PENGELOLAAN LANSKAP KAWASAN REKREASI TAMAN IMPIAN JAYA ANCOL, JAKARTA UTARA
SYIVA PEBRIYANTI
DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012
ii
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI
Dengan ini, saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Pengelolaan Lanskap Kawasan Rekreasi Taman Impian Jaya Ancol, Jakarta Utara”, adalah benar merupakan hasil karya sendiri dengan arahan pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Semua sumber data dan informasi baik yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun yang tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan pada Daftar Pustaka skripsi ini.
Bogor, Desember 2012
Syiva Pebriyanti A44080053
PENGELOLAAN LANSKAP KAWASAN REKREASI TAMAN IMPIAN JAYA ANCOL, JAKARTA UTARA Landscape management of Taman Impian Jaya Ancol Recreation Park, North Jakarta Syiva Pebriyanti1, Nurhayati H.S. Arifin2 1 Mahasiswa Departemen Arsitektur Lanskap, IPB 2 Staf Pengajar Departemen Arsitektur Lanskap, IPB
Abstract The development of a city with the population increasing number, the rise of building developments, and accompanied by the society increasing activities make the green open space become less and cause the society life more fatigue. One form of the new environment to relieve fatigue is a recreation in open space. Taman Impian Jaya Ancol (TIJA) has succeed being a place with variety of recreation objects. The existence of Taman Impian Jaya Ancol recreation area has been long enough and the emergence of competition with other recreation areas makes TIJA equitable to keep the existence and the beauty of the landscape. The specific objectives of this internship is to learn the managerial management of landscape and participating actively in the landscape management and park maintenance, to analyze problems in landscape management activities,and to propose alternative solutions through landscape management plan. The method is active participating in the field by attending a various landscape management activitie, observation in field, interviews, and document study. Analysis of strategy formulation used include the IFE and EFE analysis, IE analysis, SWOT analysis, and provision rank of alternative strategic. From the results of IE analysis, it is known that the internal and external conditions of the Taman Impian is located on the cell V. These result suggest the region at well positioned to hold and maintain. There are 7 alternative strategies which are expected to be the recomendation for management landscape in the future. Keywords: green open space, landscape management plan, park maintenance, recreation SWOT analysis
iii
RINGKASAN
SYIVA PEBRYANTI. Pengelolaan Lanskap Kawasan Rekreasi Taman Impian Jaya Ancol, Jakarta Utara. Dibimbing oleh NURHAYATI H.S ARIFIN.
Kegiatan magang yang dilakukan secara umum bertujuan mendapatkan pengetahuan dan pengalaman kerja praktis di bidang Arsitektur Lanskap. Tujuan khusus dari kegiatan magang ini adalah mempelajari manajerial pengelolaan lanskap dan pemeliharaan taman, menganalisis permasalahan, serta memberi masukan dalam bentuk strategi pengelolaan lanskap. Kegiatan magang ini dilaksanakan sejak bulan Februari 2012 - Mei 2012, meliputi kegiatan lapang dan kegiatan administratif. Penulis di bawah bimbingan Bagian Taman & Kebersihan Taman Impian (Tampan) pada Departemen Utilitas & Kebersihan TIJA. Kegiatan lapang meliputi partisipasi aktif, survei lapang yang disertai dengan wawancara, dan penyebaran kuesioner. Kegiatan administratif meliputi penyiapan dokumen tender pekerjaan, pembuatan Surat Permintaan Barang (SPP) tanaman, dan pembuatan Bill of Quantity (BQ). Data yang dikumpulkan terdiri dari keseluruhan data yang berhubungan dengan pengelolaan lanskap Taman Impian. Analisis yang dilakukan meliputi analisis deskriptif terhadap pelaksanaan pengelolaan lanskap, analisis karakteristik dan persepsi pengunjung berdasarkan data kuesioner, dan tahapan formulasi strategi menggunakan analisis SWOT (Strength-Weakness-Opportunity-Threat) untuk menentukan alternatif strategi pengelolaan lanskap. Pelaksanaan pemeliharaan lanskap di kawasan rekreasi TIJA menerapkan sistem pemeliharaan secara kontrak yang dilakukan melalui proses tender pekerjaan. Seluruh pekerjaan pemeliharaan diserahkan oleh kontraktor. Wilayah pemeliharaan Taman Impian (Tampan) dibagi menjadi 3 (tiga), yaitu PT Multi Cipta Grahamas bertanggung jawab pada Tampan Barat, PT Total Landscape Persada bertanggung jawab pada Tampan Timur, PT Citra Mutia Mandiri bertanggung
jawab
pada
Pantai
Karnaval.
Periode
masa
pelaksanaan
pemeliharaan sejak 1 Mei 2011 - 30 April 2012. Pelaksanaan pemeliharaan
iv
dengan sistem kontrak sudah cukup baik terlihat dengan adanya Surat Perjanjian Kerja (SPK). Kegiatan pelaksanaan pemeliharaan yang dilakukan oleh kontrakor adalah pemeliharaan ideal dan pemeliharaan fisik. Pemeliharaan ideal mengacu pada konsep dasar pengelolaan lanskap dan bertujuan mempertahankan keutuhan desain dan perencanaan awal sebagai kawasan rekreasi dengan kualitas lanskap yang tinggi demi mencapai lanskap yang berkelanjutan dan dapat dinikmati di masa yang akan datang. Pemeliharaan fisik meliputi pembersihan area darat, pembersihan area laut, penyiraman, penyetikan dan pendangiran, pemangkasan, pemupukan, penyulaman, serta pengendalian hama dan penyakit. Secara umum kegiatan pemeliharaan di lapang masih terdapat pemeliharaan yang tidak sesuai dengan standar penampilan dan SOP kerja pemeliharaan Taman Impian sehingga perlu peningkatan terhadap kinerja dan kualitas fisiknya. Koordinasi antara pihak pengelola dan kontraktor telah terjalin dengan cukup baik dan lancar. Proses pengawasan dan evaluasi di TIJA berjalan dengan cukup baik. Penggunaan metode checklist diharapkan pengelola dapat melatih kedisiplinan kontraktor agar tidak terjadi keterlambatan dalam pelaksanaan pemeliharaan. Berdasarkan analisis karakteristik dan persepsi pengunjung dengan 30 responden, sebanyak 87% responden mengunjungi TIJA dengan tujuan rekreasi/bermain. Dari tingkat kepuasan pengunjung saat datang dan berekreasi di TIJA, sebanyak 50% pengunjung menyatakan cukup puas. Pengunjung yang mengetahui keberadaan TIJA, sebanyak 47% pengunjung mengetahui TIJA dari teman. Sebagian pengunjung menyatakan bahwa kawasan rekreasi TIJA cukup indah (33.3%) dan cukup nyaman (33.3%). Namun, tidak sedikit yang menyatakan bahwa terdapat area yang kurang indah (50%) dan kurang nyaman (36.7%). Kondisi fasilitas seperti tempat duduk, toilet, tempat makan, tempat ibadah/mushola, tempat sampah, area parkir, dan shelter, sebagian besar pengunjung menyatakan cukup baik. Harapan pengunjung TIJA, sebanyak 44% pengunjung pada peningkatan kualitas fasilitas dan 33% pengunjung pada aspek lingkungan. Faktor internal yang terdapat di Taman Impian terdiri dari faktor kekuatan seperti pembagian wilayah pemeliharaan yang baik, pemeliharaan lanskap
v
bermitra dengan kontraktor, pemasaran dan promosi yang sudah cukup aktif, pelaksanaan pemeliharaan dilakukan oleh tenaga kerja yang berpengalaman, konsep pengelolaan sampah Ancol Zero Waste, dan sistem manajerial administrasi tertata dengan baik, sedangkan faktor kelemahannya berupa SOP pemeliharaan yang belum berjalan secara efektif, terdapat situasi lanskap yang kurang indah dan nyaman, dan kondisi fasilitas rekreasi yang kurang baik. Faktor eksternal terdiri dari faktor peluang, yaitu lokasi rekreasi yang berada di tengah ibukota Jakarta, kemudahan aksesibilitas, adanya musim liburan, peningkatan wisatawan dimasa yang akan datang, dan kerjasama dengan berbagai pihak, dan faktor ancaman, yaitu adanya tingkat persaingan dengan kawasan rekreasi lain serta gangguan akibat faktor alam dan perubahan iklim. Faktor internal dan eksternal tersebut didapat dari tahapan formulasi strategi yang kemudian dicocokkan menggunakan analisis matriks IE dan dimasukkan ke dalam matriks SWOT sehingga dihasilkan tujuh strategi pengelolaan lanskap Taman Impian yang sesuai untuk keberlanjutan lanskap rekreasi Taman Impian, yaitu 1) mempertahankan dan mengembangkan konsep Ancol Zero Waste sebagai bentuk pengelolaan lingkungan dalam kawasan rekreasi sehingga tetap terjaga kualitas dan kuantitas lanskap TIJA; 2) memperhatikan mobilitas pengunjung dengan pengaturan penempatan tenaga kerja disertai dengan peningkatan
disiplin
dalam
pelaksanaan
kegiatan
pemeliharaan;
3)
mempertahankan hubungan kerja sama yang baik dengan berbagai pihak dalam melestarikan lanskap rekreasi; 4) meningkatan sistem pengawasan dan pemantauan pekerjaan pemeliharaan dari pihak pengelola dalam koordinasi di lapang; 5) menyebarkan informasi mengenai pasang surut secara aktif serta mengenai cuaca dan iklim setiap waktunya; 6) menata lanskap yang menjadi daya tarik dan melakukan peningkatan pemeliharaan pada fasilitas; 7) meningkatkan intensitas pemasaran dan promosi.
Kata kunci: analisis SWOT, kawasan rekreasi, pemeliharaan, pengelolaan lanskap
vi
® Hak Cipta Milik IPB, tahun 2012 Hak Cipta dilindungi Undang-undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah, dan pengutipan tersebut tidak merugikan IPB.
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB.
vii
PENGELOLAAN LANSKAP KAWASAN REKREASI TAMAN IMPIAN JAYA ANCOL, JAKARTA UTARA
SYIVA PEBRIYANTI
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Departemen Arsitektur Lanskap Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor
DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012
viii
LEMBAR PENGESAHAN
Judul
: Pengelolaan Lanskap Kawasan Rekreasi Taman Impian Jaya Ancol, Jakarta Utara
Nama
: Syiva Pebriyanti
NRP
: A44080053
Program studi
: Arsitektur Lanskap
Menyetujui, Dosen Pembimbing
Dr. Ir. Nurhayati H.S. Arifin, M.Sc NIP 19620121 198601 2 001
Mengetahui, Ketua Departemen Arsitektur Lanskap Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor
Dr. Ir. Siti Nurisjah, MSLA NIP 19480912 197412 2 001
Tanggal lulus:
ix
RIWAYAT HIDUP
Penulis lahir di Jakarta pada 4 Februari 1991. Penulis merupakan anak ketiga dari lima bersaudara pasangan Achmad M. Anang dan Suhanah. Penulis memulai pendidikan formal di Taman Pendidikan Al-Qur’an Da’arul Fattah pada tahun 1994-1996. Pada tahun 2001 penulis lulus dari jenjang pendidikan dasar di MI RPDI Jakarta. Selanjutnya, pada tahun 2005 penulis lulus dari SMPN 15 Jakarta dan pada tahun 2008 penulis lulus dari SMAN 37 Jakarta. Tahun 2008 penulis diterima di Departemen Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor, melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) dan menjalani perkuliahan. Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif dalam berbagai kegiatan kemahasiswaan seperti menjadi pengurus Himpunan Mahasiswa Arsitektur Lanskap (HIMASKAP) periode tahun 2010-2011. Selain itu, penulis juga mengikuti kepanitiaan-kepanitiaan dalam melaksanakan kegiatan berbagai acara di Departemen Arsitektur Lanskap IPB.
x
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah Swt karena atas segala karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul ”Pengelolaan Lanskap Kawasan Rekreasi Taman Impian Jaya Ancol, Jakarta Utara”. Pembuatan skripsi ini merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi sebagai bagian dari skripsi untuk mendapatkan gelar Sarjana Pertanian di IPB. Dalam penyelesaian skripsi ini, penulis mendapat banyak bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Dr. Ir. Nurhayati H.S. Arifin, MSc selaku dosen pembimbing skripsi yang telah banyak membantu dan memberikan masukan serta saran yang sangat berguna dalam penyelesaian skripsi ini; 2. Prof. Dr. Ir. Wahju Qamara Mugnisjah, MAgr dan Dr. Syartinilia Wijaya, SP, MSi selaku dosen penguji yang telah memberikan masukan untuk perbaikan skripsi ini; 3. Dr. Ir. Setia Hadi, MS selaku dosen pembimbing akademik; 4. para pimpinan dan seluruh staf Departemen Utilitas & Kebersihan TIJA atas bimbingan dan bantuan dalam pengumpulan data selama kegiatan magang; 5. kedua orang tua (Anang dan Suhanah) serta keluarga tercinta (Selvi, Putra, Syamsul dan Nanda) atas segala bantuan doa dan dukungannya; 6. Herman Trianto untuk segala bentuk dukungan, perhatian, inspirasi, kasih saying, dan semangat yang diberikan selama penyusunan skripsi; 7. Bebby, Irma, Arawinda, Diah, Fita, Mega, Caca, Fadila, Intan, Debby, Jesicha, dan Meilisa atas segala motivasi dan bantuannya; 8. Seluruh rekan-rekan mahasiswa Arsitektur Lanskap IPB angkatan 45, atas kebersamaan dan kenangan yang tidak akan terlupakan; 9. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan yang telah membantu penulis menyelesaikan studi. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak yang terkait dan membutuhkannya. Bogor, Desember 2012 Penulis
xi DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL .........................................................................................
xiv
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................
xv
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................
xvii
I. PENDAHULUAN ..................................................................................
1
1.1
Latar Belakang ...............................................................................
1
1.2
Tujuan ............................................................................................
2
1.3
Manfaat ..........................................................................................
2
1.4
Kerangka Pikir ...............................................................................
3
II. TINJAUAN PUSTAKA .........................................................................
4
2.1
Lanskap Pantai ...............................................................................
4
2.2
Lanskap dan Taman Rekreasi Pantai .............................................
4
2.3
Pengelolaan Lanskap dan Pemeliharaan Taman ............................
6
III. METODOLOGI ......................................................................................
12
3.1
Lokasi dan Waktu Magang ............................................................
12
3.2
Metode ...........................................................................................
12
3.3
Batasan Studi .................................................................................
20
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN...............................................................
21
4.1
Kondisi Umum ...............................................................................
21
4.1.1 Deskripsi Umum Kawasan.............................................................
21
4.1.2 Letak dan Luas Kawasan ...............................................................
22
4.1.3 Aksesibilitas ...................................................................................
22
4.1.4 Aspek Biofisik ...............................................................................
23
4.1.4.1 Iklim ......................................................................................
23
4.1.4.2 Tanah dan Topografi .............................................................
23
4.1.4.3 Hidrologi ...............................................................................
24
4.1.4.4 Vegetasi dan Satwa ...............................................................
24
4.1.4.5 Visual (Kualitas Pemandangan) ............................................
25
4.1.5 Aspek Sosial Ekonomi ...................................................................
26
4.5.1.1 Sejarah Taman Impian Jaya Ancol .......................................
26
4.5.1.2 Masyarakat Sekitar Kawasan ................................................
27
xii 4.5.1.3 Pengunjung ...........................................................................
27
Konsep Lanskap Taman Impian Jaya Ancol..................................
28
4.2.1 Konsep Tata Ruang ........................................................................
29
4.2.1.1 Area Penerimaan/Gerbang ....................................................
29
4.2.1.2 Area Parkir ............................................................................
31
4.2.1.3 Area Rekreasi Pantai ...........................................................
31
4.2.2 Konsep Sirkulasi ............................................................................
36
4.2.3 Konsep Tata Hijau/Taman .............................................................
37
4.2.4 Konsep Utilitas...............................................................................
39
4.2.5 Konsep Pengelolaan Sampah .........................................................
41
4.3 Pengelolaan Lanskap Taman Impian Jaya Ancol ..........................
45
4.3.1 Pengorganisasian Pengelolaan Lanskap.........................................
45
4.3.1.1 Struktur Organisasi Pengelolaan Lanskap ............................
45
4.3.1.2 Proses Tender Pekerjaan .......................................................
46
4.3.1.3 Administrasi Prosedur Barang/Jasa ......................................
49
4.3.2 Sistem Pelaksanaan Pemeliharaan .................................................
51
4.3.2.1 Pembagian Wilayah Pemeliharaan .......................................
52
4.3.2.2 Waktu Kerja dan Jadwal Pemeliharaan ................................
55
4.3.3 Pengelolaan Tenaga Kerja Pemeliharaan .......................................
58
4.3.3.1 Tenaga Kerja .........................................................................
58
4.3.3.2 Kesejahteraan dan Keselamatan Kerja..................................
60
4.3.3.3 Koordinasi antara Pengelola dan Kontraktor ........................
62
4.3.4 Pengelolaan Peralatan dan Bahan Pemeliharaan ...........................
64
4.3.5 Kegiatan Pemeliharaan ..................................................................
67
4.3.5.1 Pemeliharaan Ideal ................................................................
68
4.3.5.2 Pemeliharaan Fisik ................................................................
69
A. Pembersihan .....................................................................
69
B. Penyiraman .......................................................................
72
C. Pengendalian Hama dan Penyakit Tumbuhan ..................
74
D. Pemupukan .......................................................................
75
E. Penyulaman ......................................................................
77
F. Pemangkasan ....................................................................
78
4.2
xiii G. Pendangiran dan Penyetikan ............................................
82
H. Pembibitan .......................................................................
83
4.3.6 Anggaran Biaya Pemeliharaan .......................................................
84
4.3.7 Pengawasan dan Evaluasi Pekerjaan Pemeliharaan .......................
86
4.3.8 Kapasitas dan Efektivitas Kerja Pelaksanaan Pemeliharaan..........
89
4.3.9 Karakteristik dan Persepsi Pengunjung .........................................
92
4.3.10 Formulasi Strategi Pengelolaan Lanskap Taman Impian ............
98
A. Tahap Masukan (Input Stage) ...............................................
98
B. Tahap Pencocokan (Matching Stage) ....................................
104
C. Tahap Keputusan (Decision Stage) .......................................
107
V. SIMPULAN DAN SARAN ....................................................................
113
5.1
Simpulan ........................................................................................
114
5.2
Saran ..............................................................................................
115
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................
115
LAMPIRAN ..................................................................................................
117
xiv DAFTAR TABEL Halaman 1. Jenis Data yang Dibutuhkan ...................................................................
14
2. Penilaian Bobot Faktor Internal dan Eksternal .......................................
16
3. Analisis Matriks Internal Factor Evaluation (IFE) ................................
17
4. Analisis Matriks External Factor Evaluation (EFE) ..............................
17
5. Matriks SWOT ........................................................................................
19
6. Tabel Rangking Alternatif Strategi .........................................................
20
7. Area Penerimaan/Gerbang Taman Impian Jaya Ancol ...........................
29
8. Proses Pengolahan Sampah Ancol Zero Waste .......................................
44
9. Pembagian Zona pada Tiap Wilayah Pemeliharaan ...............................
53
10. Luasan Area Taman (Soft Material) dan Kebersihan (Hard Material) ..
55
11. Jadwal Frekuensi Kegiatan Pemeliharaan Taman Impian (Tampan) .....
58
12. Jumlah Tenaga Kerja Pemeliharaan Taman dan Kebersihan Tampan ...
59
13. Daftar Peralatan Pemeliharaan ................................................................
66
14. Masa Efektif Penggunaan Peralatan .......................................................
67
15. Anggaran Biaya Pemeliharaan Taman dan Kebersihan Tampan............
85
16. Perbandingan Kapasitas Kerja Kegiatan Pemeliharaan ..........................
90
17. Faktor Internal dan Eksternal Pengelolaan Lanskap Taman Impian ......
98
18. Analisis Matriks IFE Pengelolaan LanskapTaman Impian.....................
103
19. Analisis Matriks EFE Pengelolaan LanskapTaman Impian ...................
103
20. Analisis Matriks SWOT Pengelolaan Lanskap Taman Impian ..............
106
21. Rangking Alternatif Strategi Pengelolaan Lanskap Taman Impian .......
107
xv DAFTAR GAMBAR Halaman 1. Kerangka Pikir Kegiatan Magang ...........................................................
3
2. Diagram Tahapan Kegiatan Pengelolaan Taman ....................................
9
3. Peta Lokasi Kawasan Rekreasi TIJA ......................................................
12
4. Matriks IE (Internal-External) ................................................................
18
5. Penangkapan Satwa Liar di Kawasan Rekreasi TIJA .............................
25
6. Jumlah Pengunjung Kawasan Rekreasi TIJA Tahun 2007 - 2011 .........
28
7. Area Penerimaan (Gerbang) Taman Impian Jaya Ancol ........................
30
8. Area Rekreasi Pantai Taman Impian Jaya Ancol ...................................
33
9. Sarana dan Prasarana di Pantai Festival ..................................................
32
10. Sarana dan Prasarana di Pantai Indah .....................................................
34
11. Sarana dan Prasarana di Pantai Timur ....................................................
35
12. Signage di Kawasan Rekreasi TIJA ........................................................
37
13. Penggunaan Soft Material dan Hard Material Saat Perayaan Imlek ......
39
14. Bangunan Ancol Zero Waste (a) dan Tempat Sampah Terpilah (b) .......
42
15. Alur Sampah Ancol .................................................................................
43
16. Pelaksanaan Proses Tender Pekerjaan ....................................................
48
17. Wilayah Pemeliharaan Taman Impian ....................................................
54
18. Koordinasi antara Pengelola dan Kontraktor ..........................................
63
19. Penanganan Pembersihan Area Darat .....................................................
70
20. Penanganan Pembersihan Area Laut ......................................................
71
21. Kegiatan Penyiraman (a) dan Penggunaan Stegger pada Tanaman Baru Tanam (b) .......................................................................................
73
22. Tanaman Soka (Ixora sp.) Terserang Hama Jenis Coleoptera ...............
75
23. Pemupukan dengan Pupuk Kandang (a) dan Pemupukan Pada Hamparan Rumput (b) ............................................................................
76
24. Pergantian Tanaman Soka (Ixora sp.) (a) dan Penyulaman Rumput Peking (Agrostis stolonifer) (b) ..............................................................
78
25. Pengangkutan Sisa Hasil Pangkasan Menggunakan Truk Sampah ........
78
26. Pemangkasan Pelepah dan Buah Kelapa (Cocos nucifera) ....................
80
27. Pemangkasan Tanaman Ruellia (Ruellia malaocsperma ‘Dwarf’).........
81
xvi 28. Pemangkasan Rumput dengan Menggunakan Mesin Pangkas Gendong
82
29. Kegiatan Pendangiran dan Penyetikan Pada Rumput .............................
83
30. Kegiatan Perbanyakan Tanaman di Pembibitan .....................................
84
31. Karakteristik Pengunjung Berdasarkan yang Mengetahui Keberadaan TIJA ........................................................................................................
93
32. Persepsi Pengunjung terhadap Keindahan ..............................................
93
33. Persepsi Pengunjung terhadap Kenyamanan ..........................................
94
34. Persepsi Pengunjung terhadap Kondisi Fisik Fasilitas ...........................
96
35. Harapan Pengunjung terhadap Taman Impian ........................................
97
36. Analisis Matriks IE Pengelolaan Lanskap Taman Impian ......................
104
xvii DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1. Kuesioner Pengunjung Kawasan Rekreasi TIJA ....................................
118
2. Daftar Nama Tanaman di Kawasan Rekreasi TIJA ................................
120
3. Struktur Organisasi PT Pembangunan Jaya Ancol .................................
123
4. Struktur Organisasi Departemen Utilitas & Kebersihan TIJA ...............
124
5. Surat Perintah Kerja (SPK) .....................................................................
125
6. Contoh Bill of Quantity (BQ) ..................................................................
126
7. Surat Permintaan Barang ........................................................................
127
8. Daftar Nama Tanaman di Nursery (Pembibitan) Taman Impian ............
128
9. Analisis Harga Satuan .............................................................................
131
10. Checklist Pekerjaan Harian, Checklist Tenaga Kerja, dan Checklist Alat Kerja ................................................................................................
133
11. Form Penilaian Kontraktor......................................................................
136
12. Matriks Pembobotan dan Rating Faktor-faktor Strategis Internal (IFE)
137
13. Matriks Pembobotan dan Rating Faktor-faktor Strategis Eksternal (EFE) 139 14. Zona Pemeliharaan Kawasan Rekreasi Taman Impian (Tampan) ..........
141
1 I. PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Perkembangan kota dengan meningkatnya jumlah penduduk yang semakin
pesat serta meningkatnya pembangunan gedung diiringi dengan meningkatnya tingkat aktivitas kegiatan masyarakat kota menjadikan ruang terbuka hijau semakin sedikit. Lingkungan perkotaan saat ini pun terlihat tidak baik dengan keadaan lingkungan yang kotor dan seringnya terjadi kemacetan. Hal ini dapat menyebabkan tingkat kepenatan saat hidup di perkotaan, sehingga masyarakat berusaha mencari lingkungan baru yang dapat melepas kepenatannya. Salah satu bentuk lingkungan baru yang sangat berpengaruh terhadap masyarakat adalah tempat rekreasi. Tempat-tempat rekreasi alami dan buatan dengan bentuk pemanfaatan di ruang terbuka hijau merupakan sarana yang dapat memenuhi kebutuhan fisik dan rohani. Dalam kehidupan manusia, peranan rekreasi dinilai cukup penting untuk mendapatkan kesegaran diluar aktivitas sehari-hari. Rekreasi dilakukan dengan sukarela dalam waktu yang terluang, dan merupakan pengalaman yang diharapkan menghasilkan kenikmatan dan penyegaran kembali fisik dan mental. Seiring dengan pemenuhan kenyamanan dan penyegaran bagi jasmani dan rohani manusia, rekreasi pun hadir agar dapat menghilangkan sejenak rasa jenuh atas aktivitas yang padat dan meningkatkan kembali semangat beraktivitas. Kawasan rekreasi dianggap berhasil jika dapat mencitrakan diri sebagai tempat rekreasi yang memenuhi kebutuhan pengunjung serta menciptakan kegiatan yang beragam. Tempat rekreasi dapat diwakili oleh sebuah taman dan tatanan hijau lainnya. Tempat rekreasi yang baik dan indah dapat memberikan rasa aman dan nyaman bagi penggunanya. Selain estetik, tempat rekreasi yang berupa taman juga menjadi area terbuka hijau yang menyuplai oksigen bagi manusia, mengontrol iklim setempat, mencegah erosi, dan menjadi tempat penyimpanan air tanah (Arifin dan Arifin 2005). Taman Impian Jaya Ancol (TIJA) merupakan kawasan rekreasi yang telah berhasil mencitrakan dirinya sebagai tempat rekreasi yang mengakomodasi kegiatan pariwisata dengan beragam objek wisata. TIJA senantiasa menciptakan
2 lingkungan sosial yang lebih baik dan berwawasan lingkungan. Keberadaan kawasan rekreasi TIJA sudah cukup lama dan munculnya persaingan dengan kawasan rekreasi yang lain membuat TIJA patut untuk tetap menjaga eksistensi dan keindahan lanskap. Dengan kata lain, agar kawasan rekreasi TIJA tetap fungsional dan bernilai estetika tinggi serta integritas lanskapnya baik, diperlukan pemeliharaan yang baik pula. Dari pernyataan tersebut jelas bahwa sebuah kawasan rekreasi memerlukan suatu pengelolaan agar pada masa yang akan datang keberadaannya tetap lestari serta mendukung kondisi lingkungannya. Dengan alasan tersebut, pelaksanaan kegiatan magang pengelolaan lanskap Taman Impian sangat diperlukan untuk mempelajari proses kerja sistem pengelolaan lanskap, menganalisis permasalahan yang terdapat di dalamnya, serta mengevaluasi rencana pengelolaan sehingga diperoleh suatu alternatif strategi pengelolaan sebagai bahan masukan kepada pihak pengelola TIJA.
1.2
Tujuan Tujuan umum dari kegiatan magang ini adalah untuk mendapatkan
pengetahuan dan pengalaman kerja praktis di bidang Arsitektur Lanskap di TIJA, sedangkan tujuan khususnya adalah sebagai berikut: 1. mempelajari manajerial pengelolaan lanskap dan berpartisipasi aktif dalam kegiatan pengelolaan lanskap dan pemeliharaan taman; 2. menganalisis permasalahan dalam kegiatan pengelolaan lanskap dan pemeliharaan taman serta mencari atau menyelesaikan permasalahannya; 3. menyusun atau memberi masukan dalam bentuk strategi pengelolaan lanskap.
1.3
Manfaat Manfaat dari kegiatan magang ini adalah:
1. meningkatkan kemampuan profesionalisme di bidang Arsitektur Lanskap dalam menghadapi kondisi lapangan kerja yang sesungguhnya; 2. memahami pelaksanaan pengelolaan lanskap dan pemeliharaan taman di kawasan rekreasi TIJA; 3. menjalin hubungan yang baik antara pihak pengelola kawasan rekreasi TIJA dengan Departemen Arsitektur Lanskap IPB.
3
1.4
Kerangka Pikir Taman Impian Jaya Ancol merupakan suatu kawasan rekreasi yang
memiliki lanskap berupa pantai dan laut yang dapat dipelajari dalam kegiatan magang yang memiliki potensi dan kendala di dalamnya seperti aspek fisik & biofisik, sosial ekonomi, dan pengelolaan. Oleh karena itu, sangat dibutuhkan sistem pengelolaan lanskap yang tepat untuk menjaga kualitas lanskap agar kawasan rekreasi tersebut dapat berkelanjutan. Pada
pelaksanaan kegiatan
magang ini dilakukan analisis terhadap aspek fisik & biofisik, sosial ekonomi, dan pengelolaan mengenai permasalahannya terhadap kondisi kawasan rekreasi sehingga menghasilkan suatu rekomendasi strategi pengelolaan lanskap Taman Impian. Kerangka pikir diuraikan pada Gambar 1.
Kawasan Rekreasi Taman Impian Jaya Ancol (TIJA) Pengelolaan Lanskap Taman Impian Kegiatan Magang
Aspek Sosial Ekonomi
Aspek Fisik & Biofisik 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Deskripsi umum Letak dan luas Aksesibilitas Iklim Tanah dan topografi Hidrologi Vegetasi dan satwa Visual
1. 2. 3.
Sejarah kawasan Masyarakat sekitar kawasan Karakteristik dan persepsi pengunjung
Aspek Pengelolaan 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Struktur organisasi Sistem pengelolaan Jadwal pengelolaan Alat dan bahan Anggaran biaya Tenaga kerja Kapasitas kerja
Potensidan danKuantitatif Kendala (Formulasi Analisis Kualitatif Strategi dengan Analisis SWOT) Analisis kualitatif dan kuantitatif (kuesioner dan formulasi strategi) Strategi Pengelolaan Lanskap Taman Impian Alternatif strategi pengelolaan
Gambar 1. Kerangka Pikir Kegiatan Magang
4 II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Lanskap pantai Lanskap merupakan bentang alam dengan karakteristik tertentu yang dapat
digolongkan sebagai lanskap yang baik (beauty) bila memiliki kesatuan harmoni dalam hubungan antara seluruh komponen pembentuknya, dan dikatakan tidak baik bila tidak terdapat unsur kesatuan (unity) diantara komponen-komponen pembentuknya (Simonds 1983). Pantai merupakan salah satu elemen utama lanskap yang meliputi daerah-daerah yang mempunyai penggunaan nyata, potensial, dan dapat dijadikan suatu proyek yang mempunyai dampak nyata dan langsung pada perairan pantai. Menurut Simonds (1983) wilayah pantai merupakan badan air alami yang dilindungi oleh batuan atau pasir yang terbentuk oleh pemukulan dan pencucian ombak yang dikendalikan oleh angin. Bagi manusia, lanskap pantai dimanfaatkan untuk rekreasi, penelitian, dan edukasi. Batasan wilayah pantai yang digunakan di Indonesia adalah daerah pertemuan antara darat dan laut, kearah darat meliputi bagian daratan, baik kering maupun terendam air, yang masih dipengaruhi sifatsifat laut seperti pasang surut, angin laut, dan perembesan air asin, sedangkan kearah laut mencakup bagian laut yang masih dipengaruhi oleh proses-proses alami yang terjadi di darat seperti sedimentasi dan aliran air tawar, maupun yang disebabkan oleh kegiatan manusia di darat seperti penggundulan hutan dan pencemaran (Dahuri et al. 1996). Sistem lingkungan (ekosistem) pada wilayah pesisir tidak hanya satu tetapi bisa lebih, dimana ada yang selalu digenangi air dan ada pula yang hanya digenangi air sesaat. Berdasarkan sifatnya, ekosistem pesisir dapat bersifat alami seperti terumbu karang, hutan mangrove, padang laun, pantai berpasir, pantai berbatu, formasi pescaprae, formasi baringtonia, estuaria, lagun dan delta, serta dapat bersifat butan (manmade) seperti tambak, sawah pasng surut, kawasan pariwisata, kawasan industri dan kawasan pemukiman (Dahuri et al. 1996). 2.2
Lanskap dan Taman Rekreasi Pantai Douglass (1982) mengartikan rekreasi sebagai suatu kegiatan yang
menyenangkan dan konstruktif, serta memberikan tambahan pengalaman mental
5 dan fisik dari sumber daya alami dalam ruang dan waktu yang terluang. Sementara Knudson (1984) mengemukakan bahwa kata “rekreasi” berasal dari konsep pemulihan, mengembalikan atau pembentukan jiwa kembali yang dapat membuat seseorang bekerja lebih baik dari sebelumnya. Rekreasi dapat dilakukan di dalam ruangan (indoor recreation) maupun di alam terbuka (outdor recreation). Rekreasi di alam terbuka tergolong rekreasi yang berhubungan dengan lingkungan dan berorientasi pada penggunaan sumber daya alam seperti air, pemandangan alam atau kehidupan di alam bebas (Douglass 1982). Daerah pantai mempunyai potensi sumberdaya yang tinggi untuk dikembangkan, baik untuk daerah industri, pelabuhan, pengembangan pusat tenaga, pemukiman penduduk, rekreasi, cagar alam, maupun taman nasional. Menurut Dahuri et al. (1996) rekreasi pantai adalah jenis rekreasi yang menyediakan keindahan dan kenyamanan alam dari kombinasi cahaya matahari, laut dan pantai berpasir putih bersih. Berbagai kegiatan yang umum dilakukan oleh para wisatawan dalam rekreasi pantai, antara lain berenang, berjemur, berdayung, berjalan-jalan atau berlari-lari disepanjang pantai, menikmati keindahan dan kedamaian suasana pantai serta bermeditasi. Kualitas lingkungan fisik pantai merupakan landasan dan daya tarik utama dalam pengembangan rekreasi pantai. Menurunnya kualitas lingkungan laut atau pantai akan menyebabkan berkurangnnya jumlah wisatawan yang berkunjung ke lokasi. Pengelolaan wilayah pesisir haruslah dilakukan secara terpadu guna mencapai pembangunan yang berkelanjutan, keterpaduan pengelolaan ini haruslah dimulai sejak tahap perencanaan. Keterpaduan yang dimaksud adalah keterpaduan dibidang ilmu, keterkaitan ekologis dan sektoral. Pemanfaatan pantai sebagai tempat wisata dapat menimbulkan berbagai dampak, baik negatif maupun positif. Menurut Mason (2003), dampak yang dapat ditimbulkan dalam suatu kegiatan wisata adalah sebagai berikut: 1. Dampak positif a. Wisata dapat memberi pengertian kepada seseorang bahwa dirinya harus melindungi lingkungan, lanskap, atau habitat satwa liar; b. Wisata dapat membangun kestabilan dari taman nasional atau suaka margasatwa;
6 c. Wisata dapat membangun preservasi dari monumen/bangunan bersejarah; d. Wisata dapat memberikan pendapatan ekonomi dari tiket masuk. 2. Dampak negatif a. Wisatawan sering membuang sampah sembarangan; b. Wisata dapat berkontribusi pada kemacetan karena terlalu banyak orang (overcrowding); c. Wisata dapat menjadi penyebab polusi di lingkungan perairan dan pantai d. Wisata dapat menyebabkan erosi karena injakan turis; e. Wisata dapat membuat hilangnya good view karena pembangunan bangunan yang tidak harmonis dengan arsitektur vernakular sekitarnya; f. Wisata dapat membuat kerusakan atau gangguan pada habitat satwa liar.
Kebanyakan dari dampak negatif aktivitas wisata menyangkut kerusakan lingkungan. Dalam konsep pantai wisata yang berkelanjutan, aspek lingkungan merupakan bagian terpenting yang harus diperhatikan. Strategi pariwisata yang berhasil adalah terpenuhinya manfaat maksimal seiring preservasi lingkungan yang terlaksana dengan baik. Manfaat maksimal dari kegiatan pariwisata tersebut diindikasikan oleh adanya sejumlah kunjungan turis atau wisatawan baik dari luar maupun dalam negeri ke objek wisata dimaksud (Dahuri et al. 1996).
2.3
Pengelolaan Lanskap dan Pemeliharaan Taman Menurut Arifin dan Arifin (2005) taman dalam pengertian terbatas
merupakan sebidang lahan yang ditata sedemikian rupa sehingga mempunyai keindahan, kenyamanan, dan keamanan bagi pemiliknya atau penggunanya. Pengelolaan lanskap menurut Arifin dan Arifin (2005) merupakan sebuah upaya terpadu dalam penataan, pemanfaatan, pemeliharaan, pelestarian, pengawasan, pengendalian dan pengembangan lingkungan hidup sehingga tercipta lanskap yang bermanfaat bagi manusia dan makhluk hidup lainnya. Dalam perencanaan dan pelaksanaan pembangunan suatu taman hendaknya dipikirkan secara menyeluruh dan melalui tahapan-tahapan seperti inventarisasi, analisis, sintesis, konsep perencanaan perancangan, pelaksanaan, dan tahap paling akhir adalah pemeliharaan yang merupakan penentu keberhasilan suatu pembangunan taman.
7 Pemeliharaan merupakan fungsi pelayanan dan diperlukan untuk mencapai tujuan pengelola. Pemeliharaan taman dan rekreasi didefinisikan Sternloff dan Warren (1984) sebagai usaha untuk menjaga areal dan fasilitas taman dan rekreasi sesuai dengan keadaan semula. Dalam hal ini pemeliharaan mencakup pekerjaan rutin, perbaikan, pemugaran, dan perawatan. Menurut Arifin dan Arifin (2005), pemeliharaan taman dimaksudkan untuk menjaga dan merawat areal taman dengan segala fasilitas yang ada didalamnya agar kondisinya tetap baik atau sebisa mungkin mempertahankan keadaan yang sesuai dengan tujuan rancangan semula. Pada umumnya perencanaan pemeliharaan taman berisikan spesifikasi bahan dan alat, kebutuhan tenaga kerja dan biaya, dan metode pemeliharaan serta frekuensinya yang disajikan secara tertulis. Pemeliharaan ini merupakan tahap paling akhir dalam pekerjaan lanskap yang berperan penting dalam menjaga dan mempertahankan kelestarian suatu lanskap. Pemeliharaan merupakan kunci keberhasilan suatu pembangunan taman/lanskap. Prinsip-prinsip yang mendasar dalam pengelolaan pemeliharaan antara lain: 1. standar dan tujuan pemeliharaan harus jelas; 2. pemeliharaan dilaksanakan dengan ekonomi waktu, tenaga kerja, alat dan bahan; 3. pelaksanaan pemeliharaan ditentukan berdasarkan rencana pemeliharaan tertulis; 4. penjadwalan pemeliharaan ditentukan berdasarkan kebijakan dan prioritas; 5. pelaksanaan pemeliharaan ditekankan pada tindakan pemeliharaan preventif; 6. departemen pemeliharaan harus terorganisasi dengan baik; 7. program pemeliharaan harus didukung dengan dana yang memadai; 8. pemeliharaan dilakukan oleh tanaga kerja yang sesuai; 9. program pemeliharaan harus dirancang untuk melindungi lingkungan alami; 10. departemen pemeliharaan bertanggug jawab terhadap keselamatan pengguana tapak dan pengawas; 11. dalam perancangan dan konstruksi, pemeliharaan harus menjadi pertimbangan utama; 12. pegawai pemeliharaan bertanggug jawab terhadap citra perusahaan di mata publik.
8 Menurut Arifin dan Arifin (2005) dalam pembuatan rencana pemeliharaan dengan pengorganisasian yang baik harus mencakup: 1. inventarisasi dan identifikasi fasilitas dan peralatan taman yang harus dipelihara; 2. membuat jadwal pemeliharaan yang mencakup; a. penyusunan standar pemeliharaan area, fasilitas, dan peralatan taman b. pengidentifikasian dan pembuatan daftar tugas-tugas pemeliharaan secara spesifik untuk mencapai standar pemeliharaan c. penjelasan prosedur metode yang paling efisien untuk menyelesaikan tugas pemeliharaan rutin d. penentuan frekuensi tugas pemeliharaan pada setiap jenis pekerjaan e. penentuan kebutuhan tenaga kerja f. penentuan kebutuhan bahan dan peralatan yang digunakan g. penetapan perkiraan waktu pelaksannan tugas yang tepat 3. merencanakan alat-alat yang digunakan untuk pemeliharaan tidak rutin atau yang bersifat insidentil; 4. merencanakan jadwal dan cara pemeliharaan pencegahan untuk mengatasi keadaan yang mungkin mempercepat kerusakan taman; 5. jadwal tanggung jawab penugasan untuk setiap pekerjaan pemeliharaan, meliputi penugasan perorangan, kelompok, atau penyerahan tugas kepada kontraktor; 6. pengawasan terhadap sistem pekerjaan perencanaan dan perancangan, pengaturan kerja serta ketetapan jadwal pekerjaan pemeliharaan, serta kapasitas pekerjaan; 7. sistem analisa biaya pemeliharaan. Pemeliharan taman perlu diperhatikan agar keutuhan dan kelestarian elemen tersebut dapat dinikmati oleh penggunanya secara optimal. Menurut Arifin dan Arifin (2005) dalam pemeliharaan lanskap dikenal dengan pemeliharaan ideal dan pemeliharaan fisik. Pemeliharaan ideal adalah pemeliharaan yang mengacu pada tujuan dan fungsi dibuatnya suatu taman, karena pada periode tertentu diadakan evaluasi. Pemeliharaan ideal membutuhkan evaluasi agar kondisi taman tetap sama dengan deain semula sehingga fungsi dan estetik taman dapat terjaga.
9 Pemeliharaan fisik yaitu pekerjaan pemeliharaan guna menyeimbangkan pemeliharaan ideal. Konsep pemeliharaan fisik merupakan pemeliharaan taman yang dititik beratkan pada fisik elemen lanskap sehingga taman tetap rapi, indah asri, nyaman, dan aman. Tujuannya adalah untuk mempertahankan kondisi elemen taman yang meliputi elemen hard material atau soft material agar tetap menampilkan sifat fisiknya sesuai dengan desain awal sehingga aspek estetik dan fungsi elemen terjaga. Pemeliharaan elemen keras atau bangunan taman merupakan pemeliharaan pencegahan, yaitu pembersihan terhadap lumut dan karat, pengecatan, dan penggantian atau perbaikan elemen yang rusak. Pemeliharaan
tanaman
meliputi
pembersihan
areal
taman,
penyiangan,
penggemburan tanah, penyiraman, pemangkasan, pengendalian hama dan penyakit, pemupukan, penyulaman dan pemindahan tanaman, pembibitan, serta pemeliharaan peralatan. Terdapat dua sistem pemeliharaan fisik yaitu pemeliharaan korektif dan pemeliharaan preventif. Pemeliharaan korektif menitikberatkan pada penanganan masalah sedang terjadi. Pemeliharaan preventif menekankan pada identifikasi dan penyelesaian masalah yang mungkin terjadi. Pemeliharaan preventif merupakan kunci sukses untuk meminimalisasi perawatan kerusakan taman/lanskap (Sternloff dan Warren 1984). Menurut Arifin et al. (2007), kegiatan pengelolaan taman dikelompokkan berdasarkan tahapan mulai dari perencanaan program pemeliharaan, pelaksanaan kegiatan pemeliharaan serta pengawasan/monitoring dan evaluasi kegiatan pemeliharaan (Gambar 2). Pengawasan Perencanaan pemeliharaan
Pelaksanaan pemeliharaan
Monitoring dan Evaluasi
Umpan Balik Gambar 2. Diagram Tahapan Kegiatan Pengelolaan Taman
10 Menurut Sternloff dan Warren (1984), dari segi penanggung jawab pelaksanaan
pekerjaan
pemeliharaan
terdapat
tiga
sistem
atau
metode
pemeliharaan, yaitu 1. Sistem Pemeliharaan Unit (Unit Maintenance) Dalam metode ini, tiap unit wilayah kerja melaksanakan seluruh pekerjaan pemeliharaannya sendiri. Kelebihan dari metode ini adalah staf dapat sangat mengenal tapaknya seperti pertanggungjawaban yang lebih mudah dan jelas, koordinasi yang lebih terjamin, dan staf menjadi terkait dengan tapak sehingga dapat melakukan pekerjaannya dengan lebih baik. Kelemahan dari metode ini adalah staf harus menguasai seluruh pekerjaan pemeliharaan seperti supervisor harus menguasai seluruh pekerjaan dan alat yang digunakan untuk pekerjaan pemeliharaan dan penggunaan alat mahal menjadi tidak efektif. 2. Sistem Tim Pemeliharaan Khusus (Specialized Maintenance Crew) Dalam metode ini, staf memiliki spesifikasi pekerjaan masing-masing dan melakukan pekerjaan tersebut di seluruh wilayah tapak. Kelebihan metode ini adalah staf menjadi sangat ahli dalam pekerjaan dan penggunaan alat menjadi efektif. Kelemahan dari metode ini adalah pekerjaan menjadi monoton bagi staf dan jumlah waktu yang hilang dalam perjalanan dari satu pekerjaan ke pekerjaan lain. 3. Sistem Pemeliharaan secara Kontrak (Maintenance by Contract) Dalam metode ini, pekerjaan pemeliharaan dilakukan oleh pihak kontraktor. Kelebihan metode ini adalah tidak mengeluarkan modal untuk pembelian alat, pekerjaan pemeliharaan dilakukan oleh tenaga yang ahli dibidangnya, dan tidak terdapat konflik dalam perusahaan. Kelemahan metode ini adalah berkurangnya kontrol terhadap jadwal dan kualitas kerja dan biaya yang lebih tinggi karena kotraktor mencari keuntungan. Dalam pemeliharaan taman, perlu dibuat pula suatu jadwal pemeliharaan agar pekerjaan yang benar dapat dilakukan pada saat yang tepat dan dapat dibuat anggaran pemeliharaan untuk daerah yang bersangkutan (Carpenter et al. 1975). Selanjutnya disebutkan bahwa langkah-langkah untuk menentukan jadwal pemeliharaan tersebut yaitu: a) mengklasifikasikan tingkat pemeliharaan pada tiap wilayah/zona, b) membuat suatu daftar lengkap dari seluruh tanaman lanskap di
11 daerah tersebut, dan c) menentukan kegiatan-kegiatan yang benar-benar diperlukan untuk mencapai pemeliharaan seperti yang diinginkan. Hal yang termasuk penting dalam pengelolaan lanskap adalah tenaga kerja yang berada langsung di lapangan. Menurut Arifin dan Arifin (2005), jumlah tenaga kerja harus optimal, tidak kelebihan atau kekurangan, besar kecilnya jumlah tenaga kerja disesuaikan dengan luasan taman serta kemampuan keterampilan tenaga kerja. Kapasitas kerja operator dihitung berdasarkan pengamatan di lapang dengan menghitung hasil pekerjaan operator taman per satuan tenaga kerja per waktu. Efektivitas kerja operator taman menentukan efisiensi biaya waktu. Efektivitas kerja para operator taman menentukan efisiensi biaya pemeliharaan taman. Operator taman yang bekerja secara efektif sesuai dengan keterampilan dan kemampuan tenaga menyebabkan biaya yang dianggarkan dapat dimanfaatkan seoptimal mungkin. Menurut Arifin dan Arifin (2005), efektivitas kerja operator sangat ditentukan oleh 1. motivasi kerja dan tingkat keterampilan yang dimiliki oleh pekerja pemeliharaan taman; 2. sistematika jadwal perencanaan pemeliharaan taman dan tingkat pengawasan pekerjaan di lapangan; 3. ketersediaan alat dan bahan yang sesuai dengan kebutuhan; 4. tingkat pengawasan pekerjaan di lapang; 5. kelancaran komunikasi antara pimpinan (kontraktor) dengan mandor (inpector) serta antara mandor dengan para pekerja taman di lapangan. Faktor efektivitas kerja juga ditentukan oleh jadwal pekerjaan yang terencana dan terperinci secara jelas dan baik dengan memperhatikan kebutuhan frekuensi pemeliharaan taman. Efisiensi dan efektivitas pemeliharaan taman dipengaruhi oleh penguasaan teknik pemeliharaan yang baik dan peralatan yang memadai. Oleh karena itu pemelihara taman hendaknya memiliki peralatan pemeliharaan yang tepat, mengetahui jenis peralatan yang digunakan, fungsi dan cara kerjanya (Arifin dan Arifin 2005).
12 III. METODOLOGI
3.1
Lokasi dan Waktu Kegiatan magang dilaksanakan di kawasan rekreasi Taman Impian Jaya
Ancol (TIJA), Jakarta Utara (Gambar 3). Pelaksanaan kegiatan magang tepatnya dilakukan di Departemen Utilitas & Kebersihan TIJA yang berlangsung sejak bulan Februari 2012 hingga Mei 2012, yang secara rutin dilakukan setiap hari kerja.
Peta Jakarta
Peta Taman Impian Jaya Ancol (TIJA)
Sumber: http://www.wikimapia.com/ (2012)
Gambar 3. Peta Lokasi Kawasan Rekreasi TIJA
3.2
Metode Magang Pelaksanaan dari kegiatan magang meliputi tahap persiapan, partisipasi
aktif dalam pelaksanaan kegiatan pengelolaan, pengumpulan data, pengolahan data, analisis, dan sintesis. Tahapan yang dilakukan dalam kegiatan ini dimaksudkan untuk memperoleh data yang dibutuhkan, kemudian menganalisis hingga memperoleh hasil yang ingin dicapai sesuai dengan tujuan magang.
1.
Persiapan Pada tahap ini dilakukan persiapan meliputi penyusunan proposal usulan
magang dan pengurusan perizinan dengan instansi yang dituju. Selain itu, dilakukan pencarian informasi umum tentang kondisi saat ini lokasi magang untuk menghasilkan data yang lengkap dan akurat dengan melakukan kunjungan awal ke lokasi.
13 2.
Partisipasi aktif dalam pelaksanaan kegiatan pengelolaan Partisipasi aktif dalam pelaksanaan kegiatan pengelolaan di lapang
maupun di kantor. Pelaksanaan kegiatan pekerjaan pengelolaan meliputi pengikutsertaan dalam pekerjaan pengelolaan khususnya bidang yang menangani permasalahan lanskap TIJA secara konsep dan operasional di lapang, serta mendapat pengetahuan manajerial pengelolaan lanskap dan pemeliharaan taman.
3.
Pengumpulan Data Pengumpulan data dimaksudkan untuk mendapatkan informasi mengenai
kawasan rekreasi TIJA. Data yang dikumpulkan berupa data primer dan data sekunder, baik berupa data kualitatif maupun kuantitatif. Data primer diperoleh dari pengamatan langsung atau observasi lapang serta wawancara dilakukan dengan cara bertanya langsung kepada pihak pengelola kawasan, tenaga kerja dan pengunjung kawasan rekreasi. Contoh dari survei dan wawancara adalah pengambilan data sosial berdasarkan penyebaran kuesioner (Lampiran 1). Pengambilan sampel responden kuesioner dalam kegiatan magang dilakukan dengan menggunakan metode purposive sampling (sampel bertujuan). Purposive sampling merupakan cara pengambilan sampel dengan tujuan tertentu. Dalam penarikan sampel ini unsur random tidak berperan penuh karena anggota-anggota sampel dipilih sedemikian rupa sehingga sampel memiliki sifat-sifat yang dimiliki populasi (Nasir 1999). Purposive sampling dilakukan dengan pengambilan sampel dengan sengaja sesuai dengan tujuan awal yaitu tentang pengelolaan lanskap Taman Impian. Penyebaran kuesioner dilakukan dengan menggunakan 30 responden yang merupakan pengunjung dari kawasan rekreasi TIJA. Responden yang mengisi kuesioner ditetapkan sejumlah 30 orang pengunjung terdiri dari 15 orang perempuan (50%) dan 15 orang laki-laki (50%), dengan kelompok umur pengunjung 15-24 tahun sebanyak 57%. Identifikasi faktor interbal dan eksternal untuk formulasi strategi pengelolaan dilakukan pemberian kuesioner untuk pengisian bobot dan peringkat (rating) dari kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman yang ada pada Taman Impian. Kuesioner diberikan kepada tiga responden internal yang berasal dari Departemen Utilitas & Kebersihan TIJA. Pengisian kuesioner dilakukan untuk mendapatkan bobot dan peringkat (rating)
14 dari setiap variable dengan metode Paired Comparison Matrix. Data sekunder dapat diperoleh dari studi dokumen yang berasal dari pihak pengelola serta sumber lainnya. Data yang dikumpulkan berupa data aspek fisik, aspek biofisik, aspek sosial ekonomi, dan aspek pengelolaan (Tabel 1).
4.
Pengolahan data dan analisis Tahap ini merupakan tahap dimana dilakukan pengolahan data dari hasil
pengumpulan data yang disusun dan diolah untuk mendapatkan informasi mengenai kondisi pengelolaan lanskap kawasan rekreasi TIJA. Pada tahap analisis dilakukan pendekatan analisis kualitatif (deskriptif) dan kuantitatif (formulasi strategi). Tabel 1. Jenis Data yang Dibutuhkan No
Aspek
1
Fisik
2
Biofisik
Jenis data Deskripsi Umum Letak dan Luas Aksesibilitas Iklim (Curah hujan, suhu, kelembaban, kecepatan angin) Tanah dan topografi Hidrologi Vegetasi dan satwa
3
4
Sosial ekonomi
Pengelolaan
Visual (kualitas pemandangan) Sejarah kawasan Jumlah pengunjung Karakteristik dan persepsi pengunjung Masyarakat sekitar Struktur organisasi Sistem pengelolaan Jadwal pengelolaan Alat dan bahan Anggaran biaya Tenaga kerja Kapasitas kerja
Cara pengambilan Studi dokumen Studi dokumen, survei Survei Studi dokumen
Sumber
Studi dokumen Studi dokumen, survei Studi dokumen, survei Survei
Pihak pengelola Pihak pengelola, observasi lapang Observasi lapang Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG) Pihak pengelola Pihak pengelola, observasi lapang Pihak pengelola, observasi lapang Observasi lapang
Studi dokumen
Pihak pengelola
Studi dokumen Survei
Pihak pengelola Observasi lapang
Survei Studi dokumen Studi dokumen Studi dokumen Studi dokumen, survei Studi dokumen Studi dokumen, survei Survei
Observasi lapang Pihak pengelola Pihak pengelola Pihak pengelola Pihak pengelola, observasi lapang Pihak pengelola Pihak pengelola Observasi lapang Observasi lapang
15 a.
Analisis deskriptif (kualitatif) Analisis deskriptif digunakan untuk mendapatkan gambaran secara
menyeluruh mengenai kondisi riil perusahaan. Analisis deskriptif bertujuan menganalisis potensi dan kendala yang terdapat pada aspek fisik, biofisik, sosial ekonomi, dan pengelolaan yang dilakukan dengan penjabaran hasil pengamatan data yang diperoleh melalui pengamatan langsung di lapang, wawancara, serta studi dokumen. Melalui pengamatan ini dapat diketahui kondisi internal dan eksternal TIJA.
b.
Formulasi Strategi (Analisis kuantitatif) Proses perumusan strategi pada kerangka formulasi strategi yang terdiri
dari tahap masukan (input stage), tahap pencocokan (matching stage), dan tahap keputusan (decision stage). Tahap Masukan (Input Stage) Analisis faktor internal bertujuan mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan yang dimiliki perusahaan. Analisis faktor eksternal digunakan untuk menganalisis peluang dan ancaman yang terjadi akibat adanya fenomenafenomena pada lingkungan eksternal perusahaan (David 2009). Matriks IFE (Internal Factor Evaluation) digunakan untuk mengevaluasi faktor-faktor internal perusahaan berkaitan dengan kekuatan dan kelemahan yang dianggap penting. Matriks EFE (External Factor Evaluation) digunakan untuk mengevaluasi faktor-faktor eksternal perusahaan. Pada matriks analisis EFE dikembangkan daftar peluang yang dapat dimanfaatkan dan ancaman yang harus dihindari. Tahap-tahap untuk menyusun matriks IFE dan matriks EFE adalah sebagai berikut: 1.
menyusun daftar faktor-faktor utama yang merupakan faktor kunci keberhasilan (critical success factors) untuk faktor internal (kekuatan dan kelemahan) dan eksternal (peluang dan ancaman) perusahaan;
2.
menentukan bobot dari faktor kunci keberhasilan. Penentuan bobot dilakukan dengan mengajukan identifikasi faktor internal dan eksternal kepada pihak pengelola dengan menggunakan metode ”Paired Comparison” (perbandingan
16 berpasangan). Metode ini digunakan untuk memberikan penilaian terhadap bobot setiap variabel penentu internal dan eksternal dengan membandingkan setiap variabel pada baris (horizontal) dengan variabel pada kolom (vertikal) (Tabel 2). Penentuan bobot setiap variabel menggunakan skala 1 jika indikator horizontal kurang penting dibandingkan indikator vertikal, skala 2 jika indikator horizontal sama penting dibandingkan indikator vertikal, skala 3 jika indikator horizontal sangat penting dibandingkan indikator vertikal (Purwono et al. 2009);
Tabel 2. Penilaian Bobot Faktor Internal dan Eksternal Faktor A B Internal/Eksternal A B C D ... Total Sumber: Kinnear dan Taylor (1991)
C
D
...
Total
Bobot
Bobot untuk setiap variabel (faktor strategis) diperoleh dengan menentukan total nilai setiap variabel terhadap jumlah nilai keseluruhan faktor variabel dengan menggunakan rumus (Kinnear dan Taylor 1991): ai =
Xi ∑ Xi
Dimana : ai = bobot variabel ke-I
i = 1,2,3,...,n
n
n = jumlah variabel
Xi = nilai variabel ke-i
i=1
Bobot yang diperoleh berkisar antara 0,0 (tidak penting) hingga 1,0 (sangat penting) untuk masing-masing faktor. Jumlah seluruh bobot harus sama dengan 1,0. 3.
menurut Rangkuti (1997), penentukan peringkat (rating) untuk setiap faktor internal dan eksternal dengan nilai 1-4. Nilai peringkat faktor positif (kekuatan dan peluang) berbanding terbalik dengan faktor negatif (kelemahan dan ancaman). Jika faktor positif tingkat kepentingannya sangat penting bernilai 4, penting bernilai 3, cukup penting bernilai 2, dan tidak penting
17 bernilai 1, sedangkan jika faktor negatif memiliki tingkat kepentingan sangat penting bernilai 1, penting bernilai 2, cukup penting bernilai 3, dan tidak penting bernilai 4; 4.
mengalikan nilai bobot dengan nilai rating untuk mendapatkan skor pembobotan kemudian semua hasil kali tersebut dijumlahkan secara vertikal untuk mendapatkan skor total pembobotan. Hasil pembobotan dan peringkat (rating) berdasarkan analisis situasi perusahaan dimasukkan dalam Matriks IFE (Tabel 3) dan Matriks EFE (Tabel 4);
Tabel 3. Analisis Matriks Internal Factor Evaluation (IFE) Faktor Internal Kekuatan (Strengths) S1 S2 Sn Kelemahan (Weaknesses) W1 W2 Wn Total Sumber: David (2009)
Bobot
Rating
Skor (Bobot x Rating)
Berapapun banyaknya faktor yang dimasukkan ke dalam matriks IFE, total skor pembobotan berkisar antara 1,0 sampai 4,0 dengan rata-rata 2,5. Total skor IFE antara 3,0 - 4,0 mengindikasikan kondisi internal perusahaan kuat, skor antara 2,0 - 2,99 mengindikasikan kondisi internal perusahaan rata-rata, dan skor antara 1,0 – 1,99 mengindikasikan kondisi internal perusahaan lemah. Tabel 4. Analisis Matriks External Factor Evaluation (EFE) Faktor Eksternal Peluang (Oppotunities) O1 O2 On Ancaman (Threats) T1 T2 Tn Total Sumber: David (2009)
Bobot
Rating
Skor (Bobot x Rating)
18 Demikian pula dengan matriks EFE, banyaknya jumlah peluang dan ancaman yang dimasukkan ke dalam matriks EFE, total skor pembobotan berkisar antara 1,0 sampai 4,0 dengan rata-rata 2,5. Total skor EFE dikelompokkan dalam kuat antara 3,0 – 4,0 berarti perusahaan merespon kuat terhadap peluang dan ancaman yang mempengaruhi perusahaan, skor rata-rata antara 2,0 – 2,99 berarti perusahaan merespon sedang terhadap peluang dan ancaman yang ada dan skor termasuk lemah antara 1,0 – 1,99 berarti perusahaan tidak dapat merespon peluang dan ancaman yang ada.
Tahap Pencocokan (Matching Stage) Tahap
pencocokan
merupakan
tahapan
untuk
mengetahui
posisi
perusahaan agar dapat dihasilkan alternatif strategi yang layak, tetapi bukan strategi prioritas dengan memadukan faktor-faktor internal dan eksternal yang telah dihasilkan pada tahap masukan (input stage). Pada tahap pencocokan ini digunakan alat analisis Matriks IE dan Matriks SWOT. 1.
Analisis Matriks IE (Internal-External) Menurut David (2009) matriks IE didasari pada dua dimensi kunci yaitu
total skor IFE pada Sumbu X dan total skor EFE pada Sumbu Y. Pada Sumbu X Matriks IE total skor antara 1,0 – 1,99 dianggap rendah atau lemah, nilai antara 2,0 – 2,99 dianggap rata-rata atau menengah dan nilai antara 3,0 – 4,0 dianggap tinggi atau kuat (Gambar 4). Total Skor IFE 4,0
Kuat 3,0 Rata-Rata 2,0 Lemah 1,0
Total Skor
Tinggi
EFE
3,0 Menengah
I
II
III
IV
V
VI
VII
VIII
IX
2,0 Rendah 1,0 Sumber: David (2009) Gambar 4. Matriks IE (Internal-External)
19 Matriks IE mempunyai sembilan sel strategi yang dapat dikelompokkan menjadi tiga daerah utama yang memiliki implikasi strategi yang berbeda yaitu: a. Growth and build (Tumbuh dan Kembangkan) untuk Kuadran Sel I, II, dan IV yang merupakan upaya intensif perusahaan itu sendiri atau upaya diversifikasi; b. Hold and maintain (Pertahankan dan Pelihara) untuk Kuadran Sel III, V, dan VII yaitu strategi yang diterapkan seperti penetrasi pasar dan pengembangan produk; c. Harvest or divest (Panen atau Divestasi) untuk Kuadran Sel VI, VIII, dan IX yaitu strategi usaha memperkecil usaha yang telah dijalankan.
2.
Analisis SWOT (Strengths, Weaknesses, Opportunities, Threats) Rangkuti (1997) mengungkapkan matriks SWOT merupakan alat yang
digunakan untuk menyusun faktor-faktor strategis dalam perusahaan. Matriks SWOT dapat menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi perusahaan dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya (Tabel 5). Tabel 5. Matriks SWOT Internal Kekuatan (Strengths – S)
Kelemahan (Weaknesses – W)
Peluang (Opportunities – O)
Strategi SO Menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang sebesar-besarnya
Strategi WO Minimalkan kelemahan dengan memanfaatkan peluang
Ancaman (Threats – T)
Strategi ST Menggunakan kekuatan untuk menghindari ancaman
Strategi WT Meminimalkan kelemahan dan menghindari ancaman
Eksternal
Sumber: Rangkuti (1997)
Tahap Keputusan (Decision Stage) Tahap terakhir dari formulasi strategi yaitu tahap pengambilan keputusan. Tahap pengambilan keputusan dengan melakukan pembuatan tabel rangking alternatif strategi. Penentuan prioritas dari strategi yang dihasilkan dilakukan dengan memperhatikan faktor-faktor yang saling terkait. Langkah-langkah pembuatan tabel rangking alternatif strategi ialah sebagai berikut:
20 1.
menyusun daftar strategi yang dihasilkan dari matriks SWOT;
2.
melakukan penjumlahan skor pembobotan dari masing-masing strategi yang saling terkait. Skor yang digunakan yang ada pada matriks IFE dan EFE;
3.
melakukan perangkingan yang ditentukan berdasarkan urutan jumlah skor terbesar sampai terkecil dari semua strategi yang ada. Perangkingan ini dilakukan
secara
subjektif
dimana
strategi
akan
berupa
usaha
memaksimumkan kekuatan dan peluang serta meminimumkan ancaman dan kelemahan. Berikut ini adalah tabel rangking alternatif strategi yang diuraikan pada Tabel 6.
Tabel 6. Tabel Rangking Alternatif Strategi No
Alternatif Strategi
Keterkaitan dengan unsur SWOT
Skor
Rangking
1 SO1 2 SO2 3 SOn 4 WO1 5 WO2 6 WOn 7 ST1 8 ST2 9 STn 10 WT1 11 WT2 12 WTn Sumber: Rangkuti (1997)
5. Sintesis Pada tahap sintesis dilakukan penyusunan alternatif dari pemecahan masalah yang bertujuan memberikan rekomendasi yang baik mengenai strategi pengelolaan lanskap Taman Impian.
3.3 Batasan Studi Ruang lingkup kegiatan magang difokuskan pada pelaksanaan pengelolaan lanskap dan administrasi pada kawasan rekreasi Taman Impian. Setiap kegiatan magang yang dilaksanakan berada dibawah pengawasan Departemen Utilitas & Kebersihan TIJA.
21 VI. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Kondisi Umum 4.1.1 Deskripsi Umum Kawasan PT Pembangunan Jaya Ancol Tbk (PT PJA) merupakan sebuah perusahaan yang bergerak dalam bidang usaha pembangunan dan jasa konsultasi di sektor rekreasi dan hiburan. Bisnis Utama PT PJA adalah rekreasi, resort, dan properti (real estate). PT PJA mengelola area pariwisata terintegrasi dengan lokasi berdekatan dengan pantai. PT TIJA sebagai anak perusahaan mengelola kawasan pariwisata (rekreasi dan resor) dan kegiatan usaha penunjang yaitu entertainment, konvensi, dan wisata belanja. Kontribusi bidang rekreasi terhadap pendapatan perusahaan sekitar 60% dan 40% merupakan kontribusi bidang properti. Objek wisata yang terdapat di TIJA adalah Taman dan Pantai (Pantai Festival, Indah, Timur, Danau Tugu, dan Karnaval), Dunia Fantasi (Dufan), Ocean Dream Samudra, Atlantis Water Adventure, Sea World Indonesia, Pasar Seni, Gondola, Ecopark, Putri Duyung Cottage, Marina Bay, Ancol Beach City (Mall yang berada di Karnaval), Perhotelan (Mercure hotel dan Raddin hotel), dan Wisata Kuliner (resto dan kafe). Bisnis bidang properti dikelola langsung oleh PT PJA. Kegiatan bidang properti adalah sebagai pengembang lahan (penjualan kavling dan pemukiman), pembangunan perkantoran, dan pengembang bangunan komersial seperti hotel dan pantai Marina. PT Pembangunan Jaya Ancol Tbk memiliki visi menjadi perusahaan properti dan pengembang kawasan wisata terpadu, terbesar dan terbaik di Asia Tenggara yang memiliki jaringan terluas. Misinya adalah 1) sebagai komunitas pembaharuan kehidupan masyarakat yang menjadi kebanggaan bangsa, 2) mengutamakan pelayanan prima kualitas produk dan jasa yang unggul serta teknologi yang tepat bagi kepuasan pelanggan dan mitra usaha, 3) memberikan kepuasan
kepada
stakeholder
dengan
pertumbuhan
usaha
yang
tinggi
berlandaskan Good Corporate Governance dan memperhatikan aspek lingkungan dan sosial budaya, 4) senantiasa menciptakan lingkungan sosial yang lebih baik melalui sajian hiburan berkualitas yang berunsur seni, budaya dan pengetahuan,
22 dalam rangka mewujudkan komunitas pembaharuan kehidupan masyarakat menjadi kebanggaan bangsa.
4.1.2 Letak dan Luas Kawasan Taman Impian Jaya Ancol (TIJA) terletak di Kelurahan Pademangan, Kecamatan Ancol, Jakarta Utara. TIJA berbatasan langsung dengan Pantai Utara Pulau Jawa dengan luas 552 Ha berada di atas lahan hasil dari reklamasi pantai. Lokasi yang dimiliki TIJA cukup startegis karena berada di tengah Ibukota Jakarta. Dalam hal ini dapat menjadi peluang karena TIJA merupakan kawasan rekreasi yang memiliki lanskap pantai yang jarang ditemui di Jakarta.
4.1.3 Aksesibilitas Aksesibilitas menuju kawasan rekreasi TIJA dapat melalui jalur Tol Tanjung Priok dan Jalan RE Martadinata. Akses menuju lokasi dapat ditempuh melalui perjalanan darat berupa mobil, motor, sepeda, bus pariwisata, angkutan kota,Transjakarta Busway, dan kereta rel listrik. Bagi pengunjung yang membawa kendaraan seperti mobil dan bus pariwisata dapat dilalui dari jalur Tol Tanjung Priok dan keluar langsung di exit tol Ancol, sedangkan pengunjung yang menggunakan motor dan sepeda dapat melalui jalan RE Martadinata. Pengunjung yang menggunakan kendaraan pribadi atau pejalan kaki dapat masuk kawasan rekreasi TIJA melalui Gerbang Utama Barat, Gerbang Utama Timur, Gerbang Karnaval, Gerbang Marina, Dan Gerbang Area Busway. Bagi pengunjung yang menggunakan jasa angkutan seperti kereta rel listrik dapat turun di stasiun Jakarta Kota kemudian naik angkutan kota berupa mikrolet dengan jurusan Kota-Ancol dapat dilalui dari jalur Jalan RE Martadinata. Akses TIJA juga dapat dilalui dengan menggunakan Transjakarta Busway koridor V dengan jurusan PGC-Ancol dan Koridor VII jurusan Kampung Melayu-Ancol. Pemberhentian terakhir berada pada shelter di dekat Dunia Fantasi (DUFAN). Keberadaan dan beroperasinya moda transportasi yang ada menjadi semakin mudah bagi pengunjung menuju kawasan rekreasi TIJA.
23 4.1.4 Aspek Biofisik 4.1.4.1 Iklim Data iklim Jakarta Utara (Maritim Tanjung Priok) berdasarkan Badan Meteorologi dan Geofisika Kemayoran (BMG) tahun 2011 yang terletak pada posisi 6,100LS dan 106,830BT dengan ketinggian stasiun pada 2 mdpl menunjukkan bahwa kawasan TIJA memiliki suhu rata-rata maksimum terjadi pada bulan Juni dan Oktober sebesar 29,30C dan suhu rata-rata minimum pada bulan Januari 27,30C. Curah hujan rata-rata maksimum terjadi pada bulan Januari sebesar 258,4 mm dan curah hujan rata-rata minimum terjadi pada bulan September sebesar 28 mm. Kondisi kelembaban rata-rata maksimum terjadi pada bulan Januari dan Februari sebesar 80% dan kelembaban rata-rata minimum terjadi pada bulan September sebesar 69%. Kecepatan angin rata-rata maksimum terjadi pada bulan Maret sebesar 6,4 knots dan kecepatan angin rata-rata minimum terjadi pada bulan Mei sebesar 4,0 knots. Dari data tersebut terlihat bahwa kawasan rekreasi TIJA memiliki iklim yang cukup kering. Hal ini berpengaruh terhadap kegiatan pelaksanaan pemeliharaan yang harus lebih disesuaikan dengan cuaca pada saat tertentu dan kemungkinan terjadinya banjir akibat gelombang pasang surut air laut.
4.1.4.2 Tanah dan Topografi Jenis tanah TIJA secara umum merupakan bukan tanah asli atau tanah urugan. Tanah yang berada di Kawasan TIJA berupa tanah rawa yang memiliki sifat tanah yang mudah terpisah karena memiliki tekstur pasir yang dominan dan miskin terhadap unsur hara. Dalam menunjang pelaksanaan pembangunan proyek TIJA, kawasan ini mengalami reklamasi dengan menggunakan pasir dari laut Ancol sebanyak 100,7 juta m3 dengan ketebalan mencapai 2,5 m. Proses ini memerlukan waktu hingga 5 tahun, selanjutnya ditimbun kembali dengan tanah urugan dan tanah latosol yang berasal dari Bekasi dan Tangerang. Tekstur tanah di pengaruhi oleh perlakuan awal dalam pemilihan jenis tanah urugan, untuk memenuhi kriteria tanah untuk penanaman maka jenis tanah yang memungkinkan untuk urugan pada kawasan TIJA yaitu tanah merah super dengan pH 5 - 6 (pH netral) serta diperlukan adanya pemeliharaan atau penambahan pupuk, kapur dan
24 kompos/pupuk buatan. Topografi yang ada relatif datar dengan ketinggian 0 - 5 mdpl dan kemiringan lahan sebesar 1% dengan kondisi dipengaruhi pasang surut air laut yang rentan genangan air dan banjir.
4.1.4.3 Hidrologi Kawasan TIJA mengalami pencampuran air laut sehingga daerah tepi pantai memiliki kandungan garam kalsium dan magnesium tinggi dimana air tidak layak untuk di minum dan tidak layak untuk dijadikan sumber air penyiraman. Kawasan TIJA memiliki dua sistem saluran DAS, yaitu Kali Ancol dan Kali Bintang Mas. Kali Bintang Mas merupakan saluran penting di kawasan TIJA karena berfungsi sebagai badan penerima air buangan limbah rumah tangga dan banjir kanal dari kawasan Gunung Sahari dan sungai Ciliwung. Drainase yang terdapat di kawasan TIJA menggunakan sistem drainase terbuka. Pembuangan dari drainase ini menuju ke kali Martadinata.
4.1.4.4 Vegetasi dan Satwa Jenis vegetasi yang ada pada TIJA adalah jenis pohon, semak, perdu, penutup tanah, tanaman merambat dan epifit. Pada pengamatan lapang, umumnya vegetasi yang mendominasi kawasan rekreasi TIJA adalah vegetasi daerah tropis, karena letaknya yang berada di tepi pantai maka vegetasi dari ekosistem ini sangat dominan. Vegetasi tepian pantai yang sudah beradaptasi dan dapat ditemui adalah kelapa (Cocos nucifera), bakung laut (Crinum asiaticum), pandan (Pandanus sp), ketapang (Terminalia catappa), dan waru laut (Hibiscus tiliaceus). Pada koridor jalan protokol banyak digunakan jenis palem-paleman dan tanaman semak. Tanaman
jenis
semak
yang
sering
digunakan
adalah
ruellia
(Ruellia
malaocsperma ‘Dwarf’) berbunga ungu. Dominasi Ruellia menyebabkan kemonotonan pada tiap jalur jalan. Kekurangan dari Ruellia ketika sore hari bunganya layu dan terlihat tidak segar, itu mengakibatkan kesan taman tidak indah untuk dipandang. Hal ini perlu diperhatikan karena TIJA merupakan tempat rekreasi yang beroperasi selama 24 Jam yang tidak hanya dinikmati pada pagi hari saja. Rumput yang sering digunakan yaitu rumput peking (Agrotis stolonifer) dan rumput gajah (Axonopus compressus). Pada event-event tertentu, tanaman yang
25 ditampilkan pada area gerbang adalah jenis tanaman hias yang memiliki warna yang sangat kontras dan mencirikan dari event tersebut. Tanaman hias ditampilkan dalam bak atau pot tanaman, karena dekorasi ini bersifat temporer. Penggunaan ornamen
tambahan berupa umbul-umbul dan sculpture ditampilkan untuk
memperkuat ciri dari dekorasi event-event tertentu. Untuk daftar nama tanaman yang terdapat di TIJA dapat dilihat pada Lampiran 2. Jenis satwa yang berada di TIJA antara lain beberapa macam spesies burung, ular, kadal, katak, kupu-kupu, anjing, kucing, monyet, biawak, serangga. Keberadaan satwa liar seperti kucing, anjing, dan monyet sangat mengganggu area lingkungan rekreasi karena kotoran satwa tersebut dapat mencemari sekitar area rekreasi dan satwa tersebut sering berkeliaran sehingga mengganggu kenyamanan pengunjung. Keberadaan satwa liar seperti kucing, anjing, dan monyet sangat mengganggu kenyamanan pengunjung dari segi area lingkungan rekreasi menjadi tercemar karena kotoran satwa dan sering berkeliaran. Dalam pengendalian sementara Departemen Utilitas & Kebersihan bekerjasama dengan Dinas Peternakan untuk menangkap satwa liar dan dialihkan ke Kebun Binatang Ragunan (Gambar 5). Pengendalian tersebut dilakukan dalam waktu 2 bulan sekali. Dengan adanya pengendalian dapat mengurangi intensitas satwa tersebut datang ke TIJA dan lingkungan aman sehingga tercapainya kenyamanan bagi pengunjung.
Gambar 5. Penangkapan Satwa Liar di Kawasan Rekreasi TIJA
4.1.4.5 Visual (Kualitas Pemandangan) Pemandangan yang terdapat pada lanskap TIJA sangat indah terutama pada pemandangan lanskap daratan pantai serta tanaman lanskap pantai yang
26 mendukung. Objek wisata pantai menjadi objek utama bagi pengunjung TIJA. Dengan adanya konsep lanskap alami berupa lanskap pantai, maka pemandangan yang khas tercipta dari hamparan laut yang indah. Potensi lainnya terdapat pada bagian daratannya yang saat ini didominasi oleh vegetasi yang berada pada tamantaman jalan. Hal ini memberikan nilai tambah tersendiri karena kondisi seperti ini sulit dijumpai di tengah padatnya kota Jakarta sehingga dapat menarik minat wisatawan untuk mengunjunginya. Pada saat weekend, tingginya kunjungan dari pengunjung akan mengakibatkan lingkungan terancam kotor karena terlihat banyaknya sampah yang dibuang ke sembarang tempat maupun di batuan deket pantai serta lumut yang terdapat di bebatuan.
4.1.5 Aspek sosial ekonomi 4.1.5.1 Sejarah Taman Impian Jaya Ancol Taman Impian Jaya Ancol berdiri sejak abad ke-17, Gubernur Jenderal Hindia Belanda yaitu Adriaan Valckenier memiliki rumah peristirahatan di tepi pantai. Seiring perjalanan waktu, kawasan itu kemudian berkembang menjadi tempat wisata. Namun, saat Perang Dunia II meletus dan disusul perang kemerdekaan, kawasan ini menjadi sebuah kawasan berawa yang tidak terawat dan daerah sumber penyebaran penyakit malaria. Pertama kali ide pembangunan kawasan TIJA dicetuskan oleh Presiden Pertama RI Ir. Soekarno dan didampingi Gubernur DKI Jakarta dr. Soemarno Sasroadmodjo. Ide ini sempat tertunda pelaksanaannya dan baru dapat diwujudkan saat pemerintahan Jakarta dijabat oleh Ali Sadikin pada tahun 1966. Untuk mewujudkan Ancol sebagai sebuah kawasan wisata terpadu Pemda DKI menunjuk PT Pembangunan Jaya sebagai Badan Pelaksana Pembangunan (BPP) proyek Ancol yang dilakukan secara bertahap sesuai dengan peningkatan perekonomian nasional serta pendapatan masyarakat (daya beli masyarakat). Dengan akte perubahan No. 33 tanggal 10 Juli 1992, status BPP proyek Ancol diubah menjadi PT Pembangunan Jaya Ancol sehingga terjadi perubahan kepemilikan dan prosentase kepemilikan saham, yakni 72% untuk Pemda DKI, 18% untuk PT Pembangunan Jaya Ancol, dan 10% untuk masyarakat. Luas kawasan yang dikelola adalah 552 Ha (PP 51 tahun 1960) dengan HPL 477 Ha
27 (HPL No 1 Tahun 1987) berlokasi di kelurahan Ancol Jakarta Utara. Pada 2 Juli 2004 dengan akte perubahan No. 13 Ancol ditingkatkan menjadi perusahaan terbuka dan menjadi Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) pertama yang “go public”. Langkah “go public” ini dilakukan untuk lebih meningkatkan kinerja perusahaan, karena akan lebih terkontrol, terukur, efisien dan efektif dengan tingkat profesionalisme yang tinggi serta menciptakan sebuah Good & Clean Governance. Kinerja dan citra yang positif ini akan menjadikan perusahaan terus tumbuh dan berkembang secara sehat di masa depan.
4.1.5.2 Masyarakat Sekitar Kawasan Kondisi saat ini memperlihatkan bahwa kawasan di sekitar lokasi TIJA telah berkembang menjadi kawasan yang lebih maju dan padat. Kepadatan ini dapat dilihat dari jumlah pemukiman, pusat perbelanjaan dan kawasan perdagangan yang semakin berkembang di sekitar kawasan. Terserapnya tenaga kerja lokal yang berasal dari penduduk sekitar lokasi kawasan TIJA merupakan tujuan dan tuntutan awal pembangunan kawasan. Setidaknya 20% dari tenaga kerja di Kawasan TIJA merupakan penduduk lokal yang tinggal di sekitar kawasan tersebut. Ancol juga memiliki masyarakat binaan yang diberi nama badan usaha Ancol Sayang Lingkungan, melalui program ini Ancol membuktikan bahwa keberadaannya memberikan manfaat yang berarti bagi masyarakat sekitar.
4.1.5.3 Pengunjung Pengunjung TIJA sangat bervariasi dengan berbagai tingkatan umur dan segala lapisan masyarakat. Berbagai area yang ada di TIJA ditujukan untuk dapat mengakomodir segala tujuan wisata bagi setiap pengunjung. Berikut ini merupakan jumlah pengunjung yang datang ke TIJA pada periode tahun 2007 2011 (Gambar 6). Jumlah pengunjung tiap tahunnya mengalami peningkatan, namun pada tahun 2010 mengalami sedikit penurunan akibat ketatnya persaingan antar tempat rekreasi yang semakin banyak. Puncak kunjungan biasanya terjadi pada musim liburan sekolah maupun libur nasional. Berdasarkan data bulan April 2012, harga tiket masuk TIJA adalah Rp. 15.000 per orang, Rp. 15.000 per mobil, dan Rp. 10.000 per motor.
28 Menurut data dari Departemen Pariwisata dan Kebudayaan (2010), trend pariwisata tahun 2020 diperkirakan untuk perjalanan wisata dunia akan mencapai 1,6 milyar orang. Diantaranya 438 juta orang akan berkunjung ke kawasan AsiaPasifik. Melihat jumlah wisatawan yang sedemikian besar, maka kondisi ini memberikan peluang bagi industri pariwisata di Indonesia khususnya kawasan rekreasi TIJA dalam meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan khususnya wisatawan mancanegara.
16000000 15000000 14000000 13000000 12000000
2007
2008
2009
2010
2011
Jumlah Pegunjung (Orang) 13372067 13938676 14446719 14333140 14978726
(Sumber: Taman Impian Jaya Ancol 2012)
Gambar 6. Jumlah Pengunjung Kawasan Rekreasi TIJA tahun 2007 - 2011
4.2 Konsep Lanskap Taman Impian Jaya Ancol Potensi yang dimiliki TIJA yaitu lanskap alami berupa pantai dan laut yang posisinya berada di tengah Kota Jakarta dengan lahan seluas 552 Ha, memiliki aksesibilitas yang mudah untuk dicapai, serta menyajikan pemandangan dan panorama yang memikat dengan pantai yang menghadap ke Laut Jawa. Dengan potensi yang dimiliki TIJA merupakan suatu keuntungan besar bagi perencanaan dan pengelolaan kawasan TIJA dalam proses pengembangannya. Konsep lanskap yang diterapkan pada kawasan rekreasi TIJA yaitu Waterfront City. Pada dasarnya merupakan pembangunan pantai terpadu yang meliputi pembenahan, penataan dan pembangunan pantai, sebagai proses menangani masalah perkotaan yang jauh lebih besar. Dalam mengelola sumberdaya daratan dan lautan, TIJA tetap mempertahankan lanskap pantai dan laut sebagai kawasan rekreasi utama dan berusaha menghadirkan dan menjaga ekologi tanaman pantai. TIJA juga memiliki pemikiran kreatif dalam menarik minat pengunjung yaitu selain menampilkan rekreasi berupa pantai dan laut, disamping itu juga menghadirkan berbagai macam unit rekreasi bertema. Rekreasi
29 pantai yang ditampilkan berupa keindahan panorama laut dan rekreasi olahraga seperti berenang, memancing, voli pantai, dan jogging.
4.2.1 Konsep Tata Ruang Taman Impian Jaya Ancol memiliki tata ruang yang dibagi menjadi 1) Area Penerimaan/Gerbang, 2) Area Parkir, dan 3) Area Rekreasi Pantai.
4.2.1.1 Area Penerimaan/Gerbang Gerbang wisata adalah tempat awal memasuki area wisata atau tempat akhir keluar meninggalkan area wisata. Jalur masuk menuju pintu gerbang terpecah menjadi sebuah koridor. Koridor pada setiap gerbang terkesan terbuka, bebas dari hambatan, teratur, informatif, dan mudah untuk dicapai. Seluruh gerbang di kawasan TIJA terdapat loket tiket kontrol untuk pengunjung serta memberikan kartu tanda kontrol kendaraan bagi yang membawa kendaraan untuk faktor keamanan. Pada saat keluar area, pengunjung yang tidak dapat menunjukkan kartu tanda kontrol kendaraan wajib menunjukkan STNK dan dikenakan denda administrasi. Area Penerimaan/Gerbang
pada kawasan Taman Impian Jaya Ancol
dibagi menjadi 6 (enam) yaitu dapat dilihat pada Tabel 7 dan Gambar 7. Tabel 7. Area Penerimaan/Gerbang Kawasan Rekreasi TIJA No
Nama Gerbang Gerbang Marina
Jam Operasional 05.00 – 21.00 WIB
2
Gerbang Barat
24 jam
3
Gerbang Timur Gerbang Karnaval
24 jam
5
Gerbang Selatan
05.00 21.00 WIB
Sistem khusus untuk pintu keluar bagi pejalan kaki dan berkendara sepeda
6
Gerbang Area Busway
05.00 – 22.00 WIB
Sistem loket masuk-keluar khusus untuk pejalan kaki
1
4
05.00 – 21.00 WIB
Fungsi Sistem loket masuk-keluar kendaraan dan pejalan kaki
Sistem loket masuk kendaraan, loket masuk-keluar untuk pejalan kaki Sistem loket masuk-keluar kendaraan dan pejalan kaki Sistem loket masuk-keluar kendaraan dan pejalan kaki
Keterangan Gerbang berdekatan dengan Pelabuhan Marina, berbatasan dengan kawasan residence (perumahan Ancol Barat) Pengalihan satu jalur khusus untuk keluar mulai jam 21.00 – 09.00 WIB Gerbang utama dengan akses masuk terpanjang dan padat Gerbang sering dilalui oleh pengunjung yang menonton event musik di Mata Elang Internasional dan berbelanja di Mall Ancol Beach City Gerbang alternatif ketika puncak musim liburan, hari libur nasional, event-event tertentu yang mengalami peningkatan pengunjung Gerbang khusus bagi pengunjung yang naik Transjakarta Busway
Gambar 7. Area Penerimaan (Gerbang) Taman Impian Jaya Ancol
30
31 4.2.1.2 Area Parkir Salah satu fasilitas yang harus dipenuhi oleh sebuah tempat rekreasi yaitu tempat parkir. Tempat parkir adalah suatu area tanah tertentu di luar badan jalan, yang digunakan untuk menyimpan kendaraan. Area parkir pada kawasan rekreasi TIJA memiliki bentangan yang cukup luas dan dapat mengakomodir kendaraan pengunjung. Tempat parkir yang disediakan oleh TIJA berada di Pantai Festival, Pantai Indah, Pantai Timur, parkir Beach Pool, Pantai Karnaval, dan parkir ExDrive In. Seluruh tempat parkir yang disediakan oleh TIJA tidak memungut biaya tambahan (gratis) kepada pemilik kendaraan. Tempat parkir dapat menampung mobil, motor, dan bus rombongan. Tempat parkir terletak pada rute terdekat menuju tempat yang akan dituju. TIJA menggunakan konsep area parkir berada di luar bangunan (outdoor) karena secara umum jenis rekreasi TIJA berada di ruang terbuka. Secara umum parkir pada kawasan TIJA menurut cara penempatannya yaitu parkir di luar jalan (off street parking), dimana jenis parkir ini mengambil tempat pada suatu area diluar badan jalan dan memiliki pelataran parkir khusus yang terbuka. Namun, pada area parkir kawasan pantai timur terbentuk oleh adanya kegiatan pengunjung yang berekreasi di sekitar pantai, sehingga bentuk dan tata letaknya mengikuti tepian jalan. Jenis parkir ini disebut dengan parkir tepi jalan (on street parking), yang mengambil tempat di sepanjang badan jalan dengan maupun tidak melebarkan badan jalan untuk fasilitas parkir. Jenis parkir ini menguntungkan bagi pengunjung yang menginginkan dekat dengan tempat yang dituju, akan tetapi dapat menganggu kelancaran kendaraan yang sedang melaju. Seluruh area parkir di kawasan rekreasi TIJA menggunakan perkerasan conblock. Terdapat batas-batas kendaraan parkir dan pengamannya, penerangan, serta pohon kelapa dan vegetasi peneduh. Sistem keamanan tempat parkir cukup baik karena adanya sistem penjagaan oleh security. Setiap pengunjung yang hendak keluar menggunakan kendaraan harus menunjukkan STNK agar tercipta suasana aman dan lancarnya pengaturan kendaraan di area parkir. 4.2.1.3 Area Rekreasi Pantai Menurut Dahuri et al. (1996) rekreasi pantai adalah jenis rekreasi yang menyediakan keindahan dan kenyamanan alam dari kombinasi cahaya matahari,
32 laut dan pantai berpasir putih bersih. Berbagai kegiatan yang umum dilakukan oleh para wisatawan dalam rekreasi pantai antara lain berenang, berjemur, berdayung, berjalan-jalan atau berlari-lari di sepanjang pantai, menikmati keindahan dan kedamaian suasana pantai serta bermeditasi. Daerah pantai merupakan area rekreasi yang mendominasi dari seluruh kawasan rekreasi TIJA. Pantai-pantai yang terdapat di kawasan rekreasi TIJA yaitu Pantai Festival, Pantai Indah, Pantai Danau Tugu, Pantai Timur, dan Pantai Karnaval (Gambar 8). 1. Pantai Festival Pantai Festival merupakan pantai yang letaknya berdekatan dengan Marina Ancol. Area pantai ini memiliki promenade yang lebar dengan pemandangan terbuka kearah laut (Gambar 9). Pantai ini tidak diperuntukkan berenang karena lautnya yang curam sehingga membahayakan bagi pengunjung. Namun, masih ada kegiatan rekreasi yang dapat dilakukan seperti naik perahu, duduk di tepi pantai, dan bersosialisasi di hamparan pasir. Terdapat pula children playground yang disewakan untuk menunjang sarana yang ada pada pantai yang dapat dinikmati oleh anak-anak (Gambar 9). TIJA telah mengupayakan fasilitas pendukung seperti toilet, tempat makan, tempat ibadah/mushola, tempat sampah, dan area parkir. Ketersediaan fasilitas tersebut untuk memberikan pelayanan terbaik bagi para pengunjung.
Promenade lebar
Children playground
Gambar 9. Sarana dan Prasarana di Pantai Festival
2. Pantai Indah Pantai Indah merupakan salah satu pantai yang sangat ramai dikunjungi karena peruntukkannya sebagai area aman untuk berenang. Kegiatan rekreasi lainnya yang dapat dilakukan yaitu naik perahu dan bermain pasir. Terdapat pula
Gambar 8. Area Rekreasi Pantai Taman Impian Jaya Ancol
33
34 plaza yang menggunakan perkerasan keramik dengan kombinasi warna yang unik dan ditambah dengan adanya panggung pementasan musik yang menghadap ke arah laut. TIJA telah mengupayakan fasilitas pendukung seperti toilet, tempat makan, tempat ibadah/mushola, tempat sampah, area parkir, tempat bilas pemandian dan menara (pos) pengawas pantai (Gambar 10). Adanya menara (pos) pengawas pantai untuk memantau keselamatan para pengunjung ketika beraktivas renang. Ketersediaan semua fasilitas tersebut untuk memberikan pelayanan yang terbaik bagi para pengunjung.
Plaza dan panggung
Menara (pos) pengawas pantai
Gambar 10. Sarana dan Prasarana di Pantai Indah
3. Pantai Danau Tugu Lokasi Danau Tugu termasuk mudah dicapai karena memiliki ciri khas Tugu Ancol yang berdiri ditengah-tengah danau. Danau Tugu ini tidak diperuntukkan untuk berenang, namun dijadikan sarana olahraga permainan laut seperti perahu layar, perahu angsa, dan sepeda boat. Sebagian area ini menggunakan perkerasan conblock berupa promenade dan agar tetap memberikan kesan alami dari lanskap pantai juga digunakan pasir putih. Fasilitas yang terdapat pada Danau Tugu seperti ayunan dan tempat duduk dengan bentuk yang unik sehingga tempat ini dapat dijadikan area untuk berkumpul para pengunjung.
4. Pantai Timur Pantai Timur merupakan pantai terpanjang di kawasan rekreasi TIJA yang mencakup Pantai Elok, Pantai Ria, dan Beach Pool. Pantai Elok merupakan area pantai yang memiliki panjang tanggul dan jogging track sebesar 500 meter. Pada pilar-pilar tanggul dapat digunakan tempat untuk bersantai dengan duduk-duduk
35 di tepi pantai menikmati udara laut yang berhembus. Pantai ini tidak diperuntukkan untuk berenang karena lautnya yang curam, namun masih ada kegiatan yang rekreasi yang dapat dilakukan seperti berjalan-jalan di sepanjang pantai. Terdapat pula children playground seperti permainan ayunan, perosotan, dan permainan anak tangga. Salah satu vegetasi yang ada yaitu waru laut (Hibiscus tiliaceus) yang besar dengan percabangan batang unik yang melintang sehingga dapat meneduhkan dan memberi kesan alami dari lanskap pantai. Pantai Ria merupakan pantai yang posisinya berjajar dengan Pantai Elok. Pantai ini tidak diperuntukkan berenang karena lautnya yang curam. Pantai Ria menampilkan keindahan laut dan terdapat replika kapal pecah di tengah-tengah dataran pantai (Gambar 11). Fungsi dari replika kapal pecah yaitu sebagai tempat bermain anak juga sekaligus menjadi suatu pengetahuan bagi anak-anak mengenai suatu gambaran kapal sungguhan yang terdampar di tepi pantai. Kegiatan lain yang bisa dilakukan yaitu duduk di tanggul tepi pantai menikmati panorama keindahan laut. Beach pool merupakan tempat yang disediakan khusus untuk aktivitas berenang layaknya kolam renang buatan, karena posisinya yang berada ditengah dermaga cinta (Gambar 11). Tempat ini merupakan salah satu tempat yang sangat ramai dikunjungi, karena letaknya langsung terlihat ketika melintasi jalur jalan ke arah timur. Terdapat tempat bilas pemandian dan menara (pos) pengawas pantai untuk memantau keselamatan para pengunjung saat melakukan aktivitas renang.
Replika kapal pecah
Dermaga cinta
Gambar 11. Sarana dan Prasarana di Pantai Timur
36 5. Pantai Karnaval Pantai Karnaval memiliki karakter alam yang cukup menawan dengan panjang pantai mencapai 1,5 km. Pantai ini sering menjadi tempat berlabuhnya kapal-kapal boat yang singah. Pantai Karnaval adalah salah satu pantai yang dapat digunakan untuk berenang. Namun sebagian area Pantai Karnaval lautnya curam sehingga disediakan dek kayu agar pantai bisa tetap dinikmati untuk memancing. Area Pantai Karnaval memiliki hamparan rumput dengan bentangan yang cukup luas dan biasanya difungsikan untuk kawasan promosi dan entertainment dengan membuat panggung hiburan terbuka berbagai event musik. Ketersediaan fasilitas pendukung seperti tempat makan yang memiliki gaya unik menjadikan pantai ini digemari para pengunjung untuk berwisata kuliner.
4.2.2 Konsep Sirkulasi Sirkulasi adalah prasarana penghubung vital yang menghubungkan berbagai kegiatan dan penggunaan dalam sebuah tapak. Sistem sirkulasi menggambarkan seluruh pola-pola pergerakan kendaraan, barang, dan pejalan kaki di dalam dan keluar-masuk tapak. Semua jenis sistem sirkulasi pada kawasan rekreasi TIJA ditunjang oleh adanya suatu jalan. Jalan adalah suatu prasarana perhubungan darat dalam bentuk apapun, meliputi semua bagian jalan termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas (Tani 2009). Pada kawasan rekreasi TIJA terdapat jalan protokol yang merupakan jalur aksesibiltas utama dari Ancol Barat sampai dengan Ancol Timur. Jalan protokol dapat dilalui oleh kendaraan bermotor dan sepeda dengan jalur dua arah yang dipisahkan oleh median jalan. Jalur kendaraan bermotor dan sepeda dipisahkan dengan garis berwarna kuning dan diberi pembatas fisik berupa bollards. Sebagian besar jalan protokol menggunakan kombinasi perkerasan aspal dan conblock. Sedangkan jalan penghubung yang ada berfungsi sebagai jalan pelengkap yang menghubungkan antar unit dan antar area. Jalur jalan untuk pejalan kaki dengan alur mengikuti batas garis luar antar unit serta sepanjang jalan penghubung dan jalan protokol. Jalur pejalan kaki dibuat lebih tinggi daripada level jalan kendaraan dan diberi elemen pembatas. Jalur pejalan kaki berupa trotoar menggunakan perkerasan conblock dengan lebar
37 1,6 meter. Tata hijau pada sisi jalur pejalan kaki mutlak ada sebagai pembatas fisik dan pengaman (barier). Pada beberapa jalur pejalan kaki dikombinasikan dengan pembuatan ramp yang tujuannya untuk memudahkan akses pergerakan tanpa hambatan bagi pengunjung usia lanjut dan menggunakan kursi roda bagi penyandang cacat. Jalur pejalan kaki juga disediakan pada sepanjang area tepi pantai berupa promenade yang lebarnya 4 meter. Median jalan pada kawasan rekreasi TIJA berfungsi memisahkan jalur lalu lintas yang berlawanan arah, dilengkapi dengan elemen lanskap berupa vegetasi, shelter, petunjuk arah, dan lampu jalan. Median jalan pada kawasan Pantai Timur merupakan median dengan bentangan yang cukup luas, keberadaannnya pada waktu-waktu tertentu sering dimanfaatkan pengunjung sebagai ruang interaksi. Kemudahan sistem sirkulasi di kawasan rekreasi TIJA ditunjang dengan adanya fasilitas berupa rambu-rambu jalan dan signage dengan desain yang unik pada persimpangan jalan (Gambar 12). Saat ini tikungan untuk memutar kendaraan pada kawasan rekreasi TIJA banyak yang ditutup dengan tiang-tiang kecil dan putaran yang difungsikan berada pada ujung jalan dai Ancol Timur, tujuannya agar tidak terjadi kemacetan pada jalur jalan.
Gambar 12. Signage di Kawasan Rekreasi TIJA
4.2.3 Konsep Tata Hijau/Taman Konsep tata hijau kawasan TIJA berdasarkan lanskap kawasan rekreasi sebagai waterfront city yang berusaha mempertahankan keadaan alami dari lanskap pantai. Komposisi tata hijau pada kawasan TIJA memiliki persentase 80% dari luas keseluruhan kawasan. Dari kedua hal tersebut, TIJA dapat dikatakan sebagai salah satu Ruang Terbuka Hijau (RTH) dan Ruang Terbuka Biru (RTB) di Kota Jakarta. TIJA ingin memberikan nuansa yang mengesankan suasana pesisir
38 pantai yang tropis, namun tetap memperhatikan tingkat kenyamanan pengunjung untuk berekreasi. Vegetasi yang ditampilkan disesuaikan dengan kondisi lingkungan dari pantai tropis. Dalam memenuhi tingkat kenyamanan pengunjung, ada pula tanaman lain yang diadaptasikan dengan keadaan lingkungan TIJA sebagai penunjang dari vegetasi aslinya, sehingga dapat tumbuh dan menambah variasi dalam penggunaan vegetasi di kawasan rekreasi TIJA. Pada koridor jalan protokol banyak digunakan vegetasi yang memiliki bentuk unik dan sesuai dengan lanskap alami kawasan rekreasi TIJA yaitu beragam jenis palem. Jenis palem yang banyak digunakan yaitu kelapa (Cocos nucifera), palem bismarkia (Bismarckia nobilis), palem raja (Roystonea regia), palem putri (Veitchia merrillii), palem ekor tupai (Wodyetia bifurcate), palem kenari (Phoenix canariensis), palem lontar (Borassus flabellifer), dan palem sadeng (Livistona rotundifolia). Sedangkan pada koridor jalan penghubung digunakan tanaman peneduh seperti angsana (Pterocarpus indicus), trembesi (Samanea saman), dan pohon kupu-kupu (Bauhinia blackeana). Vegetasi memiliki pola yang lebih formal dan ditata secara sejajar serta lebih teratur untuk memberi kesan mengarahkan pandangan pengunjung. Pada area pantai terdapat vegetasi eksisting dari ekosistem tepian pantai seperti kelapa (Cocos nucifera), bakung laut (Crinum asiaticum), pandan (Pandanus sp.), dan ketapang (Terminalia catappa). Area pantai banyak digemari pengunjung karena dapat melakukan rekreasi aktif dan pasif. Vegetasi yang ada seperti pohon kupu-kupu (Bauhinia blackeana) dan waru laut (Hibiscus tilaceous) dapat memberikan keteduhan saat pengunjung beraktivitas. Pola penanaman di desain natural untuk menunjang kesan alami dari lanskap pantai. Pada area penerimaan (welcome area), vegetasi yang digunakan memiliki warna menarik dan kontras. Pada saat perayaan event, welcome area di dekorasi atau dihias baik dalam penggunaan soft material maupun hard material yang bertujuan untuk menyambut suatu perayaan tertentu. Penggunaan soft material dan hard material disesuaikan dengan hari perayaan yang sedang berlangsung dan dekorasi ini bersifat temporer (Gambar 13). Jenis tanaman semak yang sering digunakan pada kawasan rekreasi TIJA yaitu Ruellia (Ruellia malaocsperma ‘Dwarf’). Display Ruellia yang bunganya
39 berwarna ungu banyak ditampilkan karena memiliki warna, bentuk daun dan kelopak yang menarik. Tanaman Ruellia yang tegak berdiri saat terkena sinar matahari, bunga bermekaran, dan perpaduan warna hijau tua dan ungu semakin melengkapi keindahan taman pada kawasan rekreasi TIJA. Namun untuk saat ini penggunaan tanaman Ruellia akan dikurangi mengingat area taman menjadi monoton dengan penggunaan Ruellia yang berlebihan. Pengadaan tanaman yang tidak monoton sangat perlu untuk diperhatikan mengingat unsur dinamis pada sebuah taman kawasan rekreasi dapat menjadi pusat perhatian bagi pengunjung. Keadaan tanaman pada setiap taman sewaktu-waktu dapat berubah disesuaikan dengan kondisi tanaman atau atas permintaan General Manager dari unit Departemen Utilitas dan Kebersihan TIJA.
Gambar 13. Penggunaan Soft Material dan Hard Material Saat Perayaan Imlek
4.2.4 Konsep Utilitas Beberapa jaringan utilitas pada kawasan rekreasi TIJA adalah sebagai berikut: 1. Jaringan Listrik Jaringan listrik yang diterapkan TIJA menggunakan transmisi saluran kabel bawah tanah (Installation of underground power lines). Penggunaan jaringan distribusi listrik bawah tanah adalah salah satu alternatif untuk lebih terjamin keamanan dan kenyamanan guna menghindari gangguan pelayanan kepada pengunjung. Secara visual, pemasangan jaringan listrik bawah tanah dapat menjaga visualisasi keindahan dan keasrian lingkungan sekitar yang dapat mengganggu pandangan. Selain itu, dapat meminimalisir gangguan terhadap pohon sehingga pohon tidak menempel dengan kabel listrik, serta tidak mengganggu kenyamanan sirkulasi kendaraan pada kawasan rekreasi.
40 2. Jaringan Drainase Drainase sebagai serangkaian bangunan air yang berfungsi untuk mengurangi dan/atau membuang kelebihan air dari suatu kawasan atau lahan, sehingga lahan dapat difungsikan secara optimal. Drainase pada kawasan rekreasi TIJA berupa drainase buatan yang dibentuk untuk menentukan debit akibat hujan dan dimensi saluran. Letak saluran drainase menggunakan drainase bawah tanah (sub surface drainage) yang bertujuan mengalirkan air limpasan permukaan melalui media di bawah permukaan tanah (pipa-pipa). Hal ini dikarenakan tuntutan artistik dan tuntutan fungsi permukaan tanah yang tidak mengizinkan adanya saluran di permukaan tanah dari suatu kawasan rekreasi. Jaringan drainase menggunakan sistem konstruksi saluran terbuka dan tertutup. Saluran terbuka merupakan saluran yang mengalirkan air dengan suatu permukaan bebas. Saluran terbuka yang ada meliputi selokan kecil, kali, dan parit pembuangan. Sedangkan saluran tertutup menerima air limpasan dari daerah yang diperkeras maupun yang tidak diperkeras dan membawanya ke sebuah pipa keluar dari tapak. Saluran tertutup meliputi gorong-gorong (culvert) yang salah satunya berada di samping jalur pedestrian. Pembuangan dari drainase memanfaatkan kali Ancol dan kali Bintang Mas menuju ke laut.
3. Jaringan Air Sumber air bersih untuk pengunjung maupun karyawan berasal dari PT PAM Jaya. Pemeliharaan taman menggunakan pemanfaatan air buangan unit Atlantis Water Adventure yang telah diolah dan mendapat tambahan pasokan air dengan melakukan pengolahan air laut menjadi air tawar. Air bersih pada kawasan rekreasi TIJA digunakan untuk bilas pemandian, toilet, restoran dan penyiraman taman. Terdapat reservoir di area pantai untuk stok air bersih yang digunakan untuk cadangan ketika terjadi krisis air PAM. Air kotor yang berasal dari air limbah toilet disalurkan dan diolah ke Septic Tank yang dilengkapi dengan sistem resapan. Air limbah dari restoran diolah di dalam Instalasi Pengelolaan Air Limbah (IPAL).
41 4.2.5
Konsep Pengelolaan Sampah Pengelolaan sampah yang saat ini dilakukan pada kawasan TIJA yaitu
konsep pengelolaan sampah Ancol Zero Waste. Adapun yang melatar belakangi dibentuknya Ancol Zero Waste yaitu untuk mendukung pencapaian program Ancol Green Company dengan mengurangi buangan limbah, sinergi pengelolaan lingkungan dengan masyarakat sekitar, pengurangan beban lingungan dengan melakukan pengelolan secara swadaya, dan peningkatan efisiensi usaha dengan mengubah cost center menjadi profit center. Implementasi dari Ancol Zero Waste bersinergi dengan implementasi UU No.18 Tahun 2008 pasal 13 tentang pengelolaan sampah bahwa “pengelola kawasan pemukiman, kawasan komersial, kawasan industri, kawasan khusus, fasilitas umum, fasilitas sosial, dan fasilitas lainnya wajib menyediakan fasilitas pemilahan sampah”. Hal ini menuntut kawasan TIJA untuk menjadikan kawasan yang berbasis pembangunan berkelanjutan (sustainability development) melalui 3P (profit, people, planet). Profit yang dimaksud mengurangi biaya, hemat energi dan pembangunan ekonomi yang berkelanjutan. People yaitu konsep dimana pengelolaan Ancol Zero Waste dapat mengoptimalisasi konsep pemberdayaan masyarakat sekitar Ancol. Sedangkan dari fungsi Planet yaitu dapat menjadi model pengelolaan lingkungan yang baik untuk memberikan pelayanan optimal kepada pengunjung kawasan, dapat mengurangi pemanasan global dengan pengolahan sampah yang baik, serta dapat meningkatkan kualitas lingkungan. Permasalahan sampah yang terdapat pada kawasan rekreasi TIJA dapat diatasi dengan mempraktekkan nihil sampah (zero waste). Prinsip
penanganan
masalah sampah dapat melalui langkah 3R, 4R atau bahkan 5R (reduce, reuse, recycle, reform, replant) (Arifin et al. 2007). Pada konsep Ancol Zero Waste pihak pengelola dalam pengelolaan sampah melakukan reduce (mengurangi jumlah sampah yang dibuang), recycle (mendaur ulang bahan-bahan yang dapat didaur ulang atau membuat kompos), dan replant (menanam tanaman dengan menggunakan produk daur ulang sampah yaitu kompos). Bangunan Ancol Zero Waste berlokasi di Pantai Karnaval Ancol dengan luas sebesar 1,140 m2 dan tinggi 14 m. Total volume sampah yang dihasilkan dari kawasan rekreasi TIJA sebesar 71,750 m3. Adapun pemilahan sampah di kawasan
42 rekreasi dibagi menjadi 3 jenis yaitu sampah daun (composting), sampah daur ulang (recycle), dan sampah lain-lain (everything else) (Gambar 14). Tempat sampah ini dibuat secara permanen di kawasan rekreasi. Hal ini diharapkan pengunjung dapat bekerjasama secara baik dalam membuang sampah sesuai dengan jenis sampahnya sehingga memudahkan petugas pengangkutan sampah dalam memilah sampah tersebut.
(a)
(b)
Gambar 14. Bangunan Ancol Zero Waste (a) dan Tempat Sampah Terpilah (b) Pada kawasan rekreasi TIJA terdapat tenaga kerja kebersihan yang setiap harinya membersihkan kawasan rekreasi dan pengunjung yang akan membuang sampah pada tempat sampah terpilah, dari masing-masing tempat sampah akan diangkut dengan menggunakan gerobak dan mobil pengangkut sampah menuju Tempat Pembuangan Sementara (TPS) di kawasan rekreasi TIJA. Truk sampah pengangkut cointainer TPS akan membawa sampah daur ulang (tempat sampah berwarna biru) dan sampah daun (tempat sampah berwarna hijau) akan dibawa ke penampungan sampah Ancol Zero Waste untuk dilakukan proses composting dan recycle. Sedangkan untuk sampah lain-lainnya (tempat sampah berwarna kuning) akan dibuang ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Adapun bagan alur dari sampah Ancol dapat dilihat pada Gambar 15.
43
Gambar 15. Alur Sampah Ancol
Sampah inorganik yang dihasilkan sudah dipilah sesuai dengan jenisnya dan sudah di press, seperti botol plastik/PET (bening), botol plastik/PET (warna), gelas plastik/cup, cup plastik (wadah pop mie), plastik PP (kantong plastik bening), plastik PE (kantong plastik/asoy), plastik emberan (tutup botol, mainan, dll), plastik boncos (bungkus chiki/snack), kaleng alumunium (softdrink), kaleng (kaleng susu, kaleng sarden, dll), dan kardus. Hasil dari pengolahan sampah inorganik yang telah di press didistribusikan kepada beberapa pihak terkait penjualan sampah inorganik. Kompos hasil daur ulang digunakan untuk keperluan tanaman di kawasan rekreasi maupun di pembibitan (nursery). Menurut Arifin et al. (2007), pengelolaan dan penanganan sampah harus dilakukan secara terpadu mulai dari sumber pertama sampai dengan di pembuangan akhir atau di tempat proses pendauran ulang maupun pembuatan kompos.
Hal
ini
telah
dilakukan
oleh
pihak
pengelola
dengan
di
implemetasikannya konsep Ancol Zero Waste diharapkan dapat menjadikan kawasan rekreasi bebas dari sampah.
44 Proses pengolahan sampah yang telah masuk ke dalam penampungan sampah Ancol Zero Waste dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8. Proses Pengolahan Sampah Ancol Zero Waste No
1
Proses pengolahan sampah Jembatan Timbangan
Alat dan Bahan
Gambar
Keterangan
Timbangan portable digital
• Kapasitas = 1 - 60 ton • Fungsi alat = menghitung berat truk masuk (berisi sampah) dan truk keluar (kosong)
2
Penerimaan
Tempat penampungan sampah
• Luas area = 100 m2 • Daya tampung = 200 m3 • Kapasitas perhari sampah yang dihasilkan = 169 m3
3
Pemilahan
• Keranjang sampah • Timbangan lantai berkapasitas 5 ton
4
Pencacahan
5
Pengomposan
6
Pengayakan halus
• Mesin cacah kapasitas 40 ton/hari • Conveyor dengan panjang 5 m • Instalasi penyiraman lindi dan pompa • Blower • Ducting pipe • Mesin ayak dengan kapasitas 3 ton/jam
• Luas area = 70 m2 • Pemilahan sampah organik (daun, dahan, dan ranting) dan anorganik (kertas dan botol plastik) • Sampah yang dicacah = 135 m3/hari atau 67 ton/hari • Hasil cacahan = <2cm (halus dan cenderung bertepung)
7
Penampungan akhir
Blower
8
Pengemasan
• Timbangan lantai • Plastik kemasan • Karung kemasan
• Luas area = 50 m2 • Kompos dikemas dalam plastik dan karung sedangkan plastik dilakukan pengepressan
9
Gudang
Tempat penyimpanan
• Luas area = 100 m2 • Tempat penampungan akhir kompos maupun plastik yang telah dimasukan dalam kemasan
• Luas area = 600 m2 • Selama proses pengomposan volume menyusut 50-60% • Volume kompos yang diayak sekitar 21 ton/hari • Volume hasil ayakan sekitar 17 ton/hari • Luas area = 100 m2 • Tahap pematangan kompos dalam penyetabilan materi
akhir, proses
45 4.3 Pengelolaan Lanskap Taman Impian Impian Jaya Ancol Taman Impian Jaya Ancol sebagai salah satu obyek wisata yang menawarkan panorama lingkungan khas pantai yang hanya terdapat di Jakarta. Berbagai kebutuhan fasilitas telah disiapkan untuk dapat memberikan keindahan dan kenyamanan pengunjung untuk dapat melakukan rekreasi. Pengelolaan TIJA bertekad untuk mengukuhkan konsep ramah lingkungan dan gaya hidup hijau dengan melakukan sejumlah inovasi terhadap produk dan jasanya. Ruang terbuka hijau atau taman-taman lingkungan yang telah ditata merupakan makhluk hidup yang akan terus berkembang. Berdasarkan hal tersebut maka untuk dapat tetap terjaganya TIJA
yang berwawasan lingkungan, dibutuhkannya kegiatan
pemeliharaan secara rutin, berkala, dan terencana dengan baik. Tujuan pengelolaan lanskap Taman Impian lebih ditekankan kepada menjaga dan membentuk integritas lanskap yang lebih baik yaitu merawat lanskap dengan segala fasilitasnya agar tetap sesuai dengan perencanaan awal dan tujuan desain semula tanpa merubah ciri lanskap alami yang terdapat pada kawasan rekreasi. Harapan dari tujuan tersebut terciptanya keindahan, kenyamanan, keamanan, dan kepuasan pengunjung dapat tercapai serta mencapai lanskap yang berkelanjutan di masa mendatang.
4.3.1 Pengorganisasian Pengelolaan Lanskap 4.3.1.1 Struktur Organisasi Pengelolaan Lanskap PT. Pembangunan Jaya Ancol dipimpin oleh seorang direktur utama dan membawahi 4 direktur. Terdapat 5 direktorat yang juga memiliki sekretariat direkorat yang masing-masing memiliki tugas membawahi tiap departemen (Lampiran 3). Untuk pengelolaan dan pemeliharaan kawasan Taman Impian berada dibawah Direktorat SDM & Pengelolaan Kawasan yang terdiri dari Departemen SDM, Departemen Pengelolaan Kawasan, dan Departemen Utilitas & Kebersihan. Dari ketiga Departemen tersebut memiliki masing-masing tugas yang berbeda. Segala hal yang berkaitan dengan kebersihan kawasan di beri tanggung jawab kepada Departemen Utilitas & Kebersihan untuk mengelolanya. Departemen Utilitas & Kebersihan dipimpin oleh seorang Kepala Departemen (General Manager). Setiap unit dipimpin oleh seorang Kepala Bidang (Manager).
46 Terdapat tiga bidang yang bekerjasama dalam pengelolan dalam bentuk pemeliharaan taman dan kebersihan serta infrastruktur dari Taman Impian (Tampan) dan properti. Pemeliharan taman dan kebersihan Tampan masuk dalam bagian taman & kebersihan Tampan yang memiliki Kepala Seksi taman & kebersihan Tampan dan Kepala Seksi pembibitan (Lampiran 4). Semua Kepala Seksi taman dan kebersihan Tampan bertanggung jawab terhadap segala hal yang berhubungan dengan taman dan kebersihan Tampan dengan melakukan pengawasan, pengontrolan, dan perawatan dari kawasan rekreasi
Tampan.
Kepala
Seksi
pembibitan
perbanyakan tanaman untuk memenuhi
bertanggung
jawab
dalam
kebutuhan tanaman di lapang.
Pengawasan, pengontrolan, dan perawatan kelancaran utilitas seperti saluran drainase, PAM atau air bersih, jaringan listrik, dan kabel telepon merupakan tugas dari bagian pengelolaan air dan properti dalam pemeliharaan infrastruktur & reserve osmosis. Sedangkan untuk segala bentuk kepengurusan administrasi, keuangan, dan pelaporan oleh bagian administrasi & pelaporan dan umum & keuangan. Dalam sebuah kawasan rekreasi sangat penting memiliki struktur organisasi yang jelas dan terarah. Herujito (2001) menyatakan bahwa suatu struktur organisasi menunjukan hierarki dan struktur wewenang organisasi serta memperlihatkan hubungan pelaporannya. Struktur organisasi yang dibangun pada suatu kawasan rekreasi berikut penerapan sistem pemeliharaannya akan menjadi faktor penentu keberhasilan dalam mengelola sebuah lanskap kawasan rekreasi. Sistem dan struktur organisasi Departemen Utilitas & Kebersihan sudah cukup baik. Setiap bagian menjalankan tugas dan wewenang yang telah ditetapkan.
4.3.1.2 Proses Tender Pekerjaan Pelaksanaan pemeliharaan sepenuhnya telah diserahkan kepada kontraktor melalui proses tender. Kegiatan awal dalam tahapan proses ini meliputi identifikasi kebutuhan pekerjaan dan penentuan/pembuatan acuan harga standar yang direncanakan secara matang karena akan menentukan terhadap pelaksanaan kegiatan selanjutnya. Publikasi penawaran tersebut dilakukan melalui papan
47 pengumuman yang berada pada kawasan TIJA ataupun dari perkenalan (hubungan relasi). Bagi unit departemen yang memiliki project harus menginformasikan ke bagian pengadaan untuk dilakukan proses tender. Untuk nilai pekerjaan dengan harga dibawah Rp. 75.000.000, proses tender dilakukan didalam Unit Departemen yang bersangkutan, sedangkan nilai pekerjaan dengan harga diatas Rp. 75.000.000, proses tender dilakukan oleh Departemen Pelelangan & Umum TIJA. Dalam proses tender pekerjaan perawatan taman dan kebersihan Taman Impian termasuk nilai pekerjaan dengan harga diatas Rp.75.000.000 yang dilakukan oleh Departemen Pelelangan & Umum TIJA. Bagian Pengadaan membuat pengumuman lelang yang ditempel pada papan pengumuman di kawasan TIJA dan telah ditandatangani oleh General Manager, kemudian bagi kontraktor yang berminat ikut tender maka dilakukan pendaftaran lelang. Kontraktor menerima surat permohonan dari rekanan terkait yang terdiri dari undangan dan persyaratan lelang (pengambilan dokumen lelang). Kemudian dilakukan proses prakualifikasi yang meliputi pembuatan undangan prakualifikasi dan penandatanganan BA (Berita Acara), undangan disampaikan kepada tim lelang dan rekanan yang terdiri dari General Manager, Manager terkait, Manager Administrasi Keuangan, Kepala Bagian dan Kepala Seksi terkait, dan Departemen Keuangan. Setelah itu membuat pengumuman hasil prakualifikasi (lulus atau tidak lulus), kemudian diberi dokumen Tanda Lulus Prakualifikasi bagi rekanan yang lulus dan memenuhi syarat. Untuk melanjutkan proses tender, maka tahap ini harus minimal 5 (lima) rekanan yang memenuhi syarat, jika kurang maka proses diulang dari awal. Bagi rekanan yang memenuhi syarat maka unit departemen yang bersangkutan menyerahkan BQ (Bill of Quantity) kepada rekanan untuk menelaah dan merincinya. Proses selanjutnya, dilakukan rapat penjelasan pekerjaan (Aanwijzing) yang diinformasikan oleh bagian QS (Quantity Suplier) kepada bagian pengadaan apabila pekerjaan perlu penjelasan lebih lanjut atau bila ada perubahan BQ dari pemilik project. Aanwijzing dilakukan untuk menjelaskan lebih detail dan mendiskusikan segala hal yang belum dimengerti oleh rekanan hingga tercapai kesepakatan bersama. Proses aanwijzing dinyatakan selesai dengan adanya
48 penandatanganan BA (Berita Acara) Aanwijzing yang dilakukan oleh Departemen Pengadaan, tim lelang, dan rekanan (kontraktor) yang dianggap telah setuju dengan kegiatan yang akan dilaksanakan (Gambar 16). Pembuatan surat undangan selanjutnya dibuat untuk pelaksanaan Beauty Contest. Beauty Contest merupakan acara yang disajikan dalam bentuk presentasi dari masing-masing rekanan mengenai pemaparan segala kelebihan yang dimiliki rekanan seperti keahlian dan pengalaman dalam bidang yang terkait (Gambar 16). Dalam pelaksanaan Beauty Contest ini kriteria yang akan dinilai meliputi penawaran harga, pengalaman kerja perusahaan, kinerja, finansial, tenaga ahli, metode kerja, alat kerja, dan administrasi. Saat proses Beauty Contest berlangsung, rekanan juga menyerahkan dokumen penawaran (pembukaan Surat Penawaran Harga) dengan sistem 2 sampul (Sampul administrasi dan sampul teknis & harga penawaran). Jika jaminan penawaran tidak ada maka penawaran tidak dibuka. Bagi masing-masing rekanan (kontraktor) akan diadakan joint survey ke lapangan sebelum pembukaan harga. Surat Penawaran Harga (SPH) yang dipersaingkan sudah termasuk Ppn 10% dan pajak-pajak yang berlaku.
Pelaksanaan Aanwijzing
Pelaksanaan Beauty Contest
Gambar 16. Pelaksanaan Proses Tender Pekerjaan Pelaksanaan Beauty Contest ini bertujuan untuk mendapatkan rekanan (kontraktor) yang berkualitas dan kompeten dibidangnya melalui penilaian berdasarkan kriteria-kriteria yang dimiliki rekanan, tidak hanya melihat dari pengajuan harga terendah namun juga memiliki kualitas spesifikasi yang baik demi kelancaran pelaksanaan kegiatan pemeliharaan yang baik di lapang. Proses selanjutnya diadakan evaluasi dokumen SPH (Surat Penawaran Harga) yang dilakukan oleh General Manager, Manager Adminitrasi Keuangan, Kepala Bagian Pengadaan yang sesuai dengan kriteria yang diberlakukan.
49 Dokumen yang sudah dilelang diserahkan kepada QS (Quantity Suplier) untuk proses klarifikasi dan negoisasi SPH dan OE (Owner Estimate), apabila dalam tahap ini calon pemenang pertama tidak setuju, maka dipanggil calon pemenang berikutnya dan dilakukan proses penandatangan sampai tahap Direktur. Kemudian kembali ke pengadaan untuk pembuatan SPK (Surat Perintah Kerja) dan perjanjian kontrak kerjasama. Penandatangan SPK harus Direktur perusahaan menghadap kepada Project Manager (Kepala Divisi). Pembuatan SPK selesai kemudian dilakukan penyerahan SPK kepada kontraktor yang menang (Lampiran 5). Pembuatan kontrak dibuat untuk pengadaan jasa/pemakaian barang dengan jangka waktu minimal 1 (satu) tahun. Dalam proses tender yang diikuti selama magang yaitu perawatan taman dan kebersihan, pengangkutan dan pembuangan sampah, dan nursery Taman Impian dan Properti. Target pelaksanaan kegiatan selama 12 bulan untuk periode 1 Mei 2012 - 30 April 2013. Termin (masa) pembayaran terhadap kontraktor dilakukan 12 kali dalam setahun dan akan dibayarkan dalam setiap bulannya dalam bentuk giro. Kontraktor yang terlibat dalam perawatan taman dan kebersihan kawasan Taman Impian saat ini dapat dikatakan sudah cukup baik dan berpengalaman, dapat dilihat dari hasil pekerjaan yang telah dilaksanakan di lapang dan menjadi pemenang tender pada periode berikutnya. Hal ini membuktikan bahwa pihak pengelola cukup puas dengan hasil pekerjaan selama setahun lalu sehingga kontraktor tersebut mendapatkan kepercayaan untuk perawatan dari masingmasing wilayah pemeliharaan kawasan Taman Impian (Tampan).
4.3.1.3 Administrasi Pengadaan Barang/Jasa Kegiatan yang menyangkut administrasi dalam permintaan barang/jasa untuk keperluan taman merupakan pekerjaan dari bagian umum dan keuangan Departemen Utilitas & Kebersihan. Kepala Seksi taman dan kebersihan Tampan dapat mengajukan permohonan permintaan barang yang ditujukan kepada General Manager yang terlebih dahulu disetujui oleh Kepala Bidang dan Kepala Bagian. Sedangkan penaksiran jenis dan jumlah barang dilakukan oleh masingmasing Kepala Seksi berdasarkan kebutuhan akan barang dan jasa yang ingin
50 diadakan. Pengadaan barang/jasa dilakukan dengan dua cara yakni dengan pembelian barang/jasa secara tunai dan pembelian barang/jasa secara rutin. 1.
Pembelian barang/jasa secara tunai Pemohon mengisi form BPB (Bon Permintaan Barang) dan RPBS
(Rencana Penggunaan Bon Sementara) untuk pengadaan barang/jasa. Kepala Bagian dan Kepala Bidang menelaah BPB dan RPBS yang telah dibuat dan apabila setuju maka dilakukan penandatanganan dan diserahkan kepada Kepala Seksi Keuangan. Kepala Seksi Keuangan mengecek ketersediaan uang kas, apabila tidak tersedia maka dilakukan konfirmasi ke Kepala Seksi taman dan kebersihan Tampan kapan barang akan digunakan dan bagian pengadaan untuk mengadakan barang. Setelah itu melakukan penandatanganan persetujuan oleh Kepala Bagian Keuangan, Manager Umum & Keuangan dan General Manager serta dilakukan pencatatan pemakaian dan sisa anggaran pada RBPS. Kepala Seksi Keuangan menerima BPB dan RPBS yang telah disetujui untuk membuat dan menandatangani Bukti Kas Kecil Sementara (BKKS). Penyerahan uang kepada pemohon dilakukan untuk membeli barang/jasa, setelah itu menerima barang dan faktur pembelian (kuitansi) serta menyerahkan faktur pembelian (kuitansi) dan uang kembalian bila ada pada Kepala Seksi Keuangan. Cara yang dilakukan termasuk kedalam Transaksi Dalam Proses, dimana sebelum pembelian barang/jasa melalui kasbon (permohonan pencairan dana terlebih dahulu).
2.
Pembelian barang/jasa secara rutin Kepala Seksi pemohon mengidentifikasi karakteristik barang/jasa yang
dibutuhkan melalui surat permintaan dari hasil opname. Dalam pemenuhan barang/jasa yang dibutuhkan, Kepala Seksi pemohon membuat BQ (Bill of Quantity) atau
SPP (Surat Permohonan Permintaan) (Lampiran 6 dan 7).
Kemudian dilakukan penyerahan BQ atau SPP kepada Kepala Bagian pemohon untuk meminta persetujuan, yang nantinya akan dilakukan pengecekan anggaran dan spesifikasi barang oleh Kepala Bidang. Persetujuan tersebut dilanjutkan ke penyerahan BQ atau SPP kepada QS (Quantity Supplier) administrasi bidang terkait. Kepala Bagian QS (Quantity Supplier) akan membuat OE (Owner Estimate) dari permintaan barang/jasa. Fungsi OE itu sendiri yaitu sebagai
51 penyeimbang harga. Selanjutnya Kepala Seksi QS menyerahkan berkas BQ/SPP kepada pengadaan dan dilakukan pekerjaan tender pengadaan. Bagian pengadaan mencari beberapa kontraktor/supplier, minimal 3(tiga) kontraktor yang memenuhi syarat sesuai dengan bidang dan keahliannya. Kontraktor membuat Surat Penawaran Harga (SPH) sesuai dengan BQ yang tertera. Apabila 3 (tiga) kontraktor tidak terpenuhi, maka dilakukan penunjukan satu kontraktor dengan membuat Surat Penunjukan Langsung (SPL). SPL dibuat ketika kontraktor tersebut telah terbukti layak dan dipercaya oleh pihak pengelola. Setelah mendapatkan kontraktor dilakukan klarifikasi dan negoisasi hingga mencapai kesepakatan (persetujuan) dari harga. Proses selanjutnya penandatangan SPP oleh Kepala Seksi pemohon, Kepala Bagian, Kepala Bidang dan Kepala Departemen Utilitas & Kebersihan untuk persetujuan anggaran oleh Departemen Treasure (Kebendaharaan TIJA) melihat dari nominal yang akan dikeluarkan. Setelah mendapat persetujuan dari Departemen Treasure, dilakukan pembuatan PO (Purchasing Order) untuk pengadaan barang atau SPK (Surat Perintah Kerja) untuk pekerjaan. Penandatanganan PO/SPK dilakukan oleh Kepala Bidang dan Kepala Departemen. Untuk pekerjaan kontrak, masa waktu proses pembayaran dilakukan setiap bulan dengan membuat Berita Acara pengadaan/pekerjaan yang telah dilakukan. Berita Acara maupun dokumen-dokumen pekerjaan disetujui terlebih dahulu oleh Kepala Bagian Umum & Keuangan dan Kepala Bidang untuk diserahkan kepada Departemen Treasure untuk proses pembayaran.
4.3.2 Sistem Pelaksanaan Pemeliharaan Menurut Sternloff dan Warren (1984), terdapat tiga sistem pelaksanaan pemeliharaan yaitu sistem pemeliharaan unit (Unit Maintenance), sistem pemeliharaan khusus (Specialized Maintenance Crew) dan sistem pemeliharaan dengan kontrak (Maintenance by Contract). Sistem pelaksanaan pemeliharaan yang diterapkan oleh Departemen Utilitas & Kebersihan TIJA yaitu sistem pemeliharaan dengan kontrak (Maintenance by Contract). Sistem seperti ini merupakan sistem yang umum yang biasa dilakukan oleh para pengelola lanskap atau taman dalam skala luasan yang besar. Pelaksanaan pemeliharaan lanskap Tampan diserahkan sepenuhnya kepada pihak kontraktor. Pihak kontraktor
52 menyediakan alat kerja dan tenaga kerja dengan mengkoordinasikan di lapangan tentang alokasi tugas dan jumlah tenaga kerja yang disesuaikan dengan luasan area pemeliharaan. Cakupan pekerjaan yang dilakukan oleh kontraktor telah terdapat pada SOP kerja pemeliharaan taman dan kebersihan Tampan sesuai dengan
masing-masing
pemeliharaan
dengan
wilayah kontraktor
pemeliharaannya. agar
dapat
Digunakannya
memperingan
sistem
pekerjaan
pemeliharaan, mengurangi masalah dalam pengelolaan tenaga kerja pemeliharaan, dan pekerjaan pemeliharaan dapat terlaksana dengan efisien. Namun dalam hal ini perlu pengawasan yang baik dari pihak pengelola Departemen Utilitas & Kebersihan terhadap kinerja kontraktor agar pekerjaan pemeliharaan sesuai dengan SOP kerja pemeliharaan taman dan kebersihan Tampan.
4.3.2.1 Pembagian Wilayah Pemeliharaan Kegiatan pemeliharaan taman dan kebersihan Taman Impian dilakukan oleh tiga pihak, yaitu oleh pihak kontraktor, pihak pelaksana harian (dominan warga sekitar ancol) dan pihak pengelola taman dan kebersihan Departemen Utilitas & Kebersihan. Hal ini bertujuan untuk kerjasama dalam memudahkan pengawasan proses pemeliharaannya. Wilayah pemeliharaan Taman Impian dibagi menjadi 3 (tiga), yaitu Taman Impian (Tampan) Barat, Tampan Timur, dan Pantai Karnaval (Gambar 17). Pembagian wilayah pemeliharaan bertujuan memudahkan untuk melaksanakan kegiatan pekerjaan pemeliharaan sesuai dengan SOP kerja pemeliharan taman dan kebesihan Tampan yang telah ditetapkan. Wilayah Tampan Barat membagi area pelaksanaan pemeliharaan menjadi 4 (empat) zona, wilayah Tampan Timur membagi menjadi 3 (tiga) zona, dan wilayah Pantai Karnaval membagi menjadi 3 (tiga) zona (Tabel 9). Pembagian zona tersebut berdasarkan pada jarak antar lokasi yang berdekatan. Pada masingmasing wilayah pemeliharaan di tangani oleh masing-masing kontraktor. PT Multi Cipta Grahamas bertanggung jawab pada wilayah pemeliharaan Tampan Barat, PT Total Landscape Persada bertanggung jawab pada wilayah pemeliharaan Tampan Timur, dan PT Citra Mutia Mandiri bertanggung jawab pada wilayah pemeliharaan Pantai Karnaval. Masa kontrak pelaksanaan pemeliharaan dalam periode 1 Mei 2011 - 30 April 2012. Pengawasan pemeliharaan dari pihak
53 Departemen Utilitas dan Kebersihan TIJA diawasi langsung oleh 2 (dua) orang Kepala Seksi Taman dan Kebersihan Tampan, yakni Tampan Barat berada dibawah pengawasan Kepala Seksi A, sedangkan Tampan Timur dan Pantai Karnaval berada dibawah pengawasan Kepala Seksi B. Sedangkan dari pihak kontraktor, pengawasan pemeliharaan dilakukan oleh pengawas (mandor). Adanya pembagian zona kerja dan penempatan seorang pengawas pada setiap wilayah pemeliharaan dimaksudkan untuk membantu kelancaran kerja dan mencapai efektivitas yang baik (Arifin dan Arifin 2005). Pembagian zona juga dibuat untuk mempermudah perencanaan dari jadwal pemeliharaan, jumlah dan posisi tenaga kerja pemelihara yang dibutuhkan, rencana anggaran biaya, serta kebutuhan alat dan bahan. Tabel 9. Pembagian Zona pada Tiap Wilayah Pemeliharaan No 1
Wilayah Pemeliharaan Tampan Barat
• • • •
2
Tampan Timur
• •
• •
3
Pantai Karnaval
• • • • •
Zona 1 Depan HailaiGerbang Marina BNI Parkir motor Dufan-sisi parkir Ecopark Pinggir kalipertigaan Pasar Seni Masjid Baiturrahman Gerbang pemadam & pinggir sungai dan posko Gondola & parking bis ex drive in Taman lumbalumba dan Putri Duyung Jalur danau Area Top One Mushola Gong Bende Track sepeda samping Dermaga One
• • • •
Pembagian Zona Zona 2 Zona 3 • Jalur depan Gerbang Marinahalilintar-Putri sisi jalan Dufan Duyung dan Jalur jalan area sekitarnya Pantai Festival • Sisi kiri pagar Panggung Atlantis Festival-bundaran Pantai Indah depan halilintar
• Bandar JakartaMiroso • Kapal pecah • Mc Donald-Laris • Jalur sepatu rodasirkuit
• Beach Pool • Planet basojalur bende
• Segara resto • Jimbaran resto • Lapangan mata elang jalur keluar rukindo
• Police Academy • Shelter bus loket Karnaval • Gerbang Karnaval
Sumber: Departemen Utilitas & Kebersihan TIJA (2012)
Zona 4 • Jalur belakang Atlantis • Pasar Seni dan sekitarnya • Gerbang tengah • Taman burung dan taman patung
Gambar 17. Wilayah Pemeliharaan Taman Impian
54
55 Luasan kawasan TIJA yang terbagi menjadi 3 (tiga) wilayah dengan luas area taman (soft material) dan kebersihan (hard material) yang berbeda-beda sehingga berpengaruh terhadap perencanaan jadwal pemeliharaan, jumlah peralatan pemeliharaan, perhitungan jumlah tenaga kerja, dan anggaran biaya tiap area pemeliharaan. Area kebersihan terdiri dari jalan aspal, pedestrian, parkir, trotoar, plaza, pasir pantai, laut, kali, saluran, batu dan tanggul. Sedangkan area taman terdiri dari lapangan rumput, semak, perdu, pohon pelindung, pohon kelapa. Setiap kontraktor bertanggung jawab atas wilayah pemeliharaan serta tenaga kerjanya sehingga jumlah tenaga kerja pemeliharaan disesuaikan dengan luasan area pemeliharaannya (Tabel 10). Tabel 10. Luasan Area Taman (Soft Material) dan Kebersihan (Hard Material) No
Kontraktor
1
PT Multi Cipta Grahamas PT Total Landscape Persada PT Citra Mutia Mandiri
2
3
Wilayah pemeliharaan
Tampan Barat
Luas Area Taman Kebersihan (soft (hard material) material) (m2) (m2) 113.155 293.528
Luas Total (m2)
Tenaga Kerja (Orang)
406.683
94
Tampan Timur
38.555
333.995
372.550
96
Pantai Karnaval
49.360
100.617
149.977
32
Sumber: Departemen Utilitas & Kebersihan TIJA (2012)
Menurut Carpenter et.al (1975), kawasan rekreasi TIJA memiliki tingkat kesulitan yang tinggi dalam pelaksanaan pemeliharaan karena lanskap yang membentuknya bervariasi. Penggunaan beragam jenis tanaman seperti tanaman penutup tanah, semak, perdu, palem, dan pohon dapat dikategorikan dalam tingkat kesulitan yang tinggi, sedangkan area alami berupa pantai dan laut dikategorikan dalam tingkat kesulitan yang rendah. Hal ini berpengaruh pada pembagian tenaga kerja di setiap wilayah pemeliharaan yang disesuaikan dengan tingkat pemeliharaannya.
4.3.2.2 Waktu kerja dan jadwal pemeliharaan Pelaksanaan pemeliharaan dilakukan secara rutin setiap hari termasuk hari libur nasional. Pengaturan waktu kerja dan pengalokasian tenaga kerja yang tepat
56 dapat membantu tercapainya target pemeliharaan. Waktu kerja kegiatan pemeliharaan Taman Impian yang telah ditetapkan oleh pihak pengelola dimulai dari jam 05.00-21.00 WIB yang diatur dengan sistem shift atau pergantian waktu. Waktu bekerja setiap harinya sebanyak 8 jam untuk tiap tenaga kerja atau disesuaikan dengan kondisi di lapang. Waktu kerja kegiatan pemeliharaan kebersihan dilakukan dengan sistem 2 shift, yakni shift 1 dimulai pada pukul 05.00-13.00 WIB dengan waktu istirahat pukul 08.00-09.00 WIB, lalu dilanjutkan dengan shift 2 dimulai pada pukul 13.00-21.00 WIB dengan waktu istirahat pukul 17.30-18.30 WIB. Sedangkan waktu kerja kegiatan pemeliharaan taman dimulai pada pukul 06.00-15.00 WIB dengan waktu istirahat pukul 12.00-13.00 WIB. Hari kerja tenaga pemeliharaan selama 6 hari dalam seminggu dan diberikan waktu libur 1 kali dalam seminggu. Waktu libur masing-masing tenaga kerja berbedabeda karena telah dipertimbangkan terlebih dahulu oleh tim pengawas, jika ada kekosongan dari unit pekerjaan maka pekerja lain dapat menggantikannya. Hal ini bertujuan agar tenaga kerja akan dapat saling melengkapi (mengisi) sehingga keadaan kawasan rekreasi tidak terlantar dan dapat ditangani. Bagi kontraktor Tampan Barat dan Tampan Timur memiliki 4 pengawas (mandor) yakni 2 pengawas utama dan 2 pengawas cadangan, sedangkan untuk kontraktor Pantai Karnaval memiliki 2 pengawas (mandor). Waktu kerja pengawas utama diatur dengan sistem shift atau pergantian waktu, shift 1 dimulai pada pukul 05.00-13.00 WIB sedangkan shift 2 dimulai pada pukul 14.00-21.00 WIB. Dengan waktu kerja tersebut, pengawas diharapkan datang sebelum tenaga kerja pemeliharaan bekerja dan pulang setelah semua tenaga kerja pemeliharaan selesai bekerja. Waktu libur pegawas berbeda-beda, apabila pengawas sedang dalam masa libur maka untuk pengawasan di lapang digantikan oleh pengawas cadangan. Pengisian absen untuk tenaga kerja pemeliharaan dilakukan secara manual oleh masing-masing kontraktor dengan mengutus pengawas untuk berkeliling wilayah pemeliharaan dengan sistem pencatatan di lapang sekaligus mengawasi pekerjaan pemeliharaan. Pada pengamatan di lapang sering ditemukan keterlambatan kembali bekerja setelah istirahat. Hal ini dapat membuat waktu kerja yang tidak efektif atau pengurangan waktu kerja yang diakibatkan oleh kelalaian dari tenaga kerja, namun pelaksanaan pemeliharaan masih dapat berjalan
57 dengan lancar. Agar kegiatan pekerjaan pemeliharaan yang dilakukan oleh tenaga kerja berjalan dengan baik dan mecapai hasil yang optimal maka diperlukan pengawasan yang intensif oleh pengawas lapang terhadap tenaga kerja, komunikasi yang baik antara pengawas lapang dengan tenaga kerja seperti dengan memberi motivasi serta membagi ilmu pengetahuan tentang cara pemeliharaan yang baik di saat pekerja melakukan pekerjaan pemeliharaan. Salah satu langkah awal yang baik dalam merencanakan suatu pelaksanaan pekerjaan taman untuk dapat mencapai hasil yang lebih optimal maka diperlukan penyusunan jadwal pemeliharaan. Seluruh kegiatan pemeliharaan di lapang harus mengacu pada jadwal pemeliharaan yang telah ditetapkan oleh Bagian Taman dan Kebersihan Taman Impian (Tampan) yang tertera dalam SOP kerja pemeliharaan untuk menentukan standar penampilan dan pedoman perilaku kerja pertamanan. Menurut Arifin dan Arifin (2005) penyusunan jadwal pemeliharaan adalah sebuah keputusan mengenai waktu dan pekerjaan yang harus dilakukan sehingga pengelolaan dan pemeliharaan taman dapat berjalan dengan baik. Jenis pekerjaan pemeliharaan yang dijadwalkan adalah pemeliharaan soft material dan hard material. Terdapat ketidaksesuaian kegiatan pemeliharaan yang dilakukan di lapang dengan jadwal pemeliharaan yang telah ditetapkan. Contohnya pekerjaan pengendalian hama dan penyakit tanaman harusnya dilakukan setiap 1 kali dalam 2 minggu, namun kenyataannya kegiatan ini bersifat insidental yang dilakukan apabila terjadi serangan pada tanaman. Hal ini dapat disebabkan oleh kurangnya rasa tanggung jawab dan tingkat disiplin dari pekerja, serta akibat cuaca dan iklim yang tidak menentu. Perbedaan antara jadwal frekuensi pemeliharaan taman dan kebersihan Tampan berdasarkan SOP kerja pemeliharaan dan jadwal frekuensi pemeliharaan di lapang dapat dilihat pada Tabel 11. Kontraktor menyusun jadwal pemeliharaan didasarkan pada implementasi di lapang dan setiap bulannya membuat laporan untuk diberikan kepada pihak pengelola. Jadwal pemeliharaan yang telah disusun kurang dikomunikasikan secara jelas oleh kontraktor kepada tenaga kerja pemeliharaan. Namun pada kenyataan di lapang masing-masing tenaga kerja sudah berpengalaman dalam melakukan pekerjaan pemeliharaan yang sama dalam beberapa tahun sehingga secara tidak langsung sudah mengetahui frekuensi pemeliharaan dan sudah
58 memiliki target dalam menyelesaikan setiap pekerjaan. Untuk itu, dalam penyusunan jadwal pemeliharaan kontraktor harus didasarkan pada kebijakan dan prioritas yang benar serta penyampaian informasi yang jelas sehingga membuat pekerja dapat bekerja lebih disiplin dan terarah.
Tabel 11. Jadwal Frekuensi Kegiatan Pemeliharaan Taman Impian (Tampan) No
Kegiatan pemeliharaan
1 2
Penyiraman Pemangkasan a. Rumput b. Semak, border, tanaman pergola, rambat c. Pohon dan perdu d. Pelepah dan buah kelapa Pendangiran dan penyetikan Pemupukan Pengendalian hama dan penyakit Peyulaman Pengangkutan sampah Pembersihan jalan
3 4 5 6 7 8
Frekuensi pemeliharaan SOP kerja Pemeliharaan1 Pengamatan2 Harian Harian Mingguan 2 Mingguan
Mingguan Bulanan
Bulanan 2 Mingguan Mingguan 3 Bulanan 2 Mingguan Insidental Harian Harian
Insidental Mingguan Harian Insidental Insidental Insidental Harian Harian
Sumber: 1. Departemen Utilitas & Kebersihan TIJA (2012) 2. Pengamatan Lapang (2012)
4.3.3 Pengelolaan Tenaga Kerja Pemeliharaan 4.3.3.1 Tenaga Kerja Tenaga kerja merupakan faktor yang berpengaruh dalam pelaksanaan pekerjaan pemeliharaan. Tenaga kerja terbagi menjadi 2 (dua) yaitu tenaga kerja yang berasal dari pihak TIJA dan tenaga kerja yang berasal dari kontraktor. Tenaga kerja yang berasal dari TIJA terdiri dari General Manager, Kepala Bidang, Kepala Bagian, Kepala Seksi, dan para staf. Sedangkan tenaga kerja dari kontraktor merupakan tenaga kerja harian pelaksanaan pemeliharaan di lapang yang pada umumnya berasal dari warga sekitar Ancol. Tenaga kerja bertanggung jawab atas jalannya pelaksanaan pemeliharaan yang berasal dari pihak kontraktor. Penggunaan tenaga kerja pelaksana biasanya tetap mengikuti tahun-tahun sebelumya, karena sudah dianggap berpengalaman pada pekerjaan tertentu selama beberapa tahun. Bekerja berdasarkan pengalaman tersebut berguna untuk meningkatkan penguasaan terhadap pekerjaan yang menjadi tanggungjawabnya sehingga diharapkan akan mencapai efektivitas kerja yang lebih baik. Namun,
59 keputusan penggunaan tenaga kerja harian tergantung kebijakan dari kontraktor masing-masing, biasanya hanya terjadi pemindahan posisi tenaga kerja pada tiap zona di wilayah pemeliharaan. Hal yang perlu diperhatikan kontraktor apabila terjadi penggantian tenaga kerja seperti tenaga ahli, pengawas, supir, dan pelaksana maka kontraktor wajib melaporkan tenaga kerja yang digantikan berikut penggantinya (melampirkan foto dan fotocopy KTP) kepada pihak pengelola. Demikian pula dengan tenaga kerja yang tidak dapat hadir akibat sakit dan cuti harus menginformasikan kepada pengawas (mandor) dan pengawas staf, sehingga dapat langsung segera mencarikan penggantinya. Penempatan tenaga kerja pelaksana di wilayah pemeliharaan dilakukan oleh pengawas lapang (mandor) yang berkoordinasi terlebih dahulu dengan pihak pengelola. Setiap kontraktor memiliki seorang tenaga ahli yang memiliki kemampuan khusus dibidang perawatan taman dan mampu mengatasi masalah serta mampu mengambil keputusan langsung di lapangan. Tenaga ahli dalam hal ini harus memiliki sertifikasi keahlian di bidang lanskap. Pada masing-masing kontraktor memiliki jumlah tenaga kerja yang berbeda. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 12. Tabel 12. Jumlah Tenaga Kerja Pemeliharaan Taman dan Kebersihan Tampan No
Tugas Pemeliharaan
1 2 3
Tenaga ahli Pengawas Pekerja perawatan taman dan kebersihan Pekerja pangkas rumput Operator penyiraman Operator pengangkutan sampah Tenaga nursery Total
4 5 6 7
Jumlah tenaga kerja (orang) Tampan Barat Tampan Timur Pantai Karnaval 1 1 1 4 4 2 71 73 20 3 6 6
3 6 6
3 2 2
3 94
3 96
2 32
Sistem kerja pelaksana pada umumnya telah dibagi sesuai dengan jenis pekerjaannya. Namun pekerjaan yang di lapang tidak semuanya rutin dilaksanakan, sehingga tenaga kerja disesuaikan dengan kebutuhan di lapang. Misalnya pekerjaan penyemprotan hama dilakukan apabila terjadi serangan hama dan penyakit pada tanaman di lapang dan pekerjaan penyiraman yang tidak dilakukan pada musim hujan. Sementara tidak ada kegiatan penyemprotan hama
60 penyakit dan penyiraman, pekerja tersebut dialihkan pada pekerjaan penyapuan atau pengeringan jalan sesuai dengan kebutuhan tenaga kerja di lapang. Pembagian tugas yang tidak tetap dan kurang sesuai dengan keahliannya membuat pekerja tidak fokus terhadap tugasnya sehingga dapat berpengaruh terhadap kinerja yang dihasilkan. Untuk meningkatkan kinerja para pekerja tersebut, perlu adanya motivasi kerja. Menurut Herujito (2001) motivasi merupakan dorongan, hasrat, bahkan kebutuhan, karena hal tersebut merupakan latar belakang yang melandasi kelakuan manusia. Pada kawasan rekreasi TIJA tenaga kerja lapang merupakan tenaga kerja harian. Pembayaran gaji tenaga kerja dilakukan pada akhir bulan. Gaji tenaga kerja pemeliharaan disesuaikan dengan UMR (Upah Minimum Ratarata) pada tahun tersebut. Pemberian gaji yang tepat waktu sangat menjadi motivasi para tenaga kerja dalam bekerja. Hal ini terbukti di lapang ketika salah satu dari kontraktor yang memberikan gaji telat sehingga menyebabkan kinerja tenaga kerja pemelihara menjadi menurun dan efek malas-malasan timbul. Hal ini harus diperhatikan karena akan sangat berpengaruh terhadap hasil kerja dari kegiatan pelaksanaan pemeliharaan.
4.3.3.2 Kesejahteraan dan Keselamatan Kerja Kontraktor bertanggung jawab atas segala sesuatu yang berkaitan dengan akibat yang timbul oleh tenaga kerja. Dalam hal ini keselamatan kerja penting untuk menjadi perhatian bagi setiap kontraktor dengan menyediakan peralatan penunjang keselamatan kerja. Peralatan penunjang keselamatan kerja hendaknya berfungsi dengan baik untuk meminimalisir terjadinya kecelakaan maupun dapat mencegah cidera akibat perilaku pekerja dalam melaksanakan pekerjaannya. Selain berfungsi memberikan keselamatan, peralatan keselamatan sebaiknya memberikan kenyamanan juga saat digunakan dalam melaksanakan pekerjaan oleh tenaga kerja. Peralatan penunjang keselamatan kerja meliputi sarung tangan, masker penutup dan kacamata, sepatu boots, serta sabuk pengaman (safety belt). Sarung tangan diberikan kepada seluruh tenaga kerja pemeliharaan, namun tidak semua mengenakannya dengan alasan faktor ketidaknyamanan ketika melaksanakan
61 pekerjaan tertentu. Terlihat di lapang, salah satu tenaga kerja yang mengenakan sarung tangan yakni tenaga kerja penyiangan dan pendangiran yang tujuannya untuk melindungi tangan dari bahaya terkena kape dan terluka oleh duri tanaman atau gulma pada saat pencabutan. Masker penutup dan kacamata diberikan kepada tenaga penyemprotan hama dan penyakit tanaman serta tenaga kerja pemangkas rumput. Penggunaan keselamatan kerja bagi tenaga kerja penyemprotan hama dan penyakit bertujuan untuk melindungi diri dari bahaya keracunan yang mungkin terjadi dan diberikan susu untuk menetralisir apabila racun masuk ke tubuh. Sedangkan penggunaan keselamatan kerja bagi tenaga kerja pemangkas rumput bertujuan untuk melindungi diri dari berbagai benda yang berbahaya terlempar ketika terkena mesin pangkas. Sepatu boots diberikan kepada seluruh tenaga kerja pemeliharaan, namun tidak semua tenaga kerja menggunakan sepatu boots karena faktor ketidakyamanan ketika melaksanakan pekerjaan membuat ruang gerak menjadi terbatas. Sabuk pengaman (safety belt) ini merupakan keselamatan kerja yang sangat penting untuk diberikan kepada tenaga kerja pemangkasan pohon. Pepohonan yang berada di kawasan TIJA termasuk dalam kriteria pohon tinggi. Pemangkasan pohon biasanya dilakukan dengan memanjat pohon dalam pemangkasan pohon peneduh, pemangkasan pelepah kering dan buah kelapa, serta pohon jenis palem. Pada pengamatan di lapang, sabuk pengaman (safety belt) tidak digunakan oleh sebagian besar tenaga kerja saat memanjat pohon karena alasan tidak nyaman dalam menggunakan saat melaksanakan pekerjaan dan pekerjaan ini sudah biasa dilakukan sehingga menurut pekerja ini tidak terlalu penting. Hal ini diperlukan perhatian dari pengawas (mandor) untuk mengarahkan dan peningkatan kedisiplinan dari tenaga kerja untuk menghindari terjadinya kecelakaan akibat dari perilaku tenaga kerja itu sendiri. Hal yang perlu dilakukan sebelum memulai semua pekerjaan pemeliharaan di lapang hendaknya pengawas lapangan melakukan briefing yang tujuannya untuk menjelaskan sistem pemeliharaan dengan jelas dan benar, mengarahkan tenaga kerja dalam kedisiplinan yang harus dilakukan pada saat pelaksanaan pekerjaan pemeliharaan berlangsung. Sehingga dengan itu diharapkan tercapainya pemeliharaan yang optimal dan keselamatan tenaga kerja terjamin. Keselamatan kerja ini didukung dengan adanya kesejahteraan yang diberikan oleh pihak
62 kontraktor dalam bentuk jaminan yaitu jaminan kesehatan sebesar 6 %, jaminan kecelakaan sebesar 0,89 %, jaminan kematian sebesar 0,3 %, dan jaminan hari tua sebesar 3,7 % (2 % ditanggung oleh tenaga kerja). Jaminan yang diberikan oleh kontraktor kepada tenaga kerja merupakan bentuk perhatian yang sangat bertanggung jawab atas segala sesuatu yang berkaitan dengan ketenagakerjaan. 4.3.3.3 Koordinasi antara Pengelola dan Kontraktor Menurut Arifin dan Arifin (2005), seorang kontraktor taman harus berhubungan dan berkomunikasi secara langsung dengan pihak pengelola baik sebelum penawaran kontrak atau sesudahnya. Koordinasi dalam pemeliharaan lanskap sangat perlu mengingat pencapaian target dari standar pemeliharaan harus terlaksana dengan optimal. Koordinasi antara pihak pengelola dan kontraktor Taman Impian terjalin cukup baik. Namun perlu adanya peningkatan terhadap tanggung jawab yang telah diberikan dari masing-masing tugasnya. Koordinasi antara pengelola dengan kontraktor dalam kegiatan pemeliharaan dapat terlihat pada Gambar 18.
63 Pihak pengelola Tampan (Departemen Utilitas & Kebersihan TIJA) Kepala Departemen Utilitas & Kebersihan TIJA 1 Kepala Bidang Pemelihaaan, Kebersihan Taman dan Sipil Properti 2 Kepala Bagian Taman & Kebersihan Tampan 3 Kepala Seksi Taman & Kebersihan Tampan (Pengawas Staf)
4
Pelaksana Proyek Pemeliharaan (Pihak Kontraktor) Direktur Utama Kontraktor
8
5 Penanggung Jawab Proyek 6 Tenaga Ahli Lanskap
Administrasi Proyek
Pengawas Lapang (Mandor) 7 Tenaga Kerja
Gambar 18. Koordinasi antara Pengelola dan Kontraktor
Keterangan gambar dari koordinasi antara pengelola dan kontraktor sebagai berikut: 1. Kepala Departemen (General Manager) memberikan SPK pemeliharan taman dan kebersihan dan segala hal mengenai standar penampilan di lapang kepada Kepala Bidang (Manager); 2. Kepala Bidang (Manager) memberikan arahan kepada Kepala Bagian mengenai jadwal kegiatan pekerjaan pemeliharaan yang sudah tertera dalam SOP kerja pemeliharaan taman dan kebersihan;
64 3. Kepala Bagian memberikan wewenang kepada Kepala Seksi untuk menangani permasalahan di lapang dengan melakukan pengawasan dari setiap wilayah pemeliharaaan yang menjadi tanggung jawabnya; 4. Pihak Departemen Utilitas dan Kebersihan berkoordinasi dengan pihak kontraktor dengan melakukan rapat untuk mengevaluasi kinerja pekerjaan pemeliharaan taman dan kebersihan kawasan rekreasi; 5. Direktur memberikan wewenang sepenuhnya kepada penanggung jawab proyek dalam pengurusan pekerjaan proyek yang sedang dijalani dalam segala bentuk pelaporannya; 6. Penanggung jawab proyek memberikan pengarahan kepada pengawas lapang tentang pelaksanaan pekerjaan di lapang. Pengawas harus berkoordinasi dan melaporkan dalam hal tenaga kerja di lapang, kebutuhan alat dan bahan, serta permasalahan yang terdapat di lapang. Pengawas memberikan informasi tentang kondisi lanskap yang membutuhkan kegiatan peningkatan kualitas visual
maupun
pemulihan
kondisi
kepada tenaga ahli
agar
dapat
ditindaklanjuti. Penanggung jawab proyek memberikan tugas kepada administrasi proyek dalam pemyusunan pelaporan (berita acara); 7. Pengawas lapang memantau tenaga kerja selama proses pelaksanaan pekerjaan pemeliharaan berlangsung. Pengawas juga memberikan pengarahan langsung terhadap apa yang di kerjakan dan membantu dalam menyiapkan peralatan dan bahan yang dibutuhkan oleh tenaga kerja. Pendekatan sosial antara pengawas lapang dengan tenaga kerja dibutuhkan agar terjalin hubungan yang baik sehingga berdampak kepada lancarnya pelaksanaan kerja; 8. Koordinasi dalam penanganan segala permasalahan yang terdapat di lapang mengenai kondisi lanskap kawasan rekreasi seperti dalam hal mengatasi segala protes yang dilakukan dari atasan maupun pengaduan pengunjung kawasan rekreasi.
4.3.4 Pengelolan Peralatan dan Bahan Pemeliharaan Keberhasilan dalam pengelolaan pemeliharaan dapat ditunjang dengan peralatan dan bahan pemeliharaan yang memadai untuk pencapaian hasil kerja yang bersih dan indah pada kawasan rekreasi. Penyediaan dan perawatan alat dan
65 bahan menjadi tanggung jawab dari kontraktor. Sesuai dengan BQ (Bill of Quantity), bahan yang disediakan oleh kontraktor meliputi bensin, oli, dan solar. Sedangkan bahan pemeliharaan seperti pupuk, zat perangsang akar (rootone), pestisida, herbisida, furadan, dan fungisida disediakan oleh pihak pengelola Tampan. Pengadaan bahan dari pihak pengelola dilakukan secara insidental yaitu disediakan ketika pekerjaan pemeliharaan di lapang membutuhkannya. Hal ini dapat mempengaruhi waktu pelaksanaan pekerjaan pemeliharaan menjadi terhambat akibat menunggu tersedianya bahan pemeliharaan tersebut. Untuk alatalat pemeliharaan disediakan sepenuhnya oleh kontraktor (Tabel 13). Untuk penyimpanan alat dan bahan pemeliharaan disediakan gudang di area pembibitan (nursery). Namun alat-alat seperti cukilan dan kape dibawa pulang oleh tenaga kerja setelah pekerjaan pemeliharaan selesai, tujuannya menghemat waktu pengambilan alat ke gudang untuk melakukan pekerjaan esok harinya. Hal ini telah disetujui oleh pengawas dan memberi penekanan tanggung jawab terhadap tenaga kerja apabila alat tersebut hilang. Kegiatan pengelolaan yang baik terhadap alat dan bahan harus dilakukan seperti melakukan penyimpanan yang benar, pembersihan dan pengeringan sehingga dapat bertahan lama dalam penggunaannya. Menurut pengamatan di lapang, alat-alat yang digunakan setelah pekerjaan pemeliharaan tidak semua membersihkan dengan cara dicuci. Untuk alat sprayer (penyemprot hama dan penyakit) dilakukan pencucian untuk menghindari terjadinya kontaminasi dengan bahan yang sebelumnya digunakan. Namun untuk alat-alat lainnya seperti kape, cukilan, cangkul, dan kored hanya dibersihkan dari kotoran tanah yang menempel tanpa melakukan pencucian, hal ini dapat menyebabkan karat dan tanpa sadar penyakit atau biji gulma yang menempel pada alat tersebut dapat menyebar ke area taman hingga menyebabkan kerusakan kecil pada taman. Menurut Arifin dan Arifin (2005), agar peralatan menjadi awet maka setelah penggunaan hendaknya segera dibersihkan, dicuci, dan di lap atau dikeringkan, kemudian disimpan dengan rapi dalam gudang peralatan. Hal ini perlu diperhatikan oleh kontraktor untuk menjaga keawetan dari peralatan pemeliharaan. Pembersihan peralatan ini mampu menjaga lamanya tingkat efektivitas penggunaan alat pemeliharaan.
66 Tabel 13. Daftar Peralatan Pemeliharaan No
Peralatan Pemeliharaan I
Wilayah Pemeliharaan II III
Satuan
A Peralatan Kebersihan 1 Sapu lidi + gagang 1200 1450 550 Buah 2 Pengki plastik 8 8 4 Buah 3 Cangkrang 15 15 5 Buah 4 Sekop sampah 40 40 15 Buah 5 Dorongan karet untuk air 10 20 10 Buah 6 Kantong plastik sampah 600 600 300 Kg 7 Garukan pasir 10 15 5 Buah B Peralatan Taman 1 Mobil tangki Penyiraman 2 2 1 Unit 2 Truck sampah ¾ 1 1 1 Unit 3 Gerobak sampah&taman 2 4 1 Unit 4 Mesin potong rumput 2 5 5 Unit 5 Mesin sprayer 1 1 1 Unit 6 Mesin Chainsaw 1 1 1 Unit 7 Gergaji tangan 3 8 3 Buah 8 Gunting taman 12 5 2 Buah 9 Gunting tarik 1 3 1 Buah 10 Cangkul 10 10 5 Buah 11 Golok 2 12 5 Buah 12 Gatul 10 10 5 Buah 13 Cukilan 20 20 10 Buah 14 Selang penyiraman 30 60 20 Meter 15 Kape 35 40 20 Buah 16 Arit 6 7 4 Buah Sumber: Departemen Utilitas & Kebersihan TIJA (2012) dan Pengamatan Lapang (2012) Keterangan: Total peralatan untuk jangka waktu 12 Bulan (1 Tahun) I : Taman Impian Barat II : Taman Impian Timur III : Karnaval
Alat bantu yang digunakan untuk kegiatan pemeliharaan di kawasan Taman Impian (Tampan) sebagian besar masih menggunakan alat-alat tradisional yang harus dijalankan oleh tenaga kerja. Pada saat akhir magang dapat berkesempatan mengikuti rapat pembuatan BQ (Bill of Quantity) perawatan taman dan kebersihan periode 1 Mei 2012 - 30 April 2013 yang rencananya akan menggunakan mesin sweeper dalam pembersihan area seperti penyapuan, pembersihan genangan air, dan pembersihan noda-noda di jalan. Mesin sweeper diharapkan dapat mengurangi tenaga kerja penyapuan secara manual dan meningkatkan efektifitas dan efisiensi dalam pelaksanaan pemeliharaan. Selain itu untuk menghemat anggaran biaya pemeliharaan dari segi pembayaran gaji pada tiap tenaga kerja penyapuan. Pertimbangan lainnya yaitu meski harga mesin ini mahal namun dapat digunakan untuk jangka waktu yang lama. Cara penggunaan mesin sweeper perlu diperhatikan dan sebaiknya dilakukan oleh tenaga kerja yang
67 sudah paham tentang cara pemakaiannya serta memerlukan perawatan yang benar dan teratur. Peralatan yang digunakan untuk kegiatan pemeliharaan sudah dalam jumlah yang cukup sehingga kegiatan pemeliharaan dapat terus berjalan. Pada setiap peralatan pemeliharaan memiliki masa efektif yang harus diperhatikan agar dapat digunakan secara optimal. Sebelum masa efektif peralatan pemeliharaan habis, sebaiknya peralatan tersebut sudah diganti agar tidak membahayakan tenaga kerja dan tidak menghambat pelaksanaan pekerjaan pemeliharaan. Peralatan dan bahan seharusnya selalu tersedia dalam kondisi yang baik sesuai dengan masa efektif penggunaannya (Tabel 14). Namun penentuan masa aktif dapat berdasarkan pengalaman pada saat penggunaan alat di waktu-waktu sebelumnya. Hal ini tidak terlalu berpengaruh terhadap pelaksanaan pemeliharaan dan seluruh kegiatan pemeliharaan dapat dilaksanakan dengan baik pada kawasan rekreasi Taman Impian. Tabel 14. Masa Efektif Penggunaan Peralatan No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
Jenis Peralatan Mobil tangki air Truk pengangkut sampah Gerobak sampah Mesin pemotong rumput gendong Alat-alat penyemprot (spayer) Seragam operator pemelihara taman Cangkul dan garpu tanah Sekop Kape Gunting pangkas Sapu lidi Kored Golok, arit, dan parang
Masa Efektif 4 tahun 5 tahun 1 tahun 3 tahun 3 tahun 6 bulan 6 bulan 6 bulan 2 bulan 6 bulan 1 bulan 6 bulan 6 bulan
Sumber: Arifin dan Arifin (2005)
4.3.5 Kegiatan Pemeliharaan Pemeliharaan merupakan kegiatan yang tujuannya merawat dan menjaga suatu lanskap atau taman beserta elemen lanskap dan fasilitasnya. Dalam pemeliharaan lanskap terdapat dua jenis pemeliharaan yaitu pemeliharaan ideal dan pemeliharaan fisik.
68 4.3.5.1 Pemeliharaan ideal Pemeliharaan ideal adalah pemeliharaan yang sesuai dengan tujuan dan fungsi semula yang telah direncanakan serta terdapat evaluasi. Pemeliharan ideal yang dilakukan di Taman Impian yaitu untuk mempertahankan keutuhan desain dan perencanaan awal sebagai kawasan rekreasi dengan kualitas lanskap yang tinggi demi mencapai lanskap yang berkelanjutan dan dapat dinikmati di masa mendatang. Pemeliharaan ideal yang dilakukan diwujudkan melalui pemeliharaan fisik yaitu pemeliharaan keseluruhan area meliputi soft material (tanaman) dan hard material agar sesuai dengan tujuan dan fungsi semula. Menurut Arifin dan Arifin (2005), pemeliharaan ideal akan berjalan baik bila didukung oleh upayaupaya sebagai berikut: a) perencanaan dan perancangan taman dengan pola yang sederhana sehingga memudahkan pemeliharaan fisik; b) penggunaan elemen taman, baik elemen keras maupun elemen tanaman, hendaknya tidak sulit dicari agar tidak menyulitkan dalam penggantian dan penyulaman tanaman; c) pemilihan sistem struktur yang kuat dan awet serta pemilihan bahan perkerasan yang sesuai; d) pembuatan pola sirkulasi yang jelas dan rasional sehingga alur kegiatan di dalam taman selalu lancar; e) perlengkapan taman yang memadai meliputi jaringan utilitas yang direncanakan dengan baik sehingga tidak terjadi bongkar pasang pada permukaan taman.
Upaya pemeliharaan ideal tersebut telah dilakukan oleh pihak pengelola Taman Impian seperti tersedianya pembibitan (nursery) untuk mengganti atau menyulam tanaman, pola desain yang sederhana sehingga mudah untuk dipelihara, pola sirkulasi yang jelas sehingga memudahkan pengunjung mencapai suatu tujuan, material perkerasan yang kuat dan awet, serta perencaaan jaringan utilitas dibawah tanah telah dilakukan demi keamanan pengunjung dan estetika.
69 4.3.5.2 Pemeliharaan fisik Pemeliharaan fisik adalah pemeliharaan terhadap elemen keras (hard material) dan elemen lunak (soft material). Elemen keras (hard material) meliputi Pembersihan area darat dan pembersihan area laut. Pemeliharaan fisik terhadap tanaman (soft material) meliputi penyiraman, penyetikan dan pendangiran, pemangkasan, pemupukan, penyulaman, pengendalian hama dan penyakit. Pemeliharaan terhadap tanaman bertujuan agar tanaman dapat berkembang dan mendapatkan kebutuhan hara yang optimal. Konsep pemeliharaan fisik merupakan pemeliharaan lanskap atau taman untuk mengimbangi pemeliharaan secara ideal untuk menjaga keindahan, keasrian, kenyamanan, dan keamanan taman (Arifin dan Arifin 2005).
A. Pembersihan 1. Pembersihan Area Darat Kebersihan merupakan suatu hal yang penting dalam pengelolaan dan pemeliharaan lanskap untuk menciptakan rasa nyaman bagi pengguna lanskap. Kegiatan pembersihan area darat yang dilakukan oleh tenaga kerja pemelihara yaitu penyapuan dan pencucian jalan. Penyapuan dilakukan pada area jalan, halaman, hamparan rumput, dan promenade yang dilakukan secara rutin setiap hari (Gambar 19). Sedangkan pencucian jalan dilakukan secara insidental. Kegiatan penyapuan dilakukan bersamaan dengan pembersihan lubang-lubang selokan (saluran air) dengan mengambil sampah-sampah yang masuk kedalamnya agar tidak terjadi penyumbatan ketika hujan turun. Ketika hari hujan tenaga kerja kegiatan penyapuan dialihkan menjadi kegiatan pengeringan air yang tergenang di jalan. Pembersihan jalan setapak (pedestrian track) kerap kali dilakukan apabila sudah terdapat banyak rumput liar dan lumut di sela-sela jalan setapak. Pembersihan jalan setapak menggunakan alat seperti kape. Kegiatan penyapuan merupakan upaya dalam menjaga kebersihan lingkungan yang dilakukan terhadap sampah organik (dedaunan) dan anorganik (plastik). Peralatan yang digunakan saat penyapuan seperti sapu lidi dan pengki. Penggunaan sapu lidi diberbagai area seperti jalan, rumput, dan pasir memiliki bentuk dan tektur yang berbeda. Hal ini dibuat menyesuaikan teknik pengambilan
70 dari sampah tersebut agar pengerjaannya lebih cepat dan bersih secara optimal. Sampah hasil dari penyapuan semuanya masuk ke dalam tempat sampah yang berada paling dekat dari lokasi penyapuan. Disamping itu, kegiatan kebersihan juga dapat menunjang lingkungan yang sehat dan bebas dari penyakit. Sebagai contoh
di
lapang,
tenaga
kerja
pemelihara
memiliki
jadwal
fogging
(penyemprotan nyamuk) yang dilakukan dua kali dalam sebulan. Hal ini tentu bertujuan untuk memberikan kenyamanan pengunjung dan menghindari terjangkitnya penyakit yang mungkin akan diderita pengunjung akibat serangan nyamuk dan serangga berbahaya lainnya. Fogging dilakukan pada pagi hari pukul 05.00 WIB untuk mengantisipasi kedatangan dari pengunjung.
Penyapuan jalan
Pengeringan jalan (genangan air)
Penyapuan hamparan rumput
Pembersihan jalan setapak
Gambar 19. Penanganan Pembersihan Area Darat Dalam SOP kerja pemeliharaan taman dan kebersihan, pembersihan terhadap sarana umum seperti shelter, pos keamanan, pos parkir, pos telepon, pos penerangan, papan reklame dan rambu-rambu harus dilakukan. Namun, pada kenyataannya pembersihan terhadap sarana umum kurang diperhatikan oleh tenaga kerja pemelihara sehingga pengerjaannya tidak menentu. Pembersihan terhadap sarana umum dilakukan apabila sarana tersebut sudah terlihat sangat
71 kotor dan pengerjaannya dilakukan bersamaan dengan kegiatan pembersihan jalan.
2. Pembersihan Area Laut Pembersihan area laut termasuk juga pembersihan terhadap kanal dan kali (Gambar 20). Pembersihan area laut mencakup pembersihan tanggul/batu pantai, area pantai, dan badan air radius 10 meter dari tanggul yang merupakan tanggung jawab dari pihak kontraktor. Peralatan yang digunakan pembersihan area laut yaitu sapu lidi, pengki, sekop, serok jala, dan gerobak sampah dorong untuk pengangkutan menuju tempat pembuangan sementara. Pada saat musim angin barat (bulan Januari s.d Maret) arah angin menuju ke arah TIJA sehingga sampah terbawa ke laut dan pantai TIJA. Alat bantu untuk pembersihan sampah di laut yaitu dengan penggunaan perahu kecil sehingga sampah-sampah yang tidak dapat dijangkau oleh sekop jala dari tanggul dapat teratasi.
Penyapuan pasir pantai
Pembersihan sampah laut
Pembersihan dengan perahu
Pembersihan sampah kali
Gambar 20. Penanganan Pembersihan Area Laut Pada kawasan rekreasi TIJA terdapat kali dan kanal yang berlokasi di Pintu Gerbang Barat dan Pintu Gerbang Timur. Tepian kali adalah area lahan pada
72 kedua sisi sepanjang palung sungai, dihitung dari tepi sampai dengan kaki tanggul sebelah dalam. Pembersihan kali dan kanal yang dilakukan dengan mengambil sampah dan kotoran yang berada di sekitar kali yang dapat mempengaruhi estetika dari kawasan rekreasi. Pembesihan kali dan kanal dilakukan setiap hari oleh tenaga kerja pemelihara karena letaknya yang berada di Pintu Gerbang Utama sehingga perlu perhatian khusus terhadap pembersihan ini agar tercipta kesan bersih dan indah pada ruang penerima menuju kawasan rekreasi.
B. Penyiraman Penyiraman bertujuan agar media tanam menjadi lebih gembur sehingga akar tanaman akan lebih mudah untuk mengambil unsur hara di dalam media tanam. Penyiraman dilakukan kepada seluruh vegetasi yang terdapat pada kawasan rekreasi TIJA mulai dari tanaman penutup tanah, semak, perdu, pohon hingga tanaman pot. Penyiraman di kawasan rekreasi TIJA dilakukan rutin setiap hari pada pagi hari dan sore hari. Hal ini sesuai dengan pernyataan Arifin dan Arifin (2005), penyiraman lebih baik dilakukan pada pagi hari atau sore hari karena penyiraman pada siang hari dapat menyebabkan daun menjadi luka bakar/gosong. Kawasan TIJA yang termasuk daerah Jakarta Utara memiliki kelembaban udara relatif tinggi, penyiraman pada pagi hari lebih baik daripada penyiraman sore hari. Tujuannya untuk menghindari berkembangnya penyakit yang disebabkan oleh cendawan. Jika hari sebelumnya hujan maka penyiraman tidak dilakukan dan tenaga kerja dialihkan ke pekerjaan lain untuk membantu tenaga kerja yang lainnya. Kebutuhan tanaman terhadap air merupakan kebutuhan utama yang jika tidak terpenuhi akan berakibat pada rusaknya kondisi tanaman dan mengakibatkan tanaman mati. Sumber air yang digunakan untuk penyiraman berasal dari pemanfaatan air buangan unit Atlantis Water Advanture yang telah diolah dan menggunakan pasokan air hasil pengolahan pengolahan air laut menjadi air tawar. Hal ini bertujuan untuk mengurangi penggunaan air PAM sehingga dapat meminimalkan pengeluaran. Air yang digunakan untuk penyiraman sudah aman dan memenuhi uji kelayakan terhadap kualitas air sehingga bebas dari segala
73 bahan organik/zat kimia yang dapat mengganggu dan merusak pertumbuhan tanaman. Pelaksanaan penyiraman dalam kawasan rekreasi TIJA menggunakan mobil tangki air yang berkapasitas 5000 liter (Gambar 21). Area yang sulit dijangkau atau dicapai dengan mobil tangki air seperti area pantai dilakukan peyiraman dengan selang plastik. Pengoperasian mobil tangki dilakukan setiap hari berjumlah 2 unit mobil pada masing-masing wilayah pemeliharaan. Jumlah tenaga kerja penyiraman satu mobil sebanyak dua orang, dengan pembagian kerja salah seorang dari pekerja sebagai supir kendaraan dan seorang lagi menyemprotkan air ke tanaman. Penyiraman dilaksanakan setiap hari terbagi ke dalam 2 shift, yaitu shift pertama pada pukul 06.00 - 11.00 WIB dan shift kedua pada pukul 14.00 - 18.00 WIB. Rute penyiraman berdasarkan posisi matahari, area yang terkena sinar matahari disiram terlebih dahulu. Satu mobil tangki memiliki ritase minimal 16 rit/hari. Dalam pelaksanaan penyiraman tidak diperkenankan tanah bekas penyiraman tergenang dan terciprat keluar area taman karena akan menyebabkan area menjadi kotor.
(a)
(b)
Gambar 21. Kegiatan Penyiraman (a) dan Stegger pada Tanaman Baru Tanam (b) Penyiraman untuk tanaman yang baru ditanam (proyek taman), penyiraman dilakukan secara intensif dilakukan oleh pihak kontraktor proyek yang bertanggung jawab selama 3 bulan pertama untuk penyiraman. Tanaman yang baru ditanam dibantu dengan Stegger (alat penopang) agar tanaman dapat tumbuh dengan tegak dan menjaga agar tanaman tidak roboh (Gambar 30). Dapat dikatakan dari kegiatan penyiraman pada kawasan rekreasi TIJA telah berjalan
74 dengan baik berdasarkan ketersediaan air yang cukup sesuai dengan kebutuhan tanaman.
C. Pengendalian Hama dan Penyakit Tumbuhan (HPT) Pengendalian hama dan penyakit tanaman merupakan suatu upaya agar tanaman dapat tumbuh indah serta mencegah penurunan kualitas dan kuantitas tanaman. Kegiatan ini dilakukan untuk pencegahan maupun pengendalian (pengobatan). Kegiatan pengendalian hama dan penyakit di kawasan rekreasi TIJA dilakukan jika tanaman tersebut telah terserang hama dan penyakit. Pengendalian hama dan penyakit biasanya dilakukan dengan cara mekanik, metode budi daya tanaman, dan secara kimiawi (Arifin dan Arifin 2005). Pada SOP kerja pemeliharaan yang disusun oleh Departemen Utilitas & Kebersihan TIJA, kegiatan pengendalian hama dan penyakit dilakukan setiap satu kali dalam dua minggu. Namun dalam pelaksanaan di lapang, kegiatan pengendalian hama dan penyakit dilakukan secara insidental. Pada umumnya, pengendalian hama dan penyakit tanaman yang dilakukan di kawasan rekreasi TIJA menggunakan cara kimiawi. Pengendalian secara kimiawi dilakukan dengan menggunakan pestisida. Sebagai contoh di lapang yaitu pada saat tanaman bakung laut (Crinum amabile) terkena hama kutu putih yang termasuk dalam famili Pseudococcidae dalam ordo Hemiptera. Alat yang digunakan adalah handsprayer atau spayer gendong. Pada kegiatan penyemprotan di kawasan rekreasi TIJA, pekerja tidak memperhatikan arah angin. Menurut Arifin dan Arifin (2005), penyemprotan pestisida dengan cara yang benar adalah searah dengan hembusan angin. Hal ini sangat berpengaruh terhadap jatuhnya semprotan pada tanaman dan juga keselamatan pekerja. Pekerja biasanya dalam kegiatan penyemprotan menggunakan alat pengaman seperti masker dan sarung tangan. Hal ini untuk menghindari bahaya keracunan saat penyemprotan berlangsung. Proses peyemprotan pestisida biasanya dilakukan pada saat weekday karena rendahnya frekuensi pengunjung yang berekreasi di kawasan TIJA sehingga kenyamanan pengunjung tidak terganggu. Pada kawasan rekreasi TIJA juga muncul gejala serangan hama pada tanaman soka (Ixora sp.) yaitu hama Coleoptera dengan ciri-ciri serangannya
75 daun menjadi rusak (bolong) dan mengering (Gambar 22). Serangan ini tidak langsung ditanggapi oleh tim pelaksana pemelihara sehingga penyebarannya sangat cepat dan merusak tanaman di sekitarnya. Hal ini dapat menjadi perhatian bagi pemelihara dengan segera memberi perlakuan kepada tanaman yang menunjukkan gejala, seperti mencabut tanaman yang memiliki tingkat kerusakan yang terlalu parah dan menggantikannya dengan tanaman baru. Penggantian tanaman baru dalam proses perbaikan taman yang telah terserang akan segera kembali indah dan dapat dinikmati para pengunjung.
Gambar 22. Tanaman Soka (Ixora sp.) Terserang Hama Jenis Coleoptera
D. Pemupukan Pemupukan adalah tindakan memberikan tambahan unsur-unsur hara pada komplek tanah, baik langsung maupun tak langsung dapat menyumbangkan bahan makanan pada tanaman. Secara garis besar, tanaman mendapatkan suplai unsurunsur hara dari lingkungan sekitarnya, namun ketersediaan unsur hara yang ada tidak menjamin perkembangan yang optimal pada tanaman. Tujuan kegiatan pemupukan ini yaitu untuk memperbaiki tingkat kesuburan tanah agar tanaman mendapatkan nutrisi yang cukup untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas pertumbuhan tanaman. Pada SOP kerja pemeliharaan, kegiatan pemupukan dilakukan setiap satu kali dalam tiga bulan. Namun dalam pelaksanaan di lapang, kegiatan pengendalian pemupukan dilakukan secara insidental. Pupuk yang digunakan di kawasan rekreasi TIJA yakni pupuk organik dan pupuk anorganik. Pupuk organik yang paling sering digunakan adalah pupuk kandang. Tanaman yang dipupuk dengan pupuk kandang adalah tanaman yang baru ditanam dan disulam. Sebelumnya, tanah telah dicampur dengan pupuk
76 kandang kemudian tanaman baru ditanam (Gambar 23). Penggunaan pupuk tersebut disesuaikan dengan kebutuhan tanaman. Pada kawasan rekreasi TIJA pemberian pupuk anorganik digunakan pada hamparan rumput dan pohon. Pemupukan rumput dilakukan secara insidental apabila rumput menguning dan hampir kering, pemupukan semacam ini dilakukan setiap satu kali dalam 6 bulan. Komposisi campuran pupuk yang digunakan yaitu urea, NPK, coconut (serabut kelapa), dan pasir. Metode pemupukan untuk hamparan rumput yaitu metode broadcast dengan cara menyebar pupuk dipermukaan tanah secara langsung (Gambar 23). Hal yang perlu diperhatikan saat melakukan metode broadcast yaitu saat penyebaran memastikan tidak ada pupuk yang terperangkap di daun dan di dasar tanaman. Hal ini guna menghindari gosongnya tanaman akibat terbakar bahan kimia yang terdapat pada pupuk. Pemupukan sebaiknya dilakukan pada musim hujan dan apabila pemupukan tanpa diikuti dengan penyiraman maka akan menyebabkan kerusakan pada tanaman (Sulistyantara 2006). Pemupukan pohon menggunakan metode bokoran yaitu pupuk diberikan secara melingkar di sekitar batang pada permukaan tanah dengan radius yang hampir sama dengan radius tajuknya. Alat yang digunakan untuk metode bokoran adalah kored. Frekuensi pemupukan pada pohon sangat jarang dilakukan, kecuali pohon tersebut sudah sangat rentan dan dirasa perlu pemupukan.
(a)
(b)
Gambar 23. Pemupukan dengan Pupuk Kandang (a) dan Pemupukan pada Hamparan Rumput (b) Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam kegiatan pemupukan antara lain waktu pemupukan, dosis pupuk dan cara pemupukan. Kegiatan pemupukan di
77 kawasan TIJA dapat dikatakan tidak berjalan sesuai dengan SOP kerja pemeliharaan yang berlaku. Kegiatan ini hanya dilakukan sebagai tindakan insidental.
E. Penyulaman Kegiatan penyulaman dilakukan apabila ada tanaman yang mati, terkena hama, kering, rusak, kerusakan mekanis, maupun tanaman yang sudah tua dengan mengganti tanaman lama dengan tanaman baru untuk mempertahankan nilai estetika dan fungsi tanaman sesuai dengan desain awal atau untuk perancangan ulang (re-design). Semua penggantian dan penyulaman tanaman merupakan tanggung jawab pihak kontraktor sampai masa pemeliharaan yang ditentukan berakhir. Kegiatan penyulaman ini bersifat insidental yaitu menyesuaikan dengan kondisi di lapang. Penyulaman dapat dilakukan pada semua jenis tanaman. Tanaman yang biasa di sulam pada kawasan rekreasi TIJA yaitu rumput, tanaman penutup tanah, semak, dan perdu (Gambar 24). Penyulaman terhadap pohon besar hampir tidak pernah dilakukan dalam jangka waktu setahun karena kebanyakan pohon yang ada telah tumbuh sejak lama sehingga memiliki perakaran yang cukup kuat dan biasanya kerusakan yang terjadi tidak terlalu berarti. Kegiatan penyulaman biasanya dilakukan atas keinginan dari pekerja taman, perintah pengawas lapangan atau permintaan langsung dari General Manager apabila melihat kondisi tanaman yang sudah tidak layak untuk ditampilkan pada suatu area taman. Tanaman yang digunakan untuk menyulam diperoleh dari sisa penjarangan atau diambil dari lokasi pembibitan (nursery) yang dimiliki oleh TIJA. Dalam penggantian tanaman hal yang harus diperhatikan adalah kondisi tanaman pengganti yang lebih baik dari tanaman sebelumnya seperti bebas dari gulma, baik kondisi fisiknya serta mempunyai daya tahan (resistensi) yang tinggi terhadap penyakit (Arifin dan Arifin 2005). Alat yang biasa digunakan dalam kegiatan penyulaman adalah cangkul, linggis, dan kape. Kegiatan penyulaman lebih diutamakan pada lokasi-lokasi dengan intensitas pengguna dan memiliki nilai visual yang tinggi seperti welcome area dan taman persimpangan jalan.
78 Penyulaman rumput peking (Agrostis stolonifer) yang dilakukan pada kawasan berupa lempengan yang dibagi menjadi beberapa bagian kecil (plugging). Setelah semua lempengan ditanam kemudian dipukul-pukul menggunakan alat berupa papan dengan pegangan balok kayu. Hal ini dilakukan agar permukaan rumput menjadi rata dan akar yang akan tumbuh dapat merekat kuat pada tanah sehingga mempercepat dalam pertumbuhannya (Gambar 24).
(a)
(b)
Gambar 24. Pergantian Tanaman Soka (Ixora sp.) (a) dan Penyulaman Rumput Peking (Agrostis stolonifer) (b) F. Pemangkasan Menurut Arifim dan Arifin (2005), pemangkasan tanaman bertujuan untuk mengontrol pertumbuhan tanaman sesuai yang dinginkan serta menjaga keamanan dan kesehatan tanaman. Pada beberapa tanaman, pemangkasan ditujukan untuk menghindari penggunaan nutrisi yang berlebihan pada pertumbuhan vegetatif (daun dan tunas) sehingga nutrisi untuk pertumbuhan generatif (bunga dan biji) terbatas. Sisa hasil pangkasan dari tanaman diangkut dengan gerobak maupun truk sampah dan langsung dibawa ke lokasi Ancol Zero Waste untuk diolah menjadi kompos (Gambar 25). Hal ini sesuai dengan pernyataan Arifin dan Arifin (2005) bahwa limbah pangkasan sebaiknya dibuat sebagai kompos untuk mengurangi permasalahan mengenai sampah.
Gambar 25. Pengangkutan Sisa Hasil Pangkasan Menggunakan Truk Sampah
79 Pemangkasan bisa dilakukan pada hampir semua strata tanaman seperti tanaman pohon, tanaman semak, dan tanaman penutup tanah termasuk rumput. Adapun cara pemangkasan pada masing-masing tanaman berbeda, yaitu: 1. Pemangkasan Pohon Pemangkasan
pohon
bertujuan
untuk
mengontrol
dan
mengatur
pertumbuhan tanaman, membentuk tajuk atau merubah penampilan tanaman, merangsang pembungaan, dan untuk membuang bagian-bagian tanaman yang sakit, sudah tua atau mati. Waktu pemangkasan yang tepat, khususnya pohon, adalah pada saat tanaman tidak sedang berbuah/berbunga. Pemangkasan bentuk harus dilakukan pada saat pohon sedang berdaun (untuk jenis pohon gugur daun) agar diketahui percabangan yang hidup dan yang mati sehingga bentuk ideal yang diinginkan dapat tercapai. Pemangkasan pohon dilakukan tergantung dari bentukan pohon tersebut karena dapat mempengaruhi kualitas pertumbuhan pohon. Kegiatan pemangkasan juga tidak hanya dilakukan untuk tujuan estetika. Pemangkasan juga dilakukan untuk keselamatan seperti pada area rekreasi pantai. Pemangkasan pohon pelindung waktunya disesuaikan dengan lingkungan keadaan lapang jika terdapat benalu, dedaunan terlalu rimbun dan mengganggu pandangan kearah jalan, ranting yang akan jatuh maka dilakukan pemangkasan. Pemangkasan pohon yang biasa terjadi di lapangan yaitu pangkas pucuk, dimana pemangkasan bagian pohon yang dilakukan pada bagian dahan dan daunnya saja. Fungsi utama dari pemangkasan ini adalah untuk perapihan bentuk pohon (trimming). Seluruh pohon dapat dilakukan jenis pangkasan ini. Contoh pangkas pucuk yang sering ditemukan di lapangan seperti perapihan pelepah dan buah kelapa (Gambar 26). Pemangkasan pohon kelapa diutamakan pada area sekitar pantai. Pohon kelapa yang terdapat pada area rekreasi pantai dipangkas ketika pelepah-pelepah sudah mulai kering dan sudah berbuah. Pelepah dan buah dipangkas demi menjaga keamanan dari pengunjung, mengingat ini merupakan kawasan rekreasi yang intensitas pengunjungnya cukup tinggi. Pemangkasan pohon kelapa dilakukan setiap hari kecuali weekend untuk menghindari resiko bahaya yang akan diterima pengunjung.
80 Peralatan pemangkasan pohon meliputi gergaji tangan, gergaji galah, golok, gergaji mesin (chainsaw) dan tali sebagai alat bantu. Pelepah kelapa menggunakan alat pemotong sabit bergalah yaitu galah yang diberi pisau lengkung pada bagian ujungnya. Apabila alat tersebut masih belum dapat memangkas pelepah maka tenaga kerja memanjat pohon dan memotongnya dengan golok. Dalam melakukan pekerjaan memangkas pohon tinggi hampir semua tenaga kerja tidak menggunakan safety belt. Sedangkan pemangkasan topiary yang dilakukan di lapangan terlihat pada pohon asam kranji (Pithecellobium dulce) yang terdapat di welcome area gerbang barat. Kegiatan pemangkasan pohon pada kawasan rekreasi TIJA dapat dikatakan berjalan dengan baik namun perlu perhatian dari pengawas terhadap kedisiplinan tenaga kerja pemelihara ketika sedang bekerja khususnya dalam hal memanjat pohon yang memiliki resiko bahaya cukup tinggi.
Gambar 26. Pemangkasan Pelepah dan Buah Kelapa (Cocos nucifera) 2. Pemangkasan Perdu dan Semak Pemangkasan perdu dan semak bertujuan untuk mempertahankan bentuk dan penampilan dari tanaman agar terlihat estetis. Berdasarkan jadwal dari SOP kerja pemeliharaan, pemangkasan perdu dan semak merupakan kegiatan satu mingguan. Menurut Sulisyantara (2006) untuk pemangkasan perdu dan semak sebaiknya dilakukan satu bulan sekali. Hal ini telah dilakukan oleh tenaga kerja pemelihara Taman Impian (Tampan). Namun pada pelaksanaannya di lapang umumnya kontraktor lebih mementingkan standar penampilan (kondisi lapang) daripada spesifikasi pekerjaan. Disamping itu perlu perhatian untuk area yang jarang atau terpencil tidak jarang ditemukan kondisi tanaman perdu atau semak yang sangat membutuhkan pemangkasan. Hal ini perlu pengawasan yang lebih
81 ketat dari masing-masing pengawas (mandor). Pemangkasan perdu dan semak menggunakan gunting pangkas dan gunting stek. Gunting pangkas berfungsi untuk memangkas bagian atas (pucuk) tanaman dan bagian pinggirnya sehingga hasil pangkasan data disesuaikan dengan bentuk yang diinginkan. Sedangkan gunting stek berfungsi untuk memotong dahan, ranting, atau daun yang sudah tua dan mati. Menurut Arifin dan Arifin (2005), waktu yang baik untuk pemangkasan adalah setelah musim berbunga. Hal ini telah dilakukan oleh tenaga kerja pemelihara yang ditunjukkan dengan pemangkasan pada tanaman ruellia (Ruellia malaocsperma ‘Dwarf’) (Gambar 27).
Gambar 27. Pemangkasan Tanaman Ruellia (Ruellia malaocsperma ‘Dwarf’) 3. Pemangkasan Rumput Pada dasarnya rumput adalah tanaman yang paling mudah tumbuh di taman. Sebaiknya, rumput tidak sampai berukuran tinggi dan dipenuhi rumput liar. Pemangkasan rumput bertujuan mendapatkan hamparan rumput yang seragam, rapat, dan merata. Pemangkasan rumput pada kawasan rekreasi TIJA dilakukan secara rutin sehingga tidak sampai tumbuh bunga rumput (Gambar 28). Sistem kerja pemangkasan rumput berdasarkan zona pemeliharaan. Sebagai contoh di lapang yaitu zona I pada wilayah Tampan Barat dalam menyelesaikan kegiatan pemangkasan rumput disesuaikan dengan luas area rumput yang terdapat pada zona, biasanya diberikan waktu selama satu minggu. Pada waktu berikutnya, pekerja pindah ke zona lain untuk melakukan kegiatan pemangkasan rumput dan seterusnya. Pada kawasan rekreasi TIJA jenis rumput yang sering digunakan yaitu rumput peking (Agrotis stolonifer) dan rumput gajah (Axonopus compressus). Pertumbuhan rumput gajah (Axonopus compressus) lebih cepat dari rumput
82 peking (Agrotis stolonifer) sehingga jadwal pemangkasan akan tentu berbeda. Pemangkasan rumput peking (Agrotis stolonifer) dilakukan satu kali dalam dua minggu, sedangkan pemangkasan rumput gajah (Axonopus compressus) dilakukan satu kali dalam satu minggu, sesuai dengan SOP kerja pemeliharaan. Alat yang digunakan untuk pemangkasan rumput adalah mesin pangkas gendong. Dalam pengoperasian mesin pangkas gendong dibutuhkan tenaga kerja sebanyak 2 orang, yang dijalankan oleh pekerja laki-laki. Kegiatan Pemangkasan rumput pada kawasan rekreasi TIJA dapat dikatakan berjalan dengan baik karena hasil rumput yang dipotong tidak menjadi kering. Rumput yang mati biasanya karena intensitas tekanan yang sering dilakukan pengunjung seperti menginjak, duduk, ataupun tidur di rumput. Sebelum dilakukan pemangkasan rumput dengan mesin gendong sebaiknya lahan dibersihkan dari puing-puing atau benda yang keras agar mata pisau tidak lekas rusak. Operator mesin gendong sebaiknya dilengkapi dengan kacamata dan masker penutup mulut sebagai pelindungi dari kecelakaan.
Gambar 28. Pemangkasan Rumput dengan Mesin Pangkas Gendong G. Pendangiran dan Penyetikan Kegiatan pendangiran merupakan kegiatan penggemburan tanah dan membalik tanah untuk memperbaiki aerasi tanah, keadaan air tanah dan granulasi tanah agar tidak terjadi pemadatan tanah dan mengendalikan pertumbuhan gulma akibat penyiraman. Kegiatan pendangiran biasanya dilakukan bersamaan dengan pengendalian gulma (penyiangan gulma) yang ada pada rumput (Gambar 29). Kegiatan penyiangan gulma dilakukan dengan memangkas gulma dari bagian akar sehingga gulma tidak dapat tumbuh kembali. Pendangiran dan pengendalian
83 gulma dilakukan dengan cara manual menggunakan tangan dicabut langsung gulmanya maupun menggunakan alat bantu berupa kape dan gatul. Kegiatan penyetikan adalah memotong bagian tanaman yang menyentuh atau melewati perbatasan kanstin, atau lebih dikenal dengan pembuatan tali air (edging). Pembuatan tali air ini dilakukan secara manual dengan menggunakan alat bantu seperti kored dan kape. Penyetikan tanaman pohon dilakukan dengan membuat bongkaran dengan radius 50 cm disekeliling pangkal pohon, tergantung ukuran pangkal pohon. Selain tanaman pohon penyetikan dengan pembuatan bokoran ini juga dilakukan terhadap tanaman perdu tunggal, sedangkan untuk tanaman perdu yang ditanam secara massal dan tanaman hias dilakukan dengan cara membuat bedeng. Kegiatan pendangiran dan penyetikan kebutuhan pemeliharaannya sudah cukup baik mengingat waktu yang dibutuhkan tidak sebentar dalam pengerjaannya. Hal tersebut perlu adanya pengawasan terhadap kedisiplinan tenaga kerja karena harus mengatasi pengendalian gulma dengan kawasan yang luas secara rutin setiap harinya.
Gambar 29. Kegiatan Pendangiran dan Penyetikan pada Rumput H. Pembibitan Keperluan bahan tanaman baik dalam pembuatan taman maupun dalam pemeliharaannya, yaitu untuk mengganti tanaman yang mati dibutuhkan upaya penyediaan bibit tanaman. Dalam menjaga kesinambungan penyediaan bibit tanaman khususnya untuk pemeliharaan taman diperlukan suatu kebun pembibitan (Arifin dan Arifin 2005). Kebun pembibitan atau nursery merupakan suatu tempat dengan kegiatan untuk memproduksi tanaman yang dapat menjamin keberlanjutan permintaan tanaman untuk taman baik secara kualitatif maupun kuantitatif.
84 TIJA memiliki pembibitan sendiri di dalam kawasan rekreasi TIJA untuk memenuhi kebutuhan tanaman yang akan digunakan di lapang. Pengadaan pembibitan bertujuan untuk mengurangi pengeluaran dana yang berkenaan dengan pembelian tanaman. Tempat pembibitan (nursery) yang terdapat di wilayah Taman Impian (Tampan) ada dua yaitu nursery Taman Impian dan nursery Karnaval. Pembibitan ini dilakukan oleh 8 (delapan) tenaga kerja dari masingmasing kontraktor yang di awasi oleh Kepala Seksi Pembibitan. Adapun pekerjaan yang dilakukan di pembibitan mencakup perbanyakan tanaman, penyiraman tanaman, pemupukan, pemberantasan hama disekitar pembibitan, dan pencarian bibit tanaman ke lapangan (Gambar 30). Selain itu kebersihan di dalam dan sekitar nursery merupakan tanggung jawab tenaga kerja nursery. Tanaman awal yang digunakan untuk perbanyakan biasanya berasal dari tanaman yang terdapat di lapang sehingga perlu pencarian bibit yang bagus dan biasanya mengambil tanaman yang sering digunakan pada kawasan rekreasi TIJA. Hal ini sesuai dengan pernyataan Sternloff dan Warren (1984) yaitu suatu perusahaan atau tempat rekreasi biasanya menyediakan tempat pembibitan sendiri dikarenakan jenis tanaman tertentu yang tak tersedia di nursery komersil. Jenis tanaman yang tersedia pada pembibitan (nursery) dapat dilihat pada Lampiran 8.
Gambar 30. Kegiatan Perbanyakan Tanaman di Pembibitan 4.3.6 Anggaran Biaya Pemeliharaan Penyusunan spesifikasi teknis dari rencana anggaran biaya pemeliharaan lanskap termasuk dalam proses pengelolaan lanskap. Menyusun suatu anggaran biaya pemeliharaan perlu dilakukan secara rinci dan teliti sehingga dapat menghasilkan pemeliharaan yang maksimal. Rencana anggaran pemeliharaan untuk kontraktor taman dan kebersihan disusun oleh Kepala Bagian dan Kepala
85 Seksi taman dan kebersihan Taman Impian setiap tahunnya dan disetujui oleh General Manager Departemen Utilitas & Kebersihan TIJA. Rencana anggaran pemeliharaan dibuat secara rinci berdasarkan jenis, kebutuhan, dan jumlah yang diperlukan. Tujuan dari disusunnya anggaran biaya ini adalah mengalokasikan dana untuk seluruh kegiatan pemeliharaan secara efektif dan efisien. Sumber dana untuk anggaran biaya pemeliharaan berasal dari Departemen Treassure (Kebendaharaan TIJA). Menurut Arifin dan Arifin (2005), penyusunan rencana anggaran biaya pemeliharaan lanskap seharusnya sudah diperkirakan dan dipertimbangkan sebelum perencanaan suatu area. Penyusunan anggaran biaya bergantung pada luasan area taman, desain taman dan penggunaan elemen taman, kelengkapan dan efektivitas peralatan pemeliharaan, bahan habis pakai, standar biaya tenaga kerja (harian, honorer, dan tetap), biaya tenaga supervisor dan tenaga ahli. Hal tersebut sesuai yang dilakukan oleh pihak pengelola dalam menyusun rencana anggaran biaya yaitu terlihat pada perhitungan analisis harga satuan (Lampiran 9). Harga satuan ini diperoleh dari negosiasi antara pengelola dan kontraktor dengan mempertimbangkan kemampuan tenaga kerja per hari dengan upah tenaga kerja (UMR) yang dibayarkan langsung oleh pengawas (mandor), harga peralatan dan bahan yang digunakan dengan jangka waktu ekonomisnya serta frekuensi pekerjaan. Besarnya anggaran biaya pemeliharaan taman dan kebersihan Tampan dari tiap kontraktor memiliki nilai kontrak yang berbeda sesuai dengan luasan wilayah pemeliharaan (Tabel 15). Dengan biaya seperti ini dirasa sudah cukup memadai, selain itu diimbangi pula dengan penyesuaian terhadap penggunaannya untuk menunjang keberlangsungan dari suatu kawasan rekreasi. Tabel 15. Anggaran Biaya Pemeliharaan Taman dan Kebersihan Tampan No 1
2
3
Nama Kontraktor PT. Multi Cipta Grahamas PT. Total Landscape Persada PT. Citra Mutia Mandiri
Nomor SPK (Kontrak) 224/SPKUT/V/2011 225/SPKUT/V/2011 222/SPKUT/V/2011
Item Pekerjaan Taman dan Kebersihan Tampan Barat Taman dan Kebersihan Tampan Timur Taman dan Kebersihan Karnaval
Periode Pelaksanaan 1 Mei 2011 - 30 April 2012
Nilai kontrak per bulan (Rp)
Total kontrak (Rp)
236.500.000
2.838.000.000
1 Mei 2011 - 30 April 2012
218.840.417
2.626.085.000
1 Mei 2011 - 30 April 2012
93.019.117
1.116.229.400
Sumber: Departemen Utilitas & Kebersihan TIJA (2012)
86 4.3.7 Pengawasan dan Evaluasi Pekerjaan Pemeliharaan Pengawasan pekerjaan pemeliharaan Keberhasilan pengelolaan suatu lanskap dapat didukung oleh pelaksanaan kegiatan pengawasan dan evaluasi terhadap pekerjaan pemeliharaan lanskap. Pelaksanaan pengawasan dilakukan secara rutin setiap hari. Kepala Seksi taman dan kebersihan Tampan menjabat sebagai pengawas staf yang bertanggung jawab terhadap seluruh perawatan taman dan kebersihan dari segala kekurangan yang terjadi di lapang, mengawasi kinerja dari pengawas kontraktor (mandor), serta bekerjasama dengan pengawas kontraktor (mandor) dalam memantau pelaksanaan pekerjaan pemeliharaan di lapang. Sedangkan pengawas kontraktor (mandor) bertanggung jawab atas wilayah pemeliharaan dan kinerja para tenaga kerja taman dan kebersihan. Pengawasan dilakukan dengan berkeliling di setiap wilayah pemeliharaan yang menjadi tanggung jawabnya. Pengawasan merupakan bagian utuh dari rangkaian proses internal terusmenerus dalam pengumpulan informasi, pencatatan dan pelaporan terhadap kondisi yang ada di lapangan (Arifin et al. 2007). Pengawasan bertujuan untuk melakukan pemantauan pekerjaan harian, pengecekan absensi tenaga kerja pelaksana, mengoreksi kinerja tenaga kerja apabila terdapat kesalahan dalam proses pengerjaan pemeliharaan dan memerintahkan tenaga kerja untuk mengisi zona kerja apabila area pemeliharaan tersebut tidak terdapat pekerja (kosong). Pengawas juga harus mengurusi segala keluhan tenaga kerja mengenai permasalahan gaji yang seringkali proses pembayarannya terlambat. Pengecekan terhadap perlengkapan atribut kerja yang digunakan seperti seragam, sepatu, topi, dan kartu pengenal kurang diperhatikan oleh pengawas. Pengawas (mandor) hendaknya selalu ada di lokasi wilayah pemeliharaan sehingga
dapat
memberitahu
cara-cara
pemeliharaan
yang
benar
agar
pemeliharaan dapat segera dikerjakan. Pengawasan pun dilakukan agar dapat mengevaluasi efektivitas kerja tenaga kerja pada suatu area yang menjadi tanggungjawabnya sehingga dapat memantau tenaga kerja yang kinerjanya kurang baik. Pengawas berhak mengajukan rekomendasi pemecatan karena alasan tertentu pada tenaga kerja jika kinerja tidak baik. Biasanya rekomendasi pemecatan dilakukan saat pergantian kontraktor baru.
87
Evaluasi pekerjaan pemeliharaan Menurut Arifin et al. (2007) evaluasi adalah suatu proses untuk menaksir kinerja dan keluaran yang dihasilkan oleh suatu program atau kegiatan pengelolaan taman. Evaluasi menguji kesesuaian kondisi taman dengan rencana/ rancangan taman dan kualitas standar, memberi masukan untuk memperbaiki permasalahan yang ada dan membantu pengelolaan untuk perencanaan mendatang. Kegiatan evaluasi yang dilakukan yaitu berupa kegiatan pemeriksaan hasil kerja tiap hari secara tertulis. Evaluasi harian dilakukan di lapang yaitu dengan sistem checklist. Kegiatan ini dilakukan oleh pengawas staf dan pengawas kontraktor (mandor), hal ini bertujuan untuk menghindari kesalahpahaman dan bersifat lebih transparan dalam melakukan penilaian. Acuan pemeriksaan hasil kerja pada pelaksanaan checklist yaitu SOP kerja pemeliharaan yang telah ditetapkan oleh Departemen Utilitas & Kebersihan. Checklist yang digunakan dalam pemeliharaan taman dan kebersihan adalah checklist pekerjaan harian, checklist tenaga kerja, dan checklist alat kerja (Lampiran 10). Checklist pekerjaan harian bertujuan untuk memantau hasil pekerjaan tenaga kerja terhadap pemeliharaan taman dan kebersihan terkait dengan kebersihan, keindahan, kenyamanan, dan keamanan di area kawasan rekreasi Tampan. Checklist tenaga kerja bertujuan untuk memantau jumlah tenaga kerja pada saat pelaksanaan pemeliharaan dan melihat kompetensi tenaga kerja, baik itu dalam pengetahuan tentang pekerjaan pemeliharaan maupun cara penerapannya. Checklist alat kerja bertujuan untuk memantau kelengkapan, jumlah dan kondisi alat kerja yang digunakan pada saat pelaksanaan pekerjaan. Tujuan dari keseluruhan checklist ini agar pada akhir periode semua pekerjaan telah selesai dan sesuai dengan SOP kerja pemeliharaan. Namun pada pengamatan lapang, sistem checklist tidak berjalan efektif seperti kegiatan checklist hanya dilakukan oleh pengawas kontraktor (mandor) tanpa didampingi oleh pengawas staf. Hal ini diperlukan pengawasan yang lebih ketat dari Kepala Bidang (Manager) dan Kepala Bagian taman dan kebersihan Tampan serta meningkatkan kedisiplinan dan keseriusan akan tanggung jawab tugas yang harus dijalankan.
88 Kegiatan evaluasi di lapang dilakukan dengan cara pertemuan antara tenaga kerja dan pengawas untuk membahas segala hal yang kaitannya tentang taman dan kebersihan. Pertemuan ini bersifat insidental yang dilaksanakan apabila terdapat kesalahan ataupun kekurangan dalam pekerjaan yang masih harus diperbaiki dan menyelesaikan permasalahan yang dialami oleh tenaga kerja yang berpengaruh pada hasil kerja di lapang. Hal ini diharapkan dapat meminimalkan terjadinya
kesalahan
pekerjaan
pemeliharaan
agar
pengerjaannya
dapat
diselesaikan sesuai dengan target pemeliharaan. Keseluruhan
kegiatan
evaluasi
dilaksanakan
agar
pelaksanaan
pemeliharaan menjadi lebih baik dan pihak pengelola lebih mudah untuk memberi arahan pemeliharaan yang sesuai kepada masing-masing pengawas (mandor). Apabila terdapat beberapa kondisi lapang baik taman maupun kebersihan yang tidak memenuhi SOP kerja pemeliharaan, pengelola akan memberikan catatan kepada kontraktor tersebut. Catatan/teguran tersebut apabila diabaikan dan tidak ditindaklanjuti maka akan dikenakan peringatan lanjutan. Jenis peringatan berupa pemberian memo berdasarkan tingkat kesalahan yang dilakukan dibagi menjadi 3 jenis, yakni memo biru dikeluarkan setelah diberi teguran lisan/tertulis dengan denda yang dikenakan senilai Rp. 1.500.000, memo kuning merupakan peringatan lanjutan yang dikeluarkan apabila telah menerima memo biru dengan denda yang dikenakan senilai Rp. 2.000.000, dan memo merah dikeluarkan apabila telah menerima memo kuning dengan denda yang dikenakan senilai Rp. 3.000.000. Memo dapat dikeluarkan tanpa surat teguran sesuai dengan keadaan urgensi di lapang. Memo kuning dan merah dapat langsung dikeluarkan tanpa melalui tahapan terlebih dahulu, sesuai dengan keadaan urgensi di lapang. Teguran di lapang harus dilampiri bukti administratif berupa checklist dan foto keadaan area. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan kedisiplinan dan lebih menyadari rasa tanggung jawab atas pekerjaan yang dilakukan. Selama periode magang, tidak ada kontraktor yang mendapatkan memo, karena cukup ditegur mereka langsung menindaklanjuti teguran tersebut, biasanya teguran dilakukan oleh pimpinan dari pihak pengelola. Kepala Bidang, Kepala Bagian, dan Kepala Seksi (pengawas staf) bersama-sama melakukan inspeksi dengan mengawasi lapang secara langsung.
89 Biasanya dilakukan minimal satu kali dalam sebulan untuk melihat hasil pekerjaan pemeliharaan yang dilakukan sudah sesuai standar penampilan serta mencari permasalahan-permasalahan yang terdapat di kawasan rekreasi. Dalam pelaksanaan inspeksi, pengelola membawa form penilaian kontraktor yang nantinya akan didiskusikan dalam rapat. Form penilaian kontraktor bertujuan untuk mengetahui kinerja kontraktor dan diharapkan kontraktor dapat menjadi lebih baik dalam pekerjaan untuk periode selanjutnya (Lampiran 11). Form penilaian kontraktor ini berisi penilaian mengenai kriteria umum dan kriteria khusus lingkup pekerjaan serta catatan pemberian memo dan catatan-catatan penting selama pelaksanaan pekerjaan. Kegiatan ini dilanjutkan dengan mengadakan rapat koordinasi yang dihadiri oleh General Manager, Kepala Bidang (Manager), Kepala Bagian, dan Kepala Seksi (pengawas staf) untuk mencari solusi terhadap permasalahan yang ada serta pemberitahuan tentang perubahan instruksi.
4.3.8 Kapasitas dan Efektivitas Kerja Pelaksanaan Pemeliharaan Keberhasilan dalam pemeliharaan dipengaruhi oleh sumber daya manusia sebagai tenaga kerja pelaksana pemeliharaan. Efektivitas kerja para operator taman menentukan efisiensi biaya pemeliharaan taman yang dilakukan. Apabila operator bekerja dengan efektif sesuai dengan kemampuan tenaga dan keterampilannya maka biaya pemeliharaan yang dianggarkan mungkin dapat dimanfaatkan secara optimal. Efektivitas kerja operator pemeliharaan taman sangat ditentukan oleh beberapa faktor sebagai berikut (Arifin dan Arifin 2005): 1. motivasi kerja dan tingkat keterampilan yang dimiliki para operator pemeliharaan taman; 2. sistematika jadwal perencanaan pemeliharaan taman; 3. ketersediaan alat dan bahan yang sesuai dengan kebutuhan; 4. tingkat pengawasan pekerjaan di lapangan; 5. kelancaran komunikasi antara pimpinan dengan para mandor dan antara mandor dengan operator/pekerja pemeliharaan taman di lapangan. Waktu efektif adalah waktu yang dipergunakan secara produktif untuk melakukan pekerjaan pemeliharaan. Waktu efektif kerja pelaksanaan pekerjaan
90 pemeliharaan sekitar 8 jam setiap harinya. Perhitungan kapasitas kerja membutuhkan tiga elemen yakni hasil luasan pekerjaan yang dilakukan, jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan, dan lamanya waktu yang dibutuhkan untuk pekerjaan pemeliharaan tersebut. Adapun Kapasitas kerja kegiatan pemeliharaan dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut: 𝐾𝑎𝑝𝑎𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎 =
𝐿𝑢𝑎𝑠 𝑎𝑟𝑒𝑎 (𝑚2) 𝑥 𝑊𝑎𝑘𝑡𝑢 (𝐽𝑎𝑚) 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑡𝑒𝑛𝑎𝑔𝑎 𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎 (𝑜𝑟𝑎𝑛𝑔)
Kapasitas dan efektivitas kerja merupakan dua faktor yang perlu diperhitungkan dalam pelaksanaan kegiatan pemeliharaan. Sehingga hasil kerja yang dihasilkan dari suatu pekerjaan pemeliharaan dan sistem yang berlaku dapat mencapai nilai yang optimal. Untuk mengetahui kualitas kerja kontraktor pemeliharaan di Taman Impian dapat dilakukan analisis kapasitas kerja berdasarkan pengamatan dilapang. Kemudian hasil tersebut dibandingkan dengan standar kapasitas kerja ideal berdasarkan Arifin dan Arifin (2005) (Tabel 16). Tabel 16. Perbandingan Kapasitas Kerja Kegiatan Pemeliharaan No
Jenis Pekerjaan Pemeliharaan
Pustaka KK (/jam/org)
1 2 3
Penyapuan rumput Penyapuan perkerasan/jalan Penyiraman dengan menggunakan mobil tangki Penyiraman pohon dengan selang plastik Pemangkasan rumput dengan mesin gendong Pemangkasan semak dan tanaman penutup tanah dengan gunting pangkas Pemangkasan pohon dengan menggunakan gergaji galah Penyiangan dan pendangiran tanaman semak dan penutup tanah dengan kored Penyemprotan pestisida pada tanaman penutup tanah dengan sprayer gendong Pemupukan pupuk anorganik pada rumput dan tanaman penutup tanah Penyulaman tanaman rumput (lempeng) Penyulaman semak dan tanaman penutup tanah
400 m2 800 m2 700 m2
428 m2 958 m2 717 m2
107 120 102
440 m2 980 m2 751 m2
110 123 107
420 m2 978 m2 725 m2
105 122,3 103,6
15 pohon
11 pohon
73
14 pohon
93
13 pohon
86,7
4 5 6
7 8
9
10
11 12
Keterangan : * Kontraktor A Kontraktor B Kontraktor C KK EF
= = = = = =
2
Kontraktor A KK EF (/jam/org) (%)
2
Kontraktor B KK EF (/jam/org) (%)
2
Kontraktor C KK EF (/jam/org) (%)
2
250 m
245 m
98
350 m
140
322 m
129
10 m2
7 m2
70
7,5 m2
75
7,1 m2
71
-*
20 pohon
-*
25 pohon
-*
22 pohon
-*
40 m2
38 m2
95
58 m2
145
52 m2
130
500 m2
298 m2
60
390 m2
78
320 m2
64
200 m2
120 m2
60
120 m2
60
125 m2
62.5
10 m2
10 m2
100
16 m2
160
12 m2
120
3 m2
2,8 m2
93,3
4 m2
133
3 m2
100
Tidak disebutkan PT Multi Cipta Grahamas PT Total Landscape Persada PT Citra Mutia Mandiri Kapasitas Kerja Efektivitas Kerja
Sumber : Pustaka
=
Arifin dan Arifin (2005)
EF
=
KK x 100% Pustaka
91
Dengan mengetahui kapasitas kerja maka dapat direncanakan jumlah kebutuhan tenaga kerja yang sesuai dengan luasan taman yang akan dipelihara. Berdasarkan perbandingan kapasitas kerja antara pengamatan lapang dan pustaka maka efektivitas pekerjaan terbagi menjadi dua, yaitu pekerjaan yang dilakukan secara efektif (diatas 100%) dan pekerjaan yang dilakukan secara tidak efektif (dibawah 100%). Perbedaan kapasitas kerja yang didapat dari hasil perhitungan pada Tabel 16, dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai berikut: 1. Kemampuan dan pengetahuan tenaga kerja yang berbeda-beda Masing-masing tenaga kerja memiliki kemampuan yang berbeda-beda. Hal ini tentu akan mempengaruhi terhadap hasil dan kapasitas kerja yang diperoleh. 2. Umur Mesin Masa efektif dari mesin pangkas gendong kurang lebih selama 3 tahun, setelah lewat dari masa efektifnya mesin ini masih dapat digunakan, tetapi perlu dirawat secara intensif. 3. Kondisi cuaca Salah satu faktor yang sangat mempengaruhi tercapainya target pekerjaan seperti pada musim hujan pertumbuhan gulma sangat cepat sedangkan waktu kerja untuk tenaga kerja berkurang disebabkan turunnya hujan. 4. Ketahanan tubuh tenaga kerja Umur serta kondisi fisik dari pekerja akan mempengaruhi terhadap luasan yang didapat. 5. Tanggung jawab terhadap pekerjaan yang diberikan Kurangnya
kedisiplinan
tenag
kerja
dalam
mengatur
waktu
untuk
menyelesaikan pekerjaannya, sehingga banyak waktu yang terbuang. Dalam hal ini dibutuhkan loyalitas yang tinggi bagi pekerja terhadap pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya. 6. Pengawasan dan pengarahan dari mandor Latar belakang pendidikan pengawas lapang sangat mendukung penguasaan terhadap permasalahan yang dijumpai di lapang. Pengawas dituntut bekerja secara aktif, kreatif, dan inovatif dalam menghadapi permasalahan di lapang.
92 7. Motivasi kerja Keterlambatan pembayaran gaji tenaga kerja juga sangat berpengaruh terhadap hasil kerja di lapang, Hal ini perlu diperhatikan bagi masing-masing kontraktor.
4.3.9 Karakteristik dan Persepsi Pengunjung Pengunjung merupakan salah satu indikator yang digunakan untuk mengukur tingkat keberhasilan dari suatu kawasan rekreasi. Untuk mengetahui persepsi pengunjung TIJA maka dilakukan penyebaran kuisioner dengan metode purposive sampling. Pengambilan sampel dengan tujuan tertentu dan unsur random tidak berperan penuh (Nasir 1999). Responden yang mengisi kuesioner ditetapkan sejumlah 30 orang pengunjung terdiri dari 15 orang perempuan (50% ) dan 15 orang laki-laki (50%), dengan kelompok umur pengunjung 15-24 tahun sebanyak 57%, sebanyak 47% pengunjung dengan pendidikan SMA dan mayoritas pengunjung berasal dari wilayah Jabodetabek (67%). Frekuensi kunjungan ke TIJA dalam satu tahun yaitu 50% pengunjung menjawab 6 bulan sekali. Sebanyak 87% responden mengunjungi TIJA dengan tujuan rekreasi/bermain yang dilakukan pada saat liburan sekolah dan libur hari nasional bersama teman (44%) dan keluarga (40%). Sebanyak 43% responden mengatakan aktivitas yang dilakukan saat rekreasi yaitu aktivitas fisik seperti bermain, berenang, dan jogging. Hal ini dikarenakan atraksi rekreasi yang disediakan sangat berhubungan dengan kegiatan fisik yaitu didukung dengan adanya laut dan pantai yang merupakan lanskap alami dari TIJA. Dari tingkat kepuasan pengunjung saat datang dan berekreasi di TIJA diperoleh sebanyak 50% pengunjung menyatakan cukup puas. Namun hal ini perlu diperhatikan oleh pengelola TIJA untuk selalu memberikan pelayanan yang terbaik kepada pengunjung agar tetap merasa puas saat berekreasi. Pengunjung yang mengetahui keberadaan TIJA diperoleh sebanyak 47% pengunjung mengetahui TIJA dari teman, 37% pengunjung mengetahui TIJA dari iklan, 6% pengunjung mengetahui TIJA dari internet/website, sedangkan 10% pengunjung menjawab lainnya yang mayoritas mengetahui keberadaan TIJA dari keluarga terdekat maupun karena lokasi kawasan rekreasi berdekatan dengan
93 tempat tinggal pengunjung (Gambar 31). Dari hasil tersebut terlihat bahwa promosi melalui mulut ke mulut dinilai cukup efektif karena dapat memberikan dampak terhadap peningkatan jumlah pengunjung TIJA. Promosi melalui iklan sudah cukup efektif namun masih perlu ditingkatkan karena tingkat frekuensi periklanan yang terbilang rendah. Sedangkan promosi melalui internet/website dinilai masih kurang efektif karena budaya masyarakat lokal yang masih belum dapat memanfaatkan kemajuan teknologi. Hal ini dapat menjadi perhatian bagi pihak pengelola untuk meningkatkan pemasaran dan promosi. Pemasaran dan promosi yang baik akan berdampak pada peningkatan nilai jual kawasan rekreasi TIJA. 6%
10% Teman
47%
Iklan
37%
Internet/website Lainnya
Gambar 31. Karakteristik Pengunjung Berdasarkan yang Mengetahui Keberadaan TIJA Berdasarkan hasil survei persepsi pengunjung terhadap keindahan (Gambar 32) dan kenyamanan (Gambar 33), sebagian pengunjung menyatakan bahwa kawasan rekreasi TIJA cukup indah (33,3%) dan cukup nyaman (33,3%). Namun tidak sedikit yang menyatakan bahwa terdapat area yang kurang indah (50%) dan kurang nyaman (36,7%). Oleh karena itu, dibutuhkan peningkatan terhadap kualitas lingkungan kawasan rekreasi sehingga akan tercipta suatu kenyamanan
Jumlah Pengunjung
bagi para pengunjung. 20 15 10 5 0
Tingkat keindahan Tidak indah
Kurang indah
Cukup indah
Indah
Sangat indah
Gambar 32. Persepsi Pengunjung terhadap Keindahan
Jumlah Pengunjung
94
15 10 5
Tingkat kenyamanan
0 Tidak nyaman
Kurang nyaman
Cukup nyaman
Nyaman
Sangat nyaman
Gambar 33. Persepsi Pengunjung terhadap Kenyamanan Salah satu faktor yang penting dari kawasan rekreasi yaitu kondisi fisik dari fasilitas yang disediakan di TIJA yang meliputi tempat duduk, tempat bermain, toilet, tempat makan, tempat ibadah/mushola, ketersediaan tempat sampah, area parkir, dan shelter (Gambar 34). Berdasarkan hasil survei dengan pengunjung, diperoleh bahwa kondisi fungsional dan estetika dari tempat duduk sebanyak 20% pengunjung menyatakan tidak baik, 30% pengunjung menyatakan kurang baik, 26,7% pengunjung menyatakan cukup baik dan 23,3% pengunjung menyatakan baik. Hal ini menunjukkan bahwa tempat duduk yang berada pada area pantai kurang berfungsi dengan baik dan keadaan materialnya kurang bagus (rusak) juga disekitar tempat duduk tidak ditanami pepohonan yang dapat meneduhkan, terbukti dari sebagian pengunjung memilih untuk duduk di hamparan pasir. Dalam hal ini memerlukan peningkatan pemeliharaan agar kondisinya menjadi lebih baik. Persepsi pengunjung terhadap toilet diperoleh sebanyak 13,3% pengunjung menyatakan tidak baik, 23,3% pengunjung menyatakan kurang baik, 30% pengunjung menyatakan cukup baik, 23,3% pengunjung menyatakan baik, dan 10% pengunjung menyatakan sangat baik. Hal ini menunjukkan bahwa toilet di kawasan rekreasi TIJA sudah cukup baik, sejalan dengan adanya kontraktor yang berfokus pada kebersihan toilet. Namun tidak sedikit yang menyatakan toilet dalam keadaan tidak baik. Dalam hal ini pihak pengelola harus lebih memperhatikan
akan
kebutuhan
pengunjung
terhadap
toilet
dan
tetap
meningkatkan pemeliharaannya agar menjadi lebih baik. Persepsi pengunjung terhadap fasilitas tempat makan seperti kafe dan resto diperoleh sebanyak 10% pengunjung menyatakan tidak baik, 26,7% pengunjung
95 menyatakan kurang baik, 30% pengunjung menyatakan cukup baik, 26,7% pengunjung menyatakan baik, dan 6,6% pengunjung menyatakan sangat baik. Hal ini sesuai dengan keadaan di lapang yang terbukti dari tempat makan pada kawasan rekreasi sudah memadai bahkan sebagian besar memiliki ciri khas yang memanfaatkan view laut. Namun perlu juga peningkatan terhadap pemeliharaan agar tetap terlihat menarik dan penempatan dari kios-kios harus diperhatikan karena kondisinya yang terlalu crowded. Pada beberapa titik lokasi tempat makan menghalangi jogging track. Persepsi pengunjung terhadap tempat ibadah/mushola diperoleh sebanyak 10% pengunjung menyatakan kurang baik, 53,3% pengunjung menyatakan cukup baik, 30% pengunjung menyatakan baik, 6,7% pengunjung menyatakan sangat baik. Hal ini menunjukkan bahwa fasilitas tempat ibadah sudah cukup baik. Hal ini sesuai dengan di lapang, mushola maupun tempat wudhu dalam keadaan bersih dan terawat serta disediakan pula alat sholat. Untuk memberikan kenyamanan yang lebih baik lagi maka perlu peningkatan terhadap pemeliharaan fasilitas agar pengunjung tetap merasa nyaman. Persepsi pengunjung terhadap tempat sampah diperoleh sebanyak 26,7% pengunjung menyatakan kurang baik, 36,6% pengunjung menyatakan cukup baik, 26,7% pengunjung menyatakan baik, dan 10% pengunjung yang menyatakan sangat baik. Dalam hal ini pada area pantai perlu diperhatikan dari ketersediaan tempat sampah karena letaknya yang bisa dipindah-pindahkan sehingga banyak tong sampah yang tidak terdapat pada tempat yang sebenarnya, ini menyebabkan pengunjung sulit untuk menemukan tempat sampah dan akhirnya membuang pada sembarang tempat. Sedangkan pada area jalan protokol ketersediaan tempat sampah sudah cukup baik, pada setiap titik lokasi terdapat tempat sampah yang dibedakan dengan 3 jenis sampah tiap tongnya, yaitu sampah organik, sampah anorganik, dan sampah sisa makanan. Dengan adanya jenis sampah seperti ini akan memberikan dampak kedisiplinan terhadap pengunjung untuk menjaga kebersihan lingkungan rekreasi. Namun perlu diperhatikan dari kebersihan fisik dari tempat sampah yang harus di lap atau di pelihara agar tetap bersih dan tidak berbau.
96 Persepsi pengunjung terhadap area parkir diperoleh sebanyak 26,7% pengunjung menyatakan kurang baik, 40% pengunjung menyatakan cukup baik, 30% pengunjung menyatakan baik, dan hanya 3,3% yang menyatakan sangat baik. Luasan area parkir sudah memadai untuk menyimpan kendaraan pengunjung, serta di lengkapi dengan sistem keamanan yang di jaga oleh security. Hal ini dilakukan untuk memberi rasa aman dan nyaman ketika pengujung berekreasi. Namun perlu diperhatikan terhadap perkerasan yang rusak untuk segera diganti demi keamanan pengunjung serta pemeliharaan yang perlu ditingkatkan. Persepsi pengunjung terhadap shelter bus wara-wiri diperoleh sebanyak 30% pengunjung menyatakan cukup baik, 16,7% pengunjung menyatakan baik, dan tidak sedikit pula pengunjung yang menyatakan kurang baik (33,3%) dan tidak baik (20%). Hal ini menunjukkan bahwa shelter bus ini keadaannya kurang baik dan kurang terawat, namun pengunjung tetap menyatakan cukup baik dari segi fungsional yang memberikan kemudahan keliling kawasan rekreasi dengan adanya shelter bus ini. Namun pada pengamatan lapang, shelter ini terkadang digunakan untuk tempat berkumpul. Hal ini memerlukan perhatian dari pihak pengelola agar meningkatkan kualitas kondisi shelter demi terciptanya suatu kenyamanan dan pengembalian fungsi dari shelter sebagai tempat untuk naikturun pengunjung dari bus.
18 16 Jumlah Pengunjung
14
Tempat duduk
12
Toilet
10
Tempat makan
8
Tempat ibadah/mushola
6
Tempat sampah
4
Area parkir
2
Shelter bus
0 Tidak baik Kurang baik
Cukup baik
Baik
Sangat baik
Gambar 34. Persepsi Pengunjung Terhadap Kondisi Fisik Fasilitas
97 Harapan pengunjung merupakan kepedulian sekaligus aspirasi dari pengunjung terhadap keberlanjutan kawasan TIJA. Berdasarkan hasil survei diperoleh sebanyak 10% pengunjung memiliki harapan terhadap aspek harga tiket masuk lebih terjangkau, 13% pengunjung pada aspek peningkatan kualitas pelayanan, 44% pengunjung pada peningkatan kualitas fasilitas rekreasi, dan 33% pengunjung pada aspek kepedulian terhadap lingkungan rekreasi (Gambar 35). Hal ini menunjukkan bahwa mayoritas pengunjung memiliki harapan terhadap peningkatan kualitas fasilitas rekreasi karena masih terdapat fasilitas yang kurang terpelihara seperti tempat duduk, toilet, shelter, dan sebagainya. Persentase selanjutnya disusul oleh pengunjung yang memiliki harapan terhadap peningkatan kualitas lingkungan rekreasi yang biasanya mengalami penurunan saat lanskap rereasi menerima pengunjung dalam jumlah yang besar. Harapan lainnya terhadap aspek peningkatan kualitas pelayanan yang penting untuk diperhatikan agar dapat menarik minat pengunjung seperti keramahan dan keterampilan dari jasa pelayanan sehingga pengunjung tetap nyaman berada di kawasan rekreasi. Selanjutnya terhadap aspek harga, sebagian pengunjung menilai harga masuk TIJA cukup terjangkau dan dapat dinikmati oleh semua golongan masyarakat. Hal ini perlu disesuaikan dengan peningkatan dari aspek fasilitas maupun pelayanan yang diberikan.
10% 13% 33%
Harga tiket masuk lebih terjangkau Peningkatan kualitas pelayanan
44%
Peningkatan kualitas fasilitas rekreasi Kepedulian terhadap lingkungan rekreasi
Gambar 35. Harapan Pengunjung Terhadap TIJA
98 4.3.10 Formulasi Strategi Pengelolaan Lanskap Taman Impian A. Tahap Masukan (Input Stage) Identifikasi Faktor Internal dan Faktor Eksternal Identifikasi faktor internal berupa kekuatan (strengths) dan kelemahan (weaknesses) dan faktor eksternal berupa peluang (opportunities) dan ancaman (threats) pengelolaan lanskap Taman Impian yang diperoleh berdasarkan hasil survei lapang, penyebaran kuesioner pengunjung dan wawancara dengan pihak pengelola Taman Impian. Hasil identifikasi faktor internal dan eksternal dapat dilihat pada Tabel 17. Tabel 17. Faktor Internal dan Eksternal Pengelolaan Lanskap Taman Impian Kekuatan Pembagian wilayah pemeliharaan yang baik Pemeliharaan lanskap bermitra dengan kontraktor Pemasaran dan promosi yang sudah cukup aktif Pelaksanaan pemeliharaan dilakukan oleh tenaga kerja yang berpengalaman Konsep pengelolaan sampah Ancol Zero Waste Sistem manajerial administrasi tertata dengan baik Peluang Lokasi rekreasi yang berada di tengah ibukota Jakarta Kemudahan aksesibilitas
Kelemahan SOP pemeliharaan belum berjalan secara efektif Terdapat situasi lanskap yang kurang indah dan kurang nyaman Kondisi fasilitas rekreasi yang kurang baik
Ancaman Adanya tingkat persaingan dengan kawasan rekreasi lain Adanya gangguan akibat faktor alam dan perubahan iklim
Adanya musim liburan Peningkatan wisatawan dimasa yang akan datang Kerjasama dengan berbagai pihak
Kekuatan 1. Pembagian wilayah pemeliharaan yang baik Secara umum pembagian wilayah pemeliharaan Taman Impian dianggap baik karena mampu mempermudah tenaga kerja, pengawas (mandor) dan pengawas staf untuk melakukan kegiatan pemeliharaan sesuai dengan SOP kerja pemeliharaan yang berlaku. Hal ini akan mendukung terciptanya suatu kualitas dan kuantitas lanskap yang tetap stabil di TIJA sebagai kawasan rekreasi.
99 2. Pemeliharaan lanskap bermitra dengan kontraktor Bermitra dengan kontraktor memiliki keuntungan dari segi penyediaan alat dan bahan pemeliharaan lanskap serta pengaturan tenaga kerja yang merupakan tanggung jawab kontraktor sehingga untuk kawasan rekreasi yang memiliki lahan yang sangat luas, sistem kontrak seperti ini sangat efektif dalam penerapan pemeliharaan lanskap. 3. Pemasaran dan promosi yang sudah cukup aktif Dalam pengembangan kawasan rekreasi dibutuhkan pemasaran dan promosi. Pemasaran dilakukan untuk mengetahui kondisi pasar dengan baik, sehingga produk dan jasa yang dipasarkan sesuai dengan keinginan konsumen, sedangkan promosi untuk mendorong kegiatan rekreasi. Dalam hal ini, Taman Impian Jaya Ancol telah melakukan pemasaran dan promosi dengan cukup baik dilihat dari wawancara pengunjung yang mengetahui kawasan rekreasi ini melalui media massa, internet maupun dari mulut ke mulut. 4. Pelaksanaan pemeliharaan dilakukan oleh tenaga kerja yang berpengalaman Penggunaan tenaga kerja pelaksana biasanya tetap mengikuti tahun-tahun sebelumya. Hampir seluruh tenaga kerja pelaksana pemeliharaan telah memiliki pengalaman dalam penanganan pemeliharaan khususnya di kawasan rekreasi TIJA dalam kurun waktu yang cukup lama (minimal 2 tahun). Bekerja berdasarkan pengalaman tersebut berguna untuk meningkatkan penguasaan terhadap pekerjaan yang menjadi tanggungjawabnya sehingga diharapkan akan mencapai efektivitas kerja yang optimal. 5. Konsep pengelolaan sampah Ancol Zero Waste Konsep pengelolaan Ancol Zero Waste merupakan konsep yang mendukung pencapaian program Ancol Green Company dalam
pengurangan
beban lingkungan dengan melakukan pengelolaan secara swadaya, peningkatan efisiensi usaha dengan mengubah pola cost center menjadi profit center, serta sinergi pengelolaan lingkungan dengan masyarakat sekitar. Penanganan sampah di kawasan rekreasi TIJA dengan penyediaan tempat sampah dengan tiga jenis yaitu sampah daun (composting), sampah daur ulang (recycle), dan sampah lain-lain (everything else). Pengelolaan sampah dengan sistem seperti ini sangat baik untuk mendukung terciptanya lanskap yang berkelanjutan.
100 6. Sistem manajerial administrasi tertata dengan baik Pencatatan administrasi sudah tertata dengan baik dan rapi. Adapun manajerial administrasi yang dilakukan dalam proses pembayaran kontraktor maupun pembelian barang/jasa secara langsung sudah berjalan sesuai prosedur yang berlaku. Adapun semua hal yang berkaitan dengan administrasi tercantum di beberapa buku jalan. Hal ini dapat dikatakan bahwa pencatatan administrasi yang baik merupakan suatu kekuatan bagi TIJA karena dokumentasi administrasi yang tertata dengan baik tidak akan menimbulkan masalah dikemudian hari dan dapat memantau sistem administrasi dengan baik.
Kelemahan 1. SOP pemeliharaan belum berjalan secara efektif SOP pemeliharaan belum berjalan secara efektif mengingat masih terdapat pekerjaan yang kurang memenuhi standar. Jadwal pemeliharaan pun masih terdapat ketidakcocokan terhadap SOP kerja pemeliharaan yang ada dan yang dilaksanakan di lapang. Sebagian tenaga kerja juga perlu peningkatan terhadap kedisiplinan akan tanggung jawab dari masing-masing tugas pemeliharaan. 2. Terdapat situasi lanskap yang kurang indah dan kurang nyaman Menurut hasil kuesioner dari pemilaian pengunjung terhadap keindahan dan kenyamanan pengunjung, cukup banyak pengunjung yang menyatakan terdapat beberapa lanskap yang kurang memiliki tingkat keindahan yang alami dan dirasa mengganggu kenyamanan. 3. Kondisi fasilitas rekreasi yang kurang baik Menurut hasil kuesioner dari pemilaian pengunjung terhadap kondisi fasilitas rekreasi cenderung menyatakan kurang baik. Beberapa fasilitas seperti tempat duduk/bangku taman, tempat bermain, toilet, tempat makan, tempat ibadah, tempat sampah, area parkir, dan shelter seharusnya menjadi alat penunjang dari kegiatan rekreasi sehingga perlu perhatian pada pemeliharaannya. Kurangnya pemeliharaan pada fasilitas-fasilitas tersebut dapat mengganggu kenyamanan pengunjung.
101 Peluang 1. Lokasi rekreasi yang berada di tengah ibukota Jakarta Taman Impian Jaya Ancol memiliki lanskap pantai yang lokasinya jarang berada di tengah hiruk pikuk kota Jakarta sehingga memiliki daya tarik tersendiri untuk dikunjungi. 2. Kemudahan aksesibilitas Akses jalur tol Tanjung Priuk dan beroperasinya Transjakarta Busway lebih memudahkan pengunjung dalam mencapai kawasan rekreasi TIJA. 3. Adanya musim liburan Peningkatan jumlah pengunjung terjadi ketika adanya musim liburan seperti liburan sekolah dan libur hari nasional (hari besar keagamaan) sehingga menyebabkan kawasan rekreasi menjadi padat oleh pengunjung. Hal ini merupakan peluang positif bagi kawasan rekreasi TIJA. 4. Peningkatan wisatawan dimasa yang akan datang Menurut data dari Departemen Pariwisata dan Kebudayaan (2010), trend pariwisata tahun 2020 diperkirakan untuk perjalanan wisata dunia akan mencapai 1,6 milyar orang. Diantaranya 438 juta orang akan berkunjung ke kawasan AsiaPasifik. Melihat jumlah wisatawan yang sedemikian besar, maka kondisi ini memberikan peluang bagi industri pariwisata di Indonesia khususnya kawasan rekreasi Taman Impian Jaya Ancol dalam meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan khususnya wisatawan mancanegara. 5. Kerjasama dengan berbagai pihak Kerjasama yang dilakukan TIJA dengan pihak pemerintah yaitu pelaksanaan aksi bersih-bersih Ancol dengan mengajak masyarakat agar menjaga kebersihan kawasan pantai sehingga kelestarian dari laut dan pantai Ancol dapat dinikmati dan dapat meningkatkan kepuasan pengunjung. Selain itu pihak pengelola juga melakukan kerjasama dengan Dinas Peternakan untuk menjaga lingkungan Ancol agar tetap bersih dan nyaman melalui kegiatan penangkapan satwa liar di sekitar kawasan rekreasi TIJA.
102 Ancaman 1. Adanya tingkat persaingan dengan kawasan rekreasi lain Tempat rekreasi lain yang ada mampu menjadi pesaing dari kawasan rekreasi Taman Impian Jaya Ancol. Persaingan antar rekreasi semakin ketat, hal ini dipicu dengan banyaknya tempat rekreasi yang bermunculan. 2. Adanya gangguan akibat faktor alam dan perubahan iklim Faktor iklim dan cuaca yang tidak menentu sangat berpengaruh pada target penyelesaian proses pemeliharaan yang berlangsung, terutama pada musim hujan yang sewaktu-waktu dapat menghentikan berjalannya kegiatan pemeliharaan. Pada musim angin barat, arah angin dan arus air laut mengarah ke kawasan TIJA menyebabkan sampah terbawa kearah pantai sehingga pemandangan sekitar lingkungan pantai menjadi kotor, ini dapat menjadi faktor pembatas pengunjung dalam menikmati panorama laut. Hal ini biasanya terjadi pada awal tahun atau musim angin barat. Faktor alam yang terjadi biasanya seperti pasang surut laut yang dapat menyebabkan keselamatan dan kenyamanan dari pengunjung terganggu.
Analisis Matriks IFE dan EFE Matriks IFE digunakan untuk mengetahui seberapa besar peran dari faktor internal berupa kekuatan dan kelemahan pada pengelolaan lanskap Taman Impian. Sedangkan matriks EFE digunakan untuk mengidentifikasi seberapa besar pengaruh faktor eksternal yaitu berupa peluang dan ancaman bagi Taman Impian. Setelah melakukan identifikasi faktor internal dan eksternal kemudian dilakukan pemberian kuesioner untuk pengisian bobot dan peringkat (rating) dari kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman yang ada pada Taman Impian. Kuesioner diberikan kepada tiga responden internal yang berasal dari Departemen Utilitas & Kebersihan TIJA. Pengisian kuesioner dilakukan untuk mendapatkan bobot dan peringkat (rating) dari setiap variabel dengan metode Paired Comparison Matrix. Nilai bobot yang diperoleh dirata-ratakan untuk mendapatkan nilai bobot rata-rata dengan menjumlahkan nilai bobot setiap responden dari masing-masing variabel lalu dibagi dengan jumlah responden. Langkah tersebut juga dilakukan dalam
103 pemberian peringkat (rating) untuk mendapatkan nilai peringkat (rating) rata-rata. Nilai bobot rata-rata dan peringkat (rating) rata-rata dibutuhkan untuk mendapatkan nilai skor dengan cara mengalikan antara nilai bobot rata-rata dengan nilai peringkat rata-rata dari setiap variabel (Lampiran 12 dan 13). Analisis matriks IFE dan EFE dapat dilihat pada Tabel 18 dan 19. Tabel 18. Analisis Matriks IFE Pengelolaan Lanskap Taman Impian No
Faktor Internal
A 1 2
Kekuatan Pembagian wilayah pemeliharaan yang baik Pemeliharaan lanskap bermitra dengan kontraktor Pemasaran dan promosi yang sudah cukup aktif Pelaksanaan pemeliharaan dilakukan oleh tenaga kerja yang berpengalaman Konsep pengelolaan sampah Ancol Zero Waste Sistem manajerial administrasi tertata dengan baik Kelemahan SOP pemeliharaan belum berjalan secara efektif Terdapat situasi lanskap yang kurang indah dan kurang nyaman Kondisi fasilitas rekreasi yang kurang baik Total
3 4 5 6 B 1 2 3
Bobot Rataan
Rating Rataan
Skor (bobot x rating)
0,104 0,106
3,0 3,3
0,313 0,352
0,097
3,0
0,292
0,113
3,0
0,340
0,125
3,7
0,463
0,111
3,3
0,367
0,102
1,7
0,173
0,099
1,3
0,129
0,141
1,0
0,141 2,570
Tabel 19. Analisis Matriks EFE Pengelolaan Lanskap Taman Impian No
Faktor Eksternal
A 1
Peluang Lokasi rekreasi yang berada di tengah ibukota Jakarta Kemudahan aksesibilitas Adanya musim liburan Peningkatan wisatawan dimasa yang akan datang Kerjasama dengan berbagai pihak
2 3 4 5 B 1 2
Ancaman Adanya tingkat persaingan dengan kawasan rekreasi lain Adanya gangguan akibat faktor alam dan perubahan iklim Total
Bobot Rataan
Rating Rataan
Skor (bobot x rating)
0,115
3,7
0,426
0,123 0,179 0,135 0,143
3,3 3,7 3,0 2,7
0,406 0,661 0,405 0,386
0,135
1,3
0,175
0,171
1,7
0,290 2,749
104 Berdasarkan hasil analisis matriks IFE bahwa kekuatan utama dari pengelolaan lanskap Taman Impian yaitu “konsep pengelolaan sampah Ancol Zero Waste” dengan nilai skor tertinggi sebesar 0,463. Sedangkan kelemahan utama yaitu yaitu “terdapat situasi lanskap yang kurang indah dan kurang nyaman” dengan nilai skor terendah sebesar 0,129. Total skor dari analisis matriks IFE untuk pengelolaan lanskap Taman Impian yaitu sebesar 2,570. Nilai ini menunjukkan kondisi internal dari pengelolaan lanskap Taman Impian berada pada posisi rata-rata. Berdasarkan analisis matriks EFE bahwa peluang utama bagi pengelolaan lanskap Taman Impian yaitu “adanya musim liburan” dengan nilai skor tertinggi sebesar 0,661. Sedangkan ancaman utama yaitu “adanya gangguan akibat faktor alam dan perubahan iklim” dengan nilai skor tertinggi sebesar 0,290. Nilai total skor dari analisis matriks EFE yaitu sebesar 2,749. Hal ini menunjukkan kemampuan Taman Impian dalam merespon peluang dan ancamannya berada pada posisi rata-rata.
B. Tahap Pencocokan (Matching Stage) Analisis Matriks IE Proses analisis matriks IE yaitu dengan mengkombinasikan nilai skor yang didapatkan dari matriks IFE dan matriks EFE untuk dipetakan ke dalam matriks IE sehingga dapat diketahui posisi pengelolaan lanskap Taman Impian saat ini (Gambar 36). Total Skor IFE 4,0 Kuat 3,0 Rata-Rata 2,0 Lemah 1,0 Tinggi
I
II
III
IV
V
VI
VII
VIII
IX
3,0 Total Skor EFE Menengah 2,0 Rendah 1,0
Gambar 36. Analisis Matriks IE Pengelolaan Lanskap Taman Impian
105 Berdasarkan Gambar 36 dapat dilihat hasil dari analisis matriks IE yang menggambarkan posisi pengelolaan lanskap Taman Impian berada pada kuadran V yaitu pada posisi hold and maintain dengan jumlah total skor IFE sebesar 2,570 dan jumlah total skor EFE sebesar 2,749. Pada posisi hold and maintain yang disarankan ialah strategi penetrasi pasar dan pengembangan produk yang dalam hal ini mempertahankan dan meningkatkan kualitas pengelolaan lanskap rekreasi TIJA. Strategi yang muncul pada matriks IE bersifat general atau umum sehingga diperlukan analisis lanjutan, yaitu analisis SWOT untuk merumuskan strategi yang lebih spesifik.
Analisis Matriks SWOT Matriks SWOT merupakan tahap pencocokan dimana variabel internal yaitu kekuatan dan kelemahan akan dicocokan dengan variabel eksternal yaitu peluang dan ancaman yang berasal dari identifikasi matriks IFE (Internal Factor Evaluation) dan matriks EFE (External Factor Evaluation). Pada tahap ini akan diformulasikan strategi yang layak dikembangkan untuk perusahaan. Strategi yang disarankan ada empat yaitu strategi SO (Strengths-Opportunities), WO (Weakness-Opportunities), ST (Strengths-Threats) dan WT (Weakness-Threats). Hasil dari formulasi strategi matriks SWOT pengelolaan lanskap Taman Impian dapat dilihat pada Tabel 20.
106 Tabel 20. Analisis Matriks SWOT Pengelolaan Lanskap Taman Impian Faktor Internal
Faktor Eksternal PELUANG (O) 1. Lokasi rekreasi yang berada di tengah ibukota Jakarta 2. Kemudahan aksesibilitas 3. Adanya musim liburan 4. Peningkatan wisatawan dimasa yang akan datang 5. Kerjasama dengan berbagai pihak
KEKUATAN (S) 1. Pembagian wilayah pemeliharaan yang baik 2. Pemeliharaan lanskap bermitra dengan kontraktor 3. Pemasaran dan promosi yang sudah cukup aktif 4. Pelaksanaan pemeliharaan dilakukan oleh tenaga kerja yang berpengalaman 5. Konsep pengelolaan sampah Ancol Zero Waste 6. Sistem manajerial administrasi tertata dengan baik Strategi S-O 1. Mempertahankan dan mengembangkan konsep Ancol Zero Waste sebagai bentuk pengelolaan lingkungan dalam kawasan rekreasi sehingga tetap terjaga kualitas dan kuantitas lanskap TIJA (S2,S4,S5,O1,O2,O5) 2. Mempertahankan hubungan kerjasama yang baik dengan berbagai pihak dalam melestarikan lanskap rekreasi (S1,S2,O3,O4,O5)
ANCAMAN (T) 1. Adanya tingkat persaingan dengan kawasan rekreasi lain 2. Adanya gangguan akibat faktor alam dan perubahan iklim
Strategi S-T 5. Meningkatkan intensitas pemasaran dan promosi (S3,S6,T1) 6.
Menyebarkan informasi mengenai pasang surut secara aktif serta mengenai cuaca dan iklim setiap waktunya (S1,S2,S4,T2)
KELEMAHAN (W) 1. SOP pemeliharaan belum berjalan secara efektif 2. Terdapat situasi lanskap yang kurang indah dan kurang nyaman 3. Kondisi fasilitas rekreasi yang kurang baik
Strategi W-O 3. Memperhatikan mobilitas pengunjung dengan pengaturan penempatan tenaga kerja disertai dengan peningkatan disiplin dalam pelaksanaan kegiatan pemeliharaan (W2,W3,O1,O2,O3,O4)
4.
Meningkatan sistem pengawasan dan pemantauan pekerjaan pemeliharaan dari pihak pengelola dalam koordinasi di lapang (W1,W2,W3,O3,O4)
Strategi W-T 7. Menata lanskap yang menjadi daya tarik dan melakukan peningkatan pemeliharaan pada fasilitas (W1,W2,W3,T1,T2)
107 C. Tahap Keputusan (Decision Stage) Perangkingan Alternatif Strategi Tahap terakhir dari analisis formulasi strategi ialah tahap keputusan (desicion stage). Pada tahap ini strategi-strategi yang telah diformulasikan dalam matriks SWOT akan dilakukan perangkingan dengan mempertimbangkan faktor internal dan faktor eksternal yang saling terkait. Pemberian rangking didasarkan pada nilai skor yang diperoleh dari matriks IFE dan EFE lalu dijumlahkan. Jumlah nilai skor yang paling besar dari suatu strategi merupakan strategi yang memiliki tingkat prioritas yang tinggi. Tabel 21 menunjukkan perangkingan dari alternatif strategi pengelolaan Taman Impian yang diperoleh dari matriks SWOT.
Tabel 21. Rangking Alternatif Strategi Pengelolaan Lanskap Taman Impian No
Alternatif Strategi
1
Mempertahankan dan mengembangkan konsep Ancol Zero Waste sebagai bentuk pengelolaan lingkungan dalam kawasan rekreasi sehingga tetap terjaga kualitas dan kuantitas lanskap TIJA Mempertahankan hubungan kerjasama yang baik dengan berbagai pihak dalam melestarikan lanskap rekreasi Memperhatikan mobilitas pengunjung dengan pengaturan penempatan tenaga kerja disertai dengan peningkatan disiplin dalam pelaksanaan kegiatan pemeliharaan Meningkatan sistem pengawasan dan pemantauan pekerjaan pemeliharaan dari pihak pengelola dalam koordinasi di lapang Meningkatkan intensitas pemasaran dan promosi Menyebarkan informasi mengenai pasang surut secara aktif serta mengenai cuaca dan iklim setiap waktunya Menata lanskap yang menjadi daya tarik dan melakukan peningkatan pemeliharaan pada fasilitas
2
3
4
5 6
7
Keterkaitan dengan unsur SWOT S2,S4,S5,O1, O2,O5
Skor
Rangking
2,373
1
S1,S2,O3,O4,O5
2,117
3
W2,W3,O1,O2, O3,O4
2,168
2
W1,W2,W3,O3, 1,509 O4
4
S3,S6,T1
0,834
7
S1,S2,S4,T2
1,296
5
W1,W2,W3,T1, T2
0,908
6
108 Strategi Pengelolaan Lanskap Taman Impian Berdasarkan data dari perangkingan altrenatif strategi, diperoleh tujuh butir strategi pengelolaan lanskap Taman Impian yang dapat dilakukan, yaitu: 1. Mempertahankan dan mengembangkan konsep Ancol Zero Waste sebagai bentuk pengelolaan lingkungan dalam kawasan rekreasi sehingga tetap terjaga kualitas dan kuantitas lanskap TIJA Sampah akan menjadi sumber permasalahan lingkungan kawasan rekreasi apabila tidak ditangani serta dikelola dengan baik. Ancol Zero Waste merupakan salah satu bentuk pengurangan beban lingkungan dengan melakukan pengelolaan secara swadaya yang dilakukan oleh TIJA. Konsep Ancol Zero Waste memberikan banyak manfaat seperti mendukung dan meningkatkan kegiatan pembibitan dalam pemenuhan pupuk kompos bagi tanaman. Pengembangan Ancol Zero Waste juga dapat dilakukan dengan menjadikan wadah pembinaan bagi para pemulung sehingga kawasan TIJA bebas dari pemulung serta dapat dijadikan program eco-edutainment dalam pembelajaran dan percontohan bagi pelajar dan warga sekitar. Keseluruhan manfaat dari adanya konsep Ancol Zero
Waste diharapkan
dapat
meningkatkan citra perusahaan kawasan rekreasi sebagai Green Company, selain itu juga dapat tetap terjaga kualitas dan kuantitas lanskap TIJA. 2. Memperhatikan mobilitas pengunjung dengan pengaturan penempatan tenaga kerja disertai dengan peningkatan disiplin dalam pelaksanaan kegiatan pemeliharaan Dengan meningkatnya jumlah penduduk DKI Jakarta, lokasi kawasan rekreasi yang strategis dan aksebsibilitas yang mudah dicapai dapat menarik masyarakat untuk berkunjung ke kawasan rekreasi Taman Impian Jaya Ancol dengan tujuan melepaskan kepenatan dari rutinitas keseharian. Peningkatan pengunjung yang biasanya terjadi pada weekend dan musim liburan (liburan sekolah dan libur hari nasional) mengharuskan diadakannya pengaturan mobilitas pengunjung. Salah satu upaya yang harus dilakukan adalah penempatan posisi dan penambahan tenaga kerja taman dan kebersihan pada area titik-titik tertentu yang akan dipadati oleh pengunjung. Untuk menunjang pemeliharaan pada saat tingkat kepadatan pengunjung tinggi maka dilakukan
109 pembagian zona berdasarkan tingkat intensitas pemeliharaan yaitu zona intensif dan semi intensif. Zona intensif membutuhkan kegiatan pemeliharaan yang lebih dibandingkan dengan zona lainnya, karena keberadaan zona ini memiliki intensitas pengunjung yang cukup tinggi dengan aktivitas yang berlangsung di dalamnya. Zona semi intensif tingkat pemeliharaannya tidak terlalu intensif namun cukup diperhatikan (Lampiran 14). Menurut pengamatan di lapang, area yang sering dipadati pengunjung yaitu area rekreasi pantai, sehingga harus ada perhatian khusus terhadap area tersebut. Hal ini dilakukan untuk tetap mampu melakukan pemeliharaan di sekitar area tersebut dan tetap mewujudkan kualitas lanskap yang bersih dan indah, serta kenyamanan dan keamanan dari pengunjung tetap tercapai. Dalam pelaksanaannya hal penting yang harus dilakukan adalah kerja sama atau koordinasi yang baik antar tim pelaksana pemeliharaan. 3. Mempertahankan hubungan kerjasama yang baik dengan berbagai pihak dalam melestarikan lanskap rekreasi Hubungan kerjasama yang melibatkan banyak pihak tertentu termasuk pemerintah daerah, dinas peternakan, dinas pariwisata, dan balai lingkungan hidup dapat membantu dalam melestarikan lanskap rekreasi. Oleh karena banyaknya pihak yang berkaitan didalamnya diharapkan pengelolaan lanskap TIJA menjadi lebih baik ke depannya melalui efektivitas kerja sesuai dengan bidang masing-masing pihak. Melalui kerja sama ini, TIJA akan diuntungkan karena pengelolaan lanskap tidak dilakukan sendiri namun banyak bantuan dari pihak lain sehingga proses yang ada di dalamnya dapat berjalan lebih baik dan lancar dalam menjaga kualitas dan stabilitas dari lanskap TIJA. 4. Meningkatan sistem pengawasan dan pemantauan pekerjaan pemeliharaan dari pihak pengelola dalam koordinasi di lapang Proses pengawasan adalah suatu tindakan penting yang harus dilakukan secara baik dengan melakukan pemantauan dan mencatat segala kondisi serta permasalahan yang terdapat di lapang. Peningkatan sistem pengawasan dilakukan agar dapat mengevaluasi efektivitas kerja tenaga kerja pemelihara dan memantau kinerja dalam melakukan pekerjaan pemeliharaan sehingga mencapai target dari standar pemeliharaan yang telah ditetapkan. Hal ini dapat
110 dilakukan dengan kegiatan briefing mengenai kegiatan yang harus dilakukan tenaga kerja sebelum turun lapang dan ketika waktu kerja sudah habis harus ada laporan mengenai kondisi dan permasalahan atau kendala yang dihadapi di lapang. Kegiatan tersebut harus dilakukan secara kontinyu agar segala sesuatu yang terjadi di lapang dapat langsung ditanggapi dengan segera dan pekerjaaan pemeliharaan tercapai sesuai targetnya. Keseluruhan kegiatan pengawasan dan evaluasi dilakukan agar pelaksanaan pekerjaan pemeliharaan menjadi lebih baik dan pihak pengelola lebih mudah untuk memberi arahan pemeliharaan yang sesuai kepada masing-masing pengawas (mandor). Kegiatan pengawasan dan evaluasi sebaiknya dilakukan secara berkala dan fokus pada evaluasi tenaga kerja dan evaluasi hasil kerja. Evaluasi tenaga kerja bertujuan untuk memantau pengetahuan tentang pemeliharaan dan tingkat disiplin yang dimiliki dari pekerja. Sedangkan evaluasi hasil kerja bertujuan untuk memantau hasil pekerjaan pemeliharaan yang nantinya akan berdampak pada aspek kebersihan dan keindahan lanskap serta kenyamanan dan keamanan pengunjung sangat diutamakan. Hubungan yang baik antara pihak pengelola dan tim pelaksana pemeliharaan di lapang patut dipertahankan demi terciptanya pemeliharaan yang lebih baik. 5. Menyebarkan informasi mengenai pasang surut secara aktif serta mengenai cuaca dan iklim setiap waktunya Seiring dengan adanya perubahan iklim yang memiliki kecenderungan memanas, kenaikan permukaan air laut sering terjadi. Kenaikan air laut sering kali menyapu kawasan rekreasi TIJA. Kejadian alam tersebut yaitu peristiwa pasang surut laut. Fenomena pasang surut laut ini adalah gerakan periodik sehingga pasang surut laut yang ditimbulkan dapat dihitung atau diperkirakan. TIJA telah memiliki kalender pasang surut air laut secara harian dan jam per jam. Kalender pasang surut laut telah tersedia di beberapa titik area pantai. Hal ini dinilai kurang efektif karena kurangnya pengetahuan pengunjung untuk membaca informasi secara jelas dan lengkap mengenai kalender pasang surut laut tersebut. Strategi lain yang dapat dilakukan yaitu dengan menyebarkan informasi melalui pemberitahuan secara berkala sesuai dengan jadwal kalender pasang surut laut dengan menghimbau para pengunjung agar tidak
111 melakukan kegiatan di sekitar area pantai. Penyebaran informasi pasang surut laut juga berguna untuk pihak pengelola Taman Impian dari segi taman dan kebersihan. Pasang surut laut nantinya akan menimbulkan genangan air di kawasan rekreasi dan menyebabkan penumpukan sampah di bibir pantai ketika arah angin dari utara ke barat. Sehingga antisipasi dari pihak pengelola Taman dan Kebersihan Taman Impian dapat menyiagakan tim pelaksana pemelihara untuk melakukan penanganan dan pemantuan secara tepat. Selain itu penggunaan informasi cuaca dan iklim sangat penting untuk diketahui oleh tim pelaksana pemelihara karena berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman yang ada di kawasan rekreasi. Cuaca dan iklim yang sering berubah-ubah akan mempengaruhi proses tanaman menghasilkan nutrisi berupa air, mineral, dan unsure hara dengan bantuan sinar matahari. Penyebaran informasi ini dilakukan dengan cara memberikan jadwal prediksi mengenai cuaca dan iklim sehingga tim pelaksana dapat mengantisipasi adanya gangguan cuaca dan iklim yang mengakibatkan pemeliharaan menjadi kurng optimal. Penyebaran informasi mengenai pasang surut laut dan cuaca yang dilakukan guna terciptanya lingkungan yang nyaman dan aman bagi pengunjung kawasan rekreasi. 6. Menata lanskap yang menjadi daya tarik dan melakukan peningkatan pemeliharaan pada fasilitas Penataan lanskap dapat dilakukan dengan pemberian tanaman lanskap yang dapat mengurangi pandangan ke arah bad view. Penataan lanskap yang dilakukan diharapkan dapat menjadi salah satu daya tarik bagi pengunjung. Selain itu, terdapat fasilitas rekreasi yang merupakan alat penunjang dari kegiatan rekreasi. Berdasarkan hasil kuesioner pengunjung, kondisi fasilitas seperti tempat duduk, toilet, tempat makan, mushola, tempat sampah, area parkir dan shelter dinilai kurang baik. Oleh karena itu, dibutuhkan peningkatan dalam pemeliharaan fasilitas agar kondisinya tetap baik. 7. Meningkatkan intensitas pemasaran dan promosi Dalam pengembangan kawasan rekreasi dibutuhkan pemasaran dan promosi. Pemasaran dan promosi di kawasan rekreasi Taman Impian Jaya Ancol (TIJA) dinilai sudah cukup aktif. Kegiatan pemasaran dan promosi yang dilakukan
112 TIJA dengan berbagai macam cara melalui media massa seperti majalah dan koran, media elektronik seperti televisi, radio, dan website yang beralamatkan www.ancol.com, serta pemasangan spanduk (baliho) maupun penyebaran brosur. Namun intensitas dalam kegiatan pemasaran masih rendah, oleh karena itu dibutuhkan peningkatan kegiatan pemasaran seperti penambahan frekuensi pelaksanaan kegiatan periklanan. Adapula promosi dari mulut ke mulut seperti hasil kuesioner dari wawancara pengunjung yang mengetahui informasi TIJA dari teman, tetangga, maupun keluarga. Hal ini menunjukkan bahwa TIJA sudah cukup terkenal dikalangan masyarakat sehingga masyarakat yang pernah berkunjung mendapat pengalaman yang bisa dibagi kepada rekan-rekannya. Pengembangan sistem pemasaran dan promosi yang efektif dapat mengatasi ancaman yang dihadapi dari persaingan dengan kawasan rekreasi lain. Penerapan pemasaran dan promosi yang kontinyu juga dilakukan untuk mengantisipasi terjadinya penurunan jumlah pengunjung yang signifikan.
113 V. SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Kegiatan magang yang berlangsung di Departemen Utilitas & Kebersihan Taman Impian Jaya Ancol secara umum memberikan banyak pengetahuan dan pengalaman kerja praktis di bidang Arsitektur Lanskap mengenai kegiatan pengelolaan pemeliharaan lanskap kawasan rekreasi Taman Impian Jaya Ancol. Mahasiswa turut berpartisipasi aktif membantu dalam kegiatan manajerial seperti kegiatan administratif. Kegiatan magang ini juga memberikan kemampuan teknis pemeliharaan lanskap serta penanganan permasalahannya di lapang. Pengelolaan pemeliharaan lanskap sepenuhnya diserahkan kepada pihak kontraktor. Pelaksanaan pemeliharaan dengan sistem kontrak sudah cukup baik terlihat dengan adanya Surat Perjanjian Pekerjaan (SPK). Jadwal pemeliharaan sebaiknya ditinjau ulang setiap tahunnya (pergantian kontraktor) disesuaikan dengan standar penampilan dan kondisi lapang agar target kinerja yang diinginkan pihak pengelola dapat tercapai. Untuk mencapai target pemeliharaan yang efektif dan efisien, diperlukan evaluasi menyeluruh pada setiap aspek, seperti pengawasan di lapang dan ketepatan waktu bekerja. Koordinasi antara pihak pengelola dan pihak kontraktor berjalan cukup baik dan lancar. Pada dasarnya kegiatan pengelolaan pemeliharaan yang dilakukan bertujuan memelihara integritas dari suatu lanskap agar keindahan dan kenyamanan dapat tercapai secara optimal sejalan dengan tujuan pemeliharaan ideal. Hasil dari pelaksanaan pengelolaan pemeliharaan lanskap sangat berpengaruh besar terhadap kualitas lanskap dan kenyamanan pengunjung TIJA. Hasil dari identifikasi faktor internal dan eksternal pengelolaan Taman Impian (Tampan) memperoleh masukan dalam bentuk alternatif strategi yang diharapkan dapat membantu mengurangi masalah dan ancaman yang berpengaruh pada kawasan rekreasi TIJA. Strategi pengelolaan lanskap Taman Impian yang diperoleh berjumlah tujuh butir, yaitu 1) mempertahankan dan mengembangkan konsep Ancol Zero Waste sebagai bentuk pengelolaan lingkungan dalam kawasan rekreasi sehingga tetap terjaga kualitas dan kuantitas lanskap TIJA; 2) memperhatikan mobilitas pengunjung dengan
pengaturan penempatan tenaga
kerja disertai dengan peningkatan disiplin dalam pelaksanaan kegiatan
114 pemeliharaan; 3) mempertahankan hubungan kerja sama yang baik dengan berbagai pihak dalam melestarikan lanskap rekreasi; 4) meningkatan sistem pengawasan dan pemantauan pekerjaan pemeliharaan dari pihak pengelola dalam koordinasi di lapang; 5) menyebarkan informasi mengenai pasang surut secara aktif serta mengenai cuaca dan iklim setiap waktunya; 6) menata lanskap yang menjadi daya tarik dan melakukan peningkatan pemeliharaan pada fasilitas; 7) meningkatkan intensitas pemasaran dan promosi.
5.2 Saran Rekomendasi dalam bentuk strategi pengelolaan lanskap Taman Impian bagi pihak pengelola diharapkan menjadi bahan masukan dalam menyelesaikan segala permasalahan pengelolaan dan pemeliharaan lanskap Taman Impian di masa yang akan datang.
115 DAFTAR PUSTAKA Anonim. 2012. Taman Impian Jaya Ancol [Internet]. [diunduh 2012 Januari 8]. Tersedia pada: http://www.ancol.com/ Anonim. 2012. Peta Jakarta Bay City [Internet]. [diunduh 2012 Januari 8]. Tersedia pada: http://www.wikimpia.com/ Arifin HS, Arifin NHS. 2005. Pemeliharaan Taman. Cetakan VII Edisi Revisi. Jakarta: Penebar Swadaya. , Munandar A, Arifin NHS, Pramukanto Q, Damayanti VD. 2007. Sampoerna Hijau Kotaku Hijau: Buku Panduan Penataan Taman Umum, Penanaman Tanaman, Penanganan Sampah, dan Pemberdayaan Masyarakat. Jakarta: Sampoerna press Badan Meteorologi dan Geofisika Stasiun Kemayoran. 2011. Data Iklim Jakarta Utara (Maritim Tanjung Priuk) Tahun 2011. Jakarta: Tidak dipublikasikan. Carpenter PL, Walker TD, Lanphear FO. 1975. Plants in the Landscape. San Fransisco: W. H. Freman and Co. Dahuri HR, Rais J, Ginting SP, Sitepu MJ. 1996. Pengelolaan Sumberdaya Wilayah Pesisir dan Lautan secara Terpadu. Jakarta: Pradnya Paramita. David FR. 2009. Manajemen Strategi Edisi ke-12. Terjemahan oleh Budi S. Strategic Management: Concepts and Cases, 12th ed. Jakarta: Salemba Empat. Douglass WR. 1982. Forest Recreation. New York: Pergamon Press. Herujito Y. 2001. Dasar-Dasar Manajemen. Jakarta: Garsindo. Kinnear TC, Taylor JR. 1991. Marketing Research and Applied Aproach. New York: McGraw-Hill Inc. Knudson DM. 1984. Outdoor Recreation. New York: Macmilan Publishing Company. Mason P. 2003. Tourism Impacts, Planning and Management. Great Britain: Elsevier Butterworth-Heinemann. Menbudpar. 2010. Rencana Strategis Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata Tahun 2010-2014. Jakarta: Tidak dipublikasikan. Nasir M. 1999. Metode Penelitian. Jakarta: PT. Ghalia Indonesia
116
Purwono J, Sugyaningsih S, Dudiagunoviani Y. 2009. Analisis Strategi Pengembangan Usahatani Beras Organik. Jurnal Neo-Bis. 3(1):1 Rangkuti F. 1997. Analisis SWOT : Teknik Membedah Kasus Bisnis. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Simonds JO. 1983. Landscape Architecture. New York (USA): Mc Graw-Hill Book Co. Sternloff RE, Warren R. 1984. Park and Recreation Management. Canada: John Willeys and Sons Inc. Sulistyantara B. 2006. Taman Rumah Tinggal (edisi revisi). Jakarta: Penebar Swadaya. Taman Impian Jaya Ancol. 2011. Panduan Pemeliharaan Lanskap Taman Impian Jaya Ancol. Jakarta: Tidak dipublikasikan. Tani. 2009. Definisi Jalan [Internet]. [diunduh 2012 Juli 20]. Tersedia pada: http://tanimart.wordpress.com/infrastructures/jalan-definisi/ [UU RI]. 2008. Pengelolaan sampah [Internet]. [diunduh 2012 Juli 20]. Tersedia pada: http//:www.birohukum.pu.go.id/.../UU18-2008.pdf
117
LAMPIRAN
118 Lampiran 1. Kuesioner Pengunjung Kawasan Rekreasi TIJA Departemen Arsitektur Lanskap Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor Judul Skripsi : Pengelolaan Lanskap Kawasan Rekreasi Taman Impian Jaya Ancol, Jakarta Utara Oleh : Syiva Pebriyanti / A44080053 Kuesioner pengunjung Taman Impian Jaya Ancol Responden Yth. Terima kasih atas waktu yang telah Anda sediakan untuk mengisi kuesioner ini. Data yang ada di dalam kuesioner ini akan digunakan dalam kegiatan penyusunan skripsi dan tidak akan dipublikasikan. Jenis Kelamin : a. laki-laki
b. Perempuan
Umur
: a. < 14 Tahun b. 15 – 24 Tahun
c. 25 – 55 Tahun d. > 55 Tahun
Pendidikan
: a. Tidak Sekolah b. SD c. SMP
d. SMA e. Akademi/ Perguruan Tinggi f. Lainnya,sebutkan….
Pekerjaan
: a. Siswa b. Mahasiswa c. PNS
d. TNI e. Pegawai swasta f. Wirausahawan
Daerah Asal
: a. Jabodetabek
b. Luar Jabodetabek, sebutkan…
Frekuensi berkunjung di Taman Impian Jaya Ancol : c. 6 bulan sekali a. 1 minggu sekali d. Setahun sekali b. 1 bulan sekali Tujuan datang ke Taman Impian Jaya Ancol : c. Lainnya,sebutkan…. a. Rekreasi/bermain b. Studi Pendamping saat berkunjung : a. Sendiri b. Teman c. Keluarga
d. Rombongan e. Lainnya,sebutkan….
Aktivitas yang dilakukan di Taman Impian Jaya Ancol : a. Akivitas fisik (bermain, berenang, jogging) b. Aktivitas sosial (piknik, gathering, arisan) c. Akivitas kreatif (photo hunting) d. Lainnya, sebutkan…
g. Ibu Rumah Tangga h. Lainnya, sebutkan…
119 Dari mana Anda mengetahui Taman Impian Jaya Ancol : a. Teman b. Iklan
c. Internet / Website d. Lainnya, sebutkan…
Pendapat Anda tentang keindahan Taman di Taman Impian Jaya Ancol: a. Tidak indah b. Kurang indah c. Indah Tingkat kenyamanan Anda dengan kondisi lingungan di Taman Impian Jaya Ancol : a. Tidak nyaman b. Kurang nyaman c. Nyaman Tingkat kepuasan rekreasi di Taman Impian Jaya Ancol : c. Tidak puas a. Puas d. Kurang puas b. Sangat puas e. Cukup puas Persepsi anda terhadap fasilitas : 1. Tempat duduk / bangku taman a. Tidak baik b. kurang baik c. cukup baik
d. baik
e. sangat baik
2. Tempat bermain a. Tidak baik b. kurang baik
c. cukup baik
d. baik
e. sangat baik
3. Toilet a. Tidak baik
b. kurang baik
c. cukup baik
d. baik
e. sangat baik
4. Tempat makan a. Tidak baik b. kurang baik
c. cukup baik
d. baik
e. sangat baik
5. Tempat ibadah a. Tidak baik b. kurang baik
c. cukup baik
d. baik
e. sangat baik
6. Tempat sampah a. Tidak baik b. kurang baik
c. cukup baik
d. baik
e. sangat baik
7. Area parkir a. Tidak baik b. kurang baik
c. cukup baik
d. baik
e. sangat baik
8. Shelter a. Tidak baik
c. cukup baik
d. baik
e. sangat baik
b. kurang baik
Harapan Anda untuk Taman Impian Jaya Ancol : a. Harga tiket masuk lebih terjangkau b. Peningkatan kualitas pelayanan c. Perbaikan kualitas fasilitas rekreasi d. Kepedulian terhadap lingkungan ------------------- Terima Kasih --------------------
Lampiran 2. Daftar Nama Tanaman di Kawasan Rekreasi TIJA Nama Lokal Akasia Teh-tehan Akalipa Kamboja Jepang Damar Siklok Rumput peking Sengon Alamanda kuning Krokot Buni Kacang-kacangan Sukun Nangka Api-api Buni Kacang-kacangan Sukun Rumput gajah Mindi Keben Bunga kupu-kupu Palem bismarkia Lontar
Nama Latin Bougainvillea sp. Bromelia sp. Caesalpinia pulcherrima Calathea lutea Calliandra surinamensis Callistemon viminalis Calophyllum inophyllum Canna indica Carex morrowii Cassia multijuga Cassia siamea Casuarina equisetifolia Ceiba pentandra Cerbera Odollam Chlorophytum comosum Chrysalidocarpus lutescens Clitoria ternatea Cocos nucifera Codiaeum variegatum Coleus blumei Cordia subcordata Crinum amabile Crinum sp. Cupressus papuana
Nama Lokal Bougenvile Bromelia Kembang merak Kalatea Kaliandra Sikat botol Nyamplung Kana, bunga tasbih Kucai Hujan mas Johar Cemara angin Randu Bintaro Lili Paris Palem kuning Kembang telang Kelapa hijau Puring Miana Jati mas Bakung laut Bakung air mancur Cemara
120
Nama Latin Acacia auriculiformis Acalypha macrophylla Acalypha wilkesiana Adenium obesum agathis dammara Agave attenuata Agrostis stolonifer Albizia falkataria Allamanda cathartica Alternanthera ficoides Antidesma bunius Arachis pintoi Artocarpus altilis Artocarpus heterophyllus Avicennia germinans Antidesma bunius Arachis pintoi Artocarpus altilis Axonopus compressus Azadirachta ezcelsa Baringtonia asiatica Bauhinia purpurea Bismarckia nobilis Borassus flabellifer
Lampiran 2. (Lanjutan) Nama Lokal Flamboyan Daun bahagia/belanceng Kayu hitam Pandan Bali Drasena tricolor Pangkas kuning Terang bulan Kelapa sawit Sirih gading Dadap merah Euphorbia Beringin Biola cantik Pisang Lady Di Kembang sepatu Waru laut hijau Waru laut merah Pacar cina Gandarusa merah Iris Soka Batavia Kaya Atamimi (Pohon sosis) Bungur
Nama Latin Lantana camara Leucaena leucocephala Livistona rotundifolia Mandevilla sanderi Manilkara kauki Maranta warscewiczii Mascarena Lagenicaulis Mellueca cakuputi Mimusoph elengi Mirabillis jalapa Morinda citrifolia Muntingia calabura Mussaenda sp. Nephrolepis exalta Nerium oleander Ophiopogon sp. Pachystachys lutea Pandanus tectorius Pedilanthus pringlei Peltophorum pterocarpum Philodendron sp. Phoenix dactylifera Phoenix roebeenii Phormium colmsae Pisonia alba
Nama Lokal Lantana Lamtoro Palem sadeng Mandevilla Sawo kecik Meranta belang Palem botol Kayu putih Tanjung Bunga pukul empat Pace Kersen, serri Nusa indah Paku jejer Bunga mentega Lili Brasil Lili mas, Lolipop Pandan laut Patah tulang Yellow flame Philodendron Palem kurma Phoenix daun halus Tri colour Kol banda
121
Nama Latin Delonix regia Dieffenbachia sp. Diospyros celebica Dracaena draco Dracaena marginata Duranta repens Duranta variegata Elaesis guineensis Epipremnum scindapus aureus Erythrhina crista-galli Euphorbia milii Ficus benjamina Ficus lyrata Heliconia collinsiana Hibiscus rosainensis Hibiscus tiliaceus Hibiscus tiliaceus Impathiens balsamina Iresine herbstii Iris xiphium Ixora sp. Jatropha pandurifolia Khaya grandifolia Kigelia pinnata Lagerstoemia speciosa
Lampiran 2. (Lanjutan) Nama Latin Pithecellobium dulce Plumeria rubra Polyalthia fragrans Polyalthia longifolia Polyscias scutellaria Pongamia pinnata Portulaca grandiflora Pseuderanthemum renculatum Pterocarpus indicus Ptycosperma macarthurii Ravenala madagascariensis Rhapis excelsa Rhizophora sp. Rhoe spathacea Roystonea regia
Nama Lokal Asam kranji Kamboja Glodokan bulat Glodokan tiang Daun mangkokan Polongan Sutra bombay Melati costa Angsana Palem hijau Pisang kipas Palem waregu Bakau Adam hawa Palem raja
Nama Latin Ruellia malaocsperma ‘Dwarf’ Samanea saman Sansevieria sp. Schleichera oleosa Spatodea campanulata Swietenia mahagoni Tabernaemontana corymbosa Tamarindus indica Terminalia catappa Tradescantia spathacea Veitchia merrillii Widelia biflora Wodyetia bifurcata Zephyranthes sp.
Nama Lokal Ruelia Trembesi, Ki hujan Lidah mertua Kosambi Kecrutan Mahoni Carembosa Asam jawa Ketapang Nanas kerang Palem putri Seruni rambat Palem ekor tupai Bawang-bawangan
122
123 Lampiran 3. Struktur Organisasi PT. Pembangunan Jaya Ancol, Tbk
124 Lampiran 4. Struktur Organisasi Departemen Utilitas & Kebersihan TIJA
125 Lampiran 5. Surat Perintah Kerja (SPK)
126 Lampiran 6. Contoh Bill of Quantity (BQ) PT. Pembangunan Jaya Ancol, Tbk Departemen Utilitas & Kebersihan BILL OF QUANTITY (BQ) Proyek Sub Proyek Pekerjaan Lokasi No
: Sipil, Taman & Kebersihan : Taman & Kebersihan : Pengadaan barang Top Dress rumput : Taman Impian Item Pekerjaan
Sat
Vol
Harga Satuan (Rp)
A 1 2 3 4 5 6 7
Pengadaan Barang Pasir beton Pupuk NPK Pupuk Urea Cocofit (serbuk kelapa @ 50 kg) TSP KCl Furadan
M3 Kg Kg Krg Kg Kg Kg
B
Ongkos Pengolahan
Ls
C
Tenaga Penggemburan (Aerasi)
M2
1.990
D 1 2 3 4
Tenaga Angkut & Penaburan Belakang loket barat Depan pom bensin Sekitar gondola pantai timur Jalur bus markiya arah timur
M2 M2 M2 M2
420.00 330.00 680.00 560.00
Jumlah Harga (Rp)
23.00 250.00 150.00 70.00 150.00 150.00 1 1
Menyetujui,
Mengetahui,
Jakarta, 21 Maret 2012 Dibuat oleh,
Aries CGM. Hutabarat, SE Manager Taman&Kebersihan
Sukirman Kabag. Taman&Keb
Untung Mulyono Kasie. Taman&Keb Barat
127 Lampiran 7. Surat Permintaan Barang
Lampiran 8. Daftar Nama Tanaman di Nursery (Pembibitan) Taman Impian Nama Lokal Teh-tehan Kamboja Jepang Siklok Aglonema Alamanda kuning Alokasia Krokot merah Krokot Srikaya Anturium bunga Buni Kacang-kacangan Nangka Kadaka Belimbing sayur Belimbing Mindi Keben Bunga kupu-kupu Bougenvile Bromelia Kembang merak Kalatea Kaliandra
Nama Latin Calophyllum inophyllum Canna indica Carex morrowii Carica papaya Catharantus roseus Celosia argantea Cerbera Odollam Cereus peruvianus Chamaedorea seifreizii Chlorophytum comosum Chrysalidocarpus lutescens Chrysanthemum sp. Citrus amblycarpa Citrus aurantifolia Clerodendron paniculatum Clitoria ternatea Codiaeum variegatum Coleus blumei Colocasia esculanta Cordia sabestana 'Aurea' Cordyline terminalis Crinum amabile Crinum sp. Cuphea melville
Nama Lokal Nyamplung Kana, bunga tasbih Kucai Pepaya Tapak dara Jengger ayam Bintaro Kaktus Palem kamedoria Lili Paris Palem kuning Krisan, seruni Jeruk limo Jeruk nipis Kembang pagoda Kembang telang Puring Miana Keladi Jati mas Hanjuang Bakung laut Bakung air mancur Candy corn plant
128
Nama Latin Acalypha macrophylla Adenium obesum Agave attenuata Aglaonema Allamanda cathartica Alocasia macrorrhiza Alternanthera amoena Alternanthera ficoides Annona squamosa Anthurium andreanum Antidesma bunius Arachis pintoi Artocarpus heterophyllus Asplenium nidus Averrhoa bitimbi Averrhoa carambola Azadirachta ezcelsa Barringtonia asiatica Bauhinia purpurea Bougainvillea sp. Bromelia sp. Caesalpinia pulcherrima Calathea lutea Calliandra surinamensis
Lampiran 8. (Lanjutan) Nama Lokal Pepayungan Palem merah, lipstik Flamboyan Anggrek Daun bahagia/belanceng Pandan Bali Drasena tricolor Pangkas kuning Terang bulan Ecaliptus Melati air Sirih gading Daun beludru Dadap merah Zodia Euphorbia Sambang darah Karet munding Biola cantik Manggis Kaca piring Kembang kancing Pisang Lady Di Heliconia (Golden Torch) Capit udang
Nama Latin Hibiscus rosainensis Hibiscus tiliaceus Hibiscus tiliaceus Impathiens balsamina Ipomea batatas 'Yellow' Ipomea tricolor Iresine herbstii Iris xiphium Ixora sp. Jatropha pandurifolia Kalanchoe sp. Lantana camara Livistona rotundifolia Mandevilla sanderi Mangifera indica Maranta warscewiczii Mascarena Lagenicaulis Mirabillis jalapa Moraea bicolor Morus alba Muntingia calabura Musa paradisiaea Mussaenda sp. Nephrolepis exalta Nerium oleander
Nama Lokal Kembang sepatu Waru laut hijau Waru laut merah Pacar cina Ubi hias daun kuning Ipomea bunga biru Gandarusa merah Iris Soka Batavia Cocor bebek Lantana Palem sadeng Mandevilla Mangga Meranta belang Palem botol Bunga pukul empat Peacock flower Murbei Kersen, serri Pisang buah Nusa indah Paku jejer Bunga mentega
129
Nama Latin Cyperus alternifolius Cyrtostachis lakka Delonix regia Dendrobium sp. Dieffenbachia sp. Dracaena draco Dracaena marginata Duranta repens Duranta variegata Ecaliptus depluta Echinodorus palaefolius Epipremnum aureum Episcia cupreata 'Frosty' Erythrhina crista-galli Euodia ridleyi Euphorbia milii Excocaria cochinensis Ficus elastica Ficus lyrata Garcinia mangostana Gardenia jasminoides Gomphrena globosa Heliconia collinsiana Heliconia psittacorum Heliconia rostrata
Lampiran 8. (Lanjutan) Nama Latin
Nama Latin Rhapis excelsa Rhoe spathacea Rosa sp. Ruellia malaocsperma ‘Dwarf’ Russelia equisetiformis Salix babylonica Samanea saman Sansevieria sp. Schefflera sp. Sesbania grandiflora Spathyphyllum sp. Swietenia mahagoni Syngonium podophyllum Syzyguim aqueum Tabebuai pentaphylla Tabernaemontana corymbosa Tagates erecta Tamanrindus tamarin Tectona grandis Terminalia catappa Terminalia molineti Tradescantia spathacea Widelia biflora Zephyranthes sp. Zinnia elegans
Nama Lokal Palem wregu Adam hawa Mawar Ruelia Air mancur Laing liu/Janda merana Trembesi, Ki hujan Lidah mertua Wali songo Turi bunga putih Spathyphilum Mahoni Singonium Jambu air Tabebuya Carembosa Kenikir Asam jawa Jati Ketapang Ketapang daun kecil/mini Nanas kerang Seruni rambat Bawang-bawangan Kembang kertas
130
Nymphaea Ophiopogon japonicus Ophiopogon sp. Orthosiphon stamineus Pachystachys lutea Pandanus amaryllifolius Pandanus tectorius Passiflora edulis Pedialanthus bractealus Pedilanthus pringlei Peltophorum pterocarpum Philodendron sp. Phoenix roebeenii Phormium colmsae Piper betle Piper crocatum Pisonia alba Plumeria rubra Polyalthia fragrans Polyalthia longifolia Polyscias scutellaria Portulaca grandiflora Pseuderanthemum renculatum Ptycosperma macarthurii Ravenala madagascariensis
Nama Lokal Teratai Lili kucai mini Lili Brasil Kumis kucing Lili mas, Lolipop Pandan Wangi Pandan laut Markisa Daun zigzag Patah tulang Yellow flame Philodendron Phoenix daun halus Tri colour Sirih Sirih merah Kol banda Kamboja Glodokan bulat Glodokan tiang Daun mangkokan Sutra bombay Melati costa Palem hijau Pisang kipas
131 Lampiran 9. Analisis Harga Satuan
132 Lampiran 9. (Lanjutan)
133 Lampiran 10. Checklist Pekerjaan Harian, Checklist Tenaga Kerja, dan Checklist Alat Kerja
134 Lampiran 10. (Lanjutan)
135 Lampiran 10. (Lanjutan)
136 Lampiran 11. Form Penilaian Kontraktor
137 Lampiran 12. Matriks Pembobotan dan Rating Faktor-faktor Strategis Internal (IFE) Responden 1: Kepala Seksi Tampan Timur Faktor Strategis S1 Internal S1 S2 S3 S4 S5 S6 W1 W2 W3 Total
1 2 2 2 2 2 3 3
S2
S3
S4
S5
S6
3
2 2
2 3 2
2 1 2 2
2 1 2 2 2
2 1 3 3 3 3 2
2 2 2 2 3 2
2 2 2 3 3
2 3 3 3
3 3 3
W1 W2 W3 2 1 2 2 1 1 2 2
1 1 1 1 1 1 2
1 2 2 1 1 1 2 1
3
Total
Bobot
Rating
15 12 15 13 14 14 19 21 21 144
0,104 0,083 0,104 0,090 0,097 0,097 0,132 0,146 0,146 1
3 3 3 3 4 3 2 2 1
Total
Bobot
Rating
13 17 16 16 18 19 12 13 20 144
0,090 0,118 0,111 0,111 0,125 0,132 0,083 0,090 0,139 1
3 4 3 3 4 4 1 1 1
Responden 2: Kepala Seksi Tampan Barat Faktor Strategis S1 S2 S3 S4 S5 S6 W1 W2 W3 Internal S1 S2 S3 S4 S5 S6 W1 W2 W3 Total
2 2 3 3 3 3 1 2 2
1 3 2 2 1 2 2
1 3 2 2 2 2 2 2
1 1 2 2 3 2 2 3
1 2 2 2 2 1 1 3
1 2 2 1 2 1 1 3
3 3 2 2 3 3 2 2
2 2 2 2 3 3 2 3
2 2 2 1 1 1 2 1
138 Lampiran 12. (Lanjutan) Responden 3: Kepala Seksi Pembibitan Faktor Strategis S1 S2 S3 S4 S5 S6 W1 W2 W3 Internal 2 3 2 1 2 3 3 1 S1 2 2 2 1 2 3 3 2 S2 1 2 1 1 1 2 2 1 S3 2 2 3 2 3 3 3 2 S4 3 3 3 2 3 3 3 2 S5 2 2 3 1 1 2 3 1 S6 1 1 2 1 1 2 3 2 W1 1 1 2 1 1 1 1 1 W2 3 2 3 2 2 3 2 3 W3 Total Matriks IFE (Skor dari Faktor Strategis Internal) Faktor Bobot rataan Rating rataan Strategis Internal 3,0 0,104 S1 3,3 0,106 S2 3,0 0,097 S3 3,0 0,113 S4 3,7 0,125 S5 3,3 0,111 S6 1,7 0,102 W1 1,3 0,099 W2 1,0 0,141 W3 Total
Total 17 17 11 20 22 15 13 9 20 144
Bobot Rating 0,118 0,118 0,076 0,139 0,153 0,104 0,090 0,063 0,139 1
3 3 3 3 3 3 2 1 1
Skor (bobot x rating)
0,313 0,352 0,292 0,340 0,463 0,367 0,173 0,129 0,141 2,570
Keterangan: Kekuatan (Strengths) S1 Pembagian wilayah pemeliharaan yang baik S2 Pemeliharaan lanskap bermitra dengan kontraktor S3 Pemasaran dan promosi yang sudah cukup aktif S4 Pelaksanaan pemeliharaan dilakukan oleh tenaga kerja yang berpengalaman S5 Konsep pengelolaan sampah Ancol Zero Waste S6 Sistem manajerial administrasi tertata dengan baik
Kelemahan (Weaknesses) W1 SOP pemeliharaan belum berjalan secara efektif W2 Terdapat situasi lanskap yang kurang indah dan nyaman W3 Kondisi fasilitas rekreasi yang kurang baik
139 Lampiran 13. Matriks Pembobotan dan Rating Faktor-faktor Strategis Eksternal (EFE) Responden 1: Kepala Seksi Tampan Timur Faktor Strategis O1 O2 O3 O4 O5 T1 Eksternal 2 1 2 1 2 O1 2 1 1 2 1 O2 3 3 2 3 1 O3 2 3 2 2 2 O4 3 2 1 2 3 O5 2 3 3 2 1 T1 3 3 3 3 3 3 T2 Total
T2
Total
Bobot
Rating
1 1 1 1 1 1
9 8 13 12 12 12 18 84
0,107 0,092 0,155 0,143 0,143 0,143 0,214 1
3 3 3 3 3 1 3
Total
Bobot
Rating
3 3 3 2 2 2
13 15 16 10 12 9 9 84
0,155 0,179 0,191 0,119 0,143 0,107 0,107 1
4 4 4 3 2 1 1
T2
Total
Bobot
Rating
1 1 1 1 2 2
7 8 16 12 12 13 16 84
0,083 0,095 0,191 0,143 0,143 0,155 0,191 1
4 3 4 3 3 2 1
Responden 2: Kepala Seksi Tampan Barat Faktor Strategis Eksternal O1 O2 O3 O4 O5 T1 T2
O1 O2 O3 O4 O5 T1 T2 1 3 1 3 2 1 1
3 1 2 1 1
3 1 1 1 1 1 Total
1 3 3 3 2 2
2 2 3 1 2 2
3 3 3 2 2 2
Responden 3: Kepala Seksi Pembibitan Faktor Strategis O1 O2 O3 O4 O5 T1 Eksternal 2 1 1 1 1 O1 2 1 1 2 1 O2 3 3 3 3 3 O3 3 3 1 1 3 O4 3 2 1 3 1 O5 3 3 1 1 3 T1 3 3 3 3 2 2 T2 Total
140 Matriks EFE (Skor dari Faktor Strategis Eksternal) Faktor Strategis Bobot rataan Rating rataan Eksternal 0,115 3,7 O1 0,123 3,3 O2 0,179 3,7 O3 0,135 3,0 O4 0,143 2,7 O5 0,135 1,3 T1 0,171 1,7 T2 Total
Skor (bobot x rating) 0,426 0,406 0,661 0,405 0,386 0,175 0,290 2,749
Keterangan: Peluang (Opportunities) O1 Lokasi rekreasi yang berada di tengah ibukota Jakarta O2 Kemudahan aksesibilitas
O3 Adanya musim liburan O4 Peningkatan wisatawan dimasa yang O5
akan datang Kerjasama dengan berbagai pihak
Ancaman (Threats) T1 Adanya tingkat persaingan dengan kawasan rekreasi lain T2 Adanya gangguan akibat faktor alam dan perubahan iklim
141 Lampiran 14. Zona Pemeliharaan Kawasan Rekreasi Taman Impian (Tampan)