………………
vi
ABSTRAK……………………………………………………………………..
vii
ABSTRACT…………………………………………………………………….
viii
KATA PENGANTAR.……………………………………………………......
ix
DAFTAR ISI…………………………………………………………………..
xii
DAFTAR TABEL……………………………………………………………..
xviii
DAFTAR GRAFIK……………………………………………………………
xix
BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………..
1
1.1 Latar Belakang Masalah...................................................................................
1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................ 11 1.3 Tujuan Penelitian ............................................................................................. 12 1.4 Manfaat Penelitian ........................................................................................... 12 1.5 Definisi Istilah .................................................................................................. 14 1.6 Ruang Lingkup Penelitian................................................................................ 16 1.7 Sistematika Penyajian ...................................................................................... 18
BAB II LANDASAN TEORI…………………………………………………
19
2.1 Penelitian yang Relevan ................................................................................... 19 2.2 Teori Tindak Tutur ........................................................................................... 26 2.2.1 Jenis-jenis Tindak Tutur ......................................................................... 34
xii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
2.2.1.1 Tindak Tutur Lokusi ..................................................................... 35 2.2.1.2 Tindak Tutur Ilokusi ..................................................................... 36 2.2.1.3 Tindak Tutur Perlokusi ................................................................. 38 2.2.1.4 Jenis-jenis Tindak Tutur Berdasarkan Teknik Penyampaian dan Interaksi Makna ...............................................................
40
2.2.1.4.1 Tindak Tutur Langsung dan Tindak Tutur Tidak Langsung………………………………………………. 2.2.1.4.2 Tindak
Tutur
Literal
dan
Tindak
Tutur
40
Tidak
Literal…………………………………………………..
43
2.2.2 Fungsi-fungsi Tindak Tutur .................................................................... 45 2.3 Teori Kesantunan Berbahasa ........................................................................... 50 2.3.1 Beberapa Teori Kesantunan Berbahasa .................................................. 50 2.3.1.1 Teori Kesantunan Berbahasa Menurut Geoffrey Leech ............. 51 2.3.1.2 Teori Kesantunan Berbahasa Menurut Pranowo ........................ 59 2.4 Penanda Lingual Kesantunan ........................................................................... 61 2.4.1 Diksi ....................................................................................................... 68 2.4.2 Gaya Bahasa ........................................................................................... 69 2.4.3 Pronomina .............................................................................................. 70 2.4.4 Modalitas ............................................................................................... 71 2.5 Kerangka Berpikir ............................................................................................ 73
BAB III METODOLOGI PENELITIAN……………………………………
75
3.1 Jenis Penelitian……………………………………………………………..
75
3.2 Data dan Sumber Data ...................................................................................... 76 3.3 Instrumen Penelitian.......................................................................................... 78 3.4 Metode Pengumpulan Data ............................................................................... 80 3.5 Teknik Analisis Data ......................................................................................... 82 3.6 Triangulasi Data ................................................................................................ 86
xiii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN…………………….
87
4.1 Deskripsi Data ................................................................................................... 87 4.2 Hasil Analisis Data ............................................................................................ 92 4.2.1 Jenis-jenis Tindak Tutur ......................................................................... 93 4.2.1.1 Tindak Tutur Konvivial ........................................................................ 94 4.2.1.1.1 Tindak Tutur Konvivial dengan Ilokusi Ekspresif ........................ 95 4.2.1.1.1.1 Tindak Tutur Konvivial dengan Ilokusi Ekspresif Mempersilakan …………………………………………..
96
4.2.1.1.1.2 Tindak Tutur Konvivial dengan Ilokusi Ekspresif Mengucapkan Terima Kasih ……………………………..
97
4.2.1.1.1.3 Tindak Tutur Konvivial dengan Ilokusi Ekspresif Mengajak ………………………………………………...
98
4.2.1.1.1.4 Tindak Tutur Konvivial dengan Ilokusi Ekspresif Meneguhkan ........................................................................... 100 4.2.1.1.1.5 Tindak Tutur Konvivial dengan Ilokusi Ekspresif Meminta Maaf ........................................................................ 101 4.2.1.1.1.6 Tindak Tutur Konvivial dengan Ilokusi Ekspresif Mengucapkan Salam …………………………………….. 102 4.2.1.1.1.7 Tindak Tutur Konvivial dengan Ilokusi Ekspresif Menghargai ............................................................................ 102 4.2.1.1.1.8 Tindak Tutur Konvivial dengan Ilokusi Ekspresif Menyanjung………………………………………………
104
4.2.1.1.2 Tindak Tutur Konvivial dengan Ilokusi Direktif Menawarkan Janji …………………………………………………………... 105 4.2.1.1.3 Tindak
Tutur
Konvivial
dengan
Ilokusi
Komisif
Mengundang…………………………………………………..
xiv
107
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
4.2.1.2 Tindak Tutur Kolaboratif ........................................................ ………...107 4.2.1.2.1 Tindak Tutur Kolaboratif dengan Ilokusi Representatif Menyatakan …………………………………………………
109
4.2.1.2.2 Tindak Tutur Kolaboratif dengan Ilokusi Representatif Menginformasikan ………………………………………….
110
4.2.1.2.3 Tindak Tutur Kolaboratif dengan Ilokusi Representatif Menyatakan Pendapat ………………………………………
112
4.2.1.2.4 Tindak Tutur Kolaboratif dengan Ilokusi Representatif Menjelaskan ………………………………………………...
113
4.2.1.2.5 Tindak Tutur Kolaboratif dengan Ilokusi Representatif Menyimpulkan ……………………………………………...
115
4.2.1.3 Tindak Tutur Kompetitif ....................................................................... 116 4.2.1.3.1 Tindak
Tutur
Kompetitif
dengan
Ilokusi
Direktif
Memprotes…………………………………………………... 117 4.2.1.3.2 Tindak
Tutur
Kompetitifdengan
Ilokusi
Direktif
Meminta…………………………………………………….. 4.2.1.3.3 Tindak
Tutur
Kompetitif
dengan
Ilokusi
Direktif
Menyindir …………………………....................................... 4.2.1.3.4 Tindak
Tutur
Kompetitif
dengan
Ilokusi
Tutur
Kompetitif
dengan
Ilokusi
119
Direktif
Menuntut……………………………………………………. 4.2.1.3.5 Tindak
118
121
Direktif
Mengkritik…………………………………………………...
122
4.2.1.3.6 Tindak Tutur Kompetitif dengan Ilokusi Direktif Menyuruh ..... 124 4.2.1.3.7 Tindak Tutur Kompetitif dengan Ilokusi Direktif Melarang ...... 125 4.2.1.3.8 Tindak
Tutur
Kompetitif
dengan
Ilokusi
Direktif
Menyangkal ................................................................................ 126 4.2.1.4 Tindak Tutur Konfliktif …………………………………………….. 127 4.2.1.4.1 Tindak
Tutur
Konfliktif
xv
dengan
Ilokusi
Ekspresif
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Menuduh…………………………………………………….. 128 4.2.1.4.2 Tindak
Tutur
Konfliktif
dengan
Ilokusi
Ekspresif
Mengancam ………………………………………………… 4.2.1.4.3 Tindak
Tutur
Konfliktif
dengan
Ilokusi
Ekspresif
Menantang ………………………………………………….. 4.2.1.4.4 Tindak
Tutur
Konfliktif
dengan
Ilokusi
Tutur
Konfliktif
dengan
Ilokusi
131
Ekspresif
Mengecam ………………………………………………….. 4.2.1.4.5 Tindak
130
132
Ekspresif
Meremehkan ………………………………………………... 134 4.2.2 TingkatKesantunan Tuturan……………………..……………………
135
4.2.2.1 Tingkat Kesantunan Tuturan Pasangan Foke–Nara ………………..
137
4.2.2.2 Tingkat Kesantunan Tuturan Pasangan Hendradji–Riza …………...
138
4.2.2.3 Tingkat Kesantunan Tuturan Pasangan Jokowi–Basuki………….....
139
4.2.2.4 Tingkat Kesantunan Tuturan Pasangan Hidayat–Didik ……………. 140 4.2.2.5 Tingkat Kesantunan Tuturan Pasangan Faisal–Biem ………………
141
4.2.2.6 Tingkat Kesantunan Tuturan Pasangan Alex –Nono……………….
142
4.2.3 Penanda Lingual Kesantunan Tuturan………………………………..
143
4.2.3.1 Diksi…………………………………………………………………
144
4.2.3.2 Gaya Bahasa ………………………………………………………... 149 4.2.3.3 Pronomina………………………...…………………………………
154
4.2.3.4 Modalitas……………………………………………………………
157
4.3 Pembahasan Temuan…………………………………………….…………
163
4.3.1
Jenis-jenisTindak Tutur..………………………………….……………
163
4.3.2
Tingkat Kesantunan Tuturan..……………………………….…………
172
4.3.3
Penanda Lingual Kesantunan.……………………………….…………
186
xvi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB V PENUTUP…………………………………………………………….
195
5.1 Simpulan……………………………………………………………………
195
5.2 Saran ……………………………………………………………….............
197
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………. 200 LAMPIRAN…………………………………………………………………… 203
xvii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Jenis Ilokusi dalam 11 SKH Bulan Agustus 1997 ....................................
23
Tabel 2 Jenis Tindak Tutur Bedasarkan Modus Kalimat .......................................
42
Tabel 3 Lima Fungsi Umum Tindak Tutur ............................................................
50
Tabel 4 Tindak Tutur dan Fungsi Tindak Tutur ....................................................
50
Tabel 5 Fungsi, Tujuan, dan Jenis Tindak Tutur ...................................................
54
Tabel 6 Kartu Data Utama Tindak Tutur Surat Kabar ...........................................
79
Tabel 7 Kartu Analisis Data Tuturan Surat Kabar .................................................
79
Tabel 8 Jumlah Data Tuturan Surat Kabar Nasional .............................................
87
Tabel 9 Jumlah dan Jenis Tindak Tutur Calon Gubernur, Calon Wakil Gubernur, dan Pendukung .......................................................................
88
Tabel 10 Jumlah dan Jenis Tindak Tutur Pasangan Petahana VS Penantang ...
89
Tabel 11 Tingkat Kesantunan Pasangan Foke – Nara ………………………...
137
Tabel 12 Tingkat Kesantunan PasanganHendardji – Riza…………………….
138
Tabel 13 Tingkat Kesantunan PasanganJokowi – Basuki …………………….
139
Tabel 14 Tingkat Kesantunan Pasangan Hidayat – Didik …………………….
140
Tabel 15 Tingkat Kesantunan Pasangan Faisal – Biem ……………………….
141
Tabel 16 Tingkat Kesantunan Pasangan Alex – Nono ……………………….
142
xviii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
DAFTAR GRAFIK
Tabel 1 Jenis-jenis Tindak Tutur ...........................................................................
90
Tabel 2 Tingkat Kesantunan Tuturan .....................................................................
91
Tabel 3 Jenis Penanda Lingual Kesantunan ...........................................................
93
xix
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB I PENDAHULUAN
Bab pendahuluan ini berisi tujuh hal, yaitu: (1) latar belakang masalah, (2) rumusan masalah, (3) tujuan penelitian, (4) manfaat penelitian, (5) definisi istilah, (6) ruang lingkup penelitian, dan (7) sistematika penyajian.
1.1 Latar Belakang Masalah Media massa saat ini telah menjadi salah satu kekuatan yang menopang demokrasi suatu bangsa. Hal itu tercermin melalui perannya dalam komunikasi antara berbagai elemen masyarakat. Pemberitaan media massa merupakan bentuk komunikasi yang paling efektif untuk memengaruhi publik (pembaca atau masyarakat). Salah satu topik utama pemberitaan media massa, misalnya media cetak, adalah peristiwa politik. Aktivitas media massa cetak dalam pemberitaan peristiwa politik turut memberi andil pada perkembangan politik secara signifikan. Media massa menjadi sumber informasi politik sekaligus menjadi faktor pendorong terjadinya perubahan politik. Peristiwa politik yang cukup populer pada kurun waktu bulan Juni sampai dengan Agustus 2012 adalah Pemilihan Umum Kepala Daerah (Pemilukada) Provinsi Daerah Khusus Ibukota (DKI) Jakarta. Ada enam pasangan calon yang maju dan hendak dipilih oleh warga Provinsi DKI Jakarta, yaitu (sesuai nomor urut) (1) Fauzi Bowo-Nahrowi Ramli, (2) Hendradji Sepandji-Ahmad Riza Patria, (3) Joko Widodo-
1
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
2
Basuki Tjahaja Purnama, (4) Hidayat Nur Wahid-Didik J. Rachbini, (5) Faisal Batubara-Biem Benjamin, dan (6) Alex Noerdin-Nono Sampono (Republika, Senin, 25 Juni 2011:21). Pasangan calon ini diusung baik oleh partai-partai politik maupun jalur independen. Selama masa persiapan pemilihan (kampanye) sampai dengan pemilihan putaran pertama dan penghitungan suara, setiap pasangan calon mengkomunikasikan visi dan misi pembangunannya kepada warga (pemilih) di daerah Provinsi DKI Jakarta. Bentuk komunikasi itu terjadi secara verbal langsung oleh tiap pasangan calon dan tidak langsung, misalnya melalui spanduk, iklan, baliho, dan siaran media massa. Dari berbagai bentuk komunikasi itu, melalui bahasalah tiap pasangan calon menyampaikan visi dan misinya. Dari berita media massa, bentuk tuturan langsung banyak dijumpai. Hal ini dapat kita lihat pada contoh berikut. “Dana besar ini harusnya dikelola dengan baik. APBD yang besar seharusnya pembangunan fisik dan nonfisik bisa terlihat.” (Joko Widodo, dalam Republika, Senin, 25 Juni 2012, hlm. 21). Konteks tuturan: Tuturan ini disampaikan oleh salah satu calon gubernur DKI, Joko Widodo, yang diusung oleh PDI-P dalam pemaparan visi-misinya membangun Jakarta pada kampanye hari pertama. (1)
(2) “Ke depan, faktor komunikasi dengan rakyat ini akan menjadi salah satu perhatian utama kami untuk makin diperbaiki.” (Fauzi Bowo, dalam Republika, Senin, 25 Juni 2012, hlm. 21). Konteks tuturan: Tuturan ini disampaikan oleh salah satu calon gubernur DKI, Fauzi Bowo, yang diusung oleh Partai Demokrat, dalam pemaparan visi-misinya membangun Jakarta pada kampanye hari pertama. Fauzi Bowo adalah calon petahana (incumbent). (3)
“Kepemimpinan Foke lemah karena tidak bisa mengordinasikan wakilnya (Prajanto) sehingga ingin mengundurkan diri.” (Nono Sampono, Republika, 20 Juni 2012, hlm. 21).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
3
Konteks tuturan: Tuturan ini disampaikan salah seorang calon wakil guburnur, Nono Sampono, yang berpasangan dengan Alex Noerdin terkait kinerja kerja gubernur Fauzi Bowo bersama wakilnya, Prijanto. (4) “Kami hanya meminta KPU mempertanggungjawabkan kejanggalan yang muncul dalam DPT.” (Tosca Santosa, manajer kampanye Faisal-Biem, Koran Tempo, 6 Juni 2012, hlm. A4) Konteks tuturannya: Tuturan ini disampaikan terkait dengan daftar pemilih tetap (DPT) yang masih dianggap bermasalah. Karena itu masalah DPT ini dibawa ke ranah hukum oleh beberapa tim sukses pasangan calon gubernur dan wakil gubernur.
Tuturan (1) dan (2) adalah contoh tuturan dua calon gubernur DKI Jakarta, yaitu Joko Widodo dan Fauzi Bowo pada saat kampanye hari pertama pemilukada, Minggu, 24 Juni 2012 (Republika, Senin, 25 Juni 2012:21). Tuturan (1) dan (2) adalah paparan rencana para kandidat membangun DKI Jakarta. Tuturan Joko Widodo bermaksud menyampaikan informasi bahwa dana APBD besar, tetapi tidak dikelola dengan baik oleh gubernur Fauzi Bowo APBD. Tuturan (1) dalam kategori Searle dalam Leech (1983:106; Oka, 1993:164-165) adalah jenis ilokusi ekspresif karena fungsi tuturan ini mengungkapkan atau mengutarakan sikap psikologis penutur terhadap keadaan tersirat dalam ilokusi. Tuturan ini dapat dikategorikan jenis „menuduh‟ secara halus yang secara intrinsik kurang santun. Fungsi atau tujuan tuturan yang demikian menurut Leech bersifat konfliktif atau bertentangan dengan tujuan sosial. Dengan demikian, tuturan (1) memiliki tujuan konfliktif, disampaikan dalam ilokusi ekspresif, dan bermaksud menuduh. Tuturan seperti ini dapat dipersepsi tidak santun (lebih tidak sopan). Penggunaan modalitas harusnya dan seharusnya dalam kalimat tuturan tersebut juga dipersepsi tidak santun.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
4
Tuturan (2) disampaikan Fauzi Bowo adalah tuturan menyatakan janji sebagai bentuk tanggung jawabnya selaku gubernur yang masih memimpin dan berharap akan dipilih lagi oleh warga DKI Jakarta. Tuturan yang bermaksud „berjanji‟ secara pragmatik adalah tindak tutur ilokusioner, yaitu tuturan komisif karena penutur sedikit banyak terikat pada suatu tindakan di masa depan, yaitu „menjanjikan‟. Hal ini dapat dilihat pada penanda keterangan waktu ke depan dan akan yang disertai frasa tindakan makin diperbaiki. Tujuan tuturan demikian menurut Leech menyenangkan (konvivial) sehingga dapat dipersepsi sebagai tuturan yang santun (sopan). Tuturan (3) bersifat menuduh langsung pada pribadi tertentu. Tuturan ini memiliki tujuan konfliktif, disampaikan dalam ilokusi ekspresif, dan bermaksud menuduh. Tuturan seperti ini dapat dipersepsi lebih tidak santun (lebih tidak sopan). Denominalisasi kata kerja memimpin menjadi kata benda kepemimpinan pada struktur kalimat Kepemimpinan Foke yang lemah…menunjukkan tekanan informasi yang disampaikan penutur difokuskan pada kualitas kepemimpinan pribadi Foke. Tuturan (4) menggunakan rumusan kalimat deklaratif permintaan demi menghindari tuturan yang bersifat perintah (imperatif). Hal ini ditandai dengan kalimat Kami meminta KPU…. Tuturan ini memiliki tujuan kompetitif atau bersaing secara sosial dan disampaikan dalam bentuk tuturan direktif, yaitu meminta. Jenis ilokusi seperti ini dipersepsi tidak sopan, yaitu kesopanan negatif karena tujuantujuan kompetitif pada dasarnya memang tidak bertatakrama.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
5
Contoh-contoh tersebut di atas menunjukkan bahwa setiap bentuk pemakaian bahasa menggambarkan maksud atau tujuan tertentu dari pemakai bahasa yang terikat konteks. Pemakaian bahasa yang terikat konteks inilah yang disebut tuturan atau tindak tutur atau tindak ujar. Dalam bidang ilmu bahasa masalah tindak tutur ini dikaji oleh pragmatik (Gunarwan, 1994:81-84). Bahasa atau tuturan yang disampaikan para tokoh politik itu, yang diberitakan melalui media massa, menjadi salah satu contoh objek kajian bidang pragmatik. Oleh karena itu, pelbagai jenis tuturan langsung yang terdapat di dalam wacana berita surat kabar dapat dijadikan objek kajian pragmatik dan/atau sosiopragmatik. Setiap tuturan tidak semata-mata mengandung maksud, tetapi terutama tujuan atau fungsi tertentu. Pragmatik dapat dikatakan menunjuk pada aktivitasaktivitas kebahasaan yang berorientasi pada tujuan, bukan maksud. Pragmatik itu merupakan tindakan-tindakan yang beroritensi pada tujuan (Rahardi, 2011:163). Terkait dengan kajian pragmatik dalam bidang tindak tutur, Leech (1983:104; Oka, 1993:161-166; Subagyo dalam Suwarno, 2000:171–174) menyebutkan empat fungsi tuturan ilokusi, yaitu berupa ilokusi kompetitif, ilokusi konvival, ilokusi kolaboratif, dan ilokusi konfliktif. Lebih lanjut, Leech juga membandingkan fungsi ilokusi ini sesuai dengan kategori tindak tutur Searle. Kelima kategori tindak tutur Searle, yaitu representatif, direktif, komisif, ekspresif, dan deklarasi, mengandung di dalamnya fungsi-fungsi ilokutif tersebut. Selain jenis-jenis tindak tutur, hal yang penting untuk dikaji dari tuturan para calon gubernur dan wakil gubernur serta para pendukung adalah kesantunan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
6
berbahasa atau kesantunan tuturan. Tingkat kesantunan tuturan semakin jelas ditunjukkan dalam penggunaan ungkapan-ungkapan penanda kesantunan (Rahardi, 2005:125); penggunaan kosakata/diksi dan tata bahasa (Fairlclough dalam Eriyanto, 2006:285; Fairclough dalam Widharyanto, 2000; Fowler, dkk. dalam Eriyanto, 2006:133-134); penggunaan gaya bahasa, seperti metafora, hiperbola, litotes, eufemisme, ironi (Leech, 1983 dalam Oka, 1993), penggunaan modalitas (Fowler, 1986; 1991 dalam Widharyanto, 2000; Sudiati, 1996:53), dan penggunaan analogi dan pronomina (Pranowo, 2009). Contoh-contoh tuturan berikut menunjukkan penggunaan penanda lingual kesantunan. (5) “PNS jangan coba-coba mencari muka di pemilukada ini dengan mendukung salah satu calon.” (Nono Sampono, Republika, 14 Juni 2012, hlm. 18) Konteks tuturannya: Tuturan ini disampaikan Nono Sampono terkait dengan masalah ketidaknetralan PNS dalam mendukung pasangan calon. Ketidaknetralan ini dianggap mencederai demokrasi. (6) “Hindari cara memilih kucing di dalam karung , pilih calon gubernur yang punya kumis seperti saya, karena yang berkumis punya nyali untuk memimpin.” (Ongen Sangaji, Ketua DPD Partai Hanura DKI Jakarta, Media Indonesia, 28 Juni 2012, hlm. 7). Konteks tuturannya: Tuturan ini disampaikan Ongen Sengaji, Ketua DPD Partai Hanura yang mengusung pasangan calon gubernur dan wakil gubernur (7) “Semoga hubungan ini terus membawa hoki.” (Hidayat Nur Wahid, Republika, 11 Juni 2012, hlm. 21) Konteks tuturannya: Tuturan ini disampaikan Hidayat Nur Wahid dalam kesempatan sosialisasinya di komunitas Tionghoa.
Pada tuturan (5) tampak penggunaan imperatif larangan secara eksplisit yang ditandai dengan penggunaan kata jangan. Penggunaan kata jangan berarti
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
7
melarang seseorang melakukan sesuatu, atau meminta (memerintah) seseorang tidak melakukan sesuatu. Dengan melarang atau memerintah, penutur sesungguhnya tidak memberikan peluang kepada mitra tutur untuk memilih alternatif yang lain, karena itu tuturan tersebut potensial mengakibatkan penutur kehilangan muka. Tuturan (5) dipersepsi tidak santun dengan penanda lingual kesantunan pada diksi jangan sebagai bentuk imperatif larangan. Tindak tutur demikian berujuan kompetitif atau tidak menyenangkan, dan dikategorikan dalam ilokusi direktif, yaitu ilokusi yang bertujuan menghasilkan suatu efek berupa tindakan yang dilakukan mitra tutur. Selain penggunaan diksi jangan, dalam tuturan (5) terdapat pemakaian gaya bahasa eufemisme pada frasa mencari muka. Eufemisme adalah gaya bahasa berupa ungkapan-ungkapan yang halus untuk menggantikan acuan-acuan langsung yang mungkin dirasakan menghina. Mencari muka berarti ingin mendapatkan perhatian lebih dari orang lain yang memiliki pengaruh. Tuturan (6) secara sturktural disampaikan dalam bentuk imperatif pasif. Jenis tuturan ini banyak digunakan dalam bahasa komunikasi sehari-hari. Bentuk imperatif pasif mengurangi kadar suruhan di dalam tuturan tersebut. Pemakaian imperatif pasif bermaksud untuk penyelamatan muka yang melibatkan muka si penutur dan muka diri si mitra tutur. Struktur formal kalimat pasif (imperatif pasif) pada tuturan (6) merupakan contoh yang menunjukkan penada lingual kesantunan tata bahasa. Dengan bentuk Hindari….., pilih…. tuturan (6) dapat dipersepsi kurang santun karena tergolong ilokusi direktif yang bertujuan bersaing dengan tujuan sosial, atau ilokusi yang bertujuan menghasilkan suatu efek berupa tindakan yang dilakukan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
8
mitra tutur. Selain itu terdapat penggunaan metafora dalam tuturan (6) yaitu frasa kucing dalam karung. Frasa kucing dalam karung merujuk pada sesuatu yang belum dikenal, belum diketahui, sehingga tuturan (6) mengandung perintah dan ajakan untuk memilih yang sudah dikenal atau diketahui. Untuk itu, dalam kalimat selanjutnya, penutur menawarkan pilihan: … pilih calon gubernur yang punya kumis seperti saya, karena yang berkumis punya nyali untuk memimpin. Demikian pun pilihan kosakata (diksi) kumis dan yang berkumis merujuk pada pribadi Fauzi Bowo yang telah dikenal untuk dipilih. Fauzi Bowo adalah calon gubernur yang didukung Partai Hanura dan dikenal karena memiliki kumis, atau lebih dikenal karena kumisnya. Tuturan (7) mengandung makna pragmatik imperatif harapan. Penanda lingual kesantunannya terdapat pada semoga. Penanda kesantunan lain yang terdapat pada tuturan tersebut adalah pilihan kata hoki
yang merupakan kosakata yang
merujuk pada identitas budaya orang Tionghoa. Tuturan itu disampaikan oleh Hidayat Nur Wahid ketika berkunjung ke komunitas Tionghoa. Jenis ilokusi tuturan (7) adalah ilokusi komisif yang menyatakan harapan untuk sesuatu yang akan datang dan bertujuan menyenangkan baik penutur maupun mitra tutur. Persepesi kesantunannya adalah tindak tutur yang sopan. Studi tentang tindak tutur telah cukup banyak dilakukan. Beberapa studi itu di antaranya menganalisis tindak tutur ilokusi di dalam surat kabar (Sarwoyo, 2009), implikatur iklan layanan masyarakat (Yuliani, 2009), tindak tutur dalam iklan kosmetik (Sumasari, 2010), bentuk-bentuk tindak tutur imperatif (Rahardi, 2010), dan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
9
tindak tutur dalam wacana kampanye pilpres 2009 (Jauhari, 2009). Sejauh pengamatan penulis, penelitian-penelitian ini belum banyak mengkaji jenis tindak tutur dari sudut pandang fungsi tindak tutur ilokusi yang merujuk pada pemikiran Geoffrey Leech (1983, bdk. terjemahan Oka, 1993), kecuali P.Ari Subagyo (2000) yang meneliti tentang wacana pojok dalam surat kabar di Indonesia dan menemukan empat fungsi tuturan ilokusi di dalam wacana pojok, yaitu berupa ilokusi kompetitif, ilokusi konvival, ilokusi kolaboratif, dan ilokusi konfliktif. Oleh karena itu, penelitian ini mendalami tindak tutur ilokusi dari sudut pandang fungsi atau tujuan tuturan. Tuturan yang diteliti adalah tuturan langsung para kandidat gubernur dan wakil gubernur Provinsi DKI Jakarta dan para pendukung (tim sukses, tokoh partai politik pendukung, tokoh organisasi massa, dan simpatisan). Tuturan-tuturan itu terdapat di dalam berita beberapa surat kabar nasional, khususnya dalam pemberitaan peristiwa pemilukada Provinsi DKI Jakarta tahun 2012 pada bulan Juni sampai dengan Agustus. Asumsi dasar dari penelitian ini adalah bahwa tuturan para kandidat dan pendukung itu memiliki fungsi dan tujuan tertentu dalam berkomunikasi tentang suatu hal, misalnya tentang visi dan misi, strategi, dan rencana membangun DKI Jakarta. Pada gilirannya, tuturan-tuturan para pelaku politik dalam kaitannya dengan peristiwa politik tersebut setidak-tidaknya membawa efek tertentu dalam masa kampanye dan pemilihan gubernur dan wakil gubernur Provinsi DKI Jakarta 2012. Hal ini dapat dirujuk pada pendapat Campbell, bersama-sama dengan Gurin dan Miller pada tahun 1945 (Suwardi, 1993:25). Penelitian mereka mempersoalkan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
10
apakah suatu kampanye politik dapat memengaruhi seseorang memberikan suara pada saat mereka pergi ke kotak-kotak suara. Surat kabar menjadi salah satu saluran kampanye politik yang efektif. Kesimpulan mereka adalah media massa tidak saja mampu membentuk pendapat, akan tetapi juga mengubah sikap seseorang pada saat mereka mau memberikan keputusan kepada siapa suara mereka diberikan. Pemberitaan surat kabar nasional tentang pemilukada Provinsi DKI Jakarta menarik untuk diteliti karena beberapa alasan. Pertama, setiap surat kabar nasional memberikan porsinya tersendiri untuk pemberitaan pemilukada Provinsi DKI Jakarta. Provinsi DKI Jakarta dan pemimpinnya merupakan daerah sentral ibu kota sekaligus pusat negara sehingga berita seputar pemilukada Provinsi DKI Jakarta sekaligus berskala nasional dan internasional. Kedua, setiap pasangan calon menggunakan segala daya kemampuannya untuk menang dalam pemilukada, termasuk melalui publikasi pemberitaan oleh media surat kabar nasional. Tuturan-tuturan langsung yang diungkapkan dalam pemberitaan media surat kabar menunjukkan tujuan sosial yang ingin dicapai oleh setiap kandidat dan pendukung. Selain memberikan informasi dan maksud tertentu, tuturan yang disampaikan selalu bertujuan sosial. Ketiga, di dalam tuturan-tuturan tersebut terdapat tingkat kesantunan dan penanda lingual kesantunan yang menggambarkan bagaimana fungsi tindak tutur itu diwujudkan. Dengan demikian, tuturan-tuturan langsung para tokoh politik tersebut mengandung fakta kesantunan baik dari segi fungsi atau tujuan tuturan dan tingkat kesantunan tuturan maupun penanda lingual yang dipakai dalam tuturan-tuturan tersebut.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
11
Berdasarkan pembahasan di atas, penulis tertarik meneliti tuturan para calon gubernur, calon wakil gubernur, dan para pendukung dalam peristiwa politik pemilukada Provinsi DKI Jakarta tahun 2012. Studi tentang tuturan para calon gubernur, calon wakil gubernur, dan para pendukung itu dalam penelitian ini terfokus pada jenis-jenis tindak tutur – dari sudut pandang fungsi atau tujuan tuturan menurut Leech –, tingkat kesantunan tuturan, dan penanda lingual kesantunan tuturan. Untuk itu, penelitian ini diberi judul “Jenis Tindak Tutur, Tingkat Kesantunan Tuturan, dan Penanda Lingual Kesantunan Tuturan Calon Gubernur dan Wakil Gubernur Provinsi DKI Jakarta dan Para Pendukung dalam Berita Beberapa Surat Kabar Nasional Tahun 2012”.
1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian pada bagian latar belakang di atas, permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini adalah tentang jenis tindak tutur, tingkat kesantunan, dan penanda lingual kesantunan tuturan dari tuturan para calon gubernur dan wakil gubernur dan pendukung yang terdapat di dalam berita beberapa surat kabar nasional terkait pemilihan umum kepala daerah Provinsi DKI Jakarta tahun 2012. Dengan demikian, rumusan masalah penelitian ini adalah: 1. Jenis tindak tutur apa saja yang terdapat di dalam tuturan calon gubernur dan wakil gubernur Provinsi DKI Jakarta dan para pendukung dalam berita beberapa surat kabar nasional?
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
12
2. Bagaimanakah tingkat kesantunan tuturan dari tuturan calon gubernur dan wakil gubernur Provinsi DKI Jakarta dan para pendukung dalam berita beberapa surat kabar nasional? 3. Jenis penanda lingual apa saja yang menunjukkan kesantuanan tindak tutur di dalam tuturan calon gubernur dan wakil gubernur Provinsi DKI Jakarta dan para pendukung dalam berita beberapa surat kabar nasional?
1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini adalah: 1. mendeskripsikan jenis-jenis tindak tutur di dalam tuturan calon gubernur dan wakil gubernur Provinsi DKI Jakarta dan para pendukung dalam berita surat kabar nasional, 2. mendeskripsikan tingkat kesantunan tuturan dari tuturan calon gubernur dan wakil gubernur Provinsi DKI Jakarta dan para pendukung dalam berita surat kabar nasional, dan 3. mendeskripsikan
jenis-jenis
penanda
lingual
yang
menunjukkan
kesantunan di dalam tuturan calon gubernur dan wakil gubernur Provinsi DKI Jakarta dan para pendukung dalam berita surat kabar nasional.
1.4 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam pengetahuan tentang bahasa dan penggunaan bahasa, khususnya dalam konteks pragmatik. Studi tentang
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
13
jenis tindak tutur dan penanda lingual kesantunan ini diharapkan juga bermanfaat bagi mahasiswa bahasa dan sastra Indonesia, guru, linguis atau peminat studi bahasa. 1. Manfaat bagi mahasiswa bahasa dan sastra Indonesia Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran kepada mahasiswa bahasa dan sastra Indonesia tentang jenis-jenis tindak tutur, tingkat kesantunan, dan penanda lingual kesantunan tuturan calon gubernur dan wakil gubernur Provinsi DKI Jakarta dan para pendukung dalam berita surat kabar nasional, khususnya periode bulan Juni sampai Agustus 2012. 2. Manfaat bagi guru bahasa dan sastra Indonesia Hasil penelitian ini kiranya dapat memberikan gambaran kepada guru-guru bahasa dan sastra Indonesia di sekolah menengah tentang jenis-jenis tindak tutur, tingkat kesantunan tuturan, dan penanda lingual kesantunan dalam jenis wacana pemberitaan media massa, khususnya dalam surat kabar. Para guru juga dapat menjadikan contoh-contoh dalam penelitian ini sebagai referensi dalam pembelajaran tentang wacana yang sesuai dengan materi pembelajaran di sekolah menengah. 3. Manfaat bagi linguis dan peneliti lain Penelitian ini sebagai salah satu bentuk sumbangan gagasan dalam studi tentang penggunaan bahasa di dalam surat kabar dengan pendekatan pragmatik, khususnya dari perspektif Geoffrey Leech tentang fungsi tindak tutur. Para linguis dan peneliti lainnya dapat mengembangkan gagasan Leech ini untuk penelitian lebih lanjut tentang topik sejenis.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
14
1.5 Definisi Istilah Beberapa istilah yang terkait dengan penelitian ini adalah: 1. Pragmatik Pragmatik adalah studi kebahasaan yang terikat konteks (Wijana, 2010:13). Pragmatik adalah ilmu yang mengkaji bagaimana satuan-satuan bahasa (dalam bentuk tuturan atau tindak tutur) digunakan dalam pertuturan sesuai konteks penutur dan lawan tutur, serta waktu dan tempat pengutaraannya dalam rangka melaksanakan komunikasi (Wijana, 2010:17; Chaer, 2010:23). 2. Sosiopragmatik Sosiopragmatik adalah ilmu bahasa yang mempelajari kondisi penggunaan bahasa manusia, yang pada dasarnya sangat ditentukan oleh konteks situasi yang mewadahi bahasa itu. Konteks yang dimaksud terkait dua hal, yaitu konteks sosial dan konteks sosietal (Rahardi, 2009:21). 3. Tindak Tutur Tindak tutur adalah tuturan dari seseorang yang bersifat psikologis dan yang dilihat dari makna tindakan dalam tuturannya itu. Serangkaian tindak tutur akan membentuk suatu peristiwa tutur (speech event) (Chaer, 2010:27). Menurut Searle (1969, dalam Rahardi, 2009:17; Wijana, 2009), ada tiga jenis tindak tutur, yaitu tindak lokusioner, tindak ilokusioner, dan tindak perlokusioner. Leech (1983 dalam Oka, 1993) menyebut empat fungsi tindak tutur ilokusioner,
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
15
yaitu berupa ilokusi kompetitif, ilokusi konvival, ilokusi kolaboratif, dan ilokusi konfliktif. 4. Kesantunan Kesantunan adalah properti yang diasosiasikan dengan ujaran dan di dalam hal ini menurut pendapat si pendengar, si penutur tidak melampaui hak-haknya atau tidak mengingkari memenuhi kewajibannya (Fraeser dalam Gunarwan, 1994:88). Kesantunan berbahasa atau sopan santun berbahasa adalah seperangkat prinsip yang disepakati oleh masyarakat bahasa untuk menciptakan hubungan yang saling menghargai antara anggota masyarakat pemakai bahasa yang satu dengan anggota yang lain (Suwadji, 1995:12 dalam Baryadi, 2000:71). 5. Penanda Lingual Kesantunan Penanda atau penentu lingual kesantunan adalah segala hal atau unsur yang berkaitan dengan masalah bahasa yang dapat memengaruhi pemakaian bahasa menjadi santun atau tidak santun. Dalam hal ini santun tidaknya bahasa tidak terlepas dari konteks pemakaian bahasa dan terikat pada aspek linguistik dan pragmatik dari tuturan (Pranowo, 2009:90; Rahardi, 2005:118). Selain penanda lingual kesantunan, ada juga penanda nonlingual atau penanda nonkebahasaan, yaitu faktor-faktor ekstralingual atau hal-hal di luar kebahasaan yang turut menentukan santun tidaknya suatu tuturan yang terikat pada konteks tuturan tersebut (Pranowo, 2009: 95).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
16
1.6 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini tergolong jenis penelitian deskriptif kualitatif. Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan jenis-jenis tindak tutur, tingkat kesantunan tuturan, dan penanda lingual kesantunan tuturan calon gubernur dan wakil gubernur Provinsi DKI Jakarta dan para pendukung dalam berita beberapa surat kabar nasional pada bulan Juni sampai dengan Agustus 2012. Ada lima surat kabar nasional yang dipilih, yakni Kompas, Koran Tempo, Media Indonesia, Jawa Pos, dan Republika. Pemilihan sumber data penelitian ini atas kelima surat kabar nasional, yaitu Kompas, Koran Tempo, Republika, Media Indonesia, dan Jawa Pos didasarkan pada alasan bahwa kelima surat kabar nasional ini termasuk enam surat kabar yang memiliki oplah terbesar di Indonesia dan memiliki jangkauan pembaca luas di seluruh Indonesia (Wikan, 2005 dalam Yusuf, 2013). Di dalam catatan Media Directory Pers Indonesia 2006 berdasarkan penelitian Nielsen Media Research (2004) dan Media Scene (2004-2005) kelima surat kabar tersebut menduduki sepuluh surat kabar dengan jumlah pembaca terbanyak di Indonesia. Secara khusus, ada beberapa alasan yang dapat dikemukakan mengapa kelima surat kabar nasional ini dipilih sebagai sumber data. Pertama, berdasarkan studi pendahuluan, informasi terkait fenomena bahasa, khususnya fungsi tuturan dan penanda lingual kesantunan terdapat dalam semua koran tersebut. Kedua, koran-koran tersebut merupakan media massa cetak yang konsisten menggunakan bahasa Indonesia, meskipun ragam jurnalistiknya memiliki corak dan gaya yang khas. Ketiga, masing-masing surat kabar tersebut mewakili pandangan dan ideologi pemberitaan yang khas secara nasional. Kompas
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
17
dikenal sebagai koran yang berwawasan nasional dengan visi humanisme yang membangun komunitas Indonesia yang lebih harmonis, toleran, aman, dan sejahtera sesuai dengan cita-cita pendirinya (Sularto, 2007:66). Koran Tempo merupakan perwakilan dari koran beraliran baru, dengan semangat jurnalisme fakta
serta
mengusung pembaruan dalam konteks dan isi berita. Wawasan atau halauan koran ini bersifat nasionalis murni. Republika merupakan koran yang mengemban nilai-nilai Islam (Hamad, 2004 dalam Badara, 2012:62). Media Indonesia adalah koran nasionalis sekuler yang tidak condong pada visi agama tertentu kecuali cita-cita perintis atau pendirinya. Koran Jawa Pos sebenarnya berskala regional Jawa-Bali, tetapi tetap menarik sebagai industri media terbesar kedua di Indonesia dengan visi keislaman. Keempat, informasi terkait peristiwa politik, khususnya pemilihan gubernur dan wakil gubernur Provinsi DKI Jakarta 2012 selama bulan Juni sampai Agustus cukup banyak tersedia di dalam koran-koran tersebut. Dengan demikian, tuturan yang diambil sebagai data dalam penelitian ini dapat terwakili oleh setiap koran tersebut. Kelima, secara praktis koran-koran tersebut dapat dijangkau. Dalam arti bahwa pada saat studi pendahuluan dan penelitian lanjutan, peneliti mudah memperoleh data sebagai sampel dari koran-koran tersebut. Sumber data tuturan yang menjadi fokus analisis dari penelitian terdapat di dalam kelima surat kabar nasional tersebut di atas. Yang menjadi acuan data adalah data tuturan langsung dari calon gubernur, calon wakil gubernur Provinsi DKI Jakarta dan para pendukung di dalam berita kelima surat kabar nasional tersebut pada bulan Juni sampai Agustus 2012. Berdasarkan data tuturan langsung tersebut, penelitian ini
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
18
selanjutnya mengkaji jenis-jenis tindak tutur, tingkat kesantunan tuturan, dan penanda lingual kesantunan tuturan setiap pasangan calon gubernur dan wakil gubernur Provinsi DKI Jakarta tahun 2012 dan para pendukung.
1.7 Sistematika Penyajian Penelitian ini terdiri dari lima bab. Bab I adalah bab pendahuluan yang berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi istilah, ruang lingkup penelitian, dan sistematika penyajian. Bab II memuat landasan teori yang diintegrasikan dengan beberapa penelitian relevan yang terkait dengan topik penelitian ini. Dalam bab II ini berturutturut dibahas (1) penelitian yang relevan, (2) teori tindak tutur, (3) teori kesantunan, (4) penanda lingual kesantunan, dan (5) kerangka berpikir. Bab III berisi metodologi penelitian yang memuat cara dan prosedur kerja yang akan ditempuh peneliti. Hal-hal yang dibahas adalah (1) jenis penelitian, (2) data dan sumber data, (3) instrumen penelitian, (4) metode pengumpulan data, (5) teknik analisis data, dan (6) triangulasi data. Bab IV membahas tiga hal, yakni (1) deskripsi data, (2) analisis data, dan (3) pembahasan hasil temuan. Bab V berisi dua hal, yaitu (1) simpulan dan (2) saran untuk penelitian lanjutan.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB II LANDASAN TEORI
Bab ini memaparkan lima hal, yaitu (1) penelitian yang relevan, (2) teori tindak tutur, (3) teori kesantunan, (4) penanda lingual kesantunan, dan (5) kerangka berpikir.
2.1 Penelitian yang Relevan Penelitian tentang tindak tutur dan kesantunan berbahasa memang telah cukup banyak dilakukan. Meskipun demikian, kajian pada penelitian-penelitian tersebut sangat beragam sesuai dengan permasalahan dan sumber data yang dianalisis. Ada empat penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini, yaitu penelitian Asim Gunarwan (1992 dan 1994), penelitian P.Ari Subagyo (2000), penelitian Ventianus Sarwoyo (2009), dan penelitian Edy Jauhari (2009). Penelitian mereka terkait dengan tindak tutur dan kesantunan berbahasa. Berikut ini adalah paparan ringkas penelitian-penelitian relevan tersebut. Asim Gunarwan menulis kajian tentang kesantunan berbahasa. Dua penelitian pentingnya termuat dalam buku kajian linguistik, yaitu Pellba 5 dan Pellba 7. Penelitian Asim Gunarwan (1992) yang termuat dalam Pellba 5 berjudul “Persepsi Kesantunan Direktif di Dalam Bahasa Indonesia di Antara Beberapa Kelompok Etnik di Jakarta”. Penelitian ini ingin menjawab bagaimana persepsi sopan-santun bahasa penutur-penutur bahasa Indonesia dalam penggunaan tindak ujaran direktif. Secara
19
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
20
khusus yang coba dijawab adalah (1) bagaimana hierarki kesantunan sejumlah bentuk-bentuk ujaran yang (dapat) dipakai untuk menyatakan tindak ujaran direktif itu; (2) apakah ada korelasi di antara ketaklangsungan dan kesantunan berbahasa, seperti yang dicanangkan oleh Brown dan Levinson (1978); (3) apakah ada perbedaan-perbedaan persepsi sopan santun penggunaan direktif di antara beberapa suku bangsa di Indonesia; dan (4) apakah ada perbedaan persepsi sopan-santun penggunaan direktif itu di antara tiga kelompok usia (-25, 25-50, dan 50+). Dari penelitian ini, Gunarwan berkesimpulan bahwa a) Secara umum, bagi semua responden, hierarki kesantunan bentuk-bentuk ujaran yang dipakai untuk menyatakan direktif tidak sama dengan hierarki kesantunan yang dipositkan atau dipakai di dalam proyek penelitian CrossCultural Speech Act Realization Patterns. Yang dipakai di dalam proyek itu mempunyai hierarki (menurut derajat ketaklangsungan): MI-Pf-PB-PKh-PKiFS-Pt-IK-IH. Yang ditemukan di dalam penelitian ini adalah: MI-PKh-IH-IKPKi-Pf-PB-Pt-FS. b) Hasil penelitian ini mengisyaratkan bahwa memang ada kesejajaran di antara ketaklangsungan tindak ujaran direktif dan kesantunan pemakaiannya. Hanya saja, kesejajaran itu tidak selamanya berlaku. c) Hierarki kesantunan direktif bagi para responden mempunyai varian-varian di antara kelompok-kelompok sosial yang dibedakan satu dari yang lain menurut kesukuan, kenis kelamin, dan kelompok usia.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
21
d) Perbedaan persepsi kesantunan direktif di antara kelompok-kelompok etnik Jawa, Sunda, Minang, dan Batak di Jakarta kecil saja. Perbedaan “yang kecil” ini
mengisyaratkan
adanya
kecenderungan
penyatuan
norma-norma
kebudayaan Jawa, Sunda, Minang, dan Batak di daerah Jakarta. Penelitian yang kedua dari Asim Gunarwan (1994) termuat dalam Pellba 7 berjudul “Kesantunan Negatif di Kalangan Dwibahasawan Indonesia-Jawa di Jakarta: Kajian Sosiopragmatik”.Dari penelitian ini, Gunarwan memberikan kesimpulan: a) Hierarki kesantunan direktif bahasa Indonesia dan bahasa Jawa ternyata pada dasarnya sama. Hal ini mengisyaratkan bahwa para subjek penelitian ini menggunakan satu norma kebudayaan di dalam menilai kesantunan bentukbentuk ujaran direktif di dalam kedua bahasa tersebut. Para dwibahasawan bahasa Indonesia-bahasa Jawa itu adalah dwibahasawan yang monokultural, atau situasi kedwibahasaan di kalangan masyarakat tutur Jawa di Jakarta itu dapat dikatakan sebagai bilingualisme tanpa bikulturalisme. b) Tidak ada perbedaan penilaian kesantunan direktif bahasa Jawa menurut variabel kelompok umur. Dari temuan ini diperoleh dua hal, pertama, derajat kesamaan kedua hierarki kesantunan bahasa Jawa (menurut kelompok umur) ternyata lebih kecil daripada derajat kesamaan yang bahasa Indonesia; dan kedua, kesamaan kedua hierarki kesantunan direktif bahasa Jawa itu mengandung paradoks.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
22
c) Ketaklangsungan tindak ujaran tidak sejajar dengan kesantunan, seperti yang terlihat dari adanya perbedaan di antara hierarki penelitian dan hierarkis teoretis. Temuan-temuan Asim Gunarwan melalui dua penelitiannya ini berguna sebagai panduan memahami dan menganalisis jenis tindak tutur, tingkat kesantunan tuturan, dan penanda lingual kesantunan sesuai topik penelitian ini. Gunarwan memberikan gambaran dasar tentang beberapa teori tindak tutur dan teori kesantunan berbahasa dengan merujuk pada pemikiran ahli pragmatik, seperti Brown dan Levinson (1978) dan Geoffrey Leech (1983). Penelitian P.Ari Subagyo (2000) terfokus pada masalah wacana surat kabar, khususnya wacana pojok yang terdapat dalam berbagai surat kabar di Indonesia. Penelitiannya berjudul Wacana Pojok: Cara Mengkritik Khas Surat Kabar Indonesia dimuat dalam buku Sejarah dan Bahasa dalam Membangun Integrasi Bangsa Menuju Milenium Ketiga. Penelitian ini menganalisis sejauh mana wacana pojok dalam beberapa surat kabar di Indonesia memberikan kritik berupa sentilan sambil lalu. Subagyo menemukan bahwa betapapun tidak terlalu diacuhkan, pojok tetap memerankan diri sebagai jendela yang menyalurkan hasrat mengkritik lewat surat kabar. Ada dua pertanyaan pokok dalam penelitian ini, yaitu (1) apakah kolom/wacana pojok itu dan (2) mengapa kritik yang dilontarkan lewat kolom/wacana pojok tidak mengganggu “keselamatan” surat kabar pemuatnya? Wacana pojok yang diteliti terdapat dalam beberapa Surat Kabar Harian (SKH) di Indonesia. Wacana pojok tersebut merupakan gejala kebahasaan yang
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
23
terdiri atas dua subbagian ISI, yakni KUTIPAN BERITA dan SENTILAN. Kutipan berita dan sentilan ini membentuk wacana yang mirip dengan sebuah dialog sederhana. Kolom pojok atau wacana pojok merupakan rubrik khas pada surat-surat kabar di Indonesia, made in Indonesia, “buatan asli Indonesia” (Assegaff, 1991:134 dan Naomi, 1996:288 dalam Subagyo, 2000:168-169). Dengan berdasar pada kaca mata pragmatik, khususnya teori tindak tutur Searle dan Leech, Subagyo menegaskan bahwa menyentil atau mengkritik dalam wacana pojok merupakan tindak ilokusi. Temuan Subagyo menggambarkan bahwa wacana pojok selama bulan Agustus 1997 dalam sebelas surat kabar harian (SKH) (berupa data 728 pasang kutipan beritasentilan) menunjukkan fakta berikut. Tabel 1. Jenis Ilokusi dalam11 SKH bulan Agustus 1997 Jenis Ilokusi Konfliktif Kompetitif Konvivial Konvivial-Kompetitif Konvivial-Konfliktif
Jumlah 476 167 71 11 3
Persentase 65,39 % 22,94 % 9,75 % 1,51 % 0,41 %
Temuan tersebut menunjukkan bahwa kolom/wacana pojok pada masa Orde Baru sebenarnya memang kritis. Sekalipun demikian, ada pula yang cenderung mencari aman sehingga (sama sekali) tidak kritis. Ketidakkritisan itu menjadi pertanyaan peneliti dan ditemukan tiga jawaban, yaitu pertama, ketidakkritisan itu karena wacana pokok tersebut terkesan tidak serius; kedua, wacana pojok tidak berterus terang; dan ketiga, wacana pojok bernuansa humor.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
24
Hubungan antara penelitian Subagyo dan penelitian ini ialah bahwa jika Subagyo menggunakan teori fungsi tindak tutur Leech untuk membahas wacana pojok pada surat kabar harian di Indonesia periode Agustus 1997, penelitian ini akan menggunakan teori fungsi tindak tutur Leech untuk menganalisis jenis-jenis tindak tutur dari tuturan calon gubernur, calon wakil gubernur, dan para pendukung dalam berita pemilukada Provinsi DKI Jakarta di dalam beberapa surat kabar nasional periode Juni sampai Agustus 2012. Penelitian ini akan terfokus pada wacana berita yang memuat lebih banyak tuturan langsung daripada wacana pojok yang berisi sentilan berupa dialog sederhana. Penelitian tentang tindak tutur ilokusi dan penanda kesantunan dibuat oleh Ventianus Sarwoyo (2009) dalam skripsinya berjudul Tindak Ilokusi dan Penanda Tingkat Kesantunan Tuturan di Dalam Surat Kabar. Dengan data dari berita surat kabar nasional, Sarwoyo menemukan: (1) ada empat jenis tindak ilokusi tuturan dalam surat kabar, yaitu tindak ilokusi direktif, komisif, representatif, dan ekspresif. Pengungkapan keempat tindak ilokusi tersebut terwujud dalam tiga bentuk tuturan, yaitu tuturan imperatif, deklaratif, dan interogatif; dan (2) ada enam penanda tingkat kesantunan di dalam surat kabar, yaitu analogi, diksi atau pilihan kata, gaya bahasa, penggunaan keterangan atau kata modalitas, penyebutan subjek yang menjadi tujuan tuturan, dan bentuk tuturan. Penelitian Sarwoyo ini memiliki kesamaan dengan penelitian ini, yaitu dalam hal sumber data yaitu tindak tutur dalam surat kabar. Sarwoyo memfokuskan pada tindak tutur yang terdapat dalam surat kabar secara umum, sedangkan penelitian
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
25
ini berkaitan dengan topik khusus, yaitu jenis-jenis tindak tutur dari tuturan calon gubernur dan wakil gubernur dan para pendukung dalam berita pemilihan umum kepala daerah Provinsi DKI Jakarta tahun 2012. Dalam kaitannya dengan penanda tingkat kesantunan, penelitian Sarwoyo dan penelitian ini memiliki kesamaan yaitu mendeskripsikan jenis-jenis penanda lingual kesantunaan yang terdapat dalam setiap tuturan langsung sebagai datanya. Penelitian Edy Jauhari tentang tindak tutur dalam kampanye pemilihan presiden tahun 2009 menggunakan pendekatan tindak tutur. Penelitiannya berjudul “Wacana Politik dalam Kampanye Pilpres 2009: Kajian Tindak Tutur”. Di dalam penelitiannya ini, berbagai statemen dan slogan politik dianalisis untuk memperoleh gambaran tentang: (a) tindak tutur yang terdapat dalam statemen-statemen politik dari kubu JK-Wiranto, baik dalam bentuk iklan, slogan, maupun statemen politik yang lain, baik yang diungkapkan oleh capres-cawapres JK-Wiranto sendiri maupun oleh tim sukses dan pendukung-pendukung; (b) strategi-strategi atau modus-modus yang digunakan untuk mengekspresikan tindak tutur-tindak tutur tersebut; dan (c) implikatur daya pragmatik dari statemen-statemen politik atau slogan-slogan politik yang dikemukakan kubu JK-Wiranto kepada publik atau masyarakat luas. Jauhari menemukan bahwa (1) di dalam masa kampanye, kubu pasangan JK-Wiranto (juga pasangan yang lain) melakukan berbagai aktivitas bertutur yang berupa statemen, jargon, ataupun slogan politik untuk merebut hati rakyat dan (2) tindakan bertutur yang menonjol yang dikembangkan kubu JK-Wiranto dapat diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu (a) komisif, (b) direktif, dan (c) ekspresif.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
26
Penelitian Jauhari dan penelitian ini menggunakan pendekatan teori tindak tutur. Jauhari menggunakan teori tindak tutur Searle (1975) yang mengklasifikasikan tindak ilokusi menjadi lima macam, yaitu representatif, direktif, komisif, deklarasi, dan ekspresif untuk menganalisis statemen dan slogan politik selama masa pilpres 2009, sedangkan penelitian ini memakai teori tindak tutur Leech, khususnya tentang fungsi tindak tutur, untuk menjelaskan berbagai jenis tindak tutur, tingkat kesantunan tuturan, dan penanda lingual kesantunan tuturan para calon gubernur dan wakil gubernur DKI Jakarta 2012dan para pendukungyang terdapat di dalam berita beberapa surat kabar nasional.
2.2 Teori Tindak Tutur Kajian tentang tindak tutur dipelajari dalam linguistik, khususnya pragmatik. Sebagai salah satu bidang linguistik, pragmatik berhubungan dengan tindak verbal (verbal act) yang terjadi dalam konteks tertentu. Konteks yang dianalisis termasuk ihwal siapa yang mengatakan, kepada siapa, tempat dan waktu diujarkannya suatu kalimat, dan anggapan-anggapan mengenai yang terlibat di dalam mengutarakan kalimat itu. Adapun topik-topik kajian pragmatik adalah deiksis, praanggapan, tindak tutur, dan implikatur percakapan (Purwo, 1990).Dalam penelitian ini, bidang tindak tuturlah yang menjadi fokus kajian. Yule (1996:3 dalam Wahyuni, 2006:3-4) mengatakan bahwa “Pragmatics is the is the study of contextual meaning” („pragmatik adalah studi tentang makna kontekstual‟). Studi ini akan melakukan penginterpretasian makna sebuah tuturan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
27
dengan memperhatikan konteks pemakaiannya dan bagaimana konteks itu itu memengaruhi penutur dalam menentukan suatu tuturan. Pragmatik adalah disiplin ilmu bahasa yang memelajari makna satuan kebahasaan dikomunikasikan. Yule menguraikan empat ranah yang menjadi kajian utama pragmatik, yaitu (1) pragmatik adalah studi tentang maksud penutur, (2) pragmatik adalah studi tentang makna kontekstual, (3) pragmatik adalah studi bagaimana agar lebih banyak yang disampaikan daripada dituturkan, dan (4) pragmatik adalah studi tentang ungkapan dari jarak hubungan. Pandangan tersebut sesuai dengan pendapat Parker (dalam Wijana,1996:2) yang mengemukakan bahwa “Pragmatics is distinct from grammar, which is the study of the internal structure of language. Pragmatics is the study of how language is used to communicate”(Pragmatik berbeda dengan gramatika yang memelajari struktur bahasa secara internal. Pragmatik adalah kajian tentang bagaimana bahasa digunakan untuk berkomunikasi). Oleh karena yang dikaji adalah makna bahasa, pragmatik dapat dikatakan sejajar dengan semantik. Namun, diantara keduanya terdapat perbedaan yang mendasar. Perbedaannya ialah semantik menelaah makna sebagai
relasi
dua
segi
(dyadic),sedangkan
pragmatik
menelaah
makna
sebagairelasitigasegi (triadic) (Rahardi, 2005:50). Kedua jenis relasi ini secara berurutan dirumuskan oleh Leech (1983:5-6; Oka, 1993:8) ke dalam dua kalimat berikut. [1] What does X mean? [2] What did you mean by X?
(Apa artinya X?) (Apa maksudmu dengan X?)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
28
Berdasarkan kedua rumusan di atas, dapat dilihat bahwa makna dalam semantik semata-mata sebagai hubungan satuan lingual dalam bahasa tertentu yang terlepas dari situasi penutur (context independent). Berbeda dengan makna semantik, makna dalam pragmatik berhubungan dengan penutur yang terikat pada situasi (context dependent), atau dengan tegas Leech (1983:6) katakan, “I shall redefine pragmatics for the purposes of linguistics, as the studyof meaning in relation to speech situation.”(Dalam kaitannya dengan tujuan-tujuan linguistik, saya hendak mendefinisikan kembali pragmatik sebagai studi tentang makna dalam hubungannya dengan situasi-situasi ujar). Konteks inilah yang disebut dengan konteks situasi tutur (speech situational contexts). Lebih lanjut Leech (1983:13-15; Oka 1993:19-21; Wijana, 1996:10-11; Rahardi, 2005:51-52) mengungkapkan bahwasituasi ujar/tutur terdiri atas beberapa aspek, yakni: a. Penutur dan lawan tutur (addressers or addressees) Penutur adalah orang yang menyapa dan lawan tutur adalah orang yang disapa. Searle (1983 dalam Rahardi:2005) penutur dilambangkan dengan S (speaker) yang berarti „pembicara atau penutur‟ dan lawan tutur dilambangkan dengan H (hearer) yang dapat diartikan dengan „pendengar atau mitra tutur‟. Istilahistilah ini tidak terbatas pada cakupan pragmatik dalam ragam lisan saja, tetapi juga dapat mencakup ragam bahasa tulis, dalam hal ini merujuk pada penulis/penutur dan pembaca/lawan tutur.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
29
b. Konteks tuturan (The context of an utterance) Konteks tuturan dalam penelitian linguistik mencakup semua aspek fisik dan seting sosial (nonfisik) yang relevan dari sebuah tuturan. Konteks yang bersifat fisik disebut koteks (cotext), sedangkan konteks sosial sering disebut konteks. Dalam kerangka pragmatik, konteks merupakan semua latar belakang pengetahuan yang diasumsikan sama-sama dimiliki penutur dan mitra tutur serta yang mendukung interpretasi mitra tutur atas apa yang dimaksudkan penutur itu di dalam proses bertutur. c. Tujuan tuturan (The goal(s) of an utterance) Penutur dan lawan tutur terlibat dalam suatu kegiatan yang berorientasi pada tujuan tertentu.Tujuan tuturan berkaitan erat dengan bentuk tuturan seseorang. Bentuk-bentuk tuturan muncul karena dilatarbelakangi oleh maksud dan tujuan tertentu. Secara pragmatik, satu bentuk tuturan dapat memiliki maksud dan tujuan yang bermacam-macam. Sebaliknya, satu maksud atau tujuan tuturan akan dapat diwujudkan dengan bentuk tuturan yang berbeda-beda. d. Tuturan sebagai bentuk tindakan atau aktivitas: tindak ujar (The utterance as a form of act or activity: a speech act) Pragmatik menangani bahasa dalam suatu tingkatan yang lebih konkret dibandingkan dengan gramatika. Pragmatik mengkaji tindak atau performansi verbal yang ada dalam pertuturan tertentu yang sesungguhnya ada pada sebuah masyarakat sehingga jati diri penutur, latar waktu, dan latar tempat tampak jelas. Dengan kata lain, tuturan disebut sebagai suatu tindakan konkret (tindak
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
30
tutur) dalam situasi tertentu. Segala hal yang berkaitan dengan pertuturan, seperti jatidiri penutur dan lawan tutur yang terlibat, waktu, dan tempat dapat diketahui secara jelas, atau konteks yang mewadahi atau melingkupi bentuk tuturan harus diketahui secara jelas sehingga kemungkinan interpretasi atas setiap tuturan juga dapat dipertegas. e. Tuturan sebagai produk tindak verbal (The utterance as a product of a verbal act) Tuturan pada dasarnya adalah hasil tindak verbal dalam aktivitas bertutur sapa. Oleh sebab itu, tuturan dibedakan dengan kalimat. Kalimat adalah entitas produk struktural, sedangkan tuturan adalah produk dari suatu tindak verbal yang muncul dari suatu pertuturan dengan segala pertimbangan konteks yang melingkupi dan mewadahinya. Tuturan sebagai produk tindak verbal dapat dilihat secara jelas pada bentuk tuturan seperti, Tanganku gatal!Sebagai kalimat, dengan melihat konstruksinya, bentuk kebahasaan demikian dapat dikatakan sebagai tuturan bermodus deklaratif. Tuturan demikian berisi informasi bahwa tanganku gatal. Namun, dari sudut pandang pragmatik, tuturan Tanganku gatal! berfungsi sebagai tindak verbal dan sebagai produk tindak verbal. Dalam pengertian Austin (1962, dalam Rahardi, 2011:165), tuturan sebagai tindak verbal disebut sebagai ilokusi, dan tindak ilokusi memiliki daya yang disebut daya ilokusi. Dengan demikian, contoh tindak verbal tersebut di atas mengandung daya yang dapat menggerakkan mitra tutur bereaksi untuk merespons tuturan tersebut.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
31
Hymes (1972, bdk. Aslinda, 2010:32; Rahardi, 2010:33-39) sebelumnya telah menjelaskan juga beberapa komponen tutur yang penting dalam bertutur sapa.Komponen tutur (components of speech) itu diakronimkan menjadiSPEAKING yang berturut-turut dimaksudkan sebagai berikut S (settings), P (participants), E (ends), A (act sequences), K (keys), I (instrumentalities), N (norms), dan G (genres). Keseluruhan komponen tutur serta peranan komponen-komponen tutur ini dalam sebuah peristiwa berbahasa oleh Hymes disebut sebagai peristiwa tutur (speech event). Uraian komponen-komponen tutur ini dijelaskan secara singkat berikut ini. Settings berhubungan dengan waktu dan tempat pertuturan berlangsung, termasuk juga scene yang mengacu pada situasi, tempat, dan waktu terjadinya pertuturan. Waktu, tempat, dan situasi yang berbeda dapat menyebabkan penggunaan variasi bahasa yang berbeda. Misalnya, pertuturan atau percakapan terjadi di Kelas A Program Studi PBSID ketika mengikuti kuliah Pragmatik, pukul 09.00 WIB. Participants atau peserta merujuk pada peserta percakapan/pertuturan, yaitu penutur dan mitra tutur, atau pihak-pihak yang terlibat dalam pertuturan. Status sosial partisipan menentukan ragam bahasa yang digunakan, misalnya antara dosen dan mahasiswa ketika berada di ruang kelas. Ends atau tujuan mengacu pada tujuan dan maksud pertuturan, termasuk juga di dalamnya adalah hasil yang dicapai dari tuturan itu. Misalnya, dosen menerangkan materi pragmatik kepada para mahasiswa, tetapi sangat boleh jadi penjelasan dosen itu menarik minat para mahasiswa yang serius dan tekun
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
32
mendengarkan, sedangkan mahasiswa yang mendengar sambil lalu tidak merasa bahwa penjelasan itu menarik. Act sequences berkenaan dengan bentuk ujaran dan isi ujaran. Bentuk berkaitan dengan kata-kata yang digunakan, sementara isi berkaitan dengan topik pembicaraan. Misalnya tuturan berikut (1) Pak Ari berkata kepada mahasiswa, “Jawablah pertanyaan ini!”, (2) Pak Ari berkata agar mahasiswa menjawab pertanyaan itu. Kalimat tuturan (1) merupakan contoh bentuk ujarannya, sedangkan kalimat tuturan (2) merupakan contoh isi pembicaraan. Key berhubungan dengan nada suara (tone), penjiwaan (spirit), sikap atau cara (manner) serta motivasi saat sebuah tuturan diujarkan.Nada tutur ini bisa dibedakan lagi menjadi nada tutur verbal dan nada tutur nonverbal. Nada tutur verbal dapat berupa nada, cara, dan motivasi yang menunjuk pada warna gembira, santai, atau serius. Nada tutur nonverbal dapat berupa tindakan yang bersifat paralinguistik yang melibatkan segala macam bahasa tubuh, gestur, dan jarak dalam bertutur. Instrumentalities berkaitan dengan saluran (channel) dan bentuk bahasa (the form of speech) yang digunakan dalam pertuturan. Saluran berupa lisan (oral), saluran tertulis, isyarat atau kode-kode tertentu. Norms atau norma tutur terkait dengan dua hal, yaitu norma interaksi (interaction norms) dan norma interpretasi (interpretation norms). Norma interaksi menujuk pada dapat atau tidaknya sesuatu dilakukan oleh seseorang dalam bertutur dengan mitra tutur. Suatu interaksi atau aktivitas berbicara tentunya membutuhkan aturan tertentu sehingga tuturan antara penutur dan mitra tutur memiliki watak
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
33
normatif. Artinya bahwa perilaku atau kebiasaan yang digunakan/dipakai oleh penutur dan mitra tutur menjadi norma saat pertuturan terjadi. Norma interaksi itu misalnya terkait dengan hubungan sosial antara penutur dan mitra tutur: apakah jarak sosial keduanya dekat atau jauh. Norma interpretasi berkaitan dengan kemungkinan interpretasi dari pihak-pihak yang terlibat dalam peristiwa komunikasi yang secara intrinsik terkait dengan konteks tuturan sehingga antara penutur dan mitra tutur dapat memahami makna leksikon secara baik serta memahami suasana saat interaksi komunikasi berlangsung. Genres atau jenis tutur mengacu pada jenis kategori kebahasaan yang sedang dituturkan. Jenis tutur ini akan berkaitan erat dengan kategori wacana seperti percakapan, cerita, pidato, dan sebagainya. bentuk penyampaian, seperti puisi, pepata, doa, dan sebagainya.
Konsep atau teori tindak tutur menjadi landasan dalam menganalisis tuturan langsung calon gubernur dan wakil gubernur dan para pendukung dalam berita pemilukada Provinsi DKI Jakarta tahun 2012 di dalam beberapa surat kabar nasional. Karena kajian teoretis tindak tutur itu cukup luas, pembahasannya dalam penelitian ini dibatasi pada dua hal pokok saja, yaitu (1) jenis-jenis tindak tutur dan (2) fungsi tindak tutur serta beberapa pemikiran terkait yang relevan untuk penelitian ini. Adapun jenis-jenis tindak tutur difokuskan pada teori tindak tutur Austin – sebagaimana yang juga dikemukakan oleh Searle – dalam hal ini mengenai tindak tutur lokusi, ilokusi, dan perlokusi. Dalam pembahasan ini tindak tutur ilokusi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
34
menurut pandangan Searle yang dielaborasi dengan pemikiran Geoffrey Leech tentang fungsi tindak tutur akan menjadi landasan utamanya.
2.2.1
Jenis-jenis Tindak Tutur Menurut Searle (1971:39) dan Blum-Kulka (1989:2) (dalam Jauhari,
2009:139) unit minimal atau satuan terkecil dalam komunikasi linguistik bukanlah simbol atau kata atau kalimat, melainkan produk dari suatu kalimat yang berupa tindak ujar atau tindak tutur (speech act). Berdasarkan pemikiran inilah bahasa dianalisis dari sudut fungsi-fungsi bahasa dan bagaimana pemakaian fungsi bahasa tersebut sesuai konteks dalam komunikasi dan interaksi. Bahasa tidak lagi sematamata dipandang dari aspek bentuknya, tetapi bahasa sebagai tindakan atau yang lazim disebut tindak tutur atau tindak ujar yang dilakukan oleh penutur dan mitra tutur. Yule (1996:81) menjelaskan bahwa dalam usaha untuk mengungkapkan dirinya, penutur tidak hanya menghasilkan tuturan yang mengandung kata-kata dan struktur-struktur gramatikal saja, tetapi penutur juga memperlihatkan tindakantindakan melalui tuturan-tuturan itu. Tindakan-tindakan yang ditampilkan lewat tuturan itu biasanya disebut tindak tutur. Dalam bukunya, Speech Act An Essay in The Philosophy
of
Language
(1969:23-24
dalam
Wijana,
2011:21),
Searle
mengemukakan bahwa secara pragmatis setidak-tidaknya ada tiga jenis tindakan yang dapat diwujudkan oleh seorang penutur, yakni tindak lokusi (locutionary act), tindak ilokusi (illocutionary act), dan tindak perlokusi (perlocutionary act). Uraian tentang ketiga jenis tindak tutur tersebut dijelaskan sebagai berikut.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
35
2.2.1.1 Tutur Tindak Lokusi Tindak lokusi adalah tindak tutur untuk menyatakan sesuatu (Wijana, 2011:21). Tindak tutur ini dinamakan the act of saying something. Konsep lokusi sendiri berkenaan dengan proposisi kalimat. Kalimat di sini dimengerti sebagai suatu satuan yang terdiri dari dua unsur, yakni subjek/topik dan predikat/comment (Nababan,
1987:4
dalam
Wijana,
2011:22).
Sebagai
satuan
kalimat,
pengidentifikasian tindak lokusi cenderung dapat dilakukan tanpa menyertakan konteks tuturan yang tercakup dalam situasi tutur. Jadi, tindak tutur lokusioner adalah tindak tutur dengan kata, frasa, dan kalimat sesuai dengan makna yang dikandung oleh kata, frasa, dan kalimat itu sendiri (Rahardi, 2009:17), atau menurut Yule (1996:83) tindak dasar tuturan atau yang menghasilkan suatu ungkapan linguistik yang bermakna.Contoh berikut menjelaskan fakta tersebut. (8) Ibu kota Provinsi DI Yogyakarta adalah Yogyakarta. (9) Saudaranya tiga orang. (10) Harga BBM harus naik. Presiden: Beban Subsidi pada APBN Semakin Berat. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengatakan, harga bahan bakar minyak bersubsidi harus naik agar Indonesia dapat bertahan dari dampak krisis dunia. Sebagai kompensasi, pemerintah akan mengatur pemberian bantuan langsung kepada rakyat. (Kompas, Kamis, 23 Februari 2012, hlm. 1)
Kalimat (8) dan (9) dituturkan oleh penuturnya semata-mata untuk menginformasikan sesuatu tanpa tendensi untuk melakukan sesuatu, apalagi untuk memengaruhi lawan tuturnya. Pada kalimat (8), informasi yang dituturkan adalah nama ibu kota Provinsi DI Yogyakarta, dan
kalimat (9) berapa jumlah saudaranya. Kalimat (10) juga
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
36
berfungsi untuk mengutarakan informasi, yaitu bagaimana harga BBM, bagaimana beban subsidi pada APBN, apa saja yang dikatakan Presiden SBY. Kemungkinan adanya daya ilokusi dan perlokusi dalam kalimat (10) sangat terbuka, tetapi kadar daya lokusinya jauh lebih dominan atau menonjol karena sifat informatifnya. Berdasarkan contoh-contoh itu, dapatlah dilihat bahwa ihwal maksud tuturan yang disampaikan oleh penutur tidak dipermasalahkan sama sekali. Dengan demikian, tindak tutur lokusioner adalah tindak menyampaikan informasi yang disampaikan oleh penutur berdasarkan wujud kebahasaan yang konkret di dalam tuturan tersebut.
2.2.1.2 Tindak Ilokusi Sebuah tuturan berfungsi untuk mengatakan atau menyampaikan sesuatu dan untuk melakukan sesuatu. Tuturan yang berfungsi untuk menyampaikan sesuatu disebut tindak lokusi, sedangkan tuturan yang berfungsi untuk melakukan sesuatu dinamakan tindak ilokusi (Wijana, 2011:23). Tindak tutur ini disebut the act of doing something. Tindak tutur ilokusioner merupakan tindak melakukan sesuatu dengan maksud dan fungsi tertentu di dalam kegiatan bertutur yang sesungguhnya. Tindak tutur ilokusioner cenderung tidak hanya digunakan untuk menginformasikan sesuatu, tetapi juga melakukan sesuatu sejauh situasi tuturnya dipertimbangkan dengan seksama. Perhatikan contoh-contoh yang diberikan Wijana (2011:23) berikut. (11) Saya tidak dapat datang. (12) Ada anjing gila. (13) Rambutmu sudah panjang.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
37
Kalimat (11) s.d (13) ini tidak saja memberi informasi tertentu (sesuai isi kalimat itu) tetapi juga untuk melakukan sesuatu jika dipertimbangkan situasi tuturnya berikut ini. Kalimat (11) bila diutarakan oleh seseorang kepada temannya
yang baru saja
merayakan ulang tahun, tidak hanya berfungsi untuk menyatakan sesuatu, tetapi untuk melakukan sesuatu, yakni meminta maaf. Informasi ketidakhadiran petutur dalam hal ini kurang begitu penting karena besar kemungkinan lawan tutur sudah mengetahui hal itu. Kalimat (12) yang biasa ditemui di pintu pagar atau di bagian depan rumah pemilik anjing tidak hanya berfungsi untuk membawa informasi, tetapi untuk memberi peringatan. Akan tetapi, bila ditujukan kepada pencuri, tuturan itu mungkin pula diutarakan untuk menakut-nakuti. Kalimat (13) bila diucapkan oleh seorang lelaki kepada pacarnya, mungkin berfungsi untuk menyatakan kekaguman atau kegembiraan. Akan tetapi, bila diutarakan oleh seorang ibu kepada anak lelakinya, atau seorang isteri kepada suaminya, kalimat ini dimaksudkan untuk menyuruh atau memerintah agar sang suami memotong rambutnya. Contoh-contoh di atas menunjukkan bahwa tindak ilokusi sangat sukar diidentifikasi karena terlebih dahulu harus mempertimbangkan siapa penutur dan lawan tutur, kapan dan di mana tindak tutur itu terjadi, dan sebagainya. Selain itu, tindak ilokusi ditampilkan melalui penekanan komunikatif suatu tuturan. Itulah sebabnya tindak ilokusi menjadi bagian yang sentral untuk memahami tindak tutur. Tindak tutur ilokusi sering menjadi kajian utama dalam bidang pragmatik (Rahardi, 2009:17). Searle (1983, bdk. Rahardi, 2005:36-37) menggolongkan tindak
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
38
tutur ilokusi dalam lima macam bentuk tuturan, yakni (1) asertif atau representatif, yaitu bentuk tutur yang mengikat penutur pada kebenaran proposisi yang diungkapkan; (2) direktif, yakni bentuk tutur yang dimaksudkan penuturnya untuk membuat pengaruh agar si mitra tutur melakukan tindakan; (3) ekspresif, yakni bentuk tutur yang berfungsi untuk menyatakan atau menunjukkan sikap psikologis penutur terhadap suatu keadaan; (4) komisif, yaitu bentuk tutur yang berfungsi untuk menyatakan janji atau penawaran; dan (5) deklarasi, yaitu bentuk tutur yang menghubungkan isi tuturan dengan kenyataannya.
2.2.1.3 Tindak Perlokusi Tuturan juga seringkali mempunyai daya pengaruh (perlocutionary force), atau efek bagi yang mendengarkannya. Efek atau daya pengaruh ini dapat secara sengaja atau tidak sengaja dikreasikan oleh penuturnya. Tindak tutur yang pengutaraannya dimaksudkan untuk memengaruhi lawan tutur disebut dengan tindak perlokusi (Wijana, 2011:24). Tindak tutur ini disebut the act of affecting someone. Wijana (2011:24-26) memberikan beberapa contoh berikut. (14) Rumahnya jauh (15) Kemarin saya sangat sibuk (16) Televisinya 20 inci
Kalimat (14), (15), dan (16) mengandung lokusi dan ilokusi bila dipertimbangkan konteks situasi tuturnya, serta perlokusi jika penutur mengkreasikan daya pengaruh tertentu kepada lawan tuturnya. Bila kalimat (14) diutarakan oleh seorang ketua perkumpulan, maka ilokusinya adalah secara tidak langsung menginformasikan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
39
bahwa orang yang dibicarakan tidak dapat terlalu aktif di dalam organisasinya. Adapun efek perlokusi yang mungkin diharapkan agar ketua tidak terlalu banyak memberikan tugas kepadanya. Bila kalimat (15) diutarakan oleh seseorang yang tidak dapat menghadiri undangan rapat kepada orang yang mengundangnya, kalimat ini merupakan tindak ilokusi untuk memohon maaf, dan perlokusi (efeknya) yang diharapkan adalah orang yang mengundang dapat memakluminya. Bila kalimat (16) diutarakan oleh seseorang kepada temannya pada saat akan diselenggarakannya siaran langsung kejuaraan dunia tinju kelas berat, kalimat ini tidak hanya mengandung lokusi, tetapi juga ilokusi yang berupa ajakan untuk menonton di tempat temannya, dengan perlokusi lawan tutur menyetujui ajakannya. Tindak tutur perlokusioner mengandung daya pengaruh bagi lawan tutur. Contoh lain yang dikemukakan Wijana (2011:25) adalah: (17) Baru-baru ini Walikota telah membuka Kurnia Department Store yang terletak di pusat perbelanjaan dengan tempat parkir yang cukup luas.
Kalimat (17) selain memberikan informasi, juga secara tidak langsung merupakan undangan atau ajakan untuk berbelanja ke department store bersangkutan. Letak department store yang strategis dengan tempat parkirnya yang luas diharapkan memiliki efek untuk membujuk para pembacanya. Wacana seperti ini seringkali dijumpai pada bentuk wacana iklan. Secara sepintas, wacana iklan seperti ini merupakan berita, tetapi daya ilokusi dan perlokusinya sangat besar terlihat.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
40
2.2.1.4 Jenis-jenis Tindak Tutur Berdasarkan Teknik Penyampaian dan Interaksi Makna Selain klasifikasi atas tiga jenis tindak tutur di atas (lokusi, ilokusi, dan perlokusi), Wijana (2011:28) mengklasifikasikan tindak tutur atas dua, yaitu (1) tindak tutur langsung dan tindak tutur tidak langsung; dan (2) tindak tutur literal dan tindak tutur tidak literal. Wijana(1996:30) mengemukakan“berdasarkan teknik penyampaiannya, tindak tutur dapat diklasifikasikan menjadi tindak tutur langsung dan tindak tutur tidak langsung. Berdasarkan interaksi makna, tindak tutur dapat diklasifikasikan menjadi tindak tutur literal dan tindak tutur nonliteral”. Jenis-jenis tindak tutur ini akan dijelaskan sebagai berikut.
2.2.1.4.1
Tindak Tutur Langsung dan Tindak Tutur Tidak Langsung Yule (1996) menyebutkan bahwa dalam konteks tindak tutur,antara tiga tipe
struktural (deklaratif, interogatif, dan imperatif) dan tiga fungsi komunikasi umum (pernyataan, pertanyaan, dan perintah/permohonan) terdapat hubungan yang erat. Menurut Wijana (2011), secara formal atau struktural, berdasarkan modusnya kalimat dibedakan menjadi kalimat berita (deklaratif), kalimat tanya (interogatif), dan kalimat perintah (imperatif). Secara konvensional
kalimat berita digunakan untuk
memberikan suatu (informasi), kalimat tanya untuk menanyakan, dan kalimat perintah untuk menyatakan perintah, ajakan, permintaan, dan permohonan. Bila mengacu kepada konsep konvensional ini maka tindak tutur untuk mengatakan sesuatu, bertanya, dan menyuruh, mengajak, meminta, memohon, dan sebagainya
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
41
berbentuk tindak tutur langsung (direct speech act). Jadi, apabila ada hubungan langsung antara struktur dan fungsi, maka terdapat suatu tindak tutur langsung. Misalnya, (18) Rani memiliki dua ekor kucing. (19) Di manakah letak pulau Jawa? (20) Ambilkan baju saya!
Sebagai tuturan dalam bentuk kalimat berita, kalimat (18) memberitakan bahwa Rani memiliki dua ekor kucing; kalimat tanya, kalimat (19) menanyakan di manakah letak pulau Jawa; dan kalimat perintah, kalimat (20) menyuruh ambilkan baju saya. Ketiga kalimat ini berbentuk tindak tutur langsung. Dalam konteks tertentu, apabila ada hubungan tidak langsung antara struktur dengan fungsi, maka terdapat suatu tindak tutur tidak langsung.Inilah yang disebut tindak tutur tidak langsung (indirect speech act). Misalnya, untuk berbicara secara sopan, perintah dapat disampaikan dalam kalimat berita atau kalimat tanya sehingga orang yang diperintah tidak merasa diperintah. Misalnya, (21)
Ada makanan di almari.
(22) Di mana sapunya, ya? Kalimat tuturan (21) bila diucapkan kepada seseorang yang membutuhkan makanan, dimaksudkan untuk memerintahkan lawan tuturnya mengambil makanan yang ada di lemari yang dimaksud, bukan sekadar untuk menginformasikan bahwa di almari ada makanan. Pada kalimat tuturan (22), bila itu diutarakan oleh seorang ibu kepada anak, tidak semata-mata bermaksud menanyakan di mana letak sapu itu, tetapi juga secara
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
42
tidak langsung memerintah sang anak untuk mengambil sapu itu. Perluasan konteks kedua kalimat itu bisa dilihat berikut. (23)
+ Ran, perutku kok lapar, ya? - Ada makanan di almari. + Baik, kuambil semua, ya? (24) Ibu : Di mana sapunya, ya? Anak : Sebentar Bu, akan saya ambilkan.
Tuturan yang diutarakan secara tidak langsung biasanya tidak dijawab secara langsung, tetapi harus segera dilaksanakan maksud yang terimplikasi di dalamnya. Modus kalimat perintah tidak dapat digunakan untuk mengutarakan tuturan secara tidak langsung. Penggunaan modus kalimat yang menunjukkan kelangsungan tindak tutur dapat digambarkan demikian.
Tabel 2. Jenis Tindak Tutur Berdasarkan Modus Kalimat Modus Kalimat
Tindak Tutur Langsung Memberitakan Bertanya Memerintah
Berita Tanya Perintah
Tidak Langsung Menyuruh Menyuruh -
Dalam temuan Rahardi (2005:116), modus kalimat perintahmenyuruh melakukan sesuatu ternyatadapat juga digunakan untuk mengutarakan tuturan secara tidak langsung, yakni melarang melakukan sesuatu. Hal ini dapat ditemukan pada uraiannya tentang tuturan yang mengandung makna pragmatik imperatif “Ngelulu”. Kata “ngelulu” berasal dari bahasa Jawa, yang bermakna seperti menyuruh mitra tutur melakukan sesuatu namun sebenarnya yang dimaksud adalah melarang melakukan sesuatu.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
2.2.1.4.2
43
Tindak Tutur Literal dan Tindak Tutur Tidak Literal Tindak tutur literal (literal speech act) adalah tindak tutur yang maksudnya
sama dengan makna kata-kata yang menyusunnya, sedangkan tindak tutur tidak literal (nonliteral speech act) adalah tindak tutur yang tidak sama atau berlawanan dengan makna kata-kata yang menyusunnya (Wijana, 2011:30-31). Perhatikan beberapa contoh berikut. (25) (26) (27) (28)
Penyanyi itu suaranya bagus Suaranya bagus, (tapi tak usah nyanyi saja). Radionya keraskan! Aku ingin mencatat lagu itu. Radionya kurang keras. Tolong keraskan lagi. Aku mau belajar.
Kalimat tuturan (25) dan (26) adalah tindak tutur literal karena penutur sebenarnya memuji atau mengagumi kemerduan suara penyanyi yang dibicarakan, dan karena penutur benar-benar menginginkan lawan tutur untuk mengeraskan volume radio untuk dapat secara lebih mudah mencatat lagu yang diperdengarkan itu. Akan tetapi, kalimat tuturan (27) dan (28) adalah tindak tutur nonliteral. Contoh-contoh lain tentang tindan tutur literal dan tindak tutur tidak literal dapat dilihat berikut ini. (29) Penanganan masalah pakaian dinas luar biasa cepatnya. Sampai-sampai kita semua bosan menunggunya. (30) Laporan Pertanggungjawaban Bupati disusun dengan sangat rapi sehingga kita semua dapat membaca dengan sangat cepat dan enak. (31) Rapat Paripurna dimulai 30 menit setelah jam 9 karena para anggota datang on time. (32) Siaran langsung Rapat Paripurna oleh RSPD membantu masyarakat mengetahui perkembangan Dewan dengan sangat cepat sehingga masyarakat dapat segera menyampaikan tanggapannya.
Pada tuturan (29) dan (31) maksud disampaikan dengan tidak menggunakan makna sebenarnya dari kata-kata yang merangkainya. Tuturan Penanganan masalah pakaian
dinas
luar
biasa
cepatnya.
Sampai-sampai
kita
semua
bosan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
menunggunyaadalah
janggal
jika
diartikan
sesuai
dengan
kata-kata
44
yang
menyusunnya. Dari tuturan tersebut dapat diketahui bahwa sebenarnya penanganan masalah pakaian dinas berjalan lamban. Maksud tersebut dapat diketahui dari tuturan berikutnya, yakniSampai-sampai kita semua bosan menunggunya. Pada tuturan (31) tidak mungkin Rapat Paripurna bisa terlambat 30 menit yang disebabkan karena para anggota datang on time. Tuturan (29) dan (31) ini dikategorikan sebagai tuturan nonliteral. Pada tuturan (30) dan (32) penutur menyampaikan maksudnya sesuai dengan makna kata-kata yang menyusun tuturan-tuturan itu. Laporan Pertanggungjawaban Bupati disusun dengan sangat rapi sehingga kita semua dapat membaca dengan sangat cepat dan enak memang demikian maksudnya. Demikian pula, siaran langsung Rapat Paripurna oleh RSPD membantu masyarakat mengetahui perkembangan Dewan dengan sangat cepat sehingga masyarakat dapat segera menyampaikan tanggapannya memiliki maksud seperti apa yang terdapat pada makna kata-kata yang menyusunnya. Dengan demikian, tuturan (30) dan (32) di atas dikategorikan sebagai tuturan literal. Tindak tutur langsung dan tindak tutur tidak langsung bila disinggungkan dengan tindak tutur literal dan tindak tutur tidak literal akan didapatkan penggolongan tindak tutur ini: 1) Tindak tutur langsung literal 2) Tindak tutur tidak langsung literal 3) Tindak tutur langsung tidak literal
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
45
4) Tindak tutur tidak langsung tidak literal
2.2.2
Fungsi-fungsi Tindak Tutur Fungsi-fungsi tindak tutur, dalam konteks ini fungsi-fungsi ilokusi (Leech,
1983:104-107; Oka, 1993:161-162; Subagyo, 2000:172-174; Pranowo, 2009:145146) dapat diklasifikasikan menjadi empat jenis sesuai dengan hubungan fungsifungsi tersebut dengan tujuan-tujuan sosial berupa pemeliharaan perilaku yang sopan dan terhormat. Searle (1983 dalam Rahardi, 2009:17) menggolongkan tindak tutur ilokusi dalam aktivitas bertutur ke dalam lima macam bentuk tuturan, yakni (1) asertif, (2) direktif, (3) ekspresif, (4) komisif, dan (5) deklarasi karena setiap bentuk tuturan ini menunjukkan fungsi-fungsi komunikatifnya tersendiri. Namun, Geoffrey Leech (1983) dan Blum-Kulka (1987) justru menyatakan hal yang berkebalikan dari Searle, yakni bahwa satu maksud atau satu fungsi bahasa dapat dinyatakan dengan bentuk tuturan yang bermacam-macam. Leech (1983 dalam Oka, 1993:20) menekankan istilah tujuan atau fungsi tuturan daripada makna yang dimaksud atau maksud penutur mengucapkan sesuatu tuturan. Dengan tujuan atau fungsi, tuturan itu lebih netral karena tidak membebani pemakainya dengan suatu kemauan atau motivasi yang sadar sehingga dapat digunakan secara umum untuk kegiatan-kegitan yang berorientasi tujuan. Wijana (2011:15-16; Rahardi, 2011:163) memberikan contoh dan penjelasan yang memadai tentang tindak tutur (berbicara) sebagai aktivitasyang berorientasi tujuan (goals oriented activities). Bentuk-bentuk tuturan “Pagi”, “Selamat pagi”,
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
46
“Met pagi”, dan “Hei Suster, pagi, apa kabar!” dapat digunakan untuk menyatakan maksud yang sama, yakni manyapa lawan bicara (misalnya teman, guru, kolega, seorang suster, dan lain sebagainya) yang dijumpai pada pagi hari. Tuturan-tuturan tersebut jelas bertujuan tertentu. Tujuannya adalah menyapa mitra tutur sesuai konteks situasi ketika tuturan itu disampaikan. Terhadap mitra tutur yang sama, mungkin sekali akan dimunculkan bentuk tuturan yang berbeda, dalam nuansa yang berbeda pula oleh setiap penutur. Yang pasti adalah bahwa setiap tuturan itu (aktivitas bertutur) memiliki tujuan. Dengan contoh dan penjelasan ini, Rahardi (2011: Ibid.) menyimpulkan “tujuan itu memang lebih konkret, lebih nyata, karena memang keluar berbarengan dengan tuturan yang dilafalkan atau diungkapkan penutur.” Analisis Leech tentang tujuan atau fungsi tindak tutur terfokus pada fungsifungsi ilokusi, atau sesuai dengan hubungan tujuan tindakan (tujuan ilokusi) itu dengan tujuan sosial. Tujuan ilokusi adalah tujuan atau maksud yang hendak dicapai seseorang dengan tuturannya, seperti menyangkal, memerintah, menyatakan ketidaksetujuan, atau mengucapkan selamat. Adapun tujuan sosial adalah tujuan bersama yang lazimnya ingin dicapai para anggota komunitas berupa pemeliharaan hubungan sosial yang harmonis, sopan, dan terhormat. Leech mengklasifikasikan fungsi-fungsi ilokusi atas empat jenis, sesuai dengan hubungan fungsi-fungsi tersebut dengan tujuan-tujuan sosial berupa pemeliharaan perilaku yang sopan dan terhormat. Keempat fungsi tersebut adalah: (a) kompetitif (competitive), yaitu tujuan ilokusi bersaing (compete with) dengan tujuan sosial, misalnya memerintah, meminta, menuntut, mengemis;
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
47
(b) konvivial atau menyenangkan (convivial), yaitu tujuan ilokusi sejalan (coincide with) dengan tujuan sosial, misalnya menawarkan (bantuan), mengajak/mengundang, mengucapkan terima kasih, mengucapkan selamat; (c) kolaboratif atau bekerja sama (collaborative), yaitu tujuan ilokusi tidak menghiraukan
(indifferent
to)
tujuan
sosial,
misalnya
menyatakan,
melaporkan, mengumumkan, dan mengajarkan; dan (d) konfliktif atau bertentangan (conflictive), yaitu tujuan ilokusi bertentangan (conflict with) dengan tujuan sosial, misalnya mengancam, menuduh, menyumpahi, memarahi. Menurut Leech (1983:104; Subagyo, 2000:173) keempat ilokusi tersebut dibedakan berdasarkan kesopanan (politeness) yang terlibat di dalamnya. Pada ilokusi kompetitif, kesopanan bersifat negatif sebab tujuan-tujuan kompetitif pada dasarnya memang tidak bertatakrama (discourteous), misalnya meminta uang dengan nada paksa. Karena itu, kesopanan diperlukan untuk memperhalus sifat tidak sopan yang secara intrinsik terkandung di dalam tujuan itu. Sebaliknya, jenis ilokusi konvivial pada dasarnya memang bertatakrama, sehingga kesopanannya bersifat positif. Karena itu, adalah tindakan sopan jika ada yang teman yang sukses/berhasil atau berulang tahun seseorang mengucapkan selamat. Ilokusi kolaboratif tidak melibatkan kesopanan karena memang tidak relevan. Orang yang melaporkan, mengumumkan dan sejenisnya tidak perlu berpikir tentang kesopanan. Sementara itu, dalam jenis ilokusi konfliktif kesopanan tidak ada sama sekali sebab ilokusi ini memang bertujuan menimbulkan kemarahan atau ketakutan. Mengancam atau menyumpahi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
48
orang, misalnya, tidak mungkin dilakukan dengan sopan, kecuali dilakukan dengan ironi. Leech (1983:105) menjelaskan bahwa klasifikasi tindakan ilokusi yang dibuatnya didasarkan atas fungsi, sedangkan Searle (1979) mendasarkannya atas berbagai kriteria. Untuk itulah, Leech menguraikan hubungan dua jenis klasifikasi tersebut dilihat dari aspek sopan santunnya tindakan ilokusi tersebut. 1. Asertif (assertives) atau representatif: pada ilokusi ini penutur (dan bentuk tuturnya) terikat pada kebenaran proposisi yang diungkapan, misalnya menyatakan, mengusulkan, membual, mengeluh, mengemukakan pendapat, melaporkan. Dari segi sopan santun, ilokusi-ilokusi ini cenderung netral, yakni
mereka
termasuk
kategori
bekerja
sama
(collaborative).
Pengecualiaannya adalah tindak membual biasanya dianggap tidak sopan. 2. Direktif (directives): ilokusi ini bertujuan menghasilkan suatu efek berupa tindakan yang dilakukan oleh petutur (mitra tutur), atau bentuk tutur yang dimaksudkan penuturnya untuk membuat pengaruh agar mitra tutur melakukan tindakan, misalnya memesan, memerintah, memohon, menuntut, memberi nasihat. Jenis ilokusi ini sering dapat dimasukkan ke dalam kategori kompetitif, karena itu itu mencakup juga kategori-kategori ilokusi yang membutuhkan sopan santun negatif. Namun, ada juga jenis ilokusi direktif yang secara instrinsik memang sopan, misalnya mengundang. 3. Ekspresif (expressives): fungsi bentuk tutur yang berfungsi untuk menyatakan atau menunjukkan sikap psikologis penutur terhadap suatu keadaan yang
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
49
tersirat dalam ilokusi, misalnya mengucapkan terima kasih, mengucapkan selamat, memberi maaf, mengecam, memuji, mengucapkan belasungkawa. Ilokusi ekspresif cenderung menyenangkan, karena itu secara intrinsik ilokusi ini sopan, kecuali ilokusi-ilokusi ekspresif seperti „mengecam‟ dan „menuduh‟. 4. Komisif (commisives), yaitu bentuk tutur yang berfungsi untuk menyatakan janji atau menawarkan, berkaul. Pada ilokusi ini, penutur (sedikit banyak) terikat pada suatu tindakan di masa depan. Jenis ilokusi ini cenderung berfungsi menyenangkan dan kurang bersifat kompetitif, karena tidak mengacu pada kepentingan penutur tetapi pada kepentingan mitra tutur. 5. Deklarasi (declarations), yaitu bentuk tutur yang menghubungkan isi tuturan dengan kenyataannya. Artinya, berhasilnya pelaksanaan ilokusi ini akan mengakibatkan adanya kesesuaian antara isi proposisi dengan realitas, misalnya mengundurkan diri, membaptis, memecat, memberi nama, menjatuhkan hukuman, mengucilkan/membuang, mengangkat (pegawai), dan sebagainya. Jenis ilokusi ini menurut Searle bersifat khusus karena tindakantindakan ini biasanya dilakukan seseorang yang dalam kerangka acuan kelembagaan diberi wewenang untuk melakukannya.
Kelima fungsi umum tindak tutur beserta sifat-sifat kuncinya ini terangkum dalam tabel berikut.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
50
Tabel 3. Lima Fungsi umum tindak tutur (menurut Searle, dalam Yule, 1996:95) Tipe tindak tutur Deklarasi Representatif Ekspresif Direktif Komisif
Arah penyesuaian Kata mengubah dunia Kata disesuaikan dengan dunia Kata disesuaikan dengan dunia Dunia disesuaikan dengan kata Dunia disesuaikan dengan kata
P = penutur; X = situasi P menyebabkan X P meyakini X P merasakan X P menginginkan X P memaksudkan X
Analisis tentang fungsi tindak tutur dalam penelitian ini berdasar pada konsep fungsi tindak tutur Leech dan Searle – seperti yang telah dijelaskan pada bagian di atas. Oleh karena itu, bila pendapat Leech dan Searle itu dielaborasikan akan terlihat dalam tabel berikut. Tabel 4.Tindak Tutur dan Fungsi Tindak Tutur Bentuk tindak tutur Deklarasi Representatif /Asertif Ekspresif
Arah penyesuaian
P = penutur; X = situasi
Kata mengubah dunia Kata disesuaikan dengan dunia
P menyebabkan X P meyakini X
Kata disesuaikan dengan dunia
P merasakan X
Direktif
Dunia disesuaikan dengan kata
P menginginkan X
Komisif
Dunia disesuaikan dengan kata
P memaksudkan X
Fungsi / Tujuan Tindak Tutur Kolaboratif Konvivial, Konfliktif Kompetitif Konvivial Konvivial
2.3 Teori Kesantunan Berbahasa 2.3.1
Beberapa Teori Kesantunan Teori-teori tentang kesantunan berbahasa telah cukup banyak dikemukakan
oleh para ahli. Ahli-ahli itu di antaranya adalah Lakoff (1973), Grice (1975), Fraser (1978), Brown dan Levinson (1978), Leech (1983) (Chaer, 2010:45; Baryadi, 2005:72). Selain para pakar berbahasa asing tersebut, dalam konteks bahasa Indonesia terdapat dua ahli yang telah memaparkan teorinya tentang kesantunan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
51
berbahasa, yaitu Poedjosudarmo (1979) dan Pranowo (2009). Pemikiran para ahli tersebut tidak semuanya akan dicantum di dalam pembahasan landasan teori untuk penelitian ini. Yang dibahas secara singkatdalam penelitian ini adalah pemikiran Geoffrey Leech dan Pranowo.
2.3.1.1 Teori Kesantunan Berbahasa Menurut Geoffrey Leech Teori kesantunan berbahasa menurut Leech mencakup tiga hal, yaitu jenis tindak tutur yang mengandung sopan santun (kesantunan), skala kesopanan tuturan, dan prinsip kesopanan (Baryadi, 2005:72-75; Subagyo, 2000:172-175; Pranowo, 2009:145-147). Teori kesantunan berbahasa ini dijelaskan Leech dalam bukunya berjudul Principles of Pragmatics (1983), dan diterjemahkan oleh M.M.D. Oka ke dalam bahasa Indonesia dengan judul Prinsip-prinsip Pragmatik (1993). Teori Leech tentang prinsip-prinsip pragmatik berangkat dari kelemahan Prinsip Kerja Sama yang dikemukakan Grice (1975). Menurut Grice, ada empat maksim yang harus „dipatuhi‟ penutur dan mitra tutur ketika berkomunikasi, yaitu (1) maksim kuantitas, (2) maksim kualitas, (3) maksim relevansi, dan (4) maksim pelaksanaan. Inilah yang disebut prinsip kerja sama. Namun, dalam kenyataannya, prinsip kerja sama seperti yang dilontarkan Grice tidak sepenuhnya dapat dilaksanakan, bahkan mungkin tidak dipatuhi atau harus dilanggar. Dalam
kajian
Asim
Gunarwan
(1992:184),
seandainya
di
dalam
berkomunikasi tujuan kita adalah menyampaikan informasi semata-mata, strategi yang paling baik untuk diambil adalah yang menjamin “kejelasan pragmatik”
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
52
(pragmatic clarity). Maksim-maksim Grice harus dipatuhi, yakni menyangkut bentuk ujaran kita disusun sedemikian rupa sehingga benar-benar informatif, betul, relevan, singkat, tidak samar-samar, dan tidak ambigu. Namun, pada kenyataannya bentuk ujaran seperti itu tidak sepenuhnya dapat dilaksanakan. Selain menyampaikan amanat (informasi), kebutuhan (dan tugas) penutur adalah menjaga atau memelihara hubungan sosial penutur-pendengar. Bagian inilah, menurut Leech, yang menuntut adanya prinsip kesantunan dalam komunikasi. Secara garis besar, teori kesantunan berbahasa menurut Leech mencakup tiga hal, yaitu (1) jenis tindak tutur yang mengandung kesantunan, (2) skala kesantunan, dan (3) prinsip kesantunan (Baryadi, 2000:72-75). Istilah kesantunan berbahasa di sini dapat disejajarkan dengan pengeritan “sopan santun berbahasa” dalam uraian Baryadi, yaitu tata krama berbahasa (politeness) atau etiket berbahasa (language etiquette). Sopan santun berbahasa merupakan sikap hormat penutur kepada mitra tutur yang diwujudkan dalam tuturan yang sopan dan tuturan yang sopan dilahirkan dari sikap yang hormat pula. a. Jenis Tindak Tutur yang Mengandung Sopan Santun Dalam uraian terdahulu tentang tindak tutur, telah dijelaskan bahwa Leech memaparkan empat jenis tindak tutur atau ilokusi. Pertama, tindak tutur kompetitif adalah tindak tutur yang bersaing dengan tujuan sosial, misalnya memerintah, meminta, menuntut, dan mengemis. Kedua, tindak tutur konvival adalah tindak tutur yang sejalan dengan tujuan sosial, misalnya menawarkan, mengajak atau mengundang, menyapa, mengucapkan terima kasih, dan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
53
mengucapkan selamat. Ketiga, tindak tutur kolaboratif adalah tindak tutur yang tidak menghiraukan tujuan sosial, misalnya menyatakan, melaporkan, mengumumkan, dan mengajarkan. Keempat, tindak tutur konfliktif adalah tindak tutur yang bertentangan dengan tujuan sosial, misalnya mengancam, menuduh, menyumpahi, memarahi. Menurut Leech, jenis tindak tutur yang melibatkan sopan santun adalah tindak tutur kompetitif dan tindak tutur konvivial. Pada tindak tutur kompetitif, sopan santun mempunyai sifat negatif dan tujuannya adalah mengurangi ketidakharmonisan yang tersirat dalam kompetisi antara apa yang dicapai oleh penutur dengan apa yang dituntut oleh sopan santun. Pada tindak tutur konvivial, sopan santun lebih positif bentuknya dan bertujuan mencari kesempatan untuk beramah tamah. Tindak tutur kolaboratif tidak melibatkan sopan santun karena tindak tutur tersebut bertujuan untuk menyampaikan sesuatu secara objektif. Tindak tutur konfliktif sama sekali tidak melibatkan sopan santun. Tindak tutur konfliktif bersifat marginal dan tidak memegang peranan penting dalam komunikasi.
Bagan fungsi tindak tutur, tujuan tindak tutur, dan contoh tindak tutur yang terjadi dalam komunikasi berdasarkan pendapat Leech dapat dilihat pada tabel berikut.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
54
Tabel 5. Fungsi, Tujuan, dan Jenis Tindak Tutur No 1 2
3 4
Fungsi Tindak Tutur Kompetitif/ bersaing Konvivial /menyenangkan
Tujuan Tindak Tutur / Aspek Tata Krama Bersaing dengan tujuan sosial Sejalan dengan tujuan sosial
Kolaboratif /bekerja sama Konfliktif /bertentangan
Tidak menghiraukan tujuan sosial Bertentangan dengan tujuan sosial
Jenis Tindak Tutur / Aspek Kesantunan memerintah, meminta, menuntut, mengemis menawarkan (bantuan), mengajak, mengundang, menyapa, mengucapkan terima kasih, mengucapkan selamat menyatakan, melapor, mengumumkan, mengajarkan mengancam, menuduh, menyumpahi, memarahi
Berdasarkan penjelasan Leech ini, Subagyo (2000: loc.cit.) mengurutkan skala tingkat kesopanan keempat ilokusi tersebut sebagai berikut. Jenis tindak tutur
Tingkat kesopanan
konvivial
sopan
kolaboratif
netral
kompetitif
tidak sopan
konfliktif
lebih tidak sopan.
Dari perspektif lain, Baryadi (2012:31-34) menjelaskan bahwa tindak tutur dapat merepresentasikan kekuasaan, khususnya praktik dominasi. Bertolak dari pemikiran Leech tentang fungsi-fungsi tindak tutur di atas, Baryadi menerangkan bahwa keempat jenis tindak tutur tersebut terdapat kadar kekuatan dominasi yang berbeda. Dimulai dari tindak tutur konfliktif yang paling kuat kadar dominasinya, kemudian tindak tutur kompetitif, tindak tutur kolaboratif, dan tindak tutur konvivial yang paling lemah kadar dominasinya. Berikut gambaran tingkat kekuatan dominasi sebagari praktik dominasi dari keempat tuturan tersebut.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Jenis tindak tutur
Kadar kekuatan dominasi
tindak tutur konvivial
dominasi kuat
55
tindak tutur kolaboratif tindak tutur kompetitif tindak tutur konfliktif
dominasi lemah.
Dengan pemikiran ini, Baryadi (2012), seperti halnya hasil penelitian Subagyo (2000) di atas, memberikan gambaran tentang tingkat kesopanan dari tuturan-tuturan tersebut. Jenis tindak tutur
Tingkat kesopanan
tindak tutur konvivial
kesopanan tinggi
tindak tutur kolaboratif tindak tutur kompetitif tindak tutur konfliktif
kesopanan rendah
Gambar di atas menjelaskan bahwa kadar kekuatan dominasi suatu tindak tutur berbanding terbalik dengan tingkat kesopanan suatu tindak tutur. Semakin tinggi kekuatan dominasi suatu tindak tutur semakin rendah tingkat kesopanannya, semakin rendah kekuatan dominasi suatu tindak tutur semakin tinggi tingkat kesopanannya. Dengan demikian, tindak tutur konvivial tingkat kesopanannya paling tinggi, kemudian tindak tutur kolaboratif, tindak tutut kompetitif, dan tindak tutur konfliktif kesopanannya paling rendah. b. Skala Kesopanan Tuturan Kesopanan memiliki rentangan skala yang menunjukkan sopan atau tidak sopannya (santun atau tidak santunnya) tuturan. Leech (dalam Oka, 1993:194-
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
56
200) menyebut rentangan skala ini sebagai skala pragmatik. Ada lima skala kesopanan yang dikemukakan Leech, yaitu a) Skala untung rugi (the cost-benefit scale) Skala untung rugi berkenaan dengan besar kecilnya kerugian dan keuntungan yang diakibatkan oleh sebuah tindak tutur pada penutur dan mitra tutur. Apabila sebuah tuturan semakin merugikan penutur dan semakin menguntungkan mitra tutur, tuturan tersebut semakin tinggi derajat kesopanannya. Sebaliknya, apabila sebuah tuturan semakin menguntungkan penutur dan semakin merugikan mitra tutur, tuturan tersebut semakin rendah derajat kesopanannya. b) Skala pilihan (the optionality scale) Skala pilihan berkenaan dengan banyak sedikitnya pilihan yang disampaikan oleh penutur kepada mitra tutur di dalam kegiatan bertutur. Apabila sebuah tuturan semakin banyak memberikan pilihan kepada mitra tutur, tuturan itu memiliki derajat kesopanan yang tinggi. Sebaliknya, apabila sebuah tuturan semakin kecil memberikan pilihan kepada mitra tutur, tuturan tersebut memiliki derajat kesopanan yang rendah. c) Skala ketaklangsungan (indirectness scale) Skala
ketaklangsungan
berkenaan
dengan
langsung
tidaknya
pengungkapan maksud dalam tuturan. Skala ini berkaitan dengan panjang pendeknya jalan yang menghubungkan tindak ilokusi dengan tujuan ilokusi. Apabila sebuah tuturan semakin tak langsung mengungkapkan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
57
maksud penutur kepada mitra tutur, semakin tinggilah derajat kesopanan tuturan itu. Apabila sebuah tuturan semakin langsung mengungkapkan maksud penutur kepada mitra tutur, semakin rendahlah derajat kesopanan tuturan itu. d) Skala keotoritasan (authority scale) Skala keotoritasan berkenaan dengan derajat otoritas penutur kepada mitra tutur. Semakin rendah otoritas penutur terhadap mitra tutur, semakin tinggilah derajat kesopanan tuturan. Sebaliknya, semakin tinggi otoritas penutur terhadap mitra tutur, semakin rendahlah derajat kesopanan tuturannya. e) Skala jarak sosial (social distance scale) Skala jarak sosial berkenan dengan jauh dekatnya hubungan sosial antara penutur dengan mitra tutur. Semakin jauh jarak sosial antara penutur dengan mitra tutur, semakin tinggilah derajat kesopanan tuturannya. Semakin dekat jarak sosial antara penutur dengan mitra tutur, semakin rendahlah derajat kesopanan tuturannya. Selain Leech, ada ahli lain yang memberikan gambaran tentang skala kesantunan, yaitu Brown dan Levinson (1987) dan Robin Lakoff (1973). Brown dan Levinson menyebutkan tiga skala penentu tinggi rendahnya peringkat kesantunan sebuah tuturan. Ketiga skala itu ditentukan secara kontekstual, sosial, dan kultural yang selengkapnya mencakup skala-skala berikut: (1) skala peringkat jarak sosial antara penutur dan mitra tutur, (2)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
58
skala peringkat status sosial antara penutur dan mitra tutur, dan (3) skala peringkat tindak tutur. Robin Lakoff memaparkan tiga ketentuan untuk dapat dipenuhinya kesantunan di dalam kegiatan bertutur, yaitu (1) skala formalitas, (2) skala ketidaktegasan, dan (3) skala kesamaan atau kesekawanan. c. Prinsip Kesopanan Kesopanan atau kesantunan tuturan menjadi prinsip hubungan komunikasi antarpribadi. Leech telah menjelaskan mengapa tuturan berbentuk tak langsung bersifat sopan atau santun daripada tuturan yang berbentuk langsung. Di sini, penutur biasanya menggunakan implikatur, yaitu apa yang tersirat dalam suatu ujaran, atau apa yang dikomunikasikan penutur kepada mitra tutur (Pranowo, 2009:102). Oleh karena itu, Leech memberikan enam prinsip kesantunan tuturan yang disebutnya sebagai maxim yang di dalamnya mengandung dua kaidah berpasangan(Gunarwan, 1992:187; Bariyadi, 2000:74-75; Pranowo, 2009:103). Prinsip kesantunan Leech ini dianggap dapat menerangkan kesantunan berbahasa dalam situasi yang lain, bukan berbahasa dalam interaksi bersemuka saja. Pemahaman tentang
maksim-
maksim kesantunan Leech didasarkan pada pengertiannya tentang diri dan pihak lain yang berada dalam situasi tutur. Penjelasannya adalah sebagai berikut. 1. Maksim timbang rasa (a) Minimalkan biaya kepada pihak lain (b) Maksimalkan keuntungan kepada pihak lain
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
59
2. Maksim kemurahan hati (a) Minimalkan keuntungan pada diri (b) Maksimalkan keuntungan pada pihak lain 3. Maksim pujian (a) Minimalkan penjelekan terhadap pihak lain (b) Maksimalkan pujian kepada pihak lain 4. Maksim kerendahan hati (a) Minimalkan pujian kepada diri (b) Maksimalkan penjelekan terhada diri 5. Maksim kesetujuan (a) Minimalkan ketidaksetujuan antara diri dan pihak lain (b) Maksimalkan kesetujuan antara diri dan pihak lain 6. Maksim simpati (a) Minimalkan antipati antara diri dan pihak lain (b) Maksimalkan simpati antara diri dan pihak lain
2.3.1.2 Teori Kesantunan Berbahasa Menurut Pranowo Dalam buku berjudul Berbahasa Secara Santun, Pranowo (2009:v-vi) memaparkan berbagai masalah, seperti siapa yang harus berbicara secara santun, mengapa orang harus berbicara secara santun, faktor apa saja yang menentukan kesantunan, nilai-nilai apa yang perlu diperhatikan agar orang berbicara menjadi santun, sikap seperti apa yang harus diperhatikan agar ketika berbahasa menjadi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
60
santun, daya bahasa seperti apa yang dapat meningkatkan kesantunan, dan kaidah seperti apa yang dapat dipakai untuk berbicara secara santun. Topik-topik ini memang tidak secara khusus membahas teori kesantunan, tetapi dari uraian-uraian tersebut diperoleh kaidah atau pedoman bagaimana berbicara santun (Chaer, 2010:62). Sebagaimana Leech (1983) memaparkan indikator-indikator kesantunan berbahasa, Pranowo (2009:103-104) juga memberikan beberapa indikator agar tuturan akan terasa santun. Indikator-indikator itu adalah a) Perhatikan suasana perasaan mitra tutur sehingga ketika bertutur dapat membuat hati mitra tutur berkenan (angon rasa) b) Pertemukan perasaan Anda dengan perasaan mitra tutur sehingga isi komunikasi sama-sama dikehendaki karena sama-sama diinginkan (adu rasa) c) Jagalah agar tuturan dapat diterima oleh mitra tutur karena mitra tutur sedang berkenan di hati (empan papan) d) Jagalah agar tuturan memperlihatkan rasa ketidakmampuan penutur di hadapan mitra tutur (sifat rendah hati) e) Jagalah agar tuturan selalu memperlihatkan bahwa mitra tutur diposisikan pada tempat yang lebih tinggi (sikap hormat) f) Jagalah agar tuturan selalu memperlihatkan bahwa apa yang dilakukan kepada mitra tutur juga dirasakan oleh penutur (sikap tepa selira). Indikator-indikator di atas terkait dengan santun tidaknya suatu tuturan. Selain itu, Pranowo (2009:104) memberikan penekanan pada aspek bahasa,
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
61
khususnya pemakaian diksi, sebagai petunjuk santun tidaknya suatu tuturan. Contohcontoh diksi itu yaitu: a) gunakan kata “tolong” untuk meminta bantuan orang lain, b) gunakan frasa frasa “terima kasih” sebagai penghormatan atas kebaikan orang lain, c) gunakan kata “maaf” untuk tuturan yang diperkirakan dapat menyinggung perasaan orang lain, d) gunakan kata “berkenan” untuk meminta kesediaan orang lain melakukan sesatu, e) gunakan kata “beliau” untuk menyebut orang ketiga yang dinilai lebih dihormati, f) gunakan kata “Bapak”, “Ibu” untuk menyebut orang kedua dewasa.
2.4 Penanda Lingual Kesantunan Penerapan prinsip-prinsip atau maksim-maksim yang berkaitan dengan prinsip kerja sama (Grice) dan prinsip kesantunan (Leech, Brown dan Levinson, dan Lakoff) dapat dianalisis pada bentuk konkret tuturan, baik lisan maupun tertulis. Bentuk tuturan lisan terkait dengan komunikasi secara lisan, sedangkan bentuk tuturan tertulis berhubungan dengan komunikasi tertulis di mana kedua-duanya menggunakan piranti bahasa atau linguistik sebagai sarana utamanya. Menurut Pranowo (2009:76), penentu kesantunan adalah segala hal yang dapat memengaruhi pemakaian bahasa menjadi santun atau tidak santun. Dalam hal
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
62
ini santun tidaknya bahasa tidak terlepas dari konteks pemakaian bahasa. Oleh karena itu, untuk menilai tingkat kesantunan sebuah tuturan konteks penggunaan bahasa dalam fungsinya sebagai alat komunikasi harus dilibatkan. Rahardi (2005:118) membahas masalah ini dalam bagian kesantunan linguistik dan kesantunan pragmatik imperatif.Kesantunan linguistik berkenaan dengan ciri linguistik, sedangkan kesantunan pragmatik menyangkut ciri nonlinguistik dari tuturan. Menurut Rahardi (2005), kesantunan linguistik tuturan imperatif bahasa Indonesia mencakup hal-hal berikut: (1) panjang-pendek tuturan, (2) urutan tutur, (3) intonasi tuturan dan isyarat-isyarat kinesik, dan (4) pemakaian ungkapan penanda kesantunan. Dalam penelitian Rahardi ditemukan bahwa makna pragmatik imperatif itu kebanyakan tidak diwujudkan dengan tuturan imperatif melainkan dengan tuturan nonimperatif. Kesantunan pragmatik tuturan imperatif dalam bahasa Indonesia justru banyak ditemukan dalam tuturan deklaratif dan tuturan interogatif. Penggunaan tuturan nonimperatif untuk menyatakan makna pragmatik imperatif itu, biasanya, mengandung ketidaklangsungan. Dalam pembahasan tentang pemakaian ungkapan penanda kesantunan, Rahardi (2005:125) menyebutkan bermacam-macam penanda kesantunan, yaitu: tolong, mohon, silakan, mari, ayo, biar, coba, harap, hendaknya, hendaklah, -lah, sudi kiranya, sudilah kiranya, sudi apalah kiranya. Pemakaian ungkapan-ungkapan penanda kesantunan ini dijelaskannya juga dalam pembahasan tentang wujud pragmatik imperatif (Rahardi, 2005: 93-117). Adapun yang dimaksud dengan wujud pragmatik adalah realisasi maksud imperatif dalam bahasa Indonesia apabila
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
63
dikaitkan dengan konteks situasi tutur yang melatarbelakanginya. Makna pragmatik imperatif tuturan yang demikian sangat ditentukan oleh konteksnya. Konteks yang dimaksud dapat bersifat ekstralinguistik dan dapat pula bersifat intralinguistik. Konteks yang bersifat intralinguistik sering disebut dengan koteks (cotex), yaitu konteks pada teks itu sendiri. Konteks tindak tutur merupakan pengetahuan bersama yang dimiliki bersama oleh penutur dan mitra tutur, sedangkan konteks berupa cotext akan muncul pada tuturan itu sendiri. Penanda koteks itu berupa piranti bahasa seperti diksi, gaya bahasa, pronomina, modalitas, dan satuan kebahasaan lainnya. Dalam konteks analisis wacana formal, piranti bahasa yang digunakan dalam teks atau wacana sangat menentukan pemahaman tentang cara-cara teks memperlakukan peristiwa dan hubungan sosial dan juga mengkonstruk versi realitas tertentu, identitas sosial, dan hubungan sosial. Jorgensen dan Philips (dalam Syukur Ibrahim, 2007:152),
mengutip Fairclough, mengusulkan sejumlah piranti untuk
menganalisis teks, yakni (1) kendali interaksional – hubungan antara penutur-penutur, termasuk pertanyaan tentang siapa yang menetapkan agenda percakapan, (2) etos – bagaimana identitas dikonstruk melalui bahasa dan aspek-aspek tubuh, (3) metafora, (4) kata, dan (5) tata bahasa. Fairlclough (dalam Eriyanto, 2006:285) membangun suatu model analisis wacana yang mengkombinasikan tradisi analisis tekstual dengan konteks masyarakat yang lebih luas. Titik perhatian Fairclough adalah melihat bahasa sebagai praktik kekuasaan. Bahasa secara sosial dan historis adalah bentuk tindakan, dalam hubungan dialektik dengan struktur sosial. Analisisnya berpusat pada
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
64
bagaimana bahasa itu terbentuk dan dibentuk dari relasi sosial dan konteks sosial tertentu. Salah satu implikasi dari pemikiran Fairclough di atas adalah bahwa wacana merupakan bentuk dari tindakan, seseorang menggunakan bahasa sebagai tindak pada dunia dan khususnya sebagai bentuk representasi ketika melihat dunia/realitas. Implikasi lainnya adalah bahwa adanya hubungan timbal balik antara wacana dan struktur sosial. Dalam konteks analisis wacana yang terfokus pada teks, aspek yang dianalisis adalah linguistiknya, seperti kosa kata, semantik, dan tata kalimat. Ada tiga hal yang bisa dilihat dalam teks, yaitu representasi, relasi, dan identitas (Eriyanto, 2006:285; bdk. juga Widharyanto, 2000). Lebih lanjut, Fairclough mengeksploarasi teks terkait dengan penggunaan kosa kata, metafora, dan tata bahasa dari teks tersebut. Pilihan kosa kata yang dipakai terutama berhubungan dengan bagaimana peristiwa, seseorang, kelompok, atau kegiatan tertentu dikategorisasikan dalam suatu set tertentu. Kosakata ini sangat menentukan karena berhubungan dengan pertanyaan bagaimana realitas ditandakan dalam bahasa dan bagaimana bahasa itu memunculkan realitas bentukan tertentu. Selain pilihan kosakata, pemakaian metafora juga menentukan representasi teks. Metafora yang dipakai merupakan kunci bagaimana realitas ditampilkan dan dibedakan dengan yang lain. Dalam pemakaian tatabahasa, analisis Fairclough terutama dipusatkan pada apakah tata bahasa ditampilkan dalam bentuk proses ataukah dalam bentuk partisipan. Uraian Fairclough di atas, khususnya tentang bahasa secara sosial dan historis adalah bentuk tindakan, dalam hubungan dialektik dengan struktur sosial,
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
65
memiliki kaitan dengan pandangan Leech yang memosisikan tindak tutur (tuturan) ilokusi dalam konteks tujuan atau fungsi. Leech mengklasifikasikan fungsi-fungsi ilokusi atas empat jenis, sesuai dengan hubungan fungsi-fungsi tersebut dengan tujuan-tujuan sosial berupa pemeliharaan perilaku yang sopan dan terhormat. Keempat fungsi ilokusi itu adalah menyenangkan (convivial), bekerja sama (collaborative), kompetitif (competitive),dan bertentangan (conflictive). Selain Fairclough yang memakai ancangan analisis wacana secara tekstual, dan Leech yang mengkaji tuturan dalam konteks fungsi-fungsi ilokusi dan tujuantujuan sosial, Roger Fowler, dkk. (dalam Eriyanto, 2006:133-134) juga memusatkan perhatiannya pada aspek linguistik dari wacana. Fowler, dkk. meletakkan tata bahasa dan praktik pemakaiannya tersebut untuk mengetahui praktik ideologi. Bahasa dilihat sebagai sistem klasifikasi, dan bahasa menggambarkan bagaimana realitas dunia dilihat, memberi kemungkinan seseorang untuk mengontrol dan mengatur pengalaman pada realitas sosial. Ada dua elemen penting yang perlu dikaji dari sebuah teks terkait dengan bahasa, yaitu kosakata dan tata bahasa. Penggunaan kosakata menjadikan realitas diklasifikasi, membatasi pandangan, menjadi pertarungan wacana, dan adanya proses marjinalisasi. Dalam penggunaan tata bahasa, Fowler menjelaskan bahwa bahasa sebagai satu set kategori dan proses. Ketegori yang penting disebutnya sebagai “model” yang menggambarkan hubungan antara objek dengan peristiwa. Ada tiga model yang bisa menunjukkan pola hubungan antara tindakan, proses, dan aktor, yaitu (1) model transitif, (2) model intransitif, dan (3) model relasional. Model
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
66
transitif dipakai untuk menunjukkan tindakan yang dilihat sebagai dilakukan oleh aktor melalui suatu proses yang ditunjukkan dengan kata kerja (verba). Model intransitif menjelaskan seorang aktor dihubungkan dengan suatu proses tetapi tanpa menjelaskan atau menggambarkan akibat atau objek yang dikenai. Model relasional merujuk pada hubungan antara tindakan dan akibat dari tindakan tersebut. Satuan kebahasaan lainnya yang penting dalam sebuah tuturan adalah modalitas. Modalitas terkait dengan faktor pragmatik yang menunjukkan gerak dalam batin seseorang atau anggapan ketika menghadapi sesuatu baik di dalam maupun di luar dirinya. Mungkin orang merasa yakin dan mengiyakan; mungkin pula orang merasa sangsi dan memustahilkan, atau merasa berharap atau mengimbau. Cara-cara anggapan seperti inilah yang dapat disebut sebagai modalitas (Sudiati, 1996:53; bdk. juga Fowler, 1986; Fowler, 1991 dalam Widharyanto, 2000). Berdasarkan studi-studi di atas, penanda lingual kesantunan berbahasa pada dasarnya terkait dengan dua hal penting, yaitu (1) prinsip-prinsip kesantunan berbahasa, dan (2) piranti-piranti bahasa yang dipakai sebagai penunjuk santun tidaknya bahasa (tuturan) ketika berkomunikasi. Penentu atau penanda kesantunan meliputi aspek kebahasaan (linguistik) dan nonkebahasaan (nonlinguistik). Karena penelitian ini menggunakan data tuturan tertulis, penanda kesantunan linguistiklah yang akan diterapkan dalam analisis datanya. Meskipun demikian, penanda linguistik dan nonlinguistik umumnya dapat diterapkan sekaligus untuk mencermati aspek kesantunan setiap tuturan. Adapun piranti-piranti kesantunan bahasa itu berhubungan erat dengan kesantunan linguistik dan kesantunan pragmatik. Kesantunan linguistik
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
67
(Rahardi, 2005:118-148) berkaitan dengan ciri-ciri linguistik dari tuturan, sedangkan kesantunan pragmatik berkaitan dengan ciri-ciri nonlinguistik. Secara khusus, penanda lingual kesantunan yang akan dijelaskan dalam penelitian ini terkait dengan penanda kesantunan lingustik dalam kaitannya dengan penanda kesantunan faktor kebahasaan, yaitu aspek verbal kebahasaan. Dengan merujuk pada pendapat para ahli di atas, terdapat beberapa penanda lingual kesantunan, yaitu: (1) penggunaan ungkapan-ungkapan penanda kesantunan (Rahardi, 2005:125);(2) diksi, gaya bahasa, dan penggunaan pronomina (Pranowo, 2009); (3) penggunaan kosakata/diksi dan tata bahasa (Fairlclough dalam Eriyanto,
2006:285; Fairclough dalam Widharyanto,
2000; Fowler, dkk. dalam Eriyanto, 2006:133-134); (4) penggunaan gaya bahasa, seperti metafora, hiperbola, litotes, eufemisme, ironi (Leech, 1983); dan (5) penggunaan modalitas (Fowler, 1986; Fowler, 1991 dalam Widharyanto, 2000; Sudiati, 1996:53). Dalam penelitian ini, tidak semua penanda lingual kesantunan itu diuraikan satu persatu. Peneliti berusaha mengklasifikasi dan mengelaborasi semua pendapat ahli tersebut sesuai data tuturan yang ditemukan dan konteks tuturannya. Penjelasan tentang penggunaan penanda lingual kesantunan dari setiap tuturan akan dianalisis sesuai daya pengaruhnya untuk konteks tuturan secara keseluruhan. Namun, agar mempermudah analisis, berikut diberikan penanda-penanda lingual kesantunan yang sering muncul dalam setiap tuturan.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
2.4.1
68
Diksi Diksi terkait dengan pilihan kata yang dipakai penulis atau penutur dalam
teks tertulis atau lisan. Menurut Fairclough (1989, dalam Widharyanto, 2000), pilihan kata dalam suatu teks, termasuk juga dalam tuturan, menandai secara sosial maupun ideologis bidang-bidang pengalaman yang berbeda dari penulisnya, baik berupa nilai eksperiental, nilai relasional, dan nilai ekspresif. Suatu kata tidak hanya menunjukkan pengalaman dalam artian umum, tetapi juga berpotensi merepresentasikan adanya konsep pembedaan kelas, golongan, maupun ideologi. Keraf (2008:24) memberikan tiga kesimpulan mengenai diksi. Pertama, diksi mencakup pengertian kata-kata mana yang dipakai untuk menyampaikan suatu gagasan, bagaimana membentuk pengelompokan kata-kata yang tepat atau menggunakan ungkapan-ungkapan yang tepat, dan gaya mana yang paling baik digunakan dalam suatu situasi. Kedua, diksi adalah kemampuan membedakan secara tepat nuansa-nuansa makna dari gagasan yang ingin disampaikan, dan kemampuan untuk menemukan bentuk yang sesuai (cocok) dengan situasi dan nilai rasa yang dimiliki kelompok masyarakat pendengar. Ketiga, diksi atau pilihan kata yang tepat dan sesuai hanya dimungkinkan oleh penguasaan sejumlah besar kosa kata atau perbendaharaan kata bahasa itu. Pengertian pertama dan kedua ini dapat dikatakan sebagai faktor penanda lingual kesantunan dari tuturan. Dalam konteks ini, Pranowo (2009:104) menyatakan bahwa indikator kesantunan dari segi diksi (pilihan kata) adalah sebagai berikut. a) gunakan kata “tolong” untuk meminta bantuan orang lain,
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
69
b) gunakan frasa frasa “terima kasih” sebagai penghormatan atas kebaikan orang lain, c) gunakan kata “maaf” untuk tuturan yang diperkirakan dapat menyinggung perasaan orang lain, d) gunakan kata “berkenan” untuk meminta kesediaan orang lain melakukan sesuatu, e) gunakan kata “beliau” untuk menyebut orang ketiga yang dinilai lebih dihormati, f) gunakan kata “Bapak”, “Ibu” untuk menyebut orang kedua dewasa.
2.4.2
Gaya Bahasa Pemakaian gaya bahasa menjadi salah satu faktor yang mengakibatkan
pemakaian bahasa menjadi santun. Gorys Keraf (2008:113), gaya bahasa adalah cara mengungkapkan pikiran melalui bahasa secara khas yang memperlihatkan jiwa dan kepribadian penulis (pemakai bahasa). Menurut Pranowo (2009:92), gaya bahasa adalah
optimalisasi
pemakaian
bahasa
dengan
cara-cara
tertentu
untuk
mengefektifkan komunikasi. Dari dua pengertian ini, dapat disimpulkan bahwa gaya bahasa adalah pemakaian bahasa secara khas dan optimal dengan cara-cara tertentu untuk mengefektifkan komunikasi. Penggunaan gaya bahasa itu dapat berupa majasmajas (Moeliono, 1989:175-177), yaitumajas perbandingan (seperti perumpamaan, kiasan atau metafora, dan
personifikasi); majas pertentangan (seperti hiperbola,
litotes, dan ironi); dan majas pertautan (seperti metonomia, sinekdoke, kilatan atau
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
70
allusion, dan eufemisme). Penggunaan majas-majas ini menjadi gaya bahasa yang dipakai penutur agar maksud tuturannya sampai kepada mitra tutur (pendengar atau pembaca). Leech (1983 dalam Oka, 1993) menekankan prinsip kesopanan agar tujuantujuan sosial tercapai atau sesuai dengan yang diharapkan penutur dan mitra tutur. Pemakaian kata-kata tabu dan penggunaan gaya bahasa hiperbola perlu dihindari dalam komunikasi. Sebaliknya, pemakaian gaya bahasa penghalus, seperti ungkapan litotes dan eufemisme (penghalusan dari litotes), dan penggunaan ungkapan bermakna penghormatan atau penghargaan (honorifik) terhadap mitra tutur dianjurkan demi terpeliharanya kesopanan dan tercapainya tujuan sosial.
2.4.3
Pronomina Pronomina atau kata ganti sering dipakai dalam tuturan untuk memberikan
nuansa kesantunan. Pronomina adalah kata yang dipakai untuk mengacu kepada nomina lain (Alwi, 2003:249). Dalam konteks bahasa Indonesia, pemakaian pronomina sangat erat hubungannya dengan aspek budaya, terutama mengenai hubungan sosial antarmanusia. Usia, status sosial, dan keakraban menjadi ukuran dalam penggunaan kata pronomina berupa sapaan untuk menghormati orang lain (mitra tutur). Misalnya, penggunaan kata aku terasa lebih santun daripada saya; atau kata beliau untuk menggantikan dia sebagai bentuk penghormatan; atau kata sapaan Saudara dan Bapak atau Ibu untuk tidak menyebut nama pribadi secara langsung.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
71
Dalam praktik berkomunikasi sehari-hari, situasi dan suasana juga memengaruhi penggunaan pronomina sebagai kata sapaan kepada orang lain. Pada konteks situasi dan suasana resmi, kata-kata sapaan hormat selalu dipakai, seperti Anda, Saudara, Bapak, dan Ibu, sedangkan dalam konteks situasi dan suasana santai dan akrab, kata kamu, kalian, kau, lebih sering dipakai. Jason Jones dan Shan Wareing (dalam Syukur Ibrahim, 2007:75) menjelaskan bahwa pronomina atau kata ganti yang digunakan untuk menyebut pembicara, menyebut haluan politik dan menyebut pendengar, bisa digunakan untuk mengedepankan atau menyembunyikan agen (yaitu orang atau partai yang melakukan tindak tertentu) dan pertanggungjawaban atas tindakan itu. Perubahan dari “saya” menjadi “kami” atau sebaliknya dari tuturan tokoh politik akan memberikan nuansa maksud tuturannya.
2.4.4
Modalitas Modalitas terkait dengan faktor pragmatik yang menunjukkan gerak dalam
batin seseorang atau anggapan ketika menghadapi sesuatu baik di dalam maupun di luar dirinya. Mungkin orang merasa yakin dan mengiyakan; mungkin pula orang merasa sangsi dan memustahilkan, atau merasa berharap atau mengimbau. Cara-cara anggapan seperti inilah yang dapat disebut sebagai modalitas (Sudiati, 1996:53). Dalam penelitian Widharyanto (2000), modalitas sering dipakai penulis (wartawan) dalam rangka membangun perspektif pemberitaan. Modalitas dimengerti sebagai komentar atau sikap, yang berasal dari teks, baik secara eksplisit atau
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
72
implisit, diberikan penulis terhadap hal yang dilaporkan, yakni keadaan, peristiwa, dan tindakan (Fowler, 1986; 1991 dalam Widharyanto, 2000). Dalam konteks tuturan pelaku politik yang diberitakan media surat kabar, modalitas dapat dilihat pada komentar atau sikap penutur yang terwujud dalam proposisi-proposisi pernyataannya secara langsung. Modalitas ini dapat dibagi mejadi empat jenis, yakni (1) kebenaran, (2) keharusan, (3) izin, dan (4) keinginan (Widharyanto, 2000). Pertama, dengan modalitas kebenaran penulis (penutur) mengindikasikan atau menyatakan secara tidak langsung suatu komitmen pada kebenaran dari suatu proposisi/makna yang diutarakannya, atau pada suatu prediksi tingkat kemungkinan dari deskripsi suatu kejadian yang terjadi. Macam-macam modalitas kebenaran terentang sepanjang skala dari sangat pasti, sampai tidak pasti. Kedua, dengan modalitas keharusan, penulis (penutur) menetapkan bahwa partisipan dalam suatu proposisi seharusnya atau tidak seharusnya melakukan tindakan khusus dalam proposisi itu. Ketiga, dengan modalitas izin, penulis (penutur) mengindikasikan suatu persetujuan (izin) atau sebaliknya pada partisipan untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu. Kata-kata yang dapat dipakai adalah boleh, dapat, dan bisa. Keempat, dengan modalitas keinginan, penulis (penutur) menyatakan persetujuan atau ketidaksetujuannya tentang keadaan atau peristiwa yang dikomunikasikan dalam proposisi. Modalitas keinginan implisit terdapat dalam modalitas keharusan dan izin, dan eksplisit ada dalam suatu rentangan adjektif dan adverb evaluatif.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
73
Penggunaan dan wujud modalitas telah ditunjukkan dalam uraian Fowler (dalam Widharyanto, 2000) di atas. Poerwadarminta (dalam Sudati, 1996:55) juga merincikan cara-cara untuk menyatakan modalitas sebagai berikut. a) Lagu kalimat (intonasi). Intonasi menjadi alat terpenting untuk mengetahui kepastian atau kesangsian; pertanyaan ataukah pernyataan; perintah atau anjuran, dan lain sebagainya dalam sebuah tuturan. b) Kata tambahan modalitas, seperti mudah-mudahan, sudilah kiranya, rupanya, sama sekali tidak, sekali-kali jangan, seyogianya, dan sebagainya. c) Kata penghubung modalitas, seperti jikalau, seandainya, sekalipun, seolaholah, supaya, dan sebagainya. d) Kata-kata yang menurut artinya sudah menyatakan modalitas, seperti wajib, mungkin, mustahil, dan sebagainya. e) Bentuk kata kerja, yaitu bentuk kata kerja yang berkenaan dengan pernyataan perintah, termasuk harapan dan permintaan. f) Ungkapan dan suasana kalimat yang menyatakan modalitas seperti: mana ada, boleh jadi, kecil kemungkinannya, tipis harapannya, boleh saja, dan sebagainya.
2.5
Kerangka Berpikir Penelitian ini terfokus pada tiga hal pokok, yaitu (1) jenis-jenis tindak tutur,
(2) tingkat kesantunan tuturan, dan (3) penanda lingual kesantunan. Untuk menjawabi rumusan masalah jenis-jenis tindak tutur dan tingkat kesantunan tuturan, digunakan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
74
teori tindak tutur Geoffrey Leech (1983 dalam Oka, 1993), khususnya yang berkenaan dengan pembahasan tentang fungsi-fungsi tindak tutur, skala kesantunan, dan prinsip kesantunan tuturan. Pembahasan mengenai penanda lingual kesantunan merujuk pada teori kesantunan berbahasa Leech (1983dalam Oka, 1993), khususnya penggunaan gaya bahasa, seperti metafora, hiperbola, litotes, eufemisme, dan ironi; ungkapan penanda kesantunan menurut Rahardi (2005), dan indikator penanda lingual kesantunan menurut Pranowo (2009). Konsep-konsep penanda lingual kesantunan ini kemudian dilengkapi dengan pendapat dari para ahli lain, seperti (1) penggunaan kosakata/diksi dan tata bahasa (Fairlclough dalam Eriyanto, 2006:285; Fairclough dalam Widharyanto, 2000; dan Fowler, dkk. dalam Eriyanto, 2006:133134), dan (2) penggunaan modalitas (Fowler, 1986; 1991 dalam Widharyanto, 2000; Sudiati, 1996:53). Pembahasan topik-topik ini tidak terlepas dari kajian pragmatik yang menganalisis bahasa dalam konteks penggunaan bahasa.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Dalam bab ini diuraikan enam hal, yaitu (1) jenis penelitian, (2) data dan sumber data, (3) instrumen penelitian, (4) metode pengumpulan data, (5) teknik analisis data, dan (6) triangulasi data.
3.1 Jenis Penelitian Penelitian ini tergolong dalam penelitian kualitatif sesuai dengan objek dan tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini. Objek yang dikaji dari penelitian ini adalah bahasa tertulis, dalam hal ini tuturan dalam berita surat kabar, dengan data berupa kata-kata. Dalam kaitannya dengan penelitian kualitatif, Bogdan dan Taylor (1975:5 dalam Moleong, 2006:4) mengartikan metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati. Peneliti menjadi instrumen kunci untuk menetapkan fokus penelitian, memilih sumber data, melakukan pengumpulan data, menilai kualitas data, menganalisis data, menafsirkan data, dan membuat kesimpulan atas
temuannya
itu
(Sugiyono,
2011:222).
Peneliti
menggunakan
daya
kemampuannya untuk menganalisis data penelitian sambil memahami konteks dari setiap data yang ada. Selain itu, objek data yang tersedia bagi penelitian ini bersifat alamiah, yaitu data tuturan langsung calon gubernur, wakil gubernur, dan para
75
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
76
pendukung dalam konteks berita pemilihan umum kepala daerah Provinsi DKI Jakarta tahun 2012 di dalam beberapa surat kabar nasional, khususnya Kompas, Koran Tempo, Republika, Media Indonesia, dan Jawa Pos pada bulan Juni sampai Agustus 2012. Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan fenomena penggunaan bahasa, khususnya bahasa tuturan langsung calon gubernur, wakil gubernur Provinsi DKI Jakarta tahun 2012, dan para pendukung di dalam berita beberapa surat kabar nasional. Yang dianalisis dari fenomena penggunaan bahasa ini adalah jenis-jenis fungsi tindak tutur, tingkat kesantunan tuturan, dan penanda lingual kesantunan tuturan. Dengan demikian, penelitian ini dapat juga disebut sebagai penelitian pragmatik karena mengkaji hubungan antara bentuk-bentuk linguistik dan pemakai bentuk-bentuk itu (Yule, 1996 dalam Wahyuni, 2006:5), atau mengkaji bagaimana satuan kebahasaan itu digunakan dalam komunikasi, atau menganalisis tuturan yang terikat konteks, baik konteks yang bersifat intralingual maupun konteks yang bersifat ekstralingual (Wijana, 2011:8).
3.2 Data dan Sumber Data Data merupakan hasil pencatatan peneliti tentang objek penelitian (Soewandi, 2007:16). Hasil pencatatan itu dapat berupa kata, dan dapat berupa angka. Data penelitian ini adalah data tentang tuturan langsung yang berwujud kalimatkalimat tuturan yang direkam dan dicatat pada kartu data yang disiapkan.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
77
Menurut Suharsimi Arikunto (2010:172), sumber data dalam penelitian adalah subjek darimana data diperoleh. Sumber data merupakan tempat asal muasal data diperoleh. Sumber data dari penelitian ini adalah sumber data yang diperoleh dari surat kabar sebagai sumber tertulis berupa tuturan-tuturan langsung calon gubernur, calon wakil gubernur Provinsi DKI Jakarta dan para pendukung di dalam berita beberapa surat kabar nasional. Proses pengumpulan data dapat terjadi melalui berbagai setting, sumber, dan cara (Sugiyono, 2011:224-225). Penelitian ini memperoleh data dari dokumen atau catatan peneliti yang direkam dalam bentuk tabel pada kartu data dan diketik dalam file komputer, yang berupa data tuturan-tuturan langsung yang dari surat kabar. Setting penelitian ini bersifat alamiah (natural setting) karena penelitian ini terjadi secara alamiah, apa adanya, dalam situasi normal yang tidak dapat dimanipulasi keadaan dan kondisinya, serta menekankan pada deskripsi secara alami. Pengambilan data tuturan langsung dari surat kabar dilakukan secara alami dan menuntut keterlibatan peneliti untuk secara langsung mencatat fenomena bahasa berupa tuturan-tuturan langsung. Sumber data dari penelitian ini adalah sumber tertulis, yaitu beberapa surat kabar nasional, yaitu Kompas, Koran Tempo, Republika, Media Indonesia, dan Jawa Pos. Kelima surat kabar nasional ini merupakan surat kabar dengan oplah terbesar dan memiliki jangkauan pembaca luas di seluruh Indonesia (Wikan, 200 dalam Yusuf, 2013). Sumber data yang berasal dari surat kabar dapat digolongkan sebagai sumber sekunder dan cara pengumpulan datanya adalah dengan teknik dokumentasi dan teknik sadap bebas libat cakap.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
78
3.3 Instrumen Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif karena itu instrumen utamanya adalah peneliti sendiri. Hal ini sejalan dengan pendapat Sugiyono (2011:222) bahwa “dalam penelitian kualitatif, yang menjadi instrumen atau alat penelitian adalah peneliti itu sendiri”. Peneliti kualitatif sebagai human interest berfungsi menetapkan fokus penelitian, memilih sumber data, melakukan pengumpulan data, menilai kualitas data, menganalisis data, menafsirkan data, dan membuat kesimpulan atas temuannya itu. Instrumen penelitian sesungguhnya juga adalah alat pengumpul data, atau alat pemeroleh data (Soewandi, 2008:1). Sebagai penelitian yang memakai teknik dokumentasi dalam pengumpulan data, maka penelitian ini memakai dokumen atau catatan sebagai instrumen pengumpulan data. Suharsimi Arikunto (2010:203) menjelaskan bahwa instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya menjadi lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap, dan sistematis sehingga mudah diolah. Untuk itu, instrumen pengumpulan data yang dipakai peneliti dalam penelitian ini adalah kartu data utama yang berisi data tindak tutur, konteks tuturan, fungsi tuturan, tingkat kesantunan tuturan, dan penanda lingual kesantunan. Peneliti membuat kartu data langsung pada file-file di komputer sehingga setiap kali data tuturan ditemukan, peneliti mencatatnya/mengetiknya pada format kartu data yang tersedia pada file data.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
79
Berikut ini adalah kartu data utama yang disiapkan peneliti untuk mencatat dan menginventarisasi keseluruhan data tuturan. Tabel 6. Kartu Data Utama: Tuturan di Dalam Berita Surat Kabar …. Bulan… No
Data Tuturan
Konteks Tuturan
Jenis Tindak Tutur
Tingkat Kesantunan
Penanda Lingual Kesantunan
Setelah semua data tuturan dan konteks tuturan tercatat pada kartu data utama ini, peneliti membuat identifikasi data tuturan atas jenis tindak tutur, tingkat kesantunan tuturan, dan penanda lingual kesantunan tuturan sesuai konteks tuturan. Setelah semua data tuturan terkumpul, data tersebut diberi kode dan dimatrikulasi pada kartu data analisis seperti tergambar dalam Tabel 7 berikut. Tabel 7. Kartu Data Analisis Tindak Tutur Berita …. Bulan …. Kode No Data
Jenis Tindak Tutur (a)
(b)
(c)
(d)
Tingkat Kesantunan s n ts lts
Penanda Lingual Kesantunan (A)
(B)
(C)
(D)
Cara kodifikasinya adalah sebagai berikut. Nama surat kabar masing-masing diberi nomor urut dengan angka romawi besar, yaitu Kompas (I), Koran Tempo (II), Republika (III), Media Indonesia (IV), dan Jawa Pos (V). Nama bulan terbitnya surat kabar tersebut diberi kode angka, yaitu (1) untuk bulan Juni, (2) untuk bulan Juli, dan (3) untuk bulan Agustus. Kode selanjutnya adalah nomor data tuturan pada setiap kartu data utama, yaitu 1, 2, 3, …dstnya. Data jenis tindak tutur diberi kode huruf kecil yaitu a, b, c, dan d untuk masing-masing secara berurutan konvivial, kolaboratif, kompetitif, dan konfliktif. Data tingkat kesantunan tuturan telah terintegrasi pada
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
80
jenis tindak tutur yang menunjukkan santun tidaknya sebuah tuturan sehingga kode kesantunan tidak dicantumkan pada kode data. Data penanda lingual kesantunan diberi keterangan singkatan untuk setiap penanda lingual kesantunan, yaitu (A) untuk diksi, (B) untuk gaya bahasa, (C) untuk pronomina, dan (D) untuk modalitas. Jadi, bila ditemukan kode “I/2.1.(a).(A)”, kode ini dibaca “data tuturan pada berita surat kabar Kompas, bulan Juli, dengan nomor urut data 1 pada kartu data utama, mengandung jenis tindak tutur konvivial dengan tingkat kesantunan santun dan penanda lingual kesantunannya adalah diksi”. Identifikasi data berdasarkan kartu data utama dan kartu analisis data ini akan jelas terlihat pada bagian lampiran dari penelitian ini. [Lampiran 1 dan Lampiran 2]
3.4 Metode Pengumpulan Data Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan metode simak atau penyimakan. Sudaryanto (1993:133) mengemukakan bahwa untuk mendapatkan data, peneliti pertama-tama dengan segenap kecerdikan dan kemauannya harus menyadap pembicaraan atau menyadap penggunaan bahasa seseorang atau beberapa orang. Kegiatan menyadap ini dipandang sebagai teknik dasarnya dan dapat disebut teknik sadap. Teknik sadap dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu teknik sadap libat cakap dan teknik sadap bebas libat cakap. Dengan teknik sadap libat cakap, kegiatan menyadap dilakukan dengan berpartispasi sambil menyimak – berpartisipasi dalam pembicaraan dan menyimak pembicaraan. Jadi, peneliti terlibat langsung dalam
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
81
dialog. Dengan teknik sadap bebas libat cakap, peneliti tidak berpartisipasi atau tidak ikut serta dalam dialog, konversasi, atau imbal wicara; atau tidak ikut serta dalam proses pembicaraan orang-orang yang saling berbicara. Kedua teknik sadap ini menggunakan alat yaitu peneliti sendiri. Dalam teknik sadap bebas libat cakap, peneliti tidak ikut menentukan pembentukan dan pemunculan calon data kecuali hanya sebagai pemerhati – permerhati terhadap calon data yang terbentuk dan muncul dari peristiwa kebahasaan yang berada di luar dirinya (Sudaryanto, 1993:134-135). Teknik simak bebas libat cakap membutuhkan teknik catat untuk merekam atau menyimpan data yang ditemukan. Dalam konteks penelitian ini, peneliti merekam dan mencatat data melalui proses pencatatan kartu data yang langsung diketik pada tabel kartu data utama yang telah disiapkan dalam file komputer. Data bahasa berupa tuturan langsung yang terdapat di dalam beberapa surat kabar nasional yang terkait dengan judul dan isi berita tentang pilkada Provinsi DKI Jakarta tahun 2012 disadap, dicatat, kemudian diketik sesuai dengan kategori yang telah disiapkan. Berdasarkan metode dokumentasi dan teknik simak libat cakap ini, prosedur pengumpulan data dari penelitian ini dilakukan melalui beberapa tahapan. Pertama, peneliti mengumpulkan beberapa surat kabar nasional yang dijadikan sebagai sumber data, yaitu Kompas, Koran Tempo, Republika, Media Indonesia, dan Jawa Pos, yang terbit pada periode bulan Juni sampai Agustus 2012. Kedua, peneliti membaca secara cepat dan sekilas judul-judul berita tentang peristiwa pemilukada Provinsi DKI Jakarta tahun 2012. Teks-teks berita yang langsung dan erat kaitannya dengan peristiwa tersebut saja yang dipilih. Ketiga, peneliti mengurutkan teks-teks berita
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
82
tersebut sesuai tanggal dan bulan penerbitannya untuk mempermudah identifikasi dan klasifikasi ketika proses pencatatan berlangsung. Keempat, peneliti membaca teksteks berita tersebut dan secara cermat dan teliti menemukan tuturan-tuturan langsung calon gubernur, calon wakil gubernur, dan para pendukung (tokoh politik, tim sukses, tokoh organisasi massa, dan simpatisan). Kelima, peneliti mencatat (mengetik) setiap tuturan dan konteks tuturan pada kartu data utama yang sudah disiapkan di dalam file komputer. Keenam, peneliti secara simultan dalam proses mencatat, langsung mengidentifikasi dan mengklasifikasi setiap tuturan berdasarkan jenis fungsi tindak tutur, tingkat kesantunan tuturan, dan penanda lingual kesantunan. Ketujuh, setelah semua data tuturan terkumpul, peneliti meringkas identifikasi dan klasifikasi data tuturan tersebut dalam bentuk matriks data pada kartu analisis data yang sudah disiapkan di dalam file komputer. Kedelapan, peneliti menganalisis data tuturan tersebut untuk selanjutnya memberi pemaknaan atau menginterpretasi data tuturan sesuai permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini.
3.5 Teknik Analisis Data Analisis data merupakan upaya yang dilakukan untuk mengklasifikasi data. Pada tahap ini dilakukan upaya mengelompokkan data, menyamakan data yang sama, dan membedakan data yang memang berbeda (Mahsun, 2007:253). Bogdan dan Biklen (1982 dalam Moleong, 2008:248) menjelaskan analisis data kualitatif sebagai upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
83
dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceriterakan kepada orang lain. Teknik analisis data yang demikian menggunakan pendekatan induktif. Adapun proses analisis data itu berjalan sebagai berikut (Seiddel, 1998 dalam Moleong: op.cit.). (1) Mencatat yang menghasilkan catatan lapangan, dengan hal itu diberi kode agar sumber datanya tetap dapat ditelusuri, (2) Mengumpulkan,
memilah-milah,
mengklasifikasikan,
menisintesiskan,
membuat ikhtisar, dan membuat indeksnya, (3) Berpikir, dengan jalan membuat agar kategori data itu mempunyai makna, mencari dan menemukan pola dan hubungan-hubungan, dan membuat temuan-temuan umum. Data yang terkumpul dalam penelitian ini merupakan data berupa kata-kata, yaitu tuturan langsung yang terdapat di dalam surat kabar melalui hasil perekaman dan pencatatan dengan metode dokumentasi dan teknik simak bebas libat cakap. Sebelum melakukan analisis data dan pembahasan, proses yang dilewati peneliti adalah (1) menginventarisasi dan mencatat tuturan langsung dan konteks tuturan dari calon gubernur dan wakil gubernur serta para pendukung di dalam berita beberapa surat kabar nasional, (2) mengidentifikasi dan mengklasifikasi jenis tindak tutur, tingkat kesantunan tuturan, dan penanda lingual kesantunan tuturan [langkah (1) dan (2) terdapat pada Lampiran 1: Kartu Data Utama], (3) mengkodifikasi setiap data tuturan pada tabel matrikulasi data untuk mempermudah proses deskripsi dan analisis data, [langkah (3) terdapat pada Lampiran 2:
Kartu Analisis Data], (4)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
84
menginterpretasi data dan memberi pemaknaan atas data tuturan untuk selanjutnya dideskripsikan dan dibahas sebagai temuan penelitian berdasarkan rumusan masalah dan kerangka berpikir yang telah disiapkan. Dengan itu, sebenarnya proses penelitian berlangsung secara simultan sejak studi pendahuluan, pengumpulan data, inventarisasi data, identifikasi dan klasifikasi data, kodifikasi dan matrikulasi data, dan sampai akhirnya interpretasi dan pemaknaan dalam proses analisis data dan pembahasan temuan. Berdasarkan uraian di atas, teknik analisis data yang terkait erat dengan topik permasalahan penelitian ini adalah dengan metode kualitatif dan metode analisis kontekstual. Metode kualitatif berkaitan dengan prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati dan berhubungan dengan tujuan utama penelitian ini, yaitu mendeskripsikan fenomena penggunaan bahasa, khususnya tuturan langsung calon gubernur dan wakil gubernur serta tim pendukung di dalam berita beberapa surat kabar nasional. Fenomena penggunaan bahasa ini secara khusus dianalisis dari aspek jenis-jenis tindak tutur, tingkat kesantunan tuturan, dan penanda lingual kesantunan yang terdapat dalam tuturan-tuturan tersebut. Metode analisis kontekstual berkenaan dengan cara analisis yang mendasarkan, memperhitungkan, dan mengaitkan identitas konteks-konteks yang ada (Rahardi, 2005:16). Konteks yang dimaksudkan di sini adalah lingkungan fisik dan nonfisik di mana bahasa itu digunakan yang melibatkan segala situasi penutur dan mitra tutur dalam berkomunikasi atau konteks situasi tutur yang menyertai,
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
85
melingkupi, dan melatarinya. Pemahaman konteks yang demikian sejalan pula dengan apa yang disampaikan oleh Kridalaksana (1993), yakni bahwa konteks itu adalah aspek-aspek lingkungan fisik atau lingkungan sosial yang berkaitan dengan tuturan. Untuk itu, analisis data dari penelitian ini terfokus pada tiga hal utama, yaitu (1) analisis data jenis-jenis tindak tutur, (2) analisis data tingkat kesantunan tuturan, dan (3) analisis data penanda lingual kesantunan yang terikat konteks tuturan. Analisis data jenis-jenis tindak tutur berdasarkan kerangka teori tindak tutur Geoffrey Leech (1983) yang mengklasifikasikan tindak tutur atas empat fungsi, yaitu (1) konvivial, (2) kolaboratif, (3) kompetitif, dan (4) konfliktif. Tuturan-tuturan itu berwujud kalimat dan kata sehingga analisis datanya adalah analisis atas kalimat dan kata tuturan-tuturan tersebut. Dengan data kalimat dan kata tuturan, Leech juga sebenarnya telah menunjukkan tingkat kesantunan masing-masing fungsi tindak tutur tersebut. Analisis data penanda lingual kesantunan merujuk pada teori kesantunan berbahasa Leech (1983), khususnya penggunaan gaya bahasa, seperti metafora, hiperbola, litotes, eufemisme, dan ironi; ungkapan penanda kesantunan menurut Rahardi (2005), dan indikator penanda lingual kesantunan menurut Pranowo (2009). Konsep-konsep penanda lingual kesantunan ini kemudian dilengkapi dengan pendapat dari para ahli lain, seperti penggunaan kosa kata dan tata bahasa (Fairlclough, 2000; Fowler, 2006) dan
penggunaan modalitas (Fowler, 1986).
Analisis data penanda lingual kesantunan ini berpusat pada aspek internal linguistik, seperti kata, frasa, dan kalimat yang digunakan dalam tuturan. Dengan demikian,
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
86
wujud kata, frasa, dan kalimat tuturan itulah yang dianalisis dalam kaitannya dengan penanda lingual kesantunan tuturan.
3.6 Triangulasi Data Penelitian ilmiah selalu membutuhkan proses triangulasi agar keabsahan data dan temuan dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah pula. Menurut Moleong (2006:330),
triangulasi
adalah
teknik
pemeriksaan
keabsahan
data
yang
memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Ada dua proses triangulasi yang dilakukan untuk penelitian ini, yaitu triangulasi teori dan triangulasi logis. Melalui triangulasi teori, peneliti memanfaatkan dan membandingkan teori-teori tentang tindak tutur dan kesantunan berbahasa untuk mendeskripsikan dan menjelaskan jenis fungsi tindak tutur, tingkat kesantunan tuturan, dan penanda lingual kesantunan sesuai objek permasalahan dan tujuan penelitian ini. Peneliti juga melakukan triangulasi logis, yaitu melakukan bimbingan bersama dosen pembimbing, yaitu Dr. B. Widharyanto, M.Pd. sebagai pembimbing I dan Dr. R. Kunjana Rahardi, M.Hum. sebagai pembimbing II dalam hal diskusidiskusi demi perbaikan dan penyempurnaan sejak awal hingga akhir penelitian.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Dalam bab ini diuraikan tiga hal, yaitu (1) deskripsi data, (2) hasil analisis data, dan (3) pembahasan temuan.
4.1 Deskripsi Data Data yang diambil untuk penelitian ini adalah data tuturan langsung calon gubernur, wakil gubernur, dan para pendukung dalam konteks (1) pemilihan umum kepala daerah Provinsi DKI Jakarta tahun 2012, dan (2) berita di dalam beberapa surat kabar nasional, khususnya Kompas, Koran Tempo, Republika, Media Indonesia, dan Jawa Pos pada bulan Juni – Agustus 2012. Jumlah data yang terkumpul untuk dianalisis adalah 661 tuturan dengan rincian sebagai berikut. Tabel 8. Jumlah Data Tuturan Surat Kabar Nasional No
Nama Surat Kabar
1 2 3 4 5
Kompas Koran Tempo Republika Media Indonesia Jawa Pos JUMLAH
Jumlah Data Perbulan Juni Juli Agustus 50 65 10 15 87 25 74 73 35 36 70 33 0 88 0 174 393 103
Jumlah Data 125 127 182 139 88 661
Jumlah data yang terkumpul dari setiap bulan cukup bervariasi. Kecuali Jawa Pos, dari keempat surat kabar lainnya diperoleh data dari setiap bulan (JuniAgustus). Hal ini terjadi karena pada bulan Juni dan Agustus di dalam Jawa Pos tidak
87
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
88
terdapat berita tentang pemilukada DKI Jakarta 2012. Untuk jumlah dan jenis tindak tutur tiap pasangan calon dan para pendukung tersaji pada tabel berikut. Tabel 9. Jumlah dan Jenis Tindak Tutur Calon Gubernur, Calon Wakil Gubernur, dan Pendukung No
1
Pasangan Calon dan Pendukung Foke-Nara
2
HendardjiRiza
3
JokowiBasuki
4
HidayatDidik
Konvivial
Jumlah dan Jenis Tindak Tutur Kolaboratif Kompetitif
JUMLAH Konfliktif
48 mempersilakan, mengajak, menghargai, menyanjung, meneguhkan, mengucapkan salam, meminta maaf, menyatakan janji, dan mengucapkan terima kasih 9 menyatakan janji, mengundang, mempersilakan, dan mengajak
115 menyatakan, menjelaskan, menginformasikan, menyimpulkan, dan menyatakan pendapat
28 menyuruh, meminta, melarang, memprotes, mengkritik, menyangkal, menyindir
12 meremehkan, menuduh, mengancam, dan menantang
203
14 menginformasikan, menyatakan, menjelaskan, dan menyatakan pendapat
0 -
34
36 mengajak, menghargai, meyanjung, mempersilakan, meneguhkan, menyatakan janji, dan mengucapkan terima kasih 18 mengajak, meneguhkan, menghargai, menyanjung, mengucapkan salam, menyatakan janji, dan mengucapkan
99 menginformasikan, menjelaskan, menyatakan, menyimpulkan, dan menyatakan pendapat
11 meminta, mengkritik, menyuruh, menuntut, menyangkal, dan melarang 47 memprotes, mengkritik, meminta, menyindir, menyuruh, menuntut, dan melarang
20 mengancam, menantang, menuduh, mengecam, dan meremehkan
202
26 mengkritik, menyindir, menuntut, meminta, menyuruh, dan melarang
12 menuduh, mengecam, menantang, dan mengecam
99
43 menjelaskan, menginformasikan, menyatakan, menyatakan pendapat, dan menyimpulkan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
terima kasih 7 mempersilakan, menyanjung, dan mengajak
5
FaisalBiem
6
Alex-Nono
13 mengajak, menyanjung, menyatakan janji, dan mengucapkan terima kasih.
JUMLAH Persentase tuturan (%)
13 menjelaskan, menginformasikan, menyatakan pendapat, dan menyatakan 42 menginformasikan, menjelaskan, menyimpulkan, dan menyatakan.
131 19.82
326 49.32
10 meminta, menyindir, mengkritik, menyuruh, dan melarang 30 menyindir, melarang, mengkritik, menyuruh, menuntut, dan meminta. 152 22.99
89
0 -
30
8 mengancam, mengecam, dan menuduh
93
52 7.87
661 100
Jumlah terbanyak data yang terekam adalah tuturan pasangan Foke-Nara, yaitu 203 tuturan (30.71%) dan tuturan pasangan Jokowi-Basuki, yaitu 202 (30.56%), diikuti tuturan pasangan Hidayat-Didik, yaitu 99 (14.98%) dan tuturan pasangan AlexNono, yaitu 93 (14.07%), dan terakhir tuturan pasangan Hendardji-Riza, yaitu 34 (5.14%) dan tuturan pasangan Faisal-Biem, yaitu 30 (4.54%). Jika dibandingkan antara pasangan petahana (Foke-Nara) dengan penantang (lima pasangan lain) diperoleh data jumlah dan jenis tindak tutur seperti tersaji pada tabel berikut. Tabel 10. Jumlah dan Jenis Tindak Tutur Pasangan Petahana VS Penantang No 1
Pasangan Calon dan Pendukung Petahana
Konvivial 48 mempersilakan, mengajak, menghargai, menyanjung, meneguhkan, mengucapkan salam, meminta
Jumlah dan Jenis Tindak Tutur Kolaboratif Kompetitif 115 28 menyatakan, menyuruh, menjelaskan, meminta, menginformasikan, melarang, menyimpulkan, dan memprotes, menyatakan mengkritik, pendapat menyangkal, dan menyindir
Konfliktif 12 meremehkan, menuduh, mengancam, dan menantang
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
2
Penantang
maaf, menyatakan janji, dan mengucapkan terima kasih 83 mengundang, mempersilakan, mengajak, meminta maaf, mengucapakan salam, menghargai, meyanjung, meneguhkan, menyatakan janji, dan mengucapkan terima kasih,
90
(-menuntut) (-mengecam)
211 menginformasikan, menyatakan, menjelaskan, menyimpulkan, dan menyatakan pendapat
124 meminta, mengkritik, menyuruh, menuntut, menyangkal, memprotes, menyindir, dan melarang
40 mengancam, menantang, menuduh, mengecam, dan meremehkan,
Data tuturan yang terekam selanjutnya diidentifikasi dan dikategorisasi berdasarkan aspek jenis tindak tutur, tingkat kesantunan, dan penanda lingual kesantunan tuturan. Dari segi jenis tindak tutur, yang terbanyak adalah jenis kolaboratif, yaitu 326 tuturan, diikuti jenis kompetitif 152 tuturan, jenis konvivial 131 tuturan, dan terakhir jenis konfliktif 52 tuturan. Hal ini dapat dicermati pada Grafik 1 berikut. Grafik 1. Jenis Tindak Tutur 400 300 200 100 0
Jenis Tindak Tutur
Dari segi tingkat kesantunan tuturan, tingkat kesantunan tuturan calon gubernur, calon wakil gubernur, dan pendukung dapat diidentifikasi dan diklasifikasi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
91
atas tingkat kesantunan santun untuk tindak tutur konvivial (131 tuturan); tingkat kesantunan netral untuk tindak tutur kolaboratif (326 tuturan); tingkat kesantunan tidak santun untuk tindak tutur kompetitif (152 tuturan); dan tingkat kesantunan lebih tidak santun untuk tindak tutur konfliktif (52 tuturan). Tingkat kesantunan tuturan sangat erat kaitannya dengan jenis tindak tutur. Hal ini dapat dicermati pada Grafik 2 berikut. Grafik 2. Tingkat Kesantunan Tuturan 400 300 200 100 0 Santun
Netral
Tidak Santun
Lebih Tidak Santun
Tingkat Kesantunan Tuturan
Penanda lingual kesantunan yang dipakai di dalam tuturan cukup bervariasi. Untuk memudahkan identifikasi data penanda lingual kesantunan tuturan, grafik berikut hanya menggambarkan jumlah pemakaian penanda lingual kesantunan tuturan (santun atau tidaknya tuturan) secara umum sebab dalam kenyataannya di dalam setiap tuturan terdapat berbagai jenis penanda lingual kesantunan tuturan. Untuk konteks penelitian ini, penanda lingual kesantunan yang dicermati yakni diksi, modalitas, gaya bahasa, dan pronominal. Penanda-penanda lingual ini dapat muncul sekaligus di dalam setiap tuturan. Berikut ini adalah grafik jumlah diksi atau pilihan kata (344 buah); penanda gaya bahasa (76 buah); penanda pronomina (52 buah); dan penanda modalitas (189 buah).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
92
Grafik 3. Jenis Penanda Lingual Kesantunan 400 300 200 100 0
Jenis Penanda Lingual Kesantunan
4.2 Hasil Analisis Data Data tuturan yang telah direkam pada kartu data utama secara simultan diidentifikasi, diklasifikasi, dikategorisasi, dan dikodifikasi sesuai dengan tujuan penelitian ini. Aspek-aspek yang diidentifikasi yakni jenis tindak tutur, konteks tuturan, tingkat kesantunan tuturan, dan penanda lingual kesantunan tuturan. Dari kartu data utama yang tersedia itu dibuatlah interpretasi atau pemaknaan data untuk kemudian dilaporkan. Wujud laporan ini berupa hasil analisis data yang meliputi temuan 3 hal berikut, yaitu (1) jenis-jenis tindak tutur, (2) tingkat kesantunan tuturan, dan (3) penanda lingual kesantunan tuturan. Penjelasan singkatnya sebagai berikut. 1) Temuan tentang jenis-jenis tindak tutur tuturan calon gubernur, calon wakil gubernur Provinsi DKI Jakarta, dan para pendukung meliputi tindak tutur konvivial, tindak tutur kolaboratif, tindak tutur kompetitif, dan tindak tutur konfliktif. Tindak tutur-tindak tutur ini dikategorikan lagi atas 4 jenis tindak ilokusi, yaitu ilokusi representatif, ilokusi direktif, ilokusi ekspresif, dan ilokusi komisif dengan berbagai bentuk tuturan untuk menyatakan fungsi atau tujuan tuturan.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
93
2) Tingkat kesantunan tuturan para calon gubernur, calon wakil gubernur, dan para pendukung diidentifikasi berdasarkan jenis tindak tutur dengan ilokusiilokusi yang dipakai dan penanda lingual kesantunan yang muncul pada tuturan tersebut. Tingkat kesantunan (atau kesopanan) tuturan berturut-turut adalah santun, netral, tidak santun, dan lebih tidak santun sesuai dengan jenis tindak tutur. Skala tingkat kesantunan tuturannya adalah Jenis tindak tutur konvivial kolaboratif kompetitif konfliktif
Tingkat kesantunan santun netral tidak santun lebih tidak santun.
3) Temuan tentang penanda lingual kesantunan terkait dengan aspek intralinguistik atau cotext setiap tuturan. Dalam hal ini, cotext berkaitan dengan kata, frasa, klausa, dan kalimat yang merujuk pada aspek kesantunan tuturan para calon gubernur, calon wakil gubernur, dan para pendukung sesuai dengan konteks tuturan. Penanda lingual kesantunan yang dicermati secara khusus di dalam tuturan-tuturan tersebut adalah diksi atau pilihan kata, gaya bahasa, pronomina, dan modalitas. Di dalam setiap tuturan, sangat mungkin terjadi munculnya lebih dari satu penanda lingual. Pembahasan hasil analisis data secara lengkap tersaji pada uraian berikut ini.
4.2.1
Jenis-jenis Tindak Tutur Searle menggolongkan tindak tutur ilokusi dalam aktivitas bertutur ke dalam
lima macam bentuk tuturan, yakni (1) asertif atau representatif, (2) direktif, (3)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
94
ekspresif, (4) komisif, dan (5) deklarasi karena setiap bentuk tuturan ini menunjukkan fungsi-fungsi komunikatifnya tersendiri. Leech justru (1983) menyatakan sebaliknya (bdk. Rahardi, 2009:17) ketika menguraikan fungsi tindak tutur dan bentuk tindak tutur. Menurut Leech, satu maksud atau satu fungsi bahasa dapat dinyatakan dengan bentuk tuturan yang bermacam-macam. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa keempat jenis fungsi tindak tutur (konvivial, kolaboratif, kompetitif, dan konfliktif) yang diuraikan Leech terkandung di dalamnya jenis-jenis ilokusi yang diwujudkan dalam berbagai bentuk tuturan.
4.2.1.1 Tindak Tutur Konvivial Tindak tutur konvival adalah tindak tutur yang sejalan (coincide with) dengan tujuan sosial, misalnya bentuk tuturan menawarkan (bantuan), mengajak atau mengundang, menyapa, mengucapkan terima kasih, dan mengucapkan selamat (Leech, 1983 dalam Oka, 1993:162 & 164). Tindak tutur konvivial terdapat dalam 3 jenis ilokusi, yaitu (1) ilokusi ekspresif, mencakup bentuk tuturan menawarkan (bantuan), mengajak, mengucapkan terima kasih, mengucapkan selamat, menyapa, mengucapkan terima kasih, mengucapkan salam, mengucapkan selamat tinggal, memuji, memaafkan, meminta maaf, mengampuni, menyetujui, menyanjung, menghargai, membanggakan, melucu, meneguhkan, mempersilakan, bercanda, berbelasungkawa, berterima kasih, berdialog; (2) ilokusi komisif, seperti bentuk tuturan menyatakan janji, menawarkan, dan berkaul yang berkaitan dengan sesuatu di
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
95
masa depan yang hendak dipenuhi penutur; dan (3) ilokusi direktif, terutama bentuk tuturan mengundang . Ilokusi ekspresif adalah bentuk tuturan yang menyatakan sikap atau ekspresi; ilokusi komisif adalah bentuk tuturan yang menyatakan janji; dan ilokusi direktif adalah tuturan yang bermaksud memerintah atau menyuruh orang lain untuk melakukan sesuatu. Dengan ilokusi ekspresif, bentuk tuturan yang tergolong tindak tutur konvivial mencakup berbagai bentuk tuturan yakni mempersilakan (11 tuturan), mengucapkan terima kasih (18 tuturan), mengajak (38 tuturan), meneguhkan (8 tuturan), meminta maaf (1 tuturan), mengucapkan salam (2 tuturan), menghargai (10 tuturan), dan menyanjung (13 tuturan). Tindak tutur konvivial dengan ilokusi komisif terdapat pada bentuk tuturan menawarkan janji (29 tuturan). Tindak tutur konvivial dengan ilokusi direktif terdapat pada bentuk tuturan mengundang (1 tuturan). Uraiandeskriptif tentang jenis tindak tutur konvivial adalah sebagai berikut.
4.2.1.1.1
Tindak Tutur Konvivial dengan Ilokusi Ekspresif Tindak tutur konvivial dengan ilokusi ekspresif tuturan calon gubernur,
calon wakil gubernur, dan para pendukung terwujud dalam tindakan mempersilakan, mengucapkan terima kasih, mengajak, meneguhkan, meminta maaf, mengucapkan salam, menghargai, dan menyanjung.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
96
4.2.1.1.1.1 Tindak Tutur Konvivial dengan Ilokusi Ekspresif Mempersilakan Ilokusi ekspresif mempersilakan tersirat di dalamnya sikap penutur memberikan kesempatan kepada mitra tutur melakukan apa yang hendak dilakukan mitra tutur. Dengan tuturan mempersilakan, penutur bertujuan menyenangkan mitra tutur sekaligus menghormati mitra tutur demi terjaganya sopan santun. Ilokusi jenis ini dapat dilihat pada tuturan (33) s.d (35) berikut. (33) “Gunakanlah hak pilih dan jangan golput.” (Reinhard Parapat, kordinator hukum FaisalBiem). [I/2.27.(a).(A)]. Konteks: Reinhard Parapat mengimbau warga menggunakan hak suara dalam pilkada DKI. (Kompas, 9 Juli 2012, hlm. 15) (34) “Saya bebaskan mereka pilih siapa pun.” (Hendardji Soepandji) [II/2.39.(a).(C)] Konteks: Hendardji Soepandji menegaskan sikap politiknya menghadapi putaran kedua. (Koran Tempo, 13 Juli 2012, hlm. A1) (35) “Silakan menghubungi juru bicara saya.” (Fauzi Bowo). [II/3.22.(a).(A)] Konteks: Fauzi Bowo menanggapi aduan beberapa pihak ke Panwaslu DKI Jakarta tentang pernyataannya kepada warga yang mengalami musibah kebakaran di Karet Tengsin (14/8, 2012). (Koran Tempo, 15 Agustus 2012, hlm. A5).
Pada tuturan (33), secara struktural, tindakan mempersilakan tampak pada pemakaian kata Gunakanlah yang bermakna imperatif perintah atau suruhan. Sesuai dengan konteksnya, tuturan ini dipersepsi sebagai tindak mempersilakan agar para pemilih menggunakan hak pilihnya dan tidak golput. Tuturan (34) juga dipersepsi tindakan mempersilakan. Hendardji Soepandji tidak masuk dalam putaran kedua pemilukada sehingga ia membebaskan pendukungnya memilih siapa saja di antara dua pasangan atau Foke-Nara atau Jokowi-Ahok: Saya bebaskan mereka pilih siapa pun. Pada tuturan (35), tampak jelas penanda persilaan, yaitu Silakan … di dalam tuturan tersebut. Sesuai dengan konteksnya pula, tuturan ini dipersepsi sebagai tindakan mempersilakan. Fauzi Bowo mempersilakan awak media menghubungi juru
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
97
bicaranya untuk memperoleh informasi tentang pernyataannya kepada warga yang mengalami musibah kebakaran di Karet Tengsin.
4.2.1.1.1.2 Tindak Tutur Konvivial dengan Ilokusi Ekspresif Mengucapkan Terima Kasih Tuturan mengucapkan terima kasih pada dasarnya selalu bertujuan menyenangkan karena penutur bermaksud menghargai mitra tuturnya. Tuturan ini pun jelas memperlihatkan aspek honorifik tanpa menghilangkan nuansa keakraban antara penutur dan mitra tutur. Ilokusi ekspresif mengucapkan terima kasih terdapat pada tuturan (36) s.d (39) berikut. (36) “Kami bersyukur bisa menjadi bagiannya, dan kami siap mengambil bagian.” (Fauzi Bowo) [IV/2.58.(a).(A)] Konteks: Fauzi Bowo bersyukur karena masuk putaran kedua setelah KPU DKI Jakarta memutuskan pasangan Jokowi-Ahok dan Foke-Nara ke putaran kedua. (Media Indonesia, 20 Juli 2012, hlm. 7) (37) “Saya bersyukur pada siang hari yang mendapat berkat Tuhan bisa silaturahim dan bisa berbincang-bincang soal Jakarta.” (Fauzi Bowo) [IV/3.16.(a).(A)] Konteks: Fauzi Bowo bersilaturahim dengan para pendeta dari beberapa gereja di Gereja Bethel Indonesia Mawar Sharon, Kelapa Gading, Jakarta Utara. (Media Indonesia, 9 Agustus 2012, hlm. 7). (38) “Saya sangat bersyukur atas keputusan tersebut. Panwaslu telah memutuskan apa yang harus diputuskan.” (Rhoma Irama, artis dan penyanyi) [IV/3.26.(a).(A)] Konteks: Rhoma Irama menyambut gembira sikap Panwaslu pilkada DKI Jakarta yang tidak melanjutkan masalah dugaan kampanye SARA. (Media Indonesia, 14 Agustus 2012, hlm. 7). (39) “Senang sekali saya dikunjungi ibu. Kedatangannya memberikan dukungan dan semangat.” (Biem Benjamin). [I/1.25.(b).(C)] Konteks: Dite Abimayu memberi keterangan tentang sumber dana dalam masa kampanye yang diperoleh pasangan calon Hidayat-Didik (Kompas, 26 Juni 2012, hlm. 15).
Pada tuturan (36) s.d. (39) tindakan mengucapkan terima kasih sangat jelas terlihat pada penanda lingual berikut: Kami bersyukur…(36); Saya bersyukur … (37);
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
98
Saya sangat bersyukur… (38); dan Senang sekali saya…(39). Penggunaan pilihan kata bersyukur, sangat bersyukur, dan senang sekali mendukung ekspresi terima kasih seseorang atas sesuatu yang terjadi atas dirinya. Tindakan mengucapkan terima kasih ditujukan penutur kepada orang atau pihak lain yang telah memberikan perasaan senang atau suka pada diri penutur.
4.2.1.1.1.3 Tindak Tutur Konvivial dengan Ilokusi Ekspresif Mengajak Tindakan mengajak mengacu pada tuturan yang bertujuan meminta kesediaan mitra tutur untuk terlibat pada maksud yang disampaikan penutur di dalam tuturannya. Biasanya, imperatif ajakan disertai penanda mari atau ayo, tetapi maksud ajakan bisa juga disampaikan dengan bentuk imperatif lain. Hal ini terlihat jelas di dalam tuturan (40) s.d (43) berikut. (40) “Jangan pernah menyerah untuk perjuangan memperbaiki keadaan.” (Faisal Basri). [V/2.34.(a).(A)] Konteks: Faisal Basri menyatakan bangga karena telah menorehkan sejarah dalam pilkada DKI Jakarta 2012. (Jawa Pos, 12 Juli 2012, hlm. 11). (41) “Jangan terjebak dengan iming-iming uang atau sembako untuk memilih calon tertentu.” (Hartono, kordinator media center pasangan Hidayat-Didik) [I/2.28.(a).(A)] Konteks: Hartono mengimbau warga menggunakan hak suara dalam pilkada DKI. (Kompas, 9 Juli 2012, hlm. 15). (42) “Tetapi, saya mendapatkan laporan dari sukarelawan di lapangan, banyak warga yang belum mendapatkannya. Saya minta tolong kepada semua pihak, juga kepada pers, untuk bersama-sama mengawasi Pilkada DKI.” (Megawati Soekarnoputeri, Ketua umum PDI-P) [I/2.35.(a).(A)] Konteks: Megawati mengomentari fakta banyaknya warga yang belum memperolah kartu pemilih padahal pemungutan suara tinggal dua hari. (Kompas, 10 Juli 2012, hlm. 15). (43) “Kita semua harus sama-sama mengawal proses penghitungan sampai tuntas.” (Mustafa Kamal, ketua bidang kebijakan publik PKS). [I/2.41.(a).(C)] Konteks: Mustafa Kamal mengomentari hasil prediksi hitung cepat dari perbagai survei menunjukkan pasangan Jokowi-Basuki meraih posisi teratas. (Kompas, 12 Juli 2012, hlm. 15).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
99
Secara struktural, semua contoh tuturan di atas tidak menyertakan ungkapan penanda ajakan: ayo, mari, atau menggunakan modus imperatif ajakan. Bentuk kalimat tuturan-tuturan di atas adalah modus deklaratif. Tuturan (40) dan (41) secara struktural adalah larangan. Hal ini ditandai pemakaian kata jangan. Namun, tuturan (40) dapat dipersepsi sebagai ajakan sesuai dengan konteks tuturan tersebut. Tuturan itu disampaikan Faisal Basri sebagai rasa bangganya menjadi salah satu calon dalam pemilihan gubernur Provinsi DKI Jakarta. Keikutsertaannya dalam pilkada dari kubu independen menjadi torehan sejarah baru di kancah pilkada DKI Jakarta. Dengan tuturan Jangan pernah menyerah untuk perjuangan memperbaiki keadaan, tuturan Faisal Basri bertujuan untuk mengajak tim sukses dan pendukungnya agar tidak berhenti memperjuangkan perbaikan keadaan di DKI Jakarta. Demikian pun pada tuturan (41), penutur bermaksud mengajak mitra tutur, yaitu Jangan terjebak dengan iming-iming … . Pada tuturan (42) terdapat penanda kesantunan permintaan: minta tolong. Tuturan ini dapat dipersepsi sebagai tindakan mengajak berdasarkan isi keseluruhan kalimat tuturan dan konteks tuturan. Hal ini ditandai dengan bagian klausa Saya minta tolong kepada … untuk bersama-sama mengawasi Pilkada DKI. Demikian pun pada tuturan (43), makna ajakan terdapat pada bagian awal kalimatnya: Kita semua harus sama-sama … sehingga tuturan itu dipersepsi sebagai tindakan mengajak.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
100
4.2.1.1.1.4 Tindak Tutur Konvivial dengan Ilokusi Ekspresif Meneguhkan Tindakan meneguhkan mengandung arti menguatkan atau memperkuat. Tuturan meneguhkan bermaksud menguatkan orang lain (mitra tutur) berkenaan dengan situasi atau kondisi yang dialami. Melalui tuturan meneguhkan, penutur bermaksud „melibatkan‟ diri secara personal dan sosial atau merasa bagian dari situasi dan keadaan mitra tutur. Tuturan (44) s.d. (47) berikut adalah contoh tuturan meneguhkan. (44) “Kaum Tionghoa adalah bagian dari kami karena kami lahir dan besar di Jakarta.” (Nachrowi Ramli) [IV/1.12.(a).(A)] Konteks: Nachrowi Ramli menyambut dukungan dari Yayasan Lestari Kebudayaan Tionghoa Indonesia. (Media Indonesia, 7 Juni 2012, hlm. 9). (45) “Bukan kebencian yang ditonjolkan, tapi keberagaman yang damai.” (Jokowi) [IV/1.29.(a).(A)] Konteks: Jokowi mengomentari perayaan HUT Jakarta ke-485 dengan tema Merajut Nusantara menuju Jakarta Baru. (Media Indonesia, 24 Juni 2012, hlm. 9). (46) “Semoga Jakarta tetap aman dan maju terus. Kami juga siap kalah, tapi lebih siap menang.” (Fauzi Bowo) [IV/1.31.(a).(A)] Konteks: Fauzi Bowo menyatakan komitmen melaksanakan kampanye damai sesuai dengan kesepakatan para kandidat gubernur dan wakil gubernur. (Media Indonesia, 25 Juni 2012, hlm. 8). (47) “Semoga saja Pak Jokowi benar-benar terpilih menjadi Gubernur DKI Jakarta. Beliau tentu akan berhasil menularkan keberhasilan memimpin Kota Solo saat nanti menjadi gubernur DKI.” (Surtini, bakul gumbon Pasar Gede Solo) [IV/2.30.(a).(A)] Konteks: Surtini, warga Solo, menanggapi keunggulan sementara pasangan Jokowi-Ahok. (Media Indonesia, 12 Juli 2012, hlm. 7).
Dengan tuturan (44), penutur bermaksud meneguhkan dukungan kaum Tionghoa kepada pasangan Foke-Nara. Hal ini juga tampak jelas pada keseluruhan isi tuturan Kaum Tionghoa adalah bagian dari kami … . Pada tuturan (45), penutur bermaksud meneguhkan makna perayaan HUT Jakarta sesuai dengan tema yang ada.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
101
Penutur mempertegas tema itu dengan tuturan Bukan kebencian yang ditonjolkan, tapi keberagaman yang damai. Tindakan meneguhkan dapat pula dipersepsi berdasarkan tuturan yang bermakna imperatif harapan. Hal ini jelas pada penggunaan penanda kesantunan harap atau semoga. Di dalam tuturan (46) dan (47) digunakan penanda semoga yang mempertegas tindakan meneguhkan dari penutur terhadap hal atau orang yang dibicarakan di dalam tuturan.
4.2.1.1.1.5 Tindak Tutur Konvivial dengan Ilokusi Ekspresif Meminta Maaf Tindakan ilokusi ekspresif meminta maaf adalah tindak tutur yang bermaksud agar tuturannya diartikan sebagai evaluasi tentang hal yang disebutkan di dalam tuturan yang berisi permintaan maaf. Dari data tuturan yang ada, terdapat satu ilokusi ekspresif meminta maaf, yaitu tuturan (48) berikut. (48) “Kami memohon maaf atas adanya sindiran-sindiran, statement-statement dalam putaran pertama. Kami akan melakukan sharing dalam posisi yang baru.” (Fauzi Bowo) [IV/3.9.(a).(A)] Konteks: Fauzi Bowo menyambut baik dukungan partai Golkar untuknya pada pilkada putaran kedua bulan September. (Media Indonesia, 6 Agustus 2012, hlm. 6).
Secara struktural, di dalam tuturan (48), penutur menggunakan penanda lingual mohon maaf. Sesuai dengan konteks tuturannya, pada putaran pertama, Partai Golkar mendukung pasangan Alex-Noerdin. Penutur memohon maaf atas sindiransindirian, statement-statement pada putaran pertama agar pada putaran kedua dapat dilakukan sharing dalam posisi yang baru. Tuturan ini dipersepsi (sangat) santun karena di dalam tuturannya selain penggunaan diksi memohon maaf, penutur
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
102
menggunakan pronomina pertama jamak (kami) untuk menggantikan tanggung jawab personal penutur atas isi tuturannya. Dengan itu, secara kelembagaan, tuturan tersebut telah mewakili semua orang yang menjadi pendukung penutur (pasangan Foke-Nara).
4.2.1.1.1.6 Tindak Tutur Konvivial dengan Ilokusi Ekspresif Mengucapkan Salam Tindak ilokusi ekspresif mengucapkan salam atau menyapa adalah tindak tutur yang bermaksud agar tuturannya diartikan sebagai penghargaan terhadap pribadi mitra tutur secara personal dan sosial melalui tuturan yang berisi salam atau sapaan. Dalam pergaulan sosial, tindakan menyapa adalah salah satu bentuk kebiasaan penghormatan ketika seseorang bertemu dengan orang lain, atau ketika bertamu ke rumah orang. Secara stuktural, penanda lingual yang umumnya dipakai adalah katakata sapaan atau salam/selamat, seperti: salam sejahtera, selamat pagi, selamat siang (termasuk juga ucapan salam dalam bahasa daerah), dan lain sebagainya. Tuturan (49) dan (50) berikut adalah contoh ilokusi ekspresif mengucapkan salam (selamat). (49) “Shalom! Salam sejahtera.” (Fauzi Bowo) [IV/3.17.(a).(A)] Konteks: Fauzi Bowo bersilaturahim dengan para pendeta dari beberapa gereja di Gereja Bethel Indonesia Mawar Sharon, Kelapa Gading, Jakarta Utara. (Media Indonesia, 9 Agustus 2012, hlm. 7). (50) “Sugeng rawuh Mas Jokowi, terima kasih.” (Hidayat Nur Wahid) [V/2.18.(a).(A)] Konteks: Hidayat Nur Wahid menyambut silaturahim Jokowi di markasnya (Jawa Pos, 12 Juli 2012, hlm. 11).
4.2.1.1.1.7 Tindak Tutur Konvivial dengan Ilokusi Ekspresif Menghargai Tindakan menghargai adalah tindakan menghormati, mengindahkan atau memandang penting pihak lain. Dengan ilokusi ekspresif menghargai, isi tuturan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
103
mengandung penghormatan terkait dengan situasi atau keadaan, kemampuan atau kapasitas mitra tutur secara pribadi atau sesuai dengan topik yang dibicarakan. Tindakan menghargai dapat dicermati pada contoh tuturan-tuturan (51) s.d. (54) berikut. (51) “Saya selaku ketua MPR sangat bangga dengan kondisi ini.” (Taufiq Kiemas, Ketua MPR) [V/2.43.(a).(A)] Konteks: Taufik Kiemas mengomentari kemenangan pasangan Jokowi-Ahok atas Foke-Nara berdasarkan penghitungan sementara. (Jawa Pos, 12 Juli 2012, hlm. 11). (52) “Tidak apa-apa. Sudahlah, kami menghargai keputusan partai.” (Jokowi) [I/3.8.(a).(A)] Konteks: Jokowi menanggapi dukungan PKS atas pasangan Foke-Nara. Jokowi merasa telah berusaha agar bisa bersama PKS pada putaran kedua. (Kompas, 12 Agustus 2012, hlm. 2). (53) “Tapi saya yakin, dari lembaga survei tersebut, ada yang benar-benar memotret realitas pilihan warga DKI karena didasari oleh keilmuan dan metodologi yang benar.” (Almuzzammil Yusuf, Wakil Ketua Fraksi PKS di DPR) [III/1.7.(a).(D)] Konteks: Almuzzammil Yusuf menanggapi munculnya banyak survei yang memberikan perbedaan yang sangat signifikan sehingga bisa menggiring opini publik. (Republika, 4 Juni 2012, hlm. 9). (54) “Semoga hubungan ini terus membawa hoki.” (Hidayat Nur Wahid) [III/1.43.(a).(A)] Konteks: Hidayat Nur Wahid bersosialisasi dengan komunitas Tionghoa (Republika, 11 Juni 2012, hlm. 21).
Dengan tuturan (51), penutur menyampaikan penghormatannya atas proses demokrasi di Provinsi DKI Jakarta dan implisit kemenangan pasangan Jokowi-Ahok yang didukungnya. Pada tuturan (52), penutur bermaksud menghormati keputusan partai (PKS) terkait dengan dukungan PKS terhadap pasangan Foke-Nara menghadapi pilkada putaran kedua, meskipun ia telah berusaha membuat pendekatan. Tindakan menghargai ditunjukkan melalui keseluruhan isi tuturan (52) tersebut. Pada tuturan (53), penutur bermaksud memberikan penghormatan kepada lembaga survei yang menyelenggarakan hitung cepat dengan metodologi yang benar. Hal ini didukung dengan struktur kalimat Saya yakin … ada yang benar-benar ….
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
104
Tuturan (54) secara jelas menyajikan penghormatan penutur terhadap sosialiasi penutur dengan warga Tionghoa. Dengan tuturan Semoga hubungan ini terus membawa hoki, penutur secara eksplisit menghormati keberadaan warga Tionghoa dan proses sosialiasi yang terjadi. Pada tuturan-tuturan di atas, tindakan menghargai dipertegas dengan ekspresi penghormatan melalui penggunaan penanda modalitas kebenaran: yakin (53); penanda tambahan modalitas berupa adverbia evaluatif: sangat (51), benar-benar (53), semoga dan terus (54); dan
diksi: bangga (51) dan
menghargai (52).
4.2.1.1.1.8 Tindak Tutur Konvivial dengan Ilokusi Ekspresif Menyanjung Dengan ilokusi ekspresif menyanjung, penutur memberikan penghormatan kepada mitra tuturnya terkait dengan kemampuan atau kapasitas mitra tutur secara pribadi. Penutur bermaksud menyanjung mitra tutur sesuai dengan isi tuturannya. Hal ini tampak dalam tuturan (55) s.d (58) berikut. (55) “Waktu terjadi kerusuhan besar-besaran tahun 1998, Pak Nono berhasil mengamankan Jakarta. Yang melindungi kota ini pada waktu itu adalah pasukan marinir yang dipimpin oleh Pak Nono.” (Alex Noerdin). [III/2.19.(a).(A)] Konteks: Alex Noerdin berkampanye tentang keamanan Jakarta di hadapan pendukungnya. (Republika, 5 Juli 2012, hlm. 9). (56) “Saya kenal betul Bang Adji. Kalau beliau bicara itu pasti dilaksanakan, bukan janji-janji seperti yang lain.” (Adhyaksa Dault, tim sukses pasangan independen Hendardji-Riza) [II/2.5.(a).(D)] Konteks: Adhyaksa Dault memberikan dukungan dalam sesi kampanye pasangan HendardjiRiza (Koran Tempo, 1 Juli 2012, hlm. A3). (57) “Namun, Jokowi-Ahok mampu mengkomunikasikan program-program perubahannya secara sederhana sehingga lebih mudah ditangkap masyarakat.” (Faisal Basri) [I/2.45.(b).(D)] Konteks: Faisal Basri mengomentari hasil prediksi hitung cepat dari perbagai survei yang menunjukkan pasangan Jokowi-Basuki meraih posisi teratas dan memberi dukungan. (Kompas, 12 Juli 2012, hlm. 15).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
105
(58) “Dari dulu Pak Hendardji punya semangat pembaruan dan perubahan.” (Jokowi) [II/2.38.(a).(A)] Konteks: Jokowi mengklaim telah mendapat dukungan dari pihak Hendardji Soepandji. (Koran Tempo, 13 Juli 2012, hlm. A1).
Tuturan (55) disampaikan Alex Noerdin pada saat berkampanye tentang keamanan Jakarta. Alex Noerdin memuji atau menyanjung pasangannya, Nono Sampono, karena kapasitasnya sebagai komandan pasukan marinir yang pernah menjaga keamanan kota Jakarta pada tahun 1998. Tuturan (56) disampaikan oleh Adhyaksa Dault, tim sukses pasangan Hendardji-Riza. Dengan tuturan tersebut, penutur bermaksud memuji atau menyanjung kapasitas pribadi Bang Adji yang pasti melaksanakan apa yang dibicarakan, bukan sekadar janji-janji. Dengan tuturan (57), penutur bermaksud memuji atau menyanjung pasangan Jokowi-Ahok yang mampu mengomunikasikan program-perubahannya kepada masyarakat. Hal ini semakin jelas terbaca dari konteks tuturan tersebut, yakni pasangan Jokowi-Ahok unggul sementara berdasarkan penghitungan cepat. Demikian pun tuturan (58) bermaksud memuji atau menyanjung, yaitu penutur (Jokowi) menyanjung Pak Hendardji yang memiliki semangat pembaruan dan perubahan.
4.2.1.1.2
Tindak Tutur Konvivial dengan Ilokusi Komisif Menawarkan Janji
Tindak tutur konvivial dengan ilokusi komisif terwujud dalam bentuk tuturan menawarkan janji. Tindak tutur dengan ilokusi komisif menawarkan janji memiliki fungsi untuk mendorong penutur melakukan sesuatu sesuai dengan komitmennya (janjinya) yang telah ditetapkannya dalam melakukan tindakan tertentu di masa yang
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
106
akan datang. Contoh-contoh tuturan menawarkan janji adalah tuturan (59) s.d. (62) berikut. (59) “Masa depan Jakarta akan lebih terjamin kalau Fauzi-Nachrowi diberi amanah.” (Anas Urbaningrum, Ketua Umum Partai Demokrat). [II/2.59.(a).(B)] Konteks: Anas Urbaningrum menerangkan dukungan Partai Demokrat terhadap FauziNachrowi. (Koran Tempo, 16 Juli 2012, hlm. A5). (60) “Apabila Foke-Nara terpilih menjadi gubernur dan wakil gubernur DKI, PPP akan mengawal mereka dalam melaksanakan pembangunan agar komitmennya dalam membangun Jakarta dapat lebih dirasakan masyarakat.” (Suryadharma Ali, Ketua Umum PPP). [IV/3.2.(a).(A)] Konteks: Suryadharma Ali menyatakan secara resmi bahwa PPP mendukung pasangan FokeNara untuk pilkada pada putaran kedua. (Media Indonesia, 3 Agustus 2012, hlm. 7). (61) “Selama ini kita sering mendengar protes pengambilan jalan untuk busway, padahal jalurnya sering kosong. Untuk itu, saya merencanakan angkutan umum lain, seperti metromini dan kopaja agar diizinkan masuk jalur busway.” (Hidayat Nur Wahid). [III/2.21.(a).(A)] Konteks: Hidayat Nur Wahid berkampanye dengan menumpang metromini 46 jurusan Pulogadung-Kampung Melayu. (Republika, 5 Juli 2012, hlm. 9). (62) “Saya akan turun all-out.” (Muhaimin Iskandar, Ketua Umum DPP PKB). [V/2.67.(a).(A)] Konteks: Muhaimin Iskandar menyatakan dukungan penuh kepada Foke-Nara dalam menghadapi putaran kedua. (Jawa Pos, 13 Juli 2012, hlm. 11).
Tuturan (59) s.d (62) adalah bentuk tuturan menawarkan janji. Penutur terikat dengan isi tuturannya melakukan sesuatu di masa depan bagi mitra tutur, yaitu tuturan (59) menurut Anas Urbaningrum masa depan Jakarta akan lebih terjamin kalau Fauzi-Nachrowi diberi amanah; tuturan (60) PPP akan mengawal kepempimpinan Foke-Nara jika terpilih; tuturan (61) Hidayat Nur Wahid merencanakan … metromini dan kopaja diizinkan masuk jalur busway jika jalurnya sering kosong; dan tuturan (62) pada pilkada putaran kedua Muhaimin Iskandar akan all-out memenangkan pasangan Foke-Nara.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
4.2.1.1.3
107
Tindak Tutur Konvivial dengan Ilokusi Direktif Mengundang Tindak tutur konvivial dengan ilokusi direktif terwujud dalam tuturan
mengundang. Tindak tutur direktif pada dasarnya bertujuan menghasilkan suatu efek berupa tindakan yang dilakukan oleh petutur (mitra tutur atau pendengar), atau bentuk tutur yang dimaksudkan penuturnya untuk membuat pengaruh agar mitra tutur melakukan tindakan. Tuturan (63) berikut adalah contoh tuturan mengundang. (63) “Mohon doa restu untuk kelancaran acara esok.” (Hendardji Soepandji). [II/2.23.(a).(A)] Konteks: Hendardji Soepandji meminta dukungan dalam menyambut hari H pemilihan. (Koran Tempo, 11 Juli 2012, hlm. A2).
Tuturan (63) merupakan ajakan yang bertujuan mengundang. Di hadapan para pendukungnya,
dengan
tuturan
(63)
Hendardji
mengundang
mereka
agar
mendukungnya melalui doa demi kelancaran acara besok (hari pencoblosan). Tindak tutur mengundang merupakan permintaan atau permohonan langsung (direktif) sehingga oleh Leech dikategorikan sebagai ilokusi direktif yang mengandung sopan santun.
4.2.1.2 Tindak Tutur Kolaboratif Tindak tutur kolaboratif pada dasarnya tidak menghiraukan tujuan sosial atau
netral
dari
segi
sopan
santun,
misalnya
menyatakan,
melaporkan,
mengemukakan pendapat, mengumumkan, dan mengajarkan (Leech, 1983 dalam Oka, 1993:162 & 164). Tindak tutur kolaboratif terdapat di dalam ilokusi representatif atau asertif yang terwujud dalam berbagai bentuk tuturan, seperti menanyakan,
menjawab,
memberitahukan,
menginformasikan,
menerangkan,
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
menjelaskan,
menceritakan,
menyimpulkan,
mendefinisikan,
108
menguraikan,
membahas, bermusyawarah, berembug, berceramah, dan berkhotbah (Baryadi, 2012:32). Tindak tutur representatif merupakan tindak yang berfungsi menetapkan atau menjelaskan apa dan bagaimana sesuatu itu terjadi dengan apa adanya. Pada ilokusi representatif penutur dan bentuk tuturnya terikat pada kebenaran proposisi yang diungkapkan. Misalnya, tindakan menyatakan, melaporkan, mengumumkan, atau mengajarkan, penutur dan bentuk tuturnya terikat kebenaran proposisi yang terungkap dalam tindakan menyatakan, melaporkan, mengumumkan, atau mengajarkan. Demikian juga halnya dengan bentuk tindak tutur lainnya, seperti tindakan
menanyakan,
menerangkan,
menjawab,
menjelaskan,
memberitahukan,
menceritakan,
menginformasikan,
menyimpulkan,
mendefinisikan,
menguraikan, membahas, bermusyawarah, berembug, berceramah, dan berkhotbah. Tuturan-tuturan yang diutarakan penutur ketika ingin mewujudkan ilokusi representatif sifatnya cenderung netral jika dilihat dari segi sopan santun. Dikatakan cenderung netral karena maksud penutur itu hanya meyakinkan mitra tutur dengan mengungkapkan suatu kebenaran. Tuturan yang diucapkan penutur itu mengikat penutur sendiri akan kebenaran dari apa yang diucapkannya. Tuturan dengan fungsi kolaboratif paling banyak ditemukan dari tuturan calon gubernur, calon wakil gubernur, dan pendukung di dalam berita surat kabar nasional yang mencakup berbagai bentuk tuturan, yakni menyatakan (77 tuturan); menginformasikan (130 tuturan); menyatakan pendapat (11 tuturan); menjelaskan (91
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
109
tuturan); dan menyimpulkan (17 tuturan). Uraian dan contoh-contoh berikut menjelaskan jenis tindak tutur kolaboratif dengan ilokusi representatif.
4.2.1.2.1
Tindak Tutur Kolaboratif dengan Ilokusi Representatif Menyatakan Ilokusi representatif bermaksud agar mitra tutur diyakinkan dengan
kebenaran isi pernyataan penutur. Di dalam ilokusi representatif menyatakan, penutur terikat pada kebenaran proposisi yang dituturkannya. Tuturan (64) s.d (67) berikut adalah contoh tindak tutur kolaboratif dengan ilokusi representatif menyatakan. (64) “Dinas Dukcapil itu berada di bawah pengawasan dan tanggung jawab Gubernur DKI.” (Faisal Basri). [IV/1.10.(b).(A)] Konteks: Faisal Basri mempersalahkan pemerintah terkait dengan kisruh DPT. (Media Indonesia, 7 Juni 2012, hlm. 9). (65) “Sebagian besar warga Tanah Abang adalah pedagang, jadi harus difasilitasi.” (Alex Noerdin) [II/1.15.(b).(D)] Konteks: Alex Noerdin mengunjungi warga di pasar Tanah Abang (Koran Tempo, 27 Juni 2012, hlm. A3). (66) “Kontrak politik sah ditandatangani.” (Luthfi Hasan Ishaaq, Presiden Partai Keadilan Sejahtera) [II/3.13.(b).(A)] Konteks: Luthfi Hasan Ishaaq menyampaikan secara resmi dukungan PKS untuk FauziNachrowi pada putaran kedua . (Koran Tempo, 12 Agustus 2012, hlm. A3). (67) “Kami juga heran, kok banyak atribut kampanye kami hilang.” (Didik J Rachbini) [III/1.68.(b).(C)] Konteks: Didik Rachbini mengadukan spanduk dan atribut pasangannya banyak yang hilang, tetapi spanduk Foke merajai (Republika, 27 Juni 2012, hlm. 9).
Tuturan (64) dituturkan oleh penutur untuk menyatakan kebenaran kepada mitra tuturnya bahwa Dinas Dukcapil itu berada di bawah pengawasan dan tanggung jawab Gubernur DKI. Kebenaran tuturan ini tidak perlu dibuktikan lagi karena memang secara hierarkis kedudukan satuan kerja pemerintah daerah seperti Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil (Dinas Dukcapil) ada di bawah gubernur selaku
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
110
kepala daerah provinsi. Pernyataan Faisal Basri dalam tuturan (64) memang sesuai dengan kenyataannya. Tuturan (65) dituturkan oleh Alex Noerdin ketika mengunjungi warga di pasar Tanah Abang. Warga di Tanah Abang memang sebagian besar adalah pedagang dan membutuhkan fasilitas pendukung untuk kegiatan perdagangannya.
Dengan
tuturan (66), penutur menyampaikan dukungan secara sah PKS terhadap pasangan Fauzi-Nachrowi menghadapi pilkada putaran kedua. Sesuai kenyataannya, pada pilkada putaran kedua, PKS secara resmi mendukung pasangan Fauzi-Nachrowi. Konteks tuturan (67) berkaitan dengan pengaduan yang disampaikan Didik Rachbini. Penutur menyampaikan keheranannya atas hilangnya banyak atribut mereka, sedangkan spanduk Foke justru merajai.
4.2.1.2.2
Tindak Tutur Kolaboratif dengan Ilokusi Representatif Menginformasikan Ilokusi representatif menginformasikan sama halnya dengan ilokusi
representatif menyatakan di mana penutur terikat pada kebenaran proposisi yang dituturkannya. Pada tindakan menginformasikan, kebenaran proposisi itu menjadi tanggung jawab penutur sebagai pemberi informasi tentang sesuatu yang telah, sedang, dan akan terjadi. Di dalam tindakan menginformasikan ada hal atau topik yang diinformasikan atau diberitahukan penutur. Penanda aspek, apakah suatu pekerjaan, peristiwa, keadaan, atau sifat sedang berlangsung, sudah selesai berlangsung,
dan
belum
selesai,
sering
ditemukan
di
dalam
tindakan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
111
menginformasikan atau memberitahukan. Tuturan (68) s.d. (71) dapat dicermati sebagai contoh tuturan menginformasikan. (68) “Kami akan laporkan besok atau lusa.” (Sirra Prayitna, kuasa hukum tim sukses JokowiAhok). [II/1.2.(b).(C)] Konteks: Sirra Prayitna berencana membawa masalah DPT ke ranah hukum karena KPU tidak cepat menanggapi. (Koran Tempo, 6 Juni 2012, hlm. A4). (69) “Saya sedang pusing, banyak warga saya yang belum tahu ke mana harus memberikan hak pilihnya.” (Megawati Soekarnoputri, Ketua Umum PDIP). [V/2.1.(b).(D)] Konteks: Megawati mengomentari DPT yang masih menjadi masalah serius dan banyak warga yang belum terdata dengan baik. (Jawa Pos, 10 Juli 2012, hlm. 11). (70) “Hanya menyapa warga dan komunikasi dari hati ke hati.” (Faisal Basri) [II/1.12.(b).(A)] Konteks: Fasal Basri menerangkan kegiatan kampanyenya di hadapan warga. (Koran Tempo, 26 Juni 2012, hlm. A4). (71) “Ini kita mau berbincang dulu ya, nanti kita beritahu hasilnya apa.” (Hidayat Nur Wahid) [V/2.19.(b).(D)] Konteks: Hidayat Nur Wahid menyambut silaturahim Jokowi di markasnya (Jawa Pos, 12 Juli 2012, hlm. 11).
Tuturan (68) disampaikan oleh Sirra Prayitna terkait dengan masalah DPT yang belum dibereskan oleh KPUD. Dengan tuturan Kami akan laporkan besok atau lusa, penutur menginformasikan atau memberitahukan bahwa masalah DPT itu akan (di)laporkan besok atau lusa untuk diselesaikan secara hukum. Penanda keterangan aspek “akan” menunjukkan bahwa kebenaran peristiwa itu terjadi pada waktu yang akan datang. Kebenaran proposisi tuturan tersebut menjadi tanggung jawab penuturnya. Pada tuturan (69), penutur menginformasikan keadaan dirinya, yaitu sedang pusing. Ungkapan „sedang pusing‟ sebenarnya juga berarti bingung atau tidak mengerti dengan situasi dan masalah yang ada atau dihadapi. Tuturan ini disampaikan Megawati Soekarnoputri terkait dengan masalah DPT di mana banyak warga pendukung pasangan Jokowi-Basuki belum terdata sehingga belum tahu ke mana harus memberikan hak pilihnya. Penanda keterangan aspek “sedang” menunjukkan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
112
kebenaran proposisi tuturan tersebut bahwa memang kenyataannya penutur sedang pusing atau bingung dan tidak mengerti. Pada tuturan (70), penutur memberikan informasi tentang kegiatan kampanye, yaitu Hanya menyapa warga dan komunikasi dari hati ke hati; dan dengan tuturan (81), penutur bermaksud memberitahukan silaturahim Jokowi, yakni Ini kita mau berbincang dulu, … .
4.2.1.2.3
Tindak Tutur Kolaboratif dengan Ilokusi Representatif Menyatakan Pendapat Tindak ilokusi representatif menyatakan pendapat mengikat penuturnya
dengan isi pendapat yang disampaikannya. Leech menggolongkan jenis ilokusi representatif menyatakan pendapat dalam tindak tutur kolaboratif karena dari segi sopan santun, tuturan seperti ini cenderung netral. Tuturan menyatakan pendapat dapat dilihat pada contoh tuturan (72) s.d. (75) berikut. (72) “Secara pribadi saya dukung perubahan.” (Didik J. Rachbini). [IV/2.65.(b).(A)] Konteks: Didik Rachbini menerangkan dukungannya meskipun kubunya belum memastikan dukungannya pada salah satu pasangan calon. (Media Indonesia, 26 Juli 2012, hlm. 8). (73) “Setelah itu, bersama pengurus provinsi dan kordinator wilayah, baru diputuskan bagaimana sikap PKS di putaran kedua. Saya sendiri sebagai ketua departemen politik lebih cenderung mendukung Joko Widodo.” (Agoes Poernomo, ketua departemen politik PKS) [I/2.48.(b).(C)] Konteks: Agoes Poernomo menerangkan sikap PKS menghadapi putaran kedua (Kompas, 14 Juli 2012, hlm. 20). (74) “Jakarta ini milik kita bersama, bukan milik golongan tertentu. Saya setuju empat pilar dijadikan pegangan, yaitu Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika. Ini harus dipertahankan dan dijadikan pegangan dalam menjalankan kehidupan berbangsa, bermasyarakat, dan bernegara.” (Nachrowi Ramli) [IV/2.70.(b).(A)] Konteks: Nachrowi Ramli berkomentar pada saat buka puasa bersama yang dilakukan oleh KPU DKI Jakarta dengan pemuka agama, tim sukses, dan kandidat pemilukada DKI. (Media Indonesia, 30 Juli 2012, hlm. 6).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
113
(75) “Persoalan macam ini sebaiknya diselesaikan musyawarah saja sebab tidak ada peraturannya.” (Jali Simbolon, Tim sukses Faisal-Biem) [IV/1.3.(b).(D)] Konteks: Jali Simbolon menanggapi persoalan tagline iklan „berkumis‟ anatara kubu Foke-Nara dan Hendardji-Riza (Media Indonesia, 1 Juni 2012, hlm. 7).
Dengan tuturan (72), penutur terikat pada kebenaran pendapatnya yakni secara pribadi saya dukung perubahan. Kebenaran proposisi tuturan itu sesuai dengan keadaan pendapat si penutur. Hal ini dipertegas dengan konteks tuturan (72) yakni belum pastinya dukungan pasangan Hidayat-Didik pada putaran kedua pilkada DKI Jakarta, tetapi secara pribadi Didik J. Rachbini berpendapat bahwa ia mendukung perubahan. Demikian halnya dengan tuturan (73) dan (74) secara struktural mengandung proposisi kalimat Saya sendiri … lebih cenderung mendukung dan Saya setuju … dapat dipersepsi sebagai tindakan menyatakan pendapat. Tuturan (75) berisi maksud penutur menyelesaikan polemik antara kubu Foke-Nara dan Hendardji-Riza, yakni Persoalan macam ini sebaiknya ….
4.2.1.2.4
Tindak Tutur Kolaboratif dengan Ilokusi Representatif Menjelaskan Tuturan menjelaskan mengandung maksud menerangkan atau menguraikan
secara terang sesuatu hal. Di dalam tuturan menjelaskan, penutur menerangkan topik atau informasi kepada mitra tutur agar isi tuturan dimengerti, dipahami, atau dimaklumi. Tuturan menjelaskan tergolong ke dalam ilokusi representatif karena di dalam tuturan itu terkandung kebenaran pernyataan penutur, atau penutur menyampaikan sesuatu apa adanya. Semua tuturan menjelaskan di atas, pada hakikatnya bermaksud menerangkan kebenaran isi tuturan. Penutur menyampaikan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
114
sesuatu berdasarkan fakta yang dihadapi. Tuturan (76) s.d (79) adalah beberapa contoh jenis fungsi tindak tutur kolaboratif dengan ilokusi representatif menjelaskan. (76) “Keputusan ini tidak tiba-tiba, tetapi melalui proses panjang agar dapat memastikan suara kami bulat. Kami sudah menemui Pak Jokowi dan Pak Fauzi. Sayangnya, Pak Jokowi tidak memberi jawaban mengenai penyamaan program dan agenda. Kami menunggu dan belum mendapat jawaban. Sementara kami harus cepat mengambil keputusan sebelum Lebaran.” (Luthfi Hasan Ishaaq, Presiden PKS). [I/3.5.(b).(C)] Konteks: Lutfhi Hasan Ishaaq menerangkan dukungan PKS terhadap pasangan Foke-Nara. (Kompas, 12 Agustus 2012, hlm. 2). (77) “Tantowi memang populer saat itu. Tapi, kalau waktu itu sudah muncul Alex, belum tentu surveinya tinggi.” (Fatah Ramli, Koordinator Tim Sukses Alex-Nono) [II/2.50.(b).(D)] Konteks: Fatah Ramli menjelaskan alasan pemilihan pasangan Alex-Nono yang didukung Golkar. (Koran Tempo, 13 Juli 2012, hlm. A3). (78) “Saya tidak mencari jabatan atau kekuasaan, namun Jakarta selaku ibu kota negara adalah cerminan bangsa. Permasalahan mendasar, seperti banjir atau macet, harus segera diselesaikan, jangan menunggu lebih lama lagi karena rakyatlah yang menjadi korbannya.” (Alex Noerdin) [III/2.5.(b).(B)] Konteks: Alex Noerdin berkampanye di lapangan sepak bola Pesanggrahan, Jakarta Selatan. (Republika, 4 Juli 2012, hlm. 9). (79) “Gubernur DKI Jakarta itu kan melayani masyarakat dan pemerintah pusat. Jadi tidak mungkin hanya satu jam di kantor. Butuh kordinasi sana sini. Kami kordinasi di kantor pun kan untuk kepentingan rakyat.” (Fauzi Bowo) [IV/1.14.(b).(A)] Konteks: Fauzi Bowo memaparkan pemikirannya dalam debat calon gubernur yang disiarkan melalui Metro TV (Media Indonesia, 10 Juni 2012, hlm. 9).
Tuturan (76) menerangkan posisi dukungan PKS kepada pasangan FokeNara karena Pak Fauzi menyambut agenda yang ditawarkan PKS, sedangkan Pak Jokowi belum memberikan jawaban. Tuturan (77) menerangkan salah satu alasan „kekalahan‟ pasangan Alex-Nono, yaitu ketidaksolidan dukungan kubu Golkar. Fakta menunjukkan bahwa popularitas Tantowi Yahya lebih besar daripada sebelum Alex Noerdin didukung Golkar. Pada tuturan (78), Alex Noerdin menerangkan alasan ia maju sebagai calon gubernur DKI Jakarta. Baginya, Jakarta adalah cermin bangsa, dan karena itu permasalahan Jakarta harus segera diatasi agar rakyat tidak menjadi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
115
korban. Konteks tuturan (79) berbeda dari konteks tuturan lainnya di atas. Penutur menerangkan posisi penting seorang Gubernur DKI, yaitu melayani masyarakat dan pemerintah pusat sehingga tidak mungkin satu jam di kantor.
4.2.1.2.5
Tindak Tutur Kolaboratif dengan Ilokusi Representatif Menyimpulkan Tindakan
menyimpulkan
masih
erat
kaitannya
dengan
tindakan
menjelaskan. Namun, pada tuturan menyimpulkan, penutur menerangkan sesuatu dengan membuat semacam sari dari maksud atau isi pembicaraan secara keseluruhan. Di dalam tindakan menjelaskan terdapat rumusan kalimat pernyataan final (kesimpulan) dengan predikasi adalah, dan juga sangat mungkin munculnya penanda lingual simpulan, misalnya jadi. Penutur menyatakan kesimpulan untuk suatu konteks pembicaraan atau hal yang telah dibicarakan sebelumnya. Tuturan (80) s.d. (84) berikut dapat dicermati sebagai contoh tindakan menyimpulkan (80) “Kemenangan Jokowi-Ahok adalah keberhasilan sementara dalam mengelola kegagalan konsep pasangan lain, baik pengelolaan lapangan maupun kemasan.” (M. Romahurmuziy, Sekjen PPP) [V/2.63.(b).(B)]. Konteks: M.Romahurmuziy menjelaskan sikap kubu PPP menanggapi kemenangan pasangan Jokowi-Ahok dan dukungan selanjutnya. (Jawa Pos, 13 Juli 2012, hlm. 11). (81) “Melihat sosok Jokowi yang wali kota Solo, bahkan tak punya KTP Jakarta, mampu merebut simpati warga ibu kota adalah indikasi warga DKI Jakarta lebih banyak orang Jawa ketimbang orang Betawi.” (Melani, Anggota Dewan Pembina Partai Demokrat) [V/2.65.(b).(A)]. Konteks: Melani menaggapi menanggapi kemenangan pasangan Jokowi-Ahok berdasarkan penghitungan cepat. (Jawa Pos, 13 Juli 2012, hlm. 11). (82) “Jadi, saya dan Foke bukan lagi memulai kerja baru, melainkan tinggal melanjutkannya.” (Nachrowi Ramli) [I/1.41.(b).(D)]. Konteks: Nachrowi mengungkapkan strategi membangun tata kota Jakarta yang telah dimulai oleh Foke (Kompas, 27 Juni 2012, hlm. 26). (83) “Jadi, kami sampai saat ini belum punya komitmen kepada calon mana pun, baik kepada pasangan Foke-Nara maupun pasangan Jokowi-Ahok.” (Hidayat Nurwahid) [IV/2.67.(b).(D)].
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
116
Konteks: Hidayat Nur Wahid menerangkan dukungan kubunya yang belum memastikan dukungannya pada salah satu pasangan calon. (Media Indonesia, 26 Juli 2012, hlm. 8). (84) “Jadi, perlu agar Gubernur Jakarta orang yang teruji dan tahu seluk beluk Jakarta. Bukan hanya untuk coba-coba.” (Zainuddin MH, Sekretaris DPD Golkar DKI) [IV/3.8.(b).(A)]. Konteks: Zainuddin MH menerangkan Partai Golkar mengalihkan dukungannya kepada pasangan Foke-Nara. (Media Indonesia, 6 Agustus 2012, hlm. 6).
Dengan tututan menyimpulkan, penutur seolah-olah ingin menjawab pertanyaan mengapa suatu hal terjadi. Pada tuturan (80) dan (81), terdapat penggunaan predikasi adalah dalam keseluruhan kalimat untuk menerangkan maksud tuturan menyimpulkan kemenangan Jokowi dan simpati warga terhadap Jokowi. Pada tuturan (82) s.d. (84), penanda lingual jadi cukup jelas menegaskan maksud tuturan sebagai kesimpulan atas topik pembicaraan.
4.2.1.3 Tindak Tutur Kompetitif Tindak tutur kompetitif adalah bersaing dengan tujuan sosial, misalnya tindakan memerintah, meminta, menuntut, dan mengemis (Leech, 1983 dalam Oka, 1993:162 & 164). Fungsi kompetitif terwujud pada ilokusi direktif dengan berbagai bentuk tuturannya, seperti menyuruh, melarang, mengritik, mengomentari, menilai, menasihati, memprotes, menganjurkan, memperingatkan, menyindir, mengingkari, dan menyangkal (Baryadi, 2012:32). Tindak tutur direktif pada dasarnya bertujuan menghasilkan suatu efek berupa tindakan yang dilakukan oleh mitra tutur, atau bentuk tutur yang dimaksudkan penuturnya untuk membuat pengaruh agar mitra tutur melakukan tindakan. Kategori-kategori ilokusi demikan membutuhkan sopan santun negatif.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
117
Tindak tutur kompetitif dengan ilokusi direktif tuturan calon gubernur, calon wakil gubernur, dan pendukung terdapat dalam bentuk tuturan memprotes (3 tuturan); meminta (16 tuturan); menyindir (20 tuturan); menuntut (5 tuturan); mengkritik (68 tuturan); menyuruh (15 tuturan); melarang (20 tuturan); dan menyangkal (5 tuturan). Bentuk-bentuk tuturan ilokusi direktif yang mengandung fungsi kompetitif ini diuraikan pada bagian berikut.
4.2.1.3.1
Tindak Tutur Kompetitif dengan Ilokusi Direktif Memprotes Ilokusi direktif memprotes bermaksud menyatakan tidak setuju, menyangkal,
bahkan menentang. Tuturan memprotes tidak sejalan dengan tujuan sosial karena mengandung sopan santun negatif yang tujuannya mengurangi kerharmonisan. Hal ini jelas terlihat pada tuturan (85) dan (86) berikut. (85) “Kami keberatan dengan pleno hari ini.” (Denny Iskandar, Tim Sukses Joko-Basuki) [I/1.1.(c).(A)] Konteks: Denny Iskandar, tim sukses Joko-Basuki, menolak penetapan DPT oleh KPU (Kompas, 3 Juni 2012, hlm.2). (86) “Memang saya punya pikiran begitu sempit?” (Fauzi Bowo) [II/1.1.(c).(B)] Konteks: Fauzi Bowo tidak ambil pusing dengan kesalahan data yang ditudingkan oleh tim sukses pasangan lain. (Koran Tempo, 5 Juni 2012, A3).
Penggunaan diksi keberatan pada tuturan (85) sudah cukup jelas menyatakan ketidaksetujuan dan penolakan terhadap sesuatu yang diprotes. Demikian juga pada tuturan (86), modus kalimat interogatif dengan nada retoris mengindikasikan adanya tindakan memprotes dari penutur terhadap sesuatu yang dibicarakan.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
4.2.1.3.2
118
Tindak Tutur Kompetitif dengan Ilokusi Direktif Meminta Tindak ilokusi direktif meminta termasuk dalam fungsi kompetitif karena
melibatkan sopan santun, yaitu sopan santun negatif. Tuturan meminta menimbulkan pengaruh kepada mitra tutur untuk melakukan tindakan “meminta”, apakah itu dalam satu perbuatan atau tuturan saja. Data tuturan (87) s.d. (92) menjadi contoh tuturan meminta. (87) “Kami hanya berharap kesalahan-kesalahan dalam DPT segera diperbaiki.” (Tosca Santosa, manajer kampanye Faisal-Biem). [II/1.3.(c).(A)] Konteks: Tosca Santoso berencana membawa masalah DPT ke ranah hukum karena KPU tidak cepat menanggapi. (Koran Tempo, 6 Juni 2012, hlm. A4). (88) “Kami hanya meminta KPU mempertanggungjawabkan kejanggalan yang muncul dalam DPT.” (Tosca Santosa, manajer kampanye Faisal-Biem). [II/1.4.(c).(A)] Konteks: Tosca Santoso berencana membawa masalah DPT ke ranah hukum karena KPU tidak cepat menanggapi. (Koran Tempo, 6 Juni 2012, hlm. A4). (89) “Kalau data tim sukses yang benar, KPU harus berbesar hati mengoreksi dan menerima adanya masalah daftar pemilih.” (Hidayat Nur Wahid) [III/1.12.(c).(D)] Konteks: Hidayat Nur Wahid mengomentari sikap KPU yang bersikukuh terhadap DPT, meskipun lima pasangan calon lainnya mempersoalkan DPT. Pasangan Fauzi Bowo menandantangani DPT tersebut. (Republika, 5 Juni 2012, hlm. 9). (90) “Karena itu, kami meminta DKPP menindaklanjuti laporan ini agar tidak menjadi preseden buruk bagi Pemilukada DKI dan daerah lainnya. (M. Taufik, tim sukses Jokowi-Ahok, Ketua koalisi advokasi bersama empat pasangan calon gubernur dan wakil gubernur DKI Jakarta) [III/1.58.(c).(A)] Konteks: M.Taufik mengomentari DPT yang masih menjadi masalah sehingga KPU dilaporkan ke Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu. (Republika, 22 Juni 2012, hlm. 17). (91) “Kami berharap KPUD segera memperbaiki DPT sehingga pilkada tidak perlu diundur.” (Hidayat Nur Wahid) [V/2.9.(c).(A)] Konteks: Hidayat Nur Wahid mengomentari DPT yang masih menjadi masalah serius dalam pilkada DKI Jakarta meskipun KPUD akhirnya merevisi DPT. (Jawa Pos, 10 Juli 2012, hlm. 11). (92) “Kami minta diberi kesempatan untuk memberikan masukan data.” (Rois Handayani, anggota tim sukses Hidayat-Didik) [V/2.11.(c).(A)] Konteks: Rois Handayani mengomentari DPT yang masih menjadi masalah serius dalam pilkada DKI Jakarta meskipun KPUD akhirnya merevisi DPT. (Jawa Pos, 10 Juli 2012, hlm. 11).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
119
Tuturan (87) dan (88) memiliki konteks yang sama yaitu masalah DPT dibawa ke ranah hukum oleh beberapa tim sukses pasangan calon gubernur dan wakil gubernur. Pada tuturan (87), penutur meminta dengan bentuk tuturan imperatif halus dengan penanda diksi berharap dan modalitas hanya untuk mempertegas isi harapan, sedangkan tuturan (88) langsung menggunakan diksi meminta dengan modalitas hanya yang bermaksud menegaskan isi tindakan meminta tersebut. Meskipun ada perbedaan nuansa permintaan dari kedua tuturan ini, tindakan meminta tersebut menunjukkan bahwa penutur ingin agar mitra tutur melakukan apa yang diminta sesuai dengan isi tuturannya. Pada pada tuturan-tuturan selanjutnya, penanda lingual diksi, yaitu meminta, minta, dan berharap, dan modalitas harus dan segera memperjelas maksud „meminta‟: (89) “Kalau data tim sukses yang benar, KPU harus berbesar hati…; (90) “Karena itu, kami meminta DKPP…; (91) “Kami berharap KPUD segera…; dan (92) “Kami minta diberi kesempatan… . Meskipun berbagai tuturan meminta ini berbeda konteks tuturannya, setidak-tidaknya maksud permintaan sudah cukup jelas di dalam pemakaian diksi dan modalitas tuturan-tuturan tersebut.
4.2.1.3.3
Tindak Tutur Kompetitif dengan Ilokusi Direktif Menyindir Ilokusi direktif menyindir atau tuturan menyindir sebenarnya juga
merupakan tindak mengkritik – atau mencela dan mengejek – seseorang secara tidak langsung atau tidak terus terang. Tuturan menyindir mengandung fungsi kompetitif karena yang tersirat di dalam tuturan itu merupakan isi tuturan yang ditujukan kepada mitra tutur. Tuturan (93) s.d. (97) merupakan contoh tindakan menyindir.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
120
(93) “Biar masyarakat tahu siapa yang diuntungkan dari penetapan DPT yang bermasalah ini.” (M. Taufik, juru bicara tim sukses Jokowi-Basuki). [III/1.3.(c).(A)] Konteks: M.Taufik menganggap penetapan DPT oleh KPU masih bermasalah. Tim suksesnya mengancam akan mundur dalam pilkada DKI (Republika, 4 Juni 2012, hlm. 9). (94) “Saya kira yang perlu disisir yang kemarin dobel-dobel, dan yang paling penting itu undangan. Yang paling penting disisir yang hantu-hantu itulah.” (Jokowi) [II/2.76.(c).(A)] Konteks: Jokowi meminta KPU melakukan sosialisasi secara intensif demi mengurangi angka golput. (Koran Tempo, 22 Juli 2012, hlm. A3). (95) “Dia tahu apa tidak nomor telepon saya berapa? Jangan-jangan dinas pemadam kebakaran yang ditelepon.” (Fauzi Bowo) [IV/2.43.(c).(C)] Konteks: Fauzi Bowo menanggapi media tentang pernyataan Jokowi yang telah menghubunginya. (Media Indonesia, 14 Juli 2012, hlm. 1). (96) “Kasihan warga Jakarta, kasihan gubernur yang akan dipilih, kasihan demokrasi di Indonesia.” (Hidayat Nur Wahid) [III/1.9.(c).(B)] Konteks: Hidayat Nur Wahid mengomentari sikap KPU yang bersikukuh terhadap DPT, meskipun lima pasangan calon lainnya mempersoalkan DPT. Pasangan Fauzi Bowo menandantangani DPT tersebut. (Republika, 5 Juni 2012, hlm. 9). (97) “Tidak ada cerita lagi wakil gubernur melaporkan gubernurnya ke Komisi Pemberantasan Korupsi.” (Hidayat Nur Wahid) [I/2.10.(c).(D)] Konteks: Hidayat Nur Wahid berkampanye di Gelanggang Olahraga Brodjonegoro dan menyindir keretakan hubungan Fauzi dan wakilnya. (Kompas, 2 Juli 2012, hlm. 26).
Dengan tuturan (93) dan (94), penutur mengkritik secara tidak langsung perihal apa yang sedang terjadi, yaitu penetapan DPT oleh KPUD Jakarta, meskipun DPT itu masih dianggap bermasalah oleh lima tim sukses lainnya. Alih-alih menyampaikan kritik secara langsung terhadap orang atau hal yang sedang terjadi, penutur menyampaikan sindiran dalam bentuk tuturan (93) dan (94). Pada tuturan (95), Fauzi Bowo menanggapi pernyataan Jokowi bahwa dia tidak mengangkat telepon ketika dihubungi Jokowi. Tuturan tersebut dipersepsi sebagai tindakan menyindir yang bernada keras. Pada tuturan (96), penutur menggunakan gaya bahasa repetisi untuk mempertegas isi tuturan menyindir Kasihan … Kasihan… Kasihan... Konteks tuturannya adalah sikap KPU yang bersikukuh terhadap DPT meskipun telah dipersoalkan oleh lima pasangan lain, sedangkan kubu Foke-Nara menandatangani
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
121
DPT tersebut. Hidayat Nur Wahid mengomentari situasi tersebut dengan tuturan (96). Dengan tuturan (97), penutur bermaksud menyindir kondisi pemerintahan Fauzi dan wakil gubernur yang tidak bekerja sama. Dengan tuturan tersebut, penutur mengampanyekan pemerintahan yang lebih mengedepankan kerja sama antara gubernur dan wakil gubernur.
4.2.1.3.4
Tindak Tutur Kompetitif dengan Ilokusi Direktif Menuntut Ilokusi direktif menuntut mengandung permintaan dengan keras, bahkan
setengah mengharuskan supaya dipenuhi. Selain itu, penutur yang menyampaikan tuturan menuntut berusaha mendapatkan haknya terpenuhi sesuai dengan isi tuturannya tersebut. Hal ini dapat dilihat pada tuturan (98) s.d. (100) berikut. (98) “Tunda pemilu. Apa gunanya DPT diteruskan dengan data kotor? Kenapa kita bisa melanggar DPT, tapi tidak bisa mengubah waktu?” (Fatahillah Ramli, kordinator tim advokasi Alex-Nono). [V/2.6.(c).(A)] Konteks: Fatahillah Ramli mengomentari DPT yang masih menjadi masalah serius dalam pilkada DKI Jakarta meskipun KPUD akhirnya merevisi DPT. (Jawa Pos, 10 Juli 2012, hlm. 11). (99) “Penurunan alat peraga kami harus diusut sampai orang yang menyuruh menurunkan alat peraga itu.” (Hendardji Soepandji) [I/2.23.(c).(D)] Konteks: Hendardji Soepandji meminta aparat panwaslu mengatasi masalah kecurangan yang dilakukan pasangan dan tim sukses tertentu. (Kompas, 7 Juli 2012, hlm. 26). (100) “Tindakan tegas harus diberikan supaya orang tidak berani mengulang hal yang sama.” (Boy Sadikin, Ketua tim kampanye dan pemenangan pasangan Jokowi-Ahok) [II/3.8.(c).(D)] Konteks: Boy Iskandar menegaskan kasus dugaan kampanye SARA Rhoma Irama siap dibawa ke penyelidikan. (Koran Tempo, 10 Agustus 2012, hlm. A4).
Tuturan (98) merupakan tindakan menuntut dalam bentuk imperatif tidak langsung. Hal ini ditunjukkan oleh urutan kalimat tuturan dengan pemakaian modus kalimat
interogatif.
Berdasarkan
modus
kalimat
ini,
sebenarnya
penutur
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
122
menyampaikan tindakan menuntut secara langsung, yaitu Tunda pemilu, dan mengubah waktu pemilu setelah DPT direvisi oleh KPUD Jakarta. Tuturan (99) menggunakan imperatif tidak langsung, yaitu modus kalimat deklaratif dan penanda modalitas keharusan: harus, yang bermaksud mengusut peristiwa penurunan alat peraga pemilu. Demikian pun tuturan (100), bermaksud menuntut dengan adanya penanda keharusan: harus. Pada tuturan (99) dan (100), penutur mempertegas maksudnya dengan bentuk kalimat pasif yang mementingkan topik yang dituturkan.
4.2.1.3.5
Tindak Tutur Kompetitif dengan Ilokusi Direktif Mengkritik Dalam uraiannya tentang fakta pemakaian bahasa yang tidak santun,
Pranowo (2009:68) mengidentifikasikan bahwa komunikasi menjadi tidak santun jika penutur ketika bertutur menyampaikan kritik secara langsung kepada mitra tutur. Kritik secara langsung, apalagi menohok mitra tutur dengan kata atau frasa kasar, dinilai tidak santun atau bahkan lebih tidak santun. Tuturan mengkritik berisi tanggapan, kadang-kadang disertai uraian dan pertimbangan baik buruk terhadap suatu hal, seperti pendapat, keadaan, dan sebagainya. Tindak tutur direktif mengkritik bermaksud mengevaluasi atau memberi pertimbangan baik buruknya suatu karya, pendapat, dan sebagainya yang telah dilakukan mitra tutur. Tuturan ini bertujuan kompetitif karena di dalamnya terdapat evaluasi atas sesuatu yang terjadi atau dilakukan mitra tutur. Hal ini tercermin pada data tuturan (101) s.d. (105) berikut. (101) “KPUD tampaknya menjerat dirinya sendiri dengan lingkaran masalah DPT. Entah ini disengaja atau tidak, namun kenyataannya demikian.” (Hidayat Nur Wahid). [V/2.8.(c).(B)]
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
123
Konteks: Hidayat Nur Wahid mengomentari DPT yang masih menjadi masalah serius dalam pilkada DKI Jakarta meskipun KPUD akhirnya merevisi DPT. (Jawa Pos, 10 Juli 2012, hlm. 11). (102) “Bukan mengikuti yang menerima. Yang setuju penetapan DPT kan cuma satu pasang, sementara yang menolak ada lima pasang calon. Tapi kok jadi kebalik, yang lima malah ditinggal.” (Jokowi). [III/1.40.(c).(A)] Konteks: Jokowi menanggapi persoalan DPT yang masih dikritik oleh pasangan calon (Republika, 11 Juni 2012, hlm. 21). (103) “Kita sudah capek dengan Ibu Kota sekarang ini yang macet di mana-mana. Pemilukada 11 Juli nanti bukan hanya untuk Jakarta, tapi untuk Indonesia.” (Prabowo Subianto, Ketua Umum Partai Gerindra) [IV/2.12.(c).(B)] Konteks: Prabowo Subianto berkampanye untuk pasangan Jokowi-Basuki di lapangan parkir timur Senayan, Gelora Bung Karno. (Media Indonesia, 2 Juli 2012, hlm. 7). (104) “Tidak boleh lagi cari-cari alasan. Kalah ya kalah. Terima kekalahan dengan lapang dada.” (Alex Noerdin) [IV/2.29.(c).(A)] Konteks: Alex Noerdin mengomentari hasil hitung cepat yang menunjukkan keunggulan pasangan Jokowi-Ahok. Ia menerima dengan legawa. (Media Indonesia, 12 Juli 2012, hlm. 1). (105) “Tugas pemerintah bukan menyediakan pendidikan dan kesehatan gratis, karena itu tidak ada dalam konstitusi, tetapi bagaimana meningkatkan kualitasnya. Kalau sekolah gratis, terus jadi bodoh, bagaimana? Bagaimana pendidikan mau berkualitas kalau perpustakaan saja tidak punya?” (Hendradji Soepandji) [I/1.31.(c).(D)] Konteks: Pernyataan Hendradji Soepandji dalam wawancara terkait masalah pendidikan dan kesehatan di DKI Jakarta (Kompas, 26 Juni 2012, hlm. 39).
Dengan tuturan (101), Hidayat Nur Wahid memberikan evaluasi atas kinerja KPUD Jakarta yang merevisi DPT sesuai dengan permintaan tim sukses tiap pasangan. Tindakan merevisi yang dilakukan KPUD Jakarta dikritik Hidayat Nur Wahid dengan tuturan KPUD tampaknya menjerat dirinya sendiri dalam lingkaran masalah. Entah sengaja atau tidak, namun kenyataannya demikian. Tuturan Hidayat Nur Wahid tersebut merupakan kritik langsung kepada KPUD dengan gaya bahasa ironi, yaitu menjerat dirinya sendiri dalam lingkaran masalah dan personifikasi, khususnya pada proposisi KPUD tampaknya menjerat dirinya sendiri. Demikian pun pada tuturan (102), dengan tuturan tersebut Jokowi sebenarnya mengevaluasi kinerja KPUD yang justru mengambil sikap mengikuti hanya satu pasangan calon yang
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
124
menerima, sedangkan lima pasangan lainnya tidak. Tuturan (102) dapat dikategorikan sebagai tuturan yang sengaja ingin memojokkan mitra tutur dalam bertutur sehingga mitra tutur menjadi tidak berdaya. Hal ini jelas terlihat pada kalimat terakhir tuturan tersebut, yakni Tapi kok jadi kebalik, yang lima malah ditinggal. Frasa kok jadi kebalik merupakan ekspresi kritik yang cukup pedas bagi mitra tutur. Pada tuturan (103), penutur mengekspresikan maksud kritik dengan gaya bahasa hiperbolis macet di mana-mana. Dengan tuturan (104), sambil menerima kekalahan dengan legawa, Alex Noerdin mengomentari pihak yang tidak mengakui kekalahan dalam pemilukada. Tuturan (105) dipersepsi sebagai tindakan mengkritik sesuai dengan isi tuturan, yakni mengomentari program pendidikan dan kesehatan gratis. Tugas pemerintah sesungguhnya adalah meningkatkan kualitas pendidikan dan kesehatan, bukan menyediakan pendidikan dan kesehatan gratis.
4.2.1.3.6
Tindak Tutur Kompetitif dengan Ilokusi Direktif Menyuruh Tuturan menyuruh merupakan tuturan yang menyatakan tindakan, yaitu
penutur bermaksud agar mitra tutur melakukan tindakan yang disebutkan di dalam tuturan itu. Dengan tuturan menyuruh (termasuk juga tuturan memerintah), penutur seakan-akan tidak memberikan kesempatan kepada mitra tutur untuk memilih sejumlah opsi lain untuk dilakukan selain sesuai dengan yang dimaksudkan penutur di dalam tuturannya. Keuntungan lebih dominan berada di pihak penutur daripada pihak mitra tutur. Tuturan sejenis ini mengindikasikan juga kadar dominasi penutur terhadap mitra tutur karena penutur bermaksud agar mitra tutur melakukan tindakan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
125
yang disebutkan di dalam tuturan baik langsung maupun tidak langsung. Tindakan menyuruh dapat dicermati pada contoh tuturan (106) s.d. (110) berikut. (106) “Saya dan tim kampanye, bersama tim calon pasangan gubernur dan wakil gubernur lainnya, masih melakukan penyisiran data. Sebagai pihak yang paling bertanggung jawab atas database penduduk DKI Jakarta, sudah seharusnya Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil DKI Jakarta bertanggung jawab.” (Didik J Rachbini) [IV/1.9.(c).(D)] Konteks: Didik Rachbini mempersalahkan pemerintah terkait kisruh DPT. (Media Indonesia, 7 Juni 2012, hlm. 9). (107) “Hindari cara memilih kucing di dalam karung , pilih calon gubernur yang punya kumis seperti saya, karena yang berkumis punya nyali untuk memimpin.” (Ongen Sangaji, Ketua DPD Partai Hanura DKI Jakarta) [IV/1.33.(c).(A)] Konteks: Ongen Sangaji berkampanye untuk Foke-Nara di hadapan pendukung dan simpatisan. (Media Indonesia, 28 Juni 2012, hlm. 7). (108) “Bebaskan saja anggota Partai Golkar untuk memilih.” (Hajriyanto Thohari, Ketua DPP Partai Golkar) [V/2.61.(c).(A)] Konteks: Hajriyanto Thohari menanggapi kemenangan pasangan Jokowi-Ahok dan menampik kekalahan Golkar. (Jawa Pos, 13 Juli 2012, hlm. 11). (109) “Lebih baik Partai Golkar tidak berkoalisi dengan partai atau gubernur mana pun.” (Hajriyanto Y. Thohari, Ketua DPP Partai Golkar) [I/2.46.(c).(D)] Konteks: Tanggapan Hajriyanto Y.Thohari atas hasil pilkada DKI dan persiapan Golkar menghadapi pilkada putaran kedua. (Kompas, 14 Juli 2012, hlm. 20). (110) “Tanyakan sendiri saja, saya juga belum berkomunikasi.” (Ridho Rhoma, putera Rhoma Irama, artis dan penyanyi dangdut, pendukung Fauzi-Nachrowi). [II/3.9.(c).(D)] Konteks: Ridho Rhoma menanggapi kasus dugaan kampanye SARA Rhoma Irama yang siap dibawa ke penyelidikan. (Koran Tempo, 10 Agustus 2012, hlm. A4).
4.2.1.3.7
Tindak Tutur Kompetitif dengan Ilokusi Direktif Melarang Tindakan melarang pada hakikatnya berarti memerintahkan supaya tidak
melakukan sesuatu, atau tidak memperbolehkan berbuat sesuatu. Dengan tuturan melarang, penutur bermaksud memerintahkan mitra tutur tidak melakukan sesuatu sesuai dengan isi tuturan tersebut. Jadi, di dalam tindakan melarang termaktub juga tindakan meminta atau menyuruh. Penanda lingual yang mengindikasikan tuturan melarang biasanya adalah kata jangan. Namun, penting diperhatikan juga konteks
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
126
tuturannya sehingga penggunaan kata jangan memang bermaksud tindakan melarang. Contoh-contoh tuturan (111) s.d. (113) berikut menunjukkan tindakan melarang. (111) “Karena sudah terlanjur ditetapkan, yang terbukti bersalah jangan dikeluarkan kartu pemilihnya saat pemilihan.” (Hidayat Nur Wahid) [III/1.13.(c).(A)] Konteks: Hidayat Nur Wahid mengomentari sikap KPU yang bersikukuh terhadap DPT, meskipun lima pasangan calon lainnya mempersoalkan DPT. Pasangan Fauzi Bowo menandantangani DPT tersebut. (Republika, 5 Juni 2012, hlm. 9). (112) “Janganlah mencederai demokrasi yang sedang berjalan.” (Nono Sampono) [I/2.4.(c).(A)] Konteks: Nono Sampono menyampaikan kasus penculikan dua simpatisannya ke Polda Metro Jaya. (Kompas, 1 Juli 2012, hlm. 4). (113) “Jangan libatkan kami dalam keputusan karena mencederai demokrasi yang sedang dibangun.” (Fatahillah Ramli, anggota tim sukses Alex-Nono) [II/2.16.(c).(B)] Konteks: Fatahillah Ramli menolak rapat pleno KPU DKI Jakarta yang memutuskan penghapusan 21.344 dari total 6.983.692 daftar pemilih tetap. (Koran Tempo, 10 Juli 2012, hlm. A4).
4.2.1.3.8
Tindak Tutur Kompetitif dengan Ilokusi Direktif Menyangkal Tindakan menyangkal mengandung arti membantah; mengingkari; tidak
membenarkan; tidak mengakui. Dengan tuturan menyangkal, penutur bermaksud mengingkari atau tidak membenarkan hal seperti yang isi tuturannya tersebut. Penanda lingual yang mengindikasikan adanya tindakan menyangkal adalah penggunaan kata ingkar: tidak dan bukan. Dengan tuturan menyangkal, penutur mengambil sikap protektif terhadap pendapatnya. Hal demikian dimaksudkan agar tuturan mitra tutur atau fakta yang dibicarakan tidak dipercaya oleh pihak lain. Contoh tuturan (114) s.d. (117) adalah tindakan menyangkal. (114) “Kami tidak menunjuk pribadi gubernur.” (Dadiek Surarto, tim pemenangan HendardjiReza) [III/1.35.(c).(C)] Konteks: Dadiek Surarto membantah tagline “Berkumis” mengacu kepada pasangan tertentu. (Republika, 7 Juni 2012, hlm. 9).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
127
(115) “Itu tidak ada hubungannya sama sekali menyindir salah satu calon.” (Alief Syachvier, juru bicara tim sukses Hendardji-Reza) [III/1.36.(c).(D)] Konteks: Konteks: Alief Syachvier membantah tagline “Berkumis” mengacu kepada pasangan tertentu. (Republika, 7 Juni 2012, hlm. 9). (116) “Saya juga tidak perlu islah karena saya tidak bermusuhan dengan siapa pun.” (Rhoma Irama) [III/3.16.(c).(D)] Konteks: Rhoma Irama menanggapi ceramahnya yang diduga memojokkan pasangan JokowiAhok dengan isu SARA. (Republika, 7 Agustus 2012, hlm. 1). (117) “Bang Haji Rhoma Irama bukan bagian dari tim sukses atau tim kampanye Foke-Nara. Hadirnya Rhoma di Masjid Al Isra, bukan agenda dari tim sukses, melainkan agenda dari Pos Kota dalam kegiatan safari ramadhan mereka.” (Zamakh Sari, ketua tim advokasi Foke-Nara) [IV/3.15.(c).(D)] Konteks: Zamakh Sari menegaskan bahwa Rhoma Irama bukanlah bagian dari tim sukses mereka. (Media Indonesia, 8 Agustus 2012, hlm. 6).
4.2.1.4 Tindak Tutur Konfliktif Tindak tutur konfliktif pada dasarnya bertentangan dengan tujuan sosial, misalnya mengancam, menuduh, menyumpahi, memarahi (Leech, 1983 dalam Oka, 1993:162 & 164). Menurut Leech, fungsi konfliktif sama mengandung sopan santun dengan tingkat kesantunan yang lebih tidak santun dibandingkan dengan fungsi kompetitif, seperti yang terdapat pada ilokusi ekspresif yang tidak mengindahkan tata krama,
seperti
mencerca,
mengejek,
membentak,
menghardik,
menantang,
mengumpat, menghasut, mengutuk, menakuti, menjelekkan, memfitnah, menghina, memaki, meremehkan, mengusir, mendesak, mendamprat, dan menginterogasi (Baryadi, 2012:32). Meskipun demikian, terdapat juga ilokusi ekspresif yang menujukkan sopan santun (dalam hal ini fungsi konvivial), seperti meminta maaf, humor, memuji, berterima kasih. Pada dasarnya, ilokusi ekspresif memiliki fungsi untuk mengekspresikan sikap psikologis pembicara terhadap pendengar sehubungan dengan keadaan tertentu sebagai pernyataan rasa senang, sedih, marah, dan benci.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
128
Jenis tindak tutur konfliktif dengan ilokusi ekspresif tuturan calon gubernur, calon wakil gubernur, dan para pendukung terdapat dalam bentuk tuturan menuduh (24 tuturan); mengancam (11 tuturan); menantang (7 tuturan); meremehkan (3 tuturan); dan mengecam (7 tuturan). Berikut ini diuraikan contoh jenis tindak tutur konfliktif dengan ilokusi ekspresif.
4.2.1.4.1
Tindak Tutur Konfliktif dengan Ilokusi Ekspresif Menuduh Ilokusi ekspresi menuduh mengandung fungsi konfliktif karena di dalam
tuturan menuduh tersirat sikap psikologis penutur berupa dugaan – entah terbukti atau tidaknya dugaan itu – terhadap sesuatu yang dilakukan oleh atau yang ada pada mitra tutur. Tuturan menuduh bertentangan dengan tujuan sosial karena tidak mengindahkan sopan santun. Biasanya tuturan menuduh juga disertai bukti dan langsung menunjuk pada isi tuturan yang dimaksudkan oleh penutur. Isi tuturan menuduh seringkali disertai modalitas kepastian: yakin (ada), pasti atau diksi yang langsung merujuk pada isi tuduhan. Tindakan menuduh ini dapat dicermati pada contoh tuturan (118) s.d (122) berikut. (118) “Temuan itu membuat kami yakin ada pelanggaran hukum dalam penyusunan DPT.” (Rois Handayani, Kordinator Advokasi Tim Kampanye Hidayat-Didik). [I/1.2.(d).(D)] Konteks: Rois Handayani bersama 5 tim pasangan calon lain menolak DPT yang dikeluarkan KPU yang terkesan amburadul. Timnya menemukan data 44.696 pemilih yang di antaranya bernama, bertanggal lahir, dan beralamat sama, tetapi berbeda NIK (Kompas, 5 Juni 2012, hlm. 25). (119) “Ini membuktikan DPT tidak valid dan ada pelanggaran hukum.” (Denny Iskandar - Tim Sukses Joko-Basuki). [I/1.3.(d).(D)] Konteks: Denny Iskandar bersama 5 tim pasangan calon lain menolak DPT yang dikeluarkan KPU yang terkesan amburadul. Tim ini menemukan 382 pemilih yang dianggap bermasalah secara acak (Kompas, 5 Juni 2012, hlm. 25).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
129
(120) “Intinya ada motif terstruktur dan massif untuk memilih pasangan tertentu dengan menjanjikan sejumlah uang. Karena itu, kami berharap panwaslu segera menindaklanjuti.” (Dasril Affandi, Sekretaris tim advokasi Foke-Nara) [V/2.73.(d).(A)] Konteks: Dasril Affandi mensinyalir adanya praktik politik uang oleh pasangan Jokowi-Ahok. (Jawa Pos, 15 Juli 2012). (121) “Itu namanya sepihak.” (Jokowi) [III/1.15.(d).(A)] Konteks: Jokowi menanggapi sikap KPU yang bersikukuh terhadap DPT, meskipun lima pasangan calon lainnya mempersoalkan DPT. Pasangan Fauzi Bowo menandantangani DPT tersebut. (Republika, 5 Juni 2012, hlm. 9). (122) “Masalah ini telah jauh dipolitisasi.” (Surya Aka, Ketua Soneta Fans Club Indonesia, pendukung Rhoma Irama, artis dan penyanyi dangdut, pendukung Fauzi-Nachrowi) [II/3.12.(d).(A)] Konteks: Surya Aka menerangkan masalah dugaan kampanye SARA Rhoma Irama yang siap dibawa ke penyelidikan. . (Koran Tempo, 11 Agustus 2012, hlm. A4).
Tuturan (118) disampaikan oleh Rois Handayani terkait dengan penolakan lima tim pasangan calon atas DPT yang telah ditetapkan KPUD Jakarta. Alasan penolakan mereka adalah ditemukannya sejumlah besar pemilih yang bernama, bertanggal lahir, dan beralamat sama, tetapi berbeda NIK. Tindakan menuduh semakin jelas tampak pada fakta pada pilihan kata temuan dan frasa kami yakin ada pelanggaran hukum. Pada tuturan (119), dengan konteks tuturan yang sama, tuturan Denny Iskandar menggunakan penanda lingual pronomina penunjuk ini yang mengacu pada temuan tim pasangan calon terkait dengan fakta sejumlah besar pemilih yang bernama, bertanggal lahir, dan beralamat sama, tetapi berbeda NIK. Tuturan (120) bermaksud menuduh adanya politik uang yang dilakukan pasangan Jokowi-Ahok sehingga penutur menyampaikan Intinya ada motif terstruktur dan massif … . Demikian pun pada tuturan (121) Itu namanya sepihak dan (122) Masalah ini telah jauh dipolitisasi, terdapat cukup jelas indikasi tindakan menuduh sesuai dengan isi dan konteks tuturan tersebut.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
4.2.1.4.2
130
Tindak Tutur Konfliktif dengan Ilokusi Ekspresif Mengancam Ilokusi ekspresif mengancam pada hakikatnya tidak mengindahkan sopan
santun sehingga dianggap bertentangan dengan tujuan sosial. Tindakan mengancam mengekspresikan rasa tidak suka atau marah penutur terhadap situasi atau keadaan yang tidak sesuai dengan yang diharapkannya. Tindakan mengancam itu bertujuan menimbulkan kemarahan. Hal ini dapat terlihat pada tuturan (123) s.d. (126) berikut. (123) “Kalau begini caranya, tim sukses dan pasangan calon akan menyetop semua tahapan Pemilukada DKI.” (M. Taufik, juru bicara tim sukses Jokowi-Basuki). [III/1.1.(d).(A)] Konteks: M.Taufik menganggap penetapan DPT oleh KPU masih bermasalah. Tim suksesnya mengancam akan mundur dalam pilkada DKI (Republika, 4 Juni 2012, hlm. 9). (124) “Kalau tidak bersih, lima pasangan calon akan boikot.” (M. Taufik, juru bicara tim Jokowi-Basuki). [III/1.21.(d).(B)] Konteks: M.Taufik meminta KPU meyelesaikan masalah DPT. (Republika, 6 Juni 2012, hlm. 9). (125) “Semua saksi kami di TPS akan mengajukan keberatan tentang salinan DPT ini.” (Denny Iskandar, tim sukses pasangan Jokowi-Basuki) [I/2.32.(d).(A)] Konteks: Denny Iskandar mengomentari tindakan KPU yang mencoret 21.344 pemilih yang dianggap ganda. Hal ini memicu sikap pro-kontra para tim sukses (Kompas, 10 Juli 2012, hlm. 15). (126) “Siapa pun melakukan hal ini, jangan sampai Anda bermain api. Bukan kami yang marah, tapi rakyat juga marah.” (Nono Sampono) [II/2.8.(c).(A)]
Konteks: Nono Sampono menjelaskan kepada media terkait anggota poskonya yang diculik. (Koran Tempo, 1 Juli 2012, hlm. A3).
Tuturan (123) dan (124) disampaikan oleh M.Taufik terkait dengan penetapan DPT oleh KPUD Jakarta yang masih dianggap bermasalah oleh lima pasangan calon lainnya. Tindakan mengancam itu tampak dalam bagian kalimat tim sukses dan pasangan calon akan menyetop semua tahapan Pemilukada DKI dan lima pasangan calon akan boikot. Bila dikaitkan dengan skala pilihan menurut Leech, dengan tindakan mengancam, penutur meminimalkan (semakin kecil) pilihan pada
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
131
pihak mitra tutur dalam melakukan tindakan sesuai dengan isi tuturan. Tuturan (125) memiliki konteks terkait dengan DPT, tetapi menjelang pemilukada putaran kedua. Penutur menolak pencoretan 21.344 pemilih oleh KPUD. Hal ini tentu menimbulkan sikap pro dan kontra sehingga dengan gaya hiperbolis penutur menyampaikan Semua saksi kami di TPS akan … yang dipersepsi sebagai tindakan mengancam. Pada tuturan (126), isi tuturan mengancam cukup jelas pada bagian pertama dari tuturan tersebut Siapa pun melakukan ini, jangan sampai Anda bermain api.
4.2.1.4.3
Tindak Tutur Konfliktif dengan Ilokusi Ekspresif Menantang Tindak ilokusi ekspresif menantang adalah tindak tutur yang dilakukan
oleh penuturnya dengan maksud agar mitra tutur melakukan tindakan seperti yang disebutkan dalam tuturan yang berisi tantangan. Di dalam tuturan menantang terkandung maksud penutur untuk menghadapi atau melawan mitra tutur atau mengekspresikan rasa perlawanan terhadap pihak lain. Tuturan menantang dapat dilihat pada contoh tuturan (127) s.d. (131) berikut. (127) “Biar saja ikut bertanding anak bawang itu.” (Nachrowi Ramli). [IV/2.16.(d).(A)] Konteks: Nachrowi Ramli menerangkan kesanggupannya menang dan dapat menyelesaikan problem Jakarta (Media Indonesia, 3 Juli 2012, hlm. 7). (128) “Mari kita bertarung di putaran kedua.” (Fauzi Bowo). [II/2.29.(b).(B)] Konteks: Fauzi Bowo mengomentari keunggulan pasangan Jokowi-Ahok dalam pilkada. (Koran Tempo, 12 Juli 2012, hlm. A1). (129) “Kalau berniat membantu rakyat, mari koalisi yang benar, enggak usah pakai maharmahar segala.” (Boy Sadikin, Ketua Tim Sukses pasangan Jokowi-Ahok) [II/2.68.(d).(A)] Konteks: Boy Sadikin mengomentari dukungan partai-partai lain, misalnya PKS, yang meminta mahar menghadapi putaran kedua. (Koran Tempo, 17 Juli 2012, hlm. A4). (130) “Jika Foke menginginkan dukungan dari PKS, berani tidak dia meminta maaf karena PKS bukan Wahabi dan tak antimaulid.” (Hidayat Nur Wahid) [III/3.19.(d).(A)]
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
132
Konteks: Hidayat Nur Wahid memberi keterangan bahwa dukungan PKS untuk salah satu pasangan calon tidak „gratis‟. (Republika, 9 Agustus 2012, hlm. 2). (131) “Berani tidak Jokowi berkomitmen tidak meninggalkan jabatannya hingga akhir masa jabatan. Tidak seperti Solo yang ditinggalkannya untuk bertarung di Jakarta.” (Hidayat Nur Wahid) [III/3.20.(d).(A)] Konteks: Hidayat Nur Wahid memberi keterangan bahwa dukungan PKS untuk salah satu pasangan calon tidak „gratis‟. (Republika, 9 Agustus 2012, hlm. 2).
Tuturan (127) disampaikan oleh Nachrowi Ramli. Calon pasangan lain dianggapnya sebagai anak bawang atau “pendatang baru” dan tidak diperhitungkan dalam pemilihan umum kepala daerah Provinsi DKI Jakarta. Dengan tuturan Biar saja ikut bertanding anak bawang itu tersirat di dalamnya tujuan bertentangan dengan pasangan lain. Tindakan menantang Nachorwi Ramli bermaksud mengajak mitra tutur untuk saling melawan dalam konteks pemilikada DKI Jakarta. Hal ini juga jelas terlihat pada penggunaan pilihan kata “bertanding”, yakni metafora pemilukada sebagai olah raga yang dipertandingkan antara dua regu. Pada tuturan (128) dan (129), isi tuturan menantang terdapat pada bagian tuturan Mari kita bertarung … dan mari koalisi yang benar … . Penanda lingual mari memang tergolong imperatif ajakan, tetapi dalam konteks tuturan tersebut, maksud tuturan-tuturan itu adalah menantang. Pada tuturan (130) dan (131), pilihan kata berani tidak ... yang dipakai penutur jelas bermaksud menantang mitra tutur atau pendengar.
4.2.1.4.4
Tindak Tutur Konfliktif dengan Ilokusi Ekspresif Mengecam Tindakan mengecam berarti mengkritik atau mencela dan menyelidiki
dengan teliti atas suatu hal. Tuturan mengecam mengandung maksud mengkritik dengan nuansa mencela. Penutur bermaksud menyelidiki kekurangan mitra tutur dan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
133
mencelanya dengan tujuan merendahkan dan mengabaikan martabat mitra tutur. Tuturan mengecam biasanya muncul dari ketidakpuasan atas orang atau suatu hal, karena itu melalui tuturannya, penutur bermaksud mengkritik secara langsung dan sifatnya cenderung kasar dan tidak santun sama sekali. Beberapa contoh tuturan mengecam dapat dilihat pada data (132) s.d. (135) berikut. (132) “Kalau istilah orang sekarang, lebay.” (Agung Mozin, anggota tim sukses Hidayat-Didik) [II/1.6.(d).(A)] Konteks: Agung Mozin mengomentari tindakan Panwaslu yang menertibkan iklan dan spanduk yang melanggar aturan kampanye. Tindakan itu dianggapnya berlebihan (Koran Tempo, 10 Juni 2012, hlm. A4). (133) “Saya sangat geram dan tidak akan tinggal diam sampai pelakunya tertangkap. Tapi, saya yakin yang berani melakukan penculikan dan pembacokan selama masa kampanye pasti berani melakukan kecurangan di TPS saat pencoblosan.” (Nono Sampono) [III/2.14.(d).(A)] Konteks: Nono Sampono mengomentari DPT yang masih bermasalah dan munculnya kasus intimidasi sebagai indikasi adanya kecurangan oleh pihak tertentu. (Republika, 5 Juli 2012, hlm. 9). (134) “Mereka digaji oleh uang rakyat, namun pekerjaannya tidak beres.” (Nono Sampono) [III/2.42.(d).(A)] Konteks: Nono Sampono merasa tidak puas terhadap kinerja KPU DKI Jakarta perihal daftar pemilih tetap (DPT) dan adanya laporan 27 kasus pelanggaran oleh Indonesian Corruption Watch (ICW). (Republika, 12 Juli 2012, hlm. 9). (135) “Padahal bapak dan ibu saya sudah menunaikan ibadah haji sejak 12 tahun lalu. Ini betulbetul sudah sangat keterlaluan.” (Jokowi) [IV/3.13.(d).(B)] Konteks: Jokowi menganggap kampanye hitam dengan isu SARA sudah keterlaluan, apalagi sampai menghina orang tuanya. (Media Indonesia, 8 Agustus 2012, hlm. 6).
Tuturan-tuturan di atas berbeda konteks tuturannya. Namun, dari segi tujuan tuturan, di dalam setiap tuturan itu terdapat tindakan mengecam. Tuturan (132) terkait dengan konteks penertiban iklan dan spanduk oleh Panwaslu. Iklan dan spanduk tersebut telah melanggar aturan kampanye. Dengan tuturan (132), penutur mengkritik tindakan penertiban tersebut sebagai tindakan berlebihan sehingga di dalam tuturan itu terdapat diksi lebay. Istilah lebay di dalam pertuturan orang muda
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
134
mengacu kepada tindakan atau perbuatan yang berlebih-lebihan, atau sok-sokan. Pada tuturan (133), isi kecaman sangat jelas dengan pemakaian modalitas yang mempertegas tindakan mengecam, yakni sangat geram dan tidak akan tinggal diam. Dengan tuturan (134), penutur bermaksud menyatakan ketidakpuasannya terhadap kinerja KPU DKI Jakarta. Tuturan tersebut tidak semata bermaksud mengkritik, tetapi jelas-jelas mengecam sebab menjatuhkan martabat mitra tutur. Proposisi kalimat tuturan (134) mengandung merupakan tindakan mengecam. Pada tuturan (135), penutur bermaksud mencela kampanye hitam dengan isu SARA. Tindakan mengecam diutarakan dengan gaya bahasa hiperbola Ini betul-betul sudah sangat keterlaluan. Dengan tuturan demikian, penutur tidak sekadar mengekspresikan kritik, tetapi tindakan mengecam atau mencela mitra tutur.
4.1.2.4.5
Tindak Tutur Konfliktif dengan Ilokusi Ekspresif Meremehkan Tindakan
meremehkan
berarti
mengabaikan,
menganggap
rendah
seseorang atau suatu hal. Tuturan meremehkan mengandung maksud bahwa penutur mengabaikan atau menganggap rendah sesuatu atau pribadi yang menjadi topik pembicaraan di dalam tuturannya tersebut. Tuturan meremehkan menjadi ekspresi psikologis penutur sebagai bentuk rasa kurang respek, atau kurang prihatin terhadap suatu hal. Dengan tuturan meremehkan, penutur didorong rasa emosi sehingga terkesan marah kepada mitra tutur atau hal yang dibicarakan. Tuturan (136) s.d. (138) menjadi contoh jenis tindak tutur kompetitif dengan ilokusi ekspresif meremehkan. (136) “Saya tidak mau ambil pusing orang bilang apa.” (Fauzi Bowo) [I/1.17.(d).(D)]
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
135
Konteks: Fauzi Bowo menanggapi komentar orang tentang gaya kepemimpinannya dalam wawancara profil pasangan calon gubernur Provinsi DKI Jakarta (Kompas, 25 Juni 2012, hlm. 37).. (137) “Saya ambil keputusan sebelum seminggu lagi deh.” (Fauzi Bowo) [IV/3.20.(d).(A)] Konteks: Fauzi Bowo memberi komentar di hadapan korban kebakaran (beberapa ibu) di Tengsin, Jakarta Utara. Pernyataan ini disiarkan di situs Youtube. (Media Indonesia, 10 Agustus 2012, hlm. 6). (138) “Tidak diduga ya. Foke bisa dibikin keok Pak Jokowi. Pak Jokowi memang jago dan sangat didukung media yang selama ini setia membesarkan kepemimpinannya atas Solo.” (seorang warga Surakarta di salah satu warung) [IV/2.32.(d).(A)] Konteks: Seorang warga Surakarta menanggapi keunggulan sementara pasangan Jokowi-Ahok. (Media Indonesia, 12 Juli 2012, hlm. 7).
Tuturan (136) disampaikan Fauzi Bowo berkenaan dengan program kerja yang hendak dilakukannya jika terpilih sebagai gubernur. Dengan diksi tidak mau ambil pusing, penutur bermaksud kurang menghiraukan bahkan tidak menghargai pihak lain. Demikian pun pada tuturan (137), penutur menganggap rendah atau mengabaikan persoalan kebakaran di Tengsin, Jakarta Utara yang seharusnya menjadi perhatian seorang pemimpin. Dengan mengatakan Saya ambil keputusan sebelum seminggu deh, penutur terkesan tidak memperhatikan korban kebakaran. Pada tuturan (138), pendukung Jokowi di Solo tampak jelas merendahkan Fauzi Bowo di dalam tuturannya. Maksud penutur adalah meremehkan seseorang yang disebutkan di dalam tuturannya itu. Penggunaan diksi keok mempertegas sikap mengabaikan atau menganggap rendah pihak lain.
4.2.2
Tingkat Kesantunan Tuturan Tingkat kesantunan tuturan memiliki rentangan skala yang menunjukkan
sopan atau tidak sopannya (santun atau tidak santunnya) tuturan. Menurut Leech
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
136
(1983), jenis tindak tutur yang melibatkan sopan santun adalah tindak tutur kompetitif dan tindak tutur konvivial. Pada tindak tutur kompetitif, sopan santun mempunyai sifat negatif dan tujuannya adalah mengurangi ketidakharmonisan yang tersirat dalam kompetisi antara apa yang dicapai oleh penutur dengan apa yang dituntut oleh sopan santun. Pada tindak tutur konvivial, sopan santun lebih positif bentuknya dan bertujuan mencari kesempatan untuk beramah tamah. Tindak tutur kolaboratif dianggap netral karena tindak tutur tersebut bertujuan untuk menyampaikan sesuatu secara objektif. Tindak tutur konfliktif mengandung sopan santun yang lebih tidak santun daripada tindak tutur kompetitif. Analisis tingkat kesantunan tuturan pada penelitian ini terfokus pada tuturantuturan calon gubernur, calon wakil gubernur, dan para pendukung. Data tuturan yang ada menunjukkan bahwa tuturan pasangan kandidat gubernur dan wakil gubernur serta pendukung mengandung fungsi atau tujuan sosial. Ada enam pasangan calon, yaitu (sesuai dengan nomor urut) (1) Fauzi Bowo-Nahrowi Ramli, (2) Hendradji Sepandji-Ahmad Riza Patria, (3) Joko Wododo-Basuki Tjahaja Purnama, (4) Hidayat Nur Wahid-Didik J. Rachbini, (5) Faisal Batubara-Biem Benjamin, dan (6) Alex Noerdin-Nono Sampono. Karena terkait dengan tujuan sosial, tuturan-tuturan itu mengandung tingkat kesantunan tertentu. Temuan data tentang jenis tindak tutur sebenarnya sekaligus menunjukkan tingkat kesantunan tuturan pasangan calon dan pendukung. Gambaran jumlah jenis tindak tutur yang dipakai (dituturkan) di sini juga merepresentasikan tingkat kesantunan tuturan para kandidat gubernur dan wakil gubernur serta pendukung dalam konteks pemilukada DKI Jakarta tahun 2012.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
137
Tingkat kesantunan tuturan calon gubernur, wakil gubernur, dan para pendukung yang dikategorikan santun atau lebih santun dari pasangan lainnya adalah tuturan pasangan Foke-Nara; kemudian pasangan Hendardji-Riza dan pasangan Faisal-Biem; pasangan Alex-Nono dan pasangan Hidayat-Didik; dan terakhir pasangan Jokowi-Ahok. Hal ini dapat dicermati berdasarkan jumlah jenis tindak tutur dan persepsi kesantunan dari tuturan-tuturan yang dipakai seperti uraian singkat berikut ini.
4.2.2.1 Tingkat Kesantunan Tuturan Pasangan Foke - Nara Jumlah tuturan pasangan Foke-Nara dan pendukung adalah 203 tuturan. Tuturan-tuturan tersebut terbagi lagi ke atas jenis (1) konvivial 48 tuturan [23,64%]; (2) kolaboratif 117 tuturan [57,64%]; (3) kompetitif 28 tuturan [13,79%]; dan (4) konfliktif 10 tuturan [4,93%]. Tabel 11. Tingkat Kesantunan Pasangan Foke-Nara No
Tuturan Santun
1 2
Jumlah Persentase tuturan (%)
48 23.64
Tingkat Kesantunan Tuturan Netral Tidak Santun Lebih tidak santun 117 28 10 57.64 13.79 4.93
Jumlah
203 100
Berdasarkan tabel di atas, tingkat kesantunan netral pada tindak tutur kolaboratif paling banyak digunakan oleh pasangan Foke-Nara, diikuti tingkat kesantunan santun pada tindak tutur konvivial, tingkat kesantunan tidak santun pada tindak tutur kompetitif, dan terakhir tingkat kesantunan lebih tidak santun pada tindak tutur konfliktif. Oleh karena itu, dari segi tingkat kesantunan, tuturan calon pasangan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
138
satu dan pendukung ini didominasi oleh tuturan yang mengandung sopan santun (kesantunan) yang netral dan santun, yakni mengandung fungsi kolaboratif dan konvivial, kemudian tingkat kesantunan tidak santun (fungsi kompetitif), dan terakhir tingkat kesantunan lebih tidak santun (fungsi konfliktif).
4.2.2.2 Tingkat Kesantunan Tuturan Pasangan Hendradji - Riza Jumlah tuturan pasangan Hendardj-Riza dan pendukung adalah 34 tuturan. Tuturan-tuturan tersebut terbagi lagi ke atas jenis (1) konvivial 9 tuturan [26,47%]; (2) kolaboratif 14 tuturan [41,18%]; (3) kompetitif 11 tuturan [32,35%]; dan (4) konfliktif 0 tuturan [0 %]. Tabel 12. Tingkat Kesantunan Pasangan Hendardji-Riza No
Tuturan Santun
1 2
Jumlah Persentase tuturan (%)
9 26.47
Tingkat Kesantunan Tuturan Netral Tidak Santun Lebih tidak santun 14 11 0 41.18 32.35 0
Jumlah
34 100
Berdasarkan tabel di atas, tingkat kesantunan netral pada tindak tutur kolaboratif paling banyak digunakan oleh pasangan Hendardji-Riza, diikuti tingkat santun pada tindak tutur konvivial, tingkat tidak santun pada tindak tutur kompetitif, dan terakhir tingkat lebih tidak santun pada tindak tutur konfliktif. Oleh karena itu, dari segi tingkat kesantunan, tuturan calon pasangan dua dan pendukung ini didominasi oleh tuturan yang mengandung sopan santun (kesantunan) netral, yakni mengandung fungsi kolaboratif. Fungsi kompetitif lebih banyak (11 tuturan) dipakai daripada fungsi konvivial (9 tuturan). Hal itu berarti, tingkat kesantunan tidak santun
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
139
pada tindak tutur kompetitif lebih banyak daripada tingkat kesantunan santun pada tindak tutur konvivial. Tingkat kesantunan lebih tidak santun tidak terdapat di dalam tuturan pasangan Hendardji-Riza dan pendukung, atau fungsi bertentangan dengan tujuan sosial tidak ada di dalam tuturan-tuturan mereka.
4.2.2.3 Tingkat Kesantunan Tuturan Pasangan Jokowi - Basuki Jumlah tuturan pasangan Jokowi-Basuki dan pendukung adalah 202 tuturan. Tuturan-tuturan tersebut terbagi lagi ke atas jenis (1) konvivial 36 tuturan [17,82%]; (2) kolaboratif 99 tuturan [49,01%]; (3) kompetitif 47 tuturan [23,27%]; dan (4) konfliktif 20 tuturan [9,90%]. Tabel 13. Tingkat Kesantunan Pasangan Jokowi-Basuki No
Tuturan Santun
1 2
Jumlah Persentase tuturan (%)
36 17.82
Tingkat Kesantunan Tuturan Netral Tidak Lebih Tidak Santun Santun 99 47 20 49.01 23.27 9.90
Jumlah
202 100
Berdasarkan tabel di atas, tingkat kesantunan netral pada tindak tutur kolaboratif paling banyak digunakan oleh pasangan Jokowi-Ahok, diikuti tingkat tidak santun pada tindak tutur kompetitif, tingkat santun pada tindak tutur konvivial, dan terakhir tingkat lebih tidak santun pada tindak tutur konfliktif. Dengan demikian, dari segi tingkat kesantunan, tuturan calon pasangan Jokowi-Basuki dan pendukung ini didominasi oleh tuturan yang mengandung sopan santun (kesantunan) netral, kemudian tingkat kesantunan tidak santun, diikuti tingkat kesantunan santun, dan terakhir tingkat kesantunan lebih tidak santun. Tingkat kesantunan tidak santun yakni
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
140
pada tindak tutur kompetitif lebih dominan daripada tingkat kesantunan santun pada tindak tutur konvivial, dan lebih dominan daripada tingkat kesantunan lebih tidak santun pada tindak tutur konfliktif.
4.2.2.4 Tingkat Kesantunan Tuturan Pasangan Hidayat - Didik Jumlah tuturan pasangan Hidayat-Didik dan pendukung adalah 99 tuturan. Tuturan-tuturan tersebut terbagi lagi ke atas jenis (1) konvivial 18 tuturan [18,20%]; kolaboratif 43 tuturan [43,40%]; kompetitif 26 tuturan [26,30%]; dan konfliktif 12 tuturan [12,10%]. Tabel 14. Tingkat Kesantunan Pasangan Hidayat-Didik No
Tuturan Santun
1 2
Jumlah Persentase tuturan (%)
18 18.20
Tingkat Kesantunan Tuturan Netral Tidak Lebih Tidak Santun Santun 43 26 12 43.40 26.30 12.10
Jumlah
99 100
Berdasarkan tabel di atas, tingkat kesantunan netral pada tindak tutur kolaboratif (43 tuturan) paling banyak digunakan oleh pasangan Hidayat-Didik, diikuti tingkat tidak santun kompetitif (26 tuturan), tingkat santun (11 tuturan), dan terakhir tingkat lebih tidak santun (12 tuturan). Dengan demikian, dari segi tingkat kesantunan, tuturan calon pasangan Hidayat-Didik dan pendukung ini didominasi oleh tuturan yang mengandung sopan santun (kesantunan) netral, yakni mengandung fungsi kolaboratif, diikuti tuturan yang mengandung kesantunan tidak santun dengan fungsi kompetitif, selanjutnya tingkat kesantunan santun dengan fungsi konvivial. Hal itu berarti, fungsi bersaing dengan tujuan sosial dengan tingkat kesantunan tidak
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
141
santun lebih banyak daripada fungsi menyenangkan dengan tingkat kesantunan santun. Tingkat kesantunan lebih tidak santun sangat kurang ditampilkan oleh pasangan ini bila dibandingkan dengan tingkat kesantunan netral, tidak santun, dan santun.
4.2.2.5 Tingkat Kesantunan Tuturan Pasangan Faisal - Biem Jumlah tuturan pasangan Faisal-Biem dan pendukung adalah 30 tuturan. Tuturan-tuturan tersebut terbagi lagi ke atas jenis (1) tindak tutur konvivial 7 tuturan [23,33%]; (2) tindak tutur kolaboratif 13 tuturan [43,33%]; (3) tindak tutur kompetitif 10 tuturan [33,33%]; dan tindak tutur konfliktif 0 tuturan [ 0 %]. Tabel 15. Tingkat Kesantunan Pasangan Faisal-Biem No
Tuturan Santun
1 2
Jumlah Persentase tuturan (%)
7 23.33
Tingkat Kesantunan Tuturan Netral Tidak Lebih Tidak Santun Santun 13 10 0 43.33 33.33 0
Jumlah
30 100
Berdasarkan tabel di atas, tingkat kesantunan netral pada jenis tindak tutur kolaboratif (13 tuturan) paling banyak digunakan oleh pasangan Hidayat-Didik, diikuti tingkat kesantunan tidak santun pada tindak tutur kompetitif (10 tuturan), dan tingkat kesantunan santun pada jenis tindak tutur konvivial (7 tuturan). Dari segi tingkat kesantunan, tuturan calon pasangan Faisal-Biem dan pendukung ini didominasi oleh tuturan yang mengandung sopan santun (kesantunan) netral pada tindak tutur kolaboratif, diikuti tingkat kesantunan tidak santun pada tindak tutur kompetitif, selanjutnya tingkat kesantunan santun pada tindak tutur konvivial. Hal itu
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
142
berarti, fungsi bersaing sosial dengan tingkat kesantunan tidak santun lebih banyak dipakai daripada fungsi menyenangkan dengan tingkat kesantunan santun. Jenis tindak tutur konfliktif tidak terdapat di dalam tuturan pasangan Faisal-Biem dan pendukung ini.
4.2.2.6 Tingkat Kesantunan Tuturan Pasangan Alex - Nono Jumlah tuturan pasangan Alex-Nono dan pendukung adalah 93 tuturan. Tuturan-tuturan tersebut
terbagi lagi ke atas jenis (1) tindak tutur konvivial 11
tuturan [12,90%]; (2) tindak tutur kolaboratif 42 tuturan [45,20%]; (3) tindak tutur kompetitif 31 tuturan [33,30%]; dan (4) tindak tutur konfliktif 8 tuturan [8,60%]. Tabel 16. Tingkat Kesantunan Pasangan Alex-Nono No
Tuturan Santun
1 2
Jumlah Persentase tuturan (%)
12 12.90
Tingkat Kesantunan Tuturan Netral Tidak Lebih Tidak Santun Santun 42 31 8 45.20 33.30 8.60
Jumlah
93 100
Berdasarkan tabel di atas, tingkat kesantunan netral pada tindak tutur kolaboratif (42 tuturan) paling banyak digunakan oleh pasangan Hidayat-Didik, diikuti tingkat kesantunan tidak santun pada jenis tindak tutur kompetitif (31 tuturan), dan tingkat kesantunan santun pada jenis tindak tutur konvivial (12 tuturan), dan terakhir tingkat kesantunan lebih tidak santun pada jenis tindak tutur konfliktif (8 tuturan). Oleh karena itu, dari segi tingkat kesantunan, tuturan calon pasangan AlexNono dan pendukung ini didominasi oleh tuturan yang mengandung sopan santun (kesantunan) netral, yakni mengandung fungsi kolaboratif, diikuti tingkat tidak
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
143
santun yang mengandung fungsi kompetitif, selanjutnya tingkat kesantunan santun yang mengandung fungsi konvivial, dan terakhir tingkat kesantunan lebih tidak santun yang mengandung fungsi konfliktif.
4.2.3
Penanda Lingual Kesantunan Tuturan Penanda lingual kesantunan adalah segala hal atau unsur yang berkaitan
dengan masalah bahasa yang dapat memengaruhi pemakaian bahasa menjadi santun atau tidak santun. Santun tidaknya bahasa tidak terlepas dari konteks pemakaian bahasa dan terikat pada aspek linguistik dan pragmatik dari tuturan (Pranowo, 2009:90; Rahardi, 2005:118). Selain penanda lingual kesantunan, ada juga penanda nonlingual atau penanda nonkebahasaan, yaitu faktor-faktor ekstralingual atau hal-hal di luar kebahasaan yang turut menentukan santun tidaknya suatu tuturan yang terikat pada konteks tuturan tersebut (Pranowo, 2009:95). Dalam praktik berkomunikasi, penanda lingual dan nonlingual kesantunan berbahasa memang tidak dapat dipisahkan. Ketika berkomunikasi atau bertutur, penanda lingual dan nonlingual itu serentak ada dan menjadi bagian penting untuk menentukan santun tidaknya tuturan secara pragmatik. Sesuai dengan batasan penelitian ini, penanda lingual kesantunan saja yang akan dicermati dari data tuturan yang ada. Penanda-penanda lingual kesantunan yang ditemukan dari data tuturan calon gubernur, calon wakil gubernur, dan pendukung dan diuraikan secara khusus dalam penelitian ini, yaitu (1) diksi atau pilihan kosa kata, (2) penggunaan gaya bahasa, (3) pemakaian pronomina, dan (4) penggunaan modalitas. Penggunaan penanda-penanda
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
144
lingual ini diuraikan juga sesuai dengan konteks fungsi dan jenis tindak tutur sehingga aspek kesantunan tindak tutur tersebut dapat diperjelas.
4.2.3.1 Diksi Diksi atau pilihan kata mencakup pengertian kata-kata mana yang dipakai untuk menyampaikan suatu gagasan dan bagaimana kata-kata itu secara tepat dan cocok mengungkapkan nuansa makna gagasan secara keseluruhan sesuai dengan situasi dan konteks antara penutur dan mitra tutur. Berdasarkan data tuturan yang ada, diksi seringkali dipakai untuk mempertegas apakah maksud tuturan itu santun atau tidak santun sesuai jenis tindak tutur yang dipakai dan mengandung fungsi atau tujuan tertentu di dalam bertutur. Meskipun demikian, sangat mungkin terjadi bahwa pilihan kata santun dipakai juga pada jenis tindak tutur yang mengandung fungsi kompetitif dan konfliktif, atau sebaliknya pilihan kata yang tidak atau kurang santun dipakai pada jenis tindak tutur yang mengandung fungsi konvivial dan netral. Diksi atau pilihan kata yang dipakai di dalam jenis tindak tutur konvivial yang mengandung tingkat kesantunan santun dan jenis tindak tutur kolaboratif dengan tingkat kesantunan netral dapat dicermati pada contoh tuturan (139) s.d. (144) berikut. (139) “Sugeng rawuh Mas Jokowi, terima kasih.” (Hidayat Nur Wahid). [V/2.18.(a).(A)] Konteks: Hidayat Nur Wahid menyambut silaturahim Jokowi di markasnya (Jawa Pos, 12 Juli 2012, hlm. 11). (140) “Dengan doa kiai, semoga Allah memberikan kemudahan, saat pemilukada berlangsung hingga terpilih dan menjalankan tugas sehari-hari.” (Nono Sampono). [III/1.60.(a).(A)] Konteks: Nono Sampono berkunjung ke Kiai Alawy Muhammad di pondok pesantren AtThoroqi, Karongan, Sampang. (Republika, 23 Juni 2012, hlm. 2).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
145
(141) “Ini silaturahmi dengan Ustad Dayat, kita sama-sama dari Solo.” (Jokowi) [V/2.17.(b).(A)] Konteks: Joko Widodo menerangkan kunjungannya ke markas pemenangan tim Hidayat-Didik (Jawa Pos, 12 Juli 2012, hlm. 1). (142) “Pak Wali pancen oke, top markotop. Tetapi kalau menang, jangan melupakan Pasar Gede, ya.” (Surati, pedangan ayam di Pasar Gede, Solo) [V/2.37.(a).(A)] Konteks: Surati, warga Solo, menanggapi kemenangan pasangan Jokowi-Ahok pada penghitungan cepat. (Jawa Pos, 12 Juli 2012, hlm. 11) . (143) “Pentingnya menjaga stabilitas Jakarta adalah karena kita harus menjaga kepercayaan pihak penanam modal yang menanamkan modalnya di Jakarta.” (Fauzi Bowo) [IV/1.5.(b).(A)] Konteks: Fauzi Bowo memberikan pendapat tentang keamanan Jakarta dalam debat para calon gubernur yang disiarkan Metro TV. (Media Indonesia, 3 Juni 2012, hlm. 5). (144) “Kaum Tionghoa adalah bagian dari kami karena kami lahir dan besar di Jakarta.” (Nachrowi Ramli) [IV/1.12.(a).(A)] Konteks: Nachrowi Ramli menyambut dukungan dari Yayasan Lestari Kebudayaan Tionghoa Indonesia. (Media Indonesia, 7 Juni 2012, hlm. 9).
Tuturan (139) termasuk tindak tutur konvivial dengan ilokusi ekspresif mengucapkan salam dan terima kasih. Pilihan kata pada tuturan (139) sangat santun, yaitu Sugeng rawuh, Mas, dan terima kasih. Ungkapan sugeng rawuh (bahasa Jawa, artinya selamat datang) dan Mas (bahasa Jawa, artinya kakak atau saudara laki-laki) dipakai oleh penutur untuk menerima mitra tutur. Tuturan dengan pilihan kata seperti ini hanya dipakai oleh orang yang saling mengenal dan akrab. Jokowi dan Hidayat Nur Wahid sama-sama orang Jawa dan berasal dari Solo serta memiliki pengalaman politik yang sama ketika berada di kota Solo. Demikian pun pilihan kata terima kasih, biasanya dalam tata krama berbahasa Jawa merupakan kelanjutan dari ucapan selamat datang. Ekspresi selamat datang dan terima kasih serta sapaan kakak dalam budaya Jawa mengandung kesopanan yang tinggi. Dengan tuturan ini, penutur menempatkan dirinya sederajat atau sama dengan mitra tuturnya (mengandung skala kesekawanan). Tuturan (140) disampaikan penutur yang bermaksud mengucapkan terima kasih. Tindakan berterima kasih diutarakan secara tidak langsung karena alasan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
penghormatan
dan
keharmonisan
penutur
dan
mitra
tutur.
Dalam
146
skala
ketaklangsungan tuturan, tuturan dikategorikan santun (atau lebih santun) bila maksud tuturan disampaikan secara tak langsung. Pada tuturan (140), penutur tidak memakai penanda lingual (kata atau frasa) yang merujuk pada makna „terima kasih‟, tetapi proposisi Dengan doa kiai, semoga Allah… tanpa disertai nama pribadi yang merujuk pada pribadi Kiai Alawy Muhammad. Pilihan kata semoga merupakan bentuk imperatif harapan sebagai tanda kerendahan hati penutur di hadapan mitra tuturnya. Pada tuturan (141) terdapat diksi silaturahmi yang mengandung arti kunjung-mengunjungi dalam konteks persaudaraan atau kekeluargaan. Kata sapaan Ustad Dayat oleh penutur juga mengindikasikan diksi santun untuk menyapa dengan hormat pribadi yang kompeten di bidang keagamaan Islam (guru agama Islam). Hidayat Nur Wahid memang tergolong Kiyai dan guru agama sehingga harus disapa demikian dengan penuh kehormatan. Pada tuturan (142), penutur menggunakan tuturan bahasa iklan pancen oye, top markotop, yang dalam bahasa keseharian diksi tersebut mengekspresikan pujian dan hormat terhadap pribadi yang memang memiliki kemampuan khusus bagi orang lain. Dengan tuturan (143), khususnya diksi menjaga stabilitas, penutur bermaksud menyatakan pendapatnya tentang bagaimana membangun kota Jakarta. Diksi menjaga stabilitas merupakan penghalusan (eufemisme) dari kata “menjaga keamanan” atau “menjaga ketertiban”. Pilihan kata kaum Tionghoa dan bagian dari kami di dalam tuturan (144) sudah cukup jelas mengindikasikan bahwa diksi tersebut
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
147
sangat santun untuk konteks tuturan fungsi konvivial dengan ilokusi meneguhkan tersebut. Selain diksi atau pilihan kata yang santun, terdapat juga diksi yang tidak santun, atau bahkan lebih tidak santun. Pilihan kata seperti ini sering muncul di dalam jenis tindak tutur kompetitif dan konfliktif. Contoh-contoh diksi yang tidak santun dapat dicermati pada tuturan (145) s.d. (149) berikut. (145) “Kalau begini caranya, tim sukses dan pasangan calon akan menyetop semua tahapan Pemilukada DKI.” (M. Taufik, juru bicara tim sukses Jokowi-Basuki). [III/1.1.(d).(A)] Konteks: M.Taufik menganggap penetapan DPT oleh KPU masih bermasalah. Tim suksesnya mengancam akan mundur dalam pilkada DKI (Republika, 4 Juni 2012, hlm. 9). (146) “Kalau tidak bersih, lima pasangan calon akan boikot.” (M. Taufik, juru bicara tim Jokowi-Basuki). [III/1.21.(d).(B)] Konteks: M.Taufik meminta KPU meyelesaikan masalah DPT. (Republika, 6 Juni 2012, hlm. 9). (147) “Menurut saya, keputusan DKPP itu banci.” (Hendardji Soepandji) [V/2.10.(c).(A)] Konteks: Hendardji Soepandji mengomentari DPT yang masih menjadi masalah serius dalam pilkada DKI Jakarta meskipun KPUD akhirnya merevisi DPT. (Jawa Pos, 10 Juli 2012, hlm. 11). (148) “Sekarang lu nyolok siapa? Kalo nyolok Jokowi, mending mah bangun di Solo aja.” (Fauzi Bowo) [IV/3.19.(c).(A)] Konteks: Fauzi Bowo memberi komentar di hadapan korban kebakaran (beberapa ibu) di Tengsin, Jakarta Utara. Pernyataan ini disiarkan di situs Youtube. (Media Indonesia, 10 Agustus 2012, hlm. 6). (149) “Tidak diduga ya. Foke bisa dibikin keok Pak Jokowi. Pak Jokowi memang jago dan sangat didukung media yang selama ini setia membesarkan kepemimpinannya atas Solo.” (seorang warga Surakarta di salah satu warung) [IV/2.32.(d).(A)] Konteks: Seorang warga Surakarta menanggapi keunggulan sementara pasangan Jokowi-Ahok. (Media Indonesia, 12 Juli 2012, hlm. 7).
Tuturan (145) s.d (147) memiliki konteks yang sama, yaitu terkait dengan masalah penetapan DPT oleh KPUD. Di dalam tuturan tersebut, terdapat diksi yang tidak santun. Tuturan (145) dan (146) adalah tindak tutur konfliktif dengan ilokusi ekspresif mengancam, dan tuturan (147) adalah tindak tutur kompetitif dengan ilokusi mengkritik. Tindakan mengancam jelas terlihat pada pilihan kata disertai modalitas, yakni akan menyetop dan akan boikot. Kata menyetop pada tuturan (145) memiliki
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
148
arti menyuruh berhenti atau menghentikan. Kata boikot pada tuturan (146) memiliki arti menolak untuk bekerja sama. Pemakaian kata menyetop dan boikot disertai modalitas akan pada kedua fungsi tuturan tersebut secara langsung mengandung daya pengaruh pada isi tuturannya, yakni mengancam kelangsungan sesuatu sehingga pilihan kata tersebut dipersepsi tidak santun. Pilihan kata banci pada tuturan (147) sangat kasar. Kata banci dipakai sebagai lawan dari makna tegas, berani, dan jantan. Tuturan (148) adalah tindak tutur kompetitif dengan ilokusi direktif menyindir. Penutur menyampaikan maksud sindirannya dalam konteks peristiwa kebakaran di Tengsin. Alih-alih bersimpati kepada korban kebakaran, penutur (Fauzi Bowo) justru mengeluarkan tuturan menyindir dengan diksi yang bernuansa kasar, yakni lu nyolok siapa. Diksi lu (Betawi: Anda, Saudara) untuk menyebut mitra tutur mengindikasikan dominasi penutur atas mitra tutur sehingga dipersepsi merendahkan atau melecehkan mitra tutur. Jadi, tidak ada penghormatan terhadap mitra tutur dalam konteks situasi komunikasi tersebut. Pada tuturan (149), penutur bermaksud meremehkan. Diksi keok bermakna kalah. Tuturan tersebut disampaikan seorang warga kota Surakarta, pendukung Jokowi. Seharusnya, seseorang berstatus sosial lebih rendah bertutur lebih santun di dalam tuturannya atau terhadap mitra tutur. Dengan demikian, tuturan (149) dipersepsi sangat tidak santun karena mengandung fungsi bertentangan dengan tujuan sosial atau konfliktif.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
149
4.2.3.2 Gaya Bahasa Gaya bahasa sering dipakai penutur dengan maksud tertentu ketika berkomunikasi. Ada gaya bahasa yang dipakai dengan tujuan agar apa yang disampaikannya itu tidak membuat lawan bicaranya malu atau kehilangan muka dan tersinggung, tetapi ada pula pemakaian gaya bahasa dengan tujuan agar apa yang dituturkannya membuat mitra tuturnya malu atau kehilangan muka. Gaya bahasa akan secara jelas terwujud dalam bentuk majas-majas, seperti perbandingan, pertentangan, dan pertautan dengan pelbagai ragamnya. Gaya bahasa dapat muncul pada berbagai jenis tindak tutur, seperti tingak tutur konvivial, kolaboratif, kompetitif, dan konfliktif. Dalam pembahasan ini, diberikan contoh-contoh gaya bahasa dalam dua kategori jenis tindak tutur, yaitu pada jenis tindak tutur konvivial dan kolaboratif dengan tingkat kesantunan santun dan netral dan pada jenis tindak tutur kompetitif dan konfliktif dengan tingkat kesantunan tidak santun dan lebih tidak santun. Gaya bahasa yang dipakai di dalam jenis tindak tutur konvivial dan kolaboratif yang mengandung tingkat kesantunan santun dan netral dapat dicermati pada contoh-contoh (150) s.d. (156) berikut. (150) “Apabila Foke-Nara terpilih menjadi gubernur dan wakil gubernur DKI, PPP akan mengawal mereka dalam melaksanakan pembangunan agar komitmennya dalam membangun Jakarta dapat lebih dirasakan masyarakat.” (Suryadharma Ali, Ketua Umum PPP). [IV/3.2.(a).(A)] Konteks: Suryadharma Ali menyatakan secara resmi bahwa PPP mendukung pasangan FokeNara untuk pilkada pada putaran kedua. (Media Indonesia, 3 Agustus 2012, hlm. 7). (151) “Bagi PPP, sosok Fauzi Bowo dan Nachrowi Ramli memiliki kapasitas untuk membangun Jakarta menjadi lebih baik lagi.” (Suryadharma Ali, Ketua Umum DPP PPP) [I/2.65.(a).(B)] Konteks: Suryadharma Ali menyatakan dukungannya kepada pasangan Foke-Nara (Kompas, 21 Juli 2012, hlm. 26). (152) “Jakarta merupakan pintu gerbang dan simbol Indonesia bagi dunia internasional.” (Firman Jaya Daeli, Ketua DPP PDI-P, pendukung pasangan Jokowi-Basuki) [I/2.16.(b).(B)]
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
150
Konteks: Firman Jaya menyatakan kesiapan PDI-P mendukung Jokowi-Basuki (Kompas, 6 Juli 2012, hlm. 1). (153) “Suara rakyat adalah suara Golkar. Karena itu, kami akan mengikuti suara rakyat Jakarta dan suara rakyat Jakarta mengarah kepada pasangan Jokowi dan Ahok.” (Zaenuddin, Sekjen DPD Partai Golkar Jakarta) [V/2.56.(b).(B)] Konteks: Zaenuddin menanggapi kemenangan pasangan Jokowi-Ahok berdasarkan penghitungan cepat dan menjelaskan posisi Golkar untuk sementara. (Jawa Pos, 13 Juli 2012, hlm. 11). (154) “Bahkan, pada masa pemerintahan Presiden Soeharto yang sedang kuat-kuatnya, Golkar kalah di Jakarta.” (Hajriyanto Thohari, Ketua DPP Partai Golkar) [V/2.59.(b).(B)] Konteks: Ferdi Semaun menerangkan perjuangan relawan Jokowi-Ahok menargetkan raih 80% suara pada putaran kedua. (Media Indonesia, 22 Juli 2012, hlm. 4). (155) “Ini bukan sekadar basa-basi, melainkan ini upaya setulus hati untuk memperbaiki lingkungan di Jakarta, khususnya Ciliwung menjadi lebih bersih, hijau, dan tertata.” (Hidayat Nur Wahid) [III/1.24.(b).(B)] Konteks: Hidayat Nur Wahid mengomentari kondisi kawasan Sungai Ciliwung dan menemukan timbunan sampah. (Republika, 6 Juni 2012, hlm. 9). (156) “Tidak benar tudingan bahwa PKS mendukung Foke karena akan mendapatkan beberapa kursi kepala dinas.” (Mahfudz Siddiq, Wakil Sekjen DPP PKS) [III/3.32.(b).(B)] Konteks: Mahfudz Siddiq menjelaskan alasan PKS mendukung pasangan Foke-Nara daripada pasangan Jokowi. (Republika, 30 Agustus 2012, hlm. 3).
Pada tuturan (150) dan (151) terdapat gaya bahasa sinekdoke pars pro toto, yaitu penggunaan kata PPP sebagai lembaga partai yang menggantikan keseluruhan anggotanya. Dalam tuturan tersebut, penutur mempertegas peran lembaga yang menghimpun banyak orang sebagai satu kesatuan. Dengan menyebut PPP, penutur, dalam hal ini Suryadharma Ali – Ketua Umum PPP, tidak terbebani tanggung jawab sebagai pendapat pribadi, tetapi mewakili suara atau komitmen keseluruhan partai sebab PPP mengacu kepada lembaga partai yang merepresentasi semua pengurus, anggota, simpatisan, dan pendukung. Kedua tuturan ini dipersepsi santun karena bermaksud meneguhkan dan tergolong jenis tindak tutur konvivial yang mengandung fungsi menyenangkan secara sosial.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
151
Gaya bahasa metafora terdapat pada tuturan (152) dan (153). Metafora adalah gaya bahasa perbandingan langsung. Hal ini dapat dicermati pada bagian tuturan Jakarta merupakan pintu gerbang dan Suara rakyat adalah suara Golkar. Keseluruhan tuturan (154) mengandung gaya bahasa paradoks, dan juga ironi. Dikatakan bergaya bahasa paradoks, karena mengandung pertentangan yang nyata di dalam proposisi tuturan (kalimat tuturan), yakni Bahkan, pada masa pemerintahan Presiden Soeharto yang sedang kuat-kuatnya, Golkar kalah di Jakarta; disebut bergaya bahasa ironi karena konteks tuturannya adalah tanggapan atas kemenangan pasangan yang didukung PDI Perjuangan di satu pihak, sementara pasangan Golkar kalah telak. Dalam kesantunan berbahasa, prinsip ironi bertujuan merugikan atau menyudutkan orang lain. Di dalam ironi terdapat sopan santun yang tidak tulus sebagai pengganti sikap tidak sopan. Hal ini semakin jelas dari tuturan (154), sebab penutur adalah tokoh Golkar. Tuturan (155) mengandung gaya bahasa hiperbola, terutama bagian proposisi tuturan Ini bukan sekadar basa-basi … . Gaya bahasa hiperbola mengandung suatu pernyataan yang berlebihan. Tuturan dengan gaya bahasa hiperbola sesuai dengan konteks tersebut mengandung sopan santun karena penutur bertanggung jawab terhadap kebenaran isi tuturannya. Pada tuturan (156) terdapat gaya bahasa metonomia, yaitu gaya bahasa yang mempergunakan sebuah kata untuk menyatakan suatu hal lain karena mempunyai pertalian yang sangat dekat. Kata kursi pada tuturan (156) dan sesuai dengan konteks tuturan tersebut merupakan metonomia untuk kedudukan, jabatan, atau kekuasaan.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
152
Penggunaan gaya bahasa di dalam jenis tindak tutur kompetitif dan konfliktif yang mengandung tingkat kesantunan tidak santun dan lebih tidak santun dapat dicermati pada contoh-contoh (157) s.d. (164) berikut. (157) “KPUD tampaknya menjerat dirinya sendiri dengan lingkaran masalah DPT. Entah ini disengaja atau tidak, namun kenyataannya demikian.” (Hidayat Nur Wahid). [V/2.8.(c).(B)] Konteks: Hidayat Nur Wahid mengomentari DPT yang masih menjadi masalah serius dalam pilkada DKI Jakarta meskipun KPUD akhirnya merevisi DPT. (Jawa Pos, 10 Juli 2012, hlm. 11). (158) “Kita tidak mau pemilukada ini berjalan dengan cacat.” (Prya Ramadhani, Ketua Tim Sukses Alex-Nono). [III/1.5.(b).(B)] Konteks: Prya Ramadhani menganggap penetapan DPT oleh KPU masih bermasalah. Tim suksesnya mengancam akan mundur dalam pilkada DKI (Republika, 4 Juni 2012, hlm. 9). (159) “Ini tamparan buat Golkar.” (Yorrys Raweyai, Ketua DPP Partai Golkar) [II/2.46.(c).(B)] Konteks: Yorrys Raweyai mengakui kubu Partai Golkar tak solid mendukung Alex-Nono. (Koran Tempo, 13 Juli 2012, hlm. A3). (160) “Jangan libatkan kami dalam keputusan karena mencederai demokrasi yang sedang dibangun.” (Fatahillah Ramli, anggota tim sukses Alex-Nono). [II/2.16.(c).(B)] Konteks: Fatahillah Ramli menolak rapat pleno KPU DKI Jakarta yang memutuskan penghapusan 21.344 dari total 6.983.692 daftar pemilih tetap. (Koran Tempo, 10 Juli 2012, hlm. A4). (161) “Kasihan warga Jakarta, kasihan gubernur yang akan dipilih, kasihan demokrasi di Indonesia.” (Hidayat Nur Wahid) [III/1.9.(c).(B)] Konteks: Hidayat Nur Wahid mengomentari sikap KPU yang bersikukuh terhadap DPT, meskipun lima pasangan calon lainnya mempersoalkan DPT. Pasangan Fauzi Bowo menandantangani DPT tersebut. (Republika, 5 Juni 2012, hlm. 9). (162) “Kalau kawasan sekitar sungai tidak dikelola dengan baik, kekumuhan juga akan terus berkembang. Itu paralel dengan kemiskinan yang juga terus berkembang.” (Hendradji Soepandji) [III/1.31.(c).(B)] Konteks: Hendardji Soepandji memaparkan program terkait pembangungan atau normalisasi kawansan di sekitar bantaran sungai (Republika, 7 Juni 2012, hlm. 9). (163) “Kalau tidak bersih, lima pasangan calon akan boikot.” (M. Taufik, juru bicara tim Jokowi-Basuki) [III/1.21.(d).(B)] Konteks: M.Taufik meminta KPU meyelesaikan masalah DPT. (Republika, 6 Juni 2012, hlm. 9). (164) “Ini bukti permasalahan Jakarta yang tidak pernah terselesaikan.” (Hidayat Nur Wahid) [III/1.22.(d).(B)] Konteks: Hidayat Nur Wahid mengomentari kondisi kawasan Sungai Ciliwung dan menemukan timbunan sampah. (Republika, 6 Juni 2012, hlm. 9).
Tuturan (157), mengandung majas perbandingan, khususnya personifikasi. Sifat-sifat insani dilekatkan pada barang yang tak bernyawa dan ide abstrak disebut personifikasi. KPUD sebagai lembaga atau institusi dibandingkan sebagai manusia
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
153
yang melakukan tindakan menjerat. Keseluruhan proposisi tuturan (157) merupakan gaya bahasa majas pertentangan ironi karena bermaksud mengkritik dan menyindir. Tuturan (158) juga menggunakan gaya bahasa perbandingan personifikasi, tetapi dalam nada tuturan yang tidak santun karena jenis tindak tutur itu adalah kompetitif dengan ilokusi mengkritik. Pemilukada dibandingkan dengan manusia yang berjalan dengan cacat. Tuturan (159) mengandung gaya bahasa hiperbola. Penutur bermaksud menyindir dengan kasar terkait dengan kekalahan pasangan Golkar dalam pemilukada DKI Jakarta. Dengan tuturan (160), penutur menghaluskan maksud tuturannya dengan pilihan kata mencederai. Bentuk penghalusan demikian disebut gaya bahasa eufemisme. Penutur menghindari pemakaian kata kasar karena secara intrinsik jenis fungsi tuturan itu adalah kompetitif dengan ilokusi melarang. Pada tuturan (161) terdapat gaya bahasa perulangan atau repitisi. Dengan perulangan kata kasihan … , penutur mempertegas maksud sindiran di dalam tuturannya tersebut. Dengan tuturan (162), penutur bermaksud mempertegas isi kritik dengan gaya bahasa hiperbola, yakni kekumuhan juga akan terus berkembang. Tuturan (162) sebenarnya juga mengandung gaya bahasa sinsime yang secara intrinsik mengandung tingkat kesantunan yang tidak santun. Pada tuturan (163), penutur menggunakan gaya bahasa eufemisme, yakni tidak bersih. Pilihan kata atau frasa tidak bersih mengacu pada pengertian: tidak jujur, tidak cermat, tidak teliti, tidak transparan terkait dengan konteks tuturan, yaitu mengenai masalah DPT. Penggunaan gaya bahasa eufemisme juga terdapat pada
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
154
tuturan (164), yakni permasalahan. Dengan gaya bahasa eufemisme, penutur berusaha menggunakan ungkapan kata-kata yang bermakna baik (positif) agar menjamin sopan santun negatif sehingga mitra tutur tidak menjadi malu.
4.2.3.3 Pronomina Pronomina adalah kata yang dipakai untuk mengacu kepada nomina lain (Alwi, 2003:249). Pemakaian pronomina dalam berkomunikasi atau bertutur erat hubungannya
dengan
aspek
budaya,
terutama
mengenai
hubungan
sosial
antarmanusia. Usia, status sosial, dan keakraban menjadi ukuran dalam penggunaan kata pronomina berupa sapaan untuk menghormati orang lain (mitra tutur). Oleh karena itu, dalam konteks tuturan tertentu, ada pronomina yang mengandung nuansa santun, tetapi pada konteks tuturan lain mungkin kurang santun atau lebih tidak santun. Hal ini dapat dicermati pada jenis fungsi tuturan dan ilokusi tuturan tersebut. Pemakaian pronomina dalam tindak tutur konvivial dan tindak tutur kolaboratif mengandung kesantunan yang santun dan netral, sedangkan dalam tindak tutur kompetitif dan tindak tutur konfliktif mengandung kesantunan yang tidak santun dan lebih tidak santun. Dalam jenis tindak tutur konvivial dan kolaboratif, penggunaan pronomina dapat dicermati pada contoh tuturan (165) s.d. (171) berikut. (165) “Karena itulah, saya percayakan anak muda (Ahmad Reza Patria) mendampingi saya guna memberikan semangat baru untuk perubahan Jakarta yang lebih baik.” (Hendardji Soepandji) [III/1.27.(a).(C)] Konteks: Hendardji Soepandji berdiskusi dengan para mahasiswa di Universitas Al-Ahzar, dengan tema “Siapa Pemimpin yang Layak bagi Jakarta 1 ke Depan” (Republika, 7 Juni 2012, hlm. 9). (166) “Saya dulu pernah mendukung beliau saat menjadi korwil Jateng-DIY.” (Agus Purnomo, Wakil Ketua Bidang Kebijakan Publik DPP PKS) [V/2.66.(b).(C)]
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
155
Konteks: Agus Purnomo mengomentari kemenangan pasangan Jokowi-Ahok berdasarkan penghitungan cepat. (Jawa Pos, 13 Juli 2012, hlm. 11). (167) “Ini lho, saya menelepon Pak Faisal Basri, delapan kali. Pak Fauzi juga, tapi gak nyambung.” (Jokowi) [V/2.53.(b).(C)] Konteks: Jokowi memberitahukan bahwa ia menjalin hubungan dengan kandidat lain. (Jawa Pos, 13 Juli 2012, hlm. 11). (168) “Bukan kami punya prasangka. Tapi, kami memantau supaya pelaksanaan pilkada ini terjamin sesuai dengan aturan yang ada dan apa yang telah kita sepakati.” (Megawati Soekarnoputri, Ketua Umum PDIP) [V/2.3.(b).(C)] Konteks: Megawati mengomentari DPT yang masih menjadi masalah serius dan banyak warga yang belum terdata dengan baik. (Jawa Pos, 10 Juli 2012, hlm. 11). (169) “Saat ini kami masih melakukan evaluasi terhadap rendahnya raihan suara Alex-Nono.” (Lulung Lunggana, Ketua DPW PPP) [V/2.62.(b).(C)] Konteks: Lulung Lunggana menjelaskan sikap kubu PPP menanggapi kemenangan pasangan Jokowi-Ahok. (Jawa Pos, 13 Juli 2012, hlm. 11). (170) “Mari kita bantu Panwaslu, mari kita bantu PPS untuk mengamankan suara warga, yang juga akan mengamankan kepentingan warga.” (Faisal Basri) [III/2.27.(a).(C)] Konteks: Faisal Basri mengomentari Pilkada DKI yang segera memasuki masa tenang. (Republika, 9 Juli 2012, hlm. 9). (171) “Tentu, kita akan dukung pasangan yang paling mirip agenda perjuangannya dengan PKS.” (Triwisaksana, Ketua Dewan Pimpinan Wilayah PKS Jakarta) [III/3.12.(b).(C)] Konteks: Triwisaksana memberi keterangan perihal kunjungan Jokowi ke markas DPP PKS. (Republika, 6 Agustus 2012, hlm.3).
Penggunaan pronomina saya mengacu pada si penutur sendiri. Pada tuturan (165) s.d. (167), pronomina jelas merujuk pada diri penutur sehingga penutur bertanggung jawab atas kebenaran isi tuturannya tersebut. Hal ini dipertegas oleh jenis tindak tutur dari tuturan-tuturan tersebut yakni tindak tutur kolaboratif dengan ilokusi
representatif,
yaitu
tindakan
mempersilahkan
(165),
tindakan
menginformasikan (166), dan tindakan menginformasikan (167). Pada tuturan (168) dan (169) digunakan pronomina kami. Penutur bermaksud bahwa tuturannya itu merepresentasi semua pihak yang mendukungnya. Karena jenis tindak tuturnya adalah kolaboratif, kedua tuturan itu dengan pronomina kami dipersepsi mengandung tingkat kesantunan yang netral. Jadi, tidak ada potensi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
156
mitra tutur kehilangan muka karena tuturan itu, demikian pun penutur sekadar bertanggung jawab sesuai dengan isi tuturannya tersebut. Pada tuturan (170) dan (171), terdapat pronomina kita. Pronomina kita mengacu kepada pronomina pertama jamak, yang berbicara bersama orang lain, termasuk yang diajak bicara. Dengan menggunakan pronomina kita, sesuai dengan konteks tuturannya, penutur jelas menghargai mitra tutur, bahkan menanggap mitra tutur sebagai yang sederajat. Hal ini cukup jelas bila ditinjau dari jenis tindak tutur dan fungsi tuturan, yakni tuturan (170) adalah tindak tutur konvivial dengan ilokusi ekspresif mengajak yang berfungsi menyenangkan secara sosial, dan tuturan (171) adalah tindak tutur kolaboratif dengan ilokusi representatif menginformasikan yang berfungsi bekerja sama secara sosial. Pada contoh-contoh berikut (172) s.d. (174), penggunaan pronomina justru tidak santun karena terikat pada jenis tindak tuturnya, yakni kompetitif dan konfliktif yang berfungsi bersaing dan bertentangan dengan tujuan sosial. (172) “Dia tahu apa tidak nomor telepon saya berapa? Jangan-jangan dinas pemadam kebakaran yang ditelepon.” (Fauzi Bowo) [IV/2.43.(c).(C)] Konteks: Fauzi Bowo menanggapi media tentang pernyataan Jokowi yang telah menghubunginya. (Media Indonesia, 14 Juli 2012, hlm. 1). (173) “Kalau saya jadi Fauzi Bowo, maka saya akan menegur, bahkan memecat PNS yang tidak netral itu.” (Muhammad Taufiq, tim sukses Jokowi-Ahok) [III/2.10.(c).(C)] Konteks: Muhammad Taufik mengomentari tema netralistas PNS dalam diskusi “Menuju Pilkada DKI Jakarta yang Aman dan Demokratis” di Universitas Paramadina. (Republika, 6 Juli 2012, hlm. 9). (174) “Kami tidak menunjuk pribadi gubernur.” (Dadiek Surarto, tim pemenangan HendardjiReza) [III/1.35.(c).(C)] Konteks: Dadiek Surarto membantah tagline “Berkumis” mengacu kepada pasangan tertentu. (Republika, 7 Juni 2012, hlm. 9).
Pronomina dia pada tuturan (172) digunakan penutur dalam tindak tutur kompetitif. Sesuai dengan konteks tuturannya, penutur (Fauzi Bowo) menyebut Joko
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
157
Widodo dengan dia sebagai wujud tindakan menyindir. Hal ini dipertegas lagi pada isi tuturan pada kalimat Jangan-jangan dinas pemadam kebakaran yang ditelepon. Tuturan demikan tergolong tindak tutur kompetitif dengan ilokusi direktif menyindir. Pada tuturan (173), penggunaan pronomina saya juga dipersepsi tidak santun. Dengan pernyataan kategoris Kalau saya…, penutur bermaksud menyindir Fauzi Bowo yang dinilai kurang menjaga netralitas terkait dengan sikap politik para PNS. Pada tuturan (174) terdapat pronomina kami yang mengacu kepada persona jamak meskipun dituturkan secara personal tunggal. Penggunaan pronomina kami sering dipakai untuk menghindari penutur dari tanggung jawab atas tuturannya. Jenis tindak tuturnya adalah kompetitif dengan ilokusi direktif menyangkal. Oleh karena itu, tuturan (174) dengan pronomina kami dipersepsi tidak santun berdasarkan jenis tindak tutur dan tujuan tuturan serta konteks tuturannya tersebut.
4.2.3.4 Modalitas Modalitas terkait dengan faktor pragmatik yang menunjukkan gerak dalam batin seseorang atau anggapan ketika menghadapi sesuatu baik di dalam maupun di luar dirinya. Mungkin orang merasa yakin dan mengiyakan; mungkin pula orang merasa sangsi dan memustahilkan, atau merasa berharap atau mengimbau. Cara-cara anggapan seperti inilah yang dapat disebut sebagai modalitas (Sudiati, 1996:53). Jenis modalitas yang dapat muncul di dalam tuturan, yakni (1) kebenaran; (2) keharusan; (3) izin; dan (4) keinginan. Sesuai dengan temuan data, jenis modalitas
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
158
yang diuraikan dalam penelitian ini hanya modalitas kebenaran, keharusan, dan izin. Modalitas keinginan secara implisit terdapat di dalam modalitas keharusan dan izin. 1) Modalitas Kebenaran Modalitas kebenaran atau kepastian menandakan sesuatu yang dibicarakan itu sudah jelas terjadi dan tidak boleh tidak; atau mengindikasikan dan menyatakan secara tidak langsung suatu komitmen pada kebenaran suatu proposisi/makna yang diutarakan penutur, atau pada suatu prediksi tingkat kemungkinan dari deskripsi suatu kejadian yang terjadi. Penanda lingual modalitas kepastian misalnya adalah masih, pasti, mungkin, dan lain sebagainya. Tuturan (199) s.d. (208) adalah contoh penggunaan berbagai jenis modalitas kebenaran atau kepastian. (175) “Kami juga meyakini, pendukung atau tim relawan Jokowi-Basuki juga tidak pernah mengeluarkan hal demikian.” (Boy Sadikin, ketua tim kampanye Jokowi-Basuki). [I/3.9.(a).(D)] Konteks: Boy Sadikin menanggapi adanya spanduk dukungan bertuliskan Jokowi Menang, Mega Presiden. Hal ini dibantahnya (Kompas, 24 Agustus 2012, hlm. 15). (176) “Temuan itu membuat kami yakin ada pelanggaran hukum dalam penyusunan DPT.” (Rois Handayani, Kordinator Advokasi Tim Kampanye Hidayat-Didik). [I/1.2.(d).(D)] Konteks: Rois Handayani bersama 5 tim pasangan calon lain menolak DPT yang dikeluarkan KPU yang terkesan amburadul. Timnya menemukan data 44.696 pemilih yang di antaranya bernama, bertanggal lahir, dan beralamat sama, tetapi berbeda NIK (Kompas, 5 Juni 2012, hlm. 25). (177) “Saya yakin pendukung kami tidak mengharapkan politik uang.” (Nachrowi Ramli) [III/2.31.(a).(D)] Konteks: Nachorwi Ramli mengharapkan pilkada DKI Jakarta berlangsung damai, dan warga memilih dengan hati nurani. (Republika, 11 Juli 2012, hlm. 1). (178) “Kami masih percaya kepada keprofesionalan Panwaslu DKI dalam mengurus semua pelanggaran, termasuk kampanye hitam.” (Marihot Napitupulu, juru bicara tim sukses JokowiBasuki) [III/1.38.(a).(D)] Konteks: Marihot Napitupulu mengomentari adanya kampanye hitam dan selebaran yang mendiskreditkan salah satu pasangan calon gubernur DKI Jakarta (Republika, 9 Juni 2012). (179) “Yang pasti saya tidak punya pengalaman wakil saya minta cerai dan kemudian putus di tengah jalan. Saya juga tidak punya pengalaman dilaporkan ke KPK.” (Hidayat Nur Wahid). [III/1.56.(c).(D)] Konteks: Hidayat Nur Wahid mengomentari kepemimpinan Fauzi Bowo. (Republika, 20 Juni 2012, hlm. 21).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
159
(180) “Salah satu anak saya, Selasa (11/7), masih belum menerima undangan dan baru menerima setelah ditanyakan. Yang jadi cermin persiapan pemilukada kali ini adalah di rumah saya sendiri masih ada masalah. Silakan dinilai sendiri.” (Nono Sampono) [III/2.41.(b).(D)] Konteks: Nono Sampono merasa tidak puas terhadap kinerja KPU DKI Jakarta perihal daftar pemilih tetap (DPT) dan adanya laporan 27 kasus pelanggaran oleh Indonesian Corruption Watch (ICW). (Republika, 12 Juli 2012, hlm. 9). (181) “Dana untuk itu semua sebenarnya sudah ada di anggaran pemerintah, yakni Rp 800 miliar untuk kesehatan dan Rp 1,4 triliun untuk pendidikan. Tapi masyarakat tidak merasakannya.” (Jokowi). [I/1.49.(c).(D)] Konteks: Pernyataan Jokowi terkait dengan sosialisasi Kartu Jakarta Sehat dan Kartu Jakarta Pintar (Kompas, 29 Juni 2012, hlm. 26). (182) “Tidak ada korelasi.” (Budi Siswanto, Sekretaris tim sukses Fauzi-Nachrowi) [II/2.71.(b).(D)] Konteks: Budi Siswanto mengomentari kegagalan pasangan Fauzi-Nachrowi yang dinilai karena turunnya elektabilitas Partai Demokrat. (Koran Tempo, 19 Juli 2012, hlm. A5). (183) “Jadi, kalau bicara soal keamanan, sudah tidak diragukan lagi, Pak Nono mencerminkan orang yang dapat diandalkan dalam memberikan keamanan.” (Alex Noerdin) [III/2.20.(a).(D)] Konteks: Alex Noerdin berkampanye tentang keamanan Jakarta di hadapan pendukungnya. (Republika, 5 Juli 2012, hlm. 9). (184) “Tidak mungkin kita bisa berkumpul di Kelapa Gading ini jika tidak ada kedamaian dan ketenteraman batin.” (Fauzi Bowo) [IV/3.18.(a).(D)] Konteks: Fauzi Bowo bersilaturahim dengan para pendeta dari beberapa gereja di Gereja Bethel Indonesia Mawar Sharon, Kelapa Gading, Jakarta Utara. (Media Indonesia, 9 Agustus 2012, hlm. 7).
Tuturan (175) s.d. (184) memakai modalitas kebenaran, seperti tidak pernah, yakin, yakin ada, masih, masih belum, pasti, sudah ada, tidak ada, sudah tidak, dan tidak mungkin. Dengan pilihan modalitas kebenaran penutur mengindikasikan atau menyatakan secara tidak langsung suatu komitmen pada kebenaran dari suatu proposisi dan makna yang diutarakannya, atau pada suatu prediksi tingkat kemungkinan dari deskripsi suatu kejadian yang terjadi. Skala kebenaran dari modalitas pada tuturan-tuturan tersebut disertai predikasi ada dan kata ingkar tidak yang secara gramatikal mempertegas isi kebenaran tuturan. Tingkat kepastian modalitas di dalam setiap tuturan juga semakin jelas terlihat dalam keseluruhan proposisi kalimat tuturan sesuai dengan jenis tindak tutur dan konteks tuturannya. Kehadiran modalitas kepastian atau kebenaran di dalam
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
160
setiap tuturan mempertegas tingkat kesantunan tuturan sesuai jenis tindak tutur yang diwujudkan. Pada jenis tindak tutur konvivial dan kolaboratif, modalitas kepastian mempertegas persepsi santun dan netral dari tuturan, sedangkan pada jenis tindak tutur kompetitif dan konfliktif, modalitas kepastian mempertegas persepsi tidak santun dan lebih tidak santun dari tuturan.
2) Modalitas Keharusan Modalitas keharusan atau kewajiban biasanya ditandai dengan penggunaan kata-kata seperti: harus, wajib, seharusnya, atau bentuk negasi tidak harus, tidak wajib, tidak seharusnya. Dengan modalitas keharusan, penutur menetapkan bahwa sesuatu yang diutarakan atau maksud tuturannya seharusnya atau tidak seharusnya terjadi atau dilakukan oleh mitra tutur. Hal ini dapat dicermati melalui contoh-contoh tuturan (185) s.d. (193) berikut. (185) “Harus tenang dan sabar.” (Taufiq Kiemas, Ketua Dewan Pertimbangan Pusat PDI Perjuangan) [III/2.48.(a).(D)] Konteks: Taufik Kiemas mengomentari keunggulan Jokowi-Ahok dalam hasil hitung cepat. (Republika, 12 Juli 2012, hlm. 9). (186) “Kita harus bersikap bijaksana dan tenang karena sejarah membuktikan bahwa pada saatnya orang yang benar yang akan menang.” (Boy Sadikin, ketua tim sukses Jokowi-Ahok) [IV/2.51.(a).(D)] Konteks: Boy Sadikin menanggapi tuduhan kubu Jokowi-Ahok menjalankan politik uang. (Media Indonesia, 16 Juli 2012, hlm. 7). (187) “Persoalan macam ini sebaiknya diselesaikan musyawarah saja sebab tidak ada peraturannya.” (Jali Simbolon, Tim sukses Faisal-Biem) [IV/1.3.(b).(D)] Konteks: Jali Simbolon menanggapi persoalan tagline iklan „berkumis‟ anatara kubu Foke-Nara dan Hendardji-Riza (Media Indonesia, 1 Juni 2012, hlm. 7). (188) “Untuk mengatasinya harus diperiksa secara bersama-sama, bukan diributkan teknisnya.” (Basuki Cahaya Purnama). [IV/1.11.(c).(D)] Konteks: Basuki Cahaya Purnama menanggapi kisruh DPT. (Media Indonesia, 7 Juni 2012, hlm. 9). (189) “Setiap calon kan harus membuat program kerja yang operasional. Bagaimana bisa membuat program kalau untuk masuk ke dalam saja tidak boleh. (Hidayat Nurwahid) [IV/2.21.(c).(D)]
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
161
Konteks: Hidayat Nur Wahid mengomentari tindakan Panwaslu yang menghalau mereka dari Kecamatan Kembangan di hutan kota Srengseng. (Media Indonesia, 6 Juli 2012, hlm. 6). (190) “Harus ada sosialisasi pentingnya pilkada. Ini untuk menentukan DKI lima tahun ke depan. Golput harus sadar bahwa mereka akan rugi.” (Jokowi) [II/2.73.(c).(D)] Konteks: Jokowi meminta KPU melakukan sosialisasi secara intensif demi mengurangi angka golput. (Koran Tempo, 22 Juli 2012, hlm. A3). (191) “Pemanfaatan APBD yang ada harus semaksimal mungkin dan harus untuk hal-hal yang berguna buat rakyat kebanyakan.” (Alex Noerdin) [IV/1.4.(c).(D)] Konteks: Alex Noerdin memberikan pendapat tentang APBD dalam debat para calon gubernur yang disiarkan Metro TV. (Media Indonesia, 3 Juni 2012, hlm. 5). (192) “Saya dan tim kampanye, bersama tim calon pasangan gubernur dan wakil gubernur lainnya, masih melakukan penyisiran data. Sebagai pihak yang paling bertanggung jawab atas database penduduk DKI Jakarta, sudah seharusnya Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil DKI Jakarta bertanggung jawab.” (Didik J Rachbini) [IV/1.9.(c).(D)] Konteks: Didik Rachbini mempersalahkan pemerintah terkait kisruh DPT. (Media Indonesia, 7 Juni 2012, hlm. 9). (193) “Semestinya pemprov merangkul wong cilik. Penundaan pemberlakukan perda pajak warteg tidak menyelesaikan masalah. Kalau saya jadi gubernur, akan saya cabut perda itu.” (Hidayat Nurwahid) [IV/2.18.(c).(D)] Konteks: Hidayat Nur Wahid berkampanye dengan mendatangi warung tegal (warteg) di Jalan Bangka Raya, Mampang, Jakarta Selatan. (Media Indonesia, 4 Juli 2012, hlm. 7).
Dalam konteks pertuturan, pemakaian modalitas keharusan berkaitan dengan jenis tindak tutur dengan tingkat kesantunan tidak santun dan lebih tidak santun. Artinya, pendengar atau mitra tutur menilai tuturan dengan penanda modalitas keharusan kurang atau tidak santun sebab mitra tutur tidak memiliki peluang untuk memilih alternatif lain. Dengan itu, mitra tutur berpotensi kehilangan muka di hadapan penutur, atau mitra tutur malu. Namun, ada juga penggunaan modalitas keharusan yang mendukung aspek santun, yaitu pada tindak tutur konvivial dengan ilokusi ekspresif mengajak dan tindak tutur kolaboratif dengan ilokusi representatif menyatakan, menyatakan pendapat, menjelaskan, dan sebagainya. Contoh tuturan (185) s.d. (187) tergolong tindak tutur konvivial dan kolaboratif, karena itu pemakaian modalitas keharusan di dalam tuturan itu mendukung tingkat kesantunan santun dan netral dari tuturan. Tuturan (188) s.d.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
162
(193), tergolong tindak tutur kompetitif, karena itu pemakaian modalitas keharusan mendukung tingkat kesantunan tidak santun tuturan.
3) Modalitas Izin Dengan modalitas izin, penutur mengindikasikan suatu persetujuan (izin) atau sebaliknya sesuai dengan maksud dan isi tuturannya terhadap mitra tutur. Penanda modalitas izin yaitu boleh, dapat, dan bisa. Tuturan (194) s.d. (201) perlu dicermati sebagai contoh penggunaan modalitas izin. (194) “Kami memberikan ini agar ICW bisa berani mengawasi korupsi pemilu kada, bisa menolak godaan, dan punya nyali. Supaya ICW jangan jadi „Indonesian Commentator Watch‟.” (Hendardji Soepandji) [IV/1.20.(c).(D)] Konteks: Hendardji Soepandji bertemu dengan ICW dan memberikan tiga cendera mata: „pil berani‟, „jamu tolak angin‟, dan „suntikan tambah nyali‟. (Media Indonesia, 13 Juni 2012, hlm. 7). (195) “Kami menunggu upaya KPU membereskan DKPP. Tapi, apabila DPT tidak bisa clear, apa boleh buat kalau memang ditunda.” (Marihot Napitupulu, tim sukses pasangan JokowiBasuki) [III/2.30.(b).(D)] Konteks: Marihot Napitupulu menilai DPT masih bermasalah meskipun KPU DKI Jakarta telah melakukan sosialisasi dan rapat pleno perubahan DPT bersama dengan tim sukses keenam pasangan. (Republika, 10 Juli 2012, hlm. 9). (196) “Saya tidak bisa memastikan itu benar dari Fauzi Bowo atau tidak. Tapi, kalau ada orang yang meng-SMS atau orang minta ketemu, itu biasa. Saya tak bisa memastikan apakah mereka benar diutus atau tidak.” (Hidayat Nur Wahid) [III/2.49.(b).(D)] Konteks: Hidayat Nur Wahid mengaku ada yang menghubunginya pascapengumuman hasil penghitungan cepat berbagai lembaga. (Republika, 14 Juli 2012, hlm.1). (197) “Pemerintah harus bisa menjawab tuntutan itu secara konkret, bukan dengan janji. Itu yang kami lakukan.” (Fauzi Bowo) [II/2.87.(b).(D)] Konteks: Fauzi Bowo berpidato di Masjid Jami Baitussalam, Kramat Jati, Jakarta Timur dalam safari Ramadan (Koran Tempo, 27 Juli 2012, hlm. A3). (198) “Sudah diputuskan bahwa baju kotak-kotak maupun batik itu bukan alat peraga dan boleh dipakai, tapi kenyataannya masih banyak yang melarang.” (Hidayat Nur Wahid) [V/2.23.(b).(D)] Konteks: Hidayat menjelaskan masalah pelarangan pemakaian baju kotak-kotak dan batik (Jawa Pos, 12 Juli 2012, hlm. 11). (199) “Program pertama kami adalah menyejahterakan warga, juga terkait dengan pasar. Selama ini ada masalah sewa kios yang mahal. Ke depan, masalah ini tidak boleh terjadi lagi. Tidak boleh pedagang lama dipinggirkan. Pedagang harus dinomorsatukan.” (Hidayat Nurwahid) [I/1.38.(a).(D)] Konteks: Hidayat Nurwahid memaparkan rencana pembangunan pasar dan kesejahteraan pedagang (Kompas, 27 Juni 2012, hlm. 26).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
163
(200) “Kami memang tidak boleh kalah cepat.” (Kahfi Siregar, Ketua Media Center FauziNachrowi) [II/2.56.(b).(D)] Konteks: Kahfi Siregar meminta dukungan dari partai lain dalam menghadapi putaran kedua (Koran Tempo, 14 Juli 2012, hlm. A2). (201) “Gubernur itu tidak boleh angkat staf ahli untuk menjadi juru bicara, misalnya. Bisa kena periksa Konteks: BPK karena uang APBD tidak boleh untuk itu.” (Fauzi Bowo) [III/3.3.(b).(D)] Konteks: Fauzi Bowo berkomitmen menjalankan tugasnya sebagai Gubernur DKI Jakarta. (Republika, 4 Agustus 2012, hlm. 3).
Berdasarkan data tuturan yang ada, tuturan dengan penanda modalitas izin umumnya berisi pernyataan berupa pendapat sehingga seringkali dikategorikan netral dari segi sopan santun, seperti data tuturan (194) s.d. (201). Jenis tindak tutur dari contoh-contoh tersebut adalah kolaboratif dengan bermacam-macam ilokusi representatif. Kecuali itu, di dalam jenis tindak tutur kompetitif dan konfliktif, penggunaan modalitas izin justru mempertegas tingkat ketidaksantunan tuturan, seperti contoh tuturan (218) yang tergolong tindak tutur kompetitif dengan ilokusi direktif mengkritik.
4.3 Pembahasan Temuan 4.3.1
Jenis Tindak Tutur Jenis tindak tutur dalam kategori Leech terkait erat dengan empat fungsi,
yaitu fungsi kompetitif, fungsi konvival, fungsi kolaboratif, dan fungsi konfliktif (1983:104; Oka, 1993:161-166; Subagyo dalam Suwarno, 2000:171–174). Keempat fungsi tindak tutur ini selanjutnya dikaitkan dengan lima kategori ilokusi menurut Searle (1985) di mana Leech menegaskan bahwa di dalam kelima jenis ilokusi tersebut terkandung fungsi atau tujuan tertentu. Dengan kata lain, fungsi dan tujuan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
164
tindak tutur mewujud dalam tindak ilokusi dengan berbagai macam bentuk tuturan yang mungkin untuk menyampaikan tujuan tuturan. Tuturan-tuturan
calon
gubernur,
wakil
gubernur,
dan
pendukung
mengandung fungsi-fungsi atau tujuan tertentu terhadap mitra tutur atau pendengar melalui ilokusi-ilokusi tertentu pula dalam berbagai bentuk tuturan. Fungsi tindak tutur yang muncul dari tuturan-tuturan tersebut adalah konvivial, kolaboratif, kompetitif, dan konfliktif. Fungsi atau tujuan tuturan tersirat dalam keseluruhan isi tuturan. Dalam konteks pemilukada Provinsi DKI Jakarta, setiap fungsi atau tujuan tuturan tersebut dapat dimaknai sejauh mana pengaruh fungsi tuturan tersebut terhadap penerimaan publik pemilih dan pasangan calon lain serta pendukung masing-masing. Hal demikian coba ditelusuri dalam pemaknaan jenis dan fungsi tindak tutur dalam pembahasan berikut. Jenis tindak tutur konvivial mencakup ilokusi ekspresif, ilokusi komisif, dan ilokusi direktif. Ilokusi ekspresif adalah bentuk tuturan yang menyatakan sikap atau ekspresi; ilokusi komisif adalah bentuk tuturan yang menyatakan janji; dan ilokusi direktif adalah tuturan yang bermaksud memerintah atau menyuruh orang lain untuk melakukan sesuatu. Ketiga jenis ilokusi ini mengandung fungsi atau tujuan menyenangkan karena sejalan dengan (coincide with) tujuan sosial, dan disebut juga fungsi konvivial. Dalam konteks pemilukada Provinsi DKI Jakarta 2013 – sesuai dengan konteks data tuturan penelitian ini –, penutur pada dasarnya ingin agar apa yang dituturkannya menjadi bagian dari interaksi sosial yang menyenangkan. Penutur ingin
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
165
menghargai mitra tutur dan menjalin situasi komunikasi harmonis. Apa yang diharapkan penutur adalah menyenangkan mitra tutur melalui tuturan-tuturannya. Bentuk-bentuk tuturan ilokutif yang mengandung fungsi konvivial mencerminkan bahwa penutur ingin menyampaikan sikap dan ekspresi yang sesuai dengan tujuan sosial (senang, suka, setuju, pujian, peneguhan, dan sebagainya); penutur ingin menyatakan janji kepada mitra tutur; dan penutur ingin mengundang mitra tutur. Hal ini dapat dicermati dalam beberapa data tuturan berikut. (202) “Saya bebaskan mereka pilih siapa pun.” (Hendardji Soepandji) [II/2.39.(a).(C)] Konteks: Hendardji Soepandji menegaskan sikap politiknya menghadapi putaran kedua. (Koran Tempo, 13 Juli 2012, hlm. A1). (203) “Saya sangat bersyukur atas keputusan tersebut. Panwaslu telah memutuskan apa yang harus diputuskan.” (Rhoma Irama, artis dan penyanyi) [IV/3.26.(a).(A)] Konteks: Rhoma Irama menyambut gembira sikap Panwaslu pilkada DKI Jakarta yang tidak melanjutkan masalah dugaan kampanye SARA. (Media Indonesia, 14 Agustus 2012, hlm. 7). (204) “Kita semua harus sama-sama mengawal proses penghitungan sampai tuntas.” (Mustafa Kamal, ketua bidang kebijakan publik PKS). [I/2.41.(a).(C)] Konteks: Mustafa Kamal mengomentari hasil prediksi hitung cepat dari perbagai survei menunjukkan pasangan Jokowi-Basuki meraih posisi teratas. (Kompas, 12 Juli 2012, hlm. 15). (205) “Kaum Tionghoa adalah bagian dari kami karena kami lahir dan besar di Jakarta.” (Nachrowi Ramli) [IV/1.12.(a).(A)] Konteks: Nachrowi Ramli menyambut dukungan dari Yayasan Lestari Kebudayaan Tionghoa Indonesia. (Media Indonesia, 7 Juni 2012, hlm. 9).
Contoh-contoh tuturan di atas mewakili jenis ilokusi ekspresif dengan bentuk tuturan mempersilakan (202), mengucapkan terima kasih (203), mengajak (204), dan meneguhkan (205). Fungsi konvivial tampak juga dalam jenis ilokusi komisif menyatakan janji (206) dan mengundang (207), seperti pada contoh tuturan berikut. (206) “Masa depan Jakarta akan lebih terjamin kalau Fauzi-Nachrowi diberi amanah.” (Anas Urbaningrum, Ketua Umum Partai Demokrat). [II/2.59.(a).(B)]
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
166
Konteks: Anas Urbaningrum menerangkan dukungan Partai Demokrat terhadap FauziNachrowi. (Koran Tempo, 16 Juli 2012, hlm. A5). (207) “Mohon doa restu untuk kelancaran acara esok.” (Hendardji Soepandji). [II/2.23.(a).(A)] Konteks: Hendardji Soepandji meminta dukungan dalam menyambut hari H pemilihan. (Koran Tempo, 11 Juli 2012, hlm. A2).
Jenis tindak tutur konvivial dengan berbagai bentuk ilokusi tersebut dipersepsi santun (sangat santun) dalam konteks pertuturan. Dominasi penutur atas mitra tutur melalui bentuk-bentuk tuturan ilokusi tidak ada sama sekali. Hal ini serentak mengindikasikan bahwa penutur bertujuan menyenangkan mitra tutur demi menjaga keharmonisan dan menghormati martabat mitra tutur. Demikian pun pemakaian diksi, gaya bahasa, pronomina, dan modalitas sebagai aspek intralingual tuturan turut mendukung isi atau tujuan dan maksud tuturan yang santun. Bila ditinjau dari segi penggunaan jenis tindak tutur konvivial, wacana pertarungan politik pemilukada DKI Jakarta adalah pertarungan penerimaan pengaruh kepada publik. Setiap pasangan calon gubernur dan wakil gubernur serta para pendukung berusaha menarik simpati publik (pemilih) dan kandidat lain melalui tindak tutur yang disampaikan. Dengan tindak tutur konvivial, penutur berusaha menggiring publik pemilih untuk menerima program atau strategi membangun DKI Jakarta melalui visi dan misi pembangunan yang ditawarkan setiap pasangan calon. Hal ini dapat dicermati pada contoh-contoh tuturan (202) s.d. (207) di atas.
Jenis tindak tutur kolaboratif terdapat pada ilokusi representatif. Tindak tutur kolaboratif pada dasarnya adalah tindak tutur yang tidak menghiraukan tujuan sosial atau netral dari segi sopan santun. Dikatakan cenderung netral karena maksud
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
167
dan tujuan penutur hanya meyakinkan mitra tutur dengan mengungkapkan suatu kebenaran. Tuturan yang diucapkan penutur mengikat penutur sendiri akan kebenaran dari apa yang diucapkannya. Wujud dari jenis tindak tutur kolaboratif adalah ilokusi representatif dalam berbagai bentuk tuturan, antara lain menginformasikan (208), menjelaskan (209), menyatakan (210), menyimpulkan (211), dan menyatakan pendapat (212), seperti pada contoh data tuturan berikut. (208) “Ini kita mau berbincang dulu ya, nanti kita beritahu hasilnya apa.” (Hidayat Nur Wahid) [V/2.19.(b).(D)] Konteks: Hidayat Nur Wahid menyambut silaturahim Jokowi di markasnya (Jawa Pos, 12 Juli 2012, hlm. 11). (209) “Keputusan ini tidak tiba-tiba, tetapi melalui proses panjang agar dapat memastikan suara kami bulat. Kami sudah menemui Pak Jokowi dan Pak Fauzi. Sayangnya, Pak Jokowi tidak memberi jawaban mengenai penyamaan program dan agenda. Kami menunggu dan belum mendapat jawaban. Sementara kami harus cepat mengambil keputusan sebelum Lebaran.” (Luthfi Hasan Ishaaq, Presiden PKS). [I/3.5.(b).(C)] Konteks: Lutfhi Hasan Ishaaq menerangkan dukungan PKS terhadap pasangan Foke-Nara. (Kompas, 12 Agustus 2012, hlm. 2). (210) “Dinas Dukcapil itu berada di bawah pengawasan dan tanggung jawab Gubernur DKI.” (Faisal Basri). [IV/1.10.(b).(A)] Konteks: Faisal Basri mempersalahkan pemerintah terkait kisruh DPT. (Media Indonesia, 7 Juni 2012, hlm. 9). (211) “Jadi, kami sampai saat ini belum punya komitmen kepada calon mana pun, baik kepada pasangan Foke-Nara maupun pasangan Jokowi-Ahok.” (Hidayat Nurwahid) [IV/2.67.(b).(D)] Konteks: Hidayat Nur Wahid menerangkan bahwa kubunya belum memastikan dukungan kepada salah satu pasangan calon. (Media Indonesia, 26 Juli 2012, hlm. 8). (211) “Jakarta ini milik kita bersama, bukan milik golongan tertentu. Saya setuju empat pilar dijadikan pegangan, yaitu Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika. Ini harus dipertahankan dan dijadikan pegangan dalam menjalankan kehidupan berbangsa, bermasyarakat, dan bernegara.” (Nachrowi Ramli) [IV/2.70.(b).(A)] Konteks: Nachrowi Ramli berkomentar pada saat buka puasa bersama yang dilakukan oleh KPU DKI Jakarta dengan pemuka agama, tim sukses, dan kandidat pemilukada DKI. (Media Indonesia, 30 Juli 2012, hlm. 6).
Dalam konteks pertarungan merebut pengaruh dan simpati masyarakat pemilih, tindak tutur kolaboratif sebenarnya tidak terlalu berpengaruh atau kurang relevan bagi perwujudan visi dan misi para kandidat dan pendukung. Meskipun data
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
168
tuturan jenis tindak tutur kolaboratif tergolong paling banyak, namun daya pengaruh tuturan-tuturan dengan ilokusi representatif tidaklah sekuat jenis tindak tutur konvivial, kompetitif, dan konfliktif. Tindak tutur konvivial sekaligus terwujud dalam tiga bentuk ilokusi, yaitu ekspresif, direktif, dan komisif, sedangkan tindak tutur kolaboratif terwujud dalam ilokusi representatif saja. Contoh data tuturan (208) s.d. (212) menyajikan fakta informatif belaka dan kurang memiliki daya pengaruh kepada simpati masyarakat untuk memilih atau tidak memilih pasangan kandidat gubernur dan wakil gubernur.
Jenis tindak tutur kompetitif terdapat pada ilokusi direktif. Tindak tutur kompetitif adalah tindak tutur yang bersaing dengan tujuan sosial karena itu dipersepsi tidak santun. Fungsi kompetitif yang muncul di dalam jenis ilokusi direktif pada dasarnya bertujuan menghasilkan suatu efek berupa tindakan yang dilakukan oleh mitra, atau bentuk tutur yang dimaksudkan penuturnya untuk membuat pengaruh agar
mitra
tutur
melakukan
tindakan.
Kategori-kategori
ilokusi
demikian
membutuhkan sopan santun negatif. Sopan santun negatif berfungsi mengurangi ketidaksopanan ilokusi-ilokusi yang tidak sopan (Leech, 1983, bdk. Oka, 1993:126). Misalnya, ilokusi-ilokusi yang pada dasarnya tidak sopan, seperti memerintah, menyuruh, meminta, melarang, dan sebagainya, diutarakan penutur dengan strategi yang lebih halus demi menjaga ketidaksopanan ilokusi-ilokusi tersebut. Hal ini dapat dibandingkan juga dengan sopan santun positif yang berfungsi membuat ilokusi yang sopan menjadi sesopan mungkin.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
169
Tuturan-tuturan yang tergolong ke dalam tindak tutur kompetitif dipersepsi tidak santun karena penutur tidak menghargai atau tidak menghormati mitra tutur. Temuan di dalam penelitian ini menunjukkan bahwa penutur banyak memakai bentuk tuturan mengkritik (213), melarang (214), menyindir (215), dan meminta (216), seperti yang terdapat pada contoh-contoh berikut. (213) “Kita tidak mau pemilukada ini berjalan dengan cacat.” (Prya Ramadhani, Ketua Tim Sukses Alex-Nono) [III/1.5.(b).(B)] Konteks: Prya Ramadhani menganggap penetapan DPT oleh KPU masih bermasalah. Tim suksesnya mengancam akan mundur dalam pilkada DKI (Republika, 4 Juni 2012, hlm. 9). (213a) “Kita tidak mau pemilukada ini gagal total.” (213b) “Kita tidak mau pemilukada ini semakin amburadul.” (214) “Janganlah mencederai demokrasi yang sedang berjalan.” (Nono Sampono) [I/2.4.(c).(A)] Konteks: Nono Sampono menyampaikan kasus penculikan dua simpatisannya ke Polda Metro Jaya. (Kompas, 1 Juli 2012, hlm. 4). (214a) “Janganlah merusakkan demokrasi yang sedang berjalan.” (214b) “Janganlah mematikan demokrasi yang sedang berjalan.” (215) “Kasihan warga Jakarta, kasihan gubernur yang akan dipilih, kasihan demokrasi di Indonesia.” (Hidayat Nur Wahid) [III/1.9.(c).(B)] Konteks: Hidayat Nur Wahid mengomentari sikap KPU yang bersikukuh terhadap DPT, meskipun lima pasangan calon lainnya mempersoalkan DPT. Pasangan Fauzi Bowo menandantangani DPT tersebut. (Republika, 5 Juni 2012, hlm. 9). (216) “Kami minta penundaan pelaksanaan pemilukada kalau tidak kunjung benar. Ini memberikan pendidikan politik bangsa. Jakarta ini kan parameternya, jadi harus memberikan contoh.” (RBJ Bangkit, kuasa hukum tim Alex-Nono) [IV/1.27.(a).(A)]. Konteks: RBJ Bangkit memberi keterangan tentang laporkan manipulasi DPT ke polisi. (Media Indonesia, 19 Juni 2012, hlm. 7).
Tuturan (213) dan (214) mengandung sopan santun negatif. Hal ini terlihat pada penggunaan diksi yang halus (gaya bahasa eufemisme) berjalan dengan cacat dan mencederai. Pilihan kata demikian sudah mengurangi ketidaksopanan ilokusi mengkritik dan melarang seperti yang mungkin pada tuturan (213a), (213b), (214a), dan (214b).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
170
Penggunaan tindak tutur kompetitif di dalam wacana pertarungan pemilukada DKI Jakarta tentu berpengaruh besar terhadap simpati pemilih. Penggunaan gaya bahasa eufemisme atau diksi yang sopan demi menjaga sopan santun negatif tuturan merupakan salah satu strategi para calon gubernur, wakil gubernur, dan pendukung untuk mengurangi ketidaksopanan ilokusi seperti contoh tuturan (213a), (213b), (214a), dan (214b). Tuturan (213) dan (214) mengandung sopan santun negatif dan memberikan efek positif kepada publik untuk menaruh simpati kepada penutur. Meskipun demikian, penutur tetap saja tidak luput dari penggunaan tindak tutur kompetitif yang bersaing dengan tujuan sosial, misalnya contoh data tuturan menyindir (215) dan meminta (216). Tindakan menyindir dengan gaya bahasa perulangan (repetisi), misalnya kasihan …, kasihan …, kasihan …juga mengandung ironi yang secara langsung tidak menghargai mitra tutur.
Jenis tindak tutur konfliktif terdapat pada ilokusi ekspresif. Tindak tutur konfliktif adalah tindak tutur yang bertentangan dengan tujuan sosial. Fungsi tindak tutur konfliktif sama sekali mengandung sopan santun yang lebih tidak santun dibandingkan dengan tindak tutur kompetitif, dan itu terdapat di dalam ilokusi ekspresif yang tidak mengindahkan tata krama. Pada dasarnya, ilokusi ekspresif memiliki fungsi untuk mengekspresikan sikap psikologis pembicara terhadap pendengar sehubungan dengan keadaan tertentu sebagai pernyataan rasa senang, suka, sedih, marah, benci, dan lain sebagainya. Jenis tindak tutur konfliktif dengan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
171
ilokusi ekspresif menuduh (217), mengancam (218), menantang (219), mengecam (220), dan meremehkan (221), dapat dicermati pada contoh data tuturan berikut. (217) “Ini membuktikan DPT tidak valid dan ada pelanggaran hukum.” (Denny Iskandar - Tim Sukses Joko-Basuki). [I/1.3.(d).(D)] Konteks: Denny Iskandar bersama 5 tim pasangan calon lain menolak DPT yang dikeluarkan KPU yang terkesan amburadul. Tim ini menemukan 382 pemilih yang dianggap bermasalah secara acak (Kompas, 5 Juni 2012, hlm. 25). (218) “Siapa pun melakukan hal ini, jangan sampai Anda bermain api. Bukan kami yang marah, tapi rakyat juga marah.” (Nono Sampono) [II/2.8.(c).(A)]
Konteks: Nono Sampono menjelaskan kepada media terkait anggota poskonya yang diculik. (Koran Tempo, 1 Juli 2012, hlm. A3). (219) “Kalau berniat membantu rakyat, mari koalisi yang benar, enggak usah pakai maharmahar segala.” (Boy Sadikin, Ketua Tim Sukses pasangan Jokowi-Ahok) [II/2.68.(d).(A)] Konteks: Boy Sadikin mengomentari dukungan partai-partai lain, misalnya PKS, yang meminta mahar menghadapi putaran kedua. (Koran Tempo, 17 Juli 2012, hlm. A4). (220) “Saya sangat geram dan tidak akan tinggal diam sampai pelakunya tertangkap. Tapi, saya yakin yang berani melakukan penculikan dan pembacokan selama masa kampanye pasti berani melakukan kecurangan di TPS saat pencoblosan.” (Nono Sampono) [III/2.14.(d).(A)] Konteks: Nono Sampono mengomentari DPT yang masih bermasalah dan munculnya kasus intimidasi sebagai indikasi adanya kecurangan oleh pihak tertentu. (Republika, 5 Juli 2012, hlm. 9). (221) “Saya tidak mau ambil pusing orang bilang apa.” (Fauzi Bowo) [I/1.17.(d).(D)] Konteks: Fauzi Bowo menanggapi komentar orang tentang gaya kepemimpinannya dalam wawancara profil pasangan calon gubernur Provinsi DKI Jakarta (Kompas, 25 Juni 2012, hlm. 37).
Bila dikaitkan dengan konteks pemilukada DKI Jakarta, tuturan-tuturan yang mengandung fungsi konfliktif umumnya mengacu kepada masalah persaingan dan ketidakpuasan antarkelompok kandidat, atau antara kandidat dan pihak penyelenggara pemilukada (KPUD, Panwaslu, dan pemerintah DKI Jakarta. Tuturan (217) merupakan contoh tindakan menuduh oleh Denny Iskandar (tim sukses JokowiBasuki) terhadap lembaga KPUD DKI Jakarta sebagai ekspresi ketidakpuasan. Pada tuturan (218) s.d. (221), ekspresi persaingan dan ketidakpuasan itu terjadi antara kandidat dan para pendukung. Di dalam tuturan dengan fungsi konfliktif seperti ini,
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
172
penutur lebih mengedepankan dominasi dalam bertutur. Dengan itu, aspek sopan santun tidak dihiraukan sama sekali oleh penutur.
4.3.2
Tingkat Kesantunan Tuturan Tingkat kesantunan tuturan memiliki hubungan yang sangat erat dengan
jenis dan fungsi tindak tutur. Di dalam uraian tentang fungsi tuturan, Leech menyebutkan bahwa tindak tutur konvivial dan kompetitiflah yang relevan dengan sopan santun atau melibatkan sopan santun. Artinya, pada jenis ilokusi yang berfungsi kompetitif, sopan santun mempunyai sifat negatif dan tujuannya ialah mengurangi ketidakharmonisan yang tersirat dalam kompetisi antara apa yang ingin dicapai oleh penutur dengan apa yang dituntut oleh sopan santun. Pada jenis ilokusi yang berfungsi konvivial, sopan santun lebih positif sifatnya dan penutur menaati prinsip sopan santun. Jenis ilokusi yang berfungsi kolaboratif bersifat netral dari segi sopan santun dan jenis ilokusi yang berfungsi konfliktif di dalamnya mengandung sopan santun yang lebih tidak santun dibandingkan dengan ilokusi yang mengandung fungsi kompetitif. Fungsi-fungsi tuturan berkaitan juga dengan keenam kategori maksimmaksim Prinsip Sopan Santun dan skala pragmatik yang dikemukakan Leech (1983 dalam Oka, 1993:206-217). Skala pragmatik, yang dimaksudkan Leech yaitu rentangan skala yang menunjukkan sopan atau tidak sopannya (santun atau tidak santunnya) tuturan. Skala pragmatik itu mencakup skala untung-rugi, skala pilihan, skala ketaklangsungan, skala keotoritasan, dan skala jarak sosial. Skala pragmatik
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
173
dapat dipakai untuk menjelaskan tingkat kesantunan tuturan para calon gubernur, calon wakil gubernur, dan pendukung dalam kaitan dengan jenis fungsi tuturan yang dipakai penutur. Secara umum dapat dikatakan bahwa tingkat kesantunan tuturan calon gubernur, wakil gubernur, dan para pendukung yang dikategorikan santun atau lebih santun dari pasangan lainnya adalah tuturan pasangan Foke-Nara; kemudian pasangan Hendardji-Riza dan pasangan Faisal-Biem; pasangan Alex-Nono dan pasangan Hidayat-Didik; dan terakhir pasangan Jokowi-Ahok. Hal ini dapat dimaklumi karena pasangan Foke-Nara adalah calon petahana (dengan dukungan sejumlah partai besar) yang berusaha tetap menjaga agar tuturan-tuturan mereka menjamin komunikasi dan interaksi sosial dengan publik pemilih. Demikian pun pasangan calon independen, Hendardji-Reza dan Faisal-Biem, tuturan-tuturan mereka juga bertujuan menyenangkan publik dan lebih kurang menyampaikan tuturan yang bersaing dan bertentangan dengan tujuan sosial. Pada tuturan pasangan yang diusung partai, seperti Hidayat-Didik (PKS) dan Alex-Nono (Partai Golkar), ada kecenderungan untuk lebih menekankan aspek bersaing dan bertentangan melalui tindak tutur kompetitif dan konfliktif. Pada tuturan pasangan Jokowi-Ahok (PDI Perjuangan), aspek bersaing dan bertentangan juga lebih menonjol di dalam berbagai tuturan mereka. Analisis tingkat kesantunan tuturan calon gubernur, wakil gubernur, dan para pendukung di sini tidak dibuat lebih khusus karena jumlah tuturan yang sangat beragam. Untuk itu, persepsi tingkat kesantunan tuturan di sini hanya difokuskan pada tingkat kesantunan secara umum berdasarkan jenis fungsi tuturan yang ada.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
174
Tingkat kesantunan tuturan para calon gubernur, calon wakil gubernur, dan pendukung dapat disimpulkan berturut-turut adalah netral, tidak santun, santun, dan lebih tidak santun.
Jenis tindak tutur yang pertama adalah kolaboratif dengan tingkat kesantunan netral. Tujuan ilokusinya adalah tidak menghiraukan tujuan sosial karena itu dipersepsi tidak melibatkan sopan santun. Fungsi kolaboratif dengan ilokusi representatif pada dasarnya bertujuan menyampaikan kebenaran sesuai dengan yang tersirat di dalam ilokusi representatif tersebut. Penutur terikat pada kebenaran isi tuturannya sehingga dianggap tidak menghiraukan tujuan sosial. Tuturan yang diucapkan penutur itu mengikat penutur sendiri akan kebenaran dari apa yang diucapkan; mitra tutur bukanlah pihak yang menjadi pusat perhatian utama. Sopan santun penutur dan mitra tutur tidak menjadi relevan dalam hal ini. Temuan data tuturan para calon gubernur, calon wakil gubernur, dan pendukung menunjukkan bahwa mereka lebih sering memakai jenis fungsi kolaboratif
dengan
ilokusi
representatif,
seperti
tuturan
menyatakan,
menginformasikan, menyatakan pendapat, menjelaskan, dan menyimpulkan. Hal ini mengindikasikan bahwa penutur secara objektif lebih menekankan proposisi kebenaran tuturan, bukan pada diri penutur atau mitra tutur. Dalam hal ini, penutur tidak menghiraukan skala untung rugi di dalam tuturannya. Skala untung rugi berkenaan dengan besar kecilnya kerugian dan keuntungan yang diakibatkan oleh sebuah tindak tutur pada penutur dan mitra tutur. Apabila sebuah tuturan semakin
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
175
merugikan penutur dan semakin menguntungkan mitra tutur, tuturan tersebut semakin tinggi
derajat kesopanannya. Sebaliknya, apabila sebuah tuturan semakin
menguntungkan penutur dan semakin merugikan mitra tutur, tuturan tersebut semakin rendah derajat kesopanannya. Tindak tutur kolaboratif dipersepsi tidak menghiraukan tujuan sosial karena itu netral dari segi sopan santun. Data tuturan berikut merupakan contoh penggunaan ilokusi representatif menginformasikan (222) dan menyatakan pendapat (223) yang dipersepsi netral dari segi sopan santun (kesantunan). (222) “Dua anggota posko kami diculik selang satu hari setelah kejadian penyerangan posko. Besok akan kami buat laporannya.” (Nono Sampono) [II/2.6.(b).(A)] Konteks: Nono Sampono menjelaskan kepada media terkait anggota poskonya yang diculik. (Koran Tempo, 1 Juli 2012, hlm. A3). (223) “Jakarta ini milik kita bersama, bukan milik golongan tertentu. Saya setuju empat pilar dijadikan pegangan, yaitu Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika. Ini harus dipertahankan dan dijadikan pegangan dalam menjalankan kehidupan berbangsa, bermasyarakat, dan bernegara.” (Nachrowi Ramli) [IV/2.70.(b).(A)] Konteks: Nachrowi Ramli berkomentar pada saat buka puasa bersama yang dilakukan oleh KPU DKI Jakarta dengan pemuka agama, tim sukses, dan kandidat pemilukada DKI. (Media Indonesia, 30 Juli 2012, hlm. 6).
Tindak tutur kolaboratif ini bisa diubah menjadi santun, tidak santun, atau lebih tidak santun. Hal itu berimplikasi pada perubahan makna fungsi tuturannya. Artinya, perubahan dari tingkat kesantunan netral menjadi santun, tidak santun, atau lebih tidak santun akan turut mengubah fungsi atau tujuan tuturan. Untuk menjelaskan kasus ini, tuturan (222) dan (223) dapat diubah menjadi tuturan santun, tidak santun, atau lebih tidak santun seperti contoh tuturan berikut. (222a) “Mohon bantuannya, dua anggota posko kami diculik selang satu hari setelah kejadian penyerangan posko karena besok akan kami buat laporannya.” – Santun (222b) “Kami heran mengapa sampai terjadi dua anggota posko kami diculik selang satu hari setelah kejadian penyerangan posko. Besok akan kami buat laporannya.” – Tidak Santun
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
176
(222c) “Kami yakin dua anggota posko kami telah diculik selang satu hari setelah kejadian penyerangan posko. Karena itu, besok akan kami buat laporannya.” – Lebih Tidak Santun
Dengan tuturan (222a), penutur bertujuan untuk meminta tolong atau mengajak mitra tutur untuk memberikan bantuan kepada penutur terkait dengan hal yang dituturkannya. Tuturan mengajak tergolong ilokusi ekspresif yang dipersepsi santun karena fungsinya mengekspresikan perasaan penutur sesuai dengan isi dan konteks tuturan. Tuturan (222b) dipersepsi tidak santun karena penutur melakukan protes atau mengkritik atas apa yang terjadi. Tuturan memprotes dan mengkritik tergolong ilokusi direktif dan mengandung fungsi kompetitif. Penutur meminta mitra tutur melakukan tindakan sesuai dengan isi protes dan kritikan tersebut. Pada tuturan (222c), penutur bermaksud menuduh. Tindakan menuduh dipertegas oleh penanda pronomina kami dan modalitas yakin dan telah sehingga isi tuturan keseluruhan dipersepsi lebih tidak santun. Tindakan menuduh tergolong ilokusi ekspresif dan mengandung fungsi konfliktif. (223a) “Jakarta ini milik kita bersama, bukan milik golongan tertentu seperti yang dikatakan Ketua KPUD. Saya sangat setuju empat pilar dijadikan pegangan, yaitu Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika. Ini harus dipertahankan dan dijadikan pegangan dalam menjalankan kehidupan berbangsa, bermasyarakat, dan bernegara.” – Santun (223b) “Karena Jakarta ini milik kita bersama, bukan milik golongan tertentu karena itu saya setuju empat pilar harus dijadikan pegangan, yaitu Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika dan ini harus dipertahankan dan dijadikan pegangan dalam menjalankan kehidupan berbangsa, bermasyarakat, dan bernegara.” – Tidak Santun (223c) “Siapa bilang Jakarta ini milik kita bersama, bukan milik golongan tertentu. Saya sih setuju–setuju saja empat pilar dijadikan pegangan, yaitu Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika. Ini harus dipertahankan dan dijadikan pegangan dalam menjalankan kehidupan berbangsa, bermasyarakat, dan bernegara.” – Lebih Tidak Santun
Tuturan (223a) dapat dipersepsi santun karena mengandung fungsi konvivial. Tuturan tersebut tersebut dapat digolongkan ilokusi ekspresif meneguhkan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
177
atau menghargai. Tuturan (223b) dapat dipersepsi tidak santun bila ditinjau dari keseluruhan proposisi kalimat tuturan dan pemakaian penanda modalitas harus. Tuturan ini dapat digolongkan sebagai ilokusi direktif menyuruh atau menuntut yang mengandung fungsi kompetitif. Penutur bermaksud agar mitra tutur melakukan tindakan seperti isi tuturannya. Tuturan (223c) dipersepsi lebih tidak santun karena isi tuturannya meremehkan. Tindakan meremehkan tergolong ilokusi ekspresif dan mengandung fungsi konfliktif.
Jenis tindak tutur yang kedua adalah kompetitif dengan tingkat kesantunan tidak santun. Di dalam penelitian ini ditemukan fakta bahwa jumlah jenis tindak tutur kompetitif lebih banyak daripada tindak tutur konvivial khususnya pada kelima pasangan calon, yaitu Hendardji-Riza (11 tuturan), Jokowi-Basuki (47 tuturan), Hidayat-Didik (26 tuturan), Faisal-Biem (10 tuturan), dan Alex-Nono (31 tuturan). Data ini mencerminkan bahwa di dalam wacana pemilukada yang disebut sebagai arena pertarungan politik, para penutur sering menggunakan tuturan yang bersaing dengan tujuan sosial. Dalam konteks ini, penutur bermaksud agar mitra tutur melakukan tindakan sesuai dengan isi tuturan. Hal ini semakin jelas terlihat dalam tindak tutur kompetitif dengan ilokusi direktif, yakni bentuk tutur yang dimaksudkan penuturnya untuk membuat pengaruh agar mitra tutur melakukan tindakan. Jenis tindak tutur kompetitif dengan macam-macam bentuk ilokusi direktif dipersepsikan sebagai tuturan yang tidak santun. Dari segi skala pragmatik, tindak tutur kompetitif dengan ilokusi direktif berpautan dengan pelaksanaan skala untung rugi, skala
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
178
pilihan, dan skala keotoritasan. Namun, tidak berarti bahwa skala pragmatik yang lain tidak memiliki kaitannya dengan jenis tindak tutur kompetitif. Tuturan para calon gubernur dan calon wakil gubernur serta pendukung seringkali menguntungkan diri sendiri (penutur). Dengan tuturan memprotes, meminta, menyindir, menuntut, mengkritik, menyuruh, melarang, dan menyangkal, penutur mengurangi keuntungan pada mitra tutur. Demikian pun pada skala pilihan, tuturan memprotes, meminta, menyindir, menuntut, mengkritik, menyuruh, melarang, dan menyangkal., justru meminimalkan pilihan pada mitra tutur untuk melakukan tindakan sesuai dengan isi tuturan. Dari segi skala keotoritasan, dengan tuturannya, penutur memperlihatkan dominasinya atas mitra tutur sesuai dengan isi tuturan memprotes, meminta, menyindir, menuntut, mengkritik, menyuruh, melarang, dan menyangkal. Hal ini serentak mengabaikan skala jarak sosial. Ada kecenderungan bahwa semakin dekat jarak peringkat sosial antara penutur dan mitra tutur, akan menjadi kurang santunlah tuturan itu. Demikian juga sebaliknya, semakin jauh jarak peringkat sosial antara keduanya, akan semakin santunlah tuturan yang digunakan keduanya. Namun di dalam bertutur, para kandidat gubernur dan wakil gubernur serta pendukung tidak menghiraukan jarak peringkat sosial demikian. Penutur lebih menghiraukan apakah fungsi atau tujuan tuturannya terwujud atau tidak melalui ilokusi-ilokusi kompetitif. Data tuturan berikut dapat memberikan contoh jenis tindak tutur kompetitif dengan ilokusi direktif meminta (224) dan mengkritik (225) yang dipersepsi tidak santun dari segi kesantunan.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
179
(224) “Kami meminta KPU menggunakan haknya agar kami bisa mendapatkan lokasi ini (GOR Soemantri).” (Ampal Astomo, anggota tim sukses Hidayat-Didik) [II/1.10.(c).(C)] Konteks: Ampal Astomo mempersoalkan lokasi kampanye pemilu DKI. Pasangan HidayatDidik tidak mendapatkan tempat kampanye. (Koran Tempo, 20 Juni 2012, hlm. A4). (225) “Kita sudah capek dengan Ibu Kota sekarang ini yang macet di mana-mana. Pemilukada 11 Juli nanti bukan hanya untuk Jakarta, tapi untuk Indonesia.” (Prabowo Subianto, Ketua Umum Partai Gerindra) [IV/2.12.(c).(B)] Konteks: Prabowo Subianto berkampanye untuk pasangan Jokowi-Basuki di lapangan parkir timur Senayan, Gelora Bung Karno. (Media Indonesia, 2 Juli 2012, hlm. 7).
Dengan tuturan (224), penutur mengharapkan mitra tutur melakukan tindakan seperti isi tuturan meminta. Demikian pun dengan tuturan (225), penutur memberi evaluasi atas situasi macet di Jakarta dalam bentuk tindakan mengkritik. Meskipun demikian, tingkat kesantunan tidak santun dari tuturan-tuturan tersebut dapat diubah demi mewujudkan kesantunan ataupun ketidaksantun dalam bertutur. Tuturan meminta (224) dapat diubah menjadi tuturan yang santun, netral, atau lebih tidak santun seperti berikut ini. (224a) “Kami berharap KPU jangan takut menggunakan haknya agar kami bisa mendapatkan lokasi ini GOR Soemantri.” - Santun (224b) “Kami yakin KPU dapat menggunakan haknya sehingga kami bisa mendapatkan lokasi ini GOR Soemantri.” – Netral (224c) “Kami heran KPU koq tidak menggunakan haknya sama sekali agar kami bisa mendapatkan lokasi ini GOR Soemantri.” - Lebih Tidak Santun
Tuturan (224a) adalah tuturan meneguhkan yang mengandung fungsi konvivial. Penutur bermaksud mengekspresikan sikap dukungan atau peneguhannya terhadap mitra tutur sesuai dengan kapasitas atau kewenangan mitra tutur, dalam hal ini KPU. Tuturan meneguhkan dipersepsi santun. Pada tuturan (224b), penutur bermaksud menyatakan kebenaran sesuai dengan isi tuturannya yaitu menyatakan pendapat mengenai suatu hal yang dibicarakan penutur. Tuturan menyatakan pendapat
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
180
mengandung fungsi kolaboratif sehingga dipersepsi netral karena penutur terikat pada kebenaran tuturan sesuai dengan isi keseluruhan tuturan tersebut. Tuturan (224c) adalah tuturan mengecam yang mengandung fungsi konfliktif sehingga dipersepsi lebih tidak santun. Penutur bermaksud mengkritik secara langsung dan menohok mitra tutur dengan isi kecaman di dalam tuturannya tersebut. Demikian pun tuturan mengkritik (225) dapat diubah ke dalam bentuk tuturan yang santun, netral, dan lebih tidak santun. (225a) “Kita memang sudah capek dengan Ibu Kota sekarang ini yang macet di mana-mana. Tapi ingat ya, Pemilukada 11 Juli nanti bukan hanya untuk Jakarta, tapi untuk Indonesia.” – Santun (225b) “Saya kira, kita semua sudah capek dengan Ibu Kota sekarang ini yang macet di manamana. Bagaimanapun juga Pemilukada 11 Juli nanti bukan hanya untuk Jakarta, tapi untuk Indonesia.” – Netral (225c) “Kita sudah sangat-sangat capek dengan Ibu Kota sekarang ini yang macet di manamana. Padahal, Pemilukada 11 Juli nanti bukan hanya untuk Jakarta, tapi untuk Indonesia.” – Lebih Tidak Santun
Pada tuturan (225a) terdapat maksud mengajak sehingga tuturan tersebut tergolong tindak tutur konvivial dengan ilokusi ekspresif mengajak. Dengan rumusan kalimat tuturan Tapi ingat ya, Pemilukada 11 Juli nanti … merupakan kelanjutan dari isi tuturan pada kalimat sebelumnya yang mengindikasikan adanya tujuan mengajak pendengar untuk terlibat dalam pemilukada. Tuturan (225b) digolongkan sebagai tindak tutur kolaboratif dengan ilokusi representatif menyatakan pendapat. Dua kalimat tuturan tersebut mengindikasikan adanya tujuan menyatakan pendapat untuk menegaskan konteks tuturan yaitu tentang situasi kota Jakarta yang macet dan pentingnya pemilukada. Dengan tuturan (225c), penutur tidak sekadar mengkritik, tetapi lebih sebagai tindakan mengecam sehingga tuturan tersebut dapat dikategorikan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
181
sebagai tindak tutur konfliktif dengan ilokusi eskpresif mengecam. Hal ini dipertegas dengan pemakaian adverbia kualitas sangat-sangat dan konjungsi padahal yang menyatakan pertentangan makna kedua kalimat tuturan tersebut.
Jenis tindak tutur yang ketiga adalah konvivial dengan tingkat kesantunan santun. Tindak tutur konvivial diwujudkan dalam ilokusi komisif, direktif, dan ekspresif. Pada tindak tutur jenis ini, sopan santun lebih positif bentuknya dan bertujuan mencari kesempatan untuk beramah-tamah, seperti dalam berbagai bentuk tuturan ilokusi komisif, direktif, dan ekspresif. Dari segi skala untung rugi, penutur memaksimalkan keuntungan pada mitra tutur daripada penutur. Dengan itu, derajat kesantunan tuturannya tinggi. Pada ilokusi komisif bentuk tuturannya adalah menawarkan janji. Hal ini dilatarbelakangi oleh keinginan penutur untuk melakukan sesuatu di masa yang akan datang. Apa yang akan dilakukan penutur itu erat kaitannya dengan suatu kejadian atau peristiwa yang menimpa dirinya sebagai individu ataupun sebagai bagian dari kelompok sosial atau lembaga. Lewat tuturan menyatakan janji, penutur terikat melakukan apa yang disebukan di dalam tuturannya. Misalnya tuturan (226) berikut. (226) “Kami ingin mewujudkan Jakarta yang rapi dan modern, namun manusiawi, yakni dekat dengan rakyat.” (Basuki Tjahja Purnama) [III/2.53.(a).(A)] Konteks: Basuki Tjahja Purnama menyatakan berupaya membenahi Jakarta bila terpilih (Republika, 15 Juli 2012, hlm.1).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
182
Pada ilokusi direktif, bentuk tuturan yang bertujuan menyenangkan terdapat pada tuturan mengundang. Penutur meminta mitra tutur untuk melakukan sesuatu sesuai dengan isi tuturan mengundang, seperti contoh data tuturan berikut. (227) “Mohon doa restu untuk kelancaran acara esok.” (Hendardji Soepandji) [II/2.23.(a).(A)] Konteks: Hendardji Soepandji meminta dukungan dalam menyambut hari H pemilihan. (Koran Tempo, 11 Juli 2012, hlm. A2).
Tindak tutur konvivial paling banyak terwujud dalam ilokusi ekspresif. Penutur ingin mengungkapkan perasaannya, seperti senang, puas, suka, puji, dan sebagainya secara spontan berkaitan dengan situasi atau keadaan yang memiliki pengaruh langsung atau tidak langsung dan yang pada dasarnya bertujuan menyenangkan mitra tutur. Data tuturan berikut adalah contoh tindak tutur konvivial dengan ilokusi ekspresif mengajak (228), menyanjung (229), dan mengucapkan terima kasih (230) yang dipersepsi santun dari segi sopan santun. (228) “Saya berharap seluruh umat beragama terus menjalin silaturahim satu sama lain, terutama saat masa kampanye dan masa tenang berlangsung.” (Fauzi Bowo) [III/1.53.(a).(A)] Konteks: Fauzi Bowo memberikan keterangan di Polda Metro Jaya dalam deklarasi kampanye damai bersama keenam pasangan calon gubernur dan wakil gubernur. (Republika, 18 Juni 2012, hlm. 21). (229) “Dari dulu Pak Hendardji punya semangat pembaruan dan perubahan.” (Jokowi) [II/2.38.(a).(A)] Konteks: Jokowi mengklaim telah mendapat dukungan dari pihak Hendardji Soepandji. (Koran Tempo, 13 Juli 2012, hlm. A1). (230) “Saya bersyukur pada siang hari yang mendapat berkat Tuhan bisa silaturahim dan bisa berbincang-bincang soal Jakarta.” (Fauzi Bowo) [IV/3.16.(a).(A)] Konteks: Fauzi Bowo bersilaturahim dengan para pendeta dari beberapa gereja di Gereja Bethel Indonesia Mawar Sharon, Kelapa Gading, Jakarta Utara. (Media Indonesia, 9 Agustus 2012, hlm. 7).
Berdasarkan contoh-contoh tersebut di atas, tindak tutur konvivial secara intrinsik mengandung tingkat kesantunan santun (bahkan sangat santun) karena
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
183
tujuan tuturannya memang demi menjaga keharmonisan dan penghargaan kepada mitra tutur. Dari contoh tuturan (226) s.d. (230), penutur terutama mematuhi atau memenuhi skala untung rugi. Skala untung rugi menunjuk kepada besar kecilnya kerugian dan keuntungan yang diakibatkan oleh suatu tindak tutur pada sebuah pertuturan. Semakin tuturan tersebut merugikan diri penutur, akan semakin dianggap santunlah tuturan tersebut. Demikian pun sebaliknya, semakin tuturan itu menguntungkan diri penutur akan semakin dianggap tidak santunlah tuturan tersebut. Tindakan menawarkan janji (226) tentu merugikan penutur karena mengikat penutur pada suatu janji atau komitmen yang disampaikannya kepada mitra tutur untuk masa depan. Demikian pun pada tindakan mengundang (227), mengajak (228), menyanjung (229), dan mengucapkan terima kasih (230), tindak tutur tersebut memang pada dasarnya merugikan diri penutur daripada mitra tutur.
Jenis tindak tutur yang keempat adalah konfliktif dengan tingkat kesantunan lebih tidak santun. Pada jenis tindak tutur konfliktif unsur sopan santun mengandung tingkat kesantunan yang lebih tidak santun daripada tindak tutur kompetitif, karena tindak tutur ini pada dasarnya bertujuan menimbulkan kemarahan. Temuan data jenis tindak tutur konfliktif pada beberapa pasangan calon gubernur, calon wakil gubernur, dan pendukung secara jelas memperlihatkan faktor dominasi penutur atas mitra tutur. Tindak tutur konfliktif yang terwujud di dalam ilokusi ekspresif menuduh, mengancam, menantang, mengecam, dan meremehkan adalah gambaran dominasi verbal penutur atas mitra tutur. Penutur ingin mengungkapkan perasaannya, terutama
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
184
sedih, kecewa, tidak puas, dan sebagainya, secara spontan berkaitan dengan situasi atau keadaan yang memiliki pengaruh langsung atau tidak langsung dan yang pada dasarnya sifatnya bertentangan dengan tujuan sosial. Tindak tutur konfliktif dengan ilokusi ekspresif menuduh, mengancam, menantang, mengecam, dan meremehkan adalah tuturan yang secara intrinsik lebih tidak santun jika dibandingkan dengan jenis tindak tutur kompetitif, kolaboratif, dan konvivial. Hal ini dapat dicermati pada contoh tuturan mengecam (231), mengancam (232), dan menuduh (233) berikut. (231) “Mereka digaji oleh uang rakyat, namun pekerjaannya tidak beres.” (Nono Sampono) [III/2.42.(d).(A)] Konteks: Nono Sampono merasa tidak puas terhadap kinerja KPU DKI Jakarta perihal daftar pemilih tetap (DPT) dan adanya laporan 27 kasus pelanggaran oleh Indonesian Corruption Watch (ICW). (Republika, 12 Juli 2012, hlm. 9). (232) “Siapa pun melakukan hal ini, jangan sampai Anda bermain api. Bukan kami yang marah, tapi rakyat juga marah.” (Nono Sampono) [II/2.8.(c).(A)] Konteks: Nono Sampono menjelaskan kepada media terkait anggota poskonya yang diculik. (Koran Tempo, 1 Juli 2012, hlm. A3). (233) “Intinya ada motif terstruktur dan massif untuk memilih pasangan tertentu dengan menjanjikan sejumlah uang. Karena itu, kami berharap panwaslu segera menindaklanjuti.” (Dasril Affandi, Sekretaris tim advokasi Foke-Nara) [V/2.73.(d).(A)] Konteks: Dasril Affandi mensinyalir adanya praktik politik uang oleh pasangan Jokowi-Ahok. (Jawa Pos, 15 Juli 2012).
Dari contoh tuturan (231) s.d (232), penutur lebih mengedepankan tujuan tuturan yakni bertentangan dengan tujuan sosial. Sopan santun atau kesantunan sama sekali tidak ditaati di dalam tuturan-tuturan tersebut. Selain itu, tindak tutur konfliktif terwujud ketika penutur memakai otoritasnya dalam bertutur. Menurut skala keotoritasan, semakin rendah otoritas penutur terhadap mitra tutur, semakin tinggilah derajat kesopanan tuturan. Sebaliknya, semakin tinggi otoritas penutur terhadap mitra
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
185
tutur, semakin rendahlah derajat kesopanan tuturannya. Contoh tuturan menantang (234 dan 235) berikut dapat menjadi contoh pemenuhan skala otoritas. (234) “Biar saja ikut bertanding anak bawang itu.” (Nachrowi Ramli). [IV/2.16.(d).(A)] Konteks: Nachrowi Ramli menerangkan kesanggupannya menang dan dapat menyelesaikan problem Jakarta (Media Indonesia, 3 Juli 2012, hlm. 7). (235) “Mari kita bertarung di putaran kedua.” (Fauzi Bowo). [II/2.29.(b).(B)] Konteks: Fauzi Bowo mengomentari keunggulan pasangan Jokowi-Ahok dalam pilkada. (Koran Tempo, 12 Juli 2012, hlm. A1).
Tuturan (234) dan (235) dituturkan oleh kandidat nomor satu, yang nota bene adalah pasangan petahana Fauzi Bowo dan calon wakilnya Nachrowi Ramli. Sebagai pemimpin yang sedang berkuasa, Fauzi Bowo tentu memiliki pengaruh luas bagi situasi pemilukada di DKI bila dibandingkan dengan pasangan lain yang berasal dari luar daerah DKI Jakarta. Jika dicermati dari segi kelangsungan tuturan, semakin langsung sebuah tuturan, kadar kesantunannya makin berkurang atau tuturan itu menjadi makin tidak santun. Namun, bila dicermati sungguh-sungguh, data tuturan yang ada justru disampaikan secara tidak langsung, yakni dengan modus kalimat berita (deklaratif). Meskipun disampaikan dengan modus deklaratif, data tuturan (231) s.d (235) menyajikan fakta bahwa secara tidak langsung tuturan tersebut mengandung maksud imperatif. Hal itu tercermin pada bentuk-bentuk tindak tutur yang diidentifikasi sebagai tindakan mengecam (231), mengancam (232), dan menuduh (233), serta menantang (234 dan 235). Jika bentuk tuturan-tuturan tersebut diubah ke dalam modus imperatif, maka tersaji demikian. (231a) “Mereka digaji oleh uang rakyat, namun pekerjaannya tidak beres!”
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
186
(232a) “Siapa pun melakukan hal ini, jangan sampai Anda bermain api! Bukan kami yang marah, tapi rakyat juga marah!” (233a) “Intinya ada motif terstruktur dan massif untuk memilih pasangan tertentu dengan menjanjikan sejumlah uang! Karena itu, kami berharap panwaslu segera menindaklanjuti!” (234a) “Biar saja ikut bertanding anak bawang itu!” (235a) “Mari kita bertarung di putaran kedua!”
Dengan modus imperatif demikian, tuturan-tuturan tersebut semakin jelas memperlihatkan tingkat kesantunan lebih tidak santun. Selain itu, data tuturan jenis konfliktif cenderung singkat (dari segi panjang pendeknya tuturan) dan bersifat langsung menunjuk persoalan atau hal yang menjadi tujuan dan isi pembicaraan. Hal demikian turut mengindikasikan bahwa data tuturan tersebut memang pada dasarnya bertentangan dengan tujuan sosial (konfliktif).
4.3.3
Penanda Lingual Kesantunan Tuturan Aspek kesantunan tuturan sering juga ditemukan pada penanda lingual
yang dipakai di dalam setiap tuturan. Dari data tuturan penelitian ditemukan jenisjenis penanda lingual yang banyak dipakai di dalam tuturan calon gubernur, wakil gubernur, dan pendukung, yakni diksi atau pilihan kata; gaya bahasa; pronomina; dan modalitas. Oleh karena itu, di dalam setiap tuturan, sangat mungkin muncul beberapa jenis penanda lingual kesantunan sekaligus. Penggunaan penanda lingual kesantunan secara struktural melekat dengan jenis tindak tutur dan fungsi tuturan. Artinya, ada penanda lingual yang muncul di dalam tindak tutur konvivial dan kolaboratif, ada pula yang muncul di dalam tindak tutur kompetitif dan konfliktif. Penanda lingual yang digunakan penutur turut
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
187
mengindikasikan tingkat kesantunan tuturan: apakah tuturan tesebut santun, atau netral, atau tidak santun, atau lebih tidak santun. Dengan tuturan yang mengandung fungsi konvivial dan kolaboratif, sangat mungkin penutur menggunakan penanda lingual yang santun demi mempertegas tujuan menyenangkan atau bekerja sama sesuai dengan isi dan konteks tuturannya. Demikian juga, di dalam tuturan yang mengandung fungsi kompetitif dan konfliktif, penutur sangat mungkin menggunakan penanda lingual yang tidak santun agar mempertajam tujuan bersaing atau bertentangan dengan tujuan sosial sesuai dengan isi dan konteks tuturannya.
Penanda lingual kesantunan tuturan
diksi atau pilihan kata misalnya
dipakai untuk berbagai jenis tindak tutur. Penanda lingual diksi yang muncul di dalam tindak tutur konvivial dan kolaboratif dapat dicermati pada contoh-contoh berikut. (236) “Kaum Tionghoa adalah bagian dari kami karena kami lahir dan besar di Jakarta.” (Nachrowi Ramli) [IV/1.12.(a).(A)] Konteks: Nachrowi Ramli menyambut dukungan dari Yayasan Lestari Kebudayaan Tionghoa Indonesia. (Media Indonesia, 7 Juni 2012, hlm. 9). (236a) “Etnis Cina adalah bagian dari kami karena kami lahir dan besar di Jakarta.” (237) “Badan dunia saja akan memberi honor kepada relawan yang telah membantu kelancaran program kerjanya. Jadi, yang kami berikan itu honor kerja bagi yang bekerja sebagai tim sukses dan relawan bagi pemenangan Pak Alex-Pak Nono.” (Fatah Ramli, tim legal pasangan AlexNono) [I/2.25.(b).(A)] Konteks: Fatah Ramli menjelaskan perihal honor para tim suksesnya terkait adanya laporan dan dugaan politik uang yang dilakukan pasangan dan tim sukses tertentu. (Kompas, 7 Juli 2012, hlm. 26). (237a) “Badan dunia saja akan memberi upah kepada relawan yang telah membantu kelancaran program kerjanya. Jadi, yang kami berikan itu upah kerja bagi yang bekerja sebagai tim sukses dan relawan bagi pemenangan Pak Alex-Pak Nono.”
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
188
Penggunaan diksi Kaum Tionghoa pada tuturan (236) dirasa lebih santun jika dibandingkan dengan Etnis Cina (236a). Diksi Cina dalam konteks sosial politik Indonesia sangatlah diksriminatif. Karena itulah di dalam tindak tutur konvivial dengan ilokusi ekspresif meneguhkan tersebut, penutur lebih memilih kata Tionghoa. Demikian pun contoh tuturan (237), yaitu tindak tutur kolaboratif dengan ilokusi representatif menyimpulkan, pemilihan diksi honor jauh lebih santun maknanya dibandingkan dengan kata gaji, upah, atau sewa yang secara leksikal memiliki makna yang sama. Diksi honor lebih terhormat dan santun sesuai dengan konteks tuturan yang berkaitan dengan adanya laporan dan dugaan politik uang yang dilakukan pasangan dan tim sukses tertentu daripada diksi upah pada tuturan (237a). Penggunaan diksi santun demikian memenuhi strategi sopan santun positif di mana penutur berusaha menyampaikan tuturannya sesopan mungkin demi terjaganya keharmonisan dan penghormatan kepada mitra tutur. Penanda lingual diksi atau pilihan kata yang muncul di dalam tindak tutur kompetitif dengan ilokusi direktif mengkritik (238) dan tindak tutur konfliktif dengan ilokusi ekspresif menuduh (239) seperti pada contoh-contoh tuturan berikut. (238) “Korupsi dan kompromi politik dengan para cukong tidak membawa Jakarta berubah ke arah lebih baik.” (Faisal Basri). [III/1.29.(c).(A)] Konteks: Faisal Basri berdiskusi dengan para mahasiswa di Universitas Al-Ahzar, dengan tema “Siapa Pemimpin yang Layak bagi Jakarta 1 ke Depan” (Republika, 7 Juni 2012, hlm. 9). (238a) “Korupsi dan kompromi politik dengan para pengusaha tidak membawa Jakarta berubah ke arah lebih baik.” (239) “Kepemimpinan Foke lemah karena tidak bisa mengordinasikan wakilnya (Prajanto) sehingga ingin mengundurkan diri.” (Nono Sampono) [III/1.54.(d).(A)] Konteks: Nono Sampono mengomentari kepemimpinan Foke yang dinilai tidak berhasil di DKI Jakarta. (Republika, 20 Juni 2012, hlm. 21).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
189
(239a) “Kepemimpinan Foke kurang bijak karena tidak bisa mengordinasikan wakilnya (Prajanto) sehingga ingin mengundurkan diri.”
Penggunaan kata cukong pada tuturan (238) sering dipakai dalam nuansa makna negatif. Meskipun secara leksikal, arti kata cukong, yaitu orang yang memiliki uang banyak yang menyediakan dana atau modal yang diperlukan untuk suatu usaha atau kegiatan orang lain, sebenarnya positif. Kata cukong lebih rendah maknanya dibandingkan dengan pemodal atau pemilik modal atau pengusaha. Hal ini semakin dipertegas oleh keseluruhan proposisi tuturan (238) tersebut. Bandingkan dengan contoh tuturan (238a) yang menggunakan diksi pengusaha sebagai alternatif pengganti kata cukong. Di dalam tuturan (239), diksi lemah bermakna –kuat atau –bertenaga. Penutur bertujuan menuduh kepemimpinan Foke lemah. Hal ini sesuai dengan keseluruhan proposisi kalimat tuturan dan konteks tuturan (239) tersebut. Bandingkan pula dengan pilihan kata kurang bijak untuk menggantikan diksi lemah pada tuturan (239a).
Tuturan (238a) dan (239a) merupakan kemungkinan pilihan kata yang
mendukung strategi sopan santun negatif. Meskipun dari segi fungsi tuturan penggantian diksi tidak mengubah tujuan konfliktif, strategi sopan santun negatif justru bisa terpenuhi. Dengan pilihan kata tersebut, ilokusi mengkritik dan menuduh itu diperhalus demi mengurangi ketidaksopanan tuturan.
Gaya bahasa juga banyak ditemukan di dalam tuturan calon gubernur, wakil gubernur, dan pendukung. Ada gaya bahasa yang dipersepsi santun atau netral
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
190
sesuai dengan jenis tindak tutur dan fungsi tuturannya, ada pula gaya bahasa yang dipersepsi tidak santun atau lebih tidak santun. Hal ini mencerminkan bahwa aspek gaya bahasa memang memberikan daya pengaruh terhadap tujuan dan maksud tuturan. Dari penelitian ini ditemukan beberapa gaya bahasa yang digunakan, seperti metafora, eufemisme, sinekdoke, ironi, hiperbola, paradoks, personifikasi, dan metonomia. Penggunaan gaya bahasa seperti ini serentak memperjelas tujuan dan maksud penutur di dalam tuturannya. (240) “Tidak akan ada lagi walikota sehebat Jokowi. Dialah pemimpin yang sederhana dan dekat dengan rakyatnya.” (Surati, pedangan ayam di Pasar Gede, Solo) [V/2.38.(a).(B)] Konteks: Surati, warga Solo, menanggapi kemenangan pasangan Jokowi-Ahok pada penghitungan cepat. (Jawa Pos, 12 Juli 2012, hlm. 11). (241) “Sebelumnya, mereka belum sadar, akhirnya sekarang telah dikembalikan ke jalan yang benar dan melakukan pilihan yang tepat.” (Nachrowi Ramli) [III/1.70.(b).(B)] Konteks: Nachrowi menyambut dukungan Partai Karya Pembangunan dan tiga partai lainnya (Republika, 29 Juni 2012, hlm. 17). (242) “Secara ketentuan, kalau DPT sudah ditetapkan, tidak akan bisa diubah lagi. Tetapi dugaan kecurangan tetap tidak diperhatikan KPU DKI. Mereka seolah menutup mata dengan karut-marutnya data DPT.” (M. Taufik, Ketua tim sukses Jokowi-Ahok) [IV/1.8.(d).(B)] Konteks: M.Taufik mempersoalkan DPT yang belum diselesaikan oleh KPUD Jakarta. (Media Indonesia, 6 Juni 2012, hlm. 9).
Pada tuturan (240), terdapat gaya bahasa hiperbola. Fungsi tuturannya adalah menyenangkan mitra tutur dengan ilokusi ekspresif menyanjung. Tindakan menyanjung diformulasikan dengan gaya bahasa hiperbola di dalam keseluruhan proposisi kalimat tuturan tersebut. Gaya bahasa eufemisme terdapat pada tuturan (241) dan (242). Penutur memakai frasa dikembalikan ke jalan yang benar untuk menghaluskan “bertobat”, dan seolah menutup mata untuk “melihat tetapi tidak melihat atau pura-pura tidak melihat”. Dengan gaya bahasa eufemisme, penutur ingin menghindari cara bertutur yang menurunkan derajat mitra tutur.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
191
Penggunaan pronomina di dalam tuturan juga menandakan kesantunan tuturan tersebut. Penutur memakai pronomina saya untuk mempertegas tujuan tuturannya. Namun, pronomina saya dapat berubah menjadi kami ketika penutur mengambil sikap sebagai pribadi yang mewakili lembaga, partai, atau institusi tertentu. Perubahan pemakaian pronomina saya menjadi kami adalah hal yang wajar dalam konteks komunikasi politik yang melibatkan pribadi sebagai bagian penting dari ikatan sosial-politik yang diwakilinya. Misalnya pada data tuturan berikut. (243) “Saya bebaskan mereka pilih siapa pun.” (Hendardji Soepandji) [II/2.39.(a).(C)] Konteks: Hendardji Soepandji menegaskan sikap politiknya menghadapi putaran kedua. (Koran Tempo, 13 Juli 2012, hlm. A1). (244) “Kami memberikan ini agar ICW bisa berani mengawasi korupsi pemilu kada, bisa menolak godaan, dan punya nyali. Supaya ICW jangan jadi „Indonesian Commentator Watch‟.” (Hendardji Soepandji) [IV/1.20.(c).(D)] Konteks: Hendardji Soepandji bertemu dengan ICW dan memberikan tiga cendera mata: „pil berani‟, „jamu tolak angin‟, dan „suntikan tambah nyali‟. (Media Indonesia, 13 Juni 2012, hlm. 7).
Pada tuturan (243), penutur bertutur sebagai pribadi, tetapi pada tuturan (244), penutur bertutur mewakili pasangan calon gubernur dan wakil gubernur. Perubahan penggunaan pronomina yang dipakai penutur yang sama mengindikasikan dominasi dan otoritas penutur terhadap isi tuturannya, juga mengenai tujuan tuturannya.
Penanda lingual kesantunan yang hampir selalu muncul di dalam tuturan calon gubernur, wakil gubernur, dan pendukung adalah modalitas atau keterangan modalitas, yakni modalitas kepastian atau kebenaran, modalitas keharusan, dan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
192
modalitas izin. Modalitas kebenaran, seperti tidak pernah, yakin, yakin ada, masih, masih belum, pasti, sudah ada, tidak ada, sudah tidak, dan tidak mungkin mengindikasikan
atau menyatakan secara tidak langsung suatu komitmen pada
kebenaran dari suatu proposisi dan makna yang diutarakan penutur. Skala kebenaran dari modalitas pada tuturan-tuturan tersebut disertai predikasi ada dan kata ingkar tidak yang secara gramatikal mempertegas isi kebenaran tuturan. Jika dicermati sungguh-sungguh, tingkat kepastian modalitas di dalam setiap tuturan juga semakin jelas terlihat dalam keseluruhan propsisi kalimat tuturan sesuai dengan jenis tindak tutur, fungsi tuturan, dan konteks tuturannya. Pada tindak tutur konvivial dan kolaboratif, penggunaan modalitas kebenaran mendukung tingkat kesantunan santun dan netralnya tuturan, sedangkan pada tindak tutur kompetitif dan konfliktif, penggunaan modalitas kebenaran mempertegas tingkat kesantunan tidak santun dan lebih tidak santunnya tuturan. Hal ini dapat dicermati pada contoh tuturan berikut. (245) “Saya yakin pendukung kami tidak mengharapkan politik uang.” (Nachrowi Ramli) [III/2.31.(a).(D)] Konteks: Nachorwi Ramli mengharapkan pilkada DKI Jakarta berlangsung damai, dan warga memilih dengan hati nurani. (Republika, 11 Juli 2012, hlm. 1). (246) “Temuan itu membuat kami yakin ada pelanggaran hukum dalam penyusunan DPT.” (Rois Handayani, Kordinator Advokasi Tim Kampanye Hidayat-Didik). [I/1.2.(d).(D)] Konteks: Rois Handayani bersama 5 tim pasangan calon lain menolak DPT yang dikeluarkan KPU yang terkesan amburadul. Timnya menemukan data 44.696 pemilih yang di antaranya bernama, bertanggal lahir, dan beralamat sama, tetapi berbeda NIK (Kompas, 5 Juni 2012, hlm. 25).
Selain modalitas kebenaran atau kepastian, di dalam tuturan juga sering muncul modalitas keharusan. Modalitas keharusan biasanya ditandai dengan penggunaan kata-kata seperti: harus, wajib, seharusnya, atau bentuk negasi tidak
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
193
harus, tidak wajib, tidak seharusnya. Dengan modalitas keharusan, penutur menetapkan bahwa sesuatu yang diutarakan atau maksud tuturannya seharusnya atau tidak seharusnya terjadi atau dilakukan oleh mitra tutur. Kesantunan tuturan yang memakai modalitas keharusan dipersepsi dari segi sejauh mana mitra tutur memiliki atau tidak memiliki peluang untuk memilih alternatif lain dalam tindakan sesuai dengan isi tuturan. Mitra tutur berpotensi kehilangan muka di hadapan penutur jika tidak memiliki peluang lain untuk melakukan sesuatu sesuai dengan isi tuturan penutur. Fakta ini terdapat pada tindak tutur kompetitif dan konfliktif yang pada dasarnya mengandung tingkat kesantunan tidak santun dan lebih tidak santun seperti pada contoh tuturan berikut. (247) “Semestinya pemprov merangkul wong cilik. Penundaan pemberlakukan perda pajak warteg tidak menyelesaikan masalah. Kalau saya jadi gubernur, akan saya cabut perda itu.” (Hidayat Nurwahid) [IV/2.18.(c).(D)] Konteks: Hidayat Nur Wahid berkampanye dengan mendatangi warung tegal (warteg) di Jalan Bangka Raya, Mampang, Jakarta Selatan. (Media Indonesia, 4 Juli 2012, hlm. 7). (248) “Pemilihan gubernur ini harus menjadi teladan bagi seluruh Indonesia. Karena itu, harus benar-benar jujur dan adil.” (Hidayat Nur Wahid) [V/2.25.(c).(D)] Konteks: Hidayat dan Jokowi sepakat mengawal proses pilkada sampai selesai. (Jawa Pos, 12 Juli 2012, hlm. 11).
Namun, ada juga jenis modalitas keharusan yang menunjukkan tingkat kesantunan santun pada tindak tutur konvivial dengan ilokusi ekspresif mengajak dan tingkat kesantunan netral pada tindak tutur kolaboratif dengan ilokusi representatif menyatakan, menyatakan pendapat, menjelaskan, dan sebagainya seperti pada contoh data tuturan berikut. (249) “Kita harus bersikap bijaksana dan tenang karena sejarah membuktikan bahwa pada saatnya orang yang benar yang akan menang.” (Boy Sadikin, ketua tim sukses Jokowi-Ahok) [IV/2.51.(a).(D)]
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
194
Konteks: Boy Sadikin menanggapi tuduhan kubu Jokowi-Ahok menjalankan politik uang. (Media Indonesia, 16 Juli 2012, hlm. 7). (250) “Persoalan macam ini sebaiknya diselesaikan musyawarah saja sebab tidak ada peraturannya.” (Jali Simbolon, Tim sukses Faisal-Biem) [IV/1.3.(b).(D)] Konteks: Jali Simbolon menanggapi persoalan tagline iklan „berkumis‟ anatara kubu Foke-Nara dan Hendardji-Riza (Media Indonesia, 1 Juni 2012, hlm. 7).
Tuturan dengan penanda modalitas izin umumnya berisi pernyataan berupa pendapat sehingga seringkali dikategorikan netral dari segi sopan santun, seperti contoh tuturan berikut. (251) “Gubernur itu tidak boleh angkat staf ahli untuk menjadi juru bicara, misalnya. Bisa kena periksa BPK karena uang APBD tidak boleh untuk itu.” (Fauzi Bowo) [III/3.3.(b).(D)] Konteks: Fauzi Bowo berkomitmen menjalankan tugasnya sebagai Gubernur DKI Jakarta. (Republika, 4 Agustus 2012, hlm. 3). (252) “Saya tidak bisa memastikan itu benar dari Fauzi Bowo atau tidak. Tapi, kalau ada orang yang meng-SMS atau orang minta ketemu, itu biasa. Saya tak bisa memastikan apakah mereka benar diutus atau tidak.” (Hidayat Nur Wahid) [III/2.49.(b).(D)] Konteks: Hidayat Nur Wahid mengaku ada yang menghubunginya pascapengumuman hasil penghitungan cepat berbagai lembaga. (Republika, 14 Juli 2012, hlm.1).
Di dalam tindak tutur kompetitif dan konfliktif, penggunaan modalitas izin justru mempertegas tingkat kesantunan tidak santun dan lebih tidak santunnya tuturan, seperti contoh tuturan (253) berikut yang mengandung fungsi bersaing dengan tujuan sosial, misalnya dalam ilokusi direktif mengkritik. (253) “Kami memberikan ini agar ICW bisa berani mengawasi korupsi pemilu kada, bisa menolak godaan, dan punya nyali. Supaya ICW jangan jadi „Indonesian Commentator Watch‟.” (Hendardji Soepandji) [IV/1.20.(c).(D)] Konteks: Hendardji Soepandji bertemu dengan ICW dan memberikan tiga cendera mata: „pil berani‟, „jamu tolak angin‟, dan „suntikan tambah nyali‟. (Media Indonesia, 13 Juni 2012, hlm. 7).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB V PENUTUP
Pada bab ini diuraikan dua hal, yaitu (1) simpulan dan (2) saran. Simpulan berisi rangkuman atas keseluruhan penelitian ini. Saran berisi hal-hal yang perlu demi penelitian lanjutan.
5.1
Simpulan Penelitian ini telah telah membahas 3 masalah pokok, yaitu jenis-jenis tindak
tutur, tingkat kesantunan tuturan, dan penanda lingual kesantunan tuturan calon gubernur, calon wakil gubernur, dan para pendukung dalam berita pemilukada Provinsi DKI Jakarta tahun 2012 di beberapa surat kabar nasional. Kesimpulan yang dapat diambil dari temuan penelitian ini adalah: a. Terdapat 4 jenis tindak tutur dari tuturan calon gubernur, calon wakil gubernur, dan para pendukung di dalam berita pemilukada Provinsi DKI Jakarta tahun 2012 dalam beberapa surat kabar nasional. Keempat jenis tindak tutur itu adalah (1) konvivial dengan ilokusi ekspresif, direktif, dan komisif; (2) kolaboratif dengan ilokusi representatif; (3) kompetitif dengan ilokusi direktif; dan (4) konfliktif dengan ilokusi ekspresif. Keempat jenis tindak tutur dengan berbagai ilokusi ini terwujud dalam berbagai bentuk tuturan yang menyatakan fungsi atau tujuan tuturan itu disampaikan oleh penutur, yakni menyenangkan, bekerja sama, berkompetisi, dan bersaing dengan tujuan sosial.
195
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
196
b. Tingkat kesantunan tuturan calon gubernur, calon wakil gubernur, dan para pendukung secara umum dikaji dari segi jenis tindak tutur yang muncul dari setiap tuturan. Jenis-jenis tindak tutur tersebut serentak mengindikasikan tingkat kesantunan tuturan, yakni santun untuk tindak tutur konvivial; netral untuk tindak tutur kolaboratif; tidak santun untuk tindak tutur kompetitif; dan lebih tidak santun untuk tindak tutur konfliktif. Dari segi jumlah tindak tutur yang muncul dari semua pasangan calon gubernur dan wakil gubernur serta pendukung, tingkat kesantunan tuturan dari yang terbanyak berturut-turut adalah tingkat netral, tingkat tidak santun, tingkat santun, dan tingkat lebih tidak santun. Untuk masing-masing pasangan calon dan pendukung terdapat tingkat kesantunan yang berbeda sesuai jumlah jenis tindak tutur yang digunakan di dalam tuturan. Secara umum dapat dikatakan bahwa tingkat kesantunan tuturan calon gubernur, wakil gubernur, dan para pendukung yang dikategorikan santun atau lebih santun dari pasangan lainnya adalah tuturan pasangan Foke-Nara; kemudian pasangan Hendardji-Riza dan pasangan FaisalBiem; pasangan Alex-Nono dan pasangan Hidayat-Didik; dan terakhir pasangan Jokowi-Ahok. c. Penanda lingual kesantunan tuturan yang ditemukan dari data tuturan calon gubernur, calon wakil gubernur, dan para pendukung yaitu (1) diksi atau pilihan kata, (2) gaya bahasa, (3) pronomina, dan (4) modalitas. Di dalam setiap tuturan, sangat mungkin munculnya beberapa penanda lingual kesantunan sekaligus. Persepsi kesantunan dari setiap penanda lingual pada dasarnya terkait
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
197
erat dengan jenis tindak tutur yang digunakan penutur. Pada jenis tindak tutur kolaboratif dan konvivial, penanda-penanda lingual yang digunakan umumnya memenuhi tingkat kesantunan netral dan santun, dan pada jenis tindak tutur kompetitif dan konfliktif, penanda-penanda lingual yang dipakai umumnya juga memenuhi tingkat kesantunan tidak santun dan lebih tidak santun. Dengan demikian, setiap penanda lingual kesantunan tidak serta merta berdiri sendiri untuk mengindikasikan santun atau tidak santunnya tuturan, tetapi penggunaan penanda-penanda lingual itu secara intrinsik tetaplah terikat pada jenis tindak tutur, fungsi atau tujuan tuturan, dan konteks tuturan secara keseluruhan.
5.2
Saran Penelitian ini tentu memiliki banyak keterbatasan. Untuk itu, peneliti
memberikan 3 saran, yaitu (1) untuk penelitian lanjutan, (2) untuk guru, (3) untuk pelajar dan mahasiswa. Ketiga saran tersebut akan dijelaskan sebagai berikut.
5.2.1
Penelitian Lanjutan
a) Penelitian ini membahas jenis-jenis tindak tutur, tingkat kesantunan tuturan, dan penanda lingual kesantunan tuturan calon gubernur, wakil gubernur, dan para pendukung di dalam berita beberapa surat kabar nasional dalam konteks Pemilukada Provinsi DKI Jakarta. Peneliti lain dapat mengembangkan topiktopik tersebut secara khusus dengan menguraikan jenis tindak tutur, tingkat
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
198
kesantunan, dan penanda lingual kesantunan tuturan dari setiap pasangan calon gubernur, wakil gubernur, dan para pendukung. b) Penelitian ini masih secara umum mendeskripsikan tuturan calon gubernur, wakil gubernur, dan para pendukung di dalam berita beberapa surat kabar nasional dalam konteks Pemilukada Provinsi DKI Jakarta dari sudut pandang pragmatik. Peneliti lain dapat menggunakan data tuturan yang tersedia untuk menjelaskan
fenomena
tersebut
dari
sudut
pandang
lain,
misalnya
sosiopragmatik atau sosiolinguistik. Dengan itu, deskripsi tentang jenis tindak tutur dan tingkat kesantunan tuturan dari penelitian ini dapat dilengkapi terutama untuk membedah jenis tindak tutur dan tingkat kesantunan tuturan untuk setiap pasangan calon gubernur dan wakil gubernur dan pendukung. c) Pembahasan tentang penanda lingual kesantunan terfokus pada empat jenis penanda lingual, yakni diksi, gaya bahasa, pronomina, dan modalitas. Peneliti lain dapat mengkaji jenis-jenis penanda lingual kesantunan lainnya, termasuk juga penanda nonlingual kesantunan, yang terdapat di dalam data tuturan yang tersedia di dalam penelitian ini. Selain itu, peneliti lain dapat menganalisis kecenderungan
penggunaan
penanda
lingual
kesantunan,
baik
yang
mengindikasikan tingkat kesantunan santun maupun yang menunjukkan tingkat kesantunan tidak santun, sehingga pembahasan tentang jenis-jenis penanda lingual yang santun dapat dibedakan dari jenis-jenis penanda lingual yang tidak santun dari setiap data tuturan yang tersedia.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
5.2.2
199
Guru Para guru dapat menjadikan contoh-contoh dalam penelitian ini sebagai
referensi dalam pembelajaran tentang wacana yang sesuai dengan materi pembelajaran di sekolah menengah. Wacana tindak tutur dapat dijadikan contoh untuk menjelaskan jenis-jenis tindak tutur, tingkat kesantunan tuturan, dan penanda lingual kesantunan kepada siswa sesuai dengan konteks pembelajaran yang tersedia. Dengan itu, guru sekaligus dapat menempatkan aspek kesantunan sebagai salah satu indikator pembelajaran.
5.2.3
Pelajar dan Mahasiswa Para pelajar dan mahasiswa bahasa dan sastra Indonesia sebagai insan
terdidik dapat mengenal dan memahami betapa pentingnya aspek kesantunan dalam bertutur atau berkomunikasi. Pemahaman tentang jenis-jenis tindak tutur, tingkat kesantunan, dan penanda lingual kesantunan tuturan calon gubernur dan wakil gubernur Provinsi DKI Jakarta dan para pendukung dalam berita surat kabar nasional yang terdapat di dalam penelitian ini dapat menjadi masukan bagi pelajar dan mahasiswa agar dapat menerapkan tindak tutur dan kesantunan tuturan secara tepat dan bijak di dalam komunikasi sehari-hari.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
DAFTAR PUSTAKA
Alwi, Hasan, dkk. 2003. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka. Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. Aslinda dan Leni Syafyahya. 2007. Pengantar Sosiolinguistik. Bandung: PT Refika Aditama. Badara, Aris. 2012. Analisis Wacana: Teori, Metode, dan Penerapannya pada Wacana Media. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Baryadi, I. Praptomo. 2005. “Teori Sopan Santun Berbahasa”. Dalam Pranowo, dkk (Editor). Bahasa, Sastra, dan Pengajarannya. Yogyakarta: Sanata Dharma University Press. _______________. 2012. Bahasa, Kekuasaan, dan Kekerasan. Yogyakarta: Penerbit Universitas Sanata Dharma. Chaer, Abdul. 2010. Kesantunan Berbahasa. Jakarta: Rineka Cipta. Danesi, Marcel. 2002. Pengantar Memahami Semiotika Media. Diterjemahkan oleh A. Gunawan Admiranto. Jalasutra: Yogyakarta. Eryanto. 2006. Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media. Yogyakarta: LKiS Yogyakarta. Gunarwan, Asim. 1992. “Persepsi Kesantunan Direktif di Dalam Bahasa Indonesia di antara Beberapa Kelompok Etnik Jakarta”. Dalam Bambang Kaswanti Purwo (Penyunting). PELLBA 5: Bahasa Budaya. Jakarta: Unika Atma Jaya. ______________. 1994. “Kesantunan Negatif di Kalangan Dwibahasawan IndonesiaJawa di Jakarta: Kajian Sosiopragmatik”. Dalam Bambang Kaswanti Purwo (Penyunting). PELLBA 7: Analisis Klausa, Pragmatik Wacana, Pengkomputeran Bahasa. Jakarta: Unika Atma Jaya. Jauhari, Edy. 2009. “Wacana Politik dalam Kampanye Pilpres 2009: Kajian Tindak Tutur”. Dalam P. Ari Subagyo dan Sudartomo Macaryus (Editor). Peneroka Hakikat Bahasa. Yogyakarta: Penerbit Universitas Sanata Dharma. Jorgensen, Marianne W. dan Louise J. Philips. 2007. Analisis Wacana: Teori dan Metode. Diterjemahkan oleh Abdul Syukur Ibrahim (Ed.). Malang: Pustaka Pelajar. Keraf, Gorys. 2008. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
200
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
201
Leech, Geoffrey. 1983. Principles of Pragmatics. London: Longman. _____________. 1993. Prinsip-prinsip Pragmatik. Diterjemahkan oleh M.D.D. Oka. Jakarta: Universitas Indonesia. Mahsun, M.S. 2007. Metode Penelitian Bahasa: Tahapan Strategi, Metode, dan Tekniknya. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Moeliono, Anton. M. 1989. Kembara Bahasa: Kumpulan Karangan Tersebar. Jakarta: PT Gramedia. Moleong, Lexy. 2006. Metode Penelitian Kualitatif. Edisi Revisi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Nadar, F.X. 2009. Pragmatik dan Penelitian Pragmatik. Yogyakarta: Graha Ilmu. Nirmala, Deli. 2009. “Metafora Konseptual Tentang Pemilu Legislatif 2009 Dalam Surat Pembaca Di Harian Suara Merdeka, Wawasan, dan Kompas”. Dalam P. Ari Subagyo dan Sudartomo Macaryus (Editor). Peneroka Hakikat Bahasa. Yogyakarta: Penerbit Universitas Sanata Dharma. Pranowo. 2009. Berbahasa Secara Santun. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Rahardi, R. Kunjana. 2003. Berkenalan dengan Ilmu Bahasa Pragmatik. Malang: Dioma. ________________. 2005. Pragmatik, Kesantunan Imperatif Jakarta: Erlangga.
Bahasa Indonesia.
________________. 2009. Sosiopragmatik. Jakarta: Erlangga. ________________. 2011. “Interpretasi Konteks Pragmatik dalam Pemelajaran Bahasa”. Literasi, No.2, Desember. Jember: Universitas Jember. Sarwoyo, Ventianus. 2009. “Tindak Ilokusi dan Penanda Kesantunan Tuturan di Dalam Surat Kabar”. Skripsi. Yogyakarta: PBSID Universitas Sanata Dharma. Soewandi, A.M. Slamet. 2007. “Handout Penelitian Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia”. Yogyakarta: PBSID-FKIP Universitas Sanata Dharma. Subagyo, P. Ari. 2000. “Wacana Pojok: Cara Mengkritik Khas Surat Kabar Indonesia”. Dalam P.J. Suwarno dan B. Rahmanto (Editor). Sejarah dan Bahasa dalam Membangun Integrasi Bangsa Menuju Milenium Ketiga. Yogyakarta: Penerbitan Universitas Sanata Dharma. Sudaryanto. 1993. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa, Pengantar Penelitian Wahana Kebudayaan Secara Linguistis. Yogyakarta: Duta Wacana University Press. Sudiati, V. dan A. Widyamartaya. 1996. Kreatif Berbahasa Menuju Keterampilan Pragmatik. Yogyakarta: Kanisius.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
202
Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D. Bandung: Alfabeta. Sularto, St. 2007. Kompas Menulis dari Dalam. Jakarta: Penerbit Buku Kompas. Suwardi, Harsono. 1993. Peranan Pers dalam Politik di Indonesia. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan. Thomas, Linda dan Shan Wareing. 1999. Bahasa, Masyarakat, dan Kekuasaan. Diterjemahkan oleh Abdul Syukur Ibrahim (Ed.). 2007. Malang: Pustaka Pelajar. Widharyanto, B. 2000. “Manifestasi Perspektif Pemberitaan Surat Kabar Indonesia pada Akhir Era Orde Baru ke Dalam Strategi Penyajian Informasi dan Bentuk-bentuk Ekspresi Bahasa”. Disertasi. Malang: Universitas Negeri Malang. Wijana, I Dewa Putu. 1996. Dasar-dasar Pragmatik. Yogyakarta: Andi Offset _________________ dan Muhammad Rohmadi. 2011. Analisis Wacana Pragmatik, Kajian Teori dan Analisis. Yogyakarta: Yuma Pustaka. Yule, George. 1996. Pragmatik. Diterjemahkan oleh Indah Fajar Wahyuni dan Rombe Mustajab. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Yusuf, Iwan Awaludin. 2013. “Bisnis Surat Kabar, Masih Menjanjikankah?” dalam http://bincangmedia.wordpress.com. Diakses pada tanggal 23 Maret 2013.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
LAMPIRAN 1: KARTU DATA UTAMA
203
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI LAMPIRAN 1: KARTU DATA UTAMA Kartu Data Utama: Tuturan di Dalam Berita Kompas Bulan Juni No Data Tuturan
Konteks Tuturan
Jenis Tindak Tutur Kompetitif Ilokusi direktif (memprotes)
Tingkat Kesantunan Tidak santun
Penanda Lingual Kesantunan Diksi: keberatan Pronomina: kami
1
“Kami keberatan dengan pleno hari ini.” (Denny Iskandar, Tim Sukses Joko-Basuki)
Denny Iskandar, tim sukses Joko-Basuki menolak penetapan DPT oleh KPU (Kompas, 3 Juni 2012, hlm.2)
2
“Temuan itu membuat kami yakin ada pelanggaran hukum dalam penyusunan DPT.” (Rois Handayani, Kordinator Advokasi Tim Kampanye Hidayat-Didik)
Konfliktif Ilokusi ekspresif (menuduh)
Lebih tidak santun
Modalitas: yakin Pronomina: kami
3
“Ini membuktikan DPT tidak valid dan ada pelanggaran hukum.” (Denny Iskandar - Tim Sukses Joko-Basuki)
Konflktif Ilokusi ekspresif (menuduh)
Lebih tidak santun
Modalitas: tidak…, Diksi: pelanggaran hukum
4
“Saya ingin keterbukaan ini juga dilakukan yang lain.” (Jokowi)
Diksi: keterbukaan Modalitas: ingin
“Pemeriksaan ini bagus. Sejak awal saya sudah menginginkan keterbukaan. Saya pun tidak pernah menutup-nutupi. Saya ingin semua calon diperlakukan adil dan jujur.” (Hendardji Soepandji) “Ada teknik pelaporan yang belum pas. Tidak ada maksud saya mengecilkan nilai kekayaan. Penghitungan itu berbeda karena ada kesalahan memasukkan aset. Saya menilai angka yang disebut KPK adalah wajar, sesuai dengan kenyataan.” (Biem Benjamin) “Hasil yang ditemukan KPU ini menunjukkan bahwa temuan kami saat rapat
Kompetitif Ilokusi direktif (meminta) Kompetitif Ilokusi direktif (meminta)
Tidak santun
5
Rois Handayani bersama 5 tim pasangan calon lain menolak DPT yang dikeluarkan KPU yang terkesan amburadul. Timnya menemukan data 44.696 pemilih yang di antaranya bernama, bertanggal lahir, dan beralamat sama, tetapi berbeda NIK (Kompas, 5 Juni 2012, hlm. 25) Denny Iskandar bersama 5 tim pasangan calon lain menolak DPT yang dikeluarkan KPU yang terkesan amburadul. Tim ini menemukan 382 pemilih yang dianggap bermasalah secara acak (Kompas, 5 Juni 2012, hlm. 25) Jokowi memberikan pernyataan terkait pemeriksaan kekayaan oleh KPK (Kompas, 6 Juni 2012, hlm. 26) Hendardji Soepandji memberikan pernyataan terkait pemeriksaan kekayaan oleh KPK (Kompas, 6 Juni 2012, hlm. 26)
Tidak santun
Diksi: keterbukaan Modalitas: ingin; tidak pernah
Biem Benjamin memberikan pernyataan terkait pemeriksaan kekayaan oleh KPK (Kompas, 7 Juni 2012, hlm. 27)
Kolaboratif Ilokusi representatif (menjelaskan)
Netral
Diksi: mengecilkan nilai Modalitas: belum
Rois Hadyana memberikan pernyataanterkait daftar pemilih tetap (DPT)
Kolaboratif Ilokusi representatif
Netral
Diksi: mengada-ada Modalitas: tidak..
6
7
204
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
8
9
10
pleno 2 Juni lalu tidak mengada-ada. Kami tidak bermaksud menggagalkan tahapan pilkada.” (Rois Hadyana, Tim Sukses pasangan Hidayat-Didik) “Akan ada masalah bila akurasi data pemilih ini rendah karena ada potensi pelanggaran dalam bentuk penggelembungan suara.” (Sirra Prayuna, tim advokasi pasangan Jokowi-Basuki). “Idealnya, DPT tidak ditetapkan terburuburu sehingga mencegah persoalan yang terjadi sekarang.” (Reinhard Parapat, Koordinator legal pasangan Faisal-Biem) “Saya tidak pernah memiliki usaha apa pun. Kalau ada pejabat masih punya bisnis, itu kuno.” (Fauzi Bowo)
11
“Tanya yang memeriksa dong.” (Fauzi Bowo)
12
“Kami belum mendapatkan informasi dari KPU tentang 14.000 pemilih yang akan ditandai. Kami usul agar KPU mencari solusi bersama dengan bertemu tim sukses setiap pasangan calon.” (Reinhard Parapat, Koordinator legal pasangan Faisal-Biem) “Jokowi telah mengajukan cuti kepada Gubernur Jawa Tengah. Namun, hingga kini surat izin itu belum ditandatangani gubernur.” (Maringan Pangaribuan, juru bicara tim sukses Jokowi-Ahok) “Kami mengadukan keduanya karena dalam melaksanakan tugas mereka tidak profesional. Keputusan yang dihasilkan juga tidak mengandung kepastian hukum. Ini terlihat dari tidak akuratnya data daftar pemilih tetap (DPT).” (Sirra Prayuna, Tim sukses pasangan Jokowi-Basuki). “Karena itu, kami beranggapan bahwa DPT
13
14
15
yang belum diserahkan oleh KPU padahal mereka telah menyampaikan kepada KPU (Kompas, 8 Juni 2012, hlm. 27)
(menjelaskan)
Sirra Prayuna meminta penangguhan data daftar penduduk potensial pemilih (DP4) yang dipakai KPU untuk pemilukada (Kompas, 11 Juni 2012, hlm. 27)
Kompetitif Ilokusi direktif (melarang)
Tidak santun
Modalitas: akan…
Reinhard Parapat meminta penangguhan data daftar penduduk potensial pemilih (DP4) yang dipakai KPU untuk pemilukada (Kompas, 11 Juni 2012, hlm. 27) Fauzi Bowo menyampaikan data kekayaannya terkait verifikasi harta kekayaan oleh KPK (Kompas, 13 Juni 2012, hlm. 25) Fauzi Bowo meminta awak media menanyakan langsung kepada KPK terkait verifikasi harta kekayaannya (Kompas, 13 Juni 2012, hlm. 25) Reinhard Parapat memberi keterangan terkait penandaan DPT oleh KPU (Kompas, 14 Juni 2012, hlm. 27)
Kompetitif Ilokusi direktif (meminta)
Tidak santun
Diksi: terburu-buru Modalitas: tidak…
Kolaboratif Ilokusi representatif (menyatakan)
Netral
Modalitas: tidak pernah
Kompetitif Ilokusi direktif (menyuruh)
Tidak santun
Diksi: tanya (imperatif suruhan)
Kolaboratif Ilokusi representatif (menginformasikan)
Netral
Modalitas: belum
Mariangan Pangaribuan memberi keterangan tentang izin cuti Jokowi selaku Walikota Solo (Kompas, 18 Juni 2012, hlm. 25)
Kolaboratif Ilokusi representatif (menginformasikan)
Netral
Modalitas: telah…
Sirra Prayuna mengomentari dan mengadukan KPU karena data DPT belum akurat (Kompas, 22 Juni 2012, hlm. 26)
Kompetitif Ilokusi direktif (mengkritik)
Tidak santun
Diksi: profesional, mengandung kepastian hukum Modalitas: tidak..
Agus Otto mengomentari dan mengadukan
Kompetitif
Tidak santun
Diksi: beranggapan..
205
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
16
dalam bentuk soft copy yang diberikan kepada kami tidak sah karena hanya berbentuk lampiran saja, tanpa ada SK. Kalau begini, bisa saja DPT yang digunakan di lapangan berbeda dengan data yang kami terima.” (Agus Otto, Tim pasangan HidayatDidik) “Saya ingin Jakarta seperti jazz. Setiap warganya ikut aktif bermain.” (Fauzi Bowo)
17
“Saya tidak mau ambil pusing orang bilang apa.” (Fauzi Bowo)
18
“Apa Anda bisa enggak bertepuk sebelah tangan? Jelas enggak bisa, kan. Begitu juga saya. Apa yang dicapai ini semuanya atas dukungan kolega saya. Bahwa di antaranya ada yang tidak mendukung, ya, tidak apa-apa juga. Sah, sah saja.” (Fauzi Bowo) “Iklim ini harus dijaga terus, jangan ada ribut-ribut di antara kelompok masyarakat. Sosialisasi mengenai progam harus terus dilakukan.” (Fauzi Bowo). “Ada banyak persoalan yang harus dibenahi di Jakarta. Kita semua mau bekerja membenahinya. Namun, kita harus tahu, yang mana dulu yang harus dibenahi.” (Nachrowi Ramli) “Komunikasi yang baik adalah kuncinya. Harus ada pembagian tugas jelas. Namun, kalau tanggung jawab tidak boleh dibagi. Itu milik gubernur.” (Nachrowi Ramli) “Donasi ini tidak mengikat dan ada kesepakatan tidak memublikasikan namanya. Mereka juga siap mengklarifikasi jika dilakukan audit keuangan.” (Andi Dharmawan, koordinator keuangan pasangan
19
20
21
22
KPU karena data DPT belum akurat (Kompas, 22 Juni 2012, hlm. 26)
Ilokusi direktif (mengkritik)
Fauzi Bowo menanggapi pertanyaan awak media dalam wawancara profil pasangan calon gubernur Provinsi DKI Jakarta (Kompas, 25 Juni 2012, hlm. 37). Fauzi Bowo menanggapi komentar orang tentang gaya kepemimpinannya dalam wawancara profil pasangan calon gubernur Provinsi DKI Jakarta (Kompas, 25 Juni 2012, hlm. 37). Fauzi Bowo memberikan keterangan perihal kinerja dan kesuksesannya selama memimpin Provinsi DKI Jakarta (Kompas, 25 Juni 2012, hlm. 39).
Kompetitif Ilokusi direktif (meminta)
Tidak santun
Modalitas: ingin..
Konfliktif Ilokusi ekspresif (meremehkan)
Lebih tidak santun
Modalitas: tidak mau Diksi: ambil pusing
Kolaboratif Ilokusi representatif (menyatakan)
Netral
Modalitas: enggak Gaya bahasa paradoks
Fauzi Bowo memberikan keterangan perihal kinerja dan kesuksesannya selama memimpin Provinsi DKI Jakarta (Kompas, 25 Juni 2012, hlm. 39). Nachrowi Ramli memberikan keterangan perihal rencana membangun DKI (Kompas, 25 Juni 2012, hlm. 40).
Kolaboratif Ilokusi representatif (menjelaskan)
Netral
Modalitas: harus
Kolaboratif Ilokusi representatif (menjelaskan)
Netral
Modalitas: harus
Nachrowi Ramli memberikan keterangan perihal rencana membangun DKI (Kompas, 25 Juni 2012, hlm. 40).
Kolaboratif Ilokusi representatif (menjelaskan)
Netral
Modalitas: harus
Andi Dharmawan memberikan pernyataan tentang audit dana pilkada tiap pasangan calon (Kompas, 26 Juni 2012, hlm. 15)
Kolaboratif Ilokusi representatif (menyatakan)
Netral
Diksi: siap Modalitas: tidak; tidak
206
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
23
24
25
Faisal-Biem) “Saya malu menyebutkannya. Dana kampanye tim kami sangat kecil. Mungkin paling kecil dibandingkan calon lainnya.” (Joko Widodo) “Kami mengimbau agar setiap kader menggalang dana, sifatnya setengah wajib. Bagi anggota DPR atau DPRD sifatnya agak mengikat.” (Dite Abimayu, bendahara Tim Hidayat-Didik) “Kami ingin mematuhi aturan mengenai penggalangan dana kampanye”. (Dite Abimayu, bendahara Tim Hidayat-Didik)
26
“Senang sekali saya dikunjungi ibu. Kedatangannya memberikan dukungan dan semangat.” (Biem Benjamin).
27
“Kegiatan hari ini khusus pengobatan gratis karena banyak warga Jakarta yang belum bisa mengakses kesehatan yang layak. Kalau satu RW yang datang ke pengobatan gratis sampai 500 orang, bayangkan saja kalau di 15 RW. Jumlahnya bisa 7.000 orang lebih.” (Hendradji Soepandji). “Warga harus kritis. DKI Jakarta punya dana besar. Sayang, karena manajemen sistem mengelola keuangan tidak jelas, banyak warga yang tidak merasakan manfaat dana tersebut. Ke mana larinya uang itu.” (Jokowi). “Kami mencalonkan diri bukan untuk mengingkari. Kami mencalonkan diri untuk membuktikan janji. Kami bertekad untuk membuka 500.000 lapangan kerja baru.” (Hidayat Nur Wahid). “Kalau kami tidak yakin, tidak akan maju ke Pilkada Jakarta. Kalau terpilih, kami akan tancap gas benahi Jakarta, untuk mewujudkan Jakarta lebih aman dan nyaman
28
29
30
Pernyataan Jokowi terkait audit dana pilkada dalam masa kampanye (Kompas, 26 Juni 2012, hlm. 15)
Kolaboratif Ilokusi representatif (menjelaskan)
Netral
Modalitas: sangat, paling; mungkin
Dite Abimayu memberi keterangan tentang sumber dana dalam masa kampanye yang diperoleh pasangan calon Hidayat-Didik (Kompas, 26 Juni 2012, hlm. 15)
Kolaboratif Ilokusi representatif (menginformasikan)
Netral
Pronomina: kami
Dite Abimayu memberi keterangan tentang sumber dana dalam masa kampanye yang diperoleh pasangan calon Hidayat-Didik (Kompas, 26 Juni 2012, hlm. 15) Biem Benjamin menyatakan kegembiraannya ketika dikunjungi ibunya dalam masa kampanye (Kompas, 26 Juni 2012, hlm. 20) Hendardji Soepandji menerangkan kegiatannya saat berkampanye di salah satu RW (Kompas, 26 Juni 2012, hlm. 20)
Kolaboratif Ilokusi representatif (menginformasikan)
Netral
Pronomina: kami Modalitas: ingin
Konvivial Ilokusi ekspresif (mengucapkan terima kasih) Kolaboratif Ilokusi representatif (menginformasikan)
Santun
Diksi: dukungan; semangat
Netral
Diksi: pengobatan gratis
Jokowi memberi pernyataan saat berkampanye di hadapan warga (Kompas, 26 Juni 2012, hlm. 20)
Kompetitif Ilokusi direktif (melarang)
Tidak santun
Diksi: kritis; sayang.. Modalitas: harus; tidak
Hidayat Nur Wahid menerangkan alasan maju menjadi calon gubernur kepada warga saat berkampanye (Kompas, 26 Juni 2012, hlm. 20)
Konvivial Ilokusi komisif (menawarkan janji)
Santun
Pronomina: kami
Alex Noerdin memberi pernyataan ketika berkampanye di hadapan warga (Kompas, 26 Juni 2012, hlm. 20)
Konvivial Ilokusi komisif (menawarkan janji)
Netral
Modalitas: tidak yakin; tidak akan Gaya bahasa hiperbola: tancap gas
207
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
31
32
33
34
35
36
37
untuk ditinggali dan dikunjungi.” (Alex Noerdin). “Tugas pemerintah bukan menyediakan pendidikan dan kesehatan gratis, karena itu tidak ada dalam konstitusi, tetapi bagaimana meningkatkan kualitasnya. Kalau sekolah gratis, terus jadi bodoh, bagaimana? Bagaimana pendidikan mau berkualitas kalau perpustakaan saja tidak punya?” (Hendradji Soepandji) “Selama ini Pancasila mati suri. Masyarakat sudah bergerak ke arah patembayan, bukan lagi sebuah paguyuban yang bergotong royong. Pancasila harus dihidupkan lagi. Caranya lewat interaksi di ruang publik itu. Toleransi tidak bisa hanya diomongkan, harus dilakukan.” (Hendradji Soepandji) “Meskipun kami dari jalur independen, tak berarti kami mengikuti semua yang mereka perintahkan. Pemimpin harus punya karakter.” (Hendradji Soepandji) “Pembangunan Jakarta yang merakyat ini akan dimulai dengan merevitalisasi agenagen kepemudaan. Kemudian melangkah pada peremajaan kota dengan melibatkan masyarakat.” (Ahmad Riza Patria) “Kita tahu di kota ini ada banyak kelompok yang memiliki kepentingan yang berbeda. Untuk itu, dibutuhkan pemimpin yang kuat seperti Hendradji dan saya siap membantunya karena saya juga memiliki kepribadian yang kuat.” (Ahmad Riza Patria) “Sebagai calon perseorangan, saya akan tetap memperjuangkan kepentingan masyarakat Jakarta, bukan kepentingan segolongan orang atau partai politik.” (Ahmad Riza Patria) “Terjun langsung ke lapangan itu memang lelah, tetapi bisa langsung mengetahui permasalahan yang ada.” (Jokowi)
Pernyataan Hendradji Soepandji dalam wawancara terkait masalah pendidikan dan kesehatan di DKI Jakarta (Kompas, 26 Juni 2012, hlm. 39)
Kompetitif Ilokusi direktif (mengkritik)
Tidak santun
Modalitas: tidak; bukan
Pernyataan Hendardji Soepandji terkait manfaat ruang publik yang hendak dibangun di DKI Jakarta jika ia terpilih (Kompas, 26 Juni 2012, hlm. 39)
Kolaboratif Ilokusi representatif (menyatakan)
Netral
Gaya bahasa personifikasi
Pernyataan Hendardji Soepandji terkait masalah komunikasi politik dengan partai politik (Kompas, 26 Juni 2012, hlm. 39)
Kolaboratif Ilokusi representatif (menyatakan)
Netral
Pernyataan calon wakil gubernur Ahmad Riza Patria dalam wawancara terkait rencana pembangunan DKI Jakarta (Kompas, 26 Juni 2012, hlm. 40)
Konvivial Ilokusi komisif (menawarkan janji)
Santun
Pronomina: kami Modalitas: tak; harus Diksi: pemimpin; karakter Diksi: pembangunan; merakyat
Pernyataan calon wakil gubernur Ahmad Riza Patria dalam wawancara mengenai pasangannya, Hendardji (Kompas, 26 Juni 2012, hlm. 40)
Kolaboratif Ilokusi representatif (menyatakan)
Netral
Diksi: kepentingan; pemimpin
Pernyataan calon wakil gubernur Ahmad Riza Patria dalam wawancara terkait visi membangun Jakarta (Kompas, 26 Juni 2012, hlm. 40)
Konvivial Ilokusi komisif (menawarkan janji)
Santun
Modalitas: akan; bukan
Pernyataan Jokowi ketika mengunjungi masyarakat Jakarta di pasar dan rumah susun (Kompas, 27 Juni 2012, hlm. 26)
Kolaboratif Ilokusi representatif (menjelaskan)
Netral
Diksi: terjun langsung; permasalahan
208
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 38
39
40
41
42
43
44
45
46
“Program pertama kami adalah menyejahterakan warga, juga terkait dengan pasar. Selama ini ada masalah sewa kios yang mahal. Ke depan, masalah ini tidak boleh terjadi lagi. Tidak boleh pedagang lama dipinggirkan. Pedagang harus dinomorsatukan.” (Hidayat Nurwahid) “Udah berlumur gini?” (Faisal Basri) “Saya memimpikan setiap keluarga Jakarta memiliki tempat tinggal. Meski dalam lingkup sangat kecil, mudah-mudahan saya bisa mewujudkannya. Pola pikir warga pun lambat laun harus diubah, hunian tidak untuk dimiliki, tetapi tetap terjamin sepanjang hidupnya dia punya tempat tinggal.” (Faisal Basri) “Jadi, saya dan Foke bukan lagi memulai kerja baru, melainkan tinggal melanjutkannya.” (Nachrowi Ramli) “Tanyakan mengapa mereka datang berobat ke sini, mengapa tidak ke Puskesmas saja?” (Alex Noerdin) “Apakah setelah DPT ditetapkan masih boleh divalidasi lagi?” (Sirra Prattyuna, kuasa hukum tim Jokowi-Ahok) “Pada dasarnya, birokrasi di Jakarta ini banyak yang baik. Mudah-mudahan, kalau disentuh dengan benar ke pusat urat nadi, semua akan sesuai dengan harapan kita bersama.” (Faisal Basri) “Setelah satu hari menjabat, saya gratiskan biaya pendidikan dan kesehatan bagi warga.” (Alex Noerdin) “Padahal itu perintah undang-undang.”
Hidayat Nurwahid memaparkan rencana pembangunan pasar dan kesejahteraan pedagang (Kompas, 27 Juni 2012, hlm. 26)
Konvivial Ilokusi komisif (menawarkan janji)
Santun
Pronomina: kami Modalitas: tidak boleh
Pernyataan Faisal Bisri ketika melihat kondisi rumah susun Angke, Tambora (Kompas, 27 Juni 2012, hlm. 26) Pernyataan Faisal Bisri mengenai rencana membangun rumah tinggal bagi warga Jakarta (Kompas, 27 Juni 2012, hlm. 26)
Kompetitif Ilokusi direktif (menyindir) Konvivial Ilokusi komisif (menawarkan janji)
Tidak santun
Modalitas: udah.. (kalimat tanya)
Santun
Diksi: memimpikan; mewujudkan
Nachrowi mengungkapkan strategi membangun tata kota Jakarta yang telah dimulai oleh Foke (Kompas, 27 Juni 2012, hlm. 26) Alex Noerdin menggelar pengobatan gratis kepada warga ketika mengisi hari-hari kampanye (Kompas, 27 Juni 2012, hlm. 26) Sirra Prattyuna mengomentari persidangan pengaduan penetapan DPT antara tim sukses dan Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu (DKPP) bersama KPU (Kompas, 28 Juni 2012, hlm. 26) Pembicaraan Faisal Basri dengan Wakil Gubernur Prijanto dalam mengisi kesempatan kampanye. (Kompas, 28 Juni 2012, hlm. 26)
Kolaboratif Ilokusi representatif (menyimpulkan)
Netral
Diksi: jadi… Modalitas: bukan
Kompetitif Ilokusi direktif (menyindir) Kompetitif Ilokusi direktif (menyindir)
Tidak santun
Diksi: tanyakan; (imperatif suruhan) Modalitas: tidak; saja Modalitas: boleh Diksi: apakah (kalimat tanya)
Kompetitif Ilokusi direktif (mengkritik)
Tidak santun
Diksi: birokrasi; baik Gaya bahasa metafora: urat nadi
Pernyataan Alex Noerdin dalam kesempatan bertemu dengan para ibu dari 40 majelis taklim yang menghadiri sesi kampanyenya (Kompas, 28 Juni 2012, hlm. 26) Hendardji menjanjikan pelayanan kesehatan
Konvivial Ilokusi komisif (menawarkan janji)
Santun
Diksi: gratiskan
Kompetitif
Tidak santun
Diksi: padahal;
Tidak santun
209
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI (Hendardji Soepandji) “Nanti sore, 4 partai mendeklarasikan dukungan kepada kami. Mudah-mudahan aspirasi mereka bisa kami tampung dan bersama-sama menuju kemenangan untuk kesejahteraan warga Jakarta.” (Nachrowi Ramli). 48 “Setahun setelah kami dilantik Jakarta akan aman. Kalau tidak, kami mundur.” (Alex Noerdin) 49 “Dana untuk itu semua sebenarnya sudah ada di anggaran pemerintah, yakni Rp 800 miliar untuk kesehatan dan Rp 1,4 triliun untuk pendidikan. Tapi masyarakat tidak merasakannya.” (Jokowi). 50 “Kami akan menghadirkan 500.000 lebih lapangan pekerjaan baru sehingga tidak ada penganggur lagi. Warga Pulau Kelapa yang tidak melaut tetap punya pekerjaan dan penghasilan. Tidak menganggur.” (Hidayat Nur Wahid) Bulan Juli No Data Tuturan 47
1
2
3
“Program kami untuk kepentingan rakyat. Kepala jadi kaki, kaki jadi kepala untuk Jakarta. Memang semua perlu waktu. Mengatasi macet perlu waktu, mengatasi persoalan banjir pun perlu waktu.” (Fauzi Bowo) “Keterbatasan yang kita hadapi sekarang adalah pilihan. Pilihan itu menunjukkan karakter seseorang. Tunjukkan karakter kita sebagai orang independen. Orang independen adalah bagian dari orang yang jujur, tegas, baik, dan berprinsip.” (Faisal Basri) “Penculikan terjadi satu hari setelah
gratis karena akses layanan kesehatan gratis bagi masyarakat miskin masih sangat sulit. (Kompas, 28 Juni 2012, hlm. 26) Nachrowi Ramli menginformasikan empat partai yang semula mendukung JokowiBasuki, sekarang mendukung Foke-Nara. (Kompas, 29 Juni 2012, hlm. 26)
Ilokusi direktif (mengkritik) Kolaboratif Ilokusi representatif (menginformasikan)
Netral
Diksi: aspirasi
Alex Noerdin menjamin keamanan Jakarta (Kompas, 29 Juni 2012, hlm. 26)
Santun
Modalitas: akan Diksi: aman
Pernyataan Jokowi terkait sosialisasi Kartu Jakarta Sehat dan Kartu Jakarta Pintar (Kompas, 29 Juni 2012, hlm. 26)
Konvivial Ilokusi komisif (menawarkan janji) Kompetitif Ilokusi direktif (mengkritik)
Tidak santun
Modalitas: sudah ada
Hidayat Nur Wahid menjelaskan programnya dalam sesi kampanye di Pulau Kelapa (Kompas, 29 Juni 2012, hlm. 26)
Konvivial Ilokusi komisif (menawarkan janji)
Santun
Modalitas: akan; tidak ada;
Konteks Tuturan
Jenis Tindak Tutur Kolaboratif Ilokusi representatif (menjelaskan)
Tingkat Kesantunan Netral
Penanda Lingual Kesantunan Diksi: kepentingan rakyat Gaya bahasa metafora: kepala jadi kaki, kaki jadi kepala
Faisal-Biem berkampanye di hadapan warga dan pendukungnya di pos komunikasi Duren Sawit, Jakarta Timur. (Kompas, 1 Juli 2012, hlm. 4)
Kolaboratif Ilokusi representatif (menjelaskan)
Netral
Diksi: orang independen
Nono Sampono menyampaikan kasus
Kolaboratif
Netral
Diksi: penculikan;
Pernyataan Fauzi Bowo saat kampanye di hadapan pendukungnya di GOR Soemantri Brodjonegoro, Kuningan, Jakarta Selatan (Kompas, 1 Juli 2012, hlm. 4)
perintah undangundang
210
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
4
simpatisan kami diserang sekelompok orang. Sampai hari ini keluarga belum bisa menemukan keberadaannya.” (Nono Sampono) “Janganlah mencederai demokrasi yang sedang berjalan.” (Nono Sampono)
5
“Siapa pun akan marah dengan tindakan itu.” (Nono Sampono)
6
“Biar petugas kepolisian yang menilai apakah ini ada kaitannya dengan pilkada atau tidak, fakta-fakta di lapangan sudah jelas.” (Nono Sampono) “Saya minta awasi TPS-TPS karena ada indikasi ada yang mau main curang. Pilkada harus bersih dan jujur. Kalau begitu, saya yakin akan menang.” (Jokowi) “Dari pengalaman saya selama menjadi ketua umum partai, pilkada banyak diisi kecurangan. Hal ini hanya bisa diatasi kalau warga ikut serta mengawasi penghitungan nanti.” (Megawati Soekarnoputri) “Banyak suara „hantu‟. Tapi kita akan buktikan rakyat Jakarta tidak bisa dibohongi lagi.” (Prabowo Subianto)
7
8
9
10
11
12
13
“Tidak ada cerita lagi wakil gubernur melaporkan gubernurnya ke Komisi Pemberantasan Korupsi.” (Hidayat Nur Wahid) “Seperti pemilu di masa lalu saja tidak menggunakan teknologi. Ini di Ibu Kota, seharusnya menjadi panutan.” (Tosca Santoso, manajer kampanye Faisal-Biem) “Mereka sudah mengikuti pelatihan. Semua siap bekerja pada saat hari pemungutan suara.” (Hartono, kordinator media centre tim sukses Hidayat-Didik) “Partai Demokrat all-out. Jakarta itu
penculikan dua simpatisannya ke Polda Metro Jaya. (Kompas, 1 Juli 2012, hlm. 4)
Ilokusi representatif (menginformasikan)
simpatisan; diserang
Nono Sampono menyampaikan kasus penculikan dua simpatisannya ke Polda Metro Jaya. (Kompas, 1 Juli 2012, hlm. 4) Nono Sampono menyampaikan kasus penculikan dua simpatisannya ke Polda Metro Jaya. (Kompas, 1 Juli 2012, hlm. 4) Nono Sampono menyampaikan kasus penculikan dua simpatisannya ke Polda Metro Jaya. (Kompas, 1 Juli 2012, hlm. 4)
Kompetitif Ilokusi direktif (melarang) Kompetitif Ilokusi direktif (mengkritik) Kompetitif Ilokusi direktif (menyindir)
Tidak santun
Diksi: janganlah; -lah (imperatif larangan)
Tidak santun
Diksi: siapapun…
Tidak santun
Diksi: Biar…
Jokowi berkampanye dan memberikan pernyataan tentang masalah kecurangan pilkada (Kompas, 2 Juli 2012, hlm. 26)
Kompetitif Ilokusi direktif (meminta)
Tidak santun
Diksi: minta.. Modalitas: harus; yakin
Megawati berkampanye bersama Jokowi dan memberikan pernyataan tentang masalah kecurangan pilkada (Kompas, 2 Juli 2012, hlm. 26)
Kompetitif Ilokusi direktif (mengkritik)
Tidak santun
Diksi: kecurangan
Prabowo berkampanye bersama Jokowi dan memberikan pernyataan tentang masalah kecurangan pilkada (Kompas, 2 Juli 2012, hlm. 26) Hidayat Nur Wahid berkampanye di Gelanggang Olahraga Brodjonegoro dan menyindir keretakan hubungan Fauzi dan wakilnya. (Kompas, 2 Juli 2012, hlm. 26) Tosca Santoso mengomentari kinerja KPU yang tidak melakukan penghitungan suara secara elektronik. (Kompas, 5 Juli 2012, hlm. 1 dan 15) Hartono menjelaskan kesiapan relawan untuk membantu penghitungan suara sebagai pembanding dengan KPU. (Kompas, 5 Juli 2012, hlm. 15) Ruhut Sitompul menyatakan kesiapan partai
Kompetitif Ilokusi direktif (mengkritik)
Tidak santun
Diksi: suara hantu Modalitas: tidak bisa
Kompetitif Ilokusi direktif (menyindir)
Tidak santun
Modalitas: tidak ada
Kompetitif Ilokusi direktif (mengkritik)
Tidak santun
Modalitas: seharusnya Diksi: panutan
Kolaboratif Ilokusi representatif (menginformasikan)
Netral
Modalitas: sudah Diksi: siap bekerja
Kolaboratif
Netral
Diksi: all out
211
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
14
15
16
17
18
19
20
21
22
barometer.” (Ruhut Sitompul, Ketua DPP Partai Demokrat, partai pendukung FokeNara) “Menang di DKI, menang juga di tingkat nasional.” (Ruhut Sitompul, Ketua DPP Partai Demokrat, partai pendukung pasangan Foke-Nara) “Kemenangan di pilkada ini akan menyuntikkan semangat kepada partai secara nasional.” (Romahurmuziy, Sekjen Partai Persatuan Pembangunan, pendukung pasangan Alex-Nono) “Jakarta merupakan pintu gerbang dan simbol Indonesia bagi dunia internasional.” (Firman Jaya Daeli, Ketua DPP PDI-P, pendukung pasangan Jokowi-Basuki) “PKS menjadikan Jakarta sebagai prioritas pemenangan pilkada di Indonesia.” (Yudi Widiana, Sekjen Pemenangan Pemilu Jakarta, Banten, dan Jawa Barat DPP PKS, pendukung pasangan Hidayat-Didik) “Sudah ada 700.000 dukungan dan kami akan melipatgandakannya.” (Jafar Sidik, konsultan Hendardji-Riza, pasangan independen) “Jika benar ada, tolong sebutkan siapa dia. Tidak ada tim sukses kami yang melakukan politik uang.” (Budi Siswanto, Sekretaris tim sukses Foke-Nara) “Siapa pun bisa mengklaim dirinya tim sukses Foke-Nara. Padahal, kami tak tahu siapa jati diri dia sebenarnya.” (Budi Siswanto, Sekretaris tim sukses Foke-Nara) “Kami kerahkan 30.000 orang relawan sebagai anggota satgas.” (Kahfi Siregar, Ketua media center Foke-Nara). “Sebagai calon perseorangan, kami menghadapi masalah keterbatasan dana.” (Alif Syahfiar, ketua tim humas pasangan
Demokrat mendukung Foke-Nara. (Kompas, 6 Juli 2012, hlm. 1)
Ilokusi representatif (menyatakan)
Gaya bahasa metafora: barometer
Ruhut Sitompul menyatakan kesiapan partai Demokrat mendukung Foke-Nara. (Kompas, 6 Juli 2012, hlm. 1)
Konvivial Ilokusi komisif (menawarkan janji)
Santun
Diksi: menang
Romahurmuziy menyatakan kesiapan PPP mendukung pasangan Alex-Nono. (Kompas, 6 Juli 2012, hlm. 1)
Kolaboratif Ilokusi representatif (menginformasikan)
Netral
Firman Jaya menyatakan kesiapan PDI-P mendukung Jokowi-Basuki (Kompas, 6 Juli 2012, hlm. 1)
Kolaboratif Ilokusi representatif (menyatakan)
Netral
Diksi: kemenangan Gaya bahasa personifikasi: menyuntikkan semangat Gaya bahasa metafora: pintu gerbang dan simbol
Yudi Widiana menyatakan kesiapan PKS mendukung Hidayat-Didik dan menghendaki menang di Jakarta. (Kompas, 6 Juli 2012, hlm. 1)
Koloaboratif Ilokusi representatif (menyatakan)
Netral
Diksi: prioritas kemenangan
Jafar Sidik menyatakan kesiapan dukungan untuk pasangan Hendardji-Riza (Kompas, 6 Juli 2012, hlm. 1)
Koloaboratif Ilokusi representatif (menyatakan)
Netral
Modalitas: sudah ada
Budi Siswanto meminta kejelasan adanya laporan dan dugaan politik uang yang dilakukan pasangan dan tim suksesnya. (Kompas, 7 Juli 2012, hlm. 26) Budi Siswano memberikan pendapat perihal adanya laporan dan dugaan politik uang yang dilakukan pasangan dan tim sukses tertentu. (Kompas, 7 Juli 2012, hlm. 26) Kahfi Siregar memberitahukan kesiapan satgas untuk meredam adanya dugaan politik uang dalam pilkada. (Kompas, 7 Juli 2012, hlm. 26) Alif Syahfiar menjelaskan keadaan dana pasangannya terkait adanya laporan dan dugaan politik uang yang dilakukan
Konvivial Ilokusi ekspresif (mempersilakan)
Santun
Diksi: tolong…
Kolaboratif Ilokusi representatif (menjelaskan)
Netral
Diksi: siapa saja; mengklaim
Kolaboratif Ilokusi representatif (menginformasikan)
Netral
Diksi: kerahkan Pronomina: kami
Kolaboratif Ilokusi representatif (menginformasikan)
Netral
Diksi: keterbatasan dana
212
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI Hendardji-Riza) 23
“Penurunan alat peraga kami harus diusut sampai orang yang menyuruh menurunkan alat peraga itu.” (Hendardji Soepandji)
24
“Yang ditemukan ICW itu benar, ada pembagian uang. Uang yang dibagikan itu adalah honor bagi tim sukes Pak Alex-Pak Nono. Sebab, mereka yang menerima uang itu telah bekerja keras sebagai tim sukses dalam merekrut yang lainnya, termasuk merekrut relawan.” (Fatah Ramli, tim legal pasangan Alex-Nono) “Badan dunia saja akan memberi honor kepada relawan yang telah membantu kelancaran program kerjanya. Jadi, yang kami berikan itu honor kerja bagi yang bekerja sebagai tim sukses dan relawan bagi pemenangan Pak Alex-Pak Nono.” (Fatah Ramli, tim legal pasangan Alex-Nono) “Apakah dalam penetapan ulang DPT itu KPU mau menerima usulan dan mengubah yang bermasalah? Jika tak mau mengubah, apa gunanya.” (Agus Otto, tim advokasi pasangan Hidayat-Didik) “Gunakanlah hak pilih dan jangan golput.” (Reinhard Parapat, kordinator hukum FaisalBiem) “Jangan terjebak dengan iming-iming uang atau sembako untuk memilih calon tertentu.” (Hartono, kordinator media center pasangan Hidayat-Didik) “Hari ini kampanye sudah berakhir, kami akan menurunkan semua atribut cagubcawagub nomor 4.” (Hidayat Nur Wahid) “Kami siap untuk mencari dan membersihkan atribut tim kami yang masih ada.” (Reinhard Parapat, kordinator hukum Faisal-Biem)
25
26
27
28
29
30
pasangan dan tim sukses tertentu. (Kompas, 7 Juli 2012, hlm. 26) Hendardji Soepandji meminta aparat panwaslu mengatasi masalah kecurangan yang dilakukan pasangan dan tim sukses tertentu. (Kompas, 7 Juli 2012, hlm. 26) Fatah Ramli menjelaskan perihal honor para tim suksesnya terkait adanya laporan dan dugaan politik uang yang dilakukan pasangan dan tim sukses tertentu. (Kompas, 7 Juli 2012, hlm. 26)
Kompetitif Ilokusi direktif (menuntut)
Tidak santun
Modalitas: harus..
Kolaboratif Ilokusi representatif (menjelaskan)
Netral
Diksi: pembagian uang
Fatah Ramli menjelaskan perihal honor para tim suksesnya terkait adanya laporan dan dugaan politik uang yang dilakukan pasangan dan tim sukses tertentu. (Kompas, 7 Juli 2012, hlm. 26)
Kolaboratif Ilokusi representatif (menyimpulkan)
Netral
Diksi: honor
Agus Otto mengomentari sikap KPU DKI yang tidak mengubah DPT yang ditetapkan 2 Juni, seperti dianjurkan DKPP. (Kompas, 8 Juli 2012, hlm. 11)
Kompetitif Ilokusi direktif (menyindir)
Tidak santun
Diksi: mau menerima (kalimat tanya)
Reinhard Parapat mengimbau warga menggunakan hak suara dalam pilkada DKI. (Kompas, 9 Juli 2012, hlm. 15) Hartono mengimbau warga menggunakan hak suara dalam pilkada DKI. (Kompas, 9 Juli 2012, hlm. 15)
Konvivial Ilokusi ekspresif (mempersilakan) Konvivial Ilokusi ekspresif (mengajak)
Santun
Diksi: gunakanlah (imperatif suruhan)
Santun
Hidayat Nur wahid memberitahukan kegiatan penurunan alat peraga dan atribut kampanye. (Kompas, 9 Juli 2012, hlm. 15) Reinhard Parapat menerangkan kesiapan timnya menurunkan alat peraga kampanye (Kompas, 9 Juli 2012, hlm. 15)
Kolaboratif Ilokusi representatif (menginformasikan) Konvivial Ilokusi komisif (menawarkan janji)
Netral
Diksi: jangan; terjebak; iming-iming uang (imperatif larangan) Modalitas: sudah; akan
Santun
Pronomina: kami
213
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 31
32
“Kami melihat ada lebih dari 21.344 nama pemilih yang diduga ganda. Memang DPT sudah dirapikan, tetapi belum tuntas. Ini harus dibersihkan.” (Fatahillah, tim sukses Alex-Nono) “Semua saksi kami di TPS akan mengajukan keberatan tentang salinan DPT ini.” (Denny Iskandar, tim sukses pasangan JokowiBasuki)
33
“Persoalan DPT bukan hanya ada di Jakarta, melainkan juga di Indonesia kerena terkait data kependudukan.” (Andi Syafrani, tim sukes pasangan Foke-Nara)
34
“Kami mencurigai ada upaya sistematis agar kami tidak tercantum karena kami adalah simpatisan PDI-P.” (Indra Kramadipa, simpatisan PDI-P, Ketua RW 3 Kayu Putih)
35
“Tetapi, saya mendapatkan laporan dari sukarelawan di lapangan, banyak warga yang belum mendapatkannya. Saya minta tolong kepada semua pihak, juga kepada pers, untuk bersama-sama mengawasi Pilkada DKI.” (Megawati Soekarnoputeri, Ketua umum PDI-P) “Warga yang belum masuk DPT dan tak terima undangan itu bisa jadi merupakan pemilih potensial untuk semua pasangan calon. Harus ada jalan keluar yang adil agar mereka tetap bisa memilih. Kalau punya KTP, penduduk tetap, dan jelas tempatnya semestinya warga itu bisa memilih.” (Hartono, Ketua Media Center Tim Pemenangan Hidayat-Didik) “Tidak ada strategi besar yang kami siapkan. Strategi besar itu memerlukan dana yang besar, kami tidak memiliki uang banyak. Yang ada adalah strategi kecil.” (Jokowi)
36
37
Fatahillah mengomentari tindakan KPU yang mencoret 21.344 pemilih yang dianggap ganda. Hal ini memicu sikap prokontra para tim sukses (Kompas, 10 Juli 2012, hlm. 1) Denny Iskandar mengomentari tindakan KPU yang mencoret 21.344 pemilih yang dianggap ganda. Hal ini memicu sikap prokontra para tim sukses (Kompas, 10 Juli 2012, hlm. 15) Andi Syafrani mengomentari tindakan KPU yang mencoret 21.344 pemilih yang dianggap ganda. Hal ini memicu sikap prokontra para tim sukses (Kompas, 10 Juli 2012, hlm. 15) Irma Kramadipa mengomentari fakta banyaknya warga yang belum memperolah kartu pemilih padahal pemungutan suara tinggal dua hari. (Kompas, 10 Juli 2012, hlm. 15) Megawati mengomentari fakta banyaknya warga yang belum memperolah kartu pemilih padahal pemungutan suara tinggal dua hari. (Kompas, 10 Juli 2012, hlm. 15)
Kompetitif Ilokusi direktif (mengkritik)
Tidak santun
Diksi: melihat
Konfliktif Ilokusi ekspresif (mengancam)
Lebih tidak santun
Diksi: keberatan
Kolaboratif Ilokusi representatif (menjelaskan)
Netral
Diksi: persoalan
Kompetitif Ilokusi direktif (mengkritik)
Tidak santun
Diksi: mencurigai
Konvivial Ilokusi ekspresif (mengajak)
Santun
Diksi: minta tolong
Hartono mengomentari fakta banyaknya warga yang belum memperolah kartu pemilih padahal pemungutan suara tinggal dua hari. (Kompas, 10 Juli 2012, hlm. 15)
Kompetitif Ilokusi direktif (mengkritik)
Tidak santun
Modalitas: harus; semestinya..
Jokowi memberikan pernyataan terkait hasil prediksi Hitung Cepat Kompas yang menunjukkan pasangannya meraih posisi teratas. (Kompas, 12 Juli 2012, hlm. 1)
Kolaboratif Ilokusi representatif (menjelaskan)
Netral
Diksi: strategi
214
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 38
“Bersama partai, mereka bergerak bersama.” (Jokowi)
39
“Namun, jika harus mengikuti putaran kedua, kami siap.” (Fauzi Bowo)
40
“Jika keputusan KPU sudah keluar, baru kami bisa menyusun langkah apa yang akan kami lakukan.” (Fauzi Bowo)
41
“Kita semua harus sama-sama mengawal proses penghitungan sampai tuntas.” (Mustafa Kamal, ketua bidang kebijakan publik PKS)
42
“Intinya, kalah dan ini pengalaman berharga bagi kami.” (Alex Noerdin)
43
“Saya sudah berjuang. Itulah hasil maksimal yang dicapai.” (Hendardji Soepandji)
44
“Kalau kalah, ya, kalah saja. Tetapi, kalau kami kurang dana, iya.” (Faisal Basri)
45
“Namun, Jokowi-Ahok mampu mengkomunikasikan program-program perubahannya secara sederhana sehingga lebih mudah ditangkap masyarakat.” (Faisal Basri) “Lebih baik Partai Golkar tidak berkoalisi dengan partai atau gubernur mana pun.” (Hajriyanto Y. Thohari, Ketua DPP Partai
46
Jokowi memberikan pernyataan terkait kerja tim suksesnya dari PDI-P dan Gerindra (Kompas, 12 Juli 2012, hlm. 1) Fauzi Bowo mengomentari hasil prediksi hitung cepat dari perbagai survei dan kemungkinan adanya pemilukada putaran kedua. (Kompas, 12 Juli 2012, hlm. 15) Fauzi Bowo menerangkan posisinya terkait hasil prediksi hitung cepat dari perbagai survei dan kemungkinan adanya pemilukada putaran kedua. (Kompas, 12 Juli 2012, hlm. 15) Mustafa Kamal mengomentari hasil prediksi hitung cepat dari perbagai survei menunjukkan pasangan Jokowi-Basuki meraih posisi teratas. (Kompas, 12 Juli 2012, hlm. 15) Alex Noerdin mengomentari hasil prediksi hitung cepat dari perbagai survei menunjukkan pasangan Jokowi-Basuki meraih posisi teratas. (Kompas, 12 Juli 2012, hlm. 15) Hendardji Soepandji mengomentari hasil prediksi hitung cepat dari perbagai survei menunjukkan pasangan Jokowi-Basuki meraih posisi teratas. (Kompas, 12 Juli 2012, hlm. 15) Faisal Basri mengomentari hasil prediksi hitung cepat dari perbagai survei menunjukkan pasangan Jokowi-Basuki meraih posisi teratas. (Kompas, 12 Juli 2012, hlm. 15) Faisal Basri mengomentari hasil prediksi hitung cepat dari perbagai survei menunjukkan pasangan Jokowi-Basuki meraih posisi teratas dan memberi dukungan. (Kompas, 12 Juli 2012, hlm. 15) Tanggapan Hajriyanto Y.Thohari atas hasil pilkada DKI dan persiapan Golkar menghadapi pilkada putaran kedua.
Kolaboratif Ilokusi representatif (menginformasikan) Kolaboratif Ilokusi representatif (menyatakan)
Netral
Diksi: bersama
Netral
Modalitas: jika harus
Kolaboratif Ilokusi representatif (menjelaskan)
Netral
Modalitas: jika; sudah; bisa Pronomina: kami
Konvivial Ilokusi ekspresif (mengajak)
Santun
Diksi: kita semua sama-sama Modalitas: harus
Kolaboratif Ilokusi representatif (menyimpulkan)
Netral
Diksi: kalah; pengalaman berharga
Kolaboratif Ilokusi representatif (menjelaskan)
Netral
Diksi: berjuang Modalitas: sudah
Kolaboratif Ilokusi representatif (menjelaskan)
Netral
Diksi: kalah; kurang dana
Konvivial Ilokusi ekspresif (menyanjung)
Santun
Modalitas: mampu; lebih mudah Diksi: mengkomunikasikan
Kompetitif Ilokusi direktif (menyuruh)
Tidak santun
Modalitas: lebih baik; tidak Diksi: berkoalisi
215
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
47
48
49
50
51
52
53
54
Golkar) “Oleh karena itu, kekalahan cagub Golkar di Pilkada DKI tidak perlu didramatisasi sebagai kekalahan Golkar secara nasional.” (Hajriyanto Y. Thohari, Ketua DPP Partai Golkar) “Setelah itu, bersama pengurus provinsi dan kordinator wilayah, baru diputuskan bagaimana sikap PKS di putaran kedua. Saya sendiri sebagai ketua departemen politik lebih cenderung mendukung Joko Widodo.” (Agoes Poernomo, ketua departemen politik PKS) “Pertandingan belum selesai. Babak penyisihan memang sudah selesai. Di babak final ini, ada dua pasang. Apa pun bisa terjadi, tetapi kami tidak kurang optimis.” (Anas Urbaningrum, Ketua Umum DPP Partai Demokrat) “Langkah-langkah politik komprehensif akan dilakukan untuk meraih kemenangan di putaran kedua.” (Anas Urbaningrum, Ketua Umum DPP Partai Demokrat) “Pilkada DKI Jakarta menjadi pelajaran penting bagi kami, terutama dalam memenuhi harapan publik dan memahami suasana kebatinan masyarakat.” (Achmad Basarah, Wakil Sekjen PDI Perjuangan) “Ini kemenangan warga Jakarta dan semangat antikorupsi.” (Martin Hutabarat, dari Partai Gerindra) “Kami mengumpulkan laporan dari anggota tim dan relawan di lapangan. Kami sudah melaporkan kasus ini ke Panitia Pengawas Pilkada Jakarta pada 13 Juli.” (Dasril Affandi, sekretaris Tim Advokasi FokeNara). “Masyarakat banyak yang belum tahu kalau Jokowi-Ahok itu pernah mendapat
(Kompas, 14 Juli 2012, hlm. 20) Tanggapan Hajriyanto Y.Thohari atas hasil pilkada DKI dan persiapan Golkar menghadapi pilkada putaran kedua. (Kompas, 14 Juli 2012, hlm. 20)
Kolaboratif Ilokusi representatif (menyimpulkan)
Netral
Diksi: kekalahan; didramatisasi
Agoes Poernomo menerangkan sikap PKS menghadapi putaran kedua (Kompas, 14 Juli 2012, hlm. 20)
Kolaboratif Ilokusi representatif (menyatakan pendapat)
Netral
Pronomina: saya (sendiri)
Anas Urbaningrum mengomentari hasil pilkada DKI sebagai barometer pemilu 2014 dan persiapan menghadapi pilkada putaran kedua. (Kompas, 14 Juli 2012, hlm. 20)
Kolaboratif Ilokusi representatif (menjelaskan)
Netral
Gaya bahasa metafora: pertandingan; babak penyisihan; babak final;
Anas Urbaningrum mengomentari hasil pilkada DKI sebagai barometer pemilu 2014 dan persiapan menghadapi pilkada putaran kedua. (Kompas, 14 Juli 2012, hlm. 20) Achmad Basarah mengomentari hasil pilkada DKI dan persiapan menghadapi pilkada putaran kedua. (Kompas, 14 Juli 2012, hlm. 20)
Kolaboratif Ilokusi representatif (menjelaskan)
Netral
Diksi: kemenangan
Kolaboratif Ilokusi representatif (menyatakan)
Netral
Gaya bahasa metafora: pelajaran
Martin Hutabarat mengomentari hasil pilkada DKI yang dimenangkan pasangan Jokowi-Basuki. (Kompas, 14 Juli 2012, hlm. 20) Dasril Affandi melaporkan adanya dugaan politik uang dilakukan tim Jokowi-Ahok. (Kompas, 15 Juli 2012, hlm. 11)
Kolaboratif Ilokusi representatif (menyimpulkan)
Netral
Diksi: kemenangan
Kolaboratif Ilokusi representatif (menginformasikan)
Netral
Pronomina: kami
Boy Sadikin melaporkan adanya dugaan politik uang dilakukan tim Jokowi-Ahok.
Kolaboratif Ilokusi representatif
Netral
Modalitas: belum tahu
216
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
55
56
57
58
59
60
61
penghargaan sebagai tokoh antikorupsi.” (Boy Sadikin, Ketua tim sukses pasangan Jokowi-Ahok) “Sejarah membuktikan bahwa pada saatnya orang yang benar yang akan memperoleh kemenangan.” (Boy Sadikin, Ketua tim sukses pasangan Jokowi-Ahok) “Hal itu sangat bernuansa politis karena pengujian dilaksanakan pascahitung cepat pilkada. Ada kepentingan pihak tertentu yang ingin memprovokasi masyarakat dan menyudutkan pasangan tertentu.” (Dasril Affandi, sekretaris Tim Advokasi FokeNara) “Koalisi sebenarnya urusan partai dengan partai. Kalau bisa semua diajak koalisi. Untuk saya sendiri, sudah menghubungi semua, termasuk Pak Alex dan Mas Faisal Basri. Pak Foke juga saya telepon, tetapi belum nyambung.” (Jokowi) “Saya kira belum banyak yang bisa disampaikan karena saat ini poisisnya masih mempelajari dan mengkaji. Silakan saja ditanyakan ke tim.” (Fauzi Bowo) “Ini anomali pemilu. Tidak ada satu lembaga pun yang mengira hasilnya akan seperti ini.” (Budi Siswanto, Sekretaris tim sukses FokeNara) “Perubahan ini tidak logis. Ada perbedaan dengan data masing-masing saksi.” (Ahmad Sully, Sekretaris tim sukses Jokowi-Ahok)
“Meskipun kami pernah menerima kampanye hitam dengan isu agama, suku, kedaerahan, etnis, hingga politik uang, terbukti tidak mempan. Hal ini karena warga sudah cerdas dan rasional memilih
(Kompas, 15 Juli 2012, hlm. 11)
(menjelaskan)
Boy Sadikin menanggapi tuduhan tim sukses pasangan Foke-Nara yang melaporkan adanya dugaan politik uang dilakukan tim Jokowi-Ahok. (Kompas, 15 Juli 2012, hlm. 11) Dasril Affandi mengomentari tiga warga DKI Jakarta mengajukan uji materi Pasal 11 Ayat 2 UU No.29 Tahun 2007 tentang Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. (Kompas, 15 Juli 2012, hlm. 11)
Kolaboratif Ilokusi representatif (menyimpulkan)
Netral
Diksi: sejarah; orang yang benar
Konfliktif Ilokusi ekspresif (menuduh)
Lebih tidak santun
Modalitas: sangat Diksi: ada; bernuansa politis; kepentingan
Jokowi menerangkan persiapan menghadapi kemungkinan pilkada putaran kedua. (Kompas, 16 Juli 2012, hlm. 27)
Kolaboratif Ilokusi representatif (menjelaskan)
Netral
Diksi: koalisi
Fauzi Bowo menerangkan persiapan menghadapi kemungkinan pilkada putaran kedua. (Kompas, 16 Juli 2012, hlm. 27)
Kolaboratif Ilokusi representatif (menginformasikan)
Netral
Pronomina: saya Modalitas: kira; masih
Budi Siswanto mengomentari fakta kekalahan Foke-Nara. (Kompas, 16 Juli 2012, hlm. 27)
Kolaboratif Ilokusi representatif (menyimpulkan)
Netral
Diksi: anomali pemilu
Ahmad Sully mengajukan protes atas perhitungan yang dilakukan oleh PPS Tanjung Barat yang sengaja mengubah perolehan suara yang berselisih sampai ribuan suara antara pasangan. (Kompas, 18 Juli 2012, hlm. 27) Jokowi mengomentari dukungan pemilihnya sebagai kepercayaan warga DKI terhadap pasangannya (Kompas, 20 Juli 2012, hlm. 1 dan 15)
Kompetitif Ilokusi direktif (mengkritik)
Tidak santun
Diksi: tidak logis
Kolaboratif Ilokusi representatif (menjelaskan)
Netral
Diksi: kampanye hitam Pronomina: kami
217
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
62
63
64
65
pemimpinnya, mana yang kira-kira cocok, mana yang tidak.” (Jokowi) “Rekapitulasi itu merupakan hasil putaran pertama dan yang perlu digarisbawahi adalah akan ada putaran kedua yang menentukan. Kami bersyukur bisa menjadi bagiannya dan kita siap mengambil bagian.” (Cucu A. Kurnia, juru bicara Fauzi Bowo) “Warga Jakarta harus banyak memahami yang menjadi bukti kinerja sehinga tidak mudah percaya sama janji-janji. Sebab, sebenarnya sulit mengubah janji menjadi bukti.” (Cucu A. Kurnia, juru bicara Fauzi Bowo) “Kami akan menjaring massa mengambang. Salah satunya dengan mengefektifkan sosialisasi kepada pemilih.” (Budi Siswanto, sekretaris tim sukses Fauzi-Nachrowi) “Bagi PPP, sosok Fauzi Bowo dan Nachrowi Ramli memiliki kapasitas untuk membangun Jakarta menjadi lebih baik lagi.” (Suryadharma Ali, Ketua Umum DPP PPP)
Bulan Agustus No Data Tuturan 1
2
3
“Kami akan mengadakan pertemuan teknis untuk memenangkan pasangan Fauzi BowoNachrowi Ramli. Dukungan tidak cukup hanya lisan, tetapi perlu langkah konkret.” (Suryadharma Ali, Ketua Umum DPP PPP) “Ini hasil dari rapat pimpinan daerah. Target 15 persen suara ini karena kami memiliki akar rumput yang kuat dan akan memilih Foke.” (Zainuddin MH, DPD Partai Golkar DKI Jakarta) “Semula Pak Ical memang membebaskan anggotanya mau mendukung siapa. Namun, saat rapimda, beliau merestui.” (Zainuddin
Cucu A. Kurnia menyatakan kesiapan bertarung menghadapi pilkada putaran kedua. (Kompas, 20 Juli 2012, hlm. 15)
Konvivial Ilokusi ekspresif (mengucapkan terima kasih)
Santun
Diksi: bersyukur Pronomina: kami
Cucu A. Kurnia menyatakan kesiapan bertarung menghadapi pilkada putaran kedua. (Kompas, 20 Juli 2012, hlm. 15)
Konvivial Ilokusi ekspresif (mengajak)
Santun
Modalitas: harus
Budi Siswanto menyatakan kesiapan bertarung menghadapi pilkada putaran kedua. (Kompas, 20 Juli 2012, hlm. 15)
Kolaboratif Ilokusi representatif (menginformasikan)
Netral
Suryadharma Ali menyatakan dukungannya kepada pasangan Foke-Nara (Kompas, 21 Juli 2012, hlm. 26)
Kolaboratif Ilokusi representatif (menyatakan pendapat)
Netral
Pronomina: kami Gaya bahasa metafora: menjaring massa Modalitas: akan Gaya bahasa sinekdoke: PPP
Konteks Suryadharma Ali menerangkan dukungan PPP kepada pasangan Foke-Nara. (Kompas, 3 Agustus 2012, hlm. 26)
Jenis Tindak Tutur Kolaboratif Ilokusi representatif (menginformasikan)
Tingkat Kesantunan Netral
Penanda Lingual Kesantunan Pronomina: kami Diksi: memenangkan
Zainuddin MH menerangkan dukungan Golkar terhadap pasangan Foke-Nara. (Kompas, 6 Agustus 2012, hlm. 27)
Kolaboratif Ilokusi representatif (menginformasikan)
Netral
Gaya bahasa metafora: akar rumput Pronomina: kami
Zainuddin MH menerangkan dukungan Golkar terhadap pasangan Foke-Nara. (Kompas, 6 Agustus 2012, hlm. 27)
Kolaboratif Ilokusi representatif (menjelaskan)
Netral
Diksi: Pak Ical Pronomina: beliau
218
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
4
5
6
7
8
9
10
MH, DPD Partai Golkar DKI Jakarta) “Separuh dari suara kami sudah memilih Foke saat putaran pertama.” (Zainuddin MH, DPD Partai Golkar DKI Jakarta) “Keputusan ini tidak tiba-tiba, tetapi melalui proses panjang agar dapat memastikan suara kami bulat. Kami sudah menemui Pak Jokowi dan Pak Fauzi. Sayangnya, Pak Jokowi tidak memberi jawaban mengenai penyamaan program dan agenda. Kami menunggu dan belum mendapat jawaban. Sementara kami harus cepat mengambil keputusan sebelum Lebaran.” (Luthfi Hasan Ishaaq, Presiden PKS). “Mereka yang tidak taat akan berurusan dengan penegak disiplin partai.” (Luthfi Hasan Ishaaq, Presiden PKS). “Dukungan ini didasari pada keinginan untuk membangun bersama Jakarta. Titipan program pasangan Hidayat Nur Wahid-Didik J. Rachbini tidak jauh beda dengan kami.” (Fauzi Bowo) “Tidak apa-apa. Sudahlah, kami menghargai keputusan partai.” (Jokowi)
“Kami juga meyakini, pendukung atau tim relawan Jokowi-Basuki juga tidak pernah mengeluarkan hal demikian.” (Boy Sadikin, ketua tim kampanye Jokowi-Basuki) “Kami menurunkan spanduk yang tersebar secara masif di seluruh Jakarta. Kami konfirmasi ke pihak internal dan memang tidak ada yang memasang spanduk itu.” (Mustar Bona Ventura, Posko Perjuangan Rakyat).
Zainuddin MH menerangkan dukungan Golkar terhadap pasangan Foke-Nara. (Kompas, 6 Agustus 2012, hlm. 27) Lutfhi Hasan Ishaaq menerangkan dukungan PKS terhadap pasangan Foke-Nara. (Kompas, 12 Agustus 2012, hlm. 2)
Kolaboratif Ilokusi representatif (menginformasikan) Kolaboratif Ilokusi representatif (menjelaskan)
Netral
Diksi: suara kami
Netral
Pronomina: kami
Lutfhi Hasan Ishaaq menerangkan dukungan PKS terhadap pasangan Foke-Nara dan meminta dukungan kader dan simpatisan PKS. (Kompas, 12 Agustus 2012, hlm. 2) Fauzi Bowo menyambut dukungan PKS atas dirinya. (Kompas, 12 Agustus 2012, hlm. 2)
Kompetitif Ilokusi direktif (melarang)
Tidak santun
Diksi: berurusan
Kolaboratif Ilokusi representatif (menjelaskan)
Netral
Diksi: dukungan; titipan
Jokowi menanggapi dukungan PKS atas pasangan Foke-Nara. Jokowi merasa telah berusaha agar bisa bersama PKS pada putaran kedua. (Kompas, 12 Agustus 2012, hlm. 2) Boy Sadikin menanggapi adanya spanduk dukungan bertuliskan Jokowi Menang, Mega Presiden. Hal ini dibantahnya (Kompas, 24 Agustus 2012, hlm. 15) Mustar Bona Ventura menjelaskan keberadaan spanduk-spanduk dukungan terhadap pasangan partai yang masih dipasang di beberapa tempat. (Kompas, 24 Agustus 2012, hlm. 15)
Konvivial Ilokusi direktif (menghargai)
Santun
Diksi: menghargai
Konvivial Ilokusi ekspresif (menghargai)
Santun
Modalitas: kata kerja meyakini; tidak pernah
Kolaboratif Ilokusi representatif (menginformasikan)
Netral
Pronomina: kami
219
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI Kartu Data Utama: Tuturan di DalamBerita Koran Tempo Bulan Juni No Data Tuturan 1
“Memang saya punya pikiran begitu sempit?” (Fauzi Bowo)
2
“Kami akan laporkan besok atau lusa.” (Sirra Prayitna, kuasa hukum tim sukses JokowiAhok)
3
“Kami hanya berharap kesalahan-kesalahan dalam DPT segera diperbaiki.” (Tosca Santosa, manajer kampanye Faisal-Biem)
4
“Kami hanya meminta KPU mempertanggungjawabkan kejanggalan yang muncul dalam DPT.” (Tosca Santosa, manajer kampanye Faisal-Biem) “Tak ada lagi yang ditutup-tutupi, semua sudah dilaporkan.” (Nachrowi Ramli)
5
6
“Kalau istilah orang sekarang, lebay.” (Agung Mozin, anggota tim sukses HidayatDidik)
7
“Tidak ada yang salah, ini kan cuma sosialisasi.” (Agung Mozin, anggota tim sukses Hidayat-Didik)
8
“Hati-hati, awas menyenggol.” (Fauzi Bowo)
9
“Hati-hati, itu kena lampu.” (Fauzi Bowo)
Konteks Fauzi Bowo tidak ambil pusing dengan kesalahan data yang ditudingkan oleh tim sukses pasangan lain. (Koran Tempo, 5 Juni 2012, A3) Sirra Prayitna berencana membawa masalah DPT ke ranah hukum karena KPU tidak cepat menanggapi. (Koran Tempo, 6 Juni 2012, hlm. A4) Tosca Santoso berencana membawa masalah DPT ke ranah hukum karena KPU tidak cepat menanggapi. (Koran Tempo, 6 Juni 2012, hlm. A4) Tosca Santoso berencana membawa masalah DPT ke ranah hukum karena KPU tidak cepat menanggapi. (Koran Tempo, 6 Juni 2012, hlm. A4) Nachrowi Ramli menerangkan kekayaannya yang dikoreksi oleh KPK. (Koran Tempo, 8 Juni 2012, hlm. A6) Agung Mozin mengomentari tindakan Panwaslu yangmenertibkan iklan dan spanduk yang melanggar aturan kampanye. Tindakan itu dianggapnya berlebihan (Koran Tempo, 10 Juni 2012, hlm. A4) Agung Mozin mengomentari tindakan Panwaslu yangmenertibkan iklan dan spanduk yang melanggar aturan kampanye. Tindakan itu dianggapnya berlebihan (Koran Tempo, 10 Juni 2012, hlm. A4) Fauzi Bowo memperingatkan wartawanyang mendatangi rumahnya di kawasan Menteng, Jakarta Pusat untuk memperoleh informasi terkait hartanya. (Koran Tempo, 13 Juni 2012, hlm. A4) Fauzi Bowo memperingatkan wartawanyang
Jenis Tindak Tutur Kompetitif Ilokusi direktif (memprotes)
Tingkat Kesantunan Tidak santun
Penanda Lingual Kesantunan Pronomina: saya Diksi: pikiran begitu sempit (kalimat tanya) Pronomina: kami
Kolaboratif Ilokusi representatif (menginformasikan)
Netral
Kompetitif Ilokusi direktif (meminta)
Tidak santun
Pronomina: kami Modalitas: hanya
Kompetitif Ilokusi direktif (meminta)
Tidak santun
Pronomina: kami Diksi: meminta
Kolaboratif Ilokusi representatif (menginformasikan)
Netral
Konfliktif Ilokusi ekspresif (mengecam)
Lebih tidak santun
Modalitas: tidak ada, sudah Diksi: ditutup-tutupi, dilaporkan Diksi: lebay
Kolaboratif Ilokusi representatif (menginformasikan)
Netral
Modalitas: tidak ada, cuma
Kompetitif Ilokusi direktif (melarang)
Tidak santun
Diksi: hati-hati, awas (imperatif imbauan)
Kompetitif
Tidak santun
Diksi: hati-hati
220
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
10
11
“Kami meminta KPU menggunakan haknya agar kami bisa mendapatkan lokasi ini (GOR Soemantri).” (Ampal Astomo, anggota tim sukses Hidayat-Didik) “Tetap lurus, tanpa kekerasan.” (Hendardji Soepandji)
12
“Hanya menyapa warga dan komunikasi dari hati ke hati.” (Faisal Basri)
13
“Saya memang suka tempe.” (Jokowi)
14
“Jangan sampai pasar terdisional tergusur.” (Hidayat Nur Wahid)
“Sebagian besar warga Tanah Abang adalah pedagang, jadi harus difasilitasi.” (Alex Noerdin) Bulan Juli No Data Tuturan 15
1
2
3
4
“Memilih itu jangan hanya karena emosi, jangan karena janji-janji, jangan tertipu fenomena sesaat.” (Anas Urbaningrum, Ketua Umum Partai Demokrat) “Pilih nomor satu yang sudah teruji.” (Anas Urbaningrum, Ketua Umum Partai Demokrat) “Bukan cuma janji.” (Wiranto, Ketua Umum Partai Hanura) “Saya 29 tahun di TNI. Nara bukan orang baru.” (Sutiyoso, Ketua Umum Partai Kebangkitan Persatuan Indonesia)
mendatangi rumahnya di kawasan Menteng, Jakarta Pusat untuk memperoleh informasi terkait hartanya. (Koran Tempo, 13 Juni 2012, hlm. A4) Ampal Astomo mempersoalkan lokasi kampanye pemilu DKI. Pasangan HidayatDidik tidak mendapatkan tempat kampanye. (Koran Tempo, 20 Juni 2012, hlm. A4) Hendardji Soepandji memberikan komentar dalam deklarasi kampanye damai. (Koran Tempo, 24 Juni 2012, hlm. A4) Fasal Basri menerangkan kegiatan kampanyenya di hadapan warga. (Koran Tempo, 26 Juni 2012, hlm. A4) Jokowi mendatangi pedagang di Pasar Jong, Semper, Jakarta Utara. (Koran Tempo, 27 Juni 2012, hlm. A3) Hidayat Nur Wahid mengunjungi pedagang di Pasar Gembrong dan berkomentar tentang keberadaan pedagang di di sana (Koran Tempo, 27 Juni 2012, hlm. A3) Alex Noerdin mengunjungi warga di pasar Tanah Abang (Koran Tempo, 27 Juni 2012, hlm. A3)
Ilokusi direktif (melarang)
Konteks
(imperatif imbauan)
Kompetitif Ilokusi direktif (meminta)
Tidak santun
Diksi: meminta
Kolaboratif Ilokusi representatif (menyatakan) Kolaboratif Ilokusi representatif (menginformasikan) Kolaboratif Ilokusi representatif (menyatakan) Kompetitif Ilokusi direktif (melarang)
Netral
Diksi: tetap.
Netral
Modalitas: hanya Diksi: komunikasi dari hati ke hati Pronomina: saya Diksi: suka tempe
Tidak santun
Diksi: jangan sampai (imperatif imbauan, larangan)
Kolaboratif Ilokusi representatif (menyatakan)
Netral
Modalitas: harus Diksi: difasilitasi
Anas Urbaningrum menyampaikan orasi saat kampanye pasangan Foke-Nara. (Koran Tempo, 1 Juli 2012, hlm. A3)
Jenis Tindak Tutur Kompetitif Ilokusi direktif (menyuruh)
Tingkat Kesantunan Tidak santun
Penanda Lingual Kesantunan Diksi: jangan
Anas Urbaningrum menyampaikan orasi saat kampanye pasangan Foke-Nara. (Koran Tempo, 1 Juli 2012, hlm. A3) Wiranto memberikan dukungan dalam sesi kampanye pasangan Foke-Nara. (Koran Tempo, 1 Juli 2012, hlm. A3) Sutiyoso memberikan dukungan dalam kampanye pasangan Foke-Nara. (Koran Tempo, 1 Juli 2012, hlm. A3)
Kompetitif Ilokusi direktif (menyuruh) Kolaboratif Ilokusi representatif (menjelaskan) Kolaboratif Ilokusi representatif (menginformasikan)
Tidak santun
Modalitas: sudah Diksi: teruji (imperatif suruhan) Modalitas: bukan cuma
Netral
Netral
Netral
Pronomina: saya Diksi: bukan orang baru
221
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 5
6
7
8
9
10
“Saya kenal betul Bang Adji. Kalau beliau bicara itu pasti dilaksanakan, bukan janjijanji seperti yang lain.” (Adhyaksa Dault, tim sukses pasangan independen HendardjiRiza) “Dua anggota posko kami diculik selang satu hari setelah kejadian penyerangan posko. Besok akan kami buat laporannya.” (Nono Sampono) “Mereka (pelaku) berpakaian hitam-hitam dan berbadan tegap.” (Nono Sampono) “Siapa pun melakukan hal ini, jangan sampai Anda bermain api. Bukan kami yang marah, tapi rakyat juga marah.” (Nono Sampono) “Penganiayaan ditangani Polsek Pesanggrahan dan akan dibackup Polda. Nanti, laporan penculikan di Polda.” (Nono Sampono) “Intimidasi cukup sering.” (Tubagus Arif, Sekretaris Dewan Pimpinan Wilayah PKS)
11
“Lihat, ya, saya pakai seragam, saya ke sini tidak kampanye.” (Fauzi Bowo)
12
“Bawalah air di dalam gelas, jangan tuang di atas batu. Bulan Juli tanggal 11, jangan lupa …” (Fauzi Bowo) “Apakah tiga unsur itu ada di acara tadi.” (Kahfi Siregar, Ketua media center pasangan Fauzi Bowo-Nachrowi Ramli) “Yang money politics itu kalau menggunakan uang rakyat, dana APBD.” (Alex Noerdin)
13
14
15
“Kami tidak mengenal dan tidak melakukan politik uang.” (Alex Noerdin)
16
“Jangan libatkan kami dalam keputusan
Adhyaksa Dault memberikan dukungan dalam sesi kampanye pasangan HendardjiRiza (Koran Tempo, 1 Juli 2012, hlm. A3)
Konvivial Ilokusi ekspresif (menyanjung)
Santun
Diksi: kenal betul; Bang Adji Modalitas: pasti
Nono Sampono menjelaskan kepada media terkait anggota poskonya yang diculik. (Koran Tempo, 1 Juli 2012, hlm. A3)
Kolaboratif Ilokusi representatif (menginformasikan)
Netral
Diksi: anggota posko kami
Nono Sampono menjelaskan kepada media terkait anggota poskonya yang diculik. (Koran Tempo, 1 Juli 2012, hlm. A3) Nono Sampono menjelaskan kepada media terkait anggota poskonya yang diculik. (Koran Tempo, 1 Juli 2012, hlm. A3) Nono Sampono menjelaskan kepada media terkait anggota poskonya yang diculik. (Koran Tempo, 1 Juli 2012, hlm. A3)
Kolaboratif Ilokusi representatif (menginformasikan) Konfliktif Ilokusi ekspresif (mengancam) Kolaboratif Ilokusi representatif (menginformasikan)
Netral
Pronomina: mereka
Lebih tidak santun
Diksi: siapa pun
Netral
Diksi: penganiayaan, penculikan
Tubagus Arif menerangkan kubu pasangan Hidayat-Didik sering diserang. (Koran Tempo, 1 Juli 2012, hlm. A3) Fauzi Bowo membantah berkampanye setelah bertatap muka dengan para guru. (Koran Tempo, 4 Juli 2012, hlm. A4) Fauzi Bowo memberikan orasidi depan guru. (Koran Tempo, 4 Juli 2012, hlm. A4)
Kolaboratif Ilokusi representatif (menginformasikan) Kompetitif Ilokusi direktif (menyuruh) Konvivial Ilokusi ekspresif (mengajak) Kolaboratif Ilokusi representatif (menyatakan) Kompetitif Ilokusi direktif (menyindir)
Netral
Diksi: intimidasi Modalitas: cukup sering Diksi: Lihat ya (imperatif suruhan)
Kahfi Siregar menerangkan masalah Fauzi Bowo yang diduga berkampanye di depan guru. (Koran Tempo, 4 Juli 2012, hlm. A4) Alex Noerdin membantah dugaan ia dan pasangan calonlain, yakni Fauzi-Nachrowi dan Hendardji-Riza bermain politik uang. (Koran Tempo, 8 Juli 2012, hlm. A2) Alex Noerdin membantah dugaan ia dan pasangan calonlain, yakni Fauzi-Nachrowi dan Hendardji-Riza bermain politik uang. (Koran Tempo, 8 Juli 2012, hlm. A2) Fatahillah Ramli menolak rapat pleno KPU
Tidak santun
Santun
Diksi: jangan lupa..
Netral
Diksi: ada
Tidak santun
Diksi: money politics
Kolaboratif Ilokusi representatif (menyatakan)
Netral
Kompetitif
Tidak santun
Diksi: tidak mengenal; tidak melakukan Modalitas Diksi: jangan;
222
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI karena mencederai demokrasi yang sedang dibangun.” (Fatahillah Ramli, anggota tim sukses Alex-Nono)
DKI Jakarta yang memutuskan penghapusan 21.344 dari total 6.983.692 daftar pemilih tetap. (Koran Tempo, 10 Juli 2012, hlm. A4)
Ilokusi direktif (melarang)
17
“Saya tidak ingin mendahului kehendak Yang di Atas dan masyarakat.” (Jokowi)
Kolaboratif Ilokusi representatif (menyatakan)
Netral
18
“Kalau Foke tak melibatkan pegawai negeri sipil, dan tidak ada PNS yang ditekan.” (Fatah Ramli, anggota tim sukses AlexNono) “Kalau bisa sebanyak-banyaknya. Tujuan kami sekarang untuk masuk ke putaran kedua.” (Tosca Santoso, manajer kampanye pasangan Faisal-Biem) “Hari-hari terakhir seperti ini saya pasrah saja kepada Tuhan dan terhadap pilihan masyarakat.” (Jokowi) “Pak Nono bikin acara ini untuk minta doa anak yatim buat kelancaran acara besok.” (Andar, Kordinator Tim Merdeka, tim sukses pasangan Alex-Nono) “Kalau mengaji, saya dari dulu juga mengaji.” (Fauzi Bowo)
Jokowi memberikan pendapatnya kepada media tentang peluang menang dalam pilkada (Koran Tempo, 11 Juli 2012, hlm. A2) Fatah Ramli memberikan pendapatnya kepada media tentang peluang menang dalam pilkada (Koran Tempo, 11 Juli 2012, hlm. A2) Tosca Santoso membeberkan peluang menang dalam pilkada (Koran Tempo, 11 Juli 2012, hlm. A2)
Gaya bahasa eufemisme: mencederai (imperatif larangan) Diksi: Yang di atas
Kompetitif Ilokusi direktif (mengkritik)
Tidak santun
Diksi: Foke
Kolaboratif Ilokusi representatif (menjelaskan)
Netral
Diksi: tujuan kami Modalitas: kalau bisa
Jokowi berpasrah menyambut hari H pemilihan. (Koran Tempo, 11 Juli 2012, hlm. A2) Andar menerangkan kegiatan Nono Sampono menyambut hari H pemilihan. (Koran Tempo, 11 Juli 2012, hlm. A2)
Kolaboratif Ilokusi representatif (menyatakan) Kolaboratif Ilokusi representatif (menginformasikan)
Netral
Pronomina: saya Diksi: pasrah
Netral
Diksi: Pak (sapaan)
Fauzi Bowo menerangkan kegiatan pengajian untuk menyambut hari H pemilihan. (Koran Tempo, 11 Juli 2012, hlm. A2) Hendardji Soepandji meminta dukungan dalam menyambut hari H pemilihan. (Koran Tempo, 11 Juli 2012, hlm. A2) Tosca Santoso menerangkan kegiatan Fasal Basri menyambut hari H pemilihan. (Koran Tempo, 11 Juli 2012, hlm. A2)
Kolaboratif Ilokusi representatif (menginformasikan) Konvivial Ilokusi direktif (mengundang) Kolaboratif Ilokusi representatif (menginformasikan)
Santun
Diksi: memohon (imperatif imbauan)
Netral
Diksi: ada; Pak Faisal
Jokowi mengomentari keunggulannya atas pasangan lain. (Koran Tempo, 12 Juli 2012, hlm. A1)
Kolaboratif Ilokusi representatif (menginformasikan)
Netral
Jokowi mengomentari keunggulannya atas pasangan lain. (Koran Tempo, 12 Juli 2012,
Kolaboratif Ilokusi representatif
Netral
Diksi: koalisi; membentuk Modalitas: akan Pronomina: kami Pronomina: saya Diksi: dolani
19
20
21
22
23
“Mohon doa restu untuk kelancaran acara esok.” (Hendardji Soepandji)
24
“Pak Faisal ada agenda pribadi. Salah satunya ke makam ayahnya.” (Tosca Santoso, manajer kampanye pasangan Faisal-Biem) “Kami akan membentuk desain khusus koalisi.” (Jokowi)
25
26
“Malam ini akan saya dolani semua.” (Jokowi)
Diksi: mengaji
223
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI hlm. A1) Hidayat Nur Wahid mengomentari hasil hitung cepat di mana pasangan Jokowi-Ahok mengungguli pasangan lain. (Koran Tempo, 12 Juli 2012, hlm. A1) Hidayat Nur Wahid mengomentari hasil hitung cepat di mana pasangan Jokowi-Ahok mengungguli pasangan lain. (Koran Tempo, 12 Juli 2012, hlm. A1) Fauzi Bowo mengomentari keunggulan pasangan Jokowi-Ahok dalam pilkada. (Koran Tempo, 12 Juli 2012, hlm. A1)
(menginformasikan) Kompetitif Ilokusi direktif (mengkritik)
“Saya akan memakai strategi umpan pendek dan variasi-variasi.” (Jokowi)
“Politik dan kemungkinan kerja sama masih tetap ada.” (Budi Siswanto, Sekretaris Pemenangan pasangan Fauzi-Nachrowi) “Lima calon sudah sepakat bersama-sama memberikan suaranya, tapi saya masih akan bicarakan dengan tim sukses saya.” (Hendardji Soepandji) “Ini akan kami rapatkan, musyawarah dulu.” (Alex Noerdin)
27
“Secara logika, calon gubernur lain otomatis pasti ingin melihat Jakarta yang baru.” (Hidayat Nur Wahid)
28
“Kami akan saling bela kalau baju batik dan baju kotak-kotak diintimidasi.” (Hidayat Nur Wahid)
29
“Mari kita bertarung di putaran kedua.” (Fauzi Bowo)
30
31
32
33
34
“Pasti pendapat saya didengar.” (Alex Noerdin)
35
“Kami tidak akan bernegosiasi dengan siapa pun untuk menyerahkan suara rakyat.” (Faisal Basri) “Pertama, karena ini sekolah. Dan kedua, karena ini TPS.” (seorang tim sukses
36
Tidak santun
Modalitas: akan Modalitas: pasti
Kolaboratif Ilokusi representatif (menawarkan janji)
Netral
Konfliktif Ilokusi ekspresif (menantang)
Lebih tidak santun
Jokowi membeberkan rancangan strategi untuk menghadapi pilkada putaran kedua. (Koran Tempo, 12 Juli 2012, hlm. A2)
Kolaboratif Ilokusi representatif (menginformasikan)
Netral
Budi Siswanto memaparkan strategi menghadapi pilkada putaran kedua. (Koran Tempo, 12 Juli 2012, hlm. A2) Hendardji Sopandji memberikan keterangan rencana pasangannya menghadapi putaran kedua. (Koran Tempo, 12 Juli 2012, hlm. A2) Alex Noerdin memberikan keterangan rencana pasangannya menghadapi putaran kedua. (Koran Tempo, 12 Juli 2012, hlm. A2) Alex Noerdin memberikan keterangan rencana pasangannya menghadapi putaran kedua. (Koran Tempo, 12 Juli 2012, hlm. A2) Faisal Basri menegaskan sikap politiknya dalam pilkada putaran kedua. (Koran Tempo, 12 Juli 2012, hlm. A2) Seorang tim sukses pasangan Alex-Nono mengomentari spanduk “Terima Kasih
Kolaboratif Ilokusi representatif (menjelaskan) Kolaboratif Ilokusi representatif (menginformasikan)
Netral
Netral
Diksi: sudah sepakat
Kolaboratif Ilokusi representatif (menginformasikan)
Netral
Diksi: musyawarah Pronomina: kami Modalitas: akan
Kolaboratif Ilokusi representatif (menyimpulkan)
Netral
Modalitas: pasti
Kolaboratif Ilokusi representatif (menyatakan) Kolaboratif Ilokusi representatif
Netral
Diksi: bernegosiasi, dengan siapa pun Modalitas: tidak akan Diksi: pertama, kedua
Netral
Diksi: saling membela Pronomina: kami Modalitas: akan Diksi: mari, bertarung Gaya bahasa metafora: bertarung (imperatif ajakan) Diksi: umpan pendek; variasi Modalitas: akan Gaya bahasa metafora: umpan pendek; variasi Modalitas: masih tetap ada
224
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI pasangan Alex-Nono)
37
“Tiga calon sudah menyatakan komitmen, tapi tidak bisa saya katakan siapa saja.” (Jokowi)
38
“Dari dulu Pak Hendardji punya semangat pembaruan dan perubahan.” (Jokowi)
39
“Saya bebaskan mereka pilih siapa pun.” (Hendardji Soepandji)
40
“Kami masih mengevaluasi, mencermati, dan menghitung. Mungkin satu atau dua hari lagi baru bisa terlihat.” (Abdul Hakim, Sekretaris Fraksi PKS) “Kita tunggu saja. Keputusan belum ada.” (Budi Siswanto, Sekretaris Pemenangan pasangan Fauzi-Nachrowi)
41
42
“Kami akan berkoalisi dengan rakyat.” (Fauzi Bowo)
43
“Kami berharap seluruh pasangan yang gagal dapat mendukung calon kami.” (Edhie Prabowo, Ketua DPP Partai Gerindra) “Saya mau langsung bekerja, sudah banyak tamu yang menunggu.” (Jokowi)
44
45
46
“Kami sangat mendukung Pak Jokowi jadi Gubernur Jakarta.” (Sukardi, tukang becak di Solo) “Ini tamparan buat Golkar.” (Yorrys Raweyai, Ketua DPP Partai Golkar)
Bapak Gubernur, Komunitas SMK Jakarta Siap Melaksanakan Wajib Belajar 12 Tahun” yang dipasang di SMK 30 Jakarta, spanduk dukungan kepada Foke-Nara. (Koran Tempo, 12 Juli 2012, hlm. A3) Jokowi mengkalim telah mendapat dukungan dari pasangan lain untuk putaran kedua. (Koran Tempo, 13 Juli 2012, hlm. A1) Jokowi mengklaim telah mendapat dukungan dari pihak Hendardji Soepandji. (Koran Tempo, 13 Juli 2012, hlm. A1)
(menyatakan)
Kolaboratif Ilokusi representatif (menginformasikan)
Netral
Diksi: komitmen Modalitas: sudah; tidak bisa
Konvivial Ilokusi ekspresif (menyanjung)
Santun
Diksi: dari dulu; sapaan Pak; semangat pembaruan, perubahan
Hendardji Soepandji mengaskan sikap politiknya menghadapi putaran kedua. (Koran Tempo, 13 Juli 2012, hlm. A1) Abdul Hakim menerangkan sikap PKS menghadapi pilkada putaran kedua. (Koran Tempo, 13 Juli 2012, hlm. A1)
Konvivial Ilokusi ekspresif (mempersilakan) Kolaboratif Ilokusi representatif (menjelaskan)
Santun
Pronomina: saya Diksi: bebaskan
Netral
Diksi: mengevaluasi… Modalitas: mungkin
Budi Siswanto menerangkan sikap kubu pasangan Fauzi-Nachrowi menghadapi putaran kedua. (Koran Tempo, 13 Juli 2012, hlm. A1) Fauzi Bowo menegaskan sikap politiknya dalam putaran kedua. (Koran Tempo, 13 Juli 2012, hlm. A1) Edhi Prabowo mengarahkan dukungan dari pasangan lain kepada Foke-Nara. (Koran Tempo, 13 Juli 2012, hlm. A2) Dalam perjalanan ke Solo, Jokowi menegaskan sikapnya setelah penghitungan suara berakhir. (Koran Tempo, 13 Juli 2012, hlm. A2) Sukardi memberi komentar terkait kemenangan Jokowi di Jakarta. (Koran Tempo, 13 Juli 2012, hlm. A2) Yorrys Raweyai mengakui kubu Partai Golkar tak solid mendukung Alex-Nono.
Konvivial Ilokusi ekspresif (mengajak)
Santun
Konvivial Ilokusi komisif (menawarkan janji) Konvivial Ilokusi ekspresif (mengajak) Kolaboratif Ilokusi representatif (menginformasikan)
Santun
Diksi: tunggu Pronomina: kita Modalitas: saja; belum Diksi: berkoalisi
Konvivial Ilokusi ekspresif (menghargai) Kompetitif Ilokusi direktif
Santun
Diksi: berharap Pronomina: kami
Netral
Diksi: langsung bekerja
Santun
Modalitas: sangat
Tidak santun
Gaya bahasa hiperbola: tamparan
225
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
47
“Ini kan tidak.” (Yorrys Raweyai, Ketua DPP Partai Golkar)
48
“Saya bertaruh sejak awal, jadi urutan ketiga saja sudah hebat.” (Yorrys Raweyai, Ketua DPP Partai Golkar) “Kekalahan di Jakarta tahun ini bukan indikasi kekalahan Golkar secara nasional.” (Hadjriyanto Thohari, Ketua Golkar)
49
50
51
52
53
“Tantowi memang populer saat itu. Tapi, kalau waktu itu sudah muncul Alex, belum tentu surveinya tinggi.” (Fatah Ramli, Koordinator Tim Sukses Alex-Nono) “Kalau di luar tim sukses, kami tidak tahu.” (Kahfi Siregar, Ketua Media Center FauziNachrowi) “Nanti akan dievaluasi, bagaimana untuk meraih kembali dukungan dari golongan putih tersebut.” (Kahfi Siregar, Ketua Media Center Fauzi-Nachrowi) “Tim sukses saya yang mempelajarinya.” (Fauzi Bowo)
(Koran Tempo, 13 Juli 2012, hlm. A3) Yorrys Raweyai mengakui kubu Partai Golkar tak solid mendukung Alex-Nono. (Koran Tempo, 13 Juli 2012, hlm. A3) Yorrys Raweyai mengakui kubu Partai Golkar tak solid mendukung Alex-Nono. (Koran Tempo, 13 Juli 2012, hlm. A3) Hadjriyanto Thohari menolak bahwa kubu Partai Golkar tak solid mendukung AlexNono. (Koran Tempo, 13 Juli 2012, hlm. A3) Fatah Ramli menjelaskan alasan pemilihan pasangan Alex-Nono yang didukung Golkar. (Koran Tempo, 13 Juli 2012, hlm. A3)
(menyindir) Kompetitif Ilokusi direktif (mengkritik) Kolaboratif Ilokusi representatif (menginformasikan) Kolaboratif Ilokusi representatif (menyatakan) Kolaboratif Ilokusi representatif (menjelaskan)
Netral
Kahfi Siregar menjelaskan masalah adanya aduan penyimpangan menjelang dan selama pemungutan suara, khususnya dugaan politik uang oleh pasangan Fauzi-Nachrowi. (Koran Tempo, 13 Juli 2012, hlm. A3) Kahfi Siregarmenerangkan target pemilih dari suara golput menghadapi putaran kedua. (Koran Tempo, 14 Juli 2012, hlm. A1)
Kolaboratif Ilokusi representatif (menjelaskan)
Netral
Kolaboratif Ilokusi representatif (menginformasikan)
Netral
Diksi: dievaluasi Modalitas: akan
Kolaboratif Ilokusi representatif (menyatakan) Kolaboratif Ilokusi representatif (menginformasikan)
Netral
Pronomina: saya
Netral
Kolaboratif Ilokusi representatif (menginformasikan)
Netral
Pronomina: saya Diksi: dikomunikasikan; Pak Jokowi Modalitas: sudah; tidak Diksi: demokrat
Kolaboratif Ilokusi representatif (menyatakan)
Netral
54
“Yang sudah dikomunikasikan ke publik adalah Pak Jokowi datang ke tempat saya, sedangkan yang lain tidak dikomunikasikan ke publik.” (Hidayat Nur Wahid)
Fuazi Bowo enggan berkomentar tentang strategi menghadapi putaran kedua. (Koran Tempo, 14 Juli 2012, hlm. A1) Hidayat Nur Wahid menerangkan kehadiran Jokowi setelah penghitungan suara di rumahnya (Koran Tempo, 14 Juli 2012, hlm. A2)
55
“Dengan Demokrat ketika mengusung Pak SBY, sedangkan di Solo saya juga ikut mendukung Pak Jokowi.” (Hidayat Nur Wahid) “Kami memang tidak boleh kalah cepat.” (Kahfi Siregar, Ketua Media Center FauziNachrowi)
Hidayat Nur Wahid menerangkan kehadiran Jokowi setelah penghitungan suara di rumahnya (Koran Tempo, 14Juli 2012, hlm. A2) Kahfi Siregar meminta dukungan dari partai lain dalam menghadapi putaran kedua (Koran Tempo, 14 Juli 2012, hlm. A2)
56
Tidak santun
Netral
Netral
Personifikasi Modalitas: tidak Pronomina: ini Diksi: bertaruh Modalitas: sudah Pronomina: saya Diksi: kekalahan Modalitas: bukan
Diksi: (nama orang); populer Modalitas: memang; sudah; belum tentu Pronomina: kami Modalitas: tidak tahu
Diksi: kalah cepat Modalitas: tidak boleh
226
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 57
58
“Foke sudah menghubungi kami, dan dia minta koalisi berlanjut.” (Bima Arya Sugiharto, Ketua Dewan Pimpinan Pusat PAN) “Tidak ada agenda politik hari ini.” (Fauzi Bowo)
59
“Masa depan Jakarta akan lebih terjamin kalau Fauzi-Nachrowi diberi amanah.” (Anas Urbaningrum, Ketua Umum Partai Demokrat)
60
“Kalau pilihannya Fauzi-Nachrowi atau Jokowi-Ahok, kami lebih condong ke Fauzi.” (Suharso Monoarfa, Wakil Ketua Umum PPP) “Yang penting, sekarang ini membangun koalisi dengan rakyat.” (Djarot Syaiful Hidayat, Ketua DPD PDI Perjuangan DKI Jakarta) “Kalau ada yang hendak berkoalisi, ya, pastinya kami terima.” (Djarot Syaiful Hidayat, Ketua DPD PDI Perjuangan DKI Jakarta) “Sudah ada lampu hijau dari Pak Hidayat.” (Jokowi)
61
62
63
64
65
66
“Mudah-mudahan usai Ramadan sudah ada keputusan.” (Abdul Hakim, Sekretaris Fraksi PKS) “Dalam pertemuan ini akan diputuskan dengan siapa koalisi akan dilakukan.” (Abdul Hakim, Sekretaris Fraksi PKS) “Dari dulu Pak Jokowi memang sering minta masukan ke Pak Prijanto.” (Boy Sadikin, Ketua Tim Sukses pasangan Jokowi-Ahok)
Bima Arya Sugiharto menerangkan posisi PAN dalam menghadapi putaran kedua (Koran Tempo, 14 Juli 2012, hlm. A2)
Kolaboratif Ilokusi representatif (menginformasikan)
Netral
Fauzi Bowo memberitahukan agendanya kepada media. Dia telah melakukan pendekatan ke tokoh-tokoh partai politik, khususnya PPP dan PAN. Hari Minggu ia beristirahat. (Koran Tempo, 16 Juli 2012, hlm. A5) Anas Urbaningrum menerangkan dukungan Partai Demokrat terhadap Fauzi-Nachrowi. (Koran Tempo, 16 Juli 2012, hlm. A5)
Kolaboratif Ilokusi representatif (menginformasikan)
Netral
Konvivial Ilokusi komisif (menwarkan janji)
Santun
Suharsono Monoarfa menerangkan dukungan PPP terhadap Fauzi-Nachrowi. (Koran Tempo, 16 Juli 2012, hlm. A5)
Kolaboratif Ilokusi representatif (menyatakan)
Netral
Djarot Syaiful menjelaskan bentuk koalisi PDI-P untuk menghadapi putaran kedua. (Koran Tempo, 17 Juli 2012, hlm. A4)
Kolaboratif Ilokusi representatif (menjelaskan)
Netral
Diksi: koalisi dengan rakyat
Djarot Syaiful menjelaskan bentuk koalisi PDI-P untuk menghadapi putaran kedua. (Koran Tempo, 17 Juli 2012, hlm. A4)
Kolaboratif Ilokusi representatif (menjelaskan)
Netral
Modalitas: pastinya
Jokowi memberitahukan adanya dukungan dari Hidayat Nur Wahid. (Koran Tempo, 17 Juli 2012, hlm. A4) Abdul Hakim belum memastikan dukungan PKS untuk putaran kedua. (Koran Tempo, 17 Juli 2012, hlm. A4) Abdul Hakim belum memastikan dukungan PKS untuk putaran kedua. (Koran Tempo, 17 Juli 2012, hlm. A4) Boy Sadikin memberikan keterangan tentang dukungan Prijanto kepada Jokowi. (Koran Tempo, 17 Juli 2012, hlm. A4)
Kolaboratif Ilokusi representatif (menginformasikan) Konvivial Ilokusi ekspresif (meneguhkan) Kolaboratif Ilokusi representatif (menginformasikan) Kolaboratif Ilokusi representatif (menginformasikan)
Netral
Modalitas: sudah ada Diksi: lampu hijau
Santun
Modalitas: mudahmudahan; sudah ada
Netral
Diksi: diputuskan; koalisi Modalitas: akan Diksi: minta masukan; Pak Jokowi; Pak Prijanto Modalitas: memang
Netral
Diksi : Foke; menghubungi Modalitas: sudah Pronomina: dia Modalitas: tidak ada
Modalitas: akan lebih Diksi: terjamin; amanah Gaya bahasa personifikasi Pronomina: kami
227
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI “Tidak segampang itu. Urusan koalisi bukan urusan Jokowi, tapi urusan partai. Jadi, itu urusan DPP partai.” (Megawati Soekarnoputri, Ketua Umum PDI Perjuangan) “Kalau berniat membantu rakyat, mari koalisi yang benar, enggak usah pakai mahar-mahar segala.” (Boy Sadikin, Ketua Tim Sukses pasangan Jokowi-Ahok) “Kami akan mempertahankan dan menjaga kepercayaan masyarakat yang sudah memilih di putaran kedua nanti.” (Marihot Napitupulu, Wakil Sekretaris tim sukses pasangan Jokowi-Ahok)
Megawati menerangkan bentuk koalisi PDIP menghadapi putaran kedua. (Koran Tempo, 17 Juli 2012, hlm. A4)
Kolaboratif Ilokusi representatif (menjelaskan)
Netral
Diksi: koalisi Modalitas: tidak; bukan
Boy Sadikin mengomentari dukungan partai-partai lain, misalnya PKS, yang meminta mahar menghadapi putaran kedua. (Koran Tempo, 17 Juli 2012, hlm. A4) Marihot Napitupulu mengomentari hasil hitung manual oleh KPU DKI Jakarta menunjukkan bahwa Jokowi-Ahok unggul atas calon incumbent Fauzi-Nachrowi. (Koran Tempo, 18 Juli 2012, hlm. A4)
Konfliktif Ilokusi ekspresif (menantang)
Lebih tidak santun
Diksi: mari koalisi yang benar
Konvivial Ilokusi ekspresif (menawarkan janji)
Santun
70
“Hasil manualnya hampir sama dengan real count yang kami lakukan.” (Budi Siswanto, Sekretaris tim sukses Fauzi-Nachrowi)
Kolaboratif Ilokusi representatif (menginformasikan)
Netral
71
“Tidak ada korelasi.” (Budi Siswanto, Sekretaris tim sukses Fauzi-Nachrowi)
Kolaboratif Ilokusi representatif (menginformasikan)
Netral
Modalitas: tidak ada
72
“Banyak yang datang ke tempat pemungutan suara walaupun tak mendapat undangan.” (Boy Sadikin, Ketua Tim Sukses pemenangan pasangan Jokowi-Ahok) “Harus ada sosialisasi pentingnya pilkada. Ini untuk menentukan DKI lima tahun ke depan. Golput harus sadar bahwa mereka akan rugi.” (Jokowi) “Karena Kamis itu kan mepet dengan hari Jumat dan weekend. Bisa hilang semuanya.” (Jokowi) “Ya, kami dari kemarin ini kalau kampanye ilmiah ke suatu tempat itu sudah ada survei terlebih dahulu.” (Jokowi)
Budi Siswanto mengomentari hasil hitung manual oleh KPU DKI Jakarta menunjukkan bahwa Jokowi-Ahok unggul atas calon incumbent Fauzi-Nachrowi. (Koran Tempo, 18 Juli 2012, hlm. A4) Budi Siswanto mengomentari kegagalan pasangan Fauzi-Nachrowi yang dinilai karena turunnya elektabilitas Partai Demokrat. (Koran Tempo, 19 Juli 2012, hlm. A5) Boy Sadikin menyangkan hak warga terabaikan dalam pilkada DKI Jakarta karena tidak terdaftar dalam DPT. (Koran Tempo, 19 Juli 2012, hlm. A5) Jokowi meminta KPU melakukan sosialisasi secara intensif demi mengurangi angka golput. (Koran Tempo, 22 Juli 2012, hlm. A3) Jokowi meminta hari pencoblosan dimajukan. (Koran Tempo, 22 Juli 2012, hlm. A3) Jokowi meminta KPU melakukan sosialisasi secara intensif demi mengurangi angka golput. (Koran Tempo, 22 Juli 2012, hlm. A3)
Diksi: menjaga kepercayaan Gaya bahasa metafora: menjaga kepercayaan Pronomina: kami Diksi: hasil manualnya
Kompetitif Ilokusi direktif (mengkritik)
Tidak santun
Diksi: walaupun
Kompetitif Ilokusi direktif (mengkritik)
Tidak santun
Modalitas: harus
Kolaboratif Ilokusi representatif (menjelaskan) Kolaboratif Ilokusi representatif (menginformasikan)
Netral
Diksi: mepet
Netral
Modalitas: sudah ada
67
68
69
73
74
75
228
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 76
77
78
“Saya kira yang perlu disisir yang kemarin dobel-dobel, dan yang paling penting itu undangan. Yang paling penting disisir yang hantu-hantu itulah.” (Jokowi) “Kita hormati saja keputusan KPU.” (Kahfi Siregar, Kepala media center FauziNachrowi) “Jumat kan hari kerja.” (Kahfi Siregar, Kepala media center Fauzi-Nachrowi)
79
“Pada hari puasa pertama, saya memang ingin sahur bersama warga DKI.” (Jokowi)
80
“Saya ingin berbuka dengan keluarga. Paling pecel, tahu, tempe, ya biasa-biasa saja.” (Jokowi) “Sahur hari pertama, ya, di rumah bersama keluarga.” (Cucu Ahmad Kurnia, juru bicara Pemprov DKI Jakarta) “Bapak sahur bareng warga di Cipinang Selatan.” (Cucu Ahmad Kurnia, juru bicara Pemprov DKI Jakarta) “Setiap Jumat, diadakan Program Jumat Bersih. Ini untuk membangun budaya hidup bersih dan sehat bagi warga Jakarta.” (Fauzi Bowo) “Karena dukungan warga besar, secara sistematis kita bisa tekan demam berdarah.” (Fauzi Bowo)
81
82
83
84
85
“Kami layani.” (Fauzi Bowo)
86
“Mulai tahun ini, wajib belajar adalah 12 tahun, bukan lagi 9 tahun.”
87
“Pemerintah harus bisa menjawab tuntutan itu secara konkret, bukan dengan janji. Itu
Jokowi meminta KPU melakukan sosialisasi secara intensif demi mengurangi angka golput. (Koran Tempo, 22 Juli 2012, hlm. A3) Kahfi Siregar mengomentari Jokowiyang meminta hari pencoblosan dimajukan. (Koran Tempo, 22 Juli 2012, hlm. A3) Kahfi Siregar mengomentari Jokowiyang meminta hari pencoblosan dimajukan. (Koran Tempo, 22 Juli 2012, hlm. A3) Jokowi menjelaskan aktivitas nya selama bulan puasa. (Koran Tempo, 22 Juli 2012, hlm. A3) Jokowi menjelaskan aktivitas nya selama bulan puasa. (Koran Tempo, 22 Juli 2012, hlm. A3) Cucu Ahmad menjelaskan aktivitas Fauzi Bowo selama bulan puasa. (Koran Tempo, 22 Juli 2012, hlm. A3) Cucu Ahmad menjelaskan aktivitas Fauzi Bowo selama bulan puasa. (Koran Tempo, 22 Juli 2012, hlm. A3) Fauzi Bowo berpidato di Masjid Jami Baitussalam, Kramat Jati, Jakarta Timur dalam safari Ramadan (Koran Tempo, 27 Juli 2012, hlm. A3) Fauzi Bowo berpidato di Masjid Jami Baitussalam, Kramat Jati, Jakarta Timur dalam safari Ramadan (Koran Tempo, 27 Juli 2012, hlm. A3) Fauzi Bowo berpidato di Masjid Jami Baitussalam, Kramat Jati, Jakarta Timur dalam safari Ramadan (Koran Tempo, 27 Juli 2012, hlm. A3) Fauzi Bowo berpidato di Masjid Jami Baitussalam, Kramat Jati, Jakarta Timur dalam safari Ramadan (Koran Tempo, 27 Juli 2012, hlm. A3) Fauzi Bowo berpidato di Masjid Jami Baitussalam, Kramat Jati, Jakarta Timur
Kompetitif Ilokusi direktif (menyindir)
Tidak santun
Diksi: disisir; hantuhantu
Konvivial Ilokusi ekspresif (mengajak) Kolaboratif Ilokusi representatif (menjelaskan) Kolaboratif Ilokusi representatif (menginformasikan) Kolaboratif Ilokusi representatif (menginformasikan) Kolaboratif Ilokusi representatif (menginformasikan) Kolaboratif Ilokusi representatif (menginformasikan) Kolaboratif Ilokusi representatif (menyatakan)
Santun
Diksi: hormati
Netral
Diksi: hari kerja
Netral
Pronomina: saya Modalitas: ingin
Netral
Diksi: biasa-biasa Modalitas: ingin; saja Diksi: sahur
Netral
Netral
Diksi: sahur bareng Pronomina: Bapak
Netral
Diksi: budaya bersih
Konvivial Ilokusi ekspresif (mengucapkan terima kasih) Kolaboratif Ilokusi representatif (menginformasikan)
Santun
Diksi: dukungan warga besar
Netral
Diksi: layani Pronomina: kami
Konvivial Ilokusi komisif (menawarkan janji)
Santun
Diksi: mulai tahun ini
Kolaboratif Ilokusi representatif
Netral
Modalitas: harus bisa
229
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI yang kami lakukan.” (Fauzi Bowo) Bulan Agustus No Data Tuturan 1
“Dalam artian membina umat. Tidak ada pengarahan apa pun kepada saya.” (Rhoma Irama, artis dan penyanyi dangdut, pendukung Fauzi-Nachrowi)
2
“Kami sudah merencanakan ini sejak kemarin.” (Budi Siswanto, Kordinator Tim Sukses Jokowi-Ahok)
3
“Tidak sempat mengobrol, Pak Fauzi terburu-buru.” (Jokowi)
4
“Kita doakan saja kondisinya membaik dan diberi kesehatan.” (Fauzi Bowo)
5
“Kami bisa menuntut pidana umum.” (Deny Iskandar, Anggota tim sukses Jokowi-Ahok)
6
“Ibunda Jokowi sudah memaafkan. Tapi fitnah sudah diucapkan dan Bang Haji tidak mau meminta maaf.” (Deny Iskandar, Anggota tim sukses Jokowi-Ahok) “Saya hanya berdakwah, tidak ada unsur SARA, hanya penggambaran identitas masing-masing pasangan calon.” (Rhoma Irama, artis dan penyanyi dangdut, pendukung Fauzi-Nachrowi) “Tindakan tegas harus diberikan supaya
7
8
dalam safari Ramadan (Koran Tempo, 27 Juli 2012, hlm. A3)
(menyatakan)
Konteks
Jenis Tindak Tutur Kolaboratif Ilokusi representatif (menginformasikan)
Tingkat Kesantunan Netral
Penanda Lingual Kesantunan Diksi: membina umat Modalitas: tidak ada
Kolaboratif Ilokusi representatif (menginformasikan)
Netral
Modalitas: sudah Diksi: merencanakan Pronomina: kami
Kolaboratif Ilokusi representatif (menginformasikan)
Netral
Diksi: mengobrol Modalitas: tidak sempat
Konvivial Ilokusi ekspresif (mengajak)
Santun
Diksi: doakan Pronomina: kita
Konfliktif Ilokusi ekspresif (mengancam)
Lebih tidak santun
Diksi: menuntut Modalitas: bisa
Kolaboratif Ilokusi representatif (menginformasikan)
Netral
Diksi: memaafkan Modalitas: sudah
Kolaboratif Ilokusi representatif (menjelaskan)
Netral
Diksi: berdakwah Modalitas: hanya; tidak ada
Kompetitif
Tidak santun
Modalitas: harus
Rhoma Irama menjelaskan ceramahnya terkait dengan tudingan melakukan pelanggaran tindak pidana pemilu karena berkampanye di luar jadwal dandi tempat ibadah. Dalam kegiatan itu, Fauzi Bowo juga hadir. (Koran Tempo, 3 Agustus 2012, hlm. A5) Budi Siswanto menerangkan agenda Joko Widodo menjenguk Habib Munzir AlMusawa, pemimpin kelompok pengajian Majelis Rasulullah. (Koran Tempo, 5 Agustus 2012, hlm. A4) Joko Widodo menerangkan perjumpaannya dengan Fauzi Bowo ketika berpapasan di RS Cipto Mangunkusumo. (Koran Tempo, 5 Agustus 2012, hlm. A4) Fauzi Bowo mengomentari kondisi Habib Munzir Al-Musawa, pemimpin kelompok pengajian Majelis Rasulullah yang dirawat di RS Cipto Mangunkusumo. (Koran Tempo, 5 Agustus 2012, hlm. A4) Deny Iskandar menaku siap pidanakan Rhoma Irama terkait dugaan kampanye dengan isu SARA. (Koran Tempo, 9 Agustus 2012, hlm. A4) Deny Iskandar menjelaskan tindakan Rhoma Irama terkait dugaan kampanye dengan isu SARA. (Koran Tempo, 9 Agustus 2012, hlm. A4) Rhoma Irama menanggapai kubu JokowiAhok yang siap pidanakan didinya terkait dugaan kampanye dengan isu SARA. (Koran Tempo, 9 Agustus 2012, hlm. A4) Boy Iskandar menegaskan kasus dugaan
230
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
9
10
11
12
13
14
15
orang tidak berani mengulang hal yang sama.” (Boy Sadikin, Ketua tim kampanye dan pemenangan pasangan Jokowi-Ahok) “Tanyakan sendiri saja, saya juga belum berkomunikasi.” (Ridho Rhoma, putera Rhoma Irama, artis dan penyanyi dangdut, pendukung Fauzi-Nachrowi) “Acara itu hanya untuk kalangan terbatas kemarin.” (Rhoma Irama, artis dan penyanyi dangdut, pendukung Fauzi-Nachrowi) “Saya spontan saja dan tidak ada niat untuk memfitnah.” (Rhoma Irama, artis dan penyanyi dangdut, pendukung FauziNachrowi) “Masalah ini telah jauh dipolitisasi.” (Surya Aka, Ketua Soneta Fans Club Indonesia, pendukung Rhoma Irama, artis dan penyanyi dangdut, pendukung Fauzi-Nachrowi) “Kontrak politik sah ditandatangani.” (Luthfi Hasan Ishaaq, Presiden Partai Keadilan Sejahtera) “Mahar yang kami berikan adalah mahar untuk bekerja sama membangun umat agar tidak terkotak-kotak.” (Luthfi Hasan Ishaaq, Presiden Partai Keadilan Sejahtera) “Tetapi tidak dominan.” (Selamat Nurdin, Ketua DPW PKS Jakarta)
16
“Saya dikeroyok yang gede-gede.” (Jokowi)
17
“Akan ada kejutan, kita siap menang.” (Jokowi)
18
“Sekarang lo nyolok siapa? Kalo nyolok Jokowi, mah, mending bangun rumah di
kampanye SARA Rhoma Irama siap dibawa ke penyelidikan. (Koran Tempo, 10 Agustus 2012, hlm. A4) Ridho Rhoma menanggapi kasus dugaan kampanye SARA Rhoma Irama yang siap dibawa ke penyelidikan. (Koran Tempo, 10 Agustus 2012, hlm. A4) Rhoma Irama menjelaskan kegiatan ceramahnya (Koran Tempo, 11 Agustus 2012, hlm. A4) Rhoma Irama menjelaskan kegiatan ceramahnya (Koran Tempo, 11 Agustus 2012, hlm. A4)
Ilokusi direktif (menuntut)
Surya Aka menerangkan masalah dugaan kampanye SARA Rhoma Irama yang siap dibawa ke penyelidikan.. (Koran Tempo, 11 Agustus 2012, hlm. A4) Luthfi Hasan Ishaaq menyampaikan secara resmi dukungan PKS untuk Fauzi-Nachrowi pada putaran kedua . (Koran Tempo, 12 Agustus 2012, hlm. A3) Luthfi Hasan Ishaaq menyampaikan secara resmi dukungan PKS untuk Fauzi-Nachrowi pada putaran kedua . (Koran Tempo, 12 Agustus 2012, hlm. A3) Selamat Nurdin menerangkan alasan dukungan PKS kepada Fauzi-Nachrowi karena adanya kesamaan ideologi. (Koran Tempo, 12 Agustus 2012, hlm. A3) Jokowi menanggapi dengan optimis meskipun PKS telah menjatuhkan dukungannya kepada Fauzi-Nachrowi. (Koran Tempo, 12 Agustus 2012, hlm. A3) Jokowi menanggapi dengan optimis meskipun PKS telah menjatuhkan dukungannya kepada Fauzi-Nachrowi. (Koran Tempo, 12 Agustus 2012, hlm. A3) Fauzi Bowo menanyakan kepada warga korban kebakaran di Karet Tengsin. (14/8,
Kompetitif Ilokusi direktif (menyuruh)
Tidak santun
Diksi: berkomunikasi Modalitas: belum (imperatif suruhan)
Kolaboratif Ilokusi representatif (menginformasikan) Kolaboratif Ilokusi representatif (menjelaskan)
Netral
Modalitas: hanya
Netral
Diksi: memfitnah Modalitas: tidak ada
Konfliktif Ilokusi ekpresif (menuduh)
Lebih tidak santun
Diksi: dipolitisasi Modalitas: telah jauh
Kolaboratif Ilokusi representatif (menyatakan)
Netral
Diksi: kontrak politik
Kolaboratif Ilokusi representatif (menginformasikan)
Netral
Diksi: mahar
Kolaboratif Ilokusi representatif (menjelaskan)
Netral
Modalitas: tidak..
Kolaboratif Ilokusi representatif (menyatakan)
Netral
Diksi: dikeroyok Gaya bahasa hiperbola: dikeroyok
Kolaboratif Ilokusi representatif (menginformasikan)
Netral
Diksi: akan ada kejutan
Kompetitif Ilokusi direktif
Tidak santun
Diksi: nyolok Pronomina: lo (loe)
231
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI Solo aja.” (Fauzi Bowo) 19
20
“Pernyataan tersebut dapat dimaknai upaya menguntungkan dirinya sebagai calon.” (Surya Tjandra, Anggota tim relawan buruh untuk Jakarta Baru, pendukung JokowiAhok) “Pernyataan itu sangat tidak etis.” (Eko Wahyudi, warga Jakarta, pendukung JokowiAhok)
21
“Hukumannya maksimal satu tahun penjara.” (Surya Tjandra, Anggota tim relawan buruh untuk Jakarta Baru, pendukung Jokowi-Ahok)
22
“Silakan menghubungi juru bicara saya.” (Fauzi Bowo)
23
“Mungkin persamaan kami hanya dalam hal tujuan saja, yaitu sama-sama ingin memenangkan Jokowi-Basuki.” (Boy Sadikin, Ketua tim kampanye dan pemenangan Jokowi-Basuki) “Sebab itu merupakan hak warga negara.” (Boy Sadikin, Ketua tim kampanye dan pemenangan Jokowi-Basuki)
24
25
“Kenapa diadukan sekarang, kejadiannya kan sudah seminggu lalu.” (Kahfi Siregar, Ketua media center Fauzi-Nachrowi)
2012). (Koran Tempo, 15 Agustus 2012, hlm. A5) Surya Tjandra mengomentari pernyataan Fauzi Bowo terkait pernyataannya kepada warga yang mengalami musibah kebakaran di Karet Tengsin (14/8, 2012). (Koran Tempo, 15 Agustus 2012, hlm. A5) Eko Wahyudi mengomentari pernyataan Fauzi Bowo terkait pernyataannya kepada warga yang mengalami musibah kebakaran di Karet Tengsin (14/8, 2012). (Koran Tempo, 15 Agustus 2012, hlm. A5) Surya Tjandra mengomentari pernyataan Fauzi Bowo terkait pernyataannya kepada warga yang mengalami musibah kebakaran di Karet Tengsin (14/8, 2012). (Koran Tempo, 15 Agustus 2012, hlm. A5) Fauzi Bowo menanggapi aduan beberapa pihak ke Panwaslu DKI Jakarta terkait pernyataannya kepada warga yang mengalami musibah kebakaran di Karet Tengsin (14/8, 2012). (Koran Tempo, 15 Agustus 2012, hlm. A5) Boy Sadikin menjelaskan pengaduan tim relawan buruh untuk Jakarta Baru. Itu dianggapnya bukan laporan dari pihak Jokowi-Ahok. (Koran Tempo, 16 Agustus 2012, hlm. A4) Boy Sadikin menjelaskan pengaduan tim relawan buruh untuk Jakarta Baru. Itu dianggapnya bukan laporan dari pihak Jokowi-Ahok. (Koran Tempo, 16 Agustus 2012, hlm. A4) Kahfi Siregar menanggapi pengaduan tim relawan buruh untuk Jakarta Baru. (Koran Tempo, hlm. A4)
(menyindir) Konfliktif Ilokusi ekspresif (menuduh)
Lebih tidak santun
Diksi: menguntungkan dirinya
Konfliktif Ilokusi ekspresif (menuduh)
Lebih tidak santun
Modalitas: sangat tidak
Kompetitif Ilokusi ekspresif (mengkritik)
Tidak santun
Diksi: hukumannya
Konvivial Ilokusi ekspresif (mempersilakan)
Santun
Diksi: silakan (imperatif persilaan)
Kolaboratif Ilokusi representatif (menjelaskan)
Netral
Modalitas: mungkin Diksi: persamaan; tujuan
Kolaboratif Ilokusi representatif (menyatakan)
Netral
Diksi: hak warga negara
Kolaboratif Ilokusi representatif (memprotes)
Netral
Diksi: diadukan
232
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI Kartu Data Utama: Tuturan di DalamBerita Republika Bulan Juni No Data Tuturan 1
2
3
4
“Kalau begini caranya, tim sukses dan pasangan calon akan menyetop semua tahapan Pemilukada DKI.” (M. Taufik, juru bicara tim sukses Jokowi-Basuki) “Kalau KPU punya hak untuk terus menjalankan pemilukada, kita juga punya hak untuk tidak terlibat lagi dengan semua tahapan pemilukada.” (M. Taufik, juru bicara tim sukses Jokowi-Basuki) “Biar masyarakat tahu siapa yang diuntungkan dari penetapan DPT yang bermasalah ini.” (M. Taufik, juru bicara tim sukses Jokowi-Basuki) “Biarkan satu pasangan calon bertarung sendiri dan KPU meladeni satu pasangan calon saja.” (Rois Hadayana S, Ketua Tim Sukses Hidayat-Didik Bidang Advokasi).
5
“Kita tidak mau pemilukada ini berjalan dengan cacat.” (Prya Ramadhani, Ketua Tim Sukses Alex-Nono)
6
“Dalam waktu dekat, kita akan melakukan proses hukum ke instansi berwenang (kepolisian) terhadap masalah ini.” (Agus Suryaprayitno, ketua advokat tim kampanye Hidayat Nur Wahid-Didik J. Rachbini) “Tapi saya yakin, dari lembaga survei tersebut, ada yang benar-benar memotret realitas pilihan warga DKI karena didasari oleh keilmuan dan metodologi yang benar.” (Almuzzammil Yusuf, Wakil Ketua Fraksi PKS di DPR) “Akhir-akhir ini, yang mengejutkan hasil pilpres di Mesir. Perolehan suara berbeda
7
8
Konteks
Jenis Tindak Tutur Konfliktif Ilokusi ekspresif (mengancam)
Tingkat Kesantunan Lebih tidak santun
Penanda Lingual Kesantunan Diksi: menyetop Modalitas: kalau; akan
Konfliktif Ilokusi ekspresif (mengancam)
Lebih tidak santun
Pronomina: kita
M.Taufik menganggap penetapan DPT oleh KPU masih bermasalah. Tim suksesnya mengancam akan mundur dalam pilkada DKI (Republika, 4 Juni 2012, hlm. 9) Rois Hadayana S. menganggap penetapan DPT oleh KPU masih bermasalah. Tim suksesnya mengancam akan mundur dalam pilkada DKI (Republika, 4 Juni 2012, hlm. 9) Prya Ramadhani menganggap penetapan DPT oleh KPU masih bermasalah. Tim suksesnya mengancam akan mundur dalam pilkada DKI (Republika, 4 Juni 2012, hlm. 9) Agus Suryaprayitno mengomentari temuan penggandaan nomor induk kependudukan (NIK) dan daftar pemilih tetap (DPT). KPU ingin dilaporkan ke polisi (Republika, 4 Juni 2012, hlm. 9) Almuzzammil Yusuf menanggapi munculnya banyak survei yang memberikan perbedaan yang sangat signifikan sehingga bisa menggiring opini publik. (Republika, 4 Juni 2012, hlm. 9)
Kompetitif Ilokusi direktif (menyindir)
Tidak santun
Diksi: Biar; siapa yang diuntungkan
Kompetitif Ilokusi direktif (menyindir)
Tidak santun
Diksi: bertarung sendiri, meladeni (imperatif persilaan)
Kompetitif Ilokusi direktif (mengkritik)
Santun
Gaya bahasa personifikasi: berjalan dengan cacat Prononima: Kita
Kolaboratif Ilokusi representatif (menginformasikan)
Netral
Pronomina: Kita
Konvivial Ilokusi ekspresif (menghargai)
Santun
Modalitas: yakin, benar-benar
Almuzzammil Yusuf menanggapi munculnya banyak survei yang memberikan
Kolaboratif Ilokusi representatif
Netral
Gaya bahasa analogi
M.Taufik menganggap penetapan DPT oleh KPU masih bermasalah. Tim suksesnya mengancam akan mundur dalam pilkada DKI (Republika, 4 Juni 2012, hlm. 9) M.Taufik menganggap penetapan DPT oleh KPU masih bermasalah. Tim suksesnya mengancam akan mundur dalam pilkada DKI (Republika, 4 Juni 2012, hlm. 9)
233
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
9
jauh dengan hasil survei yang dilakukan oleh beberapa lembaga survei di Mesir dan internasional.” (Almuzzammil Yusuf, Wakil Ketua Fraksi PKS di DPR) “Kasihan warga Jakarta, kasihan gubernur yang akan dipilih, kasihan demokrasi di Indonesia.” (Hidayat Nur Wahid)
10
“Kalau tetap ngotot akan kami pidanakan atas tuduhan pemalsuan dokumen.” (M. Taufik, Juru bicara pasangan Jokowi-Basuki)
11
“Kita kecewa terhadap KPU yang ngotot dengan kesalahannya. Muncul pertanyaan, mengapa KPU kok ngotot?” (M. Taufik, Juru bicara pasangan Jokowi-Basuki)
12
“Kalau data tim sukses yang benar, KPU harus berbesar hati mengoreksi dan menerima adanya masalah daftar pemilih.” (Hidayat Nur Wahid)
13
“Karena sudah terlanjur ditetapkan, yang terbukti bersalah jangan dikeluarkan kartu pemilihnya saat pemilihan.” (Hidayat Nur Wahid)
14
“Kalau ada yang puas alhamdulillah. Kalau tidak, ya tidak dipaksa.” (Jokowi)
perbedaan yang sangat signifikan sehingga bisa menggiring opini publik. (Republika, 4 Juni 2012, hlm. 9)
(menyimpulkan)
Hidayat Nur Wahid mengomentari sikap KPU yang bersikukuh terhadap DPT, meskipun lima pasangan calon lainnya mempersoalkan DPT. Pasangan Fauzi Bowo menandantangani DPT tersebut. (Republika, 5 Juni 2012, hlm. 9) M.Taufik mengomentari sikap KPU yang bersikukuh terhadap DPT, meskipun lima pasangan calon lainnya mempersoalkan DPT. Pasangan Fauzi Bowo menandantangani DPT tersebut. (Republika, 5 Juni 2012, hlm. 9) M.Taufik mengomentari sikap KPU yang bersikukuh terhadap DPT, meskipun lima pasangan calon lainnya mempersoalkan DPT. Pasangan Fauzi Bowo menandantangani DPT tersebut. (Republika, 5 Juni 2012, hlm. 9) Hidayat Nur Wahid mengomentari sikap KPU yang bersikukuh terhadap DPT, meskipun lima pasangan calon lainnya mempersoalkan DPT. Pasangan Fauzi Bowo menandantangani DPT tersebut. (Republika, 5 Juni 2012, hlm. 9) Hidayat Nur Wahid mengomentari sikap KPU yang bersikukuh terhadap DPT, meskipun lima pasangan calon lainnya mempersoalkan DPT. Pasangan Fauzi Bowo menandantangani DPT tersebut. (Republika, 5 Juni 2012, hlm. 9) Jokowi menanggapi sikap KPU yang bersikukuh terhadap DPT, meskipun lima pasangan calon lainnya mempersoalkan DPT. Pasangan Fauzi Bowo menandantangani DPT tersebut. (Republika, 5 Juni 2012, hlm. 9)
Kompetitif Ilokusi direktif (menyindir)
Tidak santun
Diksi: kasihan Gaya bahasa: perulangan (repetisi)
Konfliktif Ilokusi ekspresif (mengancam)
Lebih tidak santun
Diksi: ngotot
Kompetitif Ilokusi direktif (mengkritik)
Tidak santun
Diksi: kecewa, ngotot, kok ngotot
Kompetitif Ilokusi direktif (meminta)
Tidak santun
Modalitas: harus
Kompetitif Ilokusi direktif (melarang)
Tidak santun
Diksi: jangan
Konvivial Ilokusi ekspresif (mengucapkan terima kasih)
Santun
Diksi: alhamdulillah
234
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 15
“Itu namanya sepihak.” (Jokowi)
16
“Kami pun mendukung adanya DPT yang jujur. Tetapi kita harus berangkat dari pemikiran yang rasional.” (Fauzi Bowo)
17
“Selebihnya, saya serahkan ke KPU.” (Fauzi Bowo)
18
“Tiba-tiba ada lima orang berkendaraan motor menegur dan menyuruh mencopot banner yang sudah terpasang. Kami tanya, apa alasannya? Mereka bilang tak ada izin RT/RW.” (Matnur, Kordinator relawan Hidayat-Didik) “Kita mengharapkan pemilukada berlangsung dengan aman, tertib, dan adil.” (Zainuddin Paru, Ketua Tim Advokasi Hidayat-Didik) “DPT bereskan dulu. Itu tidak mengganggu tahapan pemilukada.” (M. Taufik, juru bicara tim Jokowi-Basuki) “Kalau tidak bersih, lima pasangan calon akan boikot.” (M. Taufik, juru bicara tim Jokowi-Basuki) “Ini bukti permasalahan Jakarta yang tidak pernah terselesaikan.” (Hidayat Nur Wahid)
19
20
21
22
23
“Ini komitmen kami untuk membenahi
Jokowi menanggapi sikap KPU yang bersikukuh terhadap DPT, meskipun lima pasangan calon lainnya mempersoalkan DPT. Pasangan Fauzi Bowo menandantangani DPT tersebut. (Republika, 5 Juni 2012, hlm. 9) Fauzi Bowo menanggapi sikap KPU yang bersikukuh terhadap DPT, meskipun lima pasangan calon lainnya mempersoalkan DPT. Pasangan Fauzi Bowo menandantangani DPT tersebut. (Republika, 5 Juni 2012, hlm. 9) Fauzi Bowo menanggapi sikap KPU yang bersikukuh terhadap DPT, meskipun lima pasangan calon lainnya mempersoalkan DPT. Pasangan Fauzi Bowo menandantangani DPT tersebut. (Republika, 5 Juni 2012, hlm. 9) Matnur melaporkan adanya intimidasi dalam proses pemasangan spanduk dan banner. (Republika, 5 Juni 2012, hlm. 9)
Konfliktif Ilokusi ekspresif (menuduh)
Lebih tidak santun
Diksi: sepihak
Kompetitif Ilokusi direktif (mengkritik)
Tidak santun
Diksi: tetapi Modalitas: harus
Konvivial Ilokusi ekspresif (mempersilakan)
Santun
Diksi: serahkan
Kolaboratif Ilokusi representatif (menginformasikan)
Netral
Diksi: menegur
Zainuddin Paru mengomentari adanya intimidasi dalam proses pemasangan spanduk dan banner. (Republika, 5 Juni 2012, hlm. 9) M.Taufik meminta KPU meyelesaikan masalah DPT. (Republika, 6 Juni 2012, hlm. 9) M.Taufik meminta KPU meyelesaikan masalah DPT. (Republika, 6 Juni 2012, hlm. 9) Hidayat Nur Wahid mengomentari kondisi kawasan Sungai Ciliwung dan menemukan timbunan sampah. (Republika, 6 Juni 2012, hlm. 9)
Konvivial Ilokusi ekspresif (mengajak)
Santun
Diksi: mengharapkan
Kompetitif Ilokusi direktif (menyuruh) Konfliktif Ilokusi direktif (mengancam) Konfliktif Ilokusi direktif (menuduh)
Tidak santun
Diksi: bereskan
Lebih tidak santun
Hidayat Nur Wahid mengomentari kondisi
Kolaboratif
Netral
Gaya bahasa eufemisme: tidak bersih Gaya bahasa eufemisme: permasalahan Gaya bahasa sinekdoke: Jakarta Diksi: komitmen
Lebih tidak santun
235
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
24
25
lingkungan salah satu sungai di Jakarta dengan turun langsung melihat masalah Ciliwung.” (Hidayat Nur Wahid) “Ini bukan sekadar basa-basi, melainkan ini upaya setulus hati untuk memperbaiki lingkungan di Jakarta, khususnya Ciliwung menjadi lebih bersih, hijau, dan tertata.” (Hidayat Nur Wahid) “Kami menantang mahasiswa dan anak muda Jakarta, jangan mau lagi dipimpin oleh status quo yang tidak akan membawa perubahan bagi Jakarta.” (Didik J Rachbini)
26
“Jangan salahkan Jakarta yang begini-begini saja apabila anak mudanya tidak mau melawan status quo.” (Hidayat Nur Wahid)
27
“Karena itulah, saya percayakan anak muda (Ahmad Reza Patria) mendampingi saya guna memberikan semangat baru untuk perubahan Jakarta yang lebih baik.” (Hendardji Soepandji) “Pemimpin Jakarta saat ini jelas tidak membawa perubahan besar di Jakarta.” (Faisal Basri)
28
29
“Korupsi dan kompromi politik dengan para cukong tidak membawa Jakarta berubah ke arah lebih baik.” (Faisal Basri)
30
“Bantaran sungai harus steril dan menjadi ruang publik.” (Hendradji Soepandji)
31
“Kalau kawasan sekitar sungai tidak dikelola dengan baik, kekumuhan juga akan terus
kawasan Sungai Ciliwung dan menemukan timbunan sampah. (Republika, 6 Juni 2012, hlm. 9) Hidayat Nur Wahid mengomentari kondisi kawasan Sungai Ciliwung dan menemukan timbunan sampah. (Republika, 6 Juni 2012, hlm. 9)
Ilokusi representatif (menyatakan)
Pronomina: kami
Kolaboratif Ilokusi representatif (menyatakan)
Netral
Gaya bahasa hiperbola: bukan sekadar basa-basi
Didik Rachbini berdiskusi dengan para mahasiswa di Universitas Al-Ahzar, dengan tema “Siapa Pemimpin yang Layak bagi Jakarta 1 ke Depan” (Republika, 7 Juni 2012, hlm. 9) Hidayat Nur Wahid berdiskusi dengan para mahasiswa di Universitas Al-Ahzar, dengan tema “Siapa Pemimpin yang Layak bagi Jakarta 1 ke Depan” (Republika, 7 Juni 2012, hlm. 9) Hendardji Soepandji berdiskusi dengan para mahasiswa di Universitas Al-Ahzar, dengan tema “Siapa Pemimpin yang Layak bagi Jakarta 1 ke Depan” (Republika, 7 Juni 2012, hlm. 9) Faisal Basri berdiskusi dengan para mahasiswa di Universitas Al-Ahzar, dengan tema “Siapa Pemimpin yang Layak bagi Jakarta 1 ke Depan” (Republika, 7 Juni 2012, hlm. 9) Faisal Basri berdiskusi dengan para mahasiswa di Universitas Al-Ahzar, dengan tema “Siapa Pemimpin yang Layak bagi Jakarta 1 ke Depan” (Republika, 7 Juni 2012, hlm. 9) Hendardji Soepandji memaparkan program terkait pembangungan atau normalisasi kawansan di sekitar bantaran sungai (Republika, 7 Juni 2012, hlm. 9)
Konfliktif Ilokusi ekspresif (menantang)
Lebih tidak santun
Diksi: menantang, jangan
Kompetitif Ilokusi direktif (melarang)
Tidak santun
Diksi: jangan Gaya bahasa sinekdoke: Jakarta (imperatif larangan)
Konvivial Ilokusi ekspresif (mempersilakan)
Santun
Pronomina: saya
Kompetitif Ilokusi direktif (mengkritik)
Tidak santun
Diksi: pemimpin; perubahan besar Modalitas: jelas tidak
Kompetitif Ilokusi direktif (mengkritik)
Tidak santun
Diksi: cukong
Kolaboratif Ilokusi representatif (menyatakan pendapat)
Netral
Modalitas: harus Diksi: steril
Hendardji Soepandji memaparkan program terkait pembangungan atau normalisasi
Kompetitif Ilokusi direktif
Tidak santun
Gaya bahasa hiperbola:
236
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
32
33
34
35
36
37
38
39
berkembang. Itu paralel dengan kemiskinan yang juga terus berkembang.” (Hendradji Soepandji)
kawansan di sekitar bantaran sungai (Republika, 7 Juni 2012, hlm. 9)
(mengkritik)
“Ini domain KPU DKI. Kita tidak akan masuk ke wilayah itu. Silakan saja temanteman yang mau menggugat.” (Budi Siswanto, Sekretaris tim Kampanye FokeNara) “Kita ingin menang secara fair. Semua pertandingan ada wasit dan juri. Kalau semua mau berjalan sendiri, ya tidak akan berjalan baik.” (Budi Siswanto, Sekretaris tim Kampanye Foke-Nara) “Tidak ada sama sekali tim sukses yang menandatangani atau tidak menandatangani untuk mengambil kesepakatan malam itu.” (Budi Siswanto, Sekretaris tim Kampanye Foke-Nara) “Kami tidak menunjuk pribadi gubernur.” (Dadiek Surarto, tim pemenangan HendardjiReza) “Itu tidak ada hubungannya sama sekali menyindir salah satu calon.” (Alief Syachvier, juru bicara tim sukses HendardjiReza) “Biarlah Panwaslu yang mengusutnya.” (Marihot Napitupulu, juru bicara tim sukses Jokowi-Basuki)
Budi Siswanto tidak mempermasalahkan DPT yang oleh tim pasangan lain perlu ditinjau ulang. (Republika, 7 Juni 2012, hlm. 9)
Kolaboratif Ilokusi representatif (menyatakan)
Netral
Budi Siswanto tidak mempermasalahkan DPT yang oleh tim pasangan lain perlu ditinjau ulang. (Republika, 7 Juni 2012, hlm. 9)
Kolaboratif Ilokusi representatif (menjelaskan)
Netral
Budi Siswanto tidak mempermasalahkan DPT yang oleh tim pasangan lain perlu ditinjau ulang. (Republika, 7 Juni 2012, hlm. 9)
Kolaboratif Ilokusi representatif (menginformasikan)
Netral
Dadiek Surarto membantah tagline “Berkumis” mengacu kepada pasangan tertentu. (Republika, 7 Juni 2012, hlm. 9) Alief Syachvier membantah tagline “Berkumis” mengacu kepada pasangan tertentu. (Republika, 7 Juni 2012, hlm. 9)
Kompetitif Ilokusi direktif (menyangkal) Kompetitif Ilokusi direktif (menyangkal)
Tidak santun
Marihot Napitupulu mengomentari adanya kampanye hitam dan selebaran yang mendiskreditkan salah satu pasangan calon gubernur DKI Jakarta (Republika, 9 Juni 2012) Marihot Napitupulu mengomentari adanya kampanye hitam dan selebaran yang mendiskreditkan salah satu pasangan calon gubernur DKI Jakarta (Republika, 9 Juni 2012) Hendardji Soepandji memberikan pernyataan setelah menonton film “Soegija” bersama wartawan dan pendukungnya. (Republika, 9 Juni 2012)
Konvivial Ilokusi ekspresif (mempersilakan)
Santun
Diksi: biarlah (imperatif persilaan)
Konvivial Ilokusi ekspresif (menghargai)
Santun
Modalitas: masih percaya Pronomina: kami
Kolaboratif Ilokusi representatif (menyatakan pendapat)
Netral
Diksi: menghindari; toleransi, menghormati, menghargai
“Kami masih percaya kepada keprofesionalan Panwaslu DKI dalam mengurus semua pelanggaran, termasuk kampanye hitam.” (Marihot Napitupulu, juru bicara tim sukses Jokowi-Basuki) “Untuk menghindari gesekan perbedaan dan kepentingan itulah dibutuhkan sikap toleransi menghormati dan menghargai sesama.” (Hendardji Soepandji)
Tidak santun
kekumuhan yang terus berkembang, kemiskinan yang juga terus berkembang Pronomina: kita Modalitas: tidak akan
Pronomina: kita Gaya bahasa metafora: menang, fair, pertandingan, wasit, juri Modalitas: tidak ada
Diksi: menunjuk Pronomina: kami Modalitas: tidak Modalitas: tidak ada
237
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 40
41
42
43
“Bukan mengikuti yang menerima. Yang setuju penetapan DPT kan cuma satu pasang, sementara yang menolak ada lima pasang calon. Tapi kok jadi kebalik, yang lima malah ditinggal.” (Jokowi) “Lahan mereka dibiarkan diambil dengan penguasaan sepihak, dengan imbalan dan ganti rugi yang tidak sebanding.” (Alex Noerdin) “Saya prihatin kondisi pasar yang begitu jorok dan kumuh, dengan sampah dibiarkan begitu saja oleh PD Pasar Jaya dan Pemprov Jakarta.” (Alex Noerdin) “Semoga hubungan ini terus membawa hoki.” (Hidayat Nur Wahid)
44
“Kepada PNS, loyalitas yang dibangun dalam bekerja bukan ke salah satu calon.” (Jimmy Rondonuwu, tim sukses pasangan Alex-Nono)
45
“Bukan malah mengambil sikap berpihak atau menolak pasangan calon.” (Jimmy Rondonuwu, tim sukses pasangan AlexNono)
46
“PNS jangan coba-coba mencari muka di pemilukada ini dengan mendukung salah satu calon.” (Nono Sampono)
47
“Kami ingin siapa pun yang menang dapat menang dengan bermartabat dan kalah secara terhormat, dan bukan penuh kecurangan.” (Pantas Nainggolan, tim sukses pasangan Jokowi-Ahok) “Karena itu kami yakin PNS yang tidak netral itu adalah oknum, bukan karena arahan dari pimpinan di atasnya.” (Ongen Sangaji, tim sukses Foke-Nara)
48
Jokowi menanggapi persoalan DPT yang masih dikritik oleh pasangan calon (Republika, 11 Juni 2012, hlm. 21)
Kompetitif Ilokusi direktif (mengkritik)
Tidak santun
Diksi: tapi kok
Alex Noerdin memberikan janji Betawi Asli tidak lagi terpinggirkan dalam acara reuni 22 tahun warga Pecah Kulit (Republika, 11 Juni 2012, hlm. 21) Alex Noerdin mengomentari kondisi pasar tradisional di wilayah Pecah Kulit. (Republika, 11 Juni 2012, hlm. 21)
Kolaboratif Ilokusi representatif (menginformasikan)
Netral
Diksi: dibiarkan diambil
Kompetitif Ilokusi direktif (mengkritik)
Tidak santun
Diksi: dibiarkan
Hidayat Nur Wahid bersosialisasi dengan komunitas Tionghoa (Republika, 11 Juni 2012, hlm. 21) Jimmy Rondonuwu mempersoalkan ketidaknetralan PNS dalam mendukung pasangan calon. Ketidaknetralan ini dianggap menciderai demokrasi. (Republika, 14 Juni 2012, hlm. 18) Jimmy Rondonuwu mempersoalkan ketidaknetralan PNS dalam mendukung pasangan calon. Ketidaknetralan ini dianggap menciderai demokrasi. (Republika, 14 Juni 2012, hlm. 18) Nono Sampono mempersoalkan ketidaknetralan PNS dalam mendukung pasangan calon. Ketidaknetralan ini dianggap menciderai demokrasi. (Republika, 14 Juni 2012, hlm. 18) Pantas Nainggolan mempersoalkan ketidaknetralan PNS dalam mendukung pasangan calon. Ketidaknetralan ini dianggap menciderai demokrasi. (Republika, 14 Juni 2012, hlm. 18) Ongen Sangaji menanggapi masalah ketidaknetralan PNS dalam mendukung pasangan calon. (Republika, 14 Juni 2012, hlm. 18)
Konvivial Ilokusi ekspresif (menghargai) Kompetitif Ilokusi direktif (melarang)
Santun
Diksi: semoga, hoki
Tidak santun
Diksi: loyalitas Modalitas: bukan
Kompetitif Ilokusi direktif (mengkritik)
Tidak santun
Modalitas: bukan malah
Kompetitif Ilokusi direktif (melarang)
Tidak santun
Diksi: jangan cobacoba
Kompetitif Ilokusi direktif (melarang)
Tidak santun
Diksi: siapa pun Modalitas: ingin
Kompetitif Ilokusi direktif (mengkritik)
Tidak santun
Diksi: oknum
238
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 49
50
51
52
53
54
55
56
57
“Foke-Nara pun ingin menang bermartabat dan tidak menjadi permasalahan di kemudian hari.” (Ongen Sangaji, tim sukses FokeNara) “Kami meminta PNS jangan terlalu genit, nggak bakal dinaikin pangkatnya. Yang ada malah dipecat kalau ketahuan.” (Muhammad Taufik, juru bicara pasangan Jokowi-Basuki) “Jadi, kalaupun dibangun rusun (rumah susun) harus tidak jauh dari sini dan sifatnya Hak Guna Bangunan (HGB) … Karena yang namanya nelayan tinggalnya tidak bisa jauh dari laut.” (Hendardji Soepandji) “Pengelolaan sampah terpadu yang mengolah sampah menjadi bernilai seharusnya ada di setiap kelurahan agar beban sampah Ibu Kota juga bisa diselesaikan di wilayah sendiri.” (Hidayat Nur Wahid) “Saya berharap seluruh umat beragama terus menjalin silaturahim satu sama lain, terutama saat masa kampanye dan masa tenang berlangsung.” (Fauzi Bowo) “Kepemimpinan Foke lemah karena tidak bisa mengordinasikan wakilnya (Prajanto) sehingga ingin mengundurkan diri.” (Nono Sampono) “Dengan lemahnya kepemimpinan Foke mengakibatkan sang wakil tidak berfungsi dan intelijen daerah tidak berjalan sehingga keamanan daerah terus terancam.” (Nono Sampono) “Yang pasti saya tidak punya pengalaman wakil saya minta cerai dan kemudian putus di tengah jalan. Saya juga tidak punya pengalaman dilaporkan ke KPK.” (Hidayat Nur Wahid) “Misalnya, DPT yang bermasalah harus diselesaikan segera.” (Basuki Tjahaja
Ongen Sangaji menanggapi masalah ketidaknetralan PNS dalam mendukung pasangan calon. (Republika, 14 Juni 2012, hlm. 18) Muhammad Taufik mengomentari masalah ketidaknetralan PNS dalam mendukung pasangan calon. (Republika, 14 Juni 2012, hlm. 18) Hendardji Soepandji menjawab pertanyaan warga dan berkeliling ke Muara Angke. (Republika, 14 Juni 2012, hlm. 18)
Kolaboratif Ilokusi representatif (menyatakan)
Netral
Modalitas: ingin; tidak Diksi: menang; bermartabat Diksi: meminta, tidak genit
Kompetitif Ilokusi direktif (melarang)
Tidak santun
Kompetitif Ilokusi direktif (mengkritik)
Tidak santun
Modalitas: harus; tidak; tidak bisa
Hidayat Nur Wahid berkomentar dalam kunjungannya di Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) Rawasari (Republika, 14 Juni 2012, hlm. 18)
Kompetitif Ilokusi direktif (mengkritik)
Tidak santun
Modalitas: seharusnya
Fauzi Bowo memberikan keterangan di Polda Metro Jaya dalam deklarasi kampanye damai bersama keenam pasangan calon gubernur dan wakil gubernur. (Republika, 18 Juni 2012, hlm. 21) Nono Sampono mengomentari kepemimpinan Foke yang dinilai tidak berhasil di DKI Jakarta. (Republika, 20 Juni 2012, hlm. 21) Nono Sampono mengomentari kepemimpinan Foke yang dinilai tidak berhasil di DKI Jakarta. (Republika, 20 Juni 2012, hlm. 21)
Konvivial Ilokusi ekspresif (mengajak)
Santun
Diksi: berharap
Konfliktif Ilokusi ekspresif (menuduh)
Lebih tidak santun
Diksi: lemah Modalitas: tidak bisa
Kompetitif Ilokusi direktif (mengkritik)
Tidak santun
Diksi Gaya bahasa hiperbola: keamanan daerah terancam
Hidayat Nur Wahid mengomentari kepemimpinan Fauzi Bowo. (Republika, 20 Juni 2012, hlm. 21)
Kompetitif Ilokusi direktif (menyindir)
Tidak santun
Diksi: cerai Modalitas: pasti
Basuki Tjahaja Purnama memberi keterangan tentang kesepakatan damai dan
Kompetitif Ilokusi direktif
Tidak santun
Modalitas: harus Diksi: segera
239
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI Purnama) 58
59
60
61
62
63
64
65
“Karena itu, kami meminta DKPP menindaklanjuti laporan ini agar tidak menjadi preseden buruk bagi Pemilukada DKI dan daerah lainnya. (M. Taufik, tim sukses Jokowi-Ahok, Ketua koalisi advokasi bersama empat pasangan calon gubernur dan wakil gubernur DKI Jakarta) “Menandai DPT yang terindikasi ganda itu tidak ada dasar hukumnya, apalagi sampai menghilangkan suara pemilih yang sudah terdaftar dalam DPT.” (Sirra Prayuda, Tim Advokasi pasangan Jokowi-Basuki) “Dengan doa kiai, semoga Allah memberikan kemudahan, saat pemilukada berlangsung hingga terpilih dan menjalankan tugas sehari-hari.” (Nono Sampono) “Lima belas koridor bus Transjakarta adalah target pembangunan transportasi Jakarta. Kini, baru 11 yang selesai. Bang Yos dalam waktu 3,5 tahun berhasil membangun 10 koridor, sementara pemimpin yang sekarang selama lima tahun hanya membangun satu koridor.” (Alex Noerdin) “Dana besar ini harusnya dikelola dengan baik. APBD yang besar seharusnya pembangunan fisik dan nonfisik bisa terlihat.” (Jokowi) “Ke depan, faktor komunikasi dengan rakyat ini akan menjadi salah satu perhatian utama kami untuk makin diperbaiki.” (Fauzi Bowo) “Jika warga Jakarta memberikan kepercayaan kepada kami untuk memimpin Jakarta, kami programkan Jakarta sebagai smart city.” (Hidayat Nur Wahid) “Itu cuma saweran biasa, bentuk apresiasi kepada grup. Kasihan ibu-ibu PKK sudah berlatih. Itu bentuk apresiasi saja.”
masalah DPT. (Republika, 21 Juni 2012, hlm. 21) M.Taufik mengomentari DPT yang masih menjadi masalah sehingga KPU dilaporkan ke Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu (DKPP). (Republika, 22 Juni 2012, hlm. 17)
(menyuruh) Kompetitif Ilokusi direktif (meminta)
Tidak santun
Diksi: meminta
Sirra Prayuda menanggapi DPT yang masih bermasalah sehingga KPU dilaporkan ke Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu (DKPP) oleh koalisi empat pasangan calon (Republika, 22 Juni 2012, hlm. 17) Nono Sampono berkunjung ke Kiai Alawy Muhammad di pondok pesantren AtThoroqi, Karongan, Sampang. (Republika, 23 Juni 2012, hlm. 2) Alex Noerdin berkampanye di hadapan pendukungnya dan mengajukan program membangun DKI Jakarta (Republika, 25 Juni 2012, hlm. 21)
Kompetitif Ilokusi direktif (mengkritik)
Tidak santun
Modalitas: tidak ada
Konvivial Ilokusi ekspresif (mengucapkan terima kasih) Kompetitif Ilokusi direktif (mengkritik)
Santun
Diksi: semoga
Tidak santun
Modalitas: hanya
Jokowi berkampanye di hadapan pendukungnya dan berbicara tentang masalah dana APBD (Republika, 25 Juni 2012, hlm. 21) Fauzi Bowo berkampanye di depan pendukungnya pada saat kampanye perdana (Republika, 25 Juni 2012, hlm. 21)
Kompetitif Ilokusi direktif (mengkritik)
Tidak santun
Modalitas: harusnya
Konvivial Ilokusi komisif (menawarkan janji)
Santun
Hidayat Nur Wahid berkampanye di hadapan pendukungnya (Republika, 25 Juni 2012, hlm. 21)
Konvivial Ilokusi komisif (menawarkan janji)
Santun
Nachrowi Ramli memberikan saweran dalam kesempatan kampanye di Kelapa Dua Wetan Ciracas. (Republika, 27 Juni 2012,
Kolaboratif Ilokusi representatif (menginformasikan)
Netral
Diksi: ke depan, diperbaiki Modalitas: akan; makin Diksi: memberikan kepercayaan Gaya bahasa eufemisme Diksi: saweran, apresiasi
240
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
66
67
68
69
70
71
(Nachrowi Ramli) “Gubernur saja gajiannya sebulan sekali, nanti akan dibuat sama, satu bulan sekali.” (Hidayat Nur Wahid) “Ikan sepat ikan gabus, nomor empat memang yang paling bagus. Ikan gabus ya juga ikan sepat, kalau mau Jakarta bagus pilihlah Bung Hidayat.” (Hidayat Nur Wahid) “Kami juga heran, kok banyak atribut kampanye kami hilang.” (Didik J Rachbini) “Merupakan keputusan yang bijak jika pemimpin DKI Jakarta sekarang diberikan kesempatan melanjutkan kepemimpinannya.” (Donny R. Lumingas, ketua Partai Karya Pembangunan) “Sebelumnya, mereka belum sadar, akhirnya sekarang telah dikembalikan ke jalan yang benar dan melakukan pilihan yang tepat.” (Nachrowi Ramli) “Calon nomor tiga (Jokowi-Basuki) akan konsisten berikan yang terbaik untuk rakyat. Perubahan dukungan dan kelompok tertentu bukan masalah serius. Rakyat bisa nilai sendiri mana yang terbaik.” (M. Taufik, juru bicara tim pemenangan Jokowi-Basuki)
hlm. 9) Hidayat Nur Wahid berkampanye di Kramat Sention, Senen, Jakarta Pusat. (Republika, 27 Juni 2012, hlm. 9) Hidayat Nur Wahid berkampanye di Kramat Sention, Senen, Jakarta Pusat. (Republika, 27 Juni 2012, hlm. 9)
Konvivial Ilokusi komisif (menawarkan janji) Konvivial Ilokusi ekspresif (mengajak)
Santun
Diksi: gaji Modalitas: nanti akan
Santun
Gaya bahasa perumpamaan Diksi: pilihlah
Didik Rachbini mengadukan spanduk dan atribut pasangannya banyak yang hilang, tetapi spanduk Foke merajai (Republika, 27 Juni 2012, hlm. 9) Donny R.Lumingas menyatakan Partai Karya Pembangunan alih dukungan, semula kepada pasangan Jokowi-Basuki, sekarang kepada pasangan Foke-Nara (Republika, 29 Juni 2012, hlm. 17) Nachrowi menyambut dukungan Partai Karya Pembangunan dan tiga partai lainnya (Republika, 29 Juni 2012, hlm. 17)
Kolaboratif Ilokusi representatif (menyatakan)
Netral
Pronomina: kami
Kolaboratif Ilokusi representatif (menyatakan pendapat)
Netral
Diksi: pemimpin
Kolaboratif Ilokusi representatif (menginformasikan)
Netral
M. Taufik menanggapi alih dukungan Partai Karya Pembangunan dan tiga partai lainnya kepada pasangan Foke-Nara (Republika, 29 Juni 2012, hlm. 17)
Kolaboratif Ilokusi representatif (menjelaskan)
Netral
Gaya bahasa eufemisme: dikembalikan ke jalan yang benar Modalitas: akan; bisa
Santun
Diksi: Alhamdulillah
Netral
Diksi: pemimpin
Netral
Modalitas: masih
72
“Kalau saya, ya alhamdulillah karena dukungan yang saya inginkan riil dari masayarakat.” (Jokowi)
Jokowi menanggapi adanya pengalihan dukungan dari beberapa partai. (Republika, 30 Juni 2012, hlm. 2)
73
“Kalau mau jadi pemimpin ya harus mendapatkan dukungan dari masyarakat.” (Jokowi)
Jokowi menanggapi adanya pengalihan dukungan dari beberapa partai. (Republika, 30 Juni 2012, hlm. 2)
Konvivial Ilokusi ekspresif (mengucapkan terima kasih) Kolaboratif Ilokusi representatif (menjelaskan)
74
“Pendukung kita masih banyak sekali. Kekuatan kita masih rapi. .. Kalaupun ada pengalihan dukungan, itu wajar karena kita
Jokowi menanggapi adanya pengalihan dukungan dari beberapa partai. (Republika, 30 Juni 2012, hlm. 2)
Kolaboratif Ilokusi representatif (menginformasikan)
241
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI tidak bisa memberi sesuatu atau apa pun kepada pendukung.” (Jokowi) Bulan Juli No Data Tuturan 1
“Ini macet karena apa?” (Fauzi Bowo)
2
“Kami satu suara. Satu putaran untuk kemenangan Foke-Nara.” (Shamsul Bahri, Ketua Konfederasi Serikat Pekerja Seluruh Indonesia DKI Jakarta) “Satu putaran untuk Foke.” (Maesaroh Ali, ketua Aisyiyah DKI Jakarta)
3
4
5
6
“Banyak yang bertanya mengapa sekarang baru enam bulan dulu. Saya tegaskan jika nanti terpilih maka program asuransi tersebut akan otomatis diperpanjang.” (Alex Noerdin) “Saya tidak mencari jabatan atau kekuasaan, namun Jakarta selaku ibu kota negara adalah cerminan bangsa. Permasalahan mendasar, seperti banjir atau macet, harus segera diselesaikan, jangan menunggu lebih lama lagi karena rakyatlah yang menjadi korbannya.” (Alex Noerdin) “Selain itu, tidak boleh ada aksi premanisme atau ormas yang bertindak seenaknya.” (Nono Sampono)
7
“Ini sungguh berbahaya bagi penegakan demokrasi kita.” (Sirra Prayuna, salah satu kuasa hukum pasangan Jokowi-Basuki)
8
“Hasil survei bukan Tuhan yang sudah
Konteks
Jenis Tindak Tutur Kompetitif Ilokusi direktif (meminta) Kolaboratif Ilokusi representatif (menyatakan)
Tingkat Kesantunan Netral
Penanda Lingual Kesantunan Diksi: macet (kalimat tanya)
Netral
Diksi: satu suara Pronomina: kami
Maesaroh Ali memberi dukungan terhadap pasangan Foke-Nara. (Republika, 1 Juli 2012, hlm. 2) Alex Noerdinberkampanye di lapangan sepak bola Pesanggrahan, Jakarta Selatan. Salah satu progam unggulannya adalah asuransi. (Republika, 4 Juli 2012, hlm. 9)
Konvivial Ilokusi komisif (menawarkan janji) Konvivial Ilokusi komisif (menawarkan janji)
Netral
Diksi: satu putaran
Santun
Modalitas: nanti akan
Alex Noerdinberkampanye di lapangan sepak bola Pesanggrahan, Jakarta Selatan. (Republika, 4 Juli 2012, hlm. 9)
Kolaboratif Ilokusi representatif (menjelaskan)
Netral
Pronomina: saya Modalitas: harus Gaya bahasa eufemisme: mencari jabatan
Nono Sampono berkampanye di lapangan sepak bola Pesanggrahan, Jakarta Selatan. Salah satu progam unggulannya adalah keamanan Jakarta. (Republika, 4 Juli 2012, hlm. 9) Sirra Prayuna mengomentari kisruh DPT yang masih berlanjut. Panwaslu mendukung sikap KPU DKI Jakarta terkait penetapan DPT. Hal ini memantik kritik dari kuasa hukum kubu Jokowi-Basuki. (Republika, 4 Juli 2012, hlm. 9) Hidayat Nur Wahid mengomentari lembaga
Konvivial Ilokusi ekspresif (mengajak)
Santun
Modalitas: tidak boleh
Kompetitif Ilokusi direktif (mengkritik)
Tidak santun
Gaya bahasa hiperbola: sungguh berbahaya
Kompetitif
Tidak santun
Diksi: yang
Fauzi Bowo menyatakan hanya pasangan nomor satu yang bisa mengatasi kemacetan Jakarta. (Republika, 1 Juli 2012, hlm. 2) Shamsul Bahri memberi dukungan terhadap pasangan Foke-Nara (Republika, 1 Juli 2012, hlm. 2)
242
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI menentukan segalanya.” (Hidayat Nur Wahid)
9
“Jangan hanya memengaruhi opini publik.” (Hidayat Nur Wahid)
10
“Kalau saya jadi Fauzi Bowo, maka saya akan menegur, bahkan memecat PNS yang tidak netral itu.” (Muhammad Taufiq, tim sukses Jokowi-Ahok)
11
“Silakan itu domainnya panwaslu untuk menyimpulkan. Tapi, sebagai atasan aktif, Fauzi Bowo harusnya menegur PNS yang tidak netral.” (Muhammad Taufiq, tim sukses Jokowi-Ahok) “Ini menunjukkan bahwa warga kita ini hebat. Bayangkan, dengan Rp 5 juta saja bisa jadi jembatan. Kalau dibandingkan dengan pos APBD, paling tidak butuh Rp 200 juta.” (Faisal Basri) “Saya bingung mengapa sudah tahu akan ada masalah DPT pada kemudian hari, tapi semua pihak seperti tenang-tenang saja membiarkan. Masih ada waktu untuk mengoreksi dan mencegah kekecewaan yang lebih mendalam.” (Nono Sampono) “Saya sangat geram dan tidak akan tinggal diam sampai pelakunya tertangkap. Tapi, saya yakin yang berani melakukan penculikan dan pembacokan selama masa kampanye pasti berani melakukan kecurangan di TPS saat pencoblosan.” (Nono Sampono) “Pemilih siluman ini diduga merupakan warga di wilayah penyangga Jakarta, seperti Bekasi, Depok, Bogor, dan Tangerang yang
12
13
14
15
survei yang dinilai lebih menguntungkan pasangan tertentu dan membuat down pasangan lainnya. (Republika, 4 Juli 2012, hlm. 9) Hidayat Nur Wahid mengomentari lembaga survei yang dinilai lebih menguntungkan pasangan tertentu dan membuat down pasangan lainnya. (Republika, 4 Juli 2012, hlm. 9) Muhammad Taufik mengomentari tema netralistas PNS dalam diskusi “Menuju Pilkada DKI Jakarta yang Aman dan Demokratis” di Universitas Paramadina. (Republika, 6 Juli 2012, hlm. 9) Muhammad Taufik mengomentari tema netralistas PNS dalam diskusi “Menuju Pilkada DKI Jakarta yang Aman dan Demokratis” di Universitas Paramadina. (Republika, 6 Juli 2012, hlm. 9) Faisal mengomentari pos dana APBD yang sedikit untuk pemberdayaan warga. (Republika, 5 Juli 2012, hlm. 9)
Ilokusi direktif (mengkritik)
menentukan, segalanya
Kompetitif Ilokusi direktif (melarang)
Tidak santun
Diksi: jangan (imperatif larangan)
Kompetitif Ilokusi direktif (menyindir)
Tidak santun
Diksi: kalau saya
Kompetitif Ilokusi direktif (mengkritik)
Tidak santun
Diksi: Fauzi Bowo (nama); silakan Modalitas: harusnya (imperatif persilaan)
Kompetitif Ilokusi direktif (menyindir)
Tidak santun
Diksi: bayangkan Gaya bahasa perbandingan
Nono Sampono mengomentari DPT yang masih bermasalah dan munculnya kasus intimidasi sebagai indikasi adanya kecurangan oleh pihak tertentu. (Republika, 5 Juli 2012, hlm. 9)
Kompetitif Ilokusi direktif (melarang)
Tidak santun
Diksi: tenang-tenang saja; membiarkan Modalitas: masih ada
Nono Sampono mengomentari DPT yang masih bermasalah dan munculnya kasus intimidasi sebagai indikasi adanya kecurangan oleh pihak tertentu. (Republika, 5 Juli 2012, hlm. 9)
Konfliktif Ilokusi ekpresif (mengecam)
Lebih tidak santun
Diksi: geram; kecurangan Pronomina: saya Modalitas: tidak akan; sangat; tidak akan; yakin; pasti
Rian Osca mengomentari DPT yang masih bermasalah dan munculnya kasus intimidasi sebagai indikasi adanya kecurangan oleh
Konfliktif Ilokusi ekspresif (menuduh)
Lebih tidak santun
Diksi: pemilih siluman
243
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
16
17
18
19
20
21
22
dimobilisasi oleh salah satu pihak tertentu untuk mendongkrak perolehan suara.” (Rian Osca, tim pemenangan suara PDI Perjuangan untuk Jokowi-Ahok) “Semula KPU DKI Jakarta menetapkan jumlah DPT sebanyak sembilan juta jiwa, tapi tiba-tiba turun menjadi tujuh juta jiwa. Penurunan drastis dan tiba-tiba itu seakan makin memperkuat dugaan bahwa KPU tidak serius mengurus DPT.” (Rian Osca, tim pemenangan suara PDI Perjuangan untuk Jokowi-Ahok) “Kini, tersisa 400 ribu pemilih ganda yang belum dibenahi dan menjadi potensi bagi pemilih siluman.” (Rian Osca, tim pemenangan suara PDI Perjuangan untuk Jokowi-Ahok) “Menjadikan Jakarta sebagai kota yang aman merupakan salah satu program kami. Kami yakin program ini bisa kami laksanakan dalam waktu satu tahun.” (Alex Noerdin) “Waktu terjadi kerusuhan besar-besaran tahun 1998, Pak Nono berhasil mengamankan Jakarta. Yang melindungi kota ini pada waktu itu adalah pasukan marinir yang dipimpin oleh Pak Nono.” (Alex Noerdin) “Jadi, kalau bicara soal keamanan, sudah tidak diragukan lagi, Pak Nono mencerminkan orang yang dapat diandalkan dalam memberikan keamanan.” (Alex Noerdin) “Selama ini kita sering mendengar protes pengambilan jalan untuk busway, padahal jalurnya sering kosong. Untuk itu, saya merencanakan angkutan umum lain, seperti metromini dan kopaja agar diizinkan masuk jalur busway.” (Hidayat Nur Wahid) “Saya mengimbau agar proses penghitungan
pihak tertentu. (Republika, 5 Juli 2012, hlm. 9)
Rian Osca mengomentari DPT yang masih bermasalah dan munculnya kasus intimidasi sebagai indikasi adanya kecurangan oleh pihak tertentu. (Republika, 5 Juli 2012, hlm. 9)
Konfliktif Ilokusi direktif (menuduh)
Tidak santun
Diksi: memperkuat dugaan; serius mengurus Modalitas: seakan makin; tidak
Rian Osca mengomentari DPT yang masih bermasalah dan munculnya kasus intimidasi sebagai indikasi adanya kecurangan oleh pihak tertentu. (Republika, 5 Juli 2012, hlm. 9) Alex Noerdin berkampanye tentang keamanan Jakarta di hadapan pendukungnya. (Republika, 5 Juli 2012, hlm. 9)
Kompetitif Ilokusi direktif (mengkritik)
Tidak santun
Diksi: pemilih ganda, pemilih siluman; Gaya bahasa eufemisme: dibenahi
Konvivial Ilokusi komisif (menawarkan janji)
Santun
Modalitas: yakin Pronomina: kami
Alex Noerdin berkampanye tentang keamanan Jakarta di hadapan pendukungnya. (Republika, 5 Juli 2012, hlm. 9)
Konvivial Ilokusi ekspresif (menyanjung)
Santun
Diksi: berhasil
Alex Noerdin berkampanye tentang keamanan Jakarta di hadapan pendukungnya. (Republika, 5 Juli 2012, hlm. 9)
Konvivial Ilokusi ekspresif (menyanjung)
Santun
Hidayat Nur Wahid berkampanye dengan menumpang metromini 46 jurusan Pulogadung-Kampung Melayu. (Republika, 5 Juli 2012, hlm. 9)
Konvivial Ilokusi komisif (menawarkan janji)
Santun
Modalitas: sudah tidak Diksi: soal keamanan; diragukan, diandalkan Diksi: rencanakan Pronomina: kita; saya
Megawati Soekarnoputri mengajak kader
Konvivial
Santun
Diksi: mengimbau
244
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI suara dijaga.” (Megawati Soekarnoputri, Ketua Umum PDI Perjuangan) 23
“Kita perlu pemimpin yang bersih dan terbukti mampu menyelesaikan persoalan masyarakat.” (Maruarar Sirait, Ketua DPP PDI Perjuangan)
24
“Asalkan warga tetap menggunakan hak pilihnya pada 11 Juli mendatang dan memilih menggunakan hati nurani pasangan cagub terbaik.” (Alex Noerdin) “Di masa tenang itu adalah masa yang paling tidak tenang, banyak yang akan melakukan money politics.” (Hidayat Nur Wahid)
25
26
27
28
“Satu lagi tugas kita, kita sudah sedemikian lelah. Jadi, jangan sampai kita tersirap di masa-masa terakhir, jangan sampai kotak suara kita dirampok sama yang lain.” (Faisal Basri) “Mari kita bantu Panwaslu, mari kita bantu PPS untuk mengamankan suara warga, yang juga akan mengamankan kepentingan warga.” (Faisal Basri) “Semoga tidak ada warga Jakarta yang kehilangan hak pilihnya.” (Andi Syafrani, Wakil ketua tim advokasi Fauzi-Nachrowi)
29
“Ini akibat kita sudah melegitimasi sesuatu yang kotor seolah-olah bersih dan berujung pada kemelut DPT ini.” (Fatahillah Ramli, tim sukses pasangan Alex-Nono)
30
“Kami menunggu upaya KPU membereskan DKPP. Tapi, apabila DPT tidak bisa clear, apa boleh buat kalau memang ditunda.”
dan simpatisan PDI Perjuangan mengawasi jalannya pilkada DKI Jakarta. (Republika, 7 Juli 2012, hlm. 3) Maruarar Sirait mengimbau masyarakat Jakarta menggunakan hak pilihnya. (Republika, 7 Juli 2012, hlm. 3)
Ilokusi ekspresif (mengajak)
Gaya bahasa eufemisme: dijaga
Kolaboratif Ilokusi representatif (menyatakan)
Netral
Alex Noerdin mengajak warga DKI memilih dengan hati nurani patut mewaspadai money politicsdi masa tenang. (Republika, 9 Juli 2012, hlm. 9) Hidayat Nur Wahid mengomentari bahaya praktik politik „serangan fajar‟ dan money politics di masa tenang. (Republika, 9 Juli 2012, hlm. 9) Faisal Basri mengomentari Pilkada DKI yang segera memasuki masa tenang. (Republika, 9 Juli 2012, hlm. 9)
Kolaboratif Ilokusi representatif (menyimpulkan)
Netral
Kompetitif Ilokusi direktif (melarang)
Tidak santun
Kompetitif Ilokusi direktif (melarang)
Tidak santun
Faisal Basri mengomentari Pilkada DKI yang segera memasuki masa tenang. (Republika, 9 Juli 2012, hlm. 9)
Konvivial Ilokusi ekspresif (mengajak)
Santun
Diksi: mengamankan Pronomina: kita
Andi Syafrani menilai DPT masih bermasalah meskipun KPU DKI Jakarta telah melakukan sosialisasi dan rapat pleno perubahan DPT bersama dengan tim sukses keenam pasangan. (Republika, 10 Juli 2012, hlm. 9) Fatahilla Ramli menilai DPT masih bermasalah meskipun KPU DKI Jakarta telah melakukan sosialisasi dan rapat pleno perubahan DPT bersama dengan tim sukses keenam pasangan. (Republika, 10 Juli 2012, hlm. 9) Marihot Napitupulu menilai DPT masih bermasalah meskipun KPU DKI Jakarta telah melakukan sosialisasi dan rapat pleno
Konvivial Ilokusi ekspresif (mengajak)
Santun
Diksi: semoga
Konfliktif Ilokusi ekspresif (menuduh)
Lebih tidak santun
Kolaboratif Ilokusi representatif (menyatakan)
Netral
Diksi: sesuatu yang kotor seolah-olah bersih Gaya bahasa pertentangan: paradoks Modalitas: tidak bisa Pronomina: kami
Diksi: pemimpin yang bersih Pronomina: kita Gaya bahasa eufemisme: bersih Diksi: asalkan
Diksi: money politics Gaya bahasa pertentangan: paradoks Pronomina: kita Diksi: jangan sampai
245
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI (Marihot Napitupulu, tim sukses pasangan Jokowi-Basuki) 31
“Saya yakin pendukung kami tidak mengharapkan politik uang.” (Nachrowi Ramli)
32
“Insya Allah sepertinya Jokowi-Ahok mampu menghadirkan perubahan.” (Bonis, warga Kelurahan Tugu Utara, Tanjung Priok, pendukung Jokowi-Ahok) “Ada unsur dan harapan yang tidak sesuai dengan harapan. Kami akan evaluasi lebih lanjut.” (Fauzi Bowo)
33
34
“Nunggu hasil dulu gimana, lha wong hasilnya belum keluar.” (Jokowi)
35
“Saya kenal Jokowi sejak lama. Dulu saya termasuk yang mendukung dia jadi wali kota Solo. Jadi mungkin pertemuan ini bisa ia sekarang mendukung saya jadi gubernur.” (Hidayat Nur Wahid) “Tidak ada masalah kan, kalau kita dan Jokowi melakukan komunikasi politik. Kalau ada peluang itu diljalankan saja.” (Didik J Rachbini) “Proses penjajakan koalisi pada putaran kedua itu proses dinamis dan melibatkan banyak pihak. Akan ada pembahasan bersama dengan partai. Termasuk juga dengan Partai Gerindra.” (Hasto Kristiyanto, Wakil Sekjen PDI Perjuangan) “Ini bukan masalah terpilih atau tidak terpilih, tapi ada persoalan atau tidak ada persoalan.” (Nono Sampono)
36
37
38
perubahan DPT bersama dengan tim sukses keenam pasangan. (Republika, 10 Juli 2012, hlm. 9) Nachorwi Ramli mengharapkan pilkada DKI Jakarta berlangsung damai, dan warga memilih dengan hati nurani. (Republika, 11 Juli 2012, hlm. 1) Bonis mengomentari hasil hitung cepat dari berbagai lembaga surveiyang menunjukkan keunggulan pasangan Jokowi-Ahok. (Republika, 12 Juli 2012, hlm. 1) Fauzi Bowo menanggapi hasil hitung cepat dari berbagai lembaga survei yang menunjukkan keunggulan pasangan JokowiAhok. (Republika, 12 Juli 2012, hlm. 1) Jokowi menanggapi hasil hitung cepat dari berbagai lembaga survei menunjukkan keunggulan pasangannya. Kubu Jokowi dan Hidayat Nur Wahid mengadakan komunikasi politik. (Republika, 12 Juli 2012, hlm. 1) Hidayat Nur Wahid mengomentari Jokowi terkait komunikasi politik yang hendak dibangun keduanya (Republika, 12 Juli 2012, hlm. 1)
Konvivial Ilokusi ekspresif (menghargai)
Santun
Modalitas: yakin
Konvivial Ilokusi ekspresif (menghargai)
Santun
Diksi: insya Allah
Kolaboratif Ilokusi representatif (menginformasikan)
Netral
Diksi: evaluasi Pronomina: kami
Kolaboratif Ilokusi representatif (menyatakan)
Netral
Diksi: hasilnya belum keluar
Konvivial Ilokusi ekspresif (menyanjung)
Santun
Diksi: kenal; mendukung Pronomina: saya
Didik J Rachbini mendukung sikap Hidayat Nur Wahid membangun komunikasi politik dengan Jokowi (Republika, 12 Juli 2012, hlm. 1) Hasto Kristiyanto menanggapi adanya komunikasi politik Jokowi dengan kubu pasangan lain (Republika, 12 Juli 2012, hlm. 1)
Kolaboratif Ilokusi representatif (menjelaskan)
Netral
Pronomina: kita
Kolaboratif Ilokusi representatif (menjelaskan)
Netral
Diksi: penjajakan
Nono Sampono merasa tidak puas terhadap kinerja KPU DKI Jakarta perihal daftar pemilih tetap (DPT) dan adanya laporan 27 kasus pelanggaran oleh Indonesian
Kompetitif Ilokusi direktif (mengkritik)
Tidak santun
Modalitas: ada atau tidak ada
246
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
39
“Saya akan menggugat hingga tingkat MK sekalipun.” (Hidayat Nur Wahid)
40
“Jumlah itu kan tidak seberapa dibanding penggelembungan suara yang mencapai 1,4 juta.” (Nono Sampono)
41
“Salah satu anak saya, Selasa (11/7), masih belum menerima undangan dan baru menerima setelah ditanyakan. Yang jadi cermin persiapan pemilukada kali ini adalah di rumah saya sendiri masih ada masalah. Silakan dinilai sendiri.” (Nono Sampono) “Mereka digaji oleh uang rakyat, namun pekerjaannya tidak beres.” (Nono Sampono)
42
43
“Kalau Jakarta saja kacau, bagaimana di daerah?” (Alex Noerdin)
44
“Perjuangan belum selesai. Tunggu putaran kedua, insya Allah kami menang.” (Fauzi Bowo)
45
“Kalau ditanya berkoalisi dengan siapa, kami akan berkoalisi dengan rakyat.” (Fauzi Bowo)
Corruption Watch (ICW). (Republika, 12 Juli 2012, hlm. 9) Hidayat Nur Wahid merasa tidak puas terhadap kinerja KPU DKI Jakarta perihal daftar pemilih tetap (DPT) dan adanya laporan 27 kasus pelanggaran oleh Indonesian Corruption Watch (ICW). (Republika, 12 Juli 2012, hlm. 9) Nono Sampono merasa tidak puas terhadap kinerja KPU DKI Jakarta perihal daftar pemilih tetap (DPT) dan adanya laporan 27 kasus pelanggaran oleh Indonesian Corruption Watch (ICW). (Republika, 12 Juli 2012, hlm. 9) Nono Sampono merasa tidak puas terhadap kinerja KPU DKI Jakarta perihal daftar pemilih tetap (DPT) dan adanya laporan 27 kasus pelanggaran oleh Indonesian Corruption Watch (ICW). (Republika, 12 Juli 2012, hlm. 9) Nono Sampono merasa tidak puas terhadap kinerja KPU DKI Jakarta perihal daftar pemilih tetap (DPT) dan adanya laporan 27 kasus pelanggaran oleh Indonesian Corruption Watch (ICW). (Republika, 12 Juli 2012, hlm. 9) Alex Noerdin merasa tidak puas terhadap kinerja KPU DKI Jakarta perihal daftar pemilih tetap (DPT) dan adanya laporan 27 kasus pelanggaran oleh Indonesian Corruption Watch (ICW). (Republika, 12 Juli 2012, hlm. 9) Fauzi Bowo menanggapi hasil hitung cepat yang menunjukkan keunggulan pasangan Jokowi-Ahok. (Republika, 12 Juli 2012, hlm. 9) Fauzi Bowo menanggapi hasil hitung cepat yang menunjukkan keunggulan pasangan Jokowi-Ahok dan kemungkinan koalisi selanjutnya (Republika, 12 Juli 2012, hlm. 9)
Konfliktif Ilokusi ekspresif (mengancam)
Lebih tidak santun
Diksi: menggugat Pronomina: saya Modalitas: akan
Kompetitif Ilokusi direktif (mengkritik)
Tidak santun
Diksi: sebanding, penggelembungan suara Modalitas: tidak
Kolaboratif Ilokusi representatif (menginformasikan)
Netral
Modalitas: masih belum
Konfliktif Ilokusi ekspresif (mengecam)
Lebih tidak santun
Diksi: uang rakyat Modalitas: tidak
Konfliktif Ilokusi ekspresif (mengecam)
Lebih tidak santun
Diksi: kacau (kalimat tanya)
Konvivial Ilokusi ekspresif (mengajak)
Santun
Diksi: insya Allah
Kolaboratif Ilokusi representatif (menginformasikan)
Netral
Diksi: berkoalisi Modalitas: akan
247
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 46
“Kami menghormati hasil penghitungan cepat.” (Jazuli Juwaini, Ketua DPP PKS)
47
“Pasangan Jokowi-Ahok mewakili unsurunsur kemajemukan dalam masyarakat Indonesia.” (Taufiq Kiemas, Ketua Dewan Pertimbangan Pusat PDI Perjuangan) “Harus tenang dan sabar.” (Taufiq Kiemas, Ketua Dewan Pertimbangan Pusat PDI Perjuangan)
48
49
50
“Saya tidak bisa memastikan itu benar dari Fauzi Bowo atau tidak. Tapi, kalau ada orang yang meng-SMS atau orang minta ketemu, itu biasa. Saya tak bisa memastikan apakah mereka benar diutus atau tidak.” (Hidayat Nur Wahid) “Kami punya saksi dan bukti. Dan, kami akan melaporkannya ke Panwaslu.” (Dasril Affandi, Sekretaris tim advokasi Foke-Nara)
Jazuli menanggapi hasil hitung cepat yang menunjukkan keunggulan pasangan JokowiAhok. (Republika, 12 Juli 2012, hlm. 9) Taufik Kiemas mengomentari keunggulan Jokowi-Ahok dalam hasil hitung cepat. (Republika, 12 Juli 2012, hlm. 9)
Konvivial Ilokusi ekspresif (menghargai) Kolaboratif Ilokusi representatif (menyatakan)
Santun
Diksi: menghormati
Netral
Diksi: mewakili
Taufik Kiemas mengomentari keunggulan Jokowi-Ahok dalam hasil hitung cepat. (Republika, 12 Juli 2012, hlm. 9)
Konvivial Ilokusi ekspresif (mengajak)
Santun
Hidayat Nur Wahid mengaku ada yang menghubunginya pascapengumuman hasil penghitungan cepat berbagai lembaga. (Republika, 14 Juli 2012, hlm.1)
Kolaboratif Ilokusi representatif (menginformasikan)
Netral
Modalitas: harus Diksi: tenang dan sabar (imperatif ajakan) Pronomina: saya Modalitas: tidak bisa
Konfliktif Ilokusi direktif (mengancam)
Tidak santun
Diksi: melaporkannya Modalitas: akan
Kompetitif Ilokusi direktif (menyuruh) Konvivial Ilokusi ekspresif (menyanjung)
Tidak santun
Diksi: jangan (imperatif larangan)
Santun
Diksi: pintar, cerdas, rendah hati, membutuhkan
Konvivial Ilokusi komisif (menawarkan janji) Kolaboratif Ilokusi representatif (menginformasikan)
Santun
Kolaboratif Ilokusi representatif (menjelaskan)
Netral
Diksi: mewujudkan Pronomina: kami Modalitas: ingin Diksi: berjalan Modalitas: sedang Gaya bahasa personifikasi: sedang berjalan Diksi: sama
51
“Jangan pecah belah Foke dan Nara.” (Nachrowi Ramli)
52
“Jokowi adalah sosok yang pintar, cerdas, dan rendah hati. Rakyat membutuhkan pemimpin seperti itu.” (Basuki Tjahja Purnama)
53
“Kami ingin mewujudkan Jakarta yang rapi dan modern, namun manusiawi, yakni dekat dengan rakyat.” (Basuki Tjahja Purnama) “Dialog dan proses koalisi dengan calon lain saat ini sedang berjalan.” (Basuki Tjahja Purnama)
Dasril Affandi menuding tim sukses JokowiAhok melakukan praktik politik uang dan black campaign. (Republika, 15 Juli 2012, hlm.1) Nachrowi Ramli merasa diadu domba dengan Fauzi Bowo. (Republika, 15 Juli 2012, hlm.1) Basuki Tjahaja Purnama menanggapi keunggulan pasangannya dan tudingan pihak lain bahwa mereka melakukan praktik politik uang dan black campaign. (Republika, 15 Juli 2012, hlm.1) Basuki Tjahja Purnama menyatakan berupaya membenahi Jakarta bila terpilih (Republika, 15 Juli 2012, hlm.1) Basuki Tjahja Purnamamemaparkan rencana koalisi dan skenario menghadapi putaran kedua. (Republika, 16 Juli 2012, hlm. 4)
“Apa yang diinginkan oleh Pak Jokowi dan saya, serta empat calon lainnya sama, yaitu perubahan Jakarta yang lebih baik.” (Basuki
Basuki Tjahja Purnamamemaparkan rencana koalisi dan skenario menghadapi putaran kedua. (Republika, 16 Juli 2012, hlm.2)
54
55
Netral
248
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
56
57
58
59
60
61
62
63
64
Tjahja Purnama) “Kami untuk putaran kedua belum putuskan sama sekali.” (Agun Gunandjar Sudarsa, anggota Fraksi Partai Golkar) “Yang memutuskan adalah partai. Tentu juga partai sangat paham bahwa rakyat punya kedaulatannya sendiri.” (Hidayat Nur Wahid) “Saya yakin akan ada komunikasikomunikasi politik yang lebih intens.” (Hidayat Nur Wahid) “Sikap PKS dalam posisi sedang mengkaji, menganalisis, dan opsinya sangat terbuka, apakah mendukung salah satu pasangan calon di putaran kedua nanti, atau tidak mendukung sama sekali.” (Mahfudz Siddiq, Wakil Sekjen PKS) “Tapi apakah dalam putaran kedua PKS akan mendukung Jokowi atau tidak? Ini masih dikaji dan itu serba terbuka bisa mendukung salah satunya bisa juga mengambil sikap abstain.” (Mahfudz Siddiq, Wakil Sekjen PKS) “Strategi bukan untuk disampaikan kepada media massa dan publik.” (Anas Urbaningrum, Ketua Umum Partai Demokrat) “Kami santai saja, lha wong banyak yang menanggapinya negatif. Malah, banyak yang tambah respek sama Jokowi-Ahok. Jadinya menguntungkan kita.” (Cheppy Wartono, Ketua tim pemenangan Jokowi-Ahok) “Bukan mainan kami itu, apalagi digunakan untuk menyudutkan pihak lawan. Kami ingin menang bermartabat.” (Kahfi Siregar, Ketua media center Foke-Nara) “Konstituen kami di DKI sepertinya ke Foke ketimbang Jokowi. Secara dari sisi konstituen DKI, yaitu secara emosional,
Agun Gunandjar Sudarsa memberi keterangan perihal rencana koalisi menghadapi putaran kedua. (Republika, 16 Juli 2012, hlm.2) Hidayat Nur Wahid memberi keterangan perihal rencana koalisi menghadapi putaran kedua. (Republika, 16 Juli 2012, hlm.2)
Kolaboratif Ilokusi representatif (menginformasikan)
Netral
Modalitas: belum sama sekali
Kolaboratif Ilokusi representatif (menyatakan)
Netral
Diksi: partai Modalitas: sangat
Hidayat Nur Wahid memberi keterangan perihal rencana koalisi menghadapi putaran kedua. (Republika, 16 Juli 2012, hlm.2) Mahfudz Siddiq memberi keterangan perihal rencana koalisi PKS menghadapi putaran kedua. (Republika, 16 Juli 2012, hlm.2)
Kolaboratif Ilokusi representatif (menjelaskan) Kolaboratif Ilokusi representatif (menginformasikan)
Netral
Modalitas: yakin
Netral
Diksi: sikap; mengkaji; menganalisis
Mahfudz Siddiq memberi keterangan perihal rencana koalisi PKS menghadapi putaran kedua. (Republika, 16 Juli 2012, hlm.2)
Kolaboratif Ilokusi representatif (menginformasikan)
Netral
Modalitas: masih
Anas Urbaningrum memberi keterangan perihal rencana koalisi Partai Demokrat menghadapi putaran kedua. (Republika, 16 Juli 2012, hlm.2) Cheppy Wartono menanggapi adanya isu SARA dan black campaign muncul di berbagai media sosial tentang pasangan Jokowi-Ahok. (Republika, 18 Juli 2012, hlm. 1) Kahfi Siregar menanggapi adanya isu SARA dan black campaign muncul di berbagai media sosial. (Republika, 18 Juli 2012, hlm. 1) Lukman Hakim menjelaskan posisi PPP menjelang putaran kedua dan kemungkinan mendukung pasangan Foke-Nara.
Kolaboratif Ilokusi representatif (menjelaskan)
Netral
Diksi: strategi
Kolaboratif Ilokusi representatif (menjelaskan)
Netral
Diksi: santai Pronomina: kami, kita
Kolaboratif Ilokusi representatif (menyatakan)
Netral
Diksi: mainan, menang bermartabat
Kolaboratif Ilokusi representatif (menyatakan)
Netral
Diksi: konstituen; Nahdliyin
249
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
65
66
67
68
69
70
71
hubungan kedekatan, dan sesama Nahdliyin.” (Lukman Hakim, Wakil ketua DPP PPP) “Meskipun disadari betul selama lima tahun ini tak memenuhi harapan. Tapi, relatif dari sisi program bisa ditangkap. Sosok dan wujudnya.” (Lukman Hakim, Wakil ketua DPP PPP) “Kita sudah menyerahkan ke DKI. Kalau kita berikan ekor dalam dunia politik, tidak etis. (Idrus Marhram, Sekretaris Partai Golkar) “Ke arah sana sudah terbuka kepastian dukungan PPP dan PKS kepada Foke-Nara, itu tentu dengan komunikasi.” (Saan Mustopa, Wakil Sekjen DPP Partai Demokrat) “Saat ini kita terus membangun dukungan koalisi untuk mewujudkan hal tersebut.” (Saan Mustopa, Wakil Sekjen DPP Partai Demokrat) “Sampai sekarang ini kita lihat Fauzi Bowo lebih kapabel. Dia lulusan S3 Jerman.” (Tjatur Sapto Edy, Ketua DPP PAN) “Ke depan akan diberikan informasi yang sesuai fakta.” (Tjatur Sapto Edy, Ketua DPP PAN) “Hanya pembawaannya yang ngaco-ngaco.” (Tjatur Sapto Edy, Ketua DPP PAN)
“Kami tidak takut dan tidak khawatir kalau memang benar PKS dan PPP dukung FokeNara.” (Martin Hutabarat, Anggota Dewan Pembina Golkar) 73 “Yang penting kan di sini masyarakat menilai sosok dan rekam jejak mereka, di mana rekaman jejak Jokowi-Ahok baik.” (Martin Hutabarat, Anggota Dewan Pembina Golkar) Bulan Agustus 72
(Republika, 19 Juli 2012, hlm. 2)
Lukman Hakim menjelaskan posisi PPP menjelang putaran kedua dan kemungkinan mendukung pasangan Foke-Nara. (Republika, 19 Juli 2012, hlm. 2)
Kolaboratif Ilokusi representatif (menjelaskan)
Netral
Diksi: meskipun, tetapi
Idrum Makarim belum memutuskan ke pasangan mana dukungan Golkar diberikan pada putaran kedua. (Republika, 19 Juli 2012, hlm. 2) Saan Mustopa menyambut dukungan PAN, PKS, dan PPP kepada Foke-Nara. (Republika, 30 Juli 2012, hlm. 2)
Kolaboratif Ilokusi representatif (menjelaskan)
Netral
Diksi: ekor Gaya bahasa metafora: ekor
Kolaboratif Ilokusi representatif (menginformasikan)
Netral
Diksi: dukungan; dengan komunikasi
Saan Mustopa menyambut dukungan PAN, PKS, dan PPP kepada Foke-Nara. (Republika, 30 Juli 2012, hlm. 2)
Kolaboratif Ilokusi representatif (menginformasikan)
Netral
Diksi: membangun dukungan Pronomina: kita
Tjatur Sapto Edy menyatakan dukungan PAN kepada Foke-Nara. (Republika, 30 Juli 2012, hlm. 2) Tjatur Sapto Edy menyatakan dukungan PAN kepada Foke-Nara. (Republika, 30 Juli 2012, hlm. 2) Tjatur Sapto Edy menyatakan dukungan PAN kepada Foke-Nara. (Republika, 30 Juli 2012, hlm. 2) Martin Hutabarat menanggapi dukungan PAN, PKS, Partai Demokrat, dan PPP kepada Foke-Nara. (Republika, 30 Juli 2012, hlm. 2) Martin Hutabarat menanggapi dukungan PAN, PKS, Partai Demokrat, dan PPP kepada Foke-Nara. (Republika, 30 Juli 2012, hlm. 2)
Konvivial Ilokusi ekspresif (menyanjung) Konvivial Ilokusi komisif (menawarkan janji) Kolaboratif Ilokusi representatif (menjelaskan) Kolaboratif Ilokusi representatif (menyatakan)
Netral
Diksi: kapabel Modalitas: lebih
Santun
Modalitas: akan
Netral
Diksi: ngaco-ngaco Modalitas: hanya
Netral
Modalitas: tidak Pronomina: kami
Kolaboratif Ilokusi representatif (menjelaskan)
Netral
Diksi: masyarakat
250
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI No
Data Tuturan
Konteks
1
“Jika ada yang menuntut penyeragaman, menurut saya, berarti orang itu tidak mengenal Jakarta.” (Fauzi Bowo) “Ini menunjukkan penduduk Jakarta majemuk, makanya kalau ada masyarakat yang menuntut penyeragaman maka benarbenar tak mengenal sejarah Jakarta.” (Fauzi Bowo) “Gubernur itu tidak boleh angkat staf ahli untuk menjadi juru bicara, misalnya. Bisa kena periksa BPK karena uang APBD tidak boleh untuk itu.” (Fauzi Bowo) “Khairunnas an-fa’uhum linnas.” (Fauzi Bowo)
2
3
4
5
“Ini bisa menjatuhkan Jokowi dan juga Fauzi Bowo.” (Taufiq Kiemas)
6
“Jadi, tidak boleh coba-coba. Untuk itu, kami deklarasikan dan kesiapan seratus persen mendukung Foke-Nara.” (Zainuddin, Sekretaris DPD Partai Golkar DKI Jakarta) “Kami pastikan, 10 hingga 15 persen tambahan suara untuk Pak Foke. Hasil survei juga menunjukkan elektabilitas Golkar meningkat dari 0,2 jadi 4,2.” (Zainuddin, Sekretaris DPD Partai Golkar DKI Jakarta) “Nah, putaran kedua ini kami pastikan semua suara hanya untuk Foke-Nara.” (Zainuddin, Sekretaris DPD Partai Golkar DKI Jakarta) “Kalau tidak dukung, ya, dikeluarkan dari kepengurusan.” (Zainuddin, Sekretaris DPD Partai Golkar DKI Jakarta)
7
8
9
10
“Kita semua tahu Golkar memiliki kekuatan pada level akar rumput yang tidak kecil. Tinggal mempererat simpul-simpul yang
Fauzi Bowo berpendapat bahwa isu SARA tidak cocok untuk Jakarta yang majemuk. (Republika, 4 Agustus 2012, hlm. 3) Fauzi Bowo berpendapat bahwa isu SARA tidak cocok untuk Jakarta yang majemuk. (Republika, 4 Agustus 2012, hlm. 3)
Jenis Tindak Tutur Kompetitif Ilokusi direktif (mengkritik) Kompetitif Ilokusi direktif (mengkritik)
Tingkat Kesantunan Tidak santun
Penanda Lingual Kesantunan Diksi: orang itu
Tidak santun
Diksi: mengenal sejarah Jakarta Modalitas: tidak
Fauzi Bowo berkomitmen menjalankan tugasnya sebagai Gubernur DKI Jakarta. (Republika, 4 Agustus 2012, hlm. 3)
Kolaboratif Ilokusi representatif (menyatakan)
Netral
Modalitas: tidak boleh
Fauzi Bowo berkomitmen menjalankan tugasnya sebagai Gubernur DKI Jakarta. (Republika, 4 Agustus 2012, hlm. 3) Taufik Kiemas mengomentari isu SARA yang bisa merugikan kedua belah pihak. (Republika, 4 Agustus 2012, hlm. 3) Zainuddin memastikan dukungan Partai Golkar ke pasangan Foke-Nara untuk menghadapi putaran kedua. (Republika, 6 Agustus 2012, hlm. 3) Zainuddin memastikan dukungan Partai Golkar ke pasangan Foke-Nara untuk menghadapi putaran kedua. (Republika, 6 Agustus 2012, hlm. 3)
Kolaboratif Ilokusi representatif (menyatakan) Kolaboratif Ilokusi representatif (menyatakan) Kolaboratif Ilokusi representatif (menyatakan)
Netral
Diksi: (ungkapan bahasa Arab)
Netral
Diksi: menjatuhkan
Netral
Kolaboratif Ilokusi representatif (menjelaskan)
Netral
Diksi: deklarasikan Pronomina: kami Modalitas: tidak boleh Pronomina: kami Modalitas: pastikan
Zainuddin memastikan dukungan Partai Golkar ke pasangan Foke-Nara untuk menghadapi putaran kedua. (Republika, 6 Agustus 2012, hlm. 3) Zainuddin memastikan dukungan Partai Golkar ke pasangan Foke-Nara untuk menghadapi putaran kedua. (Republika, 6 Agustus 2012, hlm. 3) Fauzi Bowo menanggapi dukungan Partai Golkar untuk menghadapi putaran kedua. (Republika, 6 Agustus 2012, hlm. 3)
Kolaboratif Ilokusi representatif (menyatakan)
Netral
Pronomina: kami Modalitas: pastikan
Konfliktif Ilokusi ekspresif (mengancam)
Lebih tidak santun
Diksi: dikeluarkan
Kolaboratif Ilokusi representatif (menyatakan)
Netral
Diksi: kekuatan; akar rumput Pronomina: kita
251
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
telah ada.” (Fauzi Bowo) “Ini silaturahim biasa di bulan Ramadhan.” (Triwisaksana, Ketua Dewan Pimpinan Wilayah PKS Jakarta) “Tentu, kita akan dukung pasangan yang paling mirip agenda perjuangannya dengan PKS.” (Triwisaksana, Ketua Dewan Pimpinan Wilayah PKS Jakarta) “Insya Allah sebelum mudik lebaran akan kami umumkan. Apakah berlabuh ke kubu Foke atau Jokowi.” (Luthfi Hasan Ishaaq, Presiden PKS) “Bagi kami, bagaimana kedua pasangan tersebut bisa bersinergi dalam menjalankan agenda yang PKS susun untuk kemajuan Jakarta, itulah yang terpenting.” (Luthfi Hasan Ishaaq, Presiden PKS) “Belum ada pembicaraan ke arah koalisi. Saya harus bertemu dengan pengurus struktural PKS.” (Jokowi) “Saya juga tidak perlu islah karena saya tidak bermusuhan dengan siapa pun.” (Rhoma Irama) “Dalam konteks berbangsa, saya tidak ada masalah dengan pemimpin mana pun. Saya cinta Jokowi, saya cinta Ahok. I love them all.” (Rhoma Irama) “Selama kampanye pemilukada putaran pertama, Foke mengembuskan isu SARA dengan mengatakan kalau PKS itu Wahabi dan antimaulid.” (Hidayat Nur Wahid) “Jika Foke menginginkan dukungan dari PKS, berani tidak dia meminta maaf karena PKS bukan Wahabi dan tak antimaulid.” (Hidayat Nur Wahid) “Berani tidak Jokowi berkomitmen tidak meninggalkan jabatannya hingga akhir masa jabatan. Tidak seperti Solo yang ditinggalkannya untuk bertarung di Jakarta.”
Triwisaksana memberi keterangan perihal kunjungan Jokowi ke markas DPP PKS. (Republika, 6 Agustus 2012, hlm.3) Triwisaksana memberi keterangan perihal kunjungan Jokowi ke markas DPP PKS. (Republika, 6 Agustus 2012, hlm.3)
Kolaboratif Ilokusi representatif (menjelaskan) Kolaboratif Ilokusi representatif (menginformasikan)
Netral
Diksi: silaturahim
Netral
Modalitas: akan Diksi: dukung Pronomina: kita
Luthfi Hasan Ishaaq memberikan keterangan perihal dukungan PKS menghadapi putaran kedua. (Republika, 6 Agustus 2012, hlm. 3)
Kolaboratif Ilokusi representatif (menginformasikan)
Santun
Diksi: Insya Allah
Luthfi Hasan Ishaaq memberikan keterangan perihal dukungan PKS menghadapi putaran kedua. (Republika, 6 Agustus 2012, hlm. 3)
Kolaboratif Ilokusi representatif (menjelaskan)
Netral
Diksi: bersinergi Modalitas: bisa
Jokowi memberi keterangan setelah mengunjungi markas DPP PKS. (Republika, 6 Agustus 2012, hlm. 3) Rhoma Irama menanggapi ceramahnya yang diduga memojokkan pasangan Jokowi-Ahok dengan isu SARA. (Republika, 7 Agustus 2012, hlm. 1) Rhoma Irama menanggapi ceramahnya yang diduga memojokkan pasangan Jokowi-Ahok dengan isu SARA. (Republika, 7 Agustus 2012, hlm. 1) Hidayat Nur Wahid memberi keterangan bahwa dukungan PKS untuk salah satu pasangan calon tidak „gratis‟. (Republika, 9 Agustus 2012, hlm. 2) Hidayat Nur Wahid memberi keterangan bahwa dukungan PKS untuk salah satu pasangan calon tidak „gratis‟. (Republika, 9 Agustus 2012, hlm. 2) Hidayat Nur Wahid memberi keterangan bahwa dukungan PKS untuk salah satu pasangan calon tidak „gratis‟. (Republika, 9 Agustus 2012, hlm. 2)
Kolaboratif Ilokusi representatif (menginformasikan) Kompetitif Ilokusi direktif (menyangkal)
Netral
Modalitas: belum ada
Tidak santun
Diksi: tidak perlu
Kolaboratif Ilokusi representatif (menjelaskan)
Netral
Gaya bahasa repetisi
Konfliktif Ilokusi ekspresif (menuduh)
Lebih tidak santun
Diksi: mengembuskan isu, antimaulid
Konfliktif Ilokusi ekspresif (menantang)
Lebih tidak santun
Diksi: berani tidak
Konfliktif Ilokusi ekspresif (menantang)
Lebih tidak santun
Diksi: berani tidak
252
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
21
22
23
24
25
(Hidayat Nur Wahid) “PKS akan memberikan dukungan kepada calon yang berani merealisasikan kontrak politik yang disodorkan PKS. Bukan mengenai uang.” (Hidayat Nur Wahid) “PKS sudah bulat mendukung Fauzi Bowo dan Nachrowi Ramli.” (Triwisaksana, Ketua Dewan Pimpinan Wilayah PKS Jakarta) “Nama saya Fauzi, artinya kemenangan. Dukungan PKS, Insya Allah akan meningkatkan motivasi kami untuk membangun Jakarta lima tahun ke depan.” (Fauzi Bowo) “Kami layak untuk tambah optimis pada putaran kedua. Ini tambahan energi politik yang sangat besar.” (Anas Urbaningrum, Ketua Umum Partai Demokrat) “Kami ingin melakukan perubahan dan pemberantasan korupsi.” (Martin Hutabarat, tokoh politik Partai Gerindra)
26
“Perkampungan perlu diperhatikan karena masih banyak yang belum layak huni dan drainase yang baik.” (Jokowi)
27
“Partai politik hanya salah satu elemen pendukung terutama karena ada syarat pencalonan. Yang penting akhirnya adalah dukungan rakyat.” (Fadli Zon, Wakil Ketua Partai Gerindra) “Mereka track record Jokowi-Ahok dan Foke-Nara. Mereka akan tentukan pilihan dengan mudah.” (Fadli Zon, Wakil Ketua Partai Gerindra) “Keputusan PKS itu disebabkan ketidakjelasan sikap calon gubernur yang
28
29
Hidayat Nur Wahid memberi keterangan bahwa dukungan PKS untuk salah satu pasangan calon tidak „gratis‟. (Republika, 9 Agustus 2012, hlm. 2) Triwisasksana menyatakan PKS resmi mendukung pasangan Foke-Nara untuk putaran kedua. (Republika, 12 Agustus 2012, hlm. 1) Fauzi Bowo menyambut dukungan PKS untuk putaran kedua. (Republika, 12 Agustus 2012, hlm. 1)
Kolaboratif Ilokusi representatif (menginformasikan)
Netral
Diksi: memberikan dukungan Modalitas: akan
Kolaboratif Ilokusi representatif (menyatakan)
Netral
Diksi: mendukung Modalitas: sudah
Konvivial Ilokusi ekspresif (mengucapkan terima kasih)
Santun
Diksi: insya Allah
Anas Urbaningrum menyambut dukungan PKS ke pasangan Foke-Nara untuk putaran kedua. (Republika, 12 Agustus 2012, hlm. 1)
Konvivial Ilokusi ekspresif (mengucapkan terima kasih) Konvivial Ilokusi komisif (menawarkan janji)
Santun
Diksi: layak, tambahan energi politik Pronomina: kami Diksi: melakukan perubahan Modalitas: ingin
Kolaboratif Ilokusi representatif (menjelaskan)
Netral
Diksi: layak huni Modalitas: belum; perlu
Kolaboratif Ilokusi representatif (menjelaskan)
Netral
Modalitas: hanya Diksi: elemen pendukung
Kolaboratif Ilokusi representatif (menyimpulkan)
Netral
Diksi: track record
Kolaboratif Ilokusi representatif
Netral
Diksi: ketidakjelasan
Martin Hutabarat menanggapi dukungan dalam putaran kedua yang dinilainya sebagai pertarungan pro-status quo melawan properubahan. (Republika, 12 Agustus 2012, hlm. 1) Jokowi memberikan keterangan tentang masalah Jakarta ketika mendatangi kantor Republika dan bertemu dengan Komisaris Utama PT Republika Media Mandiri, Adi Sasono. (Republika, 12 Agustus 2012, hlm. 1) Fadli Zon memberikan tanggapan terhadap langkah politik PKS yang mendukung pasangan Foke-Nara. (Republika, 13 Agustus 2012, hlm. 2) Fadli Zon memberikan tanggapan terhadap langkah politik PKS yang mendukung pasangan Foke-Nara. (Republika, 13 Agustus 2012, hlm. 2) Mahfudz Siddiq menjelaskan alasan PKS mendukung pasangan Foke-Nara daripada
Santun
253
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
30
31
32
33
34
35
diusung oleh PDIP dan Gerindra, Jokowi, untuk tetap menjalankan tugasnya sampai selesai sebagai gubernur jika menang nanti.” (Mahfudz Siddiq, Wakil Sekjen DPP PKS) “Jokowi sendiri tidak ada konfirmasi mengenai hal itu, jadi kita anggap tidak setuju dengan syarat yang kita ajukan.” (Mahfudz Siddiq, Wakil Sekjen DPP PKS) “Kita tidak mau orang yang diberikan amanah mencederai amanah yang diberikan.” (Mahfudz Siddiq, Wakil Sekjen DPP PKS)
pasangan Jokowi. (Republika, 30 Agustus 2012, hlm. 3)
(menjelaskan)
Mahfudz Siddiq menjelaskan alasan PKS mendukung pasangan Foke-Nara daripada pasangan Jokowi. (Republika, 30 Agustus 2012, hlm. 3) Mahfudz Siddiq menjelaskan alasan PKS mendukung pasangan Foke-Nara daripada pasangan Jokowi. (Republika, 30 Agustus 2012, hlm. 3)
Kompetitif Ilokusi direktif (mengkritik)
Netral
Modalitas: tidak ada;
Kolaboratif Ilokusi representatif (menyatakan)
Netral
“Tidak benar tudingan bahwa PKS mendukung Foke karena akan mendapatkan beberapa kursi kepala dinas.” (Mahfudz Siddiq, Wakil Sekjen DPP PKS) “Kami tidak ada masalah PKS mendukung Foke.” (Ganjar Pranowo, tim sukses JokowiAhok) “Yang pasti, kemeja yang tergantung dan di meja sudah gak ada. Tapi, yang ada di sana, saat saya menyelamatkan dagangan yang lain, ya mereka itu.” (Rumini, pedagang baju kotak-kotak, pendukung Jokowi-Ahok) “Yang jualan toge goreng dan lontong, jaraknya 20 meter dari lapak saya gak diapaapain.” (Rumini, pedagang baju kotakkotak, pendukung Jokowi-Ahok)
Mahfudz Siddiq menjelaskan alasan PKS mendukung pasangan Foke-Nara daripada pasangan Jokowi. (Republika, 30 Agustus 2012, hlm. 3) Ganjar Pranowo menanggapi sikap PKS yang mendukung pasangan Foke-Nara (Republika, 30 Agustus 2012, hlm. 3) Rumini menerangkan kepada media tindakan Polisi Pamong Praja (Pol PP) yang merampas baju kotak-kotak milik pedagang. (Republika, 31 Agustus 2012, hlm. 9)
Kolaboratif Ilokusi representatif (menjelaskan)
Netral
Konvivial Ilokusi ekspresif (mempersilakan) Kolaboratif Ilokusi representatif (menginformasikan)
Santun
Diksi: amanah, mencederai Gaya bahasa eufemisme: mencederai Modalitas: tidak (benar); akan Gaya bahasa metonimia: kursi Modalitas: tidak (ada masalah) Pronomina: kami Modalitas: yang pasti
Rumini menerangkan kepada media tindakan Polisi Pamong Praja (Pol PP) yang merampas baju kotak-kotak milik pedagang. (Republika, 31 Agustus 2012, hlm. 9)
Kompetitif Ilokusi direktif (mengkritik)
Tidak santun
Netral
Modalitas: gak Diksi: diapa-apain.
254
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI Kartu Data Utama: Tuturan di DalamBerita Media Indonesia Bulan Juni No Data Tuturan 1
2
3
4
5
6
7
8
“Itu kan singkatan, dan itu menjadi tagline kami. Itu jadi program dari kandidat kami.” (Ali Anafia, Wakil ketua tim sukses Hendardji-Riza) “Tidak semata-mata ingin mengartikan „kumis‟ sebagai „kumuh dan miskin‟, tapi juga ingin menyerang Bung Foke.” (Zamakh Sari, Ketua tim advokasi Foke-Nara) “Persoalan macam ini sebaiknya diselesaikan musyawarah saja sebab tidak ada peraturannya.” (Jali Simbolon, Tim sukses Faisal-Biem) “Pemanfaatan APBD yang ada harus semaksimal mungkin dan harus untuk halhal yang berguna buat rakyat kebanyakan.” (Alex Noerdin) “Pentingnya menjaga stabilitas Jakarta adalah karena kita harus menjaga kepercayaan pihak penanam modal yang menanamkan modalnya di Jakarta.” (Fauzi Bowo) “Jakarta membutuhkan pemimpin yang tegas dan memiliki visi ke depan.” (Alex Noerdin) “Saya memang orang kampung, tapi tidak kampungan, dan saya datang ke Jakarta tidak untuk mengadu nasib, tapi diundang untuk membenahi Jakarta.” (Alex Noerdin) “Secara ketentuan, kalau DPT sudah ditetapkan, tidak akan bisa diubah lagi. Tetapi dugaan kecurangan tetap tidak diperhatikan KPU DKI. Mereka seolah menutup mata dengan karut-marutnya data DPT.” (M. Taufik, Ketua tim sukses Jokowi-
Konteks
Jenis Tindak Tutur
Tingkat Kesantunan Netral
Penanda Lingual Kesantunan Pronomina: kami Diksi: tagline, program, kandidat
Ali Anafia menanggapi protes tim sukses Foke-Nara mempersoalkan tagline iklan „berkumis‟. (Media Indonesia, 1 Juni 2012, hlm. 7) Zamakh Sari mempersoalkan tagline iklan „berkumis‟ dari tim sukses Hendardji-Riza. (Media Indonesia, 1 Juni 2012, hlm. 7)
Kolaboratif Ilokusi representatif (menyatakan) Konflikif Ilokusi ekspresif (menuduh)
Lebih tidak santun
Modalitas: tidak (semata-mata)ingin Diksi: menyerang
Jali Simbolon menanggapi persoalantagline iklan „berkumis‟ anatara kubu Foke-Nara dan Hendardji-Riza (Media Indonesia, 1 Juni 2012, hlm. 7) Alex Noerdin memberikan pendapat tentang APBD dalam debat para calon gubernur yang disiarkan Metro TV. (Media Indonesia, 3 Juni 2012, hlm. 5) Fauzi Bowo memberikan pendapat tentang keamanan Jakarta dalam debat para calon gubernur yang disiarkan Metro TV. (Media Indonesia, 3 Juni 2012, hlm. 5)
Kolaboratif Ilokusi representatif (menyatakan pendapat) Kolaboratif Ilokusi direktif (menyatakan pendapat) Kolaboratif Ilokusi representatif (menyatakan pendapat)
Netral
Modalitas: sebaiknya Diksi: musyawarah
Netral
Modalitas: harus
Netral
Modalitas: harus Diksi: menjaga stabilitas
Alex Noerdin memberikan pendapat tentang karakteristik dalam debat para calon gubernur yang disiarkan Metro TV. (Media Indonesia, 3 Juni 2012, hlm. 5) Alex Noerdin menanggapi komentar tentang dirinya sebagai orang kampung yang mengadu nasib ke Jakarta. (Media Indonesia, 5 Juni 2012, hlm. 5) M.Taufik mempersoalkan DPT yang belum diselesaikan oleh KPUD Jakarta. (Media Indonesia, 6 Juni 2012, hlm. 9)
Kolaboratif Ilokusi representatif (menyatakan pendapat) Kolaboratif Ilokusi representatif (menjelaskan)
Netral
Diksi: membutuhkan Gaya bahasa sinekdoke: Jakarta
Netral
Gaya bahasa litotes: orang kampung; mengadu nasib
Konfliktif Ilokusi ekspresif (menuduh)
Lebih tidak santun
Kata penghubung modalitas: kalau, seolah Gaya bahasa: seolah menutup mata
255
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
9
10
11
12
13
14
15
Ahok) “Saya dan tim kampanye, bersama tim calon pasangan gubernur dan wakil gubernur lainnya, masih melakukan penyisiran data. Sebagai pihak yang paling bertanggung jawab atas database penduduk DKI Jakarta, sudah seharusnya Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil DKI Jakarta bertanggung jawab.” (Didik J Rachbini) “Dinas Dukcapil itu berada di bawah pengawasan dan tanggung jawab Gubernur DKI.” (Faisal Basri) “Untuk mengatasinya harus diperiksa secara bersama-sama, bukan diributkan teknisnya.” (Basuki Cahaya Purnama) “Kaum Tionghoa adalah bagian dari kami karena kami lahir dan besar di Jakarta.” (Nachrowi Ramli) “Bangun manajemen, khususnya manajemen komunikasi. Kalau manajemen sudah terbangun kenapa mesti lama-lama di kantor, masalahnya kan di lapangan.” (Jokowi) “Gubernur DKI Jakarta itu kan melayani masyarakat dan pemerintah pusat. Jadi tidak mungkin hanya satu jam di kantor. Butuh kordinasi sana sini. Kami kordinasi di kantor pun kan untuk kepentingan rakyat.” (Fauzi Bowo) “Kami sudah siapkan kartu sehat dan cara mengaksesnya pun mudah. Tidak perlu serumit saat ini.” (Jokowi)
16
“Pelayanan kesehatan gratis kami berjalan, masyarakat sudah menikmatinya. Cuci darah pun digratiskan.” (Fauzi Bowo)
17
“Saya sampaikan bolak-balik bahwa SKTM itu bukan sistem yang baik. Saya akan ubah menjadi sistem kartu.” (Jokowi)
Didik Rachbini mempersalahkan pemerintah terkait kisruh DPT. (Media Indonesia, 7 Juni 2012, hlm. 9)
Kompetitif Ilokusi direktif (menyuruh)
Tidak santun
Modalitas: seharusnya
Faisal Basri mempersalahkan pemerintah terkait kisruh DPT. (Media Indonesia, 7 Juni 2012, hlm. 9) Basuki Cahaya Purnama menanggapi kisruh DPT. (Media Indonesia, 7 Juni 2012, hlm. 9) Nachrowi Ramli menyambut dukungan dari Yayasan Lestari Kebudayaan Tionghoa Indonesia. (Media Indonesia, 7 Juni 2012, hlm. 9) Jokowi memaparkan pemikirannya dalam debat calon gubernur yang disiarkan melalui Metro TV (Media Indonesia, 10 Juni 2012, hlm. 9) Fauzi Bowo memaparkan pemikirannya dalam debat calon gubernur yang disiarkan melalui Metro TV (Media Indonesia, 10 Juni 2012, hlm. 9)
Kolaboratif Ilokusi representatif (menyatakan) Kompetitif Ilokusi direktif (menyuruh) Konvivial Ilokusi ekspresif (meneguhkan)
Netral
Diksi: berada
Tidak santun
Modalitas: harus
Santun
Diksi: kaum Tionghoa; bagian dari kami
Kolaboratif Ilokusi representatif (menjelaskan)
Netral
Modalitas: mesti lama-lama
Kolaboratif Ilokusi representatif (menjelaskan)
Netral
Diksi: melayani masyarakat
Jokowi memaparkan salah satu programnya dalam debat yang disiarkan melalui Metro TV (Media Indonesia, 10 Juni 2012, hlm. 9) Fauzi Bowo menjelaskan program yang telah dibuatnya dalam debat calon gubernur yang disiarkan melalui Metro TV (Media Indonesia, 10 Juni 2012, hlm. 9) Jokowi memberikan penilaian atas masalah surat keterangan tanda miskin di DKI Jakarta (Media Indonesia, 11 Juni
Kompetitif Ilokusi direktif (menyindir)
Tidak santun
Kolaboratif Ilokusi representatif (menjelaskan)
Netral
Diksi: kartu sehat Modalitas: sudah; tidak perlu Pronomina: kami Diksi: menikmatinya Modalitas: sudah
Kompetitif Ilokusi direktif (mengkritik)
Tidak santun
Modalitas: bukan; akan Diksi: sistem yang
256
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
18
19
20
21
22
23
24
“Kalau Foke diibaratkan mahasiswa S-1 yang sedang menyelesaikan skripsi, dia pantas mendapatkan nilai 90 atau sama dengan nilai A atas kemampuan memecahkan masalah-masalah Jakarta.” (M. Syaiful Jihad, Kordinator Himpunan Masyarakat untuk Kemanusiaan dan Keadilan Jakarta. “Kita hidup singkat dan hanya mampir di dunia. Kita isi dan buat kebaikan untuk sesama terutama rakyat tidak mampu, insya Allah akan dimuliakan Allah.” (Alex Noerdin) “Kami memberikan ini agar ICW bisa berani mengawasi korupsi pemilu kada, bisa menolak godaan, dan punya nyali. Supaya ICW jangan jadi „Indonesian Commentator Watch‟.” (Hendardji Soepandji) “Ini harus diawasi betul-betul supaya orang miskin mendapat pelayanan oleh pemerintah daerah karena eksekutornya ialah Pemprov DKI.” (Hendardji Soepandji) “Mereka hanya mau cari muka ingin dikenal oleh Foke. Padahal belum tentu baik.” (M. Taufik, jurubicara tim Jokowi-Ahok) “Saya curiga surat itu sengaja disembunyikan karena sampai sekarang kami belum dapat tembusan surat tersebut. Surat gubernur macet ke bawah. Kita seharusnya ada tembusan. Surat gubernur belum tersosialisasikan.” (Slamet Nurdin, tim sukses Hidayat-Didik) “Mari sama-sama kita pilih pasangan nomor urut satu, yakni pasangan Foke dan Nara, supaya menang dalam satu putaran saja.” (KH Kazruny Ishak, perwakilan alumni Kairo Mesir)
2012, hlm. 7) M.Syaiful Jihad memberikan penilaian atas kinerja Fauzi Bowo dalam membangun DKI Jakarta (Media Indonesia, 11 Juni 2012, hlm. 7)
baik Gaya bahasa simile
Konvivial Ilokusi ekspresif (menyanjung)
Santun
Alex Noerdin berorasi ketika meresmikan 121 posko dukungan baginya, khususnya di wilayah Tanjung Priok. (Media Indonesia, 12 Juni 2012, hlm. 9)
Kolaboratif Ilokusi representatif (menjelaskan)
Netral
Hendardji Soepandji bertemu dengan ICW dan memberikan tiga cendera mata: „pil berani‟, „jamu tolak angin‟, dan „suntikan tambah nyali‟. (Media Indonesia, 13 Juni 2012, hlm. 7) Hendardji Soepandji mengomentari penggunaan anggaran yang begitu besar yang terdapat di DKI. (Media Indonesia, 13 Juni 2012, hlm. 7) M.Taufik mengomentari netralitas PNS dalam proses pemilukada dan surat instruksi Gubernur DKI yang melarang PNS terlibat aktif kurang disosialisasikan. (Media Indonesia, 14 Juni 2012, hlm. 7) Slamet Nurdin mengomentari surat instruksi Gubernur DKI yang melarang PNS terlibat aktif. Instruksi itu dinilai kurang disosialisasikan. (Media Indonesia, 14 Juni 2012, hlm. 7)
Kompetitif Ilokusi direktif (mengkritik)
Tidak santun
Kompetitif Ilokusi direktif (melarang)
Tidak santun
Modalitas: harus
Konfliktif Ilokusi ekspresif (menuduh)
Lebih tidak santun
Diksi: cari muka Modalitas: hanya; ingin; belum tentu
Konfliktif Ilokusi ekspersif (menuduh)
Lebih tidak santun
Diksi: curiga Modalitas: seharusnya
KH Kazuruny Ishak memberikan pernyataan dukungan kepada pasangan Fauzi Bowo-Nachrowi Ramli (Media Indonesia, 16 Juni 2012, hlm. 6)
Konvivial Ilokusi ekspresif (mengajak)
Santun
Diksi: mari Pronomina: kita
Gaya bahasa eufemisme: mampir di dunia Diksi: isi dan buat kebaikan Modalitas: bisa Kata tambahan modalitas: supaya …jangan
257
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 25
26
27
28
29
30
31
32
“Kami melapor terkait banyaknya manipulasi di daftar pemilih tetap (DPT) dengan berbagai modus.” (RBJ Bangkit, kuasa hukum tim Alex-Nono) “Kami melaporkan keduanya melanggar Pasal 263 KUHP tentang pemalsuan Dokumen dan Pasal 94 Undang-undang Nomor 23/2006 tentang Administrasi Kependudukan.” (RBJ Bangkit, kuasa hukum tim Alex-Nono) “Kami minta penundaan pelaksanaan pemilu kada kalau tidak kunjung benar. Ini memberikan pendidikan politik bangsa. Jakarta ini kan parameternya, jadi harus memberikan contoh.” (RBJ Bangkit, kuasa hukum tim Alex-Nono) “Makna dari karnaval ini adalah Jakarta merupakan miniatur Indonesia. Maka Jakarta harus menjadi tempat yang damai bagi semua suku bangsa di Indonesia.” (Jokowi) “Bukan kebencian yang ditonjolkan, tapi keberagaman yang damai.” (Jokowi) “Jakarta menjadi kota harapan bagi masyarakat sudah sejak lama bermukim di Ibu Kota, dan juga yang datang ke Ibu Kota. Ada harapan untuk masa depan yang lebih baik yang mereka peroleh di Jakarta.” (Fauzi Bowo) “Semoga Jakarta tetap aman dan maju terus. Kami juga siap kalah, tapi lebih siap menang.” (Fauzi Bowo) “Ini memang janji, karena kami belum jadi gubernur. Tapi bukan sembarang janji. Insya Allah. Janji ini tidak seperti janji-janji yang lebih dulu tapi tidak terpenuhi.” (Alex Noerdin)
RBJ Bangkit memberi keterangan tentang laporkan manipulasi DPT ke polisi. (Media Indonesia, 19 Juni 2012, hlm. 7)
Kolaboratif Ilokusi representatif (menginformasikan)
Netral
Diksi: melapor Pronomina: kami
RBJ Bangkit memberi keterangan tentang laporkan manipulasi DPT ke polisi. (Media Indonesia, 19 Juni 2012, hlm. 7)
Kolaboratif Ilokusi representatif (menginformasikan)
Netral
Diksi: melaporkan Pronomina: kami
RBJ Bangkit memberi keterangan tentang laporkan manipulasi DPT ke polisi. (Media Indonesia, 19 Juni 2012, hlm. 7)
Kompetitif Ilokusi direktif (meminta)
Tidak santun
Diksi : minta Modalitas: harus
Jokowi mengomentari perayaan HUT Jakarta ke-485 dengan tema Merajut Nusantara menuju Jakarta Baru. (Media Indonesia, 24 Juni 2012, hlm. 9) Jokowi mengomentari perayaan HUT Jakarta ke-485 dengan tema Merajut Nusantara menuju Jakarta Baru. (Media Indonesia, 24 Juni 2012, hlm. 9) Fauzi Bowo mengomentari perayaan HUT Jakarta ke-485 dengan tema Merajut Nusantara menuju Jakarta Baru. (Media Indonesia, 24 Juni 2012, hlm. 9)
Kolaboratif Ilokusi representatif (menjelaskan)
Netral
Konvivial Ilokusi ekspresif (meneguhkan)
Santun
Diksi: tempat yang damai Gaya bahasa metafora Diksi: kebencian; keberagaman
Kolaboratif Ilokusi representatif (menjelaskan)
Netral
Gaya bahasa metafora
Fauzi Bowo menyatakan komitmen melaksanakan kampanye damai sesuai kesepakatan para kandidat gubernur dan wakil gubernur. (Media Indonesia, 25 Juni 2012, hlm. 8) Alex Noerdin menawarkan Jakarta sebagai kota yang layak huni dalam sesi kampanye. (Media Indonesia, 25 Juni 2012, hlm. 8)
Konvivial Ilokusi ekspresif (menyetujui)
Santun
Kata tambahan modalitas: semoga
Konvivial Ilokusi komisif (menawarkan janji)
Santun
Diksi: janji; insya Allah
258
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 33
34
“Hindari cara memilih kucing di dalam karung , pilih calon gubernur yang punya kumis seperti saya, karena yang berkumis punya nyali untuk memimpin.” (Ongen Sangaji, Ketua DPD Partai Hanura DKI Jakarta) “Saya hanya ngobrol-ngobrol saja dengan Pak Prijanto, soal birokrasi di Pemerintahan Provinsi DKI Jakarta.” (Faisal Basri)
35
“Pemerintah kota setempat melakukan pembiaran selama 22 tahun lamanya. Semua rumah berdiri di atas air seperti mengapung.” (Alex Noerdin)
36
“Jangan sampai bibir laut saja hitam dan tercemar. Wilayah pesisir juga harus dikelola dengan baik.” (Alex Noerdin)
Bulan Juli No Data Tuturan 1
“Kita harus menyerahkan Jakarta kepada ahlinya.” (Wiranto, Ketua Partai Hanura)
2
“Oleh karena itu, saya minta warga Jakarta memilih pasangan yang berpengalaman dan mengerti Jakarta.” (Wiranto, Ketua Umum Partai Hanura) “Jakarta berbeda dengan daerah lain di Indonesia, sehingga Jakarta harus dipimpin orang yang berbeda dan luar biasa.” (Anas Urbaningrum, Ketua Umum Partai Demokrat) “Ayo loloskan pasangan Foke-Nara dalam satu putaran saja.” (Faang, vokalis band Wali, pendukung Foke-Nara)
3
4
Ongen Sangaji berkampanye untuk FokeNara di hadapan pendukung dan simpatisan. (Media Indonesia, 28 Juni 2012, hlm. 7)
Kompetitif Ilokusi direktif (menyuruh)
Tidak santun
Diksi: hindari; kucing dalam karung; kumis (imperatif suruhan)
Faisal Basri menerangkan pertemuannya dengan Prijanto kepada media dalam sesi kampanye (Media Indonesia, 28 Juni 2012, hlm. 7) Alex Noerdin berkampanye dan menerangkan kondisi Kampung Apung, Jakarta Barat ketika ia meluncurkan buku tentang penataan kota (Media Indonesia, 29 Juni 2012, hlm. 6)
Kolaboratif Ilokusi representatif (menginformasikan)
Netral
Diksi: ngobrolngobrol Modalitas: hanya
Konfliktif Ilokusi ekspresif (menuduh)
Lebih tidak santun
Alex Noerdin berkampanye dan menerangkan kondisi Kampung Apung, Jakarta Barat ketika ia meluncurkan buku tentang penataan kota (Media Indonesia, 29 Juni 2012, hlm. 6)
Konfliktif Ilokusi ekspresif (menuduh)
Lebih tidak santun
Diksi: melakukan pembiaran Gaya bahasa personifikasi dan simile: berdiri di atas air Diksi : jangan
Konteks
Jenis Tindak Tutur
Wiranto berkampanye untuk pasangan Foke-Nara di Stadion Soemantri Brodjonegoro, Kuningan, Jakarta Selatan (Media Indonesia, 1 Juli 2012, hlm. 9) Wiranto berkampanye untuk pasangan Foke-Nara di Stadion Soemantri Brodjonegoro, Kuningan, Jakarta Selatan (Media Indonesia, 1 Juli 2012, hlm. 9) Anas Urbaningrum berkampanye untuk pasangan Foke-Nara di Stadion Soemantri Brodjonegoro, Kuningan, Jakarta Selatan (Media Indonesia, 1 Juli 2012, hlm. 9)
Konvivial Ilokusi ekspresif (mempersilakan)
Tingkat Kesantunan Santun
Penanda Lingual Kesantunan Diksi: menyerahkan
Konvivial Ilokusi ekspresif (mengajak)
Santun
Diksi: minta Pronomina: saya
Kolaboratif Ilokusi representatif (menjelaskan)
Netral
Diksi: Jakarta; berbeda; luar biasa
Faang berkampanye untuk pasangan FokeNara di Stadion Soemantri Brodjonegoro, Kuningan, Jakarta Selatan (Media
Konvivial Ilokusi ekspresif (mengajak)
Santun
Diksi: ayo..
259
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
5
6
7
8
9
10
11
12
13
“Sekarang zamannya independen, zaman reformasi, pilih pemimpin tegas untuk DKI, pengalaman, amanah, dan peduli.” (Hendardji Soepandji) “Acara ini untuk rakyat dan diadakan di lingkaran kawasan Gelora Bung Karno. Semua warga DKI Jakarta diundang.” (Jokowi) “Sementara rakyat masih miskin dan dililiti penderitaan.” (Jokowi) “Satu hari setelah kejadian pembacokan, dua simpatisan kami diculik orang berbadan tegap dengan menggunakan tiga mobil. Ada ibu-ibu di warung yang menjadi saksi.” (Nono Sampono) “Ada selebaran bertulisan „cabut laporan atau pos saya bakar‟ yang ditemukan di meja pos. Siapa yang memasukkan kami tidak tahu.” (Nono Sampono) “Semuanya kami serahkan kepada yang berwajib. Kami akan berusaha membantu kepolisian.” (Nono Sampono) “DKI butuh perubahan yang lebih baik di segala aspek yang ada. Saya mengajak warga DKI mendukung Jokowi dan Basuki karena mereka tidak akan menipu rakyat Indonesia.” (Prabowo Subianto, Ketua Umum Partai Gerindra) “Kita sudah capek dengan Ibu Kota sekarang ini yang macet di mana-mana. Pemilukada 11 Juli nanti bukan hanya untuk Jakarta, tapi untuk Indonesia.” (Prabowo Subianto, Ketua Umum Partai Gerindra) “Jakarta harus mendapat kembali gubernur yang betul-betul merakyat. Yang bisa pergi ke gang-gang kecil untuk bertemu rakyat
Indonesia, 1 Juli 2012, hlm. 9) Hendardji Soepandji berkampanye di lapangan pacu kuda Pulomas, Jakarta Timur di hadapan pendukung. (Media Indonesia, 1 Juli 2012, hlm. 9) Jokowi menerangkan acara kampanyenya di sekitar lapangan Gelora Bung Karno karena biaya GBK terlalu mahal. (Media Indonesia, 1 Juli 2012, hlm. 9) Jokowi menerangkan acara kampanyenya di sekitar lapangan Gelora Bung Karno karena biaya GBK terlalu mahal. (Media Indonesia, 1 Juli 2012, hlm. 9) Nono Sampono memberikan keterangan perihal simpatisan yang diteror dan diculik. (Media Indonesia, 2 Juli 2012, hlm. 7)
Konvivial Ilokusi ekspresif (mengajak)
Santun
Diksi: pilih..
Kolaboratif Ilokusi representatif (menjelaskan)
Netral
Diksi: untuk rakyat
Kompetitif Ilokusi direktif (mengkritik)
Netral
Gaya bahasa hiperbola: dililiti penderitaan
Kolaboratif Ilokusi representatif (menginformasikan)
Netral
Diksi: pembacokan; simpatisan; diculik
Nono Sampono memberikan keterangan perihal simpatisan yang diteror dan diculik. (Media Indonesia, 2 Juli 2012, hlm. 7) Nono Sampono memberikan keterangan perihal simpatisan yang diteror dan diculik. (Media Indonesia, 2 Juli 2012, hlm. 7) Prabowo Subianto berkampanye untuk pasangan Jokowi-Basuki di lapangan parkir timur Senayan, Gelora Bung Karno. (Media Indonesia, 2 Juli 2012, hlm. 7)
Kolaboratif Ilokusi representatif (menginformasikan)
Netral
Diksi: ada
Konvivial Ilokusi ekspresif (mempersilakan)
Netral
Diksi: serahkan
Konvivial Ilokusi ekspresif (mengajak)
Santun
Diksi: mengajak
Prabowo Subianto berkampanye untuk pasangan Jokowi-Basuki di lapangan parkir timur Senayan, Gelora Bung Karno. (Media Indonesia, 2 Juli 2012, hlm. 7)
Kompetitif Ilokusi direktif (mengkritik)
Tidak santun
Gaya bahasa hiperbola: macet di mana-mana
Megawati berkampanye untuk pasangan Jokowi-Basuki di lapangan parkir timur Senayan, Gelora Bung Karno. (Media
Kolaboratif Ilokusi representatif (menyatakan
Netral
Diksi: Jakarta Modalitas: harus; bisa Pronomina: saya
260
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
14
15
banyak. Saya melihat dari begitu banyak pilihan, saya memilih Jokowi sebagai orang yang tepat.” (Megawati Soekarnoputri, Ketua Umum PDI Perjuangan) “Saya melihat akan ada indikasi kecurangan. Saya imbau seluruh warga untuk memantau pencoblosan.” (Megawati Soekarnoputri, Ketua Umum PDI Perjuangan) “Kalau Bang Fauzi ahli pembangunan, saya bagian keamanan.” (Nachrowi Ramli)
16
“Biar saja ikut bertanding anak bawang itu.” (Nachrowi Ramli)
17
“Nanti kita jadikan warteg menjadi keunggulan Jakarta, misalnya warungnya menjadi cantik, rapi, dan makanannya diperbanyak lagi. Itu jadi tempat tujuan wisata kuliner.” (Hidayat Nurwahid) “Semestinya pemprov merangkul wong cilik. Penundaan pemberlakukan perda pajak warteg tidak menyelesaikan masalah. Kalau saya jadi gubernur, akan saya cabut perda itu.” (Hidayat Nurwahid) “Anggaran pendidikan di DKI itu Rp 100 triliun, dua kali dari APBD Surabaya. Jadi sangat kecil kalau hanya gratis sampai perguruan tinggi, dengan program beasiswa.” (Basuki Tjahaja Purnama) “Usia ini paling tinggi se-Indonesia. Jadi tidak perlu pindah ke kota lain ya ibu-ibu.” (Fauzi Bowo)
18
19
20
21
“Setiap calon kan harus membuat program kerja yang operasional. Bagaimana bisa membuat program kalau untuk masuk ke dalam saja tidak boleh. (Hidayat Nurwahid)
Indonesia, 2 Juli 2012, hlm. 7)
pendapat)
Megawati berkampanye untuk pasangan Jokowi-Basuki di lapangan parkir timur Senayan, Gelora Bung Karno. (Media Indonesia, 2 Juli 2012, hlm. 7) Nachrowi Ramli menerangkan kesanggupannya menang dan dapat menyelesaikan problem Jakarta (Media Indonesia, 3 Juli 2012, hlm. 7) Nachrowi Ramli menerangkan kesanggupannya menang dan dapat menyelesaikan problem Jakarta (Media Indonesia, 3 Juli 2012, hlm. 7) Hidayat Nur Wahid berkampanye dengan mendatangi warung tegal (warteg) di Jalan Bangka Raya, Mampang, Jakarta Selatan. (Media Indonesia, 4 Juli 2012, hlm. 7)
Kompetitif Ilokusi direktif (melarang)
Tidak santun
Kolaboratif Ilokusi representatif (menjelaskan)
Netral
Konfliktif Ilokusi ekspresif (menantang)
Lebih tidak santun
Diksi: biar saja..; anak bawang (imperatif persilaan)
Konvivial Ilokusi komisif (menawarkan janji)
Santun
Modalitas: nanti..
Hidayat Nur Wahid berkampanye dengan mendatangi warung tegal (warteg) di Jalan Bangka Raya, Mampang, Jakarta Selatan. (Media Indonesia, 4 Juli 2012, hlm. 7)
Kompetitif Ilokusi direktif (mengkritik)
Tidak santun
Modalitas: semestinya Diksi: merangkul; wong cilik
Basuki Tjahaja Purnama menerangkan anggaran pendidikan 28 % yang dimiliki DKI sangat memungkinkan pendidikan gratis sampai ke perguruan tinggi. (Media Indonesia, 4 Juli 2012, hlm. 7) Fauzi Bowo bertemu dengan seribu perempuan dalam acara yang digelar Radio Female di Balai Kartini, Jakarta. (Media Indonesia, 4 Juli 2012, hlm. 7) Hidayat Nur Wahid mengomentari tindakan Panwaslu yang menghalau mereka dari Kecamatan Kembangan di hutan kota Srengseng. (Media Indonesia, 6 Juli 2012, hlm. 6)
Kolaboratif Ilokusi representatif (menjelaskan)
Netral
Diksi: anggaran Modalitas: sangat..
Konvivial Ilokusi ekspresif (mengajak)
Santun
Modalitas: tidak perlu
Kompetitif Ilokusi direktif (mengkritik)
Tidak santun
Modalitas: harus; tidak boleh
Diksi: indikasi kecurangan Modalitas: akan Pronomina: saya Diksi: Bang Fauzi
261
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 22
“Tidak masuk akal kita kampanye di Srengseng yang di dalamnya tidak ada orang dan tidak ada orasi.” (Iwan Rimawan, salah seorang juru kampanye Hidayat Nurwahid)
23
“Peraturan perundang-undangan mengharuskan adanya hutan kota seluas 10% dari total luas lahan Jakarta. Tapi ini baru terealisasi 0,4%.” (Hidayat Nurwahid)
24
“Jangan-jangan tidak ada petugas yang turun. Mereka memverifikasi administrasi saja.” (Deny Iskandar, tim pemenangan Jokowi-Ahok) “Jika DPT ditetapkan, dan ternyata ditemui sejumlah masalah, akan berpotensi merusak demokrasi.” (Fatah, tim pemenangan AlexNono)
25
26
27
28
29
“Ini kan jadi pertanyaan besar, mana undangannya, kalau mereka mendaftar dengan KTP dan malah ditanya undangannya kan nanti pasti ribut dulu. Karena itu kami ingin masalah undangan ini ditertibkan.” (Megawati Soekranoputri, Ketua Umum PDI Perjuangan) “Saya perintahkan kepada pemimpin unit Satpol PP agar menarik pasukan. Ini untuk menghindari dugaan memihak salah satu pasangan calon.” (Fauzi Bowo) “Seluruh loyalis, simpatisan, perjuangan belum selesai. Insya Allah kita akan menang di putaran kedua nanti.” (Fauzi Bowo) “Tidak boleh lagi cari-cari alasan. Kalah ya kalah. Terima kekalahan dengan lapang dada.” (Alex Noerdin)
Hidayat Nur Wahid mengomentari tindakan Panwaslu yang menghalau mereka dari Kecamatan Kembangan di hutan kota Srengseng. (Media Indonesia, 6 Juli 2012, hlm. 6) Hidayat Nur Wahid mengomentari tindakan Panwaslu yang menghalau mereka dari Kecamatan Kembangan di hutan kota Srengseng. (Media Indonesia, 6 Juli 2012, hlm. 6) Deny Iskandar mengomentari tindakan KPU DKI Jakarta yang mencoret 21.433 pemilih ganda. Ia menilai KPU berbohong. (Media Indonesia, 10 Juli 2012, hlm. 1) Fatah menyayangkan tindakan KPU DKI Jakarta mencoret 21.433 pemilih ganda sehinggaia walk out karena tidak mau terlibat dalam keputusan penetapan DPT yang baru. (Media Indonesia, 10 Juli 2012, hlm. 1) Megawati mengomentari masalah warga belum menerina undangan memilih. (Media Indonesia, 10 Juli 2012, hlm. 7)
Kompetitif Ilokusi direktif (menyindir)
Tidak santun
Modalitas: tidak ada
Kompetitif Ilokusi direktif (mengkritik)
Tidak santun
Diksi: mengharuskan.. tapi
Konfliktif Ilokusi ekspresif (menuduh)
Lebih tidak santun
Diksi: jangan-jangan Modalitas: tidak ada
Kompetitif Ilokusi direktif (mengkritik)
Tidak santun
Diksi: merusak demokrasi
Kompetitif Ilokusi ekspresif (menuntut)
Lebih tidak santun
Diksi: mana… Modalitas: ingin.. Pronomina: kami
Fauzi Bowo memberi keterangan alasan Satpol PP ditarik dari pengamanan TPS. (Media Indonesia, 10 Juli 2012, hlm. 1)
Kompetitif Ilokusi direktif (menyuruh)
Tidak santun
Diksi: perintahkan Pronomina: saya
Fauzi Bowo mengomentari hasil hitung cepat menunjukkan keunggulan pasangan Jokowi-Ahok. (Media Indonesia, 12 Juli 2012, hlm. 1) Alex Noerdin mengomentari hasil hitung cepat menunjukkan keunggulan pasangan Jokowi-Ahok. Alex Noerdin menerima dengan legawa. (Media Indonesia, 12 Juli 2012, hlm. 1)
Konvivial Ilokusi ekspresif (mengajak)
Santun
Diksi : simpatisan; loyalis; insya Allah
Konvivial Ilokusi ekspresif (mengajak)
Santun
Modalitas: tidak boleh Diksi: terima…
262
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 30
31
32
33
34
35
36
37
“Semoga saja Pak Jokowi benar-benar terpilih menjadi Gubernur DKI Jakarta. Beliau tentu akan berhasil menularkan keberhasilan memimpin Kota Solo saat nanti menjadi gubernur DKI.” (Surtini, bakul gumbon Pasar Gede Solo) “Mudah-mudahan beliau akan mampu memenangi pada putaran kedua. Kami akan gelar syukuran untuk keberhasilan Pak Jokowi.” (Susanti, tetangga Jokowi di Solo) “Tidak diduga ya. Foke bisa dibikin keok Pak Jokowi. Pak Jokowi memang jago dan sangat didukung media yang selama ini setia membesarkan kepemimpinannya atas Solo.” (seorang warga Surakarta di salah satu warung) “Sudah ada tiga calon yang memberikan lampu hijau. Sekarang tinggal partai yang menindaklanjutinya karena koalisi itu urusan partai. Namun, pada prinsipnya saya ingin menggandeng semua pihak.” (Jokowi) “Silaturahim baik-baik saja. Namun, untuk urusan koalisi, masih rahasia.” (Megawati Soekarnoputri) “Untuk putaran kedua kami belum menetapkan. Pilihan sikap ada tiga, yakni ke Foke, ke Jokowi, atau tidak kedua-duanya.” (Yudi Widiana, Sekretaris pemenangan pemilu Jakarta, Banten, dan Jawa Barat DPP PKS) “Pemilukada di DKI Jakarta ini indikator. Jadi kekalahan Alex itu menjadi pesan atas gejala penolakan rakyat terhadap calon presiden Golkar yang diawali dari calon gubernur DKI dari Golkar terlebih dahulu.” (Zainal Bintang, politikus senior partai Golkar) “Ini bukti mesin partai politik tidak bekerja secara maksimal.” (Zainal Bintang, politikus senior partai Golkar)
Surtini menanggapi keunggulan sementara pasangan Jokowi-Ahok. (Media Indonesia, 12 Juli 2012, hlm. 7)
Konvivial Ilokusi ekspresif (meneguhkan)
Santun
Diksi: semoga Modalitas: tentu
Susanti menanggapi keunggulan sementara pasangan Jokowi-Ahok. (Media Indonesia, 12 Juli 2012, hlm. 7)
Konvivial Ilokusi ekspresif (meneguhkan)
Santun
Seorang warga Surakarta menanggapi keunggulan sementara pasangan JokowiAhok. (Media Indonesia, 12 Juli 2012, hlm. 7)
Konfliktif Ilokusi ekspresif (meremehkan)
Lebih tidak santun
Diksi: Mudahmudahan; syukuran; keberhasilan Modalitas: akan Diksi: keok
Jokowi menerangkan rencana menghadapi putaran kedua. Jokowi mengklaim bahwa ada 3 cagub siap merapat. (Media Indonesia, 13 Juli 2012, hlm. 1)
Kolaboratif Ilokusi representatif (menginformasikan)
Netral
Diksi: lampu hijau Gaya bahasa metafora: lampu hijau
Megawari mengomentari rencana Jokowi tentang adanya 3 cagub siap merapat. (Media Indonesia, 13 Juli 2012, hlm. 1) Yudi Widiana menerangkan posisi PKS untuk putaran berikutnya. (Media Indonesia, 13 Juli 2012, hlm. 1)
Konvivial Ilokusi ekspresif (mempersilakan) Kolaboratif Ilokusi representatif (menginformasikan)
Santun
Diksi: silaturahim; baik-baik
Netral
Modalitas: belum
Zainal Bintang mengomentari kekalahan Alex-Nono sebagai sinyal bahaya bagi partai Golkar. (Media Indonesia, 13 Juli 2012, hlm. 5)
Kompetitif Ilokusi direktif (mengkritik)
Tidak santun
Diksi: menjadi pesan
Zainal Bintang mengomentari kekalahan Alex-Nono sebagai sinyal bahaya bagi partai Golkar. (Media Indonesia, 13 Juli
Kompetitif Ilokusi direktif (mengkritik)
Tidak santun
Diksi: mesin partai politik Modalitas: bukan
263
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
38
39
“Tapi semua sudah menjadi keputusan partai. Kekalahan memalukan kandidat Golkar di DKI ini menjadi iklan negatif yang bisa mendegadrasi Golkar ke depan, sebagai lembaga organisasi politik besar yang sarat pengalaman politik.” (Zainal Bintang, politikus senior partai Golkar) “Kami mengalir saja, tidak pakai strategi besar. Tidak seperti yang lain yang memakai konsultan politik.” (Jokowi)
40
“Urusan koalisi kami serahkan kepada partai politik yang mengusung kami. Tugas saya ialah berkoalisi dengan rakyat.” (Jokowi)
41
“Menggandeng siapa? Ya tentu saja menggandeng rakyat.” (Fauzi Bowo)
42
“Anda matanya ke mana? Itu pertanyaan yang menjurus.” (Fauzi Bowo)
43
“Dia tahu apa tidak nomor telepon saya berapa? Jangan-jangan dinas pemadam kebakaran yang ditelepon.” (Fauzi Bowo)
44
“Kita money politics, duit darimana?” (Basuki Tjahaja Purnama)
45
“Kami yakin itu akan menjadi bumerang kepada yang melempar isu itu. Seperti kemarin banyak kampanye negatif justru lebih populer.” (Basuki Tjahaja Purnama) “Yang jelas media selalu mengikuti kami. Yang jelas tim kami tidak melakukan itu.” (Basuki Tjahaja Purnama)
46
47
“Pertama tetap mendukung Foke, mencabut
2012, hlm. 5) Zainal Bintang mengomentari kekalahan Alex-Nono sebagai sinyal bahaya bagi partai Golkar. (Media Indonesia, 13 Juli 2012, hlm. 5)
Kompetitif Ilokusi direktif (mengkritik)
Tidak santun
Diksi: kekalahan memalukan
Jokowi menanggapi media tentang usaha mempertahankan keunggulannya di putaran kedua. (Media Indonesia, 14 Juli 2012, hlm. 1) Jokowi menanggapi media tentang usaha mempertahankan keunggulannya di putaran kedua. (Media Indonesia, 14 Juli 2012, hlm. 1) Fauzi Bowo menanggapi media tentang usaha untuk menang di pilkada putaran kedua. (Media Indonesia, 14 Juli 2012, hlm. 1) Fauzi Bowo menanggapi media tentang usaha untuk menang di pilkada putaran kedua. (Media Indonesia, 14 Juli 2012, hlm. 1) Fauzi Bowo menanggapi media tentang pernyataan Jokowi yang telah menghubunginya. (Media Indonesia, 14 Juli 2012, hlm. 1) Basuki Tjahaja Purnama menaggapi tuduhan politik uang. (Media Indonesia, 15 Juli 2012, hlm. 8) Basuki Tjahaja Purnama menanggapi tuduhan politik uang. (Media Indonesia, 15 Juli 2012, hlm. 8)
Kolaboratif Ilokusi representatif (menginformasikan)
Netral
Modalitas: tidak
Kolaboratif Ilokusi representatif (menginformasikan)
Netral
Kolaboratif Ilokusi representatif (menyatakan)
Netral
Diksi: koalisi; serahkan; berkoalisi Pronomina: kami; saya Diksi: menggandeng rakyat
Konfliktif Ilokusi ekspresif (menantang)
Lebih tidak santun
Gaya bahasa sinekdoke pars pro toto: matanya
Kompetitif Ilokusi direktif (menyindir)
Tidak santun
Pronomina: dia Diksi: jangan-jangan
Kolaboratif Ilokusi representatif (menyatakan) Kolaboratif Ilokusi representatif (menyatakan)
Netral
Basuki Tjahaja Purnama menanggapi tuduhan politik uang. (Media Indonesia, 15 Juli 2012, hlm. 8)
Kolaboratif Ilokusi representatif (menyatakan)
Netral
Bima Arya Sugiarto menerangkan posisi
Kolaboratif
Netral
Diksi: money politics Pronomina: kita (kalimat tanya) Pronomina: kami Modalitas: yakin Gaya bahasa metafora: bumerang Diksi: mengikuti Gaya bahasa personifikasi: mengikuti Diksi: mendukung
Netral
264
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
48
49
50
51
52
53
54
dukungan, atau membebaskan pada kader untuk memilih.” (Bima Arya Sugiarto, Ketua DPP PAN) “Saya ke depan ingin lihat ada satu perubahan di Jakarta. Kalau pilihan kita dukung Foke, akan ada catatan-catatan tertentu.” (Bima Arya Sugiarto, Ketua DPP PAN) “Tuduhan money politics terhadap pemilih Jokowi-Ahok ialah penghinaan terhadap rakyat.” (Rieke Diah Pitaloka, politikus PDI Perjuangan) “Pemilih Jokowi-Ahok ialah warga yang punya akal sehat, yang tidak mungkin mengandalkan atau menukar hidup mereka selama 5 tahun ke depan dengan uang Rp 50 ribu-Rp 75 ribu.” (Rieke Diah Pitaloka, politikus PDI Perjuangan) “Kita harus bersikap bijaksana dan tenang karena sejarah membuktikan bahwa pada saatnya orang yang benar yang akan menang.” (Boy Sadikin, ketua tim sukses Jokowi-Ahok) “Apapun itu adalah pilihan warga. Kami hanya menyiapkan Jokowi-Ahok sebagai calon dan kami serahkan kepada rakyat. Koalisi yang utama dengan masayarakat DKI yang menginginkan segera perubahan pemerintahan di DKI untuk mempercepat pembangunan.” (Tjahjo Kumolo, Sekretaris Jenderal PDI Perjuangan) “Foke telah mengecewakan petinggipetinggi PAN. Yang bersangkutan kepedean, sehingga terkesan arogan. Akibatnya tokohtokoh PAN yang punya pengikut banyak di Jakarta enggan menggalang suara untuk Foke.” (Drajad Wibowo, Wakil Ketua Umum PAN) “Ditambah dengan gerakan tubuh dan penampilan yang sering terlihat marah-
PAN tentang dukungan kepada pasangan tertentu menghadapi putaran kedua. (Media Indonesia, 15 Juli 2012, hlm. 8) Bima Arya Sugiarto menerangkan posisi PAN tentang dukungan kepada pasangan tertentu menghadapi putaran kedua. (Media Indonesia, 15 Juli 2012, hlm. 8)
Ilokusi representatif (menginformasikan) Kolaboratif Ilokusi representatif (menginformasikan)
Netral
Modalitas: ingin
Rieke Diah Pitaloka menanggapi tuduhan kubu Jokowi-Ahok menjalankan politik uang. (Media Indonesia, 16 Juli 2012, hlm. 7) Rieke Diah Pitaloka menanggapi tuduhan kubu Jokowi-Ahok menjalankan politik uang. (Media Indonesia, 16 Juli 2012, hlm. 7)
Kompetitif Ilokusi direktif (mengkritik)
Tidak santun
Diksi: tuduhan; penghinaan
Kolaboratif Ilokusi representatif (menyatakan)
Netral
Gaya bahasa metafora: menukar hidup
Boy Sadikin menanggapi tuduhan kubu Jokowi-Ahok menjalankan politik uang. (Media Indonesia, 16 Juli 2012, hlm. 7)
Konvivial Ilokusi ekspresif (mengajak)
Santun
Modalitas: harus
Tjahjo Kumolo menjelaskan sikap kubu PDI Perjuangan yang mengutamakan koalisi dengan rakyat untuk kemenangan pasangan Jokowi-Ahok. (Media Indonesia, 17 Juli 2012, hlm. 9)
Kolaboratif Ilokusi representatif (menjelaskan)
Netral
Pronomina: kami Diksi: pilihan warga
Djajad Wibowo menilai Foke arogan sehingga suara akar rumput yang berpaling dari Foke (Media Indonesia, 17 Juli 2012, hlm. 9)
Kompetitif Ilokusi direktif (mengkritik)
Tidak santun
Diksi: mengecewakan Modalitas: telah
Djajad Wibowo menilai Foke arogan sehingga suara akar rumput yang berpaling
Kompetitif Ilokusi direktif
Tidak santun
Diksi: terlihat marahmarah
265
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
55
56
57
58
59
60
61
62
marah. Saya pribadi tidak heran kalau hasilnya seperti kemarin.” (Drajad Wibowo, Wakil Ketua Umum PAN) “Dukungan resmi PAN tetap ke Foke. Namun, sementara ini, kami masih melepas suara di akar rumput yang kemarin mendukung pasangan lain.” (Drajad Wibowo, Wakil Ketua Umum PAN) “Kami akan melakukan kegiatan-kegiatan keagamaan bersama dengan warga DKI, seperti pengajian, buka bersama, dan salat tarawih.” (Prasetyo Edi Marsudi, Bendahara umum tim sukses Jokowi-Ahok) “Perhatian kami tertuju pada masyarakat kelas menengah bawah karena masih kurang akan informasi visi misi kami.” (Prasetyo Edi Marsudi, Bendahara umum tim sukses Jokowi-Ahok) “Kami bersyukur bisa menjadi bagiannya, dan kami siap mengambil bagian.” (Fauzi Bowo) “Kami sadar bahwa pertarungan Jokowi dan Foke ialah pertarungan keringat melawan uang. Kekuatan uang bukanlah segalagalanya karena kerinduan warga DKI akan perubahan.” (Ferdi Semaun, penasihat Pospera (Posko Perjuangan Rakyat), pendukung Jokowi-Ahok) “Saya memang puasa pertama ingin menyempatkan sahur bersama dengan warga DKI. Nanti saya akan muter biar lebih dekat dengan warga.” (Jokowi) “Kita ketemu langsung dan silaturahim dengan warga Jakarta sambil melaksanakan tarawih keliling wilayah.” (Ahmad Husin Alaydrus, anggota tim sukses Foke-Nara) “Warga DKI harus memberikan hak pilihnya agar turut serta menentukan pembangunan
dari Foke (Media Indonesia, 17 Juli 2012, hlm. 9)
(mengkritik)
Modalitas: sering
Djajad Wibowo menilai Foke arogan sehingga suara akar rumput yang berpaling dari Foke (Media Indonesia, 17 Juli 2012, hlm. 9)
Kolaboratif Ilokusi representatif (menginformasikan)
Netral
Diksi: akar rumput Gaya bahasa eufemisme: melepas suara
Prasetyo Edi Marsudi menerangkan kegiatan kubu Jokowi-Ahok selama bulan Ramadhan (Media Indonesia, 19 Juli 2012, hlm. 7)
Kolaboratif Ilokusi representatif (menginformasikan)
Netral
Pronomina: kami Modalitas: akan
Prasetyo Edi Marsudi menerangkan kegiatan kubu Jokowi-Ahok selama bulan Ramadhan (Media Indonesia, 19 Juli 2012, hlm. 7)
Kolaboratif Ilokusi representatif (menginformasikan)
Netral
Gaya bahasa eufemisme: kelas menengah ke bawah Pronomina: kami
Fauzi Bowo bersyukur karena masuk putaran kedua setelah KPU DKI Jakarta memutuskan pasangan Jokowi-Ahok dan Foke-Nara ke putaran kedua. (Media Indonesia, 20 Juli 2012, hlm. 7) Ferdi Semaun menerangkan perjuangan relawan Jokowi-Ahok menargetkan raih 80% suara pada putaran kedua. (Media Indonesia, 22 Juli 2012, hlm. 4)
Konvivial Ilokusi ekspresif (mengucapkan terima kasih)
Santun
Diksi: bersyukur
Kolaboratif Ilokusi representatif (menjelaskan)
Netral
Gaya bahasa metafora: pertarungan
Jokowi menerangkan rencana sahur dan buka puasa bersama dengan warga DKI. (Media Indonesia, 23 Juli 2012, hlm. 5)
Kolaboratif Ilokusi representatif (menginformasikan)
Netral
Pronomina: saya
Ahmad Husin Alaydrus menerangkan rencana sahur dan buka puasa bersama dengan warga. (Media Indonesia, 23 Juli 2012, hlm. 5) Nachrowi Ramli mengajak warga DKI untuk menggunakan hak pilihnya. (Media
Kolaboratif Ilokusi representatif (menginformasikan)
Netral
Diksi: silaturahim
Konvivial Ilokusi ekspresif
Santun
Modalitas: harus
266
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI Jakarta.” (Nachrowi Ramli) “Saya dan tim juga selalu mengomunikasikan hal tersebut saat kampanye dan berjumpa langsung supaya masyarakat tidak golput. Untuk apa tinggal di Jakarta jika tidak ikut menentukan pemimpin?” (Nachrowi Ramli) “Putaran pertama memberikan kami banyak pelajaran. Kami tentu akan mengambil banyak manfaat dari kekalahan pada putaran pertama lalu.” (Nachrowi Ramli)
Indonesia, 24 Juli 2012, hlm. 7) Nachrowi Ramli mengajak warga DKI untuk menggunakan hak pilihnya. (Media Indonesia, 24 Juli 2012, hlm. 7)
(mengajak) Kolaboratif Ilokusi representatif (menginformasikan)
Nachrowi Ramli mengajak warga DKI untuk menggunakan hak pilihnya. (Media Indonesia, 24 Juli 2012, hlm. 7)
65
“Secara pribadi saya dukung perubahan.” (Didik J. Rachbini)
66
“Masyarakat bosan dengan status quo. Rakyat ingin pergantian, ingin perubahan.” (Didik J. Rachbini)
67
“Jadi, kami sampai saat ini belum punya komitmen kepada calon mana pun, baik kepada pasangan Foke-Nara maupun pasangan Jokowi-Ahok.” (Hidayat Nurwahid) “Saya turut prihatin akan musibah ini.” (Fauzi Bowo)
63
64
68
69
70
“Untuk keutuhan masyarakat Jakarta, saya mengimbau masyarakat agar tidak lagi melaksanakan black campaign, politik uang, dan politisiasi agama sehingga hasil pemilukada betul-betul bersih dan mendapatkan pemimpin yang terbaik.” (Nachorwi Ramli) “Jakarta ini milik kita bersama, bukan milik golongan tertentu. Saya setuju empat pilar
Netral
Diksi: mengomunikasikan
Kolaboratif Ilokusi representatif (menjelaskan)
Netral
Didik Rachbinimenerangkan dukungannya meskipun kubunya belum memastikan dukungannya pada salah satu pasangan calon. (Media Indonesia, 26 Juli 2012, hlm. 8) Didik Rachbinimenerangkan dukungannya meskipun kubunya belum memastikan dukungannya pada salah satu pasangan calon. (Media Indonesia, 26 Juli 2012, hlm. 8) Hidayat Nur Wahid menerangkan dukungan kubunya yang belum memastikan dukungannya pada salah satu pasangan calon. (Media Indonesia, 26 Juli 2012, hlm. 8) Fauzi Bowo menanggapi dan mengunjungi korban kebakaran di Tambora, Jakarta Barat. (Media Indonesia, 30 Juli 2012, hlm. 6) Nachrowi Ramli berkomentar pada saat buka puasa bersama yang dilakukan oleh KPU DKI Jakarta dengan pemuka agama, tim sukses, dan kandidat pemilukada DKI. (Media Indonesia, 30 Juli 2012, hlm. 6)
Kolaboratif Ilokusi representatif (menyatakan pendapat)
Netral
Gaya bahasa personifikasi: memberikan pelajaran Pronomina: kami Diksi: dukung perubahan
Kompetitif Ilokusi direktif (mengkritik)
Tidak santun
Diksi: bosan; status quo; perubahan
Kolaboratif Ilokusi representatif (menyimpulkan)
Santun
Diksi: jadi.. Modalitas: belum Pronomina: kami
Konvivial Ilokusi ekspresif (meneguhkan)
Santun
Diksi: turut prihatin
Konvivial Ilokusi ekspresif (mengajak)
Santun
Diksi: mengimbau
Nachrowi Ramli berkomentar pada saat buka puasa bersama yang dilakukan oleh
Kolaboratif Ilokusi representatif
Netral
Diksi: bersama
267
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI dijadikan pegangan, yaitu Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika. Ini harus dipertahankan dan dijadikan pegangan dalam menjalankan kehidupan berbangsa, bermasyarakat, dan bernegara.” (Nachrowi Ramli) Bulan Agustus No Data Tuturan
KPU DKI Jakarta dengan pemuka agama, tim sukses, dan kandidat pemilukada DKI. (Media Indonesia, 30 Juli 2012, hlm. 6)
(menyatakan pendapat)
Konteks
Jenis Tindak Tutur
“Setelah mempertimbangkan Jakarta adalah kota besar dan kota pusat diplomasi tempat keputusan politik yang bersifat nasional maupun internasional dibuat, DPP PPP akan memberikan dukungan kepada pasangan Foke-Nara untuk putaran kedua September mendatang.” (Suryadharma Ali, Ketua Umum PPP) “Apabila Foke-Nara terpilih menjadi gubernur dan wakil gubernur DKI, PPP akan mengawal mereka dalam melaksanakan pembangunan agar komitmennya dalam membangun Jakarta dapat lebih dirasakan masyarakat.” (Suryadharma Ali, Ketua Umum PPP) “Kami optimistis merekalah pemimpin yang dibutuhkan Jakarta.” (Suryadharma Ali, Ketua Umum PPP) “Hal ini merupakan kepercayaan sekaligus amanah bagi saya dan pasangan saya. Hal ini merupakan amanah yang harus saya pertanggungjawabkan baik kepada diri sendiri, partai-partai pendukung, para konstituen, dan Allah SWT.” (Fauzi Bowo) “Setelah melihat barang bukti, saya sebagai umat Islam menghormati pemuka agama. Kami tetap memaafkan beliau. Ini hanya penzaliman Bang Rhoma terhadap Jokowi.” (Deni Iskandar, anggota tim sukses JokowiAhok)
Suryadharma Ali menyatakan secara resmi bahwa PPP mendukung pasangan FokeNara untuk pilkada pada putaran kedua. (Media Indonesia, 3 Agustus 2012, hlm. 7)
Kolaboratif Ilokusi representatif (menginformasikan)
Suryadharma Ali menyatakan secara resmi bahwa PPP mendukung pasangan FokeNara untuk pilkada pada putaran kedua. (Media Indonesia, 3 Agustus 2012, hlm. 7)
1
2
3
4
5
Tingkat Kesantunan Netral
Penanda Lingual Kesantunan Gaya bahasa sinekdoke: PPP Modalitas: akan
Konvivial Ilokusi komisif (menawarkan janji)
Netral
Diksi: mengawal Modalitas: akan
Suryadharma Ali menyatakan secara resmi bahwa PPP mendukung pasangan FokeNara untuk pilkada pada putaran kedua. (Media Indonesia, 3 Agustus 2012, hlm. 7) Fauzi Bowo menyambut dukungan DPP PPP baginya pasangan untuk pilkada putaran kedua. (Media Indonesia, 3 Agustus 2012, hlm. 7)
Kolaboratif Ilokusi representatif (menyatakan)
Santun
Diksi: merekalah..
Kolaboratif Ilokusi representatif (menjelaskan)
Netral
Diksi: amanah
Deny Iskandar memaafkan Rhoma Irama terkait dugaan fitnah SARA terhadap Jokowi-Ahok. (Media Indonesia, 4 Agustus 2012, hlm. 5)
Kompetitif Ilokusi direktif (mengkritik)
Tidak santun
Diksi: penzaliman
268
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 6
7
8
9
10
11
12
13
“Penegak hukum lebih mengetahui apakah telah terjadi pelanggaran pidana atau tidak.” (Deni Iskandar, anggota tim sukses JokowiAhok) “Rapimda menyatakan mendukung FokeNara.” (Zainuddin MH, Sekretaris DPD Golkar DKI) “Jadi, perlu agar Gubernur Jakarta orang yang teruji dan tahu seluk beluk Jakarta. Bukan hanya untuk coba-coba.” (Zainuddin MH, Sekretaris DPD Golkar DKI) “Kami memohon maaf atas adanya sindiransindiran, statement-statement dalam putaran pertama. Kami akan melakukan sharing dalam posisi yang baru.” (Fauzi Bowo) “Saya tidak perlu meminta maaf kepada Jokowi-Ahok karena saya merasa tidak bersalah. Saya rasa ini bukan SARA. Rakyat harus tahu siapa pemimpin mereka di era keterbukaan seperti sekarang ini.” (Rhoma Irama, artis dan penyanyi, pendukung FokeNara) “Di sana, saya mengajarkan sebuah ayat bahwa orang Islam dilarang memilih orang kafir sebagai pemimpin. Sebagai sanksi kalau ada muslim yang pilih, maka akan menjadi musuh Allah.” (Rhoma Irama, artis dan penyanyi, pendukung Foke-Nara) “Suara rakyat lebih dominan dalam kemenangan calon gubernur DKI Jakarta.” (Jokowi)
“Padahal bapak dan ibu saya sudah menunaikan ibadah haji sejak 12 tahun lalu. Ini betul-betul sudah sangat keterlaluan.” (Jokowi)
Deny Iskandar memaafkan Rhoma Irama terkait dugaan fitnah SARA terhadap Jokowi-Ahok. (Media Indonesia, 4 Agustus 2012, hlm. 5) Zainuddin MH menerangkan Partai Golkar mengalihkan dukungannya kepada pasangan Foke-Nara. (Media Indonesia, 6 Agustus 2012, hlm. 6) Zainuddin MH menerangkan Partai Golkar mengalihkan dukungannya kepada pasangan Foke-Nara. (Media Indonesia, 6 Agustus 2012, hlm. 6) Fauzi Bowo menyambut baik dukungan partai Golkar untuknya pada pilkada putaran kedua bulan September. (Media Indonesia, 6 Agustus 2012, hlm. 6) Rhoma Irama merasa tidak bersalah sehingga tidak perlu meminta maaf kepada pasangan Jokowi-Ahok terkait isi ceramahnya di masjid. (Media Indonesia, 7 Agustus 2012, hlm. 7)
Kolaboratif Ilokusi representatif (menyatakan)
Netral
Diksi: lebih mengetahui
Kolaboratif Ilokusi representatif (menyatakan)
Netral
Diksi: mendukung
Kolaboratif Ilokusi representatif (menyimpulkan)
Netral
Diksi: yang teruji Modalitas: bukan hanya
Konvivial Ilokusi direktif (meminta maaf)
Santun
Diksi: memohon maaf
Kompetitif Ilokusi direktif (menyangkal)
Tidak santun
Modalitas: tidak perlu; bukan; harus
Rhoma Irama merasa tidak bersalah sehingga tidak perlu meminta maaf kepada pasangan Jokowi-Ahok terkait isi ceramahnya di masjid. (Media Indonesia, 7 Agustus 2012, hlm. 7)
Kolaboratif Ilokusi representatif (menjelaskan)
Netral
Diksi: ayat; muslimin; musuh Allah
Joko Widodo mengamini pendapat Jusuf Kalla yang mengatakan bahwa suara rakyatlah yang berperan dalam menentukan pilihannya untuk perubahan Jakarta (Media Indonesia, 7 Agustus 2012, hlm. 7) Jokowi menganggap kampanye hitam dengan isu SARA sudah keterlaluan, apalagi sampai menghina orang tuanya. (Media Indonesia, 8 Agustus 2012, hlm. 6)
Kolaboratif Ilokusi representatif (menyimpulkan)
Netral
Diksi: suara rakyat
Konfliktif Ilokusi ekspresif (mengecam)
Lebih tidak santun
Diksi: betulbetul….sangat keterlaluan Gaya bahasa hiperbola
269
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 14
“Saya sangat tersinggung ibu saya difitnah seperti itu.” (Jokowi)
15
“Bang Haji Rhoma Irama bukan bagian dari tim sukses atau tim kampanye Foke-Nara. Hadirnya Rhoma di Masjid Al Isra, bukan agenda dari tim sukses, melainkan agenda dari Pos Kota dalam kegiatan safari ramadhan mereka.” (Zamakh Sari, ketua tim advokasi Foke-Nara) “Saya bersyukur pada siang hari yang mendapat berkat Tuhan bisa silaturahim dan bisa berbincang-bincang soal Jakarta.” (Fauzi Bowo)
16
17
“Shalom! Salam sejahtera.” (Fauzi Bowo)
18
“Tidak mungkin kita bisa berkumpul di Kelapa Gading ini jika tidak ada kedamaian dan ketenteraman batin.” (Fauzi Bowo)
19
“Sekarang lu nyolok siapa? Kalo nyolok Jokowi, mending mah bangun di Solo aja.” (Fauzi Bowo)
20
“Saya ambil keputusan sebelum seminggu lagi deh.” (Fauzi Bowo)
21
“Ini adalah bentuk rasa dekat beliau dengan warganya sehingga beliau tetap tampil apa adanya walaupun ada kamera.” (Kahfi Siregar, ketua media center Foke-Nara)
Jokowi menganggap kampanye hitam dengan isu SARA sudah keterlaluan, apalagi sampai menghina orang tuanya. (Media Indonesia, 8 Agustus 2012, hlm. 6) Zamakh Sari menegaskan bahwa Rhoma Irama bukanlah bagian dari tim sukses mereka. (Media Indonesia, 8 Agustus 2012, hlm. 6)
Konfliktif Ilokusi ekspresif (mengecam)
Lebih tidak santun
Diksi: tersinggung; difitnah Modalitas: sangat
Kompetitif Ilokusi direktif (menyangkal)
Tidak santun
Modalitas: bukan…,
Fauzi Bowo bersilaturahim dengan para pendeta dari beberapa gereja di Gereja Bethel Indonesia Mawar Sharon, Kelapa Gading, Jakarta Utara. (Media Indonesia, 9 Agustus 2012, hlm. 7) Fauzi Bowo bersilaturahim dengan para pendeta dari beberapa gereja di Gereja Bethel Indonesia Mawar Sharon, Kelapa Gading, Jakarta Utara. (Media Indonesia, 9 Agustus 2012, hlm. 7) Fauzi Bowobersilaturahim dengan para pendeta dari beberapa gereja di Gereja Bethel Indonesia Mawar Sharon, Kelapa Gading, Jakarta Utara. (Media Indonesia, 9 Agustus 2012, hlm. 7) Fauzi Bowo memberi komentar di hadapan korban kebakaran (beberapa ibu) di Tengsin, Jakarta Utara. Pernyataan ini disiarkan di situs Youtube. (Media Indonesia, 10 Agustus 2012, hlm. 6) Fauzi Bowo memberi komentar di hadapan korban kebakaran (beberapa ibu) di Tengsin, Jakarta Utara. Pernyataan ini disiarkan di situs Youtube. (Media Indonesia, 10 Agustus 2012, hlm. 6) Kahfi Siregar menanggapi rekaman video pernyataan Fauzi Bowo di situs Youtube. (Media Indonesia, 10 Agustus 2012, hlm. 6)
Konvivial Ilokusi ekspresif (mengucapkan terima kasih)
Santun
Diksi: bersyukur
Konvivial Ilokusi ekspresif (mengucapkan salam)
Santun
Diksi: shalom; salam
Konvivial Ilokusi ekspresif (mengucapkan terima kasih)
Santun
Kompetitif Ilokusi direktif (menyindir)
Tidak santun
Diksi: kedamaian; ketenteraman batin Modalitas: tidak mungkin; bisa; tidak ada Diksi: nyolok Pronomina: lu (loe; lo) (kalimat tanya)
Konfliktif Ilokusi ekspresif (meremehkan)
Lebih tidak santun
Diksi: sebelum seminggu ini lagi deh
Kolaboratif Ilokusi representatif (menjelaskan)
Netral
Diksi: beliau
270
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 22
23
24
25
26
27
28
29
“Saya sudah lihat video itu semalam. Ya sebenarnya harus bijak ya. Mereka kan dalam kondisi kesusahan. Harusnya segera diberi bantuan.” (Jokowi) “Ada pesan dari Hidayat Nur Wahid lima tahun tidak berhenti di tengah jalan atau pindah ke tempat lain. Kami siap untuk itu.” (Fauzi Bowo) “Khawatir jelas ada. Dikeroyok partai besar masak enggak khawatir. Tapi, yang paling penting ialah berkoalisi dengan rakyat.” (Jokowi)
Jokowi memberi tanggapan atas rekaman video pernyataan Fauzi Bowo di situs Youtube. (Media Indonesia, 10 Agustus 2012, hlm. 6) Fauzi Bowo menyambut dukungan PKS untuknya pada pilkada putaran kedua. (Media Indonesia, 12 Agustus 2012, hlm. 4) Jokowi mengaku khawatir, tetapi tetap percaya koalisi dengan rakyat (Media Indonesia, 12 Agustus 2012, hlm. 4)
Kompetitif Ilokusi direktif (mengkritik)
Tidak santun
Modalitas: harusnya
Kolaboratif Ilokusi representatif (menjelaskan)
Netral
Diksi: berhenti di tengah jalan Modalitas: tidak
Kolaboratif Ilokusi representatif (menjelaskan)
Netral
“Kami yakin bahwa kadang keputusan pimpinan partai politik belum tentu mencerminkan atau ditindaklanjuti para pengikut.” (Eva Kusuma Sundari, tim sukses Jokowi-Ahok) “Saya sangat bersyukur atas keputusan tersebut. Panwaslu telah memutuskan apa yang harus diputuskan.” (Rhoma Irama, artis dan penyanyi)
Eva Kusuma Sundari menanggapi dukungan partai-partai besar kepada pasangan Foke-Nara untuk pilkada putaran kedua. (Media Indonesia, 13 Agustus 2012, hlm. 13) Rhoma Irama menyambut gembira sikap Panwaslu pilkada DKI Jakarta yang tidak melanjutkan masalah dugaan kampanye SARA. (Media Indonesia, 14 Agustus 2012, hlm. 7) Fauzi Bowo menyatakan optimsitis menang pada putaran kedua karena banyaknya dukungan partai dan masyarakat. (Media Indonesia, 14 Agustus 2012, hlm. 7)
Kompetitif Ilokusi direktif (mengkritik)
Tidak santun
Diksi: dikeroyok; berkoalisi dengan rakyat Gaya bahasa hiperbola: dikeroyok Modalitas: yakin Diksi: keputusan pimpinan
Konvivial Ilokusi ekspresif (mengucapkan terima kasih)
Santun
Diksi: bersyukur
Konvivial Ilokusi ekspresif (mengucapkan terima kasih)
Santun
Diksi: bersyukur
Nachrowi Ramli menyatakan optimsitis menang pada putaran kedua karena banyaknya dukungan partai dan masyarakat. (Media Indonesia, 14 Agustus 2012, hlm. 7) Deny Iskandar mengomentari situasi korban dan lokasi kebakaran di Jakarta yang merupakan tempat pasangan JokowiAhok mendulang suara terbanyak. (Media Indonesia, 24 Agustus 2012, hlm. 8)
Konvivial Ilokusi ekspresif (mengucapkan terima kasih)
Santun
Diksi: mengucapkan terima kasih
Kompetitif Ilokusi direktif (mengkritik)
Tidak santun
Diksi: kesedihan; kantong suara Gaya bahasa personifikasi: mengganggu konsentrasi
“Saya bersyukur dengan tambahan dukungan dari beberapa partai politik yang sepakat berjuang besama-sama dengan kami untuk menang dalam putarna kedua. Mudahmudahan ini menambah erat kebersamaan kita dan semangat juang kita.” (Fauzi Bowo) “Saya mengucapkan terima kasih atas dukungan dari APKLI kepada pasangan nomor urut 1. Mari kita berjuang bersamasama untuk menang.” (Nachrowi Ramli) “Sungguh membawa kesedihan bagi para korban dan mengganggu konsentrasi kantong suara kami secara drastis.” (Deni Iskandar, anggota tim pemenangan JokowiAhok)
271
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 30
“Isu SARA membuat masyarakat menjadi muak. Yang melempar isu itu jelas kelakuannya tidak baik dan bermasalah.” (Basuki Tjahaja Purnama)
31
“Saya hanya mengimbau supaya masyarakat tetap waspada terutama di kawasan-kawasan padat. Jika meninggalkan rumah, sebaiknya listrik dan peralatan yang mudah menimbulkan kebakaran agar dicek.” (Jokowi) “Tapi koalisi kita adalah koalisi rakyat. Koalisi kita seperti gajah melawan semut. Gajahnya banyak tetapi semutnya jauh lebih banyak.” (Jokowi)
32
33
“Saya mengimbau agar semua pendukung maupun simpatisan agar sejuk dan dingin. Kita adalah warga yang tahu sopan santun, warga yang baik, tidak usah terpengaruh oleh berbagai isu-isu, termasuk SARA.” (Jokowi)
Basuki Tjahaja Purnama menanggapi isu SARA yang berkembang selama pilkada DKI Jakarta menjelang putaran kedua. (Media Indonesia, 27 Agustus 2012, hlm. 6) Jokowi meminta warga menjaga situasi menjelang putaran kedua. Ia dan timnya mengadakan halalbihalal di Kantor Sekretariat Tim Kampanye Jokowi-Basuki. (Media Indonesia, 27 Agustus 2012, hlm. 6) Jokowi meminta warga menjaga situasi menjelang putaran kedua. Ia dan timnya mengadakan halalbihalal di Kantor Sekretariat Tim Kampanye Jokowi-Basuki. (Media Indonesia, 27 Agustus 2012, hlm. 6) Jokowi meminta warga menjaga situasi menjelang putaran kedua. Ia dan timnya mengadakan halalbihalal di Kantor Sekretariat Tim Kampanye Jokowi-Basuki. (Media Indonesia, 27 Agustus 2012, hlm. 6)
Kolaboratif Ilokusi representatif (menyatakan pendapat)
Netral
Diksi: muak
Konvivial Ilokusi ekspresif (mengajak)
Santun
Diksi: mengimbau
Kolaboratif Ilokusi representatif (menyatakan)
Netral
Gaya bahasa simile
Konvivial Ilokusi ekspresif (mengajak)
Santun
Diksi: mengimbau
272
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI Kartu Data Utama: Tuturan di DalamBerita Jawa Pos Bulan Juli No Data Tuturan 1
2
3
4
5
6
7
8
“Saya sedang pusing, banyak warga saya yang belum tahu ke mana harus memberikan hak pilihnya.” (Megawati Soekarnoputri, Ketua Umum PDIP) “Sampai tadi (kemarin), sebelum saya berangkat ke (kantor) DPP, masih banyak warga yang bertanya-tanya karena belum menerima kartu undangan tersebut.” (Megawati Soekarnoputri, Ketua Umum PDIP) “Bukan kami punya prasangka. Tapi, kami memantau supaya pelaksanaan pilkada ini terjamin sesuai dengan aturan yang ada dan apa yang telah kita sepakati.” (Megawati Soekarnoputri, Ketua Umum PDIP) “Saya mengimbau seluruh warga DKI untuk bersama-sama menegakkan pilkada yang demokratis dan jurdil. Terutama urusan jujur ini.” (Megawati Soekarnoputri, Ketua Umum PDIP) “Jangan sampai isu DPT memundurkan jadwal pilkada. Kami menerima DPT dengan perbaikan.” (Djarot Saiful Hidajat, Ketua DPP PDIP Bidang Organisasi) “Tunda pemilu. Apa gunanya DPT diteruskan dengan data kotor? Kenapa kita bisa melanggar DPT, tapi tidak bisa mengubah waktu?” (Fatahillah Ramli, kordinator tim advokasi Alex-Nono) “Hak suara ini harus dikembalikan. KPUD harus mengembalikan hak suara masyarakat.” (Fatahillah Ramli, kordinator tim advokasi Alex-Nono) “KPUD tampaknya menjerat dirinya sendiri
Konteks
Jenis Tindak Tutur
Tingkat Kesantunan Netral
Penanda Lingual Kesantunan Modalitas: pusing Pronomina: saya
Megawati mengomentari DPT yang masih menjadi masalah serius dan banyak warga yang belum terdata dengan baik. (Jawa Pos, 10 Juli 2012, hlm. 11) Megawati mengomentari DPT yang masih menjadi masalah serius dan banyak warga yang belum terdata dengan baik. (Jawa Pos, 10 Juli 2012, hlm. 11)
Kolaboratif Ilokusi representatif (menginformasikan) Kolaboratif Ilokusi representatif (menginformasikan)
Netral
Modalitas: masih (banyak)
Megawati mengomentari DPT yang masih menjadi masalah serius dan banyak warga yang belum terdata dengan baik. (Jawa Pos, 10 Juli 2012, hlm. 11)
Kolaboratif Ilokusi representatif (menjelaskan)
Netral
Pronomina: kami
Megawati mengomentari DPT yang masih menjadi masalah serius dan banyak warga yang belum terdata dengan baik. (Jawa Pos, 10 Juli 2012, hlm. 11)
Konvivial Ilokusi ekspresif (mengajak)
Santun
Diksi: mengimbau
Djarot Saiful Hidajat mengomentari DPT yang masih menjadi masalah serius dalam pilkada DKI Jakarta meskipun KPUD akhirnya merevisi DPT. (Jawa Pos, 10 Juli 2012, hlm. 11) Fatahullah Ramli mengomentari DPT yang masih menjadi masalah serius dalam pilkada DKI Jakarta meskipun KPUD akhirnya merevisi DPT. (Jawa Pos, 10 Juli 2012, hlm. 11) Fatahullah Ramli mengomentari DPT yang masih menjadi masalah serius dalam pilkada DKI Jakarta meskipun KPUD akhirnya merevisi DPT. (Jawa Pos, 10 Juli 2012, hlm. 11) Hidayat Nur Wahid mengomentari
Kompetitif Ilokusi direktif (melarang)
Tidak santun
Diksi: jangan sampai
Kompetitif Ilokusi direktif (menuntut)
Tidak santun
Diksi: tunda pemilu; data kotor
Kompetitif Ilokusi direktif (menuntut)
Tidak santun
Modalitas: harus Diksi: dikembalikan; mengembalikan
Kompetitif
Tidak santun
Modalitas:
273
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI dengan lingkaran masalah DPT. Entah ini disengaja atau tidak, namun kenyataannya demikian.” (Hidayat Nur Wahid) 9
“Kami berharap KPUD segera memperbaiki DPT sehingga pilkada tidak perlu diundur.” (Hidayat Nur Wahid)
10
“Menurut saya, keputusan DKPP itu banci.” (Hendardji Soepandji)
11
“Kami minta diberi kesempatan untuk memberikan masukan data.” (Rois Handayani, anggota tim sukses HidayatDidik)
12
“Saya akan datang ke TPS, tapi untuk mengantar Bu Mega.” (Jokowi)
13
“Saya akan muter untuk menyaksikan warga menggunakan hak pilihnya.” (Jokowi)
14
“Saksi besok sudah siap. Kami punya 15.200 saksi dari PDI Perjuangan, 15.200 orang dari Gerindra, 15.200 orang dari relawan. Jadi, 15.200 kali tiga. Terus, Satgas Anticurang dan Antimoney Politics ada 500 di setiap wilayah.” (Jokowi) “Waduh, soal itu enggak mungkin. Ini Jakarta. Kalau mau main curang, sedikit saja pasti ada yang tahu. Sebab, kami juga akan menurunkan satgas.” (Jokowi)
15
16
“Pilkada tinggal menghitung jam, tapi undangan baru dibagikan.” (Alex Noerdin)
DPTyang masih menjadi masalah serius dalam pilkada DKI Jakarta meskipun KPUD akhirnya merevisi DPT. (Jawa Pos, 10 Juli 2012, hlm. 11) Hidayat Nur Wahid mengomentari DPT yang masih menjadi masalah serius dalam pilkada DKI Jakarta meskipun KPUD akhirnya merevisi DPT. (Jawa Pos, 10 Juli 2012, hlm. 11) Hendardji Soepandji mengomentari DPT yang masih menjadi masalah serius dalam pilkada DKI Jakarta meskipun KPUD akhirnya merevisi DPT. (Jawa Pos, 10 Juli 2012, hlm. 11) Rois Handayani mengomentari DPT yang masih menjadi masalah serius dalam pilkada DKI Jakarta meskipun KPUD akhirnya merevisi DPT. (Jawa Pos, 10 Juli 2012, hlm. 11) Jokowi menyatakan kesiapan timnya dalam pilkada DKI Jakarta. (Jawa Pos, 11 Juli 2012, hlm. 1) Jokowi menyatakan kesiapan timnya dalam pilkada DKI Jakarta. (Jawa Pos, 11 Juli 2012, hlm. 1) Jokowi menyatakan kesiapan timnya dalam pilkada DKI Jakarta. (Jawa Pos, 11 Juli 2012, hlm. 1)
Ilokusi direktif (mengkritik)
Jokowi menyatakan kesiapan timnya dalam pilkada DKI Jakarta dan menanggapi media tentang kalau ada kecurangan. (Jawa Pos, 11 Juli 2012, hlm. 1) Alex Noerdin mengomentari kisruh DPT. Ia menggunakan hak pilih di TPS 02, Perumahan Tanjung Mas Raya. (Jawa Pos, 11 Juli 2012, hlm. 11)
tampaknya Gaya bahasa ironi: menjerat
Kompetitif Ilokusi direktif (meminta)
Tidak santun
Diksi: berharap
Kompetitif Ilokusi direktif (mengkritik)
Tidak santun
Diksi: banci
Kompetitif Ilokusi direktif (meminta)
Tidak santun
Diksi: minta
Kolaboratif Ilokusi representatif (menginformasikan) Kolaboratif Ilokusi representatif (menginformasikan) Kolaboratif Ilokusi representatif (menginformasikan)
Netral
Pronomina: Saya Diksi: Bu Mega
Netral
Pronomina: saya
Netral
Diksi: saksi
Kolaboratif Ilokusi representatif (menjelaskan)
Netral
Modaltias: enggak mungkin
Kompetitif Ilokusi direktif (mengkritik)
Tidak santun
Gaya bahasa ironi
274
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 17
“Ini silaturahmi dengan Ustad Dayat, kita sama-sama dari Solo.” (Jokowi)
18
“Sugeng rawuh Mas Jokowi, terima kasih.” (Hidayat Nur Wahid)
19
“Ini kita mau berbincang dulu ya, nanti kita beritahu hasilnya apa.” (Hidayat Nur Wahid)
20
“Ada banyak laporan dari lapangan yang harus terus kita ikuti dan awasi bersama.” (Hidayat Nur Wahid) “Kultur Jawa masih kental bagi sebagian warga di Jakarta. Kalau tidak diundang, ya tidak datang atau sungkan untuk datang.” (Hidayat Nur Wahid) “Ini karena proses pencatatan yang belum sempurna. Nanti kita lihat, kalau angkanya sangat signifikan, tentu akan kita gugat sampai Mahkamah Konstitusi.” (Hidayat Nur Wahid). “Sudah diputuskan bahwa baju kotak-kotak maupun batik itu bukan alat peraga dan boleh dipakai, tapi kenyataannya masih banyak yang melarang.” (Hidayat Nur Wahid) “Ini terjadi dan ini kami sesalkan. Tim akan melakukan advokasi secara hukum dalam kasus tersebut.” (Hidayat Nur Wahid)
21
22
23
24
25
26
27
“Pemilihan gubernur ini harus menjadi teladan bagi seluruh Indonesia. Karena itu, harus benar-benar jujur dan adil.” (Hidayat Nur Wahid) “Kalau pemimpin bisa rukun, mengapa rakyat tidak.” (Jokowi) “Ini belum tahu hasilnya. Sabar saja, ini
Joko Widodo menerangkan kunjungannya ke markas pemenangan tim Hidayat-Didik (Jawa Pos, 12 Juli 2012, hlm. 1) Hidayat Nur Wahid menyambut silaturahim Jokowi di markasnya (Jawa Pos, 12 Juli 2012, hlm. 11)
Netral
Diksi: silaturahmi
Santun
Diksi: sugeng rawuh, terima kasih, Mas Jokowi
Hidayat Nur Wahid menyambut silaturahim Jokowi di markasnya (Jawa Pos, 12 Juli 2012, hlm. 11) Hidayat dan Jokowi sepakat mengawal proses pilkada sampai selesai. (Jawa Pos, 12 Juli 2012, hlm. 11) Hidayat dan Jokowi sepakat mengawal proses pilkada sampai selesai. (Jawa Pos, 12 Juli 2012, hlm. 11)
Kolaboratif Ilokusi representatif (menjelaskan) Konvivial Ilokusi ekspresif (mengucapkan salam, mengucapkan terima kasih) Kolaboratif Ilokusi representatif (menginformasikan) Kolaboratif Ilokusi representatif (menginformasikan) Kolaboratif Ilokusi representatif (menjelaskan)
Netral
Diksi: berbincang Modalitas: nanti
Netral
Diksi: ada banyak
Netral
Diksi: kultur Jawa
Hidayat dan Jokowi sepakat mengawal proses pilkada sampai selesai. (Jawa Pos, 12 Juli 2012, hlm. 11)
Konfliktif Ilokusi ekspresif (mengancam)
Tidak santun
Modalitas: belum Diksi: sempurna
Hidayat menjelaskan masalah pelarangan pemakaian baju kotak-kotak dan batik (Jawa Pos, 12 Juli 2012, hlm. 11)
Kolaboratif Ilokusi representatif (menjelaskan)
Netral
Modalitas: sudah (bentuk pasif); boleh
Hidayat Nur Wahid melaporkan tim sukses nya yang diancam akan ditelanjangi karena menggunakan baju batik. (Jawa Pos, 12 Juli 2012, hlm. 11) Hidayat dan Jokowi sepakat mengawal proses pilkada sampai selesai. (Jawa Pos, 12 Juli 2012, hlm. 11)
Kolaboratif Ilokusi representatif (menyatakan)
Netral
Diksi: sesalkan
Kompetitif Ilokusi direktif (meminta)
Tidak santun
Modalitas: harus
Hidayat dan Jokowi sepakat mengawal proses pilkada sampai selesai. (Jawa Pos, 12 Juli 2012, hlm. 11) Hidayat dan Jokowi sepakat mengawal
Kolaboratif Ilokusi representatif (menyatakan) Kolaboratif
Netral
Diksi: rukun
Netral
Modalitas: belum
275
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI silaturahmi.” (Jokowi) 28
“Kita kan sama-sama ingin memperbaiki Jakarta.” (Jokowi)
29
“Kita akan konsentrasi dulu dengan proses pilkadanya. Kecurangan kita inventarisasi.” (Hidayat Nur Wahid) “Untuk bicara koalisi, itu panjang prosesnya. Nanti akan ada syura terlebih dahulu.” (Triwisaksana, ketua tim pemenangan Hidayat-Didik) “Selamat Pak Jokowi. Saya pribadi mendukung Pak Jokowi di putaran kedua nanti.” (Hendardji Soepandji)
30
31
32
33
34
“Nanti akan dikordinasikan lebih lanjut. Intinya, perubahan untuk Jakarta harus segera dimulai oleh gubernur yang terpilih nanti. Saya pribadi akan dukung gubernur DKI.” (Kepala Badan Pertanahan Nasional, adik Hendardji Soepandji) “Meskipun kalah, motivasi, strategi dan orientasi cerdas yang kami lakukan akan dicatat publik sebagai gagasan brilian untuk mewujudkan cita-cita perbaikan Jakarta dan juga Indonesia.” (Faisal Basri) “Jangan pernah menyerah untuk perjuangan memperbaiki keadaan.” (Faisal Basri)
35
“Jokowi yes. Jokowi yes.” (pendukung Jokowi)
36
“Kami sangat senang Pak Jokowi akhirnya bisa menang di sana. Meski bukan warga Jakarta, banyak warga Solo yang tinggal di sana.” (Waginah, pendukung Jokowi di Pasar Gede, Solo)
proses pilkada sampai selesai. (Jawa Pos, 12 Juli 2012, hlm. 11) Hidayat dan Jokowi sepakat mengawal proses pilkada sampai selesai. (Jawa Pos, 12 Juli 2012, hlm. 11) Hidayat dan Jokowi sepakat mengawal proses pilkada sampai selesai. (Jawa Pos, 12 Juli 2012, hlm. 11) Triwisaksana memberi keterangan kemungkinan koalisi PKS dengan salah satu pasangan pemenang putaran pertama. (Jawa Pos, 12 Juli 2012, hlm. 11) Hendardji Soepandji memberikan ucapan selamat untuk kemenangan pasangan Jokowi-Ahok pada putaran pertama. (Jawa Pos, 12 Juli 2012, hlm. 11) Adik Hendardji Soepandji memberi ucapan selamat untuk kemenangan pasangan Jokowi-Ahok pada putaran pertama. (Jawa Pos, 12 Juli 2012, hlm. 11)
Ilokusi representatif (menginformasikan) Konvivial Ilokusi ekspresif (mengajak) Kolaboratif Ilokusi representatif (menginformasikan) Kolaboratif Ilokusi representatif (menginformasikan)
Diksi: silaturahmi Santun
Modalitas: ingin
Netral
Diksi: kecurangan Modalitas: akan
Netral
Diksi: syura
Konvivial Ilokusi ekspresif (mengucapakan selamat) Konvivial Ilokusi komisif (menawarkan janji)
Santun
Diksi: selamat
Santun
Modalitas: akan Pronomina: saya
Faisal Basri menyatakan bangga karena telah menorehkan sejarah dalam pilkada DKI Jakarta 2012. (Jawa Pos, 12 Juli 2012, hlm. 11)
Kolaboratif Ilokusi representatif (menyatakan)
Netral
Diksi: dicatat publik
Faisal Basri menyatakan bangga karena telah menorehkan sejarah dalam pilkada DKI Jakarta 2012. (Jawa Pos, 12 Juli 2012, hlm. 11) Pendukung menyambut gembira keunggulan ketika menggelar nonton bareng selama quick count dilakukan. (Jawa Pos, 12 Juli 2012, hlm. 11) Waginah, warga Solo, menanggapi kemenangan pasangan Jokowi-Ahok pada penghitungan cepat. (Jawa Pos, 12 Juli 2012, hlm. 11)
Konvivial Ilokusi ekspresif (mengajak)
Santun
Diksi: jangan pernah
Konvivial Ilokusi ekspresif (menyanjung)
Santun
Diksi: yes
Konvivial Ilokusi ekspresif (menyanjung)
Santun
Modalitas: sangat; bisa Diksi: senang
276
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI “Pak Wali pancen oke, top markotop. Tetapi kalau menang, jangan melupakan Pasar Gede, ya.” (Surati, pedangan ayam di Pasar Gede, Solo) “Tidak akan ada lagi walikota sehebat Jokowi. Dialah pemimpin yang sederhana dan dekat dengan rakyatnya.” (Surati, pedangan ayam di Pasar Gede, Solo) “Mudah-mudahan Pak Jokowi menang.” (seorang ibu di selter Manahan, Solo)
Surati, warga Solo, menanggapi kemenangan pasangan Jokowi-Ahok pada penghitungan cepat. (Jawa Pos, 12 Juli 2012, hlm. 11) Surati, warga Solo, menanggapi kemenangan pasangan Jokowi-Ahok pada penghitungan cepat. (Jawa Pos, 12 Juli 2012, hlm. 11) Seorang ibu di shelterSolo menanggapi kemenangan pasangan Jokowi-Ahok pada penghitungan cepat. (Jawa Pos, 12 Juli 2012, hlm. 11)
Konvivial Ilokusi ekspresif (menyanjung)
Santun
Diksi: pancen oke, top markotop
Konvivial Ilokusi ekspresif (menyanjung)
Santun
Kolaboratif Ilokusi representatif (manyatakan, imperatif harapan)
Netral
Modalitas: tidak akan ada Gaya bahasa hiperbola Diksi: kata sapaan Pak Kata tambahan modalitas: mudahmudahan
40
“Kami hanya bisa bersyukur. Semoga hasil perhitungan cepat ini tetap bertahan hingga akhir.” (Paulus Haryoto, Wakil Ketua DPC PDI Perjuangan Solo)
Paulus Hariyoto, warga Solo, menanggapi kemenangan pasangan Jokowi-Ahok pada penghitungan cepat. (Jawa Pos, 12 Juli 2012, hlm. 11)
Santun
Diksi: bersyukur Kata tambahan modalitas: hanya; semoga
41
“Gak usah lobi-lobi. Cukup didolani. Akan saya dolani semua.” (Jokowi)
Netral
Modalitas: gak usah; akan saya..
42
“Warga sebagai pemilih melihat mereka ini calon yang mempunyai kualitas, memberikan harapan perbaikan, dan dianggap paling jujur.” (Taufiq Kiemas, Ketua MPR) “Saya selaku ketua MPR sangat bangga dengan kondisi ini.” (Taufiq Kiemas, Ketua MPR)
Jokowi membeberkan rencana konsolidasinya kepada media menghadapi kemungkinan putaran kedua. (Jawa Pos, 12 Juli 2012, hlm. 11) Taufik Kiemas mengomentari kemenangan pasangan Jokowi-Ahok atas Foke-Nara berdasarkan penghitungan sementara. (Jawa Pos, 12 Juli 2012, hlm. 11)
Konvivial Ilokusi ekspresif (mengucapkan terima kasih, imperatif harapan) Kolaboratif Ilokusi representatif (menginformasikan) Kolaboratif Ilokusi representatif (menyatakan)
Netral
Diksi: melihat
Taufik Kiemas mengomentari kemenangan pasangan Jokowi-Ahok atas Foke-Nara berdasarkan penghitungan sementara. (Jawa Pos, 12 Juli 2012, hlm. 11) Taufik Kiemas mengomentari kemenangan pasangan Jokowi-Ahok atas Foke-Nara berdasarkan penghitungan sementara. (Jawa Pos, 12 Juli 2012, hlm. 11)
Konvivial Ilokusi ekspresif (menghargai)
Santun
Diksi: berbangga
Kolaboratif Ilokusi representatif (menyatakan)
Netral
Diksi: keunggulan; mengaplikasikan Modalitas: sudah
Taufik Kiemas mengomentari kemenangan pasangan Jokowi-Ahok atas Foke-Nara berdasarkan penghitungan
Kompetitif Ilokusi direktif (mengkritik)
Tidak santun
Diksi: kurang setuju Modalitas: bisa saja; bukan
37
38
39
43
44
45
“Keunggulan pasangan Jokwi-Ahok mencerminkan masyarakat DKI Jakarta sudah mengaplikasikan pemahaman empat pilar bernegara.” (Taufiq Kiemas, Ketua MPR) “Dari dulu saya sebenarnya kurang setuju dengan adanya quick count. Bisa saja itu dijadikan suatu gambaran, tapi bukan
277
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI pegangan.” (Taufiq Kiemas, Ketua MPR) 46
47
“Masalah DPT sampai sekarang sebetulnya belum sepenuhnya berjalan baik.” (Taufiq Kiemas, Ketua MPR) “Kalaupun ada efeknya, pasti tak signifikan.” (Ramadhan Pohan, Wakil Sekjen DPP Partai Demokrat)
48
“PDIP dan Jokowi jangan girang dulu. Golput masih bengkak.” (Ramadhan Pohan, Wakil Sekjen DPP Partai Demokrat)
49
“Perlu dioptimalkan dukungan parpol kayak Foke dulu. Masih ada waktu, tapi bergantung pada jeli tidaknya memanfaatkan kans yang ada.” (Ramadhan Pohan, Wakil Sekjen DPP Partai Demokrat) “Istirahat dululah. Sehari, dua hari, tiga hari. Jangan bicarakan putaran kedua dulu. Ini nanti juga langsung ganti baju dan langsung ke balai kota. Sudah banyak tamu yang menunggu.” (Jokowi)
50
51
“Hitungan di lapangan pas mendapatkan hasil yang maksimal.” (Jokowi)
52
“Di lapangan bisa berubah dengan cepat. Saya yang ke lapangan bisa langsung merasakannya. Politik dari dekat ke detik berubah. Saya gak pakai lembaga survei, gak kuat bayarnya.” (Jokowi) “Ini lho, saya menelepon Pak Faisal Basri, delapan kali. Pak Fauzi juga, tapi gak nyambung.” (Jokowi) “Masak strategi diomongin. Jangan berandai-andai. Jangan dahului Yang di Atas.” (Jokowi)
53
54
sementara.(Jawa Pos, 12 Juli 2012, hlm. 11) Taufik Kiemas mengomentari masalah DPT yang masih belum selesai. (Jawa Pos, 12 Juli 2012, hlm. 11) Ramadhan Pohan mengomentari kemenangan pasangan Jokowi-Ahok atas Foke-Nara berdasarkan penghitungan sementara. (Jawa Pos, 12 Juli 2012, hlm. 11) Ramadhan Pohan mengomentari kemenangan pasangan Jokowi-Ahok atas Foke-Nara berdasarkan penghitungan sementara. (Jawa Pos, 12 Juli 2012, hlm. 11) Ramadhan Pohan mengomentari kemenangan pasangan Jokowi-Ahok atas Foke-Nara berdasarkan penghitungan sementara. (Jawa Pos, 12 Juli 2012, hlm. 11) Jokowi menerangkan agenda kegiatannya kepada media setelah mengikuti pilgub Jakarta dan mengetahui hasil quck count. Jokowi berkesempatan pulang ke Solo tanpa pengawalan khusus. (Jawa Pos, 13 Juli 2012, hlm. 1) Jokowi menanggapi penghitungan cepat yang menunjukkan pasangannya menang. (Jawa Pos, 13 Juli 2012, hlm. 11) Jokowi menanggapi penghitungan cepat yang menunjukkan pasangannya menang. (Jawa Pos, 13 Juli 2012, hlm. 11)
Jokowi memberitahukan bahwa ia menjalin hubungan dengan kandidat lain. (Jawa Pos, 13 Juli 2012, hlm. 11) Jokowi menanggapi kemungkinan strategi dalam putaran kedua. (Jawa Pos, 13 Juli 2012, hlm. 11)
Kompetitif Ilokusi direktif (mengkritik) Kolaboratif Ilokusi representatif (menyatakan)
Tidak santun
Modalitas: belum
Netral
Modalitas: pasti
Kompetitif Ilokusi direktif (melarang)
Tidak santun
Diksi: jangan Gaya bahasa hiperbola: bengkak Modalitas: masih
Kolaboratif Ilokusi representatif (menyatakan)
Netral
Diksi: dioptimalkan; ada waktu Modalitas: masih
Kolaboratif Ilokusi representatif (menginformasikan)
Netral
Diksi: langsung ganti baju; langsung ke balai kota
Kolaboratif Ilokusi representatif (menginformasikan) Kolaboratif Ilokusi representatif (menjelaskan)
Netral
Diksi: pas
Netral
Modalitas: gak pakai; gak kuat
Kolaboratif Ilokusi representatif (menginformasikan) Konvivial Ilokusi ekspresif (mengajak)
Netral
Pronomina: saya Diksi: Pak…
Netral
Diksi: jangan
278
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 55
56
57
58
59
60
61
62
63
“Gak perlu disebutkan calon lain itu. Koalisi urusan partai. Partai yang akan menindaklanjuti. Yang terpenting, kerja harus optimis. Putaran kedua juga optimis.” (Jokowi) “Suara rakyat adalah suara Golkar. Karena itu, kami akan mengikuti suara rakyat Jakarta dan suara rakyat Jakarta mengarah kepada pasangan Jokowi dan Ahok.” (Zaenuddin, Sekjen DPD Partai Golkar Jakarta) “Memasuki putaran kedua, DPD Partai Golkar yang menentukan kebijakan. DPP perannya sudah tidak ada.” (Zaenuddin, Sekjen DPD Partai Golkar Jakarta) “Tidak perlu didramatisasi sebagai indikasi kekalahan Golkar secara menyeluruh.” (Hajriyanto Thohari, Ketua DPP Partai Golkar) “Bahkan, pada masa pemerintahan Presiden Soeharto yang sedang kuat-kuatnya, Golkar kalah di Jakarta.” (Hajriyanto Thohari, Ketua DPP Partai Golkar) “Pemilih di Jakarta itu sangat rasional, situasional, dan likuid. Tidak ada pemilih tradisional fanatik di DKI.” (Hajriyanto Thohari, Ketua DPP Partai Golkar) “Bebaskan saja anggota Partai Golkar untuk memilih.” (Hajriyanto Thohari, Ketua DPP Partai Golkar) “Saat ini kami masih melakukan evaluasi terhadap rendahnya raihan suara AlexNono.” (Lulung Lunggana, Ketua DPW PPP) “Kemenangan Jokowi-Ahok adalah keberhasilan sementara dalam mengelola kegagalan konsep pasangan lain, baik pengelolaan lapangan maupun kemasan.”
Jokowi menanggapi kemungkinan strategi dalam putaran kedua. (Jawa Pos, 13 Juli 2012, hlm. 11)
Kolaboratif Ilokusi representatif (menjelaskan)
Netral
Diksi: koalisi Modalitas: gak perlu; akan; harus
Zaenuddin menanggapi kemenangan pasangan Jokowi-Ahok berdasarkan penghitungan cepat dan menjelaskan posisi Golkar untuk sementara. (Jawa Pos, 13 Juli 2012, hlm. 11)
Kolaboratif Ilokusi representatif (menyatakan)
Netral
Gaya bahasa metafora
Zaenuddin menanggapi kemenangan pasangan Jokowi-Ahok berdasarkan penghitungan cepat dan menjelaskan posisi Golkar untuk sementara. (Jawa Pos, 13 Juli 2012, hlm. 11) Hajriyanto Thohari menanggapi kemenangan pasangan Jokowi-Ahok dan menampik kekalahan Golkar. (Jawa Pos, 13 Juli 2012, hlm. 11) Hajriyanto Thohari menanggapi kemenangan pasangan Jokowi-Ahok dan menampik kekalahan Golkar. (Jawa Pos, 13 Juli 2012, hlm. 11) Hajriyanto Thohari menanggapi kemenangan pasangan Jokowi-Ahok dan menampik kekalahan Golkar. (Jawa Pos, 13 Juli 2012, hlm. 11) Hajriyanto Thohari menanggapi kemenangan pasangan Jokowi-Ahok dan menampik kekalahan Golkar. (Jawa Pos, 13 Juli 2012, hlm. 11) Lulung Lunggana menjelaskan sikap kubu PPP menanggapi kemenangan pasangan Jokowi-Ahok. (Jawa Pos, 13 Juli 2012, hlm. 11) M.Romahurmuziy menjelaskan sikap kubu PPP menanggapi kemenangan pasangan Jokowi-Ahok dan dukungan selanjutnya. (Jawa Pos, 13 Juli 2012, hlm. 11)
Kolaboratif Ilokusi representatif (menyatakan)
Netral
Modalitas: sudah tidak ada
Kompetitif Ilokusi direktif (meminta)
Tidak santun
Modalitas: tidak perlu Diksi: didramatisasi; kekalahan
Kolaboratif Ilokusi representatif (menyimpulkan)
Netral
Gaya bahasa paradoks Diksi: kalah
Kolaboratif Ilokusi representatif (menjelaskan)
Netral
Modalitas: sangat; tidak ada
Kompetitif Ilokusi direktif (menyuruh)
Tidak santun
Diksi: bebaskan saja
Kolaboratif Ilokusi representatif (menginformasikan)
Netral
Diksi: kami masih Pronomina: kami
Kolaboratif Ilokusi representatif (menyimpulkan)
Netral
Gaya bahasa metafora
279
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
64
65
66
67
68
69
70
71
72
(M. Romahurmuziy, Sekjen PPP) “Pola dukungan nanti akan lebih ideologis.” (M. Romahurmuziy, Sekjen PPP) “Melihat sosok Jokowi yang wali kota Solo, bahkan tak punya KTP Jakarta, mampu merebut simpati warga ibu kota adalah indikasi warga DKI Jakarta lebih banyak orang Jawa ketimbang orang Betawi.” (Melani, Anggota Dewan Pembina Partai Demokrat) “Saya dulu pernah mendukung beliau saat menjadi korwil Jateng-DIY.” (Agus Purnomo, Wakil Ketua Bidang Kebijakan Publik DPP PKS) “Saya akan turun all-out.” (Muhaimin Iskandar, Ketua Umum DPP PKB) “Datang ke kantong-kantong masyarakat, tidak boleh terhambat berkomunikasi dengan rakyat gara-gara kumis.” (Muhaimin Iskandar, Ketua Umum DPP PKB) “Saya ini uangnya tidak ada. Jadi ya harus berhemat. Strateginya itu.” (Jokowi) “Evaluasi terhadap tim sukses memang harus dilakukan. Termasuk melakukan perombakan.” (Ferrial Sofyan, Ketua DPRD DKI Jakarta dari Partai Demokrat) “Bisa jadi suara yang tak digunakan akan kita rebut, apalagi jumlahnya mencapai 36 persen atau lebih kurang 2 juta suara.” (Ferrial Sofyan, Ketua DPRD DKI Jakarta dari Partai Demokrat) “Mereka mengiming-imingi para pemilih dengan uang untuk datang ke TPS dan memilih pasangan tertentu.” (Dasril Affandi, Sekretaris tim advokasi Foke-Nara)
M.Romahurmuziy menjelaskan sikap kubu PPP menanggapi kemenangan pasangan Jokowi-Ahok dan dukungan selanjutnya. (Jawa Pos, 13 Juli 2012, hlm. 11) Melani menaggapi menanggapi kemenangan pasangan Jokowi-Ahok berdasarkan penghitungan cepat. (Jawa Pos, 13 Juli 2012, hlm. 11)
Kolaboratif Ilokusi representatif (menjelaskan)
Netral
Diksi: akan lebih; ideologis
Kolaboratif Ilokusi representatif (menyimpulkan)
Netral
Diksi: merebut simpati
Agus Purnomo mengomentari kemenangan pasangan Jokowi-Ahok berdasarkan penghitungan cepat. (Jawa Pos, 13 Juli 2012, hlm. 11) Muhaimin Iskandar menyatakan dukungan penuh kepada Foke-Nara dalam menghadapi putaran kedua. (Jawa Pos, 13 Juli 2012, hlm. 11) Muhaimin Iskandar menerangkan strategi PKB untuk kemenangan Foke-Nara dalam putaran kedua. (Jawa Pos, 13 Juli 2012, hlm. 11) Jokowi menerangkan kesiapan strateginya menghadapi putaran kedua (Jawa Pos, 14 Juli 2012, hlm.1) Ferrial Sofyan menjelaskan strategi pasangan Foke-Nara menghadapi putaran kedua. (Jawa Pos, 14 Juli 2012, hlm.11)
Kolaboratif Ilokusi representatif (menginformasikan)
Netral
Diksi: dulu pernah Pronomina: saya; beliau
Konvivial Ilokusi komisif (menawarkan janji)
Santun
Diksi: all out Modalitas: akan Pronomina: saya
Kompetitif Ilokusi direktif (menyuruh)
Tidak santun
Diksi: datang, kumis Modalitas: tidak boleh,
Kolaboratif Ilokusi representatif (menyatakan) Kolaboratif Ilokusi representatif (menginformasikan)
Netral
Diksi: berhemat Modalitas: tidak ada; harus Diksi: perombakan Modalitas: harus
Ferrial Sofyan menjelaskan strategi pasangan Foke-Nara menghadapi putaran kedua. (Jawa Pos, 14 Juli 2012, hlm.11)
Kolaboratif Ilokusi representatif (menjelaskan)
Netral
Diksi: rebut Modalitas: bisa jadi; akan Pronomina: kita
Dasril Affandi mensinyalir adanya praktik politik uang oleh pasangan Jokowi-Ahok. (Jawa Pos, 15 Juli 2012)
Konfliktif Ilokusi ekspresif (menuduh)
Lebih tidak santun
Diksi: mengimingimingi
Netral
280
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI “Intinya ada motif terstruktur dan massif untuk memilih pasangan tertentu dengan menjanjikan sejumlah uang. Karena itu, kami berharap panwaslu segera menindaklanjuti.” (Dasril Affandi, Sekretaris tim advokasi Foke-Nara) “Kami punya bukti berupa foto dan dua saksi praktik dia.” (Yan Alisi Inrai, anggota tim sukses Foke-Nara) “Akan jadi bumerang bagi mereka yang melempar isu itu. Justru kami akan tambah populer.” (Basuki Cahaya Purnama)
Dasril Affandi mensinyalir adanya praktik politik uang oleh pasangan Jokowi-Ahok. (Jawa Pos, 15 Juli 2012)
Konfliktif Ilokusi ekspresif (menuduh)
Lebih tidak santun
Diksi: motif; massif
Yan Alisi Inrai menerangkanadanya praktik politik uang oleh pasangan JokowiAhok. (Jawa Pos, 15 Juli 2012) Basuki Cahaya Purnama menanggapi isu adanya praktik politik uang. (Jawa Pos, 15 Juli 2012)
Konfliktif Ilokusi ekspresif (menuduh) Kolaboratif Ilokusi representatif (menjelaskan)
Lebih tidak santun
Diksi: bukti Pronomina: kami
Netral
76
“PKS sedang mengkaji, menganalisis, dan opsinya apakah mendukung salah satu pasangan calon atau tidak mendukung sama sekali.” (Mahfudz Siddiq, Wasekjen PKS)
Mahfudz Siddiq menjelaskan kemungkinan PKS akan berkoalisi dengan salah satu pasangan. (Jawa Pos, 17 Juli 2012, hlm. 2)
Kolaboratif Ilokusi representatif (menginformasikan)
Netral
77
“Kami tidak menyiapkan strategi khusus. Karena pada intinya bagaimana membangun koalisi dengan rakyat.” (Boy Bernadi Sadikin, ketua tim Sukses Jokowi-Ahok) “Tidak ada cara lain untuk memenangkan Foke-Nara di putaran kedua nanti selain melakukan evaluasi terhadap tim sukses.” (Ahamd Husein Alayadrus, Ketua Bidang Kesejahteraan Rakyat DPD Partai Demokrat DKI Jakarta) “Pilgub DKI Jakarta telah membuktikan kepada kita bahwa beberapa lembaga survei ternama diduga memanipulasi hasil survei.” (Almuzammil Yusuf, Wakil Ketua Fraksi PKS) “Jika ini terus terjadi, lembaga survei sesungguhnya sedang menggali kuburnya sendiri. Jika sudah tidak dipercaya publik, lembaga survei tentu tidak akan dapat order lagi.” (Almuzammil Yusuf, Wakil Ketua Fraksi PKS) “Sudah kenal lama dengan Pak Jokowi. Saya
Boy Sadikin menjelaskan persiapan tim sukses menghadapi putara kedua pilgub DKI Jakarta (Jawa Pos, 18 Juli 2012, hlm. 11) Ahmad Husein Alayadrus menerangkan persiapan tim sukses menghadapi putara kedua pilgub DKI Jakarta (Jawa Pos, 18 Juli 2012, hlm. 11)
Kolaboratif Ilokusi representatif (menginformasikan)
Netral
Kolaboratif Ilokusi representatif (menyatakan)
Netral
Modalitas: akan Diksi: melempar Gaya bahasa metafora: bumerang Diksi: mengkaji Modalitas: sedang Gaya bahasa sinekdoke pars pro toto: PKS Diksi: strategi khusus; koalisi dengan rakyat Modalitas: tidak Modalitas: tidak ada Diksi: memenangkan
Almuzammil mengomentari hasil survei dari beberapa lembaga yang tidak sesuai dengan fakta pilgub DKI Jakarta (Jawa Pos, 18 Juli 2012, hlm. 11)
Konfliktif Ilokusi ekspresif (menuduh)
Lebih tidak santun
Diksi: diduga memanipulasi
Almuzammil mengomentari hasil survei dari beberapa lembaga yang tidak sesuai dengan fakta pilgub DKI Jakarta (Jawa Pos, 18 Juli 2012, hlm. 11)
Konfliktif Ilokusi ekspresif (mengecam)
Lebih tidak santun
Gaya bahasa ironi: menggali kuburnya sendiri.
Adhyaksa Dault menyatakan simpati atas
Kolaboratif
Netral
Diksi: kenal lama
73
74
75
78
79
80
81
281
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
82
83
84
85
86
87
88
89
datang ini sebagai sahabat untuk memberikan ucapan selamat karena beliau lolos putaran kedua. Tidak ada hal khusus.” (Adhyaksa Dault, ketua tim sukses Hendardji-Riza) “Wah kalau sahabat, nggak usah disampaikan, sudah ngerti.” (Adhyaksa Dault, ketua tim sukses Hendardji-Riza) “Beliau-beliau ini tokoh besar. Ada yang dukung, alhamdulillah. Didukung beliau, alhamdulillah.” (Jokowi) “Adu visi, adu program dan solusi. Bukan black campaign, apalagi SARA. Sudah nggak mempan itu. Warga sudah rasional.” (Jokowi) “Cuma lihat-lihat. Sudah lama saya gak ke Klewer.” (Sri Hartati, isteri Fauzi Bowo) “Saya sukanya warna yang alami. Gak pakai bahan kimia. Bapak juga suka sekali batik. Sukanya warna yang berani. Kalau saya, suka model klasik warna cokelat. Hampir setiap hari saya pakai batik.” (Sri Hartati, isteri Fauzi Bowo) “Kalau diundang, ya mau.” (Sri Hartati, isteri Fauzi Bowo) “Saya malah gak tahu kalau Ibu Tatik di sini. Beliau kan senior saya. Lebih sepuh daripada saya. Pak Fauzi juga. Jadi harus dihormati. Semua harus dihormati.” (Jokowi) “Pada putaran kedua, kami berharap agar warga tidak golput.” (Anas Makruf, anggota tim sukses Foke-Nara)
kemenangan Jokowi pada putaran pertama. (Jawa Pos, 19 Juli 2012, hlm. 1)
Ilokusi representatif (menginformasikan)
Modalitas: sudah
Adhyaksa Dault menyatakan simpati atas kemenangan Jokowi pada putaran pertama. (Jawa Pos, 19 Juli 2012, hlm. 1) Jokowi menanggapi simpati dari tim sukses pasangan lain atas kemenangannya pada putaran pertama. (Jawa Pos, 19 Juli 2012, hlm. 11) Jokowi berkomentar atas pilgub pada putaran kedua. (Jawa Pos, 19 Juli 2012, hlm. 11)
Kolaboratif Ilokusi representatif (menginformasikan) Konvivial Ilokusi ekspresif (mengucapkan terima kasih) Kolaboratif Ilokusi representatif (menyatakan)
Netral
Netral
Diksi: warga; rasional Modalitas: sudah
Megawati mengomentari DPT yang masih menjadi masalah serius dan banyak warga yang belum terdata dengan baik. (Jawa Pos, 10 Juli 2012, hlm. 11) Megawati mengomentari DPT yang masih menjadi masalah serius dan banyak warga yang belum terdata dengan baik. (Jawa Pos, 10 Juli 2012, hlm. 11)
Kolaboratif Ilokusi representatif (menginformasikan)
Netral
Diksi: lihat-lihat Modalitas: cuma; sudah
Kolaboratif Ilokusi representatif (menginformasikan)
Netral
Diksi: suka Gaya bahasa hiperbola: hampir setiap hari Pronomina: Bapak
Megawati mengomentari DPT yang masih menjadi masalah serius dan banyak warga yang belum terdata dengan baik. (Jawa Pos, 10 Juli 2012, hlm. 11) Megawati mengomentari DPT yang masih menjadi masalah serius dan banyak warga yang belum terdata dengan baik. (Jawa Pos, 10 Juli 2012, hlm. 11)
Konvivial Ilokusi ekspresif (mengucapkan terima kasih) Kolaboratif Ilokusi representatif (menginformasikan)
Santun
Diksi: ya mau
Netral
Diksi: Ibu Tatik; senior Modalitas: gak Pronomina: beliau
Anas Makruf memberi keterangan tentang target pencapaian suara pendukung FokeNara pada putaran kedua. (Jawa Pos, 20 Juli 2012)
Konvivial Ilokusi ekspresif (mengajak)
Santun
Pronomina: kami Diksi: berharap
Santun
Diksi: sahabat Modalitas: nggak. sudah Diksi: alhamdulillah
282
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
LAMPIRAN 2: KARTU ANALISIS DATA TINDAK TUTUR
283
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
284
LAMPIRAN 2: KARTU DATA ANALISIS TINDAK TUTUR Keterangan Kode: Jenis Tindak Tutur
Tingkat Kesantunan Tuturan s n ts lts
(a) : Jenis Konvivial (b): Jenis Kolaboratif (c) : Jenis Kompetitif (d): Jenis Konfliktif
: Tingkat Santun : Tingkat Netral : Tingkat Tidak Santun : Tingkat Lebih Tidak Santun
Penanda Lingual Kesantunan (A) (B) (C) (D)
: Penanda Diksi : Penanda Gaya Bahasa : Penanda Pronomina : Penanda Modalitas
Kartu Data Analisis Tindak Tutur Berita Kompas Bulan Juni No Kode Data
Jenis Tindak Tutur (a)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29
I/1.1.(c).(A) I/1.2.(d).(D) I/1.3.(d).(D) I/1.4.(c).(A) I/1.5.(c).(A) I/1.6.(b).(A) I/1.7.(b).(A) I/1.8.(c).(D) I/1.9.(c).(A) I/1.10.(b).(D) I/1.11.(c).(A) I/1.12.(b).(D) I/1.13.(b).(D) I/1.14.(c).(D) I/1.15.(c).(A) I/1.16.(c).(D) I/1.17.(d).(D) I/1.18.(b).(B) I/1.19.(b).(D) I/1.20.(b).(D) I/1.21.(b).(D) I/1.22.(b).(D) I/1.23.(b).(D) I/1.24.(b).(C) I/1.25.(b).(C) I/1.26.(a).(A) I/1.27.(b).(A) I/1.28.(c).(A) I/1.29.(a).(C)
(b)
(c) √
(d) √ √
√ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
Tingkat Kesantunan s n ts lts √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
Penanda Lingual Kesantunan (A) (B) (C) (D) √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
30 I/1.30.(a).(B) 31 I/1.31.(c).(D) 32 I/1.32.(b).(B) 33 I/1.33.(b).(C) 34 I/1.34.(a).(A) 35 I/1.35.(b).(A) 36 I/1.36.(a).(D) 37 I/1.37.(b).(A) 38 I/1.38.(a).(D) 39 I/1.39.(c).(D) 40 I/1.40.(a).(A) 41 I/1.41.(b).(D) 42 I/1.42.(c).(A) 43 I/1.43.(c).(D) 44 I/1.44.(c).(B) 45 I/1.45.(a).(A) 46 I/1.46.(c).(A) 47 I/1.47.(b).(A) 48 I/1.48.(a).(D) 49 I/1.49.(c).(D) 50 I/1.50.(a).(D) Bulan Juli No Kode Data
√
I/2.1.(b).(B) I/2.2.(b).(A) I/2.3.(b).(A) I/2.4.(c).(B) I/2.5.(c).(A) I/2.6.(c).(A) I/2.7.(c).(A) I/2.8.(c).(A) I/2.9.(c).(A) I/2.10.(c).(D) I/2.11.(c).(D) I/2.12.(b).(A) I/2.13.(b).(A) I/2.14.(a).(A) I/2.15.(b).(B) I/2.16.(b).(B) I/2.17.(b).(A) I/2.18.(b).(D) I/2.19.(a).(A) I/2.20.(b).(A) I/2.21.(b).(C) I/2.22.(b).(A) I/2.23.(c).(D) I/2.24.(b).(A)
√
√ √
√
√ √
√ √
√
√ √
√ √
√
√
√ √
√
√
√ √
√
√
√
√ √
√ √ √ √
√ √ √
√
√ √
√
√
√
√
√ √
√
√
√
Jenis Tindak Tutur
Tingkat Kesantunan s n ts lts √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
(b) √ √ √
(c)
√ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
√ √
√
√
(d)
√
√
√
(a) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
√ √
285
√ √ √ √ √ √ √ √ √
√ √ √
√ √ √
Penanda Lingual Kesantunan (A) (B) (C) (D) √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
25 I/2.25.(b).(A) 26 I/2.26.(c).(A) 27 I/2.27.(a).(A) 28 I/2.28.(a).(A) 29 I/2.29.(b).(D) 30 I/2.30.(b).(C) 31 I/2.31.(c).(A) 32 I/2.32.(d).(A) 33 I/2.33.(b).(A) 34 I/2.34.(c).(A) 35 I/2.35.(a).(A) 36 I/2.36.(c).(D) 37 I/2.37.(b).(A) 38 I/2.38.(b).(A) 39 I/2.39.(b).(D) 40 I/2.40.(b).(D) 41 I/2.41.(a).(C) 42 I/2.42.(b).(A) 43 I/2.43.(b).(D) 44 I/2.44.(b).(A) 45 I/2.45.(b).(D) 46 I/2.46.(c).(D) 47 I/2.47.(b).(A) 48 I/2.48.(b).(C) 49 I/2.49.(b).(B) 50 I/2.50.(b).(A) 51 I/2.51.(b).(B) 52 I/2.52.(b).(A) 53 I/2.53.(b).(C) 54 I/2.54.(b).(D) 55 I/2.55.(b).(A) 56 I/2.56.(d).(D) 57 I/2.57.(b).(A) 58 I/2.58.(b).(C) 59 I/2.59.(b).(A) 60 I/2.60.(c).(A) 61 I/2.61.(b).(C) 62 I/2.62.(a).(A) 63 I/2.63.(a).(D) 64 I/2.64.(b).(B) 65 I/2.65.(a).(B) Bulan Agustus No Kode Data
√
I/3.1.(b).(C) I/3.2.(b).(B) I/3.3.(b).(C) I/3.4.(b).(A)
√ √ √ √
√
√ √
√ √ √ √
√ √ √
√ √ √
√
√
√
√ √
√
√
√ √
√
√ √ √ √
√
√ √
√ √ √ √
√ √ √ √ √ √ √
√ √ √
√
√ √
√
√ √ √ √ √ √ √ √ √
√ √ √ √ √ √ √ √ √
√ √
√ √
(c)
(d)
√ √ √
√ √
√ √
Jenis Tindak Tutur
√ √
√
√
√ √
√
√
√
√ √
√
√
√
√
√ √ √
√
√ √ √
√
√ √
√
√ √ √ √
(b) √ √ √ √
√ √ √ √ √
√
√ √ √ √
(a) 1 2 3 4
√ √
286
Tingkat Kesantunan s n ts lts √ √ √ √
√ √ √ √
√
√ √ √ √
√
√ √
Penanda Lingual Kesantunan (A) (B) (C) (D) √ √ √ √ √ √ √
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
5 6 7 8 9 10
I/3.5.(b).(C) I/3.6.(c).(A) I/3.7.(b).(A) I/3.8.(a).(A) I/3.9.(a).(D) I/3.10.(b).(C)
√
√ √ √ √ √
√
√ √
√ √ √
287
√ √ √ √
√
√
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Kartu Data Analisis Tindak Tutur Berita Koran Tempo Bulan Juni No Kode Data
1 II/1.1.(c).(B) 2 II/1.2.(b).(C) 3 II/1.3.(c).(A) 4 II/1.4.(c).(A) 5 II/1.5.(b).(A) 6 II/1.6.(d).(A) 7 II/1.7.(b).(D) 8 II/1.8.(c).(A) 9 II/1.9.(c).(A) 10 II/1.10.(c).(C) 11 II/1.11.(b).(A) 12 II/1.12.(b).(A) 13 II/1.13.(b).(C) 14 II/1.14.(c).(A) 15 II/1.15.(b).(D) Bulan Juli No Kode Data
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
II/2.1.(c).(A) II/2.2.(b).(A) II/2.3.(b).(D) II/2.4.(b).(C) II/2.5.(a).(D) II/2.6.(b).(A) II/2.7.(b).(C) II/2.8.(c).(A) II/2.9.(b).(A) II/2.10.(b).(D) II/2.11.(c).(A) II/2.12.(a).(A) II/2.13.(b).(A) II/2.14.(b).(A) II/2.15.(b).(D) II/2.16.(c).(B) II/2.17.(b).(A) II/2.18.(c).(A) II/2.19.(b).(A) II/2.20.(b).(C) II/2.21.(b).(A) II/2.22.(b).(A) II/2.23.(a).(A) II/2.24.(b).(A)
Jenis Tindak Tutur (a) (b) (c) √ √ √ √ √
(d)
√ √ √ √ √ √ √ √ √ √ Jenis Tindak Tutur (a) (b) (c) √ √ √ √ √ √ √
(d)
√ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
Tingkat Kesantunan s n ts lts √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
Penanda Lingual Kesantuna (A) (B) (C) (D) √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
Tingkat Kesantunan s n ts lts √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
Penanda Lingual Kesantunan (A) (B) (C) (D) √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
288
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73
II/2.25.(b).(C) II/2.26.(b).(A) II/2.27.(c).(D) II/2.28.(b).(A) II/2.29.(b).(B) II/2.30.(b).(B) II/2.31.(b).(D) II/2.32.(b).(A) II/2.33.(b).(A) II/2.34.(b).(D) II/2.35.(b).(D) II/2.36.(b).(A) II/2.37.(b).(D) II/2.38.(a).(A) II/2.39.(a).(C) II/2.40.(b).(A) II/2.41.(a).(A) II/2.42.(a).(D) II/2.43.(a).(A) II/2.44.(b).(A) II/2.45.(a).(D) II/2.46.(c).(B) II/2.47.(c).(D) II/2.48.(b).(A) II/2.49.(b).(D) II/2.50.(b).(D) II/2.51.(b).(C) II/2.52.(b).(A) II/2.53.(b).(C) II/2.54.(b).(A) II/2.55.(b).(A) II/2.56.(b).(D) II/2.57.(b).(A) II/2.58.(b).(D) II/2.59.(a).(B) II/2.60.(b).(C) II/2.61.(b).(A) II/2.62.(b).(D) II/2.63.(b).(A) II/2.64.(a).(D) II/2.65.(b).(A) II/2.66.(b).(A) II/2.67.(b).(D) II/2.68.(d).(A) II/2.69.(a).(B) II/2.70.(b).(A) II/2.71.(b).(D) II/2.72.(c).(A) II/2.73.(c).(D)
√ √
√ √ √
√ √
√ √
√
√
√ √
√
√ √ √ √ √ √ √ √
√ √ √ √ √ √ √ √
√ √
√ √ √ √
√
√
√ √ √ √ √
√ √ √ √ √ √ √ √ √ √
√
√ √ √
√ √ √
√ √
√ √ √
√ √ √
√ √ √ √ √
√ √ √
√ √
√ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
√
√ √ √ √ √
√ √ √ √ √
√
√ √
√ √ √ √
√ √ √ √ √
√ √ √
√
√ √
√ √
√ √ √ √
√ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
√
√ √ √
√
√
√
√ √ √ √
√
√
√ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
√ √ √ √
√ √ √ √ √ √
√ √
√
√ √
√ √
√ √
289
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
74 II/2.74.(b).(A) 75 II/2.75.(b).(D) 76 II/2.76.(c).(A) 77 II/2.77.(a).(A) 78 II/2.78.(b).(A) 79 II/2.79.(b).(D) 80 II/2.80.(b).(D) 81 II/2.81.(b).(A) 82 II/2.82.(b).(C) 83 II/2.83.(b).(A) 84 II/2.84.(a).(A) 85 II/2.85.(b).(C) 86 II/2.86.(a).(A) 87 II/2.87.(b).(D) Bulan Agustus No Kode Data
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
II/3.1.(b).(D) II/3.2.(b).(D) II/3.3.(b).(D) II/3.4.(a).(A) II/3.5.(d).(A) II/3.6.(b).(A) II/3.7.(b).(D) II/3.8.(c).(D) II/3.9.(c).(D) II/3.10.(b).(D) II/3.11.(b).(D) II/3.12.(d).(A) II/3.13.(b).(A) II/3.14.(b).(A) II/3.15.(b).(D) II/3.16.(b).(B) II/3.17.(b).(D) II/3.18.(c).(A) II/3.19.(d).(A) II/3.20.(d).(D) II/3.21.(d).(A) II/3.22.(a).(A) II/3.23.(b).(D) II/3.24.(b).(A) II/3.25.(b).(A)
√ √
√ √ √
√ √ √
√
√ √ √ √ √ √ √
√ √ √ √ √ √
√
√ √
√
√
√ √
√
Jenis Tindak Tutur (a) (b) (c) √ √ √ √
(d)
√ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
Tingkat Kesantunan s n ts lts √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
√ √ √
√ √ √
√ √ √ √ √ √
√ √
√
√ √
Penanda Lingual Kesantunan (A) (B) (C) (D) √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
290
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
291
Kartu Data Analisis Tindak Tutur Berita Republika Bulan Juni No Kode Data
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43
III/1.1.(d).(A) III/1.2.(d).(C) III/1.3.(c).(A) III/1.4.(c).(A) III/1.5.(b).(B) III/1.6.(b).(C) III/1.7.(a).(D) III/1.8.(b).(B) III/1.9.(c).(B) III/1.10.(d).(A) III/1.11.(c).(A) III/1.12.(c).(D) III/1.13.(c).(A) III/1.14.(a).(A) III/1.15.(d).(A) III/1.16.(c).(D) III/1.17.(a).(A) III/1.18.(b).(A) III/1.19.(a).(A) III/1.20.(c).(A) III/1.21.(d).(B) III/1.22.(b).(A) III/1.23.(b).(A) III/1.24.(b).(B) III/1.25.(d).(A) III/1.26.(c).(B) III/1.27.(a).(C) III/1.28.(c).(D) III/1.29.(c).(A) III/1.30.(b).(D) III/1.31.(c).(B) III/1.32.(b).(D) III/1.33.(b).(B) III/1.34.(b).(D) III/1.35.(c).(C) III/1.36.(c).(D) III/1.37.(a).(A) III/1.38.(a).(D) III/1.39.(b).(A) III/1.40.(c).(A) III/1.41.(b).(A) III/1.42.(c).(A) III/1.43.(a).(A)
Jenis Tindak Tutur
Tingkat Kesantunan
(a)
s
(b)
(c)
(d) √ √
n
√ √
ts √ √
√ √
√ √
√
√ √
√ √
√
√ √ √
√ √ √
√
√
√
√ √
√
√
√
√ √
√ √ √
√ √ √ √ √ √ √ √
√ √
√ √
√ √
√
√ √ √
√ √
√
√
√ √
√ √ √
√ √
√
√ √
√
√
√ √
√
√
√
√ √
√ √
√
√ √
√ √ √
√
√ √ √ √ √ √ √ √
√ √
√
√ √
√
√ √
√
√
√ √ √
√
√
√ √
√
√
√ √ √
√
√
√
√ √ √
√ √
(D) √ √
√ √
√
√
lts √ √
Penanda Lingual Kesantunan (A) (B) (C) √ √ √ √ √ √ √ √
√ √ √ √ √
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74
III/1.44.(c).(D) III/1.45.(c).(D) III/1.46.(v).(A) III/1.47.(c).(A) III/1.48.(c).(A) III/1.49.(b).(D) III/1.50.(c).(A) III/1.51.(c).(D) III/1.52.(c).(D) III/1.53.(a).(A) III/1.54.(d).(A) III/1.55.(c).(B) III/1.56.(c).(D) III/1.57.(c).(D) III/1.58.(c).(A) III/1.59.(c).(D) III/1.60.(a).(A) III/1.61.(c).(D) III/1.62.(c).(D) III/1.63.(a).(D) III/1.64.(a).(B) III/1.65.(b).(A) III/1.66.(a).(D) III/1.67.(a).(B) III/1.68.(b).(C) III/1.69.(b).(A) III/1.70.(b).(B) III/1.71.(b).(D) III/1.72.(a).(A) III/1.73.(b).(A) III/1.74.(b).(D)
No
Bulan Juli Kode Data
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
III/2.1.(c).(A) III/2.2.(b).(A) III/2.3.(a).(A) III/2.4.(a).(D) III/2.5.(b).(B) III/2.6.(a).(D) III/2.7.(c).(B) III/2.8.(c).(D) III/2.9.(c).(A) III/2.10.(c).(C) III/2.11.(c).(A) III/2.12.(c).(A) III/2.13.(c).(A) III/2.14.(d).(A)
√ √ √ √ √
√ √ √ √ √
√
√ √ √
√
√
√ √ √ √ √
√ √ √ √ √
√
√ √ √ √
√ √ √ √ √
√
√ √
√ √
√ √
√ √ √
√ √
√ √ √ √
√ √ √ √ √ √
√ √ √ √
√
√ √ √ √ √
√ √
Jenis Tindak Tutur (d)
√
Tingkat Kesantunan s
n
√ √
ts √
lts
√
√ √
√ √ √
√
√
√ √
√
√ √ √
√ √ √
√ √
(c)
√
√
√
(b)
√
√ √
√ √
√ √
√ √ √ √ √
√ √ √ √
(a)
√
Penanda Lingual Kesantunan (A) (B) (C) √ √ √ √ √
√
√
√ √ √ √ √ √ √ √
√ √ √ √ √ √ √ √
292
(D)
√ √ √
√ √ √
√ √
√
√ √ √ √
√
√ √ √ √ √
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63
III/2.15.(d).(A) III/2.16.(c).(D) III/2.17.(c).(B) III/2.18.(a).(C) III/2.19.(a).(A) III/2.20.(a).(D) III/2.21.(a).(A) III/2.22.(a).(B) III/2.23.(b).(B) III/2.24.(b).(A) III/2.25.(c).(B) III/2.26.(c).(C) III/2.27.(a).(C) III/2.28.(a).(A) III/2.29.(d).(B) III/2.30.(b).(D) III/2.31.(a).(D) III/2.32.(a).(A) III/2.33.(b).(A) III/2.34.(b).(A) III/2.35.(a).(A) III/2.36.(b).(C) III/2.37.(b).(A) III/2.38.(c).(D) III/2.39.(d).(A) III/2.40.(c).(A) III/2.41.(b).(D) III/2.42.(d).(A) III/2.43.(d).(A) III/2.44.(a).(A) III/2.45.(b).(D) III/2.46.(a).(A) III/2.47.(b).(A) III/2.48.(a).(D) III/2.49.(b).(D) III/2.50.(c).(C) III/2.51.(c).(A) III/2.52.(a).(A) III/2.53.(a).(A) III/2.54.(b).(B) III/2.55.(b).(A) III/2.56.(b).(D) III/2.57.(b).(A) III/2.58.(b).(D) III/2.59.(b).(A) III/2.60.(b).(D) III/2.61.(b).(A) III/2.62.(b).(C) III/2.63.(b).(A)
√
√
√ √
√ √
√ √ √ √ √
√ √ √ √ √ √ √
√
√ √ √ √ √ √ √ √
√ √ √ √ √
√
√ √ √ √ √
√ √ √
√ √
√
√
√
√
√ √ √
√
√ √
√ √ √ √
√
√ √ √
√
√
√ √
√ √ √ √ √ √ √
√ √ √
√ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
√ √ √
√ √
√ √
√ √
√
√ √ √
√ √ √ √ √ √ √ √ √ √
√
√ √ √ √
√ √
√
√
√
√ √
√ √
√ √
√
√ √
√ √
√ √
√
√ √
√
√ √
√ √
√ √ √
293
√ √ √ √ √
√
√
√ √
√ √ √
√ √
√
√ √ √ √ √ √ √ √
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
III/2.64.(b).(A) 64 III/2.65.(b).(A) 65 III/2.66.(b).(B) 66 III/2.67.(b).(A) 67 III/2.68.(b).(A) 68 III/2.69.().(A) 69 III/2.70.(b).(D) 70 III/2.71.(b).(D) 71 III/2.72.(b).(D) 72 III/2.73.(b).(A) 73 Bulan Agustus No Kode
√ √ √ √ √ √ √
III/3.1.(c).(A) III/3.2.(c).(A) III/3.3.(b).(D) III/3.4.(b).(A) III/3.5.(b).(A) III/3.6.(b).(A) III/3.7.(b).(D) III/3.8.(b).(D) III/3.9.(d).(A) III/3.10.(b).(A) III/3.11.(b).(A) III/3.12.(b).(C) III/3.13.(b).(A) III/3.14.(b).(A) III/3.15.(b).(D) III/3.16.(c).(D) III/3.17.(b).(B) III/3.18.(d).(A) III/3.19.(d).(A) III/3.20.(d).(A) III/3.21.(b).(A) III/3.22.(b).(D) III/3.23.(a).(A) III/3.24.(a).(A) III/3.25.(a).(A) III/3.26.(b).(D) III/3.27.(b).(D) III/3.28.(b).(A) III/3.29.(b).(A) III/3.30.(c).(D) III/3.31.(b).(B) III/3.32.(b).(B) III/3.33.(a).(D) III/3.34.(b).(D) III/3.35.(c).(D)
√ √ √ √ √ √
√ √ √
√
√ √ √ √ √
Jenis Tindak Tutur (a)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35
√ √ √ √ √
(b)
(c)
(d)
√ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
Tingkat Kesantunan Tuturan s n ts lts √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
294
√ √ √
√
√ √ √
√ Penanda Lingual Kesantunan (A) (B) (C) √ √ √ √ √
√ √ √ √ √ √
(D) √ √ √
√ √ √
√ √ √
√
√ √ √ √
√ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
√ √ √ √
√ √ √ √
√ √ √ √
√ √ √
√ √ √ √
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Kartu Data Analisis Tindak Tutur Berita Media Indonesia Bulan Juni No Kode Data
Jenis Tindak Tutur (a)
1 IV/1.1.(b).(C) 2 IV/1.2.(d).(D) 3 IV/1.3.(b).(D) 4 IV/1.4.(b).(D) 5 IV/1.5.(b).(A) 6 IV/1.6.(b).(B) 7 IV/1.7.(b).(B) 8 IV/1.8.(d).(B) 9 IV/1.9.(c).(D) 10 IV/1.10.(b).(A) 11 IV/1.11.(c).(D) 12 IV/1.12.(a).(A) 13 IV/1.13.(b).(A) 14 IV/1.14.(b).(A) 15 IV/1.15.(c).(D) 16 IV/1.16.(b).(A) 17 IV/1.17.(c).(D) 18 IV/1.18.(a).(B) 19 IV/1.19.(b).(B) 20 IV/1.20.(c).(D) 21 IV/1.21.(c).(D) 22 IV/1.22.(d).(A) 23 IV/1.23.(d).(A) 24 IV/1.24.(a).(A) 25 IV/1.25.(a).(A) 26 IV/1.26.(a).(A) 27 IV/1.27.(a).(A) 28 IV/1.28.(b).(B) 29 IV/1.29.(a).(A) 30 IV/1.30.(b).(B) 31 IV/1.31.(a).(A) 32 IV/1.32.(a).(A) 33 IV/1.33.(c).(A) 34 IV/1.34.(b).(A) 35 IV/1.35.(d).(B) 36 IV/1.36.(d).(A) Bulan Juli No Kode Data
1 2 3
IV/2.1.(a).(A) IV/2.2.(a).(A) IV/2.3.(b).(A)
(b) √
(c)
(d)
Tingkat Kesantunan s n ts √
√
√
√ √ √ √ √
√ √ √ √ √ √
√
√
√
√
√ √
√
√
√ √ √
√ √ √
√
√
√ √
√
√
√ √
√ √ √
√ √ √ √
√
√ √ √
√ √
√ √ √
√
√
√
√
√ √
√
√ √
√ √ √
√
√
√ √ √
Jenis Tindak Tutur (a) √ √
lts
(b) √
(c)
(d)
√ √ Tingkat Kesantunan s n ts √ √ √
lts
Penanda Lingual Kesantunan (A) (B) (C) (D) √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ Penanda Lingual Kesantunan (A) (B) (C) (D) √ √ √ √
295
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52
IV/2.4.(a).(A) IV/2.5.(a).(A) IV/2.6.(b).(A) IV/2.7.(c).(B) IV/2.8.(b).(A) IV/2.9.(b).(A) IV/2.10.(b).(A) IV/2.11.(b).(A) IV/2.12.(c).(B) IV/2.13.(b).(A) IV/2.14.(c).(D) IV/2.15.(b).(A) IV/2.16.(d).(A) IV/2.17.(a).(D) IV/2.18.(c).(D) IV/2.19.(b).(D) IV/2.20.(a).(D) IV/2.21.(c).(D) IV/2.22.(c).(D) IV/2.23.(c).(A) IV/2.24.(d).(A) IV/2.25.(c).(A) IV/2.26.(c).(D) IV/2.27.(c).(A) IV/2.28.(a).(A) IV/2.29.(a).(A) IV/2.30.(a).(A) IV/2.31.(a).(A) IV/2.32.(d).(A) IV/2.33.(b).(D) IV/2.34.(a).(A) IV/2.35.(b).(D) IV/2.36.(c).(A) IV/2.37.(c).(D) IV/2.38.(c).(A) IV/2.39.(b).(D) IV/2.40.(b).(A) IV/2.41.(b).(A) IV/2.42.(d).(B) IV/2.43.(c).(C) IV/2.44.(b).(A) IV/2.45.(b).(B) IV/2.46.(b).(B) IV/2.47.(b).(A) IV/2.48.(b).(D) IV/2.49.(c).(A) IV/2.50.(b).(B) IV/2.51.(a).(D) IV/2.52.(b).(A)
√ √
√ √ √
√ √ √
√ √
√
√ √ √
√
√ √ √
√
√ √
√
√
√ √
√
√
√ √
√
√
√ √ √ √ √ √ √ √ √
√ √ √ √
√ √
√ √ √ √ √ √
√
√
√
√
√ √ √ √
√ √ √ √
√
√ √ √
√ √ √
√ √ √ √
√ √ √ √ √
√
√
√
√
√ √
√
√
√
√ √ √
√ √ √
√
√ √
√ √ √ √ √
√ √ √ √ √ √
√ √ √ √
√ √
√ √ √
√ √
√
√
√ √
√
√ √
√
√
√ √
√ √
√
√
√ √ √ √
√ √ √
√
√ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
√ √ √ √
√ √
√
√ √
√
296
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
53 IV/2.53.(c).(A) 54 IV/2.54.(c).(A) 55 IV/2.55.(b).(B) 56 IV/2.56.(b).(C) 57 IV/2.57.(b).(B) 58 IV/2.58.(a).(A) 59 IV/2.59.(b).(B) 60 IV/2.60.(b).(C) 61 IV/2.61.(b).(A) 62 IV/2.62.(a).(D) 63 IV/2.63.(b).(A) 64 IV/2.64.(b).(B) 65 IV/2.65.(b).(A) 66 IV/2.66.(c).(A) 67 IV/2.67.(b).(D) 68 IV/2.68.(a).(A) 69 IV/2.69.(a).(A) 70 IV/2.70.(b).(A) Bulan Agustus No Kode Data
√ √ √ √ √
IV/3.1.(b).(B) IV/3.2.(a).(A) IV/3.3.(b).(A) IV/3.4.(b).(A) IV/3.5.(c).(A) IV/3.6.(b).(A) IV/3.7.(b).(A) IV/3.8.(b).(A) IV/3.9.(a).(A) IV/3.10.(c).(D) IV/3.11.(b).(A) IV/3.12.(b).(A) IV/3.13.(d).(B) IV/3.14.(d).(A) IV/3.15.(c).(D) IV/3.16.(a).(A) IV/3.17.(a).(A) IV/3.18.(a).(D) IV/3.19.(c).(A) IV/3.20.(d).(A) IV/3.21.(b).(C) IV/3.22.(c).(D) IV/3.23.(b).(A) IV/3.24.(b).(B) IV/3.25.(c).(D) IV/3.26.(a).(A) IV/3.27.(a).(A)
√ √ √
√ √ √
√ √ √ √
√ √ √ √
√
√ √
√
√ √
√
√ √ √
(b) √
√ √ √
√
Jenis Tindak Tutur (c)
(d)
√ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
Tingkat Kesantunan s n ts √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
√ √
lts
√ √
√
√
√ √ √
√ √ √ √
√ √
√
√
√ √
√
√ √
√ √ √
√ √ √
√
√ √
√
√
√
√ √ √ √
√
√ √
√
√ √ √ √
√ √
√ √ √
√ √ √
√
(a) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27
√ √
Penanda Lingual Kesantunan (A) (B) (C) (D) √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
297
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
28 29 30 31 32 33
IV/3.28.(a).(A) IV/3.29.(c).(B) IV/3.30.(b).(A) IV/3.31.(a).(A) IV/3.32.(b).(B) IV/3.33.(a).(A)
√
√ √
√
√ √
√ √
√ √
√ √ √ √
√ √
√
√ √
√
298
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Kartu Data Analisis Tindak Tutur Berita Jawa Pos Bulan Juli No
Kode Data
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42
V/2.1.(b).(D) V/2.2.(b).(D) V/2.3.(b).(C) V/2.4.(a).(A) V/2.5.(c).(A) V/2.6.(c).(A) V/2.7.(c).(D) V/2.8.(c).(B) V/2.9.(c).(A) V/2.10.(c).(A) V/2.11.(c).(A) V/2.12.(b).(C) V/2.13.(b).(C) V/2.14.(b).(A) V/2.15.(b).(D) V/2.16.(c).(B) V/2.17.(b).(A) V/2.18.(a).(A) V/2.19.(b).(D) V/2.20.(b).(A) V/2.21.(b).(A) V/2.22.(c).(D) V/2.23.(b).(D) V/2.24.(b).(A) V/2.25.(c).(D) V/2.26.(b).(A) V/2.27.(b).(D) V/2.28.(a).(D) V/2.29.(b).(D) V/2.30.(b).(A) V/2.31.(a).(A) V/2.32.(a).(D) V/2.33.(b).(A) V/2.34.(a).(A) V/2.35.(a).(A) V/2.36.(a).(D) V/2.37.(a).(A) V/2.38.(a).(B) V/2.39.(b).(D) V/2.40.(a).(A) V/2.41.(b).(D) V/2.42.(b).(A)
Jenis Tindak Tutur (a)
(b) √ √ √
(c)
√ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
(d)
Tingkat Kesantunan s n ts lts √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
Penanda Lingual Kesantunan (A) (B) (C) (D) √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
299
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 87 88 89
V/2.43.(a).(A) V/2.44.(b).(B) V/2.45.(c).(D) V/2.46.(c).(D) V/2.47.(b).(D) V/2.48.(c).(B) V/2.49.(b).(A) V/2.50.(b).(A) V/2.51.(b).(A) V/2.52.(b).(D) V/2.53.(b).(C) V/2.54.(a).(A) V/2.55.(b).(A) V/2.56.(b).(B) V/2.57.(b).(D) V/2.58.(c).(D) V/2.59.(b).(B) V/2.60.(b).(D) V/2.61.(c).(A) V/2.62.(b).(C) V/2.63.(b).(B) V/2.64.(b).(A) V/2.65.(b).(A) V/2.66.(b).(C) V/2.67.(a).(A) V/2.68.(c).(D) V/2.69.(b).(D) V/2.70.(b).(A) V/2.71.(b).(A) V/2.72.(d).(A) V/2.73.(d).(A) V/2.74.(b).(A) V/2.75.(b).(B) V/2.76.(b).(D) V/2.77.(b).(D) V/2.78.(b).(D) V/2.79.(d).(A) V/2.80.(d).(B) V/2.81.(b).(D) V/2.82.(b).(A) V/2.83.(b).(A) V/2.84.(b).(A) V/2.85.(b).(A) V/2.86.(b).(C) V/2.87.(a).(A) V/2.88.(b).(C) V/2.89.(a).(A)
√
√ √
√ √
√ √ √
√
√ √ √ √ √
√ √ √ √
√ √ √ √ √
√
√
√ √ √ √
√ √
√ √ √
√
√ √ √ √ √ √ √
√ √
√ √
√ √
√ √ √
√ √ √ √
√ √ √ √
√
√ √ √ √ √ √ √ √ √
√
√ √ √ √ √ √
√ √ √
√ √ √ √
√ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
√ √
√ √
√ √
√ √ √ √
√
√ √
√ √ √ √ √ √
√
√
√ √ √ √
√ √
√ √
√ √ √ √ √
√
√
√ √
√ √ √ √ √
√
√ √
√ √
√
√ √ √
√ √ √ √
√
√ √ √ √ √
√
√ √
√
√ √ √
√
√ √ √ √ √ √
√ √ √
√
300
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BIOGRAFI PENULIS
Eduardus Sateng Tanis lahir di Pagal, ManggaraiFlores, 13 Oktober 1978. Pendidikan dasar ditempuh di SDI Werang dan SDN Labuan Bajo I, Manggarai Barat tahun 1985–1991.
Pada
tahun
1991–1997
ia
melanjutkan
pendidikan menengah di SMP dan SMA Seminari Pius XII Kisol, Manggarai Timur. Ia menempuh pendidikan sebagai calon imam (Seminari Tinggi) di Sekolah Tinggi Filsafat Katolik Ledalero dan meraih gelar Sarjana Filsafat Agama Katolik tahun 2002. Selanjutnya, pada tahun 2004–2006 ia menempuh pendidikan teologi. Setelah ditahbiskan menjadi Imam Diosesan untuk Keuskupan Ruteng, Manggarai, Flores, ia bekerja sebagai pendidik dan pembina bagi seminaris (calon imam) di Seminari Pius XII Kisol, Manggarai Timur, Flores, Nusa Tenggara Timur. Pada tahun 2009, tercatat sebagai mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Masa pendidikan di Universitas Sanata Dharma diakhiri dengan menulis skripsi sebagai tugas akhir dengan judul Jenis Tindak Tutur, Tingkat Kesantunan Tuturan, dan Penanda Lingual Kesantunan Tuturan Calon Gubernur dan Wakil Gubernur Provinsi DKI Jakarta dan Para Pendukung dalam Berita Beberapa Surat Kabar Nasional Tahun 2012.