PENGESAHAN PANITIAN UJIAN
Skripsi berjudul Upaya Penanganan Masalah Kekerasan dalam Rumah Tangga (KDRT) di Pesantren Untuk Pemberdayaan Perempuan (PUAN) Amal Hayati Aqidah Usymuni Sumenep Madura telah diujikan dalam sidang munagasah Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 23 februari 2009. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana sosial Islam ( S. Sos. I ) pada studi Bimbingan dan Penyuluhan Islam. Jakarta, 16 April 2009
Sidang Munagasah
Ketua Merangkap Anggota
Sekretaris Merangkap Anggota
Dr. Murodi, MA NIP:
Wati Nilam Sari, M. Si.
150254102
NIP: 150293223
Anggota Penguji I
Penguji II
Drs. M. luthfi, MA.
Nasichah, MA
NIP: 150268782
NIP: 150276298
Pembimbig
Dra. Elidar Husein. MA NIP : 150102402
I
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa: 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata 1 (S1) di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 16 April 2009
Siti Yaumah
II
ABSTRAK Siti Yaumah Upaya Penanganan Masalah Kekerasan dalam Rumah Tangga di Pessantren Untuk Pemberdayaan Perempuan (PUAN) Amal Hayati Aqidah Usymuni Sumenep Madura KDRT adalah suatu pola pelaksanaan kehendak atas seseorang terhadap pasangannya yang menggunakan serangan atau ancaman, termasuk penyiksaan secara fisik, mental, seksual, bisa juga termasuk penguasaan secara ekonomi. Yang dimaksud kekerasan fisik adalah perbuatan yang mengakibatkan rasa sakit, jatuh sakit, atau luka berat. sedangkan kekerasan mental adalah perbuatan yang menyebabkan ketakutan, hilangnya rasa percaya diri, hilangnya kemampuan untuk bertindak, rasa tidak percaya, dan penderitaan psikis berat pada seseorang. Adapun kekerasan seksual adalah setiap perbuatan yang berupa pemaksaan hubungan seksual dengan cara yang tidak wajar, tidak disukai, untuk tujuan komersial atau tujuan tertentu sedangka yang dimaksud penguasaan ekomi adalah menelantarkan hak ekonomi seseorang sehingga korban merasa tertekan dalam mengelola haaknya KDRT dengan berbagai bentuk, karakteristik dan sebabnya menimbulkan dampak buruk bagi korbannya.Untuk itu diperlukan penanganan yang sangat serius dalam mengatasi masalalah KDRT. Penelitian ini dilakukan dengan maksud untuk mengetahui bagaimana upaya Penanganan Masalah Kekerasan dalam Rumah Tangga (KDRT) di Pesantren untuk Pemberdayaaan Perempuan (PUAN) Amal Hayati Aqidah Usymuni.. Adapun jenis penelitian ini adalah kualitatif melalui pendekatan Deskriptif. Pada penelitian ini penulis bermaksud mengungkap fakta-fakta yang tampak di lapangan dan dianalisa serta disajikan dalam suatu pandangan yang utuh tentang upaya Penanganan masalah dalam mengatasi Kekerasan dalam Rumah Tangga (KDRT), dalam hal ini, penulis melakukan wawancara langsung dengan para Pendamping dan korban KDRT, melalui wawancara serta dokumendokumen yang berkaitan dengan upaya Penanganan masalah Kekerasan dalam Rumah Tangga (KDRT) di Pesantren untuk Pemberdayaan Perempuan (PUAN) Berdasarkan hasil analisis data maka menghasilkan kesimpulan bahawa hasil upaya penanganan masalah Kekerasan dalam Rumah Tangga (KDRT) di Pesantren Untuk Pemberdayaan Perempuan (PUAN) adalah: Membongkar akar pandangan budaya dan penafsiran agama yang selama ini menjadi legitimasi (dasar pembenaran) tindak kekerasan terhadap KDRT, Advokasi kebijakan dan peraturan, Penyadaran kepada masyarakat agar peduli terhadap persoalan Kekerasan dalam Rumah Tangga (KDRT), Pengorganisasian korban Kekerasan dalam Rumah Tangga (KDRT) yang telah sanggup pulih dari kondisinya sebagai korban (survivor), Pelayanan kasus bagi korban KDRT, dan Penyadaran Terhadap Pelaku.
III
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum wr. Wb.
Segala puji bagi Allah yang telah menganugrahkan rahmat dan nikmatNya kepada hambaNya, Shalawat beserta salam penulis haturkan kepada kekakasih Allah, tauladan kita semua yaitu NAbi Muhammad SAW beserta keluarga dan sahabatnya yang telah mengabdikan jiwa dan raganya untuk menegakkan Agama Allah yaitu Islam. Ketika rasa putus asa dan keraguan datang distulah manusia membutuhkan dukungan dan masukan dari orang lain, itulah rasa yang dirasakan penulis ketika menulis skripsi ini. Bersama dengan rahmat Allah, orang- orang terbaik telah dikirim kepada penulis untuk membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi. Alhamdulillah berkat masukan dan saran dari orang tua, dosen, keluarga dan teman- teman sekalian skripsi yang berjudul ” Upaya Penanganan Masalah Kekerasan dalam Rumah Tangga (KDRT) di Pesantren untuk Pemberdayaan Perempuan (PUAN) Amal Hayati Aqidah Usymuni Sumenep Madura ” dapat terselesaikan dengan baik. Untuk itu dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan trimakasih kepada: 1. Bapak Dr. Murodi, MA, selaku Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi, Bapak Dr. Arief Subhan, MA, selaku PD I, Bapak Drs. H. Mahmud Jalal, MA, selaku PD II, Bapak Drs. Study Rizal LK, MA, selaku PD III
IV
2.
Bapak Drs. M. Luthfi, MA, sebagai Ketua Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam, Ibu Nasichah, MA, sebagai Sekretaris Jurusan Bimbingan dan Penyuluh Islam, dengan penuh kesabaran telah membimbing penulis hingga mampu menyelesaikan tugas akhir di Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam
3. Ibu Dra. Elidar Husein. MA. Selaku dosen Jurusan Bimbingan dan Penyuluh Islam merangkap pembimbing yang telah memberikan bimbingan, motivasi dan saran kepada penulis dengan baik serta sabar selama penulisan skripsi. 4. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Dakwah dan Komunikasi khususnya di Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmu dan pengetahuan kepada penulis. Semoga ilmu yang diberikan selama perkuliahan dapat bermanfaat. 5. Pimpinan beserta seluruh staf perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 6. Ayahanda Buchar Ismail dan Ibunda Aam sahama yang telah bersusah payah menyekolahkan penulis hingga lulus kuliah demi tercapainya cita-cita. 7. Seluruh keluarga (Om hasan, Om saleh, Om Salim, Om Ma’at Alfarisi, Om Mas’ud,
Mi Top, Emba Maryam dan Almarhum Emba Ma’ina dan ade
tercinta yaitu (Nuha, Izah, Jamilah, Fathim dan Diedick) yang selalu memberikan masukan serta setia menemani dan menghibur disaat penulis jenuh. Begitupula keluarg lainnya yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu yang setiap saat selalu mendukung dan mendoakan penulis 8. Nyi Hj Aqidah Usymuni, Siti Aisyiyah, Syarifah, Saudari A dan dan S (korban KDRT), serta Staf PUAN Amal Hayati Aqidah Usymuni Sumenep
V
Madura yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu, berkat keteranganketeraangan yang yang diberikan penulis dapat menyelesaikan skripsi ini 9. Teman dekat (Cndy, Cun, may, Indri, dan mak Apa) serta teman yang lainnya yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu yang setiap saat menemani penulis ketika membutuhkan bantuannya, penulis hanya bisa mendoakan semuga Allah membalas kebaikan kalian. 10. Teman BPI angkatan 2004-2005 yang telah membantu dan memberikan saran dalam menyelesaikan skripsi. Tanpa bantuan dari Orangtua, Guru, Keluarga, dan Teman sekalian, penulis tidak mungkin bisa menyelesaikan skripsi ini. Namun demikian penulis menyadari bahwa hasil skripsi ini masih banyak kekurangan, untuk itu, kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan. Akhirtnya penulis berharap, semuga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua dan menjadi bahan literatur untuk khasanah ilmu pengetahuan khususnya pada Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam. Wassalamu’alaikum Wr. Wb
Jakarta, 16 April 2009
Penulis
Siti Yaumah
VI
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN ABSTRAK ………………...……………..……………………………………... I KATA PENGANTAR ……………………..………………………………...... II DAFTAR ISI …………..………………………….………..…..…………......... V
BAB I
PENDAHULUAN A Latar Belakang Masalah .……………..................................... 1 B Pembatasan dan Perumusan Masalah .…................................ 6 C Tujuan dan Manfaat Penelitian ………….…….…..……...… 6 D Metode Penelitian ……………………….…........................... 7 E Sistematika Penulisan .........……………….……………..… 10
BAB II
TINJAUAN TEORITIS A Pengertian dan Bentuk KDRT ...………..……………..…… 12 B Penyebab KDRT……………………………………………. 20 C Dampak KDRT ……………………………….................…. 23
BAB III
GAMBARAN UMUM PUAN AMAL HAYATI AQIDAH USYMUNI SUMENEP MADURA A Sejarah Berdirinya PUAN (Pesantren untuk Pemberdayaan Perempuan) Amal Hayati Aqidah Usymuni .....………….… 24 B Visi dan Misi PUAN (Pesantren untuk Pemberdayaan Perempuan) Amal Hayati Aqidah Usymuni …………....…. 26 C Struktur Kepengurusaan dan Program Kerja PUAN (Pesantren untuk Pemberdayaan Perempuan) Amal Hayati Aqidah Usymuni Sumenep Madura .……………………………....... 27
VII
D Lembaga yang ada di PUAN (Pesantren untuk Pemberdayaan Perempuan) Amal Hayati Aqidah Usymuni Sumenep Madura ………………………………………………………………. 31
BAB
IV
TEMUAN DAN ANALISA DATA A. Upaya Penanganan Masalah Kekerasan dalam Rumah Tangga (KDRT) di Puan Amal Hayati Aqidah Usymuni …………... 32 B. Layanan Proses Penanganan Masalah Kekerasan dalam Rumah Tangga (KDRT) di PUAN Amal Hayati Aqidah Usymuni ... 37 C. Metode atau Teknik Penanganan Masalah Kekerasan dalam Rumah Tangga (KDRT) di PUAN Amal Hayati Aqidah Usymuni Sumenep ………………………………………..... 41 D. Faktor Penunjang dan Penghambat Penanganan Masalah Kekerasan dalam Rumah Tangga (KDRT) di PUAN Amal Hayati Aqidah Usymuni Semenep …………..……………... 44
BAB
V
PENUTUP A. Kesimpulan ……...…………….……...……………………… 48 B. Saran ………………………………………………………….. 50
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
VIII
BAB I PENDAHULUAN
A Latar belakang masalah Rumah tangga atau keluarga yang bahagia dan sejahtera yang disebut juga keluarga sakinah adalah keluarga yang tenang dan tentram, rukun dan damai. Dalam keluarga itu terjalin hubungan mesra dan harmonis diantara semua anggota keluarga dengan penuh kelembutan dan kasih sayang. Dalam surat Ar- Rum Ayat 21 Allah Berfirman sebagai berikut:
!"
#☯&'
()*, ./ 01&234 5678 !9,: ,;<2*< =☺ ? @ <34 A3B
CD
EF G
HI*4/
JK⌧ MNOP
Artinya: Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah dia menciptakan untukmu isteriisteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir. (Qr. Ar- Rum Ayat 21)
Keluarga merupakan pranata sosial yang sangat penting artinya bagi kehidupan sosial. Betapa tidak para warga masyarakat mengahabiskan paling banyak waktunya dalam keluarga dibandingkan dengan ditempat bekerja misalnya, dan keluarga adalah wadah dimana sejak dini para warga masyarakat dikondisikan dan dipersiapkan untuk kelak dapat melakukan peranan-peranannya dalam dunia orang dewasa dan melalui pelaksanaan
IX 1
peranan itu pelestarian berbagai lembaga dan nilai budaya pun akan dapat tercapai dalam masyarakat bersangkutan. Dapat diibaratkan bahwa keluarga adalah jembatan yang menghubungkan individu yang berkembang dengan keidupan sosial dimana ia sebagai orang dewasa kelak harus melakukan peranannya1 Namun dewasa ini, nampaknya masalah kehidupan perkawinan dan keluarga dimasyarakat kita, teruatama didaerah perkotaan telah berkembang sedemikian rupa dengan aneka tantangan dan problemanya yang kian kompleks, hal itu berkembang seiring dengan perkembangan dan perubahan dalam berbagai sektor kehidupan yang terjadi dimasyarakat pada masa ini. Salah satu problematikanya yang semakin memanas adalah kekerasan dalam rumah tangga. Kasus Kekerasan dalam Rumah Tangga (KDRT) di Indonesia, sepanjang tahun 2008, naik 100 persen menjadi 50.000 kasus. Pada tahun 2007, KDRT tercatat hanya berjumlah 25.000 kasus. Kasus terbanyak, sekitar 70 persen, dilaporkan oleh Pengadilan Agama. Sebagian besar kasus perceraian disebabkan oleh alasan ekonomi.2 Sedangkan jumlah kasus Kekerasan dalam Rumah Tangga (KDRT) yang masuk ke LBH APIK Jakarta berjumlah 325 kasus. Kasus Kekerasan dalam Rumah Tangga ini bila diklasifikasikan meliputi: 65 kasus korban kekerasan fisik dan psikis; 61 kasus 1
T.O. Ihromi Bunga Rampai Sosiologi, Cet -1 (Jakarta; Yayasan Obor Indonesia 1999),
h. 284 2
Arimbi Heroepoetri,“KDRT Meningkat” Diakses pada 19 Maret 2009 dari
Http://Www.Tribun-Timur.Com/Read/Artikel/15790
X
korban kekerasan fisik, psikis, dan ekonomi; 107 kasus korban kekerasan psikis; 35 kasus korban kekerasan psikis dan ekonomi; 6 kasus korban kekerasan fisik dan ekonomi; 2 kasus korban kekerasan fisik, psikis, ekonomi, dan seksual; 28 kasus korban kekerasan ekonomi; 1 kasus kekerasan ekonomi dan seksual; 1 kasus korban kekerasan fisik, psikis dan seksual; 16 kasus korban kekerasan fisik serta 2 kasus korban kekerasan psikis dan seksual. 3 Hadirnya Undang-undang tentang penghapusan Kekerasan dalam Rumah Tangga (KDRT) ditengah masyarakat Indonesia yang akan memberikan landasan hukum untuk penghapusan dan pencegahan tindak kekerasan dalam rumah tangga. disamping perlindungan korban, serta penindakan terhadap pelaku dengan upaya tetap menjaga keutuhan dan keharmonisan rumah tangga. sehubungan dengan itu diharapkan pula kiranya seluruh masyarakat dan para aparat penegak hukum dapat memahami, menghayati,
dan menerapkan isi makna
Undang-
Undang tentang
pengahapusan kekerasan dalam rumah tangga. 4 Belakangan ini perjuangan pengahapusan kekerasan dalam rumah tangga nyaring disuarakan organisasi- organisasi kemanusiaan, baik LSM maupun gerakan komunitas. Bahkan ditingkat internasional hal tersebut telah dibakukan dalam sebuah konvensi, Ironisnya meskipun perangkat hukum 3
Lembaga Hukum, “Pemiskinan Perempuan dan Upaya Setengah Hati Negara dalam
Menegakkan Hak Asasi Perempuan”, Diakses pada 19 Maret 2009 dari http://www.lbhapik.or.id/catahu%202006.htm. 4 Kementrian Pemberdayaan Perempuan, Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2004 Tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga (Jakarta;Republik Indonesia 2004), h.iii
XI
sudah disahkan oleh Negara, tetapi mengapa kasus kekerasan dalam rumah tangga masih saja terjadi dimasyarakat. Hal ini menunjukkan bahwa hubungan manusia dengan manusia lainnya dalam masyarakat memerlukan perekat agar hubungan tersebut terjadi dengan baik antar sesama individu didalam masyarakat maka peranan setia kawan (solidaritas sosial), cinta mencintai sesamanya sangat dibutuhkan. Nabi Muhammad Bersabda: “ perumpamaan masyarakat muknin itu dalam cinta mencintai dan kasih mesra antar sesamanya adalah laksana sebatang tubuh (organisme) apabila sebagian merintih kesakitan maka semua bagian tubuhnya (masyarakat) serentak mengadakan reaksi dengan sikap tak bisa tidur dengan merasa panas, masyarakat mukmin terhadap individu mukmin adalah laksana bangunan yang satu menguatkan yang lain (Hadist sahih R. Syaikhona)”5
Demi terpeliharanya dan teraturnya urusan manusia, secara islami, dengan pelaksanaan yang optimal, hingga setiap individu masayarakat benarbenar menjadi bagian tak terpisahkan dari umat, maka islam, tidaklah sematamata menyandarkan hal itu atas hukum- hukum yang diterapkan oleh Negara. Tetapi islam dan hukum- hukumnya, telah menentukan bahwa pemeliharaan urusan- urusan orang muslim adalah tanggung jawab individu muslim lainnya. seorang muslim melakukan aktivitas pemeliharaan urusan itu berdasarkan pandanganya adalah bahwa muslim yang lain adalah saudaranya. Itulah yang diterapkan oleh islam. Juga ia jalankan semua itu dengan “doronga ruhiyah” (berdasarjan pada aqidah islam).
XII
Adapun kaum muslimin adalah orang-orang
yang menjalani
kehidupan bersama antar mereka sesuai dengan apa yang diperintah islam. mereka saling tolong menolong, saling mengasihi, dan saling menjaga hubungan, satu sama lain.6 Pesantren adalah sebuah lembaga pendidikan Islam yang tetap konsisten dalam tugas membntu menyambung mata rantai khazanah ilmu dan budaya keislaman. Pesantren juga dikenal dan diakui sebagai media transformasi sosial dan budaya keislaman, utamanya dalam mengatasi problema masyarakat dari berbagai aspek kehidupan. PUAN
adalah singkatan dari pesantren untuk pemberdayaan
perempuan, Amal Hayati mengandung makna harapan hidupku. Sedangkan Aqidah Usymuni merupakan nama dari Eksekutif Derektur, Dengan demikian tugas yang diemban Puan Amal Hayati adalah memberdayakan kaum perempuan melalui pesantren untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik dimasa mendatang. Maka selanjutnya berdasarkan uraian diatas penulis merasa tertarik untuk menulis sebuah karya ilmiah dan menuangkannya kedalam sebuah sekripsi yang penulis beri judul: ” Upaya Penanganan Masalah Kekerasan dalam rumah Tangga (KDRT) di Pesantren untuk Pemberdayaan Perempuan (PUAN) Amal Hayati Aqidah Usymuni Sumenep Madura ”
6
Abdul Aziz Al Badri, Hidup Sejahtera Dalam Naungan Islam, Cet 1, ( Jakarta: Gema
Insani Press, 1990) Hal- 47
XIII
B Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah Dalam pembatasan masalah skripsi ini penulis akan membatasi masalah pada bahasan dengan “ Upaya penanganan Masalah Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) di Pesantren Untuk Pemberdayaan Peempuan (PUAN) Amal Hayati Aqidah Usymuni ” 2. Perumusan Masalah Supaya pembatasan masalah dalam skripsi ini lebih fokus dan terarah, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut: a. Bagaimana Upaya Penanganan Masalah Kekerasan dalam Rumah Tangga (KDRT) b. Bagaimana Metode/ Teknik Penanganan Masalah Kekerasan dalam Rumah Tangga (KDRT) c. Bagaimana Proses Penanganan Masalah Kekerasan dalam Rumah Tangga (KDRT) d. Faktor Apa yang Menjadi Pendukung dan Penghambat dalam Penanganan Masalah Kekerasan dalam Rumah Tangga (KDRT)
C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan penelitian a. Untuk Mengetahui Upaya Penanganan Masalah Kekerasan dalam Rumah Tangga (KDRT)
XIV
b. Untuk Mengetahui metode/ teknik penanganan Masalah Kekerasan dalam Rumah Tangga (KDRT) c. Untuk Mengetahui peroses Penanganan Masalah Kekerasan dalam Rumah Tangga (KDRT) d. Untuk Mengetahui Faktor yang Menjadi Pendukung dan Penghambat dalam Penanganan Masalah Kekerasan dalam Rumah Tangga (KDRT) 2. Manfaat Penelitian a. Dapat Memperkaya Teori Penanganan Masalah Kekerasan dalam Rumah Tangga (KDRT) b. Sebagai Kontribusi bagi Lembaga Sosial pada Umumnya dan Jurusan Bimbingan Penyuluhan Islam Khususnya c. Dapat menambah Wawasan bagi Masyarakat Umumnya dan Penulis Khususnya dalam Melakukan Konseling d. Menjadi Inspirasi bagi Mayarakat dalam Mengarungi Hidup
D. Metode Penelitian 1. Metode Penelitian Sasaran penelitian adalah pendamping korban Kekerasan dalam Rumah Tangga (KDRT), sedangakan metode yang digunakan penulis adalah metode kualitatif yang menghasilkan data deskriptif analisis. Penelitian deskriptif bertujuan untuk mendeskripsikan apa yang saat ini berlaku yang didalamnya terdapat upaya mendeskrpsikan, mencatat analisis dan menginterpretasikan kondisi yang sekarang ini terjadi atau
XV
ada. Dengan kata lain, penelitan deskriptif bertujuan memperoleh informasi mengenai keadaan saat ini dan melihat kaitan antara variabel yang diteliti, variabel ini tidak menggunakan hipotesa melainkan hanya mendeskripsikan informasi apa adanya sesuai dengan variabel yang diteliti.7 Penelitian kualitataif menurut Bogdan dan Tailor sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata tertulis atau lisan dari orang dan perilaku yang diamati.8 Penelitian kualitatif menurut Sugiyono adalah metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah eksprimen ) dimana peneliti adalah sebagai instrument kunci, teknik pengumplan data dilakuakan secara trianggulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi.9 Adapun cara memperoleh data yang sesuai dengan tema penelitian penulis menggunakan metode pengumpulan data sebagai berikut:
a. Wawancara dan pedoman wawancara Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu yang dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interview) yang memberikan jawaban atas pertanyaan. Maksudnya adalah orang yang diwawancarai 7
Mardalis, Metode Penelitoian Proposal, (Jakarta: Bumi Aksara, 2002)
8
Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, Bandug: PT Remaja Rosda Karya, 2000), h. 3
9
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, (Bandung; Penerbit Alfabeta, 2005), h. 1
XVI
itu
mengemukakan
isi
hatinya,
pandangannya,
pendapatnya
sedemikian rupa sehinggga pewawancara dapat lebih mengenalnnya.10 b. Dokumentasi Dokumentasi adalah mencari data mengenai variabel berupa, catatan, surat kabar, majalah, notulen, rapat, agenda dan sebagainya.
2. Penetapan lokasi Penelitian ini dilakukan di Pesantren untuk Pemberdayaan Perempuan (PUAN) Amal Hayati Aqidah Usymuni yang berlokasikan di Jl. K.H Zainal Arifin No. 1-9 Pandian Sumenep 69414 Madura Jawa Timur. Adapun alasan pemilihan lokasi penelitian ini didasari oleh pertimbangan pertimbangan sebagai berikut: a. Merupakan rujukan dari PUAN Amal Hayati Pusat yang berlokasi di Jiganjur Depok Jawa barat. b. Minimnya pemerhati lembaga seperti lembaga PUAN Amal Hayati c. PUAN Amal Hayati Aqidah Usymuni melakukan pemberdayaan perempuan dengan basis Pesantren
3. Subyek dan Obyek Penelitian Adapun subyek Penelitian Adalah Pendamping korban
Kekerasan
dalam Rumah Tangga (KDRT), Kemudian obyeknya adalah Upaya Penanganan masalah KDRT. 10
Burhan Bungin, Metode Penelitian Kualitatif; Aktualisasi Metodelogis Kearah Ragam
Varian Kontemporer, Jakarta: PT raja Grafindo Persada, 2006, h.143
XVII
4. Sumber Data Sumber data Ialah Unsur utama yang dijadikan sasaran dalam penelitian untuk memperoleh data kongkrit. Dan yang dapat memberikan informsi untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian ini. Dalam hal ini penulis menghimpunnya dari korban KDRT, pendamping korban Kekerasan dalam Rumah Tangga (KDRT) yang terdiri dari 2 pendamping yaitu Eksekutif Derektur, Sekretaris Pesantren untuk Pemberdayaan Perempuan (PUAN) serta korba Kekerasan dalam Rmah Tangga (KDRT) 5. Teknik Penulisan Mengenai teknik penulisan skripsi, penulis mengacu pada buku pedoman penulisan skipsi, tesis dan disertasi, yang diterbitkan oleh UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2007. Selain itu penulis menggunakan bukubuku yang berhubungan dengan metode penelitian dan kamus besar bahasan Indonesia
E. Sistematika Penulisan Untuk mencapai pembahasan sekripsi yang sistematis penulisannya dibagi kedalam V bab yang terdiri dari sub-sub bab. Adapun sistim penulisannya adalah sebagai berikut:
BAB I
: Merupakan Bab Pendahuluan Yang Terdiri Dari Latar Belakang Masalah, Pembatasan Perumusan Masalah,
XVIII
Tujuan
Dan
Manfaat
Peneltian,
dan
Metodelogi
Penelitian.
BAB II
: Landasan Teoritis Yang Mempunyai Sub Bagian Sebagai
Berikut;
Pengertian
dan
Bentuk
KDRT,
Penyebab KDRT, Dampak KDRT,
BAB III
: Gambaran Umum PUAN Amal Hayati Aqidah Usymuni Sumenep Madura Terdiri Dari: Sejerah Berdirinya PUAN Amal Hayati Aqiadah Usymuni, Visi dan Misi PUAN Amal Hayati Aqidah Usymuni, Struktur dan Program Kerja Kepengurusan PUAN Amal Hayati Aqidah Usymuni dan Lembaga yang bersama PUAN Amal Hayati Aqidah Usymuni
BAB IV
: Temuan dan Analisa Yang Bahasannya Terdiri dari: Upaya Penanganan Masalah Kekerasan dalam Rumah Tangga (KDRT) di Pesantren untuk Pemberdayaan Perempuan (PUAN) Amal Hayati Aqidah Usymuni Sumenep,
Proses
Layanan
Penanganan
Masalah
Kekerasan dalam Rumah Tangga (KDRT) di Pesantren untuk Pemberdayaan Perempuan (PUAN) Amal Hayati Aqidah Usymuni Sumenep, Metode/ Teknik Konseling
XIX
Islam dalam Mengatasi Kekerasan dalam Rumah Tangga (KDRT) di Pesantren untuk Pemberdayaan Perempuan (PUAN) Amal Hayati Aqidah Usymuni Sumenep, Faktor Penunjang dan Penghambat Faktor Penunjang dan Penghambat Penanganan Masalah Kekerasan dalam Rumah
Tangga
(KDRT)
di
Pesantren
untuk
Pemberdayaan Perempuan (PUAN) Amal Hayati Aqidah Usymuni Semenep
BAB
: Merupakan Bab Penutup Yang Berisikan Tentang Kesimpulan Penelitian dan Saran.
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
XX
BAB II TINJAUAN TEORITIS
A. Pengertian dan Bentuk Kekerasan dalam Rumah Tangga (KDRT) 1. Pengertian Kekerasan dalam Rumah Tangga (KDRT) Definisi kekerasan secara etimologi sangat beragam. Pada umumnya, tindak kekerasan dan penggunaannya, dikaitkan dengan tindakan dan bermotivasi individual, walaupun banyak tindak kekerasan dilakukan oleh individu atas nama orang lain. Denan demikian, suatu tindakan baru dapat dikategorikan sebagai kekerasan, jika tindakan itu membahayakan keselamatan orang lain (korban).”11 KDRT Adalah suatu pola pelaksanaan kehendak atas seseorang terhadap pasangannya yang menggunakan serangan dan ancaman, termasuk penyiksaan secara fisik, mental, seksual, bisa juga termasuk penguasaan secara ekonomi.12 Dari pemetaan yang dilakukan oleh komnas perempuan, diketahui bahwa pengalaman kekerasan dalam rumah tangga sangat massif penyebarannya dan mengambil bentuk yang beragam. 2. Bentuk KDRT
11
Hadidjah dan La Jamaa, Hukum Islam & Undang- Undang Anti Kekerasan Dalam
Rumah Tangga (Ambon, Cipta Karya Mandiri, 2007), Cet-1- Hal, 37 12
Nina Yusuf & Kawan- Kawan, Buku Panduan Tentang Kekerasan dalam Rumah
Tangga, (Jakarta, LKP2, 2003) hal, 8
13 XXI
Beberapa bentuk kekerasan dalam rumah tangga secara yuridis telah ditetapkan dalam undang- undang R.I. Nomor 23 Tahun 2004 tentang penghapusan Kekerasan Dalam Runah Tangga (KDRT).dalam pasal 5 disebutkan, bahwa: “ Setiap orang dilarang melakukan kekerasan dalam rumah tangga terhadap orang dalam lingkup rumah tangganya, dengan cara: a. kekerasan Fisik, b. kekerasan psikis, c. kekerasan seksual atau d. penelentaran rumah tangga ”.13
a. Kekerasan fisik Pasal 5 undang- undang penghapusan kekerasan dalam rumah tangga, menyebutkan bahwa: “Bentuk- bentuk kekerasan dalam rumah tangga mencakup kekerasan fisik, kekerasan psikis atau psikologis, kekerasan seksual dan penelentaran rumah tangga atau kekerasan ekonomi ”.
i) Karakteristik bentuk kekerasan fisik dalam rumah tangga, sebagai berikut: Dalam pasal 6 undang- undang penghapusan kekerasan dalam rumah tangga tentang karakteristik bentuk kekerasan fisik dalam rumah tangga, bahwa: “ Kekerasan fisik sebagaimana dimaksud dalam pasal 5 huruf a adalah perbuatan yang mengakibatkan rasa sakit, jatuh sakit, atau luka berat ”
13
Republik Indonesia, undang- undang R.I. Nomor 23 tahun 2004 tentang penghapusan
kekerasan dalam rumah tangga (Jakarta; 2004), hal. 7
XXII
Lembaga Bantuan Hukun (LBH) Apik Jakarta menjabarkan lebih luas tentang karakteristik kekerasan fisik yaitu: a) Kekerasan fisik berat Yang termasuk kekerasan fisik berat adalah penganiayaan berat seperti menendang, memukul, menyundut, melakukan percobaan pembunuhan atau pembunuhan dan semua perbuatan lain yag dapat mengakibatkan; (a) cedera berat (b) tidak mampu menjalankan tugas sehari-hari (c) pingsan (d) luka berat pada tubuh korban dan atau luka yang sulit disembuhkan atau yang menimbulkan bahaya mati (e) kehilangan salah satu panca indera (f) mendapat cacat (g) menderita skit lumpuh (h) terganggunya daya pikir selama 4 minggu lebih (i) gugurnya atau matinya kandungan seseorang perempuan dan (j) kematian korban
b) Kekerasan fisik ringan Dalam kekerasan fisik ringan ini terdapat beberapa karakteristik yang dikategorikan kedalam kekerasan fisik ringan yaitu kekerasan yang berupa menampar, menjambak, mendorong, dan perbuatan lainnya yang mengakibatkan; (a) cidera ringan (b) rasa sakit (c) dan luka fisik yang tidak masuk dalam kategori berat
XXIII
c) Melakukan repitisi kekerasan fisik ringan dapat dimasukkan kedalam jenis kekersan berat.14 Dalam Undang- Undang penghapusan kekerasan dalam rumah tangga pasal 7, Menyebutkan bahwa: “Perbuatan yang mengakibatkan ketakutan, hilangnya rasa percaya diri, hilangnya kemampuan untuk bertindak, rasa tidak berdaya, dan penderitaan psikis berat pada seseorang ”.15 b. Kekerasan Psikis Adapun bentuk kekerasan psikis dalam rumah tangga dapat diklasifikasikan dalam dua macam yaitu: kekersan psikis berat
dan
kekerasan psikis ringan 1) Karakteristik bentuk dari kekerasan psikis adalah a) kekersan psikis berat (1) Tindakan
pengendalian,
manipulasi,
eksploitasi,
kesewenangan. perendahan dan penghinaan dalam bentuk pelarangan, pemaksaan dan isolasi sosial, tindakan ucapan yang merendahkan atau menghina (2) Ancaman kekerasan fisik, seksual, ekonomi yang masingmasing mengakibatkan penderitaan psikis berat misalnya: mengkibatkan 14
gangguan
tidur
atau
gangguan
makan,
Hadidjah dan La Jamaa, hukum islam & undang- Undang Anti kekerasan dalam rumah
tangga (Ambon, Cipta karya mandiri, 2007), cet- 1- hal. 37 15
Republik Indonesia, undang- undang R.I. Nomor 23 tahun 2004 tentang penghapusan
kekerasan dalam rumah tangga (Jakarta; 2004), hal. 37
XXIV
ketergantungan obat, disfungsi seksual, setres, pasca trauma, gangguan fungsi tubuh, (seperti tiba- tiba lumpuh, atau buta tanpa indikasi medis), depresi, gangguan jiwa dalam bentuk hilangnya kontak dengan realitas seperti skizofrenia, dan atau bentuk psikotik lainnya, bunuh diri.
b) Kekerasan psikis ringan Sedangkan yang termasuk dalam bentuk kekerasan psikis ringan berupa tindakan pengendalian, manipulasi, eksploitasi, kesewenangan, perendahan, dan penghinaan, dalam bentuk pelarangan, pemaksaan dan isolasi sosial; tindakan dan atau ucapan yang
merendahkan
atau
menghina;
penguntitan;
ancaman
kekerasan fisik, seksual dan ekonomis yang masing- msingnya mengakibatkan penderitaan psikis ringan, berupa: (1) Ketakutan dan perasaan terteror (2) Rasa tidak berdaya (3) Hilanganya rasa percaya diri (4) Hilangnya kemampuan untuk bertindak (5) Gangguan tidur atau gangguan makan dan disfungsi seksual (6) Ganguan fungsi tubuh ringan (seperti: sakit kepala, gangguan pencernaan tanpa indikasi medis) (7) Fobia atau depresi temporer.
XXV
Pembuktian kekerasan psikis harus didasarkan pada dua aspek secara terintegrasi yaitu: tindakan yang diambil pelaku, implikasi psikologis yang dialami korban. diperlukan keterangan psikologis atau psikiatris yang tidak menyatakan kondisi psikologis korban tetapi juga uraian penyebabnya.16
c. Kekerasan Seksual Sesuai dengan undang- undang penghapusan KDRT, kekerasan seksual adalah setiap perbuatan yang berupa pemaksaan hubungan seksual dengan cara yang tidak wajar, tidak disukai, untuk tujuan komersial atau tujuan tertentu. 1) Karakteristik kekerasan seksual dalam rumah tangga Seperti yang dijelaskan dalam pasal 5 huruf c meliputi: a) Pemaksaan hubungan seksual yang dilakukan terhadap orang yang menetap dalam lingkup rumah tangga b) Pemaksaan hubungan seksual terhadap salah seorang dalam lingkup rumah tangga dengan orang lain untuk tujuan komersial dan atau tujuan tertentu. Dari segi tingkatannya, bentuk kekerasan seksual terbagi menjadi tiga bagian yaitu; 1) kekerasan seksual berat
16
Republik Indonesia, undang- undang R.I. Nomor 23 tahun 2004 tentang penghapusan
kekerasan dalam rumah tangga (Jakarta; 2004), h. 52
XXVI
a) Pelecehan seksual dengan kontak fisik, seperti meraba, menyentuh organ seksual, mencium secara paksa, merangkul serta perbibuatan lain yang menimbulkan rasa muak tau jijik, terteror, terhina dan merasa dikemdalikan b) Pemaksaaan hubungan seksual dengan cara tidak disukai, merendahkan dan atau menyakitkan c) Pemaksaan hubungan dengan orang lain untuk tujuan pelacuran atau tujuan tertentu d) Terjadinya hubungan seksual dimana pelaku memanfaatkan posisi ketergantungan korban yang seharusnya dilindungi; dan (e) tindakan seksual dengan kekerasan fisik dengan bantuan atau tanpa bantuan alat yang menimbulkan sakit, luka atau cidera. 2) kekerasan seksual ringan Yang termasuk dalam kategori kekerasan seksual ringan adalah pelecehan seksual secara verbal seperti gurauan porno, siulan, ejekan, julukan secara verbal atau non verbal seperti ekspresi wajah, gerakan tubuh, ataupun perbuatan lainnya yang meminta perhatian seksual yang tidak dikehendaki korban bersifat melecehkan ataus menghina korban.
XXVII
3) Melakukan repitisi kekerasan seksual ringan dapat dimasukkan kedalam kekerasan seksual berat. 17
d. Penelantaran Rumah Tangga atau Kekerasan Ekonomi Kekerasan Ekonomi adalah tindakan- tindakan dimana akses korban secara ekonomi dihalangi dengan cara korban tidak boleh bekerja tetapi ditelantarkan, kekayaan korban dimanfaatkan tanpa idzin korban, atau korban dieksploitasi untuk mendapatkan keuntungan materi. Karakteristik
kekerasan
Ekonomi
(penelelantaran
rumah
tangga)
dijelaskan lebih lanjut dalam pasal 9, bahwa: Setiap orang dilarang menelantarkan orang dalam lingkup rumah tangganya, padahal menurut hukum yang berlaku baginya karena persetujuan atau perjanjian ia wajib memberikan kehidupan, perawatan, atau pemeliharaan kepada orang- orang tersebut; Penelantaran sebagaimana dimaksud ayat (1) juga berlaku bagi setiap orang yang mengakibatkan ketergantunan ekonimi dengan cara membatasi dan/ atau melarang untuk bekerja yang layak didalam atau diluar rumah sehingga korban berada dibawah kendali orang tersebut.18 Kekerasan ekonomi dalam pasal tersebut dirinci oleh LBH APIK Jakarta, antara lain tidak diberi nafkah, diberi nafkah tetapi terbatas/ kurang, tidak boleh bekerja, harta bersama tidak dibagi, eksploitasi kerja, sampai istri tidak dipercaya memegang uang19
17
Republik Indonesia, Undang- undang R.I. Nomor 23Ttahun 2004 Tentang
Penghapusan Kekerasan dalam Rumah Tangga (Jakarta; 2004), h. 56 18
Ibid, hal- 56
19
Ibid, hal- 56
XXVIII
B. Penyebab Kekerasan dalam Rumah Tangga (KDRT) Menurut Aina Rumiyati Aziz, beberapa faktor pencetus terjadinya kekerasan dalam keluarga adalah sebagai berikut:20 1. Pandangan Budaya dan Paham Patriarkhisme Setiap masyarakat memiliki bentuk budaya sendiri- sendiri yang mungkin berada satu sama lainnya. Budaya masyarakat jawa berbeda dengan budaya masyarakat minang,. Budaya masyarakat yang tinggal di pesisir
berbeda
dengan
budaya
masyarakat
dipedalaman,
dan
seterusnya.Yang menjadi tanda tanya adalah budaya apakah yang menjadi sebab terjadinya kekerasan dalam rumah tangga? Bentuk budaya yang menjadi penyebab kekerasan dalam rumah tangga adalah budaya yang bersumber pada paham patriarkhisme. Patriarkhisme adalah paham atau edeologi yang didasarkan pada nilai yang berkembang di lingkungan kaum bapak. Paham patriarkhisme ini mempengaruhi pandangan masyarakat dalam membangun dan menganut budayanya. Oleh karena itu, meskipun bentuknya berbeda, Namun budaya yang ada di dalam masyarakat terebut tampak lebih mengunggulkan kaum lelaki, untuk menentukan keputusan dalam berbagai setruktur sosial; rumah tangga, masyarakat maupun tempat kerja.
20
Hadidjah & Laa Jamaa, Hukum Islam &Undang- UndangAanti Kekerasan dalam
Rumah Tangga (Ambon, cipta karya mandiri, 2007) Cet. Ke-1- h. 63
XXIX
2. Pandangan Agama Bias Gender Bagaimana mungkin agama yang mempunyai ajaran agung menjadi sebab terjadinya kekerasan dalam rumah tagga. Nabi sebagai utusan Allah mempunyai misi menegakkan keadilan dan menjunjung tinggi kemanusiaan. Namun demikian, kekerasan terhadap perempuan muncul karena adanya pemikiran dan pandangan yang bersumber pada penafsiran- penafsiran ajaran agama yang tidak adil. Pandangan yang tidak adil terhadap perempuan akan selalu menjadikan ajaran agama, baik yang bersumber dari Al- Qur’an maupun hadist Nabi SAW, sebagai legitimasi tindakan kekerasan terhadap perempuan,. Misalnya, dalam menafsirkan Qs. An- Nisa’(4) yang berbunyi, “Ar- Rijalu qawwamuna ‘ala an- Nisa’”. Malalui ayat ini, pandangan tersebut membuat aturan bahwa hanya laki-laki yang berwenang menjadi pemimpin, dan sebagai, jika pandangan yang digunakan lebih adil, maka ayat tersebut tidak akan ditafsirkan secara absolut bahwa kepemimpinan selalu didasarkan pada jenis kelamin sesuai bunyi teks- akan lebih adil jika kepemimpinan didasarkan pada kualitas dan kredibilitas sehingga lelaki dan perempuan, asal memenuhi syarat kualitatif, baik dari segi moral maupun kecakapan, dapat menjadi pemimpin. 3. Peniruan anak laki- laki Anak laki- laki yang hidup bersama ayah yang suka memukul biasanya akan mengikuti perilaku ayahnya.
XXX
Menurut Surjadi dan Handayan, beberapa faktor pencetus terjadinya KDRT adalah sebagai berikut: 1) Faktor masyarakat a) Kemiskinan b) Urbanisasi yang terjadi disertai kesenjangan pendapatan diantara penduduk kota c) Masyarakat keluarga ketergantungan obat d) Lingkungan dengan frekuensi kekerasan dan kriminalitas tinggi.
2) Faktor keluargaan a) Adanya keluarga sakit yang membutuhkan bantuan terus menerus seperti anak dengan kelainan mental b) Kehidupan keluarga yang kacau saling mencinta dan mengahargai, serta tidak menghargai peran wanita c) Kurang ada keagraban dan hubungan jaringan sosial pada keluarga, 40 Sifat kehidupan keluarga inti bukan keluarga luas.
3) Faktor individu a) Wanita yang single, Bercerai atau ingin bercerai b) Berumur 17- 28 Tahun c) Ketergantungan obat atau alcohol atau riwayat ketergantungan kedua zat itu d) Sedang hamil dan e) mempunyai partner dengan sifat memiliki cemburu berlebihan.
XXXI
C.
Dampak Kekerasan dalam Rumah Tangga (KDRT) Kekerasan dalam rumah tangga dengan berbagai bentuk, karakteristik dan sebabnya itu ternyata menimbulkan dampak yaitu: 1) Pada korban a) Penderitaan fisik (luka pada tubuh atau anggota badan b) Penderitan psikologis (rasa bersalah, kehilangan, kepercayaan, setres, depresi, trauma dan gila) c) Penderitaaan seksual (kerusakan ogan seksual dan organ reproduksi, gangguan pada hubungan seksual/ firgiditas, gangguan menstruasi, terjangkit penyakit menular seksual) d) penderiataan ekonomi (terlantar secara ekonomi, kemiskinan) e) Kematian 2) Pada perkembangan anak Dalam kekerasan dalam rumah tangga, anak laki- laki yang terbiasa melihat ayahnya melakukan kekerasan terhadap Ibunya akan mengaggap kekersan terhadap istri adalah hal yang yang wajar dan biasa,. Sedangkan anak perempuan lebih sering takut pada figur Ayahnya, benci pada laki- laki atau trauma pada lembaga perkawinan. 3) Bagi masyarakat Keluarga adalah unsur penting dalam terbentuknya masyarakat, apabila terjadi kekerasan dalam rumah tangga (keluarga) otomatis ketentraman masyarkat ikut terganggu, dan dampak yang paling buruk
XXXII
adalah
membudayanya
dan
terlembagakannya
kekerasan
dalam
masyarakat.21
21
Adib Faishol & Farid Muttaqin,, Panduan untuk Pendamping Perempuan Korban
Kekerasan Berbasis Pesantren, (Jakarta; Puan Amal Hayati), h. 39
XXXIII
BAB III GAMBARAN UMUM PUAN AMAL HAYATI AQIDAH USYMUNI SUMENEP MADURA
A. Sejarah Berdirinya PUAN Amal Hayati Aqidah Usymuni Kepedulian dan keprihatinan Ny. Hj, Aqidah Uymuni terhadap nasip perempuan di Madura tidak terbatas pada masalah pendidikan saja, tetapi juga pada masalah- masalah yang berkaitan dengan kehidupan berumah tangga. Ny. Hj. Aqidah Usymuni menyaksikanbetapa banyak istri yang tertindas dan tidak mendapatkan pelakuan adil dari para suami, tetapi meraka tidak berdaya dan tidak bisa berbuat apa- apa. Ini disebabkan karena kuatnya pengaruh budaya patriarki serta pemahaman agama yang bias jender di Sumenep. Kasus kekerasan terhadap keluarga dianggap sebagai hal yang biasa, bahkan harus ditutupi, karena itu merupakan rahasia keluarga, yang orang luar tidak boleh tau.sementara itu disumenep belum ada lembaga yang menangani kasus- kasus seperti ini secara serius. Hal tersebut menimbulkan dampak sangat buruk bagi kehidupan perempuan, termasuk maraknya kasus perkawinan usia dini, pendidikan yang rendah, partisipasi perempuan minim disemua ini. Akses perempuan terbatas dan potensi perempuan dinafikan. Terdorong oleh rasa gemas dan “geregetan” terhadap kondisi ini, Ny. Hj. Aqidah Usymuni berupaya mencari jalan untuk menolong dan melindungi kaum perempuan, khususnya kaum perempuan sumenep dari ketidak adilan
XXXIV 24
yang terjadi. Dan ketika mendengar bahwa dijakarta ada sebuah lembaga bernama PUAN Amal hayati yang melakukan pemberdayaan perempuan dengan basis pesantren, Ny. Hj. Aqidah Usymuni segera terbang ke Jakarta dan menyampaikan maksudnya untuk mendirikan PUAN dipesantrennya. Setelah disurvei dan dipelajari tentang daerah sana, Pada tanggal 20 Juni 2000, PUAN Amal Hayati Aqidah Usymuni yang beralamat di Jl: K.H Zainal arifin No. 1-9 Pandian- Sumenep 69414 Madura- Jawa Timur, diresmikan oleh Dra. Hj. Sinta Nuriyah Wahid, M. Hum (keteua PUAN Amal Hayati Pusat). Pada awal pendiriannya, PUAN Amal Hayati Aqidah Usymuni mendapat perlawanan dan tantangan daei kaum laki- laki dan para pemuka agama, namun setelahdijelaskan dengan hati- hati oleh ibu Sinta Nuriyah Wahid, M. Hum akhirnya mereka dapat menerima, bahkan langsung memberikan kesediannya untuk membantu dan mendukung program PUAN Amal Hayati aqidah Usymuni. 22 Sejak kelahirannya sampai dengan sekarang telah banyak kasus yang ditangani oleh PUAN Amal Hayati Aqidah Usymuni. Ada sekitar 72 kasus yang telah ditangani, meliputi KDRT, poligami, kekerasan terhadap anak dan pemerkosaan.23 Yayasan PUAN Amal hayati aqidah Usymuni Sumenep madura diresmikan tanggal 20 Juni 2000 oleh Ibu. Dra. Hj, Sinta Nuriyah Abdur
22
MAJALAH TANTRI warta istri, putri dan santri, Puan Amal Hayati Jakarta, volume 1
no.3 juli- september2008. hal. 37 23
Wawancara pribadi dengan Siti Aisyiyah. Sumenep, 13 Oktober 2008
XXXV
Rahman Wahid, M. Hum. Sebagai salah satu lembaga pendampingan, perlindungan, pemberdayaan yang ditujukan terhadap perempuan dan anakanak dikabupaten sumenep dengan ciri khas model pelayanan pesantren memberikan solusi bagi korban kekerasan baik terhadap perempuan atau anakanak berupa perlindungan hukum advokasi ataupun konseling tentang berbagai macam hal yang berkaitan dengan perempuan dan anak- anak secara kekeluargaan. Yayasan PUAN Aqidah Usymuni menjawab permasalahan masyarakat kabupaten sumenep yang selama ini merasa bingung kemana harus mencari rujukan ketika mengalami permasalahan khususnya kaum perempuan dan anak- anak, hal itu yang menganisiatifi Ny. Hj. Aqidah Usymuni untuk bergabung dengan PUAN Amal Hayati di Jakart. Dengan harapan keberadaan PUAN Aqidah Usymuni Sumenep bisa memeberikan solusi terbaik untuk menyelesaikan permasalahan perempuan dan anak- anak, juga memeberikan pendidikan yang berspektif gender bagi masyarakat di Kabupaten Sumenep sehingga tidak adalagi segala bentuk kekerasan serta diskriminasi bagi perempuan di kabupaten Sumenep.
B. Visi dan Misi PUAN Amal Hayati Aqidah Usymuni Sumenep Madura 1). Visi PUAN Amal Hayati Aqidah Usymuni Sumenep Madura Melindungi, Mengayomi, Memberdayakan,
Seta mengabdi Untuk
Perempuan dan Anak- anak. 2). Misi PUAN Amal Hayati Aqidah Usymuni Sumenep Madura
XXXVI
1. Memberikan perlindungan terhadap korban kekerasan baik kepada perempuan ataupun anak- anak 2. Mensosialisasikan anti kdrt dikabupaten sumenep 3. Memberdayakan perempuan melalui peningkatan perempuan 4. Mencetak kader konselor berperspektif gender 5. Memasyarakatkan budaya adil gender24
C. Struktur Kepengurusaan dan Program Kerja PUAN Amal Hayati Aqidah Usymuni Sumenep Madura 1. Struktur Kepengurusaan PUAN Amal Hayati Aqidah Usymuni Ketua umum
: Ny. Hj. Aqidah Usymuni (pesantren Aqidah Usymuni)
Ketua I
: Drs. KH. A. Shahraji, M. pd. I (Pesantren Aqidah Usymuni)
Ketua II
: Ny. Hj. Dewi Khalifah, SH (Pesantren Aqidah Usymuni)
Sekretaris I
: Siti Nur Asiyah, a. Ma (Muslimat NU)
Sekretaris II
: Ahmad Sanusi, SE (PMII)
Bendahara
: Hj. Misnawati Dewi (Muslimat Nu)
24
Dokumen Pribadi PUAN Amal Hayati Aqidah Usymuni sumenep, 13 Oktober 2008
XXXVII
: Yusnaniyah, S. HI (ORMAS)
DIVISI- DIVISI a. Pendampingan : Hj. Innani Mukarromah, Sh (DEPAG) : Tri Handayani, SH
(Kepolisian)
: Suhartini
(PMII)
: Rusiko, SH
(PMII)
: Hj. Fitriah Misbah
(PA)
: Hj. Trisnaawati, S. Sos
(BPMP)
: Kisniyah, A. Ma
(LKUMHAM)
: Dewi Masyitha, SH
(MuslimatNU)
: Mabruroh
(Pesantren)
: Lissaadah
(Pesantren)
a. Kemanusiaan
a. Fluralisme atau kerukunan beragama : Fathor arifin,S. Pd, M. MPd (Akademisi) : Mosthafa Arifin, S.Ag
(Akademisi)
: Alfiyatun, S.Pd.I
(ORMAS)
: Dra. S. Karlina, A. Wijaya (ORMAS)
XXXVIII
a. Forum kajian kitab kuning : KH. Fadli Syamsi
(Tokoh Agama)
: Ust, Moh. Erfan, S. Ag
(Pesantren)
: Syarifah
(Pesantren)
2. Program Kerja PUAN Amal Hayati Aqidah Usymunni Sumenep Madura a. Pendampingan 1) Konseling berperspektif islam 2) Pendampingan korban ke instasnsi rujukan 3) Pemberdayaan korban
b. Kemanusiaan 1) Penelitian terhadap kitab- kitab kuning yang bias jender 2) Menganalisis dan mengkritisi kitab- kitab kuning yang bias jender 3) Re- interpretasi kitab- kitab kuning yang bias jender 4) Menerbitkan hasil kajian 5) Sosialisasi hasil kajian
c. Forum Kajian Kitab Kuning (Fk3) 1) Santunan Anak- Anak Sekolah 2) Kimro Kredit 3) Bantuan Kepada Penyandang Cacat
XXXIX
4) Bantuan Korban Bencana Alam
d. Pluralisme Atau Kerukunan Umat Beragama 1) Sahur Keliling 2) Dialog Antar Agama25
D. Lembaga Yang Ada di PUAN 25
Dokumen Pribadi PUAN Amal Hayati aqidah Usymuni. sumenep, 13 Oktober 2008
XL
No
Lembaga
Jenis Kelamin
Jumlah
L
P
-
57
5726
57
117
273
75
45
120
15
12
27
86
75
161
198
89
287
431
395
82627
PUAN Amal Hayati Aqidah Usymuni Madrasah Diniyah 2
Aqidah Usymuni
Play Group PAUD Aqidah 3
Usymuni
Sekolah Dasar (SD) Aqidah 4 Usymuni Madrasah Tsanawiyah 5
Aqidah Usymuni
STIT. Aqidah Usymuni 6
(1TITA)
Jumlah
26 27
Wawancara pribadi dengan Siti Aisyiyah. Sumenep, 11 Oktober 2008 MAJALAH TANTRI warta istri, putri dan santri, Puan Amal Hayati (Jakarta, 2008, hal.
38
XLI
BAB IV TEMUAN DAN ANALISA
A. Upaya Penanganan Masalah Kekerasan dalam Rumah Tangga (KDRT) Di Pesantren untuk Pemberdayaan Perempuan (PUAN) Amal Hayati Aqidah Usymuni Sumenep Upaya adalah usaha untuk mencari jalan keluar,28 yang dimaksud upaya disini adalah upaya yang dilakukan pendamping Pesantren untuk Pemberdayaan Perempuan (PUAN) Amal Hayati Aqidah Usymuni Sumenep Madura dalam mengatasi masalah Kekerasan dalam Rumah Tangga (KDRT). Terdapat dua upaya penanganan masalah Kekerasan dalam Rumah Tangga (KDRT) di PUAN Amal Hayati Aqidah Usymuni, yaitu upaya penanganan Preventif dan upaya penanganan Kuratif. 1. Upaya Preventif Upaya preventif dilakukan untuk mengantisipasi agar tindak kekerasan tidak semakin berkembang dan mengorbankan korban kekerasan dalam rumah tangga lainnya. Upaya preventif menurut Pesantern untuk Pemberdayaan Perempuan (PUAN) Amal Hayati Aqidah Usymuni berupa:
28
Departemen pendidikan dan kebudayaan. Kamus Besar Indonisia. (jakarta: Balai
pustaka, 1999) h. 1109
XLII 32
a. Membongkar akar pandangan budaya dan penafsiran agama yang selama ini menjadi legitimasi (dasar pembenaran) tindak kekerasan terhadap KDRT Selama ini yang menjadi korban KDRT kebanyakan perempuan dan anak-anak.29 Dalam melakukan upaya pembongkaran akar pandangan budaya dan penafsiran Agama yang selama ini menjadi legitimasi (dasar pembenaran) tindak kekerasan, Pesantren untuk Pemberdayaan Perempuan (PUAN) Amal Hayati Aqidah Usymuni sedikit mengalami kesulitan, karena tidak mudah untuk merubah suatu pandangan dan penafsiran yang dianggap benar oleh masyarakat, apalagi bagi pelaku KDRT. 30 Salah satu Upaya pembongkaran yang dilakukan Pesantren untuk Pemberdayaan Perempuan (PUAN) adalah melakukan Penelitian terhadap kitab kuning yang bias jender, menerbitkan hasil kajian, kemudian mensosialisasi hasil kajian kitab kuning yang telah dikaji.31 b. Penyadaran kepada masyarakat agar peduli terhadap persoalan Kekerasan dalam Rumah Tangga (KDRT) Kekerasan dalam Rumah Tangga (KDRT) masih dianggap aib keluarga bagi sebagian masyarakat yang harus ditutupi, padahal tindakan KDRT sudah jelas-jelas dapat mengakibatkan orang lain
29
Dokumen PUAN Amal Hayati Aqidah Usymuni. Sumenep, 09 oktober 2008
30
Wawancara peribadi dengan Nyi. Hj. Aqidah Usymuni. Sumenep, 10. Oktober 2008
31
Wawancara peribadi dengan siti Aisyiyah. Sumenep, 10 Oktober 2008
XLIII
celaka, bahkan bagi pelaku KDRT akan dikenakan hukuman jika terbukti bersalah32. Namun tetap saja masyarakat masih saja enggan untuk melaporkan kekerasan yang terjadi dalam keluarganya karena alasan yang sama yaitu aib keluarga. Untuk memberikan pemahaman yang benar, PUAN Amal Hayati Aqidah Usymuni sering kali mengadakan semacam seminar yang mengacu pada penyadaran masyarakat tentang Kekerasan dalam Rumah Tangga (KDRT).33 c. Advokasi kebijakan dan peratutan Upaya advokasi dan peraturan ini dilakukan PUAN Amal Hayati Aqidah Usymuni untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat tentang KDRT dengan termasuk pelaku KDRT. d. Pengorganisasian
korban
Kekerasan
dalam
Rumah
Tangga
(KDRT)yang telah sanggup pulih dari kondisinya sebagai korban (survivor)34 Upaya ini dilakukan pendamping PUAN Amal Hayati Aqidah Usymuni supaya korban KDRT dapat berbagi pengalaman dengan santri ataupun masyarakat luar dengan harapan dapat meminimalisir terjadinya KDRT.35
32
Hadidjah & Laa. Jamaa, Hukum Islam &Undang- undang anti kekerasan dalam rumah
tangga. (Ambon, cipta karya mandiri, 2007)h. 33
Wawancara pribadi dengan syarifah. Sumenep, 11 Oktobber 2008
35
Wawancara pribadi dengan Nyi. Hj. Aqidah. Usymuni, Sumenep, 09 oktober 2008
XLIV
2. Upaya Kuratif Upaya kuratif dilakukan pada saat tindak kekerasan terhadap korban terjadi, yang tujuannya menolong korban yang sedang mengalami tindak Kekerasan dalam Rumah Tangga (KDRT). Adapun upaya kuratif yang diberikan Pendamping PUAN diantaranya: a. Pelayanan kasus bagi korban KDRT Pelayanan kasus bagi korban Kekerasan dalamRumah Tangga (KDRT) menyangkut penanganan secara fisik, pemulihan secara psikologis, upaya hukum serta pemberdayaan sosial. 1) Penanganan fisik Pelayanan kasus Kekerasan dalam Rumah Tangga (KDRT) menyangkut penanganan secara fisik berupa pelayanan yang menyangkut pertolongan pertama secara medis, pengobatan terhadap luka hingga visum. 2) Pemulihan psikologis Pemulihan secara psikologis yang diberikan pendamping PUAN
berkaitan dengan kejiwaan hingga pemulihan mental
melalui konseling dan terapi. 3) Upaya hukum Upaya hukum merupakan usaha formal yang diberikan pendamping PUAN untuk menyelesaikan kasus KDRT dalam jalur pengadilan 4) Pemberdayaan sosial
XLV
Pemberdayaan sosial merupakan langkah terakhir pasca trauma, dimana diupayakan korban dapat kembali hidup ditengahtengah masyarakat dengan martabat kemanusiannya secara utuh. Dengan pelayanan ini dapat diharapkan korban akan dapat memiliki kembali martabatnya yang hilang karena kekerasan yang dialaminnya,
sehingga
korban
dapat
beraktivitas
untuk
pengembangan diri dalam masyarakat.36
b. Penyadaran Terhadap Pelaku Pelaku juga merupakan sasaran (target group) yang harus ditangani dalam upaya kuratif penghentian KDRT. Penyadaran terhadap pelaku sangat penting sebagai bagian dari setrategi penghentian KDRT. Kesadaran pelaku terhadap gerakan anti KDRT akan sangat signifikan mengurangi kuantitas dan kualitas KDRT. Penyadaran terhadap pelaku bukan hanya bertujuan supaya mereka berhenti dalam melakukan KDRT, tetapi juga melibatkan mereka dalam upaya- upaya penghentian KDRT, meskipun upaya ini sangat berat dilakukan dan seringkali terabaikan kerena konsentrasi yang dibutuhkan untuk menangani KDRT sangat tinggi namun PUAN tetap berusaha untuk melakukan tindakan tersebut dengan cara bersosialisasi dengan masyarakat,37kegiatan yang diberian PUAN diantaranya adalah
36
Dokumen PUAN Amal Hayati Aqidah Usymuni. Sumenep, 06 oktober 2008
37
Dokumen PUAN Amal Hayati Aqidah Usymuni. Sumenep, 09 oktober 2008
XLVI
mengadakan
pengajian
dipesantren
dan
luar
pesantren
yang
berkoordinasi dengan para alumni Pesantren Aqidah Usymuni, dan memberi bantuan bagi kaum Dhu’afa dan korban bencana alam38
B. Proses Layanan Penanganan Masalah Kekerasan dalam Keluarga (KDRT) di Pesantren untuk Pemberdayaan Perempuan (PUAN) Amal Hayati Aqidah Usymuni Sumenep Berikut proses layanan penanganan masalah bagi korban KDRT Di PUAN Amal Hayati Aqidah Usymuni 1. Fisik/ medis/ seksual Penanganan fisik/ medis/ seksual menyangkut pertolongan pertama secara medis, pengobatan terhadap luka hingga visum. penangan bagi korban yang mengalami luka fisik adalah mengantar korban ke rumah sakit, korban harus segera memperoleh layanan medis agar kondisinya tidak semakin parah. Namun jika lokasi rumah sakit cukup jauh dari lokasi PUAN Amal Hayati Aqidah Usymuni, maka alternatifnya mengantar kedokter atau poliklinik terdekat.39 Akan tetapi apabila kondisi korban membutuhkan pertolonga tenaga ahli, maka pendamping sedapat mungkin segera mengantarkannya ke rumah sakit rujukan yang sudah menjadi mitra PUAN.40
Sebagai
dokumen
hasil
pemeriksaan,
korban
38
Wawancara pribadi dengan siti Nur Aisyiyah. Sumenep, 08 Oktober 2008
39
Dokumen PUAN Amal Hayati Aqidah Usymuni. Sumenep, 09 oktober 2008
40
Wawancara pribadi dengan Syarifah.. Sumenep, 08 Oktober 2008
XLVII
berhak
mendapatkan Surat Keterangan Medis (SKM), Surat Keterangan Sementara (SKS), atau Visum Et Repertum (VER) dari dokter. SKM adalah hasil pemeriksaan medis yang boleh dimiliki kekuatan hukum. SKS adalah hasil pemeriksaan medis yang diberikan kepada polisi dan bersifat sebagai pengganti VER yang aka diusulkan kemudian untuk kepentingan pengadilan. VER ini memiliki kekuatan hukum.41 Adapun cara mendapatkan pelayanan di rumah sakit adalah berikut prosedur layanannya adalah: a. Mendaftar dibagian pendaftaran, pada saat datang ke RS, semua pasien- termasuk korban- memiliki kewajiban yang sama, yaitu mendaftarkan diri untuk keperluan administrasi. korban harus segera didaftarkan agar segera mendapatkan penanganan pihak RS b. Pemeriksaan awal, setelah mendaftarkan diri, korban akan diperiksa oleh dokter untuk mengetahui kondisi fisiknya dan untuk menentukan apakah itu harus dirawat inap atau cukup rawat jalan, bagi korban yang harus menjalani rawat inap, perhatian dan dukungan keluarga, baik moril maupun materiil, sangatlah dibutuhkan demi memperlancar proses penyembuhan 42
41
Adib, Faishol & Muttaqin, farid, Panduan untuk pendamping perempuan korban
kekerasan berbasis pesantren, (jakarta; Puan Amal Hayati) 42
Wawancaraa pribadi dengan Syarifah. Sumenep, 10 Oktober 2008
XLVIII
2. Psikososial dan Spiritual Pemulihan psikologis berkaitan dengan penenangan kejiwaan hingga pemulihan mental melalui konseling dan terapi. layanan psikososial ini bisa dilakukan oleh pendamping yang telah menguasai prinsip-prinsip serta teknik konseling KDRT. Layanan konseling dilakukan di Pesantren yaitu di dalam ruangan konseling yang telah disiapkan oleh Pesantren untuk Pemberdayaan Perempuan (PUAN) maupun dirumah korban, dimana konselor melakukan home visit atau outreach kepada korban. Layanan psikososial ini merupakan penanganan aspek psikologis dan sosial dari korban, pendekatan yang cukup khas dari layanan ini adalah adanya pendekatan spiritual oleh pendamping yaitu berupa pembacaan ayat- ayat Al- qur’an. Dalam layanan ini PUAN juga menawarkan rumah perlindungan apabila korban membutuhkannya.43
3. Hukum Upaya hukum adalah usaha formal untuk menyelesaikan kasus KDRT dalam jalur pengadilan, mulai pengaduan kepolisi hingga vonis dan eksekusi hukuman bagi pelaku. Prosedur pelaksanaan upaya hukum yang dimaksud adalah setelah memberikan konseling psikologis awal untuk mengatasi krisis awal psikologis. Untuk melakukan pendampingan hukum,
43
Adib, Faishol & Muttaqin, Farid, Panduan untuk Pendamping Perempuan Korban
Kekerasan Berbasis Pesantren, (Jakarta; Puan Amal Hayati)
XLIX
konselor melakukan kerjasama atau merujuk korban ke LBH (lembaga bantuan hukum) mitra PUAN.44
4. Sosial Dan Ekonomi Pemberdayaan sosial adalah langkah terakhir pasca trauma, dimana diupayakan korban KDRT dapat kembali hidup di tengah masyarakat dengan martabat kemanusiaanya secara utuh. Dengan pelayanan ini korban KDRT akan dapat memiliki kembali martabatnya yang hilang karena kekerasan yang dialaminya, sehingga korban dapat kembali beraktivitas untuk pengembangan diri dalam masyarakat, Misalnya ketika diantara korban yang mengalami kesulitan ekonomi pasca kejadian KDRT,45 maka konselor menggali potensi dari korban dan jika memungkinkan memberikan informasi tentang sumber bantuan yang bisa dimanfaatkan oleh korban untuk membantu mengatasi masalah ekonominya.46
5. Penyadaran Terhadap Pelaku Pelaku juga merupakan sasaran (target group) yang harus ditangani dalam upaya kuratif penghentian KDRT. Penyadaran terhadap pelaku sangat penting sebagai bagian dari setrategi penghentian KDRT. Kesadaran pelaku terhadap gerakan anti KDRT akan sangat signifikan
44
Wawancara Pribadi Dengan Siti Nur Aisyiyah. Sumenep, 09 Oktober 2008
45
Dokumen PUAN Amal Hayati Aqidah Usymuni. Sumenep, 10 oktober 2008
46
Dokumen PUAN Amal Hayati Aqidah Usymuni. Sumenep. 12 Oktober 2008
L
mengurangi kuantitas dan kualitas KDRT. Penyadaran terhadap pelaku bukan hanya bertujuan agar mereka berhenti dalam melakukan KDRT, tetapi juga melibatkan mereka dalam upaya penghentian KDRT, meskipun upaya ini sangat berat dilakukan dan seringkali terabaikan kerena konsentrasi yang dibutuhkan untuk menangani KDRT sangat tinggi, namun PUAN tetap berusaha untuk melakukan tindakan tersebut dengan cara bersosialisasi dengan masyarakat,
47
salah satu tindakan yang
diberikan PUAN adalah mengadakan pengajian di Pesantren dan luar Pesantren yang berkoordinasi dengan para alumni Pesantren Aqidah Usymuni, memberi bantuan bagi kaum Dhu’afa dan korban bencana alam48
C. Metode atau Teknik Penanganan Masalah KDRT di Puan Amal Hayati Aqidah Usymuni Sumenep Motivasi korban KDRT yang datang ke PUAN Amal Hayati Aqidah Usymuni bermacam-macam, ada yang datang karena disuruh oleh keluarga, temannya dan ada yang datang atas kemauan sendiri. Begitu pula dengan kondisi korban ketika mengadu kepada pendamping, ada yang terluka secara fisik (bagian tubuhnya), ada yang terluka secara psikologis (jiwanya).
47
Dokumen PUAN Amal Hayati Aqidah Usymuni. Sumenep, 11 tober 2008
48
Wawancara pribadi dengan Siti Nur Aisyiyah. Sumenep, 08 Oktober 2008
LI
dan ada pula yang datang ke Pesantren PUAN Amal Hayati Aqidah Usymuni hanya ingin meminta bantuan penyelesaian masalah keluarga secara hukum.49 Berbagai
motivasi
dan
kondisi
penanganannya pun harus berbeda pula.
50
korban
yang
berbeda,
Penanganan dan pelayanan
selanjutnya disebut layanan saja yang diberikan pendamping yang disesuaikan dengan keadaan korban yang bersangkutan, tentunya berdasarkan kebutuhan korban.51 PUAN Amal Hayati Aqidah Usymuni mempunyai dua metode layanan yang diberikan kepada korban kekerasan termasuk korban Kekerasan dalam Rumah Tangga (KDRT) yaitu: Layanan yang diberikan pendamping kepada korban yang mengadukan kasusnya langsung dan layanan yang diberikan Pendamping kepada korban dengan cara mendatangi Rumah atau tempat tinggal korban. 1. Layanan yang diberikan konselor kepada korban yang datang langsung untuk mengadukan kasusnya. Langsung Layanan yang diberikan konselor kepada korban yang datang langsung untuk mengadukan kasusnya. Langsung
52
Layanan ini sifatnya memang
pasif, artinya pendamping hanya memberikan pelayanan kepada korban yang mengadukan kasusnya. Pendamping menunggu dan bersiap diri
49
Dokumen PUAN Amal Hayati Aqidah Usymuni. Sumenep, 10 tober 2008
50
Wawancara pribadi dengan Siti Aisyiyah Sumenep, 11 oktober 2008
51
Dokumen PUAN Amal Hayati Aqidah Usymuni. Sumenep, 11 tober 2008
52
Dokumen PUAN Amal Hayati Aqidah Usymuni. Sumenep, 10 tober 2008
LII
menerima
pengadauan
korban
sekaligus
menerima
permohonan
dampingan sesuai permintaan korban, Dalam menggunakan metode ini korbanlah yang selalu memulai kontak dengan pendamping PUAN Amal Hayati Aqidah Usymuni.53 Selain menerima pengaduan secara langsung metode pendampingan juga menerima pengaduan melalui telpon (hotline) ataupun suara menyurat. Cara pengaduan seperti ini biasanya dilakukan oleh korban yang tidak siap membuka jati dirinya atau tidak memiliki waktu yang cukup untuk datang mengadukan kasusnya secara langsung.54
2. Layanan yang diberikan Pendamping kepada korban dengan cara mendatangi Rumah atau tempat tinggal korban.55 Layanan pendampingan ini dilakukan dengan cara mendatangi Rumah atau Tempat tinggal korban, pendampingan ini dilakukan atas dasar informasi yang diperoleh secara benar mengenai kasus kekerasan yang dialami korban.56. Penekanan pada layanan ini sebatas memberikan pemahaman seputar kasus Kekerasan dalam Rumah Tangga (KDRT) yang menimpa korban.57 Misalnya, bahwa Agama Islam sangat menganjurkan
53
Wawancara pribadi dengan Siti Aisyiyah. Sumeenep, 11 oktober 2008
54
Wawancara pribadi dengan Syarifah, 11 oktober 2008
55
Dokumen PUAN Amal Hayati Aqidah Usymuni. Sumenep, 10 tober 2008
56
Wawancara pribadidengan Siti Aisyiyah. Sumenep, 11 tober 2008
57
Dokumen PUAN Amal Hayati Aqidah Usymuni . Sumenep, 11 Oktober 2008
LIII
hubungan kasih sayang dan membenci adanya kekerasan sesama manusia 58
Apabila pendamping merasa kurang mampu dalam melakukan pendampingan, maka pendamping menyerahkan pendampingannya kepada Kyai/Nyai, 59karena selama ini Kyai/ Nyai sudah sering mendatangi rumah atau tempat tinggal masyarakat yang sedang mengalami masalah. Baik masalah Agama, ekonomi maupun kesehatan.60 Adakalnya kyai/ Nyai tersebut dapat memberikan solusi yang memang dibutuhkan masyarakat. Namun kadang kala Kyai/ Nyai hanya memberikan saran maupun anjuran berkaitan denga persoalan yang dihadapinya. Meskipun mungkin belum menyelesaikan masalah, namun masyarakat sudah sanagat senang dan puas dengan kedatangan Kyai/ Nyai terhadap persoalan yang dihadapi masyarakat.61
D. Faktor penunjang dan penghambat upaya penangan masalah kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) di Pesantren unntuk Pemberdayaan Perempuan (PUAN) Amal Hayati Aqidah Usymuni Sumenep Wawancara penulis dengan pendamping Pesantren untuk Pemberdayaan Perempuan (PUAN) Amal Hayati Aqidah Usymuni Sumenep Madura. berikut penuturannya: Penulis mengawali pertanyaan dengan menanyakan faktor 58
Wawancara pribadidengan Siti Aisyiyah. Sumenep, 10 Oktober 2008
59
Wawancara pribadi dengan siti Aisyiyah, Sumenep, 10 Oktober 2008
60
Dokumen PUAN Amala Hayati Aqidah Usymuni. Sumenep 11 Oktober 2008
61
Wawancara pribadi dengan siti Aisyiyah, Sumenep, 10 Oktober 2008
LIV
penunjang penanganan masalah Kekerasan dalam Rumah Tangga atau lebih akrabnya disebut dengan masalah KDRT, pendamping
Pesantren untuk
pemberdayaan Perempuan (PUAN) dengan tegas menjawab bahwa banyak sekali yang mempengaruhi keberhasilan dalam mengatasi masalah KDRT di Pesantren ini, salah satunya adalah karena adanya Kyai/ Nyai selaku tokoh masyarakat sekaligus pendamping utama PUAN Amal Hayati aqidah Usymuni, lembaga hukum,Rumah sakit dan pihak terkait lainya yang selalu siap membantu apabila pendamping mendapatkan kesulitan, dan yang terakhir faktor penunjangnya adalah karena adanya pesantren yang dijadikan transformasi sosial budaya dalam mengatasi problema masyarakat. Dengan demikian dapat dianalisa bahwa faktor penunjang dalam mengatasi kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) di Pesantren untuk Pemberdayaan Perempuan (PUAN) Amal Hayati Aqidah Usymuni Sumenep Madura adalah Sebagai berikut: 1. karena adanya Kyai/ Nyai selaku tokoh masyarakat sekaligus pendamping utama PUAN Amal Hayati aqidah Usymuni 2. lembaga hukum, rumah sakit dan pihak terkait lainnya yang selalu siap membantu apabila pendamping mendapatkan kesulitan 3. adanya pesantren yang dijadikan transformasi sosial budaya dalam mengatasi problema masyarakat. Untuk mengetahui Faktor Penghambat dari Penanganan masalah Kekerasan dalam Rumah Tangga (KDRT) di Pesantren untuk Pemberdayaan Perempuan (PUAN) Amal Hayati Aqidah Usymuni penulis melakukan
LV
wawancara kembali dengan sebagian pendamping yang ada di Pesantren untuk Pemberdayaan Perempuan (PUAN) Aqidah Usymuni Sumenep Madura, berikut percakapan penulis dengan pendamping PUAN Amal Hayati Aqidah Usymuni: “Faktor
penunjangnya
sudah
banyak”,
apalagi
dengan
faktor
penghamabatnya! salah satu dari faktor penghambat yang sering kami temukan adalah, pandangan budaya dan penafsiran Agama yang dilihat dari sebelah mata, dalam hal ini PUAN Amal Hayati Aqidah Usymuni masih merasa kesulitan dalam melakukn pembongkaran budaya dan penafsiran Agama yang menjadi dasar pembenaran tindak kekerasan. Contoh budaya yang berkembang dalam masyarakat yang dipengaruhi paham patrikhisme, misalnya dalam keluarga sering kan, dijumpai yang memberi kesempatan kepada laki laki dalam pendidika, Bapak harus didahulukan ketika makan meskipun Ibu lebih membutuhan, pernikahan paksa, pernikahan dini terhadap perempuan. Disamping itu ada lagi penghambat yang sering kami temukan dalam amelakukan pendampingan yaitu sering kali kami ditentang oleh masyarakat yang kurang setuju dengan tindakan PUAN Amal Hayati Aqidah Usymuni dalam penanganan masalah KDRT, yang lebih parahnya lagi apabila kami melakukan proses bantuan hukum masih kami temukan kerja sama antara peaku KDRT dengan pejabat pemerintah setempat bahkan kami sering mendapatkan ancaman pembunuhan bila tidak menuruti keinginannya.62
62
Wawancara pribadi dengan Nyi Aqidah Usymuni. Sumenep, 09 Oktober 2008
LVI
Setelah penulis melakukan wawancara dengan pendamping Pesantren untuk Pemberdayaan Perempuan (PUAN) Amal Hayati Aqidah Usymuni tentang faktor penghambat dalam melakukan penanganan masalah Kekerasan dalam Rumah Tangga (KDRT), maka untuk penulis dapat menganalisa sebagai berikut: 1. Sulitnya melakukn pembongkaran budaya dan penafsiran Agama yang menjadi dasar pembenaran tindak kekerasan 2. Ancaman pembunuhan dan tentangan masyarakat yang kurang setuju dengan penanganan PUAN Amal Hayati Aqidah Usymuni dalam melakukan penanganan masalah KDRT 3. Adanya kerja sama antara pelaku KDRT dengan pejabat pemerintah setempat
LVII
BAB V PENUTUP
A Kesimpulan Setelah
penulis
mempelajari
dan
menganalisa
berbagai
permasalahan dalam skripsi yang berjudul “Upaya Penanganan Masalah Kekerasan dalam Rumah Tangga (KDRT) di Pesantren untuk Pembedayaan Perempuan (PUAN) Amal Hayati Aqidah Usymuni Sumenep Madura”, akhirnya penulis sampai pada tahap terakhir yaitu kesimpulan. 1. Terdapat dua upaya dalam mengatasi masalah Kekerasan dalam Rumah Tangga (KDRT) di Pesantren untuk Pemberdayaan Perempuan (PUAN) Amal Hayati Aqidah Usymuni yaitu upaya penanganan Preventif dan upaya penanganan Kuratif Upaya Penanganan Prefentif meerupakan suatu upaya yang dilakukan untuk mengantisipasi supaya tindak kekerasan tidak semakin berkembang dan mengorbankan korban kekerasan dalam rumah tangga lainnya. Sedangkan Upaya penanganan kuratif merupakan upaya penangana yang dilakukan dengan cara Membongkar akar pandangan budaya dan penafsiran agama yang selama ini menjadi legitimasi (dasar pembenaran) tindak kekerasan terhadap KDRT, Penyadaran kepada masyarakat agar peduli terhadap persoalan KDRT, Advokasi kebijakan dan peratutan, Pengorganisasian korban KDRT yang telah sanggup pulih
LVIII48
dari kondisinya sebagai korban (survivor). Dalam upaya
Kuratif
ini
terdapat 2 cara dalam merealisasika layanannya yaitu: 1) Pelayanan kasus bagi korban KDRT Pelayanan ini menyangkut penanganan secara fisik, pemulihan secara psikologis, upaya hukum serta pemberdayaan sosial. 2) Penyadaran Terhadap Pelaku
2. Peroses Layanan penanganan masalah Kekerasaan dalam Rumah Tangga (KDRT) di Pesantren untuk Pemberdayaan Perempuan (PUAN) Amal Hayati Aqidah Usymuni adalah meliputi Pelayanan secara Fisik/ Medis/ Seksual, Psikososial dan Spiritual, Hukum, Sosial dan Ekonomi
3. PUAN Amal Hayati aqidah usymuni mempunyai dua metode yaitu Layanan yang diberikan pendamping kepada korban yang mengadukan kasusnya langsung dan layanan yang diberikan pendamping kepada korban dengan cara mendatangi Rumah atau tempat tinggal korban atas dasar informasi yang diperoleh secara benar mengenai kasus kekerasan yang dialami korban.
4. Faktor penunjang dan penghambat penanganan masalah kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) di pesantren untuk permberdayaan perempuan (PUAN) Aqidah usymuni sumenep madura
LIX
a. Faktor penunjang upaya penanganan masalah Kekerasan dalam Rumah Tangga (KDRT) adalah 1) Adanya Pesanten yang dijadikan transformasi sosial budaya dalam mengatasi problema masyarakat 2) Adanya pihak terkait yang siaga membantu menguatkan kapacty buldig Pesantren dengan berbagai pelayanan seperti Kyai/ Nyai, kepolisian, RS, Komnas Ham, dan Lembaga-lembaga lainnya yang menjadi mitra PUAN Amal Hayati Aqidah Usymuni 3) Adanya ruang konseling dan shalter yang diintegrasikan dengan fasilitas pesantren
b. Faktor penghambat upaya Penanganan masalah Kekerasan dalam Rumah Tangga (KDRT) adalah 1) Sulitnya membongkar akar pandangan budaya dan penafsiran agama yang menjadi legitimasi (dasar pembenaran) tindak kekerasan, 2) Adanya tentangan dari sebagian masyarakat yang kurang setuju dengan layanan yang PUAN berikan, 3) Adanya kerja sama antara pelaku KDRT dengan pejabat pemerintah setempat
LX
B Saran 1. PUAN aqidah usymuni dalam menjalankan tugasnya sangat mulia sekali dan sangat baik dalam meminimalisir terjadinya Kekerasan dalam Rumah Tangga ( KDRT), untuk itu penulis berharap kepada Pesantren untuk Pemberdayaan Perempuan (PUAN) untuk selalu bersabar dan jangan pernah menyerah dalam membantu orang- orang yang membutuhkan, apapun bentuknya bantuan itu!
2. Keluarga merupakan tatanan keluarga yang harus dilindungi oleh semua orang, untuk itu penulis mengharap bantuan kepada semua aparat pemerintahan yang terkait untuk selalu memperhatikan orang- orang yang tertindas, terutama korban KDRT
3. “Kepada masyarakat” apabila dalam kelurga yang telah dibina merasa telah terjadi Kekerasan dalam Rumah Tangga (KDRT), baik Kekerasan dalam Rumah Tangga itu yang bersifat fisik, psikis dan penelentaran keluarga, jangan pernah takut untuk berkonsultasi dengan lembaga yang melayani konsultasi Kekerasan dalam Rumah Tangga (KDRT), jika perlu melaporlah kepada aparat yang bertanggung jawab terhadap kasus yang sedang dialaminya
LXI
4. “Kepada Pesanten untuk Pemberdayaan Perempuan (PUAN) Aqidah Usymuni” demi terlaksananya Penanganan masalah dengan baik, alangkah baiknya supaya secepatnya menyelesaikan shalter yang sedang dibangun.
LXII
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Aziz Al Badri, Hidup Sejahtera Dalam Naungan Islam, Jakarta: Gema Insani Press, 1990 Adib Faishol & Farid Muttaqin,, Paanduan untuk Pendamping Perempuan Korban Kekerasan Berbasis Pesantren, Jakarta; Puan Amal Hayati 2008 Arimbi Heroepoetri,“KDRT Meningkat” Diakses pada 19 Maret 2009 dari Http://Www.Tribun-Timur.Com/Read/Artikel/15790 Adib, Faishol & Muttaqin, Farid, Panduan untuk Pendamping Perempuan Korban Kekerasan Berbasis Pesantren, Jakarta; Puan Amal Hayati 2008 Burhan Bungin, Metode Penelitian Kualitatif; Aktualisasi Metodelogis Kearah Ragam Varian Kontemporer, Jakarta: PT raja Grafindo Persada, 2006 Departemen pendidikan dan kebudayaan. Kamus Besar Indonisia. jakarta: Balai pustaka, 1999. Hadidjah & Laa. Jamaa, Hukum Islam &Undang- undang anti kekerasan dalam Rumah Tangga. Ambon, cipta karya mandiri, 2007 ____________. Hukum islam & undang- Undang Anti kekerasan dalam Rumah TanggaAmbon, Cipta karya mandiri, 2007 Kementrian Pemberdayaan Perempuan, Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2004 Tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga Jakarta;Republik Indonesia 2004
LXIII
Lembaga Hukum, “Pemiskinan Perempuan dan Upaya Setengah Hati Negara dalam Menegakkan Hak Asasi Perempuan”, Diakses pada 19 Maret 2009 dari http://www.lbh-apik.or.id/catahu%202006.htm Mardalis, Metode Penelitoian Proposal,Jakarta: Bumi Aksara, 2002 Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, Bandug: PT Remaja Rosda Karya, 2000 MAJALAH TANTRI warta istri, putri dan santri, Puan Amal Hayati Jakarta, 2008. Nina Yusuf & Kawan- Kawan, Buku Panduan Tentang Kekerasan dalam Rumah Tangga, Jakarta:LKP2, 2003 Republik Indonesia, undang- undang R.I. Nomor 23 tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan dalam Rumah Ttangga Jakarta: 2004 Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif,Bandung: Penerbit Alfabeta, 2005 T.O. Ihromi Bunga Rampai Sosiologi, Jakarta; Yayasan Obor Indonesia 1999
.
LXIV
Upaya penanganan masalah kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) di Pesantren untuk Pemberdayaan Perempuan (PUAN) Amal Hahayati Aqidah Usymuni Sumenep Madura
Pedoman wawancara Untuk Konselor ( Konseling Islam )
Menurut ibu apakah ada perbedaan antara konseling dengan konseling Berperspektif Islam ? bagaimana proses pelaksaan konseling (berperspektif islam) yang ibu terapkan disni ? Apakah klien yang ibu tangani selama ini khusu untuk perempuan korban KDRT saja? Metode apa saja yang diterpkan disini ? Bagaimana tahapan pelaksaan konselingnya ? apakah ada kendala selama melakukan konseling, jika ada apa kendalanya ? Sesuai dengan tenarnya pesantren Puan amal hayati ini tentunya banyak sekali faktor pendukung yang menghantarkan puan sampai saat ini, terutam faktor pendukung dalam pelaksanaan konseling ? Bagaimana kesan ibu sebaggai konselor sekaligus pimpinan pesantren puan amal hayati ini ? Apa pesan ibu terhadapa masyarakat khususnya para pembaca skripsi ini ?
LXV
Upaya penanganan masalah kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) di Pesantren untuk Pemberdayaan Perempuan (PUAN) Amal Hahayati Aqidah Usymuni Sumenep Madura
Skrip wawancara untuk pendamping
Berapa jumlah klien yang masuk ke puan ini terhitung sejak tahun 2007- 2008 ? Apakah klien yang diterima di sini khusus perempuan korban KDRT saja ? Berapa lama proses pendampingannya ? Bagaimana prosedur pelaksanaan pendampingan yang diterapkan disisn i? Metode apa saja yang digunakan pendamping selama mendampingi klien ? Selama mendapingi klien faktor apa yang mendukung dan menghambat jalannya pendampingan ? Bagaimana kesan anda sebagai pendamping korban KDRT, dan apa pesan anda kepada masyarakat sebagai pendamping korban KDRT ?
LXVI
Upaya penanganan masalah kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) di Pesantren untuk Pemberdayaan Perempuan (PUAN) Amal Hahayati Aqidah Usymuni Sumenep Madura
Sekrip wawancara untuk Korban KDRT
Masuk kepesantren ini atas kemauan sendiri, dorongan keluarga atau saran teman ? Masalah apa yang membuat anda datang ke puan ini ? Mengapa anda memilih puan sebagai tempat pengaduan masalah anda ? Bagaimana perasaan anda setelah bergabung dengan puan ? Kegiatan apa saja yang di ikuti ibu saat berada di puan ? Sejak kapan masuk pesantren ini ? Bagaimana kesan ibu setelah keluar dari puan ? Apakah ada pesan yang ingin disampaikan anda kepada masyarakat ?
LXVII
Upaya penanganan masalah kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) di Pesantren untuk Pemberdayaan Perempuan (PUAN) Amal Hahayati Aqidah Usymuni Sumenep Madura
Skrip wawancara untuk Korban KDRT Via Telp
Bergabung dengan pesantren PUAN atas kemauan sendiri, dorongan keluarga atau saran teman ? Sejak kapan bergabung dengan pesantren Puan ? Masalah apa yang membuat anda bergabung dengan puan ? Mengapa anda memilih puan sebagai tempat pengaduan masalah anda ? Bagaimana perasaan anda setelah bergabung dengan puan ? Upaya apa saja yang diberikan Puan kepada anda ? Bagaimana kesan anda setelah bergabung dengan Puan ? Apakah ada pesan yang ingin disampaikan anda kepada masyarakat ?
LXVIII
Upaya Penanganan Masalah Kekerasan dalam Rumah Tangga (KDRT) di Pesantren untuk Pemberdayaan Perempuan (PUAN) Amal Hahayati Aqidah Usymuni Sumenep Madura
Pedoman Wawancara Pimpinan Sekaligus Pendamping PUAN Amal Hayati Aqidah USymuni
1. Bagaimana sejarah berdirinya Pesantren untuk Pemberdayaan Perempuan (PUAN) Amal Hahayati Aqidah Usymuni? 2. Apa visi dan misi didirikannya Pesantren untuk Pemberdayaan Perempuan (PUAN) Amal Hahayati Aqidah Usymuni? 3. Program apa saja yang dilakukan Pesantren untuk Pemberdayaan Perempuan (PUAN) Amal Hahayati Aqidah Usymuni ini? 4. Bagaimana metode pelaksanaan Pesantren untuk Pemberdayaan Perempuan (PUAN) Amal Hahayati Aqidah Usymuni? 5. Bagaimana tahapan pelaksanaan penanganan masalah KDRT di Pesantren untuk Pemberdayaan Perempuan (PUAN) Amal Hahayati Aqidah Usymuni? 6. Apakah korban yang telah keluar dari PUAN masih tetap dimonitor oleh pihak PUAN? 7. Bagaimana upaya penanganan masalah terhadap korban KDRT? 8. Faktor apa saja yang menjadi penunjang dan penghambat dalam pelaksanaan upaya penanganan masalah KDRT ? 9. Siapakah yang berperan serta dalam pelaksanaan upaya penanganan masalah KDRT ? 10. Mengapa anda memakai metode bimbingan dan konseling tersebut ? 11. Apa yang dimaksud dengan KDRT ? 12. Bagaimana kesan ibu sebagai pendamping sekaligus pimpinan pesantren PUAN Amal Hayati Aqidah Usymuni? 13. Apa pesan ibu terhadapa masyarakat khususnya korban KDRT ?
LXIX
Upaya Penanganan Masalah Kekerasan dalam Rumah Tangga (KDRT) di Pesantren untuk Pemberdayaan Perempuan (PUAN) Amal Hahayati Aqidah Usymuni Sumenep Madura
Pedoman Wawancara Pendamping PUAN Amal Hayati Aqidah USymuni
1. Apa yang Ibu ketahui tentang KDRT? 2. Klien yang masuk kesini apa cuma terbatas pada perempuan saja? 3. Bagaimana metode pelaksanaan Pesantren untuk Pemberdayaan Perempuan (PUAN) Amal Hahayati Aqidah Usymuni? 4. Bagaimana tahapan pelaksanaan penanganan masalah KDRT di Pesantren untuk Pemberdayaan Perempuan (PUAN) Amal Hahayati Aqidah Usymuni? 5. Waktu pelakasanaan penaganan masalah korban KDRT biasanya dilaksanakan dimana? 6. Apakah ada kendala dalam melakukan pendampingan? 7. Apa Faktor yang menjadi penunjang dan penghambat dalam melakukan penanganan masalah korban KDRT? 8. Apakah ada harapan atau pesan yang ingin disampaikan kepada masyarakat, khususnya kepada pembaca ?
LXX
Upaya Penanganan Masalah Kekerasan dalam Rumah Tangga (KDRT) di Pesantren untuk Pemberdayaan Perempuan (PUAN) Amal Hahayati Aqidah Usymuni Sumenep Madura
Pedoman Wawancara Korban KDRT PUAN Amal Hayati Aqidah USymuni
1. Bergabung dengan Pesantren untuk pemberdayaan perempuan (PUAN) dengan kemauan sendiri, dorongan keluarga atau teman ? 2. Sejak kapan bergabung dengan Pesantren untuk pemberdayaan perempuan (PUAN)? 3. Apa yang anda letahui tentang Kekerasan dalan Rumah Tangga (KDRT)? 4. Masalah apa yang membuat anda bergabung dengan Pesantren untuk pemberdayaan perempuan (PUAN)? 5. Mengapa anda memilih Pesantren untuk pemberdayaan perempuan (PUAN) sebagai tempat pengaduan masalah anda ? 6. Bagaimana perasaan anda setelah bergabung dengan Pesantren untuk pemberdayaan perempuan (PUAN) ? 7. Upaya apa saja yang diberikan Pesantren untuk pemberdayaan perempuan (PUAN) kepada anda ? 8. Bagaimana kesan anda setelah bergabung dengan Puan ? 9. Apakah ada pesan yang ingin disampaikan anda kepada masyarakat ?
LXXI
Wawancara Bersama Eksekutif Derektur Pesantren Untuk Pemberdayaan Perempuan (PUAN) Amal Hayati Aqidah Usymuni
Nama
: Ny. Hj. Aqidah Usymuni
Agama
: Islam
Alamat
: Pandian- Sumenep 69414 Madura- Jawa Timur
T. Wawancara : Ruang tamu Pondok Pesantren aqidah Usymuni Jabatan
T:
: Eksekutif Derektur PUAN
Bagaimana sejarah berdirinya Pesantren untuk Pemberdayaan Perempuan (PUAN) Amal Hahayati Aqidah Usymuni?
J:
Waktu saya kecil sering sekali saya menyaksikan betapa banyak istri yang tertindas dan tidak mendapatkan pelakuan adil dari para suami, tetapi mereka tidak berdaya dan tidak bisa berbuat apa-apa. Ini disebabkan karena kuatnya pengaruh budaya patriarki serta pemahaman agama yang bias jender di Sumenep dan kasus kekerasan terhadap keluarga dianggap sebagai hal yang biasa, bahkan harus ditutupi, karena itu merupakan rahasia keluarga, yang orang luar tidak boleh tau. Sementara itu disumenep belum ada lembaga yang menangani kasus-kasus seperti ini secara serius. Hal tersebut menimbulkan dampak sangat buruk bagi kehidupan perempuan, termasuk maraknya kasus perkawinan usia dini, pendidikan yang rendah, partisipasi perempuan minim disemua ini. Terdorong oleh rasa gemas dan “geregetan” terhadap kondisi ini, saya berupaya mencari jalan untuk menolong dan melindungi kaum perempuan, khususnya kaum perempuan di Sumenep dari ketidak adilan yang terjadi. Dan ketika mendengar bahwa dijakarta ada sebuah
lembaga
bernama
PUAN
LXXII
Amal
hayati
yang
melakukan
pemberdayaan perempuan dengan basis pesantren, saya langsung terbang ke Jakarta dan menyampaikan maksud saya untuk mendirikan PUAN dipesantren saya yang bernama Pondok pesantren Aqidah Usymuni. Setelah disurvei dan dipelajari tentang daerah Pondok pesantren Aqidah Usymuni, Pada tanggal 20 Juni 2000, PUAN Amal Hayati Aqidah Usymuni diresmikan oleh Dra. Hj. Sinta Nuriyah Wahid, M. Hum (keteua PUAN Amal Hayati Pusat). Pada awal pendiriannya, PUAN Amal Hayati Aqidah Usymuni mendapat perlawanan dan tantangan dari kaum laki laki dan para pemuka agama, namun setelah dijelaskan dengan hati-hati oleh Ibu Sinta Nuriyah Wahid, M. Hum akhirnya mereka yang menentang saya dapat menerima, bahkan langsung memberikan kesediannya untuk membantu dan mendukung program PUAN Amal Hayati aqidah Usymuni.
T: Apa visi dan misi didirikannya Pesantren untuk Pemberdayaan Perempuan (PUAN) Amal Hahayati Aqidah Usymuni? J: Visi PUAN Amal Hayati Aqidah Usymuni Sumenep Madura Melindungi, Mengayomi, Memberdayakan, Seta mengabdi Untuk Perempuan dan Anak- anak. Adapun Misi PUAN Amal Hayati Aqidah Usymuni Sumenep Madura adalah Memberikan perlindungan terhadap korban kekerasan baik kepada perempuan ataupun anak-anak, Mensosialisasikan anti KDRT dikabupaten sumenep, Memberdayakan perempuan melalui peningkatan perempuan, Mencetak kader konselor berperspektif gender, Memasyarakatkan budaya adil gender
LXXIII
T: Program apa saja yang dilakukan Pesantren untuk Pemberdayaan Perempuan (PUAN) Amal Hahayati Aqidah Usymuni ini? J: Banyak sekali program yang diselenggarakann di PUAN ini salah satunya adalah mengkaji kitab kuning, shalat berjama’ah, muhadaharoh, kerja bakti, sunat masal, santunan fakir miskin, kalau bulan puasa mengadakan saur keliling dan lain lainnya
T: Bagaimana metode pelaksanaan Pesantren untuk Pemberdayaan Perempuan (PUAN) Amal Hahayati Aqidah Usymuni? J: Metode yang diterapkan disini lebih kepada metode keagamaan, yang namanya ada didalam lingkup pesantren tentunya tidak jauh dari ajaran-ajaran ke Islaman
T: Mengapa anda memakai metode bimbingan dan konseling tersebut ? J: Ya! Disini kan bentuknya pesantren jadi saya fikir metode seperti itu yang pantas diterapkan disni
T: Bagaimana tahapan pelaksanaan penanganan masalah KDRT di Pesantren untuk Pemberdayaan Perempuan (PUAN) Amal Hahayati Aqidah Usymuni? J: Tergantung pada masalah yang diderita korbannya, apabila masalah yanag diderita korban membutuhkan bantuan medis maka pendamping akan membawanya kerumah sakit tapi apabila korban membutuhkan bantuan secara batin maka pendamping membarikan bantuan yang mengarah kesana
T: Apakah korban yang sudah keluar dari PUAN masih tetap dimonitor oleh pihak PUAN? J: Ia
T: Bagaimana upaya penanganan masalah terhadap korban KDRT? J: Membongkar akar pandangan budaya dan penafsiran agama yang selama ini menjadi legitimasi tindak kekerasan KDRT. Penyadaran kepada masyarakat
LXXIV
agar peduli terhadap persoalan Kekerasan dalam Rumah Tangga (KDRT), Advokasi kebijakan dan peratutanaya, Pengorganisasian korban Kekerasan dalam Rumah Tangga (KDRT)yang telah sanggup pulih dari kondisinya sebagai korban (survivor)
T: Faktor apa saja yang menjadi penunjang dan penghambat dalam pelaksanaan upaya penanganan masalah KDRT ? J: Adanya pendamping, pesantren PUAN Amal Hayati Aqidah Usymuni dan pejabat pemerintah setempat
T: Siapakah yang berperan serta dalam pelaksanaan upaya penanganan masalah KDRT? J: Pendamping, Pengurus PUAN dan masyarakat
T: Apa yang Ibu ketahui tentang KDRT ? J: KDRT adalah segala bentuk kekerasan yang terjadi dilingkup keluarga
T: Bagaimana kesan ibu sebagai pendamping sekaligus pimpinan pesantren PUAN Amal Hayati Aqidah Usymuni?
J: Senang sekali karena pekerjaan ini salah satu keinginan saya sejak kecil dan merupakan amanah dari orang Almarhum Bapak saya
T: Apa pesan ibu terhadapa masyarakat khususnya korban KDRT ? J: Jangan biarkan kekerasan dalam keluarga kita terjadi, jika terjadi kekerasan dalam keluarga kita maka melapolah pada pihak berwajib.
LXXV
Wawancara Bersama Pendamping PUAN Amal Hayati Aqidah Usymuni
Nama
: Siti Nur Aisyiyah
Umur
: 30 Thn
Agama
: Islam
Alamat
: Pandian- Sumenep 69414 Madura- Jawa Timur
T. Wawancara : Asrama pengurus pesantren Jabatan
: Sekretaris 1
T:
Apa yang Ibu ketahui tentang KDRT?
J:
“Em”, kalo kata saya, KDRT itu adalah segala bentuk kekerasan yang dialami anggota keluarga, mulai dari anak, istri, pembantu dan lainlainnya baik kekerasan itu berbentuk kekerasan fisik ataupun psikis
T:
klien yang masuk kesini apa cuma terbatas pada perempuan saja?
J:
tidak banyak sekali klien yang masuk ke PUAN ini, mulai dari kasus perkosaan, KDRT, poligami dll
T:
Metode yang diberikan kepada klien seperti apa?
J:
Puan amal hayati mempunyai dua metode layanan kepada korban kekerasan yaitu: Layanan Pasif/ stanby dan Layanan Aktif/ Out- Reach. Biasanya layanan ini diberikan pendamping kepada korban yang datang langsung untuk mengadukan kasusnya sedangkan layanan aktif/ Outh Reach merupakan layanan yang diberikan konselor kepada korban dengan cara mendatangi rumah atau tempat tinggal korban
T:
Upaya apa saja yang diberikan kepada klien dalam melakukan konseling?
J:
bagi klien yang memilih tinggal di sini maksudnya di PUAN aqidah Usymuni, kami dari pihak PUAN selain menyediakan tempat khusus biasanya kami juga mengikutkan klien kegiatan- kegiatan bagaimana
LXXVI
layaknya santri yang ada seperti mengkuti shalat berjema’ah, tadarus muhadharoh bahkan diikutkan lomba- lomba, dan kegiatan- kegiatan lainnya
T:
Waktu pelakasanaan konselingnya biasanya dilaksanakan dimana?
J:
Berhubung kantor PUAN sedang dalam tahap perbaikan, untuk saat ini tempat pelaksanaannya dilaksanakan di kantor pesantren dan masalah penentuan waktunya, biasanya kami melihat kondisi klien terlebih dahulu, ya kalau klien sudah siap, mau tidak mau kita harus siap.
T:
Peroses konseling yang diberikan seperti apa?
J:
Tergantung kasusnya mba, dulu pernah ada kasus perkosaan yang dialami bocah kurang lebih umur 13 thn yang pelakunya pamannya sendiri, nah karena kasus yang dialami korban menyangkut hukum, maka layanan yang diberikan PUAN juga melalui hukum.(1) PUAN mendengan kabar bahwa disalah satu kabupaten sumenep ada peristiwa seperti itu (kasus perkosaan), (2) PUAN mendatangi tempat tersebut dan membawa anak itu (korban) ke Rumah Sakit untuk di Visum, (3) Hasil Visum dibawa kepengadilan, (4) Klien ditempatkan dipesantren untuk sementara waktu
T:
Apakah ada kendala dalam melakukan pendampingan?
J:
Ada lah mba! Terkadang kesulitan berkomunikasi dengan korban karena kondisinya yag masih trauma, adanya kerja sama jelek (sogok- menyogok) antara pelaku dengan aparat pengadilan, disamping itu juga diancam oleh pelaku.
T:
Faktor apa yang menjadi penunjang dalam melakukan konseling?
J:
Selain adanya dukungan dari pengasuh (Nyi dan Kyi) juga didukung oleh lembaga- lembaga lain seperti RS, PA (Pengadilan Agama), PN (Pengadilan Negeri), Kepolisian, LP2TP2A dan lain sebagainnya, yang
LXXVII
sangat menunjang dalam melakukan konseling atau kegiatan lainnya adalah adanya Pesantren yang sejak dulu terkenal dengan transformasi sosial serta budaya dalam mengatasi problema masyarakat
T:
Apakah ada harapan atau pesan yang ingin disampaikan kepada masyarakat, khususnya kepada pembaca ?
J:
Harapan saya adalah kalo orang yang bersalah harus mendapatkan sanksi yang setimpal.jangan sampai seperti istilah “ Pisau Tajam Kebawah” Artinya ketika orang yang mempunyai jabatan gampang dianggap benar tetapi kalo yang bersalah orang kecil atau orang bawah malah semakin dipersulit. Pesan saya adalah: Perempuan mempunyai hak yang sama baik pada ekonomi, ataupun yang lainnya, nyatanya tidak kan! Perempuan selalu dianggap ada dibawah status laki- laki. Tapi tolong lah setarakan hak- hak perempuan.bukannya dulu pernah ada cerita tentang sahabat yang menghadap Rosululllah dan bertanya kepada Beliau “siapa ya Rosul yang harus saya hormati? Rosul menjawab, Ibumu! Lalu siapa ya Rosul? Ibumu! kemudian siapa ya Rosul? Ibumu barulah ayahmu!, nah rosul aja menjunjung tinggi pertempuan, untuk itu saya berharap sekali setidaknya setarakan gender.
LXXVIII
Wawancara Bersama Korban Kekerasan Terhadap Perempuan di PUAN Amal Hayati Aqidah Usymuni
T:
Bergabung dengan Pesantren untuk pemberdayaan perempuan (PUAN) atas kemauan sendiri, dorongan keluarga atau teman ? Sendiri
T:
Sejak
kapan
bergabung dengan
Pesantren
untuk pemberdayaan
perempuan (PUAN)? Sejak saya kabur dari rumah T:
Apa yang anda ketahui tentang Kekerasan dalan Rumah Tangga (KDRT)?semua yang menyakitkan saya
T:
Upaya apa saja yang diberikan Pesantren untuk pemberdayaan perempuan (PUAN) kepada anda ? banyak
T:
Masalah apa yang membuat anda bergabung dengan Pesantren untuk pemberdayaan perempuan (PUAN)? Orang tua saya dua duanya kan sudah meninggal,dan saya tinggal bersama nenek saya, pada usia 13 tahun saya ingin dinikahkan oleh nenek saya, saya tidak mau karena saya masih ingin melanjutkan sekolah. Karena saya dipaksa nikah akhirnya saya kabur dari rumah. Saya terus berontak sama nenek saya tapi tetap tidak didengarkan oleh nenek saya, karena perkataan saya tidak didengarkan akhirnya saya kabur dari rumah
T:
Mengapa anda memilih Pesantren untuk pemberdayaan perempuan (PUAN) sebagai tempat pengaduan masalah anda ? Tidak tahu
T:
Bagaimana kesan anda setelah bergabung dengan Pesantren untuk pemberdayaan perempuan (PUAN) ?Merasa tenang
T:
Apakah ada pesan yang ingin disampaikan anda kepada masyarakat ?
LXXIX
Wawancara Bersama Korban Kekerasan Terhadap Perempuan di PUAN Amal Hayati Aqidah Usymuni
T:
Bergabung dengan Pesantren untuk pemberdayaan perempuan (PUAN) atas kemauan sendiri, dorongan keluarga atau teman ? Diajak
T:
Sejak
kapan
bergabung dengan
Pesantren
untuk pemberdayaan
perempuan (PUAN)? Sejak saya keluar Madrasah Aliyah
T:
Apa yang anda ketahui tentang Kekerasan dalan Rumah Tangga (KDRT)? Kekerasan yang terjadi dalama rumah tangga
T:
Upaya apa saja yang diberikan Pesantren untuk pemberdayaan perempuan (PUAN) kepada anda ?pelatihan menjahit, majlis ta’lim dan masih banyak yang lainnya
T:
Masalah apa yang membuat anda bergabung dengan Pesantren untuk pemberdayaan perempuan (PUAN)? Sejak dulu saya ingi sekali untuk mundok, pada waktu sekolah saya dan teman sekelas saya sepakat jika lulus sekolah kelak, ingin mundok! setelah saya lulus sekolah ternyata ditentang oleh orang tua
T:
Mengapa anda memilih Pesantren untuk pemberdayaan perempuan (PUAN) sebagai tempat pengaduan masalah anda ? Diajak dan kebetulan saya ingin sekali berada di Pesantren
T:
Bagaimana kesan anda setelah bergabung dengan Pesantren untuk pemberdayaan perempuan (PUAN) ?Senang banget
LXXX
LXXXI