99
VI. PERENCANAAN LANSKAP
6.1. Rencana Ruang Wisata Rencana ruang yang berdasarkan konsep ruang wisata akan dibagi dalam lima ruang. Pembagian ruang tersebut berdasarkan fungsi dan kebutuhan dalam aktivitas wisata pada kawasan (Tabel 19 dan Gambar 48), yaitu : 1. Ruang objek wisata utama/inti merupakan ruang yang utama dalam rencana ruang ini. Karena di dalamnya terdapat objek wisata sejarah yang dalam konsep pelestarian termasuk dalam ruang mintakat inti. Oleh karena itu penentuan ruang ini harus diperhatikan secara seksama karena berhubungan dengan keberadaan objek sejarah yang harus dilestarikan. Adapun objek wisata yang terdapat dalam ruang inti ini adalah Rumah Kalang, Pasar Gede, Gardu Listrik Tua, Komplek Makam Raja-Raja Mataram, Masjid Besar Mataram, komplek pemandian (sendang), Situs Watu Gilang dan Watu Gatheng, Cepuri, Gang Rukunan, reruntuhan rumah Prof. Kahar Muzakkir dan Langgar Tertua. Adapun aktivitas wisata yang dapat dilakukan pada ruang ini adalah melihat, mengamati, mempelajari objek, menginterpretasikan objek, ziarah, ibadah, foto, belanja, dan kegiatan lainnya yang tidak mengganggu ataupun merusak keberadaan objek tersebut. Luas ruang ini adalah sekitar 19,22 ha atau 9,2% dari luas seluruh KCB Kotagede ini. 2. Ruang objek wisata pendukung, pada kawasan ini berupa pemukiman penduduk setempat juga lokasi terdapatnya objek wisata. Ruang ini mengelilingi kawasan dan berada pada lapisan paling luar dari KCB Kotagede. Untuk ruang objek wisata pendukung 1 direncanakan dalam pengembangannya agak dibaatasi, yaitu fasade maupun gaya arsitektur bangunannya tidak terlepas dari konsep Kerajaan Mataram Islam yang memadukan gaya Jawa-Hindu-Islam. Sedangkan untuk ruang objek wisata pendukung 2 dalam rencana pengembangannya tidak terlalu dibatasi, fasade maupun gaya arsitektur bangunannya dapat mengalami modifikasi. Aktivitas wisata yang dapat dilakukan dalam ruang ini adalah melihat
100
beberapa rumah Joglo yang berada dalam komplek pemukiman penduduk, juga dapat mengamati keseharian hidup masyarakat setempat. Luas ruang penyangga ini sekitar 122,71 ha atau 58,7% dari luas keseluruhan KCB Kotegede. 3. Ruang transisi merupakan ruang yang mengarahkan ke objek wisata berada. Ruang ini berada antara ruang inti dengan ruang penerimaan, tepatnya pada tempat-tempat sebelum objek wisata yang akan dikunjungi. Pada ruang ini wisatawan dapat beristirahat sejenak, melihat, foto, mengamati bangunan sekitar, dan kegiatan lainnya yang dapat dilakukan wisatawan selama tidak mengganggu aktivitas masyarakat setempat. Adapun luas dari ruang transisi ini adalah 15,9% dari luas KCB Kotagede atau sekitar 33,15 ha. 4. Ruang fasilitas dan pelayanan wisata yang terletak pada mintakat pengembangan ini di dalamnya memiliki beberapa fasilitas yang dapat menunjang aktivitas wisatawan yang berupa musholla, toilet, kios makan, pos pelayanan umum, pos jaga. Dalam ruang ini wisatawan dapat melakukan aktivitas yang berupa makan, ibadah, istirahat, belanja, dan kegiatan lainnya yang masih dapat ditunjang oleh fasilitas yang telah disediakan. Luas ruang ini sekitar 20,13 ha atau 9,6% dari luas KCB Kotagede. 5. Ruang penerimaan (welcome area) yang berada sebelah barat dari kawasan merupakan pintu masuk utama ke dalam kawasan. Dalam ruang ini terdapat fasilitas gerbang masuk, area parkir, terminal becak dan andong, papan informasi dan interpretasi utama, pos pelayanan umum, dan sebagainya. Luas ruang ini sekitar 13,79 ha atau sekitar 6,6% dari luas KCB Kotagede.
101
Tabel 19 Rencana Ruang, Aktivitas, dan Fasilitas Wisata Ruang Pelestarian Mintakat Inti
Ruang Wisata Ruang Objek Utama/Inti
Ruang Pelestarian Mintakat Penyangga
Ruang Wisata Ruang objek wisata pendukung
Ruang Transisi
Mintakat Ruang Pengembangan Pelayanan
Ruang Transisi
Ruang Penerimaan
Fungsi
Aktivitas
Fasilitas
Interpretasi, ziarah, ibadah, melihat objek, mengamati objek, foto-foto Aktivitas
Papan informasi, pusat informasi, fasilitas interpretasi, bangku, toilet Fasilitas
Pelindung ruang Melihat objek, inti, wisata, dan mengamati objek, pelestarian foto-foto, berinteraksi dengan masyarakat setempat Pengarah ke Istirahat, fotoruang inti foto, berjalan, melihat-lihat, merasakan suasana. Menyediakan Istirahat, makan, pelayanan dan belanja, jalanfasilitas bagi jalan, wisatawan mendapatkan informasi dan layanan Pengarah ke Istirahat, fotoruang inti foto, berjalan, melihat-lihat, merasakan suasana. Menyambut Mendapatkan wisatawan informasi, memarkirkan kendaraan, menaiki becak atau andong
Papan informasi, jalan, shelter, bangku, jalur sirkulasi
Pelestarian dan Wisata
Fungsi
Bangku, shelter, papan informasi, jalan, main sign, name sign Pos jaga, kios makan, toko cinderamata, musholla, toilet
Bangku, shelter, papan informasi, jalan, main sign, name sign Papan informasi dan interpretasi, pos pelayanan umum, area parkir, terminal becak dan andong
102
Gambar 48 Rencana Ruang KCB Kotagede
103
6.2. Rencana Sirkulasi Rencana sirkulasi yang akan diterapkan pada KCB Kotagede merupakan penyesuaian dari hasil sintesis, yaitu konsep sirkulasi. Sebagaimana telah diterangkan bahwa konsep sirkulasi yang digunakan berpola loop. Jalur sirkulasi yang direncanakan merupakan penghubung antar ruang maupun setiap ruang secara keseluruhan (Gambar 49). Jalur sirkulasi yang direncanakan terdapat dalam tiga jenis, yaitu jalur sirkulasi primer, jalur sirkulasi sekunder, dan jalur sirkulasi tersier. Jalur primer merupakan jalur yang dibuat pada ruang penerimaan, khusus untuk wisatawan yang baru memasuki kawasan. Jalur sirkulasi ini dibuat mulai dari gerbang masuk kawasan hingga ruang transisi, yaitu sepanjang Jalan Tegalgendu hingga jembatan Sungai Gajah Wong dan berbatasan dengan Jalan Mondorokan. Selain itu jalur primer ini juga berlaku pada ruang penerimaan pendukung yaitu pada Jalan Kemasan akses masuk dari Jalan Gedong Kuning dan Jalan Karanglo akses masuk dari Ring Road Timur. Jalur ini direncanakan dapat digunakan oleh alat transportasi dalam berbagai ukuran. Jalur sekunder adalah jalur yang menghubungkan tiap ruang dalam kawasan dan sesuai dengan jalur interpretasi yang direncanakan. Pada urutan pertama jalur ini dimulai dari Jalan Mondorokan-Jalan Canteng-Kampung DalemKampung
Alun-Alun-Gang
Prof.
Kahar
Muzakkir-Jalan
Karanglo-Jalan
Kemasan-Jalan Nyi Pembayun. Jalur tersebut akan mengarahkan wisatawan dalam melakukan aktivitas wisata secara berurutan tentang perkembangan KCB Kotagede hingga saat ini. Jalur ini dapat digunakan oleh pengguna kendaraan roda empat. Jenis jalur terakhir merupakan jalur pelengkap, yaitu jalur tersier. Jalur ini dibuat bagi wisatawan yang menginginkan melakukan aktivitas secara bebas, tidak mengikuti arahan dalam jalur interpretasi. Jalur ini merupakan jalur pintas yang dapat digunakan wisatawan untuk menuju objek yang ingin mereka yang ingin mempersingkat kegiatan wisatanya. Jalur ini hanya dapat digunakan bagi pejalan kaki dan kendaraan roda dua, karena jalur ini berupa gang-gang kecil. Rencana jalur sirkulasi ini hanya memanfaatkan jalan/gang eksisting pada kawasan yang memang sudah tidak memungkinkan untuk menciptakan jalur baru
104
ataupun memperlebar jalan. Hal ini terjadi dikarenakan kawasan sudah terlalu padat oleh pemukiman penduduk dan sepanjang pinggir jalan yang terdapat bangunan bersejarah dan telah dimanfaatkan sebagai pertokoan.
105
Gambar 49 Rencana Sirkulasi KCB Kotagede
106
6.3. Rencana Jalur Interpretasi Rencana interpretasi yang dibuat dalam bentuk jalur dan sarana interpretasi yang dapat membantu wisatawan untuk mengetahui ataupun memahami mengenai perkembangan KCB Kotagede dari jaman Kerajaan Mataram Islam hingga terbentuknya KCB Kotagede sebagai pusat penghasil kerajinan perak (Tabel 20). Jalur interpretasi telah disesuaikan dengan rencana jalur sirkulasi yang telah direncanakan. Jalur interpretasi dimulai dari ruang penerimaan yang memiliki beberapa Rumah Kalang yang telah dirubah menjadi toko kerajinan perak maupun restaurant. Pada ruang ini wisatawan diajak berkenalan terlebih dahulu terhadap karakter bangunan yang sebagaian besar terdapat dalam kawasan. Selanjutnya adalah jalur Jalan Mondorokan yang pada permulaannya memiliki beberapa Rumah Kalang. Wisatawan dapat melihat gaya khas arsitektur Rumah Kalang ini yang berupa campuran antara gaya Eropa dan Jawa. Orang Kalang merupakan orang khusus yang ditunjuk dari pihak kerajaan dan dipercaya untuk mengabdi kepada kerajaan sebagai ahli kayu dalam lingkungan kraton. Sampai ujung Jalan Mondorokan ini wisatawan dapat mengunjungi Pasar Gede yang merupakan pusat ekonomi masyarakat sejak jaman Kerajaan Mataram Islam. Kemudian sepanjang Jalan Canteng wisatawan juga dapat mengunjungi Komplek Makam Raja-Raja Mataram yang merupakan objek utama dalam kawasan ini. Pada komplek ini pun terdapat Mesjid Besar Mataram dan komplek pemandian (sendang), setelah itu sebelum mengunjungi situs Watu Gilang dan Watu Gatheng, wisatawan akan menemukan cepuri terlebih dahulu yang merupakan benteng dalam kraton pada masa lalunya. Sampai di Kampung Dalem wisatawan dapat melihat situs Watu Gilang dan Watu Gatheng. Pada lokasi inilah dahulu tempat berdirinya keraton kerajaan. Selain berupa papan informasi, media interpretasi yang disediakan adalah berupa maket yang memberikan informasi kawasan kerajaan pada masanya, sehingga pengunjung dapat membayangkan kondisi kawasan tersebut pada zaman dulunya. Di sebelah selatan kampung juga terdapat cepuri yang telah di rekonstruki oleh pihak BP3. Untuk menginterpretasikan luas kawasan keraton pada masa lalu maka di sepanjang lokasi yang dulunya merupakan cepuri akan ditanami tanaman khas kraton, seperti pohon kepel (Stelechocarpus burahol). Begitu juga untuk
107
penginterpretasian luasan kerajaan, penanaman tanaman khas keraton akan dilakukan pada sepanjang jalur baluwarti pada masa lalunya. dengan demikian pengunjung dapat membayangkan luas kawasan kerajaan pada masa lalunya hanya dengan melihat patokan penanaman tanaman tersebut. Setelah dari kampung Dalem wisatawan diarahkan ke lokasi Gang Rukunan yang merupakan ciri khas komplek pemukiman dalam kawasan. Gang Rukunan ini berada pada kawasan kampung Alun-Alun yang dahulunya merupakan sebuah alun-alun kerajaan. Saat ini bukti sejarah alun-alun hanya tinggal namanya saja, karena telah berubah menjadi kampung yang padat pemukiman penduduk lokal. Adapun untuk memperlihatkan batas kawasan alunalun pada masa lalu akan ditempatkan empat buah tugu pada setiap sudutnya (Gambar 50). Hal ini dilakukan untuk membantu interpretasi pengunjung untuk membayangkan lokasi dan luas alun-alun. Sampai objek ini interpretasi yang diberikan kepada wisatawan adalah pada periode jaman Kerajaan Mataram Islam.
Gambar 50 Ilustrasi tugu batas alun-alun
Kemudian perjalanan dilanjutkan memasuki Gang Prof. Kahar Muzakkir yang di dalamnya terdapat rumah Prof. Kahar Muzakkir yang merupakan tokoh utama Muhammadiyah pada jamannya, yaitu jaman penjajahan Belanda. Dekat dari rumah tersebut terdapat Langgar Tertua yang masih milik saudara dari Prof. Kahar Muzakkir. Keluar dari gang tersebut, kemudian wisatawan akan melewati Jalan Karanglo dimana sepanjang jalannya terdapat pertokoan, dan langsung wisatawan
108
akan diarahakan ke Jalan Kemasan yang merupakan pusat toko kerajinan perak. Sebelum ke pertokoan perak tersebut pengunjung dapat terlebih dahulu mengunjungi pusat home industry handycraft yang berada pemukiman penduduk di belakang pusat pertokoan perak. Hal ini menunjukkan kondisi KCB Kotagede saat ini yang terkenal dengan penghasil kerajinan peraknya, yaitu setelah Kemerdekaan RI. Jalur interpretasi terakhir merupakan Jalan Nyi Pembayun yang sepanjang jalannya terdapat pusat penjual makanan khas Kotagede, seperti kipo, yangko, sate karang, dan lainnya. Selain dapat menikmati makanan khas, wisatawan pun dapat menikmati pertunjukkan kesenian tradisional masyarakat Kotagede yang berlokasi di Panggung Kesenian Kotagede. Tabel 20 Rencana Interpretasi KCB Kotagede No Lokasi Rencana Interpretasi Representasi Kotagede 1 Rumah Kalang, Pasar Gede, Komplek Makam ketika masa Kerajaan Mataram Islam Raja-Raja Mataram, Situs Watu Gilang dan Watu Gatheng, Cepuri 2
Langgar Tua dan Rumah Representasi Kotegede Prof. Kahar Muzakkir ketika jaman penjajahan Belanda
No Lokasi Rencana Interpretasi 3 Pusat toko kerajinan Representasi Kotagede perak dan home industry setelah kemerdekaan RI handycraft
Media Interpretasi Papan interpretasi, jalur sirkulasi, buklet kisah perkembangan Kerajaan Mataram Islam dan arti dari keberadaan masing-masing objek. Papan interpretasi, jalur sirkulasi, buklet kisah kehidupan Prof. Kahar Muzakkir semasa hidupnya. Media Interpretasi Papan interpretasi, jalur sirkulasi, tempat untuk menunjukkan proses pembuatan kerajinan perak, alat untuk membuat kerajinan perak.
Selain dari pintu masuk Jalan Tegal Gendu, kegiatan wisata dapat juga dimulai dari Jalan Kemasan. Pintu gerbang dari jalan ini merupakan penanda gerbang masuk pada masa kerajaan dan bentuk pintu gerbangnya dibuat dengan gaya arsitektur Jawa-Hindu-Islam. Jalan masuk ini merupakan jalur wisata alternatif, dimana urutan jalur interpretasinya dibalik, yaitu dengan rute Jalan Kemasan-Jalan Karanglo-Gang Prof. Kahar Muzakkir-Jalan Canteng-Jalan Mondorokan-Jalan Nyi Pembayun-Jalan Kemasan. Interpretasi yang dimulai dari pusat toko kerajinan perak dan diakhiri dengan mengunjungi Rumah Kalang (Tabel 21 dan Gambar 51).
109
Terutama untuk penambahan suasana dan kesan ciri khas kraton dalam perjalanan interpretasi pada jaman Kerajaan Mataram Islam, sepanjang jalur akan dilakukan penambahan fasilitas dan utilitas dengan desain khas kraton jawa. Untuk bangunan yang berada disepanjang jalur interpretasi (fasade) akan dilakukan penambahan furniture bangunan yang memberikan ciri khas kraton jawa. Adapun untuk contoh media interpretasi dapat berupa papan informasi dimana di dalamnya diterangkan tentang sejarah objek juga dilengkapi dengan foto jaman dulu dan sekarang. Pada elemen-elemen sejarah yang telah mengalami kerusakan ataupun sudah tidak utuh lagi akan dilakukan rekonstruksi dan restorasi. Adapun kegiatan rekonstruksi dan restorasi tersebut akan mengacu pada Peraturan Gubernur DI Yogyakarta Nomor 75 Tahun 2008 tentang Tata Cara Pengelolaan dan Pembinaan Pengelolaan Kawasan Cagar Budaya dan Benda Cagar Budaya Bab IX (Pemugaran dan Perawatan BCB) Pasal 15 yang mengatakan bahwa dalam upaya rehabilitasi BCB mempunyai ketentuan sebagai berikut: a. Bangunan dilarang dibongkar b. Apabila kondisi fisik bangunan rusak, roboh, terbakar atau tidak layak berdiri dapat dilakukan pembongkaran untuk dibangun kembali sama seperti semula sesuai dengna aslinya c. Pemugaran bangunan harus dilakukan tanpa mengubah pola tampak depan (fasade), atap dan warna, serta dengan mempertahankan ornamen bangunan yang penting d. Untuk rehabilitasi dan revitalisasi dimungkinkan adanya perubahan atau ruang dalam asalkan tidak mengubah struktur utama bangunan e. Dalam persil atau lahan bangunan dimungkinkan adanya bangunan tambahan yang menjadi satu kesatuan yang utuh dengan bangunan utama.
110
Tabel 21 Paket Perjalanan Wisata Paket Rute 1 Jalan Tegalgendu-Jalan Mondorokan-Jalan Canteng-Gang Prof. Kahar Muzakkir-Jalan Karanglo-Jalan Kemasan-Jalan Nyi Pembayun-Jalan Tegalgendu
2
Jalan Kemasan-Jalan Karanglo-Gang Prof. Kahar Muzakkir-Jalan Canteng-Jalan Mondorokan-Jalan Nyi Pembayun-Jalan Kemasan
Objek Rumah Kalang Pasar Gede Komplek Makam Raja-Raja Mataram Situs Watu Gilang dan Watu Gatheng Cepuri Gang Rukunan Langgar tua dan Reruntuhan rumah Prof. Kahar Muzakkir Home industry handycraft Pusat toko kerajinan perak Pusat makanan khas Panggung Kesenian Pusat toko kerajinan perak Home industry handycraft Langgar tua dan reruntuhan rumah Prof. Kahar Muzakkir Gang Rukunan Cepuri Situs Watu Gilang dan Watu Gatheng Komplek Makam Raja-Raja Mataram Pasar Gede Rumah Kalang Panggung Kesenian Pusat makanan khas
Aktivitas Wisata sejarah dan foto Wisata belanja Interpretasi dan wisata sejarah Interpretasi Interpretasi dan foto Wisata budaya Wisata sejarah Wisata Budaya Wisata belanja Wisata kuliner Wisata budaya Wisata belanja Wisata Budaya Wisata sejarah Wisata budaya Interpretasi dan foto Interpretasi Interpretasi dan wisata sejarah Wisata belanja Wisata sejarah dan foto Wisata budaya Wisata kuliner
111
Gambar 51Rencana Interpretasi KCB
112
6.4. Rencana Fasilitas 1. Gerbang Pintu masuk yang berupa gerbang ini merupakan pembatas KCB Kotagede dengan kawasan luar. Pintu gerbang ini akan dibuat dua macam, yaitu pintu gerbang utama dan pintu gerbang pendukung. Untuk pintu gerbang utama akan ditempatkan pada ruang penerimaan yang berada di Jalan Tegalgendu. Sedangkan untuk pintu gerbang pendukung akan ditempatkan di Jalan Kemasan dan Jalan Karanglo. Desain pintu gerbang yang akan digunakan berupa gaya arsitektur Jawa-Hindu-Islam yang bertujuan untuk memberi kesan terhadap wisatawan tentang suasana kawasan yang akan mereka masuki (Gambar 52).
Gambar 52 Ilustrasi gerbang masuk kawasan 2. Area parkir Penyediaan area parkir akan dilakukan pada setiap ruang, kareana seperti yang telah diketahui jarak antar ruang yang terdapat objek wisata lumayan jauh. Maka dengan begitu ketika wisatawan mengunjungi salah satu objek dapat menggunakan kendaraan mereka ataupun alat transportasi yang biasa tersedia dalam kawasan juga dapat memarkirkan kendaraan mereka selama mereka melakukan aktivitas wisata pada objek yang mereka kunjungi. Area parkir yang dibuat dapat menampung berbagai jenis kendaraan, mulai dari sepeda, sepeda motor, becak, andong, mobil, bis, dan lain-lain. Untuk masingmasing jenis kendaraan akan dibuat area parkir tersendiri (Gambar 53).
113
Gambar 53 Ilustrasi area parkir 3. Pusat informasi dan pelayanan wisata Pusat informasi merupakan fasilitas yang bertujuan memberi informasi kepada wisatawan tentang perjalanan wisata yang akan mereka lakukan. Pusat informasi ini akan ditempatkan pada ruang penerimaan agar wisatawan sebelum memasuki kawasan wisatawan akan mendapat gambaran mengenai objek wisata yang terdapt dalm kawasan dan aktivitas apa saja yang dapt dilakukan. 4. Papan informasi Keberadaan papan informasi dalam kawasan sangatlah penting dalam setiap ruangnya. Papan informasi ini berfungsi sebagai penunjang dalam kegiatan aktivitas wisata. Papan informasi dapat berisi tentang peta kawasan secara keseluruhan, penunjuk arah jalan menuju objek wisata, interpretasi objek wisata, dan sebagainya (Gambar 54). Dengan adanya papan informasi ini diharapkan wisatawan dapat melakukan aktivitas wisata secara mandiri juga dapat mengetahui makna dari keberadaan objek wisata dalam kawasan.
Gambar 54 Ilustrasi Papan Informasi
114
5. Panggung kesenian Panggung kesenian berfungsi sebagai tempat atraksi kebudayaan lokal dipertunjukkan. Pada panggung kesenian ini wisatawan dapat menyaksikan berbagai macam kesenian yang dipertunjukkan oleh masyarakat setempat. Disini juga wisatawan dapat mencoba memainkan alat musik ataupun belajar tarian yang ada (Gambar 55). Dengan begitu, selain dapat mengetahui atraksi kesenian yang terdapat pada kawasan wisatawan juga dapat menambah pegalaman dengan mencoba atrkasi kesenian tersebut.
Gambar 55 Ilustrasi panggung kesenian 6. Toko cinderamata dan kios makanan Toko cinderamata dan kios makanan ini akan ditempatkan dalam satu lokasi yaitu di kawasan Jalan Nyi Pembayun. Karena di lokasi ini terdapat pusat penjual makanan khas Kotagede. Jadi, selain dapat membeli cinderamata, wisatawan juga dapat beristirahat sambil menikmati makanan khsa Kotagede. Desain kios maupun gazebo disesuaikan dengan gaya arsitektur khas kawasan, yaitu Jawa-Hindu-Islam (Gambar 56).
Gambar 56 Ilustrasi restaurant
115
7. Musholla dan Toilet Penyediaan musholla dan toilet juga penting dalam kawasan. Musholla akan ditempatkan dekat dengan kios cinderamata dan makanan, yang merupakan area istirahat. Jika toilet akan dibuat beberapa dalam kawasan, diusahakan dalam tiap ruang toilet tersedia. Hal ini dilakukan untuk kenyamanan wisatawan dalam melakukan aktivitasnya dan dapat dengan santai melanjutkan perjalanan wisatanya kembali. 8. Pos keamanan Pos keamanan akan disediakan di sudut pada setiap ujung jalan. Jadi setiap nama jalan akan memiliki pos keamanan. Hal ini dilakukan untuk mencegah terjadinya kriminalitas dalam kawasan dan juga untuk memberi rasa aman sehingga kenyamanan wisatawan akan meningkat. Selain untuk keamanan, pos ini juga berfungsi sebagai tempat wisatawan untuk bertanya kepada petugas yang berjaga jika mereka kebingungan ketika berada dalam kawasan. 9. Site furniture (lampu, bangku, sign, tempat sampah, shelter) Fasilitas pelengkap lainnya adalah site furniture. Penempatannya akan dilakukan pada setiap ruang dan disesuaikan dengan jenis site furniture yang dibutuhkan dalam ruang tersebut. Desainnya pun akan diharmonikan dengan suasana maupun gaya arsitektur dimana site furniture tersebut ditempatkan (Gambar 57a dan 57b).
(a)
(b)
Gambar 57 Ilustrasi site furniture (a) shelter, (b) bangku
116
10. Terminal becak dan andong Terminal ini akan ditempatkan pada ruang penerimaan. Keberadaan terminal becak dan andong ini bertujuan untuk membantu wisatawan yang mengunjungi kawasan dengan angkutan umum/tidak membawa kendaraan pribadi (Gambar 58). Dengan menaiki becak ataupun andong, interpretasi wisatawan tentang KCB Kotagede ini akan lebih berkesan. Angkutan ini juga dapat dinikmati oleh para wisatawan yang membawa kendaraan pribadi dan kendaraan mereka dapat diparkirkan di area parkir ruang penerimaan.
Gambar 58 Ilustrasi terminal becak dan andong
6.5. Rencana Tata Hijau Rencana tata hijau pada KCB Kotagede disesuaikan dengan konsep tata hijau yang berorientasi pada fungsi tanaman tersebut terhadap aktivitas wisatawan dalam setiap ruangnya (Tabel 22). Dalam ruang objek utama tanaman yang digunakan sebagai penguat identitas adalah Beringin (Ficus benjamina L), Kelapa gading (Cocos nucifera), Kepel (Stelechocarpus burahol), Mahkota dewa (Phaleria macrocarpa), Sirih merah (Piper Betle L. Var rubrum) dan Pohon gayam (Inocarpus edulis) . Jika masih terdapat ruang objek utama yang belum memiliki pohon ini maka akan dilakukan penanaman. Untuk tanaman estetika pada ruang ini akan menggunakan pohon Sawo kecik (Manilkara kauki Dup), untuk semaknya bunga sepatu (Hibiscus sp) yang akan ditanam sekitar ruang objek utama. Penggunaan tanaman teh-tehan (Acalypha macrophylla) sebagai tanaman pembatas pada ruang ini akan menambah kenyamanan wisatawan juga membatasi aktivitas wisatawan agar tidak terlalu mengganggu objek.
117
Pada ruang penyangga tanaman yang digunakan sebagai penguat identitas adalah pohon cempaka (Michelia champaca L), Kepel (Stelechocarpus burahol), Mahkota dewa (Phaleria macrocarpa) dan Sirih merah (Piper Betle L. Var rubrum). Sedangkan untuk tanaman estetika akan menggunakan puring (Codiaeum sp) dan melati (Jasminum sp). Sebagai pembatas tanaman yang akan digunakan adalah tanaman Soka (Ixora sp). Pohon tanjung (Mimusoph elengi L) dan pohon mangga (Mangifera indica L) akan digunakan sebagai tanaman peneduh pada ruang ini. Untuk pohon penyerap polusi akan digunakan pohon asam (Tamarindus indica L). Semua tanaman tersebut akan ditanam pada seluruh kawasan ruang penyangga ini, khusus pada lokasi yang memang masih membutuhkan tanaman untuk memberi kenyamanan kepada wisatawan maupun masyarakat setempat. Ruang transisi merupakan jalur yang mengarahkan ke lokasi objek wisata berada. Tanaman penguat identitas yang akan digunakan adalah cempaka (Michelia champaca L) dan Pohon gayam (Inocarpus edulis) sedangkan untuk estetika yang digunakan pada ruang ini disamakan dengan tanaman yang ada pada ruang objek utama, yaitu sawo kecik (Manilkara kauki Dup) dan kembang sepatu (Hibiscus sp). Tanaman yang akan digunakan sebagai peneduh adalah tanjung (Mimusoph elengi L) dan yang dijadikan sebagai pembatas adalah tanaman bugenvil (Bougainvillea sp). Untuk tanaman pembatas ini akan ditanam pada planter box di sepanjang jalur. Penggunaan tanaman sesuai fungsinya pada ruang pelayanan dan ruang penerimaan akan disamakan. Tanaman yang digunakan sebagai penguat identitas adalah beringin (Ficus benjamina L), cempaka (Michelia champaca L), Kelapa gading (Cocos nucifera), Kepel (Stelechocarpus burahol) dan Mahkota dewa (Phaleria macrocarpa). Sedangkan untuk pembatas akan digunakan beberapa tanaman, yaitu teh-tehan (Acalypha macrophylla), soka (Ixora sp), dan bugenvil (Bougainvillea sp) untuk menambah kenyamanan wisatawan dalam melakukan aktivitasnya. Tanaman puring (Codiaeum sp), melati (Jasminum sp), mangkokan (Nothopanax scutellarium), ceplok piring (Gardenia jasminoides) dan sri rejeki (Aglaonema sp) akan digunakan sebagai penambah estetika pada kedua ruang ini. Dan untuk tanaman yang akan digunakan sebagai penyerap polusi pada kedua
118
ruang ini adalah pohon asam (Tamarindus indica L), nangka (Arthocarpus integra), dan jambu biji (Psidium guajava). Tanaman penyerap polusi tersebut akan ditempatkan pada area parkir.
Tabel 22 Fungsi dan Alternatif Tanaman Fungsi Penguat identitas
Estetika
Inti Objek utama Transisi Beringin Cempaka (Ficus (Michelia benjamina L), champaca L), ), Kelapa Kepel gading (Cocos (Stelechocarp nucifera), us burahol) Kepel (Stelechocarpu s burahol), Mahkota dewa (Phaleria macrocarpa), Sirih merah (Piper Betle L. Var rubrum), Pohon gayam (Inocarpus edulis) kecik Sawo kecik Sawo (Manilkara (Manilkara Dup), kauki Dup), kauki kembang kembang sepatu sepatu (Hibiscus sp) (Hibiscus sp)
Pembatas teh-tehan (Acalypha macrophylla)
Peneduh
Penyangga Penyangga Cempaka (Michelia champaca L), Kepel (Stelechocarpus burahol), Mahkota dewa (Phaleria macrocarpa), Sirih merah (Piper Betle L. Var rubrum)
Pengembangan Pelayanan Penerimaan Beringin (Ficus Beringin (Ficus benjamina L), benjamina L), cempaka cempaka (Michelia (Michelia champaca L), champaca L), Kelapa gading Kelapa gading (Cocos (Cocos nucifera), nucifera), Kepel Kepel (Stelechocarpus (Stelechocarpu burahol), s burahol), Mahkota dewa Mahkota dewa (Phaleria (Phaleria macrocarpa) macrocarpa)
puring (Codiaeum sp), melati (Jasminum sp)
puring (Codiaeum sp), melati (Jasminum sp), mangkokan (Nothopanax scutellarium), ceplok piring (Gardenia jasminoides), sri rejeki (Aglaonema sp)
bugenvil Soka (Ixora sp) teh-tehan (Bougainvillea (Acalypha sp) macrophylla), soka (Ixora sp), bugenvil (Bougainvillea sp) tanjung tanjung Beringin (Ficus (Mimusoph (Mimusoph benjamina L), elengi L) elengi L), cempaka
puring (Codiaeum sp), melati (Jasminum sp), mangkokan (Nothopanax scutellarium), ceplok piring (Gardenia jasminoides), sri rejeki (Aglaonema sp) teh-tehan (Acalypha macrophylla), soka (Ixora sp), bugenvil (Bougainvillea sp) Beringin (Ficus benjamina L), cempaka
119
mangga (Mangifera indica L) Asam (Tamarindus indica L)
Penyerap polusi
(Michelia champaca L)
(Michelia champaca L)
Asam (Tamarindus indica L), nangka (Arthocarpus integra), jambu biji (Psidium guajava).
Asam (Tamarindus indica L), nangka (Arthocarpus integra), jambu biji (Psidium guajava).
6.6. Rencana Lanskap Wisata Kawasan Cagar Budaya Kotagede Untuk mendapatkan pengembangan konsep sehingga menghasilkan sebuah rencana lanskap maka hasil dari pengembangan konsep dari aspek-aspek rencana, yaitu rencana ruang, rencana sirkulasi, rencana jalur interpretasi, rencana fasilitas dan rencana tata hijau dioverlay dan didapatlah sebuah blockplan (Gambar 59). Produk akhir dari kegiatan penelitian tentang perencanaan lanskap wisata pada KCB Kotagede ini adalah gambar rencana lanskap. Gambar ini merupakan pengembangan dari block plan yang di dalamnya terdapat pengembangan rencana tata ruang, rencana sirkulasi, rencana jalur interpretasi, rencana fasilitas, dan rencana tata hijau (Gambar 60). Masing-masing rencana yang dikembangkan tersebut saling melengkapi satu sama lain sehingga terbentuklah suatu lanskap wisata.
120
Gambar 59 Block Plan perencanaan lanskap KCB
121
Tabel 23 Program Wisata dan Pelestarian Program Pelestarian Implementasi peraturan perlindungan kawasan cagar budaya Penyuluhan dan sosialisasi tentang pelestarian kawasan
Restorasi dan rekonstruksi situs maupun bangunan sejarah pada kawasan Wisata Promosi dan informasi tentang wisata pada kawasan
Tujuan Menertibkan segala aktivitas pelestarian kawasan dengan peraturan dan kebijakan yang ada Masyarakat setempat dan wisatawan dapat menyadari pentingnya dari keberadaan kawasan Melestarikan situs maupun bangunan sejarah yang telah rusak untuk menambah nilai interpretasi
Menarik minat dan kunjungan wisatawan yang banyak dengan menginformasikan nilai keberadaan kawasan dan aktivitas wisata yang dapat dilakukan Pemahaman Penyuluhan dan masyarakat setempat pelatihan tentang tentang peluang peluang ekonomi dari aktivitas wisata ekonomi dalam aktivitas wisata pada pada kawasan kawasan yang dapat meningkatkan kesejahteraan mereka Pelatihan pemandu Menambah kualitas wisata aktivitas wisatawan selama berada dalam kawasan serta menambah peluang pekerjaan bagi masyarakat setempat
Pelaksana
Sasaran
Pemprov setempat Seluruh pengguna kawasan dan para stake holder
Pemprov dan Masyarakat setempat yayasan pengelola dan wisatawan
Pemprov setempat Objek sejarah dan budaya
Dinas pariwisata, yayasan pengelola, dan masyarakat setempat
Wisatawan lokal dan mancanegara
Dinas pariwisata dan yayasan pengelola
Masyarakat setempat
Dinas pariwisata dan yayasan pengelola
Masyarakat setempat
122
Gambar 60 Site Plan
123
Gambar 61 Detail Spot
124
Gambar 62 Ilustrasi pada objek wisata cepuri
Gambar 63 Ilustrasi pada objek wisata pemandian (sendang)
125
Gambar 64 Ilustrasi pada Jalan Kemasan
Gambar 65 Ilustrasi area parkir