PERENCANAAN LANSKAP REKREASI “AREA OUTBOUND” KAWASAN TAMAN HUTAN RAYA IR. H. DJUANDA, BANDUNG
YESY MAHESSA
DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA* Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Perencanaan Lanskap Rekreasi “Area Outbound” Kawasan Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda, Bandung adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir disertasi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Juni 2013 Yesy Mahessa NIM A44080035
ABSTRAK YESY MAHESSA. Perencanaan Lanskap Rekreasi “Area Outbound” Kawasan Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda, Bandung. Dibimbing oleh SETIA HADI. Taman hutan raya Ir. H. Djuanda merupakan salah satu bentuk konservasi terhadap plasma nutfah yang berada dalam lingkup pengelolaan regional. Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi kondisi fisik, potensi wisata dan sosial kawasan serta merencanakan lanskap rekreasi pada “Area outbound” kawasan Tahura Ir. H. Djuanda, Bandung. Metode penelitian yang digunakan terdiri dari empat tahapan yaitu inventarisasi, analisis, sintesis dan perencanaan. Dalam tahap analisis dilakukan analisis spasial dan deskriptif. Analisis data dilakukan dengan memperhatikan kondisi biofisik, kondisi aspek wisata serta kondisi sosial. Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan, diperlukan usaha dalam meningkatkan keberlanjutan kawasan yaitu dengan cara memberikan penambahan terhadap berbagai macam fasilitas yang diperlukan, memperbaiki fasilitas yang sudah rusak sehingga dapat menarik minat pengunjung dalam melakukan kegiatan rekreasi. Dari hasil analisis spasial, didapatkan beberapa zona berupa peta kesesuaian lahan yang kemudian akan digunakan sebagai dasar dalam perencanaan lanskap. Perencanaan lanskap ini bertujuan untuk menunjang keberadaan dari semua objek-objek wisata yang merupakan pesona wisata taman hutan raya Ir. H. Djuanda. Kata kunci: Perencanaan, Taman Hutan Raya, Wisata Alam
ABSTRACT YESY MAHESSA. Landscape Planning of Recreation “Outbound Area” at Ir. H. Djuanda Grand Forest Park, Bandung. Supervised by SETIA HADI. Ir. H. Djuanda grand forest park is one type of conservation toward regional management of germplasm scope. The purpose of this study is to identify the physical, social and tourism potential of the region as well as recreation on the landscape plan. The research methodology is consisted of 5 stages that are preparation, inventory, analitycal, syntetical, and over planning. There are spatial and descriptive analysis in the analytical stage. However the data analysis was done by looking at biophysics condition, touring aspect condition along with social aspect. According to the result of analysis, it is needed an effort to enrich an advanced area through increasing the facility and repair the facility that out order beside to set up a better place for many people to come for recreation. Based on spatial analysis, it has been gotten some zones like terrain map for landscape planning. Scenery over planning is aimed to support the existence of all Ir.H.Djuanda grand forest park object. Keywords : Grand Forest Park, Nature Tourism, Planning
© Hak cipta milik IPB, tahun 2013 Hak cipta dilindungi undang-undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah, dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB.
PERENCANAAN LANSKAP REKREASI “AREA OUTBOUND” KAWASAN TAMAN HUTAN RAYA IR. H. DJUANDA, BANDUNG
YESY MAHESSA
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Departemen Arsitektur Lanskap
DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013
Judul Skripsi : Perencanaan Lanskap Rekreasi “Area Outbound” Kawasan Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda, Bandung Nama : Yesy Mahessa NIM : A44080035
Disetujui oleh
Dr. Ir. Setia Hadi, MS Pembimbing
Diketahui oleh
Dr. Ir. Siti Nurisjah, MSLA Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
PRAKATA
Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan ridho-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Perencanaan Lanskap Rekreasi “Area Outbound” Kawasan Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda, Bandung dengan sebaik-baiknya. Skripsi ini merupakan hasil dari penelitian di Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda, Bandung yang penyusunannya bertujuan sebagai salah satu syarat memperoleh gelar sarjana dari Departemen Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Dalam penulisan skripsi ini penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1. Papa Iskandar dan Mama Zulfiatni serta adik-adikku Rachmad Iskandar dan Rahmi Iskandar Zulfi yang telah memberikan kasih sayang serta do’a sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. 2. Dr. Ir. Setia Hadi, MS selaku dosen pembimbing atas bimbingan, masukan, serta arahannya dalam penyelesaian skripsi ini. 3. Prof. Dr. Ir. Hadi Susilo Arifin sebagai dosen pembimbing akademik selama melaksanakan perkuliahan. 4. Pimpinan dan karyawan Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda terutama kepada ibu Elis, bapak Abdul Kudus, bapak Sahroni dan Bapak Roli yang sudah membantu dalam proses pengumpulan data yang saya perlukan selama melakukan penelitian di Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda. 5. Teman-teman Mahasiswa Lintau Bandung (NiNova, Ridho, Tika, Apis, Putra, Da Mario, Widi, Yesi, dan Rafdi) yang telah menjadi saudara terdekat dan telah membantu penulis dalam proses kelancaran dalam melaksanakan penelitian di Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda, Bandung. 6. Maetek Dayat dan teman – teman (Enjoy, Faris dan Tiwi) yang sudah membantu penulis dalam proses kelancaran pengerjaan skripsi. 7. Teman-teman ARL 45 yang tidak bisa disebutkan satu persatu atas canda tawa selama perkuliahan dan telah menjadi teman baik penulis selama ini baik dalam suka maupun duka. 8. Teman-teman wisma gardenia (Icin, Titi, Olla) yang telah memberikan semangat dan dukungan selama proses pengerjaan skripsi serta terima kasih kepada teman-teman Mahasiswa Lintau Bogor (MLB) yang telah menjadi saudara terdekat selama penulis melaksanakan kuliah di Institut Pertanian Bogor (IPB). Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna. Akhir kata, penulis berharap agar skripsi ini berguna bagi pihak yang memerlukan dan semoga kita selalu dalam lindungan Allah SWT.
Bogor, Juni 2013
Yesy Mahessa
DAFTAR ISI DAFTAR ISI
vii
DAFTAR GAMBAR
viii
DAFTAR LAMPIRAN
ix
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Tujuan Penelitian
2
Manfaat Penelitian
2
Kerangka Pikir Penelitian
3
TINJAUAN PUSTAKA
4
Lanskap
4
Taman Hutan Raya (Tahura)
4
Rekreasi Alam Terbuka
5
Rekreasi Alam
5
Sumber Daya Rekreasi
6
Perencanaan Rekreasi
6
Perencanaan Lanskap
7
METODOLOGI
8
Waktu dan Lokasi Penelitian
8
Alat dan Bahan
9
Metode Penelitian
9
HASIL DAN PEMBAHASAN
13
Kondisi Umum
13
Analisis
34
Sintesis
43
Perencanaan
46
Perencanaan Kawasan
50
Simpulan
65
Saran
65
DAFTAR PUSTAKA
66
RIWAYAT HIDUP
73
DAFTAR TABEL Kriteria dan tata cara penetapan kawasan/hutan lindung Jenis data dan metode pengumpulannya Zonasi pentupan lahan taman hutan raya Ir. H. Djuanda Jenis sarana dan prasarana “area outbound” Kawasan Analisis keterkaitan setiap objek wisata di Tahura Ir. H. Djaunda Jumlah kk dan jiwa desa Ciburial, kecamatan Cimenyan Jumlah pengunjung kawasan wisata tahura tahun 2003 – 2011 Jumlah jiwa usia kerja Desa Ciburial, Kecamatan Cimenyan Jenis tanah area outbound kawasan Tahura Ir. H. Djuanda Data peta tematik “Area outbound” Kawasan Tahura Jenis dan fungsi vegetasi yang digunakan
11 12 22 30 30 32 32 34 35 44 51
DAFTAR GAMBAR Kerangka pikir penelitian Lokasi Penelitian Alur perencanaan (Gold 1980) Peta administrasi dan sumberdaya kawasan Peta inventarisasi kawasan Peta analisis kemiringan lahan Peta geologi kuarter cekungan Bandung Peta tanah kawasan Peta penutupan lahan kawasan Penggunaan Lahan pada Kawasan Contoh jenis-jenis vegetasi di Tahura Ir. H. Djuanda Contoh jenis-jenis satwa di Tahura Ir. H. Djuanda Peta Distribusi Wilayah Utara dan Sumber Air Peta Analisis Visual Cara vegetasi mengontrol radiasi matahari Karakteristik pengunjung berdasarkan usia Karakteristik pengunjung berdasarkan profesi Karakteristik pengunjung berdasarkan daerah asal Frekuensi pengunjung berkunjung Karakteristik pengunjung berdasarkan tingkat kepuasan Karakteristik pengunjung berdasarkan harapan untuk Tahura Karakteristik pengunjung berdasarkan tujuan datang ke Tahura Penilaian pengunjung terhadap keindahan Tahura Penilaian pengunjung terhadap kenyamanan di Tahura Peta Komposit Diagram konsep ruang Diagram konsep sirkulasiKonsep Vegetasi Peta rencana ruang Ilustrasi gerbang masuk kawasan
3 8 9 16 17 19 20 21 23 24 26 26 27 29 36 39 39 40 40 40 41 41 42 42 45 48 49 52 54
Ilustrasi Musholla Ilustrasi kios Meja dan bangku Ilustrasi Gazebo Tempat sampah Ilustrasi papan informasi Ilustrasi atraksi air Ilustrasi areal perkemahan Ilustrasi Playground Areas Ilustrasi Area Piknik Rencana lanskap kawasan rekreasi Rencana lanskap 1 Rencana lankap 2 Potongan AA’’ Potongan BB’ Rencana lanskap 3 Potongan CC’ Rencana lanskap 4 Potongan DD’
54 55 56 56 57 57 58 59 59 60 61 62 62 62 62 63 63 63 63
DAFTAR LAMPIRAN Tabel Pengujian kualitas air Kuisioner penelitian (Persepsi pengunjung)
69 70
PENDAHULUAN Latar Belakang Kota Bandung merupakan kota metropolitan terbesar di Jawa Barat sekaligus menjadi ibu kota provinsi. Kota ini terletak 140 km sebelah tenggara Jakarta, dan merupakan kota terbesar ketiga di Indonesia setelah Jakarta dan Surabaya menurut jumlah penduduknya. Kota Bandung memiliki beberapa kawasan yang menjadi wisata alam, selain berfungsi sebagai paru-paru kota juga menjadi tempat berwisata bagi masyarakat. Salah satu lokasi wisata alam yang ada di kota ini yaitunya Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda (Tahura Ir. H. Djuanda). Tahura yang merupakan kawasan pelestarian alam dan bagian dari daerah cekungan Bandung, memiliki latar belakang sejarah yang erat kaitannya dengan zaman purba hingga sekarang. Tahura Ir. H. Djuanda terletak disebelah utara kota Bandung berjarak ± 7 km dari pusat kota, secara geografis berada 107º 30’ BT dan 6º 52 LS’, secara administrasi berada di wilayah Desa Ciburial Kecamatan Cimenyan Kabupaten Bandung dan sebagian masuk wilayah Desa Mekarwangi, Desa Cibodas, Desa Langensari, dan Desa Wangunharja Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat serta Kelurahan Dago Kecamatan Coblong Kota Bandung. Berdasarkan hasil rekonstruksinya tata batas Tahura Ir. H. Djuanda pada tahun 2003 luasnya adalah 526,98 hektar, luas kawasan objek wisata dari Tahura ± 30 hektar dan luas perencanaan“area outbound” kawasan Tahura ini ± 4,2 hektar. Taman Hutan Raya (Tahura) merupakan salah satu bentuk konservasi terhadap plasma nutfah yang berada dalam lingkup pengelolaan regional. Sebagai sebuah taman, Tahura memiliki sifat keterbukaan yang lebih lebar karena dalam pembagian kawasan Tahura, terdapat zona pengembangan dimana dalam zona tersebut intervensi manusia dimungkinkan. Tahura berfungsi sebagai kawasan pelestarian alam untuk tujuan koleksi tumbuhan dan satwa yang alami atau buatan, jenis asli atau bukan asli, yang di manfaatkan bagi kepentingan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, budaya, pariwisata, dan rekreasi (Ngadiono 2004). Tahura merupakan salah satu lokasi wisata atau jasa rekreasi hutan yang berpotensi untuk dikembangkan. Keindahan alamnya merupakan daya tarik tersendiri bagi tumbuh dan berkembangnya berbagai aktivitas kehidupan. Namun seiring dengan waktu potensi dan daya tarik yang semula dimiliki oleh lokasi wisata tersebut lama kelamaan dapat menurun dan promosinya tidak berkembang, hal ini tentu akan berpengaruh terhadap penurunan minat pengunjung ke lokasi tersebut. Dengan semakin tingginya kebutuhan masyarakat akan jasa rekreasi dan wisata, maka perlu dilakukan upaya untuk lebih menigkatkan pengembangan dan pengelolaan Tahura sehingga daya tarik wisatanya lebih meningkat dan memiliki peluang pemasaran yang lebih besar. Knudson (1980) menjelaskan bahwa program wisata, khususnya wisata alam dibuat untuk menciptakan lingkungan fisik luar atau bentang alam yang dapat mendukung tindakan dan aktivitas rekreasi manusia yang menunjang keinginan, kepuasan dan kenyamanannya, dimana proses perencanaan dimulai dari pemahaman sifat dan karakter serta kebijakan manusianya dalam menggunakan tapak untuk kawasan wisata.
2 Kawasan Tahura yang telah digunakan sebagai kawasan wisata alam memiliki persentase ruang terbuka hijau yang tinggi. Karena itu, pemanfaatan ruang terbuka hijau dapat dioptimalkan untuk kepentingan ekosistem maupun masyarakat di sekitarnya. Ruang terbuka hijau kawasan hutan ini sangat potensial untuk dijadikan sebagai kawasan konservasi bagi keanekaragaman hayati, terutama vegetasi endemik dan kualitas estetisnya dapat ditingkatkan agar bisa dimanfaatkan untuk aktivitas rekreasi. Permintaan terhadap sarana rekreasi di kawasan hutan ini terus bertambah. Kesibukan dan rutinitas sehari-hari yang melelahkan akan menimbulkan keinginan untuk melakukan berbagai aktivitas yang menyenangkan agar dapat mengembalikan kesegaran untuk memulai kesibukan yang baru. Melakukan berbagai aktivitas rekreasi di tengah ruang terbuka dengan suasana alami merupakan salah satu alternatif dalam mengisi waktu luang yang ada. Oleh karena itu, perlu adanya penyediaan sarana rekreasi alam di dalam kawasan hutan ini. Hal inilah yang menjadi dasar dalam mengembangkan ruang terbuka hijau tersebut sebagai kawasan konservasi yang sekaligus merupakan sarana rekreasi alam. Melalui aktivitas rekreasi itu pengenalan terhadap sumberdaya lingkungan alami yang terdapat di dalamnya akan meningkatkan kepedulian terhadap usaha pelestarian sumberdaya alam tersebut. Pemanfaatan ruang terbuka hijau sebagai kawasan konservasi dan rekreasi perlu direncanakan sesuai dengan daya dukung kawasan. Penyediaan fasilitas, selain mempertimbangkan keinginan pemakai, haruslah direncanakan dengan baik untuk mencegah dampak penggunaan yang merugikan di kemudian hari. Perencanaan lanskap yang baik akan menghasilkan pengembangan kawasan disertai dengan program yang dapat menjadikan kawasan wisata yang berkelanjutan.
Tujuan Penelitian Tujuan dilaksanakan penelitian ini adalah : 1. Mengidentifikasi kondisi fisik, potensi wisata dan sosial kawasan 2. Merencanakan lanskap “Area Outbound” Kawasan Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda sebagai kawasan rekreasi
Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini adalah sebagai suatu bentuk pembelajaran terutama dalam bidang perencanaan lanskap serta memberi masukan dan alternatif perencanaan lanskap kawasan pada pemerintah Provinsi Jawa Barat dan Balai Pengelolaan Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda dalam mengembangkan “Area Outbond” Kawasan Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda sebagai kawasan rekreasi alam yang memberikan daya tarik dan kenyamanan bagi wisatawan.
3 Kerangka Pikir Penelitian Kerangka pemikiran dari penelitian ini didasarkan pada konsep rekreasi alam dalam perencanaan pengembangan “Area Outbond” kawasan Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda Bandung, kerangka pemikiran dapat dilihat pada (gambar 1).
Kawasan taman hutan raya Ir. H. Djuanda
“ Area outbound” Kawasan Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda
Aspek biofisik
Aspek wisata
Topografi Iklim Geologi dan tanah Hidrologi Vegetasi dan satwa Kualitas visual
Analisis potensi objek
Aspek Sosial
Analisis karakteristik persepsi & preferensi pengunjung Analisis, karakteristik & persepsi pengelola
&
Atraksi wisata
Konsep Rekreasi Alam
Zonasi Kawasan
Perencanaan lanskap pada “Area Outbound” sebagai kawasan rekreasi alam
Gambar 1 Kerangka pikir penelitian
TINJAUAN PUSTAKA Lanskap Lanskap sebagai suatu bentang alam dengan karakteristik tertentu yang dapat dinikmati oleh seluruh indera manusia, karakter tersebut menyatu secara harmoni dan alami untuk memperkuat karakter lanskapnya (Simonds 1983). Lanskap adalah wajah atau karakter lahan atau bagian dari muka bumi dengan segala sifat dan kehidupan yang ada di dalamnya baik yang bersifat alami atau buatan, manusia beserta makhluk hidup lainnya, sejauh mata memandang, sejauh indera dapat menangkap, dan sejauh imajinasi dapat menjangkau serta membayangkan (Rachman 1984). Tapak (site), secara fisik merupakan bagian dari suatu lanskap atau lanskap itu sendiri, berbentuk alami atau buatan, statis atau dinamis, dengan ukuran serta karakter yang beragam. Secara teknis, tapak didefinisikan sebagai suatu areal yang digunakan untuk melaksanakan suatu kegiatan yang akan direncanakan dan dirancang dengan tujuan dan manfaat tertentu. Tapak merupakan suatu sistem (fisik dan sosial) yang dibentuk dan dipengaruhi keberadaan serta kelestariannya oleh berbagai elemen pembentuk lanskap (tanah, air, vegetasi, iklim, ekonomi, politik, dan budaya manusia yang mendiaminya. Setiap tapak juga memiliki bentuk fisik (forms, features,forces) dengan karakter tetentu (statis, dinamis, ramah, gagah, meluas, dan lainnya) yang mempengaruhi tujuan dan pembentukan serta penatannya (Nurisjah 2004).
Taman Hutan Raya (Tahura) Tahura merupakan salah satu bentuk konservasi terhadap plasma nutfah yang berada dalam lingkup pengelolaan regional. Berbeda dengan Taman Nasional, Tahura eksistensinya berada dalam scope regional dimana seluruh aspek manajerial berada di tangan pemerintah daerah dalam hal ini propinsi. Oleh karena itu, sebagai aset milik daerah diharapkan Tahura dapat menjadi wadah eksistensi berbagai flora maupun fauna asli daerah dan dapat menjadi maskot bagi daerah (Ngadiono 2004). Menurut Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang konservasi sumberdaya alam dan ekosistemnya, Tahura didefinisikan sebagai kawasan pelestarian untuk tujuan koleksi tumbuhan dan satwa alami atau buatan, jenis asli atau bukan asli, yang dimanfaatkan bagi kepentingan penelitianm ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, budaya, pariwisata dan rekreasi. Dengan melihat fungsi dari Tahura, wisata berbasis alam adalah pilihan yang tepat untuk dikembangkan di kawasan tersebut. Pemantapan kawasan Tahura meliputi kegiatan pengukuhan status kawasan, pemeliharaan batas fisik termasuk rekonstruksi batas, penataan kawasan ke dalam blok perlindungan dan pemanfaatan, serta pengkajian bagian kawasan suaka Tahura yang kondisi dan manfaatnya sudah tidak sesuai dengan tujuan penetapannya (Ngadiono 2004). Penataan kawasan Tahura didasarkan pada fungsi kawasan dan tujuan pengelolaan serta pemanfaatan, yaitu untuk kegiatan kawasan
5 perlindungan, koleksi jenis tumbuhan dan satwa khas dari propinsi yang bersangkutan, dan pengembangan pemanfaatan secara maksimal bagi kesejahteraan masyarakat.
Rekreasi Alam Terbuka Rekreasi merupakan penggunaan waktu luang untuk suatu hal yang menyenangkan dan dapat mengembangkan kemampuan seseorang untuk sesuatu yang baru dan lebih memuaskan. Aktivitas rekreasi dapat berbentuk rekreasi fisik berupa aktivitas yang berhubungan dengan fisik dan rekreasi psikis yang melibatkan pikiran, perasaan, dan kenyamanan (Nurisjah 2004). Douglass (1982) menambahkan bahwa rekreasi adalah suatu kegiatan yang menyenangkan dan konstruktif serta member tambahan pengetahuan dan pengalaman mental maupun fisik dari pemanfaatan sumberdaya alam dalam kurun dan ruang yang terluang. Rekreasi dapat dilakukan di dalam ruangan (indoor recreation) dan di alam terbuka (outdoor recreation). Rekreasi di alam terbuka tergolog rekreasi yang berhubungan dengan lingkungan dan berorientasi pada penggunaan sumberdaya alam seperti air, hujan, pemandangan alam atau kehidupan di alam bebas (Douglass 1982). Knudson (1980) menyatakan bentuk kegiatan rekreasi di alam terbuka meliputi : 1. Rekreasi perjalanan seperti bersepeda, berjalan-jalan, berkuda dan berlayar. 2. Rekreasi sosial seperti piknik dan berkemah 3. Rekreasi estetik seperti fotografi, melukis, menikmati pemandangan dan studi alam 4. Pertualangan seperti memanjat tebing dan mendaki gunung 5. Survival replay seperti memancing, berburu dan berkemah. Dalam melakukan kegiatan-kegiatan seperti disebutkan di atas dibutuhkan tapak yang terletak di hutan, taman suaka alam, play group, areal rekreasi sungai alami, air terjun, jalur jalan setapak dan gunung. Sebagian besar bentuk kegiatan rekreasi di alam terbuka tersebut dapat dilakukan pada kawasan Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda yang merupakan salah satu hutan lindung yang ada di Kabupaten Bandung.
Rekreasi Alam Menurut Knudson (1984), aktivitas-aktivitas yang termasuk aktivitas rekreasi ruang terbuka antara lain : aktivitas berjalan-jalan (berjalan-jalan dan menjelajah, bersepeda, menunggang kuda, berkendaraan untuk bersenang-senang, berlayar, berselancar), aktivitas sosial (olahraga, berkemah, piknik, berenang), aktivitas estetik/artistik (fotografi, keliling kota, melukis, menggambar, membuat pekerjaan tangan, studi alam), aktivitas bertualang (memanjat gunung, lari cepat), dan aktivitas mempertahankan hidup (memancing, berburu dan berkemah). Aktivitas rekereasi ruang terbuka seperti memandang alam, piknik, berenang, berlayar, berkemah, hiking, lintas alam bisa dilakukan sebagai rekreasi
6 hutan. Fasilitas-fasilitas yang dapat disediakan untuk aktivitas ini antara lain areal perkemahan, areal piknik, dan jalan kecil (Douglass, 1982).
Sumber Daya Rekreasi Sumberdaya rekreasi merupakan kesatuan ruang tertentu yang mengandung unsur elemen ruang yang dapat memenuhi kebutuhan rekreasi, menarik minat rekreasi dan dapat menampung kegiatan rekreasi. Ketersediaan sumberdaya untuk rekreasi adalah jumlah dan kualitas dari sumberdaya yang tersedia di tempat rekreasi yang dapat digunakan pada waktu tertentu (Gold, 1980). Knudson (1980), mengklasifikasikan sumberdaya untuk rekreasi dilihat dari orientasinya menjadi : 1. Orientasi pada pengunjung 2. Orientasi pada sumberdaya untuk pelestarian 3. Orientasi pertengahan yakni untuk memenuhi kebutuhan pengunjung seimbang dengan pengelolaan sumberdaya. Pengembangan “Area Outbound” Kawasan Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda sebagai kawasan rekreasi yang berorientasi pada pemenuhan kebutuhan pengunjung yang seimbang dengan pengelolaan sumberdaya yang ada. Pengelolaan terhadap sumberdaya dilakukan dengan tetap mempertahankan fungsi areal tersebut sebagai kawasan pelestarian alam.
Perencanaan Rekreasi Perencanaan rekreasi adalah suatu proses yang menghubungkan masyarakat dengan waktu luang dan ruang, dimana konsep dan metode berbagai disiplin ilmu digunakan untuk menyediakan kesempatan berekreasi bagi masyarakat tersebut. selain itu, juga erat kaitannya dengan variable-variabel perilaku di dalam memanfaatkan waktu luang di ruang terbuka (Gold 1980). Menurut Gold (1980), prinsip umum dalam perencanaan rekreasi terutama perencanaan suatu kawasan rekreasi adalah : 1. Semua orang harus melakukan aktivitas dan memakai fasilitas rekreasi. 2. Rekreasi harus dikoordinasikan dengan kemungkinan-kemungkinan rekreasi yang lain untuk menghindari duplikasi. 3. Rekreasi harus berintegrasi dengan pelayanan umum lain seperti kesehatan, pendidikan, dan transportasi. 4. Fasilitas-fasilitas harus dapat beradaptasi dengan permintaan di masa yang akan datang. 5. Fasilitas dan program-programnya secara finansial harus dapat dilaksanakan. 6. Masyarakat harus dilibatkan dalam proses perencanaan. 7. Perencanan harus merupakan proses yang berkelanjutan dan membutuhkan evaluasi. 8. Perencanaan lokal dan regional harus berintegrasi. 9. Terlebih dahulu harus ada lahan yang akan dikembangkan menjadi taman atau tempat wisata.
7 10. Fasilitas-fasilitas yang ada harus membuat lahan menjadi seefektif mungkin dalam menyediakan tempat yang sebaik-baiknya demi kenyamanan, keamanan, dan kebahagiaan pengunjung.
Perencanaan Lanskap Perencanaan adalah suatu proses sintesis yang kreatif tanpa akhir dan dapat ditambah, juga merupakan proses yang rasional dan evolusi yang teratur. Perencanaan merupakan urutan-urutan pekerjaan yang panjang dan terdiri dari bagian-bagian pekerjaan yang saling berhubungan dan berkaitan. Semua bagian tersebut tersusun sedemikian rupa sehingga apabila terjadi perubahan pada satu bagian, maka akan mempengaruhi bagian yang lain (Simonds 1983). Pendekatan yang baik dalam perencanaan lanskap pada hakekatnya berdasarkan lima komponen utama dalam arsitektur lanskap yaitu faktor alami, sosial, teknologi, metodelogi, dan nilai-nilai (Laurie 1975). Empat aspek yang perlu diperhatikan dalam proses berpikir lengkap merencana dan melaksanakan suatu proyek lanskap yaitu aspek sosial, ekonomi, fisik, dan teknik, yang dikaitkan dengan faktor ruang, waktu, tenaga, dan gerak (Rachman 1984). Perencanaan tapak (lanskap) adalah suatu kompromi antara penyesuaian tapak dan adaptasi program terhadap kondisi tapaknya (Laurie 1984). Kemudian dijelaskan dengan lebih rinci bahwa perencanaan lanskap merupakan suatu proses melengkapi, menempatkan dan menghubungkan program-program satu dengan lainnya, dengan kerusakan minimum, dilengkapi dengan imajinasi serta kepekaan terhadap implikasi-implikasi pada analisis tapak. Hubungan timbale balik antara program dan tapak akan menghasilkan rencana tata guna lahan. Rencana ini akan memperlihatkan dimana program secara spesifik dapat ditampung dalam tapak dan bagaimana proyek tersebut dihubungkan dengan lingkungan sekitarnya. Menurut Gold (1980), perencanaan adalah suatu alat yang sistematis yang digunakan untuk menetukan saat awal suatu keadaan dan cara terbaik untuk pencapaian keadaan tersebut. Perencanaan lanskap dapat dilakukan melalui beberapa pendekatan, antara lain : 1. Pendekatan sumber daya, yaitu penetuan tipe cara alternatif aktivitas berdasarkan pertimbangan kondisi dan situasi sumberdaya. 2. Pendekatan aktivitas, yaitu penentuan tipe dan alternatif aktivitas berdasarkan seleksi terhadap aktivitas pada masa lalu untuk memberikan kemungkinan apa yang dapat disediakan pada masa yang akan datang. 3. Pendekatan ekonomi, yaitu pendekatan tipe, jumlah, dan lokasi kemungkinan aktivitas berdasarkan pertimbangan ekonomi. 4. Pendekatan perilaku, yaitu penentuan aktivitas berdasarkan pertimbangan perilaku manusia.
8
METODOLOGI Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan dari bulan Maret 2012 sampai bulan Agustus 2012. Kegiatan penelitian ini meliputi survei awal lokasi, pengambilan data lapang, pengolahan data serta penyusunan laporan. Lokasi penelitian adalah Kawasan Kompleks Tahura Ir. H. Djuanda, Dago Pakar, Bandung, Jawa Barat.
Gambar 2 Lokasi Penelitian Tahura Ir. H. Djuanda terletak disebelah utara kota Bandung berjarak ± 7 km dari pusat kota, secara geografis berada 107º 30’ BT dan 6º 52 LS’, secara administrasi berada di wilayah Desa Ciburial Kecamatan Cimenyan Kabupaten Bandung dan sebagian masuk wilayah Desa Mekarwangi, Desa Cibodas, Desa Langensari, dan Desa Wangunharja Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat serta Kelurahan Dago Kecamatan Coblong Kota Bandung. Berdasarkan hasil rekonstruksinya tata batas Tahura Ir. H. Djuanda pada tahun 2003 luasnya adalah 526,98 hektar, luas kawasan objek wisata dari Tahura ini ±32 hektar dan untuk area perencanaan kawasan outbond sendiri luasannya ± 4,2 ha.
9 Alat dan Bahan Bahan dan data yang didapat dari survei langsung, diantaranya adalah data objek, tata ruang, aksesibilitas, data visual, data peta, dan data wawancara. Peta dasar (data peta) yang digunakan untuk kegiatan analisis adalah : 1. peta kawasan Tahura Ir. H. Djuanda Bandung (tata guna lahan, kontur) 2. foto udara (www.googleearth.com) Selain data, juga diperlukan alat sebagai berikut : 1. kamera, GPS, dan Kompas 2. komputer dan software ( AutoCAD, Sketch Up, Photoshop dll.)
Metode Penelitian Penelitian dilakukan dengan melewati beberapa tahapan yaitu tahap inventarisasi, analisis, sintesis dan perencanaan (Gambar 3). Penelitian ini dilakukan dengan mengacu pada metode perencanaan sistematis untuk rekreasi alam sebagaimana dikemukakan oleh Gold (1980). Penelitian dilakukan sampai tahap perencanaan dengan hasil akhir berupa landscape plan yang dilengkapi dengan rencana tata hijai dan fasilitas penunjang aktivitas rekreasi.
Inventarisasi
Analisis Data
Geologi
Faktor-faktor pembatas dan kemungkinan
Topografi Vegetasi Hidrologi
Sintesis
Konsep Konsep
Rencana Induk
Perencanaan Tapak
Konsep Potensi Tapak Kesesuaian Tapak untuk Pengembangan
dan lain-lain
Gambar 3 Alur perencanaan (Gold 1980) 1. Inventarisasi Tahap Inventarisasi merupakan tahap pengumpulan data dan informasi yang mengacu pada konsep serta tujuan yang telah dirumuskan sebelumnya. Data yang dikumpulkan meliputi data primer dan sekunder. Data primer diperoleh
10 melalui survei lapang dan wawancara, sedangkan data sekunder diperoleh melalui studi pustaka dari berbagai sumber seperti pihak pengelola, instansi yang bersangkutan dan sebagainya. jenis, bentu, cara pengambilan berikut sumber data dapat dilihat pada Tabel 2. 2. Analisis Pada tahap analisis dilakukan penentuan kendala dan potensi maupun masalah yang ada pada tapak serta mengamati karakteristik kawasan untuk tujuan perencanaan lanskap kawasan rekreasi. Analisis dilakukan pada setiap data yang telah didapatkan dari inventarisasi. Analisis dilakukan secara spasial dan kemudian dijabarkan secara deskriptif untuk menentukan area yang sesuai untuk perencanaan kawasan. Perencanaan ini lebih ditekankan untuk perencanaan kawasan rekreasi yang memperhatikan ruang terbuka hijau kawasan agar dapat menjaga keberlanjutan kawasan itu sendiri. Analisis spasial dilakukan terhadap empat jenis peta tematik yaitu (peta kemiringan lahan, peta penutupan lahan, peta aktivitas pengunjung dan peta tanah). Analisis ini dilakukan dengan metode tumpang susun (overlay), pembobotan dan skoring. Hasil overlay tersebut digunakan untuk membuat perencanaan lanskap kawasan rekreasi dengan memperhatikan ekosistem kawasan. Analisis karakteristik, persepsi dan preferensi pengunjung juga dilakukan. Analisis dilakukan terhadap data hasil kuesioner yang disebarkan kepada pengunjung dimana dari hasil yang didapatkan supply kawasan wisata sehingga dapat dirumuskan mengenai pengembangan kawasan sesuai dengan tujuan perencanaan. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode accidental-sampling dan random sampling, yaitu pembagian kuesioner berdasarkan pengunjung yang secara kebetulan ditemui, pengambilan sampel tidak diteruskan apabila sudah mencukupi pengambilan data. Dalam kegiatan analisis dilakukan skoring, untuk nilai skoring berkisar antara 1 sampai 3. Berdasarkan nilai tersebut maka penentuan kelas lahan untuk perencanaan ini dapat terbagi menjadi tiga, yaitu : kelas sesuai nilainya 3, kelas cukup sesuai nilainya 2, dan kelas tidak sesuai nilainya 1. Kelas kemiringan lereng diukur berdasarkan buku Standar Evaluasi Kesesuaian Lahan dan Perencanaan Tataguna Lahan (Hardjowigeno, S dan Widiatmaka, 2007). Untuk menghitung besarnya kemiringan lereng (S) digunakan rumus : S = (n-1)xCi / √2a² x 100 % Keterangan : S = kemiringan lereng dalam % n = jumlah garis kontur ysng memotong jarring-jaring Ci = kontur interval dalam meter a = panjang jaring-jaring dalam m
11 Tabel 1 Kriteria dan tata cara penetapan kawasan/hutan lindung Faktor Pembentuk Tapak Jenis Tanah (kepekaan terhadap erosi)
Kelas 1. Tidak peka (alluvial, glei, planosol, hidromorf kelabu, laterit air tanah) 2. Agak peka (latosol) 3. Relatif peka (Brown forest soil, non calcic brown, mrditeran) 4. Peka (andosol, laterit, grumosol, podsol, posolik) 5. Sangat peka (regosol, litosol, organosol, renzina) Untuk tanah campuran ditentukan oleh sesuai dengan jenis tanah yang terpeka terhadap erosi yang ada pada tanah tersebut.
Kemiringan Lahan
1. 2. 3. 4. 5.
Datar (0-8%) Landai (8-15%) Agak curam (15-25%) Curam (25-45%) Sangat curam (≥45%)
Intensitas curah hujan (rata-rata curah hujan dalam hari hujan)
1. 2. 3. 4. 5.
Sangat rendah (≤ 13,6 mm/hari) Rendah (13,6-20,7 mm/hari) Sedang (20,7-27,7 mm/hari) Tinggi (27,7-34,8 mm/hari) Sangat tinggi (≥34,8 mm.hari)
Sumber : SK Menteri Pertanian No.837/Kpts/Um/11/1980 (24 November 1980)
Analisis secara kuantitatif bertujuan untuk mengetahui daya dukung kawasan rekreasi yang akan dikembangkan. Menurut Boulon dalam Nurisjah, Pramukanto dan Wibowo (2003), daya dukung kawasan wisata alam berdasarkan standar rata-rata individu dalam m²/orang dapat ditentukan dengan rumus sebagai berikut : DD= A/S Keterangan : = Daya Dukung DD A = Area yang digunakan wisatawan S = Standar rata-rata individu 3. Sintesis Sintesis merupakan tahap setelah dilakukan analisis terhadap data dan informasi yang telah dilkumpulkan. Hasil dari tahap ini yaitu berupa zonasi tapak berdasarkan kesesuaian lahan untuk kawasan rekreasi. Areal yang potensial tersebut dialokasikan untuk areal-areal aktivitas yang dapat mengakomodasikan keinginan pengelola maupun pengunjung. Selanjutnya ditentukan bentuk aktivitas serta fasilitas yang akan dikembangkan pada masing-masing areal aktivitas.
12 4. Perencanaan Pada tahap perencanaan ditentukan konsep pengembangan yang mengacu pada tujuan serta fungsi yang telah diterapkan. Konsep tersebut dikembangkan lebih lanjut untuk menghasilkan produk akhir yang disajikan dalam bentuk landscape plan secara grafis yang dilengkapi dengan rencana fasilitas dan penataan vegetasi yang menunjang keberadaan tapak sebagai kawasan rekreasi alam. Perencanaan hutan rekreasi ini dilakukan dengan pendekatan sumberdaya, dimana sumberdaya fisik atau alami akan menentukan kemungkinan tipe dan jumlah aktivitas rekreasi di dalamnya. Tabel 2 Jenis data dan metode pengumpulannya N o 1
Jenis data
Satuan data
Bentuk data
Sumber data
Metode analisis
Luas (m²)
Primer dan sekunder
Observasi lapang
Spasial dan Deskriptif
Primer
Observasi lapang
Spasial
Sekunder Primer
Data pengelola Observasi lapang dan data pengelola Data pengelola
Deskriptif Deskriptif dan spasial
Deskriptif
1 Aspek biofisik a.Lokasi tapak (letak, luas dan batas tapak) b.Aksesibilas (jaringan jalan dan transportasi) c.Geologi dan tanah d.Topografi dan kemiringan lahan e. Iklim
2
Sekunder
Deskriptif
f. Hidrologi drainase
dan
Primer dan sekunder
Observasi lapang dan data pengelola
g. Vegetasi satwa
dan
Primer dan sekunder
Observasi lapang dan data pengelola Observasi lapang dan data pengelola Observasi lapang dan data pengelola
Deskriptif
h. Kualitas visual
Primer dan sekunder
i.Tata guna lahan
Primer dan sekunder
Deskriptif dan spasial Deskriptif dan spasial
2 Aspek wisata a.Atraksi (jenis dan jumlah atraksi)
Angka
Primer dan sekunder
Observasi lapang dan data pengelola
Deskriptif
b.Pengunjung (fasilitas pelayanan)
Jumlah dan jenis
Primer dan sekunder
Observasi lapang dan data pengelola
Deskriptif
13 Tabel 2 Lanjutan 3 Aspek sosial 3 a.Sejarah dan tujuan pendirian kawasan wisata
Sekunder
Data pengelola
Deskriptif
b.Karakteristik, Persepsi, dan Preferensi Wisatawan
Sekunder
Observasi lapang
Deskriptif
c.Kependudukan masyarakat sekitar
Sekunder
Studi pustaka
Deskriptif
HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Sejarah Kawasan Tahura Ir. H. Djuanda Tahura Ir. H. Djuanda awalnya berstatus sebagai hutan lindung (Komplek Hutan Gunung Pulosari) yang batas-batasnya ditentukan pada tahun 1920. Pada tahun 1963 sebagian kawasan hutan lindung tersebut mulai dipersiapkan sebagai hutan wisata dan kebun raya. Untuk tujuan tersebut, kawasan seluas 30 hektar mulai ditanami dengan tanaman koleksi pohon-pohonan yang berasal dari berbagai daerah. Pada tanggal 23 Agustus 1965 atas gagasan Gurbenur Propinsi Jawa Barat, hutan tersebut ditetapkan sebagai Kebun Raya/Hutan Wisata Ir. H. Djuanda. Pada tahun 1980 Kebun Raya/Hutan Wisata yang merupakan bagian dari komplek Hutan Gunung Pulosari ini ditetapkan sebagai Taman Wisata, yaitu Taman Wisata Curug Dago seluas 590 hektar yang ditetapkan oleh SK Menteri Pertanian Nomor : 575/KPTS/Um/1980 tanggal 6 Agustus 1980. Pada tahun 1985, Bapak Mashudi dan Bapak Ismail Saleh sebagai pribadi dan Bapak Soerdjarwo selaku Menteri Kehutanan mengusulkan untuk mengubah status Taman Wisata Curug Dago menjadi Tahura. Usulan tersebut kemudian diterima Presiden Soeharto yang kemudian dikukuhkan melalui keputusan Presiden No. 3 Tahun 1995 tertanggal 12 Januari 1985. Peresmian Tahura Ir. H. Djuanda dilakukan pada tanggal 14 Januari 1985 yang bertepatan dengan hari kelahiran Bapak Ir. H. Djuanda. Bentang alam spesifik Tahura Ir. H. Djuanda merupakan sebagian daerah Cekungan Bandung yang sangat khas keberadaan rupa buminya dibanding daerah lainnya. Terjadinya daerah Cekungan Bandung ini disebabkan oleh gejolak alam pada periode-periode tertentu dalam era pembentukan alam semesta. Pada kawasan Tahura Ir. H. Djuanda dan sekitarnya, banyak ditemukan berbagai macam peninggalan manusia prasejarah yaitu beberapa piranti hidup sehari-hari yang disebut artefak. Artefak ini dibuat dari sejenis batuan yang tepinya tajam dan adapula yang sudah dilengkapi seperti pahat jaman sekarang.
14 Adanya piranti senjata yang ditemukan di daerah Tahura Ir. H. Djuanda, para ahli sejarah menduga bahwa kawasan tersebut merupakan “Bengkel Senjata” yang kemudian disebut pakar yang berasal dari kata Sunda Klasik “Pakarang”. Koleksi senjata prasejarah saat ini didokumentasikan di Museum Geologi Museum Sri Baduga, Museum Tahura Ir. H. Djuanda dan sebagian kecil ada di Belanda. Piranti tersebut bisa kita pelajari untuk kepentingan pendidikan, penelitian, maupun untuk pariwisata.
Status Pengelolaan Tahura Ir. H. Djuanda Pengelolaan kawasan Tahura Ir. H. Djuanda sebelumnya yang merupakan Kawasan Hutan Lindung Gunung Pulosari berdasarkan proses verbal tanggal 27 September 1992 dikelola oleh Pemerintah Hindia Belanda melalui Bosche Wezen, kemudian semenjak kemerdekaan Republik Indonesia 17 Agustus 1945 secara otomatis status kawasan hutan Negara dikelola oleh Pemerintah Republik Indonesia melalui jawatan Kehutanan. Pada tahun 1980 sampai dengan tahun 1985 Taman Wisata Curug Dago pengelolaannya dilaksanakan oleh Balai Konservasi Sumber Daya Alam Wilayah III Jawa Barat sesuai dengan Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor 575/Kpts/Um/8/1980. Tahun 1985 sampai tahun 2003 pengelolaannya dilaksanakan oleh Perum Perhutani yang dibina oleh Dirjen PHPA berdasarkan SK Menteri Kehutanan Nomor 192/Kpts-2/1985. Berdasarkan Undang-undang Nomor 5 Tahun 2000 tentang Otonomi Daerah, PP 62 Tahun 1998, PP Nomor 25 Tahun 2000 dan PERDA Jawa Barat Nomor 15 Tahun 2002 serta surat keputusan Menteri Kehutanan Nomor 107/Kpts-II/203 tanggal 23 Maret 2003 tentang penyelenggaraan tugas pembantuan pengelolaan Tahura oleh Gurbenur atau Bupati/Wali Kota, kewenangan pengelolaan berada dibawah Pemerintah Propinsi Jawa Barat, Dinas Kehutanan Propinsi Jawa Barat melalui UPTD Balai Pengelolaan Tahura. Budaya prasejarah sudah ikut terekam dan terlindungi oleh Tahura Ir. H. Djuanda, selain itu, budaya manusia modern juga ikut terekam di dalamnya karena tata ruang alaminya memang memadai untuk itu. Budaya manusia modern tersebut antara lain dengan pemanfaatannya untuk kepentingan militer pada masa perang dunia II dan sekarang digunakan untuk arboretum dalam lingkup Tahura Ir. H. Djuanda. Adanya Tahura Ir. H. Djuanda yang amat dekat dengan pusat kota Bandung dan memliki nilai sosial, ekonomi, dan budaya, dapat menjadi sarana pendidikan, sasaran penelitian, dan sekaligus menjadi daerah tujuan wisata yang penuh pesona. Untuk itulah Balai Pengelolaan Tahura Ir. H. Djuanda, terus berusaha meningkatkan kualitas dan kuantitas fungsi Tahura Ir. H. Djuanda agar data dan informasi yang terekam di dalamnya dapat digunakan sebagai acuan untuk pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan mencerdaskan kehidupan.
Deskripsi Umum Tahura Ir. H. Djuanda Tahura Ir. H. Djuanda yang merupakan bagian dari daerah cekungan Bandung, memliki latar belakang sejarah yang erat kaitannya dengan zaman purba
15 hingga sekarang. Secara geologis daerah ini mengalami perubahan yang disebabkan oleh gejolak alam dalam kurun waktu pembentukan alam semesta. Salah satu sisa ekosistem hutan di cekungan Bandung yang sekarang masih dapat dinikmati sebagai hutan kota adalah kawasan Tahura Ir. H. Djuanda. Secara harfiah tertuang dalam Undang-undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya. Tahura adalah kawasan pelestarian alam untuk tujuan koleksi tumbuhan dan/satwa yang alami atau buatan, jenis asli atau bukan asli, yang dimanfaatkan bagi kepentingan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, budaya, pariwisata, dan rekreasi.
Lokasi dan Aksesibilitas Kawasan Tahura Ir. H. Djaunda Tahura Ir. H. Djuanda terletak di sebelah Utara Kota Bandung, memilki tingkat aksesibilitas yang tinggi dan berjarak ±7 km dari pusat kota. Secara geografis berada 107º 30’BT dan 6º 52’LS, secara administrasi berada di wilayah Desa Ciburial Kecamatan Cimenyan Kabupaten Bandung dan sebagian masuk wilayah Desa Mekarwangi, Desa Cibodas, Desa Langensari, dan Desa Wangunharja Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat serta Kelurahan Dago Kecamatan Coblong kota Bandung. Tahura Ir. H. Djuanda yang terletak di tengah-tengah Bandung merupakan kawasan pelestarian alam yang tersisa juga berfungsi sebagai paru-paru pada kota Bandung. Hanya berjarak ± 5 km dari pusat pemerintahan (Gedung sate). Lokasi yang strategis ini dapat dengan mudah ditempuh melalui : Terminal Dago ± 2 Km Cimbeleuit Puncurt ± 6 Km Padasuka Cimenyan ± 8 Km Lembang Maribaya ± 4 Km Untuk memasuki kawasan Tahura Ir. H. Djuanda dapat melalui beberapa pintu antara lain : Pintu masuk utama di Pakar Dago Pintu masuk kolam pakar di PLTA Bengkok Pintu masuk Maribaya di Lembang Semua jenis kendaraan dapat mencapai pintu gerbang dengan kondisi jalan beraspal hotmix cukup baik. Berdasarkan hasil rekonstruksi tata batas Tahura Ir. H. Djuanda pada tahun 2003 luasnya adalah 526,98 hektar. “Area outbound” kawasan Tahura Ir. H. Djuanda dapat ditempuh melalui pintu masuk gerbang sekunder yang terletak di Pakar Dago yaitu pada bagian Selatan (± 250 m) dari gerbang utama kawasan Tahura Ir. H. Djuanda secara keseluruhan. Tata batas area ini luasnya ± 42.000 m² dan berbatasan dengan Desa Ciburial Kecamatan Cimenyan Kabupaten Bandung.
16
Gambar 4 Peta administrasi dan sumberdaya kawasan (Dinas pengelola Tahura Ir. H. Djuanda, 2012)
17
Gambar 5 Peta inventarisasi kawasan (Survei Lapang, 2012)
18 Kondisi Fisik Taman hutan raya Ir. H. Djuanda Kemiringan Lahan Sebagian besar kawasan Tahura Ir. H. Djuanda merupakan ekosistem pinggir sungai (Riparian ecosystem), pada umumnya kondisi lapangan berlereng dengan kelerengan agak curam sampai dengan terjal, dan ketinggian ± 770 mdpl sampai dengan ± 1350 mdpl. Mempunyai variasi topografi sangat tinggi, terutama pada sisi kiri dan kanan Sungai Cikapundung. Pada umumnya topografi pada “area outbound” kawasan Tahura Ir. H. Djuanda memiliki kemiringan 0-15% dengan interval kontur 0,6 meter dan titik tertinggi terdapat pada bagian utara kawasan yaitu 961,2 mdpl sedangkan titik terendah terdapat pada bagian selatan kawasan yaitu 956,4 mdpl. Kemiringan lahan pada tapak dapat dilihat pada Gambar 5. Secara keseluruhan kelerengan kawasan objek wisata ini adalah bergelombang ringan, agak curam sampai curam dan berbukit-bukit dengan hijau pepohonan merupakan atraksi alam yang mempunyai keindahan tersendiri dan dapat dilihat dari berbagai ketinggian dan beberapa tempat ketinggian tertentu. Kondisi kemiringan tersebut akan mempengaruhi kesesuaian jenis penggunaan lahan, intensitas penggunaan lahan, dan keberadaan bangunan.
Iklim Iklim merupakan elemen fisik dasar, dalam hal ini terdiri dari curah hujan, suhu, dan kelembaban udara. Salah satu fungsi kawasan Tahura Ir. H. Djuanda adalah sebagai tempat wisata alam, daerah ini mempunyai iklim yang menunjang fungsi tersebut baik temperatur udara maupun curah hujannya. Objek wisata alam Tahura Ir. H. Djuanda merupakan daerah basah yang memiliki curah hujan tahunan berkisar antara 2.500 – 4.500 mm. Keadaan temperatur udara di bagian lembah dan bagian puncak perbukitan terdapat perbedaan, di bagian lembah temperatur udara berkisar antara 22ºC - 24ºC dan dibagian puncak perbukitan berkisar antara 18ºC - 22ºC. Iklim menurut klasifikasi Schmidht Ferguson termasuk type B. Kelembaban udara di kawasan Taman hutan raya Ir. H. Djuanda pada umumnya cukup tinggi, dengan kelembaban udara rata-rata terendah adalah 70℅ pada siang hari dan 90℅ pada malam dan pagi hari. Suhu dan kelembaban merupakan faktor utama yang mempengaruhi kenyamanan dan aktivitas manusia, kenyamanan juga dapat dicapai apabila ingin dapat dirasakan kehadirannya, yaitu bila angin ini tidak terperangkap atau tidak terlalu kencang. Angin juga dapat menjadi media penyebaran polutan sehingga pengetahuan yang berkaitan dengan media ini sangat membantu usaha perbaikan mutu lingkungan. Curah hujan dan suhu udara mempengaruhi keberadaan dan penyebaran biota, serta kerapuhan sumberdaya alam. Karena itu, perencanaan suatu tapak tidak dapat tanpa memperhitungkan kondisi iklim suatu kawasan minimal dari tingkatan iklim mikro (Nurisyah 2004).
19
Gambar 6 Peta analisis kemiringan lahan (Survei Lapang, 2012)
20 Jenis Tanah Keadaan tanah di kawasan Tahura Ir. H. Djuanda termasuk peka terhadap erosi dan agak miskin akan kandungan mineral. Hal ini disebabkan karena jenis tanahnya terdiri dari tanah grumosol dan andosol. Bentuk tanah grumosol terdapat di bagian utara Tahura dengan fisiografi bergelombang, sedangkan pada bagian selatan terdapat tanah andosol dengan fisiografi bergunung. Area outbound kawasan Tahura Ir. H. Djuanda terletak pada bagian selatan dengan fisiografi bergunung, jenis tanah yang terdapat pada area ini adalah tanah andosol. Tanah andosol adalah tanah yang berasal dari abu gunung api yang terdiri dari mineral yang tinggi dan banyak mengandung unsur hara tanaman. Kandungan unsur hara yang terkandung pada tanah andosol yaitu N, P dan K. Contoh data yang terkait kondisi geologis antara lain ketersediaan air, kerawanan terhadap gempa, dan longsor, yang terkait dengan data tanah antara lain kesuburan tanah, kesesuaian terhadap bentuk-bentuk aktivitas tertentu. Melestarikan, mereklamasi, memperbaiki dan mengikuti kondisi awal merupakan alternatif tindakan analisis yang berkaitan dengan berbagai sifat dan karakter geologis dan tanah ini (Nurisyah 2004). Dibawah ini adalah peta geologi kuarter cekungan Bandung :
Gambar 7 Peta geologi kuarter cekungan Bandung (Sumber : Dinas pengelola taman hutan raya Ir. H. Djuanda, 2010) Tanah untuk kepentingan perencanaan tapak, diklasifikasikan menjadi dua yaitu sebagai media tumbuh tanaman (agriculture classification), dengan bobot dan pertimbangan yang berbeda, keduanya digunakan antara lain untuk penentuan lokasi penghijauan, bangunan dan fasilitas sanitasi serta areal rekreasi, habitat kehidupan liar dan lainnya. Data geologis dan tanah yang digabungkan dengan data lain dapat menjamin suatu pemahaman yang lebih baik sebab diketahui adanya sistem tanah, iklim, dan biota yang saling terkait, serta sistem lanskap buatan lainnya (Nurisyah 2004).
21
Gambar 8 Peta tanah kawasan (Dinas pengelola Tahura Ir. H. Djuanda, 2010)
22 Penutupan Lahan Penutupan lahan secara umum di Tahura Ir. H. Djuanda merupakan penutupan lahan alami, dan penutupan lahan terbangun. Penutupan lahan alami berupa hutan sekunder, tanaman dan belukar, dengan susunan vegetasi campuran yang tidak kurang dari 112 jenis, diantaranya yang dominan adalah jenis Pinus, Kaliandra dan Mahoni. Pada lereng-lereng terjal berjeluk tanah tipis dimana perakaran pinus tidak mampu bertahan, penutupan lahan didominasi oleh jenis Caliandra spp, sedangkan tumbuhan bawah didominasi oleh jenis Eupathorium spp (kirinyuh). Penutupan lahan terbangun berupa struktur bangunan. Penutupan lahan pada Tahura Ir. H. Djuanda terbagi menjadi beberapa zonasi yang terlihat dalam Tabel 3. Tabel 3 Zonasi pentupan lahan taman hutan raya Ir. H. Djuanda N No 1
Nama zonasi
1 Blok koleksi tanaman 2
Luas (Ha)
Cakupan Wilayah Kabupaten Bandung
Cimenyan
171,2
Bandung barat
Lembang
72,7
Bandung Bandung barat
2
2 Blok pemanfaatan 3
3
Cimenyan Lembang
2,96
Kota Bandung
Coblong
280
Bandung
Cimenyan
Bandung barat
Lembang
Blok perlindungan 3 Jumlah
Kecamatan
526,98
Sumber: Dinas pengelola taman hutan raya Ir. H. Djuanda
Penutupan lahan yang dominan pada “area outbound” kawasan Tahura Ir. H. Djuanda yaitu penutupan lahan alami. Penutupan lahan alami ini sesuai dengan fungsi dan tujuan dari Tahura itu sendiri yaitu sebagai fungsi perlindungan sistem penyangga kehidupan antara lain pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan. Vegetasi dan Satwa Kawasan Tahura Ir. H. Djuanda merupakan hutan alam sekunder dan hutan alam yang terdiri dari tumbuhan tingkat tinggi dan tumbuhan tingkat rendah. Tumbuhan tinggi didominasi oleh pinus (Pinus merkusii) sedangkan tumbuhan rendah didominasi oleh lumut dan pakis, sehingga berfungsi sebagai laboratorium alam (arboretum). Hutan tanaman mulai dikembangkan tahun 50-an, namun karena tumbuhnya pada lahan berbatu, diameternya relatif kecil. Pada tahun 1963 ditanam jenis tumbuhan kayu asing berasal dari luar daerah dan luar negeri di lahan seluas 30 hektar yang terletak sekitar Plaza dan Goa Jepang. Jenis tanamannya yang ada di Tahura ini antara lain Pinus, Mahoni Uganda, Damar, Kayu manis, Beringin, Kigelia, Bunga Bangkai seperti contoh gambar yang ada dibawah ini (Gambar 11).
23
Gambar 9 Peta penutupan lahan kawasan (Survei lapang, 2012)
24
(a)
(b)
(c)
(d)
(e)
(f)
Gambar 10 Penggunaan Lahan pada Kawasan (Sumber : Survei Lapang, 2012) Berdasarkan hasil inventarisasi yang telah dilakukan pada tahun 2003, jenis fauna yang dapat ditemukan di Tahura Ir. H. Djuanda antara lain jenis primata yaitu Kera ekor panjang (Mascaca fascicularis) dan jenis burung seperti Burung Tekukur (Streptopelia chinensis), Kacamata (Zoeterops palpebrosus), Perenjak jawa (Prinia flaviventris), Bondol jawa (Lonchura leucogastrides), Burung Cinenen Pisang (Orthotomus sutorius), Kepodang (Oriolus chinensis), Kutilang (Plenonotus caferourigaster), juga terdapat ayam hutan (Galus-galus
25 banriva), Musang (Paradoxurus hermaproditus),Tupai (Collosciurus notatus), dan berbagai jenis mamalia kecil lainnya. Selain itu juga terdapat jenis insect yaitu capung dan kupu-kupu.
Pinus (Pinus merkusii)
Mahoni (Swetenia macrophylla)
Vegetasi dan satwa merupakan elemen penting pada suatu lanskap, terutama pada lanskap alami. Kedua elemen biota ini merupakan elemen lanskap yang dinamis, karena tumbuh dan berkembang sesuai dengan berjalannya waktu. Perubahan pertumbuhan, bentuk dan warna pada tanaman, serta bentuk dan pola migrasi pada satwa merupakan nilai tambah terhadap kekayaan, keragaman, keasrian dan keindahan suatu lanskap. Terutama Indonesia yang merupakan kawasan tropis yang kaya akan spesies biota, pengetahuan mengenai keberadaan dan persebaran, keragaman dan keindahan vegetasi dan satwa ini akan sangat penting artinya. Kedua elemen ini sebaiknya direncanakan untuk saling melengkapi dalam meningkatkan kualitas suatu lanskap atau bentag alam (Nurisyah 2004).
Bunga bangkai (Amorphapollus titanium)
Kayu manis (Cinnamonum burmanii)
26
Dammar (Agathis damara)
Beringin (Ficus benyamina)
Gambar 11 Contoh jenis-jenis vegetasi di Tahura Ir. H. Djuanda (Sumber : Dinas pengelola taman hutan raya Ir. H. Djuanda)
Monyet (Macaca fascicularis)
Tupai (Collosciurus notatus)
Burung Tekukur (Streptopelia chinensis)
Ayam hutan (Galus-galus banriva)
Gambar 12 Contoh jenis-jenis satwa di Tahura Ir. H. Djuanda (Sumber : Dinas pengelola taman hutan raya Ir. H. Djuanda)
27 Hidrologi Ketersediaan (dalam jumlah, kualitas dan distribusi) dan kelestarian air serta badan – badan air (water bodies) tidak hanya merupakan salah satu faktor penting bagi keberadaan kehidupan manusia serta makhluk hidup lainnya tetapi juga merupakan salah satu faktor penambah keindahan dan keragaman pada suatu lanskap. Selain itu, air juga digunakan sebagai sumber energi untuk berbagai kegiatan kehidupan dan rekreasi (Siti Nurisjah 2004). Sumber air yang berada di Tahura Ir. H. Djuanda adalah sungai Cikapundung yang membentang sepanjang 15 km dan lebar rata-rata 8 meter dengan debit air sekitar 3.000 m³/detik. Sungai Cikapundung merupakan anak sungai Citarum yang berhulu dari Gunung Bukit Tunggul, selain itu terdapat juga beberapa mata air yang bersumber dari kelompok Hutan Gunung Pulosari. Sebagian dari aliran sungai Cikapundung di dalam kawasan Tahura Ir. H. Djuanda ditampung pada dua kolam penampungan yang berjarak 2,5 km. Kolam pertama terletak di blok Bantar Awi, seluas ± 200 m² dengan kedalaman 3,3 meter, kolam kedua berada di Pakar dengan luas ± 8.935 m² dan kedalaman 3,5 meter (Stilling pond, kolam pengedap sedimen) yang mempunyai kapasitas tampung 31.272 m³. Kedua kolam tersebut digunakan untuk memutar turbin pembangkit listrik tenaga air (PLTA) yang dibangun pada tahun 1923 oleh Pemerintah Kolonial Belanda, yang dikenal dengan nama PLTA Bengkok, yang merupakan PLTA tertua di Bandung. Selain untuk keperluan PLTA Bengkok, aliran Sungai Cikapundung juga digunakan sebagai sumber air minum oleh Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kota Bandung. Tabel pada lampiran 2 menunjukan hasil pengujian kualitas air pada tanggal 19 – 25 April 2012 dari PDAM Kota Bandung Jl. Badak Singa no.10 Bandung yang jenis contoh uji nya adalah badan air, lokasi sampling Sungai Cikapundung, yang merupakan sungai yang aliran airnya memasuki kawasan Tahura Ir. H. Djuanda, titik sampling Outlet turbin PLN Dago Bengkok, metode sampling SNI 6989.57-2008, baku mutu PP No. 82 Tahun 2001 Kelas I tentang pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air. Nilai hasil uji parameter tersebut merupakan nilai total kandungan standard method, Edisi ke 21 tahun 2005. Semua parameter diuji di laboratorium, suhu udara di laboratorium 23,5⁰C dan tidak memenuhi baku mutu yang dipersyaratkan.
Gambar 13 Peta Distribusi Wilayah Utara dan Sumber Air (Sumber : PDAM Tirtawening Kota Bandung 2012)
28 Kualitas Visual Kawasan memiliki topografi yang bervariasi dan terletak diantara pebukitan dan pegunungan, wilayah aliran sungai Cikapundung. Pada kawasan terdapat titik elevasi tertinggi (961,2 mdpl) yang terletak dibagian selatan kawasan. Titik tersebut memiliki kualitas visual yang baik (good view), dicirikan dengan pandangan bebas ke arah kolam pakar yaitu kolam penampungan dan dilengkapi dengan barisan hutan tanaman yang terdapat di seberangnya. Good view ini berpotensi untuk dikembangkan sebagai atraksi wisata alam yang menjadi nilai utama bagi kawasan Tahura Ir. H. Djuanda. Pemanfaatan viewing point di titik tertinggi pada tapak dapat melihat keseluruhan kawasan dengan latar pegunungan dan perbukitan. Viewing point dapat dilengkapi dengan menara pandang untuk meningkatkan nilai estetika kawasan. Sarana dan Prasarana Fisik Kawasan rekreasi memerlukan beberapa sarana dan prasarana untuk pelayanan kepada pengunjung. Semua sarana dan prasarana harus dirancang dan ditempatkan dengan baik agar tidak mengganggu bentang alam dan kelestarian lingkungan. Sarana dan prasarana seperti jalan, restoran, penginapan, informasi, kesehatan dan lain-lain harus dibangun untuk memenuhi kebutuhan pengunjung. Pembangunan tersebut harus tetap mempertimbangkan aspek kelestarian lingkungan dan meminimalkan dampak negatif yang mungkin timbul. Penyediaan fasilitas rekreasi berupa sarana dan prasarana pelayanan rekreasi berfungsi untuk mengakomodasi segala kebutuhan pengunjung selama dia berada dalam kawasan rekreasi. Fasilitas yang terdapat dalam suatu kawasan rekreasi berfungsi untuk menunjang terlaksananya kegiatan rekreasi. Tidak tersedianya fasilitas tersebut menyebabkan keengganan pengunjung untuk kembali ke tempat tersebut. Banyak kawasan rekreasi yang mengalami penurunan dalam jumlah pengunjung karena kurangnya fasilitas di kawasan tersebut. Secara umum, saat ini “Area outbound” kawasan Tahura Ir. H. Djuanda memiliki beberapa fasilitas penunjang yang cukup lengkap dan dalam kondisi terpelihara dengan baik, namun masih banyak terdapat kekurangan yang belum memberikan kepuasan terhadap pengunjung. Sarana dan prasarana fisik yang baik sangat penting dalam mendukung pengelolaan Tahura Ir. H. Djuanda. Kondisi sarana dan prasarana ini merupakan indikator penting dari tingkat kualitas dan intensitas pengelola Tahura Ir. H. Djuanda yang telah berjalan selama ini. Kawasan ini memiliki beberapa fasilitas penunjang kegiatan rekreasi yang cukup memadai diantara nya dapat dilihat pada Tabel 4.
29
Gambar 14 Peta Analisis Visual (Survei Lapang, 2012)
30 Tabel 4 Jenis sarana dan prasarana “area outbound” Kawasan No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Jenis fasilitas Loket karcis Rumah kaca Gazebo Warung makanan Post satpam Kantor pengelola Musholla Toilet Lapangan tennis Panggung terbuka Plaza
Jumlah (unit) 1 1 3 3 1 1 1 2 1 1 1
Kondisi Baik Kurang baik Baik Kurang baik Baik Baik Baik Baik Baik Cukup baik Baik
Sumber: Survei lapang 2012
Tabel 4 merupakan jenis, jumlah serta kondisi sarana dan prasarana yang ada pada “Area outbound” kawasan Tahura Ir. H. Djuanda. Pada umumnya kondisi sarana dan prasarana kawasan tergolong baik.
Aspek Wisata Penilaian terhadap potensi dan atraksi wisata dilakukan untuk dapat menilai kelayakan potensi objek dan atraksi wisata di setiap lokasi serta mengetahui jenis wisata yang ada pada tapak. Penilaian dilakukan berdasarkan nilai suatu objek dan atraksi wisata, aksesibilitas yang tersedia untuk mencapai objek dan atraksi, letak objek dan atraksi dari jalan utama, fasilitas wisata yang tersedia serta dampak terhadap lingkungan. Penilaian terhadap setiap objek wisata ini memberikan nilai daya dukung terhadap konsep perencanaan yang akan diterapkan, penilaian ini berguna untuk menilai aksesibilitas yang dilalui menuju objek wisata tersebut apakah memberikan pengaruh terhadap konsep perencanaan yang akan diterapkan atau tidak berpengaruh, pengaruh objek wisata tersebut dalam hal ini dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5 Analisis keterkaitan setiap objek wisata di Tahura Ir. H. Djaunda No
Objek Wisata
Klasifikasi jenis wisata Agama
Sejarah
Ilmu
Aksesibilitas
Absolute Value
Alam
1
Monumen Ir. H. Djuanda
1
2
Kolam Pakar
1
3
Gua Jepang
1
4
Gua Belanda
2
Ruang terbuka, Bangunan Monumental, Area rekreasi dan bermain Penggerak turbin, arena pemancingan ikan, sumber air PDAM Kota Bandung Markas , kepentingan pertahanan Kepentingan pertahanan dan markas kolonial
31 Tabel 5 Lanjutan 5
Curug Dago
2
6
Curug Omas
2
7
Jogging Track
1
Keterangan :
= Kuat = Lemah
Ruang terbuka, tempat rekreasi dan istirahat Ruang terbuka, tempat rekreasi Jalan setapak menyusuri pinggir sungai, ruang terbuka
1. Melalui area outbound 2. Tidak melalui area outbound
Keadaan Sosial dan Ekonomi Jumlah penduduk di sekitar kawasan Tahura Ir. H. Djuanda tepatnya di Desa Ciburial pada tahun 2012 adalah 12.509 jiwa (3.577 kk) yaitu 6.428 jiwa laki-laki dan 6.081 jiwa perempuan. Jumlah penduduk yang ada di desa ini terdiri dari dua belas dusun (dua belas RW) dalam hal ini dapat dilihat pada Tabel 5. Mata pencarian dan keadaan ekonomi masyarakat desa Ciburial sangat bervariasi yaitu antara lain berupa pegawai negri/TNI/Polri, pegawai swasta, petani, nelayan, pedagang, dan usaha sendiri atau wiraswasta. Secara umum masyarakat sekitar Tahura Ir. H. Djuanda yaitunya di Desa Ciburial kecamatan Cimenyan, didominasi oleh golongan pendapatan sedang dan rendah (Tabel 7). Gambaran Sisi Permintaan Pengunjung Pada bagian ini akan dijelaskan mengenai gambaran sisi permintaan dari pengunjung baik kecendrungan dari pengunjung yang datang maupun dari minat pengunjung yang berkunjung ke kawasan Tahura Ir. H. Djuanda. Dilihat dari kota asalnya, pengunjung Tahura Ir. H. Djuanda khususnya pengunjung domestik berasal dari kota Bandung dan beberapa kota di Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur. Pada umumnya mereka datang dalam bentuk rombongan, kelompok wisata, keluarga, dan rombongan sekolah. Berdasarkan data yang diperoleh dari pengelola, pusat informasi, serta berdasarkan hasil wawancara kepada pengunjung, pada umumnya tujuan pengunjung datang ke objek wisata Tahura Ir. H. Djuanda adalah berekreasi, dan lainnya bertujuan untuk penelitian, belajar fotografer, lari pagi, serta mengetahui jenis-jenis pohon yang ada. Berbagai macam kegiatan yang dilakukan selama berekreasi antara lain menikmati keindahan alam, berjalan kaki, rekreasi santai, dan lain-lain. Kegiatan rekreasi yang dapat dilakukan pengunjung sangat terbatas karena masih kurangnya fasilitas rekreasi lainnya. Selain itu, objek wisata Tahura Ir. H. Djuanda mempunyai daya tarik antara lain pemandangan alam yang indah, sisasisa peninggalan sejarah, udara yang bersih, keanekaragaman flora dan fauna serta rute berjalan kaki yang akan mendukung kegiatan rekreasi kawasan. Jumlah pengunjung pada hari minggu dan hari besar lainnya lebih banyak dibandingkan dengan hari-hari biasa. Dilihat dari tabel jumlah pengunjung di bawah ini (Tabel 6), terlihat bahwa jumlah pengunjung yang datang ke Taman hutan raya Ir. H. Djuanda dari
32 tahun ke tahun semakin meningkat, hal ini mungkin disebabkan karena rasa ingin tahu manusia yang sangat tinggi terhadap keberadaan setiap objek wisata yang ada. Salah satu cara yang dapat dilakukan agar dapat mempertahankan intensitas pengunjung serta dapat menarik minat pengunjung yaitu dengan cara membuat suatu perencanaan dan pengembangan kawasan. Rekreasi bisa dilakukan di tempat-tempat hiburan seperti taman hiburan, mall, bioskop dan lain-lain, namun tidak sedikit masyarakat yang ingin mencari kesenangan di alam terbuka (outdoor recreation) dengan menikmati udara segar, pemandangan yang indah, alam yang nyaman serta menikmati bentang alam yang mempesona. Tahura Ir. H. Djuanda merupakan salah satu tempat rekreasi di alam terbuka yang bisa memberikan kesenangan serta kepuasan kepada pengunjung. Tabel 6 Jumlah kk dan jiwa desa Ciburial, kecamatan Cimenyan No. Kode 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Dusun/RW 001 002 003 004 005 006 007 009 010 011 081 082 Jumlah
Jumlah KK 373 207 325 319 648 388 327 119 176 244 235 216 3.577
Jumlah jiwa dalam keluarga Laki-laki Perempuan Jumlah 620 642 1.262 385 352 737 596 576 1.172 563 530 1.093 1.212 1.143 2.355 759 668 1.427 557 536 1.093 221 221 442 279 247 526 384 371 755 428 412 840 424 383 807 6.428 6.081 12.509
Sumber : Data penduduk desa Ciburial, Kantor kepala desa Ciburial
Tabel 7 Jumlah pengunjung kawasan wisata tahura tahun 2003 – 2011 JUMLAH WISATAWAN (ORANG)/TAHUN 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 1 JANUARI 6401 6515 5571 8876 6633 13092 2 FEBRUARI 5192 3492 3470 3938 4963 5569 3 MARET 4981 3706 6188 6914 7298 7932 4 APRIL 6242 3966 6779 5079 8127 8806 5 MEI 7256 4545 5219 7909 11172 11863 6 JUNI 9269 7510 10841 12768 14882 14980 7 JULI 6509 7179 7043 8924 12037 13469 8 AGUSTUS 5829 4499 5894 6311 9780 7538 9 SEPTEMBER 466 5337 4522 4079 3579 15255 10 OKTOBER 5650 3783 2395 19883 19711 23366 6828 11 NOVEMBER 6950 9054 12857 7668 3946 6544 8457 12 DESEMBER 5420 4484 4387 5729 6268 11351 11295 JUMLAH TOTAL 18020 69466 66388 88807 94723 119732 125084 Sumber : Dinas pengelola taman hutan raya Ir. H. Djuanda NO
BULAN
2010 2011 14385 14982 7965 11192 8148 10319 12363 10724 18871 15941 14612 17615 12956 11634 5981 4187 13803 16347 6787 9008 7526 6441 12352 12022 135749 140412
Tabel 8 Jumlah jiwa usia kerja menurut kelompok umur dan jenis pekerjaan Desa Ciburial, Kecamatan Cimenyan Jenis Pekerjaan Bekerja No
Kelompok Umur
Pegawai negeri/TNI/ Polri
Pegawai Swasta
Nelayan
Pedagang
Usaha sendiri/ Wiraswasta
Lainnya
Jumlah
Tidak bekerja
Jumlah
Petani
1
15-19
2
18
12
2
0
8
160
202
909
1.111
2
20-24
0
130
30
0
10
28
237
435
657
1.092
3
25-29
2
245
46
1
25
78
328
725
527
1.252
4
30-34
14
275
52
2
18
88
360
809
475
1.284
5
35-39
12
221
63
0
16
99
281
692
396
1.088
6
40-44
23
171
53
2
14
56
223
542
278
820
7
45-49
38
127
42
1
5
69
183
465
223
688
8
50-54
37
90
45
1
1
69
160
403
192
595
9
55-59
21
68
26
1
3
48
117
284
157
441
149
1.345
369
10
92
543
2.049
4.557
3.814
8.371
Jumlah
Sumber : Dinas Pengelola Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda, Bandung 33
34 Analisis Kemiringan Lahan Penilaian terhadap kemiringan lahan guna melihat kesesuaian kawasan tersebut sebagai ruang beraktivitas bagi wisatawan. Penilaian ini meliputi kemiringan lahan yang terdiri dari daerah yang datar (0-8%) yaitu seluas ±27.395,21 m² atau 88,1 % dari luas keseluruhan tapak dengan kategori sesuai, tapak dengan kemiringan relatif curam (8-15%) seluas ±778,41 m² atau 2,5% dari luas keseluruhan tapak dengan kategori cukup sesuai dan tapak dengan kemiringan curam (>15%) seluas 2.929,95 atau 9,4 % dengan kategori tidak sesuai. Peta kemiringan lahan ini dibuat dengan standar kriteria kesesuaian lahan sebagai tempat rekreasi berdasarkan USDA, 1968 dalam Hardjowigeno S dan Widiatmaka, 2007). Keadaan topografi yang relatif datar menjadikan kawasan tersebut sebagai ruang aktivitas rekreasi yang nyaman serta memungkinkan aktivitas dalam pembangunan sarana dan prasarana penunjang rekreasi yang dibutuhkan oleh pengunjung. Perbedaan topografi yang terdapat di beberapa tempat tetap dipertahankan untuk memberikan nilai kualitas visual lanskap yang menarik dari adanya variasi ketinggian. Analisis kemiringan lahan berkaitan dengan kesesuaian kawasan untuk setiap peruntukan dalam perencanaan lanskap sebagai kawasan rekreasi. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat peta analisis kemiringan lahan pada (Gambar 16).
Penutupan Lahan Penilaian terhadap penutupan lahan dilakukan untuk dapat mengetahui alokasi RTH yang dapat dipertahankan, dibangun, serta diketahui dimana seharusnya area terbangun dikembangkan. Luas tapak secara keseluruhan adalah ± 42.098,81 m². Secara umum penutupan lahan berupa hutan alam seluas 26.798,36 m² (63,7%). Kemudian sebagian tertutup bangunan seluas 10.995,24 m² (26,1%) dan badan air seluas 4.305,21 (10,2%). Penutupan lahan yang dominan pada tapak yaitu penutupan lahan alami. Hasil analisis kesesuaian dalam perencanaan berdasarkan kondisi penutupan lahan kawasan dapat dilihat pada (Gambar 16)
Jenis Tanah Penilaian terhadap topografi guna melihat kesesuaian kawasan tersebut terkait dengan daya dukung tanah terhadap beban di atasnya, baik bangunan, manusia, maupun kendaraan. Selain itu, kesesuaian lahan untuk pertumbuhan tanaman pun perlu dipertimbangkan. Keadaan tanah di area outbound kawasan Tahura Ir. H. Djuanda termasuk peka terhadap erosi dan agak miskin akan kandungan mineral. Hal ini disebabkan karena jenis tanahnya yaitu tanah andosol. Pengetahuan, informasi dan data mengenai kondisi geologis dan tanah penting
35 untuk diketahui karena keduanya mendukung kelangsungan aktivitas, kehidupan serta tatanan yang direncanakan pada suatu tapak. Area ini merupakan suatu area yang terletak pada bagian selatan kawasan Tahura Ir. H. Djuanda dengan jenis tanah andosol yang miskin akan kandungan mineral, oleh karena itu perlu diberikan suatu perlakuan seperti pengapuran dan pemupukan untuk memperbaiki kandungan mineral tanah. Selain itu, jenis tanah ini memiliki kelas kesesuaian yang sangat sesuai (highly suited) untuk tanaman tahunan dan tanaman musiman karena tidak memiliki faktor pembatas. Tingkat kesesuaiannya terlampir pada Tabel. Tabel 9 Jenis tanah area outbound kawasan Tahura Ir. H. Djuanda Jenis Tanah
Tekstur
Drainase
Bentuk Wilayah
Bahan Induk
Andosol
Gembur
Baik
Bergunung
Batuan beku
Kelas kesesuaian wilayah Tanaman Tanaman Semusim Tahunan S-1n
S-1n
Sumber : Badan Pusat Penelitian Tanah (2012)
Keterangan : Kelas kesesuaian wilayah S-1 : Sangat Sesuai (highly suited) S-2 : Agak Sesuai (moderately suited) Faktor-faktor pembatas n : Tingkat kesuburan tanah
Iklim dan Kenyamanan Iklim merupakan elemen fisik dasar, dalam hal ini terdiri dari curah hujan, suhu, dan kelembaban udara. Suhu rata-rata berada dalam kisaran nyaman manusia yaitu 27⁰C- 28⁰C dan kisaran kelembaban nyaman untuk manusia adalah 40%-75% (Laurie, 1986). Suhu pada kawasan berkisar antara 22⁰-24⁰C, suhu tersebut secara umum menimbulkan kenyamanan bagi pengguna, akan tetapi pada siang hari suhu udara cukup tinggi, hal ini dapat dilakukan suatu pemanfaatan vegetasi dalam menyaring sinar matahari dan pemanfaatan konstruksi dengan fungsi peneduh. Menurut Robinette (1983) pada dasarnya vegetasi dapat mengontrol pegaruh sinar matahari dengan cara : (1) menyaring radiasi matahari, (2) permukaan tanah mengalami perbedaan suhu setiap saat tergantung radiasi panas yang diterimanya pada permukaan yang berbeda. (3) menahan radiasi matahari secara keseluruhan, dan (4) memantulkan radiasi matahari. Dampak keteduhan dari keberadaan vegetasi ini akan berpengaruh terhadap manusia sehingga timbul efek kenyamanan (Gambar 15).
36
(a)
(b)
Gambar 15 Cara vegetasi mengontrol radiasi matahari: (a)mekanisme vegetasi; (b) dampak keberadaan vegetasi terhadap manusia (Robinette, 1983) Kelembaban udara rata-rata terendah 70℅ pada siang hari dan 90℅ pada malam dan pagi hari sehingga derajat kenyamanan menjadi berkurang, karena tidak sesuai dengan standar kisaran kenyamanan manusia. Kelembaban yang tinggi dapat menimbulkan efek cepat lelah bagi penggunanya, keadaan ini perlu diatasi dengan melakukan pendekatan kelembaban ideal agar pengunjung tetap merasa nyaman sehingga dapat dilakukan pemanfaatan aktivitas wisata rekreatif maupun edukatif pada area dengan derajat kenyamanan tergolong nyaman. Elemen lanskap lainnya yang dapat digunakan untuk mempertahankan suhu yang ideal dan membuat tapak menjadi nyaman adalah air, terutama air kolam yang terdapat pada tapak. Karena air dapat memberikan dampak terhadap suhu udara yang panas melalui proses penguapan sehingga dapat memberikan rasa sejuk dan nyaman bagi pengguna yang berada disekitarnya. Musim penghujan terjadi pada bulan September – Mei dengan curah hujan tertinggi pada bulan April yaitu 277 mm, sedangkan musim kemarau terjadi pada bulan Juni sampai bulan Agustus dengan curah hujan terendah pada bulan Agustus yaitu 58 mm. Curah hujan pada kawasan Tahura Ir. H. Djuanda termasuk kepada curah hujan dengan intensitas sangat rendah, berdasarkan kriteria penetapan kawasan hutan lindung menurut SK Menteri Pertanian No.837/Kpts/Um/11/1980 (24 November 1980). Hal ini tidak menimbulkan kendala dalam perencanaan kawasan.
Kualitas Visual Kawasan memiliki topografi yang bervariasi dan terletak diantara pebukitan dan pegunungan, wilayah aliran sungai Cikapundung. Pada “Area outbound” kawasan Tahura Ir. H. Djuanda terdapat titik elevasi tertinggi (961,2 mdpl) yang terletak dibagian selatan area. Titik tersebut memiliki kualitas visual yang baik (good view), dicirikan dengan pandangan bebas ke arah kolam pakar yaitu kolam penampungan dan dilengkapi dengan barisan hutan tanaman yang terdapat di seberangnya. Good view ini berpotensi untuk dikembangkan sebagai
37 atraksi wisata alam yang menjadi nilai utama bagi kawasan Tahura Ir. H. Djuanda. Pemanfaatan viewing point di titik tertinggi pada tapak dapat melihat keseluruhan kawasan dengan latar pegunungan dan perbukitan. Viewing point dapat dilengkapi dengan menara pandang untuk meningkatkan nilai estetika kawasan.
Vegetasi dan Satwa Kawasan Tahura Ir. H. Djuanda merupakan hutan alam sekunder dan hutan alam yang terdiri dari tumbuhan tingkat tinggi dan tumbuhan tingkat rendah. Untuk tumbuhan tinggi didominasi oleh pinus (Pinus merkusii) sedangkan tumbuhan rendah didominasi oleh lumut dan pakis, sehingga berfungsi sebagai laboratorium alam (arboretum). Penilaian terhadap vegetasi merupakan salah satu sumberdaya wisata yang dapat dikembangkan menjadi objek terbaru. Untuk itu diperlukan evaluasi kesesuaian lahan terhadap jenis tanaman yang dapat dikembangkan sebagai objek wisata. Jenis tanaman yang ada di Tahura ini antara lain Pinus, Mahoni Uganda, Damar, Kayu manis, Beringin, Kigelia, Bunga Bangkai. Saat ini keberadaan vegetasi di Tahura sudah cukup baik dan dapat memberikan kenyamanan bagi pengunjung. Penataan vegetasi pada tapak kurang terpola dan pada umumnya mengikuti pola penyebaran dengan jenis campuran. Keragaman dari vegetasi ini menunjukan keragaman satwa yang cukup tinggi pula. Jenis vegetasi dan satwa yang cukup tinggi harus dijaga dan dilindungi dengan baik. Pada area ini perlu ditanami beberapa jenis vegetasi yang dapat mendukung rencana kawasan berdasarkan fungsinya, antara lain vegetasi yang dapat mengandung nilai estetika, vegetasi yang berfungsi sebagai pembatas area serta vegetasi yang berfungsi sebagai pengarah. Vegetasi pengarah merupakan vegetasi yang dapat menghubungkan antar ruang dan perlu diperhatikan dalam hal penataan serta pemilihan jenis tanamannya mulai dari semak dan pohon agar dapat memberikan nilai estetik dan fungsional.
Hidrologi Air merupakan sumber daya dan aspek penting bagi suatu perencanaan terkait dengan wisata, yaitu dimanfaatkan sebagai air bersih untuk kebutuhan masyarakat, pengunjung dan kebutuhan vegetasi. Badan air yang berada di Tahura Ir. H. Djuanda adalah berasal dari sungai Cikapundung yang membentang sepanjang 15 km dan lebar rata-rata 8 meter dengan debit air sekitar 3.000 m³/detik. Sungai Cikapundung merupakan anak sungai Citarum yang berhulu dari Gunung Bukit Tunggul, selain itu terdapat juga beberapa mata air yang bersumber dari kelompok Hutan Gunung Pulosari. Sebagian dari aliran sungai Cikapundung di dalam kawasan Tahura Ir. H. Djuanda ditampung pada dua kolam penampungan yang berjarak 2,5 km. Kolam pertama terletak di blok Bantar Awi, seluas ± 200 m² dengan kedalaman 3,3 meter, kolam kedua berada di Pakar dengan luas ± 8.935 m² dan kedalaman 3,5 meter (Stilling pond, kolam pengedap sedimen) yang mempunyai kapasitas tampung 31.272 m³. Keberadaan kolam penampungan yang berada pada “Area outbound” kawasan wisata Tahura Ir. H.
38 Djuanda memberikan nilai utama bagi pengembangan sarana dan prasarana rekreasi yaitunya berada di Pakar dengan luas ± 8.935 m². Sistem hidrologis kolam penampungan yang berada di Pakar merupakan sistem terbuka dengan adanya inlet dan outlet air kolam. Sumber air berasal dari sungai Cikapundung yang alirannya melalui kolam pertama yang terletak di Bantar Awi kemudian disalurkan melalui pipa besi yang ditanam dalam tanah ke kolam kedua yang terletak di Pakar dan kemudian keluar melalui outlet turbin PLN Dago Bengkok yang berada di Pakar dan berfungsi untuk pembangkit tenaga listrik pada PLTA Bengkok dan juga berfungsi sebagai sumber air bersih bagi PDAM. Aliran hidrologi dari dan menuju kolam penampungan sedikit mengganggu aktivitas wisata dikarenakan memiliki jaringan aliran air yang kurang bersih dan kurang terpelihara sehingga dapat menyebabkan bau tidak sedap. Berdasarkan hasil pengamatan terhadap kualitas air, pada air kolam penampungan tersebut telah terjadi pencemaran yang dapat dilihat secara visual, yaitu air yang berwarna dan barbau. Gangguan yang dirasakan adalah terbatasnya jenis ikan yang dapat hidup di air kolam tersebut. hasil pengamatan menunjukan bahwa sumber pencemaran adalah limbah cair dan padat yang berasal dari rumah tangga yang membuang limbahnya secara langsung maupun tidak langsung ke kolam. Untuk itu, perlu adanya drainase yang baik, adanya pengelolaan terhadap limbah/buangan langsung maupun rumah tangga, dan kesadaran dari masyarakat dalam rangka menjaga kualitas air untuk menjadi lebih baik. Fungsi ekologis dari badan air dapat dimanfaatkan dan keberadaannya dapat dijadikan sebagai daya tarik dan sarana rekreasi yang mendorong pada terciptanya suatu kegiatan rekreasi yang menarik dan menghasilkan keuntungan. Hal ini dapat dilihat dari adanya kepercayaan keberadaan badan air, kualitas visual dari badan air, keberadaan biota yang terdapat didalamnya, sehingga memberikan kepuasan bagi pengunjung. Kolam pakar yang dilengkapi dengan hutan tanaman yang berada di sekelilingnya memberikan nilai estetika bagi area rekreasi serta dapat dijadikan sebagai salah satu tempat atraksi.
Analisis Sosial Analisis aspek sosial meliputi analisis karakteristik dan persepsi dari sumber daya manusia yang ada di Tahura Ir. H. Djuanda (pengunjung, masyarakat sekitar, dan pengelola). Analisis dilakukan terhadap data hasil kuesioner yang disebarkan kepada pengunjung dimana dari hasil yang didapatkan supply kawasan sehingga dapat dirumuskan mengenai pengembangan kawasan sesuai dengan tujuan perencanaan. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode accidental-sampling dan random sampling, accidental-sampling yaitu pembagian kuesioner berdasarkan pengunjung yang secara kebetulan ditemui, pengambilan sampel tidak diteruskan apabila sudah mencukupi pengambilan data (Nawawi, 1991 dalam Soemarno, 2011), sedangkan random sampling yaitu metode dengan minimal responden yang diperlukan adalah 30 responden dan tipe ini sudah termasuk tipe ideal.
39 Karakteristik pengunjung Pengunjung Tahura Ir. H. Djuanda yang dijadikan responden berjumlah 30 orang yang terdiri dari 18 orang laki-laki dan 12 orang perempuan. Berdasarkan usianya minoritas pengunjung (53℅) berusia 15-25 tahun, (13℅) berusia 35-35 tahun, (13℅) berusia 35-45 tahun, (8℅) berusia 45-55 tahun dan (13℅) berusia 55-65 tahun (Gambar 26). Berdasarkan profesinya, 33℅ pengunjung merupakan mahasiswa, 13℅ merupakan pelajar, 20℅ pekerja swasta, 7℅ pekerja wiraswasta, 7℅ bekerja sebagai PNS, dan 20℅ bekerja sebagai ibu rumah tangga (Gambar 27). Pengunjung yang datang ke Tahura Ir. H. Djuanda pada umumnya berasal dari kota Bandung, yakni sebanyak 87℅ sedangkan pengunjung dari luar kota Bandung sebanyak 13℅ (Gambar 28). Dapat disimpulkan bahwa pengunjung Tahura Ir. H. Djuanda umumnya adalah kaum muda dan orang tua. 13% 15-25 tahun
8%
25-35 tahun
13%
35-45 tahun
53%
45-55 tahun 55-65 tahun
13%
Gambar 16 Karakteristik pengunjung Tahura Ir. H. Djuanda berdasarkan usia (Survey: Juni 2012)
Mahasiswa Pelajar
20% 7%
33%
Swasta Wiraswasta
7% PNS
20% 13%
Ibu Rumah tangga
Gambar 17 Karakteristik pengunjung Tahura Ir. H. Djuanda berdasarkan profesi (Survey: Juni 2012) Seratus persen pengunjung menyatakan sudah pernah berkunjung ke Tahura Ir. H. Djuanda. Dari seratus persen tersebut bahwa 20℅ menyatakan sering (tidak terhingga), 60℅ menyatakan jarang sekali (kurang dari empat kali). Hal ini menunjukan bahwa Tahura Ir. H. Djuanda cukup diminati oleh pengunjung namun belum terlalu dikenali oleh masyarakat luar Kota Bandung.
40 13%
Bandung Luar Bandung
87%
Gambar 18 Karakteristik pengunjung Tahura Ir. H. Djuanda berdasarkan daerah asal (Survey: Juni 2012)
20%
20%
Pertama kali berkunjung Jarang berkunjung
60%
Tidak terhingga
Gambar 19 Frekuensi pengunjung berkunjung ke Tahura Ir. H. Djuanda (Survey: Juni 2012) Berdasarkan tingkat kepuasan, mayoritas pengunjung (50℅) menyatakan cukup puas saat datang ke Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda (Gambar 30). Diperlukan kerja ekstra bagi pengelola untuk memberikan produk dan pelayanan agar pengunjung merasa puas.
Kurang Puas 20%
Puas 30%
Cukup Puas 50%
Gambar 20 Karakteristik pengunjung Tahura Ir. H. Djuanda berdasarkan tingkat kepuasan (Survey: Juni 2012)
41 Harapan dari pengunjung merupakan suatu kepedulian sekaligus aspirasi dari pengunjung untuk Tahura Ir. H. Djuanda. Sebanyak (80℅) pengunjung berharap adanya penambahan fasilitas wisata untuk Tahura Ir. H. Djuanda (Gambar 31). Hal ini merupakan masukan bagi pengelola kawasan untuk berusaha menjadikan kawasannya lebih indah dan asri.
20% Sudah cukup Belum cukup
80%
Gambar 21 Karakteristik pengunjung berdasarkan harapan untuk Tahura Ir. H. Djuanda (Survey: Juni 2012) Berdasarkan kuesioner, prioritas aktivitas yang dilakukan di Tahura Ir. H. Djuanda kepada 30 orang responden, prioritas aktivitas yang dilakukan pengunjung adalah jalan-jalan, menikmati pemandangan, olahraga dan belajar/pendidikan. Dari data dapat dilihat bahwa pada umumnya pengunjung berkunjung ke Tahura Ir. H. Djuanda hanyalah untuk menikmati pemandangan, oleh karena itu perlu dilakukan adanya perencanaan pengembangan kawasan yang dapat meningkatkan daya tarik dan minat pengunjung, hal ini bertujuan agar orang yang berkunjung ke Tahura Ir. H. Djuanda mempunyai tujuan yang jelas selain dari menikmati pemandangan alam, karena pada umumnya semua tempat wisata memiliki pemandangan alam yang beraneka ragam.
jalan-jalan
18%
18%
9%
menikmati pemandangan Olahraga
55%
Pendidikan
Gambar 22 Karakteristik pengunjung berdasarkan tujuan datang ke Tahura Ir. H. Djuanda (Survey: Juni 2012)
42 Analisis Persepsi Pengunjung Dalam menilai keindahan, kenyamanan, dan kondisi fasilitas, sarana, dan prasarana di Tahura Ir. H. Djuanda, diperlukan analisis yang dapat diperoleh dari jawaban pengunjung, masyarakat, dan pengelola Tahura Ir. H. Djuanda. Analisis persepsi ini sangat berguna untuk melihat potensi dan masalah yang ada di Tahura Ir. H. Djuanda. Sebagian pengunjung memberikan penlilaian terhadap keindahan dan kenyamanan Tahura Ir. H. Djuanda cukup indah dan cukup nyaman. Namun, masih ada persentase pengunjung yang menjawab kurang indah dan kurang nyaman. Hal ini memerlukan perhatian masyarakat pada umumnya dan pengelola pada khusus nya untuk mulai menjaga lingkungan agar tetap indah dilihat dan nyaman untuk dikunjungi. Persepsi pengunjung terhadap kondisi fasilitas, sarana dan prasarana Tahura Ir. H. Djuanda, bagian yang menarik untuk diperhatikan adalah kios cinderamata. Pengunjung menilai bahwa Tahura Ir. H. Djuanda tidak menyediakan sesuatu hal yang dapat menarik perhatian pengunjung serta tidak ada sesuatu yang khusus dapat dikoleksi dari Tahura Ir. H. Djuanda.
13% 20%
sangat Indah Indah
67%
Kurang Indah
Gambar 23 Penilaian pengunjung terhadap keindahan Tahura Ir. H. Djuanda (Survey: Juni 2012)
7%0%
93%
Nyaman
Cukup Nyaman
Kurang Nyaman
Gambar 24 Penilaian pengunjung terhadap kenyamanan di Tahura Ir. H. Djuanda (Survey: Juni 2012)
43 Hal ini harus menjadi perhatian bagi pengelola Tahura Ir.H.Djuanda untuk menyediakan fasilitas tersebut. Banyak pengunjung menyatakan bahwa mereka membutuhkan fasilitas tersebut sebagai salah satu bentuk daya tarik pengunjung.
Analisis Persepsi Pengelola Pengelola/karyawan yang dijadikan responden adalah sebanyak 7 orang. Pengelola/karyawan di Tahura Ir. H. Djuanda ada laki-laki dan perempuan. Jumlah total karyawan/pengelola Tahura Ir. H. Djuanda adalah sebanyak 30 orang. Dari hasil wawancara dapat dilihat bahwa rata-rata usia pekerja yaitu antara umur 30 tahun sampai 55 tahun. Waktu masuk dan selesai bekerja pada umumnya adalah dari jam 07.30-16.00 WIB dan waktu libur kerja yaitu pada hari Sabtu dan Minggu. Pengelola/karyawan Tahura Ir. H. Djuanda menyatakan secara umum bahwa tingkat kepuasan mereka selama bekerja di Tahura Ir. H. Djuanda dapat dikatakan puas, namun masih ada diantara pengelola yang menyatakan bahwa tingkat kepuasannya belum dapat terukur, yang mana hal ini berkaitan dengan masih banyaknya kekurangan pelaksanaan kegiatan di lapangan. Selain hal tersebut, berdasarkan persepsi terhadap sarana dan prasarana dari pengelola/karyawan secara umum, perlu ditingkatkan lagi agar dapat meningkatkan daya tarik pengunjung, karena berdasarkan hasil dari wawancara beberapa orang pihak pengelola menyatakan bahwa sarana dan prasarana masih belum mencukupi dan masih banyak kekurangan untuk menunjang operasional dan penunjang lainnya dalam fasilitas.
Sintesis Tahap sintesis merupakan tahap lanjutan dari analisis. Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan, diperlukan upaya untuk meningkatkan dan menjaga keberlanjutan kawasan serta pengembangan potensi kawasan. Dari hasil analisis spasial setiap jenis peta, didapatkan satu peta komposit yang merupakan hasil overlay dari empat jenis peta tematik (peta kemiringan lahan, peta penutupan lahan, peta aktivitas pengunjung dan peta tanah) dapat dilihat pada (Gambar 25), yang kemudian didapatkan zona berupa peta kesesuaian lahan untuk pengembangan area rekreasi sebagai dasar dalam perencanaan pengembangan kawasan. Setiap jenis peta tematik diberi skor dengan kategori tertentu, yang mana skor untuk kelas sesuai adalah 3, kelas cukup sesuai dengan skor 2 dan kelas tidak sesuai dengan skor 1 (Tabel 10) . Peta komposit ini menghasilkan dua zona potensial untuk pengembangan kawasan, yaitu: 1. Zona sesuai, potensial untuk pengembangan area rekreasi. 2. Zona tidak sesuai, tidak potensial untuk pengembangan area rekreasi namun dapat disesuaikan berdasarkan karakter lanskapnya. Tujuan klasifikasi zona potensial pengembangan area rekreasi yaitu untuk menentukan pusat pengembangan kawasan yang disesuaikan dengan karakter lanskapnya.
44 Tabel 10 Data peta tematik “Area outbound” Kawasan Tahura No Peta 1 Kemiringan lahan
2
Penutupan lahan
3
Aktivitas pengunjung
4
Tanah
Kriteria Datar (0-15%) Landai (15-25%) Curam (>15%) Area tertutup RTH Area tertutup bangunan Aktif Pasif Kepekaan erosi
Kategori Sesuai Cukup sesuai Tidak sesuai Sesuai Cukup sesuai Sesuai Curang sesuai Sesuai
Nilai 3 2 1 3 2 3 2 3
45
Gambar 25 Peta Komposit (Survey: Juni 2012)
46 Perencanaan
Konsep Dasar Perencanaan Lanskap Perencanaan sebuah kawasan rekreasi memerlukan suatu konsep dasar perencanaan. Konsep dasar dari perencanaan lanskap sebagai kawasan rekreasi merupakan upaya peningkatan fungsi dan nilai tapak sehingga dapat memberikan rasa kenyamanan serta kepuasan bagi pengunjung. Perencanaan pada “Area outbound” kawasan Tahura Ir. H. Djuanda didasarkan pada konsep untuk menciptakan kawasan pelestarian alam yang dapat menampung fungsi dan aktivitas lain seperti rekreasi dan pendidikan. Untuk itu kawasan dikembangkan dengan memperhatikan kebutuhan pengunjung dengan penyediaan fasilitas yang mendukung aktivitas tersebut. Dari segi fungsi rekreasi, tapak direncanakan untuk dapat mengakomodasi keinginan pengunjung agar dapat melakukan aktivitas rekreasi di alam terbuka. Aktivitas rekreasi akan disesuaikan dengan keadaan sumberdaya alami dari tapak dan itu dilakukan dengan menyediakan fasilitas yang sesuai dengan aktivitas yang direncanakan. Dari segi pendidikan, sebagai kawasan konservasi sumberdaya hayati maka tapak akan dapat menjadi sarana pendidikan informal bagi pengunjung. Tapak sebagai tanaman koleksi hutan lokal yang dilengkapi dengan berbagai informasi mengenai jenis-jenis koleksi tersebut. Dari hasil analisis kesesuaian kawasan yang telah dibuat, didapatkan zona wisata sesuai dan zona wisata tidak sesuai untuk perencanaan pengembangan kawasan, dimana zona wisata sesuai merupakan pusat pengembangan ruang rekreasi dengan model rencana pengembangan berikut ini. 1. Zona Wisata Sesuai Kawasan yang termasuk zona wisata sesuai dengan luasan (39070,14 m²) ditetapkan sebagai zona wisata utama dimana terdapat sarana dan prasarana rekreasi yang memiliki nilai tinggi. Ruang ini berada pada kawasan lanskap dengan vegetasi dominan hutan atau lanskap karakter alami, sehingga pengembangan menjadi rekreasi alami. Ruang ini tergolong jenis rekreasi yang bersifat aktif dikarenakan terdapat lereng yang relatif datar (0-15%) sehingga tidak perlu adanya pembatasan terhadap aktivitas rekreasi dan struktur bangunan. 2. Zona Wisata Tidak Sesuai Kawasan yang termasuk zona wisata tidak sesuai dengan luasan (2929,86 m²) ditetapkan sebagai zona rekreasi pendukung yang berada pada kawasan lanskap dengan kombinasi karakter alami dan buatan, sehingga pengembangan menjadi wisata aktif dan pasif. Ruang ini merupakan ruang yang mampu mengakomodasi pengunjung ketika daya tampung penunjang di zona utama telah penuh. Ruang wisata ini memberikan batasan aktivitas kepada pengunjung yaitunya aktivitas yang tidak merusak alam. Zona wisata ini lebih diarahkan pada aktivitas sosial.
47 Dalam mewujudkan kawasan yang dapat menjalankan fungsi-fungsi tersebut diatas, maka konsep akan dijabarkan dalam beberapa konsep pengembangan, yaitu : konsep tata ruang, konsep sirkulasi , konsep vegetasi dan konsep aktivitas serta fasilitas rekreasi. Konsep Ruang Konsep ruang dibuat dengan tujuan untuk menata dan mengalokasikan fungsi-fungsi yang akan dikembangkan pada tapak, yaitu sebagai kawasan rekreasi alam. Penataan ruang pada tapak ditujukan untuk dapat mewujudkan ruang-ruang yang bisa mendukung fungsi rekreasi, pendidikan dan konservasi. Dari hasil sintesis terlihat bahwa subzona aktif dapat dialokasikan pada bagian tapak dengan luasan terbesar yang mana terdiri dari beberapa areal aktivitas, yaitu : area bermain, lapangan olahraga, areal piknik, areal penerimaan dan tempat istirahat. Subzona pasif berada di bagian dalam tapak yang terdiri dari areal berkemah, tempat istirahat, areal pelayanan dan miniatur arboretum. Penataan ruang pada tapak perlu diarahkan dan disesuaikan dengan kondisi biofisik tapak, dan kebijaksanaan dari pengelola Tahura Ir. H. Djuanda. Konsep ruang pada perencanaan ini merupakan pengembangan dari peta kesusuaian lahan untuk perencanaan kawasan rekreasi. Ruang merupakan wadah untuk melakukan aktivitas, program ruang yang akan diakomodasikan pada tapak didasarkan pada konsep rekreasi alam, perlindungan sumberdaya alam, serta fungsi yang akan diterapkan. Tata ruang yang dikembangkan terdiri dari ruang pelayanan, ruang inti dan ruang pendukung pendukung. Ruang Pelayanan Ruang pelayanan terdiri dari ruang penerimaan dan ruang pelayanan rekreasi. Ruang penerimaan merupakan ruang yang pertama kali didatangi oleh pengunjung sebagai pintu masuk utama kawasan. Berdasarkan potensi kawasan, pada ruang ini diberikan fasilitas pendukung berupa aksesibilitas yang mudah serta fasilitas umum antara lain gerbang utama, pos jaga, signage, dan fasilitas lainnya. Sedangkan ruang pelayanan rekreasi merupakan ruang pengenalan sebelum memasuki ruang inti. Ruang ini direncanakan agar pengunjung mendapatkan sekilas informasi mengenai kawasan. Ruang pelayanan mencakup ruang persiapan yang kegiatan nya antara lain pemutaran slide, foto-foto, film dan ekosistem Tahura Ir. H. Djuanda. Untuk mendukung konsep ini direncanakan fasilitas berupa gedung informasi, kios souvenir, kantor pengelola, pos jaga dan lainnnya. Ruang Inti Ruang inti adalah ruang yang digunakan untuk melakukan aktivitas utama rekreasi. Ruang ini didominasi oleh vegetasi alami dan merupakan habitat satwa yang keberadaannya perlu dipertahankan. Pada ruang ini terdapat berbagai macam atraksi yang dapat dinikmati oleh pengunjung sehingga ruang ini digunakan
48 sebagai ruang untuk melakukan aktivitas utama rekreasi. Aktivitas rekreasi yang dikembangkan berupa aktivitas aktif dan pasif seperti jalan-jalan, bermain, bersantai, duduk-duduk, fotografi, dan viewing. Fasilitas yang disediakan antara lain jalur trekking, area bermain, area piknik, atraksi air, sudut-sudut untuk berfoto dan area camping ground. Ruang ini mengakomodasikan fungsi rekreasi dan pendidikan. Ruang Transisi Ruang transisi merupakan ruang berupa arboretum antara lain pohon dan semak yang tingkat pemeliharaannya rendah. Ruang ini mengakomodasikan fungsi pendidikan dan ekosistem, aktivitas yang dialakukan berupa aktivitas pasif yaitu pengamatan dan diskusi. Pada ruang ini disediakan berbagai macam fasilitas antara lain miniatur aroboretum, tempat untuk melakukan diskusi dan istirahat. Vegetasi yang digunakan pada ruang ini merupakan vegetasi yang berfungsi sebagai sumber kehidupan bagi satwa sehingga pada akhirnya mampu menjaga kelestarian ekosistem Tahura Ir. H. Djuanda.
Gambar 26 Diagram konsep ruang Konsep sirkulasi Konsep sirkulasi kawasan perencanaan dibagi menjadi dua konsep sirkulasi yaitu sirkulasi primer dan sirkulasi sekunder, kedua konsep sirkulasi disesuaikan dengan konsep ruang dan tata ruang yang dikembangkan dengan memperhatikan kondisi fisik tapak. Konsep sirkulasi yang direncanakan dalam tapak berfungsi sebagai penghubung antar ruang dalam tapak dan dalam ruang itu sendiri secara fungsional. Sirkulasi menggambarkan seluruh pola-pola pergerakan di atas dan disekitar tapak. Sistem sirkulasi tapak merupakan kerangka yang mengaitkan seluruh aktivitas dan areal pendukung yang mampu mengarahkan bentuk aktivitas dengan
49 pengaturan sirkulasi utama adalah sirkulasi manusia, dimana fasilitas ini disediakan di seluruh areal pemanfaatan . Sirkulasi Primer Sirkulasi primer merupakan sirkulasi utama yang ada dalam tapak sebagai penghubung antara satu ruang dengan ruang lainnya dalam tapak. Sirkulasi sekunder Sirkulasi sekunder adalah sirkulasi berupa jalan setapak yang menghubungkan antara berbagai macam traksi yang ada dalam tapak serta dalam ruang itu sendiri. Sirkulasi dikembangkan menjadi jalur wisata yang berfungsi sebagai sirkulasi dengan titik-titik perhentian untuk menikmati berbagai macam atraksi yang disediakan.
Keterangan : Sirkulasi Primer Sirkulasi Sekunder
Gambar 27 Diagram konsep sirkulasiKonsep Vegetasi Konsep vegetasi dalam perencanaan menggunakan tanaman yang dapat beradaptasi dengan lingkungan hutan. Selain itu, tanaman yang diutamakan adalah tanaman lokal, vegetasi eksisting yang menunjang fungsi utama kawasan sebaiknya tetap dipertahankan. Vegetasi yang digunakan adalah vegetasi dengan fungsi ekologi dan fungsi arsitektural.
50 Konsep Aktivitas dan Fasilitas Rekreasi Konsep aktivitas rekreasi yang dikembangkan merupakan rekreasi aktif dan pasif, baik berupa aktivitas yang berfungsi sebagai pendidikan maupun nonpendidikan. Sehingga selain memberikan hiburan, kawasan juga berguna untuk memberikan informasi, pengetahuan dan pengalaman pengunjung pada sumber daya sesungguhnya di alam. Fasilitas yang direncanakan sesuai dengan kondisi lingkungan. Penataan tata letak fasilitas harus dapat mendukung kegiatan rekreasi terutama dalam menginterpretasikan nilai-nilai alam. Fasilitasnya berupa fasilitas utama dan fasilitas penunjang/pelengkap. Fasilitas utama antara lain fasilitas yang di peruntukan bagi pengunjung, sedangkan fasilitas pelengkap seperti fasilitas umum (sign system mupun site furniture).
Perencanaan Kawasan Berdasarkan konsep yang telah dibuat, dikembangkan rencana tapak (site plan). Rencana tapak meliputi rencana tata ruang, rencana sirkulasi, rencana vegetasi, rencana aktivitas wisata dan rencana fasilitas yang mendukung kegiatan wisata.
Rencana tata ruang Berdasarkan hasil analisis spasial setiap peta tematik menghasilkan satu peta komposit kawasan dengan kelas sesuai dan tidak sesuai untuk rencana kawasan rekreasi. Kawasan dengan kelas sesuai akan direncanakan sebagai ruang rekreasi inti yaitu area yang direncanakan untuk penyediaan berbagai macam fasilitas rekreasi. Luas ruang ini adalah 39070,14 m², kawasan dengan kelas tidak sesuai yaitu seluas 2929,86 m² digunakan sebagai ruang transisi yang mana ruang ini dapat penunjang aktivitas rekreasi yang keberadaannya berada pada ruang inti. “Area outbound” kawasan Tahura Ir. H. Djuanda dibagi kedalam tiga ruang yaitu ruang pelayanan, ruang inti dan ruang transisi. Ruang pelayanan merupakan ruang yang mengakomodasikan keperluan pengunjung selama melakukan kegiatan rekreasi dan melayani kebutuhan masyarakat dari segi mata pencaharian. Masyarakat berperan sebagai pengelola kawasan wisata antara lain bertugas sebagai petugas keamanan maupun pengelola kebersihan kawasan. Ruang pelayanan dibagi kedalam dua subruang yaitu ruang penerimaan dan ruang pelayanan wisata. ruang ini memilki luasan 30% dari total luas kawasan yang direncanakan. Ruang inti merupakan ruang dengan luasan terbesar (50%) dari total luas kawasan yang direncanakan, ruang ini merupakan ruang aktivitas utama rekreasi bagi pengunjung. Pada ruang ini terdapat fasilitas rekreasi yang dilengkapi dengan jenis vegetasi alami hutan lindung dan satwa. Aktivitas rekreasi yang direncanakan merupakan aktivitas aktif. Ruang ini merupakan ruang utama dalam perencanaan tapak.
51 Ruang transisi merupakan ruang yang diperuntukan sebagai ruang untuk mendukung kegiatan rekreasi yang memiliki fungsi pendidikan yang ada pada tapak. Pada ruang ini dilakukan aktivitas barupa duduk-duduk, bersantai, berdiskusi dan pengamatan maupun berfoto-foto, yang luasnya (20%) dari total luas kawasan yang direncanakan. Ruang ini dikembangkan untuk mendukung fungsi rekreasi, fungsi pendidikan dan fungsi ekosistem. Vegetasi yang digunakan pada ruang ini merupakan vegetasi yang berfungsi sebagai sumber kehidupan bagi satwa sehingga pada akhirnya mampu menjaga kelestarian ekosistem Tahura Ir. H. Djuanda. Rencana Sirkulasi Sirkulasi dibedakan menjadi sirkulasi utama dan sirkulasi sekunder. Sirkulasi utama berfungsi sebagai jalur masuk kawasan mulai dari gerbang utama memasuki kawasan wisata serta merupakan sirkulasi penghubung antar ruang dalam tapak. Sirkulasi sekunder merupakan sirkulasi penunjang aktivitas rekreasi berupa jalan setapak menuju berbagai macam atraksi yang disediakan dan merupakan jalur penghubung dalam ruang itu sendiri. Sirkulasi dilengkapi dengan beberapa stop area berupa gazebo atau shelter. Rencana Vegetasi Rencana vegetasi pada perencanaan ini diutamakan agar dapat menjaga kelestarian kawasan hutan, selain itu juga bertujuan untuk perlindungan fungsi penyangga kehidupan kawasan. Vegetasi yang digunakan dalam perencanaan ini dapat dilihat pada (Tabel 8). tabel 11 Jenis dan fungsi vegetasi yang digunakan Fungsi tanaman No 1 2 3 4 5 6 7 5
Jenis Tanaman
PB
PN
√
√
Teh-tehan (Achalypa macrophylla) Bunga kupu-kupu (Bauhinia purpurea) Bayam-bayaman (Coleus sp.) Biola cantik (Ficus lyrata) Soka (Ixora sp.) Bambu kuning (Phyllostachys sulphrurea) Melati jepang (Pseudoratheum reticulum) Kembang pukul delapan (Turnera subulata)
Keterangan : PB = Pembatas (border) PN = Pengarah
PD = Peneduh GC = Ground cover
PD
ES
SC
√ √ √ √ √ √ √
√ √
SC = Screen
Penataan vegetasi pada kawasan disesuaikan berdasarkan fungsi ruang pada kawasan. Setiap ruang memiliki jenis vegetasi yang dapat dimanfaatkan oleh pengunjung, Sebagai contohnya adalah vegetasi pengarah, vegetasi ini dapat digunakan oleh pengunjung sebagai penunjuk arah. Pengunjung diberikan jalur pengarah berdasarkan penataan vegetasi yang ditanam secara massal.
52
Gambar 28 Peta rencana ruang
53 Rencana Aktivitas dan Fasilitas Rencana aktivitas yang dikembangkan didasarkan pada kondisi eksisting dan konsep pengembangan ruang. Setiap ruang memiliki aktivitas yang berbeda sesuai dengan fungsi ruang tersebut. Aktivitas yang dilakukan bernilai pendidikan dan alami terkait dengan keberadaan ekologi maupun ekosistem yang terdapat pada tapak. Ruang penerimaan, kegiatannnya hanya berupa pengambilan tiket, kegiatan informasi yang berkaitan dengan tapak yang akan dikunjungi. Dalam hal ini diberikan fasilitas berupa gerbang atau loket serta papan interpretasi tapak. Ruang penerimaan merupakan gerbang masuk pengunjung untuk setiap model wisata yang ada di Tahura Ir. H. Djuanda. Ruang inti, aktivitas yang dilakukan dapat bersifat aktif dan pasif, dimana pengunjung bisa melakukan aktivitas sesuai dengan yang ingin dilakukannya. Bentuk aktivitas yang dilakukan seperti olahraga, piknik, refreshing, outbound, camping, atraksi air, melihat pemandangan ataupun kegiatan penelitian. Disamping itu, ruang ini juga menyediakan aktivitas pelayanan seperti makan, minum, kegiatan jual beli (wisata belanja), dan istirahat. Ruang transisi, aktivitas yang dilakukan bersifat pasif ,hal ini bertujuan untuk melindungi ekosistem yang ada pada tapak. Dalam hal ini fasilitas yang disediakan antara lain miniatur arboretum, gazebo tempat diskusi, tempat duduk/tempat beristirahat sekaligus dapat menikmati pemandangan, serta tempat makan dan minum. Fasilitas rekreasi adalah fasilitas yang ditujukan untuk keperluan rekreasi secara umum. Fasilitas rekreasi dibagi menjadi dua yaitu fasilitas umum dan fasilitas khusus rekreasi. Fasilitas ini disediakan agar dapat menunjang aktivitas pendidikan serta dapat menunjang aktivitas rekreatif maupun non rekreatif pada setiap ruang. Rencana fasilitas yang direncanakan, antara lain :
Fasilitas Umum Gerbang Masuk Gerbang masuk direncanakan dengan pemilihan material yang berkesan alami (kayu atau perpaduan antara material tembok dan kayu). Lebar gerbang sesuai dengan lebar jalan pada kondisi eksisting tapak yaitu 7 meter. Gerbang masuk pada “area outbound” kawasan merupakan gerbang sekunder pada kawasan Tahura Ir. H. Djuanda yang berada di Pakar. Ilustrasi gerbang dapat dilihat pada gambar 29. Mushalla Mushalla ditujukan bagi pengunjung dan pengelola untuk beribadah. Letaknya di ruang pelayanan wisata yang berdekatan dengan gedung pusat informasi. Keberadaannya disertai dengan fasilitas toilet dan tempat wudhu. Musholla dengan luasan 40m² mempunyai daya tampung sebanyak 20 orang dengan standar kebutuhan ruang masing-masing orang adalah 2m².
54
Gambar 29 Ilustrasi gerbang masuk kawasan
Gambar 30 Ilustrasi Musholla (www.google.com)
Loket Tiket / Pos Jaga Terdapat empat unit loket tiket yang direncanakan pada tapak, yang pertama berada di pintu gerbang masuk kawasan, letaknya di sebelah kanan jalan memasuki kawasan. Kedua berada pada area permaianan outbound, ketiga berada pada area playground dan yang ke empat berada pada area atraksi air. Loket tiket
55 yang ada pada setiap area digunakan oleh pengunjung wisata untuk membeli tiket dalam setiap atraksi wisata yang disediakan pada masing-masing area.
Gedung Pengelola dan Pusat Informasi Kawasan Gedung pengelola kawasan selain sebagai tempat manajemen kawasan juga berfungsi sebagai pusat informasi bagi wisatawan yang berkunjung ke kawasan ini. Hal ini bertujuan agar pengunjung dapat mengetahui gambaran secara umum mengenai objek dan atraksi kawasan yang akan ditemuinya.
Kios Kios yang disediakan antara lain kios makanan, kios souvenir, dan kios penyewaan alat-alat untuk keperluan rekreasi. Terdapat enam kios yang direncanakan pada tapak antara lain terdapat dua kios pada area pelayanan rekreasi (kios souvenir dan kios makanan), satu kios pada area atraksi air yaitu kios penyewaan alat rekreasi, dua kios pada area playground (kios makanan) dan satu kios (kios makanan) pada area outbound.
Gambar 31 Ilustrasi kios
Toilet Toilet letaknya menyebar pada beberapa titik yaitu pada area rekreasi dan area pelayanan rekreasi. terdapat tiga unit toilet yang direncanakan pada tapak antara lain satu unit pada area pelayanan wisata dan dua unit pada area wisata
56 Meja dan bangku Meja dan bangku berfungsi sebagai tempat beristirahat bagi pengujung ketika melakukan perjalanan wisata. Fasilitas ini terdapat di beberapa titik sepanjang jalur area rekreasi.
Gambar 32 Meja dan bangku (Bell, 1997) Shelter/Gazebo Fasilitas ini berfungsi sebagai area beristirahat, berteduh, maupun berdiskusi, yang mana fasilitas ini dilettakan pada titik-titik yang telah direncanakan. Letaknya pada ruang rekreasi dan ruang pelayanan serta beberapa titik disepanjang jalur sirkulasi yang berfungsi sebagai area perhentian.
Gambar 33 Ilustrasi Gazebo
57 Tong Sampah Tong sampah befungsi agar kelestarian lingkungan tetap terjaga melalui pengolahan sampah yang baik. Fasilitas ini diletakan pada titik-titik tertentu yang mudah dilihat dan terjangkau. Penentuan jumlahnya disesuaikan dengan aktivitas dan intensitas pada masing-masing ruang kawasan.
Gambar 34 Tempat sampah (Bell, 1997) Papan Informasi Papan informasi memberikan kemudahan kepada pengunjung dalam mencari informasi mengenai kawasan, pengunjung akan lebih mudah untuk mencari tujuan yang ingin dikunjunginya. Fasilitas ini terletak pada titik-titik tertentu sesuai dengan keberadaan ruang dan objek yang disediakan.
Gambar 35 Ilustrasi papan informasi
58 Fasilitas Khusus Rekreasi Darmaga Perahu Darmaga perahu merupakan salah satu fasilitas yang diperlukan dalam merencanakan atraksi wisata air pada kawasan, darmaga perahu ini merupakan salah satu fasilitas khusus yang disediakan untuk pengunjung dengan memberikan fasilitas berupa perahu. Atraksi wisata ini dapat dikunjungi oleh para pengunjung dengan cara pembelien tiket khusus yang sudah disediakan pada loket karcis perahu. Perahu yang disediakan sebanyak 4 buah dengan kapasitas daya dukungnya ± 12 orang, dengan muatan 3 orang untuk satu buah perahu, luasan kolam sebesar 8.935m².
Gambar 36 Ilustrasi atraksi air Areal Berkemah Perkemahan merupakan salah satu jenis rekreasi yang dapat dilakukan oleh pengunjung pada kawasan dengan luasan yang disediakan 1000m², areal perkemahan yang disediakan adalah untuk kelompok menengah yang terdiri dari 30-50 orang, berbagai macam fasilitas yang diperlukan seperti tenda, tungku pembakaran serta bangku dan meja sudah disediakan pada area ini. Fasilitas yang diperlukan dapat dipinjam oleh pengunjung kepada pihak pengelola kawasan dengan cara penyewaan fasilitas (tenda).
59
Gambar 37 Ilustrasi areal perkemahan Area Bermain Kawasan ini menyediakan area bermain bagi pengunjung, berbagai macam fasilitas bermain disediakan (jenis-jenis permaianan outbound) dan sekaligus menyediakan lapangan olahraga (tenis dan bulu tangkis).
Gambar 38 Ilustrasi Playground Areas
60 Areal Piknik Lahan untuk areal piknik bersifat terbuka yang dilengkapi dengan fasilitas bangku, meja piknik, tungku pembakaran, tempat sampah, toilet dan shelter. Menurut Douglass (1982), fasilitas piknik sebaiknya terbuat dari bahan alami dan tahan terhadap pengaruh cuaca. Bangku dan meja piknik dapat dibuat dari kayu.
Gambar 39 Ilustrasi Area Piknik (www.google.com)
Rencana Daya Dukung Daya Dukung Kawasan (DDK) diartikan sebagai jumlah maksimum pengunjung yang secara fisik dapat ditampung kawasan yang disediakan pada waktu tertentu. Aktivitas yang dilakukan di Tahura Ir. H. Djuanda adalah jalanjalan, belajar/pendidikan, olahraga, dan menikmati pemandangan. Daya dukung maksimum merupakan salah satu aspek penting yang harus diperhatikan dalam merencanakan sebuah kawasan, dengan memperhatikan daya dukung kawasan pada saat perencanaan kawasan maka kenyamanan pengunjung dan kelestarian tapak dapat terjaga dengan baik. Dari data luas area yang akan digunakan untuk kegiatan rekreasi adalah seluas 4 ha. Luas 4 ha tersebut semuanya dibuka untuk aktivitas rekreasi. Kolam yang dibuka untuk rekreasi adalah kolam penampungan. Aktivitas yang akan dilakukan seperti jalan-jalan, interpretasi, pengamatan dan aktivitas lainnnya dalam luasan 4 ha tersebut direncanakan dapat dilakukan selama 120 menit, serta dengan asumsi waktunya dibuka pukul 08.00-16.00 WIB. Dari waktu tersebut diperoleh rotasi pengunjung adalah 4 kali rotasi. Kegiatan rekreasi ini bisa dilakukan secara rombongan ataupun individual dengan batasan maksimal 80 orang untuk 1 kali rotasi. Berdasarkan perhitungan luas kawasan dikali jumlah rotasi didapatkan daya dukung kawasan di “Area Outbound” kawasan Tahura Ir. H. Djuanda dalam sehari dapat menampung 320 orang pengunjung.
61
Gambar 40 Rencana lanskap kawasan rekreasi
62 36
1 Gerbang Masuk Kawasan 2 Papan Informasi 3 Pos Tiket
5 Green House 6 Area Piknik 7 Gazebo
8 Toilet 9 Kios Makanan 24 Lapangan Tennis
25 Area Outbound
10 Camping Ground Area 14 Menara Pandang 11 Playground Area 15 Shelter 12 Pos Informasi playground area 16 Pos Informasi Atraksi Air 13 Panggung Terbuka 17 Darmaga
18 Pos Tiket 19 Plaza 20 Batu Monumen 21 Gedung Pengelola
Gambar 41 Rencana lanskap 1 Gambar 42 Rencana lankap 2
Gambar 43 Potongan AA’’
Gambar 44 Potongan BB’
22 Pos Jaga 23 Musholla 4 Kios 8 Toilet
63
Gambar 45 Rencana lanskap 3
Gambar 46 Potongan CC’
Gambar 48 Potongan DD’ Gambar 47 Rencana lanskap 4
37
38
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Kawasan “Area outbound” Tahura Ir. H. Djuanda merupakan area yang diisi oleh ruang terbuka hijau dengan baeranekaragam jenis tanaman hutan. Kondisi eksisting dari area ini sangat mendukung terbentuknya suatu perencanaan pengembangan kawasan. Kawasan ini akan dikembangkan sebagai area rekreasi serta mendukung fungsi pendidikan dan ekositem yang dapat memberikan kepuasan serta kenyamanan bagi pengunjung. Hasil analisis spasial dari empat peta tematik (peta kemiringan lahan, peta penutupan lahan, peta aktivitas pengunjung dan peta tanah digabungkan dengan teknik overlay sehingga menghasilkan sebuah peta komposit yang menjadi dasar dalam perencanaan pengembangan kawasan rekreasi. Berdasarkan peta komposit didapat kawasan yang sesuai untuk perencanaan ini adalah 39070,14 m². Kawasan yang sesuai ini dikembangkan menjadi kawasan rekreasi dengan mengutamakan penataan ruang sesuai dengan konsep perencanaan untuk setiap peruntukan kawasan. Kawasan dengan kelas tidak sesuai luasnya yaitu 2929,86 m² digunakan sebagai ruang transisi yang mana dapat mendukung aktivitas rekreasi yang direncanakan. Konsep dasar dari perencanaan lanskap sebagai kawasan rekreasi merupakan upaya peningkatan fungsi dan nilai tapak sehingga dapat memberikan rasa kenyamanan serta kepuasan bagi pengunjung. Perencanaan pada “Area outbound” kawasan Tahura Ir. H. Djuanda didasarkan pada konsep untuk menciptakan kawasan pelestarian alam yang dapat menampung fungsi dan aktivitas lain seperti rekreasi dan pendidikan. Untuk itu kawasan dikembangkan dengan memperhatikan kebutuhan pengunjung dengan penyediaan fasilitas yang mendukung aktivitas tersebut. Perencanaan lanskap kawasan rekreasi di “Area outbound” kawasan Tahura Ir. H. Djuanda ini terdiri dari rencana ruang, rencana sirkulasi, rencana vegetasi dan rencana aktivitas dan fasilitas rekreasi.
Saran Dari hasil analisis dan perencanaan terdapat beberapa saran yang dapat disampaikan untuk menjadi bahan acuan bagi pengembangan kawasan ini ke depannya, antara lain : 1. Hasil penelitian ini dapat menjadi pedoman dalam perencanaan pengembangan “Area outbound” kawasan Tahura Ir. H. Djuanda. 2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk menyusun suatu konsep perencanaan dengan penempatan ruang yang lebih detail.
66
DAFTAR PUSTAKA [Anonim]. Dinas Kehutanan Balai Pengelolaan Taman Hutan Raya. 2010. Pesona Wisata Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda. 7-54 hal. Bell, Simon. 1997. Design for Outdoor Recreation. Spon Press. London. Chiara, JD dan Kopplemen, LE. 1994. Standar Perencanaan Tapak. Ir. Januar Hakim, Penerjemah. Jakarta: Penerbit Erlangga. Terjemahan dari: Sitr Planning Standars. Damanik, J dan Weber, H.F. 2006. Perencanaan Ekowisata. Yogyakarta. 1-51 hal. Douglas, WR. 1982. Forest Recreation. New York: Pergamon Press. Gold, SM. 1980. Recreation Planning and Design. New York: Mc Graw-Hill Book CompanyMc Guun, CA. 1997. Tourism Planning, Basics, Concepts, Cases. Taylor and Francis. Washington. Hardjowigeno S, Widiatmaka. 2007. Evaluasi Kesesuaian Lahan dan Perencanaan Tataguna Lahan. Yogyakarta: Gadja Mada Univ Press. Holden, A. 2000. Environment And Tourism. Routledge Introductions To Environment Series. Taylor&Francis. New York Knudson DM. 1980. Outdoor Recreation. New York: Mac Millan Publ. Co. Inc Ngadiono. 2004. Pengelolaan Hutan Indonesia. Bogor. 215 hal. Nurisjah, S. 2004. Penuntun Pratikum Analisis dan Perencanaan Tapak. Program Studi Arsitektur Lanskap, Departemen Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, IPB. Bogor. 63 hal. (tidak dipublikasikan). Laurie, M. 1975. An Introduction To Landscape Architecture. American Elsevier Publishing Co., Inc., New York Laurie, M. 1984. Pengantar kepada Arsitektur Pertamanan (terjemahan). Intermedia. Bandung. 133 hal. Pemerintah Provinsi Jawa Barat Dinas Kehutanan Balai Pengelolaan Taman Hutan Raya. 2010. Pesona Wisata Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda. Bandung. Balai Pengelolaan Taman Hutan Raya. Rachman, Z. 1984. Proses Berpikir Lengkap Merencana dan Melaksana dalam Arsitektur Lanskap. Bogor. Robinette GO. 1983. Landscape Planning for Energy Conservation. New York: Van Nostrand Reinhold Company. Sahwan. 2002. Analisis Kebijakan Pengelolaan Taman Hutan Raya (Studi kasus di TAHURA Sesaot Propinsi Nusa Tenggara Barat). [Tesis]. Bogor: Program Ilmu Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan, Institut Pertanian Bogor. Sebayang, SK. 1996. Rencana Lanskap Kawasan Leisure Core untuk Rekreasi Pantai [Skripsi]. Jurusan Budidaya Pertanian. Bogor: Institut Pertanian Bogor. Sidabutar, NV. 2007. Perencanaan Hutan Kota Rekreasi Mangrove Di Wilayah Pesisir Kecamatan Kuta Raja, Kota Banda Aceh, Provinsi NAD [Skripsi]. Bogor: Institut Pertanian Bogor. Simonds, J. O. 1983. Landscape Architecture. New York: Mc Graw Hiil Book Company.
67 Tirtawinata, M. dan L. Fachruddin. 1996. Daya Tarik dan Pengelolaan Agrowisata. Penebar Swadaya. Bogor. Yoeti, O. A. 1997. Perencanaan dan Pengembangan Pariwisata. Pradnya Paramita. Jakarta
68
LAMPIRAN
69 Lampiran 1 Tabel Pengujian kualitas air No
Satuan
Baku mutu
Hasil pengujian
1
Parameter Fisika Residu terlarut
mg/L
1000
95,31
2
Residu tersuspensi
mg/L
50
3,33
3
2
Temperatur Kimia NH₃-N Arsen (As)*
3
Barium (Ba)
mg/L
1
<1
4
Besi (Fe)*
mg/L
0,3
0,17
5
Boron
mg/L
1
0,1
6
mg/L
2
18ˆ
7
BOD₅ COD
mg/L
10
29,8ˆ
8
Deterjen (MBAS)
mg/L
0,2
< 0,01
9 10 11
Fenol Fluorida (F) Total fosfat sebagai P
mg/L mg/L mg/L
0,001 0,5 0,2
< 0,005 1,85ˆ 0,93ˆ
12 13
Kadmium (CD)* Klorida (Cl⁻)
mg/L mg/L
0,01 600
< 0,003 5,96
14
Kolorida bebas
mg/L
0,03
< 0,003
15
Kobalt (Co)
mg/L
0,2
5,96
16
Khrom (VI)
mg/L
0,05
< 0,01
18
Air Raksa (Hg)
mg/L
0,001
0,02
19
Minyak dan lemak
mg/L
1
0,74ˆ
20
mg/L
10
< 0,001
21
NO₃ sebagai N Nitrit sebagai N
mg/L
0,06
<1
22
DO
mg/L
>6
2,57
23
pH
6,0 - 9,0
0,30ˆ
24
Selenium (Se)
25 26
Seng (Zn*) Sionida (CN)
0,01 0,05
0,56 8,00
mg/L
0,02
< 0,01
27
Belerang sebagai H₂S
mg/L
0,002
< 0,005
28
mg/L
400
14,22
29
Sulfat (SO₄) Tembaga (Cu)
mg/L
0,02
< 0,02
30
Timbal (Pb)*
mg/L
0,03
< 0,01
1
Mikrobiologi Total coliform
jml/100mL
1000
23
2
Fecal coliform
jml/100mL
100
23
1
⁰C
23,0
mg/L
0,5
< 0,01
mg/L
0,05
< 0,005
Mg/L mg/L
Sumber : PDAM Tirtawening Kota Bandung 2012
70 lampiran 2 Kuisioner penelitian (Persepsi pengunjung) KUISIONER PENELITIAN PERENCANAAN LANSKAP REKREASI “AREA OUTBOND” KAWASAN TAMAN HUTAN RAYA IR. H. DJUANDA, BANDUNG A. Identitas Narasumber Kategori Nama Jenis kelamin Umur Asal Pekerjaan
: : : : : :
Pengunjung .................................................................................... (a) Laki-laki (b) Perempuan ............. tahun .................................................................................... ....................................................................................
B. Persepsi dan preferensi wisatawan 1. Apa tujuan anda datang ke Taman hutan raya ini? a. Jalan-jalan (kuliner) b. Menikmati pemandangan hutan c. Belajar / pendidikan d. olahraga e. Lainnya,……………………………….. 2. Sudah berapa kali anda berkunjung ke tempat wisata ini? ………………………………………………………………………………. 3. Bersama siapa anda berkunjung ke taman hutan raya ini? a. Teman b. Keluarga c. Rombongan wisata (tour) d. Lainnya, ………………………………………………………………………… …........ 4. Apa yang anda rasakan ketika berkunjung ke tempat wisata ini? a. Menarik b. Biasa saja c. Kurang menarik, alasannya………………………………………………………….......... .......... d. Tidak menarik, alasannya……………………………………………………………… ………
71 5. Berapa lama waktu yang anda habiskan untuk berkunjung ke tempat wisata ini? ….................................................................................................................... 6. Darimanakah anda mengetahui informasi tentang Tahura? a. Televisi, Radio b. Brosur c. Internet d. Teman atau keluarga e. lainnya,……………. 7. Apakah yang anda ketahui tentang wisata alam (sebatas pngetahuan anda)? ……………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………… 8. Apabila wisata alam pada “area outbound” kawasan Tahura adalah wisata yang berkelanjutan yaitu adanya pendidikan tentang lingkungan, kelestarian alam dan dapat memakmurkan penduduk setempat, Apakah Anda setuju apabila area ini dikembangkan? a. setuju tidak setuju, alasan………………………………………………… b. 9. Apakah fasilitias wisata yang ada di taman hutan raya ini cukup? a. sudah cukup b. belum cukup 10. Apabilah fasilitas wisatanya belum cukup, fasilitas seperti apakah yang perlu ditambahkan? (beri tanda ν) a. toilet ( ) b. tempat makan ( ) c. tempat parkir ( ) d. tempat beristirahat ( ) e. tempat penginapan ( ) f. musola ( ) g. kios cinderamata ( ) h. pusat informasi ( ) i. lainnya,………. ( ) C. Sumberdaya wisata 1. Apa sumberdaya wisata yang menjadi daya tarik bagi wisata Taman Hutan Raya ini? (boleh pilih lebih dari 1) a. Goa Jepang b. Goa Belanda c. Curug Omas d. Curug Dago e. Patahan Lembang
72 f. g. h. i.
Outbond Panggung Terbuka Monumen Ir. H. Djuanda Taman Bermain
2. Bagaimana keindahan Taman Hutan Raya ini? a. Kurang indah b. indah c. Sangat indah d. Tidak tahu, alasannya………………………………………………………………. ……………...…………………………………………………………... ……………….……………..................................................................... ................................................................................................................. 3. Apakah keberadaan vegetasi di Taman Hutan Raya ini cukup memberikan kenyamanan bagi wisatawan? a. Cukup b. Kurang c. Sangat kurang D. Permasalahan Permasalahan apa yang Anda temukan ketika berkunjung ke kawasan Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda ini? 1. Ekologi kawasan wisata a. Kurangnya vegetasi hutan b. Berkurangnya keanekargaman hayati 2. Aksesibilitas a. Kurangnya papan penunjuk menuju tempat wisata b. Jalan yang rusak 3. Transportasi a. Mahalnya biaya menuju objek wisata b. Terbatasnya kendaraan umum yang menuju objek wisata 4. Fasilitas wisata a. Susahnya penginapan/warung makan/toilet/mushola Lainnya,…………………………………………………………………… ……...……………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………
73
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Lintau, Sumatera Barat pada tanggal 05 Desember 1990. Penulis merupakan anak pertama dari ayahanda Iskandar dan ibunda Zulfiatni. Pendidikan penulis diawali pada tahun 1995 dan menyelesaikan Taman kanak-kanak (TK) di TK Aisyiah Balai Tangah pada tahun 1996. Pada tahun 2002 penulis lulus dari SD 05 Tanjung Bonai, Lintau Sumatera Barat. Kemudian pada tahun 2005 penulis menyelesaikan studinya di SMP N 3 Lintau, Sumatera Barat. Selanjutnya pada tahun 2008 penulis lulus dari SMA N 1 Lintau, Sumatera Barat. Penulis diterima di Institut Pertanian Bogor (IPB) yahun 2008 melalui jalur USMI sebagai mahasiswa Departemen Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanian. Pada tahun 2012, penulis melaksanakan penelitian untuk menyelesaikan studinya pada kawasan Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda, Bandung.