WHITEPAPER MARCH 2016
PLACEMENTCHOICE STRATEGY Distributing the Product Faster, Better, Bigger & Cheaper By: Dr. Sandy Wahyudi (DSW)
PENDAHULUAN Tugas seorang marketer selain berinovasi dan berpromosi juga perlu memikirkan proses ditribusi produk agarperusahaannya dapat mencapai omsetsesuai target. Sebab sehebat apapun brand atau kuatnya suatu merek, namun jika tidak diringi dengan eksekusi lapangan yang bagus, seperti meratanya kehadiran produk di setiap penjuru lokasi, maka sia-sialah program komunikasi pemasaran yang dilakukan. Bahkan walau sudah terjadi pemerataan produk sekalipun, apabila tidak diiringi dengan “kesepakatan” dengan pemilik ritel atau jalur channel distribusi yang kita pakai, maka produk kita hanya sebagai pajangan saja, bahkan bisa “tenggelam” dibanding produk-produk kompetitor yang mungkin lebih agresif untuk memberikan benefit ke mereka.
Gambar 1. Reasons why our Promotion is not in the Store
Namun, tugas seorang Marketer tidak hanya sampai di sana saja, saja, bahkan walau sudah mendapat benefit yang spesial pun dari channel distribusi partner kita, namun jika tidak diimbangi aspek penting lain seperti disiplinnya tenaga penjualan kita untuk melakukan kunjungan rutin rutin, atau tambahan aktivitas in-store promotionkita yang akhirnya terlalu membebankan pekerjaan SPG toko, atau bahkan armada kita sendiri yang kurang tepat waktu dalam pengiriman, sehingga toko/channel distribusi kita merasa sering kehabisan stok. Inilah faktor-faktor faktor yang perlu kita pertimbangkan gkan dan menjadi isu menarik untuk dibahas pada kesempatan whitepaper kali ini. Bahwa dengan strategi pemilihan tempat atau jalur distribusi yang baik (placement choice), maka diharapkan perusahaan kita bisa berkembang lebih cepat, lebih baik, lebih besar, dan lebih efisien dalam biaya operasionalnya.
Market Segment TransportaTransporta tion Aspect
Channel Structure
Placement Choice Strategy Process Complexity
Market Coverage Local Representa -tive
Gambar 2. Placement Choice Strategy
Ada 6 aspek penting yang dapat kita pelajari dalam menentukan strategi pemilihan jalur distribusi penjualan,, secara berurutan kita harus memikirkannya dari: 1.
Market Segment, siapakah target segmen pasar kita? Dalam kesempatan kali ini, saya akan membahas adanya 14 segmen pasar lain yang bisa kita garap, selain mungkin yang sudah sering kenal, yaitu B2B (business to business) dan B2C B2C (business to consumer). Sedemikian peluang pasar kita semakin terbuka lebar untuk ke depannya.
2. Channel Structure, yaitu level tingkatan struktur birokrasi yang harus kita rancang sedemikian rupa agar kita bisa masuk ke beberapa segmen targetyang kita bidik dengan cara yang lebih cepat dan efisien. 3. Market Coverage, yaitu bagaimana langkah kita untuk dapat melakukan penetrasi pasar dengan cepat dan mendapatkan hasil yang maksimal. 4. Local Representative, yaitu bagaimana kita bisa menjalin kerjasama dengan partner distribusi kita sedemikian kerjasama bisa lebih saling menguntungkan ke depannya. 5. Process Complexity, yaitu aspek lain dari sisi support divisi marketing yang harus kita pertimbangkan, seperti penyimpanan barang, banyaknya channel penjualan, dan after sales service, sebab seringkali proses ini sering menjadi bumerang dan sumber komplain pelanggan. 6. Transportation Aspect, yaitu aspek pendukung yang tidak kalah pentingnya dari sisi efisiensi biaya, apalagi didukung dengan adanya perkembangan platform IT untuk konsep sharing
transport, seperti Gojek, dll. MARKET SEGMENT Selama ini mungkin kita hanya mengenal 2 jenis segmen pasar, yaitu B2B dan B2C saja, padahal kalau ditelisik lagi, sesungguhnya ada 12 jenis segmen pasar, sesuai kategori, darimana dan ke siapa tujuan pasar yang dimaksud. Ada 4 jenis kategori utama, yaitu segmen bisnis (business), segmen end-user (consumer), segmen pemerintahan (government), dan segmen dermawan atau Non-Governmental Organization/ NGO (philanthropy). Mari kita telisik satu per satu: 1.
Dari segmen bisnis ke beberapa segmen pasar lain, seperti: a. Business to Business (B2B). Ini sudah umum, seperti contoh sebuah pabrik baja yang menjual chasis mobil ke pabrik perakitan mobil. Murni B2B. b. Business to Consumer (B2C). Ini juga sudah umum, seperti contoh pabrik snack yang menjual snack produksinya ke masyarakat secara luas. c. Business to Government (B2G). Ini mungkin sering kita dengar, bahwa pemerintah sering mengadakan tender melalui online procurement, bahwa contoh sebuah pabrik bata ringan bisa ikut mendapatkan omset melalui anggaran dana program sejuta rumah yang dicanangkan pemerintah.
d. Business to Philanthropy (B2P). Ini mungkin jarang kita dengar, bahwa organisasi dunia seperti WHO (world health organization) sering membeli bahan baku pangan dari suatu pabrik dengan harga yang relatif sama dengan harga pasar, sedemikian pabrik ini juga tidak dirugikan. Omset yang disumbang dari segmen B2P ini pun bukan main besar angkanya. 2. Dari segmen konsumen ke beberapa segmen pasar lain, seperti: a. Consumer to Business (C2B). Sering kita ketahui bahwa suatu pabrik juga memerlukan bahan baku daur ulang dari hasil sisa pemakaian end-user, seperti koran, majalah bekas, yang bisa dihancurkan dan diproduksi ulang menjadi kertas baru. Dari sinilah muncul bisnis pengepulan barang bekas yang omsetnya bisa miliaran rupiah per hari. b. Consumer to Consumer (C2C). Ini dilakukan oleh olx.co.id dan platform jual-beli barang bekas lain, seperti kaskus, dll yang menemukan antara sebuah segmen konsumen satu dengan yang lainnya. c. Consumer to Government (C2G). Ini mungkin jarang pernah kita dengar, namun sesungguhnya apa yang kita lakukan selama ini untuk memilah manakah yang sampah organik dan mana yang tidak organik pada bak sampah yang ada di depan rumah kita, atau menanam sejumlah pohon sesuai jumlah jiwa yang tertera di Kartu Keluarga (program satu jiwa satu pohon), dimana terkadang warga bisa mendapat keringananretribusi atau pajak apabila dengan tertib mengikutikebijakan yang ada. d. Consumer toPhilanthropy (C2P).Sebagai contoh saat ada bencana alam di suatu daerah, segera para netizen atau komunitas masyarakat tertentu mengumpulkan dana, pakaian bekas, sembako, dll untuk bisa menyumbangkannya ke badan organisasi amal yang ada di daerah tersebut. 3. Dari segmen pemerintahan ke beberapa segmen pasar lain, seperti: a. Government to Business (G2B). Kebijakan pemerintah akan tambahan keringanan pajak apabila seorang pengusaha mau menuruti aturan pemerintah seperti menyejahterakan karyawan melalui BPJS, dll adalah bentuk produk pemerintahan yang sifatnya wajib dan mengikat.
Business
Consumer
Government
Philanthropy
Business
B2B
B2C
B2G
B2P
Consumer
C2B
C2C
C2G
C2P
Government
G2B
G2C
G2G
G2P
Gambar 3. Complete Market Segment b. Government to Consumer (G2C).Sebagai contoh produk roduk pemerintah provinsi DKI seperti Kartu Pintar, Kartu Sehat, dan Kartu-kartu Kartu lainnya yang ditujukan untuk masyarakat merupakan bentuk layanan inovatif yang sifatnya sangat integratif lintas beberapa departemen pemerintahan terkait. terkait c. Government to Government (G2G). Sebagai contoh MEA (masyarakat ekonomi ASEAN) yang merupakan gabungan wilayah ekonomi 10 negara anggota ASEAN, dimana antar 10 negara ini sudah tidak ada lagi batasan ekonomi yang jelas sebab hampir seluruh subsektor industri dibebas bebaskan tarif ekspor-impor. d. Government to Philanthropy (G2P). Sebagai contoh pemerintah Indonesia sangat concern cern mendukung WFP (world food programme),, sebuah organisasi nirlaba internasional yang melindungi negara yang tertimpa kekeringan pangan pangan. Indonesia paling sering mengirimkan bantuan berupa logistik dan tenaga kerja kemanusiaan ke negara-negara negara yang sedang membutuhkan.
Dari 12 segmen pasar di atas, memang yang paling penting untuk dibahas di sini adalah dari segmen bisnis ke segmen lainnya, yaitu B2B, B2C, B2G dan B2P, sebab sebagai seorang Marketer yang bertanggung-jawab jawab memajukan memajukan bisnis suatu perusahaan, kita tidak boleh puas jika hanya berpatokan pada B2B atau B2C saja, harus ada segmen lain sebagai pelengkap yang mampu mendongkrak omset.
CHANNEL STRUCTURE Setelah kita menentukan segmen pasar manakah yang hendak dituju, maka perlu dipertimbangkan sisi struktur birokrasinya, apakah kita mau langsung masuk ke hilir, atau masuk dari hulunya terlebih dulu, seperti yang kita lihat pada diagram di bawah ini.
Our Company
Distributor
Retailer Web/ Apps
Sales Force
B2B
B2B
B2C
B2C
Online proc.
B2G
N.G.O
B2P
Gambar 4. Business Channel Structure
Sebagai contoh, suatu perusahaan yang hendak masuk ke pasar B2B, ada beberapa pilihan, seperti apakah cukup menggunakan sales force (tenaga penjualan), atau melalui Distributor sebagai
channel distribusi untuk melayani pelanggan B2B. Saat melayani pelanggan B2C, suatu perusahaan juga mempunyai pilihan, apakah langsung menjualnya via online melalui web perusahaan, ataukah melalui retailer untuk menjual secara eceran kepada konsumen yang datang ke toko tersebut. Untuk melayani segmen pemerintahan, suatu perusahaan juga bisa memilih apakah hanya melalui tender secara online, ataukah harus melalui cara lain. Sedangkan untuk melayani segmen filantropi, suatu perusahaan juga bisa memilih, apakah akan menyelenggarakan sendiri event kemanusiaan dengan melibatkan tim internalnya, ataukah sifatnya hanya didonasikan secara langsung kepada lembaga NGO (non-governmental organization) terkait. Namun, untuk segmen pasar filantropi ini memang suatu perusahaan harus berani “menabur” dulu di depan, sebab tidak serta-merta omset akan datang setelah itu, dibutuhkan konsistensi yang tinggi untuk upaya branding di awal,
sedemikian ke depannya, perusahaan ini bisa terus mendapat kepercayaan lebih untuk terus menjadi partner kunci NGO / organisasi filantropi tersebut. Adapun 9 kriteria memilih beberapa partner kunci penjualan di bagian hulu atau hilir nantinya,, dapat dilihat pada diagram berikut ini.Pertama, ini. kita ita harus memilih partner kunci yang memiliki tujuan bisnis yang jelas, yang punya visi dan misi sama dengan perusahaan kita. Semisal tujuan perusahaan kita berbisnis adalah untuk menciptakan lapangan kerja seluas seluas-luasnya, maka partner kunci yang kita ajak tentu tidak bisa yang hanya fokus pada profit saja, sedangkan urusan kesejahteraan SDM dinomor-duakan. duakan. Kedua, kita harus memilih partner yang skala perusahaannya tidak terlampau kecil atau terlampau besar dibanding perusahaan kita. Sebab jika terlampau kecil, maka saluran distribusinya tidak akan maksimal, namun jika terlampau besar, maka khawatirnya nanti kita yang malah tidak mampu mengimbangi supply kapasitas yang mereka butuhkan. Ketiga, faktor yang terkait dengan masalah keuangan. Partner yang kita ajak kerjasama menjadi saluran penjualan juga harus sehat finansialnya, jika tidak demikian, maka efek domino negatif pasti terjadi nantinya. Keempat, adalah reputasi partner kita, dimana ana ini juga tolok ukur yang tidak kalah penting, sebab jika reputasi partner kita tidak terlalu baik di mata para pelanggan mereka, maka ke depan akan mempengaruhi reputasi perusahaan kita juga akhirnya.
Gambar 5. Channel Selection Criteria
Kriteria kelima elima sebelum kita menentukan pilihan siapakah yang akan menjadi partner penjualan adalah faktor ketersediaan fasilitas fisik yang dimiliki perusahaan tersebut. Apakah mereka memiliki gudang penyimpanan yang cukup luas dan aman untuk barang kita, apakah mereka reka memiliki transportasi yang memadai, dan seterusnya. Aspek keenam adalah terkait kesediaan mereka untuk mau atau tidak menanggung inventory, sedemikian perusahaan kita tidak terlalu dibebankan dengan cadangan hasil produksi yang berlebihan. Ketujuh, mengenai faktor sikap dan komitmen individu yang menjadi decision maker di perusahaan tersebut, entah manager, direksi, atau bahkan owner, sebab tanpa terciptanya hubungan personal yang baik dengan mereka, maka untuk jangka panjang banyak keputusa keputusan negatif yang mungkin bisa tercipta. Faktor kedelapan, terkait jumlah dan macamproduk yang selama ini mereka pasarkan sebelum bekerjasama dengan perusahaan kita. Semakin banyak kompetitor kita yang sudah mengajak kerjasama mereka, maka akan semakin sulit posisi kita. Faktor terakhir adalah mengenai komitmen mereka untuk bekerjasama jangka panjang dengan kita, yakni kesediaan mereka untuk mau tidaknya membuat kontrak hitam di atas putih secara eksklusif.
MARKET COVERAGE Setelah kita menentukan dan memilih partner penjualan, maka selanjutnya yang mulai diperhatikan untuk penguasaan pasar (market coverage) adalah mempersiapkan sumber daya internal perusahaan,, strategi kombinasi produk dan pasar yang akan dimasuki, serta aspek promosi untuk melawan atau mengimbangi kompetitor, sedemikian perusahaan kita bisa bersaing dan menang di pasar. Adapun 3 aspek tersebut adalah sebagai berikut.
Company Resources Product /Market Variability Competitor's Promotion
Gambar 6. Market Coverage Aspects
1.
Company Resources Menurut Alexander Ostewalder, pencipta konsep business model canvas(BMC) yang sangat sering digunakan perusahaan saat hendak berinovasi, bahwa sumber daya internal perusahaan yang harus diperhatikan untuk tetap “align” (bersejajar) dengan kondisi pasar dan value proposition yang diusung perusahaan adalah key partners, key activities, key
resources, dan cost structure. Perusahaan kita harus terus mencari partner-partner kunci baru ke depannya, khususnya yang tidak terkait langsung dengan pelanggan (sebab partner yang terkait dengan penjualan ke pelanggan disebut sebagai “Channel” oleh Ostewalder). Semakin murah bahan baku yang kita peroleh dari supplier, atau semakin rendahsuku bunga yang harus kita bayar ke perbankan, maka semakin punya daya saing perusahaan kita. Partner kunci inilah yang akhirnya bisa membuat gerakan/ agresifitas perusahaan semakin cepat untuk mengakuisisi atau menambah sumber daya internal(key
resources) yang baru, baik tangibles maupun intangibles. Aktivitas kerja kunci (key activities) akan semakin optimal, sedemikian faktor struktur pembiayaan (cost structure) akan semakin terjadi efisiensi di sana-sini.
Gambar 7. Company Resources
2. Product / Market Variability Apabila faktor sumber daya internal perusahaan di atas lebih memperhatikan sisiproduksi dan aspek pendukung lainnya, maka pada bagian ini akan lebih difokuskan kepada sisi produk dan pasar, yaitu lebih kepada masalah ekternal perusahaan. Dalam kesempatan ini memang tidak dibahas secara mendalam konsep business model canvas untuk masalah eksternal, melainkan hanya beberapa kombinasi model Product/Market yang mungkin dipilih oleh marketer. M1
M2
M1
P1
M1
M2 P1
P1
P2
P2
P2
P/M Concentration
MarketSpecialisation
ProductSpecialisation M1
M2
M1
P1
P1
P2
P2
SelectiveSpecialisation
M2
M2
Full Market Coverage
Gambar 8. Product vs Market Variability
Jika perusahaan kita masih tergolong start-up, maka sebaiknya kita memilih model “P/M Concentration” sedemikian produk yang terbatas jumlahnya bisa difokuskan pada ceruk pasar tertentu. Jika semisal perusahaan kita ingin dikenal diferensiasinya dari sisi kualitas produk, maka fokus kita adalah pada model “Product Specialisation” dimana untuk masuk ke pasar lainnya, tinggal disesuaikan saja fitur atau benefit yang ada, tanpa perlu menambah jenis kategori produk lainnya. Sebaliknya, jika perusahaan kita ingin dikenal sebagai perusahaan yang punya akses tercepat dan terdekat dengan pasar (contoh: hypermart, indomart, dll), maka kita harus fokus pada segmen pasar tertentu, dan menambahkan segala jenis kategori produk yang sekiranya dibutuhkan oleh segmen yang dilayani selama ini.
3. Competitor’s Promotion Faktor ketiga yang terpenting dari aspek penguasaan pasar (market coverage) adalah mengenal dengan baik siapa kompetitor kita dan apa gerangan strategi promosi yang mereka gunakan. Jika kita ikut-ikutan promosi ketika pesaing kita juga lagi promosi, maka sia-sialah dan semakin dirugikan kedua belah pihak perusahaan dari sisi profit margin yang dihasilkan. Hal ini telah dibuktikan dengan konsep price game theory yang dikembangkan oleh Nash, dimana teori klasik ini semula dikembangkan dari teori psikologi yang mengamati perilaku kedua tahanan yang melakukan pembunuhan berencana secara bersama dimana keduanya ditangkap dalam waktu bersamaan pula.
Gambar 9. Prisoners’ Dilemma Analogy
Dalam dunia pemasaran, perilaku kedua tahanan ini dianalogikan sebagai kedua pemain bisnis sejenis yang saling berkompetisi satu sama lain. Nash membuktikan bahwa jika kedua pemain bisnis meluncurkan promosi secara bersama-sama, maka kedua belah pihak akan semakin dirugikan, karena konsumen yang diharapkan dapat diakuisisi oleh pemain lawan, ternyata tetap “stay” di toko langganannya dan mendapat diskon yang seharusnya tidak perlu dia dapatkan, begitupula sebaliknya, maksud hati menambah omset kotor (walau persen margin keuntungan turun karena berpromosi), ternyata omsetnya sama saja karena tidak ada pelanggan lawan yang berpindah, akibatnya keuntungan bersih juga turun.
Lebih baik jika kedua perusahaan ini tidak berpromosi semuanya, sebab pelanggan mereka masing-masing tidak akan berpindah ke pesaing, sedemikian omset kotor dan keuntungan tetap terjaga seperti biasanya. Pesan moral dari price game theory ini adalah bagaimana suatu perusahaan kalau bisa selalu berpromosi di saat yang tepat saat pesaingnya tidak lagi berpromosi, sehingga pelanggan bisa diakuisisi dan omset bertambah. Player 2 (P2)
Promote
Player 1 (P1)
Not Promote
Promote
Not Promote
P1 = -2
P1 = 2
P2 = -2
P2 = -1
P1 = -1
P1 = 0
P2 = 2
P2 = 0
Gambar 10. Price Game Theory
LOCAL REPRESENTATIVE Faktor keberhasilan strategi penempatan produk dan saluran distribusi penjualanyang dibahas selanjutnya adalah mengenai dukungan perusahaan kita terhadap channel yang sudah kita jajaki, sedemikian jika mereka berhasil memasarkan produk kita, maka ke depan pun kita sendiri pula yang akan menikmati hasilnya. Dibutuhkan komitmen kuat satu sama lain agar hubungan baik tetap terjaga untuk jangka panjang.
Support yang bisa diberikan selain daripada margin keuntungan yang cukup tinggi saat mereka menjual kembali produk kita kepada para pelanggannya, dan jumlah produk yang selalu terjaga stok kuotanya saat mereka melakukan repeat order, maka ada hal-hal lain yang tidak boleh dilewatkan para marketer agar channel distribusi kita tidak mudah selingkuh ke kompetitor. Diantaranya adalah program pemasaran yang terintegrasi satu sama lain, antara ATL (above the
line), BTL (below the line), dan TTL (through the line). Program ATL lebih pada penggunaan penempatan iklan di media massa yang impact-nya terhadap masyarakat sangat luas seperti koran, radio, TV, megatron, baliho, dll. Program BTL lebih menyasar pada segmen tertentu yang lebih terlokalisir daerahnya, dimana peran channel penjualan kita di sini sangat dibutuhkan sebab juga melibatkan peran
interaksi pelanggan mereka di dalamnya. Yang bisa dilakukan pada aktivitas BTL adalah melengkapi perangkatpoint of salesdan retailer kitsyang mampu mendukung kenaikan omset di dalam toko mereka, mengadakan serangkaian kontes dan undian berhadiah yang ditujukan kepada para end-
user, memberikan insentif lebih besar kepada pemilik toko / channel distribusi kita sedemikian mereka lebih mau memasarkan produk kita ketimbang ke milik kompetitor. Aktivitas BTL lain yang bisa diberikansupport-nyakepada nyakepada rekan penjualan saat kita ingin meluncurkan produk baru adalah mengadakan road showdimana komunikasi pemasarannya terintegrasi antara ATL (media massa) dan TTL (online marketing, seperti website, social media, google adword, dll), serta dibutuhkan peran serta staf tenaga toko untuk menjalankan eksekusi BTL (contoh: undian langsung berhadiah) di lapangan jika memang diperlukan. Point of Sale Trade Incen Incentives
Retailer Kits
Local Rep. Road Shows
ATL (Above The Line)
Contest Lucky Dip
TTL(Thru The Line)
Gambar 11. ATL – BTL – TTL Combination for Local Representative
PROCESS COMPLEXITY Aspek selanjutnya selain segmen pasar yang hendak dimasuki, struktur channel distribusi yang hendak dibuat, tingkat penguasaan pasar yang hendak diciptakan, juga dukungan dari dan ke representasi saluran penjualan lokal yang ada di suatu daerah, maka aspek lain yang tidak kalah penting juga adalah terkait kompleksitas proses yang bakal kita hadapi. Semakin banyak dan semakin panjang channel distribusi yang hendak kita ajak kerjasama, maka semakin kompleks pula proses yang akan terjadi. Beberapa proses yang dimaksud adalah cara cara pemesanan, cara pengiriman, cara pembayaran, cara menangani komplain, dan seterusnya. Hal ini harus diperhatikan oleh sebab
produk yang kita jual sifatnya lintas kepemilikan, dari tangan satu ke tangan lainnya, dari hulu ke hilir, dari produsen ke distributor ke agen ke ritel hingga akhirnya sampai di tangan end-user, seperti yang dapat kita lihat pada bagan di bawah ini.
Gambar 12. Process Complexity in Logistics Proses paling kompleks memang adalah pada level produsen (manufacturer) dimana harus diperhatikan dari sisi kualitas bahan baku, proses produksi, kontrol kualitas, penyimpanan di gudang, hingga proses pengiriman (shipping). Namun untuk beberapa kasus tertentu, bahkan di level distributor atau ritel sekalipun, kompleksitas proses pekerjaan ini tetap ada, khususnya VAD (value-added distributor) yang mana mereka menambahkan added value pada produk barang yang mereka ambil dari produsen, misal mengemas kembali produk ke dalam ukuran yang lebih kecil, melabel ulang merek produk (markclone) dengan merek usahanya sendiri, dan lain sebagainya. Minimal di tiap level distribusi selalu ada proses pengiriman (shipping) produk ke level distribusi yang lebih rendah (dari distributor ke agen, dari agen ke ritel, dst).
Gambar 13. 1 Process Complexity and Channel Options
Diagram di atas menunjukkan bahwa semakin semakin suatu produk membutuhkan treatment khusus dalam proses pengiriman, dan penyimpanannya, penyimpanannya, maka akan semakin sedikit alternatif channel distribusi yang tersedia. Misal, Misal, suatu produk harus disimpan dalam keadaan dingin, sedangkan ternyata customer kita (re: distributor atau agen) teryata tidak memiliki fasilitas pendingin, maka hal ini tidak bisa diteruskan untuk jangka panjang, karena komplain dari end-user pasti akan banyak bermunculan karena produk menjadi basi lah atau berjamur lah, dst.
TRANSPORTATION ASPECT Aspek yang terakhir dari product placement strategy adalah mengenai transportasi itu sendiri. Sebab walau channel distribusinya sudah banyak alternatif pilihan yang bisa dijajaki, namun ternyata transportasi dari dan menuju ke sana ternyata tidak memadai, maka semuanya akan menjadi sia-sia. Transportasi secara umum dibagi menjadi transportasi darat, air, dan udara. Namun, lebih mendetail, transportasi portasi darat pun masih bisa dibagi menjadi roda dua, roda empat, truk, kereta api, pipa, dll. Yang sering kita temui untuk transportasi produk barang umumnya adalah seperti kita lihat pada bagan di bawah ini.
Multimodal transport
Gambar 14. Multi-modal Transport Mahalnya ahalnya biaya operasional untuk aspek transportasi di Indonesia (high high-cost economy) karena infrastruktur yang masih kurang baik, pungutan liar dinas terkait, terkait, preman yang tidak bertanggung jawab, membuat perusahaan harus punya senjata khusus untuk menyikapi hal ini seiring dengan terusnya kenaikan UMR pekerja. Oleh sebab itu, empat hal penting yang menjadi tantangan pengusaha agar bisa memenangkan persaingan bisnis, terlebih lagi untuk aspek transportasi di antaranya adalahh: 1.
Adanya danya inovasi dalam desain produk (innovation in product design),, sedemikian rupa proses mobilisasi barang menjadi semakin mudah dan kompatibel dengan segala jenis moda transportasi.
2. Akses pasar (market access) yang lebih luas dari sebelumnya, jadi tidak hanya mengandalkan channel distribusi yang lama saja, melainkan menjalin kerjasama dengan banyak channel baru yang sekiranya sejalan dengan trayek pengiriman. 3. Menjamin ketersediaan etersediaan tenaga kerja terampil (availability of skilled labour) dengan cara merekrut secara terus--menerus,, dimana tenaga staf pengiriman tidak hanya bertugas untuk mengirim barang saja, melainkan juga berperan sebagai tenaga frontliners yang bisa menggali banyak peluang pasar, khususnya taktik promosi yang sedang dipakai kompetitor. 4. Menekan biaya iaya transportasi dengan menggunakan mobil atau alat angkut yang lebih muda umur pemakaiannya sedemikian irit penggunaan bahan bakar dan lebih murah dari segi perawatan mesin, dll.
Availability of skilled labour Innovation in product design
Market access
Transportation costs
Gambar 15. 1 Challenge in Transportation Issue
PENUTUP Itulah sekilas pemaparan konsep strategi product placement, bahwa perusahaan dapat melakukan proses pemasaran dan distribusi produk jauh jauh lebih cepat, lebih baik, lebih optimal, dan lebih efisien dibanding sebelumnya jika menggunakan konsep yang telah kita pelajari bersama. Untuk konsultasi lebih lanjut mengenai penggunaan beragam alat ukur Product Placement Strategy ini di perusahaan Anda,, segera kontak tim kami di kantor untuk mendapatkan penjelasan lebih detail akan layanan yang ada di SLC MARKETING, INC.!
ONLY MARKETING CAN DRIVE INNOVATION! By: Dr. Sandy Wahyudi (DSW) Praktisi & Pakar Marketing dan Inovasi Consultant, Trainer, Business Coach, Writer, Speaker Business Development Director SLC MARKETING, INC.
SLC REGISTRATION FORM COMPANY PROFILE Company Name
: .............................................................................................
Business Description
: .............................................................................................
Office Address
: ............................................................................................. .............................................................................................
City
: .............................................................................................
Zip Code
: ............................................................................................ ............................................................................................
Phone
: .....................................................................Ext...................
Fax
: .............................................................................................
PERSONAL DETAILS Name
: ............................................................................................. .........................................................................................
Mobile Phone
: .............................................................................................
Job Title
: ............................................................................................. .............................................................................................
Birthday
:.............................................................................................
Religion
: ............................................................................................. .............................................................................................
Hobby
: .............................................................................................
Email Address
: .............................................................................................
Pin BB
:............ ............................................................................................. .................................................................................
.......................(city), ..................................(date)
Signature & Name
FURTHER INFORMATION Rima Rahma Email :
[email protected] PIN BB : 53C30A88
Payment can be transferred to: BCA Cab. G-Walk Walk Citraland Citraland, Surabaya a.n: PT Sandy Learning Center