PERANCANGAN KOMUNIKASI VISUAL FILM PENDEK ANIMASI “THE RACE” Rio Kresna Prasetya Universitas Bina Nusantara, Jl. K. H. Syahdan No. 9 Kemanggisan Jakarta Barat 11480, +62 21 534 5830
[email protected] Tunjung Riyadi, S.Sn., Satrya Mahadhika, S.T., M.Mult
ABSTRACT
The purposes of this research is to create a concept to make a short 3D animated film that tells a story about the race between a Hare and Tortoise, in which there are positive moral messages that can be learned and interesting visual for the audience. The research method used in this Final Project is the analysis method includes the making of 3D animated short film which is expected to be able to give a positive impact for the children and the messages included within the story could be retrieved by children and adult audiences. ABSTRAK Tujuan dari penelitian untuk merancang konsep dan membuat sebuah film pendek animasi 3 dimensi yang bercerita tentang perlombaan berlari antara seekor kelinci dan seekor kura – kura, yang didalamnya terdapat pesan moral positif yang dapat diambil dan visual yang menarik minat penonton. Metode penelitian yang digunakan dalam penulisan Tugas Akhir ini adalah metode analisis yang meliputi pembuatan film pendek animasi 3 dimensi yang diharapkan untuk dapat memberi dampak positif kepada anak – anak dan pesan yang terdapat bisa dimengerti dan dipahami oleh anak maupun penonton dewasa. Kata Kunci: Film pendek, Animasi, Perlombaan, Kesombongan, Kelinci, Kura – Kura.
PENDAHULUAN Anak kecil pasti menyukai dongeng yang mereka dengar atau baca dari sebuah buku. Beberapa anak kecil bahkan sulit tidur sebelum dibacakan dongeng atau cerita sebelum tidur oleh ibunya. Dan anak – anakpun menyukai film kartun dan animasi di televisi, DVD, ataupun internet. Dan hampir dongeng apapun selalu ada pesan moral yang disisipkan didalamnya. Mengangkat cerita dongeng dan menjadikannya menjadi suatu film animasi adalah sesuatu yang pasti disukai oleh sebagian besar anak kecil. Dengan pesan moral positif yang sudah terdapat didalamnya, maka film animasi tersebut selain menghibur juga akan bermanfaat bagi anak, karena anak – anak yang menontonnya dapat mengambil maksud dan pesan positif dari film cerita dongeng tersebut. Melalui suatu karya kita dapat menyampaikan apa yang kita ingin sampaikan, menyisipkan pesan – pesan tertentu untuk masyarakat yang melihat. Cerita fiksi merupakan salah satu jenis cerita dimana penulis atau seniman dapat membuat cerita tersebut dengan sebebas – bebasnya tanpa terikat fakta dan kebenaran yang ada, yang berarti sesuatu yang tidak benar atau hanya karangan penulis. Namun untuk membuat suatu karya fiksi dengan pesan moral, pemilihan cerita tidak boleh sembarangan. Dalam suatu karya perlu terdapat pesan – pesan moral positif yang dapat disampaikan. Banyak film ataupun karya terutama di Indonesia masih kekurangan nilai positif yang bisa diambil. Seperti film atau karya tentang persahabatan, cinta, motivasi, serta hal lainnya yang berkaitan dengan pesan atau sesuatu yang bersifat positif. Media animasi merupakan suatu sarana dan jenis penyampaian karya yang berupa gambar bergerak. Banyak orang menyukai media animasi baik 2D maupun 3D. dengan media animasi, kita dapat jauh lebih leluasa dalam berkarya, kita dapat membuat lingkungan, karakter, serta gerakan sesuai apa yang kita inginkan. Maka dari itu berdasarkan permasalahan diatas penulis ingin mencoba membuat suatu karya 3D animasi berupa cerita tentang dongeng perlombaan lari kelinci dengan kura – kura, dengan juga pesan moral yang dapat diambil.
Pengaruh Tontonan Pada Anak dan Remaja
Pada saat ini anak – anak kecil dan remaja sangat bebas untuk menonton semua apa yang mereka inginkan, baik dari TV, DVD, internet, dll. Namun apakah yang mereka tonton dan mereka lihat seratus persen baik untuk mereka. Susan R. Johnson, M.D., dokter spesialis anak asal San Fransisco mengatakan ada ratusan anak yang mengalami kesulitan dalam berkonsentrasi pada pekerjaannya, dan mereka melakukan gerakan motoric kasar maupun halus. Kebanyakan dari mereka mengalami kesulitan dalam berhubungan dengan orang dewasa dan orang seusianya. Pada awalnya ia menduga mereka begitu akibat sesuatu yang mereka tonton dimana tontonan anak selalu menampilkan kekerasan seperti film kartun, dll. Tetapi setelah ia melahirkan anaknya enam tahun lalu ia baru menyadari bahwa ada dampak yang sesungguhnya dari masalah ini. Saat anaknya bermain diluar rumah, anaknya nyaman mengamati lingkungannya. Seperti mengamati serangga, binatang kecil, bermain dengan ranting dan batu, atau bermain air dan pasir. Namun begitu anaknya berada di depan TV, ia tidak perduli dengan apapun disekitarnya. Saat susan mematikan TV-nya, anaknya menjadi gelisah, dan meminta susan untuk menyalakan TV-nya lagi. Tingkah lakunya menjadi kacau dan gerakannya menjadi impulsive. Ia tidak lagi membuat kreasinya sendiri, ia justru meniru hanya apa yang ia lihat dari apa yang ditonton dengan sesuatu yang tidak kreatif, kaku, dan berulang – ulang.
Saat berusia 3.6 tahun, dia dan anaknya mengunjungi sepupunya naik pesawat. Di pesawat ia menonton film Mission: impossible. Penumpang tidak kebagian earphone sehingga yang bisa ditonton hanya gambarnya. Setelah itu anaknya mendapat mimpi buruk dan takut pada api atau bunyi ledakan selama enam bulan. Yang menjadi pertanyaan adalah berapa banyak kemampuan otak yang hilang atau bahkan tidak berkembang akibat kebiasaan itu. Seorang anak dilahirkan dengan 10 miliar neuron (sel syaraf) di otaknya. Tiga tahun pertama sejak lahir merupakan periode dimana miliaran sel glial terus bertambah untuk memupuk neuron. Sel – sel syaraf ini membentuk ribuan sambungan antar neuron yang disebut dendrite. Otak anak berusia 6-7 tahun besarnya hanya dua pertiga otak orang dewasa, tapi memiliki 5 sampai 7 kali lebih banyak sambungan antar neuron daripada otak anak usia 18 bulan atau orang dewasa. Otak mereka memang punya kemampuan besar untuk menyusun ribuan sambungan antar neuron. Namun, kemampuan tersebut berhenti pada umur 10-11 tahun jika tidak dikembangkan. Pada saat itu enzim tertentu dilepaskan dalam otak dan melarutkan seluruh jalur atau urat syaraf yang tidak termielinasi dengan baik. Mielinasi merupakan proses dimana myelin yang berwujud protein – lemak membungkus jalur syaraf.
METODE PENELITIAN
Sumber Data Penulis mendapatkan data maupun referensi untuk riset yang bersumber dari buku, video, internet, untuk mendapatkan data yang berkaitan dengan cerita fabel kelinci kura – kura.
Alur Kerja Alur kerja dalam film pendek animasi The Race menggunakan alur kerja 3D Animation yaitu proses pembuatan film dengan teknik 3 dimensi, proses pembuatan dilakukan dengan tahapan sebagai berikut: Modelling (Membuat 3D karakter dan environment) → Animation (Menciptakan gerakan) → Effects (memberikan efek tambahan) → Compositing (Proses penyusunan scene untuk digabungkan) → Export (proses akhir mengubah data/gambar menjadi film)
HASIL DAN BAHASAN Desain Judul Untuk desain title penulis menggunakan font “Kabel Bold” yang dianggap penulis sebagai sebuah gambaran cerita untuk anak – anak. Dengan ketidaksempurnaan bentuk yang terdapat pada font tersebut, title dapat lebih menggambarkan bahwa film ini cocok untuk anak – anak. Penulis menggunakan warna putih untuk menunjukkan kesan simple dan rapih pada film tersebut.
Gambar 1 Judul Film The Race
Desain Karakter Karakter Nelson merupakan seekor kelinci bertubuh kurus berwarna cokelat. Tubuhnya yang tinggi dan kurus memungkinkan Nelson untuk berlari sangat cepat melebihi hampir seluruh makhluk yang tinggal di hutan. Desain edgy atau patah – patah pada karakter ditujukan agar dapat membuat karakter tampak lebih unik dan menarik.
Gambar 2 Desain Karakter Sketsa Nelson si Kelinci
Gambar 3 Desain Karakter Nelson si Kelinci
Slowski adalah seekor kura – kura yang bertubuh pendek dan memiliki tempurung besar. Tubuhnya berkulit hijau dan memiliki corak di tempurungnya. Dengan kaki yang pendek dan tempurung yang besar menyebabkan Slowski bergerak relatif lambat.
Gambar 4 Desain karakter Sketsa Slowski si Kura - Kura
Gambar 5 Desain karakter Slowski si Kura - Kura
Karakter ini merupakan Nelson si kelinci setelah ia dengan rakusnya memakan wortel – wortel di ladang. Tubuhnya terlihat semakin membesar dan gemuk menyulitkan Nelson untuk berlari
Gambar 6 Desain Karakter Sketsa Nelson si Kelinci Gemuk
Gambar 7 Desain Karakter Nelson si Kelinci Gemuk
Desain Latar Untuk desain environment pada film ini, terdapat dua buah environment. Dua environment ini memperlihatkan tempat dimana awal sampai akhir film animasi “The Race”. Dua environment tersebut yaitu exterior hutan, dan interior rumah kelinci.
Gambar 8 Desain Environment Hutan
Visualisasi Akhir Berikut adalah beberapa screenshot atau hasil tangkapan gambar dari film yang telah dibuat:
Gambar 9 Screenshot 1 Film The Race
Gambar 10 Screenshot 2 Film The Race
Gambar 11 Screenshot 3 Film The Race
Produk Cetak Berikut adalah beberapa produk cetak dari film yang telah dibuat yang terdiri dari, poster, pin, dan DVD:
Gambar 12 Produk Cetak Film The Race
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan Industri animasi di Indonesia sudah cukup berkembang beberapa tahun terakhir meskipun animasi di Indonesia masih kurang diminati. Dengan karya animasi ini diharapkan dapat membantu dan mengangkat animasi Indonesia
Saran Penulis ingin memberikan saran kepada masyarakat Indonesia terutama animator untuk lebih mendukung dan membantu memajukan animasi Indonesia. Serta membantu untuk menghasilkan tontonan yang bermanfaat dan berkualitas bagi anak maupun dewasa di Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA Ambrose, Harris (2005). Basic Design 05 COLOUR. Ava Publishing SA, Switzerland. Beck, Jerry (2009) The Art of Madagascar Escape 2 Africa. Insight Editions, Michigan. Williams Richard (2009) The Animator's Survival Kit. Faber and Faber, London.
Agus Surono. (2011). Matikan saja TV anda. Available: http://intisari-online.com/read/matikan-saja-tv-anda Last accessed 02 Oct 2012.
Laura Gibbs. (2008). Aesop Illustrations: Telling the Story in Images. Available: http://journeytothesea.com/aesop-illustrations/ Last accessed 02 Oct 2012.
Rabbitwise. (2008). Behavior. Available: http://www.rabbitwise.org/behavior.html Last accessed 02 Oct 2012
Ardiyansah. (2010) 12 Prinsip Animasi Available: http://dkv.binus.ac.id/2010/04/14/12-prinsip-animasi/ Last accessed 02 Oct 2012
RIWAYAT PENULIS
Rio Kresna Prasetya lahir di kota Jakarta pada 25 Desember 1989. Penulis menamatkan pendidikan S1 di Universitas Bina Nusantara dalam bidang Desain komunikasi Visual Animasi pada tahun 2013.