Pengelolaan Utang 2015 Disampaikan oleh Scenaider C. H. Siahaan (Direktur SPU-DJPU) dalam FGD Pendalaman Pasar Keuangan dengan BKF dan OJK Kamis , 22 Januari 2014
Pembiayaan Utang 2014 Rincian Pembiayaan Utang (neto) A. Pinjaman Luar Negeri (neto) 1. Penarikan (bruto) i. Pinjaman Program ii. Pinjaman Proyek 1). Pemerintah Pusat 2). Diteruspinjamkan (on-lending ) 2. Penerusan pinjaman 3. Pembayaran Cicilan Pokok Pinjaman B. Pinjaman Dalam Negeri (Neto) 1. Penarikan (bruto) 2. Pembayaran Cicilan Pokok Pinjaman C. Surat Berharga Negara (neto) 1. Penerbitan (bruto) *) 2. Jatuh Tempo dan Pembelian Kembali i. Jatuh Tempo *) ii. Pembelian Kembali
Jumlah (miliar rupiah) % Realisasi Realisasi per APBN 2014 APBN-P 2014 thd APBN-P Desember 185,128.3 (20,903.5) 39,132.7 3,900.0 35,232.7 34,006.5 1,226.3 (1,226.3) (58,810.0) 963.0 1,250.0 (287.0) 205,068.8 370,361.6 (165,292.7) (162,292.7) (3,000.0)
253,724.0 (13,437.7) 54,129.6 16,899.6 37,230.0 33,822.6 3,407.4 (3,407.4) (64,159.9) 2,178.0 2,423.4 (245.4) 264,983.7 430,182.7 (165,199.0) (162,199.0) (3,000.0)
248,263.3 (17,354.7) 48,101.4 17,767.2 30,334.2 27,301.5 3,032.7 (3,032.7) (62,423.4) 639.9 781.1 (141.3) 264,978.1 428,129.1 (163,151.0) (161,800.0) (1,351.0)
97.8% 129.1% 88.9% 105.1% 81.5% 80.7% 89.0% 89.0% 97.3% 29.4% 32.2% 57.6% 100.0% 99.5% 98.8% 99.8% 45.0%
*) angka penerbitan (bruto) dan jatuh tempo dapat berubah mengikuti operasi pengelolaan utang hingga target neto terpenuhi 2
Postur Pembiayaan Utang 2015 Target
Jumlah (miliar rupiah) Rincian A. Pinjaman Luar Negeri (neto) 1. Penarikan (bruto) i. Pinjaman Program ii. Pinjaman Proyek 1). Pemerintah Pusat i). Kementerian/Lembaga ii). Diterushibahkan (on-granting ) 2). Diteruspinjamkan (on-lending ) 2. Penerusan pinjaman 3. Pembayaran Cicilan Pokok Pinjaman B. Pinjaman Dalam Negeri (neto) 1. Penarikan (bruto) 2. Pembayaran Cicilan Pokok Pinjaman C. Surat Berharga Negara (neto) * 1. Penerbitan (bruto) *) 2. Jatuh Tempo dan Pembelian Kembali *) Pembiayaan Utang (neto) Pengadaan utang (bruto) Pembayaran/cicilan pokok utang Asumsi kurs IDR/USD1
APBN 2015
RAPBN-P 2015
(23,815.0) 47,037.2 7,140.0 39,897.2 35,577.8 32,881.5 2,696.3 4,319.4 (4,319.4) (66,532.8) 1,621.2 2,000.0 (378.8) 277,049.8 430,662.1 (153,612.3) 254,856.0 479,699.3 (224,843.3)
(18,619.1) 49,232.9 7,320.0 41,912.9 37,517.2 34,757.4 2,759.8 4,395.7 (4,395.7) (63,456.3) 1,690.6 2,000.0 (309.4) 308,321.1 462,433.4 (154,112.3) 291,392.7 513,666.4 (222,273.7)
11,900.0
12,200.0
Selisih
pengadaan utang secara bruto sebesar Rp513,6 triliun terdiri dari:
5,195.89 Penarikan pinjaman 2,195.7 sebesar Rp51,2 triliun: 180.0 Untuk pinjaman proyek 2,015.7 Rp41,9 triliun terdiri 1,939.4 dari: Rp36,9 triliun 1,875.9 (pinjaman on-going) dan 63.5 Rp5 triliun (pinjaman 76.3 pipeline) (76.3) Penerbitan SBN sebesar 3,076.5 Rp462,4 triliun 69.4 Komposisi pengadaan utang secara bruto terdiri dari: 69.4 31,271.3 utang denominasi rupiah 31,771.3 (SBN dan Pinjaman) (500.0) sebesar + 70% (Rp362,2 36,536.7 triliun), dan 33,967.0 utang denominasi valas 2,569.6
*) angka penerbitan (bruto) dan jatuh tempo dapat berubah mengikuti operasi pengelolaan utang hingga target neto terpenuhi
(SBN dan Pinjaman) sebesar + 30% (Rp151,4 triliun)
3
Pembiayaan SBN (Bruto) 2015 Dalam triliun
Domestik:
Instrumen
Target Indikatif
SBN Neto Jatuh tempo SPN 3 bulan Cash Buy Back
277 135.9 15 6
Penerbitan SBN Bruto
433.9
Rincian Penerbitan Domestik Ritel Lelang International Bond
Lelang: ►
SUN: 23 x
►
SUN: 81.7%
►
SBSN: 22 x
►
SBSN: 18.3%
►
Average Time to Maturity dari lelang SBN ditargetkan sebesar 8.7 tahun
Non-Lelang: ►
retail bonds: ORI + Sukuk Retail.
SBN Valas di Pasar Internasional:
90% 9% 71% 20%
Target penerbitan SBN terhadap penerbitan bruto 2015:
Penerbitan SBN Valas (dalam USD, JPY dan EUR) merupakan opsi pelengkap untuk mengurangi dampak crowding out di pasar domestik dan untuk menyediakan benchmark bagi penerbitan obligasi korporasi
Strategi Front Loading:
Target penerbitan bruto (domestik dan valas) pada semester pertama adalah 57%.
Target penerbitan SBN Domestik pada semester pertama sebesar 54%.
Komposisi maksimum SBN Valas adalah 20-30% atas target penerbitan bruto SBN
4
Kebijakan Pembiayaan Utang 2015
5
Pengelolaan Utang secara Umum Tujuan
Langkah yang ditempuh
1. Memperoleh struktur portofolio utang yang optimal
• Menetapkan komposisi utang baru
2. Memenuhi target pembiayaan utang yang ditetapkan dalam APBN (besaran defisit dan kebutuhan pembiayaan utang ditentukan oleh kebijakan fiskal)
• Melakukan assessment daya serap pasar SBN dan pinjaman
3. Mengembangkan pasar SBN domestik
• Menambah likuiditas pasar SBN domestik
• Melakukan re-profiling utang (buyback, debt switch, dan hedging)
• Memperluas basis investor
6
Kebijakan Umum Pengelolaan Utang 1.
Mengoptimalkan potensi pendanaan utang dari sumber dalam negeri dan memanfaatkan sumber utang dari luar negeri sebagai pelengkap dan untuk menghindari crowding out effect;
2.
Penerbitan SBN Valas di pasar domestik secara tidak langsung dapat membantu pengembalian DHE (Dana Hasil Eksport) ke dalam negeri
3.
Melakukan pengembangan instrumen dan perluasan basis investor utang agar diperoleh fleksibilitas dalam memilih sumber utang yang lebih sesuai kebutuhan dengan biaya yang minimal dan risiko terkendali;
4.
Memanfaatkan fleksibilitas pembiayaan utang untuk menjamin terpenuhinya pembiayaan APBN dengan biaya dan risiko yang optimal;
5.
Memaksimalkan pemanfaatan pinjaman untuk belanja modal terutama pembangunan infrastruktur;
6.
Melakukan pengelolaan utang secara aktif dalam kerangka ALM Negara.
7.
Mempercepat pengembangan pasar SBSN dan meningkatkan kemampuan pembiayaan utang melalui penerbitan SBSN dengan cara: 1.
Melakukan lelang penerbitan SBSN secara konsisten untuk memastikan ketersediaan SBSN yang cukup di pasar domestik;
2.
Melanjutkan kajian tentang pendirian dealer utama untuk peserta lelang SBSN secara bertahap;
3.
Optimalisasi pembiayaan proyek melalui SBSN PBS
7
Framework Pengembangan Pasar SBN Domestik Deep & Liquid Market
Sufficient Market Absorption & Efficient Price/Yield MARKET INFRASTRUCTURE
Primary Market
Demand •Banks •Foreigners •Insurance Company •Mutual Fund •Central Bank •Pension Funds •Securities Company •Retail Investor •Deposit Insurance Corp. •Domestic Potential Investors
1. Activities: Regular Issuance (Auction, Book building, Private Placement) 2. Infrastructure: • Auction System for domestic and onshore USD issuance • Settlement system for retail bonds
Secondary Market
1. Activities: Buyback, Debt switch, Securities Lending 2. Infrastructure: • Electronic Trading Platform (ETP): for retail and conventional bonds. System Development: Debt Switch Program (Many to Many), Staplebonds, and Hittable of PDs quotation • System : Primary Dealers quotation, Exchange Trading Mechanism, OTC Trading system 3. Price Discovery Mechanism: Benchmark Yield Curve, IBPA, Reporting System 4. Repo & Derivative Instruments: GMRA & Government Bond Futures
Regulation and Supervision
Supply • Government Debt Securities • SUKUK
8
Roadmap Pengembangan Pasar 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
Meningkatkan partisipasi investor domestik dalam pasar SBN domestik Memfokuskan pada penerbitan benchmark series dalam jumlah besar Mendukung pengembangan pasar repo SBN: Mendorong implementasi electronic trading platform (ETP) untuk transasksi SBN Mengembangkan Institutional Savings Sector (ISS) yaitu Asuransi dan Dana Pensiun Pengembangan pasar Government Bond Futures. Investor relations yang lebih proaktif terhadap beberapa targeted investors. Mengembangkan sistem Dealer Utama secara berkelanjutan. Mengembangkan Bond Stabilization Fund (BSF) secara berkelanjutan.
Strategi Pengelolaan SBSN Kebijakan
Strategi Lelang
penerbitan SBSN lelang reguler & green shoe option retail sukuk global sukuk
pengembangan pasar SBSN switching mengimplimentasikan Primary Dealers SBSN
Pengembangan instrumen mempersiapkan instrumen saving sukuk
rencana lelang SBSN 2015 sebanyak 22 kali dengan rata-rata 2 kali per bulan penerbitan Project Based Sukuk (seri baru maupun reopening) untuk tenor menengah dan pajang penerbitan SPN-S untuk keperluan cash management dan pembiayaan penerbitan melalui book building dan private placement untuk instrumen tertentu 10
Project Financing Sukuk Tujuan Pembiayaan Percepatan pembangungan infrastruktur Perbaikan fasilitas umum
Kriteria Kegiatan Kegiatan yang dilakukan pemerintah pusat Persiapan konstruksi telah mencapai 100% Mendapat persetujuan DPR
Penguatan industri dalam negeri
Merupakan bagian dari perencanaan pembangunan jangka menengah
Inisiatif strategis lainnya
Sejalan dengan prinsip-prinsip syariah Mendukung percepatan pertumbuhan ekonomi
Project Financing List Infrastruktur perkeretaapian dan stasiun kereta
Kegiatan yang telah disetujui Bappenas (Rp7.14 triliun) Kementerian Perhubungan
Rp2.92 triliun
Jalan dan jembatan
Kementerian PU dan Perumahan Rakyat
Rp3.54 triliun
Infrastruktur pendidikan tinggi Islam
Kementerian Agama
Rp0.68 triliun
Penginapan jamaah haji dan kantor-kantor kementerian agama
11
Kepemilikan Asing dan BSF
12
Kepemilikan Asing 1400
38.1%
33.0%
1200 30.5%
38.4%
40% 35%
32.5%
30.8% 30%
1000
25% 800 20%
18.6% 600
16.4%
16.7% 15%
400
10%
200
5%
0
0% Des '07
Dec'08
Dec'09
Dec'10
Nominal kepemilikan
Dec'11
Dec'12
Total tradable
Dec'13
31-Dec-14 19-Jan-15
% thd tradable
Kepemilikan asing terus meningkat baik dari sisi nominal maupun persentase terhadap tradable SBN, hal ini perlu diwaspadai adanya potensi sudden reversal yang dapat mengancam pasar keuangan domestik Kepemilikan asing terhadap SBN tradable pada tanggal 19 Januari 2015 hingga 38% dari total tradable SBN atau sebesar Rp471,8 triliun. Bahkan kepemilikan SBN tradable non ritel hingga mencapai 40%. Untuk memitigasi sudden reversal salah satunya dengan BSF (Bond Stabilization Framework)
13
Bond Stabilization Framework (BSF) BSF merupakan langkah-langkah strategis yang akan ditempuh Pemerintah untuk mengantisipasi dampak sudden reversal dalam rangka stabilisasi pasar SBN Program Jangka Menengah
Program Jangka Pendek
a Pembelian SBN oleh DJPU dari dana yang telah dianggarkan di APBN
b
c
d
e
Pembelian SBN oleh BUMN terkait di pasar sekunder dalam masa pre crisis atau crisis
Koordinasi dengan unit internal Kementerian Keuangan (Dit. PKN dan Pusat Investasi Pemerintah) untuk membeli SBN pada kondisi yang bearish
Pembelian SBN dengan menggunakan dana SAL melalui DJPU
Pembelian SBN dengan menggunakan Bond Stabilization Fund (BSF)
Bond Stabilization Framework First line of defense
APBN
Penggunaan dana buyback DJPU Investment fund at PIP (min. level Aware)*)
BUMN BPJS
BUMN Terkait
(min. level Aware)
BPJS
(min. level Aware)
DJPU membeli kembali SBN di pasar sekunder dengan dana yang telah dianggarakn di APBN Pembelian kembali SBN di pasar sekunder dengan dana PIP. BUMN membeli SBN di pasar perdana dibawah koordinasi menteri BUMN. BPJS fmembeli SBn di pasar perdana.
Second line of defense Rekening KUN APBN
(min. level Alert)
Penggunaan SAL (min. level Crisis)
BUMN BPJS
BUMN terkait
(min. level Alert)
BPJS
(min. level Alert)
*) Ministry of Finance is preparing the operational regulation.
DJPU membeli kembali SBN di pasar sekunder rekening KUN. Penggunaan SAL diperlukan persetujuan DPR. BUMN membeli SBN di pasar sekunder dibawah koordinasi Menteri BUMN. BPJS membeli SBN di pasar sekunder
Target Portofolio Utang dalam Jangka Menengah 16
Komposisi utang baru dalam Jangka Menengah berdasarkan Mata Uang (%)
berdasarkan Jenis Bunga (%)
berdasarkan Tenor/Jatuh Tempo (%)
Komposisi utang baru mengacu pada target risiko dan biaya utang yang paling optimal dan upaya pengembangan pasar SBN domestik 17
Target Indikator Portofolio Utang Rasio Utang Valas thd. Total Utang (%), range ± 2
Rasio Utang Jatuh Tempo dlm. 3 thn. thd. Total Utang (%), range ± 2
Rasio Utang Tingkat Bunga Tetap thd. Total Utang (%), range ± 2
Average Time to Maturity (ATM) (tahun), range ± 0.5
Besaran nilai range untuk mengakomodasi peningkatan risiko akibat:
Peningkatan tingkat bunga sebesar 2 standar deviasi (1%-2%) dan depresiasi rupiah sebesar 20% dalam jangka menengah;
Kebutuhan tambahan utang untuk membayar maksimum klaim terhadap tagihan penjaminan.
18
Target Indikator Portofolio Utang Rasio Utang thd. PDB (%)
Perkembangan sensitivitas rasio utang terhadap PDB Perubahan Nilai Tukar 20%
Perubahan Pembiayaan Utang Rp50 triliun
Rasio Pembayaran Bunga Utang thd. PDB (%) Perubahan PDB 2%
Rasio SBN Tradable thd. PDB (%)
Rasio SBN tradable terhadap PDB digunakan sebagai indikator likuiditas pasar SBN domestik 19
Posisi Utang
20
Perkembangan Posisi Utang Pemerintah (31 Desember 2014)
Jenis Utang Total Utang
2009
2010
2011
2012
2013
2014
1,590.7
1,681.7
1,809.4
1,977.7
2,375.5
2,604.9
611.2 611.2 979.5 143.2 836.3
617.3 616.9 0.4 1,064.4 162.0 902.4
621.3 620.3 1.0 1,188.1 195.6 992.4
616.6 614.8 1.8 1,361.1 264.9 1,096.2
714.4 712.2 2.3 1,661.1 399.4 1,261.7
673.7 670.8 2.9 1,931.2 456.6 1,474.6
Pinjaman Pinjaman Luar Negeri Pinjaman Dalam Negeri SBN SBN Valas SBN Rupiah
Komposisi Utang Pemerintah berdasarkan Mata Uang 100% 90% 80%
2% 5% 17%
70% 60%
21%
2%
2% 4%
2%
1% 3%
2%
17%
18%
22%
21%
1% 3% 14%
2%
1% 3% 12%
2%
Komposisi Utang Pemerintah berdasarkan Instrumen 1% 3% 9%
1%
100% 90% 80%
24%
29%
29%
60% 50%
40%
40%
20%
53%
55%
54%
56%
53%
57%
30% 20%
10%
10%
0%
0%
2009 2010 IDR USD *) 2014 bersifat sementara
JPY
2011 EUR
2012 SDR
2013 AUD
2014*) Lainnya
36.7%
70%
50% 30%
38.4%
31.1%
30.0% 0.1% 16.8%
53.1%
56.6%
2013 PLN
2014
9.0%
9.6%
0.1% 10.8%
0.1% 13.4%
52.6%
53.7%
54.8%
55.4%
2009
25.8%
34.3%
2010 2011 2012 SBN Domestik SBN Valas PDN
0.1% 17.5%
21
Central Government Debt Ratios
0%
2010
2011
Interest to Revenue
2010
2011
2012
Notes: • * Estimate; berdasarkan APBNP 2014 • ** Estimate; berdasarkan APBN 2015
2013
2014*
2015**
2010
2011
to Tax Revenue
2012
7.5%
8.3%
2013
2015**
2014*
2015**
to Central Gov't Expenditure 22
10.9%
11.0%
10.6%
10.9%
1%
14% 12% 10% 8% 6% 4% 2% 0%
9.9%
2%
0%
2014*
Interest to Expenditure
10.5%
3.0%
3.4%
10.7%
3.6%
12.7%
3%
3.1%
3.3%
12.2%
3.4%
2013
Interest Expenditure to Tax Revenue & Central Government Expenditure Ratio
Debt Service to GDP Ratio 4%
2012
9.9%
2010
7.2%
5%
6.8%
2015**
10%
7.9%
2014*
15%
6.7%
2013
20%
10% 9% 8% 7% 6% 5% 4% 3% 2% 1% 0%
7.5%
25.2%
10.8%
2012
25.6%
7.2%
2011
26.2%
10.6%
24.0%
7.7%
25%
24.4%
8.5%
26.2%
8.9%
30%
8.5%
Interest Expenditure to Revenue and Expenditure Ratio
Debt to GDP Ratio
Risk Indicators Interest Rate Risk 28.2 22.0
26.1 20.3
47.4
25.9 18.8
Exchange Rate Risk
23.2
22.5 16.2
16.0
2010 2011 2012 2013 Variable rate ratio [%] Refixing rate [%]
Q3-2014
12.1
11.0
2012 2013 Q3-2014 FX Debt to total debt ratio (%)
9.6
20.3
9.3
7.6
Q3-2014
2009
34.6
34.2
33.2
2010 2011 2012 2013 Average Time to Maturity (in percentage)
11.4
Debt Maturing in 1,3, and 5 years
9.5
2009
43.3
12.2
10.6
2009 2010 2011 FX Debt to GDP ratio (%)
9.9 9.7
46.7
44.4
14.8
Average Time To Maturity (ATM) - Years
9.7
45.1
20.9
13.4
2009
46.2
20.8 7.1
2010
22.7 8.2
2011
21.5
21.8 8.6
7.2
2012
Maturity debt portion < 1 year (%) Maturity debt portion < 5 year (%)
Indikator Risiko yang semakin membaik ditengah pelemahan nilai tukar rupiah Terdapat perbaikan pada indikator interest rate risks dan indikator lain terlihat relatif stabil
33.9
33.4
32.4
20.8 8.3
2013
Q3-2014
Maturity debt portion < 3 year (%)
23
Terima Kasih