VII PERENCANAAN PENGADAAN PERSEDIAAN TUNA Perencanaan pengadaan persediaan tuna tahun 2010 didasarkan kepada proyeksi permintaan hasil ramalan metode peramalan time series terbaik yaitu dekomposisi aditif. Dalam menganalisis ramalan permintaan produk dilakukan berdasarkan volume ekspor yang terjadi pada PT Tridaya Eramina Bahari selama Januari 2004 sampai September 2009. Data volume ekspor PT Tridaya merupakan data yang mencerminkan tingkat permintaan yang terjadi selama ini yang mampu dipenuhi oleh perusahaan. Hasil ramalan yang diperoleh selanjutnya akan digunakan untuk menghitung jumlah dan frekuensi pemesanan tuna yang optimal berdasarkan penerapan metode EOQ. 7.1. Proyeksi Kebutuhan Tuna Berdasarkan hasil ramalan volume ekspor PT Tridaya Eramina Bahari tahun 2010, dapat diketahui proyeksi kebutuhan bahan baku tuna perusahaan. Tabel 7 menunjukkan besarnya proyeksi kebutuhan bahan baku berdasarkan ramalan penjualan (ekspor) tahun 2010. Tabel 7. Proyeksi Kebutuhan Bahan Baku Tuna PT Tridaya Eramina Bahari Tahun 2010 Bulan
Ramalan Ekspor Kg)
Proyeksi Kebutuhan Bahan Baku (Kg)
Januari
6969.3
12671.5
Februari
15715.2
28573.1
Maret
17506.2
31829.5
April
24332.9
44241.6
Mei
22992.8
41805.1
Juni
25350.5
46091.8
Juli
42914.5
78026.4
Agustus
26147.4
47540.7
3156.7
5739.5
Oktober
11254.2
20462.2
November
23043.6
41897.5
Desember
16733.4
30424.4
236116.7
429303.1
19676.4
35775.3
September
Jumlah Rata-rata
Perhitungan proyeksi kebutuhan bahan baku tuna pada tahun 2010 didasarkan pada persentase rendemen yang dihasilkan dari setiap satu kilogram ikan tuna yang diproses. Berdasarkan informasi dari departemen produksi, satu kilogram bahan baku tuna yang diproses rata-rata menghasilkan tuna loin sebanyak 5,5 ons atau 55 persen dari bahan baku yang digunakan. Dengan demikian, besarnya kebutuhan bahan baku perusahaan dapat dicari dengan cara membagi jumlah proyeksi permintaan dengan persentase rendemen yang dihasilkan. Berdasarkan Tabel 7, dapat diketahui bahwa besarnya proyeksi kebutuhan ikan tuna tahun 2010 adalah sebanyak 429.303,1 kg dengan rata-rata kebutuhan per bulan sebesar 35.775,3 kg. Kebutuhan bahan baku ikan tuna tertinggi diproyeksikan terjadi pada bulan Juli yaitu sebesar 78.026,4 kg. Kebutuhan bahan baku terendah diproyeksikan terjadi pada bulan September yaitu sebesar 5.739,5 kg. 7.2. Identifikasi Biaya Persediaan Tuna PT Tridaya Eramina Bahari Tahun 2008 Biaya persediaan mencakup biaya pemesanan dan biaya penyimpanan. Biaya pemesanan merupakan biaya yang terjadi karena melakukan pemesanan yang merupakan hasil perkalian antara biaya pemesanan per pesanan dengan frekuensi pemesanan. Komponen-komponen biaya pemesanan terdiri dari biaya telepon, biaya administrasi, dan biaya transportasi (Lampiran 14). Perincian biaya pemesanan rata-rata per pesanan tuna dapat dilihat pada Tabel 8 berikut. Tabel 8. Komponen Biaya Pemesanan Per Pesanan Tuna PT Tridaya Eramina Bahari Tahun 2008 Jenis Biaya
Biaya Pemesanan Rata-rata Per Pesanan
Persentase (%)
Biaya Telepon (Rp)
1.200
4,04
Biaya Administrasi (Rp)
3.500
11,78
Biaya Transportasi (Rp/1x angkutan)
25.000
84,18
Total
29.700
100,00
Tabel 8 menunjukkan bahwa biaya pemesanan bahan baku dengan persentase terbesar ada pada biaya transportasi yaitu sebesar 84,17 persen. PT Tridaya Eramina Bahari tidak memiliki alat transportasi sendiri untuk mengangkut
59
tuna yang dibelinya. Selama ini perusahaan mengandalkan jasa angkutan yang tersedia di PPSNZ Jakarta. Biaya transportasi cukup mahal karena mobil angkutan yang digunakan dilengkapi dengan pendingin yang berfungsi menjaga suhu ikan tetap stabil sampai ikan tiba di perusahaan. Kapasitas angkutan tersebut sebesar 1200 kg per satu kali angkut. Pemesanan yang dilakukan oleh PT Tridaya Eramina Bahari tidak tentu, hal ini tergantung dari informasi harga dan ketersediaan bahan baku dari pemasok. Frekuensi pemesanan yang dilakukan selama tahun 2008 sebanyak 209 kali dengan rata-rata kuantitas pesanan per pemesanan sebanyak 1468,8 Kg. Biaya penyimpanan merupakan biaya-biaya yang bervariasi secara langsung dengan kuantitas persediaan. Biaya penyimpanan per periode akan semakin besar apabila kuantitas bahan baku yang dipesan semakin banyak atau rata-rata persediaan semakin
tinggi. Biaya-biaya yang termasuk dalam biaya
penyimpanan adalah biaya-biaya fasilitas penyimpanan, biaya modal, biaya keusangan, biaya penghitungan fisik, biaya asuransi persediaan, dan lain-lain yang bersifat variabel terhadap tingkat persediaan. Namun pada PT Tridaya, biaya fasilitas penyimpanan berupa cold storage merupakan biaya tetap yang dikeluarkan perusahaan sehingga besar kecilnya biaya tersebut tidak dipengaruhi oleh besarnya rata-rata persediaan yang ada. Komponen biaya penyimpanan yang terdapat di PT Tridaya hanya berupa biaya opportunity yaitu biaya kesempatan yang dikorbankan untuk pengadaan bahan baku atau produk yang dapat menghasilkan keuntungan bila biaya tersebut diinvestasikan. Perhitungan biaya opportunity didasarkan pada perkembangan tingkat suku bunga bulanan Bank Indonesia (Lampiran 15). Biaya ini dihitung berdasarkan besarnya tingkat pengadaan persediaan rata-rata yang ada di PT Tridaya, yaitu dihitung berdasarkan rata-rata volume pengadaan (pembelian) tuna yang terjadi di PT Tridaya pada tahun 2008. Tabel 9 menunjukan besarnya rata-rata pembelian bahan baku tuna di PT Tridaya.
60
Tabel 9. Pembelian Tuna PT Tridaya Eramina Bahari Tahun 2008. No. Bulan Pembelian (kg) 1
Januari
2.750
2
Februari
7.168
3
Maret
17.333
4
April
14.061
5
Mei
14.090
6
Juni
51.279
7
Juli
22.910
8
Agustus
9
September
17.845
10
Oktober
72.412
11
November
68.414
12
Desember
9.111
9.599
Total
306.972 Biaya opportunity diperoleh dari perhitungan perkalian antara nilai total
pembelian tuna pada bulan tertentu dengan tingkat suku bunga pada bulan yang sama dibagi dengan jumlah kilogram pembelian tuna (Lampiran 16). Hasil perhitungan untuk biaya opportunity diperoleh sebesar Rp 19654,30/kg/tahun. 7.3. Analisis Perbandingan Efisiensi Biaya Persediaan 1) Perhitungan Biaya Persediaan Berdasarkan Metode Perusahaan Biaya persediaan yang terjadi selama tahun 2008 berdasarkan metode perusahaan diperoleh dari hasil penjumlahan
antara total biaya pemesanan
dengan total biaya penyimpanan. Selama tahun 2008, perusahaan melakukan pemesanan ikan tuna sebanyak 209 kali dengan jumlah pemesanan rata-rata sebesar 1.468,80 Kg. Total bahan baku ikan tuna yang dipesan (dibeli) perusahaan selama periode tersebut adalah sebanyak 306.972 Kg. Perhitungan biaya pemesanan dan penyimpanan total dapat dilihat pada Tabel 10.
61
Tabel 10. Perhitungan Biaya Pemesanan dan Biaya Penyimpanan Tuna PT Tridaya Eramina Bahari Tahun 2008 Variabel Notasi Nilai Frekuensi Pemesanan (Kali)
(1)
209,00
Jumlah/pesanan Rata-rata (Kg)
(2)
1.468,80
Biaya Pesan (Rp/pesanan)
(3)
29.700,00
Biaya Simpan (Rp/Kg/Tahun)
(4)
19654,30
Biaya Pesan per Tahun (Rp)
(5)=(1)x(3)
Biaya Simpan per Tahun (Rp)
(6)=(4)x(2)x(0,5)
14.434.118,00
Total Biaya Persediaan (Rp)
(7)=(5)+(6)
20.641.418,00
6.207.300,00
Berdasarkan hasil perhitungan, biaya total persediaan yang dikeluarkan perusahaan selama tahun 2008 adalah sebesar Rp 20.641.418,00 dimana biaya penyimpanan memiliki porsi yang paling besar yaitu sebesar Rp 14.434.118,00 dengan persentase mencapai 69,93 persen dari total biaya persediaan yang terjadi. 2) Perhitungan Biaya Persediaan Berdasarkan Metode EOQ Metode manajemen persediaan yang digunakan adalah metode Economic Order Quantity (EOQ). Metode EOQ adalah metode yang mempunyai sasaran penetapan jumlah pemesanan optimal yang akan menimbulkan biaya total minimum untuk menyimpan sediaan dan proses produksi (Buffa & Sarin 1996). Metode EOQ memiliki persamaan rumus yang mengkombinasikan antara besarnya biaya pemesanan dan penyimpanan sehingga didapatkan kuantitas pesanan dan frekuensi pemesanan optimal. Hasil perhitungan pengadaan persediaan bahan baku tuna dapat dilihat pada Tabel 11. Perhitungan optimasi biaya persediaan bahan baku tuna terdapat pada Lampiran 17. Hasil perhitungan pada Tabel 11 menunjukkan bahwa dengan menggunakan metode EOQ menimbulkan biaya total persediaan sebesar Rp 18.937.845,45. Dari nilai tersebut, komponen biaya pemesanan dan biaya penyimpanan tidak memiliki perbedaan yang signifikan, biaya pemesanan memiliki persentase 0.06 persen lebih banyak dari biaya penyimpanan.
62
Tabel 11. Hasil Perhitungan Total Biaya Persediaan dengan Metode EOQ Pada PT Tridaya Eramina Bahari Tahun 2008 Variabel Notasi Nilai Frekuensi (kali)
(1)
319,00
Jumlah Pesanan (Kg/pesanan)
(2)
963,00
Biaya Pemesanan Rp/Kg/pesanan)
(3)
29.700,00
Biaya Penyimpanan (Rp/Kg/tahun)
(4)
19.654,30
Biaya Total Pemesanan (Rp)
(5)= (1)x(3)
9.474.300,00
Biaya Total Penyimpanan (Rp)
(6)= (2)x(4)x0,5
9.463.545,45
Biaya Total Persediaan (Rp)
(7)= (5)=(6)
18.937.845,45
3) Perbandingan Biaya Persediaan antara Metode Perusahaan dengan Metode EOQ Berdasarkan perhitungan biaya persediaan antara metode perusahaan dengan metode EOQ, maka dapat dibandingkan besarnya biaya yang ditimbulkan dari kedua metode. Tabel 12 memperlihatkan perbandingan komponen biaya antara kedua metode tersebut. Tabel 12. Komponen Biaya Persediaan Metode Perusahaan dan Metode EOQ PT Tridaya Eramina Bahari Tahun 2008 Metode Perusahaan Metode EOQ Variabel Nilai
Frekuensi (kali)
Nilai
209,00
319,00
1.468,80
963,00
Biaya Pemesanan (Rp/Kg/pesanan)
29.700,00
29.700,00
Biaya Penyimpanan (Rp/Kg/tahun)
19654,30
19.654,30
Jumlah Pesanan (Kg/pesanan)
Biaya Total Pemesanan (Rp)
6.207.300,00
9.474.300,00
Biaya Total Penyimpanan (Rp)
14.434.118,00
9.463.545,45
Biaya Total Persediaan
20.641.418,00
18.937.845,45
67,19
61,64
Biaya Persediaan Rata-rata
Berdasarkan Tabel 12 dapat dilihat bahwa biaya total persediaan yang ditimbulkan oleh kedua metode berbeda. Metode EOQ menimbulkan biaya total persediaan yang lebih sedikit dibandingkan dengan metode perusahaan. Selisih penghematan yang diperoleh dengan menggunakan metode EOQ sebesar Rp
63
1.703.572,55. Hal ini menunjukkan bahwa ada perbedaan yang cukup signifikan antara total biaya persediaan dengan menggunakan metode EOQ dengan biaya persediaan berdasarkan kebijakan perusahaan. Nilai penghematan yang diperoleh apabila perusahaan menggunakan metode EOQ adalah sebesar 8,25 persen. Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan metode EOQ, diperoleh jumlah pemesanan yang lebih rendah dengan frekuensi pemesanan yang lebih tinggi. Meskipun dengan adanya penambahan frekuensi pemesanan menyebabkan terjadinya penambahan biaya pemesanan, namun terjadi penurunan biaya penyimpanan yang signifikan sehingga biaya persediaan yang keluar menjadi lebih sedikit dibandingkan dengan total biaya persediaan berdasarkan metode perusahaan. Adanya penurunan biaya persediaan tersebut disebabkan pengendalian persediaan dengan menggunakan metode EOQ menghasilkan titik kombinasi optimal antara biaya pemesanan dengan biaya penyimpanan bahan baku sehingga didapat tingkat kuantitas pesanan yang paling ekonomis yang dapat meminimumkan biaya persediaan bagi perusahaan. Berdasarkan hal ini, maka metode EOQ dapat digunakan untuk melakukan perencanaan pengadaan persediaan bahan baku di PT Tridaya Eramina Bahari pada periode yang akan datang. 7.4. Analisis Perencanaan Persediaan Bahan Baku dengan Metode EOQ Pengadaan persediaan bahan baku dengan metode EOQ menjelaskan bagaimana perusahaan dapat memesan bahan baku dalam jumlah pemesanan dan frekuensi pemesanan yang optimal dengan biaya persediaan yang minimal. Berdasarkan hasil perhitungan biaya persediaan bahan baku pada tahun 2008, menunjukan bahwa perusahaan masih belum optimal dalam melakukan pengadaan persediaan bahan baku. Frekuensi pemesanan yang tidak terjadwal dengan baik dan jumlah pemesanan yang tidak tentu menjadi salah satu faktor penyebab belum efisiennya biaya persediaan. Penerapan metode EOQ dapat dijadikan sebagai alternatif cara untuk mencapai biaya persediaan yang lebih efisien. Perhitungan perencanaan persediaan bahan baku tahun 2010 dengan menggunakan metode EOQ memerlukan asumsi biaya persediaan yang akan terjadi pada periode tersebut. Asumsi biaya persediaan didasarkan pada 64
perkembangan biaya pemesanan dan penyimpanan yang terjadi pada tahun 2008 dan 2009. Biaya persediaan yang meliputi biaya pemesanan dan biaya penyimpanan pada semester awal 2009 tidak memiliki perbedaan yang signifikan dengan yang terjadi pada tahun 2008. Hal ini terlihat dari besarnya biaya transportasi yang tetap dan juga fluktuasi harga ikan tuna yang hampir sama dengan yang terjadi pada tahun 2008. Stabilnya harga BBM memiliki pengaruh langsung terhadap tarif angkutan dan harga ikan tuna di nelayan serta kurs rupiah yang cenderung menguat. Selain itu, tingkat suku bunga BI dan tingkat inflasi yang cenderung menurun pada tahun 2009 menjadi pertimbangan dalam pengambilan asumsi-asumsi tersebut (Lampiran 18). Dengan demikian, biaya persediaan yang meliputi biaya pemesanan dan biaya penyimpanan untuk tahun 2010 diasumsikan sama dengan biaya persediaan pada tahun 2008. Perhitungan perencanaan pengendalian persediaan bahan baku dengan menggunakan metode EOQ dapat dilihat pada Tabel 13. Tabel 13. Perhitungan Tingkat Pemesanan Optimal Berdasarkan Metode EOQ Proyeksi Pemakaian Bahan Baku (Kg) A
Proyeksi Biaya Pemesanan (Rp) B
Proyeksi Biaya Penyimpanan (Rp) C
EOQ (Kg) 4= ((2xaxb):c)0,5
429.303,10
29.700,00
19.654,30
1.139,06
Berdasarkan hasil perhitungan menggunakan metode EOQ diperoleh kuantitas pemesanan optimal untuk bahan baku yaitu sebesar 1.139 kg. Setelah diketahui kuantitas pemesanan optimal, maka dapat
dihitung frekuensi
pemesanan optimal selama satu tahun, yaitu dengan cara membagi jumlah proyeksi kebutuhan bahan baku berdasarkan hasil ramalan dengan nilai EOQ. Besarnya frekuensi pemesanan untuk pembelian ikan tuna tahun 2010 yaitu sebanyak 377 kali. Setelah diketahui kuantitas pemesanan optimal dan frekuensi pemesanan optimal, maka dapat dihitung proyeksi total biaya persediaan untuk periode tahun 2010. Proyeksi total biaya persediaan bahan baku untuk periode 2010 lebih lengkap pada Tabel 14 di bawah ini.
65
Tabel 14. Proyeksi Total Biaya Persediaan Tuna PT Tridaya Eramina Bahari Periode 2010. Variabel Notasi Nilai Frekuensi Pemesanan (kali)
(1)
377
Jumlah /pesanan (Kg)
(2)
1139,06
Biaya Pesan (Rp/pesanan)
(3)
29700
Biaya Penyimpanan (Rp/Kg/tahun)
(4)
19654,30
Biaya Pesan per Tahun (Rp)
(5)= (1)x(3)
11.196.900,00
Biaya Simpan per Tahun (Rp)
(6)= (2)x(4)x0,5
11.193.713,48
Biaya Total Persediaan (Rp)
(7)= (5)+(6)
22.390.613,48
Biaya Persediaan Rata-Rata (Rp/kg/Tahun)
(8)=(7):(1x2)
52,15
Berdasarkan hasil perhitungan EOQ, diperoleh biaya persediaan selama satu tahun sebesar Rp 22.390.613,48 atau sebesar Rp 52,15/kg. Apabila dibandingkan dengan rata-rata biaya persediaan menggunakan metode perusahaan yang terjadi pada tahun 2008 yaitu sebesar Rp 67,19/kg, maka rata-rata biaya persediaan yang terjadi pada tahun 2010 berdasarkan metode EOQ dihasilkan biaya persediaan rata-rata yang lebih rendah. Hal ini tentu saja berlaku bila asumsi-asumsi yang menjadi dasar perhitungan EOQ pada tahun 2010 tidak mengalami perubahan yang signifikan seperti tidak terjadinya kenaikan BBM dan perkembangan tingkat suku bunga serta harga ikan pada tahun 2010 stabil atau setidaknya tidak berbeda jauh dengan yang terjadi pada tahun 2008. 7.5. Titik Pemesanan Kembali dan Persediaan Pengaman Titik pemesanan merupakan batas dari jumlah persediaan yang ada di gudang saat pesanan harus dilakukan kembali. Hal ini bertujuan agar perusahaan dapat mengetahui kapan waktu yang tepat untuk melakukan pemesanan. Titik pemesanan kembali dapat ditentukan dengan cara menghitung rata-rata pemakaian bahan baku per hari selama waktu tunggu. Perhitungan titik pemesanan kembali berdasarkan metode EOQ disajikan pada Tabel 15. Rata-rata pemakaian per hari ditentukan dengan cara membagi total kebutuhan per tahun dengan jumlah hari dalam setahun atau jumlah hari kerja per tahun. Pada penelitian ini, jumlah hari
66
kerja dihitung berdasarkan jumlah hari kerja perusahaan yaitu enam hari dalam satu minggu atau dalam setahun sebanyak 313 hari. Tabel 15. Perhitungan Titik Pemesanan Kembali Berdasarkan Metode EOQ Bahan Baku
Ikan Tuna
Waktu Tunggu (Hari)
Titik Pemesanan Kembali (kg)
A
Rata-rata Pemakaian/Hari (kg) B
0,5
1371,6
685,8
c=axb
Sesuai dengan Tabel 15, perusahaan harus segera melakukan pemesanan pada saat persediaan di gudang sudah mencapai tingkat 685,8 kg. Hal ini berearti bahwa pada saat persediaan bahan baku benar-benar habis, pesanan bahan baku yang telah dipesan 0,5 hari sebelumnya sudah tiba di gudang. Pada saat inilah persediaan yang tadinya sudah habis akan segera terisi lagi dengan bahan baku yang sudah diterima sesuai dengan jumlah pesanan hingga jumlah kuantitas persediaan optimal terpenuhi kembali. Ini berarti proses produksi dapat terus berjalan, tanpa perlu terhenti karena kehabisan bahan baku. Pada kenyataanya, jumlah pemakaian bahan baku setiap bulan tidak benarbenar konstan. Jumlah pemakaian bisa saja meningkat untuk memenuhi proses produksi, pada saat itulah dibutuhkan persediaan pengaman. Persediaan pengaman merupakan persediaan tambahan yang diadakan untuk menjaga kelangsungan produksi dari kemungkinan terjadinya kekurangan bahan. Penentuan kuantitas persediaan pengaman perusahaan dapat didasarkan atas toleransi maksimal keterlambatan bahan baku tiba di gudang, yaitu kurang lebih setengah hari, yaitu sebesar 685,8 kg. 7.6. Analisis Sensitivitas Hasil Proyeksi PT Tridaya Eramina Bahari menghadapi lingkungan bisnis yang penuh dengan ketidakpastian dalam menjalankan usahanya. Ketidakpastian tersebut menyangkut banyak faktor baik yang berasal dari lingkungan internal maupun eksternal perusahaan. Demikian halnya dalam melakukan perencanaan pengadaan persediaan bahan baku, terdapat kemungkinan terjadinya perubahan terhadap varabel-variabel yang berkaitan dengan persediaan bahan baku. Faktor-faktor tersebut diantaranya perubahan jumlah kebutuhan bahan baku yang mungkin 67
disebabkan adanya perubahan permintaan dari konsumen dan perubahan besarnya biaya-biaya persediaan baik biaya penyimpanan maupun biaya pemesanan yang mungkin dapat disebabkan oleh perubahan situasi ekonomi. Antisipasi untuk menghadapi ketidakpastian tersebut perlu dipersiapkan sejak dini agar perusahaan dapat menghadapi resiko negatif yang mungkin akan terjadi di masa yang akan datang. Analisis sensitivitas hasil proyeksi dilakukan untuk mengetahui dampak yang ditimbulkan oleh perubahan yang mungkin terjadi pada komponenkomponen yang berpengaruh langsung terhadap hasil proyeksi EOQ. Komponenkomponen tersebut diantaranya adalah perubahan jumlah kebutuhan bahan baku dan perubahan komponen biaya persediaan yakni biaya pemesanan dan biaya penyimpanan. a. Analisis Sensitivitas Hasil Proyeksi EOQ Akibat Perubahan Jumlah Kebutuhan Bahan Baku Proyeksi kebutuhan bahan baku tahun 2010 yang didasarkan pada hasil ramalan permintaan tidak menjamin akurasi 100 persen. Terdapat kemungkinankemungkinan yang bisa terjadi pada periode tersebut. Termasuk diantaranya perubahan jumlah permintaan yang akan berdampak langsung terhadap jumlah kebutuhan bahan baku. Untuk melihat dampak dari kemungkinan tersebut, maka perlu dilakukan analisis sensitivitas perubahan biaya persediaan akibat kemungkinan terjadinya perubahan jumlah kebutuhan bahan baku. Berdasarkan hasil perhitungan sensitivitas terhadap jumlah kebutuhan bahan baku, tampak perubahan (kanaikan atau penurunan) jumlah kebutuhan bahan baku hasil peramalan tahun 2010 akan berdampak pada besarnya biaya persediaan yang harus dikeluarkan. Dalam perhitungan sensitivitas ini, diasumsikan besarnya biaya pemesanan (S) dan biaya penyimpanan (H) pada tahun 2010 tidak mengalami perubahan serta perusahaan melakukan penyesuaian dengan tetap mempertahankan besarnya kuantitas pesanan optimal (EOQ) dengan melakukan perubahan terhadap jumlah frekuensi pesanan. Hal tersebut tampak pada Tabel 16 sebagai berikut.
68
Tabel 16. Proyeksi Perubahan Biaya Persediaan Akibat Perubahan Jumlah Kebutuhan Bahan Baku Uraian Perubahan Jumlah Perubahan Perubahan Biaya Kebutuhan Bahan Biaya Biaya Persediaan Baku (%) Persediaan Persediaan Rata-rata (Rp) (%) (Rp/kg/tahun) Tetap 22.390.613,48 52,15 Naik
1
22.499.355,93
0,5
52.41
5
22.947.104,15
2,5
53.45
10
23.506.789,42
5
54.75
15
24.066.474,69
7,5
56.06
60
29.103.642,11
30
67.79
Berdasarkan Tabel 16, tampak bahwa asumsi kenaikan jumlah kebutuhan bahan baku per tahun sebesar satu persen yang dihitung berdasarkan hasil peramalan untuk periode tahun 2010 akan menyebabkan meningkatnya jumlah frekuensi pesanan dengan persentase yang sama apabila jumlah kuantitas pesanannya (nilai EOQ) tetap. Kenaikan jumlah kebutuhan bahan baku sebanyak satu persen juga akan berdampak pada naiknya jumlah biaya persediaan total sebesar 0,5 persen. Begitu pula bila sebaliknya, penurunan jumlah kebutuhan bahan baku sebesar satu persen akan menyebabkan berkurangnya frekuensi pemesanan sebesar satu persen. Hal ini berdampak pada turunnya biaya persediaan dengan persentase yang sama. Namun jika dilihat secara rata-rata, kenaikan jumlah kebutuhan bahan baku akan menyebabkan biaya rata-rata persediaan meningkat dan menurunnya jumlah kebutuhan bahan baku akan menyebabkan biaya persediaan rata-rata menurun. Dengan demikian, peningkatan proyeksi kebutuhan bahan baku pada tahun 2010 sebesar satu persen akan memberikan pertambahan biaya persediaan total sebesar 0,5 persen. Tabel 16 juga dapat memberikan ilustrasi terhadap PT Tridaya Eramina Bahari bahwa apabila perusahaan menggunakan kuantitas pesanan optimal dalam mendapatkan bahan baku yaitu sebanyak 1139 kg setiap melakukan pesanan, hal tersebut tidak akan memberikan dampak yang besar terhadap biaya persediaan rata-ratanya selama pertambahan jumlah kebutuhan bahan baku tersebut kurang dari 60 persen. Pada saat kebutuhan bahan baku bertambah sebanyak 60 persen
69
atau lebih, maka biaya persediaan rata-ratanya akan sama atau melebihi biaya persediaan rata-rata berdasarkan metode perusahaan, sehingga tidak akan terjadi penghematan. b. Sensitivitas Hasil Proyeksi EOQ Akibat Perubahan Besarnya Biaya Penyimpanann Perubahan yang mungkin terjadi di masa yang akan datang selain perubahan jumlah permintaan adalah perubahan komponen biaya persediaan. Perubahan tersebut dapat dipicu oleh variabel-variabel yang secara langsung berpengaruh terhadap jumlah komponen biaya persediaan. Perubahan tingkat suku bunga yang dapat mempengaruhi besarnya biaya opportunity atau kenaikan BBM yang dapat mempengaruhi biaya transportasi. Biaya-biaya tersebut merupakan salah satu komponen biaya-biaya persediaan. Oleh karena itu, perlu diketahui bagaimana dampak dari perubahan tersebut terhadap biaya persediaan total yang harus dikeluarkan perusahaan. Berdasarkan hasil perhitungan sensitivitas terhadap komponen biaya persediaan, tampak perubahan (kanaikan atau penurunan) proyeksi biaya persediaan pada tahun 2010 akan berdampak pada besarnya biaya total persediaan yang harus dikeluarkan. Dalam perhitungan sensitivitas ini, diasumsikan proyeksi biaya penyimpanan (H), nilai EOQ, dan frekuensi pesanan tidak berubah. Perubahan hanya terjadi pada biaya pemesanan (S). Hal tersebut tampak pada Tabel 17 sebagai berikut. Tabel 17. Proyeksi Perubahan Biaya Persediaan Akibat Perubahan Biaya Penyimpanan Uraian
Perubahan Biaya
Biaya
Penyimpanan (%)
Persediaan (Rp)
Tetap Naik
-
22390613.48
Perubahan
Biaya
Biaya
Persediaan
Persediaan (%)
Rata-rata (Rp)
-
52,15
1
22502550.61
0,5
52.42
5
22950299.15
2,5
53.46
10
23509984.83
5
54.76
15
24069670.50
7,5
56.07
60
29106841.57
30
67,80
70
Berdasarkan Tabel 17, tampak bahwa asumsi kenaikan biaya penyimpanan per tahun sebesar satu persen yang dihitung berdasarkan proyeksi biaya persediaan tahun 2010 dengan tetap mempertahankan besarnya nilai EOQ dan frekuensi pesanan, akan menyebabkan meningkatnya jumlah biaya persediaan total sebesar 0,5 persen. Begitu pula sebaliknya, penurunan biaya penyimpanan per tahun sebesar satu persen akan menyebabkan menurunnya biaya persediaan total sebesar 0,5 persen. Kondisi yang sama juga berlaku untuk biaya persediaan rata-rata, dimana kenaikan biaya penyimpanan per tahun menyebabkan terjadinya kenaikan biaya persedian rata-rata. Dengan demikian, peningkatan biaya penyimpanan bahan baku pada tahun 2010 sebesar satu persen akan memberikan pertambahan biaya persediaan total sebesar 0,5 persen. Hal ini berlaku juga bila yang diasumsikan berubah adalah biaya pemesanan. Pada Tabel 18 tampak bahwa perubahan biaya pemesanan per tahun sebesar satu persen akan berdampak pada kenaikan biaya total persediaan sebesar 0,5 persen, demikian sebaliknya. Tabel 17 dan Tabel 18 juga memberikan ilustrasi terhadap PT Tridaya Eramina Bahari untuk melakukan antisipasi apabila terjadi perubahan komponen biaya persediaan di masa yang akan datang, dimana perusahaan harus mempersiapkan besarnya kemungkinan biaya yang dibutuhkan apabila terjadi perubahan biaya penyimpanan maupun biaya pemesanan. Nilai kuantitas pesanan optimal (EOQ) dapat dipertahankan dengan adanya kenaikan komponen biaya persediaan apabila pertambahan atau kenaikan biaya persediaan tidak melebihi 60 persen dari besarnya biaya yang telah diproyeksikan dalam hal ini biaya yang terjadi selama tahun 2008. Sedangkan penurunan komponen biaya persediaan tidak memberikan dampak yang merugikan bagi perusahaan, karena biaya rata-rata persediaan menjadi semakin kecil.
71
Tabel 18. Proyeksi Perubahan Biaya Persediaan Akibat Perubahan Biaya Pemesanan Uraian
Perubahan Biaya Penyimpanan (%)
Tetap
-
Kenaikan
1
Biaya Persediaan (Rp)
22390613,48
Perubahan Biaya Persediaan (%)
Biaya Persediaan Rata-rata (Rp)
-
52,15
22502582.48
0,5
52.42
5
22950458.48
2,5
53.46
10
23510303.48
5
54.76
24070148.48 29108753.48
7,5
56.07 67,80
15 60
30
7.7. Implikasi Terhadap Kebijakan Perencanaan Pengendalian Persediaan Bahan Baku Perusahaan Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan metode peramalan time series dan EOQ, ada beberapa masukan yang dapat dipertimbangkan perusahaan dalam melakukan perencanaan pengadaan persediaan agar masalahmasalah yang terjadi berkaitan dengan bahan baku seperti kekurangan dan kelebihan bahan baku, biaya persediaan bahan baku yang belum efisien, dan kelangkaan bahan baku akibat persaingan dengan perusahaan lain dapat diminimalisir. Peramalan yang dilakukan dapat digunakan perusahaan sebagai informasi yang dapat membantu mengurangi ketidakpastian biaya serta mendukung proses pengambilan keputusan dalam perencanaan strategi usaha. Perubahan-perubahan yang mungkin terjadi dalam perusahaan seperti penurunan atau peningkatan volume ekspor dapat diidentifikasi kecenderungannya, sehingga perusahaan dapat membuat suatu perencanaan dan keputusan yang tepat. Analisis perencanaan pengadaan persediaan yang dilakukan dengan menggunakan metode EOQ dan metode peramalan time series tidak dapat memberikan jaminan akurasi yang 100 persen mendekati kebenaran di masa yang akan datang. Hal ini karena PT Tridaya Eramina Bahari merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang agribisnis yang seringkali banyak dipengaruhi oleh faktor eksternal, seperti perubahan situasi ekonomi, perubahan cuaca dan iklim, serta hal lainnya di luar kendali perusahaan.
72
Hasil ramalan yang diperoleh diharapkan dapat memberikan informasi tentang pola data ekspor yang terjadi selama ini sehingga dapat membantu dalam perencanaan dan pengambilan keputusan perusahaan. Berkaitan dengan bahan baku, hasil ramalan ekspor PT Tridaya dapat dijadikan pertimbangan perusahaan dalam perencanaan pengendalian persediaan bahan baku terutama dalam perhitungan efisiensi biaya. Sehingga komponen pengeluaran biaya di luar budget dan pengeluaran biaya yang boros dapat dikurangi, dengan demikian PT Tridaya Eramina Bahari dapat menekan dan mengurangi komponen biaya yang tidak dibutuhkan. Sebagaimana yang telah diuraikan sebelumnya, analisis EOQ sangat berguna dalam menentukan jumlah pesanan dan frekuensi pesanan yang optimal. Berdasarkan analisis EOQ tersebut, ada beberapa hal yang berdampak pada perusahaan dan perencanaan pengadaan persediaan bahan baku yang akan dilakukan. Pertama, hasil perhitungan EOQ menunjukkan pengeluaran biaya yang lebih efisien dibandingkan dengan metode perusahaan. Melalui perhitungan EOQ tersebut, dapat diketahui berapa jumlah pemesanan optimal yang dapat dilakukan perusahaan. Dengan demikian akan memberikan pengaruh pada efisiensi biaya persediaan sehingga tidak perlu melakukan pemesanan berlebihan ataupun pemesanan kecil-kecilan. Pada akhirnya pengurangan komponen biaya persediaan tersebut memberikan dampak pada berkurangnya biaya-biaya variabel yang harus dikeluarkan perusahaan setiap tahunnya. Seperti yang telah diilustrasikan pada Tabel 12, maka dapat diambil sebuah dugaan bahwa perhitungan dengan menggunakan metode EOQ akan memberikan efisiensi pengeluaran biaya persediaan hingga Rp 1.703.572,55 atau sebesar 8,25 persen. Berdasarkan proyeksi kebutuhan bahan baku tahun 2010 yaitu sebesar 429303.1 kg, jumlah pesanan bahan baku yang optimal berdasarkan perhitungan EOQ adalah sebesar 1.139 kg untuk satu kali pesanan dengan frekuensi pesanan sebanyak 377 kali. Proyeksi biaya persediaan yang dibutuhkan selama satu tahun adalah sebesar Rp 22.390.613,48. Hal ini menunjukkan bahwa apabila perusahaan akan menggunakan metode EOQ, perusahaan perlu meingkatkan jumlah frekuensi pemesanannya dan mengurangi kuantitas pesanan per pesanan. Sehubungan dengan tidak adanya kebijakan potongan harga dari pemasok terhadap jumlah kuantitas pembelian ikan tuna, maka pengurangan atau pun penambahan kuantitas
73
pesanan tidak berpengaruh terhadap keuntungan yang dapat diterima perusahaan. Sehingga perusahaan dapat menggunakan nilai hasil perhitungan dengan menggunakan metode EOQ. Perusahaan dapat membagi frekuensi tersebut secara proporsional kepada setiap pemasok. Untuk pemasok utama yakni PT Sari Tuna Makmur, perusahaan dapat memberikan proporsi yang lebih besar dalam penetapan kuantitas bahan baku. Data historis pembelian bahan baku perusahaan menunjukkan bahwa persentase terbesar bahan baku diperoleh dari PT Sari Tuna Makmur yaitu kurang lebih 70 persen. Sisanya selain diperoleh dari PT Nusantara Bahari, diperoleh juga dari pemasok lain namun dalam jumlah yang relatif sedikit. Tabel 19 memperlihatkan pembagian proporsi frekuensi pemesanan dan banyaknya kuantitas pesanan yang dapat dipertimbangkan oleh perusahaan. Tabel 19. Proporsi Kuantitas dan Frekuensi Pesanan untuk Pemasok PT Tridaya Eramina Bahari Tahun 2010 Periode
Kebutuhan Ikan Tuna (kg)
PT Sari Tuna Makmur
Januari
12671.5
8870.05
Frekuensi (kali) 8
Februari
28573.1
20001.17
Maret
31829.5
April
Pemasok lainnya
3801
Frekuensi (kali) 3
18
8572
8
22280.65
20
9549
8
44241.6
30969.12
27
13272
12
Mei
41805.1
29263.57
26
12542
11
Juni
46091.8
32264.26
28
13828
12
Juli
78026.4
54618.48
48
23408
21
Agustus
47540.7
33278.49
29
14262
13
September
5739.5
4017.65
4
1722
2
Oktober
20462.2
14323.54
13
6139
5
November
41897.5
29328.25
26
12569
11
Desember
30424.4
21297.08
19
9127
8
Jumlah
429303.3
300512.31
264
128791
113
Jumlah (kg)
Jumlah (kg)
Jika dihubungkan dengan potensi permintaan tuna loin dari konsumen yang mencapai 25.000 kg per bulan, maka PT Tridaya Eramina Bahari dapat mengambil kebijakan meningkatkan target volume ekspornya dari jumlah volume
74
ekspor hasil peramalan yang rata-rata hanya mencapai 19676.4 kg per bulannya. Hal ini sangat mungkin karena peluang untuk memenuhi kebutuhan bahan baku tersebut masih terbuka. Perusahaan perlu melakukan kerjasama yang lebih terikat dengan pemasok-pemasok yang selama ini telah loyal memasok bahan baku ke perusahaan dan mencari pemasok-pemasok baru yang potensial untuk menjaga kelancaran dalam memenuhi kebutuhan bahan baku.
75