No. 03/01/72/Th.XX, 03 Januari 2017
PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI Selama Desember 2016, Nilai Tukar Petani (NTP) Sebesar 97,87 Persen Nilai Tukar Petani (NTP) Provinsi Sulawesi Tengah selama Desember 2016 sebesar
1.
97,87 persen, turun 0,33 persen dibandingkan NTP bulan lalu. Hal ini disebabkan penurunan NTP pada subsektor holtikultura (0,35 persen) dan subsektor tanaman perkebunan rakyat (1,83 persen). Indeks harga yang diterima petani (It) dan indeks harga yang dibayar petani (Ib) naik masing-masing sebesar 0,23 persen dan sebesar 0,57 persen. NTP tertinggi terjadi pada subsektor hortikultura sebesar 111,86 persen, sedangkan NTP terendah terjadi pada subsektor tanaman perkebunan rakyat sebesar 87,74 persen. Nilai Tukar Usaha Rumahtangga Pertanian (NTUP) sebesar 108,29 persen atau mengalami kenaikan sebesar 0,13 persen dibandingkan November 2016 . Di tingkat nasional, NTP dan NTUP bulan Desember 2016 masing-masing sebesar 101,49 persen dan 110,72 persen. Nilai Tukar Petani (NTP) Nilai Tukar Petani (NTP) merupakan persentase yang diperoleh dari perbandingan
antara indeks harga yang diterima petani (It) terhadap indeks harga yang dibayar petani (Ib). NTP berperan sebagai indikator untuk melihat tingkat kemampuan atau daya beli petani di pedesaan, yang menunjukkan daya tukar (term of trade) dari produk pertanian terhadap barang dan jasa baik yang dikonsumsi oleh rumahtangga maupun untuk keperluan produksi pertanian. Sehingga, semakin tinggi NTP secara relatif semakin kuat tingkat kemampuan atau daya beli petani. Nilai Tukar Usaha Rumahtangga Pertanian (NTUP) diperoleh dari perbandingan antara indeks harga yang diterima petani (It) terhadap indeks harga yang dibayar petani (Ib), tanpa memperhitungkan pengeluaran untuk konsumsi rumahtangga. Dengan demikian, NTUP diharapkan lebih mencerminkan kemampuan daya tukar hasil produksi rumahtangga petani terhadap pengeluaran biaya selama proses produksi.
Berita Resmi Statistik No. 03/01/72/Th.XX, 03 Januari 2017
1
Tabel 1 Nilai Tukar Petani (NTP) Menurut Subsektor dan Perkembangannya, November - Desember 2016 Subsektor (1) 1. Tanaman Pangan a. Nilai Tukar Petani (NTPP) b. Indeks Harga yang Diterima Petani (It) - Padi - Palawija c. Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) - Indeks Konsumsi Rumah Tangga - Indeks BPPBM 2. Hortikultura a. Nilai Tukar Petani (NTPH) b. Indeks Harga yang Diterima Petani (It) - Sayur-sayuran - Buah-buahan - Tanaman Obat c. Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) - Indeks Konsumsi Rumahtangga - Indeks BPPBM 3. Tanaman Perkebunan Rakyat a. Nilai Tukar Petani (NTPR) b. Indeks Harga yang Diterima Petani (It) - Tanaman Perkebunan Rakyat c. Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) - Indeks Konsumsi Rumahtangga - Indeks BPPBM 4. Peternakan a. Nilai Tukar Petani (NTPT) b. Indeks Harga yang Diterima Petani (It) - Ternak Besar - Ternak Kecil - Unggas - Hasil Ternak c. Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) - Indeks Konsumsi Rumahtangga - Indeks BPPBM 5. Perikanan a. Nilai Tukar Petani (NTNP) b. Indeks Harga yang Diterima Petani (It) - Penangkapan - Budidaya c. Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) - Indeks Konsumsi Rumahtangga - Indeks BPPBM 5. 1. Perikanan Tangkap a. Nilai Tukar Nelayan (NTN) b. Indeks Harga yang Diterima Petani (It) - Penangkapan c. Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) - Indeks Konsumsi Rumahtangga - Indeks BPPBM
November
Desember
(2)
(3)
Perubahan (%) (4)
93,23 118,52 112,19 138,12 127,12 129,44 119,01
94,19 120,50 114,32 139,67 127,93 130,43 119,17
1,03 1,67 1,89 1,12 0,64 0,77 0,13
112,25 141,24 141,27 141,40 123,77 125,82 129,64 113,99
111,86 141,56 139,75 143,24 122,40 126,55 130,57 114,08
-0,35 0,23 -1,08 1,31 -1,11 0,58 0,72 0,08
89,37 111,53 111,53 124,80 128,62 110,81
87,74 110,14 110,14 125,53 129,55 110,84
-1,83 -1,25 -1,25 0,59 0,72 0,03
106,60 126,17 121,97 126,36 130,98 143,61 118,36 128,79 108,88
107,25 127,52 123,51 126,74 132,30 146,11 118,90 129,70 109,09
0,61 1,07 1,26 0,30 1,01 1,74 0,46 0,70 0,19
107,63 131,36 139,97 108,29 122,05 129,59 109,51
107,94 132,37 141,26 108,56 122,63 130,36 109,77
0,29 0,77 0,92 0,26 0,48 0,59 0,23
115,27 139,97 139,97 121,43 129,66 108,29
115,75 141,26 141,26 122,03 130,44 108,62
0,42 0,92 0,92 0,50 0,60 0,31
Berita Resmi Statistik No. 03/01/72/Th.XX, 03 Januari 2017
2
Subsektor
Desember
Perubahan (%)
87,52 108,29 109,59 104,02 129,89 123,72 129,38 112,80
87,38 108,56 110,25 104,06 130,94 124,24 130,14 112,84
-0,16 0,26 0,61 0,04 0,81 0,42 0,59 0,04
98,20 121,85 124,09 129,06 112,67
97,87 122,14 124,80 129,99 112,79
-0,33 0,23 0,57 0,72 0,10
97,57 112,88 112,63 109,64 112,88
97,20 112,99 112,89 109,50 112,99
-0,38 0,09 0,23 -0,12 0,09
November
5. 2. Perikanan Budidaya a. Nilai Tukar Petani Budidaya Ikan (NTPi) b. Indeks Harga yang Diterima Petani (It) - Budidaya Air Tawar - Budidaya Air Laut - Budidaya Air Payau c. Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) - Indeks Konsumsi Rumahtangga - Indeks BPPBM NTP Gabungan a. Nilai Tukar Petani (NTP) b. Indeks Harga yang Diterima Petani (It) c. Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) - Indeks Konsumsi Rumahtangga - Indeks BPPBM NTP Gabungan tanpa Perikanan a. Nilai Tukar Petani (NTP) b. Indeks Harga yang Diterima Petani (It) c. Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) - Indeks Konsumsi Rumahtangga - Indeks BPPBM BPPBM = Biaya Produksi dan Penambahan Barang Modal
Dari hasil pemantauan harga penjualan komoditas hasil pertanian di tingkat produsen, biaya produksi, dan konsumsi rumahtangga terhadap barang/jasa di wilayah perdesaan selama Desember 2016 menunjukkan bahwa NTP Provinsi Sulawesi Tengah turun sebesar 0,33 persen, yakni dari 98,20 pada November menjadi 97,87 pada Desember 2016. Hal ini disebabkan oleh kenaikan indeks harga yang diterima petani sebesar 0,23 persen lebih rendah dari kenaikan indeks harga yang dibayarkan petani sebesar 0,57 persen.
2.
Indeks Harga yang Diterima Petani (It) Selama Desember 2016, indeks harga yang diterima petani tercatat 122,14 atau naik
0,23 persen dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar 121,85. Kenaikan ini disebabkan oleh kenaikan It pada subsektor tanaman tanaman pangan sebesar 1,67 persen, subsektor hotikultura sebesar 0,23 persen, subsektor peternakan sebesar 1,07 persen dan subsektor perikanan sebesar 0,77 persen.
3.
Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) Indeks harga yang dibayar petani dipengaruhi oleh komponen pengeluaran baik untuk
konsumsi rumahtangga maupun fluktuasi harga barang dan jasa yang diperlukan untuk memproduksi hasil pertanian, Indeks harga yang dibayar petani selama Desember 2016 mengalami kenaikan sebesar 0,57 persen dibandingkan bulan lalu, yaitu dari 124,09 pada November menjadi 124,80 pada Desember 2016. Hal ini dipengaruhi oleh kenaikan Ib di seluruh subsektor yaitu subsektor tanaman pangan sebesar 0,64 persen, subsektor hortikultura sebesar 0,58 persen, subsektor tanaman perkebunan rakyat sebesar 0,59 persen, subsektor peternakan sebesar 0,46 persen dan subsektor perikanan sebesar 0,48 persen. Berita Resmi Statistik No. 03/01/72/Th.XX, 03 Januari 2017
3
Grafik 1 Perkembangan NTP dan Indeks Harga yang Diterima/Dibayar Petani Januari – Desember 2016
140,00 120,00 100,00 80,00 NTP 60,00
It Ib
40,00 20,00 0,00
4.
NTP Menurut Subsektor
a.
Subsektor Tanaman Pangan (NTPP) NTP subsektor tanaman pangan naik sebesar 1,03 persen yakni dari 93,23 pada
November menjadi 94,19 pada Desember 2016. Kenaikan NTPP disebabkan oleh kenaikan It tanaman pangan yang sebesar 1,67 persen, lebih tinggi dari kenaikan Ib sebesar 0,64 persen. Kenaikan It dipengaruhi oleh meningkatnya indeks harga subkelompok padi-padian sebesar 1,89 persen dan subkelompok palawija sebesar 1,12 persen. Kenaikan Ib sebesar 0,64 persen yakni dari 127,12 pada November menjadi 127,93 pada Desember
2016, disebabkan kenaikan indeks harga yang dibayar petani untuk
konsumsi rumahtangga dan biaya produksi masing – masing sebesar 0,77 persen dan 0,13 persen. b.
Subsektor Hortikultura (NTPH) Subsektor hortikultura merupakan salah satu subsektor yang mengalami penurunan
NTP dari 112,25 pada November menjadi 111,86 pada Desember atau turun sebesar 0,35 persen. Hal ini disebabkan oleh peningkatan It sebesar 0,23 persen lebih rendah dari peningkatan Ib sebesar 0,58 persen. Penurunan It terjadi pada subkelompok sayur-sayuran sebesar 1,08 persen dan subkelompok tanaman obat sebesar 1,11 persen. Sedangkan subkelompok buah-buahan meningkat sebesar 1,31 persen
Berita Resmi Statistik No. 03/01/72/Th.XX, 03 Januari 2017
4
Kenaikan Ib sebesar 0,58 persen disebabkan oleh kenaikan indeks harga konsumsi rumahtangga dan biaya produksi masing-masing sebesar 0,72 persen dan 0,08 persen. c.
Subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat (NTPR) Selama Desember
2016, NTP subsektor tanaman perkebunan rakyat kembali
mengalami penurunan indeks sebesar 1,83 persen yakni dari 89,37 pada November menjadi 87,74 pada Desember 2016. Hal ini disebabkan oleh menurunnya It pada subsektor ini sebesar 1,25 persen, yakni dari 111,53 pada November menjadi 110,14 pada Desember 2016. Pada bulan November, Ib tercatat 124,80 menjadi 125,53 pada Desember 2016 atau naik 0,59 persen. Kenaikan ini berasal dari meningkatnya indeks harga konsumsi rumahtangga sebesar 0,72 persen dan indeks harga biaya produksi meningkat sebesar 0,03 persen. d.
Subsektor Peternakan (NTPT) Subsektor peternakan mengalami kenaikan NTP sebesar 0,61 persen yakni dari 106,60
pada November menjadi 107,25 pada Desember 2016. Kondisi ini disebabkan oleh kenaikan It sebesar 1,07 persen lebih besar dari kenaikan Ib sebesar 0,46 persen. Kenaikan It disebabkan oleh kenaikan indeks harga pada seluruh subkelompok meliputi ternak besar sebesar 1,26 persen, ternak kecil sebesar 0,30 persen, subkelompok unggas sebesar 1,01 persen, dan subkelompok hasil ternak sebesar 1,74 persen. Sementara itu, peningkatan Ib sebesar 0,46 persen berasal dari naiknya indeks harga konsumsi rumahtangga sebesar 0,70 persen dan indeks harga untuk biaya produksi sebesar 0,19 persen. e.
Subsektor Perikanan (NTNP) Nilai tukar subsektor perikanan mengalami kenaikan indeks sebesar 0,29 persen, yakni
dari 107,63 pada November menjadi 107,94 pada Desember 2016. Kondisi ini disebabkan oleh kenaikan It sebesar 0,77 persen, lebih besar dari kenaikan Ib sebesar 0,48 persen. Kenaikan It disebabkan oleh naiknya indeks harga subkelompok perikanan tangkap dan subkelompok budidaya masing – masing sebesar 0,92 persen dan sebesar 0,26 persen. Pada kelompok perikanan tangkap (NTN), terjadi kenaikan nilai tukar sebesar 0,42 persen yakni dari 115,27 pada November menjadi 115,75 pada Desember 2016. Pada bulan yang sama, It dan Ib perikanan tangkap naik masing-masing sebesar 0,92 persen dan 0,50 persen dibandingkan bulan sebelumnya. Pada kelompok perikanan budidaya (NTPi), terjadi penurunan indeks nilai tukar sebesar 0,16 persen yakni dari 87,52 pada November menjadi 87,38 pada Desember 2016. Hal ini dipengaruhi oleh kenaikan It sebesar 0,26 persen, lebih rendah dari kenaikan Ib sebesar 0,42 persen. Kenaikan It terutama disebabkan oleh naiknya indeks harga perikanan budidaya air tawar sebesar 0,61 persen, perikanan budidaya air payau sebesar 0,81 persen dan perikanan budidaya air laut sebesar 0,04 persen. Berita Resmi Statistik No. 03/01/72/Th.XX, 03 Januari 2017
5
Secara keseluruhan, Ib subsektor perikanan naik sebesar 0,48 persen yang berasal dari meningkatnya indeks harga konsumsi rumahtangga dan biaya produksi masing – masing sebesar 0,59 persen dan 0,23 persen. Pada kelompok perikanan tangkap (NTN), terjadi kenaikan Ib sebesar 0,50 persen yang disebabkan meningkatnya indeks harga konsumsi rumahtangga dan biaya produksi masing – masing sebesar 0,60 persen dan 0,31 persen. Pada kelompok perikanan budidaya (NTPi), Ib naik sebesar 0,42 persen yang disebabkan meningkatnya indeks harga konsumsi rumahtangga dan biaya produksi masing – masing sebesar 0,59 persen dan 0,04 persen.
5.
Indeks Harga yang Dibayar Petani Menurut Kelompok Pengeluaran Berdasarkan hasil pemantauan terhadap pengeluaran petani selama Desember dapat
dirinci menurut indeks harga yang dibayar petani baik untuk keperluan rumahtangga maupun keperluan proses produksi di sektor pertanian. Tabel 2 Indeks Harga yang Dibayar Petani Menurut Kelompok Pengeluaran November – Desember 2016 Kelompok pengeluaran
November
Desember
Perubahan (%)
(1)
(2)
(3)
(4)
Konsumsi rumahtangga 1.Bahan makanan 2. Makanan jadi 3. Perumahan 4. Sandang 5. Kesehatan 6. Pendidikan, rekreasi, dan olahraga 7. Transportasi dan komunikasi
129,06 134,99 130,07 126,59 123,87 124,77 111,80 120,16
129,99 136,49 131,08 127,24 124,09 124,69 112,19 120,16
0,72 1,11 0,78 0,51 0,18 -0,06 0,34 0,01
Biaya Produksi dan Penanaman Barang Modal (BPPBM) 1. Bibit 2. Obat-obatan dan pupuk 3. Sewa lahan, pajak, dan lainnya 4. Transportasi 5. Penambahan barang modal 6. Upah buruh tani Indeks yang Dibayar Petani (Ib)
112,67 112,78 109,95 110,29 122,29 111,99 111,30 124,09
112,79 113,05 109,82 110,35 122,90 112,05 111,40 124,80
0,10 0,23 -0,12 0,05 0,50 0,05 0,10 0,57
Kenaikan indeks harga yang dibayar petani untuk konsumsi rumahtangga sebesar 0,72 persen terutama disebabkan meningkatnya indeks harga pada subkelompok bahan makanan sebesar 1,11 persen, subkelompok makanan jadi 0,78 persen, subkelompok perumahan sebesar 0,51 persen, subkelompok sandang 0,18 persen, subkelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga 0,34 persen dan pada subkelompok transportasi dan komunikasi sebesar 0,01 persen. Sedangkan untuk sebkelompok kesehatan mengalami penurunan indeks harga sebesar 0,06 persen. Peningkatan indeks harga yang dibayar petani untuk biaya produksi sebesar 0,10 Berita Resmi Statistik No. 03/01/72/Th.XX, 03 Januari 2017
6
persen, terutama dipengaruhi oleh peningkatan yang terjadi pada subkelompok bibit sebesar 0,23 persen, sewa lahan, pajak, dan lainnya sebesar 0,05 persen, transportasi sebesar 0,50 persen, penambahan barang modal sebesar 0,05 persen, serta upah buruh tani sebesar 0,10 persen.
6.
Nilai Tukar Usaha Rumahtangga Pertanian (NTUP) Dibandingkan bulan sebelumnya, Nilai Tukar Usaha Rumahtangga Pertanian (NTUP)
mengalami kenaikan indeks sebesar 0,13 persen yaitu dari 108,15 pada bulan November menjadi 108,29 pada bulan Desember 2016. Namun demikian, relatif lebih tingginya NTUP dibandingkan Nilai Tukar Petani (NTP) yang sebesar 97,87 merefleksikan bahwa tingkat pengeluaran untuk konsumsi rumahtangga petani, termasuk peternak dan nelayan, berperan cukup signifikan dalam menurunkan besaran nilai tukar. Kenaikan NTUP sebesar 0,13 persen terutama dipengaruhi oleh kenaikan yang terjadi pada subsektor tanaman pangan sebesar 1,54 persen, subsektor holtikultura sebesar 0,15 persen, subsektor peternakan sebesar 0,87 persen, dan subsektor perikanan 0,54 persen. Tabel 3 Nilai Tukar Usaha Rumahtangga Pertanian (NTUP) Menurut Subsektor dan Perkembangannya November - Desember Kelompok pengeluaran
November
Desember
Perubahan (%)
(1)
(2) 99,59 123,91 100,65 115,88 119,95 129,26 96,00 108,15 107,37
(3) 101,12 124,09 99,37 116,89 120,59 130,04 96,21 108,29 107,48
(4) 1,54 0,15 -1,28 0,87 0,54 0,61 0,22 0,13 0,10
1. Tanaman Pangan 2. Hortikultura 3. Tanaman Perkebunan Rakyat 4. Peternakan 5. Perikanan a. Tangkap b. Budidaya NTUP NTUP Tanpa Perikanan
Pada bulan yang sama, NTUP tanpa perikanan sebesar 107,48 atau lebih rendah dari NTUP secara keseluruhan. Hal ini mengindikasikan bahwa sektor perikanan tetap memiliki daya ungkit terhadap capaian nilai tukar usaha rumahtangga. Dibandingkan bulan sebelumnya, NTUP tanpa perikanan mengalami peningkatan sebesar 0,10 persen.
7.
Perbandingan Nilai Tukar Petani antar Provinsi se- Sulawesi Pada bulan Desember, pertumbuhan tertinggi NTP subsektor tanaman pangan terjadi di
Provinsi Gorontalo dengan pertumbuhan sebesar 1,38 persen dan pertumbuhan terkecil dialami oleh Provinsi Sulawesi Tenggara yang mengalami penurunan indeks sebesar 0,05 persen. Pada subsektor hortikultura terlihat bahwa kelima provinsi mengalami pertumbuhan negatif yaitu Provinsi Sulawesi Utara sebesar 1,62 persen, Provinsi Sulawesi Tengah sebesar 0,35 persen, Provinsi Sulawesi Tenggara sebesar 0,30 persen, Provinsi Gorontalo sebesar Berita Resmi Statistik No. 03/01/72/Th.XX, 03 Januari 2017
7
0,50 persen dan Provinsi Sulawesi Barat sebesar 0,60 persen. Pada subsektor perkebunan menunjukkan bahwa seluruh provinsi mengalami penurunan nilai NTP . Provinsi yang mengalami penurunan paling tajam nilai NTP pada subsektor perkebunan adalah Provinsi Sulawesi Barat, yaitu sebesar 2,42 persen. Tabel 4 Perbandingan Nilai Tukar Pertanian antar Provinsi se- Pulau Sulawesi Menurut Subsektor dan Perkembangannya November - Desember NTP
Bulan
(1)
(2) Nov Des
SULUT
SULTENG
Nov Des
SULSEL
Nov Des
SULTRA
Nov Des
GORONTALO
Nov Des
SULBAR
Nov Des
Pangan
(3) 93,32 93,34 0,03 93,23 94,19 1,03 99,71 100,35 0,64 91,80 91,75 -0,05 109,63 111,15 1,38 100,43 100,94 0,51
Hortikultura
Perkebunan
(4) 96,67 95,10 -1,62 112,25 111,86 -0,35 115,04 115,15 0,09 89,50 89,23 -0,30 113,07 112,50 -0,50 107,91 107,25 -0,60
(5) 89,11 88,33 -0,88 89,37 87,74 -1,83 98,91 98,04 -0,88 99,93 98,44 -1,49 99,12 98,29 -0,83 117,85 115,00 -2,42
Ternak
(6) 102,37 102,40 0,03 106,60 107,25 0,61 109,67 109,75 0,07 106,80 106,77 -0,03 102,98 102,61 -0,36 104,46 104,74 0,28
Perikanan
NTP Gabungan
(7) 101,21 102,07 0,85 107,63 107,94 0,29 101,31 100,73 -0,57 113,67 113,56 -0,09 101,47 102,65 1,16 101,34 101,41 0,07
(8) 94,44 93,94 -0,53 98,20 97,87 -0,33 103,91 103,93 0,02 98,95 98,37 -0,59 105,77 105,95 0,16 108,61 107,70 -0,84
NTP tertinggi pada subsektor peternakan terdapat di Provinsi Sulawesi Selatan yakni sebesar 109,75 persen diikuti Provinsi Sulawesi Tengah sebesar 107,25 persen sementara yang terendah terdapat di Provinsi Sulawesi Utara yaitu sebesar 102,40. NTP subsektor perikanan Sulawesi Tenggara merupakan NTP dengan nilai tertinggi yaitu sebesar 113,56 persen diikuti Provinsi Sulawesi Tengah sebesar 107,94 persen sedangkan yang terendah adalah Provinsi Sulawesi Selatan sebesar 100,73 persen. Bila dilihat pada NTP Gabungan, nilai NTP Provinsi Sulawesi Utara dan Provinsi Sulawesi Tengah merupakan NTP dengan nilai terkecil dengan nilai masing-masing sebesar 93,94 dan 97,87 persen. Bila dibandingkan dengan bulan November 2016 hanya dua provinsi yang mengalami pertumbuhan NTP Gabungan positif yaitu di Provinsi Sulawesi Selatan sebesar 0,02 persen dan Provinsi Gorontalo sebesar 0,16 persen, sementara provinsi yang mengalami pertumbuhan negatif tertinggi terjadi di Provinsi Sulawesi Barat sebesar 0,84 persen dan Provinsi Sulawesi Tenggara sebesar 0,59 persen. Berita Resmi Statistik No. 03/01/72/Th.XX, 03 Januari 2017
8