PERANCANGAN KOMUNIKASI VISUAL ANIMASI PENDEK "THE OLD MAN WHO MADE THE DEAD TREES BLOSSOM" LILIANA Jln. Mangga Besar 4R no.75, Jakarta Barat 11150 08179874014,
[email protected] Drs. Bambang Gunawan Santoso ; Tunjung Riyadi, S.Sn., M.Sn
ABSTRACT The purpose of the research is to make a short animation movie based on a Japanese folktale with an interesting story and a good morale lesson so that it can inspire the audience in their daily activities. The method of design that used in this essay are formulate the problems, literature study, and area observation. The result will be a short animation film with morale message that could be used by audience, with an interesting visual style and suits for children. The conclusion are hope this short animation film can entertain the audience also hope the audiece could get and use the morale mesage in the story for their daily activities. Keywords : animation, short film, folktale, The Old Man Who Made the Dead Trees Blossom, Japan, Japanese folktale, Hanasaka Jiisan, Hanasaka Jii-san.
ABSTRAK Tujuan penelitian ini ialah untuk membuat film animasi pendek diadaptasi dari dongeng Jepang yang memiliki cerita menarik dengan moral yang bagus supaya dapat menginspirasi penonton dalam kegiatan sehari-harinya. Metode perancangan yang digunakan dalam penyusunan skripsi ini adalah dengan merumuskan masalah, melakukan studi pustaka, dan observasi lapangan. Hasil yang dicapai adalah sebuah produk film animasi pendek yang memiliki pesan moral yang dapat diterapkan oleh para penonton, dengan visual yang menarik dan cocok untuk anak-anak. Simpulan, diharapkan film animasi pendek ini dapat menghibur penontonnya, serta diharapkan penonton mampu menyerap dan menerapkan pesan moral yang terdapat di film pendek ke dalam kehidupan sehari-hari.(L). Kata kunci: animasi, film pendek, dongeng, Kakek Penumbuh Bunga, Jepang, dongeng Jepang, Hanasaka Jiisan, Hanasaka Jii-san.
PENDAHULUAN Setiap negara, termasuk Indonesia kaya dengan cerita dongeng. Dongeng masing-masing negara memiliki cerita khas tersendiri sesuai dengan tempat dan adat istiadat dari negara tersebut. Dongeng tersebut masih dikenal hingga masa kini dan sering dijadikan sebagai pengantar tidur atau bahan pelajaran di sekolah. Walaupun negara asal dan ceritanya berbeda, setiap dongeng memiliki beberapa kesamaan, yaitu mengandung unsur hiburan dan memiliki pesan moral yang dapat menjadi pembelajaran bagi para pembacanya. Hal tersebut menunjukan bahwa dongeng memiliki fungsi yang
sama di setiap negara, yaitu sebagai hiburan dan media untuk menyampaikan pelajaran kepada masyarakat, terutama anak-anak. Saat ini di Indonesia telah banyak beredar buku-buku dongeng yang tidak hanya berasal dari Indonesia, tetapi juga berasal dari negara lain seperti Jepang, Korea, Perancis, dan lain-lain. Diantara dongeng Jepang yang ada sekarang, dongeng "Kakek Penumbuh Bunga" atau yang bahasa Inggrisnya "The Old Man Who Made the Dead Trees Blossom" sangat langka ditemukan saat ini. Padahal dongeng "Kakek Penumbuh Bunga" ini memiliki cerita yang menarik serta pesan moral yang baik. Selain itu, tontonan di televisi masa kini pun ceritanya tidak mendidik dan tidak sesuai anak-anak. Oleh karena itu, penulis ingin mengambil kesempatan ini untuk membuat film animasi pendek dari dongeng berjudul "Kakek Penumbuh Bunga" yang berasal dari Jepang. Dongeng "Kakek Penumbuh Bunga" memperlihatkan perbedaan yang kontras antara hasil perbuatan baik dan buruk. Dimana perbuatan yang baik pasti menghasilkan buah yang baik, dan perbuatan yang buruk pasti akan berakhir buruk juga. Dongeng ini juga mengajarkan bahwa untuk memperoleh hal yang baik kita harus berusaha. Selain itu penulis melihat belum banyak media yang mengangkat cerita ini, sehingga penulis tertarik untuk mengangkat cerita ini menjadi sebuah animasi pendek. Alasan penulis memilih untuk membuat cerita ini menjadi animasi pendek dan bukan kategori lain adalah karena cerita yang diangkat berasal dari dongeng pendek, jadi kategori yang pas adalah animasi pendek. Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis merumuskan beberapa poin menjadi masalah, yaitu jarang ditemukannya dongeng "Kakek Penumbuh Bunga" di toko buku saat ini, padahal ceritanya menarik dan memiliki pesan moral yang baik. Serta tontonan di televisi sekarang yang menyajikan tema-tema percintaan dan tragedi yang kurang bahkan tidak mendidik untuk anak-anak. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menciptakan animasi pendek yang unik dan menghibur untuk ditonton, terutama oleh anak-anak, dan juga untuk mengeksplor dongeng Jepang yang memiliki cerita unik dan langka di Indonesia sekarang ini. Penulis berharap animasi pendek ini bermanfaat untuk memberikan edukasi budi pekerti yang terkandung di dalam cerita kepada penonton agar dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Teori yang penulis gunakan dalam pembuatan animasi ini adalah Dale's Cone of Experience, teori dongeng, teori 12 prinsip dasar animasi, teori warna, teori komposisi, teori karakter desain yang lucu. Penulis juga menggunakan teori fisiologis lansia sebagai teori penunjang, karena pembuatan karakter kakek dan nenek. Dari 12 prinsip dasar animasi yang ada, prinsip-prinsip yang banyak digunakan penulis adalah staging, follow through, dan solid drawing. Teori warna berguna dalam membantu penulis untuk mebangun mood dalam film. Teori komposisi penulis gunakan untuk menentukan komposisi visual dan angle kamera yang menarik. Teori karakter desain yang lucu berguna dalam pembuatan desain karakter, karena target penonton penulis adalah anak-anak, penulis membuat desain karakter yang lucu supaya sesuai ditonton oleh anak-anak. Teori fisiologis lansia berguna pada saat menggambar pose karakter, karena karakter di film pendek penulis adalah kakek-kakek dan neneknenek.
METODE PENELITIAN Metode penelitian penulis dapat dibagi menjadi 3 bagian, yaitu pre-produksi, produksi, dan postproduksi. Pada tahap pre-produksi, penulis melakukan 5 metode, yaitu brainstroming, riset, pembuatan naskah, desain karakter, serta membuat storyboard. Pada metode brainstroming, penulis mencari ide cerita dan dongeng yang akan penulis angkat menjadi animasi pendek. Setelah itu penulis melakukan riset mengenai dongeng yang beredar di toko buku sekarang ini. Dari hasil riset tersebut akhirnya penulis memilih untuk mengangkat dongeng "Kakek Penumbuh Bunga" untuk dijadikan film animasi pendek karena dongeng tersebut sulit ditemukan di toko buku sekarang, padahal ceritanya menarik dan mengandung pesan moral yang baik. Setelah itu penulis menuliskan naskah film dari dongeng tersebut. Kemudian penulis membuat desain karakter dan melakukan survey terhadap desain karakter yang telah dibuat. Metode berikutnya adalah pembuatan storyboard, yaitu menggambarkan plot cerita animasi yang akan dibuat sehingga memudahkan proses pembuatan animasi.
Pada proses produksi, penulis melakukan 4 metode, yaitu, ilustrasi, rekaman suara, animasi, dan lighting dan rendering. Pada tahap Ilustrasi, penulis menggambar semua ilustrasi yang akan digunakan di dalam film animasi, pada tahap rekaman suara, penulis merekam audio narasi yang akan digunakan di dalam film. Setelah itu penulis melakukan penganimasian lembaran pop up dengan menggunakan software 3ds max sesuai dengan storyboard yang telah dibuat oleh penulis. Setelah itu penulis memberikan lighting dan melakukan rendering untuk selanjutnya digunakan untuk proses post-produksi. Dalam proses post-produksi, penulis melakukan 3 metode, yaitu compositing dan editing, pemberian audio, dan final render. Pada tahap compositing dan editing, penulis menggabungkan hasil render dalam tahap produksi dan memberikan efek dalam filmnya. Setelah itu penulis menambahkan audio suara narasi, musik latar, serta sound effect. Setelah itu film akan di-render menjadi sebuah film animasi utuh.
HASIL DAN BAHASAN 1. Desain Title Untuk desain judul film ini, penulis menggunakan font "Shrimp Fried Rice No 1" yang memiliki kesan Jepang. Karena judulnya yang panjang, komposisinya disusun sedemikian rupa supaya enak dilihat. Tulisan "-Japanese Folktale-" pada judul bertujuan untuk menginformasikan kepada pemirsa bahwa cerita ini diangkat dari dongeng Jepang, disertai dengan tiga kelopak bunga sakura di sisi kanan dan tiga simbol bunga sakura kecil di kiri bawah yang bertujuan untuk memberikan balance kepada komposisi judul. Penulis banyak menggunakan warna pink di judul karena terinspirasi dari warna bunga sakura yang ada di dalam cerita ini, sedangkan untuk "Japanese Folktale-" penulis menggunakan warna orange yang menandakan bahwa "-Japanese Folktale-" hanyalah pelengkap dari judul tersebut.
Gambar 1 Desain Title 2. Visualisasi Karakter a. Karakter Utama 1) Pochi Pochi merupakan anjing liar yang kemudian dirawat dan dipelihara oleh Kakek dan Nenek baik. Pochi merupakan anjing jenis Shiba inu. Pochi berwarna putih karena dalam cerita rakyat Jepang, hewan putih dianggap sebagai suruhan dewa atau jelmaan dewa itu sendiri. Karena Pochi berwarna putih, penulis menggunakan outline abu-abu tua untuk Pochi.
Gambar 2 Visualisasi Karakter Pochi
2) Kakek Baik Kakek baik merupakan kakek yang merawat Pochi. Kakek baik menggunakan kimono berwarna hijau, hakama berwarna hijau tua, dan topi berwarna merah yang selalu mengarah ke atas. Karena warna pada Kakek baik banyak menggunakan warna hijau, penulis memilih hijau tua untuk outline Kakek baik.
Gambar 3 Visualisasi Karakter Kakek Baik Hati
Gambar 4 Visualisasi Karakter Kakek Baik Hati
3) Nenek Baik Nenek baik menggunakan kimono berwarna merah, celemek berwarna jingga, dan penutup kepala berwarna merah muda. Karena mayoritas nenek menggunakan warna merah muda, penulis menggunakan merah tua sebagai outline-nya.
Gambar 5 Visualisasi Karakter Nenek Baik Hati
4) Kakek Jahat Kakek jahat menggunakan pakaian serba biru dengan topi yang selalu mengarah ke bawah, dan memiliki jenggot. Karena mayortias Kakek jahat berwarna biru, outline yang digunakan berwarna biru tua.
Gambar 6 Visualisasi Karakter Kakek Jahat
b. Karakter Pendukung 1) Penduduk Desa Merupakan warga yang tinggal di sekitar rumah Kakek Nenek baik hati dan Kakek jahat.
Gambar 7 Visualisasi Karakter Penduduk Desa
2) Bangsawan Bangsawan yang merasa senang dan kagum dengan bunga sakura yang dimekarkan oleh Kakek baik hati. Ia membawa kipas yang bergambar bendera Jepang.
Gambar 8 Visualisasi Karakter Bangsawan
3) Pengawal Bangsawan Para pengawal yang bertugas mengawal si bangsawan, wajah mereka tertutupi oleh topi mereka.
Gambar 9 Visualisasi Karakter Pengawal Bangsawan
3. Visualisasi Environment Berikut ini visualisasi environmet dalam film "The Old Man Who Made the Dead Trees Blossom"
Gambar 10 Visualisasi Environment
Gambar 11 Visualisasi Environment
4. Visualisasi Scene Berikut ini beberapa contoh klip dari film animasi pendek " The Old Man Who Made the Dead Trees Blossom ". Buku pop-up ini berada di dalam sebuah ruangan bernuansa Jepang.
Gambar 12 Beberapa Contoh Klip dari Film "The Old Man Who Made the Dead Trees Blossom"
5. Poster Untuk poster, penulis menampilkan salah satu adegan dari film ini, yaitu adegan dimana si Kakek baik sedang menabur abu dan dari pohon mati bermekaran bunga sakura. Di sekelilingnya ada Nenek baik, bangsawan dan para pengawalnya yang menyaksikan sakura yang dimekarkan oleh Kakek baik. Di sudut kiri atas poster terdapat Kakek jahat yang mengintip dari balik pohon dengan wajah tidak senang karena ia iri dengan pujian dan hadiah yang didapat Kakek baik dari si Bangswan. Penulis memilih untuk mengangkat adegan ini menjadi poster dan bukan adegan yang lain adalah karena adegan ini merupakan adegan khas yang hanya terdapat dalam dongeng ini dan tidak ada di dongeng maupun cerita lainnya, yang juga mencerminkan judulnya "The Old Man Who Made the Dead Trees Blossom".
Gambar 13 Poster " The Old Man Who Made the Dead Trees Blossom "
6. X-Banner Berikut ini desain X-Banner untuk film animasi pendek "The Old Man Who Made the Dead Trees Blossom":
Gambar 14 X-Banner "The Old Man Who Made the Dead Trees Blossom"
7. Merchandise Penulis membuat beberapa merchandise sebagai pelengkap display dari film "The Old Man Who Made the Dead Trees Blossom", yaitu berupa notebook, pembatas buku, stiker, magnet kulkas, paperclip, boneka flanel, pin, gantungan kunci akrilik, kalender, dan tumblr.
Gambar 15 Merchandise "The Old Man Who Made the Dead Trees Blossom"
SIMPULAN DAN SARAN Diantara buku dongeng Jepang yang beredar di toko buku sekarang ini, buku dongeng "Kakek Penumbuh Bunga" sangat jarang ditemukan, padahal dongeng "Kakek Penumbuh Bunga" ini memiliki cerita yang menarik serta memberi pembelajaran moral yang baik untuk anak-anak. Selain itu sekarang ini sangat kurang tontonan di Indonesia yang mendidik dan memberikan pembelajaran moral di dalamnya. Hampir semua tontonan di Indonesia bertema tentang percintaan yang tidak sesuai untuk anak-anak. Dengan alasan tersebut penulis memutuskan untuk membuat animasi pendek dari dongeng "Kakek Penumbuh Bunga". Dengan majunya teknologi, animasi kini menjadi salah satu media komunikasi kreatif. Film "The Old Man Who Made the Dead Trees Blossom" ini memperlihatkan perbedaan yang kontras antara hasil dari perbuatan baik dan buruk. Penulis berharap film animasi ini dapat menjadi media alternatif pembelajaran moral untuk anak-anak dalam bertindak di kehidupan sehari-harinya. Secara pengalaman, mungkin Penulis belum kaya, tetapi Penulis memiliki beberapa saran seputar pengerjaan animasi untuk bidang akademik, khususnya tugas akhir. Dalam pengerjaan animasi ini, baik dalam tahap pre-production, production, dan pra-production, kita harus menyusun perencanaan target dan konsisten dengan target tersebut. Target yang dibuat pun harus realistis dan sesuai dengan kemampuan diri kita sendiri. Setiap waktu yang dimiliki harus dimanfaatkan dengan baik, karena untuk menghasilkan animasi yang baik dibutuhkan waktu yang tidak sedikit. Yang terpenting dalam pembuatan animasi adalah kesabaran dan ketelatenan dalam proses pengerjaannya.
REFERENSI Dameria, Anne. (2007). Color Basic Paduan Dasar Warna untuk Desainer & industri Grafika. Jakarta: Link & Match Graphic. Hirata, Shogo. (1991). Kakek Penumbuh Bunga. Jakarta: PT Gramedia. Thomas, Frank, & Ollie Johnston. (1981). The Illussion of Life Disney Animation. New York: Walt Disney Production. Williams, Richard. (2001). The Animator's Survival Kit. London: Faber and Faber. Fivaundra, Chrizandia. (2013). Perancangan Komunikasi Visual Film Animasi Pendek "Si Singa dan Si Tikus". Disertasi tidak diterbitkan. Jakarta: Universitas Bina Nusantara. Bilash,
Olenka. (2011). Dale's Cone of Experience, diakses 28 Juli 2014 dari http://www.educ.ualberta.ca/staff/olenka.Bilash/best%20of%20bilash/dalescone.html Cahyono, Edi. (2009). Sekilas Tentang Film Pendek, diakses 14 Maret 2014 dari http://filmpelajar.com/tutorial/sekilas-tentang-film-pendek Halman, Sri Utami. (2012). Perkembangan Fisik Dewasa & Lansia, diakses 23 Juli 2014 dari http://utamitamii.blogspot.com/2012/09/perkembangan-fisik-dewasa-lansia_16.html Maryati, Rudi & Agam. (2008). Manfaat dan Kekuatan Dongeng pada Psikologi Anak, diakses 19 Februari 2014 dari http://www.ubb.ac.id/menulengkap.php? judul=Manfaat%20dan%20Kekuatan%20Dongeng%20pada%20Psikologi%20Anak&&nom orurut_artikel=194 Nofalita. (2009). Kegiatan Mendongeng, diakses 30 Juli 2014 dari http://lontar.ui.ac. id/file?file=digital/127134-RB13N306k-Kegiatan%20mendongeng-Literatur .pdf Preuss, Sascha. (2010). The Elements of Cute Character Design, diakses 15 Maret 2014 dari http://design.tutsplus.com/articles/the-elements-of-cute-character-design--vector-3533 Trihanondo, Donny, & Freddy Yusanto. Teknik dan Komposisi Fotografi /Sinematografi, diakses 14 Maret 2014 dari http://blog.poetrafoto. com/wp-content/uploads/2011/06/Teknik-DasarKomposisi-Fotografi-Sinematografi-final1.pdf Wahyuningsih, Merry. (2011). Warna Bisa Pengaruhi Psikologis Anak, diakses 18 Februari 2014 dari http://health.detik.com/read/2011/04/14/120159/1617042/ 764/warna-bisa-pengaruhipsikologis-anak Wijanarko, Lizard. (2010). Teori Warna, diakses 19 Juli 2014 dari http://www.ahlidesain.com/teoriwarna.html
Zein, Anastasha Oktavia Sati. (2013). Kemunduran Fisiologis Lansia dan Pengaruhnya Terhadap Keselamatan di Kamar Mandi, diakses 22 Juli 2014 dari http://www.stdi.ac.id/kemunduranfisiologis/
RIWAYAT PENULIS Liliana lahir di Jakarta pada tanggal 21 November 1992. Penulis menamatkan pendidikan S1 di Universitas Bina Nusantara dalam bidang Desain Komunikasi Visual Program Animasi pada tahun 2014.