MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA ---------------------
RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 19/PUU-VIII/2010 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 36 TAHUN 2009 TENTANG KESEHATAN TERHADAP UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945
ACARA MENDENGARKAN KETERANGAN SAKSI/AHLI DARI PEMOHON DAN PEMERINTAH (IV)
JAKARTA KAMIS, 2 JUNI 2010
MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA -------------RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 19/PUU-VIII/2010 PERIHAL Pengujian Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan terhadap Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. PEMOHON - Bambang Sukarno ACARA Mendengarkan Keterangan Saksi/Ahli dari Pemohon dan Pemerintah (IV) Kamis, 2 Juni 2010, Pukul 10.00 – 12.35 WIB Ruang Sidang Pleno Gedung Mahkamah Konstitusi RI, Jl. Medan Merdeka Barat No. 6, Jakarta Pusat SUSUNAN PERSIDANGAN 1) 2) 3) 4) 5) 6) 7) 8)
Achmad Sodiki Hamdan Zoelva Muhammad Alim Ahmad Fadlil Sumadi M. Arsyad Sanusi M. Akil Mochtar Harjono Maria Farida Indrati
Ida Ria Tambunan
(Ketua) (Anggota) (Anggota) (Anggota) (Anggota) (Anggota) (Anggota) (Anggota) Panitera Pengganti
1
Pihak yang Hadir: Pemohon: - Bambang Sukarno Ahli dari Pemohon: - Josi Ali Arifandi - Mukti Ali Imran - Gabriel Mahal Saksi dari Pemohon: -
Agus Setyawan (Kepala Desa Campurejo Tretep) Mursalim (BPD Desa Campurejo Tretep) Heri Hariyanto (Kepala Desa Plosogaden Candiroto) Asroni (Limbangan Caruban Kandangan). Mak Tukijo (Desa Wonosari) Siyami (Cepit Pagergunung) H. Ramli (Sumenep) Sugiman (Kepala Desa Sumenep) Mulla P. Rumsiyah (Pamekasan) Muhamad Sukur (Kepala Desa Purwojiwo) Poninten Suhadi
Pemerintah: -
Mualimin Abdi (Kasubdit Penyiapan & Pendampingan Sidang MK) Cholilah (Direktur Litigasi DEPHUKHAM) Budi Sampurno (Kepala Biro Hukum Kemenkes) Elly Mutiawati Irmansyah Alfiani (Kementerian Hukum dan HAM) Nursal (Kementerian Kesehatan) Ali Usman (Kementerian Kesehatan) Burlian Muhdi (Kementerian Kesehatan) Liana Sari (Kementerian HAM)
Kuasa Hukum Pihak Terkait (Komnas Perlindungan Anak): - Mangku Sitepu (Kuasa Hukum) - Muhammad Joni (Kuasa Hukum
2
Ahli Dari Pemerintah : -
Amir Syarief Widyastuti Soerojo Ahmad Hudoyo Arini Setiawati Abdillah Ahsan Ahmad Fattah Wibisono
3
SIDANG DIBUKA PUKUL 10.00 WIB 1.
KETUA : ACHMAD SODIKI Mahkamah Konstitusi dalam rangka menyidangkan perkara Nomor 19/PUU-VIII/2010 untuk mendengarkan keterangan ahli dari Pemerintah dan Pemohon serta saksi. Dengan ini saya nyatakan dibuka dan terbuka untuk umum. KETUK PALU 3X
Assalamualaikum, Wr. Wb.
Saya persilakan pada Pemohon siapa yang hadir pada kesempatan
ini. 2.
PEMOHON : H. M. BAMBANG SUKARNO
Bismillahirrahmanirrahim, Assalamuallaikum, Wr. Wb
Yang Mulia, Ketua Mahkamah Konstitusi, sebelum saya menyampaikan beberapa hal, siapa yang hadir perkenankan kami menyampaikan beberapa hal, tidak banyak, dalam kesempatan pagi hari ini.
Bismillahirrahmanirrahim, Assalamuallaikum, wr. wb
Salam sejahtera dan selamat pagi. Kepada Yang Mulia Ketua Mahkamah Konstitusi, Kepada Yang Mulia (…) 3.
KETUA : ACHMAD SODIKI Saudara Pemohon, diminta untuk mengenalkan. Itu ada diberi kesempatan tersendiri, ya? Kenalkan aja dulu siapa yang hadir. Waktunya terbatas.
4.
PEMOHON : H. M. BAMBANG SUKARNO Oh, ya. Terima kasih. Yang Mulia hari ini kami hadirkan, kalau kemarin hari ini juga hadir yang kemarin jadi saksi ahli Yang Mulia, yaitu Dr. Ir. Josi Ali Arifandi, M.S. Beliau pakai batik. Yang kemarin hadir Mukti Ali Imran, S.Si, saksi ahli Kimia, yang sekarang sedang menempuh Pasca Sarjana dan beliau asalnya dari Sulawesi, penghasil cengkeh terbesar.
4
Hari ini sesuai janji saya kepada Yang Mulia Ketua Mahkamah Konstitusi, saya menambah 1 saksi ahli yaitu teman sahabat saya Gabriel Mahal, S.H. Lalu yang hari ini saya akan menambah saksi fakta, ini dari H. Ramli, kami persilakan berdiri. H. Ramli berdiri! Dari Madura. Dari Sumenep, Bapak Sugiman Kepala Desa, dari Sumenep Desa Soddara Kecamatan Pasosonga, Sumenep. Sesepuh dan petani tembakau dari Pamekasan Bapak Mulla P Rumsiyah, kami persilakan berdiri. Bapak Suhadi Kepala Desa dari Munenglarangan, Pakis Magelang, mewakili Kabupaten Magelang ini. Muhamad Sukur, Kepala Desa Purwojiwo Kecamatan Kalikajar Wonosobo, ini khusus tembakau garangan yang ada didepan saya, tempat duduk depan saya. Muhamad Sukur dari Wonosobo. Maskun, Perangkat Desa/Kaur pembangunan dari Sukorejo Kendal. Sumpeno ini sesepuh sekaligus petani dari Kendal. Bapak Subakir, yang kemarin sudah kami perkenalkan, ini dari tembakau, Kepala Desa dari tembakau terbaik dunia, tembakau Srintil Lamuk Legok, Temanggung, Telogorejo. Agus Setyawan, Kepala Desa Campurejo Tretep Temanggung. Heri Hariyanto dari Kepala Desa Plosogaden Candiroto. Desanya khusus untuk cengkeh. Pak Maryanto ini dari petani Ngadirejo Kecamatan Ngadirejo Kabupaten Temanggung. Pak Asroni ini pembuat keranjang tembakau dari Limbangan Caruban kandangan. Dan Saudara Mursalin BPD Desa Krajan Campurejo Tretep. Tukijo ini petani Wonosari, dan juga perokok berat, cucu dari sebelahnya, Ibu Siyami yang hari ini nyusur sampai usia menjelang 100 tahun, sekarang masih diberikan sehat walafiat. Ibu Poninten juga penyusur berat yang sampai hari ini kita hadirkan. Dan itu Bapak Ketua yang kami sampaikan beberapa hal itu yang saksi dan saksi ahli ada tambahan 1. Terima kasih Yang Mulia. 5.
KETUA : ACHMAD SODIKI Baik, dari pihak pemerintah saya persilakan.
6.
PEMERINTAH : MUALIMIN ABDI (KASUBDIT PENYIAPAN, PEMBELAAN DAN PENDAMPINGAN PADA SIDANG MK) Terima kasih Yang Mulia.
Assalamu’allaikum, wr. wb
Selamat pagi, salam sejahtera untuk kita semua. Pemerintah hadir, saya sendiri Mualimin Abdi dari Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia, sebelah kiri. Sebelah kiri saya ada Cholilah juga dari Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia. Di sebelah kirinya lagi ada Ibu Elly Mutiawati, dari Kementerian Kesehatan, kemudian di sebelahnya lagi ada Dr. Irmansyah juga dari Kementerian Kesehatan. Sebelahnya lagi ada Pak Budi Sampurno, dari Kementerian Kesehatan juga. Terus di belakang juga ada Ibu Liana Sari dari Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia, ada Ibu Alfiani dari Kementerian Hukum dan Hak Asasi
5
Manusia, ada Pak Nursal dari Kementerian Kesehatan, Pak Ali Usman dari Kementerian Kesehatan. Kemudian Pak Burlian Muhdi juga dari Kementerian Kesehatan. Kemudian, Yang Mulia, dalam hal ini Pemerintah juga menghadirkan 6 orang ahli yang sudah hadir semua. Saya perkenalkan walaupun nanti yang bersangkutan akan memperkenalkan diri. Yang pertama Prof. Dr. Amir Syarif, mohon berdiri. Yang kedua Dr. Widiastuti Soerojo, mohon berdiri. Yang ketiga Dr. Ahmad Hudoyo, silakan. Yang keempat Prof. Dr. Arini Setyawati. Yang kelima Abdilah Ahsan, silakan. Yang keenam Dr. H. Ahmad Fatah Wibisono. Terima kasih, Yang Mulia. 7.
KETUA : ACHMAD SODIKI Dari Pihak Terkait siapa ya yang hadir?
8.
KUASA HUKUM PIHAK TERKAIT: MUHAMMAD JONI Terima kasih, Yang Mulia.
Assalamualaikum wr. wb.
Kami Kuasa Hukum Pihak Terkait. Nama saya Muhammad Joni, S.H., M.H., selaku Kuasa Hukum dari Komisi Nasional Perlindungan Anak. Terima kasih, Yang Mulia. 9.
KETUA : ACHMAD SODIKI Ya, Masih ada.
10.
KUASA HUKUM PIHAK TERKAIT: MANGKU SITEPUH Saya, Dr. Mangku Sitepu, dari Pihak Terkait.
11.
KETUA : ACHMAD SODIKI Ya, baik. Pada pemeriksaan ini gilirannya adalah Saksi, bukan Saksi, (tapi) Ahli dari Pemerintah. Dan sebelum memberikan keahliannya atau keterangan keahliannya diminta, diharap Saudara disumpah terlebih dahulu. Kami persilakan untuk maju ke depan. Yang beragama Islam dulu. Yang dari Pemohon yang belum di sumpah? Ahli, ahli dulu. Saksi nanti saja. Ahli dari Pemohon masih ada? Oh, Katolik. Ya. Saya persilakan Pak Alim.
12.
HAKIM ANGGOTA : MUHAMMAD ALIM Ikuti lafal sumpah yang saya tuntunkan.
6
Bismillahirrohmannirrohim, demi Allah saya bersumpah sebagai ahli akan memberikan keterangan yang sebenarnya sesuai dengan keahlian saya. 13.
AHLI SELURUHNYA (MENGUCAPKAN SUMPAH)
Bismillahirrohmannirrohim, demi Allah saya bersumpah sebagai
ahli akan memberikan keterangan yang sebenarnya sesuai dengan keahlian saya 14.
KETUA : ACHMAD SODIKI Di persilkan duduk kembali. Yang beragama Khatolik, Kristen? Ok. Yang Katolik dan yang Kristen, boleh. Silakan.
15.
HAKIM ANGGOTA : MARIA FARIDA INDRATI Ya. Ikuti lafal janji yang saya ucapkan. Saya berjanjii sebagai ahli, akan memberikan keterangan yang sebenarnya sesuai dengan keahlian saya, semoga Tuhan menolong saya.
16.
AHLI SELURUHNYA DISUMPAH Saya berjanjii sebagai ahli, akan memberikan keterangan yang sebenarnya sesuai dengan keahlian saya, semoga Tuhan menolong saya.
17.
KETUA : ACHMAD SODIKI Silakan Ibu.
18.
HAKIM ANGGOTA : MARIA FARIDA INDRATI Ibu bersumpah atau berjanji? Berjanji. Saya berjanji sebagai ahli, akan memberikan keterangan yang sebenarnya, sesuai dengan keahlian saya. Semoga Tuhan menolong saya.
19.
KETUA : ACHMAD SODIKI Saksi yang belum disumpah, ada Pak?
20.
PEMOHON : H. M. BAMBANG SUKARNO Ada, Yang Mulia. Dari Madura.
7
21.
KETUA : ACHMAD SODIKI Silakan maju ke depan. Yang lalu sudah disumpah, tidak usah. Semua beragama Islam? Ya, silakan.
22.
HAKIM ANGGOTA : MUHAMMAD ALIM Bapak, Ibu ikuti lafadz sumpah yang akan saya tuntunkan.
Bismillahirrohmanirrohim
Demi Allah saya bersumpah akan menerangkan yang sebenarnya, tidak lain dari yang sebenarnya. 23.
SAKSI SELURUHNYA Demi Allah saya bersumpah akan menerangkan yang sebenarnya, tidak lain dari yang sebenarnya. Sampun.
24.
KETUA : ACHMAD SODIKI Silakan duduk kembali. Baik kita mulai dengan keterangan Ahli dari pemerintah, kami persilakan dengan Bapak Prof. Dr. Amir Syarief. Ada di mimbar? Itu mic nya ditekan Pak.
25.
AHLI DARI PEMERINTAH : AMIR SYARIEF
Bismillahirrohmanirrohim. Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Saya Amir Syarief staf pengajar Departemen Farmakologi. Akan memberikan keterangan sesuai dengan keahlian saya. Yang Terhormat, Yang Mulia, Bapak Hakim Mahkamah dan para hadirin sekalian yang saya muliakan. Saya akan mengungkapkan mengenai nikotin. Kenapa nikotin tergolong zat adiktif? Karena bila nikotin ini dikonsumsi maka dapat menimbulkan ketergantungan psikologis, ketergantungan fisik, dan toleransi, serta sulit menghentikannya meskipun dia mengetahui bahwa zat tersebut dapat menimbulkan masalah bagi dirinya. Apa yang disebut dengan ketergantungan psikologis? Bila seseorang mengkonsumsi suatu zat dan berkeinginan menggunakannya kembali berulang-ulang untuk memperoleh efek yang menimbulkan suatu perasaan nyaman, senang, bergairah, bersemangat yang bila keinginannya tidak terlaksana itu akan menimbulkan perasaan sebaliknya, dia akan menjadi merasa lesu, tidak bergairah. Apa yang disebut dengan ketergantungan fisik? Bila seseorang telah mengkonsumsi suatu zat dalam jangka tertentu dan
8
menghentikannya atau menguranginya secara tiba-tiba, maka akan menimbulkan tanda-tanda gangguan fisik. Seperti perubahan pada denyut jantung, perubahan pada tekanan darah, perubahan produksi keringat, perubahan frekuensi diare, perubahan sensitasi nyeri, dan lainlain. Dan gejala-gejala ini tergantung dari jenis zat yang digunakan. Apa itu toleransi? Bila seseorang telah mengkonsumsi suatu zat dalam jangka tertentu dan memerlukan peningkatan takaran, atau dosis untuk memperoleh efek yang sama seperti sebelumnya. Contohnya, misalnya seseorang biasa untuk tidur, cukup menggunakan dosis 5 mg diasepam. Diasepam adalah salah satu obat untuk menimbulakan tidur. Tetapi karena dia sering menggunakan obat tersebut suatu ketika dia memerlukan dosis yang lebih besar, dia memerlukan dosis 10 miligram, untuk bisa memberikan efek tidur. Apa yang disebut dengan gejala putus obat atau withdrawal syndrome? Gejala putus obat ini adalah gejala yang ditimbulkan oleh seseorang yang telah mengalami ketergantungan, yang menghentikan akan mengurangi pemakaiannya secara tiba-tiba. Apa gejala putus dari pada nikotin? Pertama mudah tersinggung, menjadi seseorang yang tidak sabar, memiliki sifat bermusuhan, merasa cemas, merasa tidak nyaman, tidak enak, sulit berkonsentrasi, gelisah, denyut jantungnya menurun, selera makannya bertambah, berat badannya meningkat. Ini adalah suatu gejala-gejala dari pada putus nikotin. Apakah ada zat adiktif lain selain nikotin? Ada dan cukup banyak tapi yang populer yang terkenal itu adalah heroin, yang kita kenal kokain, alkohol, kafein dan mariyuana. Mariyuana ini adalah ganja. Nah, ini adalah suatu perbandingan sifat akditif dari beberapa zat tersebut, itu diperlihatkan dari sifat ketergantungannya, dependent, artinya dari sekian orang yang pernah menggunakan zat tersebut, berapa orang yang menjadi adiksi atau menjadi ketergantungan. Withdrawal, itu kalau misalnya zat tersebut dihentikan bagaimana gejala-gejala atau keparahan gejalagejala yang diterima oleh orang tersebut. Toleransi, berapa besar dosis yang perlu ditingkatkan di dalam satu kurun waktu. Reinforcement itu artinya kalau misalnya orang itu sudah berusaha untuk menghentikan pemakaian zat tersebut dan dia sudah berhenti tetapi ada usaha untuk kembali menggunakan obat tersebut atau zat tersebut. Intoksifikasi ini menunjukkan keparahan dari pada zat tersebut terhadap organ-organ dari tubuh. Misalnya di sini kita lihat bahwa alkohol itu, mendapatkan nilai intoksifikasi 6. Artinya yaitu suatu nilai yang cukup parah di mana terdapat kerusakan hati pada penggunaan, mereka yang menggunakan alkohol. Sedangkan, nikotin memang di sini nilainya rendah, 2 nilainya. Karena memang akan menimbulkan suatu nadi yang lebih cepat, tekanan yang meningkat sedikit. Tetapi tingkat ketergantungan yang ditimbulkan oleh nikotin itu memiliki nilai 6, nilai yang tinggi. Artinya dari sekian banyak orang yang menggunakan nikotin maka kira-kira ada sekitar 30-40% yang akan jatuh kedalam keadaan adiksi.
9
Ini adalah perbandingan resiko adiksi di mana di sini diperlihatkan bahwa tembakau, itu yang pernah menggunakan itu sekitar 75,6%, dan yang menjadi adiksi 24,1% artinya resiko adiksinya itu adalah 31,9. Sedangkan alkohol itu yang pernah pakai 95,5%, yang adiksi 14,1 resiko adiksinya adalah 15,4. Apakah ada tanaman yang mengandung nikotin? Ada beberapa tanaman antara lain kentang, itu mempunyai kadar nikotin adalah kurang dari 10 mikrogram per kilogram berat kentang, tomat itu kurang dari 10 mikrogram per kilogram berat tomat, tembakau itu adalah 18.500.000 mikrogram per kilogram tembakau. Artinya, di dalam tembakau kadar nikotin tersebut sangat tinggi. Apakah setelah merokok tembakau terdapat nikotin di dalam darah? Ya, terdapat. Itu kita bisa lihat pada gambar sebelah kiri atas itu terlihat kadar nikotinnya itu meningkat sampai sekitar 15 nanogram permililiter dan pada kadar ini itu efek untuk timbulnya rasa nyaman, rasa enak itu sudah bisa dirasakan oleh si pemakai. Apakah merokok tembakau dapat menimbulkan gangguan kesehatan ini? Ya, dapat menimbulkan kanker, kanker pada paru, pada rongga mulut, faring, laring, dan isofagus, bisa menimbulkan masalah pada pembuluh darah jantung dan otak seperti terjadinya stroke, terjadinya serangan jantung, terjadinya angina, yaitu pembulu koroner yang menyempit, ketidaklenturan pembuluh arteri, dan peningkatan tekanan darah. Pada wanita hamil itu bisa terjadi arbortus, kelainan kongenital pada janin, seperti bibir, dan palacum menjadi sumbing, palacum itu adalah langit-langit dari rongga mulut, kelainan jantung. Pada Ibu menyusui itu produksi air susu Ibunya itu akan menurun dan ini berdampak kepada pertumbuhan anak, demikian juga bisa menimbulkan penyakit paru kronik oksutif, pulkus fertikem, mempercepat monopause pada wanita dan terjadinya estoporosis, jadi kerapuhan dari pada tulang. Berapa banyak nikotin dalam rokok? Diperkirakan untuk satu batang rokok yang biasa itu kira-kira sekitar 10 miligram nikotin. Rokok premium itu mengandung 400 miligram nikotin. Sedangkan untuk menimbulkan suatu efek, euphoria atau rasa senang tadi itu kadar 1 sampai 2 miligram nikotin itu sudah bisa menimbulkan rasa senang sehingga memicu untuk mengunakan kembali, mengunakan kembali. Selain nikotin apakah asap rokok tembakau mengandung zat lain? Ya, mengandung sekitar 4.000 zat kimia dan sekitar 60 diketahui merupakan penyebab dari pada kanker. Mengenai farmakologi nikotin. Nikotin ini mudah sekali diserap melalui berbagai macam cara melalui inhalasi, melalui oral, ditelan, melalui membran mukosa, dan kulit. Melaui inhalasi efek rangsang terhadap susunan efek pusat itu terlihat jelas dalam 7 titik. Nikotin ini akan didistribusikan secara luas bisa melewati blood brain barrier, pesawat darah otak, bisa melewati plasenta yang kita sebut sebagai urih dan juga dan juga terdapat di dalam air susu ibu.
10
Obat ini atau nikotin ini dimetabolisme di hati dan dieksresikan, dikeluarkan melalui ginjal, baik dalam bentuk utuh maupun dalam bentuk metabolit yang kita kenal kortinet, kadar puncak plasma umumnya dicapai antara 15 sampai dengan 30 menit setelah zat tersebut dikonsumsi. Dia berada, mempunyai waktu paruh 1 sampai dengan 2 jam artinya di dalam tubuh obat ini atau zat ini bisa berada sekitar 4 jam-an dan kemudian akan berkurang. Keracunan. Kalau kita mengonsumsi nikotin dalam dosis yang relatif kecil perangsangan simpatis lebih dominan. Sedangkan pada dosis besar rangsangan para-simpatis yang akan dipengaruhi, dan akan terjadi blokade syaraf otot, dan akan timbul efek pada susunan syaraf pusat berupa muntah dan kejang. Dosis mematikan dari pada nikotin ini adalah 40 sampai dengan 60 miligram. Tanda keracunan yang terlihat itu pening, mual, muntah, pucat, berkeringat, nyeri perut, salifasi, lakrimasi. Salifasi itu artinya cairan, cairan ludahnya itu bertambah banyak. Lakrimasi itu artinya airmatanya bertambah banyak. Ya, diare, diagitasi jadi dia mudah membuat keributan jadi mengamuk, kejang. Pada awal akan terjadi tahikardi dan hipertensi tetapi selanjutnya akan terjadi bradikardi dan hipotensi, yang pada akhirnya kalau dosisnya besar akan menimbulkan kematian. Kesimpulan, nikotin tergolong zat adiktif. Nikotin terdapat dalam tembakau, dalam kadar yang cukup besar. Rokok tembakau mengandung nikotin sehingga merokok tembakau itu dapat menimbulkan ketergantungan psikologis fisik dan toleransi. Asap rokok tembakau mengandung bahan kimia yang dapat memicu terjadinya penyakit kanker, penyakit paru-paru serta gangguan kesehatan lainnya. Demikianlah, Hakim Mahkamah Konstitusi yang dapat saya sampaikan mengenai nikotin dan hubungannya dengan rokok. Terima kasih. Assalamualaikum Wr.Wb. 26.
KETUA : ACHMAD SODIKI Terima kasih, Dr.Widyastuti.
27.
Prof.
Amir.
Saya
persilakan
kepada
ahli
AHLI DARI PEMERINTAH : WIDYASTUTI SOEROJO Yang Mulia, izinkan saya mengunakan power point. Yang Mulia, Ketua Mahkamah Konstitusi, para Hakim Majelis Konstitusi dan Hadirin sekalian, Assalamualaikum Wr.Wb. Pada kesempatan ini saya ingin mempresentasikan perspektif kesehatan masyarakat terhadap Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan sebagai mandat Undang-Undang Dasar 1945. Kesehatan tidak memihak, kalau saya katakan kesehatan masyarakat,
11
bukan kesehatan golongan masyarakat tapi kesehatan bagi seluruh warga masyarakat karena kesehatan adalah universal sifatnya. Undang-Undang Dasar 1945 mengamanatkan bahwa setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan dan ini berlaku bagi kita semua. Lanjut, mandat itu, amanat itu kemudian ditegaskan lagi dalam UndangUndang Nomor 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia, Pasal 9 ayat (3) mengatakan bahwa “Setiap orang berhak atas lingkungan hidup yang baik dan sehat” dimana perlindungan, pemajuan, penegakkan, dan pemenuhan hak asasi manusia adalah tanggung jawab negara terutama pemerintah. Ini ditegaskan di dalam Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 28I ayat (4). Perkenankan saya untuk melakukan, menyandingkan dua subyek yang serupa yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan. Serupa karena keduanya merupakan satu produk yang diawasi oleh Badan POM. Yang pertama adalah sediaan farmasi dan alat kesehatan tercantum di dalam Pasal 104 ayat (1) dan Pasal 98 ayat (3) dan pengamanan zat adiktif, kedua-duanya setara karena kedua-duanya adalah produk yang di awasi oleh Badan POM. Lanjut. Kita melihat pada Pasal 104 yang akan kita bandingkan dengan Pasal 113 ayat (1), (2). Dikatakan pengamanan sediaan farmasi dan alat kesehatan diselenggarakan untuk melindungi masyarakat dari bahaya dan seterusnya, sementara Pasal 113 mengatakan pengamanan penggunaan bahan yang mengandung zat adiktif diarahkan agar tidak mengganggu dan membahayakan kesehatan. Saya tidak melihat ada perbedaan di dalam kedua pasal tersebut, tidak ada kata larangan di dalam Pasal 113. Artinya bahwa masih dibenarkan orang untuk memproduksi atau melakukan kegiatan yang berhubungan dengan zat adiktif yang disebutkan di sana adalah tembakau. Tidak ada upaya, tidak ada keinginan dari undang-undang ini untuk melakukan diskriminasi antar keduanya, keduanya duduk sama tinggi, sama rendah dan keduanya sama-sama hendak diatur, di sini maknanya adalah pengaturan. Lanjut, Pasal selanjutnya, mengatakan bahwa harus memenuhi standar mutu pelayanan demikian juga dengan Pasal 113 ayat (3) harus memenuhi standar dan atau persyaratan yang ditetapkan. Saya tidak melihat ada kesalahan di sana, setiap saat perlu di berikan standar kita perlu memenuhi suatu kualifikasi, suatu kualitas standar tertentu. Pasal-pasal ini tidak mematikan produksi persediaan farmasi tentunya, sama halnya pasal-pasal yang berkaitan dengan zat adiktif yang tercantum dalam Pasal 113 tidak mematikan produksi atau produsen tembakau, petani tembakau dan pekerja industri rokok. Lanjut, dari perspektif pelindungan kesehatan masyarakat, saya tidak melihat adanya diskriminasi tidak ada diskriminasi perlakuan antara sediaan farmasi dan zat adiktif, pengamanan sediaan farmasi tidak berbeda
12
dengan pengamanan zat adiktif, di mana setiap orang berhak bebas dari perlakuan yang bersifat diskriminatif atas dasar apapun dan berhak mendapatkan perllindungan terhadap perlakuan yang bersifat diskriminatif hal ini dilindungi oleh Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 28I ayat (2). Berikutnya, tidak melarang dan tidak mematikan hak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi petani tembakau. Ini sudah memenuhi ketentuan Undang-Undang Dasar Pasal 27 ayat (2) tidak melarang dan tidak mematikan hak untuk hidup dan mempertahankan kehidupan bagi petani tembakaupun memenuhi ketentuan UndangUndang Dasar Pasal 28A. Dengan demikian dari perspektif kesehatan masyarakat saya melihat bahwa Undang-Undang Kesehatan telah mewujudkan mandat Undang-Undang Dasar 1945 dan karenanya tidak bertentangan dengan Undang-Undang Dasar 1945. Saya katakan ini tanpa apreori apapun, saya sebagai ahli kesehatan masyarakat yang melihat kesehatan adalah universal, adalah hak setiap orang bukan hak golongan. Masalahnya adalah mengapa pengertian zat adiktif pada Pasal 113 ayat (2) hanya ditujukan pada satu jenis tanaman pertanian yaitu hanya pada tembakau saja. Kita lihat karena yang dipermasalahkan adalah tanaman, saya mencoba untuk melihat jenis tanaman yang mengandung zat adiktif. Ini sudah habis kita tuliskan, saya kira masih ada di bawah ini barangkali, bukan di bawah ini itu masih ada daftarnya kalau saya tidak salah, masih ada. Bukan yang tadi itu daftar kebawahnya. Oke, itu masih ada kentang, kopi dan sebagainya. Ya, kita kembali ke slide yang tadi mohon kembali, ya. Kita melihat tiga yang di atas carnadisatifa, iritroksilon, papasiroumperun ketiga-tiganya adalah zat adiktif jangan dibedakan antara narkotik, psikotrofik dan zat adiktif. Zat adiktif adalah karakter, karakter ini bisa berlewat pada narkotik bisa pada, terdapat pada psikotrofik dan terdapat pada zat adiktif lain ketiganya telah di calfort telah di masukan ke dalam Undang-Undang Narkotika Nomor 35 tahun 2009. Nikoliana Tawako yaitu tembakau mengadung nikotin dalam jumlah yang cukup besar 18 juta mikrogram per kilogram karakteristiknya adalah adiktif plus tidak ada yang bisa mengingkari bahwa nikotin, tembakau mengandung nikotin plus zat-zat kimia lainnya. Ini yang dimaksudkan dalam Undang-Undang Nomor 36. Kemudian ada tanaman-tanaman lainnya mengandung zat adiktif kentang, tomat, paprika, terong, kopi, coklat, teh itu ada daftarnya dan semuanya mengandung zat adiktif dalam konsultatif yang sangat kecil tidak ada pengaruh ketagihan dan karenanya tidak di cover oleh Undang-Undang. Lanjut, ini sudah dipresentasikan tadi, tapi saya ingin menekankan pada aspek pertama yaitu aspek dependens National
Institute on Drug Reviews research report series on two people addiction
tahun 1994 mengatakan bahwa orang berhenti dari merokok lebih sulit dari pada berhenti karena heroin dan kokain dan ketika kita lihat ratingnya, memang betul, bahwa tingkat dependentsnya adalah tertinggi yaitu 6, dan karena ini pulalah tidak perlu terlalu di khawatirkan, bahwa 60 juta rakyat Indonesia akan terlantar, akan tidak disuplai kebutuhan
13
nikotinnya oleh petani tembakau, petani tembakau masih mempunyai tempat di Negara Republik Indonesia ini. Kata krisis produk tembakau. Daun tembakau mengandung 2.550 bahan kimia setelah dibakar terjadi gas maka bahan kimianya naik menjadi 4.000. 43 diantaranya bersifat karsinogenik. Angka 43 ini berkembang, yang terakhir adalah 69, 40, 43 kemudian 50 kemudian sekarang 69. Addictive tadi sudah katakan apa cirinya, cirinya adalah Addictive, ketergantungan fisik, adanya calving keinginan sangat ingin merokok yang tidak tertahankan, adanya white trowel efek yaitu efek sakau kalau berhenti jadi uring-uringan, nggak bisa konsentrasi, nggak bisa tidur dan sebagainya. Efek psikologis, ini adalah efek three informants, artinya ketika pun dia sudah berhenti merokok, dia melihat asap atau dia melihat iklan atau dia melihat, dia akan tertarik untuk merokok lagi. Herspikologis, juga mereka yang sudah tahu ini menggakibatkan sakit, tetap merokok kerena dia tidak tahan, ada efek psikologis, dan Tularan spiterektus, artinya dosisnya senantiasa meningkat sesuai dengan kebutuhan tubuhnya akan adiksi. Ini adalah wujud salah satu bukti saja, kaya apa sih adiksi itu? gambaran Ardi merupakan satu contoh bagi kita semua, bahwa ketika Ardi tidak mendapat rokok dia marah dan berteriak-teriak, membenturkan kepalanya di dinding, dia mengaku kalau dia merasa pusing dan sakit jika tidak merokok. Ardi bukan seorang diri karena ada lagi Maulana, ada lagi Sandi sama. Ini hanya salah satu contoh bagaimana adiksi dan karena adiksi ini mempunyai dua sisi, di satu pihak merugikan, dilain pihak adiksi ini tidak usah menghawatirkan petani karena adiksi nya ini, tapi apakah kita akan menginginkan semua orang teradiksi? Nah, itu kembali kepada nurani kita masing-masing. Adiksi ini anti plus, plus apa? Plus dengan 4.000 bahan kimia, 43nya penyebab kanker. Lanjut, saya mau memberikan contoh apa ya betul? Betul sekali, penelitian ini barusan aja dilakukan tahun 2006 di Kecamatan Jagakarsa, Kecamatan Jagakarsa adalah kecamatan yang daerah resapan air, untuk melihat, untuk membedakan, untuk mengeliminir kemungkinan adanya kadar satoksi, debu satoksi lain oleh pabrik industri atau oleh jalan tol. Di sana resapan air itu jauh sekali dari kemungkinan-kemungkinan lain dan diindentifikasi bahwa kadar soktosi yang di isap oleh pekerja perokok dan bukan perokok sudah 4 kali ambang normal. Ketika urinnya diperiksa maka konsentrasi seamarkernya, konsentrasi dan soal vapirin atau kasinogen di dalam tubuh perokok dan bukan perokok itu pada tingkat bahaya sedang, artinya apa? Artinya bahwa nyata ada kanker, ada bahan pembentuk kanker yang di isolasi baik ditubuh perokok maupun ditubuh bukan perokok pada tingkat bahaya sedang.
14
Yang ketiga, konsumen tidak tahu karakteristik produk, mengapa? Karena hampir 80% perokok pemula itu berusia remaja kurang dari 19 tahun karena dampak kesehatan tidak segera kelihatan, lama baru kelihatan karena peringatan kesehatannya tidak efektif hampir separuh konsumen tidak percaya. Kita melihat Negara Republik tercinta ini peringatan kesehatan bentuknya seperti itu, tulisan kecil-kecil banyak pesannya dan sangat nggak efektif, itu adalah rokok yang di jual di pasar dalam negeri. Sementara rokok yang di jual di pasar luar negeri menggikuti aturan dari Negara dimana rokok tersebut di export karena Negara tersebut menghargai hak asasi, hak atas masyarakat akan infomasi yang benar dan rokok-rokok kita sangat patuh kepada aturan tersebut. Saya harapkan kemudian juga akan patuh di Negara sendiri. Lingkungannya sangat kondusif, tidak ada aturan dan ini yang menjadi alasan, produk tembakau ini kan produk legal, dijual oleh industri legal, ini menjadi salah satu alasan. Barang kena cukai, di samping rokok, ada ethyl alcohol, dan minuman yang mengandung ethyl alcohol jelas sekali di sana dikatakan bahwa barang yang punyai sifat karakteristik konsumsinya perlu dikendalikan, saya kira kita belum sampai pada pengendalian konsumsi sampai detik ini peredarannya perlu di awasi, di akui bahwa pemakaiannya berdampak negatif bagi kesehatan masyarakat atau lingkungan hidup dan bahwa karenanya perlu di kenakan cukai. Siapa pembayar cukai? Bukan industri rokok tapi adalah masyarakat termasuk masyarakat miskin. Dampak sosial adiksi nikotin sekarang dan mendatang, mengapa? Hendaknya kita sudah mulai memikirkan bukan hanya sekarang tapi bagaimana generasi yang akan datang. Perokok tidak mempunyai pilihan bebas lagi, sulit sekali untuk berhenti merokok dari hampir 80% ingin berhenti merokok, hanya kurang dari 50% yang berhasil berhenti tanpa bantuan, Ini satu catatan lagi bagi para petani tembakau. Epidemi tembakau global, jumlah perokok dunia saat ini 1,3 milliar dan Indonesia mendapatkan juara ke 3 urutan ke 3 dengan jumlah 60 juta perokok bagaimana tentang 60 juta perokok dengan tingkat difendentsi rating 6 akan ramai-ramai berhenti merokok, tentunya tidak mungkin 60 juta perokok Indonesia akan tetap merokok sekian dekade ke depan. Sayang sekali, perokok itu bukan monopoli orang kaya merokok itu juga menjadi perilaku kelompok-kelompok seperti ini dan antaranya pengemis saya tertarik pada pengemis ini, lanjut, kita melakukan survei pada anak jalanan kita melihat-melihat bahwa pervalansi merokok anak jalanan itu 60% ini kita lakukan di jalur kereta rel kereta api Jakarta Bogor. 64% berpenghasilan kurang dari 20.000 sehari sementara 60% tersebut mengeluarkan 6 sampai Rp. 20.000,- per hari untuk membeli rokok, ini ada tukang ngamen, ada tukang semir sepatu, ada pengangguran dan ada juga pengemis. Kita melihat trend adiksi pada kelompok masyarakat rentan, baik di tingkat pendidikan maupun tingkat pendapatan.
15
Kita melihat tidak sekolah dan tidak tamat SD versus tamat Perguruan Tinggi, kita melihat trendnya meningkat pada yang tidak sekolah dan tidak tamat SD, juga pada pendapatan yang termiskin trendnya meningkat dibandingkan dengan kelompok yang kaya. Ini dampak ekonomi pada rumah tangga kelompok miskin, bahwa belanja rokok menempati urutan kedua setelah padi-padian dan angka ini konsisten dari tahun ke tahun dari 2003 sampai 2007 menurut hakdatasusenas. Apa yang terjadi? Kesempatan yang hilang pada keluarga miskin untuk biaya makanan bergizi, pendidikan dan kesehatan bisa dihitung sendiri per porsi pengeluaran untuk tembakau sirih jauh melebihi dari per porsi pengeluaran pendidikan, kesehatan, ikan, daging, telur, susu dan sebagainya. Kurang gizi pada balita keluarga miskin surveinya ini cukup besar seluruh Indonesia 350.000 keluarga miskin dan ini adalah multy country yang kita melihat bahwa pengeluaran kepala keluarga untuk merokok keluarga miskin khususnya telah menggeser pengeluaran rumah tangga untuk makanan, untuk dari makanan ke rokok. Kita melihat dampak kematian pada balita dimana ayah yang merokok tingkat kematiannya, di tingkat kematian balitanya lebih tinggi dari ayah yang tidak merokok dan beda ini cukup bermakna. Potensi korban adiksi jangka panjang ini kita melihat anak-anak kita di masa depan trend privaliancy perokok kelompok umur 15-19 tahun yang meningkat 3 kali lipat dalam 10 tahun mendatang. Ancaman hilangnya sebuah generasi, perokok pemula ini yang menjadi keprihatinan kita perokok pemula, kalau yang sudah perokok lama ya biar saja lah kakinya separo sudah ada di liang sana. Tapi kalau ini perokok pemula kita melihat 1995 sampai 2001 selama 6 tahun peningkatannya 64 sampai ke 68%. Sementara hanya dalam waktu 3 tahun berikutnya peningkatannya sudah 2 kali lipat. Peningkatan perokok pemula kelompok terkecil dan kita sudah melihat tadi kasus-kasusnya di Malang dan sebagainya itu sudah ada contoh. Kematian berhubungan dengan kosumsi produk tembakau ini yang selalu menjadi kontrovesi, mana sih yang mati? Berapa jumlahnya? Berapa namanya, dimana? Alamatnya dimana? Tembakau tidak merupakan sebab kausal tetapi adalah faktor resiko. Faktor resiko artinya begini, dari yang merokok berapa persen akan menderita penyakit A atau penyakit B, ketika faktor resiko dan ini tembakau ini merupakan fakor resiko dari 8 penyakit utama di dunia, 6 dari 8. 2 yang tidak termasuk adalah HIV AIDS dan diare tapi yang lainya ada faktor resiko tembakau, ketika faktor resiko itu dikumpulkan jumlahnya 5,4 juta tunggal jadi single agent of dave tunggal dibandingkan dengan faktor-faktor penyebab kematian yang lain. Jadi, adalah tembakau adalah yang tertinggi. Diakui oleh Philip Morris smoking is addictive and causes many serious this it is, apa lagi yang harus kita katakan ketika yang punya industri sudah mengatakan ini dan bisa di lacak di website. Dampak pada biaya kesehatan karena kematian yang berhubungan dengan tembakau dampak ini bagaimana dihitung? Dihitung dari data susenas kemudian dilihat resikonya berapa?
16
Unit cosh dihitung dari rumah sakit hasilnya seperti ini, bahwa kematian karena tembakau itu ekonomi closenya itu 7 setengah kali lipat penerimaan cukai 2001 atau 5 kali lipat penerimaan cukai tahun 2005, cara penghitungannya seperti itu bisa dilihat pada hasil studynya Dr. Suata Kosen. Apa kata produsen rokok? Sangat sedikit konsumen yang sadar akan efek nikotin yaitu bahwa nikotin adalah adiktif, nikotin adalah racun ini terlalu keras malahan menurut saya. Diakui lagi bahwa kita ini pada dasarnya ada di bisnis nikotin kalau saja kontrol terhadap nikotin cukup efektif maka itu akan memberikan hasil yang signifikan pada produk yang setara dan akan menghemat biaya. Phillip Morris mengatakan saya yakin bahwa yang kita jual adalah nikotin. BAT mengatakan bahwa, dikatakan bahwa merokok itu adalah hebits, adalah kebiasaan yang paling adiktif, bahwa nikotin adalah adiktif, sangat adiktif. So, pasti sudah jelas bahwa sebagian besar orang akan terusmenerus merokok, karena mereka tidak bisa untuk berhenti. Kalau bisa mereka akan melakukan seperti itu, mereka sudah tidak lagi bisa untuk dikatakan membuat suatu keputusan dewasa, karena mereka sudah terjerat. Apa yang saya katakan ini? Saya sangat bangga dengan yang terakhir, fair. Lets face the fack. Marilah kita lihat kenyataan, bahwa asap tembakau itu secara biologis aktif atau aktif di dalam badan. Bahwa nikotin merupakan unsur farmakologi yang sangat poten. Dan ini diketahui oleh semua Ahli Toskiologi, Ahli Fisiologi, Dokter semua Ahli kimia semua tahu itu. Dan ini bukanlah secret, ini adalah bukanlah rahasia. Kesimpulannya Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan memberikan perlindungan bagi seluruh warga masyarakat tanpa kecuali sesuai mandat Undang Undang Dasar 1945. Perlindungan terhadap produk tembakau sebagai zat adiktif tidak melarang usaha pertanian tembakau apalagi mematikan mata pencaharian petani dan tidak bertentangan dengan Undang Undang Dasar 1945. Sifat adiktif pada nikotin sangat kuat, studi menunjukan bahwa berhentinya merokok lebih sulit daripada menghentikan ketagihan heroin dan kokain, tadi sudah ada referensinya. Adanya 60 juta perokok aktif yang ada di indonesia saat ini sudah mengindikasikan jaminan kelangsungan pertanian tembakau beberapa dekade mendatang. Sekian dari saya Yang Mulia. Terima kasih. Wassalamualaikum wr. wb 28.
KETUA : ACHMAD SODIKI Terima kasih, Dr. Widyastuti. Kami persilakan kepada Bapak Ahmad Hudoyo.
17
29.
AHLI DARI PEMERINTAH : AHMAD HUDOYO Bapak Hakim Yang Kami Muliakan, para Hadirin yang kami hormati. Selamat siang dan Salam sejahtera. Assalamualaikum wr. wb. Saya, Dr. Ahmad Hudoyo Spesialis Paru konsultan Onkologi paru. Atau konsultan kanker paru. Perkenankanlah pada pagi hari ini akan memberikan kesaksian tentang kanker paru sebagai sesuatu yang penyakit yang mematikan. Karena kanker paru masih sulit disembuhkan, dengan angka bertahan hidup 5 tahun yang paling rendah dibandingkan dengan kanker-kanker yang lain. Ini adalah salah satu contoh kanker prostat yang alhamdulillah dengan teknologi kedokteran sudah bisa diatasi dengan baik dengan angka tahan hidup 5 tahun mencapai 96%. Kanker payudara demikian juga dengan teknologi kedokteran sudah hampir bisa disembuhkan dengan angka tahan hidup 5 tahun mencapai 86%. Kanker usus juga bisa dikatakan disembuhkan dengan angka tahan hidup 61%. Sayang untuk kanker paru, meskipun teknologi kedokteran sudah demikian maju, angka tahan hidupnya hanya 15% jauh di bawah kanker-kanker yang lain. Di Persahabatan pernah dilakukan penelitian dan angka hidup 1 tahun hanya 11%. Nah, bagaimana dengan nasib penderita kanker paru? Kanker paru bisa disembuhkan kalau stadiumnya masih dini, stadium 1 dan 2. Di seluruh dunia, di negara maju yang stadium 1 dan 2 masih bisa dioperasi, masih bisa disembuhkan hanya 10 sampai 20%. Oleh karena, itu nasib dari 80 sampai 90% kasus kanker paru tidak bisa disembuhkan. Kalau ada penderita kanker paru, datang berobat ke Singapura atau ke Jerman atau ke Jepang atau ke Amerika dokter langsung mengatakan kalau stadiumnya 3 dan 4 Bapak silakan kembali ke Indonesia karena umur Anda tinggal 3 bulan atau 6 bulan. Tapi hal itu tidak mungkin kita ucapkan untuk pasien-pasien orang Indonesia. Oleh karena, itu kami buatkan semacam tabel yaitu masa tengah tahan hidup. Jadi, pasien kanker paru untuk orang Indonesia 90% datang sudah terlambat stadium 3 dan 4 kami berikan tabel seperti ini. Umur ditangan Tuhan. Bisa 5 tahun, bisa 10 tahun semua tergantung kepada Allah SWT. Tapi rata-rata 50% adalah 6 bulan. Inilah keadaan pasien-pesien kanker paru yang datang di Rumah Sakit Persahabatan, 90% lebih sudah di stadium 3 dan 4, sehingga tidak disembuhkan dan tidak mungkin disembunyikan lagi. Yang bisa di operasi hanya 1,3%, artinya orang Indonesia yang kena Kanker Paru yang bisa disembuhkan hanya 1,3%. Yang lainnya menunggu takdir. Nah, benarkah tembakau yang kemudian dibuat rokok bisa menyebabkan kanker paru? Untuk membuktikan tidak mudah. Karena tidak ada orang yang mau dilakukan percobaan seperti binatang. Pada binatang percobaan bisa dilakukan pada anjing dinamakan trakhiostomi. Jadi, saluran nafasnya diberi lubang, kemudian asap rokok dimasukkan. Setiap bulan kemudian dibiopsi dilakukan penelitian patologi anatomi. Setelah sekian bulan terjadi perubahan-perubahan seperti kanker. Nah, untuk mengetahui bagaimana rokok ini, dibuktikan sebagai
18
penyebab kanker paru ada beberapa cara yaitu dengan observasi, data etidomologi, studi longtudinal, kasus kontrol dan eksperiental. Dari studi Cohort pernah dilakukan penelitian oleh Dol & Hill tahun 1950. Semua dokter-dokter di Inggris, waktu itu masih banyak yang merokok diberikan kuesioner. Kemudian dilihat perkembangannya sampai mereka dokter-dokter Inggris ini meninggal semua. Di sana kita tahu, bahwa setelah meninggal harus diotopsi. Yang tidak merokok resiko untuk meninggal karena kanker paru: 1. Kalau menghisapnya hanya surp srup, kemungkinannya 10 kali. 2. Tapi kalau mengisapnya surp….. aaaahh…., kemungkinan akan meninggal 20 kali. Timbullah teori yang disebut sebagai hubungan sebab akibat atau doss relationship. Hal ini penting untuk membuktikan bahwa zat itulah yang menyebabkan, contoh kalau kita demam tinggi 40 derajat celsius, apakah benar yang menurunkan suhu tubuh kita, paracetamol atau panadol atau karena faktor kebetulan. Maka cara yang paling mudah untuk membuktikan adalah dengan doss relationship. Artinya kalau kita memakai tablet panadol 1/4, maka hanya turun 1 derajat masih demam. Kalau kita coba 1/2 tablet, artinya 250 miligram, turun 2 derajat. Kita coba 3/4 turun 3 derajat. Kita pakai 500 derajat, alhamdullilah demamnya hilang. Artinya benar, obat itulah yang menyebabkan penurunan suhu tubuh. Begitu juga dengan rokok. Kadar tar-nya makin rendah, kemungkinan kecil. Kadar Tar-nya makin tinggi, zat karsinogen makin tinggi, berarti kemungkinannya bisa 20 kali lipat. Itulah yang disebut sebagai doss relationship dan itulah salah satu bukti bahwa zat karsinogen dalam asap rokok dapat menyebabkan kanker. Dari observasi, pada waktu itu di Inggris orang tidak tahu. Apa itu kanker paru? Tetapi semua pasien yang otopsi, lho di dalam paruparunya kok ada seperti kembang kol, kemudian diperiksa di laboratorium, ciri-cirinya persis kanker. Berkembang cepat, menyebar, akhirnya diteliti, penyebabnya apa? Oh, kemungkinan karena cerobong asap. Karena waktu itu di Inggris masih banyak asap untuk pemanasan rumah. Kemudian diteliti lagi penyebabnya, mungkin dari makanan. Terlalu banyak keju, atau yang lain. Kemudian setelah diteliti, ternyata dari anamesis, dari 10 pasien kanker paru ternyata sembilannya merokok. Data etidomolog menunjukkan orang yang tidak merokok pun bisa kena Kanker Paru. Tapi jauh berbeda dibanding dengan yang merokok terkena kanker Paru. Studi eksperimental, bisa dengan percobaan binatang, bisa dengan kultur jaringan, dan bisa dengan biologi monopuler. Nah, Bapakbapak dan Ibu Hakim Yang Kami Muliakan, di dalam tubuh kita sebenarnya sudah ada keseimbangan. Keseimbangan antara gen pencetus kanker dan gen penekan pertumbuhan kanker. Dibuat seimbang oleh Tuhan sedemikian rupa. Juga ada oksidan dan anti oksidan, sehingga memungkinkan orang yang sudah merokok 100 tahun
19
tetap sehat. Berkat Rahmat Allah, oleh karena di dalam tubuh sudah dibuat obatnya. Tergantung bagaimana kita menyiasatinya. Salah satu surat di dalam Al-Muluk dikatakan, kamu sekali-kali tidak akan melihat pada ciptaan Tuhan Yang Maha Pemurah, sesuatu yang tidak seimbang. Maka lihatlah berulang-ulang adakah sesuatu yang tidak seimbang? Nah, keseimbangan inilah yang ada di dalam tubuh kita, nah, tergantung kita. Pengetahuan makin berkembang seharusnya kalau kita tahu bahwa rokok bisa menganggu keseimbangan, alangkah baiknya kita mencegah dari pada mengobati. Pemanfaatan daun tembakau. Selain untuk rokok, cerutu, susur dinang. Ternyata alhamdulillah dengan kemajuan teknologi tembakau bisa dijadikan zat pengawet, pengawet untuk bambu, pengawet untuk kayu yang bisa kita export. Bisa mewarnai kain sutera. Bapak-bapak Hakim dan Ibu-ibu Yang Kami Muliakan, ayah saya dulu pengusaha batik di Solo, waktu itu belum model sutera dan ayah saya mencoba untuk mewarnai sutera dengan sogogenes, selalu gagal, karena kain sutera sangat sulit untuk diwarnai. Ternyata dengan memanfaatkan tembakau, alhamdulillah bisa, dengan warna yang persis dengan sogogenes, sehingga mempunyai nilai lebih dari batik dari kain sutera tersebut. Zat-zat lain yang bisa dimanfaatkan, tembakau juga bisa untuk bio pestisida, dan yang penelitian terakhir, karena ini dilombakan sebagai karya ilmiah, banyak-banyak penelitian untuk pemanfaatan daun tembakau. Salah satunya sudah diteliti bahwa ternyata daun tembakau bisa…, Ekstraknya bisa untuk obat kencing manis, kemudian juga bisa dibuat…, Kalau tadi tembakau menjadi rokok menjadi kanker, maka dari daun tembakau dengan rekayasa genetik bisa dijadikan obat anti kanker, alhamdulillah. Oleh karena itu, kalau di izib bapak dan ibu-ibu petani di Madura kalau masih mau, monggo ke Kalimantan kembali, kita ubah lahan gambut menjadi lahan tembakau, karena lahan gambut yang tidak dimanfaatkan ini kalau terbakar bisa mengganggu kesehatan oleh karena karbonnya tinggi. Sehingga Indonesia menjadi negara polusi ke-3 di seluruh dunia oleh karena terbakarnya ladang gambut. Nah, kita ubah ladang gambut menjadi ladang tembakau terutama untuk jenis ganjah kenongo. Bapak-bapak dan Ibu Hakim sekalian kalau tidak salah ganjah kenongo ini varitas lokal. Tahan banting. Kenapa daun tembakau menjadi idolanya para dokter? Oleh karena daun tembakau ini oleh ahli genetika dan ahli biologi populer merupakan daun yang paling mudah direkayasa, cepat berubah DNA sifatnya sehingga sangat efisien untuk penelitianpenelitian. Jadi marilah, kalau perlu nanti saya sebagai dokter belajar untuk menanam tembakau, karena kami akan bisa metik hasil daun tembakau ini kita akan kami jadikan obat kanker paru-paru. Insya allah. Nah, apakah ini akan berubah atau tidak, ada salah satu ayat waktu saya SMP menjadi idola karena pernah diutarakan oleh bung Karno. Al Hujarat Ayat (13) “Tidak berubah nasib suatu bangsa, bila bangsa itu tidak mau merubah nasibnya sendiri”. Semuanya perlu kesabaran. Nah, kami juga mau menghimbau kepada pemerintah supaya anggaran untuk penelitian-
20
penelitian dinaikkan, supaya dengan penelitian ini petani tembakau makin kaya, karena kita bisa mengeksport obat anti diabetes kita bisa mengeksport obat kanker paru dengan nilai tambah yang sangat tinggi berlipat-lipat kali, tapi semua perlu kesabaran. Innaulaha ma’asabirin,
assalamu’allaikum wr.wb.
30.
KETUA : ACHMAD SODIKI Terima kasih Pak Dr. Hudoyo. Kami persilakan kepada Bapak Prof. Ari Setyawati…, Ibu Ari Setyawati!
31.
AHLI DARI PEMERINTAH : ARINI SETIAWATI Yang Mulia Ketua Mahkamah Konstitusi dan para Anggotanya, dan para hadirin yang saya hormati. Saya akan membawakan mengenai perokok dan adiksinya. Saya dari bagian farmakologi di fakultas kedokteran Universitas Indonesia. Ya, next! Kalau kita lihat adiksi itu definisinya di kamus kedokteran Dorlan dikatakan ketergantungan fisik atau psikis pada suatu zat, misalnya alkohol atau obat, dengan tendensi selalu meningkatkan penggunaannya. Kalau menurut kamus kedokteran statmen, ketergantungan fisik dan psikis habitual pada suatu zat atau suatu kebiasaan yang terjadi diluar kendali. Jadi kita tidak bisa mengendalikan diluar kemampuan kita. Kalau Depkes Amerika Serikat mengatakan penggunaan paksa meskipun sudah tahu bahwa itu merusak individu atau masyarakat dan perilaku mencari obat dapat menjadi preseden dari prioritas yang penting. Ya, adiksi merokok itu setelah rokok. Rokok kita tahu mengandung nikotin antara 6 sampai 11 miligram, setelah dihisap 1 sampai 3 miligram, bisa juga bervariasi sampai tiga kali lipat tergantung dari cara menghisapnya akan masuk otak dalam beberapa detik, melalui peredaran darah paru. Dan berikatan dengan sektor nikotin di suatu area yang disebut VTA di otak tengah. Kemudian ikatan nikotin dengan reseptornya itu akan menyebabkan pengelepasan Dopamin di nucleus akumbens. Yang ada disebelah kiri itu. Dan pengelepasan dopamin ini dihubungkan dengan sistim reward atau ganjaran. Ikatan nikotin dengan reseptornya menyebabkan pengelepasan dopamin, kemudian dopamin akan menimbulkan perasaan senang (pleasure) dan tenang (kalem). Penurunan dopamin sewaktu tidak merokok, menimbulkan gejala putus nikotin. Gejala withdrowel berupa cepat marah tadi sudah dikemukakan oleh Prof Amir. Dan stress, depresi dan sebagainya. Lalu perokok itu akan creefing (ngidam) perokok itu akan ngidam nikotin agar terjadi pengelepasan dopamin untuk mengembalikan kesenangan dan ketenangan yang tadi diperoleh akibat menghisap rokok. Kita lihat disini, tadi gambar ini sudah ditunjukan oleh Prof Amir, kalau Cigarette (merokok) itu kadar nikotin dalam darahnya tinggi, lebih dari 15 nano gram per mililiter. Ini tercapai pada setiap hisapan rokok dalam waktu 7 detik. Jadi dalam waktu 7 detik
21
itu, kadar nikotinnya sudah naik tinggi sekali dan dalam waktu 7 detik sudah menimbulkan efek sentral berupa kesenangan dan ketenangan yang nyata. Kadar nikotin dalam darah yang tinggi dan tercapai dalam waktu yang sangat singkat inilah yang menimbulkan pleasure atau kesenangan yang tidak dapat dicapai dengan permen nikotin atau plester nikotin. Karena permen nikotin (nicotine gum) itu menimbulkan kadar nikotinnya itu di bawah 10, jadi kira-kira hanya setengahnya dari hisapan rokok, dan dalam waktu yang cukup panjang, 30 menit jadi rasa pleasurenya itu engga muncul, pleasure itu seperti halnya kalau orang yang kecanduan heroin itu harus disuntik atau dihisap, karena dalam waktu pendek dan kadar tinggi itulah yang menimbulkan pleasure atau kalau morfin itu menimbulkan uporia. Jadi, pleasure itu hanya bisa ditimbulkan kalau kadar nikotin disini munculnya dalam waktu singkat dengan kadar yang tinggi. Jadi kalau gum (permen) itu hanya menggantikan nikotin, tapi tidak bisa menimbulkan pleasure tersebut. Jadi karena ini begitu juga pets. Pets memang cukup tinggi hampir 15 tapi juga lama sekali berjam-jam, jadi karena lambat dan rendah jadi tidak bisa menimbulkan pleasure yang ditimbulkan oleh setiap hisapan rokok. Tapi nikotin selain menyebabkan pengelepasan dopamin, juga menyebabkan pengelepasan zat lain. Seperti norfin evinifin yang menyebabkan jadi siaga, mudah konsenterasi, kemudian nafsu makan menurun. Kemudian juga ada morfin endogen, morfin dalam tubuh kita sendiri yang disebut Engevalin. Itu menyebabkan ambang sakitnya akan meningkat kalau kita punya morfin endogen yang dilepaskan dalam tubuh. Sehingga perokok itu ngidam rokoknya itu untuk mengapatkan reward berupa kesenangan dan ketenangan. Terutama reward nya itu. Selain menghindari rasa sakit akibat withdrowel dari nikotin, ini gejalagejala sudah disebutkan tadi, jadi lekas marah, frustasi ini putus obatnya gelisah, cemas tidak tenang, sukar konsentrasi jadi kebalikan dari kalau kita merokok. Depresi, nafsu makan dan berat badan meningkat, gangguan tidur dan sebagainya. Mungkin kita mesti bedakan adiksi morfin dengan nikotin. Pada morfin, ketergantungannya terutama fisik. Memang psikis juga, tapi terutama fisik. Sedangkan pada nikotin, terutama psikis, fisik juga. Tapi terutama psikis. Sehingga gejala putus obatnya kalau pada morfin itu sakit sekujur badan, keringat dingin, demam dan dia tidak bisa untuk mengatasi itu. Jadi karena itu kalu perlu dia bisa membunuh untuk bisa mendapatkan morfin kembali. Karena krefingnya itu adalah suntikan atau hisapan morfin, heroin. Sedangkan kalau nikotin itu lebih ringan sebetulnya ketergantungannya itu lebih banyak psikis meskipun fisik juga ada tapi tidak bermakna hanya tekanan darah berubah dan sebagainya itu tidak bermakna. Cuma psikisnya lekas marah depresi, stress dan sebagainya sehingga krefingnya itu juga sama untuk menghisap rokok. Kadar darah yang dicapai tinggi, dua-duanya tinggi, morfin maupun nikotin tinggi dalam waktu singkat, dua-duanya singkat. Jadi morfin singkat, nikotin singkat kemudian morfin menimbulkan uforia, kadar tinggi dalam waktu singkat,
22
ini yang menimbulkan uforia. Jadi pada saat disuntikan itu uforia itu muncul, seperti ini juga kalau hisap itu lebih cepat dari pada suntikan, kalau dihisap itu kadar yang dicapai di dalam otak itu lebih cepat dari pada suntikan intravena sekalipun. Jadi demikian juga dengan nikotin, merokok itu menimbulkan pleasure dengan kadar yang tinggi dalam waktu yang singkat yang tidak bisa dicapai dengan pemberian nikotin cara yang lain. Sehingga disamping memang selain uforia dan pleasure itu juga kita ingin menghindari rasa sakit akibat withdrawal jadi duaduanya morfin itu withdrawal nya parah sedangkan nikotin withdrawal tidak terlalu parah. Tapi dua-duanya juga untuk menghindari rasa sakit akibat withdrawal. Ya, next kalau gejala-gejala withdrawal dari nikotin dapat diatasi dengan pemberian nikotin, tapi kesenangan dan ketenangan itu hanya bisa diperoleh dari hisapan rokok. Setelah pantang rokok selama satu malam rokok yang pertama yang dihisap di pagi hari itu memberikan perasaan yang terbaik, kadang-kadang kalau orangnya, nggak bisa menunggu sampai pagi hari tengah malam bangun juga untuk merokok. Nah, kalau begitu apa sih yang salah dengan merokok. Apa yang terkandung dalam rokok tadi sudah disebutkan, asap tembakau itu yang jahat, mengandung lebih dari 4.000 zat kimia dan lebih dari 250 itu zat yang toksik dan menimbulkan kanker, karsinogenik. Jadi contoh zat kimia dalam asap tembakau adalah aston yang juga terdapat didalam plarucart, buttan ada dicarian pemantik rokok untuk…, Cairan pemantik dari, ya mats kemudian arsin ada di…, Arsin adalah racun tikus katnium ada dibaterai mobil karbon monoksida itu ada diasap knalpot. Dan ini yang sebetulnya sangat bikin segala macam penyakit itu sebetulnya terutama karbonmonoksida. Selain yang zat-zat karsinogenik yang saya sebutkan dibawah ini toluin itu ada dipelarut industri. kemudian 3 metilcolamtrin dan benspirim tadi sudah disebutkan oleh pembicara terdahulu. Itu adalah hidrokarbon yang karsinogenik yang munculnya kalau kayu bakar…, Kalau kayu dibakar atau kertas dibakar itu akan muncul zat-zat ini, jadi, kalau misalnya kita makan ayam panggang atau sate yang dibakar itu, itu juga sebetulnya mengandung zat-zat ini. Cuma kalau jumlanya kecil ya, nggak masalah. Tapi kalau memang terus-terusan merokok ya, itu yang akan nantinya ditimbun. Ya, slide. Nikotin bersifat adiktif tapi tidak menimbulkan kanker. Merokok dengan kadar tar dan nikotin yang lebih rendah tidak memberikan keuntungan terhadap kesehatan Ya, next. Dosis toksik akut nikotin tadi sudah disebutkan 60 miligram. Tembakau mengandung 1 sampai 2% nikotin. Jadi dosis toksik tembakau kalau kita mengunyah tembakau 3 sampai 6 gram itu juga sudah terjadi toksisitas. Gejala keracunannya sudah disebutkan tadi mual, muntah, sakit perut, sakit kepala, sukar bernafas, pingsan dan kejang-kejang. Kematian terjadi dengan cepat dalam waktu beberapa menit akibat gagal nafas. Gagal nafasnya itu dari otak maupun dari perified. Jadi karena nikotin itu juga menghambat otot-otot pernafasan diafragma dan sebagainya, sehingga gagal nafas ya, itu selain dari otak. Sebetulnya kalau absorsi awal itu menimbulkan
23
mual dan muntah, maka nikotin dan tembakau yang belum diabsorsi itu akan dimuntahkan tapi kalau tidak terjadi muntah maka harus ditolong dengan melakukan induksi muntah, lambungnya dicuci kemudian arang aktif dibuat bubur diberikan dan diberikan bantuan pernafasan. Ya, next. Nah, ini tadi juga sudah disebutkan merokok menyebabkan penyakitpenyakit berikut kanker, berbagai macam kanker, kemudian penyakit jantung pembuluh darah. Kanker itu karena zat-zat karsinogenik di dalam asap rokok, bukan karena nikotinnya karnivaskuler ini juga…, demikian juga kardeovaskuler meskipun nikotin ada andilnya, tapi sedikit. Tapi kebanyakan karena zat-zat yang lai. Kemudian juga parung itu juga zat-zat yang ada di dalam asap tembakau. Ya, kemudian next. Untuk reproduksi tadi sudah disebutkan ada berapa HB rendah, komplikasi kehamilan, kesuburan berkurang, bayi mati mendadak, yang lain-lain penyembuhan luka menjadi lama sembuhnya, kalau ada luka lama sembuh kemudian tulang panggulnya patah, tulangnya rapuh, katarak, kemudian…, apa namanya terjadi tukak lambung dan kalau mungkin pria ini paling di takuti impotensi. Tiga penyebab utama kematian akibat merokok di Amerika Serikat adalah, pertama, kanker paru, dua, penyakit jantung isgenik, jadi karena…, terutama itu karena kadar CO di dalam rokok selain memang ada penyumbatan. Kemudian penyakit paru obsurtif krunik, biensifima, bronkritis krunik, jadi itu tiga penyebab utama, ya. Berhenti merokok membawa keuntungan berikut, kalau berhenti 3 bulan fungsi paru mulai membaik dengan berkurangnya batuk, berkurangnya rasa lelah, dan berkurangnya sesak napas. Kalau berhenti setahun resiko penyakit jantung turun 50%, berhenti 5 tahun resiko stroke turun ke orang yang tidak pernah merokok, berhenti 10 tahun kanker paru resiko 30 sampai 50% dari yang terus merokok, berhenti 15 tahun penyakit jantung hilang sama dengan tidak merokok, tapi meskipun berhenti 20 tahun itu kanker paru masih ada residunya, jadi memang kanker paru itu yang paling sukar untuk dihilangkan meskipun sudah berhenti 20 tahun. Ya, next, jadi ringkasannya adalah merokok menyebabkan adiksi pada nikotin, jadi adiksinya itu karena nikotinya tapi zat-zat lain yang menyertai rokok itu yang merusak sekali, yang masuk otak dengan cepat dan menimbulkan kadar yang tinggi, menimbulkan kesenangan dan ketenangan. Nikotin dalam rokok tidak begitu berbahaya sebetulnya, jauh lebih aman dari pada merokok, keracunan nikotin dalam jumlah kecil itu jauh lebih aman dibandingkan merokok. Tapi zat-zat dalam asap tembakau itu lah, yang berbahaya, toksik dan menyebabkan kanker. Jadi, perokok pasif menghisap asap rokok yang berbahaya tapi tidak mendapatkan pleasure yang dialami oleh perokok aktif, jadi alangkah tidak adilnya kalau seorang Bapak merokok sedangkan istrinya dan anak-anaknya harus menghisap asap rokok tersebut, karena tadi kita sudah tahu apa bahayanya untuk wanita dan untuk anak-anak. Jadi kesimpulannya, perokok aktif harus berhenti merokok agar tidak mengalami penyakit yang berbahaya tersebut di atas, karena perokok ringan dan sedang itu kematiannya sama saja
24
dengan perokok berat, yang merokok cuman sehari 4 batang sehari, dan yang lebih dari 20 batang sehari itu sama penyakit dan kematiannya yang ditimbulkan. Kalau masih terus merokok ya itu pilihan setiap orang, jadi kita tidak bisa melarang, tidak boleh ditempat publik yang menyebabkan asap rokok dihisap orang lain, itu perokok pasif, ini yang akan mengalami bahaya yang sama dengan perokok aktif. Saya kira sekian dan terima kasih atas kesabarannya untuk mendengarkan saya. 32.
KETUA : ACHMAD SODIKI Terima kasih Ibu Prof. Dr. Arini Setiawati, kami persilakan Bapak…, sebelumnya saya ingatkan bahwa karena masih banyak Saksi dan Ahli juga barangkali bijaksana kalau uraian-uraian bisa dipaparkan singkat, jelas dan tepat. Dipersilakan Bapak Abdillah Ahsan.
33.
AHLI DARI PEMERINTAH : ABDILLAH AHSAN
Bismillahirohmannirohim, Assalamualaikum, wr.wb., Bapak Hakim Konstitusi Yang Kami Muliakan, Saudara-Saudara yang saya hormati, pada kesempatan ini saya ingin menyampaikan fakta-fakta pendukung dari adiksi tembakau, tapi bukan dari segi klinis ya, tapi dari segi ekonomi ataupun data-data. Saya seorang peneliti di Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, dan Dosen di FEUI, next, outline paparan saya ada 5, yang pertama, industri rokok dan pertanian tembakau adalah industri yang legal dan sah. Yang kedua, prefaliancy jumlah perokok dan konsumsi rokok terus meningkat. Yang ketiga, belanja rokok orang miskin tinggi dan mengalahkan belanja lainnya yang lebih penting. Yang keempat, meningkatnya konsumsi rokok tidak meningkatkan kinerja pertanian tembakau. Yang berikutnya adalah cerita sedih dari pertanian tembakau, next, pertama industri rokok adalah bisnis yang sah, dia dilindungi oleh Undang-Undang Cukai, Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1995 Tentang Cukai dimana barang yang terkena cukai itu adalah etil alcohol dan etanol. Yang kedua, minuman yang mengandung etil alcohol, dan yang ketiga adalah hasil tembakau yang meliputi, cerutu, rokok daun, tembakau iris dan hasil pengolahan tembakau lainnya sehingga, keberadaan industri rokok adalah di lindungi oleh undang-Undang tidak dilarang. Next, pertanian tembakau demikian pula adalah bisnis yang sah, legal, menurut Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2004 Tentang Perkebunan, Pasal 13. Usaha perkebunan dapat dilakukan di seluruh wilayah Indonesia oleh Pelaku usaha perkebunan baik pekebun pribadi maupun perusahaan-perusahaan perkebunan, sehingga tidak ada satu pun peraturan yang melarang masyarakat menanam tembakau bahkan termasuk Undang-undang kesehatan pun tidak melarang masyarakat untuk menanam tembakau. Next, berikut ini kami paparkan presentase perokok dewasa 15 tahun keatas dari tahu 1995 sampai 2007, di tahun 1995 hanya 27% orang dewasa Indonesia yang merokok di tahun 2007 25
meningkat menjadi 34%, di tahun 1995, 53% 1 dari 2 lelaki merokok. Di tahun 2007 2 dari 3 lelaki merokok, jadi kalau kita ingin memiliki mantu laki-laki tapi tidak merokok kita tidak punya pilihan, karena 2 dari 3 lelaki itu merokok yang menyedihkan adalah perokok perempuan dimana tahun 1995 hanya 1,7% perempuan merokok di tahun 2007 5,2% meningkat lebih dari 2 kali lipat untuk perokok perempuan. Ini yang menyedihkan. Next, ini untuk remaja, remaja sekarang 15-19 tahun secara keseluruhan di tahun 1995 7% yang merokok, di tahun 2007 18,8% atau 19% hampir 3 kali lipat meningkatnya. Kemudian…, belum. Untuk yang laki-laki dari 14% menjadi 37% meningkat 2 kali lipat, untuk remaja perempuan yang merokok dari 0,3 menjadi 1,6 walapun kelihatannya presentasinya kecil. Tapi peningkatannya luar biasa. Lebih dari 5 kali lipat. Next, berikut ini adalah jumlah perokok itu, Bapakbapak dan Ibu-ibu di tahun ini…, mohon maaf karena terlalu kecil, ya? Di tahun 2007 ada 65.185.289 per…, perokok di tahun 2007 itu meningkat, di tahun 1995 ada 34 juta, di tahun 2001 ada 45 juta, di tahun 2004 ada 53 juta, di tahun 2007 ada 65 juta orang. Jadi, dari paparan sebelumnya secara klinis terbukti bahwa berhenti merokok susah, 1 orang berhenti pun susah apalagi menghentikan 65 juta orang yang merokok, jadi bisnis tembakau ini sangat menggiurkan, yang menyedihkan lagi adalah untuk usia 10-14 tahun di tahun 2007 ada 426 ribu anak-anak umur 10-14 tahun yang merokok, ini kan seharusnya kita lindungi mereka, karena sifat adiksinya kalau dia mulai 10 tahun dikatakan bahwa penyakitnya akan timbul 15 tahun kemudian, itu akan sakit diusia 25 tahun, jadi mungkin kata dokter-dokter wajar sekarang yang kena serangan jantung semakin muda, kena kanker paru-paru semakin muda. Next, Konsumsi rokok terus meningkat, jadi presentasenya meningkat, jumlah perokoknya meningkat, konsumsi rokoknya terus meningkat, jika di tahun 1970-an konsumsinya hanya 30 milyar batang per tahun, di tahun terakhir konsumsinya menjadi 240 milyar batang per tahun, meningkat lebih dari 7 kali lipat, jadi ini para petani tembakau, para industri rokok tidak perlu khawatir bisnisnya kan habis. Next, ini produksi rokok juga terus meningkat, ini saya ambilkan dari nota keuangan 2010, di tahun 2005 produksi rokok ada 220 milyar batang, di tahun 2008 ada 250 milyar batang terus meningkat. Next, ini dat a kami mengenai konsumsi rokok inflasi dan pertumbuhan ekonomi. Hal yang penting adalah pada saat tahun 1998, inflasi meningkat sampai 55% kemudian pertumbuhan ekonomi menurun artinya pendapatan masyarakat menurun tetapi pada saat itu konsumsi rokok masih tumbuh…, Masih meningkat jadi walaupun uangnya itu sudah berkurang, walaupun harga barang lain meningkat tapi itu tidak mempengaruhi dia untuk mengurangi konsumsi rokoknya. Ini adalah salah satu fakta bahwa rokok itu adalah adiksi. Next, berikut ini adalah betapa susahnya menurunkan konsumsi rokok, saya ambilkan fakta dari Thailand, saya ambilkan ini dari Bea Cukai Thailand, di sini terlihat bahwa penjualan rokok dari tahun 1989 sampai 2009 itu relatif tetap dari 1,8 milyar batang…, sorry 1,8 milyar bungkus menjadi 1,8
26
milyar bungkus, selama 20 tahun. Padahal harganya sudah dinaikan dari 12 pet perbungkus menjadi 58 pet perbungkus. Yang menurun itu hanyalah presentase atau privalensi yang merokok, di tahun 1990-an laki-laki yang merokok di Thailand 55% sekarang menjadi 36% untuk perempuan di tahun 1990-an presentasi merokoknya 4,6 untuk perempuan menjadi 1,6. Jika kita membandingkan trend yang terjadi di perempuan, maka ini berkebalikan dengan trend di Indonesia. Kalau Indonesia meningkat dari 1,3 menjadi 5, di Thailand sudah menurun dari 5 menjadi 1,6. Tetapi itu tidak mempengaruhi jumlah penjualan batang rokok, karena populasi terus meningkat dari tahun ke tahun, kemudian juga jumlah batang rokok karena sifat kecanduan itu semakin banyak per orangnya, per kapital konsumsinya meningkat, oke next, next ini adalah rata-rata pengeluran rumah tangga untuk rokok seperti yang sudah diungkapkan Saksi Ahli sebelumnya, di tahun 2007 dari data Susenas di PPS rata-rata rumah tangga perokok mengeluarkan 136 ribu rupiah perbulan ini lumayan apa, kecil ya, tapi ini adalah rata-rata, jadi kalau nanti pemerintah membantu bapak-bapak yang merokok kemudian uangnya nanti dihabiskan untuk rokok. Next, ini adalah proporsi pengeluaran, proporsi pengeluaran untuk rokok menduduki urutan ke 2 hanya lebih kecil dari untuk padi-padian dan beras, jadi mereka mengalahkan untuk pendidikan, untuk kesehatan dan semuanya. Next, uang yang dihabiskan untuk rokok setara dengan 17 kali pengeluaran untuk daging, setara dengan 5 kali pengeluaran untuk susu dan telur. Jadi, kalau boleh berandai-andai di rumah tangga yang miskin ada bapaknya merokok kemudian dia berhenti merokok dan uangnya dibelikan susu dan telur maka konsumsi susu dan telur di rumah tangga tersebut akan meningkat 5 kali lipat, ini adalah sebuah investasi sumber daya manusia. Next, kemudian ini rokok mengalahkan investasi sumber daya manusia pengeluaran untuk rokok 9 kali dari biaya pendidikan, saya pernah menemukan seorang supir yang pendapatannya 50.000 per hari kemudian dia mengabiskan sehari habis 3 bungkus rokok itu setara dengan Rp. 20.000,- dia memberikan uang belanja ke istrinya Rp. 20.000,- juga dan itu setara, jadi ini betapa terlihat akolasi yang tidak benar di sini. Next, rokok dan harga pangan harga satu bungkus rokok setara dengan setengah kilo telor, setara dengan 2 kilogram beras dan lainnya. Next, ini adalah kesempatan yang hilang dari 10 tahun merokok katakanlah konsumsi rokok satu bungkus per hari sama dengan Rp. 10.000,- sebulan sama dengan Rp. 300.000,-, setahun sama dengan 3,6 juta rupiah, 10 tahun merokok itu setara dengan 36 juta rupiah ya. 36 juta rupiah itu lebih besar dari pada biaya naik haji, ya. Jadi, saya menyarankan kepada perokok yang ada saat ini, saya mantan perokok bapak-bapak, ibu-ibu baru tahun lalu saya berhenti merokok dan saya merasakan betul adiksi merokok itu, 36…, jadi, bapak-bapak yang masih merokok saya anjurkan untuk berhenti dan ketika mau merokok uangnya di masukkan ke tabungan 10 tahun lagi anda bisa naik haji uang itu, tanpa bunga ya ini nggak ditaruh di bank ya, kemudian anda bisa
27
menyekolahkan anak ke UI ya, anda bisa apa kalau belum punya rumah, karena saya masih muda DP rumah itu sekitar segituan untuk renovasi rumah juga sekitar segituan. Jadi, bagi para perokok berhentilah merokok 10 tahun aja lah ya. Habis itu mau merokok lagi juga terserah anda ya, gitu. Next, ini adalah jumlah perokok miskin dan subsidi pemerintah jumlah perokok miskin sama dengan jumlah orang miskin di kalikan persentase orang miskin yang merokok ada 35 juta orang miskin di tahun 2008 ada 36%-nya merokok itu sama dengan 12,6 juta. Jadi, ada 12,6 juta orang miskin yang merokok, pemerintah membantu mereka melalui BLT, melaui beras miskin, melalui beras untuk orang miskin, melaui Jamkesmas atau Askeskin katakanlah BLT kemarin Rp. 100.000,- itu kurang dari pada Rp. 120.000,- per bulan yang orang miskin belanjakan untuk membeli rokok, ya. Jadi, kalau konsumsi ratarata itu 10 batang per hari di kalikan 30 hari kemudian dikalikan Rp. 400,- per batangnya itu setara Rp. 120.000,- jadi kalau BLT itu di terima oleh orang miskin bapaknya yang merokok dia akan dibelikan untuk rokok habis uangnya tidak cukup bahkan, sementara untuk raskin belanja perokok miskin 120.000 untuk membeli rokok 20…, itu setara dengan 24 kilogram beras ya, dengan harga beras Rp. 5000,- per kilogram, jika perokok sakit nanti yang menanggung biaya sakitnya itu pemerintah sehingga kalau pemerintah membantu perokok miskin dan uangnya digunakan untuk membeli rokok dan jika dia sakit ditanggung oleh pemerintah hal itu akan menguntungkan industri rokok seharusnya yang menanggung sakit dari perokok miskin itu adalah industri rokok bukan pemerintah. Next, ini adalah.., mungkin saya bikin alur uang dari bisnis rokok jadi, ada 65 juta perokok diantaranya 426.000 perokok anak-anak usia 10-14 tahun di antaranya 4,8 juta perokok perempuan di antaranya 12,6 juta perokok miskin uang ini mengalir ke industri rokok hampir kebanyakan ini mengalir ke industri rokok yang mengalir ke pertanian tembakau tidak banyak ya, nanti kemudian industri rokok dua perusahaannya itu sudah dikuasai oleh asing, sehingga nantinya keuntungan mereka akan dibawa keluar negeri, jadi, ada transfer dari orang miskin perokok ke industri rokok keuntungannya dibawa ke luar negeri si perokok yang sakit tetap di dalam negeri ditanggung oleh pemerintah jadi pemerintah mensubsidi industri rokok bukan main, ya. Next, ini penerimaan cukai, cukai dibayar oleh perokok bukan oleh industri rokok. Oke, next, next ini saya ingin membandingkan apakah peningkatan konsumsi rokok akan meningkatkan kinerja sektor pertanian tembakau. Dari tahun 1971 sampai tahun 2004, konsumsi rokok meningkat 477% dari 35 milliar batang menjadi 202 milliar datang, namun luas lahan tembakau hanya meningkat 17,6%. Dari 170.000 hektar menjadi 200.000 hektar. Jadi tidak sebanding begitu. Kemudian konsumsi rokok meningkat 477%, produksi daun tembakau hanya 189%. Jadi bisa ditenggarai bahwa ini kebutuhan produksi rokok sebagian besar itu dipenuhi dari import daun tembakau.
28
Ini untuk konsumsi rokok dan jumlah petani tembakau, kita fokus ke tahun 1998, di tahun 1998 konsumsi rokok eh sorry produksi rokok masih meningkat tetapi jumlah petaninya menurun, data yang kami pakai adalah data dari Departemen Pertanian. Jika di tahun 1997 ada 893.000 petani, di tahun 1998 turun menjadi setengahnya 400.000 orang. Jadi pada saat krisis di sini terlihat bahwa banyak petani yang ke luar dari pertanian tembakau walaupun konsumsi rokoknya masih meningkat. Ini adalah nilai eksport dan import daun tembakau kita adalah nett importir, kita mengimport lebih banyak dari pada eksportnya, selisihnya itu adalah 140 juta dollar di tahun 2007 dan itu semakin menurun. Kami pernah melakukan study di Kendal, Bojonegoro dan Lombok Timur, kami mewawancarai responden buruh tani sebanyak 450 orang, ini adalah gambarannya. Kami juga mewawancarai 66 pengelola petani pengelola, kami bedakan menurut pemilik lahan, penyewa lahan dan apakah itu paruhan atau bagi hasil, hasilnya adalah : 1. Mereka mengeluh bahwa resiko, bahwa usaha perkebunan tembakau itu sangat beresiko, resiko yang pertama saya mohon dikoreksi kalau salah : 2. Perubahan cuaca, karena tembakau di tanam adalah tanaman semusim, dia di tanam pada musim kemarau saja atau musim penghujan saja. Kalau pun dia naman di musim kemarau, ketika panen turun hujan maka rusak kualitasnya. 3. Perubahan harga, harga ditentukan oleh tengkulak, oleh grader, ini beda dengan kalau kita tanam padi kita tanam padi IR36 kita ke pasar jelas harganya se ton berapa, se kwintal berapa tapi kalau tanam tembakau kita panen, kita olah, kita bawa ke grader nanti grader yang menentukan berapa kualitasnya. 4. Hama tanaman. 5. Turunnya pembelian, karena kita tahu bahwa pembeli utama dari daun tembakau adalah industri rokok. Kalau industri rokok tidak mau beli, terus tembakaunya buat apa? Jadi ini adalah sangat resiko, resikonya banyak. Oleh karena itu, ini contoh dari penentuan harga daun tembakau, jadi petani di Kabupaten Lombok Timur mengatakan bahwa petani tidak tahu semuannya, terkadang ada juga yang menjual mestinya great ke-3 tapi bisa menjadi great 15 seperti punya teman saya ini, Ini kadang-kadang membuat petani rugi. Opini tentang pengalihan usaha karena sangat beresiko tadi 65% dari buruh tani tembakau ingin mencari pekerjaan lain dan sebenarnya tanaman tembakau karena bukan tanaman tahunan dia hanya tanaman musiman, di musim yang lain para buruh taninya juga bekerja di sektorsektor yang lain. Jadi 65% ingin beralih, beralihnya kemana ingin dagang, jadi kalau Pemerintah ingin membantu para buruh tani yang ingin beralih sediakanlah modal semudian dibantu untuk mulai
29
perdagangan. Kemudian untuk petani-petani penggelola, 64%-nya menyatakan ingin beralih ke usaha lain asalkan keuntungannya lebih besar. Opini tentang pengalihan usaha karena sangat beresiko tadi, 65% dari buruh tani tembakau ingin mencari pekerjaan lain. Sebenarnya tanaman tembakau karena bukan tanaman tahunan, jadi tanaman musiman, dimusim yang lain para buruh taninya juga bekerja di sektorsektor yang lain. Jadi 65% ingin beralih, beralihnya kemana, ingin dagang. Jadi kalau pemerintah ingin membantu para buruh tani yang ingin beralih, sediakanlah modal, kemudian dibantu untuk mulai perdagangan. Kemudian untuk petani pengelola 64%-nya menyatakan ingin beralih ke usaha lain asal keuntungannya lebih besar. Opini tentang pengalihan usaha jadi ke padi, jagung, sayur-sayuran, cabai dan kacangkacangan. Berikut ini saya kutipkan beberapa berita yang tadi saya browsing dari internet, yang pertama dari Tulung Agung “Petani Tembakau Enggan Untuk Menanam Ulang” salah seorang petani mengatakan bahwa dia enggan menanam ulang karena serangan hama yang terus menerus dan harga yang selalu jatuh pada saat panen. Ada namanya Pak Safarudin mengaku bahwa dia enggan menanam tembakau kembali diusai panen di tahun ini, dia masih trauma dengan kondisi panen yang tidak diharapkan. Yang kedua, saya kutipkan dari antara Jateng “Pertumbuhan Ekonomi Temanggung Tidak Hanya Dari Tembakau”, Bupati Tumanggung Hasim Affandi mengatakan faktor utama yang menentukan peningkatan pertumbuhan ekonomi adalah usaha tanaman pangan yang tersebar hampir diseluruh wilayah Kabupaten Tumanggung, meskipun hasil tembakau bagus namun jika tidak didukung dengan tanaman pangan pertanian yang baik maka pertumbuhan ekonomi tentu saja tidak akan tinggi. “Harga Terjun Bebas Petani Daun Emas Menjerit” ini di Sumenep, tak ayal jika tahun ini para petani tembakau banyak yang rugi, puluhan hingga ratusan juta rupiah. Biasanya kalau ada hujan baru harga tembakau anjlok tetapi tahun ini cuacanya baik, tapi harga daun tembakau juga terjun bebas. Ketidakadilan dalam mematok harga yang dilakukan pedagang yang sudah jelas kepanjangan pabrikan itu perlu penanganan serius dari Pemerintah. ini adalah dari Semarang petani tambakau ingin tanam gandum petani tembakau di Kecamatan Ketasan Kabupaten Semarang berniat mengganti tanaman tembakau mereka dengan gandum karena menjanjikan keuntungan yang lebih besar dan stabil. Harga tembakau tidak stabil dan sering dipermainkan oleh tengkulak. Ini adalah, izinkan saya untuk menyampaikan usul bagi peningkatkan kesejahteraan petani tembakau. Yang pertama, asosiasi petani tembakau seharusnya memulai upaya untuk membentuk kerjasama 3 pihak yaitu antara Pemerintah, Pabrikan rokok dan Asosiasi Petani Tembakau, untuk apa? Untuk membahas cara-cara agar harga daun tembakau tidak turun pada saat panen misalnya melalui informasi kebutuhan daun tembakau per wilayah agar tidak over supply. Jadi ini
30
sama dengan kerjasama three part teed antara Serikat Pekerja, Pemerintah dengan Pengusaha, ya seharusnya petani tembakau berkerjasama seperti itu merencanakan kebutuhan pabrik rokok di Temangung per tahunnya berapa? Jadi, nanti produksinya juga segitu tidak over supply ini mungkin yang bisa saya usulkan, terima kasih atas waktunya. Wassalamuaikum wr.wb. 34.
KETUA : ACHMAD SODIKI Terima kasih Saudara Abdillah Ahsan. Kami mengundang Bapak Dr. H. Fattah Wibisono, silakah Bapak.
35.
AHLI DARI PEMERINTAH : AHMAD FATTAH WIBISONO
Assalamualaikum wr.wb. Salam sejahtera bagi kita semuanya. Yang Mulia Ketua Majelis dan para anggota Hakim, Bapak Ibu yang dimuliakan Allah, perkenankan pada kesempatan ini saya melihat persoalan ini dalam perspektif agama saya adalah Dosen UIN Jakarta alumni S3 UIN Jakarta dalam bidang Usul Fiqih, terus saja sampai kepada pola pengharaman. Kalau kita mendiskusikan merokok hukum rokok kita tidak akan temukan kata merokok atau rokok dalam Al-Qur’an dan Asunah kata Tadkhin tidak ada dalam Kitab Suci Itu. Kalau kita merujuk kepada sabda Nabi Alhalalu bainun wal haromu bainun wa masakatahanhu fauwa afhun. Halal haram itu jelas tertera dalam AlQur’an dan Sunah kalau tidak dibicarakan dalam Al-Qur’an dan Asunah fawaa asfun pastilah itu mubah. Sayang hadis itu doif dan tidak bisa dijadikan hujjah. Sepanjang kajian saya, saya temukan pola pengharaman terhadap sesuatu yang dilakukan oleh Allah dan Rasulnya. Pola yang pertama Allah menujuk langsung benda yang diharamkan, jadi misalnya dalam surat Almaidah ayat 3 itu Allah menujuk langsung benda yang diharamkan khurimat alaikummulmaytah waddamul walhinzir dan seterusnya langsung ditunjuk bendanya ini pola yang pertama. Pola yang kedua hanya ditunjuk indikatornya kita temukan model seperti itu dalam surat Al-Arof ayat 157 saya penggal saja wayuharimu alaihimmulkhobais Allah haramkan yang masuk kategori khobais atau Rasul pernah menjelaskan kulumuskirin khomrun wa kulukhomrin haramun jadi, kalau kita hanya mengacu pada kata khomer yang diproduk dari fermentasi anggur dan kurma maka sesungguhnya di luar 2 benda itu semestinya tidak haram tapi nanti memberikan indikator lain wakulumuskirin hamran yang memabukkan itu adalah khomer kata Rosulullah. Nah, di sini Allah mengunakan kosa kata khobais yang masuk kategori khobais haram kata Allah untuk dikonsumsi. Ibnu Katsir memberikan makna al khobais kata Beliau khobais itu dzorotun filbadan finafs sesuatu yang dapat yang mempunyai daya rusak yang sangat dashyat terhadap jiwa dan fisik seseorang jadi apapun yang daya rusaknya seperti itu untuk tubuh dan 31
jiwa maka itu masuk kategori khobais. Rokok tadi sudah disampaikan oleh para ahli terdahulu itu mempunyai bahaya dan dampak yang luar biasa dashyat dengan demikian rokok sebetulnya dapat dimasukan dalam kategori khobais. Dalam hal tingkat ketergantungan tadi paling tinggi diantara zat-zat yang mengandung adiktif lain, rokok mempunyai daya ketergantungan yang sangat tinggi. Ada sebuah hadits yang ditegaskan di situ, naharasulullah angkulimuskirin wamuftirin, Rasul melarang mengkonsumsi benda-benda yang masuk kategori muskir, dan yang kedua muftir. Muftir itu artinya adalah yang mempunyai ketergantungan tinggi itu. Nah dari sisi ini merokok masuk kategori khobais, dan juga masuk kategori Muftir. Karena itu maka bisa dipahami kalau ada ulama di luar negeri saya sebut misalnya Syekh Yusuf Kordowi, kemudian Wahbah Zuhaili yang banyak dijadikan rujukan dengan fiqih alfikul islam wa’atiluhu nya itu mengharamkan rokok, kemudian di Indonesia ada ulama-ulama Muhamadiyah yang juga mengharamkan merokok. Di samping ada ulama lain yang memakruhkan merokok. Saya ingin katakan, baik yang memakruhkan maupun yang mengharamkan itu mempunyai titik temu sama-sama menginginkan orang berhenti merokok. Bahasa yang digunakan makruh, kalau mereka ditanya dan fair, pastin akan mengatakan lebih baik berhenti. Karena itu makna makruh. Makruh tidak identik dengan mubah, ya kalau mubah berhenti, kalau tidak berhenti silakan. Tapi kalau makruh itu harus berhenti, sebaiknya berhenti. Saya kira seperti itu. Maka di sini ada titiktemu baik yang mengatakan makruh maupun yang haram, titik-temunya adalah sama-sama menginginkan aktivitas merokok itu dihentikan. Ada 5 Prinsip Syariah, yang juga disebut dengan makosidu syariah, yang setiap umat islam berkewajiban mewujudkannya ini teori ini dikembangkan dalam mahzab maliki dengan tokoh utamanya Asshobi dalam wafakod-nya itu. Yang pertama khifuddin, yang saya ambil adalah yang kedua khifdunnafs. (menjaga jiwa dan raga). Itu adalah merupakan Makosidu sayariah, yang tidak bisa ditawar-tawar. Kalau orang masih mau merokok, itu artinya dia tidak menjaga kesehatan, tidak menjaga jiwanya seperti yang menjadi tujuan utama syariat, tujuan utama islam. Kira-kira seperti itu. Yang kedua Hifdul Akli, yang ketiga Hifdunnasr. (kewajiban memelihara keturunan). Dari uraian para Ahli itu, merokok ternyata mengganggu keturunan. Baik karena kekurangan gizi, maupun terkena penyakit-panyakit yang terkait atau diakibatkan oleh merokok itu. Dan yang kelima Hifdulmal (berkewajiban memelihara harta dan mentasarufkan harta itu untun kemaslahatan). Tadi uraian para Ahli merokok itu tidak ada manfaatnya sama sekali dan Tuhan melarang dalam Surat Al-Isra, walatubaghfir takbira. Mudah-mudahan ada manfaatnya. Bilahifisabilkhokfistafikul khairat, Assalamualaikum wr.wb.
32
36.
KETUA : ACHMAD SODIKI Terima kasih. Dari Pihak Pemohon ada Ahli tadi, ya? Saya persilakan Pak….
37.
PEMOHON : BAMBANG SUKARNO Sebelum Saksi Ahli menyampaikan Yang Mulia, kami ada satu permintaan. Karena kalau saya lihat dari Pihak Pemerintah, dari DPR tidak hadir kemarin, saya mohon untuk tidak hanya dari Departemen Kesehatan saja, tapi juga Departemen Pertanian terkait, Departemen Perindustrian, Departemen Perdagangan, Keuangan. Mohon untuk dihadirkan jagan sepihak dari yang dihadirkan oleh Yang Mulia. Hanya dari Departemen Kesehatan, Hukum dan HAM saja. Jadi ini hanya sepihak kesehatan tapi belum dari sisi pertanian, perdagangan, dan bahkan juga DPR RI juga belum hadir di dalam penentuan ini. Ini mohon permintaan kami Yang Mulia, karena supaya fair, jadi tidak hanya Departemen Kesehatan saja. Terima kasih dan kami persilakan Pak Gabriel.
38.
KETUA : ACHMAD SODIKI Ya, kami sudah memanggil dari pihak-pihak itu. Dari DPR terutama, Pemerintah juga sudah hadir. Mungkin kalau DPR belum bisa. Sidang ini nanti akan kita tutup jam 12.30, karena berikutnya sudah ada acara persidangan yang tidak bisa ditunda lagi. Oleh sebab, itu saya mohon supaya para Ahli dan nanti juga Saksi bisa memanfaatkan waktu yang tersedia ini. Selain itu kepada para Ahli yang telah mengajukan atau memberikan keterangan saya harapkan hard copy dari slide tadi bisa diberikan kepada Majelis. Juga soft copy-nya ya. Kami persilakan kepada Ahli Bapak Gabriel Mahal.
39.
AHLI DARI PEMOHON : GABRIEL MAHAL Ketua Majelis dan Hakim Yang Mulia, sidang yang Kami Muliakan. Saya akan mengkaji sedikit melihat masalah ini dari perspektif yang agak lain. Yakni lebih pada soal latar belakang dari seluruh kebijakan Agenda Anti Tembakau ini. Berbicara soal Peraturan Perundang-undangan pengendalian tembakau atau pengamanan tembakau sebagai zat adiktif di Indonesia tidak dapat dipisahkan dari agenda global pengontrolan tembakau atau yang lebih populer disebut agenda Anti Tembakau. Sebab salah satu stretegi penting dalam mensukseskan agenda Anti Tembakau Global adalah lewat Kebijakan Regulasi Nasional Pengontrolan/Pengamanan Tembakau.
33
Sebagaimana kita tahu Agenda Global Anti Tembakau merupakan pelaksanaan dari Proyek Prakarsa Bebas Tembakau (Tobacco Free inisiative) WHO. Artinya kalau dulu, prakarsa ini tidak ada mungkin saat ini kita tidak duduk di ruang sidang ini. Tidak akan ada perdebatan segala macam. Prakarsa ini merupakan salah satu dari 3 kabinet dari proyeknya WHO yang diprioritaskan di bawah regim Direktur Jenderal Dr. Gro Harlem Brundtland, mantan Perdana Menteri Norwegia. Proyek ini diluncurkan pada bulan Juli 1998. Proyek ini memberikan gambaran konkrit dari perubahan arah kebijakan WHO di bawah regim Brundtland, yakni membawa organisasi WHO ke dalam ranah politik dan menjadikan masalah kesehatan publik (public health) sebagai agenda politik, baik di tingkat internasional, regional, maupuan nasional. Menjadikan masalah kesehatan publik sebagai agenda politik ini berkaitan erat dengan pemaknaan kesehatan publik seperti yang dijelaskan Prof. Hukum Edward P. Richard dan Katherine C. Rathbun, dokter kesehatan publik yang mengatakan bahwa “public health is not
about making individuals healthy; it is about keeping society healthy by prevrenting individuals from doing thing that endanger others.” (“The Role of the Police Power in 21st Century Public Health. Sexually Transmitted Diseases” 26 (July), 1999 : hal 356),
Karena itu Brundtlan menekankan pentingnya menggalang kekuatan dukungan lewat apa yang disebutnya reaching out or the others, yakni memperbesar jumlah aktor dan pemangku kepentingan untuk mendukung kesehatan global (global health) yang dilaksanakan WHO. Yang dimaksud para aktor dan pemangku kepentingan itu adalah badan-badan PPB, institusi finansial, international, civil society, pihakpihak di sektor swasta dan secara umum semua yang terlibat dalam kesehatan dan komunitas peneliti. WHO di bawah regim Brundtland ini juga menetapkan lima arah strategis. Salah satu dari arah strategis itu yakni strategis kedua adalah adalah “promoting healthy lifestyles and ruducing factors of risk to
human health that arise fro environmental, economic, social and behavioral courses” Arah strategis kedua ini penting kita cermati karena, pertama,
dengan arah strategis kedua ini dalam perkembangannya WHO jadi badan internasional yang seakan-akan memiliki otoritas mengatur lifestyle warga masyarakat dunia sesuai dengan apa yang ditetapkan sebgai “healthy lifestyle”. Ini menimbulkan persoalan hak asasi manusia, “free of choice”. praktik-praktik paham materialisme dari suatu pemerintahan global yang dapat menerabas dan mencabik kedaulatan suatu negara, termasuk kedaulatan hukum; kedua, arah strategis ini melahirkan kebijakan kesehatan (healty policy) yang berusaha menentukan gaya hidup ideal (“ideal” lifestyle) yang didasarkan pada epidemologi sebagai studi tentang faktor-faktor, diantaranya diet, olahraga, dan merokok, yang dihubungkan dengan apa yang disebut
34
sebagai penyakit-penyakit gaya hidup; ketiga, arah strategis ini kemudian jadi arah dari semua agenda anti tembakau global yang dalam perkembangannya telah menempatkan tembakau sebagai sumber dari segala penyakit, kematian berjuta manusia, dan kehancuran ekonomi. Saat ini muncul pula desakan agar merokok itu dinyatakan sebagai suatu penyakit. Sejatinya, WHO dengan dukungan para dokter, akademisi, para penggiat anti tembakau telah memperlakukan para perokok sebagai orang sakit. Ini dapat kita lihat dari penggunaan istilahistilah seperti “terapi”, “cesation”, “medical tratment”, dan regulasi beserta tindakan pengisolasian para perokok. Menyatakan merokok sebagai penyakit dan memperlakukan para perokok sebagai orang sakit membawa konsekuensi diperlukannya treatment khusus dan obat-obat Nicotine Replacement Therapy (NRT) untuk membebaskan para perokok dari penyakit itu. Treatment dan obat-obat NRT itu diproduksi dan dijual oleh korporasi-korporasi farmasi multinasional. Saya tidak bermaksud mengatakan bahwa perubahan kebijakan WHO dengan segala arah strategisnya yang kemudian melahirkan Proyek Prakarsa Bebas Tembakau di bawah rejim Direktur Jenderal Brundtland ini dipengaruhi dan syarat kepentingan bisnis nikotin dari korporasikorporasi farmasi multinasional dalam agenda anti tembakau ini. Walaupun kenyataannya adalah jauh sebelum Brundtland terpilih sebagai Direktur Jendral WHO dan jauh sebelum penetapan kebijakan dengan arah-arah strategisnya itu, serta jauh sebelum peluncuran Proyek Prakarsa Bebas Tembakau ini, korporasi-korporasi farmasi multinasional telah mengembangkan dan menjual obat-obat NRT ini. Di antaranya, pada tahun 1962 para ilmuwan Pharmacia telah mulai meneliti terapi menggantian nikotin. Pada tahun 1971, Pharmacia telah mengembangkan permen karet nokotin. Menyusul Smith Klien Beecham yagn meluncurkan permen karet Nicorette di Swiss pada tahun 1978. Pengembangan produk dan pemasaran produk obat-obatan NRT terus dilakukan oleh korporasi-korporasi farmasi multinasional. Produk obat-obat NRT ini merupakan pengantar nikotin alternatif yang mengandung nikotin dalam kadar rendah. Logikanya adalah jika tembakau itu dinyatakan berbahaya karena mengandung nikotin yang dinyatakan adiktif, maka obat-obat NRT itu meskinya juga dinyatakan berbahaya karena mengandung nikotin. Kenyataannya tidak demikian WHO justeru mendorong penggunaan obat-obat NRT yang dihasilkan dan dijual Korporasi farmasi multi nasional. Yang menarik dan penting untuk kita cermati adalah bahwa nikotin dari tembakau ini tidak dapat dipatenkan karena berasal dari alam yang dapat dipatenkan adalah alat pengantar nikotin, (nicotine delivery device). Dan senyawa terapi yang mengandung nikotin sebagai bahan utama yang dihasilkan oleh korporasi-korporasi farmasi multi nasional itu. Di sinilah letaknya salah satu kepentingan untuk mengontrol dan mematikan tembakau dan rokok itu. Jadi sebelum Brundtland terpilih jadi Direktur Jenderal WHO dan sebelum diluncurkannya Proyek Prakarsa Bebas Tembakau, telah terjadi
35
persaingan merebut pasar nikotin antara korporasi farmasi multinasional dengan industri-industri rokok. Kenneth Warner, John Slade, dan David Sweanor dalam artikel berjudul, “The Emerging market for long-term nicotine maintenance”, menggambarkan persaingan itu, sebagai berikut :
“…a series of technological, economic, political, regulatory and social developments augurs a strange bedfellows sompetiton in which these industries (tobacco and pharmaceutical) will vie for shares of a new multibillion dollar long-term nicotine maintenance market”. Salah satu strategi memenangkan “a strange bedfellows competition” itu, khususnya di Amerika, dilakukan dengan memasukkan
masalah rokok ke dalam ranah kesehatan publik, sehingga memberikan legitimasi bagi pemerintah untuk melakukan regulasi pengontrolan atas nama kepentingan pengamanan masyarakat dari apa yang diklaim sebagai bahaya-bahaya merokok bagi kesehatan. Profesor Thomas S. Szasz, mengutip Bruce D. Porter, menyatakan, “if a thing is public, it is subject to state authority; if it is private, it is not”. Buku tes kesehatan publik pada tahun 11978 menjelaskan bahwa bidang kesehatan publik itu mencakup aspek-aspek tingkah laku dan sosial kehidupan. Sepuluh tahun kemudian, dalam laporan dinas kesehatan Amerika, menyatakan:
“Tobacco use is a disorder which can remedied through medical attention”. Memasukan masalah rokok ke dalam ranah kesehatan publik
ini diperkuat oleh penetapan otoritas kesehatan, Suergeon General Amerika Serikat, C. Everett Koop, pada tahun 1988 yang menetapkan bahwa nikotin merupakan zat adiktif. 40.
KETUA : ACHMAD SODIKI Sebentar Saudara. Ibu ini kalau kedinginan boleh di luar apa Pak!ya, bisa diantar diluar! Kami persilakan dilanjutkan!
41.
AHLI DARI PEMOHON : GABRIEL MAHAL Penetapan ini berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya mengkategorikan nikotin sebagai suatu kebiasaan (“habituating”). Penggolongan nikotin dalam tembakau sebagai zat adiktif ini memosisikan rokok setara dengan cocain dan heroin. Dan karena itu harus ada tindakan pengamanan lewat kebijakan regulasi dan perlu ada tindakan pengobatan atau terapi yang menggunakan produk-produk NRT yang dihasilkan dan dijual oleh korporasi-korporasi farmasi multinasional. Dalam bukunya Jacob Sullum berjudul “For Your Own Good: The AntiSmoking Crusade and the Tyranny of Public Health”. Sullum menjelaskan bagaimana gerakan kesehatan publik telah menyimpang perhatiannya dari “public-good types”, seperti masalah-masalah sanitasi atau penyakitpenyakit menular, kepada suatu serangan langsung kepada pilihanpilihan individual dan gaya hidup yang tidak benar secara politis. Para pendukung kesehatan publik menginginkan agar negara mengatur dan
36
melarang tingkah laku yang tidak sesuai dengan konsepsi mereka mengenai kemurnian masyarakat (public purity). Stanton Glantz, peneliti dari University of California Los Angeles dan salah satu pendiri Californians for Nonsmokers’ right, mengatakan bahwa merokok itu merupakan “an antisocial act”. Karena masyarakat tidak melakukan tindakan apa-apa terhadap perokok yang antisosial, maka negara harus melakukan tindakan memaksa. Glantz bahkan mendesak agar para perokok itu harus ditahan dan dipenjara. Di tingkat internasional telah dilakukan upaya pengontrolan tembakau lewat hukum internasional sebelum terpilihnya Brundtland sebagai Direktur Jendral WHO. Ide untuk melahirkan konvensi internasional pengontrolan atas tembakau tidak lahir di pusat WHO, di Jenewa. Sebagaimana diungkapkan sendiri oleh Ruth Roemer, Allyn Taylor, Kean Lariviere, dalam artikel mereka berjudul “Origins of the WHO Framework Convention on Tobacco Control”. Ide penggunaan kekuatan hukum internasional untuk mengontrol tembakau ini lahir di University of California Los Angeles pada bulan juli tahun 1993 dalam suatu pertemuan di Unversitas tersebut di fakultas centernya antara Ruth Roemer, penulis buku Legislative Action to Combat the World Tobacco Epidemic, Militon I Roemer, kemudian Allyn L Taylor. Ruth Roemer, dia seorang agen Profesor di UCLA Health Law. Dia sangat terkesan dan tertarik dengan suatu artikel yang ditulis yang ditulis Allyn L Taylor dalam American Journal of Law and Medicine. Dalam artikel itu Taylor menyarankan WHO harus menggunakan kewenangan konstitusionalnya untuk mendukung pengembangan dan implementasi dari hukum internasional untuk kemajuan kesehatan publik. Dalam surat Ruth Roemer kepada Allyn Taylor, tertanggal 18 Agustus 1993, Roemer menyampaikan kemungkinan menerapkan ide Taylor untuk membangun suatu mekanisme peraturan internasional spesifik untuk pengontrolan tembakau. Majelis Hakim Yang Mulia, di sini saya telah menuliskan sejarah bagaimana pengaruh seorang tokoh Ruth Roemer ini melahirkan kemudian mendorong lahirnya konvensi pengontrolan atas tembakau ini saya tidak membacakan karena waktunya singkat. Inilah cikal bakal lahirnya lahirnya Framework Convention on Tabacco Control sebagai instrument hukum Internasional. Sebelum Brundtland terpilih jadi Direktur Jendral WHO usulan conference kurang mendapatkan dukungan politik dan arahan kebijakan WHO perubahan drastis terjadi ketika Franken terpilih jadi Direktur Jendral WHO arah kebijakanan WHO menjadi jelas menurut ide dan usulan pengontrolan atas tembakau yang awal mulanya lahir di University of California, Los Angeles itu dengan tokoh kuncinya Ruth Roemer pertanyaanya mengapa Ruth Roemer dan dari University of California, Los Angeles sangat ambisius dan ngotot membangun suatu rezim hukum Internasional pengontrolan atas tembakau kita dapat menjawab pertanyaan itu dengan mudah Ruth Roemer menaruh perhatian kepada masalah kesehatan publik sesuai bidang kepakarannya. Ruth Roemer ini adalah seorang pioneer kesehatan publik Amerika hal ini mengindikasikan juga suatu ambisi
37
membangun apa yang yang di sebut Professor Thomas S.Zasz sebagai The Therapeutuic State state atau saya sendiri sebut sebagai The Therapeutic Global Government , disamping itu jika kita telisik lebih dalam kita temukan kepentingan lain yang bisa jadi merupakan motif ambisi membangun rejim hukum Internasional pengendalian tembakau di pengendalian tembakau itu University of California, Los Angeles sendiri memiliki program riset nikotin pendiri program itu adalah Jed Rose berkerja sama dengan Saudaranya Murray Jarvik, Ph. D, Kepala Labotarium Psychopharmacology University of California, Los Angeles Jed Rose memprakasai riset dan pengembagan nikotin path jadi Jed Rose sendiri menjadi subjek riset dari hasil riset ditemukan bahwa nikotin bisa mencapai peredaran darahnya lewat penggunaan polyethylene patch pada kulitnya. Hasil studi mereka yang pertama dipublikasikan pada tahun 1985 yang menunjukan bahwa transderma atau melalui kulit, pentransferan nikotin ke dalam peredaran darah memiliki efek yang diinginkan untuk mengurangi kecanduan nikotin. Setelah beberapa tahun melakukan beratus-ratus tes subyek, tim ini dengan dukungan perusahaan farmasi Ciba-Geigy, berhasil mengembangkan suatu skin patch yang memindahkan dosis rendah nikotin ke dalam darah lewat kulit. Skin patch ini dapat digunakan secara kombinasi dengan nicotine aerosol spray. Mereka kemudian mendapatkan hak paten pertama dari tiga paten teknologi pada bulan Mei 1990. perusahaan farmasi CibaGeigy mendapatkan mendapatkan lisensi teknologi nikotin path dari University of California, Los Angeles of Techology Tansfer, setelah mendapatkan dari US Food and Drug Administration. Pada tahun 1991 perusahaan Ciba-Geigy meluncurkan Habitrol patch yang menggunakan teknologi dari University of California, Los Angeles tersebut. Pada tahun 1991-1992 perusahaan farmasi lainnya sudah mulai memasarkan produk-produk nicotine patch. Pada tahun 1996 dilakukan penggabungan perusahaan Ciba-Geigy dan Sandoz dibawah satu perusahaan farmasi raksasa Novartis. Pada tahun 1999 Novartis memasarkan Habitrol. Ini menunjukkan bahwa University of California, Los Angeles memiliki kepentingan pada produk NRT, disamping University tersebut memiliki hubungan erat dengan korporasi-korporasi farmasi multinasional di Amerika yang menghasilkan dan memasarkan produk-produk NRT ini. Majelis Hakim Yang Mulia dengan mencermati uraian tersebut di atas, kiranya dapat kita pahami motif dukungan yang diberikan korporasi 3 farmasi multinasional yakni Pharmacia & Upjohn, Novartis and Glaxo Wellcome pada saat peluncuran proyek prakarsa bebas tembakau WHO di bulan Juli 1998. Dalam pidatonya di acara World Economis Forum di Darvos, tanggal 30 Januari 1999, Brundland mengumumkan kemitraan proyek antara WHO dengan ketiga korporasi farmasi multinasional ini. Pemberian dukungan dari korporasi farmasi multinasional merupakan perubahan drastis dari sikap korporasi farmasi dalam sejarah relasinya dengan WHO. Ellent Hoen, seperti dikutip Elisabeth Minelli dalam disertasinya berjudul Worid Healty Organization,
38
The
mandate
of
aspecialize agency of the United Nations historically the pharmaceutical industry has systematically undermine WHOs attempt to implement rational drug policy. Hal ini tidak terjadi dalam proyek Prakasa Bebas Tembakau di
mengngungkapkan
bawah rejim Brundtland. Kebijakan Brundtland yang menggandeng kemitraan dengan perusahaan swasta ini dilihat Hoen sebagai hal yang menyebabkan WHO kehilangan independensinya. Inilah yang tejadi dalam kemitraan proyek prakasa bebas tembakau WHO. Kemitraan korporasi farmasi multinasional ini didasarkan pada kepentingan seperti diungkapkan sendiri oleh Brundtland the all manufacture treatment products against tobacco dependence ketiga korporasi tersebut memanufaktur obat-obat Nicotine Replacement Treatment. Projek prakasa bebas tembakau dari WHO memberikan momentum yang tepat dan yang menguntungkan korporasi-korporasi farmasi multinasional antara persaingan perdagangan nikotin setidak-tidaknya ada 3 keuntungan yang diperoleh pertama lewat proyek perkasa ini industri tembakau dapat dibunuh paling tidak dapat dihambat perkembangannya. Kedua, pada saat bersamaan industri farmasi dapat leluasa mempromosikan produk-produk obat NRT. Ketiga, hal pertama dan kedua di atas dapat dilakukan melalui dan dengan dukungan badan Dunia WHO melalui kebijakan dan regulasi yang mematikan industri tembakau dan menghidupkan industri farmasi yang menghasilkan dan menjual produk-produk obat NRT dengan dukungan WHO ini juga dua hal di atas dapat dilakukan secara global dan menerobos batas-batas kedaulatan suatu negara. dukungan ini nampak jelas dalam advesory kit WHO, berjudul “leave the Pack Behind”. Yang dirilis pada tahun 1999. Fokus kampanye WHO saat itu adalah “smoking cessation” yang mempromosikan produk obat-obat NRT dari korporasi farmasi. promosi produk obat NRT secara jelas dinyatakan Director Jendral WHO, Brundtland dalam advesory kit tersebut. Dalam pesannya Brundtland menyatakan bahwa kita perlu agar semakin banyak yang berhasil berhenti merokok, saat ini sudah ada treatment yang sangat sukses dengan biaya efektif kemudian Brundtland menyebutkan obat-obat NRT sebagai…, seperti permen karet nikotin. Nicotin gam, patches, nasalspray dan inhaler. Yang menurut Brundtland punya peluang sukses dua kali lipat untuk menghentikan orang merokok. Dalam advesory kit itu tercantum pula bab khusus mengenai “pharmacological aids to smoking cessation” bersamaan dengan itu berbagai kampanye tentang bahayabahaya tembakau gencar dilakukan. Melibatkan berbagai pihak mulai para ahli farmasi, para dokter, para politisi para penggiat anti tembakau, Badan-Badan Nasional dan internasional. Tidak luput juga upaya menggalang dukungan dari agama-agama seperti pertemuan yang diadakan oleh WHO dengan para pembuka agama dunia di kantor pusat WHO, Jenewa, pada tanggal 3 Mei 1999. Bagi WHO agama merepresentasikan garis depan baru dalam mendukung suksesnya proyek prakarsa bebas tembakau. Suatu hal yang sangat penting dalam
39
pelaksanaan proyek prakarsa bebas tembakau adalah ketika WHO yang sejak awal pelaksanaan proyek telah didukung oleh korporasi-korporasi farmasi besar di dunia meletakan landasan hukum internasional dalam memerangi tembakau dengan lahirnya framework convention on tobacco control. dalam dunia hukum kita mengenal prinsip”ratio legis est anima legis”. untuk mengetahui “ratio legis” atau “raison d`etre”-nya hukum pengendalian tembakau itu, kita perlu mendalam latar belakang sejarah kepentingan-kepentingan dari dibuatnya hukum itu. Sekalipun istilah yang digunakan adalah istilah seperti pengendalian, pengontrolan, pengamanan, tetapi jika kita telisik sejarah dan kepentingan-kepentingan di balik hukum pengendalian tembakau, maka sejatinya “ratio legis” yang merupakan “anima legis” dari hukum pengontrolan tembakau itu adalah mematikan tembakau dengan segala industrinya, dan pada saat yang bersamaan mendukung perdagangan obat-obat NRT yang dihasilkan dan dipasarkan oleh korporasi farmasi multinasional. Maka tidaklah heran ketika dalam Konvensi pengendalian tembakau tersebut terdapat astikel khusus yang memberikan landasan hukum bagi kepentingan bisnis perdagangan obat-obat NRT dari korporasi-korporasi farmasi multinasional sebagaimana tercantum dalam Pasal artikel 14 di bawah judul “demand reduction measures concerning tobacco dependence and cessation” dan Pasal 22 yang merupakan rujukan dari Pasal 14 ayat (2) D konvensi tersebut. Artikel atau Pasal 14 FCTC ini dijadikan dasar hukum internasional dalam pengajuan proposal for inclusion of nicotine replacement therapy in the WHO model list of essential medicines yang diajukan dalam acara komite ke 17 dalam seleksi penggunaan obat-obat di Jenewa pada tanggal 23 Maret hingga 27 Maret 2009. Proposal ini diajukan oleh Dr. Douglas Bettcher, Direktur prakarsa bebas tembakau WHO yang mengajukan argumentasi bahwa NRT diakui efektif mendukung individu melepas rokok. Dua bentuk NRT yakni transdermal patches dan chewing gums, dimasukan dalam WHO model list of essential medicines. Dengan dimasukkannya dua bentuk NRT itu dalam daftar model obat esensial WHO, maka dua bentuk ini secara resmi diakui WHO sebagai obat-obat esensial untuk dapat digunakan oleh negara-negara yang meratifikasi FCTC dalam mengimplementasikan ketentuan Pasal 14 artikel 14 FCTC. Dengan kata lain, penjualan dua bentuk NRT ini mendapat pengakuan dan dukungan dari WHO lewat implementasi ketentuan artikel 14 FCTC. Fakta ini menunjukan bahwa FCTC itu tidak lain daripada suatu senjata hukum ampuh yang digunakan korporasi farmasi multinasional memenangkan kepentingan penjualan produk-produk NRT atau memenangkan “a strange bedfellows
competition for shares of a new multibillion dollar long-term nicotinemaintanance market” seperti diungkapkan oleh Kenneth Warner, John
Slade, dan David Sweanor di atas. Majelis Hakim Yang Mulia, kampanye agenda anti tembakau di Indonesia tidaklah terlepas dari agenda global ini. Hal ini dapat kita lihat dari dukungan dana-dana luar negeri untuk mensukseskan agenda anti tembakau ini. Pengucuran dana kepada
40
setiap pihak penerima dana diperuntukan bagi pelaksanaan agenda dari masing-masing pihak penerima dana. Ini dapat kita lihat dari dana yang berasal dari Bloomberg seperti dinyatakan dalam website Bloomberg initiative to reduce tobacco use grant program sebagai berikut Dinas Kesehatan Kota Bogor dapat kucuran dana dari Bloomberg di Amirika Serikat sebesar $228,224,- kalau dirupiahkan dengan kurs Rp. 9.200,jadi sebesar Rp. 2.099.660.800,- pemberian dana ini merupakan pelaksanaan dari program bantuan prakarsa Bloomberg dalam mengurangi penggunaan tembakau. Tahun 2010 ini Bogor ditargetkan jadi “smoke free city” untuk mewujudkan kota bogor yang bebas rokok itu, dilakukan berbagai tindakan mulai dari membentuk panitia pengaturan kontrol atas tembakau yang memonitor dan mengevaluasi prakarsa ini. Membebaskan transportasi umum dari rokok, mengurangi iklan dan promosi tembakau dan membangun jaringan kerja para pemangku kepentingan. Dalam website juga tercantum lembaga demografi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, dengan jumlah dana 280.755 US dolar untuk periode Oktober 2008 - Juli 2010. Tujuan dana untuk mempengaruhi para pembuat kebijakan policy-makers di Indonesia dalam membuat Kebijakan Harga dan Pajak Tembakau yang efektif. Dalam periode Juni 2008 hingga Agustus 2008, tercantum dana sebesar 40.654 US dolar untuk mempengaruhi para pembuat kebijakan di Indonesia dalam melakukan kebijakan harga dan pajak yang efektif melalui kebijakan advokasi dan pengembangan kapasitas. Kita tahu pada tahun 2008 Lembaga Demografi Akuntasi Ekonomi UI telah merilis laporan berjudul “Ekonomi Tembakau di Indonesia”. Dalam laporan tersebut diungkapkan bahwa lebih dari separuh 57 juta perokok di Indonesia akan meninggal karena penyakit ini disebabkan oleh rokok. Tercantum juga dana sebesar 529.819 US dolar dalam periode September 2008 hingga Agustus 2010 bagi Direktorat Non Communicate Disease Control (NCDC), Indonesia, untuk tujuan pelatihan tim NCDC dan penguatan kapasitas mereka dalam membangun dan mengimplementasikan suatu strategi pengontrolan tembakau nasional dan mendukung aktifitas-aktifitas pengontrolan tembakau atau sedikitdikitnya 7 propinsi. Fokusnya pada 100% lingkungan bebas tembakau. Forum Parlemen Indonesia untuk kependudukan dan pembangunan tercantum juga dalam website tersebut dengan jumlah dana sebesar 164.717 US dolar untuk periode Oktober 2007 hingga Desember 2009. Tujuan penggunaan dana ini adalah untuk pengembangan dan mendorong legilasi nasional pengontrolan atas tembakau yang sesuai dengan Framework Convention on Tobacco Control dan mendorong ratifikasi FCTC, melakukan kampanye media yang ditujukkan pada pembangunan kesehatan para anggota parlemen, para pemimpin agama, dan masyarakat luas dan melakukan advokasi yang mendukung Komisi-Komisi DPR seperti dibilang generasi muda, pendidikan, kesehatan, dan tenaga kerja untuk memastikan lolosnya legislasi. Masih bagi Forum Parlemen Indonesia itu dalam periode Januari 2007 hingga
41
Juni 2007 tercantum dana sebesar 28.753 US Dolar, tujuannya untuk mendapatkan dukungan dan komitmen politik melalui advokasi kebijakan pengontrolan tembakau di DPR untuk meloloskan draft Undang-Undang Dampak Tembakau Bagi Kesehatan dan FCTC. Tobacco Control Support Center Indonesia yang merupakan badan khusus pengendalian tembakau di bawah struktur organisasi Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia, sebagai pengembangan dari POKJA pengendalian masalah tembakau juga tercantum dalam website tersebut jumlah dana…, dengan jumlah dana sebesar 542.600 US dolar untuk periode Agustus 2007 hingga Agustus 2009, dana ini diperuntukkan bagi proyek yang bertujuan mendirikan pusat dukungan pengontrolan tembakau guna kepentingan koordinasi kegiatan-kegiatan pengontrolan tembakau di Indonesia dan memimpin kampanye advokasi kebijakan bagi perubahan legislasi bebas rokok di tingkat daerah dan peringatan kesehatan. Untuk periode September 2009 hingga Agustus 2011 dana yang tercantum bagi lembaga ini sebesar 491.569 US dolar, dalam periode Januari 2009 hingga Mei 2009 sebesar 12.800 US dolar untuk rencana pertemuan NGO dalam rangka membangun aktifitas-aktifitas strategis yang mendukung pengajuan kebijakan pengontrolan tembakau di tahun 2009. Komisi Nasional Perlindungan Anak juga tercantum dalam website tersebut dengan jumlah dana sebesar 455.919 US dolar. 42.
KETUA : ACHMAD SODIKI Waktunya tinggal 5 menit.
43.
AHLI DARI PEMOHON : GABRIEL MAHAL Badan yang lain…, Lembaga-Lembaga yang lain ada, ya, ditulisan saya ini yang akan saya sampaikan. Data-data di atas menunjukan bagaimana angeda anti tembakau global itu dijalankan di Indonesia khususnya terkait dengan Kebijakan Regulasi, karena itu ketentuan Pasal 113 Undang-Undang Replubik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan yang sedang diuji dalam sidang Yang Mulia ini merupakan salah satu bentuk dari pelaksanaan Proyek Prakasa Bebas Tembakau dengan agenda Anti Tembakau Global Dalam Hukum Nasional Indonesia. Majelis Hakim Yang Mulia, karena ketentuan Pasal 113 ini merupakan pelaksanaan dari proyek prakarsa bebas tembakau WHO dengan agenda global anti tembakau dan proyek ini tidak lah, berasal dari Bangsa dan Negara Indonesia maka pertanyaannya sangat penting dan sangat mendasar adalah apakah idiologi yang menjiwai ketentuan Pasal 113 Undang-Undang Kesehatan ini, pertanyaan ini sangat penting dan sangat mendasar karena bagaimana pun ketentuan Pasal 113 sebagai bagian dari hukum positif nasional haruslah berdasarkan pada dan dijiwai oleh ideologi Bangsa dan Negara yang terdapat dalam Pembukaan UndangUndang Dasar 1945 yakni Pancasila yang oleh sang proklamator Sukarno
42
disebut sebagai Philosofische Grondslad, sebagai fundamen filsafat pikiran yang sedalam-dalamnya diatasnya akan didirikan bangunan Negara Indonesia dan merupakan pandangan hidup. Untuk menjawab pertanyaan itu kita perlu terlebih dahulu menjawab pertanyaan ideologi apakah yang menjadi dasar menjiwai proyek prakasa bebas tembakau dengan segala agendanya, pertanyaan ini dijawab dengan jelas dan tuntas oleh Vincent Riccardo Di Pierri, Phd, dalam bukunya berjudul “Rampant Antismoking Signifies Grave Danger: Materialism out of Control”, Di Piere ungkapkan bahwa militant anti tembakau merupakan suatu gejala kritis dari materialisme yang merajalela, a critical symptom of rampant materialism, reduksisme biologis, atheisme dan relatifisme moral /oportunisme ekonomi. Paham materialisme adalah suatu paham yang mereduksi kondisi manusia hanya ke bentuk-bentuk kuantifikasi. Hasil kajian Di Pierre ini dapat menjelaskan pandangan penulis Amerika yang terkenal dengan beberapa karya fiksi politiknya, Fletcher Knebel, yang mengatakan, “ smoking is one of the leading causes of statistics”. Karena dalam agenda anti tembakau ini kondisi manusia direduksi. Dalam angka-angka statistik mulai dari soal berbagai penyakit, harapan hidup sampai dengan angka-angka kematian yang menakutkan itu. Dalam paham materialisme ini juga dapat kita pahami dalam rasionalisme kerugian-kerugian ekonomis akibat tembakau itu disatu sisi dan di sisi lain oportunisme ekonomi dari perdagangan obat-obat nikotin repismeny terapi yang dihasilkan dari pedagang kooporasi-koorporasi farmasi multinasional yang mulai meraup keuntungan bersama suksesnya agen…, tembakau itu. Menurut D. Depiere dalam pandangan penganut paham matrealisme. 44.
KETUA : ACHMAD SODIKI Kurang 2 menit, Saudara.
45.
AHLI DARI PEMOHON : GABRIEL MAHAL Dimensi psikologis, fsikososial, moral dan spiritual dilenyapkan, manusia tidak lebih dari pada 1 organisme biologi, dimensi-dimensi ini dilenyapkan dari relasi manusia dengan tembakau dalam paham matrealisme ini dimensi adat budaya dari tembakau itu juga dilenyapkan. Saya langsung mengutip pandangan Prof. Jimly Asshiddiqie bahwa ideologi marxisme meliputi beberapa ajaran salah-satunya matrealisme, berdasarkan pandangan-pandangan di atas saya sampai pada 1 kesimpulan bahwa ketentuan Pasal 113 itu tidak dijiwai atau tidak merasakan ideologi Pancasila dan Unang-Undang Dasar 1945 karena merupakan pelaksanaan dari agenda anti tembakau dan agenda anti tembakau itu dilandaskan pada suatu paham matrealisme, Majelis Hakim saya masih punya banyak penjelasan karena waktu, saya akan
43
sampaikan saja, untuk menjadi kiranya bermanfaat bagi Majelis Hakim Yang Mulia dalam persidangan ini, terima kasih. 46.
KETUA : ACHMAD SODIKI Ya, terima kasih Saudara Ahli, Mahkamah akan juga melayani para Pemohon-pemohon lain yang sudah mengantri dengan demikian maka sidang saya rasa cukup dan dilanjutkan akan datang.
KETUK PALU 3 X
SIDANG DI TUTUP PUKUL 12.35
Jakarta, 3 Juni 2010 Kepala Biro Adminstrasi Perkara dan Persidangan
Kasianur Sidauruk
44
45