PERENCANAAN LANSKAP DUSUN MUARA DUA DESA CIBUNIAN KECAMATAN PAMIJAHAN KABUPATEN BOGOR SEBAGAI KAWASAN AGROWISATA
MUHAMMAD REZA RASYID
DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA* Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Perencanaan Lanskap Dusun Muara Dua, Desa Cibunian, Kecamatan Pamijahan sebagai Kawasan Agrowisata adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, November 2014 Muhammad Reza Rasyid NIM A44100072
ABSTRAK MUHAMMAD REZA RASYID. Perencanaan Lanskap Dusun Muara Dua, Desa Cibunian, Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor. Dibimbing oleh SETIA HADI Dusun Muara Dua adalah salah satu dusun di Kabupaten Bogor yang memiliki potensi sebagai kawasan agrowisata karena memiliki lahan dan kegiatan pertanian yang melimpah dan beragam. Potensi tersebut dapat dikembangkan menjadi objek agrowisata. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis potensi yang ada pada Dusun Muara Dua untuk dijadikan suatu kawasan agrowisata. Penelitian ini menggunakan metode analisis spasial, deskriptif dan kuantitatif. Selanjutnya data hasil analisis dinilai dan dikompositkan berdasarkan kriteria kelayakan kawasan agrowisata sehingga menghasilkan suatu peta kesesuaian lahan. Zonasi ruang dibagi menjadi tiga zona yaitu zona agrowisata (7,34 ha), zona penunjang agrowisata (2,13 ha) dan zona konservasi (2,13 ha). Ketiga zona tersebut kemudian dijadikan dasar dalam pembuatan rencana blok, rencana lanskap dan gambar penunjang lainnya. Kata kunci: Agrowisata, Dusun Muara, Perencanaan Lanskap
ABSTRACT MUHAMMAD REZA RASYID. Planing Dusun Muara Dua Cibunian Village, Pamijahan Sub-District, Bogor Regency as Agrotourism Area Supervised by SETIA HADI. Muara Dua is one of beautiful village in Bogor which has potencies to be an agrotourism area because of the beautiful and natural landscape. There are so many agricultural land and activity which can be the object of the agrotourism. This reasearch uses quantitative, descriptive and spatial analysis. As a result, by overlaying the analysis data such as topografi and landuse based on the agrotourism criteria, it produced the spatial suitability for agrotourism. The unsuitable area for agrotourism is use for conservation area to improve the ecological aspect. So There will three different space: Agrotourism zone (7,34 ha), services zone (2,18 ha) and conservation zone (2,13 ha). The three zones are detailed in to block plan and the block plan rendered in to landscape plan. Key words: Agrotourism, Landscape planning, Muara Dua.
PERENCANAAN LANSKAP DUSUN MUARA DUA DESA CIBUNIAN KECAMATAN PAMIJAHAN KABUPATEN BOGOR SEBAGAI KAWASAN AGROWISATA
MUHAMMAD REZA RASYID
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Departemen Arsitektur Lanskap
DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
Judul Skripsi : Perencanaan Lanskap Dusun Muara Dua, Desa Cibunian, Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor sebagai Kawasan Agrowisata Nama : Muhammad Reza Rasyid NIM : A44100072
Disetujui oleh
Dr. Ir. Setia Hadi, MS Pembimbing
Diketahui oleh
Dr. Ir. Bambang Sulistyantara, M.Agr. Ketua Departemen Arsitektur Lanskap
Tanggal lulus:
PRAKATA Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang senantiasa memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penelitian ini dengan judul “Perencanaan Lanskap Dusun Muara Dua, Desa Cibunian, Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor Sebagai Kawasan Agrowisata” dapat diselesaikan dengan baik. Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Ir. Dr. Setia Hadi, MS selaku pembimbing yang telah memberikan saran dan pengarahan selama kegiatan penyusunan penelitian. Selain itu, ungkapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada kedua orang tua, keluarga, serta sahabat terutama Cynthia Putri Prameswari yang selalu mendukung penulis sehingga penelitian ini dapat diselesaikan. Penulis menyadari bahwa tulisan ini jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kritik dan saran sangat diperlukan untuk perbaikan di masa yang akan datang. Semoga penelitian ini bermanfaat bagi pembaca.
Bogor, November 2014 Muhammad Reza Rasyid
i
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL
iii
DAFTAR GAMBAR
iii
PENDAHULUAN
1
Latar belakang
1
Tujuan Penelitian
1
Manfaat Penelitian
2
Kerangka pikir
2
TINJAUAN PUSTAKA
3
Perencanaan Lanskap
3
Perencanaan Kawasan Wisata
3
Kawasan Pedesaan
4
Wisata
4
Objek dan Kawasan Wisata
4
Sumber untuk Kegiatan Wisata
5
Rekreasi
5
Agrowisata
5
Prasyarat Kawasan Agrowisata
6
Kriteria Kawasan Agrowisata
6
METODOLOGI
7
Lokasi dan Waktu
7
Batas Penelitian
7
Alat dan Bahan
7
Metode Penelitian
8
Tahapan Penelitian
11
HASIL DAN PEMBAHASAN
13
Aspek Fisik
13
Aspek Sosial
21
Aspek Legal
24
Analisis Kelayakan Kawasan Agrowisata
25
Analisis Daya Dukung Wisata
30
Analisis Kesesuaian Lahan Bangunan Wisata
31
Sintesis
31
Konsep Dasar
36
Konsep Ruang
36
Konsep Sirkulasi
37
Konsep Tata Hijau
38
Konsep Aktivitas dan Fasilitas
38
Perencanaan Lanskap
39
Rencana Fasilitas
40
Rencana Ruang dan Aktivitas Wisata
42
Rencana Sirkulasi
44
Rencana Vegetasi
50
KESIMPULAN DAN SARAN
58
DAFTAR PUSTAKA
59
RIWAYAT HIDUP
60
iii
DAFTAR TABEL 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
Jenis Data dan Cara Pengambilan Data Kriteria Penilaian Kelayakan Objek Agrowisata Kriteria Kesesuaian Lahan Bangunan Wisata Persentase Kemiringan Lereng Persentase Penggunaan Lahan Nilai Thermal Humidity Index Fasilitas Dusun Muara Dua Mata Pencaharian Desa Cibunian Identitas, Persepsi dan Prefrensi Pengunjung Klasifikasi Nilai Kelayakan Kawasan Agrowisata Penilaian Kelayakan Kawasan atau Objek Agrowisata Kesesuaian Lahan Untuk Bangunan Wisata Aspek Data, Potensi, Kendala, dan Solusi pada Kawasan Konsep Tata Hijau Rencana Fasilitas Hubungan Ruang, Fasilitas dan Aktivitas Rencana Vegetasi
8 9 11 15 16 19 20 21 22 25 26 31 33 38 40 42 51
DAFTAR GAMBAR 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
Kerangka Pikir Penelitian Lokasi Kegiatan Penelitian Proses Perencanaan Lanskap Batas Tapak Dusun Muara Dua Kondisi Jalan Peta kontur Dusun Muara Dua Peta Kemiringan Lahan Dusun Muara Dua Peta Tata Guna Lahan Pemandangan Alam Dusun Muara Dua Curah Hujan Tahun 2013 Kelembaban Nisbi Tahun 2013 Suhu Tahun 2013 Kondisi dan Drainase Hidrologi pada Tapak Beberapa Jenis Vegetasi yang Ditemui di Tapak Bentuk Rumah Warga Dusun Muara Dua, Desa Cibunian Foto Objek Daya Tarik Wisata Dusun Muara Dua Peta Sebaran Objek daya Tarik Wisata Pertanian Kemiringan Lahan Sawah Peta Kesesuaian Lahan Bangunan Wisata Peta Komposit Diagram Konsep Ruang Diagram konsep sirkulasi Diagram Konsep Aktivitas Agrowisata Rencana Ruang Rencana Sirkulasi
2 7 11 13 14 14 15 16 17 17 18 19 19 21 22 27 28 29 32 35 36 37 39 45 46
26 27 28 29 30 31 32 33 34
Block plan Landscape Plan Potongan A-A' Ilustrasi (1) Ilustrasi (2) Ilustrasi (3) Detail Landscape plan (1) Detail Landscape plan (2) Detail Landscape plan (3)
47 48 49 52 53 54 55 56 57
PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia adalah salah satu negara yang kaya akan keindahan alamnya. Hal tersebut menyebabkan Indonesia menjadi salah satu daerah tujuan wisata yang digemari karena keindahan alamnya. Salah satu keindahan alam Indonesia yang menjadi daya tarik wisatawan adalah keindahan bentang alam Indonesia seperti areal persawawahan Indonesia yang luas dengan topografi yang beragam. Agrowisata merupakan suatu bentuk kegiatan wisata yang dilakukan dkawasan pertanian yang menyajikan suguhan pemandangan alam kawasan pertanian dan aktivitas di dalamnya seperti persiapan lahan, penanaman, pemeliharaaan, pemanenan, pengelolaan hasil panen sampai dalam bentuk siap dipasarkan dan bahkan pengunjung dapat membeli produk pertanian tersebut sebagai oleh-oleh (Arifin, 1992). Pengembangan Agrowisata merupakan suatu usaha pemanfaaatan potensi dibidang pertanian dan peluang-peluang yang ada di bidang pariwisata. Prospek pengembangan agrowisata di Indonesia menurut Alikodra (1989) dapa dilihat dari tiga aspek, yaitu keadaan atau potensi objek agrowisata, potensi pasar, dan kondisi serta perkembangan sarana pendukung. Sarana dan prasarana meliputi jaringan jalan, transportasi, penginapan, rumah makan, aksesibilitas, dan jaminan keamanan. Potensi untuk mengembangkan kawasan agrowisata dapat ditemukan di Dusun Muara Dua Desa Cibunian Kecamatan Pamijahan Kabupaten Bogor Jawa Barat. Dusun ini memiliki suasana lanskap pedasaan dan pertanian yang dominan dengan luas wilayah sebesar 33,4 ha. Sebagian besar lahannya digunakan sebagai area persawahan. Selain itu terdapat area perikanan, peternakan, dan terdapat pemukiman penduduk yang bernuansa pedesaan. Kondisi lanskap pedasaan yang suasannya masih alami berpotensi digunakan sebagai area rekreasi dan kegiatan pertanian yang ada pada dusun dapat dijadikan suatu atraksi wisata dan sarana pembelajaran yang menarik. Oleh sebab itu, dibutuhkan suatu perencanaan untuk membuat kawasan agrowisata yang setidaknya mampu menggali dan mengarahkan potensi kawasan di Dusun Muara Dua, Desa Cibunian, Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk, 1. Mengidentifikasi aspek fisik, biofisik, sosial, budaya serta sumber daya wisata di Dusun Muara Dua, Desa Cibunian, Kecamatan Pamijahan 2. Menganalisis dan mensintesis potensi dan kendala yang ada di Dusun Muara Dua, Desa Cibunian, Kecamatan Pamijahan 3. Merencanakan lanskap Dusun Muara Dua Desa Cibunian sebagai kawasan agrowisata
2
Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan alternatif perencanaan lanskap agrowisata yang berkelanjutan dan menjadi acuan rencana pengembangan agrowisata oleh pemerintah setempat. Kerangka Pikir Adapun kerangka pikir dalam melakukan penelitian ini sebagai berikut : Dusun Muara Dua, Desa Cibunian, Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor
Potensi Agrowisata
Fisik
Biofisik
Sosial, Budaya
Pengunjung
ODTW
Analisis Potensi Agrowisata
Analisis Kuantitatif
Analisis Spasial
Analisis Deskriptif
Sintesis Konsep Dasar Konsep ruang
Konsep Sirkulasi
Konsep Fasilitas dan aktivitas
Konsep Vegetasi
Block Plan Rencana Lanskap Agrowisata Dusun Muara Dua Desa Cibunian Kecamatan Pamijahan
Lanskap Agrowisata Dusun Muara Dua Desa Cibunian Kecamatan Pamijahan
Gambar 1 Kerangka Pikir Penelitian Berdasarkan kerangka pikir tersebut proses perencanaan dengan basis lanskap agrowisata membutuhkan proses inventarisasi atau mengidentifikasi kondisi awal Dusun Muara Dua Desa Cibunian yang dilakukan berkenaan dengan
3
elemen-elemen pembentuk sebuah kawasan agrowisata dari aspek fisik, biofisik, sosial, budaya, persepsi dan prefrensi pengunjung serta objek dan daya tarik wisata yang ada pada tapak. Selanjutnya aspek tersebut dianalisis untuk kemudian dilakukan penyusunan solusi berupa sintesis yang dibutuhkan dalam perencanaan agrowisata. TINJAUAN PUSTAKA Perencanaan Lanskap Menurut Simonds (1983), perencanaan adalah suatu proses sintesis yang kreatif tanpa akhir dan dapat ditambah, juga merupakan proses yang rasional dan evolusi yang teratur. Perencanaan merupakan urutan-urutan pekerjaan yang panjang dan terdiri dari bagian-bagian pekerjaan yang saling berhubungan dan berkaitan. Semua bagian tersebut tersusun sedemikian rupa sehingga apabila terjadi perubahan pada suatu bagian, maka akan mempengaruhi bagian yang lain. Sedangkan Menurut Gold (1980), perencanaan lanskap merupakan suatu alat yang sistematis dan dapat digunakan untuk awal suatu keadaan dan merupakan cara terbaik untuk mencapai suatu keadaan tersebut. Nurisjah dan Pramukanto (2012) berpendapat bahwa perencanaan lanskap adalah satu kegiatan utama dalam arsitektur lanskap. Perencanaan lanskap merupakan kegiatan penataan yang berbasis lahan (land base planning) melalui kegiatan pemecahan masalah dan merupakan proses pengambilan keputusan jangka panjang guna mendapatkan suatu model lanskap yang fungsional, estetik dan lestari yang mendukung berbagai kebutuhan dan keinginan manusia dalam upaya meningkatkan kenyamanan dan kesejahteraan. Perencanaan Kawasan Wisata Merencanakan suatu kawasan wisata adalah upaya untuk menata dan mengembangkan suatu areal dan jalur pergerakan pendukung kegiatan wisata sehingga kerusakan lingkungan akibat pembangunannya dapat diminimumkan tetapi pada saat yang bersamaan kepuasan wisatawan dapat terwujudkan (Nurisjah, 2004) dalam Halida (2006). Untuk mengembangkan suatu kawasan menjadi kawasan pariwisata (termasuk juga agrowisata) menurut Spillane (1994) dalam Utama (2005) ada lima unsur: 1. Attraction Dalam konteks pengembangan agrowisata, atraksi yang dimaksud adalah hamparan kebun/lahan pertanian, keindahan alam, keindahan taman, budaya petani tersebut serta segala sesuatu yang berhubungan dengan aktivitas pertanian tersebut. 2. Facilities Fasilitas yang diperlukan mungkin penambahan sarana umum, telekomunikasi, hotel dan restoran pada sentra-sentra pasar. 3. Infrastructure Infrastruktur yang dimaksud dalam bentuk sistem pengairan, jaringan komunikasi, fasilitas kesehatan, terminal pengangkutan, sumber listrik dan
4
energi, sistem pembuangan kotoran/pembuangan air, jalan raya dan sistem keamanan. 4. Transportation Transportasi umum, terminal bus, sistem keamanan penumpang, system Informasi perjalanan, tenaga kerja, kepastian tarif, dan peta kota/objek wisata. 5. Hospitality Keramah-tamahan masyarakat akan menjadi cerminan keberhasilan sebuah sistem pariwisata yang baik. Kawasan Pedesaan Kawasan pedesaan adalah kawasan yang mempunyai kegiatan utama pertanian, termasuk pengelolaan sumberdaya alam dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman pedesaan, pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi. Atau tempat pemukiman di luar perkotaan. (Adisasmita, 2010) Wisata Wisata memiliki pengertian berpergian sementara menuju tempat lain di luar tempat tinggalnya. Dorongan kepergiannya adalah karena berbagai kepentingan, baik karena kepentingan ekonomi, sosial, kebudayaan, politik, agama, kesehatan maupun kepentingan lain, seperti karena sekedar ingin tahu, menambah pengalaman, ataupun untuk belajar (Suwantoro, 1997). Menurut Suwantoro (1997), istilah pariwisata berhubungan erat dengan pengertian perjalanan wisata, yaitu sebagai suatu perubahan tempat tinggal sementara seseorang di luar tempat tinggalnya karena suatu alasan dan bukan untuk keperluan kegiatan yang menghasilkan upah. Di Indonesia, pengertian wisatawan tercantum dalam Instruksi Presiden Nomor 9 Tahun 1969, yaitu setiap orang yang bepergian dari tempat tinggalnya untuk berkunjung ke tempat lain dengan menikmati perjalanan dan kunjungan itu. Wisatawan adalah setiap orang yang melakukan perjalanan dan menetap untuk sementara di tempat lain selain tempat tinggalnya, untuk salah satu atau berbagai alasan untuk mencari pekerjaan (Marpaung, 2002). Objek dan Kawasan Wisata Objek wisata adalah suatu tempat yang menjadi kunjungan wisatawan karena mempunyai sumberdaya tarik, baik alamiah maupun buatan manusia, seperti keindahan alam/pegunungan, pantai, flora dan fauna, kebun binatang, bangunan kuno bersejarah, monumen-monumen, candi candi, tari-tarian, atraksi dan kebudayaan khas lainnya, dengan demikian dapat dikatakan bahawa kawasan wisata adalah kawasan dengan luas tertentu yang dibangun atau disediakan untuk memenuhi kebutuhan pariwisata menjadi sasaran wisata (Undang-undang No. 9 Tahun 1990 tentang Pariwisata)
5
Sumber untuk Kegiatan Wisata Sumberdaya untuk aktivitas wisata adalah tempat tujuan bagi orang yang melakukan wisata merupakan suatu kesatuan ruang tertentu dan dapat menarik keinginan untuk berwisata. Menurut Gold (1980), ketersediaan sumberdaya untuk aktivitas wisata dapat dilihat dari jumlah dan kualitas sumberdaya yang tersedia dan dapat digunakan pada waktu tertentu. Untuk mengetahui sumberdaya yang tersedia dapat dilakukan identifikasi dan inventarisasi kemudian analisis potensi dan kendalanya. Rekreasi Rekreasi adalah apa yang terjadi dalam hubungannya dengan kepuasan diri yang diperoleh melalui pengalaman. Rekreasi juga dapat diartikan sebagai segala kegiatan yang dilakukan seseorang untuk dapat menyegarkan kembali sifat mentalnya serta dapat bermanfaat (Gold, 1980). Selain itu menurut Gold (1980) rekreasi biasanya dihubungkan dengan pemilihan berbagai aktivitas oleh individu atau kelompok baik yang bersifat aktif maupun pasif. Aktivitas rekreasi juga merupakan kegiatan yang ditentukan elemen waktu, kondisi, sikap manusia, dan lingkungan. Rekreasi merupakan suatu aktivitas yang dilakukan secara sukarela pada waktu-waktu senggang, merupakan pengalaman yang diharapkan dapat memberikan manfaat berupa kenikmatan dan penyegaran kembali fisik dan mental. Menurut Knudson (1980) aktivitas-aktivitas rekreasi di alam terbuka meliputi: Rekreasi perjalanan seperti bersepeda, jalan-jalan, berkuda, pendakian dan berlayar; Rekreasi sosial seperti piknik dan berkemah; Rekreasi estetik seperti fotografi, melukis, menikmati pemandangan dan studi alam; Petualangan seperti mendaki gunung dan memanjat tebing; Survival Replay seperti berburu, memancing dan berkemah. Agrowisata Agrowisata merupakan perjalanan untuk meresapi dan mempelajari kegiatan pertanian, perkebunan, peternakan, kehutanan. Jenis wisata ini bertujuan untuk mengajak wisatawan untuk ikut memikirkan sumberdaya alam dan kelestariannya. Wisatawan tinggal bersama keluarga petani atau tinggal di perkebunan untuk ikut merasakan kehidupan dan kegiatannya (Adisasmita, 2010). Wilayah kawasan wisata agro awalnya adalah perdesaan karena secara tradisional merupakan daerah produksi pertanian, tetapi saat ini dapat berkembang kemana saja tergantung bentuk pertanian yang ditawarkan. Berdasarkan pendapat E.Salim pada Nurisjah (2001) untuk pengembangan wisata agro ini ada tiga hal yang harus diketahui dan diperhatikan yaitu: 1) wisata agro merupakan suatu kegiatan yang didasarkan pada keaslian agroekosistem; 2) dalam mengembangkan aktivitas wisata agro harus bersendi pada riset ilmiah; 3) wisata agro merupakan suatu pemandangan alamiah yang bertumpu pada bentuk lanskap regional. Selanjutnya ada dua azas yang harus diakomodasikan pada aktivitas dan pengembangannya, yaitu (1) azas manfaat, dalam arti penyelenggaraan program wisata agro dapat memberikan manfaat politik, ekonomi, sosial, budaya maupun
6
lingkungan; (2) azas pelestarian dalam arti penyelenggaraan program wisata agro diarahkan berperan guna meningkatkan pelestarian plasma nutfah sebagai sumberdaya utama bagi kelestarian alam dan lingkungan. Komoditas pertanian, mencakup tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, kehutanan, peternakan, dan perikanan dengan keragaman dan keunikannya yang bernilai tinggi serta diperkuat oleh kekayaan kultural yang sangat beragam, mempunyai daya tarik kuat sebagai objek agrowisata. Keseluruhannya sangat berpeluang besar menjadi andalan dalam perekonomian Indonesia. (Pamulardi, 2006). Prasyarat Kawasan Agrowisata Pengembangan kawasan agrowisata menurut BAPPENAS (2004) harus memenuhi beberapa prasyarat dasar yaitu : 1. Memiliki sumberdaya lahan dengan agroklimat yang sesuai untuk mengembangkan komoditi pertanian yang akan dijadikan komoditi unggulan. 2. Memiliki prasarana dan infrastruktur memadai untuk mendukung pengembangan sistem dan usaha agrowisata, seperti: jalan, sarana irigasi/pengairan, sumber air baku, pasar, terminal, jaringan telekomunikasi, fasilitas perbankan, pusat informasi pengembangan agribisnis, sarana produksi pengolahan hasil pertanian, dan fasilitas umum serta fasilitas sosial lainnya. 3. Memiliki sumberdaya manusia yang berkemauan dan berpotensi untuk mengembangkan kawasan agrowisata. 4. Pengembangan kawasan agrowisata tersebut mampu mendukung upayaupaya konservasi alam dan kelestarian lingkungan hidup bagi kelestarian sumberdaya alam, kelestarian sosial budaya maupun ekosistem secara keseluruhan.
Kriteria Kawasan Agrowisata Menurut BAPPENAS (2004) kawasan agrowisata yang sudah berkembang memiliki kriteria-kriteria, karakter dan ciri-ciri yang dapat dikenali. Kawasan agrowisata merupakan suatu kawasan yang memiliki kriteria sebagai berikut: 1. Memiliki potensi atau basis kawasan di sektor agro baik pertanian, horikultura, perikanan maupun peternakan 2. Adanya kegiatan masyarakat yang didominasi oleh kegiatan pertanian dan wisata dengan keterkaitan dan ketergantungan yang cukup tinggi. Kegiatan pertanian yang mendorong tumbuhnya industri pariwisata, dan sebaliknya kegiatan pariwisata yang memacu berkembangnya sektor agro. 3. Adanya interaksi yang intensif dan saling mendukung bagi kegiatan agro dengan kegiatan pariwisata dalam kesatuan kawasan. Berbagai kegiatan dan produk wisata dapat dikembangkan secara berkelanjutan.
7
METODOLOGI Lokasi dan Waktu Penelitian perencanaan lanskap agrowisata ini dilakukan di Dusun Muara Dua, Desa Cibunian, Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor, Jawa Barat (Gambar 2). Area perencanaan ini memiliki luas sekitar 33,4 ha.
Gambar 2 Lokasi Kegiatan Penelitian Sumber : RTRW Kabupaten Bogor 2005-2025
Penelitian dilakukan dari bulan Februari hingga Juni 2014 yang dimulai dari tahap persiapan hingga penyusunan laporan akhir berupa skripsi. Batasan Penelitian Penelitian ini dibatasi pada kondisi fisik, biofisik, sosial dan budaya guna mendukung penyusunan perencanaan lanskap dengan pendekatan agrowisata yang diwujudkan menjadi gambar rencana lanskap dan gambar penunjang lainnya. Alat dan Bahan Alat yang digunakan dalam penelitian ini meliputi : 1. kamera, 2. lembar kuisioner, 3. alat tulis, buku catatan, alat gambar 4. komputer dan software ArcGIS 9.3, AutoCad 2010,Adobe Photoshop CS5, Google Sketch up 8, Microsoft Office Word 2010, Microsoft Office Excel 2010, Microsoft Office Power Point 2010 dan 5. GPS (Global Positioning System) Garmin V. Data penelitian ini terdiri atas data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari hasil survei lapang dan wawancara sedangkan data sekunder yang
8
diperlukan diperoleh melalui studi pustaka. Data dan sumber data yang diperlukan diuraikan pada Tabel 1.
Tabel 1 Jenis Data dan Cara Pengambilan Data No
Jenis Data
Spesifikasi
Cara Pengambilan
Sumber
A
Data Fisik Lahan
Lokasi, batas dan luasan
Studi pustaka, survei, tracking
Kantor Desa Cibunian, lapang
2. 3.
Topografi Tata Guna Lahan
Kemiringan lahan Pola Penggunaan Lahan
Studi pustaka Digitasi, observasi langsung
Bakosutranal Lapang
3.
Pola sirkulasi air Jenis dan persebaran
Survei, wawancara
Lapang
4.
Hidrologi Vegetasi dan satwa
survei
lapang
5.
Tanah
Jenis dan kriteria
Studi pustaka
Bakosutranal
1.
BAPPEDA 6.
7. 8.
Iklim
Sense of Quality Aksesibilitas
Curah hujan
Studi pustaka
BMG
Suhu rataan
Studi pustaka
BMG
Kelembaban
Studi pustaka
BMG
Kenyamanan
survei
lapang
Visual
survei
lapang
Jaringan
Studi pustaka,
lapang
Transportasi
survei survei
9.
Fasilitas/utilitas
Sirkulasi Fasilitas dan utilitas
10.
Atraksi/objek wisata
wisata Objek yang dinikmati
survei
lapang
survei
lapang
wawancara,studi pustaka
Kepala Dusun
pengunjung B
Data Sosial
11
Pengguna tapak
jumlah penduduk,prilaku
12
Presepsi dan preferensi
dan keinginan Keinginan dan kebutuhan
pengunjung
wisatawan
Pengguna tapak kuisioner
Pengunjung
Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah analisis kuantitatif, analisis spasial, dan analisis deskriptif. Penjelasan mengenai masing-masing metode analisis sebagai berikut: 1. Analisis Kuantitatif Analisis kuantitatif digunakan untuk menganalisis daya dukung, Thermal Humidity Index (THI), dan analisis kelayakan kawasan agrowisata. Analisis
9
tersebut menjadi indikator dalam merencanakan kebutuhan ruang dan kebutuhan fasilitas. Secara umum rumus daya dukung yaitu (Boulon dalam Nurisjah, 2003):
Pengukuran Thermal Humidity Index (THI) untuk mengetahui indeks kenyamanan menurut iklim mikro dinyatakan dengan rumusan sebagai berikut:
Ket : T = suhu udara (oC) RH = kelembaban nisbi udara (%)
Analisis kelayakan Objek agrowisata dilakukan dengan Dengan melakukan penilaian terhadap objek yang berpotensi menjadi objek agrowisata sesuai kriteria yang ditampilkan pada Tabel 2. Tabel 2 Kriteria Penilaian Kelayakan Objek Agrowisata No.
Kriteria
Nilai
Obyek dan Atraksi Berbasis Pertanian (Bobot 20%): Ketersediaan ragam serta keindahan areal pertanian (sawah, perkebunan, kolam)
1
• Beragam obyek dan aktivitas pertanian disertai keindahan pemandangan pertanian sekitarnya • Cukup beragam obyek dan aktivitas pertanian disertai keindahan pemandangan sekitarnya
4 3
• Cukup beragam obyek dan aktivitas pertanian tetapi kurang keindahan pemandangan sekitarnya
2
• Kurang beragam dan tak indah
1
Obyek dan Atraksi Alami (Bobot 20%): Keindahan pemandangan alami (ekosistem, topografi, tanaman langka, satwa liar, air terjun) dan iklim (tropikal, udara yang bersih, & suhu yang nyaman) 2
• Beragam obyek alami dengan keindahan dan kenyamanan alami
4
• Cukup beragam obyek alami dengan keindahan dan kenyamanan alami
3
• Beragam obyek alami dengan keindahan dan kenyamanan buatan (rekayasa)
2
• Kurang obyek alami dengan keindahan dan kenyamanan buatan (rekayasa) 1
3
Akses (Bobot 15%) : Kemudahan untuk pencapaian lokasi, ketersediaan jalan • Jalan primer dekat, mudah dicapai, kondisi baik, kendaraan umum beragam, kondisi baik • Jalan sekunder, kondisi sedang, kendaraan umum terbatas
4 3
• Jalan tersier, kondisi sedang, tidak ada kendaraan umum
2
• Tidak ada akses, tidak ada kendaraan umum
1
10
Tabel 2 Kriteria Penilaian Kelayakan Objek Agrowisata (Lanjutan) No.
4
Kriteria Letak Dari Jalan Utama (Bobot 15%): Kedekatan dengan jalur jalan utama wilayah
Nilai
• Dekat (< 1 km)
4
• Sedang (1 – 3 km)
3
• Cukup jauh (3 – 5 km)
2
• Sangat jauh (> 5 km)
1
Sarana Wisata (Bobot 10%): Utilitas, sarana kesehatan, air bersih , fasilitas makan dan penginapan 5
6
• Tersedia, lengkap, kualitas baik dan terawat
4
• Ada beberapa, cukup terawat
3
• Ada beberapa, kurang terawat
2
• Tidak tersedia Objek dan Atraksi Budaya/Sosial (Bobot 20%) : Perdesaan, perkotaan, arsitektur vernakular, festival budaya (festival seni budaya, MTQ), atraksi budaya lokal (pasar lokal, upacara-upacara) • Bernilai lokal tinggi, berjumlah relatif banyak, dilestarikan
1
• Bernilai lokal tinggi, berjumlah relatif banyak, kurang diperhatikan
3
• Bernilai lokal tinggi, berjumlah sedikit, kurang diperhatikan
2
• Tidak memiliki aset budaya lokal
1
4
Sumber : Smith (1989) dalam Maharani (2006) dengan modifikasi sesuai tujuan ∑
∑
Ket : KKA = Kelayakan Kawasan Agrowisata Sij = Kriteria Agrowisata tiap kawasan Aij = Bobot Kriteria Agrowisata
2. Analisis Deskriptif Analisis deskriptif adalah prosedur penelitian berdasarkan data lisan atau tulisan dari subjek yang telah diamati dan memiliki karakteristik data yang diperoleh adalah data asli serta menggunakan metode yang sistematis dan dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Jenis penelitian deskriptif dapat dikelompokkan dalam tiga kelompok, yaitu (1) apabila hanya mendeskripsikan data apa adanya dan menjelaskan data atau kejadian dengan kalimat-kalimat penjelasan secara kualitatif maka disebut penelitian deskriptif kualitatif; (2) Apabila dilakukan analisis data dengan menghubungkan antara satu variabel dengan variabel yang lain maka disebut deskriptif asosiatif; dan (3) apabila dalam analisis data dilakukan pembandingan maka disebut deskriptif komparatif (Sulipan, 2007). Analisis deskriptif didukung dengan studi pustaka terkait.
11
3. Analisis Spasial Analisis kesesuaian lahan untuk bangunan wisata dilakukan untuk menilai kecocokan lahan dalam penggunaan bangunan penunjang wisata dengan melakukan overlay data spasial kemiringan lereng dan penggunaan lahan. Ditampilkan pada Tabel 3. Tabel 3 Kriteria Kesesuaian Lahan Bangunan Wisata (intensive use) Tata Guna Lahan
Kemiringan
Semak
0-8% 8-15% 15-40% >40% 0-8% 8-15% 15-40% >40% 0-8% 8-15% 15-40% >40%
Kebun
Hutan
Keseuaian untuk wisata (intensive use) S1 (kesesuaian tinggi) S2 (kesesuaian sedang) S3 (tidak sesuai) S3 (tidak sesuai) S1 (kesesuaian tinggi) S2 (kesesuaian sedang) S3 (tidak sesuai) S3 (tidak sesuai) S2 (kesesuaian sedang) S3 (tidak sesuai) S3 (tidak sesuai) S3 (tidak sesuai)
Sumber : Gold (1980) dalam Rahmafitria (2013)
Tahapan Penelitian Tahapan penelitian mengikuti proses perencanaan yang dikemukakan oleh Gold (1980) dengan menggunakan pendekatan perencanaan berdasarkan sumber daya dan aktivitas wisata, di mulai dengan tahap persiapan, inventarisasi, pengumpulan data, analisis dan sintesis, hingga tahap perencanaan. Persiapan
Tujuan studi
Inventarisas i Fisik -Lokasi tapak -Aksesbilitas -Geologi dan jenis tanah -topografi, & kemiringan lahan -Iklim -Pola penggunaan lahan -Vegetasi dan satwa Sosial , Budaya -Keadaan sosial budaya masyarakat -Potensi pengunjung -Tempat-tempat rekreasi disekitar kawasan Legal
Analisis
Sintesis
Perencanaa n
Objek daya tarik wisata
Konsep dasar
Analisis kesuaian lahan
-Konsep tata ruang -Konsepaktivitas-Konsep sirkulasi -Konsep tata hijau -Konsep fasilitas
-Rencana sirkulasi -Rencana rekreasi -Rencana aktivitas -Rencana tata hijau -Block Plan -landscape plan
Kesesuaian area
Perancangan
Gambar 3 Proses perencanaan lanskap menurut Gold (1980)
12
Persiapan Pada tahap persiapan ini disusun tujuan perencanaan dan berbagai informasi dasar mengenai lokasi, penyusunan rencana kerja dan biaya, pengumpulan informasi tentang program dari instansi terkait dalam pengembangan dan pengelolaan kawasan. Inventarisasi Perencanaan diawali dengan pengambilan data dan penghayatan tapak. Pengambilan data meliputi data fisik dan non fisik yang mempengaruhi tapak. Informasi diperoleh dalam bentuk data, survei lapangan, maupun studi pustaka. Data primer diperoleh melalui pengamatan langsung ditapak seperti kondisi umum, visual tapak, aksesbilitas, tracking, hasil wawancara maysrakat dan instansi setempat, dan pengambilan gambar menggunakan kamera. Sedangkan data sekunder dapat diperoleh dari studi pustaka yaitu buku-buku acuan yang berhubungan dengan penelitian. survey lapang dilakukan untuk mengetahui keadaan tapak sebenarnya sebagai data penunjang penentuan potensi, kendala, amenity dan danger signal pada tahap analisis. Data yang dikumpulkan berupa aspek biofisik yaitu data lokasi, luas dan aksesbilitas; topografi dan kemiringan lahan; geologi dan tanah; iklim; vegetasi dan satwa; visual, hidrologi dan penggunaan lahan. Dan penyebaran kuisioner untuk mendapatkan persepsi dan preferensi pengunjung terhadap kawasan kepada 30 responden. Analisis Data Penelitian ini menggunakan analisis deskriptif, analisis kuantitatif dan analisis spasial untuk mengetahui karakteristik tapak, tipe-tipe sumberdaya rekreasi yang tersedia dan potensinya, kendala, amenity, dan danger signals tapak, keterkaitannya dengan aspek biofisik dan sosial. Adapun data yang akan dianalisis seperti: peruntukan lahan dan kemiringan lereng dengan metode overlay kesesuaian lahan untuk bangunan rekreasi, menganalisis daya dukung dengan menggunakan rumus menurut Boullon (2004) diperhitungkan berdasarkan rataan dalam m2/orang dan perhitungan THI (Thermal Humudity Index) untuk menentukan indeks kenyamanan tapak. Sintesis Dari analisis aspek fisik, biofisik dan analisis sosial dan budaya dapat diketahui alternatif-alternatif kegiatan wisata. Alternatif kegiatan wisata berdasarkan sumberdaya yang diseleksi untuk mendapatkan kegiatan wisata pilihan yang memenuhi aspek biofisik, sosial dan budaya sesuai dengan tujuan dari perencanaan dan keinginan pengguna tapak. Dari hasil pemilihan kegiatan wisata, daya dukung kawasan dan keinginan pengunjung dapat ditentukan tipe dan jumlah fasilitas yang dapat mendukung kegiatan wisata tersebut. Konsep Selanjutnya ditentukan konsep dasar perencanaan yang merupakan gambaran bagaimana kebijakan wisata dilakukan, penyediaan sarana dan prasarana wisata sesuai sumberdaya yang ada pada tapak. Dari konsep dasar kemudian dikembangnkan dalam bentuk zonasi ruang yang didasarkan oleh
13
fungsi aktivitas dan fasilitas yang akan direncanakan dalam bentuk block plan yang akan menjadi acuan dasar bagi pembuatan rencana lanskap (landscape plan). Perencanaan Pada tahap perencanaan, konsep yang telah dibuat dikembangkan menjadi rencana yang meliputi rencana ruang, rencana fasilitas, rencana aktivitas dan rencana tata hijau, serta rencana lanskap secara keseluruhan sehingga menghasilkan landscape plan. Hasil tersebut harus sesuai dengan konsep dan tujuan awal.
HASIL DAN PEMBAHASAN Aspek fisik Letak, Luas dan Batas-batas Tapak Dusun Muara Dua secara administratif termaksud kedalam Desa Cibunian yang berada di Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor , Propinsi Jawa Barat. secara geografis berada di antara 6o36’00’’LS-6o36’30’’LS dan 106 o38’00’’BT106 o42’00’’BT.
Gambar 4 Dusun Muara Dua dan Orientasi Studi Sumber : Kantor Desa Cibunian dan hasil tracking
Luas Dusun Muara Dua sebesar 33,4 ha terbagi menjadi 3 RT. Peta orientasi dan batas tapak yang akan direncanakan dapat dilihat pada Gambar 4. Batas-Batas tapak meliputi, sebelah utara berbatasan dengan Kampung Cipatat, sebelah timur berbatasan dengan Sungai Cianten, sebelah selatan berbatasan dengan Dusun Muara Satu, dan sebelah barat berbatasan dengan Gunung Batu yang merupakan area Taman Nasional Gunung Halimun Salak.
14
Aksesibilitas Dusun Muara Dua dapat ditempuh dari stasiun Bogor selama ±1,5 jam dengan jarak 45 km, sedangkan dari kampus IPB Dramaga dibutuhkan waktu ±1 jam dengan jarak 32 km. Waktu tersebut ditempuh dengan kendaraan pribadi. Berdasarkan ketersediaan alat transportasi, aksesibilitas menuju tapak cukup sulit karena kawasan Dusun Muara Dua merupakan kawasan yang jauh dari pusat kota sehingga diperlukan kendaraan pribadi untuk mencapai lokasi dan kondisi akses jalan Desa dan Dusun Muara Dua masih kurang baik. Untuk itu diperlukan perbaikan jalan-jalan dusun.
a. Jalan Kecamatan
b. Jalan Desa
c. Jalan Dusun
Gambar 5 Kondisi Jalan Topografi Dusun Muara Dua berada pada elevasi terendah 649 mdpl dan elevasi tertinggi 779 mdpl. Secara umum kondisi topografi tapak berbukit-bukit dengan kemiringan lahan yang bervariasi. Berdasarkan klasifikasi kemiringan lahan, Dusun Muara Dua memliki 5 klasifikasi kemiringan yaitu wilayah datar pada kemiringan 0-8%, wilayah relatif datar 8-15%, wilayah berbukit 15-25% dan wiayah curam 25-40% dan wilayah sangat curam >40%.
Gambar 6 Peta Kontur Dusun Muara Dua Sumber : Badan Informasi Geospasial
15
Gambar 7 Peta Kemiringan Lahan Dusun Muara Dua Sumber : Badan Informasi Geospasial
Tabel 4 Persentase Kemiringan Lereng Kemiringan 0-8% 8-15% 15-25% 25-40% >40% Jumlah Sumber : Badan Infromasi Geospasial
Persentase Luas (%) 62,7 6,5 17,6 10,2 3,0 100,0
Luas (Ha) 20,94 3,49 5,90 3,44 0,37 33,4
Ragam ketinggian pada lahan akan mempengaruhi aktivitas pada lahan tersebut. Aktivitas dan fasilitas umum bagi pengunjung dapat diakomodasikan pada kemiringan 0-8% dan 8-15%. Sedangkan pada kemiringan 15-25% , 25-40% dan >40% pemanfaatannya sangat terbatas sehingga perlu adanya proses pengolahan lebih lanjut.
Tata Guna Lahan Penggunan Lahan kawasan didominasi oleh sawah seluas 13,08 ha (39,1%) yang dijadikan sebagai lahan produksi penanaman tanaman padi, hutan rakyat seluas 7,14 ha (21,3%), kebun campuran seluas 7,24 ha (21,6%) dan semak seluas 2,10 ha (6,2%) sisanya adalah area terbagun seperti: jalan dan pemukiman.
16
Gambar 8 Peta Tata Guna Lahan Sumber : hasil digitasi dan observasi
Berdasarkan temuan dilapang terdapat area persawahan yang telah beralih fungsi menjadi area timbunan tanah. Petakan sawah tersebut berada pada RT 2 seluas 0,48 ha yang dibeli oleh kontraktor Brantas untuk menimbun tanah buangan proyek PLTA pada Dusun Muara Satu. Hal tersebut menjadi salah satu kendala yang dapat meganggu view kawasan tersebut. Tabel 5 Presentase Penggunaan Lahan Tata Guna Lahan Hutan Rakyat Sawah Kebun campuran Semak Lain-lain Jumlah Sumber : hasil analisis
Luas Ha 7,14 13,08 7,24 2,10 3,44 33,40
% 21,3 39,1 21,6 6,2 11,8 100,0
Akustik dan Visual Kawasan Dusun Muara Dua memiliki wilayah yang luas dengan pemandangan alam yang menawan, sawah terasering yang indah dengan panorama Gunung Gede di sebelah barat dan Gunung Kasur disebelah timur, Sungai Cianten yang menyegarkan dan hawa pegunungan yang sejuk mampu menambah minat wisatawan datang ke tempat ini untuk menikmati pemandangan alam kawasan Dusun Muara Dua.
17
(a) Hamparan sawah
(c) Sawah Terasering
(b) Sungai Cianten
(d) Gunung Kasur
Gambar 9 Pemandangan Alam Dusun Muara Dua Pada saat udara cerah, semua elemen yang ada di area persawahan mengeluarkan warnanya dengan maksimal sehingga kesan ceria dapat dirasakan. Ritme suara kicauan burung yang samar-samar terdengar menjadikan kesan ruang yang ramai dan alami serta gemiricik suara sungai yang begitu menyegarkan bersatu padu menciptakan suasan pedesaan yang alami dan menenangkan. Perpaduan antara semua elemen pembentuk lanskap Dusun Muara Dua yang didukung oleh kondisi iklim yang sejuk sangat menarik untuk dinikmati. Geologi dan Jenis Tanah Menurut hasil studi pusat geologi. Geologi kecamatan Pamijahan didominasi oleh tanah Podsolik Merah kekuningan (BAPPEDA Kabupaten Bogor, 2009). Jenis tanah tersebut memiliki lapisan solum tanah yang agak tebal, yaitu 90-180 cm. Warna tanah ini kemerah-merahan hingga atau kekuningkuningan. Struktur B horizonnya adalah gumpak, sedangkan teksturnya dari lempung berpasir hingga liat, namun kebanyakan adalah berliat (Hardjowigeno, 2003). Tanah jenis ini mudah terkena bahaya erosi akibat gerakan air karena sifat fisiknya tidak mantap dan stabilitas agregatnya kurang sehingga agregat tanahnya harus dikuatkan oleh perakaran tanaman maupun pondasi. Iklim Data-data Iklim didapatkan dari Stasiun Stasiun Klimatologi Darmaga Bogor. Data iklim tersebut meliputi jumlah curah hujan, kelembaban dan Suhu Kecamatan Pamijahan sepanjang tahun 2013.
18
Curah Hujan. Stasiun Klimaologi Dramaga Bogor mencata penyebaran curah hujan bulanan Kecamatan Pamijahan berkisar dari 62,3-410,7 mm dengan rata-rata curah huan 333,025 mm/bulan. Curah hujan terendah tercatat pada bulan Juni dan curah hujan tertinggi tercatat pada bulan Desember. Penyebaran data curah hujan sepanjang tahun 2013 dapat terlihat pada Gambar 10. Dengan data tersebut 600 500 mm
400 300 200 100 0
bulan
Gambar 10 Curah Hujan Tahun 2013
%
Kelembaban Nisbi. Kelembaban nisbi (relative humudity) merupakan perbandingan antara kelmbaban aktual dengan kapasitas udara untuk menampung uap air. Dengan kata lain kelembaban nisbi menunjukan persentase uap air di dalam udara. Stasiun Klimatologi Dramaga Bogor mencatat kelembaban tertinggi terdapat pada bulan Januari dengan kelembaban 88% dan kelembaban terendah terdapat pada bulan September dan November dengan kelembaban 78%. Penyebaran data kelembaban sepanjang tahun 2013 dapat dilihat pada gambar 11.
90 88 86 84 82 80 78 76 74 72
bulan
Gambar 11 Kelembaban Nisbi Tahun 2013
19
Suhu. Suhu merupakan keadaan panas atau dinginnya udara. Semakin tinggi kawasan dari permukaan laut maka semakin turun suhu udara di daerah tersebut. Kisaran suhu rata-rata bulanan sepanjang tahun 2013 yang dicatat oleh Stasiun Klimatologi Dramaga Bogor adalah 21°C -30°C dengan nilai terendah pada bulan November dan tertinggi pada bulan Oktober. Penyebaran data suhu sepanjang tahun 2013 dapat dilihat pada Gambar 12d.
35 30
°C
25 20 15 10 5 0
bulan
Gambar 12 Suhu Tahun 2013 Menurut Laurie (1985), Kisaran suhu yang nyaman untuk manusia adalah apabila Nilai Indeks Kenyaman (Thermal Humidity Index) kurang dari 27. Berdasarkan perhitungan dengan memasukan suhu rata-rata sebesar 26,1°C, serta dengan memasukan nilai kelembaban rata-rata 83% maka diperoleh nilai THI sebesar 25,21 (Tabel 6) Nilai tersebut kurang dari 27, sehingga suhu kawasan perkebunan teh kayu Ayro termasuk dalam kategori nyaman.
Suhu (°C)
Tabel 6 Nilai Thermal Humidity Index Kelembaban (%) THI
26,1
83
25,21
Keterangan THI<27 = nyaman
Sumber : hasil analisis Hidrologi Sumber air untuk mengairi sawah, kebun dan kebutuhan sehari-hari berasal dari anak sungai dari Perkebunan Teh Cianten dan anak Sungai Cikasari. pertemuan kedua anak sungai tersebut merupakan awal terciptanya nama Muara. Berdasarkan wawancara langsung kepada Pak Uci selaku Kepala Dusun Muara Dua, Sungai Cianen ini tidak pernah mengering sepanjang tahun tetapi debit airnya bervariasi. Hal ini disebabkan oleh pengaruh musim. Jika musim penghujan debit air sungai akan tinggi dan sebaliknya jika musim kemarau debit air akan berkurang walaupun tidak menunjukkan perubahan yang signifikan sehingga kekurangan air sangat jarang terjadi. Sungai ini dimanfaatkan juga oleh masyarakat di sekitar perkebunan untuk kebutuhan sehari-hari seperti mencuci, mandi dan sebagainya.
20
a. Sungai Cianten
b. Kolam
c. Saluran irigasi
Gambar 13 Kondisi Hidrologi idan Drainase pada Tapak Secara umum kondisi drainase sawah juga sangat baik terlihat dari tidak pernahnya terjadi kekeringan dan air pun selalu mengalir ke saluran irigasi dengan lancar. Masyarakat di sekitar juga banyak memanfaatkan aliran air yang masuk dengan membuat kolam-kolam ikan kecil di samping rumah mereka. Fasilitas dan Utilitas Berdasarkan data yang diperoleh melalui observasi lapang pada sekitar tapak sudah terdapat beberapa fasilitas umum pendukung wisata seperti sudah tersedianya penginapan, sarana ibadah (mesjid), Pos Jaga, MCK dan beberapa fasilitas penunjang lainnya. Semua fasilitas yang ada rata-rata dalam kondisi baik.
No. 1 2 3 4 6 7
Tabel 7 Fasilitas Dusun Muara Dua Jumlah Keterangan (Unit) Saran Pendidikan 2 Terdiri dari: SD & Madrasah Sarana Ibadah 3 Terdiri dari: 3 Mesjid Wisma Tikukur 1 Sebagai panggung serbaguna Saung Tikukur 2 Sebagai rumah penginapan untuk wisatawan WC Umum 3 Satu WC umum terdiri dari 3 Kamar Mandi Pos Jaga 1 Digunakan warga untuk menjaga kemanan dusun Jenis
Sumber : Observasi Lapang
Beberapa kendala yang dihadapi adalah fasilitas yang ada masih dirasa sangat kurang dalam mendukung kegiatan wisata. Seperti masih kurangnya tempat parkir khusus pengunjung, pusat informasi, kios penjual souvenir, serta penginapan, maka diperlukan pengadaan fasilitas yang kurang pada tempat-tempat wisata khususnya kawasan agrowisata dan pengadaannya harus sesuai dengan kondisi tapak dan fungsinya. Vegetasi dan Satwa Vegetasi utama pada tapak adalah oryza sativa dan terdapat beberapa tanaman yang mendominasi khususnya pada area lahan hutan produktif seperti Asparagus cochinchinensis (Bambu tali) Albizia chinensis (Jenjeng), Gramatophyllum speciosum (tebu), dan Maesopsis eminii (manii). Sedangkan pada area pemukiman warga sangat sering dijumpai tanaman jenis bunga seperti Musa paradisiaca (pisang), Hibiscus rosa-sinensi (bunga sepatu) dan Bougainvillea sp. (bugenvil). Namun vegetasi tersebut masih kurang tertata
21
dengan baik sehingga perlu dilakukan penambahan dan penataan vegetasi dengan fungsi perencanaan yang telah ditentukan agar terlihat lebih estetis serta mampu menyediakan habitat bagi satwa yang ada.
a. Jenjeng
b. Bambu Tali
c. Oryza sativa
Gambar 14 Beberapa jenis Vegetasi yang Ditemui di Tapak Satwa yang dtemukan di tapak dibedakan menjadi dua, yaitu hewan yang dijadikan ternak dan satwa liar, Hewan yang dipelihara sebagai ternak diantaranya adalah ayam, bebek, kambing dan domba. Sedangkan satwa liar yang terdapat disekitar seperti ular sawah, kadal, belut, anjing namun, sesekali terlihat burung Elang Jawa yang lalu lalang melintas di sekitar kawasan tapak. Hal tersebut dapat menilaikan nilai tambah terhadap kawasan Dusun Muara Dua. Aspek Sosial Keaadaan Sosial-Budaya Masyarakat Sekitar Menurut data Monografi Desa Cibunian tahun 2007, penduduk Desa Cibunian berjumlah 10646 jiwa dengan penduduk jenis kelamin laki-laki berjumlah 5433 jiwa dan jenis kelamin perempuan 5213 jiwa. Perbandingan penduduk laki-laki dan perempuan hampir imbang dengan presentase 48,9% untuk jenis kelamin laki-laki dan 51,1% untuk perempuan. Berdasarkan data yang diperoleh dari kepala dusun, jumlah penduduk dusun dalam satuan KK berjumlah 227 yang tersebar di 3 RT. Sebgaian besar penduduk Dusun berprofesi sebagai petani, baik petani pemilik tanah, penggarap tanah maupun buruh tani dengan produksi padi antara 6-9 ton /tahun dan upah buruh tani antara Rp 25.000Rp 50.000 per hari. Tabel 8 Mata Pencaharian Desa Cibunian No 1
2 3 4 5 6 8
Sumber
Mata pencaharian Petani: Petani pemilik tanah Petani penggarap tanah Buruh tani Pengusaha Pengrajin Industri kecil Buruh industri Pertukangan PNS
Orang 1324 621 399 356 17 59 12 41 68 18
: Laporan Data Monografi Desa Cibunian, Kecamatan Pamijahan Kabupaten Bogor, Tahun 2007
22
Tipe rumah dari masyarakat yang tinggal di Dusun Muara Dua Desa cukup baik. Rata-rata bangunan rumah sudah dibangun permanen dengan material semen dan bata. Namun tidak jarang masih terlihat rumah yang terbuat dari papan/kayu. Pemandangan rumah warga juga mampu menambah daya tarik bagi kawasan Dusun Muara Dua. Selain itu Masyarakat Dusun Muara Dua juga rutin merayakan upcara Seren Tahun di tiap Bulan Muharam sebagai rasa syukur masyarakat atas padi yang telah dihasilkan. Wayang golek dan tutunggulan menjadi penampilan utama dalam acara ini. Hal tersebut dapat dikembangkan sebagai atraksi wisata.
Gambar 15 Bentuk Rumah Warga Dusun Muara Dua Persepsi dan Prefrensi Pengunjung Dari hasil survei lapang yang didapatkan melalui kuisioner kepada 30 responden yang diperoleh dengan metode purposive sampling, maka informasi dari responden dapat diklasifikasikan berdasarkan identitas, persepsi serta prefrensi yang diinginkan pengunjung. Dilihat dari data yang diperoleh, wisatawan yang banyak berkunjung ke Dusun Muara Dua adalah masyarakat Bogor (73%), masyarakat luar Bogor (27%). Para wisatawan yang dominan adalah wisatawan berjenis kelamin perempuan (54%) dibandingkan wisatawan berjenis kelamin laki-laki (46%). Usia para wisatawan yang berkunjung ke Dusun Muara Dua yang terbanyak adalah usia 10-17 tahun (40%), kemudian usia 17-22 tahun (34%) dan usia >22 tahun (26%). Dapat dilihat di Tabel 9. Tabel 9 Identitas, Persepsi dan Prefrensi Pengunjung No 1.
2.
3.
Variabel Dareah Asal : a. Kabupaten Bogor b. Luar Kabupaten Bogor Jenis Kelamin : a. Laki-laki b. Perempuan Usia : a. 10-17 tahun b. 17-22 tahun c. >22 tahun
Frekuensi relatif (%) 73 27 46 54 40 34 26
23
Tabel 9 Identitas, Persepsi dan Prefrensi Pengunjung (Lanjutan) No 4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
Variabel Kunjungan ke lokasi : a. Satu kali b. Dua kali c. Tiga kali d. Lebih dari tiga kali Frekuensi kunjungan : a. 2 kali/tahun b. 3 kali/tahun c. 1 kali/tahun d. 2 kali/bulan e. 1 kali/minggu f. Lebih dari 1 kali/minggu Aktivitas yang dilakukan dikawasan/tapak (> 1 jawaban) a. Piknik b. Bermain c. Menikmati pemandangan d. Berolahraga e. Foto-foto Persepsi Pengunjung terhadap kawasan/tapak : a. Keindahan : 1. Sangat indah 2. Indah 3. Kurang indah b. Kenyamanan : a) Sangat nyaman b) Nyaman c) Kurang nyaman c. Keamanan : 1. Sangat aman 2. Aman 3. Kurang aman Jenis agrowisata yang diinginkan (>1 jawaban) a. Perikanan b. Pertanian c. Peternakan d. Kehutanan Jenis wisata yang diinginkan (>1 jawaban) a. Piknik b. Menikmati pemandangan c. Berolahraga d. Camping e. Photo Hunting f. Outbond Fasilitas pelayanan yang diinginkan (>1 jawaban) a. Tempat parkir b. Gazebo c. Penginapan d. Tempat Ibadah e. Kafetaria f. Pusat informasi g. Shelter sepeda h. Menara pandang Ketersediaan untuk ditarik biaya masuk : a. Bersedia b. Tidak bersedia
Sumber : wawancara dan analisis
Frekuensi relatif (%) 43 17 3 37 13 38 23 15 0 8 16 54 13 22 31 6 28
40 57 3 17 80 3 17 60 23 56 18 34 28 20 88 17 20 6 20 15 22 115 12 11 17 13 17 6 13 11 93 7
24
Dilihat dari data yang diperoleh, frekuensi berkunjung wisatawan yang banyak berkunjung ke Dusun Muara Dua adalah 2 kali/tahun (38%), 3 kali/ tahun (23%), 1 kali/tahun (15%), 1 kali/ minggu (8%), lebih dari 1 kali/minggu (16%). Persepsi pengunjung terhadap kawasan Dusun Muara Dua digambarkan dengan beberapa parameter yaitu, keindahan, kenyamanan dan kemanan. Dilihat dari segi keindahan, 40% menyatakan sangat indah, 57% menyatakan indah dan sisanya 3% menyatakan kurang indah. Dilihat dari segi kenyamanan, 17% menyatakan sangat nyaman, 80% menyatakan nyaman dan sisanya 3% menyatakan kurang nyaman. Dilihat dari segi kemanan, 17% menyatakan sangat aman, 60% menyatakan aman dan sisanya 23% menyatakan kurang aman. Aktivitas yang dilakukan pengunjung yang dilakukan di Dusun Muara Dua kebanyakan melakukan aktivitas menikmati pemandangan sebesar 31% dan foto-foto yaitu sebesar 28% karena pemandangan sawah terasering dan pegunungan yang indah sehingga mayoritas pengunjung melakukan aktivitas tersebut. Dari data disebutkan bahwa persentase tertinggi pengembangan agrowisata yang diinginkn pengunjung adalah wisata pertanian sebesar 34% dan terbesar kedua adalah jenis wisata peternakan sebesar 28%. Jenis aktivitas wisata yang diinginkan pengunjung adalah 22% pengunjung menginginkan aktivitas outbond, 20% menginginkan aktivitas camping dan menikmati pemandangan, 17% menginginkan aktivitas piknik, 15% menginginkan aktivitas photo hunting dan sisnya 6% menginginkan aktivitas olahraga. Untuk jenis fasilitas pelayanan, terlihat bahwa 17% menginginkan penginapan dan kafetaria, 13% menginginkan tempat ibadah dan shelter sepeda, 12% menginginkan tempat parkir, 11% menginginkan gazebo dan menara pandang dan 6% menginginkan pusat informasi. Dilihat dari kesedian pengunjung untuk membayar biaya menginap dan tiket masuk kawasan , diperoleh 97% menyatakan bersedia dengan rentang tiket masuk antara Rp.1.500 hingga Rp.20.000 per orang dan untuk biaya menginap antara Rp.150.000 hingga Rp.300.000. Hanya sebesar 3% pengunjung yang menyatakan tidak bersedia membayar jika dilakukan penarikan tiket masuk.
Aspek Legal Sebagai dasar pengembangan kawasan dalam bidang parawisata khususnya agrowisata diperlukan aspek legalitas yang berlandaskan pada : a. Undang-Undang Nomor. 5 Tahun 1990, tentang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya b. Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1990, tentang Kepariwisataan Undang-undang tersebut melarang keras tindakan konversi lahan pertanian maupun lahan konservasi alam dalam pengembangan kawasan wisata karena dapat menggangu satwa liar dan langka yang dilindungi di Indonesia yang terus mengalami penurunan jumlah dari tahun ke tahun. Pengembangan area wisata juga wajib diarahkan untuk mewujudkan dan memelihara kelestarian objek daya tarik wisata serta dapat memberikan kesempatan kepada masyarakat setempat untuk ikut serta dalam pembangunan, pengembangan, pengelolaan dan pemilikan
25
kawasan pariwisata. Hal tersebut akan menjadi dasar dalam tahap perencanaan kawasan.
Analisis Kelayakan Objek Agrowisata Suatu daerah tujuan wisata harus memiliki objek atau atraksi yang dapat dijual kepada wisatawan. Oleh karena itu diperlukan analisis kelayakan objekobjek yang ada pada tapak untuk dijadikan suatu objek atau atraksi yang akan dikembangkan dengan basis wisata pertanian. Analisis dilakukan dengan melakukan obeservasi langsung ke tapak yang dipandu oleh kepala Dusun yang mengetahui seluk beluk tapak. Hasil dari observasi ini adalah Peta Sebaran Objek Daya Tarik Wisata (Gambar 16) berupa sebaran titik-titik objek wisata yang nantinya akan dilakukan penilaian kelayakan dengan metode yang sudah ditentukan. Dari keseluruhan objek yang diobservasi. kawasan Dusun Muara Dua memiliki objek daya tarik wisata pertanian sebanyak 22 objek. Objek tersebut terdiri dari petakan sawah, rumah penggilingan padi, peternakan domba atau kambing, peternakan ayam, peternakan ikan, kolam bebek, kebut bibit sengon, saung tikukur dan tepian sungai Cianten. Kemudian ke 22 objek tersebut diberi nilai berdasarkan bobot kriteria yang telah ditentukan. Hasil dari penilaian tersebut diklasifikasikan berdasarkan Klasifikasi Nilai Kelayakan Kawasan Agrowisata Tabel 10. Klasifikasi penilaian didasari oleh jumlah total kriteria kelayakan agrowisata yang dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut (Romanji, 2006).
Keterangan: R = nilai interval tiap klasifikasi Smax = nilai tertinggi Smin = Nilai terendah K = jumlah klasifikasi penilaian
Hasil dari penilaian kelayakan objek agrowisata ditampilkan pada Tabel 11. Hasil tersebut menyatakan bahwa tidak semua objek layak untuk dijadikan suatu objek agrowisata. Masing-masing objek memiliki bobot nilai yang beragam. Dan dari 22 objek yang dianalisis terdepat 2 objk yang memiliki nilai kelayakan kurang layak. Sehingga hanya 20 objek yang akan dikembangkan menjadi objek wisata pada tapak. Tabel 10 Klasifikasi Nilai Kelayakan Kawasan Agrowisata Nilai 1-2 2-3 3-4
Kelayakan Kawasan Agrowisata Tidak Layak Layak Sangat layak
26
Tabel 11 Penilaian Kelayakan Kawasan atau Objek Agrowisata
Dusun Mura 2
RT 3
RT 2
RT 1
Objek
Kolam ikan Kandang Domba (1) Kandang Domba (2) Blok Sawah 1 Blok Sawah 2 Blok Sawah 3 Kandang Ayam Penggilingan Padi Panggung seni Pendopo Tikukur Kandang Ayam Kolam ikan Blok Sawah 4 Blok Sawah 5 Home Industri Petong Rumah Bibit Sengon Penggilingan Padi Kandang Domba Blok Sawah 6 Blok Sawah 7 Kolam bebek Tepian Sungai Cianten (1) Tepian Sungai Cianten (2)
Obyek dan Atraksi Berbasis Pertanian (20%)
Obyek dan Atraksi Alami (20%)
Obyek dan Atraksi Budaya/Sosial (15%) Sij
Sij
Sij x Aij
3 2 1 3 2 3 2 2 1 1 2 2 1 4 1 2 2 2 4 3 2 4
0,60 0,40 0,20 0,60 0,40 0,60 0,40 0,40 0,20 0,20 0,40 0,40 0,20 0,80 0,20 0,40 0,40 0,40 0,80 0,60 0,40 0,80
S ij 2 2 1 4 2 3 2 2 1 2 2 2 1 4 1 2 2 2 4 3 2 4
4
0,80
4
Sij x Aij
Sij x Aij
Akses (15%)
Sij
0,40 0,40 0,20 0,80 0,40 0,60 0,40 0,40 0,20 0,40 0,40 0,40 0,20 0,80 0,20 0,40 0,40 0,40 0,80 0,60 0,40 0,80
2 4 2 4 4 4 4 3 4 4 4 4 1 4 4 4 3 3 4 4 3 4
0,30 0,60 0,30 0,60 0,60 0,60 0,60 0,45 0,60 0,60 0,60 0,60 0,15 0,60 0,60 0,60 0,45 0,45 0,60 0,60 0,45 0,60
3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 2 2 2 2 2
Sij x Aij 0,45 0,45 0,45 0,45 0,45 0,45 0,45 0,45 0,45 0,45 0,45 0,45 0,45 0,30 0,45 0,45 0,45 0,30 0,30 0,30 0,30 0,30
0,80
4
0,60
2
0,30
Letak dari Jalan Utama (15%)
Sarana Wisata (15%)
Sij
Sij x Aij
Sij
Sij x Aij
4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
0,60 0,60 0,60 0,60 0,60 0,60 0,60 0,60 0,60 0,60 0,60 0,60 0,60 0,60 0,60 0,60 0,60 0,60 0,60 0,60 0,60 0,60
1 1 1 1 1 1 1 1 3 4 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
0,15 0,15 0,15 0,15 0,15 0,15 0,15 0,15 0,45 0,60 0,15 0,15 0,15 0,15 0,15 0,15 0,15 0,15 0,15 0,15 0,15 0,15
2,50 2,60 1,90 3,20 2,60 3,00 2,60 2,45 2,50 2,85 2,60 2,60 1,75 3,25 2,20 2,60 2,45 2,30 3,25 2,85 2,30 3,25
Layak Layak Tidak Layak Sangat Layak Layak Layak Layak Layak Layak Layak Layak Layak Tidak Layak Layak Layak Layak Layak Layak
4
0,60
2
0,30
3,40
Sangat Layak
Nilai KKA
Sangat Layak Layak Layak Sangat Layak
27
Dusun Muara Dua RT 3 a) Kolam ikan b) Kandang Domba (1) c) Kandang Domba (2) d) Blok Sawah 1 e) Blok Sawah 2 f) Blok Sawah 3 g) Kandang Ayam h) Penggilingan Padi i) Panggung seni j) Pendopo Tikukur
Dusun Muara Dua RT 2 a) Kandang ayam b) Kolam ikan c) Blok Sawah 4 d) Blok Sawah 5 e) Home Industri Petong f) Rumah bibit sengon g) Penggilingan padi
Dusun Muara Dua RT 1 a. Kandang Domba b. Blok Sawah 6 c. Blok Sawah 7 d. Kolam bebek e. Tepian Sungai Cianten (1) f. Tepian Sungai Cianten (2)
Gambar 16 Foto Objek Daya Tarik Wisata Pertanian Dusun Muara Dua
28
Gambar 17 Peta Sebaran Objek daya Tarik Wisata Pertanian Dusun Muara Dua
29
Sawah Sawah pada kawasan Dusun Muara Dua didominasi oleh sawah bertingkat (terasering) dengan kondisi sawah yang cukup baik hanya satu blok sawah yaitu blok sawah 5 yang sudah mengalami alih fungsi lahan menjadi area timbunan tanah proyek PLTA sehingga blok sawah tersebut tidak layak menjadi suatu objek agrowisata. Tidak semua blok sawah dengan nilai layak berpotensi untuk dilakukan aktivitas wisata. Berdasarkan Peta Kemiringan sawah terdapat 2 blok sawah yang tidak berpotensi untuk dilakukan aktivitas agrowisata yaitu pada blok 4 dan blok 7 karena pada blok tersebut masih didominasi lahan dengan kemiringan >15%. Kemiringan tersebut tidak sesuai untuk suatu aktivitas wisata.
Gambar 18 Kemiringan Lahan Sawah Sumber : Hasil analisis
Rumah Penggilingan Padi Untuk mengetahui proses budidaya padi sebagai sarana edukasi pertanian. Oleh karena itu rumah penggilingan padi termasuk kedalam objek daya tarik agrowisata. Terdapat tiga rumah penggilingan padi di dusun Muara Dua. Walaupun tidak pada masa panen, setiap hari selalu ada warga yang menggunakan rumah penggilingan tersebut. Kondisi rumah penggilingan padi pada dusun muara dua cukup baik. Peternakan Peternakan di Dusun Muara Dua terbagi menjadi peternakan ayam, peternakan kambing atau domba dan peternakan ikan. Kondisi peternakan ayam yang ada cukup baik dan terawat. Komoditas pertanian yang dihasilkan dari peternakan ayam adalah daging dan telur. Sedangkan kondisi peternakan kambing atau domba sebagian ada yang terawat dan ada yang tidak. Ada satu kandang domba yang tidak memnuhi kelayakan karena kondisinya sangat kurang terawat dan terlalu kecil. Untuk kondisi kolam ikan dan bebek sebagian tidak terawat namun masih dalam kategori layak. Walaupun mayoritas objek peternakan
30
memiliki nilai yang layak, Penambahan dan perbaikan fasilitas terutama kandang masih harus dilakukan. Rumah Bibit Sengon Rumah bibit sengon merupakan kerjasama antara warga dan PT. WIKA yang ditujukan untuk membuat dusun lebih hijau dan asri. Selain itu sengon juga menghasilkan kayu setelah 5 tahun. Sehingga dapat meningkatkan ekonomi masyarakat setempat. kondisi rumah bibit sengon cukup baik dan terawat. Pendopo Tikukur Pendopo Tikukur merupakan satu-satunya fasilitas yang memang diperuntukan untuk kebutuhan wisata. Pendopo Tikukur biasa digunakan wisatawan untuk menginap namun, jumlahnya sangat terbatas. Kondisinya cukup baik dan terawat. Panggung Seni Tikukur Acara-acara besar seperti seren tahun selalu menampilkan atraksi seni Wayang Golek ditampilkan pada Panggung Seni Tikukur. Kondisi panggung cukup baik dan memiliki nilai yang layak. Home industry Petong Petong adalah sebutan untuk lemari kecil yang dijual dengan cara di gotong keliling desa dengan bambu. Industri petong yang ada di Dusun Muara Dua dapat menjadi aspek budaya dan pembelajaran budaya terhadap wisatawan. Nilai kelayakan industri petong masih masuk dalam kategori layak. Tepi Sungai Cianten Keindahan alam sungai Cianten merupakan asset Dusun Muara Dua sebagai potensi wisata yang mampu menarik minat wisatawan berwisata ke Dusun Muara Dua. Air yang jernih, arus sungai yang tidak teralalu deras dan dihiasi oleh bebatuan alam serta hijaunya pepohonan membuat objek tepi sungai Cianten memiliki nilai kelayakan sangat layak.
Analisis Daya Dukung Wisata Berdasarkan Objek Agrowisata yang ada pada tapak. Kawasan agrowisata direncanakan seluas 6,55 ha dengan standar kebutuhan ruang menurut proporsi pada ruang wisata alam adalah 500 m2/orang. Sehingga untuk daya dukung maksimum kawasan wisata ini adalah 131 orang setiap kunjungan. Jumlah tersebut berfungsi untuk penentuan jumlah fasilitas penunjang agrowisata yang harus tersedia pada tapak.
31
Analisis Kesesuaian Lahan Bangunan Wisata Kesuaian Lahan didapat dari hasil overlay data spasial peta kemiringan lahan dan pola penggunaan lahan diluar areal sawah dan pemukiman berdasarkan kriteria kesesuaian lahan untuk bangunan wisata. Untuk area semak total lahan yang sesuai untuk dijadikan area bangunan wisata ialah 1,57 ha, pada area kebun 3,20 ha dan pada area hutan 1,58 ha. Area kebun dan semak diperuntukan untuk bangunan wisata yang intensive sedangkan pada area hutan lebih dikhususkan untuk area wisata yang natural dan tidak terlalu banyak ruang terbangun. Tabel 12 Kesesuaian Lahan Untuk Bangunan Wisata (intensive use) Tata Guna Lahan Kemiringan Keseuaian untuk wisata Luas (intensive use) (ha) Semak 0-8% S1 (kesesuaian tinggi) 0,74 8-15% S2 (kesesuaian sedang) 0,83 Kebun
0-8% 8-15%
S1 (kesesuaian tinggi) S2 (kesesuaian sedang)
2,38 0,82
Hutan
0-8%
S2 (kesesuaian sedangnatural)
1,58
Sumber : hasil analisis
Hasil tersebut menjadi dasar dalam penentuan posisi fasilitas penunjang agrowisata yang disesuaikan dengan kebutuhan fasilitas yang akan direncanakan pada tapak sesuai daya dukung kawasan agrowisata. Tidak semua area yang sesuai dikembangkan menjadi area bangunan wisata. Butuh perhitungan jumlah dan luas fasilitas wisata yang dibutuhkan pengunjung berdasarkan daya dukung wisata. Sedangkan lahan yang tidak sesuai akan dikembangkan menjadi kawasan konservasi untuk menjaga kestabilan ekologis kawasan. Peta kesesuaian lahan bangunan wisata dapat dilihat pada Gambar 17.
Sintesis Dengan berdasarkan pada analisis data berupa analisis umum yang mencakup analisis faktor utama agrowisata dan analisis spasial, telah dapat diidentifikasi potensi dan kendala dari masing-masing faktor tersebut serta peta komposit hasil dari analisis spasial tapak (Gambar 18). Tahapan selanjutnya adalah tahapan penyesuaian terhadap konsep dan tujuan perencanaan. Untuk itu sintesis dapat dilihat pada Tabel 13 yang memperlihatkan potensi serta kendala yang dijumpai beserta solusi yang dapat ditawarkan sesuai dengan konsep dan tujuan perencanaan sebagai dasar dari perencanaan kawasan agrowisata pada tapak.
32
Gambar 19 Peta Kesesuaian Lahan Bangunan Wisata (intensive use)
33
Tabel 13 Aspek Data, Potensi, Kendala, dan Solusi pada Kawasan Dusun Muara Dua Analisis
Data
A
Potensi
Kendala Analisis Umum
1. Faktor Utama Agrowisata Letak, Luas dan Lokasi memiliki Batas Tapak pemandangan alam pertanian dan pegunungan yang menarik
Solusi
Membuat kawasan Pengembangan potensi agrowisata dengan alam tapak sebagai optimalisasi pada kawasan agrowisata. potennsi alam dan pertanian.
B
Tata Guna Lahan
Pemanfaatan lahan terbesar untuk pertanian
C
Ketinggian Topografi dan Kemiringan Lahan Objek dan Atraksi Agrowisata
Topografi bervariasi
Komoditi pertanian dan peternakan serta kegiatan pengelolaan dan home industry
D
Konsep
Terdapat daerah danger signal yaitu area dengan kemiringan >40% Pemanfaatan potensi belum maksimal dan aktivitas yang terbatas
Menciptakan zonasi berdasarkan jenis kegiatan
Pola yang ada tetap dipertahakan, dengan melakukan beberapa modifikasi penataan
Menciptakan Atraksi
Memanfaatkan view yang ada untuk sightseing
Pengenmbangan ruang sesuai potensi serta menambah keragaman aktivitas dan atraksi
Diversifikasi aktivitas dan atraksi serta membangun pola ruang terstruktur berdasarkan komoditi
34
Tabel 13 Aspek Data, Potensi, Kendala, dan Solusi pada Kawasan Dsusun Muara Dua (Lanjutan) Analisis
Data
Potensi
E
Aksesibilitas dan Sistem Transportasi
Letak tapak cukup mudah dijangkau, tidak terlalu jauh dari kota
F
Fasilitas
Sudah terdapat beberapa fasilitas wisata
G
Akustik dan Visual
Persawahan terasering yang sangat indah Pemandangan pegunungan
H
Vegetasi dan Satwa
H
Tanah
Keanekaragaman vegetasi menciptakan kesan visual yang menarik Terdapat Satwa Elang Jawa yang lalu lalang disekitar kawasan Tanah mendukung kegiatan pertanian
Kendala Analisis Umum Sebagian jalan memiliki kondisi yang kurang baik Kurangnya sarana transportasi umum
Konsep
Solusi
Kawasan Agrowisata Mengatur dan yang mudah dicapai memperbaiki jalur akses menuju kawasan dan mengadakan transportasi umum untuk menuju tapak
fasilitas yang ada masih dirasa sangat kurang dalam mendukung kegiatan wisata Pemanfaatan view untuk menarik minat pengunjung dan mengarahkan pada kunjungan ke atraksiatraksi agrowisata
Penamabahan Fasilitas Wisata berdasarkan yang disesuaikan daya dukung dan permintaan pengunjung membatasi praktik pembangunan yang tidak memperhatikan keindahan lingkungan
Vegetasi masih belum tertata dengan baik
Penataan vegetasi dengan fungsi perencanaan yang telah ditentukan. Penamabahan fasilitas menara pandang
Rawan erosi di beberapa titik
Melakukan usaha konservasi tanah
35
Gambar 20 Peta Komposit
36
Konsep Dasar Konsep dasar dari perencanaan ini adalah meningkatkan fungsi kawasan Dusun Muara Dua sebagai kawasan agrowisata dengan mengangkat aktivitas budidaya pertanian, perikanan, peternakan serta keindahan alam melalui perencanaan agrowisata. Hasil dari perencanaan tersebut diharapkan dapat menjadi alternatif tempat berwisata dan rekreasi melalui pengembangan fungsi yaitu fungsi wisata, fungsi budidaya. fungsi pendidikan dan fungsi konservasi. Fungsi Budidaya, fungsi awal tapak sebagai tempat budidaya pertanian, perikanan dan peternakan. Fungsi ini dikembangkan untuk tujuan produksi dan sebagai objek dan atraksi agrowisata. Fungsi Wisata, dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan wisata melalui berbagai aktivitas wisata dan penyediaan fasilitas penunjang wisata untuk dapat memenuhi kepuasan pengunjung agrowisata. Fungsi Konservasi, keberadaan fungsi ini bertujuan untuk menjaga kelestarian lingkungan pada tapak dengan melakukan tindakan konservasi. Fungsi Pendidikan, pengenalan terhadap budidaya pertanian setempat melalui keikutsertaan pengunjung dalam aktivitas budaya dan dengan memahami penjelasan dari pemandu wisata atau interpreter.
Konsep Ruang kawasan dibagi menjadi zona agrowisata meliputi objek dan atraksi wisata, zona penunjang agrowisata meliputi fasilitas dan akomodasi wisata serta zona konservasi yang meliputi zona penyangga agrowisata guna melengkapi fungsi kawasan. Konsep Pembagian ruang dijelaskan pada Tabel 14. Dan Diagram Konsep Ruang dapat dilihat pada Gambar 20. Zona Konservasi Zona Penunjang Agrowisata
Zona Konservasi
Zona Agrowisata
Zona Penunjang Agrowisata
Gambar 21 Konsep Ruang Agrowisata Dusun Muara Dua Ruang Agrowisata, merupakan ruang berupa lahan pertanian, peternakan, perikanan dan pemandangan alam yang dikembangkan sebagai objek agrowisata seperti melakukan aktivita budidaya pertanian sebagai atraksi wisata yang dapat memotivasi keikutsertaan pengunjung di dalamnya. Ruang Penunjang Agrowisata, memiliki fungsi pendukung agrowisata dengan memberikan pelayanan dan kenyamanan terhadap pengunjung serta meningkatkan kepuasan wisata melalui kegiatan wisata umum. Ruang penunjang agrowisata terdiri dari :
37
a. Ruang Penerimaan Merupakan ruang pertama yang dijumpai pengunjung yang berfungsi sebagai akses masuk utama pada tapak. b. Ruang pelayanan Adalah ruang yang memberikan kemudahan bagi pengunjuang berupa fasilitas ataupun jasa yang tersebar pada titik-titik tertentu dalam tapak. c. Ruang Wisata Umum Selain aktivitas wisata pertanian, aktivitas wisata umum berupa sightseeing yang juga dikembangkan pada tapak untuk menghilangkan kesan monoton dan meningkatkan kepuasan pengunjung pada tapak. Ruang Konservasi, ruang yang berfungsi untuk menjaga dan mempertahankan kelestarian lingkungan pada tapak dengan melakukan tindakan konservasi. Wisata yang dikembangkan pada area ini bersifat pasif semi intensif.
Konsep Sirkulasi Konsep sirkulasi yang didikembangkan pada kawasan Dusun Muara Dua terbagi atas jalur sirkulasi wisata dan jalur sirkulasi masyarakat sebagai pendukung aktivitas masyarakat sehari-hari. Jalur sirkulasi wisata direncencanakan dengan memanfaatkan jalur yang sudah ada karena beberapa objek agrowisata tersebar secara acak pada area pemukiman penduduk. Namun pada area penunjang ada beberapa penambahan jalur untuk mengakomodasi kebutuhan wisatawan. Secara umum jalur terbagi menjadi tiga klasifikasi berdasarkan intensitasnya yaitu jalur primer, jalur sekunder dan jalur tersier.
Gambar 22 Diagram konsep sirkulasi Keterangan : Objek/atraksi wisata Kawasan Agrowisata Zona Masyarakat
Sirkulasi tersier Sirkulai Primer Sirkulasi Sekunder Sirkulasi Masyarakat
Jalur primer merupakan jalur dengan intensitas penggunaan yang tinggi yang menghubungkan antara ruang dengan pintu masuk dan keluar tapak. Jalur
38
sekunder merupakan jalur dengan intensitas penggunaan sedang yang mengakomodasi kepentingan mobilitas antara zona atraksi dengan zona penunjang agrowisata. Jalur tersier, merupakan jalur dengan intensitas penggunaan rendah dan berfungsi mengakomodasi kepentingan mobilitas pada lahan konservasi. Konsep sirkulasi masyarakat berfungsi sebagai jalur produksi, akses keluar masuk tapak dan fungsi ketetanggan. Sirkulasi ini merupakan sirkulasi eksisting pada tapak. Jalur produksi dan ketetanggan memiliki beberapa kesamaan jalur dengan jalur wisata karena beberapa objek dan atraksi agrowisata tersebar di beberapa pemukiman penduduk. Konsep Tata Hijau Pemilihan dan penggunaan tanaman disesuaikan dengan kondisi Dusun Muara Dua yang merupakan daerah kaki gunung dengan tujuan melindungi plasma nutfah, memenuhi persyaratan tumbuh, melindungi tanah, air, dapat meningkatkan kenyamanan pengunjung serta menambah nilai estetika kawasan. Berdasarkan peruntukan dan fungsi terbagi menjadi tata hijau peneduh, tata hijau penyangga (buffer), tata hijau konservasi dan tata hijau untuk kegiatan budidaya. Konsep tata hijau dijelaskan pada Tabel 14. Tabel 14 konsep Tata Hijau No 1
Tata Hijau Display
lokasi - Zona aktivitas wisata pasif - Zona penghubung - Zona atraksi
2
Penyannga (buffer)
3
Pengarah
4
Konservasi
- Zona aktivitas wisata pasif - Zona Penunjang agrowisata - Zona Penunjang Agrowisata - Zona Penghubung - Zona Penyangga Agrowisata
Tipe vegetasi/komoditas - Pohon - Palem - semak
-
Pohon Semak
-
Pohon Palem semak Pohon
Konsep Aktivitas dan Fasilitas Pengembangan jenis aktivitas didasari dari tujuan utama perencanaan, yaitu untuk menjadi kawasan wisata yang mampu memperluas pengetahuan dan pengalaman secara efektif bagi pengunjung dengan mengembangkan aktivitas wisata berdasarkan pada keikutsertaan pengujung dalam aktivitas pertanian dan non pertanian. Dengan demikian jenis aktivitas agrowisata dikembangkan menjadi dua jenis, yaitu:
39
a. Aktivitas Agrowisata Aktif Merupakan jenis aktivitas yang melibatkan pengunjung secara langsung dalam berbagai aktivitas pertanian (on farm). Pengunjung secara aktif ikut serta dan mempelajari proses budidaya pertanian, peternakan dan perikanan serta menghayati kehidupan dan cara hidup masyarakat di Dusun Muara Dua dengan bantuan interpreter. Aktivitas ini akan memperkaya pengetahuan pengunjung akan proses budidaya pertanian dan pola kehidupan pedesaan. b. Aktivitas Agrowisata Pasif Merupakan aktivitas yang lebih rekreatif dan bersifat wisata umum tanpa melibatkan aktivitas budidaya pertanian (off farm). Pengunjung bebas mengamati dan menikmati objek serta fasilitas yang ada pada tapak tanpa dipandu oleh interpreter. Aktivitas Budidaya
On farm
Off farm
Fasilitas Wisata Umum
farm
Aktivitas agrowisata
interpreter
Aktif
Pendidikan
Pasif
Rekreasi
Gambar 23 Diagram Konsep Aktivitas Agrowisata Fasilitas yang yang dikembangakan mengacu kepada fungsi ruang serta aktivitas yang akan dikembangkan. Melalui bentuk yang sesuai pada kondisi dan karakter tapak, peletakan yang tepat dan sesuai dengan nilai kesesuaian lahan memiliki nilai estetik serta mudah pemeliharaannya. Penyedian fasilitas ini bertujuan untuk memberikan keamanan dan kenyamanan serta kepuasan pengunjung yang melakukan kegiatan wisata pada tapak. Perencanaan Lanskap Aktivitas dalam masing-masing zona dikembangkan berdasarkan sejauh mana partisipasi wisatawan dalam aktivitas pertanian. Fasilitas yang ada dikembangkan berdasarkan tingkat kebutuhan wisatawan dan jenis aktivitas yang ada pada masing-masing zona. Tujuan dan konsep agrowisata diwujudkan dalam bentuk block plan (Gambar 20) dan landscape plan (Gambar 21).
40
Rencana Fasilitas Perancanaan fasilitas merujuk pada data kuisioner pada saat inventarisasi, standar fasilitas yang harus ada pada kawasan serta analisis daya dukung wisata serjumlah 131 orang tiap kunjungan untuk menentukan jumlah serta luas fasilitas yang harus disediakan. Beberapa penentuan jenis fasilitas diantaranya sebagai berikut: 1. Fasilitas yang dialokasikan dalam tapak harus menunjang tujuan pengembangan tapak 2. Fasilitas dapat menampung kebutuhan pengunjung dan pengelola. Fasilitas pada area penerimaan yaitu pintu gerbang, parkiran, loket dan pos penjagaan utama. Diberikan tanaman pengarah sepanjang area penerimaan selain itu juga diletakan papan informasi dan papan penunjuk arah yang unik dan mencolok agar dapat menarik perhatian pengunjung. Pada area pelayanan terdapat fasilitas berupa kantor pengelola. Ruangan serbaguna, tempat ibadah, dan penginapan serta kafetaria yang tersebar pada tapak. Penginapan disediakan untuk wisatawan yang ingin menikmati wisata lebih dari satu hari atau yang ingin beristirahat melepas lelah. Penginapan berupa guest house berbentuk rumah panggung yang merupakan rumah adat budaya sunda. Untuk interpretasi alam pada titik-titik tertentu dilengkapi juga dengan menara pandang. Pada area wisata Umum terdapat area camping, area outbond, bangku taman dan gazebo. Pada area penyangga/konservasi disediakan fasilitas berupa jalur setapak yang menghubungkan zona agrowisata dan zona penunjang agrowisata serta papan informasi. Tidak banyak aktivitas dan fasilitas pada area ini agar dapat menjaga keseimbangan ekologis kawasan. Tabel 15 Rencana Fasilitas Jenis Fasilitas A. Fasilitas Penunjang Rekreasi Jalur Utama 1 Jalur sirkulasi wisata 2 Jalan setapak 3 Area camping dan outbond 4 Area Piknik 5 Papan Informasi 6 Penunjuk Arah 7 Gazebo 8 Menara pandang 9 B. Fasilitas Pelayanan Wisata Pintu Gerbang 1 Pos jaga 2 Loket Penjualan Tiket 3 Parkiran 4
5 6 7 8
Kantor Pusat Musholla Kafe Guest House
Dimensi
Satuan
L 4-5 L 2-3 L 0,8 1310 1048 0,5x0,6 0,3x0,5 3x3 5x5x10
m m m m2 m2 m m m m
6x1x5 4,5 12 374,3
m m2 m2 m2
200 36 150 200
m2 m2 m2 m2
Standar Kebutuhan Ruang
2
1,6 m /orang 1,6 m2/orang 10 m2/orang 8 m2/orang
0,96 m2/orang 2 m2/orang
2,25 m2/orang 4 m2/orang 12 m2/mobil 1,5 m2/motor 2 m2/orang 2 m2/orang 2 m2/orang 9 m2/orang
Jumlah 1 1 1 1 1 5 5 15 4 1 2 1 1 1 3 3 6
41
Perhitungan kebutuhan fasilitas wisata disuatu objek wisata dilakukan berdasarkan standar kebutuhan fasilitas yang telah ditetapkan. Standar Kebutuhan fasilitas wisata diambil dari data standar arsitektural (Ernst Neufert, 1994). Area Camping . Area ini memiliki luas 1310 m2 ditempatkan berdekatan dengan zona konservasi yang masih didominasi oleh pepohonan dan tegakan hutan. Pengunjung yang melakukan aktivitas camping pada zona tersebut dapat merasakan suasana alami yang memberikan kesan kembali pada alam. Untuk mencapai area ini dapat ditempuh dengan berjalan atau bersepeda melalui jalur wisata yang telah direncanakan. Area Piknik luas area yang direncanakan untuk area piknik berdasarkan standar kebutuhan ruang dan daya dukung manusia yang dapat ditampung pada area ini adalah 1048 m2. Area ini dibiarkan terbuka berdekatan dengan sungai Cianten dan hamparan rumput serta beberapa pohon peneduh. Pengunjung dapat beristirahat santai bersama keluarga atau teman dihamparan rumput hijau dengan pemandangan sungai Cianten Gazebo Untuk mengantisipasi kondisi pengunjung wisata yang kelelahan saat melakukan tur kampung atau mengililingi dusun maka disediakan suatu fasilitas berupa gazebo yang tersebar di tiap zona wisata. Dengan ukuran gazebo 3x3 meter yang dilengkapi dengan bangku didalamnya dapat menampung pengunjung sebanyak 9 orang. Pengadaan gazebo yang direncanakan yaitu berjumlah 15 gazebo, mengacu pada total pengunjung maksimal sejumlah 147 tiap kunjungan orang Menara Pandang Menara pandang yang direncanakan berukuran 5x5 m dengan tinggi 10 m. Jumlah lantai pada menara pandang yaitu 3 lantai dapat di isi maksimal oleh 36 orang oleh karena itu dibutuhkan 4 menara pandang pada tapak. Menara pandang ditempatkan berdekatan dengan kawasan hutan yang merupakan titik tertinggi pada tapak sehingga pengunjung dapat melihat view keseluruhan tapak. Parkiran Area parkir yang direncanakan pada tapak memiliki luas 374,3 m2 luas tersebut didapat berdasarkan perhitungan kebutuhan tiap kendaraan serta jumlah standar kendaraan mobil yaitu sebanyak 60% dari jumlah pengunjung dimana tiap mobil diisi oleh 4 orang pengunjung dan motor sebanyak 40% dimana tiap motor diisi oleh 2 orang pengunjung. Area ini diletakan pada zona penerimaan karena zona tersebut merupakan titik awal tapak sehingga pengunjung yang baru datang dan parkir dapat dengan mudah langsung menuju area penjualan tiket dan area informasi.
42
Rencana Ruang dan Aktivitas Wisata Wisata Pertanian Wisata Pertanian merupakan wisata yang langsung dilakukan di area persawahan dan peternakan. Pada ruang ini, para wisatawan dapat langsung mengetahui cara pembudidayaan hewan ternak dan padi sampai ke proses pengolahannya serta pengunjung juga diajak ikut dalam proses budidaya seperti ikut dalam proses menanam padi, membajak sawah serta memberi makan ternak. Pengunjung juga dapat menikmati dan membawa pulang hasil produk pertanian yang dihasilkan. Wisata Umum Untuk menunjang kegiatan wisata pertanian dan tidak menimbulkan kesan monoton pada wisatawan yang berkunjung di rencanakan pula wisata umum non pertanian. Area yang menyediakan aktivitas ini tersebar dibeberapa titik dalam kawasan yang memiliki potensi yang mendukung untuk diadakan aktivitas rekreasi. Aktivitas rekreasi dibagi menjadi yang bersifat aktif dan pasif. Aktivitas rekreasi aktif yang dapat dilakukan yaitu: camping dan outbond. Aktivitas rekreasi pasif yang dapa dilakukan yaitu picnic, sightseeing dan photo hunting. Tabel 16 Hubungan Ruang, Aktivitas dan Fasilitas Ruang Agrowisata
Penunjang Agroisata
Konservasi
Sub Ruang Wisata Pertanian
Fungsi Wisata Pertanian
Wisata Umum
Rekreasi
Penerimaan
Penerimaan
Persiapan
Persiapan
Pelayanan Wisata
Pelayanan
Penyangga
Aktivitas Budidaya, mulai dari pembibitan sampai pengolahan hasil, Tur Kampung, animal feeding Outbond, camping, tea walk, picnic, sightseeing, interpretasi alam, photo huntung Penyambutan, membeli tiket, parkir, menjaga keamanan Memperoleh informasi wisata Kegiatan beribadah, istirahat, makan minum, menginap Interpretasi alam
Fasilitas Jalur sirkuasi, area budidaya dan area pengolahan jalur sirkulasi, area camping, area pinik signage, gazebo Welcome area, plaza, loket, dan pos jaga Pusat Informasi Tempat ibadah, penginapan, kafe, toilet Sign board
Tur Kampung Aktivitas ini merupakan aktivitas inti dari perencanaan ini karena aktivitas tur kampung merupakan suatu kegiatan mengelilingi dusun untuk memahami pola kehidupan masyarakat desa dan budidaya pertanian. Dengan bantuan intepreter yang memandu pengunjung dan memberi penjelasan mengenai tiap objek agrowisata yang ada pada tapak diharapkan pengunjung dapat mendapatkan pemahaman serta pengalaman menarik mengenai kegiatan pertanian yang berlangsung di Dusun Muara Dua.
43
Budidaya Pertanian Pengunjung diajak untuk mengetahui proses budidaya padi hingga ke proses penggilingan padi dengan melakukan praktek langsung mengenai cara menanam padi pada sebagian kecil petak sawah yang disediakan khusus untuk praktek menanam padi dan menggunakan alat penggilingan padi pada rumah penggilingan padi. Selain padi terdapat juga ternak berupa kambing dan domba dimana pengunjung dapat belajar cara memerah susu hewan ternak tersebut. Animal Feeding Selain belajar mengenai budidaya pertanian dan peternakan terdapat juga aktivitas berupa Animal feeding yang merupakan aktivitas wisata pertanian yang berlangsung beriringan dengan aktivitas tur kampung. Pengunjung diajak merasakan pengalaman memberi makan ternak-ternak yang ada pada tapak. Camping Untuk melengkapi kegiatan wisata pertanian direncanakan juga aktivitas kegiatan wisata umum berupa aktivitas camping yang terdiri dari kegiatan outbond dimana pengunjung melakukan beraneka macam permainan, berkemah dan acara api unggun pada malam hari dengan fasilitas khusus berupa tempat pembakaran kayu yang terbuat dari batu serta kursi-kursi kayu yang mengelilingi tempat pembakaran. Piknik Aktivitas piknik merupakan salah satu kegiatan wisata umum diluar wisata pertanian yang dilakukan pengunjung tanpa diarahkan oleh intepreter. Wisatawan bebas melakukan aktivitas piknik berupa makan, beristirahat dan menikmati pemandangan pada area yang telah disediakan khusus untuk aktivitas piknik. Sightseeing Pengunjung wisata dapat dengan leluasa melakukan aktivitas sightseeing pada berbagai kegiatan wisata karena hampir ditiap titik kawasan tapak memiliki pemandangan alami berupa pegunungan, hutan dan hamparan sawah yang indah. Selain dapat dilakukan dengan jalan santai, aktivitas ini juga dapat dilakukan dengan dukungan fasilitas menara pandang. Pengunjung dapat dengan leluasa melihat pemandangan secara jelas dan menyuluruh. Interpretasi Alam Aktivitas interpretasi alam umumnya dilakukan pada area konservasi dan pada area tepian sungai Cianten karena berorientasi pada alam. Kgiatan ini dilakukan dengan berjalan menikmati keindahan tapak melakukan observasi atau photo hunting. Fasilitas yang disediakan pada area ini dapat berupa sign board dan nature trail
44
Rencana Sirkulasi Sirkulasi merupakan sarana yang berfungsi sebagai penghubung antara tiap-tiap zona yang direncanakan untuk mengakomodasi kebutuhan pengunjung dari berjalan kaki hingga kendaraan bermotor. Rencana sirkulasi dikembangkan mengikuti pengembangan konsep sebelumnya dengan membagi jalur sirkulasi menjadi jalur sirkulasi wisata dan jalur sirkulasi masyarakat. Jalur Sirkulasi Wisata Jalur sirkulasi yang digunakan pegunjung untuk menikmati objek dan atraksi wisata yang ada pada tapak. Jalur ini terbagi menjadi tiga jalur yaitu: 1. Jalur Primer Jalur ini berupa jalan aspal atau hotmix yang dapat dilalui kendaraan bermotor dengan intesitas yang tinggi. Jalur primer wisata merupakan jalur baru diluar jalur lokal dengan jarak yang tidak terlalu jauh hanya difungsikan sebagai penghubung antara jalan lokal dan area penerimaan kawasan agrowisata pada tapak dengan lebar hingga 6 meter. 2. Jalur Sekunder Jalur Sekunder digunakan untuk menghubungkan sub-sub ruang dalam ruang wisata. Jalur ini tidak dapat dilalui kendaraan bermotor namun dapat dilalui oleh kendaraan sepeda dan pejalan kaki. Lebar jalur yang direncanakan ± 2 meter. Terdapat beberapa titik stopping area pada jalur sekunder berupa gazebo untuk memberi kenyamanan pada pengunjung yang kelelahan saat melakukan tur kampung atau interpretasi. 3. Jalur Tersier Jalur yang hanya dapat digunakan oleh pejalan kaki. Jalur ini dapat berupa nature trail atau pemantang sawah dengan lebar jalur yang direncanakan 0,8-0,9 meter dengan pola jalur loop dan digunakan untuk tujuan interpretasi dan observasi pada area konservasi serta pada area wisata pertanian yaitu sawah. Untuk jalur pemantang sawah tidak ada penambahan pemantang baru untuk meminimalisir kerusakan lahan sawah namun hanya dilakukan pelebaran di beberapa jalur pemantang sawah untuk kepentingan wisata. Masyarakat atau petani masih tetap dapat menggunakan jalur tersebut untuk kepentingan produksi Jalur Sirkulasi Masyarakat Jalur Sirkulasi Masyarakat merupakan jalur eksisting yang digunakan masyarakat sebagai fungsi produksi dan penghubung antar ruang kehidupan masyarakat. Jalur ini terbagi atas dua jalur yaitu: 1. Jalur Primer Jalur bagi kendaraan produksi, kendaraan pribadi dan angkutan umum keluar masuk dusun. Jalur lokal eksisting direncanakan untuk dilakukan pengaspalan kembali serta pelebaran jalan hingga 6 meter. 2. Jalur ini merupakan jalur penghubung masyarakat yang berfungsi sebagai jalur ketetanggaan dan jalur menuju sawah atau kebun. Jalur ini direncanakan sealami mungkin sesuai kondisi eksisting tapak yang bernuansa pedesaan.
45
Gambar 24 Rencana Ruang
46
Gambar 25 Rencana Sirkulasi
47
Gambar 26 Block plan
48
Gambar 27 Landscape Plan
49
Gambar 28 Potongan A-A’
50
Rencana Vegetasi Perencanaan vegetasi bertujuan untuk menata berbagai macam bentuk tanaman sehingga memiliki klasifikasi fungsi yang sistematis. Tanaman yang memiliki fungsi estetis akan dikembangkan di daerah penerimaan (welcome area), disekitar kantor pengelola, dan di sekitar area pelayanan. Beberapa alternatif tanaman yang ditanam untuk fungsi estetis antara lain: palem sadeng (Livistona rotundifolia), kayu manis (Cinamomum burmaii), flamboyan (Delonix regia), pisang kipas (Ravelana madagascariensis), dahlia (Dahlia variabilis), dan alamanda (Allamanda cathartica). Untuk tanaman pembatas yang berfungsi sebagai membatasi lokasi disekitar daerah rekreasi dan daerah parkir dan pengatur pandangan (visual control) dengan kriteria menurut Nurisjah (1991) dijelaskan sebagai berikut: mempunyai tajuk yang cukup rindang dengan keteduhan yang optimum, mempunyai perakaran yang baik (tidak dangkal), tidak menghasilkan buah besar dan menarik, ketinggian dan besarnya pohon harus dijamin tidak merusak sarana dan prasarana yang ada dan satu jenis tanaman pada satu bagian jalur tertentu untuk mendapatkan kesan rapi dan orientasi. Beberapa alternatif tanaman yang digunakan untuk tanaman pembatas antara lain: cemara norflok (Araucaria hterophylla), palem sadeng (Livistona rotundifolia), lavender (Plectranthus sp.), bambu pagar (Bambusa multiplex) dan soka (ixora sinensis). Vegetasi tanaman pengarah yang berfungsi mengarahakan pergerakan pengunjung sepanjang jalur utama dengan karakteristik antara lain: tidak mempunyai akar yang besar di permukaan tanah, tahan terhadap hembusan angin yang kuat, dahan dan ranting tidak mudah patah, pohon tidak mudah tumbang, percabangan tidak menjuntai ke bawah, tidak menghasilkan buah yang besar, tidak beracun, tidak menghasilkan bau yang tidak enak, tidak mengundang serangga dan hama, serasah yang dihasilkan sedikit, cukup teduh tetapi tidak terlalu gelap, pohon secara keseluruhan indah, berumur panjang, pertumbuhannya cepat dan tahan terhadap hama penyakit. (Harris dan Dines, 1998) Beberapa alternatif tanaman yang digunakan sebagai tanaman pengarah diantaranya kasia (Casia siamea), kembang sepatu (Hibiscus rosasinensis), cana (Canna indica), kecubung (Brugmansia sp.), teh-tehan (Acalypha macrophyla) Tindakan konservasi juga direncanakan pada kawasan hutan rakyat agar keseimbangan ekologi tetap terjaga. Peranan tanaman dalam upaya kegiatan konservasi dilakukan dengan cara banjar harian dan tumpang sari. Cara banjar harian, petani menerima upah untuk penanaman dan pemeliharaan tanaman reboisasi. Sedangkan cara tumpang sari, petani mendapatkan kesempatan untuk menanam palawija selama beberapa musim di antara reboisasi. Selain cara banjar harian dan tumpang sari. Kawasan diluar hutan seperti area badan sungai dan area rawan longsor juga ditanami penghijauan pohon sebagai penahan dan penguat tebing. Beberapa alternatif tanaman yang digunakan sebagai tanaman konservasi diantaranya puspa (Schima wallichii), Rasamala (Altingia exelsa) dan sengon (Paracerianthes falcataria).
51
Tabel 20 Rencana Vegetasi Fungsi Estetika
Pembatas
Lokasi - Area penerimaan - Area pelayanan
- Area agrowisata - Area pelayanan - Pemukiman
Pengarah
- Area pelayanan - Jalan primer dan sekunder
Konservasi
- Hutan rakyat - Kebun campuran - Tepian sungai
Alternatif tanaman - palem sadeng (Livistona rotundifolia) - kayu manis (Cinamomum burmaii) - flamboyan (Delonix regia) - pisang kipas (Ravelana madagascariensis) - krisan (Chrysanthemum sp.) - dahlia (Dahlia variabilis) - alamanda (Allamanda cathartica) - cemara norflok (Araucaria hterophylla) - ki hujan (Samanea saman) - bauhinia ( Bauhinia purpurea) - palem sadeng (Livistona rotundifolia) - lavender (Plectranthus sp.) - bambu pagar (Bambusa multiplex) - soka (ixora sinensis) - kasia (Casia siamea) - kembang sepatu (Hibiscus rosasinensis) - cana (Canna indica) - kecubung (Brugmansia sp.) - teh-tehan (Acalypha macrophyla)
Gambar
-
-
- puspa (Schima wallichii) - rasamala (Altingia exelsa) - sengon (Paracerianthes falcataria)
-
52
Gambar 29 Ilustrasi (1)
53
Gambar 30 Ilustrasi (2)
54
Gambar 31 Ilustrasi (3)
55
Gambar 32 Detail Landscape Plan (1)
56
Gambar 33 Detail Landscape Plan (2)
57
Gambar 34 Detail Landscape Plan (3)
58
KESIMPULAN DAN SARAN
1.
2.
3. 4.
5.
Kesimpulan Konsep Keseluruhan dari perencanaan kawasan Dusun Muara Dua adalah dengan mengoptimalkan potensi sumber daya alam pertanian yang terdapat pada tapak sebagai pengembangan kawasan agrowisata berbasis Pertanian Terpadu demi dapat terciptanya kawasan agrowisata yang berkelanjutan serta dapat mencipatakan suatu kawasan agrowisata yang dapat mengakomodasi kebutuhan masyarakat (produksi) dan kebutuhan wisata. Terdapat tiga ruang utama dalam perencanaan ini yaitu zona agrowisata (7,34 ha), zona penunjang agrowisata (2,18 ha) dan zona konservasi (2,13 ha) Setiap ruang dan fasilitas direncanakan berdasarkan daya dukung kawasan yang dapat ditampung sebanyak 147 orang. Aktivitas agrowisata dibagi menjadi dua berdasarkan tingkat keikut sertaan wisatawan dalam proses pertanian. Aktivitas aktif menuntut partisipasi yang besar, sedangkan aktifitas pasif dialokasikan untuk kegiatan pasif seperti menikmati pemandangan alam. Hasil perencanaan lanskap berupa block plan, landscape plan dan gambar penunjang lain.
Saran 1. Studi perencanaan kawasan agrowisata merupakan langkah perencanaan makro yang dilakukan dengan identifikasi terhadap potensi ruang pertanian, untuk itu dapat dilakukan perencanaan yang lebih detail terhadap ruang-ruang yang telah direncanakan 2. Produk untuk sampel perencanaan perlu dikembangkan melalui analisis yang lebih terperinci sehingga didapatkan pola dan titik dari penempatan aktivitas dan fasilitas yang direncanakan. 3. Program-program dan atraksi wisata sebaiknya dibuat lebih rinci agar pengunjung dapat mempunyai pilihan dalam berwisata 4. Kerja sama antarpihak terkait serta peran aktif masyarakat sangat diperlukan bagi pengembangan dan pengelolaan kawasan agrowisata selanjutnya
59
DAFTAR PUSTAKA [Bappenas] Badan Perencanaan Pembangunan Nasional. 2004. Tata cara Perencanaan Pengembangan Kawasan Untuk Percepatan Pembangunan Daerah. Direktorat Pengembangan Kawasan Khusus dan Tertinggal. Jakarta: Bappenas. http://pu.net Alikodra, H.S. 1989. Prospek dan kendala pengembangan wisata agro di Indonesia. Seminar Wisata Agro. Institu Pertanian Bogor. Bogor. Arifin HS. 1992. Beberapa Pemikiran Pengembangan Agrowisata pada Kawasan Cagar Budaya Betawi di Condet, Jakarta Timur. Makalah Seminar Wisata Agro. Institut Pertanian Bogor. Bappeda Kabupaten Bogor. 2009. Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bogor Tahun 2009-2019, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Gold SM. 1980. Recreation Planning and Design. New York : Mc. Graw Hill Book Co. Gunn, C.A., 1997. Tourism Planning, Basic, Concepts, Cases. Washington: Taylor & Francis Hardjowigeno, S. 2003. Ilmu Tanah. Penerbit Akademika Pressindo: Jakarta Halida, Septamia. 2006. Perencanaan Lanskap Bagi Pengembangan Agrowisata di Desa-Desa Pusat Pertumbuhan Kawasan Agropolitan Cianjur [skripsi]. Bogor: Program Studi Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Harris, C.W. and Dines. N.T. 1988. Time Saver Standars for Landscape Architecture. New York: McGraw Hill Book Inc. Knudson, J.D. 1980. Outdoor Recreation. New York: McMillan Pub.Co.Inc.815p. Laurie, M. 1985. Pengantar kepada Arsitektur Pertamanan. Bandung: Intermatra. Maharani, Resa. 2009. Studi Potensi Lanskap Pedesaan untuk Pengembangan Agrowisata Berbasis Masyarakat di Kecamatan Cigombong Kabupaten Bogor. [Skripsi]. Fakultas Pertanian IPB. Bogor. Marpaung, Happy. 2002. Pengantar Pariwisata. Bandung: Alfabeta Neufert, Ernst . 1993. Architect’s Data. New York : John Wiley Company Nurisjah, S. Dan Q. Pramukanto. 2003. Daya Dukung Kawasan dalam Perencanaan Lanskap (Diklat Kuliah). Program Studi Arsitektur Lanskap Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian IPB. Pamulardi, Bambang. 2006. Pengembangan Agrowisata Berwawasan Lingkungan (Studi Kasus Desa Wisata Tingkir, Salatiga) [online]. Tersedia: http//eprints.undip.ac.id [5 Mei 2014] Rahmafiria F. 2013. Kesesuaian Lahan untuk Bangunan Wisata [online]. Tersedia pada http://file.upi.edu/direktori/FPIPS Romanji S. 2006. Penilaian Objek dan Daya Tarik Wisata Alam Kawah Kamojang Kab. Bandung. Jawa Barat [Skripsi]. Fakultas Kehutanan IPB. Bogor. Suwantoro, Gammal. 1997. Dasar-Dasar Pariwisata. Jakarta : Andi Publishing. Simonds, J.O. 1983. Landscape Architecture. United States of America : Mc. Graw Hill Book Co. Utama, I Gusti Bagus Rai. 2005. Buku Agrowisata. Bali: Universitas Udayana.
60
RIWAYAT HIDUP Nama lengkap penulis, yaitu Muhammad Reza Rasyid lahir di Jakarta. Pada tanggal 28 Maret 1992, merupakan anak ke-4 dari 4 bersaudara dari pasangan Bapak Junir Rasyid dan Ibu Elin Kurniawati. Penulis berkebangsaan Indonesia dan beragama Islam. Kini penulis beralamat di Jalan Kalipasir No.21 Gang Eretan, Cikini, Jakarta Pusat. Adapun riwayat pendidikan penulis yaitu pada tahun 1998 lulus dari TK Perguruan Cikini. Kemudian melanjutkan di SD Perguruan Cikini dan lulus pada tahun 2004. Pada tahun 2007 lulus dari SMP Perguruan Cikini dan melanjutkan ke SMAN 1 Boedi Oetomo dan lulus tahun 2010. Setelah itu kuliah di IPB Dramaga Jurusan Arsitektur Lanskap angkatan 47 dan lulus tahun 2014