No. 04/04/Th. XV, 2 April 2012
PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI NILAI TUKAR PETANI BULAN MARET 2012 SEBESAR 97,86 PERSEN
NTP Provinsi Sulawesi Tengah (NTP-Gabungan) bulan Maret 2012 sebesar 97,86 persen, turun -0,29 persen dibandingkan NTP bulan Februari yang mencapai 98,15 persen. Turunnya angka NTP pada bulan ini lebih disebabkan oleh kenaikan angka Indeks yang Diterima Petani (It) sebesar 0,23 persen, masih berada di bawah kenaikan angka Indeks yang Dibayar Petani (Ib) sebesar 0,52 persen. Indeks It Gabungan pada bulan Maret tercatat sebesar 134,07, sedangkan angka indeks Ib Gabungan sebesar 137,00. NTP Provinsi Sulawesi Tengah Subsektor Tanaman Pangan (NTP-P) tercatat sebesar 83,26 persen, Subsektor Hortikultura (NTP-H) sebesar 104,20 persen, Subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat (NTP-Pr) sebesar 99,94 persen, Subsektor Peternakan (NTP-Pt) sebesar 98,10 persen dan Subsektor Perikanan (NTN) sebesar 111,13 persen. Apabila dibandingkan dengan periode bulan sebelumnya, maka angka NTP empat subsektor mengalami penurunan sementara hanya satu subsektor yang mengalami kenaikan. Subsektor Hortikultura (NTP-H) mengalami penurunan tertinggi sebesar -1,51 persen, diikuti oleh Subsektor Perikanan (NTN) sebesar -0,28 persen, Subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat (NTP-Pr) sebesar -0,16 persen dan Subsektor Peternakan (NTP-Pt) sebesar -0,13 persen. Sementara pada saat yang sama Subsektor Tanaman Pangan (NTP-P) menjadi satusatunya yang mengalami kenaikan sebesar 0,15 persen. Pada tingkat nasional NTP bulan Maret tercatat sebesar 104,68 persen, menurun -0,40 persen dibandingkan NTP bulan Februari sebesar 105,10 persen.
Nilai Tukar Petani (NTP) adalah merupakan salah satu proksi indikator yang dapat digunakan untuk melihat tingkat kesejahteraan petani dari waktu ke waktu. NTP di atas angka 100 dapat diartikan bahwa petani mengalami surplus (tingkat pendapatan usaha melebihi tingkat pengeluaran rumah tangga), NTP sama dengan 100 berarti petani mengalami break even point (tingkat pendapatan usaha sama dengan pengeluaran rumah tangga) dan NTP di bawah 100 berarti petani mengalami defisit (tingkat pendapatan usaha di bawah pengeluaran rumah tangga). Secara sederhana angka NTP diperoleh dari hasil perbandingan indeks harga yang diterima petani (It) terhadap indeks harga yang dibayar petani (Ib). Indeks harga yang diterima petani merupakan indikator kesejahteraan petani dari sisi pendapatan usaha pertanian, sedangkan indeks harga yang dibayar petani menggambarkan tingkat kebutuhan pengeluaran petani yang terdiri dari kebutuhan pokok (konsumsi rumah tangga) dan kebutuhan untuk biaya produksi pertanian.
Berita Resmi Statistik No. 04/04/Th. XV, 2 April 2012
1
Berdasarkan pemantauan harga-harga komoditi hasil pertanian, biaya produksi dan barang/jasa konsumsi rumah tangga sepuluh kabupaten di Sulawesi Tengah pada bulan Maret 2012, diperoleh hasil bahwa Nilai Tukar Petani Gabungan Sulawesi Tengah mengalami penurunan sebesar -0,29 persen dari 98,15 persen pada bulan Februari menjadi 97,86 persen pada bulan Maret 2012. Tabel 1 Nilai Tukar Petani Gabungan Provinsi Sulawesi Tengah, Maret 2012 (2007=100)
Bulan Februari
Maret
Persentase Perubahan
(2)
(3)
(4)
1. Indeks Diterima Petani
133,77
134,07
0,23
2. Indeks Dibayar Petani
136,29
137,00
0,52
141,28
142,20
0,65
2.1.1. Bahan Makanan
149,17
150,40
0,83
2.1.2. Makanan Jadi
133,98
134,57
0,44
2.1.3. Perumahan
141,14
142,01
0,62
2.1.4. Sandang
140,58
140,87
0,21
2.1.5. Kesehatan
117,00
117,55
0,47
2.1.6. Pendidikan, Rekreasi dan
122,16
122,96
0,65
126,99
126,98
0,00
121,41
121,49
0,07
2.2.1. Bibit
135,72
135,92
0,15
2.2.2. Obat-Obatan dan Pupuk
111,62
111,72
0,09
2.2.3. Sewa Lahan, Pajak dan
116,37
116,35
-0,02
2.2.4. Transportasi
114,26
114,59
0,29
2.2.5. Penambahan Barang Modal
118,39
118,53
0,12
2.2.6. Upah Buruh Tani
129,23
129,23
0,00
98,15
97,86
-0,29
Rincian (1)
2.1. Konsumsi Rumah Tangga
Olah Raga 2.1.7. Transportasi dan Komunikasi 2.2. Biaya Produksi dan Penambahan Barang Modal (BPPBM)
Lainnya
3. Nilai Tukar Petani
Pada tabel 1 di atas terlihat bahwa penurunan angka NTP Gabungan Sulawesi Tengah pada bulan Maret 2012 disebabkan oleh kenaikan angka Indeks yang Diterima oleh Petani (It) sebesar 0,23 persen masih berada di bawah kenaikan angka Indeks yang Dibayar oleh Petani (Ib) sebesar 0,52 persen. Angka indeks It Gabungan bulan Maret 2012 tercatat sebesar 134,07 sedangkan angka indeks Ib Gabungan tercatat sebesar 137,00. Angka NTP Subsektor Hortikultura (NTP-H) pada bulan Maret 2012 mengalami penurunan tertinggi dibandingkan dengan bulan sebelumnya sebesar -1,51 persen diikuti oleh Subsektor Perikanan (NTN) sebesar -0,28 persen, Tanaman Perkebunan Rakyat (NTP-Pr) sebesar -0,16 persen dan Subsektor Peternakan (NTP-Pt) sebesar -0,13 persen. Sementara itu pada saat yang sama NTP Subsektor Tanaman Pangan (NTP-P) menjadi satu-satunya yang mengalami kenaikan yaitu sebesar 0,15 persen (Tabel 2). Berita Resmi Statistik No. 04/04/Th. XV, 2 April 2012
2
Tabel 2 Nilai Tukar Petani Provinsi Sulawesi Tengah per Subsektor, Maret 2012 (2007=100)
Bulan Februari
Maret
Persentase Perubahan
(2)
(3)
(4)
a. Indeks yang Diterima (It)
116,66
117,51
0,73
b. Indeks yang Dibayar (Ib)
140,31
141,13
0,58
c. Nilai Tukar Petani (NTP-P)
83,14
83,26
0,15
a. Indeks yang Diterima (It)
145,02
143,70
-0,91
b. Indeks yang Dibayar (Ib)
137,07
137,91
0,61
c. Nilai Tukar Petani (NTP-H)
105,80
104,20
-1,51
a. Indeks yang Diterima (It)
137,33
137,85
0,38
b. Indeks yang Dibayar (Ib)
137,20
137,93
0,54
c. Nilai Tukar Petani (NTP-Pr)
100,10
99,94
-0,16
a. Indeks yang Diterima (It)
130,68
130,98
0,23
b. Indeks yang Dibayar (Ib)
133,04
133,52
0,36
c. Nilai Tukar Petani (NTP-Pt)
98,23
98,10
-0,13
a. Indeks yang Diterima (It)
145,34
145,55
0,15
b. Indeks yang Dibayar (Ib)
130,42
130,98
0,43
c. Nilai Tukar Petani (NTN)
111,44
111,13
-0,28
Subsektor (1) 1. Tanaman Pangan
2. Hortikultura
3. Tanaman Perkebunan Rakyat
4. Peternakan
5. Perikanan
A.
Indeks Harga yang Diterima Petani (It)
Pergerakan angka indeks yang diterima oleh petani (It) bulan Maret 2012 menunjukkan bahwa empat dari lima subsektor mengalami kenaikan angka indeks mulai dari 0,15 persen sampai 0,73 persen. Kenaikan indeks It tertinggi terjadi pada Subsektor Tanaman Pangan sebesar 0,73 persen diikuti oleh Subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat, Subsektor Peternakan dan Subsektor Perikanan masing-masing sebesar 0,38 persen, 0,23 persen dan 0,15 persen. Satu-satunya penurunan angka indeks It dialami oleh Subsektor Hortikultura yaitu sebesar -0,91 persen. Kenaikan angka indeks It yang terjadi diantaranya disebabkan oleh naiknya harga produsen sejumlah komoditas hasil pertanian seperti ketela pohon, gabah kering giling, bawang merah, durian, bawang daun, cengkeh, kopi biji kering, coklat biji, telur, ayam, sapi potong, ikan tembang, selar, layang, tongkol, dan ikan teri. Apabila dilihat dari besaran angka indeks It, maka Subsektor Perikanan tercatat memiliki indeks tertinggi yaitu sebesar 145,55, diikuti oleh Subsektor Hortikultura sebesar 143,70, selanjutnya berturut-turut Subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat sebesar 137,85, Subsektor Peternakan sebesar 130,98 dan yang terendah yaitu Subsektor Tanaman Pangan sebesar 117,51.
Berita Resmi Statistik No. 04/04/Th. XV, 2 April 2012
3
B.
Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib)
Pergerakan angka indeks yang dibayar petani (Ib) pada bulan Maret 2012 menunjukkan adanya peningkatan indeks mulai dari 0,36 persen sampai dengan 0,61 persen yang terjadi pada seluruh subsektor pertanian. Subsektor Hortikultura mengalami kenaikan angka indeks Ib tertinggi sebesar 0,61 persen. Selanjutnya secara berturut-turut kenaikan angka indeks terjadi pada Subsektor Tanaman Pangan sebesar 0,58 persen, Subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat sebesar 0,54 persen, Subsektor Perikanan sebesar 0,43 persen dan yang terendah Subsektor Peternakan sebesar 0,36 persen. Kenaikan angka indeks Ib utamanya disebabkan oleh naiknya harga beberapa komoditas konsumsi rumah tangga seperti pepaya, lada/merica, bayam, ikan layang, cabe merah, wortel, kangkung, minyak tanah, bandeng, tongkol, ketela rambat, tembang, cakalang, telur ayam, minyak kelapa, daging ayam, gula merah, kemiri, kopi bubuk, ikan ekor kuning, emas perhiasan, gula pasir, pisang, kacang panjanga, beras, cabe rawit, kentang dan kebutuhan sehari-hari rumah tangga lainnya.
C.
NTP Subsektor
C.1.
Subsektor Tanaman Pangan (NTP-P)
Pada bulan Maret 2012, Nilai Tukar Petani Subsektor Tanaman Pangan (NTP-P) tercatat menjadi satu-satunya yang mengalami kenaikan dibandingkan bulan sebelumnya yaitu sebesar 0,15 persen. Kenaikan angka NTP bulan ini disebabkan naiknya indeks yang diterima petani (It) sebesar 0,73 persen, sementara indeks yang dibayar petani (Ib) hanya naik sebesar 0,58 persen. Perubahan tersebut telah mendorong indeks It ke level 117,51, masih lebih rendah dari angka indeks yang dibayar petani (Ib) yang berada di level 141,13. Angka NTP Tanaman Pangan sebesar 83,26 persen memberikan gambaran bahwa secara umum kondisi petani tanaman pangan di Sulawesi Tengah masih belum sejahtera dengan tingkat pengeluaran melebihi tingkat pendapatan. Harga beberapa komoditas pertanian yang mengalami kenaikan harga antara lain adalah ketela pohon dan gabah kering giling. Pada saat yang sama beberapa komoditas konsumsi rumah tangga yang turut mengalami kenaikan harga di antaranya adalah beras, ikan cakalang, bandeng, gula pasir, minyak tanah, mujair, mie instan, rokok kretek, susu, telur ayam, cabe merah, cabe rawit, daging ayam, minyak kelapa, ikan asin, wortel, kacang panjang, ekor kuning, kangkung, ketela rambat, ikan layang dan kebutuhan sehari-hari rumah tangga lainnya.
C.2.
Subsektor Hortikultura (NTP-H)
Nilai Tukar Petani Subsektor Hortikultura pada bulan ini mengalami penurunan tertinggi sebesar -1,51 persen hingga ke level 104,20. Turunnya NTP tersebut disebabkan indeks yang diterima petani (It) mengalami penrunan sebesar -0,91 persen, sementara pada saat yang sama indeks yang dibayar petani (Ib) naik sebesar 0,61 persen. Pada bulan ini indeks It tercatat sebesar 143,70, sedangkan indeks Ib sebesar 137,91. Angka NTP yang masih berada di atas 100 persen memberikan gambaran bahwa secara umum kondisi petani hortikultura di Sulawesi Tengah relatif masih baik dengan tingkat pendapatan melebihi tingkat pengeluaran. Beberapa komoditi hasil pertanian yang tercatat mengalami penurunan harga produsen di antaranya adalah nangka, alpukat, mangga, jeruk, sawi, cabe merah, cabe rawit, terung panjang, pisang dan tomat sayur. Selanjutnya beberapa komoditas konsumsi rumah tangga yang mengalami kenaikan harga di antaranya adalah beras, bandeng, tongkol, gula pasir, minyak tanah, rokok kretek, susu, telur ayam, cabe merah, cabe rawit, daging ayam, ikan asin, minyak kelapa, wortel, kacang panjang, ekor kuning, ketela rambat dan kebutuhan sehari-hari rumah tangga lainnya.
Berita Resmi Statistik No. 04/04/Th. XV, 2 April 2012
4
C.3.
Subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat (NTP-Pr)
Subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat pada bulan ini mengalami penurunan angka NTP sebesar -0,16 persen hingga ke level 99,94. Penurunan NTP disebabkan oleh kenaikan angka indeks It sebesar 0,38 persen masih berada di bawah kenaikan angka indeks Ib sebesar 0,54 persen. Secara umum tingkat pendapatan petani perkebunan rakyat pada bulan ini berada di bawah tingkat pengeluarannya, indeks It bulan Maret 2012 tercatat sebesar 137,85 sedangkan indeks Ib sebesar 137,93. Kenaikan indeks It terutama disebabkan oleh naiknya harga komoditas pertanian cengkeh, coklat biji dan kopi biji kering. Pada saat yang sama barang-barang konsumsi rumah tangga petani yang mengalami kenaikan harga antara lain adalah beras, bandeng, gula pasir, rokok kretek, cakalang, telur ayam, ekor kuning, susu, ikan asin, cabe merah, cabe rawit, ikan layang, minyak tanah, daging ayam, wortel, kacang panjang, minyak kelapa dan kebutuhan sehari-hari rumah tangga lainnya.
C.4.
Subsektor Peternakan (NTP-Pt)
NTP Subsektor Peternakan bulan Maret 2012 tercatat sebesar 98,10 persen atau masih tetap berada di bawah angka 100, hal tersebut memberi gambaran bahwa kondisi peternak di Sulawesi Tengah sampai saat ini relatif masih belum mencapai kesejahteraan. Tingkat pengeluaran peternak secara umum masih lebih tinggi bila dibandingkan dengan tingkat pendapatannya. Indeks It pada bulan ini tercatat sebesar 130,98, sedangkan indeks Ib berada di level yang lebih tinggi sebesar 133,52. Kenaikan 0,23 persen indeks It dipicu oleh naiknya harga produsen komoditas telur, sapi potong, babi dan ayam, sedangkan kenaikan indeks Ib sebesar 0,36 persen terutama disebabkan naiknya indeks konsumsi rumah tangga. Beberapa komoditas konsumsi rumah tangga yang mengalami kenaikan harga adalah beras, bandeng, cakalang, gula pasir, rokok kretek, ikan asin, minyak tanah, telur ayam, susu, daging ayam, emas perhiasan, kopi, wortel dan kebutuhan sehari-hari rumah tangga lainnya.
C.5.
Subsektor Perikanan (NTN)
NTP Subsektor Perikanan pada bulan ini mengalami penurunan yaitu sebesar -0,28 persen dibandingkan bulan sebelumnya hingga mencapai 111,13 persen. Turunnya angka NTP pada bulan ini disebabkan kenaikan indeks It sebesar 0,15 persen berada di bawah kenaikan indeks Ib sebesar 0,43 persen. Secara umum sampai dengan bulan Maret 2012 kondisi tingkat kesejahteraan nelayan di Sulawesi Tengah masih relatif lebih baik dengan tingkat pencapaian It sebesar 145,55, di atas indeks Ib yang berada di level 130,98. Peningkatan indeks It dipengaruhi oleh naiknya harga produsen beberapa komoditas perikanan yaitu ikan tembang, ikan selar, ikan layang, ikan tongkol dan ikan teri. Sementara itu naiknya indeks Ib disebabkan karena naiknya harga beberapa komoditas konsumsi rumah tangga seperti beras, ikan bandeng, rokok kretek, gula pasir, minyak tanah, telur ayam, susu, kacang panjang, cabe rawit, daging ayam, emas perhiasan, ikan asin, wortel, minyak kelapa, cakalang, pisang, ikan ekor kuning, ketela rambat, bayam, tongkol, kentang, kemiri dan kebutuhan sehari-hari rumah tangga lainnya.
Berita Resmi Statistik No. 04/04/Th. XV, 2 April 2012
5
Tabel 3 Angka Indeks Per Subsektor Menurut Kelompok dan Perubahannya Maret 2012 (2007=100) Bulan
Kelompok dan Sub kelompok
Persentase
Februari
Maret
Perubahan
(2)
(3)
(4)
116,66
117,51
0,73
- Padi
104,11
105,55
1,39
- Palawija
164,12
162,71
-0,86
140,31
141,13
0,58
- Indeks Konsumsi Rumah Tangga
142,78
143,73
0,66
- Indeks BPPBM
130,85
131,16
0,24
145,02
143,70
-0,91
- Sayur-sayuran
145,52
146,81
0,88
- Buah-buahan
144,30
139,28
-3,48
(1) 1. Tanaman Pangan a. Indeks Diterima Petani
b. Indeks Dibayar Petani
2. Hortikultura a. Indeks Diterima Petani
b. Indeks Dibayar Petani
137,07
137,91
0,61
- Indeks Konsumsi Rumah Tangga
140,69
141,69
0,71
- Indeks BPPBM
120,43
120,56
0,10
137,33
137,85
0,38
137,33
137,85
0,38
137,20
137,93
0,54
- Indeks Konsumsi Rumah Tangga
141,31
142,22
0,65
- Indeks BPPBM
119,89
119,86
-0,02
130,68
130,98
0,23
- Ternak Besar
129,80
130,16
0,27
- Ternak Kecil
132,27
132,27
0,00
- Unggas
136,24
136,77
0,39
- Hasil Ternak
116,26
117,19
0,80
133,04
133,52
0,36
- Indeks Konsumsi Rumah Tangga
140,61
141,34
0,52
- Indeks BPPBM
118,02
118,00
-0,02
145,34
145,55
0,15
- Penangkapan
159,51
160,02
0,32
- Budidaya
107,30
106,72
-0,54
130,42
130,98
0,43
- Indeks Konsumsi Rumah Tangga
139,96
140,85
0,64
- Indeks BPPBM
113,45
113,42
-0,03
3. Tanaman Perkebunan Rakyat a. Indeks Diterima Petani - Tanaman Perkebunan Rakyat (TPR) b. Indeks Dibayar Petani
4. Peternakan a. Indeks Diterima Petani
b. Indeks Dibayar Petani
5. Perikanan a. Indeks Diterima Petani
b. Indeks Dibayar Petani
Berita Resmi Statistik No. 04/04/Th. XV, 2 April 2012
6