PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
PEMAKNAAN ABDI DALEM TERHADAP MANFAAT YANG DIDAPATKAN DARI KERATON YOGYAKARTA Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi
Disusun Oleh: Yohanes De Deo Yustiananta NIM: 06 9114 056
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2013
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
SKRIPSI
PEMAKNAAN ABDI DALEM TERHADAP MANFAAT YANG DIBERIKAN DARI KERATON YOGYAKARTA
Oleh: Yohanes De Deo Yustiananta NIM: 069114056
Telah disetujui oleh:
Pembimbing Skripsi,
C. Wijoyo Adinugroho, M.Psi
Yogyakarta, …………………….
ii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
SKRIPSI
PEMAKNAAN ABDI DALEM TERHADAP MANFAAT YANG DIDAPATKAN DARI KERATON YOGYAKARTA
Dipersiapkan dan ditulis oleh: Yohanes De Deo Yustiananta NIM: 069114056
Telah dipertanggungjawabkan di depan Panitia Penguji pada tanggal: 13 Juni 2013 dan dinyatakan telah memenuhi syarat
Susunan Panitia Penguji:
Nama Lengkap
Tanda Tangan
C. Wijoyo Adinugroho, M.Psi
…………………………
Dr. T. Priyo Widiyanto, M.Si.
…………………………
Dewi Soerna Anggraeni, M.Psi.
…………………………
Yogyakarta, Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Dekan,
C. Siswa Widiyatmoko, M.Psi
iii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
“SUGIH TANPA BANDA, SEKTI TANPA AJI, NGLURUG TANPA BALA, MENANG TANPA NGASORAKE.”
“KEKAYAAN TANPA KEMEWAHAN, KESAKTIAN TANPA AJIAN, MENYERANG TANPA PASUKAN, MENANG TANPA MERENDAHKAN.”
Karya tulis ini saya persembahkan kepada: Kebudayaan masa lalu yang mempunyai nilai-nilai luhur, diwariskan oleh leluhur dan kini berusaha bertahan tergilas jaman.
iv
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian dari karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 2013 Peneliti,
Yohanes De Deo Yustiananta
v
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
PEMAKNAAN ABDI DALEM TERHADAP MANFAAT YANG DIDAPATKAN DARI KERATON YOGYAKARTA
Yohanes De Deo Yustiananta
ABSTRAK Kebanyakan orang biasanya dalam bekerja berusaha untuk mendapatkan gaji yang setimpal dengan beban kerjanya. Namun di Yogyakarta ada sekelompok orang yang bernama Abdi Dalem yang mengkontribusikan diri kepada di Kerataon Yogyakarta dengan manfaat yang sangat jauh dari Upah Minimum Provinsi (UMP) Provinsi Yogyakarta. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pemaknaan Abdi Dalem terhadap manfaat didapatkan dari Keraton Yogyakarta. Penelitian ini mengunakan tiga subjek yang merepresentasikan tiga jenis Abdi Dalem yang ada di keraton yogyakarta yaitu Abdi Dalem kaprajan, Abdi Dalem prajurit dan Abdi Dalem punakawan. Data penelitian diambil dengan cara wawancara semi-terstruktur. Penelitian ini menggunakan analisa data dengan metode penelitian kualitatif fenomenologi. Kredibilitas diperoleh dengan cara verifikasi data dengan membagikan salinan deskripsi tekstural struktural dari pengalaman responden kemudian tiap responden diminta untuk secara seksama memeriksa deskripsi tersebut. Dari hasil penelitian terhadap tiga jenis Abdi Dalem dapat ungkap bahwa meskipun terdapat banyak manfaat yang didapatkan namun ada manfaat yang utama yang didapatkan oleh Abdi Dalem yaitu ketentraman. Dan ketentraman tersebut dimaknai sebagai penerimaan abdi terhadap keberadaan sistem budaya Jawa yang dimiliki oleh pihak Keraton Yogyakarta. Dengan kata lain ketentraman tersebut muncul karena adanya kestabilan status quo antara kelompok interior (abdi dalem) dengan kelompok superior (Keraton Yogyakarta). Kata Kunci: pemaknaan, abdi dalem, manfaat, keraton Yogyakarta
vi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
THE MEANING OF ABDI DALEM (PALACE SERVANT) TOWARD THE BENEFITS OBTAINED FROM THE YOGYAKARTA PALACE Yohanes De Deo Yustiananta
ABSTRACT People who work are usually trying to get rewards commensurate with their workload. But in Yogyakarta there are some group of people who called abdi dalem (Palace Servant) which dedicated their self for Yogyakarta Palace. Their be rewarded by Yogyakarta palace that below to Yogyakarta regional minimum salary rate. This study aims to know the meaning of abdi dalem toward benefit obtained from the Yogyakarta Palace. This study uses three types of subjects that represent of tshree abdi dalem who exist in the Yogyakarta palace, there is abdi dalem kaprajan, abdi dalem prajurit, abdi dalem prajurit. Data were collected by semi-structured interviews. This study use phenomenological qualitative research methods. Credibility is obtained by verification of data is done by distributing copies of a structural-textural description of the experience of respondents. Then each respondent was asked to carefully examine the description. From the results of a study of three types of abdi dalem said that although there are some benefits earned but there is peaceful feeling that’s be the primary reward that obtained by abdi dalem. Peaceful feeling has interpreted as acceptance of the existence of Javanese culture system owned by the Sultan of Yogyakarta. In other words, the tranquility arise because of the stability of the status quo between the interior (abdi dalem) with the superior group (Yogyakarta Palace).
Key words: meaning, abdi dalem (palace servant), benefits, Yogyakarta Palace
vii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya Mahasiswa Universitas Sanata Dharma NAMA
: YOHANES DE DEO YUSTIANANTA
NIM
: 069114056
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :
Pemaknaan Abdi Dalem Terhadap Manfaat yang dapatkan dari Keraton Yogyakarta
Beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal : 13 Juni 2013 Yang menyatakan,
Yohanes De Deo Yustiananta
viii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
KATA PENGANTAR
Ucapan syukur peneliti panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena telah memberikan kesempatan untuk menyelesaikan karya ilmiah ini. Karya ini ditulis karena ketertarikan peneliti akan nasib keberlangsungannya kebudayaan Jawa. Salah satu warisan kejayaan Nusantara, yang sudah ada beratus tahun yang lalu dan kini mencoba bertahan di zaman moderen serba praktis dan pramatis. Peneliti prihatin atas tergerusnya nilai-nilai kebijaksanaan lokal pada generasi muda, hal ini menumbuhkan rasa sayang kepada kebudayaan yang luhur karena perlahan mulai pudar menuju lenyap. Oleh Karena itu karya ini dibuat sebagai usaha peneliti untuk mengangkat kembali minat generasi muda untuk menyadari sejarah peradabannya. Selain itu karya tulis ini juga merupakan syarat untuk mendapatkan gelar sarjana fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma. Peneliti dapat menyelesaikan penelitian ini berkat dukungan dan bantuan dari orang lain. Oleh karena itu, dengan segenap hati peneliti mengucapkan terima kasih kepada : 1.
Seluruh pejabat fakultas karena telah memberikan kemudahan bagi mahasiswa untuk menyelesaikan studi. Bapak C. Siswa Widiyatmoko, M.Psi. selaku dekan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma dan dosen pembimbing akademik sekaligus Kaprodi Fakultas Psikologi USD Ibu Ratri Sunar Astuti, M.Psi.
2.
Dosen Pembimbing Skripsi, Bapak C. Wijoyo Adinugroho, M.Psi. yang telah memberikan bimbingan dalam penyusunan penlitian ini.
ix
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
3.
Segenap Dosen Fakultas Psikologi Sanata Dharma, yang tidak bisa peneliti sebutkan satu persatu, yang telah mentransferkan segala pengetahuan dan pemahaman mengenai kejiwaan manusia.
4.
Keluarga yang selalu mendukung dengan segala cara, Ibu, Bapak, mas Ernest, mbak Tika, Mbak Dita, kedua ponakanku Eleanor dan Max.
5.
Kepada Debora Ratri, seorang yang terkasih, yang telah mengerakkan penulis untuk terus bergerak dari masa lalu dan mendorong untuk menerima tugas-tugas perkembangan hidup selanjutnya.
6.
Masbrow Simplex, yang telah menjadi teman diskusi tentang kehidupan dan pengalaman-pengalaman spiritual selama 3 tahun terakhir.
7.
Keluarga Besar Tumindak Ngiwa (TN), sebuah keluarga yang terlahir dari tema-teamn tanpa ikatan sedarah dari berbagai generasi. Mas Win, mas Iwil, Indro, Eva, Sari, mas Abu, mas Kopet, Pak Wok, Tino, mas Peyek, Bembi dan teman-teman yang lain yang tidak sebutkan satu-persatu karena begitu banyak orang yang pernah berdinamika di Tumindak Ngiwa, matur nuwun.
8.
Kepada Pak Jaya yang telah menjadi teman diskusi yang memperkaya pikiran yang make sense maupun yang common sense.
9.
Anak-anak mahasiswa angkatan 2006, 2005, 2007, 2008 yang terlalu banyak untuk disebutkan satu persatu, terima kasih atas tahun-tahun yang penuh dinamika pengalaman, suka dan duka yang bersama pernah kita alami selama kuliah teori, organisasi kemahasiswaan.
x
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
10. Warung Omah Sapen, terima kasih atas penghiburan yang tidak pernah terduga, tempat diman penulis terdampar diantara anak-anak mahasiswa arsitektur Atmajaya yang tidak hanya guyub
tapi
produktif, Tia, Mia, mbak Alit, Bagas, Budi, Yer, dan teman-teman yang lain. 11. Kepada mbah L, Mbah P, dan mbah S yang bersedia untuk membagikan pengalaman mengenai Abdi Dalem dan segelintir kebudayaan Jawa.
Yogyakarta, 31 Mei 2013 Yohanes De Deo Yustiananta
xi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...................................................................................
i
HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING..........................
ii
HALAMAN PENGESAHAN .....................................................................
iii
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN .........................................
iv
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA .................................
v
ABSTRAK ..................................................................................................
vi
ABSTRACT ................................................................................................ vii HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ............... viii KATA PENGANTAR .................................................................................
ix
DAFTAR ISI ............................................................................................... xii DAFTAR TABEL ....................................................................................... xvi DAFTAR SKEMA ..................................................................................... xvii DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... xviii BAB I.
PENDAHULUAN .......................................................................
1
A. Latar Belakang .......................................................................
1
B. Rumusan Masalah ..................................................................
6
C. Tujuan Penelitian ...................................................................
6
D. Manfaat Penelitian .................................................................
7
1. Manfaat Teoritis ...............................................................
7
2. Manfaat Praktis ................................................................
7
xii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA .............................................................
8
A. Makna dan Makna Hidup .......................................................
8
1. Makna ..............................................................................
8
2. Makna Hidup (Meaning of Life) ....................................... 10 3. Pemaknaan terhadap Pekerjaan ......................................... 13 B. Pengertian Abdi dan Abdi dalem Keraton Yogyakarta ............ 15 1. Abdi ................................................................................. 15 2. Pengertian Abdi Delem ..................................................... 15 3. Motivasi atau Faktor Pendorong Menjadi Abdi dalem ....... 17 4. Kewajiban Abdi Dalem ..................................................... 23 5. Manfaat yang didapatkan Abdi Dalem dari Keraton Yogyakarta................................................... 27 C. Teori Justifikasi Sistem .......................................................... 31 D. Kerangka Penelitian ............................................................... 38 BAB III. METODE PENELITIAN .......................................................... 40 A. Jenis Penelitian ...................................................................... 40 B. Fokus Penelitian .................................................................... 43 C. Definisi Operasional............................................................... 43 D. Subjek Penelitian.................................................................... 44 E. Metode Pengumpulan Data .................................................... 44 F. Metode Analisis Data ............................................................. 47 G. Verifikasi Data ....................................................................... 48
xiii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............................ 50 A. Pelaksanaan Penelitian ........................................................... 50 1. Persiapan Penelitian ......................................................... 50 2. Pelaksanaan Penelitian ..................................................... 53 B. Profil Subjek .......................................................................... 55 1. Subjek I (Abdi Dalem Kaprajan)` ..................................... 54 2. Subjek II (Abdi Dalem Prajurit) ....................................... 55 3. Subjek III (Abdi Dalem Punakawan) ................................ 56 C. Hasil Penelitian ...................................................................... 58 1. Subjek I (Mbah S) ........................................................... 58 2. Subjek II (Mbah P) ........................................................... 64 3. Subjek III (Mbah S) .......................................................... 71 D. Pembahasan .. ............................................................................ 73 1. Dinamika Pemaknaan Manfaat ......................................... 73 2. Dinamika Pemaknaan Abdi Dalem terhadap Manfaat yang Diberikan oleh Keraton Yogyakarta ......................... 80 BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ..................................................... 85 A. Kesimpulan ............................................................................ 85 B. Keterbatasan Penelitian .......................................................... 86 C. Saran ..................................................................................... 87 1. Bagi Kaum Akademisi...................................................... 87 2. Bagi Peneliti Selanjutnya .................................................. 87
xiv
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 88 LAMPIRAN ................................................................................................ 91
xv
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
DAFTAR TABEL
Tabel 1
Jenjang Kepangkatan Abdi Dalem Punakawan dan Kaprajan Berdasarkan Pranatan Kalenggahan No. 01/Pran/KHPP/XII/2004 ................................. 29
Tabel 2
Tabel Interview Guide ................................................................ 45
Tabel 3
Jadwal Wawancara ..................................................................... 53
xvi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
DAFTAR SKEMA
Skema 1
Kerangka Penelitian ................................................................... 38
Skema 2
Alur Tema Utama Subjek I ......................................................... 82
Skema 3
Alur Tema Utama Subjek II ........................................................ 83
Skema 4
Alur Tema Utama Subjek III....................................................... 84
xvii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
Tabel 1: Tema Subjek I (Mbah L) .......................................... 92
Lampiran 2
Tabel 2: Analisis Subjek I (Mbah L)....................................... 85
Lampiran 3
Tabel 3: Tema Subjek II (Mbah P). ........................................ 108
Lampiran 4
Tabel 4: Analisis Subjek II (Mbah P)...................................... 110
Lampiran 5
Tabel 5: Tema Subjek III (Mbah S) ........................................ 118
Lampiran 6
Tabel 6: Analisis Subjek III (Mbah S) .................................... 119
xviii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Kehidupan sebagian masyarakat Indonesia masih di bawah garis kemiskinan.Masih banyak komponen masyarakat Indonesia kesulitan untuk memenuhi kebutuhan dasar.Menurut data
pertumbuhan Produk
Domestik Bruto (PDB) Indonesia tahun 2006, diperkirakan 17,8% jumlah penduduk Indonesia hidup di bawah garis kemiskinan. Sedangkan 49.0% penduduk Indonesia hidup dengan pendapatan kurang dari AS$ 2 atau sekitar Rp 20.000,00 per hari. Selain itu jumlah penganguran di Indonesia sebanyak 9,75%
dari
jumlah penduduk Indonesia. Dengan kondisi
kebutuhan ekonomi yang semakin meningkat, masyarakatIndonesia berusaha untuk meningkatkan kesejateraan mereka sendiri. Ada berbagai macam
profesi yang dapat meningkatkan
kesejahteraan masyarakat
Indonesia. Petani dan buruh adalah profesi yang paling banyak ditekuni dari sekian banyak profesi yang ada (BPS, 2009). Namun perkembangan ekonomi
Indonesia yang
lambat di
tambah dengan perkembangan globalisasi yang cepat
membuat
kebutuhan dan keinginan masyarakat kekecewaan
semakin tinggi.
Fenomena
kemudian sering muncul pada komponen masyarakat 1
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
2
Indonesia karena ketidaksesuaian antara pendapatan dengan kebutuhan hidup. Eksesnya sering terjadi
protes sebagai bentuk ketidakterimaan
mereka atas ketidaksesuaian antara pendapatan
dan kebutuhan dasar
masyarakat. Protes semacam ini sering dilakukan oleh kaum pekerja dan buruh terhadap kebijakan upah minimum yang di tentukan oleh Pemerintah.
Mereka menuntut atas kesesuaian antara upah mereka
berkerja dengan Kebutuhan Layak Hidup (KHL) mereka (Ridwan, 2013). Kebutuhan hidup layak (KHL) adalah standar kebutuhan yang harus dipenuhi seseorang pekerja untuk dapat hidup layak baik secara fisik, non fisik dan sosial untuk kebutuhan satu bulan (Kementrian Tenaga Kerja, 2005). Kebutuhan Layak Hidup (KHL) dikeluarkan melalui UU No. 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan, pemerintah menetapkan KHL sebagai dasar dalam penetapan Upah Minimum seperti yang di atur dalam pasal 88 ayat 4. Komponen standar Kebutuhan Hidup Layak sendiri terdiri dari makanan dan minuman, sandang, perumahan, pendidikan, kesehatan, transportasi, rekreasi dan tabungan (Kementrian Tenaga Kerja, 2012). Kebutuhan Hidup Layak (KHL) resmi tahun 2013 di provinsi Yogyakarta sebesar Rp 1.046.514,56. Perhitungan tersebut didapatkan berdasarkan inflasi, pertumbuhan ekonomi dan kondisi mikro kecil dan menengahdi Yogyakarta (http://www.mediaindonesia.com/read/ 2012 /10/05/353468/289/101/Biaya-Hidup-Layak-di-Yogyakarta-Rp1-jutaan, diakses 16 Januari 2013, 10.00 WIB). Sedangkan Upah Minimun Provinsi (UMP) Yogyakarta tahun 2013, sebesar Rp 981.765,00 (Setyawan, 2012).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
3
Dari data diatas amat logis jika para pekerja dan buruh menuntut upah yang lebih layak, minimal mampu menutup Kebutuhan Layak Hidup. Pada saat ini era globalisasi menekankan efektivitas dan efisiensi di segala hal. Nilai-nilai efektivitas dan efisiensi ini dapat membuat suatu masyarakat menjadi semakin maju. Dalam masyarakat yang belum siap dengan adanya globalisasi maka akanada ekses negatif bagi kehidupan masyakat. Nilai ini efektivitas dan efisiensi di segala hal ini jika terlalu mendominasi dalam kehidupan manusiaakan menyebabkan munculnya sikap pragmatis dan materialistis dalam berperilaku. Dampak negatifnya dari sikap pragmatis dan materialistis ini membuat manusia cenderung berfokus pada hasil bukan pada proses sehingga semuanya diukur dari sesuatu yang bersifat material. Kebutuhan-kebutuhan utama manusia pun hanya terbatas pada kebutuhan pokok yang bersifat material.Namun keterpenuhan kebutuhan material tak menjamin seseorang bahagia. Di tengah kondisi Indonesia yang dinamis itu masih ada sekelompok orang, yang dikenal sebagai abdi dalem yang masih bertahan pada prinsip-prinsip tradisional. Jika dihitung dengan perhitungan nalar ekonomis amatlah tidak masuk akal untuk mampu hidup di zaman globalisasi.Mereka diberikan manfaat yang relatif
kecil oleh Keraton
Yogyakarta, jauh dari UMP Yogykarta tahun 2013 sebesar Rp 981.765,00, namun mereka harus hidup dengan standar Kebutuhan Hidup Layak (KHL) di Yogyakarta. Mereka rela memberikan kontribusi pada Keraton Yogyakarta meski dengan imbalanseadanya. Berbeda dengan para buruh
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
4
dan pekerja yang sering menuntut kenaikan upah, abdi dalem dengan suka rela memberikan kontribusi mereka
pada Keraton Yogyakarta
meskipunimbalanyang diberikan Keraton Yogyakarta kepada mereka tidak seberapa.Merekadengan suka rela memberikan kontribusinya bagi Keraton Yogyakarta karena mencari sesuatu yang bersifat rohani bukan material. Menurut
sumber
dari Parentah Hageng (bagian
Keraton
Yogyakarta yang mengurusi abdi dalem) diperkirakan jumlah seluruh abdi dalem saat ini sekitar 3000-an orang. Jika dibandingkan dengan jumlah penduduk Yogyakarta yang berjumlah sekitar 3.000.000 orang, maka dapat diperkirakan bahwa penduduk Yogyakarta yang berstatus sebagai abdi dalem hhanya sekitar 0,1 %. Prosentase ini menunjukan bahwa abdi dalem belum atau setidaknya kurang menarik sebagai pilihan profesi penduduk Yogyakarta pada umumnya (Sudaryanto, 2008). Abdi Dalem Keraton Yogyakarta secara umum dapat di artikan sebagai pembantu atau pengurus Keraton Yogyakarta. Abdi Dalem sendiri tidak merasa ada paksaan untuk menjadi abdi dalem.P elaku Abdi dalem itu sendiri merupakan abdi budaya, tidak bisa diartikan sebagai pembantu atau batur. Mereka merupakan orang yang mengabdikan dirinya untuk kerabat karadah Keraton dan mengabdikan sepenuh hati untuk Sultan Ngayogyakarta Hadiningrat dengan aturan yang ada. Abdi dalem keraton Yogyakarta dibagi menjadi tiga, yakni abdi dalem keprajan dan abdi dalem Punokawan dan abdi dalem Prajurit. Yang membedakan antara keduanya adalah hak dan kewajibannya. Abdi dalem Keparajan memiliki
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
5
derajat yan lebih tinggi dibandingkan dengan abdi dalem punakawan dan abdi dalem prajurit. Abdi dalem keprajan biasanya pegawai aktif atau pensiunan, sedangkan abdi dalem punokawan dan prajurit mayoritas berasal bukan pegawai (PNS). Ada beberapa penelitian tentang abdi dalem Keraton Yogyakarta. Penelitian ini adalah kelanjutan dari salah penelitian tentang abdi dalem Keraton Yogyakarta
yang berjudul “Kebermaknaan Hidup pada Abdi
Dalem Punakawan Keraton Yogyakarta.” Hasil penelitian tersebut mengatakan bahwa abdi dalem punakawan Keraton Yogyakarta mengabdi bertujuan sebagai sarana untuk mendapatkan ketentraman hidup dan kebahagiaan rohani. Para Abdi Dalem percaya pada mitologi Jawa yang mengatakan bahwa Keraton merupakan sumber kehidupan yang mendatangkan berkah, ketentraman hidup, kebahagiaan rohani, dan pandangan terhadap Sultan Yogyakarta sebagai wakil Tuhan yang menjalankan perannya di dunia. Karena kepercayaan pada mitos atau nilainilai tersebut
dan menghayati dengan sungguh-sungguh,
mereka
merasakan kebahagiaan rohani dan ketentraman hidup. Dari penelitian tentang abdi dalem sebelumnya peneliti
berkesimpulan bahwa makna
hidup mereka sebagai abdi Keraton Yogyakarta lebih bersifat spiritual yaitu mencari ketentraman hidup dan mengabdi pada budaya. Meskipun demikian penelitian terdahulu belum mengungkap secara mendalam bagaimana abdi dalem memaknai imbalan dari Keraton yang relatif kecil dan tetap. Sedangkan index Kebutuhan Layak Hidup (KHL) meningkat
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
6
dari tahun-ke tahun. Tahun 2012 Kebutuhan Layak Hidup di provinsi Yogyakarta sebesar Rp 862.390,76 pada tahun 2013 meningkat menjadi Rp 1.046.514,00. Berdasarkan fakta-fakta diatas maka fenomena kontribusi abdi dalem
kepada
keraton
Yogyakarta
amatlah
menarik
untuk
diteliti.Fenomena kontribusi abdi dalem kepada keraton Yogyakarta, jika dihitung secara nalar matematis terasa tidak seimbang antara kewajiban dengan hak yang dialami olehpara abdi dalem. Fenomena tersebut semakin menarik karena di zaman globalisasi, patokan material dan pragmatisme sebagai ekses nilai efisiensi dan efektitivas menjadi ukuran kesejahteraan manusia. Dengan alasan itulah maka peneliti tertarik untuk mengambarkan dinamika pemaknaan abdi dalem Keraton Yogyakarta terhadap manfaatyang didapatkan dari Keraton Yogyakarta. B. Rumusan Masalah Bagaimanakah pemaknaan abdi dalemt erhadap manfaat yang didapatkan dari Keraton Yogyakarta?
C. Tujuan Penelitian Untuk mengetahui pemaknaan Abdi Dalem terhadap manfaat yang didapatkan dari Keraton Yogyakarta.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
7
D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis a. Penelitian ini bermanfaat untuk memperoleh gambaran pemaknaan Abdi Dalem terhadap manfaat yang didapatkan dari Keraton Yogyakarta. b. Menyajikan fakta-fakta dan wacana tentang khasanah kearifan lokal dibelahan dunia timur yaitu Indonesia pada khususnya peradaban manusia Jawa untuk perkembangan ilmu psikologi, terutama psikologi sosial budaya. 2. Manfaat Praktis a. Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk sarana refleksi bagi Abdi Dalem itu sendiri dalam memahami memaknai manfaat yang didapatkandari Keraton Yogyakarta yang tidak seberapa di tengah kebutuhan hidup di provinsi Yogyakarta yang semakin meningkat. b. Hasil penelitian ini dapat bergunabagi
para pembaca hasil
penelitian untuk mengenal dan lebih memahami cara hidup dan cara pandang Abdi Dalem sebagai representasi dari orang Jawa
yang masih kental kultur Jawanya. Terutama untuk
memahami cara pandang Abdi Dalem dalam memaknai manfaat yang mereka dapatkan dari Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Makna dan Makna Hidup 1. Makna Menurut Kamus besar bahasa Indonesia (1998), kata makna dideskripsikan sebagai arti. Sedangkan kata pemaknaan dideskripsikan sebagai menjadikan sesuatu bermakna. Victor Frankl (Bastaman, 1996), mengatakan bahwa manusia berusaha memahami eksistensi kehidupannya melalui pemaknaan dari berbagai pengalaman hidupnya. Ada 3 prinsip yang menjadi landasan pemikiran Frankl mengenai peencarian manusia terhadap eksistensinya melalui pemaknaan hidup yaitu; a. Kebebasan Berkehendak Manusia
pada
dasarnya
memiliki
kebebasan.Namun
kebebasan ini bukanlah kebebasan yang tak terbatas, melainkan kebebasan dalam batas-batas tertentu. Manusia tidak mungkin terlepas dari kondisi biologis, kondisi psikologis, kondisi sosial, maupun kondisi kesejarahannya, jadi bukan kebebasan dari (freedom from) kondisi kondisi tersebut (Bastaman dalam Sukmono, Djohan dan Ellywati, 2000).
8
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
9
Menurut Frankl (dalam Koeswara, 1992) manusia bebas untuk tampil di atas determinan-determinan somatik dan psikis dari keberadaannya sehingga ia memasuki dimensi baru, dimensi noetik atau dimensi sprititual, suatu dimensi tempat kebebasan manusia terletak dan dialami. Dari situ manusia sanggup mengambil sikap bukan saja terhadap dunia tetapi juga terhadap dirinya sendiri. b. Kehendak Hidup Bermakna (Will to Meaning) Kehendak untuk hidup bermakna merupakan motivasi utama pada diri manusia.Hasrat inilah yang memotivasi setiap orang untuk bekerja, berkarya dan melakukan kegiatan-kegiatan penting lainnya dengan tujuan agar hidupnya menjadi berharga dan dihayati secara bermakna. Hasrat untuk hidup bermakna tersebut tidak saja nyata bagi manusia tetapi juga penting, untuk itu keliru jika hasrat ini dikatakan sebagai sesuatu yang hayalki dan artifisial (Bastaman,1996). Frankl sengaja mengunakan istilah “the will to meaning” bukan “the drive for meaning, karena makan dan nilainilai hidup tidak mendorong (to push to drive), tetapi seakan akan menarik (to pull) dan menawari (tooffer) manusia untuk memenuhinya (Bastaman dalam Sukmono, Djohan dan Ellyawati, 2000). Hasrat untuk hidup bermakna mendambakan seseorang menjadi pribadi yang berharga dan berarti (being somebody) dengan kehidupan yang sarat dengan kegiatan-kegiatan yang bermakna pula.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
10
Dari uraian di atas maka pemaknaan dapat dikatakan sebagai hasil inti sari pengamalan-pengalaman hidup seorang individu. c. Makna Hidup (Meaning of Life) Menurut pendapat Frankl (dalam Bastaman, 1996), makna hidup merupakan sesuatu yang dianggap penting, benar dan didambakan serta memberikan nilai khusus bagi seseorang. Bila makna hidup ini ditemukan dan dipenuhi maka seseorang akan merasakan hidup berarti dan berharga dan akhirnya akan menimbulkan kebahagiaan (happiness). Dari uraian di atas maka pemaknaan dapat dikatakan sebagai hasil inti sari pengamalan-pengalaman hidup seorang individu dalam usahanya untuk menemukan eksistensinya. 2. Makna Hidup (Meaning of Life) Menurut Yallom (dalam Bastaman 1996), pengertian makna hidup secara langsung mengarah pada pencarian tujuan hidup, yaitu hal-hal yang perlu atau ingin dicapai dan dipenuhi oleh manusia dalam perjalanan hidupnya.Keterikatan di antara makna hidup dan tujuan hidup tak dapat dipisahkan sehingga untuk tujuan praktis maka kedua pengertian tersebut tidak dapat dibedakan (Bastaman, 1996). Makna hidup menurut Frankl (dalam Sukmono, Djohan dan Ellyawati, 2000) tidak hanya bersumber dari agama atau realisasi nilainilai keagamaan, tetapi juga bisa melalui nilai-nilai etis dan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
11
pengalaman-pegalaman kehidupan seseorang. Makna hidup cenderung bersifat khas dan unik bagi setiap individu, sehingga makna hidup dari setiap orang dapat berbeda-beda. Bahkan individu dapat menarik pemaknaan yang berbeda dari berbagai momen kehidupannya. Sebagimana dikonsepkan oleh Frankl (dalam Alfian dan Suminar, 2003) makna hidup memiliki beberapa karakteristik, diantaranya: -
Makna hidup bersifat unik dan personal, sehingga tidak dapat diberikan oleh siapapun, melainkan harus ditemukan sendiri.
-
Makna hidup bersifat spesifik dan kongkrit, hanya dapat ditemukan dalam pengalaman dan kehidupan nyata seharihari, serta tidak selalu harus dikaitkan dengan tujuan idealistis maupun renungan filosofis.
-
Makna hidup member pedoman dan arah terhadap kegiatankegiatan yang dilakukan .
-
Makna hidup juga diakui sebagai sesuatu yang bersifat mutlak, semesta dan paripurna
Frankl mengemukakan tiga cara untuk menemukan makna hidup dalam berbagai situasi kehidupan yaitu (1) dengan memberikan sesuatu yang berkenaan dengan hasil kreasi atau pekerjaan, (2) dengan mengalami sesuatu atau berdinamika dengan orang lain, dan (3) pemgambilan sikap dari penderitaan yang dialami. Dalam prosesnya
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
12
individu berpengang pada nilai-nilai tertentu sebagai pedoman untuk menemukan
makna
dan
menyederhanakan
pengambilan
keputusannya. Nilai –nilai yang dijadikan pedoman tersebut menurut Frankl dapat dibagi menjadi 3 kategori nilai yaitu nilai kreatif, nilai pengalaman, dan nilai sikap (Schutlz, 1991). Individu dalam menemukan makna dari pengalaman hidupnya dapat merealisasikan 3 nilai tersebut yaitu: (1) nilai-nilai kreatif, yang diwujudkan dalam aktivitas yang kreatif dan produktif, (2) nilai-nilai eksperensial atau penghayatan, melalui sikap terbuka, menerima diri atau menyerahkan diri kepada pengalaman-pengalaman kehidupan, dengan cara menemukan keindahan, kebenaran lewat cinta, (3) nilainilai bersikap, yaitu ketika individu menunjukkan keberanian dan kemuliaan menghadapi penderitaan (Schutlz, 1991). Pada akhirnya individu yang menemukan makna dalam kehidupannya akan mencapai keadaaan transendensi diri. Ketika individu mentransendensikan diri, individu tersebut akan melihat dirinya yang otentik, yang membuat pilihan, yang unik dan istimewa menegaskan tanggung jawabnya (Rakhmat dalam Setiawati, 2001). Uraian tentang ciri-ciri dan komponen kehidupan bermakna diatas dapat disimpulkan bahwa kebermaknaan hidup adalah penghayatan individu terhadap hal-hal yang dianggap penting, diyakini kebenarannya dan memberikan nilai khusus, serta dapat dijadikan tujuan dalam hidupnya, dalam prosesnya ditinjau dari sudut pandang
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
13
dirinya sendiri dalam rangka mencapai kebahagiaan dan kepuasan batin. 3. Pemaknaan terhadap Pekerjaan Menurut Frankl (1965) memahami manusia haruslah bergerak dari psikoanalsis (instingtif)
ke analisis yang lebih bersifat
eksistensial. Analisis eksistensial cenderung mengunakan fakta bahwa manusia dapat secara sadar memahami tanggung jawabnya sebagai manusia. Manusia yang sadar akan eksistensialnya adalah manusia yang sadar akan tanggung jawabnya, sehingga menurut Frankl melihat kesadaran akan tanggung jawab individu dapat menjadi titik permulaan dari analisis eksistensial. Frankl (1965) berpendapat bahwa dalam memahami eksistensi seseorang ada 2 cara yaitu (a) Analisa Eksistensial Umum
dan (b) Analisa Eksistensial Khusus. Analisis
eksistensial umum berusaha untuk memahami manusia dalam menyadari eksistensi mereka dalam lingkup (a) pemaknaaan terhadap hidup, (b) pemaknaan terhadap penderitaan, (b) pemaknaan terhadap pekerjaan, (c) pemaknaan terhadap cinta. Dalam
pemaknaan
terhadap
pekerjaan,
Frankl
(1965)
berpendapat bahwa manusia yang sadar akan eksistensinya akan selalu bertanya tentang pekerjaan yang dilakukannya sebagai bentuk aktualisasi diri. Menurutnya individu yang mengalami kondisi menganggur akan mengalami kehampaan eksistensi. Individu tersebut akan merasa tidak berguna dan tidak benilai dan dapat berujung
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
14
padakecemasan. Akibatnya maka individu tersebut akan mencari pelarian ke hal yang lain. Namun individu yang bekerja pun tidak akan luput dari kecemasan jika pekerjaan yang dijalani tidak dimaknai, dan lebih cenderung mengutamakan hasil pekerjaan daripada proses bekerja. Individu yang berkerja tanpa memaknai pengalamannya akan mengalami kejenuhan. Frankl (dalam Koeswara, 1992) berpendapat bahwa dalam nilai-nilai daya cipta (kreatif), aktivitas kerja merepresentasikan wilayah di mana keunikan individu tampil dalam hubungannya dengan masyarakat dan penemuan individu pada makna hidupnya.Pekerjaan dapat mengantarkan individu kepada makna jika perkerjaan itu merupakan
usaha
hidupnya.Kemudian
memberikan Bastaman
sesuatu
(1996),
nilai
berpendapat
kepada bahwa
penghayatan hidup secara bermakna mempunyai ciri-ciri sebagai berikut; (a) Mampu menjalani kehidupan sehari-hari dengan penuh semangat dan gairah hidup serta jauh dari perasaan hampa.(b) Bagi Individu tugas-tugas dan perkerjaan sehari-hari merupakan sumber kepuasan dan kesenangan tersendiri sehingga mampu mengerjakan dengan semangat dan bertanggung jawab. (c) Bagi individu menjalani hari demi hari mampu menemukan beranekaragaman perngalaman baru dan hal-hal menarik yang semuanya menambah pengalaman hidup.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
15
Dari uraian diatas maka makna kerja dapat disimpulkan sebagai intisari dari pengalaman individu dalam usahanya untuk mencari eksistensi diri berdasarkan nilai-nilai daya kreatif dan pekerjaan.
B. Pengertian Abdi dan Abdi Dalem Keraton Yogyakarta 1. Abdi Dalam Kamus Bahasa Indonesia (1988), pengertian abdi berarti orang bawahan, pelayan atau hamba. 2. Perngertian Abdi Dalem Abdi Dalem Keraton Yogyakarta adalah semua orang, baik laki-laki maupun perempuan, yang bekerja di dalam lingkungan Keraton Yogyakarta, lebih dari sekedar pembantu rumah tangga. Mereka mencakup juga aparat pemerintahan yang mendukung seluruh aktivitas di Keraton Yogyakarta.Pada zaman pemerintahan Hamengku Buwono VIII, Abdi Dalem Kraton Yogyakarta secara umum dibagi ke dalam dua golongan.Pertama adalah Abdi Dalem perempuan, yang biasa disebut Abdi Dalem Keparak, dan kedua adalah Abdi Dalem lakilaki.Khusus Abdi Dalem laki-laki tidak ada sebutan khusus, cukup dengan sebutan Abdi Dalem. Abdi Dalem adalah orang-orang yang dengan suka rela memberikan pelayanannya pada keraton, Sultan dan keluarga keraton.Mereka menyiapkan hampir semua kebutuhan keseharian Sultan dan menjalankan upacara tradisional Jawa baik di dalam kraton maupun di luar kraton. Abdi Dalem diorganisir
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
16
berdasarkan pelayanan fungsionalnya. Abdi Dalem tidak sekedar pesuruh atau pembantu, tapi merupakan ujung tombak dalam mempromosikan keraton, mensosialisasikan sejarah keraton, dan mentransformasikan pernak-pernik keraton pada masyarakat. Abdi Dalem merupakan living monument (monument hidup). Ia menjadi saksi hidup dari rangkaian sejarah yang terukir dari zaman ke zaman, hingga saat ini. Keterkaitan Abdi Dalem dengan kraton sudah berlangsung lama yaitu sejak berdirinya Kasultanan Yogyakarta dan sejak itulah istilah Abdi Dalem lahir (Joyokusumo, dalam Kabare Jogja edisi XIV 2003). Bagi mereka imbalan berupa gaji bukanlah ukuran sehingga mereka tertarik menjadi Abdi Dalem. Bagi mereka, pengakuan sebagai Abdi Dalem oleh pihak Kraton Yogyakarta merupakan anugerah karena mereka bisa ngabehi dan lelabuh kepada raja atau sering disebut
Ngarso
Dalem.Untuk
menjadi
Abdi
Dalem
Keraton
Yogyakarta terbuka bagi siapa saja, baik laki-laki maupun perempuan. Bagi laki-laki yang ingin mendaftarkan diri menjadi Abdi Dalem bisa mendaftarkan diri di kantor Kawedanan Ageng Punokawan Puraraksa, sedang bagi wanita mendaftarkan diri di kantor Keparak Sebelum diangkat menjadi Abdi Dalem kraton, calon yang memenuhi syarat harus menempuh masa magang terlebih dahulu selama kurang lebih dua tahun. Dalam masa pengabdiannya selama magang tersebut prestasi kerja calon akan dinilai. Para magang yang dinilai memenuhi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
17
syarat dan bekerja dengan baik mempunyai kesempatan untuk diangkat secara resmi menjadi Abdi Dalem Keraton Yogyakarta. Pengangkatan seorang magang menjadi Abdi Dalem resmi di Keraton Yogyakarta, ditandai dengan surat kekancingan yang ditandatangani langsung oleh Sri Sultan yang sedang berkuasa. Surat kekancingan yang dikeluarkan tersebut hanya bersifat sementara. Surat kekancingan yang asli baru akan dikeluarkan pada saat Tingalan Dalem Sri Sultan yang berkuasa pada saat itu (Joyokusumo, dalam Kabare Jogja edisi XIV 2003). Berdasarkan beberapa pengertian Abdi Dalem tersebut dapat disimpulkan bahwa Abdi Dalem ialah semua orang yang bekerja untuk mendukung seluruh aktivitas kraton yang pengangkatannya ditandai dengan surat kekancingan yang ditandatangani oleh Sri Sultan yang sedang berkuasa pada masanya (Joyokusumo, dalam Kabare Jogja edisi XIV 2003). 3. Motivasi atau Faktor Pendorong Menjadi Abdi Dalem a. Ketentraman atau Ketenangan Hidup Fenomena
Kehidupan
masyarakt
Jawa
yang
menitikberatkan pada kesederhanaan, harmoni selaras dengan alam akhir-akhir ini semakin ditinggalkan.Hal ini karena orang lebih cenderung mengutamakan kehidupan duniawi daripada rohani.Para Abdi Dalem yang masih kental filsafat hidup kejawaannya tidak mau larut dalam kehidupan duniawi yang hanya memikirkan materi atau harta semata.Bagi mereka ada kehidupan yang lebih berarti
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
18
yaitu memperkaya rohani atau kehidupan batin.Dalam Upaya mewujudkan kehidupan batin tersebut ketentraman dan ketenangan jiwa menjadi utama. Pengabdian mereka terhadap Keraton umumnya dilandasi pemikiran akan perlunya ketentraman dan ketenangan dalam hidup. Walaupun rejeki dari Keraton jumlahnya kecil namun mereka percaya bahwa aka nada suatu jalan lain untuk mendapatkan
rejeki,
baik
melalui
keterampilan
maupun
jasa/kepandaian yang mereka punyai. Kebanyakan para Abdi Dalem ini menjadi menyadari bahwa urip mung mampir ngombe (hidup manusia itu ibarat hanya numpang minum) sehingga mereka dalam hidupnya dapat tenang dan tentram.Sikap dan pandangan yang seperti ini mengakibatkan mereka menjadi narima ing pandum. Hal ini selaras dengan peribahasa Jawa yang menyatakan bahwa bandhaiku mung titipan, anak titipan lan nyawa gadhuhan (harta itu hanya titipan, anak titipan dan nyawa pinjaman). Dengan begitu, Abdi Dalem memahami bahwa seseorang akan kaya atau miskin itu sudah suratan takdir masing-masing individu. Keadaan hidup berbeda antara orang satu dengan lainnya itu merupakah sunatulah (Hukum Allah). Prinsip nerima ing pandum (menerima takdir secara iklas) ini tampaknya menjadi motor pengerak dan motivator mereka sehingga hari dan pikiran akan menjadi tenang dalam menghadapi masalah kehidupan (Sudaryanto, 2008).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
19
b. Berkah Berkah atau sawab (Jawa) adalah kata kunci untuk memahami motivasi dan pendorong Abdi Dalem dalam mengabdi di kraton.Berkah sifatnya abstrak tetapi nilainya begitu kuat dan dijadikan pengangan para Abdi Dalem. Mereka bekerja karena mengharapkan berkah dari sultan.Berkah merupakan sesuatu yang sifatnya non material, yaitu berupa kedamaian dan ketentraman hidup. Berkah selalu dicari dalam hidup orang Jawa, karena hal ini berarti ada pengaruh yang akan menuntun manusia untuk hidup tenang, kecukupan, dan selamat. Para Abdi Dalem meyakini, bahwa apabila seseorang telah mendapat berkah dari sultan, maka masalah kecukupan materi tidak lagi menjadi prioritas mereka.Ketentraman hati dan keselamatan itulah yang mereka cari karena hal ini nilainya lebih tinggi dari pada masalah materi. Jika dilihat dari gaji, maka dapat dikatakan tidak akan cukup untuk ongkos perjalanan pulang pergi dari rumah ke Keraton. Semua Abdi Dalem menyatakan bahkan masalah gaji yang besar bukan merupakan tujuan tetapi ketentraman hati dan keselamatan merupakan hal lebih penting sebagai modal utama hidup.Seseorang tidak akan mampu menjalani hidup dengan baik jika hatinya tidak semeleh (iklas pada takdir), tenang, dan kecukupan. Oleh karena harapan bagi para Abdi Dalem adalah
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
20
berkah sultan akan membawa implikasi pada keselamatan dan kebahagiaan hidupnya (Sudaryanto, 2008). c. Mempertahankan Identitas Diri dan Pelestarian Budaya Salah satu alasan menjadi Abdi Dalem adalah agar mereka dapat memahami dan menjalani sopan santun (unggah-ungguh) menurut budaya Jawa. Para Abdi Dalem ini menyadari bahwa sekarang ini sopan santun yang bersumber dari budaya Jawa sudah mulai luntur dan banyak yang tidak dimengerti oleh orang Jawa itu sendiri.Padahal sopan santun yang ada di kalangan orang Jawa itu sebenarnya sangat halus dan mempunyai nilai luhur. Hal ini dikarenakan orang Jawa selalu berpegang pada rasa dalam sikap dan tindakannya (wong Jawa kuwi papaning rasa). Sopan santun atau tatakrama (suba sita) tidak dapat dipisahkan dengan masalah budi pekerti.Orang Jawa dikatakan berbudi pekerti luhur bila mampu menerapkan tatakrama secara baik dan benar. Jika penerapan tatakrama kurang tepat, maka dapat dikatakan bahwa seseorang itu sudah tidak atau belum berjiwa Jawa (wong Jawa ning ora njawani atau ilang Jawane). Sebagai orang Jawa hendaknya mau merendahkan diri, merasa bodoh, dan berwatak menerima.Hal ini tidak berarti bodoh itu tidak tahu, orang yang tahu dirinya bodoh sesungguhnya seseorang itu cerdas. Apalagi
didasari watak dan perilaku mau mengakui diri, mau
menerima kenyataan bahwa semua kejadian yang dijalani dan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
21
menimpa kepada manusia itu sesungguhnya kehendak Tuhan. Dengan bersikap begitu, maka pasrah merupakan bagian budi pekerti dasar yang sangat ensensial dalam kehidupan. Identitas diri orang Jawa yang berdasarkan pada perasaan dan mau menjalani kehidupan apa adanya sebagaimana yang ditentukan oleh Yang Maha Kuasa ini dalam perkembangan menemui erosi budaya dari budaya Instan (pragmatis). Atmosfer Yogyakarta yang mulanya bernuansa spiritual telah didesak oleh semangat pragmatism. Hal-hal yang menyangkut kepentingan fisik (materi) menjadi penting. Predikat Yogyakarta sebagai kota budaya menjadi tergoncang. Menurut Joyokusumo semakin lama budaya instan semakin merasuki generasi muda, banyak yang bersifat dhahirriyah, bersifat kulit semata.Para pemuda inipun dalam memahami budaya Islam atau Jawa juga bersifat kulit belaka.Sikap hidup, tatakrama dan budi pekerti yang merupakan warisan masa lalu (heritage)
tersebut.Jika dimungkinakan dikompromikan
dengan budaya pendatang. Dengan demikian nantinya akantampak suatu
pacific
penetrationantara
kedua
budaya
yang
ada
(Sudaryanto, 2008). d. Tanah Magersari Motivasi menjadi Abdi Dalem yang lain adalah karena mereka menempati tanah milik sultan (Sultan Ground). Hal ini berkaitan dengan nilai yang terdapat
pada budaya Jawa
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
22
mengajarkan adanya balas budi. Ada suatu kewajiban bagi seseorang yang telah menerima kebaikan untuk mbales budi. Pembalasan kebaikan kepada orang lain, seseorang tidak harus diperhitungkan secara kaku tentang kesetaraan nilai suatu kebaikan. Nilai budaya Jawa mengajarkan bahwa membalas kebaikan hendaknya disesuaikan dengan kemampuan yang menerima bantuan Para Abdi Dalem yang mendapat kebaikan dari sultan untuk mengunakan tanah sultan baik sebagai tempat kediaman maupun sebagai lahan pertanian merasa berhutang budi pada Keraton. Dalam hutang budi ini orang akan merasa tidak enak jika belum dapat membalas kebaikan pihak yang memberi. Masalah tersebut mengindikasikan
bahwa
pengaruh
nafsu
kebendaan
dan
mementingkan pribadi masih terkendali. Apabila diamati hubungan antara Abdi Dalem dengan Keraton didominasi interaksi yang bersifat resiprokal. Para pihak secara timbal balik masing-masing mempertukarkan sumber daya (exchange
of
resources)
yang
dimilikinya.
Abdi
Dalem
memberikan tenaga dan pikiran pada keraton sedangkan keraton memberikan tanah magersari kepada Abdi Dalem untuk digunakan sebagai tempat tinggal atau lahan usaha.Interaksi timbal balik ini sejalan dengan prinsip tolong-menolong yang menjadi dasar hubungan kemasyarakatan. Para pengguna tanah magersari atau
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
23
indung ini sudah sewajarnya membantu dan membalas kepentingan atau keperluan pemiliknya. Menurut Hadikusuma Abdi Dalem sebagai pengguna tanah magersari tersebut, sudah selayaknya mempunyai kewajiban moral untuk membalas kebaikan pihak Keraton (Sudaryanto, 2008). e. Meneruskan Tradisi Orangtua Biasanya Abdi Dalem bertempat tinggal tidak jauh dari lokasi Keraton Yogyakarta.
Abdi Dalem menyatakan bahwa
pengabdiannya dilakukan dalam rangka menjaga nama baik keturunan serta kebiasaan yang telah turun temurun dari nenek moyangnya menjadi Abdi Dalem (Sudaryanto, 2008). 4. Kewajiban Abdi Dalem a. Caos Hak dan kewajiban bukanlah merupakan kumpulan peraturan
atau
kaedah
melainkan
merupakan
perimbangan
kekuasaan dalam bentuk hal individu di satu pihak yang tercermin pada kewajiban pada pihak lain. Kalau ada hak maka ada kewajiban, tanpa ada hak tentunya tidak ada kewajiban. Kewajiban atara satu Abdi Dalem dengan Abdi Dalem yang lain berbeda dan sangat bervariasi. Hal tersebut tergantung kepada kelompok, tugas, dan pangkat yang dimiliki Abdi Dalem. Bagi Abdi Dalem Punakawan terdapat dua tipe atau jenis, yaitu Punakawan caos dan punakawan tepas. Punakawan caos ini berkerja secara normal
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
24
sesuai aturan pada umumnya, yaitu sowan atau kerja normal 12 hari sekali dan datang pada Hari Selasa Wage saat wiyosipun dalem.Bagi para Abdi Dalem Punakawan Tepas berkerja di kantor pemerintahan Keraton, maka sowan atau datangnya datangnya setiap hari, contohnya seperti membersihkan museum kereta Keraton
atau
di
bagian
administrasi
pemerintah
Keraton
Yogyakarta. Pada saat Abdi Dalem caosatau menjalankan tugas, maka mereka diwajibkan memakai pakaian mataraman/ Jawa (pranakan). Bagi Abdi Dalem kaprajan, jika masih aktif sebagai PNS maka kewajibannya hanya caos (datang) dalam upacaraupacara adat yang dilakukan oleh pihak keratin; seperti syawalan, labuhan, siraman pusaka, Selasa Wage (penobatan Sultan), dan Mauludan atau Grebegan. Jika sudah pension atau tidak aktif sebagai PNS dan diminta membantu di kantor (tepas) pemerintahan Keraton, maka selain diwajibkan mengikuti upacara-upacara adat tersebut diwajibkan juga caos atau sowanbakti lebih intensif lagi. Pada abdi dale mini paling tidak mempunyai kewajiban datang ke Keraton 1-3 kali dalam seminggu dari jam 09.00 sampai dengan 12.00 WIB (Sudaryanto, 2008). b. Presensi Untuk mengetahui Abdi Dalem datang atau tidak, maka pihak
Keraton
dapat
melihat
daftar
presensi
yang
disediakan.Adapun bukti kedatangan para Abdi Dalem Keraton
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
25
diketahui oleh atasannya (pengirit) atau teman pada waktu tugas yang dipercaya oleh atasan untuk memberikan presensi bagi Abdi Dalem yang datang.Dalam hal ini presensi cukup penting, karena bukti kedatangan ini sangat signifikan terhadap kelancaran kenaikan pangkat. Jika sudah menduduki pangkat selama lima tahun dan persyaratan yang berkaitan dengan ketaatan, kedisiplinan maupun tata kramanya memadai, maka Abdi Dalem tersebut pada prinsipnya berhak mengajukan kenaikan pangkat (weling ngunjuk). Adapun kenaikan pangkat ini diajukan oleh kedua kelompok, bukan oleh Abdi Dalem sendiri.Dengan demikian, masalah presensi merupakan hal yang esensial dalam pembuktian tentang ketaaan dan kedisiplinan pada Keraton bagi para Abdi Dalem (Sudaryanto, 2008). c. Mengikuti Upacara Adat Sebagai penjaga dan penyangga budaya Keraton, maka keberadaan
Abdi
Dalem
sama
penting
nilainya
dengan
berlangsungnya upacara adat. Raja atau kerabat Keraton sendiri tidak mampu melaksanakan upacara adat tanpa keikutsertaan para Abdi Dalem. Dalam kaitan ini proses pelembagaan terhadap upacara adat Keraton hendaknya terus dijalankan agar norma tersebut diterima oleh para pihak. Adapun proses agar berbagai upacara adat menjadi melembaga, maka norma itu perlu diketahui, dipahami, ditaati dan dihargai ole para stakeholder. Berbagai
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
upacara
adat
(institutionalized)
ini
idealnya
tetapi
lebih
tidak dari
hanya itu
26
dilembagakan
yaitu
diperlukan
diinternalisasikan (internalized). Upacara adat yang dilakukan oleh pihak Keraton adalah: Gerebeg Besar (Hari Raya ‘Idul Adha), Gerebeg Mulud (memperingati kelahiran Nabi Muhammad SAW), Gerebeg Syawal (Hari Raya ‘Idul Fitri), Siraman Pusaka (membersihkah pusaka Keraton, Labuhan (membuang barang ke tempat yang dianggap suci, yaitu laut atau gunung). Berbagai macam upacara adat tersebut, secara moral wajib dihadiri oleh semua Abdi Dalem Keraton, baik Abdi Dalem Punakawan maupun Abdi Dalem Kaprajan. Apabila Abdi Dalem tidak aktif datang pada upacara adat ini dapat dikatakan masalah kepatuhannya pada Keraton dipandang masih kurang memadai. Akibatnya nanti akan berpengaruh terhadap proses kelancaran kenaikan pangkat para Abdi Dalem. Pihak Keraton memandang sangat penting keterlibatan para Abdi Dalem dalam upacara ini, karena diharapkan agar Abdi Dalem ini memahami dan menjalankan ajaran Pangeran Samber Nyawa yang dikenal sebagai Tri Darma, yaitu mulat sarira, hangrasa wani (Introspeksi), rumangsa melu handarbeni (merasa memiliki) dan wajib melu hanggodeli (ikut mempertahankan) (Sudaryanto, 2008).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
27
5. Manfaat yang didapatkan Abdi Dalem dari Keraton Yogyakarta a. Gaji Gaji terendah Abdi Dalem berpangkat jajar caos sebesar Rp. 8.000,00, untuk Abdi Dalem berpangkat bupati caos menerima sekitar Rp. 34.000,00 ditambah uang makan sekali sehari sebesar Rp. 150,00 sekali caos (bekerja), sedangkan gaji tertinggi yang diberikan kepada Abdi Dalem sebesar Rp.40.000,00 untuk Abdi Dalem yang berpangkat bupati tepas seseorang yang sudah menjadi Abdi Dalem Kraton Yogyakarta kedudukannya berlaku selama dia masih hidup atau masih kuat dan tidak mengenal masa pensiun. Abdi Dalem yang dari sisi usia sudah tidak kuat menjalankan tugasnya namun masih menunjukkan kesetiaan kepada keraton digolongkan
menjadi
Miji
Sadana
Mulya.
Golongan
ini
mendapatkan 45 persen gaji dengan kalenggahan tetap.Bagi yang tidak
melaksanakan
tugas
atau
mengabaikan
kewajiban
digolongkan ke dalam Miji Tumpukan.Untuk golongan ini mendapatkan 25 persen gaji dengan kedudukan yang tetap, tetapi tidak ada pekerjaan. Status ini akan berlangsung sekitar enam bulan. Apabila selama enam bulam tidak ada klarifikasi atau perbaikan maka pangkat dan kedudukan yang bersangkutan akan ditarik. Pemecatan dilakukan apabila seorang Abdi Dalem telah
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
28
mencemarkan nama kraton (Joyokusumo, dalam Kabare Jogja edisi XIV 2003). b. Jaminan Kesehatan, Asuransi Kematian, dan Tunjangan Pendidikan Keraton Yogyakarta memberikan hak dan jaminan kepada para Abdi Dalem yang dibagi dalam tiga bidang, yaitu Banda Kasmolo atau jaminan kesehatan, Banda Pralaya atau semacam asuransi jiwa dan Banda Pasinaon atau bantuan dana bagi anakanak Abdi Dalem untuk sekolah Bagi Abdi Dalem yang sakit dan berobat di rumah sakit pemerintah akan mendapatkan jaminan biaya dari keraton. Abdi Dalem yang sakit dan berobat di rumah sakit pemerintah ini hanya diberikan bagi mereka yang sakit tidak menahun sebesar seratus persenBagi Abdi Dalem yang meninggal akan mendapat jaminan sebesar Rp. 100.000,00, sementara jika istri Abdi Dalem yang meninggal akan mendapat bantuan dana sebesar Rp. 25.000,00. Banda Pasinaon diberikan kepada Abdi Dalem yang anak-anaknya membutuhkan bantuan dana untuk proses belajar mengajar. Bantuan diberikan dalam bentuk pinjaman yang diangsur tanpa bunga, yang besar pinjamannya disesuaikan dengan kedudukan Abdi Dalem Keraton Yogyakarta memberikan gaji pada Abdi Dalem sesuai dengan jenjang kepangkatannya (Joyokusumo, dalam Kabare Jogja edisi XIV 2003)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
29
c. Jenjang Karier Jika
dilihat
dari
jenjang
kepangkatannya
terdapat
(kalenggahan) terdapat sebelas macam yang berhak disandang oleh abdi dalam, baik Abdi Dalem Punakawan maupun Kaprajan. Adapun macan atau Jenis kepangkatan tersebut adalah jajar, bekel, luruh , penewu, wedana, riyo bupati anom, bupati anom, bupati sepuh, bupati kliwon, bupati nayoko, dan Kanjeng Pangeran Haryo (KPH). Penetapan pangkat dan gelar itu merupakan hak prerogative sultan tepati dalam prosedur pelaksanaannya melalui dan diketahui terlebih dahulu oleh adik sultan. Berbagai jenjang kepangkatan para Abdi Dalem tersebut dirinci dalam tabel berikut:
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
30
Berdasarkan tabel di atas, para Abdi Dalem mempunyai kesempatan menyandang pangkat dari jajar sampai KPH.Pada umumnya masa magang (calon Abdi Dalem) berkisar antara 2-5 tahun dan masa ini dijadikan pertimbangan tentang kedisiplinan serta kesetiaannya pada Keraton Yogyakarta.Kenaikan pangkat dari satu pangkat ke pangkat lainnya kurang lebih 4-5 tahun.Walaupun demikian jika Sultan sedang berkenan, maka kepangkatan seorang Abdi Dalem dapat dipercepat maupun melompat (Sudaryanto, 2008). d. Gelar Para Abdi Dalem selain berhak menyandang suatu pangkat tertentu juga mempunyai hak untuk mendapatkan gelar nama yang diselaraskan dengan bidang pekerjaan atau keahliannya. Pemberian gelar nama ini diberikan kepada Abdi Dalem atas nama Sultan yang diketahui dan ditandatangani oleh kepala bagian kerjanya (Kawedanan
atau
tepas)
dan
Parentah
Hageng
Kraton
(Sudaryanto, 2008). e. Tanah Magersari Tanah magersari dapat diberikan oleh Keraton Yogyakarta kepada Abdi Dalem sebagai balas jika Abdi Dalem keraton mempunyai kontribusi yang besar bagi keraton.Namun manfaat berupa pemberian tanah magersari ini sudah jarang dilakukan oleh
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
31
Keraton karena untuk mendapatkan atau memakai tanah magersari ini biasanya diperhitungkan atau melalui pertimbangan khusus Sultan yang berkuasa pada saat itu (Sudaryanto, 2008). C. Teori Justifikasi Sistem Teori Justifikasi sistem (System Justification Theory) adalah teori sosial yang mencoba menjelaskan fenomena sosial yang ada pada masyarakat timur, terlebih asia. Teori sosial ini berkembang atas kebutuhan yang terjadi pada penelitian-penelitan sosial yang dilakukan di daerah timur. Pada teori justifikasi sistem mencoba untuk menjelaskan sistem sosial yang tidak equal antara kelompok superior dengan interior. Ketidaksamaan antara hal dan kewajiban pada mesyarakat menurut teori justifikasi tidak diperdebatkan apalagi diusahakan untuk setara, alih-alih malah kelompok interior berusaha untuk memelihara situasi ketimpangan tersebut (Josh, 2009). Sistem justifikasi memberi gambaran bahwa ada rasionalisasi atau penjelasan terhadap sistem yang tidak setara yang sudah ada menyangkut hubungan antar kelompok. Kelompok yang berstatus rendah dapat menerima posisi interior sebagai sesuatu yang sah dan menjadi skema kognisi. Pengakuan tersebut tidak hanya diterima secara pasif, namun dinilai sebagai status quo yang dinilai sudah stabil. Perbedaan status merupakan sesuatu yang alami, tidak dapat dihindari dan hasil dari proses yang diakui sehingga segala upaya untuk menentang ketidaksamaan dapat merusak tatanan yang ada.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
32
Teori justifikasi sistem dalam perkembangannya terpengaruh oleh teori psikologi sosial yang lain: a. Cognitive Dissonance Theory Teori ini berkedudukan sebagai salah satu teori psikologi sosial yang paling sering digunakan. Teori ini menjelaskan bahwa
manusia
memiliki
kebutuhan
untuk
memelihara
kosistensi kognitif dalam rangka mempertahankan gambaran diri yang positif. Teori justifikasi sistem adalah pengembangan dari kerangka berpikir teori disonansi kognitif, intinya pembenaran
sistem
tidak
terlepas
dari
upaya
untuk
mempertahankan gambaran diri positif dari sistem sosial yang ada (Josh, 2009). b. Social Identity Theory Dalam teori indentitas sosial, orang digambarkan pada situasi
konfik antar kelompok yang mengancam identitas
kelompok sosial mereka, sehingga orang akan berusaha melakukan
pembenaran
seperti
menstereotipekan
dan
mediskiminasikan kelompok diluar mereka agar memelihara atau mempertahankan gambaran positif kelompok mereka. Hal ini diistilahkan sebagai ingroup favoritism. Teori justifikasi sistem mengunakan kerangka berfikir ini secara langsung mengarahkan pada pada penentuan outgroup favoritismdiantara kelompok-kelompok lain yang lebih rendah, hal inilah yang
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
merupakan hubungan diantara kedua teori.
33
Sehingga teori
justifikasi teori dipengaruhi oleh teori identitas sosial untuk menentukan kelompok mana yang berperan sebagai outgroup favoritsmdiantara kelompok-kelompok sosial yang ada. Orangorang
dalam
yang
menerima
outgroup
favoritismakan
mendapatkan lebih banyak gambaran positif lebih banyak dibandingkan dengan kelompok lain dan kelompok dimana ia berada (Josh, 2009). c. Social Dominance Theory Teori ini salah satu teori selain teori justifikasi sistem yang berusaha untuk menjelaskan fenomena pembenaran sistem sosial. Social dominance theoryberfokus pada motif orang dalam mempertahankan gambaran positif kelompok dengan cara mendukung
kelompok
berdasarkan
ketidaksetaraan
antar
kelompok. Orang akan cenderung untuk menonjolkan
atau
merendahkan kelompok-kelompok sosial dalam suatu hirarki berdasarkan gambaran positif kelompok-kelompok yang ada. Teori dominasi sosial berfokus pada motif pembenaran kelompok sosial, sementara teori justifikasi sosial lebih cenderung berusaha membenarkan sistem sosial diantara kelompok-kelompok sosial yang ada (Josh, 2009).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
34
d. Belief In a Just World Teori ini secara luas menjelaskan bahwa orang mempunyai kepercayaan bahwa dunia itu secara umum sudah adil dan mendapatkn imbalan
yang pantas sesuai dengan
perilaku manusia yang ada. Teori ini berkembang dengan asumsi bahwa orang mempunyai keyakinan bahwa mereka dapat mengendalikan perilaku dan imbalan yang mereka dapatkan dari perilaku tersebut. Teori justifikasi sosial mempertahan kerangka berpikir bahwa dunia ini telah adil, namun tidak setuju dengan asumsi bahwa apa yang didapatkan oleh orang sesuai dengan perilaku yang telah dilakukan. Beda dengan teori believe in a just world, justifikasi sosial lebih mengarahkan proses berpikir bahwa orang mempunyai keinginan untuk mendapatkan status quoyang adil dan sah. (Josh, 2009) e. False Consiousness Dalam melihat fenomena outgroup favoritsm yang menjadi komponen justifikasi sistem,
ahli teori sangat
terpengaruh dari teori marxism-feminist untuk menguatkan adanya
ideologi
yang
memperngaruhi
perilaku
yang
membenarkan sistem sosial yang ada.Secara praktis dapat dikatakan bahwa konsep false conciousness, kelompok dominan dalam suatu masyarakat percaya bahwa mereka telah digariskan atau ditakdirkan untuk menjadi kelompok yang dominan,
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
35
sehingga dapat menjelaskan mengapa anggota kelompok yang lebih rendah kadang kala melawan dalam konteks outgroup favoritsm. (Josh, 2009) Dari penjelaskan mengenai teori-teori psikologi sosial yang mempengaruhi teori justifikasi sosial tersebut dapat disimpulkan bahwa teori justifikasi sosial ini berkembang dari teori-teori sosial sebelumnya yang berusaha menjelaskan dinamika hubungan antar kelompok sosial. Teori justifikasi sosial menjadi alternatif teori untuk menjelaskan fenomena sistem sosial yang cenderung berusaha untuk mempertahankan status qou yang ada seperti fenomena hubungan antara Abdi Dalem keraton sebagai representasi dari kaula alit masyarakat mataram dengan kelompok superior yaitu keraton Yogyakarta yang berperan sebagai kelompok pemimpin atau outgroup favoritsm. Dengan mengetahui segala teori yang memperngaruhi maka teori justifikasi sosial menemukan ciri khasnya. Ciri khas ini dapat dibedakan dengan teori sosial yang lain dengan cara melihat aspek-aspek pembangun teori justifikasi sosial ini. Aspek-aspek yang menjadi karakter teori justifikasi sosial menurut Josh (2009) antara lain; a. Rasionalisasi dari keadaan status quo Salah satu aspek utama dari teori justifikasi sistem menjelaskan bahwa orang termotivasi untuk membenarkan keadaan status quo dan melihat bahwa hal tersebut sebagai kestabilan dan memang diinginkan. Untuk menguatkan dugaan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
36
ini para ahli bahwa untuk mendapatkan keadaan status quo tersebut, orang akan mencoba memastikan bahwa keadaan mereka sesuai atau nyaman dengan status quo yang akan mereka dapatkan. Cara lain untuk merasionalisasi status quo adalah dengan mempergunakan stereotipe, jika orang merasa bahwa kelompok mereka lebih tinggi statusnya maka mereka akan mempunyai stereotipe bahwa lebih nya lebih nyaman pada kelompoknya, dan kurang nyaman dengan dengan status kelompok yang lebih rendah. Begitu pula sebaliknya jika orang merasa berada di kelompok yang statusnya lebih rendah maka mereka
akan
menstereotipe
kurang
nyaman
dengan
kelompoknya dan akan mempunyai stereotipe bahwa lebih nyaman dengan kelompok lain yang lebih tinggi statusnya. b. Outgroup favoritsm Dalam outgroup favoritsm, orang mempunyai motivasi untuk
menghargai
secara
positif
kelompok
diluar
kelompoknya. Justifikasi sistem berusaha untuk menjelaskan bahwa kadang kala orang tidak sadar telah mengakui ketidaksetaraan, mereka mempunyai kecenderungan untuk membenarkan sistem sosial yang berada dalam keadaan status quo dan percaya bahwa keadaan tersebut adil dan sah, beberapa orang dalam kelompok yang lebih rendah akan menerima hal
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
37
tersebut dan meninternalisasikan ketidaksetaraan di antara kelompok-kelompok tersebut. c. Depressed Entitlement Justifikasi sistem memberikan gambaran bahwa pelabelan yang menekan yang didapatkan oleh kelompok yang lebih rendah yang telah berlangsung terus menerus menyebabkan kelompok interior menerima kelemahannya dan
mengakui
bahwa ada kelompok lain yang lebih maju, sehingga perlahan kondisi pelabelan yang menekan ini justru
dipertahankan
untuk mendapatkan status quo. d. Motif Ego, motif kelompok, dan motif justifikasi sistem Motif justifikasi sistem adalah keinginan orang-orang untuk melihat bahwa sistem atau status quo bersifat sah dan adil. Perkembangan justifikasi sistem dalam suatu masyarakat tidak bisa terlepas dari perkembangan motif ego dan motif kelompok dari kelompok-kelompok yang ada. Bagi kelompok yang mempunyai kedudukan tinggi akan merasakan bahwa motif atau pandangan positif (self esteem) ego dan kelompok mereka akan meningkat jika sistem yang ada (status quo) diakui oleh kelompok-kelompok
yang
lebih
rendah
kedudukannya
dibandingkan mereka. Sedangkan bagi kelompok yang lebih rendah dengan adanya sistem justifikasi, motif ego dan motif kelompok mereka akan menjadi lebih rendah dan lebih banyak
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
38
dipertanyakan oleh mereka karena selalu membandingkan diri mereka dengan kelompok lain yang lebih maju (superior). Dari penjabaran diatas maka dapat disimpulkan bahwa teori justifikasi sistem mencoba mengambarkan bahwa fenomena kesenjangan status yang cenderung sering terjadi di belahan bumi timur adalah sesuatu yang alami, dan diakui secara sadar. Teori ini menarik untuk ditempatkan sebagai kaca mata untuk melihat fenomena hubungan antara pihak Keraton sebagai kelompok superior dan Abdi Dalem sebagai perlambang kawula alit yang diposisikan sebagai kelompok interior.
D. Kerangka Penelitian Dari penjabaran mengenai pemaknaan, Abdi Dalem, manfaatyang didapatkan dari keraton, dan teori sosial justifikasi sistem dalam rangka untuk mengambarkan dinamika pemaknaan Abdi Dalem Keraton Yogyakarta terhadap manfaat yang didapatkandari Keraton Yogyakarta maka peneliti membuat kerangka penelitian yang digambarkan melalui skema berikut: Skema 1 : Kerangka Penelitian Abdi dalem mengontribusikan, tenaga dan pikiran kepada Keraton
Abdi Dalem (kelompok Interior)
Keraton Yogyakarta (kelompok Superior)
Manfaat yang didapatkan dari Keraton
“Bagaimana Abdi Dalem memaknai manfat yang didapatkan dari Keraton Yogyakarta“
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Untuk
mengetahui
pemaknaan
Abdi
Dalem
39
terhadap
manfaatdidapatkan dariKeraton Yogyakarta, pertanyaan utama dalam penelitian ini adalah bagaimana Abdi Dalem memaknai manfaat yang didapatkan Keraton Yogyakarta? Sedangkan sub pernyataan yang akan mendukung pertanyaan utama adalah: 1. Bagaimana Abdi Dalem memposisikan diri dalam tata masyarakat Yogykarta? 2. Apa saja pengalaman-pengalaman yang dialami Abdi Dalem selama beraktivitas di keraton Yogyakarta?
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengali secara mendalam tentang pemaknaan Abdi Dalem terhadap manfaat yang didapatkan dari Keraton Yogyakarta. Penelitian ini mengunakan
metode fenomenologi. Metode
fenomenologi berpijak pada cara berpikir tanpa berprasangka dan tidak bertitik tolak dari suatu teori atau gambaran tertentu dalam mengetahui isi dari suatu fenomena (Creswell, 1998). Tujuan Metode Fenomenologi adalah mengungkap pengalaman manusia dalam menghadapi peristiwaperistiwa yang terjadi di sekitarnya dengan cara pemaknaannya (Husserl, dalam Hadiwijoyo). Pelaksanaan penelitian yang berdasarkan metode fenomenologi sering dilaksanakan pada natural Setting, dimana subjek tidak bisa dilepaskan pada konteks lingkungannya. Tujuannya adalah agar mampu mengungkap central phenomenonpada suatu proses atau kejadian tertentu. Proses ini memungkinkan peneliti untuk menguraikan suatu fenomena atau konsep diuraikan melalui variabel-variabel yang menyertainya (Creswell, 1998). Dalam pendekatan metode fenomenologi terdapat beberapa proses inti yang harus dilalui, antara lain, epoche, phenomenological reduction,
40
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
41
imaginative variation dan synthesis of meaning and essences (Moutakas, 1994). Epoche dalam penelitian ini berarti berusaha menyingkirkan bias atau bentuk bentuk opini tertentu yang mungkin terjadi pada waktu penelitian. Dalam proses memahami makna kehidupan yang dialami oleh seseorang, perlu dilakukan pengamatan, perhatian dan kepekaan namun tanpa melibatkan prasangka peneliti pada apa yang dilihat, dipikirkan, dibayangkan atau dirasakan. Jadi epoche dalam penelitian fenomenologi merupakan suatu tindakan untuk mencegah intervensi penelitian terhadap apa yang diungkapkan oleh subjek. Phenomenological reduction adalah
proses
mengambarkan
pengalaman subjek oleh peneliti yang diubah menjadi bahasa yang terpola (textural language). Pengalaman subjek, hubungan fenomena dengan subjek dan kualitas dari pengalaman subjek menjadi fokus utama dari phenomenological
reduction.
Phenomenon
reduction
mempunyai
beberapa tahap antara lain, bracketing, yaitu menempakan fokus dari pengalaman dalam bracket, beberapa hal yang tidak perlu atau tidak mempunyai keterkaitan dengan fokus dikesampingkan. Tahap selanjutnya adalah horizontaling, yaitu menyamakan kedudukan antar setiap pernyataan awal, selanjutnya pernyataan awal yang tidak relevan dan pernyataan-pernyaatan yang berulang atau tumpang tindih dihilangkan, tujuannya untuk mendapakan horizons,
yaitu tekstural dan unsur
pembentuk dari suatu fenomena yang tidak mengalami penyimpangan.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
42
Imaginative variation adalah proses mengidentifikasi makna melalui proses imaginasi, referensi, pengelompokan dan pembalikan serta pendekatan
phenomenon dari posisi, peran-peran atau fungsi yang
berbeda. Tujuannya adalah untuk mendapatkan deskripsi struktural dari pengalaman
serta
faktor-faktor
dasar
dan
pengaruhnya
dalam
melatarbelakangi pengalaman tersebut. Langkah-langkah imaginative variations antara lain: a. Membuat sistematika dari berbagai kemungkinan makna yang tersusun menjadi dasar tekstural dari pengalaman. b. Mengenali tema-tema dan konsteks yang muncul sebagai dasar penyebab munculnya phenomenon. c. Mempertimbangkan
struktur
secara
keseluruhan
untuk
menghindari terjadinya pengambilan kesimpulan yang terlalu cepat terhadap perasaan dan pikiran yang berkaitan dengan phenomenon, seperti struktur waktu, ruang, perhatian yang hanya tertuju pada hal utama, material, kausalitas, dan hubungan dengan diri sendiri maupun orang lain d. Mencari ilustrasi sebagai contoh yang dapat memberikan gambaran yang jelas mengenai struktur dari tema-tema yang tidak berubah dan memfasilitasi pengembangan deskripsi phenomenon yang struktural. Langkah terakhir dalam pendekatan fenomenologi adalah synthesis of meaning and essesnces, yaitu melakukan integrasi dari deskripsi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
43
tekstural dan struktural menjadi suatu pernyataan sebagai esensi pengalaman dari phenomenon secara menyeluruh. Esensi mengandung arti suatu yang umum atau universal dan tidak menjadi suatu itu sendiri. Esensi merupakan suatu bentuk sintesis tekstural dan struktural yang mendasar yang mewakili esensi waktu dan tempat tertentu dari suatu sudut pandang peneliti mengikuti studi imaginatif dan reflektif dari suatu phenomenon yang didapatkan (Husserl, dalam Moutakas, 1994)
B. Fokus Penelitian Gejala yang diteliti dalam penelitian ini adalah bagaimanakah pemaknaan Abdi Dalem terhadap manfaat
yang didapatkan
Keraton
Yogyakarta
C. Definisi Operasional Yang dimaksud dengan pemaknaan Abdi Dalem terhadap manfaat yang
didapatkan
dari
Keraton
Yogyakarta
adalah,
intisari dari
pengalaman-pengalaman Abdi Dalem selama beraktivitasdi dalam keraton dan penghayatan para Abdi Dalem terhadap manfaat yang didapatkan dari Keraton Yogyakarta. Maksud manfaat disini tidak hanya manfaat yang diberikan dari pihak lain (Keraton Yogyakarta)
namun juga berarti
manfaat yang ditemukan dari diri sendiri setelah menjadi Abdi Dalem.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
44
D. Subjek Penelitian Subjek penelitian ini adalah Abdi Dalem yang telah relatif lama menjadi Abdi Dalem keraton Yogyakarta. Pemilihan subjek berdasarkan pada theoretical
sampling.
Yaitu memilih
individu
yang dapat
memberikan kontribusi dalam penelitian. Dalam proses pemilihan subjek, penelitian ini mengunakan teknik snowball atau chain. Teknik pemilihan subjek berantai ini dipilih karena pertimbangan bahwa subjek pada awal penelitian akan merekomendasikan orang-orang yang layak dan cocok sesuai dengan karakteristik subjek penelitian. Proses berantai tersebut terus berulang sampai proses penelitian mendapatkan variasi subjek penelitian yang cocok dengan 3 jenis subjek penelitian yang merepresentasikan jenis Abdi Dalem Keraton Yogyakarta yang ada yaitu Abdi Dalem kaprajan, Abdi Dalem punakawan dan Abdi Dalem prajurit yang telah mengabdi lebih dari 5 tahun dan telah berumur 30-80 tahun.
E. Metode Pengumpulan Data Metode yang digunakan dalam pengumpulan data adalah wawancara mendalam. Wawancara yang mendalam bertujuan untuk mendapatkan informasi selengkapnya. Teknik wawancara yang digunakan adalah teknik wawancara terstruktur. Wawancara semi terstruktur bertujuan agar dalam proses wawancara berjalan fleksibel (tidak kaku) antara peneliti dengan partisipan penelitian sehingga memungkinkan untuk memunculkan pertanyaan-pertanyaan lebih lanjut secara mendetail yang
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
45
sesuai dengan tujuan penelitian (Smith, 2008). Metode ini dipilih karen studi fenomenologi bertujuan untuk mendapatkan gambaran mengenai pengalaman secara mendetail sehingga membutuhkan instrumen yang fleksibel. Dalam pelaksanaan wawancara peneliti menggunakan panduan wawancara agar proses wawancara dapat berlangsung secara sistematis dan tidak keluar dari konteks penelitian. Pertanyaan-pertanyaan panduan wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah: Tabel 2 : Interview Guide No 1.
2.
3.
4.
5.
Pertanyaan Bagaimana anda memandang posisi Abdi Dalem dan pihak Keraton Yogyakarta dalam lingkup tatanan keraton Yogyakarta? Bagaimana anda sebagai Abdi Dalem memposisikan diri dalam tatanan Keraton Yogyakarta?
Tujuan Untuk mengindentifikasikan dan mendapatkan gambaran kelompok sosial yang ada. Untuk mengetahui bagaimana partisipan indentifikasi dirinya masuk dalam kelompok sosial yang mana.
Bagaimanakah anda memaknai hubungan Abdi Mengungkap bagaimana Abdi Dalem dengan Keraton Yogyakarta? Dalem menempatkan diri dalam hubungan antar kelompok sehingga didapatkan gambaran pola hubungan antara kelompok interior dengan kelompok superior. Bagaimanakah anda sebagai Abdi Dalem menghayati Mengungkap bagaimana Abdi aktivitas-aktivitas yang dilakukan oleh Abdi Dalem Dalem memaknai perkerjaan kepada pihak Keraton Yogyakarta? mereka sebagai bentuk kontribusi mereka kepada Keraton Yogyakarta. Setelah anda mendapatkan manfaatmenjadi Abdi Mengungkap bagaimana Dalem keraton Yogyakarta, pikiran-pikiran apa partisipan memaknai manfaat yang diberikan oleh keraton yang muncul dalam diri anda? Apa perasaan-perasaan yang muncul dalam diri Yogyakarta. anda setelah ada mendapatkan manfaat yang didapatkan dari keraton Yogyakarta? Apa yang anda lakukan setelah anda mendapatkan manfaat yang anda dari keraton Yogyakarta Keraton Yogyakarta?
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
46
Berdasarkan Metode pengumpulan data diatas, peneliti menyusun sebuah rancangan pengambilan data sebagai berikut; 1. Peneliti mencari partisipan penelitian yang layak dengan tujuan penelitian dengan cara mencari informasi mengenai keberadaan Abdi Dalem yang ada disekitar peneliti. 2. Setelah mendapatkan partisipan yang cocok dengan kriteria subjek penelitian, peneliti kemudian mengadakan rapport untuk mendapatkan hubungan yang kondusif agar proses pengalian informasi dapat berjalan dengan optimal. Dalam setiap proses wawancara partisipan, peneliti menjelaskan maksud dan tujuan peneliti selalu memina ijin untuk merekam proses wawancara dengan mengunakan alat perekam. 3. Fase pembangunan rapport pada partisipan pertama, peneliti berusaha mendapatkan kontak calon partisipan penelitian lain yang dapat
dijadikan partisipan penelitian berdasarkan
rekomendasi partisipan yang pertama. 4. Selama proses pengambilan data melalui wawancara, peneliti merekam semua informasi dengan mengunakan alat perekam berupa digital recorder. Selain itu peneliti membuat catatan singkat dengan mengunakan alat tulis yang berguna untuk membantu mencatat hal-hal yang penting dan membuat mind mapping yang berguna pada proses wawancara.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
47
5. Setelah proses wawancara selesai, peneliti membuat verbatim berdasarkan rekaman yang sudah didapatkan. 6. Verbatim yang telah jadi kemudiaan diverivikasi dengan cara memperlihatkan hasil verbatim yang sudah jadi kepada partisipan penelitian.
F. Metode Analisis Data Data yang diperoleh dianalisis dan diinterpretasi mengunakan modifikasi metode Stevick-Colaizzi-Keen dari Moutakas (1994). Tahaptahapnya antara lain: 1. Memulai dengan deskripsi pengalaman peneliti terhadap phenomenon. 2. Mencari pernyataan mengenai bagaimana individu mengalami phenomenon tersebut, membuat daftar dari pernyataanpernyataan
(horizonalization)
dan
memberlakukan
tiap
pernyataan dengan seimbang, kemudian mengembangkan daftar pernyataan yang tidak berulang (nonrepetitive) atau tidak tumpang tindih (overlapping) 3. Pernyataan kemudian dikelompokan ke dalam unit-unit makna (meaning unit) kemudian membuat daftar dari unit-unit ini dan menuliskan deskripsi terkstural dari pengalaman, yaitu tentang apa yang terjadi dan disertai contoh- contoh verbatim.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
48
4. Peneliti merefleksikan berdasarkan deskripsi yang telah dibuatnya dan mengunakan imaginative variations atau deskripsi struktural, mencari semua makna melalui perspektif yang divergen, memperkaya kerangka pemahaman dari phenomenon dan membuat deskripsi tentang bagaimana phenomenon dialami. 5. Peneliti kemudian membuat deskripsi keseluruhan dari makna dan esensi dari pengalaman. 6. Dari
deskripsi
tekstural-struktural
individu,
berdasarkan
pengalaman tiap partisipan, peneliti membuat composite textural-struktural description dari makna-makna dan esensiesensi
pengalaman,
mengintegrasikan
semua
deskripsi
tekstrual-struktural individu menjadi deskripsi yang universal dari pengalamanyang mewakili kelompok (partisipan) secara kseluruhan.
G. Verifikasi Data Verifikasi data dilakukan dengan membagikan salinan deskripsi secara tekstural struktural dari pengalaman responden (Humphrey, dalam Moustakas, 1994). Tiap responden diminta untuk secara seksama memeriksa deskripsi tersebut, sehingga mereka dapat memberikan masukan maupun pembetulan. Peneliti merevisi kembali pernyataaan sintesisnya. Proses merevisi kembali sintesis ini disebut sebagai
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
49
intersubjective validity, yaitu menguji kembali (testing out) pemahaman peneliti dengan pemahan subjek melalui interaksi yang timbale balik (back-and-forth) (Creswell, 1998).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Pelaksanaan Penelitian 1. Persiapan Penelitian Persiapan
pada
penelitian
ini
dilakukan
dengan
cara
menyiapkan proposal penelitian yang dibuat agar ketika proses pengambilan data pada fenomena pemaknaan Abdi Dalem terhadap manfaatyang didapatkan dari oleh Keraton Yogyakarta dapat digali sesuai dengan kaidah-kaidah penelitian psikologi. Setelah proposal penelitian telah matang maka proses yang dilakukan kemudian adalah pembuatan interview guide. Interview guide digunakan sebagai panduan pengambilan data penelitian yang dilakukan dengan metode wawancara. Untuk membuat inteview guide memiliki muatan yang sesuai dengan kerangka dan tujuan penelitian maka peneliti melakukan beberapa kali wawancara try-out dengan mengunakan interview guide pada sample subjekyang memiliki karakteristik yang sama dengan subjek penelitian. Tujuannya ketika proses wawancara penelitian yang sebenarnya dengan mengunakan interview guide hasil tryout diharapkan hasilnya akan mencakup halhal yang sesuai dengan kerangka dan tujuan penelitian dan mengurangi hal-hal atau pertanyaan yang tidak relevan dengan tujuan penelitian. 50
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
51
Pada akhirnya peneliti menjadikan subjek yang dikenakan try outinterview guide sebagai subjek penelitian karena hasil wawancara yang didapatkan sesuai dengan tujuan peneltian. Setelah interview guide matang sesauti dengan kerangka dan tujuan penelitian maka proses pengambilan data kemudian diterapkan pada wawancara pengambilan data pada subjek penelitian yang lainnya. Penelitian tentang pemaknaan Abdi Dalem terhadap manfaat yang diberikan oleh keraton ini mengunakan tiga subjek penelitian yang merepresentasikan 3 jenis Abdi Dalem, yaitu Abdi Dalem kaprajan, Abdi Dalem punakawan, dan Abdi Dalem prajurit. Dalam proses pemilihan subjek, penelitian ini mengunakan teknik snowball atau chain. Teknik pemilihan subjek berantai ini dipilih karena pertimbangan
bahwa
subjek
pada
awal
penelitian
akan
merekomendasikan orang-orang yang layak dan cocok sesuai dengan karakteristik subjek penelitian. Proses berantai tersebut terus berulang sampai proses penelitian mendapatkan variasi subjek penelitian yang cocok dengan 3 jenis subjek penelitian yang merepresentasikan jenis Abdi Dalem Keraton Yogyakarta yang ada yaitu Abdi Dalem kaprajan, Abdi Dalem punakawan dan Abdi Dalem prajurit yang
telah
mengabdi lebih dari 5 tahun. Pada penelitian ini teknik snowball atau chain dimulai dengan mencari
informasi
tentang
orang-orang
yang
cocok
dengan
karakteristik subjek penelitian. Pada awalnya peneliti mendapatkan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
52
subjek penelitian jenis Abdi Dalem Kaprajan. Kemudian dari subjek Abdi Dalem kaprajan merekomendasikan kenalannya yang berprofesi sebagai Abdi Dalem prajurit. Dari hasil rekomendasi tersebut peneliti kemudian menghubungi dan meminta persetujuan Abdi Dalem prajurit tersebut untuk berpartisipasi dalam penelitian.Langkah tersebut diulang sehingga terakhir peneliti mendapatkan subjek penelitian Abdi Dalem punakawan yang direkomendasikan dari subjek Abdi Dalem prajurit. Untuk mempermudah penyampaian hasil penelitian maka selanjutnya subjek Abdi Dalem kaprajan disebut sebagai subjek I, subjek Abdi Dalem prajurit disebut sebagi subjek II dan terakhir subjek Abdi Dalem punakawan disebut sebagai subjek III. Pada setiap proses pengambilan data pada setiap subjek penelitian, peneliti pada awalnya mengadakan pendekatan untuk menjalin rapport yang akan berguna bagi kelancaran wawancara. Pada saat membangun rapport, peneliti memperkenalkan diri mengutarakan maksud kedatangan mengenai penelitian yang akan melibatkan subjek sebagai partisipan dalam penelitan. Peneliti meminta persetujuan subjek untuk diwawancarai sesuai dengam tujuan penelitian. Pada penelitian ini tidak mengajukan ijin resmi kepada keraton karena penelitian ini ditujukan kepada personal bukan institusi Keraton Yogyakarta,
kedua karena penelitian
ini
mengunakan teknik
pengambilan data snowball/ chain sehingga subyek dipilih berdasarkan rekomendasi personal yang tidak mengikuti birokrasi keraton. Fase
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
53
rapport ini dilakukan sebanyak 2 kali pertemuan agar pada proses wawancara selanjutnya, para subjek penelitan merasa aman dan nyaman untuk menceritakan informasi mengenai pengalaman akan pemaknaan mendapatkan manfaat dari keraton Yogyakarta. 2. Pelaksanaan Penelitian Pengambilan data dengan cara wawancara dilakukan oleh peneliti dengan jadwal sebagai berikut: Tabel 3 : Jadwal Wawncara Subjek Hari. Tanggal
Kamis, 10 Januari 2013
Kamis, 11 April 2013
Waktu
tempat
Keterangan
10.30 – 11.30 WIB
Rumah Subjek, Tangisan, Bangurejo, Tempel, Sleman.
Perkenalan dan pelaksanaan rapport I
Pelaksanaan rapport II
11.00 – 12.00 WIB
Rumah Subjek Tangisan, Bangurejo, Tempel, Sleman.
11.00 – 12.30 WIB
Rumah Subjek Tangisan, Bangurejo, Tempel, Sleman.
Wawancara pengambilan data I
16.30 – 18.00 WIB
Rumah Subjek Tangisan, Bangurejo, Tempel, Sleman.
Wawancara pengambilan data II
Tempat kursus Macapat, Kompleks Keraton Yogyakarta
Pelaksanaan Rapport, dan pengambilan data awal (data demografi subjek )
Subjek I Jumat , 26 April 2013
Selasa, 7 Mei 2013
Subjek II
Senin, 20 Mei 2013
17.30 – 19.00 WIB
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Kamis, 23 Mei 2013
Subjek III
Sabtu, 25 Mei 2013
17.30 – 19.00 WIB
18.00 – 19.30 WIB
54
Tempat kursus Macapat, Kompleks Keraton Yogyakarta
Wawancara Pengambilan data
Rumah subjek, Notowijayan no. 3
Wawancara Pengambilan data
Kecamatan Keraton Yogyakarta
Pada tabel pelaksanaan penelitian tersebut terlihat bahwa pada proses rapport dan wawancara subjek I dan subjek II tidak seintensif subjek I. Hal ini terjadi karena peneliti memiliki keterbatasan waktu, sehingga tidak dapat melaksanakan proses rapport da pengambilan data yang optimal pada subjek I dan subjek II.
B. Profil Subjek 1. Subjek I (Abdi Dalem Kaprajan) Subjek I penelitian ini adalah seorang Abdi Dalem Kaprajan laki-lakiberinisial Mbah W atau KMT L. Mbah W lahir pada 15 Agustus 1942 di Sleman.Subjek berdomisili di Tangisan, RT 01, RW 09, Bangurejo, Tempel, Sleman.memiliki 3 anak, 4 cucu, dan 2 buyut. Mbah L adalah pensiunan PNS, dulu sewaktu berkerja di Departemen Koperasi. Profesi sebagai pengawai Departemen Koperasi waktu itu dijalani karena keinginannya untuk berkerja sesuai dengan jurusan yang telah ia tempuh di UGM yaitu sebgai sarjana muda Fakultas
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
55
Ekonomi Universitas Gajah Mada. Aktivitas sehari-hari mbah L saat ini adalah sebagai ketua PWRI (Persatuan Wredatama Republik Indonesia) cabang Sleman yaitu suatu perhimpunan para pensiunan PNS. Mbah Lmulai mengetahui adanya profesi Abdi Dalem sejak kecil karena ada tetangganya yang menjadi Abdi Dalem. Namun Keinginan mbah L menjadi Abdi Dalem dimulai sejak beliau bekerja di Departemen Koperasi tahun 1996 karena melihat para Abdi Dalem itu terlihat senang dan tentram, baru setelah mbah L pensiun tahun 2006 ia mendaftar, mengikuti ujian dan akhirnya menjadi Abdi Dalem kaprajan. Waktu itu dia mulai mulai menjadi Abdi Dalem ia langsung mendapatkan gelar kepangkatan Wedana
karena beliau adalah
pensiunan PNS golongan IVd. Profesi Abdi Dalem ini telah ia jalani hampir 7 tahun. Sebagai Abdi Dalem kaprajan aktivitas yang dijanai adalah SB (sowan bekti) di kraton Yogyakarta setiap 2 minggu sekali dan berkumpul bersama Abdi Dalem kaprajan lainnya untuk belajar tentang pengertian-perngertian tentang kraton Yogyakarta.Pengertianpengertian ini adalah pengetahuan tentang budaya keraton Yogyakarta. 2. Subjek II (Abdi Dalem Prajurit) Subjek II dalam penelitian ini adalah seorang
Abdi Dalem
Prajurit berisisial KMT P. Mbah P lahir di bantul, 4 Juni 1950. Beliau sekarang berdomisili di Krapyak Kulon, Panggungharjo, Sewon,
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
56
Bantul. Beliau memiliki 3 orang anak dan 3 orang cucu.Mbah P telah menjadi Abdi Dalem pada tahun 1972 waktu usianya masih 22 tahun. Waktu itu ia masuk pada jenis Abdi Dalem punakawan, baru watu beliau menjadi PNS pada tahun 1980, ia masuk dalam abdi kaprajan, selain itu sejak menjadi abdi punakawan ia juga tercatat sebagai Abdi Dalem Prajurit. Peran sebagai Abdi Dalem Prajurit ini sampai saat ini masih tetap dijalani.Setelah pensiun dari PNS pada tahun 2006, mbah P aktif sebagai pengajar pada kursus Macapat yang berlokasi di kompleks Keraton Yogyakarta. Kegiatan mengajar Macapat ini dilakukannya 2 kali seminggu pada hari selasa dan hari kamis sore. Mbah P sebagai Abdi Dalem prajurit beliau bertugas untuk mengarak grebeg maulud, grebeg Syawal, dan grebeg besar. Sedangkan peran Mbah P sebagai Abdi Dalem Kaprajan, aktivitas yang dijalaninya adalah Sowan Bekti (SB) yang ia lakukan setiap 2 minggu sekali. 3. Subjek III (Abdi Dalem Punakawan) Dalam penelitian ini subjek III adalah seseorang abdi punakawan. Mbah S adalah seorang Abdi Dalem punakawan yang telah mengabdi selama 18 tahun sejak tahun 1995. Mbah S saat ini berposisi sebagai Abdi Dalem bagian perlengkapan busana tari di keraton.Saat ini mbah S berpangakat bekel sepuh.Usia beliau waktu wawancara berlangsung adalah 50 tahun. Pekerjaan mbah S sehari-hari
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
57
adalah seorang pedagang dan memliki warung sekaligus rumah di dekat kompleks keraton yaitudi jalan Notowijayan no.3, kecamatan Keraton, Yogyakarta. Selain itu mbah S punya aktivitas lain di luar kegiatan di dalam keraton yaitu sebagai salah satu pengurus dari trah HB I di rumah yang didiaminya juga merupakan sekretariat trah HB I.Mbah S baru memiliki satu putra yang menjadi tanggungannya. Sebagai Abdi Dalem memiliki tugas piket piket setiap hari senin dan kamis.Tugas piket yang dijalani oleh mbah S adalah sowan ngabekti dan memilihara perlengkapan busana tari kepunyaan keraton.Mbah S mengenal profesi Abdi Dalem karena ayah mbah S dulu adalah seorang Abdi Dalem. Dan ketika tahun 1995 ia memutuskan untuk ikut bergabung untuk mengabdi kepada keraton sebagai Abdi Dalem punakawan. Ia masuk menjadi Abdi Dalem karena keinginan sendiri walupun memang ada sedikit ada pengaruh dari keluarganya untuk menuruskan tradisi keluarga, karena bagi S selain kesadaran sendiri untuk memelihara kebudayaan keraton ia juga merasa wajib untuk meneruskan tradisi keluarga menjadi Abdi Dalem yang notabena adalah keturunan dari HB I.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
58
C. Hasil Penelitian 1. Subjek I (Mbah L) Mbah L sebagai Abdi Dalem Kaparajan berpendapat bahwa Abdi Dalem berperan sebagai abdi budaya. Abdi budaya yang dimaksud adalah belajar mengenai budaya Jawa yaitu bagaimana orang berperilaku sesuai aturan.Berperilaku sebagai orang Jawa yang tahu dan menerapkan tata krama, unggah-ungguh dan suba sita. Bagi mbah L Abdi Dalem tidak menyembah batu dan kayu melainkan menyembah budaya Jawa yang luhur sedangkan raja disembah dalem batas kewajaran. Abdi Dalem menolak jika di keraton mereka bekerja, mereka merasa di keraton itu mereka mengabdi budaya. “Jadi gini abdi dalem kuwi abdine budaya, abdi budaya niku nyembah karo ratu niku mboten, nyembah karo budaya keraton ngayogyakarta. Budaya iku budaya tata krama, budaya unggah ungguh, budaya suba sita, dadine nek nang kraton niko mboten nyembah ratu mboten, ratu tetep disembah disembah dalam batas kewajaran, tapi kita itu nyembahe karo budayatapi kita itu nyembahe karo budaya, yaiku budaya suba sita, unggah ungguh, tata krama, ngoten.” (1-15) “Ha iya, nek ora ojo nganti dados dadi abdi dalem, ya biar belajar tata krama, unggah ungguh, suba sita, belajar bahasa jawa, belajar nulis jawa nggih,belajar menapa sejarah keraton ngayogyakarta, dadi artine lak piye perjanjian gianti, piye le Sultan Hamengku Buwana sepisan le dadi pahlawan wektu semana, HB XI menjadi pahlawan itu itu wonten sejarahe.” (82-91) “Ngabdi, mengabdi mboten bekerja, kita ndak pernah berkerja ke sana, kita ora tau dikokon kongkon didawuhi resik-resik mboten, kita wonten menika sowan nggih lenggah wonten papan ikang sampun disediaken menika gedung bangsa ler
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
59
menika papan menika niku ngabdi wonten mriku nek pun ten mriku supados tukar krawuh, nganggusu krawuh pangertenpangerten bab keraton, pangerten-pangeten kados pundi perkembangan keraton ning mboten bekerja di keraton mboten.” (346-348) “Ngabdi budaya, dadi abdi dalem niku abdining budaya kita memang benar-benar ngabdi budaya budaya unggah ungguh, budaya tata krama budaya peninggalan keraton ingkang rumiyen nek nyembah-nyembah ora nyembah nganu watun kayu mboten, nyembah budaya.” (370-377) Bagi mbah L Keraton Yogyakarta dipandang sebagai pihak yang mempunyai budaya Jawa yang luhur. Menurut Abdi Dalem pihak keraton juga memandang Abdi Dalem sebagai abdi budaya yang belajar budaya Jawa yang luhur. Abdi Dalem merasa telah disediakan tempat di keraton untuk belajar mengenai pengertian-pengertian, nilainilai tentang budaya Jawa. “Saya pengen mengabdi pada keraton Ngayogyakarta yang punya budaya tadi budaya unggah ungguh, jadi kembali pada orang jawa tadi punya unggah ungguh punya tata krama punya aturan nggih, sepertinya raja itu jadi koordinator bagi aturan aturan itu sendiri. (44-52) “Nah kita harus tunduk pada aturan keraton, nek keraton kwi ngatur nek kowe saben dina kudu sowan, yo sowan, kowe saumpaminipun menika ada grebeg mulud, ada grebeg shyawal, ada grebeg besar itu kita harus ikuti tata cara kreaton kita ikuti iyo to, sampun ngaten kita ikuti keraton, nek wis maju yo kita dawuhe kraton ya kita tindakake, ya kita kembali lagi yang saya katakan ora nyembah nama menika bangunan-bangunan mboten niku bangunan budaya yang diikuti bangunan budayanya, ya nilainya, nilai nilai budayanya, nah kita itu nek wis nang kono aturan tata krama unggah ungguh, nek mlebu nyembah ning ora nyembah bangunane balek meneh nyembah nilai nilai budaya koyo kwi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
60
mau, nggih menika yo kudu taat tunduk aturan keraton dus pundi ora kena mbadan nek di gawe sowan, o kowe sesuk dina syawal kudu melu nderek sowan syawal, mulud sampun onten dawuhe puyambak-piyambak mboten pareng mbadan.” (163189) “Kita wonten menika sowan nggih lenggah wonten papan ikang sampun disediaken menika gedung bangsa ler menika papan menika niku ngabdi wonten mriku nek pun ten mriku supados tukar krawuh, nganggusu krawuh pangertenpangerten bab keraton, pangerten-pangeten kados pundi perkembangan keraton.” (350-359) “Ya sama seperti tadi abdidalem kuwi abdine budaya, dadi nang kraton niku nganggsu krawuh ten mrika, ten keraton. Budaya apa yo budaya kula aturaken wau.” (402-406) “Sama juga jadi kita selaku abdi dalem dai juga memandang kita abdi dalem niku abdining budaya, ora abdining ratu mboten mboten salah itu abding budaya dadi dia itu mengabdi abdi abdining budaya pun niku mangkih pun mengungkapkan itu pun dah betul sekali itu.” (391-399) Aturan-aturan yang diberikan Keraton Yogyakarta, bagi Abdi Dalem harus dipatuhi karena hal tersebut merupakan salah satu pembelajaran mengenai budaya jawa dalam berperilaku seperti menahan diri ketika di area keraton tidak boleh seenaknya, ada aturan unggah dan tata krama yang harus diikuti. “Iya kan kita itu harus menyadari, nek tugasku ngono yo aku tak lakoni koyo ngono kuwi, nek mboten purun nggih mboten sah dadi abdi dalem, njur kita kedah taat karo aturan nek nang kraton.“ (192-197) “Nek kita nang Kraton, nek jenengan nganggo sepatu nggango sepatu melbu mboten menapa-menapa, kula kudu kena dicopot, mlebet mboten ngagem srandal, yen njenengan selaku turis yang sing bade madosi sinten ngoten mboten sah nyopot srandal, kula harus dicopot, nek nang kraton itu mboten entuk
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
61
anu nganggo teken, ga boleh, kalo ga isa, kalo bukan abdi dalem ga masalah gitu lo, ora kena ngaggo teken ora kena nganggo payung, nek ngendikan yo sak lumrahe, ora cekakakan, ora rangkul rangkulan nang kraton biasa aja mas, menawi pitakon menika badhe ngadep sowan yo ojo bareng bareng njur bablas, yo mboten, urut kacang nah menika aturan.” (199-216) “Ya kita sebagai abdi dalem, kados pundi Keraton Ngayogyakarta menika tergantung keraton dawuhe keraton kita menurut dan taat, njur kita mboten saged menentang menapa kang dados kersane keraton dateng kita selaku abdi dalem, samenika abdi dalem menika kedah sowan dina shawal kita sowan, mulud,mulud grebeg shawal pun sesuk ngagemme nek sowan bekti jadi ngini kayo mau selaku abdi dalem harus manut turut dan taat pada aturan keraton ora sak karepe dhewe.”(225-239)
Menurut mbah L, ia menjadi abdi keprajan di keraton Yogyakarta tidak mencari apa-apa yang dicari adalah rasa tentram. Rasa tentram itu didapatkan bila Abdi Dalem ikut memiliki dan berperilaku sesuai budaya Jawa. Budaya Jawa yang dimaksud adalah budaya tata-krama unggah-ungguh dan suba-sita. “Kula saya sendiri di keraton itu dengan kita jadi abdi dalem itu hatinya lebih tentram, lebih tentram, dalam arti dalam kesehariannya itu kita dalam berperilaku itu ada unggah ungguh tata krama selain itu kita bisa sopan santun karo wong.” (32-37) “Nek biyen sing atine kebak ngeten ora tentrem, yo kita ada perubahan, nggih amargi saking ajaran budaya, pun saiki nek wis ngoten, saiki wis dadi abdi dalem kok podho karo sing ora dadi abdi dalem, namanya ga ada perubahan itu, wani mlebu kono aturan nang kono kudu gelem ikuti, peraturan budaya itu, aturan ten mrika niku menawi menapa, ana aturan budaya,
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
62
budayane tata krama, unggah ungguh, suba sita, nggih kados pundi lembah manah ya itu namanya setiap abdi dalem ada perubahannya itu.” (137-150) “Jadi motivasine nipun biar kita itu melu guyub, selain tentrem tadi kita punya unggah ungguh tata krama jadi ktia mengabdi pada Keraton Ngayogyakarta maka kita menyembah itu menyembah pada budayanya,” (52-58) “Yang saya katakan budaya yang bagaimana unggah ungguh setiap insan manusia masyarakat yogyakarta ini punya unggah ungguh, punya tata krama, punya banyak teman mula di jogyakarta itu kan sekarang kan tingkat UHH, usia harapan hidup itu lebih tinggi daripada di luar, karena dia punya ketentraman , kita punya punya, ojo brangasan itu lo” (66-76) “Kula kepengen, kok ketoke kok sing do dadi abdi dalem kok ayem-ayem. Saya melihat seperti itu kok le urip kok kepenak , saya melihat saya liat sperti itu, kaya ngapa nak aku dadi abdi dalem, pun sampun melebet abdi dalem cen sak estu benten kalian sing mboten dados abdi dalem.” (128-135) “Dadi mereka menggangap membimbing kami dalam arti saben dinten kula saged untuk kita melakukan tata krama unggah ungguh dadi opo iki dadi wong jowo iku wong jowo iku ojo nganti ono sing keliwat kro unggah ungguh tata krama, nek ngono kwi dudu wong jowo, jadi kita menganggap dengan kabudayan ini membimbing kula.” (17-26) “Mila nang njobo keraton apa adanya kita aplikasikan ke luar di masyarakat biasa ya paling ora nek kita sudah di masyarkat paling ora nek kita apa yang kita dapatkan dari keraton itu kan iso mbatesi kita ana tata kramane ono unggah ungguhe aku nek srawung kudu piye.” (507-513) “Lan setiap kenaikan tingkat badhe mungah tingkat kalenggahan saking jajar mangkeh minggah sak hinggil ipun menika dados bekel napa menika menawi ujian, permaten niku namine niku ten mrika, dadi kula kula kala mbek nika, kula mlebet sepisan saking nganu, mboten ndodos KRT, KMT mboten nggih, ning lajeng ingah-ingahipun saking jajar minggah bekel, bekel minggah lurah, lurah dadi kliwon, kliwon
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
63
dadi kriya, kriya dadi bupati nika wonten tingkatanipun kang kedah kita tindakaken.” (92-105) “Sampun disiapkan namanya jadi, wong melebet pun diparingi asma oleh keraton nggih dai mangkeh naminipun setiap badhe minggah pangkat pun lulus pun tanpi pun saged onten perubahan menapa asma nggih nganu mangkeh umpami diperingi maleh,diowahi melih tergantung mrika, ning kita punya hak untuk mengajukan kenaikan tingkatan.” (114-123) “aku ki golek nilai-nilai apa yang diapatkan dari keraton dateng kita menika yang perlu kita dapatkan dari keraton sendiri ning ora golek opo-opo, nek perlu malah kelangan e urunan nggih menika kita arep sowan bekti kula saben wulan bayar 5 ribu nggo kepentingan itu nggih kangge keperluan sehari-hari wonten keraton menika mangkeh yen ana keperluan dadi nggo layat nggo kepentingan nggih menawi menika dikumpulkan, dus ojo ngarep-arep, tapi betulbetul tidak mengharapkan apa-apa wujud materi nggih kita dapat ajaran saking keraton.”(452-467) “Nggih menika kembali lagi, kembali lagi selaku abdi abdi dalem kula ojo mengharapkan opo opo seka keraton wong keraton ra ono opo opo nggih bilih menika ora ora ngarep arep nganu imbalan seka mrika-mrika kula kan sampun matur sing kaprajan menika ora oleh bayar ning nek sing punakan oleh bayar nggih.Nek kaprajan mboten emang ga dapat apaapa kita Cuma ngabdi betul ning kita itu mengabdi untuk ngabdi keraton ngayogyakarta ngabdi budaya.”(299-311) “Kata mengabdi kalo saya ngabdi itu imbalanipun mung aku seneng nek aku ngabdi nang keraton ki rumangasa da kebanggaan tersendiri nggih yang pertama kedua ketentraman niku isine aturanken wau atinioun tentram nggih yang ketiga nipun kita punya serawung kaleh abdi dalem sanesipun bangga tentram dan bisa bertemu dengan abdi dalem yang lain.”(323332) “Aku ra golek opo-opo ngolek ketentreman, neng kono golek kebanggaan, aku ki golek niali-nilai apa yang diapatkan dari keraton dateng kita menika yang perlu kita dapatkan dari keraton sendiri ning ora golek opo-opo, nek perlu malah
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
64
kelangan e urunan nggih menika kita arep sowan bekti kula saben wulan bayar 5 ribu nggo kepentingan itu nggih kangge keperluan sehari-hari wonten keraton menika mangkeh yen ana keperluan dadi nggo layat nggo kepentingan nggih menawi menika dikumpulkan, dus ojo ngarep-arep, tapi betulbetul tidak mengharapkan apa-apa wujud materi nggih kita dapat ajaran saking keraton.” (450-466) “Bukan dari uang itu ning dilalahe uang itu keket, keket dalam arti mengko tekan ngomah duit kwi iso dijolke okeh he karo wong nganuki. Mengko tak jolke semono kwi , wonten sing ngono kwi kula pendet, ning keyakinan kita pada keraton nggih, ning kok mboten menika kabeh menika kok nganu gela, mboten ning betul-betul itu kwi njalari keket ipun rejeki piyambak ipun. Duit kwi iso nggo mbayari sekolah mboten, dilalahi kok malah marake tentrem rejeki keket. Wong ki nek tentrem ki pikiranne kan dadine enak to mas.” (482-495) “Jadi kita itu ngga usah ngoyo woro pancen itu seperti itu nek sampeyan menghayati kalo sampeyan rasakan opo yo tenan bayar semono kok iso nganu dadi iso ngono tenan, kwi nyatane kwi keket rejekine ngeten niku tetep segitu menurut saya lan rencang-rencang.” (527-534) “Iya, tapi yo rak lak di tonjol-tonjolke, aku abdi dalem, ngih mboten, yo kita sing biasa-biasa mawon, tapi kita berubah sikap kita sendiri.” (154-158) “Iyo nek njur ana sing nganu gila pangkat, aku nek nyeebut kudu kanjeng raden temenggung nek kula malah mboten purun nek nang njobo mila nang njobo kreton apa adanya kita aplikasikan ke luar di masyarakat biasa ya paling ora nek kita sudah di masyarkat paling ora nek kita apa yang kita dapatkan dari keraton itu kan iso mbatesi kita ana tata kramane ono unggah ungguhe aku nek srawung kudu piye.” (502-514) 2. Subjek II (Mbah P) Mbah P adalah sesorang yang terdaftar sebagai Abdi Dalem prajurit sejak tahun 1972. Menurut mbah jenis abdi ada 3 jenis Abdi Dalem keraton Yogyakarta, dan Abdi Dalem prajurit merupakan Abdi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
65
Dalem yang khusus akrena tidak termasuk dalam Abdi Dalem kaprajan dan Abdi Dalem punakawan. “Prajurit itu adalah abdi dalem khusus, khusus prajurit itu pukawan juga tidak , keparajan juga tidak, tapi itu ada, ada, abdi dalem prajurit itu adanya. Makanya tadi bisa dibilang abdi dalem itu bisa dibagi dua, tapi bisa dibagi tiga. Kalo dua menjadi keprajan dan punakawan kalo yang prajurit itu tidak termasuk tidak termasuk kaprajan juga tidak termasuk punakawan itu” (13-17) Menurut mbah P tugas umum seorang Abdi Dalem semua golongan adalah sebagai abdi budaya.Dan secara khusus setiap golongan mempunyai tugas yang berbeda-beda.Peran sebgai abdi budaya ini bagi Mbah P dengan tugasnya sebgai pengawal ketikan menjadi Prajurit di acara grebeg-grebge keraton dipandang sebagai usaha untuk melestarikan budaya Jawa. “Tugas tiga abdi dalem itu tadi sebagai abdi budaya.Sebagai abdi budaya.Secara umum juga mendapatkan tugas atau diberi tugas saat-saat tertentu untuk melaksakan kewajibannya.Itu secara umum. Jadi abdi dalem, abdi dalem itu tadi itu mempunyai ada yang namanya tugas piket. Ada yang namanya ya tugas-tugas piket, namanya pisowanan, tatapi berbeda-beda sesuai dengan kelompoknya masing-masing.”(37-43) “Kemudian abdi dalem punakawan secara umum abdi budaya dan yang secara khusus diwajibkan untuk piket atau sowan pada hari-hari tertentu sesuai dengan jadwal yang sudah ditentukan itu sowan sesuai jadwal yang sudah ditentukan, menurut kondisi gologan masing-masing.”(94-105) “Kalo yang upacara-upacara gerebeg itu tadi bagian dari melestarikan budaya.Upacara gerebeg itu kan bagian dari pelestarian budaya”.(207-210)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
66
Motivasi awal mbah P untuk menjadi Abdi Dalem Prajurit karena sejak muda ingin melestari budaya jawa dengan cara masuk menjadi badi dalem prajurit dengan kesadaran sendiri dan tanpa paksaan dari orang lain. “Ya dulu awalnya karena sewaktu saya waktu muda melihat prajurit keraton melakukan pengawalan ,makanya saya pengen ikut. Tidak ada yang menyuruh, kesedaran sendiri, orang tua juga tidak, tahu-tahu saya sudah jadi prajurit keraton.... Karena niatnya ingin melestarikan budaya.”(287-299) Mbah P beranggapan bahwa mengabdi di keraton itu sebenarnya mengabdi pada budaya.Tugas yang harus diemban sebgai abdi budaya adalah Abdi Dalem harus melestarikan budaya. Budaya menurut mbah P tidak sekedar perihal kesenian, namun lebih luas lagi yaitu menyangkut hal bicara, berperilaku, menjaga aset-aset budaya, menjaga martabat dan kehormatan diri sendiri, masyarakat dan Sri Sultan “Saya mengabdi di keraton itu juga berarti mengabdi budaya artinya kami harus melestarikan budaya” (157-160) “Budaya, itu tidak sekedar melestarikan kesenian, tetapi perilaku kami sebagai abdi dalem harus bisa menunjukan bahwa saya harus menjaga martabat menjaga kehormatan khususnya dirinya sendiri maupun masyarakatnya maupun sri sultan.” (162-169) “Abdi dalem itu sebagai abdi budaya itu sudah luas luas sekali, kalo dijabarkan bisa luas sekali tidak hanya seni, tapi juga harus bisa melestarikan budaya, dalam bidang apa saja. Dalam bidang wicara bicara, tindakan perilaku, termasuk melestarikan aset-aset yang ada.” (173179)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
67
Bagi mbah P, tugas utama Abdi Dalem prajurit adalah mengikuti grebeg yang setiap tahunnya diadakan tiga kali.Tugas dari Abdi Dalem Prajurit ini biasanya mengawal keluarnya grebeg dari Keraton Yogyakarta. “Tugas utamanya mengikuti upacara grebeg.Mengikuti upacara grebeg. Grebeg di keraton itu ada 3 kali, satu tahun 3 kali garabeg shyawal, garebeg besar, gerebeg maulud, garebeg syawal untuk merayakan hari raya idul fitri, garebeg besar merayakan hari raya idul Adha, grebeg Mulud merayakan Maulud Nabi.”( 52-60) Selain tugas-tugas utama dan tugas khusus yang harus dilakukan oleh para Abdi Dalem ada kewajiban moral yang harus diikuti.Kewajiban moral ini adalah mengikuti sungkem kepada Sri Sultan sebagai raja kerajaan Yogyakarta. Menurut Mbah kewajiban moral ini hanya ditujukan kepada Abdi Dalem yang mempunyai pangkat Wedana ke atas. “Ada kewajiban moral abdi dalem keparajan dengan pangkat wedana ke atas, wedana ke atas ada kewajiban untuk sungkem dalam bahasa jawanya sungkem atau ngabekti kepada raja, sri sultan pada saat hari raya idul fitri. Itu kewajiban moral, mengapa kami sampaikan kewajiban moral, karena jika tidak mampu, tidak masalah tidak menghadap juga tidak apa-apa.” (78-89) Bagi Mbah P, tugas dan kewajiban moral ini
bagi
harus
dilaksanakan bagi yang mampu, namun tidak boleh meninggalkan tugas-tugas Abdi Dalem yang lain.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
68
“Kalo mau sudah mau jadi abdi dalem ya mestinya melakukan tapi tidak njur tugas-tugas yang lain ditinggalkan” (90-93) Bagi Mbah P menjadi dalem merupakan bentuk pengabdian kalangan kawula atau rakyat untuk berbakti dan mengabdi kepada Keraton Yogyakarta. Hal ini menurut mbah P terjadi karena Sri Sultan dipadang sebagai raja yang berkuasa dan patut di hormati karena Sri Sultan Sudah mengayomi seluruh rakyat Yogyakarta yang dimaksud rakya disini tidak sekedar orang asli Yogyakarta namun juga semua orang dari luar yang berada di Yogyakarta termasuk para turis. “Kami merasa sebagai abdi dalem itu kami rasakan sebagai bentuk pengabdian sebgai bentuk pengabdian dari kawula, dari rakyat kepada kerajaan, kepada raja.” (144-150) “Keraton adalah tempat bagi Sri Sultan dan keluarga. Keraton Yogyakarata sendiri adalah kerajaan, terdapat raja dan kerabatnya. Dan raja itu harus dihormati.Terus timbul pertanyaan kenapa dihormati. Raja yogyakarta patut dihormati karena mempunayai kuasa. Kuasaan itu betuknya pengayoman.Pengayoman terhadap rakyat itu.Rakyat itu yang dimaksud adalah semua orang yang berada di Yogyakarta. Misal orang dari luar jogja itu juga diayomi termasuk orang asing turis dan orang dari kota daerah lain.”(268-283) Mbah P mengutarakan bahwa hak atau manfaat yang diterima oleh para Abdi Dalem terutam Abdi Dalem prajurit dan Abdi Dalem punakan adalah kekucah, yaitu uang pemberian Sri Sultan sebagai wujud kemurahan Sri Sultan kepada Abdi Dalem. Meskipun berupa uang namun manfaat ini tidak bisa disebut sebagai karena di dalem keraton tidak ada regulasi yang digunakan untuk menentukan besaran jumlah uang yang diterima oleh Abdi Dalem.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
69
“Hak, hak, abdi dalem punakawan dan abdi dalem prajurit itu mendapatkan pemberian dari sri sultan berupa uang, di situ tidak disebutkan gaji tapi sekedar pemberian kalo itu disebutkan gaji mestinya ada aturan, aturan tertentu, itu juga ada aturan ee aturan yang ada di dalam keraton, otonomi to katanya di keraton tidak berlaku istilah gaji tetapi bahasa jawa namanya kekucah, kekucah itu adalah pemberian yang bersifat kemurahan dari sri sultan” (111-124). Menurut mbah P meskipun kekucah yang didapat nominalnya jauh dari UMR Yogyakarta namun bagi beliau hal terlalu penting, karena bagi beliau yang penting adalah mendapatkan ketentraman lahir batin. Baginya ketentraman lahir batin itu muncul karena orang tidak memilki ambisi mengenai materi dan dengan sepenuh hati mengabdi. “Kalo yang abdi dalem prajurit tidak diberi. Nominalnya jauuuuuhhh sekali dengan UMR makanya makanya tidak disebut gaji, makanya disebut pemberian dari keraton”(226228) “Abdi dalem itu mendapatkan ketentraman lahir batin karena tidak ambisi dengan materi, adanya hanya sepenuh hati untuk mengabdi.” (151-154) Mbah P menyatakan bahwa ia merasa sangat gembira atas kekucah yang didapatkannya dari keraton. Bagi dirinya pemberian dari keraton
merupakan
berkah.
Namun
kekucah
tersebut
tidak
dibelanjakan melainkan disimpan.Bahkan kekucah tersebut kadang diminta oleh rakyat karena menurut mbah P, rakyat percaya bahwa kekucah tersebut merupakan berkah yang dapat mendatangkan kesejahteraan.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
70
“Perasaanya sangat gembira, merasa pemberian dari keraton itu meskipun bukan dari negara, pemberian dari keraton itu membawa berkah, baik materi atau sering makanan”(223-238) “Bahkan yang namanya uang dari keraton tersebut bagi saya, kami gunakan. Tidak kami gunakan untuk belanja, jadi kami gunakan untuk apa, tidak untuk belanja, bahkan pemberian dari keraton itu yang kami terima sering diminta oleh rakyat.” (242-248) “Kalo mereka meminta kami berikan, tapi kalo mreka tidak meminta tidak-tidak kami berikan. Ini ini kalo diminta kami berikan tanpa ganti tanpa imbalan”.(251-256) “Karena bagi mereka, apa yang yang diberikan oleh keraton itu, membawa berkah.Segala sesuatu yang dari keraton itu diraskan sebagai berkah. Dengan kata lain berkah membawa kesejahteraan.” (259-264) Mbah P dalam menjalani tugas dan kewajibannya di keraton merasa jika lebih banyak merasa perasaan bahagia daripada duka nya. Perasaan senang yang didapatkan karena ia diberi kesempatan untuk mengabdi kepada keraton, diberi kesempatan untuk melestarikan budaya. Bahkan duka yang dirasakan mbah P pun terkait dengan perasaan tidak nyaman ketika tidak dapat atau tidak mampu melaksanakan kewajiaban nya dalam rangka mengabdi kepada keraton, “Ya banyak remennya, banyak sukanya.sukanya karena telah mengabdi pada keraton. Kepada raja.Pengabdian dari kawula kepada rajanya.Rasasa tentram karena memenuhi kewajiban dari kawula itu kepada raja. Jadi remen tentram, tentram yang tidak bisa dirasakan oleh orang lain.” (303-311) ”Dukanya ketika tidak bisa menjalankan tugas. Misalnya dulu pas masih di pemda Bantul, pas pas ada tugas dikeraton di
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
71
pemda juga ada acara yang penting, kedua harus dijalani pas pada waktu yang sama, dukanya yang dikeraton ya digantikan. (312-319) 3. Subjek III (Mbah S) Subjek III pada penelitian ini adalah seorang Abdi Dalem punakawan berinisial mbah S. Mbah S bertugas untuk memelihara dan menyiapkan busana tari keraton. Tugas-tugas tersebut ia laksakan berbarengan dengan sowan ngabekti di keraton pada hari piket senin dan kamis setiap minggunya. Mbah S berpendapat bahwa menjadi Abdi Dalem punakawan mempunyai arti sebagai abdi budaya. Bagi mbah S jika dibandingkan dengan kelompok-kelompok Abdi Dalem yang lain di keraton, Abdi Dalem punakwan adalah yang paling rendah tingkatannya. “Itu saya di keraton kejatahan di bagian busana tari, tugasnya nggih menyiapkan pakaian untuk acara tari di keraton:. (3-5) “Ten keraton nggih sowan ngabektinipun sami senin kalih kemis wau.” (17-19) “Abdi dalem niku abdining budaya, menawi abdi punakawan niku abdi dalem ngandap sak estu dados magang rumiyen lajeng jajar lajeng mangkeh saged konco pun diparengi kalengahan lan sesebutan nami ngarso dalem lan mangkeh minggah-minggah saged bupati.” (27-35)
dalem saking dados saking dados
Bagi mbah S menjadi abdi budaya sudah menjadi motivasinya ketika masuk menjadi Abdi Dalem, karena sejak awal ia ingin memelihara budaya Jawa supaya tidak hilang tergilas Zaman. Yang
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
72
dimaksud sebagai budaya oleh mbah S adalah tradisi adat-istiadat, etika unggah ungguh.” “Kula kepengen nguri-nguri kabudayaan Jawi, supados mboten ical kegiles jaman.” (47-50) “Nggih tradisi, Adat istiadat, etika unggah-ungguh”. (52-53) Mbah S berpendapat bahwa keraton tidak dapat berdiri sendiri tanpa hadirnya Abdi Dalem karena bagi mbah S keraton dan Abdi Dalem adalah satu kesatuan. Mbah S juga menyatakan bahwa Sultan sebagai raja patut dihormati dan diikuti perintahnya karena dianggp sebagai leluhur dan pemimpin rakyat Yogyakarta. “Ya persatuan nggih mboten saged terpisahkan antara abadi dalem karo keraton, onten abdi dalem nggih onten keraton, nek ana negera ano ratune nek ra ono ratune yo ra ra ono negara.” (92-96) “Nggih sebagai pepunden, sebagai pemimpin yang harus dihormati dan diikuti segala perintahnya.” (101-104)
Menurut Mbah S sebagai Abdi Dalem ia diberikan manfaat oleh keraton yaitu antara lain uang pemberian dari Sultan, gelar kepangkatan, dan pengetahuan mengenai keraton Yogkarta dan budaya Jawa. Bagi mbah S manfaat tersebut dirasakan sebagai sebagai seuatu yang membahagiakan dan menentramkan karena apa yang didapatkan tersebut dianggap sebagai berkah kesejahteraan yang patut disyukuri. Bagi mbah S uang hasil pemberian tersebut dapat digunakan untuk
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
73
pemasukan tambahan yang dapat digunakan untuk kebutuhan seharihari. “Kula diparingi 17500 saben sasi” (57) “Niku nggih ngge berkah mawon mboten, nek dipun dibuthke nggih nggih nyuwun ngapunten mesti telas, namun syurkuri mugi-mugi kanti keparange dalem menika saged ngrembaka”. (61-66) “Nggih remen mawon ... tambah-tambah pemasukan... Ya untuk kebutuhan sehari-hari, nggih dibelanjakan.” (70-77) “Nggih remen mawon awit saged nggangsu kwaruh babaganbabagan keraton ngertos budaya keraton.” (83-86)
D. Pembahasan 1. Dinamika Pemaknaan Manfaat a. Subjek I (Mbah L) Pada subjek I yaitu Mbah L Abdi Dalem dipandang sebagai abdi budaya. Tugas utama bagi Abdi Dalem kaprajan adalah melakukan kewajian sowan ngabekti di keraton setiap 2 minggu sekali. Ketika di keraton tugas Abdi Dalem kaprajan adalah belajar mengenai pengertian-pengertian keraton dan budaya Jawa. Selain itu menurut mbah L tugas lain bagi Abdi Dalem kaprajan adalah mengikuti acara grebegan pada setiap tahunnya dan itu sifatnya wajib diikuti oleh para Abdi Dalem. Bagi mbah L Keraton Yogyakarta dipandang sebagai pihak yang mempunyai budaya Jawa yang luhur. Menurut Abdi Dalem
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
74
pihak keraton juga memandang Abdi Dalem sebagai abdi budaya yang belajar budaya Jawa yang luhur. Abdi Dalem merasa telah disediakan tempat di keraton untuk belajar mengenai pengertianpengertian, nilai-nilai tentang budaya Jawa. Oleh karena itu bagi mbah L seorang Abdi Dalem harus tunduk dan patuh terhadap semua aturan dan perintah yang diberikan oleh keraton sebgai wujud penghormatan kepada pihak keraton sebagai pihak yang memiliki budaya Jawa. Pada subjek I yaitu Mbah L Abdi Dalem dimaknai sebagai abdi budaya. Abdi budaya yang dimaksud oleh mbah L adalah belajar mengenai budaya Jawa terlebih bagaimana orangdapat berperilaku sesuai aturan perilaku orang Jawa. Meskipun Abdi Dalem kaprajan tidak mendapatkan manfaat berupa materi namun menurut mbah L ia mendapatkan ketentraman hati. Dengan berperilaku sebagai orang Jawa yang tahu dan dapat menerapkan tata krama, unggah-ungguh dan suba sita maka didapatkan perasaan tentram. Aktivitas di keraton bagi Mbah L yaitu dianggap sebagai proses pembelajaran untuk mendapatkan pengetahuan tentang menjadi orang jawa yang sejati. Dengan berperilaku sebagai orang Jawa sejati maka muncul perasaan tentram.Perasaan tentram inilah yang merupakan manfaat yang diterima oleh mbah L sebagai Abdi Dalem kaprajan. Perasaan tentram ini selain dikarenakan subjek I telah berperilaku sesuai dengan nilai-nilai
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
75
budaya Jawa juga disebabkan karena selama ia menjadi Abdi Dalem kaparajan ia memiliki banyak teman dan saudara dari sesama Abdi Dalem dan juga rasa bangga karena telah menjadi Abdi Dalem. Ketentraman yang didapatkan oleh mbah L tersebut muncul karena ia telah menemukan nilai-nilai yang dianggap penting dan khusus bagi dirinya. Menurut pendapat Frankl (dalam Bastaman, 1996), makna hidup merupakan sesuatu yang dianggap penting, benar dan didambakan serta memberikan nilai khusus bagi seseorang. Bila makna hidup ini ditemukan dan dipenuhi maka seseorang akan merasakan hidup berarti dan berharga dan akhirnya akan menimbulkan kebahagiaan (happiness). Perasan tentram yang muncul dari belajar dan berperilaku menjadi orang jawa pada diri mbah L tersebut menunjukkan bahwa perasaan tentram tersebut terjadi karena ia merasa tenang mengikuti sistem budaya yang ada di Yogyakarta. Dengan kata lain mbah L mengakui adanya kelompok superior yaitu keraton dan kelompok interior yaitu Abdi Dalem. Mbah L sebagai representasi dari Abdi Dalem yang mengakui adanya ketidaksetaraan posisi antara kelompok interior (Abdi Dalem) dengan kelompok superior (keraton yogyakarta) dengan mempelajari budaya Jawa yang dimiliki oleh keraton yogyakarta. Menurut teori justifikasi sistem (Josh, 2009) menunjukkan adanya
penjelasan terhadap sistem
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
76
yang tidak setara yang sudah ada menyangkut hubungan antar kelompok. Kelompok yang berstatus rendah dapat menerima posisi interior sebagai sesuatu yang sah dan menjadi skema kognisi. Pengakuan tersebut tidak hanya diterima secara pasif, namun dinilai sebagai status quo yang dinilai sudah stabil. Perbedaan status merupakan sesuatu yang alami, tidak dapat dihindari dan hasil dari proses yang diakui sehingga segala upaya untuk menentang ketidaksamaan dapat merusak tatanan yang ada. b. Subjek II (Mbah P) Mbah P adalah sesorang Abdi Dalem prajurit menurut subjek Abdi Dalem prajurit merupakan Abdi Dalem yang khusus karena tidak termasuk dalam Abdi Dalem kaprajan dan Abdi Dalem punakawan .Bagi mbah P tugas umum seorang Abdi Dalem semua golongan adalah sebagai abdi budaya. Dan secara khusus setiap golongan mempunyai tugas yang berbeda-beda. Sedangkan tugas khusus bagi Abdi Dalem prajurit adalah mengawal acara-acara keraton seperti gerebeg. Motivasi awal mbah P untuk menjadi Abdi Dalem Prajurit karena sejak muda ingin melestarikan budaya jawa dengan cara masuk menjadi badi dalem prajurit dengan kesadaran sendiri dan tanpa paksaan dari orang lain. Mbah P memaknai mengabdi di keraton itu sebenarnya mengabdi pada budaya.Tugas yang harus diemban sebagai abdi budaya adalah Abdi Dalem harus melestarikan budaya. Budaya menurut mbah P tidak sekedar perihal kesenian, namun lebih luas
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
77
lagi yaitu menyangkut hal bicara, berperilaku, menjaga aset-aset budaya, menjaga martabat dan kehormatan diri sendiri, masyarakat dan Sri Sultan. Bagi Mbah P menjadi dalem merupakan bentuk pengabdian kalangan kawula atau rakyat untuk berbakti dan mengabdi kepada Keraton Yogyakarta. Hal ini menurut mbah P terjadi karena Sri Sultan dipadang sebagai raja yang berkuasa dan patut di hormati karena Sri Sultan Sudah mengayomi seluruh rakyat Yogyakarta yang dimaksud rakya disini tidak sekedar orang asli Yogyakarta namun juga semua orang dari luar yang berada di Yogyakarta termasuk para turis. Manfaat yang diterima oleh Mbah P yaitu kekucah, berupa uang pemberian Sri Sultan sebagai wujud kemurahan Sri Sultan kepada Abdi Dalem. Mbah P memaknai kekucah tersebut sebagai pemberian yang tidak bisa disebut gaji. Mbah P memaknai kekucah tersebut dengan perasaan gembira.Bagi dirinya pemberian dari keraton
merupakan
berkah.Namun
kekucah
tersebut
tidak
dibelanjakan melainkan disimpan.Bahkan kekucah tersebut kadang diminta oleh rakyat karena menurut mbah P, rakyat percaya bahwa kekucah tersebut merupakan berkah yang dapat mendatangkan kesejahteraan.Menurut mbah P meskipun kekucah yang didapat nominalnya jauh dari UMR Yogyakarta namun bagi beliau hal terlalu penting, karena bagi beliau
yang penting adalah
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
78
mendapatkan ketentraman lahir batin. Ketentraman lahir batin itu muncul karena orang tidak memiliki ambisi mengenai materi dan dengan sepenuh hati mengabdi pada budaya. Ketentraman yang didapatkan oleh mbah P tersebut muncul karena ia telah menemukan nilai-nilai yang dianggap penting dan khusus bagi dirinya, menurut pendapat Frankl (dalam Bastaman, 1996), makna hidup merupakan sesuatu yang dianggap penting, benar dan didambakan serta memberikan nilai khusus bagi seseorang. Bila makna hidup ini ditemukan dan dipenuhi maka seseorang akan merasakan hidup berarti dan berharga dan akhirnya akan menimbulkan kebahagiaan (happiness). Perasaan tentram yang muncul dari mengabdi pada diri mbah L karena sebagai kelompok interior (kawula/ rakyat) mau mengikuti dan mengabdi pada kelompok superior (raja). Dengan kata lain mbah P mengakui adanya kelompok superior yaitu keraton dan kelompok interior yaitu Abdi Dalem. Mbah P sebagai representasi
dari
Abdi
Dalem
yang
mengakui
adanya
ketidaksetaraan posisi antara kelompok interior (Abdi Dalem) dengan kelompok superior (keraton Yogyakarta). Menurut teori justifikasi sistem (Josh, 2009) menunjukkan adanya penjelasan terhadap sistem yang tidak setara yang sudah ada menyangkut hubungan antar kelompok. Kelompok yang berstatus rendah dapat menerima posisi interior sebagai sesuatu yang sah dan menjadi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
79
skema kognisi.Pengakuan tersebut tidak hanya diterima secara pasif, namun dinilai sebagai status quo yang dinilai sudah stabil. Perbedaan status merupakan sesuatu yang alami, tidak dapat dihindari dan hasil dari proses yang diakui sehingga segala upaya untuk menentang ketidaksamaan dapat merusak tatanan yang ada. c. Subjek III (Mbah S) Pada Subjek III yaitu mbah S berpendapat bahwa menjadi Abdi Dalem punakawan mempunyai arti sebagai abdi budaya. Bagi mbah S jika dibandingkan dengan kelompok-kelompok Abdi Dalem yang lain di keraton, Abdi Dalem punakwan adalah yang paling rendah tingkatannya. Bagi mbah S menjadi abdi budaya sudah menjadi motivasinya ketika masuk menjadi Abdi Dalem, karena sejak awal ia ingin memelihara budaya Jawa supaya tidak hilang tergilas zaman. Yang dimaksud sebagai budaya oleh mbah S adalah tradisi adat-istiadat, etika unggah-ungguh. Mbah S berpendapat bahwa keraton tidak dapat berdiri sendiri tanpa hadirnya Abdi Dalem karena bagi mbah S keraton dan Abdi Dalem adalah satu kesatuan. Mbah S juga menyatakan bahwa Sultan sebagai raja patut dihormati dan diikuti perintahnya karena dianggap sebagai leluhur dan pemimpin rakyat Yogyakarta. Manfaat uang diterima oleh mbah S sebagai Abdi Dalem yaitu uang pemberian dari Sultan, gelar kepangkatan, dan pengetahuan mengenai keraton Yogkarta dan budaya Jawa. Bagi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
80
mbah S manfaat tersebut dimaknai sebagai sebagai sesuatu yang membahagiakan dan menentramkan karena apa yang didapatkan tersebut dianggap sebagai berkah kesejahteraan yang patut disyukuri. Bagi mbah S uang hasil pemberian tersebut dapat digunakan untuk pemasukan tambahan yang dapat digunakan untuk kebutuhan sehari-hari. Ketentraman yang didapatkan oleh mbah S muncul karena ia telah menemukan nilai-nilai yang dianggap penting dan khusus bagi dirinya.dengan cara memaknai aktivitasnya dikeraton sebagai sebuah pelestarian budaya. Menurut pendapat Frankl (dalam Bastaman, 1996), makna hidup merupakan sesuatu yang dianggap penting, benar dan didambakan serta memberikan nilai khusus bagi seseorang. Bila makna hidup ini ditemukan dan dipenuhi maka seseorang akan merasakan hidup berarti dan berharga dan akhirnya akan menimbulkan kebahagiaan (happiness).
2. Dinamika Pemaknaan Abdi Dalem terhadap Manfaat yang Diberikan oleh Keraton Yogyakarta Dari hasil penelitian terhadap tiga jenis Abdi Dalem dapat ungkap bahwa meskipun terdapat banyak manfaat yang didapatkan namun ada manfaat yang utama yang didapatkan oleh Abdi Dalem yaitu ketentraman.Dan ketentraman dimaknai sebagai penerimaan Abdi Dalem terhadap keberadaan sistem budaya Jawa yang dimiliki oleh pihak Keraton Yogyakarta.Ketentraman terjadi karena pihak Abdi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
81
Dalem sebagai kelompok interior mengakui dan mengikuti pihak superior yaitu keraton Yogyakarta.Adanya hubungan pengakuan tersebut maka Abdi Dalem tentram karena telah ikut aturan keraton yaitu sistem budaya jawa. Peran umum Abdi Dalem sebagai abdi budaya menunjukkan bahwa mereka mengakui dan berusaha masuk pada budaya atau cara hidup kelompok superior yaitu keraton Yogyakarta. Keinginan untuk belajar dan memelihara sistem budaya Jawa oleh pihak Abdi Dalem menunjukkan bahwa mereka berusaha mempertahankan status quo yaitu kondisi nyaman yang ada dimasyarakat Yogyakarta.Hal inilah yang menyebabkan Abdi Dalem secara umum mendapatkan ketentraman. Teori justifikasi sistem (Josh, 2009) menunjukkan dan kelompok yang berstatus rendah dapat menerima posisi interior sebagai sesuatu yang sah dan menjadi skema kognisi.Pengakuan tersebut tidak hanya diterima secara pasif, namun dinilai sebagai status quo yang dinilai sudah stabil. Perbedaan status merupakan sesuatu yang alami, tidak dapat dihindari dan hasil dari proses yang diakui sehingga segala upaya untuk menentang ketidaksamaan dapat merusak tatanan yang ada. Penghindaran terhadap rusaknya tatanan inilah yang menyebabkan para Abdi Dalem merasa tentram karena dapat menghidari kemungkinan konflik.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
82
Skema 2: Alur Tema Utama Subjek I
Kelompok Superior - Keraton Yogyakarta dipandang sebagai kelompok superior Pemilik dari budaya Jawa
Balas Jasa yang Diterima - Mbah L merasa tentram karena mengikuti budaya keraton (budaya Keraton) dan berperilaku sesuai dengan sistem masyarakat yaitu budaya jawa.
Kelompok Interior - Abdi dalem dipandang sebagai kelompok interior karena ingin mengetahui tentang budaya Jawa supaya menjadi orang jawa yang
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
83
Skema 3: Alur Tema Utama Subjek II
Kelompok Superior - Keraton Yogyakarta dipandang sebagai kelompok superior Sebagai pihak yang mengayomi kawula/ rakyat
Balas Jasa yang Diterima - Mbah L merasa tentram karena mengabdi sepenuh hati kepada keraton Yogyakarta.
Kelompok Interior Gambar 2 : dipandang Skema Alur Tema Utama Subjek II dari kawula atau - Abdi dalem sebagai representasi rakyat
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
84
Skema 4: Alur Tema Utama Subjek III
Kelompok Superior - Keraton Yogyakarta dipandang leluhur dan pemimpin yang patut diikuti.
Balas Jasa yang Diterima - Mbah L merasa tentram karena mengabdi ikut melestarikan budaya agar tidak hilang tergilas Zaman.
Kelompok Interior - Abdi dalem dipandang sebagai representasi dari kawula atau Gambar 3 : Skema Alur Tema Utama Subjek III rakyat
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan Hasil penelitian yang dilakukan terhadap tiga jenis Abdi Dalem keraton Yogyakarta mengungkap bahwa meskipun terdapat banyak manfaat yang didapatkan namun ada manfaat yang utama yang didapatkan oleh Abdi Dalem yaitu ketentraman. Dan ketentraman dimaknai sebagai penerimaan Abdi Dalem terhadap keberadaan sistem budaya Jawa yang dimiliki oleh pihak Keraton Yogyakarta.Ketentraman terjadi karena pihak Abdi Dalem sebagai kelompok interior mengakui dan mengikuti pihak superior yaitu keraton Yogyakarta. Adanya hubungan pengakuan tersebut maka Abdi Dalem tentram karena telah mengikuti dan menerima aturan keraton yaitu sistem budaya Jawa. Peran umum Abdi Dalem sebagai abdi budaya menunjukkan bahwa mereka mengakui dan berusaha masuk kedalam
budayaatau cara hidup kelompok superior yaitu keraton
Yogyakarta yaitu budaya Jawa. Keinginan untuk belajar dan memelihara sistem budaya Jawa oleh pihak Abdi Dalem menunjukkan bahwa mereka berusaha mempertahankan status quo yaitu kondisi nyaman yang sudah ada di masyarakat Yogyakarta selama berabad-abad.Perbedaan status merupakan sesuatu yang alami, tidak dapat dihindari dan hasil dari proses yang diakui sehingga segala upaya untuk menentang ketidaksamaan dapat 85
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
86
merusak tatanan yang ada. Penghindaran terhadap rusaknya tatanan inilah yang menyebabkan para Abdi Dalem merasa tentram karena dapat menghidari kemungkinan konflik di antara kelompok-kelompok yang ada di dalem wilayah Yogyakarta.
B. Keterbatasan Penelitian Penelitian ini terbatas pada subjek yang menjadi Abdi Dalem berusia 30-80 tahun yang tergolong sudah tua, sehingga hasil yang tersajikan terbatas terbatas pada respon subjek yang sudah matang secara psikologis. Penelitian ini mungkin belum merepresentasikan gambaran pemaknaan Abdi Dalem terhadap manfaat yang didapatkan dari keraton terutama pada Abdi Dalem yang masih pada usia produktif dimana kondisi psikologis dan finansial Abdi Dalem yang berusia muda dapat berbeda hasil pemaknaanya. Kurangnya penguasaan bahasa Jawa pada peneliti juga merupakan salah satu kelemahan penelitian ini sehingga pada saat pengambilan data, peneliti kurang dapat menyesuaikan diri ketika berkomunikasi dengan para subjek yang sering mengunakan bahasa jawa krama. Hal ini menyebabkan hasil data wawancara yang didapatkan kurang optimal. Penelitian tentang Abdi Dalem ini juga kurang mendalam dalam mengungkap dinamika pemaknaan pada subjek II dan subjek III, hal ini dikarenakan tidak ada rapport pada subjek II dan subjek III sebelum pengambilan data karena peneliti memiliki keterbatasan waktu sehingga
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
87
hasil data wawancara pada kedua subjek tersebut tidak sebanyak dan seintensif pada subjek I.
C. Saran 1. Bagi Kaum Akademisi Dari hasil penelitian tentang Abdi Dalem ini peneliti melihat ada banyak hal yang bisa digali dari kebudayan Indonesia, segala aspek kehidupan masyarakat Indonesia yang mengendap menjadi budaya lokal adalah khazanah ilmu pengetahuan terpendam yang dapat dijadikan
bahan
utnuk
memperluas
dan
memperdalam
ilmu
pengetahuan terutama pada ilmu-ilmu humaniora. 2. Bagi Peneliti Selanjutnya Hasil penelitian tentang Abdi Dalem ini masih terbatas pada gambaran pemaknaan yang berusia 50-70 tahun, sehingga belum mampumemberikan gambaran dinamika pemaknaan pada subjek yang lebih muda. Bagi peneliti yang ingin melanjutkan penelitian ini disarankan menambah jumlah dan variasi usia subjek penelitian agar dapat mendekati gambaran sesungguhnya dari fenomena Pemaknaan Abdi Dalem terhadap manfaat yang diberikan oleh keraton.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
DAFTAR PUSTAKA
Babpenas, (2010). Laporan Pencapaian Tujuan Pembangunan Millenium di Indonesia 2010, Kementrian Perencanaan Nasional, Badan Perencanaan Nasional (BAPENAS), Jakarta. Bastaman, H. D. (1996) Meraih Hidup Bermakna: Kisah Pribadi Dengan Pengalaman Tragis. Jakarta: Paramadina. Bps, (2009), Profil Kemiskinan di Indonesia Maret 2009. Statistik RI, Jakarta.
Badan Pusat
Creswell, J.W. (1998). Qualitative inquiry and research design choosing among five traditions. California: Sage Publications, Inc.Moutakas, 1994 Frankl Victor E. (1965). Man’s Search For Meaning an Introduction to Logotherapy. London: Hodder and Stougton. Josh, Gary T, (2009). Social and Psychological Bases of Ideology and System Justification: NewYork : Oxford Press Joyokusumo, (2003). Menjadi Abdi Dalem Keprajuritan adalah Kebanggan KABARE JOGJA. ed edisi XIV 2003, hal 18 Joyokusumo, (2003). Sosok Moderat di Lingkungan Keraton Yogykarta. KABARE JOGJA, ed.XIV, 15- Juli-15 Agustus, hal 15. Kamus besar bahasa Indonesia. (1998). Jakarta. Depdikbud, Balai Pustaka. Kementrian Tenaga Kerja. (2005), Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. 17 tahun 2005 tentang Komponen dan Pentahapan Pencapaian Kebutuhan Hidup Layak. Kementrian Tenaga Kerja RI, Jakarta. _______, (2012), Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. 13 tahun 2012 tentang Perubahan Penghitungan Kehidupan Hidup Layak. Kementrian Tenaga Kerja RI, Jakarta. Koeswara, E (1992), Logoterapi Psikoterapi Victor Frankl. Yogyakarta: Penerbit Kanisius. Media Indonesia, (2012). Biaya hidup Layak di Yogyakarta Rp 1juataan, dipungut dari http://www.mediaindonesia.com/read/ 2012/ 10/ 05/353468/289/101/ Biaya-Hidup-Layak-di-YogyakartaRp1-jutaan, 16 Januari 2013, 20.00 WIB. Prabowo, (2011), Menelisik Abdi Dalem Keraton Yogyakarta, dipungut dari http://news.okezone.com/read/2011/07/ 07/345/476968/ menelisikabdi -dalem-keraton-ngayogyokarto, 16 Juni 2012, 19.00 WIB 88
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
89
Ridwan, Moh (2013). Tolak penangguhan UMP Buruh Kembali Gelar Demo, dipungut dari http://www.shnews.co/detile-13386-tolakpenangguhan-ump-buruh-kembali-gelar-demo.html, 14 Januari 2013, 20.00 WIB. Schutlz, Duane (1991). Psikologi Pertumbuhan, Model-model Kepribadian Sehat. Yogyakarta : Kanisius. Setiawati, M.S., Djohan, R.T. & Ellywati, R (2000). Keterkaitan Antara Kemampuan Menjalin Hubungan InterPersonal Dengan Penghayatan Hidup Secara Bermakna. FENOMENA Jurnal Psikologi, Vol. V No. 06, hal, 27-34. Setyawan, Priyo (2012). UMK Yogyakarta dipastikan dibawah KHL, dipungut dari http://ekbis.sindonews.com/read/2012/10/ 16/34/680357/umk-yogyakarta-dipastikan-di-bawah-khl3,16 Januari, 10.00 WIB Sudaryanto, Agus (2008). Hak dan Kewajiban Abdi Dalem dalam Pemerintahan Kraton Yogyakarta.MIMBAR HUKUM, Vol. 20 No. 1. Februari 2008, Hal 164-178.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
LAMPIRAN
90
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
LAMPIRAN I Tabel 1 :Tema Subyek I (Mbah L)
92
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI Tabel 1 :Tema Subyek I (Mbah L) Tema-Tema Utama 1. Pikiran, perasaan dan perilaku abdi dalem dalam mengidentifikasikan peran abdi dalem sebagai abdi budaya (kelompok Interior) a. Peran dari abdi dalem sebagai abdi budaya yaitu dengan belajar budaya jawa. b. Abdi dalem berperan sebagai abdi budaya. budaya yang dimaksud adalah budaya jawa yaitu tata krama, unggah ungguh, suba sita. c. Orang harus belajar mengenai budaya Jawa untuk menjadi abdi dalem. d. Bagi abdi dalem mengabdi berbeda dengan bekerja e. Abdi dalem benar-benar belajar budaya tidak menyembah bangunan. 2. Pikiran, perasaan dan perilaku abdi dalem dalam mengidentifikasikan peran Keraton Yogyakarta sebagai pemilik budaya jawa (kelompok superior) a. Penerimaan peran Keraton sebagai yang memiliki budaya. b. Ketaatan abdi dalem dalem dalem menjalankan budaya di area keraton karena telah belajar mengenai aturan dan budaya Jawa. c. Penerimaan bahwa tidak bisa menentang Keraton. d. Pihak keraton menyediakan tempat untuk belajar budaya e. Bagi abdi dalem keraton juga memandang abdi dalem berperan sebgai abdi budaya bukan abdinya raja, 3. Pikiran, perasaan dan perilaku terkait hak dan balas jasa yang diterima abdi dalem. a. Perasaan tentram muncul karena telah ikut mengetahui tentang budaya Jawa b. Perasaan tentram muncul karena telah perilaku sesuai dengan hasil belajar budaya. c. Perasaan tentram muncul karena telah ikut mengetahui tentang budaya Jawa yang dimiliki oleh keraton. d. Perasaan tentram muncul karena telah ikut mengetahui tentang budaya Jawa dan punya banyak teman. Hal ini akan meningkatkan usia harapan hidup.
Nomer Verbatim
1-10 13-15
82-91 346-348 370-377
44-50, 163-188 , 192-198 199-216
226-239 350-359, 401-408 390-397
30-35 35-40, 137- 150 52-58
66-76
93
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI e. Motivasi menjadi abdi dalem yaitu karena melihat abdi dalem hidup enak tentram. f. Setelah belajar budaya Jawa maka hasil pembelajaran tersebut akan menjadi pembimbing untuk menjadi orang jawa yang sejati. g. Hak kepangkatan didapatkan oleh abdi dalem harus belajar budaya jawa. h. Hak atau balas jasa yang diterima dari Abdi dalem yaitu mengajukan kenaikan pangkat. i. Balas yang didapatkan dari keraton tidak berupa materi sehingga abdi dalem memenuhi kebutuhannya sendiri ketika berkumpul. j. Pikiran yang muncul karena balas jasa yang didapatkan oleh abdi dalem punakawan k. Abdi dalem tidak mengharapkan balas jasa yang berupa materi, yang didapatkan adalah pengetahuan budaya dari keraton. l. Imbalan yang didapatkan adalah perasaan senang, mempunyai kebanggan tersendiri dan punya banyak teman. m. Penerimaan terhadap apa yang sudah didapatkan dari keraton yaitu dalem mendapatkan ketentraman,kebanggan dan pengetahuan yang didapatkan dari keraton. n. Keyakinan apa yang didapatkan dari keratoni membawa kemudahan rejeki, sehingga keyakinan itu membuat hati, pikiran tentram, dan tidak ngoyo-woro o. Abdi dalem enggan untuk menonjolkan hasil belajar dan gelar yang didapatkan dari keraton.
94
128-135 16-29, 507-513
92-105 114-123 271-276, 453-466, 518-525
276-287,359-363, 475-480 299-307, 308-318, 333-339, 468473 323-332, 534-538
442-453
481-495, 526-533
154-158, 502-507
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
95
LAMPIRAN II Tabel 2 : Analisis Subyek I (Mbah L)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
96
Tabel 2: Analisis Subyek I (Mbah L)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41
saya ingin mengetahui simbah sebagai abdi dalem niku memandang profesi abdi dalem niku prinpun. Jadi gini abdi dalem kwi abdine budaya, abdi budaya niku nyembah kro ratu niku mboten, nyembah karo budaya keraton ngayogyakarta. Budaya iku budaya tata krama, budaya unggah ungguh, budaya suba sita, dadine nek nang kraton niko mboten nyembah ratu mboten, ratu tetep disembah disembah dalam batas kewajaran, tapi kita itu nyembahe karo budaya, yaiku budaya suba sita, unggah ungguh, tata krama, ngoten. Dadi kita menganggap mereka menggangap membimbing kami dalam arti saben dinten kula saged untuk kita melakukan tata krama unggah ungguh dadi oopo iki dadi wong jowo iku wong jowo iku ojo nganti ono sing keliwat kro unggah ungguh tata krama, nek ngono kwi dudu wong jowo, jadi kita menganggap dengan kabudayan ini membimbing kula membimbing dalam arti yang pertama menika sing jelas kalo kita orang jawa kalo kita punya ratu , kita nyembah ratune iku bukan karena kita mengunggulkan ratunya ga, tapi karena budayanya itu trus lajeng kula saya sendiri di keraton itu dengan kita jadi abdi dalem itu hatinya lebih tentram, lebih tentram, dalam arti dalam kesehariannya itu kita dalam berperilaku itu ada unggah ungguh tata krama selain itu kita bisa sopan santun karo wong. Kira kira begitu mas. Nganu pak, pertanyaan
Abdi dalem sebagai abdi budaya. Belajar budaya Jawa.
Peran dari abdi dalem sebagai abdi budaya yaitu dengan belajar budaya jawa.
Belajar cara berperilaku sesuai budaya Jawa, yaitu tata krama, unggah ungguh suba sita
Abdi dalem berperan sebagai abdi budaya. budaya yang dimaksud adalah budaya jawa yaitu tata krama, unggah ungguh, suba sita. Mempelajari budaya Jawa Setelah belajar budaya dapat membimbing menjadi Jawa maka hasil orang Jawa yang sejati. pembelajaran tersebut akan menjadi pembimbing untuk menjadi orang jawa yang sejati.
Dengan belajar budaya jawa akan merasa hati tentram.
Perasaan tentram muncul karena telah ikut mengetahui tentang budaya Jawa
Keseharian berperilaku sesuai dengan unggah ungguh dan tata krama memberikan ketenraman.
Perasaan tentram muncul karena telah perilaku sesuai dengan hasil belajar budaya.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 87
lanjutannya, alasan atau motivasi untuk menjadi abdi dalem niku napa? Gini mas, saya pengen mengabdi pada keraton ngayogyakarta yang punya budaya tadi punya budaya unggah ungguh , jadi kembali pada orang jawa tadi punya unggah ungguh punya tata krama punya ataruan nggih, sepertinya raja itu jadi koordinator bagi aturan aturan itu sendiri. jadi motivasine nipun biar kita itu melu guyub, selain tentrem tadi kita punya unggah ungguh tata krama jadi ktia mengabdi pada keraton ngayogyakarta maka kita menyembah itu menyembah pada budayanya,. dadose nek kula saged menyimpulkan keraton niku memegang peranan sebagai pewaris budaya nggih mbah nggih? Ya tepat sekali itu, pewaris budaya, jadi ratu ngayogyakarta itu punya budaya yang tinggi, budaya tadi yang saya katakan budaya yang bagaimana unggah ungguh setiap insan manusia masyarakat yogyakarta ini punya unggah ungguh, punya tata krama, punya banyak teman mula di jogyakarta itu kan sekarang kan tingkat UHH, usia harapan hidup itu lebih tinggi daripada di luar, karena dia punya ketentraman , kita punya punya, ojo brangasan itu lo , ono wong liyo ngoming kopasus nembak kwikan hal yang lain , tapi masyarakat kan tetep kita diajaarkan untuk duwe aturan. Kira kira begitu. Nganu, tetep belajar tentang budaya jawa mbah? Ha iya, nek ora ojo nganti dados dadi abdi dalem, ya biar belajar tata krama, ungah ungguh, suba sita, belajar bahasa jawa, belajar nulis jawa nggih,belajar menapa sejarah keraton ngayogyakarta dadi artine
97
Keraton Yogyakarta sebagai pihak yang mempunyai budaya Jawa.
Penerimaan peran Keraton sebagai yang memiliki budaya.
Merasa tentram jika ikut menguasai budaya jawa yang dimiliki oleh Keraton
Perasaan tentram muncul karena telah ikut mengetahui tentang budaya Jawa yang dimiliki oleh keraton.
Ketentraman akibat dari punya budaya Jawa yaitu budaya tata krama dan punya banyak teman meningkatkan usia harapan hidup
Perasaan tentram muncul karena telah ikut mengetahui tentang budaya Jawa dan punya banyak teman. Hal ini akan meningkatkan usia harapan hidup.
Menjadi abdi dalem harus belajar budaya Jawa
Orang harus belajar mengenai budaya Jawa untuk menjadi abdi dalem.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 88 89 90 91 92 93 94 95 96 97 98 99 100 101 102 103 104 105 106 107 108 109 110 111 112 113 114 115 116 117 118 119 120 121 122 123 124 125 126 127 128 129 130 131 132 133
lak piye perjanjian gianti piye le sultan hamengkubuwana sepisan le dadi pahlawan wktu semana, HB XI menjadi pahlawan itu itu wonten sejarahe, kedah mempelajari lan setiap kenaikan tingkat badhe mungah tingkat kalenggahan saking jajar mangkeh minggah sak hinggil ipun menika dados bekel napa menika menawi ujian, permaten niku namine niku ten mrika, dadi kula kula kala mbek nika, kula mlebet sepisan saking nganu, mboten ndodos KRT, KMT mboten nggih, ning lajeng ingah-ingahipun saking jajar minggah bekel, bekel minggah lurah, lurah dadi kliwon, kliwon dadi kriya, kriya dadi bupati nika wonten tingkatanipun kang kedah kita tindakaken. Pemberian nama dari keraton niku disetiap kepangkatannya prosesnya gimana mbah? Jadi kita badhe ngajengaken mangkeh pun diparingi asma saking keraton badehe melebet dados abdi dalem keraton sapun menyiapkan nama untuk yang jadi abdi dalem sampun disiapkan Sampun disiapkan namanya jadi, wong melebet pun diparingi asma oleh keraton nggih dai mangkeh naminipun setiap badhe minggah pangkat pun lulus pun tanpi pun saged onten perubahan menapa asma nggih nganu mangkeh umpami diperingi maleh,diowahi melih tergantung mrika, ning kita punya hak untuk mengajukan kenaikan tingkatan. Kalo, sebelum simbah sebelum jadi abdi dalem, padangan simbah melihat profesi abdi dalem seperti apa mbah? Kula kepengen, kok ketoke kok sing do dadi abdi dalem kok ayemayem. Saya melihat seperti itu kok le urip kok kepenak , saya melihat saya liat sperti itu, kaya ngapa nak aku dadi abdi dalem, pun sampun
98
Kenaikan pangkat harus belajar budaya Jawa
Hak kepangkatan didapatkan oleh abdi dalem harus belajar budaya jawa.
Berhak untuk mengajukan kenaikan pangkat.
Hak atau balas jasa yang diterima dari Abdi dalem yaitu mengajukan kenaikan pangkat.
Dulu ingin atau beranganangan menjadi abdi dalem karena melihat hidup mereka enak.
Motivasi menjadi abdi dalem yaitu karena melihat abdi dalem hidup enak tentram.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 134 135 136 137 138 139 140 141 142 143 144 145 146 147 148 149 150 151 152 153 154 155 156 157 158 159 160 161 162 163 164 165 166 167 168 169 170 171 172 173 174 175 176 177 178 179
melebet abdi dalem cen sak estu benten kalian sing mboten dados abdi dalem. Bentene pripun mbah? Nek biyen sing atine kebak ngeten ora tentrem, yo kita ada perubahan, nggih amargi saking ajaran budaya, pun saiki nek wis ngoten, saiki wis dadi abdi dalem kok podho karo sing ora dadi abdi dalem, namanya ga ada perubahan itu, wani mlebu kono aturan nang kono kudu gelem ikuti, peraturan budaya itu, aturan ten mrika niku menawi menapa, ana aturan budayam budayane tata krama, unggah ungguh, suba sita, nggih kados pundi lembah manah ya itu namanya setiap abdi dalem ada perubahanya itu. Dadose perilaku-prilaku sing yang mecul sehari-hari jadi berbeda mbah setelah abdi dalem mbah? Iya, tapi yo rak lak di tonjoltonjolke, aku abdi dalem, ngih mboten, yo kita sing biasa-biasa mawon, tapi kita berubah sikap kita sendiri. Bagaimana simbah sebagai abdi dalem menempatkan diri dalam tatanan keraton ngajogyakarta, tatanan birokrasi? Nah kita harus tunduk pada aturan keraton, nek keraton kwi ngatur nek kowe saben dina kudu sowan, yo sowan, kowe kowe saumpaminipun menika menika ada grebeg mulud, ada grebeg shyawal, ada grebeg besar itu kita harus ikuti tata cara kreaton kita ikuti iyo to, sampun ngaten kita ikuti keraton, nek wis maju yo kita dawuhe kraton ya kita tindakake, ya kita kembali lagi yang saya katakan ora nyembah nama menika bangunan-bangunan mboten niku bangunan budaya yang diikuti bangunan budayanya, ya nilainya, nilai nilai budayanya, nah kita itu nek wis nang kono aturan tata krama unggah ungguh,
99
Merasa berbeda setelah menjadi abdi dalem, dulu tidak tentram karena belum mengenal atau memiliki budaya Jawa, sekarang setelah jadi abdi dalem yang memiliki budaya jawa hatinya menjadi tentram
Merasa tentram karena perilaku sehari-hari yang berubah setelah belajar dan ikut memiliki budaya Jawa.
Meskipun sudah punya budaya tapi tidak ditonjoltonjolkan
Perilaku Abdi dalem setelah memiliki budaya tidak menonjol-nonjokan peran yang didapatkannya.
Harus tunduk pada aturan dan perintah keraton karena keraton yang mempunyai nilai budaya jawanya.
Penerimaan peran Keraton sebagai pihak yang memiliki budaya.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 180 181 182 183 184 185 186 187 188 189 190 191 192 193 194 195 196 197 198 199 200 201 202 203 204 205 206 207 208 209 210 211 212 213 214 215 216 217 218 219 220 221 222 223 224 225
nek mlebu nyembah ning ora nyembah bangunane balek meneh nyembah nilai nilai budaya koyo kwi mau, nggih menika yo kudu taat tunduk aturan keraton dus pundi ora kena mbadan nek di gawe sowan, o kowe sesuk dina syawal kudu melu nderek sowan syawal, mulud sampun onten dawuhe puyambak-piyambak mboten pareng mbadan. Berarti harus ikute apa yang dikatakan diperintahkan oleh keraton mbah? Iya kan kita itu harus menyadari, nek tugasku ngono yo aku tak lakoni koyongono kuwi, nek mboten purun nggih mboten sah dadi abdi dalem, njur kita kedah taat karo aturan nek nang kraton nek nang keraton panuwun ngih, nek kita nang kraton nek jenengan nganggo sepatu nggango sepatu melbu mboten menapa-menap, kula kudu kena dicopot, melbet mboten ngagem srandal, yen njenengan selaku turis yang sing bade madosi sinten ngoten mboten sah nyopot srandal, kula harus dicopot, nek nang kraton itu mboten entuk anu nganggo teken, ga boleh, kalo ga isa, kalo bukan abdi dalem ga masalah gitu lo, ora kena ngaggo teken ora kena nganggo payung, nek ngendikan yo sak lumrahe, ora cekakakan, ora rangkul rangkulan nang kraton biasa aja mas, menawi pitakon menika badhe ngadep sowan yo ojo bareng bareng njur bablas, yo mboten, urut kacang nah menika aturan. Nah itu dadose ketika masuk area keraton? Iya kita sudah diberikan pengertian, nek arep sowan sowan ngabekti ojokok le mlaku deplaplangan, ojo geguyon nggih, pokoke urut kacang Bagaimanakah simbah melihat hubungan antara abdi dalem dengan kraton ngayogyakarta?
100
Menyadari tugas dan kewajiban yang telah diperintahkah oleh keraton
Penerimaan dan kesadaran harus mengikuti keraton sebagai pihak yang memiliki budaya.
Taat dan melaksanakan budaya di area keraton karena telah diberikan pengertian tentang budaya Jawa, berbeda dengan orang lain yang belum tahu aturan aatau budaya Jawa.
Ketaatan abdi dalem dalem dalem menjalankan budaya di area keraton karena telah belajar mengenai aturan dan budaya Jawa.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 226 227 228 229 230 231 232 233 234 235 236 237 238 239 240 241 242 243 244 245 246 247 248 249 250 251 252 253 254 255 256 257 258 259 260 261 262 263 264 265 266 267 268 269 270 271
Ya kita sebgai abdi dalem, kados pundi keraton ngayogyakarta menika tergantung keraton dawuhe keraton kita menurut dan taat, njur kita mboten saged menentang menapa kang dados kersane keraton dateng kita selaku abdi dalem, samenika abdi dalem menika kedah sowan dina shawal kita sowan, mulud,mulud grebeg shawal pun sesuk ngagemme nek sowan bekti jadi ngini kayo mau selaku abdi dalem harus manut turut dan taat pada aturan keraton ora sak karepe dewe, pun kwe nek nang kraton agemanne iki ngagem niko ning nek nang kraton kudu nggagemanipun ageman nganu menika biasan niku dadi nek kudu nggagem sorjan nggih sorjan, kita sudah manut aturan keraton saminipun nganu ngrebeg shawal menika kita agemanipun pethakpethak menika mboten kados biasanipun pun onten aturanipun lan ingkang ngaggem menika ingkang pangkatipun riya minggah kalo wedana niku dereng mboten meniku pehtak, nek ageman pethak niku ageman apela, ageman pethak niku apela. Nganu mbah kula badhe nyuwun pirsa, abdi dalem niku pun onten sejak jaman napa mbah? La menika wiwit HB ingkang kaping HB kaping wolu sampun onten abdi dalem, sampun onten Nek hubungan niku, niku berlangsung pripun mbah, maksudipun timbal balik dari keraton, dari kreton mendapatkan apa dari abdi dalem mendapatkan apa? Dados ngeten, mula maksud pertanyaanipun menapa panjenengan? bayar po pripun? Pripun? Bayar menapa pripun? Apa saja yang didapatkan
101
Tunduk pada aturan keraton Penerimaan bahwa tidak dan tidak bisa menentang bisa menentang Keraton. apa yang diperintakah oleh keraton.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 272 273 274 275 276 277 278 279 280 281 282 283 284 285 286 287 288 289 290 291 292 293 294 295 296 297 298 299 300 301 302 303 304 305 306 307 308 309 310 311 312 313 314 315 316 317
Dados ngeten kalo yang punakawan itu digaji, punakawan digaji tapi kalo yang kaprajan niku mboten mulakno nek menawi mbetahaken menapa menapa keperluan abdi dalem nggih urunan yang punakawan digaji nggih, dibayar saking keraton nek kula ditakoni bayare pniten mboten tau nampa bayar nggih mboten ngertos dus mangkih takon mawon kalih punakawan niku dadi bayare piro niku kuwi pangkate nekniki piro bayare pangkate niku kula mboten ngertos nek kula piyambak selaku abdi dalem kaprajan mboten nampi bayar ingkang pikantuk abdi dalem punakawan, La niku menapa mbah, selain uang niku selain niku wonten meleh mboten mbah? Umpaminipun menapa? Umpaminipun gelar gelar pangkat niku, unmpani nipun menapan mawon saking keraton sebgai balas jasa, nek kula melihatnya niku sebagai napa transaksi, bukan transaksi, nika kan hubungane mboten kepenak nek mboten nampi menapa... Nggih menika kembali lagi, kembali lagi selaku abdi abdi dalem kula ojo mengharapkan opo opo seka keraton wong keraton ra ono opo opo nggih bilih menika ora ora ngarep arep nganu imbalan seka mrika-mrika kula kan sampun matur sing kaprajan menika ora oleh bayar ning nek sing punakan oleh bayar nggih. nek kaprajan mboten emang ga dapat apa-apa kita Cuma ngabdi betul ning kita itu mengabdi untuk ngabdi keraton ngayogyakarta ngabdi budaya keraton ngayogyakarta istilah ipun abdi dalem niku abdining budaya budaya menika menapa budaya sing wau nggih, termasuk nganu menapa menika keraton niku tempat peninggalan budaya keraton
102
Sebagai abdi dalem kaprajan tidak digaji , sehingga untuk memenuhi kebutuhan abdi dalem caranya dengan menyumbang
Balas yang didapatkan dari keraton tidak berupa materi sehingga abdi dalem memenuhi kebutuhannya sendiri ketika berkumpul.
Yang digaji adalah abdi dalem punakwan jadi tidak tahu mengenai jumlah, pembayaran gaji pada abdi dalem punakawan.
Pikiran yang muncul karena balas jasa yang didapatkan tidak berupa materi sehingga tidak tahu balas jasa apa yang didapatkan oelh abdi dalem punakawan.
Menjadi abdi dalem tidak mengharapkan apa-apa, tidak mengharapkan imbalan.
Menjadi abdi dalem tidak mengharapkan imbalan berupa materi.
Tidak mengharapkan apaapa, benar-benar nmengabdi budaya.
Menjadi abdi dalem adalah mengabdi pada budaya sehingga tidak mengharapkan apa-apa,
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 318 319 320 321 322 323 324 325 326 327 328 329 330 331 332 333 334 335 336 337 338 339 340 341 342 343 344 345 346 347 348 349 350 351 352 353 354 355 356 357 358 359 360 361 362 363
ngayogyakarta, mboten nampi menapa-manapa mas. Menawi bagi simbah kata mengabdi niku dimaknai bagaimana mbah? Menapa dihayati pripun, kata mengabdi. Kata mengabdi kalo saya ngabdi itu itu imbalanipun mung aku seneng nek aku ngabdi nang keraton ki rumangasa da kebanggaan tersendiri nggih yang pertama kedua ketentraman niku isine aturanken wau atinioun tentram nggih yang ketiga nipun kita punya serawung kaleh abdi dalem sanesipun bangga tentram dan bisa bertemu dengan abdi dalem yang lain, nek ngabdi ming arep ngolek bayar cetho ora, ning nek sing punakawan dapat, nah mangkeh panjenengan kula nek sing punakawan mangkeh kula aturi nyuwun pirsa menika punakan kula aturaken wau nggih Kula badhe tangklet, niku nek dalam kata bahasa indonesia menapa kerja kalih napa ngandi sami mboten mbah?kata atau kalimat niku mbah? Mboten bekerja, ngabdi Mengabdi? Ngabdi, mengabdi mboten bekerja, kita ndak pernah berkerja ke sana, kita ora tau dikokon kongkon didawuhi resik-resik mboten, kita wonten menika sowan nggih lenggah wonten papan ikang sampun disediaken menika gedung bangsa ler menika papan menika niku ngabdi wonten mriku nek pun ten mriku supados tukar krawuh, nganggusu krawuh pangertenpangerten bab keraton, pangertenpangeten kados pundi perkembangan ning keraton \mboten bekerja di keraton mboten mungkin yang punakawan mungkin nggih nek istilah bekerja kan oleh bayar, ngabdi, ngabdi, ngabdi kados budaya keraton
103
Dengan mengabdi imbalan yang didapatkan adalah yang pertama perasaan senang, merasa punya kebanggaan tersendiri, yang kedua adalah perasaan bangga dan yang ketiga adalah punya banyak teman.
Imbalan yang didapatkan adalah perasaan senang, mempunyai kebanggan tersendiri dan punya banyajk teman
Mengabdi bukan mencari bayar.
Abdi dalem mengabdi tidak mencari bayar.
Mengabdi bukan bekerja, di Bagi abdi dalem mengabdi keraton bukan di suruh berbeda dengan bekerja. bersih-bersih
Di keraton menyediakan tempat, di sana tukar belajar tentang pengertian tentang budaya Jawa, belajar mengenai perkembangan keraton
Pihak keraton menyediakan tempat untuk belajar budaya.
Mungkin bagi punakawan bekerja karena dapat bayar
Pikiran yang muncul karena balas jasa yang didapatkan tidak berupa materi sehingga tidak mengetahui tentang
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 364 365 366 367 368 369 370 371 372 373 374 375 376 377 378 379 380 381 382 383 384 385 386 387 388 389 390 391 392 393 394 395 396 397 398 399 400 401 402 403 404 405 406 407 408 409
ngayogyakarta Mboten kados bekerja ning ngabdi nggih mbah? Ngabdi Dados mboten wonten, sing kaparajan niku luwih kepada mengabdi nggih mbah nggih? Mengabdi Ngabdi budaya, dadi abdi dalem niku abdining budaya kita memang benar-benar ngabdi budaya budaya unggah ungguh, budaya tata krama budaya peninggalan keraton ingkang rumiyen nek nyembahnyembah ora nyembah nganu watun kayu mboten, nyembah budaya. Dadose abdi dalem niku mengabdi kepada budaya, budaya jawa yang... Budaya adiluhung Budaya adiluhung sing manawi diwarisi keraton Nggih Menawi nek diwalik mbah saking keraton niku nek menurut simbah memandang abdi dalem niku pripun mbah? Abdining budaya juga Sama juga mbah? Sama juga jadi kita selaku abdi dalem dai juga memandang kita abdi dalem niku abdining budaya, ora abdining ratu mboten mboten salah itu abding budaya dadi dia itu mengabdi abdi abdining budaya pun niku mangkih pun mengungkapkan itu pun dah betul sekali itu Niku dadose hubungan, keraton memandang abdi dalem niku pripun... Ya sama seperti tadi abdidalem kuwi abdine budaya, dadi ang kraton niku nganggsu kerawuh ten mrika, ten keraton. Budaya apa yo budaya kula aturaken wau.Nggih mila mangkeh sampeyan bandingke karo sing punakawan kadose pun enthuk saking kula jenengan sami
104
banyaran yang didapatkan oleh abdi dalem punakawan.
Benar-benar mengabdi pada Abdi dalem benar-benar budaya, bukan menyembah belajar budaya tidak bangunan menyembah bangunan.
Keraton juga menganggap abdi dalemsebgai abdi budaya bukan abdinya ratu.
Bagi abdi dalem keraton juga memandang abdi dalem berperan sebgai abdi budaya bukan abdinya raja,
Kraton menyediakan tempat untuk belajar mengenai budaya jawa.
Keraton menyediakan tempat untuk belajar tentang pengertianpengertian tentang budaya jawa.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 410 411 412 413 414 415 416 417 418 419 420 421 422 423 424 425 426 427 428 429 430 431 432 433 434 435 436 437 438 439 440 441 442 443 444 445 446 447 448 449 450 451 452 453 454 455
bandingke sama tidak Kula badhe nyuwun pirsa kula pernah membaca diliteratur buku wonten sing pikantuk tanah magersari Nah kwi sing abdi dalem sing wis cen ngabdi wonten mrika mboten abdi dalem kaparajan memang dia itu gini kan itu ada bagian kang kasebut punakawan wau nggih, nek aku nerangke detail aku ra iso nggih nek kula kecatet abdi dalem kaprajan cen saya hanya abdi dalem abdining budaya, tapi kalo yang mendapat tanah apa itu sambung ratuipun kaliayan menika mangkih kaliyan punakawan makeh mila mila panjenangan untuk lebih lengkapnya kedah pinanggih kalian kanjeng P, nek kanjeng P badhe kersa pinanggih nyuwun sewu rumiyin, posisine wonten kursus macapat, kanjeng ipum sibuk sekali jadi dia itu tidak mesti di dalem nek nek udah gitu kansenan kula sampun sowan kanjeng L utawi pak S tanggisan badhe sowan kanjeng badhe nyuwun pirsa bab abdi dalem punakawan, ngoten mawon. Niki kula wedi nek mboten sopan mbah, badhe nyuwun pirsa balas jasa dari keraton niku, simbah wau menyebut kan kebanggaan ketentraman ilmu napa, simbah menanggapinya bagaimana mbah secara penalaran mendapatkan hal itu terus seperti apa mbah? Kita mau, kita tergantung, terserah abdi dalem kita selaku abdi dalem, bisa diterima ga, nek ra iso rasah dadi abdi dalem nah kan begitu to dadi kita harus bisa menerima, aku ki nek nang kono ngabdi keraton kwi ra ngabdi sopo-sopo ning ngabdi budaya, aku ra golek opoopo ngolek ketentreman, neng kono golek kebanggaan, aku ki golek niali-nilai apa yang diapatkan dari keraton dateng kita menika yang perlu kita dapatkan dari keraton
105
Jika tidak bisa menerima apa yang sudah diberikan, jangan menjadi abdi dalem, karena di kraton itu bukan mengabdi kepada siapasiapa. Di keraton mencari ketentraman,kebanggaan, belajar nilai-nilai yang didapatkan dari keraton.
Penerimaan tentang apa yang sudah didapatkan. Di keraton abdi dalem mendapatkan ketentraman,kebanggan dan pengetahuan yang didapatkan dari keraton.
Tidak mencari apa-apa, namun malah kadang ikut menyumbang untuk
Abdi dalem tidak mencari materi, malah kadang harus keluar materi untuk
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 456 457 458 459 460 461 462 463 464 465 466 467 468 469 470 471 472 473 474 475 476 477 478 479 480 481 482 483 484 485 486 487 488 489 490 491 492 493 494 495 496 497 498 499 500 501
sendiri ning ora golek opo-opo, nek perlu malah kelangan e urunan nggih menika kita arep sowan bekti kula saben wulan bayar 5 ribu nggo kepentingan itu nggih kangge keperluan sehari-hari wonten keraton menika mangkeh yen ana keperluan dadi nggo layat nggo kepentingan nggih menawi menika dikumpulkan, dus ojo ngarep-arep, tapi betulbetul tidak mengharapkan apa-apa wujud materi nggih kita dapat ajaran saking keraton. Mboten mawujud materi nggih mbah? Mboten, nek punakawan pancen pikanthuk mila kula aturi ning ikang punakawan ning saniki dados kaprajan ngeten lo mas, la nek kula mboten ngerti tenan nek sing niku Bayre piro le bayar pendahk apa. Tapi kecil mas wong itu ada yang dibayar 12 ewu saben wulan 7500 allahmdulilah tapi dia terima dengan senang hati ning dadi nyatane rejekine deket iso nyekolahke dadi rampung dadi sarjana niku mungkin Niku kok saged mbah? Bukan dari uang itu ning dilalahe uang itu keket, keket dalam arti mengko tekan ngomah duit kwi iso dijolke okeh he karo wong nganuki. Mengko tak jolke semono kwi , wonten sing ngono kwi kula pendet, ning keyakinan kita pada keraton nggih, ning kok mboten menika kabeh menika kok nganu gela, mboten ning betul-betul itu kwi njalari keket ipun rejeki piyambak ipun. Duit kwi iso nggo mbayari sekolah mboten, dilalahi kok malah marake tentrem rejeki keket. Wong ki nek tentrem ki pikiranne kan dadine enak to mas. Niki mbah kula badhe mengkonfirmasi wau, ada pembelajaran dari kreaton kalih abdi dalem niku di aplikasikan dalam kehidupan sehari hari
106
kebutuhan bersama abdi dalem.
kebutuhan bersama.
Tidak mengharapkan yang bersifat materi, yang didapatkan adalah ajaran dari keraton.
Abdi dalem tidak mengharapkan balas jasa yang berupa materi, yang didapatkan adalah pengetahuan budaya dari keraton. Pikiran tentang balas jasa yang diterima oleh abdi dalem punakawan bahwa meskipun kecil namun diterima dengan senang hati karenan mendatangkan kemudahan rejeki.
Abdi dalem punakawan dapat materi. Tapi bayarannya kecil, namun dengan bayaran tersebut dterima dengan senang hati karena mendatangkan kemudahan rejeki
Bukan uang yang itu rejekinya, tapi keyakinan akan uang itu menjadi jembatan bagi kemudahan rejeki sehingga menjadi tentram. Jika hati tentram pikiran enak.
Keyakinan bahwa uang yang dberikan oleh keraton itu membawa kemudahan rejeki, sehingga keyakinan itu membauat hati pikiran tentram dan pikiran enak.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 502 503 504 505 506 507 508 509 510 511 512 513 514 515 516 517 518 519 520 521 522 523 524 525 526 527 528 529 530 531 532 533 534 535 536 537 538 539
nggih mbah?napa semua hal niku di sesuaikan mbah? Iyo nek njur ana sing nganu gila pangkat, aku nek njebut kudu kanjeng raden temenggung nek kula malah mboten purun nek nang njobo mila nang njobo kreton apa adanya kita aplikasikan ke luar di masyarakat biasa ya paling ora nek kita sudah di masyarkat paling ora nek kita apa yang kita dapatkan dari keraton itu kan iso mbatesi kita ana tata kramane ono unggah ungguhe aku nek srawung kudu piye. Tanggapan simbah sebagai seorang pribadi yang mempunyai perasaan gimana mbah? Hati itu berkata bagaimana mbah? Niku berkata memang seperti itu aku yo rasa tenang rasa tentrem rasa bangga rasa mendapatkan sesuatu dari keraton senajan aku ra dibayar ning duwe terutama nganu mas dilalahe nggih bayar kula niku ming telung yuta yo iso nglumpuk nglumpuke iso nderek-nderek untuk kepentingan itu itu loh, jadi kita itu ngga usah ngoyo woro pancen itu seperti itu nek sampeyan menghayati kalo sampeyan rasakan opo yo tenan bayar semono kok iso nganu dadi iso ngono tenan, kwi nyatane kwi keket rejekine ngeten niku tetep segitu menurut saya lan rencang-rencang.Nang kono aku ora golek pangkat, golek urip tentrem nang kono ki atiku tentrem iso srawung kepenak ada rasa kebanggaan tersendiri. kula raosaken kula niku remen ngabdi woten keraton,
107
Tidak mau disebut gelarnya di luar keraton.
Abdi dalem enggan untuk menonjolkan apa gelar yang didapatkan dari keraton.
Dengan apa yang didapatkan yaitu budaya Jawa seperti tata krama akan mengendalikan orang ketika berhubungan dengan orang lain
Setalah belajar budaya jawa, orang akan dapat mengendalikan diri ketika berhubungan dengan orang lain.
Hati merasakan tentram bangga mendapatkan sesuatu dari keraton walaupun tudak tidak dibayar, tapi dari gaji dari pensiunan dapat membantu menyumbang kepentingkan abdi dalem sehari-hari.
Abdi dalem merasa tentram dan bangga meskipun tidak mendapatkan balas jasa berupa materi dari keraton namun dari uang pensiunan abdi dalem dapat menyumbang untuk kebutuhan abdi dalem.
Tidak ngayo wara,memaksa Abdi dalem tidak merasa ngoyo woro atau memaksakan sesuatu.
Rejeki itu menjadi mudah datangnya Di sana tidak mencari pangkat , di sana hati menjadi tentram bisa berkumpul dengan enak dengan orang lain.
Abdi dalem merasa mudah rejekinya setelah menjadi abdi dalem. Abdi dalem di keraton tidak mencari pangkat namun mencari ketentraman dan berkumpul dengan enak dengan orang lain.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
LAMPIRAN III Tabel 3 :Tema Subyek II (Mbah P)
108
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
109
Tabel 3 : Tabel Tema Subyek II (Mbah P) Tema-Tema Utama 4. Pikiran, perasaan dan perilaku abdi dalem dalam mengidentifikasikan kelompok dan peran abdi dalem sebagai abdi budaya (kelompok Interior) f. Pikiran bahwa abdi dalem prajurit adalah prajurit yang khusus berbeda dengan abdi dalem yang lainnya. g. Pikiran tentang tugas umum abdi dalem sebagai abdi budaya yaitu tugas melestarikan budaya. h. Pikiran dan identifikasi tentang tugas utama abdi dalem prajurit. i. Pikiran dan identifiaksi tentang kewajiban moral bagi bagi abdi dalem yang memiliki pangkat wedana ke atas untuk sungkem kepada Sultan di hari raya Idul Fitri.
5. Pikiran, perasaan dan perilaku abdi dalem dalam mengidentifikasikan peran Keraton dan Sultan Yogyakarta sebagai (kelompok superior) f. Pemikiran, perasaan abdi dalem terkait dengan penerimaan keraton Yogyakarta berserta Sultan sebagi kelompok superior. g. Penerimaan dan perasaan abdi dalem yang muncul akan tugas yaang diberikan sebagai bentuk kepada pengabdian raja. 6. Pikiran, perasaan dan perilaku terkait hak dan balas jasa yang diterima abdi dalem. p. Pikiran, perasaan dan perilaku terkait hak dan balas jasa yang diberikan oleh keraton berupa berkah dengan istilah kekucah yaitu uang namun tidak bisa di disebut gaji. q. Pikiran, perasaan dan perilaku terkait dengan balas jasa terkait dengan rasa tentram karena telah mengabdi pada keraton.
Nomer Verbatim
13-17
37-43, 91-102 ,156-168, 172-178, 206-210, 286298 53-66 78-90
268-283
143-148
110-128, 143-154, 221-225, 233238,-240, 242-247, 250-255, 258263
156-169, 302-310, 312-317
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
110
LAMPIRAN IV Tabel 4 : Analisis Subyek II (Mbah P)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
111
Tabel 4: Analisis Subyek II (Mbah P)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43
Bisa diceritakan mbah simbah masuk dalam abdi dalem apa? Saya KMT P abdi dalem keprajan dan abdi dalem prajurit, abdi dalem keraton ya, itu bisa di bagi dua atau bahkan 3, satu abdi dalem punakawan, 2 abdi dalem kaparajan tiga abdi dalem prajurit. Abdi dalem keprajan itu basisnya adalah dari dari PNS pegawai negeri, TNI Polri pensiunan, pamong desa, itu basisnya. Kalo abdi dalem punakawan, basisnya masyarakat umum. Prajurit itu adalah abdi dalem khusus, khusus prajurit itu pukawan juga tidak , keparajan juga tidak, tapi itu ada, ada, abdi dalem prajurit itu adanya. Makanya tadi bisa dibilang abdi dalem itu bisa dibagi dua, tapi bisa dibagi tiga. Kalo dua menjadi keprajan dan punakawan kalo yang prajurit itu tidak termasuk tidak termasuk kaprajan juga tidak termasuk punakawan , lah itu. Itu basisnya dari mana mbah? Itu dari masyarakat umum mereka juga tidak mengunakaan SK pegwai tidak, tapi betul-betul diakui oleh keraton, bahkan ada prajurit, ada abdi dalem punakwan yang juga menjadi abdi dalem prajurit juga ada badi dalem keparajan yang menjadi prajurit. Ada yang tidak menjadi abdi dalem punakawan maupun abdi dalem kaprajan tetapi menjadi abdi dalem prajurit Kalo tugas dan kewajiban dari ketiganya itu bagaimana mbah? Tugas tiga abdi dalem itu tadi sebagai abdi budaya. Sebagai abdi budaya. Secara umum juga mendapatkan tugas atau diberi tugas saat-saat tertentu utnuk melaksakan kewajibanya. Itu secara umum. Jadi abdi dalem, abdi dalem
Abdi dalem prajurit adalah abdi dalem khusus berbeda dengan lain.
Pikiran identifikasi Abdi dalem prajurit bahwa abdi dalem prajurit adalah abdi dalem yang khusus dibadingkan dengan dua abdi dalem kaprajan maupun punakawan.
Tugas secara umum abdi dalem adalah abdi budaya, dan secara khusus sesuai dengan kelompokkelompoknya
Pikiran identifikasi kelompok abdi dalem yang berbeda-beda tugas dan kewajibannya.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 87 88 89
itu tadi itu mempunyai ada yang namanya tugas piket. Ada yang namanya ya tugas tugas piket, namanya pisowanan.tatapi berbedabeda sesuai dengan kelompoknya masing-masing, kelompoknua masing-masing,satu contoh. Abdi dalem prajurit nggih itu tugasnya piket 20 hari sekali. 20 hari sekali kemudian tugas utamanya mengikuti upacara grebeg. Mengikuti upacara grebeg. Grebeg di keraton itu ada 3 kali, satu tahun 3 kali garabeg shyawal, garebeg besar, gerebeg maulud, garebeg syawal untuk merayakan hari raya idul fitri, garebeg besar merayakan hari raya idul Adha, grebeg Mulud merayakan Maulud Nabi, Itu ada tugas-tugas isidentil. Tugas-tugas isidentil yang harus diikuti seperti misalnya upacara-upacara. Mengikuti upacara-upacara di luar keraton itu.itu tugas, tugas prajurit keraton Sekarang tugas abdi dalem keprajan, secara umum tadi abdi budaya. Secara khusus abdi dalem keparajan itu ditugasi untuk piket pisowanan, pisowanan setiap hari 2 pekan sekali satu contoh sabtu kemudian sabtu ini kemudian sabtu ini , jumat ini terusjumat ini juma ini ini tidak ini tidak, makanya kan dua pekan namanya, dong to. Abdi dalem kaparajan itu tugas rutin. Juga tugas-tugas yang lain sesuai dengan perintah kemudian ada kewajiaban moral abdi dalem keparajan dengan pangkat wedana ke atas, wedana ke atas ada kewajiban untuk sungkem dalam bahasa jawanya sungkem atau ngabekti kepada raja, sri sultan pada saat hari raya idul fitri.iutu kewajiban moral, mengapa kami sampaikan kewajiban moral, karena jika tidak mampu, tidak masalah tidak menghadap juga tidak apaapa, tapi sebagai abdi dalem itu tadi
112
Tugas abdi dalem prajurit adalah mengikuti 3 grebeg dalam satu tahun, grebeg besar, grebeg maulud dan grebeg syawal
Pikiran i dentifikasi kewajiban abdi dalem prajurit sebagai pengawal grebeg besar, grebeg maulud dan grebeg syawal.
Ada kewajiban moral yang harus dikuti oleh abadi dalem yaitu tugas sesuai perintah untuk pangkat wedana keatas yaitu kewajiban sungkem datu Ngabekti kepada Sri Sultan pada hari raya idul fitri. Disebut kewajiban moral karena jika tidak mampu tidak masalah .
Pikiran identifikasi tugas dan kewajiban abdi dalem yang memiliki pangkat yang tinggi harus memberikan sungkem kepada Sultan. Pengakuan kelompok abdi dalem (kelompok interior) kepada kelompok Keraton (kelompok Superior)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 90 91 92 93 94 95 96 97 98 99 100 101 102 103 104 105 106 107 108 109 110 111 112 113 114 115 116 117 118 119 120 121 122 123 124 125 126 127 128 129 130 131 132 133 134 135
kewajiban moral, kalo mau sudah mau jadi abdi dalem ya mestinya melakukan tapi tidak njur tugastugas yang lain ditinggalkan, juga tugas tugas lain yang bersifat isidentil, kemudian abdi dalem punakawan secara umum abdi budaya dan yang secara khusus diwajibkan untuk piket atau sowan pada hari-hari tertentu sesuai dengan jadwal yang sudah ditentukan itu sowan sesuai jadwal yang sudah ditentukan, menurut kondisi gologan masing-masing, satu contoh ada yang abdi dalem punakwan sowannya piketnya setiap hari, ada yang satu minggu sekali ada yang 10 hari sekali makanya sesuai dengan kondisi golongan masing-masing, itu itu kewajiban. Kalau hak-hak yang didapatkan dari keraton itu apa saja mbah? Hak, hak, abdi dalem punakwan dan abdi dalem prajurit itu mendapatkan pemberian dari sri sultan berupa uang, di situ tidak disebutkan gaji tapi sekedar pemberian kalo itu disebutkan gaji mestinya ada aturan, aturan tertentu, itu juga ada aturan ee aturan yang ada di dalam keraton, otonomi to katanya di keraton tidak berlaku istilah gaji tetapi bahasa jawa namanya kekucah, kekucah itu adalah pemberian yang bersifat kemurahan dari sri sultan. Yang sebabnya bervariasi sesuai dengan pangkat dan golongan. Tetapi untuk abdi dalem keparajan tidak diberikan kekucah tadi, bedanya itu kekkucahnya. Bedanya kalo punakawan dan prajurit itu mendapat kekekucah berupa uang, kalo keprajan tidak diberikan kekucah, apa alasan nya, karena untuk abdi dalem keprajan pada umumnya sudah mendapatkan gaji atau kesejahterakan dari pemerintah. Makanya mesti timbul
113
Tapi sebagai abdi dalem mau tidak mau semestinya harus melakukan tugastugasnya termasuk tugastugas yang bersifat isidentil.
Penerimaan dari abdi dalem parjurit akan tugas dan kewajibannya.
Hak sebagai abdi dalem adalah mendapatkan pemberian dari Sri Sultan berupa uang, tidak disebutkan gaji, kalo disebut gaji harusnya ada aturan tertentu tapi di keraton tidak ada, pemberian itu disebut kekucah,
Hak dan balas jasa yang didapatkan oleh abdi dalem berupa uang pemberian sultan namun tidak disebut gaji.
Kekucah adalah pemberiaan yang bersifat kemurahan dari Sri Sultan yang bervariasi sesuai dengan pangkat dan dan golongannya.
Kekucah sebagai balas jasa yagn diberikan oleh sultan bervariasi susai dengan pangakat dan golongannya.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 136 137 138 139 140 141 142 143 144 145 146 147 148 149 150 151 152 153 154 155 156 157 158 159 160 161 162 163 164 165 166 167 168 169 170 171 172 173 174 175 176 177 178 179 180 181
pertanyaan kenapa yang punakawan diberi,kok yang keparajan tidak diparingi, alsanya yang keprajan sudah mendapatkan gaji atau kesehjahteraan dari negara. Menawi peran abdi dalem dan aktivitasnya itu dimaknai seperti apa mbah mabgi simbah? Kami merasa sebagai abdi dalem itu kami rasakan sebagai bentuk pengabdian sebgai bentuk pengabdian dari kawula, dari rakyat kepada kerajaan, kepada raja, bentuk pengabdian ada perasaan tersendiri yang mungkin tidak dirasakan orang lain, sebagai abdi dalem itu mendapatkan ketentraman lahir batin karena tidak ambisi dengan materi, adanya hanya sepenuh hati untuk mengabdi Kalau bagi simbah mengabdi itu apa mbah? Mengabdi khususnya saya mengabdi di keraton itu juga berarti mengabdi budaya artinya kami harus melestarikan budaya, budaya itu tidak hanya kesenian tetapi juga perilaku sehingga kalo kami melestarikan budaya, itu tidak sekedar melestariakan kesenian, tetapi perilaku kami sebagai abdi dalem harus bisa menunjukan bahwa saya harus menjaga martabat menjaga kehormatan khususnya dirinya sendiri maupun masyarakatnya maupun sri sultan. Kalau abdi dalem sebagai abdi budaya itu penjelasannya bagaimana mbah? Abdi dalem itu sebagai abdi budaya itu sudah luas luas sekali, kalo dijabarkan bisa luas sekali tidak hanya seni, tapi juga harus bisa melestarikan budaya, dalam bidang apa saja. Dalam bidang wicara bicara, tindakan perilaku, termasuk melestarikan aset-aset yang ada Kalo dikeraton itu apa saja mbah kegiatanya mbah?
114
Merasakan tugas yang diberikan sebagai bentuk pengabdian dari kawula atau rakyat kepada kerajaan, kepada raja. Bentuk pengabdian yang terdapat perasaan tentram yang tidak mungkin dirasakan oleh orang lain. Mendapatkan ketentraman batin karena tidak berambisi mengenai materi,sepenuh hati untuk mengabdi.
Penerimaan dan perasaan yang muncul akan tugas yang diberikan sebgai bentuk pengabdian dari rakyat kepada raja. Perasaan kentraman batin yang yang tidak bisa dirasakan oleh orang lain karena mengabdi. Mendapatkan perasaan tentram karena tidak berambisi mengenai materi sehingga mengabdi sepenuh hati.
Mengabdi di keraton artinya mengabdi budaya artinya kami harus melestarikan budaya.
Pikiran bahwa mengabdi di keraton itu mengabdi pada budaya, mengabdi dalem arti melestarikan budaya.
Budaya yang dimaksud adalah tidak hanya kesenian namun juga perilaku yang menunjukan martabat dan kehormatan diri sendiri, masyarakat dan Sri Sultan.
Pikiran bahwa budaya yang dimaksud tidak hanya kesenian namun juga perilaku yang menunjukan martabat dan kehormatan diri sendiri, masyarakat dan Sri Sultan.
Abdi dalem sebagai abdi budaya artinya sangat luas, tidak hanya seni tapi juga melestarikan budaya dalam bidang apa saja, termasuk dalam berbicara, perilaku dan tindakan termasuk melestarikan aset-aset yang ada.
Pikiran peran sebagai abdi budaya sangat luas tidak hanya pada pada budaya seni namun budaya apapun termasuk dalam hal bicara, berperilaku dan termasuk tindakan melestarikan asetaset yang ada.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 182 183 184 185 186 187 188 189 190 191 192 193 194 195 196 197 198 199 200 201 202 203 204 205 206 207 208 209 210 211 212 213 214 215 216 217 218 219 220 221 222 223 224 225 226 227
Yang abdi dalem prajurit? Tadi saya sudah, sebgai abdi dalem prajurit saya melakukan tugas mengikuti gerebeg itu tadi , melaksanakan tugas-tugas upacara gerebeg. Tadi tiga hari setahun. Kalo tadi mbah yang abdi dalem kaprajan La iya saya sebagai abdi dalem prajurit dan kaparajan Sama? Beda saya dobel Dobel, ya tugasnya itu mabah 3 kali setahun mengawal ngerebeg. Ya Ada tugas-2 yagn lain tidak mbah? Ya itu tugas-tugas isidentil Misalnhya apa saja mbah tugastugas isidentil itu apa mbah? Diminta untuk ikut mengawal upacara-upacara jadi kabupaten, upacara hari pahlawan di alun-alun utara. Bagi simabah ketika melaksakan tugas-tugas tersebut bagaimana mbah? Kalo yang upacara-upacara gerebeg itu tadi bagian dari melestarikan budaya. Upacara gerebeg itu kan bagian dari pelestarian budaya. Ada lagi mbah yang bisa diceritakan dari memaknai tugas-tugas mengawal itu. Disamping upcara gerebeg juga upacara sekaten. Kalo upacara sekaten itu rangkaiannya dengan gerebeg maulud. Kalo simbah diberikan pemberian dari keraton ya mbah, nuwun sewu kalo boleh tau besarannya berapa mbah? Kalo yang keprajan tidak diberi, kalo yang abdi dalem prajurit tidak diberi. Nominalnya jauuuuuhhh sekali dengan UMR makanya makanya tidak disebut gaji, makany disebut pemberian dari keraton. Selain itu ada lagi tidak hak-hak yang lain selain pemberian dari
115
Mengikuti upacara gerebeg adalah bagian dari melestarikan budaya.
Pikiran tentang mengikuti upcara adalah bagian dari melestarikan budaya.
Kekucah atau uang pemberian yang didapat dari Sultan sangat jauh dari UMR sehingga tidak disebut sebagai gaji.
Pikiran bahwa balas jasa yang didapatkan dari sulatan sangat jauh dari umr sehingga tidak disebut gaji.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 228 229 230 231 232 233 234 235 236 237 238 239 240 241 242 243 244 245 246 247 248 249 250 251 252 253 254 255 256 257 258 259 260 261 262 263 264 265 266 267 268 269 270 271 272 273
keraton itu? Ga ada. Kalo bagi simbah setelah mendapatkan pemberian tersebut pikiran atau perasaan yang muncul bagaimana mbah? Perasaanya sangat gembira, merasa pemberian dari keraton itu meskipun bukan dari negara, pemberian dari keraton itu membawa berkah, baik materi atau sering makanan, makanan dari keraton itu dari keraton itu dirasakan membawa berkah, kita sudah makan sedikit saja sudah merasa kenyang, bahkan yang namanya uang dari keraton tersebut bagi saya, kami gunakan. Tidak kami gunakan untuk belanja, jadi kami gunakan untuk apa tidak untuk belanja, bahkan pemberian dari keraton itu yang kami terima sering diminta oleh rakyat. Ketika diminta tersebut apa yang simbah lakukan mbah? Kami berikan, kalo mereka meminta kami berikan, tapi kalo mreka tidak meminta tidak-tidak kami berikan. Ini ini kalo diminta kami berikan tanpa ganti tanpa imbalan. Kira-kira mereka meminta kepada abdi dalem itu untuk apa mbah? Karena bagi mereka, apa yang yang diberikan oleh keraton itu, membawa berkah. Segala sesuatu yang dari keraton itu diraskan sebagai berkah. Dengan kata lain berkah membawa kesejahteraan. Menurut simbah keraton bagi simbah niku gimana mbah? Pendapat simbah mengenai keraton bagaimana mbah? Keraton adalah tempat bagi Sri Sultan dan keluarga. Keraton yogyakarata sendiri adalah kerajaan, terdapat raja dan kerabatnya. Dan raja itu harus dihormati. Terus timbul pertanyaan
116
Perasaan mendapat kekucah adalah gembira. Pemberian dari Keraton tersebut dianggap memberi berkah baik yang berupa materi maupun makanan.
Perasaan gembira muncul ketika mendapatkan balas dari keraton karena dianggap berkah.
Kekucah yang dianggap berkah tidak untuk dibelanjakan. Kekucah itu sering dimunta oleh rakyat.
Perilaku setelah mendapatkan balas jasa dari Keraton, tidak dibelanjakam, bahkan sering diminta oleh rakyat.
Kekucah tersebut hanya diberikan jika diminta, jika tidak diminta tidakdiberikan, dan diberikan tanpa imbalan.
Perilaku abdi dalem yang memberikan balas jasa kepada rakyat dengan tanpa imbalan.
Kekucah yang diberikan kepada rakyat tersebut oleh rakyat dianggap sebgai berkah yang membawa kesejahteraan.
Pikiran abdi dalem yang berpendapat bahwa kekucah dari keraton dianggap rakyat sebagai berkah yang membawa kesejahteraan.
Keraton adalah tempat bagi raja dan kerabat. Sedang Sultan adalah raja dari Kerajaan yang patut utnuk dihormati karena mempunyai kekuasaan
Pikiran penerimaan abdi dalem mengenai sultan sebagai kelompok superior yang patut untuk dihormati.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 274 275 276 277 278 279 280 281 282 283 284 285 286 287 288 289 290 291 292 293 294 295 296 297 298 299 300 301 302 303 304 305 306 307 308 309 310 311 312 313 314 315 316 317 318 319
kenapa dihormati. Raja yogyakarta patut dihormati karena mempunayai kuasa. Kuasaan itu betuknya pengayoman. Pengayoman terhadap rakyat itu. Rakyat itu yang dimaksud adalah semua orang yang berada di yogyakarta. Misal orang dari luar jogja itu juga diayomi termasuk orang asing turis dan orang dari kota daerah lain. Dulu simbah jadi abdi dalem parjurit motivasi awalnya apa mbah? Ya dulu awalnya karena sewaktu saya waktu muda melihat prajurit keraton melakukan pengawalan ,makanya saya pengen ikut. Tidak ada yang menyuruh, kesedaran sendiri, orang tua juga tidak, tahutahu saya sudah jadi prajurit keraton. Itu ada pelatihannya mbah? Ada, baris-berbaris Kenapa dari muda sudah jadi abdi dalem mbah? Karena niatnya ingin melestarikan budaya. Kula nyuwun pirsa mbah, sebagai abdi dalem suka dan duka yang dirasakan apa saja mbah? Ya banyak remennya, banyak sukanya. sukanya karena telah mengabdi pada keraton. Kepada raja. Pengabdian dari kawula kepada rajanya. Rasasa tentram karena memenuhi kewajiban dari kawula itu kepada raja. Jadi remen tentram, tentram yang tidak bisa dirasakan oleh orang lain. Kalo dukanya? Dukanya ketika tidak bisa menjalankan tugas. Misalnya dulu pas masih di pemda bantul, pas pas ada tugas dikeraton di pemda juga ada acara yang penting, kedua harus dijalani pas pada waktu yang sama, dukanya yang dikeraton ya digantikan.
117
utnuk mengayomi seluruh masyarakat yang ada di daerah Yogyakarta.
Dulu masuk abdi dalem karena melihat pengawalan Prajurit keraton, tidak ada memaksa, karena keinginan diri sendiri, orang tua juga tidak memaksa.
Motivasi awal menjadi abdi karena melihat prajurit keraton sehingga ingin ikut , tidak ada yang memaksa.
Niatnya ingin melestarikan Budaya.
Motivasi awal karena inign melestarikan budaya
Banyak sukanya daripada dukanya, karena mengabdi di keraton adalalah bentuk memenuhi kewajiban dari rakyat. Karena bisa mengabdi rasanya tentram, rasa yang tidak bisa dirasakan oleh orang lain.
Perasaan senang menjadi abdi dalem lebih besar daripada tidak senangnya karena abdi dalem merasa tentram yagn tidak dapat dirasakan orang lain jika mengabdi pada keraton.
Rasa tidak enak jika tidak dapat menjalan tugas yang diberikan.
Perasaan tidak nyaman bila tidak menjalankan tugas yang diberikan oleh Keraton.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
118
LAMPIRAN V Tabel 5 :Tema Subyek III (Mbah S)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI Tabel 5: Tema Subyek III (Mbah S) Tema-Tema Utama 7. Pikiran, perasaan abdi dalem dalam mengidentifikasikan kelompok dan peran abdi dalem (kelompok Interior) j. Pikiran abdi dalem punakawan tentang Kewajiban. k. Pikiran abdi dalem punakwan tentang abdi dalem sebagai abdi budaya l. Pikiran abdi dalem punakawan bahwa abdi dalem punakawan adalah abdi dalem yang tingkatan paling rendah.
8. Pikiran dan perilaku abdi dalem punakwan dalam mengidentifikasikan peran Keraton dan Sultan Yogyakarta sebagai (kelompok superior) h. Pemikiran abdi dalem terhadap hubungan antara abdi dalem dengan keraton. i. Penerimaan abdi dalem terhadap keraton sebgai kelompok superior 9. Pikiran, perasaan dan perilaku terkait hak dan balas jasa yang diterima abdi dalem. r. Pikiran abdi dalem tentang balas jasa yang diterima berupa pangkat dan gelar s. Pikiran, perasaan dan perilaku abdi dalem punakawan terhadap balas jasa yang berupa uang. t. Perasaan abdi dalem terhadap balas jasa dari keraton yang berupa pengetahuan dan budaya dari keraton.
Nomer Verbatim
3-5, 13-16, 17-19 27-29, 48-50 30-35
92 104
31-34, 41-45 57-58, 61-66, 70-75
83-86
119
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
LAMPIRAN VI Tabel 6 : Analisis Subyek III (Mbah S)
120
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
121
Tabel 6: Analisis Subyek III (Mbah S)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43
Saged diceritakan mbah aktivitas di keraton itu apa saja? Itu saya di keraton kejatahan di bagian busana tari, tugasnya nggih menyiapkan pakaian untuk acara tari di keraton. Niku tugase napa gimana mbah? Nggih Itu bagaian busana tari gih kadang prlengkapan busana tari, onten acara-acara keraton betahaken tari. Simbah wonten keraton pinten dinten sekali mbah? Seminggu kaping kalih hari sekali, dintenipun senin kemis. Kala-kala nggih menawi onten acara tertentu kula sowan ten kraton. Aktivitas lain menapa mbah? Ten keraton nggih sowan ngabektinipun sami senin kalih kemis wau. Ten jawi mabh? Aktivitas diluar keraton namun dagang, la niku namung ngurus warung. Kula nguwun pirsa abdi dalem punakwan bagi simbah niku napa mbah? Abdi dalem niku abdining budaya, menawi abdi dalem punakawan niku abdi dalem ngandap sak estu dados saking magang rumiyen lajeng jajar lajeng mangkeh saged dados konco pun diparengi kalengahan lan sesebutan nami saking ngarso dalem lan mangkeh minggah-minggah saged dados bupati. Sakniki simbah posisinipun menapa mbah? Kula tasih bekel sepuh. Menawi tingkatan niku proses niku Kula dados abdi dalem menawi minggah pangkat pun dipun usulaken, mila sampun kawan
Tugas yang didapatkan adalah menyiapkan pakaian acara tari dikeraton
Pikiran dari kewajiban yang dimiliki oleh abdi dalem punakan.
Datang ke keraton pada hari Pikiran dari kewajiban senin dan kamis yang dimiliki oleh abdi dalem punakan.
Di keraton sowan sowan ngabekti
Pikiran dari kewajiban yang dimiliki oleh abdi dalem punakan.
Sebagai abdi budaya, sebgai abdi dalem yang paling rendah tingkatannya.
Pikiran dari kewajiban yang dimiliki oleh abdi dalem punakan.
Mendapatkan nama gelar dari keraton melalui tahapan pangkat.
Pikiran tentang hak yang berupa pangkat yang didapatkan oleh abdi dalem punakawan dari keraton Yogyakarta.
Berhak untuk mengajukan pangkat.
Pikiran tentang hak dan balas jasa berupa pangkat yang didapatkan oleh abdi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 87 88 89
tahum lajeng makeh ujian. Mangkeh dipundiparingin pangkat Simbah dulu mativasi masuk abdi dalem menapa mbah? Kula kepengen nguri-nguri kabudayaan jawi, supados mboten ical kegiles jaman. Budaya itu bagi simbah menapa mbah? Nggih tradisi, Adat istiadat, etika unggah-ungguh. Menawi simbah mendapatkan hak atau pemberian apa mbah dari keraton? Kula diparingi 17500 saben sasi Niku simbah memaknai pemberian dari keraton niku peripun mbah, perasaannya pripun mbah? Niku nggih ngge berkah mawon mboten, nek dipun dibuthke nggih nggih nyuwun ngapunten mesti telas, namun syurkuri mugi-mugi kanti keparange dalem menika saged ngrembaka. Ketika simbah mendapatkan pemberian dari keraton niku pikiran simbah priun mbah? Nggih remen mawon Remenipun pripun mbah? tambah-tambah pemasukan Permberian dari keraton niku untuk apa mbah? Ya untuk kebutuhan sehari-hari, nggih dibelanjakan. Motivasi masuk abdi dalem niku kan badhe nguri-nguri budaya, saat ini sudah dirasakan sudah tercapai dereng mbah? Sampun Nbagi simbah melakukan tugas di keraton niku suka dukane menapa mbah? Nggih remen mawon awit saged nggangsu kwaruh babagan-babagan keraton ngertos budaya keraton. Menawi dukanipun mbah? Mboten wonten Menawi simbah memandang abdi dalem hubugan antara abdi
122
dalem punakawan dari keraton Yogyakarta.
Ingin memelihara kebudayaan jawa supaya tidak hilang ditelan jaman.
Pikiran tentang motivasi menjadi abdi dalem punakawan.
Budaya yang dimaksud adalah tradisi, adat istiadat, etika dan unggah-ungguh.
Pikiran tentang tentang kebudaan yang ingin dipelihara.
Mendapatkan pemberian uang sebesar 17500
Pikiran tentang hak atau balas jasa sebagai abdi dalem punakawan yang berupa uang.
Uang tersebut yang dianggap sebagai berkah, meskipin selalu habis namun patut disyukuri supaya dapat memberikan kesejahteraan.
Pikiran tentang hak sebagai abdi dalem punakawan.
Mendapatkan perasaan Perasaan tentang balas jasa senang karena mendapatkan berupa uang yang diterima pemberian dari keraton. oleh abdi dalem punakawan. Uang dari keraton untuk Pikiran tentang balas jasa tambah-tambah pemasukan. yang berupa uang. Uang dari keraton untuk dibelanjakan.
Perilaku abdi dalem terhadap balas jasa uang yang didapatkan oleh abdi dalem.
Senang karena dapat belajar Perasaan yang muncul dari hal-hal mengenai keraton abdi dalem setelah dan budaya keraton. mendapatkan balas jasa berupa pembelajaran mengenai kebudayaan Jawa.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 90 91 92 93 94 95 96 97 98 99 100 101 102 103 104
dalem dengan keraton Yogyakarta niku pripun mbah? Ya persatuan nggih mboten saged terpisahkan antara abadi dalem karo keraton, onten abdi dalem nggih onten keraton, nek ana negera ano ratune nek ra ono ratune yo ra ra ono negara Mboten saged berdiri sendiri mbah? Nggih mboten saged. Menawi simbah memandang sultan Niku pripun mbah? Nggih sebagai pepunden, sebagai pemimpin yang harus dihormati dan diikuti segala perintahnya.
123
Persatuan antara abdi dalem dengan keraton yang tidak dapat dipisahkan.Tidak ada abdi dalem tidak ada keraton, dan sebaliknya
Pikiran abdi dalem mengenai hubungan antara abdi dalem dengan keraton Yogyakarta.
Sultan sebagai leluhur dan pemimpin yang harus dihormati dan diikuti perintahnya..
Penerimaan abdi dalem terhadap kelompok superior.