PERANCANGAN KOMUNIKASI VISUAL PERMAINAN EDUKASI “PENGENALAN PAKAIAN PERNIKAHAN DAERAH NUSANTARA” Yuni Christine Universitas Bina Nusantara, Jl. K.H. Syahdan No.9, Palmerah, (+62-31) 534-5830, 535-0660,
[email protected]
Sari Wulandari, S.Sn. Universitas Bina Nusantara, Jl. K.H. Syahdan No.9, Palmerah, (+62-31) 534-5830, 535-0660,
ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah untuk mengedukasi anak-anak untuk mengenal salah satu budaya Indonesia, yaitu mengenai pakaian pengantin adat nusantara dalam bentuk mainan, agar anak-anak memiliki rasa bangga dan cinta terhadap budaya Indonesia yang beragam.
Metode penelitian yang dipakai dalam perancangan komunikasi visual permainan edukasi “pengenalan pakaian pernikahan daerah nusantara” ini adalah berupa studi pustaka, observasi langsung di lapangan, wawancara dengan narasumber yang terkait dengan tema dalam pembahasan Tugas Akhir ini. Setelah data-data tersebut sudah terkumpul, maka digodok hingga menemukan suatu konsep atau ide untuk pembuatan visual.
Hasil penelitian yang dicapai ialah agar rancangan mainan ini mampu mengedukasi aak-anak tentang salah satu budaya Indonesia yaitu tentang pengenalan pakaian pernikahan daerah nusantara yang diaplikasikan dalam bentuk boneka kertas yang dapat dibongkar pasang.
Kesimpulan yang didapat dari bahasan yang diatas adalah dengan adanya mainan ini, maka target audience (anak-anak) akan diberikan informasi untuk menambah pengetahuan tentang budaya, salah satunya informasi mengenai pengenalan pakaian tradisional nusantara.
Kata kunci: Budaya Indonesia, Paper Dolls, Pakaian Adat, Pakaian Pernikahan Daerah Nusantara
ABSTRACT
The purpose of this study was to educate the children to get to know a culture of Indonesia, which is the traditional wedding dress archipelago in the form of toys, so children have a sense of pride and love for Indonesia's diverse culture.
The research method used in visual communication design educational games' introduction archipelago area wedding dress "is in the form of literature, direct observation in the field, interviews with informants related to the theme in the discussion of this Final. After the data is collected, then boiled to find a concept or idea for visual creation.
The results achieved in order to design this toy is able to educate the children about the culture of Indonesia is one of the top wedding dress introduction archipelago regions that are applied in the form of paper dolls that can be assembled.
The conclusion from the above discussion is the presence of these toys, the target audience (children) will be given information to gain knowledge about the culture, one of which information about the introduction of the traditional dress archipelago.
Keywords: Culture of Indonesia, Paper Dolls, Custom Apparel, Wedding Apparel Nusantara Region
PENDAHULUAN Seiring perkembangan ilmu dan teknologi yang semakin canggih dan modern, nilai-nilai luhur budaya Indonesia yang sudah lama dimiliki oleh suku-suku bangsa Indonesia cenderung bergeser ke arah budaya luar negeri yang mulai meng-globalisasi. Ancaman seperti ini harus dihadapi dengan meningkatkan ketahanan budaya masyarakat dengan cara meningkatkan rasa kecintaan dan kebanggaan terhadap kebudayaan bangsa. Dan salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan memperkenalkan budaya Indonesia sejak dini. Kenapa? Karena anak-anak merupakan generasi berikutnya terhadap masa depan yang berperan penting dalam pelestarian budaya agar tetap memiliki jati diri dan bertahan walaupun zaman terus berkembang.
Salah satu budaya Indonesia yang menarik adalah Pakaian Adatnya yang memiliki keunikan pada motif dan aksesoris yang dipakai. Pakaian Adat yang diangkat dalam pembahasan adalah Pakaian Pernikahan Daerah. Agar pengenalan Pakaian Pernikahan Daerah ini lebih menarik, maka diaplikasikan ke dalam sebuah permainan yang mengedukasi, karena dengan bermain, anak-anak akan menimbulkan kesenangan tersendiri.
METODE PENELITIAN Metode penelitian yang dilakukan adalah mencari data-data dari buku dan artikel internet sesuai dengan pembahasan ((budaya, pakaian tradisional nusantara dan mainan yang mengedukasi). Penelitian Tugas Akhir ini. Penulis juga melakukan wawancara dengan narasumber yang terkait, yaitu Bapak Singgih Irianto, selaku Kepala Museum Indonesia dan Bapak Drs. Sukiono, selaku Staff Pembantu Pimpinan Direktorat Pembinaan SD Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan RI.. Selain itu, akan dilakukan survei kepada target audience berupa kuisioner.
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil dari penelitian yang dilakukan oleh penulis adalah sebagai berikut. Pakaian Tradisional memiliki fungsi selain untuk pakaian sehari-hari, juga untuk upacara-upacara adat seperti untuk kelahiran, masa anak-anak dan remaja, penobatan raja atau kepala suku, pernikahan dan sebagainya. Fungsi pakaian tradisional yang akan dibahasi dalam penelitian ini adalah pakaian pengantin tradisional Nusantara yang memiliki motif serta aksesoris yang lebih mendetail. Provinsi untuk Pakaian Tradisional yang akan dibahas dalam mainan ini dikatergorikan berdasarkan 2 propinsi terluas dari pulau-pulau terbesar di Indonesia yang memiliki lebih dari dua provinsi (misalnya pulau Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi), sedangkan jika ada pulau memiliki dua propinsi, pilih salah satu pulau terbesar dan pulau mandiri. Berikut adalah 12 Propinsi tersebut: Pulau Sumatera (Sumatera Selatan (113.338 km2) - Palembang (Asean Gede) dan Sumatera Utara (72.981,23 km2) - Madina (Mandailing - Natal)), Pulau Jawa (Jawa Timur (47.922 km2) - Malang Keprabon dan Jawa Barat (34.816,916 km2) - Cirebon Kebesaran), Pulau Kalimantan (Kalimantan Timur (245.237,80 km2) - Kebesaran Dayak Kenyah dan Kalimantan Tengah (157.983 km2) - Tampung Tawar Tradisional), Pulau Sulawesi (Sulawesi Tengah (68.033,83 km2) – Kaili dan Sulawesi Selatan (62.482,54 km2) - Palu Bunting Mangkasara), Pulau Bali (5.734 km2) - Bali Agung, Pulau Nusa Tenggara (Nusa Tenggara Timur (48.718,10 km2) - Tetun (Timor)), Maluku (705.643 km2) - Kepulauan Yanimbar Keii, Papua (309.934,4 km2) – Biak.
Menurut Bapak Drs. Sukiono, selaku Staff Pembantu Pemimpin Direktorat Pembinaan SD Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan RI, pengenalan Budaya lebih baik jika dilakukan diusia dini. Karena pada saat itu, sang anak dengan polosnya akan menelaah dengan baik serta akan menurut dan mau melakukan apa yang Ia lihat dan dengar dari lingkungan sekitar. Saat itulah, pihak keluarga atau guru harus membimbing sang anak agar memiliki sifat berbudi dan timbul rasa bangga terhadap budaya Indonesia yang beraneka ragam. Jika sifat luhur tersebut dipupuk sejak dini, maka anak-anak akan terbiasa dengan sifat baik tersebut dan terbawa hingga dewasa. Itu sebabnya, sang anak akan menjadi penerus generasi berikutnya untuk terus mencintai budaya bangsa dan melestarikannya agar tidak termakan oleh zaman. Tahapan belajar anak berbeda, sesuai tingkat usia dan tingkat kelasnya di sekolah. Pada tingkat kelas 1-3 SD, para siswa hanya diajarkan topik yang masih berkaitan dilingkungan diri sendiri dan keluarga. Selain itu, metode pelajarannya masih belum terlepas dari TK, terutama kelas 1 yang sangat tematik. Untuk
pengenalan hal apa pun yang ada disekitar, lingkungan dan wawasan sejak dini secara tematik, lebih efektif jika dilakukan untuk tingkat Sekolah Dasar kelas 1-3 SD. Misalnya topik pengenalan hewan yang disertai keterangan ciri khas rupa hewan tersebut (ini gajah, ini jerapah, ini angsa), begitu pula dengan pengenalan budaya, misalnya khusus busana pengantin daerah nusantara (ini busana pengantin dari Aceh, ini dari Riau, ini dari Jawa).
Produk memiliki SWOT, yaitu: •
Strength: Mainan ini merupakan salah satu pendukung belajar anak agar mengenal salah satu budaya Indonesia, yaitu busana pengantin daerah nusantara dan suku di Indonesia. Jadi, diharapkan anakanak semakin tumbuh rasa cinta budaya tanah air. Melatih daya ingat yang dibantu dengan visual tentang pakaian pengantin daerah nusantara.
•
Weakness: Paper Dolls mudah tercecer, bahkan bisa hilang jika tidak bisa dijaga dengan baik-baik. Pakaian pengantin daerah nusantara yang disajikan tidak lengkap (33 Propinsi di Indonesia).
•
Opportunity: Mainan ini tidak mengenal gender, anak laki-laki juga dapat memainkannya karena mainan ini bersifat edukatif. Masih minimnya mainan edukasi yang mengusung topik pengenalan busana pengantin daerah nusantara secara khusus dipasaran.
•
Threat: Masih minimnya mainan edukasi yang mengusung topik pengenalan busana pengantin daerah nusantara secara khusus dipasaran.
Target Audience untuk mainan ini adalah diutamakan anak-anak berusia 7-9 tahun, SES B. Memiliki sifat yang ceria, cermat, memiliki rasa ingin tahu yang besar, kreatif, senang, bermain dan bereksplorasi serta memiliki daya ingat yang tinggi.
Sedangkan berikut adalah hasil strategi kreatif yang didapat dari analisa penelitian. Lemari Bhinneka adalah Big Idea-nya, dengan keyword: Budaya, boneka bongkar pasang (Paper Dolls), APE (Alat Peraga Edukasi, Pakaian adat, Pakaian Pengantin Adat Nusantara, Bhinneka Tunggal Ika, bermain.
Tone and Manner lebih kearah fun, namun tetap menampilkan mood tradisionalnya. Hal ini dapat terlihat pada hasil visualnya sebagai berikut.
Logo Produk Mainan ini memiliki logo. Dalam pembuatan logo, perlu memiliki identitas berupa nama yang mencerminkan fungsi produk dan unik. Karena berupa mainan boneka kertas yang pakaian dan aksesorisnya dapat di bongkar pasang, dibutuhkan tempat untuk menyimpan pakaian. Salah satunya adalah Lemari. Karena membahas busana tradisional nusantara, maka ada kaitannya dengan Bhinneka Tunggal Ika. Jika digabung, maka penamaan yang tepat dalam produk ini adalah “Lemari Bhinneka”.
Gambar 1 Logo Produk
Logo menggambarkan burung garuda sebagai simbol pancasila yang merupakan simbol ideologi Indonesia, sambil mencengkram pita bertuliskan “Lemari Bhinneka”. Secara keseluruhan, burung garuda di stilasi menyerupai gantungan pakaian. Dipinggir logogram, terdapat garis putus-putus berwarna kuning karena produk berupa paper dolls yang biasanya ada batas garis putus-putus sebelum di cutting.
Warna yang digunakan yaitu merah yang melambangkan salah satu warna bendera Indonesia yang berani dan semangat, juga dipadukan dengan kuning yang bersifat kegembiraan, ceria. Font yang digunakan pada logotype ‘Lemari Bhinneka’ adalah Anja Eliane yang bersifat karakter anak-anak yang tidak terlalu kaku.
Karakter Boneka Kertas Boneka kertas terdiri dari 8 pasang (pria-wanita) dengan ciri-ciri fisik karakternya mewakili propinsi Sumatera, Jawa, Bali, Sulawesi, Kalimantan, Maluku, Timor.
Gambar 2 Karakter Paper Dolls
Pakaian Pernikahan Tradisional Nusantara dan Aksesorisnya
Gambar 3 Pakaian Pernikahan Tradisional yang terdapat di Lemari Bhinneka
Keterangan gambar: 1. Sumatera Utara - Mandailing Natal, 2. Sumatera Selatan – Palembang Asean Gede, 3. Jawa Barat – Cirebon Kebesaran, 4. Jawa Timur – Malang Keprabon, 5. Kalimantan Tengah – Tampang Tawar Tradisional, 6. Kalimantan Timur – Kebesaran Dayak Kenyah Lepok Tau, 7. Sulawesi Tengah – Kaili, 8. Sulawesi Selatan – Palu Bunting Mangkasara, 9. Bali, 10. Maluku – Kepulauan Tanimbar Kei, 11. Papua – Biak, 12. Nusa Tenggara Tiur – Tetun (Timor).
Peta Bhinneka
Gambar 4 cover Peta Bhinneka
Gambar 5 Peta Bhinneka (baliknya cover)
Kemasan (packaging)
Gambar 6 cover depan kemasan
Gambar 7 cover depan kemasan jika diselipkan Peta Bhinneka
Gambar 8 cover depan kemasan
Gambar 9 cover belakang kemasan
secara utuh
Gambar 10 Display Lemari Bhinneka ketika dibuka
Media Promosi: Poster, Magazine Print Ads, X-banner
Gambar 11 Desain Poster dan Print Ads
Gambar 12 X-banner
Media Souvenir: Notebook dan Pin
Gambar 13 Notebook
Gambar 14 Pin
Paperbag
Gambar 5.16 Notebook Lemari Bhinneka
SIMPULAN DAN SARAN Dengan adanya Perancangan Komunikasi Visual Permainan Edukasi Pengenalan Pakaian Pernikahan Daerah Nusantara ini, maka akan menambah wawasan target audience (anak-anak) tentang salah satu budaya Indonesia yang patut dilestarikan dan dibanggakan. Dengan memperkenalkan budaya Indonesia, maka akan terpupuk rasa bangga mereka sejak dini, dan akan terbawa hingga dewasa.
Diharapkan masyarakat Indonesia khususnya, tidak hanya anak-anak saja yang perlu dipupuk rasa bangga terhadap budaya Indonesia. Pentingnya edukasi tentang budaya, salah satunya adalah pakaian adat ini terhadap anak-anak. Maka, orangtua juga ikut berperan penting dalam memilih mainan yang baik untuk mengedukasi anak-anak, terutama tentang budaya.
REFERENSI Rustan, Surianto. (2009). Mendesain Logo. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Hornung, David. (2005). Colour: A workshop for Artists and Designers. London: Laurence King Publishing Ltd.
Calver, Giles. (2004). What is the Packaging Design? Switzerland: RotoVision SA.
Rustan, Surianto. (2008). Layout, dasar dan penerapannya. Jakarta: Percetakan PT Gramedia.
RIWAYAT PENULIS Yuni Christine lahir di Cikarang tanggal 30 Juni 1989. Penulis menamatkan pendidikan S1 di Bina Nusantara University School of peminatan New Media pada periode 2012-2013. Penulis pernah kerja praktek (magang) di Max3 Tv Cable sebagai illustrator dalam project pembuatan animasi yang akan tayang di Max3 Kids.