PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PERBEDAAN KESEJAHTERAAN PSIKOLOGIS PADA MASA PENSIUN DITINJAU DARI STATUS PERNIKAHAN
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi
Disusun oleh : Antonius Mei Setyabudi NIM : 119114114
FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2016
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
HALAMAN MOTTO
“
iv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
HALAMAN PERSEMBAHAN
Semua hasil dari usaha dan kerja keras ini, aku persembahkan untuk Tuhan Yesus Kristus; sumber kekuatan dan penolongku Bunda Maria; Bunda yang terkasih St. Antonius, St. Yoseph, dan St. Yohanes De Britto; pelindung dan penyemangatku
Bapak, Ibu, dan Adik; yang selalu menjadi motivasi dan semangatku Sahabat-sahabatku dan seluruh orang yang kukasihi, Serta untuk semua para pejuang masa depan .
v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PERBEDAAN KESEJAHTERAAN PSIKOLOGIS PADA MASA PENSIUN DITINJAU DARI STATUS PERNIKAHAN Antonius Mei Setyabudi ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan kesejahteraan psikologis pada masa pensiun yang ditinjau dari status pernikahan. Variabel kesejahteraan psikologis terdiri dari enam dimensi yaitu penerimaan diri, hubungan yang positif dengan orang lain, otonomi, penguasaan lingkungan, tujuan dalam hidup, dan pertumbuhan pribadi. Subjek penelitian ini berjumlah 80 orang pensiunan yang terdiri dari 40 orang dari kelompok menikah dan 40 orang dari kelompok janda/duda dengan menggunakan metode pengambilan sampel convenience sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan skala kesejahteraan psikologis yang dikembangkan oleh peneliti. Skala kesejahteraan psikologis ini terdiri dari 38 item dengan nilai reliabilitas alpha berstrata sebesar 0,893 (αs = 0,893). Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan teknik analisis uji beda mann-whitnney u test. Hasil uji beda kesejahteraan psikologis antara kelompok menikah dan kelompok janda/duda diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,467 (p > 0,05). Hasil ini menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan kesejahteraan pada masa pensiun yang ditinjau dari status pernikahan. Kata kunci : kesejahteraan psikologis, masa pensiun, status pernikahan
vii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
THE DIFFERENCES OF PSYCHOLOGICAL WELL-BEING IN RETIREMENT THAT REVIEWED FROM THE MARITAL STATUS Antonius Mei Setyabudi ABSTRACT The purpose of this study was to understand the differences between psychological well-being in retirement that reviewed from the marriage status. Psychological well-being is concluded of six dimensions: self acceptance, positive relations with others, autonomy, enviromental mastery, purpose of life, and personal growth. There was 80 subjects that had been retired with 40 subjects from the married group and 40 subjects from the widows that obtained with sampling methods convenience sampling. The data obtained from well-being psychology scales that developed by researcher. The well-being scales included 38 items with reliability of alpha stratified 0,893 (αs = 0,893). This study was quantitative difference test with mann-whitnney u test. The result from well-being between married group and widows group showed the significancy 0,467 (p>0,05). The result showed that there was no differences between the well-being on the retired stage that reviewed from the marriage status. Keywords: Psychological well-being, retirement, marital status
viii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan Yesus Krisus atas penyertaanNya hingga penulisan skripsi dengan judul “Perbedaan Kesejahteraan Psikologis Pada Masa Pensiun Ditinjau Dari Status Pernikahan” ini dapat diselesaikan dengan baik. Selama penulisan skripsi ini, penulis merasa banyak mendapat bantuan baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada : 1. Bapak Dr. T. Priyo Widianto, M.Si. selaku Dekan Fakultas Psikologi Program Studi Psikologi Universitas Sanata Dharma. 2. Bapak P. Eddy Suhartanto, M.Si. selaku Kepala Program Studi Psikologi Universitas Sanata Dharma. 3. Ibu Debri Pristinella, M.Si. selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah memberikan dukungan dan motivasi serta yang selalu mengingatkan untuk menyelesaikan skripsi. 4. Bapak T.M. Raditya Hernawa M.Psi. selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang selalu memberikan dukungan, nasehat, kritik dan saran serta diskusi yang sangat membantu dalam pengerjaan skripsi hingga dapat selesai dengan baik. 5. Suster Lidwina Tri Ariastuti, FCJ S.Pd., M.A. yang telah berkenan meluangkan waktu untuk diskusi, sharing, dan dukungan untuk penulis hingga dapat menyelesaikan skripsi dengan baik.
x
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6. Seluruh Dosen Fakultas Psikologi yang telah mendidik dan memberikan banyak ilmu, tidak hanya Ilmu Psikologi saja namun juga mengenai nilai-nilai kehidupan. 7. Seluruh karyawan dan staff Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma atas segala bantuan yang diberikan. 8. Bapak Budiman selaku pengurus P2TEL Magelang, Bapak Mohadi selaku Ketua IKPLN Yogyakarta, Bapak Pramono selaku pengurus Persekutuan Doa BPN & Notaris Yogyakarta, Bapak Darmadi selaku pengurus PWRI Yogyakarta, dan seluruh pihak yang telah banyak membantu dalam proses perizinan dan penyebaran kuisioner skripsi. 9. Bapak-Ibu pensiunan yang telah meluangkan waktu untuk mengisi kuisioner. 10. Kedua orang tuaku, Yohanes Suhartaya S. dan Natalia Naning K., yang tidak henti-hentinya untuk selalu memotivasi, menyemangati, mengingatkan dan mendoakan penulis agar dapat menyelesaikan skripsi. 11. Thomas Novian J.S., adik dan juga sahabat yang walaupun terkesan cuek namun masih memberikan kepeduliannya dan mendukung dalam progress skripsi penulis. Selanjutnya adalah tanggung jawabmu, pion ora ana mundur e! 12. Seluruh keluarga besar yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang telah mendukung penulis. 13. Teman-teman alumni De Britto 2011 yang selalu saja dapat menjadi motivasi bagi penulis untuk memberikan yang terbaik untuk diri sendiri maupun orang lain. Terima kasih juga untuk Pika, Vico, Stanis, Saktya, dan Widek atas xi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING .............................. ii HALAMAN PENGESAHAN....................................................................... iii HALAMAN MOTTO ................................................................................... iv HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................... v PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ....................................................... vi ABSTRAK .................................................................................................. vii ABSTRACT .................................................................................................. viii LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN ............................................. ix KATA PENGANTAR .................................................................................. x DAFTAR ISI ............................................................................................... xiii DAFTAR TABEL ....................................................................................... xvi DAFTAR GAMBAR ................................................................................. xvii DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. xviii BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1 A. Latar Belakang Masalah..................................................................... 1 B. Rumusan Masalah ............................................................................ 10 C. Tujuan Penelitian ............................................................................. 10 D. Manfaat Penelitian ........................................................................... 10 BAB II LANDASAN TEORI ...................................................................... 12 A. Kesejahteraan Psikologis ................................................................. 12 xiii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1. Pengertian Kesejahteraan Psikologis ........................................ 12 2. Dimensi Kesejahteraan Psikologis ............................................ 14 3. Faktor Yang Mempengaruhi Kesejahteraan Psikologis ............ 20 B. Status Pernikahan ............................................................................. 29 1. Menikah..................................................................................... 29 2. Janda/Duda ................................................................................ 30 C. Masa Pensiun ................................................................................... 31 1. Pengertian Masa Pensiun .......................................................... 31 2. Permasalahan Dalam Masa Pensiun.......................................... 34 3. Mengatasi Permasalahan Dalam Masa Pensiun ........................ 35 D. Perbedaan Kesejahteraan Psikologis Pada Masa Pensiun Ditinjau Dari Status Pernikahaan ........................................................................... 38 E. Skema Penelitian .............................................................................. 41 F. Hipotesis........................................................................................... 42 BAB III METODE PENELITIAN .............................................................. 43 A. Jenis Penelitian ................................................................................. 43 B. Identifikasi Variabel Penelitian ........................................................ 43 C. Definisi Operasional ........................................................................ 43 D. Subjek Penelitian.............................................................................. 44 E. Metode dan Alat Pengambilan Data ................................................ 45 F. Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur ................................................ 47 1. Validitas .................................................................................... 48 2. Reliabilitas................................................................................. 48 xiv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3. Daya Diskriminasi Item ............................................................ 49 G. Pengujian Alat Ukur Penelitian........................................................ 49 1. Uji Coba Alat Ukur Penelitian .................................................. 49 2. Hasil Uji Coba Alat Ukur .......................................................... 50 H. Metode Analisis Data ....................................................................... 54 1. Uji Asumsi ................................................................................ 54 2. Uji Hipotesis.............................................................................. 55 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............................. 56 A. Pelaksanaan Penelitian ..................................................................... 56 B. Deskripsi Subjek Penelitian ............................................................. 57 C. Deskripsi Data Penelitian ................................................................. 58 D. Hasil Analisis Data........................................................................... 60 1. Uji Asumsi ................................................................................ 60 2. Uji Hipotesis.............................................................................. 61 E. Pembahasan ...................................................................................... 63 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ....................................................... 67 A. Kesimpulan ...................................................................................... 67 B. Keterbatasan Penelitian .................................................................... 67 C. Saran ................................................................................................ 68 DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 70 LAMPIRAN ................................................................................................ 75
xv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR TABEL Tabel 1 : Distribusi Item Skala Kesejahteraan Psikologis ........................... 47 Tabel 2 : Persebaran Item Skala Kesejahteraan Psikologis ......................... 52 Tabel 3 : Hasil Uji Reliabilitas Skala Kesejahteraan Psikologis.................. 53 Tabel 4 : Persebaran Subjek Berdasarkan Status Pernikahaan .................... 57 Tabel 5 : Persebaran Subjek Berdasarkan Jenis Kelamin ............................ 58 Tabel 6 : Hasil Analisis Deskriptif Kesejahteraan Psikologis ..................... 59 Tabel 7 : Hasil Uji t Kesejahteraan Psikologis............................................. 59 Tabel 8 : Hasil Uji Normalitas ..................................................................... 60 Tabel 9 : Hasil Uji Homogenitas.................................................................. 61 Tabel 10 : Hasil Uji Mann-Whitney U Test ................................................. 62
xvi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Grafik Alur Hubungan Status Pernikahan Dengan Kesejahteraan Psikologis ..................................................................................................... 41
xvii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Blueprint Skala Kesejahteraan Psikologis ............................... 76 Lampiran 2. Skala Try out............................................................................ 84 Lampiran 3. Skala Penelitian ....................................................................... 94 Lampiran 4. Uji Reliabilitas Skala ............................................................. 102 Lampiran 5. Uji Koefisien Alpha Berstrata (varian item komponen dan skor total) .......................................................................................................... 107 Lampiran 6. Data Deskriptif Subjek Penelitian ......................................... 111 Lampiran 7. Deskriptif Data Penelitian (one sample t-test)....................... 116 Lampiran 8. Uji Normalitas dan Homogenitas .......................................... 118 Lampiran 9. Uji Hipotesis .......................................................................... 124
xviii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Badan Pusat Statistik (BPS) pada bulan April tahun 2014 merilis Indeks Kebahagiaan (Happiness Index) masyarakat Indonesia. Berdasarkan hasil indeks tersebut, tingkat kebahagiaan rakyat Indonesia berada pada level 68,28% yang artinya rata-rata orang Indonesia masuk ke dalam kategori bahagia. Nilai indeks ini mengalami kenaikan daripada tahun 2013 yang hanya 65,11% (Suyanto, 2015). Hidup bahagia dan sejahtera memang merupakan cita-cita setiap orang, termasuk karyawan yang memiliki kehidupan di masa pensiun (Deil, 2014). Namun, hal ini menjadi permasalahan tersendiri bagi karyawan yang memiliki batas usia pensiun tertentu (BBC Indonesia, 2010). Usia pensiun yang berkisar antara 50-55 tahun pada pegawai negeri sipil (PNS) dan 56 tahun pada pegawai swasta dikatakan masih terlalu muda (BBC Indonesia, 2010). Sebagian besar orang memiliki keinginan menolak pensiun dengan berbagai alasan, bahkan jika memungkinkan mereka ingin terus aktif bekerja atau menunda kehadiran masa pensiun (Suardiman, 2011). Hal ini tidak lepas dari keinginan mereka agar dapat tetap memenuhi kebutuhan yang lebih baik serta mempertahankan kualitas hidup (Afriyadi, 2014). Masa pensiun merupakan fase menuju dewasa akhir yang ditandai dengan mulai menurunnya produktivitas seseorang serta diharapkan untuk beristirahat dari kegiatan yang berkaitan dengan rutinitas kerja (Trisusanti & 1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
Satiningsih, 2012). Masa pensiun juga dapat dikatakan sebagai tahap terakhir dari tahap perencanaan karir yaitu tahap penarikan diri. Pada tahap ini, seseorang lebih fokus pada meninggalkan karir, meninggalkan kelekatan pada organisasi dan menghadapi tekanan secara fisik, psikologis maupun sosial pada masa pensiun (Apsari, 2012). Safitri (2013) menjelaskan, bagi beberapa orang masa pensiun merupakan masa yang kurang menyenangkan karena adanya perubahan dalam kehidupannya seperti perubahan pendapatan ekonomi, aktivitas sehari-hari, dan lingkungan pergaulan. Masa pensiun bahkan sering dipandang sebagai masalah bahkan musibah bagi penerimanya hingga dapat menimbulkan stres (Suardiman, 2011). Berkurangnya kontak sosial seperti teman kerja, relasi, dan orang-orang di luar rumah menjadi pemicu munculnya stres ketika menghadapi masa pensiun. Hal ini membuat individu yang melalui masa pensiun cenderung rentan terhadap berbagai permasalahan yang timbul karena masa transisi dari bekerja ke masa pensiun (Suardiman, 2011). Anggi (2004, dalam Trisusanti & Satiningsih, 2012) menggambarkan bahwa seseorang yang pada masa pensiunnya memiliki masalah, pada dasarnya memiliki kondisi mental yang tidak stabil, konsep diri yang negatif serta kurangnya rasa percaya diri yang berkaitan dengan kompetensi diri dan keuangan. Maka dari itu, diperlukan penyesuaian dan persiapan untuk menghadapi masa pensiun ini baik secara fisik, psikologis, sosial, dan ekonomi (Apsari, 2012).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
Aspek psikologis menjadi salah satu aspek yang sangat penting bagi orang-orang yang akan menjalani kehidupan di masa pensiunnya (Shultz & Wang, 2011). Fakta bahwa permasalahan pada aspek fisik dan finansial jauh lebih terlihat bagi kebanyakaan orang membuat aspek psikologis sering kali diabaikan (Shultz & Wang, 2011). Terlebih lagi bila dikaitkan dengan kebahagiaan diperlukan pemahaman yang lebih luas mengenai konsep kebahagiaan yang tidak hanya berdasarkan pada aspek materialistik saja, tetapi juga melihat dari arti kebahagiaan dalam konsep eudaimonia yaitu kebahagiaan yang bertumpu pada pengembangan diri (Amalia, 2015). Santrock (dalam Apsari, 2012) menjelaskan bahwa saat seseorang menjalani masa pensiun, mereka akan mengalami beberapa perubahaan yang tidak terduga dan akan menghadapi situasi yang penuh dengan ketidakpastian. Moen (2001, dalam Kim & Moen, 2002) menambahkan, perubahan ini tidak hanya sekedar transisi kehidupan semata, namun juga perkembangan individu serta perubahan bentuk sosial psikologis yang berhubungan dengan fisik serta kesejahteraan psikologis (psychological well-being). Lebih lanjut lagi menurut Kim dan Moen (2002), pensiun dari pekerjaan dapat membuat seseorang mengalami tekanan psikologis. Namun, disisi lain pensiun dari pekerjaan juga diyakini mampu mengurangi ketegangan dan beban kerja yang berlebih, sehingga mampu meningkatkan kesejahteraan psikologis (psychological wellbeing) (George, 1993; Elder, 1995; Moen, 2001 dalam Kim & Moen, 2002). Kesejahteraan psikologis merupakan kemampuan individu untuk dapat menerima diri apa adanya, menjalin relasi dengan orang lain, mengendalikan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
diri, mampu menghadapi tekanan sosial, serta mampu merealisasikan potensi yang dimiliki sehingga dapat memiliki arti dalam hidupnya (Ryff & Keyes dalam Anggraeni & Jannah, 2014). Individu yang memiliki skor kesejahteraan psikologis yang tinggi digambarkan sebagai individu yang memiliki perasaan bahagia, merasa berguna, puas terhadap kehidupannya, dan mendapat dukungan dari orang-orang disekitar (Winefield, Gill, Taylor, & Pilkington, 2012). Ryff dan Singer (1998, dalam van Dierendonck, Díaz, RodríguezCarvajal, Blanco, & Moreno-Jiménez, 2008) menjelaskan bahwa kesejahteraan psikologis memberikan pandangan baru bahwa mental yang sehat tidak hanya berdasarkan dari tidak munculnya penyakit namun juga munculnya sesuatu yang positif dalam diri seseorang. Adanya kesejahteraan psikologis akan membuat seseorang menyadari akan potensi yang dimiliki, meningkatkan kualitas hubungan interpersonal yang baik, dan tujuan dalam hidup (Ryff 1989, dalam Eldeleklioglu, Yilmaz, & Gultekin, 2010). Hal ini akan mendorong seseorang tidak hanya mendapatkan kebahagiaan semata namun juga berusaha untuk mencapai kesempurnaan terhadap potensi diri yang dimiliki (Ryff & Singer, 1998, 2000 dalam Aprianti, 2012). Gagasan kesejahteraan psikologis dirumuskan oleh Ryff berdasarkan beberapa pandangan terhadap fungsi psikologis secara positif (positive psychological functioning) yang menggabungkan konsep self-realization milik Maslow, fully functioning people milik Roger, maturity milik Allport, dan individualization milik Jung (Ryff & Keyes, 1995; Ryff, 1995; Eldeleklioglu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
et al., 2010). Selain itu, Ryff (1989) juga menambahkan perspektif tahap perkembangan dalam kehidupan untuk mendefinisikan kesejahteraan psikologi dengan menekankan perbedaan tantangan yang dihadapi dalam setiap tahapan siklus hidup. Ryff (1989) juga menambahkan kriteria mental yang sehat milik Jahoda yang tidak hanya mendefiniskan well-being sebagai tidak munculnya penyakit namun juga memberikan definisi secara luas apa makna kesehatan psikologis yang baik. Konsep kesejahteraan psikologis kemudian diformulasikan oleh Ryff ke dalam enam dimensi untuk mengungkapkan fungsi psikologis yang positif pada individu (van Dierendock et al., 2008; Trisusanti & Satiningsih, 2012). Dimensi kesejahteraan psikologis antara lain penerimaan diri (selfacceptance), hubungan yang positif dengan orang lain (positive relations with other people), otonomi (autonomy), penguasaan lingkungan (environmental mastery), tujuan dalam hidup (purpose in life), dan pertumbuhan pribadi (personal growth) (Ryff & Keyes, 1995; Eldeleklioglu et al., 2010; Anggreani & Jannah, 2014). Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kesejahteraan psikologis individu (Aprianti, 2012). Faktor tersebut antara lain usia, jenis kelamin, kebudayaan, status sosial, pengalaman hidup dan sejarah hidup (Ryff, 1996). Ryff (2014) menambahkan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi terbentuknya
kesejahteraan
psikologis
individu
adalah
pengalaman
berkeluarga yang berkaitan dengan status pernikahan (marital status). Individu yang berstatus menikah cenderung memiliki skor tinggi pada dimensi tujuan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
hidup (purpose in life) dibandingkan dengan mereka yang berstatus berpisah atau bercerai, janda, dan tidak pernah menikah (Ryff, 2014). Selain itu, individu yang berstatus cerai dan tidak pernah menikah memiliki skor total yang rendah dengan keseluruhan dimensi pada skala kesejahteraan psikologis. Namun, pada kelompok wanita yang berstatus janda dan tidak pernah menikah memiliki skor total yang lebih tinggi dari pada laki-laki dengan status pernikahan yang sama pada skala kesejahteraan psikologis (Ryff, 2014). Namun sebagai catatan, individu dengan penguasaan lingkungan, harga diri serta optimisme yang tinggi lebih mampu untuk beradaptasi terhadap kehilangan pasangannya (Ryff, 2014). Marks (1996) berpendapat bahwa ada dua hipotesis untuk menjelaskan mengenai efek perbedaan status pernikahan terhadap well-being individu yaitu hipotesis seleksi sosial (social selection hypothesis) dan hipotesis sebab-akibat sosial (social causation hypothesis). Hipotesis seleksi sosial menjelaskan bahwa seseorang yang sehat secara mental dan emosi lebih mungkin memilih pasangannya untuk menikah dan lebih mungkin dipilih untuk menikah dari pada seseorang yang tidak sehat secara mental dan emosi (Marks, 1996). Sebagai hasil dari hipotesis tersebut, individu yang menikah lebih menunjukkan profil psikologis yang lebih baik dari pada yang tidak pernah menikah (Marks, 1996). Hipotesis mengenai sebab-akibat sosial (social causation hypothesis) berpendapat bahwa aspek pernikahan membuat seseorang lebih memiliki mental yang sehat (Marks, 1996). Pearlin dan Johnson (1977, dalam Marks,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
1996) menyatakan bahwa orang yang tidak menikah lebih rentan terhadap halhal berkaitan dengan beban hidup seperti misalnya isolasi sosial dari pada orang yang menikah. Hal ini menjelaskan kenapa mereka yang tidak menikah memiliki skor yang tinggi pada pengukuran tingkat depresi dari pada responden yang menikah (Marks, 1996). Lowenthal dan Haven (1968, dalam Marks, 1996) menjelaskan lebih lanjut bahwa memiliki hubungan yang intim dengan orang kepercayaan memberikan pengaruh yang kuat terhadap well-being individu. Hubungan dengan orang kepercayaan tersebut dapat muncul dalam pertemanan atau hubungan keluarga, dan diharapkan hubungan tersebut dapat memberikan dampak terhadap kesehatan mental (Marks, 1996). Dukungan emosional yang intim, kesempatan untuk pembukaan diri, dan kepercayaan menjadi bagian dan karakteristik yang penting untuk pasangan dalam pernikahan modern (Rossi & Rossi, 1990 dalam Marks, 1996). Berger dan Kellner (1964, dalam Marks, 1996) mengatakan bahwa pasangan yang baru saja menikah secara interaktif menciptakan rasa berbagi terhadap realita dan pemaknaan sosial yang menjadi pondasi penting terhadap terbentuknya kesejahteraan psikologis. Disisi lain, orang dewasa yang masih lajang atau tanpa pasangan secara umum memiliki permasalahan dalam menjalin relasi yang akrab dengan orang dewasa lainnya, menghadapi kesepian, dan menemukan posisi yang sesuai dalam masyarakat yang berorientasi pada pernikahan (Koropeckjy-Cox, 2009, dalam Santrock 2012). Stres juga menjadi masalah yang biasa dihadapi pada orang dewasa yang masih lajang atau tanpa adanya pasangan (Santrock, 2012).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
Sedangkan dalam kasus perceraian, pasangan yang menceraikan mungkin memandang bahwa perceraian sebagai jalan keluar dari relasi yang tidak dicapai (Santrock, 2012). Sebaliknya, pasangan yang diceraikan mungkin memandang perceraian sebagai sebuah pengkhianatan atau mengakhiri sebuah relasi yang telah dibangun, yang melibatkan komitmen dan kepercayaan (Santrock, 2012). Bagaimana individu menginterpretasikan pengalaman yang mereka miliki merupakan kunci yang dapat mempengaruhi kesejahteraan psikologis yang dimiliki, dapat disimpulkan bahwa status pernikahan baik itu menikah, maupun janda/duda (bercerai atau pasangannya meninggal) merupakan pengalaman dalam kehidupan setiap individu yang dapat memberikan pengaruh terhadap terbentuknya kesejahteraan psikologis terutama dalam menghadapi masa pensiun di mana kehadiran pasangan akan memberikan dukungan sosial sebagai dasar dari rasa kebermaknaan individu yang merupakan bagian penting terbentuknya kesejahteraan psikologis (Ryff, 1995). Hal ini seperti yang diungkapkan oleh Marks (1996) bahwa seseorang yang menikah lebih memiliki kepercayaan dalam keluarga dikarenakan kehadiran pasangan dapat memenuhi peran sebagai bagian dari dukungan sosial. Penelitian Soulsby dan Bennett mengenai peranan dukungan sosial (2015) menemukan bahwa individu yang kurang mendapat dukungan sosial dari pasangannya (janda/duda, bercerai dan tidak menikah) jauh memiliki kondisi psikologis yang buruk dari pada yang memiliki pasangan (menikah). Cohen dan Wills (1985, dalam Aprianti, 2012) menjelaskan juga bahwa adanya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
dukungan sosial terutama dari pasangan dapat membantu individu untuk mengatasi stres (coping stress) baik langsung maupun tidak langsung. Berdasarkan penjabaran diatas muncul pertanyaan apakah perbedaan status pernikahan antara menikah dan janda/duda, yang dilihat dari kehadiran pasangan, mempengaruhi tingkat kesejahteraan pada karyawan yang telah pensiun. Pertanyaan tersebut akan dijawab melalui ada tidaknya perbedaan kesejahteraan psikologis pada masa pensiun ditinjau dari status pernikahan. Penelitian ini menjadi penting untuk dilakukan karena pada penelitian sebelumnya, belum secara khusus melihat kesejahteraan psikologis pada kelompok yang telah menghadapi masa pensiun. Selain itu, penelitian yang dilakukan sebelumnya belum memberikan gambaran terhadap budaya timur yang lebih kolektif di mana orang-orang lebih menghidupi nilai-nilai keharmonisan dalam kelompok, koperatif, solidaritas, saling bergantung satu sama lain, dan mengedepankan hubungan dengan orang lain daripada budaya barat yang cenderung lebih individualis (McAdams, 2006). Budaya timur terutama yang berada di kawasan Asia Timur dan Asia Tenggara, memandang pernikahan sebagai suatu hal yang sakral, suci dan normatif (Jones, 2010). Retherford dan Ogawa (2006, dalam Jones, 2010) menambahkan pasangan memiliki peran dalam meningkatkan kontak dengan sosial. Apabila individu kurang mendapat dukungan sosial dari lingkungan maupun pasangan, hal tersebut dapat berpengaruh pada tingkat kesejahteraan psikologis yang dimiliki (Ryff, 1995; Marks, 1996). Sehingga penelitian ini
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
diharapkan mampu memberikan informasi serta pengetahuan lebih jauh terhadap kesejahteraan psikologis pada masa pensiun.
B. Rumusan Masalah Apakah ada perbedaan kesejahteraan psikologis pada masa pensiun ditinjau dari status pernikahan ?
C. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk melihat perbedaan kesejahteraan psikologis pada masa pensiun ditinjau dari status pernikahan.
D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan mampu menjadi sumber informasi di bidang psikologi industri organisasi dan gerontologi dalam memahami kesejahteraan psikologis terutama pada masa pensiun.
2. Manfaat Praktis a. Bagi Perusahaan Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu perusahaan untuk membuat pendampingan yang tepat dan lebih baik bagi karyawan yang akan menghadapi masa pensiun serta memberikan perhatian kepada karyawan yang memiliki skor kesejahteraan psikologis yang rendah khususnya pada karyawan dengan status pernikahan tertentu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
b. Bagi para pensiunan 1) Memberikan gambaran mengenai kesejahteraan psikologis pada pensiunan sehingga diharapkan dapat mengelola, menjaga, serta mengembangkannya dengan lebih baik. 2) Memberikan gambaran kepada pensiunan yang masih memiliki dan tinggal bersama dengan pasangan agar lebih mampu untuk saling mendukung dalam menjalani kehidupan masa pensiun sehingga dapat mengurangi faktor penyebab stres yang dapat mempengaruhi kesejahteraan psikologis. 3) Memberikan gambaran kepada pensiunan yang sudah tidak memiliki pasangan agar lebih menyadari dan menerima kehadiran keluarga, saudara, maupun teman-teman di sekitar sehingga diharapkan mampu mengembangkan kesejahteraan psikologis menjadi baik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB II LANDASAN TEORI
A. Kesejahteraan Psikologis 1. Pengertian Kesejahteraan Psikologis Kebahagiaan dapat diartikan sebagai suatu kesenangan, ketenteraman hidup, keberuntungan, serta kemujuran yang bersifat lahir batin (KBBI, 2008). Menurut Aristoteles (1947 dalam Ryff, 1989) dalam Nicomachean Ethics miliknya berpendapat bahwa kebahagiaan atau dalam Bahasa Yunani diterjemahkan sebagai eudaimonia, merupakan pencapaian tertinggi yang dicapai oleh manusia. Namun, Waterman (1984 dalam Ryff, 1989) berpendapat bahwa penerjemahan eudaimonia lebih merujuk pada eudaimonic dan hedonic. Hedonic merupakan pengalaman yang dirasakan atau didapatkan berdasarkan kepuasan akan kebutuhan fisik, sosial, maupun intelektual. Sedangkan, eudaimonic lebih mengarah pada bagaimana individu menggunakan potensi yang dimilikinya yang dapat membantu memaknai dan mencapai tujuan hidupnya (Waterman, 1993). Terdapat dua model kesejahteraan yang dapat menjelaskan perbedaan dua kebahagiaan di atas yaitu kesejahteraan subjektif dan kesejahteraan psikologis. Model yang pertama menjelaskan mengenai kesejahteraan subjektif. Kesejahteraan subjektif atau subjective well-being adalah persepsi seseorang terhadap pengalaman hidupnya yang terdiri dari evaluasi kognitif dan afeksi dalam hidup (Ariati, 2010). Kesejahteraan 12
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
subjektif yang juga merujuk pada kesejahteraan emosional ini terbagi dalam tiga unsur yang saling berhubungan yaitu kepuasan hidup (life satisfication), kehadiran afek positif (positive afffect), dan tidak adanya afek negatif (negative affect) (Snyder, Lopez, & Pedrotti, 2011). Menurut Waterman (dalam Baumgardner & Crothers, 2009) kebahagian yang ingin dicapai dari kesejahteraan subjektif merupakan kebahagiaan hedonic karena lebih mengarah pada kepuasan fisik. Model kesejahteraan selanjutnya adalah kesejahteraan psikologis atau psychological well-being. Kesejahteraan psikologis menurut Ryff (dalam Baumgardner & Crothers, 2009) merupakan kebahagian yang bersifat eudaimonic sehingga memberikan kesempatan untuk tumbuh dan mengembangkan kemampuan. Ryff (1989 dalam Eldeleklioglu et al., 2010) menambahkan adanya kesejahteraan psikologis akan membuat seseorang menyadari akan potensi yang dimiliki, kualitas hubungan interpersonal yang baik, dan meningkatkan tujuan dalam hidup. Gagasan kesejahteraan psikologis dirumuskan oleh Ryff berdasarkan beberapa pandangan terhadap fungsi psikologis secara positif (positive psychological functioning) yang menggabungkan konsep self-realization milik Maslow, fully functioning people milik Roger, maturity milik Allport, dan individualization milik Jung (Ryff & Keyes, 1995; Ryff, 1995; Eldeleklioglu et al., 2010). Selain itu, Ryff (1989) juga menambahkan teori dari perspektif perkembangan hidup dengan menekankan berbedaan tantangan yang dihadapi dalam setiap tahapan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
siklus hidup. Perspektif tersebut meliputi model tahapan psikososial milik Erikson dan deskripsi Buhler tentang perubahan kepribadian dalam masa dewasa dan lansia (Ryff, 1989). Ryff (1989) juga menambahkan kriteria mental yang sehat milik Jahoda yang tidak hanya mendefiniskan wellbeing sebagai tidak munculnya penyakit namun juga memberikan definisi secara luas apa makna kesehatan psikologis yang baik. Berdasarkan penjelasan dan perspektif diatas dapat disimpulkan bahwa kesejahteraan psikologis adalah berfungsinya sikap-sikap psikologis positif sehingga mampu mengarahkan individu untuk menggunakan potensi yang dimiliki. Adanya kesejahteraan psikologis akan memberikan kesempatan individu untuk tumbuh, menyadari serta mengembangkan kemampuan/potensi yang dimiliki, menciptakan kualitas hubungan interpersonal yang baik, dan meningkatkan tujuan dalam hidup.
2. Dimensi Kesejahteraan Psikologis Ryff memformulasikan konsep kesejahteraan psikologis ke dalam enam dimensi untuk mengungkapkan fungsi psikologis yang positif pada individu (van Dierendonck et al., 2008). Dimensi kesejahteraan psikologis menurut Ryff (1989, 1995, 2014), Ryff dan Singer (1996) antara lain : a. Penerimaan Diri Salah satu kriteria agar seseorang dapat dikatakan sejahtera adalah mempunyai penerimaan diri atau menerima dirinya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
Penerimaan diri didefinisikan sebagai ciri utama mental yang sehat seperti halnya karakteristik aktualisasi diri, berfungsi optimal dan maturity atau kedewasaan. (Ryff, 1995) Teori-teori mengenai life span juga menekankan pada penerimaan diri dan kehidupan masa lalu (Ryff, 1989). Individu dengan skor penerimaan diri
yang tinggi memiliki
karakteristik sikap positif terhadap diri sendiri, mengakui dan menerima beberapa aspek dalam diri termasuk kualitas diri yang baik maupun yang buruk, dan memiliki perasaan positif terhadap kehidupan masa lalunya. Sedangkan, individu yang memiliki skor rendah pada penerimaan diri digambarkan memiliki karakteristik merasa tidak puas dengan dirinya, kecewa dengan apa yang terjadi di kehidupan masa lalunya, memiliki masalah dengan kualitas pribadi, dan ingin menjadi berbeda daripada dirinya sekarang (Ryff, 2014).
b. Hubungan Positif Dengan Orang Lain Kemampuan untuk mencintai dipandang sebagai komponen utama dari mental yang sehat. Aktualisasi diri digambarkan sebagai memiliki perasaan yang kuat akan rasa empati dan kasih sayang terhadap semua orang dan mampu mencintai, persahabatan yang mendalam, dan lebih memahami orang lain. Kehangatan dengan orang lain sering dihubungkan sebagai bentuk kedewasaan (maturity).
Teori
fase
perkembangan
orang
dewasa
juga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
menekankan pada penghargaan terhadap teman kerja (intimasi), bimbingan, dan arahan kepada orang lain (generativity). Hal ini yang ditekankan dalam konsep kesejahteraan psikologis (Ryff, 1989). Individu yang memiliki hubungan positif dengan orang lain dengan skor yang tinggi digambarkan memiliki karakteristik hubungan yang hangat, menyenangkan, dan percaya pada orang lain; mementingkan kesejahteraan orang lain, memiliki empati, kasih sayang, dan keintiman yang kuat; memahami saling berbagi dalam hubungan. Sedangkan, individu yang mendapat skor rendah digambarkan
memiliki
karakteristik
sedikit
kedekatan
dan
kepercayaan dalam hubungan dengan orang lain; sulit untuk menjadi hangat, terbuka, dan peduli tentang orang lain; terisolasi dan frustrasi dalam hubungan interpersonal; tidak mau membuat kompromi untuk mempertahankan hubungan dengan orang lain (Ryff, 2014).
c. Otonomi Seseorang yang berfungsi secara utuh digambarkan memiliki lokus evaluasi internal (internal locus of evaluation). Kondisi ini akan membuat individu tidak membutuhkan persetujuan dari orang lain untuk membuat evaluasi yang sesuai dengan standar milik dirinya sendiri. Konsep individuation milik Jung menjelaskan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
tentang individu yang bebas dari ketakutan dengan keyakinan kolektifitas, dan memberikan kebebasan dari norma serta peraturan yang mengikat dalam kehidupan sehari-hari (Ryff, 1989; Ryff & Singer, 1996). Individu yang memiliki skor tinggi pada dimensi otonomi digambarkan cenderung bebas dan dapat menentukan nasibnya, mampu bertahan dari tekanan sosial dengan berpikir dan bertindak sesuai dengan cara yang tepat, mengelola perilaku dari dalam, dan mengevaluasi diri dengan standar. Sedangkan, individu yang memiliki skor rendah cenderung mementingkan harapan dan evaluasi dari orang lain, bergantung pada penilaian orang lain untuk membuat keputusan penting, dan mengikuti tuntutan sosial dalam berpikir serta bertingkah laku (Ryff, 2014)
d. Penguasaan Lingkungan Karakteristik
mental
yang
sehat
didefinisikan
sebagai
kemampuan individu untuk memilih atau menciptakan lingkungan agar sesuai dengan kondisi psikologis dirinya (Ryff, 1989). Allport menjelaskan
bahwa
individu
yang
dewasa
membutuhkan
keikutsertaan dan keterlibatan dengan kegiatan di luar lingkungan dirinya. Teori perkembangan juga menjelaskan bahwa individu memerlukan kemampuan untuk memanipulasi dan mengatur lingkungan yang komplek (Ryff, 1989). Kedua teori tersebut
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
menekankan pada kemampuan untuk menguasai dan mengubah lingkungan secara kreatif melalui aktifitas mental maupun fisik. Sedangkan,
successful
aging
menekankan
bahwa
individu
seharusnya dapat mengambil keuntungan dari lingkungannya (Ryff, 1989). Individu yang memiliki skor yang tinggi pada dimensi penguasaan lingkungan didefinisikan memiliki karakteristik mampu menguasai dan kompeten dalam mengatur lingkungannya, mengontrol aktivitas eksternal yang kompleks, menggunakan kesempatan yang ada di lingkungannya secara efektif, dan mampu untuk membuat atau memilih konteks yang tepat dan sesuai dengan kebutuhan serta nilai-nilai dirinya sendiri. Sedangkan, individu yang memiliki skor rendah pada dimensi ini didefinisikan sebagai individu yang kesulitan untuk mengelola aktivitas sehari-harinya, merasa tidak mampu untuk mengubah atau memperbaiki lingkungan di sekitarnya, tidak menyadari kesempatan yang ada di sekitarnya, dan kurangnya kemampuan untuk mengontrol dunia luar (Ryff, 2014).
e. Tujuan dalam Hidup Individu yang sehat secara mental didefinisikan memiliki tujuan dan makna dalam hidupnya. Konsep kedewasaan juga menekankan bahwa karakteristik individu yang sudah dewasa adalah memiliki
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
tujuan dalam hidupnya. Sedangkan, teori perkembangan melihatnya sebagai perubahan-perubahan dalam tujuan hidupnya, keinginan untuk menjadi lebih produktif, dan menciptakan atau mencapai integritas emosional di kemudian hari (Ryff, 1989). Karakteristik individu yang memiliki skor tinggi dalam dimensi tujuan dalam hidup digambarkan dengan memiliki tujuan hidup, kemampuan untuk mencapai tujuan tersebut, merasa memiliki makna terhadap kehidupan saat ini dan masa lalunya, memegang keyakinan terhadap tujuan hidupnya, dan memiliki maksud serta tujuan dalam hidupnya. Sedangkan, individu yang memiliki skor rendah pada dimensi tujuan dalam hidup digambarkan memiliki karakteristik kurang memiliki makna terhadap hidupnya, hanya memiliki sedikit cita-cita dan tujuan, kurang memiliki arahan dalam hidupnya, tidak memiliki tujuan dari kehidupan masa lalunya, dan tidak memiliki pandangan atau keyakinan yang dapat membuat munculnya makna dalam hidupnya (Ryff, 2014).
f. Pertumbuhan Pribadi Pengoptimalan fungsi psikologis membutuhkan tidak hanya satu perkembangan karakteristik di masa lalunya, namun juga potensi yang dapat terus dikembangkan agar tetap tumbuh dan semakin berkembang sebagai manusia (Ryff, 1989). Kebutuhan untuk mengaktualisasi diri dan merealisasikan potensi diri merupakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
salah satu perspektif utama dalam pertumbuhan pribadi. Teori perkembangan juga menekankan untuk menghadapi tantangan atau tugas-tugas baru pada setiap periode kehidupan yang berbeda (Ryff, 1989). Individu yang memiliki skor tinggi pada dimensi pertumbuhan pribadi digambarkan memiliki perasaan untuk terus berkembang, melihat diri sebagai pribadi yang tumbuh dan berkembang, terbuka terhadap pengalaman baru, menyadari potensi yang dimiliki, melihat peningkatan dalam diri dan perilaku dari waktu ke waktu, dan melakukan perubahan agar tetap mencerminkan pengetahuan tentang diri. Sedangkan, individu yang memiliki skor rendah pada dimensi ini adalah merasa dirinya sebagai pribadi yang tidak dapat melakukan apa-apa lagi untuk mengembangkan dirinya, kurangnya keinginan untuk melakukan perubahan atau perbaikan terhadap dirinya dari waktu ke waktu, merasa bosan dan kurang tertarik dengan kehidupannya, dan merasa tidak dapat berkembang ke sikap atau perilaku yang baru (Ryff, 2014).
3. Faktor yang Mempengaruhi Kesejahteraan Psikologis Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kesejahteraan psikologis individu. Faktor tersebut antara lain usia, jenis kelamin, kebudayaan, status sosial, dan pengalaman/sejarah hidup (Ryff & Singer, 1996). Ryff (2014) menambahkan bahwa terdapat enam lingkup
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
penelitian baru yang ditemukan berdasarkan lebih dari 350 jurnal ilmiah sepanjang tahun 1989 hingga 2014 yang berfokus pada pembentukan well-being individu yaitu perkembangan dan penuaan; kepribadian; pengalaman keluarga; keterikatan dengan pekerjaan dan kehidupan lain; penelitian terhadap kesehatan dan biologis; serta studi mengenai intervensi dan klinis. a. Usia Ryff dan Singer (1996) pada penelitian kesejahteraan psikologis terhadap segala usia menemukan bahwa dimensi penguasaan lingkungan dan otonomi menunjukkan skor yang tinggi pada usia dewasa muda hingga dewasa tengah. Disisi lain, dimensi pertumbuhan pribadi dan tujuan dalam hidup menunjukkan skor yang rendah pada rentang usia dewasa tengah hingga usia lanjut. Sedangkan dimensi lainnya, seperti penerimaan diri dan hubungan yang positif dengan orang lain menunjukkan tidak ada perbedaan yang berarti pada ketiga rentang usia. b. Jenis Kelamin Penelitian yang dilakukan oleh Ryff dan Singer (1996) menemukan bahwa wanita dalam segala rentang usia secara konsisten memiliki rata-rata yang lebih tinggi pada dimensi hubungan yang positif dengan orang lain dan pertumbuhan pribadi daripada laki-laki. Hal ini dibuktikan dari berbagai hasil
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
penelitian mengenai depresi yang menunjukkan bahwa wanita lebih memiliki psikologis yang kuat dalam menghadapi depresi berkaitan dengan dimensi well-being (Ryff & Singer, 1996). c. Kebudayaan Banyak diskusi yang melibatkan perbedaan kontras antara budaya
individualistik
(independent)
dengan
kolektif
(interdependent) (Ryff & Singer, 1996). Pada budaya Barat yang cenderung individual, dimensi seperti penerimaan diri atau otonomi lebih memiliki skor yang lebih tinggi. Sedangkan pada budaya Timur yang cenderung kolektif, skor tinggi muncul pada dimensi hubungan yang positif dengan orang lain (Ryff & Singer, 1996). Penelitian
terhadap
kesejahteraan
psikologis
dengan
menggunakan self-report pada orang-orang dewasa tengah di negara Amerika dan Korea menunjukkan bahwa masyarakat Amerika lebih melihat pada kualitas yang positif dalam dirinya dibandingkan masyarakat di Korea. Pada masyarakat Korea, dimensi hubungan yang positif dengan orang lain menunjukkan skor yang lebih tinggi daripada skor dimensi penerimaan diri dan pertumbuhan diri (Ryff & Singer, 1996). d. Status Sosial Perbedaan status sosial-ekonomi biasanya didefinisikan dalam hal pendidikan, pendapatan, dan jabatan dalam pekerjaan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
(Ryff & Singer, 1996). Berdasarkan penelitian yang dilakukan, seseorang, baik laki-laki dan perempuan, yang memiliki pendidikan yang tinggi memiliki skor yang tinggi pada dimensi tujuan dalam hidup dan perkembangan pribadi. Berdasarkan dari literatur perkembangan ilmu menunjukkan bahwa kedudukan dalam status sosial berhubungan dengan kesehatan fisik maupun psikologis. Temuan ini menyatakan bahwa rendahnya posisi dalam status sosial berkaitan dengan menurunnya kesehatan fisik dan kesejahteraan psikologis (Ryff & Singer, 1996). e. Pengalaman dan Sejarah Hidup Ryff dan Singer (1996) berpendapat bahwa pengalaman hidup dan bagaimana individu mengartikan pengalaman tersebut merupakan kunci yang mampu mempengaruhi kesejahteraan psikologisnya serta memberikan gambaran yang sangat berguna untuk memahami well-being manusia yang bervariasi. Sebagai contoh, ada variasi dalam dimensi penguasaan lingkungan, tujuan dalam hidup, penerimaan diri, dan depresi dalam persepsi orangtua terhadap bagaimana mereka
membesarkan
anak
dan
bagaimana
anak
membandingkan dirinya dengan orangtuanya (Ryff & Singer, 1996).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
Pada lansia wanita, ditemukan permasalahan terhadap kesehatan fisik mereka. Penilaian ini berdasarkan bagaimana pandangan mereka dengan membandingkan dirinya dengan lansia lain dan ditemukan variasi dalam dimensi pertumbuhan pribadi, hubungan yang positif dengan orang lain, otonomi, depresi, dan kecemasan (Ryff & Singer, 1996). f. Perkembangan dan Penuaan Penelitian yang berkaitan mengenai perkembangan dan penuaan berusaha untuk mencari tahu bagaimana orang dewasa mempersepsikan diri mereka ketika mereka menjadi tua nanti (subjective aging) (Ryff, 2014). Mereka yang masih berada pada masa dewasa awal dan masa dewasa tengah memandang dirinya masih dapat mengembangkan dirinya dari waktu ke waktu. Sedangkan, mereka yang sudah berada pada masa dewasa akhir, memikirkan untuk berusaha mengantisipasi menurunnya well-being yang dimiliki di masa mendatang (Ryff, 2014). Ryff (2014) menambahkan perbedaan antara seberapa tua yang mereka rasakan dengan seberapa tua mereka seharusnya, menunjukkan hasil bahwa well-being yang tinggi ditunjukkan pada mereka yan merasa muda namun tidak ingin menjadi muda. Individu yang dapat beradaptasi dengan masa transisi pada kehidupan masa dewasanya juga berkaitan dengan well-being
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
yang dimiliki (Ryff, 2014). Transisi pada masa dewasa akhir dapat diartikan juga sebagai perpindahan yang biasanya diartikan sebagai perpindahan rumah menuju ke panti jompo. Mereka yang mampu melakukan adaptasi melalui proses psikologis seperti perbandingan sosial, persepsi diri yang fleksibel, mampu mengatasi permasalahan yang dimiliki serta dapat melakukan tugas perkembangan di masa dewasa akhir akan cenderung memiliki tingkat well-being yang lebih tinggi daripada mereka yang tidak dapat beradaptasi dengan tugas perkembangan masa dewasa akhir (Ryff, 2014). g. Kepribadian Para psikolog memberikan perhatian yang cukup besar terhadap bagaimana well-being berkaitan dengan perbedaan pada individu seperti sifat-sifat individu (Ryff, 2014). Pada penelitian awal mengenai well-being yang menggunakan model kepribadian Big Five, menemukan hasil bahwa keterbukaan pada openness to experience berhubungan dengan pertumbuhan personal growth, agreeableness berhubungan dengan positive relations with others, dan extraversion, conscientiousness, dan neuroticism berhubungan dengan environmental mastery, purpose in life, dan self-acceptance (Rfyy, 2014). Ryff (2014) menambahkan berbagai variabel psikologis lain yang berkaitan dengan kepribadian, telah dikaitan dengan well-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
being. Sebagai contoh, sikap optimis, mampu memprediksi tingginya well-being dengan pengaruh yang dimediasi oleh sense of control. Selain sikap optimis, telah banyak variabel yang berkaitan dengan perbedaan individu yang dihubungkan dengan well-being seperti empati dan kecerdasan emosional (Ryff, 2014). h. Pengalaman Keluarga Keterlibatan orang dewasa dan peran di dalam lingkungan memiliki pengaruh yang besar dalam mengembangkan wellbeing yang dimiliki, salah satunya peran dalam keluarga (Ryff, 2014). Ryff (2014) menambahkan, individu yang memiliki peran tersebut cenderung memiliki tingkat yang tinggi dalam dimensi tujuan dalam hidup dan penerimaan diri. Selain itu, individu yang menikah secara konsisten memiliki tingkat kesejahteraan psikologis yang lebih baik dari pada individu yang bercera, janda/duda, dan tidak menikah. Meskipun pada wanita yang tidak menikah memiliki nilai yang lebih tinggi pada dimensi otonomi dan pertumbuhan pribadi daripada wanita yang menikah. Orang dewasa yang juga memiliki peran sebagai orang tua juga mampu meningkatkan kesejahteraan psikologis yang dimiliki, terutama jika anak-anak mereka dapat tumbuh dengan baik (Ryff, 2014). Namun, bagi mereka yang kehilangan anak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
di masa dewasa cenderung mengalami permasalahan terhadap tingkat kesejahteraan psikologis yang dimiliki. Ryff (2014) menambahkan orang dewasa yang kehilangan orang tuanya di masa kecil atau yang mengalami kekerasan fisik maupun psikologis di masa kecil, cenderung memiliki tingkat kesejahteraan psikologis yang rendah. i. Keterikatan dengan Pekerjaan dan Kehidupan Lain Bagaimana individu menyelesaikan pekerjaan dan mengejar karir memberikan pengaruh yang berbeda-beda terhadap kesejahteraan psikologis yang dimiliki sesuai dengan jenis pekerjaan atau karir mereka (Ryff, 2014). Penelitian mengenai beban kerja yang dialami seseorang menemukan hasil bahwa beban kerja berkontribusi terhadap depresi yang dialami individu (Ryff, 2014). Peran dalam pekerjaan maupun peran dalam keluarga memiliki keterkaitan terhadap kesejahteraan psikologis individu. Pria dan wanita yang memiliki peran yang berbeda di pekerjaan dan keluarga berkontribusi terhadap perbedaan kesejahteraan psikologis yang dimiliki (Ryff, 2014). Ryff (2014) menambahkan bahwa pekerjaan yang dibayar dan yang tidak dibayar juga berhubungan dengan kesejahteraan psikologis. Pada wanita yang bekerja dengan tidak dibayar cenderung
memiliki
penerimaan
diri
dan
penguasaan
lingkungan yang lebih rendah, sedangkan pada pria yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
bekerja dengan dibayar cenderung lebih memiliki nilai yang tinggi pada dimensi pertumbuhan pribadi. Pekerjaan sebagai relawan memiliki keterkaitan dengan tingginya kesejahteraan psikologis yang dimiliki, sedangkan pekerjaan yang berkaitan dengan keagamaan cenderung memiliki nilai yang tinggi pada tujuan dalam hidup dan pertumbuhan pribadi namun memiliki nilai yang rendah pada dimensi otonomi (Ryff, 2014). j. Kesehatan Beberapa penelitian mengenai kesehatan menunjukkan hasil bahwa mereka yang menderita penyakit fisik dan cacat memiliki keterkaitan dengan kesejahteraan psikologis yang dimiliki (Ryff, 2014). Beberapa individu menunjukkan bahwa mereka mampu mengelola kembali dan mendapatkan kesejahteraan psikologis setelah melewati masa sakit k. Studi Klinis Ryff (2014) berpendapat bahwa kesejahteraan yang bersifat eudaimonic tidak bisa dipahami hanya sebagai kebalikan dari tekanan psikologis. Keduanya merupakan indikator yang penting untuk memahami kesehatan mental secara menyeluruh. Dalam penelitian mengenai gangguan mental tertentu seperti schizophrenia,
depresi,
gangguan
panik,
cyclothymia,
agoraphobia, dan post-traumatic stress disorder menemukan bukti bahwa kesejahteraan psikologis mampu mengurangi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
risiko gangguan mental tersebut yang ditunjukkan melalui dimensi penerimaan diri, pertumbuhan pribadi, tujuan dalam hidup, dan penguasaan lingkungan tiap individu (Ryff, 2014). Kesejahteraan psikologis dianggap sebagai kemajuan besar dalam studi mengeni intervensi klinis dan menjadi teknik baru untuk melakukkan treatment kepada pasien (Ryff, 2014). Ryff (2014) menambahkan kesejahteraan psikologis dianggap dapat mencegah dan meningkatkan resiliensi individu terhadap gejala gangguan mental. Sebagai contoh, program pelatihan dengan meditasi
dianggap
mampu
untuk
meningkatkan
aspek
eudaimonia dalam kesejahteraan psikologis (Ryff, 2014).
B. Status Pernikahan Menurut Badan Pusat Statistika (www.bps.go.id), terdapat empat status pernikahan yang ada di Indonesia yaitu Menikah, Cerai Mati, Cerai Hidup, dan Belum Menikah. Pada penelitian ini, peneliti hanya berfokus pada Menikah, Cerai Mati, dan Ceria Hidup. Status pernikaha Cerai Mati dan Cerai Hidup akan dijelaskan dalam pengertian Janda/Duda. 1. Menikah Menurut KBBI (2008), menikah adalah ikatan perkawinan yang dilakukan sesuai dengan ketentuan hukum dan ajaran agama. UndangUndang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan mengatakan bahwa perkawinan ialah ikatan lahir batin antara seorang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
pria dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa menikah merupakan ikatan yang terbentuk antara seorang pria dan wanita sesuai berdasarkan ketentuan hukum dan agama dengan tujuan membentuk keluarga. Pada hubungan orang dewasa terutama pada dewasa tengah, rasa aman, loyalitas, dan ketertarikan emosional menjadi hal yang penting (Santrock, 2014). Meskipun pada awalnya hubungan dengan pasangan terdapat permasalahan, namun hal ini menjadi landasan yang dapat memperkuat hubungan tersebut (Santrock, 2014). Santrock (2014) menambahkan bahwa masa dewasa tengah, pasangan akan lebih sedikit memiliki kekhawatiran pada finansial, berkurangnya pekerjaan rumah, serta memiliki waktu yang lebih banyak dengan satu sama lainnya
2. Janda/Duda Janda menurut KBBI (2008) adalah wanita yang sudah tidak bersuami lagi dikarenakan perceraian ataupun karena kematian suaminya. Sedangkan, duda dalam KBBI (2008) diartikan sebagai seorang laki-laki yang tidak memiliki istri lagi karena kematian atau telah bercerai dengan istrinya. Santrock (2014) mengatakan bahwa perceraian pada masa dewasa tengah dapat menjadi suatu pengalaman yang positif namun juga dapat menjadi pengalaman yang buruk. Pada perceraian, pasangan mungkin
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
dapat lebih memahami diri dan mencari perubahan yang dapat mengakhiri pernikahan yang dirasa tidak bahagia (Santrock, 2014). Bagi orang yang menceraikan, perceraian dianggap sebagai jalan keluar dari hubungan yang sudah tidak dapat dipertahankan lagi. Sedangkan bagi yang diceraikan, perceraian dianggap sebagai suatu pengkhianatan, akhir dari hubungan yang sudah dibangun selama bertahun-tahun yang melibatkan komitmen serta kepercayaan (Santrock, 2014). Santrock (2014) menambahkan berdasarkan survei yang dilakukan oleh AARP (American Association of Retired Persons) ada beberapa alasan utama yang menyebabkan perceraian. Bagi wanita, kekerasan dalam bentuk verbal, fisik maupun emosional menjadi alasan pertama mereka bercerai selain penyalahgunaan obat-obatan atau narkoba dan perselingkungan. Sedangkan bagi laki-laki, alasan pertama mereka bercerai lebih pada rasa tidak mencintai lagi, perselingkuhan, dan perbedaan nilai-nilai serta gaya hidup.
C. Masa Pensiun 1. Pengertian Masa Pensiun Pensiun merupakan suatu pemutusan hubungan kerja di mana karyawan telah mencapai umur maksimum dan telah mencapai usia kerja sesuai dengan yang ditentukan dari perusahaan atau instansi (Tulus, 1996 dalam Apsari, 2012). Pensiun secara umum diasosiasikan dengan kehidupan di kemudian hari (later life) yang ditandai dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
perubahan gaya hidup secara objektif, termasuk menerima dana pensiun dan menurunnya keterlibatan dalam aktivitas bekerja sebagai angkatan kerja (Setyarini & Atamimi, 2011). Pensiun merupakan fase menuju dewasa akhir, di mana produktivitas seseorang dinilai sudah menurun dan harus diistirahatkan untuk melakukan kegiatan yang terbebas dari rutinitas kerja (Trisusanti & Satiningsih, 2012). Pensiun juga dapat dikatakan sebagai tahap terakhir dari tahap perencanaan karir yaitu tahap penarikan diri. Pada tahap ini, seseorang lebih fokus pada meninggalkan karir, meninggalkan kelekatan pada organisasi dan menghadapi tekanan secara fisik, psikologis maupun sosial pada masa pensiun (Apsari, 2012). Schwartz (dalam Ermayanti & Abdullah, 2011) menambahkan bahwa pensiun merupakan akhir pola hidup atau masa transisi ke pola hidup yang baru sehingga pensiun selalu menyangkut perubahan peran, perubahan keinginan dan nilai serta perubahan secara keseluruhan terhadap pola hidup setiap individu. Sejalan dengan pernyataan tersebut,
perubahan-perubahan
yang
terjadi
merupakan
masa
perubahan yang penting dalam hidup seseorang, individu yang bekerja menjadi tidak bekerja, berkurangnya penghasilan, berkurangnya interaksi dengan teman kerja dan relasi, serta meningkatnya waktu luang (Ermayanti & Abdullah, 2011). Robert Archley (1976, dalam Santrock, 2002) mengatakan bahwa ada tujuh fase pensiun yang dilalui oleh individu yaitu : a) Fase Jauh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
(The Remote Phase), pada fase ini individu mulai sedikit demi sedikit melakukan kegiatan yang bertujuan untuk mempersiapkan masa pensiunnya. Individu pada fase ini mungkin saja menyangkal bahwa fase pensiun akan terjadi; b) Fase Mendekat (The Near Phase), pada fase ini individu-indivdu mulai berpartisipasi pada program prapensiun. Program ini akan membantu individu memutuskan kapan dan bagaimana mereka seharusnya pensiun dengan melibatkan diskusi yang komprehensif terhadap isu-isu seperti kesehatan fisik dan mental.; c) Fase Bulan Muda (The Honeymoon Phase), fase ini merupakan fase awal dari fase pensiun di mana banyak individu merasa bahagia dengan pensiunnya. Mereka mulai dapat melakukan segala sesuatu yang tidak pernah mereka lakukan ketika mereka aktif bekerja dulu dan mereka mulai menikmati aktivitas-aktivitas dengan waktu luang yang lebih banyak mereka miliki. Namun, bagi mereka yang di-PHK atau pensiun karena tidak menyukai pekerjaannya, mungkin tidak mengalami kebahagiaan di fase bulan madu ini.; d) Fase Kekecewaan (The Disenchantment Phase), pada fase ini individu-individu mulai menyadari bahwa bayangan mereka ketika pra-pensiun dulu tentang pensiun ternyata tidak realistis.; e) Fase Re-Orientasi (The Reorientation Phase), pada fase ini para pensiunan mulai mengumpulkan dan mengembangkan alternatif-alternatif kehidupan yang lebih realistis. Mereka mulai mengevaluasi jenis-jenis gaya kehidupan yang memungkinkan agar mereka menikmati kepuasan hidup.; f) Fase Stabil
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
(The Stability Phase), individu pada fase ini mulai memutuskan pilihan yang mereka miliki berdasarkan kriteria dari alternatif yang ada pada masa pensiun dan bagaimana mereka mulai menjalani salah satu pilihan yang mereka buat.; g) Fase Akhir (The Termination Phase), pada fase terakhir peranan fase pensiun digantikan oleh peran tergantung karena orang-orang dewasa tidak dapat berfungsi secara mandiri lagi dan mencukupi kebutuhannya sendiri.
2. Permasalahan Dalam Masa Pensiun Salah satu masalah yang dihadapi oleh para pensiunan adalah penyesuaian terhadap datangnya masa pensiun (Suardiman, 2011). Hal ini dikarena adanya perubahan yang tidak terduga yang terjadi pada individu yang menjalani masa pensiun (Santrock dalam Apsari, 2012). Perubahan yang terjadi tersebut menimbulkan ketidakpastian dan ketidaknyamanan bagi beberapa orang, sehingga masa pensiun dianggap menjadi masa yang kurang menyenangkan karena perubahan dalam kehidupannya seperti perubahan pendapatan ekonomi, aktivitas sehari-hari, dan lingkungan pergaulan (Apsari, 2012; Safitri, 2013). Pada masa pensiun memang terjadi penurunan status yang disebabkan oleh penurunan beberapa aspek seperti fisiologis, psikis, dan fungsi-fungsi sensori motorik yang diikuti oleh penurunan fungsi fisik, kognitif, emosi, minat, sosial, ekonomi, dan keagamaan (Suardiman, 2011). Tidak adanya aktivitas dari bekerja menjadi tidak bekerja, yang tadinya memiliki keterlibatan kerja atau peran ditempat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
kerja menjadi sudah tidak ada lagi, dan adanya perubahan relasi sosial membuat individu merasa kehilangnya peran yang menjadi bagian dari harga dirinya, yang biasanya diasumsikan sebagai proses munculnya stres (Suardiman, 2011; Apsari, 2012). Kondisi
ini
memerlukan
penyesuaian
yang
tidak
mudah
(Suardiman, 2011). Moen (2007, dalam Santrock, 2012) menyatakan bahwa pensiun merupakan suatu proses, bukan merupakan suatu peristiwa. Orang-orang yang menunjukkan penyesuaian paling baik terhadap pensiun adalah mereka yang sehat, memiliki keuangan yang memadai, aktif, lebih terdidik, memiliki jaringan sosial yang luas yang meliputi kawan-kawan dan keluarga (Santrock, 2012).
3. Mengatasi Permasalahan Dalam Masa Pensiun Masa pensiun sering ditanggapi dengan perasaan yang bernada negatif, tidak menyenangkan, dan bahkan dipandang sebagai masa yang menakutkan (Suardiman, 2011). Suardiman (2011) menambahkan para pensiunan juga rentan terkena post power syndrome yang membuat para pensiunan tidak bisa berpikir realistis dan menerima kenyataan bahwa mereka sudah bukan karyawan lagi, tidak memiliki jabatan, dan sudah pensiun. Penyesuaian terhadap masa pensiun perlu dilakukan agar para pensiunan lebih siap menghadapi perubahan dalam kehiduapan pada masa pensiun. Penelitian Bikson dan Goodchilds (Spacapan &
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
Oskamp, 1989 dalam Suardiman, 2011) terhadap persiapan masa pensiun menemukan bahwa selain penggunaan waktu dan proses perencanaan pensiun, penyesuaian terhadap keluarga dan sosial juga menjadi hal yang perlu diperhatikan. Banyaknya waktu yang dihabiskan dengan pasangan dapat memberikan sumbangan kepada timbulnya situasi perkawinan yang bahagia. Selain itu, menjalin relasi dengan tetangga atau teman dekat juga dapat dilakukan untuk dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial. Hurlock (1993, dalam Suardiman, 2011) menambahkan perubahan dalam kehidupan keluarga yang menuntut penyesuaian di masa pensiun adalah : a. Pola hubungan yang baik dengan pasangan hidupnya Pada masa pensiun kebanyakan pria maupun wanita lebih banya menghabiskan waktunya di rumah daripada sebelum pensiun. Jika hubungan dengan pasangannya baik, hal ini akan mendatangkan kebahagiaan bagi mereka dan sebaliknya. b. Perubahan dalam perilaku seksual Perubahaan perilaku seksual pada masa pensiun lebih banyak disebabkan oleh alasan psikis daripada alasan fisik sehingga memerlukan penyesuaian diri terutama pada masa pensiun.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
c. Perubahan dalam hubungan dengan anak atau keturunan Orang tua yang pada masa pensiun mau untuk mengubah sikap dan menyesuaikan pada usia dan tingkat perkembangan anaknya jauh lebih menemukan banyak kepuasaan
berteman
dengan
anak-anak
mereka
dibandingkan pensiunan yang enggan menyesuaikan diri. d. Kemungkinan ketergantungan orangtua (possibility of parental dependency) Ketergantungan orang tua secara ekonomi kepada anak terjadi karena berkurang atau hilangnya pendapatan dengan seiring meningkatnya usia. Penyesuaian yang tidak berjalan sesuai dengan harapan akan membuat orang tua yang pensiun kesulitan dalam menghadapi perubahan ini. Suardiman (2011) juga menambahkan ada beberapa hal yang perlu dilakukan ketika seseorang menghadapi masa pensiun yaitu penyesuaian atas berkurangnya pendapatan meliputi pola dan gaya hidup sehingga terjadi penghematan, penyesuaian atas berkurangnya kontak sosial dengan teman sekerja yang sering menimbulkan kesepian, penyesuaian atas berkurangnya kesibukan, dan melakukan berbagai kegiatan untuk mengisi waktu luang. Kegiatan yang bisa dilakukan oleh pensiunan atau yang berusia lanjut dapat berupa kegiatan fisik maupun nonfisik (Suardiman, 2011). Kegiatan fisik bertujuan untuk menjaga kebugaran, sedangkan kegiatan nonfisik bertujuan untuk mencegah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
munculnya penyakit degeneratif seperti kepikunan. Selain kegiatan fisik mapun nonfisik, kegiatan yang bersifat keagamaan juga dapat membantu pensiunan mengisi waktu luang pada masa pensiunnya.
D. Perbedaan Kesejahteraan Psikologis Pada Masa Pensiun Ditinjau Dari Status Pernikahan Masa pensiun merupakan fase di mana produktivitas seseorang dinilai sudah menurun dan harus diistirahatkan untuk melakukan kegiatan yang terbebas dari rutinitas kerja. Namun, bagi beberapa orang masa pensiun dianggap sebagai masa yang kurang menyenangkan karena adanya perubahan dalam kehidupannya seperti perubahan ekonomi, aktivitas sehari-hari, dan lingkungan pergaulan (Suardiman, 2011). Berkurangnya kontak sosial seperti teman kerja, relasi, dan orang-orang luar rumah menjadi pemicu munculnya stres ketika menghadapi masa pensiun (Suardiman, 2011). Maka dari itu, peran pasangan menjadi penting bagi orang yang akan menghadapi masa pensiun. Marks (1996) berpendapat bahwa kehadiran pasangan akan membantu seseorang lebih memiliki mental yang sehat. Seseorang yang memiliki mental yang sehat diyakini lebih mudah untuk mengatasi stres dan situasi serta perubahan yang tidak terduga seperti masa pensiun. Berger dan Kellner (1964, dalam Marks, 1996) menambahkan bahwa kehadiran pasangan dapat menciptakan rasa berbagi terhadap realita dan pemaknaan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
sosial yang menjadi pondasi penting terhadap terbentuknya kesejahteraan psikologis. Kesejahteraan psikologis akan membuat seseorang menyadari akan potensi yang dimiliki, kualitas hubungan interpersonal yang baik, dan meningkatkan tujuan dalam hidup sehingga seseorang tidak hanya mendapatkan kebahagiaan semata namun juga berusaha untuk mencapai kesempurnaan terhadap potensi diri (Ryff dan Keyes 1998, 2000 dalam Aprianti 2012; Ryff 1989, dalam Eldeleklioglu et al., 2010). Selain itu, Moriwaki (1973) juga mengatakan bahwa kehadiran pasangan yang memiliki kedekatan secara emosional menjadi faktor yang penting untuk menambah rasa kepercayaan akan adanya kesejahteraan dalam dirinya. Disisi lain, seseorang yang tidak memiliki pasangan atau sudah berpisah dengan pasangannya cenderung lebih mudah stres dan mengalami depresi. Hal ini berkaitan dengan permasalahan umum yang dihadapi seperti menjalin keakraban dengan orang lain dan menghadapi kesepian (Koropeckjy-Cox, 2009, dalam Santrock 2012). Selain itu, peran pasangan yang membantu dalam membentuk mental yang sehat dan memberikan dukungan secara sosial, tidak dirasakan oleh mereka yang tidak memiliki pasangan lagi. Situasi ini dapat menimbulkan perbedaan kesejahteraan psikologis pada seseorang yang menghadapi masa pensiun. Seseorang yang memiliki pasangan lebih dapat mengatasi keadaan yang kurang menyenangkan dan kehadiran pasangan dapat menumbuhkan rasa kepercayaan pada dirinya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
sehingga dapat memaksimalkan potensi yang dimiliki. Sebaliknya, seseorang yang sudah tidak memiliki pasangan (meninggal ataupun cerai) akan cenderung mengalami kesulitan dalam menumbuhkan kepercayaan akan kesejahteraan pada dirinya karena tidak adanya lagi pasangan yang memiliki hubungan secara intim, yang memberikan dukungan sehingga tidak dapat memaksimalkan potensi pada diri.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 41
E. Skema Penelitian Masa Pensiun
Status Pernikahan Menikah (Masih memiliki pasangan)
Sikap positif terhadap diri sendiri, mengakui, menerima segala aspek dalam diri, memiliki perasaan positif terhadap kehidupan masa lalunya, hangat, menyenangkan, percaya dan mementingkan kesejahteraan orang lain, berempati, kasih sayang, intim saling berbagi dalam hubungan, bebas dan dapat menentukan nasibnya, mampu bertahan dari tekanan sosial, mengelola perilaku dari dalam, mampu mengevaluasi diri, mampu menguasai dan mengatur lingkungannya, mengontrol aktivitas, menggunakan kesempatan yang ada, mampu untuk membuat atau memilih konteks yang tepat sesuai dengan dirinya, memiliki dan mampu mencapai tujuan hidup, memiliki makna terhadap kehidupan saat ini dan masa lalu, memegang keyakinan terhadap tujuan hidupnya, memiliki maksud dalam tujuan hidupnya, memiliki perasaan untuk terus berkembang, melihat diri sebagai pribadi yang tumbuh dan berkembang, terbuka terhadap pengalaman baru, menyadari potensi yang dimiliki, melihat peningkatan dalam diri dan perilaku, dan melakukan perubahan agar tetap mencerminkan pengetahuan tentang diri.
Kesejahteraan Psikologis Tinggi
Janda/Duda (Sudah tidak memiliki secara hukum/meninggal)
Tidak puas dengan dirinya, kecewa dengan apa yang terjadi di kehidupan masa lalunya, memiliki masalah dengan kualitas pribadi, ingin menjadi berbeda daripada dirinya sekarang, sedikit kedekatan dan kepercayaan dengan orang lain, sulit untuk menjadi hangat, terbuka, dan peduli tentang orang lain; terisolasi dalam hubungan interpersonal; tidak mau membuat kompromi dalam hubungan dengan orang lain, cenderung mementingkan harapan dari orang lain, bergantung pada penilaian orang lain, mengikuti tuntutan sosial dalam bertindak, kesulitan mengelola aktivitas, tidak mampu memperbaiki lingkungan di sekitarnya, tidak menyadari kesempatan yang ada, kurang mampu mengontrol dunia luar, kurang memiliki makna terhadap hidup, memiliki sedikit cita-cita dan tujuan, kurang memiliki arahan dalam hidup, tidak memiliki tujuan dari kehidupan masa lalunya, tidak memiliki pandangan yang dapat memunculkan makna dalam hidup, merasa tidak dapat melakukan sesuatu untuk mengembangkan diri, merasa bosan dengan kehidupannya, dan merasa tidak dapat berkembang.
Kesejahteraan Psikologis Rendah
Gambar 1. Grafik Alur Hubungan Status Pernikahan Dengan Kesejahteraan Psikologis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 42
F. Hipotesis Hipotesis dari penelitian ini adalah : H0: Tidak ada perbedaan kesejahteraan psikologis pada masa pensiun ditinjau dari status pernikahaan. H1: Ada perbedaan kesejahteraan psikologis pada masa pensiun ditinjau dari status pernikahan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah komparatif yaitu penelitian yang bersifat membandingkan hasil penelitian dari dua kelompok penelitian yang berbeda namun masih dengan variabel yang sama (Siregar, 2013). Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat perbedaan tingkat kesejahteraan psikologis pensiunan yang masih memiliki pasangan dengan pensiunan yang janda/duda.
B. Identifikasi Variabel Penelitian Variabel dalam penelitian ini sebagai berikut : Variabel Tergantung : Kesejahteraan Psikologis Variabel Bebas
: Status Pernikahan
C. Definisi Operasional 1. Kesejahteraan Psikologis Kesejahteraan psikologis atau psychological well-being adalah berfungsinya fungsi-fungsi psikologis secara positif pada pensiunan yang mampu mengarahkan untuk menyadari, menggunakan, serta mengembangkan
kemampuan/potensi
yang
dimiliki,
sehingga
memberikan kesempatan individu untuk tumbuh, menciptakan kualitas 43
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
hubungan interpersonal yang baik, mengelola aktivitas di luar dirinya, dan meningkatkan tujuan dalam hidup. Tingginya tingkat kesejahteraan psikologis subjek ditunjukkan dari skor total skala kesejahteraan psikologis. Semakin tinggi skor total skala kesejahteraan psikologis, maka semakin tinggi kesejahteraan psikologis yang dimiliki. 2. Status Pernikahan Status pernikahan dalam penelitian ini dibagi menjadi dua yaitu menikah dan janda/duda. Menikah dapat diartikan sebagai ikatan perkawinan yang sah secara hukum dan agama, sedangkan janda/duda adalah pria/wanita yang sudah tidak memiliki pasangan yang dikarenakan perceraian secara hukum atau kematian pasangan. Identitas mengenai status pernikahan diungkap dengan pertanyaan terbuka yang ditujukan kepada subjek.
D. Subjek Penelitian Subjek dalam penelitian ini adalah karyawan/i perusahaan/instansi yang sudah pensiun. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah convenience sample, yaitu pengambilan sampel berdasarkan kemudahan atau ketersediaan untuk mengaksesnya pada waktu, situasi, dan tempat yang tepat (Prasetyo & Jannah, 2008; Supratiknya, 2015). Tidak ada batasan yang tetap dalam menentukan berapa usia seseorang untuk pensiun (Suardiman, 2011). Namun, mengacu pada pasal 14 ayat 1 UU No.3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja yang mengatakan bahwa Jaminan Hari Tua (JHT) diberikan kepada tenaga kerja yang telah mencapai usia 55 tahun. Maka peneliti membuat batasan bahwa subjek penelitian yang akan digunakan adalah pensiunan yang berusia minimal 55 tahun. Peneliti akan memilih subjek yang masih memiliki pasangan yang dikelompokkan dalam kelompok menikah dan subjek yang sudah tidak memiliki pasangan karena cerai secara hukum atau dikarenakan pasangan yang dimiliki telah meninggal dunia yang kemudian dikelompokkan ke dalam kelompok janda/duda. Dalam penelitian ini, peneliti tidak membedakan pensiunan berdasarkan jenis kelamin karena peneliti ingin melihat tingkat kesejahteraan psikologis pada pensiunan yang masih memiliki pasangan (menikah) dengan pensiunan yang sudah tidak memiliki pasangan (janda/duda).
E. Metode dan Alat Pengambilan Data Alat pengambilan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala kesejahteraan psikologis yang disertai dengan identitas subjek yang diperlukan terutama mengenai status pernikahan subjek. Skala kesejahteraan psikologis menggunakan metode Likert yang terdiri dari pernyataan favorable dan unfavorable dengan empat alternatif jawaban yaitu Sangat Tidak Sesuai (STS), Tidak Sesuai (TS), Sesuai (S), Sangat Sesuai (SS). Pemilihan berdasarkan tingkat kesesuaian ini bertujuan agar subjek benar-benar mempertimbangkan sejauh mana isi pernyataan dalam skala kesejahteraan psikologis benar-benar menggambarkan keadaan dirinya atau mengenai perilakunya (Azwar, 2012).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
Skala ini tidak menggunakan alternatif jawaban Netral (N) dengan tujuan agar menghindari kecenderungan subjek memilih kategori tengah demi mencari aman (Supratiknya, 2014). Penilaian dalam skala ini menggunakan metode summated rating dengan ketentuan sebagai berikut : 1. Pada pernyataan favorable, jawaban “STS” memperoleh skor 1, jawaban “TS” memperoleh skor 2, jawaban “S” memperoleh 3, dan jawaban “SS” memperoleh skor 4. 2. Pada pernyataan unfavorable, jawaban “STS” memperoleh skor 4, jawaban “TS” memperoleh skor 3, jawaban “S” memperoleh skor 2, dan jawaban “S” memperoleh skor 1. Tinggi rendahnya tingkat kesejahteraan psikologis dilihat dari skor total jawaban subjek pada skala yang diberikan. Distribusi item pada skala kesejahteraan psikologis dapat dilihat dari tabel 1 berikut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
Tabel 1. Distribusi Item Skala Kesejahteraan Psikologis No.
Dimensi
1.
Penerimaan Diri
2.
Hubungan Yang Positif Dengan Orang lain Otonomi
3. 4. 5. 6.
Penguasaan Lingkungan Tujuan Dalam Hidup Pertumbuhan Pribadi
Nomor item Jumlah Item Favorable Unfavorable 1, 8, 10, 14, 23*, 69* 12*, 44, 53*, 57, 58, 12 (8,33%) 68 (8,33%) (16,67%) 20, 25, 27*, 29, 42, 4*, 13, 43, 50, 70*, 12 * * 55 (8,33%) 71 (8,33%) (16,67%) 18, 24*, 56, 61*, 62*, 72 (8,33%) 19, 38, 51*, 52*, 54, 67 (8,33%) 15, 17*, 21, 31, 32, 60 (8,33%) 9*, 35, 39*, 40*, 48*, 64 (8,33%)
11*, 28*, 33*, 34*, 41*, 47* (8,33%) 3, 7, 16*, 22, 45*, 63* (8,33%) * 6 , 30*, 37*, 46*, 49*, 65* (8,33%) 2, 5, 26, 36, 59, 66 (8,33%)
36
36
Total
12 (16,67%) 12 (16,67%) 12 (16,67%) 12 (16,67%) 72 (100%)
Keterangan : * : Item yang gugur
F. Validitas dan Reliabitas Alat Ukur Supratiknya (2014) menyatakan bahwa tujuan utama analisis item adalah memeriksa ciri-ciri respon testi dalam uji coba yang sesungguhnya terhadap masing-masing item untuk keperluan seleksi item, yaitu memutuskan item-item mana yang dipandang memenuhi syarat untuk dimasukan ke dalam bentuk final tes dan mana yang harus digugurkan. Supratiknya (2014) menambahkan untuk memastikan bahwa bentuk final tes tersebut sungguh-sungguh menghasilkan pengukuran yang bisa mencerminkan atribut psikologis dalam taraf tertentu maka perlu adanya pemeriksaan reliabilitas, validitas, dan daya diskriminasi keseluruhan item.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
1. Validitas Validitas dapat dipahami sebagai sejauh mana kualitas alat tes dalam melakukan pengukuran atribut psikologis yang hendak diukurnya (Supratiknya, 2014). Penelitian ini menggunakan pendekatan validitas isi (content validity) yang diestimasikan lewat pengujian isi tes dengan analisis rasional atau lewat professional judgement (Azwar, 1999; 2012). Penyusunan skala penelitian ini akan dikonsultasikan dengan seseorang yang kompeten, yang dalam penelitian ini peneliti mengkonsultasikannya dengan dosen pembimbing. 2. Reliabilitas Reliabilitas merupakan konsistensi hasil pengukuran jika prosedur pengetesannya dilakukan secara berulangkali terhadap suatu populasi atau kelompok (Supratiknya, 2014). Penelitian ini menggunakan estimasi reliabilitas dengan pendekatan konsistensi-internal (internal consistency) yang didasarkan pada hubungan antar skor masing-masing item (Supraktinya, 2014). Hasil estimasi reliabilitas konsistensi internal ini didapatkan melalui prosedur satu kali pengadministrasian tes (single trial administration) (Azwar, 2012). Teknik yang digunakan untuk menentukan apakah suatu instrumen penelitian ini reliabel atau tidak dengan menggunakan teknik cronbach alpha. Dalam teknik ini, suatu instrumen penelitian dapat dikatakan reliabel bila memiliki koefisien reliabilitas > 0,60 (Siregar, 2014).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
3. Daya Diskriminasi Item Daya diskriminasi item atau daya beda item adalah sejauh mana item mampu membedakan antara individu atau kelompok individu yang memiliki dan yang tidak memiliki atribut yang diukur (Azwar, 2012). Pengujian daya diskriminasi item dilakukan dengan cara menghitung koefisien korelasi antara distribusi skor item dengan distribusi skor skala itu sendiri yang akan menghasilkan koefisien korelasi item-total (rix) (Azwar, 2012). Besarnya koefisien korelasi item-total bergerak dari 0,00 – 1,00 dengan tanda positif atau negatif. Bila koefisien korelasi mendekati angka 1,00 maka daya diskriminasi dapat dikatakan semakin baik. Sebaliknya, bila koefisien korelasi mendekati angka 0 atau memiliki tanda negatif maka hal tersebut mengindikasikan bahwa item tersebut tidak memiliki daya diskriminasi (Azwar, 2012). Azwar (2012) menambahkan kriteria pemilihan item berdasar korelasi item total, biasanya menggunakan batasan rix ≥ 0,30. Item yang mencapai koefisien korelasi minimal 0,30 dianggap memiliki daya beda yang memuaskan, sedangkan yang kurang dari 0,30 dianggap memiliki daya beda yang rendah.
G. Pengujian Alat Ukur Penelitian 1. Uji Coba Alat Ukur Penelitian Penelitian ini menggunakan try out terpakai dimana data yang diperoleh dari hasil uji coba dipakai sebagai data penelitian. Alasan digunakan try out
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
terpakai karena minimnya akses untuk mendapatkan akses mendapatkan subjek yang memenuhi kriteria penelitian. Tujuan dilakukannya uji coba alat ukur adalah untuk mengukur taraf reliabilitas alat ukur yang memadai sesuai tujuan penelitian (Supratiknya, 2014). Uji coba ini dilakukan pada total 80 subjek yang terdiri dari 40 subjek pada kelompok menikah serta 40 subjek pada kelompok janda/duda. Subjek didapat dari Ikatan Keluarga PLN (IKPLN) Yogyakarata, Pensiunan Pegawai Telkom (P2TEL) Magelang, Persekutuan Doa BPN & Notaris Yogyakarta, Pensiunan Guru dan Karyawan Kasihan Bantul, dan PWRI Yogyakarta. Subjek diberi skala kesejahteraan psikologis yang terdiri dari 72 item. Penyebaran skala dilakukan dengan terlebih dahulu meminta izin kepada pengurus masing-masing kelompok pensiunan. Pelaksanaan uji coba dilakukan pada tanggal 4 Februari 2016 sampai dengan 6 April 2016.. 2. Hasil Uji Coba Alat Ukur a. Seleksi Item Seleksi item dilakukan dengan menggunakan program SPSS for Windows versi 22. Seleksi item pada penelitian ini dilakukan dengan menyeleksi item pada setiap dimensi skala kesejahteraan psikologis yang terdiri dari enam dimensi dan berjumlah 72 item dengan melakukan penghitungan korelasi item total (rit). Item yang memiliki nilai rit ≥ 0,30 maka item tersebut akan dipertahankan. Namun, jika memiliki nilai rit < 0,30 maka item tersebut akan digugurkan. Setelah dilakukan seleksi item, terdapat 38 item yang memiliki nilai rit<0,30 dan harus digugurkan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
Penelitian ini akan melihat perbedaan tingkat kesejahteraan psikologis serta perbedaan pada tiap dimensi kesejahteraan psikologis dengan melihat nilai cronbach alpha pada masing-masing dimensi, sehingga penelitian ini dianggap memiliki enam skala. Pada dimensi Penerimaan Diri sebelum dilakukan seleksi item, memiliki rentang nilai koefisien rit antara 0,097 sampai dengan 0,524. Pengguguran item dilakukan hingga akhirnya memperoleh delapan item yang memiliki rentang nilai rit 0,305 - 0,431. Selanjutnya, pada dimensi Hubungan Yang Positif Dengan Orang Lain memiliki rentang nilai rit -0,026 sampai dengan 0,629 sebelum dilakukannya seleksi item. Sebanyak lima item pada dimensi ini harus digugurkan. Setelah pengguguran item diperoleh rentang nilai rit 0,395 – 0,659. Dimensi Otonomi memiliki rentang nilai rit 0,070 sampai dengan 0,277 sebelum dilakukan pengguguran item. Namun, setelah dilakukan pengguguran item dimensi Otonomi mempunyai rentang nilai rit 0,337 sampai dengan 0,459. Pada dimensi Penguasaan Lingkungan, sebelum dilakukan pengguguran item memiliki nilai rit antara 0,187 sampai dengan 0,422. Setelah dilakukan pengguguran lima item diperoleh rentang nilai rit antara 0,319 sampai dengan 0,444. Nilai rit pada dimensi Tujuan Dalam Hidup sebelum pengguguran item berkisar antara -0,013 sampai dengan 0,476. Setelah dilakukan pengguguran item, dimensi Tujuan Dalam Hidup memiliki rentang nilai rit 0,448 – 0,761. Pada dimensi Pertumbuhan Pribadi, nilai rit berada direntang 0,137 – 0,559
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
sebelum
dilakukan
pengguguran
item.
Namun,
setelah
peneliti
menggugurkan empat item diperoleh nilai rit antara 0,318 sampai dengan 0,583. Berikut hasil persebaran item pada skala kesejahteraan psikologis setelah dilakukan seleksi item Tabel 2. Distribusi Item Skala Kesejahteraan Psikologis setelah seleksi item. No.
Dimensi
Nomor item Favorable Unfavorable 1, 8, 10, 14 44, 57, 58, 68
Jumlah Item 8
1.
Penerimaan Diri
2.
Hubungan Yang Positif Dengan Orang lain Otonomi
20, 25, 29, 42
13, 43, 50
7
18, 56, 72
-
3
19, 38, 54, 67
3, 7, 22,
7
5.
Penguasaan Lingkungan Tujuan Dalam Hidup
15, 21, 31, 32, 60
-
5
6.
Pertumbuhan Pribadi
35, 64
2, 5, 26, 36, 59, 66
8
22
16
38
3. 4.
Total
b. Uji Reliabilitas Reliabilitas mengacu kepada keterpercayaan atau konsistensi hasil ukur, yang mengandung makna seberapa tinggi kecermatan pengukuran (Azwar, 2012). Supratiknya (2014) menjelaskan lebih lanjut bahwa reliabilitas merupakan konsistensi hasil pengukuran jika prosedur pengetesan dilakukan secara berulang pada individu atau kelompok yang berbeda. Pemeriksaan reliabilitas skala kesejahteraan psikologis ini dilakukan dengan melihat hasil estimasi konsistensi internal (internal
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
consistency) melalui penghitungan cronbach alpha menggunakan program SPSS. Berikut merupakan hasil penghitungan koefisien reliabilitas setiap dimensi pada skala kesejahteraan psikologis : Tabel 3. Hasil Uji Reliabilitas Skala Kesejahteraan Psikologis. Koefisien Alpha No. Dimensi Sebelum Setelah Seleksi Seleksi Item Item 1. Penerimaan Diri 0,654 0,688 2. Hubungan Yang Positif 0,702 0,771 Dengan Orang lain 3. Otonomi 0,477 0,602 4. Penguasaan Lingkungan 0,668 0,653 5. Tujuan Dalam Hidup 0,623 0,800 6. Pertumbuhan Pribadi 0,704 0,747
Uji reliabilitas selanjutnya menggunakan penghitungan koefisien alpha berstrata (αs). Koefisien alpha berstrata digunakan untuk mengidentifikasi reliabilitas pada pengukuran yang bersifat multidimensional serta mengukur internal konsistensi skala pengukuran yang terdiri dari beberapa subtes (Widhiarso, 2011). Berikut merupakan rumus yang digunakan untuk melakukan penghitungan koefisien reliabilitas alpha berstrata : 𝑘 ∑ 𝜎𝑖2 (1−α𝑖 ) αstrat = 1 - 𝑖=1 2 𝜎𝑥
Keterangan : 𝜎𝑖2
= varian butir komponen ke-i
α𝑖
= realibilitas komponen ke-i
𝜎𝑥2
= varian skor total tes
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
αs = 1 −
{5,412(1−0,688)+6,808(1−0,771)+2,187(1−0,602) +5,411(1−0,653)+3,528(1−0,800)+8,354(1−0,747)} 82,607
Berdasarkan
penghitungan
koefisien
alpha
= 0,893
berstrata,
skala
kesejahteraan psikologis memiliki nilai reliabilitas yang memuaskan yaitu 0,893 (αs=0,893).
H. Metode Analisis Data 1. Uji Asumsi a. Uji Normalitas Uji normalitas adalah uji yang dilakukan untuk melihat apakah data penelitian yang telah dilakukan berasal dari populasi yang sebarannya normal (Santoso, 2010). Uji asumsi normalitas dapat dilakukan dengan menggunakan analisis Kolmogorov-Smirnov pada program analisis statistik SPSS. Jika nilai p lebih kecil dari pada 0,05 (p<0,05) dapat disimpulkan bahwa data tersebut berbeda secara signifikan dan memiliki sebaran tidak normal, sedangkan jika nilai p lebih besar dari pada 0,05 (p>0,05) maka data tersebut dapat dikatakan tidak berbeda secara signifikan dan memiliki sebaran data yang normal (Santoso, 2010).
b. Uji Homogenitas Uji homogenitas bertujuan untuk melihat perbedaan antara dua atau lebih kelompok yang berasal dari populasi dengan varian yang sama. Selain itu, uji homogenitas juga dilakukan untuk mengetahui varian dari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
kelompok (Santoso, 2010). Asumsi homogenitas dinyatakan dipenuhi jika nilai p lebih besar dari pada 0,05 (p > 0,05) (Santoso, 2010).
2. Uji Hipotesis Pengujian hipotesis penelitian ini menggunakan teknik independent sample t-test untuk mengetahui perbedaan nilai mean pada skor skala kesejahteraan psikologis dari kelompok menikah dengan kelompok janda/duda. Independent sample t-test ini digunakan jika berdasarkan uji normalitas diperoleh hasil yang menyatakan bahwa persebaran data yang dimiliki sebaran data yang normal. Namun, jika berdasarkan hasil uji normalitas diperoleh hasil yang menunjukkan persebaran data tidak normal, maka untuk uji beda dilakukan dengan analisa non-parametrik mann-whitney u test.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Pelaksanaan Penelitian Penelitian ini menggunakan try out terpakai, dimana hasil uji coba skala kesejahteraan psikologis digunakan sebagai data penelitian. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 4 Februari 2016 sampai dengan 6 April 2016. Peneliti melakukan penyebaran skala ke beberapa kelompok pensiunan yang memiliki agenda rutin bulanan untuk berkumpul antara lain Ikatan Keluarga PLN (IKPLN) Yogyakarta, Pensiunan Pegawai Telkom (P2TEL) Magelang, Persekutuan Doa BPN & Notaris Yogyakarta, Pensiunan PGRI Kasihan Bantul, dan PWRI Yogyakarta. Beberapa subjek juga didapatkan dengan menitipkan skala kepada orang-orang yang mempunyai kenalan pensiunan sesuai dengan kriteria penelitian. Subjek dari penelitian ini berjumlah 80 orang dengan rincian 40 subjek pada kelompok pensiunan yang menikah dan masih memiliki pasangan serta 40 subjek pada kelompok pensiunan yang sudah tidak memiliki pasangan karena cerai hukum maupun meninggal (janda/duda). Kendala yang dihadapi selama proses pengambilan data adalah minimnya akses untuk mendapatkan subjek yang memenuhi kriteria penelitian. Selain itu, kendala lain yang dihadapi adalah kemampuan subjek untuk menyelesaikan pengisian skala.
56
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
B. Deskripsi Subjek Penelitian Penghitungan data demografik subjek bertujuan untuk mengetahui persebaran data subjek berdasarkan jenis kelamin subjek pada kelompok menikah dan janda/duda (tabel ) serta persebaran subjek berdasarkan usia subjek penelitian. Berdasarkan data demografik subjek diperoleh hasil sebagai berikut : Tabel 4. Persebaran Subjek Berdasarkan Status Pernikahaan dan Jenis Kelamin Status Pernikahan Menikah
Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan
Jumlah 35 subjek 5 subjek
Laki-laki Perempuan
21 subjek 19 subjek
Total
40 subjek Janda/Duda
Total
40 subjek 80 subjek
Berdasarkan hasil pada tabel 4, subjek dalam penelitian ini secara keseluruhan berjumlah 80 subjek yang terdiri dari 40 subjek pada kelompok menikah dan 40 subjek pada kelompok janda/duda. Pada kelompok menikah terdiri dari 35 subjek laki-laki dan lima subjek berjenis kelamin perempuan. Kelompok janda/duda terdiri dari 21 subjek berjenis kelamin laki-laki dan 19 subjek berjenis kelamin perempuan. Secara keseluruhan subjek pada penelitian ini terdari 56 subjek berjenis kelamin laki-laki dan 24 subjek berjenis kelamin perempuan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
Tabel 5. Persebaran Subjek Berdasarkan Usia Usia Jumlah 55 – 60 tahun 26 subjek 61 – 65 tahun 30 subjek 66 – 70 tahun 13 subjek 71 – 75 tahun 6 subjek 76 – 80 tahun 5 subjek Total 80 subjek
Berdasarkan hasil pada tabel 5, sebagian besar subjek pada penelitian ini berada pada rentang usia 61 – 65 tahun dengan jumlah sebanyak 30 subjek. Selanjutnya sebanyak 26 subjek berada direntang usia 55 – 60 tahun, 13 subjek berada direntang usia 66 – 70 tahun, dan sisanya sebanya 11 subjek berusia lebih dari 70 tahun. Berdasarkan penghitungan rata-rata dan frekuensi usia subjek (lampiran 6.2), rata-rata usia subjek berada pada usia 63,6 tahun dengan usia termuda 55 tahun dan tertua 78 tahun. Frekuensi terbanyak dari usia subjek adalah delapan subjek berusia 61 tahun dan 65 tahun.
C. Deskripsi Data Penelitian Analisis deskriptif digunakan untuk mengetahui apakah kesejahteraan psikologis yang dimiliki subjek tergolong pada kategori tinggi, sedang, atau rendah dengan melakukan perbandingan antara nilai mean teoritis dan mean empiris pada variabel kesejahteraan psikologis. Berikut adalah hasil analisis deskriptif kesejahteraan psikologis :
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
Tabel 6. Hasil Analisis Deskriptif Kesejahteraan Psikologis. Teoritis Pengukuran Kesejahteraan Psikologis
Empiris
Min
Max
Mean
Min
Max
Mean
SD
38
152
95
100
148
118,525
9,0888
Kategori Tinggi
Berdasarkan hasil analisis deskriptif pada tabel 6, variabel kesejahteraan psikologis memiliki nilai mean empiris yang lebih besar dari pada nilai mean teoritis. Hal ini menunjukkan bahwa subjek penelitian memiliki tingkat kesejahteraan psikologis yang tinggi. Uji t dilakukan untuk melihat lebih lanjut perbedaan signifikan antara mean empiris dengan mean teoritis pada variabel kesejahteraan psikologis. Berikut hasil uji t variabel kesejahteraan psikologis : Tabel 7. Hasil Uji t Kesejahteraan Psikologis Test Value = 95
Kesejahteraan Psikologis
t
Df
Sig. (2 Tailed)
23,151
79
0,000
Mean Difference 23,5250
95% Confidence Interval of the Difference Lower Upper 21,502
25,548
Berdasarkan hasil one sample t-test dapat diketahui bahwa antara mean teoritis dengan mean empiris variabel kesejahteraan psikologis memiliki perbedaan yang signifikan dengan nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05 yaitu 0,000 (p < 0,05). Hasil uji t ini menegaskan bahwa subjek penelitian ini memiliki tingkat kesejahteraan psikologis yang tinggi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
D. Hasil Analisis Data 1. Uji Asumsi a. Uji Normalitas Uji normalitas adalah uji yang dilakukan untuk melihat apakah data penelitian yang telah dilakukan berasal dari populasi yang sebarannya normal (Santoso, 2010). Uji asumsi normalitas dapat dilakukan dengan menggunakan analisis Kolmogorov-Smirnov pada program analisis statistik SPSS. Jika nilai p lebih kecil dari pada 0,05 (p<0,05) dapat disimpulkan bahwa data tersebut berbeda secara signifikan dan memiliki sebaran tidak normal, sedangkan jika nilai p lebih besar dari pada 0,05 (p>0,05) maka data tersebut dapat dikatakan tidak berbeda secara signifikan dan memiliki sebaran data yang normal (Santoso, 2010). Berikut merupakan hasil uji normalitas pada data penelitian ini :
Tabel 8. Hasil Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov Shapiro-Wilk Statistic df Sig. Statistic df Sig. Kesejahteraan Psikologis
.148
80
.000
.933
80
.000
Berdasarkan hasil uji normalitas pada tabel 8, diketahui bahwa variabel kesejahteraan psikologis memiliki nilai siginifikansi sebesar 0,000. Hal ini dapat diartikan bahwa data yang didapatkan berbeda secara signifikan dengan data virtual yang normal. Maka dapat disimpulkan bahwa data yang didapat tersebut tidak normal (p < 0,05).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
b. Uji Homogenitas Uji homogenitas bertujuan untuk melihat perbedaan antara dua atau lebih kelompok yang berasal dari populasi dengan variasi yang sama. Selain itu, uji homogenitas juga dilakukan untuk mengetahui varian dari kelompok (Santoso, 2010). Asumsi homogenitas dinyatakan dipenuhi jika nilai p lebih besar dari pada 0,05 (p > 0,05) (Santoso, 2010). Berikut ini adalah hasil uji homogenitas pada penelitian ini : Tabel 9. Hasil Uji Homogenitas Levene's Test for Equality of Variances F Kesejahteraan Psikologis
Equal variances assumed Equal variances not assumed
Sig. 2.144
.147
Berdasarkan uji homogenitas pada tabel 9, diperoleh nilai F yang didapat adalah 2,144 dan nilai p = 0,147. Hal ini menunjukkan bahwa asumsi homogenitas dipenuhi (p>0,05), yaitu tidak ada perbedaan varian dalam kedua kelompok tersebut sehingga data dapat diasumsikan homogen.
2. Uji Hipotesis Berdasarkan hasil uji normalitas Kolmogorov-Smirnov, diperoleh hasil yang menyatakan bahwa persebaran data yang dimiliki tidak normal ( p <
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
0,05). Santoso (2012) mengatakan metode statistik nonparametrik digunakan jika persebaran data tidak normal. Uji Mann-Whitney U Test digunakan untuk menguji dua sampel bebas pada
stastistik
nonparametrik
(Santoso,
2012).
Santoso
(2012)
menambahkan, pengujian dengan Mann-Whitney U Test memiliki tujuan yang sama dengan uji t, yaitu untuk mengetahui apakah dua buah sampel bebas berasal dari populasi yang sama atau tidak.
Tabel 10. Hasil Uji Mann-Whitney U Test.
Mann-Whitney U Wilcoxon W Z Asymp. Sig. (2tailed)
Kesejahteraan Psikologis 724.500 1544.500 -.728 .467
Syarat yang menunjukkan bahwa ada perbedaan antara dua mean yaitu nilai signifikansi lebih kecil dari taraf signifikansi yaitu 0,05 ( p < 0,05). Berdasarkan hasil dari uji Mann-Whitney U Test menunjukkan nilai signifikansi sebesar 0,467 (p > 0,05). Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa H0 diterima dan H1 ditolak sehingga dapat diartikan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan kesejahteraan psikologis pada masa pensiun antara kelompok menikah dengan kelompok janda/duda.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
E. Pembahasan Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah perbedaan kesejahteraan psikologis pada masa pensiun ditinjau dari status pernikahan. Uji hipotesis pada penelitian ini menggunakan uji analisis non-parametrik mann-whitney u test. Hal ini dikarenakan pada uji normalitas diperoleh hasil yang menunjukkan bahwa persebaran data yang dimiliki tidak normal (p < 0,05). Berdasarkan hasil analisis data dengan mann-whitney u test, diperoleh nilai koefisien signifikansi sebesar 0,467 (p > 0,05). Hal ini menunjukkan bahwa H0 diterima dan H1 ditolak sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan kesejahteraan psikologis pada masa pensiun antara kelompok menikah dengan kelompok janda/duda. Kesejahteraan psikologis memberikan dampak dengan tercapainya kebahagiaan, kepuasaan hidup, dan tidak adanya gejala-gejala depresi (Ryff, 1995 dalam Amalia & Fitriana, tanpa tahun). Bagi pensiunan yang akan masuk pada usia lanjut (lansia), kesejahteraan psikologis merupakan hal yang penting untuk mencapai kehidupan yang lebih bahagia dan merasakan kepuasan dalam hidupnya, sehingga mereka dapat terhindar dari kesendirian, ketidakbahagiaan, dan depresi (Amalia & Fitriana, tanpa tahun). Ryff (1988, dalam Amalia & Fitriana, tanpa tahun) berpendapat bahwa mereka yang akan memasuki masa lansia, yang memiliki positive psychological functioning cenderung lebih dapat menerima keadaan mereka, dapat menciptakan lingkungan yang mereka inginkan, dapat mengembangkan diri, memiliki tujuan hidup, memiliki
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
kemandirian, dan memiliki hubungan positif dengan orang lain dapat mencapai succesful aging. Amalia dan Fitriana (tanpa tahun) menjelaskan bahwa succesful aging akan membuat lansia memiliki kepuasan tingkat harapan hidup dan kebahagiaan yang tinggi. Selain itu, succesful aging dapat dicapai juga karena adanya lingkungan sekitar baik keluarga maupun komunitas yang memiliki peranan signifikan dalam
menciptakan
keterikatan
secara
memungkinkan bahwa pada penelitian ini,
emosional.
Hal
inilah
yang
ada atau tidaknya kehadiran
pasangan tidak mempengaruhi pensiunan untuk mencapai kesejahteraan psikologis. Ketidakhadiran pasangan terutama pada kelompok janda/duda dapat digantikan dengan adanya significant others seperti sahabat, orang-orang kepercayaan atau saudara. Marks (1996) mengatakan bahwa memiliki hubungan yang intim dengan orang-orang kepercayaan memberikan kontribusi yang besar terhadap well-being. Kehadiran teman-teman juga menjadi faktor yang penting sebagai bagian dari dukungan orang-orang kepercayaan (Anderson & Stewart, 1994; Oliker, 1989 dalam Marks, 1996). Lebih lanjut lagi, Marks (1996) menjelaskan bahwa kehadiran teman-teman sebagai bentuk dukungan sosial dari orang kepercayaan juga memiliki kontribusi terhadap kesejahteraan psikologis bagi subjek yang tidak memiliki pasangan yang sama baiknya dengan mereka yang memiliki pasangan. McAdams (2006) menjelaskan bahwa kehadiran orang lain dapat menciptakan kehidupan yang harmonis dan gotong royong. Hal ini sama seperti
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
masyarakat yang berasal dari budaya kolektif yang lebih mengedepankan kehidupan kelompok daripada kehidupan invidualis sehingga memunculkan nilai-nilai harmonis, gotong royong, solidaritas, dan ketergantungan terhadap satu sama lain (McAdams, 2006). Hal ini juga diperkuat berdasarkan hasil dengan subjek X yang mengatakan kehadiran keluarga, saudara, dan temanteman para pensiun dirasa mampu membantu mereka mengatasi permasalahan yang dihadapi di masa lanjut usia. Subjek X menambahkan, kebanyakan pensiunan memilih untuk kembali ke daerah asalnya agar lebih dekat dengan keluarga maupun saudara karena kehadiran keluarga dianggap mampu menguatkan dan mampu memberikan dukungan sehingga pensiunan merasa tidak sendirian. Ryff dan Singer (1996) menambahkan bahwa masyarakat di dalam budaya yang kolektif, memiliki orientasi kepada orang lain. Hal ini berhubungan dengan tingginya tingkat kesejahteraan psikologis terutama pada dimensi hubungan yang positif dengan orang lain (Ryff & Singer, 1996). Selain itu, masyarakat di dalam budaya non-barat cenderung menekankan pada sikap kesalingterkaitan dengan individu lain untuk tetap dapat melakukan tugas normatif utama yaitu menyesuaikan diri untuk menjadi pas dan mempertahankan hubungan dengan orang lain (Matsumoto, 1994). Matsumoto (1994) menambahkan pada masyarakat yang bersifat komunal, kebahagiaan dan emosi positif lainnya seperti perasaan bersahabat akan muncul jika individu berhasil memenuhi tugastugas kultural independen seperti menyesuaikan diri dengan seseorang dalam suatu hubungan atau kelompok, memahami orang lain, menjadi invidu yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
simpatik, menempati dan menjalankan peran yang dimiliki, serta bertindak secara pantas sesuai dengan norma. Adanya dorongan untuk memenuhi tugas maupun peran dalam lingkungan disekitar para pensiunan ini dirasa mampu membentuk kesejahteraan psikologis yang dimiliki. Hal ini diperkuat dengan hasil wawancara dengan subjek X yang mengatakan bahwa salah satu cara agar pensiunan dapat mengatasi stres di masa pensiun adalah dengan terlibat dengan kegiatan di lingkungan sekitar. Keterlibatan itu dapat berupa menjadi pengurus RT/RW atau ikut serta dalam kegiatan bidang keagamaan. Hal ini bertujuan agar para pensiunan tetap merasa punya peran dan berarti bagi lingkungan sosialnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan Uji hipotesis pada penelitian ini menggunakan teknik analisa nonparameterik dikarenakan hasil uji normalitas menunjukkan persebaran data yang dimiliki tidak normal dengan nilai signifikansi 0,000 (p<0,05). Uji analisis non-parametrik yang digunakan adalah mann-whitney u test, yaitu teknik uji analisis non-parametrik yang menguji dua sampel bebas. Berdasarkan hasil mann-whitney u test diperoleh hasil signifikansi sebesar 0,467 (p > 0,05). Hal ini menunjukkan, H0 diterima dan H1 ditolak yang dapat diartikan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara kesejahteraan psikologis pada masa pensiun antara kelompok menikah dengan kelompok janda/duda.
B. Keterbatasan Penilitan Peneliti menyadari bahwa dengan mempertimbangkan subjek yang sudah berusia lebih dari 55 tahun dan sudah mulai mengalami penurunan dalam segi fisik maupun kognitif,
jumlah item skala kesejahteraan psikologis yang
diberikan kepada subjek dapat dikatakan terlalu banyak. Hal ini memungkinkan subjek tidak dapat memberikan jawaban secara akurat dan sesuai kondisi yang dialami oleh subjek sehingga berakibat pada peroleh skor
67
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
total skala kesejahteraan psikologis subjek maupun hasil uji hipotesis penelitian. Peneliti juga menyadari adanya kemungkinan measurement errors berupa instrument bias yang dirasa mempengaruhi hasil penelitian (Widayati, 2009; Reinchenbacher & Einax, 2011, chap. 2; Widhiarso, 2011). Adanya measurement errors ini menyebabkan hasil penelitian ini cenderung memiliki nilai yang tinggi. Peneliti menduga salah satu penyebab adanya measurement errors dikarenakan tidak semua indikator perilaku pada masing-masing dimensi kesejahteraan psikologis diaplikasikan ke dalam pembuatan blueprint skala kesejahteraan psikologis.
C. Saran 1. Bagi subjek Berdasarkan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa para pensiunan yang menjadi subjek penelitian ini memiliki tingkat kesejahteraan psikologis yang tergolong tinggi. Hal ini perlu untuk dipertahankan karena dengan adanya kesejahteraan psikologis, para pensiunan dapat mencapai kepuasaan hidup, kebahagian, dan harapan hidup yang lebih baik. 2. Bagi perusahaan Hasil penelitian yang menunjukkan tidak adanya perbedaan kesejahteraan psikologis pada pensiunan yang berstatus menikah dan janda/duda dimungkinkan dipengaruhi oleh beberapa faktor salah satunya kehadiran orang-orang yang memberikan dukungan secara sosial dapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
diperoleh dari kegiatan perkumpulan pensiunan. Hal ini perlu dipertahankan karena adanya kegiatan tersebut, para pensiunan dapat terfasilitasi untuk mendapat dukungan sosial yang lebih. Pihak perusahaan diharapkan tetap memberikan dukungan terhadap berlangsungnya kegiatan tersebut agar kegiatan tersebut tetap memberikan manfaat bagi pensiunan. 3. Bagi Penelitian Selanjutnya Subjek pada penelitian ini dirasa belum mampu menggambarkan kesejahteraan psikologis pada pensiunan secara keseluruhan karena minimnya akses untuk mendapatkan subjek yang memenuhi kriteria penelitian. Oleh karena itu, peneliti yang tertarik pada kesejahteraan psikologis pada pensiunan perlu mempersiapkan dengan lebih baik. Selain itu, peneliti juga merasa bahwa usia subjek yang sudah lebih dari 55 tahun berpengaruh pada performansi subjek dalam mengisi skala. Pada penelitian selanjutnya, besar harapan agar mempertimbangkan jumlah item yang diberikan kepada subjek yang sudah tergolong memasuki masa dewasa akhir. Peneliti juga menyarankan untuk memperhatikan indikator perilaku pada masing-masing dimensi kesejahteraan psikologis agar mendapatkan tingkat reliabilitas yang lebih baik dan representatif dengan variable.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Daftar Pustaka
Afriyadi, A. D. (2014). Tak Punya Biaya Hari Tua, Masyarakat RI Tunda Pensiun. Diambil 26 November 2015, dari http://bisnis.liputan6.com/read/2037796/tak-punya-biaya-hari-tuamasyarakat-ri-tunda-pensiun. Amalia, D. (2015). BPS : Bahagia Pun Sempit. Diambil 21 Juni 2016, dari https://www.selasar.com/ekonomi/bps-bahagia-pun-sempit. Amalia, S., & Fitriana, E. (tanpa tahun). Analisa Psikometrik Alat Ukur Ryff’s Psychological Well-Being (Rpwb) Versi Bahasa Indonesia: Studi Pada Lansia. Bandung : Universitas Padjajaran. Anggraeni, T. P., & Jannah, M.. (2014). Hubungan Antara Psychological WellBeing Dan Kepribadian Hardiness Dengan Stres Pada Petugas Port Security. Character, Volume 3 No 2. Aprianti, I. (2012). Hubungan Antara Perceived Social Support Dan Psychological Well-Being Pada Mahasiswa Perantau Tahun Pertama Di Universitas Indonesia. Depok : Fakultas Psikologi Universitas Indonesia. Apsari, F. Y. (2012). Pengembangan Model Persiapan Pensiun Bagi Karyawan Non-Kependidikan Di Universitas “X”. Surabaya : Fakultas Psikologi Universitas Katolik Widya Mandala. Ariati, J. (2010). Subjective Well-Being (Kesejahteraan Subjektif) Dan Kepuasan Kerja Pada Staf Pengajar (Dosen) Di Lingkungan Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro. Jurnal Psikologi Undip, Vol. 8, No. 2, Oktober 2010. Azwar, S. (1999). Dasar-Dasar Psikometri. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. Azwar, S. (2012). Penyusunan Skala Psikologi Edisi 2. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. Badan Pusat Statistika. Diambil 22 Juni 2016 dari https://www.bps.go.id/Subjek/view/id/12#subjekViewTab1|accordiondaftar-subjek1. Baumgardner, S. R. & Crothers, Marie K. (2009). Positive Psychology. New Jersey: Pearson Education, Inc.
70
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
BBC Indonesia. (2010). Berapa Usia Pensiun Yang Ideal ?. Diambil 1 September 2015, dari http://www.bbc.com/indonesia/laporan_khusus/2010/09/100901_pensiunusi a.shtml. Deil, S. A. F. (2014). Pensiunan RI Harus Siap Hidup Tanpa Gaji Selama 25 Tahun. Diambil 26 November 2015, dari http://bisnis.liputan6.com/read/2068543/pensiunan-ri-harus-siap-hiduptanpa-gaji-selama-25-tahun. Eldeleklioglu, J., Yilmaz, A., & Gultekin, F. (2010). Investigation of Teacher Trainees’ Psychological Well-Being of Time Management. Procedia Social and Behavioral Sciences 2 (2010) 342-348. Engger. (2015). Adaptasi Ryff Psychological Well-Being Scale Dalam Konteks Indonesia. Yogyakarta : Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma. Hurlock, E. B. (1980). Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan, Edisi Kelima. Jakarta : Erlangga. Jones, G.W. (2010). Changing Marriage Pattern In Asia. Asia Research Institute, Working Paper Series 131, Januari 2010. Kim, J. E., & Moen, P. (2002). Retirement Transitions, Gender, and Psychological Well-Being: A Life-Course, Ecological Model. Journal of Gerontology: Psychological Sciences, 2002, Vol. 57B, No. 3, P212-P222. Marks, N. F. (1996). Flying Solo at Midlife: Gender, Marital Status, and Psychological Well-Being. Journal of Marriage and the Family, Vol. 58, No. 4. (Nov., 1996), pp. 917-932. Matsumoto, D. (1994). Pengantar Psikologi Lintas Budaya. Jakarta : Pustaka Pelajar. McAdams, D. P. (2006). The Redemptive Self : Stories Americans Live By. New York : Oxford University Press, Inc. Moriwaki, S. Y. (1973). Self-Disclosure, Significant Others and Psychological Well-Being in Old Age. Journal of Health and Social Behavior, Vol. 14, No. 3(Sep., 1973), pp. 226-232. Prasetyo, B., & Jannah, L. M. (2008). Metode Penelitian Kuantitatif : Teori dan Aplikasi. Jakarta : PT. RajaGrafindo Persada.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
Prasetyo, N. H., & Subandi, M. A. (2014). Program Intervensi Narimo Ing Pandum Untuk Meningkatkan Kesejahteraan Psikologis Keluarga Pasien Skizofrenia. Jurnal Intervensi Psikologi (JIP), 6(2). Pusat Bahasa. (2008) Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa Edisi Keempat. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama. Reichenbacher, M., & Einax, J.W. (2011). Challenges in Analytical Quality Assurance (pp. 7-35). Verlag Berlin Heidelberg : Springer. Ryff, C. D. (1989). Happiness Is Everything, or Is It? Expolorations on the Meaning of Psychological Well-Being. Journal of Personality and Social Psychology, 1989, Vol. 57, No. 6, 1069-1081. Ryff, C. D. (1995). Psychological Well-Being in Adult Life. Current Directions in Psychological Science, Vol. 4, No. 4 (Aug., 1995), pp. 99-104. Ryff, C. D. (2014). Psychological Well-Being Revisited: Advances in the Science and Practice Eudaimonia. Psychother Psychosom 2014;83:10-28. Ryff, C. D., & Keyes, C. L. M. (1995). The Structure of Psychological Well-Being Revisited. Journal of Personality and Social Psychology, Vol. 69, No. 4, 719727. Ryff, C. D., & Singer, B. (1996). Psychological Well-Being: Meaning, Measurement, and Implications for Psychotherapy Research. Psychother Psychosom 1996;65:14-23. Safitri, B.R. (2013). Kesiapan Menghadapi Masa Pensiun Ditinjau Dari Peran Gender Karyawan. Jurnal Ilmiah Psikologi Terapan, Vol. 01, No. 02, Agustus 2013. Santoso, A. (2010). Statistik Untuk Psikologi, Dari Blog Menjadi Buku. Yogyakarta : Universitas Sanata Dharma. Santoso, S. (2012). Analisis SPSS Pada Statistik Nonparamaterik. Jakarta : PT. Elex Media Komputindo. Santrock, J. W. (2002). Life-Span Development : Perkembangan Masa-Hidup Edisi Kelima Jilid 2. Ed. Wisnu Chandra Kristiaji & Yati Sumiharti. Jakarta : Erlangga. Santrock, J. W. (2012). Life-Span Development : Perkembangan Masa-Hidup Edisi Ke-13 Jilid 2. Ed. Novietha I. Sallama. Jakarta : PT Gelora Aksara Pratama.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
Santrock, J. W. (2014). Essentials of Life-Span Development Third Edition. New York : McGraw-Hill Education. Shultz, K. S., & Wang, M. (2011). Psychological Perspectives on the Changing Nature of Retirement. American Psychologist. Advance online publication. doi: 10.1037/a0022411. Siregar, S. (2013). Metode Penelitian Kuantitatif: Dilengkapi Perbandingan Perhitungan Manual & SPSS. Jakarta : Kencana Prenadamedia Group. Siregar, S. (2014). Statistika Deskriptif untuk Penelitian: Dilengkapi Perhitungan Manual dan Aplikasi SPSS Versi 17. Jakarta : Rajawali Pers. Snyder, C. R., Lopez, S. J., & Pedrotti, J. T. (2011). Positive Psychology : The Scientific and Pratical Explorations of Human Strengths. Second Edition. California : Sage Publications, Inc. Soulsby, L. K., & Bennett, K. M. (2015). Marriage and Psychological Wellbeing: The Role of Social Support. Psychology, 6(11), 1349. Suardiman, P. S. (2011). Psikologi Usia Lanjut. Yogyakarta : Gajah Mada University Press. Supraktiknya, A. (2014). Pengukuran Psikologis. Yogyakarta : Universitas Sanata Dharma. Suyanto, B. (2015). Membaca Indeks Kebahagiaan. Diambil 21 Juni 2016, dari http://geotimes.co.id/membaca-indeks-kebahagiaan/. Trisusanti, R., & Satiningsih. (2012). Gambaran Psychological Well-Being Pada Pria Pensiunan Pegawai Negeri Sipil Struktural Yang Menjadi Tulang Punggung Keluarga. Jurnal Psikologi: Teori & Terapan, Vol. 3, No. 1, Agustus 2012. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan. Diakses dari http://hukum.unsrat.ac.id/uu/uu_1_74.htm. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 1992 Tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja. Diakses dari www.dpr.go.id/dokjdih/document/uu/UU_1992_3.pdf. van Dierendonck, D., Díaz, D., Rodríguez-Carvajal, R., Blanco, A., & MorenoJiménez, B. (2008). Ryff’s six-factor model of psychological well-being, a Spanish exploration. Social Indicators Research, 87(3), 473-479.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
Waterman, A. S. (1993). Two Conceptions of Happiness: Contrasts of Personal Expressiveness (Eudaimonia) and Hedonic Enjoyment. Journal of Personality and Social Psychology, 1993, Vol. 64, No. 4, 678-691. Widayati, C.S.W., (2009). Komparasi Beberapa Metode Estimasi Kesalahan Pengukuran. Jurnal Penelitan dan Evaluasi Pendidikan, Tahun 13, Nomor 2, 2009. Widhiarso, W. (2010). Menghitung Koefisien Alpha Berstrata. Fakultas Psikologis UGM. Widhiarso, W. (2011). Teori Skor : Eror Pengukuran [Bahan Presentasi] diambil 22 Juni 2016 dari : http://widhiarso.staff.ugm.ac.id/files/Eror%20Pengukuran.pdf Winefield, H. R., Gill, T. K., Taylor, A. W., & Pilkington, R. M., (2012). Psychological Well-Being And Psychological Distress: Is It Necessary To Measure Both?. Psychology of Well-Being: Theory, Research and practice 2012, 2:3.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
LAMPIRAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
LAMPIRAN 1 Blueprint Skala Kesejahteraan Psikologis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
Blueprint skala kesejahteraan psikologis No.
Dimensi
1
Penerimaan Diri : Individu yang sehat secara mental didefinisikan mampu untuk menerima dirinya dan kehidupan masa lalunya secara positif
Indikator
Item
Favorable Memahami Saya menyadari dan bahwa saya menerima memiliki seluruh aspek kelebihan pada diri maupun kekurangan. Saya dapat menerima segala aspek dalam diri saya. Memiliki Secara umum pandangan saya merasa positif percaya diri terhadap diri mengenai diri sendiri saya sendiri saat ini. Menerima Pengalaman di secara positif masa lalu kehidupan membuat saya masa lalunya belajar untuk menjadi lebih baik ke depannya. Bagi saya, pengalaman di masa lalu merupakan pengalaman yang sangat berharga. Saya merasa puas dengan pencapaianpencapaian di masa lalu.
Unfavorable Saya tidak tahu kelebihan maupun kekurangan yang saya miliki. Saya merasa kecewa dengan diri saya saat ini. Saya merasa tidak puas dengan diri saya saat ini.
Menurut saya, pengalaman di masa lalu hanya akan menjadi beban pikiran saya. Saya merasa tidak memperoleh banyak hal berharga dari pengalaman di masa lalu. Saya merasa kecewa dengan apa yang telah saya lakukan di masa lalu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78 2 Hubungan Yang Positif Dengan Orang Lain : Individu sehat secara mental adalah individu yang memiliki kemampuan untuk mencintai, memiliki perasaan yang kuatakan rasa empati, kasih sayang, kehangatan dan penghargaan terhadap orang lain
Terbuka Bila ada kepada orang masalah, saya lain selalu berusaha untuk bercerita kepada orang lain setidaknya untuk meringankan beban saya. Memiliki Saya dapat kepercayaan menaruh terhadap kepercayaan orang lain kepada orang lain. Memiliki Bagi saya, empati, kasih menjaga relasi sayang dan dengan orang keintiman lain merupakan dengan orang hal yang penting lain dilakukan. Memberikan ucapan selamat kepada teman, merupakan cara saya menjaga hubungan dengan orang lain. Memiliki Saya merasa kehangatan nyaman ketika dengan orang sedang lain berbincangbincang dengan orang lain. Dapat berkumpul dengan orang lain merupakan hal yang patut disyukuri dalam hidup saya.
Saya enggan bercerita mengenai permasalahan saya kepada orang lain.
Saya merasa ragu apakah orang lain dapat mempercayai saya. Menjaga relasi dengan orang lain merupakan hal yang menyulitkan bagi saya. Memberikan ucapan selamat kepada teman bukan merupakan hal yang penting.
Sulit bagi saya untuk merasa nyaman ketika berbincang dengan orang lain. Menurut saya, berkumpul dengan orang lain merupakan kegiatan yang membosankan dan membuang waktu saja.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79 3
Otonomi: Seseorang yang berfungsi secara utuh tidak membutuhkan persetujuan orang lain untuk membuat evaluasi yang sesuai dengan standar dirinya sendiri (internal locus of evaluation), sehingga individu terbebas dari keyakinan kolektif, norma dan peraturan yang mengikat serta mampu bertahan dari tekanan sosial dengan berpikir dan bertindak secara tepat
Mampu membuat keputusan tanpa tergantung pada orang lain
Mampu membuat evaluasi yang sesuai dengan standar dirinya sendiri
Keputusan yang saya buat merupakan murni keputusan saya sendiri. Saya yakin setiap orang memiliki kebebasan dalam menentukan pilihan hidup, begitu juga dengan saya. Saya akan tetap pada keputusan saya, meskipun orang lain tidak setuju. Kesalahan yang saya perbuat menjadi pelajaran berharga bagi saya.
Saya menilai diri saya sendiri dengan nilainilai yang saya anggap penting, bukan dari orang lain. Mampu Saya akan bertahan berusaha dari tekanan mengatasi sosial tekanan sosial
Saya sering kali dipengaruhi orang lain dalam membuat kuputusan. Saya sangat membutuhka n orang lain untuk menentukan pilihan hidup saya.
Saya akan mengubah keputusan saya bila ada orang lain yang tidak setuju dengan saya. Kesalahan saya sebelumnya merupakan hal yang memalukan bagi saya dan ingin saya lupakan. Penilaian dari orang lain merupakan penilaian yang penting untuk saya.
Saya tidak tahu bagaimana saya harus
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
dengan berpikir dan bertindak secara tepat 4
Penguasaan Lingkungan : Kemampuan individu untuk memilih/menciptakan lingkungan agar sesuai dengan kondisi psikologisnya serta ikut serta dan terlibat dengan kegiatan di luar lingkungan dirinya sehingga dapat mengambil keuntungan dari lingkungannya
Mampu mengelola aktivitas sehari-hari
dengan memikirkan dan bertindak dengan cara yang tepat. Saya merasa cukup baik dalam mengelola banyak kegiatan dalam kehidupan sehari-hari. Menurut saya, aktivitas yang saya lakukan dapat berjalan dengan baik. Saya merasa senang meskipun aktivitas yang saya lakukan cukup banyak.
Terlibat dalam aktivitas di luar lingkungan dirinya
Kegiatan di luar rumah membuat saya merasa lebih nyaman. Saya lebih senang melakukan kegiatan yang melibatkan orang lain.
Menggunak an kesempatan yang ada di
Saya senang mengikuti kegiatan dapat
mengatasi tekanan sosial dengan tepat.
Banyaknya kegiataan sehari-hari membuat saya mengalami kesulitan dalam mengelolany a. Saya merasa kesulitan dalam melakukan aktivitas yang saya miliki. Semakin banyak kegiatan, semakin membuat saya kesulitan dalam menjalaninya Saya merasa tidak nyaman ketika melakukan kegiatan di luar. Saya merasa kurang tertarik ketika melakukan kegiatan yang melibatkan orang lain. Saya tidak ingin mengikuti kegiatan yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
lingkungan secara efektif
5
Tujuan Dalam Hidup : Memiliki Individu yang sehat secara cita-cita dan mental didefinisikan tujuan memiliki tujuan dan makna dalam hidup sehingga mampu melihat perubahan, keinginan menjadi lebih produktif, menciptakan/mencapai integritas emosional di kemudian hari
memberi wawasan baru bagi saya. Saya akan berusaha mewujudkan keinginan yang saya miliki.
Saya selalu ingin memiliki kehidupan yang lebih baik dari sebelumnya. Meyakini Saya yakin tujuan hidup bahwa saya yang dapat dimiliki membuat hari esok lebih baik lagi.
Penting bagi saya untuk dapat mewujudkan cita-cita yang saya miliki.
Memiliki kemampuan untuk mencapai tujuan hidup
Saya senang melakukan perencanaan untuk masa depan dan berusaha
dapat memberi wawasan baru bagi saya. Keinginan dan cita-cita yang saya miliki hanya akan membebani hidup saya. Saya sudah puas dengan apa yang saya miliki di saat ini.
Menurut saya, hari esok akan sama saja dengan hari ini dan tidak ada yang bisa saya lakukan untuk mengubahny a. Dahulu saya memiliki citacita yang ingin saya wujudkan, namun sekarang hal itu sudah tidak penting lagi. Saya merasa perencanaan yang sudah saya lakukan merupakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
untuk mewujudkan nya. Kemampuan yang saya miliki dapat membantu mencapai tujuan hidup saya. 6
Pertumbuhan Pribadi : Individu yang tidak hanya memiliki satu perkembangan karakteristik di masa lalu, namun juga memiliki potensi yang dapat dikembangkan agar tetap tumbuh dan berkembang dalam menghadapi tantangan/tugas baru
Memiliki pandangan sebagai pribadi yang tumbuh dan berkembang
Menyadari potensi yang dimiliki
Terbuka terhadap pengalaman baru
Saya memiliki keyakinan bahwa kehidupan merupakan proses yang terus berlanjut. Saya merasa kemampuan yang saya miliki dapat saya kembangkan lagi di masa mendatang.
hal yang siasia. Saya tidak memiliki kemampuan yang cukup untuk mencapai tujuan hidup saya. Menurut saya, proses kehidupan akan berhenti ketika saya sudah tua.
Saya merasa tidak dapat melakukan apa-apa dengan kemampuan yang saya miliki sekarang. Saya Saya tidak menyadari tahu potensi potensi yang apa yang saya saya miliki miliki selama dan ingin ini. mengembang kannya. Saya ingin Saya merasa, mencoba hal- tidaklah hal baru yang penting dapat mencoba halmembantu hal baru saya karena hal mengembang tersebut kan potensi hanya diri. membuang waktu saja.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
Melihat peningkatan dalam diri dari waktu ke waktu
Saya merasa, potensi dalam diri saya semakin berkembang karena pengalaman yang saya miliki. Saya merasa kemampuan yang saya miliki dapat berkembang di masa mendatang.
Pengalaman yang saya miliki tidak dapat membantu mengembang kan potensi dalam diri saya. Saya merasa tidak dapat melakukan apa-apa dengan kemampuan yang saya miliki sekarang.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
LAMPIRAN 2 Skala Try Out
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
SKALA TRY OUT KESEJAHTERAAN PSIKOLOGIS
Disusun oleh : Antonius Mei Setyabudi 119114114
FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2016
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
FORM PERSETUJUAN Dengan hormat, Dalam rangka penelitian untuk penulisan skripsi, saya mahasiswa akhir Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta memohon bantuan Bapak/Ibu untuk mengisi kuesioner yang sudah disediakan di bawah ini. Penelitian ini mengenai kesejahteraan psikologis atau yang dikenal juga dengan nama psychological well-being. Untuk itu, saya meminta kesediaan Bapak/Ibu untuk meluangkan waktu serta berpartisipasi dalam mengisi kuesioner yang telah disediakan. Secara umum kuisioner ini berisi pernyataan-pernyataan yang berkaitan dengan kesejahteraan psikologis yang dikenal juga dengan nama psychological well-being Bapak/Ibu. Sebelum memulai pengerjaan, isilah data yang tertera pada bagian Identitas Diri. Bacalah dengan teliti Petunjuk Pengisian sebelum mengisi jawaban dari pernyataan yang ada. Tidak ada jawaban yang benar atau salah dalam pengisian kuesioner ini. Semua jawaban yang Bapak/Ibu berikan adalah tepat sepanjang hal itu sesuai dengan pengalaman dan pengetahuan Bapak/Ibu yang sesungguhnya. Saya menyadari sepenuhnya bahwa jawaban yang Bapak/Ibu berikan bersifat pribadi. Semua informasi yang didapat dari responden akan diperlakukan sebagai suatu hal yang bersifat rahasia dan hanya digunakan untuk penyusunan penelitian. Dengan mengisi kuesioner ini Bapak/Ibu dapat berefleksi atau melihat kembali kehidupan yang telah Bapak/Ibu jalani selama ini. Terkait dengan risiko, kemungkinan Bapak/Ibu merasa tidak nyaman dalam memberikan jawabanjawaban pada kuesioner ini. Kendatipun demikian, saya berharap Bapak/Ibu dapat sepenuhnya berpartisipasi. Bapak/Ibu juga bebas untuk mengajukan pertanyaan kepada saya melalui email
[email protected] atau nomor saya, yaitu 085643010806. Atas waktu dan perhatian Bapak/Ibu, saya mengucapkan terimakasih.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
Saya yang bertandangtangan di bawah ini menyanggupi permohonan di atas dan bersedia untuk mengisi kuesioner yang ada di bawah ini
.................... , .......................... 2016
(..........................................)
(..........................................)
Antonius Mei Setyabudi
Partisipan/Inisial
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
Identitas Diri
Inisial
:
Usia
: ........ Tahun
Suku
:
Jenis Kelamin
: Laki-Laki / Perempuan*
Status Pernikahan
: a. Menikah b. Cerai Secara Hukum c. Cerai Pasangan Meninggal d. Belum/Tidak Menikah (Lingkari sesuai dengan status saat ini)
Lama Pensiun *coret yang tidak sesuai
: ........ Tahun
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
Petunjuk Pengisian Berikut terdapat sejumlah pernyataan yang terkait dengan perasaan Bapak/Ibu tentang diri Anda sendiri dan hidup Anda. Pada setiap pernyataan terdapat empat pilihan jawaban. Berikan tanda silang (X) pada kotak yang Bapak/Ibu anggap paling menggambarkan diri Anda. Pilihan jawabannya adalah : STS : bila pernyataan tersebut Sangat Tidak Sesuai dengan diri Anda. TS : bila pernyataan tersebut Tidak Sesuai dengan diri Anda. S : bila pernyataan tersebut Sesuai dengan diri Anda. SS : bila pernyataan tersebut Sangat Sesuai dengan diri Anda. Contoh : No. Pernyataan STS TS S SS 1. Saya akan berusaha mengontrol diri X ketika dalam keadaan tertekan Apabila Bapak/Ibu ingin mengganti jawaban yang sudah Anda isi dengan jawaban lain, silahkan memberikan dua garis (=) pada tanda silang (X) yang sudah Anda tulis, lalu berikan tanda silang (X) pada jawaban yang lebih sesuai dengan kondisi Anda. Contoh : No. Pernyataan STS TS S SS 1. Saya akan berusaha mengontrol X X diri ketika dalam keadaan tertekan Dalam skala ini, tidak ada jawaban benar maupun salah untuk setiap pernyataan. Saya berharap Bapak/Ibu menjawab dengan jujur dan sesuai dengan diri Anda saat ini. Terima kasih atas kerjasama, serta kesediaanya untuk mengisi skala ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
Skala Kesejahteraan Psikologis Beri tanda silang (X) pada jawaban yang sesuai dengan diri Anda ! No. Pernyataan 1. Pengalaman di masa lalu membuat saya belajar untuk menjadi lebih baik ke depannya. 2. 3. 4. 5.
6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19.
Saya tidak tahu potensi apa yang saya miliki selama ini. Semakin banyak kegiatan, semakin membuat saya kesulitan dalam menjalaninya. Saya enggan bercerita mengenai permasalahan saya kepada orang lain Saya merasa, tidaklah penting mencoba hal-hal baru karena hal tersebut hanya membuang waktu saja. Saya merasa perencanaan yang sudah saya lakukan merupakan hal yang sia-sia. Saya merasa kesulitan dalam melakukan aktivitas yang saya miliki. Secara umum saya merasa percaya diri mengenai diri saya sendiri saat ini. Saya merasa kemampuan yang saya miliki dapat saya kembangkan lagi di masa mendatang. Saya menyadari bahwa saya memiliki kelebihan maupun kekurangan. Saya sangat membutuhkan orang lain untuk menentukan pilihan hidup saya. Saya tidak tahu kelebihan maupun kekurangan yang saya miliki. Memberikan ucapan selamat kepada teman bukan merupakan hal yang penting. Bagi saya, pengalaman di masa lalu merupakan pengalaman yang sangat berharga. Penting bagi saya untuk dapat mewujudkan citacita yang saya miliki. Saya tidak ingin mengikuti kegiatan yang dapat memberi wawasan baru bagi saya. Saya selalu ingin memiliki kehidupan yang lebih baik dari sebelumnya. Keputusan yang saya buat merupakan murni keputusan saya sendiri. Saya merasa cukup baik dalam mengelola banyak kegiatan dalam kehidupan sehari-hari.
STS
TS
S
SS
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
No. Pernyataan 20. Dapat berkumpul dengan orang lain merupakan hal yang patut disyukuri dalam hidup saya. 21. Saya akan berusaha mewujudkan keinginan yang saya miliki. 22. 23. 24.
25. 26. 27. 28. 29.
30.
31. 32. 33. 34. 35. 36. 37. 38. 39.
Banyaknya kegiatan sehari-hari membuat saya mengalami kesulitan dalam mengelolanya. Saya merasa puas dengan pencapaian-pencapaian di masa lalu. Saya yakin setiap orang memiliki kebebasan dalam menentukan pilihan hidup, begitu juga dengan saya. Saya dapat menaruh kepercayaan kepada orang lain. Saya merasa tidak dapat melakukan apa-apa dengan kemampuan yang saya miliki sekarang. Saya merasa nyaman ketika sedang berbincangbincang dengan orang lain. Saya sering kali dipengaruhi orang lain dalam membuat kuputusan. Memberikan ucapan selamat kepada teman, merupakan cara saya menjaga hubungan dengan orang lain. Dahulu saya memiliki cita-cita yang ingin saya wujudkan, namun sekarang hal itu sudah tidak penting lagi. Saya senang melakukan perencanaan untuk masa depan dan berusaha untuk mewujudkannya. Saya yakin bahwa saya dapat membuat hari esok lebih baik lagi. Saya tidak tahu bagaimana saya harus mengatasi tekanan sosial dengan tepat. Penilaian dari orang lain merupakan penilaian yang penting untuk saya. Saya ingin mencoba hal-hal baru yang dapat membantu saya mengembangkan potensi diri. Menurut saya, proses kehidupan akan berhenti ketika saya sudah tua. Keinginan dan cita-cita yang saya miliki hanya akan membebani hidup saya. Menurut saya, aktivitas yang saya lakukan dapat berjalan dengan baik. Saya merasa kemampuan yang saya miliki dapat berkembang di masa mendatang.
STS
TS
S
SS
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
No. 40. 41.
Pernyataan Saya merasa, potensi dalam diri saya semakin berkembang karena pengalaman yang saya miliki. Saya akan mengubah keputusan saya bila ada orang lain yang tidak setuju dengan saya.
42.
Bagi saya, menjaga relasi dengan orang lain merupakan hal yang penting dilakukan.
43.
Menurut saya, berkumpul dengan orang lain merupakan kegiatan yang membosankan dan membuang waktu saja. Saya merasa tidak memperoleh banyak hal berharga dari pengalaman di masa lalu. Saya merasa kurang tertarik ketika melakukan kegiatan yang melibatkan orang lain. Menurut saya, hari esok akan sama saja dengan hari ini dan tidak ada yang bisa saya lakukan untuk mengubahnya. Kesalahan saya sebelumnya merupakan hal yang memalukan bagi saya dan ingin saya lupakan. Saya memiliki keyakinan bahwa kehidupan merupakan proses yang terus berlanjut. Saya tidak memiliki kemampuan yang cukup untuk mencapai tujuan hidup saya. Menjaga relasi dengan orang lain merupakan hal yang menyulitkan bagi saya. Kegiatan di luar rumah membuat saya merasa lebih nyaman. Saya lebih senang melakukan kegiatan yang melibatkan orang lain. Saya merasa tidak puas dengan diri saya saat ini. Saya senang mengikuti kegiatan dapat memberi wawasan baru bagi saya. Bila ada masalah, saya selalu berusaha untuk bercerita kepada orang lain setidaknya untuk meringankan beban saya. Saya akan tetap pada keputusan saya, meskipun orang lain tidak setuju. Saya merasa kecewa dengan diri saya saat ini. Menurut saya, pengalaman di masa lalu hanya akan menjadi beban pikiran saya. Pengalaman yang saya miliki tidak dapat membantu mengembangkan potensi dalam diri saya.
44. 45. 46.
47. 48. 49. 50. 51. 52. 53. 54. 55.
56. 57. 58. 59.
STS
TS
S
SS
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
93
No.
Pernyataan
60.
Kemampuan yang saya miliki dapat membantu mencapai tujuan hidup saya. Saya akan berusaha mengatasi tekanan sosial dengan memikirkan dan bertindak dengan cara yang tepat. Kesalahan yang saya perbuat menjadi pelajaran berharga bagi saya. Saya merasa tidak nyaman ketika melakukan
61.
62. 63.
STS
kegiatan di luar. 64.
Saya menyadari potensi yang saya miliki dan ingin mengembangkannya.
65.
Saya sudah puas dengan apa yang saya miliki di saat ini.
66.
Saya merasa tidak dapat melakukan apa-apa dengan kemampuan yang saya miliki sekarang.
67.
Saya merasa senang meskipun aktivitas yang saya lakukan cukup banyak.
68.
Saya merasa kecewa dengan apa yang telah saya lakukan di masa lalu.
69.
Saya dapat menerima segala aspek dalam diri saya.
70.
Saya merasa ragu apakah orang lain dapat mempercayai saya.
71.
Sulit bagi saya untuk merasa nyaman ketika berbincang dengan orang lain.
72.
Saya menilai diri saya sendiri dengan nilai-nilai yang saya anggap penting, bukan dari orang lain. -Terima Kasih, Semoga Hari Anda Menyenangkan-
TS
S
SS
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
94
LAMPIRAN 3 Skala Penelitian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
95
SKALA PENELITIAN KESEJAHTERAAN PSIKOLOGIS
Disusun oleh : Antonius Mei Setyabudi 119114114
FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2016
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
96
FORM PERSETUJUAN Dengan hormat, Dalam rangka penelitian untuk penulisan skripsi, saya mahasiswa akhir Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta memohon bantuan Bapak/Ibu untuk mengisi kuesioner yang sudah disediakan di bawah ini. Penelitian ini mengenai kesejahteraan psikologis atau yang dikenal juga dengan nama psychological well-being. Untuk itu, saya meminta kesediaan Bapak/Ibu untuk meluangkan waktu serta berpartisipasi dalam mengisi kuesioner yang telah disediakan. Secara umum kuisioner ini berisi pernyataan-pernyataan yang berkaitan dengan kesejahteraan psikologis yang dikenal juga dengan nama psychological well-being Bapak/Ibu. Sebelum memulai pengerjaan, isilah data yang tertera pada bagian Identitas Diri. Bacalah dengan teliti Petunjuk Pengisian sebelum mengisi jawaban dari pernyataan yang ada. Tidak ada jawaban yang benar atau salah dalam pengisian kuesioner ini. Semua jawaban yang Bapak/Ibu berikan adalah tepat sepanjang hal itu sesuai dengan pengalaman dan pengetahuan Bapak/Ibu yang sesungguhnya. Saya menyadari sepenuhnya bahwa jawaban yang Bapak/Ibu berikan bersifat pribadi. Semua informasi yang didapat dari responden akan diperlakukan sebagai suatu hal yang bersifat rahasia dan hanya digunakan untuk penyusunan penelitian. Dengan mengisi kuesioner ini Bapak/Ibu dapat berefleksi atau melihat kembali kehidupan yang telah Bapak/Ibu jalani selama ini. Terkait dengan risiko, kemungkinan Bapak/Ibu merasa tidak nyaman dalam memberikan jawabanjawaban pada kuesioner ini. Kendatipun demikian, saya berharap Bapak/Ibu dapat sepenuhnya berpartisipasi. Bapak/Ibu juga bebas untuk mengajukan pertanyaan kepada saya melalui email
[email protected] atau nomor saya, yaitu 085643010806. Atas waktu dan perhatian Bapak/Ibu, saya mengucapkan terimakasih.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
97
Saya yang bertandangtangan di bawah ini menyanggupi permohonan di atas dan bersedia untuk mengisi kuesioner yang ada di bawah ini
.................... , .......................... 2016
(..........................................)
(..........................................)
Antonius Mei Setyabudi
Partisipan/Inisial
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
98
Identitas Diri
Inisial
:
Usia
: ........ Tahun
Suku
:
Jenis Kelamin
: Laki-Laki / Perempuan*
Status Pernikahan
: a. Menikah b. Cerai Secara Hukum c. Cerai Pasangan Meninggal d. Belum/Tidak Menikah (Lingkari sesuai dengan status saat ini)
Lama Pensiun *coret yang tidak sesuai
: ........ Tahun
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
99
Petunjuk Pengisian Berikut terdapat sejumlah pernyataan yang terkait dengan perasaan Bapak/Ibu tentang diri Anda sendiri dan hidup Anda. Pada setiap pernyataan terdapat empat pilihan jawaban. Berikan tanda silang (X) pada kotak yang Bapak/Ibu anggap paling menggambarkan diri Anda. Pilihan jawabannya adalah : STS : bila pernyataan tersebut Sangat Tidak Sesuai dengan diri Anda. TS : bila pernyataan tersebut Tidak Sesuai dengan diri Anda. S : bila pernyataan tersebut Sesuai dengan diri Anda. SS : bila pernyataan tersebut Sangat Sesuai dengan diri Anda. Contoh : No. Pernyataan STS TS S SS 2. Saya akan berusaha mengontrol diri X ketika dalam keadaan tertekan Apabila Bapak/Ibu ingin mengganti jawaban yang sudah Anda isi dengan jawaban lain, silahkan memberikan dua garis (=) pada tanda silang (X) yang sudah Anda tulis, lalu berikan tanda silang (X) pada jawaban yang lebih sesuai dengan kondisi Anda. Contoh : No. Pernyataan STS TS S SS 2. Saya akan berusaha mengontrol X X diri ketika dalam keadaan tertekan Dalam skala ini, tidak ada jawaban benar maupun salah untuk setiap pernyataan. Saya berharap Bapak/Ibu menjawab dengan jujur dan sesuai dengan diri Anda saat ini. Terima kasih atas kerjasama, serta kesediaanya untuk mengisi skala ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
100
Skala Kesejahteraan Psikologis Beri tanda silang (X) pada jawaban yang sesuai dengan diri Anda ! No. Pernyataan 1. Pengalaman di masa lalu membuat saya belajar untuk menjadi lebih baik ke depannya. 2. Saya tidak tahu potensi apa yang saya miliki selama ini. 3. Semakin banyak kegiatan, semakin membuat saya kesulitan dalam menjalaninya. 4. Saya merasa, tidaklah penting mencoba hal-hal baru karena hal tersebut hanya membuang waktu saja. 5. Saya merasa kesulitan dalam melakukan aktivitas yang saya miliki. 6. Secara umum saya merasa percaya diri mengenai diri saya sendiri saat ini. 7. Saya menyadari bahwa saya memiliki kelebihan maupun kekurangan. 8. Memberikan ucapan selamat kepada teman bukan merupakan hal yang penting. 9. Bagi saya, pengalaman di masa lalu merupakan pengalaman yang sangat berharga. 10. Penting bagi saya untuk dapat mewujudkan cita-cita yang saya miliki. 11. Keputusan yang saya buat merupakan murni keputusan saya sendiri. 12. Saya merasa cukup baik dalam mengelola banyak kegiatan dalam kehidupan sehari-hari. 13. Dapat berkumpul dengan orang lain merupakan hal yang patut disyukuri dalam hidup saya. 14. Saya akan berusaha mewujudkan keinginan yang saya miliki. 15. Banyaknya kegiatan sehari-hari membuat saya mengalami kesulitan dalam mengelolanya. 16. Saya dapat menaruh kepercayaan kepada orang lain. 17. Saya merasa tidak dapat melakukan apa-apa dengan kemampuan yang saya miliki sekarang. 18. Memberikan ucapan selamat kepada teman, merupakan cara saya menjaga hubungan dengan orang lain. 19. Saya senang melakukan perencanaan untuk masa depan dan berusaha untuk mewujudkannya. 20. Saya yakin bahwa saya dapat membuat hari esok lebih baik lagi.
STS
TS
S
SS
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
101
No. Pernyataan 21. Saya ingin mencoba hal-hal baru yang dapat membantu saya mengembangkan potensi diri. 22. Menurut saya, proses kehidupan akan berhenti ketika saya sudah tua. 23. Menurut saya, aktivitas yang saya lakukan dapat berjalan dengan baik. 24. Bagi saya, menjaga relasi dengan orang lain merupakan hal yang penting dilakukan. 25. Menurut saya, berkumpul dengan orang lain merupakan kegiatan yang membosankan dan membuang waktu saja. 26. Saya merasa tidak memperoleh banyak hal berharga dari pengalaman di masa lalu. 27. Menjaga relasi dengan orang lain merupakan hal yang menyulitkan bagi saya. 28. Saya senang mengikuti kegiatan dapat memberi wawasan baru bagi saya. 29. Saya akan tetap pada keputusan saya, meskipun orang lain tidak setuju. 30. Saya merasa kecewa dengan diri saya saat ini. 31. Menurut saya, pengalaman di masa lalu hanya akan menjadi beban pikiran saya. 32. Pengalaman yang saya miliki tidak dapat membantu mengembangkan potensi dalam diri saya. 33. Kemampuan yang saya miliki dapat membantu mencapai tujuan hidup saya. 34. Saya menyadari potensi yang saya miliki dan ingin mengembangkannya. 35. Saya merasa tidak dapat melakukan apa-apa dengan kemampuan yang saya miliki sekarang. 36. Saya merasa senang meskipun aktivitas yang saya lakukan cukup banyak. 37. Saya merasa kecewa dengan apa yang telah saya lakukan di masa lalu. 38. Saya menilai diri saya sendiri dengan nilai-nilai yang saya anggap penting, bukan dari orang lain.
STS
-Terima Kasih, Semoga Hari Anda Menyenangkan-
TS
S
SS
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
102
LAMPIRAN 4 Uji Reliabilitas Skala
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
103
1. Reliabilitas Penerimaan Diri Reliability Statistics Cronbach's Alpha Based on Cronbach's Standardized Alpha Items N of Items .688 .688 8
Item 1 Item 8 Item 10 Item 14 Item 44 Item 57 Item 58 Item 68
Scale Mean if Item Deleted 22.375 22.612 22.525 22.212 22.700 22.737 22.737 22.875
Item-Total Statistics Scale Corrected Variance if Item-Total Item Deleted Correlation 4.389 .368 4.494 .351 4.253 .366 4.296 .431 4.137 .396 4.196 .428 4.550 .305 4.313 .377
Squared Cronbach's Multiple Alpha if Item Correlation Deleted .268 .660 .224 .664 .283 .661 .284 .647 .252 .654 .417 .646 .200 .674 .340 .658
2. Reliabilitas Hubungan Yang Positif Dengan Orang Lain Reliability Statistics Cronbach's Alpha Based on Cronbach's Standardized Alpha Items N of Items .771 .791 7
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
104
Item 13 Item 20 Item 25 Item 29 Item 42 Item 43 Item 50
Scale Mean if Item Deleted 19.950 19.363 19.888 19.488 19.600 19.613 19.800
Item-Total Statistics Scale Corrected Variance if Item-Total Item Deleted Correlation 4.706 .395 5.576 .422 5.240 .490 5.316 .500 5.053 .659 5.177 .565 5.276 .549
Squared Cronbach's Multiple Alpha if Item Correlation Deleted .303 .786 .420 .756 .295 .743 .418 .742 .512 .713 .449 .729 .380 .733
3. Reliabilitas Otonomi Reliability Statistics Cronbach's Alpha Based on Cronbach's Standardized Alpha Items N of Items .602 .600 3
Item 18 Item 56 Item 72
Item-Total Statistics Scale Mean Scale Corrected if Item Variance if Item-Total Deleted Item Deleted Correlation 5.300 1.301 .337 5.850 1.142 .439 5.600 1.053 .459
Squared Cronbach's Multiple Alpha if Item Correlation Deleted .114 .601 .207 .459 .221 .425
4. Reliabilitas Penguasaan Lingkungan Reliability Statistics Cronbach's Alpha Based on Cronbach's Standardized Alpha Items N of Items .653 .675 7
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
105
Item 3 Item 7 Item 19 Item 22 Item 38 Item 54 Item 67
Scale Mean if Item Deleted 18.438 18.150 18.025 18.350 18.013 17.863 17.988
Item-Total Statistics Scale Corrected Variance if Item-Total Item Deleted Correlation 3.718 .355 4.129 .372 4.278 .392 3.901 .402 4.418 .444 4.373 .319 4.620 .335
Squared Cronbach's Multiple Alpha if Item Correlation Deleted .371 .631 .238 .615 .249 .610 .414 .606 .347 .604 .394 .630 .324 .628
5. Reliabilitas Tujuan Dalam Hidup Reliability Statistics Cronbach's Alpha Based on Cronbach's Standardized Alpha Items N of Items .800 .797 5
Item 15 Item 21 Item 31 Item 32 Item 60
Scale Mean if Item Deleted 12.850 12.900 12.975 12.825 12.950
Item-Total Statistics Scale Corrected Variance if Item-Total Item Deleted Correlation 2.205 .668 2.091 .761 2.227 .602 2.526 .453 2.808 .448
Squared Cronbach's Multiple Alpha if Item Correlation Deleted .542 .732 .598 .700 .412 .756 .268 .801 .215 .799
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
106
6. Reliabilitas Pertumbuhan Pribadi Reliability Statistics Cronbach's Alpha Based on Cronbach's Standardized Alpha Items N of Items .747 .766 8
Item 2 Item 5 Item 26 Item 35 Item 36 Item 59 Item 64 Item 66
Scale Mean if Item Deleted 21.163 21.113 21.150 20.963 21.213 21.088 20.975 21.125
Item-Total Statistics Scale Corrected Variance if Item-Total Item Deleted Correlation 6.214 .427 6.126 .489 6.306 .583 6.771 .505 6.549 .318 7.094 .377 7.493 .391 6.465 .583
Squared Cronbach's Multiple Alpha if Item Correlation Deleted .241 .728 .324 .712 .464 .695 .337 .712 .152 .753 .312 .732 .339 .735 .365 .697
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
107
LAMPIRAN 5 Uji Koefisien Alpha Berstrata (varian item komponen dan skor total)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
108
1. Kesejahteraan Psikologis
Reliability Statistics Cronbach's Alpha N of Items .874 38 Scale Statistics Std. Mean Variance Deviation 118.525 82.607 9.0888
N of Items 38
2. Dimensi Penerimaan Diri Reliability Statistics Cronbach's Alpha N of Items .688 8
Mean 25.825
Scale Statistics Std. Variance Deviation 5.412 2.3264
N of Items 8
3. Dimensi Hubungan Yang Positif Dengan Orang Lain Reliability Statistics Cronbach's Alpha N of Items .771 7
Mean 22.950
Scale Statistics Std. Variance Deviation 6.808 2.6091
N of Items 7
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
109
4. Dimensi Otonomi Reliability Statistics Cronbach's Alpha N of Items .602 3
Mean 8.375
Scale Statistics Std. Variance Deviation 2.187 1.4788
N of Items 3
5. Dimensi Penguasaan Lingkungan Reliability Statistics Cronbach's Alpha N of Items .653 7 Scale Statistics Std. Variance Deviation 5.411 2.3262
Mean 21.138
N of Items 7
6. Dimensi Tujuan Dalam Hidup Reliability Statistics Cronbach's Alpha N of Items .800 5
Mean 16.125
Scale Statistics Std. Variance Deviation 3.528 1.8784
N of Items 5
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
110
7. Dimensi Pertumbuhan Pribadi Reliability Statistics Cronbach's Alpha N of Items .747 8
Scale Statistics Std. Mean Variance Deviation N of Items 24.113 8.354 2.8904 8
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
111
LAMPIRAN 6 Data Deskriptif Subjek Penelitian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
112
1. Deskripsi Data Subjek Descriptive Statistics N Usia Suku Jenis Kelamin Status Pernikahan Lama Pensiun (dalam tahun) Valid N (listwise)
Minimum Maximum Mean 80 55.0 78.0 63.650 80 1 3 1.04 80 1 2 1.30
Std. Deviation 5.7459 .249 .461
80
1
2
1.50
.503
80
1.0
20.0
7.625
5.1788
80
2. Frekuensi Usia dan Lama Pensiun Subjek
Usia
Valid 55.0 56.0 57.0 58.0 59.0 60.0 61.0 62.0 63.0 64.0 65.0 66.0 67.0 68.0 69.0 70.0 71.0 72.0 73.0 74.0
Frequency Percent Valid Percent 2 2.5 2.5 3 3.8 3.8 6 7.5 7.5 4 5.0 5.0 5 6.3 6.3 6 7.5 7.5 8 10.0 10.0 7 8.8 8.8 6 7.5 7.5 1 1.3 1.3 8 10.0 10.0 3 3.8 3.8 1 1.3 1.3 7 8.8 8.8 1 1.3 1.3 1 1.3 1.3 1 1.3 1.3 1 1.3 1.3 2 2.5 2.5 2 2.5 2.5
Cumulative Percent 2.5 6.3 13.8 18.8 25.0 32.5 42.5 51.2 58.8 60.0 70.0 73.8 75.0 83.8 85.0 86.3 87.5 88.8 91.3 93.8
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
113
76.0 77.0 78.0 Total a. Usia Subjek
2 2 1 80
2.5 2.5 1.3 100.0
2.5 2.5 1.3 100.0
96.3 98.8 100.0
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
114
b. Lama Pensiun Lama Pensiun (dalam tahun) Frequency Percent Valid Percent Valid 1.0 8 10.0 10.0 2.0 7 8.8 8.8 3.0 7 8.8 8.8 4.0 3 3.8 3.8 5.0 9 11.3 11.3 6.0 6 7.5 7.5 7.0 5 6.3 6.3 8.0 5 6.3 6.3 9.0 4 5.0 5.0 10.0 3 3.8 3.8 11.0 2 2.5 2.5 12.0 4 5.0 5.0 13.0 4 5.0 5.0 14.0 5 6.3 6.3 15.0 2 2.5 2.5 16.0 1 1.3 1.3 17.0 1 1.3 1.3 18.0 1 1.3 1.3 20.0 3 3.8 3.8 Total 80 100.0 100.0
Cumulative Percent 10.0 18.8 27.5 31.3 42.5 50.0 56.3 62.5 67.5 71.3 73.8 78.8 83.8 90.0 92.5 93.8 95.0 96.3 100.0
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
115
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
116
LAMPIRAN 7 Deskriptif Data Penelitian (one sample t-test)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
117
1. Kesejahteraan Psikologis
N Total
One-Sample Statistics Std. Mean Deviation 80 118.525 9.0888
Std. Error Mean 1.0162
One-Sample Test Test Value = 95
Total
t 23.151
df 79
Sig. (2Mean tailed) Difference .000 23.5250
95% Confidence Interval of the Difference Lower Upper 21.502 25.548
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
118
LAMPIRAN 8 Uji Normalitas dan Homogenitas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
119
1. Uji Normalitas Case Processing Summary Cases Valid Missing N Percent N Percent Kesejahteraan Psikologis
80
100.0%
0
Total N Percent
0.0%
80
100.0%
Descriptives Statistic Kesejahteraan Psikologis
Mean 95% Confidence Interval for Mean
118.53 Lower Bound
116.50
Upper Bound
120.55
5% Trimmed Mean
118.06
Median
116.50
Variance
82.607
Std. Deviation
Std. Error 1.016
9.089
Minimum
100
Maximum
148
Range
48
Interquartile Range
11
Skewness
.946
.269
Kurtosis
.803
.532
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
120
Tests of Normality Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic df Sig. Statistic df Kesejahteraan .148 Psikologis a. Lilliefors Significance Correction
80
.000
.933
Kesejahteraan Psikologis Kesejahteraan Psikologis Stem-and-Leaf Plot
Frequency
Stem & Leaf
2.00 10 . 04 5.00 10 . 77789 25.00 11 . 0000011111222333334444444 21.00 11 . 555555667888888888999 10.00 12 . 0112222334 7.00 12 . 5677888 3.00 13 . 234 3.00 13 . 556 4.00 Extremes (>=138) Stem width: Each leaf:
10 1 case(s)
80
Sig. .000
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
121
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
122
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
123
3. Uji Homogenitas Group Statistics
Kesejahteraan Psikologis
Status Pernikahan Menikah Janda/Duda
N 40 40
Std. Error Mean 1.294 1.583
Mean Std. Deviation 118.78 8.185 118.28 10.010
Independent Samples Test Levene's Test for Equality of Variances
F Kesejahtera Equal an variances Psikologis assumed Equal variances not assumed
2.144
Sig. .147
t-test for Equality of Means
t
95% Confidence Interval of the Difference Sig. (2Mean Std. Error Uppe tailed) Difference Difference Lower r
df 78
.807
.500
2.045 -3.570
4.57 0
.245 75.041
.807
.500
2.045 -3.573
4.57 3
.245
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
124
LAMPIRAN 9 Uji Hipotesis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
125
Uji Hipotesis Penelitian
Ranks
Kesejahteraan Psikologis
Status Pernikahan menikah janda/duda Total
N
Mean Rank 40 42.39 40 38.61 80
Test Statisticsa Kesejahteraan Psikologis Mann-Whitney U 724.500 Wilcoxon W 1544.500 Z -.728 Asymp. Sig. (2.467 tailed) a. Grouping Variable: Status Pernikahan
Sum of Ranks 1695.50 1544.50