PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA SISWA SD ISLAM AN-NIZOMIYAH
Oleh :
IMRON HS NIM: 1810011000004
PROGRAM PENINGKATAN KUALIFIKASI AKADEMIK JENJANG S-1 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2013/2014
LEMBAR PENGESAHAN Skripsi yang berjudul Penerapan Model Pembelajaran Kontekstual Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Pendidikan Agama Islam Pada Siswa SD Islam An-Nizomiyah disusun oleh Imron HS, NIM. 1810011000004, Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta dan telah dinyatakan lulus dalam Ujian Munaqasah pada tanggal 1 Oktober 2014 di hadapan dewan penguji. Karena itu, penulis berhak memperoleh gelar Sarjana S1 (S.Pdi) dalam bidang Pendidikan Agama Islam. Jakarta, 1 Oktober 2014 Panitia Ujian Munaqasah Tanggal
Tanda Tangan
_______________
_________________
_______________
_________________
_______________
_________________
Ketua Panitia (Pjs. Ketua Jurusan PAI) Dr. Muhbib Abd. Wahab, MA. NIP. 196810231993031002 Penguji I Drs. Masan AF, M.Pd. NIP. 195107161981031005 Penguji II Muhammad Soleh Hasan, Lc., MA. NIP. 197102142006041018
Mengetahui, Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan
Dra. Nurlena Rifa’i, MA, Ph.D. NIP. 195910201986032001
ABSTRAK Imron HS. Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan. Penerapan Model Pembelajaran Kontekstual Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Pendidikan Agama Islam Pada Siswa SD Islam An-Nizomiyah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penerapan model pembelajaran kontekstual dalam upaya meningkatkan hasil belajar PAI dan tingkat keberhasilan belajar peserta didik kelas V SD Islam An-Nizomiyah pada mata pelajaran PAI melalui penerapan pembelajaran kontekstual. Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas adalah penelitian tindakan yang dilakukan dengan tujuan memperbaiki dan meningkatkan mutu praktik pembelajaran secara berkesinambungan. Hasil dari penelitian ini menjunjukkan bahwa Penggunaan pendekatan pembelajaran kontekstual dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam dapat meningkat, yaitu pada pra siklus persentase aktivitas peserta didik sebesar 58,6%, pada siklus I aktivitas peserta didik mengalami peningkatan menjadi 73,96%, sedangkan pada siklus II persentase aktivitas peserta didik meningkat menjadi 90,2%, sehingga dapat dikatakan bahwa banyak peserta didik yang melakukan aktivitas dalam proses pembelajaran berkriteria baik sekali. Penerapan pembelajaran kontekstual dapat meningkatkan prestasi belajar Pendidikan Agama Islam peserta didik kelas V-A SD Islam An-Nizomiyah Pasarminggu Jakarta Selatan terhadap materi PAI. Peningkatan prestasi belajar peserta didik meningkat, yang semula nilai rata-rata pra siklus 67 meningkat menjadi 72,9 atau sekitar 8.81% pada siklus I, pada siklus II lebih meningkat lagi menjadi 80,25 atau meningkat sekitar 10,08%.
Kata kunci: Pembelajaran Kontekstual, Hasil belajar, Pendidikan Agama Islam
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan syukur Alhamdulilah, Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya. Shalawat dan salam senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, kepada keluarga dan para sahabatnya, serta kepada seluruh muslimin dan muslimat. Alhamdulillahi rabbil ‘alamiin, senantiasa penulis panjatkan kepada-Nya. Karena atas ridho-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dirinya adalah makhluk sosial yang tidak mungkin dapat hidup mandiri. Begitu pula dengan proses pelaksanaan penyusunan skripsi, penulis membutuhkan bimbingan, bantuan, dukungan, dan do’a dari berbagai pihak. Sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan baik. Sebagai ungkapan rasa hormat yang teramat sangat, penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada: 1. Ibu Nurlena Rifa’i, Ph.D., Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Bapak Bahrissalim, M.Ag., Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, berkat jasa beliau penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik, beliau juga yang senantiasa memberikan yang terbaik untuk seluruh mahasiswa Pendidikan Agama Islam. 3. Bapak Bahrissalim, M.Ag., selaku dosen pembimbing, berkat jasa beliau, penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan baik. 4. Drs. H. Muhammad Nozom Chotib, kepala sekolah SD Islam An-Nizomiyah Jakarta Selatan, yang telah memberikan penulis kesempatan
untuk
mengadakan penelitian di sekolah. 5. Keluarga Besar SD Islam An-Nizomiyah Jakarta Selatan. 6. Seluruh civitas akademika Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
i
7. Keluarga tercinta yang telah memberikan dorongan dan pengorbanan selama penyusunan skripsi ini. 8. Kawan-kawan seperjuangan Pendidikan Agama Islam, yang telah memberikan banyak inspirasi kepada penulis. 9. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, baik secara langsung maupun tidak langsung yang turut memberikan do’a dan dukungan selama proses penyusunan skripsi. Penulis panjatkan do’a dan rasa syukur kepada Allah SWT, semoga jasa yang telah mereka berikan menjadi amal shaleh dan mendapatkan balasan yang jauh lebih baik dari-Nya. Amin. Akhirul kalam, penulis memohon maaf yang sebesar-besarnya atas segala kekurangan yang terdapat dalam skripsi ini, dan dengan kerendahan hati penulis menerima kritik dan saran yang konstruktif. Besar harapan penulis, semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak. Jakarta, Juni 2014 Penulis
Imron HS
ii
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR...................................................................................
i
DAFTAR ISI .................................................................................................
iii
DAFTAR TABEL .........................................................................................
v
DAFTAR GAMBAR.....................................................................................
vi
BAB I
PENDAHULUAN .........................................................................
1
A. Latar Belakang Masalah .............................................................
1
B. Identifikasi Masalah ...................................................................
4
C. Pembatasan Masalah...................................................................
4
D. Perumusan Masalah....................................................................
5
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian....................................................
5
KAJIAN TEORI ...........................................................................
7
A. Pembelajaran Kontekstual ..........................................................
7
BAB II
B. Hasil belajar ............................................................................... 17 C. Pendidikan AgamaIslam ............................................................. 21 D. Hepotesis Tindakan .................................................................... 28 BAB III METODOLOGI PENELITIAN................................................... 29 A. Jenis Penelitian........................................................................... 29 B. Waktu dan Tempat Penelitian ..................................................... 31 C. Pelaksana dan Kolaborator ......................................................... 32 D. Sumber Data dan Jenis Data ....................................................... 32 E. Teknik Pengumpulan Data ......................................................... 33 F. Analisa Data ............................................................................... 35 G. Tahapan Penelitian ..................................................................... 37 H. Indikator Ketercapaian ............................................................... 43 I. Jadwal Pelaksanaan Penelitian .................................................... 44 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN............................. 45 A. Profil SD Islam An-Nizomiyah Jakarta Selatan .......................... 45 B. Paparan Data Sebelum Penelitian ............................................... 48 C. Siklus I ....................................................................................... 50 iii
D. Siklus II...................................................................................... 56 E. Pembahasan................................................................................ 32 BAB V
PENUTUP ..................................................................................... 66 A. Kesimpulan ............................................................................... 66 B. Saran ........................................................................................ 66
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
iv
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemajuan suatu bangsa hanya dicapai melalui penataan pendidikan yang baik. Upaya peningkatan mutu pendidikan itu diharapkan dapat meningkatkan harkat dan martabat manusia Indonesia. Untuk mencapai itu, pendidikan harus adaptif terhadap perubahan zaman. Dalam konteks pembaharuan pendidikan, ada 3 isu utama yang perlu disoroti, yaitu pembaharuan kurikulum, peningkatan kualitas
pembelajaran
dan
efektifitas
metode
pembelajaran.
Kurikulum
pendidikan harus komprehensif dan responsif terhadap dinamika sosial, relevan, dan mampu mengakomodasikan keberagaman keperluan dan kemajuan teknologi. Kualitas pembelajaran harus ditingkatkan untuk meningkatkan kualitas hasil pendidikan. Oleh karena itu, harus ditemukan strategi atau pendekatan pembelajaran yang efektif dikelas, yang lebih memberdayakan potensi siswa. Ketiga hal itulah yang sekarang menjadi fokus pembaharuan pendidikan di Indonesia. Pendidikan memerlukan inovasi-inovasi yang sesuai dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi tanpa mengabaikan nilai-nilai manusia, baik sebagai makhluk sosial maupun sebagai makhluk religius. Mengingat pendidikan selalu berkenaan dengan upaya pembinaan manusia, maka keberhasilan pendidikan sangat bergantung pada unsur manusianya. Unsur manusia yang paling menentukan berhasilnya pendidikan adalah pelaksanaan pendidikan, yaitu guru. Gurulah ujung tombak pendidikan sebab guru secara langsung berupaya mempengaruhi, membimbing, membina, dan mengembangkan kemampuan siswa agar menjadi manusia yang cerdas, terampil, dan bermoral tinggi. Inilah hakikat pendidikan sebagai usaha memanusiakan manusia. Sebagai ujung tombak, guru dituntut memiliki kemampuan dasar yang diperlukan sebagai pendidik dan pengajar. Kemampuan tersebut tercermin dalam kompetensi guru.
1
2
Sebagai pengajar paling tidak guru harus menguasai bahan yang diajarkannya dan terampil dalam hal cara mengajarkannya. Bahan yang harus diajarkan oleh guru tercermin dalam kurikulum (program belajar bagi siswa), sedangkan cara mengajarkan bahan tercermin atau berkaitan dengan proses belajar mengajar. Proses belajar mengajar terjadi manakala ada interaksi antara guru dengan siswa dan antara siswa dengan siswa. Dalam interaksi tersebut guru memerankan fungsi sebagai pengajar atau pemimpin belajar atau fasilitator belajar, sedangkan siswa berperan sebagai pelajar atau individu yang belajar. Keterpaduan kedua fungsi tersebut mengacu kepada tujuan yang sama, yakni memanusiakan siswa yang secara operasional tercermin dalam tujuan pendidikan dan tujuan pengajaran, yang sekarang dikenal dengan istilah standar kompetensi, kompetensi dasar dan indikator hasil belajar. Belajar-mengajar sebagai suatu proses memerlukan perencanaan yang saksama dan sistematis agar dapat dilaksanakan secara realistis. Perencanaan tersebut dibuat oleh guru sebelum melaksanakan proses belajar mengajar yang disebut dengan rancangan/skenario pembelajaran (RP) dan silabus. Pendidik dituntut untuk benar-benar mengetahui dan mengerti metode yang cocok dalam proses belajar mengajar yang disesuaiakan dengan kondisi dan kemampuan peserta didik yang akhirnya pendidikan itu bisa mencapai tujuan yang diinginkan serta mendapatkan hasil yang maksimal. Penguasaan terhadap metodologi pengajaran adalah merupakan salah satu persyaratan bagi seorang tenaga pendidik yang profesional. Seorang tenaga pendidik yang profesional selain harus menguasai mata pelajaran yang akan diajarkan, juga harus menguasai metodologi pembelajaran. Di dalam metodologi pembelajaran ini diajarkan tentang teknik mengajar (Teaching Skill) yang efektif yang dibangun berdasarkan teori-teori pendidikan serta ilmu didaktik, metodik dan pedagogik.1 Menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Bab I pasal 1 menjelaskan bahwa pendidik adalah tenaga kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru. Menurut Ahmad Tafsir yang dikutip oleh Nurfuadi mengemukanan bahwa “guru
1
Abudin Nata, Manajemen Pendidikan: Mengatasi kelemahan Pendidikan Islam di Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2003), h. 29-30
3
adalah orang-orang yang bertanggung jawab terhadap perkembangan anak didik dengan mengupayakan perkembangan seluruh potensi anak didik, baik potensi afektif, kognitif maupun psikomotorik”.2 Berdasarkan dari hasil pengamatan yang peneliti lakukan di SD Islam AnNizomiyah ternyata masih ditemukan bahwa metode pembelajaran PAI yang digunakan belum sesuai yang diharapkan. Metode yang digunakan masih monoton dan klasik seperti ceramah dan hafalan. Sehingga peserta didik tampak jenuh yang ditunjukkan dengan respon yang rendah acuh tak acuh selama mengikuti proses pembelajaran. Dari segi hasil belajar siswa data yang diperoleh dari guru mata pelajaran PAI didapat bahwa rata-rata nilai ulangan harian siswa kelas V 67,5. Nilai tersebut masih dibawah KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) yang ditetapkan oleh sekolah yaitu 70. Oleh karena itu, diperlukan berbagai upaya, inovasi dan kreativitas dalam penerapan pembelajaran PAI sehingga tujuan pembelajaran PAI bisa tercapai sesuai yang diharapkan bersama. Dari uraian di atas, dapat diketahui bahwa hasil belajar siswa masih tergolong rendah. Selain itu bahwa metode pembelajaran PAI yang digunakan monoton dan klasik seperti ceramah dan hafalan. Pembelajaran di sekolah tidak hanya difokuskan pada pemberian pembekalan kemampuan pengetahuan yang bersifat teoritis saja, akan tetapi bagaimana agar pengalaman belajar yang dimiliki siswa senantiasa terkait dengan permasalahan-permasalahan aktual yang terjadi di lingkungannya. Untuk mengaitkan setiap materi atau topik pembelajaran dengan kehidupan nyata yaitu dengan menggunakan model pembelajaran kontekstual. Berdasarkan kenyataan tersebut peneliti berinisiatif untuk melakukan penelitian tindakan kelas berupa pemberian tindakan melalui pembelajaran yang mengajak peserta didik lebih aktif dalam proses pembelajaran. Alternatif yang dipilih adalah dengan menggunakan model pembelajaran kontekstual. Untuk itu peneliti menganggap penting untuk melakukan penelitian dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran Kontekstual Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Pendidikan Agama Islam Pada Siswa SD Islam An-Nizomiyah”. 2
Nurfuadi, Profesionalisme Guru, (Purwokerto: STAIN Press, 2012), Cet. I, h. 54
4
B. Identifikasi Masalah 1. Peran guru sebagai fasilitator kurang optimal sehingga kemampuan siswa kurang berkembang. 2. Strategi pembelajaran yang monoton menyebabkan siswa kurang minat belajar. 3. Siswa kurang aktif karena guru tidak melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran.
4. Pembelajaran yang masih bersifat teoritis dan masih jauh dari konteks nyata. 5. Ketidaktepatan pemilihan model dan metode dalam proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam. C. Pembatasan Masalah Dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah tugas utama seorang guru adalah memfasilitasi agar anak mampu melakukan proses asimilasi dan proses akomodasi, karena setiap anak memiliki kecendrungan untuk belajar hal-hal yang baru dan penuh tantangan. Kegemaran anak adalah mencoba hal-hal yang dianggap aneh dan baru. Belajar bagi mereka adalah mencoba memecahkan setiap persoalan yang menantang. Dengan demikian, guru berperan dalam memilih bahan-bahan belajar yang dianggap penting untuk dipelajari siswa. Siswa dalam pembelajaran kontekstual dipandang sebagai individu yang sedang berkembang. Kemapuan belajar seseorang akan dipengaruhi oleh tingkat perkembangan dan keluasan pengalaman yang dimilkinya. Anak bukanlah orang dewasa dalam bentuk kecil, melainkan organisme yang sedang berada dalam tahap-tahap perkembangan dan pengalaman mereka. Dengan demikian, peran guru bukanlah sebagai instruktur atau penguasa yang memaksakan kehendak melainkan guru adalah pembimbing siswa agar mereka bisa belajar sesuai dengan tahap perkembangannya. Permasalahan dalam judul di atas sangatlah luas maka dari itu, penulis membatasi penulisan skripsi ini pada masalah: “Pendekatan pembelajaran yang
5
digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kontekstual (CTL) dan hasil belajar siswa”. D. Perumusan Masalah Berdasarkan permasalahan di atas, dapat dirumuskan beberapa permasalan sebagai berikut: a. Bagaimanakah penerapan model pembelajaran kontekstual dalam upaya meningkatkan hasil belajar PAI pada peserta didik kelas V SD Islam AnNizomiyah? b. Apakah penerapan pembelajaran kontekstual dapat meningkatkan hasil belajar PAI pada peserta didik kelas V SD Islam An-Nizomiyah? E. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini ialah untuk: a. Untuk mengetahui penerapan model pembelajaran kontekstual dalam upaya meningkatkan hasil belajar PAI pada peserta didik kelas V SD Islam AnNizomiyah. b. Untuk mengetahui tingkat keberhasilan belajar peserta didik kelas V SD Islam An-Nizomiyah pada mata pelajaran PAI melalui penerapan pembelajaran kontekstual. 2. Manfaat Penelitian Adapun penelitian ini, diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain: a. Manfaat praktis 1) Bagi peserta didik dapat memberikan sikap positif dan meningkatkan pemahaman terhadap mata pelajaran pendidikan agama Islam. 2) Bagi peneliti dapat menambah pengalaman praktis di bidang penelitian dan pengalaman secara langsung penerapan pembelajaran kontekstual dalam pembelajaran PAI.
6
b. Manfaat teoritis 1) Bagi guru PAI sebagai bahan pertimbangan dalam pemilihan metode dan teknik untuk meningkatan hasil belajar peserta didik serta sebagai motivasi untuk meningkatkan keterampilan memilih strategi pembelajaran yang sesuai dan bervariasi terhadap mata pelajaran PAI. 2) Bagi pemerhati pendidikan sebagai sumbangan pemikiran dan bahan masukan dalam rangka meningkatkan kualitas pembelajaran PAI.
BAB II LANDASAN TEORI A. Pembelajaran Kontekstual 1. Pengertian Pembelajaran Kontekstual Pendekatan kontekstual dalam pembelajaran atau lebih terkenal dengan sebutan Contextual Teaching and Learning (CTL) merupakan konsep pembelajaran yang membantu guru untuk mengaitkan antara materi ajar dengan situasi dunia nyata si siswa, yang dapat mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang diepalajari dengan penerapannya dalam kehidupan para siswa sebagai anggota keluarga dan masyarakat. 1 Pembelajaran kontekstual (contextual teaching and learning) merupakan konsep belajar yang dapat membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan masyarakat. Untuk memperkuat dimilikinya pengalaman belajar yang aplikatif bagi siswa, tentu saja diperlukan pembelajaran yang lebih banyak memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan, mencoba, dan mengalami sendiri (learning to do), dan bahkan sekedar pendengar yang pasif sebagaimana penerima terhadap semua informasi yang disampaikan guru. Oleh sebab itu, melalui pembelajaran kontekstual, mengajar bukan transformasi pengetahuan dari guru kepada siswa dengan menghafal sejumlah konsep-konsep yang sepertinya terlepas dari kehidupan nyata, akan tetapi lebih ditekankan pada upaya memfasilitasi siswa untuk mencari kemampuan untuk bisa hidup (life skill) dari apa yang dipelajarinya. Dengan demikian, pembelajaran akan lebih bermakna, sekolah lebih dekat dengan lingkungan masyarakat (bukan dekat dari segi fisik), akan tetapi secara fungsional apa yang dipelajari di sekolah senantiasa bersentuhan dengan
1
Sardiman A.M., Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rajawali Press, 2011), h. 222
7
8
situasi dan permasalahan kehidupan yang terjadi di lingkungannya (keluarga dan masyarakat).2 Pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning) adalah suatu pendekatan pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan yang nyata sehinggga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka. Pembelajaran kompetensi merupakan suatu sistem atau pendekatan pembelajaran yang bersifat holistik (menyeluruh), teridri dari berbagai komponen yang saling terkait, apabila dilaksanakan masing-masing memberikan dampak sesuai dengan peranannya. Paparan pengertian pembelajaran kontekstual di atas dapat diperjelas sebagai berikut. Pertama, pembelajaran kontekstual menekankan kepada proses keterlibatan
siswa
untuk
menemukan
materi,
artinya
proses
belajar
beroreantasikan pada proses pengalaman secara langsung. Proses belajar dalam konteks pembelajaran kontekstual tidak mengharapkan agar siswa hanya menerima pelajaran akan tetapi proses mencari dan menemukan sendiri materi pelajaran. Kedua,
pembelajaran
kontekstual
mendorong
agar
siswa
dapat
menemukan hubungan antara materi yang dipelajari dengan situasi kehidupan nyata, artinya siswa dituntut untuk dapat menangkap hubungan antara pengalaman belajar di sekolah dengan kehidupan nyata di masyarakat. Hal ini akan memperkuat dugaan bahwa materi yang telah dipelajari akan tetap tertanam erat dalam memori siswa, sehingga tidak akan mudah dilupakan. Ketiga,
pembelajaran kompetensi mendorong siswa untuk dapat
menerapkannya dalam kehidupan, artinya pembelajaran kompetensi tidak hanya mengharapkan siswa dapat memahami materi yang dipelajarinya, akan tetapi bagaimana materi pelajaran itu dapat mewarnai perilaku dalam kehidupan sehari-
2
Rusman, Model-model Pembelajaran (Mengembangkan Profesionalisme Guru), (Jakarta: Rajawali Press, 2013), h. 189
9
hari. Materi pelajaran di sini bukan ditumpuk di otak dan kemudian dilupakan akan tetapi sebagai bekal mereka dalam mengarungi bahtera kehidupan nyata. 3 Sementara itu, Howey R, Keneth (2001) yang dikutip oleh Rusman mendefinisikan CTL sebagai berikut: Contextual teaching is teaching that enables learning in wich student employ their academic understanding and abilities in a variety of in-and out of school context to solve simulated or real world problems, both alone and with others. (CTL adalah pembelajaran yang memungkinkan terjadinya proses belajar di mana siswa menggunakan pemahaman dan kemampuan akademiknya dalam berbagai konteks dalam dan luar sekolah untuk memecahkan masalah yang bersifat simulatif ataupun nyata, baik sendiri-sendiri maupun bersama-sama).4 Sistem CTL adalah proses pendidikan yang bertujuan membantu siswa melihat makna dalam materi akademik yang mereka pelajari dengan jalan menghubungkan mata pelajaran akademik dengan isi kehidupan sehari-hari, yaitu dengan konteks kehidupan pribadi, sosial, dan budaya. Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah salah satu pendekatan pembelajaran yang menekankan pentingnya lingkungan alamiah itu diciptakan dalam proses belajar agar kelas lebih hidup dan lebih bermakna karena siswa mengalami sendiri apa yang dipelajarinya, pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) memungkinkan siswa untuk menguatkan, memperluas, dan menerapkan pengetahuan dan ketrampilan akademik mereka dalam berbagai macam tatanan kehidupan baik disekolah maupun diluar sekolah. Selain itu, siswa dilatih untuk dapat memecahkan masalah yang mereka hadapi dalam suatu situasi. Pembelajaran
Contextual
Teaching and Learning (CTL) apabila
diterapkan dengan benar, diharapkan siswa akan berlatih untuk dapat menghubungkan apa yang diperoleh di kelas dengan kehidupan dunia nyata yang ada dilingkungannya. Untuk itu, guru perlu memahami konsep pendekatan 3
Udin Syaefudin Sa’ud, Ph.D., Inovasi Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2010), h. 162-163
4
Rusman, op.cit., h. 189-190
10
Contextual Teaching and Learning (CTL) terlebih dahulu dan dapat menerapkannya dengan benar. Agar siswa dapat belajar lebih efektif, guru perlu mendapat informasi tentang konsep-konsep pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) dan penerapannya. 2. Komponen Pembelajaran Kontekstual Komponen pembelajaran kontekstual menurut Johnson B. Elaine yang dikutip oleh Rusman meliputi: (1) Menjalin hubungan-hubungan yang bermakna (making meaningful connections); (2) mengerjakan pekerjaan-pekerjaan yang berarti (doing significant work), (3) melakukan proses belajar yang diatur sendiri (self-regulated learning); (4) mengadakan kolaborasi (collaborating); (5) berpikir kritis dan kreatif (critical and creative thinking); (6) memberikan layanan secara individual (nurturing the individual); (7) mengupayakan pencapaian standar yang tinggi (reaching high standars); dan (8) menggunakan asesmen autentik (using authentic assessment).5 3. Karakteristik Pembelajaran Kontekstual Ada tujuh komponen utama pembelajaran yang mendasari penerapan pembelajaran kontekstual dikelas. Ketujuh komponen utama itu adalah konstruktivisme (construktivism), menemukan (inquiry), bertanya (questioning), masyarakat belajar (learning community), pemodelan (modeling), refleksi (reflection) dan penilaian sebenarnya (authentic assesment). Sebuah kelas dikatakan menggunakan pembelajaran kontekstual jika menerapkan ketujuh komponen tersebut dalam pembelajarannya. Dan, untuk melaksanakan hal itu tidak sulit! Pembelajaran kontekstual dapat diterapkan dalam kurikulum apa saja, bidang studi apa saja dan kelas yang bagaimanpun keadaannya. Masing-masing komponen pembelajaran kontekstual dapat diuraikan sebagai berikut: 5
Ibid., h. 192
11
a. Konstruktivisme (Construktivism) Konstruktivisme merupakan landasan berpikir (filosofi) dalam CTL, yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas. Pengetahuan bukanlah seperangkan fakta, konsep atau kaidah yang siap untuk diambil dan diingat. Manusia harus membangun pengetahuan itu memberi makna melalui pengalaman yang nyata. Batasan konstruktivisme di atas memberikan penekanan bahwa konsep bukanlah tidak penting sebagai bagian integral dari pengalaman belajar yang harus dimiliki oleh siswa, akan tetapi bagaimana dari setiap konsep atau pengetahuan yang dimiliki siswa itu dapat memberikan pedoman nyata terhadap siswa untuk diaktualisasikan dalam kondisi nyata. 6 Pendekatan konstruktivisme merupakan salah satu pandangan tentang proses pembelajaran yang menyatakan bahwa dalam proses memperoleh pengetahuan diawali dengan terjadinya konflik kognitif, yang hanya dapat diatasi melalui pengetahuan diri. Pada akhir proses belajar, pengetahuan akan dibangun sendiri oleh anak didik melalui pengalamannya dari hasil interaktif dengan lingkungannya. Konflik kognitif tersebut terjadi saat interaksi antara konsepsi awal yang telah dimiliki siswa dengan fenomena baru yang dapat diintegrasikan begitu saja, sehingga diperlukan perubahan/modifikasi struktur kognitif untuk mencapai keseimbangan. Peristiwa ini akan terjadi secara berkelanjutan selama siswa menerima pengetahuan baru. 7 Belajar lebih dari sekedar mengingat. Bagi siswa untuk benar-benar mengerti dan dapat menerapkan ilmu pengetahuan, mereka harus bekerja untuk memecahkan masalah, menemukan sesuatu bagi dirinya sendiri dan selalu bergulat dengan ide-ide. Tugas pendidik tidak hanya menuangkan atau menjejalkan sejumlah informasi kedalam benak siswa, tetapi mengusahakan bagaimana agar konsep-konsep penting dan sangat berguna tertanam kuat dalam benak siswa.
6
Ibid., h. 193
7
Udin Syaefudin Sa’ud, op.cit., h. 169
12
b. Menemukan (Inquiry) Asas inkuiri merupakan proses pembelajaran berdasarkan pada pencarian dan penemuan melalui proses berpikir secara sistematis. Pengetahuan bukanlah sejumlah fakta hasil dari mengingat, akan tetapi hasil dari
proses
menemukan
sendiri.
Tindakan
guru
bukanlah
untuk
mempersiapkan anak untuk menghafalkan sejumlah materi akan tetapi merancang pembelajaran yang memungkinkan siswa menemukan sendiri materi yang harus dipahami. Belajar merupakan proses mental seseorang yang tidak terjadi secara mekanis, akan tetapi perkembangan diarahkan pada intelektual, mental emosional, dan kemampuan individu yang utuh. 8 Menemukan merupakan kegiatan inti dari CTL, melalui upaya menemukan
akan
memberikan
penegasan
bahwa
pengetahuan
dan
keterampilan serta kemampuan-kemampuan lain yang diperlukan bukan merupakan hasil dari mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi merupakan hasil menemukan sendiri.9 Proses belajar adalah proses menemukan. Langkah-langkah atau kunci inkuiri meliputi: 1) Merumuskan masalah; 2) Mengamati atau melakukan observasi, termasuk membaca buku, mengumpulkan informasi; 3) Menganalisis dan menyajikan hasil karya dalam tulisan laporan, gambar, tabel dan sebagainya; 4) Menyajikan, mengomunikasikan hasil karyawan di depan guru, teman sekelas atau audien yang lain.10 c. Bertanya (Questioning) Pengetahuan yang dimiliki seorang, umumnya tidak lepas dari aktivitas bertanya. Bertanya merupakan salah satu strategi penting dalam CTL. Bagi siswa, bertanya menunjukkan ada perhatian terhadap materi yang 8
Ibid.
9
Rusman, op.cit., h. 194
10
Sardiman A.M., op.cit., h. 224
13
dipelajari dan ada upaya untuk menemukan jawab sebagai bentuk pengetahuan. Bagi guru, bertanya adalah upaya mengaktifkan siswa. Dalam proses pembelajaran, kegiatan bertanya berguna untuk: 1) 2) 3) 4) 5) 6) 7) 8)
Menggali informasi; Mengecek pemahaman siswa; Membangkitkan respons para siswa; Mengetahui sejauhmana keingintahuan siswa; Mengetahui hal-hal yang sudah diketahui siswa; Memfokuskan perhatian siswa pada sesuatu yang dikehendaki guru; Membangkitkan lebih banyak lagi pertanyaan dari siswa; Menyegarkan kembali pengetahuan siswa. 11 Penerapan unsur bertanya dalam CTL harus difasilitasi oleh guru,
kebiasaan siswa untuk bertanya atau kemampuan guru dalam menggunakan pertanyaan yang baik akan mendorong pada peningkatan kualitas dan produktivitas
pembelajaran.
berkembangnya
kemampuan
Seperti dan
pada
keinginan
tahapan untuk
sebelumnya,
bertanya,
sangat
dipengaruhi oleh suasana pembelajaran yang dikembangkan oleh guru. Dalam implementasi CTL, pertanyaan yang diajukan oleh guru atau siswa harus dijadikan alat atau pendekatan untuk menggali informasi atau sumber belajar yang ada kaitannya dengan kehidupan nyata. Dengan kata lain, tugas bagi guru adalah membimbing siswa melalui pertanyaan yang diajukan untuk mencari dan menemukan kaitan antara konsep yang dipelajari dalam kaitan dengan kehidupan nyata.12 Ilmu pengetahuan bisa berkembang dari kegiatan 'bertanya'. Jadi biasakan anak untuk bertanya. Aktifitas bertanya ditemukan ketika siswa berdiskusi, bekerja dalam kelompok, ketika menemui kesulitan ketika mengamati dan sebagainya. Kegiatan-kegiatan itu akan menumbuhkan dorongan untuk bertanya. d. Masyarakat Belajar (Learning Community) Maksud dari masyarakat belajar adalah membiasakan siswa untuk melakukan kerja sama dan memanfaatkan sumber belajar dari temanteman belajarnya. Seperti yang disarankan dalam learning community, 11
Ibid., h. 224-225
12
Rusman, op.cit., h. 195
14
bahwa hasil pembelajaran diperoleh dari kerja sama dengan orang lain melalui berbagai pengalaman (sharing). Melalui sharing ini anak dibiasakan untuk saling memberi dan menerima, sifat ketergantungan yang positif dalam learning community dikembangkan.13 Pengembangan learning community, akan senantiasa mendorong terjadinya proses komunikasi multi arah. Masing-masing pihak yang melakukan kegiatan belajar dapat menjadi sumber belajar.14 Pada
dasarnya
learning
community
atau
masyarakat
belajar
mengandung arti sebagai berikut: (1) adanya kelompok belajar yang berkomunikasi untuk berbagai gagasan dan pengalaman; (2) ada kerjasama untuk memecahkan masalah; (3) pada umumnya hasil kerja kelompok lebih baik dari pada secara individual; (4) ada rasa tanggung jawab kelompok semua anggota dalam kelompok mempunyai tanggung jawab yang sama; (5) upaya membangun motivasi belajar bagi anak yang belum mampu dapat diadakan; (6) menciptakan situasi dan kondisi yang memungkinkan seorang anak belajar dengan anak lainnya; (7) ada rasa tanggung jawab dan kerja sama antara anggota kelompok untuk saling memberi dan menerima; (8) ada fasilitator/guru yang memandu proses belajar dalam kelompok; (9) harus ada komunikasi dua arah atau multi arah; (10) ada kemauan untuk menerima pendapat yang lebih baik; (11) ada kesediaan untuk menghargai pendapat orang lain; (12) tidak ada kebenaran yang hanya satu saja; (13) dominasi siswa-siswa yang pintar perlu diperhatikan agar yang lamban/lemah bisa pula berperan; (14) siswa bertanya kepada teman-temannya itu sudah mengandung arti learning community. e. Pemodelan (Modeling) Yang dimaksud modeling adalah proses pembelajaran dengan memperagakan sesuatu sebagai contoh yang dapat ditiru oleh setiap siswa. Guru
biologi
memberikan
contoh
bagaimana
cara
mengoperasikan
termometer, begitupun guru olah raga memberikan contoh model bagaimana 13
Ibid.
14
Sardiman A.M., op.cit., h. 225
15
cara bermain sepak bola, bagaimana guru kesenian memainkan alat musik. Proses modeling tidak terbatas dari guru saja, tetapi dapat juga guru memanfaatkan siswa yang memiliki kemampuan, dengan demikian siswa dapat dianggap sebagai model. Di sini modeling merupakan asas yang cukup penting dalam pembelajaran kontekstual, sebab melalui modeling siswa dapat terhindar dari pembelajaran yang teoritis-abstrak yang mengundang terjadinya verbalisme.15 f. Refleksi (Reflection) Refleksi adalah cara berpikir tentang apa yang baru terjadi atau baru dipelajari. Dengan kata lain refleksi adalah berpikir ke belakang tentang apa-apa yang sudah dilakukan di masa lalu, siswa mengedepankan apa yang baru dipelajarinya sebagai struktur pengetahuan yang baru yang merupakan pengayaan atau revisi dari pengetahuan sebelumnya. Pada saat refleksi, siswa diberi kesempatan untuk mencerna, menimbang, membandingkan, menghayati, dan melakukan diskusi dengan dirinya sendiri (learning to be).16 g. Penilaian Sebenarnya (Authentic Assesment) Tahap terakhir dari pembelajaran kontekstual adalah melakukan penilaian. Penilaian sebagai bagian integral dari pembelajaran memiliki fungsi yang amat menentukan untuk mendepatkan informasi kualitas proses dan hasil pembelajaran melalui penerapan CTL. Penilaian adalah proses pengumpulan berbagai data dan informasi yang bisa memberikan gambaran atau petunjuk terhadap pengalaman belajar siswa.17 Penilaian menekankan pada proses pembelajaran, sehingga data yang dikumpulkan diperoleh dari kegiatan nyata siswa saat melakukan proses pembelajaran. Hal-hal yang dapat digunakan sebagai dasar penilaian misalnya PR, kuis, presentasi, demonstrasi, laporan praktikum, hasil tes, karya tulis, dsb.
15
Udin Syaefudin Sa’ud, op.cit., h. 171
16
Rusman, op.cit., h. 197
17
Ibid.
16
Selain itu juga Udin Saefudin menerangkan bahwa terdapat lima karakteristik penting dalam menggunakan prose pembelajaran kontekstual, yaitu: a. Dalam CTL pembelajaran merupakan proses pengaktifan pengetahuan yang sudah ada, artinya apa yang akan dipelajari tidak terlepas dari pengetahuan yang sudah dipelajari, dengan demikian pengetahuan yang akan diperoleh siswa adalah pengetahuan yang utuh yang memiliki keterkaitan satu sama lain. b. Pembelajaran kontekstual adalah belajar dalam rangka memperoleh dan menambah pengetahuan baru, yang diperoleh dengan cara deduktif, artinya pembelajaran dimulai dengan cara mempelajari secara keseluruhan, kemudian memperhatikan detailnya. c. Pemahaman pengetahuan, artinya pengetahuan yang diperoleh bukan untuk dihafal tapi untuk dipahami dan diyakini, misalnya dengan cara meminta tanggapan dari yang lain tentang pengetahuan yang diperolehnya dan berdasarkan tanggapan tersebut baru pengetahuan itu dikembangkan. d. Mempraktekkan pengetahuan dan pengalaman tersebut, artinya pengetahuan dan pengalaman yang diperolehnya harus dapat diaplikasikan dalam kehidupan siswa, sehingga tampak perubahan perilaku siswa. e. Melakukan refleksi terhadap strategi pengembangan pengetahuan. Hal ini dilakukan sebagai umpan balik untuk proses perbaikan dan penyempurnaan strategi.18 4. Skenario Pembelajaran Kontekstual Sebelum melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan CTL, tentu saja terlebih dahulu guru membuat desain (skenario) pembelajarannya. Sebagai pedoman umum dan sekaligus sebagal alat kontrol dalam pelaksanaannya. Pada intinya pengembangan setiap komponen CTL tersebut dalam pembelajaran dapat dilakukan sebagai berikut: a. Mengembangkan pemikiran siswa untuk melakukan kegiatan belajar lebih bermakna apakah dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan 18
Udin Syaefudin Sa’ud, op.cit., h. 163-164
17
mengonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan baru yang harus dimilikinya. b. Melaksanakan sejauh mungkin kegiatan inquiry untuk semua topik yang diajarkan. c. Mengembangkan sifat ingin tahu siswa melalui memunculkan pertanyaanpertanyaan. d. Menciptakan masyarakat belajar, seperti melalui kegiatan kelompok berdiskusi, tanya jawab, dan lain sebagainya. e. Menghadirkan model sebagai contoh pembelajaran, bisa melalui ilustrasi, model, bahkan media yang sebenarnya. f. Membiasakan
anak
untuk
melakukan
refleksi
dari
setiap
kegiatan
pembelajaran yang telah dilakukan. g. Melakukan penilaian secara objektif, yaitu menilai kemampuan yang sebenarnya pada setiap siswa.19 Dalam pembelajaran kontekstual program pembelajaran merupakan rencana kegiatan kelas yang dirancang oleh guru, yaitu dalam bentuk skenario tahap demi tahap tentang apa yang akan dilakukan bersama siswa selama berlangsungnya proses pembelajaran. Dalam program tersebut harus tercermin penerapan dari ketujuh komponen CTL dengan jelas, sehingga setiap guru memiliki kesiapan yang utuh mengenai rencana yang akan dilaksanakan dalam membimbing kegiatan belajar-mengajar di kelas.20 B. Hasil Belajar Manusia, menurut hakikatnya adalah makhluk belajar. Ia lahir tanpa memiliki pengetahuan, sikap, dan kecakapan apapun. Kemudian, tumbuh dan berkembang menjadi mengetahui, mengenal, dan menguasai banyak hal. Itu terjadi karena ia belajar dengan menggunakan potensi dan kapasitas diri yang telah dianugerahkan Allah kepadanya. Tuhan memberi potensi yang bersifat
19
Rusman, op.cit., h. 199-200
20
Ibid.
18
jasmani dan rohani untuk belajar dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk kemaslahatan umat manusia. Sebagaimana Firman Allah SWT dalam Al-Qur’an Surat An-Nahl ayat: 78 yang berbunyi:
َوَاﻟﻠﱠﮫُ أَﺧْﺮَﺟَﻜُﻢْ ﻣِﻦْ ﺑُﻄُﻮنِ أُﻣﱠﮭَﺎﺗِﻜُﻢْ ﻟَﺎ ﺗَﻌْﻠَﻤُﻮنَ ﺷَﯿْﺌًﺎ وَﺟَﻌَﻞَ ﻟَﻜُﻢُ اﻟﺴﱠﻤْﻊَ وَاﻟْﺄَﺑْﺼَﺎر َوَاﻟْﺄَﻓْﺌِﺪَةَ ﻟَﻌَﻠﱠﻜُﻢْ ﺗَﺸْﻜُﺮُون “Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur” (QS. An-Nahl: 78) Orang yang tidak mau belajar dengan tidak memanfaatkan potensi dan kapasitasnya berarti menjauhi hakikatnya sebagai manusia. Potensipotensi tersebut terdapat dalam organ-organ fisio-psikis manusia yaitu indera penglihat (mata), indera pendengar (telinga) dan akal yang berfungsi sebagai alat-alat penting untuk melakukan kegiatan belajar. Drs. Slameto merumuskan pengertian tentang belajar. Menurutnya belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. 21 Belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif, dan psikomotor. 22 Seorang belajar bila ia ingin melakukan suatu kegiatan sehingga kelakuannya berubah. Ia dapat melakukan sesuatu yang sebelumnya tidak dapat dilakukannya. Ia menghadapi sutuasi dengan cara lain. Kelakuan harus kita pandang dalam arti yang luas yang meliputi pengamatan, pengenalan, perbuatan, keterampilan, minat, penghargaan, sikap, dan lain-lain. Jadi belajar tidak hanya mengenai bidang intelektual saja, akan tetapi seluruh pribadi anak, kognitif, efektif, maupun psikomotor.23 21
Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2011), Cet. 3, h. 13
22
Ibid.
23
Nasution, Asas-Asas Kurikulum, (Jakarta: Bumi Aksara, 2011), Cet. 11, h. 59
19
Menurut Winkel yang dikutip oleh Purwanto menjelaskan bahwa hasil belajar adalah perubahan yang mengakibatkan manusia berubah dalam sikap dan tingkah lakunya. Aspek perubahan itu mengacu kepada taksonomi tujuan pengajaran yang dikembangkan oleh Bloom, Simpson dan Harrow mencakup aspek kognitif, afektif dan psikomotorik.24 Hasil belajar dapat dilihat ketika siswa mencapai tujuan-tujuan pengajaran berupa aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. Ketiga komponen tersebut merupakan satu kesatuan dan saling menunjang antara satu dengan yang lain. Domain hasil belajar adalah perilaku-perilaku kejiwaan yang akan diubah dalam proses pendidikan. Perilaku kejiwaan tersebut dibagi menjadi 3 domain yaitu: 25 Tabel 2.1 Domain Hasil Belajar INPUT
PROSES
HASIL
Siswa
Proses belajar mengajar
Siswa
1. Kognitif
1. Kognitif
2. Afektif
2. Afektif
3. Psikomotorik
3. Psikomotorik
Potensi perilaku yang
Usaha mengubah
Perilaku yang telah
dapat diubah
perilaku
berubah 1. Efek pengajaran 2. Efek pengiring
Tiga ranah hasil belajar tersebut dapat disebutkan sebagai berikut : a. Kognitif Domain : 1) Remembering (Mengingat). 2) Understanding (memahami). 3) Applying (menerapkan) 4) Analysing (menganalisis). 5) Evaluation (mengevaluasi). 24
Purwanto, Evaluasi Hasil Belajar, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), h. 45
25
Ibid., h. 49
20
6) Creating (menciptakan). b. Affective Domain : 1) Receiving (sikap menerima). 2) Responding (memberikan respon). 3) Valuing (nilai). 4) Organization (organisasi). 5) Characterization (karakterisasi). c. Psychomotor Domain: 1) Initiatory level. 2) Pre-routine level. 3) Rountinized level.26 Benjamin S. Bloom berpendapat tiga ranah hasil belajar adalah kognitif, afektif dan psikomotorik. 1) Ranah kognitif “berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, yakni pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. Kedua aspek pertama disebut kognitif tingkat rendah dan keempat aspek berikutnya termasuk kognitif tingkat tinggi.” 2) Ranah afektif “berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek yakni penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi, dan internalisasi”. 3) Ranah psikomotoris “berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak. Ada enam aspek raah psikomotoris, yakni (a) gerak reflek, (b) keterampilan gerakan dasar, (c) gerakan keterampilan kompleks, dan (f) gerakan ekspresif dan interpretatif”. 27 Berdasarkan pendapat para ahli mengenai hasil belajar, penulis dapat menyimpulkan bahwa hasil belajar ialah tingkat penguasaan seseorang yang mencakup ranah kognitif, afektif dan psikomotorik sebagai akibat dari proses belajar yang telah diuji, salah satunya ialah dengan memberikan tes. Hasil tes mempunyai fungsi yaitu sebagai umpan balik bagi perbaikan proses belajar mengajar serta dapat memberikan gambaran kemajuan bagi siswa.
26 27
Sardiman A.M., op.cit., h. 23-24
Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2009), Cet. ke-14, h. 22-23
21
C. Pendidikan Agama Islam 1. Definisi Pendidikan Agama Islam Dalam UU RI No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 ayat 1 menyatakan bahwa “pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara”.28 Menurut Ahmad D. Marimba yang dikutip dari bukunya Hasbullah, mengemukakan pendidikan adalah bimbingan secara sadar oleh si pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani si terdidik menuju terbentuknya kepribadian yang utama.29 Dari definisi-definisi di atas dapat disimpulkan bahwasannya pendidikan merupakan usaha sadar yang diberikan seorang pendidik untuk menggali dan mengembangkan potensi jasmani dan rohani peserta didik agar sebagai manusia mencapai keselamatan dan kebahagiaan baik di dunia maupun di akhirat. Agama adalah kepercayaan kepada Tuhan yang dinyatakan dengan mengadakan hubungan dengan Dia melalui upacara, penyembahan dan permohonan dan membentuk sikap hidup manusia menurut atau berdasarkan ajaran agama itu.30 Islam kata turunan (jadian) yang berarti ketundukan, ketaatan, kepatuhan (kepada Allah) berasal dari kata salama artinya patuh atau menerima; berakar dari huruf sin lam mim. Kata dasarnya adalah salama yang berarti sejahtera, tidak tercela, ridak bercacat. Dari kata itu terbentuk kata masdar salamat (yang dalam bahasa Indonesia menjadi selamat). Dari uraian tersebut dapat disimpulkan Islam 28
Kemdikbud, Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Pendidikan Nasional, h. 2
29
Hasbullah, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2006), h. 3
30
Mohammad Daud Ali, Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2005), h. 40
22
dari segi bahasa adalah kedamaian, kesejahteraan, keselamatan, penyerahan (diri), ketaatan dan kepatuhan.31 Menurut Zakiah Darajat yang dikutip dari bukunya Abdul Majid dan Dian Andayani, pendidikan agama Islam adalah suatu usaha untuk membina dan mengasuh peserta didik agar senantiasa dapat memahami ajaran Islam secara menyeluruh. Lalu menghayati tujuan, yang pada akhirnya dapat mengamalkan serta menjadikan Islam sebagai pandangan hidup. 32 Dalam kurikulum PAI yang dikutip dari bukunya Abdul Majid dan Dian Andayani, pendidikan agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati, hingga mengimani ajaran agama Islam dibarengi dengan tuntunan untuk menghormati penganut agama lain dalam hubungannya dengan kerukunan antar umat beragama hingga terwujud kesatuan dan persatuan bangsa. Berdasarkan definisi dan pengertian yang dikemukakan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa, pendidikan agama Islam adalah usaha sadar dan terencana berupa bimbingan dan asuhan terhadap pertumbuhan jasmani dan rohani anak didik yang bertujuan untuk membentuk anak didik agar setelah mereka memperoleh pendidikan itu anak didik dapat meyakini, memahami, menghayati dan mengamalkan seluruh ajaran Islam sehingga mendapatkan kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat. 2. Tujuan Pendidikan Agama Islam Tujuan merupakan sasaran yang akan dicapai oleh seseorang yang melakukan suatu kegiatan. Dalam bidang pendidikan tujuan merupakan faktor yang sangat penting, karena merupakan arah yang hendak dituju oleh pendidikan itu. Demikian pula halnya dalam pendidikan agama, maka tujuan pendidikan agama itulah yang hendak di capai dalam pelaksanaan pendidikan. 31 32
Ibid., h. 49
Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi: Konsep Dan Implementasi Kurikulum 2004, (Bandung: Rosda Karya, 2004), h. 130
23
Pendidikan agama Islam di sekolah/madrasah bertujuan untuk menumbuhkan dan meningkatkan keimanan melalui pemberian dan pemupukan pengetahuan, penghayatan, pengamalan serta pengalaman peserta didik tentang agama Islam sehingga menjadi manusia muslim yang terus berkembang dalam keimanan. Ketaqwaan, berbangsa dan bernegara serta untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi.33 Dalam buku metodologi pengajaran agama Islam, Ahmad Tafsir menyatakan, bahwa: Tujuan pendidikan agama Islam harus meliputi aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Untuk aspek kognitif tujuannya adalah mengembangkan atau membina pemahaman agama Islam, agar siswa paham akan ajaran Islam tersebut. Pada aspek afektif tujuan yang ingin dicapai adalah siswa menerima ajaran Islam tersebut. Sedangkan pada aspek psikomotor, tujuan yang ingin dicapai adalah agar siswa terampil melakukan ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari.34 Dalam kurikulum Pendidikan Agama Islam disebutkan bahwa, Pendidikan agama Islam di sekolah/madrasah bertujuan untuk menumbuhkan dan meningkatkan keimanan melalui pemberian dan penumpukan pengetahuan, penghayatan, pengamalan serta penglaman peserta didik tentang agama Islam sehingga menjadi manusia muslim yang terus berkembang dalam hal keimanan, ketakwaannya, berbangsa dan bernegara, serta untuk dapat melanjutkan pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi.35 Tujuan pendidikan merupakan hal yang dominan dalam pendidikan, menurut Breiter, bahwa pendidikan adalah persoalan tujuan dan fokus. Mendidik anak berarti bertindak dengan tujuan agar mempengaruhi perkembangan anak sebagai seseorang secara utuh. Oleh karena itu berbicara pendidikan agama Islam, baik makna maupun tujuannya haruslah mengacu pada penanaman nilai-nilai Islam dan tidak dibenarkan melupakan etika sosial atau moralitas sosial. Penanaman nilai -nilai ini 33
Ibid., h. 135
34
Ahmad Tafsir, Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 1997), h. 86 35
Abdul Majid dan Dian Andayani, op.cit., h. 135
24
juga dalam rangka menuai keberhasilan hidup di dunia bagi anak didik yang kemudian akan mampu membuahkan kebaikan (hasanah) di akhirat kelak. 3. Ruang Lingkup Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam Ruang lingkup pendidikan agama Islam memiliki cakupan sangat luas, karena ajaran Islam memuat ajaran tentang tata hidup yang meliputi seluruh aspek kehidupan manusia, maka pendidikan agama Islam merupakan pengajaran tata hidup yang berisi pedoman pokok yang digunakan oleh manusia dalam menjalani kehidupannya di dunia ini dan untuk menyiapkan kehidupannya yang sejahtera di akhirat nanti. Ruang lingkup Pendidikan Agama Islam meliputi aspek-aspek sebagai berikut: a. Al Qur’an dan Hadits b. Aqidah c. Akhlak d. Fiqih e. Tarikh dan Kebudayaan Islam. Ruang lingkup tersebut materinya meliputi: a. Al-Quran dan Hadits, meliputi: 1) Hafalan surat-surat pendek 2) Pengenalan huruf dan tanda baca Al-Quran 3) Membaca Al-Quran dengan tajwid 4) Menulis huruf Al-Quran 5) Surat-surat yang berkaitan dengan: ilmu pengetahuan, IPTEK, kejadian manusia, alam semesta, buah-buahan, hewan, kesehatan dan lain-lain. b. Ilmu Tauhid (aqidah), ruang lingkup materinya meliputi: 1) Rukun iman 2) Iman kepada Allah swt. 3) Iman kepada Malaikat-malaikat Allah swt. 4) Iman kepada para Rosul Allah swt.
25
5) Iman kepada Kitab-kitab Allah swt. 6) Iman kepada Nabi Muhammad sebagai Rosul yang terakhir 7) Iman kepada hari akhir/kiamat 8) Iman kepada Qadha dan Qadar c. Akhlak, meliputi: 1) Hal-hal yang berkaitan dengan adab 2) Sifat-sifat terpuji 3) Sifat-sifat tercela 4) Syukuran nikmat 5) Cinta ilmu pengetahuan d. Fiqh, meliputi: 1) Syahadatain 2) Rukun Islam 3) Thaharah 4) Berwudlu 5) Salat fardhu 6) Azan dan Iqamah 7) Salat berjama’ah 8) Puasa 9) Zakat dan pajak 10) Haji dan Umrah 11) Makanan dan minuman 12) Penyembelihan hewan 13) Infak 14) Sumber hukum Islam 15) Wakaf 16) Mawaris e. Tarikh Islam, meliputi: 1) Sejarah nabi Muhammada Saw 2) Khulafaurrasyidin 3) Sejarah pembukuan Islam
26
4) Penyebaran Islam setelah Khulafaurrasyidin 5) Cendikiawan muslim36 4. Dasar-dasar Pendidikan Agama Islam a. Dasar Yuridis/Hukum Dasar pelaksanaan pendidikan agama berasal dari perundangundangan yang secara tidak langsung dapat menjadi pegangan dalam melaksanakan pendidikan agama di sekolah secara formal. Dasar yuridis formal tersebut terdiri dari empat macam, yaitu: 1) Dasar ideal, yaitu dasar falsafah Negara Pancasila, sila Pertama: Ketuhanan Yang Maha Esa. 2) Dasar struktural/kontitusioanl, yaitu UUD 45 dalam bab XI pasal 29 ayat 1 dan 2, yang berbunyi: 1. Negara berdasarkan atas Ketuhanan Yang Maha Esa 2. Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agama masing-masing dan beribadah menurut agama dan kepercayaannya itu. 3) Undang-Undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikann Nasional Pasal 12 ayat 1 yang berbunyi: “setiap peserta didik pada setiap satuan pendidikan berhak mendapatkan pendidikan agama sesuai dengan yang dianutnya dan diajarkan oleh pendidik yang seagama”. 37 4) Undang-Undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 37 ayat 1 dan 2 yang berbunyi “Kurikulum pendidikan dasar, menengah dan tinggi wajib memuat pendidikan agama”. 38 b. Segi religius Yang dimaksud dasar religius adalah dasar yang bersumber dari ajaran Islam yang tertuang dalam al-Quran dan al-Hadits. Menurut ajaran Islam pendidikan agama adalah perintah Tuhan dan merupakan perwujudan ibadah kepada-Nya. Dalam al-Quran banyak ayat yang menunjukan perintah tersebut, antara lain: 1) Q.S An Nahl ayat 125
َادْعُ إِﻟَﻰٰ ﺳَﺒِﯿﻞِ رَﺑﱢﻚَ ﺑِﺎﻟْﺤِﻜْﻤَﺔِ وَاﻟْﻤَﻮْﻋِﻈَﺔِ اﻟْﺤَﺴَﻨَﺔِ ۖ وَﺟَﺎدِﻟْﮭُﻢْ ﺑِﺎﻟﱠﺘِﻲ ھِﻲ 36
Hafni Ladjid, Pengembangan Kurikulum: Menuju Kurikulum Berbasis Kompetensi, (Ciputat: Ciputat Press, 2005), h. 28-30 37
Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional, op. cit., h. 8
38
Ibid., h. 20
27
َأَﺣْﺴَﻦُ ۚ إِنﱠ رَﺑﱠﻚَ ھُﻮَ أَﻋْﻠَﻢُ ﺑِﻤَﻦْ ﺿَﻞﱠ ﻋَﻦْ ﺳَﺒِﯿﻠِﮫِ ۖ وَھُﻮَ أَﻋْﻠَﻢُ ﺑِﺎﻟْﻤُﮭْﺘَﺪِﯾﻦ Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhan-mu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk. 2) Q.S Ali Imran ayat 104
ِوَﻟْﺘَﻜُﻦْ ﻣِﻨْﻜُﻢْ أُﻣﱠﺔٌ ﯾَﺪْﻋُﻮنَ إِﻟَﻰ اﻟْﺨَﯿْﺮِ وَﯾَﺄْﻣُﺮُونَ ﺑِﺎﻟْﻤَﻌْﺮُوفِ وَﯾَﻨْﮭَﻮْنَ ﻋَﻦ َاﻟْﻤُﻨْﻜَﺮِ ۚ وَأُوﻟَٰﺌِﻚَ ھُﻢُ اﻟْﻤُﻔْﻠِﺤُﻮن Dan hendaklah ada diantara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar, merekalah orang-orang yang beruntung. 3) Al-Hadits
ﺑﻠﻐﻮا ﻋﻨﻰ وﻟﻮ اﯾﺔ:ﻋﻦ ﻋﺒﺪ اﷲ ﺑﻦ ﻋﻤﺮ وان اﻟﻨﺒﻲ ﺻﻠﻰ اﷲ ﻋﻠﯿﮫ وﺳﻠﻢ ()رواه اﻟﺒﺨﺎرى Sampaikanlah ajaran kepada orang lain walaupu hanya sedikit. c. Aspek psikologis Psikologis yaitu dasar yang berhubungan dengan aspek kejiwaan kehidupan bermasyarakat. Hal ini didasarkan bahwa dalam hidupnya, manusia baik sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat dihadapkan pada hal-hal yang membuat hatinya tidak tenang dan tidak tentram sehingga memerlukan adanya pegangan hidup. Semua manusia di dunia ini selalu membutuhkan adanya pegangan hidup yang disebut agama. Mereka merasakan bahwa dalam jiwanya ada suatu perasaan yang mengakui adanya Zat yang Maha Kuasa, tempat mereka berlindung dan tempat mereka memohon pertolongan-Nya. Hal semacam ini terjadi pada masyarakat yang masih primitif maupun masyarakat yang sudah modern. Mereka merasa tenang dan tentram hatinya kalau mereka dapat mendekat dan mengabdi kepada Zat Yang Maha Kuasa. 39 39
Abdul Majid, op. cit., h. 133
28
D. Hipotesis Tindakan Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, di mana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan. Dikatakan sementara karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data. 40 Hipotesis juga dapat diartikan sebagai suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian sampai terbukti melalui data yang terkumpul.41 Berdasarkan uraian diatas, maka hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah melalui penerapan pembelajaran kontekstual maka hasil belajar peserta didik SD Islam An-Nizomiyah Jakarta pada mata pelajaran Pendidikan agama Islam dapat ditingkatkan.
40
Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan kuantitatif Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2009), h. 96 41
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: Rineka Cipta, 2013), h.110
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Secara sederhana penelitian tindakan kelas dapat diartikan sebagai penelitian tindakan (action research) yang dilakukan dengan tujuan untuk memperbaiki kualitas proses dan hasil belajar sekelompok peserta didik. Dalam hal ini pengertian kelas tidak terbatas pada empat dinding kelas atau ruang kelas, tetapi lebih pada adanya aktivitas belajar dua orang atau lebih peserta didik. 1 Sedangkan menurut Hopkins (1993:44) yang dikutip oleh Rochiati Wiriaatmadja, PTK adalah penelitian yang mengkombinasikan prosedur penelitian dengan tindakan substantif, suatu tindakan yang dilakukan dalam disiplin inkuiri, atau suatu usaha seseorang untuk memahami apa yang sedang terjadi, sambil terlibat dalam sebuah proses perbaikan dan perubahan.2 Penelitian tindakan kelas adalah penelitian tindakan yang dilakukan dengan tujuan memperbaiki dan meningkatkan mutu praktik pembelajaran secara berkesinambungan. PTK berfokus pada kelas atau pada proses pembelajaran yang terjadi di kelas, bukan pada input kelas (silabus, materi) ataupun output (hasil belajar). PTK harus tertuju atau mengenai hal-hal yang terjadi di kelas. Selanjutnya Suharsimi, Suhardjono, dan Supardi (2006) yang dikutip oleh Mulyasa menjelaskan PTK dengan memisahkan kata-kata yang tergabung di dalamnya, yakni: Penelitian + Tindakan + Kelas, dengan paparan sebagai berikut : 1. Penelitian, menunjuk pada kegiatan mencermati suatu objek, dengan menggunakan cara dan aturan metodologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang bermanfaat dalam meningkatkan mutu suatu hal yang menarik minat dan penting bagi peneliti.
1
h. 10
Mulyasa, Praktik Penelitian Tindakan Kelas, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2012),
2
Rochiati Wiriaatmadja, Metode Penelitian Tindakan Kelas, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2012), h. 11
29
30
2. Tindakan, menunjuk pada suatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu. Dalam penelitian berbentuk rangkaian siklus kegiatan untuk peserta didik. 3. Kelas dalam hal ini tidak terikat pada pengertian ruang kelas, tetapi dalam pengertian yang lebih spesifik. Seperti yang sudah lama dikenal dalam bidang pendidikan dan pengajaran. Yang dimaksud istilah kelas adalah sekelompok peserta didik dalam waktu sama, menerima pelajaran yang sama dari guru yang sama pula.3 PTK memiliki karakteristik tertentu yang membedakannya dengan jenis penelitian yang lain. Semua penelitian memang berupaya untuk memecahkan suatu problem. Dilihat dari segi problem yang harus dipecahkan, PTK memiliki karakteristik penting, yaitu bahwa problema yang diangkat adalah problem yang dihadapi oleh guru dikelas. Berbagai karakteristik PTK yang membedakannya dari penelitian formal yang lain dapat diidentifikasikan sebagai berikut: 1. Berawal dari kerisauan kinerja guru, situasional, praktis, dan secara langsung berkaitan dengan pembelajaran. 2. Bertujuan memperbaiki, meningkatkan, dan memberikan kerangka kerja yang teatur terhadap pemecahan masalah pembelajaran. 3. Fleksibel dan adaptif memungkinkan adanya perubahan selama masa percobaan dan mengabaikan pengontrolan karena lebih menekankan sifat tanggap, pengujian dan pembaruan dalam pembelajaran. 4. Kolaboratif dan partisipatif sehingga guru sebagai peneliti ambil bagian secara langsung dalam melaksanakan penelitian. 5. Self-evaluatif, yaitu modifikasi secara kontinu dievaluasi dalam situasi yang ada dengan tujuan akhirnya untuk memperbaiki dan meningkatkan praktik pembelajaran. 6. Fokus penelitiannya pada pembelajaran sehingga proses dan pengambilan keputusan biasanya dilakukan oleh guru atau bersama peserta didik secara disentralisasi dan diregulasi. 3
Mulyasa, op.cit., h. 10-11
31
7. Kooperatif dalam perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi atas tindakan antara guru sebagai peneliti dan peserta didik. 8. Penelitian tindakan kelas mengembangkan pemberdayaan, demokrasi, keadilan, kebebasan, dan kesempatan partisipatif sebagai berikut: a. Melibatkan peserta didik; b. Mengajarkan keadilan; c. Memberikan kebebasan; d. Mengembangkan potensi peserta didik. 9. Mengembangkan suatu model pembelajaran, baik sebagian maupun menyeluruh.4 Berdasarkan uraian di atas, jelaslah bahwa bentuk PTK benar-benar berbeda dengan bentuk penelitian yang lain, baik itu penelitian yang menggunakan paradigma kuantitatif maupun paradigma kualitatif.
Oleh
karenanya, keberadaan bentuk PTK tidak perlu lagi diragukan, terutama sebagai upaya
memperkaya
khasanah
kegiatan
penelitian
yang
dapat
dipertanggungjawabkan taraf keilmiahannya. Tujuan PTK adalah untuk meningkatkan kualitas pembelajaran, bukan untuk menghasilkan pengetahuan. Hasil dan penggunaan pengetahuan ini berpangkal dan dikondisikan oleh tujuan utama tersebut. Peningkatan kualitas pembelajaran mencakup penyadaran akan nilai-nilai yang akhirnya dapat dilembagakan, misalnya peningkatan aktivitas dan kreativitas peserta didik dalam pembelajaran. Meskipun demikian, hasil akhir dari peningkatan kualitas pembelajaran bukan merupakan jaminan proses awal yang benar. 5 B. Waktu dan Tempat Penelitian Waktu penelitian ini akan diadakan selama satu bulan terhitung mulai izin penelitian secara lisan dan tertulis. Untuk pelaksanaannya akan dimulai pada bulan Februari 2014 dan waktu pelaksanaan penelitian akan disesuaikan dengan 4
Ibid., h. 38-38
5
Ibid., h. 37
32
jam pelajaran PAI pada kelas V yang digunakan sebagai obyek penelitian. Sedangkan tempat penelitian di SD Islam An-Nizomiyah yang beralamat di jalan Masjid Al Fajri No. 16A Pejaten Barat Pasar Minggu Jakarta Selatan. C. Pelaksana dan Kolaborator 1. Pelaksana Kehadiran peneliti di lapangan sebagai instrumen kunci penelitian mutlak diperlukan karena terkait dengan desain penelitian yang dipilih adalah Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research), yaitu dengan pendekatan kualitatif jenis kolaboratif-partisipatoris. Selama penelitian tindakan ini dilakukan, pelaksana dalam penelitian ini adalah peneliti bertindak sebagai observer, pengumpul data, penganalisis data dan sekaligus pelapor hasil penelitian. Dalam penelitian ini, kedudukan peneliti adalah sebagai perencana, pelaksana, pengumpul data, penganalisis, penafsir data dan akhirnya pelapor hasil penelitian. 2. Kolaboratif Menurut Rochiati “PTK adalah penelitian yang dilakukan secara kolaboratif atau kerjasama antara Perguruan Tinggi (LPTK) dengan Sekolah. Peneliti yang umumnya berasal dari LPTK atau Universitas, bekerjasama dengan mitra guru selanjutnya secara partisipatif bekerjasama sepanjang penelitian berlangsung”.6 Kolaborator dalam penelitian ini adalah guru mata pelajaran PAI. D. Sumber Data dan Jenis Data Terkait dengan penelitian ini yang akan dijadikan sebagai sumber data atau subyek penelitian adalah peserta didik kelas V SD Islam An-Nizomiyah Pejaten Barat, dimana peserta didik tersebut tidak hanya diperlukan sebagai obyek yang dikenai tindakan, tetapi juga aktif dalam kegiatan yang dilakukan. Peneliti sebagai pengamat sekaligus guru di dalam melakukan pembelajaran kontekstual. 6
Rochiati Wiriaatmadja, op.cit., h. 249
33
Data penelitian ini mencakup: 1. Skor tes peserta didik dalam mengerjakan soal yang diberikan, hasil diskusi pada saat pelajaran berlangsung dan hasil tes yang dilakukan pada setiap akhir tindakan. 2. Hasil lembar observasi perilaku aktivitas peserta didik. 3. Hasil observasi dan catatan lapangan yang berkaitan dengan aktivitas peserta didik pada pembelajaran PAI berlangsung. Data penelitian ini berupa hasil pengamatan, kumpulan, pencatatan lapangan dan dokumentasi dari setiap tindakan perbaikan penggunaan pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning) pada bidang studi PAI dalam upaya meningkatkan prestasi belajar peserta didik kelas V di SD Islam An-Nizomiyah. Data yang diperoleh dari penelitian tindakan ini ada yang bersifat kualitatif dan kuantitatif. Data yang bersifat kualitatif diperoleh dari dokumentasi, observasi dan interview, sedangkan data yang bersifat kuantitatif berasal dari evaluasi pre test dan post test. E. Teknik Pengumpulan Data Untuk memperoleh data yang benar dan akurat dalam penelitian ini, maka penulis menggunakan beberapa metode yang antara lain sebagai berikut: 1. Pengamatan (Observasi) Salah satu alat pengumpul data terpenting dalam penelitian tindakan kelas adalah pengamatan atau observasi. Kategorisasi dari fokus observasi dari kegiatan kelas bisa umum bisa juga spesifik. Observasi umum dari kegiatan kelas akan mengemukakan tanggapan peneliti yang subjektif sifatnya, sedangkan yang khusus yang meliputi hal-hal yang sudah disepakati bersama dalam perencanaan, data yang dihasilkan akan sangat membantu keperluan perkembangan sekolah. 7 Adapun jenis observasi yang peneliti gunakan adalah: a. Observasi Partisipatif Dalam observasi ini, peneliti yang berperan sebagai pengamat penyerta atau participant observer ikut serta dalam berbagai kegiatan pihak yang diamati, 7
Rochiati Wiriaatmadja, op.cit., h. 250
34
dan segera mencatatkan apa yang terjadi dalam catatan lapangannya. Dalam catatan ini termasuk juga komentar-komentar yang menafsirkan apa yang terjadi berdasarkan persepsi peneliti.8 Selain peneliti ikut berpartisipasi dalam observasi, peneliti juga sekaligus sebagai fasilitator. Sehingga peneliti juga turut mengarahkan peserta didik yang diteliti untuk melaksanakan tindakan yang mengarah pada data yang diinginkan oleh peneliti. Dengan menggunakan metode ini, penulis mengamati secara langsung terhadap obyek yang diselidiki. Metode ini digunakan untuk memperoleh datadata tentang keadaan lokasi penelitian, kegiatan- kegiatan yang dilakukan peserta didik dan lain-lain. b. Observasi Aktivitas Kelas Observasi aktivitas kelas merupakan suatu pengamatan langsung terhadap peserta didik dengan memperhatikan tingkah lakunya dalam pembelajaran, sehingga peneliti memperoleh gambaran suasana kelas dan peneliti dapat melihat secara langsung tingkah laku peserta didik, kerja sama, serta komunikasi di antara peserta didik dalam kelompok. 2. Dokumentasi Ada
macam-macam
dokumen
yang
dapat
membantu
dalam
mengumpulkan data penelitian, yang ada kaitannya dengan permasalahan dalam penelitian tindakan kelas, diantaranya: Silabi dan rencana pelajaran, laporan diskusi-diskusi tentang kurikulum, berbagai macam ujian dan tes, laporan rapat, laporan tugas siswa, bagian-bagian dari buku teks yang digunakan dalam pembelajaran.9 Dalam hal ini peneliti menggunakan dokumentasi untuk mendapatkan data tentang profil SD Islam An-Nizomiyah Pejaten Barat yang mencangkup identitas sekolah, visi misi sekolah, data peserta didik dan data penunjang lainnya. 8
Ibid., h. 107
9
Ibid., h. 121
35
3. Tes Tes adalah merupakan alat atau prosedur yang digunakan untuk mengetahui atau mengukur sesuatu dalam suasana, dengan cara dan aturan-aturan yang sudah ditentukan. Untuk mengerjakan tes ini tergantung dari petunjuk yang diberikan misalnya: melingkari salah satu huruf di depan pilihan jawaban, menerangkan, mencoret jawaban yang salah, melakukan tugas atau suruhan, menjawab secara lisan, dan sebagainya. 10 Pengukuran tes ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui hasil belajar peserta didik. Tes tersebut juga sebagai salah satu rangkaian kegiatan pembelajaran PAI dalam penerapan pembelajaran kontekstual. Tes yang dimaksud meliputi tes awal atau tes pengetahuan pra syarat yang akan digunakan untuk mengetahui penguasaan konsep materi pelajaran sebelum pemberian tindakan. Selanjutnya tes pengetahuan pra syarat tersebut juga akan dijadikan acuan tambahan dalam mengelompokkan peserta didik dalam kelompok-kelompok belajar, di samping menggunakan nilai ulangan harian selanjutnya skor tes awal ini juga akan dijadikan sebagai skor awal bagi penentuan poin perkembangan individu peserta didik. Selain tes awal juga dilakukan tes pada setiap akhir tindakan, hasil tes ini akan digunakan untuk mengetahui hasil belajar peserta didik terhadap materi pelajaran PAI melalui penerapan pembelajaran kontekstual. F. Analisis Data Setelah data terkumpul, langkah selanjutnya adalah menganalisis data tersebut. Dalam analisis ini, penulis menggunakan langkah-langkah sebagai berikut: 1. Analisis hasil pengamatan aktivitas peserta didik dalam pembelajaran melalui pendekatan kontekstual pada saat proses belajar mengajar berlangsung. Adapun kriteria penilaian untuk lembar pengamatan aktivitas peserta didik adalah sebagai berikut: 10
67
Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2012), h.
36
a. Penilaian pertama apabila banyaknya peserta didik yang melakukan aktivitas terhitung 25% dari jumlah yang hadir, berarti penilaian peserta didik dalam pembelajaran masih tergolong kurang (disimbolkan dengan huruf D). b. Penilaian kedua apabila banyaknya peserta didik yang melakukan aktivitas terhitung 25% - 50% dari jumlah yang hadir, berarti penilaian peserta didik dalam pembelajaran tergolong cukup (disimbolkan dengan huruf C). c. Penilaian ketiga apabila banyaknya peserta didik yang melakukan aktivitas terhitung 50% - 75% dari jumlah yang hadir, berarti penilaian peserta didik dalam pembelajaran tergolong baik (disimbolkan dengan huruf B). d. Penilaian keempat apabila banyaknya peserta didik yang melakukan aktivitas terhitung > 75% dari jumlah yang hadir, berarti penilaian peserta didik dalam pembelajaran tergolong baik sekali (disimbolkan dengan huruf A) 2. Data tentang hasil belajar setiap siklus diperoleh dari hasil tes setiap akhir siklus dan data prestasi belajar secara keseluruhan setelah diterapkannya pembelajaran kontekstual dalam proses pembelajarannya. Adapun langkah perhitungan adalah dengan cara menghitung presentase jawaban benar yang dicapai setiap peserta didik yang dirumuskan sebagai berikut.
NP
NK 100% NT
Keterangan: NP = Nilai persentase NK = Nilai yang didapat NT
= Nilai jika semua benar11 Dari perhitungan ini, peneliti dapat mengetahui sampai sejauh mana
tingkat keberhasilan peserta didik atas materi yang diajarkan ditinjau dari sudut kriteria keberhasilan belajar (indikator keberhasilan) yang diharapkan atau yang telah ditetapkan. 11
Ibid., h. 272
37
Selain itu, hasil perhitungan dari hasil masing-masing tes kemudian dibandingkan antara siklus I, siklus II, hasil ini akan memberikan gambaran mengenai presentase peningkatan hasil belajar peserta didik setelah mengikuti pembelajaran dengan penerapan pembelajaran kontekstual. Data yang diperoleh dari tindakan yang dilakukan dianalisis untuk memastikan
bahwa
dengan
mengaplikasikan
pembelajaran
kontekstual
(Contextual Teaching and Learning) dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik. Data yang bersifat kualitatif yang terdiri dari hasil observasi dan dokumentasi dianalisis secara kualitatif. Jika yang dikumpulkan berupa data kualitatif, maka analisis dilakukan secara kualitatif pula. Proses tersebut dilakukan melalui tahap menyederhanakan, mengklasifikasi, memfokuskan, mengorganisasi (mengaitkan gejala) secara sistematis dan logis, serta membuat abstraksi atas kesimpulan makna hasil analisis Untuk mengetahui perubahan hasil tindakan, jenis data yang bersifat kuntitatif yang didapatkan dari hasil evaluasi dianalisis dan dirubah menjadi kualitatif dengan menggunakan rumus: P
Post rate - Base rate 100% Base rate
Keterangan : P
= Presentase Peningkatan.
Post rate = Nilai rata-rata sesudah tindakan. Base rate = Nilai rata-rata sebelum tindakan. G. Tahapan Penelitian Seperti yang telah dikemukakan sebelumnya bahwa penelitian ini merupakan jenis penelitian tindakan. Tahap penelitian ini mengikuti model yang dikembangkan oleh Kemmis dan Taggart, berupa suatu siklus spiral yang meliputi kegiatan perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi yang membentuk siklus demi siklus sampai tuntas penelitian. Adapun model tahapan penelitian mengacu pada Kemmis dan McTaggart yang digambarkan sebagai berikut:
38
Gambar 1 Model penelitian tindakan kelas12 1. Pra siklus Tahap prasiklus ini peneliti akan melihat dan observasi langsung pembelajaran PAI di kelas V SD Islam An-Nizomiyah. Pada pelaksanaan pra siklus ini guru masih menggunakan metode pembelajaran konvensional yaitu belum menerapklan pembelajaran kontekstual. Dalam pelaksanaan pembelajaran pada pra siklus ini juga akan diukur dengan indikator penelitian yaitu akan dilihat aktifitas peserta didik dalam proses pembelajaran dan hasil belajar peserta didik. Hal ini dilakukan sebagai dasar untuk
membandingkan
keberhasilan
pembelajaran
pembelajaran kontekstual pada siklus satu dan siklus dua.
12
Rochiati Wiriaatmadja, op.cit., h. 66
dengan
penerapan
39
2. Siklus I a. Perencanaan Sebelum mengadakan penelitian, peneliti membuat rencana pembelajaran dan soal tes akhir pembelajaran tiap siklus. Proses penyusunannya melalui tahapan sebagai berikut : 1) Peneliti mengumpulkan bahan dan materi dari berbagai sumber untuk dibuat rencana pembelajaran dan soal tes. 2) Menyusun materi yang akan disampaikan. 3) Menyusun alat evaluasi berupa tes kelompok dan tes individu. 4) Peneliti mengkonsultasikan rencana pembelajaran dan soal-soal tes kepada guru mitra selaku kolaborator untuk diperbaiki, sehingga menjadi rancangan yang layak digunakan dalam penelitian. 5) Peneliti melakukan proses akhir yaitu mencetak rencana pembelajaran dan soal tes sehingga siap digunakan dalam pembelajaran. b. Pelaksanaan Guru melaksanakan pembelajaran sesuai dengan rencana pembelajaran yang telah disiapkan. Adapun langkah-langkah pembelajaran dengan penerapan pembelajaran kontekstual pada siklus satu secara garis besar adalah sebagai berikut: 1) Pendahuluan a) Guru membuka pelajaran dengan salam dan peserta didik siap memulai pelajaran lalu menjawab salam. b) Mengadakan presensi terhadap kehadiran peserta didik. c) Proses pembelajaran dimulai dengan bacaan do'a dan salah satu surat pendek . d) Guru memberikan informasi awal tentang jalannya pembelajaran dan tugas yang harus dilaksanakan peserta didik secara singkat dan penuh kehangatan. e) Guru memberikan motivasi, seperti memancing emosional peserta didik melalui beberapa pertanyaan yang berhubungan dengan materi yang akan disampaikan.
40
f) Guru
menyampaikan
tujuan
pembelajaran
dengan
menggunakan
pendekatan kontekstual pada materi PAI. g) Pada
awal pembelajaran
dilakukan
pembahasan
tentang rencana
pembelajaran dan mendiskusikan tentang topik pelajaran yang dikaitkan dengan kontek kehidupan peserta didik sehari-hari. 2) Kegiataan inti a) Guru membagi peserta didik menjadi enam kelompok, masing- masing terdiri empat atau lima anggota kelompok dan mengatur tempat duduk peserta didik agar setiap anggota kelompok dapat saling bertatap muka (tiap kelompok memiliki anggota yang heterogen, baik jenis kelamin maupun kemampuannya). b) Guru memberikan tugas yang terencana dengan membagikan materi pembelajaran pada hari itu kepada setiap kelompok. c) Tiap kelompok melaksanakan tugas yang diberikan oleh guru yaitu : (1) Menelaah materi yang telah dibagikan kepada setiap kelompok dan membuat contoh riil yang terjadi di kehidupan sehari-hari. (2) Saling membantu menguasai bahan ajar atau materi yang diberi oleh guru melalui sharing antar sesama anggota kelompok. (3) Bekerjasama dengan seluruh anggota kelompok masing- masing (yang tahu memberi tahu pada yang belum tahu, yang pandai mengajari yang lemah). (4) Semua anggota kelompok bertanggung jawab atas kelompoknya masing-masing. (5) Masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerja kelompok di depan kelas. (6) Memberikan kesempatan kepada kelompok lain yang tidak maju ke depan untuk bertanya (forum tanya jawab dan diskusi guru bertindak sebagai fasilitator). d) Memberikan pujian kepada salah satu kelompok atas hasil yang diraih. e) Guru bersama peserta didik menyimpulkan materi yang telah dipelajari.
41
3) Penutup a) Mengulas kembali materi pembelajaran. b) Merangkum materi pembelajaran. c. Pengamatan 1) Selama proses pembelajaran guru mengamati setiap kegiatan yang dilakukan peserta didik. 2) Guru mencatat keberhasilan kendala-kendala yang dialami dalam proses pebelajaran yang belum sesuai dengan harapan. d. Refleksi 1) Mengadakan refleksi terhadap proses dan hasil belajar hari itu tentang beberapa hal yang perlu mendapat perhatian dari sebuah rencana kegiatan pembelajaran kaitannya dengan kehidupan sehari- hari. 2) Guru memberikan kesempatan peserta didik untuk mengungkapkan pengalaman spiritual peserta didik terkait dengan topik pelajaran. 3) Secara kolaboratif peneliti menganalisis dan mendiskusikan hasil pengamatan. Selanjutnya membuat suatu refleksi mana yang perlu dipertahankan dan mana yang perlu diperbaiki untuk siklus kedua. 4) Membuat kesimpulan sementara terhadap hasil pelaksanaan siklus satu. 3. Siklus II Untuk pelaksanaan siklus dua secara teknis sama seperti pelaksanaan siklus satu. langkah-langkah dalam siklus dua ini yang perlu ditekankan mulai dari perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi (siklus dua merupakan perbaikan dari siklus satu dan berdasarkan hasil refleksi siklus satu) akan dijelaskan sebagai berikut: a. Perencanaan Meninjau kembali rancangan pembelajaran yang disiapkan untuk siklus II dengan melakukan revisi sesuai hasil siklus I.
42
b. Pelaksanaan Guru melaksanakan pembelajaran sesuai dengan rencana pembelajaran yang telah disiapkan sesuai revisi berdasarkan evaluasi pada siklus satu. Adapun langkah-langkah pembelajarannya hampir sama seperti langkah-langkah pada siklus satu diantaranya : 1) Pendahuluan a) Guru membuka pelajaran dengan salam dan peserta didik siap memulai pelajaran lalu menjawab salam. b) Mengadakan presensi terhadap kehadiran peserta didik. c) Proses pembelajaran dimulai dengan bacaan do'a dan salah satu surat pendek . d) Guru memberikan informasi awal tentang jalannya pembelajaran dan tugas yang harus dilaksanakan peserta didik secara singkat dan penuh kehangatan. e) Guru memberikan motivasi, seperti memancing emosional peserta didik melalui beberapa pertanyaan yang berhubungan dengan materi yang akan disampaikan. 2) Kegiataan inti a) Guru membagi peserta didik menjadi enam kelompok, masing- masing terdiri empat atau lima anggota kelompok dan mengatur tempat duduk peserta didik agar setiap anggota kelompok dapat saling bertatap muka (kelompok pada siklus ini telah di rubah tidak sama dengan siklus satu). b) Guru memberikan tugas yang terencana (bisa lewat alat peraga, permainan dan sebagainya) yang mengarahkan peserta didik dapat menemukan atau mengkontruksi pengetahuannya sendiri. c) Tiap kelompok melaksanakan tugas yang diberikan oleh guru yaitu : (1) Saling membantu menguasai bahan ajar atau materi yang diberi oleh guru melalui sharing antar sesama anggota kelompok. (2) Bekerjasama dengan seluruh anggota kelompok masing- masing (yang tahu memberi tahu pada yang belum tahu, yang pandai mengajari yang lemah).
43
(3) Semua anggota kelompok bertanggung jawab atas kelompoknya masing-masing. (4) Masing-masing kelompok secara bergilir mempresentasikan hasil kerja kelompok di depan kelas. (5) Memberikan kesempatan kepada kelompok lain yang tidak maju ke depan untuk bertanya (forum tanya jawab dan diskusi guru bertindak sebagai fasilitator). d) Memberikan pujian kepada salah satu kelompok atas prestasi yang diraih. e) Guru bersama peserta didik menyimpulkan materi yang telah dipelajari. f) Guru membubarkan kelompok yang telah dibentuk dan peserta didik kembali ketempat duduk masing-masing. 3) Penutup a) Mengulas kembali materi pembelajaran. b) Merangkum Materi pembelajaran. c. Pengamatan Guru melakukan pengamatan yang sama pada seperti siklus I. d. Refleksi Refleksi pada siklus dua ini dilakukan untuk melakukan penyempurnaan pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran kontekstual yang diharapkan dapat meningkatkan aktivitas peserta didik dalam proses pembelajaran dan prestasi belajar peserta didik pada mata pelajaran pendidikan agama Islam. H. Indikator Keberhasilan Untuk mengetahui tingkat keberhasilan penilitian tindakan kelas ini apabila: 1. Meningkatkan hasil belajar peserta didik (termasuk aktivitas peserta didik) kelas V SD Islam An-Nizomiyah pada mata pelajaran PAI, apabila peran guru selama
proses
pembelajaran
sesuai
dengan
skenario
dalam
proses
pembelajaran kontekstual, sehingga mampu meningkatkan prestasi belajar peserta didik dengan indikator sebagai berikut.
44
a. Aktivitas hasil peserta didik telah mencapai kriteria baik sekali, dengan jumlah presentase aktivitas belajar dalam kegiatan pembelajaran sekurangkurangnya 75%. b. Hasil belajar peserta didik yang berupa nilai tes peserta didik (setelah tindakan penelitian) yang telah ditetapkan oleh sekolah yaitu lebih dari atau sama dengan 70 sebanyak 75% dari seluruh peserta didik di kelas V SD Islam An-Nizomiyah dan rata-rata kelas lebih dari 7,0. 2. Ditemukannya cara yang paling efektif dalam menerapkan pembelajaran kontekstual. I. Jadwal Pelaksanaan Penelitian Berikut ini merupakan jadwal rencana kegiatan penelitian tindakan kelas yang akan dilaksanakan di SD Islam An-Nizomiyah Pejaten Barat. Tabel 1 Jadwal pelaksanaan penelitian No. Rencana Kegiatan 1. Persiapan Menyusun jadwal dan konsep penelitian Membuat kesepakatan dengan guru mitra (kolaborator) Observasi data geografis dan histories SD Islam An-Nizomiyah Mencari data kelas V 2.
Pelaksanaan Menyiapkan kelas dan alat Melakukan tindakan pra siklus Melakukan tindakan siklus I Melakukan tindakan siklus II
3.
Penyusunan Laporan Menyusun konsep laporan Penyelesaian laporan
Minggu ke 1
2
3
4
BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN
A. Profil SD Islam An-Nizomiyah Jakarta Selatan 1. Identitas Sekolah a. Nama
: SD Islam An-Nizomiyah
b. Tahun Berdiri
: 1993
c. Alamat
: Jl. Masjid Al-Fajri No. 16A Pejaten Barat Pasarminggu Jakarta Selatan 12510
d. Telepon
: 21-7971208
e. Status
: Swasta
f. NSS
: 104016304093
g. NPSN
: 20103074
h. NIS
: 100750
i.
Akreditasi
: A tahun 2012
j.
Nama Kepsek
: Drs. H. Muhammad Nozom Chotib
k. Nama Yayasan l.
: Jam’iyyatul Hujjaj An-Nizomiyah
Nama Ketua Yayasan : Hj. Chaizarani Tahir
m. Proses KBM
: Pagi
n. Email
:
[email protected]
o. No. Izin Operasional : 4811/-1.851.48 2. Visi dan Misi a. Visi sekolah Membentuk siswa yang unggul dan berprestasi, beriman dan berakhlak mulia serta mempunyai kepedulian sosial dan lingkungan yang tinggi. b. Misi sekolah 1) Menanamkan keyakinan melalui keislaman 2) Meningkatkan aktivitas akademis dan non akademis 3) Mengembangkan keterampilan dibidang IPTEK, bahasa, olahraga dan seni budaya sesuai dengan bakat, minat, dan potensi siswa
45
46
4) Membina kemandirian siswa melalui kegiatan terencana dan berkesinambungan 5) Mengembangkan kegiatan yang menumbuhkan kesadaran warga sekolah terhadap masalah sosial dan lingkungan 3. Lokasi Sekolah SD Islam An-Nizomiyah Jakarta Selatan terletak di Jl. Masjid Al-Fajri No. 16A Pejaten Barat, Pasarminggu Jakarta Selatan 12510. 4. Jumlah Peserta Didik Tabel 4.1 Data Jumlah Peserta Didik tahun 2013/2014 Kelas
Laki-laki
Perempuan
Jumlah
1
34
25
59
2
19
33
52
3
29
25
54
4
27
21
48
5
26
16
43
6
31
24
54
Jumlah
166
144
310
5. Sarana dan Prasarana Tabel 4.2 Data Sarana dan Prasarana No.
Jenis Ruangan
Jumlah
1
Ruang Kelas
12
2
Ruang Kepala Sekolah
1
3
Ruang Guru
2
4
Ruang Tata Usaha
1
5
Ruang Perpustakaan
1
6
Ruang Lab. Komputer
1
7
Kantin
1
8
Musholla
1
47
9
Dapur
1
10
Toilet/WC
3
Jumlah
24
6. Struktur Organisasi STRUKTUR ORGANISASI SD ISLAM AN-NIZOMIYAH
KETUA UMUM YAYASAN AN-NIZOMIYAH
BIDANG PENDIDIKAN
KEPALA SEKOLAH
WAKIL KEPALA SEKOLAH
PEMBINA EKSTRAKURIKULER
KOMITE SEKOLAH
BENDAHARA / TU
WALI KELAS
GURU MURID
KOORDINATOR KOORDINATOR
48
B. Paparan Data Sebelum Tindakan 1. Observasi Sebelum penelitian dilaksanakan, peneliti mengadakan pertemuan pada hari senin tanggal 24 Maret 2014 dengan kepala sekolah dan guru PAI SD Islam An-Nizomiyah Jakarta Selatan. Dalam pertemuan itu peneliti menyampaikan tujuan untuk melaksanakan penelitian di sekolah tersebut. Setelah Kepala sekolah dan guru PAI memberikan izin pelaksanaan penelitian. Kemudian peneliti dan guru PAI berdiskusi mengenai rencana penelitian yang akan dilaksanakan, dan disepakati bahwa kelas V yang dijadikan sumber data penelitian. Dengan pertimbangan bahwa kelas V termasuk kelas yang mempunyai kemampuan yang heterogen sehingga perlu diadakan penelitian untuk mengetahui efektifitas sebuah metode itu digunakan di kelas tersebut. Sebelum pelaksanaan tindakan, peneliti terlebih dahulu berdiskusi dengan wali kelas V, peneliti meminta data tentang kelas V, yaitu data tentang kemampuan belajar peserta didik, sebagai tolak ukur dalam pengelompokan belajar yang akan dilaksanakan di kelas V. 2. Pra Siklus Pra siklus ini dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 26 Maret 2014, guru
masih
menggunakan
metode
konvensional
yaitu
dengan
menggunakan metode ceramah dalam pembelajaran. Maka dalam pra siklus ini, tidak menggunakan pembagian atau pembentukan kelompok. Guru dalam hal ini menguasai penuh proses pembelajaran. Pada pelaksanaan Pra siklus materi yang di sampaikan adalah Kisah khalifah Umar bin Khattab r.a. Setelah diadakan ulangan atau tes didapat nilai rata-rata kelas 67 dengan banyaknya peserta didik yang tuntas 50% dan yang tidak tuntas sebanyak 50%. Ini berarti masih ada sebagian peserta didik kelas V-A tersebut belum dapat menyelesaikan evaluasi dengan baik. Begitu juga dengan aktivitas peserta didik kelas V-A yang masih 58,64% dengan kreteria baik meskipun ada sebagian yang masih perlu ditingkatkan. Pada
49
umumnya peserta didik terlihat kurang bersemangat dalam mengikuti pembelajaran. Kebanyakan dari mereka kelihatan bosan dalam mengikuti pembelajaran sehingga berakibat prestasi belajar mereka kurang maksimal. Pada pelaksanaan pra siklus ini, hasil belajar dapat dilihat dalam tabel berikut. Tabel 4.3. Hasil nilai tes pada pra siklus No.
Nama
Ketuntasan tuntas tidak
Nilai
% Ketercapaian
1 Ahmad Faisal Baidhowi
70
70%
2 Akel Darmawan Audhifa
65
65%
3 Aqila Aqhnia Fayza Gerriandi
65
65%
4 Arya Wibawa
55
55%
5 Azkadita Widiyanti
60
60%
6 Daffa Pradipta Yusdiansyah
60
60%
7 Drajad Ksatria Wibaowo
60
60%
8 Faiza Azzahra
70
70%
9 Hanifa Muslimah
75
75%
10 Ivan Ashidiqqi Barlianto
70
70%
11 Muhammad Aditya Mulyadi
65
65%
12 Muhammad Alif Najmi
75
75%
13 Muhammad Devta Kautsar
60
60%
14 Muhammad Hisyam Azmi
60
60%
15 Novalia Sabrina
75
75%
16 Qonita Putrid Aryani
75
75%
17 Qori Afiah Fathdina
70
70%
18 Ralif Yoga Saputra
65
65%
19 Sarah Nisa
70
70%
20 Trianda Iqbal Ramadhan
75
75%
1340
13.40%
10
10
67
67.00%
50%
50%
Jumlah Nilai rata-rata
50
C. Silkus I 1. Perencanaaan Tindakan Siklus I Siklus I dilaksanakan sebanyak satu kali pertemuan. Sebelum siklus pertama dilaksanakan, peneliti melakukan beberapa tahap persiapan, sebagai berikut : a. Membuat perencanaan pembelajaran. b. Menyiapkan materi membiasakan perilaku terpuji yaitu Meneladani perilaku khalifah Abu Bakar As Siddiq r.a. c. Membagi peserta didik yang berjumlah 20 anak menjadi lima kelompok, yang masing-masing kelompok beranggotakan empat anak dengan memperhatikan kriteria nilai atau prestasi anak di dalam kelas (data pembagian kelompok anak terlampir). d. Mempersiapkan instrumen penelitian yang digunakan untuk meneliti peningkatan motivasi dan prestasi belajar peserta didik. e. Membuat langkah-langkah pembelajaran pada siklus I. 2. Pelaksanaan Tindakan Siklus I Penelitian ini dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 1 April 2014. Pembelajarannya berlangsung selama 2 x 35 menit. Pelaksanaan pembelajaran pada siklus I ini dilaksanakan langsung oleh peneliti didampingi oleh Kolaborator yaitu guru mata pelajaran Pendidikan Agama Islam. Proses awal pembelajaran pada pertemuan pertama dimulai, keadaan peserta didik masih dalam keadaan ramai tetapi keadaan ini dapat dikondisikan setelah guru membuka kelas dan memperkenalkan peneliti sebagai guru pengganti mata pelajaran pendidikan agama Islam. Pembelajaran dimulai dengan mengucapkan salam dilanjutkan dengan berdoa dipimpin oleh peneliti kemudian dilanjutkan dengan membaca
surat
al-Ikhlas
bersama-sama.
Setelah
itu
dilanjutkan
perkenalan, karena proses penelitian di kelas baru pertama kali dilakukan. Setelah proses absensi sebagai perkenalan terhadap peserta didik selesai, maka pembelajaran dimulai dengan menjelaskan rencana kegiatan
51
pembelajaran yaitu menelaah bersama topik pembahasan tentang keteladanan perilaku kholifah Abu Bakar As Siddiq. Indikator keteladanan perilaku kholifah Abu Bakar As Siddiq pada siklus I ini adalah meneladani sifat kejujuran Abu Bakar As Siddiq, meneladani sifat dermawan Abu Bakar As Sidiq dan meneladani sifat kepemimpinan Abu Bakar As Siddiq. Pada saat diterangkan peserta dalam keadaan gaduh dan ramai, hal ini menunjukkan ketidakefektifan metode ceramah jika dilakukan terus menerus. Pada kegiatan inti proses pembelajaran dilanjutkan dengan penerapan pembelajaran kontekstual. Guru membagi peserta didik menjadi lima kelompok, masing-masing kelompok terdiri dari empat peserta didik. Setelah kelompok terbentuk dilanjutkan dengan mempersilahkan peserta didik untuk menunjuk ketua dari masing-masing kelompok yang bertugas memimpin diskusi dan menunjuk seorang sekretaris yang tugas mecatat hasil diskusinya. Setelah pembentukan kelompok selesai maka guru memberikan materi pembelajaran tentang keteladanan perilaku khalifah Abu Bakar As Siddiq kepada setiap kelompok. Masing-masing kelompok melaksanakan tugas yang diberikan guru dengan menelaah materi pembelajaran dan membuat ilustrasi atau contoh riil yang terjadi dikehidupan sehari-hari. Masing-masing kelompok bekerja sama dengan anggota kelompoknya. Selama diskusi berlangsung ada beberapa anak yang bertanya tentang materi yang belum dipahami, yaitu tentang contoh riil kepemimpinan Abu Bakar As Siddiq, ia adalah Faiza Azzahra. Anak yang bertanya tidak berarti ia bodoh. Belum tentu anak yang tidak bertanya berarti meraka paham atau pandai. Tetapi hal ini menunjukkan keberanian dan keaktifan, memang benar setelah peneliti observasi ternyata anak ini termasuk peserta didik yang pandai dan aktif di kelas. Presentasi pada siklus I belum menunjukkan proses pembelajaran yang aktif, peserta didik masih malu dan ragu untuk bertanya hal ini disebabkan karena peserta didik belum terbiasa dengan penerapan
52
pembelajaran kontekstual, tetapi ada pertanyaan dari Novalia Sabrina saat season
pertanyaan
mempresentasikan
dibuka hasil
menanggapi
diskusinya.
kelompok
Pertanyaan
kedua
tersebut
saat adalah
“bagaimana ada teman menyontek saat ulangan?” Kemudian pertanyaan itu dijawab anggota kelompok II yaitu Azkadita Widiyanti “jika ada teman yang nyonyek saat ulangan itu menunjukan teman itu tidak jujur dan tidak mau mencontok perilaku Abu Bakar as Siddiq”. Pertanyaan lain muncul dari Sarah Nisa dari kelompok V tentang perilaku dermawan “contohnya dermawan dalam kehidupan sehari-hari seperti apa?” karena jawaban dari kelompok lain kurang memuaskan sehingga pertanyaan ini diselesaikan oleh peneliti. Pada siklus I ini terhitung hanya tiga anak yang aktif bertanya yaitu Faiza Azzahra, Novalia Sabrina dan Sarah Nisa sedangkan yang lain belum berani mengeluarkan pertanyaan hanya sekedar membacakan hasil diskusi. Sebagai penutup guru menyimpulkan hasil diskusi yang telah dipelajari bersama-sama dan memberikan kesempatan pada peserta didik untuk bertanya tentang materi yang telah didiskusikan. Guru memberi kesempatan kepada peserta didik untuk merencanakan tindakan yang akan mereka lakukan terkait dengan materi yang dipelajari dalam kehidupan sehari-hari, seperti taat pada perintah agama, sabar dalam menerima cobaan, dan sebagainya. Sedangkan pengambilan nilai dalam pelaksanaan tindakan ini dengan memberikan tes formatif untuk dikerjakan oleh peserta didik secara individu. 3. Observasi Siklus I Pada siklus I ini, selama pelaksanaan pembelajaran di kelas, terlihat para peserta didik mulai antusias dan merespon positif. Mulai adanya peningkatan motivasi belajar dibandingkan pada saat pra siklus. Hal ini terlihat dari aktivitas bertanya peserta didik yang pada saat pra siklus mereka masih malu dan takut salah, pada siklus I ini mereka sudah mulai berani bertanya meskipun bobot pertanyaannya masih belum
53
mencapai seperti yang diharapkan. Pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung, para peserta didik tampak gembira dan senang, hal ini dapat dilihat dari raut muka mereka yang tampak bersemangat untuk belajar meskipun masih ada beberapa peserta didik yang belum terbiasa dengan model pembelajaran yang diterapkan oleh peneliti (lembar observasi terlampir). Selama pelaksanaan pembelajaran, peneliti bertindak sebagai guru sekaligus sebagai observer yang mencatat lembar pengamatan pada pedoman observasi. Hasil pengamatan pada tahap pendahuluan, terdapat peningkatan motivasi, hal ini dikarenakan peserta didik merasa mendapatkan penyegaran dalam kegiatan pembelajaran, sehingga mereka berusaha memusatkan perhatian selama pembelajaran berlangsung. Akan tetapi, memasuki kegiatan penjelasan materi secara global, aktivitas peserta didik dalam mengajukan pertanyaan masih kurang. Hal ini dikarenakan peserta didik masih belum terbiasa untuk mengajukan pertanyaan. Sebaliknya, mereka lebih suka menjawab pertanyaan. Memasuki tahap kegiatan inti, peneliti membagi peserta didik menjadi lima kelompok, masing-masing kelompok terdiri atas empat anak, tiap kelompok memiliki anggota yang heterogen, baik jenis kelamin maupun kemampuannya. Kemudian peneliti memberi tugas kepada masing-masing kelompok untuk saling membantu dalam menguasai materi, yaitu memahami dan meneladani perilaku khalifah Abu Bakar As Siddiq r.a. Dalam pembelajaran ini, peneliti melatih peserta didik untuk bekerja sama dengan teman dalam kelompok. Berdasarkan hasil pengamatan, diketahui bahwa motivasi belajar peserta didik masih belum seperti yang diharapkan atau bisa dikatakan masih rendah. Ini dapat dilihat dari lembar observasi peserta didik yang menunjukkan bahwa aktivitas kerjasama peserta didik belum mencapai apa yang diharapkan. Kegiatan kelompok ini masih didominasi oleh para peserta didik yang aktif, sedangkan mereka yang pasif cenderung mengikuti hasil yang telah dikerjakan kelompok. Hal ini dikarenakan
54
adanya perbedaan individual pada masing-masing peserta didik. Mereka yang aktif adalah mayoritas yang memiliki prestasi di kelas, dan mereka yang pasif adalah yang berprestasi kurang atau sedang dan mereka cenderung kurang percaya diri pada kemampuannya. Pada akhir pembelajaran, peserta didik diberikan evaluasi berupa kuis. Pertanyaan-pertanyaan untuk setiap kelompok telah peneliti persiapkan dalam lembaran. Mereka berlomba menyelesaikan pertanyaanpertanyaan dari materi yang telah dipelajari. Tidak terlihat dari wajah mereka rasa jenuh atau putus asa, bahkan mereka terlihat menikmati setiap pertanyaan-pertanyaan yang peneliti berikan. Dalam hal ini peneliti ingin melihat prestasi belajar yang dimiliki peserta didik antar anggota kelompok. Berdasarkan hasil observasi yang telah dilaksanakan terdapat sedikit peningkatan prestasi belajar peserta didik yang semula nilai ratarata kelas dari pre test sebesar 67 meningkat menjadi 72.9 atau sekitar 8.8%. Pada pelaksanaan siklus I ini, prestasi belajar dapat dilihat dalam tabel berikut. Tabel 4.4. Hasil nilai tes pada Siklus I No.
Nama
Nilai
% Ketercapaian
Ketuntasan tuntas tidak
1
Ahmad Faisal Baidhowi
75
75%
2
Akel Darmawan Audhifa
65
65%
3
Aqila Aqhnia Fayza Gerriandi
70
70%
4
Arya Wibawa
65
65%
5
Azkadita Widiyanti
68
68%
6
Daffa Pradipta Yusdiansyah
70
70%
7
Drajad Ksatria Wibaowo
65
65%
8
Faiza Azzahra
70
70%
9
Hanifa Muslimah
85
85%
70
70%
10 Ivan Ashidiqqi Barlianto
55
11 Muhammad Aditya Mulyadi
65
65%
12 Muhammad Alif Najmi
85
85%
13 Muhammad Devta Kautsar
65
65%
14 Muhammad Hisyam Azmi
85
85%
15 Novalia Sabrina
75
75%
16 Qonita Putrid Aryani
75
75%
17 Qori Afiah Fathdina
75
75%
18 Ralif Yoga Saputra
70
70%
19 Sarah Nisa
70
70%
20 Trianda Iqbal Ramadhan
90
90%
Jumlah
1458
14.58%
14
6
Nilai rata-rata
72.9
72.90%
70%
30%
4. Refleksi Siklus I Pelaksanaan pembelajaran pada siklus I ini bertujuan untuk meningkatkan prestasi belajar peserta didik terhadap mata pelajaran PAI. Pada waktu pertama kali pertemuan dengan diadakan pembelajaran kontekstual para peserta didik masih bingung dan merasa canggung, apalagi pada waktu mengerjakan soal awal yaitu menelaah tentang perilaku Abu Bakar As Siddiq ra. para peserta didik masih ada yang tidak senang dengan teman kelompoknya, dengan demikian tugas yang dikerjakan secara kelompok masih satu atau dua anak saja yang mengerjakan karena mereka tidak senang dengan teman kelompoknya. Apalagi pada waktu guru memberikan tugas untuk mengaitkan materi dengan kehidupan sehari-hari mereka kelihatan bingung dan berusaha tidak menerimanya, dan akhirnya dengan pengarahan guru mereka dapat menerimanya. Kembali
pada
tujuan
peneliti
menerapkan
pembelajaran
kontekstual adalah untuk meningkatkan prestasi belajar peserta didik terhadap materi PAI melalui pembelajaran yang melibatkan peserta didik secara aktif, maka peneliti menyimpulkan bahwa pada siklus I ini
56
penerapan pembelajaran kontekstual, mampu menunjukkan peningkatan motivasi dan prestasi belajar namun hasil yang dapat diperoleh sangat minim sekali, hal ini dapat dilihat dari: a. Kegiatan diskusi kelompok kurang bisa membawa peserta didik untuk aktif berbicara mengemukakan pendapat, bertanya dan menjawab pertanyaan, b. Sebagian
peserta
didik
mengandalkan
kemampuan
menjawab
pertanyaan guru bukan pada kemampuan menyikapi atau memecahkan persoalan, sehingga motivasi belajar peserta didik adalah untuk mempelajari materi secara keseluruhan (sebatas materi) bukan untuk mensinkronkan materi dengan kehidupan nyata, c. Motivasi belajar peserta didik terhadap materi PAI hanya dimiliki mereka yang sebagian besar memiliki prestasi di kelas, sedangkan mereka yang berprestasi rendah/kurang cenderung pasif dalam kegiatan pembelajaran. Hal ini tidak terlepas dari kebiasaan peserta didik dalam proses belajar yang dialami sebelumnya. D. Siklus II 1. Perencanaan Tindakan Siklus II Pada rencana tindakan siklus II peneliti tetap menerapkan pembelajaran kontekstual pada mata pelajaran pendidikan agama Islam, dengan model pembelajaran ini diharapkan dapat lebih membantu untuk meningkatkan prestasi belajar peserta didik. Menindaklanjuti hasil analisis dan refleksi pada siklus I, maka peneliti berupaya untuk melakukan improvisasi pada proses pembelajaran, yaitu dengan langkah-langkah sebagai berikut: a. Peserta didik dibiasakan dengan pembelajaran kontekstual sehingga diharapkan dapat mengaitkan materi pelajaran dengan kehidupan sehari-hari.
57
b. Memaksimalkan kerjasama dan komunikasi kelompok. Sebelum siklus II dilaksanakan peneliti melakukan beberapa tahap persiapaan, antara lain: a. Membuat perencanaan pembelajaran b. Membagi peserta didik menjadi lima kelompok c. Memberi materi kisah keteladanan perilaku khalifah Umar bin Khothob r.a. d. Mempersiapkan instrumen penelitian yang digunakan untuk meneliti peningkatan prestasi belajar peserta didik. e. Membuat langkah-langkah pembelajaran pada siklus II. 2. Pelaksanaan Tindakan Siklus II Hasil penelitian siklus I menunjukkan bahwa tujuan penelitian belum tercapai dan harus dilanjutkan pada siklus II. Hal-hal yang belum sempurna dilaksanakan pada siklus I diperbaiki di siklus II. Pelaksanaan siklus II ini dilaksanakan pada hari selasa tanggal 8 April 2014. Pembelajarannya berlangsung selama 2 x 35 menit, pada siklus ini hanya dilaksanakan satu kali pertemuan. Pelaksanaan pembelajaran dimulai, proses awal masuk kelas, peneliti langsung memposisikan diri sebagai guru. Sedangkan kolaborator yang masuk bersama peneliti duduk pada kursi belakang dengan membawa lembar observasi yang harus diisi sebagai lembar pengamatan. Pembelajaran berlangsung tidak jauh berbeda dengan penelitian tindakan siklus I, setelah berdoa dan presensi guru langsung memulai pembelajaran dengan menjelaskan rencana kegiatan pembelajaran yaitu menelaah bersama topik pembahasan tentang keteladanan perilaku kholifah Umar bin Khattab. Indikator pembelajaran pada siklus II adalah meneladani sifat keteguhan Umar bin khattab, meneladani sifat keberanian Umar bin Khattab dan meneladani sifat kesederhanaan Umar bin Khattab. Kondisis peserta didik saat diterangkan materi tersebut cukup tenang. Hanya saja
58
kondisi ruangan yang kurang idial menyebabkan banyak suara-suara dari kelas lain sedikit mengganggu. Pada kegiatan inti proses pembelajaran dilanjutkan dengan penerapan pembelajaran kontekstual. Guru membagi peserta didik menjadi lima kelompok, masing-masing kelompok terdiri dari empat peserta didik. Kelompok ini anggotanya berbeda dari kelompok pada siklus I, Setelah kelompok terbentuk dilanjutkan dengan mempersilahkan peserta didik untuk menunjuk ketua dari masing-masing kelompok yang bertugas memimpin diskusi dan menunjuk seorang sekretaris yang tugas mecatat hasil diskusinya. Setelah pembentukan kelompok selesai maka guru memberikan materi pembelajaran tentang keteladanan perilaku khalifah Umar bin Khattab kepada setiap kelompok. Masing-masing kelompok melaksanakan tugas yang diberikan guru dengan menelaah materi pembelajaran dan membuat ilustrasi atau contoh riil yang terjadi dikehidupan sehari-hari. Masing-masing kelompok bekerja sama dengan anggota kelompoknya. Proses pembelajarn pada siklus II ini sudah ada peningkatan dibanding pada siklus I, artinya sudah mulai banyak peserta didik yang berani bertanya kepada kelompok lain. Diantara teknik yang peneliti gunakan adalah memberikan pujian dan pemberian nilai tambah jika peserta didik berani bertanya. Akhirnya sejak kelompok I menyampaikan hasil diskusinya tentang kesederhaan khalifah Umar bin Khattab sudah ada peserta didik yang bertanya, sehingga dapat memancing peserta didik lain untuk bertanya dan berkomentar. Pertanyaan yang diajukan kelompok I adalah “bagaimana meneladani kesederhanaan khalifah Umar bin Khattab?”, pertanyaan tersebut dilontarkan oleh Hanifa Muslimah dari kelompok III. Pertanyaan tersebut ternyata memancing peserta didik lain untuk bertanya, karena memang suatu diskusi apabila tidak ada yang mendahului untuk memulai bertanya, maka banyak peserta didik lain akan merasa minder untuk bertanya dan mengungkapkannya meskipun dalam
59
pikirannya sudah ada pertanyaan yang sebenarnya ingin disampaikan, terlebih bagi anak usia sekolah yang belum terbiasa berdiskusi. Tercatat ada empat anak yang bertanya selama proses diskusi dan dua anak yang menjawab pertanyaan dari kelompok lain. Faiza Azzahra, Aqila Aqhnia Fayza Gerriandi, Muhammad Hisyam Azmi dan Novalia Sabrina. Sedangkan dua anak yang telah berani menanggapi pertanyaan dari kelompk lain adalah Faiza Azzahra dan Akel Darmawan Audhifa. Adanya peningkatan pertanyaan dan tanggapan dari peserta didik pada siklus II tersebut menunjukan keberhasilan penerapan pembelajaran kontekstual. Sebagai penutup guru menyimpulkan hasil diskusi yang telah di telaah bersama-sama dan memberikan kesempatan pada peserta didik untuk bertanya tentang materi yang telah didiskusikan. Tetapi tidak ada pertanyaan yang muncul saat pertanyaan itu diajukan guru. Tahap akhir dari pembelajaran ini adalah pemberian evaluasi pada peserta didik berupa tes individu. Pada siklus II ini waktu sudah terorganisir dengan baik, sehingga tes dilakukan langsung dengan alokasi waktu 15 menit. Lebih dari 80 persen peserta didik mampu menyelesaikan dengan baik dan tepat waktu namun ada beberapa peserta didik yang mengumpulkan hasil tes terlambat. 3. Observasi Pada siklus II ini, hasil pengamatan menunjukkan bahwa peserta didik mengalami peningkatan motivasi dan prestasi belajar yang cukup tinggi dalam mengikuti kegiatan pembelajaran, peserta didik mulai berani bertanya dan mengemukakan pendapat apabila peneliti memberikan permasalahan. Memasuki kegiatan inti, hasil pengamatan menunjukkan peserta didik begitu antusias untuk berlomba mencapai hasil yang lebih baik antar sesama anggota kelompok. Ketika peneliti memberi tugas/pembagian materi pada masing-masing kelompok, peserta didik menerima tugas
60
dengan senang hati dan atas anjuran peneliti mereka berusaha untuk saling membantu memahami materi yang dibebankan pada masing-masing kelompok. Sering kali peneliti mendengar pertanyaan-pertanyaan berbobot dari sesama anggota kelompok untuk mencapai hasil diskusi yang memuaskan. Sudah mulai ada komunikasi dan kerjasama yang cukup baik pada diskusi antar sesama anggota kelompok, karena masing-masing peserta didik sudah mulai bisa menghilangkan beban rasa malu dan takut salah dalam mengajukan pendapat. Mayoritas dari mereka sudah mulai terbiasa dengan model pembelajaran yang peneliti terapkan di kelas V ini. Ditambah lagi pada siklus II ini, peneliti berusaha memberikan pujian pada setiap kelompok atas prestasi yang diraih, sehingga menjadi penyemangat bagi kelompok lain yang belum pernah mendapatkan pujian dari peneliti. Indikator peningkatan motivasi belajar peserta didik tercermin dalam bertambahnya semangat, antusias dan rasa ingin tahu peserta didik dalam pembelajaran. Sedangkan indikator peningkatan prestasi belajar peserta didik terlihat dari peningkatan hasil belajar peserta didik. Pada pelaksanaan siklus II ini, prestasi belajar dapat dilihat dalam tabel berikut. Tabel 4.5. Hasil penilaian tes pada Siklus II No.
Nama
Nilai % Ketercapaian
Ketuntasan tuntas tidak
1
Ahmad Faisal Baidhowi
85
85%
2
Akel Darmawan Audhifa
85
85%
3
Aqila Aqhnia Fayza Gerriandi
70
70%
4
Arya Wibawa
70
70%
5
Azkadita Widiyanti
70
70%
6
Daffa Pradipta Yusdiansyah
80
80%
7
Drajad Ksatria Wibaowo
80
80%
8
Faiza Azzahra
85
85%
9
Hanifa Muslimah
90
90%
61
10 Ivan Ashidiqqi Barlianto
80
80%
11 Muhammad Aditya Mulyadi
80
80%
12 Muhammad Alif Najmi
90
90%
13 Muhammad Devta Kautsar
75
75%
14 Muhammad Hisyam Azmi
85
85%
15 Novalia Sabrina
80
80%
16 Qonita Putrid Aryani
80
80%
17 Qori Afiah Fathdina
75
75%
18 Ralif Yoga Saputra
75
75%
19 Sarah Nisa
80
80%
20 Trianda Iqbal Ramadhan
90
90%
1605 80.25
16.05% 80.25%
20 100%
Jumlah Nilai rata-rata
Berdasarkan hasil observasi yang telah dilaksanakan terdapat motivasi yang semula nilai rata-rata kelas dari pra siklus sebesar 58.6 meningkat menjadi 90,2 atau sekitar 53,92%, dan peningkatan prestasi belajar peserta didik terlihat dari rata-rata kelas yang semula nilai rata-rata kelas dari pre test/siklus I sebesar 67 meningkat menjadi 80,25 atau mengalami peningkatan sebesar 19,8%. Sedangkan peningkatan prestasi belajar peserta didik antara siklus I dengan siklus II adalah pada siklus I nilai rata-rata kelas sebesar 73,96 meningkat menjadi 90,2 atau sekitar 21,95%, dan peningkatan prestasi belajar peserta didik antara siklus I dengan siklus II adalah pada siklus I nilai rata-rata kelas sebesar 72,9 meningkat menjadi 80,25 atau mengalami peningkatan sebesar 10,08%. 4. Refleksi Pada siklus II ini, peserta didik sudah mulai mengerti dengan model pembelajaran yang diterapkan peneliti. Bahkan mayoritas dari mereka sudah mulai terbiasa dengan model pembelajaran yang peneliti terapkan. Pada waktu mengerjakan soal mereka sudah mulai bisa
62
menerima teman kelompoknya, dengan demikian tugas yang dikerjakan secara kelompok sudah mulai mereka kerjakan bersama-sama. Penerapan pembelajaran untuk meningkatkan motivasi dan prestasi belajar peserta didik terhadap materi PAI melalui pembelajaran yang melibatkan peserta didik secara aktif, maka peneliti menyimpulkan bahwa pada siklus II ini bahwa penerapan pembelajaran ini, dapat meningkatkan motivasi dan prestasi belajar peserta didik yang cukup tinggi, hal ini dapat dilihat dari: a. Kegiatan diskusi kelompok yang sudah dapat membawa peserta didik untuk aktif berbicara mengemukakan pendapat, bertanya dan menjawab pertanyaan. b. Sebagian peserta didik sudah dapat mengandalkan kemampuan menyikapi atau memecahkan persoalan, untuk mensinkronkan materi dengan kehidupan nyata. c. Motivasi belajar peserta didik terhadap materi PAI dimiliki hampir semua peserta didik kelas VA, jadi bukan hanya mereka yang memiliki prestasi di kelas, tetapi juga mereka yang berprestasi rendah/kurang. E. Pembahasan Berdasarkan
hasil
pengamatan
aktivitas
peserta
didik
dalam
pembelajaran di kelas VA selama pembelajaran berlangsung secara keseluruhan diperoleh data sebagai berikut: a. Pada pra siklus (Rabu, 26 Maret 2014) persentase aktivitas peserta didik 58,6%, sehingga dapat dikatakan bahwa banyak peserta didik yang melakukan aktivitas dalam proses pembelajaran berkriteria baik. b. Pada siklus I (Selasa, 1 April 2014) persentase aktivitas peserta didik adalah 73,96%, sehingga dapat dikatakan bahwa banyak peserta didik yang melakukan aktivitas dalam proses pembelajaran berkriteria baik.
63
c. Pada siklus II (Selasa, 8 April 2014) persentase aktivitas peserta didik adalah 90,2%, sehingga dapat dikatakan bahwa banyak peserta didik yang melakukan aktivitas dalam proses pembelajaran berkriteria baik sekali. Dari data di atas, kemudian divisualisasikan dalam bentuk histrogram seperti tampak dalam gambar 4 dibawah ini.
Gambar 4.2. Histogram hasil pengamatan aktivitas peserta didik Sedangkan prestasi belajar peserta didik, diperoleh perbedaan rata- rata nilai tes pembelajaran pada setiap akhir siklus. Adapun rata-rata tes pembelajaran setiap siklus diperoleh data sebagai berikut. a. Hasil tes pra siklus (26 Maret 2014) rata-rata nilai tes adalah 67 dari 20 peserta didik yang mengikuti tes, dengan banyaknya peserta didik 50% (10 anak) yang tuntas dan 50% (10 anak) yang tidak tuntas. b. Pada siklus I (1 April 2014) rata-rata nilai tes adalah 72,9 dari 20 peserta didik yang mengikuti tes, dengan banyaknya peserta didik 70% (14 anak) yang tuntas dan 30% (6 anak) yang tidak tuntas. c. Pada siklus II (8 April 2014) rata-rata nilai tes adalah 80,25 dari 20 peserta didik yang mengikuti tes, dengan banyaknya peserta didik 100% (20 anak) yang tuntas.
64
Dari data di atas kemudian divisualisasikan dalam bentuk histrogram seperti tampak dalam gambar 4.2 dan gambar 4.3 berikut ini.
Gambar 4.3. Histogram hasil nilai tes
Gambar 4.4. Histogram ketuntasan peserta didik Adapun untuk mengetahui hasil penelitian secara keseluruhan dapat dilihat pada tabel berikut.
65
Tabel 4.6. hasil penelitian pra siklus, siklus I, siklus II Indikator Hasil Belajar (nilai rata-rata kelas) Aktivitas Belajar Ketuntasan
Pra Siklus
Siklus I
Siklus II
Hasil Pengamatan
Hasil Pengamatan
Hasil Pengamatan
67
72,9
80,25
58.6%
73.96%
90.2%
50%
70%
100%
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan pada bab sebelumnya maka dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Penggunaan pendekatan pembelajaran kontekstual dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam dapat meningkat, yaitu pada pra siklus persentase aktivitas peserta didik sebesar 58,6%, pada siklus I aktivitas peserta didik mengalami peningkatan menjadi 73,96%, sehingga dapat dikatakan bahwa banyak peserta didik yang melakukan aktivitas dalam proses pembelajaran berkriteria baik, sedangkan pada siklus II persentase aktivitas peserta didik meningkat menjadi 90,2%, sehingga dapat dikatakan bahwa banyak peserta didik yang melakukan aktivitas dalam proses pembelajaran berkriteria baik sekali. 2. Penerapan pembelajaran kontekstual dapat meningkatkan prestasi belajar Pendidikan Agama Islam peserta didik kelas V-A SD Islam AnNizomiyah Pasarminggu Jakarta Selatan terhadap materi PAI. Peningkatan prestasi belajar peserta didik meningkat, yang semula nilai rata-rata pra siklus 67 meningkat menjadi 72,9 atau sekitar 8.81% pada siklus I dengan banyaknya peserta didik 70% (14 anak) yang tuntas dan 30% (6 anak) yang tidak tuntas, pada siklus II lebih meningkat lagi menjadi 80,25 atau meningkat sekitar 10,08% dengan banyaknya peserta didik 100% (20 anak) yang tuntas.
B. Saran Berdasarkan hasil penelitian yang membuktikan adanya hubungan yang positif antara pembelajaran kontekstual dengan prestasi belajar peserta didik, maka dapat diajukan saran-saran sebagai berikut:
66
67
1. Diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan bagi beberapa pihak, antara lain: a. Kepala Lembaga Pendidikan/Kepala Sekolah Alangkah baiknya jika hasil penelitian ini dijadikan pedoman oleh lembaga pendidikan untuk selalu meningkatkan prestasi belajar peserta didik, sebab untuk mencapai prestasi belajar peserta didik secara maksimal perlu adanya motivasi yang tinggi dari peserta didik itu sendiri. b. Bagi Guru Evaluasi terhadap pembelajaran kontekstual seperti yang disebutkan di atas perlu diterapkan secara berkesinambungan, agar guru senantiasa melakukan upaya-upaya perbaikan dalam tindakan pengajarannya sehingga akan terjadi peningkatan prestasi belajar peserta didik. c. Bagi Peserta didik 1) Agar peserta didik selalu antusias dalam kegiatan pembelajaran, lebih berani mengungkapkan gagasannya, berkomunikasi dan berkerjasama dengan teman kelompoknya, membiasakan aktif dalam segala permasalahan yang ditemui dalam kehidupan seharihari, mengaktualisasikan materi yang dipelajari dalam kehidupan sehari-hari, karena itu merupakan jalan untuk mendapatkan motivasi dan prestasi belajar yang lebih baik. 2) Agar peserta didik lebih meningkatkan motivasi belajar, sebab terbukti bahwa peserta didik yang memiliki prestasi belajar yang baik adalah peserta didik yang memiliki motivasi belajar yang tinggi. 2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk membuktikan pengaruh pembelajaran kontekstual terhadap prestasi belajar peserta didik, sehingga dapat menghasilkan penelitian yang lebih akurat, valid dan reliabel.
DAFTAR PUSTAKA
A.M., Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta: Rajawali Press, 2011. Ali, Mohammad Daud, Pendidikan Agama Islam, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2005. Arikunto, Suharsimi, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara, 2012. _______, Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktik, Jakarta: Rineka Cipta, 2013. Departemen Agama RI, Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Islam. Jakarta. Djamarah, Syaiful Bahri, Psikologi Belajar, Jakarta: Rineka Cipta, 2011, Cet. 3. Hasbullah, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2006. Kemdikbud, Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Pendidikan Nasional. Majid, Abdul dan Andayani, Dian, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi: Konsep Dan Implementasi Kurikulum 2004, Bandung: Rosda Karya, 2004 Mulyasa, Praktik Penelitian Tindakan Kelas, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2012. Nasution, Asas-Asas Kurikulum, Jakarta: Bumi Aksara, 2011, Cet. 11. Purwanto, Evaluasi Hasil Belajar, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009. Rusman, Model-model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme Guru, Jakarta: Rajawali Press, 2013. Sa’ud, Udin Syaefudin, Ph.D., Inovasi Pendidikan, Bandung: Alfabeta, 2010. Sudjana, Nana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2009, Cet. ke-14. Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan kuantitatif Kualitatif dan R&D, Bandung: Alfabeta, 2009.
Tafsir, Ahmad, Metodologi Pengajaran Agama Islam, Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 1997 Wiriaatmadja, Rochiati, Metode Penelitian Tindakan Kelas, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2012.
Lampiran 1 SUBJEK PENELITIAN KELAS V-A TAHUN PELAJARAN 2013/2014 No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Nama Ahmad Faisal Baidhowi Akel Darmawan Audhifa Aqila Aqhnia Fayza Gerriandi Arya Wibawa Azkadita Widiyanti Daffa Pradipta Yusdiansyah Drajad Ksatria Wibaowo Faiza Azzahra Hanifa Muslimah Ivan Ashidiqqi Barlianto Muhammad Aditya Mulyadi Muhammad Alif Najmi Muhammad Devta Kautsar Muhammad Hisyam Azmi Novalia Sabrina Qonita Putrid Aryani Qori Afiah Fathdina Ralif Yoga Saputra Sarah Nisa Trianda Iqbal Ramadhan
Jenis Keterangan Kelamin L Jumlah siswa = 20 L Laki-laki = 12 P Perempuan = 8 L P L L P P L L L L L P P P L P L
Lampiran 2 DAFTAR KELOMPOK KEGIATAN PEMBELAJARAN DENGAN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL PADA SIKLUS I KELAS V-A Kelompok I 1. 2. 3. 4.
Ahmad Faisal Baidhowi Akel Darmawan Audhifa Aqila Aqhnia Fayza Gerriandi Arya Wibawa
Kelompok II 1. 2. 3. 4.
Kelompok III 1. 2. 3. 4.
Hanifa Muslimah Ivan Ashidiqqi Barlianto Muhammad Aditya Mulyadi Muhammad Alif Najmi
Kelompok V 1. 2. 3. 4.
Qori Afiah Fathdina Ralif Yoga Saputra Sarah Nisa Trianda Iqbal Ramadhan
Azkadita Widiyanti Daffa Pradipta Yusdiansyah Drajad Ksatria Wibaowo Faiza Azzahra
Kelompok IV 1. 2. 3. 4.
Muhammad Devta Kautsar Muhammad Hisyam Azmi Novalia Sabrina Qonita Putrid Aryani
Lampiran 3 DAFTAR KELOMPOK KEGIATAN PEMBELAJARAN DENGAN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL PADA SIKLUS II KELAS V-A Kelompok I 1. 2. 3. 4.
Daffa Pradipta Y Faiza Azzahra Muhammad Aditya Mulyadi Muhammad Alif Najmi
Kelompok II 1. 2. 3. 4.
Kelompok III 1. 2. 3. 4.
Akel Darmawan Audhifa Drajad Ksatria Wibaowo Hanifa Muslimah Trianda Iqbal Ramadhan
Kelompok V 1. 2. 3. 4.
Muhammad Hisyam Azmi Qonita Putrid Aryani Ralif Yoga Saputra Sarah Nisa
Ahmad Faisal Baidhowi Aqila Aqhnia Fayza Gerriandi Yusdiansyah Muhammad Devta K Qori Afiah Fathdina
Kelompok IV 1. 2. 3. 4.
Arya Wibawa Azkadita Widiyanti Ivan Ashidiqqi Barlianto Novalia Sabrina
Lampiran 9
MATERI PEMBELAJARAN SIKLUS I KETELADANAN ABU BAKAR AS SIDDIQ
Abu Bakar as Siddiq adalah sahabat yang paling dekat dengan Rasulullah SAW, perilaku Abu Bakar yang pantas diteladani adalah sebagai berikut: 1. Bersegera membenarkan ajaran Rasullah Saat Rasulullah menyampaikan ajaran Islam, Abu Bakar segera mempercayai dan membenarkan ajaran Rasulullah, begitu juga saat Isro’ Mi’roj tanpa ragu Abu Bakar segera membenarkannya. 2. Sangat mencintai Rosulullah dan ajarannya Abu Bakar sangat mencintai Rosulullah, Saat Rosulullah Hijrah, Abu Bakar menemaninya. Beliau rela mempertaruhkan nyawanya untuk menemani Rosulullah. 3. Rendah hati, sederhana dan jujur Abu Bakar adalah seorang manusia yang rendah hati, lemah lembut terhadap sesama muslim tapi keras terhadap musuh. Tidak pernah berlaku angkuh, apalagi bertindak sewenang-wenang, baik terhadap sesama pada zaman jahiliyyah maupun sesudah masuk Islam, terlebih saat menjabat sebagai khalifah. 4. Dermawan Abu Bakar sebagai saudagar yang kaya raya tidak segan-segan untuk mendermakan hartanya di jalan Allah SWT. Beliau membelanjakan hartanya untuk kepentingan Islam dan kaum muslimin. 5. Tegas dan bijaksana dalam memimpin Salah
satu
contoh
kebijaksanaan
Abu
Bakar
dalam
masa
pemerintahannya adalah dibentuknya lembaga pengadilan, bidang kementrian, lembaga keuangan negara dan pengumpulan al-Qur’an serta usaha menyebarkan agama Islam ke negara lain. Begitu pula terhadap orang-orang yang enggan membayar zakat Abu Bakar bersikap tegas. 6. Sangat memperhatikan kepentingan rakyat Abu Bakar adalah khalifah yang sangat memperhatikan kepentingan rakyat. Mendahulukan kepentingan rakyat dari pada kepentingan keluarganya.
7. Berjiwa penyabar dan suka bermusyawarah Abu Bakar mempunyai sifat penyabar, terutama dalam menemani Rosulullah dalam menyiarkan agama Islam. Beliau selalu sabar menerima hinaan dan cercaan kaum kafir. Abu Bakar selalu menyelesaikan segala persoalan dengan musyawarah. Beliau tidak pernah memutuskan sesuatu perkara tanpa meminta pendapat dan pertimbangan dari para sahabatnya.
Lampiran 10 MATERI PEMBELAJARAN SIKLUS II KETELADANAN UMAR BIN KHATTAB Jasa dan perjuangan Umar bin Khattab dalam menyebarluaskan agama Islam ke luar Jazirah Arab sangat besar. Perilaku terpuji Umar bin Khattab yang bisa diteladani antara lain: 1. Sederhana dan rendah hati Meskipun menjabat sebagai kepala negara. Umar bin Khattab adalah seorang yang rendah hati, baik dalam makanan mapun pakaian. Hidupnya sangat sederhana dan tidak pernah berfoya-foya. 2. Sangat memperhatikan rakyat Umar bin khattab tidak ingin rakyatnya merasakan kelaparan, ketidakadilan dan lain-lain. Beliau sangat takut jika harus bertanggung jawab kepada Allah kelak. Setiap malam beliau keliling kota Madinah untuk mengetahui keadaan rakyatnya secara langsung. 3. Berani membela kebenaran Umar bin Khattab adalah seorang yang paling berani di antara umat Rasulullah. Beneraniannya digunakan untuk membela Islam dan Rasulullah. 4. Bersikap Adil Khalifah Umar bin khattab juga dikenal sebagai khalifah yang sangat adil. Beliau menegakkan hukum dengan sebaik-baiknya. Jika ada yang melanggar hukum maka mereka harus berhadapan dengan hukum. Ia tidak pernah membedakan rakyat dan pejabat dihadapan hukum. 5. Suka bermusyawarah Umar bin Khattah selalu mengutamakan jalan musyawarah dalam mengambil semua keputusan.
Lampiran 11 LEMBAR HASIL OBSERVASI PESERTA DIDIK SIKLUS I A
B
C
D
E
F
G
H
Jml
Ahmad Faisal Baidhowi
3
2
4
3
3
3
4
3
25
Klasifikasi 78.1 A
Akel Darmawan Audhifa
2
3
3
3
3
3
2
3
22
68.8
A
Aqila Aqhnia Fayza G
4
3
3
2
4
2
3
4
25
78.1
A
Arya Wibawa
2
3
2
3
3
3
3
3
22
68.8
A
5
Azkadita Widiyanti
3
4
3
4
4
4
3
3
28
87.5
A
6
Daffa Pradipta Yusdiansyah
3
3
3
3
3
3
4
3
25
78.1
A
7
Drajad Ksatria Wibaowo
3
1
3
2
2
3
3
2
19
59.4
A
8
Faiza Azzahra
3
4
4
3
3
4
3
3
27
84.4
A
9
Hanifa Muslimah
3
3
2
3
3
3
3
2
22
68.8
A
10
Ivan Ashidiqqi Barlianto
2
3
3
3
3
3
2
2
21
65.6
A
Muhammad Aditya Mulyadi
2
2
3
2
2
3
3
2
19
59.4
A
Muhammad Alif Najmi
3
3
3
4
4
3
3
4
27
84.4
A
Muhammad Devta Kautsar
3
3
4
3
2
3
3
3
24
75
A
14
Muhammad Hisyam Azmi
2
3
2
3
3
2
3
3
21
65.6
A
15
Novalia Sabrina
3
4
4
3
3
4
4
4
29
90.6
B
16
Qonita Putrid Aryani
3
2
3
2
4
3
3
4
24
75
A
17
Qori Afiah Fathdina
3
3
3
4
3
2
3
3
24
75
A
18
Ralif Yoga Saputra
3
3
3
3
3
3
2
3
23
71.9
A
19
Sarah Nisa
2
3
3
3
3
3
3
3
23
71.9
A
20
Trianda Iqbal Ramadhan
3
2
3
3
3
3
3
3
23
71.9
A
55
57
61
59
61
60
60
60
473
1478
75
75
75
73.9
739
A
A
A
B
B
No. 1 2 3 4
11 12 13
Nama
Jumlah Persen (%)
68.8 71.3 76.3 73.8 76.3
Klasifikasi
B
B
A
B
A
%
Keterangan : A B C D E F G H
: : : : : : : :
Memperhatikan penjelasan guru Keberanian peserta didik dalam bertanya Keseriusan dan partisipasi peserta didik dalam bekerja sama Inisiafif individu dalam penguraikan topik pembahasan Antusias peserta didik dalam kegiatan pembelajaran Keaktifan dan kontribusi peserta didik dalam diskusi Kemampuan peserta didik dalam mempresentasikan hasil diskusi kelompok Indentifikasi peserta didik saat merefleksikan materi pembelajaran dalam kehidupan sehari-hari
A
Kriteria nilai: 4 3 2 1
: baik sekali : baik : cukup : kurang
Skala persentase : > 75% 51% - 75% 26% - 50% ≤ 25%
: baik sekali : baik : cukup : kurang
(A) (B) (C) (D)
Jakarta, Maret 2014 Observer,
Imron HS NIM. 1810011000004
Lampiran 12 LEMBAR HASIL OBSERVASI PESERTA DIDIK SIKLUS II A
B
C
D
E
F
G
H
Jml
%
Ahmad Faisal Baidhowi
4
3
4
4
4
4
4
3
30
93.8
Klasifikasi A
2
Akel Darmawan Audhifa
3
4
3
4
4
4
3
3
28
87.5
A
3
Aqila Aqhnia Fayza G
4
4
4
3
4
3
4
3
29
90.6
A
4
Arya Wibawa
3
4
3
4
4
4
4
4
30
93.8
A
5
Azkadita Widiyanti
3
4
3
4
4
4
3
3
28
87.5
A
6
Daffa Pradipta Yusdiansyah
4
3
3
4
4
4
4
4
30
93.8
A
7
Drajad Ksatria Wibaowo
4
3
4
3
4
4
3
3
28
87.5
A
8
Faiza Azzahra
3
4
4
3
4
4
3
3
28
87.5
A
9
Hanifa Muslimah
4
4
3
4
3
4
4
3
29
90.6
A
10
Ivan Ashidiqqi Barlianto
3
4
4
4
4
4
3
3
29
90.6
A
11
Muhammad Aditya Mulyadi
4
4
4
3
3
4
4
4
30
93.8
A
12
Muhammad Alif Najmi
4
3
4
4
4
3
3
4
29
90.6
A
13
Muhammad Devta Kautsar
4
4
4
3
3
4
4
3
29
90.6
A
14
Muhammad Hisyam Azmi
3
4
3
4
4
3
4
4
29
90.6
A
15
Novalia Sabrina
3
4
4
3
2
3
3
2
24
75
B
16
Qonita Putrid Aryani
4
3
4
4
4
4
4
4
31
96.9
A
17
Qori Afiah Fathdina
4
4
4
3
4
3
4
3
29
90.6
A
18
Ralif Yoga Saputra
4
3
4
3
3
4
3
4
28
87.5
A
19
Sarah Nisa
3
3
4
4
4
4
4
4
30
93.8
A
Trianda Iqbal Ramadhan
4
3
4
3
4
4
4
3
29
90.6
A
Jumlah
72
72
74
71
74
75
72
67
577 1803
Persen (%)
90
90
Klasifikasi
A
A
No. 1
20
Nama
92.5 88.8 92.5 93.8 A
A
A
A
90 A
83.8 90.2 A
A
902 A
Keterangan : A B C D E F G H
: : : : : : : :
Memperhatikan penjelasan guru Keberanian peserta didik dalam bertanya Keseriusan dan partisipasi peserta didik dalam bekerja sama Inisiafif individu dalam penguraikan topik pembahasan Antusias peserta didik dalam kegiatan pembelajaran Keaktifan dan kontribusi peserta didik dalam diskusi Kemampuan peserta didik dalam mempresentasikan hasil diskusi kelompok Indentifikasi peserta didik saat merefleksikan materi pembelajaran dalam kehidupan sehari-hari
A
Kriteria nilai: 4 3 2 1
: baik sekali : baik : cukup : kurang
Skala persentase : > 75% 51% - 75% 26% - 50% ≤ 25%
: baik sekali : baik : cukup : kurang
(A) (B) (C) (D)
Jakarta, Maret 2014 Observer,
Imron HS NIM. 1810011000004
Lampiran 13 DAFTAR NILAI TES PRA SIKLUS Nama Sekolah
: SD Islam An-Nizomiyah
Kelas/Semester : V / 2 Mata Pelajaran
: Pendidikan Agama Islam
Materi
: Kisah kalifah Umar bin Khattab ra
No.
Nama
Nilai % Ketercapaian
Ketuntasan tuntas tidak
1 Ahmad Faisal Baidhowi 2 Akel Darmawan Audhifa
70
70%
65
65%
3 Aqila Aqhnia Fayza Gerriandi
65
65%
4 Arya Wibawa 5 Azkadita Widiyanti
55
55%
60
60%
6 Daffa Pradipta Yusdiansyah 7 Drajad Ksatria Wibaowo
60
60%
60
60%
8 Faiza Azzahra 9 Hanifa Muslimah
70
70%
75
75%
10 Ivan Ashidiqqi Barlianto 11 Muhammad Aditya Mulyadi
70
70%
65
65%
12 Muhammad Alif Najmi 13 Muhammad Devta Kautsar
75
75%
60
60%
14 Muhammad Hisyam Azmi 15 Novalia Sabrina
60
60%
75
75%
16 Qonita Putrid Aryani 17 Qori Afiah Fathdina
75
75%
70
70%
18 Ralif Yoga Saputra 19 Sarah Nisa
65
65%
70
70%
20 Trianda Iqbal Ramadhan
75
75%
1340
13.40%
10
10
67
67.00%
50%
50%
Jumlah Nilai rata-rata
Lampiran 14 DAFTAR NILAI TES SIKLUS I Nama Sekolah
: SD Islam An-Nizomiyah
Kelas/Semester : V / 2 Mata Pelajaran
: Pendidikan Agama Islam
Materi
: Kisah kalifah Abu Bakar As Siddiq ra
No.
Nama
Nilai
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Ahmad Faisal Baidhowi Akel Darmawan Audhifa Aqila Aqhnia Fayza G Arya Wibawa Azkadita Widiyanti Daffa Pradipta Yusdiansyah Drajad Ksatria Wibaowo Faiza Azzahra Hanifa Muslimah Ivan Ashidiqqi Barlianto Muhammad Aditya Mulyadi Muhammad Alif Najmi Muhammad Devta Kautsar Muhammad Hisyam Azmi Novalia Sabrina Qonita Putrid Aryani Qori Afiah Fathdina Ralif Yoga Saputra Sarah Nisa Trianda Iqbal Ramadhan Jumlah Nilai rata-rata
75 65 70 65 68 70 65 70 85 70 65 85 65 85 75 75 75 70 70 90 1458 72.9
Ketuntasan % Ketercapaian Tuntas Tidak 75% 65% 70% 65% 68% 70% 65% 70% 85% 70% 65% 85% 65% 85% 75% 75% 75% 70% 70% 90% 14.58% 14 6 72.90% 70% 30%
Lampiran 15 DAFTAR NILAI TES SIKLUS II Nama Sekolah
: SD Islam An-Nizomiyah
Kelas/Semester : V / 2 Mata Pelajaran
: Pendidikan Agama Islam
Materi
: Kisah kalifah Umar bin Khattab ra
No.
Nama
Nilai
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Ahmad Faisal Baidhowi Akel Darmawan Audhifa Aqila Aqhnia Fayza G Arya Wibawa Azkadita Widiyanti Daffa Pradipta Yusdiansyah Drajad Ksatria Wibaowo Faiza Azzahra Hanifa Muslimah Ivan Ashidiqqi Barlianto Muhammad Aditya Mulyadi Muhammad Alif Najmi Muhammad Devta Kautsar Muhammad Hisyam Azmi Novalia Sabrina Qonita Putrid Aryani Qori Afiah Fathdina Ralif Yoga Saputra Sarah Nisa Trianda Iqbal Ramadhan Jumlah Nilai rata-rata
85 85 70 70 70 80 80 85 90 80 80 90 75 85 80 80 75 75 80 90 1605 80.25
% Ketercapaian 85% 85% 70% 70% 70% 80% 80% 85% 90% 80% 80% 90% 75% 85% 80% 80% 75% 75% 80% 90% 16.05% 80.25%
Ketuntasan Tuntas Tidak 20 100%
Lampiran 16 SOAL TES SIKLUS I
A. Berilah tanda silang (x) huruf a, b, c, atau d pada jawaban yang benar ! 1. Berikut ini adalah sikap keteladanan Abu Bakar As Sidiq, kecuali.... a. Rendah hati b. Berjiwa tenang c. Penyabar d. Memiliki kekuatan 2. Seluruh harta Abu Bakar digunakan untuk .... a. Berfoya-foya b. Membeli barang kebutuhan keluarga c. Perjuangan Islam d. Modal berdagang 3. Dalam memimpim umatnya Abu Bakar berpedoman pada .... a. Al-Qur’an dan hadits b. Buku dan sahabat c. Kitab dan sahabat d. Hadits dan pendapat sahabat 4. Khalifah Abu Bakar As Shidiq adalah seorang saudagar kaya yang .... a. Pelit
c. Sombong
b. Dermawan
d. Berani
5. Salah satu cara meneladani kecintaan Abu Bakar As Sidiq terhadap Rasulullah SAW adalah .... a. Membantah perintah orang tua b. Melaksanakan larangan Allah c. Menjauhi perintah Allah d. Menjalankan ajaran Rasul. 6. Abu Bakar selalu melakukan ... dalam memutuskan suatu perkara. a. Salat
c. Kesewenang-wenangan
b. Musyawarah
d. Paksaan
7. Terhadap orang-orang yang menolak membayar zakat, Abu Bakar bersikap .... a. Lemah lembut
c. Tegas
b. Pemaaf
d. Acuh tak acuh
8. Ketika ada teman yang sakit karena belum sarapan sejak pagi, Raihan memberikan uang sakunya untuk dibelikan nasi, Raihan rela tidakmembeli jajan karena sudah sarapan sebelum berangkat sekolah. Sikap Abu Bakar yang di teladani Raihan adalah .... a. Kesegaraan masuk agama Allah. b. Ketegasan dalam memimpin c. Mendahulukan kepentingan orang lain d. Kesederhanaan 9. Azra tidak pernah menolak saat disuruh membantu ibunya. ia selalu melakukan perintah ibunya dengan ikhlas. Sikap Abu Bakar As Siddiq yang diteladani Azra adalah .... a. Mencintai rasulullah dan ajarannya b. Ketegasan dalam memimpin c. Mendahulukan kepentingan orang lain d. Dermawan dalam menggunakan harta 10. Orang yang sabar seperti Abu Bakar memiliki sifat kepribadian berikut, kecuali .... a. Tekun dalam berusaha b. Tenang menunggu nasib baik c. Tidak tergesa-gesa d. Tidak mudah putus asa 11. Harta yang dimiliki oleh Abu Bakar digunakan untuk berinfak di .... a. Kakbah
c. Baitul mal
b. Mekah
d. Jalan Allah
12. Contoh ketenangan jiwa Abu Bakar terlihat ketika rasulullah .... a. Pergi perang
c. hijrah
b. wafat
d. Marah
13. Menolak ajakan teman untuk membolos sekolah termasuk kategori sifat ... a. dermawan
c. jujur
b. tegas
d. rendah hati
14. As-Sidiq artinya .... a. menyalahkan
c. mengetahui
b. membenarkan
d. membaca
15. Untuk kesejahteraan rakyat Abu Bakar mendirikan lembaga .... a. peradilan
c. kepolisian
b. baitul mal
d. pertahanan negara
B. Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini dengan jawaban benar ! 1. Bagamanakah sikap Abu Bakar terhadap orang-orang murtad dan enggan membayar zakat? Jawab: 2. Sebutkan tindakan kedermawanan Abu Bakar As-Sidiq terhadap para budak! Jawab: 3. Sebutkan keteladanan sikap Abu Bakar As Sidiq! jawab: 4. Bagaimana sikapmu dalam meneladani sikap dermawannya Abu Bakar? Jawab: 5. Abu Bakar tidak pernah enggan dan putus asa menemani Rasulullah berdakwah walaupun dihina dan dicaci maki. Sikap apakah yang patut diteladani dari Abu Bakar dalam hal ini ? Jawab:
Lampiran 17 SOAL TES SIKLUS II A. Berilah tanda silang (x) huruf a, b, c, atau d pada jawaban yang benar ! 1. Sebelum masuk Islam Umar bin khattab terkenal sebagai seorang yang ... seruan Rasulullah. a. Membantu
c. Menentang
b. Mendukung
d. Membiarkan
2. Siapapun yang menentang ajaran rasulullah akan umar hadapi dengan.... a. Rasa takut
c. Sombong
b. Gagah berani
d. Rendah diri
3. Umar bin khattab berangkat hijrah secara terang-terangan. Hal ini membuktikan sikap .... a. Sombong
c. Penyabar
b. Pemberani
d. Tegas
4. Walaupun menjadi seorang Khalifah besar, Umar bin Khattab selalu bersikap .... a. Mewah
c. Sederhana
b. Boros
d. Sombong
5. Dalam menegakkan hukum, khalifah umar berlaku .... a. Semena-mena
c. Curang
b. Memaksa
d. Sangat adil
6. Kita harus meneladani umar bin khattab, karenanya kita harus berani dalam membala .... a. Teman yang salah b. Kebenaran c. Adik yang melanggar aturan d. Kejahatan 7. Umar bin khattab merupakan khalifah yang rendah hati. Ciri orang yang rendah hati antara lain .... a. Tidak membeda-bedakan dalam bergaul b. Meremehkan orang lain c. Memilih-milih teman
d. Tidak mau bergaul dengn orang miskin 8. Orang yang berani menegakkan kebenaran maka pengorbanannya akan .... a. Dikenang
c. Sia-sia
b. Percuma
d. Dilupakan
9. Umar bin Khattab adalah muslim yang paling .... a. Lunak dan lemah lembut b. Tegas dan pemberani c. Tenang dan keras d. Lemah lembut dan tegas 10. Sifat yang tidak dimiliki oleh Umar bin khattab adalah .... a. Pemberani
c. Pengecut
b. Cerdas
d. Disiplin
11. Khalifah umar bin khattab bersikap keras dan tegas, sehingga ia tidak tahan melihat .... a. Kecengengan umatnya b. Kelemahan umatnya c. Ketidakadilan pada umatnya d. Keganasan umatnya 12. Berikut ini adalah sikap meneladani kesederhanaan umar bin khattab yaitu .... a. Agus membeli sepatu baru setiap bulan b. Bagas selalu minta mobil-mobilan baru c. Azra tidak membeli tas baru, sebab tas yang lama masih bagus d. Kina membeli buku tulis setiap minggu 13. Berikut ini yang tidak termasuk sikap keteladanan umar bin khattab adalah .... a. Pemberani
c. Sederhana
b. Adil
d. Penakut
14. Umar bin Khattab tidak ingin rakyatnya merasakan kelaparan dan ketidakadilan. Hal ini membuktikan sikap .... a. Kesederhanaan dan rendah diri b. Suka bermusyawarah c. Sangat memperhatikan rakyatnya. d. Berani membela kebenaran
15. Berikut ini merupakan perbuatan yang bisa dilakukan sebagai wujud meneladani khalifah Umar bin Khattab, kecuali.... a. Suka menolong orang lain b. Berani memberitahu jika ada teman nyontek c. Memakai perlengkapan sekolah yang sederhana dan tidak berlebihan d. Tidak berani bertanya kepada guru meskipun ada pelajaran yang belum dimengerti B. Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini dengan jawaban benar ! 1. Bagaimanakah sikapmu untuk meneladani keberanian Umar bin Khattab dalam membela kebenaran ? Jawab: 2. Mengapa Umar bin Khattab di beri julukan al furuq? Jelaskan ! Jawab: 3. Sebutkan keteladanan sikap umar bin khattab! Jawab: 4. Bagaimanakah meneladani kesederhanaan umar bin khattab dalam berseragam sekolah? Jawab: 5. Bagaimanakah keadilan yang dimiliki umar bin khattab? Jawab:
Lampiran 18 KUNCI JAWABAN TES SIKLUS I A. Kunci jawaban pilihan ganda 1. D
9. A
2. C
10. B
3. A
11. C
4. B
12. B
5. D
13. C
6. B
14. B
7. C
15. B
8. C B. Kunci jawaban uraian 1. Abu Bakar bersikap tegas dengan memerangi mereka. 2. Abu Bakar membebaskan para budak dengan membayar tebusan kepada majikan mereka. 3. Bersegera membenarkan ajaran Rosulullah, mencintai Rosulullah, rendah hati,
sederhana,
jujur,
dermawan,
tegas
dan
bijaksana,
suka
bermusyawarah, memperhatikan kepentingan rakya dan sabar. 4. Menolong teman atau orang lain yang membutuhkan dengan kemampuan yang dimiliki. 5. Kecintaan kepada Rasullah dan ajaranya.
KUNCI JAWABAN TES SIKLUS II A. Kunci jawaban pilihan ganda. 1. C
9. B
2. B
10. C
3. B
11. C
4. C
12. C
5. D
13. D
6. B
14. C
7. A
15. D
8. A B. Kunci jawaban uraian 1. (contoh jawaban) berani mengatakan siapa yang bersalah jika mengetahui dengan pasti. 2. Karena secara tegas menyampaikan mana yang benar dan mana yang salah. 3. Rendah hati, sederhana, tegas dan bijaksana, suka bermusyawarah, memperhatikan kepentingan rakyat, berani membela yang benar dan adil. 4. Memakai seragam sekolah seperti yang dipakai teman yang lain serta tidak berlebihan. 5. Umar bin Khattab sangat adil, hukum ditegakkan tanpa pandang bulu.