BAB VI KONSEP DAN PERENCANAAN
6.1
Konsep Dasar Konsep dasar perencanaan lanskap di desa Gedongjetis adalah menjadikan
kawasan sebagai tempat wisata pertanian dengan obyek wisata utamanya kebun rambutan, padi sawah, palawija, perikanan, dan kerajinan anyaman lidi dengan menonjolkan karakter lanskap alami tapak dalam suasana pertanian pedesaan yang dilengkapi dengan fasilitas pelayanan pendukung wisata. Pengembangan tapak menjadi tempat wisata pertanian diharapkan dapat memberi manfaat kepada pengunjung, masyarakat setempat dan tentunya juga tetap menjaga kelestarian lanskapnya.
Untuk
mengakomodasi
hal
tersebut
maka
dalam
konsep
perencanaannya tapak akan dikembangkan dengan beberapa fungsi, yaitu fungsi rekreasi, fungsi edukasi, fungsi penyangga, dan fungsi ekonomi. Fungsi rekreasi merupakan fungsi yang dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan rekreasi dalam bentuk aktivitas wisata pertanian dan aktivitas wisata non pertanian dengan dilengkapi fasilitas pendukung wisata. Fasilitas pendukung yang dikembangkan pada tapak berupa sarana belanja, sarana makan dan minum, serta tempat berkumpul yang dapat memberi kesan tradisional. Aktivitas rekreasi yang dikembangkan merupakan rekreasi alam pertanian yang edukatif untuk memenuhi kepuasan pengunjung. Kemudian untuk fungsi edukasi yang akan dikembangkan adalah pengenalan budidaya pertanian melalui rekreasi alam pertanian. Rekreasi alam pertanian yang edukatif dalam perencanaan ini adalah dengan melibatkan pengunjung untuk menikmati alam pertanian kebun rambutan dan sawah tanaman pangan serta untuk mengenalkan dan mengajak pengunjung berpartisipasi aktif dalam kegiatan budidaya. Pengunjung dikenalkan pada jenis komoditas yang dikembangkan di tapak dan aktivitas budidayanya secara teori dan teknis dari pengalaman langsung petani. Fungsi penyangga pada perencanaan lanskap kawasan agrowisata rambutan ini adalah menjaga kelestarian tapak dari kerusakan yang dapat ditimbulkan karena aktivitas wisata dan pengaruh lingkungan. Disamping itu, perlu dikembangkan fungsi ekonomi yakni untuk menghasilkan keuntungan yang
68
bermanfaat bagi kelangsungan wisata ini dan juga bermanfaat untuk kehidupan masyarakat Desa Gedongjetis. Tapak penelitian selain dikembangkan menjadi tempat agrowisata dan pusat budidaya rambutan juga dijadikan sentra jual beli hasil panen yang akan mendatangkan keuntungan. Semua fungsi tersebut dikembangkan dalam program ruang dan dihubungkan dengan sirkulasi dalam bentuk grid yang menonjolkan karakter persawahan. Untuk itu konsep perencanaan ini dikembangkan dalam konsep pengembangan yang dijabarkan dalam konsep ruang dan sirkulasi, konsep wisata, konsep fasilitas dan utilitas, serta konsep vegetasi.
6.2
Konsep Pengembangan
6.2.1 Konsep Ruang dan Sirkulasi Konsep ruang yang dikembangkan pada tapak penelitian merupakan hasil overlay peta tematik yang menghasilkan peta komposit. Ruang yang akan dikembangkan pada tapak dibagi menjadi tiga, yaitu ruang wisata, ruang pendukung wisata, dan ruang konservasi yang kemudian dikembangkan sesuai peruntukannya yang tersaji dalam Gambar 28. a. Ruang Wisata Ruang wisata yang dikembangkan pada tapak dibagi menjadi ruang wisata pertanian dan ruang wisata non pertanian. Ruang wisata pertanian yang akan dikembangkan meliputi ruang wisata rambutan, ruang wisata padi sawah, ruang wisata palawija, ruang wisata pemijahan ikan dan ruang wisata pusat jual beli tanaman hias. Ruang wisata non pertanian yang akan dikembangkan ruang wisata anyaman lidi. b. Ruang Pendukung Wisata Ruang pendukung wisata pada tapak penelitian yang akan dikembangkan adalah ruang penerimaan, ruang pelayanan wisata, dan ruang masyarakat. Ruang penerimaan merupakan ruang untuk menyambut pengunjung, memberikan informasi mengenai agrowisata dan obyek wisata pada tapak kepada pengunjung. Ruang pelayanan wisata yang dikembangkan merupakan ruang yang disediakan untuk memberikan pelayanan kepada pengunjung dengan pengadaan fasilitas pendukung wisata. Kemudian untuk ruang masyarakat pada tapak penelitian yang
69
direncanakan adalah menjaga keberadaan ruang masyarakat yang ada dan kehidupan masyarakatnya. Hal ini diharapkan keberadaan agrowisata tidak mengganggu kehidupan masyarakat Gedongjetis. c. Ruang Konservasi. Ruang konservasi yang direncanakan pada tapak bertujuan untuk menjaga kualitas tanah dan air. Ruang konservasi difokuskan pada sekitar mata air dan batas tapak. Hal ini untuk menjaga kualitas lingkungan sekitar tapak dan menjaga eksistensi badan air di tapak.
Konsep sirkulasi wisata pada tapak yang akan dikembangkan dibagi menjadi sirkulasi primer dan sirkulasi sekunder. Sirkulasi primer yang direncanakan berupa jalur utama di dalam tapak yang menghubungkan sirkulasi di luar tapak dengan ruang penerimaan dan obyek rekreasi di dalam tapak. Sirkulasi sekunder pada tapak merupakan sirkulasi yang terdapat di setiap obyek wisata di dalam tapak. Konsep sirkulasi pada tapak dapat dilihat pada Gambar 29 dan Gambar 32.
6.2.2 Konsep Wisata Konsep wisata pada tapak penelitian dibagi menurut aktivitas wisatanya menjadi wisata aktif dan wisata pasif. Wisata aktif yang dikembangkan adalah wisata edukatif yang melibatkan pengunjung berpartisipasi dalam kegiatan pertanian. Aktivitas wisata aktif yang dikembangkan pada tapak antara lain wisata edukasi rambutan, edukasi padi dan palawija, edukasi pemijahan ikan, belanja/panen buah rambutan, dan edukasi kerajinan anyaman lidi. Sedangkan wisata pasif yang dikembangkan merupakan rekreasi menikmati pemandangan lanskap alami yang aman dan nyaman. Aktivitas wisata pasif yang dikembangkan antara lain, piknik, jalan-jalan, dan bermain.
6.2.3 Konsep Fasilitas dan Utilitas Fasilitas yang dikembangkan pada tapak disesuaikan dengan kebutuhan tapak dengan mengacu pada tujuan perencanaan tapak yakni menjadikan tapak sebagi tempat wisata pertanian yang edukatif. Pengembangan fasilitas pada tapak
28
70
71
72
diharapkan tidak mengganggu kondisi tapak yang ada dan dapat memberikan nilai fungsional. Pengadaan fasilitas pendukung wisata pada tapak memperhatikan kesesuaian bentuk, dapat memberikan nilai estetika, pemeliharaannya mudah, memberi kesan alami agar menyatu dengan karakter tapak. Fasilitas yang direncanakan antara lain fasilitas untuk beristirahat, fasilitas parkir, fasilitas untuk membersihkan diri, fasilitas untuk makan, fasilitas untuk bermain, dan fasilitas untuk beribadah. Pengadaan fasilitas pendukung pada tapak bertujuan untuk memberikan kemudahan, kelengkapan dan kenyamanan dalam kawasan agrowisata yang dikembangkan. Pengembangan kawasan menjadi tempat agrowisata didukung pula dengan pengadaan sarana utilitas yang dibutuhkan tapak. Sarana utilitas yang dikembangkan pada tapak adalah suplai aliran listrik, dan penyediaan air bersih.
6.2.4 Konsep Vegetasi Konsep vegetasi yang akan dikembangkan pada tapak dibagi menjadi tiga menurut fungsi yang diharapkan ada pada tapak, yaitu vegetasi produksi, vegetasi konservasi, serta vegetasi arsitektural dan estetika. Penjelasan konsep vegetasi secara spasial dapat dilihat pada Gambar 30 dan Gambar 32. a.
Vegetasi Produksi Vegetasi yang menjadi obyek wisata yang dikembangkan pada tapak adalah
rambutan, tanaman padi sawah, tanaman palawija, dan tanaman hias. Tanaman hias merupakan vegetasi introduksi yang akan dikembangkan pada tapak untuk menambah daya tarik wisatawan. Sedangkan tanaman padi sawah dan palawija merupakan tanaman eksisting pada tapak yang menjadi daya tarik wisata dengan jenis yang berubah mengikuti musim. Tanaman rambutan merupakan daya tarik utama pengembangan agrowisata pada tapak. b.
Vegetasi Konservasi Vegetasi konservasi dalam perencanaan lanskap agrowisata Gedongjetis ini
merupakan vegetasi yang dikembangkan pada dearah tepi sungai yang terletak di batas tapak sebelah utara dan selatan tapak. Pengadaan vegetasi konservasi ini untuk menjaga keseimbangan dan kenyamanan kawasan.
30
73
74
c.
Vegetasi Arsitektural dan Estetika Vegetasi untuk tujuan estetika yang dikembangkan pada tapak adalah
vegetasi yang dapat memberikan efek visual kawasan yang lebih baik sehingga dapat menarik perhatian wisatawan untuk berkunjung ke tapak dan memberikan kenyamanan pengunjung. Tanaman yang digunakan adalah tanaman yang berfungsi sebagai tanaman penyangga, tanaman penaung, tanaman pembatas, tanaman pengarah, dan tanaman display. 6.3
Perencanaan Lanskap Perencanaan lanskap merupakan tahap akhir dalam penelitian ini yang
diperoleh dari hasil pengembangan konsep dalam bentuk block plan (Gambar 31). Tahap perencanaan menghasilkan gambar rencana lanskap (site plan) yang tersaji dalam Gambar 32 dan rencana tertulis. Perencanaan yang dilakukan diharapkan dapat membantu meningkatkan kualitas tapak dan membantu pemerintah dalam mengembangkan kawasan agrowisata pada tapak. 6.3.1 Rencana Ruang Rencana ruang pada tapak penelitian merupakan pengembangan dari konsep ruang yang telah dibahas pada bab sebelumnya. Ruang yang dikembangkan pada tapak dibagi menjadi ruang wisata, ruang pendukung wisata, dan ruang konservasi. Penjabaran pembagian ruang pada tapak dapat dilihat pada Tabel 13 dan Gambar 32. Tabel 13. Rencana Pembagian Ruang No.
1.
2.
3.
Ruang
Wisata
Pendukung Wisata
Konservasi Total Luas
Sub Ruang Sawah Budi Daya Tanah Bengkok Kebun Rambutan Obyek Wisata Umum Pelayanan (Area Parkir) dan Penerimaan Permukiman Masyarakat Perkantoran dan Prasarana Umum Konservasi Tepi Sungai Konservasi Batas Tapak
81,4 10,6 20 1,4
Persentas e (%) 50,3 6,5 12,4 0,9
0,1
0,1
39,2
24,2
1,8
1,2
4,4 2,8 161,7
2,7 1,7 100
Luas (ha)
31
75
76
6.3.2 Rencana Sirkulasi Rencana sirkulasi pada tapak dibagi menjadi sirkulasi primer dan sirkulasi sekunder. Pembagian jalur sirkulasi yang dikembangkan dan spesifikasinya dapat dilihat pada Tabel 14 dan Gambar 32. Sirkulasi primer merupakan sirkulasi utama dalam tapak yang berfungsi sebagai jalur utama masuk tapak dan sebagai penghubung antar ruang di dalam tapak. Sirkulasi primer yang dikembangkan terbuat dari jalan aspal yang dapat dilalui kendaraan bermotor untuk kemudahan akses pengunjung ke tapak. Selain itu, jalan aspal memberi kesan rapi dan tidak menyilaukan. Pemeliharaan untuk jalan aspal juga relatif murah dan mudah, tidak mudah berdebu dan cepat kering (Chiara dan Koppelman, 1994). Sirkulasi sekunder merupakan jalur sirkulasi yang menghubungkan jalur sirkulasi yang terdapat di dalam setiap obyek wisata. Sirkulasi sekunder dikembangkan dari jalan setapak yang tidak merusak kealamiahan tapak sehingga tidak menggunakan perkerasan, hanya berupa jalan setapak dari paving (con-blok) agar tidak merusak tanah di bawahnya. Jalur sirkulasi sekunder yang direncanakan pada tapak hanya diperuntukkan bagi pejalan kaki. Tabel 14. Rencana Sirkulasi No. 1. 2.
Jenis Sirkulasi Primer Sekunder
Bahan Aspal Con-blok
Dimensi Panjang (km) 13,8 1,4
Lebar (m) 3 2
6.3.3 Rencana Vegetasi Rencana vegetasi yang dikembangkan merupakan penjabaran lebih lanjut dari konsep vegetasi yang telah dijelaskan pada tahap pengembangan konsep. Jenis vegetasi alternatif yang dapat digunakan dapat dilihat pada Tabel 15 dan Gambar 32-34. Vegetasi yang digunakan harus memenuhi fungsi yang diharapkan, yaitu fungsi produksi, konservasi, penyangga, peneduh, pengarah dan estetika. a.
Vegetasi Produksi Vegetasi produksi yang dikembangkan pada tapak adalah rambutan,
tanaman padi sawah, dan tanaman palawija. Jenis rambutan yang dikembangkan disesuaikan dengan jenis yang banyak dikembangkan masyarakat yakni jenis
77
Rapiah, Binjai, dan Silengkeng. Sedangkan tanaman palawija yang dikembangkan adalah jagung, kedelai, dan kacang tanah. b.
Vegetasi untuk Konservasi Vegetasi yang direncanakan untuk memenuhi fungsi konservasi akan
ditanam di sekitar mata air dan di tepi sungai untuk menjaga keberadaan badan air. Tanaman yang berfungsi untuk konservasi memiliki ciri-ciri antara lain, memiliki tipe perakaran yang dalam, tingkat penguapan yang rendah, toleran terhadap iklim, dan minim dalam pemeliharaannya. Tanaman yang ditanam di sepanjang tepi sungai adalah bambu (Bambusa vulgaris) dan tanaman yang ditanam di sekitar mata air adalah sukun (Artocarpus communis) serta sengon (Albizia moluccana). c. Vegetasi Pengarah Vegetasi pengarah yang direncanakan dapat berfungsi untuk mengarahkan sirkulasi dan mengarahkan aliran angin, serta dapat pula sebagai peneduh. Tanaman yang dapat digunakan sebagai pengarah biasanya berupa tanaman perdu atau pohon yang memiliki ketinggian lebih dari 2 m. Tanaman yang digunakan sebagai pengarah ditanam secara massal atau berbaris, jarak tanam rapat, dan untuk tanaman perdu hendaknya digunakan tanaman yang daunnya berwarna hijau muda agar dapat terlihat pada malam hari. Tanaman pengarah yang dikembangkan akan ditanam di sepanjang jalur jalan di dalam tapak yakni menggunakan tanaman kayu putih (Melaleuca leucadendra) dan kayu manis (Cinnamomum burmanii), dan sepanjang jalur dari gerbang masuk hingga ruang penerimaan menggunakan tanaman pinang (Areca catechu) sebagai pengarah. d. Vegetasi Penyangga dan Peneduh Vegetasi penyangga dapat berfungsi sebagai pembatas antara tapak dengan kawasan luar tapak, dapat berfungsi sebagai penahan angin, konservasi tanah dan air, menjaga keseimbangan ekologi, sebagai pengatur kelembaban, dan sebagai habitat satwa. Tanaman yang berfungsi sebagai penyangga menurut Nurisjah (1991) memiliki ciri-ciri, bertajuk rindang untuk menghasilkan keteduhan optimum, tipe perakaran tidak dangkal, tidak berbuah besar dan menarik, dan besar pohon tidak merusak sarana yang ada. Tanaman penyangga batas kawasan ditanam satu baris, tanaman yang digunakan untuk penahan angin adalah tanaman
78
biola cantik (Ficus lyrata) yang ditanam di batas tapak bagian utara, selatan, dan timur setelah baris tanaman konservasi sungai. Sedangkan tanaman pembatas kawasan yang ditanam pada batas tapak sebelah barat adalah mahoni (Swietenia mahogani). Tanaman yang sebagai peneduh tempat parkir berfungsi untuk mengendalikan iklm mikro dan melunakkan perkerasan adalah tanaman yang dapat memberikan keteduhan dan naungan yang tidak penuh, tahan terhadap polutan kendaraan, tahan kering dan gangguan fisik lain, pertumbuhan tidak menyemak, tidak mudah patah dan tidak mengotori lahan parkir, buah tidak terlalu besar, ketinggian percabangan minimal 2,5 m dari permukaan tanah, perakaran tidak merusak perkerasan. Tanaman yang digunakan sebagai peneduh tempat parkir adalah pohon salam (Syzygium polyanthum) dan tanaman semak pada batas tempat parkir dengan jalan yaitu lidah mertua (Sansievera trifasciata ‘Laurentii’) dan bugenvil (Bougainvillea spectabilis). Tanaman peneduh pada obyek wisata dalam tapak menggunakan tanaman antara lain klengkeng (Nephellium longanum) dan sawo kecik (Manilkara kauki). e. Vegetasi Estetika Vegetasi estetika yang direncanakan pada tapak berfungsi untuk menciptakan suasana indah pada tapak. Keindahan yang diciptakan dapat diperoleh dari keunikan tanaman baik daun atau keseluruhan bagian tanaman, dari tipikal konfigurasi vegetasi secara linier atau geometrik pada ruang penerimaan dan ruang pelayanan pada tapak. Tanaman dengan fungsi estetika akan dikembangkan pada ruang penerimaan, ruang pelayanan, dan taman-taman. Tanaman yang digunakan adalah tanaman ground cover dan semak, antara lain serai wangi (Cymbopogon narsus), pandan variegata (Pandanus pygmaeus), dan tapak dara (Vinca rosea).
79
Tabel 15. Rencana Vegetasi No.
Nama Lokal
Nama Latin
TANAMAN PENUTUP TANAH dan SEMAK Rumput Paetan 1. Axonopus compressus 'Dwarf' Mini 2. Krokot Althernantera paronychioides 3. Bugenvil Bougainvillea spectabilis 4. Serai Wangi Cymbopogon narsus 5. Simbang Darah Excocaria bicolor 6. Kemuning Murraya paniculata 7. Kumis Kucing Orthosiphon aristatus 8. Pandan Wangi Pandanus amarylifolia Pandan 9. Pandanus pygmaeus Variegata 10. Adam Hawa Rhoeo discolor Sansievera trifasciata 11. Lidah Mertua 'Laurentii' 12. Tapak Dara Vinca rosea TANAMAN POHON 1. Sengon Albizia moluccana 2. Pinang Areca catechu 3. Sukun Artocarpus communis 4. Bambu Bambusa vulgaris 5. Kayu Manis Cinnamomum burmanii 6. Biola Cantik Ficus lyrata 7. Sawo Kecik Manilkara kauki 8. Kayu Putih Melaleuca leucadendra 9. Klengkeng Nephellium longanum 10. Mahoni Swietenia mahogani 11. Salam Syzygium polyanthum
Fungsi Konservasi Pengarah Penyangga Estetika ● ● ● ● ● ● ● ● ● ● ● ● ● ● ● ● ● ● ● ● ● ● ●
6.3.4 Rencana Aktivitas Wisata Aktivitas wisata yang dikembangkan pada tapak dibagi menjadi aktivitas wisata aktif dan aktivitas wisata pasif seperti yang telah dijelaskan sebelumnya pada bagian konsep wisata. Aktivitas wisata aktif dikembangkan dengan mengenalkan wisatawan pada kegiatan pertanian mulai dari pengenalan jenis vegetasi yang ditanam, proses penanaman, pemeliharaan, hingga proses pemanenan pada pertanian padi sawah, pertanian palawija, pertanian rambutan, dan perikanan. Wisatawan juga diajak untuk berpartisipasi dalam kegiatan pertanian dan perikanan tersebut. Selain ikut berpartisipasi dalam kegiatan pertanian dan perikanan, wisatawan juga dikenalkan dan dapat ikut belajar untuk membuat kerajinan anyaman lidi. Aktivitas wisata pasif yang dikembangkan adalah berpiknik, jalan-jalan, dan bermain. Aktivitas berpiknik dapat dilakukan di bawah kerindangan kebun
80
rambutan yang akan lebih menarik apabila musim panen rambutan, atau dapat pula dilakukan pada obyek wisata umum yang telah disediakan hamparan rumput dengan beberapa pohon peneduh. Aktivitas jalan-jalan dapat dilakukan dengan berkeliling desa menikmati pemandangan Desa Gedongjetis atau juga dapat dilakukan dengan menyusuri pematang sawah yang disediakan saung di beberapa titik untuk tempat istirahat. Dan aktivitas bermain dapat dilakukan pada obyek wisata umum yang telah disediakan berupa hamparan rumput.
6.3.5 Rencana Fasilitas dan Utilitas Rencana fasilitas yang dikembangkan pada tapak disesuaikan dengan kebutuhan fasilitas pada tapak dengan memanfaatkan potensi yang ada. Fasilitas yang direncanakan bertujuan untuk mendukung kegiatan yang dikembangkan pada tapak dan mendukung tujuan perencanaan pada tapak. Fasilitas yang direncanakan pada tapak dapat dilihat pada Tabel 16 dan Gambar 33-34. Tabel 16. Rencana Fasilitas No. Jenis Fasilitas RUANG PENERIMAAN dan PELAYANAN 1. Pintu Gerbang 2. Loket Tiket 3. Area Parkir Kebun RUANG WISATA UMUM 1. Sawah Demo Budidaya 2. Joglo (Aula Berkumpul) 3. Pusat Hasil Produksi Pertanian 4. Kolam Ikan 5. Saung Belajar Anyaman 6. Pusat Penjualan Tanaman Hias 7. Area Piknik dan Bermain 8. Ruang Pengelola 9. Saung (Gazebo) 8. Pos Keamanan 9. Mushola 10. Kantin 11. Toilet
Ukuran
Satuan
Jumlah
10 x 4 x 1 4x6 80 dan 100
m m m²
1 1 6
670 120 120 200 250 600 300 20 13 20 25 30 20
m² m² m² m² m² m² m² m² m² m² m² m² m²
2 1 3 5 2 1 5 2 15 5 2 2 6
Rencana fasilitas yang dikembangkan pada ruang penerimaan adalah pintu gerbang dan loket tiket. Pintu gerbang merupakan gapura masuk tapak yang menjadi penanda tapak dari akses luar tapak. Gapura ini berada pada batas tapak sebelah barat yang tepat berada di tepi jalan raya lintas Klaten-Boyolali, sehingga
81
memudahkan wisatawan untuk menemukan keberadaan tapak. Setelah wisatawan melewati pintu gerbang akan menemui loket tiket masuk tapak. Pada loket tiket ini wisatawan akan diminta retribusi masuk tapak dan akan diperoleh informasi singkat mengenai tapak. Rencana fasilitas pelayanan pada tapak untuk mendukung kenyamanan wisatawan dikembangkan pada obyek wisata umum dan adapula yang tersebar di beberapa titik pada tapak. Fasilitas pelayanan yang direncanakan pada obyek wisata umum adalah area parkir, pos keamanan (pos satpam), joglo sebagai aula berkumpul, toilet, kantin, mushola, dan ruang pengelola. Rencana fasilitas pelayanan yang tersebar di beberapa titik tapak adalah area parkir. Area parkir yang tersebar ini untuk memberikan kemudahan parkir wisatawan. Area parkir ini juga dimaksudkan untuk menjaga kelancaran sirkulasi pada tapak, sehingga dapat menjaga kenyamanan wisatawan pada waktu berwisata. Rencana fasilitas pada ruang wisata umum merupakan fasilitas yang dikembangkan pada obyek sawah demo budidaya dan kolam demo budidaya, obyek saung belajar anyaman dan pusat hasil produksi pertanian, serta fasilitas pada sawah dan kebun. Fasilitas yang dikembangkan obyek sawah demo budidaya dan kolam demo budidaya adalah petakan sawah untuk demo budidaya padi sawah, petakan sawah untuk demo budidaya palawija, beberapa kolam untuk demo budidaya ikan dari proses pemijahan hingga menjadi ikan siap konsumsi, serta hamparan rumput untuk piknik, bermain, dan outbound (Gambar 33). Fasilitas yang dikembangkan pada obyek saung anyaman dan pusat hasil produksi pertanian adalah saung untuk belajar kerajinan anyaman lidi, pusat penjualan tanaman hias, pusat hasil produksi pertanian, pusat hasil produksi peternakan, pusat hasil kerajinan, dan hamparan rumput untuk piknik (Gambar 34). Fasilitas yang dikembangkan pada sawah dan kebun adalah saung (gazebo) sebagai tempat beristirahat wisatawan ketika berjalan-jalan melewati pematang, dan dapat pula sebagai tempat untuk menikmati pemandangan dan photo hunting. Utilitas yang direncanakan pada penelitian ini meliputi penyediaan air bersih dan suplai aliran listrik. Penyediaan air bersih dapat dipenuhi dengan pengadaan sumur bor pada obyek wisata umum. Sedangkan suplai aliran listrik diperoleh dari PLN Kecamatan Tulung yang terdapat pada tapak sebelah barat.
83
84
85
6.3.6
Rencana Daya Dukung Pengembangan
agrowisata
yang
direncanakan
pada
tapak
perlu
memperhatikan faktor daya dukung tapak untuk wisata. Daya dukung merupakan konsep dasar yang dikembangkan untuk kegiatan pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan yang lestari menurut ukuran kemampuannya (Nurisjah dkk, 2003). Daya dukung wisata pada tapak penelitian dinilai untuk memperoleh batas maksimal pengunjung dalam setiap harinya pada tapak untuk menghindari terjadinya lonjakan pengunjung pada tapak yang mengakibatkan terjadinya kerusakan lingkungan. Boulon dalam Nurisjah (2003) mengemukakan rumus penghitungan daya dukung kawasan wisata alam sebagai berikut: DD =
Keterangan: DD : Daya dukung kawasan (orang) A : Area yang digunakan wisatawan (m²) S : Standar rata-rata individu (500 m²/orang) Daya dukung kawasan yang dinilai hendaknya mewakili setiap ruangnya. Pada perencanaan ini pengembangan ruang efektif untuk kegiatan rekreasi seluas 26,1 ha. Standar kebutuhan ruang untuk wisata alam dalam Bonanza (2008) adalah 500 m²/orang, sehingga daya dukung pada kawasan wisata pertanian ini adalah 522 orang per kunjungan. Nilai daya dukung ruang wisata menjadi batas maksimal pengunjung dalam satu kali kunjungan karena ruang ini menjadi tujuan utama wisatawan yang datang.