PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ANCAMAN YANG DIRASAKAN MASYARAKAT YOGYAKARTA DARI KEHADIRAN KELOMPOK PAPUA
SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi
Disusun Oleh: Sawilda Triharliani Haeruddin S. 129114147
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2017
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
HALAMAN PERSETUJUAIT DOSEN PEMBIMBING SKRIPSI
AI\CAMAN YA}IG I}IRASAKA}I MASYARAKAT YOGYAKARTA DARI KEHADIRAN KELOMPOK PAPUA Disusun oleh:
p t\
wt?
q {#
{1, E
\ !
^" e9
h
Pembimbing S
Dr.
ljipto
Yogyakarta,
Susana, M.Si.
ll
I feb*a;
Jo\1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI ANCAMAN YANG DIRASAKAN MASYARAKAT YOGYAKARTA DARI KEHADIRAN KELOMPOK PAPUA Dipersiapkan dan Ditulis oleh: Sawilda Triharliani Haeruddin S.
NIM: l29ll4l47 Telah di
Panitia Penguji
,i..d\._
\ /,'
'B ,&Jl
,*"{
,rtf
Itas Psikologi
Universitas Sanata Dharma Dekan,
Qrr"* Dr. T. Priyo Widiyanto, M.Si.
tll
l7
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
HALAMAN MOTTO
“If you have a garden and a library, You have everything you need”. -Marcus Tullius Cicero-
iv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
HALAMAN PERSEMBAHAN
Karya ini saya persembahkan
Untuk Papa dan Mama tercinta, terima kasih mau bersabar.
Untuk kita yang mencari kedamaian. Kedamaian dalam kesetaraan. Menjadi setara. Seimbang. Tidak lebih. Tidak kurang. For love.
v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ANCAMAN YANG DIRASAKAN KELOMPOK YOGYAKARTA DARI KEHADIRAN KELOMPOK PAPUA Sawilda Triharliani H.S ABSTRAK Perasaan terancam antarkelompok merupakan prediktor dari intimidasi, stereotip, prasangka dan sikap negatif antarkelompok lainnya prediktor. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ancaman yang dirasakan masyarakat Yogyakarta dari kehadiran kelompok Papua di Yogyakarta. Penelitian ini melibatkan 94 partisipan (usia 18 – 24 tahun) dengan pengambilan data menggunakan angket terbuka. Analisis data menggunakan metode analisis isi kualitatif dengan pendekatan deduktif. Hasilnya, ditemukan bahwa masyarakat Yogyakarta merasa kehadiran kelompok Papua merupakan ancaman realistik yang menyerang keamanan dan kenyamanan Yogyakarta di mana berdampak pada sikap negatif sosial. Kata kunci: sikap negatif, ancaman antarkelompok
vii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
THREAT PERCEIVED OF YOGYAKARTA CITIZEN FROM PAPUA’S PRESENCE Sawilda Triharliani H.S
Abstract Perceived threat intergroup is predictor of intimidate, stereotype, prejudice and others social negative attitudes. This research aimed to investigate perceived threat of Yogyakarta’s citizen from Papua’s presence in Yogyakarta. Subjects were 94 respondents (18 – 24 years old) whom collected data by completed open-ended questionnaire. Data analyzed with qualitative content analysis using deductive approach. The result shows Yogyakarta’s citizen feel threated of Papua’s presence who attack security and comfortable in Yogyakarta which impact to negative social attitude. Key word: negative attitudes, threat intergroup.
viii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
KATA PENGANTAR Tidak ada kata yang dapat mewakili rasa syukur atas perjalanan ini. Bersyukur menjadi seorang anak berbekal cinta dan ilmu dari mereka yang selalu ada. Dengan setulus hati, saya panjatkan rasa syukur dan terima kasih ini. 1. Kepada ALLAH SWT. Terima kasih selalu mengasihi Hamba-Mu yang sering lupa ini. Engkau Yang Maha Mendengar, air mata dan keluh-kesahku selalu Engkau pahami. Kemahaan-Mu menyerati hamba selalu. “Maka nikmat Tuhanmu yang manakah, yang Kau dustakan?” (Ar-Rahman 55:51) 2. Ibu Dr. Tjipto Susana, M.Si., selaku dosen pembimbing skripsi yang sudah seperti mother-in-law. Terima kasih telah bersabar membimbing dan mengayomi mahasiswi yang delay ini. Engkau idola! 3. Bunda Ail yang gemar mengajukan pertanyaan mematikan “Bagaimana mi skripsimu?” So, this is it. I present you, Bun! Kakak Elda, Dinda dan Alfin yang (justru) tidak pernah bertanya. Well, setidaknya kalian tidak membuat saya underpressure. Terima kasih. 4. Mba Haksi (dan Bapak C. Siswa Widiyatmoko, M.Psi) selaku one of my favorites researcher yang sudah seperti sister-in-law. Terima kasih atas diskusi dan kritisi yang membangun walau terkadang makjleb. Terima kasih sudah bersedia bermetafora bersama. 5. Bapak Dr. T. Priyo Widiyanto, M.Si. selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma, dan segenap jajaran Dekanat. 6. Para dosen dan staf Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma yang tidak hanya memberi ilmu pada saya, tapi juga pelajaran hidup. 7. Para peneliti di seluruh dunia yang berkonstribusi secara langsung maupun tidak dalam penelitian ini. Finally, I have my own research! 8. Google, Bing, dan Science-hub. Terima kasih atas kecanggihan kalian. Menjadi engineer adalah salah satu kesukaanku.
x
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9. Bang Imo, dan brothers-in-law lainnya yang selalu mendukung dan membuat cerita bersama. Cerita kita belum berakhir, sobat. 10. Para barista terpilih dengan tangan-tangan ajaib. Terima kasih untuk setiap cangkir inspirasi yang kalian sajikan selama karya ini dibuat. Istimewa! 11. Para seniman blues dan indie-folk Yogyakarta yang senantiasa mengiringi kedipan kursor selama penelitian ini dikerjakan. 12. Para teman seperjuangan dan berbagi cangkir di kota terhangat ini. Terima kasih.
Penulis sungguh menyadari bahwa karya ini masih jauh dari kesempurnaan. Penulis meminta maaf atas segala kesalahan dan kelalian yang telah diperbuat, baik kata, sikap maupun tulisan. Penulis menerima kritik dan saran yang membangun demi menyempurnakan tulisan ini.
Yogyakarta, 2 Januari 2016
Penulis
xi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ............................................................................................... i HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ....................................... ii HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................... iii HALAMAN MOTTO ............................................................................................ iv HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................................. v HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ........................................... vi ABSTRAK ............................................................................................................ vii ABSTRACT ........................................................................................................... viii HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH .......................... ix KATA PENGANTAR ............................................................................................ x DAFTAR ISI ......................................................................................................... xii DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xv DAFTAR TABEL ................................................................................................ xvi DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xvii BAB I. PENDAHULUAN ...................................................................................... 1 A. B. C. D.
Latar Belakang ............................................................................................ 1 Rumusan Masalah ....................................................................................... 6 Tujuan Penelitian ........................................................................................ 6 Manfaat Penelitian ...................................................................................... 6 1. Manfaat Teoritis .................................................................................... 6 2. Manfaat Praktis ..................................................................................... 7
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................... 8 A. Dinamika Antar Kelompok ......................................................................... 8 1. Social Identity dan Group Behavior ..................................................... 9 2. Intergroup Contact dan Intergroup Conflict....................................... 10 xii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
B. Ancaman Antar Kelompok ....................................................................... 11 1. Penyebab Ancaman ............................................................................. 11 2. Bentuk Ancaman ................................................................................. 14 3. Dampak Ancaman ............................................................................... 17 C. Kerangka Konseptual ................................................................................ 19 BAB III. METODELOGI PENELITIAN ............................................................. 21 A. Desain Penelitian ...................................................................................... 21 B. Metode Pengumpulan Data ....................................................................... 22 C. Partisipan................................................................................................... 22 1. Usia ..................................................................................................... 23 2. Suku .................................................................................................... 24 3. Ketersediaan waktu, tempat dan sukarela ........................................... 24 D. Instrumen Penelitian ................................................................................. 24 E. Prosedur Pengumpulan Data ..................................................................... 27 1. Persiapan ............................................................................................. 28 2. Kategorisasi ......................................................................................... 28 3. Analisis ............................................................................................... 29 F. Tehnik Pemeriksaan Keabsahan Data ....................................................... 29 1. Reproduksibilitas ................................................................................ 29 2. Kredibilitas .......................................................................................... 30 G. Uji Kelayakan ........................................................................................... 31 1. Jawaban Rater ..................................................................................... 33 2. Tabulasi Data Hasil Penilaian Rater ................................................... 35 3. Cara Menghitung ................................................................................ 37 4. Hasil .................................................................................................... 37
BAB IV. PEMBAHASAN.................................................................................... 38 A. Persiapan Penelitian .................................................................................. 38 B. Data Informan ........................................................................................... 38 C. Uraian Hasil .............................................................................................. 38 1. Ancaman Realistik .............................................................................. 41 a. Keamanan ..................................................................................... 43 b. Kesehatan ...................................................................................... 48 c. Kerugian Materi ............................................................................ 48
xiii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
d. Kekuatan Kelompok ..................................................................... 49 2. Ancaman Simbolik.............................................................................. 50 a. Nilai-nilai ...................................................................................... 51 b. Harga Diri ..................................................................................... 52 D. Pembahasan ............................................................................................... 54 BAB V. PENUTUP ........................................................................................ 60 A. Kesimpulan ............................................................................................... 60 B. Keterbatasan Penelitian ............................................................................. 61 C. Saran ......................................................................................................... 61 1. Bagi Penelitian Selanjutnya ................................................................ 61 2. Bagi Pemerhati Sosial (Psikolog Sosial atau Sosiolog) ...................... 62 3. Bagi Masyarakat Yogyakarta .............................................................. 62 4. Bagi Kelompok Papua di Yogykarta .................................................. 62 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 63
xiv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Kerangka berpikir ............................................................................... 20
xv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR TABEL Tabel 1. Hasil uji coba angket ............................................................................... 26 Tabel 2. Panduan pertanyaan ................................................................................ 27 Tabel 3. Aspek dan sub-aspek kategorisasi .......................................................... 31 Tabel 4. Rekap jawaban rater ................................................................................ 33 Tabel 5. Tabulasi jawaban rater ............................................................................ 35 Tabel 6. Tabulasi two-by-two ................................................................................ 36 Tabel 7. Jawaban rater dengan tabulasi two-by-two ............................................. 36 Tabel 8. Tabulasi akhir ......................................................................................... 37 Tabel 9. Uraian temuan ancaman .......................................................................... 39 Tabel 10. Ancaman realistik ................................................................................. 42 Tabel 11. Ancaman simbolik ................................................................................ 50
xvi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Indonesia adalah negara kepulauan yang memiliki sekitar 17.504 pulau. Nusantara dilintasi garis khatulistiwa menambah kekayaan Indonesia yang kaya hasil bumi dan lautnya. Tidak hanya itu, Indonesia juga menduduki peringkat keempat sebagai negara dengan populasi terbesar di dunia dengan jumlah penduduk sebanyak 255.993.674 jiwa (CIA, 2015). Letak geografis dan jumlah penduduk yang besar membuat Indonesia sebagai negara yang eksploratif sumber daya alam dan sumber daya manusianya. Kemajemukan budaya dan kekayaan alam membuat Indonesia dihadapkan pada berbagai tantangan. Semakin besar sebuah kelompok maka semakin rentan kelompok tersebut mengalami konflik (Pratto, Sidanius, & Levin, 2006). Berbagai konflik dan permasalahan sosial seperti perang suku, diskriminasi, tindakan rasial, hingga separatisme merupakan bentuk-bentuk sikap negatif antar satu kelompok dengan kelompok lain. Bersikap negatif terhadap suatu kelompok seperti berprasangka dan stereotip negatif merupakan prediktor signifikan dari munculnya ancaman antar kelompok (Stephan, Boniecki, Ybara, Bettencourt, Ervin, Jackson, McNatt & Renfro, 2002). Ancaman atau threat diasosiasikan dengan peningkatan tindakan negatif seperti kejahatan dan perilaku menghindar yang dilakukan satu kelompok
1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 2
kepada kelompok lain (Hewston, Rubin, & Willis dalam Riek, Mania, Gaertner, McDonald & Lamoreaux, 2010). Ancaman terjadi ketika tindakan, keyakinan atau karakteristik sebuah kelompok menentang tujuan atau kesejahteraan kelompok lain (Riek, Mania, & Gaertner, 2006). Terdapat dua jenis ancaman yaitu ancaman realistik dan ancaman simbolis (Renfro & Stephen, 2002). Pertama, ancaman realistik terjadi ketika dua kelompok bersaing untuk memperebutkan sumber daya atau keberhasilan suatu kelompok mengancam kesejahterahan kelompok lain (Sherif & Sherif dalam Riek, dkk., 2006). Ancaman realistik juga dapat berupa ancaman nyata berbentuk harta, kekuasaan politik, kesehatan, dan keamanan (Stephan, dkk., 2007). Kedua, ancaman simbolik yang menekankan pada gesekan atau konflik nilai-nilai dan kepercayaaan antar kelompok (Kinder & Sears dalam Riek, dkk., 2007). Ancaman simbolik juga dapat berupa ancaman pada agama kelompok, sistem kepercayaan, ideologi, filosofi, tindak tanduk dan pandangan terhadap dunia (Stephen, dkk., 2007). Berdasarkan ulasan penelitian-penelitian sebelumnya diketahui sikap negatif yang ditunjukkan sebuah kelompok terhadap kelompok lain merupakan penyebab dari perasaan terancam baik secara simbolik maupun realistik. Kelompok yang merasa berada di bawah ancaman akan memunculkan sikap bermusuhan dan menolak untuk berelasi dengan kelompok lain. Dari ide ini, peneliti menemukan fenomena serupa terjadi di Yogyakarta. Misalnya, terdapat warga lokal yang menolak mahasiswa yang berasal dari Papua untuk tinggal di
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 3
kos/kontrakan mereka (Ulya, 2016) dan intimidasi yang dilakukan oknum lokal sehingga membuat polisi setempat menghadang asrama mahasiswa Papua demi mencegah keributan (Artharini, 2016). Faktanya, setiap tahun terdapat 7.000 mahasiswa yang berasal dari Papua datang ke Yogyakarta untuk melanjutkan studi mereka (Ulya, 2016). Hal ini yang membuat pertemuan masyarakat Yogyakarta dengan kelompok Papua tidak terhindarkan. Akan tetapi, segelintir masyarakat lokal menolak untuk berhubungan dengan kelompok Papua. Sikap menghindari ini merupakan salah satu ciri dari perasaan terancam. Fenomena ini membuat peneliti tertarik untuk mengetahui ancaman apa yang dirasakan masyarakat Yogyakarta dari kehadiran kelompok Papua. Yogyakarta
ialah
provinsi
yang
diistimewakan
di
Indonesia.
Keistimewaan dari segi pariwisata, kuliner, budaya hingga pendidikan membuat Yogyakarta memiliki daya tarik bagi orang-orang untuk berkunjung sampai berdomisili. Hal ini membuat Yogyakarta dihuni oleh orang-orang yang datang dari berbagai daerah dan suku di Indonesia. Kondisi ini membuat penelitian ini diperuntukkan bagi siapa saja yang berdomisili di Yogyakarta dan merupakan bagian dari lapisan masyarakat Yogyakarta, kecuali kelompok Papua sendiri. Kelompok Papua diartikan sebagai orang-orang yang berasal dari Papua dengan karakteristik khas rambut keriting, berkulit hitam, dan bentuk fisik yang relatif lebar (Ulya, 2016). Ciri khas ini membuat orang-orang mudah mengidentifikasi orang Papua walau hanya dengan kasat mata. Karakterisik fisik yang melekat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 4
pada diri orang Papua membuat lingkungan sosial menyamaratakan karakteristik fisik dengan karakter sifat, perilaku dan tindak tanduk sehingga kelompok Papua rentan mengalami stereotip dan sikap generalisasi dari sosial. Para peneliti psikologi sosial telah berupaya untuk memahami, menjelaskan dan menurunkan intergroup bias dengan mencari-cari kesatuan anggota dari kelompok-kelompok lain di bawah sebuah identitas superordinat di dalam maupun di luar kelompok. Hal ini diharapkan dapat menurunkan kekhawatiran dan ancaman kelompok satu dengan kelompok lain yang bisa berdampak negatif dan merugikan (Geartner & Dovidio dalam Riek dkk., 2010). Misalnya, penelitian oleh Stephan, dkk., (2002) tentang peran ancaman dalam perilaku rasial pada mahasiswa hitam dan putih di Amerika. Dari penelitian ini ditemukan rasial, prasangka dan stereotip negatif muncul pada peran ancaman yang dirasakan pada kedua kelompok. Penelitian-penelitian dinamika antar kelompok membantu kelompok-kelompok masyarakat untuk memahami satu sama lain dan mencegah terjadinya gesekan antar kelompok. Pada penelitian konflik antar kelompok di Indonesia umumnya mengenai penelitian analisis perang antar suku, studi deksriptif diskriminasi pada kelompok minoritas dan penelitian mengenai perspektif kelompok satu terhadap kelompok lain. Penelitian analisis sosio-budaya (Dharmawan, 2006) berisi penjelasan dinamika kelompok di beberapa propinsi di Indonesia pada paruh pertama dekade 2000an menjadi ajang konflik sosial antar-komunis atau communal-conflict di
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 5
Indonesia yang mengakibatkan peningkatan jumlah konflik dari tahun ke tahun di mana tahun 2000 menjadi tahun tertinggi dengan 700 insiden konflik sosial yang menelan sekitar 2500 korban jiwa. Beberapa faktor penyebabnya adalah political power stress, perubahan rezim politik ketatanegaraan, social-economic distress dan kesadaran akan kebutuhan penghargaan sosial atas eksistensi kelompok di kalangan komunitas lokal yang tersebar di berbagai kawasan di Indonesia (Varshney dalam Dharmawan, 2006). Terdapat juga penelitian lain mengenai Papua oleh Kirsch (2006) yang menggunakan pendekatan antropologi dan sosiopolitik untuk menjelaskan konflik dan dinamika sosial yang terjadi di tanah Papua. Namun, penelitian ini luput menjelaskan dinamika yang muncul dari luar Papua mengenai konflik dan reaksi orang-orang terhadap kelompok Papua. Penelitian ini dirasa perlu dilakukan untuk menjelaskan apa saja ancaman yang dirasakan masyarakat Yogyakarta atas kehadiran kelompok Papua di Yogyakarta. Dengan menjelaskan dan memahami perspektif kelompok masyarakat terhadap kelompok Papua diharapkan penelitian ini berkonstribusi dalam menurunkan potensi gesekan sosial yang bisa berdampak buruk ke depannya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 6
B. Rumusan Masalah Kehadiran kelompok Papua di Yogyakarta merupakan kontak antar kelompok yang sewajarnya terjadi di lingkungan sosial. Namun, fenomena penolakan dan intimidasi yang dilakukan segelintir masyarakat Yogyakarta kepada kelompok Papua merupakan prediktor dari perasaan terancam. Penelitian perlu dilakukan untuk mengetahui ancaman apa yang dirasakan masyarakat Yogyakarta dari kehadiran kelompok Papua di Yogyakarta.
C. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan dan menjelaskan ancamanancaman yang dirasakan oleh masyarakat dari kehadiran kelompok Papua di Yogyakarta.
D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoretis Hasil penelitian ini menambah khazanah ilmu pengetahuan dalam memahami dinamika sosial yang terjadi antar kelompok dan potensi-potensi gesekan sosial yang dapat memicu konflik dan tindakan negatif antar kelompok.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 7
2. Manfaat Praktis a. Bagi Pemerhati Sosial Penelitian ini dapat membantu pemerhati sosial atau psikolog sosial untuk memahami sikap negatif antar kelompok yang terjadi di masyarakat. b. Bagi Masyarakat Yogyakarta Semoga penelitian ini dapat memberikan kesadaran bagi masyarakat mengenai persepsi ancaman dapat berujung pada sikap negatif antar kelompok hingga kerugian lainnya. c. Bagi Kelompok Papua Diharapkan penelitian ini dapat menjadi evaluasi bagi siapa saja, termasuk kelompok Papua selaku pendatang agar menghormati budaya lokal agar terhindar dari sikap negatif di lingkungan sosial.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pada bagian ini, penulis akan menjelaskan apa yang dimaksud dengan dinamika antar kelompok (intergroup dynamic) terutama bagaimana hubungan antar kelompok bisa terjalin dan mengapa demikian. Lalu, penulis akan memaparkan bagaimana pertemuan antar kelompok dapat dianggap sebagai ancaman (threat) dilanjutkan uraian mengenai bentuk-bentuk ancaman dan dampak ancaman. A. Dinamika Antar Kelompok Istilah dinamika antar kelompok atau intergroup dynamic berarti proses yang terjadi antara dua kelompok atau lebih dan berkaitan dengan kehormatan anggota kelompok di dalamnya (Sherif & Sherif, 1956; Reber & Reber, 2010). Kelompok atau group didefiniskan berdasarkan dua dimensi (Sherif & Sherif, 1956). Pertama, sebagai unit sosial di mana terdiri dari beberapa individu yang menetap berada dalam status bergantung satu sama lain dan peran untuk berhubungan satu sama lain dalam kelompok. Kedua, secara eksplisit maupun implisit mengayomi nilai-nilai atau norma-norma yang diatur sendiri oleh anggota kelompok. Sebagai mahluk sosial, individu tertarik untuk hidup berkelompok demi memperoleh beberapa keuntungan (terutama secara in-group) antara lain penerimaan sosial, rasa kepemilikan, dan dukungan sosial serta meningkatkan harga diri individu (Tajfel & Turner dalam Stephan, dkk., 2009). Perilaku in-
8
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 9
group dimaknai sebagai perasaan kuat individu terhadap kelompoknya, di mana individu akan mengembangkan suatu rasa elitisme tentang kelompoknya, dan cenderung meremehkan orang lain di luar kelompoknya (yang disebut out-group) (Reber & Reber, 2010). 1. Social Identity dan Group Behavior Lingkup sosial mengkategorikan individu menjadi kelompok-kelompok agar memudahkan mereka dalam mengenal dan mengingat satu sama lain. Misalnya, mengkategorikan berdasarkan tingkat pendidikan, agama, suku, etnik, ras sampai pengelompokkan yang lebih kompleks seperti kepercayaan (belief), ideologi, filsafat dan nilai-nilai (Rabbie, Schot & Visser, 1989). Keanggotaan dalam sebuah kelompok sosial akan memberikan individu tradisi, kebiasaan, mitos/legenda, agama, dan bahasa umum yang sebaik mungkin dimanfaatkan dalam kelompok untuk kelangsungan kelompoknya dan menentukan kepastian-kepastian sehingga memudahkan individu dalam sosialnya (Sherif & Sherif, 1956; Brewel & Coparael dalam Stephan, dkk., 2009). Perilaku hidup secara berkelompok ini disebut “tribal” yang bertransformasi menjadi “tribe” dan melekat pada diri individu (Ward dalam Stephan, dkk., 2009). “Tribe” menjadi sebuah pengenal sehingga keanggotaan juga merujuk pada identitas individu (Tajfel & Turner 1979). Identitas individu sama pentingnya dengan identitas kelompok sehingga individu
bersama-sama
menjaga
kesejahterahan
dan
kohesivitas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 10
kelompoknya. Keanggotaan meletakkan individu untuk mengayomi nilai-nilai yang disepakati bersama, menyamakan derajat satu sama lain dan menurunkan keunikan individual yang kurang relevan dengan nilai-nilai kelompok di mana proses ini disebut depersonalisasi atau depersonalization. Depersonalisasi membuat orang-orang dalam kelompok relatif menunjukkan kesamaaan baik secara tindakan, afektif maupun perilaku. Depersonalisasi memungkinkan proses perilaku suatu kelompok terbentuk (group behavior) yang direpresentasikan dalam asimilasi, konformitas, dan perilaku normatif yang relevan dengan kelompok (Hogg & Tindale, 2001). Proses ini nantinya akan sangat dekat mencerminkan stereotip dan persepsi-persepsi lain di luar kelompok atau out-group (Tajfel dalam Hogg & Tindale, 2001). 2. Intergroup Contact dan Intergroup Conflict Berawal dari segala dinamika yang terjadi di dalam kelompok seperti asimilasi,
konformitas,
kepatuhan
hingga
kebutuhan-kebutuhan
yang
terpenuhi karena menjadi bagian kelompok membuat individu tidak ingin kelompoknya dirusak atau tergeser eksistensinya sebab secara implisit hal itu juga mengusik individu (Hogg & Tindale, 2001). Rasa kepemilikan dan kekuatan kelompok sangat penting bagi anggota kelompok maka orang-orang sering menganggap kelompok lain adalah saingan. Hasilnya, individu akan cenderung membela kelompoknya dan menunjukkan sikap bermusuhan pada kelompok lain (Stephan, dkk., 2009). Sikap bersaing memperebutkan sumber
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 11
daya dan pertentangan nilai-nilai antar kelompok merupakan pemicu konflik antar kelompok. B. Ancaman Antar Kelompok Berdasarkan proses sosial di atas dapat diartikan ancaman antar kelompok adalah kondisi suatu kelompok atau keanggotaan individu terhadap kelompok atau keanggotaan lain (out-group) yang dianggap dapat mengganggu atau membahayakan eksistensi, tujuan dan kelangsungan kelompok baik secara simbolik maupun realistis. Pada sub-judul ini akan dipaparkan tiga dimensi utama dari konsep ancaman antar kelompok yaitu anteseden ancaman, bentuk-bentuk ancaman, dan akibat ancaman. 1. Penyebab Ancaman Berikut faktor anteseden yang berhubungan sebagai mediator ancaman (threat) dalam dinamika antar kelompok (Stephan & Stephan dalam Cursue, dkk., 2007; Wright & Lubensky, 2009; Stephan, dkk., 2009): a. Hubungan antar kelompok (Intergroup relation) Intergroup Threat Theory (ITT) ditunjukkan tinggi rendahnya kekuatan suatu kelompok rentan pada penerimaan berada di bawah ancaman. Umumnya, kelompok dengan kekuatan rendah (low power groups) lebih mungkin mengalami ancaman daripada kelompok dengan kekuatan yang tinggi (high power groups), tetapi kelompok
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 12
dengan high power rupanya bereaksi lebih kuat dan waspada terhadap ancaman. Kelompok dengan high power bereaksi lebih kuat dan waspada terhadap perasaan terancam sebab mereka memiliki urusan yang besar untuk dihilangkan, tidak seperti kelompok low power di mana mereka memiliki sumber daya yang lebih mudah untuk menangani ancaman. Argumen ini didukung oleh penelitian Johnson, Terry dan Louis (2005) bahwa terdapat hubungan ancaman tindakan antar kelompok lebih kuat muncul pada kelompok high power daripada kelompok low power. Selain kekuatan kelompok, sejarah konflik antar kelompok dan ukuran kelompok juga merupakan anteseden ancaman. Persepsi terhadap ancaman dapat terbentuk secara historis di mana perbedaan nilai-nilai antar kelompok tetap dibiarkan. Hal ini terjadi pada imigran di mana mereka mencoba untuk tetap mempertahankan nilai-nilai budayanya di manapun mereka berada (Crisp, Stone & Hall, 2006). b. Dimensi budaya (Cultural Dimensions) Terdapat dua dimensi budaya dalam ITT yaitu individualis – kolektifis, dan budaya ketat – budaya bebas. Budaya individualis dimaksudkan pada budaya-budaya yang dibentuk dari keunikan individual itu sendiri dan memiliki karakteristiknya sendiri, sedangkan budaya kolektifis ialah budaya-budaya yang muncul dari afiliasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 13
bagian-bagian kelompok (Triandis dalam Stephan, dkk., 2009). Anggota dari kelompok kolektivis lebih menitikberatkan kebersamaan anggota kelompok (daripada kelompok individualis) sehingga kemungkinan untuk mengalami perasaan terancam dari luar kelompok lebih besar. Budaya yang ketat atau penuh aturan (tight culture) menekankan pentingnya nilai konformitas dalam mematuhi norma dan nilai kelompok, sedangkan budaya yang longgar atau bebas, relatif lebih toleran pada perbedaan norma-norma sosial sehingga kelompok yang banyak peraturan dan selalu menginginkan kepastian cenderung mudah cemas atau terancam. c. Faktor Situasional (Situational Factors) Semua aspek dinamika antar kelompok terikat oleh situasi waktu dan tempat. Situasi sangat mungkin menciptakan persepsi ancaman di mana orang-orang menjadi tidak yakin untuk bertindak sebagaimana mestinya. Situasi konflik politik, sejarah antar kelompok atau sistem kekuasaan (misalnya), individu percaya bahwa kelompoknya tidak didukung lingkungan di mana mereka berada, lalu meningkatkan kekuatannya untuk melawan dan bertahan sebab merasa kelompoknya lebih rendah daripada kelompok lain. Hasilnya, kelompok menjadi lebih waspada terhadap kelompok lain.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 14
d. Variabel Perbedaan Individu (Individual Differences Variables) Identifikasi sosial mengambil peran penting dalam pembentukan persepsi ancaman, maka individu yang sangat kuat mengidentifikasi diri mereka sebagai anggota kelompok (in-group) kemungkinan besar mudah menerima kelompok lain (out-group) sebagai ancaman. Mengidentifikasi diri dalam kelompok (in-group) berhubungan secara positif terhadap tindakan kolektif. Budaya kolektif lebih rentan mengalami perasaan terancam. Identifikasi sosial yang berfokus pada dalam kelompok membentuk persepsi luar kelompok menjadi terbatas. Pengetahuan dibentuk oleh persepsi, sehingga pengetahuan suatu kelompok juga menjadi mediator anteseden ancaman. Sebaliknya, bila sebuah kelompok (in-group) semakin memiliki pengetahuan tentang kelompok lain (out-group) maka semakin kecil kemungkinan mereka merasa terancam dari kelompok lain. 2. Bentuk Ancaman Stephan, dkk., (2009) dalam Intergroup Threat Theory menyebutkan ada dua bentuk ancaman yaitu ancaman simbolik (symbolic threat) dan ancaman realistis (realistic threat). a. Ancaman Simbolik Bentuk ancaman simbolik adalah bentuk-bentuk ancaman yang menyasar pada agama kelompok, nilai-nilai, sistem kepercayaan, ideologi,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 15
moral dan pandangan terhadap dunia. Secara khsusus, ancaman dapat berwujud ketakutan akan kehilangan harga diri atau kehormatan (selfesteem) dan identitas diri individu. 1) Agama adalah sebuah sistem kepercayaan atau keyakinan dengan pola-pola upacara yang terlembagakan atau terdefinisikan lewat tradisi. 2) Nilai adalah sebuah prinsip umum terkait pola-pola perilaku di dalam suatu budaya atau masyarakat tertentu melalui proses sosialisasi atau keanggotaan, yang dijunjung atau dihargai bersama. 3) Sistem kepercayaan adalah tatanan keyakinan atau anggapan bahwa sesuatu benar dan nyata. Sebuah landasan keyakinan individu yang terefleksikan menjadi suatu kepercayaan-diri, motivasi batiniah, dan persepktif. 4) Ideologi adalah kumpulan konsep yang dijadikan asas pendapat dan memberikan arah, paham, dan cara berpikir seseorang atau suatu golongan. 5) Harga diri adalah derajat seseorang menilai diri atau kelompoknya. 6) Moral adalah gagasan umum mengenai sikap yang benar dan salah. Baik atau buruk yang diterima umum mengenai perbuatan, sikap, kewajiban dan sebagainya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 16
b. Ancaman Realistis Bentuk ancaman realistis adalah bentuk-bentuk ancaman yang dirasa menyerang secara nyata seperti kekuatan kelompok, sumber daya dan kesejahterahan umum. Ancaman realistis juga mengarah pada ancaman secara fisik atau kerugian materi, kehilangan kesejahteraan ekonomi, kekurangan nilai sumber daya dan ancaman pada kesehatan atau keamanan seseorang. 1) Kekuatan kelompok ialah kekuasaan, daya, dan kekuatan yang menempatkan derajat kelompok dalam sosialnya. 2) Sumber daya ialah faktor produksi yang dapat diperoleh dari alam, buatan atau manusia dalam kegiatan ekonomi atau sosial untuk menghasilkan barang jasa, serta mendistribusikannya. 3) Kerugian materi ialah tidak mendapatkan manfaat atau kehilangan sesuatu yang berharga seperti harta, tempat tinggal, dll. 4) Kesehatan ialah keadaan baik secara fisik maupun psikologis seseorang yang memungkinkan untuk hidup produktif secara sosial, biologis dan psikis. 5) Keamanan ialah bebas dari rasa takut atau cemas dari sesuatu yang mengganggu atau berbahaya, ketentraman.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 17
3. Dampak Ancaman Munculnya ancaman antar kelompok berdampak pada kognitif, emosi dan perilaku kelompok maupun individu di dalamnya (Cursue, dkk., 2007; Morrison & Ybarra, 2008; Stephan, dkk., 2009). a. Respons Kognitif Respons kognitif meliputi perubahan persepsi pada luar kelompok (outgroup)
seperti
stereotip,
etnosentris,
intoleransi,
kebencian
dan
dehumanisasi pada kelompok lain. Bias kognitif dalam persepsi antar kelompok juga akan menjadi pemicu atau berkonstribusi dalam pembentuk ancaman. Misalnya, ancaman akan meningkatkan terjadinya kekeliruan atribusi (attribution error). Kekeliruan atribusi adalah kecenderungan individu mengamati tindakan-tindakan individu lain dengan tujuan menginterpretasikan tindakan-tindakan mereka sebagai tanda atau hasil dari disposisi. Disebut kekeliruan atribusi sebab membuat interpretasi semacam itu hampir-selalu meremehkan pengaruh lingkungan eksternal atau faktor-faktor lain yang juga bertanggung jawab menjelaskan perilaku
individu
(Reber
&
Reber,
2010).
Kekeliruan
atribusi
menghasilkan tindakan negatif pada kelompok lain (dan tindakan positif bagi kelompok) yang menyebabkan persepsi buruk pada kelompok lain (stereotip) dan kemungkinan besar membuat ingatan yang keliru untuk membenci orang lain.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 18
b. Respons Emosional Reaksi emosional kemungkinan besar menjadi negatif. Kelompok yang merasa terancam menjadi takut, cemas, marah, hina, jijik, dengki, merendahkan, tidak berdaya, takut atau panik pada kelompok lain. Terdapat juga rusaknya perasaan empati pada kelompok lain yang justru meningkatkan empati dalam kelompok. Sebuah penelitian hubungan perasaan terancam dan kurangnya rasa empati pada sebuah kelompok luar (out-group) disebut schadenfreude yang diartikan sebagai perasaan senang ketika melihat kelompok lain menderita (Leach, Spears, Branscombe & Doosje, 2003). Berbagai tipe tindakan yang muncul memunculkan perasaan yang berbeda-beda. Misalnya, ancaman merendahkan harga diri kelompok menghasilkan perasaan marah, ancaman pada keamaan fisik memunculkan perasaan takut atau ancaman pada kesehatan memunculkan perasaan jijik. c. Respons Perilaku Respons perilaku terhadap ancaman diukur dari penarikan diri, menjadi submisif
dan
pertimbangan
kekerasan,
diskriminasi,
kecurangan,
kebohongan, intimidasi, sabotase, protes, peperangan dan bentuk konflik lainnya. Ancaman secara langsung mengarah pada perlawanan kepada kelompok lain (out-group) untuk memperebutkan sumber penyebab ancaman tersebut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 19
C. Kerangka Konseptual Keanggotaan memberikan keuntungan-keuntungan bagi individu misalnya rasa dihargai, kekuatan, hingga kepastian-kepastian yang dapat membantu individu dalam hidup sosialnya. Keanggotaan dalam sebuah kelompok memunculkan perasaan memiliki. Semakin kuat rasa kepemilikian individu terhadap kelompoknya maka semakin kuat kebersamaan yang diayomi kelompok. Dimensi ini melekat pada kebudayaan Indonesia dan dianut oleh masyarakat Yogyakarta maupun Papua. Hubungan yang muncul antar kelompok Yogyakarta dan kelompok Papua yang datang ke Yogyakarta memunculkan gesekan sosial. Berawal dari upaya untuk menjaga kohesivitas kelompok maka kehadiran kelompok lain dapat diidentifikasi sebagai ancaman. Perasaan terancam yang muncul pada suatu kelompok akan memunculkan respons baik secara kognitif, emosional maupun perilaku pada kelompok lain. Dampak dari persepsi tercaman tergantung pada bentuk ancaman yang dirasakan suatu kelompok. (Cursue, dkk., 2007). Berdasarkan perasaan terancam yang berdampak pada sikap negatif antar kelompok maka penelitian ini tertarik untuk mengetahui bentuk-bentuk ancaman yang dirasakan masyarakat Yogyakarta dari kehadiran kelompok Papua. Berikut ini kerangka konseptual penelitian sesuai kriteria yang ada pada masyarakat Yogyakarta berdasarkan teori ancaman antar kelompok oleh Stephen, dkk (2009).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 20
Kerangka Konseptual Anteseden Ancaman
Budaya kolektif Sejarah konflik Faktor situasi Pengetahuan out-group
Merasa Terancam
Ancaman simbolik Ancaman realistik
Dampak Ancaman Respons kognitif: prasangka dan sterotip terhadap kelompok Papua Respons perilaku: intimidasi & menghindari relasi dengan kelompok Papua Respons emosional: perasaan benci, takut, marah atau jijik dengan kelompok Papua. Gambar 1. Kerangka berpikir
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan studi fenomena sosial yang berusaha menjelaskan perasaan terancam yang dirasakan suatu kelompok dari kelompok lain. Penelitian fenomena sosial memiliki tipe deksriptif dan eksploratif (Jahoda, Deuthsch, & Cook, 1951). Penelitian kualitatif deskriptif berupaya untuk mencari, menjelaskan dan menganalisis topik penelitian secara menyeluruh sehingga penelitian mungkin berjalan di luar batasan yang sudah ditetapkan (Creswell dalam Supratiknya, 2015). Pendekatan kualitatif deskriptif digunakan dalam menggali informasi spesifik tentang nilai-nilai, opini, dan konteks, sosial, budaya dari sebuah populasi tertentu (Frankfort-Nachmias & Nachmias, 1997). Dari asumsi tersebut maka tepat bila penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif deskriptif. Pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan open-ended questionnaire yang disebar secara acak dengan beberapa kriteria partisipan. Jenis data yang diperoleh dari open-ended questionnaire berupa data tertulis yang berisi opini partisipan. Data yang diperoleh dari metode pengumpulan ini akan dianalisis menggunakan teknik analisis isi kualitatif (content analysis) hingga melahirkan
21
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 22
tema-tema yang menggambarkan ancaman yang dirasakan para partisipan dari kehadiran orang Papua di Yogyakarta. B. Metode Pengumpulan Data Penelitian ini menggunakan metode open-ended questionnaire dengan tehnik convenience sampling. Open-ended questionnaire atau kuesioner terbuka merupakan metode pengambilan data yang didesain untuk opini publik. Metode ini tidak memberikan alternatif pilihan jawaban atau memaksa partisipannya menjawab seperti yang ditetapkan sebelumnya, maka objektivitas metode ini diukur dari bagaimana partisipan menanggapi atau memberikan opini mereka (Lazarsfeld dalam Frankfort-Nachmias & Nachmias, 1997). Open-ended questionnaire membebaskan partisipan untuk menjelaskan opini, perasaan, pikiran, pemaknaan atau pengalaman mereka sesuai pertanyaan yang diajukan secara spontan sehingga dapat menurunkan kemungkinan bias dari partisipan. Penerapan open-ended questionnaire pada penelitian sosial memberikan kesempatan bagi peneliti untuk memperoleh data yang eksploratif, variatif dan luas cakupannya sehingga peneliti perlu teliti dalam menegakkan interpretasi (Reja, Manfredam Hlebec & Vehovar, 2003). C. Partisipan Penelitian ini menggunakan tehnik convenience sampling. Dornyei (dalam Etikan, Muda & Alkassim, 2016) menjelaskan keterlibatan semua populasi tidaklah memungkinkan maka tehnik ini sering digunakan khususnya pada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 23
penelitian sosial. Convenience sampling merupakan tehnik nonprobability di mana anggota dari populasi target ditinjau dari kriteria praktis seperti kemudahan akses, kemiripan geografis, kesediaan waktu atau ketersediaan para partisipan untuk terlibat dalam penelitian. Berikut kriteria partisipan yang digunakan dalam penelitian ini. 1. Usia Partisipan dalam penelitian ini minimal berusia 18 tahun. Setidaknya, pada tahap ini partisipan telah mengembangkan kapasitas kognitifnya melalui pengalaman yang diperoleh. Individu akan mengembangkan pikiran dari konkret ke abstrak yang meningkatkan kemampuan individu untuk memahami dan mengkritisi ide-ide abstrak, kemungkinan-kemungkinan suatu fenomena, dan berpikir tentang suatu pemikiran. Secara umum, perubahan pada tahap ini membuat individu mampu untuk berpikir bukan hanya pada diri sendiri, tetapi juga orang lain dan dunia di sekitarnya (Teipel, 2014). Dari penjelasan tersebut maka peneliti memutuskan untuk menggunakan partisipan minimal berusia 18 tahun supaya partisipan dapat merespon dengan tepat dan memberikan opininya sesuai konteks penilitian. 2. Suku Latarbelakang suku calon partisipan berpengaruh pada siginifikansi jawaban (Marshall & Rossman, 1999) maka penelitian ini diperuntukkan kepada partisipan dengan suku apapun kecuali Papua yang berdomisili di Yogyakarta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 24
Kriteria ini dipertimbangkan dari latarbelakang penelitian ini yang ingin mengetahui ancaman apa saja yang dirasakan masyarakat Yogyakarta atas kehadiran kelompok Papua. Kriteria ini diharapkan dapat merepresentasikan opini masyarakat Yogyakarta mengenai ancaman yang dirasakan dari kelompok Papua. 3. Ketersediaan waktu, tempat dan sukarela Pemilihan partisipan perlu mempertimbangkan efektivitas waktu, tempat dan biaya yang dibutuhkan. Keuntungan convenience sampling ialah memberikan fleksibilitas pada peneliti untuk mengumpulkan data. Partisipan dalam penelitian ini bebas mengerjakan angket selama mereka bersedia. Partisipan juga tidak dipaksa untuk memberikan opini mereka sebab berada dalam tekanan atau terpaksa dapat mempengaruhi jawaban partisipan itu sendiri. Selain itu, jumlah pertanyaan yang sedikit membuat partisipan tidak perlu meluangkan waktu lama untuk terlibat. D. Instrumen Penelitian Dalam penelitian kualitatif metode apapun, instrumen yang digunakan harus dikembangkan dari tujuan penelitian (Marshall & Rossman, 1999). Penelitian ini menggunakan open-ended questionnaire yang telah diuji coba. Berikut ini uraian tahap uji coba sebelum instrumen dirasa layak untuk digunakan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 25
1. Uji Coba I Uji coba I dilaksanakan pada 31 Oktober 2016 dengan jumlah partsipan sebanyak 10 orang. Berdasarkan hasil uji coba 1 ditemukan partisipan relatif menjawab stereotip dan perasaan negatif tentang kehadiran kelompok Papua di Yogyakarta. Hasil uji coba 1 tidak memenuhi tujuan penelitian sebab sterotip dan perasaan negatif terhadap kelompok lain merupakan dampak persepsi terancam, bukan bentuk ancaman seperti tujuan penelitian ini. Dari hasil tersebut lalu angket dievaluasi dan dikerucutkan menjadi pertanyaan sesuai tema penelitian ini. 2. Uji Coba II Uji coba II dilaksanakan pada 6 November 2016 dengan jumlah partisipan sebanyak 10 orang. Berdasarkan hasil uji coba ditemukan jawaban yang masih berisi stereotip dan kesulitan membedakan perasaan atau pikiran tentang kehadiran kelompok Papua di Yogyakarta. Jawaban masing-masing partisipan memiliki subjektifitas yang tinggi sehingga membuat peneliti kesulitan untuk menganalisa bentuk ancaman yang dirasakan. Nuansa jawaban seperti ini dirasa tidak merepresentasikan opini kelompok tentang ancaman yang dirasakan dari kelompok lain sehingga angket belum layak digunakan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 26
3. Uji Coba III Uji coba III dilaksanakan 7 November 2016 dengan jumlah partisipan 5 orang. Berdasarkan hasil uji coba III ditemukan jawaban partisipan berisi opini tentang bentuk-bentuk ancaman yang dirasakan dari kehadiran kelompok Papua. Tabel 1 Hasil Uji Coba Angket Uji Coba Uji Coba I
Pelaksanaan
Jawaban
31 Oktober 2016
Jawaban relatif stereotip dan perasaan negatif.
Uji Coba II
6 November 2016
Partisipan
berkomentar
kesulitan
membedakan perasaan dan pikiran. Uji Coba III
7 November 2016
Jawaban relatif berisi ancaman yang dirasakan
Hasil uji coba III dirasa memenuhi tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui bentuk-bentuk ancaman yang dirasakan masyarakat Yogyakarta dari kehadiran kelompok Papua. Hasil tersebut menunjukkan uji coba III layak digunakan sebagai instrumen pengumpulan data. Berikut ini pertanyaan yang digunakan dalam angket penelitian.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 27
Tabel 2 Panduan Pertanyaan Tujuan Penelitian
Pertanyaan Menurut Anda, ancaman apa saja
Bertujuan mengetahui ancaman apa yang
yang muncul atas kehadiran orang
dirasakan dari kelompok Papua
Papua di Yogyakarta?
Bertujuan mengetahui penyebab persepsi
Apa yang membuat Anda
ancaman muncul
berpendapat demikian?
Berdasarkan instrumen yang telah disebarkan terdapat ketidaksesuaian data temuan yaitu terdapat dua tujuan penelitian dalam satu angket. Hal ini membuat peneliti menggugurkan satu pertanyaan yang tidak sesuai dengan tujuan awal penelitian ini dilakukan dan hanya mengolah data yang berasal dari pertanyaan yang sesuai dengan tujuan penelitian. E. Prosedur Pengolahan Data Berdasarkan pendekatan dan jenis data yang diperoleh maka pengolahan data melalui metode analisis isi kualitatif. Analisis isi akan dilakukan secara deduktif di mana struktur analisis akan berbasis dari pengetahuan sebelumnya. Pendekatan deduktif dalam analisis isi kualitatif umumnya digunakan untuk mengkaji
pengetahuan
sebelumnya
dalam
situasi
yang
berbeda
atau
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 28
membandingkan kelompok-kelompok pada periode waktu tertentu (Elo & Kyngas, 2007). Berikut adalah langkah-langkah yang dilakukan dalam analisis isi deduktif antara lain: 1. Persiapan Tahap preparasi diawali dengan tahap pemilihan jawaban yang dianalisis. Hal ini dapat berupa kata atau tema tergantung detail penelitian dan pertimbangan sampling yang sangat penting (Cavanagh dalam Elo & Kyngas, 2007). Pertimbangan sampling seperti memberi batasan kemungkinan diperlukan ketika data yang diperoleh terlalu luas untuk dianalisis. 2. Kategorisasi Proses selanjutnya dalam analisis isi pendekatan deduktif ialah membuat matriks atau sistem pengelompokkan data berdasarkan detail penelitian berbasis teori sebelumnya. Matriks yang sistematis akan membantu peneliti untuk mengoptimalkan objektivitas analisis. Matriks pada tahap kategorisasi akan mengelompokkan jawaban partisipan sesuai teori yang sudah ada sebelumnya. Tahap ini membutuhkan pemikiran kritis dan diskusi untuk memperoleh pemahaman yang jelas di mana hal ini berkaitan dengan pengkodean dan reliabilitas analisis. Setelah mengembangkan matriks, tahap selanjutnya adalah membuat transkip jawaban partisipan dan melakukan pengkodean sesuai struktur matriks sehingga hanya aspek yang cocok dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 29
matriks yang selanjutnya akan dianalisis (Patton dalam Elo dan Kyngas, 2007). 3. Analisis Tahap kategorisasi akan dilanjutkan dengan tahap terakhir yaitu analisis. Tahap ini dilakukan sebagai upaya memahami data secara lebih luas dan mendalam. Downne-Wamboldt (dalam Cavanagh, 1997) menjelaskan analisis berupaya mengungkapkan makna, kehendak, konsekuensi dan konteks fenomena. Analisis dilakukan berdasarkan hasil kategorisasi yang berisi pola atau nuansa jawaban para partisipan terhadap fenomena yang diteliti. F. Tehnik Pemeriksaan Keabsahan Data 1. Reproduksibilitas Reproduksibilitas sering digunakan dalam penelitian kualitatif untuk mengganti konsep reliabilitas. Reproduksibilitas adalah sebuah bentuk dari inter-coder reliabilitas (biasa dikenal inter-rater) dan digunakan untuk mengetahui
sejauh
mana
seorang
coder
secara
mandiri
mampu
mengelompokkan jawaban seperti coder lain yang lebih tinggi derajatnya dalam melakukan pengkodean. Uji reliabilitas dengan cara ini membuat peneliti harus memastikan instruksi pengkodean dan kesepakatan pedoman koding.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 30
2. Kredibilitas Konsep kredibilitas akan menggantikan konsep validitas pada penelitian kualitatif. Sebagaimana konsep validitas dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana derajat ketepatan, kebermaknaan, dan kegunaan hasil penelitian maka kredibilitas yang digunakan dalam penelitian kualitatif akan mengacu pada keberhasilan penelitian tersebut dalam mencapai tujuannya. Salah satu ukuran kredibilitas dalam penelitian kualitatif adalah adanya deskripsi merinci dam mendalam untuk menjelaskan aspek-aspek yang terkait dalam penelitian tersebut dan bagaimana dinamika antar aspek-aspek penelitian tersebut (Poerwandari, 2005). Penelitian ini akan menggunakan validitas argumentatif. Validitas argumentatif dicapai melalui penjabaran hasil temuan dan kesimpulan yang bersifat logis dan rasional yang dapat dibuktikan dengan cara melihat kembali ke data mentah yang diperoleh sebelumnya. Selain itu, validitas ekologis juga akan menunjang keakuratan temuan dari penelitian ini. Validitas ekologis merujuk pada sejauh mana penelitian yang dilakukan berada dalam kondisi alamiah partisipan. Penelitian ini melibatkan partisipan dengan tidak memberikan perlakuan apapun yang berkaitan dengan fokus penelitian (Poerwandari, 2005).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 31
G. Uji Kelayakan Berdasarkan hasil pengumpulan data ditemukan terdapat 14 sub-aspek. Selanjutnya, 14 sub-aspek temuan dikategorisasikan dan hasil kategorisasi diberikan kepada rekan sejawat untuk menguji relevansi tiap sub-aspek dan aspeknya. Berikut ini adalah langkah-langkah uji kelayakan kategorisasi yang nantinya menjadi pedoman koding dan analisis. Tabel 3 Aspek dan Sub-Aspek Kategorisasi Aspek
Sub-aspek
Keamanan adalah bebas dari rasa
Kerusuhan
takut atau cemas dari sesuatu yang
Konflik
mengganggu
Kekerasan
atau
berbahaya,
ketentraman.
Kriminalitas Gangguan Kenyamanan Melanggar Peraturan
Kesehatan adalah keadaan fisik dan psikologis
seseorang
Aborsi
yang
memungkinkannya hidup produktif secara sosial, biologis dan psikis. Kerugian
materi
mendapatkan
adalah manfaat
tidak
Pengrusakan
atau
Vandalisme
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 32
kehilangan sesuatu yang berharga seperti harta, tempat tinggal, dll. Kekuatan
kelompok
adalah
Kekuasaan Hak
kekuasaan, daya, dan kekuatan yang menempatkan
derajat
kelompok
dalam sosialnya. Nilai adalah sebuah prinsip umum
Perilaku yang tidak sesuai
terkait pola perilaku di suatu budaya
budaya lokal
atau masyarakat melalui proses
Perbedaan nilai
sosialisasi atau keanggotaan, yang dijunjung atau dihargai bersama. Harga diri adalah derajat seseorang
Direndahkan
menilai diri atau kelompoknya.
Diskriminasi
Aspek dan sub-aspek diuji menggunakan tehnik formulasi Gregory (2000). Tehnik ini meminta kesedian dua rater untuk memberikan skoring pada masing-masing sub-aspek kategorisasi. Selanjutnya, hasil kedua rater akan masukkan ke dalam tabulasi silang (two-by-two) dan dihitung dengan rumus validitas konstruk oleh Gregory (2000). Rater dalam penelitian ini menggunakan rater rekan sejawat yang dirasa cukup memahami tema penelitian. Di bawah ini akan dipaparkan langkah-langkah uji kelayakan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 33
1. Jawaban Rater Rater diminta untuk memberikan skoring seberapa relevan sub-aspek dalam mewakili aspek kategori yang dimaksud oleh penelitian ini. Di bawah ini adalah tabel hasil jawaban rater yang telah memberikan skoring pada masing-masing sub-aspek. Tabel 4 Rekap Jawaban Rater
No
A
Indikator
Keamanan adalah bebas dari rasa takut atau cemas dari sesuatu yang mengganggu atau berbahaya, ketentraman.
1. Kerusuhan 2. Konflik 3. Kekerasan 4. Kriminalitas
Rater I II 3 4 3 4 3 3 3 3
5. Gangguan Kenyamanan
3
2
3
3
3 3
3 4
3
3
3
2
Kategori
6. Melanggar Peraturan
B
C
D
Kesehatan adalah keadaan fisik dan psikologis seseorang yang memungkinkannya hidup produktif secara sosial, biologis dan psikis. Kerugian materi adalah tidak mendapatkan manfaat atau kehilangan sesuatu yang berharga seperti harta, tempat tinggal, dll. Kekuatan kelompok adalah kekuasaan, daya, dan kekuatan yang menempatkan derajat
7. Aborsi
8. Pengrusakan 9. Vandalisme
10. Kekuasaan Hak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 34
kelompok dalam sosialnya.
E
F
Nilai adalah sebuah prinsip umum terkait pola perilaku di suatu budaya atau masyarakat melalui proses sosialisasi atau keanggotaan, yang dijunjung atau dihargai bersama. Harga diri adalah derajat seseorang menilai diri atau kelompoknya.
11. Perilaku yang tidak sesuai budaya lokal 4
4
3 4
3 4
3
3
12. Perbedaan Nilai 13. Direndahkan 14. Diskriminasi
Keterangan: Skor 1 untuk sub-aspek tidak relevan (TR) Skor 2 untuk sub-aspek kurang relevan (KR) Skor 3 untuk sub-aspek relevan (R) Skor 4 untuk sub-aspek sangat relevan (SR) Dari jawaban di atas selanjutnya jawaban kedua rater direkap menjadi dikelompokkan menjadi dua kolom yaitu kolom yang berisi nomor sub-aspek Tidak Relevan (TR) dan Kurang Relevan (KR), dan nomor sub-aspek Relevan (R) dan Sangat Relevan (SR).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 35
Tabel 5 Tabulasi Jawaban Rater
Kategori
Rater
Rater 1
Rater 2
Tidak
Relevan
Tidak
Relevan
Relevan
(R & SR)
Relevan
(R & SR)
(TR & KR)
(TR & KR)
Nomor sub-aspek
14
Jumlah
1, 2, 3, 4,
1
5 dan 10
1, 2, 3, 4,
5, 6, 7, 8,
6, 7, 8, 9,
9, 10, 11,
11, 12, 13,
12,
dan 14.
dan
13.
13
2
12
2. Tabulasi Data Hasil Penilaian Rater Setelah jawaban kedua rater telah direkap, selanjutnya jawaban dimasukkan ke dalam kolom silang dua (two-by-two) dengan ketetapan seperti di bawah ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 36
Tabel 6 Tabulasi two-by-two
Keterangan
R
Rater II
TR
Rater I TR
R
A
B
C
D
:
Kolom A menunjukkan jawaban tidak relevan dari kedua rater Kolom B dan C menunjukkan perbedaan pandangan antar rater Kolom D menunjukkan jawaban relevan dari kedua rater. Sehingga, dari jawaban kedua rater dan tabulasi two-by-two ditemukan tabel seperti di bawah ini. Tabel 7 Jawaban rater dengan tabulasi two-by-two
Rater II
Rater I TR/KR
S/SR
TR/KR
0
2
R/SR
0
12
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 37
3. Cara Menghitung Setelah menabulasikan jawaban rater dengan tabel two-by-two, selanjutnya menghitung tabulasi dengan rumus validitas kontruk oleh Gregory (2000) seperti di bawah ini. Rumus Validitas Konstruk = D / (A + B + C + D) Tabel 8 Tabulasi two-by-two
Rater 2
Rater 1 TR/KR
S/SR
TR/KR
0
4
R/SR
2
37
4. Hasil Validitas Konstruk = 12 / (0+2+0+12) = 0,85
Berdasarkan uji kelayakan di atas dengan tehnik tabulasi two-by-two oleh Gregory (2000) ditemukan hasil sebesar 0,85 yang artinya sub-aspek pada masing-masing aspek tergolong relevan digunakan sebagai pedoman kategorisasi dalam penelitian ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB IV HASIL & PEMBAHASAN
A. Persiapan Penelitian Penelitian ini diawali dengan review artikel dan pemberitaan mengenai kelompok Papua di Indonesia. Berbagai berita nasional hingga regional membantu peneliti untuk menentukan topik penelitian yang tepat. Setelah menentukan topik penelitian, selanjutnya peneliti melakukan studi literatur, mengumpulkan literatur-literatur yang relevan dengan topik dan melakukan observasi sosial sederhana. Kemudian, dilanjutkan dengan merancang desain penelitian yang efektif guna mendukung jalannya penelitian hingga selesai. B. Data Informan Peneliti menyebarkan angket terbuka terhitung sejak tanggal 7 November hingga 18 November 2016. Para partisipan dipersilahkan dengan sukarela menandatangani bagian kesediaan bila bersedia memberikan opininya. Hasilnya, penelitian ini melibatkan 94 responden dengan rentang usia 18 – 24 tahun dari berbagai latar belakang suku. C. Uraian Hasil Berdasarkan hasil pengumpulan data diperoleh opini-opini yang dianggap ancaman bagi masyarakat Yogyakarta atas kehadiran kelompok
38
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 39
Papua. Berikut ini rangkuman tabel jawaban dari para partisipan yang telah ditabulasikan sesuai pedoman analisis. Tabel 9 Uraian Temuan Ancaman No
Ancaman Simbolik
Uraian
Referensi
%
a. Nilai a.1 Perilaku yang tidak sesuai budaya lokal a.2 Perbedaan nilai
bicara teriak-teriak, kurang sopansantun, semenahmenah, seks bebas pertentangan nilai antar etnis/suku
7
6,9
1
0,9
2
1,9
b. Harga Diri 1
meremehkan, menganggap remeh orang Jawa rasis sebab hanya mau bergaul dengan kelompoknya, diskriminasi ras pada orang Jawa
b.1 Direndahkan
b.2 Diskriminasi
Jumlah
2 1,9 12 11,9
Ancaman Realistik a. Keamanan
2
a.1 Kerusuhan
a.2 Konflik a.3 Kekerasan
meningkatnya kerusuhan, membuat keributan, bentrok antar warga, perkelahian, pertengkaran pemicu tindakan anarkis, kekerasan
11 10,8
17 16,8 15 14,8
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 40
a.4 Kriminalitas a.5 Gangguan Kenyamanan
a.6 Melanggar Peraturan b. Kesehatan b.2 Aborsi c. Kerugian Materi c.1 Pengrusakan c.2 Vandalisme d. Kekuatan Kelompok d.1 Kekuasaan
pembegalan, perampokan, kriminalitas kenyamanan terganggu, kasar terutama saat mabuk melanggar peraturan lalulintas, tidak mengikuti aturan berkendara
12 11,8
22 21,7
8
7,9
aborsi meningkat karena seks bebas
1
0,9
pengrusakan vandalisme
1 1
0,9 0,9
Kurang leluasa hak kenyamanan
Jumlah Total
1 0,9 89 88,1 101 100
Berdasarkan tabel di atas ditemukan bahwa masyarakat Yogyakarta beranggapan kehadiran kelompok Papua di Yogyakarta merupakan ancaman. Anggapan ancaman tersebut didominasi oleh bentuk ancaman realistik sebesar 88,1 % sedangkan bentuk ancaman simbolik sebesar 11,9%. Masyarakat Yogyakarta merasa ancaman tertinggi yang dirasakan dari kehadiran kelompok Papua ialah ancaman yang menggangu kenyamanan (21,7%). Lalu, ancaman konflik (16,8%), ancaman kekerasan (14,8%), ancaman kriminalitas (11,8%), ancaman kerusuhan (10,8%) dan ancaman pelanggaran ketertiban umum (7,9%). Terdapat pula perasaan ancaman lain
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 41
yang dirasa mengancam nilai-nilai seperti ancaman perilaku yang tidak sesuai budaya lokal (6,9%) dan ancaman pada harga diri yaitu perasaan direndahkan (1,9%) dan diskriminasi (1,9%). Selain itu, terdapat pula perasaan ancamanancaman lainnya
seperti perbedaan nilai (0,9%), pengrusakan (0,9%),
vandalisme (0,9%), aborsi (0,9%) dan ancaman kekuasaan (0,9%) yang dirasakan masyakarakat di Yogyakarta dari kehadiran kelompok Papua. Berikut akan dipaparkan hasil penemuan bentuk-bentuk ancaman yang dirasakan kelompok masyarakat Yogyakarta dari kehadiran kelompok Papua di Yogyakarta. 1. Ancaman Realistik Berdasarkan hasil pengumpulan data diperoleh bentuk ancaman realistik merupakan bentuk ancaman yang paling tinggi dirasakan masyarakat Yogyakarta dari kehadiran kelompok Papua dengan persentase sebesar 88,1%. Di bawah ini akan dipaparkan hasil penemuan ancaman realistik yang dirasakan masyarakat Yoygakarta dari kehadiran kelompok Papua.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 42
Tabel 10 Ancaman Realistik No.
Kategori
Uraian
Referensi
%
Kerusuhan
7
6,9
Keributan di masyarakat
4
3,9
Jumlah
11
10,8
Bentrok antar warga
3
2,9
Pertengkaran antar Papua
3
2,9
Tawuran
3
2,9
Perkelahian
8
7,9
Jumlah
17
16,8
Pembacokan
1
0,9
Penyiksaan
2
1,9
Pemicu tindakan anarkis
1
0,9
Kekerasan
10
9,9
Brutal
1
0,9
Jumlah
15
14,8
Kriminalitas
5
4,9
Premanisme
2
1,9
Pembegalan
1
0,9
Penjarahan
1
0,9
Perampokan
1
0,9
Pembunuhan
2
1,9
Jumlah
12
11,8
e. Gangguan
Kenyamanan menurun
9
8,9
Kenyamanan
Suka memaksa
2
1,9
Keamanan a. Kerusuhan
b. Konflik
1
c. Kekerasan
d. Kriminalitas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 43
Kebiasaan mabuk yang
2
3
meresahkan
8
Temperamental
3
2,9
Jumlah
22
21,7
f. Melanggar
melanggar peraturan
Peraturan Umum
lalulintas
Kesehatan
Kerugian Materi
7,9
8
7,9
Jumlah
8
7,9
Aborsi
1
0,9
Jumlah
1
0,9
Pengrusakan
1
0,9
Vandalisme
1
0,9
Jumlah
2
1,9
Kekuatan Kelompok 4
Kurang leluasa mendapat a. Kekuasaan
0,9
hak
1
Jumlah
1
0,9
Dari tabel hasil di atas akan diuraikan hasil dari masing-masing subkategori yang tergolong bentuk-bentuk ancaman realistik. a. Keamanan Pada penelitian ini ditemukan bentuk-bentuk ancaman realistik dari segi keamanan merupakan anggapan paling dominan yang dirasakan masyarakat Yogyakarta atas kehadiran kelompok Papua di antaranya kerusuhan, konflik, kekerasan dan kriminalitas.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 44
1) Kerusuhan Pada penelitian ini ditemukan kerusuhan (10,8%) merupakan bentuk ancaman yang dirasa masyarakat Yogyakarta dari kehadiran kelompok Papua. Mereka terkenal dengan tingkat emosi/amarah yang tinggi sehingga bisa saja terjadi kerusuhan. (P.10) Biasanya mereka menimbulkan kerusuhan dan hal-hal yang tidak diinginkan. (P.93)
Kehadiran kelompok Papua di Yogyakarta dianggap dapat membawa kerusuhan bagi lingkungan Yogyakarta. Kondisi emosi kelompok Papua dianggap dapat menjadi pemicu kerusuhan yang berdampak pada keamanan Yogyakarta. Masyarakat di Yogyakarta merasa kehadiran kelompok Papua merupakan ancaman nyata yang dapat membawa kerusuhan dan menurunkan keamanan di lingkungan Yogyakarta. 2) Konflik Ditemukan pula masyarakat Yogyakarta dirasa kehadiran kelompok Papua dianggap dapat membawa konflik (16,8%) yang mengancam keamanan Yogyakarta. Bentrok antara warga sekitar dan orang Papua karena perbedaan budaya. (P.3) Rawan terjadinya bentrok karena kesalahpahaman, terkadang mereka terpicu untuk melakukan aksi brutal. (P.13)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 45
Apabila ada konflik yang menyangkut antara orang Papua dengan masyarakat lokal, kecenderungannya mereka akan menyelesaikannya dengan anarkis. (P.29) Perbedaan budaya dan temperamental dipandang pemicu konflik antara kelompok Papua dengan warga lokal di Yogyakarta. Perspektif ini membuat masyarakat di Yogyakarta merasa kehadiran kelompok Papua mengancam keamanan Yogyakarta. 3) Kekerasan Kekerasan merujuk pada tindakan menyakiti atau penyiksaan terhadap suatu individu atau kelompok yang menyerang fisik dan bisa berakibat fatal. Pada penelitian ini ditemukan kehadiran kelompok Papua dirasa berkaitan dengan sikap menyakiti (14,85%) terhadap kelompok masyarakat Yogyakarta. Menurut saya, ancaman yang bisa muncul adalah meningkatnya jumlah kekerasan, khususnya pada anggota polisi yang sedang bertugas di jalan. (P.72) Ancaman kekerasan yang bisa dilakukan orang Papua. (P.87) 4) Kriminalitas Secara umum kriminalitas dimaksudkan pada tindakan kejahatan, pelanggaran hukum, dan perilaku-perilaku menyimpang lainnya secara hukum. Pada penelitian ini ditemukan bahwa masyarakat di Yogyakarta merasa kehadiran kelompok Papua
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 46
berpotensi pada tindakan kriminalitas (11,8%) sehingga membuat kelompok masyarakat Yogyakarta merasa terancam keamanannya. Ada juga yang memberi ancaman, karena komplotan preman di Indonesia rata-rata dikuasai orang timur. (P.10) Mungkin seperti tawuran, pembegalan, penjarahan, dan hal-hal kriminal lainnya. (P.19) Preman bertambah, kriminalitas meningkat. (P.21) Menurut saya, ancaman yang muncul adalah kriminalitas yang semakin meningkat. (P.24)
Berbagai
jawaban
kriminalitas
seperti
pembegalan,
premanisme dan tindakan kriminalitas lainnya membuat masyarakat di Yogyakarta merasa kehadiran kelompok Papua ialah ancaman nyata yang menyerang keamanan Yogyakarta. 5) Gangguan Kenyamanan Kenyamanan merupakan salah satu aspek dari keamanan. Kenyamanan merujuk pada ketentraman dan bebas dari rasa takut. Bagi
masyarakat
Yogyakarta
kehadiran
kelompok
Papua
Yogyakarta dirasa dapat mengganggu kenyamanan (21,7%). Ketidaknyamanan yang dirasakan karena beberapa orang Papua terkadang suka memaksakan kehendak bahkan ketika orang lain sudah menolak dengan halus. (P.11) Kebiasaan mabuk mereka yang sering kali meresahkan warga Yogyakarta. (P.18) Merasa tidak nyaman. Mengubah situasi di sekitar lingkungan. (P.71)
di
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 47
Masyarakat Yogyakarta merasa sikap kelompok Papua yang suka memaksa dan kebiasaan mabuk dapat menimbulkan menurunnya kenyamanan di kota Yogyakarta. 6) Mengancam Ketertiban Umum Ketertiban umum berwewenang untuk menjaga keteraturan demi keamanan dan keselamatan massa. Kehadiran kelompok Papua di Yogyakarta dirasa mengacaukan ketertiban umum (7,9%) sebab sering melakukan tidak taat aturan dan melakukan pelanggaran. Ngebut-ngebutan di jalan dan mengendarai motor tanpa mengenakan helm. Marah-marah di jalan dan kadang memberikan tatapan tajam. (P.22) Semena-mena di jalan, tidak pakai helm, melanggar lalu lintas, dll. (P.39) Nglanggar lalu lintas tapi gamau kena sanksi. (P.73) Kehadiran kelompok Papua di Yogyakarta dirasa dapat menjadi
ancaman
ketertiban
umum
khususnya
lalulintas
di
Yogyakarta. Masyarakat Yogyakarta merasa kelompok Papua sering melanggar peraturan lalulintas seperti tidak memakai helm saat berkendara
dan
berkendara
melebihi
kapasitas.
Kekhawatiran
masyarakat Yogyakarta terhadap sikap ini membuat masyarakat merasa kehadiran kelompok Papua mengancam nilai-nilai ketertiban umum yang ada di Yogyakarta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 48
b. Kesehatan Ancaman realistik berikutnya ialah kesehatan. Kesehatan digolongkan ancaman realistik sebab individu atau kelompok merasa berelasi dengan individu atau kelompok lain dapat mengancam kesehatan
individu
atau
kelompok
tersebut
sehingga
dapat
menurunkan produktifitas mereka maka, kehadiran kelompok lain bisa berpotensi ancaman. Penelitian menemukan kehadiran kelompok Papua dianggap dapat membawa dampak buruk pada kesehatan (0,9%) masyarakat di Yogyakarta. Kemungkinan peningkatan jumlah aborsi akibat seks bebas di Yogyakarta. (P.4)
Pernyataan di atas merupakan satu-satunya bentuk ancaman realistik yang dirasa menyerang kesehatan. Pendapat tersebut menganggap perilaku seks bebas yang dilakukan kelompok Papua akan meningkatkan jumlah aborsi di Yogyakarta sehingga kehadiran kelompok Papua akan membawa ancaman bagi kesehatan masyarakat Yogyakarta. c. Kerugian Materi Kerugian materi berarti tidak mendapat manfaat atau kehilangan sesuatu yang berharga. Pada penelitian ini ditemukan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 49
kehadiran kelompok Papua di Yogyakarta dirasa dapat membawa kerusakan (1,9%) lingkungan dan fasilitas di Yogyakarta. Kehadiran mereka (kelompok Papua) bisa membawa perusakan atau vandalism. (P.40) Terjadinya pengrusakan. (P.70) d. Kekuatan Kelompok Kekuatan kelompok merujuk pada kekuasaan, daya, kekuatan yang menempatkan derajat kelompok dalam sosialnya. Pada penelitian ini ditemukan pendapat bahwa kehadiran kelompok Papua dianggap berpotensi mengancam kekuatan kelompok khusunya kekuasaan (0,9%) kelompok masyarakat Yogyakarta di Yogyakarta sendiri. Kehadiran mereka (Papua) membuat kurang leluasa mendapatkan hak kenyamanan. (P.23)
Masyarakat Yogyakarta merasa bahwa kehadiran kelompok Papua dapat
mengancam
hak-hak warga lokal, seperti
hak
kenyamanan. Kelompok Papua dianggap membuat masyarakat Yogyakarta kurang leluasa di daerahnya sendiri sehingga mereka dirasa mengancam hak warga lokal. 2. Ancaman Simbolik Selain anggapan ancaman realistik yang dirasakan masyarakat Yogyakarta dari kelompok Papua, ancaman simbolik juga ditemukan dalam penelitian ini dengan persentase sebesar 11,8%. Berikut ini tabel
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 50
ancaman simbolik yang dirasakan masyarakat Yogyakarta dari kehadiran kelompok Papua. Tabel 11 Ancaman Simbolik No.
Kategori
Uraian
Referensi
%
seme-mena di jalan
2
1,9
berbicara tidak sopan
2
1,9
menolak sanksi
1
0,9
Nilai-nilai
a. Perilaku yang tidak sesuai 1
budaya lokal
melakukan kegiatan yang tidak
0,9
baik, semenah-menah
1
seks bebas
1
0,9
Jumlah
7
6,9
b. Perbedaan
pertentangan nilai antar
0,9
nilai
etnis/suku
1
Jumlah
1
0,9
meremehkan
1
0,9
merendahkan orang Jawa
1
0,9
2
1,9
Harga Diri a. Direndahkan
Jumlah
2
rasis sebab hanya bergaul
1,9
sesama kelompok, diskriminasi b. Diskriminasi
ras Jumlah
2 2
1,9
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 51
Berdasarkan hasil analisis isi ditemukan bahwa kehadiran kelompok Papua di Yogyakarta dianggap oleh masyarakat Yogyakarta mengancam nilai-nilai dan harga diri masyarakat Yogyakarta. a. Nilai-nilai Ancaman simbolis merupakan bentuk ancaman yang dirasa menyerang nilai-nilai yang diyakini kelompok. Kehadiran kelompok Papua di Yogyakarta dirasa sebagai ancaman yang dapat mengganggu atau mengusik nilai-nilai yang telah diyakini kelompok masyarakat di Yogyakarta. Pada penelitian ini ditemukan bahwa kehadiran kelompok Papua dirasa memiliki perilaku yang tidak sesuai dengan budaya Yogyakarta dan adanya perbedaan nilai-nilai yang berujung pada pertentangan. 1) Perilaku yang Tidak Sesuai Budaya Lokal Kehadiran kelompok Papua dianggap oleh masyarakat Yogyakarta dapat membawa ancaman yaitu perilaku kelompok Papua tidak sesuai dengan budaya lokal (6,9%). Berbicara yang tidak sopan. (P.25) Mereka akan berbicara nyolot. (P.36) Suka teriak-teriak. (P.75) Kelompok masyarakat Yogyakarta memandang kelompok Papua memiliki etika buruk dalam bertindak-tanduk misalnya cara bicara orang Papua dirasa nyolot dterkesan teriak-teriak. Sikap ini
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 52
membuat masyarakat Yogyakarta merasa kehadian kelompok Papua dapat mengancam nilai-nilai kesopanan di Yogyakarta. Selain itu, kelompok Papua juga dianggap melakukan perilaku seks bebas yang dirasa bertolak belakang dengan nilai yang diayomi masyarakat Yogyakarta. Pendapat-pendapat ini membuat masyarakat Yogyakarta merasa kehadiran kelompok Papua akan mengancam nilai-nilai tindak-tanduk yang berlaku di Yogyakarta. 2) Perbedaan Nilai Kehadiran
kelompok
Papua
di
Yogyakarta
dirasa
membawa perbedaan-perbedaan nilai yang dapat membawa pertentangan antar etnis (0,9%) di Yogyakarta. Kehadiran mereka dapat membuat pertentangan antar etnis. (P.75)
Masyarakat Yogyakarta merasa kehadiran kelompok Papua akan mengancam nilai-nilai yang diayomi masyarakat Yogyakarta. b. Harga Diri Pada penelitian ini ditemukan bahwa kehadiran kelompok Papua dianggap dapat menjadi ancaman oleh masyarakat di Yogyakarta sebab kelompok Papua dirasa tidak menaruh rasa hormat pada masyarakat lokal dan melakukan diskriminasi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 53
1) Direndahkan Pada penelitian ini ditemukan bahwa kehadiran kelompok Papua dianggap dapat menjadi ancaman bagi kehormatan masyarakat di Yogyakarta sebab kelompok Papua dianggap merendahkan masyarakat lokal (1,9%). Karena orang Jawa dikenal lembut, mereka juga cenderung semena-mena dan meremehkan.(P.1) Merendahkan atau menganggap remeh orang Jawa karena orang Jawa mereka anggap lemah. (P.12) Masyarakat di Yogyakarta merasa kehadiran kelompok Papua di Yogyakarta menjatuhkan harga diri mereka sebab kelompok Papua bersikap semena-mena dan tidak menaruh hormat pada masyarakat lokal. Kelompok Papua dianggap memanfaatkan sikap lembut dan kalem masyarakat suku Jawa di Yogyakarta dengan bersikap meremehkan. Hal tersebut membuat masyarakat Yogyakarta merasa terancam harga dirinya atas kehadiran kelompok Papua di Yogyakarta.
2) Diskriminasi Pada penelitian ini ditemukan bahwa masyarakat Yogyakarta merasa didiskriminasi (1,9%) oleh kelompok Papua.
Rasis karena mereka hanya mau bergaul dengan sesama rasnya. (P.21) Mereka diskriminasi pada orang Jawa. (P.24)
Pernyataan di atas menunjukkan pendapat bahwa kehadiran kelompok Papua di Yogyakarta justru menjadi ancaman sebab
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 54
kelompok Papua dianggap tidak ingin bergaul dengan kelompok lain di luar kelompoknya. Hal ini membuat masyarakat Yogyakarta merasa ditolak dan diturunkan harga dirinya. D. Pembahasan Berdasarkan Intergroup Threat Theory terdapat dua bentuk ancaman antar kelompok yaitu bentuk ancaman simbolik dan bentuk ancaman realistik. Bentuk ancaman simbolik ialah bentuk-bentuk ancaman yang dirasa menyerang nilai-nilai, simbol, kepercayaan, ideologi, harga diri atau pandangan kelompok. Sedangkan bentuk ancaman realistik merupakan bentuk-bentuk ancaman nyata yang dirasa menyerang sumber daya, kesehatan, keamanan, ekonomi dan materi (Stephan, Ybarra & Morrison, 2011). Ancaman terjadi ketika tindakan, keyakinan atau karakteristik sebuah kelompok menentang tujuan atau kesejahteraan kelompok lain (Riek, Mania, & Gaertner, 2006). Pada penelitian ini ditemukan indikasi perasaan terancam yang dirasakan masyarakat Yogyakarta dari kehadiran kelompok Papua didominasi bentuk ancaman realistik dibandingkan bentuk ancaman simbolik. Temuan penelitian berupa bentuk ancaman yang dirasa menyerang keamanan, kesehatan, materi dan kekuasaan. Masyarakat Yogyakarta merasa kehadiran kelompok Papua dapat mengancam keamanan sebab membahayakan lingkungan sekitar, memicu kerusuhan dan mengganggu kenyamanan kota Yogyakarta. Pada penelitian lain ditemukan ancaman realistik berkaitan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 55
dengan kerugian materi di mana kehadiran kelompok lain atau imigran dapat menjadi pesaing dalam memperebutkan sumber-sumber daya di lingkungan setempat misalnya lapangan kerja dan sumber daya alam (Zarate, Garcia, Garza, & Hitlan, 2003). Walaupun berada dalam lingkup penelitian ancaman antar kelompok, ditemukan perbedaan antara penelitian ini dengan penelitian ancaman antar kelompok lainnya yaitu bentuk ancaman realistik yang dirasakan warga lokal dari kehadiran imigran rupanya berkaitan juga dengan keamanan dan kenyamanan setempat. Ancaman realistik dalam Intergroup Threat Theory merujuk pada ancaman yang menyerang materi dan fisik (Stephan, Ybarra & Morrison, 2011), namun penelitian ini menemukan bahwa ancaman realistik juga dapat berbentuk non-fisik yaitu gangguan kenyamanan atau rasa nyaman. Dari analisis di atas dapat diinterpretasi bahwa perasaan terancam yang dirasakan masyarakat Yogyakarta diduga muncul dari beberapa faktor dan memiliki akibat (Stephan, Ybarra & Morrison, 2011). Perasaan terancam yang dirasakan masyarakat Yogyakarta dari kehadiran kelompok Papua disebabkan oleh beberapa faktor di antaranya faktor hubungan antar kelompok, faktor dimensi budaya kolektivis, faktor situasional dan perbedaan individu (Stephan, Ybarra, & Morrison, 2007). Hubungan masyarakat Yogyakarta dengan
kelompok
Papua
menyebabkan
gesekan
sosial.
Masyarakat
Yogyakarta merasa kelompok Papua mempertahankan kebiasaan-kebiasaan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 56
dan nilai-nilai mereka ke Yogyakarta sehingga menyebabkan perbedaan dan pertentangan dengan warga lokal. Menurut Crisp, Stone dan Hall (2006) pertentangan dan perbedaan nilai antara warga lokal dan pendatang membuat kehadiran pendatang dirasa dapat menjadi ancaman. Hal ini seperti yang terjadi pada masyarakat Yogyakarta terhadap kehadiran kelompok Papua. Dari temuan penelitian diketahui bahwa masyarakat Yogyakarta merasa kelompok Papua membawa kebiasaan buruk mereka ke Yogyakarta seperti kebiasaan mabuk-mabukan, berbicara teriak-teriak dan semena-mena di jalan. Kehadiran kelompok Papua di Yogyakarta menambah kemungkinan terjadinya perasaan terancam bagi masyarakat Yogyakarta. Kondisi dimensi budaya kolektivis pada masyarakat Yogyakarta menyebabkan perilaku kepatuhan, konformitas dan menjunjung nilai-nilai kebersamaan, sehingga bila terdapat anggota kelompok yang terganggu maka anggota lain juga demikian (Topalova, 1997; Stephan, Ybarra & Morrison, 2007). Hal ini menambah potensi munculnya perasaan terancam yang dirasakan masyarakat Yogyakarta dari kehadiran kelompok Papua. Hubungan antar masyarakat Yogyakarta dan kelompok Papua ditambah dimensi budaya kolektif yang melekat pada kedua kelompok menyebabkan masyarakat Yogyakarta merasa waspada akan kehadiran kelompok Papua di Yogyakarta. Keadaan ini dapat menjadi lebih buruk bila situasi di sekitar kedua kelompok tidak kondusif, misalnya terdapat kejadian, insiden atau isu-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 57
isu negatif yang menyebar antar kedua kelompok menyebabkan keduanya menjadi lebih waspada satu sama lain (Stephan, Ybarra & Morrison, 2007). Faktor situasional yang tidak kondusif dapat mengakibatkan masyarakat Yogyakarta meningkatkan kewaspadaan mereka terhadap pendatangpendatang di Yogyakarta termasuk kelompok Papua. Selain faktor hubungan antar kelompok, dimensi budaya dan faktor situasional diketahui faktor individual juga berperan dalam pembentukan persepsi
ancaman
(Stephan,
dkk.,
2009).
Individu
yang
fokus
mengidentifikasi secara in-group akan lebih rentan mengalami perasaan terancam. Hal ini dikarenakan identifikasi yang berfokus di dalam kelompok membuat pandangan luar kelompok menjadi terbatas, akhirnya individu menjadi lebih mudah merasa terancam (Stephan, dkk., 2009). Faktor ini dapat muncul dan menambah potensi perasaan terancam pada masyarakat Yogyakarta
bila
terlalu
fokus
dalam
kelompoknya,
dan
kurang
mengidentifikasi kehadiran kehadiran kelompok Papua. Berdasarkan Intergroup Threat Theory bentuk-bentuk ancaman yang dirasakan suatu kelompok memunculkan dampak yang berbeda-beda (Cursue, dkk., 2007; Morrison & Ybarra, 2008; Stephan, dkk., 2009). Tema-tema ancaman realistik dalam temuan menunjukkan masyarakat Yogyakarta merasa tidak nyaman dan tidak aman dari kehadiran kelompok Papua. Kehadiran kelompok Papua dianggap oleh masyarakat Yogyakarta sebagai ancaman
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 58
yang menyerang keamanan warga lokal karena sering menimbulkan kerusuhan dan konflik yang berdampak buruk pada fasilitas umum dan warga di sekitarnya. Temuan penelitian juga menunjukkan masyarakat Yogyakarta merasa tidak nyaman bila berada di sekitar kelompok Papua. Kedua tema ini menjadi temuan menarik yang menunjukkan bentuk ancaman yang dirasakan masyarakat
Yogyakarta
yaitu
kehadiran
kelompok
Papua
dapat
membahayakan secara fisik dan mengganggu kenyamanan mereka. Berawal dari perasaan terancam yang dirasakan suatu kelompok terhadap kelompok lain maka, akan memunculkan dampak yang berbentuk respons-respons baik secara kognitif, emosional maupun perilaku (Stephan, Ybarra & Morrison, 2007). Dari sudut pandang kognitif, masyarakat Yogyakarta yang merasa di bawah ancaman akan mengalami perubahan persepsi pada luar kelompok yang mengakibatkan munculnya stereotip, etnosentris atau bias kognitif. Respons kognitif berhubungan dengan respon emosional di mana kelompok yang merasa terancam akan memunculkan emosi-emosi negatif seperti benci, takut, marah dan jijik terhadap kelompok yang dirasa mengancam. Hasilnya, respons kognitif dan respons emosional akan mempengaruhi terbentuknya perilaku kelompok (Leach, dkk., 2003; Stephan, Ybarra & Morrison, 2007; Stephan, dkk., 2009; ). Pada penelitian ini diketahui tema ancaman yang dirasakan masyarakat Yogyakarta dari kehadiran kelompok Papua yaitu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 59
bentuk ancaman yang dirasa menyerang keamanan dan mengganggu kenyamanan. Bentuk ancaman seperti ini relatif memunculkan respons takut dan waspada. Masyarakat Yogyakarta menjadi takut dan waspada sebab tidak ingin disakiti atau diganggu oleh kelompok Papua. Hasilnya, masyarakat Yogyakarta akan membentuk perilaku menghindari dan menolak berelasi dengan kelompok Papua. Penelitian ini merupakan studi sosial yang ingin menjelaskan ancaman yang dirasakan masyarakat Yogyakarta dari kehadiran kelompok Papua. Penelitian ini berusaha menjelaskan kondisi-kondisi yang melekat pada kedua kelompok dapat menjadi faktor penyebab munculnya persepsi terancam. Ancaman yang dirasakan salah satu atau kedua kelompok dapat berwujud ancaman realistis maupun simbolik dan membawa dampak negatif bagi masing-masing kelompok baik secara kognitif, emosional maupun perilaku.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Dari hasil temuan dan pembahasan, dapat ditarik beberapa kesimpulan dari penelitian yang bertujuan untuk mengetahui apa saja yang dianggap ancaman oleh masyarakat Yogyakarta dari kehadiran kelompok Papua di Yogyakarta. Beberapa kesimpulan tersebut adalah sebagai berikut: 1. Beberapa penelitian terdahulu menunjukkan bentuk ancaman realistik berwujud fisik materi yaitu perebutan sumber daya atau lapangan kerja. Pada penelitian ini ditemukan bentuk ancaman realistik dapat berupa nonfisik di mana kelompok yang merasa terancam dapat merasa tidak aman dan terganggu kenyamanannya bila berada di sekitar kelompok lain. 2. Perasaan terancam antar kelompok disebabkan oleh beberapa faktor. Hasil analisis pada penelitian ini ditemukan faktor hubungan antar kelompok dan dimensi budaya kolektif menjadi anteseden perasaan terancam masyarakat Yogyakarta dari kehadiran kelompok Papua. Diketahui juga faktor situasional dan faktor perbedaan individu dapat berpotensi memperburuk perasaan terancam yang dirasakan masyarakat Yogyakarta dari kehadiran kelompok Papua. 3. Dampak dari perasaan terancam menyebabkan masyarakat Yogyakarta memiliki stereotip buruk pada kelompok Papua, disertai dengan perasaan
60
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 61
benci dan takut serta memunculkan perilaku intimidasi, penghindaran atau penolakan terhadap kelompok Papua di Yogyakarta. B. Keterbatasan Penelitian Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan, khususnya dalam pengumpulan data dan angket yang dipakai. 1. Penelitian ini kurang merepresentasikan opini masyarakat Yogyakarta tentang ancaman dari kelompok Papua secara optimal sebab populasi yang digunakan cenderung homogen sehingga variasi jawaban kurang eksploratif dan representatif. 2. Instrumen penelitian dirasa terlalu terbuka dan kurang spesifik menggali aspek-aspek yang perlu diteliti. Hasilnya, data yang diperoleh terlalu luas cakupannya dan hanya memenuhi aspek tertentu saja. Padahal penggunaan aspek-aspek pendukung dapat memudahkan peneliti untuk melakukan analisis kelak. C. Saran 1. Bagi Penelitian Selanjutnya Penelitian sosial dan budaya merupakan penelitian yang sangat eksploratif dan tidak terikat, maka diharapkan penelitian selanjutnya mampu menjelaskan dinamika ancaman antar kelompok dengan jumlah partisipan yang memadai.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 62
2. Bagi Pemerhati Sosial (Psikolog Sosial atau Sosiolog) Pemerhati sosial perlu mencermati bahwa sikap-sikap negatif yang ada di kalangan masyarakat merupakan prediktor dari perasaan terancam sehingga para pemerhati/praktisi sosial perlu memerhatikan konsep dinamika ancaman antar kelompok ini. Pemerhati/praktisi sosial tidak melulu mengupas dan meninjau konflik sosial yang terjadi di sekitar, tetapi dapat memahami konsep penyebab munculnya konflik dan dampak sosial yang akan muncul sehingga dapat memberikan evalausi dan penanganan yang tepat serta mencegah terjadinya gesekan sosial lainnya. 3. Bagi Masyarakat Yogyakarta Temuan penelitian ini berusaha menjelaskan hubungan yang muncul antar kedua kelompok dan dampak dari hubungan tersebut. Diharapkan masyarakat Yogyakarta bisa memahami dan menyadari fenomena sosial di sekitarnya sehinga dapat bersikap lebih bijak dan terhindar dari sikap-sikap negatif antar kelompok. 4. Bagi Kelompok Papua di Yogyakarta Temuan dan hasil diskusi penelitian ini menemukan bahwa masyarakat Yogyakarta menganggap kehadiran kelompok Papua di Yogyakarta dapat membawa ancaman keamanan dan gangguan kenyamanan sehingga persepsi ini yang membuat masyarakat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 63
Yogyakarta bersikap negatif dengan kelompok Papua. Dari penemuan tersebut diharapkan kelompok Papua dapat lebih menghargai nilainilai budaya lokal dan menjaga hubungan dengan warga lokal agar terhindar dari persepsi ancaman antar kelompok. Dengan demikian, sikap-sikap negatif yang dialami kelompok Papua dapat terhindarkan dan dapat tercipta kedamaian antar masyarakat lokal dengan pendatang.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR PUSTAKA Artharini. (2016). Mahasiswa Papua di Yogyakarta ‘Belum Merasa Aman’. Diunduh dari:http://www.bbc.com/indonesia/berita_indonesia/2016/07/160718_indone sia_papua_yogya. Diakses pada tanggal 20 Agustus 2016. Asril.
(2016).
Ramos
Horta:
Papua
Tak
Ingin
Lepas.
Diunduh
dari
http://nasional.kompas.com/read/2016/05/08/06060041/Ramos.Horta.Papua.T ak.Ingin.Lepas. Diakses pada tanggal 20 Agustus 2016. Bornstein. (2003). Intergroup Conflict: Individual, Group, and Collective Interests. Personality and Social Psychology Review, 7, (2), 129 – 145. Lawrence Erlbaum Associates, Inc. Branscombe, N R., Spears, R., Ellemers, N., & Doosje, B. (2002, June). Intragroup and Intergroup Evaluation Effect on Group Behavior. Personality and Social Psychology Bulletin, 28, (6), 744 – 753. DOI: 10.1177/0146167202289004 Central
Intelligence
Agency
World
Factbook.
(2015).
Diunduh
dari:
https://www.cia.gov/library/publications/the-world-factbook/geos/id.html diakses pada tanggal 10 September 2016. Cavanagh, S. (1997). Content Analysis: Concepts, Methods, and Applications. Nurse Res, 4, (3), 5 – 16. DOI: 10.7748/nr.4.3.5.s2. Chauvel & Bhakti. (2004). The Papua Conflict: Jakarta’s Perception and Policies. East-West Center: Washington. Cursue, Stoop, & Schalk. (2007). Prejudice toward immigrant workers among Dutch employees: Integrated threat theory revisited. European Journal of Social Psychology, 37, 125 – 140. Wiley Inter Science. DOI: 10.1002/ejsp.331.
64
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 65
Dharmawan. (2006). Konflik-Sosial dan Resolusi Konflik: Analisis Sosio-Budaya (Dengan Fokus Perhatian Kalimantan Barat). Seminar PERAGI Pontianak. Dovidio, Sagur, & Shnabel. (2009). Cooperation and Conflict within Groups: Bridging Intragroup and Intergroup Processes. Journal of Social Issues, 65, (2), 429 – 449. Elo, & Kyngals. (2007). The Qualitative Content Analysis Process. Journal of Advances
Nursing,
62,
(1),
107
–
115.
DOI:
10.1111/j.1365-
2648.2007.04569.x Etikan, Muda & Alkassim. (2016). Comparison of Convenience Sampling and Purposive Sampling. American Journal of Theoretical and applied Statistics. 5, (1), 1 – 4. DOI: 10.11648/j.ajtas.20160501.11. Frankfort-Nachimas, C., & Nachmias, D. (1997). Research Methods in Social Sciences Ed. 5. USA: Arnold. Gregory, R.J. (2000). Psychological Testing: History, Principles and Applications. Boston: Allyn & Bacon Hogg, M A., & Tindale, R S. (2001). Blackwell Handbook of Social Psychology: Group Processes. USA: Blackwell Publishers. Kirsch, Stuart. (2007, September). Representations of Violence, Conflict, and Displacement in West Papua. Dynamics of Conflict and Displacement in Papua, Indonesia. University of Oxford. Levin, Pratto, Matthews, Sidanius & Kteily. (2012). A dual process approach to understanding prejudice toward Americans in Lebanon: An Extension to intergroup threat perceptions and emotions. Group Processes & Intergroup Relations. 1 – 20. Sage Pub. DOI: 10.1177/1368430212443866.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 66
Marshall & Rossman. (1999). Designing Qualitative Research Ed. 3rd. Sage Publications. Millon, & Lerner. (2003). Personality and Social Psychology. Handbook of Psychology 5th. John Wiley & Sons, Inc. Musa’ad, M. (2011). Kontekstualisasi Pelaksanaan Otonomi Khusus Di Propvinsi Papua. Kajian, 16, (2). Ottis, S. (2015). Mengapa Papua Barat Selalu Bergejolak Ingin Merdeka. Diunduh dari:
http://www.kompasiana.com/freewestpapua/mengapa-papua-barat-
selalu-bergejolak-ingin-merdeka_552ffb7b6ea834297c8b45dd. Diakses pada tanggal 19 Agustus 2016. Pigay, D. & Castles, L. (2000). Evolusi Nasionalisme dan Sejarah Konflik Politik di Papua. Indonesia: Pustaka Sinar Harapan. Poerwandari, K. (2005). Pendekatan Kualitatif untuk Penelitian Perilaku Manusia. Jakarta: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia. Pratto, Sidanius, & Levin. (2006). Social dominance theory and the dynamics of intergroup relations: Taking stock and looking forward. European Review of Social Psychology, 17, 271 – 320. Reber, & Reber. (2010). Kamus Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Reja, Manfredam Hlebec & Vehovar. (2003). Open-ended vs. Close-ended Questions in web Questionnaires. Developments in Applied Statistics. Metodoloski zvezki, 19. Riek B., Mania, E., & Gaertner, S. (2006). Intergroup Threat and Outgroup Attitudes: A Meta-Analytic Review. Personality and Social Psychology Review, 10, (4) 336 – 353.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 67
Riek, B., Mania, E., & Gaertner, S., McDonald, S., & Lamoreaux, M. (2010). Does a common ingroup identity reduce intergroup threat?. Group Processes and Intergroup Relations, 13, (4), 403 – 423. DOI: 10.1177/1368430209346701 Sidanius, J., & Pratto, F. (1999). Social Dominance: An Intergroup Theory of Social Hierarchy and Oppression. United Kingdom: Cambridge University Press. Stephan, W., Boniecki, K., Ybarra, O., Bettencourt, A., Ervin, K., Jackson, L., McNatt, P., & Renfro, C. L. (2002) The Role of Threats in the Racial Attitudes of Black and Whites. Personality and Social Psychology Bulletin, 28 (9), 1242 – 1254, DOI: 10.1177/01461672022812009. Stephan, W., Ybarra, O., Morrison, K. (2007). Intergroup Threat Theory. Handbook of Prejudice. NJ: Lawrence Erlbaum Associates. Teipel. (2014). Understanding Adolescence: Seeing Through A Developmental Lens.State Adolescent Health Resource Center. Ulya, (2016). ‘Mereka Tidak Menerima Kos Untuk Anak Papua’. Diunduh dari http://www.bbc.com/indonesia/majalah/2016/07/160714_trensosial_papua#sh are-tools. Diakses pada tanggal 20 Agustus 2016. Wright, Stephan C., & Lubensky, Micah E. (2009). The Struggle for Social Equality: Collective Action versus Prejudice Reduction. Psychology Press. Zarate, M A., Garicia, B, Garza A A., & Hitlan, R T. (2003). Cultural Threat and Perceived Realistic Group Conflict as Dual Predictors of Prejudice. Journal of Experimental Social Psychology, 40, (2004), 99 – 105. USA: Elsavier Science. DOI: 10.1016/S0022-1031(03)00067-2.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
LAMPIRAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 1 Transkrip Jawaban Pertanyaan Nomor 1 Pertanyaan
: Menurut anda apa saja ancaman yang muncul atas kehadiran orang
papua di Yogyakarta? Nomor Angket 1.
2. 3. 4. 5. 6.
7. 8.
9.
10.
11.
12.
13. 14. 15.
Jawaban Mereka cenderung bersifat kasar, memang tidak semua… tapi yang bekeliaran dan mengancam adalah sebagian yang tak taat aturan dan budaya. Mereka kasar, terkadang kejam bahkan tega. Karena orang Jawa dikenal lembut, mereka juga cenderung semena-mena dan meremehkan. Adanya kerusuhan dan perkelahian. Bentrok antara warga sekitar dan orang Papua karena perbedaan budaya (contoh: orang Papua yang mabuk bentrok dengan warga). Kekerasan, mabuk-mabukan, kemungkinan peningkatan jumlah aborsi akibat seks bebas di Yogyakarta. Saya rasa, mungkin hanya sedikit ketidak nyamanan yang ditimbulkan oleh mereka yang kurang terpelajar/urak-urakan. Ancaman tidak akan muncul apabila orang-orang tidak mencari masalah. Tapi kalau orang-orang tersebut mencari masalah, akan membuat kenyamanan terganggu. Pembacokan, perampokan, penyiksaan. Ancaman terjadi perkelahian dan mereka sangat anarkis ketika saat berkelahi, ancaman yang lain ialah ketika mereka tidak mematuhi aturan lalu lintas dan berdampak pada pengemudi lain dan lalu lintas. Keamanan serta kenyamanan ketika malam hari kurang sebab anak-anak papua sering keluar pada malam hari dan membuat onar/brutal apalagi jika bertemu suku lain seperti batak, agresivitas tinggi. Beberapa mampu memberikan sumbangan prestasinya, namun ada juga yang memberi ancaman, karena komplotan preman di Indonesia rata-rata dikuasi orang timur. Mereka terkenal dengan tingkat emosi/amarah yang tinggi sehingga bisa saja terjadi kerusuhan. Ketidaknyamanan yang dirasakan karena beberapa orang Papua terkadang suka memaksakan kehendak bahkan ketika orang lain sudah menolak dengan halus. Penguasaan wilayah tertentu yang terdapat banyak orang Papua (menjadi tempat yang rawan kekerasan). Merendahkan atau menganggap remeh orang Jawa karena orang Jawa mereka anggap lemah. Rawan terjadinya bentrok karena kesalah pahaman, terkadang mereka terpicu untuk melakukan aksi brutal, adanya aksi geng yang rusuh. Mabuk-mabukan, marah-marah sendiri di kampung. Mabuk-mabukan jadi berantem. Membuat onar di jalan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29.
30. 31.
32. 33.
34. 35. 36. 37. 38.
39. 40. 41.
Sedikit keributan di masyarakat. Jika mereka berkelahi atau ada masalah orang lokal bisa kena imbasnya. Kebiasaan mabuk mereka yang sering kali meresahkan warga Yogyakarta. Mungkin seperti tawuran, pembegalan, penjarahan, dan hal-hal kriminal lainnya, mungkin termasuk bullying juga. Meningkatnya kekerasan/kerusuhan. Preman bertambah, kriminalitas meningkat, rasis karena mereka hanya mau bergaul dengan sesama rasnya. Ngebut-ngebutan di jalan dan mengendarai motor tanpa mengenakan helm. Marah-marah di jalan dan kadang memberikan tatapan tajam. Rusuh, konsekuensi kecelakaan, kurang leluasa mendapatkan hak kenyamanan. Menurut saya, ancaman yang muncul adalah kriminalitas yang semakin meningkat dan juga diskriminasi ras terjadi. Pemabuk, membuat keributan, tidak tertib dalam berkendara, berbicara yang tidak sopan. Pembuhan, mabuk-mabukan, tawuran, perkelahian. Terganggunya ketentraman dan keamanan di Yogyakarta. Banyaknya pelanggaran lalu lintas. Kekeluargaan mereka erat, apabila ada konflik yang menyangkut antara orang Papua dengan masyarakat lokal kencenderungannya mereka akan menyelesaikannya dengan anarkis. Rusuh, kekerasan, perlakuan semena-mena. Banyak warga Papua yang sering mabuk dan mengacaukan lingkungan umum. Emosi yang tidak stabil dapat menyebabkan tawuran antar kelompok Papua dan menyebabkan kericuhan di lingkungan sekitar. Mengancam rasa aman dan nyaman kehidupan di Yogyakarta. Pertengkaran dengan orang Papua mungkin bisa sering terjadi. Sulit berdamai ketika terjadi permasalahan. Kurang mengikuti aturan dalam mengendarai sepeda motor di jalan sehingga bisa membahayakan orang lain. Dapat menjadi pemicu adanya tindak anarkis di masyarakat. Respon diskriminasi dari masyarakat terhadap orang papua tersebut. Ancaman yang ada adalah menjadi was-was karena mereka sering bertikai, keras kepala dan sukanya berkelompok. Mereka akan berbicara nyolot, mabuk di jalan, mencegat orang-orang di jalan, demo. Kekerasan antar orang Papua dan orang dari daerah timur. Ketertiban lalu lintas terganggu (kadang ada yang berkendara tanpa helm/bonceng tiga). Kasar, memicu pertengkaran, mengganggu kebersihan dan ketenangan. Ancaman kekerasan oleh warga Papua terhadap penduduk asli. Tindakan semena-mena di jalan (tidak pakai helm, melanggar lalu lintas, dll). Perusakan/vandalisme, kerusuhan, keresahan masyarakat, ketakutan jika akan berpergian. Menurut saya karena adanya stereotip yang beredar di masyarakat bahwa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42.
43. 44.
45.
46. 47.
48. 49.
50. 51. 52.
53.
54. 55.
56.
57.
58.
orang Papua itu kalau mengamuk akan kasar atau lainnya, yang intinya mereka jadi berbahaya jika sedang marah, maka perilaku saya menjadi hatihati jika berhubungan dengan warga Papua di Yogyakarta. Bukan menghindari tapi lebih hati-hati Menurut saya, ancaman tersebut tidak bisa digeneralisasikan terhadap seluruh orang Papua yang hadir, namun pada oknum tertentu yang melakukan kegiatan yang tidak baik. Menurut saya, tidak ada. Tidak ada, karena menurut saya kata “ancaman”terlalu berlebihan. Menurut saya, konflik dan gesekan anatara kaum minoritas dan mayoritas pasti berpotensi muncul di mana saja. Bagi saya tidak ada, karena sebenarnya mereka tidak akan mengganggu. Tapi jika mereka di ganggu pasti akan membalas. Meskipun mereka sering membuat kebisingan. Tidak ada selama saling menghargai dan menghormati di dalam masyarakat yang plural ini. Sebenarnya saya sendiri tidak merasa orang Papua menjadi ancaman karena saya sendiri belum pernah di ancam atau di ajak berantem dengan orang Papua. Selagi kita baik sepertinya orang Papua akan baik terhadap kita. Tidak ada. Karena saya baru tinggal di Yogyakarta selama satu tahun, saya belum merasakan dampak kemunculan orang Papua di Yogtyakarta. Namun, saya merasa tidak akan ada ancaman apabila orang Papua hadir di Yogyakarta. Ancaman yang muncul atas kehadiran orang Papua di Yogyakarta menurut saya tidak ada. Tidak ada. Tidak ada, karena sesungguhnya mereka tidak akan berbuat macam-macam kalau tidak disinggung lebih dahulu. Mereka hanya ingin menjaga eksistensi kelompoknya. Tidak ada sebenarnya… hanya mungkin beberapa waktu lali ada demonstrasi dari kelompok etnis Papua di Yogyakarta yang menjadi sorotan. Secara umum, mereka tidak bermaksud buruk dan baik-baik saja. Menurut saya, tidak ada ancaman atas kehadiran orang Papua kecuali jika mereka melakukan hal-hal yang mencurigakan. Selama saya berada/tinggal di Yogyakarta saya belum pernah merasa terancam oleh suku Papua. Tetapi, saya merasa tidak nyaman dengan bau badan suku Papua yang berbeda dengan saya. Menurut saya tidak ada. Ancaman hadir karena adanya perasaan terganggu. Selama kita saling menghargai dan tidak membuat pemisahan, saya rasa itu cukup. Dan yang saya lihat orang Papua cenderung untuk berkumpul dengan orang-orang mereka saja, mungkin itu terjadi karena kita yang membuat sekat duluan, sehingga mereka takut dengan kita. Menurut saya tidak ada ancaman selama kita baik pada sesama kita dari Timur. Dan sesuai pengalamanku orang Manado mereka baik dan dermawan. Bagi saya mereka tidak membawa ancaman tetapi membawa kita persatuan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59.
60. 61. 62. 63. 64.
65. 66. 67.
68.
69.
70. 71. 72. 73. 74.
75. 76. 77. 78. 79. 80.
Menurut saya mereka malah orang yang asik untuk diajak berbicara berteman dan mau membantu saat kesusahan. Bagi saya pribadi tidak ada ancaman yang muncul akan kehadiran orang Papua justru mereka memberi “warna” yang baru dalam pergaulan. Gaya mereka yang “blak-blakan” dan energik (kerja fisik lebih ok) akan melengkapi teman-teman yang berbeda kepribadian atau suku Jawa yang kebanyakan penuh basa-basi dan sedikit lamban Menurut saya tidak ada ancaman yang berarti atas kehadiran orang Papua di Yogyakarta. Tidak ada. Menurut saya, gak ada ancaman. Tidak ada. Sepertinya tidak ada. Karena orang sinilah yang membuat seakan ada jembatan dengan orang Papua. Orang papua disini seperti berada dalam Penjara. Penjara sosial. Tidak ada. Tidak ada. Orang-orang di Yogyakarta jadi semakin takut terhadap orang yang berasal Papua/merasa gelisah. Dengan adanya isu-isu bahwa sering muncul tawuran antar ras terutama ras Papua menjadi berpikir yang negatif terhadap kaum Papua. Tidak banyak. Saya tidak mengeneralisasikan semua orang Papua, tapi kadang saya takut karena mereka identik dengan sesuatu hal yang mengerikan, contohnya mabuk. Menurut saya bukan ancaman tetapi hanya ketidak sesuaian saja, seperti pelanggaran tata tertib, karena tidak semua orang Papua menimbulkan ancaman. Hanya segelintir pihak saja yang memang perilakunya tidak bisa dibenarkan. Keamanan, terjadinya pengrusakan Ancaman munculnya tindak kekerasan. Merasa tidak nyaman. Mengubah situasi di sekitar lingkungan. Bahaya. Menurut saya, ancaman yang bisa muncul adalah meningkatnya jumlah kekerasan, khususnya pada anggota polisi yang sedang bertugas di jalan. Ricuh, nglanggar lalu lintas tapi gamau kena sanksi. Tidak sepenuhnya merupakan anacaman. Namun, kebudayaan dan kebiasaan yang mereka bawa, misalnya minum minuman keras, berkumpul dan membuat keributan di malam hari bisa menggangu ketentraman. Mabuk, keras, jorok, tidak tertib, suka teriak-teriak. Kriminalitas. Pertentangan antar etnis/suku/agama Mabuk-mabukan. Teriak-teriak. Nggak tertib (contoh: naik motor tidak pakai helm). Kurang bisa menjaga sopan santun. Kerusuhan, perkelahian, rasial. Ancaman kerusuhan dan ketidaknyamanan dalam lingkungan, seperti tindak kekerasan. Ancaman kehadiran orang Papua di Yogyakarta sama seperti ancaman orang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81.
82.
83. 84. 85.
86.
87. 88. 89.
90. 91. 92.
93.
94.
perantauan di Yogyakarta. Tidak ada perbedaan ancaman dari dari setiap pendatang. Bisa pelaku terorisme, ancaman ketertiban, dan kriminalitas. Kehadiran orang Papuan di Yogyakarta memang sedikit pro dan kontra. Adaptasi keberadaan suku Papua yang dikenal rusuh ini menjadi salah satu penyebab keberadaan mereka juga yang sering membuat orang lain merasa tidak nyaman di dekat mereka. Menurut saya bukan ancaman melainkan sedikit perubahan karena perbedaan kebiasaan yang dilakukan di daerahnya. Perbedaan pendapat juga dapat terjadi. Orang Papua sangat bersahabat, kecuali kita mengganggu mereka atau merendahkan. Jadi selama bisa saling menghargai tetap akan baik-baik saja. Menurut saya ancaman atas munculnya kehadiran orang Papua di Yogyakarta adalah tingkah laku mereka yang kasar terutama saat mereka mabuk-mabukan. Walaupun tidak semua memiliki tingkah laku kasar. Tidak ada ancaman sama sekali dan walaupun suatu hari nanti ada yang berbuat tidak baik atau melanggar hukum kita tidak boleh mengatakan bahwa orang Papua berbahaya dan harus dijauhkan. Kita Indonesia! Ancaman kekerasan yang bisa dilakukan orang Papua. Keributan Tidak tahu, dan tidak begitu tahu, ancaman apa yang muncul atas kehadiran orang Papua di Yogyakarta. Karena saya belum pernah mengalami sendiri diancam oleh orang Papua secara langsung. Biasanya hanya tahu dan lihat lewat medsos ataupun televisi. Tidak tahu, tidak begitu tahu ancaman apa saja yang dilakukan orang Papua. Tidak bisa diprediksi karena meskipun dari ras yang sama. Setiap orangpunya sifat yang berbeda-beda. Menurut saya, ancaman yang dapat muncul tergantung dari orang perorang. Jika orang Papua tersebut tidak ingin mengacau, maka ancaman itu tidak akan terjadi. Sebenarnya tidak ada masalah dengan orang Papua. Tetapi, saya sebenarnya agak takut dengan orang Papua yang fanatik. Biasanya mereka menimbulkankerusuhan dan hal-hal yang tidak diinginkan jika merasa terggangu. Mengganggu kenyamanan, walau tidak semua
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 2
Transkrip Jawaban Pertanyaan Nomor 2 Nomor Angket
: 001-094
Pertanyaan
: Apa yang membuat anda berpendapat demikian?
No. Angket 1. 2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Jawaban Karena pengalaman pribadi, pengalaman teman, dan pengalaman keluarga saya. Karena pandangan bahwa orang Papua atau orang daerah timur adalah orang yang kasar dan keras dan juga tidak peduli pada aturan yang ada. Saya mendengar cerita dari teman saya yang orang Papua kalau di sana minum-minuman keras sudah biasa sedangkan di Jawa minuman keras kurang di terima walaupun sebenarnya banyak orang Jawa yang juga minum-minuman keras. Karena isu/kabar yang beredar mungkin juga kasus yang pernah terjadi bahwa orang Papua suka minum-minum dan kalau sudah minum suka tidak sadar telah mencelakai orang lain akibat mabuk. Saya juga mendengar cerita dari teman yang di kos di luar daerah saya tinggal bahwa orang timur di dekat tempatnya tinggal melakukan hubungan seksual. Karena selama saya sempat tinggal di daerah Babarsari, saya tidak terlalu bermasalah dengan orang Papua. Saya juga sebenarnya pendatang (ke Yogyakarta saat SMA), jadi saya kurang bisa berpendapat. Karena tidak semua orang sana bisa menyesuaikan diri atau beradaptasi dengan baik di lingkungan yang baru. Biasanya masih membawa kebiasaan dari sana. Meskipun tidak semua orang Papua melakukan hal demikian, tetapi hal yang membuat saya berpikir demikian karena teman saya pernah disiksa dan dirampok oleh orang Papua. Kakak saya juga pernah bercerita kalau orang Papua di Yogyakarta tidak takut hukum di sini dan suka bertindak semena-mena tapi saya juga punya teman orang Papua dia juga baik dan rendah hati. Jadi saya tidak mau mengeneralisasikan pikiran saya terhadap semua orang Papua. Pengalaman saya ketika melihat orang Papua selalu tidak menaati peraturan jika berkendara dan melihat/mendengar dari YouTube dan masyarakat lain mengenai pandangan mereka terhadap orang Papua.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9. 10. 11.
12. 13. 14. 15.
16. 17. 18.
19.
20.
21. 22.
23. 24.
25. 26. 27.
Yang membuat saya berpendapat demikian karena mereka sering membuat kerusuhan. Pengalaman saya dalam menghadapi/bertemu dengan mereka. Saat itu saya mendengar cerita kalau ada seorang gadis yang dipaksa selfie dan memberikan nomor HPnya oleh seorang dari Papua. Saya juga merasa tidak nyaman dengan sifat/perilaku arogan mereka yang suka memaksa. Karena saya merasakannya sendiri dan juga mendengar dari banyak orang. Pernah terdengar kabar bahwa ada bentrok antara orang asli Yogyakarta dengan orang Papua atau dengan suku lainnya. Karena emosi mereka tidak stabil. Karena saya pernah jogging di pagi hari di Embung. Lalu ada segerombolan orang Papua yang sedang mabuk dan mengganggu aktivitas jogging masyarakat sekitar. Karena saya sering mendengar terjadinya keributan antara warga yang mengatasnamakan warga Yogyakarta dengan orang Papua. Sebelumnya pernah terjadi sehingga saya was-was. Karena saya sering mendengar dari warga yang dirugikan dari perilaku mabuk mereka seperti merusak warung warga, naik taksi tidak bayar. Karena kebanyakan orang Papua yang saya kenal itu sulit di atur, seenaknya sendiri, suka mabuk-mabukan, kaya, punya banyak teman (geng) dan bodoh tapi merasa dirinya pintar. Karena sering mendengar kerusuhan yang disebabkan oleh orang Papua, selain itu karena teman saya sendiri pernah dipukuli oleh orang Papua yang tengah mabuk. Karena mungkin dari beberapa pengalaman yang pernah saya lihat, rasakan dan alami. Pengalaman, karena saya sering melihat mereka seperti itu dan menurut saya itu mengganggu dan mengancam keselamatan saya dan orang lain. Karena orang Papua kebanyakan suka mabuk, tidak pakau helm, suka rebut (mau menang sendiri) dan mengerikan kalau bermasalah. Saya berpikir demikian karena sepengetahuan saya orang Papua memiliki karakter pribadi yang keras dan sering bermain kasar. Selain itu tampilan fisik (kulit) akan mempengaruhi lingkungannya. Saya melihatnya sendiri dan hal itu sangat mengganggu saya. Karena beberapa kali mendengar kabar demikian yang pelakunya orang Papua. Pengalaman pribadi berurusan langsung dengan beberapa pembuat keributan yang sebagian besar orang Papua.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28. 29. 30.
31. 32.
33. 34.
35.
36. 37. 38.
39.
40. 41. 42.
43.
44.
Karena saya melihat banyak orang Papua tidak menggukanan helm. Pengalaman. Kejadian yang terbilang sering di lingkungan sehingga ada ketakutan tersendiri, selain itu pihak polisi yang cenderung diam (polisi lalu lintas). Pernah mengalami, orang Papua mabuk dan membuat keributan di masyarakat. Tanpa bermaksud rasis, orang-orang Papua sudah terlanjur memiliki stereotip sebagai orang yang mudah tersinggung, keras, suka perta miras, dan suka memancing keributan. Orang Papua terkesan kasar kata-kata dan perilakunya sehingga terjadi permaslahan mungkin sulit berdamai. Banyak orang (tetapi tidak semuanya) yang masih berpikir jika orang Papua masih belum maju cara berpikirnya dan suka menyelesaikan masalah dengan baku hantam/kekerasan. Ada juga yang masih membedakan dirinya dengan orang-orang tersebut. Yang membuat saya berpendapat seperti ini adalah seringnya saya melihat mereka berjalan bergerombol , berbicara dengan keras, dan tertawa terbahak-bahak di jalanan. Sering lihat di TV, berdasarkan cerita dari orang lain. Pendapat saya bukan orang Papua yang menyebabkan keributan tetapi orang lain dari daerah timur yang lainnya. Bicara keras dan kasar, berinteraksi secara fisik kasar, meminjam barang tanpa izin dan memaksa. Kurang menjaga kebersihan (terutama diri karena kadang tercium bau), berisik, berbicara keras tanpa tahu tempat. Karena memang benar adanya bahwa orang Papua seringkali melakukan kekerasan terhadap warga lokal. Kekerasan tersebut dipicu oleh rasa tidak terima orang Papua jika teman-temannya ditegur warga. Dan hal tersebut sudah berulang kali terjadi. Di jalan sering melihat orang Papua tidak menaati aturan lalu lintas. Karena berdasar fenomena yang terjadi pada masyarakat. Karena stereotip yang berlaku di masyarakat walaupun belum ada kejadian yang menimpaku secara langsung. Karena sering kali kita melihat orang yang berbuat tidak baik dan kita akan bersikap biasa saja namun ketika yang melakukan hal buruk tersebut orang Papua, kita akan langsung melabeli bila orang Papua memang demikian. Karena selama saya bertemu dengan mereka, mereka tidak melakukan sesuatu hal yang berbahaya atau mengganggu saya secara signifikan. Karena apabila sebaliknya orang Jawa hadir dan tinggal di Papua,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45. 46.
47. 48. 49. 50.
51.
52.
53.
54. 55. 56.
57.
58.
59.
potensi gesekan bisa saja muncul karena perbedaan budaya yang muncul dan kurangnya saling memahami. Karena saya hidup di mana ada juga lingkungan orang Papua. Karena dengan saling menghargai dan menghormati masyarakat menjadi semakin mengerti dan peduli sehingga tercipta masyarakat yang aman dan damai. Karena saya sendiri belum pernah di ganggu oleh orang Papua itu sendiri. Karena menurut saya mereka tidak mengancam. Karena orang Indonesia seharusnya sudah terbiasa dan seharusnya tidak merasa terancam dengan kehadiran suku lain di luar Jawa. Saya berpendapat demikian karena selama saya tinggal di Yogyakarta tidak pernah mendengar keributan yang disebabkan oleh orang Papua, kecuali di daerah Papua. Karena sebenarnya tidak ada konflik yang terjadi dengan kehadiran orang Papua, hanya individu tertentu saja yang berperilaku kurang sesuai dengan masyarakat Yogyakarta kemudian digeneralisasikan sebagai ancaman orang Papua. Yang membuat saya berpendapat karena saya mengenal beberapa orang dari Papua. Orangnya baik-baik dan suka humor. Rasa bela terhadap kelompoknya juga tinggi. Persepsi orang dari etnis timur/Papua terlanjur menjadi buruk di mata banyak orang. Terkadang banyak yang berpikir mereka sering kali bertindak kasar dan berbuat ulah, namun sejatinya tidak. Itu hanyalah budaya dari cara berbicara, berperilaku, sedangkan orang kebanyakan khususnya dari Jawa yang budayanya halus dan sabar tentu saja terjadi tabrakan antara dua budaya yang berbeda, karena itulah penting untuk saling menghargai Karena menurut saya mereka berhak untuk tinggal dan bersosialisasi dengan suku ataupun orang-orang dari kota manapun. Karena suku Papua belum ada yang mengganggu saya. Selama mereka tidak mengganggu kenyamanan saya, saya tidak masalah. Dari yang saya amati itu yang membuat saya berpendapat demikian. Bisa jadi malah kita ini ancaman di pandangan mereka karena “sekat”. Orang yang bersuku Jawa saja yang terlalu berpikir rasis (selalu menilai orang secara sensitif, memandang dengan sudut pandang negative) parno. Karena kita bangsa Indonesia dan kita identic dengan persatuan dari berbagai perbedaan. Dan karena kita tidak boleh mengecap seseorang hanya dari etnisnya. Karena saya punya pengalaman yang positif dan tidak pernah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60.
61. 62. 63.
64. 65. 66.
67.
68.
69. 70.
71.
72.
73.
merasa terancam saat bergaul dengan teman-teman yang dari Papua. Mereka semua selalu bersikap baik. Karena menurut saya mereka hanya ingin menuntut ilmu di kota pelajar ini yaitu Yogyakarta tidak ada larangan siapa saja kan bisa kuliah di Yogyakarta semua bebas bisa kuliah di sini karena kita satu yaitu Indonesia yang tidak membeda-bedakan ras atau golongan. Teman saya orang Papua cinta damai semua. Karena saya belum pernah di ganggu sejauh ini. Teman-teman Papua saya cukup baik perilakunya. Saya berasal dari Jambi saya tidak pernah tau bahwa orang Papua berbahaya. Baru saat di Yogyakarta mendengar orang Papua ditolak. Tetapi menurut saya ini karena salah paham saja. Saya kurang tahu dengan jelas masalah ini. Dari mengamati fakta yang ada tidak perlu saya jelaskan juga kalian pasti mengerti. Karena saya seorang yang universal dan menurut saya memang tidak ancaman. Karena banyak pendatang juga dari kota lain ke Yogyakarta. Menurut saya tidak ada pengaruh jika masing-masing orang tidak melakukan kesalahan. Karena sering mendengar adanya kekerasan yang dilakukan oleh orang-orang Papua. Entah itu tawuran, penindasan atau diskriminasi terhadap kaum Jawa (Yogyakarta). Saya tinggal di tempat yang dekat dengan tempat tinggal orang Papua, banyak orang Papua yang bersikap baik, tapi ada juga yang menakutkan. Disekitar saya masih banyak orang Papua yang bersikap baik pada warga Yogyakarta, menaati peraturan, dan menjaga ketertiban. Karena kadang kala disaat mereka berbenturan dengan orang lain, mereka tidak bisa meredam emosi, cenderung meledak-ledak dan tidak pandang bulu. Karena saya berpengalaman tinggal di daerah timur dengan orangorang yang perawakannya kasar. Apalagi kalau di jalan raya, orang timur itu tidak mmeperdulikan pengendara lain, mereka hanya memikirkan diri mereka sendiri. Jadi, setiap bertemu orang timur saya agak was-was. Karena, waktu itu saya pernah melakukan wawancara di Polsek Depok Timur. Polisi yang saya wawancarai bercerita bagaimana ada beberapa anggota kepolisian yang mengalami kekerasan (re:dipukuli) oleh beberapa orang Papua yang sedang mabuk. Berita di TV, cerita dari orang tua.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74.
75. 76.
77.
78. 79.
80. 81. 82.
83. 84.
85. 86.
87.
88. 89.
Di kos saya beberapa berbuat demikian. Secara individual mereka baik, akan tetapi, mereka tidak bisa menjaga ketenangan saat berkumpul dengan teman-temannya. Karena saya pernah mendengar pengalaman orang-orang ketika melihat orang Papua suka mabuk, mendengar cerita. Adanya kriminalitas karena mungkin pendatang yang datang bukan keluarga yang baik-baik atau baik, tapi tidak bisa menyesuaikan dengan sosial di sini. Bisa ada pertentangan jika ada suku lain yang tidak bisa menerima kehadiran/budaya mereka. Karena saya pernah tinggal di Papua dan ada yang seperti itu. Namun tidak semua orang Papua bersikap demikian. Masih ada yang baik dan bersikap normal seperti layaknya suku lain. Karena orang Papua sangat setia dengan temannya, bila temannya disakiti maka mereka akan marah dan mengajak berkelahi. Saya berpendapat demikian karena saya sering melihat mereka mabuk-mabukan, dan saya juga sering mengalami ketidaknyamanan karena tindakan mereka itu Orang Papua sudah banyak di kambing hitamkan atas berbagai kejadian. Keadilan atas siapapun pendatang harus tetap sama. Berita yang kian marak mengabarkan bahwa kerusuhan dilakukan orang Papua di kota orang. Karena Yogyakarta dan Papua masih Indonesia yang mengatasnamakan persatuan. Suku tidak memiliki pengaruh yang besar karena disetiap suku pasti mengajarkan nilai yang baik. Karena ada teman dekat orang Papua sangat baik hati, ramah, dan suka menolong. Selama kita tidak saling menggangu, ada sifat menghargai dan menghormati satu sama lain, maka tidak akan ada seteru ataupun ancaman. Karena saya mendengar berita tersebut secara nyata (fakta). (berdasarkan apa yang saya lihat dan saya dengar). Karena kita tinggal di sebuah Negara yang semuanya sudah di atur dalam undang-undang. Selain itu kita tidak boleh mendiskriminasi orang yang berasal dari suku/agama berbeda dengan kita. Karena persepsi untuk orang berkulit hitam adalah orang yang keras, orang Papua juga mempunyai ketidakpuasan terhadap Indonesia sehingga mereka mudah melakukan provokasi. Karena kebiasaan minum minuman keras. Karena saya tidak tahu, dan tidak mengerti biasanya orang Papua itu mengancam apa. Yang saya tahu dari medsos maupun televisi, orang Papua biasanya tidak mau disalahkan, dan sering membuat kerusuhan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90. 91. 92.
93. 94.
Karena saya tidak tahu, belum mengerti adat Papua dan sikap orang Papua Karena saya lahir dan dibesarkan di Papua jadi saya mengetahui bagaimana pola pikir mereka. Karena tidak semua orang Papua datang ke Yogyakarta untuk mengacau. Dan watak dari setiap orang berbeda. Jangan menaruh satu persepsi pada semua orang. Karena, orang Papua (tidak semua) berpendidikan tinggi. Mereka yang fanatic biasanya berpandangan sempit dan mudah tersinggung. Karena kita tidak bisa menyamakan semua orang Papua itu sama.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Lampiran 3 Tabel Kategori Bentuk Ancaman KATEGORISASI No ID
Pernyataan
Mereka cenderung bersifat kasar, yang bekeliaran dan mengancam adalah sebagian yang tak taat aturan dan budaya. Mereka kasar, terkadang kejam bahkan tega. Karena orang Jawa dikenal lembut, mereka juga 1 cenderung semena-mena dan meremehkan. 2 Adanya kerusuhan dan perkelahian.
Kategori Ancaman Simbolik
dan budaya, mereka juga cenderung semena-mena dan meremehkan
Ancaman Realistik
tak taat aturan kerusuhan dan perkelahian
Bentrok antara warga sekitar dan orang Papua karena perbedaan budaya (contoh: orang Papua yang mabuk 3 bentrok dengan warga).
Bentrok antara warga sekitar dan orang Papua
Kekerasan, mabuk-mabukan, kemungkinan peningkatan jumlah aborsi akibat seks bebas di 4 Yogyakarta.
Kekerasan, mabuk-mabukan, kemungkinan peningkatan jumlah aborsi
seks bebas
Saya rasa, mungkin hanya sedikit ketidak nyamanan yang ditimbulkan oleh mereka yang kurang 5 terpelajar/urak-urakan. Ancaman tidak akan muncul apabila orang-orang tidak mencari masalah. Tapi kalau orang-orang tersebut mencari masalah, akan membuat 6 kenyamanan terganggu. 7
8
membuat kenyamanan terganggu
Pembacokan, perampokan, penyiksaan.
Pembacokan, perampokan, penyiksaan.
Ancaman terjadi perkelahian dan mereka sangat anarkis ketika saat berkelahi, ancaman yang lain ialah ketika mereka tidak mematuhi aturan lalu lintas dan berdampak pada pengemudi lain dan lalu lintas.
Ancaman terjadi perkelahian dan mereka sangat anarkis ketika saat berkelahi. ancaman yang lain ialah ketika mereka tidak mematuhi aturan lalu lintas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Keamanan serta kenyamanan ketika malam hari kurang sebab anak-anak papua sering keluar pada malam hari dan membuat onar/brutal apalagi jika 9 bertemu suku lain seperti batak, agresivitas tinggi.
10
Keamanan serta kenyamanan ketika malam hari kurang. Papua sering keluar pada malam hari dan membuat onar/brutal
Beberapa mampu memberikan sumbangan prestasinya, namun ada juga yang memberi ancaman, karena komplotan preman di Indonesia rata-rata dikuasi orang timur. Mereka terkenal dengan tingkat emosi/amarah yang tinggi sehingga bisa saja terjadi kerusuhan.
komplotan preman. tingkat emosi/amarah yang tinggi sehingga bisa saja terjadi kerusuhan.
Ketidaknyamanan yang dirasakan karena beberapa orang Papua terkadang suka memaksakan kehendak bahkan ketika orang lain sudah menolak dengan 11 halus. Penguasaan wilayah tertentu yang terdapat banyak orang Papua (menjadi tempat yang rawan kekerasan). Merendahkan atau menganggap remeh orang Jawa 12 karena orang Jawa mereka anggap lemah. Rawan terjadinya bentrok karena kesalah pahaman, terkadang mereka terpicu untuk melakukan aksi brutal, adanya aksi geng yang rusuh. 13 14 Mabuk-mabukan, marah-marah sendiri di kampung. Mabuk-mabukan jadi berantem. Membuat onar di 15 jalan. 16 Sedikit keributan di masyarakat. Jika mereka berkelahi atau ada masalah orang lokal 17 bisa kena imbasnya. Kebiasaan mabuk mereka yang sering kali 18 meresahkan warga Yogyakarta.
Ketidaknyamanan yang dirasakan karena suka memaksakan kehendak Merendahkan atau menganggap remeh orang Jawa karena orang Jawa mereka anggap lemah.
Penguasaan wilayah tertentu yang terdapat banyak orang Papua. Rawan terjadinya bentrok karena kesalah pahaman.terpicu untuk melakukan aksi brutal, adanya aksi geng yang rusuh. Mabuk-mabukan Mabuk-mabukan jadi berantem. Membuat onar di jalan. keributan di masyarakat. berkelahi atau ada masalah orang lokal bisa kena imbasnya. Kebiasaan mabuk mereka yang sering kali meresahkan warga Yogyakarta
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Mungkin seperti tawuran, pembegalan, penjarahan, dan hal-hal kriminal lainnya, mungkin termasuk bullying juga.
Mungkin seperti tawuran, pembegalan, penjarahan, dan hal-hal kriminal lainnya, mungkin termasuk bullying juga. 19 20 Meningkatnya kekerasan/kerusuhan. Preman bertambah, kriminalitas meningkat, rasis karena mereka hanya mau bergaul dengan sesama 21 rasnya.
Meningkatnya kekerasan/kerusuhan. rasis karena mereka hanya mau bergaul dengan sesama rasnya.
Ngebut-ngebutan di jalan dan mengendarai motor tanpa mengenakan helm. Marah-marah di jalan dan 22 kadang memberikan tatapan tajam.
23
Ngebut-ngebutan di jalan, marah-marah di jalan Rusuh, konsekuensi kecelakaan, kurang leluasa mendapatkan hak kenyamanan.
Rusuh, konsekuensi kecelakaan, kurang leluasa mendapatkan hak kenyamanan.
Menurut saya, ancaman yang muncul adalah kriminalitas yang semakin meningkat dan juga 24 diskriminasi ras terjadi. Pemabuk, membuat keributan, tidak tertib dalam 25 berkendara, berbicara yang tidak sopan. Pembunuhan, mabuk-mabukan, tawuran, 26 perkelahian.
diskriminasi ras terjadi berbicara yang tidak sopan
Terganggunya ketentraman dan keamanan di 27 Yogyakarta. 28 Banyaknya pelanggaran lalu lintas. Kekeluargaan mereka erat, apabila ada konflik yang menyangkut antara orang Papua dengan masyarakat lokal kencenderungannya mereka akan 29 menyelesaikannya dengan anarkis. 30 Rusuh, kekerasan, perlakuan semena-mena.
Preman bertambah, kriminalitas meningkat,
kriminalitas yang semakin meningkat Pemabuk, membuat keributan, tidak tertib dalam berkendara Pembunuhan,mabuk-mabukan, tawuran, perkelahian. Terganggunya ketentraman dan keamanan di Yogyakarta. Banyaknya pelanggaran lalu lintas.
perlakuan semena-mena
kencenderungannya mereka akan menyelesaikannya dengan anarkis Rusuh, kekerasan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
Banyak warga Papua yang sering mabuk dan mengacaukan lingkungan umum. Emosi yang tidak stabil dapat menyebabkan tawuran antar kelompok Papua dan menyebabkan kericuhan di lingkungan sekitar.
Mengancam rasa aman dan nyaman kehidupan di 32 Yogyakarta.
33
Pertengkaran dengan orang Papua mungkin bisa sering terjadi. Sulit berdamai ketika terjadi permasalahan. Kurang mengikuti aturan dalam mengendarai sepeda motor di jalan sehingga bisa membahayakan orang lain.
Dapat menjadi pemicu adanya tindak anarkis di masyarakat. Respon diskriminasi dari masyarakat 34 terhadap orang papua tersebut. Ancaman yang ada adalah menjadi was-was karena mereka sering bertikai, keras kepala dan sukanya 35 berkelompok. Mereka akan berbicara nyolot, mabuk di jalan, 36 mencegat orang-orang di jalan, demo.
mabuk dan mengacaukan lingkungan umum. Emosi yang tidak stabil dapat menyebabkan tawuran antar kelompok Papua dan menyebabkan kericuhan di lingkungan sekitar. Mengancam rasa aman dan nyaman kehidupan di Yogyakarta. Kurang mengikuti aturan dalam mengendarai sepeda motor. Pertengkaran dengan orang Papua mungkin bisa sering terjadi. bisa membahayakan orang lain. pemicu adanya tindak anarkis di masyarakat. menjadi was-was karena mereka sering bertikai mabuk di jalan, mencegat orang-orang di jalan, demo.
Kekerasan antar orang Papua dan orang dari daerah 37 timur.
Kekerasan antar orang Papua
Ketertiban lalu lintas terganggu (kadang ada yang berkendara tanpa helm/bonceng tiga). Kasar, memicu pertengkaran, mengganggu kebersihan dan 38 ketenangan.
Ketertiban lalu lintas terganggu. Kasar, memicu pertengkaran, mengganggu ketenangan
Ancaman kekerasan oleh warga Papua terhadap penduduk asli. Tindakan semena-mena di jalan (tidak pakai helm, melanggar lalu lintas, dll). 39
semena-mena di jalan (tidak pakai helm, melanggar lalu lintas, dll). kekerasan oleh warga Papua terhadap penduduk asli
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
41
Perusakan/vandalisme, kerusuhan, keresahan masyarakat, ketakutan jika akan berpergian. Menurut saya karena adanya stereotip yang beredar di masyarakat bahwa orang Papua itu kalau mengamuk akan kasar atau lainnya, yang intinya mereka jadi berbahaya jika sedang marah, maka perilaku saya menjadi hati-hati jika berhubungan dengan warga Papua di Yogyakarta. Bukan menghindari tapi lebih hati-hati
Perusakan/vandalisme, kerusuhan, keresahan masyarakat, ketakutan jika akan berpergian.
berbahaya jika sedang marah
Tidak ada, karena menurut saya kata “ancaman”terlalu berlebihan. Menurut saya, konflik dan gesekan anatara kaum minoritas dan mayoritas 44 pasti berpotensi muncul di mana saja. Bagi saya tidak ada, karena sebenarnya mereka tidak akan mengganggu. Tapi jika mereka di ganggu pasti akan membalas. Meskipun mereka sering membuat 45 kebisingan. Tidak ada selama saling menghargai dan 46 menghormati di dalam masyarakat yang plural ini. Sebenarnya saya sendiri tidak merasa orang Papua menjadi ancaman karena saya sendiri belum pernah di ancam atau di ajak berantem dengan orang Papua. Selagi kita baik sepertinya orang Papua akan baik terhadap kita.
47 48 Tidak ada.
mereka sering membuat kebisingan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
Karena saya baru tinggal di Yogyakarta selama satu tahun, saya belum merasakan dampak kemunculan orang Papua di Yogtyakarta. Namun, saya merasa tidak akan ada ancaman apabila orang Papua hadir di Yogyakarta.
Ancaman yang muncul atas kehadiran orang Papua 50 di Yogyakarta menurut saya tidak ada. 51 Tidak ada. Tidak ada, karena sesungguhnya mereka tidak akan berbuat macam-macam kalau tidak disinggung lebih dahulu. Mereka hanya ingin menjaga eksistensi 52 kelompoknya.
53
56
Tidak ada sebenarnya… hanya mungkin beberapa waktu lalu ada demonstrasi dari kelompok etnis Papua di Yogyakarta yang menjadi sorotan. Secara umum, mereka tidak bermaksud buruk dan baik-baik saja. Menurut saya tidak ada. Ancaman hadir karena adanya perasaan terganggu. Selama kita saling menghargai dan tidak membuat pemisahan, saya rasa itu cukup. Dan yang saya lihat orang Papua cenderung untuk berkumpul dengan orang-orang mereka saja, mungkin itu terjadi karena kita yang membuat sekat duluan, sehingga mereka takut dengan kita.
Menurut saya tidak ada ancaman selama kita baik pada sesama kita dari Timur. Dan sesuai pengalamanku orang Manado mereka baik dan 57 dermawan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
59
Bagi saya mereka tidak membawa ancaman tetapi membawa kita persatuan. Menurut saya mereka malah orang yang asik untuk diajak berbicara berteman dan mau membantu saat kesusahan.saya merasa tidak nyaman dengan bau badan suku Papua
saya merasa tidak nyaman dengan bau badan suku Papua
Bagi saya pribadi tidak ada ancaman yang muncul akan kehadiran orang Papua justru mereka memberi “warna” yang baru dalam pergaulan. Gaya mereka yang “blak-blakan” dan energik (kerja fisik lebih ok) akan melengkapi teman-teman yang berbeda kepribadian atau suku Jawa yang kebanyakan penuh basa-basi dan sedikit lamban
Menurut saya tidak ada ancaman yang berarti atas 60 kehadiran orang Papua di Yogyakarta. 61 Tidak ada. 62 Menurut saya, gak ada ancaman. 63 Tidak ada. Sepertinya tidak ada. Karena orang sinilah yang membuat seakan ada jembatan dengan orang Papua. Orang papua disini seperti berada dalam Penjara. 64 Penjara sosial. 65 Tidak ada. Tidak banyak. Saya tidak mengeneralisasikan semua orang Papua, tapi kadang saya takut karena mereka identik dengan sesuatu hal yang mengerikan, 68 contohnya mabuk.
mereka identik dengan sesuatu hal yang mengerikan, contohnya mabuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Menurut saya bukan ancaman tetapi hanya ketidak sesuaian saja, seperti pelanggaran tata tertib, karena tidak semua orang Papua menimbulkan ancaman. Hanya segelintir pihak saja yang memang perilakunya tidak bisa dibenarkan.
69 70 Keamanan, terjadinya pengrusakan
pelanggaran tata tertib Keamanan, terjadinya pengrusakan
Ancaman munculnya tindak kekerasan. Merasa tidak nyaman. Mengubah situasi di sekitar lingkungan. 71 Bahaya.
tindak kekerasan. Merasa tidak nyaman. Mengubah situasi di sekitar lingkungan. Bahaya.
Menurut saya, ancaman yang bisa muncul adalah meningkatnya jumlah kekerasan, khususnya pada 72 anggota polisi yang sedang bertugas di jalan.
meningkatnya jumlah kekerasan
73
Tidak sepenuhnya merupakan anacaman. Namun, kebudayaan dan kebiasaan yang mereka bawa, misalnya minum minuman keras, berkumpul dan membuat keributan di malam hari bisa menggangu ketentraman.
74 75 Mabuk, keras, jorok, tidak tertib, suka teriak-teriak. 76
nglanggar lalu lintas tapi gamau kena sanksi, ricuh
Ricuh, nglanggar lalu lintas tapi gamau kena sanksi.
Kriminalitas. Pertentangan antar etnis/suku/agama
Mabuk-mabukan. Teriak-teriak. Nggak tertib (contoh: naik motor tidak pakai helm). Kurang bisa 77 menjaga sopan santun. 78 Kerusuhan, perkelahian, rasial.
Namun, kebudayaan dan kebiasaan yang mereka bawa, misalnya minum minuman keras, suka teriak-teriak,
membuat keributan di malam hari bisa menggangu ketentraman. Mabuk, tidak tertib, keras
Pertentangan antar etnis/suku/agama
Kriminalitas
Teriak-teriak. Kurang bisa menjaga sopan santun.
Nggak tertib (contoh: naik motor tidak pakai helm). Mabuk-mabukan. Kerusuhan, perkelahian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Kehadiran orang Papua di Yogyakarta memang sedikit pro dan kontra. Adaptasi keberadaan suku Papua yang dikenal rusuh ini menjadi salah satu penyebab keberadaan mereka juga yang sering membuat orang lain merasa tidak nyaman di dekat mereka. 81
suku Papua yang dikenal rusuh ini menjadi salah satu penyebab keberadaan mereka juga yang sering membuat orang lain merasa tidak nyaman di dekat mereka.
Menurut saya bukan ancaman melainkan sedikit perubahan karena perbedaan kebiasaan yang dilakukan di daerahnya. Perbedaan pendapat juga 82 dapat terjadi. Orang Papua sangat bersahabat, kecuali kita mengganggu mereka atau merendahkan. Jadi selama 83 bisa saling menghargai tetap akan baik-baik saja. 84 Tidak ada
85
86
Menurut saya ancaman atas munculnya kehadiran orang Papua di Yogyakarta adalah tingkah laku mereka yang kasar terutama saat mereka mabukmabukan. Walaupun tidak semua memiliki tingkah laku kasar.
tingkah laku mereka yang kasar terutama saat mereka mabukmabukan
Tidak ada ancaman sama sekali dan walaupun suatu hari nanti ada yang berbuat tidak baik atau melanggar hukum kita tidak boleh mengatakan bahwa orang Papua berbahaya dan harus dijauhkan. Kita Indonesia!
Ancaman kekerasan yang bisa dilakukan orang 87 Papua. 88 Keributan
Ancaman kekerasan Keributan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
Tidak tahu, dan tidak begitu tahu, ancaman apa yang muncul atas kehadiran orang Papua di Yogyakarta. Karena saya belum pernah mengalami sendiri diancam oleh orang Papua secara langsung. Biasanya hanya tahu dan lihat lewat medsos ataupun televisi.
Tidak tahu, tidak begitu tahu ancaman apa saja yang 90 dilakukan orang Papua.
93
Sebenarnya tidak ada masalah dengan orang Papua. Tetapi, saya sebenarnya agak takut dengan orang Papua yang fanatik. Biasanya mereka menimbulkankerusuhan dan hal-hal yang tidak diinginkan jika merasa terggangu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 4 TABULASI I: ANCAMAN SIMBOLIS No. 1
Pernyataan
Merendahkan atau menganggap remeh orang Jawa karena orang Jawa mereka anggap lemah.
3
rasis karena mereka hanya mau bergaul dengan sesama rasnya. diskriminasi ras terjadi
5 6 7
8
Nilai
mereka juga cenderung semena-mena dan meremehkan
2
4
Coding
meremehkan Merendahkan atau menganggap remeh orang Jawa rasis sebab hanya mau bergaul dengan sesamanya. diskriminasi ras
berbicara yang tidak sopan
berbicara yang tidak sopan
melakukan kegiatan yang tidak baik.
melakukan kegiatan yang tidak baik.
Pertentangan antar etnis/suku/agama
Pertentangan antar etnis/suku/agama
Nggak tertib (contoh: naik motor tidak pakai helm). Kurang bisa menjaga sopan santun.
Harga Diri
Nggak tertib. Kurang bisa menjaga sopan santun.
Moral
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 5
No.
Pernyataan
TABULASI II: ANCAMAN REALISTIK Coding Kekuatan Kelompok Kerugian materi Kesehatan
Keamanan
1
kerusuhan dan perkelahian
kerusuhan dan perkelahian
2
tak taat aturan lalu lintas
tak taat aturan lalu lintas
3
mabuk-mabukkan Bentrok antara warga sekitar dan orang Papua
mabuk-mabukkan
4
Bentrok antara warga peningkatan jumlah aborsi akibat seks bebas
5
Kekerasan, kemungkinan peningkatan jumlah aborsi akibat seks bebas
6
membuat kenyamanan terganggu
membuat kenyamanan terganggu
7
Pembacokan, perampokan, penyiksaan.
Pembacokan, perampokan, penyiksaan.
8
Ancaman terjadi perkelahian dan mereka sangat anarkis ketika saat berkelahi. ancaman yang lain ialah ketika mereka tidak mematuhi aturan lalu lintas
terjadi perkelahian dan mereka sangat anarkis ketika saat berkelahi dan tidak mematuhi aturan lalu lintas
Kekerasan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
Keamanan serta kenyamanan ketika malam hari kurang. Papua sering keluar pada malam hari dan membuat onar/brutal
Keamanan, kenyamanan menurun di malam hari dan membuat onar/brutal
10
komplotan preman. tingkat emosi/amarah yang tinggi sehingga bisa saja terjadi kerusuhan.
komplotan preman, bisa saja terjadi kerusuhan
11 Penguasaan wilayah tertentu yang terdapat banyak orang Papua.
Penguasaan wilayah tertentu yang terdapat banyak orang Papua.
12
Ketidaknyamanan yang dirasakan karena suka memaksakan kehendak
Ketidaknyamanan karena suka memaksa
13
keributan di masyarakat.
keributan di masyarakat.
14
berkelahi atau ada masalah orang lokal bisa kena imbasnya.
perkelahian yang berimbas pada masyarakat lokal
15
Kebiasaan mabuk mereka yang sering kali meresahkan warga Yogyakarta.
Kebiasaan mabuk mereka yang sering kali meresahkan
16
Mungkin seperti tawuran, pembegalan, penjarahan, dan halhal kriminal lainnya, mungkin termasuk bullying juga.
tawuran, pembegalan, penjarahan, dan hal kriminal lainnya
17
Meningkatnya kekerasan/kerusuhan.
Meningkatnya kekerasan/kerusuhan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
tidak mematuhi aturan lalu lintas
tidak mematuhi aturan lalu lintas
19
Preman bertambah, kriminalitas meningkat,
Preman bertambah, kriminalitas meningkat,
20
Ngebut-ngebutan di jalan, marahmarah di jalan
Ngebut-ngebutan di jalan, marah-marah di jalan
21
Rusuh, konsekuensi kecelakaan, kurang leluasa mendapatkan hak kenyamanan.
22
kriminalitas yang semakin meningkat
kriminalitas yang semakin meningkat
23
Pemabuk, membuat keributan
Pemabuk, membuat keributan
24
Pembunuhan, tawuran, perkelahian.
Pembunuhan, tawuran, perkelahian.
25
Banyaknya pelanggaran lalu lintas.
Banyaknya pelanggaran lalu lintas.
26
Terganggunya ketentraman dan keamanan di Yogyakarta.
Terganggunya ketentraman dan keamanan
kurang leluasa mendapatkan hak kenyamanan.
Rusuh, konsekuensi kecelakaan,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
mabuk dan mengacaukan lingkungan umum. Emosi yang tidak stabil dapat menyebabkan tawuran antar kelompok Papua dan menyebabkan kericuhan di lingkungan sekitar.
mabuk dan mengacaukan lingkungan umum, tawuran antar kelompok Papua dan menyebabkan kericuhan di lingkungan sekitar.
27
Mengancam rasa aman dan nyaman kehidupan di Yogyakarta.
Mengancam rasa aman dan nyaman
28
Pertengkaran dengan orang Papua mungkin bisa sering terjadi. bisa membahayakan orang lain. Kurang mengikuti aturan dalam mengendarai sepeda motor.
29
pemicu adanya tindak anarkis di masyarakat.
30
menjadi was-was karena mereka sering bertikai
menjadi was-was karena mereka sering bertikai
31
mabuk di jalan, mencegat orangorang di jalan, demo.
mabuk di jalan, mencegat orangorang di jalan, demo.
32
Kekerasan antar orang Papua
Kekerasan antar orang Papua
Pertengkaran sesama Papua yang bisa membahayakan orang lain. Kurang mengikuti aturan dalam mengendarai sepeda motor. pemicu tindakan anarkis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Kasar, memicu pertengkaran, mengganggu ketenangan. Ketertiban lalu lintas terganggu.
Kasar, memicu pertengkaran, mengganggu ketenangan, Ketertiban lalu lintas terganggu.
34
kekerasan oleh warga Papua terhadap penduduk asli. semenamena di jalan (tidak pakai helm, melanggar lalu lintas, dll).
Kekerasan antar orang Papua semena-mena di jalan (tidak pakai helm, melanggar lalu lintas, dll)
35
Perusakan/vandalisme, kerusuhan, keresahan masyarakat, ketakutan jika akan berpergian.
36
berbahaya jika sedang marah
berbahaya jika sedang marah
37
semakin takut terhadap orang yang berasal Papua/merasa gelisah.
takut terhadap orang yang berasal Papua/merasa gelisah.
38
pelanggaran tata tertib
pelanggaran tata tertib
39
Keamanan, terjadinya pengrusakan
40
tindak kekerasan. Merasa tidak nyaman. Mengubah situasi di sekitar lingkungan. Bahaya.
33
Pengrusakan/ vandalisme,
terjadinya pengrusakan
kerusuhan, keresahan dan ketakutan
Keamanan, tindak kekerasan, tidak nyaman, bahaya. Mengubah situasi di sekitar lingkungan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
meningkatnya jumlah kekerasan
meningkatnya jumlah kekerasan
42
nglanggar lalu lintas tapi gamau kena sanksi & ricuh
nglanggar lalu lintas tapi menolak sanksi & ricuh
43
membuat keributan di malam hari bisa menggangu ketentraman.
membuat keributan di malam hari bisa menggangu ketentraman.
44 45
Keras, jorok, tidak tertib. Kriminalitas
keras, tidak tertib Kriminalitas
46
Kerusuhan, perkelahian
Kerusuhan, perkelahian
47
kerusuhan dan ketidaknyamanan dalam lingkungan, seperti tindak kekerasan.
kerusuhan dan ketidaknyamanan dalam lingkungan, seperti tindak kekerasan.
48
kriminalitas suku Papua yang dikenal rusuh ini menjadi salah satu penyebab keberadaan mereka juga yang sering membuat orang lain merasa tidak nyaman di dekat mereka.
kriminalitas
50
tingkah laku mereka yang kasar terutama saat mereka mabukmabukan
mereka yang kasar terutama saat mereka mabuk-mabukan
51
Ancaman kekerasan
Ancaman kekerasan
49
membuat orang lain merasa tidak nyaman di dekat mereka.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52 53
Mabuk-mabukan.Nggak tertib (contoh: naik motor tidak pakai helm) Keributan
Mabuk-mabukan, tidak tertib berkendara Keributan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 6
UJI KELAYAKAN: Rater I No
Indikator
Kategori 1. Kerusuhan
A
Keamanan adalah bebas dari rasa takut atau cemas dari sesuatu yang mengganggu atau berbahaya, ketentraman.
Jawaban TR KR R SR 3
2. Konflik
3
3. Kekerasan
3
4. Kriminalitas
3
5. Gangguan Kenyamanan
3 3
6. Melanggar Peraturan
B
Kesehatan adalah keadaan fisik dan psikologis seseorang yang memungkinkannya hidup produktif secara sosial, biologis dan psikis.
7. Aborsi 3
C
D
E
F
Kerugian materi adalah tidak mendapatkan manfaat atau kehilangan sesuatu yang berharga seperti harta, tempat tinggal, dll. Kekuatan kelompok adalah kekuasaan, daya, dan kekuatan yang menempatkan derajat kelompok dalam sosialnya. Nilai adalah sebuah prinsip umum terkait pola perilaku di suatu budaya atau masyarakat melalui proses sosialisasi atau keanggotaan, yang dijunjung atau dihargai bersama. Harga diri adalah derajat seseorang menilai diri atau kelompoknya.
8. Pengrusakan
3
9. Vandalisme
3
10. Kekuasaan Hak 3 11. Perilaku yang tidak sesuai budaya lokal
4
12. Perbedaan Nilai
3
13. Direndahkan 14. Diskriminasi
4 2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 7
UJI KELAYAKAN: Rater II No
A
Indikator
Keamanan adalah bebas dari rasa takut atau cemas dari sesuatu yang mengganggu atau berbahaya, ketentraman.
Kategori
TR
Jawaban KR R
1. Kerusuhan 2. Konflik 3. Kekerasan 4. Kriminalitas
3 3
5. Gangguan Kenyamanan 2 6. Melanggar Peraturan
B
Kesehatan adalah keadaan fisik dan psikologis seseorang yang memungkinkannya hidup produktif secara sosial, biologis dan psikis.
SR 4 4
3
7. Aborsi 3
C
D
E
F
Kerugian materi adalah tidak mendapatkan manfaat atau kehilangan sesuatu yang berharga seperti harta, tempat tinggal, dll. Kekuatan kelompok adalah kekuasaan, daya, dan kekuatan yang menempatkan derajat kelompok dalam sosialnya. Nilai adalah sebuah prinsip umum terkait pola perilaku di suatu budaya atau masyarakat melalui proses sosialisasi atau keanggotaan, yang dijunjung atau dihargai bersama. Harga diri adalah derajat seseorang menilai diri atau kelompoknya.
8. Pengrusakan
4
9. Vandalisme
3
10. Kekuasaan Hak 2 11. Perilaku yang tidak sesuai budaya lokal 4 12. Perbedaan Nilai
3
13. Direndahkan
4
14. Diskriminasi 3