BPS PROVINSI JAWA BARAT No. 14/03/32/Th.XIX, 1 Maret 2017
PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, HARGA PRODUSEN GABAH DAN HARGA BERAS DI PENGGILINGAN NILAI TUKAR PETANI FEBRUARI 2017 SEBESAR 102,53 (2012=100) Nilai Tukar Petani (NTP) Jawa Barat pada Februari 2017 (2012 =100) sebesar 102,53 atau turun sebesar 0,70 persen dibandingkan NTP Januari 2016 yang tercatat sebesar 103,25. Penurunan NTP tersebut disebabkan oleh penurunan Indeks Harga Diterima Petani (IT) sebesar 0,12 persen sementara Indeks Harga Dibayar Petani (IB) naik sebesar 0,58 persen. Februari 2017 tiga subsektor pertanian mengalami penurunan NTP yaitu NTP Subsektor Tanaman Pangan turun 1,83 persen dari 97,63 menjadi 95,85, NTP Subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat turun 1,46 persen dari 97,83 menjadi 96,39, dan NTP Subsektor Hortikultura turun 0,27 persen dari 110,86 menjadi 110,56, sementara NTP Subsektor Peternakan naik sebesar 1,15 persen dari 112,01 menjadi 113,30 dan NTP Subsektor Perikanan naik 1,02 persen dari 100,39 menjadi 101,41. Di Perdesaan Jawa Barat, Konsumsi Rumah Tangga pada Februari 2017 mengalami inflasi sebesar 0,68 persen. Ketujuh kelompok pengeluaran serentak mengalami inflasi, tertinggi terjadi pada Kelompok Pendidikan, Rekreasi & Olahraga inflasi sebesar 0,90 persen, diikuti Kelompok Bahan Makanan inflasi 0,88 persen, Kelompok Transportasi & Komunikasi inflasi 0,85 persen, Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau inflasi 0,57 persen, Kelompok Sandang inflasi 0,55 persen, Kelompok Kesehatan inflasi 0,28 persen, dan terakhir Kelompok Perumahan inflasi 0,14 persen. Februari 2017, harga rata-rata Gabah Kering Panen (GKP) di Tingkat Petani Jawa Barat sebesar Rp.4.238,99,- per kilogram atau turun 4,36 persen dibandingkan harga GKP Januari 2017 Rp. 4.432,33,sementara Gabah Kering Giling (GKG) di Tingkat Petani naik 0,34 persen dari Rp. 4.958,82,- menjadi Rp. 4.975,86,- per kilogram, demikian juga Gabah Kualitas Rendah naik 6,44 persen dari Rp. 3.752,32,menjadi Rp. 3.993,90,- per kilogram. Februari 2017, rata-rata harga Beras di Tingkat Penggilingan sebesar Rp. 9.568,02 per kilogram atau naik 1,00 persen dibandingkan Januari 2017 yang tercatat sebesar Rp. 9.473,72. Berdasarkan patahan (broken) beras, kualitas Beras Premium naik 1,53 persen dari Rp. 9.786,83 menjadi Rp. 9.936,49, sementara Beras Medium turun 0,08 persen dari Rp. 9.341,89 menjadi Rp. 9.334,09, dan Beras kualitas Rendah naik 0,81 persen dari Rp. 8.828,57 menjadi Rp. 8.900,00.
Nilai Tukar Petani (NTP) Jawa Barat pada November 2016 (2012 =100) sebesar 103,78 atau turun Berita Resmi Statistik BPS Provinsi Jawa Barat No.14/03/32/Th. XIX, 1 Maret 2017 1 sebesar 0,13 persen dibandingkan NTP Oktober 2016 yang tercatat sebesar 104,01. Hal ini disebabkan oleh Indeks Harga Diterima Petani (IT) mengalami kenaikan sebesar 0,15 persen lebih
A. PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI 1.
Nilai Tukar Petani
Sebagai proxy indikator kesejahteraan petani, Nilai Tukar Petani (NTP) diperoleh dengan cara membandingkan dua indeks yaitu Indeks Harga Diterima Petani dengan Indeks Harga Dibayar Petani. Angka NTP menunjukkan kemampuan tukar (term of trade ) komoditas hasil pertanian dengan barang dan jasa konsumsi petani baik untuk keperluan rumah tangga petani maupun biaya keperluan proses produksi. Semakin tinggi angka NTP maka ini berarti semakin kuat kemampuan daya beli petani. Berdasarkan hasil pemantauan harga di 17 kabupaten di Provinsi Jawa Barat pada Februari 2017 NTP Jawa Barat mengalami penurunan 0,70 persen dibandingkan NTP Januari 2017 dari 103,25 menjadi 102,53. Hal ini dikarenakan indeks harga hasil produksi pertanian, Indeks Harga Diterima Petani (IT) turun sebesar 0,12 persen sementara indeks harga barang dan jasa yang dikonsumsi petani atau Indeks Harga Dibayar Petani (IB) naik sebesar 0,58 persen. Februari 2017 tiga Subsektor pertanian mengalami penurunan NTP yaitu NTP Subsektor Tanaman Pangan turun 1,83 persen dari 97,63 menjadi 95,85, NTP Subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat turun 1,46 persen dari 97,83 menjadi 96,39, dan NTP Subsektor Hortikultura turun 0,27 persen dari 110,86 menjadi 110,56, sementara NTP Subsektor Perikanan naik 1,02 persen dari 100,39 menjadi 101,41 dan NTP Subsektor Peternakan naik sebesar 1,15 persen dari 112,01 menjadi 113,30.
Gambar 1 Perkembangan Indeks Harga Diterima, Indeks Harga Dibayar dan Nilai Tukar Petani 150.00
130.00
110.00
90.00
Feb'16
Apr'16
Juni'16 IT
Ags'16 IB
Okt'16
Des'16
Feb'17
NTP
Berita Resmi Statistik BPS Provinsi Jawa Barat No.14/03/32/Th. XIX, 1 Maret 2017
2
2.
Indeks Harga Diterima Petani (IT)
Perkembangan Indeks Harga Diterima Petani (IT) menunjukkan fluktuasi harga komoditas yang dihasilkan petani. Februari 2017, IT Gabungan dari lima subsektor pertanian mengalami penurunan sebesar 0,12 persen dibandingkan IT Februari 2017 dari 133,37 menjadi 133,20. Bila dirinci menurut subsektor, IT Subsektor Tanaman Pangan turun 1,15 persen dari 129,58 menjadi 128,09, IT Subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat turun 0,84 persen dari 124,99 menjadi 123,94, sementara IT Subsektor Peternakan naik 1,43 persen dari 135,52 menjadi, 137,45, IT Subsektor Perikanan naik 1,30 persen dari 127,38 menjadi 129,04 dan IT Subsektor Hortikultura naik 0,37 persen dari 145,61 menjadi 146,15. 3.
Indeks Harga Dibayar Petani (IB)
Harga barang dan jasa yang dikonsumsi petani baik untuk rumah tangga petani maupun kebutuhan proses produksi mengalami inflasi pada Februari 2017 sebesar 0,58 persen dari 129,17 menjadi 129,91. Lima subsektor IB serentak mengalami inflasi, tertinggi terjadi pada IB Subsektor Tanaman Pangan yaitu sebesar 0,69 persen, diikuti IB Subsektor Hortikultura naik 0,65 persen, IB Tanaman Perkebunan Rakyat naik 0,64 persen, IB subsektor Peternakan naik 0,27 persen dan IB Subsektor Perikanan naik 0,28 persen. Di Daerah Perdesaan Jawa Barat Konsumsi Rumah Tangga pada Februari 2017 terjadi inflasi sebesar 0,68 persen. Dari tujuh kelompok pengeluaran serentak mengalami inflasi, tertinggi terjadi pada Kelompok Pendidikan, Rekreasi & Olahraga sebesar 0,90 persen, diikuti Kelompok Bahan Makanan sebesar 0,88 persen, Kelompok Transportasi & Komunikasi sebesar 0,85 persen, Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau inflasi 0,57 persen, Kelompok Sandang inflasi 0,55 persen, Kelompok Kesehatan inflasi 0,28 persen, dan terakhir Kelompok Perumahan inflasi sebesar 0,14 persen. Indeks yang dibayar petani untuk keperluan proses produksi, Biaya Produksi dan Penambahan Barang Modal (BPPBM) pada Februari 2017 mengalami inflasi sebesar 0,46 persen. Berdasarkan kelompok, enam kelompok pengeluaran serentak mengalami inflasi, tertinggi Kelompok Upah Buruh dan Kelompok Transportasi yang mengalami inflasi sama sebesar 0,73 persen, diikuti Kelompok Bibit mengalami inflasi sebesar 0,54 persen, Kelompok Biaya Sewa & Pengeluaran Lain inflasi 0,53 persen, Kelompok Penambahan Barang Modal inflasi 0,44 persen, dan Kelompok Pupuk, Obat-obatan & Pakan inflasi 0,09 persen. 4.
Nilai Tukar Petani (NTP) Menurut Subsektor Pertanian
a.
NTP Tanaman Pangan
NTP Subsektor Tanaman Pangan pada Februari 2017 mengalami penurunan sebesar 1,83 persen dari 97,63 menjadi 95,85, hal ini disebabkan oleh indeks yang diterima petani (IT) turun sebesar 1,15 persen sedangkan indeks yang dibayar petani (IB) naik 0,69 persen. Turunnya IT Subsektor Tanaman Pangan dikarenakan IT Subkelompok Padi turun sebesar 1,24 persen sementara Subkelompok Palawija turun 0,59 persen . Di sisi pengeluaran petani, IB mengalami inflasi sebesar 0,69 persen akibat IB Sub Kelompok Konsumsi Rumah tangga (IKRT) inflasi 0,70 persen demikian juga IB Subkelompok Biaya Produksi & Penambahan Barang Modal (BPPBM) inflasi 0,67 persen.
Berita Resmi Statistik BPS Provinsi Jawa Barat No.14/03/32/Th. XIX, 1 Maret 2017
3
b.
NTP Hortikultura
Februari 2017, Nilai Tukar Petani Subsektor Hortikultura mengalami penurunan sebesar 0,27 persen dari 110,86 menjadi 110,56, hal ini disebabkan indeks diterima petani (IT) naik 0,37 persen sedangkan indeks dibayar petani (IB) naik lebih tinggi sebesar 0,65 persen. Kenaikan IT Hortikultura akibat IT Subkelompok Buah-buahan naik 1,93 persen, IT Subkelompok Tanaman Obat naik 0,16 persen, sementara IT Subkelompok Sayur-sayuran turun 1,10 persen,. Di sisi pengeluaran, IB Subsektor Hortikultura mengalami inflasi sebesar 0,65 persen akibat IB Subkelompok Konsumsi Rumah Tangga inflasi 0,66 persen dan Subkelompok Biaya Produksi & Penambahan Barang Modal mengalami inflasi sebesar 0,61 persen.
c.
NTP Tanaman Perkebunan Rakyat
NTP Subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat pada Februari 2017 mengalami penurunan sebesar 1,46 persen dibandingkan Januari 2017 dari 97,83 menjadi 96,39. Hal ini disebabkan oleh Indeks Diterima Petani (IT) mengalami penurunan sebesar 0,84 persen sementara Indeks Dibayar Petani (IB) naik 0,64 persen. Untuk kelompok pengeluaran, IB Subkelompok Konsumsi Rumah Tangga mengalami inflasi sebesar 0,70 persen demikian juga IB Biaya Produksi & Penambahan Barang Modal inflasi 0,49 persen.
d.
NTP Peternakan
Februari 2017, NTP Subsektor Peternakan pada posisi 113,30 tercatat mengalami kenaikan 1,15 persen dari NTP Januari 2017 sebesar 112,01. Indeks Diterima Petani (IT) naik sebesar 1,43 persen sementara Indeks yang Dibayar Petani (IB) inflasi sebesar 0,27 persen. Bila dirinci per subkelompok, IT Subkelompok Ternak kecil inflasi 1,79 persen, Subkelompok Unggas inflasi 1,53 persen, Subkelompok Hasil Ternak inflasi 1,16 persen dan IT Subkelompok Ternak Besar inflasi 1,08 persen. Di sisi pengeluaran petani, Indeks Dibayar Petani (IB) mengalami kenaikan 0,27 persen akibat IB Konsumsi Rumah Tangga inflasi 0,74 persen, sementara IB Biaya Produksi & Penambahan Barang Modal deflasi 0,14 persen.
e.
NTP Perikanan
Nilai Tukar Petani Subsektor Perikanan pada Februari 2017 mengalami inflasi 1,02 persen dibandingkan Januari 2017 dari 100,39 menjadi 101,41. Hal ini terjadi akibat indeks Diterima Petani (IT) naik sebesar 1,30 persen dan Indeks Dibayar Petani (IB) naik sebesar 0,28 persen. Dari sisi pendapatan petani, IT Subkelompok Penangkapan Ikan naik 1,80 persen dan IT Subkelompok Budidaya naik 1,25 persen. Dari sisi pengeluaran, Indeks yang dibayar (IB) mengalami kenaikan sebesar 0,28 persen akibat IB Konsumsi Rumah tangga naik 0,36 persen, sementara IB Biaya Produksi & Penambahan Barang Modal naik 0,08 persen.
Berita Resmi Statistik BPS Provinsi Jawa Barat No.14/03/32/Th. XIX, 1 Maret 2017
4
Tabel 1 Nilai Tukar Petani (NTP) Provinsi Jawa Barat per Subsektor Pertanian serta Perubahannya (2012=100), Januari 2017 Perubahan
Indeks Subsektor
Januari 2017
Februari 2017
Februari 2017 Thd Januari 2017 (%)
[2]
[3]
[4]
a. Indeks yang Diterima Petani (IT)
129,58
128,09
-1,15
b. Indeks yang Dibayar Petani (IB)
132,72
133,64
0,69
c. Nilai Tukar Petani (NTP-TP)
97,63 105,05
95,85 103,16
-1,83 -1,80
a. Indeks yang Diterima Petani (IT)
145,61
146,15
0,37
b. Indeks yang Dibayar Petani (IB)
131,34
132,19
0,65
c. Nilai Tukar Petani (NTP-H)
110,86 121,93
110,56 121,64
-0,27 -0,23
a. Indeks yang Diterima Petani (IT)
124,99
123,94
-0,84
b. Indeks yang Dibayar Petani (IB)
127,77
128,58
0,64
c. Nilai Tukar Petani (NTP-R)
97,83 108,94
96,39 107,50
-1,46 -1,32
a. Indeks yang Diterima Petani (IT)
135,52
137,45
1,43
b. Indeks yang Dibayar Petani (IB)
120,99
121,32
0,27
c. Nilai Tukar Petani (NTP-Pt)
112,01
113,30
1,15
d. Nilai Tukar Usaha Pertanian (NTUP)
123,23
125,16
1,57
a. Indeks yang Diterima Petani (IT)
127,38
129,04
1,30
b. Indeks yang Dibayar Petani (IB)
126,89
127,24
0,28
c. Nilai Tukar Petani (NTP-Pi)
100,39
101,41
1,02
d. Nilai Tukar Usaha Pertanian (NTUP)
113,25
114,62
1,21
a. Indeks yang Diterima Petani (IT) b. Indeks yang Dibayar Petani (IB)
133,37 129,17
133,20 129,91
-0,12 0,58
c. Nilai Tukar Petani (NTP) d. Nilai Tukar Usaha Pertanian (NTUP)
103,25
102,53
-0,70
112,83
112,18
-0,58
[1]
1. Tanaman Pangan
d. Nilai Tukar Usaha Pertanian (NTUP) 2. Hortikultura
d. Nilai Tukar Usaha Pertanian (NTUP) 3. Tanaman Perkebunan Rakyat
d. Nilai Tukar Usaha Pertanian (NTUP) 4. Peternakan
5. Perikanan
6. Gabungan
Berita Resmi Statistik BPS Provinsi Jawa Barat No.14/03/32/Th. XIX, 1 Maret 2017
5
Tabel 2 Indeks Harga Diterima Petani, Indeks Harga Dibayar Petani per Subkelompok Pengeluaran serta Perubahannya [2012=100], Februari 2017 Indeks Gabungan Subsektor
Januari 2017
Februari 2017
Perubahan Februari 2017 Thd Januari 2017
[2]
[3]
[4]
1. INDEKS HARGA YANG DITERIMA PETANI
133,37
133,20
-0,12
2. INDEKS HARGA YANG DIBAYAR PETANI
129,17
129,91
0,58
2.1. KONSUMSI RUMAH TANGGA
135,73
136,66
0,68
2.1.1. Bahan Makanan
145,63
146,91
0,88
2.1.2.. Makanan Jadi
136,55
137,33
0,57
2.1.3. Perumahan
125,41
125,58
0,14
2.1.4. Sandang
126,31
127,00
0,55
2.1.5. Kesehatan
120,21
120,55
0,28
2.1.6. Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga
122,10
123,19
0,90
2.1.7. Transportasi dan Komunikasi
125,32
126,38
0,85
2.2 BIAYA PRODUKSI DAN PENAMBAHAN
118,20
118,74
0,46
2.2.1. Bibit
118,39
119,03
0,54
2.2.2. Pupuk dan Obat-obatan
113,28
113,37
0,09
2.2.3. Biaya Sewa dan Pngeluaran Lain
114,68
115,28
0,53
2.2.4. Transportasi
132,27
133,24
0,73
2.2.5. Penambahan Barang Modal
116,18
116,69
0,44
2.2.6. Upah Buruh
122,29
123,18
0,73
3. NILAI TUKAR PETANI
103,25
102,53
-0,70
4. NILAI TUKAR USAHA PERTANIAN
112,83
112,18
-0,58
Kelompok/Sub Kelompok
[1]
BARANG MODAL
Berita Resmi Statistik BPS Provinsi Jawa Barat No.14/03/32/Th. XIX, 1 Maret 2017
6
5.
Perbandingan NTP Enam Provinsi di Pulau Jawa
Lima dari enam provinsi di Pulau Jawa mengalami penurunan NTP pada Februari 2017, penurunan tertinggi terjadi pada NTP Jawa Timur turun sebesar 1,27 persen diikuti NTP Banten turun 1,06 persen, NTP Jawa Tengah turun 0,97 persen, NTP Jawa Barat turun 0,70 persen, dan NTP DI Yogyakarta turun 0,42 persen, sementara NTP DKI Jakarta naik sebesar 1,17 persen. Secara Nasional, NTP Februari 2017 dibandingkan Januari 2017 mengalami penurunan sebesar 0,58 persen dari 100,91 menjadi 100,33. Tabel 3 Perbandingan NTP Enam Provinsi di Pulau Jawa dan Nasional [2012=100], Februari 2017
Januari 2017
Februari 2017
Perubahan Februari 2017 Thd Januari 2017 (%)
[1]
[2]
[3]
[4]
DKI Jakarta
99,17
100,33
1,17
Jawa Barat
103,25
102,53
-0,70
Jawa Tengah DI Yogyakarta
98,98 102,22
98,02 101,78
-0,97 -0,42
Jawa Timur Banten
103,12 98,97
101,81 97,92
-1,27 -1,06
Nasional
100,91
100,33
-0,58
NTP Provinsi
Berita Resmi Statistik BPS Provinsi Jawa Barat No.14/03/32/Th. XIX, 1 Maret 2017
7
B. PERKEMBANGAN HARGA PRODUSEN GABAH Februari 2017, rata-rata harga Gabah Kering Panen (GKP) di Tingkat Petani Jawa Barat sebesar Rp.4.238,99,- per kilogram atau turun 4,36 persen dibandingkan harga GKP Januari 2017 Rp. 4.432,33,- sementara Gabah Kering Giling (GKG) di Tingkat Petani naik 0,34 persen dari Rp. 4.958,82,- menjadi Rp. 4.975,86,- per kilogram, demikian juga Gabah Kualitas Rendah naik 6,44 persen dari Rp. 3.752,32,- menjadi Rp. 3.993,90,- per kilogram. Gambar 2 Perkembangan Harga Rata-rata Gabah di Tingkat Petani Jawa Barat (Rp/Kg)
600 0.0 0
500 0.0 0
400 0.0 0
300 0.0 0
200 0.0 0 Feb'16
April'16
Juni'16
Agust'16
GKP
GKG
Okt'16
Des'16
Feb'17
Gabah Kualitas Rendah
1. Harga Gabah Tertinggi dan Terendah Februari 2017, jumlah transaksi gabah yang terpantau melalui Survei Monitoring Gabah di Jawa Barat sebanyak 178 transaksi, tersebar di 15 Kabupaten Jawa Barat. Diantaranya transaksi GKP sebanyak 109 observasi (61,24 persen), transaksi GKG sebanyak 29 observasi (16,29 persen) dan transaksi Gabah Kualitas Rendah sebanyak 40 observasi (22,47 persen). Dari hasil pengamatan, harga transaksi GKP di Tingkat Petani yang terendah sebesar Rp, 3.400,00 per kilogram terjadi di Kabupaten Karawang (1 observasi) dengan harga di Tingkat Penggilingan antara Rp, 3.460,00,akibat adanya ongkos angkut dari lokasi transaksi GKP ke penggilingan terdekat Rp. 60,- per kilogram. Harga transaksi GKP tertinggi di Tingkat Petani sebesar Rp, 5.400,00,- dijumpai di Kabupaten Bandung (1 observasi) dengan harga di Tingkat Penggilingan sebesar Rp, 5.475,00,-. Untuk transaksi GKG di Jawa Barat pada Februari 2017 harga transaksi di Tingkat Penggilingan secara rata-rata sebesar Rp. 5.089,66,- per kilogram, dimana harga GKG Penggilingan yang terendah sebesar Rp, 4.800,00,- per kilogram dijumpai di Kabupaten Cianjur (4 observasi), Bandung (2 observasi), Sumedang (6 observasi), dan Kuningan (1 observasi). Harga GKG Penggilingan tertinggi sebesar Rp, 5.800,00,- per kilogram dijumpai di Kabupaten Bandung (2 observasi).
Tabel 4
Berita Resmi Statistik BPS Provinsi Jawa Barat No.14/03/32/Th. XIX, 1 Maret 2017
8
Jumlah Observasi Gabah, Harga Gabah serta Harga Pembelian Pemerintah (HPP) menurut Kelompok Kualitas Gabah di Jawa Barat, Februari 2017 Kelompok Kualitas Gabah
Jumlah Observasi (%)
[1]
GKG GKP Rendah Jumlah
Terendah
Tertinggi
Rata-Rata
Rata-rata Harga di Tingkat Penggilingan
[2]
[3]
[4]
[5]
[6]
[7]
29 (16,29 % ) 109 (61,24 % ) 40 (22,47 % ) 178 (100,00 % )
4.800,00 3.400,00 3.100,00
5.700,00 5.400,00 4.800,00
4.975,86 4.238,99 3.993,90
5.089,66 4.363,62 4.168,25
4.600,00 3.750,00 -
Keterangan : GKG (Gabah Kering Giling) GKP (Gabah Kering Panen) Rendah (di luar Kualitas)
Harga Gabah di Tingkat Petani (Rp/Kg)
HPP Di Tingkat Penggilingan
: Kadar Air ≤ 14,00 % dan Kadar Hampa/Kotoran ≤ 3,00 % : Kadar Air (14,01 % - 25,00 %) dan Kadar Hampa/Kotoran (3,01 % - 10,00 %) : Kadar Air > 25,00 % dan Kadar Hampa/Kotoran > 10,00 %
2. Kasus Gabah Kualitas Rendah Transaksi Gabah Kualitas Rendah pada Februari 2017 terpantau sebanyak 40 observasi dari total transaksi 178 observasi atau 22,47 persen, yaitu dijumpai terjadi di Kabupaten Sukabumi sebanyak 11 observasi, Kabupaten Indramayu 8 observasi, Kabupaten Bogor 6 observasi, Kabupaten Majalengka 5 observasi, Kabupaten Tasikmalaya 2 observasi dan Kabupaten Cirebon 1 observasi. Harga terendah Gabah Kualitas Rendah di Tingkat Petani sebesar Rp, 3.400,00,- per kilogram terjadi di Kabupaten Bogor (2 observasi), Gabah Kualitas Rendah dengan harga tertinggi sebesar Rp, 4.800,00,- dijumpai di Kabupaten Bekasi (2 observasi).
C. PERKEMBANGAN HARGA BERAS DI TINGKAT PENGGILINGAN Pemantauan harga beras di Tingkat Penggilingan pada Februari 2017 dilakukan di 15 Kabupaten Jawa Barat yang tersebar di 35 Kecamatan dengan jumlah observasi sebanyak 87 transaksi. Diantaranya Beras Premium sebanyak 37 observasi (42,53 persen), Beras Medium 45 observasi (51,72 persen) dan Beras kualitas Rendah 5 observasi (5,75 persen). Pada Februari 2017, rata-rata harga beras di Tingkat Penggilingan sebesar Rp. 9.568,02 per kilogram atau mengalami kenaikan sebesar 1,00 persen dibandingkan harga beras Januari 2016 yang tercatat sebesar Rp. 9.473,72. Berdasarkan kualitas beras yang dikelompokkan menurut patahan (broken) beras, Beras Premium naik 1,53 persen dari Rp. 9.786,83 menjadi Rp. 9.936,49, dan Beras Medium turun 0,08 persen dari Rp. 9.341,89 menjadi Rp. 9.334,09, sedangkan Beras kualitas Rendah naik 0,81 persen dari Rp. 8.828,57 menjadi Rp. 8.900,00. Perkembangan harga beras di penggilingan menunjukkan pola yang fluktuatif. Sepanjang Februari 2016 sampai Februari 2017, penurunan rata-rata harga terjadi di lima bulan yaitu pada Maret, April, Agustus, November, dan Desember 2016 dengan harga terendah sebesar Rp, 9.236,00 per kilogram terjadi pada April 2016.
Berita Resmi Statistik BPS Provinsi Jawa Barat No.14/03/32/Th. XIX, 1 Maret 2017
9
Gambar 3 Perkembangan Harga Beras di Tingkat Penggilingan Di Jawa Barat (Rp/Kg)
11000.00
10000.00
9000.00
8000.00
PREMIUM MEDIUM RENDAH
7000.00
RATA-RATA
6000.00 FEB'16
APR'16
JUNI'16
AGS '1 6
OKT'16
DES'16
FEB'17
Tabel 5 Rata-rata Harga Beras di Tingkat Penggilingan Menurut Kelompok Kualitas Beras di Jawa Barat Kelompok Kualitas [1]
Rata-rata Harga Beras per Kilogram Mar 2016
Apr 2016
Mei 2016
Juni 2016
Juli 2016
Ags 2016
Sept 2016
Okt 2016
Nov 2016
Des 2016
Jan 2017
Feb 2017
[2]
[3]
[4]
[5]
[6]
[7]
[8]
[9]
[10]
[11]
[12]
[13]
Premium
10.008
9.611
9.617
9.957
9.853
9.696
9.900
9777
9924
9757
9787
9936
Medium
9.560
8.984
9.143
9.190
9.314
8.804
8.943
9135
9139
9171
9342
9334
Rendah
9.257
8.800
8.033
8.763
8.760
8.620
8.450
8843
8722
8950
8829
8900
Rata-rata
9.696
9.236
9.374
9.475
9.519
9.242
9.307
9407
9407
9390
9474
9568
Keterangan : Premium : Kadar Broken ≤ 10,00 % Medium : Kadar Broken (10,01 % - 20,00 %) Rendah : Kadar Broken > 20,00 %
Berita Resmi Statistik BPS Provinsi Jawa Barat No.14/03/32/Th. XIX, 1 Maret 2017
10