PERANCANGAN KOMUNIKASI VISUAL ANIMASI FILM PENDEK "THE GATOT KACA" Willy Andrean Universitas Bina Nusantara Jln. K.H. Syahdan no.9, Kemanggisan, Jakarta Barat 11480
[email protected] Dermawan Syamsuddin, S.Sn Arik Kurnianto, S.Sn., M.T.
ABSTRAK
The goal of research in visual communication design is how to create a short animated film that aims to preserve the local culture and build awareness of child nutrition in Indonesia. To conduct the study, the writer using research methods by finding various information about Gatot Kaca through the internet and books. From these studies, the results to be achieved by the writer is to produce work of short animated films that are beneficial to the audience and participate in preserving the culture of Indonesia. This short film is expected to be able to deliver a moral message and increasing public awareness about the animation with the local culture. Tujuan penelitian dalam perancangan komunikasi visual ini adalah bagaimana membuat film animasi pendek yang bertujuan untuk melestarikan budaya lokal dan membangun kesadaran gizi anak Indonesia. Untuk melakukan penelitian tersebut, penulis menggunakan metode penelitian dengan cara mencari berbagai informasi seputar Gatot Kaca melalui media internet maupun buku. Dari penelitian tersebut, hasil yang dicapai penulis ialah menghasilkan karya film animasi pendek yang bermanfaat bagi penonton serta turut serta dalam melestarikan budaya Indonesia. Diharapkan film pendek ini mampu memberikan pesan moral serta meningkatkan kepedulian masyarakat tentang animasi dengan budaya lokal.
Kata Kunci: Gatot Kaca, Animasi Pendek, Fiksi, Budaya Lokal
PENDAHULUAN Wayang merupakan salah satu bentuk kesenian di Indonesia yang sudah ada dari jaman dahulu. Wayang berkembang dan berpusat di wilayah pulau Jawa dan Bali dengan pengaruh kebudayaan Hindu. Gatot Kaca merupakan salah satu tokoh dalam cerita epik Mahabharata, putra Bimasena (Bima) atau Wrekodara dari keluarga Pandawa. Ibunya bernama Hidimbi (Harimbi), berasal dari bangsa rakshasa. Gatotkaca dikisahkan memiliki kekuatan luar biasa. Di Indonesia, Gatotkaca menjadi tokoh pewayangan yang sangat populer. Misalnya dalam pewayangan Jawa, ia dikenal dengan sebutan Gatutkaca. Kesaktiannya dikisahkan luar biasa, antara
lain mampu terbang di angkasa tanpa menggunakan sayap, serta terkenal dengan julukan "otot kawat tulang besi". Di era modern saat ini, banyak masyarakat Indonesia khususnya remaja yang lebih senang mengkonsumsi komik-komik atau film animasi buatan luar, seperti buatan Jepang (Anime Manga) dan Barat (Marvel, DC Comics,dll) daripada buatan lokal Indonesia. Kebudayaan asli Indonesia sendiri sedikit demi sedikit mulai ditinggalkan karena pengaruh dari luar negeri. Oleh sebab itu, penulis ingin membuat sebuah film animasi pendek yang mengisahkan tentang seorang Gatot Kaca yang suka memilih-milih makanan dan akhirnya mendapatkan pelajaran dari perbuatannya sebagai pesan moral yang disampaikan. Diharapkan dari film animasi pendek ini, masyarakat dapat menghargai film animasi lokal serta kebudayaan Indonesia yang tidak kalah dari budaya negara lain dan mulai memperhatikan kesadaran gizi anak Indonesia. Teori yang penulis pakai adalah teori desain komunikasi visual, teori animasi dan prinsip dasar animasi. Untuk dapat menyampaikan pesan moral yang diinginkan oleh penulis, maka digunakan teori desain komunikasi visual yang menyampaikan pengertian desain komunikasi visual, yaitu seni menyampaikan pesan (arts of commmunication) dengan menggunakan bahasa rupa (visual language) yang disampaikan melalui media berupa desain yang bertujuan menginformasikan, mempengaruhi hingga merubah perilaku target audience sesuai dengan tujuan yang diinginkan. Pembuatan film animasi pendek ini, penulis menggunakan teknik animasi 2D, dimana animasi dibuat secara manual menggunakan teknik gambar secara manual menggunakan wacom atau pen tablet, digambar frame per frame, dan kemudian proses coloring dan editing menggunakan software Adobe Photoshop dan SAI. Prinsip dasar yang penulis pakai adalah 12 prinsip animasi, yaitu (1) solid drawing; (2) timing and spacing; (3) squash and stretch; (4) anticipation; (5) slow in and slow out; (6) arcs; (7) secondary action; (8) follow through andoverlaping action; (9) straight ahead and pose to pose; (10) staging; (11) appeal; (12) exaggeration. Dari keduabelas prinsip animasi tersebut, prinsip yang paling dititikberatkan oleh penulis adalah appeal (berkaitan dengan daya tarik visual dalam animasi), staging (bagaimana ‘lingkungan’ dibuat untuk mendukung suasana atau ‘mood’ yang ingin dicapai dalam sebagian atau keseluruhan scene) dan solid drawing (kemampuan gambar yang baik dan benar).
METODE PENELITIAN Metode penelitian di sini penulis bagi menjadi tiga bagian, yaitu pre-produksi, produksi, dan postproduksi. Pada proses pre-produksi penulis melakukan metode pengumpulan data. Dalam pengumpulan data dilakukan studi desain. Penulis mengumpulkan data-data mengenai film animasi pendek internasional maupun lokal dan juga penulis mencari referensi visual tentang Gatot Kaca. Kemudian dari animasi-animasi tersebut, penulis akan melakukan penelitian mengenai elemenelemen dari animasi-animasi tersebut yang dapat menjadi dasar dalam pembuatan animasi pendek ini. Hasil visual yang dipakai juga dibuat sedemikian rupa sehingga memiliki kemiripan dengan looks dari visual Gatot Kaca yang asli. Sedangkan dalam eksplorasi konsep, penulis melakukan tiga tahapan, yaitu, pembuatan desain karakter, pembuatan storyboard, dan pembuatan script. Pada proses produksi, penulis menggunakan dua tahap yaitu sketching dan coloring. Dalam proses sketching, penulis memakai wacom/pen tablet sebagai media untuk menggambar dan memakai software SAI yang biasa digunakan untuk illustrating. Sebelum menggambar karakter, penulis menggambar background terlebih dahulu untuk digunakan dalam tiap scene. Setelah semua selesai, baru dimulai proses pewarnaan. Pada proses postproduksi, terdapat 3 tahap yaitu menggabungkan semua scene, memasukkan suara dubbing, efek, dan musik backsound,dan kemudian semua diedit dan dirender untuk hasil final
HASIL DAN BAHASAN Penulis mengumpulkan referensi animasi -animasi jepang dan film layar lebar yang menginspirasi penulis, yang bertujuan untuk menganalisa animasi dan film tersebut guna mencari referensi bentuk serta watak.
Dalam animasi "The Gatot Kaca" ini, penulis mencari referensi watak dari beberapa animasi yang sudah terkenal. Gatot Kaca kecil memiliki sifat yang pemberontak dan penakut. Referensi perwatakan karakter Gatot Kaca kecil diambil dari :
Tokoh "Naruto" dari animasi Jepang "Naruto" Karakter utama Anime Naruto. Ia digambarkan sebagai bocah berambut pirang dan bermata biru. Naruto tumbuh menjadi pemuda yang ceria, optimis, dan pemberani.
Tokoh Nobita dari film animasi Jepang "Doraemon" Nobita digambarkan sebagai bocah SD berkacamata yang penuh ingin tahu, ceroboh, dan sering bertindak bodoh. Ia juga lebih menyukai membaca komik daripada belajar
Tokoh "Russell" di Film Animasi "Up" buatan Pixar Gambar di atas adalah penggambaran tokoh Russel di film animasi "Up". Russel adalah seorang pramuka berumur 8 tahun di film animasi "Up". Ia memiliki sifat yang bersemangat.
Referensi bentuk Gatot Kaca :
Beberapa penggambaran tokoh Gatot Kaca dari berbagai versi Gambar diatas merupakan penggambaran tokoh Gatot Kaca dari berbagai versi, yaitu versi chibi dan versi manusia. Penulis memilih style chibi sebagai penggambaran dalam film animasi "The Gatot Kaca" ini karena dianggap lebih simple dan menarik untuk anak-anak dimana sebagai target audience dari film animasi ini. Dalam pemilihan warnanya akan diambil warna-warna yang cerah karena berada di atas awan seperti warna biru muda dan putih, serta warna-warna kelabu, kecoklatan untuk meggambarkan situasi kelam dan suram dalam dunia buku. Berikut beberapa contoh referensi visual style yang akan digunakan pada film animasi pendek ini:
Visual Style Karakter Anime Chibi
Visual Style Langit
Visual Environment
Visual Gerobak Bakso
Dari studi desain tersebut, melalui pengamatan dan eksplorasi desain, penulis mendapatkan hasil desain sebagai berikut: Untuk Desain Title, penulis menggunakan font Birch Std dengan pewarnaan kuning keemasan, yang menggambarkan si Gatot Kaca kecil yang memakai aksesoris berwarna kuning keemasan serta melambangkan kehidupan kesehariannya. Bayangan Hitam Gatot Kaca kecil menunjukan visual penampakan dari sang Gatot Kaca kecil dan melambangkan kekelaman di dunia dalam buku ajaib.
Title "The Gatot Kaca"
Pada visualisasi karakter, penulis pertama-tama membuat sketsa desain karakter yang disesuaikan dengan watak tiap karakter. Gatot Kaca kecil yang berusia 10 tahun ini digambarkan sebagai anak kecil yang pembantah dan suka memilih-milih makanan. Desain karakter dengan mata besar bulat khas dengan gaya chibi atau keanak-anakan. Alisnya yang sering berkerut menandakan ia seorang yang pemarah dan pembantah. Pakaian yang digunakan disesuaikan dengan pakaian asli Gatot Kaca agar lebih menyerupai Gatot Kaca. Warna khas yang sering dipakai oleh Gatot Kaca juga ditampilkan. Warna emas, hitam dan merah mendominasi pakaian sang Gatot Kaca kecil.
Visual Gatot Kaca kecil Sedangkan Ibu Gatot Kaca digambarkan sebagai ibu rumah tangga biasa yang ceria dan penyayang. Warna yang dipakai adalah warna-warna biru muda dan pink agar menggambarkan sifatnya yang ceria.
Visual Ibu Gatot KacaPada Pada visualisasi environment, terdapat beberapa setting environment yang digunakan, yaitu :
Visualisasi Environment : Rumah Gatot Kaca dan Rumah Pohon Gatot Kaca kecil
Visualisasi Environment : Gang Kecil Setelah semua asset sudah selesai, penulis melanjutkan tahap post-production. Semua scene yang telah selesai, digabungkan menjadi sebuah animasi menggunakan software Adobe Premiere. Berikut adalah scene dari animasi pendek "The Gatot Kaca" :
Screenshot animasi The Gatot Kaca
SIMPULAN DAN SARAN Indonesia merupakan negara yang kaya akan budaya dan kesenian. Tetapi masih sedikit film animasi yang mengangkat tema budaya Indonesia seperti Gatot Kaca. Maka karena itu lah banyak anak-anak generasi jaman sekarang malah lebih memilih film-film budaya negara lain karena kurangnya film animasi lokal Indonesia yang menarik. Memang tidak salah apabila kita menyukai budaya negara lain, tetapi alangkah lebih baik bila kita lebih mengenal kebudayaan negara kita sendiri, karena negara kita sendiri sudah memiliki banyak kebudayaan yang sebenarnya bisa di explore lebih jauh dan mendalam, tidak kalah dengan budaya negara lain. Apabila kita sudah mau mengenal, kita akan terus menggali rasa keingintahuan kita sendiri, kemudian akan sendirinya kita mulai mencintai kebudayaan. Maka, diharapkan dari rasa cinta kita terhadap kebudayaan Indonesia, kita dapat memupuk rasa nasionalisme kita dan juga dapat turut serta membantu melestarikan kebudayaan Indonesia, tidak hanya dalam negeri, tetapi juga ke mancanegara. Dengan adanya film animasi pendek "The Gatot Kaca" ini, disarankan agar animasi dengan tema budaya lokal Indonesia dapat terus dikembangkan. Diharapkan pula anak-anak generasi muda dapat mengembangkan serta melestarikan kebudayaan lokal yang berasal dari kecintaan akan budaya lokal yang tidak kalah dengan budaya negara lain, terlebih dalam segi perfilman animasi di Indonesia.
REFERENSI Williams, Richard. (2001). The Animators Survival Kit. London: Faber & Faber. Gunawan, Bambi Bambang. (2013). Nganimasi bersama Mas Be!. Jakarta: PT Elex Media Komputindo. Yuniarto, Iis. (2010). Garudayana. Jakarta: C.A.B Publishing. Darmawan, Hikmat. (2005). Dari Gatot Kaca hingga Batman: potensi-potensi naratif komik. Yogyakarta: Orakel
RIWAYAT PENULIS Willy Andrean lahir di Jakarta pada 01 Mei 1991. Penulis menamatkan pendidikan S1 di Universitas Bina Nusantara dalam bidang Desain Komunikasi Visual Program Animasi pada 2014.