KINERJA PERTUMBUHAN IKAN NILA YANG DIBERI PAKAN DENGAN KADAR PROTEIN BERBEDA DAN DIPERKAYA HORMON PERTUMBUHAN REKOMBINAN IKAN KERAPU KERTANG
ZAKY ABDULLATIF
DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul “Kinerja Pertumbuhan Ikan Nila Yang Diberi Pakan Dengan Kadar Protein Berbeda Dan Diperkaya Hormon Pertumbuhan Rekombinan Ikan Kerapu Kertang” adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan dan tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Juli 2014 Zaky Abdullatif NIM C14100071
ABSTRAK ZAKY ABDULLATIF. Kinerja Pertumbuhan Ikan Nila Yang Diberi Pakan Dengan Kadar Protein Berbeda Dan Diperkaya Hormon Pertumbuhan Rekombinan Ikan Kerapu Kertang. Dibimbing oleh ALIMUDDIN dan DEDI JUSADI. Komponen biaya produksi terbesar dalam budidaya ikan adalah pakan. Penggunaan pakan berprotein rendah yang relatif murah umumnya berdampak pada terhambatnya laju pertumbuhan ikan. Penambahan hormon pertumbuhan rekombinan ikan kerapu kertang (rElGH) pada pakan berkadar protein rendah diharapkan dapat menanggulangi terhambatnya pertumbuhan ikan sehingga produktivitas budidaya meningkat. Penelitian ini bertujuan mengevaluasi kinerja pertumbuhan ikan nila yang diberi rElGH melalui pakan dengan kadar protein berbeda. Benih ikan nila sebanyak 25 ekor per perlakuan dipelihara selama 50 hari dalam hapa berukuran 2x1x1 m3 yang dipasang dalam kolam beton ukuran 20x10x1 m3. Ikan diberi pakan secara at satiation dengan frekuensi 3 kali sehari. Pakan mengandung hormon pertumbuhan rekombinan diberikan 2 kali per minggu pada hari Senin dan Kamis. Bobot pakan harian ditimbang untuk menentukan nilai konversi pakan. Hasil penelitian menunjukkan pengaruh rElGH yang signifikan (p<0,05) terhadap peningkatan biomassa, bobot rerata, laju pertumbuhan harian, dan konversi pakan. Tidak ada pengaruh signifikan (p>0,05) dari rElGH, kadar protein pakan, maupun interaksi antara keduanya terhadap kelangsungan hidup semua perlakuan dan kontrol. Kinerja pertumbuhan perlakuan pakan diperkaya rElGH dengan pakan kadar protein 20% dan 15% tidak berbeda nyata (p>0,05). Berdasarkan analisis ekonomi, pakan yang paling efisien adalah pakan diperkaya rElGH dengan kadar protein 15%. Kata kunci: Oreochromis niloticus, rElGH, protein, pakan, pertumbuhan ABSTRACT ZAKY ABDULLATIF. Growth Performance of Nile Tilapia Fed Diet at Different Protein Level and Enriched with Recombinant Giant Grouper Growth Hormone. Supervised by ALIMUDDIN and DEDI JUSADI. The largest production cost in aquaculture comes from feed. Utilization of fish feed with low protein level, which is relatively lower in price has been proven to give negative impacts on the growth rate of the fish. Enrichment of recombinant giant grouper growth hormone (rElGH) in fish feed with lower protein level was expected to be able to increase feed utilization efficiency in order to improve aquaculture productivity. The purpose of this research was to evaluate the production performance of Nile tilapia fed diet with different protein levels and enriched with rElGH. Twenty-five of Nile tilapia juveniles per treatment were maintained for 50 days in net cages sized 2x1x1 m3 installed in concrete pond with total width of 20x10x1 m3. Feeding method used in this study was at satiation with feeding frequency of 3 times a day. The rElGH enriched diet was given 2 times a week on Monday and Thursday. Remained feed was weighed
to determine the feed conversion ratio. The results showed significant effects of rElGH (p<0,05) on improvement of biomass, average weight, daily growth rate, and feed conversion ratio. There were no significant effects (p>0,05) of rElGH, protein, and interaction between the two factors on survival rate of fishes in all treatments and control. There was no significant difference (p>0,05) in growth performance between rElGH enriched diet at 20% and 15% protein level. Based on economic analysis, the most efficient feed in this study was rElGH enriched feed with 15% protein level. Keywords: Oreochromis niloticus, rElGH, protein, feed, growth
KINERJA PERTUMBUHAN IKAN NILA YANG DIBERI PAKAN DENGAN KADAR PROTEIN BERBEDA DAN DIPERKAYA HORMON PERTUMBUHAN REKOMBINAN IKAN KERAPU KERTANG
ZAKY ABDULLATIF
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada Departemen Budidaya Perairan
DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
Judul Skripsi : Kinerja Pertumbuhan Ikan Nila Yang Diberi Pakan Dengan Kadar Protein Berbeda Dan Diperkaya Hormon Pertumbuhan Rekombinan Ikan Kerapu Kertang Nama : Zaky Abdullatif NIM : C14100071 Program Studi : Teknologi dan Manajemen Perikanan Budidaya
Disetujui oleh
Dr. Alimuddin, S.Pi, M.Sc Pembimbing I
Dr. Ir. Dedi Jusadi, M.Sc Pembimbing II
Diketahui oleh
Dr. Ir. Sukenda, M.Sc Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas limpahan rahmatNya sehingga karya ilmiah yang berjudul “Kinerja Pertumbuhan Ikan Nila Yang Diberi Pakan Dengan Kadar Protein Berbeda Dan Diperkaya Hormon Pertumbuhan Rekombinan Ikan Kerapu Kertang” ini berhasil diselesaikan. Penelitian dilaksanakan mulai tanggal 28 Februari 2014 sampai dengan 24 April 2014 di Laboratorium Nutrisi Ikan, Kolam Percobaan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, dan Laboratorium Reproduksi dan Genetika Organisme Akuatik, Departemen Budidaya Perairan, Institut Pertanian Bogor. Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesarbesarnya kepada: 1. Bapak Dr. Alimuddin, S.Pi, M.Sc selaku dosen pembimbing I atas segala bimbingan, motivasi, dan bantuan yang telah diberikan. 2. Bapak Dr. Ir. Dedi Jusadi, M.Sc selaku dosen pembimbing II sekaligus dosen pembimbing akademik. 3. Bapak Dr. Ir. Sukenda, M.Sc selaku Kepala Departemen Budidaya Perairan 4. Ibu Dr. Sri Nuryati, S.Pi, M.Si. selaku dosen penguji tamu dan Ibu Yuni Puji Hastuti, S.Pi, M.Si selaku komisi pendidikan S1 Departemen Budidaya Perairan. 5. Keluarga penulis: bapak Muryadi Nurta, ibu (almh.) Zahro Abdullah bin Nuh, ibu Tini Sumartini, Alia Latifah Hanum, dan Ridho Muhammad Alghazaly. 6. Rekan-rekan Laboratorium Reproduksi dan Genetika Organisme Akuatik: Rangga Garnama, Darmawan Setiabudi, Fajar Maulana, Denny Wahyudi, Kurdianto, Steven Michail Sutiono, Hasan Nasrullah, Raditya Wahyu P, Habib Fadhlan Tamami, Imam Rusydi Hasibuan, Riyan Maulana, Linly Amelianing Mustikasari, Nurindah Rozi Rahmawati, dan Maya Fitriana. 7. Rekan-rekan BDP 47 dan pihak-pihak yang telah membantu secara langsung maupun tidak langsung hingga terselesaikannya skripsi ini. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Juli 2014 Zaky Abdullatif
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL ................................................................................................... x DAFTAR GAMBAR .............................................................................................. x DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................... x PENDAHULUAN .................................................................................................. 2 Latar Belakang .................................................................................................... 2 Tujuan Penelitian ................................................................................................. 3 METODE ................................................................................................................ 3 Rancangan Percobaan .......................................................................................... 3 Formulasi dan Pembuatan Pakan Uji .................................................................. 3 Pemeliharaan Ikan Uji ......................................................................................... 4 Sampling .............................................................................................................. 4 Parameter Uji ....................................................................................................... 4 Analisis Data ....................................................................................................... 5 HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................................... 6 Hasil..................................................................................................................... 6 Pertumbuhan dan kelangsungan hidup ............................................................ 6 Respons pakan ................................................................................................. 8 Pembahasan ......................................................................................................... 9 KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................................. 13 Kesimpulan ........................................................................................................ 13 Saran .................................................................................................................. 13 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 13 LAMPIRAN .......................................................................................................... 16 RIWAYAT HIDUP ............................................................................................... 24
DAFTAR TABEL 1. Rancangan penelitian ........................................................................................... 3 2. Hasil analisis proksimat pakan dalam persentase basah dan kering .................... 4 3. Biomassa, bobot rerata, LPH, dan kelangsungan hidup ikan nila diberi pakan kadar protein berbeda dan diperkaya hormon pertumbuhan rekombinan ikan kerapu kertang (rElGH). .................................................................... 7 4. Jumlah konsumsi dan konversi pakan (KP) ikan nila diberi pakan kadar protein berbeda dan diperkaya hormon pertumbuhan rekombinan ikan kerapu kertang (rElGH). ........................................................................................ 8 5. Formulasi dan perkiraan harga pakan uji ikan nila diberi pakan kadar protein berbeda dan diperkaya hormon pertumbuhan rekombinan ikan kerapu kertang (rElGH). ........................................................................................ 9 6. Komparasi biaya pakan ikan nila diberi pakan kadar protein berbeda dan diperkaya hormon pertumbuhan rekombinan ikan kerapu kertang (rElGH). ..................................................................................................... 9
DAFTAR GAMBAR 1. Biomassa ikan nila diberi pakan kadar protein berbeda dan diperkaya hormon pertumbuhan rekombinan ikan kerapu kertang (rElGH). ................................ 6 2.Dokumentasi pasca penelitian ikan nila diberi pakan kadar protein berbeda dan diperkaya hormon pertumbuhan rekombinan ikan kerapu kertang (rElGH) ... 7
DAFTAR LAMPIRAN 1. Biaya produksi rElGH (Garnama 2013) ............................................................ 16 2. Hasil uji sidik ragam (ANOVA) biomassa ........................................................ 17 3. Hasil uji sidik ragam (ANOVA) bobot rerata ................................................... 18 4. Hasil uji sidik ragam (ANOVA) kelangsungan hidup....................................... 19 5. Hasil uji sidik ragam (ANOVA) laju pertumbuhan harian................................ 20 6. Hasil uji sidik ragam (ANOVA) Jumlah konsumsi pakan ................................ 21 7. Hasil uji sidik ragam (ANOVA) konversi pakan (KP)...................................... 22
2 PENDAHULUAN Latar Belakang Ikan nila (Oreochromis niloticus) merupakan salah satu komoditas budidaya ikan air tawar dunia. Salah satu kendala utama yang dihadapi dalam budidaya ikan nila di Indonesia adalah margin yang relatif kecil dibandingkan ikan air tawar konsumsi lainnya. Secara umum telah diketahui bahwa komponen biaya produksi terbesar dalam budidaya adalah pakan. Dalam sistem budidaya intensif, biaya pakan berkisar antara 60-80% dari total biaya operasional, sedangkan pada sistem budidaya semi-intensif biaya pakan berkisar antara 30-60% (Hasan 2010). Diketahui pula bahwa komponen yang paling mahal dalam pakan ikan adalah protein. Penggunaan pakan dengan kadar protein rendah yang relatif lebih murah umumnya berdampak pada terhambatnya laju pertumbuhan ikan. Dalam bidang rekayasa genetika, teknik peningkatan produktivitas budidaya yang sedang banyak dikembangkan adalah penggunaan hormon pertumbuhan rekombinan (recombinant growth hormone/rGH). Hormon pertumbuhan adalah polipeptida rantai tunggal berukuran sekitar 22 kDa yang dihasilkan dari kelenjar pituitari dan memiliki fungsi pleiotropik pada hewan vertebrata. Fungsi utama hormon pertumbuhan antara lain mengatur pertumbuhan sel somatik, reproduksi, imunitas, dan osmoregulasi pada ikan teleost (Acosta et al. 2009). Kobayashi et al. (2007) juga menyebutkan bahwa hormon pertumbuhan dapat meningkatkan retensi dan penyerapan protein serta mereduksi ekskresi amonia. Penambahan hormon pertumbuhan rekombinan pada pakan diharapkan dapat meningkatkan efisiensi pakan sehingga penggunaan pakan berprotein rendah dapat menghasilkan pertumbuhan yang sama atau bahkan lebih baik daripada pakan berprotein tinggi. Penelitian mengenai penambahan rGH pada pakan telah dilakukan sebelumnya (Agustina 2013; Garnama 2013; Latar 2013; Moriyama et al. 1993; Muhammad et al. 2013). Penambahan rGH pada pakan dengan kadar protein berbeda pada ikan gurami juga telah dilakukan (Budi et al. 2014). Penambahan hormon pertumbuhan rekombinan ikan kerapu kertang (rElGH) dengan dosis 3 mg/kg pada pakan menghasilkan pertumbuhan bobot yang lebih tinggi dibandingkan kontrol (Muhammad et al. 2013). Hasil penelitian Latar (2013) menunjukkan bahwa pemberian rGH melalui pakan dengan metode penyalutan secara signifikan dapat meningkatkan laju pertumbuhan sebesar 46,85% dibandingkan dengan kontrol. Selain itu, pemberian rElGH juga meningkatkan biomassa total. Agustina (2013) melaporkan bahwa biomassa, laju pertumbuhan, kelangsungan hidup, serta konversi pakan ikan yang diberi perlakuan rGH ikan nila (rOnGH) melalui pakan relatif lebih tinggi daripada perlakuan rGH ikan kerapu bebek (rCaGH) dan kontrol. Garnama (2013) juga melaporkan bahwa pemberian pakan diperkaya rElGH menghasilkan kinerja pertumbuhan yang lebih tinggi dibandingkan kontrol. Penelitian ini dilakukan untuk menguji kinerja pertumbuhan ikan nila yang diberi pakan diperkaya rElGH menggunakan dosis 3 mg/kg pakan dengan 2 perlakuan kandungan protein berbeda, yaitu: 15% dan 20%. Pakan tanpa penambahan hormon pertumbuhan rekombinan dengan kadar protein yang sama digunakan sebagai kontrol.
3 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah mengevaluasi kinerja pertumbuhan ikan nila yang diberi hormon pertumbuhan rekombinan ikan kerapu kertang melalui pakan dengan kadar protein berbeda.
METODE Rancangan Percobaan Rancangan percobaan yang digunakan pada penelitian ini adalah rancangan faktorial dengan dua faktor, yaitu kadar protein pakan berbeda dan penambahan hormon pertumbuhan rekombinan ikan kerapu kertang (Tabel 1). Setiap perlakuan dan kontrol terdiri atas tiga ulangan. Kadar protein pakan yang diuji adalah 15 dan 20%, sedangkan kadar hormon pertumbuhan ikan kerapu kertang dalam pakan yang ditambahkan adalah 3 mg/kg pakan dan 0 mg/kg pakan sebagai kontrol. Tabel 1. Rancangan penelitian Kadar Protein Pakan
Penambahan rElGH
15%
20%
0 mg/kg pakan
A1 A2 A3
B1 B2 B3
3 mg/kg pakan
C1 C2 C3
D1 D2 D3
Keterangan: rElGH adalah hormon pertumbuhan rekombinan ikan kerapu kertang. Formulasi dan Pembuatan Pakan Uji Pakan uji dibuat di Laboratorium Nutrisi Ikan, Departemen Budidaya Perairan FPIK-IPB. Formulasi pakan disesuaikan dengan kadar protein pakan uji, dengan rasio kalori: protein yang seimbang. Analisis proksimat dilakukan untuk memastikan kesesuaian formulasi dengan kandungannya dalam pakan. Hasil analisis proksimat disajikan dalam persentase basah dan kering (Tabel 2). Pengayaan pakan dengan hormon pertumbuhan rekombinan dilakukan mengikuti Latar et al. (2013). Hormon pertumbuhan rekombinan sebanyak 3 mg dilarutkan dalam larutan penyangga fosfat salin (PBS) sebanyak 30 mL untuk setiap 1 kg pakan, dicampurkan dengan bahan coating berupa kuning telur sebanyak 2 g/kg pakan, dan kemudian disemprotkan secara merata ke pakan uji. Pakan uji disimpan dalam freezer -20oC setelah dikering-udarakan.
4 Tabel 2. Hasil analisis proksimat pakan dalam persentase basah dan kering Pakan
Persentase Basah Air
protein
lemak
abu
serat kasar
BETN
Total
15%
13,54
15,43
4,73
5,58
2,25
58,47
100
20%
13,29
20,93
4,36
6,54
1,21
53,67
100
Pakan 15%
Persentase Kering protein
lemak
abu
serat kasar
BETN1
GE (kkal/kg)2
Rasio E/P
17,85
5,47
6,45
2,60
67,63
4286,34
24,02
20% 24,14 5,03 7,54 1,40 61,90 4362,12 18,07 BETN = Bobot Kering – (Protein + Lemak + Serat Kasar + Kadar Abu) 2 GE = gross energy protein 5,6 kkal/g, lemak 9,4 kkal /g, karbohidrat 4,1 kkal /g (Watanabe, 1998). Rasio E/P= rasio energi/protein. 1
Pemeliharaan Ikan Uji Benih ikan nila strain “SULTANA” diperoleh dari Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Tawar, Sukabumi, Jawa Barat. Benih ikan nila disortir dengan ukuran panjang tubuh sekitar 2 cm dan rerata bobot awal sebesar 3,07± 0,03 gram/ ekor. Ikan dipelihara dalam hapa berukuran 2 x 1 x 1 m3 yang dipasang dalam kolam beton (ukuran 20 x 10 x 1 m3) di Kolam Percobaan FPIKIPB. Jumlah hapa dalam kolam adalah 12 unit. Jumlah ikan dalam setiap hapa adalah 25 ekor. Sistem pergantian air yang digunakan adalah flow-trough. Untuk mempertahankan kadar oksigen terlarut tetap tinggi, dipasang blower dengan jumlah titik aerasi sebanyak 2 titik aerasi per hapa. Pengukuran parameter kualitas air tidak dilakukan. Nilai kualitas air diasumsikan sama untuk semua perlakuan karena ikan dipelihara dalam wadah yang sama, hanya dipisahkan oleh hapa. Ikan diadaptasikan selama seminggu dengan pakan buatan. Setelah itu, ikan diberi pakan perlakuan dengan metode at satiation (sekenyangnya), dengan frekuensi 3 kali sehari. Pakan mengandung hormon pertumbuhan rekombinan diberikan 2 kali seminggu pada hari Senin dan Kamis selama 30 hari pertama pemeliharaan, sedangkan sisanya menggunakan pakan tanpa diperkaya rElGH. Ikan dipelihara selama 50 hari. Bobot sisa pakan pada setiap perlakuan ditimbang untuk menentukan nilai konversi pakan pada akhir penelitian. Sampling Sampling bobot ikan dilakukan setiap 10 hari, dengan menghitung jumlah ikan serta menimbang biomassanya pada setiap hapa. Biomassa ikan ditimbang menggunakan timbangan digital dengan tingkat ketelitian 0,01 g. Sampling dilakukan sebanyak 5 kali. Penghitungan kelangsungan hidup ikan dilakukan pada akhir pemeliharaan. Parameter Uji Parameter uji yang diamati dalam penelitian ini meliputi biomassa, bobot rerata, kelangsungan hidup, laju pertumbuhan harian, jumlah konsumsi pakan,
5 konversi pakan dan efisiensi pakan. Penghitungan parameter teknis produksi, meliputi: 1) Kelangsungan hidup menggunakan rumus dari Zonneveld et al. (1991), yaitu:
Keterangan: KH = Kelangsungan hidup (%) Nt = Jumlah ikan pada akhir pengamatan (ekor) No = Jumlah ikan pada awal pengamatan (ekor) 2) Laju pertumbuhan harian menggunakan rumus dari Huisman (1987), yaitu: [√
]
Keterangan: LPH = Laju pertumbuhan harian (%) Wt = Bobot rata-rata pada akhir pemeliharaan (gram/ekor) Wo = Bobot rata-rata pada awal pemeliharaan (gram/ekor) t = Periode pemeliharaan (hari) 3) Konversi pakan (KP) dihitung dengan rumus dari Effendie (1997), yaitu: KP = Keterangan: Pa = Jumlah pakan yang dihabiskan (gram) Bt = Biomassa ikan pada akhir perlakuan (gram) Bo = Biomassa ikan pada awal perlakuan (gram) Bm = Biomassa ikan yang mati (gram) 4) Efisiensi biaya dilakukan dengan membandingkan hasil perkalian nilai KP, jumlah konsumsi pakan, dan harga pakan tiap perlakuan dan kontrol: Keterangan: KP = Konversi pakan JKP = Jumlah Konsumsi Pakan (gram) Hp = Harga pakan (gram) Analisis Data Data produktivitas (biomassa), bobot rerata, kelangsungan hidup, laju pertumbuhan harian, jumlah konsumsi pakan, dan KP dianalisis secara kuantitatif menggunakan uji sidik ragam (ANOVA) dengan bantuan software SPSS versi 17.0. Data pada parameter keuntungan budidaya (aspek ekonomi) dianalisis secara deskriptif.
6 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pertumbuhan dan kelangsungan hidup Biomassa, bobot rerata, KH, dan LPH ikan perlakuan dan kontrol disajikan dalam Tabel 3. Hasil menunjukkan bahwa biomassa ikan perlakuan C (262,17 ± 27,38 gram) dan D (283,48 ± 31,54 gram) adalah tidak berbeda (p>0,05). Biomassa perlakuan C meningkat sebesar 22.10% dibandingkan kontrol (Pakan A), sedangkan biomassa perlakuan D meningkat sebesar 59.65 % dibandingkan kontrol (pakan B). Berdasarkan hasil uji sidik ragam (ANOVA) terdapat pengaruh signifikan dari penambahan rElGH pada pakan (p<0,05; R2: 0,831), sedangkan pengaruh perbedaan kadar protein dan interaksi antara kedua faktor tidak berbeda nyata (p>0,05; R2: 0,831). Pertumbuhan biomassa ikan dari sampling awal hingga akhir pemeliharaan ditampilkan pada Gambar 1. 300
Biomassa (gram)
250 200
Pakan protein 15% non-rElGH (A)
150
Pakan protein 20% non-rElGH (B)
100
Pakan protein 15% + rElGH (C)
50
Pakan protein 20% + rElGH (D)
0 H0
H 10
H 20
H 30
H 40
H 50
Waktu (hari)
Gambar 1. Biomassa ikan nila diberi pakan kadar protein berbeda dan diperkaya hormon pertumbuhan rekombinan ikan kerapu kertang (rElGH). Bobot rerata ikan perlakuan C dan D adalah sama (p>0,05), dan lebih tinggi dibandingkan kontrol (Tabel 3), dengan peningkatan masing-masing sebesar 16,20% dan 47,03%. Pengaruh penambahan rElGH terhadap bobot rerata ikan uji berbeda nyata (p<0,05; R2: 0,747), sedangkan pengaruh perbedaan kadar protein dan interaksi kedua faktor tidak berbeda nyata (p>0,05; R2: 0,747). Perbedaan ukuran ikan secara visual pasca penelitian dapat dilihat pada Gambar 2.
7
Gambar 2. Dokumentasi pasca penelitian ikan nila diberi pakan kadar protein berbeda dan diperkaya hormon pertumbuhan rekombinan ikan kerapu kertang (rElGH). (Keterangan: A= Pakan protein 15% + rElGH; B= Pakan protein 20% + rElGH; C= Pakan protein 15% non-rElGH; dan D= Pakan protein 20% non-rElGH) Laju pertumbuhan harian (LPH) ikan perlakuan C dan D sama (p>0,05), dan lebih tinggi dibandingkan perlakuan B, sedangkan LPH ikan perlakuan A dan D adalah sama (p>0,05). Pengaruh utama dari penambahan rElGH dan protein, serta interaksi antara protein dan rElGH menunjukkan hasil yang berbeda secara signifikan (p> 0,05; R2: 0,971). Kelangsungan hidup (KH) ikan tidak berbeda nyata secara statistik serta tidak ada pengaruh dari penambahan rElGH, perbedaan kadar protein, maupun interaksi antar kedua faktor (p>0,05; R2: 0,398). Nilai KH berkisar 82,67-93,33%. Tabel 3. Biomassa, bobot rerata, LPH, dan kelangsungan hidup ikan nila diberi pakan kadar protein berbeda dan diperkaya hormon pertumbuhan rekombinan ikan kerapu kertang (rElGH). Perlakuan
Biomassa (g)
Bobot Rerata (g) b
A
214,71 ± 15,78
B
177,56 ± 9,3b
C
262,17 ± 27,38a
D
a
283,48 ± 31,54
LPH (%/Hari)
KH (%)
a
82,67 ± 4,62a
8,25 ± 0,91b
1,69 ± 0,2b
86,67 ± 8,33a
12,12 ± 1,4a
2,47 ± 0,2a
86,67 ± 4,62a
a
93,33 ± 4,62a
10,43 ± 1,23
12,13 ± 0,93
a
a
2,11 ± 0,3
2,63 ± 0,1
Two Way ANOVA Protein (P)
p>0,05
p>0,05
p<0,05
p>0,05
rElGH (R)
p<0,05
p<0,05
p<0,05
p>0,05
Interaksi (P*R)
p>0,05
p>0,05
p<0,05
p>0,05
R2
0,831
0,747
0,971
0,398
Keterangan: Huruf superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan hasil yang berbeda nyata berdasarkan uji lanjut Duncan (p<0,05). A= Pakan berkadar protein 15% diperkaya rElGH 3 mg/kg pakan; B= Pakan berkadar protein 20% diperkaya rElGH 3 mg/kg pakan; C= Pakan berkadar protein 15% tidak diperkaya rElGH; D= Pakan berkadar protein 20% tidak diperkaya rElGH. Ikan dipelihara selama 50 hari.
8 Respons pakan Jumlah konsumsi dan konversi pakan disajikan dalam Tabel 4. Total konsumsi pakan ikan yang diberi pakan diperkaya rElGH relatif lebih tinggi dibandingkan dengan yang diberi pakan kontrol. Nilai JKP ikan perlakuan C dan D adalah sama (p>0,05), dan lebih tinggi (p<0,05) daripada ikan perlakuan A dan B. JKP perlakuan C dan D masing-masing sebesar 16,79% dan 24,29% lebih tinggi terhadap masing-masing kontrolnya. Pengaruh penambahan rElGH signifikan terhadap jumlah konsumsi pakan (p<0,05; R2: 0,839), namun tidak ada pengaruh yang signifikan dari perbedaan kadar protein dan interaksi antara kadar protein dan penambahan rElGH terhadap jumlah konsumsi pakan (p>0,05; R2: 0,839). Nilai konversi pakan (KP) paling rendah (p<0,05) terdapat pada perlakuan B, sedangkan KP perlakuan lainnya adalah sama (p>0,05). Pengaruh penambahan rElGH dan interaksi antara penambahan rElGH dan kadar protein signifikan (p<0,05; R2: 0,795), tetapi pengaruh perbedaan kadar protein terhadap nilai konversi pakan pada penelitian ini tidak signifikan (p>0,05; R2: 0,795). Tabel 4. Jumlah konsumsi pakan (JKP) dan konversi pakan (KP) ikan nila diberi pakan kadar protein berbeda dan diperkaya hormon pertumbuhan rekombinan ikan kerapu kertang (rElGH). Perlakuan
Jumlah pakan
JKP
KP
Non-rElGH
rElGH
A
292,00
-
453,5 ± 13,55b
3,29 ± 0,45a
B
296,96
-
451,25 ± 23,85b
4,5 ± 0,38b
C
242,67
121,34
529,62 ± 16,44a
2,90 ± 0,38a
125,71
a
2,77 ± 0,48a
D
255,77
560,88 ± 40,10
Two Way ANOVA Kadar Protein (P)
p>0,05
p>0,05
rElGH (R)
p<0,05
p<0,05
Interaksi (P*R)
p>0,05
p<0,05
R2
0,839
0,795
Keterangan: Huruf superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan hasil yang berbeda nyata berdasarkan uji lanjut Duncan (p<0,05). A= Pakan berkadar protein 15% diperkaya rElGH 3 mg/kg pakan; B= Pakan berkadar protein 20% diperkaya rElGH 3 mg/kg pakan; C= Pakan berkadar protein 15% tidak diperkaya rElGH; D= Pakan berkadar protein 20% tidak diperkaya rElGH. Ikan dipelihara selama 50 hari.
Analisis Biaya Formulasi, asumsi harga bahan baku, serta perkiraan harga per kilogram pakan yang digunakan dalam penelitian ini disajikan dalam Tabel 5. Selanjutnya, komparasi biaya pakan untuk menghasilkan 1 kg daging ikan disajikan dalam Tabel 6. Data total biaya yang diperlukan untuk pembuatan rElGH dicantumkan dalam Lampiran 1. Berdasarkan data tersebut, tambahan biaya yang diperlukan untuk pengayaan rElGH per kilogram pakan adalah Rp. 603 (dengan pembulatan). Pemberian pakan diperkaya rGH hanya dilakukan 2 kali setiap minggu sehingga biaya penambahan rElGH dikalikan dengan 2/7 x KP x biaya total pengayaan rGH per kilogram pakan. Berdasarkan perbandingan harga untuk menghasilkan 1 kg
9 daging ikan yang ditampilkan pada Tabel 6, pakan C merupakan pakan yang memerlukan biaya paling murah. Tabel 5. Formulasi dan perkiraan harga pakan uji ikan nila diberi pakan kadar protein berbeda dan diperkaya hormon pertumbuhan rekombinan ikan kerapu kertang (rElGH). Bahan Baku
Asumsi Harga (Rp) Tepung ikan 7000 Kedelai 4000 Pollard 2000 Minyak ikan 12500 Tapioka 5500 Premiks 16000 Total
Persentase (%) Pakan 20% Pakan 15% 18 12 15 5 60 76 2 2 3 3 2 2 100 100
Harga Pakan (Rp/kg) 20% 15% 1260 840 600 200 1200 1520 250 250 165 165 320 320 3795 3295
Keterangan: asumsi harga merupakan rerata hasil survei yang dilakukan secara online pada beberapa penjual bahan baku pakan di daerah Jawa Barat. Perkiraan harga untuk pakan D senilai Rp. 3795,- per kg, sedangkan pakan C senilai Rp. 3295,- per kg.
Tabel 6. Perbandingan biaya pakan yang diperlukan untuk menghasilkan 1 kg daging ikan nila diberi pakan dengan kadar protein berbeda dan diperkaya hormon pertumbuhan rekombinan ikan kerapu kertang (rElGH). Pakan A B C D
KP 2,90 2,77 3,29 4,50
Harga per kg Biaya Pakan Biaya rElGH Biaya Total 3295 9555,5 499,38 10054,9 3795 10512,2 476,44 10988,6 3295 10840,6 0 10840,6 3795 17077,5 0 17077,5
Keterangan: A= Pakan berkadar protein 15% diperkaya rElGH 3 mg/kg pakan; B= Pakan berkadar protein 20% diperkaya rElGH 3 mg/kg pakan; C= Pakan berkadar protein 15% tidak diperkaya rElGH; D= Pakan berkadar protein 20% tidak diperkaya rElGH. Ikan dipelihara selama 50 hari.
Pembahasan Penelitian pemberian pakan dengan kadar protein berbeda dan diperkaya rElGH pada ikan nila merupakan yang pertama kali dilaporkan. Penelitian serupa dengan jenis ikan dan kadar protein berbeda juga pernah dilakukan sebelumnya oleh Budi et al. (2013), yaitu pengayaan rElGH dengan dosis 3 mg/kg pada pakan berbeda kadar protein (34%, 28%, dan 21%; isoenergi) pada juvenil ikan gurami (Osphronemus goramy). Dosis rElGH yang digunakan dalam penelitian ini mengacu pada hasil penelitian Muhammad et al. (2013) sebanyak 3 mg/kg pakan, sedangkan metode pengayaan rElGH yang digunakan mengacu pada hasil penelitian Latar (2013). Kinerja pertumbuhan ikan yang diberi pakan diperkaya rElGH pada penelitian ini lebih baik secara signifikan dibandingkan kontrol.
10 Selain itu, pakan yang diperkaya rElGH dengan kadar protein 15% dan 20% menghasilkan kinerja pertumbuhan yang setara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa biomassa akhir perlakuan C dan D lebih tinggi secara signifikan dibandingkan kontrol. Namun demikian, tidak ada perbedaan yang signifikan antara biomassa perlakuan C dan B. Latar (2013) melaporkan peningkatan biomassa yang signifikan pada ikan nila yang diberi pakan diperkaya rElGH. Agustina (2013) juga melaporkan peningkatan biomassa total yang signifikan pada ikan nila yang diberi pakan diperkaya hormon pertumbuhan rekombinan kerapu tikus (rCaGH) dibandingkan kontrol. Bobot rerata perlakuan C dan D juga lebih tinggi dibandingkan kontrol tanpa diikuti perbedaan yang signifikan antara kedua perlakuan tersebut. Demikian juga laju pertumbuhan harian perlakuan C dan D yang tidak berbeda nyata namun lebih tinggi dibandingkan kontrol. Hasil ini sesuai dengan penelitian Latar (2013) yaitu pemberian rElGH pada ikan nila melalui pakan dapat meningkatkan laju pertumbuhan sebesar 46,85% dibandingkan kontrol. Besarnya peningkatan laju pertumbuhan harian ikan uji dalam penelitian ini adalah 17.06 % pada perlakuan C, dan 94.00 % pada perlakuan D. Kelangsungan hidup seluruh ikan perlakuan dan kontrol tidak berbeda nyata. Hal ini diduga terjadi karena ikan dipelihara dalam lingkungan yang sama hanya dibatasi hapa. Kematian ikan yang terjadi pun cenderung merata di semua perlakuan. Ikan mengalami kematian diduga akibat stres dari pengaruh cuaca yang buruk sehingga menyebabkan penurunan daya tahan tubuh ikan. Hasil riset ini berbeda dengan yang dilaporkan oleh Latar (2013) bahwa pemeliharaan ikan nila dengan sistem hapa dengan kelangsungan hidup ikan yang diberi rElGH lebih tinggi dibandingkan kontrol. Kelangsungan hidup yang lebih tinggi terkait dengan peran lain dari GH dalam induksi sistem imun. Hal ini dilaporkan oleh Acosta et al. (2009) bahwa hormon pertumbuhan selain dapat merangsang pertumbuhan juga berperan dalam stimulasi sistem kekebalan tubuh pada ikan. Nilai KP ikan perlakuan D lebih rendah secara signifikan dibandingkan perlakuan C dan kontrol (Tabel 4). Agustina (2013) dan Latar (2013) melaporkan penurunan nilai KP pada ikan yang diberi pakan diperkaya hormon pertumbuhan rekombinan. Menurut Agustina (2013), penurunan nilai KP terjadi karena rGH dapat menstimulasi fungsi fisiologis dalam tubuh ikan menjadi lebih optimal. Optimalisasi fungsi fisiologis pertumbuhan tubuh ikan dapat diketahui melalui pengamatan pada ekspresi gen yang berpengaruh terhadap pertumbuhan, salah satunya melalui pengamatan ekspresi gen penghasil IGF-I (insulin-like growth factor). Menurut Arranz et al. (2008) IGF-I adalah hormon yang terdiri atas 70 asam amino yang termasuk dalam golongan polipeptida dengan struktur mirip proinsulin. IGF-I berperan dalam regulasi protein, lemak, karbohidrat, metabolisme mineral dalam sel, diferensiasi dan proliferasi sel, serta pertumbuhan. Ikan yang diberi pakan mengandung hormon pertumbuhan rekombinan memiliki ekspresi IGF-I yang tinggi, hal ini disebabkan pengaruh hormon pertumbuhan yang diserap ke dalam tubuh ikan nila, kemudian memacu hati untuk memproduksi IGF-I (Agustina 2013). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pemberian rElGH melalui pakan buatan memberikan pengaruh signifikan terhadap kenaikan bobot tubuh, biomassa, serta penurunan nilai KP sesuai dengan yang dilaporkan Agustina (2013). Jumlah konsumsi pakan (JKP) ikan perlakuan cenderung lebih tinggi dibandingkan kontrol. Meskipun demikian, hal ini diiringi
11 dengan peningkatan biomassa maupun bobot rerata ikan yang signifikan sehingga nilai konversi pakan ikan perlakuan lebih rendah dibandingkan kontrol. Menurut Vinasyiam et al.(2014) ikan yang diberi perlakuan rElGH membutuhkan intake pakan yang lebih besar untuk memenuhi kebutuhan energi yang diperlukan untuk mendukung pertumbuhannya yang lebih cepat. Garnama (2013) melaporkan bahwa pemberian pakan diperkaya rElGH menghasilkan kinerja pertumbuhan yang lebih tinggi dibandingkan kontrol dengan peningkatan bobot sebesar 8,30%, biomassa sebesar 7,39%, LPS panjang dan bobot masing-masing sebesar 4,20% dan 4,92%. Peningkatan parameter pertumbuhan dalam penelitian ini diduga lebih tinggi karena dilakukan pada skala lapang. Kegiatan budidaya merupakan kegiatan yang berorientasi profit. Kinerja pertumbuhan ikan budidaya yang baik tidak ada artinya apabila keuntungan dari usaha budidaya yang dijalani tidak sebanding dengan biaya yang dihabiskan. Menurut Hasan (2010), komponen biaya produksi terbesar dalam budidaya adalah pakan. Dalam sistem budidaya intensif, biaya pakan berkisar antara 60 - 80 % dari total biaya operasional. Selain itu, diketahui pula bahwa komponen yang paling mahal dalam pakan ikan adalah protein. Oleh karena itu, protein dalam pakan seharusnya bukan dimanfaatkan sebagai sumber energi melainkan semaksimal mungkin untuk pertumbuhan ikan. Pengetahuan tentang kadar protein optimal dalam pakan dan protein sparing effect dari sumber-sumber non-protein seperti lemak dan karbohidrat dapat dimanfaatkan untuk mengurangi biaya pakan secara signifikan (Shiau dan Peng 1993). Hasil penelitian ini telah membuktikan bahwa penggunaan pakan berkadar protein rendah yang diperkaya rElGH dapat meghasilkan kinerja pertumbuhan ikan nila yang lebih baik dibandingkan pakan berkadar protein sama maupun lebih tinggi tanpa pengayaan rElGH serta mengurangi biaya pakan secara signifikan. Perbandingan efisiensi biaya pakan yang tertera pada Tabel 6 merupakan perkiraan besarnya biaya pakan yang dibutuhkan untuk menghasilkan 1 kg daging ikan dengan asumsi faktor selain yang tertera pada Tabel 6 tersebut adalah tetap. Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan, diketahui bahwa pakan yang paling efisien secara ekonomi adalah pakan C ditunjukkan dengan harga yang paling rendah untuk menghasilkan 1 kg daging ikan. Kinerja pertumbuhan ikan uji pada perlakuan C dan D tidak berbeda nyata diikuti dengan biaya pembuatan pakan C yang lebih murah dibandingkan pakan B. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pakan C yaitu pakan dengan kadar protein 15% diperkaya rElGH merupakan pakan terbaik dalam penelitian ini. Penelitian mengenai pengaruh rGH terhadap kinerja pertumbuhan ikan sebelumnya telah banyak dilakukan. Budi et al. (2013) melakukan pengayaan rElGH pada pakan ikan gurami berbeda kadar protein dan menghasilkan kinerja pertumbuhan yang setara antara pakan berkadar protein 28% yang diperkaya rElGH dan pakan berkadar protein 34% tanpa pengayaan rElGH. Antoro (2014) menguji respons pertumbuhan, komposisi biokimia, dan imunitas bawaan benih ikan kerapu bebek (Cromileptes altivelis) setelah pemberian hormon pertumbuhan rekombinan. Selain itu, respons kinerja pertumbuhan ikan kerapu bebek terhadap penghentian dan pemberian kembali rGH juga diamati. Grafik pertumbuhan biomassa ikan (Gambar 1) menunjukkan berkurangnya laju peningkatan biomassa ikan setelah pemberian rElGH dihentikan yaitu pada saat sampling ketiga dilakukan. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Antoro (2014) terkait mekanisme
12 penghentian dan pemberian kembali rGH. Laju pertumbuhan ikan menurun saat pemberian rGH dihentikan namun kembali meningkat setelah pemberian rGH kembali dilakukan. Pada penelitian ini pemberian susulan rElGH tidak dilakukan. Namun demikian, berdasarkan hasil yang diperoleh, penelitian ini menyarankan pemberian rElGH secara kontinu untuk memaksimalkan kinerja pertumbuhan ikan mengingat penambahan biaya yang diperlukan untuk pengayaan rElGH tidak signifikan dibandingkan dengan peningkatan pertumbuhan biomassa yang dihasilkan. Handoyo (2012) melakukan penelitian mengenai respons benih ikan sidat terhadap rElGH melalui perendaman, oral (melalui pakan), dan kombinasi antara kedua metode tersebut. Kombinasi antara metode perendaman dan oral menghasilkan kinerja pertumbuhan terbaik. Selain meningkatkan pertumbuhan, pemberian rElGH pada ikan sidat juga menurunkan nilai konversi pakan, meningkatkan retensi protein dan lemak, meningkatkan HSI, menurunkan ekskresi amoniak, serta meningkatkan ekspresi IGF-I (Handoyo 2012). Penelitian serupa pada ikan nila belum ada sehingga perlu dilakukan dan kemudian dikaitkan dengan hasil penelitian ini untuk memaksimalkan efisiensi budidaya ikan nila. Dosis rElGH dan strain ikan nila yang digunakan dalam penelitian ini mengacu pada hasil penelitian Muhammad et al. (2013) mengenai respons pertumbuhan ikan nila berbeda varietas. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, strain ikan nila dengan respons terbaik terhadap pemberian rElGH adalah strain SULTANA. Oleh karena itu, strain SULTANA digunakan sebagai ikan uji dalam penelitian ini. Hal lain yang perlu dicermati dalam penelitian ini adalah kinerja pertumbuhan yang dihasilkan pakan kontrol (pakan tanpa pengayaan rElGH) berkadar protein 20% cenderung lebih rendah dibandingkan pakan kontrol berkadar protein 15%. Diduga sedikitnya ada 2 faktor yang menjadi penyebab hal tersebut. Dugaan pertama yaitu komposisi pakan kontrol berprotein 20% lebih banyak mengandung tepung kedelai dibandingkan pakan kontrol berprotein 15% (Tabel 5). Menurut Qinghui dan Xiaujun (2005) tepung kedelai mempunyai tingkat kecernaan yang lebih rendah bila dibandingkan dengan tepung ikan. Peningkatan kadar tepung kedelai dalam pakan menyebabkan berkurangnya energi untuk pertumbuhan akibat meningkatnya energi yang hilang melalui feses, ekskresi, dan metabolisme. Hal ini terjadi akibat ketidakseimbangan komposisi asam amino esensial dalam tepung kedelai. Dugaan kedua yaitu rasio energi : protein (rasio E/P) kedua pakan dalam penelitian ini berbeda. Hal ini terjadi karena pakan dalam penelitian ini harus isoenergi sementara kadar protein pakan harus berbeda sehingga secara otomatis menyebabkan rasio E/P pakan yang berbeda pula. Menurut Setiawati (2008) kadar protein dan rasio E/P pakan harus sesuai dengan kebutuhan ikan agar pakan buatan dapat efisien dan memberikan pertumbuhan yang optimal. Pakan dengan rasio E/P yang berbeda memberikan pengaruh terhadap tingkat efisiensi pakan pada ikan mas (Cyprinus carpio). Meskipun kinerja pertumbuhan ikan yang diberi pakan D (pakan kontrol berkadar protein 20%) lebih rendah dibandingkan dengan ikan yang diberi pakan C (pakan kontrol berkadar protein 15%), kinerja pertumbuhan ikan yang diberi pakan D (pakan berkadar protein 20% diperkaya rElGH) setara dengan ikan yang diberi pakan C (pakan berkadar protein 15% diperkaya rElGH). Hal ini diduga terjadi karena adanya pengaruh signifikan dari pengayaan rElGH pada pakan. Menurut Kobayashi et al. (2007) hormon pertumbuhan dapat meningkatkan retensi dan penyerapan protein serta mereduksi ekskresi amonia. Fungsi utama
13 hormon pertumbuhan antara lain mengatur pertumbuhan sel somatik, reproduksi, imunitas, dan osmoregulasi pada ikan teleost (Acosta et al. 2009). Dugaan ini diperkuat dengan hasil penelitian Vinasyiam et al. (2014), yaitu aktivitas enzim chymotripsin dari ikan nila yang diberi perlakuan rElGH lebih rendah dibandingkan kontrol namun rasio aktivitas spesifik tripsin/chymotrypsin ikan nila diberi perlakuan rElGH lebih tinggi. Kecernaan, retensi protein, dan retensi lemak ikan nila yang diberi perlakuan rElGH lebih tinggi dibandingkan kontrol yang ditunjukkan oleh persentase komposisi protein, lemak, dan BETN hasil proksimat tubuh ikan yang lebih tinggi. Penyimpanan energi sebagai glikogen otot lebih tinggi, sementara kadar glukosa darah lebih rendah pada ikan yang diberi perlakuan rElGH. Secara umum, hasil penelitian Vinasyiam et al. (2014) menyatakan bahwa ikan yang diberi rElGH secara oral menghasilkan pencernaan pakan, penyerapan nutrien, dan pemanfaatan sumber energi non-protein yang lebih baik dibandingkan kontrol. Mekanisme tersebut diduga juga terjadi pada penelitian ini yang mengakibatkan peningkatan efisiensi pemanfaatan dan penyerapan protein dalam pakan yang diperkaya rElGH.
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Pengayaan rElGH pada pakan berkadar protein 15% terbukti menghasilkan kinerja pertumbuhan yang lebih baik dibandingkan kontrol dan mengurangi biaya pakan secara signifikan. Saran Penulis menyarankan dilakukannya uji lapang skala komersial untuk memastikan kesesuaian hasil penelitian ini pada skala yang lebih besar sebelum diaplikasikan langsung oleh praktisi akuakultur.
DAFTAR PUSTAKA Acosta JR, Estrada MP, Carpio Y, Ruiz O, Morales R, Martinez E, Valdes J, Borroto C, Besada V, Sanchez A, Herrera F. 2009. Tilapia somatotropin polypeptides: potent enhancers of fish growth and innate immunity. Biotechnologia Aplicada 26: 267 - 272. Agustina T. 2013. Performa Benih Ikan Nila Yang Diberi Hormon Pertumbuhan Rekombinan Ikan Nila Dan Ikan Kerapu Tikus Melalui Pakan [Skripsi]. ID: Bogor. Institut Pertanian Bogor. Antoro S. 2014. Respons pertumbuhan, komposisi biokimia dan imunitas bawaan benih ikan kerapu bebek (Cromileptes altivelis) (Valenciennes, 1828) setelah perlakuan hormon pertumbuhan rekombinan [Disertasi]. ID: Bogor. Institut Pertanian Bogor.
14 Arranz SE, Sciara AA, Somoza GM. 2008. IGF-I of pejerrey, (Odontesthes bonariensis): cDNA characterization, tissue distribution and expression profiles after GH administration. Journal of Experimental Zoology 304A: 407-418. Budi DS. 2014. Respons pertumbuhan ikan gurami (Osphronemus goramy) yang diberi pakan dengan kadar protein berbeda yang diperkaya hormon pertumbuhan rekombinan. Di dalam: Seminar Nasional Ikan VIII dan Kongres IV Masyarakat Iktiologi Indonesia; 2014 Juni 3-4; Bogor. Bogor (ID). BD-232. Effendie MI. 1997. Biologi Perikanan. Yogyakarta (ID): Yayasan Pustaka Nusatama. Garnama R. 2013. Performa Benih Ikan Nila Yang Diberi Pakan Mengandung Hormon Pertumbuhan Rekombinan Dengan Metode Penyiapan Berbeda [Skripsi]. ID: Bogor. Institut Pertanian Bogor. Hasan MR. 2010. On-farm feeding and feed management in aquaculture Manila, the Philippines. FAO Aquaculture Newsletter. 45(1): 48 - 49. Huisman EA. 1987. Principles of Fish Production. Departement of Fish Culture and Fisheries. Wageningen Agricultural University. Wageningen. Netherlands. p; 57-122. Kobayashi S, Alimuddin, Morita T, Miwa M, Lu J, Endo M, Takeuchi T, Yoshizaki G. 2007. Transgenic Nile tilapia (Oreochromis niloticus) overexpressing growth hormone show reduced ammonia excretion. Aquaculture. 270: 427 – 435. doi:10.1016/j.aquaculture.2007.05.016. Latar DI. 2013. Efektivitas Pemberian Hormon Pertumbuhan Rekombinan Melalui Pakan Dengan Bahan Penyalut Berbeda Dan Pelleting Pada Ikan Nila [Tesis]. ID: Bogor. Institut Pertanian Bogor. Moriyama S, Hiroshi Y, Seiji S, Toshio A, Tetsuya H, Hiroshi K. 1993. Oral administration of recombinant salmon growth hormone to rainbow trout, (Oncorhynchus mykiss). Aquaculture, 112: 99-106. Doi: 10.1016/00448486(93)90161-Q Muhammad, Alimuddin, Carman O, Zairin MJr. 2013. Respons pertumbuhan ikan nila berbeda varietas yang diberi hormon pertumbuhan rekombinan. Laporan kemajuan penelitian untuk disertasi, Program Studi Ilmu Akuakultur, BDP-FPIK-IPB, siap terbit. Qinghui Ai and Xiaojun Xie. 2005. Effects of dietary soybean protein levels on energy budget of the Southern catfish, Silurus meridionalis. Comparative Biochemistry and Physiology, 141: 461-469. Doi: 10.1016/j.cbpb. 2005.06.008 Setiawati M, Sutajaya R, Suprayudi MA. 2008. Pengaruh perbedaan kadar protein dan rasio energi protein pakan terhadap kinerja pertumbuhan fingerlings ikan mas (Cyprinus carpio). Jurnal Akuakultur Indonesia. 7(2): 171-178. Shiau SY, Peng CY. 1993. Protein-sparing effect by carbohydrates in diets for tilapia, Oreochromis niloticus x O. aureus. Aquaculture. 117: 327-334. Doi: 10.1016/0044-8486(93)90329-w. Vinasyiam A, Suprayudi MA, Alimuddin. 2014. Digestive enzyme activity in red tilapia (Oreochromis niloticus) fed diet supplemented with recombinant growth hormone. Di dalam: Seminar Nasional Ikan VIII dan Kongres IV Masyarakat Iktiologi Indonesia; 2014 Juni 3-4; Bogor. Bogor (ID). BD-207.
15 Watanabe T. 1998. Fish nutrition and mariculture. Department of aquatic Bioscience. Tokyo University of Fisheries. JICA. Zonneveld NZA, Huisman EA, Bonn JH. 1991. Prinsip-prinsip Budidaya Ikan. Jakarta (ID): Gramedia Pustaka Utama, 318h
16 LAMPIRAN Lampiran 1. Biaya Produksi rElGH (Garnama 2013) Pembuatan 100 ml media 2xYT Nama Bahan
Jumlah (gram)
Harga (Rp. /500 gram)
Total (Rp.)
Polypeptone
1,6
1070000
3424
Yeast Extract
1
550000
1100
NaCl
0,5
490000
490
Total (Rp.)
5014,-
Lisis dinding sel bakteri Nama Bahan
Jumlah
Harga (Rp.)
Total (Rp.)
Lysozyme
25 mg
900000/ 5 g
4500
TE
10 mL
33500/ 500 mL
607
Total (Rp.)
5107,-
Biaya Lain Nama Biaya
Keterangan
Total (Rp.)
Preparasi Bakteri
Penyiapan bakteri rElGH
5000
Sewa Alat
Shaker, Thermoshake, Sentrifuge
15000
IPTG
0,8 mL
8568
PBS
100 mL
2950
Microtube
20 tube
3900
Microtip Biru
20 tip
4340
Microtip Kuning
20 tip
3540
Ampisilin
100 µL
1000
Operasional
Biaya kerja, Listrik, dll
150000
Total (Rp.)
194298
17 Total Biaya Nama Kegiatan
Biaya (Rp.)
Pembuatan 100 ml 2xYT
5014
Lisis Dinding Sel Bakteri
5107
Biaya Lain
194298
Total (Rp.)
200669
Hasil kultur 100 mL 2xYT bakteri rElGH adalah 1 gram protein rekombinan dengan harga Rp. 200669. Jumlah rElGH yang diperlukan dalam 1 kg pakan adalah 3 mg atau 3 x 200.669 = Rp. 602,007 Lampiran 2. Hasil Uji Sidik Ragam (ANOVA) Biomassa Tests of Between-Subjects Effects Dependent Variable:Biomass Type III Sum of Source
Squares
df
Mean Square
F
Sig.
Corrected Model
20396,406a
3
6798,802
13,075
,002
Intercept
659756,376
1
659756,376
1268,802
,000
rElGH
17644,835
1
17644,835
33,933
,000
Protein
188,100
1
188,100
,362
,564
rElGH * Protein
2563,471
1
2563,471
4,930
,057
Error
4159,869
8
519,984
Total
684312,652
12
24556,276
11
Corrected Total
a. R Squared = ,831 (Adjusted R Squared = ,767)
18 Biomassa Subset for alpha = 0.05 perlakuan Tukey HSDa
N
1
non 20%
3
177,5567
non 15%
3
214,7067
rGH 15%
3
rGH 20%
3
3
214,7067 262,1667
262,1667 283,4800
Sig. Duncana
2
,266
,126
non 20%
3
177,5567
non 15%
3
214,7067
rGH 15%
3
262,1667
rGH 20%
3
283,4800
Sig.
,081
,675
,285
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3,000.
Lampiran 3. Hasil Uji Sidik Ragam (ANOVA) Bobot Rerata Tests of Between-Subjects Effects Dependent Variable:BR Type III Sum of Source
Squares
df
Mean Square
F
Sig.
30,447a
3
10,149
7,858
,009
1382,024
1
1382,024
1070,106
,000
rElGH
23,297
1
23,297
18,039
,003
Protein
3,543
1
3,543
2,743
,136
rElGH * Protein
3,608
1
3,608
2,794
,133
Error
10,332
8
1,291
Total
1422,803
12
40,779
11
Corrected Model Intercept
Corrected Total
a. R Squared = ,747 (Adjusted R Squared = ,652)
19 Bobot Rerata Subset for alpha = 0.05 perlakuan Tukey HSDa
N
1
2
non 20%
3
8,2467
non 15%
3
10,4300
rGH 15%
3
12,1200
rGH 20%
3
12,1300
Sig. Duncana
10,4300
,165
,327
non 20%
3
non 15%
3
10,4300
rGH 15%
3
12,1200
rGH 20%
3
12,1300
Sig.
8,2467
1,000
,117
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3,000.
Lampiran 4. Hasil Uji Sidik Ragam (ANOVA) Survival Rate Tests of Between-Subjects Effects Dependent Variable: SR Type III Sum of Source
Squares
df
Mean Square
F
Sig.
176,000a
3
58,667
1,760
,232
91525,333
1
91525,333
2745,760
,000
rElGH
85,333
1
85,333
2,560
,148
Protein
85,333
1
85,333
2,560
,148
5,333
1
5,333
,160
,700
Error
266,667
8
33,333
Total
91968,000
12
442,667
11
Corrected Model Intercept
rElGH * Protein
Corrected Total
a. R Squared = ,398 (Adjusted R Squared = ,172)
20 Survival Rate Subset for alpha = 0.05 perlakuan Tukey HSDa
N
1
non 15%
3
82,6667
rGH 15%
3
86,6667
non 20%
3
86,6667
rGH 20%
3
93,3333
Sig. Duncana
,186
non 15%
3
82,6667
rGH 15%
3
86,6667
non 20%
3
86,6667
rGH 20%
3
93,3333
Sig.
,066
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3,000.
Lampiran 5. Hasil Uji Sidik Ragam (ANOVA) Laju Pertumbuhan Harian Tests of Between-Subjects Effects Dependent Variable:LPH Type III Sum of Source
Squares
df
Mean Square
F
Sig.
Corrected Model
2,018a
3
,673
90,893
,000
Intercept
46,217
1
46,217
6245,524
,000
rElGH
1,817
1
1,817
245,596
,000
Protein
,066
1
,066
8,920
,017
rElGH * Protein
,134
1
,134
18,163
,003
Error
,059
8
,007
Total
48,294
12
2,077
11
Corrected Total
a. R Squared = ,971 (Adjusted R Squared = ,961)
21 LPH Subset for alpha = 0.05 perlakuan Tukey HSDa
N
1
2
non 20%
3
1,9833
non 15%
3
2,5067
rGH 15%
3
2,7633
rGH 20%
3
2,7733
Sig. Duncana
2,5067
,072
,481
non 20%
3
non 15%
3
2,5067
rGH 15%
3
2,7633
rGH 20%
3
2,7733
Sig.
1,9833
1,000
,189
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3,000.
Lampiran 6. Hasil Uji Sidik Ragam (ANOVA) Jumlah Konsumsi Pakan Tests of Between-Subjects Effects Dependent Variable:JKP Type III Sum of Source
Squares
df
Mean Square
F
Sig.
27350,382a
3
9116,794
13,861
,002
2985786,874
1
2985786,874
4539,679
,000
rElGH
25877,297
1
25877,297
39,345
,000
Protein
630,895
1
630,895
,959
,356
rElGH * Protein
842,190
1
842,190
1,280
,291
Error
5261,670
8
657,709
Total
3018398,927
12
32612,052
11
Corrected Model Intercept
Corrected Total
a. R Squared = ,839 (Adjusted R Squared = ,778)
22 JKP Subset for alpha = 0.05 perlakuan Tukey HSDa
N
1
non 20%
3
451,2500
non 15%
3
453,5033
rGH 15%
3
529,6233
rGH 20%
3
560,8800
Sig. Duncana
2
1,000
,484
non 20%
3
451,2500
non 15%
3
453,5033
rGH 15%
3
529,6233
rGH 20%
3
560,8800
Sig.
,917
,174
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3,000.
Lampiran 7. Hasil Uji Sidik Ragam (ANOVA) Konversi Pakan (KP) Tests of Between-Subjects Effects Dependent Variable:KP Type III Sum of Source
Squares
df
Mean Square
F
Sig.
5,604a
3
1,868
10,336
,004
135,811
1
135,811
751,446
,000
rElGH
3,381
1
3,381
18,709
,003
Protein
,869
1
,869
4,810
,060
rElGH * Protein
1,353
1
1,353
7,488
,026
Error
1,446
8
,181
Total
142,861
12
7,050
11
Corrected Model Intercept
Corrected Total
a. R Squared = ,795 (Adjusted R Squared = ,718)
23 KP Subset for alpha = 0.05 perlakuan Tukey HSDa
N
1
rGH 20%
3
2,7667
rGH 15%
3
2,9000
non 15%
3
3,2900
non 20%
3
4,5000
Sig. Duncana
2
,476
rGH 20%
3
2,7667
rGH 15%
3
2,9000
non 15%
3
3,2900
non 20%
3
Sig. Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3,000.
1,000
4,5000 ,186
1,000
24 RIWAYAT HIDUP Penulis lahir di Bogor, Jawa Barat pada tanggal 19 Mei 1992. Penulis merupakan putra kedua dari tiga bersaudara dari seorang ibu bernama (almh.) Zahro Abdullah bin Nuh dan ayah bernama Muryadi Nurta. Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SD Al-Ghazaly Bogor pada tahun 2004, lulus dari MTs Al-Ghazaly Bogor pada tahun 2007, dan menamatkan pendidikan sekolah menengah atas di SMAN 5 Bogor pada tahun yang sama saat penulis diterima di program studi Teknologi dan Manajemen Perikanan Budidaya, Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor melalui jalur Uji Talenta Mandiri (UTMI) IPB pada tahun 2010 Selama menjalani proses perkuliahan, penulis aktif sebagai asisten praktikum mata kuliah Dasar-dasar Genetika Ikan pada tahun 2012, asisten praktikum mata kuliah Bioteknologi Akuakultur pada tahun 2013, dan asisten praktikum mata kuliah Ikan Hias dan Akuaskap pada tahun 2014. Penulis juga pernah menjabat sebagai Kepala Divisi Pengembangan Sumberdaya Manusia, Himpunan Mahasiswa Akuakultur pada masa jabatan 2012 – 2013. Penulis melakukan praktik lapang akuakultur di Balai Budidaya Laut (BBL) Batam pada tahun 2013 dengan komoditas ikan kerapu macan. Prestasi akademis yang pernah diraih penulis antara lain: Pendanaan Program Kreativitas Mahasiswa, DIKTI pada tahun 2011, 2012, dan 2013 serta terdaftar sebagai Peserta Pekan Ilmiah Nasional, DIKTI pada tahun 2013. Adapun prestasi non-akademis yang pernah diraih penulis selama masa kuliah di IPB adalah Juara I Festival Musik ACRA, yang diadakan oleh UKM MAX IPB pada tahun 2012.