PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
KONFLIK BATIN TOKOH SETADEWA DALAM NOVEL BURUNG-BURUNG MANYAR KARYA YB. MANGUNWIJAYA DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PEMBELAJARAN SASTRA DI SMA (SUATU TINJAUAN PSIKOLOGI SASTRA) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Disusun oleh: Agustina Galuh Prabaningtyas NIM: 091224036
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKLUTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2013
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
KONFLIK BATIN TOKOH SETADEWA DALAM NOVEL BURUNG-BURUNG MANYAR KARYA YB. MANGUNWIJAYA DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PEMBELAJARAN SASTRA DI SMA (SUATU TINJAUAN PSIKOLOGI SASTRA) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Disusun oleh: Agustina Galuh Prabaningtyas NIM: 091224036
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2013
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
KONFLIK BATIN TOKOH SETADEWA DALAM NOVEL BURUNG-BURUNG MANYAR KARYA YB. MANGUNWIJAYA DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PEMBELAJARAN SASTRA DI SMA (SUATU TINJAUAN PSIKOLOGI SASTRA) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Disusun oleh: Agustina Galuh Prabaningtyas NIM: 091224036
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2013 i
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
ii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
iii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
PERSEMBAHAN
Karya ini kupersembahkan untuk: Tuhan Yesus dan Bunda Maria Bapak Ignatius Subagio dan Ibu MB. Rahayu Kakakku Gregorius Galih Prabowo Saudara, Sahabatku dan Aldeantoro yang mendukungku
iv
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Motto
“Pengetahuan diperoleh dengan belajar, kepercayaan dengan keraguan, keahlian dengan berlatih, dan cinta dengan mencintai” (Thomas Szasz) “Pekerjaan hebat tidak dilakukan dengan kekuatan, tapi dengan ketekunan dan kegigihan” (Samuel Jhonson) “Kita hidup untuk saat ini, kita bermimpi untuk masa depan, dan belajar untuk kebenaran abadi” (Chiang Kai Shek)
v
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta,19 November 2013 Penulis
Agustina Galuh Prabaningtyas
vi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma: Nama : Agustina Galuh Prabaningtyas NIM : 091224036 Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul: KONFLIK BATIN TOKOH SETADEWA DALAM NOVEL BURUNGBURUNG
MANYAR
KARYA
YB.
MANGUNWIJAYA
DAN
IMPLEMENTASINYA DALAM PEMBELAJARAN SASTRA DI SMA (SUATU TINJAUAN PSIKOLOGI SASTRA) Dengan demikian, saya memberikan kepada Perpustakaan Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengolalanya dalam bentuk
pangkalan
data,
mendistribusikan
secara
terbatas,
dan
mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberi royalty kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Yogyakart, 19 November 2013 Yang Menyatakan
Agustina Galuh Prabaningtyas
vii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
ABSTRAK Prabaningtyas, Agustina Galuh. Konflik Batin Tokoh Setadewa dalam Novel Burung-burung Manyar Karya YB. Mangunwijaya dan Implementasinya dalam Pembelajaran Sastra di SMA (Suatu Tinjauan Psikologi Sastra). Skripsi. Yogyakarta: PBSI, FKIP, Universitas Sanata Dharma. Penelitian ini mengkaji Konfik Batin Tokoh Setadewa dalam novel Burung-burung Manyar karya YB. Mangunwijaya dan implementasinya dalam Pembelajaran Sastra di SMA (Suatu Tinjauan Psikologi Sastra). Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan psikologi sastra. Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan alur, latar, karakteristik tokoh dan konflik batin yang dialami tokoh Setadewa, serta implementasi dalam pembelajaran sastra di SMA. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analisis. Dengan mengguakan metode ini, peneliti membagi tiga tahap. Pertama, peneliti menganalisis alur, latar, dan karakteristik tokoh Setadewa dalam novel Burung-burung Manyar. Kedua, peneliti menggunakan hasil analisis pertama untuk menggali konflik batin yang dialami oleh tokoh Setadewa. Ketiga, implementasi novel Burng-burung Manyar untuk pembelajaran sastra di SMA. Analisis struktur novel Burung-burung Manyar meliputi alur, latar dan karakteristik tokoh utama. Watak dari Setadewa sebagai tokoh utama dalam novel Burung-burung Manyar yaitu jujur, setia, liar, pemberontak, dan berani. Latar tempat yang membuat terbentuknya konflik batin yang dialami tokoh Setadewa adalah Dalem, Tanah Abang (Jakarta), Magelang, Istana Soekarno. Latar waktu yang mempengaruhi konflik batin tokoh Setadewa adalah tahun 1944 ayahnya ditangkap oleh Jepang; tahun 1945 wanita yang Setadewa sayangi, yaitu Atik berpihak kepada Republik; tahun 1968—1978. Latar sosial dalam novel ini menggambarkan kehidupan masyarakat di zaman penjajahan Belanda dan Jepang. Tema novel ini adalah perjuangan hidup seorang pria untuk memperoleh kehidupan yang layak. Dari hasil analisis psikologi sastra dapat disimpulkan bahwa kebutuhan fisiologis, kebutuhan akan rasa aman, kebutuhan akan memiliki dan cinta, kebutuhan akan penghargaan, dan kebutuhan akan aktualisasi diri tidak terpenuhi dari Setadewa. Akibat dari tidak terpenuhinya kebutuhan dasar tersebut menimbulkan rasa takut, tidak percaya diri, emosional, dan frustasi. Berdasarkan hasil analisis novel Burung-burung Manyar dapat disimpulkan bahwa novel tersebut dapat digunakan sebagai pembelajaran sastra di SMA kelas
viii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
XII semester I. implementasi pembelajaran sastra di SMA yaitu Menanggapi pembacaan penggalan novel dari segi vokal, intonasi, dan penghayatan, Menjelaskan unsur-unsur intrinsik dari pembacaan penggalan novel.
ix
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
ABSTRACT Prabaningtyas, Agustina Galuh. Setadewa’s Inner Conflicts in the Novel BurungBurung Manyar Written by YB. Mangunwijaya and the Implementation in Literature Learning in Senior High Schools (A Psychological Literature Review). Thesis. Yogyakarta: PBSI, FKIP, Sanata Dharma University. This research examined Setadewa’s Inner Conflicts in the Novel BurungBurung Manyar Written by YB. Mangunwijaya and the Implementation in Literature Learning in Senior High Schools (A Psychological Literature Review). The approach used in this research was psychological literature approach. This research was aimed to describe the plots, settings, character’s characteristics, and inner conflicts experienced by Setadewa, and the implementation in literature learning in Senior High Schools. The method used in this research was descriptive analysis method. Using this method, the researcher divided it into three steps. First, the researcher analyzed the plots, settings, and Setadewa’s characteristics in the novel BurungBurung Manyar. Second, the researcher usedthe results of the first analysis to dig up the inner conflicts experienced by Setadewa. Third, the implementation of the novel Burung-Burung Manyar was for literature learning in Senior High Schools. The structural analysis of the novel Burung-Burung Manyar included the plots, settings, and main character’s characteristics. Setadewa, the main character in the novel Burung-Burung Manyar was honest, faithful, wild, rebellious, and brave. The places that created Setadewa’s inner conflicts were Dalem, Tanah Abang (Jakarta), Magelang, Istana Soekarno. The time settings that influenced Setadewa’s inner conflicts were the year of 1944, his father was caught by Japan; in 1945, Atik, someone whom Setadewa loved, took side with the Republic; from 1968 until 1978. The social settings in this novel described the life of society occupied by The Netherlands and Japan. The theme of this novel was a man’s life struggle for his proper life. Based on the results of psychological literature analysis, it could be concluded that Setadewa’s physiological needs, needs for feeling secure, needs for possessing and love, needs for appreciation, and needs for self-actualization were not fulfilled. Consequently, it made him afraid, unconfident, emotional, and frustrated. Based on the analysis results of the novel Burung-Burung Manyar, it could be concluded that this novel could be used in literature learning in Senior High Schools Class XII Semester I. The implementation in the literature learning in Senior High Schools was for Responding the syllabification reading based on the vowels, intonation, and total comprehension, Explaining the intrinsic elements from the novel syllabification.
x
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan rahmatNya, maka skripsi ini dapat terselesaikan. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Peneliti menyadari bahwa proses menyususn penelitian ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Dr. Yuliana Setiyaningsih selaku Ketua Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia; Rohandi, Ph.D., selaku Dekan FKIP yang telah memberikan kesempatan dan berbagai kemudahan berkaitan dengan penyususnan skripsi ini. 2. Setya Tri Nugraha, S.Pd., M.Pd. selaku dosen pembimbing I yang telah membimbing penulis dengan penuh kesabaran dari awal hingga penulisan skripsi ini selesai. 3. Drs. B. Rahmanto, M.Hum. selaku dosen pembimbing II yang selalu memberi masuk penulis dalam menyusus skripsi dari awal hingga penulisan skripsi ini selesai. 4. Dosen-dosen Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia yang telah membekali ilmu sehingga penulis dapat menyelesaikan studi di Univeritas Sanata Dharma. 5. Karyawan
sekretariat
PBSI,
FKIP
yang
dengan
ramah
telah
mempelancar urusan akademik dan administrasi perkuliahan yang diperlukan penulis. 6. Bapak Ignatius Subagio dan Ibu Maria Bernadheta Rahayu yang telah mendukung penulis baik secara material dan spiritual kepada penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. 7. Teman-teman PBSI angkatan 2009, mitra PUSD, Gregorius Galih Prabowo, Maria Assumpta Dyah Putri Utami, Chyntia Ester Caroline, Agustina Galuh Eka Noviyanti, Brigitta Hasdike Mulya
xi
yang telah
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
memberi dukungan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini. 8. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, namun telah banyak memberi dukungan dan perhatian sampai terselesaikannya skripsi ini. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Maka dari itu, berbagai saran, masukan dan kritik yang membangun demi sempurnanya skripsi ini agar lebih baik dan bermanfaat sangat penulis harapkan. Semoga berkat dan rahmat Tuhan selalu menyertai setiap langkah kita. Amin
Penulis
Agustina Galuh Prabaningtyas
xii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL……………………………………………………………
i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING………………………………
ii
HALAMAN PENGESAHAN………………………………………………….
iii
HALAMAN PERSEMBAHAN………………………………………………..
iv
MOTTO…………………………………………………………………………
v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA……………………………………….
vi
LEMBAR PERNYATAAN PUBLIKASI…………………………………….
vii
ABSTRAK………………………………………………………………………
viii
ABSTRACT……………………………………………………………………..
x
KATA PENGANTAR………………………………………………………….
xi
DAFTAR ISI……………………………………………………………………
xiii
BAB I
PENDAHULUAN………………………………………………….
1
1.1 Latar Belakang………………………………………………….
1
1.2 Rumusan Masalah……………………………………………...
5
1.3 Tujuan Penelitian………………………………………………
5
1.4 Manfaat Penelitian………………………………………….....
6
1.5 Batasan Istilah………………………………………………….
6
1.6 Sistematika Penyajian………………………………………….
7
LANDASAN TEORI………………………………………...........
9
2.1 Penelitian Relevan……………………………………………..
9
2.2 Unsur Intrinsik…………………………………………………
11
BAB II
xiii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB III
BAB IV
2.2.1 Tokoh…………………………………………………….
11
2.2.2 Perwatakan……………………………………………….
12
2.2.3 Alur……………………………………………………….
20
2.2.4 Latar………………………………………………………
23
2.3 Teori Psikologi…………………………………………............
24
2.4 Pembelajaran Sastra di SMA………………………….............
33
KTSP……………………………………………………………
35
2.4.1 Silabus……………………………………………………
36
2.4.2 RPP……………………………………………………….
41
METODOLOGI PENELITIAN…………………………………..
45
3.1 Pendekatan dan Jenis Penelitian………………………………
45
3.2 Metode Penelitian……………………………………………...
45
3.3 Sumber Data……………………………………………………
46
3.4 Teknik Pengumpulan Data……………………………...........
47
3.5 Teknik Analisis Data…………………………………………..
47
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ANALISIS NOVEL BURUNG-BURUNG MANYAR………………………….
48
4.1 Alur………………………………………………………………
48
4.1.1 Paparan…………………………………………… ……...
50
4.1.2 Rangsangan……………………………………………….
51
4.1.3 Gawatan…………………………………………………. .
52
4.1.4 Tikaian…………………………………………………….
53
4.1.5 Rumitan……………………………………………………
54
4.1.6 Klimaks……………………………………………………
60
4.1.7 Leraian…………………………………………………….
61
4.1.8 Selesaian………………………………………….............
62
4.2 Latar……………………………………………………………...
64
xiv
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
4.2.1 LatarTempat…………………………………………….......
64
4.2.2 Latar Waktu……………………………………………….
71
4.2.3 Latar Sosial………………………………………………. .
76
4.3 Keterkaitan Antarunsur Latar…………………………………….
82
4.4 Analisis Karakteristik Tokoh Setadewa………………………….
89
4.4.1 Metode Langsung…………………………………………
90
4.4.2 Metode Tidak Langsung………………………………….
96
4.5 Analisis Psikologi Tokoh Setadewa…………………………..
105
4.5.1 Analisis konflik batin terkait dengan latar……………
105
4.5.2 Analisis konflik batin terkait dengan alur……………
107
4.6 Analisis konflik batin menggunakan teori AbrahamMaslow………………………………………………
111
4.6.1 Kebutuhan Akan Fisiologis……………………………
112
4.6.2 Kebutuhan Akan Keamanan……………………………
113
4.6.3 Kebutuhan Akan Cinta dan Memiliki…………………...
116
4.6.4 Kebutuhan Akan Penghargaan………………………….
119
4.6.5 Kebutuhan Akan Aktualisasi diri………………………….
122
4.7 Akibat Tidak Terpenuhi Kebutuhan Dasar………………………
125
4.7.1 Rasa Takut (Kebutuhan akan keamanan dan cinta)………………………………………………………
126
4.7.2 Tidak Percaya Diri (Kebutuhan akan cinta ) ………………………………….
127
4.7.3 Emosional (Kebutuhan akan penghargaan)…………………………………….. ………
128
4.7.4 Frustasi (Kebutuhan akan fisiologis, keamanan, cinta, penghargaan dan aktualisasi
BAB V
diri)……………………………………………………….
128
PEMBELAJARAN SASTRA DI SMA……………………………
130
5.1.1 Silabus………………………………………………………….
132
xv
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB VI
5.1.2 RPP……………………………………………………………..
141
PENUTUP…………………………………………………………...
184
6.1 Kesimpulan……………………………………………………..
184
6.2 Implikas………………………………………………….............
185
6.3 Saran…………………………………………………………….
186
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………. LAMPIRAN……………………………………………………………………… BIODATA………………………………………………………………………...
xvi
187
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Sastra adalah karya lisan atau tertulis yang memiliki berbagai ciri keunggulan seperti keorisinalan, keartistikan, keindahan dalam isi dan ungkapnya (Sudjiman, 1990:71). Karya sastra dibangun oleh pengarangnya sebagai hasil rekaman kreatifnya berdasarkan perenungan, penafsiran, penghayatan hidup terhadap realitas sosial dan lingkungan masyarakat di mana pengarang itu hidup dan berkembang (Sumardjo, 1984:15). Menurut KBBI (2007:1002) sastrawan adalah ahli sastra, pujangga; pengarang prosa dan puisi; (orang) pandai-pandai; cerdik cendekia disebut sastrawan. Salah satu sastrawan Indonesia yang karya sastranya memberi pengaruh terhadap perkembangan sastra di Indonesia yaitu YB. Mangunwijaya yang juga sebagai rohaniwan, arsitek, budayawan, sastrawan dan aktivis. Karya sastra khususnya novel yang telah dihasilkan oleh YB Mangunwijaya yaitu Burung-Burung Manyar (1981), Romo Rahadi (1981), Ikan-Ikan Hiu, Ido, Homa (1983), Balada Becak (1985), Durga Umayi (1985), Rara Mendut, Genduk Duku, Lusi Lindri, novel trilogi, dimuat 19821987, Burung-Burung Rantau (1992), Balada dara-dara Mendut (1993). Beliau juga mendapatkan penghargaan sastra se-Asia Tenggara Roman Magsaysay pada tahun 1
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
2
1996. Mangunwijaya mampu menggambarkan situasi yang sedang terjadi melalui karya sastranya. Beliau termasuk sastrawan angkatan tahun 1980-an yang di mana karya-karyanya berlatar belakang sejarah Indonesia. Karya sastra YB Mangunwijya ini sudah banyak diteliti dengan berbagai pendekatan. Macam-macam pendekatan dalam karya sastra yaitu pendekatan struktural, pendekatan semiotik, pendekatan psikologis, pendekatan sosiologis, pendekatan
feminisme,
pendekatan
postkolonialisme,dll.
Karya
sastra
YB
Mangunwijaya khususnya novel yang telah diteliti dengan berbagai pendekatan yaitu novel Durga Umayi dengan judul “Gaya dan Fungsinya dalam Novel Durga Umayi Karya YB. Mangunwijaya (suatu Kajian Stilistika) oleh Alfian Rokhmansyah 2009. Selanjutnya Novel Burung-burung Rantau dengan judul “Multikuturalisme dalam Novel Burung-burung Rantau dengan Analisis Semiotik Karya YB. Mangunwijaya” oleh Ali Imron-Ma’ruf, 2011, dan novel Trilogi dengan judul “Pemberontakan Perempuan dalam novel (Analisis Wacana Novel Trilogi Rara Mendut, Genduk duku, dan Lusi Lindri Karya YB. Mangunwijaya” oleh Rohmadtika Dita 2012. Tjahjono (1988:159) mengatakan, sastra dibagi tiga genre yaitu drama, puisi, dan prosa. Prosa yang merupakan salah satu gener sastra dibagi menjadi dua, yaitu prosa fiksi dan prosa non fiksi. Novel termasuk salah satu dalam prosa fiksi. Novel adalah cerita yang mengisahkan bagian penting dari episode kehidupan manusia dan diikuti perubahan nasib.
(Sudjiman 1990:55) novel adalah prosa rekaan yang
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
3
panjang, yang menyuguhkan tokoh-tokoh dan menampilkan serangkaian peristiwa dan latar secara tersusun. Memahami karya sastra dapat dilakukan dengan menganalisis unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik. Unsur intrinsik yaitu unsur yang membangun sebuah karya sastra dari dalam karya sastra itu sendiri, sedangkan unsur ekstrinsik yaitu unsur yang membangun sebuah karya dari luar karya sastra tersebut. Dalam pembelajaran Bahasa Indonesaia di SMA materi mengenai sastra juga terdapat di dalam kurikulum yang wajib diajarkan oleh guru. Salah satu karya sastra yang wajib diajarkan oleh guru yaitu novel. Karya sastra seperti novel ini banyak pesan moral yang terkandung dalam ceritanya. Dengan demikian, siswa diharapkan dapat mengambil pesan-pesan dalam novel tersebut dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Peneliti memilih novel yang berjudul Burung-burung Manyar karya Y.B Mangunwijaya karena dapat diterapkan di dalam pembelajaran sastra dan isi dari novel ini menceritakan zaman penjajahan Belanda dan Jepang. Cerita ini dikemas sedemikian sehingga dapat menarik pembaca dan menambah wawasan mengenai sejarah dilihat dari sudut pandang sastra. Tidak hanya itu novel ini juga menceritakan kisah cinta Setadewa atau kerap dipanggil Teto dan Atik yang tidak pernah menyatu. Dalam novel ini juga menceritakan kebiasaan yang dilakukan burung manyar jantan setelah dewasa akan merakit sarang dan manyar betina hanya memilih yang mereka sukai. Bagi sarang manyar jantan yang tidak terpilih akan kecewa dan membuang sarangnya begitu saja. Seta dapat diibaratkan sebagai manyar jantan yang
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
tidak terpilih. Kesedihan dan kegagalan yang dialami oleh manyar jantan
4
juga
dialami oleh Seta ketika mengetahui bahwa Atik yang selama ini diidamkannya telah menjadi milik orang lain. Namun Seta lekas bangkit dan berusaha menerima Atik sebagai adik angkatnya. Berdasarkan fenomena tersebut peneliti tertarik untuk menganalisis konflik batin tokoh utama yang ditinjau dari segi psikologis dalam menghadapi kenyataan hidupnya. Fokus penelitian ini pada aspek karakterisasi tokoh Setadewa dalam novel Burung-burung Manyar karya Y.B Mangunwijaya. Selain karakterisasi, pembahasan akan diarahkan pada konflik batin tokoh utama dalam novel ini. Setelah mengetahui tentang karakterisasi dan konflik batin, dalam penelitian ini juga dipaparkan implementasi hasil untuk pembelajaran. Hasil dari analisis konflik batin ini akan digunakan sebagai materi pembelajaran sastra SMA untuk kelas XII. Kajian
yang digunakan dalam penelitian adalah menggunakan pendekatan
psikologis ditinjau dari sisi perspektif kepribadian humanistik Abraham Maslow. Pendekatan ini dipilih karena berkaitan dengan psikologi tokoh utama yaitu Setadewa. Pendekatan ini akan membahas mengenai lima tahapan yang berakhir apa aktualisasi diri. Tahapan yang pertama fisiologi, keamaman, cinta dan keberadaan, penghargaan, dan aktualisasi diri. Dalam penelitian ini, khususnya tokoh Setadewa harus berupaya memenuhi dan mengekspresikan dirinya yang kerap kali terhambat oleh dirinya dan lingkungan. Selanjutnya hasil analisis ini akan diimplementasikan di dalam pembelajaran sastra di SMA.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
5
1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, masalah yang akan diteliti pada penelitian ini adalah: 1. Bagaimana alur dan latar dalam novel Burung-burung Manyar karya Y.B Mangunwijaya? 2. Bagaimanakah karakteristik tokoh Setadewa dalam novel Burung-burung Manyar karya Y.B Mangunwijaya? 3. Bagaimanakah konfik batin tokoh Setadewa dalam novel Burung-burung Manyar karya Y.B Mangunwijaya? 4. Bagaimanakah implementasi hasil analisis dengan pendekatan psikologi sastra tokoh Setadewa dalam novel Burung-burung Manyar karya Y.B Mangunwijaya dalam pembelajaran sastra di SMA?
1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, peneliti mendeskripsikan empat tujuan, yaitu: 1. Mendeskripsikan alur dan latar dalam novel Burung-burung Manyar karya Y.B Mangunwijaya 2. Mendeskripsikan karakteristik tokoh Setadewa dalam novel Burung-burung Manyar karya Y.B Mangunwijaya
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
6
3. Mendeskripsikan konfik batin tokoh setadewa dalam novel Burung-burung Manyar karya Y.B Mangunwijaya 4. Mendeskripsikan implementasi hasil analisis dengan pendekatan psikologis tokoh Setadewa dalam novel Burung-burung Manyar
karya Y.B
Mangunwijaya dalam pembelajaran sastra di SMA
1.4 Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dan sumbangan untuk: 1. Menambah kajian kritik sastra dengan pendekatan psikologis sastra. 2. Memberikan sumbangan bagi pembelajaran di SMA khususnya yang berkaitan dengan sastra. 1.5 Batasan Istilah Dalam penelitian ini terdapat batasan istilah yang bertujuan menghindari salah tafsir. Batasan istilah tersebut adalah : 1. Pedekatan psikologi merupakan penelaahaan sastra yang menekankan pada segi-segi psikologi yang terdapat dalam suatu kraya sastra yang dapat diarahkan kepada pengarang, pembaca, dan teks sendiri (karya). Selain itu psikologi juga mempelajari proses-proses kejiwaan maka psikologi dapat diikutsertakan dalam studi sastra. Hal ini disebabkan jiwa manusia merupakan sumber ilmu pengetahuan dan kesenian (Sukada, 1987:105).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
2. Karakteristik
adalah
karakterisasi
atau
dalam
bahasa
7
Inggris
characterization, berarti pemeranan, pelukisan watak. Metode karakterisasi dalam telaah karya sastra adalah metode melukiskan watak para tokoh yang terdapat dalam suatu karya fiksi. (Minderop, 2005:2). 3. Konfik batin adalah keadaan pertentangan antara dorongan-dorongan yang berlawanan, tetapi ada sekaligus bersama-sama pada diri seseorang (Heerdjan,1987:31) 4. Novel adalah Prosa rekaan yang panjang, yang menyuguhkan tokoh-tokoh dan menampilkan serangkaian peristiwa dan latar secara tersusun. Istilah lain: Roman.(Sudjiman, 1990:55). 5. Implementasi adalah bermuara pada aktivitas, aksi, tindakan, atau adanya mekanisme suatu sistem. Implementasi bukan sekedar aktivitas, tetapi suatu kegiatan yang terencana untuk mencapai tujuan kegiatan (Usman, 200:70).
1.6 Sistematika Penyajian Dalam penelitian ini terdiri dari enam bab. Bab I yaitu pendahuluan yang bersisi tentang latar belakang masalah yang akan diteliti mengenai psikologi tokoh Setadewa dalam novel Burung-burung Manyar karya Y.B Mangunwijaya (suatu tinjauan psikologis sastra) dan implementasinya dalam pembelajaran sastra di SMA. Selain itu, penelitian ini juga memaparkan rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan istilah dan sistematika penyajian. Bab II terdapat landasan teori
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
8
yang terdiri dari penelitian relevan dan kerangka teori. Bab ini menjelaskan teori yang akan digunakan sebagai dasar penelitian. Bab III yaitu metodelogi penelitian yaitu berisi tentang pendekatan dan jenis penelitian yang akan dilakukan, metode penelitian, teknik pengumpulan data, teknik analisis data, dan sumber data. Bab IV berisi mengenai alur dan latar belakang dalam novel, karekteristik tokoh Setadewa, konflik batin tokoh Setadewa dengan pendekatan psikologi sastra dalam novel Burung-burung Manyar. Selanjutnya bab V membahasa tentang implementasi novel Burung-burung Manyar dalam pembelajaran sastra di SMA. Dalam bab ini akan dipaparkan silabus dan RPP yang sesuai dengan pembelajaran sastra. Bab VI atau bab penutup berisi kesimpulan tentang penelitian yang dilakukan, implikasi dari penelitian tersebut, dan saran terhadap penelitian yang akan dilakukan kelak.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB II LANDASAN TEORI
2.1 Penelitian Relevan Ada tiga penelitian yang relevan dengan topik ini yaitu penelitian Irsasri (2011) dengan judul “Novel Burung-Burung Manyar Karya Y.B. Mangunwijaya (Tinjauan Sosiologi Sastra, Perspektif Historis, dan Nilai Pendidikan)”, penelitian Sunarjo (1986) dengan judul “Suatu Pendekatan tentang Pertautan Sintaksis dalam Roman Burung-burung Manyar”, dan penelitian Santoso (1987) dengan judul “Roman Burung-burung Manyar Sebagai Karya sastra dan Nilai Pendidikannya bagi Pembinaan Watak Siswa SMTA Sebuah Pendekatan Struktural” Penelitian Irsasri dengan judul “Novel Burung-Burung Manyar Karya Y.B. Mangunwijaya (Tinjauan Sosiologi Sastra, Perspektif Historis, dan Nilai Pendidikan)”. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, menggunakan metode kualitatif deskriptif dengan pendekatan sosiologis. Hasil penelitian meliputi: (1) hasil analisis sosiologi pengarang yang mewarnai cerita dalam novel mencakup: (a) riwayat hidup pengarang (b) pengarang sebagai rohaniwan, (c) filosofi yang mendasari cerita novel. (2) latar belakang sosial budaya yang terdapat dalam novel Burung-Burung Manyar adalah (a) pendidikan, (b) pekerjaan, (c) bahasa, (d) tempat tinggal, (e) adat kebiasaan. (3) perspektif historis dalam novel yang dibagi menjadi 9
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
10
beberapa periode yaitu (a) periode 1934-1944 masa revolusi perjuangan Republik Indonesia dalam mencapai kemerdekaan, (b) periode 1945-1950 masa Republik Indonesia mempertahankan kedaulatan negara yang harus berjibaku dengan berbagai tindak konfrontatif Belanda, (c) periode 1968-1978 atau masa orde baru yang menumbuhkan masa pembangunan yang masih terjadi ketimpangan dan ketidak jujuran diberbagai bidang. (4) nilai-nilai pendidikan yang terdapat dalam novel Burung-burung Manyar adalah (a) nilai hedonisme, nilai kesenangan dan kenikmatan atas dasar penangkapan inderawi, (b) nilai vital kehidupan, yang mendukung kehidupan dan peradaban menyangkut pengalaman yang lebih mendalam, (c) nilai kerohanian, nilai esteti menyangkut rasa keindahan nilai epistemologis dan (d) nilai kesucian, tataran tingkat tertinggi pencapaian rasa dan keheningan batin manusia dalam kehidupan di dunia. Penelitian Sunarjo (1986) dengan judul “Suatu Pendekatan tentang Pertautan Sintaksis dalam Roman Burung-burung Manyar”. Penelitian ini menggunakan metode pengamatan atau observasi. Hasil dari penelitian ini, meliputi: 1. Bentukbentuk sintaksis dalam roman BBM kiranya dapat dikatakan sungguh terjalin dalam sistem bahasa Indonesai, 2. Berdasarkan kriteria mana pun, apresiasi terhadap roman BBM menumbuhkan pemahaman pikiran yang manis dan penuh guna, 3. Prawayangan dan roman Burung-burung Manyar ternyata menunjukan adanya kesejajaran, baik dalam alur, penokohan, latar, tema, teknik penceritaan, maupun dalam bahasa, 4. Pemahaman akan roman Burung-burung Manyar memberikan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
11
petunjuk bahwa Y.B. Mangunwijaya adalah pengarang yang senantiasa dan selalu mengusahakan meningkatkan kualitas, termasuk dalam menulis. Penelitian Santoso (1987) dengan judul “Roman Burung-burung Manyar Sebagai Karya sastra dan Nilai Pendidikannya bagi Pembinaan Watak Siswa SMTA Sebuah Pendekatan Struktural”. Penelitian ini menggunakan pendekatan struktural. Hasil dari penelitian ini: 1. Roman Burung-burung Manyar pada dasarnya memang roman serius. Hal ini terlihat dari permasalahan yang dikemukakan roman yaitu masalah revolusi fisik di Indonesia, 2. Roman Burung-burung Manyar adalah sebuah karya sastra yang memiliki kelengkapan unsur fiksi. Unsur tersebut saling berkaitan untuk membentuk kebulatan (totalitas), 3. BBM adalah roman yang serius yang kaya akan nilai-nilai yang berfungsi sebagai cerminan kualitas hidup, 4. BBM adalah roman yang coba mengungkapkan revolusi Indonesia secara objektif.
2.2 Unsur Intrinsik 2.2.1 Tokoh Tokoh adalah individu rekaan yang mengalami peristiwa atau berlakuan di dalam berbagai peristiwa dalam cerita (Sudjiman, 1990:79). Menurut Nurgiyantoro (2010: 176-177) tokoh berdasarkan segi peranan atau tingkat pentingnya tokoh dibedakan menjadi dua yaitu tokoh utama dan tokoh tambahan. Tokoh utama adalah tokoh yang diutamakan penceritaannya dalam
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
12
novel yang bersangkutan, sedangkan tokoh tambahan adalah tokoh yang hanya dimunculkan sekali atau beberapa kali dalam cerita, dan itu pun mungkin dalam porsi penceritaan yang relatif pendek. Nurgiyantoro (2010: 178) Berdasarkan fungsi penampilan tokoh, tokoh dibedakan menjadi dua yaitu tokoh protagonis dan tokoh antagonis. (Altenbernd & Lewis, 1966:59 dalam Nurgiyantoro) tokoh protagonis adalah tokoh yang kita kagumi—yang salah satu jenisnya secara popular disebut hero—tokoh yang merupakan pengejawantahan normal-normal, nilai-nilai, yang ideal bagi kita. Sedangkan tokoh antagonis adalah tokoh dalam karya sastra yang merupakan penentang utama dari tokoh utama (Sudjiman, 1990:7). Nurgiantoro (2010: 181-183) berdasarkan perwatakannya, tokoh cerita dapat dibedakan ke dalam tokoh sederhana dan tokoh kompleks atau bulat. Tokoh sederhana, dalam bentuknya yang asli, adalah tokoh yang hanya memiliki satu kualitas pribadi tertentu, satu sifat-watak yang tertentu saja. Sifat dan tingkah laku seorang tokoh sederhana bersifat datar, monoton, hanya mencerminkan satu watak tertentu. Tokoh bulat adalah tokoh yang memiliki dan diungakap berbagai kemungkinan sisi kehidupannya, sisi kepribadian dan jati dirinya. 2.2.2 Perwatakan Egri (1946:33 dalam Sukada) perwatakan seorang tokoh memiliki tiga dimensi sebagai struktur pokoknya, yaitu fisiologis, sesiologis, dan psikologis.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
13
Pada umumnya jenis perwatakan dalam sebuah novel ada dua macam, yaitu perwatakan datar dan perwatakan bulat. Perwatakan datar adalah masingmasing tokoh dilukiskan hanya dengan satu sudut, selamanya baik-baik saja, atau sebaliknya, selama buruk-buruk saja. Perwatakan bulat adalah melukiskan seseorang tokoh secara kompleks dari berbagai dimensi (Montague dan Henshaw, 1966:14; Froster, 1970:75-85; Abrams, 1981:20 dalam Sukada). Selanjutnya perwatakan dikategorikan dalam dua macam perkembangan yaitu perwatakan dinamis dan perwatakan statis. Perwatakan dinamis yaitu perwatakan yang mengalami perkembangan, sedangkan perwatakan statis tidak mengalami perubahan (Montague dan Henshaw, 1966:14 dalam Sukada). Scholes dan Kollog (1966:169 dalam Sukada) membedakan dua macam dinamik atau perkembangan perwatakan tersebut, masing-masing basis yang berhubungan dengan etnik dan basis yang berhubungan temporal kronologis. Yang pertama berubah karena faktor etnis sebagai dasar, sedangkan yang kedua berubah karena dasar perkembangan waktu. Berhasilnya suatu perwatakan bisa menimbulkan kepercayaan terhadap cerita: pembaca harus merasakan bahwa tokoh-tokoh tersebut berlaku seperti dalam kehidupan sebenarnya Hardy (1996:304-5) (dalam Sukada,1987: 63). Uraian mengenai cara menggambarkan karakterisasi ini terperinci diberikan oleh M. Saleh Saad, yang dapat diuraikan pokok-pokonya di sini, sebagi berikut:
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
a) Cara
Analitik:
pengarang
dengan
kisahnya
dapat
14
menjelaskan
karakteristik seorang tokoh b) Cara Dramatik: menggambarkan apa dan siapanya tokoh itu tidak secara langsung, tetapi melalui hal lain, seperti 1. Menggambarkan tempat atau lingkungan sang tokoh 2. Cakapan (percakapan) antara tokoh dengan tokoh lain, atau percakapan tokoh-tokoh lain tentang dia 3. Pikiran sang tokoh atau pendapat tokoh-tokoh lain atau dia 4. Perbuatan sang tokoh c) Cara Analitik yang panjang ditutup dengan dua-tiga kalimat cara dramatic, dan cara dramatic yang panjang ditutup dengan dua-tiga kalimat cara analitik (Lukman Ali,ed, 1967:123-4) (dalam Sukada,1987:64-65). Selanjutnya, karakterisasi tokoh diperdalam lagi oleh Mindrop dalam bukunya yang berjudul Metode Karakterisasi Telaah Fiksi (Minderop, 2005: 8-49), dijelaskan secara detail tentang telling dan showing. Metode langsung (telling) pemaparan dilakukan secara langsung oleh si pengarang. A. Metode langsung ini mencakup: Melalui Penggunaan Nama Tokoh, Melalui Penampilan Tokoh, dan Karakterisasi Melalui Tuturan Pengarang. 1. Karakterisasi Menggunakan Nama Tokoh Nama tokoh dalam suatu karya sastra kerap kali digunakan untuk memberikan ide atau menumbuhkan gagasan, memperjelas serta mempertajam perwatakan tokoh. Para tokoh diberikan nama yang
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
15
melukiskan kualitas karakteristik yang membedakannya dengan tokoh lain. Nama tersebut mengacu pada karakteristik dominan si tokoh. Misalnya, tokoh Edward Murdstone dalam David Copperfield karya Charles Dickens; (stone sama dengan batu—keras) berarti si tokoh memiliki watak yang keras. Penggunaan nama dapat pula mengandung kiasan (allusion) susastra atau historis dalam bentuk asosiasi. Nama Ethan Brand dalam Ethan Brand karya Nathaniel Hawthorne, mengacu pada tokoh pembakar kapur yang gemar bertualang. Nama ini mengandung kiasan dengan tanda (brand) terhadap Cain, pewaris dosa sehingga Brand dibuang sebagaimana ajaran yang terdapat dalam kitab Injil. Pembaca perlu pula mencermati penggunaan nama secara ironis yang dikarakterisasikan melalui inversion (kebalikannya). Demikianlah, melalui penamaan tersebut tidak saja watak si tokoh yang tampak, bahkan tema suatu novel, ceritera pendek atau drama dapat terungkap melalui cerminan karakter para tokoh (Minderop, 2005: 8-10).
2. Karakterisasi Melalui Penampilan Tokoh Dalam suatu karya sastra, faktor penampilan para tokoh memegang peran penting sehubungan dengan telaah karakterisasi. Penampilan tokoh dimaksud misalnya, pakaian apa yang dikenakannya atau bagaimana ekspresinya. Rincian penampilan memperlihatkan kepada pembaca
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
16
tentang usia, kondisi fisik/kesehatan dan tingkat kesejahteraan si tokoh. Dari pelukisan ini tampak apakah tokoh merupakan sosok yang kuat, terkadang lemah, relatif bahagia, tenang atau kadang kala kasar. Sesungguhnya perwatakan tokoh melalui penampilan tidak dapat disangkal terkait pula kondisi psikologis tokoh dalam cerita rekaan. Misalnya, seorang tokoh dengan kondisi fisik tinggi dan langsing biasanya diasosiasikan dengan watak intelektual atau tipe tokoh astetis agak tertutup dan introspektif. Metode
perwatakan
yang
menggunakan
penampilan
tokoh
memberikan kebebasan kepada pengarang untuk mengekspresikan persepsi dan sudut pandangnya. Secara subjektif pengarang bebas menampilkan appearance para tokoh, yang sacara implicit memberikan gambaran watak tokoh. Namun demikian, terdapat hal-hal yang sifatnya universal, misalnya untuk menggambarkan seorang tokoh dengan positif (bijaksana, elegan, cerdas), biasanya pengarang menampilkan tokoh yang berpenampilan rapih dengan sosok yang proporsional (Minderop, 2005: 10-15).
3. Karakteristik Melalui Tuturan Pengarang Metode ini memberikan tempat yang luas dan bebas kepada pengarang atau narator dalam menentukan kisahannya. Pengarang berkomentar tentang watak dan kepribadian para tokoh hingga menembus
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
17
ke dalam pikiran, perasaan dan gejolak batin sang tokoh. Dengan demikian, pengarang terus-menerus mengawasi karakterisasi tokoh. Pengarang tidak sekedar menggiring perhatian pembaca terhadap komentarnya tentang watak tokoh tetapi juga mencoba membentuk persepsi pembaca tentang tokoh yang dikisahkannya (Minderop, 2005: 15-16).
Metode Tidak Langsung (Showing) Metode lainnya adalah metode tidak langsung dengan metode dramatic yang mengabaikan kehadiran pengarang, sehingga para tokoh dalam karya sastra dapat menampilakan diri sacara langsung melalui tingkah laku mereka. Dalam hal ini para pembaca dapat menganalisis sendiri karakter para tokoh. Karakterisasi melalui dialog terbagai atas: Apa yang dikatakan Penutur, Jatidiri Penutur, Lokasi dan Situasi Percakapan, Jatidiri Tokoh yang Dituju oleh Penutur, Kualitas Mental Para Tokoh, Nada Suara, Penekanan, Dialek, dan Kosa Kata Para Tokoh. a. Apa yang Dikatakan Penutur Pertama-tama pembaca harus memperhatikan subtansi dari suatu dialog. Apakah diolog tersebut sesuatu yang terlalu penting sehingga dapat
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
18
mengembangkan peristiwa-peristiwa dalam suatu alur atau sebaliknya. Bila si penutur selalu berbicara tentang dirinya sendiri tersembul kesan ia seorang yang berpusat pada diri sendiri dan agak membosankan. Jika si penutur selalu membicarakan tokoh lain ia terkesan tokoh yang senang bergosip dan suka mencampuri orang lain. b. Jatidiri Penutur Jatidiri penutur di sini adalah ucapan yang disampaikan oleh seorang protagonis (tokoh sentral) yang seyogyanya dianggap lebih penting daripada apa yang diucapkan oleh tokoh bawahan (tokoh minor), walaupun percakapan tokoh bawahan kerapkali memberikan informasi krusial yang tersembunyi mengenai watak tokoh lainnya. c. Lokasi dan Situasi Percakapan 1. Lokasi Percakapan Percakapan antara para pembantu pada keluarga Mannon yang terjadi di bagian luar rumah yang memiliki dua pintu masuk dari arah jalan. Pengarang menggambarkan adanya warna-warna kontradiktif yang menghiasi bangunan depan rumah—hitam, putih, abu-abu, dan hijau. Terdapat sebuah bangunan taman yang terlingdung hingga tidak terlihat dari depan rumah. Bagian atas bangunan (portico) yang ditopang pilar seperti topeng putih yang tidak
selaras
menempel
di
rumah
tersebut
seakan-akan
menyembunyikan keburukan dan nuansa kusam; demikianlah
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
19
watak para tokoh penghuni rumah ini. Pelukisan lokasi di atas dapat memberikan inspirasi kepada pembaca betapa penghuni yang meninggali rumah tersebut menyimpan suatu misteri dan keburukan yang disembunyikan.
2.
Situasi Percakapan
Percakapan antara Seth, Ames, Louisa, dan Minnie terjadi dalam situasi pesta yang diadakan di rumah keluarga Mannon. Situasi percakapan riang –gembira diiringi aluan musik dan penyanyi serta diselingi dengan acara minum-minum. Pada acara ini para tokoh di atas mulai berguning tentang majikan mereka—jendral Manno— yang tidak hadir karena sedang bertugas membela Negara. Situasi percakapan ini sangat mendukung watak para tokoh yang gemar bergunjing (Minderop, 2005: 28-30).
d. Jatidiri Tokoh yang Dituju oleh Penutur Penutur di sini berarti tuturan yang disampaikan tokoh dalam ceritera; maksudnya tuturan yang diucapkan tokoh tertentu tentang tokoh lainnya (Minderop, 2005: 31-32).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
20
e. Kualitas Mental para Tokoh Pickering dan Hooper (dalam Minderop, 2005:33). Kualitas mental para tokoh dapat dikenali melalui alunan dan aliran tuturan ketika para tokoh bercakap-cakap. Misalnya, para tokoh yang terlibat dalam suatu diskusi yang hidup menandakan bahwa mereka memiliki sikap mental yang open-minded. Ada pula tokoh yang gemar memberikan opini, atau bersikap tertutup (close-minded) atau tokoh yang penuh rahasia dan menyembunyikan sesuatu.
2.2.3 Alur/Plot
Jalinan peristiwa di dalam karya sastra untuk mencapai efek tertentu. Pautannya dapat diwujudkan oleh hubungan temporal (waktu) dan oleh hubungan kausal (sebab-akibat). Alur yaitu rangkaian peristiwa yang direka dan dijalin dengan seksama, yang menggerakan jalan cerita melalui rumitan ke arah klimaks dan selesaian (Sudjiman, 1990:4). Sementara itu, Sudjiman (1992:30-36) mengatakan struktur alur meliputi paparan (exposition), rangsangan (inceting moment), gawatan (rising action), tikaian (conflict), rumitan (complication), klimaks (climax), leraian (falling action) dan selesaian (denovement). 1. Paparan (exposition)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
21
Paparan adalah penyampaian informasi kepada pembaca. Paparan biasanya terletak pada awal cerita. Dalam tahapan ini pengarang memperkenalkan para tokoh menjelaskan temapt peristiwa yang akan terjadi. Paparan ini berfungsi untuk mengatarkan pembaca ke dalam persoalan utama yang menjadi isi cerita darma itu. 2. Rangsangan Rangsangan adalah peristiwa yang mengawali timbulnya gawatan. Rangsangan sering ditimbulkan oleh hal lain, misalnya oleh datangnya berita yang merusak keadaan yang semula terasa laras. Tak ada patokan tentang panjang paparan, kapan disusul oleh rangsangan, dan berapa lama sesudah itu samapi pada gawatan. 3. Gawatan/ Tegangan Gawatan adalah peristiwa yang ditimbulkan oleh munculnya keinginan, pikiran, prakarsa dari seorang tokoh cerita untuk mencapai tujuan tertentu. Akan tetapi, hasil dari prakarsa itu tidak pasti sehingga menimbulkan kegawatan. 4. Tikaian Tikaian adalah munculnya perselisihan yang diakibatkan oleh adanya dua kekuatan yang dipertentangkan; satu diantaranya diwakili oleh manusia atau pribadi yang biasanya menjadi protagonist dalam cerita. 5. Rumitan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
22
Rumitan adalah perkembangan dari gejala mulai tikaian menuju klimaks cerita, klimaks tercapai apabila rumitan mencapai puncak kehebatannya. Rumitan mempersiapkan pembaca untuk menerima seluruh dampak dari klimaks. 6. Klimaks Klimaks adalah bagian alur yang menunjukan adanya pihak-pihak yang berlawanan atau bertentangan, perhadapan untuk melakukan perhitungan terakhir
yang
menentukan.
Klimaks
merupakan
tahapan
ketika
pertentangan yang terjadi mencapai titik optimalnya. Bagian ini terutama dipandang dari segi tanggapan emosional dari pembaca atau penonton menimbulkan puncak ketegangan. 7. Leraian Leraian adalah bagian struktur alur yang sudah tercapai klimaks dan kritis, merupakan peristiwa yang menunjukan perkembangan lakuan kearah selesaian, dalam hal ini pertentangan mereka. Ketegangan emosional menyusut, suasanan panas mulai mendingin, menuju kembali kekeadaan semula seperti sebelum terjadinya pertentangan. 8. Selesaian Selesaian adalah bagian akhir atau penutup cerita. Selesaian boleh jadi mengandung penyelesian masalah yang melegakan ; boleh juga mengandung penyelesian masalah yang menyedikan, mislnya si tokoh bunuh diri. Ada juga selesaian masalah yang pokok masalahnya tetap
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
23
menggantung tanpa pemecahan, tanpa ada penyelesian masalah dalam keadaan yang penuh dengan ketidakpastian, ketidakjelasan, ataupun ketidak pahaman.
2.2.4 Latar Latar atau setting yang disebut juga sebagai landas tumpu,menyaran pada pengertian tempat, hubungan waktu, dan lingkungan social tempat terjadinya
peristiwa-peristiwa
yang
diceritakan
(Abrams
dalam
Nurgiyantoro, 2010:216). Unsur latar dapat dibedakan ke dalam tiga unsur pokok, yaitu tempat, waktu, dan social. Kegita unsur itu walau masing-masing menawarkan permasalahan yang berbeda dan dapat dibicarakan secara sendiri, pada kenyataannya saling berkaitan dan saling mempengarui satu dengan yang lain. 1. Latar tempat, menyaran pada lokasi terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi. 2. Latar waktu berhubungan dengan masalah “kapan” terjadinya peristiwaperistiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi. 3. Latar sosial menyaran pada hal-hal yang berhubungan dengan perilaku kehidupan sosial masyarakat di suatu tempat yang diceritakan dalam karya fiksi (Nurgiyantoro, 2010:227-233).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
24
Menurut Stanton (2007:35) latar adalah lingkungan yang melingkupi sebuah peristiwa dalam cerita, semesta yang berinteraksi dengan peristiwa-peristiwa yang sedang berlangsung. Latar berfungsi untuk mengekspresikan perwatakan dan kemauan, memiliki hubungan erat dengan alam dan manusia (Wellek dan Werren dalam Sukada, 1987:61).
2.3 Teori Psikologi Abraham Maslow Teori dari Abraham Maslow mempunyai beberapa sebutan, seperti teori humanistik, teori transpersonal, kekuatan ketiga dalam psikologis, kekuatan keempat dalam kepribadian, teori kebutuhan dan teori aktualisasi diri. Akan tetapi, Abraham Maslow menyebutnya sebagai teori holistik-dinamis karena teori ini menganggap bahwa keseluruhan dari seseorang terus-menerus termotivasi oleh satu atau lebih kebutuhan dan bahwa orang yang mempunyai potensi untuk menuju kesehatan psikologis, yaitu aktualisasi diri (Jess, Feist, Gregory J Feist, 2010:325). Untuk meraih aktualisasi diri, orang harus memenuhi kebutuhan-kebutuhan dilevel yang lebih rendah, seperti kebutuhan akan lapar, keamanan, cinta, dan harga diri. Hanya setelah orang merasa cukup puas pada masing-masing dari kebutuhankebutuhan ini, maka mereka bisa mencapai aktualisasi diri (Maslow dalam Jess, Feist, Gregory J Feist, 2010:326).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
25
Teori kepribadian Maslow dibuat berdasarkan beberapa asumsi dasar mengenai motivasi (maslow dalam Jess, Feist, Gregory J Feist, 2010:330-331). Pertama, Maslow mengadopsi sebuah pendekatan menyeluruh pada motivasi (holistic approach to motivation), yaitu keseluruhan dari seseorang, bukan hanya satu bagian atau fungsi, termotivasi. Kedua, motivasi biasanya kompleks atau terdiri dari beberapa hal (motivation is usually complex), yang berarti bahwa tingkah laku seseorang dapat muncul dari beberapa motivasi yang terpisah. Contohnya, keinginan untuk berhungangan seksual dapat termotivasi tidak hanya oleh adanya kebutuhan yang berkaitan dengan alat kelamin, tetapi juga oleh kebutuhan akan dominasi, kebersamaan, cinta dan harga diri. Selain itu, motivasi untuk melakukan sebuah tingkah laku dapat disadari maupun tidak disadari oleh orang yang melakukan. Contohnya, motivasi seorang mahasiswa untuk mendapatkan nilai tinggi dapat menutupi motivasi sesungguhnya yang adalah kebutuhan untuk mendominasi atau memperoleh kekuasaan. Asumsi ketiga adalah bahwa orang-orang berulang kali termotivasi oleh kebutuhan-kebutuhan (people are continually motivated by one need or another). Ketika sebuah kebutuhan terpenuhi, biasanya kebutuhan tersebut berkurang kekuatan untuk memotivasinya dan digantikan oleh kebutuhan lain. Contonya, selama kebutuhan akan makan/rasa lapar belum terpenuhi, orang akan selalu berusaha mendapatkan makanan. Akan tetapi, ketika mereka sudah mendapat cukup makanan,
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
26
mereka beralih ke kebutuhan-kebutuhan lain seperti keamanan, pertemanan, dan penghargaan diri. Keempat, semua orang di manapun termotivasi oleh kebutuhan dasar yang sama (all people everywhere are motivated by the same basic needs). Bagaimana cara orang-orang di kultur yang berbeda-beda memperoleh makanan, membangun tempat tinggal, mengekspresiakan pertemanan, dan seterusnya bisa bervariasi, tetapi kebutuhan dasar untuk makanan, keamanan, dan pertemanan merupakan kebutuhan yang berlaku umum untuk semua spesies. Asumsi terakhir mengenai motivasi adalah kebutuhan-kebutuhan dapat dibentuk menjadi sebuah hierarki (need can be arranged on a hierarchy). Menurut Maslow tingkah laku manusia lebih ditentukan oleh kecenderungan individu untuk mencapai tujuan agar kehidupan si individu lebih berbahagia dan sekaligus memuaskan. Masalah yang terpenting, menurut Maslow ialah seorang harus terlebih dahulu mencapai kebutuhan yang paling mendasar sebelum mempu mencapai kebutuhan di atasnya. Maslow menyampaikan teorinya tentang kebutuhan bertingkat yang tersusun sebagai berikut, kebutuhan: fisiologis, rasa aman, cinta dan memiliki, harga diri ,dan aktualisasi diri (Minderop, 2010:48). Kebutuhan manusia tersusun menurut tingkatan, yaitu 1. Kebutuhan Fisiologis
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
27
Kebutuhan paling mendasar dari setiap manusia adalah kebutuhan fisiologis, termasuk di dalamnya adalah makanan, air, oksigen, mempertahankan suhu tubuh,dll.
Kebutuhan
fisiologis
adalah
kebutuhan
yang
mempunyai
kekuatan/pengaruh paling besar dari semua kebutuhan. Orang-orang yang terusmenerus merasa lapar akan termotivasi untuk makan—tidak termotivasi untuk mencari teman atau memperoleh harga diri. Mereka tidak melihat lebih jauh dari makanan, dan selama kebutuhan ini tidak terpenuhi, maka motivasi utama mereka adalah untuk mendapatkan sesuatu untuk dimakan. Kebutuhan
fisiologis
berbeda
dengan
kebutuhan-kebutuhan
lainya,
setidaknya ada dua hal yang penting. Pertama, kebutuhan fisiologis adalah satusatunya kebutuhan yang dapat terpenuhi atau bahkan selalu terpenuhi. Orangorang bisa cukup makan sehingga makanan akan kehilangan kekuatan untuk memotivasi. Bagi orang yang baru saja selesai makan dalam porsi besar, pikiran tentang makanan bahkan dapat menyebabkan perasaan mual. Karakteristik berbeda yang kedua dari kebutuhan fisiologis adalah kemampuan untuk muncul kembali (recurring nature). Setelah orang selesai makan, mereka lama-kelamaan menjadi lapar lagi; mereka terus-menerus mengisi ulang pasokan makanan dan air; dan satu tarikan nafas harus dilanjutkan oleh tarikan nafas berikutnya. Akan tetapi, kebutuhan-kebutuhan di level lainnya tidak muncul kembali secara terus-menerus. Contohnya, orang yang paling tidak telah memenuhi kebutuhan mereka akan cinta dan penghargaan akan tetap
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
28
merasa percaya diri bahwa mereka dapat terus memenuhi kebutuhan mereka akan cinta dan harga diri (Maslow dalam Jess, Feist, Gregory J Feist, 2010:332333). 2. Kebutuhan akan Keamanan Ketika orang telah memenuhi kebutuhan fisiologis mereka, mereka menjadi termotivasi dengan kebutuhan akan keamanan (safety need), yang termasuk di dalamnya adalah keamanan fisik, stabilitas, ketergantungan, perlindungan, dan kebebasan dari kekuatan-kekuatan yang mencekam, seperti perang, teroris, penyakit, rasa takut, kecemasan, bahaya, kerusuhan, dan bencana alam. Kebutuhan akan hukum, ketentraman, dan keteraturan juga merupakan bagian dari kebutuhan akan keamanan. Pada masyarakat yang tidak sedang mengalami perang, sebagian besar orang-orang dewasa yang sehat dapat memenuhi kebutuhan akan keamanan mereka setiap waktu sehingga,menjadikan kebutuhan ini cenderung tidak penting. Akan tetapi, anak-anak lebih sering termotivasi oleh kebutuhan akan rasa aman karena mereka hidup dengan ketakutan akan gelap, binatang, orang asing, hukumana dari orang tua. Selain itu, sebagian orang dewasa merasa cenderung tidak aman karena ketakutan tidak masuk akal dari masa kecil terbawa hingga masa dewasa dan menyebabkan mereka bertindak seolah mereka takut akan hukuman dari orang tua. Mereka menghabiskan lebih banyak energi daripada energi yang dibutuhan orang yang sehat untuk memenuhi kebutuhan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
29
akan rasa aman dan ketika mereka tidak berhasil memenuhi kebutuhan rasa aman tersebut, mereka akan mengalami apa yang disebut dengan kecemasan dasar (basic anxiety) (Maslow dalam Jess, Feist, Gregory J Feist, 2010:333-334).
3. Kebutuhan akan Cinta dan Keberadaan Setelah orang memenuhi kebutuhan fisiologis dan keamanan, mereka menjadi termotivasi oleh kebutuhan akan cinta dan keberadaan (love and belongingness needs), seperti keinginan untuk berteman; keinginan untuk mempunyai pasangan dan anak; kebutuhan untuk menjadi bagian dari sebuah keluarga, sebuah perkumpulan, lingkungan masyarakat, atau negara. Cinta dan keberadaan juga mencakup beberapa aspek dari seksualitas dan hubungan dengan manusia lain dan juga kebutuhan untuk memberi dan mendapatkan cinta (Maslow dalam Jess, Feist, Gregory J Feist, 2010:334). Orang yang kebutuhan akan cinta dan keberadaan cukup terpenuhi sejak dari masa kecil tidak manjadi panik ketika cintanya ditolak. Orang yang seperi ini mempunyai kepercayaan dari bahwa mereka akan diterima oleh orang-orang yang penting bagi mereka, jadi ketika orang lain menolak mereka, mereka tidak merasa hancur. Kelompok kedua adalah kelompok yang terdiri dari orang-orang yang tidak pernah merasakan cinta dan keberadaan, dan oleh karena itu, mereka menjadi tidak mampu memberikan cinta. Mereka jarang atau bahkan tidak pernah dipeluk ataupun disentuh ataupun mendapat pernyataan cinta dalam bentuk apapun.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
30
Maslow percaya bahwa orang semacam ini lama-kelamaan akan belajar untuk tidak mengutamakan cinta dan terbiasa dengan ketidakhadiran cinta. Kategori ketiga adalah orang-orang yang menerima cinta dan keberadaan hanya dalam jumlah yang sedikit. Oleh karena hanya menerima sedikit cinta dan keberadaan, maka mereka akan sangat termotivasi untuk mencarinya. Dengan kata lain, orang yang menerima sedikit cinta mempunyai kebutuhan akan kasih sayang dan penerimaan yang lebih besar daripada orang yang menerima cinta dalam jumlah cukup atau yang tidak menerima cinta sama sekali (Maslow dalam Jess, Feist, Gregory J Feist, 2010:334-335).
4. Kebutuhan akan Penghargaan Setelah orang-orang memenuhi kebutuhan akan cinta dan keberadaan, mereka bebas untuk mengejar kebutuhan akan penghargaan (esteem needs), yang mencakup penghormatan diri, kepercayaan diri, kemampuan, dan pengetahuan yang orang lain hargai tinggi. Maslow (1970) mengidentifikasi dua tingkatan kebutuhan akan penghargaan—reputasi dan harga diri. Reputasi adalah persepsi akan gengsi, pengakuan, atau ketenaran yang dimiliki seseorang, dilihat dari sudut pandang orang lain. Sementara harga diri adalah perasaan pribadi seseorang bahwa dirinya bernilai atau bermanfaat dan percaya diri. Harga diri didasari oleh lebih dari reputasi maupun gengsi. Harga diri menggambarkan sebuah “keinginan untuk memperoleh kekuatan, pencapaian atau keberhasilan, kecukupan, penguasaan dan kemampuan, kepercayaan diri di hadapan dunia,
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
31
serta kemandirian dan kebebasan”. Dengan kata lain, harga diri didasari oleh kemampuan nyata dan bukan hanya didasari oleh opini orang lain. (Maslow dalam Jess, Feist, Gregory J Feist, 2010:335).
5. Kebutuhan akan Aktualisasi diri Kebutuhan akan aktualisasi diri merupakan kebutuhan manusia yang paling penting dalam teori Maslow tentang motivasi pada manusia. Kebutuhan akan aktualisasi diri mencakup pemenuhan diri, sadar akan potensi diri, dan keinginan untuk menjadi sekreatif mungkin (Maslow dalam Jess, Feist, Gregory J Feist, 2010:336). Maslow (dalam Jess, Feist, Gregory J Feist, 2010:338) memperkirakan bahwa rata-rata orang membuat kebutuhan masing-masing terpenuhi samapai kurang lebih sebanyak ini: fisiologis 85%; keamanan 70%, cinta dan keberadaan 50%, penghargaan 40%, dan aktualisasi diri 10%. Semakin besar kebutuhan di level rendah terpenuhi, maka akan semakin besar kemunculan kebutuhan di level selanjutnya. Contohnya, jika kebutuhan akan cinta hanya terpenuhi sebesar 10%, maka kebutuhan penghargaan mungkin tidak akan muncul sama sekali. Akan tetapi, jika kebutuhan akan cinta terpenuhi sebanyak 25%, maka bisa jadi kebutuhan penghargaan dapat muncul sebanyak 5%. Jika kebutuhan akan cinta sebesar 75%, maka kebutuhan akan penghargaan dapat muncul sampai 50%, dan seterusnya.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
32
Oleh sebab itu, kebutuhan-kebutuhan muncul secara bertahap, dan seseorang dapat termotivasi secara bersama oleh kebutuhan-kebutuhan dari dua atau lebih level. Sebagai contoh, orang yang mengaktualisasi diri diundang sebagai tamu kehormatan di sebuah acara makan malam bersama yang diadakan teman-teman dekatnya di sebuah restoran. Tingkah laku makan memenuhi kebutuhan fisiologis; tetapi pada saat yang bersamaan, sang tamu kehormatan bisa juga memenuhi kebutuhan-kebutuhan keamanan, cinta, penghargaan, dan aktualisasi dirinya. Maslow (dalam Jess, Feist, Gregory J Feist, 2010:339-340) tidak terpenuhinya salah satu dari kebutuhan-kebutuhan mendasar dapat mengarah pada beberapa macam penyakit. Kebutuhan fisiologis yang tidak terpenuhi berakibat pada malnutrisi, kelelahan, hilang energi, obsesi terhadap seks, dan lain sebagainya. Ancaman terhadap keamanan seseorang akan mengarah pada perasaan bahwa bahaya sedang mengancam, perasaan tidak aman, dan perasaan takut yang sangat besar. Ketika kebutuhan cinta tidak terpenuhi, seseorang menjadi defensif, terlalu agresif, atau canggung di lingkungan sosial. Kurangnya penghargaan pada munculnya keraguan diri, tidak menghargai diri, dan kurangnya rasa percaya diri. Tidak terpenuhinya kebutuhan aktualisasi diri juga mengarah pada penyakit atau patologi, atau lebih tepatnya metapatologi. Maslow mendefinisikan
metapatologi
sebagai
ketiadaan
pencapaian/keberhasilan, dan hilangnya arti hidup.
nilai-nilai,
ketiadaan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
33
Orang-orang yang mengaktualisasikan diri dapat mempertahankan harga diri mereka bahkan ketika dimaki, ditolak, dan diremehkan oleh orang lain. Dengan kata lain orang-orang yang mengaktualisasikan diri tidak bergantung pada pemenuhan kebutuhan cinta maupun kebutuhan akan penghargaan. Mereka menjadi mandiri sejak kebutuhan level rendah yang memberi mereka kehidupan. Maslow (1970) membuat daftar lima belas karakteristik sementara yang merupakan ciri-ciri orang-orang yang mengaktualisasi diri sampai batasan tertentu. Kelima belas cirri itu:Persepsi yang Lebih Efisien akan Kenyataan; Penerimaan
akan
Diri,
Orang
lain,
dan
Hal-hal
alamiah;
Spontanitas,Kesederhanaan, dan Kealamian; Berpusat pada Masalah; Kebutuhan akan Privasi; Kemandirian; Penghargaan yang Selalu Baru; Pengalaman puncak; Gemeinschaftsgefuhl; Hubungan Interpersonal yang Kuat; Struktur Karakter Demokratis; Diskriminasi antara Cara dan Tujuan; Rasa Jenaka/Humor yang Filosofis; Kreativitas; Tidak Mengikuti kulturasi.
2.4 Pembelajaran Sastra di SMA Pada haketatnya, pelajaran sastra bukanlah pembelajaran tentang sastra, melainkan proses belajar mengajar yang memberikan kemampuan dan keterampilan mengapresiasikan sastra melalui proses interaksi dan transaksi antar siswa dengan cipta sastra yang dipelajarinya. Oleh sebab itu pembelajaran sastra harus direncanakan untuk melibatkan siswa dalam proses menampilkan kebermaknaan. Siswa tidak boleh hanya dijejali dengan akumulasi informasi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
34
tentang makna karya sastra, melaikan diajar untuk memperoleh secara mandiri (Gani, 1988:125). Pengajaran sastra dapat membantu pendidikan secara utuh apabila cakupannya meliputi 4 manfaat: 1. Membantu keterampilan berbahasa 2. Meningkatkan pengetahuan budaya 3. Mengembangkan cipta dan rasa 4. Menunjukan pembentukan watak Dalam kaitannya pembelajaran sastra di SMA, siswa tidak hanya dituntut untuk memahami karya sastra, tetapi juga mengapresiasikan karya sastra. Tahapan pembelajaran sastra di SMA memuat empat komponen yaitu, mendengarkan, berbicara, membaca dan menulis (Depsiknas, 2006:232). Komponen mendengarkan meliputi kemampuan mendengar, memahami dan mengapresiasikan ragam karya sastra seperti, cerpen, puisi, drama dan novel. Komponen berbicara meliputi kemampuan membahasa, menaggapi dan mendiskusi ragam karya sastra sesuai isinya. Komponen membaca meliputi kemampuan membaca serta memahami berbagai jenis karya sastra dan dapat mengapresiasikannya.
Komponen
menulis
meliputi
kemampuan
mengapresiasikan karya sastra ke dalam bentuk tulisan kesastraan berdasarkan ragam-ragam karya sastra yang dibaca (Depdiknas, 2006: 242).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
35
2.4.1 Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Dalam Standar Nasional Pendidikan (SNP pasal 1, Ayat 15), dijelaskan bahawa Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah kurikulum operasional yang disusun dan dilakasanakan oleh masing-masing satuan pendidikan. Penyususnan KTSP dilakukan oleh satuan pendidikan dengan memerhatikan dan berdasarkan standar kompetensi serta kompetensi dasar yang dikembangkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) (Sanjaya, 2008:128). Dalam KTSP, pembelajaran sastra khususnya novel diajarkan untuk: (1) kelas XI semester 1 dengan standar kompetensi membaca yaitu dengan memahai berbagai hikayat, novel Indonesia/terjemahan. Kompetensi dasarnya adalah
menganalisis
unsur-unsur
intrinsik
dan
ekstrinsik
novel
Indonesia/terjemahan. (2) kelas XII semester 1 dengan standar kompetensi mendengarkan yaitu dengan memahai pembacaan novel. Kompetensi dasarnya adalah menaggapi pembacaan penggalan novel dari vokal, intonasi,dan penghayatan serta menjelaskan unsur intrinsik dari pembacaan penggalan novel. Penelitian ini, memilih kurikulum kelas XII semester 1 yaitu memahai pembacaan novel. Setelah siswa mendapatkan pengetahuan tentang cara menganalisis unsur-unsur intrinsik dan ekstrinsik novel yang didapat pada saat mereka kelas XI semester 1 maka, untuk kelas XII semester 1 diharapkan siswa dapat memahami pembacaan novel dengan cara menaggapi pembacaan novel
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
36
dari segi vocal, intonasi, dan intonasi,dan penghayatan serta menjelaskan unsur intrinsik dari pembacaan penggalan novel. 2.4.2 Silabus Silabus merupakan penjabaran dari standar kompetensi dan kompetensi dasar ke dalam materi pokok, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian (Depdiknas, 2006:7). Pengembangan silabus dapat dilakukan oleh para guru secara mandiri atau kelompok dalam sebuah sekolah atau beberapa sekolah, kelompok Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) pada Pusat Kegiatan Guru (PKG), dan Dinas Pendidikan (BNSP,2006:14) Berikut ini uraian prinsip pengembangan silabus yang terdapat pada Kurikulim Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006. 1. Ilmiah: keseluruhan materi dan kegiatan yang menjadi muatan dalam silabus harus benar dan dapat dipertanggungjawabkan secara ilmuan. 2. Relevansi: cakupan, kedalaman, tingkat kesukaran,dan urutan penyajian materi dalam silabus sesuai dengan tingkat perkembangan fisik, intelektual, sosial, emosional, dan spiritual peserta didik. 3. Sistematis: komponen-komponen silabus saling berhubungan secara fungsional dan mencapai kompetensi. 4. Konsisten : adanya hubungan yang konsisten (ajeg, taat, asas) antara kompetensi dasar, indikator, materi pokok, pengalaman belajar, sumber belajar dan sistem penilaian.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
37
5. Memadai: cakupan indikator, materi pokok, pengalaman belajar, sumber belajar dan sistem penilaian cukup untuk menunjang pencapaian kompetensi dasar. 6. Actual dan kontekstual: cakupan indikator, materi pokok, pengalaman belajar, sumber belajar dan sistem penilaian harus memperhatian perkembangan ilmu, teknologi, dan seni mutakhir dalam kehidupan nyatan dan peristiwa yang terjadi. 7. Fleksibe keseluruhan kompnen silabus dapat mengakomodasi keragaman perseta didik, pendidik, serta dinamika perubahan yang terjadi di sekolah dan tuntutan masyarakat. 8. Menyeluruh: komponen silabus mencakup keseluruhan ranah kompetensi (kognitif, afektif, dan psikomotorik) Komponen-komponen yang ada di dalam silabus antara lain yaitu identifikasi, standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pokok, pengalaman belajar, indikator, penilaian, alokasi waktu, sumber/bahan/alat. Berdasarkan kompenen tersebut terdapat langkah-langkah penting yang terdapat dalam silabus pembelajaran. 1. Mengkaji Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Mengkaji standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran seperi yang tercantum pada standar isi dengan memperhatikan hal-hal berikut:
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
38
a. Urutan berdasarkan hierarki konsep disiplin ilmu atau tingkat kesulitan materi b. Berkaitan antara standar kompetensi dan kompetensi dasar dalam suatu materi pelajaran c. Keterkaitan standar kompetensi dan kompetensi dasar antar mata pelajaran 2. Mengidentifikasi Materi Pokok Mengidentifikasi materi pokok yang menunjang pencapaian standar kompetensi dan kompetensi dasar dengan mempertimbangkan hal-hal berikut: a. Potensi peserta didik b. Relevansi dengan karakteristik daerah c. Tingkat perkembangan fiksi, intelektual, emosional, sosial, dan spiritual peserta didik d. Struktur keilmuan e. Aktualisasi, kedalaman, dan keluasan materi pembelajaran f. Relevansi dengan kebutuhan peresta didik dan tutuntan lingkungan, serta g. Alokasi waktu
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
39
3. Mengembangkan Pengalaman Belajar Pengalaman belajar adalah kegitan mental dan fisik yang dilakukan peserta didik dalam berinteraksi dengan sumber belajar melalui pendekatan pembelajaran yang bervariasi dan mengaktifkan perserta didik. Hal-hal yang perlu diaktifkan dalam mengembangkan kegiatan pelajaran adalah sebagi berikut: a.
Kegitan pembelajaran disusun untuk memberiakan bantuan kepada para pendidik, khususnya guru agar dapat melaksanakan proses pembelajarn secara professional
b.
Kegiatan pembelajaran memuat rangkaian kegiatan yang harus dilakukan oleh peresta didik secara berurutan untuk mencapai kompetensi dasar
c.
Penentuan urutan kegiatan pembelajaran harus sesuai dengan hierarki konsep materi pembelajaran
d.
Rumusan pernyataan dalam kegiatan minimal mengandung dua unsur penciri yang mencerminkan pengelolaan pengalaman belajar siswa, yaitu siswa dan materi
4. Merumuskan Indikator Keberhasilan Belajar Indikator merupakan penjabaran dari kompetensi dasar yang menujukan tanda-tanda perbuatan atau respon yang ditampilkan oleh peserta didik.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
40
Indikator dikembangkan sesuai dengan karakteristik satuan pendidikan, porensi daerah dan peserta didik, dan dirumuskan dalam kata kerja operasional yang terukur atau dapat diobservasi. Indikator digunakan sebagai dasar untuk menyusun alat penilaian. 5. Penentuan Jenis Penilaian Penilaian terhadapt pencapaian kompetensi dasar peserta didik dilakukan berdasarkan indikator. Penilaian digunakan dengan melakukan tes atau non tes dalam bentuk tulisan atau lisan, pengamatan kegiatan siswa, sikap, penilaian hasil karya berupa proyek atau produk, penggunaan portofolio dan penilaian diri. Hal-hal yang perlu diperhatiakn dalam penilaian (BNSP, 2006:17) yaitu, a.
Penilaian diarahkan untuk mengukur pencapaian kompetensi
b.
Penilaian menggunakan acuan criteria
c.
Sistem yang direncanakan adalah sistem penilaian yang berkelanjutan
d.
Hasil penilaian dianalisis untuk menentukan tindak lanjut, dan
e.
Sistem penilaian harus disesuaikan dengan pengalaman belajar yang ditempuh dalam proses pembelajaran
6. Menentukan Alokasi Waktu Alokasi waktu adalah perkiraan berapa lama waktu yang dibutuhkan oleh peserta didik untuk mempelajari suatu materi pembelajaran. Prinsip yang diperlukan dalam mengalokasi waktu (Trianto, 2009:209), antara lain: 1.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
41
Tingkat perkembangan psikologi peserta didik, 2. Tingkat kesukaran materi, 3. Cakupan materi, 4. Frekuensi penggunaan materi (di luar/ di dalam kelas), dan 5. Tingkat pentingnya materi yang dipelajari. 7. Menentukan Sumber Belajar Sumber belajar adalah rujukan, objek atau bahan yang digunakan untuk kegiatan pembelajaran. Sumber belajar dapat berupa media cetak dan elektronik, narasumber, serta lingkungan fisik, alam, sosial, dan budaya. Penentuan sumber belajar didasarkan pada standar kompetensi dan kompentesi dasar, serta materi pokok, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi.
2.4.3 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran RPP disusun untuk setiap pertemuan pembelajaran. Komponenkomponen yang penting yang ada dalam RPP, meliputi: Standar kompetensi (SK), Kompetensi dasar (KD), hasil belajar, indikator pencapaian hasil belajar, strategi pembelajaran, sumber pembelajaran, alat dan bahan, langkah-langkah kegiatan pembelajaran, dan evaluasi. Menurut Muslich (2007:54) langkah-langkah penyusunan RPP 1. Ambil satu unit pembelajaran (dalam silabus) yang akan diterapkan dalam pembelajaran
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
42
2. Tulis standar kompetensi dan kompetensi dasar yang terdapat dalam unit tersebut 3. Tentukan indikator untuk mencapai kompetensi dasar tersebut 4. Tentukan alokasi waktu yang diperlukan untuk mencapai indikator tersebut 5. Rumuskan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai dalam pembelajaran tersebut 6. Tentukan materi pembelajaran yang akan diberikan/dikenakan kepada siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumskan 7. Pilih metode pembelajaran yang dapat mendukung sifat materi dan tujuan pembelajaran 8. Susunlah langkah-langkah kegiatan pembelajaran pada setiap satuan rumusan tujuan pembelajaran, yang bisa dikelompokan menjadi kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan penutup 9. Jika alokasi waktu untuk mencapai satu kompetensi dasar lebih dari 2 jam pelajaran, bagilah langkah-langkah pembelajaran menjadi lebih dari satu pertemuan. Pembagian setiap jam pertemuan bisa didasarkan pada satuan tujuan pembelajaran atau sifat/tipe/ jenis materi pembelajaran 10. Sebutkan sumber/ media belajar yang akan digunakan dalam pembelajaran secara konkret dan untuk setiap bagian/ unti pertemuan 11. Tentukan teknik penilaian, bentuk, dan contoh instrumen penilaian yang akan digunakan untuk mengukur ketercapaian kompetensi dasar atau tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
43
Ada tiga aspek penting yang perlu diperhatikan dalam pemilihan bahan pembelajaran sastra (Rahmanto,1988:27), yaitu bahasa, psikologi, dan latar belakang budaya. Pertama, bahasa yang digunakan dalam novel itu harus ada pada taraf kemampuan siswa. Bahasa pada sebuah karya sastra yang digunakan dalam pembelajaran harus sesuai dengan tingkat penguasaan bahasa dan tidak mengandung kosakata asing yang kurang mereka pahami. Kedua, aspek psikologi. Dalam tahap perkembangan psikologi ini hendaknya diperatikan karena tahap-tahap ini sangat besar pengaruhnya di dalam minat dan keengganan siswa di dalam banyak hal. Tahap perkembangan psikologi ini juga sangat besar pengaruhnya terhadap daya ingat, kemampuan mengerjakan tugas, kesiapan bekerja sama, dan pemecahan masalah. Untuk membantu pemahaman guru terhadap psikologi anak sekolah mengengah, Rahmanto (1988:30) menyajikan perkembangan psikologi sebagai berikut: 1. Tahap pengkhayal (8 sampai 9 tahun) Pada tahap ini imajinasi anak belum banyak diisi hal-hal nyata tetapi masih penuh dengan berbagai macam fantasi kekanakan. 2. Tahapan romantic (10 sampai 12 tahun) Pada tahap ini, anak mulai meninggalkan fantasi-fantasi dan mengarah ke realitas. Meskipun pandangannya tentang dunia ini masih sangat sederhana, tapi pada tahap ini anak telah menyenangi cerita-cerita kepahlawanana, petualang, dan bahkan kejahatan.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
44
3. Tahapan realistic (13 samapi 16 tahun) Sampai tahap ini anak-anak sudah benar-benar terlepas dari dunia fantasi, dan sangat berminat pada realitas atau apa yang benar-benar terjadi. Mereka terus berusaha mengetahui dan siap mengikuti dengan teliti fakta-fakta untuk memahami masalah-masalah dalam kehidupan yang nyata. 4. Tahapan generalisasi (umur 16 tahun dan selanjutnya) Pada tahap ini anak sudah tidak lagi hanya berminta pada hal-hal praktis saja tetapi juga berminat untuk menemukan konsep-konsep abstrak dengan menganalisis suatu fenomena. Dengan menganalisis fenomena, mereka berusaha menemukan dan merumuskan penyebab utama fenomena yang kadang-kadang mengarah ke pemikiran filsafat untuk menentukan keputusan-keputusan moral. Daftar SK dan KD Kelas XII Semester 1
Mendengarkan 5. Memahami pembacaan novel
5.1 Menanggapi pembacaan penggalan novel dari segi vokal, intonasi, dan penghayatan 5.2 Menjelaskan unsur-unsur intrinsik dari pembacaan penggalan novel
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1
Pendekatan dan Jenis Penelitian Pendekatan yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan psikologis. Pedekatan psikologis merupakan penelaahaan sastra
yang
menekankan pada segi-segi psikologis yang terdapat dalam suatu karya sastra yang dapat diarahkan kepada pengarang, pembaca, dan teks sendiri (karya). Selain itu psikologis juga mempelajari proses-proses kejiwaan maka psikologis dapat diikutsertakan dalam studi sastra. Hal ini disebabkan jiwa manusia merupakan sumber ilmu pengetahuan dan kesenian (Sukada, 1987:105). Selanjutnya penelitian ini dilihat dari sifat, tujuan, dan metodenya ialah menggunkana
jenis
penelitian
kualitatif.
Penelitian
kualitatif
bersifat
menerapkan. Jika kondisi atau ciri-ciri populasi yang diteliti sama dengan ciriciri dari populasi lain, temuannya dapat diterapkan juga pada populasi lain itu. Penelitian kualitatif bertujuan untuk menemukan suatu teori, maksudnya pada langkah awal peneliti menemukan fakta-fakta, berdasarkan fakta-fakta itu, peneliti mencoba menemukan sesuatu (suatu teori). 3.2
Metode Penelitian Metode adalah cara-cara, strategi untuk memahami realitas, langkahlangkah sistematis untuk memecahkan rangkaian sebab akibat berikutnya (Ratna, 2004:34). Metode berfungsi untuk menyederhanakan masalah, sehingga
45
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
46
lebih mudah untuk dipecahkan dan dipahami. Metode penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analisis. Metode deskriptif analisis dilakukan dengan cara mendeskripsikan fakta-fakta yang kemudian disusul dengan analisis (Ratna, 2004:53). Berdasarkan metode tersebut, peneliti akan menggali konflik batin yang dialami tokoh Setadewa dalam menghadapi kemelut hidup. Hal ini akan berkaitan dengan tokoh Setadewa yang diperjelas dan didukung oleh latar yang digambarkan dalam novel Burung-burung Manyar.
3.3
Sumber Data Dalam penelitian ini sumber datanya yaitu : Judul buku
: Burung-burung Manyar
Pengarang
:YB. Mangunwijaya
Penerbit
:Djambatan
Tahun terbit
:2010
Jumlah halaman
:319
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini yang dikaitkan dengan penelitian pembelajaran siswa ialah novel Burung-burung Manyar, sedangkan data penelitiannya ialah hasil analisis psikologis tokoh Setadewa dalam novel Burung-burung Manyar.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
3.4
47
Teknik Pengumpulan Data Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik catat yakni dengan cara mencatat data-data yang merupakan bagian dari keseluruhan novel Burung-burung Manyar yang berkaitan dengan masalah di atas. Hal ini dilakukan untuk menemukan rumusan masalah di atas. Yang akan dianalisis dalam novel ini yaitu konflik batin tokoh Setadewa dalam novel Burungburung Manyar.
3.5
Teknik Analisis Data Teknik analisis data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah metode hermeneutika. Peneliti akan menafsirkan pesan yang disampaikan oleh pengarang melalui penafsiran bahasa, baik bahasa lisan maupun bahasa tulisan yang ada di dalam novel. Setelah itu, peneliti akan menafsirkannya melalui metode analisis isi. Hal ini bertujuan untuk mengungkap konflik batin yang dialami tokoh Setadewa berdasarkan isi cerita di dalam novel Burung-burung Manyar. Ada beberapa langkah yang harus dilakukan oleh peneliti untuk menganalisis data-datanya. Pertama, peneliti akan menekankan kajian keseluruhan pada unsur intrinsik, yaitu tentang alur, latar, dan karakterisasi. Kedua, peneliti akan menganalisis tokoh berdasarkan penekanan pada nalar perilaku tokoh. Ketiga, peneliti akan mengaitkan konflik perwatakan tokoh dengan alur cerita. Dengan demikian, penulis akan membahas isi dan makna perwatakan dalam kaitannya dengan struktur alur secara keseluruhan.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ANALISIS NOVEL BURUNG-BURUNG MANYAR
Dalam bab empat ini akan dianalisis mengenai Alur, Latar, Kepribadian tokoh Setadewa dan Psikologi Tokoh Setadewa dalam novel Burung-burung Manyar karya YB.Mangunwijaya menurut teori Abraham Maslow. 4.1 Alur Alur yaitu rangkaian peristiwa yang direka dan dijalin dengan seksama, yang menggerakan jalan cerita melalui rumitan ke arah klimaks dan selesaian (Sudjiman, 1990:4). Sudjiman (1992:30-36) mengatakan struktur alur meliputi paparan (exposition), rangsangan (inceting moment), gawatan (rising action), tikaian (conflict), rumitan (complication), klimaks (climax), leraian (falling action) dan selesaian (denovement). Novel Burung-burung Manyar dibagi dalam tiga bagian, bagian I 1934-1944, II 1945-1950, III 1968-1978. Dilihat dari struktur alurnya, novel ini memiliki alur maju. Cerita dalam novel ini berawal dari masa kecil tokoh utama yaitu Setadewa dalam bagian I yaitu Anak kolong, menceritakan masa kecil tokoh utama sebagai anak kolong yang sangat bahagia, tetapi pada bab 3 Buah Gugur, kehidupan Setadewa
48
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
49
mulai mengalami perubahan setelah Jepang datang. Bab ini lah yang menjadi awal perubahan kehidupan Setadewa. Bab 5 hingga bab 13, kehidupan Setadewa banyak mengalami pergulatan batin dan pergulatan fisik.
Akhirnya Setadewa menjadi menejer di Pacific Oil Wells
Campany. Selanjutnya Setadewa pada bab 18 Aula Hikmah, memberanikan diri hadir dalam sidang Larasati, namun Setadewa tidak berani menemui Atik secara langsung. Akan tetapi pada bab 19 Pendopo Perjumpaan, Setadewa bertemu dengan Atik dan suami Atik Janakatamsi. Bab 20 Rumah Pertanyaan, Setadewa diminta untuk menginap di rumah Atik karena kedatangan Setadewa sangat diharapkan oleh Atik, Janakatami dan Bu Ananta. Bab 21 Istana Perjuangan, di sini menjadi klimaks dari rumitan, bab ini menceritakan tentang kecurangan yang terjadi dalam sistem komputer dan kecurangan ini merugiakn Indonesia. Setadewa meminta bantuan kepada suami Atik agar membantu membongkar masalah yang sudah lama terjadi. Akhirnya semua kecurangan pun terbongkar, Setadewa dan Janakatamsi dipecat dari pekerjaan. Namun Atik dan Janakatami masih dapat melanjutkan hidup mereka. Suatu ketika mertua Atik meminta Janakatamsi naik haji sebelum ayahnya meninggal. Atik dan Janakatamsi pun naik haji, tetapi sayang pesawat yang dinaiki mereka menabrak bukit. Akhirnya ketiga anak Atik dirawat oleh Setadewa.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
4.1.1
50
Paparan Paparan adalah penyampaian informasi kepada pembaca (Sudjiman, 1992:32)
paparan biasanya terletak pada awal cerita. Tahap paparan dalam novel Burungburung Manyar diawali dengan memaparkan tentang tokoh utama yaitu Setadewa dan latar belakang Setadewa sebagai anak kolong. Pemaparang terletak pada bab 1 Anak Kolong. (1) Pernah dengar “anak kolong”? Nah, dulu aku inilah salah satu modelnya. Asli totok. Granisun divisi II Magelang (ucapkan: MaKhelang). Bukan dari divisi TNI dong. Kan aku sudah bilang: totok. Jadi KNIL jelas colonial, mana bisa tidak. Papiku loitenant keluaran Akdemi Breda Holland. Jawa! DAN Keraton! Semula tergabung dalam Legiun Mangkunegara. Tetapi Papi minta agar dimasukkan ke dalam slagorde langsung di bawah Sri Baginda Neerlandian saja; Ratu Wilhelmina kala itu. tidak usah dibawahi raja Jawa. Terus terang Papi tidak suka pada raja-raja Inlander, walaupun konon salah seorang nenek canggah atau gantung-siwur berkedudukan selir Keraton Mangkunegara. Soalnya Papi suka hidup bebas model Eropa dan barangkali itulah sebabnya, ibu kandungku seorang nyonya yang, menurut babubabu pengasuhku, totok Belanda Vaderland sana (Mangunwijaya, 2010: hlm 1).
Melalui kutipan di atas, tokoh ‘Aku’ menggambarkan siapa sebenarnya dia. Ayah tokoh ‘Aku’ asli Jawa totok, sedangkan ibu dari tokoh ‘Aku’ berasal dari Belanda. Jadi tokoh ‘Aku’ di sini, digambarkan bahwa dia adalah keturunan Indo. Tokoh ‘Aku’ mengibaratkan dirinya sebagai anak kolong. Seperti apa itu anak kolong? (2) Tetapi sudah pagi-pagi aku tidak percaya. Itu akibat kesalahan kawan-kawan sepermainan di garnisun, ya anak-anak kolong yang tersohor kasar dan tak tahu adat; yang blak-blakan sering mengindoktrinasi, bahwa aku ini anak Jawa Inlander belaka. Sama seperti mereka. Makanya jangan sok dan sebagainya (Mangunwijaya, 2010: hlm 3—4). (3) Bersama anak sersan, kopral, dan sepandri yang selalu hitam dan berkulit ternoda luka-luka di mana-mana, aku benar-benar bisa mengalami firdaus: berenang di selokan tangsi (telanjang bulat dong! Masakan pakai celana beledu dan topi matrus
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
51
yang airnya lezat berwarna coklat “van houten’s cacao”, segar dan nyaman menghanyutkan (pakaian diikat di atas kepala) melalui kampong Bogeman, terus ke Pencinan dan muncul di jembatan di muka Pasar Besar (Mangunwijaya, 2010:, hlm 4).
Anak kolong itu kasar, tak tahu adat, blak-blakan sering mengdokrinasi orang lain, dan suka berenang-renang di tangsi. Ternyata sifat seperti inilah yang menjadi dasar dari tokoh ‘Aku’. (4) Sering aku menepuk pinggang seran komandannya yang semua kami kenal. Ia hanya melirik saja, mulut agak memulur tersenyum tak kentara. Disiplin dong! Tentara Kerajaan dikira apa. Tentu saja Mami sama sekali tak suka dengan kekolonganku. Maklumlah, anak letnan Kerajaan yang bersekolah di Sekolah Dasar Kaum Eropa, masing ningrat Keraton bahkan Surakarta segala, kok telanjang di selokan kebak tai; tanpa sepatu keluyuran dengan anak-anak kolong kampungan (Mangunwijaya, 2010:, hlm 5).
Melalui kutipan di atas jelas, bahwa tokoh ‘Aku’ berasal dari keluarga yang berada dan dihormati oleh masyarakat. Akan tetapi, seiring berjalannya waktu kehidupan tokoh ‘Aku’ berubah. 4.1.2 Rangsangan Rangsangan adalah peristiwa yang mengawali timbulnya gawatan. Rangsangan sering ditimbulkan oleh hal lain, misalnya oleh datangnya berita yang merusak keadaan yang semula terasa laras. Tak ada patokan tentang panjang paparan, kapan disusul oleh rangsangan, dan berapa lama sesudah iru samapi pada gawatan. Mulai terjadi rangsangan pada bab 3 Buah Gugur. (5) … Jepang datang. KNIL kalah dan bubar. Mami dan aku sudah pindah menumpang di tempat seorang kenalan baik di Embong Menur, suatu daerah perumahan kaum berada. Sebab, tentu saja rumah dinas ayah sudah diduduki musuh dan memang sejak perang pecah semua orang sipil sudah diungsikan dari tangsi (Mangunwijaya, 2010: hlm 31).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
52
Kutipan di atas menandakan adanya perubahan kehidupan tokoh ‘Aku’ sejak datangnya Jepang dan KNIL pun kalah. Kekalahan KNIL berdampak pada kehidupan tokoh ‘Aku’ yang membuat tokoh ‘Aku’ harus tinggal menumpang di tempat seorang kenalan baik di Embong Menur, suatu daerah perumahan kaum berada. (6) Pokoknya Mami mendapat ultimatum dari Kepala Kenpeitai yang berwenang atas nasib Papi. Mami boleh pilih: Papi mati atau Mami suka menjadi gundiknya. Mami memilih yang akhir. Dan Mami tidak mau segala kenyataan dirinya ditutup-tutupi (Burung-burung Manyar, hlm 41—42). (7) Dan semakin bencilah seluruh jiwaku kepada segala yang berbau Jepang. Termasuk itu pengkhianat-pengkhianat Soekarno-Hatta… (Mangunwijaya, 2010: hal 42).
Kutipan di atas menggambarkan adanya suatu peristiwa yang menimbulkan tokoh ‘Aku’ benci dengan Jepang. Oleh karena itu tokoh ‘Aku’ melakukan hal guna membalas perlakuan Jepang atas semua ini. 4.1.3 Gawatan Gawatan adalah peristiwa yang ditimbulkan oleh munculnya keinginan, pikiran, prakarsa dari seorang tokoh cerita untuk mencapai tujuan tertentu. Akan tetapi, hasil dari prakarsa itu tidak pasti sehingga menimbulkan kegawatan. Terjadinya peristiwa gawatan terletak pada bab 5 Anak Harimau Mengamuk (8) …Dan aku memilih Belanda. Karena aku yakin ketika itu, bahwa tidak sebanding korban akibat ketidak-dewasaan dengan keuntungan yang akan dicapai. Itu dilihat dari titik penglihatan orang kampung, anak kolong. Kan aku sudah bilang, aku anak kolong, dan aku bangga jadi anak Kumpeni. Bangga ikut bergerak di bawah tanah melawan Jepang, justru pada jaman orang-orang kita serba membongkok kea rah Si Cebol Kuning itu. justru pada jaman beribu-ribu orang romusha diserahkan kepada kaum sadis made in Japan itu (Mangunwijaya, 2010: hlm 57). (9) … Tetapi awas! Masuk NICA bagiku tidak sama dengan menjadi budak Belanda. Itu lain!... (Mangunwijaya, 2010: hlm 58).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
53
Kutipan di atas jelas menggambarkan tokoh ‘Aku’ sangat membenci Jepan. Akhirnya tokoh ‘Aku’ ikut bergabung guna melawan Jepang dengan menjadi anggota NICA. (10) … Ayah dan Atik sekarang menyumbang apa-adanya di kantor perdana mentri RI. (Perdana mentri lenong!) Atik Cuma jadi juru ketik kecil yang tak pumya arti. Ayah bertugas entah, sering kian kemari Yogya—Jakarta (Mangunwijaya, 2010: hlm 70).
Peristiwa menjadi gawat setelah Seto mengetahui bahwa ayah dan Atik menjadi anggota RI. Di sini tokoh Setadewa mengalami pertentangan batin yang sangat mendalam. 4.1.4 Tikaian Tikaian adalah munculnya perselisihan yang diakibatkan oleh adanya dua kekuatan yang dipertentangkan; satu diantaranya diwakili oleh manusia atau pribadi yang biasanya menjadi protagonist dalam cerita. Pertikaian pun mulai terjadi ketika Setadewa bertugas dan berhadapan dengan RI. Di sini tokoh mengalami pertentangan batin, karena dia membela Belanda, sedangkan ayah dan Atik membela RI. Pertikaian terlihat dalam bab 6 Merpati Lepas. (11) Tembak itu mobil! Serentetan peluru Thompson dan sten-gun akhirnya memaksa mobil itu berhenti. Kurang-ajar, pelatnya RI Nomor 2 lagi. Angka begitu arogan, dikira siapa yang kuasa di Hindia ini? Sudah lama aku ingin mendamprat langsung pejabat-pejabat Republik yang semakin sombong, tidak tahu diri. Gilanya, mereka berhasil dengan gaya sok diplomat amatir berunding dengan pimpinan tertinggi Jendral Christon Himself, bahkan Letnan-Gubernur Jendral Hindia Belanda. Aku yang paling pertama datang di mobil itu. kubentak penumpang, kusuruh ke luar. Tetapi ketiga orang di dalamnya, kurang-ajar, hanya duduk tenang saja. Sopirnya, aku sudah lupa rupanya, dapat berbahasa Belanda, dan edan sekali, berkata bahwa yang menumpang itu perdana menteri dan ajudan. Oh, inikah si kancil Syahrir? ( Mangunwijaya, 2010: hlm 73).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
54
(12) Pada saat itu datanglah patroli tentara Inggris. Aku benci sekali pada mereka. Orang-orang sok gentlemen itu dijadikan tuan di Hindia Belanda, hanya karena persetujuan antar Sekutu. Bukan karena mereka punya hak untuk berlagak di sini, seolah Batavia itu Singapore saja. Seharusnya aku sudah pergi untuk menghindari konfrontasi dengan mereka, tetapi terlambat. Seorang letnan Inggris datang dengan lagak Britania Raya yang paling dibenci setiap orang continental dan tanpa kesopanan bertanya dulu, ada apa, atau minta pertimbangan sebelum campur tangan persoalan, il langsung saja kontan bergaya boss main wasit: “Ayo pergi. Ini bukan urusan kalian.” (Mangunwijaya, 2010: hlm 75).
Kutipan di atas menggambarkan adanya pertikaian ketika Setadewa sedang melakukan patroli bersama anak buahnya berhasil memberhentikan mobil yang ditumpangi Perdana Menteri RI Sutan Syahir bersama ajudannya dengan serentet tembakan. Akan tetapi perdana menteri berhasil melanjutkan perjalanan setelah datangnya pasukan Inggris. 4.1.5 Rumitan Rumitan adalah perkembangan dari gejala mulai tikaian menuju klimaks cerita, klimaks tercapai apabila rumitan mencapai puncak kehebatannya. Rumitan mempersiapkan pembaca untuk menerima seluruh dampak dari klimaks. Pertikaian semakin rumit dengan beberapa kejadian-kejadian yang dialami Setadewa. Rumitan berawal dari bab 7 Singa Mengerti hingga bab 20 Rumah Pertanyaan. Bab 7 Singa Mengerti. (13) … Mengapa kau beberapa kali keluyuran ke jalan Kramat tanpa mendapat perintah operasi ke sana? Kau tahu apa itu artinya dalam kamus disiplin tentara? (Aku lebih bengong lagi. Begitu tajamkah mata-mata intel?) “ NEFIS telah memberikan rekomendasi kepadaku untuk menghabisi riwayatmu, karena kau didakwa selaku mata-mata untuk Republik, tahu? Ini soal serius,
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
55
kelinci kecil. Ini sangat serius. Kita dalam keadaan darurat perang. (Mangunwijaya, 2010: hlm 81). (14) “Kalau badan intelijen menaruh curiga, itu, harus kau ketahui, adalah tugas dan kewajibannya. Tetapi saya tidak akan memajanglebarkan masalah ini. Pendek saja, saya masih mau member kesempatan padamu. Sebab saya tahu, bahwa kau menderita. Dan setiap lelaki yang menderita, persetan kau, mesti lari ke si wanita, nggak usah bohong. Dan di Kramat itu kau mencari perempuan, ayo kutempeleng kalau bohong (Mangunwijaya, 2010: hlm 82).
Bab ini menjelaskan bahwa, Setadewa dilaporkan oleh NEFIS sebagai matamata Republik karena Setadewa sering pergi ke Kramat tanpa ada perintah ke wilayah tersebut dan Setadewa hampir akan dihabisi riwayatnya. Anak tetapi, Mayor Verburggen tidak melakukan hal itu karena Verburggen mengerti keadan Setadewa yang sebenarnya. Mayor Verburggen memberi kesempatan kepada Setadewa untuk menemui Larasati. Bab 8 Banteng-banteng Muncul (15) Tahun 1946 bagiku serba simpang-siur dan aku sendiri tidak tahu lagi harus berpikir apa. Patroli rutin semakin membosankan, karena terus-terang saja, kami orang-orang tentara tidak paham soal diplomasi dan segala kemunafikan kaum diplomat, sehingga merasa dijadikan bulan-bulanan. Jenderal Spoor jelas mengarah ke suatu penyerangan total. Kami tahu, tekun dia sedang memperispkan operasi tidak kecil-kecilan. Tetapi dari pihak lain Van Mook sudah sama-sama minum teh dengan kue-kue dengan si penghasut Soekarno. Ya tentu saja orang-orang Inggris biangkeladinya. Tentu saja, seperti yang kami dengar, Spoor dan Pinke dengan sendirinya naik pitam. Apa lagi kami. Ini mau ke mana? (Mangunwijaya, 2010: hlm 96).
Peristiwa menjadi semakin rumit, karena Setadewa dan Verburggen merasa dijadikan bulan-bulanan. Di satu pihak Jenderal Spoor melakukan penyerangan total, tetapi dipihak lain van Mook bersimpatik dengan Soekarno. Hal ini dirasakan Inggris lah yang menjadi biangkeladinya.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
56
Bab 9 Elang-elang Menyerang (16) “Itu pesawat-pesawat datang dari mana dan mau ke mana?” “Itu Belanda.” kata perempuan muda itu, “Mereka menyerang Yogya, itu sudah jelas.” Dan sedih, halus gugatannya. “Selalu begitu Belanda itu. Tidak mengindahkan peri-ksatria. Seperti ketika menawan Diponegoro.” Sekarang ayahnya yang menjadi korban dan ia mengeluh, bagaimana caranya memberitahu ibunya nanti (Mangunwijaya, 2010: hlm 111—112). (17) Atik memandang wajah ayahnya. Bagaimana mengangkat jenazah ayahnya ke kota? Bagaimana cara memberitahu ibunya? Ini jelas perang. Dari desas-desus anggota delegasi RI yang sedang berunding di Kaliurang di bawah naungan Komisi PBB ia sudah tahu, betapa gawat keadaan. Sikap wakil Mahkota, Dr. Beel, begitu kaku seperti bakiak klompen negerinya, bahkan kasar sebenarnya, tak sopan. Tetapi bahwa sudah secepat itulah Belanda menyerang, sungguh, tidak pernah itu diperkirakan. Juga oleh para wakil Tiga Negara di meja perundingan Kaliurang. Sungguh aneh dan gila sebetulnya, menyerang Yogya di muka hidung wakil-wakil Dunia Internasional itu. itu kan namanya meremehkan bahkan menghina mereka (Mangunwijaya, 2010: hlm 113).
Keadaan semakin rumit ditambah dengan penyerangan Belanda ke Yogya dan ayah Atik yang menjadi korban penembakan tersebut. Akan tetapi, Atik selamat dan mendapat pertolongan dari Pak Trunya. Bab 10 Macan Tutul Meraung (18) Sisa hikayat D-day 19 Desember sudah terkenal. Istana kami duduki. Colonel van Langen datang dengan jip, sesudah semua aman tentaram dan tidak ada risiko satu rambut pun jatuh. Seokarno, Hatta, Syahrir dan orang tua Haji Salim dan siapa lain lagi ditawan. Matilah Republik! Hidup Republik! (Mangunwijaya, 2010: hlm 126). (19) Pada petang hari yang sama itu, 19 Desember 1948, sambil duduk lunglai karena payahnya di atas tangga-tangga istana, dengan bayangan raksasa batu di halaman muka itu, aku ditumbuhi perasaan bimbang lagi. Pasukanku menang, Kapitein Seta jaya. Tetapi kehilangan Larasati. Barangkali… barangkali toh aku salah pilih (Mangunwijaya, 2010: hlm 127).
Keadaan pun tambah rumit dengan adanya penyerangan di Yogya dan Soekarno, Hatta, Syahir ditawan. Penyerangan tersebut dipimpin oleh Setadewa, mesipun begitu Setadewa merasa kehilangan Larasati.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
57
Bab 12 Cendrawasih Terpanah Bab ini melukiskan kebimbangan Setadewa menjadi KNIL dan pertemuan Setadewa dengan ibunya yang sudah hilang ingatan. Pertemuan Setadewa dengan ibunya ini berkat bantuan Verburggen. (20) Tidak hanya kadang-kadang aku dijangkiti rasa bimbang tentang arti segala sikap dan tingkahlaku selama ini, sejak Mama dan Papa lenyap dari kehidupanku. Akan tetapi biasanya itu kutimbuni dengan segala ransel dan peralatan perang yang mudahsaja membungkam segala gagasan bingung dari manusia yang suka bising menghambur-hamburkan peluru… (Mangunwijaya, 2010: hlm 140). (21) “ apa yang serius? Ini apa? Kau semakin mencurigakan, Verburggen. “Baiklah, saya sudah memperingatkan kau. Jadi jangan mempersalahkan saya kalau ada akibat-akibat yang tidak enak.” “Apa ada di dalam keadaan edan seperti ini yang masih bisa lebih tidak enak?” “Okey, okey. Saya sudah tua dank au sebentar lagi juga akan tua. Dengarkan. (Dan ia menatap padaku, lirih berbisik). Ibumu sudahku temukan.” Hah?” Mataku membelalak dan asap cigarello menyeruduk paru-paru sehingga aku abtuk-batuk tidak karuan. “ Ya, Marice. Tidak usah banyak basa-basi. Ia kutemukan di Rumah Penyakit Syaraf Kramat sana tadi.” Seperti terkena granat Howitzer 10 inch aku hanya bisa bungkam dan membelalak. Ibuku di rumah gila? Kramat Magelang adalah rumah gila. Ya Tuhan… siapa yang gila, mereka atau aku sekarang? Lemas aku duduk setengah berbaring di atas ranjang itu. mamiku malang. Verburggen menepuk-nepuk bahuku seperti seorang ayah. “Jangan berlagak kau lebih menderita dariku. Pikullah ini sebagai seorang prajurit (Mangunwijaya, 2010: hlm 162).
Pergolakan batin yang sangat dalam dirasakan oleh Setadewa setelah mendengar keadaan ibunya yang gila. Ibunya tidak bisa diajak bicara dan ibunya hanya bisa mengatakan “Ya, segala telah kuberikan. Segala telah kuberikan. Tetapi mereka mengikari janji.” Penderitaan batin yang dialami ibunya Setadewa membuat ibunya hilang ingatan. Bab 15 Firdaus Kobra
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
58
Seiring berjalannya waktu, Setadewa pun menjadi menejer produksi Pacific Oil Wells Company. Bab ini menjelaskan, Setadewa datang ke Indonesia untuk membongkar kecurang yang terjadi dalam sistem komputer. Kecurangan ini dilakukan oleh Pacific Oil Wells. Setadewa sudah siap dengan segala risiko yang akan dia hadapi. Bab 16 Nisan Perhitungan (22) Mami, ya Mami. Kau sekarang sudah menemukan kedamaian. Segala-gala telah kau serahkan. Tetapi mereka mengikari jani. Dari dokter direktur rumah-sakit jiwa Magelang, pas pada hari aku meraih gelar doktor di Harvard, kuterima berita menditil mengenai wafatnya Mamiku (Mangunwijaya, 2010: hlm 222). (23) Bagitulah maka sekarang sudah saatnya aku datang, sebagai manusia biasa, yang ingin mengadakan perhitungan dengan ular Kepala Dua yang hidup di bawah tanah hati nuraniku… (Mangunwijaya, 2010: hlm 225).
Bab ini menggambarkan, peristiwa meninggalnya ibu Setadewa. Setadewa mengunjungi makam ibunya di Kramat Magelang dan Setadewa berjanji akan membongkar semua kecurangan yang terjadi dalam perhitungan sistem komputer. Bab 17 Gunung Rawan Bab ini menggambarkan, kunjungan Setadewa ke makam Pak Antana di Juranggede. Bab 18 Aula Hikmah (24) Pagi itu Nyonya Janakatamsi, Kepala Direktorat Pelestarian Alam akan mempertahankan tesisinya untuk meraih gelar doktor biologi di hadapan Senat lengkap beserta undangan. Aku bukan undangan, karena sampai sekarang aku belum pernah (berani) berhubungan lagi dengan Atik, alias Nyonya Larasati Janakatamsi, isteri Dekan Fakultas Geologi salah satu universitas swasta di Jakarta dan Kepala
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
59
Laboratorium Maritim Angkatan Laut. Tetapi kartu undangan dapat kuraih, karena salah seorang perwakilan Ford Foundation yang kukenal dan diundang, pada hari itu masih turne di Ujungpadang (Mangunwijaya, 2010: hlm 243—244).
Hingga Larasati akan mempertahankan tesisnya, Setadewa pun belum berani bertemu dengan Atik. Bab 19 Pendopo Perjuangan (25) “Oh, bukan untuk saya. ada tamu untuk Tuan Setadewa.” “Saya? siapa yang ingin menemui saya? Kawanku dari Ford Foundation itu? Tetapi bagaimana ia dapat tahu, saya di sini.” Kartu kuterima dan … aku terpaku tak bisa bergerak. Kartu keluarga Janakatamsi. “Seorang pria atau wanita?” tanyaku pada pelayan. “Berdua, pria dan wanira.” “Siapa?” Tanya tuan rumah. “Tuan Janakatamsi dan istri. Bagaimna mereka tahu aku di sini?” KRT Prajakusuma mendongka dan member pelita (Mangunwijaya, 2010: hlm 265). (26) … Mas Teto kami undang dengan sangat; kami, khususnya Bu Antana. Sukalah menginap di rumah kami. Istriku sudah begitu lama merindukan Mas Teto. Tidak pantaslah, bahkan kejamlah bila tawaran mereka ditolak. Aku tentulah hanya dapat berkata: “Ya, baiklah.” (Mangunwijaya, 2010: hlm 269).
Pada bab inilah Setadewa pertama kali bertemu dengan Atik dan suaminya. Setadewa diminta untuk menginap dirumah keluarga Janakatamsi, Setadewa pun tidak dapat menolak permintaan Atik. Bab 20 Rumah Pertanyaan (27) “Teto, saya tidak berhak apa-apa atas hidup dan sanubarimu.” “Ah. Bu. Ibu Antana sudah jadi ibuku, jangan berkata begitu.” “Ya, terima kasih. Tanpa itu kuucapkan, aku juga sudah merasakannya. Jadilah anakku dan jadilah abang untuk Atik. Ia sangat cinta padamu.” “Ya … tetapi bagaimana caranya Bu. Ibu pasti sudah tahu, bahwa itu dapat menimbulkan situasi yang sangat berbahaya.” “Kau benar, Teto. Aku pun juga sudah merasa itu. terus-terang saja, aku belum juga menemukan jawaban yang memuaskan. Maka sebetulnya aku ingin minta nasihat kepadamu.” (Mangunwijaya, 2010: hlm 273).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
60
Di Rumah Pertanyaan ini, Bu Antana mengajak berbicara kepada Setadewa agar menjadi kakak angkat Atik karena Atik sangat mencintai Setadewa. Namun Setadewa bingung harus berbuat apa karena takut mengganggu rumah tangga Atik. 4.1.6 Klimaks Klimaks adalah bagian alur yang menunjukan adanya pihak-pihak yang berlawanan atau bertentangan, perhadapan untuk melakukan perhitungan terakhir yang menentukan. Klimaks merupakan tahapan ketika pertentangan yang terjadi mencapai titik optimalnya. Bagian ini terutama dipandang dari segi tanggapan emosional dari pembaca atau penonton menimbulkan puncak ketegangan. Puncak kerumitan dalam novel Burung-burung Manyar terletak pada bab 21 Istana Perjuangan. Bab ini menceritakan kunjungan Setadewa ke Gedung Negara dengan Larasati dan suaminya. Setadewa mengakui bahwa dia mencintai Larasati dan tidak ingin menghancurkan kehidupan dia dan Larasati. Setadewa juga menceritakan kepada Janakatamsi suami Atik tentang kesalahan perhitungan yang terjadi dalam perhitungan komputer. Setelah mendengar cerita Setadewa, akhirnya Janakatamsi mau membantu Setadewa membongkar semua permasalahan yang ada meskipun harus mengorbankan pekerjaannya. (28) Selaku orang militeratau menejer perusahaan, sama saja, aku seharusnya sudah tahu bahwa persoalannya bukanlah menang taktis belaka melalui suatu pertempuran dengan biaya apapun, tetapi memenangkan peperang sebagai keseluruhan secara strategis. Jika permainan segi tiga ini diterus-teruskan memanglah taksi Bu Antana dan Atik menang. Dan pasti aku sekali saat akan kalah dan tiudr dalam rangkulan kewanitaan Larasati yang vital seperti hutan tropika dan yang mendamba dan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
61
mendamba kejantanan gelora alam yang mengguntur dalam awan-awan dan yang menjanjikan hujan muson khatulistiwa. Tetapi jika itu terjadi, pastilah Larasati dan Janakatamsi dan juga Bu Antana serta ketiga anak terkasih tak bersalah itu akan hancur berantakan dalam suatu kekalahan strategis. Bagaikan suatu perang nuklir, yang tidak lagi mengenal pihak pemenang, karena semua pihak akan kalah. Dan kehancuran seperti itu sama dengan bunuh-diri. Apalagi kewanitaan, rahim dari bahasa citranya sudah memiliki bentuk ingin menerima, ingin dibuahi demi kehidupan. Dan tidak diminta untuk dilukai belaka. Dapatkan semua itu kusadarkan kepada Atik? Tetapi terutama kepada diriku dulu, Setadewa? Kalau Seta cinta pada Atik, ia akan menginginkan pangkuan Atik bukan sebagi lubang luka-luka, melainkan sebagai gua kehidupan. Memang benarlah bentuknya sama, dua citra itu. tetapi kualitas dan makna tidak datang cumin dari bentuk lugu belaka. Setadewa sebagai manusia harus berani memilih (Mangunwijaya, 2010: hlm 297). (29) Lalu kubentengkan model komputer yang salah menghitung kuantitas produksi minyak mentah. Begitu kompleks dan sulit perhitungan itu, sehingga hanya bagi orang yang langsung berkecimpung dalam inti pimpinan, hal itu kelihatan. “ku yakin adanya kesengajaan. Namun tentulah secara hukum hal itu sulit dibuktikan, sebab siapa yang cukup ahli matematika tinggi untuk melihat kesalahan fatal di dalam rumus yang begitu panjang dan rumit? Dan totalitasnya hanya diketahui orang yang paling top? Seharusnya ini diperiksa oleh pihak Indonesia. Tetapi negeri ini kan hampir tidak punya ahli matematika.” Dengan melompng Jana mendengar uraianuraianku dan kedua mata indah dari Atik yang membelalak menunjukkan, betapa paham mereka akan komplikasi dan implikasi permasalahan. Reaksi pertama datang dari Atik, ya tentu saja dari dia. Dia yanglebih cerdas. “Tetapi, Mas Teto. Ini berate kau akan dipecat!” “Aku tahu.” Erat-erat tanganku diremas-remasnya. “Teto! Teetoo! Kau sungguh Teto, kau singa!” “Singa yang sudah divonis dan menunggu ditembak.” “Ya, itulah konsekuensinya. Dan kau sanggup mati?” “Aku tidak akan mati. Hanya berganti kehidupan. Dari manusia lama kemanusia baru.” “Teto! Sungguh jantan kau.” “ Ini bukan soal jantan atau tidak jantan.” Atik melihat kepada suaminya, kapadaku lagi, kepada suaminya. “Kalau itu sudah menjadi keputusanmu, Mas Seta,” kata Jana perlahan-lahan, “Mas Seta akan saya bantu. Tetapi bagiku hanya sedih, bahwa dengan begitu aku ikut serta dengan proses pemecatanmu (Mangunwijaya, 2010: hal 298-299).
4.1.7 Leraian Leraian adalah bagian struktur alur yang sudah tercapai klimaks dan kritis, merupakan peristiwa yang menunjukan perkembangan lakuan kearah selesaian, dalam hal ini pertentangan mereka. Ketegangan emosional menyusut, suasanan panas
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
62
mulai mendingin, menuju kembali kekeadaan semula seperti sebelum terjadinya pertentangan. Bab 22 Sarang Manyar Baru (30) Ternyata, apa yang sudah diduga semula betul terjadi. Aku dipanggil ke Tokyo dan di restoran lapangan terbang aku diberi tahu oleh boss tertinggi Pacific Oli Wells Company, bahwa aku dipecat dengan tidak hotmat… (Mangunwijaya, 2010: hlm 302). (31) Di Halim aku dijmput olej Jana dan Atik. Selama perjalanan ke Bogor mereka tidak menyinggung hal-hal gawat, dan justru karena itulah aku sudah mencium, bahwa ada berita malapetaka yang menungguku. Baru sesudah makan sore di kebun belakang yang luas, di bawah sinar beribu bintang, Atik bercerita, bahwa suaminya, seperti yang dikahwatirkan sebelumnya, dipecat juga dari segala jabatannya. “Atas alasan yang demi security tidak dapat dikatakan,”tambah suaminya (Mangunwijaya, 2010: hlm 304).
Setelah Setadewa melakukan pengakuan dan membongkar semua rahasia kecurangan yang terjadi dalam dunia komputer, akhirnya Setadewa dipecat dan Janakatamsi pun dipecat demi alasan keamanan. 4.1.8 Selesaian Selesaian adalah bagian akhir atau penutup cerita. Selesaian boleh jadi mengandung penyelesian masalah yang melegakan ; boleh juga mengandung penyelesian masalah yang menyedikan, mislnya si tokoh bunuh diri. Ada juga selesaian masalah yang pokok masalahnya tetap menggantung tanpa pemecahan, tanpa ada penyelesian masalah dalam keadaan yang penuh dengan ketidakpastian, ketidakjelasan, ataupun ketidak pahaman.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
63
(32) … Aku seorang kaum pemegang senjata, kaum penta prosedur komputer. Suamimu ahli geologi, tetapi jiwa Palang Merah. Palang Merahlah yang lebih panglima daripada senjata api. Sebab apa? Karena Palang Merah memberi hidup, sedangkan senjata merenggut dan memperkosa hidup. Ia lebih jantan dariku, Tik. Kejantanan manusia bukan dari kejantananrimba ini. Tik, kalau kau cinta padaku, cintailah suamimu.” Atik merembahkan diri dalam pangkuanku dan menangis tersedu (Mangunwijaya, 2010: hlm 312). (33) “Tik, aku masih punya pesan dari ayah mertuamu.” “Ada apa?” “Ia masih punya permintaan yang sudah lama ia dambakan. Agar masih dapat mengalaminya, sebelum ia meninggal: Jana puteranya, diharapkan tahun ini naik haji.” (Mangunwijaya, 2010: hlm 314). (34) … Tetapi bagaimana harus kunilai berita radio yang mewartakan, bahwa pesawat terbang Martinair yang ditumpangi Atikku dan Jana, pada suatu dini pagi yang khusus terjamah tangan Tuhan, menabrak bukit di dekat kolombo, Sri Lanka sana? Tuhan yang member. Tuhan yang mengambil. Terpujilah selalu namanya yang Kudus (Mangunwijaya, 2010: hlm 317). (35) … ketiga anak Atik kuangkat jadi anakku. Hadiah yang terindah dari Atik dan suaminya ingin kujaga dan kuantar ke hari-depan mereka yang sesuai dengan jatidiri dan bahasa citra yang sebening mungkin (Mangunwijaya, 2010: hlm 319).
Penyelesaian dari novel Burung-burung Manyar, akhirnya Setadewa mengajak bicara Atik. Setadewa mengatakan jika Atik mencintai dia (Setadewa), Atik juga harus mencintai suaminya Jana karena suaminyalah yang paling kuat dan mampu membimbing Atik. Setadewa mendapat pesan dari ayah Jana supaya puteranya (Jana) naik haji. Akhirnya Atik dan Jana naik haji, dalam suatu pagi pesawat yang ditumpangi Atik dan Jana menabrak bukti. Setadewa tidak terkejut, seolah-oleh semua sudah ada dibawah sadar Setadewa. Ketiga anak Atik diangkat menjadi anak Setadewa.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
64
4.2 Latar Unsur latar dapat dibedakan ke dalam tiga unsur pokok, yaitu tempat, waktu, dan sosial. Kegita unsur itu walau masing-masing menawarkan permasalahan yang berbeda dan dapat dibicarakan secara sendiri, pada kenyataannya saling berkaitan dan saling mempengarui satu dengan yang lain. 1. Latar tempat, menyaran pada lokasi terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi. 2. Latar waktu berhubungan dengan masalah “kapan” terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi. 3. Latar sosial menyaran pada hal-hal yang berhubungan dengan perilaku kehidupan sosial masyarakat di suatu tempat yang diceritakan dalam karya fiksi (Nurgiyantoro, 2010:227-233).
4.2.1 Latar Tempat Latar tempat, menyaran pada lokasi terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi. Beberapa latar tempat yang terdapat dalam novel Burung-burng Manyar.
Latar Tempat
Delem Tangsi Di
bawah
pohon
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
mangga
65
belakang
rumah Bu Antana Klender, Tanah Abang Yogya Kramat, Magelang Jurang Gede Istana Soekarno Masa Kecil Dalem (36) Kelak sesudah aku menjadi pelajar HBS dalam suatu kesempatan kol segala kerabat istana Mangkunegara, Papi mengajakku memasuki ruang keramat di belakang pringgitan istana yang disebut dalem. Dan memberi petuah: dalem artinya ruang dalam, ruang keramat, ruang pemilik istana. Siapa pemilik istana? Bukan Gusti Raja Mangkunegara melaikan Dewi Sri. … Mengikuti Papi dan Mami ke istana betul-betul siksaan bagiku. Aku di sebut Raden Mas Sinyo di situ. Sebutan yang sangat menertawakan dan omong kosng. Tetap memang muka dan kulitku mendekati Mami punya. Hanya dalam kejiwaan barangkali aku ikut Papi, Si Blo’on gembala sapi (Mangunwijaya, 2010: hlm 7). (37) Setiap kami pulang dari kol istana, bertambahlah keyakinanku bahwa tidak ada dunia yang lebih firdaus daripada dunia anak kolong tangsi Magelang (Mangunwijaya, 2010: hlm 9).
Kutipan di atas menggambarkan latar tempat istana keraton Surakarta. Ketika Setadewa diajak ke dalem, Setadewa merasa kurang tertarik dengan kondisi di istana. Ditambah dengan sebutan Raden Mas Sinyo yang baginya sangat menertawakan. Setadewa merasa lebih senang menjadi anak klong di tangsi Magelang.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
66
Tangsi (38) … Tangsi dengan pohon-pohon kenarinya yang besar dan rindang, dan yang setiap musim merontokkan ulat-ulat yang membuat noni-noni menjerit; dan yang bahkan minta lebih dijeritkan lagi oleh lemparan-lembaran anak kolong kami berupa paketpaket ulat yang, nikmat sekali, membuat mereka panic. Yang melempari noni-noni itu biasanya aku, sebab aku anak letnan (Mangunwijaya, 2010: hlm 9).
Latar tempat tangsi ini menceritakan masa kecil Setadewa yang senang mengganggu noni-noni. Setadewa berani melakukan hal tersebut karena dia anak letnan dan Setadewa anak kolong yang liar. Cerita ini terletak pada bab awal, yaitu bab 1 Anak Kolong. (Kramat) Di bawah pohon mangga kebun belakang Rumah Bu Antana (39) Sebab menjelang senja itu, di bawah pohon mangga kebun belakang rumah Bu Antana, untuk pertama kali dalam segala tahun yang masih kuingat jelas, aku, anak KNIL yang telah ditempa dengan hati dari tembaga peluru tangsi, yang terbiasa untuk bertahan, toh menangis. Sepulang dari mencari tambahan nafkah catutan di Pasar Senen, aku menemukan rumah kosong. Hanya secarik surat dari Mami yang kutemukan. Dalam bahasa Belanda. Aku harus pergi ke Tante Antana. Tante yang akan menerangkan, ke mana Teto harus pergi untuk “menemukan” Mami (Mangunwijaya, 2010: hlm 40—41).
Di daerah Kramat, di bawah pohon mangga rumah Bu Antana ini lah Setadewa mengetahui bahwa maminya di tangkap oleh Jepang untuk dijadikan gundik Jepang. Di sini, Setadewa akhirnya menangis saat mendengar semua penjelasan Bu Antana. Setelah mendengar cerita dari Bu Antana, Setadewa semakin benci dengan Jepang. Bagian ini menjadi awal konflik yang terjadi dalam kehidupan Setadewa di masa kecilnya.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
67
Masa Remaja Tanah Abang (40) … Tugas patroli pertama yang kuperoleh menuju Tanah Abang. Tetapi sepulang dari sana langsung aku menggenjot jip ke jalan Kramat VI ke rumah Bu Tana (Mangunwijaya, 2010: hlm 66).
Tanah Abang adalah tempat pertama kali Setadewa bertugas sejak masuk menjadi anggota KNIL. Setelah selesai bertugas, Setadewa pun melanjutkan perjalannya ke jalan Krama. Dia berharap bisa bertemu dengan keluarga Bu Antana, tetapi karena kondisi perang seperti itu, keluarga Bu Antana pun meninggalkan rumah di Kramat. Setadewa hanya menemukan surat yang berisi bahwa keluarga Bu Antana pindah ke Yogya, dan Atik menjadi juru ketik di Republik. Sejak saat itu lah terjadi konflik batin Setadewa karena gadis yang dia cintai lebih berpihak kepada Republik. Yogya (41) Dalam hati aku agak terhibur sedikit, sebab operasi menduduki Yogya ini mirip perang sungguh-sungguh. Perang dengan cara intelektual dan beradab.. Aku masih punya prinsip dan aku tahu, untuk apa aku ikut menyerbu Yogya ini (Mangunwijaya, 2010: hlm 120—121). (42) Pada petang hari yang sama itu, 19 Desember 1948, sambil duduk lunglai karena payahnya di atas tangga-tangga istana, dengan bayangan raksasa batu di halaman muka itu, aku ditumbuhi perasaan bimbang lagi. Pasukanku menang, Kapitein Seta jaya. Tetapi kehilangan Larasati. Barangkali… barangkali toh aku salah pilih (Mangunwijaya, 2010: hlm 127).
Yogya menjadi latar tempat dalam novel Burung-burung Manyar. Setadewa melakukan penyerangan di Yogya dengan tujuan mencari ayahnya. Tetapi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
68
sesampainya di Yogya Setadewa tidak menemukan tanda-tanda keberadaan ayahnya. Di Yogya lah Bu Antana dan Atik tinggal. Dengan menduduki Yogya, berharap Setadewa dapat membuktikan bahwa dia menang. Tetapi setelah menduduki Yogya di justru Setadewa merasa kelihangan Atik. Setadewa merasa bimbang dengan pilihannya.
Masa Dewasa Magelang dan Juranggede (43) Di dalam jip terbuka itu aku menuju ke Kramat Magelang untuk berziarah ke makam Mamiku di sana. Makam yang telah kupugar sepuluh tahun yang lalu ketika Soekarno masih berkuasa. Nah, ke makam Mamiku itulah acara pokok perjalanan peziarahanku sekarang ini. Sebelum clash terakhir meledak. Direktur tua rumah-sakit sudah diganti oleh yang lebih muda, dan tiba-tiba aku merasa bahwa aku sendiri telah menginjak ke masa jam 14.00 siang menuju senja hidup. Kota Magelang yang dulu terkenal indahnya dan bersih, sekarang sudah penuh toko dan kios, kotor seperti sepantasnya kota-kota di negeri ini, yang kubenci sekaligus kucintai (Mangunwijaya, 2010: hlm 228—229). (44) “Ya … ya begitulah.” “Sekarang ke mana?” “Ke Juranggede.” “Ya, yang mana?” “Saya hanya diberi tahu, dulu pernah jadi markas dan dapur umum gerilya.” (Mangunwijaya, 2010: hlm 232).
Kota Magelang merupakan kota masa kecil tokoh Setadewa. Ketika Setadewa datang ke kota Magelang, dia teringat masa kecil yang menyenangkan dan menyedihkan. Di kota ini lah Setadewa mengunjungi makam ibunya. Setelah itu dia melanjutkan perjalanan ke Juranggede, di Juranggede lah Setodewa tinggal semasa zaman Belanda.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
69
Istana Soekarno (45) … “silakan menunaikan program kalian. Aku dapat pergi ketepat lain yang sudah lama ingin aku kunjungi.” “Ke mana?”. “Ke bekas istana Soekarno dulu.” Mereka terperanjat. Apa-apaan ini. Atik menggeleng gelengken kepalanya seba prihatin. “Ada apa, Mas? Masa lampu jangan kau orek-orek lagi.” (Mangunwijaya, 2010: hlm 285).
Di istana Soekarno ini, Setadewa mengenang masa lalunya ketika dia bertugas membawa bedil Thomposn. Di istana Soekarno lah, Setadewa melakukan pengakuan atas kesalah dalam perhitungan komputer dan Setadewa meminta bantuan kepada Janakatami untuk membantu membongkar kecurangan yang telah lama terjadi. Pada bagian ini Setadewa sadar akan kesalahan dirinya yang selama ini dia lakukan hanyalah untuk membalas dendam atas perlakuan Jepang terhadap dirinya dan rasa sayangnya terhadap Atik. Kesimpulan dari penjelasan di atas, ada beberapa latar tempat yang mewakili perkembangan tokoh utama Setadewa. Latar tempat yang mewakili perkembangan tokoh Setadewa yaitu, Delem; Tangsi; (Kramat) Di bawah pohon mangga belakang rumah Bu Antana; Klender,Tanah Abang; Yogya; Magelang; Jurang Gede; dan Istana Soekarno. Keseluruhan latar tempat ini, memiliki kontribusi terhadap perkembangan tokoh Setadewa. Misalnya, ketika Setadewa berada di dalem, dia kurang tertarik dan dia lebih suka hidup dikalangan bawah menjadi anak kolong tangsi Magelang. Menjadi anak kolong tangsi Magelang, Setadewa dapat bersikap sesuka hati usil
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
70
dengan noni-noni yang takut ular. Setadewa lebih merasa senang hidup di luar keraton. Selanjutnya, latar tempat yang menjadi awal adanya konflik yaitu ketika Setadewa pergi ke rumah Bu Antana di Kramat. Di sinilah Setadewa mengetahui konflik yang sedang terjadi. KNIL kalah, Jepang datang dan ayah Setadewa ditangkap, sedangkan ibunya dijadikan gundik Jepang. Di sini menjadi awal perubahan kehidupan Setadewa yang dulunya hidup bersama orang tuanya, sekarang dia harus hidup sendiri. Bu Antana dan suaminya menjadi orang tua angkat Setadewa. Akhirnya Setadewa memutuskan untuk menjadi anggota KNIL, mengikuti jejak ayahnya, karena kepribadiannya lebih dominan ke ayahnya. Tanah Abang adalah tempat pertama Setadewa bertugas setelah menjadi letna II, di masa-masa ini banyak terjadi kerusuhan. Ketika Setadewa menduduki kota Yogya, dia ditumbuhi perasan bimbang, Setadewa berjaya tetapi kehilangan Larasati wanita yang dia sayangi. Setadewa semakin dewasa, dia memutuskan untuk keluar dari anggota KNIL dan melanjutkan studinya. Ketika kembali ke Indonesia, dia mengunjungi makam ibunya dan melanjutkan perjalanan ke Juranggede. Setadewa pun sempat bermalam disalah satu rumah warga di Juranggede, di sinilah Setadewa dan Atik bertemu setelah sekian lama tak berjumpa. Dan akhirnya Setadewa juga mengunjungi Istana Soekarno setelah bertemu dengan Bu Antana. Di istana Soekarno Setadewa ingin mengenang masa lalunya.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Pemaparan latar tempat dalam novel Burung-burung Manyar
71
karya
YB.Mangunwijaya ini sangat jelas. Latar tempat di sini membawa pengaruh terhadap perkembangan tokoh Setadewa. Latar tempat yang menjadi awal mula perubahan hidup Setadewa yaitu di Kramat ketika mengetahui kekalahan KNIL. Selanjutya di Yogya, Setadewa berhasil menguasai Yogya tetapi ketika berhasil menduduki Yogya, Setadewa ditumbuhi perasaan bimbang, dan di Juranggede Setadewa bertemu dengan Atik wanita yang dia cintai sejak dulu. Tetapi sangat disayangkan, Atik sudah menikah dengan Janakatamsi. Istana Soekarno juga menjadi latar tempat dalam novel ini, karena di sini lah Setadewa melakukan pengakuan atas korupsi yang dilakukan oleh perusahaannya dan membuat Indonesia menjadi melarat. Pengakuan ini menyebabkan dia dikeluarkan dari tempat kerjanya. 4.2.2 Latar Waktu Novel Burung-burung Manyar ini dibagi ke dalam tiga bagian. Bagian I 19341944, bagian II 1945-1950, bagian III 1968-1978. Secara garis besar bagian I menceritakan tentang masa kecil tokoh utama Setadewa yang menyenangkan. Pada tahun itu, menjadi masa penjajahan Belanda dan memasuki masa penjajahan Jepang. Ketika masa penjajahan Jepang, kehidupan Setadewa mulai berubah. Bagian II menceritakan tentang masa muda Setadewa yang dipenuhi dengan berbagai konflik fisik dan batin. Di bagian kedua ini, Setadewa terpisah oleh kedua orang tuanya dan Atik yang dia sayang. Tetapi pada bagian III, Setadewa juga dapat bertemu dengan Atik, suami Atik dan Bu Antana ibu Atik.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Latar
Surya sudah terbenam
Waktu
Saptu, tahun 1944
72
Sebab menjelang senja itu Tahun 1946 Petang hari yang sama itu, 19 Desember 1948 Dini pagi (tahun 1968—1978)
Berikut beberapa kutipan yang menggambarkan latar waktu Masa Kecil Surya sudah terbenam (tahun 1944) (46) Surya sudah terbenam. Ketokan pintu. Ketika dibuka, kaget setengah mati kami. Sesosok tubuh tampak di pintu. Mami menjerit dan langsung memeluknya. Papi tanpa berita apa-apa pulang. Ia telah lepas dari tahanan militer setelah beberapa bulan meringkuk sebagai lawan perang Jepang. Dunia-serba-gemilang kami telah cepat runtuh. Jepang datang. KNIL kalah dan bubar (Mangunwijaya, 2010: hlm 31).
Kutipan di atas “Surya sudah terbenam” menunjukan latar waktu di sore hari. Peristiwa ini terjadi tahun 1944. Peristiwa kedatangan Jepang ke Indonesia
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
73
berdampak pada perubahan kehidupan Setadewa. KNIL kalah dan mereka harus mencari tempat persembunyian yang aman.
Saptu, tahun 1944 (47) Tetapi suatu Saptu, tahun 1944, sepulang dari Semarang, ketika aku ingin menengok Papi dan Mami, rumah terkunci rapat. Para tetangga mengatakan orangtuaku sedang menengok Kakek, ayah Mami yang sakit. Aku heran, sebab keduanya, Papi dan Mami sudah lama tak berorang-tua. Segera aku mengerti, ada masalah gawat (Mangunwijaya, 2010: hlm 35—36).
Sepulangnya dari Semarang, Setadewa menemui rumahnya telah kosong dan ini pertanda ada hal yang tidak beres. Akhirnya Setadewa pergi ke Kramat menemui ibunya yang sedang menangis karena ayah Setadewa ditangkap oleh Jepang pada hari “Saptu, tahun 1944”. Sejak saat itulah Setadewa memasuki babak baru dalam hidupnya. Sebab menjelang senja itu (48) Sebab menjelang senja itu, di bawah pohon mangga kebun belakang rumah Bu Antana, untuk perama kali dalam segala tahun yang masih kuingat jelas, aku, anak KNIL yang telah ditempa dengan hati dari tembaga peluru tangsi, yang terbiasa untuk bertahan, toh menanggis (Mangunwijaya, 2010: hlm 40).
Menjelang senja Setadewa bertemu dengan Bu Antana dan Bu Antana menceritakan apa yang sedang terjadi. Di tahun yang sama pula ibunya Setadewa ditangkap dan dijadikan gundik Jepang. Hal ini ia lakukan karena ia diberi ultimatum dari Kepala Kenpetai yang berwenang atas nasip suaminya. Ia boleh memilih suaminya mati atau ia suka menjadi gundiknya. Dan akhirnya ia memilih menjadi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
74
gundik. Saat ini lah Setadewa menangis dan tak tau apakah harus bangga dengan maminya atau harus membunuhnya. Sejak kejadian itu, Bu Antana dan suaminya menjadi orang tua angkat Setadewa dan sejak saat itu pula kebenciannya terhadap Jepang semakin menjadi. Masa Remaja Tahun 1946 (49) Tahun 1946 bagiku serba simpang-siur dan aku sendiri sudah tidak tahu lagi harus berpikir apa. Patrol rutin semakin membosankan, karena terus-terang saja, kami orang-orang tentara tidak paham soal diplomasi dan segala kemunafikan kaum diplomat, sehingga merasa dijadikan bulan-bulanan (Mangunwijaya, 2010: hlm 96).
Setelah Setadewa berpisah dengan kedua orang tuanya, Setadewa ikut menjadi anggota tentara kerajaan. Tepatnya tahun 1946 keadaan semakin rumit, karena Setadewa dan Verburggen merasa dijadikan bulan-bulanan. Di satu pihak Jenderal Spoor melakukan penyerangan total, tetapi dipihak lain van Mook bersimpatik dengan Soekarno. Hal ini dirasakan Inggris lah yang menjadi biangkeladinya atas semua yang telah terjadi. Petang hari yang sama itu, 19 Desember 1948 (50) Pada petang hari yang sama itu, 19 Desember 1948, sambil duduk lunglai karena payahnya di atas tangga-tangga istana, dengan bayangan raksasa batu di halaman rumah itu, ak ditumbuhi perasaan bimbang lagi. Pasukanku menang, Kapitein Seta jaya. Tetapi kehilangan Larasati. Barangkali … barang kali toh aku salah pilih (Mangunwijaya, 2010: hlm 127).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
75
19 Desember 1948 menjadi peristiwa penting karena Kapitein Setadewa berhasil menduduki Yogya yang sudah lama ia inginkan. Tetapi setelah berhasil mendududki Yogya, Setadewa ditumbuhi rasa bimbang atas hal yang ia lakukan. Ia merasa salah memilih karena ketika dia berhasil menduduki Yogya, ia kehilangan Larakasti wanita yang dia sayangi. Masa Dewasa Dini pagi (tahun 1978) (51) … bahwa pesawat terbang Maritim yang ditumpangi Atikku dan Jana, pada suatu dini pagi yang khusus terjamah tangan Tuhan, menabrak bukit di dekat Kolombo, Sri Lanka sana? Tuhan yang member. Tuhan yan mengambil. Terpujilah selalu namanya yang Kudus (Mangunwijaya, 2010: hlm 317).
Tahun 1978 menjadi tahun bersejarah dalam hidup Setadewa karena di tahun itu dia dapat bertemu dengan Atik. Meskipun akhirnya mereka harus berpisah dengan kepergian Atik meninggal karena kecelakaan pesawat. Setadewa pun bisa menerima semua itu. Kesimpulan dari uraian latar waktu di atas, latar waktu ini memberi pengaruh terhadap perkembangan tokoh. Latar waktu dalam novel Burung-burung Manyar yaitu, Surya sudah terbenam; Saptu, tahun 1944; Sebab menjelang senja itu; Tahun 1946; Petang hari yang sama itu, 19 Desember 1948; Dini pagi (tahun 1968—1978). Latar waktu yang memiliki pengaruh terhadap perkembangan tokoh yaitu berawal tahun 1944, pada tahun ini ayah Setadewa ditangkap dan ibunya dijadikan gundik Jepang. Dengan kejadian itu, Setadewa benci dengan Jepang dan akhirnya dia masuk
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
76
menjadi anggota KNIL. Tahun 1946, ketika sudah menjadi anggota KNIL dan menjadi letnan II, Setadewa merasa hanya dijadikan bulan-bulanan yang tidak jelas. Tahun itu banyak terjadi kerusuhan. Selanjutnya tahun 1948, Setadewa berhasil menduduki Yogya, pasukan Setadewa menang, Setadewa jaya tetapi ketika itu pula dia ditumbuhi rasa bimbang atas hal yang dia lakukan. Setadewa merasa kehilangan Larasati. Setelah sekian lama tak berjumpa, akhirnya Setadewa dan Atik berjuma di tahun 1978. Di tahun itu pula lah Setadewa melakukan pengakuan atas kecurangan yang terjadi diperusahaannya dan merugikan Indonesia. Setadewa dipecat dan Atik meninggal karena kecelakaan maut. Ketika itu terjadi, Setdewa bisa menerima semua itu. 4.2.3 Latar Sosial Latar sosial menyaran pada hal-hal yang berhubungan dengan perilaku kehidupan sosial masyarakat di suatu tempat yang diceritakan dalam karya fiksi. Tahun 1934—1944 Novel Burung-burung Manyar ini berawal dari latar belakang kehidupan keraton Surakarta berpadu pada kebudayaan barat. Setadewa sebagai tokoh protagonis dalam novel Burung-burung Manyar, memiliki latar belakang keluarga keraton berpadu dengan budaya barat. Setadewa kurang tertarik dengan kehidupan keraton yang sangat bertentangan denagn dirinya sebagai anak kolong. Setadewa lebih suka hidup dikalangan bawah sebagai anak kolong
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
77
(52) Setiap kami pulang dari kol istana, bertambahlah keyakinanku, bahwa tidak ada dunia yang lebih firdaus daripada dunia anak kolong tangsi Magelang (Mangunwijaya, 2010: hlm 9).
Ketidaksukaan Setadewa dengan kehidupan keraton juga dibuktikan dengan sebutan nama “Raden Mas Sinyo” yang baginya sangat menertawakan. Kepribadian Setadewa lebih dominan kepada budaya barat. Selain itu juga pengaruh ayahnya yang lebih suka dengan kehidupan di luar keraton dan tidak basa-basi. (53) Aku disebut Raden Mas Sinyo di situ. Sebutan yang sangat menertawakan dan omong kosong. Tetapi memang muka dan kulitku mendekati Mami punya. Hanya kejiwaan barangkali aku ikut Papi, Si Blo’on gembala sapi (Mangunwijaya, 2010: hlm 7). (54) … Baru kelak aku sadar, bahwa dalam citarasa aku satu kompi dengan Papi. Papi ternyata (tetapi itu baru kelak kuketahui) sengaja menjauhkan diri dari kaum istana, karena ia tidak suka basa-basi Jawa yang halus tetapi banyak yang tidak jujur. Ia dulu meminta sendiri dari atasannya agar boleh masuk garnisun di Surabaya, karena orang-orang Sungai Brantas sana tidak pernah suka berbahasa kromo; apa adanya tanpa tedeng aling-aling (Mangunwijaya, 2010: hlm 33).
Sebagai anak kolong, Setadewa memiliki kepribadian yang jujur, tidak suka basa-basi seperi yang ada di kehidupan Jawa. (55) Aku tipe anak kolong yang sejak kecil punya kode etika berterus-terang. Lebih baik berkelahi berbahasa kepal dan tendangan kaki daripada bohong dan purapura. Baru kelakaku sadar, bahwa dalam citarasa aku satu kompi dengan Papi (Mangunwijaya, 2010: hlm 32—33).
Tahun 1945—1950 Memasuki tahun 1945, banyak terjadi kerisuhan. Kehidupan Setadewa pun mulai berubah. Ketika Jepang masuk, ayah Setadewa keluar dari KNIL dan ditangkap oleh Jepang, sedangkan ibunya di jadikan gundik Jepang. Sejak saat itulah Setadewa berpisah dengan kedua orang tuanya. Kepribadian Setadewa yang dominan ke
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
78
ayahnya, akhirnya membawa dia ikut terlibat menjadi anggota KNIL dan pada saat itulah Setadewa beranggapan kekuasaan harus kembali ke tangan Belanda. Situasi sosial yang ada hanya perebutan kekuasaan. Setelah Setadewa masuk menjadi anggota KNIL, dia pun dalam waktu dua bulan menjabat letnan II. Setadewa memiliki kekuasaan untuk mengarahkan anak buahnya untuk berperang. Latar sosial yang terjadi pada bagian kedua ini terletak di kota Jakarta yang banyak terjadi kerusuah. Kerusuhan akibat perebutan kekuasaan antara pihak Republik dan Belanda. Dalam hal ini, Setadewa berpihak kepada Belanda dan menganggap Republik belum pantas untuk merdeka. Bagi Setadewa kemerdekaan Indonesia hanya sebagai impian saja. Menurut penilaian Setadewa masyarakat Indonesia, khususnya Jawa bersifat emosiaonal (56) … Memang tidak pernah dapat dipercaya serdadu-serdadu Jawa kita. Sata minta pasukan Ambon saja. Mereka setia dan berdisiplin. Tetapi yang Jawa-Jawa itu…” “Ya emosi lagi. Orang Jawa itu punya kanker, emosi namanya (Mangunwijaya, 2010: hlm 85).
Latar kehidupan sosial masyarakat Jawa juga masih percaya dengan adanya tahayul. Hal ini tampak pada bagian 11 “Ayam-ayam disambar”. (57) Sebab menurut tahayul orang-orang sekitar Juranggede, siapa yang berhasil memisahkan kepala dari mayat yang mati pada malam Selasa Kliwon dan mampu menggondolnya (Tidak boleh pakai alat. Menggali kuburan harus dengan tangan telanjang saja dan memisahkan kepala serta menggondolnya hanya boleh dengan gigi!), orang itu akan kaya-raya (Mangunwijaya, 2010: hlm 137).
Kepercayaan akan tahayul ini menggambarkan kepribadian masyarakat yang masih tradisional. Hal ini bertentangan ke kepribadian Setadewa yang memiliki
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
79
pemikiran lebih modern. Menurut Setadewa, Indonesia belum pantas untuk merdeka karena mereka belum matang. (58) … Suatu bangsa yang sudah berabad-abad hanya membongkok dan minder harus dididik dahulu menjadi kepribadian. Barulah kemerdekaan datang seperti buah durian yang jatuh karena sudah matang (Mangunwijaya, 2010: hlm 89).
Pada bagian kedua ini, keadaan sosial yang terjadi hanyalah perebutan kekuasaan antara pihak Republik dan Belanda. Bagi Setadewa kehidupan masyarakat Indoneisa akan baik jika mereka benar-benar sudah matang. Bagian 1968—1978 Latar sosial yang ada dibagian ketiga ini yaitu kehidupan masyarakat modern dan masyarakat desa yang tradisional. Kehidupan melarat masih saja ada. (59) … Tetapi tak lupa juga lensa kadang-kadang dibidikkan kearah anak-anak melarat yang berduyun bersorak ria ingin masuk ke dalam film itu; entah dengan harapan apa tak seorang pun tahu sebenarnya (Mangunwijaya, 2010: hlm 181). (60) Bapak Gubernur tampak kesal melihat bangsanya begitu terbelakang, ndeso (Mangunwijaya, 2010: hlm 182).
Dibagian ketiga ini, Setadewa mengunjungi makam ibunya dan setelah mengunjungi makam ibunya, Setadewa bermalam disalah satu rumah warga di Juranggede. Di sini lah terungkap, masyarakat suka zaman dulu yang tidak ada perampokan. (61) Memang jaman resah-rusuh, “jaman merdeka” dulu itu. tetapi bicara tentang keresahan, soalnya masih sama. Di sekitar Merapi-Merbabu soal bandit dan perampok belum pernah beres (Mangunwijaya, 2010: hlm 235).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
80
Tidak hanya kehidupan masyarakat desa, tetapi kehidupan modern juga muncul di bagian ketiga ini. Ketika Setadewa bertamu ke rumah Ambassadora, prihatin melihat kehidupan masyarakat Jawa yang belum juga berubah. (62) “Maaf, Excellency, tetapi sungguh, saya selalu sedih kalau melihat orang menunduk-nunduk seperti kuli jaman Raffles.” (Mangunwijaya, 2010: hlm 204).
Selanjutnya di bagian ketiga ini, Setadewa pun akan melakukan pengakuan atas kecurangan yang selama ini terjadi, meskipun dia harus kehilangan pekerjaannya. Hal ini dia lakukan karena dia telah bersumpah dengan profesor dan dia tidak ingin mengecewakan ibunya. Setadewa menyesal dengan semua yang telah ia lakukan dan ingin kembali seperti manusia biasa. Berkat pengorbanan ibunya, akhirnya Setadewa akan memulai hidup barunya. Berikut kutipannya: (63) Begitulah maka sekarang sudah saatnya aku datang, sebagai manusia biasa, yang ingin mengadakan perhitungan dengan ular Kepala Dua yang hidup di bawah tanah hati nuraniku. Ini berka pengorbanan Mami. Buah hasil penderitaan dan doa ibuku. Bukan karena Setadewa yang baik, melaikan karena kebaikan dan keperwiraan Kapitein Brajabasuki ayahku yang jauh lebih jaya daripada kekolongan jiwa liar pengeluyur kali tangsi Teto dalam diriku (Mangunwijaya, 2010: hlm 225).
Secara keseluruhan, dapat disimpulkan latar sosial yang ada dalam novel Burung-burung Manyar karya YB.Mangunwijaya ada tiga bagian. Bagian pertama 1934—1944 menceritakan tentang perbedaan sosial di kalangan keraton dan masyarakat biasa, perpaduan kehidupan keraton dan kebudayaan barat. Pada bagian ini, Setadewa dan ayahnya merasa lebih nyaman hidup di luar keraton karena kehidupan keraton baginya terlalu membelenggu dan banyak munafik. Setadewa dan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
81
ayahnya bukan karakter orang yang suka basa-basi, mereka lebih suka mengatakan sejujurnya. Latar sosial kedua tahun 1945—1950, terjadi di Jakarta. Bagian ini banyak terjadi kerusuhan akibat perebutan kekuasaan Republik dan Belanda. Bagi Setadewa, Indonesia belum pantas untuk merdeka karena masyarakatnya belum matang dan masih bermental kuli. Mereka masih perpul dididik. Selanjutnya pada bagian ketiga 1968—1978, latar sosial yang ada yaitu kehidupan masyarakat yang masih tradisional, kebiasaan menunduk ketika ada orang lain masih terbawa hingga tahun itu, dan kehidupan politik yang terjadi saat itu yaitu korupsi. Korupsi ini lah yang menyebabkan Indonesia melarat. Dibagian ini, Setadewa berusaha membongkar korupsi yang dilakukan di tempat kerjanya, meskipun dia harus dikeluarkan dari tempat kerjanya. Uraian yang berkaitan dengan latar sosial ini memiliki kontribusi terhadap perkembangan tokoh utama yaitu Setadewa. Dilatar sosial ini terlihat bagaimana karakter tokoh Setadewa yang suka hidup di luar keraton, yang memiliki kebebasan dalam bersikap dan bergaul dengan siapa pun, memiliki pandangan hidup yang berbeda dengan masyarakat Jawa pada umumnya yang suka basa-basi.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
82
4.3 Keterkaitan Antarunsur Latar Unsur latar dapat dibedakan ke dalam tiga unsur pokok, yaitu tempat, waktu, dan sosial. Kegita unsur itu walau masing-masing menawarkan permasalahan yang berbeda dan dapat dibicarakan secara sendiri, pada kenyataannya saling berkaitan dan saling mempengarui satu dengan yang lain. Novel Burung-burung Manyar juga memiliki unsur latar yang berkaitan satu dengan yang lain, seperti dalam kutipan berikut. Masa Kecil (Bagian I: 1934—1944) (64) Setiap kami pulang dari kol istana, bertambahlah keyakinanku, bahwa tidak ada dunia yang lebih firdaus daripada dunia anak kolong tangsi Magelang. Tangsi dengan pohon-pohon kenarinya yang besar dan rindang, dan yang setiap musim merontokkan ulat-ulat yang membuat noni-noni menjerit; dan yang bahkan minta lebih dijeritkan lagi oleh lemparan-lemparan anak kolong kami berupa paket-paket ulat yang, nikmat sekali, membuat mereka panik. Yang melempari noni-noni itu biasanya aku, sebab aku anak letnan. Anak-anak kopral tentunya tidak begitu berani mengganggu puteri-puteri ofisir-ofisir, kecuali bila memang dapat aman sungguhsungguh, bersembunyi dengan garansi mustahil ketahuan identitas mereka. Kenarikenari itu buah anugerah surga yang kami terima (atau lebih tepat, yang kami lempari) dengan penuh syukur (Mangunwijaya, 2010: hlm 9).
Kutipan di atas menggambarkan adanya keterkaitan antar latar tempat, waktu, dan sosial. Latar waktu dari kutipan di atas yaitu “setiap kami pulang dari kol istana”, latar tempatnya “kol istana dan tangsi Magelang” dan latar sosialnya, Setadewa seorang anak kolong dan anak letnan yang bebas melakukan segala hal. Setadewa dari kalangan atas tetapi senang bergaul dengan kalangan bawah menjadi anak kolong.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
83
Setadewa sebagai tokoh utama dalam novel Burung-burung Manyar, dia adalah anak kolong yang memiliki latar belakang keluarga keraton. Setelah dia diajak berkunjung ke keraton, baginya tidak ada dunia yang lebih firdaus selain tangsi Magelang. Di tangsi dengan pohon-pohon kenari yang besar dan ketika musim merontokkan ulat-ulat sering kali noni-noni dijeritkan oleh ulat-ulat. Setadewa lah yang sering membuat noni-noni menjerit karena papinya seorang letnan dan ia mendapatkan rasa aman atas sikapnya itu. Kehidupan Setadewa berubah sejak Jepang datang ke Indonesia. Papinya di tangkap oleh Jepang. (65) Tetapi suatu Saptu, tahun 1944, sepulang dari Semarang, ketika aku ingin menengok Papi dan Mami, rumah terkunci rapat. Para tetangga mengatakan orangtuaku sedang menengok Kakek, ayah Mami yang sakit. Aku heran, sebab keduanya, Papi dan Mami sudah lama tak berorang-tua. Segera aku mengerti, ada masalah gawat. Mereka pasti berlindung lagi di dalam puri di Surakarta. Meloncati pagar bambu, aku langsung pergi ke kebun belakng. Setelah menengok ke kiri ke kanan kuperiksa kabel penyadap. Sudah tidak ada lagi. Dengan cemas lekas-lekas kutinggalkan rumahku dan pergi menuju Surakarta. Hanya Mami yang kutemukan di tengah para kerabat. Berlinang-linang aku dicium dan dicium. “Doakan Papi! Doakan Papi!” hanya itu yang mampu keluar. Tenggorokanku serasa terganjal batu dan tiba-tiba aku merasa harus kencing. Di dalam WC aku terengah-engah dan hati berdebar-debar. Papi tertangkap untung aku lekas meninggalkan rumah kami di Plengkung belakang rumah Mayor Kanagashe (Mangunwijaya, 2010: hlm 35—36).
Latar tempat (rumah), waktu (saptu, tahun 1944) Setadewa melanjutkan sekolah di Semarang. Ketika pulang, ingin mengunjungi orang tuanya (saptu, tahun 1944), rumah terkunci rapat. Seketika ia langsung menduga ada hal yang gawat. Akhirnya dia memutuskan pergi ke Surakarta, di sana
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
84
dia hanya bertemu dengan maminya dan mendapat berita papi ditangkap. Setadewa tak mampu berbuat apa-apa, dia hanya terenggah-enggah dan hati berdebar-debar. (66) Sebab menjelang senja itu, di bawah pohon mangga kebun belakang rumah Bu Antana, untuk pertama kali dalam segala tahun yang masih kuingat jelas, aku, anak KNIL yang telah ditempa dengan hati dari tembaga peluru tangsi, yang terbiasa untuk bertahan, toh menangis. Sepulang dari mencari tambahan nafkah catutan di Pasar Senen, aku menemukan rumah kosong. Hanya secarik surat dari Mami yang kutemukan. Dalam bahasa Belanda. Aku harus pergi ke Tante Antana. Tante yang akan menerangkan, ke mana Teto harus pergi untuk “menemukan” mami. (Aneh, menemukan di antara tanda petik).) Ibu Antana dari semula selalu menunjukan kesayangannya padaku. Tetapi petang itu lebih dari biasanya. Diciumlah batu kepalaku. Disusul sekedar minum the dan kue-kue basa-basi di kebun, di bawah pohon mangga, di mana aku dan Atik sering main dam dan saling berdebat serta bercanda saling meledek. … pokoknya Mami mendapat ultimatumdari Kapala Kenpeitai yang berwenang atas nasib Papi. Mami boleh pilih: Papi mati atau Mami suka menjadi gundiknya. Mami memilih yang akhir. Dan Mami tidak mau segala kenyataan dirinya ditutup-tutupi. Setadewa anaknya, harus tahu segala-galanya beserta mengapanya. Disertai cium cinta seorang ibu dan permintaan doa… serta maaf. Doa kontan kuledakkan dari hati. Tetapi maaf…? Aku menangis seperti anak kecil (Mangunwijaya, 2010: hlm 40—42).
Latar tempat (di bawah pohon mangga kebu belakang rumah), waktu (menjelang senja, petang) dan sosial (pergi ke rumah Bu Antana dan menangis). Setelah mengetahui papinya ditangkap, Setadewa pun tinggal bersama maminya. Ketika dia pulang dari mencari nafkah tambahan di Pasar Senen, dia hanya menemukan secarik surat yang berisi mengharuskan Setadewa pergi ke rumah Tante Antana (sahabat kedua orang tuanya). Setibanya di rumah Bu Antana petang hari, mereka berbincang-bincang di bawah pohon mangga belakang rumah Bu Antana. Setadewa hanya mampu menangis setelah mendengar cerita Bu Antana bahwa maminya diultimatum papi mati atau mami dijadikan gundik. Maminya pun memilih
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
85
menjadi gundik. Status sosial Setadewa yang dulu berada di atas, sekarang menjadi di bawah sejak kedatangan Jepang. Masa Remaja Ketika memasuki masa remaja, Setadewa ikut bergabung menjadi anggota KNIL melanjutkan jejak papinya. (67) Aku butuh Atikku agar aku hidup terus. Tetapi gadis itu ada dipihak musuhku dan harus kuperhitungkan sebagai musuh. Dan semakin menjadi-jadi benciku kepada orng-orang Republik itu, yang merenggut satu-satunya harapan dan tumpuan jiwaku yang merana ini. Seolah-olah separuh paru-paru harus kuberikan kepada teroristeroris, hanya untuk dijadikan keripik paru-paru makanan kesukaan mereka. Siapa tidak akan mengamuk! Dan aku mengamuk memang. Atik kuteriaki yang bukan-bukan. Aku sudah lupa, kekasaran apa yang sudah kusemburkan di wajah yang pucat lesu itu. Tetapi aku kalah. Wajah itu ternyata lebih kuat daripada granat-granat lemparan mulutku yang gila. Wajah itu seperti panser titanium yang tahan peluru apa pun. Dan aku menangis. Untuk kedua kalinya dalam masa awal kedewasaanku, sejak petang dalam taman itu, ketika Bu Antana mewartakan hal-ihwal Mamiku yang malang. Mamiku yang dirusak Jepang. Atikku yang dijerat Republik. Pastilah Atik telah menyeka rambutku, pastilah ia telah mengucapkan kata-kata hiburan, tetapi saat itu aku tidak mendengar apa-apa. Rasanya ku dijerumuskan ke dalam jurang oleh mereka yang paling kucintai dan aku ditertawakan. Aku hanya minta ampun (Mangunwijaya, 2010: hlm 91—92).
Latar tempat (taman), waktu (petang), Rangkaian kutipan di atas, menjelaskan perjumpaan Setadewa dan Atik. Sejak Setadewa bergabung menjadi anggota KNIL, dia jarang bertemu dengan Atik. Ketika bertemu, dia mengetahui bahwa wanita yang dia cintai berpihak kepada Republik, ini berarti diperhitungkan sebagai musuh. Di sini terjadi konflik batin antara Setadewa dan Atik yang berbeda pihak. Satu sisi Setadewa benci dengan Republik, tetapi wanita yang dia cintai membela Republik.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
86
Konflik batin pun semakin berlanjut setelah kemenangan Setadewa melawan Republik, seperti dalam kutipan berikut. Latar waktu (petang hati, 19 Desember 1948), latar tempat (di atas tanggatangga istana), latar sosial (Setadewa bimbang dan merasa kehilangan Atik). (68) Pada petang hari yang sama itu, 19 Desember 1948, sambil duduk lunglai karena payahnya di atas tangga-tangga istana, dengan bayangan raksasa batu di halaman muka itu, aku ditumbuhi perasaan bimbang lagi. Pasukanku menang, Kapitein Seta jaya. Tetapi kehilangan Larasati. Barangkali…barangkali toh aku salah pilih (Mangunwijaya, 2010: hlm 127).
Setelah kemenangan melawan Republik, Setadewa merasa bimbang dengan pilihannya. Dia Berjaya tetapi kehilangan wanita yang dia cintai Atik. Dewasa Seiring berjalannya waktu, akhirnya Setadewa memutuskan untuk berhenti menjadi anggota KNIL dan melanjutkan studinya. Setadewa menjadi menejer Pacific Oil Wells Company. Suatu ketika dia berkunjung ke Indonesia untuk berziarah ke makam maminya dan mengenang masa lalunya. Ketika datang ke Indonesia, Setadewa menghadiri sidang tesis Larasati. Berikut kutipannya. Latar waktu (pagi itu), latar tempat (ke kampus), latar sosial (tidak kaku jika bertemu dengan Atik). (69) Pagi itu, aku dari hotel (bukan hotel, tetapi kamar yang berkat kedermawanan seorang tumenggung Keraton boleh kusewa) menuju ke kampus universitas yang paling termasyur di negeri ini dan kata orang menjadi simbol dari kepribadian bangsa Indonesia. Aku kecewa memang terhadap ekspresi kepribadian itu, tetapi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
87
sekali lagi, aku sudah belajar sumarah dan tidak terlalu memberang bila ada yang kurang menyenangkan dalam negeri ini. Pagi itu Nyonya Janakatamsi, Kepala Direktorat Pelastarian Alam akan mempertahankan tesisnya untuk meraih gelar doktorbiologi di hadapan Senat lengkap beserta undangan. Aku bukan undangan, karena sampai sekarang aku belum pernah (berani) berhubungan lagi dengan Atik, alias Nyonya Larasati Janakatamsi, isteri Dekan Fakultas Geologi salah satu univeritas swasta di Jakarta dan Kepala Laboratorium Maritim Angkatan Laut. Tetapi karu undangan dapat kuraih, karena salah seorang perwakilan Ford Foundation yang kukenal dan diundang, pada hati itu masih turne di Ujungpadang. Dari pimpinan protocol kemari aku mendapat kepastian, bahwa untuk upacara itu aku boleh-boleh saja berbaju batik, sebab itu sudah dianggap pakaian resmi dan rapi. Bagus, inilah satu-satunya yang kuingini, berpakaian tidak kaku, kalau aku berjumpa dengan Atik nanti (Mangunwijaya, 2010: hlm 243—244).
Di Indonesia, Setadewa datang ke kampus yang menjadi tempat kuliah Larasati atau Atik. Ketika menghadiri persidangan untuk mempertahankan tesis Atik, Setadewa datang dengan menggunakan pakaian batik dengan tujuan tidak kaku ketika bertemu dengan Atik. Karena sudah lama Setadewa tidak bertemu dengan Atik (belum berani bertemu dengan Atik). Akhirnya Setadewa pun berjumpa dengan Atik dan Suaminya Janakatamsi, serta tak lupa juga bertemu dengan Bu Antana yang selama ini menjadi ibu angkat Setadewa sejak maminya dijadikan gundik Jepang Dari uraian di atas sudah jelas bahwa latar waktu, tepat dan sosial saling berkaitan. Ketiga unsur tersebut dapat menggambarkan bagaimana kepribadian tokoh utama (Setadewa). Misalnya pada kutipan No
Kutipan
Penokohan
1.
yang bahkan minta lebih dijeritkan lagi oleh Usil
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
88
lemparan-lemparan anak kolong kami berupa Sombong paket-paket ulat yang, nikmat sekali, membuat mereka panik. Yang melempari noni-noni itu biasanya aku, sebab aku anak letnan. 2.
Di dalam WC aku terengah-engah dan hati berdebar-debar. Papi tertangkap untung aku lekas
Tanggap dengan situasi
meninggalkan rumah kami di Plengkung belakang rumah Mayor Kanagashe. 3.
untuk pertama kali dalam segala tahun yang masih cengeng kuingat jelas, aku, anak KNIL yang telah ditempa dengan hati dari tembaga peluru tangsi, yang terbiasa untuk bertahan, toh menangis.
4.
Rasanya ku dijerumuskan ke dalam jurang oleh Rendah diri mereka
yang
paling
kucintai
dan
aku
ditertawakan. Aku hanya minta ampun. 5.
aku ditumbuhi perasaan bimbang lagi. Pasukanku menang, Kapitein Seta jaya. Tetapi kehilangan
Kurang konsisten dengan pilihan
Larasati. Barangkali…barangkali toh aku salah pilih. 6.
Aku bukan undangan, karena sampai sekarang aku belum pernah (berani) berhubungan lagi dengan
Kurang gentlemen
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
89
Atik, alias Nyonya Larasati Janakatamsi, isteri Dekan Fakultas Geologi salah satu univeritas swasta di Jakarta dan Kepala Laboratorium Maritim Angkatan Laut.
Untuk memahami lebih dalam bagaimana karakteristik tokoh Setadewa, akan di bahas pada sub bab Analisis Karakteristik Setadewa menurut Albertine Minderop. 4.4
Analisis Karakteristik Tokoh Setadewa
Dalam novel Burung-burung Manyar karya YB.Mangunwijaya ada beberapa tokoh yang berperan guna mendukung cerita novel tersebut. Penelitian ini akan menganalisis tokoh utama novel Burung-burung Manyar karya YB.Mangunwijaya. Tokoh utama novel Burung-burung Manyar karya YB.Mangunwijaya adalah Setadewa atau Leo atau kerap dipanggil Teto. Berdasarkan fungsi penampilan tokoh, Setadewa termasuk tokoh protagonis. Berdasarkan perwatakannya, Setadewa termasuk tokoh bulat karena pengarang mengungkapkan berbagai sisi kehidupannya. Dalam buku metode karakteristik telaah fiksi menjelaskan secara detail tentang telling dan showing. Metode Langsung (telling) yaitu pemaparan dilakukan secara langsung oleh si pengarang. Metode Tidak Langsung (showing) yaitu metode tidak langsung dengan metode dramatic yang mengabaikan kehadiran pengarang, sehingga
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
90
para tokoh dalam karya sastra dapat menampilakan diri sacara langsung melalui tingkah laku mereka (Minderop, 2005: 8—49).
4.4.1
Metode Langsung (telling)
4.4.1.1 Melalui Penggunaan Nama Tokoh Nama tokoh dalam suatu karya sastra kerap kali digunakan untuk memberikan ide atau menumbuhkan gagasan, memperjelas serta mempertajam perwatakan tokoh. Para tokoh diberikan nama yang melukiskan kualitas karakteristik yang membedakannya dengan tokoh lain. Nama tersebut mengacu pada karakteristik dominan si tokoh. Tokoh utama novel Burung-burung Manyar yaitu Setadewa tetapi masyarakat kerap kali memanggilnya Teto dan ada juga yang memanggil Leo. (70) Maaf, nama saya? Setadewa. Tetapi semua memanggilku Teto. Entah, memang aneh logika mereka. (Mangunwijaya, 2010: hlm 11) (71) “Zo, zo… jadi kau anak Marice,” ia berkata agak bengong. “Mari duduk …siapa? Yan, Piet, Karel? Atau willem?” “Leo” (Saya tidak mau menyebut nama Teto. Kok, seperti anak kecil) (Mangunwijaya, 2010: hlm 60).
Si tokoh memperkenalkan dirinya kepada teman lama maminya Verburggen dengan nama panggilan Leo. Arti kata Leo yaitu singa yang memiliki karakter yang liar. Karakter liar Setadewa dapat terlihat dalam kutipan berikut: (72) Bersama anak sersan, kopral dan sepandri yang selalu hitam dan berkulit termoda luka-luka di mana-mana, aku benar-benar bisa mengalami firdaus: berenang di selokan tangsi (telanjang bulat dong! Masakan pakai celana beledu dan topi matrus yang airnya lezat berwarna coklat “van Houten’s cacao”, segar dan nyaman
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
91
menghanyutkan (pakaian diikat di atas kepala) melalui kampong Bogeman, terus ke Pecinan dan muncul di jembatan di muka Pasar Besar. Mana sinyo totok bisa. Lalu cepat berpakaian, tentunya serba setengah basah dan “sipatkuping” mengejar, lalu hati-hati memboceng di belakang “montor tai”, yakni mobil tangki kotapraja yang di mana-mana menyedot tinja dari tangki-tangki septic WC umum (Mangunwijaya, 2010: hlm 4). (73) Tangsi dengan pohon-pohon kenarinya yang besar dan rindang, dan yang setiap musim merontokkan ulat-ulat yang membuat noni-noni menjerit; dan yang bahkan minta lebih dijeritkan lagi oleh lemparan-lemparan anak kolong kami berupa paketpaket ulat yang, nikmat sekali, membuat mereka panik. Yang melempari noni-noni itu biasanya aku, sebab aku anak letnan. Anak-anak kopral tentunya tidak begitu berani mengganggu puteri-puteri ofisir-ofisir, kecuali bila memang dapat aman sungguh-sungguh, bersembunyi dengan garansi mustahil ketahuan identitas mereka. Kenari-kenari itu buah anugerah surga yang kami terima (atau lebih tepat, yang kami lempari) dengan penuh syukur (Mangunwijaya, 2010: hlm 9).
(74) Tetapi sayang, dalam permainan Teto selalu curang. Dan pernah sesudah menang curang gobag sodor ia memaksakan hadiah ciuman. Padahal sudah disepakati: jika Atik menang, Atik digendong Teto. Tetapi karena Atik terlalu lemah untuk menggendong Teto bila Teto menang, Atik sanggup untuk memberi kecik sawo (biji sawo) tiga biji, yang sering dibutuhkan Teto untuk adu kecik sawo dengan kawankawannya (Mangunwijaya, 2010: hlm 28). (75) Tetapi bukan pertama karena tembakan itu aku mengundurkan diri. Soalnya aku tidak mendapat perintah untuk berpatroli di daerah Kramat ini. Kalau ada apa-apa nanti, aku dapat dicurigai oleh Mayor Verburggen. Cilaka lagi oleh dinas intel NEFIS (Mangunwijaya, 2010: hlm 71).
Kutipan di atas (3,4,5,6) menggambarkan keliaran Setadewa atau Leo. Kata Leo yang berarti singa yang memiliki ciri liar, juga dimiliki oleh Leo (Setadewa). Seperti dalam kutipan di atas. 4.4.1.2 Melalui Penampilan Tokoh Penampilan tokoh dimaksud misalnya, pakaian apa yang dikenakannya atau bagaimana ekspresinya. Rincian penampilan memperlihatkan kepada pembaca tentang usia, kondisi fisik/kesehatan dan tingkat kesejahteraan si tokoh. Dari
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
92
pelukisan ini tampak apakah tokoh merupakan sosok yang kuat, terkadang lemah, relatife bahagia, tenang atau kadang kala kasar.
(76) berenang di selokan tangsi (telanjang bulat dong! Masakan pakai celana beledu dan topi matrus yang airnya lezat berwarna coklat “van Houten’s cacao”, segar dan nyaman menghanyutkan (pakaian diikat di atas kepala) melalui kampong Bogeman, terus ke Pecinan dan muncul di jembatan di muka Pasar Besar (Mangunwijaya, 2010: hlm 4).
Kutipan di atas menggambarkan, masa kecil Setadewa yang suka berenangrenang di selokan tangsi tanpa menggunakan pakaian. Penampilan tokoh dan sikap tokoh menggambarkan usia tokoh yang masih kecil dan belum memiliki rasa malu ketika berenang-renang di selokan tangsi, yang ada hanya rasa bahagia. (77) Sampai ia tunjukan suratmu pada semua cewek dan cowok, sambil menertawakan kau. Sudahlah, semua cewek itu brengsek.” Betul juga! Aku sangat setuju dengan kurirku itu. Tidak cuma brengsek, tapi gila. Maka kembalilah aku ke duniaku, berbaris di belakang peleton-peleton infanteri yang baru pulang dari latihan di Tidar. Lelah tetapi masih gagah (Mangunwijaya, 2010: hlm 10).
Dari
kutipan
yang
digaris
bawahi
“semua
cewek
itu
brengsek”,
menggambarkan bahwa tokoh Setadewa mudah emosi. Setadewa emosi ketika surat cinta yang dia berikan kepada Dora, ditunjukan kepada teman-temannya. Hal itu lah yang memicu Setadewa emosi dan mengatakan brengsek. Setadewa juga memiliki kepribadian jujur, seperti dalam kutipan berikut; (78) Aku tipe anak kolong yang sejak kecil punya kode etika berterung-terang. Lebih baik berkelahi berbahasa kepal dan tendangan kaki daripada bohong dan pura-pura (Mangunwijaya, 2010: hlm 32—33).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
93
Kepribadian berterung-terang sudah dia lakukan sejak kecil. Dibalik pribadi Setadewa yang kasar dan jujur, dia juga dapat menangis ketika mendengar kabar ayahnya ditangkap oleh Jepang dan ibunya dijadikan gundik Jepang. Berikut kutipannya: (79) Pokonya Mami mendapat ultimatum dari Kepala Kenpeitai yang berwenag atas nasib Papi. Mami boleh pilih: Papi mati atau Mami menjadi gundik. Mami melilih yang terakhir. Dan Mami tidak mau segala kenyataan dirinya ditutup-tutupi. Setadewa anaknya, harus tahu segala-galanya beserta mengapanya. Disertai cium cinta seorang ibu dan permintaan doa … serta maaf. Doa kontan kuledakkan dari hati. Tetapi maaf…? Aku menangis seperti anak kecil. Aku berterima kasih tiada terhingga, bahwa Tante hanya menyeka-nyeka rambutku, membiarkan segala banjir kawah yang meletus habis sampai kering (Mangunwijaya, 2010: hlm 41—42).
Selain itu, Setadewa juga memiliki kepribadian yang santai (tidak kaku) dan setia. Tidak kaku maksudnya ketika berjumpa dengan Atik, Setadewa ini berpenampilan tidak kaku. Setia dengan cintanya kepada Atik yang sangat memiliki arti dalam hidupnya. Kesetiaan tokoh dapat dilihat dalam kutipan berikut: (80) … Tetapi kartu undangan dapat kuraih, karena salah seorang perwakilan Ford Foundation yang kukenal dan diundang, pada hari itu masih turne di Ujungpandang. Dari pimpinan protocol kemarin aku mendapat kepastian, bahwa untuk upacara itu aku boleh-boleh saja berbaju batik, sebab itu suadah dianggap pakaian resmi dan rapi. Bagus, inilah satu-satunya yang kuinginkan, berpakaian tidak kaku, kalau aku berjumpa dengan Atik nanti. Sebab pastilah aku akan berjumpa dengan Atik nanti (Mangunwijaya, 2010: hlm 244). (81) Ya, ia (Atik) sudah kawin dengan orang lain, tetapi dalam hati ia tetapi kekasihku. Betapa pun bejat atau gagal seseorang, ia berhak mempunyai pujaan hati. Dan pujaan hati jangan selalu dihubungkan dengan seks. Aku tahu, itu maha penting, seks tetapi aku tahu jugadalam pengeterapannya terhadap Atik, seks jatuh pada nomor tiga atau empat (Mangunwijaya, 2010: hlm 244).
Setadewa masih setia dengan Atik wanita yang dia cintai sejak dulu. Meskipun Setadewa sudah menikah, dia tidak bisa mencintai istrinya seperti dia mencintai Atik.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
94
(82) Memang sebenarnya aku dulu kawin tidak karena cinta. Cintaku hanya untuk Atik. Dengan Barbara aku kawin demi karir (Mangunwijaya, 2010: hlm 224).
Setadewa juga memiliki kepribadian yang jujur, seperti dalam kutipan berikut: (83) Untuk zakelijk membicarakan masalahku mengenai rahasia kesalahan komputer dan minta tolong untuk menyelundupkan informasi vital itu kepada pihak pemerintah Indonesia melalu Atik atau suaminya juga bukan masalah yang teramat kutakuti (Mangunwijaya, 2010: hlm 261).
Setelah Setadewa berhenti dari anggota KNIL, dia melanjutkan studi di Amerika untuk mengambil gelar doktor matematika. Dalam perjalannya bekerjanya, ditemukan kecurangan di sistem komputer. Dia ingi membongkar kecurangan yang telah di lakukan, karena dia telah bersumpah kepada profesor yang menyumpahnya. 4.4.1.3 Karakterisasi Melalui Tuturan Pengarang Metode ini memberikan tempat yang luas dan bebas kepada pengarang atau narator dalam menentukan kisahannya. Pengarang berkomentar tentang watak dan kepribadian para tokoh hingga menembus ke dalam pikiran, perasaan dan gejolak batin sang tokoh. Dengan demikian, pengarang terus-menerus mengawasi karakterisasi tokoh. Pengarang tidak sekedar menggiring perhatian pembaca terhadap komentarnya tentang watak tokoh tetapi juga mencoba membentuk persepsi pembaca tentang tokoh yang dikisahkannya (Minderop, 2005: 15—16). Pengarang juga terlibat dalam penceritaan novel Burung-burung Manyar ini, tetapi pengarang tidak dominan dalam penceritaan karya sastra ini. Berikut kutipan yang menunjukan adanya keterlibatan pengarang dalam penceritaan mengenai karakter tokoh Setadewa.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
95
(84) … Tiba-tiba kedua burung itu terperanjat dan serba panic mendadak terbang. Gusar Atik bertanya diri, siapa yang mengganggunya? Anak kampung barangkali. Ternyata ada kepala anak laki-laki seumur 12 tahun muncul dari balik tembok. Anak itu memanjat dahan pohon sawo kecik yang lebih tinggi, dan membidikkan pelantingnya ke arah srigunting. Teto nama anak itu (Mangunwijaya, 2010: hlm 27).
Melalui kutipan di atas, pengarang menggambarkan karakter tokoh Setadewa seorang anak kecil, berusia 12 tahun yang suka membidik burung srigunting, keusilan tokoh tergambar jelas dalam kutipan di atas. Setadewa juga memiliki kepribadian yang suka curang dalam permainan, seperti dalam kutipan berikut; (85) Tetapi sayang, dalam permainan Teto selalu curang. Dan pernah sesudah menang curang gobak sodor ia memaksakan hadiah ciuman. Pada hal sudah disepakati: jika Atik menang, Atik digendong Teto. Tetapi karena Atik terlalu lemah untuk menggengdong Teto bila Teto menang, Atik sanggup untuk memberi kecik sawo (biji sawo) tiga biji, yang sering dibutuhkan Teto untuk adu kecik sawo dengan kawan-kawannya (Mangunwijaya, 2010: hlm 28).
Selain itu, pengarang juga menggambarkan karakter tokoh yang tidak bisa menempatkan diri dan tidak gentlemen. Gentlemen di sini maksudnya tidak siap menerima kenyataan yang ada, seperti kutipan berikut: (86) Kesalahan Teto hanyalah, mengapa soal keluarga dan pribadi ditempatkan langsung di bawah sepatu lars politik dan militer. Kesalahan Teto hanyalah, ia lupa bahwa yang disebut penguasa Jepang atau pihak Belanda atau bangsa Indonesia dan sebagainya itu baru istilah gagasan abstraksi yang masih membutuhkan konkretisasi darah dan daging (Mangunwijaya, 2010: hlm 167). (87) Teto tidak mengenal takut. Ia lari, barangkali karena tidak kuat menghadapi situasinya, menghadapi konflik batik antara nafsu membalas dendam nasib ayah dan ibunya dan perasaannya terhadap dia, Atik. Apakah ini harus ditafsir sebagai sebentuk sasmita rasa cinta yang terpendam? Selama ini begitulah tafsiran Atik. Tetapi apa benar demikian? (Mangunwijaya, 2010: hlm 176).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
96
Pengarang menggambarkan karakter tokoh yang bisa menempatkan diri dan tidak gentlemen dalam menghadapi kehidupan ini. Pengarang, membuat batin tokoh menjadi bimbang dalam menyelesaikan masalah hidupnya. Satu sisi tokoh ini membalas dendam tetapi satu sisi cintanya kepada Atik yang dalam membuat tokoh tidak yakin untuk membalas dendam. 4.4.2 Metode Tidak Langsung (showing) 4.4.2.1 Karakterisasi Melalui Dialog 1. Apa yang Dikatakan Penutur Pertama-tama pembaca harus memperhatikan subtansi dari suatu dialog. Apakah dialog tersebut sesuatu yang terlalu penting sehingga dapat mengembangkan peristiwa-peristiwa dalam suatu alur atau sebaliknya. Penggambaran karakter tokoh Setadewa diungkapkan oleh ibu Atik (Bu Antana) yang menilai Setadewa seorang anak yang baik hati, cerdas dan jujur, seperti dalam kutipan berikut.
(88) “Itu anak lelaki yang baik hati,” kata ibunya. “Cerdas di sekolah, hampir selalu nomor satu dan jujur.” (Mangunwijaya, 2010: hlm 27).
Tokoh lain (Oom Bas) mengatakan Teto benar-benar anak kalong karena sikap Teto yang aktif. (89) Memang dasar anak kolong, kata Oom Bas sambil tertawa (Mangunwijaya, 2010: hlm 28).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
97
Terjadi dialog antar Setadewa dengan ayahnya yang merencanakan suatu hal, berikut kutipan: (90) “Kau sudah besar. Mau membantu Papi?” berdebar-debar aku mengganguk. “Papi tidak takut tertangkap Jepang nanti?” Papi tersenyum. “Perwira tidak boleh takut. Orang takut, kebanyakan karena bodoh. Kau piker Papimu bodoh?” Keras kugeleng-gelangkan kepala. “Nah, dengar sekarang. Radio ini harus kau sembunyikan di dalam gudang Mayor Kanagashe tetangga kita ini. “Saya? Bagaimana?” “Pelan. Tetapi sebelumnya Papi minta, agar kebencianmu kepada Tante Paulin kau kurangi.” “Sundal itu?” “Hei hei, jangan terlalu keji pada perempuan malang itu!” (Mangunwijaya, 2010: hlm 34).
Dialog Setadewa dengan ayahnya tampak serius sedang merencanakan suatu hal yang tujuannya supaya dapat mendengarkan percakapan Mayor Kanagashe. Pada bab ini, Jepang sudah menduduki Indonesia, maka ayah Setadewa ingin membuat supaya kekuasaan direbut lagi oleh Belanda. Karakter tokoh Setadewa digambarkan oleh pengarang melalui percapakan seperti kutipan di atas, Setadewa termasuk tipe orang yang dalam berbicara frontal. Maksudnya si tokoh menyebut kata “sundal” tanpa rasa bersalah bahwa kata “sundal” itu kasar. Namun, pada akhirnya ayah dan ibunya Setadewa tertangkap oleh Jepang. Sejak saat itu, Setadewa hidup sendiri. Setadewa pun ikut bergabung menjadi anggota KNIL. Sejak menjadi anggota KNIL, Setadewa tidak pernah bertemu dengan orang tuanya. Pernah suatu ketika, Setadewa berbincang-bincang dengan Verburggen (mantan pacar ibunya dan atasan Setadewa), berikut kutipannya (91) “Biarkan aku. Aku mau melihat… biarkan aku. Kutembak kau!” Verburggen mendesisi. “Gila kau. Malu tidak kau didengar orang-orang di sekokan itu.” Aku lunglai merebahkan diri di ranjang. “Leo, kita akan bersama-sama menengok ibumu. Tetapi dengan hati yang tabah dan siaga. Tidak seperti anak puber begitu. Sekali lagi, jangan mengira kesediahanmu lebih besar dari kesedihanku.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
98
Penderitaan anak bisa dalam. Tetapi penderitaan kekasih bisa lebih dalam. Maka itu jangan berlagak. Itu kalau kau lelaki dan bukan seorang banci sentimental yang cuma bisa meong-meong kayak kucing.” (Mangunwijaya, 2010: hlm 163).
Melalui percakapan Setadewa dengan Verburggen, dapat dilihat karakter Setadewa yang masih labi seperti anak puber, dan sikapnya yang berlagak. Selain itu, Setadewa pun memiliki karakter pemberani dalam setiap pilihannya, seperti kutipan berikut, (92) “Tetapi, Mas Teto. Ini berarti kau akan dipecat!” “Aku tahu”. Erat-erat tanganku diremas-remasnya. “Teto! Teetoo! Kau sunggu Teto, kau singa!” “Singan yang sudah divonis dan menunggu ditembak.” “Ya, itulah konsekuensinya. Dan kau sanggup mati?” “Aku tidak akan mati. Hanya harus berganti kehidupan. Dari manusia lama menjadi manusia baru. “Teto! Sungguh jantan kau.” (Mangunwijaya, 2010: hlm 299).
Setadewa berani menerima resiko ketika dia melakukan pembongkaran yang terjadi dalam perhitungan komputer. 2. Jatidiri Penutur Jatidiri penutur di sini adalah ucapan yang disampaikan oleh seorang protagonis (tokoh sentral) yang seyogyanya dianggap lebih penting daripada apa yang diucapkan oleh tokoh bawahan (tokoh minor), walaupun percakapan tokoh bawahan kerapkali memberikan informasi krusial yang tersembunyi mengenai watak tokoh lainnya. Setadewa adalah anak kolong yang memiliki keturunan Jawa dari ayahnya dan Belanda dari ibunya. Tetapi dari segi karakter, Setadewa lebih dominan mengikuti karakter ayah, sedangkan secara fisik lebih dominan ke ibunya yang Indo.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
99
(93) … Mengikuti Papi dan Mami ke istana betul-betul siksaan bagiku. Aku di sebut Raden Mas Sinyo di situ. Sebutan yang sangat menertawakan dan omong kosong. Tetapi memang muka dan kulitku mendekati mami punya. Hanya dalam kejiwaan barangkali aku ikut Papi, Si blo’on gembala sapi (Mangunwijaya, 2010: hlm 7).
Semasa kecil kehidupan Setadewa bahagia, tetapi sejak Jepang datang, kehidupan Setadewa mulai berubah. Setadewa pun ikut bergabung menjadi anggota KNIL. Sejak menjadi anggota KNIL, Setadewa jarang bertemu dengan Atik gadis yang dia sayangi. Suatu ketika, Setadewa pun bertemu dengan Atik, tetapi sayang ternyata Atik tidak berpihak pada KNIL, melainkan Republik dan itu sangat memukul Setadewa. (94) Aku butuh Atikku agar aku hidup terus. Tetapi gadis itu ada dipihak musuhku dan harus kuhitung sebagai musuh. Dan semakin menjadi-jadi benciku kepada orangorang Republik itu, yang merenggut satu-satunya harapan dan tumpuan jiwaku yang merana ini (Mangunwijaya, 2010: hlm 91).
Setadewa merasa pilihannya yang paling benar, yaitu membela KNIL dan berharap Belanda menang. Seiring berjalannya waktu, KNIL pun kalah. Setadewa melanjutkan studi. Dalam suatu peristiwa, Setadewa bertemu dengan Atik, Janakatamsi dan Bu Antana. (95) “Jalan lain … jalan lain?” tetapi bergejolak lagi, karakter Larasati dalam dirinya: “Teto. Mengapa kau kok dapat kuat seperti itu? kau kuat, Teto, kau sangat kuat. Dan aku selalu kagum pada lelaki yang kuat.” “Suamimu lebih kuat.” “Mas Jana? Ooh… dia baik, tetapi lemah. Akulah yang selalu memimpin.” “Apa kau kira orang yang dipimpin itu selalu lebih lemah?” Matanya bening dan lebar penuh pertanyaan. Kuteruskan: “Jana tidak dipimpin. Dialah yang memimpin, Atik. Hanya kau yang tidak tahu. Susahnya kau wanit terlalu pandai. Tetapi terlalu emosi juga.” (Mangunwijaya, 2010: hlm 312).
Dari kutipan di atas, menceritakan watak tokoh Janakatamsi, suami Atik. Menurut penilaian tokoh sentral (Setadewa), Jana seorang yang lebih kuat dari
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
100
dirinya. Di sini tokoh sentral, dalam menilai tokoh lain melihat dirinya terlebih dahulu. 4.4.2.2 Lokasi dan Situasi Percakapan 1. Lokasi (96) Sebab menjelang senja itu, di bawah pohon mangga kebun belakang rumah Bu Antana, untuk pertama kali dalam segala tahun yang masih kuingat jelas, aku, anak KNIL yang telah ditempa dengan hati dari tembaga peluru tangsi, yang terbiasa untuk bertahan, toh menangis (Mangunwijaya, 2010: hlm40). (97) … Tetapi petang itu memang lebih dari biasanya. Diciumilah batu kepalaku. Disusul sekedar minum the dan kue-kue basa-basi di kebun, di bawah pohon mangga, di mana aku dan Atik sering main dan saling berdebat serta bercanda saling meledek (Mangunwijaya, 2010: hlm 41).
Kutipan di atas, menunjukan lokasi “di kebun, di bawah pohon mangga” yang memberikan suasana yang berbeda ketika berbicara di dalam ruangan. Lokasi seperti “di kebun, di bawah pohon mangga” menjadi tepat yang nyaman ketika ingin membicarakan masalah tertentu. Pengarang memberi lokasi yang sesuai dengan pembicaraan. Kutipan di atas menceritakan, keberadaan ibu Setadewa yang dijadikan gundik oleh tentara jepang. Maka dari itu, Bu Antana mengambil lokasi yang tepat untuk menceritakan masalah tersebut. (98) … Sungguh mati, aku tidak dapat menerka sedikit pun, mengapa ia memilih tempat yang aneh ini. Tetapi ia langsung masuk rumah dan aku diajak masuk. “Saya ingin bicara dengan kau. Sayang ilhamku hanya tahu tempat ini, yang kuanggap paling enak untuk bicara privat dan tidak perlu berputar-putar jalan. Rokok? (Mangunwijaya, 2010: hlm 161).
Kutipan di atas menjadi pengantar cerita keberadaan ibu Setadewa yang sudah Hilang ingatan. Mayor Verburggen lah yang menceritakan hal itu kepada Setadewa. Verburggen adalah mantan pacar ibu Setadewa sekaligus yang menjadi pimpinan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
101
Setadewa selama di KNIL. Memilih “rumah” sebagai lokasi cerita karena dianggap aman, sehingga tidak ada orang lain yang tahu. 2.
Situasi Percakapan (99) “Tapi bagaimana Si Dora? Dia sudah terima itu cincin?” “Udah! Tapi kan betul yang kubilang dulu. Semua cewek itu anak wewe. “Dia gembira menerima hadiah?” “Bah! Terlalu amat kelewat gembira.” “Betul?” “Sampai ia tunjukan suratmu pada cewek dan cowok, sambil mentertawakan kau. Sudahlah,semua cewek brengsek.” Betul juga! Aku sangat setuju dengan kurirku itu. tidak cuma brengsek, tapi gila (Mangunwijaya, 2010: hlm 10).
Situasi percakapan pada kutipan di atas, si tokoh (Setadewa) emosi karena merasa dirinya dipermalukan oleh Dora gadis yang dia beri surat. (100) “Barangkali kurang tidur aku lekas marah, Mayoor.” “Tidak! Bukan itu. Saya tahu mengapa kau begitu. Kau dendam, karena ayahmu dibunuh Jepang bukan?” (Aku diam. Betul, apa yang dikatakan Mayoor Verbruggen). “Ayahmu masih hidup, dear Leo.” Terperanjat seluruh tubuhku. Mataku membelalak seperti kehilangan segala bahasa. Aku hanya melompong penuh pertanyaan (Mangunwijaya, 2010: hlm 81).
Percakapan dimulai dengan emosi Verburgeen karena Setadewa pergi tanpa ada surat tugas. Situasi percakapan dari kutipan di atas, tergambar jelas. Dengan ekspresi tokoh Leo (Setadewa) yang “Terperanjat seluruh tubuhku. Mataku membelalak seperti kehilangan segala bahasa. Aku hanya melompong penuh pertanyaan”. Dia kaget dengan semua perkataan Verburggen, seakan tidak percaya. Namun Verburggen mendapatkan bukti dari NEFIS bahwa ada kemungkinan ayah Setadewa masih hidup. (101) “Baiklah, saya sudah memperingatkan kau. Jadi jangan mempermasalhakan saya kalau ada akibat-akibat yang tidak enak.” “Apa ada di dalam keadaan edan seperti ini yang masih bisa lebih tidak enak?” “Okey, okey. Saya sudah tua dank au
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
102
sebentar lagi juga akan tua. Dengarkan. (Dan ia menatap padaku, lirih berbisik.) Ibumu sudah kutemukan. Hah?” Mataku membelalak dan asap cigarello menyeruduk paru-paru sehingga aku batuk-batuk tidak karuan. “Ya, Marice. Tidak usah basa-basi. Ia kutemukan di Rumah Penyakit Syaraf Kramat sana tad.” Seperti kena granat Howitzer 10 inch aku hanya bisa bungkam dan membelalak. Ibuku di rumah gila? Kramat Magelang adalah rumah gila. Ya Tuhan… siapa yang gila, mereka atau aku sekarang? (Mangunwijaya, 2010: hlm 162).
Situasi percakapan yang sedang terjadi terlihat serius dan tegang setelah mendengar bahwa Marice di rumah gila. 4.4.2.3 Jatidiri Tokoh yang Dituju oleh Penutur Penutur di sini berarti tuturan yang disampaikan tokoh dalam ceritera; maksudnya tuturan yang diucapkan tokoh tertentu tentang tokoh lainnya (Minderop, 2005: 31-32). (102) “Itu anak lelaki yang baik hati,” kata ibunya. “Cerdas di sekolah, hampir selalu nomor satu dan jujur.” Mosok jujur, anak yang kesukaannya memelanting burung-burung tak berdosa. Atik pernah diperkenalkan padanya sekian tahun yang lalu ketika mereka datang diundang Panam Hendra juga. Atik malu-malu tentu saja, seperti selayaknya puteri yang berpendidikan. Tetapi anak itu langsung memijat hidungnya seperti tomol, kurang-ajar, sungguhg setangah mati kejutnya. Apalagi semua orang-tua tertawa, seolah-olah menyetuhui perbuatan jahat itu (Mangunwijaya, 2010: hlm 27).
Kata “mosok jujur” terucap dari bibir Atik, seorang gadis yang kesal dengan sikap Setadewa. Setadewa suka memelating burung srigunting yang tidak punya salah. Tuturan “mosok jujur”, menjadi jatidiri tokoh Setadewa yang dianggap bukan anak yang jujur. (103) “Biarkan aku. Aku mau melihat… biarkan aku. Kutembak kau!” Verburggen mendesisi. “Gila kau. Malu tidak kau didengar orang-orang di sekokan itu.” Aku lunglai merebahkan diri di ranjang. “Leo, kita akan bersama-sama menengok ibumu. Tetapi dengan hati yang tabah dan siaga. Tidak seperti anak puber begitu.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
103
Sekali lagi, jangan mengira kesediahanmu lebih besar dari kesedihanku. Penderitaan anak bisa dalam. Tetapi penderitaan kekasih bisa lebih dalam. Maka itu jangan berlagak. Itu kalau kau lelaki dan bukan seorang banci sentimental yang cuma bisa meong-meong kayak kucing.” (Mangunwijaya, 2010: hlm 163).
Pada kutipan ke 31, tokoh Verburggen mengatakan bagaimana karakter tokoh Setadewa yang masih seperti anak puber dan berlagak. Perkataan itu diucapkan ketika mereka ingin menengok ibunya Setadewa. (104) “Tetapi, Mas Teto. Ini berarti kau akan dipecat!” “Aku tahu”. Erat-erat tanganku diremas-remasnya. “Teto! Teetoo! Kau sunggu Teto, kau singa!” “Singan yang sudah divonis dan menunggu ditembak.” “Ya, itulah konsekuensinya. Dan kau sanggup mati?” “Aku tidak akan mati. Hanya harus berganti kehidupan. Dari manusia lama menjadi manusia baru. “Teto! Sungguh jantan kau.” (Mangunwijaya, 2010: hlm 299).
Kutipan no 32, menggambarkan karakter tokoh Setadewa yang memiliki keberanian untuk mengungkap kecurangan yang terjadi dalam perhitungan komputer. 4.4.2.4 Kualitas Mental Para Tokoh Kualitas mental para tokoh dapat dikenali melalui alunan dan aliran tuturan ketika para tokoh bercakap-cakap. (105) “Dia gembira menerima hadiah?” “Bah! Terlalu amat kelewat gembira.” “Betul?” Sampai ia tunjukan suratmu pada semua cewek dan cowok, sambil menertawakan kau. Sudahlah, semua cewek itu brengsek.” Betul juga! Aku sangat setuju dengan kurirku itu. Tidak cuma brengsek, tapi gila. Maka kembalilah aku ke duniaku, berbaris di belakang peleton-peleton infanteri yang baru pulang dari latihan di Tidar. Lelah tetapi masih gagah (Mangunwijaya, 2010: hlm 10).
Karakter Setadewa terlihat kasar, karena mudah mengatakan “brengsek” kepada wanita. Dapat dilihat dari kutipan di atas, menggambarkan percakapan Setadewa dengan kurirnya. Setadewa meminta tolong kepada kurirnya untuk memberikan surat
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
104
kepada Dora gadis yang ia suka. Setelah Dora menerima surat dari Setadewa, dia melampiaskan rasa bahagianya dengan mempertunjukan surat itu kepada temantemanya. Tetapi sikap Dora yang seperti itu tidak disukai oleh Setadewa. (106) Keras kugeleng-gelengkan kepala. “Nah, dengar sekarang. Radio ini harus kau sembunyikan di dalam gudang Mayor Kanagashe tetangga kita ini. “Saya? Bagaimana? “Pelan. Tetapi sebelumnya Pami minta, agar kebencianmu kepada Tante Paulina kau kurangi.” “Sundal itu?” “Hei hei, jangan terlalu keji pada perempuan malang itu!” (Mangunwijaya, 2010: hlm 34).
Dari percakapan Setadewa dengan ayahnya mencermikan kualitas mental tokoh Setadewa yang bicara asal bicara. Mudah mengatakan seseorang dengan sebutan kasar. (107) “Hahaaaa, ini dia: Hanya kenalan biasa. Mana ada orang yang punya susu-susu montok kok kenalan biasa. Tentu montok pasti dada gadismu. Apalagi anunya… lalu!” “Diam!” potongku “Kau di sini sebagai komandan militer. Bukan komandan urusan pribadi.” “Hei, hei, tenang,tenang.” (Tetapi aku terlajur naik pitam.) “Kau boleh menembak aku sebagai mata-mata, tetapi mengperolok-olok gadis satu ini kularang. Kularang! (Mangunwijaya, 2010: hlm 83).
Percakapan
Setadewa
dengan
Verburggen
terlihat
memuncak
karena
Verburggen menghina wanita yang dicintai Setadewa yaitu Larasati. Perkataan Verburggen membuat Setadewa naik pitam. Dilihat dari kualitas mental tokoh, Setadewa termasuk orang yang mudah emosional.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
105
4.5 Analisis Psikologis Tokoh Setadewa Analisis psikologis tokoh Setadewa akan dikaitkan dengan latar, alur, dan teori Abraham Maslow untuk mengetahui konflik batin yang dialami tokoh semasa hidupnya. 4.5.1 Analisis konflik batin terkait dengan latar a.
Latar tempat Psikologis Setadewa ditinjau dari latar tempat semasa kecilnya di dalem.
Konflik batin yang dialami Setadewa ketika berada di dalem yaitu tidak mendapatkan kebebasan seperti anak-anak di luar keraton. Setadewa tidak suka dengan kehidupan di keraton dan akhirnya Setadewa memberontak karena dia merasa kehidupan di keraton terlalu banyak aturan-aturan. Selanjutnya di masa remaja Setadewa ketika bertugas di Tanah Abang, dia mengalami konflik batin yaitu Setadewa marasa kecewa dengan Atik, karena Atik berpihak kepada Republik sedangkan Setadewa berpihak kepada KNIL. Setadewa menganggap Atik sebagai musuh. Ketika Setadewa beranjak dewasa, dia mengunjungi Istana Soekarno bersama Atik dan suaminya. Setadewa teringat akan masa lalunya yang membuat dirinya sedih.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
b.
106
Latar waktu Semasa kecil Setadewa, sekitar tahun 1944 ayahnya ditangkap oleh Jepang dan
ibunya dijadikan gundik Jepang. Hal ini menyebabkan Setadewa benci dengan Jepang. Melalui peristiwa ini menyebabkan Setadewa mengalami konflik batin. Konflik batin yang dialami Setadewa yaitu dia merasa sedih dan dendam dengan Jepang. Kebencian Setadewa pun semakin menjadi ketika dia beranjak remaja di tahun 1945, wanita yang Setadewa sayangi, yaitu Atik berpihak kepada Republik yang berarti bagi Setadewa dianggap musuh karena Setadewa berpihak kepada KNIL. Ketika Setadewa berhasil menguasai Jogja, dia merasa dirinya kehilangan Atik. Di sini lah Setadewa mengalami konflik batin dengan dirinya, Setadewa merasa bimbang. Setelah Setadewa beranjak dewasa tahun 1968—1978, Setadewa melakukan pengakuan terhadap Atik dan suaminya Janakatamsi atas kecurangan yang terjadi di perusahaannya. Setadewa mengalami konflik batin atas pengakuan yang dia lakukan, karena ketika Setadewa melakukan pengakuan dia akan kehilangan pekerjaan dan Setadewa malu atas sikapnya selama ini. c.
Latar sosial Dilihat dari kehidupan sosial masyarakat pada tahun 1934—1944 yaitu
masyakarat dengan kelas sosial atas dan bawah. Ditahun itu, keluarga Setadewa termasuk keluarga dengan kelas sosial atas karena ayahnya letnan dengan keturunan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
107
keraton dan ibunya keturunan noni belanda. Ketika itu Setadewa belum mengalami konflik batin. Setadewa mengalami konflik batin setelah ayahnya ditangkap oleh Jepang dan ibunya di jadikan gundik Jepang, Tahun 1945—1950, Setadewa bekerja keras untuk memenuhi hidupnya. Setadewa masuk menjadi anggota KNIL dan banyak terjadi kerusuhan yang menyebabkan konflik batin. Selanjutnya ditahun 1968—1978 kehidupan sosial yang terjadi yaitu masyarakat modern dan masyarakat yang melarat. Konflik batin yang dialami Setadewa ketika itu harus mampu menerima kenyataan yang ada bahwa Atik sudah bersuami dan memiliki tiga anak. Meskipun begitu Setadewa masih sayang dengan Atik, dia tidak mampu menghilangkan rasa sayangnya terhadap Atik. 4.5.2 Analisis konflik batin terkait dengan alur Setadewa sebagai tokoh utama dalam novel ini memiliki konflik batin yang dialami semasa dihidupnya. Konflik batik yang dia alami oleh Setadewa disebabkan dari banyak faktor. Keterkaitan konflik batin dengan alur akan dijelaskan sebagai berikut; a.
Alur bagian rangsangan Setadewa mengalami kecemasan pada bagian alur rangsangan, ini menjadi awal
mula Setadewa mengalami konflik batik karena KNIL kalah, Jepang datang. Latar sosial yang terjadi saat itu menyebabkan banyak kerusuhan. Salah satu yang menjadi korban kerusuhan itu keluarga Brajabasuki ayah Setadewa yang tertangkap dan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
108
ibunya dijadikan gundik Jepang. Hal inilah yang menyebabkan Setadewa merasa kecemas dan takut ketika hal itu terjadi. b.
Alur bagian gawatan Ketika orang tua Setadewa menjadi korban kersuhan itu, Setadewa merasa
benci dengan perlakuan Jepang. Akhirnya dia memutuskan untuk menjadi anggota KNIL. Keputusan Setadewa menjadi anggota KNIL untuk membalas dendam terhadap Jepang. Cerita ini terletak pada bagian alur gawatan dan berlatar sosial masih terjadinya kerusuhan di tahun 1945—1950. c.
Alur bagian tikaian Setelah Setadewa masuk menjadi anggota KNIL, dan dua bulan masuk KNIL
Setadewa dipercaya untuk menjadi letnan. Ketika Setadewa bertugas, dia bertemu dengan tentara Inggris yang membuat Setadewa marah karena dirinya merasa direndahkan. Hal ini terjadi pada bagian alur tikaian dan berlatar situasi kerusuhan. d.
Alur bagian rumitan Ditahun 1945—1950 banyak terjadi kerusuhan. Di tahun ini pula Setadewa
mendapat kabar bahwa ibunya masuk rumah sakit jiwa. Setadewa merasa terpukul dengan kejadian yang dialami oleh ayah dan ibunya, sehingga menyebabkan Setadewa sedih dan kecewa dengan dirinya tidak mampu menjadi kebangganan kedua orang tuanya.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
e.
109
Alur bagian klimaks Psikologi tokoh pada bagian klimaks ini menceritakan pergulatan batin
Setadewa terhadap Atik. Klimaks dalam novel ini terletak pada bab 21 yang menceritakan Setadewa, Atik dan Janakatamsi berkunjung ke Gedung Negara. Di sini Setadewa
melakukan
pengakuan
akan
kecurangan
yang
dilakukan
oleh
perusahaannya. Konflik batin yang di alami Setadewa yaitu rasa takut akan kejujurannya membuat Atik membencinya. Pada bagian ini Setadewa memiliki keberanian untuk membongkar perkara yang sedang terjadi. f.
Alur bagian leraian Bagian ini menceritakan psikologi tokoh yang sudah mampu menerima
kenyataan yang ada. Setelah Setadewa melakukan pengakuaan hal terburuk yang ia takutkan akhirnya terjadi juga. Setadewa dipecat, tetapi ketika itu Setadewa sudah mampu menerima kenyataan yang akan terjadi. g.
Alur bagian selesaian Bagian akhir dari novel ini menceritakan psikologis Setadewa yang sudah
mampu menerima kenyataan yang ada. Akhirnya Setadewa menganggap Atik sebagai adik angkatnya. Di akhir cerita, Atik dan suaminya meninggal karena kecelakaan pesawat yang merenggut nyawanya. Ketika peristiwa itu terjadi, Setadewa merasa dirinya sudah tau apa yang akan terjadi dengan Atik dan suaminya. Setadewa tidak merasa sedih, akhirnya dia merawat ketiga anak Atik bersama Bu Antana.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
110
Berdasarkan uraian alur di atas tampak bahwa konflik batin yang di alami oleh Setadewa mulai terjadi pada bagian rangsangan (6) bab 3 Buah Gugur. Menceritakan kedua orang tua Setadewa ditangkap oleh Jepang. Sejak saat itulah Setadewa benci dengan Jepang. Kebenciannya terhadap Jepang semakin bertambah saat mengetahui ibu kandungnya masuk Rumah Penyakit Saraf Kramat (20). Konflik batin Setadewa pun semakin lengkap saat ia mengetahui wanita yang dia sayangi yaitu Atik, berpihak ke Republik (10). Pada bagian ini terjadi konflik batin yang mendalam. Satu sisi Setadewa mencintai Atik, tetapi disisi lain Atik berpihak kepada Republik, dan Setadewa sangat tidak suka dengan Republik. Namun pada akhirnya Setadewa pun kalah dengan pilihannya menjadi anggota KNIL untuk membalas dendam atas perlakukan Jepang terhadap kedua orang tuanya. Setelah kekalahan KNIL, Setadewa melanjutkan studinya dan akhirnya dia menjadi menejer produksi Pacific Oil Wells Company. Setelah menjadi orang sukses, Setadewa bertemu dengan Atik. Tetapi ketika bertemu dengan Atik, ternyata Atik sudah memiliki suami bernama Janakatamsi. Di sini terjadi konflik batin Setadewa yang sangat benci dengan suaminya Atik. Meskipun Atik sudah bersuami, Setadewa masih sangat mencintainya. Akhirnya rasa sayang Setadewa pun dipupus menjadi rasa sayang seorang kakak dan adik.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
4.6
111
Analisis konflik batin menggunakan teori Abraham Maslow Analisis psikologis Setadewa ini menggunakan teori Abraham Maslow.
Menurutnya, teori kepribadian dibuat berdasarkan beberapa asumsi dasar mengenai motivasi. Pertama, Maslow (1970) mengadopsi sebuah pendekatan menyeluruh pada motivasi (holistic approach to motivation), yaitu keseluruhan dari seseorang, bukan hanya satu bagian atau fungsi, termotivasi. Kedua, motivasi biasanya kompleks atau terdiri beberapa hal (motivation is usually complex), berarti bahwa tingkah laku seseorang dapat muncul dari beberapa motivasi yang terpisah. Asumsi ketiga adalah bahwa orang-orang berulang kali termotivasi oleh kebutuhan-kebutuhan (people are continually motivated by one need or another), yaitu ketika sebuah kebutuhan terpenuhi, biasanya kebutuhan tersebut kekuatan untuk memotivasinya dan digantikan oleh kebutuhan lain. Asumsi lainnya adalah bahwa semua orang di manapun termotivasi oleh kebutuhan dasar yang sama (all people everywhere are motivated by the same basic needs). Asumsi terakhir mengenai motivasi adalah kebutuhan-kebutuhan dapat dibentuk menjadi sebuah hirarkie (needs can be arranged on a hierarchy) (Maslow 1943, 1970 dalam Feist:330—331). Maslow (1970) mengungkapkan kebutuhankebutuhan dasar manusia digolongkan menjadi lima tingkatan, yaitu kebutuhan: fisiologis, rasa aman, cinta dan memiliki, harga diri ,dan aktualisasi diri. Berikut uraian dan analisisnya.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
112
4.6.1 Kebutuhan Fisiologis Kebutuhan paling mendasar dari setiap manusia adalah kebutuhan fisiologis, termasuk di dalamnya adalah makanan, air, oksigen, mempertahankan suhu tubuh. Kebutuhan psikologis adalah kebutuhan yang mempunyai kekuatan/pengaruh paling besar dari semua kebutuhan. Orang-orang yang terus-menerus merasa lapar akan termotivasi untuk makan—tidak termotivasi untuk mencari teman atau memperoleh harga diri. Mereka tidak melihat lebih jauh dari makanan, dan selama kebutuhan ini tidak terpenuhi, maka motivasi utama mereka adalah untuk mendapatkan sesuatu untuk dimakan. Kebutuhan fisiologis berbeda dengan kebutuhan-kebutuhan lainnya setidaknya dalam dua hal penting. Pertama, kebutuhan fisiologis adalah satu-satunya kebutuhan yang dapat terpenuhi atau bahkan selalu terpenuhi. Karakteristik berbeda yang kedua dari kebutuhan fisiologis adalah kemampuannya untuk muncul kembali (recurring nature). Begitu juga tokoh Setadewa dalam novel Burung-burung Manyar, memiliki kebutuhan fisiologis. Berikut kebutuhan fisiologi Setadewa. Kebutuhan fisiologis yang tidak terpenuhi Kebutuhan fisiologis Setadewa mulai tidak terpenuhi pada alur bagian rangsangan. Di sini kekalahan KNIL berdampak pada tidak terpenuhinya kebutuhan fisiologis Setadewa. Berikut kutipannya: (108) … Tetapi di luar kuliah aku jadi “anak kolong” lagi, mencatut sini, mencatut sana, mencari nafkah untuk Mami (Mangunwijaya, 2010: hlm 40).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
113
(109) Kami lalu tinggal di suatu rumah kecil di belakang tangsi Penggorengan Senen dengan cara hidup sangat hemat, sederhana dari sisa peninggalan tabungan Papi yang masih lumayan (Mangunwijaya, 2010: hlm 40). (110) Sepulang dari mencari tambahan nafkah catutan di Pasar Senen, aku menemukan rumah kosong (Mangunwijaya, 2010: hlm 41).
Sejak Jepang datang ke Indonesia, kehidupan Setadewa pun mulai berubah. Seperti kutipan di atas, kehidupan Setadewa berbeda jauh ketika dia masih kecil. Sekarang dia harus mencari nafkah tambahan untuk mendapatkan makan. Memasuki masa remaja, kebutuhan fisiologis Setadewa mulai tidak terpenuhi. Hal ini disebabkan Jepang datang ke Indonesia. Kedatangan Jepang membawa pengaruh bagi kehidupan keluarga Setadewa karena ayahnya ditangkap oleh Jepang, ibunya dijadikan gundik Jepang. Tetapi ketika ayahnya ditangkap oleh Jepang Setadewa berusaha mencukupi kebutuhan fisioligisnya dengan bekerja mencari tambahan nafkah untuk ibunya dan merekapun hidup berhemat. Dari penjelasan di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa Setadewa memiliki kebutuhan fisiologis yang tidak terpenuhi sehingga mengakibatkan dia harus bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup. Dengan demikian Setadewa menjadi pribadi yang keras. 4.6.2 Kebutuhan Akan Kamanan Kebutuhan rasa aman yang tidak terpenuhi Tidak terpenuhinya kebutuhan akan rasa aman Setadewa juga dialami pada bagian alur rangsangan (Buah Gugur) selanjutnya pada bagian tikaian (Merpati Lepas) yang menceritakan pertikaian ketika Setadewa bertugas di Tanah Abang.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
114
Tidak hanya itu, Setadewa juga mengalami rasa tidak aman ketika bertemu dengan Atik karena Setadewa takut kehilangan Atik, wanita yang dia cintai. Seperti dalam kutipan di bawah ini: Dalam kehidupan, Setadewa pun juga mengalami rasa ketidakamanan. Setadewa merasakan hal ini ketika dia beranjak remaja. Seperti dalam kutipan berikut, (111) … Dengan cemas lekas-lekas kutinggalkan rumahku dan pergi menuju Surakarta. Hanya Mami yang kutemukan di tengah para kerabat. Berlinanglinang aku diciumi dan diciumi (Mangunwijaya, 2010: hlm 36).
Sesampainya di rumah, Setadewa tidak bertemu dengan kedua orang tuanya. Dia menjadi cemas dan akhirnya dia memutuskan untuk segera pergi dari rumahnya karena ada hal yang tidak beres. Setelah Setadewa mengetahui bahwa papinya ditangkap dan maminya dijadikan gundik Jepang, dia akhirnya ikut terlibat menjadi tentara kerajaan di KNIL. Dia ikut menjadi tentara kerajaan ingin membalas dendam atas kekejaman Jepang. Saat ini lah Setadewa harus berhati-hati dalam bersikap. Sewaktu Setadewa bertugas, dia menyalahgunakan kekuasaannya. Setadewa pergi ke daerah Kramat tanpa mendapat surat tugas. Ternyata Setadewa memiliki misi untuk mengunjungi keluarga Bu Antana bertemu dengan Atik. Tetapi sayang, rumah keluarga Bu Antana kosong. Saat pergi ke Kramat, terjadi hujan peluru dan keamanan Setadewa terancap. Akhirnya dia dapat melindungi diri dan kembali ke markas. (112) Tetapi bukan pertama karena tembakan itu aku mengundurkan diri. Soalnya aku tidak mendapat perintah untuk berpatroli di daerah Kramat ini. Kalau ada apaapa nanti, aku dapat dicurigai oleh Mayoor Verburggen. Cilaka lagi oleh dinas intel NEFIS (Mangunwijaya, 2010: hlm 71).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
115
Selain kebutuhan akan rasa aman yang tidak terpenuhi, kebutuhan akan ketergantungan dengan orang lain juga tidak terpenuhi. Sejak kepergian orang tuannya, keluarga Bu Antana lah yang menjadi tempat curahan hati Setadewa. Atik seorang wanita yang sangat ia cintai dan dia tidak dapat hidup tanpa Atik. (113) …Kata pertama yang keluar ialah: “Teto! Teto!” Lalu menangislah Atik. Pada saat itu aku bimbang untuk pertama kali. Pada saat itu aku takut kehilangan seorang lagi. Pada saat itu aku tidak ingin dilahirkan dan malu (Mangunwijaya, 2010: hlm 90). (114) Aku butuh Atikku agar aku hidup terus. Tetapi gadis itu ada di pihak musuhku dan harus kuhitung sebagai musuh (Mangunwijaya, 2010: hlm 91).
Kebutuhan akan rasa aman Setadewa tidak terpenuhi, karena dia membutuhkan Atik wanita yang dia cintai. Tetapi wanita itu berpihak ke Republik yang menjadi musuh Setadewa. Di sini lah terjadi konflik batin tokoh Setadewa. Setadewa merasa kecewa dengan semua ini. Dia sangat menderita dengan keadaan ini (115) Aku. Lelaki KNIL yang sekasar dan sehebat itu dimuka kompiku, aku tidak tahan merasakan penderitaan ditinggal oleh seorang ibu dan seorang adik perempuan (Mangunwijaya, 2010: hlm 92).
Seiring berjalannya waktu, akhirnya KNIL pun kalah. Berikut kutipannya: (116) Tetapi kenapa aku sendiri tidak ke Sala? Takut? Takut menghadapi kenyataan barangkali? Ya, aku takut. Sekarang jelaslah serba benderang, bahwa bila aku jujur, aku harus mengakui, aku takut. Aku takut mendengar tentang keadaan sebenarnya, aku takut memergoki apa yang sesungguhnya terjadi. Aku takut bertemu muka dengan mereka. Dengan keluarga Antana, Atik, Papi dan Mami sudah kuanggap tidak ada. Dimakan oleh api revolusi, begitu istilahnya barangkali. Ya, aku takut bertemu muka dengan Atik sebagai seorang yang kalah. Sebetulnya aku sudah dapat bertanya kepada mereka tetapi aku tidak mau (Mangunwijaya, 2010: hlm 150—151).
Karena kekalahan KNIL, Setadewa menjadi tidak berani bertemu dengan Bu Antana, Atik,dan kedua orang tuanya.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
116
(117) … Aku bukan undangan, karena sampai sekarang aku belum pernah (berani) berhubungan lagi dengan Atik, alias Nyonya Larasati Janakatamsi, isteri Dekan Fakultas Geologi salah satu universitas swasta di Jakarta dan Kepala Laboraturium Maritim Angkatan Laut. …………………………………………………………………………… Dari pemimpin protoklo kemarin aku mendapat kepastian, bahwa untuk upacara itu aku boleh-boleh saja berbaju batik, sebab itu sudah dianggap pakaian resmi dan rapi. Bagus, inilah satu-satunya yang kuinginkan, berpakaian tidak kaku, kalau aku berjumpa dengan Atik nanti (Mangunwijaya, 2010: hlm 244). (118) “Dik Jana dulu di tahun-tahun antara 45—49 di mana?” (aku tidak berani menyebutkan istilah clash atau aksi polisionil. Netral saja: tahun-tahun antara ini dan itu. rasa minderku belum hilang). “Aku di Palang Merah.” (Ah pantas saja). “Palang Merah?” “Ya, kepada Mas Teto aku jujur berterus-terang. Aku tak suka berjuang dengan senjata. Entah, barangkali karena kami bertradisi dokter.” (Ini lagi) (Mangunwijaya, 2010: hlm 280).
Seiring berjalananya waktu, kebutuhan akan keamanan tidak terpenuhi saat Setadewa beranjak remaja karena ke datangan Jepang membuat semuanya berubah. Ayah Setadewa ditangkap oleh Jepang, ibunya dijadikan gundik Jepang. Pada saat itu banyak terjadi kerusuhan dan Setadewa memutuskan untuk ikut bergabung menjadi anggota KNIL. Saat itulah kebutuhan akan keamanan tidak terpenuhi. Kebutuhan akan keamanan melalui penjelasan di atas maka dapat disimpulkan Setadewa mengalami konflik batin yang sangat mendalam, rasa cemas, kecewa, sedih dan malu dengan keadaan yang ada. 4.6.3 Kebutuhan Cinta dan Memiliki Setelah orang memenuhi kebutuhan fisiologis dan keamanan, mereka menjadi termotivasi oleh kebutuhan akan cinta dan keberadaan (love and belongingness needs), seperti keinginan untuk berteman; keinginan untuk mempunyai pasangan dan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
117
anak; kebutuhan untuk menjadi bagian dari sebuah keluarga, sebuah perkumpulan, lingkungan masyarakat, atau negara. Cinta dan keberadaan juga mencakup beberapa aspek dari seksualitas dan hubungan dengan manusia lain dan juga kebutuhan untuk memberi dan mendapatkan cinta (Maslow dalam Jess, Feist, Gregory J Feist, 2010:334) Kebutuhan cinta dan memiliki yang tidak terpenuhi Kebutuhanakan cinta dan memiliki yang tidak terpenuhi oleh Setadewa ketika dia masih anak-anak. Kekalahan KNIL (buah gugur) membuat Setadewa kekurangan akan cinta. Selanjutnya Setadewa juga mengalami tidak terpenuhinya kebutuhan akan cinta ketika dia mengetahui bahwa Atik berpihak kepada Republik (Singa Mengerti). Seperti dalam kutipan berikut: Setadewa pun memiliki kebutuhan cinta yang tidak terpenuhi. Seperti dalam kutipan berikut. Sejak papinya ditangkap dan maminya dijadikan gundik Jepang, keluarga Bu Antana sahabat kedua orang tua Setadewa yang menjadi orang tua angkatnya. Jadi, setelah kedatangan Jepang, Setadewa kurang mendapatkan cinta dari keluarganya. Saat dia lulus dari sekolah, keluarga Bu Antana ingin merayakan keberhasilan Atik anaknya dan Setadewa, tetapi Bu Antana dan Atik bingung bagaimana cara mengajak Setadewa agar mau merayakan kelulusannya bersama Atik. (119) Tiba-tiba, entah dari mana bisikan ilham, Bu Antana mengajukan usul: “Kau harus merayakan lulusmu dengan Teto.” (Mangunwijaya, 2010: hlm 47).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
118
(120) Tetapi bukankah itu suatu permainan yang berbahaya? Teto sekarang sudah bukan yang dulu, sejak malapetaka mengenai dirinya, ibu dan ayahnya. Duh Gusti lakon sering kejam. Sungguh sangat beruntung keluarga Antana masih utuh dan tidak mengalami kekejian nasib yang menimpa keluarga Kapten Brajabasuki (Mangunwijaya, 2010: hlm 47).
Sejak malapetaka menimpa keluarga Setadewa, dia akhirnya harus tinggal sendiri dan kurang mendapatkan kasih sayang. Akhirnya Setadewa memutuskan untuk menjadi tentara kerajaan. Setadewa berpihak kepada Belanda dan Atik memihak Republik. Di sini lah terjadi konflik batin Setadewa dengan Atik. Setadewa sangat kecewa dan frustasi dengan keadaan yang sedang terjadi, seperti dalam kutipan berikut: (121) Aku butuh Atikku agar aku hidup terus. Tetapi gadis itu ada di pihak musuhku dan harus kuhitung sebagai musuh (Mangunwijaya, 2010: hlm 91). Setadewa pun merasa menderita dengan keputusan Atik berpihak ke Republik (122) Aku. Lelaki KNIL yang sekasar dan sehebat itu dimuka kompiku, aku tidak tahan merasakan penderitaan ditinggal oleh seorang ibu dan seorang adik peremuan (Mangunwijaya, 2010: hlm 92).
Sebenarnya, Setadewa memendam rasa dengan Atik, tetapi dia tidak sampai hati untuk mengatakan hal itu karena Setadewa menganggap Atik sebagai adik angkatnya. Hingga pada akhirnya cinta mereka tidak dipersatukan. (123)
Sebetulnya motivasi rahasia persoalan komputer semacam itu kurang pada tempatnya, dan aku tak henti-henti menenteramkan hati-nurani, bahwa motivasi pertama bukan masalah kalkulasi komputer, melainkan memang sudah saatnyalah aku berhadapan muka, mata lawan mata dengan kekasihku. Ya, ia sudah kawin dengan orang lain, tetapi dalam hati ia tetap kekasihku (Mangunwijaya, 2010: hlm 244).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
119
Kebutuhan Setadewa akan cinta, dalam arti cinta dengan lawan jenis tidak terpenuhi kerena wanita yang disayangi sudah menikah dengan pria lain. Tetapi dalam hatinya, wanita itu (Atik) masih menjadi kekasihnya. Jadi kesimpulan dari uraian di atas kebutuhan akan cinta dalam kehidupan Setadewa ada yang terpenuhi dan ada yang tidak terpenuhi. Kebutuhan akan cinta, dia dapatkan ketika masa kecil dan masih hidup bersama dengan papi dan maminya. Semua keluarga selalu memberi perhatian kepada Setadewa termasuk keluarga keraton. Tetapi ketika Setadewa beranjak remaja, kebutuhan akan cinta kurang dia dapatkan, karena kekalahan tentara kerajaan KNIL. Belanda kalah, Jepang masuk dan hal ini berdampat pada kehidupan keluarga Setadewa. Papinya ditangkap dan maminya dijadikan gundik Jepang. Setadewa pun hidup seorang diri, berkelanan dan menjadi tentara kerjaan untuk membalas dendam atas perlakuan Jepang kepada orang tuanya. Dilihat dari kebutuhan akan keamanan, Setadewa memiliki konflik batin yang kurang kasih sayang. 4.6.4 Kebutuhan akan Penghargaan Setelah orang-orang memenuhi kebutuhan akan cinta dan keberadaan, mereka bebas untuk mengejar kebutuhan akan penghargaan (esteem needs), yang mencakup penghormatan diri, kepercayaan diri, kemampuan, dan pengetahuan yang orang lain hargai tinggi. Maslow (1970) mengidentifikasi dua tingkatan kebutuhan akan penghargaan—reputasi dan harga diri. Reputasi adalah persepsi akan gengsi,
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
120
pengakuan, atau ketenaran yang dimiliki seseorang, dilihat dari sudut pandang orang lain. Sementara harga diri adalah perasaan pribadi seseorang bahwa dirinya bernilai atau bermanfaat dan percaya diri. Harga diri didasari oleh lebih dari reputasi maupun gengsi. Harga diri menggambarkan sebuah “keinginan untuk memperoleh kekuatan, pencapaian atau keberhasilan, kecukupan, penguasaan dan kemampuan, kepercayaan diri di hadapan dunia, serta kemandirian dan kebebasan”. Dengan kata lain, harga diri didasari oleh kemampuan nyata dan bukan hanya didasari oleh opini orang lain. Kebutuhan penghargaan yang tidak terpenuhi Kebutuhan akan penghargaan yang tidak terpenuhi ketika Setadewa sedang bertugas. Terletak pada bagian (Merpati Lepas) alur tikaian. Di bagian ini Setadewa merasa dirinya direndahkan dan tidak di hargai. Seperti penjelasan di atas, kebutuhan penghargaan dibagi menjadi dua, yaitu kebutuhan akan penghargaan (reputasi) yang mencakup persepsi akan gengsi, pengakuan atau ketenaran yang dimiliki seseorang, dilihat dari sudut pandang orang lain, dan penghargaan dari dalam atau harga diri. Harga diri didasari oleh lebih dari reputasi maupun gengsi. Dalam kehidupan Setadewa, dia mengalami tidak terpenuhinya penghargaan (reputasi). Semasa remajanya, Setadewa bergabung dengan tentara kerajaan menjadi anggota KNIL. Baru dua bulan bergabung dengan anggota KNIL, Setadewa diangkat menjadi letnan dengan atasannya yaitu Verburggen mantan pacar Marice ibu Setadewa. Suatu bertugas, Setadewa merasa tidak dihargai karena hanya sebagai tentara KNIL, berikut kutipannya:
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
121
(124) Dia letnan aku letnan. Hanya dia lebih tua dan punya bendera Inggris sebagai beking dan aku Cuma KNIL. “Tentara Kerajaan itu KL, tentara Belanda,” masihku dengar Verburggen, “KNIL Cuma segerombolan bandit.” Tetapi justru karena itulah jiwaku terbakar melihat keangkuhan orang Inggris itu. “Urusan Hindia Belanda adalah urusan Hindia Belanda!” bentakku sengit. Dan apa jawabnya? Ia tidak menjawab. Inilah yang lebih menghinaku, seolah aku tidak pantas, tidak sederajad, untuk diajak bicara (Mangunwijaya, 2010: hlm 75—76).
Dari uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa Setadewa memiliki kepribadia yang emosional karena dia merasa dirinya tidak di hargai atas perlakuan tentara Inggris yang tidak memberi respon dari pernyataan Setadewa. Selanjutnya, di tahun 1946, Setadewa merasa dirinya hanya dijadikan bulanbulannya yang tidak jelas. (125) Tahun 1946 bagiku serba simpang-siur dan aku sendiri sudah tidak tahu harus berpikir apa. Patroli rutin semakin membosankan, karena terus-terang saja, kami orang-orang tentara tidak paham soal diplomasi dan segala kemunafikan kaum diplomat, sehingga merasa dijadikan bulan-bulanan (Mangunwijaya, 2010: hlm 96).
Setadewa merasa dirinya tidak dihargai dan hanya dipermainkan, sehingga membuat dia merasa bosan dengan kegiatan dia yang tidak jelas. Suatu ketika Setadewa bertemua dengan Atik, ketika itu Setadewa tidak bisa menghargai dirinya sendiri, dia malu dengan Atik. (126) Goblog,tolol, seharusnya aku mendengarkan dia. Tetapi untuk itu ternyata aku terlalu egois. Dan aku meloncat. Aku penasaran, Thompsonku kulemparkan pada tembok. Pistolku kulemparkan pada pintu dan aku lari. Dengan alasan apa aku tidak tahu jelas (Mangunwijaya, 2010: hlm 93).
Ketika Setadewa berhasil menduduki Yogya, dia tidak merasa senang, tetapi Setadewa diselimuti perasaan bimbang.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
122
(127) … Pasukanku menang, Kapitein Seta jaya. Tetapi kehilangan Larasati. Barangkali … barangkali toh aku salah pilih (Mangunwijaya, 2010: hlm 127).
Di sini lah Setadewa belum bisa menerima dirinya dan kenyataan yang ada, sehingga membuat dia merasa bimbang dan dia merasa salah memilih. 4.6.5 Kebutuhan Aktualisasi Diri Ketika kebutuhan di level rendah terpenuhi, orang secara otomatis beranjak ke level berikutnya. Akan tetapi, setelah kebutuhan akan penghargaan terpenuhi, orang tidak selalu bergerak menuju level aktualisasi diri. Kebutuhan akan aktualisasi diri merupakan kebutuhan manusia yang paling penting dalam teori Maslow tentang motivasi pada manusia. Kebutuhan akan aktualisasi diri mencakup pemenuhan diri, sadar akan potensi diri, dan keinginan untuk menjadi sekreatif mungkin. Kebutuhan aktualisasi diri yang tidak terpenuhi Kebutuhan akan aktualisasi diri dapat dilihat pada bagian alur rumitan (Singa Mengerti) yang menggambarkan betapa sedih Setadewa atas permasalahan yang dialami dalam hidupnya. Seperti dalam kutipan berikut: Tidak terpenuhinya kebutuhan aktualisasi diri juga mengarah pada penyakit atau patologi, atau lebih tepatnya metapatologi. Maslow mendefinisikan metapatologi sebagai ketiadaan nilai-nilai, ketiadaan pencapaian/keberhasilan, dan hilangnya arti hidup. Kehidupan Setadewa juga ada kebutuhan-kebutuhan yang tidak terpenuhi sehingga menyebabkan konflik batin. Orang yang mengaktualisasi diri dapat
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
123
menerima diri mereka sendiri apa adanya. Mereka tidak bersifat defensif, berpurapura, dan tidak mempunyai perasaan bersalah yang menghancurkan diri, mempunyai selera yang baik terhadap makanan, tidur, dan seks, tidak terlalu mengkritik kekurangannya sendiri, dan tidak terbeban oleh kecemasan atau rasa malu yang berlebihan. Tetapi Setadewa belum bisa menerima dirinya sendiri karena ditumbuhi rasa takut, cemas, dan kahwatir akan keberadaannya. Suatu ketika Setadewa bertemu dengan Atik setelah dia masuk menjadi anggota KNIL. (128) …Kata pertama yang keluar ialah: “Teto! Teto!” Lalu menangislah Atik. Pada saat itu aku bimbang untuk pertama kali. Pada saat itu aku takut kehilangan seorang lagi. Pada saat itu aku tidak ingin dilahirkan dan malu (Mangunwijaya, 2010: hlm 90). (129) Jiwaku serba panic ditatap dua manik mata hitam itu yang mengancam. Kelak aku baru sadar, bahwa Atik tidak pernah mengancam. Tak sewatak dengan gadis seriang itu mengancam seorang sahabat. Tetapi memang aku merasa terancam. Aku panic takut kehilangan Atik. Dan aku minta ampun. Kurebahkan mukaku di dalam pangkuannya dan aku berteriak: “Bunuh saja aku!” Gila, tentulah gila omong kosong seperti itu (Mangunwijaya, 2010: hlm 91).
Setadewa belum bisa menerima dirinya dengan kenyataan yang ada. Karena konflik yang dialamai menyebabkan tekan batin dan membuat Setadewa frustasi. Setadewa ingin supaya Atik membunuhnya. Orang-orang yang mengaktualisasikan diri dapat mempertahankan harga diri mereka bahkan ketika dimaki, ditolak, dan diremehkan oleh orang lain. Dengan kata lain orang-orang yang mengaktualisasikan diri tidak bergantung pada pemenuhan kebutuhan cinta maupun kebutuhan akan penghargaan. Mereka menjadi mandiri sejak kebutuhan level rendah yang memberi mereka kehidupan.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
124
Namun lain halnya Setadewa, dia masih membutuhkan cinta dari Atik wanita yang dia cintai sejak dulu. Setadewa tidak dapat hidup tanpa Atik. Berikut kutipannya;
(130) Aku butuh Atikku agar aku hidup terus. Tetapi gadis itu ada di pihak musuhku dan harus kuhitung sebagai musuh (Mangunwijaya, 2010: hlm 91). (131) Aku. Lelaki KNIL yang sekasar dan sehebat itu dimuka kompiku, aku tidak tahan merasakan penderitaan ditinggal oleh seorang ibu dan seorang adik peremuan (Mangunwijaya, 2010: hlm 92).
Setadewa sangat mencintai Atik dan ibunya, tetapi gadis yang ia cintai berpihak ke Republik dan ini sangat bertentangn dengan Setadewa dan Setadewa ditinggal ibuny. Selain itu, Setadewa jga membutuhkan penghargaan diri. Setadewa merasa dirinya dihina ketika bertemu dengan tentara Inggris. (132) Dia letnan aku letnan. Hanya dia lebih tua dan punya bendera Inggris sebagai beking dan aku Cuma KNIL. “Tentara Kerajaan itu KL, tentara Belanda,” masihku dengar Verburggen, “KNIL Cuma segerombolan bandit.” Tetapi justru karena itulah jiwaku terbakar melihat keangkuhan orang Inggris itu. “Urusan Hindia Belanda adalah urusan Hindia Belanda!” bentakku sengit. Dan apa jawabnya? Ia tidak menjawab. Inilah yang lebih menghinaku, seolah aku tidak pantas, tidak sederajad, untuk diajak bicara (Mangunwijaya, 2010: hlm 75—76). (133) Tahun 1946 bagiku serba simpang-siur dan aku sendiri sudah tidak tahu harus berpikir apa. Patroli rutin semakin membosankan, karena terus-terang saja, kami orang-orang tentara tidak paham soal diplomasi dan segala kemunafikan kaum diplomat, sehingga merasa dijadikan bulan-bulanan (Mangunwijaya, 2010: hlm 96).
Setadewa juga mempunyai perasaan bersalah yang menghancurkan diri, seperti kutipan berikut (134) Goblog,tolol, seharusnya aku mendengarkan dia. Tetapi untuk itu ternyata aku terlalu egois. Dan aku meloncat. Aku penasaran, Thompsonku kulemparkan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
125
pada tembok. Pistolku kulemparkan pada pintu dan aku lari. Dengan alasan apa aku tidak tahu jelas (Mangunwijaya, 2010: hlm 93).
Dari kutipan di atas, menggambarkan bahwa penghargaan orang lain akan diri Setadewa masih kurang dan Setadewa membutuhan penghargaan itu. setadewa juga masih membutuhan rasa cinta baik dari ibunya dan Atik wanita yang dia cintai. Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa kebutuhan akan aktualisasi diri pada Setadewa tidak terpenuhi karena ciri-ciri orang yang mengaktualisasikan diri tidak terdapat pada diri Setadewa. Selain kebutuhan aktualisasi diri, juga ada kebutuhan-kebutuhan yang belum terpenuhi, seperti kebutuhan fisiologis, kebutuhan akan rasa aman, kebutuhan akan cinta dan kebutuhan akan penghargaan. 4.7 Konflik Batin Akibat Tidak Terpenuhi Kebutuhan-kebutuhan Dasar Berdasarkan kebutuhan-kebutuhan dasar yang tidak terpenuhi dalam hidup Setadewa, maka menyebabkan konflik batin dalam dirinya. Konflik batik dia alami ketika dia mulai beranjak remaja ayahnya ditangkap oleh Jepang dan ibunya dijadikan gundik Jepang. Sejak saat itu kehiduan Setadewa berubah dan mulai terjadi adanya konflik. Konflik batin yang Setadewa alami yaitu itu berupa, rasa takut, tidak percaya diri, emosional, dan frustasi.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
126
4.7.1 Rasa Takut Rasa takut adalah salah satu konflik batin yang dialami oleh Setadewa akibat kebutuhan dasar yang tidak terpenuhi. Setadewa merasa dirinya terancam saat dia pulang dari Semarang, dia tidak bertemu dengan orang tuanya. Ketika itu dia merasa cemas dan dia berpikir ada sesuatu hal yang tidak beres, dapat dilihat pada kutipan (111). Selanjutnya Setadewa juga mengalami rasa tidak aman ketika dia bertugas ke daerah Kramat tanpa surat tugas, dia takut kepergiannya ke Kramat diketahui oleh NEFIS. Setadewa pergi ke Kramat untuk mengunjungi rumah Bu Antana tetapi sesampainya di sana hanya rumah kosong dan sepi karena waktu itu masih terjadi kerusuhan. Selain itu, Setadewa juga mengalami rasa takut akan kehilangan Atik yang dia cintai. Pada kutipan (113), ketika Setadewa bertemu dengan Atik,saat itu juga Setadewa tidak ingin lagi kehilangan seseorang yang dia cintai karena Setadewa sudah kehilangan orang tuanya. Tetapi Atik yang dia cintai lebih berpihak ke Republik dan Setadewa berpihak kepada KNIL. Namun pada akhirnya Setadewa kalah dalam kerusuhan itu. kekalahan KNIL membuat Setadewa malu bertemu dengan Atik dan Setadewa belum siapa menerima kenyataan yang ada, seperti kutipan (116). Tidak terpenuhinya rasa cinta dan memiliki menimbulkan rasa takut dalam diri Setadewa. Seperti kutipan (121 dan 122) menggambarkan tidak terpenuhinya
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
127
kebutuhan akan cinta dan memiliki, Setadewa tidak dapat hidup tanpa Atik wanita yang dia cintai dan ibunya. Sehingga membuat Setadewa takut menjalani hidup tanpa mereka. 4.7.2 Tidak Percaya Diri Kebutuhan dasar yang tidak terpenuhi dalam diri Setadewa juga menyebabkan dirinya tidak percaya diri. Seperti kutipan (116), Setadewa belum siapa menerima kenyataan yang ada, dia malu dengan keluarga Bu Antana,terutama Atik. Kekalahan KNIL membuat dirinya menjadi malu dan tidak percaya diri. Selain itu kutipan (117) juga menceritakan rasa ketidak percayaan diri Setadewa ketika menghadiri uji tesis Atik di hadapan Senat dan tamu undangan. Setadewa mengenakan pakaian batik dengan tujuan tidak kaku ketika bertemu dengan Atik nantinya. Akhirnya Setadewa pun bertemu dengan Atik dan Janakatamsi suami Atik. dengan kondisi serba tidak siap akhirnya Setadewa bertemu dengan Atik. Setelah bertemu dengan Atik, Setadewa berkunjung ke rumah Atik untuk bertemu dengan Bu Antana karena mereka sudah lama tidak berjumpa. Suatu ketika Setadewa bercakap-cakap dengan Janakatamsi. Dalam percakapannya menyingung kerusuhan antara tahun 45—49, Setadewa merasa minder ketika bercakap-cakap dengan Janakatamsi yang berkaitan di tahun itu. Tidak terpenuhi kebutuhan akan cinta juga membuat konflik batin dalam diri Setadewa. Setadewa tidak percaya diri, bahwa dia tidak dapat hidup tanpa Atik dan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
128
ibunya. Setadewa merasa sangat menderita dengan kepergian mereka. Konflik batin di masa remaja Setadewa yang tidak percaya diri terbawa hingga dia beranjak dewasa. Rasa tidak percaya diri ini diakibatkan Setadewa belum bisa menerima kenyataan yang ada. Rasa tidak percaya diri membuat Setadewa tidak mampu berkembang menjadi pribadi yang lebih baik. 4.7.3 Emosional Tidak terpenuhinya kebutuhan dasar, membuat Setadewa emosi dengan apa yang dia alami. Seperti kebutuhan akan penghargaan (124 dan 125). Setadewa merasa tidak dihargai oleh tentara Inggris dan dia merasa dirinya dipermainkan. Kurangnya penghargaan akan tokoh lain membuat Setadewa emosi. Selain itu, Setadewa juga belum mampu menghargai dirinya, seperti kutipan (126 dan 127). Kurangnya penghargaan akan dirinya membuat Setadewa emosional yang menyebabkan dirinya emosional. Setadewa menjadi pribadi yang mudah emosional karena dia belum bisa menerima kenyataan yang ada. Setadewa selalu menyalahkan dirinya sendiri atas apa yang dia lakukan. Seperti kutipan (126 dan 127),Setadewa meyalahkan dirinya sendiri ata sikap yang dia lakukan. 4.7.4 Frustasi Melalui penjelasan mengenai kebutuhan akan rasa aman, rasa memiliki, kebutuhan akan penghargaan, dan kebutuhan aktualisasi diri yang tidak terpenuhi menyebabkan Setadewa mengalami frustasi atas hidupnya. Dengan demikian, rasa
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
129
takut, rasa tidak percaya diri, emosional dan frustasi menyebakan konflik batin dalam diri Setadewa yang belum bisa menerima kenyataan yang ada. Permasalahan hidup Setadewa membuat dirinya tertekan dan diakhir cerita, Setadewa ditinggal Atik menunaikan ibadah naik haji, di situlah perpisahan Setadewa dan Atik. Atik meninggal karena kecelakaan.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB V PEMBELAJARAN SASTRA DI SMA 5.1 Pembelajaran Sastra di SMA Pada haketatnya, pelajaran sastra bukanlah pembelajaran tentang sastra, melainkan proses belajar mengajar yang memberikan kemampuan dan keterampilan mengapresiasikan sastra melalui proses interaksi dan transaksi antar siswa dengan cipta sastra yang dipelajarinya. Oleh sebab itu pembelajaran sastra harus direncanakan untuk melibatkan siswa dalam proses menampilkan kebermaknaan. Siswa tidak boleh hanya dijejali dengan akumulasi informasi tentang makna karya sastra, melaikan diajar untuk memperoleh secara mandiri (Gani, 1988:125). Dalam kaitannya pembelajaran sastra di SMA, siswa tidak hanya dituntut untuk memahami karya sastra, tetapi juga mengapresiasikan karya sastra. Tahapan pembelajaran sastra di SMA memuat empat komponen yaitu, mendengarkan, berbicara, membaca dan menulis (Depsiknas, 2006:232). Komponen mendengarkan meliputi kemampuan mendengar, memahami dan mengapresiasikan ragam karya sastra seperti, cerpen, puisi, drama dan novel. Komponen berbicara meliputi kemampuan membahasa, menaggapi dan mendiskusi ragam karya sastra sesuai isinya. Komponen membaca meliputi kemampuan membaca serta memahami berbagai jenis karya sastra dan dapat mengapresiasikannya. Komponen menulis meliputi kemampuan mengapresiasikan karya sastra ke dalam bentuk tulisan
130
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
131
kesastraan berdasarkan ragam-ragam karya sastra yang dibaca (Depdiknas, 2006: 242). Supaya pembelajaran sastra di sekolah dapat tercapai sesuai target, hendaknya guru mempersiapkan silabus dan RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran). Dalam KTSP, pembelajaran sastra khususnya novel diajarkan untuk: (1) kelas XI semester 1 dengan standar kompetensi membaca yaitu dengan memahai berbagai hikayat, novel Indonesia/terjemahan. Kompetensi dasarnya adalah menganalisis unsur-unsur intrinsik dan ekstrinsik novel Indonesia/terjemahan. (2) kelas XII semester 1 dengan standar kompetensi mendengarkan yaitu dengan memahai pembacaan novel. Kompetensi dasarnya adalah menaggapi pembacaan penggalan novel dari vokal, intonasi,dan penghayatan serta menjelaskan unsur intrinsik dari pembacaan penggalan novel. Penelitian ini, memilih kurikulum kelas XII semester 1 yaitu memahai pembacaan novel. Setelah siswa mendapatkan pengetahuan tentang cara menganalisis unsur-unsur intrinsik dan ekstrinsik novel yang didapat pada saat mereka kelas XI semester 1 maka, untuk kelas XII semester 1 diharapkan siswa dapat memahami pembacaan novel dengan cara menaggapi pembacaan novel dari segi vocal, intonasi, dan intonasi,dan penghayatan serta menjelaskan unsur intrinsik dari pembacaan penggalan novel.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
132
5.1.1 Silabus Silabus merupakan penjabaran dari standar kompetensi dan kompetensi dasar ke dalam materi pokok, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian (Depdiknas, 2006:7). Kegiatan pembelajaran dengan materi pokok novel Burung-burung Manyar, untuk mencapai SK dan KD SMA kelas XII semester 1 yang telah ditentukan yaitu: 1. Membaca penggalan novel Burung-burung Manyar karya YB.Mangunwijaya 2. Mengidentifikasi unsur-unsur penggalan novel yang menari dari penggalan novel Burung-burung Manyar karya YB.Mangunwijaya melalui kegiatan diskusi 3. Menceritakan kembali isi penggalan novel Burung-burung Manyar karya YB.Mangunwijaya di depan kelas dengan memperhatikan segi vocal, intonasi, dan penghayatan secara berkelompok 4. Menanggapi pembacaan penggalan novel Burung-burung Manyar karya YB.Mangunwijaya dari vokal, intonasi dan penghayatan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 133
SILABUS 1 Nama Sekolah
: SMA
Mata Pelajaran
: Bahasa Indonesia
Kelas/Semester
: XII/1
Standar Kompetensi : Mendengarkan : 5. Memahami Pembacaan Novel
Kompetensi
Materi
Kegiatan Pembelajaran
Dasar
Pembelajaran
Indikator
Membaca penggalan Kognitif
Penggalan
Menanggapi
novel Burung-
novel
Burung- 1. Siswa
pembacaan
burung
burung
Manyar
penggalan
Manyar karya
karya
segi
dari YB.
intonasi, dan , penghayatan
pengertian
YB.
dan
Mengidentifikasi unsur-unsur menarik
Bentuk mampu
Memahami
isi
penggalanm
novel
Burung-burung
Mangunwijaya
vokal, Mangunwijaya
Alokasi
Alat/Bahan/Sumber
Waktu
5.1
novel
Penilaian
Manyar karya YB.
yang
Tagihan
mampu
Alat
:Novel,
menit
Viewer, Laptop
Tugas Kelompok Bentuk
Bahan:Lembar Kerja
Instrumen
Mangunwijaya
dari 2. Siswa
2x45
Soal uraian Lembar
Sumber: Mangunwijaya.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 134
vocal,intonasi
penggalan
novel
dan
Burung-burung
unsur-unsur
penghayatan
Manyar karya YB.
menarik
Mangunwijaya
penggalan
melalui
Burung-burung
kegiatan
diskusi
penggalan
pengamatan
2010.
yang
guru
burung Manyar.
dari
siswa
novel
dan
Burung-
Jakarta:Djambat an Mendiknas.
Manyar karya YB.
2009. Pedoman
Mangunwijaya
Umum
isi
melalui
Bahasa
novel
diskusi
Menceritakan kembali
mengidentifikasi
kegiatan
Ejaan
Indonesia Yang
Burung-burung
Disempurnakan
Manyar karya YB. Psikomotor
.Jakarta:
Mangunwijaya
di 1. Siswa
mampu
Departemen
depan kelas dengan
menceritakan kembali
Pendidikan
memperhatikan segi
isi penggalan novel
Nasional.
vocal, intonasi, dan
Burung-burung
penghayatan
Manyar karya YB.
Burhan.
Mangunwijaya
Teori
berkelompok Menanggapi pembacaan
secara
Nurgiyantoro, di
1990.
depan kelas dengan
Pengkajian
memperhatikan
Fiksi.Yogyakart
segi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 135
penggalan
novel
Burung-burung
vocal, intonasi, dan
a: Gajah Mada
penghayatan secara
University Press Pusat
Bahasa.
menanggapi
2007.
Kamus
segi vocal, intonasi
pembacaan penggalan
Besar
Bahasa
dan penghayatan.
novel Burung-burung
Indonesia. Edisi
Manyar karya YB.
Ketiga, Jakarta:
Mangunwijaya
Balai Pustaka.
Manyar karya YB. 2. Siswa Mangunwijaya
dari
mampu
dari
segi vocal, intonasi dan penghayatan. Afektif a. Karakter 1. Siswa
mampu
menanggapi secara kritis
dalam
pembacaan novel 2. Siswa
mampu
memberi kritik dan saran
yang
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 136
mendukung
bagi
pembaca novel
b. Keterampilan sosial 1. Siswa
mampu
menjadi pendengar yang
baik
saat
teman
lain
membacakan penggalan novel 2. Siswa
mampu
menanggapi pembacaan
novel
dengan menggunakan bahasa yang baik dan benar sehingga mudah dipahami
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 137
SILABUS 2
Nama Sekolah
: SMA
Mata Pelajaran
: Bahasa Indonesia
Kelas/Semester
: XII/1
Standar Kompetensi : Memahami pembacaan novel
Kompetensi
Materi
Kegiatan
Dasar
Pembelajaran
Pembelajaran Membaca
Indikator
Penilaian
Bentuk
Unsur-unsur
Menjelaska
intrinsik dari
penggalan
n unsur-
penggalan
novel
membaca penggalan
unsur
novel
Burung-
novel Burung-
intrinsik
Burung-
burung
burung Manyar
dari
burung
Manyar
karya YB.
pembacaan
Manyar
karya
Mangunwijaya
penggalan
karya
YB.
Mangunwija
Alat/bahan/sumber
Waktu
5.2
YB.
Alokasi
Kognitif 1. Siswa mampu
2. Siswa
Tagihan
2x45
Alat
:
Novel,
menit
Viewer, Laptop
Tugas Kelompok
Bahan: Lembar Kerja
Bentuk mampu
Instrumen
Mangunwijaya.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 138
novel
Mangunwijay a
ya Mengidentifi kasi
Soal uraian
mengidentifikasi
unsur-
unsur-unsur intrinsik
penggalan
intrinsik yang
Burung-burung
terdapat
Manyar karya YB.
dalam
Mangunwijaya 3. Siswa
novel
mampu
menganalisis unsur-
Burung-
unsur intrinsik yang
burung
terdapat
dalam
Manyar
penggalan
novel
YB.
Burung-burung Manyar
ya
YB.Mangunwijaya
Menjelaskan
burung
Manyar.
pengamatan guru
Jakarta:Djambatan
4. Siswa menjelaskan
unsur
intrinsik
intrinsik dari
penggalan
Mendiknas. 2009. Pedoman Ejaan
Umum Bahasa
Indonesia
Yang
Disempurnakan. Jakarta: Departemen
Mangunwija
(kelompok)
Lembar
dan siswa
novel
karya
Burung-
yang terdapat dalam
unsur
penggalan
2010.
karya
mampu unsur dari novel
Pendidikan Nasional. Nurgiyantoro, Burhan.
1990.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 139
Teori
penggalan
Burung-burung
novel
Manyar karya YB.
Burung-
Mangunwijaya
burung
5. Siswa
Manyar karya
mampu
melaporkan YB.
analisis
Mangunwija
novel
ya
kelas.
hasil
penggalan di
hasil analisis penggalan novel
depan kelas.
Gajah
Pusat
Bahasa.
2007.
Kamus
Besar
Bahasa
Indonesia.
a. Karakter
Ketiga,
kelompok
ketika
mengerjakan
tugas
bersama
bersikap
Edisi Jakarta:
mampu
bekerja sama dalam
2. Siswa
Mada
University Press
Afektif
1. Siswa di
Fiksi.Yogyakarta:
depan
(kelompok) Melaporkan
Pengkajian
mampu kritis
dalam kelompok
di
Balai Pustaka.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 140
b. Keterampilan sosial 1. Siswa
mampu
terlibat aktif dalam kelompok
saat
mengerjakan tugas 2. Siswa
mampu
menjadi yang
pendengar baik
kelompok
saat lain
persentasi di depan kelas
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
141
5.1.1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Setelah membuat silabus, peneliti membuar RPP untuk kelas XII semseter 1 karena pada kelas tersebut KD yang telah ditentukan oleh kurikulum sesuai dengan novel Burung-burung Manyar karya YB. Mangunwijaya. KD kelas XII semseter 1, yaitu menanggapi novel dari segi vocal, intonasi, dan penghayatan; dan menjelaskan unsur-unsur intrinsik dari pembacaan novel. Oleh karena itu, novel tersebut dapat dijadikan materi dalam menganalisis novel Burung-burung Manyar karya YB. Mangunwijaya. Sebelum materi diberikan kepada siswa, terlebih dahulu siswa diberi tugas untuk membaca novel tersebut di rumah. Kemudia pada pertemuan berikutnya guru hanya memberikan penggalan isi novel Burung-burung Manyar karya YB. Mangunwijaya kepada siswa karena pada sebelumnya karena siswa telah membaca novel tersebut di rumah.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
142
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) 1
Sekolah
: SMA
Mata Pelajaran
: Bahasa Indonesia
Kelas/Semester
: XII/1
Standar Kompetensi : Mendengarkan 5. Memahami Pembacaan Novel Kompetensi Dasar
: 5.1 Menanggapi pembacaan penggalan novel dari segi vokal, intonasi, dan penghayatan
Alokasi waktu
: 4 jam pelajaran (2 kali pertemuan)
A. Indikator
:
Kognitif 1. Siswa mampu memahami isi penggalan novel Burung-burung Manyar karya YB. Mangunwijaya 2. Siswa mampu mengidentifikasi unsur-unsur yang menarik dari penggalan novel Burung-burung Manyar karya YB. Mangunwijaya melalui kegiatan diskusi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
143
Psikomotor 1. Siswa mampu menceritakan kembali isi penggalan novel Burung-burung Manyar karya YB. Mangunwijaya di depan kelas dengan memperhatikan segi vocal, intonasi, dan penghayatan secara 2. Siswa mampu menanggapi pembacaan penggalan novel Burung-burung Manyar karya YB. Mangunwijaya dari segi vocal, intonasi dan penghayatan. Afektif a. Karakter 1.
Siswa mampu menanggapi secara kritis dalam pembacaan novel
2.
Siswa mampu memberi kritik dan saran yang mendukung bagi pembaca novel
b. Keterampilan sosial 1.
Siswa mampu menjadi pendengar yang baik saat teman lain membacakan penggalan novel
2.
Siswa mampu menanggapi pembacaan novel dengan menggunakan bahasa yang baik dan benar sehingga mudah dipahami
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
144
B. Tujuan Pembelajaran Kognitif
1. Siswa dapat memahami isi penggalan novel Burung-burung Manyar karya YB. Mangunwijaya. 2. Siswa dapat Mengidentifikasi unsur-unsur yang menarik dari penggalan novel Burung-burung Manyar karya YB. Mangunwijaya melalui kegiatan diskusi. Psikomotor 1. Siswa dapat Menceritakan kembali isi penggalan novel Burung-burung Manyar karya YB. Mangunwijaya di depan kelas dengan memperhatikan segi vocal, intonasi, dan penghayatan secara. 2. Siswa dapat menanggapi pembacaan penggalan novel Burung-burung Manyar karya YB. Mangunwijaya dari segi vocal, intonasi dan penghayatan. Akfektif a. Karakter 1. Siswa dapat menanggapi secara kritis dalam pembacaan novel 2. Siswa dapat memberi kritik dan saran yang mendukung bagi pembaca novel
b. Keterampilan sosial
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
145
1. Siswa dapat menjadi pendengar yang baik saat teman lain membacakan penggalan novel 2. Siswa dapat menanggapi pembacaan novel dengan menggunakan bahasa yang baik dan benar sehingga mudah dipahami
C. Materi Pembelajaran
Penggalan novel Burung-burung Manyar karya YB. Mangunwijaya (terlampir)
Vocal adalah bunyi yang dihasilkan oleh arus udara dari paru-paru melalui pita suara dan penyempitan pada saluran di atas glotis.
Intonasi adalah lagu kalimat; ketetapan penyajian tinggi rendahnya nada.
Penghayatan adalah pengalaman batin seseorang menangkap maksud suatu ekspresi bahasa.
Konsentrasi adalah pemusatan pikiran pada satu hal.
Artikulasi adalah lafal, pengucapan kata; perubahan rongga dan ruang dalam saluran suara untuk menghasilkan bunyi.
Ekspresi
adalah
pengungkapan
atau
proses
menyatakan
memperlihatkan atau menyatakan maksud, gagasan, perasaan,dsb).
(yaitu
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
146
D. Metode Pembelajaran Tanya jawab, inquri, diskusi, penugasan, ceramah E. Langkah-langkah Pembelajaran
Pertemuan 1 No 1.
Kegiatan Pembelajaran
Alokasi Waktu
Metode
Kegiatan Awal 1.1.Informasi awal tentang materi
Ceramah
yang akan diajarkan 10 menit 1.2.Memberi apresepsi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
147
Kegiatan Inti 2.
Eksplorasi 2.1 Guru meminta siswa untuk menceritakan pernah
novel
dibaca
Tanya jawab
yang (Tahap 10 menit
Orientasi) 2.2 Guru
mengadakan
tanya
jawab tentang hal-hal yang menarik
dari
membaca
pengalaman
novel
(Tahap
Merumuskan Masalah)
Elaborasi 2.3 Guru membagikan penggalan novel Burung-burung Manyar 2.4 Siswa membaca penggalan novel Burung-burung Manyar
Inquiri,
di
diskusi,
dalam
kelompok
(1
kelompok 4 orang) 2.5 Siswa mengidentifikasi unsur- 60 menit
penugasan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
unsur
yang
penggalan
menarik novel
dari
Burung-
burung Manyar di dalam kelompok 2.6 Siswa membaca kembali isi penggalan
novel
Burung-
burung Manyar di dalam kelompok
dengan
memperhatikan segi vocal, intonasi,
dan
penghayatan
secara berkelompok
Konfirmasi 2.7 Guru menyimpulkan materi yang telah diajarkan 2.8 Siswa komentar
diminta tentang
belajar
memberi kegiatan
yang
telah
berlangsung 2.9 Guru
mengajak
merefleksikan
cerita
siswa dari
148
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
novel
dalam
kehidupan
sehari-hari 2.10Guru membuat rangkuman secara
singkat
mengenai
materi yang telah diajarkan
Kegiatan Akhir 3
3.1 Guru menutup pelajar
Ceramah
10 menit
149
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Total Waktu
90 menit
Pertemuan 2 No Kegiatan Pembelajaran
Alokasi waktu
Metode
1.
15 menit
Ceramah
Pendahuluan 1.1 Brainstorming, informasi awal tentang materi dan kegiatan belajar 1.2 Guru me-review kegiatan awal
150
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
2.
Kegiatan inti
60 menit
Eksplorasi :
inquiri,
2.1 Guru
membagikan
penggalan novel Burungburung
Manyar
karya
YB.Mangunwijaya
Elaborasi : 2.2 Siswa
menceritakan
kembali
isi
novel
Burung-burung
penggalan
Manyar di dalam kelas dengan
memperhatikan
segi vocal, intonasi, dan penghayatan
secara
berkelompok 2.3 Siswa
menanggapi
pembacaan novel
Diskusi,
penggalan
Burung-burung
Manyar dari segi vocal,
penugasan
151
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
intonasi
dan
penghayatan.
3.
3.1 Penutup Siswa diminta untuk komentar
memberi tentang
kegiatan belajar yang telah berlangsung 3.2 Siswa merefleksikan
diajak nilai-
nilai serta kecakapan hidup yang bisa dipetik dari pembelajaran yang telah dilaksanakan
F. Bahan/ alat
Bahan
: lembar kerja
Alat
: novel, viewer, leptop
15 menit
152
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
153
G. Sumber Mangunwijaya. 2010. Burung-burung Manyar. Jakarta:Djambatan Mendiknas.
2009.
Pedoman
Umum
Ejaan
Bahasa
Indonesia
Yang
Disempurnakan. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional. Nurgiyantoro, Burhan. 1990. Teori Pengkajian Fiksi.Yogyakarta: Gajah Mada University Press Pusat Bahasa. 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Edisi Ketiga, Jakarta: Balai Pustaka. H. Penilaian Penilaian kognitif = tugas kelompok (terlampir) Penilaian afektif = pengamatan guru (terlampir) Instrumen: Uraian bebas (terlampir) Lembar pengamatan guru (terlampir) Lembar pengamatan siswa (terlampir)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
154
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) 2
Sekolah
: SMA
Mata Pelajaran
: Bahasa Indonesia
Kelas/Semester
: XII/1
Standar Kompetensi
: Mendengarkan 5. Memahami Pembacaan Novel
Kompetensi Dasar
: 5.2 Menjelaskan unsur-unsur intrinsik dari pembacaan penggalan novel
Alokasi Waktu
: 4 jam pelajaran (2 kali pertemuan)
A. Indikator
:
Kognitif 1.
Siswa mampu membaca penggalan novel Burung-burung Manyar karya YB. Mangunwijaya
2.
Siswa mampu mengidentifikasi unsur-unsur intrinsik yang terdapat dalam penggalan novel Burung-burung Manyar karya YB. Mangunwijaya
3.
Siswa mampu menganalisis unsur-unsur intrinsik yang terdapat dalam penggalan novel Burung-burung Manyar karya YB.Mangunwijaya
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
4.
155
Siswa mampu menjelaskan unsur intrinsik dari penggalan novel Burungburung Manyar karya YB. Mangunwijaya
5.
Siswa mampu melaporkan hasil analisis penggalan novel di depan kelas.
Afektif a. Karakter 1. Siswa mampu bekerja sama dalam kelompok ketika mengerjakan tugas bersama 2. Siswa mampu bersikap kritis di dalam kelompok
b. Keterampilan sosial 1. Siswa mampu terlibat aktif dalam kelompok saat mengerjakan tugas 2. Siswa mampu menjadi pendengar yang baik saat kelompok lain persentasi di depan kelas
B. Tujuan Pembelajaran Kognitif 1. Siswa dapat membaca penggalan novel Burung-burung Manyar karya YB. Mangunwijaya 2. Siswa dapat mengidentifikasi unsur-unsur intrinsik yang terdapat dalam penggalan novel Burung-burung Manyar karya YB. Mangunwijaya
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
156
3. Siswa dapat menganalisis unsur-unsur intrinsik yang terdapat dalam penggalan novel Burung-burung Manyar karya YB.Mangunwijaya 4. Siswa dapat menjelaskan unsur intrinsik dari penggalan novel Burung-burung Manyar karya YB. Mangunwijaya 5. Siswa dapat melaporkan hasil analisis penggalan novel di depan kelas. Afektif a. Karakter 1. Siswa dapat bekerja sama dalam kelompok ketika mengerjakan tugas bersama 2. Siswa dapat bersikap kritis di dalam kelompok
b. Keterampilan sosial 1. Siswa dapat terlibat aktif dalam kelompok saat mengerjakan tugas 2. Siswa dapat menjadi pendengar yang baik saat kelompok lain persentasi di depan kelas
C. Materi Pembelajaran Penggalan novel Burung-burung Manyar karya YB. Mangunwijaya Unsur-unsur intrinsik
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
157
Unsur intrinsik adalah unsur-unsur yang membangun karya sastra itu sendiri. Unsur intrinsik sebuah novel adalah unsur-unsur yang (secara langsung) turut serta membangun cerita. Kepaduan antar berbagai unsur intrinsik inilah yang membuat sebuah novel berwujud. Unsur yang dimaksud,yaitu peristiwa, cerita, plot/alur, penokohan, tema, latar, sudut pandang pencerita, bahasa atau gaya bahasa. Macam-macam unsur intrinsik a) Tema Tema menurut Stanton dan Kenny (2010:67 dalam Nurgiyantoro) adalah makna yang dikandung oleh sebuah cerita. Tema adalah gagasan, ide, ataupun pikiran utama di dalam karya sastra yang terungkap atau tidak. Tema tidak sama dengan pokok masalah atau topic. Tema dapat dijabarkan dalam beberapa topic. (Panuti Sudjiman, 1990: 78)
b) Latar Latar atau setting yang disebut juga sebagai landasan tumpuan, menyaran pada pengertian tempat, hubungan waktu, dan lingkungan sosial tempat terjadinya
peristiwa-peristiwa
yang
diceritakan
(Abrams
dalam
Nurgiyantoro, 2010:216). Unsur latar dapat dibedakan ke dalam tiga unsur pokok, yaitu tempat, waktu, dan sosial. Ketiga unsur itu walau masingmasing menawarkan permasalahan yang berbeda dan dapat dibicarakan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
secara
sendiri,
pada
kenyataannya
salaing
berkaitan
dan
158
salaing
mempengaruhi satu dengan yang lainnya. Latar tempat menyaran pada lokasi terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi. Latar waktu berhubungan dengan masalah “kapan” terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi. Sedangkan latar sosial menyaran pada hal-hal yang berhubungan dengan perilaku kehidupan sosial masyarakat di suatu tempat
yang diceritakan dalam karya fiksi
(Nurgiyantoro, 2010:227—233).
c) Alur
Alur adalh jalinan peristiwa di dalam karya sastra y=untuk mencapai efek tertentu. Pautannya dapat diwujudkan oleh hubungan temporal (waktu) dan oleh hubungan kausal (sebab-akibat). Alur adalah rangkaian peristiwa yang direka dan dijalin dengan seksama, yang menggerakkan jalan cerita melalui rumitan kea rah klimkas dan selesaian (Panuti Sudjiman, 1990:4).
d) Penokohan
Penokohan adalah penciptaan citra tokoh di dalam karya sastra. Di dalam kisahan yang efektif, pengarang membentuk tokoh-tokoh fiktif secara
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
159
menyakinkan sehingga pembaca rasanya seolah-olah berhadapan dengan manusia
sebenarnya.
Pembaca
memp[unyai
kecenderungan
alami
mengidentifikasikan diri dengan wirawan dan membeci tokoh durjana, atau bersimpati terhadap seorang tokoh atau suatu kelompok dan berantipati terhadap yang lain. Penokohan menggunkan pelbagai cara: watak tokoh dapat terungkap oleh: tindakannya, ujarannya,pikirannya, penampilan fisiknya, dan apa yang diaktakan tokoh tentang dirinya (Panuti Sudjiman, 1990:61).
e) Sudut Pandang
Sudut pandang, point of view, menyaran pada cara sebuah cerita dikisahkan. Ini merupakan cara atau pandangan yang digunakan pengarang sebagai sarana untuk menyajikan tokoh, tindakan, latar, dan berbagai peristiwa yang membentuk cerita dalam sebuah karya fiksi kepada pembaca (Abrams dalam Nurgiyantoro, 2010:248). Sudut pandang yang digunakan bisa berupa sudut pandang orang pertama, orang ketiga, orang ketiga serba tahu, dan pengarang sebagai pengamat. f) Amanat
Gagasan yang mendasari karya sastra: pesan yang ingin disampaikan pengarang kepada pembaca atau pendengar. Di dalam karya sastra modern
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
160
amanat ini biasanya tersirat; di dalam karya sastra lama pada umunya amanat tersurat.
D. Metode Pembelajaran Tanya jawab, inquri, diskusi, penugasan, ceramah E. Langkah-langkah Pembelajaran Pertemuan 1 No
Kegiatan Pembelajaran
Alokasi Waktu
Metode
1. Kegiatan awal Kegiatan Awal 1. Informasi awal tentang materi yang akan diajarkan 2. Memberi
motivasi
10 menit
Ceramah
perlunya
mengetahui novel 2. Kegiatan Inti Eksplorasi 1. Guru mengadakan tanya jawab tentang novel
unsur-unsur
intrinsik 10 menit
Tanya jawab
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Elaborasi 2. Mengidentifikasi
unsur-unsur
intrinsik yang terdapat dalam penggalan novel Burung-burung Manyar (1kelompok 4 orang) 3. Menjelaskan (tema,
unsur
tokoh,
intrinsik
alur)
dari
penggalan novel Burung-burung Manyar (1 kelompok 4 orang) 4. Melaporkan
hasil
analisis
penggalan novel Burung-burung Manyar di depan kelas.
Konfirmasi 5. Guru menyimpulkan materi yang telah diajarkan 6. Siswa komentar
diminta tentang
memberi kegiatan
belajar yang telah berlangsung 7. Guru
mengajak
siswa
merefleksikan cerita dari novel
60 menit Penugasan, inquiri
161
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
dalam kehidupan sehari-hari 8. Guru
membuat
rangkuman
secara singkat mengenai materi yang telah diajarkan
10 menit Ceramah 3. Kegiatan Akhir 1. Guru menutup pelajaran Total waktu
90 menit
Pertemuan 2 No
Kegiatan Pembelajaran
1.
Kegiatan awal
Alokasi Waktu
Metode
15 menit
Tanya
Kegiatan Awal 1.1
Brainstorming, awal
tentang
informasi materi
dan
kegiatan belajar 1.2
Guru awal
me-review
kegiatan
jawab
162
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
2.
Kegiatan Inti Eksplorasi 2.1 Guru menanyakan hal yang belum jelas mengenai unsur intrinsik dalam novel
Elaborasi 2.2 Guru meminta siswa kembali ke
kelompok
semula
dan
melanjutkan tugas kelompok 2.3 Mengidentifikasi unsur-unsur intrinsik (latar, amanat) yang 60 menit terdapat
dalam
penggalan
novel Burung-burung Manyar (1 kelompok 4 orang) 2.4 Menjelaskan unsur intrinsik dari penggalan novel Burungburung Manyar (1 kelompok 4 orang) 2.5 Melaporkan
hasil
analisis
Penugasan, inquiri
163
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
penggalan
novel
Burung-
burung Manyar di depan kelas.
Konfirmasi 2.6 Guru menyimpulkan materi yang telah diajarkan 2.7 Siswa
diminta
komentar
tentang
memberi kegiatan
belajar yang telah berlangsung 2.8 Guru
mengajak
siswa
merefleksikan cerita dari novel dalam kehidupan sehari-hari 2.9 Guru
membuat
rangkuman
secara singkat mengenai materi yang telah diajarkan
3.
Kegiatan Akhir
15 menit
3.1 Guru menutup pelajaran
Total waktu
90 enit
Ceramah
164
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
165
F. Bahan/ alat Bahan
: lembar kerja
Alat : novel, viewer, leptop
G. Sumber Mangunwijaya. 2010. Burung-burung Manyar. Jakarta:Djambatan Mendiknas.
2009.
Pedoman
Umum
Ejaan
Bahasa
Indonesia
Yang
Disempurnakan. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional. Nurgiyantoro, Burhan. 1990. Teori Pengkajian Fiksi.Yogyakarta: Gajah Mada University Press Pusat Bahasa. 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Edisi Ketiga, Jakarta: Balai Pustaka. H. Penilaian Penilaian kognitif = tugas kelompok (terlampir) Penilaian afektif = pengamatan guru (terlampir) Instrumen: Uraian bebas (terlampir) Lembar pengamatan guru (terlampir) Lembar pengamatan siswa (terlampir)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
166
Lampiran 1 Penggalan novel Burung-burung Manya Bacalah teks di bawah ini dengan saksama!
BURUNG-BURUNG MANYAR
Novel Burung-burung Manyar merupakan karya YB.Mangunwijaya yang banyak diterjemahkan keberbagai bahasa. Novel ini menceritakan tentang seorang anak laki-laki bernama Setadewa atau kerap disapa Leo atau Teto. Novel ini berlatar belakang kehidupan di masa revolusi (penjajahan Belanda dan Jepang).
Cerita
berawal pada Sutadewa (Leo alias Teto), seorang anak kolong yang liar dan tidak suka dengan peraturan-peraturan. Ia dibesarkan di lingkungan keluarga tentara KNIL. Ayahnya seorang kepala garnisun II pada masa KNIL, Belanda berpangkat letnan. Maminya dikenal sebagai wanita indo bernama Marice, seorang wanita yang terkenal cantik.
Setadewa berasal dari keluarga yang cukup terpandang, ayahnya masih keturunan bangsawan keraton, sedangkan ibunya keturunan indo-Belanda. Setadewa adalah anak satu-satunya dari Letnan Barjabasuki dan Marice. Segala kemauan Teto selalu dituruti oleh kedua orang tuanya. Masa kecil Teto benar-benar penuh
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
167
kebahagiaan. Teto sangat bangga pada ayahnya. Dia juga bercita-cita menjadi tentara KNIL Belanda seperti ayahnya. Ia percaya bahwa dengan bergabung dan mengabdi pada KNIL, kehidupannya akan menjadi lebih baik. Ia akan disegani dan dihormati masyarakat.
Antara tahun 1934 hingga 1944 terjadi kerusuhan, Teto mulai membantu papinya, mematai-matai dan mengetahui rahasia Mayor Kanagashe pemimpin tentara Jepang, dengan memasang radio sadapan. Hal ini dapat dilakukan Teto karena Mayor Kanagashe terbuai oleh gundiknya tante Paulin. Segala strategi yang sudah direncanakan berubah. Ayahnya ditangkap oleh Jepang, dan hampir saja dibunuh kalau saja ibunya tidak menyelamatkannya. Komandan tentara Jepang memberi pilihan kepada ibunya: menjadi wanita penghibur komandan Jepang atau nyawa suaminya melayang. Akhirnya Ibu Teto memilih menjadi wanita penghibur. Kehidupan keluarga Setadewa menjadi berantakan. Sejak saat itu Setadewa sangat benci dengan Jepang dan akan membalas dendam atas perlakukan Jepang terhadap kedua orang tuanya. Sejak saat itu Bu Antana sahabat kedua orang tua Setadewa, menangkat Setadewa sebagai anaknya.
Teto ingin mengikuti jejak ayahnya menjadi tentara KNIL ditempa oleh rasa dendam dan marahnya kepada tentara Jepang, dan demi membela papi dan maminya. Leo alias Teto ditangkap oleh anak buah Mayor Verbruggen, Batalyon NICA, ketika ia berjalan di Pasar Baru. Setelah dihadapkan kepada komandan, ia menyerahkan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
168
dokumen dari maminya yang menjadi gundik Jepang. Dokumen itu dikirimkan melalui Ibu Antana. Dari Ibu Antana pula Teto mendapat kabar yang tidak pasti bahwa maminya telah meninggal.
Pada akhir pertemuan itu Mayor Verbruggen mengangkat Leo menjadi letnan karena Leo mengetahui banyak daerah di Jakarta. Ternyata pula papi Leo adalah teman Verbruggen ketika Sekolah di Negeri Belanda. Bahkan maminya, Marice, pernah menjadi kekasih Verbruggen yang tak dapat dilupakannya. Dalam tugas kemiliteran pada saat-saat yang tegang Leo berkunjung ke tempat Atik di Kramat seperti sebelumnya kini telah tumbuh perasaan lain antara Leo (Teto) dengan Atik. Bahkan hati Bu Antana telah mengharapkan agar Teto dapat menjadi menantunya, suami Atik. Tetapi sekarang Teto tidak menjumpai seorang pun. Keluarga itu telah mengungsi. Dari lubang kunci pintu Teto mendapatkan surat Atik. Dari catatan itu Teto mengetahui bahwa Atik telah ambil bagian dalam perjuangan pihak republik, yaitu menjadi sekretaris pemerintah RI. Kini perasaan cinta kasih dan jengkel berpadu dalam dirinya, karena Republik juga merupakan musuh NICA.
Kunjungan Leo ke tempat Atik pejuang republik tercium oleh NEFIS (Netherlands expeditionary Forces Intelligence Service = Intel Belanda) sehingga ia diancam Mayor Verbruggen. Dalam dialognya dengan sang Mayor diterimanya kabar bahwa papinya Kapten Basuki masih hidup. Para Kempetai Jepang itu dilarikan oleh orang-orang Republik, termasuk Kapten Basuki.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
169
Pada hari yang berbeda, ketika Leo datang ke Kramat ke rumah Ibu Antana, Atik terkejut dan pingsan setelah melihat seorang tentara NICA datang mengendap ke rumahnya. Setelah Atik siuman perasaan Leo (Teto) tak menentu oleh cinta dan kesal. Dilemparkannya stengun dan pistolnya serta pulang tancap gas mobil jipnya.
Tahun 1946 terjadi hal yang membingungkan Teto. Kekuasaan Republik dengan kesigapan dan kedisiplinan tentaranya mulai terlihat nyata. Belanda mengingkari perundingan. Serangan mereka mulai membabi buta. Pesawat terbang Belanda mengambil sasaran di tepi sawah. Atik menyaksikan sendiri ayahnya gugur dalam serangan itu. Yogyakarta diduduki Belanda. Banyak kejadian yang meresahkan masyarakat. Banyak orang gadungan yang mencari kesempatan berbuat tidak senonoh. Dalam pergolakan itu Jenderal Spoor mati. Aksi militer Belanda tamat riwayatnya dan hiduplah Republik.
Teto terus berusaha menyusul Verbruggen. Rupanya Verbruggen memang mencari seseorang setelah mendapat berita dari intelijen Belanda. Marice ditemukan di Rumah Sakit Syaraf. Marice telah berubah ingatan karena penderitaan batin yang tak tertahankan. Ucapannya yang selalu berulang ialah Segalanya telah kuberikan kepada mereka, tapi mereka ingkar janji. Betapa hancur perasaan Leo dan Verbruggen. Perasaan Leo hancur karena penderitaan maminya tercinta, sedang perasaan Verbruggen hancur karena Marice tak lain adalah kekasih yang sangat dicintainya, yang menyebabkan ia sampai sekarang tidak menikah.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
170
Penyerahan kedaulatan kepada RI sebagai hasil KMB di Den Haag telah berlangsung. Atik dan ibunya berziarah ke makam ayahnya. Pikiran Atik kacau antara kemenangan Republik dan kekasihnya, Teto, tentara KNIL, yang dikenal sebagai pengkhianat bangsa. Tapi ia tetap memaklumi semua arti dan perasaan Teto terhadapnya. Mengapa Teto seorang KNIL yang justru melemparkan Stengun dan pistol tanpa mengganggunya kendati Teto tahu bahwa ia pejuang Republik.
Berpuluh tahun kemudian setelah kemerdekaan RI Teto berziarah ke makam maminya di Magelang. Kesempatan itu digunakannya pula untuk melihat tempattempat kenangan ketika ia masih kanak-kanak yang menjalani kenangannya rasa bahagia dengan orang tuanya. Ia tinggal di rumah KRT Prajakusuma, seorang kepala desa. Dipaksakannya untuk menyaksikan bekas kekasihnya Nyonya Janakatamsi yang tidak lain adalah Larasati alias Atik mempertahankan disertasi untuk mendapat gelar doktor. Larasati telah menjabat Kepala Direktorat Pelestarian Alam. Ia akan mempertahankan disertasi untuk mendapatkan gelar doktor Biologi. Kini ia telah menjadi istri seorang dekan fakultas kedokteran. Tesis yang akan dipertahankannya berjudul “Jatidiri dan Bahasa Citra dalam Struktur Komunikasi Varietas Burung Ploceus Manyar”. (Ploceus Manyar = Burung-burung Manyar). Semua pertanyaan yang diajukan profesor penguji dapat dijawab Dra. Larasati Yanakatamsi dengan tepat dan jitu. Jawabannya menyangkut kehidupan, kemanusiaan, kemasyarakatan, kecintaan, kasih sayang, komunikasi, dan hubungan generasi.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
171
Teto merasa betul bahwa jawaban Atik dalam sidang senat itu tepat mengenai dirinya selama ini, sekalipun Atik tidak mengetahui bahwa ia turut hadir dalam sidang pengujian itu. Ia sadar akan kekeliruannya selama ini. Ia pulang lebih dahulu sebelum sidang selesai. Kehadiran semua tamu dapat diketahui. Alamat Teto pun diketahui. Janakatamsi bersama istri datang ke rumah KRT Prajakusuma. Mereka ingin berjumpa. dengan Teto. Pertemuan itu sangat mengharukan, karenaTeto dirasakan sebagai kakak dan sekaligus kekasih oleh Nyonya Janakatamsi. Namun Janakatamsi penuh pengertian. Pertemuan itu benar-benar menggembirakan dan mengharukan.
Suami Atik sudah lama mengenal nama Teto dari Atik sendiri. Bahkan perkenalan Janakatamsi dengan Larasati berawal dari pertemuan mereka karena Atik sering diajak ibunya berziarah dan membersihkan roakam Marice, mami Teto. Tetap akhirnya diajak tinggal bersama di rumah keluarga Larasati. Hubungan Teto dengan keluarga Atik terlihat baik. Sesekali masih terbayang pada Ibu Antana mengapa bukan Teto menantunya. Demikian pula Atik tetap mendambakan keperkasaan Teto di samping suami dan ketiga orang anaknya. Kemesraan batinnya dengan Teto tetap mengendap dalam lubuk hatinya. Namun Teto yang telah memiliki kesadaran tetap.berupaya agar batas keduanya tetap terjaga.
Dalam perjalanan menunaikan ibadah haji, musibah menimpa Janakatamsi dan istrinya. Pesawat yang mereka tumpangi menabrak bukit di Colombo. Mereka hanya
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
172
pulang nama. Ketiga anak mereka menjadi yatim piatu. Peristiwa ini akhirnya membuat Teto menjadi ayah ketiga anak Larasati dengan Ibu Antana sebagai nenek mereka
Lampiran 2
Jawablah pertanyaan dibawah ini dengan baik dan benar!
1. Bacalah dengan cermat penggalan novel Burung-burung Manyar karya YB.Mangunwijaya! 2. Sebutkan unsur yang menarik dari penggalan novel Burung-burung Manyar karya YB.Mangunwijaya melalui kegiatan diskusi di dalam kelompok! (1 kelompok 4orang) 3. Ceritakan kembali isi penggalan novel Burung-burung Manyar karya YB.Mangunwijaya di depan kelas dengan memperhatikan vocal, intonasi dan penghayatan! 4. Berikan komentarmu terhadap isi penggalan novel Burung-burung Manyar karya YB.Mangunwijaya dilihat dari vocal, intonasi, dan penghayatan! 5. Laporkan hasil diskusi di depan!
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
173
Lampiran 3
Kunci Jawaban
(Burung-burung Manyar)
1. …… 2. Unsur-unsur yang menarik dari penggalan novel Burung-burung Manyar a. Latar belakang kehidupan di zaman revolusi (Belanda dan Jepang) b. Pergulatan batin yang dialami Setadewa antara keluarga dengan kekasih c. Pengorbanan Marice untuk menyelamatkan Brajabasuki suaminya d. Rasa sayang Setadewa terhadap Atik yang tidak dapat tergantikan e. Kerelaan Setadewa menerima ketiga anak Atik sebagai anak angkatnya setelah Atik dan suaminya meninggal dalam kecelakaan pesawat. 3. …….. 4. ………..
Lampiran 5 Soal Petunjuk: a.
Siswa membuat kelompok beranggotakan 4 orang.
b.
Setiap kelompok menjawab pertanyaan yang telah disediakan di bawah ini.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
174
Pertanyaan : Jawablah Pertanyaan di bawah ini dengan benar! 1.
Siapa saja tokoh yang terlibat dalam penggalan novel Burung-burung Manyar ? (Skor 1)
2.
Jelaskan karakter tokoh utama dalam penggalan novel Burung-burung Manyar dan berikan alasannya! (Skor 2)
3.
Bagaimana alur yang digunakan dalam penggalan novel Burung-burung Manyar ? (Skor 1)
4.
Dimana saja tempat terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam penggalan novel Burung-burung Manyar? (Skor 1)
5.
Kapan saja waktu terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam penggalan novel Burung-burung Manyar ? (Skor 1)
6.
Bagaimana suasana dan kondisi lingkungan dalam penggalan novel Burungburung Manyar ? Ceritakan! (Skor 2)
7.
Bagaimana penggunaan bahasa dalam penggalan novel Burung-burung Manyar? (Skor 1)
8.
Amanat apa yang terkandung dalam penggalan novel Burung-burung Manyar ? (Skor 2)
9.
Bagaimana pandangan hidup pengarang yang dapat anda lihat dari cara pandang tokoh Setadewa saat menghadapi masalah hidupnya? (Skor 2)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
175
10. Jika anda mengalami permasalahan hidup seperti yang dialami tokoh Setadewa atau melihat orang di sekitar anda mengalami hal serupa, apa yang sebaiknya anda perbuat? Ceritakan alasannya ! (Skor 2) Lampiran 6 Kunci Jawaban Burung-burung Manyar 1. Tokoh yang terlihat dalam novel Burung-burung Manyar yaitu Setadewa, Marice, Brajabasuki, Atik, Bu Antana dan suaminya, Mbok Naya, dan Mbok Ranu. 2. Tokoh utama dalam novel ini yaitu Setadewa. Dia memiliki karakter seorang yang juju karena didikan dari kelaurganya; Setadewa memiliki karakter yang setia dengan pilihannya,Setadewa sangat mencintai Atik meskipun Atik sudah memiliki suami; usil, semasa kecilnya Setadewa suka melakukan hal-hal yang membuat Atik kesal, tetapi Setadewa memiliki karakter yang baik dan suka menolong. 3. Alur yang digunakan, novel ini menggunakan alur maju ,eskipun ada beberapa bagian cerita yang menceritakan dimasa lalu tetapi sebagian besar ceritanya beralur maju. 4. Istana Surakarta, Jakarta, Magelang, Jurang Gede, Yogyakarta
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
176
5. Latar waktu dalam novel ini berkisar antara tahun 1934—1944, tahun 1945— 1950, tahun 1968—1978 6. Latar sosial yang terjadi dalam novel ini yaitu kehidupan masyarakat Indonesia di saat zaman penjajahan Jepang dan Belanda 7. Penggunaan bahasa dalam novel ini ada yang menggunakan Bahasa Jawa seperti (dalem,krocuk,Jowu,dll) dan Bahasa Asing (School, Meneer, Romusha,dll) 8. Amanat yang terkandung dalam novel ini yaitu jangan menyamakan masalah pribadi dengan yang lain karena pada akhirnya nanti tidak akan berakgir baik. 9. Pandangan hidup pengarang saat mengalami masalah yaitu dia merasa dirinyalah yang paling benar, dan bersikap emosional ketika mengalami masalah 10. Jika saya atau teman di sekitar saya mengalami masalah tersebut, jangan gegabah dalam mengambil keputusan, harus dipikir secara matang apa yang kita putuskan supaya berakhir baik.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
177
Lampiran 7 Penilaian I (Tugas kelompok): Pedoman penilaian kognitif untuk hasil analisis penggalan novel Burung-burung Manyar Soal 1
2
Kriteria
Skor
Siswa menjawab semua tokoh dengan lengkap.
1
Siswa kurang lengkap menjawab semua tokoh.
1/2
Siswa menjawab perwatakan tokoh utama dengan alasan.
2
Siswa hanya menjawab perwatakan tokoh utama namun tidak 1 dengan alasan 3
Siswa menyebutkan alur novel dengan tepat beserta alasan
1
Siswa tidak menyebutkan alur novel dengan tepat beserta
4
alasannya
1/2
Siswa menyebutkan semua latar tempat novel dengan tepat
1
Siswa menyebutkan latar tempat novel dengan kurang tepat 1/2 atau kurang lengkap 5
Siswa menyebutkan latar waktu cerita dalam novel dengan 1 tepat Siswa menyebutkan latar waktu novel dengan kurang tepat atau 1/2 kurang lengkap
6
Siswa menyebutkan latar sosial dalam novel dengan tepat
2
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
178
Siswa menyebutkan latar sosial novel dengan kurang tepat atau 1 kurang lengkap 7
Siswa menyebutkan penggunaan bahasa dalam novel dengan 1 tepat
8
Siswa menyebutkan
amanat yang terkandung dalam novel 2
dengan tepat Siswa menyebutkan amanat yang terkandung dalam novel 1 dengan kurang tepat atau kurang lengkap 9
Siswa menyebutkan suatu pandangan hidup pengarang yang 2 tercermin dari tokoh Renjani sesuai dengan cerita novel Siswa menyebutkan suatu pandangan hidup pengarang yang 1 tercermin dari tokoh Renjani kurang sesuai dengan cerita novel
10
Siswa memberikan pendapat-pendapat mereka yang relevan 2 dengan permasalahan yang dialami tokoh Keke dan merupakan pendapat yang positif Siswa memberikan pendapat-pendapat mereka yang kurang 1 relevan dengan permasalahan yang dialami tokoh Keke atau merupakan pendapat yang kurang positif Skor Maksimal
15
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
179
Penilaian 2 (Tugas kelompok): Pedoman Kognitif untuk penilaian hasil analisis novel Burung-burung Manyar Skor 5
Skor 3
Menyebutkan tokoh Menyebutkan secara lengkap
Skor 1 tokoh Menyebutkan tokoh kurang
setengah atau lebih dari dari setengah dari jumlah setengah
dari
jumlah keseluruhan tokoh dalam
keseluruhan tokoh dalam novel novel Mampu
Mampu
mengelompokkan
mengelompokkan semua dikelompokkan
semua tokoh sesuai tokoh karakter
tokoh tokoh
dengan
disertai disertai
alasan
Tidak
sesuai namun alasan
semua
tokoh sesuai
karakter karakter tokoh
dan tidak
tidak disertai alasan yang tepat. yang
tepat.
Tema yang dipilih Tema mampu
yang
dipilih Tema yang dipilih tidak
kurang menggambarkan menggambarkan
menggambarkan
isi isi keseluruhan novel
isi
keseluruhan novel
keseluruhan novel Mampu menyebutkan Mampu jenis
alur
menyebutkan Tidak mampu menyebutkan
dalam jenis alur dalam novel jenis
novel dengan tepat dengan tepat namun tidak dengan
alur
dalam
tepat
dan
novel tidak
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
beserta alasan yang menyebutkan sesuai.
alasan menyebutkan alasan dengan
dengan tepat atau tidak tepat menyebutkan
dan
dengan
tidak
sekali.
Mampu menyebutkan Menyebutkan
tepat
atau
alasan menyebutkan alasan sama
sama sekali.
semua latar dengan latar
180
namun
semua Hanya
menyebutkan
sebagian sebagian latar dan
lengkap kurang tepat atau kurang tepat
dan
alasan
kurang yang
disertai lengkap dengan disertai kurang lengkap.
alasan.
alasan.
Mampu menyebutkan Menyebutkan
sudut Tidak menyebutkan sudut
sudut pandang yang pandang yang digunakan pandang digunakan
dalam dalam
novel
yang digunakan
dengan dalam novel dengan tepat
novel dengan tepat kurang tepat atau tanpa dan tanpa disertai alasan. beserta alasan.
disertai alasan.
Mampu menyebutkan Mampu semua bahasa yang semua digunakan novel penjelasannya.
menyebutkan Tidak mampu menyebutkan bahasa
yang semua
bahasa
yang
dalam digunakan dalam novel digunakan dalam novel dan beserta namun
tidak
disertai tidak disertai penjelasannya.
penjelasannya.
Mampu memaparkan Memaparkan kurang dari Memaparkan 1 amanat yang lebih dari 2 amanat 2 amanat yang
relevan relevan dengan isi cerita
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
yang relevan dengan dengan isi cerita novel.
181
novel.
isi cerita novel. Mampu memberikan Mampu
memberikan Tidak mampu memberikan
penjabaran mengenai penjabaran
mengenai penjabaran
permasalahan pokok permasalahan
mengenai
pokok permasalahan pokok dalam
dalam novel secara dalam novel dengan tepat novel dengan tepat dan tidak singkat dan jelas
namun tidak singkat atau secara singkat dan jelas. tidak jelas
Menyebutkan unsur- Menyebutkan unsur
unsur- Menyebutkan
unsur-unsur
ekstrinsik unsur ekstrinsik kurang ekstrinsik kurang lengkap
dengan
lengkap lengkap namun disertai atau tidak disertai alasan.
beserta alasan. Total Nilai Maksimal
alasan yang tepat. 50
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
182
Penilaian 3: Pedoman Penilaian Afektif Siswa di Kelas Aspek Penilaian Antusiasme
Skor 2
/menjadi Siswa
pendengar yang baik
Skor 1
menunjukkan Siswa
kurang
apresiasi pada teman yang menunjukkan membacakan
hasil pada
pekerjaannya
apresiasi
teman
yang
dengan membacakan
hasil
menjadi pendengar yang pekerjaannya. baik Menyumbang ide
Siswa
aktif Siswa
kurang
aktif
menyumbangkan ide saat menyumbangkan
ide
berdiskusi Kerja sama
saat berdiskusi
Siswa menunjukkan kerja Siswa sama saat kerja kelompok
kurang
menunjukkan kerja sama saat kerja kelompok
kritis
Siswa
mampu Siswa
memberikan terhadap telah
kurang
tanggapan memberikan
novel
disediakan
yang terhadap oleh telah
aktif
tanggapan
novel
disediakan
yang oleh
guru dengan alasan yang guru dengan alasan yang sesuai
sesuai
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Bahasa yang digunakan
Siswa
menggunakan Siswa
bahasa yang sopan saat menggunakan
183
kurang bahasa
bertanya kepada guru atau yang sopan saat bertanya siswa lain
kepada guru atau siswa lain
Total nilai Maksimal
10
Nilai maks: P.I+ P.2 +P.3 = 10 8
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI BAB VI PENUTUP Ada tiga hal utama yang akan dikemukakan pada bab enam ini, yaitu; kesimpulan hasil penganalisisan, implementasi, dan saran 6.1 Kesimpulan Novel Burung-burung Manyar karya YB.Mangunwijaya memiliki tokoh utama. Tokoh utama dalam novel ini yaitu Setadewa atau kerap dipanggil Teto atau Leo. Setadewa sebagai tokoh utama memiliki kepribadia yang jujur, setia, pemberani, tidak suka dengan aturan-aturan, keras kepala, sayang dengan kedua orang tuanya. Novel Burng-burung Manyar ini memiliki alur awal, tengah, dan akhir. Alur awal meliputi paparan, rangsangan, dan gawatan. Alur tengah meliputi tikaian, rumitan, dan klimaks. Alur akhir yaitu leraian dan selesaian. Novel Burung-burung Manyar ini berlatar tempat di Magelang, Jakarta, Yogyakarta, dan Surakarta (keraton). Latar waktu dalam novel ini dibagi menjadi tiga bagian, yang pertama tahun 1934—1944 menceritakan masa kecil Setadewa, keluarga Setadewa dan di masa kecil ini Setadewa mulai mengalami konflik batin, selanjutnya tahun 1945—1950 Setadewa memasuki masa remajanya yang dipenuhi dengan berbagai permasalahan hidupnya. Pada bagian kedua ini konflik batin yang dialami Setadewa semakin bertambah setelah dia berpisah dari kedua orang tuanya. Terakhir tahun 1968—1978 memasuki masa dewasa. Di masa dewasanya Setadewa perlahan berusahan menerima keadaan yang sedang dia alami semasa hidupnya. Latar sosial
184
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
185
dalam novel ini dapat dilihat dari kehidupan masyarakatnya. Perbedaan status sosial dalam novel ini sangat terlihat, masyarakat yang berstatus sosial atas dan berstatus sosial bawah. Dalam penelitian ini menggunakan pendekatan psikologi sastra ditinjau dari sisi perspektif kepribadian humanistik Abraham Maslow untuk menganalisis konflik batin yang dialami tokoh Setadewa. Dilihat dari psikologi tokoh Setadewa, dia juga memiliki kebutuhan-kebutuhan dasar seperti kebutuhan fisiologis, kebutuhan akan keamanan, kebutuhan akan cinta, kebutuhan akan penghargaan, dan terakhir kebutuhan aktualisasi diri. Kebutuhan dasar yang tidak terpenuhi menyebabkan Setadewa memiliki rasa takut, tidak percaya diri, emosional, dan frustasi. Dengan demikian novel Burung-burung Manyar dapat digunakan sebagai bahan pembelajaran sastra di SMA karena banyak mengandung pembelajaran hidup dan sejarah Indonesia Zaman penjajahan. Sikap dan kepribadian Setadewa yang kurang baik dapat menjadi pelajaran bagi siswa SMA supaya tidak gegabah dalam mengambil keputusan.
6.2 Implikasi Analisis konflik batin dalam novel Burung-burng Manyar dapat digunakan dalam pembelajaran sastra, seperti; 1. Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk pengajaran apresiasi sastra di SMA, terutamanya analisis karya sastra yang menggunakan pendekatan psikologi sastra. 2. Penelitian ini dapat memperluas wawasan siswa SMA tentang fakta sejarah Indonesia di zaman penjajahan. Setelah mengetahui sejarah Indonesia diharapkan siswa-siswa sebagai generasi muda dapat berkembang lebih baik.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
186
3. Siswa diharapkan mampu menerapkan sikap positif dari tokoh utama yang selalu jujur dan setia dalam kehidupan sehari-hari.
6.3 Saran Berdasarkan hasil kesimpulan dan implikasi di atas, maka peneliti mengajukan saran sebagai berikut: 1. Bagi pembaca novel Burung-Burung Manyar karya Y.B. Mangunwijaya khususnya para siswa SMA hendaknya dapat menerapkan sikap positif yang dimiliki tokoh Setadewa dalam kehidupan sehari-hari. Ajaran hidup dalam novel tersebut dalam dijadikan sebagai cermi dalam menjalani kehidupan. Berusaha tidak melakukan hal negatif dalam diri tokoh. 2. Bagi guru Bahasa dan Sastra Indonesia, novel Burung-Burung Manyar karya Y.B. Mangunwijaya merupakan novel yang baik dijadikan alternatif untuk pengajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di sekolah. Novel ini kaya akan nilai pendidikan dan sejarah, selain itu novel tersebut mudah dipahami dan bersifat menghibur. Pelajaran hidup dalam novel tersebut menjadi amanat yang penting bagi para siswa.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
DAFTAR PUSTAKA BNSP. 2006.Badan Standar Nasional Pendidikan, Panduan Penyususnan KTSP Jenjang PendidikanDasar dan Mengengah. Jakarta: BNSP. Feist, Jess dan Gregory J Feist. 2006. Teori Kepribadian: Theories of Personality. Jakarta: Salemba Humanika. Heerdjan, Soeharto. 1987. Apa Itu Kesalahan Jiwa?. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Kutha Ratna, Nyoman. 2004.
Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Mangunwijaya, Y.B. 2010. Burung-burung Manyar. Jakarta: Djembatan. Minderop, Albertine. 2005. Metode Karakterisasi Telaah Fiksi. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. __________. 2010. Psikologi Sastra Karya Sastra, Metode, Teori, dan Contoh Kasus. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia. Muslich, Mansur. 2007. KTSP: Dasar Pemahaman dan Pengembangan. Jakarta: Bumi Aksara. __________. 2007. KTSP: Dasar Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual. Jakarta: Bumi Aksara. Nurgiyantoro, Burhan. 1995. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gajah Mada University Press. Pusat Bahasa. 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Edisi Ketiga, Jakarta: Balai Pustaka.
187
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
188
Rahmanto, B. 1988. Metode Pengajaran Sastra. Yogyakarta: Kanisius. Sanjaya, Wina.2008. Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi. Bandung: Kencana. Sudjiman, Panuti. 1988. Memahami Cerita Rekaan. Jakarta: Pustaka Jaya. __________. 1990. Kamus Istilah Sastra. Jakarta: Universitas Indonesia.
Sukada, Made. 1987. Pembinaan Kritik Sastra Indonesia Masalah Sistematika Analisis Struktur Fiksi. Bandung: Angkasa. Sumardjo, Jakob. 1984. Memahami Kesusastraan. Bandung: Alumni. Tjahjono, Libertus Tongsoe. 1987. Apresiasi Prosa Fiksi. Flores-NTT: Nusa Indah. Usman, Nurdin. 2002. Konteks Implementasi Berbasis Kurikulum. Yogyakarta: Bidang Pustaka.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Agustina Galuh Prabaningtyas, lahir pada tanggal 17 Agustus 1991di Bandar Jaya, Lampung Tengah. Ia mulai pendidikan Formal di SDN 2 Bandar Sakti 1998. Setelah lulus SD, ia melanjutkan ke SMP N 1 Bandar Sakti pada tahun 2003. Kemudian ia melanjutkan ke SMA Sedes Sapientiae Bedono pada tahun 2006. Pada tahun 2009 ia masuk ke Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Ia mengambil Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni. Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Tercatat sebagai mahasiswa Universitas Sanata Dharma Yogyakarta pada tahun 2009 — sekarang (2013). Skripsinya berjudul Konflik Batin Tokoh Setadewa Dalam Novel Burung-burung Manyar Karya YB.Mangunwijaya dan Implementasinya dalam Pembelajaran sastra di SMA (Suatu Tinjauan Psikologi Sastra)