PERBANDINGAN TINGKAT EFISIENSI PERBANKAN SYARIAH ANTARA MALAYSIA DAN INDONESIA
SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy)
IKA YULITA NIM : 1111046100149
KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM) FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1436 H/2015 M
ABSTRACT Ika Yulita. (1111046100149) Comparison of Efficiency level of sharia banking between Malaysia and Indonesia. The Departement of Islamic Banking, Muamalat Studies Program, Faculty of Sharia and Law. State Islamic University Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2015. The purpose of this research is to measure efficiency level of sharia banking in Malysia and Indonesia countries and to analyze the factors affecting the level of efficiency of sharia banking for both countries. This reseach uses DEA (Data Envelopment Analysis) method in order to test the assumptions of Variabel Return to Scale (VRS), and uses Kolmogorov Smirnov and Mann Whitney U-Test in order to test normality, and uses regression dummy variable of the data from the first quarter of 2011 until the fourth quarter of 2014. The research shows overall level of efficiency of sharia banking in Malaysia and Indonesia countries are fluctuating. Based on result, sharia banking in Indonesia more efficient than sharia banking in Malaysia; However, there is no significant differences among them. The reasons of this inefficiency are deposits, total financing, fixed asset, and personnel cost. However, operational income is the most efficient variabel for both countries.
Keywords: Efficiency, Malaysia and Indonesia, Data Envelopment Analysis.
Supervisor: Sofyan Rizal, S.E, M.Si
iv
ABSTRAK Ika Yulita. (1111046100149) Perbandingan Tingkat Efisiensi Perbankan Syariah antara Malaysia dan Indonesia. Perbankan Syariah, Program Studi Muamalat, Fakultas Syariah dan Hukum. Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, 2015. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengukur tingkat efisiensi Bank syariah antara Malaysia dan Indonesia serta menganalisis faktor-faktor yang mepengaruh tingkat efisiensi Bank Syariah untuk kedua negara tersebut. Penelitian ini menggunakan metode DEA (Data Envelopment Analysis) untuk megukur efisensi asumsi Variabel Return to Scale (VRS), dan menggunakan kolmogorov smirnov dan Mann Whitney U-Test untuk menguji normalitas data, serta uji regresi variabel dummy dari periode kuartal I Tahun 2011 sampai kuartal IV tahun 2014. Penelitian ini menunjukkan bahwa secara keseluruhan tingkat efisiensi perbankan syariah di Malaysia dan Indonesia bersifat fluktuatif. Berdasarkan hasil penelitian, perbankan syariah di Indonesia lebih efisien dibadingkan perbankan syariah di Malaysia; namun tidak ada perbedaan yang signifikan diantara keduanya. Penyebab inefisiensi tersebut adalah DPK, total pembiayaan, aset tetap, dan biaya personalia. Namun pendapatan operasional merupakan variabel yang paling efisien bagi kedua negara tersebut.
Kata kunci: Efisiensi, Malaysia dan Indonesia, Data Envelopment Analysis.
Pembimbing: Sofyan Rizal, S.E, M.Si
v
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah wa syukurillah. Segala puji kepada Allah SWT karena atas rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini yang berjudul
“PERBANDINGAN
TINGKAT
EFISIENSI
PERBANKAN
SYARIAH ANTARA MALAYSIA DAN INDONESIA”, Shalawat serta salam selalu dicurahkan kepada Baginda Nabi Muhammad SAW yang membawa kita dari zaman kegelapan hingga zaman yang terang benderang saat ini. Penyusunan skripsi ini bertujuan sebagai salah salah satu syarat dalam menyelesaikan program studi Muamalat Strata Satu (S1), Konsentrasi Perbankan Syariah, Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Syarif Hidayatullah Jakarta. Penulis menyadari bahwa dalam skripsi ini masih terdapat kekurangan yang mungkin perlu untuk dilakukan penelitian lebih lanjut terkait dengan tema yang sama dan juga penulis menyadari bahwa dalam proses penyusunan skripsi ini penulis mendapatkan banyak bantuan baik secara langsung maupun tidak langsung dari banyak pihak. Pada kesempatan ini, penulis bermaksud untuk mengucapkan rasa terima kasih yang teramat sangat kepada pihak-pihak yang telah membantu penulis, baik yang tertulis maupun tidak tertulis dalam kesempatan kali ini. 1. Dr. Asep Saepudin Jahar, M.A., selaku Dekan Fakultas Syariah dan Hukum (FSH) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
vi
2. Bapak AM. Hasan Ali, M.A., dan Bapak H. Abdurrauf, Lc., M.A., selaku ketua dan sekretaris program studi Muamalat (Ekonomi Islam) FSH UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah banyak membantu dan berjasa dalam penulisan skripsi ini. 3. Bapak Sofyan Rizal, S.E, M.Si selaku Dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan arahan, saran, ilmu, serta meluangkan waktunya hingga penulisan skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. 4. Bapak M.Nur Rianto Al Arif, M.Si dan Bapak H.M.Dawud Arif Khan, SE, M.Si, Ak, CPA selaku tim penguji dalam sidang munaqasyah yang telah banyak memberikan arahan, kritik, dan saran kepada penulis hingga penulisan skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. 5. Ibu Nurhasanah, M.Ag, selaku dosen penasihat akademik yang telah banyak memberikan nasihat, semangat dan bimbingannya kepada penulis selama ini mulai dari semester 1 hingga semester akhir. 6. Bapak Ali Rama, SE, M.Ec selaku Dosen yang telah banyak memberikan bantuan dan masukan dalam banyak hal. 7. Para Dosen Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmu yang sangat bermanfaat kepada penulis semasa kuliah, semoga amal kebaikkan dan ilmu yang telah diberikan mendapat balasan di sisi Allah SWT. 8. Seluruh Staf Karyawan TU, staf perpustakaan FSH dan Perpustakaan Utama, atas kemudahan dalam pembuatan surat dan juga peminjaman buku.
vii
9. Kepada Kedua orangtuaku tercinta, Ayahanda Yaman dan Ibunda Kasturi yang telah tak henti-hentinya mendoakan dengan tulus, memberikan nasihat, dan motivasi baik materil maupun nonmateril sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Tiada kata yang dapat menggambarkan segala budi yang telah Mereka lakukan demi keberhasilan penulis hanya do’a yang takkan pernah putus agar Mereka selalu dalam lindungan dan kasih sayang Allah SWT. 10. Kepada kedua adikku tercinta Yanto Widodo dan Yopi Jiyanto yang telah memberikan semangat saat penulis merasa jenuh dan sebagai motivasi penulis untuk memberika suri tauladan yang baik sebagai kakak. Semoga sukses untuk kalian berdua. 11. Untuk Keluarga besar Ma’had UIN Syarif Hidayatullah Jakarta khususnya para Musyrif dan Musyrifah yang telah membimbing penulis selama berada di Mahad Putri, serta kakak-kakak, adik-adik, dan teman-teman seperjuanganku di FORMABI (Forum Mahasiswa Bidikmisi) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 12. Untuk Keluarga besar Komda FSH dan LDK Syahid yang selama ini telah menjadi keluarga bagi penulis dan memotivasi agar penulis dapat menjadi insan yang lebih baik. 13. Untuk Laskar Lisensi (Lingkar Studi Ekonomi Syariah), baik kakak-kakak, adik-adik dan teman-teman seperjuangan Nida, Firda, Dina, Nima, Ayu, Rika, Mutia, Nur, Tia, Defri, Latif, Ken, Ramadan, Aufar, Futuh dan yang lainnya yang tak dapat saya sebutkan satu-persatu. 14. Untuk sahabat-sahabatku satu perjuangan selama di MAN Kragilan hingga sekarang Nita Adiyati S.IP, Yanti Susilawati S.Hum, Iim Rosadi SH.Sy, Didi
viii
Nahtadi SH.Sy, dan teman seperjuangan senasib sepenanggungan Sabrina, Ela, Rodiah, Dendi, Nia, Ina, Lia, Wiza serta teman-teman sekelasku tercinta di PSD angkatan 2011 khususnya Nur Aisyah Azizah S.E.Sy, Leonita Indrastuti S.E.Sy, Siti Nurhayati S.E.Sy, dan Muhammad Wahyu Syahputra S.E.Sy. Teman-teman seperjuangan Perbankan Syariah angkatan 2011 atas dukungan dan doanya serta untuk kakak-kakak senior yang super sekali yaitu Asep Saefullah, Kak Syafaat Muhari, kak Zahra dan Ka Febriany Nancy yang telah banyak membantu penulis di saat-saat sulit. 15. Teman-teman KKN SEMUTGENI Dirga, Noprian, Dede Ardi, Bang Zul, Bang Wanda, Kak Rudi, Ida, Sari, Nailil, dan Rantina serta Warga Desa Mekarsari, Tangerang atas dukungan dan doa yang telah diberikan kepada penulis. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki penulis. Oleh karena itu, penulis mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritikan yang membangun dari berbagai pihak. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat. bagi para pembaca dan semua pihak. Jakarta, 4 Oktober 2015 Penulis,
(Ika Yulita)
ix
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI ........................................................ i LEMBAR PENGESAHAN PANITIA PENGUJI ...................................... ii LEMBAR PERNYATAAN .......................................................................... iii ABSTRACT ................................................................................................... iv ABSTRAK ..................................................................................................... v KATA PENGANTAR ................................................................................... vi DAFTAR ISI .................................................................................................. x DAFTAR TABEL ......................................................................................... xv DAFTAR GAMBAR DAN GRAFIK ...................................................... xviii BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ................................................................. 1 B. Identifikasi Masalah ........................................................................ 9 C. Pembatasan dan Perumusan Masalah ............................................. 9 D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ....................................................... 10 E. Review Studi Terdahulu .................................................................. 12 F. Kerangka Pemikiran Teoritis .......................................................... 15 G. Metode Penelitian ........................................................................... 17 1. Jenis Penelitian ............................................................................. 17 2. Sumber Data ................................................................................. 17 3. Metode Pengumpulan Data .......................................................... 18 4. Metode Analisis Data ................................................................... 18
x
5. Teknik Penulisan .......................................................................... 19 H. Sistematika Penulisan ........................................................................ 19 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Bank Syariah ............................................................ 21 1. Pengertian Bank Syariah ................................................................ 21 2. Tujuan Bank Syariah ...................................................................... 23 3. Kegiatan Usaha Bank Syariah ........................................................ 25 a. Penghimpunan Dana .................................................................. 25 b. Penyaluran Dana ........................................................................ 29 B. Teori Efisiensi ..................................................................................... 33 1. Konsep Pengukuran Efisiensi ......................................................... 38 2. Teknik Pengukuran Efisiensi .......................................................... 38 a. Pengukuran Berorientasi input.................................................... 39 b. Pengukuran Berorientasi Output ................................................. 41 3. Konsep input dan output ................................................................. 42 a. Pendekatan Produksi .................................................................. 42 b. Pendekatan Intermediasi ............................................................ 43 c. Pendekatan Aset ......................................................................... 44 4. Konsep CRS dan VRS ..................................................................... 44 a. Constant Return to Scale (CRS) ................................................ 45 b. Variabel Return to Scale (VRS) ................................................ 46 c. Efisiensi Skala (Scale Eficiency) ............................................... 48 5. Keunggulan Metode DEA .............................................................. 49
xi
6. Keterbatasan Metode DEA ............................................................ 49 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Objek Penelitian ................................................................................ 51 B. Jenis dan Sumber Data ...................................................................... 52 C. Populasi dan Sampel ......................................................................... 53 D. Teknik Pengumpulan Data ................................................................ 54 E. Identifikasi Variabel Input dan Output ............................................. 54 1. Variabel Input ............................................................................... 54 2. Variabel Output ............................................................................ 55 F. Metode Analisis Data ........................................................................ 57 1. Data Envelopment Analisis (DEA) .............................................. 58 2. Uji Kolmogorov Smirnov ............................................................. 62 3. Uji Mann Whitney U-Test ............................................................ 62 4. Uji Regresi Variabel Dummy ........................................................ 64 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Umum Penelitian ............................................................... 66 1. Perkembangan Perbankan Syariah di Asia Tenggara ................... 66 a. Perbankan syariah di Indonesia ................................................ 68 b. Perbankan syariah di Malaysia ................................................ 71 B. Hasil Analisis Metode DEA .............................................................. 73 1. Tingkat Efisiensi Bank Syariah di Indonesia ............................... 73 a. Bank Muamalat Indonesia ....................................................... 73 b. BRI Syariah ............................................................................. 77
xii
c. BNI Syariah ............................................................................. 80 d. BCA Syariah ............................................................................ 83 e. Bank Syariah Mandiri (BSM) .................................................. 85 f. Bank Jabar Banten (BJB) Syariah ........................................... 88 g. Bank Mega Syariah ................................................................. 90 h. Bank Syariah Bukopin ............................................................. 93 i. Bank Panin Syariah ................................................................. 96 j. Maybank Syariah Indonesia ................................................... 100 k. Analisis Gabungan Bank Syariah di Indonesia ...................... 103 2. Tingkat Efisiensi Bank Syariah di Malaysia .............................. 107 a. Affin Islamic Bank Berhard ................................................... 107 b. Alliance Islamic Bank Berhard .............................................. 109 c. Bank Islami Malaysia Berhard .............................................. 112 d. AmIslamic Bank Berhard ....................................................... 115 e. Asian Finance Bank Berhard ................................................. 118 f. Bank Muamalat Malaysia Berhard ........................................ 121 g. OCBC Al-Amin Malaysia Berhard ....................................... 124 h. Hong Leong Islamic Bank Berhard ....................................... 127 i. Al-Rajhi Banking and Investment Corporation (Malaysia) Berhard ................................................................................... 130 j. Analisis gabungan Bank Syariah di Malaysia ........................ 134 C. Analisis Gabungan Efisiensi antara Malaysia dan Indonesia .......... 138 1. Perbandingan Tingkat Efisiensi Perbankan Syariah
xiii
di Malaysia dan Indonesia ............................................................. 138 2. Analisis efisiensi gabungan Bank Syariah di Malaysia dan Indonesia pada saat krisis global tahun 2012-2013 .................... 139 3. Total Potential Inprovement Bank Syariah di Malaysia dan Indonesia ................................................................................... 140 4. Analisi Perbandingan Tingkat Efisiensi Perbankan Syariah Di Indonesia dan Malaysia ......................................................... 144 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan......................................................................................... 148 B. Saran .................................................................................................. 150 DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 152 LAMPIRAN ..................................................................................................... 158
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Perbandingan Indikator Efisiesi Perbankan Syariah ............................... 7 Tabel 1.2 Penelitian Terdahulu ............................................................................... 12
Tabel 2.1 Perbedaaan Tabungan Wadiah dan Tabungan Mudharabah ...............28 Tabel 3.1 Daftar Nama Bank Syariah di Indonesia ...........................................50 Tabel 3.2 Daftar Nama Bank Syariah di Malaysia .............................................51 Tabel 3.3 Spesifikasi Variabel Input Dan Output Pendekatan Intermediasi ......56 Tabel 4.1 Jumlah Jaringan Bank Syariah di Indonesia ......................................69 Tabel 4.2 Efisiensi Bank Muamalat Indonesia 2011-2014 ................................73 Tabel 4.3 Target Efisiensi Maret 2014 ................................................................ 75 Tabel 4.4 Efisiensi BRI Syariah 2011-2014 .......................................................77 Tabel 4.5 Target efisiensi Maret 2013 ................................................................79 Tabel 4.6 Efisiensi BNI Syariah 2011-2014 .......................................................80 Tabel 4.7 Target Efisiensi Maret 2013 ................................................................82 Tabel 4.8 Efisiensi BCA Syariah 2011-2014 ......................................................83 Tabel 4.9 Target Efisiensi Desember 2013 ........................................................84 Tabel 4.10 Efisiensi Bank Syariah Mandiri 2011-2014 ......................................85 Tabel 4.11 Target Efisiensi September 2014 .....................................................87 Tabel 4.12 Efisiensi Bank Jabar Banten Syariah 2011-2014 .............................88 Tabel 4.13 Efisiensi Bank Mega Syariah 2011-2014 ........................................90 Tabel 4.14 Target Efisiensi September 2014 .....................................................92
xv
Tabel 4.15 Efisiensi Bank Syariah Bukopin 2011-2014 ....................................93 Tabel 4.16 Target Efisiensi September 2011 .....................................................95 Tabel 4.17 Efisiensi Bank Panin Syariah 2011-2014 ........................................96 Tabel 4.18 Target Efisiensi Desember 2011 ......................................................98 Tabel 4.19 Efisiensi Maybank Syariah indonesia 2011-2014 ............................100 Tabel 4.20 Target Efisiensi September 2011 .....................................................102 Tabel 4.21 Efisiensi Gabungan Bank Umum Syariah di Indonesia Tahun 2011-2014 .................................................................................103 Tabel 4.22 Efisiensi Affin Islamic Bank Berhard 2011-2014 ............................107 Tabel 4.23 Target Efisiensi Juni 2012.................................................................108 Tabel 4.24 Efisiensi Alliance Islamic Bank Berhard 2011-2014 .......................109 Tabel 4.25 Target Efisiensi September 2012 ......................................................111 Tabel 4.26 Efisiensi Bank Islam Malaysia Berhard 2011-2014 ........................112 Tabel 4.27 Target efisiensi Maret 2013 .............................................................114 Tabel 4.28 Efisiensi AmIslamic Bank Berhard 2011-2014 ..............................115 Tabel 4.29 Target efisiensi Maret 2013 .............................................................117 Tabel 4.30 Efisiensi Asian Finance Bank Berhard 2011-2014 ..........................118 Tabel 4.31 Target efisiensi Maret 2013 .............................................................120 Tabel 4.32 Efisiensi Asian Bank Muamalat Malaysia Berhard .........................121 Tabel 4.33 Target efisiensi Maret 2011 .............................................................123 Tabel 4.34 Efisiensi OCBC Al-Amin Malaysia Berhard 2011-2014 ................124 Tabel 4.35 Target efisiensi Maret 2013 ..............................................................126 Tabel 4.36 Efisiensi Hong Leong Islamic Bank Berhard 2011-2014 ................127
xvi
Tabel 4.37 Target efisiensi Desember 2011 .......................................................129 Tabel 4.38 Efisiensi Al-Rajhi Banking and Investment Corporation (Malaysia) Berhard 2011- 2014 .......................................................130 Tabel 4.39 Target efisiensi September 2012 ......................................................132 Tabel 4.40 Efisiensi Gabungan Bank Syariah di Malaysia ................................134 Tabel 4.41 One Sample Kolmogorov-Smirnov Test ............................................145 Tabel 4.42 Uji Mann-Whitney U-Test ................................................................145 Tabel 4.43. Uji Regresi Variabel Dummy ..........................................................146
xvii
DAFTAR GAMBAR DAN GRAFIK
Gambar 1.1 Aset Perbankan Syariah di Asia......................................................... 2 Gambar 1.2 Kerangka Pemikiran .......................................................................... 16 Gambar 2.1. Efisiensi Pendekatan Input ............................................................... 39
Gambar 2.2 Efisiensi Pendekatan Output ....................................................... 41 Gambar 2.3 Pendekatan efisiensi .................................................................... 43 Gambar 2.4 Perbedaan antara CRS dan VRS ................................................. 48 Gambar 3.1 Pengukuran Efisiensi Menggunakan 1 Input dan 1 Output ......... 59 Grafik 4.1 Islamic Banking Market Share By Jurisdiction (2012E) ................ 67 Grafik 4.2 Pertumbuhan Aset, Pembiayaan, Deposit Perbankan Syariah di Indonesia ........................................................................ 70 Grafik 4.3 Pertumbuhan Aset, Permbiayaan, Deposit Perbankan Syariah di Malaysia ......................................................................... 72 Grafik 4.4 Rata-Rata Tahunan Bank Muamalat Indonesia (BMI) ................... 74 Grafik 4.5 Rata-Rata Tahunan BRI Syariah 2012-2014 ...................................... 78
Grafik 4.6 Rata-Rata Tahunan BNI Syariah 2011-2014 .................................. 81 Grafik 4.7 Rata-Rata Tahunan BNI Syariah 2011-2014 ................................. 83 Grafik 4.8 Efisiensi Rata-Rata Tahunan Bank Syariah Mandiri ...................... 86 Grafik 4.9 Rata-Rata Tahunan Bank Jabar Banten (BJB) Syariah .................. 89 Grafik 4.10 Efisiensi Rata-Rata Tahunan Bank Mega Syariah ....................... 91 Grafik 4.11 Efisiensi Rata-Rata Tahunan Bank Syariah Bukopin ................... 94 Grafik 4.12 Efisiensi Rata-Rata Tahunan Bank Panin Syariah ....................... 97 xviii
Grafik 4.13 Efisiensi Rata-Rata Tahunan Mybank Syariah Indonesia ............ 101 Grafik 4.14 Rata-Rata Efisiensi 10 (Sepuluh) Bank Syariah di Indonesia Kuartal I 2011-Kuartal IV 2014 ................................................... 105 Grafik 4.15 Rata-Rata Efisiensi Bank Syariah di Indonesia ........................... 106 Grafik 4.16 Efisiensi Rata-Rata Tahunan Affin Islamic Bank Berhard .......... 107 Grafik 4.17 Efisiensi Rata-Rata Tahunan Alliance Islamic Bank Berhard 2011-2014..................................................................................... 110 Grafik 4.18 Efisiensi Rata-Rata Tahunan Bank Islam Malaysia Berhard 2011-2014...................................................................................... 113 Grafik 4.19 Efisiensi Rata-Rata Tahunan AmIslamic Bank Berhard 2011-2014 ....................................................................................... 116 Grafik 4.20 Efisiensi Rata-Rata Tahunan Asian Finance Bank Berhard 2011-2014 ....................................................................................... 119 Grafik 4.21 Efisiensi Rata-Rata Tahunan Bank Muamalat Malaysia Berhard 2011-2014 ........................................................................ 122 Grafik 4.22 Efisiensi OCBC Al-Amin Malaysia Berhard Rata-Rata Tahunan Bank 2011-2014 ............................................................. 125 Grafik 4.23 Efisiensi Hong leong Islamic Bank Berhard Rata-Rata Tahunan Bank 2011-2014 ............................................................. 128 Grafik 4.24 Efisiensi Hong leong Islamic Bank Berhard Rata-Rata Tahunan Bank 2011-2014 ........................................................... 131 Grafik 4.25 Rata-Rata Efisiensi 9 (Sembilan) Bank Syariah di Malaysia Kuartal I 2011-Kuartal IV 2014 .................................................. 136
xix
Grafik 4.26 Rata-Rata Efisiensi Bank Syariah di Malaysia ............................ 137 Grafik 4.27 Perbandingan Efisiensi perbankan syariah antara malaysia dan Indonesia ....................................................................................... 138 Grafik 4.28 Perbandingan tingkat efisiensi saat krisis ..................................... 139 Grafik 4.29 Total Inprovment perbankan syariah perbankan syariah di Indonesia dan Malaysia ................................................................ 141
xx
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Awal mula kegiatan bank syariah, pertama kali di negara Pakistan dan Malaysia sekitar tahun 1940, dan kemudian di negara Mesir. Perbankan syariah di negara Mesir mengambil bentuk sebuah bank simpanan yang berbasis profit sharing (pembagian laba) di kota Myt. Myt Ghamr Bank pada tahun 1963 didirikan di Mesir. Bank ini tidak menggunakan sistem bunga dalam kegiatan usahanya, sebagian besar berinvestasi pada usaha-usaha perdagangan dan industri secara langsung dalam bentuk Partnership dan membagi keuntungan yang didapat dengan para penabung.1 Perkembangan keuangan Islam semakin meluas ke wilayah AsiaPasifik, ditandai dengan didirikannya Islamic Development Bank (IDB) pada tahun 1974 yang dibentuk oleh negara-negara yang tergabung dalam OKI (Organisasi Konferensi Islam) yang kemudian menstimulus berdirinya lembaga-lembaga keuangan Islam di berbagai negara kawasan Asia, termasuk negara-negara bukan anggota OKI, seperti Filipina, Inggris, Australia, Amerika
Serikat,
dan
Rusia.
2
Walaupun
didirikannya
bank
1 Kasmir, Bank dan Lembaga Lain.nya Ed. Keenam, (Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2002), h. 177. 2 Zainul Arifin, “Perkembangan Bank Islam di Indonesia”. Artikel diakses pada 16 Januari 2013 dari http://shariahlife.Wordpress.com dalam Rahmat Hidayat, Efisiensi Perbankan Syariah: Teori dan Praktik, (Bekasi: Gramata Publishing, 2014), h.65.
1
2
tersebut adalah bank antar-pemerintah yang bertujuan untuk meyediakan dana untuk proyek pembangunan negara-negara anggotanya. Prospek pertumbuhan industri keuangan Islam di Asia sangat kuat dari waktu ke waktu, hal ini membawa peluang bisnis untuk berbagai Industri terutama dalam hal perbankan Syariah dan sektor pasar modal. Pada tahun 2013, Industri keuangan Islam di Asia terdiri dari perbankan syariah (total aset USD 189 atau 49% dari total aset keuangan Islam), sukuk (total aset USD 177 atau 45%), aset dana syariah dibawah menejemen (total aset USD 18 atau 5%), dan Takaful (total aset USD 3 atau 1%). Pusat keuangan Islam terbesar di Asia berada di negara Malaysia, Indonesia, Pakistan, dan Bangladesh. Keuangan Islam juga mulai tumbuh di beberapa negara-negara Asia lainnya termasuk Singapura, Brunei Darussalam, Filipina, Hong Kong, Kazakhstan, Azerbaijan dan Thailand. Grafik 1.1. Aset Perbankan Syariah di Asia Brunei Thailand Lainnya 2% 1% 2% Pakistan 5% Bangladesh 9%
Indonesia 11% Malaysia Pakistan
Malaysia 70%
Indonesia Brunei
Bangladesh Thailand
Sumber: Central Banks, CEIC, KFH Research Limited (2013)3
Malaysia International Islamic Finance Centre (MIFC), ” Sustained Growth In Emerging Asia: Offers Regional Expansion For Islamic Finance”, Laporan diakses pada 03 Desember 2014 dari http://www.mifc.com. 3
3
Dari data di atas, terlihat bahwa Malaysia memiliki asset tertinggi sekitar 70% dari keseluruhan aset Perbankan Islam di kawasan Asia. Hal ini mengindikasikan bahwa liberalisasi sektor keuangan yang dilakukan secara terus-menerus dan ditopang oleh peran pemerintah dalam mengembangkan sektor perbankan syariah yang menjadikan Malaysia sebagai poros penggerak kemajuan perdagangan dan memperluas industri keuangan Islam global. Market share keuangan Islam di Malaysia mencapai sekitar 20%. Pertumbuhan aset ini berkembang secara signifikan dan akan terus tumbuh seiring bertambahnya market share perbankan syariah global. Menurut World Islamic Banking Competitiveness Report 2014 oleh Ernst & Young, dengan populasi muslim mencapai sekitar 1,6 Milyar atau hampir seperempat dari populasi dunia menjadikan pasar keuangan Islam sangatlah luas. Secara global rata-rata pertumbuhan aset perbankan Islam mencapai 17% dalam beberapa tahun terakhir. Sedangkan dalam Global Islamic Economy report 2013, Thomson Reuters mengemukakan bahwa aset pasar keuangan Islam saat ini sekitar USD 985 Milyar, kurang dari satu persen dari aset perbankan global. Padahal, potensi pasar bisa berkembang hingga USD 4.095 miliar. Di Asia, penduduk muslim mencapai lebih dari 60 persen Muslim di dunia, merupakan jantung bagi perkembangan keuangan Islam. Indonesia memiliki penduduk Muslim terbesar di Dunia dan Malaysia merupakan pasar keuangan Islam terkemuka di dunia dengan aset yang mencapai USD 412
4
Milyar pada tahun 2012. Potensi pasar keuangan Islam sangatlah besar, merupakan 10 dari 25 pasar yang tumbuh lebih cepat di dunia yang memiliki populasi muslim terbesar.4 Indonesia dengan populasi muslim sekitar 250 juta Jiwa, kemungkinan akan menjadi pasar utama berikutnya untuk pasar keuangan Islam, dengan sektor perbankan syariah yang diperkirakan tumbuh lima kali lipat dari 2011 hingga 2015. Di Malaysia, aset keuangan Islam diperkirakan akan mencapai 40 persen dari sektor perbankan pada tahun 2020.5 Seiring dengan integrasi Masyarakat ekonomi ASEAN (ASEAN Economic Community 2015) yang dicanangkan oleh para kepala negaraanggota ASEAN pada bulan Oktober 2003 melalui Declaration of ASEAN Concord II (Bali Concord II) dan kesepakatan di Cebu tahun 2007, Dalam rangka pembentukan ASEAN sebagai sebuah basis produksi dan pasar tunggal, maka liberalisasi sektor jasa termasuk sektor jasa keuangan menjadi suatu langkah strategis. Khusus di sektor keuangan dan moneter, liberalisasi jasa keuangan di kawasan Asia Tenggara menjadi salah satu langkah terpenting dalam pelaksanaan peta jalan integrasi keuangan ASEAN atau yang
Ernest & Young, “analist Report: 2014”, dalam Artikel Asia Briefing, Asia: the Future of Islamic Finance?, Artikel diakses pada 23 November 2014 dari http://www.asiabriefing.com/news/2014/07/asia-future-islamic-finance/. 5 Asia Briefing, “Asia: the Future of Islamic Finance?”, Artikel diakses pada 23 November 2014, dari http://www.asiabriefing.com/news/2014/07/asia-future-islamic-finance/. 4
5
lebih dikenal dengan singkatan
RIA-Fin
(Roadmap for Monetary and
Financial Integration of ASEAN).6 Menjelang AEC (ASEAN Economic Community) atau biasa dikenal dengan MEA (Masyarakat Ekonomi ASEAN), di mana akan terjadi perdagangan bebas di kawasan regional ASEAN maka investor, masyarakat, dan tenaga kerja di berbagai Negara di kawasan ASEAN akan bebas melakukan kegiatan di setiap negara anggota ASEAN. Hal tersebut pun akan memunculkan persaingan ketat perbankan di negara-negara ASEAN. Kemudian 5 Tahun ke depan akan ada Qualified ASEAN Banks di tahun 2020. Seiring dengan integrasi MEA 2015 dan QAB (Qualified ASEAN Banks)2020, maka perbankan syariah di setiap Negara-Negara ASEAN harus meningkatkan ketahanan, daya saing, dan efisiensi. Perbankan syariah sebagai bagian dari sistem perbankan nasional mempunyai peranan penting dalam perekonomian. Peranan perbankan syariah dalam aktivitas ekonomi mendorong aktivitas perekonomian suatu negara, maka bila tidak dikeola dengan baik akan menjadi pemicu krisis perekonomian. Indikator efisiensi perbankan merupakan cerminan bagi sebuah kesehatan perbankan dan menjadi tolak ukur kepercayaan masyarakat. Sebagai fungsi intermediasi dimana market share yang akan terbuka luas.
6
Sigit Setiawan, Liberalisasi Jasa Keuangan: Komitmen Liberalisasi Dan Langkah Lanjutan Dalam Mendorong Integrasi Pasar Finansial ASEAN, Catatan Hasil Pertemuan ke31 ASEAN Working Committee-Financial Services Liberalization (ASEAN WC-FSL), (Kuala Lumpur, Malaysia, Juli 2011), h. 1.
6
Bank yang rendah dalam menghimpun DPK (Dana Pihak ketiga) dan rendah pula dalam penyaluran dananya menandakan bank tersebut tidak efisien. Kemampuan menghimpun dana masyarakat (DPK) dengan baik dan menyalurkannya dengan baik serta bisa meminimumkan biaya untuk memperoleh keuntungan maksimum itulah bank yang efisien. Perbankan syariah yang sedang berkembang pesat tertuntut untuk memiliki tingkat efisiensi yang baik di tengah persaingan perbankan asing, apalagi akan ada MEA 2015 dan QAB 2020. Penelitian tentang kompetisi tingkat efisiensi antar bank-bank di negara-negara ASEAN sangatlah penting untuk diteliti sebagai wahana untuk mempersiapkan ekonomi negara-negara yang tergabung dalam AEC (ASEAN economic Community) dan QAB (Qualified ASEAN Banks)-2020 yang diharapkan dapat menyokong perekenomian global. Agar tetap beroperasi maka setiap entitas keuangan harus dapat diukur hasil kerjanya dalam bentuk kinerja. Efisiensi dalam ranah perbankan adalah salah satu hal yang sangat penting dalam mengukur suatu kinerja bank dalam melaksanakan kegiatan operasionalnya. Rasio Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) dan Net Operating Margin (NOM) sering dijadikan acuan dalam menganalisis efisiensi yang merupakan salah satu komponen dalam analisis CAMEL (Capital Asset Management Equity Liability).
7
Berdasarkan hasil penelitian Halim Alamsyah yang disampaikan dalam acara milad ke-8 Ikatan Ahli Ekonomi Islam (IAEI) mengemukakan bahwa rasio BOPO dan NOM perbankan syariah di Indonesia jauh lebih tinggi dari Malaysia. Dari analisis rasio tersebut mengindikasikan bahwa Bank Syariah di Indonesia masih kalah efisien dibandingkan Malaysia. Berikut data perbandingan BOPO dan NOM perbankan syariah di Indonesia dan Malaysia: Tabel 1.1 Perbandingan Indikator Efisiesi Perbankan Syariah Antar Negara7 BOPO
NOM
Sampel Bank
Indonesia
Malaysia
Indonesia
Malaysia
Sample ke-1
76.54
29.59
2.14
2.78
Sample ke-2
85.52
39.50
5.01
2.93
Sample ke-3
98.56
64.30
7.59
4.07
Rata-rata
86.87
44.46
4.91
3.26
Sumber:Data Diolah dari Paper Perkembangan dan Prospek Perbankan Syariah Indonesia: Tantangan Dalam Menyongsong MEA 2015, Halim Alamsyah, 2012. Namun Rasio BOPO dan NOM tersebut memiliki kelemahan dalam mengukur efisiensi diantaranya, sulit untuk menyamaratakan apakah suatu rasio itu baik atau buruk, sulit untuk menyatakan apakah suatu perusahaan
7
Halim Alamsyah, Perkembangan dan Prospek Perbankan Syariah Indonesia: Tantangan Dalam Menyongsong MEA 2015, Disampaikan dalam Ceramah Ilmiah Ikatan Ahli Ekonomi Islam (IAEI), Milad ke-8 IAEI, (13 April 2012). h.
8
tersebut kuat atau lemah dan tidak memperhitungkan biaya modal.8 Selain itu rasio CAMEL juga tidak terlalu memperhatikan faktor efisiensi. Untuk mengatasi kekurangan yang ada pada analisis rasio dalam mengukur kinerja perusahaan, maka pendekatan Frontier dikembangkan untuk mengukur tingkat efisiensi perusahaan. Salah satu pendekatan Frontier yang sering digunakan dalam menganalisis efisiensi bank adalah menggunakan metode yaitu Data Envelopment Analysis (DEA). DEA merupakan suatu teknik pemrograman matematika untuk mengukur tingkat efisiensi dari unit pengambil keputusan (UPK) atau Decision Making Unit (DMU) relatif terhadap UPK yang sejenis ketika unit-unit ini berada atau dibawah kurva efisiensi frontiernya. Metode ini mempunyai keuntungan dibandingkan dengan metode parametrik. Keuntungan dalam menggunakan metode nonparametrik adalah kita dapat mengidentifikasi unit yang digunakan sebagai referensi. Oleh karena itu, penelitian terkait kompetisi tingkat efisiensi antar Bank Syariah di Malaysia dan Indonesia sangat penting untuk diteliti dalam mempersiapkan menghadapi MEA (Masyarakat Ekonomi ASEAN) 2015 dan QAB (Qualified ASEAN Banks) 2020, maka perlunya evaluasi kinerja efisiensi untuk melakukan perbaikan dan melihat objek penelitian ini
8
Endri, Analisis Kinerja Keuangan dengan Menggunakan Rasio-Rasio Keuangan dan Economic Value Added (Studi kasus PT. Bank Mandiri Syariah), jurnal ekonomi vol. 13, No. 1 (Mei 2008): h.160. dalam Skripsi Syafaat Muhari, Tingkat Efisiensi BPRS di Indonesia: Perbandingan metode SFA dengan DEA dan Hubungannya dengan CAMEL, (2013). h. 4.
9
melibatkan perbankan syariah di Malaysia dan Indonesia. Hal ini sebagai cerminan tingkat persaingan diantara kedua negara tersebut serta solusi kebijakan lainnya bisa menjadi pertimbangan ilmiah bagi regulator. Dengan demikian penulis tertarik untuk meneliti lebih jauh tentang efisiensi perbankan dengan judul penelitian, yaitu “Perbandingan Tingkat Efisiensi Perbankan Syariah antara Malaysia dan Indonesia”. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut, maka identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Rasio BOPO dan NOM memiliki kelemahan dalam mengukur tingkat efisensi, sulit untuk menyamaratakan apakah rasio itu baik atau buruk karena tidak terlalu memperhatikan faktor efisiensi. 2. Seiring dengan adanya Integrasi MEA (Masyarakat Ekonomi ASEAN) 2015 dan QAB (Qualified ASEAN Banks) 2020, maka perlu adanya evaluasi kinerja efisiensi perbankan syariah di Malaysia dan Indonesia. C. Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah Berdasarkan
latar
belakang
tersebut,
peneliti
membatasi
permasalahan yang akan diteliti pada aspek yang dianalisis agar tidak keluar dari pembahasan, diantaranya: a. Metode analisis yang digunakan adalah pendekatan nonparametrik Data Envelopment Analysis (DEA).
10
b. Jangka waktu penelitian dari kuartal I tahun 2011 hingga kuartal IV tahun 2014. c. Negara yang akan diteliti adalah bank syariah yang berada di Indonesia dan Malaysia. d. Bank syariah yang akan diteliti adalah Bank Umum Syariah (Full Fledged Islamic Bank ) yang berada di Malaysia dan Indonesia. 2.
Perumusan Masalah Melalui pembatasan masalah di atas, maka untuk mempermudah penulisan skripsi ini, penulis merumuskan masalah penelitian sebagai berikut: a. Bagaimana tingkat efisiensi perbankan syariah di Malaysia dan Indonesia? b. Komponen apa saja yang mempengaruhi efisiensi pada perbankan syariah di Malaysia dan Indonesia?
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Tujuan utama yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah: a. Untuk menganalisis tingkat efisiensi perbankan syariah di Malaysia dan Indonesia. b. Untuk menganalisis Komponen apa saja yang mempengaruhi efisiensi pada perbankan syariah di Malaysia dan Indonesia. 2. Manfaat Penelitian Penelitian perbandingan tingkat efisiesi Perbankan Syariah antara Malaysia dan Indonesia diharapkan dapat menjadi bahan evaluasi,
11
menciptakan kebijakan, dan bahan pertimbangan dalam membuat kebijakan bagi regulator dalam menyongsong MEA 2015 dan QAB 2020. Adapun manfaat penelitian ini adalah: a. Bagi Penulis Penelitian ini diharapkan dapat menambah khazanah pengetahuan bagi penulis, mengembangkan kemampuan penulis untuk berpikir ilmiah, dapat mengimplementasikan ilmu yang telah didapat pada kurikulum kuliah yang telah diajarkan dan berkontribusi memberikan solusi dalam mendorong diterapkannya
kebijakan-kebijakan
untuk
menangani
permasalahan
ekonomi khususnya dalam bidang Perbankan Syariah. b. Akademisi dan Pembaca Mengembangkan keilmuan, sumber pengetahuan, tambahan referensi dan dapat dijadikan bahan perbandingan dari penelitian yang telah ada maupun yang akan dilakukan. c. Bagi Perbankan Syariah, Bank Sentral/regulator, dan Pemerintah Memberikan informasi dan solusi terkait efisiensi Perbankan Syariah di Malaysia dan Indonesia dalam menyongsong MEA 2015 dan QAB-2020 agar dapat menjadi gambaran dalam menentukan kebijakan-kebijakan yang terbaik untuk mengembangkan perbankan syariah dan menjadi tolak ukur dalam mengembangkan perbankan syariah di Malaysia dan Indonesia. d. Masyarakat
12
Memberikan informasi kondisi Perbankan Syariah di Malaysia dan indonesia terkait efisiensinya sebagai pertimbangan untuk mempercayakan dananya kepada lembaga keuangan seperti Perbankan. E. Review Studi Terdahulu Dalam rangka penentuan fokus penelitian, peneliti telah membandingkan dengan penelitian terdahulu guna mendukung materi yang akan dibahas. Terdapat beberapa penelitian yang telah membahas mengenai efisiensi perbankan syariah, yakni: Tabel 1.2 Penelitian Terdahulu No 1.
Sumber Muhammad Khyzer Bin Dost, Hafiz Zaffar Ahmad, dan Khudaija Warraich. Scale Efficiency Of Islamic Banks Of Pakistan. Arabian Journal of Business and Management Review (OMAN Chapter). Vol. 1, No.5; Desember 2011.
Deskripsi Penelitian Penelitian ini meneliti efisiensi skala 18 Bank Islam di Pakistan pada periode 2006-2009 dengan menggunakan metode DEA dalam mengukur efisiensi dengan CRS dan VRS. Variabel input yang digunakan adalah Deposits dan total Assets. Variabel output yang digunakan adalah Investments dan Net Spread Earned.
Hasil
Letak Perbedaan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Dawood Islamic Bank adalah bank yang paling efisien, bank tersebut memiliki nilai efisiensi skala rata-rata tertinggi pada tahun 2007 sebesar 100% dibandingkan 17 Bank Islam yang beroperasi di Pakistan.
Penulis mengukur perbandingan tingkat efisiensi Bank Syariah di Malaysia dan Indonesia pada periode 20112014 dengan menggunakan DEA dengan pendekatan VRS. Variabel input yang digunakan adalah DPK, Beban Personalia, dan Aset tetap. Dan Variabel Output adalah total Pembiayaan dan Pendapatan Operasional.
13
2.
3.
Abdul Wahab, Muhamad Nadratuzzaman Hosen & Syafaat Muhari. “Komparasi efisiensi teknis Bank Umum Konvensional (BUK) dan Bank Umum Syariah (BUS) di Indonesia dengan Metode Data Envelopment Analiysis”. ALIqtishad Jurnal Ilmu Ekonomi Syariah, Vol. VI, No.2, juli 2014.
Penelitian ini membandingkan efisiensi teknis Bank Umum Konvensional dan Bank Umum Syariah di Indonesia dengan metode DEA. Variabel Inputnya DPK, Biaya Tenaga Kerja, dan Aset Tetap. Variabel Outputnya Total Kredit dan Pendapatan Lainnya. Selain itu, diukur juga profitabilitasnya dengan metode Regresi Panel. Variabel dependennya, CAR, LDR, NPL dan BOPO. Variabel dependennya ROA dan ROE. Jill John, Marwan Penelitian ini Izzeldin and menguji efisiensi Vasileios Pappas. perbankan Islam dan “Efficiency in Konvensional di Islamic and wilayah GCC (Gulf conventional Cooperation banks: A Council) dengan comparison based metode FRA dan on financial DEA. Variabel ratios and Data inputnya Deposits envelopment and short term analysis (DEA)”. funding, fixed assets, Department of general and Economics administration Lancaster expenses equity. Dan University. variabel outputnya, total loans and
Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa Bank Umum konvensional memiliki efisiensi teknis yang lebih baik dari bank umum syariah. hal ini dikarenakan inefisiensi pada penggunaan variabel input, seperti dana pihak ketiga, aset tetap, dan biaya tenaga kerja di Bank Syariah.
Penulis mengukur perbandingan tingkat efisiensi Perbankan Syariah di Malaysia dan Indonesia dengan metode DEA. Dengan variabel inputnya, Total Pembiayaan , biaya tenaga kerja dan Aset Tetap. Variabel Outputnya, total pembiayaan dan pendapatan operasional.
Hasil uji dengan metode FRA, Perbankan Islam kurang efisien dalam hal biaya namun pendapatannya lebih efisien dibandingkan bank konvensional. Dengan metode DEA, signifikansi efisiensi Perbankan Syariah lebih rendah dibandingkan Bank Konvensional.
Penulis meneliti perbandingan tingkat efisiensi Perbankan Syariah di Malaysia dan Indonesia dengan metode DEA. Variabel output yang digunakan adalah Pendapatan operasional dan total Pembiayaan.
14
4.
Rossazana AbRahim, Norlina Kadri and Farhana Ismail, “Eficiency performance of Malaysian Islamic banks”. Munich Personal RePEc Archive (MPRA). 16 April 2013.
5.
Fatimah Salwa Abd. Hadi and Norma Md. Saad. “An Analysis on the Efficiency of the Malaysian Islamic Banking Industry: Domestic vs. Foreign”. international association for Islamic economics Review of Islamic Economics, Vol. 14, No. 1, 2010, pp. 27–47.
earnings assets. Penelitian ini menguji kinerja efisiensi enam belas bank syariah, asing dan bank domestik untuk periode 20062011. Menggunakan metode analisis DEA. Dengan variabel inputnya, personnel expenses (PE), fixed assets (FA), total deposits and short term funding. Sedangkan variabel outputnya, Total loans and advances (LN), securities portfolio (SEC) and off-balance sheet items (OBS). Penelitian ini menguji performa efisiensi full-fledge bank I di Malaysia pada periode 20062011 dengan metode DEA. Variabel inputnya adalah total Deposito, Labor, dan fixed Assets. Dan Variabel Outputnya adalah Total Loan dan Income.
Dari hasil penelitian tersebut Bank Islam luar negeri lebih efisien dibandingkan bank lokal dengan menggunakan teori efisiensi tehnik dan efisiensi alokatif. Dengan rata-rata efisiensi teknis dari tahun 2006-2011 adalah 81%, dan rata-rata efisiensi alokatif sebesar 73%.
Penulis mengukur perbandingan tingkat efisiensi Bank Syariah di Malaysia dan Indonesia pada periode 20112014 dengan menggunakan DEA dengan pendekatan VRS. Variabel input yang digunakan adalah DPK, Beban Personalia, dan Aset tetap. Dan Variabel Output yang digunakan adalah total Pembiayaan dan Pendapatan Operasional. efisiensi skala Penulis mengukur mendominasi perbandingan dalam menentukan tingkat efisiensi efisiensi biaya pada Bank Syariah di bank syariah di Malaysia dan Malaysia dan Indonesia pada efisiensi bank periode 2011Syariah di 2014. Asumsi Malaysia lebih yang digunakan efisien dengan nilai adalah VRS efisiensi sebesar (Variabel Return 92,4%, to Scale) dibandingkan Bank Syariah Luar Negeri efisiensinya sebesar 90,4%.
15
F. Kerangka Pemikiran Teoritis Berdasarkan tinjauan pustaka dan penelitian terdahulu, penulis membuat kerangka Pemikiran yang tepat untuk mengukur tingkat perbandingan efisiensi perbankan syariah di Malaysia dan Indonesia selama periode kuarta ke-1 tahun 2011-kuartal ke-IV tahun 2014. Dalam pengukurannya penulis menggunakan pendekatan intermediasi dengan variabel inputnya meliputi DPK, beban personalia, dan aset tetap sedangkan outputnya terdiri dari total pembiayaan dan pendapatan operasional. Variabel tersebut juga digunakan oleh penelitian sebelumnya yaitu Ascarya, Diana Yumanita, dan Guruh SR (2008), Fatimah Salwa Abd. Hadi and Norma Md. Saad. (2010), dan Asep Saefullah (2013). Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah nonparametrik Data Enveloppment Analysis (DEA). Setelah menentukan tingkat efisiensi dengan metode DEA kemudian dilakukan uji normalitas data dengan Kolmogrov-smirnov untuk mengetahui normal tidaknya distribusi data yang digunakan. Jika data terdistribusi normal, maka uji yang digunakan adalah Independent sample t-test/uji t sample bebas. Sedangkan jika data tidak terdistribusi normal, maka uji yang digunakan adalah uji beda Mann Whitney UTest. Kemudian dilakukan uji regresi dengan variabel boneka (dummy) untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan antara bank syariah di Malaysia dan Indonesia, serta pengaruh kedua negara tersebut terhadap nilai efisiensi. Software analisis yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah software WDEA (WarwickDEA) 1.03 untuk mengestimasi bobot efisiensi pada
16
DEA, dan SPSS 20 untuk uji normalitas data. Hubungan alur berpikir dalam analisis yang akan diteliti oleh penulis dapat dilihat pada gambar analisis sistematis berikut ini: Gambar 1.2 Kerangka Pemikiran Bank Syariah di Malaysia dan Indonesia periode 2011-2014
Kinerja/Efisiensi
Pendekatan Intermediasi
Input
Output
1. DPK 2. Beban personalia 3. Aset tetap
1. Total Pembiayaan 2. Pendapatan Operasional
DEA 9 Uji Kolmogrov-Smirnov Jika data Normal Uji Beda Independen t-test
Jika data tidak Normal Uji Beda Mann Whitney
Hasil penelitian Rekomendasi Kebijakan
Uji Regresi variabel Dummy (Two Stage DEA)
17
G. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan Kuantitatif. Penelitian deskriptif adalah sebuah penelitian yang bertujuan untuk memberikan atau menjabarkan suatu keadaan atau fenomena yang terjadi saat ini dengan dengan menggunakan prosedur ilmiah untuk menjawab masalah secara aktual. Analisis kuantitatif adalah analisis yang menggunakan alat analisis bersifat kuantitatif, yaitu alat analisis yang menggunakan model-model, seperti model matematika, model statistik, dan ekonometrik. Hasil analisis disajikan dalam bentuk angka-angka yang kemudian dijelaskan dan diinterpretasikan dalm suatu uraian. 9 2. Sumber data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber yang menerbitkan dan bersifat siap pakai.menurut Prasetya Irawan, data sekunder adalah data yang diambil secara tidak langsung dari sumbernya. Data sekunder biasanya diambil dati dokumen-dokumen (laporan, karya tulis orang lain, koran, majalah). 10 Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari laporan keuangan triwulan yang dipublikasikan oleh Bank Sentral setiap negara, dan 9
Iqbal Hasan, Analisis Data Penelitian Dengan Statistik, (Jakarta: Media Grafika, 2009), h.
30. 10
Prasetya Irawan, Logika dan Prosedur Penelitian, (Jakarta: STIA-LAN Press, 1999), h.87.
18
situs pada bank yang menjadi objek penelitian dari tahun 2011 hingga 2014. Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini dikarenakan data yang diperoleh lebih akurat dan valid karena telah diaudit oleh akuntan publik. Selain itu juga, penulis melakukan studi kepustakaan dari berbagai literatur ilmiah yang berkaitan dengan penelitian ini. 3. Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode dokumentasi. Metode ini mencakup penghimpunan informasi dan data, studi pustaka dan eksplorasi dari literatur-literatur ilmiah Serta laporan keuangan publikasi oleh bank sentral dan laporan keuangan publikasi oleh Bank-Bank Syariah yang bersangkutan. 4. Metode Analisis Data Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan mengolah data variabel-variabel input dan output yang ada di dalam laporan keuangan Bank. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah Data Envelopment Analysis (DEA) yang sudah teruji dan banyak dipercaya oleh peneliti yang mengukur tingkat efisiensi perbankan. Dalam proses pengolahannya menggunakan software WDEA dan SPSS 20 (Uji Normalitas KolmogrovSmirnov dan Uji beda Mann Whiteney U-Test/Uji beda t-test) untuk melakukan uji perbedaan efisiensi perbankan syariah di Malaysia dan Indonesia.
19
5. Teknik Penulisan Teknik penulisan ini berpedoman pada Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2007. H. Sistematika Penulisan Secara garis besar, skripsi ini terdiri dari 5 (lima) bab dan beberapa sub bab. Agar mendapat arahan yang jelas mengenai pembahasan dalam skripsi ini, berikut sistematika penulisannya secara lengkap: BAB 1
PENDAHULUAN Bab ini membahas tentang latar belakang, identifikasi masalah, perumusan masalah dan pembatasan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, review studi terdahulu, kerangka pemikiran teoritis, metodologi penelitian, dan sistematika penulisan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA Bab ini berisi tinjauan pustaka terhadap hal-hal yang akan dibahas berisikan teori-teori mengenai perbankan syariah, efisiensi bank, penelitian terdahulu, dan kerangka pemikiran teoritis.
BAB III METODE PENELITIAN Bab ini menjelaskan tentang sumber data yang digunakan dan terkait dengan variabel input dan outputnya serta metode analisis yang digunakan untuk menjawab semua perumusan masalah yang akan menjadi pembahasan dalam bab ini.
20
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN Bab ini berisi tentang pembahasan hasil dari data yang telah diolah secara mendalam dengan menggunakan alat analisis, sehingga akan didapat hasil penelitian yang baik yang kemudian akan merujuk pada simpulan dan rekomendasi. BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini berisi tentang kesimpulan dari keseluruhan pembahasan analisis olahan data dan berisi rekomendasi yang tepat untuk dijadikan solusi bagi para pihak terkait dan yang berkepentingan dengan tema yang diteliti.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Bank Syariah 1. Pengertian Bank Syariah Perbankan Islam didefinisikan sebagai perbankan yang selaras dengan sistem nilai dan etos Islam.1 Dalam Al-Qur’an, istilah bank disebutkan secara eksplisit. Tetapi jika yang dimaksud adalah sesuatu yang memiliki unsur-unsur seperti struktur, manajemen, fungsi, hak dan kewajiban maka semua itu disebutkan dengan jelas seperti zakat, sadaqoh, ghanimah (rampasan perang), bai’ (Jual beli), dayn’ (utang dagang), maal (harta) dan sebagainya yang memiliki fungsi yang dilaksanakan oleh peran tertentu dalam kegiatan ekonomi.2 Secara Umum, Pengertian bank Islam (Islamic Bank) adalah bank yang pengoperasiannya disesuaikan dengan prinsip syariat Islam. Saat ini, banyak istilah yang diberikan untuk menyebut entitas bank Islam selain istilah bank Islam itu sendiri, yakni bank tanpa bunga (interest-free bank), bank tanpa riba (Lariba bank), dan bank syariah (Shari’a bank).3
1 AB. Mumin AB. Ghani, Sisten Kewagan Islam dan Pelaksanaannya di Malaysia, (Kuala Lumpur: Jabatan Kemajuan Islam Malaysia, 1999), h. 255. 2 Zainul Arifin, “ Dasar-Dasar Manajemen Bank Syaria”, (Jakarta: Alvabet, 2002), h.2. Dalam Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah Ed.3,( Yogyakarta: Ekonsia, 2008). h. 3. 3 Adrian Sutedi, Perbankan Syariah: Tinjauan dan beberapa segi Hukum, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2009), h..35.
21
22
Antonio dan Perwataatmadja 4 , memberikan dua definisi terhadap bank syariah, yaitu bank yang beroperasi sesuai dengan prinsip-prinsip syariah Islam dan bank yang tata cara beroperasinya mengacu pada ketentuan-ketentuan Al-Quran dan Hadits. Lebih jauh lagi, maksud dari bank yang beroperasi sesuai dengan prinsip-prinsip syariah Islam adalah bank yang dalam operasinya mengikuti ketentuan-ketentuan syariah Islam khususnya yang menyangkut tata cara bermuamalat secara Islam. dalam tata cara bermuamalat tersebut dijauhi praktek-praktek yang dikhawatirkan mengandung unsur-unsur riba untuk diisi dengan kegiatan atas dasar bagi hasil dan pembiayaan perdagangan. Dapat disimpulkan bahwa bank Islam atau bank syariah adalah badan usaha yang fungsinya sebagai penghimpun dana dari masyarakat dan penyalur dana kepada masyarakat, yang sistem dan mekanisme kegiatan usahanya berdasarkan kepada hukum Islam atau prinsip syariah sebagaimana yang diatur dalam Al-Quran dan Al-Hadis.
5
Dalam
menjalankan aktivitasnya, bank syariah menganut prinsip-prinsip sebagai berikut 6:
4 Muhammad, Manajemen Pembiayaan Bank Syariah, (Yogyakarta: UUP AMP YKPN, 2005), h. 1. 5 Rachmadi Usman, Aspek Hukum Perbankan Syariah di Indonesia, (Jakarta: Sinar Grafika, 2012), h.35. 6 Wirdiyaningsih, et.al., Bank dan Asuransi Islam di Indonesia, (Jakarta: Kencana Prenada Media dan Badan Penerbit Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2005), h. 39. Dalam Rachmadi Usman, Aspek Hukum Perbankan Syariah di Indonesia, (Jakarta: Sinar Grafika, 2012), h.35.
23
1. Prinsip Keadilan Prinsip ini tercermin dari penerapan imbalan atas dasar bagi hasil dan pengambilan margin keuntungan yang disepakati bersama antara bank dengan nasabah. 2. Prinsip Kesederajatan Bank syariah menempatkan nasabah penyimpan dana, nasabah pengguna dana, maupun bank pada kedudukan yang sama dan sederajat. Hal ini tercermin dalam hak, kewajiban, risiko, dan keuntungan yang berimbang antara nasabah penyimpan dana, nasabah pengguna dana maupun bank. 3. Prinsip Ketenteraman Produk-produk bank syariah telah sesuai dengan prinsip dan kaidah muamalah Islam dengan tidak adanya unsur riba serta penerapan zakat harta. Artinya nasabah akan merasakan ketenteraman lahir maupun batin. 2. Tujuan Bank Syariah Ada beberapa tujuan dari perbankan syariah. diantara ilmuan dan para profesional muslim berbeda pendapat mengenai tujuan tersebut. Menurut Handbook of Islamic Banking 7 , perbankan Islam ialah perbankan yang
7 Handbook Of Islamic Banking diterbitkan dalam bahasa Arab oleh The International Asosiation of Islamic Banks di Kairo dalam enam jilid. Uraian dalam tulisan ini dikutipan dari Elias G. Kazarian, Op. Cit., h. 54-61 dalam Sutan Remy Sjahdeini, Perbankan Islam dan Kedudukannya dalam Tata Hukum Perbankan Indonesia, (Jakarta: PT. Pustaka Utama Grafiti, 2005), h.21.
24
menyediakan fasilitas keuangan dengan cara mengupayakan instrumeninstrumen keuangan (financial Instruments) yang sesuai dengan ketentuanketentuan dan norma-norma syariah. bank Islam berbeda dengan bank Konvensional dilihat dari segi partisipasinya yang aktif dalam proses pengembangan sosio-ekonomis negara-negara Islam. dikemukakan pula bahwa, perbankan Islam bukan ditunjukkan untuk memaksimumkan keuntungannya sebagaimana halnya sistem perbankan yang berdasarkan bunga, melainkan untuk memberikan keuntungan-keuntungan sosio-ekonomis bagi orang-orang muslim. Dalam bukunya yang berjudul Towards a Just Monetary System M. Umer Chapra mengemukakan bahwa suatu dimensi kesejahteraan sosial dapat diperkenalkan pada semua pembiayaan bank. Pembiayaan perbankan Islam harus disediakan untuk meningkatkan kesempatan kerja dan kesejahteraan ekonomi sesuai dengan nilai-nilai Islam.8 Secara umum, tujuan berdirinya bank syariah adalah memberikan sumbangan terhadap pertumbuhan ekonomi masyarakat melalui pembiayaanpembiayaan yang dikeluarkan oleh bank syariah. adapun secara khusus tujuan perbankan syariah, yaitu: a. Memberdayakan ekonomi masyarakat dan beroperasi secara transparan, artinya pengelolaan bank syariah harus didasarkan pada visi ekonomi kerakyatan dan upaya ini terwujud apabila ada mekanisme operasi yang
8
Ibid., h. 22.
25
transparan. b. Memberikan return yang lebih baik, artinya investasi bank syariah tidak memberikan janji yang pasti mengenai return yang diberikan kepada investor karena tergantung besarnya return. Apabila keuntungan lebih besar, investor akan ikut menikmatinya dalam jumlah lebih besar. c. Mendorong penurunan spekulasi di pasar keuangan, artinya bank syariah lebih mengarahkan dananya untuk transaksi produktif. d. Mendorong pemerataan pendapatan, artinya salah satu transaksi yang membedakan bank syariah dengan bank konvensional adalah pengumpulan dana zakat, infak dan sedekah (ZIS). Peranan ZIS sendiri diantaranya untuk memeratakan pendapatan masyarakat. e. Meningkatkan efisiensi mobilisasi dana. 3. Kegiatan Usaha Bank Syariah a. Penghimpunan Dana Berdasarkan Fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN), ada dua prinsip penghimpunan dana, yaitu9 1) Penghimpunan dana dengan prinsip wadiah Wadiah berarti titipan dari suatu pihak ke puhak lain, baik individu maupun badan hukum yang harus dijaga dan dikembalikan oleh penerima titipan kapan pun si penitip menghendaki. Wadiah dibagi menjadi dua,
9
Kautsar Rizal Salman, Akuntansi Perbankan Syariah Berbasis PSAK Syariah, (Padang: @kademia, 2012), h. 74.
26
yaitu wadiah yad dhamanah dan wadiah yad amanah. a) Wadiah Yad Dhamanah Wadiah yad dhamanah merupakan titipan selama belum dikembalikan kepada penitip dapat dimanfaatkan oleh penerima titipan. Prinsip wadiah ini juga yang lazim digunakan pada kegiatan penghimpunan dana berupa giro dan tabungan. Giro wadiah adalah titipan pihak ketiga pada bank syariah yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan menggunakan,cek, bilyet giro, kartu ATM, sarana perintah pembayaran lainnya, atau dengan cara pemindahbukuan. Prinsip wadiah cenderung untuk kegiatan penghimpunan melalui giro, sedangkan tabungan wadiah cenderung menggunakan prinsip lain, yaitu prinsip mudharabah. b) Wadiah Yad Amanah Wadiah yad amanah merupakan penerima titipan tidak boleh memanfaatkan barang titipan tersebut sampai si penitip mengambil kembali titipannya. Barang yang dititip adalah sesuatu yang berharga yang dapat berupa uang, dokumen atau barang berharga lainnya. 10 Dalam akad ini, pada dasarnya pihak penerima titipan tidak diharuskan bertanggung jawab jika sewaktu dalam penitipan terjadi kehilangan atau kerusakan pada barang/aset titipan, selama hal ini bukan akibat
10
Rinda Hesti K., Sistem Informasi Perbankan Syariah, (Tangerang Selatan: UIN Jakarta Press, 2013), h. 44.
27
dari kelalaian atau kecerobohan yang bersangkutan dalam memelihara barang/aset titipan. Biaya penitipan boleh dibebankan kepada pihak penitip sebagai kompensasi atas tanggung jawab pemeliharaan. 11 2) Penghimpunan Dana dengan Prinsip Mudharabah Mudharabah adalah perjanjian kerjasama antara pihak yang menyediakan dana (shahibul maal) dan pihak yang bertanggung jawab atas pengelolaan usaha (Mudharib).
Mudharabah terbagi menjadi 3 (Tiga), yaitu
mudharabah muthlaqah, mudharabah muqayyadah, dan mudharabah musytarakah. Mudharabah muthlaqah adalah salah satu jenis mudharabah yang memberi kuasa kepada mudharib secara penuh untuk menjalankan usaha tanpa batasan dalam mnjalankan usaha tersebut. Mudharabah muqayyadah merupakan salah satu jenis mudharabah dimana pemilik dana memberi batasan kepada pengelola dana berupa jenis usaha, tempat, pemasok,
maupun
konsumen.
Adapun
mudharabah
musytarakah
merupakan bentuk mudharabah dimana pengelola dana menyertakan modal atau dananya dalam kerjasama invetasi. Pola investasi terikat (Mudharabah muqayyadah) dapat dilakukan dengan cara channeling dan executing. Pola channeling adalah apabila risiko ditanggung oleh pemilik dana dan bank sebagai agen tidak menanggung risiko. Dana mudharabah yang disalurkan dalam pola ini disajikan dalam
11
Ascarya, Akad dan Produk Bank Syariah, (Jakarta:Grafindo, 2007), h.4142.
28
laporan investasi terikat dan terpisah dalam neraca bank syariah. Pola executing adalah apabila bank sebagai agen juga menanggung risiko. Dana mudharabah yang disalurkan disajikan dalam neraca bank syariah. a) Tabungan Mudharabah Tabungan mudharabah adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat tertentu yag telah disepakati, tetapi tidak dapat ditarik dengan cek atau alat yag dipersamakan dengan itu. Perbedaan tabungan wadiah dan tabungan mudharabah terletak pada empat aspek, yaitu sifat dana, insentif, pengembalian dana, dan pada waktu penarikan. Berikut ini akan dijelaskan secara singkat perbedaan antara tabungan wadiah dan tabungan mudharabah. Tabel 2.1 Perbedaaan Tabungan Wadiah dan Tabungan Mudharabah Perbedaan Sifat dana Insentif
Tabungan Wadiah Dana bersifat titipan Insentif atau bonus tidak disyaratkan di muka dan bersifat sukarela jika bank hendak memberikannya.
Tabungan Mudharabah Dana bersifat investasi Terdapat bagi hasil yang wajib diberikan oleh bank jika memperoleh pendapatan atau laba pada setiap periode kepada penabung sesuai dengan nisbah yang disepakati. Dana tidak dijamin dikembalikan semua oleh bank.
Dana dijamin akan dikembalika semua oleh bank. Penarikan dana dapat Penarikan dana hanya dilakukan Waktu dilakukan sewaktu-waktu pada periode tertentu. penarikan Sumber: Akuntansi Perbankan Syariah, Rizal Yaya, 200912 Pengembalian dana
12
Rinda Hesti K., Sistem Informasi Perbankan Syariah, (Tangerang Selatan: UIN Jakarta Press, 2013), h. 75.
29
b) Deposito Mudharabah Deposito mudharabah adalah simppanan dana dengan skema pemilik dana mempercayakan dananya untuk dikelola oleh bank dengan hasil yang diperoleh dibagi antara pemilik dana dan bank dengan nisbah yang disepakati sejak awal. Pembayaran bagi hasil dengan pemilik dana ada dua cara, yaitu dilakukan setiap ulang tanggal pembukuan deposito mudharabah atau dilakukan setiap akhir bulan atau awal bulan berikutnya tanpa memperhatikan tanggal pembukaan deposito mudharabah. b. Penyaluran Dana13 Dalam penyaluran dana oleh bank syariah, terdapat beberapa prinsip, yaitu prinsip jual beli, prinsip investasi, dan prinsip sewa. 1) Prinsip jual beli Dalam melakukan jual beli, dapat digunakan 3 skema yang meliputi: a) Jual beli dengan skema Murabahah Jual beli dengan skema ini menyatakan harga perolehan dan keuntungan yang telah disepakati oleh penjual dan pembeli. Skema ini digunakan untuk nasabah yang hendak memiliki suatu barang namun tidak memiliki uang pada saat pembelian. Pada skema ini, bank bertindak sebagai penjual dan nasabah sebagai pembeli. Keuntungan bank dalam skema ini adalah berupa margin atau selisih antara harga
13
Ibid., h. 76-85.
30
jual barang dengan harga pokok pembelian barang. Apabila barang telah diterima nasabah, barang tersebut dapat dibayar secara tunai maupun cicilan. b) Jual beli dengan skema salam Jual beli dengan skema ini merupakan jual beli yang pelunasannya dilakukan terlebih dahulu oleh pembeli sebelum barang pesanan diterima. Skema ini digunakan oleh bank kepada nasabah yang memiliki cukup dana, sedangkan yang bersangkutan tidak memiliki bargaining power dengan penjual dibandingkan sekiranya pembelian barang dilakukan oleh bank. Dalam skema ini bank bertindak sebagai penjual memperoleh keuntungan dari selisih harga jual kepada nasabah dengan harga pokok pembelian yang telah dikeluarkan oleh bank. Hukum pembelian ini adalah boleh (Jaiz). Dalam skema ini pembeli melakukan pemesanan suatu barang dengan kriteria yang telah disepakati dan melakukan pembayaran tunai pada saat akad dilaksanakan. c) Jual beli dengan skema Istishna’ Jual beli pada skema ini adalah jual beli yang didasarkan atas penugasan kepada penjual yag juga produsen untuk menyediakan barang atau suatu produk sesuai dengan spesifikasi yang disyaratkan pembeli dan menjualnya dengan harga yang disepakati. Skema ini digunakan bank untuk nasabah yang memerlukan produk konstruksi seperti bangunan,
31
kapal, dan pesawat terbang yang belum jadi dan memerlukan waktu cukup laa untuk menyelesaikannya. Dalam skema ini, bank bertindak sebagai penjual dan nasabah sebagai pembeli. Pembuatan produk dilakukan oleh pihak lain yaitu produsen sehingga bank dapat melakukan kontrak akad istishna’ dengan produsen untuk membeli produk yang diinginkan oleh nasabah pembiayaan. Skema dobel istishna’ ini dinamakan dengan istishna’ paralel. 2) Prinsip Investasi Dalam melakukan investasi, dapat dilakukan dengan skema mudharabah dan skema musyarakah. a) Investasi dengan skema mudharabah Akad investasi dengan skema ini adalah akad antara dua pihak di nama salah satu pihak menyerahkan harta kepada yang lain agar diperdagangkan dengan pembagian keuntungan diantara keduanya sesuai dengan kesepakatan. b) Investasi dengan skema musyarakah Investasi dengan skema ini adalah kerja sama investasi para pemilik modal yag mencampurkan modal mereka pada suatu usaha tertentu dengan pembagian keuntungan berdasarkan nisbah yang telah disepakati sebelumnya, sedangkan apabila terjadi kerugian ditanggung oleh pemilik modal berdasarkan porsi modal masing-masing. c) Investasi dengan skema muzara’ah
32
Investasi dengan skema ini adalah kerja sama pengolahan pertanian antara pemilik tanah dan penggarap di mana pemilik lahan memberikan lahan pertanian kepada si penggarap untuk ditanami dan dipelihara dengan imbalan bagian tertentu (persentase) hasil panen. d) Investasi dengan skema musaqah Musaqah adalah bentuk yang lebih sederhana dari muzara’ah dimana si penggarap lahan hanya bertanggung jawab atas penyiraman dan pemeliharaan. Sebagai imbalan, si penggarap berhak atas nisbah tertentu dari hasil panen. 3) Prinsip sewa Sewa secara prinsip dapat dilakukan dengan 2 (dua) skema yaitu skema ijarah dan ijarah munttahiya bittamlik. a) Sewa dengan skema ijarah Sewa dengan skema ini adalah transaksi sewa-menyewa antara pemilik objek sewa dan penyewa untuk mendapatkan imbalan atas objek sewa yang disewakan.transaksi ini berlaku bagi nasabah yang hanya menginginkan manfaat dari objek sewa yang disediakan oleh bank dan tidak bermaksud untuk memilikinya. Akad sewa ini dapat digunakan untuk keperluan sewa barang maupun sewa jasa. Beberapa bank syariah menggunakan akad ijarah ini untuk membiayai kebutuhan nasabah terhadap jasa pendidikan, kesehatan, dan jasa lainnya yang membutuhkan biaya.
33
b) Sewa dengan skema ijarah munttahiya bittamlik (IMBT) Sewa dengan skema ini adalah transaksi sewa-menyewa antara pemilik objek sewa dengan penyewa untuk mendapatkan imbalan atas objek sewa yang disediakan dengan opsi perpindahan hak milik pada saat tertentu sesuai dengan akad sewa. B. Teori Efisiensi 1. Konsep Pengukuran Efisiensi Dalam melakukan kegiatan ekonomi suatu entitas keuangan harus dikelola secara sehat untuk mendapatkan efisiensi yang tinggi dengan pengorbanan seminimal mungkin. Agama Islam mengajarkan agar manusia hidup efisien atau tidak berlebih-lebihan tetapi haruslah seimbang. Menurut Mochtar Effendy (2009) 14, efisiensi adalah semua upaya manusia dalam menyusun dan menggunakan organisasi, tenaga, material, uang, waktu, dan fasilitas yang terbatas jumlahnya itu agar digunakan sehemat mungkin dengan biaya seminimal mungkin dan memperoleh hasil yang maksimal. Konsep efisiensi dalam Islam mendapat perhatian yang sangat penting. Perhatian Islam terhadap perilaku efisiensi sangat ditekankan oleh Allah Swt. Dalam Al Quran, surat Al-Isra’ ayat 27
14
Mochtar Effendy, Manajemen Suatu Pendekatan Berdasarkan Ajaran Islam Cet.III, (Palembang: Unsri, 2009), h. 156.
34
Artinya: “Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara syaitan dan syaitan itu adalah sangat ingkar kepada tuhannya”. Ayat di atas sangat mengajurkan manusia untuk tidak berperilaku boros, dalam hal ini kegiatan ekonomi, karena berperilaku boros tersebut tergolong saudara syaitan yang dinyatakan ingkar kepada Allah Swt. Mengaflikasikan ayat tersbut pada perusahaan atau lembaga keuangan dan perbankan syariah, dapat diukur dengan melihat tingkat efisiensinya dalam menggunakan input yang ada untuk menghasilkan tingkat output maksimum tanpa adanya penghamburan sumber daya (input) yang dimiliki. Efisiensi dalam hal ini bukan berarti dengan menekan biaya serendah mungkin untuk menghasilkan output maksimal, sehingga melegalkan segala cara dan tindakan dalam pencapaian tersebut.15 Suatu perusahaan dikatakan efisien apabila menggunakan input yang lebih sedikit dari jumlah input pada umumnya dapat menghasilkan output yang lebih banyak atau dapat menghasilkan minimal sama besarnya. Atau bila perusahaan menggunakan input yang sama besarnya namun dapat
15
Ahmad Fauzi. Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) Indonesia: Apakah Efisien dalam Profitabilitas Operasional?, Forum Riset Keuangan Syariah 2014, (Oktober 2014), h. 215.
35
menghasilkan output yang lebih besar dari biasanya.16 Dengan demikian, ada tiga faktor yang menyebabkan efisiensi, yaitu (1) apabila dengan input yang sama dapat menghasilkan output yang lebih besar, (2) dengan input yang lebih kecil dapat menghasilkan output yang sama,dan (3) dengan input yang lebih besar dapat menghasilkan jumlah output dengan persentase yang lebih. Menurut Farrell (1957)17, efisiensi dari perusahaan terdiri dari dua komponen, yaitu 1) efisiensi teknis mencerminkan kemampuan dari perusahaan dalam menghasilkan sejumlah output dengan sejumlah input yang tersedia. 2) efisiensi alokatif mencerminkan kemampuan perusahaan dalam mengoptimalkan penggunaan inputnya dengan struktur harga dan teknologi produksinya. Menurut Prasetyo (2007)18, berdasarkan sudut pandang perusahaan, dikenal tiga macam efisiensi, yaitu: 1) Technical efficiency Technical efficiency dapat merefleksikan kemampuan perusahaan untuk mencapai level output yang optimal dengan menggunakan tingkat input
16
Ulfi Kartika Oktaviana, SE., M.Ec., Ak., Financial Ratio to Distinguish Banks, Islamic Business Units and Conventional Banks in Indonesia, (Jakarta Pusat: Kementrian Agama Republik Indonesia, 2012), h. 159. 17 Ascarya dan Diana Yumanita, Comparing the Efficiency of Islamic Banks in Malaysia and Indonesia, Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan Vol.11, No.2, ( Oktober 2008) , h. 98. 18 Aam Slamet Rusdian dan Tim SMART Consulting., Mengukur Tingkat Efisiensi dengan Data Envelopment Analysis, (Bogor: SMART Publishing, 2013), h. 15.
36
tertentu. Efisiensi ini mengukur proses produksi dalam menghasilkan sejumlah output tertentu dengan menggunakan input seminimal mungkin. Dengan kata lain, suatu proses produksi dikatakan efisien secara teknis apabila output dari suatu barang tidak dapat lagi ditingkatkan tanpa mengurangi output dari barang lain. 2) Allocative efficiency Allocative efficiency dapat merefleksikan kemampuan perusahaan dalam mengoptimalkan penggunaan inputnya dengan struktur harga dan teknologinya. Terminologi efisiensi pareto sering disamakan dengan efisiensi alokatif untuk menghormati ekonom italia Vilfredo Pareto yang mengembangkan konsep efficiency in exchange. Efisiensi pareto mengatakan bahwa input produksi digunakan secara efisien apabila input tersebut tidak mungkin lagi digunakan untuk meningkatkan suatu usaha tanpa menyebabkan setidak-tidaknya keadaan suatu usaha yang lain menjadi lebih buruk. Dengan kata lain, apabila input dialokasikan untuk memproduksi output yang tidak dapat digunakan atau tidak diinginkan konsumen, hal ini berarti input tersebut tidak digunakan secara efisien. 3) Economic Efficiency Economic Efficiency yaitu kombinasi antara efisiensi teknikal dan efisiensi alokatif. Efisiensi ekonomi secara implisit merupakan konsep least cost production. Untuk tingkat output tertentu, suatu perusahaan produksinya dikatakan efisien secara ekonomi jika perusahaan tersebut
37
menggunakan biaya di mana biaya per unit output adalah yang paling minimal. Dengan kata lain, untuk tingkat output tertentu, suatu proses produksi dikatakan efisien secara ekonomi jika tidak ada proses lainnya yang dapat digunakan untuk memproduksi tingkat output tersebut pada biaya per unit yang paling kecil. Leibenstein (1966) 19 mengatakan, bahwa perusahaan beroperasi pada tingkat yang kurang efisien disebabkan oleh dua hal, yaitu: (1) kegagalan menggunakan sumber daya secara efisien atau terjadi ketidakefisienan dalam penggunaan (Technical efficiency) dan (2) kegagalan perusahaan dalam mengkombinasikan sumber daya tersebut secara optimal (Allocative efficiency). menurut Janna (2004) kedua model efisiensi berdasarkan input ini (technical efficiency dan allocative efficiency) disebut sebagai X-efficiency. Efisiensi perbankan juga dapat dibedakan menjadi dua, yaitu X-efficiency dan Scale efficiency. X-efficiency dipopularkan oleh Leinbenstein (1966) dan scale efficiency pertama kali diperkenalkan oleh Farrel (1957). X-efficiency adalah nisbah anatara biaya minimum yang seharusnya dikeluarkan dengan biaya nyata yang dikeluarkan untuk menghasilkan output tertentu. Scale efficiency adalah ukuran yang menandakan apakah sebuah bank dengan teknologi produksi dan kualitas manajemen yang sejenis dapat beroperasi pada skala yang
19
Rahmat Hidayat, Efisiensi Perbankan Syariah: Teori dan Praktik, (Bekasi: Gramata Publishing, 2014), h.65.
38
optimum secara ekonomis.20 Secara sederhana, pengukuran efisensi biasa dirumuskan dengan: Efisiensi =
Output Input
Akan tetapi, formula tersebut tidaklah memadai mengingat fakta yang ada saat ini banyak sekali output dan input yang berhubungan dengan sumber daya, aktivitas dan faktor lingkungan yang berbeda. Sehingga ukuran efisensi relatif yang digunakan adalah: Efisiensi =
Jumlah tertimbang dari Output Jumlah tertimbang dari Input
Hasil nilai efisiensi akan menunjukkan skala 0-1 (nol hingga 1), di mana jika hasil efisiensi menunjukkan “0” maka unit bisnis yang diuji sangat tidak efisien. Sedangkan nilai “1” menunjukkan bahwa unit bisnis tersebut adalah sangat efisien. Nilai-nilai efisiensi tersebut adalah relatif (tidak absolut) dan nilai yang dihasilkan adalah dengan membandingkan antara setiap unit-unit bisnis pada kumpulan data yang akan dianalisis. 2. Teknik Pengukuran Efisiensi Pengukuran model efisiensi dapat dilihat melalui dua pendekatan, yaitu pendekatan dari sisi input dan pendekatan pada sisi output. Coelli, dkk (2005)21 menjelaskan pendekatan ukuran efisiensi sebagai berikut:
20
Hendri Tanjung dan Abrista Devi, Metodologi Penelitian Ekonomi Islam, (Jakarta: Gramata Publishing, 2013), h.320. 21 Ibid, h.322.
39
a. Pengukuran Berorientasi input (Input-Oriented Measures) Pendekatan sisi input digunakan untuk menjawab berapa banyak kuantitas input dapat dikurangi dengan proposional untuk memproduksi kuantitas output yang sama. Pendekatan input ini digunakan jika kondisi pasar sudah mengalami tingkat “jenuh” sehingga perusahaan perlu mengetahui tingkat efisiensi dari sumber daya yang ada saat ini. Diasumsikan, jika sebuah perusahaan menggunakan dua jenis input (X1 dan X2 ) untuk memproduksi satu jenis output (Y1 ) dalam ancangan Constant Return to Scale (CRS)22. Konsep efisiensi dari pendekatan sisi input dapat dilihat pada grafik dibawah ini. Gambar 2.1. Efisiensi Pendekatan Input
Sumber:Coelli, et, al., (2005) Perusahaan yang paling efisien dalam kumpulan unit bisnis (Fully efficiency firms) atau unit bisnis-unit bisnis yang paling efisien secara teknis (fully technically efficient). Unit bisnis yang berada pada
22
Ancangan CRS adalah jika kedua jenis input (X1 dan X2 ), ditambah dengan jumlah persentase tertentu, maka output juga akan meningkat dengan jumlah persentase yang sama.
40
titik P adalah unit bisnis yang tergolong kurang efisien. Unit bisnis ini dapat menjadi unit bisnis yang lebih efisien jika ia mengurang kedua jenis inputnya X1 dan X2, untuk memproduksi 1 unit output sehingga unit bisnis tersebut berada di titik Q. Jarak PQ disebut sebagai Potential improvment, yaitu berapa banyak kuantitas input dapat dikurangi secara proposional untuk memproduksi kuantiitas output yang sama. Ukuran efisiensi teknis sebuah unit bisnis dalam kelompok unit bisnis (TE1) secara umum diukur dengan rasio: TE1= 1-QP/OP = 0Q/0P Sehingga 0 ≤ TE1 ≤ =1 menunjukkan bahwa unit bisnis i adalah yang paling efisien secara teknis di antara kelompok unit bisnisnya. Garis A to A’ adalah garis isocost yang menunjukkan rasio harga (Price ratio) antara input 2 terhadap input 1. Efisiensi alokatif (AE) unit bisnis i yang berada pada titik P, ditunjukkan oleh rasio: AE1= 1-RQ/0Q = 0R/0Q RQ menunjukkan pengurangan biaya produksi yang akan terjadi jika produksi dilakukan pada titik yang efisienbaik secara teknis maupun secara alokatif Q’. Efisiensi ekonomis (EE1) unit bisnis i adalah merupakan produk atau hasil perkalian antara efisiensi teknis (TEi) dengan efisieni alokatif (AEi). Secara matematis dapat dilihat pada persamaan berikut ini. EE1= TEi x AEi =1-( QP/OP ) x (RQ/0Q) = 0R/0P
41
Di mana 0 ≤ TEi, AEi, EE1 ≤ =1 b. Pengukuran Berorientasi Output (Output-Oriented Measures) Berbeda dengan pendekatan sisi input yang menjawab beberapa banyak kuantitas input dapat dikurangi secara proporsional untuk memproduksi kuantitas output yang sama, pendekatan sisi output menjawab beberapa banyak kuantitas output dapat ditingkatkan secara proporsional dengan kuantitas input yang sama. Diasumsikan misalnya sebuah perusahaan denngan 2 output (Y1 danY2 ) dan 1 jenis input (X1) dalam suatu ancanga CRS. Konsep ukuran efisiensi dengan pendekatan sisi output dapat dilihat pada Gambar 2.2 Efisiensi Pendekatan Output
Sumber: Coelli, et,al., (2005)
TE1= 1-AB/0B = 0A/0B Jika kita memiliki informasi tentang harga output, maka efisiensi alokatif (AEi) dapat dihitung dengan: AE1= 1-BC/0C = 0B/0C
42
Potential Improvement pada titik C memiliki arti bahwa perusahaan di titik B masih dapat meningkatkan pendapatannya dengan berproduksi di titik yang efisien secara teknis dan alokatif, yaitu di titik B’. Secara umum, efisiensi ekonomis adalah: EE1= TEi x AEi =1-0A/0B x 0B/0C = 0A/0C Ukuran efisiensi relatif, baik melalui pendekatan input dan output sama-sama membutuhkan pendefinisian garis pembatas (frontier) yang menunjukkan unit-unit bisnis yang secara relatif paling efisien dari kelompok unit bisnisnya. 3. Konsep Input dan Output Menurut Hadad et.al. (2003), ada beberapa pendekatan yang dapat digunakan untuk menjelaskan hubungan input dan output dari institusi keuangan, yaitu pendekatan produksi (production approach), pendekatan intermediasi (intermediation approach), dan pendekatan aset (Asset approach).23 a. Pendekatan Produksi Pendekatan ini melihat institusi finansial sebagai produser dari rekening
tabungan
dan
kredit
pinjaman.
Pendekatan
ini
mendefinisikan output sebagai penjumlahan dari rekening-rekening tersebut atau rekening-rekening terkait. Sedangkan input dalam
23
Ascarya dan Diana Yumanita, Analisis Efisiensi Perbankan Syariah di Indonesia dengan Data Envelopment Analysis, dalam Tazkia Islamic Finance & Bussines Review, 2005. h. 3-4.
43
pendekatan ini dihitung dari jumlah tenaga kerja, pengeluaran modal pada aktiva tetap dan material lainnya. Pendekatan produksi melihat aktivitas bank sebagai sebuah produksi jasa bagi para depositor dan peminjam kredit. Untuk mencapai tujuan yaitu memproduksi output-output yang diinginkan, seluruh faktor-faktor produksi seperti tanah, tenaga kerja, dan modal dikerahlan sebagai input. Gambar 2.3. Pendekatan efisiensi Labor, physical capital
Loans and Investment
Deposits
Production
Intermediation b. Pendekatan Intermediasi
Pendekatan ini melihat institusi keuangan sebagai perantara, institusi keuangan ini mengubah dan mentransfer aset-aset keuangan, dari unit-unit yang kkelebihan dana ke unitunit yang kekurangan dana. Output dalam pendekatan ini diukur melalui kredit pinjaman dan investasi keuangan, sedangkan input institusional adalah biaya tenaga kerja dan modal pembayaran bunga pada deposit. Pada
dasarnya
komplementer dengan intermediasi
pendekatan
intermediasi
bersifat
pendekatan produksi. Pendekatan
menerangkan
aktivitas
perbankan
sebagai
44
pentransformasian uang yang dipinjamkan dari depositor menjadi uang yang dipinjamkan kepada para debitor. c. Pendekatan Aset Pendekatan aset melihat fungsi primer sebuah institusi keuangan sebagai pencipta kredit pinjaman. Efisiensi aset mengukur kemampuan perbankan danam menanamkan dana dalam bentuk kredit, surat-surat berharga dan alternatif lainnya sebagai output. Input diukur dari harga tenaga kerja, harga dana, dan harga fisik modal. 4. Konsep CRS dan VRS Pendekatan Data Envelopment Analysis (DEA) lebih fokus pada pengukuran Kinerja suatu Unit Pembuat keputusan/UPK (Decision Making Unit). Analisis yang dilakukan berdasarkan kepada evaluasi efisiensi relatif dari UPK yang sebanding. Selanjutnya UPK-UPK yang efisien tersebut akan membentuk garis frontier. Jika UPK berada pada garis frontier menandakan bahwa UPK tersebut efisien relatif dibandingkan dengan UPK lain dalam peer Group-nya. Selain menghasilkan nilai efisiensi pada setiap UPK, DEA juga menunjukkan unit-unit yag efisien yang dapat dijadikan referensi untuk unit-unit yang tidak efisien. ∑𝑝𝑘=1 𝜇𝑘 𝑦𝑘0 𝐸𝑓𝑓𝑖𝑐𝑖𝑒𝑛𝑐𝑦 𝑜𝑓 𝐷𝑀𝑈 = 𝑚 ∑𝑖=1 𝑣𝑖 𝑥𝑖 Dimana, DMU = UPK; n=UPK yang akan dievaluasi;
45
m=input-input yang berbeda; p = output-output yang berbeda; xij = Jumlah input 1yang dikonsumlsi oleh UPKj ; ykj jumlah output k yang diproduksi oleh UPKj. Pendekatan DEA merupakan pendekatan nonparametrik. Oleh karena itu tidak memerlukan asumsi awal dari fungsi produksi. Namun, kelemahan DEA adalah bahwa pendekatan ini sangat sensitif terhadap observasi-observasi ekstrem. Asumsi yang digunakan adalah tidak adanya random error, deviasi dari frontier yang diindikasikan sebagai inefisiensi. Terdapat dua model yang digunakan dalam pendekatan efisiensi, yaitu CCR (1978) dan BCC (1984). a. Constant Return to Scale (CRS) Model CRS dikembangkan oleh Charnes, Cooper, dan Rhodes (Model CCR) pada tahun 1978. Model ini mengasumsikan bahwa rasio penambahan input dan output adalah sama (constant Return to Scale) artinya jika ada tambahan input sebesar x maka output akan meningkat sebesar x kali juga. Asumsi lain yang digunakan dalam model ini adalah bahwa setiap unit pembuat keputusan (UPK) beroperasi pada skala yang optimal. Rumus dari Constant Return to Scale, yaitu: 𝑝
max ∑ 𝜇𝑘 , 𝑦𝑘0 𝜇𝑘 𝑣𝑖 ,
𝑘=1
46
𝑚
𝑠. 𝑡. ∑ 𝑣𝑖 , 𝑥𝑖0 = 1 𝑖=1
max ∑𝑝𝑘=1 𝜇𝑘 , 𝑦𝑘0 – 𝜇𝑘 𝑣𝑖 ,
𝑠. 𝑡. ∑𝑚 𝑖=1 𝑣𝑖 , 𝑥𝑖0 ≤ 0 𝑗 = 1, … , 𝑛
𝜇𝑘 ≥ 𝜀, 𝑣𝑖 ≥ 𝜀
k = 1,..., p i = 1,..., m
Dimana maksimisasi diatas merupakan efisiensi teknis (CCR), xij adalah banyaknya input tipe ke-i dari UPK ke-j dan ykj adalah jumlah output tipe ke-k dari UPK ke-j. Nilai efisiensi selalu kurang dari atau sama dengan 1. UPK yang nilai efisiensinya yang kurang dari 1 berarti inefisiensi sedangkan UPK yang nilai efisiensinya sama dengan 1 berarti UPK tersebut efisien. b. Variabel Return to Scale (VRS) Variabel ini dikembangkan oleh Banker, Charnes, dan Cooper (BCC) pada tahun 1984 dan merupakan pengembangan dari model CCR. Model ini beranggapan bahwa perusahaan tidak atau belum beroperasi pada skala yang optimal. Asumsi model ini adalah bahwa rasio antara penambahan input dan output tidak sama. Artinya penambahan input sebesar x kali tidak akan menyebabkan output meningkat sebesar x kali, bisa lebih kecil atau lebih besar dari x kali. Rumus VRS dapat dituliskan dengan program matematika sebagai berikut: max ∑𝑝𝑘=1 𝜇𝑘 , 𝑦𝑘0 -𝜇0 𝜇𝑘 𝑣𝑖 ,
47
𝑚
𝑠. 𝑡. ∑ 𝑣𝑖 , 𝑥𝑖0 = 1 𝑖=1
∑𝑝𝑘=1 𝜇𝑘 , 𝑦𝑘0 - ∑𝑚 𝑖=1 𝑣𝑖 , 𝑥𝑖0 − 𝜇0 ≤ 0 𝑗 = 1, … , 𝑛 𝜇𝑘 ≥ 𝜀, 𝑣𝑖 ≥ 𝜀
k = 1,..., p i = 1,..., m
maksimisasi diatas merupakan efisiensi teknis (BCC), xij adalah banyaknya input tipe ke-i dari UPK ke-j dan ykj adalah jumlah output tipe ke-r dari UPK ke-j. Nilai efisiensi selalu kurang dari atau sama dengan 1. UPK yang nilai efisiensinya yang kurang dari 1 berarti inefisiensi sedangkan UPK yang nilai efisiensinya sama dengan 1 berarti UPK tersebut efisien. Selain dua model yang diperkenalkan di atas, beberapa studi telah membuat dekomposisi skor technical efficiency (TE) dari CRS menjadi dua komponen, yaitu:24 Mengacu pada skala efisiensi dan Mengacu pada pure technical efficiency. Perolehan ini dapat dilakukan dengan menghitung CRS dan VRS terhadap suatu data yang sama. Jika terdapat selisih antara skor TE VRS dan skor TE CRS. Perbedaan antara CRS, VRS, dan skala efisiensi dapat diilustrasikan pada Gambar 2.4 dibawah ini:
24
Hendri Tanjung dan Abrista Devi, Metodologi Penelitian Ekonomi Islam (Jakarta: Gramata Publishing, 2013), h.320. h. 334.
48
Gambar 2.4 Perbedaan antara CRS dan VRS
Sumber: Coelli, et.al. (2005) Garis tengah lurus adalah CRS, yakni menggambarkan kinerja efisiensi suatu DMU yang telah mencapai efisiensi optimal. Sedangkan garis melengkung adalah garis VRS yang menjelaskan tentang efisiensi teknis DMU dengan DMU lainnya. Titik D dan E menunjukkan bahwa DMU yang telah mencapai efisiensi teknis, namun belum bekerja secara optimal. Untuk itu suatu perusahaan pada titik D dan E harus meningkatkan efisiensi skalanya pada titik dan lebih baik lagi bila telah mencapai di titik B, yakni efisiensi secara overall technical. c. Efisiensi Skala (Scale Eficiency) Pada umumnya suatu bisnis atau unit pengambil keputusan (UPK), seperti bank memiliki karakteristik satu sama lain. Namun, biasanya tiap bank bervariasi dalam ukuran dan tingkat produksinya. Hal ini
49
mengisyaratkan bahwa ukuran bank memiliki peranan penting dalam menentukan ukuran efisiensi atau inefisiensi relatifnya. Model CCR mencerminkan (perkalian) efisiensi teknis dan efisiensi skala, sedangkan model BBC mencerminkan efisiensi teknis saja, sedangkan efisiensi skala relatif adalah rasio dari efisiensi model CCR dan model BCC. 𝑆𝑘 = 𝑞𝑘,𝐶𝐶𝑅 /𝑞𝑘,𝐵𝐶𝐶 Jika nilai S=1 berarti bahwa UPK tersebut beroperasi pada ukuran efisiensi skala terbaik. Juka nilai S kurang dari satu berarti masih ada inefisiensi skala pada UPK tersebut. Sehingga, nilai (1-S) menunjukkan tingkat inefisiensi skala dari UPK tersebut. Jadi, UPK yang efisien dengan model CCR berarti juga efisien skalanya. Sedangkan, UPK yang efisien dengan model BCC tapi tidak efisien dengan model CCR berarti memiliki inefisiensi skala. Hal ini karena UPK tersebut efisien secara teknis, sehingga inefisiensi yang ada adalah berasal dari skala. 5. Keunggulan Metode DEA Keungulan dari metode DEA adalah: a. Bisa menangani banyak input dan output. b. Tidak membutuhkan asumsi hubungan fungsional antara variabel input dan output. c. Unit kegiatan ekonomi dibandingkan secara langsung dengan
50
sesamanya. d. Dapat membentuk garis frontier fungsi efisiensi terbaik atas variabel input-output dari setiap sampelnya. e. Input dan output dapat memiliki satuan pengukuran yang berbeda. 6. Keterbatasan Metode DEA Keterbatasan dari metode DEA, yaitu: a. Bersifat sample specific. b. Merupakan extreme point thecnique, kesalahan pengukuran bisa berakibat fatal. c. Hanya mengukur produktivitas relatif dari unit kegiatan ekonomi bukan produktivitas absolut. d. Uji hipotesis secara statistik atas hasil DEA sulit dilakukan.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Objek Penelitian Objek penelitian ini dibatasi pada Bank Umum Syariah (full-fledged Islamic banks) yang berada di Malaysia dan Indonesia pada periode 20112014 dengan menggunakan data laporan keuangan triwilan dari maret 2011desember 2014. Oleh karena itu, bank syariah yang diambil dalam penelitian ini merupakan Bank Umum Syariah (full-fledged Islamic bank) yang memiliki data keuangan triwulan dari periode 2011-2014 dan memenuhi syarat dalam analisis DEA. Adapun bank umum syariah (full-fledged Islamic bank) yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagaimana yang terdapat dalam tabel dibawah ini: 1.
Daftar Nama Bank Syariah di Indonesia Tabel 3.1 Daftar Nama Bank Syariah di Indonesia
No. Kode
Nama Bank
Keterangan
1
BMI
Bank Muamalat Indonesia
BUS
2
BNIS
BNI Syariah
BUS
3
BCAS
BCA Syariah
BUS
4
BSM
Bank Syariah Mandiri
BUS
5
BJBS
Bank Jabar Banten Syariah
BUS
6
BMS
Bank Mega Syariah
BUS
7
BSB
Bank Syariah Bukopin
BUS
8
BPS
Bank Panin Syariah
BUS
9
BRIS
BRI Syariah
BUS
10
MSI
Maybank Syariah Indonesia
BUS
51
52
2. Daftar Nama Bank Syariah di Malaysia Tabel 3.2 Daftar Nama Bank Syariah di Malaysia No. Kode
Nama Bank
Keterangan
1
AFB
Affin Islamic Bank Berhard
2
ALIB
Alliance Islamic Bank Berhard
3
BIM
Bank Islam Malaysia Berhard
4
AMIB AmIslamic Bank Berhard
5
AFB
Asian Finance Bank Berhard
6
BMM
Bank Muamalat Malaysia
7
OAM
OCBC Al-Amin Bank Berhard
8
HLIB
Hong Leong Islamic Bank
Full-Fledged Islamic Banks Full-Fledged Islamic Banks Full-Fledged Islamic Banks Full-Fledged Islamic Banks Full-Fledged Islamic Banks Full-Fledged Islamic Banks Full-Fledged Islamic Banks Full-Fledged Islamic Banks
Berhard 9
ARB
Al-Rajhi Banking and Investment Full-Fledged Corporation (Malaysia) Berhard
Islamic Banks
B. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data panel (pooled data). Data Panel adalah jenis data yang merupakan gabungan antara runtut waktu silang dengan data seksi silang (time series-cross section). Oleh karenanya data panel memiliki gabungan karakteristik kedua jenis data tadi, yaitu (1) terdiri atas beberapa objek dan (2) meliputi beberapa periode waktu.1 Ada beberapa keuntungan yang diperoleh dengan menggunakan data panel. Pertama, data panel yang merupakan gabungan data time series dan scross 1
Wing Wahyu Winarno, Analisis Ekonometrika dan Statistika dengan Eviews Ed.2, (Jogyakarta: Unit Penerit dan Percetakan Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen YKPN, 2009), h. 2.5.
53
section mampu menyediakan data yang lebih banyak sehingga akan menghasilkan degree of freedom yang lebih besar. Kedua, menggabungkan informasi dari data time series dan cross section dapat mengatasi masalah yang timbul ketika ada masalah penghilangan variabel (ommited variabel). Sumber data yang digunakan berasal dari data sekunder yang diperoleh dari laporan keuangan yang dipublikasikan di website bank sentral bersangkutan dan website resmi bank syariah yang menjadi sampel dalam penelitian ini. C. Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah Bank Umum Syariah (full-fledged Islamic bank) yang terdaftar di Bank Indonesia (BI) dan Bank Negara Malaysia (BNM) pada periode 2011-2014 sebanyak 28 bank umum syariah (full-fledged Islamic bank). Terdapat 12 Bank Umum Syariah di Indonesia namun bank yang dijadikan sampel dalam penelitian ini hanya 10 Bank Umum Syariah dan dari 16 Bank Umum Syariah yang berada di Malaysia hanya diambil 9 Bank Umum Syariah. Berdasarkan populasi yang
ada
sedangkan penelitian ini memiliki tujuan khusus, maka dalam menentukan sampel penelitian dilakukan secara purposive sampling. Dinama pemilihan sampel berdasarkan kriteria tertentu yang sesuai dengan tujuan penelitian. Sehingga dalam penelitian ini penulis hanya menggunakan 19 Bank Umum Syariah (full-fledged Islamic bank) di Malaysia dan Indonesia. Adapun pertimbangan dalam penentuan sampel dalam penelitian ini, yaitu:
54
1.
Hanya golongan Bank Umum Syariah (full-fledged Islamic Bank) yang masih beroperasi di Malaysia dan Indonesia periode 2011-2014.
2.
Memiliki data keuangan publikasi selama periode kuartal 1 tahun 2011kuartal IV tahun 2014.
3.
Tidak memiliki nilai atau bobot negatif pada variabel input maupun outputnya di dalam laporan keuangan (Syarat analisis efisiensi dengan metode DEA).
D. Teknik Pengumpulan Data Tehnik dalam pengumpulan data yang penulis gunakan adalah dengan metode studi pustaka, yaitu pengumpulan data melalui pengkajian buku-buku literatur, jurnal-jurnal ilmiah yang terakreditas, dan websit resmi lembaga pengkajian keuangan syariah untuk memperoleh landasan teori yang komprehensif dan memperoleh data dari laporan publikasi bagi bank yang menjadi objek penelitian. E. Identifikasi Variabel Input dan Output 1. Variabel Input Variabel input merupakan salah satu variabel yang digunakan untuk mengetahui
efisiensi
suatu
entitas
dimana
variabel
input
akan
mempengaruhi variabel output. Variabel input pada penelitian ini berjumlah 3 (tiga), yaitu: a. Dana Pihak ketiga (total simpanan) Berdasarkan pada UU No. 10 Tahun 1998 tentang perbankan, mendefinisikan dana pihak ketiga atau simpanan adalah dana yang
55
dipercayakan oleh masyarakat kepada bank berdasarkan perjanjian penyimpanan dana dalam bentuk giro, deposito, sertifikat deposito, tabungan dan atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu. b. Beban Personalia Menurut UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, yang dimaksud tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan atau jasa, baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun masyarakat. Biaya tenaga kerja atau beban personalia adalah biaya yang dikeluarkan untuk seluruh aktivitas tenaga kerja yang dipekerjakan perusahaan. c. Aset Tetap Aset tetap adalah aset yang memiliki periode manfaat yang diharapkan yang meliputi lebih dari satu periode. Aset ini diperoleh untuk digunakan dalam aktivitas operasi dan bukan untuk dijual pada aktivitas usaha biasa. 2 sedangkan menurut kamus BI, aset tetap adalah aset bank dengan masa pakai di atas satu tahun, dimaksudkan tidak untuk dijual guna menunjang kegiatan operasional bank, antara lain berupa, tanah, gedung, dan peralatan yang dimiliki atau disewa. 2. Variabel Output a. Total Pembiayaan Menurut Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 Pembiayaan adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, 2 K.R. Subramanyam dan John J. Wild, Analisis Laporan Keuanga Ed. 10, ( Jakarta: Salemba Empat, 2010), h. 294.
56
berdasarkan Persetujuan atau kesepakatan antara bank yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil. 3 Menurut M. Syafii Antonio (2001) Pembiayaan adalah pemberian fasilitas penyediaan dana untuk memenuhi kebutuhan pihak-pihak yang merupakan defisit unit. b. Pendapatan Operasional Pendapatan operasional adalah arus masuk sumber daya ke dalam suatu perusahaan dalam suatu periode penjualan barang atau jasa, dimana sumber daya pada umumnya dalam bentuk kas, wesel tagih, atau piutang pendapatan yang tidak mencakup sumber daya yang diterima dari sumber-sumber selain dari operasi, seperti penjualan aktiva tetap, penerbitan saham, atau peminjaman.4 Berikut spesifikasi variabel input dan output pendekatan intermediasi yang dapat digunakan untuk mengukur kinerja efisiensi dalam penelitian ini. Peneliti sebelumnya yang telah menggunakan pendekatan ini adalah Sufian (2006), Ascarya dan Yumanita (2007a dan dan 2007b) 5 . Oleh karena itu diasumsikan bahwa bank syariah menghasilkan pendapatan operasional, dan total pembiayaan dengan menggunakan aset tetap, beban personalia, dan Dana Pihak Ketiga (DPK).
3
Ismail, Perbankan Syariah, (Jakarta: Kencana, 2011), h. 106. M.Faza Firdaus, Efisiensi Bank Umum Syariah Menggunakan Two-Stage Data Envelopment Analysis, (Perpustakaan FSH UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2013), h.84. 5 Aam Slamet Rusdian dan Tim SMART Consulting., Mengukur Tingkat Efisiensi dengan Data Envelopment Analysis, (Bogor: SMART Publishing, 2013), h. 15. 4
57
Tabel 3.3 Spesifikasi Variabel Input dan Output Pendekatan Intermediasi INPUT
SUMBER
DPK
Neraca
Beban Personalia
Lap. Laba/Rugi
Aset Tetap
Neraca
OUTPUT Total Pembiayaan
Neraca
Pendapatan Operasional
Lap.Laba/Rugi
F. Metode Analisis Data Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis data kuantitatif dengan melakukan pengolahan variabel input dan output yang digunakan dalam penelitian. Data kuantitatif adalah data yang berupa angka. Sesuai dengan bentuknya, data kuantitatif dapat diolah atau dianalisis dengan menggunakan teknik perhitungan statistik. 6 Alat pengukuran analisis yang digunakan sudah teruji dan banyak dipercaya
oleh
peneliti
dalam
pengukuran
efisiensi
yaitu
dengan
menggunakan Data Envelopment Analysis (DEA). Dalam proses pengolahan data menggunakan software WDEA dan SPSS 16 (Uji Normalitas Kolmogrov Smirnov-Test dan Mann Whiteney U-Test/Independent T-test) untuk melakukan uji perbedaan tingkat efisiensi di Indonesia dan Malaysia. Metode pengumpulan data pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan secara
6
Syofian Siregar, Metode Penelitian Kuantitatif Ed.1, (Jakarta: Prenadamedia Group, 2013), h.17.
58
purposive sampling yaitu teknik penentuan sample dengan pertimbangan tertentu. 1. Data Envelopment Analysis (DEA) DEA adalah teknik pemrograman linear untuk menilai kinerja unit pembuat keputusan (Decission Making Unit-DMU)/unit pengambil Keputusan (UPK) atau suatu bank dalam suatu industri beroperasi dalam hubungannya dengan bank lain dalam sampel. Dalam pendekatan DEA, pemrograman linear digunakan untuk memaksimalkan nisbah antara input dan output (Charnes, Cooper, dan Rhodes, 1978), demikian pula untuk DMUs industri perbankan syariah. untuk DMUs industri perbankan yang menjadi objek kajian seluruh sampel input dan output masing-masing dinotasikan (ditandai) oleh ‘n’ dan ‘m’, yang mana n=input dan m=output. Kemudian efisiensi bank dihitung melalui persamaan. , untuk i = 1, ......, m dan j = 1, ...., n.
(1)
yis : Jumlah output ke-i yang dihasilkan oleh bank ke-s xjs : jumlah input ke-j yang digunakan oleh bank ke-s ui
: pemberat (weight) output
vj
: Pemberat input.
Persamaan di atas menunjukkan adanya penggunaan satu variabel input dan satu variabel output . rasio efisiensi (es), kemudian dimaksimumkan dengan kendala sebagai berikut: ≤ 1, untuk r = 1,...., n. Dimana ui dan vj ≥ 0
(2)
59
Ketidaksamaan (1) menjamin nisbah efisiensi menjadi sekurang-kurangnya 1 dan ketidaksamaan (2) menjamin bahwa pemberatanya positif. Charnes, Cooper, dan Rhodes (1978) menyatakan bahwa bagian pemrograman linear ini dapat diubah menjadi pemrograman linear biasa (ordinary linear program) berikut: Maximuze Subject to
-
(3)
= 1 dan ui dan vj ≥ 0 Dengan cara yang sama pemrograman linear dapat diubah menjadi dwi masalah: Minimize ɛs Subject to ɛs xis -
= 1, ....., m; ≥ 0, j = 1, ... n;
(4) ɛs
1.
Dengan ɛs adalah total nilai (skor) efisiensi teknik daripada bank ke-s, yang mana nilai 1 menandakan titik batas. Persamaan (3) dan (4) mengasumsikan constant return to scale (CRS). Batas garis efisiensi dapat dilihat sebagai sepadan OC. Oleh sebab itu, bank yang berada di batas (garis) tersebut ialah efisiens berdasarkan definisi Farrel (1957). Bank ke-s berlokasi di sisi kanan daripada batas atau bank yang tidak efisien digambarkan sebagai titik (point) S. Keseluruhan efisiensi teknik (ɛs) kemudian dihitung dengan nisbah dari AQ/AS. Dengan demikian bank ke-s harus dikurangi (1- ɛs ) dari input untuk mencapai efisiensi di titik Q.
60
Gambar 3.1 Pengukuran Efisiensi Dengan Menggunakan 1 Input dan 1 Output
Jika masalah pemrograman linear (3) dan (4) dapat diselesaikan dengan menambah hambatan (restriction)
dari 1 ke N sama dengan 1, maka ada
dua pengukuran efisiensi , yaitu variable return to scale (VRS) sebagai VV’; dan pure technical efficiency (PTE) yang ditunjukkan oleh AR/AS =p, bagi bank ke-s pada titik S. Ini berarti bahwa Scale efficiency dihitung oleh ō s = s/ps
. kemudian, pecahan daripada pengurangan keluaran (output lost) yang
disebabkan scale efficiency dapat diukur sebagai (1- ōs ). Scale efficiency sama dengan 1 apabila dan hanya jika teknologi menunjukkan CRS atau titik B. Meskipun demikian, scale efficiency dapat terjadi disebabkan oleh adanya kenaikan (increasing/irs) atau penurunan (decreasing/drs) return to scale. Untuk memperoleh kedua hasil tersebut, penyelesaian daripada persamaan pemrograman linear (3) dan (4) harus dibatasi dengan penjumlahan
dari 1 ke N kurang dari atau sama dengan 1
(≤1) dalam hal mana penyelesaian gambar dapat ditunjukkan sebagai OBV.
61
Pengukuran efisiensi dengan menggunakan metodologi ini bagi bank ke-s pada titik S adalah Ѳs = (AQ/AS) yang juga sama dengan s . Oleh karena itu, decreasing diperoleh apabila ōs = Ѳs =1. Dalam pendekatan yang akan dikaji tingkat efisiensi teknik Constant return to scale (CRS) dan efisiensi teknik variable return to scale (VRS). Efisiensi teknik CRS memberikan asumsi jika jumlah input naik sebesar x, maka output juga naik sebesar X. Dengan kata lain bahwa kenaikan output proposional dengan kenaikan input. Sedangkan efisiensi teknik VRS memberi asumsi bahwa kenaikan output tidak berbanding lurus (Proposional) dengan kenaikan input, boleh jadi besar atau lebih kecil dibanding kenaikan input. Dalam DEA, efisiensi dinyatakan rasio antara total input dengan total output tertimbang. Dimana setiap unit kegiatan ekonomi diasumsikan bebas menentukan bobot untuk setiap variabel input maupun variabel output yang ada, asalkan mampu memenuhi dua kondisi yang disyaratkan yaitu: (Silkman, 1986; Nugroho, 1995; Ari Wibowo, 2004; Lendro Kurniawa, 2005): 7 a. Bobot tidak boleh negatif. b. Bobot bersifat universal atau tidak menghasilkan indikator efisiensi yang diatas normal atau lebih dari 1, bilamana dipakai unit kegiatan ekonomi yang lainnya.
7 M.Faza Firdaus, Efisiensi Bank Umum Syariah,, (Perpustakaan FSH UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2013), h.84. 32.
62
2. Uji Komogorov Smirnov8 Uji Kolmogorov Smirnov dapat digunakan untuk menguji kenormalan dari suatu data. H0 : Data berdistribusi normal H1 : Data tidak berdistribusi normal Uji Kolmogrov Smirnov didefinisikan dengan:
Dengan F adalah distribusi komulatif teoretik dari distribusi data yang diuji yaitu normal dari data. Kemudian nilai D dibandingkan dengan tabel pada level of significance α tertentu. 3.
Uji Mann-Whitney U-Test9 Uji Mann-Whitney (Mann-Whitney Test) merupakan uji Statistika Nonparametrik. Uji Mann-Whitney ekuivalen dengan Uji Jumlah Peringkat Wilcoxon (Wilcoxon Rank Sum Test). Uji Mann-Whitney merupakan alternatif dari uji-t dua sampel independen. Uji Mann-Whitney digunakan untuk membandingkan dua sampel independen dengan skala ordinal atau skala interval tapi tidak terdistribusi normal. Uji Mann-Whitney berdasarkan jumlah peringkat (Rank) data. Data dari kedua sampel digabungkan dan diberi peringkat dari terkecil hingga
terbesar.
Ada
tiga
bentuk
hipotesis
uji
tanda
penggunaannya tergantung dari persoalan yang diuji.
8
9
Bambang Suharjo, Statistika Terapan, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2013), h.214. Ibid, h.226.
dimana
63
a. Bentuk uji hipotesis dua sisi (two sided ata two-tailed test) dengan hipotesis: H0 : ŋ1 = ŋ2 H1 : ŋ1 ≠ ŋ2 b. Bentuk uji hipotesis satu sisi (one-sided atau one-tailed test) untuk sis atas (upper tailed) dengan hipotesis: H0 : ŋ1 ≤ ŋ2 H1 : ŋ1 ˃ ŋ2 c. Bentuk uji hipotesis satu sisi (one-sided atau one-tailed test) untuk sisi bawah (lower tailed) dengan hipotesis: H0 : ŋ1 ≥ ŋ2 H1 : ŋ1 ˂ ŋ2 ŋ= dibaca ‘eta’merupakan notasi untuk median Rumus Uji Mann-Whitney dengan pendekatan distribusi normal. ZH Dengan:
σ R1 = Jumlah Peringkat sample pertama n1 = Jumlah sample 1 n2 = Jumlah sample 2
64
4. Regresi Dengan Variabel Boneka (Dummy) Regresi dengan variabel dummy membahas analisis terhadap vaiabel kuantitatif dan juga variabel kualitatif. Variabel dummy dapat dipergunakan dengan mudah seperti variabel-variabel lainnya yang kualitatif sifatnya 10 . Berikut model yang penulis gunakan: Yit = α+ βXit + ɛit Dimana,
Yit = nilai efisiensi DEA α = Konstanta β = Koefisien Regresi untuk Xit Xit = Variabel dummy dengan kategori dimana, Xit = 1, untuk negara Malaysia Xit = 1, untuk negara Indonesia
Model tersebut memungkinkan kita untuk mengetahui apakah ada perbedaan nilai efisiensi DEA perbankan syariah antara Malaysia dan Indonesia dalam penelitian ini, tentu saja dengan anggapan bahwa faktor internal dan eksternal bank syariah adalah konstan (tidak mempengaruhi nilai efisiensi DEA). Dengan anggapan bahwa kesalahan pengganggu ɛit. Berikut sifat-sifat atau ciri-ciri tentang variabel boneka yang telah kita bicarakan di atas11: a.
Untuk membedakan dua kategori, kita telah mengintrodusir satu variabel boneka (dummy variable) Xit, Xit = 1, untuk negara malaysia,
10
J. Supranto, Ekonometri Cet.II, (Bogor: Penerbit Ghalia Indonesia, Mei 2010), h.
175. 11
Ibid., h.178-180.
65
Xit
= 0,untuk negara Indonesia. Satu variabel untuk dua kategori cukup
(Malaysia/Indonesia). b.
Pemberian nilai 1 dan 0 pada kedua kategori dimana Xit = 1, untuk negara Malaysia dan
Xit
= 0,untuk negara Indonesia, sembarang
sifatnya (arbitary), maksudnya bisa juga Xit = 1, untuk negara Indonesia dan Xit = 0,untuk negara Malaysia. c. Kelompok, kategori, atau kelas yang diberi nilai 0 disebut sebagai “the base, control comparison, or omitted category” atau sebagai kategori dasar (Pembanding). Kategori tersebut merupakan dasar (base), dalam arti bahwa perbandingan dilakukan terhadap kategori tersebut.
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Umum Penelitian 1. Perkembangan Perbankan syariah di Asia Tenggara Asia Tenggara merupakan salah satu kawasan yang menjadi pusat perkembangan perbankan dan keuangan syariah dunia. Kawasan ini memiliki potensi yang sangat besar untuk memajukan perbankan dan keuangan syariah, di mana Malaysia memiliki aset tertinggi, sekitar 70% dari keseluruhan aset perbankan Islam di kawasan Asia. Kemudian Indonesia memiliki populasi muslim terbesar sekitar 250 juta jiwa, kemungkinan akan menjadi pasar utama keuangan syariah. Kedua negara tersebut menjadi poros penggerak perkembangan perbankan dan keuangan syariah di kawasan Asia Tenggara. Perkembangan sistem perbankan dan keuangan syariah di dua negara tersebut mendorong negara-negara di kawasan ini untuk juga berpartisipasi dalam mengembangkan industri perbankan dan keuangan syariah. Negaranegara di kawasan asia Tenggara yang tergabung dalam The Association of southeast Asian Nations (ASEAN) yang mengembangkan Perbankan dan keuangan syariah adalah Indonesia, Malaysia, Brunei Darussalam, Singapura, Filipina, dan Thailand.
66
67
Grafik 4.1 Islamic Banking Market Share By Jurisdiction (2012E)
ASEAN
Sumber: Data diolah dari Central Banks and Regulator authorities, individul institutions, Bloomberg, Zawya, Corporate Communication, The Banker, KFHR1 Dari grafik di atas terlihat bahwa negara-negara anggota ASEAN hingga tahun 2012 memiliki market share yang cukup tinggi di mana Malaysia berada di peringkat ke-7, Indonesia berada diperingkat ke-17, Philipina berada diurutan ke-20, Thailand peringkat ke-21, dan Singapura berada diurutan ke-26. Hal ini mengindikasikan bahwa perbankan syariah di Asia Tenggara dapat menjadi motor penggerak keuangan Islam global. Apalagi tahun 2015 akan ada The ASEAN Economic Community (AEC)/Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) di mana akan terjadi liberalisasi ekonomi di kawasan Asia terutama dalam bidang industri keuangan, sehingga akan terjadi persaingan global antarnegara di kawasan
1 Islamic Financial Service Board, Islamic Finance Service Industry Stability Report 2013, diakses pada 30 maret 2015 dari http://www.ifsb.org
68
Asia Tenggara. Adapun yang akan dijelaskan dalam penelitian ini adalah Malaysia dan Indonesia. a. Perbankan Syariah di Indonesia Indonesia merupakan negara yang berpenduduk muslim terbesar di dunia dengan persentase penduduk muslimnya sekitar 83% atau sekitar 250 juta penduduk. Hal ini menjadikan Indonesia sebagai negara yang memiliki potensi untuk mengembangkan sistem keuangan Islam. sistem perbankan syariah dikenal pertama kali pada tahun 1990 melalui konferensi yang dilakukan oleh Ikatan Cendikiawan Muslim Indonesia (ICMI) dan Majelis Ulama Indonesia (MUI) yang membahas mengenai sistem perbankan tanpa bunga. Dengan munculnya desakan umat Islam yang menginginkan adanya bank syariah yang beroperasi tanpa riba, maka UU Bank No.7/1992 disahkan. Bank Muamalat Indonesia (BMI) adalah bank syariah pertama di Indonesia. Pendirian BMI memberikan inspirasi terbentuknya lembaga keuangan syariah seperti Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS), perbankan syariah, Baitul Maal Wa Tamwil (BMT), dan sejenisnya. Perkembangan perbankan syariah di Indonesia pada tahun 1992-1998 berjalan lambat. Hanya terdapat satu bank syariah dan 78 BPRS (Bank perkreditan Rakyat Syariah). Bank syariah mulai diakui keberadaannya setelah menunjukkan kinerja yang sangat baik dan daya tahan yang kuat terhadap krisis yang melanda pada tahun 1997 dan krisis di kawasan Asia pada tahun 2008. Setelah diakui keberadaanya,
69
banyak kalangan yang melakukan straregi untuk mengembangkan perbankan dan keuangan syariah. Tabel 4.1 Jumlah Jaringan Bank Syariah di Indonesia Jaringan 2010 Bank Syariah 11 BUS
2011
2012
2013
2014
11
11
11
11
UUS
23
24
24
23
23
BPRS
150
155
158
163
163
2.663
2.990
2.997
1.763 2.101 Jumlah Kantor Sumber: Dari Data Statistik OJK
Pada laporan OJK (Otoritas Jasa Keuangan) menunjukkan bahwa setiap tahunnya baik jumlah BUS, UUS, dan BPRS serta jumlah kantornya mengalami peningkatan. Pada tabel di atas tercatat bahwa hingga tahun 2014, terdapat 11 Bank Umum Syariah (BUS), 23 unit Usaha Syariah (UUS), 163 Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS), dan 2.997 jumlah jaringan kantor. Pertumbuhan aset, pembiayaan, dan deposit perbankan syariah juga mengalami peningkatan dari tahun 2008 hingga 2012, tercatat bahwa peningkatan asetnya mencapai USD 20 juta pada tahun 2012 dan diperkirakan akan meningkat menjadi USD 100 juta pada tahun 2018. Peningkatan pertumbuhan asetnya mencapai 36%, pembiayaan sebesar 31%, dan deposit tumbuh sebesar 37%. Hal ini membuat banyak investor asing yang ingin menginvestasikan dananya pada perbankan syriah di Indonesia. Berikut data pertumbuhan aset, pembiayaan dan deposit perbankan syariah di Indonesia:
70
Grafik 4.2 Pertumbuhan Aset, Pembiayaan, Deposit Perbankan Syariah di Indonesia
Sumber:Central Banks, Company Financial Reports, EY Universe, EY analysis of Selective Bank.2 Sejak disahkannya UU Nomor 21 tahun 2011 tentang otoritas jasa keuangan (OJK), maka OJK memiliki wewenang untuk mengawasi dan mengembangkan perbankan syariah dan lembaga keuangan lainnya. OJK yang akan menjalankan program-program yang sebelumnya telah dibuat oleh Bank Indonesia (BI). Selain itu, terdapat DSN-MUI (Dewan Syariah Nasional-Majelis Ulama Indonesia) yang merupakan lembaga yang memiliki wewenang untuk mengeluarkan fatwa mengenai masalah kepatuhan syariah dan mengawasi kegiatan usaha bank syariah agar beroperasi sesuai dengan prinsip-prinsip syariah.
2
Ernest & Young, World Islamic Banking Competitiveness Report 2013-2014, diakses pada 22 Maret 2015 dari http://emergingmarkets.ey.com/world-islamic-bankingcompetitiveness-report-2013-2014/. h. 69.
71
b. Perbankan Syariah di Malaysia Malaysia merupakan negara di kawasan Asia yang paling cepat dalam mengembangkan industri perbankan dan keuangan syariah. Perkembangan perbankan dan keuangan syariah di Malaysia bermula pada saat pemerintah membentuk tabungan haji pada tahun 1963. Lembaga ini dibentuk untuk investasi tabungan haji masyarakat dengan menggunakan skema akad mudharabah, musyarakah, dan ijarah. Dalam menjalankan seluruh kegiatannya lembaga ini diawasi oleh komite Fatwa Nasional Malaysia (National Fatwah Committe of Malaysia) berada di bawah Bank Negara Malaysia (BNM), Komite Fatwa ini tidak berdiri sendiri secara independen. Kemudian dengan adanya desakan dari umat muslim yang menginginkan pembentukan bank syariah. gerakan ini secara resmi diajukan pada saat kongres ekonomi bumi putra pada tahun 1980. Kongres ini menghasilkan kesepakatan dengan mengajukan permintaan kepada pemerintah untuk membolehkan Tabungan Haji mendirikan Bank Syariah. sehingga pada tahun 1983 didirikanlah Bank Islam Malaysia Berhard (BIMB) yang menerapkan dual banking system. Bank ini dilegitimasi dengan undang-undang bank syariah (IBA 1983). Setahun sejak diperkenalkannya perbankan syariah, perbankan syariah di Malaysia terus berkembang dan mendorong pertumbuhan ekonomi negara dengan pertumbuhan aset bank syariah mencapai 36,9%. Hingga tahun 2013, market share perbankan syariah di Malaysia mencapai 20% dengan
72
pertumbuhan Aset sekitar 24%. Dan diperkirakan market share mencapai 40% di tahun 2020. Pada laporan Tahunan Ernest & Young dalam World Islamic Banking Competitiveness Report 2013-2014, terjadi pertumbuhan yang mengesankan pada aset, pembiayaan, dan deposit perbankan syariah di Malaysia. Pada tahun 2012, pertumbuhan asetnya mencapai 24%, pembiayaan tumbuh sebesar 23%, dan deposit tumbuh sebesar 32%. Aset perbankan syariah di Malaysia mencapai USD 120 juta pada tahun 2012 dan diperkirakan akan mencapai USD 390 juta pada tahun 2018. Berikut grafik pertumbuhan aset, pembiayaan, dan deposit perbankan syariah di Malaysia: Grafik 4.3 Pertumbuhan Aset, Permbiayaan, Deposit Perbankan Syariah di Malaysia
Sumber:Central Banks, Company Financial Reports, EY Universe, EY analysis of Selective Bank.3
3
Ibid, h.73.
73
B. Hasil Analisis Metode DEA 1. Tingkat Efisiensi Bank Syariah di Indonesia a. Bank Muamalat Indonesia Hasil pengukuran tingkat efisiensi Bank Muamalat Indonesia dengan pendekatan intermediasi menggunakan analisis VRS (Variabel Return Scale). Berikut ini adalah hasil olah data rata-rata tingkat efisiensi Bank Muamalat Indonesia: Tabel 4.2 Efisiensi Bank Muamalat Indonesia 2011-2014 Periode
2011
2012
100 80.78 Maret 99.64 83.76 Juni 88.83 September 100 100 Desember 100 399.64 353.37 Total Mean 99.91 88.34 Sumber: Olah data WDEA Asumsi VRS
2013 82.06 83.87 92.11 100 364.04 91.01
2014 66.28 67.20 100 100 333.48 83.37
Berdasarkan tabel di atas, selama tahun 2011-2014 Bank Muamalat Indonesia mengalami inefisiensi. Pada tahun 2011, Bank Muamalat Indonesia telah mencapai nilai efisiensi sebesar 99,91% hampir mencapai tingkat efisiensi sempurna. Pada tahun berikutnya, yaitu tahun 2012 Bank Mumalat mengalami penurunan nilai efisiensi di level 88,34% dan melakukan inefisiensi sebesar 11,57% . pada tahun 2013, Bank Muamalat masih belum efisien dengan nilai efisiensi hanya mencapai 91,01%, naik 2,67% dari tahun sebelumnya. Hingga tahun 2014 pun nilai efisiensi Bank Muamalat hanya mencapai 83,37% dan mengalami inefisiensi sebesar 7,64%. Tingkat rata-rata persentase
efisiensi
Bank
Muamalat
Indonesia
tahun
2011-2014
74
menunjukkan bahwa Bank Muamalat masih belum menjadi bank yang efisien dalam melakukan kinerja efisiensinya. Dari hasil perhitungan dengan metode DEA tersebut didapatkan temuan bahwa tingkat efisiensi dari tahun 20112014 mengalami fluktuasi. Tingkat efisiensi Bank Muamalat Indonesia dapat dilihat pada grafik di bawah ini: Grafik 4.4 Rata-Rata Tahunan Bank Muamalat Indonesia (BMI) 2011-2014 Tingkat Efisiensi BMI 105
Efisiensi
100
99,91
95 88,34
90
91,01
85 80
83,37
75 2011
2012
2013
2014
mean Sumber: Olah data WDEA Asumsi VRS Dari grafik di atas, terlihat bahwa tingkat efisiensi Bank Muamalat Indonesia mengalami fluktuasi. Pada tahun 2011 hingga 2012 nilai efisiensi Bank Muamalat Indonesia mengalami trend yang menurun, hal ini berbeda dengan penelitian efisiensi perbankan syariah oleh Asep Saefullah (2013), dimana nilai efisiensi Bank Muamalat Indonesia pada tahun 2011-2012 mengalami trend yang meningkat. Kemudian dari grafik tersebut terlihat bahwa pada tahun 2013 tingkat efisiensi Bank Muamalat Indonesia mulai meningkat kembali meskipun pada tahun 2014 kembali mengalami penurunan nilai efisiensi.
75
Selanjutnya penulis akan menjelaskan hasil analisis tingkat efisiensi terendah yang dialami oleh Bank Muamalat Indonesia, hal yang akan dijelaskan mengenai manajemen perusahaan dalam mengambil sebuah keputusan, berikut ini hasil WDEA dengan metode VRS: Tabel 4.3 Target efisiensi Maret 2014 Efisiensi
66.28%
Variabel
Actual
Target
To Gain
Achieved
DPK
43011464
28509175.3
33.70%
66.30%
Aset Tetap
215893
29969
86.10%
13.90%
Beban Personalia
1394872
705997
49.40%
50.60%
Total Pembiayaan
42430811
42430811
0%
100%
Pendapatan
1407939
1782928
26.6%
79%
Operasional Sumber: Olah data WDEA Asumsi VRS Pada tabel di atas, terlihat bahwa pada bulan maret 2014, Bank Muamalat Indonesia mengalami posisi level terendah yang hanya mencapai 66,28% dibandingkan bulan lainnya pada periode penelitian ini. Pada tabel tersebut, adanya inefisiensi pada variabel input dan output. Di mana variabel input meliputi DPK, biaya personalia, dan aset tetap. Sedangkan variabel output yang mengalami inefisiensi adalah pendapatan operasional. Pada efisiensi DPK hanya mencapai efisiensi sebesar 66,30% dan perlu adanya perbaikan sebesar 33,70%. DPK yang dihimpun oleh Bank Muamalat Indonesia yang melebihi target tidak disertai dengan peningkatan total pembiayaan, hal ini menyebabkan adanya inefisiesi pada variabel DPK. Dari
76
sisi input, Bank Muamalat juga mengalami inefisiensi pada beban personalia atau biasa disebut beban tenaga kerja. Score efisiensi beban personalia sebesar 50,60% dan terjadi inefisiensi sebesar 49,40%. Kelebihan biaya personalia sebesar 49,40% atau Rp.688.875 juta, padahal hanya dengan Rp.705.997
juta
saja,
sudah
dapat
mencapai
efisiensi.
Hal
ini
mengindikasikan telah terjadinya pemborosan dalam biaya personalia, padahal dana yang digunakan untuk biaya personalia dapat digunakan untuk mempercanggih teknologi sistem informasi perbankan maupun program peningkatan skill tenaga kerja. Pencapaian efisiensi pada aset tetap hanya mencapai 13,70% dan perlu terjadinya perbaikan sebesar 86,10%. Pada aset tetap pun terjadinya pemborosan sebesar Rp.185.924 juga, karena hanya dengan Rp.29.969 juta bank muamalat sudah dapat mencapai efisiensi. Seharusnya dana sebesar Rp.215.893 juta dapat dimanfaatkan untuk hal yang lebih penting dan mendesak guna kepentingan Bank Muamalat Indonesia. Inefisiensi juga terjadi pada variabel output yaitu pendapatan operasional hanya mencapai score efisiensi sebesar 79% dan terjadi inefsiensi sebesar 26,60%. Pendapatan operasional yang hanya mencapai Rp.1.407.939 juta, seharusnya dapat mencapai Rp.1.782.928 juta agar dapat efisien.
77
b. BRI Syariah Tabel 4.4 Efisiensi BRI Syariah 2011-2014 Periode
2011
2012
100 100 Maret 100 100 Juni 100 97.90 September 100 100 Desember 400 397.90 Total Mean 100 99.48 Sumber: Olah data WDEA Asumsi VRS
2013 89.87 92.97 100 100 382.84 95.71
2014 100 100 99.11 100 399.11 99.78
Pada tabel di atas, hanya pada bulan Maret hingga Desember 2011 BRI Syariah mencapai efisiensi, sedangkan pada tahun 2012 hingga 2014 mengalami inefisiensi, hanya berbeda nilai efisiensinya saja. Pada tahun 2012 tingkat efisiensinya hanya mencapai 99,48%, terjadi penurunan efisiensi sebesar 0,52%. Sedangkan Pada tahun 2013 saat krisis global terjadi score efisiensi BRI Syariah mengalami penurunan sebesar 3,77% menjadi 95,71% dan terjadi inefisiensi sebesar 4,29%, namun penurunan tingkat efisiensi pada tahun 2013 tidak begitu drastis. Pada tahun 2014, BRI Syariah mengalami peningkatan efisiensi sebesar 4,07% dari periode sebelumnya menjadi 99,78% dan melakukan inefisiensi sebesar 0,22%. Pergerakan tingkat rata-rata efisiensi BRI Syariah selama periode penelitian ini dapat dilihat pada grafik di bawah ini:
78
Grafik 4.5 Rata-Rata Tahunan BRI Syariah 2012-2014 Tingkat Efisiensi BRI Syariah 102
Efisiensi
100
99,78
100 99,48
98 96
95,71
94 92 2011
2012
2013
2014
Mean Sumber: Olah data WDEA Asumsi VRS Berdasarkan grafik di atas BRI Syariah menunjukkan tingkat efisiensi yang fluktuatif, hal ini terlihat dari naik turunnya score efisiensi dari tahun ke tahun. Pada tahun 2011, BRI Syariah mencapai efisiensi, namun pada tahun 2012 tingkat efisiensi BRI Syariah mengalami penurunan sebesar 0,52% atau sebesar 99,48%. Score efisiensi BRI Syariah terus turun hingga mencapai 95,71%. Pada tahun 2014, tingkat efisiensi BRI Syariah mulai naik kembali walaupun belum mencapai efisiensi sempurna. Setelah melihat rata-rata tingkat efisiensi BRI Syariah, maka akan dijelaskan lebih lanjut mengenaik tingkat efisiensi terendah pada Maret 2013. Hal ini perlu diketahui mengenai penyebab terjadinya inefisiensi BRI Syariah. berikut tabel efisiensi dengan asumsi VRS:
79
Tabel 4.5 Target efisiensi Maret 2013 Efisiensi
89.87%
Variabel
Actual
Target
To Gain
Achieved
DPK
11289329
10145314
10.1%
89.9%
Aset Tetap
281261
252759
10.1%
89.9%
Beban Personalia
100616
90420
10.1%
89.9%
Total Pembiayaan
11991722
11991722
0.0%
100.0%
Pendapatan
415065
814225
49.0%
51.0%
Operasional Sumber: Olah data WDEA Asumsi VRS Pada tabel tersebut, BRI Syariah mengalami tingkat efisiensi terendah dengan score 89,87%. Hal ini terjadi karena adanya inefisiensi pada variabel input dan output. Variabel input yang mengalami inefisiensi adalah DPK, aset tetap, dan beban personalia. Sedangkan variabel output yang mengalami inefisiensi adalah variabel pendapatan operasional. DPK tidak efisien karena penghimpunan dana yang dilakukan tidak sebanding dengan pendapatan yang seharusnya dihasilkan oleh BRI Syariah. pada beban personalia tingkat efisiensinya hanya mencapai 89.9% dan perlu adanya perbaikan sebesar 10.1% hal ini disebabkan adanya membengkaknya anggaran untuk biaya personalia sebesar Rp.100.616 juta, sedangkan target yang disarankan sebesar Rp.90.420 juta. Pada variabel aset tetap pun terjadi kelebihan anggaran sebesar Rp.28.502 juta sehingga target yang disarankan sebesar Rp.252.759 juta, oleh karena itu BRI Syariah harus mengurangi biaya untuk aset tetapnya sebanyak 10.1%.
80
Selain terjadinya inefisiensi pada variabel input, variabel output yang mengalami inefisiensi pun terjadi pada pendapatan operasional yang hanya mencapai 51% atau sebesar Rp.415.065 juta, sehingga perlu adanya peningkatan pendapatan operasional menjadi Rp.814.225 juta atau penambahan sebesar 49.0%. c. BNI Syariah Tabel 4.6 Efisiensi BNI Syariah 2011-2014 Periode
2011
2012
100 92.38 Maret 100 90.93 Juni 100 September 100 92.40 Desember 100 400 373.71 Total Mean 100 93.43 Sumber: Olah data WDEA Asumsi VRS
2013 86.07 95.84 100 100 381.91 95.48
2014 100 100 100 100 400 100
Berdasarkan tabel tersebut, BNI Syariah mencapai tingkat efisiensi pada tahun 2011 dan 2014. Sedangkan pada tahun 2012, BNI Syariah mengalami inefisiensi sebesar 93,43% atau turun sebesar 6,57%. Pada tahun 2013 pun, BNI syariah belum dapat mencapai tingkat efisiensi sempurna, sore efisiensinya hanya meningkat 2,05% atau sebesar 95,48% dari tahun sebelumnya. Agar dapat melihat lebih jelas mengenai efisiensi rata-rata BNI Syariah, dapat dilihat pada grafik di bawah ini:
81
Grafik 4.6 Rata-Rata Tahunan BNI Syariah 2011-2014 Efisiensi BNI Syariah 102 100
100
100
Efisiensi
98 95,48
96 94 92
93,43
90 2011
2012
2013
2014
Mean Sumber: Olah data WDEA Asumsi VRS Pada diagram tersebut, terjadi fluktuasi tingkat efisiensi pada BNI Syariah. tingkat efisiensi sempurna yang dicapai oleh BNI Syariah terjadi pada tahun 2011 dan 2014, sedangkan pada tahun 2012 BNI Syariah mengalami tingkat efisiensi terendah yang hanya mencapai 93,43% atau terjadinya penurunan sebesar 6,57%. Pada tahun 2013 pun, BNI Syariah belum dapat mencapai tingkat efisiensi dengan score 95,48% atau meningkat 2,05%. Dan akhirnya pada tahun 2014, BNI Syariah dapat mencapai efisiensi pada level 100%. BNI Syariah merupakan Bank hasil spin off dari UUS dan sebagai anak perusahaan BNI yang bergerak dalam bidang perbankan syariah. BNI Syariah mengalami tingkat efisiensi terendah pada Maret 2013 sebesar 86,07%, secara rinci penyebab terjadinya inefisiensi pada BNI Syariah dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
82
Tabel 4.7 Target efisiensi Maret 2013 Efisiensi
86.07%
Variabel
Actual
Target
To Gain
Achieved
DPK
10215065
8792354
13.9%
86.1%
Aset Tetap
157795
131467.5
16.7%
83.3%
Beban Personalia
95371
82088.1
13.9%
86.1%
Total Pembiayaan
8558273
8558273
0.0%
100.0%
Pendapatan
377954
377954
0.0%
100.0%
Operasional Sumber: Olah data WDEA Asumsi VRS Berdasarkan data dari tabel di atas, tingkat efisiensi terendah BNI Syariah mencapai score 86,07% berada di bawah level terendah BRI Syariah. inefisiensi terjadi hanya pada variabel input (DPK, aset tetap, dan beban personalia). Variabel DPK hanya mencapai tingkat efisiensi sebesar 86,1% dan diperlukan perbaikan sebesar 13,9%. Oleh karena itu BNI Syariah harus mengurangi biaya promosi agar dapat mencapai efsiensi sempurna. Pada biaya personalia terjadi pemborosan sebesar Rp.13.282,9 juta dan harus dilakukan pengurangan sebesar 13.9%. selain itu pengelolaan aset tetap juga mengalami inefisiensi sebesar 16.7% dan hanya mencapai level 83.3%. pada aset tetap terjadi kelebihan sebesar Rp.26.327,5 juta melebihi target yang harus dicapai.
83
d. BCA Syariah Tabel 4.8 Efisiensi BCA Syariah 2011-2014 Periode
2011
2012
100 100 Maret 100 100 Juni 100 September 100 100 Desember 100 400 400 Total Mean 100 100 Sumber: Olah data WDEA Asumsi VRS
2013 100 100 100 90.31 390.31 97.58
2014 100 94.28 100 100 394.28 98.57
Dari tabel di atas, pada tahun 2011 hingga 2012 BCA Syariah mencapai efisiensi sempurna. Namun pada tahun 2013 hingga 2014 mengalami inefisiensi. Pada tahun 2013 terjadi krisis global terjadi, score efisiensi BCA Syariah mengalami penurunan sebesar 97,58%. Kemudian pada tahun 2014 pun, BCA Syariah belum dapat mencapai tingkat efisiensi sempurna yang hanya mencapai score 98,57% atau meningkat sebesar 0,99%. Agar lebih jelas memperlihatkan rata-rata efisiensi BCA syariah dari tahun 2011 hingga 2014, terdapat pada grafik di bawah ini: Grafik 4.7 Rata-Rata Tahunan BNI Syariah 2011-2014 Efisiensi BCA Syariah 101 100
Efisiensi
100
100
99
98,57
98 97,58
97 96 2011
2012
Mean Sumber: Olah data WDEA Asumsi VRS
2013
2014
84
Berdasarkan tabel di atas, efisiensi BCA Syariah mencapai tingkat efisiensi sempurna pada tahun 2011-2012. Sedangkan pada tahun 2013 tingkat efisiensinya menurun menjadi 2,42%. Kemudian pada tahun 2014, tingkat efisiensinya mencapai level 98,57% meskipun belum mencapai tingkat efisiensi sempurna. BCA Syariah merupakan perbankan syariah terkemuka di Indonesia yang telah beroperasi sejak tahun 2010. Penulis ingin mencoba memberikan analisis terkait bank BCA Syariah yang pernah mengalami efisiensi terendap pada Desember 2013, berikut tabel efisiensi Bank BCA Syariah: Tabel 4.9 Target efisiensi Desember 2013 Efisiensi
90.31%
Variabel
Actual
Target
To Gain
Achieved
DPK
1597282
1442537
9.7%
90.3%
Aset Tetap
29438
26586
9.7%
90.3%
Beban Personalia
40683
36741.6
9.7%
90.3%
Total Pembiayaan
1421624
1421624
0.0%
100.0%
Pendapatan
200956
200956
0.0%
100.0%
Operasional Sumber: Olah data WDEA Asumsi VRS Pada tabel di atas, Bank BCA Syariah mencapai level efisiensi terendah sebesar 90,31%. Inefisiensi terjadi pada variabel input yang meliputi DPK, aset tetap, dan biaya personalia. Sedangkan pada variabel output tidak mengalami inefisiensi.Total DPK yang dihimpun oleh BCA Syariah hanya
85
mencapai efisiensi sebesar 90,3%. pada beban personalia terjadi pemborosan dana dengan pengeluaran sebesar Rp.40.683 juta, padahal hanya dengan Rp.36.741.6 juta bank BCA Syariah dapat mencapai tingkat efisiensi sempurna. Sama halnya dengan DPK dan beban personalia, aset tetap pun hanya mencapai tingkat efisiensi pada score 90,31% dan terjadi inefisiensi sebesar 9,7%. Terjadinya pemborosan pada Aset tetap yang telah mencapai Rp.29.438 juta, padahal hanya dengan dana sebesar Rp.26.586 juta saja akan dapat mencapai tingkat efisiensi sempurna. e. Bank Syariah Mandiri (BSM) Tabel 4.10 Efisiensi Bank Syariah Mandiri 2011-2014 Periode
2011
2012
100 100 Maret 100 100 Juni 100 September 100 100 100 Desember 400 400 Total Mean 100 100 Sumber: Olah data WDEA Asumsi VRS
2013 100 100 100 100 400 100
2014 99,52 98,26 82,67 100 380.45 95,11
Dari hasil data olahan pada tabel di atas, kinerja efisiensi Bank Syariah Mandiri pada tahun 2011-2013. cukup fantastis hampir seluruh periode Bank Syariah Mandiri mencapai tingkat efisiensi yang sangat baik. Pada tahun 2011 hingga 2013 score efisiensinya mencapai 100%. Hanya pada tahun 2014 saja, Bank Mandiri Syariah mengalami inefisiensi dimana hanya mencapai level 98,57% dan melakukan inefisiensi sebesar 1,43%. Di tahun 2014, mencapai tingkat efisiensi sempurna hanya pada kuarta IV. Namu secara umum, kinerja efisiensi Bank Syariah Mandiri sudah cukup bagus.
86
Kinerja efisiensi Bank Syariah mandiri berada diurutan kedua setelah BJB syariah yang mecapai tingkat efisiensi sempurna selama periode penelitian ini. Grafik 4.8 Efisiensi Rata-Rata Tahunan Bank Syariah Mandiri 2011-2014
Bank Syariah Mandiri (BSM) 102
Efisiensi
100 100 98
100
100
96 95,11
94 92 2011
2012
2013
2014
Mean Sumber: Olah data WDEA Asumsi VRS Pada grafik di atas menunjukkan tingkat efisiensi rata-rata Bank Syariah mandiri pada periode 2011-2014. Dimana pada tahun 2011-2013 Bank Syariah Mandiri mencapai 100% yang menandakan Bank Mandiri Syariah mencapai kinerja efisiensi yang baik, namun menurun pada tahun 2014 yang hanya mencapai 95,11% yang menandakan Bank Syariah Mandiri belum efisien. Bank Syariah Mandiri mengalami inefisiensi terendah pada september 2014. Hal ini perlu dianalisis lebih dalam mengenai penyebab inefisiensi dan melakukan perbaikan terhadap manajemen Bank Mandiri Syariah, berikut tabel hasil olah data efisiensi Bank Mandiri Syariah :
87
Tabel 4.11 Target efisiensi september 2014 Efisiensi
82.67%
Variabel
Actual
Target
To Gain
Achieved
DPK
55562285
45932396.5
17.3%
82.7%
Aset Tetap
1567892
1212261.5
87.0%
13.0%
Beban Personalia
1022584
133378.6
22.7%
77.3%
Total Pembiayaan
44788931
44788931
0.0%
100.0%
Pendapatan
5084650
5084650
0.0%
100.0%
Operasional Sumber: Olah data WDEA Asumsi VRS Berdasarkan tabel di atas, inefisiensi yang dialami Bank Syariah Mandiri pada periode penelitian ini sebesar 82,67%. Inefisiensi terjadi pada ketiga variabel input yakni DPK, beban personalia, dan aset tetap. Sama seperti beberapa bank syariah sebelumnya bahwa DPK yang dihimpun hanya mencapai tingkat efisiensi sebesar 82,7% . Manajemen Bank Syariah Mandiri harus dapat mengurangi biaya promosi agar dapat mencapai tingkat efisiensi maksimal. Pada variabel beban personalia pun mengalami inefisiensi terendah dimana Bank Syariah Mandiri hanya mencapai level efisiensi sebesar 77.3% dan perlu adanya perbaikan sebesar 22,7%. Agar dapat mencapai tingkat efisiensi sempurna, Bank Syariah Mandiri harus mengurangi beban personalia sebesar Rp.889.205,4 juta. Pada sisi aset tetap pun terjadi kelebihan dana dengan tingkat efisiensi yang hanya mencapai 13.0% dan mengalami inefisiensi sebesar 87.0%. hal ini terjadi karena adanya
88
pemborosan dalam aset tetap sebesar Rp.355.630,5 juta dengan total dana yang digunakan sebesar Rp.1.567.892 juta, padahal hanya dengan dana sebesar Rp.1.212.261,5 juta saja Bank Syariah Mandiri dapat mencapai efisiensi sempurna. f. Bank Jabar Banten (BJB) Syariah Melalui pendekatan efisiensi yang sama dengan kelima bank tersebut, berikut hasil olah data Bank Jabar Banten dalam hal kinerja efisiensinya pada tahun 2011-2014: Tabel 4.12 Efisiensi Bank Jabar Banten Syariah 2011-2014 Periode
2011
2012
100 100 Maret 100 100 Juni 100 September 100 100 Desember 100 400 400 Total Mean 100 100 Sumber: Olah data WDEA Asumsi VRS
2013 100 100 100 100 400 100
2014 100 100 100 100 400 100
Pada tabel di atas, begitu fantastis terkait fakta data yang ditunjukkan
mengenai hasil kinerja Bank Jabar Banten Syariah yang
mencapai efisiensi maksimum selama periode penelitian tahun 2011 hingga 2014. Pada tahun 2011 hingga 2014 score rata-rata efisiensinya mencapai 100%. Hal ini sungguh menakjubkan, karena selama periode penelitian ini hanya Bank Jabar Banten saja yang konsisten dalam mencapai efisiensi maksimum di setiap periode penelitiannya. Hasil penelitian tentang kinerja Bank Jabar Banten Syariah dibuktikan dengan publikasi yang dibuat oleh media Finansial bahwa Bank Jabar Banten Syariah mendapatkan
89
penghargaan sebagai bank syariah terefisien 2011 versi bisnis Indonesia Inteligence unit.4 Hingga triwulan 1 tahun 2015, Bank Jabar Banten Syariah menunjukkan kinerja yang sangat positif. Terjadi pertumbuhan aset sebesar 7,69%, pertumbuhan juga terjadi pada DPK dan total pembiayaan.5 Berikut grafik rata-rata efisiensi Bank Jabar Banten Syariah pada tahun 2011 hingga 2014: Grafik 4.9 Rata-Rata Tahunan Bank Jabar Banten (BJB) Syariah 2011-2014 Efisiensi BJB Syariah
120 100
100
100
100
100
2011
2012
2013
2014
Efisiensi
80 60 40 20 0
Mean Sumber: Olah data WDEA Asumsi VRS Dari grafik di atas terlihat bahwa kinerja efisiensi Bank Jabar Banten Syariah mengalami efisiensi 100% dari tahun 2011 hingga tahun 2014, ini menandakan bahwa Bank Jabar Banten Syariah memiliki kinerja efisiensi maksimum pada periode penelitian ini. Meskipun pada tahun 2013 terjadi
4
BJB Syariah Bank syariah terefisien, dalam berita Finansial, berita diakses pada 12 September 2015 dari http://finansial.bisnis.com/read/20110629/90/35202/bjb-syariahbank-syariah-terefisien. 5 BJB Syariah torehkan Tren Positif, Asetnya Capai Rp.6,0 Triliun di Usia 5 Tahun, Dalam Galamedia News.Com, berita diakses pada 12 September 2015 dari http://www.galamedianews.com/bandung-raya/22097/bjb-syariah-torehkan-tren-positifasetnya-capai-rp-60-triliun-di-usia-5-tahun.html.
90
krisis global, namun kinerja efisiensi Bank
Jabar Banten syariah tetap
menunjukkan kinerja yang baik, hal ini terlihat pada tahun 2013 skor efisiensi yang konsisten berada di level 100%. g. Bank Mega Syariah Melalui pendekatan yang sama seperti beberapa bank yang telah dijelaskan di atas, berikut adalah hasil olah data Bank Mega Syariah dalam hal rata-rata kinerja efisiensi pada tahun 2011-2014: Tabel 4.13 Efisiensi Bank Mega Syariah 2011-2014 Periode
2011
2012
100 98.41 Maret 100 98.66 Juni 100 September 100 100 Desember 100 400 397.07 Total Mean 100 99.27 Sumber: Olah data WDEA Asumsi VRS
2013 100 100 100 100 400 100
2014 100 94.02 91.35 100 385.37 96.34
Pada tabel di atas, Bank Mega Syariah mencapai tingkat efisiensi sebesar 100% pada tahun 2011 dan 2013. Sedangkan terjadi inefisiensi pada tahun 2012 dan 2014. Pada tahun 2012 Bank Jabar Banten Syariah hanya mencapai tingkat efisiensi sebesar 99,27% atau terjadinya penurunan tingkat efisiensi sebesar 0,73%. Kemudian pada tahun 2013, Bank Mega Syariah dapat mencapai tingkat efisiensi maksimum di level 100%, namun pada tahun 2014 mengalami inefisiensi sebesar 96,34% atau turun sebesar 3,66%. Untuk dapat melihat dengan jelas tren kinerja efisiensi Bank Mega Syariah dapat dilihat pada grafik di bawah ini:
91
Grafik 4.10 Efisiensi Rata-Rata Tahunan Bank Mega Syariah 2011-2014
Efisiensi
Efisiensi Bank Mega Syariah 102 100 98 96 94 92 90 88 86 84
100
100 99,27
90,34
2011
2012
2013
2014
Mean Sumber: Olah data WDEA Asumsi VRS Pada grafik tersebut, terlihat bahwa kinerja Bank Mega Syariah mengalami fluktuasi. Pada tahun 2011, Bank Mega Syariah mengalami efisiensi maksimumnya, namun terjadi inefisiensi pada tahun 2012 dengan penurunan tingkat efisiensi sebesar 0,73%. Kemudian pada tahun 2013 Bank Mega Syariah dapat meningatkan kinerjanya dengan score 100%, yang mengindikasikan Bank Mega Syariah telah mencapai tingkat efisiensi maksimum, namun disayangkan pada tahun 2014 terjadi penurunan tingkat efisiensi sebesar 9,66% dan hanya mencapai tingkat efisiensi sebesar 95,34%. Bank Mega Syariah mengalami nilai efisiensi terendah pada bulan September 2014, oleh karena itu perlu dilakukan analisis lebih jauh mengenai penyebab terjadinya inefisiensi dan memberikan masukan terhadap manajemen Bank Mega Syariah:
92
Tabel 4.14 Target efisiensi september 2014 Efisiensi
90.31%
Variabel
Actual
Target
To Gain
Achieved
DPK
6075748
5550393.3
8.6%
91.4%
Aset Tetap
151828
138699.8
8.6%
91.4%
Beban Personalia
256977
191144.9
25.6%
74.4%
Total Pembiayaan 6128856
6128856
0.0%
100.0%
Pendapatan
1053456
0.0%
100.0%
1053456
Operasional Sumber: Olah Data WDEA Asumsi VRS Berdasarkan olahan data yang terdapat pada tabel di atas, Bank Mega Syariah mengalami efisiensi terendah pada bulan September 2014 sebesar 90,31%. Hal ini terjadi disebabkan adanya inefisiensi pada variabel input (DPK, biaya personalia, dan aset tetap). Ketiga variabel tersebut yang menyebabkan terjadinya efisiensi terendah yang di capai Bank Mega Syariah dibandingkan dengan bulan-bulan lainnya pada periode penelitian ini. Pada DPK terjadi inefisiensi sebesar 8,6%. Sebenarnya hanya dengan mengumpulkan dana DPK sebesar Rp.138.699.8 juta saja Bank Mega Syariah sudah dapat mencapai tingkat efisiensinya. Salah satu strategi yang harus dicapai agar terjadi efisiensi maka manajemen Bank Mega Syariah harus menekan promosi agar biaya yang dikeluarkan dapat digunakan untuk kepentingan bank yang lebih mendesak dan penting. Pada beban personalia tingkat efisiensi yang dicapai hanya sebesar 74.4% dan melakukan inefisiensi sebesar 25.6%. terjadi pemborosan
93
anggaran pada beban personalia sebesar Rp.65.832,1 juta. Karena hanya dengan mengeluarkan biaya personalia sebesar Rp.191.144,9 juta saja, Bank Mega Syariah akan dapat mencapai tingkat efisiensi sempurna. Kemudian inefisiensi pun terjadi pada aset tetap dengan nilai efisiensinya sebesar 91.4% dan perlu dilakukan perbaikan sebesar 8.6%. Sebenarnya Bank Mega Syariah dapat menekan aset tetap sebesar Rp.65832,1 juta, padahal hanya dengan mencapai efisiensi Rp.191.144,9 juta saja Bank Mega Syariah sudah dapat mencapai tingkat efisiensi sempurna. h. Bank Syariah Bukopin Tabel 4.15 Efisiensi Bank Syariah Bukopin 2011-2014 Periode
2011
2012
100 96.83 Maret 100 87.70 juni 86.51 september 80.95 81.12 86.67 Desember 362.07 357.71 Total Mean 90,52 89.43 Sumber: Olah data WDEA Asumsi VRS
2013 100 100 96.30 88.81 385.11 96.23
2014 100 100 100 100 400 100
Berdasarkan tabel di atas, Bank Bukopin Syariah hanya mencapai efisiensi pada tahun 2014 saja, sedangkan dari tahun 2011 hingga tahun 2013 mengalami inefisiensi. Pada tahun 2011 tingkat efisiensi Bank Syariah Bukopin hanya sebesar 90,52% dan pada tahun 2012 nilai efisiensinya turun sebesar 1,09%. Hingga tahun 2013 Bank Bukopin Syariah masih belum efisien dengan tingkat efisiensinya sebesar 96,23% atau mengalami peningkatan sebesar 6,8% dari tahun sebelumnya. Bank Bukopin Syariah dapat mencapai tingkat efisiensi pada tahun 2014.
94
Untuk lebih jelasnya berikut efisiensi rata-rata Bank Syariah Bukopin selama tahun 2011-204: Grafik 4.11 Efisiensi Rata-Rata Tahunan Bank Syariah Bukopin 2011-2014 Efisiensi Bank Syariah Bukopin 105 100
Efisiensi
100
96,23
95 90,52 90
89,43
85 80 2011
2012
2013
2014
Mean Sumber: Olah data WDEA Asumsi VRS Dari grafik di atas, menunjukkan kenaikan tingkat efisiensi, meskipun pada tahun 2012 mecapai level efisiensi terendah. Bila diamati secara rata-rata Bank Bukopin Syariah masih belum dapat menjadi bank yang efisien dalam melaksanakan kinerjanya sebagai lembaga intermediasi. Perlu adanya perbaikan manajemen dalam kinerja pengelolaan intermediasi dan penggunaan biaya operasionalnya. Bank Syariah Bukopin mengalami tingkat efisiensi terendah pada bulan September 2011, berikut rincian penyebab terjadinya inefisiensi pada Bank Syariah Bukopin Syariah.
95
Tabel 4.16 Target efisiensi september 2011 Efisiensi
80.95%
Variabel
Actual
Target
To Gain
Achieved
DPK
1793819
1452044.3
19.1%
80.9%
Aset Tetap
80482
65147.8
19.1%
80.9%
Beban Personalia
31782
25587.8
19.5%
80.5%
Total Pembiayaan
1603037
1972862.3
23.1%
81.3%
Pendapatan
171050
171050.0
0.0%
100.0%
Operasional Sumber: Olah Data WDEA Asumsi VRS Hasil olah data pada tabel tersebut, Bank Syariah Bukopin mencapai efisiensi terendah pada level 80,95%. Hal ini terjadi disebabkan adanya inefisiensi pada variabel input dan output. Inefisiensi pada variabel input yakni DPK, biaya personalia, dan aset tetap. Sedangkan inefisiensi yang terjadi pada variabel output adalah total pembiayaan. Pencapaian tingkat efisiensi variabel DPK hanya sebesar 80,9% dan terjadi inefisiensi sebesar 19,1%. Total DPK yang telah dikumpulkan oleh Bank Syariah Bukopin sebesar Rp.1.793.819 juta. Oleh karena itu, manajemen Bank Syariah Bukopin harus menggunakan DPK yang telah melebihi target tersebut untuk disalurkan dalam bentuk pembiayaan yang masih relatif sedikit agar mencapai tingkat efisiensi sempurna. Seperti halnya variabel DPK, beban personalia pun terjadi inefisiensi. Pada variabel beban personalia terjadi pemborosan sebesar Rp.6.194,2 juta atau inefisiensi sebesar 19.5%. padahal
Bank Syariah
96
Bukopin dapat mencapai efisiensi hanya dengan mengeluarkan biaya sebesar Rp.25.587.8 juta. Kemudian pada aset tetap pun hanya mencapai tingkat efisiensi sebesar 80.9% dan terjadi inefisiensi sebesar 19.1% atau terjadi pemborosan sebesar Rp.15.334,2 juta. Inefisiensi juga terjadi pada output yakni pada variabel total pembiayaan. Dimana tingkat efisiensi total pembiayaan hanya mencapai sebesar 81.3%. Total yang diberikan kepada nasabah masih kurang dari target yang seharusnya dicapai Bank Syariah Bukopin. Total pembiayaannya hanya sebesar Rp.1.603.037 juta, seharusnya Bank Syariah Bukopin menyalurkan total pembiayaan sebesar Rp.1.972.862,3 juta, oleh karena itu Bank Syariah Bukopin harus menaikkan pembiayaan sebesar Rp.369.825,3 juta agar dapat mencapai kinerja yang efisien. Perlu adanya diversifikasi akad pembiayaan dan pembagian nisbah bagi hasil yang meningkatkan minat nasabah pembiayaan, agar Bank Bukopin Syariah dapat mencapai tingkat efisiensi sempurnanya. i. Bank Panin Syariah Tabel 4.17 Efisiensi Bank Panin Syariah 2011-2014 Periode
2011
2012
100 100 Maret 96.57 94.62 Juni 100 september 100 98.48 Desember 87.61 384.18 393,10 Total Mean 96.02 98.30 Sumber: Olah Data WDEA Asumsi VRS
2013 100 97.56 100 87.92 385,48 96.37
2014 100 100 100 100 400 100
97
Pada tabel di atas menggambarkan bahwa Bank Panin Syariah dari sisi kinerja efisiensinya dari tahun 2011 hingga 2013 mengalami inefisiensi. Hanya pada tahun 2014 saja Bank Panin Syariah mengalami tingkat efisiensi sempurna. Pada tahun 2013, Bank Panin Syariah memperoleh score efisiensi sebesar 96,02% dan naik 2,28% pada tahun 2013 dengan tingkat efisiensi yang dicapai sebesar 98,30%. Namun score efisiensinya turun kembali sebesar 96,37%. Pada akhirnya di tahun 2014 Bank Panin Syariah dapat mencapai tingkat efisiensi maksimum sebesar 100%. Untuk lebih jelas dalam melihat pergerakan rata-rata efisiensi Bank Panin Syariah pada periode 201-2014, berikut grafik di bawah ini: Grafik 4.12 Efisiensi Rata-Rata Tahunan Bank Panin Syariah 2011-2014 Bank Panin Syariah 101
100
100
Efisiensi
99
98,3
98 97 96 95
96,37 96,02
94 2011
2012
2013
2014
Mean Sumber: Olah Data WDEA Asumsi VRS Berdasarkan grafik di atas, menunjukkan bahwa
Bank Panin
Syariah memiliki tingkat efisiensi yang fluktuatif, hal ini tergambar pada grafik tersebut bahwa nilai efisiensi yang naik turun, dimana terjadi efisiensi
98
hanya pada tahun 2014 saja. Tingkat efisiensi terendah terjadi pada tahun 2011 yang hanya mencapai score 96,02%. Pada tahun 2012 tingkat efisiensi Bank Panin Syariah hanya meningkat sebesar 2,28% sehingga mencapai level 98,3%. Kemudian pada tahun 2013, tingkat efisiensinya turun kembali sehingga hanya mencapai level 96,37%. Barulah pada tahun 2014, Bank Panin Syariah dapat mencapai tingkat efisiensi sempurna sebesar 100%. Setelah melihat keseluruhan hasil olah data, secara spesifik terkait Bank Panin Syariah yang mengalami tingkat efisiensi terendah pada bulan Desember 2011. Untuk itu, perlu dicarikan penyebabnya dan memberikan masukan bagi manajemen Bank Panin Syariah agar dapat mencapai tingkat efisiensi sempurna, berikut tabel mengenai target efisiensi tiap variabel: Tabel 4.18 Target efisiensi Desember 2011 Efisiensi
87.61%
Variabel
Actual
Target
To Gain
Achieved
DPK
2610331
2286897.7
12.4%
87.6%
Aset Tetap
46237
40508
12.4%
87.6%
Beban Personalia
35375
30991.9
12.4%
87.6%
Total Pembiayaan
684118
2524151.5
269.0%
27.1%
Pendapatan
283759
283759
0.0%
100.0%
Operasional Sumber: Olah Data WDEA Asumsi VRS Pada tabel tersebut, tingkat efisiensi terendah yang telah dicapai oleh Bank Panin Syariah sebesar 87,61%. Penyebab terjadinya inefisiensi terjadi pada variabel input dan output. Inefisiensi pada variabel input terjadi pada
99
DPK, biaya personalia, dan aset tetap. Sedangkan inefisiensi pada variabel output hanya terjadi pada total pembiayaan saja. Dalam menghimpun dana masyarakat yaitu DPK, Bank Panin Syariah hanya mampu mencapai efisiensi sebesar
87,6% dan terjadi
inefisiensi sebesar 12,4%. Bank panin syariah mengalami menghimpun DPK sebesar Rp.323.433,3 juta. Padahal hanya dengan pengumpulkan total DPK sebesar Rp.2.286.897.7 saja, Bank Panin Syariah sudah dapat mencapai tingkat efisiensi sempurna. Selanjutnya beban personalia pada tabel di atas bahwa terjadi pemborosan dengan nilai efisiensi Bank Panin Syariah sebesar 87.6%. pemborosan dari pihak bank panin syariah untuk biaya personalianya hingga menghasbiskan dana sebesar Rp.35.375 juta, padahal dengan dana sebesar Rp.30.991,9 juta sudah cukup dan dapat efisien. Pemborosan kembali terjadi pada aset tetap Bank Panin Syariah di level yang sama dengan Variabel DPK dan beban personalia yaitu sebesar 87.6% dan diperlukan perbaikan sebesar 12,4%. Terjadi pemborosan dari sisi aset tetap sebesar Rp.15.245,1 juta, padahal hanya dengan menggunakan aset tetap sebesar Rp.40.508 juta saja sudah dapat mencapai efisiensi sempurna. Inefsiensi selanjutnya berasal dari variabel output yaitu total pembiayaan sebesar Rp.684.118 juta masih jauh dari target total pembiayaan yang seharusnya mencapai Rp.2.524.151,5 juta. Maka perlu dilakukan perbaikan sebesar 269.0% agar mencapai tingkat efisiensi sempurna. Kelebihan DPK yang dihimpun Bank Panin Syariah seharusnya digunakan
100
untuk pembiayaan bagi nasabah yang membutuhkan biaya usaha. Manajemen Bank Panin Syariah harus menambah pembiayaan sebesar Rp.1.840.033,5 juta agar dapat efisien. j. Maybank Syariah Indonesia Tabel 4.19 Efisiensi Maybank Syariah indonesia 2011-2014 Periode
2011
2012
100 100 Maret 100 100 Juni 87.42 september 83.49 100 Desember 100 383.49 387.42 Total Mean 95.87 96.86 Sumber Olah Data WDEA Asumsi VRS
2013 100 95.03 100 100 395.03 98.76
2014 100 97.12 98.94 100 396.06 99.01
Dari tabel di atas, Maybank Syariah Indonesia mengalami inefisiensi selama tahun 2011 hingga tahun 2014. Namun terlihat kenaikan tingkat efisiensi selama tahun penelitian tersebut. Tingkat efisiensi dari tahun 2011 hanya mencapai di level 95,87% kemudian hanya naik sebesar 0,99% pada tahun 2012. Pada tahun 2013, tingkat efisiensi Maybank Syariah Indonesia mencapai level 98,76% naik sebesar 1,9% dibandingkan tahun sebelumnya. Peningkatan ini terus terjadi hingga pada tahun 2014, nilai efisiensinya menyentuh di level 99,01% naik sebesar 0,25%. Untuk lebih jelasnya, berikut grafik rata-rata efisiensi Maybank Syariah Indonesia periode 2011-2014:
101
Grafik 4.13 Efisiensi Rata-Rata Tahunan Mybank Syariah Indonesia 2011-2014 Efisiensi Maybank Syariah Indonesia 100 98,76
Efisiensi
99
99,01
98 96,86
97 96
95,87
95 94 2011
2012
2013
2014
Mean Sumber: Olah Data WDEA Asumsi VRS Dari grafik di atas, terlihat trend kenaikan tingkat efisiensi yang dialami Maybank Syariah Indonesia setiap tahunnya, meskipun dari tahun 2011 hingga tahun 2014 belum mencapai tingkat efisiensi sempurna. Bila dilihat secara rata-rata tingkat efisiensi Maybank Syariah Indonesia hal ini menunjukkan bahwa bank ini belum dapat menjadi bank yang efisien dalam hal kinerjanya. Hal ini perlu adanya perbaikan dalam kinerja pengelolaan fungsi intermediasi serta dalah pengelolaan manajemen biaya perusahaan. Berikut ini adalah data hasil WDEA Maybank Syariah Indonesia pada tahun 2011-2014 yang mencapai tingkat efisiensi terendah:
102
Tabel 4.20 Target efisiensi September 2011 Efisiensi
83.49%
Variabel
Actual
Target
To Gain
Achieved
DPK
742868
620243.2
16.5%
83.5%
Aset Tetap
21759
18167.3
16.5%
83.5%
Beban Personalia
14423
12042.2
16.5%
83.5%
Total Pembiayaan
396108
1005517.4
153.8%
39.4%
Pendapatan
108419
108419
0.0%
100.0%
Operasional Sumber: Olah Data WDEA Asumsi VRS Dari hasil olah data pada tabel tersebut terlihat bahwa Maybank Syariah Indonesia mencapai tingkat efisiensi terendahnya di level 83,49%. Hal ini terjadi disebabkan oleh adanya inefisiensi baik dari variabel input maupun variabel output. Inefisiensi pada variabel input adalah DPK, beban personalia, dan aset tetap. Sedangkan inefisiensi pada variabel output hanya terjadi pada total pembiayaan saja. Pada variabel DPK hanya mencapai tingkat efisiensi di level 83,5% dan terjadi inefisiensi sebesar 16,5. Oleh karena itu, perlu adanya pengereman promosi, sehingga cost yang dikeluarkan untuk promosi dapat digunakan untuk mengembangkan sistem layanan informasi perbankan yang lebih baik. Inefisiensi pun terjadi pada biaya personalia sebesar 16.5%. Padahal hanya dengan mengeluarkan biaya sebesar Rp.12.042,2 juta saja Maybank Syariah Indonesia sudah dapat mencapai efisensi maksimum.
103
Aset tetap pun mengalami inefisiensi sebesar 16.5% dengan penggunaan aset tetap sebesar Rp.21.759 juta terjadi pemborosan sebesar Rp.3.591,7 juta, padahal target biaya yang seharusnya dikeluarkan untuk aset tetap hanya sebesar Rp.18.167,3 juta Maybank Syariah Indonesia sudah bisa mencapai tingkat efisiensi maksimumnya. variabel output pun terjadi inefisiensi pada total pembiayaan sebesar 153.8%. hal ini juga yang terjadi pada Bank Syariah Bukopin yang memberikan total pembiayaan dibawah target. Agar Maybank Syariah Indonesia dapat mencapai tingkat efisiensi maka perlu adanya penambahan total pembiayaan sebesar Rp.609.409,4 juta. k. Analisis Gabungan Bank Syariah di Indonesia Tabel 4.21 Efisiensi Gabungan Bank Umum Syariah di Indonesia Tahun 2011-2014 No.
Nama Bank
Tahun
Total
2011
2012
2013
2014
Mean
1.
BMI
99.91
88.34
91.01
83.37
362,63
90,67
2.
BRIS
100
99.48
95.71
99.78
394,97
98,74
3.
BNIS
100
93.43
95.48
100
388,91
97,23
4.
BCAS
100
100
97.58
98.57
396,15
99,04
5.
BSM
100
100
100
95,11
395,11
98,78
6.
BJBS
100
100
100
100
400
100
7.
BMS
100
99.27
100
96.34
395,61
98,90
8.
BSB
90.52
89.43
96.23
100
376,18
94,04
9.
BPS
96.02
98.30
96.37
100
390,69
97,67
10.
MSI
95.87
96.86
98.76
99.01
390,50
97,62
Total
982.32 965.11 971.14 972.18
Mean
98.23
96.51
97.14
Sumber: Olah Data WDEA Asumsi VRS
97.21
104
Dari tabel hasil olah data dengan WDEA di atas, terlihat bahwa pada tahun 2011, Bank syariah di Indonesia yang efisien yaitu BRI Syariah (BRIS), BNK Syariah (BNIS), BCA Syariah (BCAS), Bank Syariah Mandiri (BSM), Bank Jabar Banten Syariah (BJBS), dan Bank Muamalat Syariah (BMS). Sedangkan yang mengalami inefisiensi adalah Bank Muamalat Indonesia (BMI) 99,91%, Bank Syariah Bukopin (BSB) 90,52%, Bank Panin Syariah (BPS), Maybank Syariah Indonesia (MSI). Di tahun 2012 hanya ada tiga Bank syariah yang efisien yaitu BCA Syariah (BCAS), Bank Syariah Mandiri (BSM), dan Bank Jabar Banten Syariah (BJBS) dan sisanya inefisiensi. Pada tahun 2013 pun tidak jauh berbeda dengan tahun 2012 dimana hanya tiga bank yang efisien yaitu Bank Syariah Mandiri (BSM), Bank Jabar Banten Syariah (BJBS) dan sisanya inefisien. Krisis global yang terjadi pada tahun 2012 hingga 2013 memberikan dampak yang signifikan terhadap kinerja perbankan syariah di Indonesia. Di tahun 2014 kinerja efisiensi Bank Umum Syariah mulai membaik, terdapat empat bank yang efisien yaitu BNI Syariah (BNIS), Bank Jabar Banten Syariah (BJBS), Bank Syariah Bukopin (BSB), dan Bank Panin Syariah. Hanya Bank Jabar Banten Syariah (BJBS) yang mampu mencapai efisiensi dari Tahun 2011 hingga 2014. Bank syariah Mandiri (BSM) pun mencapai efisiensi sempurna di tahun 2011-2013, hanya pada tahun 2014 saja mengalami inefisiensi.
105
Grafik 4.14 Rata-Rata Efisiensi 10 (Sepuluh) Bank Syariah di Indonesia Kuartal I 2011-Kuartal IV 2014 100
Efisiensi
98 96 94 92 90 88 86
Mean
Sumber: Olah Data WDEA Asumsi VRS Berdasarkan hasil olahan data pada grafik di atas maka secara keseluruhan perkembangan tingkat efisiensi bank syariah di indonesia mempunyai trend fluktuatif dikarenakan tingkat efisiensi individu juga fluktuatif. Selama periode penelitian score efisiensi bank syariah tertinggi dicapai oleh Bank Jabar Banten Syariah sebesar 100% dan score efisiensi terendah dicapai oleh Bank Muamalat Indonesia sebesar 90,67%. Berdasarkan hasil pengukuran efisiensi tersebut bahwa bank umum syariah yang mendapatkan score 100%, dapat diartikan bahwa bank tersebut telah mampu mengoptimalkan seluruh sumber daya yang dimilikinya dan dikategorikan bank yang efisien.
106
Grafik 4.15 Rata-Rata Efisiensi Bank Syariah di Indonesia Tahun 2011-2014 98,5 98,23 98
Efisiensi
97,5
97,14
97,21
97 96,5 96,51 96 95,5 2011
2012
2013
2014
Mean Sumber: Olah Data WDEA Asumsi VRS Pada grafik di atas, rata-rata efisiensi bank syariah di Indonesia bersifat fluktuatif, sebab nilai efisiensinya dari tahun ketahun naik turun. Rata-rata efisiensi tertinggi yang dicapai bank syariah di Indonesia berada di score 98,23% pada tahun 2011. Kemudian pada tahun 2012,
score
efisiensinya turun menjadi 96,51% dan terjadi inefisiensi sebesar 1,72%. Di tahun 2013-2014 sore efisiensi bank syariah akhirnya terus meningkat hingga level 97,21%. Dengan hasil pengukuran ini dapat disimpulkan bahwa bank syariah di Indonesia masih dikategorikan inefisiensi atau belum optimal dalam pengelolaan sumber daya yang dimilikinya. Penurunan kinerja efisiensi yang dialami perbankan syariah pada tahun 2012 hingga 2013 tidak begitu rendah karena tingkat efisiensinya masih dalam kisaran 96%, hal ini masih terbilang wajar. Karena kinerja perbankan syariah lebih stabil dibandingkan bank konvensional.
107
2. Tingkat Efisiensi Bank Syariah di Malaysia a. Affin Islamic Bank Berhard Tabel 4.22 Efisiensi Affin Islamic Bank Berhard 2011-2014 Periode
2011
2012
2013
100.00 78.87 Maret 100.00 78.19 Juni 82.43 september 90.98 100.00 Desember 100.00 390.98 339.49 Total Mean 97.74 84.87 Sumber: Olah Data WDEA Asumsi VRS
2014
100.00 96.73 93.63 96.57 386,93 96.73
100.00 94.91 100.00 100.00 394.91 98.73
Dari grafik di atas, membuat penulis terperangah dengan hasil olah data yang dilakukan pada Affin Islamic Bank Berhard yang mengalami inefisiensi selama periode 211-2014. Pada tahun 2011, Affin Islamic Bank hanya mencapai tingkat efisiensi sebesar 97,74%. Kemudian pada tahun 2012 tingkat efisiensi perbankan syariah di Malaysia mengalami penurunan sebesar 12,87%. Namun tingkat efisiensinya meningkat kembali pada tahun 2013 dan 2014. Agar lebih jelas mengenai rata-rata tingkat efisiensi Affin Islamic Bank dapat dilihat pada grafik di bawah ini: Grafik 4.16 Efisiensi Rata-Rata Tahunan Affin Islamic Bank Berhard 2011-2014 Efisiensi Affin Islamic Bank Berhard 100
97,74
96,73
Efisiensi
95
98,73
90 85 84,87
80 75 2011
2012
Mean Sumber: Olah Data WDEA Asumsi VRS
2013
2014
108
Dari grafik di atas terlihat bahwa, efisiensi Affin Islamic Bank Berhard (AIBB) mengalami perkembangan yang fluktuatif. Level terendah efisiensi Affin Islamic Bank Berhard berada pada score 84,87% di tahun 2012. Kemudian pada tahun 2013 meningkat sebesar 11,86%. Peningkatan score efisiensi ini terus terjadi hingga tahun 2014 yang mencapai tingkat efisiensi sebesar 98,73%. Affin Islamic Bank Berhard mencapai tingkat efisiensi terendah pada bulan juni 2012, maka penulis pun ingin mengetahui menyebab terjadinya inefisiensi pada periode tersebut, untuk itu penulis akan memaparkan hasil olah data WDEA dengan asumsi VRS pada tabel di bawah ini: Tabel 4.23 Target Efisiensi Juni 2012 Efisiensi
78.19%
Variabel
Actual
Target
To Gain
Achieved
DPK
8517891
6470756.9
24.0%
76.0%
Aset Tetap
3380
2642.8
21.8%
78.2%
Beban Personalia
15496
12116
21.8%
78.2%
Total Pembiayaan
4704795
4704795
0.0%
100.0%
Pendapatan
138950
172896.1
24.4%
80.4%
Operasional Sumber: Olah Data WDEA Asumsi VRS Berdasarkan hasil olah data pada tabel tersebut, tingkat efisiensi terendah yang dialami Affin Islamic Bank Berhard berada di level 78,19%. Penyebab inefisiensi pada periode tersebut adalah pada variabel input (DPK,
109
aset, dan beban personalia) dan variabel output (Pendapatan operasional). Pada penghimpunan dana masyarakat yaitu DPK mengalami inefisiensi sebesar 24.0%. peningkatan DPK yang dihimpun tidak disertai dengan peningkatan pendapatan operasional yang diperoleh bank sehingga terjadi inefisiensi. terlihat pada tabel di atas terjadi pemborosan pada beban personalia sebesar RM.3.380 juta. Padahal hanya dengan menggunakan dana sebesar RM.12.116 juta saja sudah cukup dan bisa mencapai tingkat efisiensi maksimum. Pemborosan kembali di lakukan oleh manajemen Affin Islamic bank pada aset tetap yang hanya mencapai tingkat efisiensi sebesar 78.2% dan terjadi inefisiensi sebesar 21.8%. dapat dilih bahwa dari angka actual yang mencapai RM.3.380 juta sedangkan target efisiensinya hanya RM.2.642.8 juta. Inefisiensi juga terjadi pada variabel output yakni pada Pendapatan operasional. Pada tabel di atas, terlihat bahwa angka actual pendapatan operasional hanya mencapai RM.138.950 juta, sedangkan target efisiensi sebesar RM.172.896,1 juta. Oleh karena itu, perlu adanya perbaikan sebesar 24.4% agar dapat efisien. b. Alliance Islamic Bank Berhard Tabel 4.24 Efisiensi Alliance Islamic Bank Berhard 2011-2014 Periode Maret Juni September Desember Total Mean
2011 100 100 100 98.26 398.26 99.57
2012 100 100 97.63 98.92 396.55 99.14
Sumber: Olah Data WDEA Asumsi VRS
2013 100 100 98.76 100 398.76 99.69
2014 100 100 100 100 400 100
110
Pada tabel di atas, terlihat bahwa Alliance Islamic Bank Berhard hanya mencapai kinerja efisiensinya pada tahun 2014. Pada tahun 2011, tingkat efisiensinya hanya mencapai 99,57% kemudian turun menjadi 99,14% di tahun 2012. Selanjutnya pada tahu 2013, tingkat efisiensi Alliance Islamic Bank Berhard kembali meningkat menjadi 99,69% peningkatan ini terus terjadi hingga tahun 2014 yang mencapai tingkat efisiensi sempurna sebesar 100%. Agar lebih jelas mengenai perkembangan tingkat efisiensi yang dicapai oleh Alliance Islamic Bank Berhard dapat dilihat pada grafik di bawah ini: Grafik 4.17 Efisiensi Rata-Rata Tahunan Alliance Islamic Bank Berhard 2011-2014 Efisiensi Alliance Islamic Bank Berhard 100,5 100
100
99,69
Efisiensi
99,57 99,5 99
99,14
98,5 2011
2012
2013
2014
Mean
Sumber: Olah Data WDEA Asumsi VRS Pada grafik di atas, terlihat bahwa terjadinya fluktuasi pada tingkat efisiensi Alliance Islamic Bank berhard yang sempat mengalami penurunan efisiensi pada tahun 2012 yang pada akhirnya dapat meningkatkan score
111
efisiensinya pada tahun 2013 dan 2014. Pada tahun 2013 meningkat sebesar 0,55% hingga akhirnya pada tahun 2014 mencapai tingkat efisiensi 100%. Alliance Islamic Bank Berhard (AIBB) merupakan salah satu bank syariah yang ikut meramaikan aktivitas perbankan di Malaysia. Dari hasil olah data WDEA dengan asumsi VRS, penulis mencoba menganalisis, ternyata Alliance Islamic Bank Berhard pernah mengalami tingkat efisiensi terendah pada bulan september 2012 dibandingkan bulan-bulan lainnya selama periode penelitian, berikut hasil olah data Alliance Islamic Bank Berhard: Tabel 4.25 Target efisiensi September 2012 Efisiensi
97.63%
Variabel
Actual
Target
To Gain
Achieved
DPK
5859138
5720277.8
2.4%
97.6%
Aset Tetap
203
198.2
2.4%
97.6%
Beban Personalia
19546
19082.8
2.4%
97.6%
Total Pembiayaan
4558004
4558004
0.0%
100.0%
Pendapatan
82895
92806.1
12.0%
89.3%
Operasional Sumber: Olah Data WDEA Asumsi VRS Hasil olah data pada tabel di atas, ternyata efisiensi terendah yang dicapai Alliance Islamic Bank Berhard terjadi di tahun 2012 dengan score eifisiensinya sebesar 97,63%. Terdapat empat variabel yang menyebabkan inefisiensi pada Alliance Islamic Bank Berhard yaitu tiga variabel input (DPK, beban personalia, dan aset tetap) dan satu variabel output (pendapatan
112
Operasional). DPK yang dihimpun oleh Alliance Islamic Bank Berhard mencapai efisiensi sebesar 97,6% dimana nilai actualnya sebesar RM.5.859.138 juta dan target efisiensinya sebesar RM 5.720.277.8 juta. angka actual DPK yang dihimpun oleh Alliance Islamic Bank tidak diikuti dengan kenaikan pendapatan operasionalnya, sehingga terjadi inefisiensi. Untuk beban personalia mengalami inefisiensi sebesar 2,4% harus dikurangi bila ingin mencapai efisiensi. Hal ini terlihat dari angka actualnya sebesar RM.19.546 juta, dan angka target efisiensinya sebesar RM.19.082,8 juta. Di sisi lain, pada aset tetap pun mengalami pemborosan RM 4,8 juta. Dengan nilai actual sebesar RM.203 juta dan nilai target efisiensi yang seharusnya dicapai sebesar RM.198,2 juta. Inefisiensi pada variabel output juga mengalami inefisiensi pada sisi Pendapatan Operasional yang hanya mencapai tingkat efisiensi sebesar 89.3%. pendapatan yang dihasilkan masih belum mencapai target yang disarankan, karena baru mencapai RM.82,895 juta, harus adanya penambahan pendapatan sebesar RM.9.911,1 juta. c. Bank Islam Malaysia Berhard Tabel 4.26 Efisiensi Bank Islam Malaysia Berhard 2011-2014 Periode
2011
2012
100 99.64 Maret 100 100 Juni 99.10 september 100 100 Desember 100 400 398.74 Total Mean 100 99.69 Sumber: Olah Data WDEA Asumsi VRS
2013 92.82 100 97.81 100 390.63 97.66
2014 100 100 100 100 400 100
113
Bank Islam Malaysia Berhard merupakan Bank syariah yang berada di jajaran lima bank terbesar di Malaysia yang memiliki kaptalisasi cukup besar. Melihat performa efisiensi Bank Islam Malaysia berhard pada tahun 2012 hingga 2014. Pada tahun 2011, Bank Islami Malaysia Berhard memiliki kinerja yang baik dengan mencapai score efisiensi sempurna sebesar 100%. Selanjutnya pada tahun 2012, nilai efisiensinya turun di score 99.69% kemudian pada tahun 2013 nilai efisiensinya semakin turun di score 97.66%. Akhirnya pada tahun 2014, Bank Islam Malaysia Berhard dapat meningkatkan socre efisiensinya di level 100%. Agar dapat melihat lebih jelas rata-rata efisiensi Bank Islam Malaysia Berhard, dapat dilihat pada grafik di bawah ini: Grafik 4.18 Efisiensi Rata-Rata Tahunan Bank Islam Malaysia Berhard 2011-2014 Bank Islam Malaysia Berhard 101
Efisiensi
100
100
100
99,69
99 98 97,66
97 96 2011
2012 Mean
2013
2014
Sumber: Olah Data WDEA Asumsi VRS Dari grafik di atas, terlihat bahwa tingkat efisiensi Bank Islam Malaysia Berhard mengalami fluktuasi dari tahun 2011 hingga 2014. Bank ini mengalami efisiensi sempurna pada tahun 2011 dan 2014. Namun terjadi inefisiensi pada tahun 2012 dan 2013 sebesar 99,69% dan 97,66%. Krisis
114
global yang terjadi pada tahun 2012 dan 2013 ternyata memberikan dampak yang cukup signifikan terhadap perbankan syariah di Malaysia pasalnya pada periode tersebut hampir seluruh bank syariah di Malaysia mengalami inefisiensi terendah. Setelah melihat secara keseluruhan, secara spesifik penulis akan memaparkan penyebab inefisiensi terendah yang dialami Bank Islam Malaysia pada bulan Maret 2013. Berikut tabel efisiensi Bank Islam Malaysia Berhard: Tabel 4.27 Target efisiensi Maret 2013 Efisiensi
92.82%
Variabel
Actual
Target
To Gain
Achieved
DPK
36378230
33051191.8
9.1%
90.9%
Aset Tetap
217522
201914.6
7.2%
92.8%
Beban Personalia
111804
103782
7.2%
92.8%
Total Pembiayaan
20435620
20435620
0.0%
100.0%
Pendapatan
524411
524411
0.0%
100.0%
Operasional Sumber: Olah Data WDEA Asumsi VRS Dari hasil olah data pada tabel di atas, Bank Islam Malaysia Berhard mengalami mencapai efisiensi terendah pada level 92.82%. penyebab terjadinya inefisiensi ini disumbang oleh variabel input yaitu DPK, Beban personalia, dan aset tetap. DPK yang dihimpun dari masyarakat mengalami inefisiensi sebesar RM 3327038,2 juta, padahal hanya dengan mengumpulkan DPK sebesar 90,9%. Hanya dengan mengumpulkan DPK sebesar RM.33.051.191,8 juta saja bank ini sudah dapat mencapai tingkat
115
efisiensi sempurna. Terjadinya inefisiensi pada DPK diakibatkan beban promosi yang dikeluarkan cukup tinggi sehingga terjadi inefisiesi. Pada variabel beban personalia hanya mencapai tingkat efisiensi sebesar 92.8% dan perlu adanya perbaikan sebesar 7.2%. DPK yang dihimpun Bank Islami Malaysia Berhard mencapai Angka actual sebesar RM.111.804 juta dan target yang seharusnya dicapai sebesar RM.103.782 juta. Selanjutnya dari sisi aset tetap pun terjadi inefisiensi sebesar 7.2%. pada aset tetap terjadi pemborosan hingga mencapai RM.15.607,4 juta, padahal hanya dengan mengeluarkan dana sebesar RM.201.914,6 juta saja variabel aset tetap Bank Islam Malaysia Berhard sudah dapat mencapai efisiensi sempurna. d. AmIslamic Bank Berhard Tabel 4.28 Efisiensi AmIslamic Bank Berhard 2011-2014 Periode
2011
2012
100 100 Maret 100 96.54 Juni 96.60 september 100 94.49 Desember 100 400 387.72 Total Mean 100 96.93 Sumber: Olah Data WDEA Asumsi VRS
2013 100 95.92 98.14 100 394.06 98.51
2014 100 98.94 100 100 398.94 99,73
Dari tabel hasil olah data di atas, AmIslamic Bank Berhard mencapai tingkat efisiensi sempurna pada tahun 2011 saja, sedangkan terjadi inefisiensi pada tahun 2012-2014. Tingkat efisiensi terendah yang dicapai oleh AmIslamic Bank berhard mencapai level 96,93% terjadi penurunan sebesar 3,07%. Selanjutnya pada tahun 2013 meningkat di level 98,51%
116
meningkat sebesar 1,58% dan terus meningkat hingga pada tahun 2014 di level 99,73%. Pergerakan tingkat efisiensi AmIslamic Bank Berhard dapat dilihat pada grafik di bawah ini: Grafik 4.19 Efisiensi Rata-Rata Tahunan AmIslamic Bank Berhard 2011-2014 AmIslamic Bank Berhard 101
Efisiensi
100
99,73
100
99 98
98,51
97 96,93
96 95 2011
2012
2013
2014
Mean
Sumber: Olah Data WDEA Asumsi VRS Pada grafik di atas terlihat bahwa tingkat efisiensi AmIslamic Bank Berhard mengalami fluktuasi, karena tingkat efisiensinya yang naik turun. Tingkat efisiensi sempurna dicapai oleh AmIslamic Bank Berhard pada tahun 2011. Namun karena adanya krisis global pada tahun 2012, maka kinerja efisiensinya turun hingga mencapai level 3,07%. Pada tahun 2013, kinerja efisiensi AmIslamic Bank Berhard mulai membaik dan meningkat di level 98,51%. Peningkatan kinerja efisiensi ini terus meningkat hingga tahun 2014 mencapai level 99,73% nyaris mencapai efisiensi sempurna. AmIslamic Bank Berhard merupakan salah satu bank syariah terbesar di Malaysia dimana pada tahun 2011 penyumbang market share di urutan ke lima sebesar 5,2% dari keseluruhan aset perbankan syariah di
117
malaysia. Penulis mencoba menganalisis, ternyata AmIslamic Bank Berhard pernah mengalami tingkat efisiensi terendah pada bulan Desember 2012 dibandingkan bulan-bulan lainnya pada periode penelitian ini, berikut tabel hasil olah data efisiensi untuk AmIslamic Bank Berhard: Tabel 4.29 Target efisiensi Maret 2013 Efisiensi
94.49%
Variabel
Actual
Target
To Gain
Achieved
DPK
21666830
20473436.8
5.5%
94.5%
Aset Tetap
496
458.8
5.5%
92.5%
Beban Personalia
2629
2484.2
7.5%
94.5%
Total Pembiayaan
19910438
19910438
0.0%
100.0%
Pendapatan
384916
384916
0.0%
100.0%
Operasional Sumber: Olah Data WDEA Asumsi VRS Jika melihat tabel di atas, terlihat bahwa AmIslamic Bank Berhard mencapai efisiensi terendah pada maret 2013 sebesar 94,49%. Inefisiensi terjadi hanya pada variabel input saja yaitu DPK, beban personalia, dan aset tetap. Pada DPK terjadi inefisiensi penghimpunan dana sebesar 5,5%. Angka actual yang dicapai AmIslamic Bank Berhard sebesar RM.21.666.830 juta, dan target yang disarankan sebesar RM.20.473.436,8 juta. Pada variabel beban personalian mencapai efisiensi sebesar 94.5% dan terjadi inefisiensi sebesar 7.5%. maka perlu adanya penghematan biaya sebesar RM.144,8 juta. Sisi lain, pada aset tetap juga terjadi inefisiensi sebesar 5,5%. Terjadi pemborosan sebesar RM.37,2 juta. Oleh karena itu, manajemen AmIslamic
118
Bank Berhard harus melakukan penghematan biaya operasionalnya terutama pada beban personalia dan biaya-biaya yang dikeluarkan untuk menghimpun DPK agar dapat mencapai efisiensi sempurna. e. Asian Finance Bank Berhard Tabel 4.30 Efisiensi Asian Finance Bank Berhard 2011-2014 Periode
2011
2012
93.70 79.93 Maret 100.00 72.09 Juni 70.56 September 87.01 70.90 Desember 91.74 372.45 293.48 Total Mean 93.11 73.37 Sumber: Olah Data WDEA Asumsi VRS
2013 66.78 68.23 79.44 72.56 287.01 71.75
2014 100 100 100 100 400 100
Hasil olah data pada tabel di atas, terlihat bahwa selama periode penelitian ini Asian Finance Bank Berhard mencapai tingkat efisiensi hanya di tahun 2014. Krisis global yang terjadi pada tahun 2012 dan 2013 ternyata membawa dampak buruk pada kinerja efisiensi Asian Finance Bank Berhard dapat dilihat bahwa pada tahun 2012 score efisiensinya berada di level 73,37% dan semakin turun hingga mencapai 71,75% di tahun 2013. Namun pada akhirnya di tahun 2014 Asian Finance Bank Berhard dapat meningkatkan kinerjanya mencapai efisiensi sempurna di level 100%. Untuk lebih jelas melihat pergerakan efisiensi rata-rata Asian Finance Bank Berhard pada tahun 2011 hingga 2014, dapat dilihat pada grafik di bawah ini:
119
Grafik 4.20 Efisiensi Rata-Rata Tahunan Asian Finance Bank Berhard 2011-2014 Efisiensi Asian Finance Berhard 120
Efisiensi
100
93,11
80
100 73,37
71,75
2012
2013
60 40 20 0 2011
2014
Mean
Sumber: Olah Data WDEA Asumsi VRS Pada grafik di atas terlihat bahwa hanya pada tahun 2014 saja Asian Finance Bank Berhard mencapai tingkat efisiensi sempurna sebesar 100%. Namun pada tiga tahun sebelumnya mengalami inefisiensi. Pada tahun 2011, mencapai tingkat efisiensi di level 93,11% kemudian di tahun 2012 mengalami penurunan yang drastis sebesar19,74%. Pada tahun 2013 pun Asian Finance Bank Berhard belum dapat memperbaiki kinerjanya sehingga tingkat efisiensinya menyentuh level 71,75% , terjadinya penurunan sebesar 1,62% dari tahun sebelumnya. Akhirnya pada tahun 2014 Asian Finance Bank Berhard dapat mencapai tingkat efisiensi sempurna di level 100%. Asian Finance Bank Berhard merupakan salah satu bank syariah terkemukan di Malaysia. Pada penelitian ini, penulis ingin memaparkan penyebab terjadinya efisiensi terendah yang dialami Asian Finance Bank Berhard pada bulan Maret 2013, berikut tabel hasil olah data untuk Asian Finance Islamic Bank:
120
Tabel 4.31 Target efisiensi Maret 2013 Efisiensi
66.78%
Variabel
Actual
Target
To Gain
Achieved
DPK
1642033689
1096513005.9
33.2%
66.8%
Aset Tetap
3360490
2044361.7
39.2%
60.8%
Beban Personalia
6159852
4113410
33.2%
66.8%
Total Pembiayaan
1411223206
1602842940.8
13.6%
88.0%
Pendapatan
31438145
31438145
0.0%
100.0%
Operasional Sumber: Olah Data WDEA Asumsi VRS Dari hasil olah data di atas, Asian Finance Bank mencapai tingkat efisiensi terendah pada bulan maret 2013 dengan score efisiensi sebesar 66,78%. Inefisiensi ini terjadi disebabkan oleh variabel input (DPK, beban personalia, dan aset tetap) dan output (total pembiayaan). DPK hanya mencapai tingkat efisiensi 66,8%, padahal hanya dengan menghimpun dana sebesar RM.1.096.513.005,9 juta saja sudah dapat mencapai efisiensi. efisiensi yang dicapai oleh variabel beban personalia hanya mencapai 66,8% dan terjadi inefisiensi sebesar 33.2% sehingga Asian Finance Bank mengalami pemborosan sebesar RM.2.046.442 juta. Selanjutnya variabel input yang mengalami inefisiensi adalah variabel aset tetap sebesar 39.2%, maka perlu adanya pengematan sebesar RM.1.316.128,3 juta. Selain pada variabel input, inefisiensi pun terjadi pada variabel output yakni pada variabel total pembiayaan yang belum mencapai target. Angka actual yang hanya
121
mencapai RM.1.411.223.206 juta dan target yang disarankan sebesar RM. 1.602.842.940.8 juta, maka perlu adanya perbaikan sebesar 13.6% . f. Bank Muamalat Malaysia Berhard Tabel 4.32 Efisiensi Asian Bank Muamalat Malaysia Berhard 2011-2014 Periode
2011
2012
81.11 83.52 Maret 92.94 92.06 Juni 93.61 September 100 98.22 Desember 100 374.05 367.41 Total Mean 93.51 91.85 Sumber: Olah Data WDEA Asumsi VRS
2013 96.85 96.85 100 100 393.70 98.42
2014 100 100 100 100 400 100
Pada tabel hasil olah data di atas, Bank Muamalat Malaysia Berhard mengalami inefisiensi selama tahun 2011 hingga 2013. Hanya pada tahun 2014 saja Bank Muamalat Malaysia Berhard mengalami tingkat efisiensi sempurna. Pada tahun 2011, score efisiensinya hanya mencapai 93,51%. kemudian pada tahun 2012, kinerja efisiensinya semakin menurun hingga mencapai tingkat efisiensi sebesar 91,85 terjadi penurunan sebesar 1,66% dibandingkan tahun sebelumnya. Namun pada tahun 2013, Bank Muamalat Malaysia dapat meningkatkan kinerja efisiensinya di level 98,42 terjadi kenaikan sebesar 6,57% dan pada tahun 2014 Bank Muamalat Indonesia menunjukkan kinerja yang cukup baik dengan mencapai tingkat efisiensi sempurna sebesar 100%.
122
Untuk lebih jelas melihat pergerakan efisiensi rata-rata Bank Muamalat Malaysia Berhard pada tahun 2011 hingga 2014, dapat dilihat pada grafik di bawah ini: Grafik 4.21 Efisiensi Rata-Rata Tahunan Bank Muamalat Malaysia Berhard 2011-2014
Efisiensi
Efisiensi Bank Muamalat Malaysia Berhard 102 100 98 96 94 92 90 88 86
98,42
100
93,51
91,85
2011
2012
2013
2014
Mean
Sumber: Olah Data WDEA Asumsi VRS Pada grafik di atas terlihat bahwa, tingkat efisiensi Bank Muamalat Indonesia mengalami fluktuatif namun cenderung naik dari tahun 2012 hingga 2014. Pada tahun 2011, Bank Muamalat Malaysia Berhard mencapai tingkat efisiensi sebesar 93,51%. kemudian pada tahun 2012 semakin turun hinggal di level 91,85%, namun pada tahun 2013, kinerja Bank Muamalat Malaysia berhard mulai meningkat di level 88,42 dan pada tahun 2014 kinerjanya semakin meningkat hingga mencapai level 100%. Bank Muamalat Malaysia Berhard mencapai tingkat efisiensi terendah pada bulan Maret 2011, berikut tabel hasil olah data untuk Bank Malaysia Berhard:
123
Tabel 4.33 Target efisiensi Maret 2011 Efisiensi
81.11%
Variabel
Actual
Target
To Gain
Achieved
DPK
16171772
13116239.6
18.9%
81.1%
Aset Tetap
101521
43280.1
25.2%
74.8%
Beban Personalia
154497
75898.6
72.0%
28.0%
Total Pembiayaan
7148160
7730601.1
8.1%
92.5%
Pendapatan
206465
206465
0.0%
100.0%
Operasional Sumber: Olah Data WDEA Asumsi VRS Dari tabel di atas, efisiensi terendah yang dicapai oleh Bank Muamalat Malaysia Berhard pada bulan Maret 2011 mencapai score 81,11%. Hal ini disebabkan karena adanya inefisiensi pada variabel input (DPK, beban personalia, aset tetap) dan variabel output (total pembiayaan). DPK yang dihimpun oleh Bank Muamalat Malaysia Berhard mencapai tingkat efisiensi sebesar 81,1%. Hal ini terjadi karena kenaikan DPK yang dihimpun bank tidak disesuaikan dengan penyaluran dana yang seharusnya disalurkan untuk pembiayaan. Pada beban personalia pun mengalami inefisiensi yang cukup tinggi sebesar 72,0%, terjadi pemborosan pada biaya personalia sebesar RM.146.907,4 juta. Angka actual sebesar RM.154.497 juta, dan target yang seharusnya dicapai sebesar RM 154497 juta. Di sisi lain, aset tetap pun mengalami inefisiensi sebesar 25,2%. Sehingga manajemen Bank Muamalat Malaysia harus mengurangi biaya untuk aset tetapnya sebesar RM.78.598,4 juta.
124
Inefisiensi terendah yang dialami oleh Bank Muamalat Malaysia Berhard pun diakibatkan terjadinya inefisiensi pada variabel output yaitu total pembiayaan. Total pembiayaan yang disalurkan oleh Bank Muamalat Malaysia Berhard masih berada di bawah target dengan nilai actual hanya mencapai RM.7.148.160 juta, sedangkan target yang seharusnya dicapai oleh Bank Muamalat Malaysia Berhard sebesar RM.7.730.601.1 juta. g. OCBC Al-Amin Malaysia Berhard Tabel 4.34 Efisiensi OCBC Al-Amin Malaysia Berhard 2011-2014 Periode
2011
2012
100 96.57 Maret 100 100 Juni 99.13 September 100 100 Desember 100 400 395.70 Total Mean 100 98.92 Sumber: Olah Data WDEA Asumsi VRS
2013 96.37 100 100 100 396.37 99.09
2014 100 98.46 100 100 398.46 99.61
Hasil olah data pada tabel tersebut, bank OCBC Al-Amin Malaysia Berhard menunjukkan bahwa tingkat efisiensi sempurna yang dicapai hanya pada tahun 2011. Krisis pada tahun 2012-2013 membawa dampak yang buruk bagi kinerja efisiensi bank OCBC Al-Amin Malaysia Berhard karena pada periode tersebut terjadi inefisiensi pada kinerja perbankan hinggan mencapai level terendah dibandingkan periode sebelumnya. Pada tahun 2012, tingkat efisiensinya hanya mencapai level 98,92% jauh lebih rendah dibandingkan pada tahun 2013 yang mencapai level 99,09%. Akhirnya pada tahun 2014
125
tingkat efisiensinya meningkat di level 99,61%, jauh lebih baik dibandingkan dua tahun sebelumnya. Pergerakan tingkat efisiensi OCBC Al-Amin Malaysia Berhard dapat dilihat pada grafik di bawah ini: Grafik 4.22 Efisiensi OCBC Al-Amin Malaysia Berhard Rata-Rata Tahunan Bank 2011-2014
Efisiensi
OCBC Al-Amin Malaysia Berhard 100,2 100 99,8 99,6 99,4 99,2 99 98,8 98,6 98,4 98,2
100 99,61 99,09
98,92
2011
2012
2013
2014
Mean
Sumber: Olah Data WDEA Asumsi VRS Pada grafik di atas, terlihat bahwa efisiensi OCBC Al-Amin Malaysia Berhard mencapai score tertinggi sebesar 100% pada tahun 2011, namun turun sebesar 1,08% pada tahun 2012. Kemudian pada tahun 2013 meningkat di level 99,09%. Hingga di tahun 2014 kinerja efisiensi bank OCBC Al-Amin Malaysia Berhard mencapai level 99,61. Bank OCBC Al-Amin Malaysia Berhard mengalami efisiensi terendah pada bulan Maret 2013, berdasarkan hasil olah data dengan WDEA asumsi VRS, maka diperoleh hasil target yang harus dicapai oleh bank OCBC Al-Amin Islamic Bank Berhard, berikut tabel hasil olah data WDEA:
126
Tabel 4.35 Target efisiensi Maret 2013 Efisiensi
96.37%
Variabel
Actual
Target
To Gain
Achieved
DPK
5829963
5618481.9
3.6%
96.4%
Aset Tetap
8414
8108.8
3.6%
96.4%
Beban Personalia
30634
29522.8
3.6%
96.4%
Total Pembiayaan
4647358
5091993.3
9.6%
91.3%
Pendapatan
108913
108913
0.0%
100.0%
Operasional Sumber: Olah Data WDEA Asumsi VRS Pada tabel di atas, terlihat bahwa bank OCBC Al-Amin Malaysia Berhard mencapai kinerja efisiensi terendah di level 96,37%. Inefisiensi ini terjadi karena pada variabel input meliputi DPK, beban personalia, dan aset tetap. Sedangkan pada variabel output terjadi pada total pembiayaan. Sama halnya dengan yang dialami oleh Bank Muamalat Malaysia Berhard. DPK yang dihimpun oleh bank OCBC Al-Amin Malaysia Berhard mencapai kinerja efisiensi sebesar 96,4% dan terjadi inefisiensi sebesar 3,6%. Angka actual yang dicapai sebesar RM.5.829.963 juta sedangkan target yang seharusnya dicapai sebesar RM 5.618.481,9 juta. DPK yang dihipun tidak diikut dengan peningkatan pembiayaan yang seharusnya disalurkan sehingga terjadi inefisiensi. Pada beban personalia pun terjadi inefisiensi sebesar 3,6%, dimana kinerja efisiensinya hanya mencapai 96.4%. angka actual yang digunakan melebih target yang disarankan sehingga terjadi pemborosan sebesar RM.1.111,2 juta. Oleh karena itu, bank OCBC Al-Amin Malaysia
127
Berhard harus melakukan perbaikan sebesar 3,6% terkait biaya yang dikeluarkan untuk beban personalia. Selanjutnya inefisiensi juga terjadi pada aset tetap sebesar 3.6%, dimana angka actual yang dikeluarkan untuk aset tetap mecapai RM.8.414 juta, melebihi target yang disarankan yang seharusnya hanya mencapai RM.305,2 juta. sehingga pihak manajemen bank OCBC Al-Amin Malaysia Berhard harus mengurangi biaya untuk aset tetap sebesar RM.302,5 juta. Biaya operasional yang dikeluarkan oleh bank OCBC Al-Amin Malaysia Berhard berbanding terbali terhadap total pembiayaan yang seharusnya disalurkan kepada masyarakat. Angka actual yang dicapai pada variabel total pembiayaan hanya sebesar RM.4.647.358 juta berada dibawah angka target yang seharusnya dicapai sebesar RM.5.091.993.3 juta. Oleh karena itu, harus adanya penambahan total pembiayaan sebesar 9.6% agar dapat mencapai kinerja efisiensi sempurna. h. Hong Leong Islamic Bank Berhard Tabel 4.36 Efisiensi Hong Leong Islamic Bank Berhard 2011-2014 Periode
2011
2012
100 99.68 Maret 100 100 Juni 95.69 September 100 97.05 Desember 87.87 387.87 392.42 Total Mean 96.97 98.10 Sumber: Olah Data WDEA Asumsi VRS
2013 100 100 100 100 400 100
2014 100 100 100 100 400 100
Dari hasil olah data di atas, terlihat bahwa Hong Leong Islamic Bank Berhard mengalami peningkatan kinerja efisiensi dari tahun 2011 hingga
128
2014. Pada tahun 2011, kinerja efisiensinya hanya mencapai level 96,97% kemudian meningkat di tahun 2012 sebesar 1,13%. Selanjutnya di tahun 2013 dan 2014 terjadi peningkatan kinerja efisiensi yang baik sehingga mencapai tingkat efisiensi sempurna di level 100%. Setelah melihat keseluruhan hasil olah data, secara spesifik terkait Hong Leong Islamic Bank Berhard yang mengalami tingkat efisiensi terendah pada bulan Desember 2011. Untuk itu, perlu dicarikan penyebabnya dan memberikan masukan bagi manajemen Hong Leong Islamic Bank Berhard agar dapat mencapai tingkat efisiensi sempurna, berikut tabel mengenai target efisiensi tiap variabel: Grafik 4.23 Efisiensi Hong leong Islamic Bank Berhard Rata-Rata Tahunan Bank 2011-2014 Hong Leong Islamic Bank Berhard 101
100
100
100
Efisiensi
99 98 97
98,1 96,97
96 95 2011
2012
2013
2014
Mean
Sumber: Olah Data WDEA Asumsi VRS Pada Grafik olah data di atas, terjadi tren kenaikan kinerja efisiensi selama periode 2011-2014. Pada tahun 201, kinerja efisiensi Hong Leong Islamic Bank Berhard berada di level terendah selama periode penelitian sebesar 96,97%. Selanjutnya pada tahun 2012, meningkat sebesar 1,13% dan
129
terus meningkat hingga tahun 2014 yang mencapai tingkat efisiensi tertinggi sebesar 100%. Hong Leong Islamic Bank Berhard mencapai efisiensi terendah pada bulan Desember 2011, maka perlu adanya analisis mendalam mengenai penyebab terjadinya inefisiensi dan memberikan solusi untuk meningkatkan efisiensi Hong Leong Islamic Bank Berhard, berikut hasil olah data WDEA asumsi VRS: Tabel 4.37 Target efisiensi Desember 2011 Efisiensi
87.87%
Variabel
Actual
Target
To Gain
Achieved
DPK
16814695
14775664.1
12.1%
87.9%
Aset Tetap
6559
5763.6
12.1%
87.9%
Beban Personalia
12319
5575
54.7%
45.3%
Total Pembiayaan
11707087
11707087
0.0%
100.0%
Pendapatan
190167
203366.7
6.9%
93.5%
Operasional Sumber: Olah Data WDEA Asumsi VRS Hasil olah data pada tabel di atas, terlihat bahwa Hong Leong Islamic Bank mengalami efisiensi terendah di level 87,87%. Inefisensi ini disebabkan oleh variabel input dan output.variabel input yang mengalami inefisiensi adalah DPK, beban personalia, dan aset tetap. Sedangkan variabel output yang mengalami inefisiensi hanya pada pendapatan operasional. Penghimpunan dana pihak ketiga oleh Hong Leong Islamic Bank mengalami inefisiensi sebesar 12,1%.penghimpunan DPK yang dicapai Hong
130
Leong Islamic Bank tidak disesuaikan dengan pendapatan operasional yang diperolehnya sehingga terjadi inefisiensi. pada aset tetap pun hanya mencapai score efisiensi 87.9% dengan angka aktualnya mencapai RM.6.559 juta, sedangkan target yang seharusnya dicapai sebesar RM.5.763.6 juta. Pada variabel output yakni pendapatan opersional Hong Leong Islamic Bank yang hanya mencapai tingkat efisiensi di level 93.5%. pendapatan operasional yang dihasilkan masih belum dikatakan efisien karena masih jauh dari target yang disarankan yaitu sebesar RM.203.366,7 juta sedangkan pencapaiannya baru sebesar RM.190.167 juta. i. Al-Rajhi Banking and Investment Corporation (Malaysia) Berhard Tabel 4.38 Efisiensi Al-Rajhi Banking and Investment Corporation (Malaysia) Berhard 2011-2014 Periode
2011
2012
100 95.23 Maret 97.05 100 Juni 90.76 September 100 93.84 Desember 100 397.05 379.83 Total Mean 99.26 94.96 Sumber: Olah Data WDEA Asumsi VRS
2013 91.68 96.42 100 100 388.10 97.02
2014 100 100 100 100 400 100
Pada tabel di atas, menggambarkan Al-Rajhi Banking and Investment Corporation (Malaysia) Berhard dari sisi kinerja efisiensinya selama tahun 2011-2014, sekilas tidak jauh berbeda dengan Bank Muamalat Malaysia Berhard mengalami inefisiensi selama tahun 2011 hingga 2014 hanya berbeda tingkat nilai efisiensinya saja dan hanya pada tahun 2014 mencapai kinerja efisiensi sempurna. Pada tahun 2011, bank ini hanya
131
mencapai tingkat efisiensi sebesar 99,26% dan melakukan inefisiensi sebesar 0,74%. Sedangkan pada tahun 2012 saat krisis global terjadi kinerja efisiensinya menurun sekitar 4,3% dan meningkat kembali di tahun 2013 sebesar 2,06%. Akhirnya pada tahun 2014 dapat meningkatkan kinerja efisiensinya sebesar 100% yang menandakan pada tahun 2014 Al-Rajhi Banking and Investment Corporation (Malaysia) Berhard mengalami efisiensi sempurna. Untuk lebih jelas melihat pergerakan efisiensi rata-rata Al-Rajhi Banking and Investment Corporation (Malaysia) Berhard pada tahun 2011 hingga 2014, dapat dilihat pada grafik di bawah ini: Grafik 4.24 Efisiensi Hong leong Islamic Bank Berhard Rata-Rata Tahunan Bank 2011-2014 Al-Rajhi Banking and Investment Corporation (Malaysia) Berhard 102
Efisiensi
100
100
99,26
98
97,02
96 94
94,96
92 2011
2012
2013
2014
Mean
Sumber: Olah Data WDEA Asumsi VRS Pada grafik di atas, tingkat efisiensi yang dialami oleh Al-Rajhi Banking and Investment Corporation (Malaysia) Berhard sama dengan bank OCBC Al-Amin Malaysia Berhard, Bank Muamalat Malaysia Berhard, AmIslamic Bank Berhard, Alliance Islamic Bank Berhard, dan Affin Islamic
132
Bank Berhad. Dimana keenam bank tersebut mengalam inefisiensi terendah di tahun 2012 yang pada saat itu sedang terjadi krisis global yang menyebabkan kinerja efisiensinya menurun. Pada tahun, 2011, Al-Rajhi Banking and Investment Corporation (Malaysia) Berhard hanya mencapai tingkat efisiensi pada level 99,26%. Kemudian turun sebesar 4,3% pada tahun 2012. Hingga pada tahun 2013 kinerja efisiensinya kembali meningkat pada level 97,02%. Akhirnya di tahun 2014 dapat mencapai efisiensi sempurna sebesar 100%. Al-Rajhi Banking and Investment Corporation (Malaysia) Berhard mengalami efisiensi terendah pada bulan September 2012, berdasarkan hasil olah data dengan WDEA asumsi VRS, maka diperoleh hasil target yang harus dicapai oleh Al-Rajhi Banking and Investment Corporation (Malaysia) Berhard, berikut tabel hasil olah data WDEA: Tabel 4.39 Target efisiensi September 2012 Efisiensi
90.76%
Variabel
Actual
Target
To Gain
Achieved
DPK
4546748
4126837.5
9.2%
90.8%
Aset Tetap
28348
25729.9
9.2%
90.8%
Beban Personalia
18759
17026.5
9.2%
90.8%
Total Pembiayaan
4125564
4362684.3
5.7%
94.6%
Pendapatan
80991
80991
0.0%
100.0%
Operasional Sumber: Olah Data WDEA Asumsi VRS
133
Pada tabel hasil olah data di atas, terlihat bahwa Al-Rajhi Banking and Investment Corporation (Malaysia) Berhard mengalami inefisiensi terendah pada bulan september 2012 di level 90,76%. Penyebab terjadinya inefisiensi ini berasal dari variabel input (DPK, beban personalia, dan aset tetap) dan output (total pembiayaan). DPK yang dihimpun dari masyarakat mengalami inefisiensi sebesar 9,2%. Angka actual yang dicapai sebesar RM.4.546.748 juta dan target yang disarankan hanya sebesar RM.4.126.837,5 juta. oleh karena itu, pihak manajemen bank harus melakukan strategi penyaluran pembiayaan yang lebih menarik agar total pembiayaan yang disalurkan lebih optimal agar dapat mencapai tingkat efisiensi sempurna. Pada aset tetap pun terjadi inefisiensi sebesar 9.2%, angka aktual yang dicapai oleh Al-Rajhi Banking and Investment Corporation (Malaysia) Berhard mencapai RM.28.348 juta, padahal target yang seharusnya dicapai hanya sebesar RM.25.729,9 juta. agar tercapai tingkat efisiensi ideal, secara berturut-turut Al-Rajhi Banking and Investment Corporation (Malaysia) Berhard harus mengurang total DPK, beban personalia, dan aset tetap sebesar 9,7%. Pada variabel output pun menyumbang inefisiensi pada Al-Rajhi Banking and Investment Corporation (Malaysia) Berhard. Pada pencapaian total pembiayaan belum kasimal yaitu baru mencapai RM.4.125.564 juta, padahal target yang harus dicapai sebesar RM.4.362.684,3 juta, oleh karena itu haru adanya perbaikan sebesar 5,7%.
134
j. Analisis gabungan Bank Syariah di Malaysia Tabel 4.40 Efisiensi Gabungan Bank Syariah di Malaysia Tahun 2011-2014 No.
Nama Bank
Total
Tahun 2011
2012
2013
2014
Mean
1.
AFIB
97.74
84.87
96.73
98.73
378,07
94,52
2.
ALIB
99.57
99.14
99.69
100
398,4
99,60
3.
BIM
100
99.69
97.66
100
397,35
99,33
4.
AMIB
100
96.93
98.51
99,73
395,17
98,79
5.
AFB
93.11
73.37
71.75
100
338,23
84,56
6.
BMM
93.51
91.85
98.42
100
383,78
95,94
7.
OAM
100
98.92
99.09
99.61
397,62
99,40
8.
HLIB
96.97
98.10
100
100
395,07
98,77
9.
ARB
99.26
94.96
97.02
100
391,24
97,81
Total
880,16 837,83 858,87 898,07
Mean
97,80
93,02
95,43
99,79
Sumber: Olah Data WDEA Asumsi VRS Berdasarkan hasil olah data WDEA, bank syariah yang berada di Malaysia masih belum dapat dikatakan efisien, karena score efisiensinya hanya mencapai sebesar 84% hingga 99%. Pada tahun 2011, bank syariah di Malaysia yang efisien hanya tiga bank yaitu Bank Islam Malaysia Berhard (BIM), AmIslamic Bank Berhard (AMIB), dan OCBC Al-Amin Malaysia Berhard (OAM), dan yang mengalami inefisiensi adalah Affin Islamic Bank Berhard (AFIB), Alliance Islamic Bank Berhard (ALIB), Asian Finance Bank (AFB), Bank Muamalat Malaysia Berhard (BMM), Hong Leong Islamic Bank Berhard (HLIB), dan Al-Rajhi Banking and Investment Corporation
135
(Malaysia) Berhard. Pada tahun 2012, semua bank syariah yang berada di Malaysia mengalami inefisiensi. Pada tahun 2013 pun kinerja perbankan syariah di Malaysia masih belum efisien, hanya terdapat satu bank saja yang efisien yaitu Hong leong Islamic Bank Berhard (HLIB). Hal ini mengindikasikan bahwa gejolak ekonomi global yang terjadi pada tahun 2012 dan 2013 membawa dampak yang buruk pula bagi perbankan syariah di Malaysia. Akhirnya pada tahun 2014, kinerja efisiensi perbankan syariah di Malaysia mulai membaik, terdapat
enam bank yang mampu mencapai
efisiensi sempurna yaitu Alliance Islamic Bank Berhard (ALIB), Bank Islam Malaysia Berhard (BIM), Asian Finance Bank Berhard (AFB), Bank Muamalat Malaysia Berhard (BMM), Hong leong Islamic Bank Berhard (HLIB), dan Al-Rajhi Banking and Investment Corporation (Malaysia) Berhard. hanya tiga bank yang mengalami inefisiensi yaitu Affin Islamic Bank Berhard (AFIB) 98,73%, AmIslamic Bank Berhard (AMIB) 99,73%, dan OCBC Al-Amin Malaysia Berhard (OAM) 99,61% dan sisanya mengalami efisiensi sempurna.
136
Grafik 4.25 Rata-Rata Efisiensi 9 (Sembilan) Bank Syariah di Malaysia Kuartal I 2011-Kuartal IV 2014 100 95 90 85 80 75
Mean
Sumber: Olah Data WDEA Asumsi VRS Berdasarkan hasil olah data pada tabel di atas, kinerja efisiensi bank syariah di Malaysia mengalami fluktuasi sebab hasil olah data triwulan beberapa bank pun mengalami fluktuasi. Bank yang mencapai score efisiensi rata-rata tertinggi yaitu Alliance Islamic Bank Berhard sebesar 99,60%, sedangkan Bank yang mencapai tingkat efisiensi terendah adalah Asian Fianance Islamic Bank Berhard (AFB). Secara rata-rata bank syariah di malaysia sudah mencapai tingkat efisiensi pada kisaran 80-99%, namun belum dapat mencapai skor efisiensi sempurna.
137
Grafik 4.26 Rata-Rata Efisiensi Bank Syariah di Malaysia Tahun 2011-2014 102 99,79
100
Efisiensi
98
97,8 95,43
96 94 92
93,02
90 88 2011
2012
2013
2014
Mean Sumber: Olah Data WDEA Asumsi VRS Berdasarkan data hasil olah data di atas, dapat dilihat bahwa tingkat efisiensi perbankan syariah di Malaysia cenderung fluktuatif dan terjadinya penurunan efisiensi pada tahun 2012 dan 2013 disebabkan terjadinya krisis global pasa saat itu, namun tidak begitu berpengaruh signifikan terhadap tingkat efisiensi dan masih dibilang cukup efisien pada kisaran 90%. Meskipun penurunannya cukup kecil namun seluruh bank syariah di Malaysia mengalami inefisiensi pada tahun 2012, dan pada tahun 2013 hampir seluruhnya mengalami inefisiensi. Namun pada tahun 2014, kinerja efisiensi perbankan syariah di Malaysia dapat meningkatkan score efisiensinya pada kisaran 99,79%.
138
C. Analisis Gabungan Efisiensi antara Malaysia dan Indonesia 1. Perbandingan Tingkat Efisiensi Perbankan Syariah di Indonesia dan Malaysia Bila digabungkan beberapa grafik tingkat efisiensi antara Malaysia dan Indonesia pada peelitian ini, maka akan terlihat seperti grafik di bawah ini: Grafik 4.27 Perbandingan Efisiensi perbankan syariah antara Malaysia dan Indonesia
102 99,79 100
98,23 96,51
Efisiensi
98 96
97,14
97,21
97,8 95,43
94 93,02 92 90 88
Indonesia Malaysia
2011 98,23 97,8
2012 96,51 93,02
2013 97,14 95,43
2014 97,21 99,79
Sumber: Olah Data WDEA Asumsi VRS Dari grafik di atas terlihat bahwa rata-rata tingkat efisiensi perbankan syariah di Malaysia dan Indonesia mengalami fluktuasi. Tanda panah berwarna biru yang berlebel Indonesia berada pada bagian paling atas, hal ini menunjukkan bahwa tingkat efisiensi perbankan syariah di Indonesia lebih efisien dibandingkan dengan bank syariah di Malaysia. Berdasarkan hasil penelitian ini, tingkat efisiensi perbankan syariah di Indonesia dan terjadi trend penurunan kinerja efisiensi pada tahun
139
2012-2013 . Bank syariah di Malaysia belum dapat mencapai kinerja efisiensi yang baik selama periode 2011-2014. Hasil penelitian ini selaras dengan penelitian sebelumnya oleh Rossazana Ab-Rahim, Norlina Kadri, and Farhana Ismail (2013) yang meneliti efisiensi perbankan syariah di Malaysia. Dimana bank syariah di Malaysia belum dapat mencapai efisiensi sempurna di tahun 2011. Bank syariah di Indonesia pada tahun 2011 hingga 2014 mengalami fluktuasi dan belum dapat dikatakan efisien karena score efisiensinya masih berada di kisaran 90-99%, sama seperti penelitian sebelumnya oleh Muhammad Faza Firdaus pada tahun 2013 yang meneliti Bank Umum Syariah dengan metode DEA periode 2005-2011,dimana pada tahun 2011 Bank Syariah di Indonesia masih belum dapat mencapai tingkat efisiensi sempurna di level 100%. 2. Analisis efisiensi gabungan Bank Syariah antara Malaysia dan Indonesia pada saat krisis global tahun 2012-2013 Grafik 4.28 Perbandingan Tingkat Efisiensi Antara Malaysia dan Indonesia Saat Krisis
Efisiensi
Efisiensi perbankan syariah di Indonesia dan Malaysia saat krisis 95,43
2013
97,14 93,02
2012
96,51 90
91
92
93
Malaysia
94
95
Indonesia
Sumber: Olah Data WDEA Asumsi VRS
96
97
98
140
Pada saat krisis global pada tahun 2012 hingga 2013, bank syariah di Indonesia lebih efisien dibandingkan dengan bank syariah di Malaysia. Ini membuktikan bahwa bank syariah di Indonesia lebih tahan krisis dibandingkan dengan bank syariah di Malaysia. Namun perbankan di kedua negara tersebut masih tetap memperlihatkan kinerja yang baik dalam menghadapi krisis dengan nilai efisiensinya berada di atas 90% atau hampir mencapai tingkat efisiensi sempurna. Perbankan syariah di Indonesia yang lebih efisien dari perbankan di Malaysia disebabkan pada pembiayaan yang diberikan kepada sektor rill harus dilandasi oleh transaksi rill serta pembiayaan yang diberikan perbankan di Indonesia masih didominasi oleh pembiayaan pada aktivitas pembiayaan domestik yang turut berperan dalam memperkuat daya tahan perbankan syariah dari imbas krisis keuangan global. Sedangkan bank syariah di Malaysia lebih rendah dibandingkan Indonesia disebabkan pada beberapa Induk perbankan syariah Malaysia banyak yang berada di luar negeri yang notabennya krisis yang terjadi pada tahun 20122013 merupakan krisis keuangan internasional. 3. Total Potential Inprovement Bank Syariah di Malaysia dan Indonesia Pada penelitian ini penulis mencoba mengolah kembali data yang didapat dari hasil WDEA sehingga didapatkan total potential improvement yang harus diperbaiki karena terjadinya inefisiensi akibat terjadinya kekurangan ataupun kelebihan pada variabel input (DPK, beban personalia, aset tetap) dan output (total pembiayaan dan pendapatan operasional). Berikut hasil olah data yang menggambarkan penyebab inefisiensi pada perbankan syariah yang berada di
141
Indonesia dan Malaysia yang akan dijadikan perbandingan untuk kedua bank tersebut. Grafik 4.29 Total improvement perbankan syariah di Malaysia dan Indonesia
Bank Syariah di Indonesia
7% 13% 23%
41% 16%
Bank Syariah di Malaysia
DPK
DPK
Aset Tetap
Aset Tetap
Beban Personalia Total Pembiayaan
6%6% 18% 32% 38%
Pendapatan Operasional
Beban Personalia Total Pembiayaan Pendapatan Operasional
Sumber: Data diolah dari Total Improve Input Oriented WDEA Dari grafik di atas, total improvement (variabel yang perlu mendapatkan perbaikan) terdapat pada variabel input dan output. Variabel input meliputi DPK, aset tetap, dan beban personalia. Kemudian variabel output yang perlu mendapatkan perhatian adalah total pembiayaan dan pendapatan operasional. Total pembiayaan penyumbang terbesar yang menyebabkan terjadinya inefisiensi pada perbankan syariah di Indonesia yaitu sebesar 41%, penyumbang inefisiensi terbesar pada total pembiayaan ini adalah Bank Panin Syariah sebesar 269.0% dan Maybank Syariah Indonesia sebesar 153.8%. Sedangkan variabel yang efisien adalah pendapatan operasional dengan score 7%. Kemudian pada Malaysia, aset tetap penyumbang terbesar yang menyebabkan terjadinya inefisiensi adalah aset tetap sebesar 38% dan variabel
142
yang efisien meliputi total pembiayaan dan pendapatan operasional dengan score yang sama sebesar 6%. Perbankan di Indonesia mengalami inefisiensi dalam penghimpunan DPK, sedangkan minus dalam penyaluran total pembiayaannya. Hasil penelitian ini sama dengan yang telah dilakukan oleh Faza Firdaus (2012) dimana penyebab utama timbulnya inefisiensi pada pengukuran tingkat efisiensi adalah variabel total pembiayaan. Sedangkan pada penelitian yang telah dilakukan Asep Saefullah (2013) variabel yang tidak efisien adalah variabel beban personalia. Perbedaan hasil penelitian ini dapat dipengaruhi oleh banyaknya sampel dan jangka waktu penelitian yang digunakan peneliti. Funding yang melebihi target ini merupakan prestasi bagi bank syariah di Indonesia. Namun kelebihan penghimpunan, kurang adanya variasi produk, dan minat dari nasabah pembiayaan yang menyebabkan inefisiensi pada variabel total pembiayaan. Bank syariah pun harus fokus pada produk pembiayaan yang belum mencapai target. Perlu adanya inovasi produk dan dapat mengeksplorasi kekayaan keuangan dan sekaligus bisa menunjukkan perbedaan produknya dibandingkan bank konvensional. Misalnya melalui akad sindikasi syariah untuk membiayai capital expenditure perusahaan (pengadaan mesin utama, pengadaan kapal), dan project financing (pembiayaan sindikasi jalan tol, pelabuhan, power plant, pabrik semen, dsb.). Di sisi kebijakan pemerintah, yatu agar market share bank syariah meningkat maka pemerintah harus mempercayakan dana-dananya seperti dana talangan haji, pensiun, dan dana MP3EI kepada bank syariah agar bank syariah dapat meningkatkan market sharenya sehingga produk pembiayaan
143
lebih kompetitif. Hal ini yang dilakukan oleh pemerintah Malaysia yang mendukung berkembangnya bank syariah yang berada di negara tersebut dengan menggunakan dana APBN untuk mempbesar market share perbankan syariah di negara tersebut. Serta perlu adanya edukasi kepada masyarakat secara lebih luas dan efisien melalui berbagai sarana komunikasi langsung maupun tidak langsung baik dengan adanya workshop, seminar sosialisasi, media cetak, elektronik, maupun media sosial lainnya agar produk yang ditawarkan dapat dimanfaatkan oleh masyarakat secara lebih luas. Membengkaknya aset tetap yang dialami perbankan syariah di Indonesia dan malaysia perlu dicarikan solusi agar bank syariah dapat efisien. Aset tetap yang merupakan aset berwujud meliputi gedung, peralatan kantor, kendaraan, tanah, mesin ATM, dan lain sebagainya. Sebenarnya hal ini dapat diminimalisir dengan adanya kerjasama antara bank syariah dengan bank induknya untuk menekan biaya aset tetapnya, misalnya dengan strategi atm bersama, asuransi bersama, optimalisasi office channeling, Optimalisasi dalam menyediakan ATM bersama ini sangat dibutuhkan agar nasabah yang berada di daerah tertinggal dapat menikmati fasilitas perbankan syariah yang dapat dijangkau oleh seluruh kalangan tanpa mengeluarkan biaya yang besar, Serta manajemen perbankan syariah harus memberikan edukasi kepada pegawainya tentang manajemen aset agar dapat mencapai efisien dalam penggunaan aset tetap yang ada. Beban personalia yang membengkak karena adanya ekspasnsi yang dilakukan perbankan syariah. ketika jumlah pekerja meningkat tetunya cost
144
personalia pun meningkat. Biaya perbankan syariah pada cost of training dan pendidikan SDM dapat ditekan dengan merekrut SDM Syariah. SDM ini berasal dari lulusan yang berada di seluruh perguruan tinggi yang membuka program perbankan dan ekonomi syariah agar dapat menghemat dana pendidikan SDM. Dengan banyaknya SDM yang mengerti akan perbankan syariah dapat meningkatkan kinerja perbankan dengan melakukan inovasi produk dan memberikan layanan yang prima dalam mengembangkan institusi keuangan syariah yang berdaya saing tinggi. Dari sisi regulator (OJK dan BNM), bisa ikut andil dalam membuat kebijakan aturan tentang SDM yang lebih konprehensif dengan menentukan batasan minimum biaya personalia yang harus dikeluarkan. 4. Analisi Perbandingan tingkat efisiensi perbankan syariah di Malaysia dan Indonesia a. Uji Kolmogorov-Smirnov Untuk mengetahui ada tidaknya signifikansi perbedaan tingkat efisiensi perbankan syariah di Indonesia dan Malaysia maka perlu adanya pengujian statistik nonparametrik menggunakan software SPSS 20, dimana hal pertama yang dikakukan dengan menguji data hasil analisis DEA dengan uji normalitas data kolmogrov-smirnov agar dapat diketahui data terdistribusi normal atau tidak, bila normal menggunakan uji independen t-test untuk mengetahui perbedaan hasil efisiensi namun bila tidak terdistribusi normal, maka dilakukan uji MannWhitney U-Test, berikut hasil uji normalitas data dengan kolmogorov-smirnov:
145
Tabel 4.41 One Sample Kolmogorov-Smirnov Test
N Normal Parameters
a,b
Most Extreme Differences
Mean Std. Deviation Absolute Positive Negative
Efisiensi perbankan syariah 304 9690,43 661,439 ,348 ,320 -,348 6,065 ,000
Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed) a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data. Sumber: Data diolah dari SPSS 20.
Dari hasil uji normalitas data dengan kolmogoro-smirnov di atas, hasil uji tersebut menghasilkan nilai Asymp. Sig. (2-tailed) sebesar ,000 yaitu kurang dari 0,05 yang berarti bahwa data tidak terdistribusi normal, karena data tersebut dikatakan normal bernilai lebih dari 0,05. Oleh karena itu, pengujian signifikansi perbedaan dilakukan dengan uji Mann Whitney U-Test. b. Uji Beda Mann Whitney U-Test berikut ini hasil uji beda Mann Whitney: Tabel 4.42 Uji Mann-Whitney U-Test Ranks Negara ASEAN 1 Efisiensi 2 Perbankan Syariah Total
N 160 144 304
Mean Rank 158,47 145,87
Sum of Ranks 25354,50 21005,50
146
Test Statisticsa Efisiensi Perbankan Syariah Mann-Whitney U Wilcoxon W Z Asymp. Sig. (2-tailed) a. Grouping Variable: Negara ASEAN
10565,500 21005,500 -1,488 ,137
KET: 1=Bank Syariah di Indonesia dan 2= Bank Syariah di Malaysia Sumber: Data diolah dari SPSS 20. Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat pada label test Statistics terkait uji signifikansi tingkat efisiensi bank syariah di Indonesia dengan bank syariah di malaysia (Sig 0,137 >0,05) dan tabel nilai mean rank Indonesia lebih besar daripada Malaysia dengan demikian membuktikan bahwa tingkat efisiensi bank syariah di Indonesia berbeda dengan perbankan syariah yang berada di Malaysia. c. Uji Regresi Variabel Dummy Berikut hasil uji regresi variabel dummy: Tabel 4.43 Uji Regresi Variabel Dummy
Mode l 1
Model Summaryb R R Square Adjusted R Std. Error of Square the Estimate a ,054 ,003 ,000 6,61711
a. Predictors: (Constant), Dummy (Malaysia= 1, dan Indonesia=0) b. Dependent Variable: DEA
147
Model
Sum of Squares Regression 38,308 1 Residual 13223,428 Total 13261,736 a. Dependent Variable: DEA b. Predictors: (Constant), Dummy
ANOVAa Df 1 302 303
Mean Square 38,308 43,786
F ,875
Coefficientsa Model Unstandardized Standardized t Coefficients Coefficients B Std. Error Beta (Constant) 97,245 ,523 185,890 1 Dummy -,711 ,760 -,054 -,935 a. Dependent Variable: DEA
Sig. ,350b
Sig.
,000 ,350
Sumber: Data diolah dari SPSS 20.
Pada tabel tabel tersebut, nilai R Square sebesar 0,003 berarti peran atau kontribusi variabel Dummy negara hanya mampu menjelaskan 0,3%. Nilai signifikan sebesar 0,350>0,05 menjelaskan bahwa faktor negara (Malaysia dan Indonesia) tidak berpengaruh terhadap nilai efisiensi DEA. Dapat disimpulkan bahwa, efisiensi DEA bank syariah di Malaysia dan Indonesia berbeda tapi tidak adanya perbedaan antara negara dengan tingkat efisiensi.
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan tingkat efisiensi perbankan syariah antara Malaysia dan Indonesia dengan metode Data Envelopment Analysis (DEA) dengan menggunakan analisis VRS (Variabel Return to Scale). Penelitian ini menggunakan 19 bank syariah yang tersebar di Indonesia dan Malaysia pada kuartal I Tahun 2011 sampai kuartal IV Tahun 2014. Berikut ini adalah beberapa kesimpulan pada penelitian ini: 1.
Tingkat efisiensi perbankan syariah di Indonesia dan Malaysia cenderung fluktuatif. Di Indonesia, pergerakan tingkat efisiensi Bank Syariah Mandiri (BSM) dan Bank Jabar Banten Syariah (BJBS) cenderung stabil. Namun, kinerja efisiensi Bank Jabar Banten Syariah (BJBS) jauh lebih efisien dibandingkan seluruh bank syariah di Indonesia. Bank yang paling tidak efisien pada periode penelitian tahun 2011-2014 adalah Bank Muamalat Indonesia (BMI) dengan rata-rata efisiensinya hanya sebesar 90,67% lebih kecil dibandingkan bank syariah yang lain. Sedangkan pada perbankan syariah di Malaysia pada periode 2011-2014 cenderung mengalami fluktuasi. Bank syariah di Malaysia yang mencapai tingkat efisiensi terendah adalah Asian Finance Bank Berhard yang hanya mencapai efisiensi rata-rata sebesar 84,56%, lebih rendah dibandingkan Bank Muamalat Indonesia. Sedangkan bank syariah di Malaysia yang mencapai tingkat
148
149
efisiensi tertinggi adalah Alliance Islamic Bank Berhard dengan rata-rata efisiensi sebesar 99,60%. Pada saat krisis ekonomi tahun 2012-2013, seluruh bank yang menjadi objek dalam penelitian ini, Asian Finance Bank adalah bank yang paling tidak efisien. Kelompok bank syariah di Malaysia adalah bank yang paling tidak efisien saat terjadi krisis dibandingkan di Indonesia. Hal ini menandakan bahwa bank syariah di Indonesia memiliki tingkat efisiensi yang baik dan mampu bersaing dengan perbankan syariah di Malaysia yang market sharenya lebih besar. 2. Variabel pendapatan operasional adalah variabel yang paling kecil kontribusinya dalam menyebabkan inefisiensi bank syariah di Indonesia dan Malaysia.
Sedangkan
variabel
yang
paling
berkontribusi
dalam
menyebabkan inefisiensi pada bank syariah di indonesia adalah variabel total pembiayaan dan
Malaysia adalah variabel aset tetap. Strategi
financing yang baik harus lebih diperhatikan oleh pihak perbankan maupun regulator. Kegiatan ekspansif yang kurang kontrol juga mengakibatkan beban personalia dan aset tetap yang melebihi target. Oleh karena itu, harus adanya kebijakan baik dari internal bank maupun regulator dalam meningkatkkan efisiensi perbankan syariah sehingga terjadi percepatan perbankan syariah dan pada MEA 2015 perbankan syariah dapat berperan aktif dalam pasar keuangan global.
150
B. Saran Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, ada beberapa saran yang dapat penulis berikan terhadap beberapa pihak terkait, sebagai berikut: 1. Ekspansi perbankan syariah yang tinggi harus disertai dengan penyediaan SDM perbankan syariah yang memadai agar dapat tercipta inovasi pengembangan produk dan layanan perbankan syariah yang prima. Masih sedikitnya lembaga pendidikan yang membuka program studi keuangan syariah perlu ditingkatkan. Oleh karena itu, kalangan akademisi dan Kementerian Pendidikan perlu bekerjasama dalam mendorong pembukaan program studi keuangan syariah. serta membuat standarisasi kurikulum pendidikan dan materi tentang keuangan syariah yang komprehensif. 2. Total pembiayaan bank syariah di Indonesia yang turun dan kalah bersaing dengan bank syariah di Malaysia perlu dicarikan solusinya. Salah satu saran penulis adalah dengan adanya inovasi produk yang dapat mengeksplorasi kekayaan keuangan dan sekaligus bisa menunjukkan perbedaan produknya dibandingkan bank konvensional. Misalnya melalui akad sindikasi syariah untuk membiayai capital expenditure perusahaan (pengadaan mesin utama, pengadaan kapal), dan project financing (pembiayaan sindikasi jalan tol, pelabuhan, power plant, pabrik semen, dsb). Untuk mengatasi kekurangan modal pada bank syariah dapat dilakukan dengan adanya dana dari pemerintah dengan mempercayakan dana-dananya seperti dana talangan
151
haji, pensiun, dan dana MP3EI kepada bank syariah agar bank syariah dapat meningkatkan market sharenya sehingga produk pembiayaan lebih kompetitif. 3. perlu adanya edukasi kepada masyarakat secara lebih luas dan efisien melalui berbagai sarana komunikasi langsung maupun tidak langsung baik dengan adanya workshop, seminar sosialisasi, media cetak, elektronik, maupun media sosial lainnya agar produk yang ditawarkan dapat dimanfaatkan oleh masyarakat secara lebih luas. 4. Membengkaknya aset tetap yang dialami perbankan syariah di Indonesia dan malaysia perlu dicarikan solusi agar bank syariah dapat efisien. Aset tetap yang merupakan aset berwujud meliputi gedung, peralatan kantor, kendaraan, tanah, mesin ATM, dan lain sebagainya. Sebenarnya hal ini dapat diminimalisir dengan adanya kerjasama antara bank syariah dengan bank induknya untuk menekan biaya aset tetapnya, misalnya dengan strategi atm bersama, asuransi bersama, optimalisasi office channeling, Optimalisasi dalam menyediakan ATM bersama ini sangat dibutuhkan agar nasabah yang berada di daerah tertinggal dapat menikmati fasilitas perbankan syariah yang dapat dijangkau oleh seluruh kalangan tanpa mengeluarkan biaya yang besar, Serta manajemen perbankan syariah harus memberikan edukasi kepada pegawainya tentang manajemen aset agar dapat mencapai efisien dalam penggunaan aset tetap yang ada.
152
DAFTAR PUSTAKA Jurnal dan skripsi Ab-Rahim, Rossazana, Norlina Kadri and Farhana Ismail, “Eficiency performance of Malaysian Islamic banks”. Malaysia: Munich Personal RePEc Archive (MPRA), 2013. Alamsyah, Halim. Perkembangan dan Prospek Perbankan Syariah Indonesia: Tantangan Dalam Menyongsong MEA 2015. IAEI: Jakarta, 2012. Ascarya dan Diana Yumanita. Analisis Efisiensi Perbankan Syariah di Indonesia dengan Data Envelopment Analysis. Tazkia Islamic Finance & Bussines Review : Bogor, 2005. . Comparing the Efficiency of Islamic Banks in Malaysia and Indonesia. Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan Vol.11: Jakarta, 2008. Efendić, Velid. “Efficiency of the Banking Sector Of Bosnia–Herzegovina with Special Reference to Relative Efficiency of the Existing Islamic Bank”.Bosnia: 8th International Conference on Islamic Economics and Finance, 2010. Fauzi, Ahmad. Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) Indonesia: Apakah Efisien dalam Profitabilitas Operasional?”. Bogor: Forum Riset Keuangan Syariah 2014, 2014. Firdaus, M. Faza. Efisiensi Bank Umum Syariah Menggunakan Metode Two Stage Data Envelopment Analysis. Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2013.
153
John, Jill, Marwan Izzeldin and Vasileios Pappas. “Efficiency in Islamic and conventional banks: Evidence from the Gulf Cooperation Council countries”. London:
Department of Economics Lancaster University Management
School Lancaster University LA1 4YX United Kingdom, 2012. Muhari , Syafaat. Tingkat Efisiensi BPRS di Indonesia: Perbandingan metode SFA dengan DEA dan Hubungannya dengan CAMEL. Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2013. Ningtyas, Candra Puspita. Perbandingan Kinerja Keuangan Bank Konvensional Dan Bank Syariah Berdasarkan
Analisis Rasio Keuangan. Jurnal Fakultas
Administrasi, Universitas Brawijaya Malang, 2008. Rashedul Hoque, Md and Dr. Md. Israt Rayhan. “Data Envelopment Analysis Of Banking Sector In Bangladesh”, Bangladesh : Institute of Statistical Research and Training, University of Dhaka, 2012. Saefullah, Asep. Efisiensi Perbankan Indonesia: Komparasi, Evaluasi, Dan Solusi. Jakarta: Paper terbaik FREKS (Forum Riset Keuangan Syariah) II, 2013. . Efisiensi Perbankan Indonesia: komparasi, evaluasi, dan solusi, (Jakarta: UIN syarif Hidayatullah Jakarta, 2013. Wahab, Abdul, Muhamad Nadratuzzaman Hosen & Syafaat Muhari.“Komparasi efisiensi teknis Bank Umum Konvensional (BUK) dan Bank Umum Syariah (BUS) di Indonesia dengan Metode Data Envelopment Analiysis”. Jakarta: Al-Iqtishad Fakultas Syariah Dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2014.
154
Buku Arifin, Zainul. Perkembangan Bank Islam di Indonesia. Bekasi: Gramata Publishing, 2014. Effendy, Mochtar. Manajemen Suatu Pendekatan Berdasarkan Ajaran Islam Cet.III. Palembang: Unsri, 2009. Ghani, AB. Mumin AB. Sisten Kewagan Islam dan Pelaksanaannya di Malaysia. Kuala Lumpur: Jabatan Kemajuan Islam Malaysia, 1999. Hasan, Iqbal. Analisis Data Penelitian Dengan Statistik. Jakarta: Media Grafika, 2009. Hesti, Rinda K. Sistem Informasi Perbankan Syariah. Tangerang Selatan: UIN Jakarta Press, 2013. Hidayat, Rahmat. Efisiensi Perbankan Syariah: Teori dan Praktik. Bekasi: Gramata Publishing, 2014. Kasmir. Bank dan Lembaga Lainnya, Ed. Keenam. Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2002. Muhammad. Manajemen Pembiayaan Bank Syariah. Yogyakarta: UUP AMP YKPN, 2005. Oktaviana, Ulfi Kartika. Financial Ratio to Distinguish Banks, Islamic Business Units and Conventional Banks in Indonesia. Jakarta Pusat: Kementrian Agama Republik Indonesia, 2012. Prasetya Irawan. Logika dan Prosedur Penelitian. Jakarta: STIA-LAN Press, 1999.
155
Subramanyam , K.R. dan John J. Wild. Analisis Laporan Keuanga Ed. 10. Jakarta: Salemba Empat, 2010. Supranto, J. Ekonometri Cet.II. Bogor: Penerbit Ghalia Indonesia, 2010. Sutedi, Adrian. Perbankan Syariah: Tinjauan dan beberapa segi Hukum. Bogor: Ghalia Indonesia, 2009. Tanjung, Hendri dan Abrista Devi. Metodologi Penelitian Ekonomi Islam. Jakarta: Gramata Publishing, 2013. Winarno, Wing Wahyu. Analisis Ekonometrika dan Statistika dengan Eviews Ed.2. Jogyakarta: Unit Penerit dan Percetakan Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen YKPN, 2009. Lain-lain: Asia Briefing. “Asia: the Future of Islamic Finance?”. Artikel diakses pada 23 November 2014. dari http://www.asiabriefing.com/news/2014/07/asiafuture-islamic-finance/. BJB Syariah Bank syariah terefisien. dalam berita Finansial. berita diakses pada 12 September 2015 dari http://finansial.bisnis.com/read/20110629/90/35202/bjb-syariah-banksyariah-terefisien. BJB Syariah torehkan Tren Positif. Asetnya Capai Rp.6,0 Triliun di Usia 5 Tahun, Dalam Galamedia News.Com. berita diakses pada 12 September 2015 dari http://www.galamedianews.com/bandung-raya/22097/bjb-syariahtorehkan-tren-positif-asetnya-capai-rp-60-triliun-di-usia-5-tahun.html.
156
Ernest & Young. “analist Report: 2014”. Dalam Artikel Asia Briefing, Asia: the Future of Islamic Finance?. Artikel diakses pada 23 November 2014 dari http://www.asiabriefing.com/news/2014/07/asia-future-islamic-finance/. Ernest & Young. World Islamic Banking Competitiveness Report 2013-2014. Diakses pada 22 Maret 2015 dari http://emergingmarkets.ey.com/worldislamic-banking-competitiveness-report-2013-2014/. http://www. bi.go.id/web/en. ( Diakses pada 23 November 2014, pukul 09.45 WIB) http://www. bnm.gov.my/ ( diakses pada 23 November 2014, pukul 10:05 WIB) Islamic Financial Service Board. Islamic Finance Service Industry Stability Report 2013. Diakses pada 30 maret 2015 dari http://www.ifsb.org Sigit Setiawan. Liberalisasi Jasa Keuangan: Komitmen Liberalisasi Dan Langkah Lanjutan Dalam Mendorong Integrasi Pasar Finansial ASEAN. Catatan Hasil Pertemuan ke-31 ASEAN Working Committee-Financial Services Liberalization (ASEAN WC-FSL). Kuala Lumpur, Malaysia, Juli 2011. Malaysia International Islamic Finance Centre (MIFC). ” Sustained Growth In Emerging Asia: Offers Regional Expansion For Islamic Finance”. Laporan diakses pada 03 Desember 2014 dari http://www.mifc.com. Setiawan, Sigit. Liberalisasi Jasa Keuangan: Komitmen Liberalisasi Dan Langkah Lanjutan Dalam Mendorong Integrasi Pasar Finansial ASEAN, Pertemuan ke-31 ASEAN. Malaysia:
Working Committee-Financial
Services Liberalization (ASEAN WC-FSL) , 2011.
157
Koran Sindo. Menggagas Indikator Efisiensi. pada tanggal 21 Januari 2014 dari http://nasional.sindonews.com/read/719656/18/menggagas-indikatorefisiensi-1361338674/. http://www.theasianbanker.com/databook/ab700/banking-industry directory/(diakses pada 23 November 2014, pukul: 09:23 WIB).
LAMPIRAN DATA REKAP SKOR EFISIENSI OLAH DATA WDEA DAN VARIABEL INPUT DAN OUTPUT DARI LAPORAN KEUANGAN PUBLIKASI BANK PERIODE KUARTAL I 2011-KUARTAL IV 2014 PERIODE
SKOR
DPK
EFISIENSI
BMI
BRIS
Mar-11
100.00
Jun-11
99.64
Sep-11
100.00
Des-11
100.00
Mar-12
80.78
Jun-12
83.76
Sep-12
88.83
Des-12
100.00
Mar-13
82.06
Jun-13
83.87
Sep-13
92.11
Des-13
100.00
Mar-14
66.28
Jun-14
67.20
Sep-14
100.00
Des-14
100.00
Mar-11
100.00
Jun-11
100.00
Sep-11
100.00
Des-11
100.00
Mar-12
100.00
Jun-12
100.00
Sep-12
97.90
BEBAN
ASET
TOTAL
LABA
PERSONALIA
TETAP
PEMBIAYAAN
OPERASIONAL
11888
389975
17783670
579437
234504
437420
19825579
1228488
21820667
290103
458234
20819595
1889437
28278329
410355
529642
22479924
2674527
26640630
128001
569347
23239449
772978
27116390
266005
607041
25777096
1554773
29901554
413224
665190
27913822
2403629
38434793
546875
710846
32869007
3382835
39111954
181275
745946
35111808
1055065
39563087
382329
794978
38110348
2210226
42238791
592711
858247
39749646
3453502
43559312
754059
1244190
41793420
4794213
43011464
215893
1394872
42430811
1407939
47407695
430506
1298429
44563245
2794120
48769035
65278
1323131
90562204
4133130
51787143
860392
2798346
42958756
5528377
5176761
6162
173558
5774681
236340
5677356
143301
192628
6109186
490779
7235590
238325
20572
7963197
777453
8519687
302475
224785
9188350
1141770
7573953
76054
239292
9078444
355580
7993202
168146
242661
9691558
71374
8597843
1086594
257848
10180432
254463
18134499 20204970
158
159
BNIS
BCAS
Des-12
100.00
Mar-13
89.87
Jun-13
92.97
Sep-13
100.00
Des-13
100.00
Mar-14
100.00
Jun-14
100.00
Sep-14
99.11
Des-14
100.00
Mar-11
100.00
Jun-11
100.00
Sep-11
100.00
Des-11
100.00
Mar-12
92.38
Jun-12
90.93
Sep-12
100.00
Des-12
92.40
Mar-13
86.07
Jun-13
95.84
Sep-13
100.00
Des-13
100.00
Mar-14
100.00
Jun-14
100.00
Sep-14
100.00
Des-14
100.00
Mar-11
100.00
Jun-11
100.00
Sep-11
100.00
Des-11
100.00
Mar-12
100.00
10260411
323383
267368
11417500
1507472
11289329
100616
281261
11991722
415065
11918555
208351
304211
13301763
867116
11756220
32892
309141
13689198
1356967
11869158
400267
357527
14178143
1875620
11391049
135081
356266
13925122
521062
12302513
242666
36991
14248233
1037009
12409380
358511
378146
14587636
1590266
13648732
44703
395977
15699670
2140056
4914267
29046
58550
3858179
225773
5180484
81229
59861
4493001
436744
5793588
132654
71781
5137944
713868
6538086
183764
88098
5310291
1009550
6682653
60586
92091
5452525
257455
6972546
132449
95866
5866783
565328
7358373
190724
102064
6590292
849420
8980035
317073
153169
7631994
1259539
10215065
95371
157795
8558273
377954
9832696
220666
161774
9568988
710232
10293608
34032
176091
8823653
1132896
10679304
461512
183764
11242241
1612222
11776570
120486
187413
12194245
454473
12628130
268315
195726
13367876
941092
13925231
412967
199677
14080191
1478227
15098525
644458
219644
15040920
2176438
628923
726
20463
496429
34183
605867
14912
20966
491724
69985
682585
2354
21106
575739
106482
822019
32755
21373
908986
144381
879926
8986
18989
695753
41010
160
BSM
BJBS
Jun-12
100.00
Sep-12
100.00
Des-12
100.00
Mar-13
100.00
Jun-13
100.00
Sep-13
100.00
Des-13
90.31
Mar-14
100.00
Jun-14
94.28
Sep-14
100.00
Des-14
100.00
Mar-11
100.00
Jun-11
100.00
Sep-11
100.00
Des-11
100.00
Mar-12
100.00
Jun-12
100.00
Sep-12
100.00
Des-12
100.00
Mar-13
100.00
Jun-13
100.00
Sep-13
100.00
Des-13
100.00
Mar-14
99.52
Jun-14
98.26
Sep-14
82.67
Des-14
100.00
Mar-11
100.00
Jun-11
100.00
Sep-11
100.00
849579
1927
19449
716360
85394
871123
28922
19629
872502
126835
1172238
39039
20894
1008325
171381
1112845
11031
17743
1036592
47191
1193779
2199
17684
1102147
95841
1319613
31541
17790
1262306
144453
1597282
40683
29438
1421624
200956
1566720
9995
29931
1504784
57959
1741477
23175
29914
1587895
121208
1763477
36647
30321
1754706
193005
2203208
51596
33140
2132223
280983
31628110
20438
662080
27000559
1059482
33256193
422335
666936
29957505
2194157
37429155
667043
683462
34285071
3434402
41621313
964882
844072
36534683
5056218
41838621
271925
804238
37301754
1403164
42071712
489702
861837
39796195
2853012
43169692
70672
1055831
41694004
4343940
45786445
97316
1207883
44478580
6055278
46658422
270407
1239068
46142800
1562465
49509727
589551
1285995
48226032
3289678
52491850
92855
1334751
49554890
4981557
54160005
1192403
1435572
50261583
6776206
53105431
343346
1481242
49706022
1694558
53278483
683029
1547907
49493189
3393104
55562285
1022584
1567892
44788931
5084650
57582673
1359776
1569851
48921633
6851461
1101375
2896
461249
1609946
461249
1338263
381
464437
1563659
464437
1642378
5984
493033
1642899
493033
161
BMS
BPS
Des-11
100.00
Mar-12
100.00
Jun-12
100.00
Sep-12
100.00
Des-12
100.00
Mar-13
100.00
Jun-13
100.00
Sep-13
100.00
Des-13
100.00
Mar-14
100.00
Jun-14
100.00
Sep-14
100.00
Des-14
100.00
Mar-11
100.00
Jun-11
100.00
Sep-11
100.00
Des-11
100.00
Mar-12
98.41
Jun-12
98.66
Sep-12
100.00
Des-12
100.00
Mar-13
100.00
Jun-13
100.00
Sep-13
100.00
Des-13
100.00
Mar-14
100.00
Jun-14
94.02
Sep-14
91.35
Des-14
100.00
Mar-11
100.00
2146639
9518
504655
1769445
504655
1925254
8442
469491
1804135
469491
2186462
11373
651143
2065539
651143
2296947
17867
912290
2450093
912290
3278299
143705
1095839
2946811
1095839
3495913
153492
1077863
3072345
1077863
3418749
156459
1254927
3392543
1254927
3479764
162909
1381162
3729157
1,381,162
3601632
168658
1278849
3597059
1,278,849
4073334
173492
1259359
3649556
1,259,359
3920409
175822
1254303
3827489
1,254,303
3930566
173553
1334041
4143563
1,334,041
5091681
175747
1292787
5592258
1,292,787
3268945
67177
128669
3023939
235695
3049280
140502
129325
3130622
467375
3525487
22065
130266
3470569
707686
4344970
310735
132284
4094797
982607
4644071
78371
133819
4359269
296363
4620401
162916
134367
4572278
608878
6187038
244594
134659
5600584
937309
6743225
324834
136315
6213570
1302340
6951879
74824
137965
7127304
384436
6401748
163514
140964
7343981
794822
6181705
254894
143230
7273093
1227678
6814654
362352
148900
7185389
1673842
6145096
83363
149824
6783740
377884
6119332
167805
150654
6528439
733397
6075748
256977
151828
6128856
1053456
5118406
343992
395232
5455674
1380366
370192
3162
36133
291131
11474
162
BSB
Jun-11
96.57
Sep-11
100.00
Des-11
87.61
Mar-12
100.00
Jun-12
94.62
Sep-12
100.00
Des-12
98.48
Mar-13
100.00
Jun-13
97.56
Sep-13
100.00
Des-13
87.92
Mar-14
100.00
Jun-14
100.00
Sep-14
100.00
Des-14
100.00
Mar-11
100.00
Jun-11
100.00
Sep-11
80.95
Des-11
81.12
Mar-12
96.83
Jun-12
87.70
Sep-12
86.51
Des-12
86.67
Mar-13
100.00
Jun-13
100.00
Sep-13
96.30
Des-13
88.81
Mar-14
100.00
Jun-14
100.00
Sep-14
100.00
399094
6712
36267
254533
27432
232562
10785
36307
515407
49609
2610331
35375
46237
684118
283759
506215
4241
39767
710462
27087
722565
8657
39934
924017
59010
898382
13485
40232
1345987
104108
1167740
19907
39463
1515420
152468
1446280
6879
40375
1883646
62663
1503336
16058
40562
2180869
129187
2029750
25612
4092
2570177
208707
2610331
35375
46237
2594825
283759
2487017
12142
46769
3025139
101867
2752086
26700
47122
4183173
239512
3410199
40723
49247
4292177
402234
4638216
54735
50765
4785524
559789
1401317
9744
66221
1498933
57405
1561770
21007
6766
1625971
115283
1793819
31782
80482
1603037
171050
2084833
44229
80837
1916219
245306
2024885
11951
82845
2025085
68511
2255340
24523
84607
2311734
14104
2384379
37552
85867
2587334
222046
2620457
51390
86224
2627337
311220
2849332
13206
86861
2700235
84148
2976619
28167
88073
2944480
176747
3113500
45142
99113
3162771
285406
2995892
62577
118972
3287185
401503
3164907
16916
119921
3336389
113378
1461972
68565
122477
3473828
502833
3190755
51071
118933
3580873
362942
163
MSI
AIB
Des-14
100.00
Mar-11
100.00
Jun-11
100.00
Sep-11
100.00
Des-11
83.49
Mar-12
100.00
Jun-12
100.00
Sep-12
87.42
Des-12
100.00
Mar-13
100.00
Jun-13
95.03
Sep-13
100.00
Des-13
100.00
Mar-14
100.00
Jun-14
97.12
Sep-14
98.94
Des-14
100.00
Mar-11
100.00
Jun-11
100.00
Sep-11
90.98
Des-11
100.00
Mar-12
78.87
Jun-12
78.19
Sep-12
82.43
Des-12
100.00
Mar-13
100.00
Jun-13
96.73
Sep-13
93.63
Des-13
96.57
Mar-14
100.00
3681043
68565
122477
3715560
502833
431262
4367
16259
631414
34514
503132
10015
16395
640877
75278
742868
14423
21759
396108
108419
349848
18786
22032
1016011
117474
497246
5794
22083
1198183
44343
445451
12089
21046
1276634
103267
400024
17811
21164
1386439
160385
710726
23895
21688
1408382
135607
824210
6562
21858
1268072
89297
856891
12702
19830
1285291
106665
526245
19407
18861
1377756
161025
976618
26430
19323
1522262
207478
735405
6655
19500
1389424
67138
741765
16019
19639
1357224
136123
728302
23708
19791
1350856
203693
1043046
30601
20539
1690995
275672
5451929
14613
2441
3732454
84434
5548784
13305
2476
4037721
85171
6796612
13693
3154
4194353
105161
7477239
55199
3017
4374205
378990
8584603
15017
3391
4552340
116264
8517891
15496
3380
4704795
138950
9501421
15421
3265
4977253
124667
9042261
61339
3027
5143356
499064
7601659
15888
2825
5171763
111680
7753692
16149
2836
5453418
111122
8329223
16459
3143
5794603
115257
9290544
65474
65474
6048876
458501
8776312
18169
2907
6414425
121402
164
ALIB
BIM
Jun-14
94.91
Sep-14
100.00
Des-14
100.00
Mar-11
100.00
Jun-11
100.00
Sep-11
100.00
Des-11
98.26
Mar-12
100.00
Jun-12
100.00
Sep-12
97.63
Des-12
98.92
Mar-13
100.00
Jun-13
100.00
Sep-13
98.76
Des-13
100.00
Mar-14
100.00
Jun-14
100.00
Sep-14
100.00
Des-14
100.00
Mar-11
100.00
Jun-11
100.00
Sep-11
100.00
Des-11
100.00
Mar-12
99.64
Jun-12
100.00
Sep-12
99.10
Des-12
100.00
Mar-13
92.82
Jun-13
100.00
Sep-13
97.81
8568009
19088
3611
6344171
123126
8374480
19507
3477
6610335
122664
9870394
7534
3261
7163621
502307
5185139
65148
273
4403824
284918
5245733
16688
378
4027001
82324
5353063
16027
340
4116892
86207
5896341
15737
304
4301344
88038
5887474
71042
146
4614687
340120
5600876
17488
238
4495647
86733
5859138
19546
203
4558004
82895
5842177
17158
175
4527160
83935
5842177
71042
146
4614687
330773
5911354
15798
124
4607862
76890
6251986
15003
90
4613290
79827
6388518
13298
61
4711294
83039
6253606
57964
42
5001217
319348
6930840
14032
40
5284369
88999
7110055
14403
42
5662979
86602
7163893
15385
288
6110283
98244
24576439
79747
164779
12408554
376324
24035898
82633
186828
12792975
404237
26126519
81094
196975
13267477
373139
28279678
338143
200853
14140970
1563228
26142686
89109
207463
14881692
425999
34825344
109069
213758
21370050
561766
30991703
97259
226678
18119398
480480
32550990
390989
222978
19507799
1882473
36378230
111804
217522
20435620
524411
34825344
109069
213758
21370050
561766
35395910
109117
212478
22567067
535039
165
BMM
OAM
Des-13
100.00
Mar-14
100.01
Jun-14
100.02
Sep-14
100.03
Des-14
100.04
Mar-11
81.11
Jun-11
92.94
Sep-11
100.00
Des-11
100.00
Mar-12
83.52
Jun-12
92.06
Sep-12
93.61
Des-12
98.22
Mar-13
96.85
Jun-13
96.85
Sep-13
100.00
Des-13
100.00
Mar-14
100.00
Jun-14
100.00
Sep-14
100.00
Des-14
100.00
Mar-11
100.00
Jun-11
100.00
Sep-11
100.00
Des-11
100.00
Mar-12
96.57
Jun-12
100.00
Sep-12
99.13
Des-12
100.00
Mar-13
96.37
37245002
443262
209554
23740948
2230700
36158757
112321
206122
24962517
554666
38150528
115204
202100
26258272
579355
38091998
123813
195956
27387682
594166
41010332
463122
211895
29524571
2362555
16171772
154497
101521
7148160
206465
14423332
44955
105618
7257974
228456
13108271
43264
75878
7728835
203305
14593400
46267
79724
8057992
792242
18151087
170947
81072
9038483
254142
15762538
55456
82699
9434613
242288
16010460
45917
82975
9688714
248111
16457567
43782
92357
10012080
841705
17167377
51809
65259
10516097
219182
17167377
51809
65259
10516097
258365
17278205
51592
62053
10663329
287994
16227898
51035
63451
11170869
1009706
17629228
207109
59651
11899691
275512
16723671
62136
75504
12159114
237218
18843911
5418
72281
12470661
274308
18548853
55912
72089
12984372
1057697
3301432
24547
7309
2558656
45011
3436409
26866
6707
2514467
50750
3954432
30628
6149
2742438
54152
4447096
113516
6092
3172564
204025
5511479
30457
5986
3337700
74622
5149069
29355
5781
3677221
82843
5027516
33084
6667
4005511
89182
4479842
124726
8025
4295722
349615
5829963
30634
8414
4647358
108913
166
HLIB
ARB
Jun-13
100.00
Sep-13
100.00
Des-13
100.00
Mar-14
100.00
Jun-14
98.46
Sep-14
100.00
Des-14
100.00
Mar-11
100.00
Jun-11
100.00
Sep-11
100.00
Des-11
87.87
Mar-12
99.68
Jun-12
100.00
Sep-12
95.69
Des-12
97.05
Mar-13
100.00
Jun-13
100.00
Sep-13
100.00
Des-13
100.00
Mar-14
100.00
Jun-14
100.00
Sep-14
100.00
Des-14
100.00
Mar-11
100.00
Jun-11
97.05
Sep-11
100.00
Des-11
100.00
Mar-12
95.23
Jun-12
100.00
Sep-12
90.76
5779339
28846
8240
5287855
110660
6213837
32792
8455
5839819
125599
6675588
137583
8049
6762954
467524
7600749
40506
7331
7273539
124656
8865267
46697
6829
8070831
129743
9568286
47638
6305
8675573
153779
10014608
181925
5482
9168014
566134
9017621
3872
3442
5117732
96884
9225765
2852
3268
5377000
108274
10220899
2835
3220
5825317
113464
16814695
12319
6559
11707087
190167
15890991
6820
5910
11685035
240217
16300706
5197
11734
12038627
216682
16425150
6623
10979
12260588
244440
16628898
6674
5956
12744400
221851
18221175
6232
5473
13686881
243747
17249648
7321
5577
13351032
266858
18221175
6232
5473
13686881
243747
17182013
6091
6127
13719642
237898
16542144
6471
6475
13699716
230903
16899528
6375
7403
14312464
262284
16731601
6536
9863
14181455
240799
17122206
7248
12346
14447818
275723
3925962
16515
35102
4124204
87268
3925689
17192
33796
3963625
80273
3529873
16796
32407
3866581
80986
3769656
66306
29848
3714547
307356
4027958
18504
29339
3809970
76777
3715909
18672
28138
3796340
85060
4546748
18759
28348
4125564
80991
167
AFB
AMIB
Des-12
93.84
Mar-13
91.68
Jun-13
96.42
Sep-13
100.00
Des-13
100.00
Mar-14
100.00
Jun-14
100.00
Sep-14
100.00
Des-14
100.00
Mar-11
93.70
Jun-11
100.00
Sep-11
87.01
Des-11
91.74
Mar-12
79.93
Jun-12
72.09
Sep-12
70.56
Des-12
70.90
Mar-13
66.78
Jun-13
68.23
Sep-13
79.44
Des-13
72.56
Mar-14
100.00
Jun-14
100.00
Sep-14
100.00
Des-14
100.00
Mar-11
100.00
Jun-11
100.00
Sep-11
100.00
Des-11
100.00
Mar-12
100.00
4681142
73384
25565
4289864
322947
5233306
18605
25236
4465389
80211
4585511
18828
23637
4618862
81256
4456212
17140
21313
4644554
80051
4401696
69048
18453
4784898
323408
4598094
18938
18667
4655620
79094
5519390
18876
17732
4808405
81655
5499078
19075
15499
4770784
85752
5477854
68326
13051
4774809
342256
1004917799
7086362
4415324
726050201
20868287
936305090
7152887
4323679
680232168
24297478
1090659995
6920363
4847325
936500793
26614476
1090659995
23966313
4847325
938024750
51257569
1193699936
6769691
4588075
988349205
27154637
1329977579
6886961
4330068
1177322449
25832013
1365488618
6384115
4030203
1266940195
26026855
1583472252
25630094
3715720
1480590537
102512874
1642033689
6159852
3360490
1411223206
31438145
1586696991
5648318
3046876
1445486558
22783164
1214543929
5510849
2715987
1578795858
18622255
1564472425
19125614
2421876
1648699828
106795758
1327888479
2801614
2149260
1627813567
28891666
964932675
4359082
2010470
1583272361
29064802
1258004720
4282476
1732689
1769335404
31711422
1166858047
15551451
1466759
1737481167
121073292
15249655
9421
654
13247076
972194
15765306
2444
603
13975275
253561
22834
33464
28807
528485
288677
17022558
2223
532
15345274
311946
19495327
2827
555
18200759
1243807
168
Jun-12
96.54
Sep-12
96.60
Des-12
94.49
Mar-13
100.00
Jun-13
95.92
Sep-13
98.14
Des-13
100.00
Mar-14
100.00
Jun-14
98.94
Sep-14
100.00
20727577
2827
523
19639511
358786
20727577
2746
523
19639511
354008
21666830
2629
496
19910438
384916
23211242
11757
479
21987307
1492948
22464900
3208
458
21715039
358786
23513832
2190
439
22321817
354008
22645390
2792
408
23183876
370065
25462501
10876
380
24445039
1565778
25164876
2499
367
24205564
411068
25382635
1800
342
24297554
375064