PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
DO OA BERSA AMA DAL LAM KELU UARGA SE EBAGAI SA ARANA PEM MBINAAN IMAN USIA DINI D DI LINGKU UNGAN ST T PETRUS PARO OKI ST YO OHANES RASUL R KE EDATON BANDAR B LAMPUNG L G, LAMPU UNG
SKRIPSI
Diiajukan untuuk Memenuuhi Salah Saatu Syarat Memperoleh Gelar Saarjana Pendiidikan m Studi Ilm mu Pendidik kan Program Kekhususan n Pendidikaan Agama Katolik K
Oleh : MAR RGARETH HA DESY C CHRISTIK KARATNA A NIM N : 1111124013
PR ROGRAM STUDI ILM MU PENDIDIKAN KEKHU USUSAN PENDIDIKA AN AGAM MA KATOL LIK JURUSA AN ILMU PENDIDIK P KAN FAKULT TAS KEGU URUAN DA AN ILMU PENDIDIK KAN UNIVERS SITAS SAN NATA DHA ARMA YOGTAKA Y ARTA 20166
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
HALAMAN PERSEMBAHAN Skripsi ini kupersembahkan kepada Keluarga, Sahabat, dan Umat katolik di Lingkungan St Petrus Paroki St Yohanes Rasul Kedaton
iv
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
MOTTO Hidup ini berat, penuh perjuangan untuk setiap detik yang kita lalui. Untuk itu kita harus terus bergerak dari setiap detiknya supaya hidup ini lebih seimbang. Syukurilah apa yang telah terjadi, dan hadapilah masa depan dengan penuh kebahagiaan.
v
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
ABSTRAK
Judul skripsi ini adalah “DOA BERSAMA DALAM KELUARGA SEBAGAI SARANA PEMBINAAN IMAN USIA DINI DI LINGKUNGAN ST PETRUS PAROKI ST YOHANES RASUL KEDATON BANDAR LAMPUNG, LAMPUNG”. Judul ini dipilih oleh penulis berdasarkan wawancara kepada keluarga di Lingkungan St. Petrus Paroki St. Yohanes Rasul Kedaton Bandar Lampung, Lampung dan bertitik tolak dari keprihatinan penulis terhadap situasi pelaksanaan doa bersama dalam keluarga Katolik di lingkungan St Petrus Paroki St. Yohanes Rasul Kedaton terhadap perkembangan iman anak. Adanya hambatan yang dirasakan oleh keluarga Katolik bahwa kurang ada waktu untuk saling berdialog dan berdoa bersama karena masing-masing anggota keluarga sibuk dengan aktivitasnya masing-masing. Kegiatan doa bersama merupakan suatu usaha untuk membangun relasi dengan Tuhan maupun dengan sesama. Selain itu juga dalam doa bersama menjalin persatuan dan persekutuan antar anggota keluarga. Doa keluarga merupakan doa yang dilakukan secara bersama-sama yang terdiri dari ayah, ibu dan anak-anak. Sedangkan pembinaan iman usia dini merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak-anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan iman anak. Berdasarkan hasil penelitian di Lingkungan St Petrus Paroki St. Yohanes Rasul Kedaton Bandar Lampung, Lampung orang tua telah memahami dirinya sebagai pendidik iman yang utama dan pertama dalam keluarga. Secara umum, doa bersama dipahami sebagai relasi yang intim antara manusia dan Tuhan. Selain itu juga orang tua telah mengupayakan terlaksananya doa bersama dalam keluarga dengan berusaha membuat jadwal rutin dan menyempatkan diri untuk berdoa bersama. Penulis mengusulkan katekese keluarga untuk membantu orangtua khususnya dalam membina iman anak-anaknya. Katekese keluarga ini disusun dengan kreativitas penulis ke dalam bentuk Share Christian Praxis yaitu katekese yang lebih menekankan proses berkatekese yang bersifat dialog partisipatif bagi keluarga di lingkungan St. Petrus Paroki St. Yohanes Rasul Kedaton.
viii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
ABSTRACT
The title of this thesis is "FAMILY PRAYER AS A MEANS OF EARLY AGE FAITH EDUCATION IN ST PETER NEIGHBORHOOD, ST JOHN PARISH IN KEDATON, BANDAR LAMPUNG, PROVINCE OF LAMPUNG”. This title was chosen based on the interviews with families in the neighborhood of St. Peter Parish of Kedaton Apostle St. John, Bandar Lampung , Lampung and the starting point concerns the situation of the practice of prayer in a Catholic were family in the neighborhood of St. Peter parish of Kedaton Apostle St. John to the development of children faith. The obstacles perceived by the Catholic family that there was less time for mutual dialogue and prayer together became each of the family members is busy with her own activities. Prayer activity is an effort to build a relationship with God and with others. It addition to the prayer also promote the unity and communion between family members. Family prayer is a prayer done together consisting of father, mother and children. The faith formation of early childhood is a development effort aimed at children from birth up to the age of six years accomplished by providing educational stimulant to help the growth and development of the child's faith. Based on the investigation results in the neighborhood of St. Peter Parish of Kedaton Apostle St. John, Bandar Lampung, Lampung, parents have understood themselves as the main and primary faith educators in the family. In general, family prayer was understood as an intimate relationship between man and God. In addition, parents have made an effort to the implement of prayer in the family by attempting to make it a regular schedule and taking the time to pray together. The author proposed family catechesis to help parents, especially in fostering the their children’s faith. Family catechesis was organized by the author’s creativity in the form of Share Christian Praxis namely catechesis that emphasizes a process which is participatory dialogue for the family in the neighboorhood of St. Peter Parish of Kedaton Apostle St. John.
ix
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
KATA PENGANTAR Puji dan syukur kepada Allah karena kasih karunia dan bimbingan-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik. Adapun judul skripsi ini adalah DOA BERSAMA DALAM KELUARGA SEBAGAI SARANA PEMBINAAN IMAN USIA DINI DI LINGKUNGAN ST PETRUS PAROKI ST YOHANES RASUL KEDATON, BANDAR LAMPUNG, LAMPUNG. Diwarnai dengan perasaan putus asa dan bahagia karena berbagai hambatan dan kesulitan yang turut menyertai dalam penulisan skirpsi ini, serta berkat perhatian dan dorongan dari berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung, akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, atas kerja sama yang baik hingga terselesaikannya penulisan skripsi ini, dengan rendah hati penulis menghaturkan terima kasih kepada : 1. Segenap Staf Dosen Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan IPPAK-USD, yang telah mendidik selama berlajar, khususnya dalam menyusun skripsi ini. 2. Dr. C. Putranto, SJ sebagai Dosen Pembimbing Skripsi yang telah membimbing dengan penuh kesabaran dan ketekunan dalam penulisan Skripsi ini.
x
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
3. Drs. FX. Heryatno Wonowulung SJ,. M.Ed., sebagai penguji II yang telah memberikan perhatian, dukungan dan bimbingan dalam penulisan skripsi ini, sekaligus sebagai Dosen Pembimbing Akademik yang selalu memberikan dukungan, semangat, masukan yang membangun selama belajar di IPPAKUSD, serta dalam pergulatan hidup penulis untuk mencari arah hidup. 4. Y. Kristianto, SFK, M.Pd sebagai penguji III yang telah memberi perhatian, dukungan dan bimbingan penelitian selama penulisan skripsi ini. 5. Bapak, ibu, kakak, dan adikku yang telah setia dan penuh cinta mendampingi serta memberikan semangat dalam menyelesaikan studi di IPPAK-USD. 6. Pastor paroki St Yohanes Rasul Kedaton, Romo Yohanes Tendens Tana Pr yang telah memberi ijin dalam penelitian di lingkungan St Petrus dan telah membantu demi kelancaran penulisan skripsi ini, secara langsung maupun tidak langsung. 7. Keluarga-keluarga katolik di lingkungan St Petrus yang telah meluangkan waktu untuk mensharingkan pengalaman imannya melalui kuesioner dan telah membantu penulis dalam penulisan skripsi ini. 8. Bernadeta Wahyu Widhi Hapsary yang telah memberikan banyak pelajaran dalam hidup. 9. Priska Veria Kusuma, Agnes Garlosi K dan Kartika Putri Dinanti yang telah setia mendukung dan memberikan dorongan semangat dalam proses serta kelancaran studi 10. Teman-teman angkatan 2011 yang telah menjadi keluarga penulis dan memberikan semangat penulis.
xi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL .......................................................................................
i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .............................................
ii
HALAMAN PENGESAHAN .........................................................................
iii
HALAMAN PERSEMBAHAN .....................................................................
iv
MOTTO .........................................................................................................
v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA .........................................................
vi
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ...........................................
vii
ABSTRAK ......................................................................................................
viii
ABSTRACT ......................................................................................................
ix
KATA PENGANTAR .....................................................................................
x
DAFTAR ISI ....................................................................................................
xiii
DAFTAR SINGKATAN ................................................................................ xviii BAB I PENDAHULUAN ................................................................................
1
A. Latar Belakang Penulisan ................................................................
1
B. Rumusan Permasalahan ...................................................................
4
C. Tujuan Penulisan .............................................................................
5
D. Manfaat Penulisan ...........................................................................
6
E. Metode Penulisan ............................................................................
6
F. Sistematika Penulisan ......................................................................
7
BAB II. DOA BERSAMA SEBAGAI SARANA PEMBINAAN IMAN USIA DINI .......................................................................................
9
A. Doa....................................................................................................
10
1. Pengertian Doa .............................................................................
10
2. Cara Berdoa ..................................................................................
14
3. Sumber Doa ..................................................................................
15
xiii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
4. Isi Doa ..........................................................................................
16
5. Bentuk Doa ...................................................................................
19
6. Doa bersama .................................................................................
21
B. Keluarga Katolik ..............................................................................
23
1. Pengertian Keluarga Katolik ........................................................
25
2. Keluarga adalah Gereja Rumah Tangga .....................................
26
3. Tugas dan Peranan Keluarga Kristiani .........................................
29
4. Peranan Doa ditinjau dari Dokumen Familiaris Consortio .........
37
C. Pembinaan Iman Usia Dini ..............................................................
39
1. Arti Pembinaan .............................................................................
40
2. Pengertian Iman ..........................................................................
42
3. Pengertian Pembinaan Iman Usia Dini ........................................
44
D. Kebutuhan Rohani Anak .................................................................
45
1. Kedisiplinan .................................................................................
47
2. Pendampingan .............................................................................
48
3. Persahabatan ................................................................................
48
4. Tahapan Perkembangan Iman .....................................................
49
E. Fokus Penelitian ..............................................................................
50
BAB III PENELITIAN TENTANG PERANAN DOA BERSAMA DALAM KELUARGA SEBAGAI SARANA PEMBINAAN IMAN USIA DINI DI LINGKUNGAN ST PETRUS PAROKI ST YOHANES RASUL KEDATON, BANDAR LAMPUNG, LAMPUNG .....................................................................................
52
A. Gambaran Umum Paroki St Yohanes Rasul Kedaton .....................
52
1. Sejarah Berdirinya Paroki St Yohanes Rasul Kedaton ..............
52
2. Letak Geografis Paroki ..............................................................
55
3. Jumlah Umat Paroki St Yohanes Rasul Kedaton ......................
56
4. Perkembangan Umat Katolik di Paroki St Yohanes Rasul Kedaton ......................................................................................
56
B. Metode Penelitian ............................................................................
58
1. Latar Belakang Penelitian ..........................................................
58
2. Permasalahan Penelitian ............................................................
59
xiv
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
3. Tujuan penelitian .......................................................................
60
4. Variabel Penelitian ....................................................................
60
5. Manfaat Penelitian .....................................................................
61
6. Jenis Penelitian ..........................................................................
61
7. Tempat dan Waktu Penelitian ....................................................
62
8. Responden Penelitian ................................................................
62
9. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data ................................
63
10. Teknik Analisis Data .................................................................
65
C. Laporan Hasil Penelitian .................................................................
66
1. Identitas Responden ...................................................................
66
2. Pembinaan Iman Usia Dini di dalam Keluarga ..........................
68
3. Pengertian dan Peranan Doa dalam Rangka Pembinaan Iman dalam Keluarga ..........................................................................
71
4. Bentuk-bentuk Doa Bersama yang Berlangsung dalam Keluarga 76 5. Faktor pendukung dan Penghambat Kebiasaan Doa Bersama dalam Keluarga ..........................................................................
82
6. Usaha-usaha untuk meningkatkan penghayatan hidup doa dalam keluarga ...........................................................................
85
D. Pembahasan Hasil Penelitian ...........................................................
90
1. Indentitas Responden .................................................................
91
2. Pembinaan Iman Usia Dini di dalam Keluarga .........................
92
3. Pengertian dan peranan doa dalam Rangka Pembinaan Iman dalam Keluarga ..........................................................................
93
4. Bentuk-bentuk doa Bersama yang berlangsung dalam Keluarga
97
5. Faktor pendukung dan penghambat kebiasaan doa bersama dalam Keluarga ..........................................................................
99
6. Usaha-usaha yang Dilakukan untuk Meningkatkan Penghayatan Hidup Doa dalam Keluarga ...................................
101
E. Rangkuman Hasil Penelitian ...........................................................
103
xv
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB IV USULAN PROGRAM MENINGKATKAN PERANAN DOA BERSAMA DALAM KELUARGA SEBAGAI SARANA PEMBINAAN IMAN DINI MELALUI KATEKESE KELUARGA DI LINGKUNGAN ST PETRUS PAROKI ST YOHANES RASUL KEDATON ................................................. 107 A. Peranan Doa Bersama dalam Keluarga sebagai Sarana Pembinaan Iman Dini ......................................................................................... 107 B. Gambaran Umum Katekese ............................................................. 111 1. Pengertian Katekese .................................................................. 111 2. Tujuan Katekese ....................................................................... 112 3. Katekese Keluarga .................................................................... 113 C. Usulan Program dan Contoh Doa Bersama dalam Keluarga melalui Katekese Keluarga ............................................................. 115 1. Arti Program ............................................................................. 116 2. Tujuan Program ......................................................................... 116 3. Matriks Memupuk Doa Bersama dalam Keluarga sebagai Sarana Pembinaan Iman Dini di Lingkungan St Petrus Paroki St Yohanes Rasul Kedaton Bandar Lampung, Lampung ......... 117 4. Contoh doa Bersama dalam keluarga sebagai Sarana Pembinaan Iman Dini melalui Katekese Keluarga ................... 122 BAB V PENUTUP .......................................................................................... 126 A. Kesimpulan ..................................................................................... 126 B. Saran ............................................................................................... 128 DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 130 LAMPIRAN .................................................................................................... 132 Lampiran 1: Surat Permohonan Ijin Penelitian untuk Paroki ................
(1)
Lampiran 2: Surat Permohonan Ijin Penelitian untuk Lingkungan .......
(2)
Lampiran 3: Surat Pengantar Penelitian ................................................
(3)
Lampiran 4: Surat Rekomendasi Penelitian ..........................................
(4)
Lampiran 5: Kuesioner ...........................................................................
(5)
xvi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Lampiran 6 : contoh Kuesioner yang diisi responden ........................... (11) Lampiran 7: Perikop Kitab Suci ............................................................ (23) Lampiran 8: Gambar-gambar Keluarga ................................................. (24) Lampiran 9: Teks Doa Penyerahan Keluarga Kepada Tuhan Yesus ..... (26)
xvii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
DAFTAR SINGKATAN A. Daftar Singkatan Kitab Suci Dalam skripsi ini daftar singkatan Kitab Suci mengikuti Lembaga Alkitab Indonesia (2010). B. Daftar Singkatan Dokumen Resmi Gereja AA
: Apostolicam Actuositatem, Dekrit Konsili Vatikan II tentang Kerasulan Awam, 7 Desember 1965.
CT
: Catechesi Tradendae, Anjuran Apostolik Paus Yohanes Paulus II kepada para uskup, klerus dan segenap umat beriman tentang katekese masa kini, 16 Oktober 1979.
DV
: Dei Verbum, Dekrit Konsili Vatikan II tentang Wahyu Ilahi, 18 November 1965.
DH
: Dignitatis Humanae, Konstitusi Konsili Vatikan II tentang kebebasan beragama, tahun 7 Desember 1965.
GS
: Gaudium et Spes, Konstitusi Pastoral Konsili Vatikan II tentang Gereja di Dunia Dewasa ini, 7 Desember 1965.
KGK
: Katekismus Gereja Katolik, (P. Herman Embuiru, SVD, Penerjemah). Ende: Percetakan Arnoldus.
SC
: Sacrosantum Consilium, Konstitusi Konsili Vatikan II tentang Liturgi Suci, 4 Desember 1963.
LtF
: Letter of the Family, Paus Yohanes Paulus II. Surat kepada Keluarga-keluarga, 2 Februari 1994.
xviii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
C. Singkatan Lain Art
: Artikel
KAS
: Keuskupan Agung Semarang
KOMKAT
: Komisi Kateketik
KOMKEL
: Media Komunikasi Keluarga Kristiani
KWI
: Konferensi Wali Gereja Indonesia
xix
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG PENULISAN Keluarga merupakan lingkungan kecil dalam masyarakat yang menempati bagian yang paling dasar. Pada hakikatnya, keluarga adalah tempat pembentukan masing-masing pribadi. Keluarga merupakan tempat pembentukan masing-masing pribadi menjadi pribadi yang utuh dan mengimani Yesus Kristus. Yang berperan dalam memimpin keluarga adalah orang tua, sebab tugas dan peran orang tua adalah mendidik anak-anak yang berakar pada panggilan Allah sebagai suami isteri untuk ikut melancarkan karya penciptaan Allah dengan memberdayakan dan mengembangkan sosok pribadi anak agar menjadi sosok pribadi yang sempurna baik jasmani maupun rohani. Oleh karena itu, orang tua sangat berperan dalam pembinaan iman anak demi perkembangan iman anak. Keluarga merupakan tempat yang sangat baik untuk memperkembangkan iman dan kedewasaan anak. Di dalam keluargalah anak dibentuk dan dibina untuk mencapai kematangan iman. Keluarga merupakan tempat yang sempurna untuk memperkembangkan iman. Oleh sebab itulah keluarga sering disebut sebagai sekolah pertama dan utama sebagai tempat pendidikan pertama anak dari lahir sampai dewasa. Kewajiban dan tanggung jawab mendidik anak merupakan suatu kenyataan alamiah yang tidak bisa dipungkiri dan dihindari oleh setiap pribadi sebagai orang tua. Orang tua adalah pribadi pertama yang mempunyai kesempatan memperkenalkan realitas hidup duniawi kepada anak-anak, dan sekaligus sebagai
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 2
pendidik pertama dan utama yang mengajarkan kebenaran. Konsekuensinya, mereka
juga
harus
memperkenalkan
Tuhan
dan
membimbing
untuk
mengimaninya. Orang tua merupakan pewarta iman yang pertama bagi anakanaknya melalui perkataan dan teladan hidup iman. Dalam melaksanakan tugas dan kewajiban mendidik anak, orang tua diminta mendidik dengan sekuat tenaga tanpa paksaan dan kekerasan yang dapat mengganggu kebahagiaan dan keharmonisan hidup berkeluarga. Paus Paulus VI dalam surat apostoliknya yang berjudul Matrimonia Mixta, menegaskan bahwa orang tua sebagai orang yang sudah dibaptis secara otomatis mempunyai tanggung jawab dan kewajiban untuk membaptis dan mendidik anak-anak sebagai anugerah Tuhan yang harus didampingi dan dibimbing selama masa pertumbuhan mereka dengan memberikan pengajaran iman dan nilai-nilai Injili. Oleh karena itu, dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya, orang tua diminta untuk memberikan teladan dan kesaksian hidup yang baik (Agung Prihartana, 2008:21). Untuk pembinaan iman anak dalam keluarga ada beraneka macam hambatan yang kompleks. Tentunya hambatan itu berasal dari orang tua sendiri yang sering mengeluhkan kurangnya waktu untuk memperhatikan perkembangan anakanaknya dengan dialog dan berdoa bersama karena orang tua sibuk bekerja dengan tugasnya di tempat mereka bekerja. Dalam keluarga orang tua kurang memperhatikan hidup imannya dengan baik sehingga hidup dalam rumah tangga mengalami kemerosotan. Tuntutan perkembangan jaman yang mengakibatkan orang lebih senang berhadapan dengan layar televisi membuat anak-anak kurang diperhatikan dan dibimbing. Akibatnya banyak anak yang melarikan diri ke arah
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 3
pergaulan yang negatif, tidak kerasan di rumah dan terhambat perkembangan imannya karena kurangnya perhatian orang tua. Salah satu saran yang dianjurkan oleh Gereja agar keluarga bertumbuh dan berkembang dalam hidup rohaninya adalah menciptakan kebiasaan berdoa bersama dalam keluarga. Berhubungan dengan hal ini Paus Yohanes Paulus II dalam amanat Apostoliknya “Familiaris Consortio”, no 59 menegaskan: Aku berkata kepadamu, jika dua orang dari padamu di dunia ini sepakat meminta apa pun juga, permintaan mereka itu akan dikabulkan oleh BapaKu yang di sorga. Sebab di mana dua atau tiga orang berkumpul dalam Nama-Ku, di situ Aku ada di tengah-tengah mereka. (FC art 59: 90) Doa bersama merupakan hal pokok yang harus dilakukan oleh setiap keluarga Katolik sebagai makanan rohani bagi keluarga. Orang tua sebagai panutan dalam keluarga harus dapat memberikan contoh hidup doa serta terbuka dengan memberikan pengertian dalam keluarga. Dengan demikian keluarga sebagai tempat untuk tumbuh kembangnya iman yang memungkinkan setiap anggotanya berkembang ke arah yang lebih baik sehingga orang tua menyadari pentingnya kebiasaan doa bersama sebagai dasar pembinaan iman rohani anak. Oleh karena itu, melalui skripsi ini penulis bermaksud ingin memberikan sumbangan pemikiran bagi keluarga Katolik di Lingkungan St Petrus Paroki Yohanes
Rasul
Kedaton
dengan
judul
“DOA
BERSAMA
DALAM
KELUARGA SEBAGAI SARANA PEMBINAAN IMAN USIA DINI DI LINGKUNGAN ST PETRUS PAROKI ST YOHANES RASUL KEDATON BANDAR LAMPUNG, LAMPUNG”
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 4
B. RUMUSAN PERMASALAHAN Berdasarkan latar belakang di atas, maka masalah dalam penulisan ini dapat diidentifikasikan sebagai berikut: 1.
Bagaimana pemahaman keluarga katolik mengenai doa bersama dalam keluarga katolik dalam rangka mendidik iman anak di Lingkungan St Petrus Paroki Yohanes Rasul Kedaton Bandar Lampung, Lampung?
2.
Wujud-wujud apa saja yang kini berlangsung dari doa bersama dalam keluarga katolik di Lingkungan St Petrus Paroki Yohanes Rasul Kedaton Bandar Lampung, Lampung?
3.
Hambatan apa yang dihadapi keluarga dalam pelaksanaan doa bersama dalam keluarga katolik di Lingkungan St Petrus Paroki Yohanes Rasul Kedaton Bandar Lampung, Lampung?
4.
Usaha apa yang dapat dilakukan untuk membantu keluarga katolik dalam doa bersama sebagai sarana pembinaan iman dalam kehidupan sehari-hari, khususnya di Lingkungan St Petrus Paroki St Yohanes Rasul Kedaton Bandar Lampung, Lampung?
5.
Harapan apa yang diinginkan oleh keluarga Katolik untuk meningkatkan kegiatan doa bersama dalam keluarga demi sarana pembinaan iman usia dini di lingkungan St Petrus Paroki St Yohanes Rasul Kedaton Bandar Lampung, Lampung?
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 5
C. TUJUAN PENULISAN Adapun tujuan penulisan ini adalah: 1.
Mengetahui pemahaman keluarga katolik mengenai doa bersama dalam keluarga katolik dalam rangka mendidik iman anak di Lingkungan St Petrus Paroki Yohanes Rasul Kedaton Bandar Lampung, Lampung.
2.
Mengetahui wujud-wujud apa saja yang kini berlangsung dari doa bersama dalam keluarga katolik di Lingkungan St Petrus Paroki Yohanes Rasul Kedaton Bandar Lampung, Lampung.
3.
Mengetahui hambatan apa yang dihadapi keluarga dalam pelaksanaan doa bersama dalam keluarga katolik di Lingkungan St Petrus Paroki Yohanes Rasul Kedaton Bandar Lampung, Lampung.
4.
Mengetahui sejauh mana usaha yang sudah dilakukan oleh keluarga katolik dalam menerapkan kebiasaan doa bersama dalam keluarga di Lingkungan St Petrus Paroki Yohanes Rasul Kedaton Bandar Lampung, Lampung.
5.
Mengetahui harapan apa yang diinginkan oleh keluarga Katolik untuk meningkatkan kegiatan doa bersama dalam keluarga demi sarana pembinaan iman usia dini di lingkungan St Petrus Paroki St Yohanes Rasul Kedaton Bandar Lampung, Lampung?
6.
Memenuhi persyaratan ujian kelulusan Sarjana Strata 1 pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Agama Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 6
D. MANFAAT PENULISAN Adapun manfaat dari penulisan skripsi ini: 1.
Menambah wawasan dan pengetahuan bagi penulis tentang doa bersama sebagai pembinaan iman anak.
2.
Memperkaya atau memberi sumbangan bentuk – bentuk doa dalam keluarga untuk meningkatkan kebiasaan doa bersama dalam keluarga sebagai sarana pembinaan iman dini.
3.
Membantu keluarga-keluarga katolik untuk mengatasi hambatan yang dihadapi keluarga dalam menerapkan kebiasaan doa bersama dalam keluarga sebagai sarana pembinaan iman bagi anak-anaknya.
4.
Memberikan sumbangan mengenai berbagai bentuk dan model doa bersama dalam keluarga.
E. METODE PENULISAN Dalam tugas akhir ini, penulis menggunakan metode studi kepustakaan dan penelitian lapangan. Penelitian studi kepustakaan untuk mempelajari ajaran dan dokumen gereja. Sedangkan penelitian kuantitatif dan kualitatif untuk mempelajari situasi yang terjadi di lapangan sejauh mana keluarga-keluarga mengalami hambatan dalam mendidik iman anak dengan penyebaran kuesioner, dan penelitian doa bersama dalam keluarga sebagai sarana pembinaan iman usia dini di Lingkungan St Petrus Paroki Yohanes Rasul Kedaton Bandar Lampung, Lampung.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 7
F. SISTEMATIKA PENULISAN Untuk memperoleh gambaran yang jelas, penulis menyampaikan pokokpokok sebagai berikut: BAB I: Bab ini berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode penulisan, dan sistematika penulisan. BAB II: Bab ini membahas tentang refleksi kritis tentang doa bersama sebagai sarana pembinaan iman dini, yang dijelaskan dalam dua pokok yaitu doa bersama dalam keluarga katolik dan pembinaan iman. BAB III: Bab ini membahas tentang laporan penelitian doa bersama dalam keluarga sebagai sarana pembinaan iman dini yang meliputi: latar belakang Gereja (sejarah paroki, profil paroki, situasi umat paroki), gambaran umum Lingkungan St Petrus terkhusus kehidupan doa bersama dalam keluarga, situasi ekonomi keluarga di Lingkungan St Petrus,
laporan penelitian (latar belakang penelitian, tujuan
penelitian, jenis penelitian, instrumen penelitian, responden penelitian, waktu, tempat, dan pelaksanaan penelitian, variabel penelitian) dan pembahasan hasil penelitian, kesimpulan dan hasil penelitian. BAB IV: Bab ini berisi tentang usaha meningkatkan kesadaran akan peran penting orang tua sebagai pendidik yang pertama dan utama dalam bentuk doa bersama
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 8
sebagai sarana pembinaan iman dini di Lingkungan St Petrus Paroki Yohanes Rasul Kedaton. BAB V: Bab ini berisi kesimpulan dari seluruh rangkaian bab yang sudah diuraikan serta saran dari penulis
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 9
BAB II DOA BERSAMA SEBAGAI SARANA PEMBINAAN IMAN DINI
Bab II ini akan membahas tentang doa bersama dalam Keluarga dan pembinaan iman. Bab ini akan dibagi menjadi dua bagian yang pertama dijelaskan tentang pengertian doa bersama dalam keluarga katolik, yang kedua dijelaskan tentang pembinaan iman. Berhubungan dengan hal doa Lydia Simons menuliskan dalam bukunya Bagaimana Aku Harus Berdoa (1995: 9) menegaskan bahwa “Bagi umat Kristen, doa merupakan suatu perintah yang diberikan oleh Tuhan. Memanglah bukan suatu perintah yang datang dari luar seperti sebuah komando kepada kita, melainkan suatu tugas semacam perintah untuk melaksanakan cinta kasih yang telah dibebankan kepada kita semua”. Dalam Injil Lukas juga tertulis “Yesus mengatakan suatu perumpamaan kepada mereka untuk menegaskan, bahwa mereka harus selalu berdoa dengan tidak jemu-jemu” (Luk 18:1) Ajakan Yesus dalam kutipan Lukas 18:1 kiranya jelas bahwa kita harus terus berdoa. Namun demikian seperti melaksanakan perintah berat tentang cinta kasih, maka demikianlah terasa sangat sulit untuk menunaikan tugas tentang hal berdoa. Melihat situasi di zaman sekarang yang tidak menentu ini, banyak keluarga mengalami pasang surut, tantangan maupun hambatan dalam membina iman keluarganya. Salah satu tantangan itu adalah membina kebiasaan doa bersama dalam keluarganya.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 10
A. Doa Sebelum dijelaskan mengenai pengertian doa bersama sebagai pembinaan iman dini, terlebih dahulu dijelaskan tentang beberapa pengertian doa yang menjadi dasar kehidupan umat Kristiani. Dalam bagian ini juga akan dijelaskan beberapa pengertian dan bentuk-bentuk doa Kristiani.
1.
Pengertian Doa
a.
Menurut Thomas H. Green SJ Doa itu mengangkat hati dan budi kepada Tuhan. Itu suatu definisi yang
mudah dihafal yakni jelas dan singkat. Definisi itu baik, karena mengajarkan kepada kita bahwa Tuhan itu jauh ada di luar pengalaman kita, doa itu mengandaikan usaha dari pihak kita dan doa itu melibatkan budi dan hati yakni pengertian, perasaan dan kemauan manusia. Jika kita menyelidiki tiga unsur itu lebih lanjut, kita mungkin dapat menemukan gambaran lebih jelas tentang apa doa itu. Unsur terakhir doa muncul dari dalam hati itu merupakan sesuatu yang sangat penting dan tidak selalu ditekankan dengan jelas. Doa itu mengangkat masalah pengertian
dan
pengetahuan
sehingga
menyerupai
teologi
yang
ingin
menggunakan budi dalam melayani iman. Memanfaatkan pemikiran untuk menjelaskan pewahyuan Tuhan (Green, 1988:28). Doa itu membuka hati dan pikiran kepada Tuhan sebab membuka itu menekankan mau terbuka dan menanggapi. Membuka diri berarti juga mau bertindak sedemikian rupa sehingga yang lain tetap kuasa yang menentukan. Membuka diri berarti mau mendengarkan. Mendengarkan adalah inti dari doa
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 11
yang sejati. Kalau kita sudah belajar mendengarkan dengan penuh perhatian dan kepekaan, semua peristiwa dalam hidup menjadi sebuah perjumpaan dengan Tuhan (Green, 1988:31). Mendengar dan mendengarkan itu suatu metafora yang baik untuk diterapkan pada doa. Hal ini cukup membantu menjelaskan bahwa doa itu tidak hanya sekedar meminta, tetapi menggali lebih dalam untuk bertindak mencapai arti doa yang sesungguhnya. Doa itu hakikatnya perjumpaan dialogis antara Allah dan manusia. Dan karena Allah itu Tuhan, maka hanya Dialah yang dapat memprakarsai perjumpaan itu. Maka, apa yang dibuat dan dikatakan manusia di dalam doa tergantung pada apa yang telah di katakan Tuhan lebih dulu. Doa sendiri mengandaikan usaha dari pihak manusia, meskipun Tuhanlah yang selalu memulai lebih dulu untuk membuka hati manusia karena Tuhanlah yang telah memilih manusia (Yoh 15:16).
b. Menurut J. Darminta, SJ Berbicara tentang doa, berarti mendalami doa murid Yesus Kristus. Bagi Gereja, hal itu berarti bahwa manusia berdoa bersama melalui dan dalam nama Yesus Kristus. Oleh karena itu dalam buku yang berjudul Tuhan Ajarlah Kami Berdoa (Darminta 1983:12) menyatakan bahwa: Dengan perantaraan Kristus bersama Dia serta bersatu dalam Roh Kudus kami menyampaikan kepada-Mu, Allah Bapa yang Mahakuasa, segala hormat dan pujian kini dan sepanjang masa. Untuk mengungkapkan kenyataan doa kristen tersebut, Gereja merumuskan penutup doa ada dua macam: pertama bila doa ditujukan kepada Allah Bapa, penutup doa berbunyi: “Demi Yesus Kristus, Putera-Mu, Tuhan dan pengantara kami yang bersatu dengan Dikau dan Roh Kudus hidup dan berkuasa kini dan sepanjang masa”. Kedua bila doa itu ditujukan kepada Tuhan Yesus, penutup doa berbunyi: “Sebab Engkau-lah Tuhan dan pengantara kami yang
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 12
bersatu dengan Bapa dan Roh Kudus hidup dan berkuasa kini dan sepanjang masa”. Dari rumusan-rumusan doa di atas dapat dikatakan, bahwa meski alamat doa itu ditujukan untuk Yesus Kristus, doa tetap dihayati sebagai kelanjutan doa Yesus Kristus kepada Bapa-Nya. Doa Kristus menjadi dasar doa kristen. Setiap orang berdoa, kita berdoa tidaklah sendirian, tetapi kita berdoa bersama-sama dengan Kristus. Kebersamaan dengan Kristus itulah yang membuat doa kita didengar oleh Allah Bapa (Yoh 16:24). Untuk mengetahui bagaimana orang Kristen berdoa, orang dapat melihat bagaimana Yesus Kristus sendiri berdoa. Doa Yesus Kristus mengungkapkan dan menyingkapkan makna dan arti doa Kristen. Secara singkat dapat dikatakan, bahwa dalam doa-doa-Nya terungkaplah misteri hidup Yesus Kristus sebagai Putera Allah dan sebagai Penyelamat. Berdasarkan kenyataan itu dapatlah didekati ciri-ciri pokok doa Yesus Kristus yang memang tetap merupakan doa yang khas (Darminta, 1983:13). Berdasarkan ciri-ciri pokok doa Yesus yang sering Ia lakukan adalah saat Yesus memberi makan lima ribu orang (Mat 26:23). Sesudah Yesus memberi makan lima ribu orang, Yesus menyuruh semua orang yang mengikuti-Nya untuk pulang dan sesudah itu Ia naik ke atas bukit untuk berdoa seorang diri. Yesus memiliki ciri berdoa seorang diri, seperti berdoa di taman (Mat 26:36). Dengan berdoa sendirian itu Yesus dapat merasakan secara mendalam dan diri-Nya sebagai Putera Allah di hadapan Bapa di surga. Ciri yang lainnya adalah persekutuan Yesus dengan Bapa (Luk 2:49) bagi Yesus, persekutuan dengan Allah Bapa merupakan dasar dalam doa-Nya. Kesatuan intim dengan Allah Bapa merupakan titik tolak hidup dan tindakan-tindakan Yesus. Dan dalam segala hal
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 13
untuk meminta berkat Tuhan (Luk 3:21) peristiwa pembabtisan Yesus di sungai Yordan, (Luk:6:12) saat Yesus memanggil kedua belas rasul. Ciri-ciri doa Yesus yang lainnya adalah hubungan antara Yesus dengan Allah Bapa yang dilukiskan dalam Kitab Suci sebagai hubungan Putera dan Bapa. Doa Yesus bercirikan menyerahkan diri seutuhnya kepada kehendak Bapa-Nya di surga.
c.
Menurut Al. Wahjasudibja Pr Dalam bukunya yang berjudul Hidup Sejati (Al. Wahjasudibja) menegaskan
bahwa: Orang yang sudah dibaptis menerima hidup ilahi, ikut serta dalam hidup Allah, maka juga ikut serta dalam imamat Kristus meski secara umum. Maka ia diperkenankan menghadap dan berbicara secara langsung kepada Bapa di surga. Keakraban persatuan itu dinyatakan dalam doa dan ibadat bersama, yang menjadi sumber melimpahnya hidup dan keselamatan. Oleh karena itu hidup mengikuti Kristus harus didasari doa dan ibadat. Bila tidak akan mudah sekali kegiatannya sesat. (Al. Wahjasudibja 1987:90) Berdoa itu menyatakan iman kepada Allah dengan maksud untuk memuji Allah dengan penuh rasa syukur. Mencurahkan isi hati kepada Tuhan sebagai sang pemberi kehidupan. Mendengarkan sabda Tuhan agar selalu melaksanakan panggilannya dengan setia. Sudah selayaknyalah kita sebagai manusia memuji dan memuliakan Allah yang telah menciptakan dan memberikan kehidupan kepada umat manusia. Allah menciptakan manusia tidak serta merta membiarkan hambanya hidup dalam kekosongan iman dan hingar bingar duniawi, tetapi Allah mengajak umatnya untuk setia dengan panggilan dan imannya untuk selalu mengingat dan memuliakan Allah yang telah menciptakannya. Mencurahkan isi hati, apa yang dialami dan dihayati selama perziarahan hidup kepada Allah
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 14
merupakan bukti bahwa manusia mengakui Allah sebagai yang kuasa dengan menguji hambanya dengan berbagai macam persoalan (Wahjasudibja Pr, 1987:91)
d. Menurut St. Darmawijaya, Pr Dalam bukunya St Darmawijaya Pr yang berjudul Mutiara Iman Keluarga Kristiani (1994:25) menerangkan bahwa “Doa, bukanlah sebuah mantra ataupun rumusan untuk dihafal, dan dinyatakan pada saat dibutuhkan. Doa adalah sikap beriman manusia menanggapi tawaran kasih Allah dalam situasi hidup, membutuhkan sarana”. Dalam doa, manusia menyapa Allah. Sapaan Allah ini merupakan inisiatif Allah sendiri untuk mengetuk hati manusia. Inisiatif Allah ini merupakan rahmat yang disampaikan lewat Sabda, artinya melalui peristiwaperistiwa kehidupan yang konkret seperti yang dikisahkan Yesus dalam Perjanjian Baru untuk mewartakan Kerajaan Allah, melalui ciptaan Allah, melalui perbuatan dan tindakan Allah, melalui sesama, melalui Yesus Kristus, melalui Kitab Suci, melalui Gereja, melalui sakramen-sakramen. Melalui peristiwa tersebut Allah berkehendak untuk menyampaikan kehendak-Nya dengan tujuan agar manusia dapat mengalamai, memahami, menerima, mencintai dan ikut ambil bagian dalam rencana keselamatan Allah melalui doa.
2.
Cara Berdoa Berdoa merupakan komunikasi dengan Allah maka diperlukan persiapan
ketika hendak berdoa. St Ignasius menganjurkan, agar kita berdiri beberapa langkah dari tempat kita akan berdoa, dan mengambil waktu sejenak untuk
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 15
mengingat peristiwa atau kejadian yang telah terjadi. Selain itu perlunya menyadari betapa agungnya karya ciptaan Allah serta syukur atas anugerah yang diberikan dalam hidup (Green, 1988:87) Berdoa itu sebaiknya dengan mantap, percaya kepada Tuhan bahwa permohonan kita akan dikabulkan. Berdoa sebaiknya juga penuh dengan ketekunan, terus menerus tanpa merasa pesimis takut kalau doa tersebut tidak dikabulkan. Berdoa juga sebaiknya dengan hati yang tulus tanpa mengharapkan pamrih. Berdoa itu mengandaikan kepasrahan dan ketulusan manusia memohon dan mensyukuri apa yang sudah diberikan kepada hidupnya dengan berserah kepada Allah, memberikan seluruh hidupnya kepada Allah sebagai tenda penyerahan diri seutuhnya dan membiarkan Allah yang berkuasa atas dirinya. (Mat 6:5-8). Rendah hati karena kita ini orang-orang yang berdosa. Sikap rendah hati ini menunjukkan bahwa manusia itu lemah, tak berdaya dihadapan Allah. Penuh dengan dosa dan meminta belas kasih kepada Allah yang maha murah (Luk 18:9-14) (Wahjasudibja, 1987:91).
3.
Sumber Doa Sumber doa bagi umat katolik yang utama adalah Sabda Allah. Gereja
menasihati agar semua umat beriman sungguh-sungguh membaca Kitab Suci, dan sampai kepada suatu pengetahuan yang unggul mengenai Kristus. Kita harus selalu ingat bahwa doa harus menyertai pembacaan Kitab Suci, supaya terwujud wawancara antara Allah dan manusia. Sebab kita berbicara dengan-Nya bila berdoa dan mendengarkan-Nya bila membaca Kitab Suci (KGK 2653).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 16
Menurut agama Kristen, sebetulnya yang berdoa bukanlah manusia, melainkan roh Allah sendiri. “Kita sendiri tidak tahu bagaimana sebenarnya harus berdoa, tetapi Roh sendiri berdoa untuk kita” (Rm 8:2). Itu berarti bahwa kita berdoa bukan berdasarkan jasa-jasa kita, tetapi berdasarkan kasih sayang Allah yang berlimpah-limpah. Doa merupakan pernyataan kepercayaan akan kasih sayang Allah. Maka hanyalah doa yang lahir dari iman akan menyelamatkan manusia. Doa adalah ungkapan iman dan tidak dapat dilepaskan dari ungkapan serta perwujudan iman yang lain (KWI, 1996:194-196).
4.
Isi Doa Dalam kebiasaan Gereja dibedakan dua bentuk doa yang pokok yaitu doa
syukur dan doa permohonan. Doa syukur sebagai ungkapan syukur atas kebaikan Tuhan. Selain itu bentuk doa syukur juga menyatakan kegembiraan atas kebaikan manusia kepada manusia atas anugerah-Nya. Hal ini ditegaskan Katekismus Gereja Katolik no 2637:224 menyatakan bahwa: Ucapan syukur merupakan ciri khas doa di dalam Gereja, yang dalam perayaan Ekaristi [= ucapan syukur] menyatakan hakikatnya dan terbentuk menurut apa yang dinyatakan itu. Sesungguhnya melalui karya penyelamatan-Nya, Kristus membebaskan ciptaan dari dosa dan kematian, menahbiskannya secara baru dan mengembalikannya kepada Bapa, demi kemuliaan-Nya. Ucapan terima kasih anggota-anggota tubuh mengambil bagian dalam ucapan terima kasih Kepalanya. Doa permohonan bukan hanya mengajukan suatu permohonan, melainkan meminta belas kasihan Tuhan supaya memberikan kekuatan untuk terus berjuang di dunia dengan sebuah pengharapan (KWI, 1996: 197-199). Hal ini ditegaskan Katekismus Gereja Katolik no 2629:396 menyatakan bahwa:
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 17
Dalam Perjanjian Baru kita temukan pelbagai kata untuk permohonan: memohon, meminta, meminta dengan sangat, menyeru, menjerit, berteriak, malahan juga "bergumul dalam doa. Tetapi ungkapan yang paling biasa dan paling cocok adalah "memohon". Dalam doa permohonan terungkap kesadaran akan hubungan kita dengan Allah. Kita adalah makhluk, dan karena itu, bukan asal-usul kita sendiri, bukan tuan atas keberadaan kita, dan juga bukan tujuan kita yang terakhir. Sebagai orang berdosa, kita orang Kristen pun tahu bahwa kita selalu saja memalingkan diri dari Bapa kita. Permohonan itu sendiri sudah merupakan langkah berbalik kepada Allah.
a.
Doa Syukur Puji Syukur dalam bahasa kuno disebut eukharistia, yang merupakan
tanggapan manusia atas anugerah Tuhan atas dirinya. Puji Syukur tidak selalu mengucap terimakasih atas anugerah yang telah diberikan Tuhan kepada manusia tetapi mengungkapkan rasa kagum atas kebaikan Tuhan. Tidak heran bahwa dalam madah Kemuliaan, Gereja juga berdoa: “Kami bersyukur kepada-Mu, karena kemuliaan-Mu yang besar”. Gereja bersyukur karena kemuliaan Tuhan, bukan karena anugerah yang telah diterimanya. Puji syukur merupakan kegembiraan bahwa ada Tuhan. Tentu saja atas kebaikan Tuhan karena anugerahanugerah yang telah diberikan-Nya. Mulai dari kisah penciptaan, dan kemudian bermuara pada sejarah keselamatan melalui Putera-Nya Yesus Kristus, serta Roh Kudus yang diutus Bapa. Atas anugerah itu orang Kristiani memuji dan memuliakan Tuhan. Bersyukur berarti memuliakan kebaikan dan keluhuran Allah. (KWI, 1996:197) Hidup dirasa memiliki kekuatan bila orang merasakan bahwa Tuhan yang mencintai sungguh hadir dan dekat dalam dirinaya. Sesungguhnya Allah selalu dekat dan terlibat dalam hidup manusia. Rasa dekat dengan Allah sendiri
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 18
memberikan kekuatan kepada Manusia untuk selalu bersyukur dan menghadapi konflik dalam hidupnya. Karena pada kenyataannya, manusia diperlemah dan dihambat untuk tumbuh dan berkembang karena tidak dapat berdamai dengan pengalaman-pengalaman tertentu. Bersyukur, berarti mampu melihat Allah yang tetap menyertai dan membuat orang mampu melihat iman dalam dirinya sekaligus menerima kenyataan dalam peristiwa yang terjadi dalam hidupnya (Darminta, 1997:51). Doa puji syukur lahir dari ingatan atas kebaikan-kebaikan Allah yang telah dilakukan-Nya bagi umat-Nya dan dilakukan demi keselamatan orang-orang yang dicintai-Nya. Dalam doa puji syukur itu, manusia berterimakasih atas rahmat penciptaan (Mzm 67) ataupun atas peristiwa penyelamatan yang telah dialaminya (Darminta, 1983:15).
b. Doa Permohonan Doa permohonan adalah doa yang diajarkan oleh Yesus sendiri kepada murid-murid-Nya. Doa permohonan yang ajarkan oleh Yesus adalah sebagai berikut: Pada suatu kali Yesus sedang berdoa di salah satu tempat. Ketika Ia berhenti berdoa, berkatalah seorang dari murid-murid-Nya kepada-Nya: "Tuhan, ajarlah kami berdoa, sama seperti yang diajarkan Yohanes kepada muridmuridnya." Jawab Yesus kepada mereka: "Apabila kamu berdoa, katakanlah: Bapa, dikuduskanlah nama-Mu; datanglah Kerajaan-Mu. Berikanlah kami setiap hari makanan kami yang secukupnya dan ampunilah kami akan dosa kami, sebab kami pun mengampuni setiap orang yang bersalah kepada kami; dan janganlah membawa kami ke dalam pencobaan." (Luk 11:1-4)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 19
Semua ajaran doa akan terus berkaitan erat dengan soal doa permohonan dan bagaimana kita memohon kepada Allah. Tentunya dalam memohon sesuatu kepada Allah, manusia memohon dengan penuh belas kasih dan kerendahan hati. Bukan semata-mata agar permohonan kita dikabulkan, tetapi lebih menyadari bahwa manusia adalah makhluk yang lemah dihadapan Tuhan. Maka, yang pertama-tama dimohon adalah pengampunan dan belas kasihan Tuhan karena dosa manusia merupakan sumber kemalangan yang terbesar. (KWI, 1996:197198) Doa permohonan memiliki kekuatan tertentu untuk membangun hidup kita di dalam Tuhan. Doa permohonan, kalau dilihat dari segi dinamika manusia dan kebutuhannya untuk membangun hidup, yaitu perlunya memiliki pengalaman dicintai dan berharga. Pada dasarnya merupakan ungkapan kerinduan untuk mengalami dan meyakini bahwa dirinya sungguh berharga dan dicintai. Yang utama bukanlah soal meminta-minta melainkan Allah yang mencintai (Darminta, 1997:47-48).
5.
Bentuk Doa Berdoa berarti berkata jujur menyatakan isi hati di hadapan Tuhan. Dalam
Tradisi katolik mengenal tiga cara utama mengungkapkan doa, antara lain doa lisan, doa renung, dan doa batin. Ketiga bentuk doa tersebut menuntut ketenangan hati. Katekismus Gereja Katolik art 7 mengungkapkan bahwa bentuk doa antara lain:
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 20
a.
Doa lisan Doa ini berbentuk kata-kata, baik yang dipikirkan maupun yang diucapkan.
Tetapi yang terpenting ialah bahwa hati selalu hadir di depan Dia. Kebutuhan untuk mengikutsertakan pancaindera lahiriah yang sejalan dengan tuntunan kodrat manusiawi. Kita adalah tubuh dan roh, dan merasakan kebutuhan untuk menyatakan perasaan kita. kita harus berdoa dengan seluruh diri kita, supaya sebanyak mungkin memberikan kekuatan kepada permohonan kita.
b. Doa renung Doa renung atau meditasi, pada dasarnya adalah suatu pencarian. Tuhan mengajak kita untuk menemukan Dia dalam keheningan dan mengajarkan kita untuk memiliki sikap kerendahan hati dan iman untuk menemukan dan menilai di dalam meditasi gerakan-gerakan hati. Metode-metode meditasi sangat beragam tetapi satu metode hanyalah merupakan satu penuntun. Yang terpenting adalah ialah maju bersama Roh Kudus menuju Yesus Kristus, jalan doa satu-satunya. Meditasi memakai pikiran, daya khayal, gerak perasaan dan kerinduan. Usaha penting ini untuk menggerakkan pertobatan hati dan memperkuat kehendak guna mengikuti Yesus Kristus.
c.
Doa batin Doa batin adalah ungkapan sederhana misteri doa. Doa batin merupakan
anugerah yang hanya dapat diterima dalam kerendahan hati dan kemiskinan. Doa batin adalah puncak doa karena di dalam doa batin kita merasakan kekuatan Allah
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 21
melalui Roh-Nya. Kontemplasi ialah memandang Yesus dengan penuh iman, kontemplasi memandang misteri kehidupan Kristus dan dengan demikian memperoleh pengertian batin mengenai Tuhan untuk mencintai-Nya lebih sungguh dan mengikuti-Nya dengan lebih baik lagi.
d. Doa pribadi Doa pribadi terarah pada Allah dengan menyerahkan diri kepada-Nya. Doa merupakan hubungan pribadi dengan Tuhan maka doa pribadi dilakukan seorang pribadi kepada Allah seperti yang diungkapkan dalam Mat 7:7 “Mintalah maka akan diberikan kepadamu, carilah maka kamu akan mendapat, ketoklah maka pintu akan dibukakan bagimu”. Ketika melaksanakan doa pribadi janganlah doa permohonan dipusatkan pada keinginan, tetap kepada kebaikan Tuhan dan memohon belas kasih Tuhan atas segala dosa-dosa yang telah dilakukan (Jacobs, 2004:39).
6.
Doa bersama Doa bersama adalah doa yang dilakukan secara bersama-sama, seperti yang
telah Tuhan Yesus ungkapkan kepada para murid-Nya: “Aku berkata kepadamu: Jika dua orang dari padamu di dunia ini sepakat meminta apa pun juga, permintaan mereka itu akan dikabulkan oleh BapaKu yang di sorga. Sebab di mana dua atau tiga orang berkumpul dalam nama-Ku, di situ Aku ada di tengah-tengah mereka." (Mat 18:19-20) Doa bersama menampakkan bentuk persatuan dan persekutuan para warga dalam Gereja Kristus. Semua bentuk doa tersebut baik, karena merupakan hasil
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 22
perjuangan manusia menanggapi panggilan Allah sekaligus komunikasi kepada Tuhan. Doa merupakan bagian pengalaman hidup rohani seseorang yang terjadi karena rahmat Allah kepada manusia. Di dalam doa bersama, orang merasakan kehadiran Allah di tengah-tengah mereka dan bersatu dalam doa tersebut. Doa bersama merupakan sarana dalam membangun kebersamaan antara manusia dengan Allah dan memampukan manusia untuk membangun kehidupan cinta dan relasi dengan orang lain dalam cinta kasih. Doa bersama juga berarti mengangkat hati secara bersama-sama, mengarahkan hati kepada Tuhan dan menyatakan diri dengan rendah hati sebagai anak Allah dan mengakui-Nya sebagai Bapa. Dari pengertian mengenai doa bersama di atas maka, pengertian doa bersama merupakan salah satu bagian dari pendidikan iman yaitu adanya suatu gerak hati umat beriman yang rindu untuk berkumpul dan berhimpun bersama dalam suasana persaudaraan dan cinta kasih untuk bersama-sama mengarahkan hati dan pikirannya kepada Tuhan melalui madah, pujian, doa-doa dan ungkapan hati.
a.
Doa bersama dalam Keluarga Katolik Keluarga merupakan Gereja Kecil di mana setiap anggota keluarga
berkumpul dalam satu iman dan melakukan doa bersama. Keluarga melakukan doa bersama sebagai bentuk persatuan dan kesatuannya dengan Allah dan dengan Gereja dalam bentuk doa bersama. Yesus Kristus telah mengajarkan kepada kita tentang doa yang baik, yaitu pertobatan hati, berdoa dalam iman dan dalam keberanian memohon anak kepada Bapa-Nya (KGK. 2606-2610). Di dalam doa
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 23
bersama dalam keluarga dapat dilaksanakan dalam berbagai bentuk seperti doa rosario bersama seluruh anggota keluarga, doa sebelum dan sesudah makan, doa malaikat Tuhan, doa bersama dengan intensi khusus keluarga seperti saat anak akan ujian kelulusan maupun ulangtahun. Doa bersama dalam keluarga merupakan sebuah dinamika bersama keluarga yang terjalin di antara semua anggota keluarga dengan tujuan untuk saling menguatkan dan meneguhkan dalam hal iman.
b. Doa bersama di Lingkungan Sebagai seorang yang beriman, tentu saja manusia memiliki relasi dengan orang-orang disekitarnya, khususnya dengan orang yang seiman untuk melakukan doa bersama di lingkungan maupun di Gereja. Salah satu kegiatan pokok yang pasti terjadi dalam lingkungan adalah kegiatan doa bersama yang merupakan suatu agenda khusus yang dilaksanakan bersama keluarga-keluarga di lingkungan untuk melaksanakan doa bersama. Seperti doa rosario bersama, perayaan Ekaristi di lingkungan, ibadat pemberkatan rumah, dan doa arwah (Nambo, 1980:4-5). Keluarga bersama-sama dengan lingkungan berdoa bersama dalam satu ujud yang sama, misalnya doa arwah untuk mendoakan arwah yang sudah meninggal. Meskipun berbeda corak dan bentuk doa bersama di lingkungan, namun akan selalu ada bentuk persatuan dan persekutuan di tengah umat beriman.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 24
B. Keluarga Katolik Keluarga Katolik harus berjuang pada masa kini, tetap diwarnai ciri-ciri perjuangan Yesus Kristus dan kemudian dicerna dalam tradisi kehidupan iman kristiani. Perjuangan hidup orang katolik bukan perjuangan yang mudah, namun sesuatu yang indah. Perjuangan dan semangat besar itulah yang hendaknya diwariskan kepada generasi muda. Pewarisan nilai-nilai perjuangan tersebut pada awalnya terlaksana di dalam keluarga. Keluarga sebagai “persemaian” nilai-nilai perjuangan iman Kristiani tersebut hendaknya merupakan lahan subur, penuh daya kehidupan yang mengembangkan untuk mencapai lahan subur itulah, harus dicari, dilengkapi, dari segala penjuru. Keluarga Kristiani yang peka akan panggilannya, tentu akan mengusahakan semua itu dengan kebesaran hati (St. Darmawijaya 1994:21). Keluarga juga merupakan persekutuan pribadi-pribadi (FC 1981:29). Dalam pernikahan dan keluarga dibentuk suatu kompleks hubungan-hubungan antar pribadi yang hidup menjadi suami istri, bapak, ibu, hubungan anak dan persaudaraan. Melalui relasi-relasi itu setiap keluarga diintegrasikan ke dalam “keluarga manusia” dan “keluarga Allah”, yakni Gereja. Pernikahan dan keluarga kristiani membangun gereja sebab keluarga manusia tidak hanya menerima kehidupan dan secara berangsur-angsur memasuki persekutuan manusiawi. Melalui pembabtisan dan pembinaan iman anak juga diajak untuk memasuki keluarga Allah, yakni Gereja. Perintah untuk berkembang biak dan berlipat ganda, yang pada awal mula diberikan kepada pria maupun wanita dengan demikian mencapai seluruh kebenarannya dan realisasi sepenuhnya. Begitulah Gereja
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 25
menemukan keluarga yang tumbuh dari sakramen, tempat kelahiran serta lingkungannya untuk memasuki generasi-generasi manusia untuk memasuki gereja (Familiaris Consortio art 15).
1.
Pengertian Keluarga Katolik Keluarga merupakan anugerah Allah yang pantas untuk diterima,
dihormati, disyukuri, dipertahankan dan diperkembangkan dalam hal iman. Pengertian keluarga secara lebih luas dapat dibedakan menjadi keluarga inti yaitu terdiri dari ayah, ibu dan anak. sedangkan keluarga dekat adalah saudara sekandung dari ayah dan ibu yang seketurunan dalam garis kakek dan nenek. Keluarga merupakan sel pertama dan terpenting dalam masyarakat, oleh karena itu, keluarga merupakan tempat asal dan sarana untuk mewujudkan masyarakat yang semakin manusiawi, yang di dalamnya terdapat nilai-nilai kebajikan, dipelihara, dilaksanakan dan diteruskan ke generasi berikutnya (Familiaris Consortio art 45-46) Dalam kutipan dari Dokumen Familiaris Consortio tersebut jelas bahwa keluarga merupakan tempat yang pertama dan utama dimana sebuah keluarga tumbuh dan berkembang. Hubungan erat antara keluarga dan masyarakat meminta agar keluarga bersikap terbuka dan membawakan sumbangannya bagi masyarakat serta pengembangannya. Begitu pula supaya masyarakat jangan pernah mengabaikan tugas fundamentalnya menghormati dan mendukung keluargakeluarga. Keluarga dan masyarakat berperanan saling melengkapi dalam membela serta mengembangkan kesejahteraan setiap orang. masyarakat dan negara harus mengakui bahwa keluarga ialah rukun hidup yang mempunyai hak aslinya
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 26
tersendiri. Negara dan masyarakat mendukung peranan dan prakarsa yang diambil oleh keluarga-keluarga secara bertanggung jawab. Hidup berkeluarga adalah suatu hal yang dikehendaki Allah dengan bersatunya pria dan wanita dalam sebuah sakramen perkawinan. Manusia pertama-tama diciptakan pria dan wanita yang saling dipertemukan dalam satu ikatan cinta. Keluarga pertama itu menerima tugas hidup saling mencinta dalam keluarga dan menjamin kelangsungan umat manusia, dengan ikut serta menciptakan manusia baru yang lahir berkat cinta kasih dan tumbuh menjadi manusia utuh dewasa berkat pembinaan dengan cinta kasih pula. Keluarga dikuduskan oleh teladan keluarga kudus dan sakramen perkawinan. Mau menerima sakramen perkawinan berarti mau menerimanya, mau menguduskan keluarganya. Inilah yang menjadi tugas panggilannya, namun juga daya kekuatannya. (Al. Wahjasudibja Pr, 1987:109-110).
2.
Keluarga adalah Gereja Rumah Tangga Dalam 1 Kor 13:4-7 dijelaskan bahwa persekutuan cinta kasih dalam
keluarga yang terdiri dari orang tua dan anak yang dibabtis menjadi perwujudan ideal yang sering diistilahkan dengan ecclesia domestica (Gereja Rumah Tangga). Persekutuan yang dibentuk oleh semangat cinta kasih dari sang suami kepada isteri dan anak-anak, begitu juga sebaliknya. Cinta kasih dalam keluarga tidak mementingkan dirinya sendiri, melainkan mau berkorban untuk keluarganya dan bertindak secara adil.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 27
Sakramen babtis menjadikan suami istri dan anak-anak menerima dan memiliki tiga martabat Kristus sekaligus yaitu martabat kenabian, imamat dan rajawi. Dengan martabat kenabian, mereka mendapat rahmat mewartakan Injil, dengan martabat imamat mereka mendapat tugas untuk menguduskan hidup terutama dalam menghayati sakramen-sakramen dan hidup doa, dan dengan martabat rajawi, mereka memiliki tugas untuk melayani sesama (KWI, Pedoman Pastoral Keluarga, 2011: 15).
Keluarga menjadi anggota Gereja dan terlibat
dalam membangun Gereja karena keluarga merupakan komunitas basis gerejawi yang ikut ambil bagian dalam pengembangan Gereja dengan kesaksian iman sekaligus mengambil karya penyelamatan Allah. Keluarga adalah sungguhsungguh Gereja Rumah Tangga karena mengambil bagian dalam lima tugas Gereja yakni seperti yang diungkapkan dalam KWI (2011:15-17) sebagai berikut:
a.
Persekutuan (Koinonia) Keluarga adalah persekutan seluruh hidup antara seorang laki-laki dan
seorang perempuan berdasarkan perjanjian yang telah diungkapkan dalam sakramen perkawinan dan diperluas dengan hadirnya seorang anak dan keluarga besar. Ciri pokok persekutuan tersebut adalah hidup bersama berlandaskan cinta dan kasih sayang serta kesediaan untuk saling mengembangkan pribadi satu sama lain. Persekutuan dalam keluarga diwujudkan dengan menciptakan kebersamaan yaitu melalui doa bersama, kesetiaan saat suka maupun duka, sehat maupun sakit, untuk maupun malang.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 28
b. Liturgi (Leiturgia) Kepenuhan keluarga katolik tercapai dalam sakramen dan hidup doa karena keluarga dapat bertemu dan berdialog dengan Allah. Bersama-sama dengan Allah, keluarga menguduskan dan dikuduskan oleh Allah bersama jemaat gerejawi dan dunia. Melalui sakramen perkawinan sepasang suami isteri menjadi dasar panggilan dan tugas perutusan dunia. Melalui perjanjian dalam sakramen perkawinan, sepasang suami isteri mempunyai tanggung jawab membangun kesejahteraan rohani dan jasmani keluarganya dengan doa dan karya. Doa dalam keluarga yang dilakukan akan memberikan kekuatan iman dalam hidu p mereka terutama ketika mereka sedang menghadapi kesukaran dan membuahkan berkat rohani yaitu relasi mesra dengan Allah.
c.
Pewartaan Injil (Kerygma) Keluarga merupakan Gereja Rumah Tangga sehingga ikut ambil bagian
dalam pewartaan Injil di tengah masyarakat. Mewartakan Injil tersebut hendaklah dengan mendengarkan, penghayatan, pelaksanaan dan mewartakan Sabda melalui kesaksian dalam keluarga. Keluarga seperti Gereja, harus menjadi wadah Injil untuk diwartakan dan menyadari tugas perutusan sehingga bukan hanya orang tua saja yang mewartakan Injil kepada anak-anaknya, tetapi anak-anak juga ikut ambil bagian dalam mewartakan Injil.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 29
d. Pelayanan (Diakonia) Keluarga merupakan persekutuan cinta kasih, maka keluarga dipanggil untuk mengamalkan cinta kasih itu melalui pengabdian kepada masyarakat dan Gereja terutama kepada mereka yang miskin, lemah, dan terlantar. Dengan semangat pelayanan yang tinggi, keluarga katolik menyediakan diri untuk melayani setiap orang sebagai pribadi dan anak Allah. Pelayanan keluarga ini hendaknya memberdayakan mereka yang dilayani dengan tujuan untuk memandirikan manusia yang dilayani.
e.
Kesaksian iman (Martyria) Setiap keluarga hendaknya berani untuk memberikan kesaksian iman di
tengah masyarakat melalui perkataan maupun tindakannya dan siap menanggung resiko yang muncul dari imannya tersebut. Kesaksian iman itu dilakukan dengan berani menyuarakan kebenaran, bersikap kritis terhadap berbagai tindakan ketidakadilan dan tindak kekerasan yang merendahkan martabat manusia serta merugikan masyarakat umum.
3.
Tugas dan peranan Keluarga Kristiani Rencana Allah tidak hanya menyerukan makna keluarga tetapi juga
peranannya, yaitu dengan melakukan apa yang harusnya di lakukan. Suami istri adalah sepasang pria dan wanita yang telah disatukan oleh Allah, sehingga mereka tidak lagi dua melainkan satu (Mat 19). Kepada mereka berdua itulah Allah menyerahkan anak, sebagai sebuah “titipan” dari-Nya.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 30
Sebagai komunitas hidup yang penuh cinta, menurut sinode Para Uskup Gereja mempunyai empat tugas yakni:
a.
Membentuk Komunitas Pribadi-Pribadi Cinta
merupakan
dasar
dan
tujuan
keluarga.
Keluarga
harus
memperkembangkan cinta, agar ia bertumbuh menjadi komunitas antarpribadi yang saling mencintai (FC 18). Unsur pemersatu yang utama adalah cinta kasih seorang ayah dan ibu kepada anak-anaknya tanpa cinta kasih itu, keluarga bukanlah rukun hidup antar pribadi dan keluarga tidak dapat hidup serta menjadi persekutuan pribadi-pribadi. Orang tua mencurahkan cinta kasihnya kepada anakanak seperti cinta yang menghubungkan Kristus dengan Gereja. Cinta orang tua juga berciri tidak pernah putus, karena penuhnya cinta itu untuk kesejahteraan anak dan karena dikehendaki oleh Allah menjadi lambang cinta Allah bagi umatnya. Sejak di dalam rahim, anak harus dicintai martabatnya sebagai pribadi diakui dan diperhatikan pertumbuhan serta hak-hak yang ada dalam dirinya seperti dalam FC art 26 yang mengatakan bahwa: Dalam keluarga, yakni persekutuan pribadi-pribadi, perhatian khusus perlu diberikan kepada anak-anak, dengan mengembangkan penghargaan yang mendalam terhadap martabat pribadi mereka, serta sikap sungguh menghormati dan memperhatikan sepenuhnya hak-hak mereka. Itu berlaku bagi setiap anak, tetapi menjadi semakin mendesak, semakin anak masih kecil dan semakin ia memerlukan segalanya bila ia sakit, menderita atau menyandang cacat. Sudah sepantasnyalah, orang tua sebagai pendidik utama memperhatikan anak-anaknya dengan memupuk rasa percaya diantara anggota keluarga dan menjalin komunikasi yang baik antar anggotanya. Dengan memupuk rasa
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 31
kepedulian
serta
perhatian
kepada
anak-anaknya
berarti
Gereja
telah
melaksanakan perutusannya yang mendasar. Sebab Gereja dipanggil untuk memberikan teladan terhadap keluarga-keluarga seperti yang telah diperintahkan Kristus Tuhan. Demikianlah cinta yang luas antara orang tua dan anak-anak, kakak dan adik serta dengan anggota keluarga lainnya yang dapat membimbing keluarga kepada suatu persekutuan yang lebih mendalam. Hal ini menjadi dasar dan jiwa dari persekutuan keluarga. (Al Purwa Hardiwardoyo, 2013:95-96). Sikap-sikap menerima, kasih, penghargaan dan kepedulian dibidang jasmani, emosional, pendidikan dan rohani kepada anak-anak yang telah dilahirkan harus memiliki ciri khusus dan hakiki terkhusus untuk keluarga Katolik. Dengan demikian anak-anak akan bertambah iman dan kedewasaannya, semakin dikasihi Allah dan manusia di sekelilingnya sehingga nantinya mereka dapat memberikan sumbangan yang berharga untuk lingkungannya maupun untuk orang tuanya (Widyamartaya, 1994:55). Keluarga adalah komunitas pertama dan asal mula keberadaan seriap manusia dan merupakan persekutuan pribadi-pribadi (communio personarum) yang kehidupannya berdasarkan cinta kasih. Kasih sejati yang ada dalam keluarga akan membuahkan kebaikan bagi semua anggota keluarga. Maka setiap pribadi dalam keluarga semestinya mewujudkan cinta kasih yang sejati melalui tindakan konkret untuk kebahagiaan dan kesejahteraan setiap anggota keluarganya. Persekutuan pribadi-pribadi itu terjadi atas dasar pilihan dan keputusan sadar dan bebas antara seorang laki-laki dan seorang perempuan dan diungkapkan dalam sebuah sakramen perkawinan. Mereka bersedia meninggalkan segalanya termasuk
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 32
orang tuanya dan bersatu menjadi sepasang suami dan isteri, “sebab itu seorang laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan istrinya, sehingga keduanya menjadi satu daging” (Kej. 2:24; Mat 19:5-6a). Suami isteri dipanggil untuk menjadi persekutuan pribadi-pribadi dan melahirkan anak-anak yang akan memperluas persekutuan pribadi tersebut. Kehadiran anak-anak dalam keluarga merupakan anugerah nyata yang sangat berharga dan sekaligus memahkotai cinta kasih dalam perkawinan. Maka selayaknyalah anak-anak dicintai dihargai, diterima sepenuhnya dan dikembangkan sebaik mungkin oleh orang tuanya. Cinta kasih dalam keluarga merupakan kekuatan keluarga yang utama, karena tanpa cinta kasih keluarga tidak akan mengalami dan merasakan kerukunan dan kesejahteraan dalam keluarga serta tidak dapat menyempurnakan hidup sebagai persekutuan pribadi-pribadi (KWI, 2011:11-12).
b. Mengabdi Kehidupan Cinta suami istri bersifat subur, baik dalam arti menurunkan anak, maupun dalam arti membuahkan kekayaan moral dan spiritual. Dengan menciptakan pria maupun wanita menurut gambar dan rupa-Nya. Allah menyempurnakan manusia dengan mengambil bagian istimewa dalam kasih dan kuasa-Nya sebagai pencipta dan Bapa, dengan bekerja sama secara bebas dan bertanggung jawab dalam meneruskan anugerah hidup manusiawi melalui sakramen perkawinan dan berkembang biak (Prokreasi). Maka tugas utama keluarga adalah melayani hidup, mewujudkan dalam sejarah berkat sejati Allah yakni meneruskan citra ilahi Allah ke orang-orang dengan menurunkan anak. (Widyamartaya, 1994:57)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 33
Tugas untuk memberikan pendidikan yang berakar dari panggilan utama orang-orang yang menikah untuk mengambil bagian dalam karya penciptaan Allah. Prokreasi juga meliputi pendidikan anak-anak. tugas dan kewajiban orang tua untuk mendidik anak-anak mereka merupakan hak yang esensial, orisinal dan primer dalam Familiaris Consortio art 36 menguraikan bahwa: Hak maupun kewajiban orang tua untuk mendidik bersifat hakiki, karena berkaitan dengan penyaluran hidup manusiawi. Selain itu bersifat asali dan utama terhadap peran serta orang-orang lain dalam pendidikan, karena keistimewaan hubungan cintakasih antara orang tua dan anak-anak. lagi pula tidak tergantikan dan tidak dapat diambil alih, dan karena itu dapat diserahkan sepenuhnya kepada orang-orang lain atau direbut oleh mereka. Anak-anak perlu dididik dalam nilai-nilai dasar, yakni dalam hal iman. Pendidikan iman ini jangan dilupakan karena iman adalah unsur yang paling mendasar. Begitu mendasar sehingga merupakan ciri khas peranan orang tua selaku pendidik yang utama. Dengan cinta kasih mereka sebagai orang tua yang mewujudkan sepenuhnya dalam tugas mendidik. Karena tugas itulah yang menyempurnakan dan melengkapi pengabdian kehidupan dalam keluarga. Cinta kasih orang tua merupakan prinsip yang menjiwai dan karena itu norma yang mengilhami serta mengarahkan segala kegiatan pendidikan dalam keluarga. Karena sakramentalitas perkawinan mereka, suami isteri merupakan guru dan ibu dalam bidang iman, merupakan pelayan gereja dalam bidang iman. Orang tua merupakan pewarta Injil bagi anak-anaknya yang membantu mereka sampai kepada Kristus dengan bantuan Roh Kudus. Namun keluarga bukanlah pendidik satu-satunya. Keluarga harus terbuka untuk bekerja sama dengan Gereja dan Negara, yang membantu keluarga itu. Orang tua juga perlu bekerja sama dengan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 34
para guru dan pengelola sekolah-sekolah (Dr. Al Purwa Hardiwardoyo, MSF 2013:97).
c.
Ikut serta dalam Pembangunan Masyarakat Keluarga merupakan sel masyarakat yang pertama, yang menjadi dasar dan
faktor penumbuh masyarakat terutama melalui pelayanan yang berdasarkan cinta kehidupan. Pengalaman hidup bersatu dan berbagi yang semestinya mencirikan hidup keluarga sehari-hari merupakan sumbangan keluarga yang pertama dan mendasar bagi masyarakat. Keluarga mempunyai peran yang penting dalam masyarakat karena keluarga merupakan landasan masyarakat dan selalu menghidupi masyarakat melalui peranannya sebagai pelayan kehidupan (A. Widyamartaya, 1994:82). Keluarga menjadi dasar dari pembangunan masyarakat karena ikut ambil bagian dalam mengembangkan peranan pengabdian kepada kehidupan. Konsili Vatikan II dalam Dekrit Apostolicum Actuositatem tentang Kerasulan Awam art 11 menyatakan bahwa: Karena pencipta alam semesta telah menetapkan persekutuan suami isteri menjadi asal mula dan dasar masyarakat manusia, maka keluarga merupakan sel pertama dan sangat penting bagi masyarakat. Dalam rangka pembangunan hidup bermasyarakat keluarga katolik hendaknya mempunyai keterbukaan, toleran, dan menghargai pluralitas yang ada. Pluralitas ini tidak hanya terjadi pada masyarakat luas, namun juga dialami dalam keluarga. Selain itu juga perlu dikembangkan prinsip solidaritas yang dapat terwujud dalam semangat gotong-royong. Dalam semangat gotong royong itulah
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 35
keluarga secara konkret menyumbangkan keutamaan hidup dan nilai-nilai kemanusiaan yang luhur (KWI, 2011:18-19). Keluarga begitu penting dalam kehidupan dan kesejahteraan masyarakat, maka masyarakatpun berkewajiban untuk membantu dan menguatkan keluargakeluarga lain. Keluarga dan masyarakat mempunyai fungsi yang saling melengkapi dalam membela dan mengembangkan kebaikan setiap dan semua orang. Hal ini ditegaskan dalam FC 48 bahwa: Persekutuan rohani antara keluarga-keluarga kristen yang berakar dalam iman serta harapan bersama dan dijiwai oleh cinta kasih, merupakan daya kekuatan batin yang menimbulkan, menyebarkan dan mengembangkan keadilan, rekonsiliasi, persaudaraan serta damai antar manusia. Selaku Gereja mini, keluarga kristen diharapkan seperti Gereja semesta menjadi lambang kesatuan bagi dunia dan dengan demikian menunaikan peranan kenabiannya dengan memberi kesaksian tentang Kerajaan Allah serta damai Kristus, tujuan peziarahan seluruh dunia.
d. Turut serta dalam Hidup dan Perutusan Gereja Keluarga Kristen wajib ikut membangun Gereja dengan membentuk dirinya menjadi “Gereja kecil”. Keluarga dibantu gereja lewat pewartaan Injil dan peneguhan iman. Keluarga dipanggil untuk pengabdian demi kemajuan Kerajaan Allah dengan ikut menghayati visi dan misi Gereja dengan mewartakan Injil lebih lanjut. Gereja mendengar dan menerima sabda Tuhan serta mewartakannya kepada orang lain. Sebagai persekutuan yang penuh dengan cinta dan kasih sejati, orang tua secara khusus menerima kabar baik bahwa kehidupaan keluarga dan perkawinan diberkati oleh Kristus sendiri. Hanya didalam iman, keluarga menyadari bahwa keluarga adalah perjanjian cinta antara Tuhan dengan umat manusia dan antara Yesus Kristus dengan Gereja sekaligus tempat untuk
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 36
memperbaharui iman dan sakramen-sakramen. Maka, keluarga Kristiani hendaklah bersama-sama dengan Kristus menghayati pengabdian kepada masyarakat, Gereja dan dunia. Dengan diberkati oleh Roh Kudus dan semangat cinta kasih dalam iman keluarga mengabdikan diri untuk merasul dan menjalankan kegiatan-kegiatan pengabdian dalam Gereja maupun dalam masyarakat. Dalam FC 50 ditegaskan bahwa: Selain itu keluarga Kristen membangun Kerajaan Allah dalam sejarah melalui kenyataan sehari-hari, yang berkaitan dengan status hidupnya serta termasuk kekhasannya. Dengan kata lain, dalam cintakasih antara suami isteri, serta para anggota keluargalah, cinta kasih yang dihayati beserta seluruh kekayaan yang luar biasa berupa nilai-nilai dan tuntutantuntutannya: sifatnya sebagai keseluruhan, kesatuan, kesetiaan serta kesuburannya, disitulah diungkapkan dan diwujudkan partisipasi keluarga Kristen dalam misi kenabian, keimanan dan rajawi Yesus Kristus beserta Gereja-Nya. Oleh karena itu cintakasih dan kehidupan merupakan intipati perutusan penyelamatan keluarga Kristen dalam Gereja dan bagi Gereja. Orang tua sebagai pendidik dalam keluarga tidak hanya sekedar mengkomunikasikan iman kepada anak-anak. keluarga turut ambil bagian dalam menghayati tugas kenabian dengan menyambut dan mewartakan sabda, terutama untuk anak-anak mereka dengan pengahayatan mereka yang mendalam. Begitulah tanggapan keluarga dalam menanggapi panggilan hidup berkeluarga dengan menjalankan tugas kenabiannya setulus hati dan keluarga akan semakin berkembang dan bertumbuh sebagai persekutuan yang beriman dan mewartakan Injil di tengah masyarakat (FC 51). Pewartaan Injil dari orang tua kepada anaknya, tidak hanya berlangsung saat anak-anak masih kecil tetapi tetap mewartakan Injil kepada anak-anak pada usia remaja dan usia muda mereka sekalipun anak-anak menolak iman Kristiani yang diterimanya. Seperti Gereja mewartakan Injil ke seluruh dunia, tidak selalu
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 37
berjalan dengan mulus. Tetapi menemukan banyak luka dan derita, banyak penolakan-penolakan dan protes keras. Keluarga juga mengalami hal yang sama dalam mewartakan Injil kepada anak-anaknya dan keluarga dituntut untuk berani menghadapi dengan keheningan hati yang penuh dengan kesukaran-kesukaran yang ada dalam diri anak-anak mereka sendiri dalam pelayanan mewartakan Injil. (FC 54). Melihat kesukaran-kesukaran pewartaan iman dalam keluarga, orang tua haruslah bijaksana dalam menyikapi segala tantangan dengan membantu anakanak
dalam
memilih
panggilan
hidup.
Keluarga-keluarga
Kristiani
mempersembahkan sumbangan istimewanya untuk kepentingan misioner Gereja dengan memupuk panggilan-panggilan misioner diantara anak-anak mereka dengan mewartakan Injil dan memberikan pelayanan kepada sesama dengan kasih Yesus Kristus (Widyamartaya, 1994:100).
4.
Peranan doa ditinjau dari dokumen Familiaris Consortio Gereja mendoakan keluarga Kristen untuk membina keluarga, supaya hidup
sesuai kepenuhannya dengan rahmat yang telah Tuhan berikan melalui sakramen Perkawinan. Hendaknya juga keluarga kristiani bersatu dalam doa, baik sebagai suami isteri sebagai orang tua dan anak-anak, karena hal ini merupakan tanggung jawab dari orang tua. Banyak kesempatan untuk bersatu dalam doa dan semua itu merupakan saat-saat Tuhan menyentuh kehidupan keluarga secara khusus. Tuhan memanggil keluarga untuk berdoa bersama dengan caranya tersendiri, melalui
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 38
kesukaran-kesukaran hidup yang dilalui oleh keluarga dan membawa kesukaran tersebut dalam doa. Doa dalam keluarga mempunyai ciri-cirinya sendiri yaitu doa yang dipanjatkan bersama-sama yang terdiri dari suami, isteri, dan anak-anak. Doa bersama ini dilakukan bukan hanya semata-mata karena mendapat kesukarankesukaran dalam hidup, tetapi lebih menyadari bahwa keluarga terikat kepada persekutuan yang telah dipersatukan Allah dalam sakramen perkawinan yang diterimakan oleh suami dan isteri, sedangkan sakramen babtis diterima oleh anakanak (FC 59). Ada ikatan yang mendalam dan penting antara Gereja dengan orang beriman seperti yang dinyatakan dalam Sacrosantum Consilium mengenai Liturgi Suci yang menegaskan bahwa: Akan tetapi hidup rohani tidak tercakup seluruhnya dengan hanya ikut serta dalam liturgi. Sebab semua manusia Kristiani yang memang dipanggil untuk berdoa bersama, toh harus memasuki biliknya juga untuk berdoa kepada Bapa di tempat yang tersembunyi. Bahkan menurut amanat Rasul Paulus ia harus berkajang dalam doa. Dan Rasul itu juga mengajar, supaya kita selalu membawa kematian Yesus dalam tubuh kita, supaya hidup Yesus pun menjadi nyata dalam daging kita yang fana. Maka dari itu dalam kurban Misa kita memohon kepada Tuhan, supaya dengan menerima persembahan kurban rohani, Ia menyempurnakan kita sendiri menjadi kurban abadi bagi diri-Nya. Hal ini merupakan suatu tujuan yang penting bagi keluarga untuk menghantarkan anak-anaknya pada kebiasaan doa bersama. Maka dibutuhkan partisipasi selangkah demi selangkah untuk membantu anak kepada kebiasaan doa dengan mengajarkannya doa sebelum dan sesudah makan, sebelum dan setelah bangun tidur, saat anggota keluarga dalam keadaan sakit, ulang tahun, dan saat dalam perjalanan jauh. Terutama mengajarkan anak pada kebiasaan mengikuti
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 39
perayaan ekaristi di gereja pada hari minggu dan pesta, dan perayaan sakramensakramen, khususnya sakramen-sakramen inisiasi Kristiani untuk anak-anak (FC 61). Dengan tetap menghormati kebebasan anak-anak Allah, Gereja selalu menganjurkan praktik kesalehan tertentu kepada umat beriman dengan perhatian khusus. Antara lain dengan mengajarkan anak-anak doa-doa dasar seperti yang diajarkan oleh Bapa dan tradisi Gereja. Doa rosario merupakan doa yang paling banyak digemari dan dipakai oleh keluarga-keluarga Kristiani (Widyamartaya, 1994:108). Kesatuan dalam doa jangan sampai terlupakan, karena doa merupakan unsur pokok kehidupan manusia beriman dipandang dari kepenuhan dan keutamaannya karena doa merupakan bagian terpenting dalam keluarga sebagai sarana pembinaan iman anak dan pemersatu anggota keluarga. Dan doa merupakan ungkapan iman batin setiap manusia dan syarat utama pembebasan roh. Ungkapan ini ditegaskan dalam FC art 62 yang menyatakan bahwa: Doa sama sekali bukan semacam pelarian dari kesanggupan-kesanggupan sehari-hari, melainkan merupakan dorongan yang paling kuat bagi keluarga Kristen untuk seutuhnya memikul dan memenuhi segala tanggung jawabnya sebagai sel utama dan mendasar bagi masyarakat manusia. Begitulah partisipasi nyata keluarga Kristen dalam kehidupan serta misi Gereja berada dalam proporsi langsung dengan kesetiaan serta intensifnya doa, ikatan persatuan keluarga dengan poko anggur yang subur, yakni Yesus Kristus Tuhan. Doa merupakan bentuk penyerahan diri seorang manusia kepada Tuhannya dengan memohon belas kasihan dan mengucap syukur atas anugerah yang diberikannya. Maka dari itu, manusia selalu berdoa kepada Bapanya untuk memikul salib Kristus dari masalah-masalah yang terjadi dalam hidupnya. Kelebatan buah keluarga Kristiani dalam pelayanan tertuju untuk kemajuan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 40
manusia dengan mengusahakan perubahan dunia, dan berasal dari persekutuan yang hidup dengan Kristus, yang disuburkan oleh Liturgi, persembahan diri dan doa (Widyamartaya, 1994:110).
C. Pembinaan Iman Usia Dini Menjadi murid Kristus menyertakan dinamika untuk membentuk hidup atas dasar nilai-nilai yang ditawarkan oleh Kristus, kemudian kita diubah oleh nilainilai tersebut dan menjadi serupa dengan Kristus. Proses inilah yang disebut dengan transformasi diri dalam Kristus. Seseorang yang ingin menjadi pengikut Kristus hendaknya berani meninggalkan kehidupannya yang lama agar dengan demikian ia menemukan hidup (Mat 10:37-39; 16:24-25). Ini berarti bahwa kita memeluk transendensi diri dalam cinta pada Kristus. Hal ini mengandaikan bahwa kita menyerahkan diri seutuhnya kepada Allah dan kepada sesama. Hal ini harus diwartakan dengan jelas dalam tiap tujuan pembinaan agar pembinaan tidak salah arah. Konsekuensinya adalah Allah menjadi pusat dan arah pembinaan dan ini terlaksana dalam memeluk nilai-nilai adikodrati seperti sosial, budaya, ekonomi, politik dan seni. Sebagaimana diungkapkan dalam GS 22. Bila sejak awal pembinaan dalam keluarga sudah mewartakan dan memusatkan perhatian pada nilai-nilai rohani agar anak tahu apa yang mereka imani dan mereka hayati. Walau begitu, tidak cukup dengan hanya mewartakan nilai-nilai rohani saja, tetapi juga nilai-nilai itu perlu dihayati, diikuti, diwujudkan, dibatinkan dan diitegrasikan sehingga ia berubah dalam Kristus. Karena pewartaan hanya menyajikan isi dan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 41
pengertian nilai, namun belum menyentuh fungsi nilai dalam pertumbuhan pribadi. (F. Mardi Prasetyo 2000:98).
1.
Arti Pembinaan Mangunhardjana (1986:11-12) dalam bukunya Pembinaan; Arti dan
Metodenya menyatakan pengertian pembinaan sebagai berikut: Kata pembinaan merupakan terjemahan dari kata Inggris, training yang berarti latihan, pendidikan, dan pembinaan. Pembinaan merupakan bagian dari pendidikan sejauh hal tersebut berhubungan dengan pengembangan manusia. Pembinaan merupakan suatu proses belajar dengan melepaskan hal-hal yang sudah dimiliki dan mempelajari hal yang baru yang belum dimilki sebelumnya, dengan tujuan membantu orang yang menjalaninya sehingga semakin mampu mengembangkan diri secara lebih baik. Melalui pembinaan terjadi proses belajar mengajar dan peran serta tidak hanya sekedar mempelajari ilmu baru, tetapi juga mempraktikan ilmu baru yang didapatnya. Dalam pembinaan, orang dilatih untuk mengenal kemampuannya dan mengembangkannya dengan tujuan untuk melatih mendapatkan sikap, attitude, dan keterampilan. Dewasa ini, pembinaan menekankan pengembangan manusia pada segi praktis yaitu dengan mengembangkan sikap, kemampuan serta keterampilan. Dalam pembinaan terutama dilatih untuk mengenal lebih jauh kepribadiannya dan mengembangkannya agar menjadi sosok manusia yang dapat diandalkan. “Kalau dirumuskan dalam bentuk definisi, pembinaan adalah suatu proses belajar dengan melepaskan hal-hal yang sudah dimiliki dan mempelajari hal-hal baru yang belum dimiliki, dengan tujuan membantu orang yang menjalaninya, untuk membetulkan dan mengembangkan pengetahuan dan kecakapan yang sudah ada serta mendapatkan pengetahuan dan kecakapan baru untuk mencapai tujuan hidup dan kerja yang sedang dijalani secara efektif” (Mangunharjana 1986:12)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 42
Dalam pembinaan ini berarti melepas apa yang dimiliki (delearning), berupa pengetahuan dan praktik-praktik dan mempelajari hal-hal baru (learning). Tujuannya agar orang yang menjalani pembinaan mampu mencapai tujuan hidup secara lebih efisien dan efektif daripada sebelumnya. Tentu saja, orang yang membina harus lebih berpengalaman dan diharapkan dapat memberikan efek positif bagi yang dibina dengan harapan dapat membantu orang yang dibina menjadi lebih baik dan dapat diandalkan.
2.
Pengertian Iman Iman adalah jawaban atas panggilan Allah, penyerahan secara total antara
pribadi kepada Allah yang menyatakan diri tidak karena terpaksa, melainkan dengan sukarela. Iman merupakan hubungan pribadi dengan Allah yang hanya terjadi karena Rahmat Allah. Dalam iman, manusia mengakui bahwa Allah yang tak terbatas berkenan memasuki dan menuntun hidup manusia yang serba terbatas. Pengalaman iman merupakan pengalaman yang mendasar dalam hidup manusia. Dalam pengalaman yang mendasar itulah iman dibangun, penyerahan diri manusia kepada Allah dan pertemuan antara manusia dengan Allah. (KWI, 1996: 128-129). Penyerahan diri terhadap iman ini dipertegas oleh Dokumen Dignitatis Humanae art 10 yang berbunyi: Salah satu pokok amat penting ajaran katolik, yang tercantum dalam sabda Allah dan terus-menerus diwartakan oleh para Bapa Gereja, yakni: manusia wajib secara sukarela menjawab Allah dengan beriman; maka dari itu tak
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 43
seorang pun boleh dipaksa melawan kemauannya sendiri untuk memeluk iman. Sebab pada hakekatnya kita menyatakan iman kita dengan kehendak yang bebas, karena manusia yang ditebus oleh Kristus Sang Penyelamat, dan dengan perantaraan Yesus Kristus dipanggil untuk diangkat menjadi anak Allah, tidak dapat mematuhi Allah yang mewahyukan Diri, seandainya Bapa tidak menariknya, dan ia tidak dengan bebas menyatakan kepada Allah ketaatan imannya yang menurut nalar dapat dipertanggungjawabkan. Kebebasan itu tidak hanya berarti kebebasan fisik, tanpa paksaan dari luar. Bukan merupakan kebebasan berpikir dan kemerdekaan mengambil keputusan berdasarkan keyakinan mereka sendiri. Melainkan kebebasan untuk mengikuti suara hati dan menentukan arah hidupnya sendiri. Dengan bebas, manusia memasuki kemerdekaan menjadi anak-anak Allah (Rm 8:21). Yang dimaksud kemerdekaan
ialah
kemerdekaan
untuk
menang
atas
dirinya
sendiri,
memenangkan rasa takut dan merasa aman di tangan Tuhan. Kebebasan iman dalam arti ini ialah keyakinan bahwa menjadi jauh lebih baik untuk menyerahkan diri kepada kebaikan Allah daripada memusatkan segala keprihatinan hidup pada diri sendiri. Iman membebaskan karena memecahkan belenggu ketakutan dan kecurigaan. Iman juga berarti menerima kehadiran Allah dalam hidupnya. Dalam Konstitusi Dogmatis tentang Wahyu Ilahi dikatakan: “Demikianlah manusia dengan
bebas
menyerahkan
diri
seutuhnya
kepada
Allah,
dengan
mempersembahkan “kepatuhan akalbudi serta kehendak yang sepenuhnya kepada Allah yang mewahyukan” dan dengan secara sukarela menerima sebagai kebenaran wahyu yang dikurniakan oleh-Nya (DV. Art 5). Melalui pengungkapan iman itu, berarti manusia menyatakan kesanggupan dan menaati imannya kepada Allah. Maka beriman berarti sanggup untuk melaksanakan semua perintah-Nya
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 44
dan hidup seturut kehendak Allah. Iman sebagai sikap dasar itu tidak boleh sembarangan melainkan berisikan kebenaran-kebenaran tentang Tuhan melalui kesaksian-kesaksian manusia di tengah-tengah dunia. Oleh karena itu iman merupakan anugerah Ilahi dan bukan karya manusia yang menyelamatkan. Namun iman bukan hanya sikap batin tetapi harus dijiwai kasih dan diwujudkan dalam karya nyata (Komkel Malang 1998:3).
3.
Pengertian Pembinaan Iman Usia Dini Pembinaan iman dini merupakan suatu pengembangan pendidikan anak usia
dini yang diarahkan demi mewujudkan perkembangan iman anak. Pembinaan iman dini merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan yang lebih lanjut. Usia dini adalah masa perkembangan fisik, mental dan spiritual seorang anak sudah mulai terbentuk. Pada usia dini inilah, karakter anak akan terbentuk dari hasil belajar dan menyerap perilaku orang tua serta lingkungannya. Pada tahapan ini, perkembangan mental anak berlangsung sangat cepat. Anak menjadi mudah sensitif dan peka dalam mempelajari dan berlatih sesuatu yang dilihatnya, dirasakan dan didengarnya dari lingkungan (Kana, 2012:7). Anak sebagai pribadi yang berharga dan unik adalah subyek pembinaan, maka anak harus menjadi fokus keluarga dan gereja. Seperti yang sudah kita ketahui, keluarga merupakan lingkungan pertama untuk mendidik anak-anak
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 45
dalam hal iman. Pembinaan iman bukan pertama-tama proses pengajaran, melainkan proses internalisasi nilai-nilai lewat suasana dan keteladanan, maka keluarga merupakan tempat yang sesuai untuk mendidik anak-anak. Penanaman sikap baik yang penuh kasih sedini mungkin akan menciptakan manusia utuh yang berpikiran positif. Untuk itu, menumbuhkan pemahaman yang positif sangat penting untuk pertumbuhan iman anak. Untuk menumbuhkan pemahaman positif pada diri anak sejak usia dini dengan memberikan kepercayaan pada diri anak untuk mengambil keputusan dalam dirinya sendiri membantu anak mengarahkan potensinya dengan begitu mereka lebih mampu untuk bereksplorasi dan berkembang dalam hal iman. Pembinaan iman bertujuan untuk mengarahkan dan mengantar anak kepada taraf insani yang utuh dan dapat mensinergikan kemampuan-kemampuan manusiawi yang dimilikinya, yaitu kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional, kecerdasan moral dan kemampuan mencari, menemukan dan memberi makna kehidupan. Melalui proses pembinaan iman dalam keluarga, orang tua menjadi teladan iman anak. Orang tua berperan sebagai katekis bagi anak-anaknya salah satunya dengan menjadi katekis yang siap mewartakan Sabda Allah. Oleh karena itu, untuk dapat mengembangkan anak menjadi pribadi yang beriman diperlukan usaha dari orang tua sebagai pendidik utama anak dalam hidupnya. Disinilah peran orang tua sangat penting dalam membina iman anak, karena anak-anak belum sepenuhnya dapat hidup mandiri dan masih membutuhkan orang lain untuk mencapai kematangan dan kedewasaan iman Kristiani baik secara individu maupun kelompok.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 46
D. Kebutuhan Rohani Anak Melahirkan anak-anak itu tidaklah sulit. Memberikan kebutuhan jasmani, seperti tempat tinggal, makan, minum, kebutuhan-kebutuhan hidup sehari-hari untuk sekolah, bermain, dan belajar memang sudah menjadi kewajiban orang tua untuk merawat anak-anaknya dengan memberikan kehidupan yang layak. Namun, banyak pula dari keluarga-keluarga terlalu berfokus pada hal moril saja. Sehingga anak-anak kurang mendapat pendidikan rohani. Karena dengan gizi yang cukuppun, tidak menjamin kebutuhan rohani anak akan terpenuhi. Yang baik itu bukan materi, dan kepusan psikis, melainkan juga iman, harapan, dan kasih. Kebutuhan rohani anak mutlak harus diberikan kepada anak untuk perkembangan imannya. Anak-anak harus dibimbing demi perkembangan imannya. Biarkanlah anak-anak itu, janganlah menghalang-halangi mereka datang kepada-Ku; sebab orang-orang yang seperti itulah yang empunya kerajaan sorga (Mat 19:14). Dalam kutipan tersebut jelas bahwa anak-anak sangat tertarik dengan Yesus. Anak-anak memiliki tempat istimewa dalam hati Allah. Di sini, orang dewasa mempunyai tanggungjawab yang besar untuk memelihara serta memperhatikan pertumbuhan anak-anak Allah. Pertama, adanya suatu perintah yang positif untuk menyambut anak-anak dalam nama-Nya. Kedua, adanya suatu peringatan yang negatif agar jangan menyesatkan mereka sehingga menyebabkan mereka jatuh ke dalam dosa. Kebutuhan rohani anak ini pertama-tama tentunya haruslah dipenuhi oleh kedua orang tua dan keluarga. Karena itulah orang tua harus memberikan teladan kepada anak-anaknya dengan memberikan contoh yang baik. Jika orang tua
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 47
menginginkan anaknya menjadi orang yang rajin, ramah, dan saleh, mereka harus memberikan teladan kerajinan, keramahan, kesalehan. Orang tua yang menginginkan
anaknya
menghargai
sesama
haruslah
terlebih
dahulu
membuktikan bahwa mereka berdua saling menghargai dan juga menghargai anak-anaknya. Dalam keluarga yang sehat, sebagai pemberi teladan bagi anak-anaknya, orang tua bukanlah orang-orang yang sempurna. Karena itu orang tua tidak perlu berpura-pura dapat hidup sempurna. Mereka sebaiknya bersedia mengakui kesalahan, tidak malu meminta maaf bila berbuat salah dan tidak enggan memberikan maaf kepada anak-anak mereka. Dengan memberikan kesempatan yang bagus bagi anak-anak untuk melihat kerendahan hati mereka (Komisi Pendampingan Keluarga KAS. 2006:8).
1.
Kedisiplinan Salah satu penghasil keberhasilan adalah kedispilan. Orang yang hidup
dengan disiplin lebih berpeluang meraik keberhasilan daripada orang yang hanya hidup seenaknya. Kedisplinan itu merupakan hasil dari berbagai latihan yang dilakukan secara teratur dan dalam waktu yang lama. Sayangnya banyak orang tua mungkin karena rasa sayangnya tidak menumbuhkan kedisiplinan pada anak-anak mereka. Akibatnya anak-anak itu hidup tidak teratur dan sulit mencapai keberhasilan. Disiplin pada hakekatnya tidak berupa hukuman, tapi untuk koreksi dan latihan membimbing ke tindakan masa depan.
Dengan demikian untuk
mengarahkan kepada tujuan yang sebenarnya, disiplin harus lebih kompleks dan lebih luas daripada hukuman saja. Dalam usaha menanamkan disiplin pada anak,
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 48
satu hal sangat menentukan. Orang tua harus dapat membedakan antara keinginan dan perbuatan. Dalam hal perbuatan, orang tua turun tangan dan membatasi bila itu diperlukan. Tetapi jika dalam hal keinginan dan harapan-harapan, orang tua memberi kebebasan yang tentunya harus bertanggung jawab. Penanaman disiplin ini untuk mengatur perilaku anak, agar menjadi anak yang baik (Alex Sobur. 1985:43).
2.
Pendampingan Yang dibutuhkan oleh anak-anak bukanlah sekedar pedoman, nasehat dan
pengarahan atau “dogma” melainkan juga kehadiran pendamping yang baik, yakni pendamping yang memahami perkembangan zaman maupun jiwa anak-anak. Teladan utama bagi semua pendamping kristiani adalah Tuhan Yesus sendiri. Dialah gembala yang baik, gembala yang mengenal dan dikenal semua dombaNya.
3.
Persahabatan Orang tua sebaiknya berusaha menjalin persahabatan dengan anak-anaknya.
Menurut Larry Grabb, persahabatan semacam itu akan terjalin bila anak-anak tahu bahwa orang tua sungguh-sungguh mencintai dan menyukai mereka. Anak-anak tahu bahwa orang tua mau menerima segala kekurangan mereka. Anak-anak mengalami bahwa orang tua menghargai mereka. Anak-anak cenderung mempercayai orang tua yang sungguh-sungguh mempercayai orang tua yang sungguh-sungguh mempercayai mereka. Anak-anak yang didengarkan cenderung mau mendengarkan. Anak-anak yang mengalami bahwa mereka dipahami
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 49
biasanya mau memahami. Anak-anak yang dianggap baik oleh orang tuanya cenderung menganggap orang tua mereka sebagai orang tua yang baik. (Komisi Pendampingan Keluarga KAS. 2006:7-8).
4.
Tahapan Perkembangan Iman Seperti segi-segi lain dari kepribadian anak, iman anak juga berkembang
dalam beberapa tahapan. Menurut buku Pendidikan Anak dalam Keluarga (Komisi Pendampingan KAS 2006: 12-13), tahapan-tahapan tersebut adalah sebagai berikut:
a. Tahapan usia 0-3 tahun. Tahapan ini disebut tahapan primal. Benih iman pada kurun hidup paling dini ini terbentuk oleh rasa percaya si anak pada orang-orang yang mengasuhnya dan oleh rasa aman yang dialaminya di tengah lingkungannya. Seluruh interaksi timbal balik antara si anak dan orang-orang di sekitarnya merupakan titik tolak bagi perkembangan imannya. Interaksi yang mendukung perkembangan iman adalah interaksi yang menumbuhkan keyakinan pada dirinya, bahwa ia adalah insan yang dicintai dan dihargai. b. Tahapan usia 3 -7 tahun. Tahapan ini disebut tahapan intuitif proyektif. Unsur terpenting pada tahapanini ialah intuisi si anak, yang sifatnya belum rasional. Intuisi tersebut dipakainya untuk memaknai dunia di sekitarnya. Intuisi itu memungkinkannya menangkap nilai-nilai religius yang dipantulkan oleh para tokoh kunci yakni ayah,
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 50
ibu, pengasuh, paman, bibi, kakek, nenek, pastor, suster dan sebagainya. Maka, pada tahapan ini si anak memahami atau membayangkan Tuhan sebagai sang tokoh yang mirip dengan ayah, ibu, pengasuh, paman, bibi, kakek, nenek, pastor, suster atau tokoh yang berpengaruh lain. Pada tahap ini, iman seorang anak diwarnai oleh rasa takut dan hormat pada tokoh-tokoh kunci tersebut. Usahausaha untuk mengembangkan iman seorang anak pada tahapan usia ini seyogyanya dilaksanakan dnegan cara yang sederhana, tidak terlalu mengandalkan penalaran dan menghindari ucapan-ucapan yang tidak sesuai dengan sikap-sikap dan tindakan-tindakan yang nyata. Usaha-usaha pembinaan iman pada tahapan ini hendaknya lebih mengandalkan keteladanan, melalui perilaku yang nyata dari tokoh kunci.
c. Tahapan usia 7-12 tahun. Tahapan ini disebut tahapan mitis literal. Pada tahapan ini yang paling berperan dalam perkembangan iman anak adalah kelompok atau institusi kemasyarakatan yang paling dekat dengannya, misalnya bina iman, sekolah, atau kelompok sekolah minggu. Kelompok atau institusi tersebut berfungsi sebagai sumber pengajaran iman. Pengajaran itu paling mengena kalau disampaikan dalam bentuk kisah-kisah yang bernuansa rekaan. Tuturan pengajaran lewat kisah rekaan cenderung diterima olehnya secara harfiah. Usaha-usaha pengembangan iman pada tahapan ini seyogyanya tetap dilaksanakan dengan cara sederhana, tidak terlalu mengandalkan penalaran.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 51
E. Fokus Penelitian Penelitian difokuskan mengenai doa bersama yang dilaksanakan dalam setiap keluarga di lingkungan St Petrus, mengenai pembinaan iman dini di dalam keluarga, pengertian dan peranan doa dalam rangka pembinaan iman dalam keluarga, bentuk-bentuk doa bersama yang berlangsung dalam keluarga, faktor pendukung dan penghambat kebiasaan doa bersama dalam doa bersama di tengah keluarga, dan usaha apa yang dilakukan untuk meningkatkan penghayatan hidup doa dalam keluarga.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 52
BAB III PENELITIAN TENTANG PERANAN DOA BERSAMA DALAM KELUARGA SEBAGAI SARANA PEMBINAAN IMAN USIA DINI DI LINGKUNGAN ST PETRUS PAROKI ST YOHANES RASUL KEDATON, BANDAR LAMPUNG, LAMPUNG Setelah melihat doa bersama dalam keluarga dan pembinaan iman dini pada bab terdahulu, dalam bab ini dipaparkan gambaran umum Paroki St Yohanes Rasul Kedaton, penelitian doa bersama dalam keluarga sebagai sarana pembinaan iman dini, hasil penelitian dan pembahasan.
A. Gambaran Umum Paroki St Yohanes Rasul Kedaton. Dalam bagian ini dipaparkan mengenai sejarah berdirinya Paroki St Yohanes Rasul kedaton dan lingkungan St Petrus, keadaan dan perkembangan umatnya, serta kehidupan keluarga katolik di Lingkungan St Petrus Paroki St Yohanes Rasul.
1.
Sejarah Berdirinya Paroki St Yohanes Rasul Kedaton Berdasarkan buku kenangan dinamika umat 25 tahun Paroki St Yohanes
Rasul Kedaton, Gedung gereja Santo Yohanes merupakan salah satu dari lima gedung gereja yang terdapat di Kotamadya Bandar Lampung. Yang lainnya terdapat di Tanjungkarang, dua di Telukbetung, dan satu di Panjang. Dalam rangkaian sejarah Keuskupan Tanjungkarang, paroki Kedaton merupakan paroki yang ke- 10. Lahir langsung berdiri dan jalan pada 1971. Sebelum berdiri menjadi sebuah Paroki, pada awalnya hanya ada dua gedung gereja katolik di kota kembar
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 53
Tanjungkarang-Telukbetung, ibukota kabupaten Lampung Selatan. Satu di Tanjungkarang dan satu di Telukbetung. Pada masa itu umat hanya mempunyai dua pilihan untuk beribadat. Mereka yang bertempat tinggal di Wilayah Kecamatan Kedaton, Negeri Balau, Kabupaten Lampung Selatan tentu wajar bila “bergereja” di Tanjungkarang. Artinya secara administrasi umat di Wilayah Kecamatan Kedaton, Negeri Balau, Kabupaten Lampung Selatan masih tergabung dalam warga paroki Tanjungkarang. Akhirnya sampailah pada sebuah kesimpulan atas prakarsa sejumlah orang termasuk pastor paroki Tanjungkarang, Wilhelminus Lorentius Cornelius Boeren SCJ. Karena perkembangan umat yang terus meningkat, menjelang tahun 1970 gedung gereja Christi Regis terasa penuh sesak dan hampir tidak dapat menampung umat. Pasalnya selain dari Kedaton dan Tanjungkarang sendiri, para umat yang berdomisili di seputar Karanganyar, Bergen, Natar juga “nebeng” misa secara rutin di gereja ini. Maka pastor Boeren, pastor Jan Emil Vranken SCJ, dan beberapa tokoh umat dari Kedaton khususnya mulai berunding membuat satu gedung gereja baru untuk wilayah Kedaton. Ada peluang di gang PU (kini Jalan Pagar Alam). tetapi kemudian dibatalkan setelah ada kepastian yang lebih baik, yakni di gang Bhakti (kini jalan Tupai). Tanah ex Perkebunan Kedaton inipun segera dibeli, seluas ±1500 m² kemudian segeralah dibuat tim kerja yang dipelopori oleh HY Tuwuh Sunyoto, Bapak Yohanes Sarwono DP, dan Bapak Agus Suharno. Pastor Yohanes A. Vaan Kaam SCJ bertindak sebagai konsultan. Pada 8 april 1970 panitia pendiri Gereja Katolik Kedaton mulai ditetapkan. Terdiri dari Ketua I Tuwuh Sunyoto, Ketua II
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 54
Agus Suharno, sekretaris Yohanes Sarwono, bendahara Celsus Sudjas Tjiptosudiro, dan pembantu umum Suharto. Rupanya bukan mendirikan Gereja namanya kalau tidak ada halangan. Hal itulah yang sempat dialami oleh gereja pertama ini. Wujudnya berupa surat unjuk rasa dengan surat pernyataan tidak setuju pada 5 Agustus 1970. Sementara pihak panitia sendiri sudah mendapatkan sejumlah izin dan persetujuan resmi. Ada surat izin lingkungan tertanggal 9 April 1970. Untuk menjaga kemungkinan yang tidak diinginkan, terpaksa pembangunan gedung gereja yang sudah hampir jadi itu ditunda. Pada 24 Agustus 1970 Camat Kedaton, lewat surat meminta kepada panitia pembangunan agar tidak dilanjutkan. Pada 29 September 1970 bapak FX Soedar Adowasito menghubungi Bupati Lampung. Karena belum juga ada tanggapan, Monseignur Hermelink berkirim surat kepada Gubernur, pada 2 Nopember 1970. Pada 19 Januari ijin mendirikan bangunan diterbitkan oleh Bupati. Dengan demikian pembangunan gedung gereja dilanjutkan kembali. Sekitar dua minggu kemudian datanglah hal yang tidak diinginkan. Tepatnya pada 31 Januari, hari minggu sekitar pukul 10.00 WIB unjuk rasa. Seorang ABRI yang beragama katolik, Serda Latman yang jauh hari telah bersedia membantu Panitia khususnya di bidang keamanan berhasil menghentikan kerusuhan. Panitiapun
segera melaporkan kerusuhan kepada pihak berwajib.
Setelah situasi kembali tenang, barulah pekerjaan dimulai kembali sampai akhirnya pembangunan selesai dan terwujud sesuai harapan. Perayaan Kamis Putih 7 April 1971 menjadi begitu istimewa bagi para umat Kedaton karena pada hari itulah Gereja diberkati. Umat Kedaton sudah memiliki gedung gereja sendiri,
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 55
dan namanya ditetapkan sebagai Santo Yohanes Rasul. Pada akhir 1971 Pastor Andreas Hendrisoesanta SCJ ditempatkan di pastoran Kedaton sekaligus menjadi Pastor paroki yang pertama. Dengan demikian Kedaton menjadi sebuah Paroki yang kesepuluh dalam jajaran paroki se Keuskupan Tanjungkarang. Pada 1972 pastoran mulai sedikit diperluas, dengan dibelinya sebidang tanah berikut rumah di sebelah kiri pastoran. Sampai dengan 1973 luas tanah kompleks gereja ini baru sekitar 1.200 m². Terasa masih sempit, sekalipun jumlah umat pada saat itu barulah 1.071 orang. Itupun sudah termasuk para umat di Way Kandis dan Margo Agung, Natar dan sebagainya. Maret 1975 Pastor Henrisoesanta bersama Pastor Boeren membeli tanah berikut rumahnya yang letaknya kebetulan berhadapan langsung dengan gereja. Luasnya sekitar 450 m². Dua tahun kemudian dibeli pula sebidang tanah di samping kiri pastoran, luasnya sekitar 250 m² . Dalam tahun yang sama bagian belakang gereja mendapat perluasan sekitar 390 m². Pada Mei 1989 dibeli tanah sekaligus rumah di samping kanan gereja, seluas kurang lebih 1.300 m². Terakhir pada Nopember 1994, dibeli pula tanah beserta rumah di Gang Delima/Gang Salak. Luasnya sekitar 250 m².
2.
Letak Geografis Paroki Stasi pusat Gereja St Yohanes Kedaton terletak di wilayah Kelurahan
Sidodadi Kecamatan Kedaton Kotamadya Bandar Lampung, membawahi 17 Lingkungan yang berada pada wilayah-wilayah sebagai berikut: a.
Sebelah Utara, Kecamatan Kedaton meliputi: kelurahan Kedaton, kelurahan Labuhan Ratu, kelurahan Gedongmeneng, kelurahan Kampung Baru,
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 56
kelurahan Sukamenanti, kelurahan Sidodadi, kelurahan Surabaya, kelurahan Perumnas Way Halim, kelurahan Rajabasa, kelurahan Tanjung Senang b.
Sebelah Timur, Kecamatan Sukarame meliputi: kelurahan Sukarame, kelurahan Gunung Sulah, kelurahan Way Halim Permai
c.
Sebelah Barat, Kecamatan Tanjungkarang Barat meliputi: kelurahan Segalamider, kelurahan Gunung Terang.
3.
Jumlah Umat Paroki St Yohanes Rasul Kedaton Paroki St Yohanes Kedaton mengalami perkembangan dalam hal jumlah
Umat. umat tidak hanya beeibadah di Paroki St Yohanes Rasul Kedaton tetapi juga di Paroki Lain misalnya Paroki Ratu Damai Telukbetung dan Paroki Kristusraja Tanjungkarang. Berdasarkan data yang diperoleh pertumbuhan umat pada tahun 1995 mencapai 3244 umat. dengan jumlah 17 lingkungan. Berkembang pesat dari 11 lingkungan pada tahun 1995 menjadi 17 lingkungan (Dinamika Umat Paroki: 2.5)
4.
Perkembangan Umat Katolik di Paroki St Yohanes Rasul Kedaton
a.
Sejarah Lingkungan St Petrus Berdasarkan buku Dinamika Umat Gereja St Yohanes Rasul Kedaton
(1997:41) Sebelum bernama St Petrus, lingkungan ini bernama Kring Labuhan Ratu. Berdiri pada tanggal 29 Juni 1971 diprakarsai oleh Alm. Bapak M. Reso Dinomo dan Alm Bapak PC. Sukamto. Pada 1975 sudah terjadi perubahan komposisi Lingkungan yang tadinya bernama Labuhan Ratu diganti menjadi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 57
nama santo dan santa. Nama St Petrus sendiri diambil karena Lingkungan ini berdiri pada tanggal 29 Juni bertepatan dengan pesta kudus St Petrus. Pada 12 september 1996, lingkungan ini terpecah menjadi dua dan sekarang bernama St Paulus. Jumlah umat di lingkungan St Petrus ini 78 KK atau sekitar 348 jiwa yang terdiri dari 178 orang laki-laki dan 170 orang perempuan. Lingkungan St Petrus ini mencakup wilayah kecamatan Tanjungkarang Barat dan Kedaton, dan mencakup wilayah kelurahan Gunung Terang, Rajabasa, Labuhan Ratu, Gedongmeneng dan Kampung Baru.
b. Situasi Sosial Ekonomi Umat Lingkungan St Petrus Sebagian besar umat di lingkungan St Petrus ini bermata pencaharian sebagai pegawai dan guru swasta maupun negeri. Situasi sosial ekonomi umat di lingkungan St Petrus menengah ke atas dan saling membantu satu sama lain. Kehidupan umat terjalin dengan sangat baik, hal ini terbukti dengan berbagai kegiatan kerohanian seperti retret, ziarah bersama lingkungan dan turut menyertakan keluarga masing-masing, kunjungan keluarga terutama saat hari besar, kegiatan-kegiatan doa bersama di lingkungan, kegiatan omk yang diikuti oleh orang muda dan remaja di lingkungan St Petrus. Terjalinnya kerja sama yang baik antar umat hal ini terlihat ketika memperingati hari jadi lingkungan setiap tahunnya dan mengadakan sebuah acara yang meriah dan melibatkan seluruh umat dari berbagai kalangan mulai dari anak-anak, remaja, orang muda, orang dewasa hingga sesepuh.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 58
c.
Kehidupan Doa Umat Lingkungan St Petrus Kehidupan doa bersama di lingkungan terjadi saat bulan Maria atau bulan
Rosario. Umat bersama-sama berdoa Rosario di rumah-rumah umat secara bergantian yang diselenggarakan setiap hari senin – sabtu. Pertemuan adven pada masa pra-paskah yang diselenggarakan seminggu sekali. Doa-doa bersama jika ada ujub khusus dari salah satu keluarga. Katekese bagi calon Krisma dilakukan setiap hari minggu sore di rumah umat yang bersedia rumahnya ditempati untuk pertemuan Krisma.
B. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui sejauh mana peranan doa bersama dalam keluarga sebagai sarana pembinaan iman usia dini di Lingkungan St Petrus yang meliputi permasalahan penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, jenis penelitian, instrumen penelitian, responden penelitian, waktu dan tempat penelitian dan variabel penelitian.
1.
Latar Belakang Penelitian Doa bersama dalam keluarga merupakan hal yang penting yang harus
dilakukan oleh keluarga tersebut demi terciptanya pembinaan anak sejak usia dini. Iman setiap anggota keluarga dapat tumbuh subur dan berkembang, serta terbina dengan baik dalam keluarganya terus menerus sehingga terjadi persekutuan dalam doa.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 59
Oleh karena itu, penulis melihat bahwa pemahaman, peranan doa bersama, hambatan dan pendukung doa bersama dalam keluarga perlu dikaji untuk menangani permasalahan pembinaan iman anak sejak usia dini dalam keluarga. Untuk mengkaji beberapa permasalahan tersebut, penulis mengadakan penelitian dengan menyebarkan kuesioner yang berupa pertanyaan dan memberikan langsung kepada keluarga. Penelitian ini memberikan suatu gambaran tentang sejauh mana keluarga Katolik di Lingkungan St Petrus Paroki St Yohanes Rasul Kedaton Bandar Lampung, Lampung melaksanakan doa bersama dalam keluarga sebagai sarana pembinaan iman usia dini.
2.
Permasalahan Penelitian
a.
Wujud-wujud apa saja yang kini berlangsung dari doa bersama dalam keluarga katolik di lingkungan St Petrus Paroki St Yohanes Rasul Kedaton Bandar Lampung, Lampung ?
b.
Sejauh mana keluarga melakukan doa bersama sebagai sarana pembinaan iman usia dini di lingkungan St Petrus Paroki St Yohanes Rasul Kedaton Bandar Lampung, Lampung?
c.
Faktor-faktor apa saja yang mendukung dan menghambat kebiasaan doa bersama dalam keluarga?
d.
Harapan-harapan apa yang diinginkan oleh keluarga Katolik untuk meningkatkan kegiatan doa bersama dalam keluarga demi sarana pembinaan iman usia dini di lingkungan St Petrus Paroki St Yohanes Rasul Kedaton Bandar Lampung, Lampung?
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 60
3.
Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini untuk menemukan jawaban dari permasalahan yang
telah dirumuskan. Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui sejauhmana keluarga melakukan doa bersama dalam keluarga sebagai sarana pembinaan iman dini di lingkungan St Petrus Paroki St Yohanes Rasul Kedaton. Rumusan tujuan ini adalah sebagai berikut: a.
Mengetahui wujud-wujud apa saja yang kini berlangsung dari doa bersama dalam keluarga katolik di lingkungan St Petrus Paroki St Yohanes Rasul Kedaton Bandar Lampung, Lampung.
b.
Mengetahui sejauh mana keluarga melakukan doa bersama sebagai sarana pembinaan iman usia dini di lingkungan St Petrus Paroki St Yohanes Rasul Kedaton Bandar Lampung, Lampung.
c.
Mengetahui faktor pendukung dan penghambat kebiasaan doa bersama dalam keluarga.
d.
Mengetahui harapan apa yang diinginkan oleh keluarga Katolik untuk meningkatkan kegiatan doa bersama dalam keluarga demi sarana pembinaan iman usia dini di lingkungan St Petrus Paroki St Yohanes Rasul Kedaton Bandar Lampung, Lampung?
4.
Variabel Penelitian
a.
Identitas responden yang meliputi: Nama, Jenis Kelamin, Usia, Pendidikan terakhir, Pekerjaan, Status perkawinan, Usia perkawinan.
b.
Pembinaan iman usia dini di dalam keluarga.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 61
c.
Pengertian dan peranan doa dalam rangka pembinaan iman dalam keluarga.
d.
Bentuk-bentuk doa bersama yang berlangsung dalam keluarga.
e.
Faktor pendukung dan penghambat kebiasaan doa bersama dalam doa bersama di tengah keluarga.
f.
Usaha –usaha yang dilakukan untuk meningkatkan penghayatan hidup doa dalam keluarga.
5.
Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk:
a.
Memberi gambaran dinamika kegiatan doa bersama dalam keluarga bagi lingkungan St Petrus Paroki St Yohanes Rasul Kedaton Bandar Lampung, Lampung menyangkut frekuensi kegiatan doa dan bentuk-bentuk doa.
b.
Memberikan masukan berbagai macam kendala terhadap kegiatan doa bersama dalam keluarga.
c.
Memberi peneguhan, dan semangat dalam meningkatkan kegiatan doa bersama dalam keluarga.
6.
Jenis Penelitian Jenis penelitan yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah penelitian
deskriptif ex-post-facto artinya penelitian sesudah fakta. Pendekatan yang dipakai dalam penelitian ini yakni kualitatif, dan sarana yang dipakai dengan menggunakan kuesioner. Kuesioner ini untuk mengetahui sejauh mana doa bersama dalam keluarga berperanan sebagai sarana pembinaan iman usia dini.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 62
7.
Tempat dan Waktu Penelitian Penulis melaksanakan penelitian di Lingkungan St Petrus Paroki St Yohanes
Rasul Kedaton Bandar Lampung, Lampung dan waktu pelaksanaannya selama bulan November 2015.
8.
Responden Penelitian Responden dalam penelitian ini adalah keluarga-keluarga katolik khususnya
para orang tua katolik di lingkungan St Petrus Paroki St Yohanes Rasul Kedaton Bandar Lampung, Lampung. Untuk menentukan responden tersebut, maka harus dibedakan antara populasi dan sampel. Populasi adalah suatu kelompok orang yang tinggal bersama dalam satu tempat dan secara terencana menjadi target kesimpulan. Sedangkan sampel adalah sebagian kecil dari populasi (Sukardi, 2003: 53-54). Populasi dalam penelitian ini adalah keluarga dari lingkungan St Petrus Paroki St Yohanes Kedaton Bandar Lampung, Lampung yang terdiri dari 102 KK. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik sampling purposive. Teknik sampling purposive ini menentukan sampel dengan pertimbangan tertentu (Sugiono, 2012:85). Pemilihan teknik sampling purposive ini berdasarkan data kepala keluarga yang ada di lingkungan St Petrus Paroki St Yohanes Rasul Kedaton Bandar Lampung, Lampung yang terdiri dari berbagai macam usia perkawinan. Dalam penelitian ini akan diambil sampel dengan usia perkawinan 5 - 25 tahun karena sudah berpengalaman dalam kehidupan berkeluarga.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 63
Dalam penelitian ini, penulis mengambil sampel sebanyak 25 kk yang terdiri dari salah satu pasangan suami isteri. Responden tersebut dipilih dengan pertimbangan bahwa mereka merupakan pihak-pihak yang dapat memberikan informasi secara obyektif dan terperinci mengenai kegiatan doa bersama dalam keluarga sebagai sarana pembinaan iman usia dini. Segala aspek informasi yang diharapkan dan didapat dari pribadi responden adalah pelaksanaan pembinaan iman usia dini dalam keluarga dalam bentuk doa bersama, pengertian doa bersama dalam keluarga, bentuk-bentuk doa bersama yang berlangsung dalam keluarga, faktor yang mendukung dan menghambat pelaksanaan doa bersama dalam keluarga, usaha-usaha yang dilakukan untuk meningkatkan penghayatan hidup doa bersama dalam keluarga.
9.
Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data Dalam memperoleh data penulis menggunakan teknik pengumpulan data
dengan menggunakan kuesioner. Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis yang harus dijawab oleh responden (Sugiyono 2012:142). Jenis kuesioner yang digunakan bersifat tertutup dan terbuka. Tertutup artinya angket yang diajukan menyediakan tempat kosong untuk memberikan kebebasan kepada responden jika alternative jawaban yang diberikan tidak sesuai. Bersifat terbuka artinya angket yang tidak menyediakan kemungkinan jawaban sehingga responden menuliskan jawabannya sendiri sesuai dengan pendapatnya (Sanapiah Faisal, 1982:178-180).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 64
Tabel Variabel Penelitian No
Variabel Penelitian
No Item
Jumlah
1
Identitas Responden
1,2,3,4,5,6
6
2
Pembinaan iman usia dini di
7,8,9,10,11
5
12, 13, 14,15
4
16, 17, 18,19,20,21
6
22, 23, 24, 25
4
26, 27, 28, 29
4
dalam keluarga 3
Pengertian dan peranan doa dalam rangka pembinaan iman dalam keluarga.
4
Bentuk-bentuk yang
doa
bersama
berlangsung
dalam
keluarga 5
Faktor
pendukung
penghambat
kebiasaan
dan doa
bersama dalam keluarga. 6
Usaha –usaha untuk
yang dilakukan meningkatkan
penghayatan hidup doa dalam keluarga.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 65
10. Teknik Analisis Data Analisis data dilakukan secara kualitatif yaitu penelitian yang menghasilkan prosedur analisis yang tidak menggunakan prosedur analisis statistik. Data yang diperoleh dari kuesioner kemudian dianalisis, dideskripsikan secara kualitatif. Keterbatasan dalam penelitian ini yakni berkenaan dengan validitas, reliabilitas, dan obyektivitas yang tidak diujicobakan.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 66
C. LAPORAN HASIL PENELITIAN Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan membagikan kuesioner kepada responden orang tua sebanyak 25 keluarga di lingkungan St Petrus Paroki St Yohanes Rasul Kedaton. Kuesioner yang masuk sebanyak 25 dan tidak semua pertanyaan diisi oleh responden. Berikut ini merupakan hasil penelitian yang disajikan menurut urutan variabel dalam bentuk tabel.
1.
Identitas Responden Identitas responden dalam penelitian ini meliputi jenis kelamin, usia
responden, pendidikan terakhir, pekerjaan, status perkawinan dan usia pernikahan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam tabel dibawah ini. Tabel I Identitas Responden (N=25) No 1
2
Aspek Yang Terungkap
Jumlah
%
a. Pria
16
64%
b. Wanita
9
36%
25
100%
1
4%
Jenis Kelamin
Usia a. 16-20 tahun b. 21-25 tahun c. 26-30 tahun d. 31 tahun keatas
3
Pendidikan Terakhir a. SD
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 67
b. SMP
4
c. SMA
14
56%
d. Sarjana
10
40%
10
40%
c. Wiraswasta
6
24%
d. Lain-lain.......
4
16%
¾ Ibu Rumah Tangga
4
16%
¾ Pensiunan swasta
1
4%
a. Masih lengkap, kawin seagama
23
92%
b. Masih lengkap, kawin campur
1
4%
c. Sudah janda/duda, kawin seagama
1
4%
a. ≤ 5 tahun
1
4%
b. 5 – 10 tahun
2
8%
c. 10 – 15 tahun
3
12%
d. 15 – 25 tahun
19
76%
Pekerjaan a. Pegawai b. Petani
5
Status Perkawinan
d. Sudah janda/duda kawin campur 6
Usia Pernikahan
Pada tabel I, aspek yang terungkap adalah identitas responden yang terdiri dari jenis kelamin, usia, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, dan usia pernikahan. Responden yang berjenis kelamin pria berjumlah 64% dan wanita berjumlah 36%. Dari keseluruhan responden berusia di atas 31 tahun 100%. Sedangkan pendidikan tertinggi responden Sarjana sebanyak 40%, sebagian besar responden berpendidikan SMA sebanyak 56% dan pendidikan SD sebanyak 4%.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 68
Dilihat dari jenis pekerjaan orangtua di lingkungan St Petrus Paroki St Yohanes Rasuk Kedaton yang menyatakan bekerja sebagai pegawai sebanyak 40%, wiraswasta sebanyak 24%, ibu rumah tangga sebanyak 16%, pensiunan sebanyak 4%, dan sebanyak 16% menjawab lain-lain tanpa memberikan keterangan. Status perkawinan orangtua di lingkungan St Petrus pada saat ini menunjukkan bahwa status perkawinan masih lengkap dan kawin seagama sebanyak 92%, masih lengkap tetapi kawin campur sebanyak 4%, dan sudah janda kawin seagama sebanyak 4%. Sebagian besar usia perkawinan responden 15-25 tahun sebanyak 76%.
2. Pembinaan Iman Usia Dini di dalam Keluarga Pembinaan iman dini di dalam keluarga meliputi pernah atau tidaknya mengajarkan anak-anak membaca Kitab Suci, kemandirian anak membaca dan merenungkan Kitab Suci, kesempatan anak-anak membaca dan merenungkan Kitab Suci, intensitas orang tua menceritakan kisah santo/santa dan keaktifan anak-anak mengikuti kegiatan sekolah minggu di rumah maupun di lingkungan. Tabel II Pembinaan iman usia dini di dalam keluarga (N=25) No
Aspek Yang Terungkap
Jumlah
%
7
Apakah bapak/ibu pernah mengajarkan anak-anak a. Pernah
23
92%
b. Tidak pernah
2
8%
membaca Kitab Suci?
8
Apakah anak-anak bapak/ibu secara mandiri dapat
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 69
membaca dan merenungkan Kitab Suci?
9
a. Ya
13
52%
b. Tidak
6
24%
c. Kadang-kadang
3
12%
d. Lain-lain...............
1
4%
¾ Hanya membaca, merenungkan tidak bisa
1
4%
Abstain
1
4%
a. Di pagi hari
1
4%
b. Sebelum tidur
4
16%
c. Jika ada tugas sekolah minggu
11
44%
¾ Saat sore hari
1
4%
¾ Jika ada tugas dari sekolah
2
8%
¾ Bulan Kitab Suci
1
4%
Abstain
5
20%
a. Tidak pernah
4
16%
b. Kadang-kadang
18
72%
c. Selalu
2
8%
d. Lain-lain..........
1
4%
1
4%
a. Ya
17
68%
b. Tidak
2
8%
c. Kadang-kadang
3
12%
Bila jawaban nomor 8 ya, kapan atau dalam kesempatan apa
saja
anak-anak
bapak/ibu
membaca
dan
merenungkan Kitab Suci?
d. Lain-lain....
10
Apakah bapak/ibu di rumah memberikan cerita/kisah santo dan santa pada anak-anak?
¾ Sewaktu anak-anak masih kecil 11
Apakah anak-anak bapak/ibu mengikuti kegiatan sekolah minggu di Gereja atau di lingkungan?
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 70
d. Lain-lain................. ¾ Pernah
1
4%
¾ Sewaktu anak-anak masih kecil.
1
4%
¾ Belum
1
4%
Pada tabel II, berkaitan dengan aktivitas orang tua mengajarkan membaca kitab suci kepada anak-anak sebagian besar responden mengatakan pernah mengajarkan anak-anaknya membaca Kitab Suci sebanyak 92%, sedangkan tidak pernah sebanyak 8%. Secara mandiri anak-anak dapat membaca dan merenungkan Kitab Suci sebanyak 52%, sebanyak 24% anak-anak tidak dapat membaca dan merenungkan Kitab Suci, sebanyak 12% anak-anak kadang-kadang dapat membaca dan merenungkan Kitab Suci secara mandiri, sedangkan sebanyak 4% abstain. Waktu anak-anak membaca dan merenungkan Kitab Suci rata-rata responden jika ada tugas sekolah minggu sebanyak 44%, pada saat sebelum tidur sebanyak 16%, jika ada tugas dari sekolah sebanyak 8%, pada saat pagi hari sebanyak 4% dan abstain sebanyak 20%. Jumlah responden yang kadang-kadang memberikan kisah santo/santa kepada anak-anak sebanyak 72%, tidak pernah sebanyak 16%, selalu sebanyak 8% dan sewaktu anak-anak masih kecil sebanyak 4%. Jumlah responden yang menyatakan bahwa anak-anak mengikuti kegiatan sekolah minggu di Gereja atau lingkungan sebanyak 68%, kadang-kadang mengikuti sebanyak 12%, tidak mengikuti sebanyak 8%, mengikuti sekolah minggu sewaktu anak-anak masih kecil sebanyak 4% dan belum mengikuti karena anak masih balita sebanyak 4%.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 71
3.
Pengertian dan Peranan Doa dalam Rangka Pembinaan Iman Dalam Keluarga. Pada tabel III ini, berisi tentang pemahaman orang tua mengenai pengertian
dan peranan doa bersama dalam keluarga, waktu melaksanakan doa bersama dalam keluarga, sudah atau belum terlaksananya kegiatan doa bersama seluruh anggota keluarga, dan tujuan doa bersama dalam keluarga. Dalam tabel di bawah ini akan diuraikan secara lebih terperinci tentang pengertian dan peranan doa bersama. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel III Pengertian dan peranan doa dalam rangka pembinaan iman dalam keluarga (N=25) No
Aspek Yang Terungkap
Jumlah
%
12
Menurut bapak/ibu apa pengertian dan peranan doa
3
12%
2
8%
• Hubungan persatuan dengan Allah
3
12%
• Doa adalah relasi dengan Tuhan dan sesama.
4
16%
• Doa merupakan kebutuhan pokok rohani dalam setiap
1
4%
3
12%
bersama bagi keluarga? ¾ Pengertian doa bersama • Doa yang dilakukan secara rutin bersama-sama dengan keluarga untuk menyatukan permohonan dan kedekatan dengan Tuhan • Bersyukur, berserah kepada Tuhan bersama anggota keluarga
individu ¾ Peranan doa bersama • Doa bersama dalam keluarga dapat menambah hubungan antar anggota keluarga, sehingga
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 72
komunikasi dalam keluarga akan bertambah • Supaya Tuhan menuntun dan membimbing keluarga dalam setiap tugas dan karya yang telah Tuhan
4
16%
2
8%
2
8%
4
16%
2
8%
1
4%
1
4%
1
4%
6
24%
percayakan kepada keluarga serta mendapat kedamaian dalam keluarga. • Agar selalu dekat dengan Allah. Dan mengajarkan anak-anak untuk bertekun dalam doa dan membiasakan anak hidup dalam doa. • Menciptakan komunikasi antar anggota keluarga dan Tuhan • Sangat penting, karena lewat doa bersama itu menjalin keakraban, kebersamaan dan salah satunya menumbuhkan iman, kepercayaan terhadap Yesus Kristus. • Membawa keluarga dalam Tuhan, keluarga semakin dipererat baik dalam hubungan dengan Tuhan maupun dalam relasi keluarga itu sendiri. • Doa bersama memberikan kekuatan iman keluarga untuk mengimani bahwa Tuhan itu memang senantiasa ada diantara kita dan memperkuat iman dalam hubungan keluarga. • Untuk membangkitkan semangat kami, agar keluarga kami tetap hidup rukun, damai, dan bahagia untuk selama-lamanya dan tetap ingat dengan sang pencipta yaitu Tuhan Yesus Kristus yang selalu melindungi kami siang dan malam. Abstain 13
Pada saat apa bapak dan ibu berdua melakukan doa bersama dalam rumah? a. Pada saat ulang tahun kelahiran/perkawinan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 73
9
36%
2
8%
¾ Sore hari
2
8%
¾ Pada saat ulang tahun dan sebelum tidur
1
4%
¾ Sebelum tidur, pagi hari, dan setiap makan bersama
1
4%
¾ Saat rosario
1
4%
¾ Setiap hari pada pukul 19.00
1
4%
¾ Jam 6 pagi dan sore, dan pada saat ulang tahun
1
4%
1
4%
a. Pernah
5
20%
b. Tidak
1
4%
• Doa menjelang tidur dan sebelum belajar
6
24%
• Pada saat menjelang ujian
1
4%
• Pada bulan rosario, Kitab Suci seluruh anggota iku
1
4%
1
4%
1
4%
4
16%
2
8%
1
4%
b. Pada saat sebelum tidur c. Pada saat pagi hari d. Lain-lain
salah satu anggota keluarga Abstain 14
Apakah selama ini sudah terlaksana kegiatan doa bersama seluruh anggota keluarga?
c. Keterangan pernah/tidak pernah ¾ Pernah
melaksanakan doa bersama di lingkungan. • Pada saat anggota keluarga sedang sakit atau berbahagia sebagai ucapan syukur • Pada pukul 21.00 selalu berdoa bersama seluruh anggota keluarga • Pada saat-saat tertentu, saat anak mau komuni pertama, ulang tahun dan peristiwa penting lainnya. • Sudah terlaksana meskipun banyak hambatan • Pada saat doa malaikat Tuhan pukul 06.00 dan 18.00
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 74
• Sudah terlaksana kegiatan doa bersama keluarga setiap malam
1
4%
1
4%
7
28%
2
8%
1
4%
3
12%
1
4%
6
24%
2
8%
1
4%
2
8%
¾ Tidak pernah • Tidak adanya motivasi untuk melakukan doa bersama dalam keluarga. 15
Menurut bapak/ibu apakah tujuan doa bersama dalam keluarga itu? • Mempererat tali kasih antar anggota keluarga, iman keluarga semakin berkembang dan keluarga senantiasa mendapat berkat dan damai sejahtera • Menjalin kerukunan dan menghormati antar anggota keluarga, sehingga keluarga dapat menemukan hidup sejati. Doa adalah pegangan hidup keluarga, jadi hidup tanpa doa adalah mati. • Supaya Tuhan menuntun dan membimbing dalam setiap langkah hidup berkeluarga. • Bersyukur dan berterimakasih serta menanamkan semangat penyerahan anak-anak kepada Tuhan • Untuk kedamaian sejati dalam hidup manusia, maka dari itu manusia harus berdoa dan berserah kepada sang mahakuasa agar diselamatkan. • Untuk menambah cinta kasih satu sama lain, membina kebersamaan, keterbukaan, mendekatkan diri kepada Tuhan, mengajarkan kepada anak-anak pentingnya kebersamaan. • Membawa keluarga semakin dekat dengan Tuhan • Supaya perjalanan hidup berkeluarga selalu dalam naungan dan dijalan Tuhan serta relasi keluarga menjadi harmonis. • Mengenalkan doa-doa kepada anak dan melatih anak
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 75
berdoa dengan baik • Melatih anak untuk belajar memimpin doa
1
4%
• Untuk berkomunikasi dengan Tuhan
1
4%
Pada tabel III, hendak dipaparkan pengertian dan peranan doa bagi orang tua dalam rangka pembinaan iman dalam keluarga. Jumlah responden yang menyatakan pengertian doa bersama adalah relasi dengan Tuhan dan sesama sebanyak 16%, hubungan persatuan dengan Allah sebanyak 12%, doa yang dilakukan secara rutin bersama-sama dengan keluarga untuk menyatukan permohonan dan kedekatan dengan Tuhan sebanyak 12%, bersyukur berserah kepada Tuhan bersama anggota keluarga sebanyak 8%, dan doa merupakan kebutuhan pokok rohani dalam setiap individu sebanyak 4%. Sementara jumlah responden yang menyatakan peranan doa bersama adalah untuk menuntun dan membimbing keluarga dalam setiap tugas dan karya sebanyak 16%, melalui doa bersama menjalin keakraban, kebersamaan dan menumbuhkan iman kepada Yesus sebanyak 16%, doa bersama membantu hubungan antar anggota keluarga sebanyak 12%, mengajarkan anak-anak untuk bertekun dalam doa sebanyak 8%, membawa keluarga untuk dekat dengan Tuhan sebanyak 8%, dan abstain yaitu tidak menjawab pengertian dan peranan doa bersama sebanyak 4%. Waktu orangtua melaksanakan doa bersama dalam keluarga pada saat sebelum tidur sebanyak 36%, pada saat ulangtahun kelahiran/perkawinan sebanyak 24%, pada saat sore hari sebanyak 8%, dan abstain sebanyak 4%. Jumlah responden yang menyatakan pernah melaksanakan kegiatan doa bersama seluruh anggota sebanyak 72% dengan keterangan paling banyak doa
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 76
bersama sebelum tidur dan sebelum belajar sebanyak 24%, pada saat-saat tertentu sebanyak 16%. Sedangkan tidak terlaksana kegiatan doa bersama dalam keluarga sebanyak 4% dengan alasan tidak memiliki motivasi untuk melakukan doa bersama dalam keluarga. Sementara yang menyatakan pernah melaksanakan tanpa memberikan keterangan sebanyak 20% dan tidak melaksanakan doa bersama dalam keluarga tanpa memberikan keterangan sebanyak 4%. Jumlah responden yang menyatakan bahwa tujuan doa bersama dalam keluarga adalah mempererat tali kasih dan persaudaraan antar anggota keluarga sebanyak 28%, untuk menambah cinta kasih satu sama lain, membina kebersamaan, kererbukaan dan mendekatkan diri kepada Tuhan sebanyak 24%, mengenalkan doa kepada anakanak sebanyak 8%, untuk bersyukur dan menanamkan semangat penyerahan anak-anak kepada Tuhan sebanyak 12%.
4.
Bentuk-bentuk Doa Bersama yang Berlangsung dalam Keluarga Dalam tabel berikut akan dipaparkan tentang bentuk-bentuk doa yang telah
dilaksanakan dalam keluarga, doa bersama untuk membentuk iman anak, upaya untuk mewujudkan kebiasaan doa bersama, macam-macam doa yang sering dilakukan bersama dalam keluarga, dan usulan kegiatan rohani yang diharapkan untuk membantu proses pembinaan iman dini dalam keluarga.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 77
Tabel IV Bentuk-bentuk doa bersama yang berlangsung dalam keluarga (N=25) No
Aspek Yang Terungkap
Jumlah
%
16
Apakah dalam melaksanakan doa bersama dalam
a. Ya
7
28%
b. Tidak
6
24%
c. Kadang-kadang
6
24%
d. Lain-lain.....
1
4%
¾ Ada ujub lain.
2
8%
¾ Doa harian
1
4%
¾ Doa rosario, novena dan 3 kali Salam Maria
1
4%
Abstain
1
4%
a. Ya
2
8%
• Dengan berdoa kita semakin dekat dengan Tuhan dan
5
20%
2
8%
• Iman terbentuk melalui doa bersama keluarga.
5
20%
• Anak akan terbiasa untuk berdoa dalam situasi apapun
2
8%
4
16%
keluarga hanya sebatas doa rosario bersama ataukah ada ujub lain?
17
Apakah doa bersama dalam keluarga dapat membentuk iman anak-anak?
memperkuat iman anak yang semakin dewasa, bertanggung jawab atas dirinya sendiri dan orang lain. • Doa adalah sarana komunikasi dengan Tuhan, semakin banyak anak berdoa maka iman anak akan bertambah.
dalam hidupnya. • Untuk mengajarkan ajaran yang diajarkan Tuhan Yesus kepada anak-anak dengan bersyukur atas kebaikan yang telah diberikan Tuhan setiap hari.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 78
• Dalam doa anak ditanamkan sejak dini bahwa manusia
2
8%
1
4%
2
8%
• menyediakan waktu yang cukup untuk anak-anak
2
8%
• memberikan contoh, membiasakan dan mengajak anak
10
40%
• membaca Kitab Suci dan merenungkan Sabda Allah.
1
4%
• Melatih
1
4%
3
12%
3
12%
harus mempunyai relasi yang harmonis dengan Tuhan. • Anak akan mengenal Allah dan mengetahui apa yang diberikan Allah kepada mereka. • Dengan berdoa bersama keluarga, anak dibimbing Tuhan melalui kedua orangtuanya, serta mendapat kasih dari Tuhan melalui kedua orangtuanya dengan diperhatikan, maka dengan berdoa keluarga akan merasa senang dan bahagia a. Tidak Karena 18
Upaya apa yang perlu diwujudkan untuk memupuk kebiasaan doa bersama demi pembinaan iman anak dalam keluarga?
untuk berdoa bersama dengan memberikan sarana seperti buku-buku pedoman doa anak
membiasakan
untuk
berdoa
mengajak
bersama
keluarga
untuk
dengan berdoa
bersama, meskipun dalam berdoa bersama anak-anak sering ribut sendiri • diawali dengan berdoa bersama saat makan, mau tidur, mau pergi, dan selalu bersyukur kepada Tuhan, yang harus
ditanamkan
kepada
anak-anak
untuk
mewujudkan kehendak-Nya. • Memberi pengertian kepada anak bahwa doa bersama itu penting dan orang tua memberikan teladan kepada anak tentang kebiasaan doa dalam keluarga.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 79
• Doa bersama, membaca Kitab Suci, mengunjungi
1
4%
2
8%
1
4%
2
8%
18
72%
c. Doa pribadi
3
12%
d. Lain-lain............
1
4%
¾ Doa malaikat Tuhan
2
8%
¾ Doa lisan dan pribadi
1
4%
1
4%
8
32%
7
28%
4
16%
¾ Doa lisan
2
8%
¾ Doa spontan
1
4%
¾ Doa pribadi
1
4%
¾ A,b dan c
1
4%
orang sakit, peduli terhadap sesama dan latihan koor • Melibatkan anak untuk ikut aktif dalam kegiatan doa bersama supaya anak lebih mengerti makna doa sebagai orang beriman. • Mengajak anak untuk ziarah rohani dan mengunjungi rumah biara • Abstain 19
Bentuk doa seperti apa yang sering bapak/ibu lakukan ketika berdoa bersama anak-anak? a. Doa lisan b. Doa renungan
20
Macam-macam doa yang seperti apa yang sering bapak/ibu lakukan dalam keluarga? a. Doa mendaras, yaitu dengan mengulang-ulang sambil meresapkan Sabda Tuhan b. Berdoa dengan membaca dan merenungkan Sabda Allah c. Doa Rosario dan memeriksa batin seluruh pengalaman selama satu hari. d. Lain-lain.......
21
Kegiatan-kegiatan rohani apa saja yang diharapkan untuk
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 80
bisa membantu proses pembinaan iman bagi anak? 7
28%
1
4%
10
40%
2
8%
¾ Refleksi keluarga
1
4%
¾ Ziarah bersama anak
1
4%
¾ Latihan koor anak-anak
1
4%
Abstain
2
8%
a. Mengadakan rekoleksi keluarga bersama anak-anak di Lingkungan St Petrus. b. Mengadakan retret bagi keluarga bersama anak-anak di Lingkungan St Petrus. c. Mengadakan pendalaman iman secara rutin bagi keluarga bersama anak-anak di Lingkungan St Petrus. d. Lain-lain.......
•
Pada tabel IV ini terungkap aktivitas doa bersama dalam keluarga bukan hanya sebatas doa rosario melainkan ada ujub lain sebanyak 28%, yang menyatakan tidak hanya doa rosario sebanyak 24%, yang menyatakan kadangkadang doa rosario dan ujub lain sebanyak 24%, yang menyatakan ada ujub lain sebanyak 8%, yang menyatakan melaksanakan doa harian sebanyak 4%, dan abstain sebanyak 4%. Pada umumnya responden menyatakan bahwa doa bersama dalam keluarga dapat membentuk iman anak-anak 92%, dengan keterangan paling banyak doa membuat keluarga semakin dekat dengan Tuhan dan memperkuat iman anak sebanyak 20%, iman anak terbentuk melalui doa bersama sebanyak 20%, untuk mengajarkan ajaran yang diajarkan Yesus kepada anak-anak dengan bersyukur sebanyak 16%, sedangkan 8% responden menyatakan ya tanpa memberikan alasannya.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 81
Jumlah responden yang menyatakan upaya yang perlu diwujudkan untuk memupuk kebiasaan doa bersama demi pembinaan iman dini dengan memberikan contoh dan mengajak anak-anak untuk berdoa bersama sebanyak 40%, menanamkan kebiasaan berdoa kepada anak-anak sebanyak 12%, memberikan pengertian serta memberikan teladan kepada anak-anak sebanyak 12%, melibatkan anak-anak untuk ikut aktif dalam kegiatan doa bersama sebanyak 8%, dan abstain sebanyak 8%. Berkaitan dengan bentuk doa yang dilaksanakan orang tua bersama anak-anak, jumlah responden yang menyatakan doa lisan sebanyak 72%, doa pribadi sebanyak 12%, doa malaikat Tuhan sebanyak 8%, doa lisan dan doa pribadi sebanyak 4% dan jumlah responden yang menjawab lain-lain tanpa memberian keterangan sebanyak 4%. Berdasarkan macam-macam doa yang sering dilakukan oleh keluarga adalah berdoa dengan membaca Kitab Suci dan merenungkan Sabda Allah sebanyak 32%, doa rosario dan memeriksa batin seluruh pengalaman selama satu hari sebanyak 28%, dan doa mendaras dengan membaca dan merenungkan Kitab Suci beserta doa rosario sebanyak 4%. Berdasarkan kegiatan-kegiatan rohani yang diharapkan umat di lingkungan St Petrus untuk membantu proses pembinaan iman bagi anak adalah mengadakan pendalaman iman secara rutin sebanyak 40%, mengadakan rekoleksi bersama keluarga sebanyak 28%, dan abstain sebanyak 8%.
5.
Faktor Pendukung dan Penghambat Kebiasaan Doa Bersama dalam Keluarga. Dalam tabel ini berisi faktor pendukung dan penghambat kebiasaan doa
bersama dalam keluarga, hal-hal yang mendukung pelaksanaan doa bersama
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 82
dalam keluarga, kebahagiaan anak-anak ketika berdoa bersama, kebanggaan orang tua melihat anaknya berdoa bersama keluarga, hal-hal yang menghambat keluarga melaksanakan doa bersama, dan hambatan yang paling berpengaruh untuk kegiatan doa bersama dalam keluarga, untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel V Faktor pendukung dan penghambat kebiasaan doa bersama dalam keluarga. (N=25) No
Aspek Yang Terungkap
Jumlah
%
22
Hal-hal apa yang mendukung pelaksaan doa bersama a. Kebiasaan praktik doa bersama dalam keluarga
10
40%
b. Tersedianya sarana untuk berdoa, misalnya: Kitab
6
24%
8
32%
1
4%
23
92%
1
4%
1
4%
3
12%
dalam keluarga?
Suci, Rosario dll c. Kebutuhan/intensi khusus keluarga d. Lain-lain............... ¾ Semua mendukung 23
Apakah anak-anak merasa senang ketika berdoa bersama anggota keluarganya? a. Ya b. Tidak c. Tidak tahu d. Lain-lain.......... ¾ Lebih tenang setelah berdoa
24
Apakah bapak/ibu merasa bangga melihat anak-anak rajin berdoa bersama keluarga? Mengapa? • Ya. Karena senang melihat anak-anak dekat dengan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 83
Tuhan dan membuka hubungan yang baik dengan anggota keluarga yang lain. • Ya. Iman sudah terbentuk sejak kecil yang menjadikan
4
16%
2
8%
2
8%
1
4%
3
12%
5
20%
1
4%
• Ya.
2
8%
• Bangga karena anak-anak belajar untuk mengenal
1
4%
1
4%
a. Waktu
17
68%
b. Semangat
1
4%
c. Motivasi
4
16%
2
8%
bekal untuk kehidupan mereka. • Ya. Karena dengan berdoa bersama, iman anak-anak semakin berkembang. • Ya. Karena doa merupakan perwujudan dari iman anak ketika berdoa Tuhan hadir di tengah keluarga dan memberikan berkat, sukacita yang melimpah. • Ya. Karena anak-anak masih mau diajak berdoa bersama walaupun diserta dengan kesibukan masingmasing anggota. • Bangga karena timbul rasa kebersamaan dan dekat dengan Tuhan. sehingga anak dapat mengolah pengalaman-pengalaman dalam hidupnya. • Ya, berarti anak sudah menyadari bahwa doa dalam keluarga itu penting. • Bangga karena anak-anak memiliki rasa syukur telah didampingi dan dituntun oleh orang tua
secara jelas tentang Yesus dan Bunda Maria. • Abstain 25
Hal-hal apa yang menghambat keluarga sehingga sulit melakukan kegiatan doa bersama?
d. Lain-lain............... ¾ Waktu dan semangat
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 84
¾ Waktu dan motivasi 26
1
4%
17
68%
4
16%
3
12%
1
4%
Di antara hambatan-hambatan yang dialami bapak/ibu diatas (nomor 25), hambatan mana yang sangat berpengaruh bagi kegiatan doa bersama? Berikan alasannya! • Waktu, karena anggota keluarga sibuk dengan kegiatan masing-masing • Tanpa motivasi dari orang tua, anak tidak mempunyai kemauan dan kesadaran untuk berdoa bersama. • Waktu dan semangat, karena terkadang tidak adanya waktu yang pas antara satu dengan yang lain, semangat yang kendur karena faktor kelelahan dan capek. • Abstain
Jumlah responden yang menyatakan kebiasaan doa bersama dalam keluarga mendukung pelaksanaan doa bersama sebanyak 40%,
adanya intensi atau
kebutuan khusus keluarga sebanyak 32%, tersedianya sarana untuk berdoa sebanyak 24%, dan kebiasaan praktik doa bersama dengan tersedianya sarana doa yang dilengkapi dengan kebutuhan intensi keluarga mendukung pelaksanaan kegiatan doa bersama sebanyak 4%. Berdasarkan kegiatan doa bersama yang dilakukan bersama keluarga 92% responden menyatakan anak-anak merasa senang ketika berdoa bersama keluarga, 4% responden menyatakan anak-anak lebih tenang setelah berdoa dan 4% tidak tahu apakah anak-anak merasa senang atau tidak setelah berdoa bersama keluarganya.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 85
Jumlah responden yang menyatakan bangga melihat anak-anak rajin berdoa sebanyak 20% karena anak menyadari dalam keluarga itu penting, 16% menyatakan iman anak terbentuk sejak dini dan menjadikan bekal untuk kehidupan anak-anak, 12% menyatakan bangga karena timbul rasa kebersamaan dan dekat dengan Tuhan. Berdasarkan hal-hal yang menghambat keluarga untuk melakukan doa bersama sebagian besar responden menyatakan waktu sebanyak 68% karena anggota keluarga sibuk dengan kegiatan masing-masing, 16% menyatakan motivasi karena tanpa motivasi dari orangtua anak tidak mempunyai kemauan dan kesadaran untuk berdoa bersama, 12% menyatakan waktu dan semangat karena tidak adanya waktu yang tepat untuk melaksanakan doa bersama dan semangat yang kendur karena kelelahan, sedangkan abstain sebanyak 4%.
6.
Usaha-usaha untuk meningkatkan penghayatan hidup doa dalam keluarga. Dalam tabel ini berisi usaha yang dilakukan untuk meningkatkan
penghayatan hidup doa dalam keluarga, usaha untuk membangkitkan minat anak untuk berdoa, dan niat yang perlu ditingkatkan untuk memupuk kebiasaan doa bersama dalam keluarga sebagai sarana pembinaan iman dini. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini. Tabel VI Usaha –usaha yang dilakukan untuk meningkatkan penghayatan hidup doa dalam keluarga. (N=25)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 86
No
Aspek Yang Terungkap
Jumlah
%
27
Jika anak-anak sulit untuk diajak doa bersama dalam a. Mendoakan dia
3
12%
b. Dengan sabar menasihati dia
18
72%
1
4%
3
12%
6
24%
2
8%
• Membiasakan membaca Kitab Suci
1
4%
• Memberikan contoh kepada anak-anak.
2
8%
4
16%
4
16%
1
4%
2
8%
keluarga, bagaimana sikap bapak/ibu?
c. Membiarkan saja d. Lain-lain................ ¾ Mendoakan dan mencari waktu, sesibuk apapun tetap melakukan kegiatan doa bersama. ¾ Mendoakan dan menasihati 28
Cara-cara apa saja yang bisa membangkitkan minat anak untuk mengikuti dan berperan dalam doa bersama di tengah keluarga? • Memberikan pujian dan pengertian bahwa doa merupakan hal yang sangat penting. • Menciptakan suasana yang menarik dan menceritakan kisah santo dan santa
• Memberikan
kesempatan
kepada
anak
untuk
memimpin doa, mengungkapkan doa spontan, dan memberikan kesempatan kepada anak untuk membaca Kitab Suci. • Dengan sabar mengajak anak untuk mengikuti doa bersama. • Menekankan
betapa
pentingnya
berdoa
dan
mendalami Kitab Suci, pentingnya saling terbuka dan sharing pengalaman • Dengan menasihati anak-anak untuk berdoa terus menerus sehingga kelak dapat menjadi anak yang
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 87
bertanggung jawab dalam situasi apapun dalam hidupnya. • Mencari waktu yang tepat supaya seluruh anggota
1
4%
1
4%
1
4%
1
4%
2
8%
3
12%
• Menumbuhkan iman anak harus sejak dini
2
8%
• Supaya anak-anak lebih memahami Kitab Suci
2
8%
• Memberi contoh dan mengajak anak berdoa bersama
5
20%
2
8%
2
8%
keluarga dapat berdoa bersama. • Memberikan hadiah sebagai bentuk apresiasi kepada anak karena mau berdoa. • Mengajarkan anak untuk disiplin dalam hidup doa, dan berusaha mengorek apa yang dibutuhkan anak untuk disampaikan kepada Tuhan melalui doa • Melibatkan anak-anak untuk ikut dalam doa dalam keluarga maupun di Lingkungan. Abstain 29
Mengapa usaha tersebut (nomor 28) perlu ditingkatkan? Jelaskan kepentingannya! • Supaya anak-anak tidak meninggalkan doa dan tidak malas berdoa
menjadikan anak lebih dekat dengan Allah dan bertingkah laku sesuai dengan kehendak Allah. • Dengan memberikan kesempatan serta kepercayaan untuk
memimpin
doa,
anak-anak
semakin
bersemangat untuk senantiasa mau berdoa bersama di tengah keluarga • Doa bersama akan membangun hubungan semua anggota keluarga semakin harmonis, rukun, semakin terciptanya cinta kasih yang terjalin antar anggota keluarga dan semakin dekat dengan sang Mahakuasa • Menekankan
betapa
pentingnya
berdoa
dan
2 8%
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 88
mendalami Kitab Suci, pentingnya saling terbuka dan sharing pengalaman untuk mengolah diri dalam doa, bahwa doa adalah pegangan hidup yang harus dijalani. • Penting bahwa sejak dini anak dilatih untuk disiplin
2
8%
1
4%
4
16%
7
28%
2
8%
2
8%
7
28%
1
4%
4
16%
dalam doa, baik dalam doa pribadi maupun doa bersama • Agar iman anak dapat berkembang dengan baik dan selalu berdoa sebagai suatu kebutuhan bukan lagi hanya sebagai rutinitas semata. Abstain 30
Niat atau usaha-usaha apa yang perlu ditingkatkan sehubungan dengan doa bersama dalam keluarga sebagai sarana pembinaan iman dini? • Meluangkan waktu untuk melaksanakan doa bersama dalam berbagai kesempatan yang telah disediakan. • Menyadarkan pentingnya doa bersama dan manfaat doa untuk anak-anak. • Selalu sadar bahwa doa bersama dalam keluarga mempunyai peranan yang sangat penting dalam hidup mereka. • Membuat jadwal rutin doa bersama dan anak-anak diberi tugas untuk memimpin doa bergiliran • Menciptakan semangat dan motivasi kepada keluarga untuk selalu melaksanakan doa bersama, membina anak-anak supaya hidup dalam iman Kristiani sampai akhir hidupnya. • Terus mengajak anak untuk berdoa bersama keluarga dengan melibatkan anak-anak untuk membaca Kitab Suci dan merenungkannya secara bersama-sama anggota keluarga sehingga anak terlibat aktif dalam
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 89
doa
bersama
keluarga
sebagai
pemimpin
doa,
pembaca Kitab Suci atau mengungkapkan doa spontan.
16%
Abstain
4 Berdasarkan tabel VI hendak dipaparkan mengenai usaha yang dilakukan
orangtua untuk mengajak anak-anak berdoa bersama. Sebanyak 72% responden menyatakan dengan sabar menasihatinya,
12% responden menyatakan
mendoakannya, 12% responden mendoakan dan menasihati, 4% responden mendoakan dan mencari waktu untuk melaksanakan doa bersama. Sedangkan sebanyak
24%
responden
menyatakan
bahwa
cara-cara
yang
dapat
membangkitkan minat anak untuk berdoa adalah memberikan pujian dan pengertian bahwa doa merupakan hal yang sangat penting, 16% responden menyatakan memberikan kesempatan kepada anak untuk memimpin doa, 16% responden mengajak anak-anak untuk mengikuti doa bersama, 8% responden menyatakan memberikan contoh kepada anak-anak, 8% responden menyatakan memberikan contoh kepada anak-anak, dan 8% responden abstain. Dari usaha-usaha yang telah dilakukan orangtua untuk membangkitkan minat anak perlu ditingkatkan, sebanyak 20% responden menyatakan supaya anak-anak lebih memahami Kitab Suci, 16% responden menyatakan agar iman anak dapat berkembang dengan baik dan selalu berdoa sebagai suatu kebutuhan bukan lagi sebagai rutinitas, sebanyak 12% responden menyatakan supaya anakanak tidak meninggalkan doa dan tidak malas berdoa. Berkaitan dengan usahausaha yang perlu ditingkatkan sehubungan dengan doa bersama dalam keluarga sebagai sarana pembinaan iman dini, jumlah responden yang menyatakan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 90
meluangkan waktu untuk melaksanakan doa bersama dalam berbagai kesempatan yang telah disediakan sebanyak 28%, membuat jadwal rutin doa bersama dan anak-anak diberi tugas untuk memimpin doa bergiliran sebanyak 28%, terus mengajak anak untuk berdoa bersama keluarga dengan melibatkan anak-anak membaca Kitab Suci dan merenungkannya secara bersama-sama anggota keluarga sehingga anak terlibat aktif dalam doa bersama keluarga sebanyak 16%, sedangkan abstain sebanyak 16%.
D. PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN Bagian ini membahas hasil penelitian dari responden yang telah dilaporkan pada bagian sebelumnya, adapun pembahasan hasil penelitian ini meliputi, identitas responden, pembinaan iman dini di dalam keluarga, pengertian dan peranan doa dalam rangka pembinaan iman dalam keluarga, bentuk-bentuk doa bersama yang berlangsung dalam keluarga, faktor pendukung dan penghambat kebiasaan doa bersama dalam keluarga, dan usaha-usaha untuk meningkatkan penghayatan hidup doa dalam keluarga. Pembahasan ini bertujuan untuk memahami lebih jauh hasil dari penelitian yang menggambarkan situasi sebenarnya dari permasalahan keluarga katolik di lingkungan St Petrus Paroki St Yohanes Rasul Kedaton tentang doa bersama dalam keluarga sebagai sarana pembinaan iman dini.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 91
1.
Identitas Responden Dari hasil penelitian usia responden di lingkungan St Petrus Paroki St
Yohanes Rasul Kedaton semuanya berusia diatas 31 tahun (100%). Data ini menunjukkan bahwa responden mengisi kuesioner bervarisi usianya. Dilihat dari usia, responden sudah sangat berpengalaman dalam hidup perkawinan dan hidup rohani, sehingga mereka mampu mendidik dan memikirkan perkembangan iman anak-anaknya, serta berpeluang untuk mendidik iman anak. Tingkat pendidikan responden di lingkungan St Petrus Paroki St Yohanes Rasul Kedaton sebagian besar (56%) sudah menyelesaikan tingkat SMA, sedangkan (40%) responden lulusan S1 dan sebesar (4%) tamat SD. Bila dilihat dari segi pendidikan, mereka mempunyai latar belakang pengetahuan, penghayatan nilai-nilai Kristiani yang baik. Hal ini menunjukkan bahwa orangtua mempunyai kepedulian dan perhatian terhadap pembinaan iman anak dalam keluarga, selain itu orang tua baik bapak atau ibu berperan penting dalam pembinaan iman anak-anaknya. Dari segi mata pencaharian, sebagian besar responden bermatapencaharian sebagai pegawai (40%), dan sebagian kecil bekerja sebagai ibu rumah tangga (16%). Berdasarkan aspek yang terungkap dari hasil penelitian ini, penulis berpendapat bahwa orangtua Kristiani di lingkungan St Petrus sudah hidup layak. Meskipun kesibukan pekerjaan banyak menyita waktu, sehingga kurang ada kesempatan untuk berkumpul bersama keluarga. Dilihat dari data hasil penelitian menunjukkan bahwa status perkawinan di lingkungan St Petrus bervariasi. Sebagian besar responden menyatakan status
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 92
perkawinan mereka masih lengkap dan kawin seagama yaitu sebanyak (92%). Hal inilah yang sangat mendukung dalam hal pendidikan iman anak dalam keluarga. Dilihat dari usia perkawinan responden sebagian besar berusia 19-25 tahun sebanyak (76%).
2.
Pembinaan Iman Usia Dini Di Dalam Keluarga Dari tabel II, responden di lingkungan St Petrus paroki St Yohanes Rasul
Kedaton, (92%) pernah mengajarkan anak-anak membaca Kitab Suci. Hal ini menunjukkan
bahwa
orang
tua
memperhatikan
anak-anaknya
dengan
mengajarkan anak untuk membaca Kitab Suci. Meskipun tidak semua orangtua mengajarkan anak-anaknya membaca Kitab Suci, namun sebagian besar anakanak secara mandiri dapat membaca dan merenungkan Kitab suci sebanyak (52%). Hal ini menunjukkan bahwa anak-anak mandiri dalam hal iman, dengan tuntutan dan bimbingan orangtua yang selalu mengingatkan mereka. Kebanyakan anak-anak melakukan aktivitas membaca dan merenungkan Kitab Suci jika ada tugas sekolah minggu (44%), dan paling sedikit pada pagi hari dan pada bulan Kitab Suci sebanyak (4%). Dalam rangka pendidikan iman anak perlu adanya kebiasaan membaca Kitab Suci, hal ini perlu karena dapat membantu anak-anak untuk semakin mengenal Allah terutama lewat kisah dan tokoh-tokoh dalam Kitab Suci. Dengan demikian anak dapat menemukan Allah melalui Yesus Kristus. Dengan rajin membaca Kitab Suci anak dapat memahami karya Allah melalui peristiwa hidup mereka sehari-hari. Data memperlihatkan orang tua tidak terlalu akrab dengan kisah santo/santa dan menceritakannya kepada anak-anak
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 93
(72%). Hal ini menunjukkan orangtua belum terlalu akrab
dengan kisah
santo/santa sebagai tokoh yang nyata untuk contoh hidup beriman kepada Kristus. Dari data diatas, memperlihatkan anak-anak ikut aktif dalam kegiatan menggereja dan membina iman di sekolah minggu yang diadakan oleh Gereja dan lingkungan. Hal ini menunjukkan kesadaran orangtua untuk membina anak-anak dalam lingkungan sekolah maupun Gereja dengan mengikutsertakan anak-anak bina iman sekolah minggu di gereja. Jika melihat data diatas, orangtua lebih cenderung membina anak-anak melalui kegiatan-kegiatan sekolah minggu ataupun di lingkungan daripada membina iman anak-anak dalam keluarga, dalam kehidupan sehari-hari keluarga.
3.
Pengertian dan Peranan Doa dalam rangka Pembinaan Iman dalam Keluarga. Pengertian doa bersama menurut responden, sebagian besar mengartikan
bahwa doa adalah relasi dengan Tuhan dan sesama (16%), pengertian ini diartikan sebagai suatu relasi yang intim antara seorang manusia dengan Allah. Melalui Kristus manusia dapat menjalin komunikasi yang hidup dengan Allah dengan menjalin komunikasi yang hidup dengan Allah serta menekankan segi komunikasi hati dengan Allah melalui Putera-Nya Yesus Kristus. Doa itu pada hakikatnya berjumpa dengan Allah secara dialogis antara Allah dengan manusia (Green SJ, 1988:32). Doa merupakan hubungan persatuan dengan Allah (12%), pengertian ini merupakan bentuk inisiatif manusia untuk mengalami perjumpaan dengan Allah melalui dialog yang dimulai dari manusia menanggapi setiap peristiwa yang
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 94
terjadi dalam hidupnya. Dengan berdialog, manusia bersatu dengan Allah lewat doa. Bersatu berarti mengandaikan manusia berserah kepada Tuhan untuk setiap perkara dalam hidupnya untuk mencapai keselamatan (Darminta 1984:24). Penekanannya terjadi pada refleksi manusia terhadap kasih Allah dan bersatu dengan-Nya. Hal ini menunjukkan bahwa orangtua memahami dengan baik arti doa yang sesungguhnya, sehingga dalam melaksanakan doa bersama keluarga, orangtua mampu memberikan pengertian yang baik dan benar kepada anak-anak. Pengertian doa bersama dalam keluarga dilakukan secara rutin bersamasama dengan keluarga untuk menyatukan permohonan dan kedekatan dengan Tuhan (12%), bersyukur dan berserah kepada Tuhan bersama anggota keluarga (8%). Kedua sikap tersebut memperlihatkan bahwa orangtua menyadari pentingnya kebersamaan, keterbukaan hati keluarga pada setiap rencana Allah dengan “berserah” dan mengucap syukur untuk sebuah kebersamaan yang terjalin dalam keluarga melalui doa bersama. Doa menjadikan sarana untuk keluarga berkumpul, memohon, bersyukur kepada Tuhan sekaligus memberikan kekuatan kepada keluarga. Orangtua memahami doa bersama dalam keluarga sebagai usaha pembinaan iman untuk menciptakan komunikasi iman pada anak-anak. Melalui kebersamaan, anak-anak akan mengerti, memahami dan bersyukur telah diberikan kehidupan dan keluarga yang baik serta menjadikan iman anak berkembang melalui perjumpaan dan dialog bersama keluarga untuk berjumpa dengan Allah melalui doa bersama dalam keluarga. Orangtua (16%) berpendapat bahwa doa bersama berperan untuk menjalin keakraban dan menumbuhkan iman kepada Yesus Kristus serta menambah
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 95
hubungan antar anggota keluarga, sehingga komunikasi dalam keluarga akan bertambah (12%). Maka dapat disumpulkan bahwa peran doa bersama dalam keluarga dipandang orangtua sangat bermanfaat bagi kehidupan sehari-hari keluarga, khususnya kehidupan iman. Dalam hal ini komunikasi iman akan bertambah melalui sharing pengalaman antar anggota keluarga. Anak-anak akan semakin dekat dengan orangtuanya dan dekat dengan Yesus melalui sharing pengalaman, anak-anak mengungkapkan pengalaman baik suka maupun duka yang dialaminya selama satu hari. Peranan doa bersama dalam keluarga dapat membentuk iman anak dengan mau mengungkapkan apa yang terjadi dalam hidupnya, mengungkapkan isi hatinya kepada Tuhan. Dengan bersyukur dan berserah kepada Tuhan, melalui kebiasaan-kebiasaan positif keluarga dengan berdoa bersama menjadikan anak terbiasa untuk berdoa dan mengandalkan Yesus sebagai satu-satunya pegangan hidupnya. Dengan melihat begitu pentingnya doa bersama dalam keluarga, adapun waktu yang digunakan keluarga untuk berdoa bersama pada saat ulang tahun kelahiran/perkawinan sebanyak (24%). Hal ini terjadi untuk mengucapkan syukur kepada Tuhan atas kasih yang berlimpah yang boleh diterima oleh keluarga melalui peristiwa kelahiran dan peringatan hari bersejarah orangtua. Pada saat sebelum tidur sebanyak 36%. Hal ini ingin mengungkapkan syukur kepada Tuhan telah diberikan hari yang baik, serta diberikan pelajaran yang berharga melalui pengalaman-pengalaman yang terjadi selama satu hari. Tabel 3 nomor 14 para orangtua mengungkapkan bahwa sudah terlaksana kegiatan doa bersama dalam keluarga (96%). Sebagai ucapan syukur dan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 96
permohonan untuk diberi kelancaran dalam belajar dan sebelum tidur sebanyak 24%. Dengan memohon Allah memberikan kekuatan untuk membangun semangat di dalam Tuhan (Darminta, 1997:46). Sementara sebanyak 8% sudah melaksanakan meskipun banyak hambatan. Hal ini ingin mengungkapkan bahwa, semangat persatuan dengan Allah terjadi dalam keluarga meskipun banyak halangan yang menghadang namun dengan semangat dan cinta kepada Yesus Kristus keluarga tetap meluangkan waktu untuk bersyukur. Orangtua (28%) mengungkapkan tujuan doa bersama dalam keluarga untuk mempererat tali kasih antar keluarga sehingga iman semakin berkembang dan mendapat berkat dari Allah. Menanamkan semangat penyerahan anak-anak kepada Tuhan untuk bersyukur dan berterimakasih (12%). Dapat disimpulkan bahwa tujuan terlaksananya doa bersama dalam keluarga untuk menambah tali kasih antar anggota keluarga dengan saling tolong menolong ketika salah satu anggota keluarga sedang berada dalam masalah, memberikan kekuatan serta peneguhan untuk saling menguatkan anggota keluarga. Melalui doa bersama, seorang anak akan mengerti betapa berharganya dirinya untuk keluarga dan anak akan merasa dicintai oleh keluarganya. Cinta membri keutuhan, memberi rasa harga diri dan percaya diri (Darminta 1997:48).
4.
Bentuk-bentuk Doa Bersama yang Berlangsung dalam Keluarga. Berdasarkan data-data yang diperoleh pada tabel IV, diperoleh gambaran
berkaitan dengan bentuk-bentuk doa yang berlangsung dalam keluarga sebagai berikut:
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 97
Dari 25 responden di lingkungan St Petrus Paroki St Yohanes Rasul Kedaton, sebanyak 28% melaksanakan doa bersama dalam bentuk doa rosario dan diselipkan beberapa ujub doa sesuai dengan kebutuhan keluarga. Selain itu (24%) tidak hanya berdoa rosario bersama keluarga. Responden di lingkungan St Petrus Paroki St Yohanes Rasul Kedaton tidak pada kesempatan berdoa bersama berdoa penyerahan keluarga kepada Keluarga Kudus, doa harian, dan doa novena 3 kali salam maria. Hal ini dilakukan karena keluarga menyadari bahwa keluarga harus senantiasa berdoa kepada Bunda Maria, ibu Yesus dan meneladani hidup serta penyerahan secara total diri-Nya kepada Allah melalui peristiwa-peristiwa gembira, terang, sedih, dan mulia. Dalam doa bersama, anak-anak akan semakin dekat dengan Tuhan dan memperkuat iman anak yang semakin dewasa, bertanggung jawab atas dirinya sendiri dan orang lain (20%). Hal ini menunjukkan bahwa doa bersama dalam keluarga merupakan sarana untuk menumbuhkan dan menguatkan iman anak. Melalui doa, anak akan memohon dan berserah kepada Tuhan untuk membentuk pribadinya. Anak akan berdoa dalam situasi apapun (8%). Hal ini menunjukkan bahwa penyerahan dan percaya kepada Tuhan itu penting. Setiap manusia harus selalu bersyukur dan percaya bahwa rencana Allah itu indah melebihi rencananya sendiri. Berkaitan dengan upaya untuk membina iman anak sejak dini, responden memberikan contoh dan membiasakan mengajak anak-anak untuk berdoa bersama dengan memberikan sarana seperti buku-buku pedoman doa, Puji Syukur dan Kitab Suci (40%) dan melibatkan anak untuk terlibat aktif dalam kegiatan doa
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 98
bersama (8%). Hal ini menunjukkan peran orangtua sangat dominan untuk mengarahkan dan menjadi teladan anak. Melalui teladan dan sarana yang telah diberikan orangtua, anak-anak belajar untuk memimpin doa bersama dalam keluarga. Iman anak terbentuk melalui kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan keluarga dengan melakukan doa bersama. Anak-anak akan menyadari bahwa doa bersama dalam keluarga itu penting. Karena sudah terbiasa berdoa bersama keluarga, anak-anak akan terbiasa berdoa sendiri dimanapun, kapanpun dan dalam situasi apapun yang terjadi dalam hidupnya. Didalam keluarga, bentuk doa yang sering dilakukan oleh orangtua yakni doa lisan (72%) dengan memusatkan hati dan pikiran hanya kepada-Nya untuk mengungkapkan apa yang dirasakan manusia (KGK art 7). Keluarga katolik di lingkungan St Petrus ini berdoa dengan membaca dan merenungkan Sabda Allah (32%), doa rosario dan memeriksa batin seluruh pengalaman selama satu hari (28%). Hal ini menunjukkan kesadaran orangtua bahwa berdoa itu tidak selalu harus memohon, melainkan mendengarkan apa yang dibicarakan dalam Kitab Suci kemudian merenungkannya untuk diresapi dan dihayati dalam hidup seharihari. Merenungkan Sabda Allah bersamaan dengan merenungkan peristiwa yang dialami membuat anak belajar untuk hidup secara benar seturut dengan Allah. Dengan melihat begitu pentingnya doa bersama dalam keluarga untuk membantu membentuk iman anak sejak dini keluarga mengusulkan mengadakan pendalaman iman keluarga bersama anak-anak (40%), mengadakan rekoleksi keluarga bersama anak-anak (28%). Hal ini dirasa tepat yaitu dengan melibatkan anak-anak
dalam
setiap
kegiatan
kerohanian
untuk
membantu
anak
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 99
memperkembangkan imannya. Pendalaman iman bersama anak-anak membantu anak untuk mengungkapkan pengalamannya bersama keluarga maupun bersama orang lain. Melalui sharing pengalaman pula anak-anak dapat mengambil pelajaran berharga dari pengalaman orang lain dan menjadikannya pengalaman iman yang membantu anak untuk semakin beriman kepada Yesus Kristus. Sharing pengalaman bukan hanya sekedar berbincang-bincang tetapi menemukan pengalaman iman melalui sharing tersebut. Hal ini berkaitan dengan variabel nomor 8 yaitu tentang membaca dan merenungkan Kitab Suci. Melalui pengalaman yang dialami, anak dapat mengaitkan kisah dalam Kitab Suci dengan pengalaman yang dialaminya.
5.
Faktor Pendukung dan Penghambat Kebiasaan Doa Bersama dalam Keluarga. Berdasarkan data-data yang diperoleh pada tabel V, diperoleh gambaran
yang berkaitan dengan faktor pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan doa bersama dalam keluarga sebagai berikut: Dari 25 responden hal yang mendukung pelaksanaan doa bersama dalam keluarga yaitu adanya kebiasaan praktik doa bersama dalam keluarga (40%). Tersedianya sarana yang mendukung untuk melakukan doa bersama (24%). Hal ini menandakan bahwa keluarga memiliki kesadaran dan tanggung jawab untuk melaksanakan doa bersama. Tersedianya sarana untuk berdoa mendukung terlaksananya kegiatan doa bersama dalam keluarga. Sarana ini membantu keluarga bersama anak-anak untuk mendekatkan diri kepada Allah, melalui sarana anak belajar bahwa doa itu tidak hanya sekedar memohon dan bersyukur, tetapi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 100
belajar dari pengalaman, peristiwa yang terdapat dalam Kitab Suci dan menghormati benda-benda Kudus seperti patung dan salib sebagai simbol umat Kristiani. Kebiasaan doa bersama ini membuat anak-anak merasa senang berdoa bersama keluarganya (92%). Berdoa bersama keluarga memberikan kekuatan dan peneguhan bagi anak-anak. Melalui doa bersama anak-anak merasa dirinya berharga untuk dirinya dan keluarganya. Berdasarkan variabel nomor 23, orang tua merasa bangga melihat anak-anaknya rajin berdoa bersama karena dengan berdoa anak-anak menyadari bahwa doa dalam keluarga itu penting (20%). Doa merupakan bagian hidup manusia, dalam doa seseorang menyerahkan segala situasi yang dihadapinya. Bersyukur atas situasi yang terjadi dalam hidupnya baik peristiwa menyenangkan maupun peristiwa yang menyedihkan. Selain hal-hal yang mendukung terlaksananya doa bersama, keluarga juga mengalami berbagai hambatan untuk berdoa bersama keluarga. Waktu (68%) menjadi penghambat yang paling dominan karena anggota keluarga memiliki kesibukan masing-masing. Tak dapat dipungkiri bahwa setiap anggota keluarga memiliki aktivitas yang tidak dapat ditinggalkan. Mengingat dizaman yang sudah maju seperti ini, aktivitas sehari-hari setiap pribadi sangat beragam. Namun, meskipun waktu menjadi penghambat dengan usaha dan konsisten terhadap waktu keluarga mengusahakan untuk tetap berdoa bersama sebagai bentuk rasa syukur dan kebersamaan dalam keluarga.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 101
6.
Usaha-usaha yang Dilakukan untuk Meningkatkan Penghayatan Hidup Doa dalam Keluarga. Berdasarkan tabel VI di atas, diperoleh gambaran mengenai usaha yang
dilakukan keluarga untuk meningkatkan penghayatan hidup doa dalam keluarga sebagai berikut: Dari 25 responden, usaha yang dilakukan orangtua untuk mengajak anakanaknya yang sulit berdoa yaitu dengan menasihatinya (72%). Memang sudah menjadi tugas orangtua untuk selalu mengingatkan dan mengajak anak untuk berdoa. Namun tak dapat dipungkiri juga, orangtua pasti menghadapi anak yang malas berdoa ditengah aktivitas yang melelahkan. Orangtua lebih memilih untuk menasihatinya, dengan sabar memberikan pengertian bahwa doa itu merupakan salah satu bagian dari hidup yang tidak dapat ditinggalkan begitu saja. Dalam hal ini, orangtua memegang peranan penting untuk membangkitkan minat anak dalam hal doa bersama. Dari kesulitan-kesulitan yang dihadapi orangtua dalam mengajak anak untuk berdoa, orangtua selalu memiliki cara untuk membangkitkan minat anak dalam hal doa. Memberikan pujian dan pengertian bahwa doa bersama merupakan hal yang penting (24%). Doa merupakan bagian yang tak dapat terpisahkan dari hidup manusia. Oleh karena itu, orangtua memberikan pengertian yang baik kepada anak-anak bahwa doa merupakan hal dasar yang harus dilakukan oleh umat beriman. Memberikan hadiah sebagai bentuk apresiasi kepada anak (4%). Dengan memberikan apresiasi kepada anak, anak akan merasa dirinya berharga bagi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 102
keluarga. Anak akan merasa senang karena usahanya untuk berdoa diberikan penghargaan. Bukan perkara mudah untuk membangkitkan minat anak dalam hal doa, oleh karena itu memberikan penghargaan kepada anak akan membuat ia semakin percaya diri dan terbiasa untuk melakukan doa bersama dalam keluarga untuk menumbuhkan iman kepada Yesus Kristus. Berkaitan dengan variabel nomor 28, usaha tersebut perlu ditingkatkan supaya anak-anak tidak meninggalkan dan malas berdoa (12%). Semakin memahami kisah dalam Kitab Suci (20%). Pendampingan orangtua diharapkan dapat membantu anak-anak dalam memperkembangkan imannya menjadi semakin dewasa, dengan memberikan pengertian dan apresiasi bahwa doa merupakan hal yang penting dan mendasar dalam hidupnya bukan hanya sekedar rutinitas belaka. Membiasakan doa bersama keluarga akan menjadikan keluarga semakin dekat dan hidup sejalan dengan kehendak-Nya melalui kisah dan pengalaman dalam Kitab Suci. Kenyataan ini mengajak orangtua untuk lebih meningkatkan kesadaran dan tanggungjawab sebagai orangtua untuk mengajak serta membimbing anakanaknya semakin beriman kepada Yesus dan mengabdi kepada hidup (Purwa Hardiwardoyo
2013:96).
Responden
berniat
meluangkan
waktu
untuk
melaksanakan doa bersama dalam berbagai kesempatan yang telah disediakan (28%). Tidak dapat dipungkiri bahwa, waktu untuk berkumpul bersama menjadi penghambat utama dalam melaksanakan doa bersama dalam keluarga. Kesibukan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 103
masing-masing anggota keluarga bukan menjadi persoalan untuk berdoa bersama jika keluarga bijak dalam mengelola waktu yang tersedia. Dengan membuat jadwal rutin doa bersama (28%), dapat membantu keluarga dalam melaksanakan doa bersama. Meskipun ditengah-tengah aktivitas dan kesibukan masing-masing anggota keluarga yang padat, berkat adanya jadwal doa bersama keluarga dapat melaksanakan doa bersama secara rutin.
E. Rangkuman Hasil Penelitian dan Permasalahan yang Ditemukan Hasil penelitian tentang doa bersama dalam keluarga sebagai sarana pembinaan iman dini dapat dirangkum sebagai berikut: 1. Orang tua telah memahami dirinya sebagai pendidik iman yang pertama dan utama dalam keluarga dengan mengajarkan anak-anak membaca dan merenungkan Kitab Suci. Meskipun tidak semua orang tua mengajarkan anakanaknya untuk membaca Kitab Suci, dengan mandiri anak-anak dapat membaca dan merenungkan Kitab Suci. Tindakan mandiri anak-anak membaca dan merenungkan Kitab Suci menunjukkan bahwa anak-anak mandiri dalam hal iman. Orang tua juga telah menyadari pentingnya perkembangan iman anak-anak dengan mendukung anak-anak untuk ikut terlibat aktif dalam kegiatan rohani di lingkungan maupun di Gereja. Namun demikian, perkembangan iman tidak semata-mata didapat dari kegiatan-kegiatan rohani di lingkungan maupun di gereja, namun juga dari kegiatan doa bersama dalam keluarga.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 104
2. Secara umum doa bersama dipahami orang tua sebagai relasi dengan Tuhan dan sesama sebagai suatu relasi yang intim antara seorang manusia dengan Allah. Dari segi peranan doa bersama, orang tua memahami peran doa bersama sebagai sarana berkumpulnya seluruh anggota keluarga untuk menjalin keakraban dan menumbuhkan iman kepada Yesus Kristus. Orang tua juga memahami peran doa bersama dapat membentuk iman anak dengan mau mengungkapkan peristiwa yang terjadi dalam hidupnya. Melalui doa bersama dalam keluarga menjadikan anak terbiasa untuk berdoa dan mengandalkan Yesus sebagai satu-satunya pegangan hidup. Dari segi tujuan doa bersama sendiri, orang tua berpendapat bahwa doa bersama dapat mempererat tali kasih antar anggota keluarga dengan saling tolong menolong, memberikan kekuatan serta peneguhan untuk saling menguatkan anggota keluarga. 3. Selama proses doa bersama berlangsung dalam keluarga, secara umum bentuk doa yang digunakan oleh keluarga yaitu doa rosario. Doa penyerahan kepada Bunda Maria untuk meneladani hidup serta penyerahan secara total diri-Nya kepada Allah melalui peristiwa gembira, sedih, terang dan mulia. Selain doa rosario, orang tua juga mengajak anak-anaknya untuk memeriksa batin seluruh pengalaman selama satu hari. Selain itu juga, orang tua memiliki kesadaran untuk memberikan pengertian kepada anak-anak bahwa doa bukan hanya memohon berkat melainkan mendengarkan dan menerima kehendak Tuhan atas peristiwa suka maupun duka dalam hidupnya. 4. Selama proses doa bersama berlangsung terdapat faktor pendukung dan faktor penghambat untuk melaksanakan doa bersama dalam keluarga. Faktor
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 105
pendukung dan faktor penghambat selama proses berdoa bersama dalam keluarga bisa datang dari dalam diri maupun dari luar diri para anggota keluarga. Beberapa hal yang dapat dilihat dari dalam diri seseorang tentu memiliki dua sisi yang mendukung dan menghambat, begitu sebaliknya pada hal-hal yang datang dari luar dirinya. Dari hasil penelitian, faktor pendukung yang datang dari dalam diri adalah adanya kesadaran dan tanggungjawab untuk melaksanakan kegiatan doa bersama dalam keluarga, niat dan motivasi untuk melaksanakan doa bersama dengan sepenuh hati. Faktor pendukung dari luar diri yaitu adanya kebiasaan untuk melaksanakan doa bersama dalam keluarga. Adapun faktor penghambat yang muncul dari dalam diri adalah tidak memiliki niat dan motivasi untuk melaksanakan doa bersama dalam keluarga. Faktor penghambat dari luar diri yaitu kurangnya waktu untuk berkumpul bersama karena aktivitas anggota keluarga yang beragam. Usaha yang dilakukan orang tua untuk meningkatkan doa bersama dalam keluarga yaitu dengan memberikan pengertian kepada anak bahwa doa bersama dalam keluarga merupakan hal yang penting sebagai umat beriman, karena doa tidak dapat dipisahkan dari kehidupan umat beriman. 5. Untuk meningkatkan hidup rohani keluarga, sebagian besar orang tua memberikan usulan untuk mengadakan pendalaman iman bersama keluarga yang diikuti bersama seluruh anggota keluarga agar semakin mempererat tali kasih antar anggota keluarga, saling memberikan peneguhan dan kekuatan ketika salah satu anggota keluarga mengalami kesulitan-kesulitan. Melalui
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 106
sharing bersama anggota keluarga, anak-anak mampu mengambil pengalaman berharga dari orang lain dan menjadikannya sebagai pengalaman iman.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
107
BAB IV USULAN PROGRAM MENINGKATKAN PERANAN DOA BERSAMA DALAM KELUARGA SEBAGAI SARANA PEMBINAAN IMAN USIA DINI MELALUI KATEKESE KELUARGA DI LINGKUNGAN ST PETRUS PAROKI ST YOHANES RASUL KEDATON, BANDAR LAMPUNG, LAMPUNG Dalam bab III telah dipaparkan mengenai gambaran umum paroki, sejarah umat katolik di lingkungan, situasi sosial ekonomi umat di lingkungan, kehidupan doa umat di lingkungan dan penelitian tentang doa bersama dalam keluarga di lingkungan St Petrus Paroki St Yohanes Rasul Kedaton. Dengan mengetahui sejauh mana keluarga katolik menghadapi permasalahan doa bersama maka dalam bab ini akan dipaparkan tentang refleksi atas penelitian doa bersama dalam keluarga sebagai sarana pembinaan iman dini di Lingkungan St Petrus Paroki St Yohanes Rasul Kedaton dan katekese keluarga. Katekese merupakan salah satu usaha untuk pembinaan iman jemaat, maka untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi keluarga katolik di Lingkungan St Petrus Paroki St Yohanes Rasul Kedaton, penulis memilih katekese keluarga sebagai salah satu alternatif usaha untuk mendialogkan iman dalam keluarga. Sebelum dijelaskan apa itu katekese keluarga, terlebih dahulu dijelaskan mengenai katekese secara umum, baik itu pengertian, tujuan maupun tugas katekese. Setelah itu dijelaskan mengenai katekese keluarga.
A. PERANAN DOA BERSAMA DALAM SARANA PEMBINAAN IMAN USIA DINI
KELUARGA
SEBAGAI
Melaksanakan doa bersama dalam keluarga memang bukanlah yang mudah mengingat kesibukan yang terjadi pada masing-masing anggota keluarga. Setiap keluarga katolik hendaknya menyadari akan pentingnya peranan doa bersama
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 108
dalam keluarga sebagai pembinaan iman usia dini. Paus Yohanes Paulus II dalam surat kepada keluarga-keluarga mengungkapkan bahwa induividu hadir ada karena keluarganya. Bila seorang manusia tidak memiliki keluarga, maka orang tersebut tumbuh dalam hidup yang penuh dengan kegelisahan, sedih dan merasa kehilangan dan hal ini akan menjadi beban dalam hidupnya (LtF, art 2). Doa berfungsi untuk mengalami Allah dalam kehidupan sehari-hari manusia melalui pengalaman-pengalaman. Selain itu, doa mengarahkan hidup manusia menuju Allah untuk semakin mengenal Allah dan bersatu dengan Allah sehingga manusia mengalami transformasi (perubahan rohani) dalam hidupnya. Doa juga mempunyai fungsi untuk pertumbuhan dan perkembangan hidup rohani yang membentuk kesadaran yang mendalam atas inti dan makna hidup doa (Darminta, 1983:62). Dalam surat kepada keluarga yang dituliskan oleh Paus Yohanes Paulus II art 4 mengatakan bahwa doa kepada Kristus mengajak manusia untuk tetap tinggal dalam setiap keluarga, dan melalui keluarga kecil yang terdiri dari bapak, ibu, dan anak-anak. Doa harus menjadi unsur yang pokok bagi keluarga dalam Gereja karena doa keluarga dilakukan oleh keluarga, untuk keluarga dan bersama keluarga. Doa keluarga meningkatkan kesatuan rohani keluarga, karena doa membantu keluarga untuk ikut ambil bagian dalam karya Allah sendiri. Doa sangat penting dalam kehidupan manusia karena di dalam doa dan melalui doa, manusia dapat menemukan kesederhanaan mendalami kesubjektivitasnya (ke-akuannya) sendiri yang unik. Dengan subjektivitasnya, setiap individu menangkap makna menjadi seorang pribadi. Hal ini dapat berlaku bagi keluarga sebagai sel terkecil dalam masyatakat tetapi memiliki subjektivitasnya yang khusus.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 109
Hidup berkeluarga dikehendaki oleh Allah, manusia pertama diciptakan laki-laki dan perempuan (Kej 1:27). Laki-laki dan perempuan itu dipertemukan dan membentuk keluarga, menerima tugas hidup saling mencintai dan melangsungkan kehidupan anak-anaknya. Melalui sakramen perkawinan, berarti dua orang manusia siap dan mau untuk menerima segala konsekuensinya. Inilah yang menjadi tugas panggilan keluarga (Wahjasudibja 1987:109-110). Tugas dan kewajiban orang tua adalah merawat dan membimbing anak-anak menuju kehidupan rohani dan jasmani yang lebih baik, untuk dapat menghadapi kehidupan masa depan anak-anak hingga anak itu meninggalkan rumah orang tuanya dan membentuk keluarganya sendiri (Alex 1985:279-280). Keluarga sangat berperan bagi kehidupan rohani anak-anak. Keluarga mengajarkan cara berdoa kepada anak-anak. Membantu menghafal doa-doa harian yang sederhana, membuat tanda salib, dan menjadi contoh berdoa yang baik bagaimana semangat berdoa bertumbuh dalam keluarga khususnya pada anak usia dini. Doa mendekatkan hati kepada Allah. Doa mengungkapkan kepasrahan manusia kepada Allah sebab keselamatan hanya datang daripada Allah. Semakin anak-anak mengenal Yesus, anak-anak akan semakin senang berdoa dan berbuat seperti Yesus (Goretti 1999:15). Pendidikan dalam keluarga sangatlah penting, karena didalam keluarga anak-anak dididik dan dibina bersama dengan orang tuanya. Didalam keluarga pula pendidikan seumur hidup dilaksanakan. Sejak ibu mengandung hingga melahirkan, proses pendidikan sudah berlangsung dengan memberikan makanan dan perlindungan kepada anak. Seorang ibu yang bahkan belum melahirkan, tidak hanya memberikan bentuk kepada tubuh sang anak, tetapi juga secara tidak
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 110
langsung membentuk kepribadian anak melalui kebiasaan-kebiasaan hidup kerohaniannya (LtF, art 16). Keluarga sangat berperan dalam pendidikan anak, karena keluarga merupakan sekolah utama dan pertama yang dialami anak. Sejak ia dalam kandungan hingga ia tumbuh menjadi dewasa. Kepribadian anak dibentuk melalui keluarga melalui kebiasaan-kebiasaan hidup rohani dan jasmani yang baik. Pendidikan anak dalam keluarga dilakukan sejak anak dalam kandungan dengan memberikan asupan-asupan yang baik, serta memberikan contoh-contoh yang baik kepada anak terutama dalam hal kebiasaan doa. Pendidikan iman dalam keluarga sangat penting dilakukan sejak anak masih berusia dini karena anak-anak mudah dibentuk hingga akhirnya menuju ke tahap pendidikan diri sendiri yang terjadi bila seorang individu sudah mencapai kematangan rohaniah dan jasmaniah (LtF art 16). Hal ini tegaskan oleh surat kepada keluarga-keluarga yang ditulis oleh Paus Yohanes Paulus II art 5 yang berbunyi: Betapa mendesaknya bagi keluarga-keluarga untuk berdoa dan agar doa tadi berkembang dan tersebar luas di seluruh dunia, yang mengungkapkan syukur karena kasih dalam kebenaran, disebabkan oleh pencurahan Roh Kudus, karena hadirnya Kristus Sang Penebus dan Sang mempelai di antara para orang tua dan para anak-anak, yang mengasihi kita sampai kesudahannya. Dari artikel tersebut diatas jelas sekali diutarakan bahwa orang tua memegang peranan pokok dalam membina iman anak dalam hal doa. Doa merupakan hal yang mendasar sekaligus penting dalam kehidupan rohani keluarga.
Bunda
Perawan
Maria
mengajak
keluarga-keluarga
untuk
mempersatukan diri lewat doa dengan menghadirkan perasaan-perasaan PuteraNya yakni Yesus Kristus, yang mengasihi keluarga.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 111
B. GAMBARAN UMUM KATEKESE Sejauh ini katekese telah mengalami banyak perkembangan serta pembaharuan seiring dengan berjalannya zaman. Namun katekese disadari Gereja sebagai salah satu bentuk pewartaan yang menghantarkan orang untuk menjadi murid Kristus. Tanda dan karya keselamatan Allah diwartakan dalam bentuk katekese sebagai tanda cinta kasih Allah terhadap umat-Nya. Oleh karena pengertian dan maksud katekese yang begitu luas dan beragam, maka pemaparan katekese terbatas sebagai gambaran umum dengan maksud untuk lebih mengkhususkan pada katekese keluarga.
1.
Pengertian Katekese Katekese merupakan salah satu tugas kenabian Gereja yaitu mewartakan
misteri keselamatan kepada seluruh dunia dan mengajak semua umat Kristiani menjawab panggilan Allah dan menyambut keselamatan Allah. Dalam Kitab Suci, katekese berarti bergema, menyebabkan sesuatu bergaung. Dalam Luk 1:4 (diajarkan); Kis 18:25 (Pengajaran dalam jalan Tuhan); Kis 21:21 (mengajar); Rom 2:18 (diajar); 1Kor 14:19 (mengajar); Gal 6:6 (pengajaran). Dalam konteks ini, katekese dimengerti sebagai pengajaran, pendalaman dan pendidikan iman agar orang Kristiani semakin dewasa dalam hal iman. Katekese diperuntukkan untuk orang-orang Kristiani yang sudah dibaptis ditengah-tengah umat yang sudah Kristen (Telambanua 1999:4). Dalam anjuran Apostolik Catechesi Tradendae, Sri Paus Yohanes Paulus II menegaskan: Katekese ialah pembinaan anak-anak, kaum muda, dan orang-orang dewasa dalam iman, yang khususnya mencakup penyampaian ajaran Kristen, yang
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 112
pada umunya diberikan secara organis dan sistematis, dengan maksud mengantar para pendengar memasui kepenuhan hidup Kristen (CT art 18). Katekese adalah usaha Gereja untuk menolong umat agar semakin memahami, menghayati dan mewujudkan iman dalam kehidupan sehari-hari. Di dalam katekese terdapat unsur pewartaan, pengajaran, pendidikan, pendalaman, pembinaan, pengukuhan serta pendewasaan. Melalui katekese, umat Kristiani memperoleh pengetahuan yang mendalam tentang Allah dan keselamatan-Nya bagi manusia. Maka katekese merupakan sarana yang baik untuk memahami rencana Allah dalam dirinya dan menghantar umat kepada iman yang semakin dewasa.
2.
Tujuan Katekese Sesuai
dengan
pengertian
katekese,
katekese
bertujuan
untuk
mengembangkan iman umat dengan memberitakan Sabda Allah, mewartakan Kristus tentang penyelamatan umat manusia dari pihak Allah yang memuncak pada diri Yesus Kristus. Selain itu katekese juga menolong umat agar semakin memahami, menghayati dan mewujudkan iman dalam kehidupan sehari-hari (CT art 20). Dengan demikian iman dapat berbuah kesaksian akan Kristus baik ditengah keluarga, lingkungan maupun masyarakat yang lebih luas. Melalui kesaksian umat dapat saling membantu sehingga iman masing-masing diteguhkan dan dihayati secara semakin sempurna. Dalam berkatekese kita bersaksi tentang iman kita akan Yesus Kristus, pengantara Allah yang bersabda dan pengantara kita menanggapi Sabda Allah.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 113
Dalam Katekese ada tiga hal yang perlu diperhatikan berkenaan dengan pokok tujuan katekese. Yang pertama, Katekese itu mewartakan Sabda Allah, mewartakan Yesus Kristus. Sabda Allah terungkap dalam perjanjian Lama yang terungkap dalam Perjanjian Lama dan memuncak dalam diri Yesus Kristus. Yang kedua yaitu mendidik untuk beriman. Katekese berupaya untuk meneruskan dan mendidik iman. Roh Kudus yang berkarya melalui orang-orang yang menerima tugas perutusan Yesus Kristus. Katekese mengambil inspirasi dari cara paedagogi Yesus sang Guru yang dilanjutkan oleh Gereja-Nya. Yang ketiga yaitu, katekese mengembangkan Gereja. Katekese mendorong Gereja untuk mengembangkan dirinya, baik secara kualitas maupun kuantitas. Katekese mendorong supaya Tritugas Yesus Kristus yaitu sebagai Nabi, Imam dan Raja dapat dilaksanakan umat Allah dalam berbagai aspek hidup gereja baik dalam bidang liturgi, kerygma, koinonia, diakonia maupun martyria (Telambanua, 1999:10).
3.
Katekese Keluarga Katekese keluarga adalah usaha untuk membantu keluarga Kristiani dalam
menghayati imannya dengan menekankan aspek komunikasi iman antara keluarga atau orang tua. Pada dasarnya katekese keluarga mengajak orang tua untuk menyadari tanggung jawabnya berhubungan dengan iman anak-anak. Bersama Gereja, keluarga berperan serta, dipanggil untuk mengabdi kepada dunia demi pembangunan kerajaan Allah dengan ikut mewartakan Injil (FC art 49). Melalui katekese keluarga, keluarga diajak untuk mengamati kehidupan iman keluarganya dan mengolahnya berdasarkan terang Sabda Allah yang selanjutnya masing-masing anggota keluarga terdorong untuk terlibat dalam usaha
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 114
pembinaan iman dini demi terwujudnya Kerajaan Allah. Dengan kata lain, katekese keluarga dapat dirumuskan sebagai salah satu bentuk pelayanan Sabda yang dilaksanakan oleh keluarga untuk saling membina iman yang terlibat dalam keluarga (FC art 51). Maka melalui katekese keluarga, orang tua diharapkan dapat menciptakan komunikasi iman dalam keluarganya dan menyadari iman sebagai dimensi hidup berkeluarga sehingga dapat menumbuhkan dan mewariskan iman Kristen yang baik dan hidup, serta menjadi bekal hidup anak-anaknya.
a.
Pengertian Katekese Keluarga Albertine Egong sebagaimana dikutip dalam (Dewi Indah Setiawati: 121)
berpendapat bahwa katekese keluarga dimengerti sebagai salah satu bagian dari katekese umat yang memiliki pengertian paling khas yang segala sesuatunya terjadi di dalam rumah antara anak-anak dan orang tua dalam komunikasi satu sama lain antar anggota keluarga. Orang tua hendaknya memberikan contoh dan kesaksian iman dalam hidup anak-anaknya seperti menimbulkan rasa syukur, rasa terlindungi dan percaya yang mendalam terhadap hidupnya dan hidup yang ada di sekitar mereka. Oleh karena itu, katekese diharapkan dapat menjadi pewartaan kabar gembira ditengah keluarga. Komunikasi atau sharing pengalaman iman sangat penting dalam proses katekese yang kemudian direfleksikan bersama. Adanya keterbukaan antar anggota keluarga menjadikan keluarga semakin berkembang dalam iman. Katekese keluarga dilakukan dalam keluarga, bersama keluarga dan untuk keluarga. Sesuai dengan hakikat katekese, katekese keluarga bertujuan untuk mengembangkan iman anggota keluarga secara utuh, smakin dewasa dan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 115
mendalam sehingga akhirnya mereka mampu dan mau terlibat dalam dinamika hidup bersama dengan segala kegembiraan dan keprihatinannya serta mampu menjadi saksi Kristus dalam hidup bermasyarakat.
b. Pelaku dan Peserta Katekese Keluarga 1) Pelaku Katekese dalam keluarga Melalui sakramen perkawinan, orang tua berjanji untuk mendidik anakanaknya dalam iman. Dengan janji itu, orang tua menjadi pendidikan iman anakanak mereka. Orang tua bertugas meneruskan dan mewariskan iman Katolik melalui seluruh kegiatan dan kebiasaan hidup rohani dalam rumah tangga. Orang tua berperan sebagai katekis pertama bagi anak-anak mereka bagi perkembangan kedewasaan iman anak (Komkat Bogor 2012:11). Dalam katekese keluarga, orang tua bertindak terutama sebagai pengarah dan pemudah (fasilitator). Ia adalah pelayan yang menciptakan suasana yang komunikatif. Ia membangkitkan gairah supaya para peserta berani berbicara secara terbuka. 2) Peserta katekese dalam keluarga Anak-anak sebagai peserta katekese terdiri dari berbagai usia. Meskipun setiap individu memiliki keunikannya masing-masing. Orang tua hendaknya memperhatikan kebutuhan anak-anak menurut karakteristiknya, karena masingmasing anak memiliki kebutuhan yang berbeda-beda menurut usianya. Menurut teori psikologi, pengelompokan usia terdiri dari tahapan paranatal (dalam kandungan), bayi (lahir-18 bulan), kanak-kanak awal (18bulan-6 tahun), kanakkanak akhir (6-13 tahun), remaja (13-20 tahun), dewasa muda (20-30 tahun), dewasa madya (30-60 tahun), lansia (di atas 65 tahun).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 116
C. USULAN PROGRAM DAN CONTOH DOA BERSAMA DALAM KELUARGA MELALUI KATEKESE KELUARGA Dalam bagian ini dijelaskan arti dan tujuan program serta contoh katekese keluarga, sebelumnya akan dijelaskan program doa bersama dalam keluarga melalui tabel yang telah disusun sesuai dengan situasi hidup keluarga, khususnya keluarga di Lingkungan St Petrus Paroki St Yohanes Rasul Kedaton.
1.
Arti Program Menurut Mangunhardjana (1986:16) program adalah prosedur yang
dijadikan landasan untuk menentukan isi dan urutan acara pembinaan yang akan dilaksanakan. Maka dalam penulisan skripsi ini, program dimaksudkan untuk memberikan arah berkenaan dengan peranan doa bersama dalam keluarga yang kurang jelas dan kurang sesuai dengan apa yang sudah direncanakan keluarga sebelum melaksanakan kegiatan doa bersama.
2.
Tujuan Program Katekese keluarga sebagai usaha untuk orang tua dengan membina iman
keluarganya dengan cara doa bersama dalam keluarga, dan perlu dirancang dengan baik melalui penyusunan program yang baik. Penyusunan program yang terencana dengan baik diharapkan dapat memperoleh hasil yang baik pula. Maka tujuan dari program dalam rangka doa bersama dalam keluarga sebagai sarana pembinaan iman dini di Lingkungan St Petrus Paroki Yohanes Rasul Kedaton adalah membantu keluarga-keluarga katolik dalam membina iman anak melalui
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 117
doa bersama dengan arah yang jelas, sesuai dengan program yang telah direncanakan dan disusun agar pembinaan iman dini dapat sesuai sasaran.
PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI PLAGIAT 118
3.
Matriks Memupuk Doa Bersama dalam Keluarga Sebagai Sarana Pembinaan Iman Usia Dini melalui Katekese Keluarga di Lingkungan St Petrus Paroki St Yohanes Rasul Kedaton Tema
: Doa bersama sebagai sarana komunikasi dan wujud pelayanan sesama anggota keluarga.
Tujuan
: Membantu orang tua membimbing anak-anak melalui kegiatan doa bersama, sehingga anak mampu melayani sesamanya dengan penuh cinta di tengah-tengah masyarakat.
NO (1) 1
SUB TEMA (2) Keluarga merupakan anugerah Allah
TUJUAN
• •
• •
(4) Doa pembukaan. Menyadari anugrah Allah melalui kehadiran keluarga. Mat 18:1920. Doa penutup
SARANA
•
• • • •
(5) Gambargambar keluarga. Puji syukur Lilin dan salib. Kitab Suci Patung keluarga kudus.
METODE
• •
• •
(6) Renungan Sharing pengalaman keluarga Pendalaman Kitab Suci Peneguhan dengan mendoakan doa-doa penyerahan
SUMBER BAHAN
KETERANGAN
(7) • Mat 18:19-20 • Gambargambar keluarga.
(8) • Doa pembukaan dipimpin oleh ibu. • Renungan dipimpin oleh Bapak • Kitab Suci dibacakan oleh salah satu anak
118
(3) Menyadari kehadiran anggota keluarga melalui doa bersama merupakan anugrah Allah yang harus selalu disyukuri.
MATERI
PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI PLAGIAT 119
2
Keluargaku, sumber kebahagiaan sejati.
kepada Tuhan Yesus.
• Puji Syukur • Lilin dan salib • Kitab Suci • Foto keluarga
• Renungan • Kitab Suci 1Kor 12:12-31 • Sharing pengalaman • Foto-foto keluarga. • Pendalaman Kitab Suci • Doa Bapa Kami dan Salam Maria
• Doa penutup didoakan bersamasama.
• Doa pembukaan dipimpin oleh anak tertua • Renungan dipimpin oleh ibu • Bacaan Kitab Suci dibacakan oleh salah satu anak • Peneguhan diberikan oleh
119
mendoakan doa Penyerahan keluarga kepada Tuhan Yesus dari buku Madah Bakti h. 4243. Bersama-sama • Doa bersama pembukaan seluruh • Bacaan anggota Kitab Suci keluarga 1Kor 12:12menyadari 31. pentingnya • Doa spontan peran masingdengan masing saling menanggota untuk doakan saling anggota melengkapi keluarga dengan saling masingmemberi suka masing
PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI PLAGIAT 120
3
Bapak. • Doa penutup dipimpin oleh Bapak
• teks Kitab Suci Mrk 1:39-45
• Doa pembukaan dipimpin oleh anak kedua • Bacaan kitab suci dibacakan oleh salah satu anak. • Renungan dipimpin oleh bapak
120
• Penerapan dalam hidup sehari-hari dengan saling berbagi cerita, berbagi kisah yang dialami selama satu hari. • Doa penutup Cinta kasih Melalui doa • Doa pem- • Kitab Suci • Renungan Allah melalui bersama bukaan • Lilin dan • Sharing keluarga. dalam • Bacaan Kitab salib pengalaman keluarga, Suci Mrk keluarga anggota 1:39-45 • Informasi keluarga • Menggali menyadari pengalaman cinta Tuhan melalui kisah melalui peran Maria masingmengunjungi masing Elisabet. anggota • Doa penutup maupun duka.
PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI PLAGIAT 121
keluarga.
4
Mengandalkan Tuhan dalam segala situasi keluarga
Membantu • Doa keluarga pembukaan bahwa dalam • Menyadari situasi apapun tuhan adalah Tuhan selalu gembala hadir dan yang baik menyertai bagi umatsetiap umatnya. Nya. • Doa spontan dan diakhiri dengan Salam Maria dan Bapa Kami • Doa penutup
• Puji syukur • Renungan • Kitab Suci • Nyanyian • Lilin dan • Pendalaman Salib Kitab Suci
• Mzm 23:1-6 • PS (Tuhanlah Gembalaku)
• Informasi diberikan oleh ibu • doa penutup didoakan bersamasama. • Doa pembukaan dipimpin oleh salah satu anak • Bacaan Kitab Suci dibacakan oleh salah satu anak • Renungan dipimpin oleh ibu • Pendalaman Kitab Suci dipimpin oleh ibu 121
PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI PLAGIAT 122
• Doa Spontan dipandu oleh bapak. • Doa penutup didoakan bersamasama.
122
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
4.
Contoh Doa Bersama dalam Keluarga sebagai Sarana Pembinaan Iman Dini melalui Katekese Keluarga
Tema
: Keluarga merupakan anugerah Allah
Tujuan
: Menyadari kehadiran anggota keluarga melalui doa bersama merupakan anugrah Allah yang harus selalu disyukuri.
Langkah 1 Doa pembukaan: Tuhan, kami sekeluarga berkumpul untuk mengucap syukur dan berterimakasih kepada-Mu atas rahmat yang telah Engkau berikan kepada kami sampai saat ini. Kami berkumpul untuk memperbarui hidup beriman keluarga kami. Kami menyadari bahwa seringkali kami lebih senang tenggelam dalam kesibukan kami sehari-hari, tanpa menyadari anugerah-Mu yang berlimpah pada kami. Maka, ya Tuhan curahkanlah rahmat-Mu supaya kami menyadari bahwa kasih-Mu selalu menyertai kami setiap waktu dalam seluruh peristiwa hidup sehari-hari. Langkah 2 Pengantar untuk masuk dalam sharing dengan menyajikan beberapa gambar. Keluarga merupakan suatu persekutuan antar pribadi dalam satu rumah dengan ikatan darah dan daging yang dipersatukan oleh Tuhan dalam pembaptisan dan perkawinan. Keluarga terdiri dari suami, isteri, orang tua dan anak-anak. keluarga merupakan anugerah dari Tuhan yang harus dijaga, dicintai dan disyukuri. Di dalam keluarga, kita diajarkan untuk saling mencintai, saling memperhatikan, saling mengampuni, saling menghargai dan saling menjaga satu sama lain. Karena keluarga merupakan anugerah Allah, kita pantas untuk
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 124
berterimaksih dan mengucap syukur pada Tuhan karena telah diberi keluarga yang utuh. Banyak orang yang tidak memiliki keluarga atau sanak saudara. Maka, kesempatan ini kita gambarkan untuk mensyukuri segala rahmat dari Tuhan yang berlimpah pada keluarga kita. Peristiwa-peristiwa konkrit dalam keluarga merupakan pengalaman hidup bersama
baik
suka
maupun
duka.
Pengalaman
hidup
tersebut
dapat
dikomunikasikan atau disharingkan dalam bentuk doa bersama keluarga. Doa bersama dalam keluarga ini penting bagi pembinaan iman anak-anak, karena apabila kita terbiasa melakukan doa bersama, akan membantu anak belajar berdoa, semakin mencintai keluarga dan mengembangkan iman dengan segala potensi yang ada. Maka doa bersama dalam keluarga dapat menjadi salah satu bentuk ungkapan syukur kepada Tuhan yang telah memberikan kehidupan yang layak dan keluarga yang baik. Langkah 3 Menggali pengalaman hidup melalui doa bersama dalam keluarga Dihadapan kita, terdapat beberapa gambar keluarga dengan berbagai situasi dan suasana. Diantara gambar tersebut ada keluarga yang sedang melaksanakan doa bersama. Sekarang perhatikan baik-baik gambar tersebut. Apa saja yang mereka lakukan?
Bagaimana suasana dalam keluarga itu? Apa kesan kalian
dengan memperhatikan gambar tersebut? Diberi waktu antara 5-10 menit untuk mengamati beberapa gambar yang terlampir dalam lampiran.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 125
Setelah kita mengamati gambar-gambar keluarga tersebut, marilah kita saling mensharingkan pengalaman hidup kita dalam keluarga kita ini: a) Pernahkah kita mengalami suasana gembira dan akrab dalam keluarga seperti dalam gambar tersebut? b) Pernahkah kita berdoa bersama seperti yang dilakukan oleh keluarga dalam gambar tersebut? c) Coba ceritakan pengalaman kalian selama ini dalam keluarga kita baik dalam suka maupun dalam duka. Langkah 4 Pembacaan dan pendalaman Kitab Suci dari Injil Mat 18:19-20 Renungan singkat: Tuhan selalu hadir ditengah-tengah kita dalam situasi apapun kehadiran Yesus membawa pengharapan dan ketenangan hati. Janji Tuhan selalu tepat pada waktunya, tidak pernah terlambat maupun terlalu cepat. Tuhan Yesus sendiri mengajarkan kepada kita untuk tetap setia kepada Bapa-Nya yang di sorga. Letakkanlah segala perkara hidup hanya kepada-Nya, memohonlah hanya kepadaNya maka segala perkara yang terjadi dalam hidup kita akan ditopang-Nya. Dia selalu menyertai hidup kita dan senantiasa mendampingi dalam setiap persoalah hidup keluarga sehingga keluarga Kristiani tidak perlu takut ditinggalkan olehNya. Tuhan Yesus juga selalu hadir dalam setiap doa bersama ditengah keluarga. Sebab, Tuhan Yesus akan mengabulkan doa-doa yang menjadi satu dalam doa bersama keluarga. Tuhan melihat kesungguhan umat-Nya melalui doa-doa yang
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 126
dipanjatkan bersama-sama. Oleh sebab itu sangatlah penting untuk kita tetap melakukan doa bersama dalam keluarga untuk memohon dan mengucap syukur atas anugerah yang telah diberikan kepada kita. Dalam suasana apapun, hendaknya kita selalu ingat bahwa Tuhan Yesus selalu hadir di tengah kita. Maka, dimanapun dan kapanpun kita berkumpul untuk memohon berkat perlindungan karena Tuhan selalu mendampingi kita. Sudah selayaknyalah kita bersyukur dan memuji nama-Nya. Langkah 5 Doa penutup yaitu mendoakan doa Penyerahan keluarga kepada Tuhan Yesus dari buku Madah Bakti h. 42-43.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 127
BAB V PENUTUP
Dalam bagian akhir penulisan ini, akan disampaikan kesimpulan dari seluruh penulisan dalam skripsi ini. Selain itu juga akan disampaikan beberapa saran yang diharapkan dapat berguna bagi keluarga Katolik berkenaan dengan peranan doa bersama dan pembinaan iman dini, khususnya bagi keluarga Katolik di Lingkungan St Petrus Paroki St Yohanes Rasul Kedaton yang mengemban tugas sebagai sekolah iman yang pertama dan terutama bagi anak-anak dan terciptanya komunikasi iman antar anggota keluarga dalam kehidupan sehari-hari.
A. Kesimpulan Keluarga Kristiani adalah Gereja kecil yang terwujud jika para anggotanya berhimpun dalam nama Tuhan. Didalam keluarga terjalin ikatan cinta yang menjadi dasar kehidupan keluarga, maka keluarga harus mengembangkan cinta kasih agar tumbuh menjadi komunitas yang membangun. Suami isteri yang sudah dipersatukan oleh Allah dalam sakramen perkawinan bersifat tak terceraikan karena Allah sendirilah yang telah menyatukan dua manusia menjadi satu tubuh. Keluarga Kristiani mengemban tugas dari Gereja dalam pendidikan anakanak. Tugas dan kewajiban orangtua sangatlah besar dalam mendidik anakanaknya supaya menjadi pribadi yang dewasa, seturut dengan kehendak Allah. Selain itu, keluarga juga turut ikut ambil bagian dalam tugas perutusan Gereja untuk mewartakan Injil.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 128
Melaksanakan doa bersama dalam keluarga memang bukanlah hal yang mudah apalagi dengan kesibukan masing-masing anggota keluarga, tetapi hendaknya keluarga katolik menyadari akan peranan doa bersama dalam keluarga sebagai sarana pembinaan iman usia dini. Berdasarkan hasil penelitian, orangtua menyadari bahwa peran doa bersama dalam keluarga sangatlah penting untuk membina iman anak sejak dini yaitu dengan menciptakan kebersamaan untuk berkumpul dan memohon berkat kepada Tuhan. Orangtua memberikan pengertian kepada anak-anak bahwa doa merupakan hal dasar yang harus dilakukan semua makhluk ciptaan-Nya sebagai ucapan syukur dan terimakasih atas kehidupan. Keluarga merupakan lingkungan yang utama dan pertama bagi anak-anak, oleh karena itu peran keluarga dalam pembinaan iman anak sangatlah dominan. Anak-anak berusia dini membutuhkan bimbingan dan arahan bagaimana ia harus hidup. Orangtua sangat berperan dalam hal ini untuk membimbing dan mengarahkan anak untuk mengenal pencipta-Nya dan menjadikan anak beriman kepada Yesus. Berdasarkan penelitian yang ditujukan kepada orangtua tampak bahwa doa bersama dalam keluarga dapat menumbuhkan persaudaraan antar anggota keluarga dan dekat dengan Tuhan. Selain itu, anak-anak juga terbantu untuk mengenal dan mengimani Yesus Kristus. Berdasarkan kenyataan tersebut, keluarga sangat berperan bagi pembinaan iman anak karena keluarga menjadi tempat pendidikan yang utama dan pertama bagi anak. Melihat pentingnya peranan doa bersama dalam keluarga, penulis menyumbangkan suatu program katekese keluarga bagi keluarga yang bertujuan untuk lebih meningkatkan kesadaran orangtua akan pembinaan iman anak.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 129
B. Saran Tiada manusia yang sempurna di dunia ini tapi ada manusia yang berusaha untuk menjadi lebih baik. Oleh karena itu, manusia perlu memberi masukan kepada orang lain dan bersedia menerima masukan dari orang lain. Pada akhir penulisan ini perkenankanlah penulis memberikan beberapa saran yang kiranya dapat membantu meningkatkan kegiatan doa bersama dalam keluarga sebagai berikut: 1. Melaksanakan doa bersama dalam keluarga perlu dipahami bukan sebagai suatu tugas tetapi hendaknya dihayati sebagai konsekuensi iman. Berawal dari tugas orangtua untuk mendidik anak-anaknya sesuai dengan janji perkawinan, maka doa bersama dalam keluarga dimengerti sebagai sekolah iman yang pertama dan tepat untuk saling mengkomunikasikan pengalaman iman akan Yesus Kristus sebab keluarga adalah Gereja Kecil dimana mereka dipersatukan dalam sakramen Baptis dan Perkawinan. 2. Proses doa bersama dalam keluarga hendaknya mengacu pada pengalaman konkrit yang dialami oleh keluarga dan mampu menyisihkan waktu untuk melaksanakan doa bersama demi pembinaan iman keluarga. 3. Katekese keluarga akan lebih bermanfaat bila dilaksanakan dalam bentuk doadoa keluarga yang menarik dengan didukung beberapa sarana seperti Kitab Suci, dan salib sebagai simbol kehadiran Allah melalui kisah-kisah inspiratif dalam Kitab Suci.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 130
Akhirnya, semoga segala sesuatu yang telah dikembangkan akan semakin memberi sumbangan bagi keluarga Katolik, sebab Tuhan selalu menghendaki yang terbaik bagi umat-Nya.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
131
DAFTAR PUSTAKA
Boyer, Ernest. (1994). Bertemu Tuhan di Tengah Keluarga. (A. Supratiknya. Penerjemah) Darmawijaya, Pr. (1994). Mutiara Iman Keluarga Kristiani. Yogyakarta: Kanisius. Darminta. (1983). Tuhan Ajarilah Kami Berdoa. Yogyakarta: Kanisius. (1997). Doa dan Pengolahan Hidup. Yogyakarta: Kanisius. (2001). Yesus sang Pendoa. Yogyakarta: Kanisius. Dinamika Umat .(1997). Buku Kenangan 25 Tahun Stasi Pusat dan Pemberkatan Gereja St Yohanes Rasul Kedaton Bandar Lampung. Dewi Indah Setiawati, Ludovica. (2001). Memupuk Doa Bersama dalam Keluarga Demi Pembinaan Iman Melalui Katekese Keluarga Di Paroki St Petrus Dan Paulus Minomartani Yogyakarta. Skripsi Mahasiswa Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik. Heuken, A. (1979). Bangunkanlah Kebahagiaan Keluargamu. Jakarta: Yayasan Cipta Loka Caraka. Gorreti, M., AK. (1999). Pendampingan Iman Anak. (PIA). Yogyakarta: FIPAUSD. Green, Thomas (1988). Bimbingan Doa: Hati Terbuka Bagi Allah Yogyakarta: Kanisius. Hadiwardoyo, Purwa., MSF. (2013). Ringkasan Ajaran Gereja Tentang Keluarga dan Masyarakat. Yogyakarta: Bajawa Press. Hurlock, EB. (1991). Perkembangan Anak. (Ed. VI). Jakarta: Erlangga. Jacobs, Tom. (2004). Teologi Doa. Yogyakarta: Kanisius. Kana. (2012). Majakah Pendidikan Anak Usia Dini. Katekismus Gereja Katolik. (1995). (P. Herman Emburu, SVD, Penerjemah). Ende: Arnoldus. Komisi Keluarga Keuskupan Malang. (1988). Pedoman Bina Iman Usia Dini dalam Keluarga. Malang: Dioma. Komisi Pendampingan Keluarga KAS. (2006). Pendidikan Anak dalam Keluarga. KOMKAT. (2012). Bunga Rampai Katekese. Bogor. Grafika Mardi Yuana. Konferensi Waligereja Indonesia. (1996). Iman Katolik: Buku Informasi dan Referensi. Yogyakarta: Kanisius. _________(2011). Pedoman Pastoral Keluarga. Jakarta: Obor Konsili Vatikan II. (1993). Dokumen Konsili Vatikan II. Apostolicam Actuositatem. Tentang Kerasulan Awam (R. Hardiwiryana, Penerjemah). Jakarta: Obor. (Dokumen asli diterbitkan tahun 1966). _________(1993). Dokumen Konsili Vatikan II. Konstitusi Pastoral “Gaudium et Spes” tentang Kerasulan Awam (R. Hardiwiryana, Penerjemah). Jakarta: Obor. (Dokumen asli diterbitkan tahun 1966). Mangunhardjana, A.M., (1986). Pembinaan Arti dan Metodenya. Yogyakarta: Kanisius
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 132
Mardi, Prasetyo. (2000). Unsur-unsur hakiki dalam pembinaan 1. Yogyakarta: Kanisius. Nambo, MSC. (1980). Bersatu dalam Doa. Ende: Nusa Indah. Paus Yohanes Paulus II. (1981). Keluarga Kristiani dalam Dunia Modern. (Seri Bina Keluarga). Amanat Apostolik Familiaris Consortio Paus Yohanes Paulus II kepada para Uskup, Kaum Klerus dan umat beriman seluruh Gereja Katolik tentang Peranan Keluarga Kristiani dalam Dunia Modern. (A. Widyamartaya. Penerjemah). Yogyakarta: Kanisius. ___________(1994). Surat Kepada Keluarga. (J. Hardiwikarta, Pr. Penerjemah). Jakarta: Departemen Dokumentasi dan Penerangan KWI. ___________(1992). Catechesi Tradendae. (R. Hardawiryana, Penerjemah). Jakarta: Dokpen KWI (Dokumen asli diterbitkan tahun (1979). ___________(1993). Familiaris Consortio. Anjuran Apostolik Sri Paus Yohanes Paulus II kepada para Uskup, Imam-iman dan Umat beriman seluruh Gereja Katolik tentang Peranan Keluarga Kristen dalam Dunia Modern. (R. Hardawiryana, SJ. Penerjemah). Jakarta: Dokpen KWI. (Dokumen asli diterbitkan tahun 1981). Prihartana. B.R. Agung. 2008. Pendidikan Iman Anak dalam Keluarga Kawin Campur Beda Agama. Yogyakarta: Kanisius. Pusat Musik Liturgi (1994). Madah Bakti. Yogyakarta: PML. Sanapiah, Faisal. (1982). Metode Penelitian Pendidikan. Surabaya: Usaha Nasional. Simons, Lydia (1995). Bagaimana aku harus berdoa? (Seri Puskat 81). Yogyakarta: STKat. Sobur, Alex. (1985). Butir-butir Mutiara Rumah Tangga. Jakarta: Kanisius. Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Bandung: Alfabeta. Telambanua, Marianus, OFM Cap. (1999). Ilmu Kateketik. Jakarta: Obor. Wahjasudibja, Al. Pr (1987). Hidup Sejati. Yogyakarta: Kanisius.