PERENDAMAN HORMON PERTUMBUHAN REKOMBINAN KERAPU KERTANG (rElGH) DENGAN DOSIS BERBEDA PADA IKAN KARDINAL TETRA (Paracheirodon axelrodi)
FIRMANSYAH SEPDELIANA KAMIL
DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul “Perendaman Hormon Pertumbuhan Rekombinan Kerapu Kertang (rElGH) dengan Dosis Berbeda pada Ikan Kardinal Tetra (Paracheirodon axelrodi)” adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Agustus 2016 Firmansyah Sepdeliana Kamil NIM C14110045
ABSTRAK FIRMANSYAH SEPDELIANA KAMIL. Perendaman Hormon Pertumbuhan Rekombinan Kerapu Kertang (rElGH) dengan Dosis Berbeda pada Ikan Kardinal Tetra (Paracheirodon axelrodi). Dibimbing oleh MUHAMMAD ZAIRIN JUNIOR dan ODANG CARMAN. Ikan kardinal tetra (Paracheirodon axelrodi) merupakan ikan dari famili characoid yang berasal dari Amerika Latin dan ikan ini dapat tumbuh hingga panjang 3 cm. Garis biru metalik yang memanjang dari bagian ekor hingga kepala merupakan daya tarik ikan ini. Pertumbuhan ikan ini tergolong lambat dan dibutuhkan waktu yang lama untuk mencapai ukuran jual. Penelitian ini bertujuan untuk menguji efek perendaman hormon pertumbuhan rekombinan ikan kerapu kertang pada pertumbuhan ikan kardinal tetra ukuran L (2-2.8 cm) dengan dosis yang berbeda. Ikan direndam dengan dosis 0.1, 1, 10 mg/L dengan 100 mg/L BSA (Bovine Serum Albumin). Sebagai kontrol, ikan direndam dengan 100 mg/L BSA. Dari hasil perendaman diperoleh nilai laju pertumbuhan mutlak (0,0024±0,0012 g/hari) dan laju pertumbuhan spesifik (0,6 ± 0,256 %/hari) tertinggi diperoleh pada perendaman 1 mg/L. Pertumbuhan panjang (0,252 ± 0,048 cm) tertinggi diperoleh pada perlakuan 0.1 mg/L. Perendaman ikan kardinal tetra didalam hormon pertumbuhan rekombinan tidak memberikan pengaruh nyata terhadap pertumbuhan ikan kardinal tetra. Kata Kunci: Hormon pertumbuhan rekombinan, kardinal tetra, pertumbuhan. ABSTRACT FIRMANSYAH SEPDELIANA KAMIL. Recombinant Giant Grouper Growth Hormone (rElGH) Immersion with Different Doses on Cardinal Tetra (Paracheirodon axelrodi). Supervised by MUHAMMAD ZAIRIN JUNIOR and ODANG CARMAN Cardinal tetra (Paracheirodon axelrodi) is a fish from characoid family and originally came from South America and these fish could grow up to 3 cm length. The metallic blue line that extends from the tail to the head is the fish appeal. The growth of this fish is relatively slow and it takes a long time to reach the market size. The purpose of the study was to examine the effect of immersion in giant grouper growth hormone (rElgh) on the growth of L size cardinal tetra (2-2.8 cm). The fish was immersed with rElGH at a dose 0.1, 1, 10 mg/L and 100 mg/L BSA (Bovine Serum Albumin). As control, the fish was immersed with 100 mg/L BSA. Result showed that the highest absolute body growth (0.0024 ± 0.0012 g / day), spesific growth rate (0.6 ± 0.256% / day) was obtained at 1 mg/L immersion dose and length growth (0.252 ± 0.048 cm) was obtained at 0.1 mg/l immersion dose. Immersion of cardinal tetra showed insignificant effect on the growth of this fish. Keywords: Recombinant growth hormone, cardinal tetra, growth
PERENDAMAN HORMON PERTUMBUHAN REKOMBINAN KERAPU KERTANG (rElGH) DENGAN DOSIS BERBEDA PADA IKAN KARDINAL TETRA (Paracheirodon axelrodi)
FIRMANSYAH SEPDELIANA KAMIL
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada Departemen Budidaya Perairan
DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016
Dosen penguji pada sidang skripsi: Dr. Munti Yuhana, S.Pi. M.Si.
Judul Skripsi : Perendaman Hormon Pertumbuhan Rekombinan Kerapu Kertang (rElGH) dengan Dosis Berbeda pada Ikan Kardinal Tetra (Paracheirodon axelrodi) Nama : Firmansyah Sepdeliana Kamil NIM : C14110045
Disetujui oleh
Prof. Dr. Ir. Muhammad Zairin Jr., M.Sc. Pembimbing I
Diketahui oleh
Dr. Ir. Sukenda, MSc Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
Dr. Ir. Odang Carman, M.Sc. Pembimbing II
PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Perendaman Hormon Pertumbuhan Rekombinan Kerapu Kertang (rElGH) dengan Dosis Berbeda pada Ikan Kardinal Tetra (Paracheirodon axelrodi)”. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni 2015 hingga bulan Juli 2015 di Laboratorium Sistem dan Teknologi Akuakultur, Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Prof. Dr. Ir. Muhammad Zairin Jr, M.Sc. dan Dr. Ir. Odang Carman, M.Sc. selaku dosen pembimbing serta Ibu Dr. Munti Yuhana, S.Pi M.Si sebagai dosen tamu dan Dr. Sri Nuryati, S.Pi. M.Si selaku kepala program studi pada ujian skripsi. Orang tua yang selalu mendoakan dan memberi dukungan moril, serta materi selama penulis menempuh pendidikan. Kepada teman seperjuangan Budidaya Perairan angkatan 48, terimakasih atas kenangan dan semangat yang telah diberikan Semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca.
Bogor, Agustus 2016 Firmansyah Sepdeliana Kamil
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR GAMBAR
vi
DAFTAR LAMPIRAN
vi
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
2
Tujuan Penelitian
2
METODE
2
Rancangan Percobaan
2
Prosedur Penelitian
2
Parameter Penelitian
3
Prosedur Analisis Data
4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4
Hasil
4
Pembahasan
6
KESIMPULAN DAN SARAN
8
Kesimpulan
8
Saran
8
DAFTAR PUSTAKA
8
LAMPIRAN
10
RIWAYAT HIDUP
11
DAFTAR TABEL 1 Laju pertumbuhan Spesifik (LPS), pertumbuhan panjang (PP), bobot, biomassa dan kelangsungan hidup ikan kardinal tetra dengan perlakuan perendaman hormon rElGH dengan dosis yang berbeda. 2 Kualitas Air Selama 40 hari pemeliharaan
5 6
DAFTAR GAMBAR 1 Bobot rata-rata ikan kardinal tetra yang dipelihara selama 40 hari setelah perendaman dengan hormon pertumbuhan rElGH dengan perlakuan 0.1 mg/L (♦), 1 mg/L (■), 10 mg/L (▲) dan kontrol (●). 2 Biomassa rata-rata ikan kardinal tetra yang dipelihara selama 40 hari setelah perendaman dengan hormon pertumbuhan rElGH dengan perlakuan 0.1 mg/L (♦), 1 mg/L (■), 10 mg/L (▲) dan kontrol (●).
5
6
DAFTAR LAMPIRAN 1 2 3 4
Hasil analisis statistik Laju Pertumbuhan Spesifik Ikan kardinal tetra Hasil analisis statistik Laju Pertumbuhan Mutlak Ikan kardinal tetra Hasil analisis statistik Pertumbuhan Panjang Ikan kardinal tetra Hasil analisis statistik Kelangsungan Hidup Ikan kardinal tetra
10 10 10 10
1
PENDAHULUAN Latar Belakang Ikan hias merupakan salah satu komoditas yang banyak menghasilkan devisa bagi negara. Potensi dalam pengembangan ikan hias di Indonesia cukup besar. Usaha ikan hias di Indonesia banyak dilakukan dimulai dari usaha skala besar, menengah, kecil dan skala rumah tangga. Target pencapaian produksi ikan hias oleh Ditjen Perikanan Budidaya yakni senilai 10.300.000 dollar amerika pada tahun 2015 (KKP 2014). Produksi ikan hias domestik yang meningkat terlihat pada data KKP 2014. Berdasarkan data tersebut menunjukkan bahwa setiap tahunnya komoditas ikan hias mengalami pertumbuhan yang cukup baik. Salah satu komoditas ikan hias yang memiliki peluang tinggi adalah ikan kardinal tetra (Paracheirodon axelrodi). Ikan kardinal tetra merupakan ikan dari famili characoid yang berasal dari Amerika Latin. Garis biru metalik yang memanjang dari bagian ekor hingga kepala merupakan daya tarik ikan ini. Berbeda dengan ikan neon tetra, ikan ini memiliki warna dasar merah terang menyala di setengah bagian bawah tubuhnya. Pasar ekspor ikan kardinal tetra mencakup wilayah Eropa, timur tengah dan Amerika Serikat. Permintaan ekspor dari ikan kardinal hampir mencapai 1 juta ekor/bulan. Simatupang (2013) menjelaskan bahwa produksi ikan kardinal tetra di daerah kabupaten bogor hanya dapat menyuplai 40 ribu ekor/bulan. Produksi ikan kardinal tetra yang diproduksi di Indonesia masih belum mencukupi hal tersebut. Hal ini berkaitan dengan sarana dan prasarana yang dimiliki oleh petani masih kurang sehingga produksi belum dapat diperoleh secara maksimal. Selain itu, pertumbuhan kardinal tetra tergolong lambat. Pemeliharaan selama 4-5 bulan dibutuhkan untuk mencapai ukuran ikan yang siap diekspor. Harga ikan kardinal tetra di pasaran yakni Rp. 200,-/ekor untuk ukuran S (>0,5 cm-1 cm), Rp. 400,- /ekor untuk ukuran SM (1,6 cm-1,7 cm), Rp. 800,- /ekor untuk ukuran M (2 cm-2,1 cm) dan Rp,- 1.300,-/ekor untuk ukuran L (>2,5 cm) (Simatupang 2013). Semakin besar ukuran, maka nilai jualnya juga menjadi lebih tinggi. Peningkatan laju pertumbuhan dapat menggunakan beberapa metode, salah satunya yakni dengan penggunaan hormon pertumbuhan. Acosta et al (2007) menyatakan pemberian rGH dapat dilakukan melalui perendaman. Metode perendaman merupakan salah satu metode efektif untuk skala masal pada stadia larva atau juvenil. Selain melalui perendaman, hormon rGH juga dapat diberikan melalui penyuntikan dan pencampuran pakan. Pemberian hormon pertumbuhan diharapkan dapat meningkatkan laju pertumbuhan dan mempersingkat waktu pemeliharaan. Hormon pertumbuhan adalah hormon yang berfungsi untuk pertumbuhan dan perkembangan suatu organisme. Pemberian recombinant Epinephelus lanceolatus growth hormone pada beberapa jenis ikan telah dilakukan dan mendapatkan hasil yang baik. Larva ikan lele berumur 4 hari direndam dengan rGH meningkatkan pertumbuhan sebesar 24% dan meningkatkan kelangsungan hidup sebesar 10% (Maulana 2014). Penelitian lainnya menggunakan larva ikan gurami berumur 12 hari yang direndam dengan hormon dapat meningkatkan pertumbuhan sebesar 129.6% dengan nilai kelangsungan hidup sebesar 40.9% (Apriadi 2012). Triwinarso (2014) menunjukkan perendaman larva lele sangkuriang berumur 12 hari dengan dosis rGH 2mg/L memberikan pertumbuhan sebesar 15% dan menurunkan konversi pemberian pakan sebesar 64.33%. Pemberian BSA (Bovive Serum Albumin) biasanya dilakukan dalam
2 perlakuan perendaman dengan rGH. Francis (2010) mengatakan bahwa fungsi BSA yakni untuk mengikat dan mentransportasikan ligan penting didalam proses fisiologis ikan. Pada penelitian Sutiono (2014) perendaman larva ikan gurami berumur 2 hari dengan dosis 0.12 mg/L yang ditambah dengan 100mg/L BSA memiliki pertumbuhan 110% lebih besar dibandingkan dengan perendaman ikan gurami yang tidak menggunakan BSA. Fungsi dari BSA sendiri yakni sebagai bufer rGH. Pada penelitian ini ikan kardinal direndam pada 1 liter air yang telah diberi rGH dengan dosis berbeda yang telah dicampur BSA. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk menguji efek perendaman ikan kardinal tetra ukuran L (2-2.8 cm) didalam hormon pertumbuhan rekombinan ikan kerapu kertang (rElGH) terhadap pertumbuhan ikan kardinal tetra dengan dosis yang berbeda.
METODE Rancangan Percobaan Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan metode eksperimental yang terdiri dari empat perlakuan dengan tiga ulangan. Perlakuan yang dilakukan yakni perendaman 30 ekor ikan kardinal tetra ukuran L (2-2.8 cm) dengan rElGH dengan dosis yang berbeda. Perlakuan yang digunakan adalah: Perlakuan A: Ikan direndam dengan dosis 0,1 mg/L rElGH dan BSA 100 mg/L Perlakuan B: Ikan direndam dengan dosis 1 mg/L rElGH dan BSA 100 mg/L Perlakuan C: Ikan direndam dengan dosis 10 mg/L rElGH dan BSA 100 mg/L Perlakuan K: Ikan direndam dengan BSA 100 mg/L Prosedur Penelitian Persiapan wadah Wadah yang digunakan untuk penelitian yakni akuarium dengan ukuran 20x20x25 cm. Wadah dibersihkan dengan sabun hingga bersih dan dikeringkan. Wadah diisi dengan air hingga penuh dan diperiksa keesokan harinya untuk menghindari kebocoran selama pemeliharaan. Volume air yang digunakan selama pemeliharaan yakni 8 L air. Perendaman ikan Ikan kardinal tetra dengan bobot rata-rata 0.33-0.37 gram dan panjang 2-2.8 cm diperoleh dari pembudidaya ikan tetra di Sawangan Depok. Ikan kardinal tetra yang digunakan untuk penelitian dipuasakan selama 24 jam sebelum dilakukan perendaman. Ikan kardinal tetra direndam dalam larutan NaCl 30 g/L (kejut salinitas) selama 2 menit, lalu dimasukkan kedalam air yang telah diberi NaCl 3 g/L, BSA 100 mg dan dosis rGH sesuai perlakuan selama 1 jam. Perendaman ikan dilakukan dalam plastik kemas yang diisi oksigen murni dengan perbandingan air dan oksigen 1:2. Frekuensi perendaman dilakukan satu kali pada awal pemeliharaan ikan.
3
Pemeliharaan Ikan Ikan dipelihara selama 40 hari dalam akuarium yang telah disiapkan. Pakan ikan yang diberikan yakni berupa cacing sutera yang telah dicuci sebelumnya dengan air hingga bersih. Pemberian pakan dilakukan secara ad libitum (Pakan selalu tersedia). Penyifonan kotoran dilakukan 1 kali sehari yakni pada pukul 08.00. Pergantian air dilakukan setiap hari sebanyak 10% setiap hari dan 90% setiap 10 hari sekali. Sampling Ikan Sampling ikan dilakukan setiap 10 hari sekali, yakni pada hari ke 10, 20, 30 dan 40. Biomassa ikan ditimbang menggunakan timbangan digital dengan ketelitian 0,01 gram. Pengukuran panjang ikan diukur dengan penggaris dengan ketelitian 5 mm. Pengukuran kelangsungan hidup dihitung pada akhir penelitian. Pengukuran Kualitas Air Suhu akuarium diukur setiap pagi dan sore hari selama 40 hari pemeliharaan. Sedangkan parameter lain yang diukur pada awal dan akhir penelitian yakni DO, pH dan TAN (Total Ammonia Nitrogen). Parameter tersebut diukur di Laboratorium Lingkungan Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Parameter Penelitian Laju Pertumbuhan Spesifik Laju pertumbuhan spesifik adalah laju pertumbuhan harian ikan atau presentase pertumbuhan ikan setiap harinya. LPS dihitung dengan menggunakan rumus: LPS = [{(Wt x W0-1)1/t-1} x 100] Keterangan: LPS = Laju Pertumbuhan Spesifik (%) Wt = Bobot rata-rata pada akhir pemeliharaan (g) W0 = Bobot rata-rata pada awal pemeliharaan (g) t = waktu pemeliharaan (hari) Laju Pertumbuhan Mutlak Pertumbuhan bobot mutlak adalah rataan pertumbuhan bobot yang dihitung dengan rumus: LPM = (Wt – W0) x t-1 Keterangan: LPM = Laju Pertumbuhan Mutlak (g/hari) Wt = Bobot rata-rata pada akhir pemeliharaan (g) W0 = Bobot rata-rata pada awal pemeliharaan (g) t = Waktu pemeliharaan (hari)
4 Pertumbuhan Panjang Pertumbuhan panjang adalah rataan pertumbuhan panjang yang dihitung dengan rumus sebagai berikut: PP = Pt – P0 Keterangan PP = Pertumbuhan Panjang (cm) Pt = Pertumbuhan panjang pada akhir pemeliharaan (cm) P0 = Pertumbuhan panjang pada awal pemeliharaan Kelangsungan Hidup Kelangsungan hidup adalah persentase jumlah ikan yang hidup pada akhir penelitian dibandingkan dengan persentase jumlah ikan pada awak pemeliharaan. KH dihitung dengan rumus: KH = (Nt – N0) x 100% Keterangan KH = Kelangsungan Hidup (%) Nt = Jumlah ikan pada akhir pemeliharaan (ekor) N0 = Jumlah ikan pada awal pemeliharaan (ekor) Analisis data Data yang diperoleh ditabulasi dengan menggunakan Microsoft exel 2016 dan dianalisis dengan metode sidik ragam (ANOVA) dengan bantuan aplikasi SPSS 16. Uji lanjut dilakukan dengan uji Tukey dan Duncan. Prosedur Analisis Data Analisis data menjelaskan cara menganalisis atau teknik mengolah data yang digunakan untuk menarik simpulan dari hasil kajian dari topik yang diteliti.
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup Parameter pertumbuhan pada penelitian kali ini meliputi Laju pertumbuhan Spesifik (LPS), Laju Pertumbuhan Mutlak (LPM), pertumbuhan panjang (PP), bobot, biomassa dan kelangsungan hidup.
5 Tabel 1 Hasil analisis parameter pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan kardinal tetra dengan perlakuan perendaman hormon rElGH dengan dosis yang berbeda. Perlakuan Parameter 0,1 mg/L 1 mg/L 10 mg/L Kontrol a a a LPM (g/hari) 0,0017±0,0006 0,0024±0,0012 0,0011±0,0002 0,0013±0,0005a LPS (%/hari) 0,44 ± 0,149a 0,6 ± 0,256a 0,27 ± 0,075a 0,32 ± 0,1a PP (cm) 0,252 ± 0,048a 0,178 ± 0,029a 0,139 ± 0,018a 0,159 ± 0,058a Bobot rata-rata 0,42 ± 0,03a 0,45 ± 0,04a 0,41 ± 0,01a 0,4 ±0,03a akhir (g/ekor) Biomassa (g) 12,34 ± 0,93a 13,17 ± 1,47a 12,18 ± 0,40a 11,94 ± 0,93a KH (%) 97 ± 1,92 a 97 ± 1,92a 100 ± 0,00a 98 ± 1,92a Angka-angka dalam baris yang sama dan diikuti oleh huruf superscript yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji 5%
Berdasarkan Tabel 1 diketahui bahwa perlakuan perendaman dengan perendaman rElGH dengan dosis 0,1 mg/L, 1 mg/L dan 10 mg/L tidak memberikan pengaruh nyata (p>0,05) terhadap laju pertumbuhan mutlak (Lampiran 1), laju pertumbuhan spesisfik (Lampiran 2), pertumbuhan panjang (Lampiran 3) dan kelangsungan hidup (Lampiran 4). Bobot rata-rata dan biomassa ikan kardinal selama pemeliharaan mengalami peningkatan hingga akhir pemeliharaan pada semua perlakuan (Gambar 1 dan 2). Pada akhir pemeliharaan, bobot rata-rata ikan kardinal perlakuan 0,1 mg/L sebesar 0,42 g/ekor, perlakuan 1 mg/L sebesar 0,45 g/ekor, perlakuan 10 mg/L sebesar 0,41 g/ekor dan perlakuan kontrol sebesar 0,4 g/ekor. Biomassa di akhir pemeliharaan sebesar 12,34 g pada perlakuan 0,1 mg/L, 13,17 g pada perlakuan 1 mg/L, 12,18 g pada perlakuan 10 mg/L dan 11,94 g pada perlakuan kontrol.
Bobot rata-rata (g/ekor)
0,50 0,40
0,30
0.1 mg/L
0,20
1 mg/L 10 mg/L
0,10
Kontrol
0,00 0
10 20 30 Waktu (hari Ke-)
40
Gambar 1 Bobot rata-rata ikan kardinal tetra yang dipelihara selama 40 hari setelah perendaman dengan hormon pertumbuhan rElGH dengan perlakuan 0.1 mg/L (♦), 1 mg/L (■), 10 mg/L (▲) dan kontrol (●).
Biomassa rata-rata (g)
6
12,00 9,00 Kontrol 1 mg/L
6,00
0.1 mg/L 3,00
10 mg/L
0,00 0
10 20 30 Waktu (Hari Ke-)
40
Gambar 2 Biomassa rata-rata ikan kardinal tetra yang dipelihara selama 40 hari setelah perendaman dengan hormon pertumbuhan rElGH dengan perlakuan 0.1 mg/L (♦), 1 mg/L (■), 10 mg/L (▲) dan kontrol (●). Kualitas Air Kualitas air pemeliharaan ikan pada akuarium perlakuan dan akuarium kontrol relatif sama. Kualitas air yang diukur berada pada kisaran yang dapat ditolerir oleh ikan. Tabel 2 Kualitas air selama 40 hari pemeliharaan. Perlakuan Suhu (C°) DO (mg/L) pH min maks min Maks min Maks 0.1 mg/L 25 27,8 4,8 5,7 7,45 7,94 1 mg/L 25 27,8 4,8 5,4 7,23 7,92 10 mg/L 25 27,2 5,4 5,5 7,46 7,97 K 25 27,1 5,1 5,5 7,45 7,91 Referensi 25-27 4,1-5,4 5,6-7,8 (Oliveira et (Wijaya (Oliveira et al. 2008) 2014) al. 2008)
Tan (mg/L) min maks 0,47 0,62 0,53 0,58 0,54 0,57 0,37 0,41 0,0-0,9 (Oliveira et al. 2008)
Pembahasan Perendaman hormon pertumbuhan rekombinan kerapu kertang (recombinant Ephinephelus lanceolatus growth hormone) pada ikan kardinal tetra ukuran L dengan dosis 1 mg/L menunjukkan nilai pertumbuhan yang lebih besar dibandingkan dengan nilai kontrol. Kenaikan biomassa pada perlakuan 1mg/L yakni 10,3% lebih besar dibandingkan dengan kontrol (Tabel 1). Nilai pertumbuhan pada penelitian kali ini cukup rendah karena pada penelitian yang telah dilakukan sebelumnya memiliki nilai pertumbuhan yang cukup baik. Ratnawati (2012) melakukan perendaman larva ikan gurami dengan dosis rElGH yang digunakan sebesar 120 mg/L selama 30 menit memiliki hasil pertumbuhan 30% lebih besar dibandingkan dengan kontrol. Sama halnya dengan penelitian Setyawan et al. (2014) dengan perendaman larva ikan Nila Larasati dengan
7 dosis rElGH sebesar 2.5 mg/L memiliki tingkat pertumbuhan 50% lebih besar dibandingkan perlakuan kontrol. Penelitian yang menggunakan rElGH dengan metode perendaman lebih banyak dilakukan pada ikan saat stadia larva ataupun udang. Sutiono (2014) menggunakan larva ikan gurami yang direndam dengan rElGH 0.12 mg/L dan BSA 100 mg /L selama 1 jam dan memiliki pertumbuhan bobot 110% lebih besar dibandingkan dengan perlakuan kontrol. Pada penelitian Handoyo (2012), glass eel yang direndam dengan dosis rElGH 12 mg/L selama 2 jam memiliki laju pertumbuhan harian 29.2% lebih tinggi dibandingkan dengan kontrol selama 60 hari pemeliharaan. Selanjutnya penelitian Laksana (2012) yang melakukan perendaman post larva udang vanname dengan rElGH dan 100 mg/L BSA selama 3 jam memiliki peningkatan biomassa sebesar 66% dibandingkan dengan kontrol. Hal ini tidak berlaku bagi ikan yang sudah dewasa. Ikan dewasa memiliki reseptor hormon yang spesifik, sedangkan reseptor hormon yang terdapat pada larva ikan masih dalam tahap perkembangan dan masih belum spesifik sehingga hormon pertumbuhan yang ditambahkan secara eksternal dapat dimanfaatkan dengan baik. Berbeda pada ikan dewasa yang memiliki reseptor hormon pertumbuhan yang lebih spesifik, hormon pertumbuhan yang diberikan tidak dapat diserap baik pada organ target yang dituju. Hormon perlakuan yang masuk ke dalam tubuh akan dicerna oleh ikan dan tidak memberi efek yang signifikan terhadap pertumbuhan. Mekanisme penyerapan hormon pertumbuhan rekombinan (rElGH) yang diberikan masih belum diketahui secara pasti. Moriyama dan Kawauchi (1990) mendemonstrasikan radiolabeled-BSA dapat memasuki tubuh ikan melalui jaringan epidermis dan insang ikan rainbow trout setelah perendaman dan diduga sel insang digunakan sebagai jalur masuknya hormon perlakuan. Berdasarkan pendemonstrasian tersebut, diduga mekanisme masuknya hormon pertumbuhan rekombinan secara osmoregulasi melalui insang. Organ yang berperan dalam proses osmoregulasi yakni insang, ginjal dan usus. Tingkat kesamaan resptor hormon dengan jenis hormon pertumbuhan yang diberikan akan mempengaruhi tingkat pertumbuhan. Birzniece et al. (2009) menyatakan bahwa ketidakcocokan antara hormon pertumbuhan yang diberikan terhadap reseptor akan memberikan perbedaan pertumbuhan. Putra (2010) menggunakan hormon pertumbuhan gurame yang diujicobakan kepada ikan gurame dengan perlakuan perendaman memberikan pertumbuhan sebesar 75% lebih tinggi dibandingkan dengan kontrol. Sebaliknya, Aminah (2012) melakukan pemberian hormon pertumbuhan kerapu kertang pada glass eel dengan metode perendaman mengalami peningkatan pertumbuhan sebesar 28% pada dosis 3 mg/L. Kekerabatan ikan sidat dan ikan kerapu kertang cukup jauh sehingga tingkat kesamaan antara reseptor hormon sangat rendah. Sama halnya dengan penelitian ini, hormon yang digunakan yakni hormon pertumbuhan rekombinan ikan kerapu kertang dan diujicobakan pada ikan kardinal tetra. Kedua ikan ini memiliki kekerabatan cukup jauh yang menyebabkan rendahnya tingkat kesamaan reseptor hormon. Kelangsungan hidup pada penelitian ini memiliki nilai yang cukup tinggi. Tingkat kelangsungan hidup pada setiap perlakuan memiliki nilai di atas 97%. Ikan yang digunakan merupakan ikan kardinal yang sudah dewasa dengan umur 5-6 bulan sehingga daya tahan tubuh yang cukup baik. Acosta et al. (2009) menyatakan bahwa hormon pertumbuhan yang diberikan dapat meningkatkan daya tahan terhadap stress dan infeksi penyakit serta meningkatkan kelangsungan hidup ikan. Pada penelitian Aminah (2012) glass eel dengan dosis 3 mg/L memiliki tingkat kelangsungan hidup 121% lebih besar dibandingkan dengan dosis 0 mg/L.
8 Metode perendaman ikan dengan hormon pertumbuhan merupakan salah satu cara yang mudah diterapkan pada kegiatan produksi massal. Namun untuk hasil yang lebih baik metode ini harus dilakukan setiap kali produksi, karena efek dari perlakuan tidak diwariskan ke generasi selanjutnya. Penelitian ini digunakan ikan kardinal tetra dengan ukuran L yang direndam selama 1 jam serta frekuensi perendaman hanya sekali. Selain itu, penambahan dosis hormon juga dapat dilakukan. Dosis yang tepat dapat meningkatkan pertumbuhan lebih baik lagi. Penelitian lebih lanjut dapat dilakukan dengan melakukan penambahan lama perendaman, peningkatan frekuensi perendaman dan penambahan dosis rElGH agar pertumbuhan yang diperoleh dapat lebih meningkat.
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Perendaman ikan kardinal tetra didalam hormon pertumbuhan rekombinan ikan kerapu kertang (rElGH) dengan dosis berbeda tidak memiliki pengaruh nyata terhadap pertumbuhan. Pada perendaman dengan 1 mg/L memiliki pertumbuhan bobot tertinggi, yakni dengan nilai Laju Pertumbuhan Spesifik sebesar 0,6 %/hari dengan bobot rata-rata akhir 0,45 gram. Sedangkan pertumbuhan panjang tertinggi diperoleh pada perlakuan 0.1 mg/L yakni sebesar 0,252 cm.
Saran Peningkatan pertumbuhan ikan kardinal tetra dapat dilakukan melalui perendaman rElGH dengan dosis 1 mg/L. Penelitian lebih lanjut dapat dengan cara penambahan lama perendaman dan penambahan frekuensi perendaman.
DAFTAR PUSTAKA Acosta J, Estrada MP, Carpio Y, Ruiz O. Morales R, Martinez E, Valdes J, Borroto C, Besada V, Sanchez A, Herrera F. 2009. Tilapia Somatotropin Polypeptides: Potent Enhancers of Fish Growth and Innate Immunity, Biotecnologia Aplicada 26:267-272. Acosta JR, Morales R, Morales M, Alonso M, EstradaMP. 2007. Pichia Pastoris Expressing Recombinant Tilapia Growth Hormone Accelerates the Growth of Tilapia. Biotechnol Lett 29: 1671-1676. Aminah. 2012. Aplikasi Hormon Pertumbuhan Rekombinan Ikan Kerapu Kertang pada Glass Eel dengan Dosis Perendaman Berbeda [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Apriadi Y. 2012. Aplikasi Hormon Pertumbuhan Rekombinan Ikan Kerapu Kertang Pada Ikan Gurame Melalui Perendaman Dosis Berbeda [skripsi]. Bogor (ID). Institut Pertanian Bogor. Birzniece V, Sata A, Ho K. 2009. Growth Hormone Reseptor Modulators. Clin Endrocinol
9 Handoyo B, Alimuddin A, Utomo NBP. 2012. Pertumbuhan, konversi dan retensi pakan, dan proksimat tubuh benih ikan sidat yang diberi hormon pertumbuhan rekombinan ikan kerapu kertang melalui perendaman. Jurnal Akuakultur Indonesia. 11 (2) 2012: 132-140. [KKP]. 2014. Mendulang devisa dari bisnis ikan hias. [internet]. [diunduh 2015 September 23]. Tersedia pada: http://www.kkp.go.id. Laksana DP. 2012. Pertumbuhan dan kelangsungan hidup post-larva udang vaname yang diberi hormon pertumbuhan rekombinan dengan lama perendaman berbeda [skripsi]. Bogor (ID). Institut Pertanian Bogor. Maulana R. 2014. Penentuan Hormon Pertumbuhan Rekombinan Ikan Kerapu Kertang pada Larva Ikan Lele Sangkuriang Melalui Perendaman [skripsi] Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Moriyama S, Kawauchi H. 1990. Growth Stimulation of Juvenile Salmonids by Immersion in Recombinant Salmon Growth Hormone. Nipp Suis Gakk 56:31-34. Oliveira S R, Souza RT, Nunes ES, Carvalho CS, Menezes C, Marcon J, Akifumi O, Affonso EG. 2008. Tolerance to temperature, pH, and nitrite in Kardinal Tetra (Paracheirodon axelrodi) an Amazonian ornamental fish. Acta Amazonia. 38(4) 2008: 773-780. Putra HGP. 2010. Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup Benih Ikan Gurame yang Diberi Protein Pertumbuhan Rekombinan GH melalui Perendaman dengan Dosis Berbeda [skripsi] Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Ratnawati P. 2012. Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup Benih Ikan Gurame yang Diberi Hormon Pertumbuhan Rekombinan dengan Lama Perendaman yang Berbeda [skripsi] Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Setyawan PK, Rejeki S, Nugroho RA. 2014. Pengaruh pemberian recombinant Growth Hormone (rGH) melalui metode perendaman dengan dosis yang berbeda terhadap kelulushidupan dan pertumbuhan larva ikan nila Larasati (Oreochromis niloticus). Jurnal of Aquaculture Management and Techology. 3(2) 2014: 69-76. Simatupang BV. 2013. Analisis kelayakan usaha ikan hias Kardinal Tetra (Paracheirodon axelrodi) di Kirana Fish Farm Bogor, Jawa Barat [skripsi]. Bogor (ID): Institut Peretanian Bogor. Sutiono MS. 2014. Penggunaan albumin serum sapi dalam perendaman hormon pertumbuhan rekombinan pada benih ikan gurami [skripsi]. Bogor (ID). Institut Pertanian Bogor. Triwinarso WH, Basuki F, Yuniarti T. 2014. Pengaruh Pemberian Rekombinan Hormon Pertumbuhan (rGH) Melalui Metode Perendaman Dengan Lama Waktu yang Berbeda Terhadap Pertumbuhan dan Kelulushidupan Ikan Lele Varietas Sangkuriang. Jurnal of Aquaculture Management and Techology. 3(4) 2014: 265-272. Wijaya I. 2014. Produksi Ikan Neon Tetra Paracheirodon innesi Ukuran M pada Suhu Ruang Hingga 32 ºC [skripsi]. Bogor (IS) Institut Pertanian Bogor.
10 Lampiran 1 Hasil analisis statistik Laju Pertumbuhan Mutlak (LPM) Ikan kardinal tetra Anova Sumber JK DB KT F P Keragaman Perlakuan Sisa Total
,000 ,000 ,000
3 8 11
,000 ,000
2,287
,156*
*
Perlakuan perendaman tidak berpengaruh nyata terhadap laju pertumbuhan mutlak ikan kardinal tetra (P>0,005).
Lampiran 2 Hasil analisis statistik Laju Pertumbuhan Spesifik (LPS) Ikan kardinal tetra Anova Sumber JK DB KT F P Keragaman Perlakuan ,186 3 ,062 2,390 ,144* Sisa Total
,208 ,394
8 11
,026
*
Perlakuan perendaman tidak berpengaruh nyata terhadap laju pertumbuhan spesifik ikan kardinal tetra (P>0,005).
Lampiran 3 Hasil analisis statistik Pertumbuhan Panjang (PP) Ikan kardinal tetra Anova Sumber Keragaman JK DB KT F P Perlakuan Sisa Total
,000
3
,000
,000 ,000
8 11
,000
4,190
,047
*
Perlakuan perendaman tidak berpengaruh nyata terhadap laju pertumbuhan spesifik ikan kardinal tetra (P>0,005).
Lampiran 4 Hasil analisis statistik Kelangsungan Hidup (KH) Ikan kardinal tetra Anova Sumber JK DB KT F P Keragaman Perlakuan ,000 3 ,000 1,222 ,363 Sisa Total *
,000 ,001
8 11
,000
Perlakuan perendaman tidak berpengaruh nyata terhadap laju pertumbuhan spesifik ikan kardinal tetra (P>0,005).
11 RIWAYAT HIDUP Penulis merupakan anak kedua dari tiga bersaudara, putra dari pasangan Ibu Eli Suryani, SP. dan Bapak Dede Sulaeman, S.Ag. Penulis dilahirkan pada tanggal 19 September 1994 di Sukabumi Jawa Barat. Penulis menempuh pendidikan dasar pada tahun 2000 sampai dengan tahun 2006 di SD Negeri 01 Warudoyong. Penulis melanjutkan pendidikan ke sekolah menengah pertama pada tahun 2006 hingga tahun 2009 di SMP Negeri 2 Kota Sukabumi. Selanjutnya penulis melanjutkan pendidikan menengah atas pada tahun 2009 sampai dengan 2011 dengan program akselerasi di SMA Negeri 1 Kota Sukabumi. Penulis diterima sebagai mahasiswa Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan di Institut Pertanian Bogor pada tahun 2011 melalui jalur Seleksi Masuk Perguruan Tinggi Negri (SMPTN) Undangan. Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif tergabung dalam kepanitiaan dan organisasi kemahasiswaan yaitu Ikatan Keluarga dan Mahasiswa Sukabumi (IKAMASI) sebagai ketua umum pada tahun 20122013 dan pada Himpunan Mahasiswa Akuakultur (Himakua) sebagai anggota Divisi pengembangan sumber daya manusia tahun 2012-2013 dan sebagai ketua divisi pengembangan riset dan keilmuan tahun 2013-2014. Penulis juga aktif sebagai asisten praktikum Mata Kuliah Dasar-dasar Genetika Ikan, Fisiologi dan Reproduksi Ikan, Industri Pembenihan Organisme Akuatik dan koordinator asisten Mata Kuliah Ikan Hias dan Akuaskap. Penulis melaksanakan Magang di BPBBAT Sukabumi pada tahun 2012 dan BBAP Situbondo pada tahun 2013. Penulis juga melaksanakan Praktik Lapang pada perusahaan Surya Windu Kartika unit Jatisari 2 Desa Jatisari Kabupaten Banyuwangi Jawa Timur. Tugas Akhir dalam pendidikan tinggi diselesaikan dengan menulis skripsi dengan judul Perendaman Hormon Pertumbuhan Rekombinan Ikan Kerapu Kertang (rElGH) dengan Dosis Berbeda pada Ikan Kardinal Tetra (Paracheirodon axelrodi).