PERENCANAAN LANSKAP AREA REKREASI KAWASAN BUKIT BETA DESA TUKTUK SIADONG, KABUPATEN SAMOSIR
FEBRIYANTI LIMBONG
DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul “Perencanaan Lanskap Area Rekreasi Kawasan Bukit Beta Desa Tuktuk Siadong, Kabupaten Samosir” adalah benar karya saya dengan arahan dari Komisi Pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan dan yang tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Agustus 2013 Febriyanti Limbong NIM A44070067
ABSTRAK FEBRIYANTI LIMBONG. Perencanaan Lanskap Area Rekreasi Kawasan Bukit Beta Desa Tuktuk Siadong, Kabupaten Samosir. Dibimbing oleh WAHJU QAMARA MUGNISJAH. Kawasan tapak Bukit Beta Kite Internasional berada di Desa Tuktuk Siadong Kecamatan Simanindo, Kabupaten Samosir. Kecamatan Simanindo terletak pada posisi geografis antara 2⁰30’ dan 2⁰45 LU dan 98⁰45’ dan 98⁰55’ BT dengan luas wilayah daratan 198,20 . Kawasan Bukit Beta yang dimanfaatkan sebagai area penelitian adalah 31,15 ha dengan luas daratan 25,48 ha dan luas perairan (danau) 5,67 ha. Kawasan tapak di Bukit Beta merupakan daerah dataran tinggi dengan ketinggian 925 - 975 mdpl, termasuk daerah datar dengan kemiringan lahan 0-8%, seluas 20,07 ha. Pada tapak, danau dan perbukitan merupakan good view yang menjadi objek pandang utama dan dimanfaatkan sebagai borrowing scenery. Rencana lanskap rekreasi pada kawasan Bukit Beta terbagi atas ruang intensif, ruang semi intensif dan ruang ekstensif. Ruang intensif dengan subruang yang terdiri dari ruang penerimaan seluas 8.550 , ruang pelayanan 14.138 , dan ruang rekreasi utama seluas 95.641 . Ruang semi intesif dengan sub ruang terdiri dari ruang rekreasi alternatif seluas 51.878 dan ruang penyangga 69.945 . Ruang ekstensif yang merupakan ruang konservasi dengan luas 31.514 . Rekreasi yang akan dikembangkan meliputi rekreasi air dan rekreasi darat. Kata kunci: perencanaan lanskap, rekreasi, borrowing scenery
ABSTRACT FEBRIYANTI LIMBONG. Recreational Landscape Planning in Bukit Beta Area, Desa Tuktuk Siadong, Samosir Regency. Supervised by WAHJU QAMARA MUGNISJAH. Bukit Beta Kite International is in Desa Tuktuk Siadong, Kecamatan Simanindo, Kabupaten Samosir. Kecamatan Simanindo is located between 2⁰30’ and 2⁰45’ north latitude and 98⁰45’ and 98⁰55’ east longitude with main land area of 198,20 k , Bukit Beta area used for this research 31.15 ha consisting of main land area of 25.48 ha and aquatic area of 5.67 ha. Research site elevation is 925-975 m above sea level with slope ranging from 0-8% as much as 20.07 ha. In the site, the lake and the hills is a good view as main object, used for borrowing scenery. Recreational landscape planning in Bukit Beta site consists of intensive space, semi intensive space, and extensive space. Intensive space consists of 8,550 welcome area, 14,138 service area, and 95,641 main recreational area. Semi intensive space consists of 51,878 recreational alternative area and 69,945 buffer area. Extensive space consist of 31514 conservation area. Water and land recreation will be developed in this site. Keywords: landscape planning, recreation, borrowing scenery
PERENCANAAN LANSKAP AREA REKREASI KAWASAN BUKIT BETA DESA TUKTUK SIADONG, KABUPATEN SAMOSIR
FEBRIYANTI LIMBONG
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Departemen Arsitektur Lanskap
DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013
Judul Skripsi : Perencanaan Lanskap Area Rekreasi Kawasan Bukit Beta Desa Tuktuk Siadong, Kabupaten Samosir Nama : Febriyanti Limbong NIM : A44070067
Disetujui oleh
Prof. Dr. Ir. Wahju Qamara Mugnisjah, M. Agr. Pembimbing
Diketahui oleh
Dr. Ir. Siti Nurisjah, MSLA Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
PRAKATA Segala puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas berkat dan karunia-Nya sehingga pelaksanaan penelitian dan penyusunan karya ilmiah ini dapat diselesaikan dengan baik. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Agustus 2011 ini ialah perencanaan lanskap, dengan judul “Perencanaan Lanskap Area Rekreasi Kawasan Bukit Beta Desa Tuktuk Siadong, Kabupaten Samosir”. Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Prof. Dr. Ir. Wahju Qamara Mugnisjah, M.Agr. selaku pembimbing, atas arahan, saran, serta kesabaran dalam membimbing penulis sejak penyusunan usulan penelitian, pelaksanaan, hingga penyusunan skripsi ini. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Dinas Pariwisata Kabupaten Samosir, serta Bang Panal Limbong, Bang Befto Siallagan, dan Kak Evi Barus yang telah membantu selama pengumpulan data. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, saudara tercinta kakak Yesi Laura Limbong dan adik Joshua Mahal Limbong serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya. Juga kepada teman sepenelitian dan teman Angkatan 44 atas doa dan dukungan moral yang sangat berarti. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Agustus 2013 Febriyanti Limbong
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL
iv
DAFTAR GAMBAR
v
DAFTAR LAMPIRAN
vi
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Tujuan Penelitian
2
Manfaat Penelitian
2
TINJAUAN PUSTAKA
3
Perencanaan Lanskap
3
Rekreasi
3
Danau atau Situ
4
Perencanaan Lanskap Kawasan Rekreasi
5
Taman Bermain
6
METODE
8
Waktu dan Tempat
8
Alat dan Bahan
8
Batasan Perencanaan
8
Metode Penelitian
9
HASIL DAN PEMBAHASAN
11
Hasil
11
Pembahasan
28
SIMPULAN DAN SARAN
65
Simpulan
65
Saran
65
DAFTAR PUSTAKA
66
LAMPIRAN
67
RIWAYAT HIDUP
70
DAFTAR TABEL 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Jenis, bentuk, sumber, dan cara pengambilan data Penutupan lahan kawasan Bukit Beta berdasarkan survey lapang Luas area tiap persentase (%) kemiringan lahan area tapak Bukit Beta Daftar jumlah penduduk Kabupaten Samosir Jumlah penduduk Kecamatan Simanindo menurut jenis kelamin Banyaknya wisatawan yang berkunjung ke Kabupaten Samosir menurut tahun dan jenis wisatawan (2005-2009) Hasil kuisioner masyarakat tentang persepsi terhadap tapak dan rencana pengembangan aktivitas serta fasilitas Hasil analisis dan sintesis pada tapak Bukit Beta Standar kesesuaian ruang Pengembangan program ruang pada tapak Rencana kebutuhan ruang terhadap fasilitas dan aktivitas Rencana fasilitas yang dikembangkan
10 15 18 25 26 27 27 41 43 43 53 61
DAFTAR GAMBAR 1 Lokasi penelitian di Desa Tuktuk Siadong, Kecamatan Simanindo, Kabupaten Samosir 2 Proses perencanaan area rekreasi 3 Peta administrasi Kabupaten Samosir 4 Peta batas tapak 5 Aksesibilitas menuju Desa Tuktuk Siadong 6 Peta tata guna lahan 7 Peta tanah 8 Peta topografi 9 Peta kemiringan lahan 10 Grafik rata-rata suhu udara tahun 2010 11 Grafik rata-rata curah hujan tahun 2010 12 Grafik rata-rata kelembaban udara tahun 2010 13 Grafik rata-rata lama penyinaran tahun 2010 14 Grafik rata-rata kecepatan angin tahun 2010 15 Good view dan borrowing scenery 16 Bad view 17 Kegiatan wisata yang dilakukan pada tapak 18 Peta analisis fisik tapak 19 Peta analisis sirkulasi tapak 20 Peta analisis tata guna lahan 21 Peta analisis kemiringan lahan 22 Peta analisis iklim mikro tapak 23 Peta analisis kualitas visual dan akustik tapak 24 Peta komposit 25 Peta konsep ruang 26 Peta konsep sirkulasi 27 Peta konsep vegetasi
8 9 12 13 14 16 17 19 20 22 22 22 23 23 24 24 27 30 31 34 35 37 38 45 49 50 51
28 29 30 31 32 33 34 35
Block plan Site plan Perpektif keseluruhan area tapak Tampak potongan Ilustrasi aktifitas rekreasi utama Ilustrasi aktifitas rekreasi alternatif Vegetasi estetik dan peneduh yang digunakan Vegetasi penyangga dan konservasi yang digunakan
52 54 55 56 57 59 60 61
DAFTAR LAMPIRAN 1 Kuisioner masyarakat sekitar kawasan Bukit Beta, Simanindo
67
PENDAHULUAN Latar Belakang Pulau Samosir merupakan sebuah pulau vulkanik yang terbentuk dari letusan gunung purba di tengah Danau Toba di Provinsi Sumatera Utara. Pulau Samosir terletak dalam wilayah Kabupaten Samosir yang baru dimekarkan pada tahun 2003 dari bekas Kabupaten Toba Samosir. Sebagai sebuah pulau dalam pulau dengan ketinggian 1.000 meter di atas permukaan laut, pulau ini diminati perhatian banyak turis. Kabupaten Samosir memiliki daerah-daerah potensi wisata yang berbasis pemandangan alam, wisata spiritual, dan wisata pertanian yang tersebar di berbagai wilayah kecamatan. Salah satu kecamatan yang menyumbang besar dalam sektor pariwisata Kabupaten Samosir adalah kecamatan Simanindo. Kecamatan Simanindo dengan pusat pemerintahan di Ambarita terletak di pinggiran Danau Toba dan berpenduduk 19.984 jiwa yang menempati wilayah seluas 198,20 km. Kecamatan Simanindo memiliki berbagai objek wisata seperti sejarah, seni dan budaya, serta objek wisata alam. Objek wisata sejarah dan budaya sudah menjadi favorit kunjungan wisatawan, seperti Huta Siallagan serta Gedung Kesenian tempat pertunjukan Sigale-gale. Objek wisata alam pada Kecamatan Simanindo adalah Batu Marhosa dan Pantai Ambarita. Salah satu desa di Kecamatan Simanindo yang dijadikan sebagai desa wisata adalah Desa Tuktuk Siadong. Desa Tuktuk Siadong merupakan kawasan berbetuk tanjung yang strategis sehingga saat ini menjadi pusat konsentrasi turis di Pulau Samosir. Desa ini dipenuhi oleh usaha hotel dan restoran meskipun kehidupan penduduknya umumnya bertani dan sebagai pengrajin souvenir. Dari Parapat, Tuktuk dapat dikunjungi dengan feri penyeberangan. Selain melalui transportasi air, Pulau Samosir juga dapat dicapai lewat jalan darat melalui Pangururan yang menjadi tempat Pulau Samosir dan Pulau Sumatera berhubungan. Objek wisata alam pada desa Tuktuk Siadong salah satunya adalah Bukit Beta Kite Internasional. Areal khusus ini merupakan lahan terbuka yang telah diresmikan oleh Gubernur Sumatera Utara Bapak T. Rizal Nurdin pada bulan Agustus 2004 menjadi lokasi permainan layang-layang internasional. Namun disayangkan, area ini kurang mendapat perhatian pemerintah daerah, yang diketahui dengan tidak adanya fasilitas yang menunjang perkembangan kegiatan wisata di sini. Rencana untuk menjadikan kawasan Bukit Beta, Desa Tuktuk Siadong, sebagai tempat rekreasi didukung oleh potensi perairan danau serta topografi bukit yang mempunyai kualitas estetika yang indah. Selain itu, rencana pengembangan kawasan ini mendapat respon positif dari masyarakat sekitar. Kegiatan rekreasi di Kabupaten Samosir juga didukung dengan laju wisatawan yang meningkat pesat setiap tahunnya, baik wisatawan asing maupun lokal. Perencanaan lanskap area rekreasi pada lahan terbuka ini diharapkan dapat meningkatkan minat wisatawan mengunjungi Kabupaten Samosir, meningkatkan kesejahteraan masyarakat lokal, serta menjaga kelestarian lingkungan sekitar Danau Toba. Dengan demikian, program pemerintah daerah memaksimalkan Kabupaten Samosir menjadi daerah pariwisata yang baik dapat terwujud.
2 Tujuan Penelitian Kegiatan penelitian dengan tema perencaaan lanskap rekreasi yang dilakukan pada kawasan Bukit Beta ini bertujuan mengembangkan kawasan ini menjadi objek wisata yang memanfaatkan danau dan pemandangan bukit sekitarnya sebagai objek rekreasi utama dan beberapa objek rekreasi lainnya dengan dilengkapi fasilitas yang menunjang aktivitas wisata. Diharapkan kegiatan penelitian ini dapat menjadi sarana yang mewadahi kegiatan rekreasi wisatawan dengan suasana lanskap alami yang nyaman sekaligus menjaga ekosistem sekitar Danau Toba.
Manfaat Penelitian Hasil studi ini diharapkan menjadi ilmu dan pengalaman yang bermanfaat bagi penulis dan sebagai masukan alternatif rencana mengenai pengembangan potensi lanskap area rekreasi di Bukit Beta bagi pemerintah daerah. Hasil studi ini juga diharapkan dapat memberikan manfaat bagi masyarakat dan lingkungan.
3
TINJAUAN PUSTAKA Perencanaan Lanskap Perencanaan lanskap adalah salah satu bentuk produk utama dalam kegiatan arsitektur lanskap. Perencanaan lanskap ini merupakan suatu bentuk kegiatan penataan berbasis lahan (land-based planning) melalui kegiatan pemecahan masalah yang dijumpai dan merupakan proses untuk pengambilan keputusan berjangka panjang guna mendapatkan suatu model lanskap atau bentang alam yang fungsional, estetik, dan lestari yang mendukung berbagai kebutuhan dan keinginan manusia dalam upaya meningkatkan kenyamanan dan kesejahteraan, termasuk kesehatan (Nurisjah, 2003). Perencanaaan lanskap merupakan suatu proses sintesis yang kreatif tanpa akhir dan dapat ditambah, juga merupakan proses yang rasional dan evolusi yang teratur. Perencanaan merupakan urutan-urutan pekerjaan yang saling berhubungan dan berkaitan. Semua bagian tersebut tersusun sedemikian rupa sehingga apabila terjadi perubahan pada suatu bagian, bagian lainnya akan terpengaruh (Simonds, 1983). Menurut Direktorat Wisata Alam dan Pemanfaatan Jasa Lingkungan, agar perencanaan wisata alam bisa dimanfaatkan dengan maksimal harus sejalan dengan batasan pengembangan pariwisata alam yang mencakup kegiatan memanfaatkan ruang melalui serangkaian program kegiatan pembangunan untuk pariwisata alam yang meliputi pengelolaan pemanfaatan lahan dan sumber daya alam sesuai dengan azas pemanfaatan ruang dengan mengakomodasi semua kepentingan secara terpadu, berdaya guna, serasi, seimbang dan berkelanjutan.
Rekreasi Rekreasi adalah suatu aktivitas yang bersifat fisik, mental, dan emosional yang dilakukan pada waktu senggang. Rekreasi adalah apa yang terjadi kepada orang-orang dalam hal citra diri, prestasi, atau kepuasan dan dapat terjadi kapan saja dan di banyak tempat. Rekreasi merupakan kegiatan yang dilakukan secara berkala, sebagai kegiatan yang merupakan perubahan bentuk rutinitas dan kewajiban seperti dalam kegiatan bekerja. Kegiatan rekreasi yang dilakukan dapat bersifat pasif, seperti jalan-jalan, melihat pemandangan, pengamatan alam, dan fotografi. Jenis kegiatan rekreasi aktif adalah berkemah, memancing, berperahu, berkanoe, arung jeram. Rekreasi alam sendiri diartikan sebagai rekreasi yang tidak dibatasi bangunan-bangunan tertentu dan dilakukan di alam terbuka. Fokusnya terdapat pada rekreasi sebagai pengalaman, mengapa seseorang berpartisipasi, kegiatan apa yang disukai, dan apa yang terjadi pada seseorang akibat dari kegiatan ini (Gold, 1980). Menurut Direktorat Wisata Alam dan Pemanfaatan Jasa Lingkungan, untuk memastikan pengembangannya, pariwisata alam harus mampu menyajikan pelayanan berkualitas kepada pengunjung dalam melakukan rekreasi berikut: 1. menjamin keselamatan, kesehatan dan keamanan serta kenyamanan bagi pengunjung;
4 2. memberikan informasi yang lengkap dan akurat kepada pengunjung sebelum dan selama di tempat tujuan serta setelah meninggalkan kawasan; 3. menyajikan ragam pilihan produk; 4. memperkaya pengalaman dan pengetahuan pengunjung tentang objek dan atraksi kawasan. Gold (1980) mengklasifikasikan kegiatan rekreasi pada empat pengalaman rekreasi: 1. rekreasi fisik, dimana kegiatan rekreasi ini menggunakan tenaga fisik sebagai kegiatan yang utama dilakukan; 2. rekreasi sosial, dimana kegiatan rekreasi ini melibatkan interaksi sosial sebagai kegiatan yang dominan dilakukan pada tapak; 3. rekreasi yang bersifat kognitif, antara lain kegiatan yang berhubungan dengan budaya, pendidikan dan aktivitas berkreasi; 4. rekreasi yang berhubungan dengan alam, dimana kegiatan rekreasi ini memanfaatkan sumber daya alam yang alami seperti air, pohon, pemandangan alam atau kehidupan liar sebagai tempat untuk melakukan aktivitas rekreasi. Danau atau Situ Danau atau situ merupakan contoh dari lingkungan badan air yang relatif tidak mengalir/diam. Badan air ini mempunyai kecepatan aliran yang rendah sehingga sering terjadi penutupan dasar badan air dengan tanah dan bahan organik. Semakin beragam bentuknya dan semakin luas permukaannya, badan air cederung akan dapat berfungsi lebih baik dalam suatu bentukan tapak misalnya dalam mengendalikan iklim mikro kawasan perkotaan (fungsi fisik), stabilitas habitat biota (fungsi ekologis), dan untuk kepentingan rekreasi (fungsi ekonomi). Kegiatan perencanaan umumnya dilakukan dengan cara penataan spasial, yaitu dengan menata penggunaan lahan di sekitar badan air sesuai dengan daya dukung dan karakter alami perairan (Nurisjah, 2004). Danau memberikan kualitas visual permukaan air yang tenang, menyenangkan, santai dan efek emosi yang menenangkan terhadap manusia. Danau yang berbatasan dengan area tapak dapat dimanfaatkan sebagai area rekreasi yang berhubungan dengan air. Beberapa kegiatan rekreasi yang memanfaatkan kegunaan air adalah berenang, memancing, berperahu, menyelam, berlayar serta ski air. Dalam perencanaan rekreasi yang berhubungan dengan air, perlu diperhatikan fasilitas rekreasi air seperti tempat permandian, dek untuk perahu, area piknik tepi air, dan pondok-pondok peristirahatan. Namun, berkaitan dengan digunakannya badan air (danau) sebagai rekreasi air, harus dapat diperhatikan pemeliharaannya dengan baik agar tidak merusak ekosistem danau (Booth, 1993). Pada kesesuaian tapak berdasarkan aspek hidrologis, bentuk pemanfaatan ideal terhadap aspek hidrologis ini dapat dilakukan berdasarkan pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Pendekatan kuantitatif dilakukan dengan cara menghitung kemampuan dan daya dukung hidrologis suatu kawasan terhadap suatu bentuk kegiatan yang akan dilaksanakan pada tapak dan lanskap tersebut, misalnya, dengan menghitung jumlah orang yang berkemah yang dapat ditampung pada kawasan tesebut. Pendekatan kualitatif dilakukan berdasarkan deskripsi
5 berbagai hubungan kesesuaian aspek/unsur hidrologis dengan tujuan perencanaan atau pengembangan lanskap tersebut (Nurisjah, 2004). Perencanaan Lanskap Kawasan Rekreasi Perencanaan rekreasi adalah proses yang menghubungkan manusia dengan tempat dan waktu luangnya. Sumber daya alam dialokasikan untuk mengakomodasi kebutuhan rekreasi saat ini dan masa depan bagi penduduk dan wilayah perencanaannya secara luas. Adanya keterkaitan antara masyarakat, kota, waktu luang, dan rekreasi alam merupakan pokok dari perencanaan rekreasi. Tujuan dalam perencanaan rekreasi adalah untuk memperbaiki kualitas hidup dan lingkungan dalam kawasan untuk memaksimalkan kesejahteraan manusia dengan menciptakan lingkungan yang lebih baik, lebih sehat, menyenangkan dan aktraktif (Gold,1980). Proses perencanaan rekreasi dibagi menjadi enam tahap, yaitu persiapan, inventarisasi, analisis, sintesis, perencanaan dan perancangan. Gold (1980) menyatakan bahwa dalam merencanakan lanskap suatu daerah, yang di dalamnya terdapat aktivitas rekreasi, dibutuhkan informasi yang mengintegrasikan manusia dengan waktu luang yang dengannya pengalokasian sumber daya dilakukan untuk menghubungkan waktu luang pada saat ini dan masa yang akan datang. Untuk merumuskan suatu perencanaan kawasan wisata, terdapat beberapa metode atau pendekatan yang dapat dilakukan, yaitu pendekatan sumber daya, pendekatan aktivitas, pendekatan ekonomi, dan pendekatan tingkah laku. Pendekatan sumber daya (resource approach) adalah pendekatan yang mempertimbangkan kondisi serta situasi sumber daya alam sebagai dasar dari bentuk dan aktivitas wisata yang akan dikembangkan. Faktor alam lebih diutamakan daripada faktor-faktor sosial karena kelestarian alam merupakan tujuan utama, di atas kebutuhan manusia dan sumber daya yang tersedia. Pendekatan aktivitas (activity approach) berarti bahwa aktivitas-aktivitas yang telah ada pada tapak merupakan penentu bentuk rekreasi/wisata dan jumlah aktivitas yang akan dikembangkan pada kawasan. Dalam pendekatan ekonomi (economy approach), dasar ekonomi dan sumber dana yang tersedia menentukan jumlah, tipe, dan lokasi dari aktivitas-aktivitas rekreasi yang akan dikembangkan dilihat dari sumber daya ekonomi masyarakat. Pendekatan perilaku (behavioral approach) melihat perilaku manusia dari kebiasaan dan tingkah lakunya dalam memanfaatkan waktu luangnya. Proses perencanaan kawasan rekreasi untuk memenuhi kebutuhan manusia dalam menggunakan waktu luang ditentukan oleh kepuasan pengunjung tapak (Gold,1980). Pendekatan awal pada perencanaan rekreasi menggunakan ukuran kuantitatif terhadap lahan, pengembangannya dan program yang menjelaskan tapak atau pengalaman banyaknya kegiatan rekreasi yang digunakan. Ukuran kuantitatif terhadap lahan dan pengembangannya melalui banyaknya populasi, permintaan rekreasi, persentase area yang digunakan dan fasilitas yang terdapat pada tapak. Serta ukuran terhadap program kegiatan wisata yang sudah dilakukan pada tapak. Menurut Gold (1980), klasifikasi kesesuaian lahan terhadap kegiatan rekreasi antara lain:
6 1. Penggunaan lahan secara intensif, kegiatan rekreasi utama dipusatkan pada area ini, baik penggunanya maupun fasilitas pendukung. 2. Penggunaan lahan menengah (semi intensif), kegiatan rekreasi dibatasi pada area ini karena beberapa faktor yang kurang mendukung seperti keadaan topografi yang perlu diperhatikan. Area ini dapat dimanfaatkan sebagai alternatif atau area komersial pendukung kegiatan rekreasi. 3. Penggunaan lahan rendah (tidak intensif), kegiatan rekreasi serta fasilitasnya dibatasi pada area ini dengan mempertimbangkan keadaan topografi dan kemiringan lahan yang kurang memadai untuk aktivitas rekreasi. Area ini dipertahankan kealamiannya dan dapat dimanfaatkan sebagai penyangga. Preferensi dan kondisi kepuasan merupakan proses dari perencanaan rekreasi. Dalam pengukuran daya dukung terhadap areal rekreasi, model daya dukung yang digunakan adalah model yang berorientasi terhadap kepuasan dan aspek sosial pemakai atau terhadap penggunaannya oleh manusia (Nurisjah, 2003). Taman Bermain Lahan bermain adalah pusat permainan luar ruangan bagi anak-anak berumur 5-12 tahun. Tempat bermain juga memberikan kesempatan rekreasi bagi para remaja dan orang dewasa (Chiara dan Koppelman, 1978). Dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 1 Tahun 1997 tentang Penyerahan Prasarana Lingkungan, Utilitas Umum, dan Fasilitas Sosial Perumahan kepada Pemerintah Daerah, terlihat jelas bahwa setiap pengembang yang mengembangkan kawasan perumahan (perumahan formal teratur) diwajibkan juga untuk membangun sarana dan prasarana, di antaranya, fasilitas tempat bermain. Tempat bermain bagi anak-anak secara pokok terdiri dari dua macam, yaitu tempat bermain di dalam ruangan (indoor) dan di luar ruangan (outdoor). Kedua tempat bermain baik indoor maupun outdoor yang berpusat pada pengembangan gerak pada dasarnya memiliki ciri-ciri yang sama hanya berbeda pada luas ruang, permukaan, iklim, dan suasananya. Menurut Chiara dan Koppelman (1978), taman bermain harus terdiri dari unsur-unsur sebagai berikut. 1. Tempat bermain bagi anak-anak harus disediakan secara khusus, dilokalisasi pada tempat tersendiri, jauh dari aktivitas umum yang ramai, kotor, dan bau, nyaman tanpa gangguan dari lingkungan luar, dan aman dari segala tindakan kejahatan. Oleh karena itu, tempat bermain anak-anak harus dipagar sekelilingnya. 2. Tempat bermain berada di ruang terbuka dengan rumput yang terpelihara dengan baik untuk permainan aktif informal. 3. Tempat bermain di luar ruangan harus dilengkapi dengan pepohonan di sekelilingnya sebagai bayangan untuk peneduh, juga harus dilengkapi bangunan (shelter) tempat beristirahat, berteduh, dan berlindung. 4. Daerah serbaguna yang diperkeras, daerah-daerah untuk permainan lapangan sebaiknya diterangi dengan baik. 5. Tempat bermain harus dilengkapi dengan unsur-unsur lainnya seperti shelter umum, fasilitas MCK, keran minum, sirkulasi pejalan kaki, bangku, tempat sampah, dan daerah pembatas dengan tanaman. Standar dan kondisi tempat tersebut akan dijadikan sebagai tolak ukur untuk mengukur bagaimana persepsi anak terhadap kondisi-kondisi tempat bermain
7 yang mereka gunakan baik di dalam lingkungan keluarga maupun lingkungan sekitarnya di masyarakat. Standar kondisi tempat bermain adalah sebagai berikut (Gallahue, 1982). 1. Tempat bermain disediakan secara khusus. 2. Keluasan untuk bergerak secara bebas disediakan untuk berbagai macam kegiatan bermain. 3. Tempat bermain mudah untuk dikunjungi. 4. Kelengkapan perlengkapan dan alat-alat yang tersedia disesuaikan dengan kemampuan anak. 5. Kondisi permukaan, dataran, dan penerangan dipilih yang memberikan perlindungan dari cuaca/iklim, keamanan, keselamatan, kesehatan, kenyamanan. 6. Pengguna (anak-anak) diberi peluang untuk memilih bermacam pilihan sesuai hasrat dan minatnya. Menurut Gold (1980), biasanya taman bermain terdiri dari mainan, area perkerasan, bangku-bangku, tempat bermain pasir, kolam kecil, dan tanaman. Lebih lanjut dikemukakan bahwa tujuan keseluruhan dari taman bermain adalah untuk meningkatkan kualitas lingkungan dan kualitas hidup manusia di daerah perkotaan. Tujuan lainnya adalah untuk memaksimalkan kesejahteraan masyarakat dengan menciptakan lingkungan yang lebih baik, lebih sehat, lebih menyenangkan, dan lebih menarik di perkotaan.
8
METODE Waktu dan Tempat Penelitian dilakukan di Kawasan Wisata Bukit Beta Kite International, tepatnya di Desa Tuktuk Siadong, Kecamatan Simanindo, Kabupaten Samosir, Provinsi Sumatera Utara. Penelitian dilakukan selama enam bulan dimulai pada Agustus 2011 sampai dengan Februari 2012 dan dilanjutkan dengan penyusunan skripsi hingga Januari 2013.
Gambar 1. Lokasi penelitian di Desa Tuktuk Siadong, Kecamatan Simanindo, Kabupaten Samosir Bahan dan Alat Alat yang digunakan dalam kegiatan penelitian adalah kamera digital, GPS Garmin, dan alat gambar. Bahan yang digunakan berupa data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari wawancara pengunjung melalui kuisioner. Data sekunder diperoleh dari studi literatur yang berasal dari buku-buku, internet, jurnal, dan skripsi. Pengolahan datanya menggunakan perangkat komputer grafis dan alat gambar. Batasan Penelitian Penelitian ini dibatasi hingga tahap perencanaan tapak dan diwujudkan berupa gambar site plan dan beberapa gambar penunjang lain.
9 Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian adalah metode survei dengan tahapan kerjanya sesuai dengan tahapan perencanaan menurut Gold (1980). Tahapantahapan perencanaan tersebut adalah persiapan, inventarisasi, analisis, sintesis, dan perencanaan (Gambar 2). Tahapan persiapan mencakup kegiatan penetapan tujuan perencanaan, penyusunan rencana kerja, pengumpulan informasi berupa studi pustaka dari buku/literatur serta observasi data sekunder, dan penyiapan bahan-bahan yang akan diperlukan sebelum terjun ke lapangan. Tapak
Inventarisasi Karakteristik Tapak
Analisis Potensi & Pengembangan
Aspek fisik : tanah topografi iklim hidrologi vegetasi & Satwa dan kualitas visual
Potensi, amenity, kendala, dan bahaya
Aspek Sosial : demografi dan keinginan penduduk
Kesesuaian area pengembangan
Alternatif objek rekreasi
Sintesis
Perencanaan
Pembentukan Zonasi
Konsep 1
Konsep dasar Konsep ruang Konsep sirkulasi Konsep vegetasi
Gambar 2. Proses perencanaan area rekreasi (Gold, 1980) Tahapan inventarisasi data umum dilakukan untuk mendapatkan data-data primer melalui pengamatan langsung. Dari observasi secara langsung didapatkan data berupa karakter tapak, vegetasi, satwa, dan sosial ekonomi masyarakat sekitar kawasan wisata. Data diperoleh dari hasil pengamatan langsung di tapak dan sekitar tapak, pengambilan foto, studi tapak, dan wawancara. Wawancara dilakukan untuk mengetahui persepsi dan preferensi responden. Responden dipilih dengan menggunakan metode pengambilan sampel dengan tujuan tertentu (purposive sampling). Wawancara dengan kuesioner ini (Lampiran 1) dilakukan untuk mengetahui tingkat keinginan masyarakat sekitar terhadap perencanaan lanskap area rekreasi. Jumlah responden yang ikut berpartisipasi sebanyak 20 orang. Hal-hal yang menjadi pertimbangan dalam kuesioner ini meliputi jumlah sampel (pria/wanita; usia) serta keinginan pengunjung. Tapak direncanakan akan menjadi area rekreasi menarik, baik secara estetikanya, bermanfaat, dan nyaman bagi para pengunjungnya. Dalam tahap analisis dilakukan analisis dari data primer dan data sekunder. Data dan informasi tentang biofisik dan sosial tapak yang telah dikumpulkan diklasifikasikan ke dalam potensi dan kendala. Hasil klasifikasi data ke dalam potensi dan kendala tersebut dianalisis secara deskriptif dan spasial sehingga menghasilkan peta-peta analisis, tabel analisis, dan deskripsi data secara umum.
10 Proses analisis dilakukan dengan mencari keterkaitan antara kondisi dan karakteristik tapak dengan konsep yang dikembangkan. Tabel 1. Jenis, bentuk, sumber, dan cara pengambilan data No. 1.
2.
Jenis Data Data fisik dan biofisik
Aspek pengguna
a. b. c. d. e. f. g. a. b. c. d.
3.
Aspek rekreasi
e. a. b. c. d.
Pengamatan Kondisi fisik tapak (letak, aksesibilitas, luas, dan batas tapak) Kualitas tapak Iklim Geologi dan Tanah Hidrologi Vegetasi dan satwa Topografi Pengetahuan dan pendapat pengguna mengenai area rekreasi Identitas pengguna Jumlah, jenis dan kriteria pengguna Bentuk aktivitas dan tujuan pengguna Pengaruh adanya kawasan rekreasi Permainan yang ditawarkan Kriteria pelaksanaan rekreasi pada tapak Kriteria kondisi rekreasi Fasilitas yang dibutuhkan dalam rekreasi
Sumber data Studi pustaka (Dinas Kehutanan Kabupaten Samosir)
Analisis Spasial dan Deskriptif
Survei/ wawancara
Spasial
Survei/ wawancara Survei/ wawancara Survei/ wawancara Survei/ wawancara
Spasial Spasial Spasial Spasial
Survei/ wawancara
Deskriptif
Tahap sintesis diperoleh dari hasil analisis keadaan tapak dalam segala aspek mengenai potensi dan kendalanya, berupa data komposit serta pengembangan terhadap konsep dasar. Tahapan ini dilakukan dengan mengembangkan hasil analisis dan evaluasi yang telah dilakukan mengenai kesesuaian desain taman. Peta komposit kemudian dikembangkan untuk memperoleh konsep sebelum menuju tahap perencanaan. Konsep yang dihasilkan berupa peta sesuai dengan kesesuaian lahan yang diperoleh dalam tahap analisis. Dalam tahap perencanaan, model block plan yang diperoleh selanjutnya dikembangkan menjadi rencana ruang, aktivitas dan fasilitas, rencana sirkulasi bagi pengunjung, dan tata hijau. Pengembangan ini kemudian diterjemahkan melalui rencana tapak (site plan) dan gambar potongan rencana secara keseluruhan. Perhitungan daya dukung kawasan rekreasi merupakan konsep dasar yang dikembangkan menurut ukuran kemampuan lahannya. Perhitungan daya dukung dapat dilakukan dengan menggunakan formula Boullon (Libosada, 1998): dengan: DD = daya dukung kawasan A = area yang digunakan wisatawan ( ) /orang) SI = standar rata-rata kebutuhan area per individu (20 KR = Koefisien Rotasi TJ = total jam unjung di satu area dalam satu hari (jam) RD = rata-rata durasi kunjungan (jam) DDT = Daya dukung total dalam satu hari
11
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Letak, Luas dan Batas Tapak Kabupaten Samosir terletak pada posisi geografis antara 2⁰21’38” dan 2⁰49’48” LU dan antara 98⁰24’00” dan 99⁰01’48” BT, dengan ketinggian antara 904 dan 2157 mdpl. Kabupaten Samosir merupakan daerah pulau, yaitu seluruh Pulau Samosir yang dikelilingi oleh Danau Toba ditambah sebagian wilayah daratan Pulan Sumatera. Luas wilayahnya mencapai 2.069,05 , terdiri dari luas daratan 1.444,25 dengan topografi dan kontur tanah yang beraneka ragam dan luas danau 624,80 . Kabupaten Samosir diapit oleh 7 kabupaten sebagai batas-batas wilayah, yaitu sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Karo dan Kabupaten Simalungun, sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Tapanuli Utara dan Kabupaten Humbang Hasundutan, sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Dairi dan Kabupaten Pakpak Barat, dan sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Toba Samosir. Peta administrasi Kabupaten Samosir bersumber dari RTRW Kabupaten Samosir (2006) dapat dilihat pada Gambar 3. Kawasan tapak berada di Kecamatan Simanindo, Desa Tuktuk Siadong. Kecamatan Simanindo terletak pada posisi geografis antara 2⁰30’ dan 2⁰45 LU dan 98⁰45’ dan 98⁰55’ BT, dengan ketinggian di atas permukaan laut 931 m. Luas wilayah daratan adalah 198,20 , dengan persentase terhadap luas Kabupaten Samosir sebesar 13,72%. Secara administratif, wilayah Kecamatan Simanindo memiliki batas wilayah sebagai berikut: 1. Kecamatan Pangururan dan Ronggurnihuta di sebelah utara; 2. Danau Toba di sebelah selatan; 3. Danau Toba di sebelah timur; 4. Kecamatan Onan Runggu, Palipi dan Danau Toba di sebelah barat. Desa Tuktuk Siadong merupakan kawasan berbentuk tanjung yang strategis sehingga saat ini menjadi pusat kegiatan wisata (central tourism district), dimanfaatkan oleh pengusaha hotel dan restoran serta pelukis dan pengukir. Bukit Beta Kite Internasional merupakan areal khusus di Tuktuk Siadong yang telah diresmikan oleh Gubernur Sumatera Utara, Bapak T. Rizal Nurdin pada bulan Agustus 2004 menjadi lokasi permainan layang-layang internasional. Kawasan Bukit Beta yang dimanfaatkan sebagai area penelitian adalah 31,15 ha dengan luas daratan 25,48 ha dan luas perairan (danau) 5,67 ha. Peta batas tapak Bukit Beta yang akan direncanakan dapat dilihat pada Gambar 4. Aksesibilitas dan Sirkulasi Jarak tapak dari ibukota Kabupaten Samosir sekitar 48 km yang dapat ditempuh dalam waktu 45 menit dengan kendaraan bermotor. Jarak desa Tuktuk Siadong dengan kantor Kecamatan Simanindo adalah 15 km dan dapat ditempuh dengan waktu ± 20 menit jika menggunakan kendaraan bermotor. Jika melalui transportasi air dari dermaga Ajibata menuju dermaga Tomok, ditempuh dengan
12
13
14 waktu 60 menit menggunakan kapal fery dan perjalanan dari Tomok menuju Tuktuk dengan jarak 10 km dapat ditempuh dalam waktu 10 menit menggunakan kendaraan bermotor. Aksesibilitas menuju kawasan Bukit Beta, Tuktuk Siadong dapat dicapai melalui transportasi darat dan transportasi air (Gambar 5). Lokasi Bukit Beta dapat diakses dengan dua cara, yaitu moda transportasi darat dan transportasi air. 1. Moda Transportasi Darat Dengan fasilitas transportasi darat, Bukit Beta dapat ditempuh melalui jalan raya Ibukota Kabupaten Samosir, yakni Pangururan. Transporasi darat yang terdapat pada wilayah perencanaan terdiri jalur jalan dan sarana transportasi. Untuk mencapai kawasan dapat diakses melalui jalan primer. Sarana transportasi umum yang dapat digunakan untuk menuju lokasi Bukit Beta adalah angkutan kota dan kendaraan pribadi berupa mobil, kendaraan roda dua, dan lainnya. 2. Moda Transportasi Air Bagi para pengguna yang berasal dari luar Pulau Samosir, Bukit Beta dapat dicapai melalui transportasi air berupa sarana angkutan dan dermaga di tepi Danau Toba. Sarana angkutan air yang dapat digunakan untuk mencapai lokasi berupa kapal fery dan perahu kecil. Karena Pulau Samosir dikelilingi oleh Danau Toba, sarana pengangkutan air seperti kapal Fery dan perahu menjadi moda angkutan bagi kegiatan masyarakat sehari-harinya. Sebagai penunjang transportasi air, terdapat juga dermaga di beberapa titik sepanjang Danau Toba.
Gambar 5. Aksesibilitas menuju Desa Tuktuk Siadong (Sumber : www.googlemaps.com dengan penyesuaian) Jalur angkutan danau penyeberangan di perairan Danau Toba, antara lain, Ajibata menuju Tomok, Ajibata menuju Pangururan melalui Ambarita, Balige menuju Pangururan melalui Nainggolan dan Mogang, Ajibata menuju Nainggolan dan Nainggolan menuju Muara. Jalur penyeberangan menuju kawasan tapak ditempuh melalui jalur penyeberangan Ajibata menuju dermaga Tomok. Dermaga menjadi tempat pemberhentian atau pemberangkatan bagi para pengguna sarana angkutan air. Kemudian, dari dermaga Tomok menuju kawasan Desa Tuktuk Siadong dapat ditempuh dengan perjalanan darat selama 10 menit. Tarif perahu yang ditawarkan pengusaha berkisar Rp 20.000/orang.
15 Tata Guna Lahan Penggunaan dan penutupan lahan saat ini (existing) di Kabupaten Samosir terdiri atas hutan alam, hutan tanaman, kebun campuran, semak belukar, tanaman semusim, persawahan, dan lahan terbuka (pemukiman, bangunan lain, dan padang rumput). Sebagian besar lahan di Kabupaten Samosir pada awalnya adalah berupa hutan, tetapi karena adanya pengurangan hutan, sebagian wilayahnya sudah berubah menjadi tanah terbuka. Kawasan Bukit Beta terdapat di Desa Wisata Tuktuk Siadong yang merupakan salah satu daerah yang sektor pariwisatanya cukup baik. Tapak dilalui oleh jalan yang merupakan jalan primer kabupaten. Kawasan sekitar ini didominasi oleh pemukiman, pertanian, dan lahan terbuka. Karena letaknya yang terhubung dengan Danau Toba, sebagian besar penggunaan lahan di kawasan ini adalah penggunaan kawasan wisata, tempat pembelanjaan sovenir, lahan pertanian dan keramba pada tepi danau. Kawasan Bukit Beta terbagi menjadi beberapa penggunaan lahan, seperti hutan, perkebunan, tegalan, sawah, pemukiman, dan tanah kosong. Area yang paling luas adalah lahan terbuka dan sawah. Luas Penutupan lahan berdasarkan survey lapang dapat dilihat pada Tabel 2 dan peta tata guna lahan pada Gambar 6. Tabel 2. Penutupan lahan kawasan Bukit Beta berdasarkan survey lapang No. 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Penggunaan Lahan Pemukiman Persawahan Lahan Terbuka Danau Sempadan Danau Vegetasi Total Luas
Luas (ha) 0,34 1,12 18,68 5,67 2,34 3,00 31,15
Jenis dan Karakteristik Tanah Tanah adalah tubuh alam tempat hidup tumbuhan dan binatang. Tanah sebagai tubuh alam memiliki dimensi dalam dan luas sebagai hasil kerja gayagaya pembangun dan penghancur. Tekstur suatu tanah dipengaruhi oleh bahan induk tanah (Soepardi, 1983). Tanah digunakan sebagai tempat berdirinya bangunan dan media tumbuh bagi tanaman. Untuk mendukung tumbuhnya tanaman, tanah harus memiliki bagian organik dan lubang yang memadai untuk udara dan air. Dalamkegunaannya sebagai tempat konstruksi, tanah harus mendukung struktur material seperti pijakan dan perkerasan, bahan organik dan lubang udara harus diminimalkan. Bahan organik dan bobot isi tanah berhubungan dengan pH, berat jenis, dan kemampuan mengikat air pada tanah menentukan apa yang dibutuhkan untuk meningkatkan lingkungan tumbuh yang baik bagi tanaman (Strom, 2004). Berdasarkan klasifikasi tanah menurut Balai Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah (BRLKT), wilayah Kabupaten Samosir di bagian timur merupakan jenis tanah kompleks litosol dan regosol yang sangat peka terhadap erosi. Bagian barat dan tenggara Kabupaten Samosir merupakan jenis tanah podsolik coklat yang peka terhadap erosi. Tanah di Desa Simanindo adalah Dystrodeptic Hapluduts atau disebut juga podsolik coklat (Gambar 7). Jenis tanah ini berliat, coklat gelap, dalam, drainase baik, dan masam. Endapan bahan vulkanik tergolong masam (liat dengan pasir kuarsit dan kerikil halus, tuf masam).
16
17
18 Batuan yang membentuk struktur geologi desa ini berasal dari batuan gunung api Toba. Tanah podsolik memiliki karakteristik kesuburan sedang, memiliki tekstur yang lempung atau berpasir, memiliki pH rendah, serta memiliki kandungan unsur aluminium dan besi yang tinggi. Karena karakteristik yang dimilikinya, tanah podsolik memerlukan perawatan dan perlakuan khusus agar dapat ditanami. Sifatnya yang kurang subur dapat direkayasa dengan perlakuan khusus sehingga unsur hara atau keasaman tanah (pH) dapat ditingkatkan. (Soepardi, 1983). Karakteristik tanah podsolik yang lain adalah sebagai berikut: 1. Daya simpan unsur hara sangat rendah karena sifat lempungnya yang beraktivitas rendah. 2. Kejenuhan unsur basa seperti K, Ca, dan Mg rendah sehingga tidak memadai untuk tanaman semusim. 3. Kadar bahan-bahan organik rendah dan hanya terdapat di permukaan tanah. 4. Daya simpan air sangat rendah sehingga mudah mengalami kekeringan. Topografi dan Kemiringan Lahan Pada proses perencanaan, keadaan topografi harus direncanakan dengan baik dan mempertahankan bentuk aslinya. Peta topografi menentukan interval kontur, titik tertinggi maupun titik terendah, persentase kemiringan, dan luas dari ketinggian serta area jalan (Strom, 2004). Selanjutnya menurut Strom (2004), Dalam menentukan area yang tepat untuk menempatkan bangunan, jalan, tempat parkir dan bagian lainnya harus memperhatikan kemiringan lahan pada tapak. Peta topografi menyajikan interval kontur yang digunakan untuk menentukan persentase kemiringan lahan pada tapak. Kategori kemiringan lahan didapatkan melalui luas area dengan ketinggian masing-masing, bentukan lahan dan jenis kegiatan yang dapat diakomodasikan pada area tapak. Kabupaten Samosir termasuk ke dalam satuan Dataran Tinggi (High Lands) dengan ketinggian antara 904 – 2.157 m di atas permukaan laut, dengan topografi dan kontur tanah yang beraneka ragam, datar, landai, miring dan terjal (Gambar 8). Kawasan tapak merupakan daerah dataran tinggi dengan ketinggian 925 - 975 mdpl, termasuk daerah landai dengan kemiringan lahan 0-8%, dapat dilihat pada Gambar 9. Secara visual, topografi pada tapak yang berbukit menjadi daya tarik dan area danau yang dapat dijadikan area rekreasi pantai. Tabel 3. Luas area tiap persentase (%) kemiringan lahan area tapak Bukit Beta No. 1. 2. 3. 4. 5.
Tingkat Kemiringan Datar (0-8 %) Landai (8-15 %) Agak Curam (15-25 %) Curam (25-40 %) Terjal ( >40 %)
Luas Area (Ha) 20,07 9,27 1,81 -
Persentase (%) 64,44 29,75 5,81 -
Hidrologi Danau Toba merupakan danau vulkano-tektonik yang terbentuk karena proses vulkanik dan tektonik yang diakibatkan karena patahan pada bagian permukaan bumi pasca letusan gunung berapi. Daerah Tangkapan Air (DTA) Danau Toba seluas kurang lebih 369.854 ha, yang terdiri dari 190.314 ha daratan di Pulau Sumatera (keliling luar danau), 69.280 ha daratan Pulau Samosir (di
19
20
21 tengah danau), dan 110.260 ha berupa perairan Danau Toba-nya sendiri (luas permukaan) dengan kedalaman maksimal danau 529 meter. Air yang masuk ke dalam Danau Toba berasal dari air hujan yang langsung jatuh ke danau dan air yang berasal dari sungai-sungai yang mengalir dan bermuara ke Danau Toba. Di sekeliling danau terdapat 19 anak sungai yang merupakan daerah tangkapan air, sedangkan outlet Danau Toba 1 buah, yaitu Sungai Asahan. Pada umumnya, sungai-sungai ini berair pada saat hujan dan mengering pada musim kemarau. Pada kondisi hujan normal, masukan air dari sungai-sungai tersebut berkisar 41,613 /det pada bulan Juli (puncak musim kemarau) sampai dengan 124,914 /det pada bulan November (puncak musim hujan). Berdasarkan pengamatan Bapedalda Provinsi Sumatera Utara (tahun 19861999), tercatat bahwa tinggi rata-rata air bulanan Danau Toba berkisar antara 903,65 mdpl (bulan September) sampai dengan 904,04 mdpl (bulan Mei). Tinggi muka air maksimum bulanan berkisar antara 904,62 mdpl (bulan September) sampai dengan 905,23 mdpl (bulan Mei). Tinggi muka air minimum bulanan berkisar antara 902,28 mdpl (bulan Agustus) sampai dengan 902,88 mdpl (bulan Februari). Kisaran paling lebar tinggi muka air danau bulanan adalah antara 902,28 mdpl – 905,23 mdpl. Dengan demikian, perbedaan tinggi muka air maksimum – minimum paling lebar yang terjadi selama periode ini sebesar 2,95 meter. Rata-rata debit air pelepasan air bulanan dari Danau Toba ini berkisar antara 85,47 / detik (bulan November) sampai dengan 94,59 /detik (bulan April). Debit pelepasan air maksimum bulanannya berkisar antara 107,6 /detik (bulan Nopember) sampai dengan 183,1 /detik (bulan April). Debit pelepasan air minimum bulannya berkisar antara 21,1 /detik (bulan Agustus sampai dengan 41,7 /detik (bulan September). Kualitas air Danau Toba melalui perolehan perhitungan yang dilakukan Bapedalda Provinsi Sumatera Utara pada pemantauan kualitas air tahun 2010 menunjukkan angka rata-rata pH 7,993 pada titik sampling Simanindo. Danau Toba dimanfaatkan oleh masyarakat Kabupaten Samosir antara lain sebagai cadangan air (bahan baku air minum), objek wisata, pembangkit listrik tenaga air (PLTA), sarana transportasi, dan budi daya perikanan. Iklim dan Kenyamanan Data iklim Desa Tuktuk Siadong diperoleh dari beberapa sumber. Data jumah curah hujan dan hari hujan selama tahun 2010 diperoleh dari Badan Pusat Statistik Kabupaten Samosir, sedangkan untuk data suhu, kelembapan rata-rata, dan kecepatan angin diperoleh dari Badan Meteorologi dan Geofisika Provinsi Sumatera Utara. Daerah Kabupaten Samosir tergolong daerah beriklim tropis basah dengan suhu udara rata-rata 21,3⁰C. Suhu maksimum meningkat menjelang bulan-bulan kering, dengan suhu tertinggi 22,1⁰C terjadi pada bulan Mei, sedangkan suhu terendah 20,6⁰C terjadi pada bulan Desember (Gambar 10). Gambar 11 menunjukkan nilai rata-rata curah hujan bulanan sebesar 151,33 mm/bulan dengan curah hujan tertinggi pada bulan April 239 mm/bulan, sedangkan curah hujan terendah terjadi pada bulan Juni 83 mm/bulan.
22 Suhu Udara (⁰C) 22,5 22 21,5 21 20,5 20 19,5
Gambar 10. Grafik rata-rata suhu udara tahun 2010 Curah Hujan (mm) 300 250 200 150 100 50 0
Gambar 11. Grafik rata-rata curah hujan tahun 2010
Kelembaban udara (%) 90 85 80 75 70
Gambar 12. Grafik rata-rata kelembaban udara tahun 2010 Kelembaban udara rata-rata adalah 82,6%, tertinggi terjadi pada bulan April, Oktober, dan Desember, yaitu 86% dan terendah terjadi pada bulan Juni, yaitu 78% (Gambar 12). Rata-rata penyinaran matahari mencapai 46,6%, dengan penyinaran matahari tertinggi terjadi pada bulan Februari yaitu 59%, dan penyinaran terendah terjadi pada bulan Oktober 30% (Gambar 13). Data kecepatan angin rata-rata 3,25 knot, dengan kecepatan angin terbesar (5 knot) pada bulan Juni dan kecepatan angin terendah (2 knot) terjadi pada bulan September-Desember (Gambar 14).
23 Lama Penyinaran (%) 80 60 40 20 0
Gambar 13. Grafik rata-rata lama penyinaran tahun 2010 Kecepatan angin (knot) 6 4 2 0
Gambar 14. Grafik rata-rata kecepatan angin tahun 2010 Secara umum kondisi iklim mikro tapak terasa nyaman. Suhu udara rata-rata di kawasan ini cukup nyaman sehingga dapat dijadikan potensi bagi tapak, tetapi pada siang hari suhu udara yang cukup tinggi sehingga menjadi kendala karena kondisi tapak menjadi kurang nyaman. Pada pagi hari sebagian area tapak yang merupakan lahan terbuka terasa sejuk karena angin yang berhembus dari arah danau. Namun, pada siang dan sore hari hampir seluruh area tapak mendapat sinar matahari karena jarangnya vegetasi pada tapak dan sebagian besar area terbuka. Arah angin pada sekitar tapak terdiri dari dua bagian, yaitu angin yang berasal dari danau (timur) dan yang berasal dari barat tapak, yaitu perbukitan. Kualitas Visual Lanskap dan Akustik Keadaan visual pada area perbukitan lebih menyajikan pemandangan yang lebih menarik karena pengaruh bentukan lahan karakter lanskap perbukitan dibandingkan dengan area datar. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan pada tapak melalui survei diperoleh beberapa data visual sekitar tapak yang berpotensi sebagai good view dan bad view. Pada lokasi penelitian Bukit Beta, Danau Toba merupakan good view yang menjadi objek pandang yang utama bagi tapak. Demikian halnya dengan bukitbukit di sekitar Bukit Beta yang dapat dijadikan sebagai borrowing scenery. Potensi view ini yang dapat dimaksimalkan sebagai penambah nilai estetika tapak dengan cara tidak membatasi pandangan, memberikan aksen dan menonjolkan view.
24
Gambar 15. Good view dan borrowing scenery Beberapa bad view yang terdapat pada tapak adalah beberapa puing-puing bekas tiang, adanya bangunan yang tidak terpakai, dan beberapa kubangan pada tapak. Tanaman yang tumbuh tidak terawat menimbulkan kesan tidak beraturan. Bad view dan sumber bising adalah bagian tapak yang dilalui jalan primer yang sering dilalui oleh kendaraan roda dua dan empat. Juga didapati zona rawan bahaya pada area ini karena pertemuan jalur kendaraan.
Gambar 16. Bad view Vegetasi dan Satwa Penggunaan lahan pada tapak adalah lahan terbuka, persawahan dan tanaman budi daya, semak belukar, dan pemukiman. Vegetasi penutup tanah pada lahan terbuka yang ada di tapak didominasi oleh rumput jarum (Cynodon dactyalon). Semak belukar merupakan hutan pertumbuhan kembali sebagai hasil proses suksesi hutan primer yang telah dibuka dan lahan perladangan berpindah yang telah ditinggalkan beberapa tahun. Jenis vegetasi semak belukar dan pohon yang umum adalah, batavia (Jathropa pandorifolia), putri malu (Mimosa pudica), pakis sayur (Dpalazium escelentum), alang-alang (Imperata cylindrica), pohon
25 mangga (Mangifera indica), pohon angsana (Pterocarpus indicus), dan pinus (Pinus merkussi Jungh). Vegetasi budi daya yang berupa kebun tanaman budi daya yang dijumpai pada tapak adalah, antara lain, kopi (Coffea arabica L.), kakao (Theobroma cacao L.), dan pisang (Musa paradisiaca), Tanaman air yang didapati di pinggir Danau Toba adalah beberapa jenis ganggang dan eceng gondok. Kondisi vegetasi dibiarkan tumbuh liar dan tidak terawat sehingga kesan tidak beraturan sangat terlihat pada tapak. Beberapa tanaman yang tergolong pohon membutuhkan perawatan yang cukup intensif. Satwa yang ditemui pada sekitar tapak adalah jenis burung, mamalia (liar atau yang dibudidayakan), dan reptil. Pada waktu tertentu dapat dilihat burung elang dan burung raja udang (Halcyon sp) di sekitar pinggir danau. Jenis mamalia yang terdapat pada tapak antara lain, adalah tupai (Iyoms horsfield), kerbau (Balus sp), anjing (Canis sp), dan sapi (Bos sondaicus) yang dibiarkan berkeliaran di sekitar tapak dan jenis reptil seperti kadal (Mabula multifasciata). Ditemukan juga serangga-serangga kecil seperti kumbang dan kupu-kupu pada tapak. Biota air yang berkembang di Danau Toba, antara lain, ikan mas (Crassius auratus), ikan mujair (Oreochromis sp), dan pora-pora. Demografi Berdasarkan Data Sumatera Utara Dalam Angka 2010, Kabupaten Samosir dengan luas daratan 1.444,25 / didiami oleh penduduk sebanyak 132.023 jiwa, yaitu terdiri dari 65.023 jiwa penduduk laki-laki dan 67.000 jiwa penduduk (Tabel 4 perempuan dengan angka kepadatan penduduk sebesar 91,41 jiwa/ dan 5). Jumlah rumah tangga adalah 31.768 rumah tangga dengan rata-rata penduduk tiap rumah tangga sebesar 4,16 jiwa/rumah tangga. Penduduk tersebut tersebar di 9 kecamatan dan 117 desa/kelurahan. Rata-rata laju pertumbuhan penduduk pada periode 2007-2010 adalah sebesar 0,99 persen per tahun. Laju pertumbuhan penduduk yang rendah ini diperkirakan akibat banyaknya penduduk yang melakukan migrasi keluar baik untuk melanjutkan pendidikan maupun untuk mendapatkan pekerjaan yang lebih layak. Tabel 4. Daftar jumlah penduduk Kabupaten Samosir Luas Wilayah Penduduk (jiwa) ( ) Sianjur Mula-mula 140.24 11.138 Harian 560,45 6.859 Sitiotio 50,76 8.780 Onanrunggu 60,89 12.768 Nainggolan 87,86 13.350 Palipi 129,55 18.963 Ronggurnihuta 94,87 10.003 Pangururan 121,43 30.178 Simanindo 198,20 19.984 Jumlah/Total 1.444,25 132.023 Sumber: Samosir Dalam Angka 2011, Kab. Samosir Kecamatan
Kepadatan Penduduk (jiwa/ ) 79,42 12,24 172,97 209,69 151,95 146,38 105,44 248,52 100,83 91,41
26 Kegiatan ekonomi sebagian besar masyarakat Samosir ialah mengandalkan sektor pertanian termasuk kegiatan peternakan dan perikanan. Budi daya pertanian yang dilakukan umumnya pada lahan kering dengan budi daya tanaman pangan dan tanaman perkebunan, sedangkan pertanian lahan basah hanya dilakukan untuk tanaman pangan, yaitu padi sawah. Kegiatan ekonomi masyarakat sektor perikanan meliputi kegiatan penangkapan dan budi daya ikan di perairan Danau Toba, dengan sistem keramba jaring apung. Tabel 5. Jumlah penduduk Kecamatan Simanindo menurut jenis kelamin Kecamatan Laki-laki Tanjungan 252 Parbalohan 263 Pardomuan 270 Parmonangan 339 Huta Ginjang 481 Tomok 1487 Garoga 466 Tuktuk Siadong 940 Ambarita 1034 Martoba 737 Sihusapi 220 Maduma 426 Simanindo Sangkal 796 Cinta Dame 846 Simarmata 559 Dos Roha 607 Jumlah 9723 Sumber: Samosir Dalam Angka 2011, Kab. Samosir
Perempuan 255 277 296 336 554 1471 485 1001 1154 735 262 442 783 872 623 591 10137
Jumlah 507 540 566 675 1035 2958 951 1941 2188 1472 482 868 1579 1718 1182 1198 19860
Desa Tuktuk Siadong yang berada dalam lingkup Kecamatan Simanindo merupakan lokasi tapak penelitian, jumlah penduduk desa tersebut 1.941 jiwa (448 kk). Lokasi penelitian yang juga merupakan Desa Wisata dimanfaatkan masyarakat sebagai mata pencaharian seperti menyediakan penginapan, restoran, dan tempat penjualan suvenir. Sebagian masyarakat lainnya bekerja di sektor pertanian, khususnya tanaman padi dan hortikultura, dengan komoditi utama bawang dan beberapa jenis sayuran lainnya. Sektor jasa dan pengangkutan juga menjadi salah satu mata pencaharian utama masyarakat sekitar tapak, dengan menyewakan angkutan darat dan angkutan fery penyebrangan mobil dan penumpang dari daerah seberang danau. Perilaku dan Keinginan Pengujung Pengunjung yang datang ke Bukit Beta berasal dari Desa Simanindo dan luar desa, bahkan ada yang berasal dari kecamatan yang berbeda. Sebagian besar pengunjung datang pada pagi dan sore hari dengan tujuan untuk bersantai atau sekedar menikmati pemandangan. Selain itu, pada waktu-waktu tertentu kawasan ini cukup dipadati pengunjung karena minat pengunjung untuk berwisata ke daerah ini cukup besar. Namun, tidak ada sarana dan prasarana pariwisata di tempat ini meskipun sudah sering dilaksanan berbagai kegiatan pariwisata, seperti layang-layang dan gantole internasional (Gambar 17).
27
Gambar 17. Kegiatan wisata yang dilakukan pada tapak Kurangnya perhatian pemerintah daerah, mengakibatkan daerah yang sangat berpotensi ini jadi terabaikan dan tidak terawat. Oleh karena itu, perlu diketahui persepsi dan preferensi pengunjung mengenai kawasan ini sebagaimana yang disajikan pada Tabel 6. Tabel 6. Banyaknya wisatawan yang berkunjung ke Kabupaten Samosir menurut tahun dan jenis wisatawan (2005-2009) Wisatawan Asing Domestik 2005 12 068 16 218 2006 12 331 17 242 2007 4 908 21 873 2008 32 278 73 593 2009 22 207 87 257 Sumber : Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya Kabupaten Samosir Tahun
Jumlah 28 286 29 573 26 781 105 871 109 464
Persepsi dan preferensi dalam penelitian ini diperoleh dari hasil wawancara kepada pengunjung serta masyarakat sekitar dengan menggunakan kuisioner. Dalam kuisioner dilakukan penilaian terhadap pengunjung dari beberapa variabel, seperti asal daerah, jenis kelamin, pekerjaan, usia, frekuensi berkunjung, aktivitas, persepsi pengunjung, dan preferensi pengunjung. Tabel 7. Hasil kuisioner masyarakat tentang persepsi terhadap tapak dan rencana pengembangan aktivitas serta fasilitas No. A. Karakteristik Responden 1. Jenis Kelamin : a. Laki-laki b. Perempuan 2. Umur: a. 12-17 tahun b. 18-25 tahun c. 25-40 tahun d. > 40 tahun
Variabel
Frekuensi
Frekuensi Relatif (%)
14 6
70 30
9 11 -
45 55 -
28 3.
4.
B. 5.
6.
7.
8.
C. 9.
10.
Tingkat pendidikan: a. SD b. SLTP c. SLTA d. Perguruan Tinggi Pekerjaan: a. Pelajar/mahasiswa b. Ibu rumah tangga c. Guru d. Karyawan e. PNS f. Petani/nelayan/pedagang Persepsi Terhadap Tapak Keadaan cuaca di Bukit Beta a. Panas b. Lembab c. Sejuk Suasana pemandangan di sekitar tapak a. Kurang indah b. Indah c. Sangat indah Perlukah kawasan Bukit Beta dikembangkan menjadi kawasan rekreasi? a. Perlu b. Tidak perlu c. Tidak tahu Alasan jika menjawab perlu: a. Akan mendatangkan pengunjung/ wisatawan yang banyak sehingga meningkatkan taraf hidup masyarakat sekitar b. Belum optimalnya usaha pengembangan kawasan selama ini c. Pengembangan kawasan dengan pengelolaan yang baik akan melestarikan kawasan d. Keindahan dan suasana alami kawasan tersebut perlu dimanfaatkan dan dieksploitasi Rencana pengembangan Aktivitas dan Fasilitas Aktivitas yang diharapkan (jawaban >1): a. Bermain b. Menikmati pemandangan c. Diskusi d. Berjalan-jalan di pinggir danau e. Duduk dan makan f. Berenang g. Berperahu h. Lainnya Fasilitas yang diharapkan (jawaban >1): a. Pos keamanan b. Jalan setapak c. Kios-kios d. Wc umum e. Saung f. Dek g. Lampu penerangan h. Gazebo i. Bangku taman j. Pusat pengunjung k. Penyewaan perahu l. Tempat diskusi/berkumpul m. Area taman bermain
8 12
40 60
2 1 6 9 2
10 5 30 45 10
2 1 17
10 5 85
12 8
60 40
20 -
100 -
9
45
3
15
4
20
4
20
16 6 1 10 6 4 2 -
35,55 13,33 2,22 22,22 13,33 8,88 4,44 -
9 14 2 9 4 2 12 13 14 3 5 9 8
8,65 13,46 1,92 8,65 3,84 1,92 11,53 12,50 13,46 2,88 4,80 8,65 7,69
29 11.
12.
13.
Untuk mengelilingi kawasan ini, jenis transportasi yang Anda sukai a. Berjalan kaki b. Lainnya Bagaimana cara Anda menuju Bukit Beta ini: a. Berjalan kaki b. Naik sepeda c. Naik sepeda motor d. Naik mobil pribadi e. Lainnya Kesediaan membayar biaya masuk a. Ya b. Tidak c. Tidak tahu
18 2
90 10
2 3 12 3 -
10 15 60 15 -
17 2 1
85 10 5
Pembahasan Analisis Letak, Luas, dan Batas Tapak Tapak berada di daerah wisata dan merupakan bagian dari kawasan tepian Danau Toba dengan penggunaan lahan sekitar tapak yang merupakan kawasan pemukiman, lahan pertanian, dan lahan terbuka. Kawasan ini telah diresmikan pada tahun 2004 dengan nama Bukit Beta Kite International (Bukit Beta Layanglayang Internasional) oleh Gubernur Sumatera Utara. Kawasan ini menjadi tempat wisata bagi para pengunjung dan wisatawan, serta diselenggarakannya beberapa event seperti layang-layang internasional dan gantole. Kawasan yang berbatasan dengan tepian danau ini berpotensi sebagai ruang terbuka bagi masyarakat untuk beristirahat, berekreasi, dan berolahraga. Namun, belum ada fasilitas yang mendukung bagi kawasan ini untuk dijadikan kawasan wisata. Vegetasi yang tidak terawat, adanya bangunan yang tidak digunakan, serta satwa peliharaan masyarakat sekitar yang dibiarkan bebas berkeliaran dapat menjadi bad view pada tapak. Di bagian utara tapak masih terdapat permukiman yang menjadi kendala bagi tapak. Kawasan tepi danau sangat berpotensi sebagai pemandangan yang dapat dinikmati dari tapak, dan dijadikan sebagai ruang rekreasi air untuk memenuhi kebutuhan ruang rekreatif bagi masyarakat dan wisatawan yang mengunjungi Kabupaten Samosir. Kawasan tapak yang bertepian dengan Danau Toba memudahkan para pengunjung untuk mencapai kawasan wisata menggunakan transportasi air. Gambar 18 merupakan gambar analisis fisik tapak. Aksesibilitas dan Sirkulasi Letak tapak yang berada di daerah wisata dan tepian danau menjadi potensi karena tapak dapat diakses melalui jalan darat dan danau. Potensi ini perlu dikembangkan dalam perencanaan tapak nantinya. Tapak dapat diakses dengan jalur darat, yakni melalui jalan primer yang melintasi tapak dan keadaan jalan cukup baik sehingga mempermudah pengunjung untuk mengunjungi tapak dan apabila memungkinkan dapat dilakukan pelebaran jalan. Pada jalur darat diperlukan main entrance sebagai pintu masuk utama dan welcome area pada tapak. Untuk mengakomodasi pengunjung yang menggunakan kendaraan bermotor perlu dikembangkan area parkir pada tapak. Jarak kawasan penelitian
30
31
32 dengan ibukota Kabupaten Samosir cukup jauh yakni 48 km, sehingga perlu adanya sarana transportasi umum untuk mempermudah aksesibilitas pengunjung yang tidak menggunakan kendaraan bermotor pribadi. Selain itu, diperlukan adanya peta wisata dan penunjuk akses jalan agar pengunjung yang baru pertama kali mengunjungi tapak tidak kesasar. Untuk pengunjung yang menggunakan alat transportasi air dapat diakses dengan mudah karena terletak di tepian danau. Sudah ada main entrance pada tapak yang jelas, khususnya untuk jalur danau, yakni sebuah dermaga untuk kapal. Namun, perlu dikembangkan lebih lanjut karena kondisi dermaga yang sempit dan tidak terawat. Dermaga ini berfungsi sebagai tempat naik turun pengunjung dan tempat parkir perahu. Gambar 19 merupakan gambar analisis sirkulasi tapak. Tata Guna Lahan Dari seluruh penggunaan lahan pada Kabupaten Samosir bagian terluas adalah lahan yang terdiri dari hutan, semak belukar, dan lahan kritis. Bagian tanah yang digunakan sebagai persawahan dan lahan yang digunakan untuk bangunan/permukiman mempunyai luas lahan yang sedikit. Tapak didominasi oleh lahan terbuka dan tutupan lahan seperti sawah, permukiman serta vegetasi yang tidak terawat. Letak tapak yang di pinggir danau dan dikelilingi perbukitan sangat berpotensi sebagai area wisata alam yang menarik pengunjung. Danau menjadi daya tarik keindahan pada tapak. Potensi perairan ini memiliki debit air yang cukup tenang dan dapat dikembangkan menjadi area rekreasi pantai yang baik karena topografi pinggir pantai yang relatif datar. Area Bukit Beta juga memiliki potensi wisata alam yang cukup baik karena bentuk topografi yang landai dan good view yang mengelilingi kawasan ini. Beberapa aktivitas wisata sudah dilaksanakan pada tapak,tetapi belum dimanfaatkan secara maksimal karena belum adanya alokasi ruang untuk wisata dan fasilitas yang menunjang kegiatan wisata. Gambar 20 merupakan analisis tata guna lahan. Jenis dan Karakteristik Tanah Struktur tanah Kabupaten Samosir labil dan berada pada wilayah gempa tektonik dan vulkanik. Berdasarkan peta tanah yang diperoleh dari Dinas Kehutanan Kabupaten Samosir, tanah di kawasan tapak merupakan jenis tanah podsolik coklat. Jenis tanah ini merupakan tanah mineral yang telah berkembang dan tersebar pada landform dataran bergelombang, berbukit, dan pegunungan. Bahan induk tanah berasal dari batuan sedimen dan batuan beku. Sifat fisik tanah dicirikan dengan drainase sedang-agak cepat dan permeabilitas cepat. Tekstur tanah halus (liat) dan struktur tanah gumpal. Kedalaman tanah tergolong dalam (120). Sifat kimia tanah dicirikan dengan reaksi tanah masam-sangat masam dan tingkat keseburan tanah tergolong pada kriteria rendah. Tanah pada tapak memenuhi klasifikasi kesesuaian lahan untuk daerah piknik dan lahan bermain yang direncanakan sebagai aktivitas rekreasi utama. Kriteria kesesuaian lahan bagi area piknik dan lahan bermain adalah drainase tanah yang cepat, permeabilitas tanah yang cepat, dan tanpa bahaya banjir (USDA 1968 dalam Hardjowigeno dan Widiatmaka 2007). Diperlukan daerah datar, daerah demikian mempunyai tekstur dan konsistensi tanah yang menyebabkan permukaan tanah menjadi teguh. Demikian pula, kriteria kesesuaian untuk tempat berkemah dan outbond yang direncanakan sebagai aktivitas rekreasi alternative
33 memiliki klasifikasi yang sama dengan area piknik dan lahan bermain. Sifat tanahnya yang kurang subur dapat direkayasa dengan perlakuan khusus agar unsur hara dapat ditingkatkan dan memenuhi syarat untuk pertumbuhan tanaman. Topografi dan Kemiringan Lahan Tapak yang akan direncanakan memiliki topografi yang relatif datar. Kelas kemiringan lahan yang dominan di tapak penelitian adalah 0-8%, yakni 20,07 ha atau 64,4% dari luas keseluruhan tapak. Selain itu, kemiringan lahan pada tapak antara lain 8-15% seluas 9,27 ha dan kemiringan 15-25% seluas 1,81 ha. Kondisi tapak yang berbukit dan tidak terlalu terjal berpotensi untuk mengembangkan area rekreasi dan memberikan kemudahan untuk pengakomodasian aktivitas dan fasilitas wisata yang direncanakan. Berdasarkan kelas kemiringan lahan yang ada, keseluruhan tapak dapat dimanfaatkan untuk kegiatan wisata. Menurut USDA 1968 dalam Hardjowigeno dan Widiatmaka (2007), pada daerah piknik dan tempat berkemah kemiringan lahan yang baik adalah yang daerah datar dengan kemiringan 0-8%, sedangkan kemiringan lahan 8-15% termasuk kriteria sedang. Selanjutnya, kriteria kemiringan lahan untuk taman bermain yang baik adalah 0-2 % (datar). Kawasan berlereng, pada bentangan lahan dengan tingkat kemiringan lereng > 20% tidak diperkenankan untuk diolah dan dipakai mendirikan bangunan. Pengecualian pada bangunan dengan konstruksi tidak permanen, untuk keperluan menikmati pemandangan alam atau pengintaian satwa (look-out post/watch tower) dan pembuatan jalan setapak (Direktorat Wisata Alam dan Penyediaan Jasa Lingkungan, 2001). Peta analisis kemiringan lahan terdapat pada Gambar 21. Hidrologi Kualitas air Danau Toba mempengaruhi banyak aspek kehidupan, terutama karena air danau ini dimanfaatkan untuk berbagai keperluan seperti sumber air minum dan keperluan domestik lainnya, budi daya perikanan, dan sarana rekreasi (seperti pantai Pasir Putih Parbaba). Keberadaan Danau Toba selain sebagai sarana transportasi air, dapat juga berpotensi bagi penyediaan air dalam tapak serta memenuhi kebutuhan irigasi lahan pertanian yang dikelola masyarakat sekitar. Kualitas air Danau Toba menurut Bapedalda Provinsi Sumatera Utara pada pemantauan kualitas air tahun 2010 menunjukkan angka rata-rata pH 7,993 pada titik sampling Simanindo. Menurut data Bapedalda Provinsi Sumatera Utara, Danau Toba memiliki 89 sungai yang masuk di Perairan Kabupaten Samosir. Namun, pada tapak tidak ditemukan sungai inlet tersebut. Keberadaan beberapa biota air yang banyak ditemukan pada perairan ini menunjukkan bahwa air Danau Toba merupakan tempat yang baik bagi biota air berkembang. Biota air Danau Toba terdiri dari berbagai jenis ikan endemik (asli) dan ikan yang dibudidayakan di Danau Toba. Kesuburan perairan danau ini sangat ditentukan oleh ketersediaan unsur hara, oksigen, suhu, udara, kekeruhan, dan keberadaan plankton. Di perairan Danau Toba di Kabupaten Samosir ini terdapat berbagai jenis ganggang dan eceng gondok. Saat ini keberadaan eceng gondok sudah dalam kondisi yang mengkhawatirkan, karena populasi yang sudah menyebar. Pada tapak penelitian eceng gondok juga memenuhi pinggiran danau.
34
35
36 Dalam perencanaan ini, perlu dikendalikan pertumbuhan eceng gondok karena dapat menjadi gulma jika tidak ditangani dengan baik. Nilai kecepatan arus yang baik untuk aktivitas wisata air adalah < 0,51 m/det (USDA 1968 dalam Hardjowigeno dan Widiatmaka, 2007). Kecepatan arus dalam suatu perairan sangat berhubungan dengan keamanan dan kenyamanan pengunjung. Perairan Danau Toba relatif tenang memberikan potensi bagi pengembangan kawasan wisata air seperti berenang, sepeda air, olah raga air, atau sekedar menikmati alam. Iklim dan Kenyamanan Suhu dan kelembaban merupakan faktor utama yang mempengaruhi kenyamanan dan aktifitas manusia. Kenyamanan dapat dicapai bila angin dapat dirasakan kehadirannya, tidak terperangkap dan tidak terlalu kencang. Menurut data tahun 2010, nilai rata-rata curah hujan bulanan adalah 151,33 mm/bulan dengan curah hujan tertinggi pada bulan April (239 mm/ bulan), sedangkan curah hujan terendah terjadi pada bulan Juni (83 mm/bulan). Curah hujan pada tapak tidak terlalu tinggi, namun pemantauan terhadap kondisi tanah yang kurang stabil dan erosi ringan perlu dilakukan. Kelembaban udara rata-rata adalah 82,6%, rata-rata penyinaran matahari mencapai 46,6%, dan suhu udara rata-rata 21,3⁰C. Untuk meningkatkan kenyamanan tapak diperlukan perbaikan iklim mikro dengan penempatan vegetasi sebagai peneduh dan penahan angin. Gambar 22 merupakan gambar analisis iklim mikro tapak. Kisaran suhu yang nyaman untuk manusia menurut Laurie (1985) adalah apabila indeks kenyamanan (Thermal Humidity Index) kurang dari 27. Nilai Indeks Kenyamanan dihitung dengan rumus: THI = 0,8T + ((RHxT)/500) Keterangan ; THI = Thermal Humidity Index T = Suhu Rata-rata (⁰C) RH = Kelembaban (%) Berdasarkan perhitungan dengan rumus di atas, THI kawasan Bukit Beta diperoleh angka 20,5. Nilai tersebut kurang dari 27 sehingga kondisi suhu di kawasan Bukit Beta masih termasuk dalam kategori nyaman. Hal ini dapat dikarenakan kawasan ini merupakan area perbukitan dan berbatasan dengan danau sehingga suhu kawasan terjaga dalam kondisi nyaman. Perencanaan yang dapat dilakukan diantaranya dengan penanaman tanaman peneduh untuk meningkatkan kenyamanan kawasan. Kualitas Visual dan Akustik Lanskap Pada tapak, danau merupakan good view yang menjadi objek pandang utama dan dimanfaatkan sebagai borrowing scenery. Pemandangan menarik ini perlu dipertahankan dan dimanfaatkan menjadi objek rekreasi dengan tidak menghilangkan karakter danau yang alami. Selain itu, perbukitan dan tebing yang terdapat di sebelah barat tapak juga menjadi pemandangan yang menambah nilai keindahan bagi para wisatawan. Potensi ini dapat dimaksimalkan dengan tidak membatasi arah pandang/view, yaitu dengan memberikan aksen untuk menonjolkan view dengan penambahan beberapa elemen lanskap.
37
38
39 Kendala pada tapak, antara lain, masih didapatinya sisa-sisa puing bangunan, lahan pertanian yang tidak terawat di tepian danau, beberapa pemukiman warga, dan satwa peliharaan yang dibiarkan berkeliaran. Selain itu, jalan primer yang menjadi akses darat bagi tapak menimbulkan kebisingan dan polusi pada tapak sehingga penanaman vegetasi pembatas dan pereduksi perlu dikembangkan. Gambar 23 merupakan gambar analisis kualitas visual dan akustik tapak. Vegetasi dan Satwa Pada tapak, tidak terlalu banyak ditemukan jenis-jenis vegetasi, karena kondisi tapak yang merupakan bukit yang terkena pancaran sinar matahari secara langsung dan sedikit naungan. Tapak merupakan suatu bukit gundul dengan ground cover, beberapa semak, dan pohon yang jarang. Tanah yang ditumbuhi dengan rumput gajah, beberapa semak liar, dan pepohonan seperti mangga, pohon angsana, dan pinus. Penanaman vegetasi penyangga diperlukan untuk membatasi area tapak dan penanaman vegetasi konservasi pada sempadan danau serta daerah dengan kemiringan lereng yang landai. Penanaman vegetasi secara baik perlu dilakukan pada tapak untuk menciptakan iklim mikro yang baik dan penambah nilai estetik. Demografi Berdasarkan Data Sumatera Utara Dalam Angka 2010, Kabupaten Samosir dengan luas daratan 1.444,25 didiami oleh penduduk sebanyak 132.023 jiwa, yaitu terdiri dari 65.023 jiwa penduduk laki-laki dan 67.000 jiwa penduduk perempuan dengan angka kepadatan penduduk sebesar 91,41 jiwa/ km2. Rata-rata laju pertumbuhan penduduk pada periode 2007-2010 adalah sebesar 0,99 persen per tahunnya. Desa Tuktuk Siadong yang berada dalam lingkup Kecamatan Simanindo merupakan lokasi tapak penelitian, jumlah penduduk desa tersebut 1.941 jiwa (448 kk) yang terdiri dari penduduk laki-laki sebesar 940 jiwa dan penduduk perempuan 1001 jiwa. Sebagian besar masyarakat di desa ini mempunyai mata pencaharian sebagai pemilik hotel, restoran, atau toko cinderamata. Berdasarkan hasil kuisioner terhadap 20 responden, 100% responden setuju jika tapak dijadikan sebagai area rekreasi karena keberadaan tapak sebagai area rekreasi sangat diperlukan bagi masyarakat sekitarnya. Perilaku dan Keinginan Pengguna Kabupaten Samosir memiliki daerah-daerah potensi wisata yang berbasis pemandangan alam, wisata spiritual, dan wisata pertanian yang tersebar di berbagai wilayah. Dengan kondisi ini, daerah Kabupaten Samosir menjadi daerah tujuan wisata yang diminati oleh wisatawan lokal dan luar negeri. Kebiasaaan masyarakat sekitar Kecamatan Simanindo, Desa Tuktuk Siadong, pada umumnya memancing atau sekedar menikmati pemadangan alam dan Danau Toba. Kebiasaan masyarakat ini akan dijadikan acuan untuk memfasilitasi perencanaan Bukit Beta yang berbatasan langsung dengan danau ini menjadi area rekreasi. Kawasan Bukit Beta Kite International ini sudah produktif digunakan sebagai area pelaksanaan kegiatan wisata bersifat internasional, tetapi disayangkan bagi masyarakat sekitar kurangnya fasilitas membatasi aktivitas wisata di bukit
40 ini. Masyarakat mengharapkan adanya solusi agar kawasan ini tetap menjadi tujuan wisata sekaligus memberikan dampak lingkungan yang baik bagi kawasan ini. Berdasarkan survei melalui wawancara dan pembagian kuisioner kepada masyarakat sekitar dapat disimpulkan tentang perlunya ketersediaan sarana rekreasi yang dapat meningkatkan kualitas wisata daerah ini secara maksimal sekaligus menjaga keseimbangan ekosistem sekitar Danau Toba. Hasil survei lapang memperlihatkan 100% responden menyatakan kawasan ini perlu dikembangkan menjadi area rekreasi. Hal ini diinginkan masyarakat agar melengkapi daerah tujuan wisata yang dapat menarik minat banyak wisatawan. Responden juga mengharapkan adanya peningkatan taraf hidup masyarakat sekitar dari pengembangan kawasan area rekreasi ini dan pengelolaan yang baik dalam pelestarian kawasan tersebut. Keinginan responden terhadap rencana pengembangan aktivitas rekreasi pada tapak mulai dari urutan terbanyak adalah sebagai berikut: 1. bermain (35.55%), 2. berjalan-jalan di pinggir danau (22.22%), 3. menikmati pemandangan (13.33%), 4. duduk dan makan (13.33%), 5. berenang (8.88%), 6. berperahu (4.44%), dan 7. berdiskusi (2.22%). Kegiatan menikmati pemandangan dapat dilakukan pada area tapak yang direncanakan sebagai ruang rekreasi utama. Untuk menikmati pemandangan keseluruhan tapak dapat digunakan menara pandang yang ditempatkan pada tengah tapak. Kegiatan bermain, duduk-duduk, dan menikmati pemandangan dapat difasilitasi dengan area permainan, tempat duduk, dan gazebo. Kegiatan berenang dan berperahu dilakukan pada area rekreasi pantai di pinggir danau. Kegiatan berperahu dan juga menikmati pemandangan difasilitasi dengan dek dan terminal perahu. Keinginan responden terhadap fasilitas yang akan dikembangkan pada tapak dimulai dari yang tertinggi adalah sebagai berikut: 1. jalan setapak (13.46%), 2. bangku taman (13.46%), 3. gazebo (12.50%), 4. lampu penerangan (11.53%), 5. tempat diskusi/berkumpul (8.65%), 6. pos keamanan (8.65%), 7. WC umum (8.65%), 8. area taman bermain (7.69%), 9. penyewaan perahu (4.80%), 10. saung (3.84%), 11. pusat pengunjung (2.88%), 12. dek (1.92%), dan 13. kios-kios (1.92%). Danau serta seluruh area tapak diharapkan oleh responden menjadi pemandangan utama karena tingginya nilai kuisioner pada kegiatan berjalan di pinggir danau dan menikmati pemandangan. Tingginya keinginan responden terhadap fasilitas jalan setapak dan bangku taman mendukung kegiatan rekreasi
41 yang diinginkan. Pemanfaatan danau dan bukit akan disesuaikan dengan daya dukung tapak. Sintesis Kegiatan wisata yang dapat dikembangkan pada tapak penelitian dihasilka dari tahap analisis yang telah dilakukan sebelumnya. Kegiatan yang dapat dikembangkan dari hasil analisis berupa kegiatan rekreasi alam baik secara aktif maupun pasif dan disesuaikan dengan kondisi biofisik kawasan. Hasil analisis dan sintesis tapak penelitian tersaji pada Tabel 8. Tabel 8. Hasil analisis dan sintesis pada tapak Bukit Beta No.
Aspek Lanskap
Analisis Potensi
1.
Lokasi dan batas tapak
a. Berada di tepian Danau Toba b. Lokasi strategis, belum ada area rekreasi di dekat tapak
2.
Aksesibilitas dan sirkulasi
a. Dapat diakses melalui jalan darat dan air (danau) b. Jalur jalan kendaraan darat sudah baik c. Adanya dermaga perahu
3.
Tanah
4.
Topografi dan kemiringan
Sintesis Pemanfaatan Kendala Potensi a. Masih terdapat a. Perencanaan pemukiman pada taman dan tapak kawasan b. Banyak tersisa wisata tepi puing-puing danau b. Lokasi straregis ini dijadikan area rekreasi a. Tidak ada main a. Penempatan entrance penanda jalur b. Tidak ada darat dan air tempat parkir b. Perlu c. Tidak ada dilakukan fasilitas bagi pelebaran pejalan kaki terhadap dermaga
a. Jenis tanah pada tapak adalah kesuburan sedang
a. Topografi tapak landai b. Kemiringan tapak bervariasi membuat kesan tapak lebih dinamis (2-8%)
a. Masalah drainase pada saat hujan b. Pada saat pasang daratan berada 905,2 mdpl dibawah permukaan laut c. Rawan terjadi erosi
a. Kondisi kemiringan yang variatif mendukung tapak menjadi area rekreasi yang sesuai
Solusi Kendala a. Perlu ruang terbuka b. Pembersihan dari sisa-sisa bangunan
a. Dibuat pintu masuk utama menuju tapak b. Tata sirkulasi pada tapak c. Penempatan fasilitas seperti pedestrian
a. Peningkatan kualitas tanah dan menambahkan bahan organik tinggi pada media tanam a. Sistem drainase yang sesuai b. Pencegahan erosi dapat dengan memperkuat dinding permukaan dengan tanaman
42 5.
Hidrologi
a. Keberadaaan Danau Toba
6.
Iklim
a. Ketersediaan cahaya matahari sepanjang tahun b. Suhu sedang pada siang hari dan pada petang angin sepoi-sepoi dan hembusan angin berasal dari danau dan perbukitan sekitarnya
7.
Vegetasi dan satwa
8.
Kualitas visual tapak
9.
Pengguna a. Pengguna tapak banyak memanfaatkan keindahan danau sebagai tempat rekreasi b. Kegiatan yang pernah dilakukan di tapak adalah kegiatan layanglayang internasional dan gantole
a. View utama menghadap langsung menuju Danau Toba
a. Kualitas air belum diketahui secara detail b. Penyebaran enceng gondok di tepi danau mengganggu pemandangan a. Suhu tinggi pada siang hari b. Kelembapan rata-rata cukup tinggi 85,04% c. Cahaya matahari siang cukup terik d. Suhu udara ratarata
a. Banyaknya area terbuka (padang rumput) membuat bagian tapak menjadi panas b. Banyak vegetasi liar yang mengganggu c. Adanya satwa seperti kerbau dan sapi yang berkeliaran a. Tapak yang terletak bersinggungan langsung dengan jalan dapat menyebabkan kebisingan dan bad view. a. Belum adanya fasilitas yang memadai
a. Danau Toba sangat berpotensi menjadi area rekreasi
a. Pemanfaatan waktu rekreasi optimal pada suhu sedang dan angin sepoi-sepoi b. Ketersediaan matahari bermanfaat sebagai pertumbuhan tanaman
a. Pengelolaan terhadap enceng gondok b. Penelitian khusus terhadap kualitas air a. Merekayasa iklim dengan penempatan vegetasi yang tepat sebagai pengontrol radiasi matahari b. Penyediaan fasilitas seperti gazebo dan shelter a. Penanaman vegetasi sesuai dengan fungsinya b. Dilakukan pembersihan terhadap vegetasi pengganggu
a. Aktivitas rekreasi menikmati pemandangan dan suasana danau yang perlu dikembangkan a. Pengembanga n ruang dan waktu aktivitas pada tapak b. Adanya aktivitas rekreasi aktif dan pasif
a. Penanaman tanaman pembatas pada tepi jalan b. Pembersihan dari segala puing-puing bekas bangunan a. Penambahan fasilitas gazebo, tempat duduk, pedestrian, area bermain anak dan lainnya. b. Penanaman pohon penaung
43 Program Ruang Peta tematik dari hasil analisis di-overlay untuk menghasilkan peta komposit (Gambar 24). Luas tapak keseluruhan yang dimanfaatkan sebagai area penelitian adalah 31,15 ha dengan luas daratan 25,48 ha dan luas perairan (danau) 5,67 Ha. Setelah mendapatkan peta komposit hasil overlay, tapak dibagi menjadi tiga kesesuaian ruang, yaitu untuk rekreasi ruang intensif, semi intensif, dan ekstensif. Standar kesesuaian ruang dapat dilihat pada tabel 9 dan pengembangan program ruang dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 9. Standar kesesuaian ruang Aspek
Standar Kesesuaian
Tata Guna Lahan
Kemiringan Lahan Hidrologi
Tapak didominasi oleh lahan terbuka, vegetasi, dan groundcover. Tapak didominasi oleh lahan terbuka dengan beberapa bangunan dan vegetasi. Tapak didominasi oleh bangunan, persawahan, serta area sempadan danau. Lahan datar. Lahan landai. Lahan agak curam, curam, dan terjal. Penutupan lahan pantai berupa lahan terbuka dan tipe pantai berpasir. Penutupan lahan pantai berupa semak belukar dan tipe pantai berpasir dan sedikit karang. Penutupan lahan pantai berupa belukar tinggi dan tipe pantai berpasir, karang sedikit terjal.
Kriteria Kesesuaian Sesuai Sedang Tidak sesuai Sesuai Sedang Tidak sesuai Sesuai Sedang Tidak sesuai
Tabel 10. Pengembangan program ruang pada tapak Zona (Ruang) Intensif
Sub Ruang
Fungsi
Aktivitas
Fasilitas
Penerimaan
Penerimaan
Pelayanan
Pelayanan
Keluar Masuk area Membeli tiket Memperoleh informasi mengenai tapak Memarkir kendaraan Pengelolaan dan rescue Beribadah Keamanan Membeli sovenir Istirahat dan makan Belanja Membersihkan diri Pemberhentian penumpang
Gerbang Loket tiket Pusat informasi dan sign sistem Tempat parkir Ruang pengelolaan Musola Pos jaga Toko cinderamata Kantin Kios & toko Toilet Shelter
44 Rekreasi Utama
Rekreasi
Piknik Bersantai dan dudukduduk Bermain layang – layang Menikmati pemandangan Berperahu Jalan – jalan Anak – anak bermain
Semi Intensif
Ekstensif
Rekreasi Alternatif
Rekreasi
Penyangga
Penyangga
Konservasi
Konservasi
Berenang Voli Pantai Berkemah Outbond
Penyangga kawasan wisata dari gangguan pada luar kawasan wisata, bersantai, menikmati keindahan, jogging -
Area piknik Sitting area Lawn area Sitting area dan menara pandang, gazebo dan dek Terminal perahu Pedestrian dan jogging track Children playground Area danau Net & Batas Camping ground Lapangan outbond dan fasilitas outbond Jogging track, sitting area, dan gazebo
-
45
46 Konsep Konsep Dasar Konsep dasar perencanaan lanskap area rekreasi Bukit Beta, Kecamatan Simanindo, Kabupaten Samosir, adalah menjadikan area tersebut sebagai area rekreasi yang memiliki kekhasan dengan memanfaatkan danau sebagai objek rekreasi utama dengan suasana lanskap alami yang aman dan nyaman, sekaligus mengembangkan kegiatan yang selama ini sudah dilaksanakan pada kawasan ini, seperti permainan layang-layang dan gantole internasional. Konsep ini mempertimbangkan Bukit Beta yang sudah menjadi daerah kawasan yang selalu dikunjungi wisatawan, dan tempat ini sering kali dimanfaatkan pemerintah daerah untuk melakukan berbagai kegiatan pariwisata. Bukit Beta merupakan lanskap perbukitan yang alami, dengan borrowing scenery menghadap kepada keindahan Danau Toba. Kawasan ini sangat berpotensi untuk dijadikan kawasan rekreasi alam yang dapat menarik minat wisatawan. Perencanaan kawasan wisata sering kali membawa aspek negatif bagi kelestarian sumber daya fisik tapak, tetapi dengan mengembangkan rekreasi yang bersifat alam diharapkan tapak tetap menjadi lestari dan mempertahankan lingkungan alaminya. Bahkan dengan perecanaan ini diharapkan adanya nilai tambah pada kawasan yang sebelumnya sudah diresmikan menjadi area wisata ini. Jenis rekreasi yang dapat dikembangkan adalah rekreasi air (berperahu, memandang, dan berenang) dan rekreasi darat (melihat pemandangan, piknik, fotografi, berkemah, jalan-jalan, dan bermain). Perencanaan ini bertujuan mengembangkan kawasan wisata, memaksimalkan penggunaan sumber daya alam, meningkatkan kesejahteraan masyarakat lokal, dan menjaga kelestarian lingkungan. Konsep Ruang Konsep ruang dalam perencanaan lanskap area rekreasi wisata alam Bukit Beta ini bertujuan secara tepat mengalokasikan ruang yang dapat dikembangkan dalam tapak. Konsep ruang ini dikembangkan berdasarkan hasil overlay peta tematik yang menghasilkan peta komposit. Pembagian ruang tapak dibagi menjadi 3 ruang, yaitu ruang intensif, ruang semi intesif, dan ruang ekstensif. Gambar konsep ruang dapat dilihat pada Gambar 25. 1. Ruang Intensif Ruang ini merupakan ruang yang sangat potensial untuk pengembangan aktifitas pada tapak. Ruangan ini diubah menjadi 3 subruang, yaitu ruang penerimaan, ruang pelayanan, dan ruang rekreasi utama. Ruang penerimaan berfungsi sebagai pintu masuk kawasan wisata, ruang pelayanan sebagai area untuk melayani pengunjung, dan ruang rekreasi utama sebagai pusat aktivitas rekreasi bagi para pengunjung. 2. Ruang Semi Intensif Ruang semi intensif merupakan area yang cukup potensial untuk pengembangan aktifitas rekreasi pada tapak tetapi diperlukan pertimbangan yang lebih matang dalam pengembangan aktivitas. Ruang ini disebut juga ruang rekreasi alternatif dan ruang penyangga untuk membatasi tapak dari luar kawasan.
47 3. Ruang Ekstensif Ruang ini merupakan area yang diutamakan sebagai area konservasi. Pada peta komposit, ruang ekstensif dihasilkan dari area yang merupakan sempadan danau dan area yang memiliki kemiringan lereng yang curam. Namun, beberapa bagian dari area ini juga dimanfaatkan menjadi area bersantai dan rekreasi air. Sempadan pantai (sekitar danau), termasuk kepada Kawasan Perlindungan Setempat yang berfungsi untuk melindungi dari kegiatan yang dapat berakibat pada kerusakan fisik setempat atau kegiatan yang dapat mengganggu kelestarian fungsi setempat. Peraturan peruntukan (zoning regulation) sempadan adalah minimal 130 (seratus tiga puluh) kali selisih pasang tertinggi dan pasang terendah dari tepi pantai, kecuali untuk pembangunan fasilitas dermaga. Kemudian bangunan dengan konstruksi tidak permanen, untuk keperluan tempat berteduh dan atau fasilitas pelayanan rekreasi pantai, boleh ditempatkan di dalam kawasan sempadan (Direktorat Wisata Alam dan Penyediaan Jasa Lingkungan, 2001). Konsep Rekreasi Konsep rekreasi perencanaan lanskap area rekreasi wisara Alam Bukit Beta adalan rekreasi dengan tingkatan aktif dan pasif, dengan fasilitas-fasilitas yang dapat dinikmati secara kelompok (bersama). Aktivitas rekreasinya dibagi menjadi rekreasi perairan dan daratan. Rekreasi perairan dipusatkan di sekitar danau dengan aktivitas utama berenang dan berperahu. Daratan dipusatkan pada area dengan titik-titik kemiringan yang optimum sebagai area yang potensial dengan aktivitas melihat pemandangan, piknik, fotografi, jalan-jalan, bermain, dan berkemah. Konsep Sirkulasi Konsep sirkulasi yang dikembangkan ditujukan untuk menghubungkan ruang-ruang pada tapak untuk menunjang aktivitas dalam tapak, serta untuk mempermudah aksesibilitas antar ruang yang sudah ditentukan. Konsep sirkulasi dibagi menjadi 2 jalur, yaitu jalur sirkulasi primer, dan jalur sirkulasi sekunder. Jalur sirkulasi primer merupakan jalur utama yang menghubungkan entrance (ruang penerimaan) dengan ruang pelayanan, objek rekreasi satu dengan yang lainnya. Jalur sirkulasi sekunder merupakan jalur yang berada dalam objek rekreasi itu sendiri. Sirkulasi yang dikembangkan adalah sirkulasi pejalan kaki untuk mempertahankan suasana lanskap yang alami. Gambar konsep sirkulasi dapat dilihat pada Gambar 26. Konsep Vegetasi Konsep vegetasi yang dikembangkan pada tapak dibagi menjadi 4 menurut fungsi yang diharapkan pada tapak, yaitu fungsi konservasi, fungsi estetika, fungsi pengarah dan fungsi penyangga. Penjelasan konsep vegetasi secara khusus dapat dilihat pada Gambar 27. 1. Fungsi Konservasi Vegetasi konservasi dalam perencanaan lanskap wisata Bukit Beta ini merupakan vegetasi yang dikembangkan pada area tepi danau dan batas tapak sebelah utara. Pengadaan area konservasi ini dimaksudkan untuk menjaga keseimbangan dan kenyamanan kawasan. Area ini juga dikembangkan pada daerah dengan kemiringan lereng yang cukup curam.
48 2. Fungsi Estetika Vegetasi untuk tujuan estetika yang dikembangkan pada tapak berfungsi sebagai elemen keindahan yang mampu menghasilkan visual lanskap yang baik dan indah. Tanaman yang digunakan adalah tanaman yang berfungsi sebagai tanaman penaung dan tanaman display. Vegetasi ini dikembangkan pada area penerimaan dan area rekreasi. 3. Fungsi Pengarah Pemanfaatan vegetasi ini berfungsi mengarahkan area sirkulasi menuju objek rekreasi. Vegetasi ini dikembangkan pada jalur sirkulasi untuk mengarahkan pengunjung pada area rekreasi. 4. Fungsi Penyangga Pemanfaatan vegetasi penyangga untuk tujuan sebagai peneduh dan pembatas antar area rekreasi dengan aktivitas yang memerlukan border, serta sebagai pemisah area rekreasi Bukit Beta dari lingkungan sekitarnya. Vegetasi ini dikembangkan di sekitar area rekreasi. Konsep Fasilitas Konsep fasilitas yang dikembangkan pada tapak disesuaikan dengan kebutuhan tapak untuk menyediakan fasilitas yang aman dan nyaman serta memberi kesan alami. Perkembangan fasilitas tapak diharapkan dapat memberikan nilai fungsional yang disesuaikan dengan keadaan fisik tapak serta daya dukung seperti, tiket, tempat parkir, toilet, pos jaga, kios, kantin, toko cendramata, ruang informasi, musala, gazebo, dermaga, terminal perahu, children playground, menara pandang, papan informasi, shelter, area piknik, area berkemah, dan tempat duduk.
49
50
51
52
53 Perencanaan Lanskap Perencanaan lanskap diperoleh dari hasil pengembangan konsep dalam bentuk block plan (Gambar 28). Pada tahap terakhir dalam penelitian ini, konsep yang telah dibentuk kemudian dikembangkan dalam bentuk perencanaan yang menunjang kegiatan rekreasi. Tahap perencanaan akan menghasilkan gambar rencana tapak (site plan) yang tersaji pada Gambar 29, rencana tertulis, perspektif keseluruhan (Gambar 30) serta tampak potongan kawasan wisata (Gambar 31). Perencanaan ini diharapkan dapat meningkatkan kualitas tapak serta menjadi rekomendasi bagi pemerintah dalam mengembangkan kawasan wisata. Rencana Ruang Rencana ruang pada tapak penelitian merupakan pengembangan dari konsep ruang yang sudah dibahas pada sub bab sebelumnya. Ruang yang dikembangkan pada tapak dibagi menjadi ruang intensif, ruang semi intensif, dan ruang ekstensif. Rencana kebutuhan ruang terhadap fasilitas dan aktivitas yang dikembangkan dapat dilihat pada tabel 11. Tabel 11. Rencana kebutuhan ruang terhadap fasilitas dan aktivitas Zona (Ruang) Intensif
Sub ruang Penerimaan
Pelayanan
Rekreasi Utama
Aktivitas
Fasilitas
Keluar Masuk area Membeli tiket Memperoleh informasi mengenai tapak Memarkir kendaraan Pengelolaan dan rescue Beribadah Keamanan Membeli sovenir Istirahat dan makan Belanja Membersihkan diri Pemberhentian penumpang Piknik Bersantai dan duduk-duduk Bermain layang – layang Menikmati pemandangan
Gerbang Loket tiket Pusat informasi dan sign sistem Tempat parkir Ruang pengelolaan Musala Pos jaga Toko cinderamata Kantin Kios & toko Toilet Shelter Area piknik Sitting area Lawn area Sitting area , menara pandang, gazebo dan dek Terminal perahu Pedestrian dan jogging track Children playground Area danau Net & batas Camping ground Lapangan outbond dan fasilitas outbond Jogging track, sitting area, dan gazebo
Berperahu Jalan – jalan
Semi Intensif
Rekreasi Alternatif Penyangga
Ekstensif
Konservasi
Anak – anak bermain Berenang Voli pantai Berkemah Outbond Penyangga kawasan wisata dari gangguan pada luar kawasan wisata, bersantai, menikmati keindahaan, jogging -
-
Luas ( ) 8 550
14 138
95 641
51 878
69 945
31 514
54
55
56
57 Rencana Rekreasi Rekreasi yang akan dikembangkan meliputi rekreasi air dan rekreasi darat. Rekreasi air memanfaatkan tepi Danau Toba seperti menikmati keindahan pantai, bermain voli pantai, berenang, dan berperahu. Rekreasi darat terdiri dari piknik keluarga, berkemah, bermain, jalan-jalan, bersantai, menikmati pemandangan, dan berfoto. Aktivitas rekreasi tersebut dapat dilakukan secara perorangan dan berkelompok. 1. Berenang dan bermain volley pantai Rekreasi aktif berenang ditempatkan di pesisir pantai Danau Toba. Pengunjung dapat menikmati keindahan Danau Toba sekaligus berenang di pesisir pantai Danau Toba. Luas pantai sekitar 1,2 ha dengan panjang pantai 470 m. Rekreasi ini dapat digunakan secara perorangan dan berkelompok. Luas area yang dapat digunakan untuk berenang sampai batas 30 meter. Bermain voli pantai ditempatkan di kawasan pinggir pantai. 2. Berperahu/jet ski/parasailing Rekreasi berperahu termasuk rekreasi aktif yang dialokasikan pada area danau dengan jalur sirkulasi yang ditentukan. Area rekreasi khusus ini dibedakan dengan area pesisir pantai. Pengunjung dapat menikmati keindahan alam Danau Toba sekaligus memanfaakan perairan Danau Toba sebagai watersports. Rekreasi ini dilakukan dengan menggunakan perahu, jet ski (seperti sepeda motor dalam air), serta speed boat yang menarik payung parasut mengelilingi kawasan danau. Rekreasi ini didukung dengan adanya terminal perahu dan dek yang membedakan jenis perahu yang digunakan. Fasilitas yang digunakan merupakan perahu sewaan yang berlabuh di dermaga penyewaan perahu. Area pinggir danau yang digunakan sebagai rekreasi perahu difasilitasi dengan dek sebagai tempat bersantai sambil menunggu giliran penyewaan. Fasilitas lain pada area ini berupa shelter dan tempat duduk untuk menikmati keindahan tapak.
(a) Jalan-jalan dan jogging
(d) Parasailing
(b) Area bermain anak
(e) Bermain laying-layang
(c) Voli pantai
(f) Berkemah
Gambar 32. Ilustrasi aktifitas rekreasi utama (sumber: www.google.com dengan kata pencarian rekreasi)
58 3. Piknik Aktivitas wisata piknik merupakan aktivitas rekreasi pasif yang biasanya dilakukan kelompok di area rekreasi utama yang telah difasilitasikan hamparan rumput dengan beberapa pohon peneduh. Aktivitas ini direncanakan dengan melakukan berbagai kegiatan seperti berkumpul bersama, duduk-duduk sambil menikmati pemadangan, berfoto dan bermain layang-layang. Area rekreasi piknik ini difasilitasi dengan lawn (hamparan rumput), meja, bangku, gazebo, dan tempat sampah. Area piknik berada di bagian. Gazebo, meja, dan tempat duduk terbuat dari kayu dan diletakkan pada tempat-tempat yang mendapat naungan pohon. 4. Taman bermain anak Taman bermain anak ditempatkan berdekatan dengan area piknik dan bersantai, dengan tujuan agar orang tua lebih mudah mengawasi anak-anak bermain. Fasilitas yang disediakan pada taman bermain anak berupa sand play, futsal court mini, dan beberapa mainan seperti ayunan, papan luncur, panjatan, rumahrumahan, jala-jala, serta terowongan. Tujuan taman bermain anak ini adalah untuk menstimulasi anak-anak agar bisa bergerak secara aktif. Fasilitas penunjang lainnya berupa bangku taman dan gazebo. Bentuk tempat bermain anak-anak diorientasikan pada konsep bermain di alam terbuka. Bahan-bahan bangunan untuk pembuatan sarana bermain, sejauh dimungkinkan menggunakan produk alami seperti kayu, bambu dan sebagainya serta memenuhi persyaratan keamanan dan kenyamanan bagi anak-anak. 5. Sightseeing Fasilitas sightseeing terdapat di tengah kawasan rekreasi pada titik tertinggi sehingga pengunjung dapat melihat keseluruhan kawasan tapak serta keindahan alam bukit-bukit yang mengelilingi Danau Toba. Selain itu, pengunjung dapat berfoto dengan latar belakang danau dan lanskap yang indah. 6. Berkemah Fasilitas berkemah yang termasuk dalam rekreasi alternatif berada di dekat rekreasi utama dan hutan penyangga agar didominasi dengan suasana lanskap alami. Di sini para pengunjung dapat mendirikan tenda di camping ground sambil menikmati keindahan alam. Pada area ini pengunjung dapat melakukan aktivitas rekreasi sambil berkemah serta bermain. 7. Outbond Kegiatan outbond dilakukan untuk memanfaatkan suasana lanskap yang alami serta kemiringan lahan yang cukup potensial untuk kegiatan ini. Kegiatan alternatif ini ditempatkan berdampingan dengan area piknik dan taman bermain agar memudahkan pengunjung untuk menikmati aktivitas-aktivitas wisata ini. 8. Jalan santai dan jogging Kegiatan jalan santai dan jogging mengelilingi area tapak dapat dilakukan pada pedestrian sekaligus jogging track. Pengunjung dapat melakukan aktivitas ini sambil menikmati suasana lankap dan rekreasi. Jalur pedestrian dan jogging track merupakan jalur utama dalam tapak dan difasilitasi dengan tempat duduk.
59
(a) Lapangan Futsal Mini
(c) Jalan-jalan
(b) Outbond
(d) Berkemah
Gambar 33. Ilustrasi aktivitas rekreasi alternatif (sumber: www.google.com dengan kata pencarian rekreasi) Rencana Sirkulasi Rencana sirkulasi pada tapak penelitian merupakan pengembangan dari konsep sirkulasi. Jalur sirkulasi dibagi menjadi jalur sirkulasi primer, dan jalur sirkulasi sekunder. Jalur akses terbagi dua dengan gerbang utama berada di sebelah barat dan pintu masuk kedua terletak di depannya dengan akses masuk kendaraan bermotor menuju areal parkir. Masing-masing pintu masuk merupakan akses keluar masuk dua arah. Jalur sirkulasi primer menghubungkan area penerimaan dan area rekreasi satu dengan lainnya. Jalur utama ini terbuat dari perkerasan (paving) sepanjang 2231,8 m dan lebar 4 m. Jalur sirkulasi sekunder menghubungkan antarruang dalam tapak. Jalur sirkulasi sekunder adalah jalur sirkulasi dalam area-area rekreasi pada tapak berupa groudcover. Jalur ini merupakan jalur pejalan kaki sekaligus dikembangkan sebagai jalur intepretasi yang memungkinkan pengunjung untuk memilih sendiri objek wisata yang akan dinikmati. Pengunjung dapat mengikuti jalur untuk mengintepretasikan objek wisata dengan baik. Pada akses masuk utama, pengunjung dapat memperoleh pembekalan mengenai kondisi kawasan secara keseluruhan serta objek wisata apa saja yang terdapat dalam kawasan ini sehingga pengunjung dapat memilih sendiri kegiatan wisata yang diinginkan. Rencana Vegetasi Rencana vegetasi merupakan pengembangan dari konsep vegetasi pada tahap pengembangan konsep. Vegetasi yang digunakan harus memenuhi fungsi yang diharapkan, yaitu fungsi estetika, pengarah, penyangga, peneduh, serta konservasi. Jenis vegetasi yang dapat digunakan dapat dilihat pada Gambar 34 dan 35.
60 1. Vegetasi Estetika Vegetasi estetika yang direncanakan memanfaatkan keindahan bentuk dan warna tanaman. Vegetasi ini diletakkan pada area penerimaan, pelayanan serta di beberapa area rekreasi. Tanaman estetika ini juga dimanfaatkan sebagai tanaman pengarah sirkulasi dalam objek rekreasi. Tanaman estetika secara fungsional menghadirkan visual yang baik pada pengunjung sehingga memberikan kenyamanan dalam menikmati objek – objek rekreasi. Tanaman estetika yang digunakan mencakup tanaman ground cover, semak, dan pohon berbunga indah, antara lain, flamboyan (Delonix regia), batavia (Jatropha pandurifolia), dan kamboja (Plumeria sp). 2. Vegetasi Pengarah dan Peneduh Vegetasi dengan fungsi pengarah sangat diperlukan untuk mendukung jalur sirkulasi. Selain dapat berfungsi sebagai pengarah, vegetasi ini juga mengarahkan aliran angin serta sebagai peneduh. Tanaman yang digunakan sebagai pengarah biasanya tanaman perdu atau pohon berukuran sedang. Tanaman yang digunakan ditanam secara massal dengan jarak tanam rapat atau berbaris, yaitu ki hujan (Samanea saman), dadap merah (Erythrina cristagali), tanjung (Mimusoph elengi), serta tanaman peneduh bagi ruang parkir yaitu pohon ketapang (Terminalia cattapa L.).
(a) Ki Hujan
(c) Flamboyan
(b) Tanjung
(d) Ketapang
Gambar 34. Vegetasi estetik dan peneduh yang digunakan 3. Vegetasi Penyangga Pemanfaatan vegetasi penyangga berfungsi sebagai pembatasan antara kawasan wisata dengan kawasan luar, sebagai border antarobjek wisata yang memerlukan pemisah antar aktivitas, serta sebagai penyeimbang ekologik berupa penahan angin dan pengatur kelembaban. Jenis tanaman penyangga yang digunakan adalah biola cantik (Fycus lyrata), cemara laut (Cassuarina equisetifolia L), dan cemara sumatera (Cassuarina sumatrana). 4. Vegetasi Konservasi Vegetasi yang dimanfaatkan sebagai konservasi akan ditanam pada sempadan danau dan bagian utara tapak. Vegetasi konservasi menjaga keberadaan badan air
61 dan konservasi terhadap tanah dan air. Jenis tanaman konservasi yang digunakan adalah akasia (Acacia auriculiformis), sengon (Albazia Falcataria), pinus (Pinus merkusii Jungh), dan mahoni (Swietenia mahogani Jacq).
(b) Pinus
(a) Mahoni
(c) Cemara Laut
(d) Cemara Sumatera
Gambar 35. Vegetasi penyangga dan konservasi yang digunakan Rencana Fasilitas Perencanaan fasilitas tapak disesuaikan dengan aktivitas yang dikembangkan pada masing-masing ruang dalam tapak (Tabel 12). Fasilitas yang direncanakan bertujuan mendukung kegiatan yang dikembangkan pada tapak sesuai dengan kebutuhan ruang bagi para pengunjung. Tabel 12. Rencana fasilitas yang dikembangkan No Jenis fasilitas A. Ruang Penerimaan 1 Pintu gerbang utama 2 Pintu gerbang kedua 3 Loket tiket 4 Papan nama lokasi 5 Shelter bus/ mobil B. Ruang Pelayanan 1 Ruang pengelola 2 Pos jaga 3 Kios 4 Toilet 5 Kantin 6 Toko cinderamata 7 Gazebo 8 Area parkir 9 Mushola 10 Bangku taman C. Ruang Rekreasi Utama 1 Jalan setapak 2 Bangku taman 3 Terminal perahu dan dek
Ukuran (m)
Jumlah
P = 30 P = 20 4X4 P = 20 P= 12 , L= 9
1 1 3 1 1
P= 15 , L= 7 P= 5 , L= 5 P= 6 , L= 5 P= 6, L=3 P= 8, L= 5 P= 4 , L= 3 D= 4 P= 166, L= 51 Ls= 60 P= 3 , L= 0,6, T= 0,8
2 2 2 4 1 20 3 1 1 6
P= 3 , L= 0,6, T= 0,8 P=8 , L=8
34 1
62 4 Gazebo 5 Menara pandang 6 Permainan anak-anak 7 Lapangan futsal mini 8 Perahu dayung 9 Ski jet dan speed boat 10 Toilet 11 Lapangan voli pantai D. Ruang Rekreasi Alternatif 1 Lapangan outbond 2 Camping ground 3 Bangku taman 4 Toilet
D= 8 Ls= 45, T= 25 P= 42, L= 25 P= 6, L=3 P= 16, L=8 Ls= 4000 Ls= 800 P= 3 , L= 0,6, T= 0,8 P= 6, L=3
23 2 2 set 1 2 set 2 6 1 1 1 4 2
1. Name Sign dan Pintu Gerbang Name sign ditempatkan di area penerimaan berdekatan dengan pintu masuk sebagai penanda area rekreasi ini. Name sign direncanakan sebagai tanda penyambutan dan diberi kesan menarik bagi pengunjung. Pintu masuk merupakan daya tarik yang pertama kali dilihat oleh pengunjung. Pintu masuk yang direncanakan terdapat dua bagian, yaitu pintu masuk utama yang terhubung ke area rekreasi utama pada bagian perbukitan dan pintu masuk kedua yang terhubung ke area parkir dan area rekreasi pantai. Lebar pintu masuk utama adalah sekitar 30 m. Pada pintu masuk kedua, lebar gerbang sesuai dengan lebar jalan masuk dua arah kendaraan yaitu 20 m. Pintu Gerbang menuju Desa Tuktuk Siadong berada di sebelah barat tapak. 2. Loket Tiket dan Pos jaga Sebelum memasuki kawasan Bukit Beta, pengunjung diharuskan membeli tiket di loket. Loket tiket dijumpai setelah melewati area penerimaan. Loket berfungsi sebagai tempat pembayaran karcis. Terdapat dua loket tiket pada dua pintu gerbang, loket tiket terletak di dua sisi pada pintu gerbang utama dan sebelah kanan pada pintu masuk kedua. Pos jaga ditempatkan pada area penerimaan untuk mengawasi keluar masuknya kendaraan dan beberapa di area rekreasi. 3. Area Parkir Menurut Direktorat Wisata Alam dan Penyediaan Jasa Lingkungan (2001), fasilitas parkir, mutlak harus tersedia, ditempatkan di beberapa tempat, ruang parkir disamarkan dengan pepohonan. Perkerasan areal parkir menggunakan sistem konstruksi dan bahan bangunan yang memungkinkan masih dapat berlangsungnya penyerapan air ke dalam tanah. Areal parkir dilengkapi dengan sistem penerangan yang memadai. Area parkir melewati gerbang kedua disediakan pada ruang penerimaan. Area parkir direncanakan untuk menampung kendaraan bermotor (mobil dan bus) dengan pola parkir 90⁰. Jalan antara selebar 15 m untuk memungkinkan kendaraan langsung masuk tanpa menyulitkan kendaraan lain. Untuk area penerimaan pada gerbang kedua, area parkir dapat menampung seluruh jenis kendaraan yaitu 160 motor, 82 mobil, dan 25 bus. Tempat parkir kendaraan diberi pohon peneduh dan disediakan atap penaung bagi motor. 4. Shelter Bus Shelter bus dibangun sebagai fasilitas bagi bus wisata untuk menurunkan penumpang dan diletakkan di sebelah kanan sebelum pintu masuk utama. Fasilitas ini diletakkan dalam area penerimaan dan bertujuan memudahkan akses masuk
63 bagi para pengunjung menuju tapak. Shelter ini berukuran 3x12 m dengan sirkulasi pejalan kaki sepanjang 82 m menuju pintu masuk utama. 5. Ruang Pengelola Untuk mengetahui informasi mengenai kawasan, terdapat ruang yang menyediakan berbagai macam informasi tentang keadaan umum kawasan Bukit Beta secara keseluruhan. Pada ruang pengelola ini pengunjung memperoleh informasi mengenai berbagai objek rekreasi yang dapat ditemui dalam berwisata. Ruang ini berukuran 15x7 m yang berisi gambaran objek rekreasi yang dapat dinikmati serta peraturan-peraturan di tapak dalam bentuk panel, brosur, dan poster. 6. Musala Musala disediakan bagi pengunjung untuk melakukan ibadah, tempatnya di area pelayanan. Musala ini memiliki luas sebesar 8x8 m. Musala ini mempunyai fasilitas toilet dan tempat wudu. 7. Kios, Kantin, dan Toko Cinderamata Kawasan wisata Desa Tuktuk Siadong dipenuhi oleh berbagai toko cinderamata yang menjual berbagai oleh-oleh khas daerah ini. Pada tapak juga direncanakan terdapat berbagai kios, kantin, serta toko cinderamata untuk menyediakan berbagai kebutuhan pengujung dalam berwisata. Kios, kantin, serta toko cinderamata ditempatkan di area pelayanan. 8. Toilet Toiliet merupakan salah satu fasilitas penting untuk memenuhi kebutuhan rekreasi dan penempatan tolilet menyebar pada tapak terutama pada area pelayanan, area rekreasi pantai, dan camping ground. Toilet dibagi menjadi toilet pria dan wanita. Ukuran toilet yang direncanakan adalah 3x6 m. 9. Gazebo dan Tempat Duduk Gazebo dan tempat duduk dalam tapak berfungsi sebagai tempat bernaung dan beristirahat bagi pengunjung. Gazebo dan tempat duduk tersebar dalam area rekreasi utama, pengunjung dapat beristirahat sambil menikmati pemandangan serta berkumpul dengan keluarga. 10. Dek Perahu Area rekreasi pantai berada di pinggir danau dan dilengkapi dengan fasilitas dek perahu sebagai tempat bagi pengunjung yang ingin menggunakan perahu, pengunjung harus mengantri melalui dek perahu ini. Dek perahu menyediakan berbagai perahu dan speedboat bagi para pengunjung sebagai sarana untuk menikmati pemandangan sekitar tapak. 11. Menara Pandang Menara pandang dibangun sebagai fasilitas bagi pengunjung untuk menikmati pemandangan sekaligus mengamati area tapak secara keseluruhan. Menara pandang ini juga sebagai fasilitas berfoto bagi pengunjung dengan latar belakang pemandangan alami danau dan perbukitan. Menara pandang ditempatkan pada area rekreasi di tengah-tengah tapak. Menara ini memiliki tinggi sekitar 25 m. Daya Dukung Rekreasi Pengembangan aktivitas wisata yang direncanakan dalam tapak harus memperhatikan faktor daya dukung tapak untuk wisata. Daya dukung merupakan jumlah maksimum wisatawan yang dapat menggunakan destinasi wisata tersebut tanpa mengubah keadaan fisik atau menurunkan nilai lingkungan sekitarnya. Daya
64 dukung bertujuan menjaga keberlanjutan suatu lanskap dan menghindari rusaknya kawasan tersebut. Pada perencanaan ini pengembangan ruang efektif untuk kegiatan rekreasi seluas 9,5 ha dengan pembagian luas 3,83 ha untuk rekreasi darat dan 5,67 ha untuk rekreasi air. Standar kebutuhan area per individu untuk rekreasi darat adalah 50 /orang (Libosada, 1998) sedangkan standar kebutuhan ruang bagi kegiatan rekreasi pantai serta olahraga air adalah 500 / orang (Yulianda, 2007) dan jumlah jam kunjungan merupakan lama waktu area wisata dibuka dalam satu hari yaitu 8 jam. Sementara rata-rata waktu satu kali kunjungan diperoleh melalui hasil survey terhadap wisatawan yaitu 4 jam. Berdasarkan perhitungan dapat diketahui bahwa daya dukung kawasan rekreasi Bukit Beta adalah sebanyak 879 orang, dengan hasil perhitungan koefisien rotasi sebesar 2. Dengan demikian, jumlah pengunjung maksimal (daya dukung total) yang dapat ditampung kawasan tesebut agar tidak mengalami kerusakan sebanyak 1758 orang per hari.
65
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Kawasan Bukit Beta berpotensi sebagai kawasan wisata alam karena berbatasan langsung dengan Danau Toba sehingga sesuai untuk dikembangkan menjadi area rekreasi dengan memanfaatkan danau serta view perbukitan di sekelilingnya. Kawasan Bukit Beta terletak di Kabupaten Samosir, Kecamatan Simanindo, Desa Tuktuk Siadong yang merupakan pusat kegiatan wisata di Kabupaten Samosir. Keindahan dan kondisi fisik area ini menjadi daya tarik wisata di daerah dengan tingginya wisatawan ini. Walaupun sudah diresmikan sebagai area wisata, minimnya fasilitas membuat area ini terbatas didatangi pengunjung. Berdasarkan hasil analisis dari kondisi fisik dan sosial kawasan tapak, dialokasikan ruang berdasarkan kesesuaian lahan yang dapat dikembangkan untuk wisata rekreasi. Perencanaan lanskap rekreasi pada kawasan Bukit Beta terbagi atas ruang intensif dengan subruang yang terdiri dari ruang penerimaan seluas 8.550 , ruang pelayanan 14.138 , dan ruang rekreasi utama seluas 95.641 . Ruang semi intesif dengan sub ruang terdiri dari ruang rekreasi alternatif seluas 51.878 dan ruang penyangga 69.945 . Ruang ekstensif yang merupakan ruang konservasi dengan luas 31.514 . Aktivitas yang dikembangkan pada tapak dibagi sesuai dengan fungsi yang dikembangkan. Area rekreasi pantai, tempat piknik serta taman bermain sebagai objek rekreasi utama dilengkapi dengan fasilitas pelayanan pengunjung. Area rekreasi pantai memanfaatkan badan air untuk rekreasi seperti berenang dan berperahu. Area berkemah dan outbond memanfaatkan suasana lanskap alami yang nyaman dan beberapa fasilitas pendukung. Lanskap area rekreasi ini direncanakan dilengkapi dengan fasilitas pelayanan pengunjung seperti loket tiket, area parkir, shelter bus, ruang pengelola, pos jaga, musala, dek perahu, tempat bermain anak, menara pandang, dan toko cinderamata. Vegetasi yang direncanakan pada tapak adalah jenis vegetasi estetika, pengarah, penyangga, dan konservasi. Perencanaan ini dimaksudkan agar dapat memenuhi kebutuhan pengunjung dan diharapkan dapat menjaga kelestarian alami daerah ini. Saran Kawasan Bukit Beta dengan potensi yang besar sebagai kawasan wisata rekreasi yang alami juga menjadi ruang terbuka hijau di wilayah Kecamatan Simanindo. Fasilitas dan aktivitas yang dikembangkan hendaknya sesuai dengan daya dukung tapak. Penelitian ini dapat dilanjutkan dengan perencanaan program rekreasi dan dikembangkan lebih detil pada tahap desain. Pengelolaan kawasan ini sangat dibutuhkan terutama dengan melibatkan peran serta masyarakat sekitar dan pemerintah daerah agar kawasan ini tetap terjaga kelestariannya.
66
DAFTAR PUSTAKA Badan Pusat Statistik Kabupaten Samosir. 2010. Samosir dalam Angka 2010. Kabupaten Samosir (ID): Badan Pusat Statistik Kabupaten Samosir. Chiara, JD dan Koppelman, LE. 1989. Standar Perencanaan Tapak. Terjemahan. Oleh Ir. Januar Hakim. Site Planning Standars. Jakarta (ID): Erlangga. Direktorat Wisata Alam dan Penyediaan Jasa Lingkungan. 2001. Kumpulan Peraturan dan Pedoman Pariwisata Alam. Bogor (ID): Idea. Gallahue, David L., 1982. Developmental Movement Experiences for Children. England: WorkBot. Gold, SM. 1980. Recreation Planning and Design. New York (US): McGraw-Hill Book Co. Hardjowigeno, S dan Widiatmaka. 2007. Evaluasi Kesesuaian Lahan dan Perencanaan Tataguna Lahan. Bogor (ID): Jurusan Tanah, Fakultas Pertanian, IPB. Haris, M. 2011. Perencanaan Lanskap Area Rekreasi pada Lahan Pasca Tambang Batubara di PIT 1 Mangkalapi PT Arutmin Indonesia Tambang Batulicin, Kalsel. (skripsi). Bogor (ID): Departemen Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanian, IPB. Libosada, Carlos. 1998. Ecotourism in the Philippines. Bookmark Makati City. Simonds, J.O. 1983. Landscape Architecture. New York (US): McGraw – Hill Book Co. Soepardi, G. 1988. Sifat dan Ciri Tanah. Bogor (ID): Jurusan Tanah, Fakultas Pertanian, IPB. Storm, Steven, Kurt Nathan. 1985. Site Engineering for Landscape Architects. New York (US): Van Nostrand Reinhold Company. Noviana, P. 2010. Perencanaan Lanskap Gunung Kapur Cibadak Ciampea Bogor sebagai Kawasan Wisata Terpadu. (skripsi). Bogor (ID): Departemen Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanian, IPB. Nurisjah, S. 2004. Aspek Hidrologis Dalam Analisis Tapak. (Penuntun Kuliah Analisis dan Perencanaan Tapak). Program Studi Arsitektur Lanskap. Departemen Budidaya Pertanian. Bogor (ID): Fakultas Pertanian, IPB. Nurisjah, Siti, Qoadarian Pramukanto dan Siswantinah Wibowo. 2003. Daya Dukung dalam Perencanaan Tapak. Bogor (ID): Modul Praktikum. IPB. Yulianda, F. 2007. Ekowisata Bahari Sebagai Alternatif Pemanfaatan Sumberdaya Pesisir Berbasis Konservasi. Bogor (ID): Makalah Seminar Sains Manajemen Sumberdaya Perairan. IPB www.samosirkab.go.id [ 14 Agusutus 2012]
67 LAMPIRAN Lampiran 1 Kuisioner Masyarakat sekitar Kawasan Bukit Beta, Simanindo PERENCANAAN AREA REKREASI DAN TAMAN BERMAIN PADA KAWASAN BUKIT BETA, KECAMATAN SIMANINDO, KABUPATEN SAMOSIR, PROVINSI SUMATERA UTARA
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 1. 2.
3. 4.
IDENTITAS RESPONDEN Nama : Umur : Jenis Kelamin : Pekerjaan : Hobi : Pendidikan terakhir : Alamat : DAFTAR PERTANYAAN Apa yang anda ketahui tentang rekreasi? Apa tujuan anda berekreasi: (jawaban boleh lebih dari satu) a. Mengisi waktu luang b. Menyegarkan pikiran c. Menyalurkan hobi d. Mencari inspirasi e. Sosialisasi/pergaulan f. Lainnya............................. Bagaimana menurut anda cuaca di tempat tersebut? a. Panas b. Lembab c. Sejuk Bagaimana menurut anda pemandangan di daerah tersebut? (lihat foto) a. Kurang indah b. Indah c. Sangat indah
5. Menurut anda perlukah kawasan Bukit Beta, Simanindo dikembangkan menjadi kawasan rekreasi: a. Perlu b. Tidak perlu c. Tidak tahu Alasan anda jika menjawab perlu: a. Akan mendatangkan pengunjung atau wisatawan semakin bertambah sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan hidup masyarakat sekitar b. Belum optimalnya usaha pengembangan kawasan tersebut selama ini c. Pengembangan kawasan dengan pengelolaan yang baik akan melestarikan daerah sekitar kawasan
68
6.
7.
8.
9.
d. Keindahan dan suasana alami kawasan tersebut perlu dimanfaatkan dan dieksplorasi e. Lainnya..................................................................................................... Alasan anda menjawab tidak perlu: a. Pengunjung banyak cenderung akan memberi pengaruh negatif dan merusak lingkungan b. Kawasan ini benar-benar perlu dikonservasi (dibiarkan apa adanya) c. Tanpa pengembangan lebih lanjut kawasan ini sudah cukup baik d. Lainnya..................................................................................................... Kegiatan rekreasi apa yang anda harapkan di kawasan Bukit Beta, Simanindo ini? (jawaban boleh lebih dari satu) a. Melihat-lihat pemandangan b. Berkumpul/mengobrol c. Memancing d. Tempat duduk dan makan e. Jalan-jalan f. Berenang g. Studi/penelitian h. Lainnya.............................................. Fasilitas yang diharapkan pada area pengembangan ini: (jawaban boleh lebih dari satu) a. Pos keamanan b. Jalan setapak/perkerasan mengelilingi kawasan c. Kios-kios d. Wc umum e. Saung f. Dek pemancingan g. Lampu penerangan h. Gazebo i. Bangku taman j. Pusat pengunjung k. Penyewaan perahu l. Tempat berkumpul khusus rombongan m. Area khusus bermain untuk anak-anak Kegiatan/aktivitas yang diharapkan dikembangkan: a. Memancing b. Duduk-duduk menikmati pemandangan c. Diskusi d. Berjalan-jalan mengelilingi danau e. Jogging f. Berenang g. Berperahu h. Lainnya...................................................... Jika pembuatan fasilitas-fasilitas dan pengembangan kegiatan-kegiatan tersebut dilakukan untuk pengembangan kawasan lebih lanjut, apakah anda bersedia membayar biaya masuk: a. Ya b. Tidak
69 c. Tidak tahu 10. Untuk mengelilingi kawasan ini, jenis transportasi yang anda sukai: a. Berjalan kaki b. Lainnya.......................................... 11. Bagaimana cara anda menuju kawasan Bukit Beta ini: a. Berjalan kaki b. Naik sepeda c. Naik sepeda motor d. Nak mobil pribadi e. Lainnya........................................................ Harapan anda terhadap pengembangan kawasan Bukit Beta, kecamatan Simanindo, Kabupaten Samosir ini sebagai kawasan rekreasi: ........................................................................................................................... .................................................................................................................................... ............................................. Terima kasih atas kesediaan dan waktu yang bapak/ibu luangkan untuk mengisi kuisioner ini, semoga bermanfaat bagi kita semua. Amin.
70
RIWAYAT HIDUP Febriyanti Limbong lahir di Medan pada tanggal 28 Februari 1990. Penulis adalah anak kedua dari tiga bersaudara pasangan Bapak Saut Limbong dan Ibu Juria Simanjuntak. Pendidikan sekolah dasar penulis diselesaikan di SDK Immanuel Pontianak pada 2001. Pada tahun 2004 penulis menyelesaikan pendidikan menengah di SMPN 4 Balige, kemudian melanjutkan pendidikan di SMUN 1 Pangururan dan lulus pada tahun 2007. Pada tahun yang sama penulis diterima menjadi mahasiswa Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) dengan jurusan Arsitektur Lanskap. Selama masa kuliah, penulis ikut serta dalam Himpunan Mahasiswa Arsitektur Lanskap (HIMASKAP) sebagai anggota. Penulis juga aktif ikut serta dalam Persekutuan Mahasiswa Kristen IPB (PMK IPB) dalam Komisi Literatur sebagai penanggung jawab Divisi Website pada tahun 2009-2010. Selain itu, penulis mengikuti kegiatan kerohanian pada acara Malam Sukacita Paskah sebagai kepala Divisi Publikasi, Dokumentasi dan Dekorasi pada tahun 2008 dan kegiatan Natal Civa sebagai kepala Divisi Dekorasi pada tahun 2010.