BPS PROVINSI JAWA BARAT No. 02/01/32/Th.XIX, 3 Januari 2016
PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, HARGA PRODUSEN GABAH DAN HARGA BERAS DI PENGGILINGAN NILAI TUKAR PETANI DESEMBER 2016 SEBESAR 104,31 (2012=100) Nilai Tukar Petani (NTP) Jawa Barat pada Desember 2016 (2012 =100) sebesar 104,31 atau naik sebesar 0,50 persen dibandingkan NTP November 2016 yang tercatat sebesar 103,78. Kenaikan NTP tersebut didukung oleh kenaikan Indeks Harga Diterima Petani (IT) sebesar 0,87 persen dan kenaikan Indeks Harga Dibayar Petani (IB) sebesar 0,37 persen. Desember 2016 empat Subsektor pertanian mengalami kenaikan NTP yaitu NTP Subsektor Hortikultura naik 1,76 persen dari 110,88 menjadi 112,83, NTP Subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat naik 0,94 persen dari 96,28 menjadi 97,18, NTP Subsektor Peternakan juga mengalami kenaikan sebesar 0,94 persen dari 112,40 menjadi 113,45, dan NTP Subsektor Perikanan naik 0,81 persen dari 99,65 menjadi 100,46, sementara NTP Subsektor Tanaman Pangan turun 0,57 persen dari 99,24 menjadi 98,67. Di Daerah Perdesaan Jawa Barat Konsumsi Rumah Tangga pada Desember 2016 terjadi inflasi sebesar 0,51 persen. Dari tujuh kelompok pengeluaran serentak mengalami inflasi, tertinggi terjadi pada Kelompok Bahan Makanan yaitu sebesar 0,78 persen, diikuti Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau inflasi 0,45 persen, Kelompok Kesehatan inflasi 0,36 persen, Kelompok Pendidikan, Rekreasi & Olahraga dan Kelompok Perumahan mengalami inflasi yang sama sebesar 0,24 persen, Kelompok Transportasi & Komunikasi inflasi 0,14 persen, dan Kelompok Sandang inflasi 0,09 persen. Desember 2016, harga rata-rata Gabah Kering Panen (GKP) di Tingkat Petani Jawa Barat sebesar Rp.4.396,02,- per kilogram atau turun 1,31 persen dibandingkan harga GKP November 2016 Rp. 4.454,26,- Gabah Kering Giling (GKG) di Tingkat Petani turun 1,33 persen dari Rp. 4.992,37,- menjadi Rp. 4.926,09,- per kilogram, sementara untuk Gabah Kualitas Rendah turun 3,55 persen dari Rp. 3.936,05,- menjadi Rp. 3.796,37,- per kilogram. Desember 2016, rata-rata harga beras di Tingkat Penggilingan Rp. 9.389,68 per kilogram atau turun 0,18 persen dibandingkan November 2016 yang tercatat Rp. 9.406,56. Berdasarkan patahan (broken) beras, kualitas Beras Premium turun 1,69 persen dari Rp. 9.924,35 menjadi Rp. 9.756,61, sedangkan Medium naik 0,35 persen dari Rp. 9.139,19 menjadi Rp. 9.171,25, dan Beras kualitas Rendah naik 2,61 persen dari Rp. 8.722,22 menjadi Rp. 8.950,00.
Berita Resmi Statistik BPS Provinsi Jawa Barat No.02/01/32/Th.XIX, 3 Januari 2017
1
Nilai Tukar Petani (NTP) Jawa Barat pada November 2016 (2012 =100) sebesar 103,78 atau turun sebesar 0,13 persen dibandingkan NTP Oktober 2016 yang tercatat sebesar 104,01. Hal ini
A. PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI 1.
Nilai Tukar Petani
Sebagai proxy indikator kesejahteraan petani, Nilai Tukar Petani (NTP) diperoleh dengan cara membandingkan dua indeks yaitu Indeks Harga Diterima Petani dengan Indeks Harga Dibayar Petani. Angka NTP menunjukkan kemampuan tukar (term of trade) komoditas hasil pertanian dengan barang dan jasa konsumsi petani baik untuk keperluan rumah tangga petani maupun biaya keperluan proses produksi. Semakin tinggi angka NTP maka ini berarti semakin kuat kemampuan daya beli petani. Berdasarkan hasil pemantauan harga di 17 kabupaten di Provinsi Jawa Barat pada Desember 2016, NTP Jawa Barat mengalami kenaikan 0,50 persen dibandingkan NTP November 2016 dari 103,78 menjadi 104,31. Hal ini dikarenakan indeks harga hasil produksi pertanian, Indeks Harga Diterima Petani (IT) naik sebesar 0,87 persen lebih kecil dibandingkan kenaikan indeks harga barang dan jasa yang dikonsumsi petani atau Indeks Harga Dibayar Petani (IB) naik sebesar 0,37 persen. Desember 2016 empat Subsektor pertanian mengalami kenaikan NTP yaitu NTP Subsektor Hortikultura naik 1,76 persen dari 110,88 menjadi 112,83, NTP Subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat naik 0,94 persen dari 96,28 menjadi 97,18, NTP Subsektor Peternakan juga mengalami kenaikan sebesar 0,94 persen dari 112,40 menjadi 113,45, dan NTP Subsektor Perikanan naik 0,81 persen dari 99,65 menjadi 100,46, sementara NTP Subsektor Tanaman Pangan turun 0,57 persen dari 99,24 menjadi 98,67. Gambar 1 Perkembangan Indeks Harga Diterima, Indeks Harga Dibayar dan Nilai Tukar Petani di Jawa Barat (2012=100) 150
130
110
90 Des'15
Feb'16
Apr'16 IT
2.
Juni'16 IB
Ags'16
Okt'16
Des'16
NTP
Indeks Harga Diterima Petani (IT)
Perkembangan Indeks Harga Diterima Petani (IT) menunjukkan fluktuasi harga komoditas yang dihasilkan petani. Pada Desember 2016, IT Gabungan dari lima subsektor pertanian mengalami kenaikan sebesar 0,87 persen dibandingkan IT November 2016 dari 132,48 menjadi 133,63. Bila dirinci menurut subsektor, IT Subsektor Hortikultura naik 2,16
Berita Resmi Statistik BPS Provinsi Jawa Barat No.02/01/32/Th.XIX, 3 Januari 2017
2
persen dari 143,80 menjadi 146,91, IT Subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat naik 1,30 persen dari 121,43 menjadi 123,01, IT Subsektor Perikanan naik 1,23 persen dari 125,26 menjadi 126,81, dan IT Subsektor Peternakan naik 1,11 persen dari 135,26 menjadi 136,77, sementara IT Subsektor Tanaman Pangan turun 0,14 persen dari 129,85 menjadi 129,67. 3.
Indeks Harga Dibayar Petani (IB)
Harga barang dan jasa yang dikonsumsi petani baik untuk rumah tangga petani maupun kebutuhan proses produksi mengalami inflasi pada Desember 2016 sebesar 0,37 persen dari 127,65 menjadi 128,12. IB dari lima subsektor serentak mengalami inflasi, tertinggi terjadi pada IB Subsektor Tanaman Pangan yaiyu sebesar 0,43 persen, diikuti IB Subsektor Perikanan inflasi 0,42 persen, IB Subsektor Hortikultura inflasi 0,40, IB Tanaman Perkebunan Rakyat inflasi 0,36 persen, dan IB subsektor Peternakan inflasi 0,17 persen. Di Daerah Perdesaan Jawa Barat Konsumsi Rumah Tangga pada Desember 2016 terjadi inflasi sebesar 0,51 persen. Dari tujuh kelompok pengeluaran serentak mengalami inflasi, tertinggi terjadi pada Kelompok Bahan Makanan yaitu sebesar 0,78 persen, diikuti Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau inflasi 0,45 persen, Kelompok Kesehatan inflasi 0,36 persen, Kelompok Pendidikan, Rekreasi & Olahraga dan Kelompok Perumahan mengalami inflasi yang sama sebesar 0,24 persen, Kelompok Transportasi & Komunikasi inflasi 0,14 persen, dan Kelompok Sandang inflasi 0,09 persen. Indeks yang dibayar petani untuk keperluan proses produksi, Biaya Produksi dan Penambahan Barang Modal (BPPBM) pada Desember 2016 mengalami inflasi sebesar 0,08 persen. Berdasarkan kelompok, empat kelompok pengeluaran mengalami inflasi, tertinggi Kelompok Upah Buruh mengalami inflasi sebesar 0,27 persen, diikuti Kelompok Transportasi inflasi 0,09 persen, Kelompok Biaya Sewa & Pengeluaran Lain inflasi 0,08 persen, Kelompok Penambahan Barang Modal dan Kelompok Bibit mengalami inflasi yang sama sebesar 0,04 persen, sementara Kelompok Pupuk, Obat-obatan & Pakan deflasi 0,06 persen. 4.
Nilai Tukar Petani (NTP) Menurut Subsektor Pertanian
a.
NTP Tanaman Pangan
NTP Subsektor Tanaman Pangan pada Desember 2016 mengalami penurunan sebesar 0,57 persen dari 99,24 menjadi 98,67, hal ini disebabkan oleh indeks yang diterima petani (IT) turun sebesar 0,14 persen sedangkan indeks yang dibayar petani (IB) naik 0,43 persen. Turunnya IT Subsektor Tanaman Pangan dikarenakan IT Subkelompok Padi turun sebesar 0,21 persen dan IT Subkelompok Palawija naik 0,28 persen. Di sisi pengeluaran petani, IB mengalami inflasi sebesar 0,43 persen akibat IB Sub Kelompok Konsumsi Rumah tangga (IKRT) inflasi 0,52 persen demikian juga IB Subkelompok Biaya Produksi & Penambahan Barang Modal (BPPBM) inflasi 0,17 persen. b.
NTP Hortikultura
Desember 2016, Nilai Tukar Petani Subsektor Hortikultura mengalami kenaikan sebesar 1,76 persen dari 110,88 menjadi 112,83, hal ini disebabkan indeks diterima petani (IT) naik 2,16 persen sedangkan indeks dibayar petani (IB) naik sebesar 0,40 persen. Kenaikan IT Hortikultura
Berita Resmi Statistik BPS Provinsi Jawa Barat No.02/01/32/Th.XIX, 3 Januari 2017
3
akibat IT Subkelompok Sayur-sayuran naik 3,24 persen, IT Subkelompok Tanaman Obat naik 1,18 persen dan IT Subkelompok Buah-buahan naik 1,03 persen. Di sisi pengeluaran, IB Subsektor Hortikultura mengalami inflasi sebesar 0,40 persen akibat IB Subkelompok Konsumsi Rumah Tangga inflasi 0,48 persen dan Subkelompok Biaya Produksi & Penambahan Barang Modal mengalami inflasi sebesar 0,10 persen. c.
NTP Tanaman Perkebunan Rakyat
NTP Subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat pada Desember 2016 mengalami kenaikan sebesar 0,94 persen dibandingkan November 2016 dari 96,28 menjadi 97,18. Hal ini disebabkan oleh Indeks Diterima Petani (IT) mengalami kenaikan sebesar 1,30 persen sementara Indeks Dibayar Petani (IB) naik 0,36 persen. Untuk kelompok pengeluaran, IB Subkelompok Konsumsi Rumah Tangga mengalami inflasi sebesar 0,53 persen demikian juga IB Biaya Produksi & Penambahan Barang Modal inflasi 0,01 persen. d.
NTP Peternakan
Desember 2016, NTP Subsektor Peternakan pada posisi 113,45 tercatat mengalami kenikan 0,94 persen dari NTP November 2016 sebesar 112,40. Indeks Diterima Petani (IT) naik sebesar 1,11 persen dan Indeks yang Dibayar Petani (IB) inflasi sebesar 0,17 persen. Bila dirinci per subkelompok, IT Subkelompok Unggas inflasi 1,81 persen, Subkelompok Ternak kecil inflasi 1,24 persen, IT Subkelompok Ternak Besar inflasi 0,72 persen, dan Subkelompok Hasil Ternak inflasi 0,20 persen. Di sisi pengeluaran petani, Indeks Dibayar Petani (IB) mengalami kenaikan 0,17 persen akibat IB Konsumsi Rumah Tangga inflasi 0,50 persen, sementara IB Biaya Produksi & Penambahan Barang Modal deflasi 0,11 persen. e.
NTP Perikanan
Nilai Tukar Petani Subsektor Perikanan pada Desember 2016 mengalami inflasi 0,81 persen dibandingkan November 2016 dari 99,65 menjadi 100,46. Hal ini terjadi akibat indeks Diterima Petani (IT) naik sebesar 1,23 persen, dan Indeks Dibayar Petani (IB) naik 0,42 persen. Dari sisi pendapatan petani, IT Subkelompok Penangkapan Ikan naik 1,39 persen dan IT Subkelompok Budidaya naik 1,22 persen. Dari sisi pengeluaran, Indeks yang dibayar (IB) mengalami kenaikan sebesar 0,42 persen akibat IB Konsumsi Rumah tangga naik 0,53 persen, sementara IB Biaya Produksi & Penambahan Barang Modal naik 0,16 persen.
Berita Resmi Statistik BPS Provinsi Jawa Barat No.02/01/32/Th.XIX, 3 Januari 2017
4
Tabel 1 Nilai Tukar Petani (NTP) Provinsi Jawa Barat per Subsektor Pertanian serta Perubahannya (2012=100), Desember 2016 Indeks Subsektor [1]
November 2016 Desember 2016
Perubahan Desember 2016 Thd November 2016 (%)
[2]
[3]
[4]
a. Indeks yang Diterima Petani (IT)
129,85
129,67
-0,14
b. Indeks yang Dibayar Petani (IB)
130,84
131,41
0,43
c. Nilai Tukar Petani (NTP-TP)
99,24
98,67
-0,57
d. Nilai Tukar Usaha Pertanian
106,41
106,09
-0,30
a. Indeks yang Diterima Petani (IT)
143,80
146,91
2,16
b. Indeks yang Dibayar Petani (IB)
129,69
130,21
0,40
c. Nilai Tukar Petani (NTP-H)
110,88
112,83
1,76
d. Nilai Tukar Usaha Pertanian
121,04
123,53
2,05
a. Indeks yang Diterima Petani (IT)
121,43
123,01
1,30
b. Indeks yang Dibayar Petani (IB)
126,12
126,57
0,36
c. Nilai Tukar Petani (NTP-R)
96,28
97,18
0,94
d. Nilai Tukar Usaha Pertanian
106,68
108,06
1,29
a. Indeks yang Diterima Petani (IT)
135,26
136,77
1,11
b. Indeks yang Dibayar Petani (IB)
120,34
120,55
0,17
c. Nilai Tukar Petani (NTP-Pt)
112,40
113,45
0,94
d. Nilai Tukar Usaha Pertanian
122,53
124,03
1,23
1. Tanaman Pangan
2. Hortikultura
3. Tanaman Perkebunan Rakyat
4. Peternakan
5. Perikanan a. Indeks yang Diterima Petani (IT)
125,26
126,81
1,23
b. Indeks yang Dibayar Petani (IB)
125,70
126,23
0,42
c. Nilai Tukar Petani (NTP-Pi)
99,65
100,46
0,81
d. Nilai Tukar Usaha Pertanian
111,88
113,08
1,08
a. Indeks yang Diterima Petani (IT)
132,48
133,63
0,87
b. Indeks yang Dibayar Petani (IB)
127,65
128,12
0,37
c. Nilai Tukar Petani (NTP)
103,78
104,31
0,50
d. Nilai Tukar Usaha Pertanian
112,78
113,67
0,79
6. Gabungan
Berita Resmi Statistik BPS Provinsi Jawa Barat No.02/01/32/Th.XIX, 3 Januari 2017
5
Tabel 2 Indeks Harga Diterima Petani, Indeks Harga Dibayar Petani per Subkelompok Pengeluaran serta Perubahannya [2012=100], Desember 2016
Indeks Gabungan Subsektor
November 2016
Desember 2016
Perubahan Desember 2016 Thd November 2016
[2]
[3]
[4]
1. INDEKS HARGA YANG DITERIMA PETANI
132,48
133,63
0,87
2. INDEKS HARGA YANG DIBAYAR PETANI
127,65
128,12
0,37
2.1. KONSUMSI RUMAH TANGGA
133,69
134,37
0,51
2.1.1.. Bahan Makanan
143,32
144,44
0,78
2.1.2.. Makanan Jadi
134,08
134,69
0,45
2.1.3. .Perumahan
123,57
123,88
0,24
2.1.4. .Sandang
125,62
125,74
0,09
2.1.5. .Kesehatan
118,95
119,37
0,36
2.1.6. .Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga
121,10
121,39
0,24
2.1.7. .Transportasi dan Komunikasi
123,62
123,79
0,14
2.2 BIAYA PRODUKSI DAN PENAMBAHAN
117,46
117,56
0,08
2.2.1. .Bibit
118,12
118,17
0,04
2.2.2. .Pupuk dan Obat-obatan
113,25
113,18
-0,06
2.2.3. .Biaya Sewa dan Pngeluaran Lain
113,53
113,62
0,08
2.2.4. .Transportasi
130,95
131,06
0,09
2.2.5. .Penambahan Barang Modal
115,42
115,47
0,04
2.2.6. .Upah Buruh
120,77
121,10
0,27
3. NILAI TUKAR PETANI
103,78
104,31
0,50
4. NILAI TUKAR USAHA PERTANIAN
112,78
113,67
0,79
Kelompok/Sub Kelompok
[1]
BARANG MODAL
Berita Resmi Statistik BPS Provinsi Jawa Barat No.02/01/32/Th.XIX, 3 Januari 2017
6
5.
Perbandingan NTP Enam Provinsi di Pulau Jawa
Tiga provinsi di Pulau Jawa mengalami keniakan NTP pada Desember 2016, kenaikan tertinggi pada NTP Jawa Barat naik 0,50 persen, diikuti NTP Banten naik 0,18 persen, dan NTP Jawa Timur naik 0,16 persen, NTP DI Yogyakarta turun sebesar 0,80 persen, NTP DKI Jakarta turun 0,22 persen, dan NTP Jawa Tengah Turun 0,20 persen. Secara Nasional, NTP Desember dibandingkan November 2016 mengalami kenaikan sebesar 0,18 persen dari 101,31 menjadi 101,49.
Tabel 3 Perbandingan NTP Enam Provinsi di Pulau Jawa dan Nasional [2012=100], Desember 2016
November 2016
Desember 2016
Perubahan Desember Thd November 2016 (%)
[1]
[2]
[3]
[4]
DKI Jakarta
99,32
99,10
-0,22
Jawa Barat
103,78
104,31
0,50
Jawa Tengah
99,55
99,35
-0,20
DI Yogyakarta
104,23
103,40
-0,80
Jawa Timur
103,79
103,95
0,16
Banten
100,30
100,49
0,18
Nasional
101,31
101,49
0,18
NTP Provinsi
Berita Resmi Statistik BPS Provinsi Jawa Barat No.02/01/32/Th.XIX, 3 Januari 2017
7
B. PERKEMBANGAN HARGA PRODUSEN GABAH Desember 2016, harga rata-rata Gabah Kering Panen (GKP) di Tingkat Petani Jawa Barat sebesar Rp.4.396,02,- per kilogram atau turun 1,31 persen dibandingkan harga GKP November 2016 Rp. 4.454,26,- Gabah Kering Giling (GKG) di Tingkat Petani turun 1,33 persen dari Rp. 4.992,37,- menjadi Rp. 4.926,09,- per kilogram, sementara untuk Gabah Kualitas Rendah turun 3,55 persen dari Rp. 3.936,05,- menjadi Rp. 3.796,37,- per kilogram. Gambar 2 Perkembangan Harga Rata-rata Gabah di Tingkat Petani Jawa Barat (Rp/Kg)
6000.00
5000.00
4000.00
GKP
3000.00
GKG Gabah Ku alitas R end ah
2000.00 Des'15
Feb'16
April'16
Juni'16
Ags'16
Okt'16
Des'16
1. Harga Gabah Tertinggi dan Terendah Desember 2016, jumlah transaksi gabah yang terpantau melalui Survei Monitoring Gabah di Jawa Barat sebanyak 178 transaksi, tersebar di 15 Kabupaten Jawa Barat. Diantaranya transaksi GKP sebanyak 113 observasi (63,48 persen), transaksi GKG sebanyak 46 observasi (25,84 persen) dan transaksi Gabah Kualitas Rendah sebanyak 19 observasi (10,67 persen). Dari hasil pengamatan, harga transaksi GKP di Tingkat Petani yang terendah sebesar Rp, 3.700,00 per kilogram terjadi di Kabupaten Karawang (2 observasi) dengan harga di Tingkat Penggilingan antara Rp, 3.870,00,- akibat adanya ongkos angkut dari lokasi transaksi GKP ke penggilingan terdekat Rp. 170,- per kilogram. Harga transaksi GKP tertinggi di Tingkat Petani sebesar Rp, 5.700,00,- dijumpai di Kabupaten Bandung (4 observasi) dengan harga di Tingkat Penggilingan sebesar Rp, 5.750,00,-. Untuk transaksi GKG di Jawa Barat pada Desember 2016 harga transaksi di Tingkat Penggilingan secara rata-rata sebesar Rp. 5.082,07,- per kilogram, dimana harga GKG Penggilingan yang terendah sebesar Rp, 4.700,00,- per kilogram dijumpai di Kabupaten Sumedang (6 observasi) dan Harga GKG Penggilingan tertinggi sebesar Rp, 6.100,00,- per kilogram dijumpai di Kabupaten Indramayu (2 observasi).
Berita Resmi Statistik BPS Provinsi Jawa Barat No.02/01/32/Th.XIX, 3 Januari 2017
8
Tabel 4 Jumlah Observasi Gabah, Harga Gabah serta Harga Pembelian Pemerintah (HPP) menurut Kelompok Kualitas Gabah di Jawa Barat, November 2016 Kelompok Kualitas Gabah
Jumlah Observasi (%)
Terendah
Tertinggi
[1]
[2]
[3]
[4]
GKG GKP Rendah Jumlah
46 (25,84 %) 113 (63,48 %) 19 (10,67 %) 178 (100,00 %)
4.600,3.700,00 3.250,00
6.000,00 5.700,00 5.000,00
Keterangan : GKG (Gabah Kering Giling) GKP (Gabah Kering Panen) Rendah (di luar Kualitas)
Rata-Rata
Rata-rata Harga di Tingkat Penggilingan
HPP Di Tingkat Penggilingan
[5]
[6]
[7]
4.926,09 4.396,02 3.796,37
5.082,07 4.511,33 3.989,47
4.600,00 3.750,00 -
Harga Gabah di Tingkat Petani (Rp/Kg)
: Kadar Air ≤ 14,00 % dan Kadar Hampa/Kotoran ≤ 3,00 % : Kadar Air (14,01 % - 25,00 %) dan Kadar Hampa/Kotoran (3,01 % - 10,00 %) : Kadar Air > 25,00 % dan Kadar Hampa/Kotoran > 10,00 %
2. Kasus Gabah Kualitas Rendah Transaksi Gabah Kualitas Rendah pada Desember 2016 terpantau sebanyak 19 observasi dari total transaksi 178 observasi atau 10,67 persen, yaitu dijumpai terjadi di Kabupaten Sukabumi sebanyak 10 observasi, dan Kabupaten Bogor sebanyak 6 observasi dan Kabupaten Bekasi 3 observasi. Harga terendah Gabah Kualitas Rendah di Tingkat Petani sebesar Rp, 3.250,00,- per kilogram terjadi di Kabupaten Bogor (1 observasi), Gabah Kualitas Rendah dengan harga tertinggi sebesar Rp, 5.000,00,- dijumpai di Kabupaten Bekasi (3 observasi).
C. PERKEMBANGAN HARGA BERAS DI TINGKAT PENGGILINGAN Pemantauan harga beras di Tingkat Penggilingan pada Desember 2016 dilakukan di 15 Kabupaten Jawa Barat yang tersebar di 35 Kecamatan dengan jumlah observasi sebanyak 77 transaksi. Diantaranya Beras Premium sebanyak 31 observasi (40,26 persen), Beras Medium 40 observasi (51,95 persen) dan Beras kualitas Rendah 6 observasi (7,79 persen). Pada Desember 2016, rata-rata harga beras di Tingkat Penggilingan sebesar Rp. 9.389,68 per kilogram atau mengalami penurunan 0,18 persen dibandingkan harga beras November 2016 yang tercatat sebesar Rp. 9.406,56. Berdasarkan kualitas beras yang dikelompokkan menurut patahan (broken) beras, Beras Premium turun 1,69 persen dari Rp. 9.924,35 menjadi Rp. 9.756,61, sedangkan Beras Medium naik 0,35 persen dari Rp. 9.139,19 menjadi Rp. 9.171,25, dan Beras kualitas Rendah naik 2,61 persen dari Rp. 8.722,22 menjadi Rp. 8.950,00. Perkembangan harga beras di penggilingan menunjukkan pola yang fluktuatif. Sepanjang Desember 2015 sampai Desember 2016, penurunan rata-rata harga terjadi di lima bulan yaitu pada Januari, Maret, April, Agustus, November, dan Desember 2016 dengan harga terendah sebesar Rp, 9.236,00 per kilogram terjadi pada April 2016.
Berita Resmi Statistik BPS Provinsi Jawa Barat No.02/01/32/Th.XIX, 3 Januari 2017
9
Gambar 3 Perkembangan Harga Beras di Tingkat Penggilingan Di Jawa Barat (Rp/Kg)
11000.00
10000.00
9000.00 PREMIUM
8000.00
MEDIUM RENDAH
7000.00
RATA-RATA
6000.00 DES'15
FEB'16
APR'16
JUNI'16
AGS '1 6
OKT'16
DES'16
Tabel 5 Rata-rata Harga Beras di Tingkat Penggilingan Menurut Kelompok Kualitas Beras di Jawa Barat
Kelompok Kualitas [1]
Rata-rata Harga Beras per Kg Des 2015
Jan 2016
Feb 2016
Mar 2016
Apr 2016
Mei 2016
Juni 2016
Juli 2016
Ags 2016
Sept 2016
Okt 2016
Nov 2016
Des 2016
[2]
[3]
[4]
[5]
[6]
[7]
[8]
[9]
[10]
[11]
[12]
[13]
[14]
Premium
9.872
9.979
10.238 10.008
9.611
9.617
9.957
9.853
9.696
9.900
9777
9924
9757
Medium
9.740
9.643
9.678
9.560
8.984
9.143
9.190
9.314
8.804
8.943
9135
9139
9171
Rendah
9.450
9.314
9.411
9.257
8.800
8.033
8.763
8.760
8.620
8.450
8843
8722
8950
Rata-rata
9.780
9.765
9.895
9.696
9.236
9.374
9.475
9.519
9.242
9.307
9407
9407
9390
Keterangan : Premium : Kadar Broken ≤ 10,00 % Medium : Kadar Broken (10,01 % - 20,00 %) Rendah : Kadar Broken > 20,00 %
Berita Resmi Statistik BPS Provinsi Jawa Barat No.02/01/32/Th.XIX, 3 Januari 2017 10