VII. PERENCANAAN LANSKAP Konsep yang telah dikembangkan kemudian menjadi perencanaan lanskap yang telah mencakup seluruh fungsi, aktivitas dan fasilitas yang direncanakan dalam tapak. Rencana lanskap ini meliputi rencana ruang, wisata, sirkulasi, tata hijau, dan fasilitas. Perencanaan lanskap dalam bentuk gambar dapat dilihat pada Gambar 46. 7.1
Rencana Ruang, Fasilitas dan Utilitas Ruang yang akan diterapkan di tapak ini dibagi menjadi dua berdasarkan
intensitas aktifitas manusia di dalamnya, yaitu ruang pemanfaatan dan ruang konservasi. Setiap ruang ini dibagi menjadi sub-sub ruang dengan fungsi tertentu (Tabel 13), dan aktifitas yang direncanakan di dalamnya, serta fasilitas-fasilitas yang dibutuhkan. Tabel 13. Ruang dan Sub Ruang Tapak PPDF Sektor II Ruang Ruang Konservasi
Ruang Pemanfaatan
Sub Ruang Sub R. Konservasi Air Sub R. Konservasi Tanah (Kehutanan) Sub R. Penerimaan
Penempatan Sempadan sungai dan selokan Bukit Darul Fallah
Jalan masuk tapak, pusat informasi, area parkir Sub R. Pelayanan Menyebar di area dalam tapak di antara sub ruang pemanfaatan Sub R. Wisata Sekitar area sempadan Sayuran selokan Sub R. Wisata Sekitar Lab. Kultur Tanaman Buah Jaringan, bagian utara tapak dan sekitar area sempadan selokan Sub R. Wisata Bagian selatan area Tanaman Obat peternakan Sub R. Wisata Bagian barat dan utara Tanaman dari area peternakan Aromatik Sub Wisata Sekitar Lab. Kultur Tanaman Hias Jaringan yg sebelumnya adalah pepohonan karet
Luas (m2) 2.507 35.453
7.548
6.056
5.565 27.150
1.744 9.901
5.144
132
Ruang Ruang Pemanfaatan (lanjutan)
Sub Ruang Sub R. Wisata Tanaman Perkebunan Sub R. Lahan Hijauan Ternak Sub R. Pembibitan dan Nursery Sub R. Wisata Peternakan Sub Wisata Perikanan Lahan Percobaan Sub R. Rekreasi Outbond
Sub R. Rekreasi Religi Total
Penempatan Sebelah barat area parkir dan sebelah barat area kehutanan Lahan Hijauan Ternak
Luas (m2) 7.574
Lab. Kultur Jaringan dan lahan pembibitan Lahan peternakan
6.012
Lahan perikanan
1.316
23.651
7.940
Bagian barat area 3.090 perikanan Sebagian lahan yang 17.922 sebelumnya perkebunan nilam dan area pepohonan di tapak bagian barat Area dalam tapak di 627 antara sub ruang pemanfaatan 169.200
Penjelasan masing-masing ruang dapat dilihat di bawah ini, 7.1.1. Ruang Konservasi Air Konservasi air berada di sepanjang sempadan sungai dan selokan yang melewati tapak. Ditumbuhi dengan tanaman-tanaman yang berfungsi untuk mengonversi air agar kualitasnya dapat terjaga. Pada area sempadan selokan, tidak terdapat aktivitas wisata sama sekali sehingga pengguna tapak hanya bisa melihat dalam jarak 5 meter saja. Penggunaan pohon dan semak dimaksud untuk membatasi ruang dan sebagai penghalang bagi pengunjung yang ingin masuk ke area ini. Pada area sempadan selokan terdapat pompa hydram untuk kebutuhan ternak sehingga spot ini perlu dilindungi agar kualitas air untuk ternak tidak tercemar. Area sempadan sungai Cinangneng yang melewati tapak dimanfaatkan dengan penempatan jalur pedestrian dengan jarak 5 meter dari bibir sungai. Penempatan jalur pedestrian ini difokuskan untuk melihat pemandangan ke arah sungai dengan cara penempatan jalur pedestrian mengikuti jalur sempadan sungai sehingga aktivitas di dalamnya bersifat pasif.
133
134
Jalur ini mempunyai lebar 1,6 m yang cukup untuk dilalui oleh dua orang. Dengan penempatan vegetasi yang tepat untuk konservasi area sempadan sungai yang curam dilakukan dengan penanaman bambu, namun karena bambu dapat menghalangi pandangan ke arah sungai, maka pada titik tertentu dilakukan penanaman vegetasi lain yang lebih rendah sehingga dapat melihat pemandangan ke arah sungai. Penempatan semak maupun groundcover di antara bibir sungai dengan jalur pedestrian juga dilakukan untuk membatasi aktivitas di pinggir sungai guna menjaga kualitas air sungai tersebut. Muara sungai Darul Fallah yang terletak di luar tapak sebelah barat dimanfaatkan sebagai stoping area berupa dek berbentuk gazebo yang digunakan untuk melihat pemandangan ke arah muara sungai dan dapat dilakukan untuk menghitung debit air sungai di area ini. Untuk mencapai tempat ini dapat dilakukan dengan cara melewati pedestrian yang mengikuti jalur sempadan sungai. Stoping area di sekitar Muara Darul Fallah ini dapat dilihat pada gambar 47. 7.1.1. Ruang Konservasi Tanah (Kehutanan) Terletak di bukit Darul Fallah dan merupakan titik tertinggi di tapak. Penanaman vegetasi pada area ini dimanfaatkan sebagai konservasi dan juga produksi kayu, sehingga cocok untuk ditanam tanaman dan mempunyai perakaran yang kuat. Pada eksisting tapak sudah terdapat pohon-pohon tinggi di antaranya bambu betung (Dendrocalamus asper), sengon (Paraserianthes falcataria), pulai (Alstonia scholaris). Tanaman-tanaman ini dapat dimanfaatkan untuk konservasi tanah dengan penataan yang baik agar tidak terkesan liar sehingga pengunjung tertarik masuk ke area ini. Pada daerah konservasi tanah ini dikhususkan untuk aktivitas rekreasi yang bersifat pasif sehingga terdapat pedestrian yang berguna untuk mengarahkan pengunjung pada fasilitas-fasilitas yang dapat menunjang rekreasi yang bersifat pasif tersebut. Seperti fasilitas menara pandang setinggi 15 meter yang terdapat di puncak bukit dan dapat dilihat pada gambar 48, dan canopy trail yang berada di antara pepohonan. Menara pandang ini teletak di puncak bukit, karena pada puncak bukit ini relatif datar sehingga ada penjarangan pohon di sekitar menara pandang agar pengunjung dapat melihat area sekitar dari menara pandang ini.
135
136
137
Fasilitas canopy trail peletakkannnya berada di antara dua pohon besar sehingga dapat menikmati keindahan alam di sekeliling pohon. Untuk mencapai kedua fasilitas ini dapat ditempuh dengan cara mengikuti pedestrian yang berkeliling dan dibuat mengikuti kontur. Di area ini juga terdapat pengenalan pohon beserta manfaatnya yang diterapkan dalam pelabelan pohon. Setiap pohon yang diberi label biasanya berdekatan dengan pedestrian agar pengunjung yang melintas tidak perlu keluar dari jalur yang sudah direncanakan. Kumpulan pohon bambu yang terkesan tertutup dipindahkan ke bagian timur bukit sehingga penempatannya berkelompok dan teratur. Dalam area bambu ini terdapat pedestrian yang berguna sebagai pengarah jalur sirkulasi. Pembuatan pedestrian ini menggunakan rekayasa lanskap dalam menghadapi lereng yang curam terutama pada daerah lebih dari 25% dan tidak mengikuti kontur. 7.1.1. Ruang Penerimaan Ruang penerimaan dalam tapak berguna sebagai area penyambutan bagi pengunjung yang masuk ke tapak. Ruang yang berfungsi sebagai pemberi identitas dan karakter sebagai agrowisata, dan juga sebagai pusat informasi bagi pengunjung yang ingin mengetahui informasi wisata di tapak. Area penerimaan dalam tapak terdapat empat bagian yaitu pintu masuk, jalan utama menuju tempat parkir, area penerimaan utama dan area parkir yang berada di sebelah pintu alternatif tapak. Pintu masuk di ruang penerimaan ini termasuk dengan loket tiket untuk melakukan kunjungan wisata. Pintu masuk tapak melalui jembatan selebar 10 meter untuk mengantisipasi bis dari arah yang berlawanan kemudian menyempit pada saat pembayaran di loket tiket selebar 7,5 meter dan masuk ke jalur sirkulasi utama selebar 7 meter. Pintu masuk Sektor II PPDF dapat dilihat pada gambar 49. Kemudian masuk ke ruang interpretasi utama yaitu pusat informasi tempat wisata. Aktivitas interpretasi awal dilakukan di tempat ini. Sebelum memasuki ruang interpretasi utama ini terdapat papan pengarah agar pengunjung dapat mengetahui ruang-ruang yang ada. Ruang ini memiliki fasilitas berupa pusat informasi kawasan, kios cinderamata Darul Fallah, plaza serta pendopo dan tempat pengolahan hasil ternak.
138
139
Pendopo dan tempat pengolahan hasil ternak tetap dipertahankan di ruang ini karena letaknya berdekatan dengan area peternakan seperti pada eksisting tapak namun dengan penataan agar dapat memberikan kenyamanan kepada pengunjung. Penambahan dua buah kios cinderamata yang menjual hasil produk Darul Fallah memberikan pelayanan kepada pengunjung yang ingin membawa pulang oleholeh khas Darul Fallah mulai dari hasil produk pertanian, perikanan, dan peternakan. Ruang interpretasi utama ini dapat dilihat pada gambar 50. Tempat parkir kendaraan berada pada area timur tapak, yaitu bersebelahan dengan jalur alternatif. Tempat parkir ini mampu menampung 60 motor, 28 mobil dan 4 bus. Tempat parkir motor berbentuk bangunan agar dapat terlindung dari hujan, sedangkan untuk mobil dan bus tempat parkir berbentuk outdoor dan berbentuk 450 dengan pepohonan sebagai peneduh agar kesan alami dapat tercipta. Karena tempat parkir kendaraan berdekatan dengan area pertanian maka sekeliling tempat parkir ini berisi semak maupun pohon untuk mereduksi polusi yang akan mencemari tanaman pertanian tersebut. Area parkir kendaraan dapat dilihat pada gambar 51. Ruang penerimaan juga terdapat di luar tapak yaitu pada pertigaan jalan Ciampea Raya Km 12 menuju Kampung Gunung Leutik berupa papan nama tempat wisata pertanian Sektor II Pesantren Pertanian Darul Fallah. Papan nama ini terletak di tempat yang strategis agar masyarakat mengetahui akan keberadaan kawasan wisata ini.
140
141
142
7.1.1. Ruang Pelayanan Ruang pelayanan berfungsi sebagai ruang untuk menunjang aktivitas wisata yang ada di tapak. Ruang pelayanan ini menyebar menyesuaikan dengan aktivitas wisata yang ada pada tapak. Pada ruang pelayanan utama yang terdapat di sebelah timur laboratorium kultur jaringan, berbentuk stoping area dan terdapat plaza yang sekaligus sebagai jalur sirkulasi kendaraan pada ruang ini berbentuk loop atau memutar. Di area pelayanan utama ini juga terdapat gedung pengelola. Pada tengah plaza terdapat tanaman display yang berfungsi mempermudah pengunjung untuk memutar kendaraannya. Pada area yang mengelilingi plaza ini juga terdapat taman yang ditumbuhi beberapa pohon peneduh agar memberi kesan sejuk dan alami serta komposisi tanaman yang memperkuat keindahan. Fasilitas di ruang pelayanan utama ini dapat dilihat pada gambar 52. Ruang pelayanan lain berupa toilet dan mushola diletakkan di tiga tempat yaitu area rekreasi outbond, area perkebunan dan area perikanan. Peletakkannya didasarkan kepada kebutuhan ruang dan jarak. Penempatan mushola ini diberi barier berupa tanaman agar lebih berkesan private sehingga aktivitas ibadah tidak terganggu. Fasilitas kamar mandi dan mushola dapat dilihat pada gambar 53. Pada area rekreasi umum, ruang pelayanan diutamakan untuk menunjang kebutuhan rekreasi pengunjung yang sedang melakukan kegiatan berkemah dan outbond. Peletakkannya pun berada di antara area perkemahan dan outbond untuk memudahkan pengunjung. Ruang pelayanan pada area ini berupa dapur umum, ruang informasi, kamar mandi, klinik dan warung. Pada area ini juga terdapat mushola, namun penempatannya berada menyendiri dari area rekreasi ini untuk mendapatkan kesan tenang dan damai. Mushola ini merupakan mushola terbesar yang ada di tapak, oleh sebab itu dapat digunakan sebagai acara pengajian maupun acara rohani lainnya. Untuk menghalau bunyi dari luar area maka penataan tanaman harus dioptimalkan sehingga aktivitas rohani tidak terganggu.
143
144
145
Pada ruang wisata perikanan, ruang pelayanannya berupa tempat peminjaman peralatan memancing dan semua keperluan untuk aktivitas di lahan percobaan, karena berdekatan dengan area perikanan, rumah makan, pancuran, toilet dan mushola. Rumah makan diletakkan dekat dengan area perikanan (bersebelahan dengan kolam ikan) karena untuk memudahkan pengunjung yang telah mendapatkan ikan, maka ikan tersebut bisa langsung dimakan di rumah makan sambil menikmati pemandangan pedesaan yang kental ataupun dibawa pulang. Dengan penempatan saung-saung istirahat di sekitar kolam ikan, pengunjung dapat menikmati pemandangan sambil bersantap. Pohon-pohon kelapa yang ada di sekitar kolam untuk membatasi tapak dengan lingkungan luar pada area perikanan ini juga dapat dimanfaatkan buahnya untuk kebutuhan makan dan minum pengunjung. Kios cinderamata berada dekat dengan tempat pengolahan hasil ternak dan tepat di sebelah utara tempat parkir. Hal ini dimaksud untuk memudahkan pengunjung yang telah mengenal cara pengolahan hasil ternak maka dapat langsung membeli di kios cinderamata ini. Tidak hanya hasil ternak tapi hasil pertanian dan perikanan juga dapat dijual di kios ini, dengan penempatannya yang berada di depan tempat parkir maka kios ini memudahkan pengunjung. Apabila pengunjung telah selesai berwisata maka sebelum pulang dapat membeli oleh-oleh khas Darul Fallah ini. Berdekatan dengan ruang peternakan terdapat area untuk mengolah hasil ternak menjadi susu dan yoghurt berupa ruang pengolahan dan pendopo. Tidak hanya hasil peternakan namun hasil olahan lidah buaya (Aloe vera) juga diproduksi di sini dengan memberdayakan masyarakat sekitar tapak. Kemudian hasilnya dijual di kios cinderamata yang berada berhadapan dengan bangunan ini. Oleh sebab itu area ini dapat dimanfaatkan untuk pengenalan cara mengolah hasil peternakan dan lidah buaya kepada pengunjung. 7.1.5. Ruang Wisata Tanaman Sayuran Ruang wisata pertanian sayuran ini dibagi menjadi tiga spot. Area pertama adalah spot dekat dengan loket tiket (pintu masuk), kemudian spot yang bersebelahan dengan area perikanan. Dan yang terakhir adalah spot yang terdapat pada rumah kaca di area pembibitan. Dalam masing-masing petak tanaman terdapat jalur untuk interpretasi yaitu selebar 0,8 m.
146
Pada spot dekat dengan loket tiket (pintu masuk), tanaman yang telah dipilih lebih menyesuaikan dengan kurikulum pesantren yang diajarkan kepada santri, sehingga santri dapat mempraktekkan hal yang telah diajarkan di kelas. Tanaman tersebut di antaranya kangkung, terung, bayam dan sawi. Lahan seluas 0,2 hektar ini dapat dikatakan terpisah dari pusat aktivitas wisata, dengan pedestrian dari dua arah yaitu sebelah loket tiket dan dari ruang pertanian tanaman buah. Pola penanaman tanaman-tanaman yang akan ditanam disesuaikan dengan syarat budidaya tanaman itu sendiri dengan arah penanaman dari utara ke selatan agar meningkatkan produktivitas dari tanaman tersebut. Tanaman kangkung (Ipomoea reptans), yang ditanam adalah jenis kangkung darat, dengan syarat tumbuh yaitu tanahnya subur dan cukup air. Jarak tanam dari kangkung ini adalah 20x20 cm. Untuk tanaman terung (Solanum melongena L.) ditanam dengan jarak tanam 70x70 cm. Untuk tanaman bayam (Amaranthus sp.) ditanam dengan cara benih disebar dalam barisan, dan jarak antar barisan 20 cm. Dan untuk tanaman sawi (Brassica juncea) jarak tanam 30x40 cm baik ditanam dalam bedengan berukuran 120 cm dengan tinggi bedeng 30-40 cm. Spot wisata pertanian sayuran di sebelah area perikanan ini jenis tanamannya lebih kepada keperluan bumbu dapur di antaranya tomat, cabai dan bawang merah. Untuk tanaman tomat (Lycopersicum esculantum) dengan jarak tanam 60x40 cm dan syarat tumbuhnya aerasi baik, lahannya terbuka dan cukup sinar matahari. Untuk tanaman cabai (Capsicum annum L.) dengan jarak tanam 40x60 cm. Untuk tanaman bawang merah (Allium cepa) ditanam dengan jarak tanam 15x15 cm. Spot ini bersebelahan dengan area parkir pengunjung sehingga dilakukan teknik cut and fill untuk meminimalisir polusi yang disebabkan kendaraan bermotor. Sehingga untuk memasuki ruang ini dari area parkir harus berkeliling melalui ruang wisata tanaman obat, kemudian ruang wisata tanaman perkebunan lalu masuk ke ruang wisata sayuran ini. Spot terakhir terdapat di rumah kaca di area wisata pertanian tanaman hias yang menempatkan tanaman dengan teknik hydroponik yang dilakukan pada sayuran. Hidroponik (latin; hydro = air; ponos = kerja) adalah suatu metode bercocok
tanam
tanpa
menggunakan
media
tanah,
melainkan
dengan
147
menggunakan larutan mineral bernutrisi atau bahan lainnya yang mengandung unsur hara seperti sabut kelapa, serat mineral, pasir, pecahan batu bata, serbuk kayu, dan lain-lain sebagai pengganti media tanah. Teknik hydroponik ini lebih dikhususkan untuk menambah pengetahuan pengunjung akan teknik budidaya hydroponik, dengan semakin berkembangnya kalangan vegetarian dalam mengatasi pemanasan global, maka kebutuhan akan sayuran dan buah-buahan yang berasal dari proses ramah lingkungan semakin dicari, dan teknik hydroponik ini merupakan salah satu solusinya. Sedangkan untuk hasil panen pada teknik hydroponik yang berupa tanaman organik dapat dibeli di kios cinderamata. Tanaman yang ditanam dengan teknik hydroponik ini di antaranya pak choy (Brassica rapa), sawi (Brassica juncea), kailan (Brassica alboglabra), bayam (Amaranthus sp), kangkung (Ipomoea reptans), dan tomat (Lycopersicum esculantum). Peralatan dalam teknik hydroponik ini diantaranya pembuatan bak tanaman, bak penampung air, pipa saluran air, media, cairan larutan, dan bibit tanaman. 7.1.6. Ruang Wisata Tanaman Buah Ruang wisata buah-buahan ini lebih mendominasi di tapak karena berdasarkan permintaan pihak pengelola akan kebun buah induk serta berdasarkan kuisioner pengunjung agrowisata. Ruang ini terletak menyebar di dua spot yang berbeda yaitu pada ruang di sekitar area konservasi tanah dan ruang di sekitar dengan area konservasi air. Eksisting kebun nilam (Pogostemon cablin) yang berada di utara tapak dikonversi menjadi area tanaman buah untuk mencegah erosi karena lahan yang curam. Dan lahan yang sebagian besar adalah semak dan pepohonan serta tidak tertata rapi juga dikonversi menjadi area tanaman buah. Pada spot yang berada dekat dengan area konservasi tanah ini jenis buah-buahan yang ditanam di antaranya pisang, belimbing, jambu, rambutan, durian dan jeruk. Untuk tanaman pisang (Musa sp.) dengan jarak tanam 3x3 m, pisang ini berguna untuk tanaman yang akan digunakan sebagai kultur jaringan. Untuk tanaman belimbing (Averrhoa carambola L.) ditanam dengan jarak tanam 5x5m. Luasan lahan belimbing sebesar 3800 m2 dengan jarak tanamn 5x5 m maka akan dihasilkan tanaman belimbing sebanyak 152 buah. Untuk tanaman jambu (Psidium guajava) ditanam dengan jarak tanam 3x2 m. Dan untuk tanaman jeruk
148
(Citrus sp.) ditanam dengan jarak tanam 6x6 m. Untuk tanaman rambutan (Nephelium lappaceum) ditanam dengan jarak 12x12 m. Dan untuk tanaman durian (Durio zibethinus) ditanam dengan jarak tanam 10x10 m. Pada tempat ini terdapat pos jaga yang berguna untuk kenyamanan pengunjung dalam berwisata di ruang ini. Pada spot yang terletak di dekat area konservasi air tanamannya antara lain adalah mangga dan nangka. Tanaman mangga dan nangka. Tanaman mangga (Mangifera indica) ini ditanam dengan jarak tanam 5x5 m. Dan untuk tanaman nangka (Artocarpus heterophyllus Lamk) ditanam dengan jarak tanam 4x6 m. Sama seperti pada ruang wisata pertanian sayuran, setiap petak tanaman di ruang wisata pertanian buah-buahan terdapat jalur interpretasi bagi pengguna tapak selebar 0,8 m. 7.1.7. Ruang Wisata Tanaman Obat Ruang wisata pertanian tanaman obat ini terdapat pada spot di selatan area peternakan. Tanaman obat yang dikembangkan sesuai dengan kebutuhan PT. DaFa Teknoagro Mandiri seperti jarak pagar, kumis kucing, sambung nyawa dan lidah buaya. Untuk tanaman jarak pagar (Jatropha curcas) ditanam dengan jarak tanam 2x2 m dan manfaatnya antara lain untuk bahan obat dan kosmetik serta ampas bijinya merupakan sumber pupuk organik dan dapat digunakan sebagai pakan ternak. Untuk tanaman kumis kucing (Orthosiphon spicatus) ditanam dengan jarak tanam 40x40 cm dan berkhasiat untuk meluruhkan batu ginjal, menurunkan kadar gula darah, rematik, anti radang dan melancarkan air seni. Untuk tanaman sambung nyawa (Gynura procumbens (Lour.) Merr.) ditanam dengan jarak tanam 20x20 cm dan berkhasiat anti bakteri, obati jantung, radang tenggorokan, batuk, sinusitis, polip, amandel. Untuk tanaman lidah buaya (Aloe vera) ditanam dengan jarak tanam 100x75 cm dengan sistem zigzag dan mempunyai khasiat yaitu mengobati cacingan, susah buang air kecil, penyubur rambut, mengobati luka bakar, bisul, jerawat, batuk dan radang tenggorokan. Lidah buaya ini juga diolah untuk usaha produktif yang dikelola oleh PPDF. Pada ruang ini juga terdapat pos jaga untuk menambah kenyamanan pengunjung saat berwisata.
149
7.1.8. Ruang Wisata Tanaman Aromatik Ruang wisata pertanian tanaman aromatik ini berada dekat dengan area peternakan untuk menghalau bau tidak sedap dari kandang ternak. Oleh sebab itu pemilihan tanamannya selain berfungsi sebagai aromatik, bisa juga berfungsi produksi seperti kayu manis, cempaka dan melati. Untuk tanaman kayu manis (Cinnamomum burmanii) ditanam dengan jarak tanam 4x4 m. Untuk tanaman cempaka (Michelia champaca L.) ditanam dengan jarak tanam 4x4 m dengan bunga yang berbau sangat harum. Untuk tanaman melati (Jasminum sambac) ditanam dengan jarak tanam 1x1,5 m. Pada area ini juga terdapat pos jaga untuk memudahkan pengunjung dalam berwisata. Penambahan lahan baru bagi tanaman aromatik ini terdapat di area dekat peternakan, di bagian tenggara bukit Darul Fallah. Rumah karyawan diubah fungsinya menjadi gudang peralatan pertanian yang digunakan untuk keperluan pengolahan pertanian dan penyimpanan peralatan pertanian. Gudang peralatan pertanian diletakkan agar dekat dengan jalur jalan untuk memudahkan transportasi yaitu berhubungan langsung dengan area peternakan yang dapat dimasuki oleh kendaraan bermotor seperti truk untuk mengangkut hewan ternak. Gudang peralatan pertanian ini mempunyai luasan 5,6x11 m. Tentunya dengan penambahan peralatan untuk kebutuhan pengolahan pertanian dan alat-alat pertanian. 7.1.9. Ruang Wisata Tanaman Hias Ruang wisata pertanian tanaman hias ini sebagian sudah dikembangkan sebelumnya di PT. DaFa Teknoagro Mandiri oleh sebab itu pemilihan tanaman disesuaikan dengan yang telah diusahakan di tapak sebelumnya. Diantaranya adalah iris (Iris sp), simbang darah (Iresine herbstii), lidah mertua (Sanseviera trifasciata), krokot (Althernantera ficoides), lili paris (Chlorophytum comosum), puring (Codiaeum variegatum). Selain itu juga terdapat tambahan beberapa jenis tanaman hias diantaranya, sri rezeki (Aglaonema), daun bahagia (Dieffenbachia sp), daun pilo (Philodendron sp), asparagus (Asparagus sp), bromelia (Bromelia sp), maranta (Calathea sp), Euphorbia sp, sutra bombay (portulaca grandiflora), gerbera (Gerbera jamesonii), bakung (Crinum sp), dan jengger ayam (Celosia sp).
150
Tanaman-tanaman ini ditanam di polybag sehingga perlu penataan dalam penempatannya. Rata-rata tanaman hias ini memerlukan penaung sehingga tidak terkena matahari secara langsung dan sangat sesuai bagi tanaman yang memerlukan cahaya tersaring. Oleh sebab itu pada ruang wisata tanaman hias ini terdapat pohon-pohon peneduh yang memberi kesan alami sebagai elemen penaung untuk menaungi tanaman hias yang memerlukan penaung. pohon peneduh yang digunakan pada ruang wisata tanaman hias ini diantaranya pohon ketapang (Terminalia cattapa), dan flamboyan (Delonix regia). 7.1.10.
Ruang Wisata Pembibitan dan Nursery Area entrance pada ruang laboratorium kultur jaringan mengalami
perubahan sehingga pengguna tapak masuk melalui ruang penerimaan utama sebagai tempat interpretasi awal. Penambahan plaza pada bangunan laboratorium ini digunakan untuk menampilkan tanaman-tanaman dalam pot hasil kultur jaringan sebagai pembatas dan juga sebagai tempat untuk pelatihan. Plaza ini terbuat dari paving dengan bentuk setengah lingkaran agar menghilangkan kesan kaku pada bangunan laboratorium ini dan terdapat atap untuk menghalau sinar matahari dan hujan pada saat melakukan aktivitas. Tempat pelatihan juga dapat dilakukan di dalam bangunan laboratorium kultur jaringan sesuai dengan program pelatihan. Nursery di ruang pembibtan ini digunakan untuk tempat tanaman hasil kultur jaringan dan juga tanaman-tanaman yang dibudidayakan untuk keperluan kultur jaringan. Di antaranya adalah jati kencana fast growing, mahoni (Swietenia mahagoni), mahkota dewa (Phaleria macrocarpa), nilam (Pogostemon cablin), zodia dan salam (Eugenia aperculata). Bangunan laboratorium ini tetap mempertahankan yang ada namun dengan perbaikan fasilitas-fasilitas, seperti cat tembok yang mengelupas maupun penataan tempat karyawan pada lantai satu sehingga pengunjung nyaman melakukan aktivitas wisata di area ini. Pada ruang pembibitan ini terdapat dua buah rumah kaca, salah satunya untuk menempatkan tanaman anggrek dan tanaman bunga potong lainnya seperti krisan (Chrysanthemum morifolioum) pada satu rumah kaca. Dan rumah kaca yang lain menempatkan ruang untuk teknik hidroponik sayuran. Dalam rumah kaca, anggrek berisi berbagai macam jenis tergantung dari selera konsumen
151
terhadap mutu bunga potong anggrek dipengaruhi dan ditentukan oleh produsen dan trend luar negeri. Pada saat ini anggrek yang dominan disukai masyarakat adalah jenis Dendrobium (34%), diikuti oleh Oncidium Golden Shower (26%), Cattleya (20%) dan Vanda (17%) serta anggrek lainnya (3%). Pemilihan warna bunga
anggrek
yang
dikonsumsi
banyak
dipengaruhi
oleh
maksud
penggunaannya. Pada hari Natal warna bunga yang disukai didominasi oleh warna putih; pada hari Imlek disukai warna merah, pink dan ungu; untuk keperluan ulang tahun banyak digunakan warna lembut, seperti putih, pink, ungu, sedangkan untuk menyatakan belasungkawa umumnya digunakan warna kuning dan ungu (Suryana dkk, 2005). 7.1.11. Ruang Wisata Tanaman Perkebunan Ruang wisata tanaman perkebunan terdapat di selatan tapak. Area ini memanfaatkan tanaman perkebunan yang telah ada di tapak, diantaranya kakao (Theobroma cacao) seluas 4.580 m2 yang terletak di sekitar daerah konservasi air (selokan) dan kopi (Coffea sp) seluas 2.994 m2 yang terletak di sekitar daerah konservasi tanah. Jarak tanam untuk tanaman kakao (Theobroma cacao) ini adalah 1,5x1,5 m. Jarak tanam untuk tanaman kopi (Coffea sp) yaitu 2,5x2,5 m. Pada ruang perkebunan ini juga terdapat empat buah saung untuk beristirahat dan pos jaga yang terletak di sekitar jalan setapak sehingga memudahkan pengunjung yang berada di ruang ini. 7.1.12. Ruang Wisata Peternakan Pada ruang peternakan, kandang kambing dan rumah penjaganya dialokasikan hingga menjadi satu garis lurus dengan kandang sapi perah. Hal ini dimaksud untuk mengefektifkan lahan sehingga kandang kambing dapat terlihat langsung oleh pengunjung. Reservoir air juga diperbesar untuk menyalurkan air ke seluruh tapak, yaitu seluas 20x10 m. Penambahan vegetasi pereduksi bau yang berasal dari kandang juga ditambahkan pada area ini dengan penataan tanaman sehingga kesan estetis dapat dihadirkan di area ini. Pembuatan plaza pada area peternakan ini juga dimaksud untuk menutupi tanah apabila becek akan semakin menambah aroma tak sedap pada area ini oleh sebab itu plaza ini terbuat dari gravel. Dan juga sebagai penghubung antara fasilitas yang ada di area peternakan ini. Pada area peternakan ini tempat parkir
152
sebelumnya tidak ada sehingga mobil maupun motor karyawan diparkir secara sembarangan dan menimbulkan ketidak aturan di area ini, maka pembuatan tempat parkir sangat penting agar lahan yang ada dapat digunakan seefektif mungkin. Tempat parkir mobil dan motor karyawan berada di depan kantor pengelola peternakan sedangkan tempat parkir truk pengangkut hewan ternak berada di depan kandang sapi potong yang berada dekat area pertanian, sehingga kebutuhan transportasi untuk pertanian dapat sekaligus dilakukan. Standarisasi tempat parkir sama dengan tempat parkir pada area penerimaan namun untuk parkir motor tidak menggunakan atap dan untuk pakir mobil berbentuk 900. Daya tampung tempat parkir ini yaitu empat buah mobil, enam buah motor dan tiga buah truk. Tempat pengolahan hasil limbah ternak yang ada di ruang peternakan ini diperbaiki bangunan dan fasilitasnya agar dapat dimanfaatkan dengan maksimal. Selain pengolahan limbah hasil ternak yang dapat dimanfaatkan untuk biogas, juga dapat dibuat pengolahan limbah untuk kompos dari sisa-sisa tanaman maupun kotoran ternak sehingga output (kotoran ternak dan sisa-sisa tanaman) dapat dimanfaatkan dengan maksimal. Tempat untuk pelatihan di ruang peternakan ini terletak di ruang interpretasi utama yaitu di sebelah tempat pengolahan hasil ternak karena letaknya berdekatan. Pada area ini terdapat fasilitas untuk mengadakan pelatihan berbentuk seperti pendopo yang digunakan untuk tempat berkumpul maupun mengadakan acara seperti pelatihan pertanian. Ruang peternakan dapat dilihat pada gambar 54. 7.1.13. Ruang Lahan Hijauan Ternak Pada lahan hijauan ternak yang berisi rumput gajah var. King grass yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan pakan ternak. Hijauan ternak ini berguna sebagai
serat
kasar
untuk
memperlancar
dan
mengoptimalkan
proses
pencernaannya. Oleh karena itu, pemberian hijauan sangat dibatasi oleh batas tertentu yang tidak akan mengganggu proses pencernaan.
153
154
Berdasarkan perhitungan kebutuhan hijauan untuk ternak, maka dengan luasan rumput 23.651 m2 yang ada di tapak menghasilkan rumput sebesar 89,4 ton dalam sekali panen. Jika dilihat dari kebutuhan pakan seluruh ternak pada tabel 10, maka rumput tersebut tidak mencukupi oleh sebab itu pemanfaatan lahan yang ada digunakan seefisien mungkin dan kekurangan yang ada dapat dibeli dari luar PPDF sehingga kebutuhan pakan ternak dapat tercukupi. Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi produktivitas hijauan antara lain adalah kepadatan tanaman, waktu pemotongan pertama, tinggi pemotongan dan frekuensi pemotongan (ELLA et al.,dalam Prasetyo, 2004). Umur tanaman pada saat pemotongan sangat berpengaruh terhadap kandungan gizi. Umumnya makin tua umur tanaman pada saat pemotongan makin berkurang kadar protein dan sebaliknya kadar serat kasar makin tinggi (Webster dan Wilson dalam Prasetyo, 2004) Penanaman rumput gajah dilakukan dengan metoda perbanyakan vegetatif. Cara yang umum diterapkan adalah dengan stek batang dan memecah anakan. Cara stek batang memungkinkan perbanyakan dengan lebih cepat, namun agak sedikit lebih lambat pertumbuhannya dibandingan dengan cara anakan atau pols. Pola tanam rumput gajah ini menggunakan pola monokultur dan lebih rapat. Hal ini berkaitan dengan treatment dan perawatan yang optimal yang akan diberikan. Jarak tanam dalam barisan berkisar 70-100 cm dan jarak antar barisan 70-100 cm (Manglayang Farm, 2006). Dengan arah penanaman utara ke selatan untuk mendapatkan produktivitas tanaman yang tinggi dan pola penanaman searah dengan lereng untuk mengurangi bahaya erosi. Untuk mendapatkan hasil dan ketahanan tinggi, rumput ini ditanam dengan pengairan yang teratur dan pemupukan yang cukup. Pemupukan yang banyak diterapkan biasanya bila rumput sering dipotong / dipanen. Pada musim penghujan secara umum rumput gajah sudah dapat dipanen pada usia 40 - 45 hari. Sedangkan pada musim kemarau berkisar 50 - 55 hari. Lebih dari waktu tersebut, kandungan nutrisi semakin turun dan batang semakin keras sehingga bahan yang terbuang (tidak dimakan oleh ternak) semakin banyak. Untuk panen pertama setelah tanam, dapat dilakukan setelah rumput berumur
155
minimal 60 hari. Apabila terlalu awal, tunas yang tumbuh kemudian tidak sebaik yang di panen lebih dari usia 2 bulan (Manglayang Farm, 2006). 7.1.6. Ruang Wisata Perikanan Pada ruang wisata perikanan ini dilakukan cut and fill untuk menambah fasilitas-fasilitas penunjang wisata dan mempermudah aktivitas di lahan percobaan ini. Cut and fill dilakukan seluas 4562 m2, mulai dari ruang wisata tanaman buah hingga ruang perikanan. Penambahan fasilitas ini didasarkan kepada kebutuhan ruang untuk menyediakan tempat yang aman dan nyaman untuk melakukan aktivitas wisata. Fasilitas yang ditambahkan adalah pedestrian dan saung pancing. Dengan adanya saung di sekitar kolam pemancingan ini maka akan memudahkan pengunjung untuk memancing ikan. Selain itu untuk memudahkan pengunjung berwisata maka terdapat fasilitas berupa tempat penyewaan peralatan untuk kebutuhan memancing yang terdapat di area pelayanan di sekitar area perikanan ini. Pada area kolam pemancingan terdapat saung pemancingan yang berjumlah tiga buah dan berukuran 4x2 m yang terletak di pinggir kolam pemancingan, sedangkan untuk kolam budidaya terdapat satu buah saung seperti di pinggir kolam pemancingan untuk membedakan fungsi kolam bagi pengunjung yang akan berwisata selain adanya papan informasi mengenai perbedaan fungsi kolam ini. Di area perikanan ini juga terdapat saung istirahat seluas 3x3 m yang berjumlah tiga buah dengan peletakkan sesuai arah view yang berbeda, yaitu view ke arah petak kolam ikan, view ke arah lahan percobaan dan sawah milik masyarakat setempat, dan yang terakhir view ke arah lahan sayuran dengan latar gunung kapur. Saung istirahat ini digunakan untuk beristirahat sambil menikmati pemandangan ataupun makan dan minum karena di ruang perikanan ini terdapat fasilitas pelayanan berupa rumah makan. Pada area kolam budidaya hanya terdapat pedestrian berupa paving selebar 2 m, yang digunakan untuk menghubungkan tapak dengan ruang sekitarnya. Untuk aktivitas di area ini dapat dilakukan di pinggir kolam budidaya, sehingga tidak ada pola konsentrasi massa pada area ini. Fasilitas di ruang wisata perikanan dapat dilihat pada gambar 55.
156
157
7.1.6. Lahan Percobaan Lahan percobaan berupa sawah digunakan untuk praktek menanam padi bagi pengunjung yang ingin mencoba hal baru khususnya bagi anak-anak TK untuk mengenal cara menanam padi sejak kecil. Dengan mengetahui dan mempraktekkan cara menanam padi diharapkan pengunjung bisa lebih menghargai hasil produk pertanian ini. Di pinggir lahan percobaan juga terdapat empat buah saung berukuran 4x2 m, untuk pengunjung yang melakukan aktivitas di lahan percobaan, selain itu terdapat tempat pancuran untuk pengunjung yang telah selesai melakukan aktivitas di lahan percobaan ini. 7.1.7. Ruang Rekreasi Outbond Ruang rekreasi aktif ini digunakan untuk area piknik, berkemah dan outbond sehingga fasilitas yang ada menunjang aktivitas rekreasi tersebut seperti pada area perkemahan terdapat lahan camping, dapur umum, kamar mandi, warung dan pusat informasi. Untuk warung dan dapur umum terdapat pada satu bangunan untuk mengefisienkan tempat. Sedangkan untuk bangunan kamar mandi sekaligus digunakan untuk ruang ganti baju bagi pengunjung area outbond sehingga peletakkannya berdekatan dengan area outbond. Pada area rekreasi outbond ini vegetasi eksisting tetap dipertahankan. Untuk aktivitas piknik, bermain dan bersantai disediakan lahan terbuka hijau sehingga pengunjung bebas menggunakan area ini untuk aktivitas tersebut. Pada area outbond terdapat enam saung untuk tempat beristirahat sejenak dari aktivitas yang telah dilakukan. Tiga saung di antaranya berada di dekat fasilitas outbond, dan yang lain berada di sekitar fasilitas pelayanan di area perkemahan karena di area ini terdapat good view ke arah Gunung Kapur. Fasilitas outbond yang ada di antaranya arena tali (tinggi/rendah), web climbing, jembatan goyang, panjat tali dan canopy trail. 7.1.8. Ruang Rekreasi Religi Ruang rekreasi religi ini mendukung tapak sebagai tempat agrowisata yang berada di lingkungan pesantren dengan nuansa agamis yang kuat. Oleh sebab itu ruang rekreasi ini dibuat senyaman mungkin untuk menunjang aktivitas di ruang tersebut. Aktivitasnya sendiri dilakukan di pendopo, dengan penataan tanaman dan kolam ikan di sekitarnya sehingga kesan alami dan natural seperti yang ada di pedesaan (berhubungan dengan konsep agrowisata) dapat tercapai. Penambahan
158
elemen air dalam bentuk kolam ikan di area ini menambah kesan sejuk dan tenang, sehingga dapat menunjang aktivitas kontemplasi. Penataan tanaman sebagai barrier dengan area di sekitarnya sangat penting diperhatikan untuk menciptakan ruang yang private sehingga aktivitas di ruang ini tidak terganggu. Ruang rekreasi religi dapat dilihat pada gambar 56. Penempatan fasilitas pada lokasi yang tepat sangat penting diperhatikan sehingga dapat berfungsi secara maksimal. Penggunaan bahan serta bentuk bangunan fasilitas juga perlu diperhatikan yaitu bahan dan bentuk yang akrab dengan alam atau bernuansa pedesaan, karena dapat memperkuat karakter dan konsep agrowisata yang diharapkan. Berikut ini adalah rencana fasilitas pada tabel 14 dan utilitas pada tabel 15 yang akan ditempatkan pada tempat wisata pertanian PPDF berdasarkan konsep ruang dan aktivitas. Dan perspektif keseluruhan tapak dapat dilihat pada gambar 57.
159
160
Gambar 57. Perspektif Keseluruhan Sektor II Pesantren Pertanian Darul Fallah
161
Tabel 14. Rencana Fasilitas di Sektor II PPDF Fasilitas
Lokasi
Pintu Gerbang
Bagian depan Tapak Bagian belakang tapak dekat area perikanan 10 m2/mobil
Parkir pengunjung - Sepeda Motor - Kendaraan pribadi - Bus Parkir Karyawan - Sepeda motor - Kendaraan pribadi - Truk Loket tiket Pusat Informasi
Gedung Pengelolaan Rumah kaca Saung
Saung Istirahat Toilet
Mushola
Canopy trail
Menara pandang Dapur Umum Area Kemah Pos jaga
Area peternakan
Standar Ruang
Dimensi 10 m
100 motor 108 m2 29 mobil 3.000 m2
60 m2/bus
4 bus
260 m2
10 m /mobil
6 motor 4 mobil
12 m2 40 m2
32,4 m2/truk -
3 truk 1 buah
100 m2 28 m2
-
1 buah
416 m2
-
1 buah
416 m2
-
2 buah
125 m2
1,5 m2/orang
13 buah
52 m2
1,5 m2/orang
9 buah
81 m2
2 m2/orang
30 buah
86,5 m2
2 m2/orang
3 buah
112 m2
0,8 m2/orang
2 buah
43,4 m2
1,5 m2/orang
1 buah
40 m2
1 buah
27 m2
728 orang 4 buah
7.280 m2 42 m2
2
Area Penerimaan Area interpretasi awal Area Pelayanan Area Tanaman hias Menyebar di area pemanfaatan Lahan percobaan Menyebar di area pemanfaatan Area perkebunan, perikanan dan rekreasi Area Konservasi dan outbond Area konservasi Area perkemahan Area rekreasi Menyebar
Jumlah/ Kapasitas 2 pintu
10 m2/orang -
162
Fasilitas
Lokasi
Saung pemancingan Tempat makan Gudang peralatan pertanian Tempat pengolahan hasil ternak Kios Cinderamata Kandang ternak
Area perikanan
Standar Ruang
Dimensi
-
Jumlah/ Kapasitas 4 buah
Area perikanan Area perkebunan Area Pelayanan
-
1 buah 1 buah
96 m2 61,6 m2
-
1 buah
163 m2
Area pelayanan Area peternakan Papan nama Bagian depan tapak dan jalan raya Papan penunjuk Menyebar di arah area pemanfaatan Papan interpretasi Ruang penerimaan
-
2 buah
98 m2
3 buah
2545,6 m2
-
2 buah
-
-
9 buah
-
-
2 buah
-
64 m2
Sumber: Harris dan Dines (1988) dengan penyesuaian
Tabel 15. Rencana Utilitas di Sektor II PPDF Utilitas Listrik Jaringan Komunikasi Penangkal Petir Air irigasi Pengolahan Limbah
Air bersih
Lokasi Menyebar Menyebar Pada Bangunan di area pengelolaan Di petak kebun dan rumah kaca Sekitar kandang dan area pengelolaan Air
Toilet, Mushola, Rumah makan, Ruang pengelolaan, kandang
Sumber PLN Operator telekomunikasi air sungai dan sumur pompa Kandang dan limbah pertanian
air sungai dan sungai pompa
Dimensi/Kuantitas 14 buah 20 buah Kotoran ternak menjadi pupuk Limbah pertanian menjadi pakan ternak 16 buah
163
7.1.
Rencana Aktifitas Wisata yang akan dikembangkan di tapak terdiri dari wisata pertanian,
rekreasi umum dan rekreasi rekreasi khusus. Wisata pertanian rekreasi umum dan rekreasi khusus yang akan diterapkan pada tapak sesuai dengan kesesuaian pengembangan ruang yang telah dihasilkan dari analisis. Pelatihan pertanian juga dilakukan di tapak dengan pembatasan antara aktivitas wisata dengan aktivitas pelatihan sesuai dengan program yang dikembangkan oleh pihak pengelola sehingga kedua aktivitas ini tidak saling mengganggu. 7.2.1. Wisata Pertanian 7.2.1.1.Wisata Tanaman Sayuran Wisata tanaman sayuran ini dialokasikan di tiga ruang yaitu berdekatan dengan loket tiket, lalu daerah yang bersebelahan dengan ruang perikanan dan di rumah kaca. Area praktikum santri termasuk dalam rencana ruang agrowisata sayuran ini karena sesuai dengan bahan mata pelajaran yang diajarkan. Letak area praktikum santri ini pun tidak berada di pusat kegiatan wisata agar aktivitas praktikum santri tidak terganggu pada saat waktu kunjungan wisatawan. Aktivitas yang dilakukan di agrowisata sayuran ini adalah melihat kebun sayuran, serta menanam dan memanen sayuran apabila waktunya telah tiba. Pada rumah kaca ini juga mempelajari teknik hydroponik pada sayuran mulai dari persiapan media semai hingga pemanenan. 7.2.1.2.Wisata Tanaman Hias Wisata tanaman hias ini berada berdekatan dengan jalur sirkulasi utama untuk menarik perhatian pengunjung saat memasuki tapak. Aktivitas yang dapat dilakukan di ruang wisata tanaman hias ini adalah mempelajari berbagai jenis tanaman hias, mempraktekkan perbanyak tanaman dan mengenal pembibitan tanaman seperti menanam benih, menyetek, mencangkok, mengokulasi, menyambung, dan menyilangkan tanaman. Serta mengetahui berbagai jenis media campuran tanah-pasir, kompos, pakis, daun bambu, pupuk kandang, zeolit. 7.2.1.3.Wisata Tanaman Buah Wisata tanaman buah yang dilakukan di area
tanaman buah ini di
antaranya jalan-jalan berkeliling kebun, berfoto, piknik di dalam kebun buah sambil menikmati pemanenan buah.
164
7.2.1.4.Wisata Tanaman Obat Wisata tanaman obat ini berada di bagian selatan ruang peternakan. Aktivitas yang dapat dilakukan di agrowisata tanaman obat ini adalah kunjungan di kebun koleksi tanaman obat serta mempelajari jenis tanaman obat dan khasiatnya. 7.2.1.5.Wisata Tanaman Aromatik Wisata tanaman aromatik dialokasikan bersebelahan dengan area peternakan untuk menghalau aroma yang tidak sedap dari peternakan yang akan mengganggu aktivitas wisata di tapak perencanaan. Aktivitas yang dapat dilakukan di agrowisata tanaman aromatik ini adalah kunjungan di kebun koleksi tanaman aromatik dan mempelajari jenis tanaman aromatik. 7.2.1.6.Wisata Tanaman Perkebunan Wisata perkebunan dialokasikan di dua tempat dan untuk dua tanaman perkebunan saja. Aktivitas yang dapat dilakukan di agrowisata perkebunan ini adalah kunjungan di kebun koleksi dan mempelajari tanaman perkebunan tersebut budidaya tanaman perkebunan ini. 7.2.1.7.Wisata Peternakan Wisata peternakan yang ada pada tapak adalah sapi perah, sapi potong, dan kambing. Aktivitas wisata yang dapat dilakukan di peternakan ini adalah mempelajari pembibitan buatan (inseminasi buatan) pada sapi; memberi makan ternak; mempelajari dan ikut mempraktekkan proses memerah susu; mempelajari cara pengolahan produk susu seperti yoghurt; mempelajari teknik biogas untuk menghasilkan listrik dengan bahan dasar kotoran sapi. 7.2.1.8.Wisata Perikanan Aktivitas yang dapat dilakukan pada wisata perikanan antara lain atraksi memberi makan ikan di kolam budidaya dan memancing di kolam pemancingan ikan. 7.2.1.9.Wisata Lahan Hijauan Ternak Wisata lahan hijauan ternak ini terletak di sebelah peternakan, aktivitas yang dapat dilakukan di antaranya kunjungan dan mempelajari hijauan ternak yang tepat untuk hewan ternak dan komposisinya.
165
7.2.1.10. Wisata Pembibitan Aktivitas yang dilakukan di laboratorium kultur jaringan dan area pembibitan di antaranya melihat pembibitan, mengenal dan mempelajari teknik kultur jaringan serta mempelajari cara perbanyakan tanaman. 7.2.1.11. Wisata Kehutanan Wisata yang dapat dilakukan di ruang konservasi tanah (kehutanan) ini bersifat pasif seperti melihat pemandangan di menara pandang dan canopy trail. Mengenal pohon-pohon kehutanan dan konservasi, melalui pelabelan pohon. 7.2.1.12. Wisata di Lahan Percobaan Wisata yang dapat dilakukan di lahan percobaan berupa sawah di antaranya ikut mengolah sawah, menanam padi, menikmati pemandangan. 7.2.2. Rekreasi Umum Rekreasi umum yang dapat dilakukan di tapak yang merupakan alternatif kegiatan wisata selain wisata pertanian adalah berkemah di area perkemahan, piknik, photo hunting, jogging, dan outbond. Selain itu aktivitas rekreasi juga dapat dilakukan di area konservasi air berupa berjalan di sepanjang sempadan sungai Cinangneng yang telah diarahkan dengan menggunakan jalur sirkulasi mulai dari pintu masuk Sektor II PPDF lalu mencapai stoping area untuk melihat pemandangan menghitung debit air sungai di sekitar Muara Darul Fallah ini, kemudian perjalanan dilanjutkan hingga ke ruang rekreasi outbond. 7.2.3. Rekreasi Khusus Rekreasi khusus yang ada di tapak berupa rekreasi religi untuk memfasilitasi pengunjung dalam aktifitas yang bersifat kerohanian sesuai dengan suasana pesantren yang agamis. Pada ruang rekreasi religi ini pengunjung dapat melakukan kegiatan keagamaan seperti mengadakan pengajian, beribadah, kontemplasi maupun tafakur alam di tempat terbuka. 7.2.4. Pelatihan Pertanian Pelatihan pertanian yang diselenggarakan di tempat wisata pertanian PPDF ini dimaksud untuk mengembangkan keterampilan bagi kelompok-kelompok tani yang memang ingin meningkatkan taraf hidup dengan pelatihan yang diberikan oleh ahli di Tempat Wisata pertanian PPDF ini. Pembayaran tiket untuk
166
pelaksanaan pelatihan ini pun berbeda dengan tiket wisata pertanian, sehingga para peserta hanya dibebani oleh pembayaran konsumsi saja. Pelatihan ini berguna sebagai amal jariah bagi pesantren karena memberikan pengetahuan kepada kelompok-kelompok tani, yang apabila dimanfaatkan ilmunya maka pesantren pun turut meningkatkan taraf hidup para petani yang mengikuti pelatihan, yang saat ini masih di bawah garis kemiskinan dengan pengenalan teknologi-teknologi pertanian maupun proses pertanian yang benar. Pelatihan ini difokuskan pada kultur jaringan dan penggemukan sapi, karena kedua program ini dapat dikatakan cukup berhasil sebelumnya, sehingga apabila kelompok-kelompok tani ini belajar menambah pengetahuan dan keterampilan mereka tentang hal ini dan diterapkan di mata pencahariannya, maka berangsur-angsur taraf hidup mereka semakin membaik. Pelatihan pertanian ini juga ditujukan bagi para peminat yang ingin mempelajari cara budidaya tanaman maupun sebagai hobi. Sebagai salah satu lembaga yang bergerak di bidang pendidikan, dakwah dan pengembangan masyarakat, maka PPDF telah memiliki fasilitas untuk menunjang kegiatan pengembangan masyarakat ini khususnya pelatihan. Diantaranya penginapan untuk pelatihan dengan fasilitas 15 kamar penginapan dengan kapasitas 60 orang yang terdapat di Sektor I PPDF. 7.3. Rencana Sirkulasi Rencana sirkulasi yang dikembangkan pada tapak mempertahankan sirkulasi yang ada dan juga penambahan jalur sirkulasi pada daerah yang belum ada jalur sirkulasinya. Pengembangan jalur sirkulasi ini ditujukan untuk pengguna tapak baik bagi pengunjung, pengelola dan santri. Jalur sirkulasi di Sektor II PPDF ini berfungsi untuk wisata bagi para pengunjung, pemeliharaan bagi pihak pengelola dan pendidikan bagi santri sebagai tempat praktikumnya. Jalur sirkulasi ini menghubungkan satu objek wisata dengan objek wisata lain yang ada di tapak dan jalur sirkulasi ini terdiri atas tiga jalur sebagai berikut dengan penggunaan berbeda:
167
7.3.1. Jalur Primer Jalur ini merupakan jalur sirkulasi utama yang digunakan oleh pengguna tapak untuk masuk ke dalam tapak. Jalur ini berupa jalan beraspal untuk kendaraan dan pedestrian yang menghubungkan antara loket tiket dengan area masuk ke ruang penerimaan utama hingga area parkir. Jalur ini akan diperlebar dari jalan yang telah ada yaitu selebar 7 m untuk pedestrian dan dua jalur kendaraan dengan dua arah. Dengan pedestrian selebar 0,8 m dan jalur kendaraan 6,2 m. Semakin mendekati arah pintu masuk maka jalur akan melebar hingga 10 m untuk mengantisipasi dua bus dari arah yang berlawanan. Jalur primer ini juga terdapat di area pelayanan di stoping area dekat laboratorium kultur jaringan yang berguna bagi kendaraan yang akan masuk ke ruang ini. Jalur ini hanya dikhususkan untuk mobil dan motor karena mempunyai lebar 4,5 m dan jalur ini mempunyai pola loop atau memutar. 7.3.2. Jalur Sekunder Jalur sekunder yang diperuntukkan bagi pejalan kaki untuk menghubungkan dari objek wisata yang satu dengan objek wisata yang lain. Jalur yang dilapisi paving ini berbeda lebarnya sesuai dengan kebutuhan ruang wisata. Pada lahan pertanian, perkebunan, kehutanan dan perikanan jalur sirkulasi ini mempunyai lebar 2 m sedangkan jalur sirkulasi yang berada di area pertanian dekat loket tiket mempunyai lebar 1 m karena sesuai dengan kebutuhan ruang. Pada jalur sekunder ini juga ditujukan untuk jalan traktor bagi lahan pertanian, perkebunan. Jalur traktor ini masih dalam satu jalur yang sama dengan jalur pedestrian, karena untuk efisiensi lahan, serta dengan pertimbangan bahwa penggunaan traktor ini tidak sering sehingga tidak akan mengganggu aktivitas wisata. Sedangkan pada area sempadan sungai jalur sirkulasi ini mempunyai lebar 1,6 m untuk membatasi aktivitas pada area ini karena termasuk area konservasi di tapak. Di sepanjang jalur sirkulasi primer juga terdapat jalur sirkulasi sekunder untuk pejalan kaki dan mempunyai lebar 0,8 m. 7.3.3. Jalur Interpretasi Untuk jalur interpretasi pada tapak berupa jalur yang terdapat dalam petak lahan pertanian maupun perkebunan. Jalur selebar 0,8 m ini membatasi antara petak yang satu dengan petak yang lain. Karena berada di dalam lahan pertanian
168
dan perkebunan maka jalur sirkulasi ini tidak menggunakan material sebagai penutupnya agar tidak mengganggu pertumbuhan tanaman. Kondisi tapak yang memiliki jalur yang panjang ini berpotensi menyebabkan kelelahan bagi pengunjung, sehingga pada spot-spot tertentu disediakan stoping area berupa fasilitas saung untuk duduk dan bersantai. Fasilitas ini berfungsi memperkuat konsep agrowisata itu sendiri yaitu sebagai tempat untuk beristirahat bagi pengunjung sebelum melakukan perjalanannya kembali. Berikut ini adalah tabel yang menunjukkan rencana sirkulasi beserta luasan, bahan material dan lokasi penempatannya. Tabel 16. Rencana sirkulasi dalam Tempat Wisata Pertanian PPDF Sirkulasi
Pengguna
Panjang Total (m)
Lebar Material (m)
16
10
Kendaraan
329
6,2
Jalur Kendaraan Kendaraan Jalur Sekunder Pedestrian Pejalan kaki
129
4,5
Aspal Hot mix
366
0,8
Paving
Jalur Primer Kendaraan Entrance Jalur Utama
Aspal Hot mix Aspal Hot mix
Pedestrian
Pejalan kaki
3.180
2
Paving
Pedestrian
Pejalan kaki Pejalan kaki Traktor
150
1
Paving
501
1,6
Paving
1.338
2
Paving
-
0,8
-
Pedestrian Traktor
Jalur Interpretasi Pedestrian Pejalan kaki
Penempatan
Jembatan hingga tempat tiket masuk Area sepanjang jalur kendaraan hingga tempat parkir dan jalur masuk ke area peternakan Sepanjang jalur masuk ke ruang penerimaan utama Sepanjang jalur kendaraan, hingga ke ruang penerimaan utama Lahan pertanian, kehutanan, perkebunan dan perikanan Lahan pertanian di dekat loket tiket Sepanjang sempadan sungai Lahan pertanian dan perkebunan Jalur dalam petak lahan pertanian dan perkebunan
169
7.4.
Rencana Tata Hijau Rencana tata hijau yang dikembangkan di tapak tentunya harus memperkuat
konsep agrowisata itu sendiri, sehingga pemilihan tanaman tidak hanya berdasarkan karakteristik tapak tetapi juga berdasarkan fungsi dan estetikanya yang dapat menunjang konsep agrowisata. Berdasarkan konsep tata hijau yang telah disusun sebelumnya, rencana tata hijau ini dibagi menjadi tata hijau yang memiliki fungsi produksi, estetika, arsitektural dan fungsi konservasi. 7.4.1. Tata Hijau Produksi Tata hijau produksi yang ada di tapak tentunya menjadi fokus dari agrowisata ini, selain sebagai objek dan atraksi wisata, hasil panen maupun olahan dari tata hijau produksi ini dapat menarik perhatian pengunjung dan bernilai ekonomis tinggi. Tanaman yang akan dikembangkan sesuai dengan kebutuhan ruang, di antaranya pada lahan pertanian, perkebunan, lahan konservasi tanah (kehutanan) dan lahan hijauan ternak. Tanaman yang dikembangkan adalah sayuran, buah-buahan, tanaman obat, aromatik, tanaman hias, hijauan pakan ternak dan tanaman perkebunan. Sayuran yang ditanam antara lain kangkung (Ipomoea reptans), terung (Solanum melongenae), bayam (Amaranthus sp.), sawi (Brassica juncea), tomat (Lycopersicum esculantum), cabai (Capsicum annum), bawang merah (Allium cepa), kailan (Brassica alboglabra), pak choi (Brassica rapa). Buah-buahan yang ditanam antara lain pisang (Musa sp.), belimbing (Averrhoa carambola), jambu (Psidium guajava), jeruk (Citrus sp.), nangka (Artocarpus Heterophyllus), mangga (Mangifera indica), durian (Durio zibethinus), dan rambutan (Nephelium lappaceum). Tanaman obat yang ditanam di antaranya jarak pagar (Jatropha curcas), kumis kucing (Orthosiphon spicatus), sambung nyawa (Gynura procumbens) dan lidah buaya (Aloe vera). Tanaman aromatik yang ditanam adalah kayu manis (Cinnamomum burmanii), cempaka (Michelia campaka), dan melati (Jasminum sambac). Tanaman aromatik ini bisa berfungsi sebagai produksi di samping sabagai mereduksi bau tak sedap di sekitarnya. Tanaman perkebunan yang ditanam untuk wisata tanaman perkebunan adalah kakao (Theobroma cacao) dan kopi (Coffea
170
sp).
Tanaman hias yang dikembangkan di tapak antara lain iris (Iris sp.),
simbang darah (Iresine herbstii), Euphorbia sp., lidah mertua (Sanseviera trifasciata), krokot (Althernantera ficoides), lili paris (Chlorophytum comosum), puring (Codiaeum variegatum), sri rezeki (Aglaonema), daun bahagia (Dieffenbachia sp), daun pilo (Philodendron sp), asparagus (Asparagus sp), bromelia (Bromelia sp), maranta (Calathea sp), sutra bombay (Portulaca grandiflora), gerbera (Gerbera jamesonii), bakung (Crinum sp), dan jengger ayam (Celosia sp). anggrek (jenis Phalaenopsis dan Dendrobium) dan krisan (Chrysanthemum morifolioum). Dan tanaman yang dikembangkan di ruang pembibitan adalah jati kencana fast growing, mahoni (Swietenia mahagoni), mahkota dewa (Phaleria macrocarpa), nilam (Pogostemon cablin), zodia dan salam (Eugenia aperculata). Tanaman yang dikembangkan pada lahan hijauan ternak adalah rumput gajah (Pennisetum purpureum Schumach var King grass) yang digunakan untuk pakan ternak, sedangkan tanaman produksi yang ada di lahan konservasi tanah (kehutanan) adalah sengon (Paraserianthes falcataria). Penanaman dilakukan secara berkelompok pada setiap petak dengan syarat budidaya masing-masing jenis tanaman, selain itu pengaturan jarak tanam dan pola tanam harus teratur sehingga efisien dalam pemeliharaan dan kebutuhan ruang. 7.4.2. Tata Hijau Estetika Perencanaan tata hijau estetika lebih diarahkan kepada keindahan tanaman dari segi penampilan dan komposisinya dengan tanaman lain. Segi penampilan itu didapat dari keunikan tanaman, baik sebagian maupun keseluruhan tanaman. Tata hijau estetika ini dapat dibentuk dari bentukan komposisi tanaman secara organik maupun geometrik pada ruang-ruang yang memfokuskan pada keindahan, di antaranya ruang penerimaan, pelayanan dan ruang rekreasi religi yang membutuhkan komposisi tanaman sebagai daya tarik wisata. Tanaman yang dipilih selain menampilkan keindahan secara fisik, juga memiliki fungsi tertentu. Seperti pada ruang pelayanan utama, pemilihan tanaman didasarkan kepada komposisi dengan tanaman lain seperti, kemudian palem putri (Veitchia
merilii)
yang
ditanam
dengan
soka
(Ixora
coccinea)
yang
171
mengelilinginya. Ataupun pohon flamboyan (Delonix regia) yang berfungsi sebagai peneduh dengan hamparan kacang-kacangan (Arachis pintoi) di bawahnya. Ataupun tanaman display yang berada di tengah plaza yang merupakan focal poin pada area pelayanan utama ini dengan menggunakan pohon pisang kipas (Ravenala madagascaria), bira (Alocasia macrorrhiza), drasena (Dracaena sp.), bunga kertas (Zinnia elegans), dan kacang-kacangan (Arachis pintoi) serta penggunaan rumput gajah mini (Axonopus compresus) sebagai permadaninya. Hanjuang (Cordyline terminalis) dan anggrek tanah (Spathoglotis plicata) sebagai tanaman border antara plaza dengan hamparan rumput. Terdapat tanaman air pada ruang penerimaan, ruang pelayanan utama dan ruang rekreasi religi untuk menambah kesan estetis pada ruang ini di antaranya melati air (Echinodorus macrophyllus), papirus (Cyperus papirus), dan teratai (Nymphaea lotus). Pada ruang rekreasi religi yang digunakan untuk tempat kontemplasi dan beribadah ini memerlukan suasana yang tenang dan bersifat private, karena area ini bersebelahan dengan ruang rekreasi outbond seperti berkemah maupun piknik maka komposisi tanaman sebagai pembatas harus memperhatikan fungsi dan estetikanya. Pemilihan tanamannya adalah bunga kupu-kupu (Bauhinia purpurea) dengan kerapatan yang tinggi sehingga area ini bersifat private, kembang merak (Caesalpinia pulcherrima) juga ikut menyemarakkan tapak dengan semarak warna bunganya merah kekuningan. Penanaman pohon dadap merah (Erythrina cristagali) pun ikut menyemarakkan area ini dengan bunganya yang berwarna merah dan tajuknya yang rindang sebagai atap bagi ruang ini. Setiap pertigaan jalur sirkulasi juga terdapat komposisi tanaman dan papan penunjuk arah untuk mempermudah pengunjung. Komposisi tanaman ini berisi adam hawa (Rhoeo discolor), kembang kancing (Gomphrena globosa), dan bunga tasbih (Canna sp.) yang mengelilingi papan penunjuk jalan tersebut. 7.4.3. Tata Hijau Arsitektural Tata hijau arsitektural ini terdiri atas fungsi pengarah, fungsi peneduh, fungsi pemagar, dan fungsi pereduksi bau. - Tata hijau Pengarah Fungsi pengarah pada tata hijau di sini berguna untuk mengarahkan sirkulasi kendaraan, dan pejalan kaki. Tanaman pengarah pada tapak diletakkan di
172
sepanjang jalur sirkulasi kendaraan yang berfungsi untuk mengarahkan pergerakan sekaligus sebagai peneduh. Karakteristik pohon yang digunakan di pinggir jalan ini tidak mempunyai akar yang besar, mudah tumbuh pada tanah yang padat, tahan terhadap hembusan angin yang lemah sampai sedang, akar tanaman menembus serta mencengkeram tanah sampai ke lapisan yang dalam, buah tidak terlalu besar, serasah yang dihasilkan sedikit, cukup teduh tapi tidak terlalu gelap, tahan terhadap pencemar dari kendaraan bermotor (Dahlan, 2004). Vegetasi yang ditanam di tepi jalan antara lain: Jati mas (Cordia cebestana), kayu manis (Cinnamomum burmanii), Palem raja (Roystonea regia), hanjuang (Cordyline terminalis), Karet (Havea brasiliensis), kasia (Cassia surattensis). - Tata hijau Peneduh Tata hijau peneduh merupakan tata hijau yang berfungsi sebagai ameliorasi iklim. Pada tapak terletak di beberapa titik pada jalur sirkulasi sekunder, serta di ruang penerimaan seperti tempat parkir, ruang pelayanan utama, ruang wisata tanaman hias dan juga tempat rekreasi outbond dan rekreasi religi untuk mendapatkan kesan teduh pada tempat-tempat tersebut. Vegetasi peneduh yang ditanam di antaranya flamboyan (Delonix regia), kecrutan (Spathodea campanulata), sengon (Paraserianthes falcataria), dan bungur (Lagerstromia speciosa) dan ketapang (Terminalia cattapa). - Tata hijau Pembatas Tata hijau pembatas digunakan membatasi tapak dengan lingkungan luar. Juga digunakan untuk membatasi ruang yang satu dengan ruang yang lain. Vegetasi pembatas yang ditanam di tapak di antaranya kirai (Metroxylon spec.), kasia (Cassia glauca), bunga kupu-kupu (Bauhinia blakeana), kolbanda (Pisonia grandis), kembang merak (Caesalpinia pulcherrima), bayam-bayaman (Coleus blumei), soka (Ixora javanica), Nusa indah (Mussaenda erythrophylla). - Tata hijau Pereduksi Bau Tata hijau pereduksi bau digunakan pada daerah sekitar area peternakan untuk mengurangi aroma tidak sedap dari kandang sehingga tidak mengganggu aktivitas wisata di daerah sekitarnya. Pemilihan tanaman pereduksi bau ini diantaranya kenanga (Cananga odoratum), dan kamboja (Plumeria rubra).
173
7.4.4. Tata Hijau Konservasi Tata hijau konservasi meliputi tanaman untuk konservasi tanah dan air. Berfungsi untuk menjaga persediaan dan kualitas air, dan mencegah terjadinya longsoran dan erosi. Jenis pohon yang berfungsi sebagai konservasi pada tapak di antaranya bambu betung (Dendrocalamus asper), bambu kuning (Phyllostachys sulphurea), sengon (Paraserianthes falcataria), jati (Tectona grandis). Selain vegetasi jenis pohon, vegetasi semak maupun groundcover juga dapat berfungsi efektif untuk pengontrol erosi seperti serunai rambat (Widelia biflora), dan lantana (Lantana camara). 7.5. Rencana Pengelolaan Pengelolaan pengunjung dilakukan sepenuhnya oleh pihak pengelola sektor II PPDF. Pengunjung yang akan memasuki tapak memarkir kendaraan di ruang penerimaan lalu dikonsentrasikan di ruang interpretasi awal, kemudian menuju pusat informasi dan pengelolaan tapak sehingga pengunjung dapat memperoleh informasi tentang tapak sebelum memulai berwisata. Pada area ini terdapat papan interpretasi dan tempat ticketting untuk memilih jenis wisata yang diinginkan, kemudian membayar sesuai dengan paket wisata yang dipilih. Setelah pengunjung paham dengan aturan berwisata maka pengunjung dapat langsung diarahkan ke tempat atraksi melalui jalur sirkulasi yang telah ditentukan. Sebelumnya pengunjung juga dibekali dengan peta lokasi agar memudahkan untuk mengitari kawasan wisata secara perorangan maupun perkelompok. Pengunjung yang akan berwisata dapat meminta bantuan pemandu wisata yang telah disediakan oleh pihak pengelola. Pemandu wisata akan menerangkan tentang paket wisata yang telah dipilih oleh pengunjung, dan pengunjung dapat berinteraksi dengan pemandu wisata apabila ada hal yang tidak dimengerti. Pospos jaga akan diletakkan di tempat-tempat strategis untuk memudahkan pengunjung yang berwisata secara perorangan maupun perkelompok tanpa dibantu oleh pemandu wisata untuk memperoleh informasi. Pelatihan pertanian bagi para petani maupun peminat dikonsentrasikan pada ruang penerimaan utama di pusat informasi. Di sana petani dan peminat akan diberi penyuluhan mengenai program pertanian sesuai dengan bidang usaha
174
taninya, lalu untuk prakteknya petani dan peminat akan diarahkan ke ruang produksi untuk mempelajari dan mempraktekkan hasil penyuluhan. Sirkulasi persebaran pengunjung disesuaikan dengan paket wisata yang telah dipilih dan sesuai dengan program wisata, hal ini dimaksud agar pengunjung dapat menikmati atraksi yang ada dengan maksimal. Hal ini dimaksud untuk menghindari penumpukan konsentrasi pengunjung pada area yang bukan merupaka kawasan wisata. Aktivitas berwisata pengunjung akan berakhir di ruang pelayanan. Di area ini pengunjung dapat membeli cinderamata hasil produksi dari Sektor II PPDF.