ANALISIS PENDAPATAN PETANI PADI SAWAH DI DESA CIASIHAN KECAMATAN PAMIJAHAN KABUPATEN BOGOR
SUCI RAHMA DINI
DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA* Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Pendapatan Petani Padi Sawah di Desa Ciasihan Kecamatan Pamijahan Kabupaten Bogor adalah benar karya saya dengan arahan dari pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Maret 2015 Suci Rahma Dini NIM H34124025
ABSTRAK
SUCI RAHMA DINI. Analisis Pendapatan Petani Padi Sawah Di Desa Ciasihan Kecamatan Pamijahan Kabupaten Bogor. Dibimbing oleh ANNA FARIYANTI. Produksi padi di Indonesia semakin rendah diakibatkan adanya alih fungsi lahan ke sektor non pertanian. Salah satu daerah di Jawa Barat yang mengalami penurunan luas lahan panen padi adalah Kabupaten Bogor. Penurunan produksi yang sebesar 7.54% dari tahun 2010 disebabkan oleh berkurangnya luas lahan panen padi yang mencapai 6.183 hektar dari tahun 2010 ke tahun 2011. Peningkatan produktivitas padi tidak selalu dapat meningkatkan jumlah produksi gabah kering giling jika diikuti dengan penurunan luas lahan panen. Oleh karena itu, tujuan penelitian yaitu mengidentifikasi keragaan petani padi dan menganalisis pendapatan usahatani padi sawah di Desa Ciasihan. Hasil penelitian menunjukan bahwa usahatani padi ini masih menguntungkan dilihat dari besar pendapatan yang diperoleh yaitu Rp 5.545.169/musim. Nilai rasio R/C dari usahatani padi di Desa Ciasihan yaitu 1.33. Upaya meningkatkan pendapatan penghasilan para petani, pemerintah dapat memfasilitasi dengan pelatihan dan penyuluhan, bantuan peralatan, dan fasilitas pertemuan. Kata kunci; Pendapatan, Biaya, Rasio R/C, Padi
ABSTRACT SUCI RAHMA DINI. Income Analysis of Rice Farmers In Ciasihan Village, Subdistrict of Pamijahan, Bogor District Supervised by ANNA FARIYANTI. Rice production in Indonesia is getting decreased due to the presence of land conversion to non-agricultural sector. One area of West Java that having decline of crop land area is Bogor District. Production decrease of 7.54% from 2010 is caused by the reduced of crop land area that reaches 6 183 ha from 2010 to 2011. Increasing rice productivity isn’t always able to increase the amount of milled rice production if it is followed by a decrease in crop land area. The objectives of this research are to identify performance of rice farmers and analyze the income of rice farming in the Ciasihan Village. The research results indicate that rice farming is still viable seen from the amount of income, is Rp 5.545.169/season. The value of the ratio R / C of rice farming in the ciasihan village is 1.33. Therefore, to increase the income of farmers, the government can provide training and counseling, supporting equipment,and facilities for meetings. Keywords: Revenue, Cost, R/C ratio, Rice
ANALISIS PENDAPATAN PETANI PADI SAWAH DI DESA CIASIHAN KECAMATAN PAMIJAHAN KABUPATEN BOGOR
SUCI RAHMA DINI
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Agribisnis
DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015
Judul Skripsi: Analisis Pendapatan Petani Padi Sawah di Desa Ciasihan Kecamatan Pamijahan Kabupaten Bogor Nama : Suci Rahma Dini NIM : H34124025
Disetujui oleh
Dr. Ir. Anna Fariyanti, MSi Pembimbing
Diketahui oleh
Dr. Ir. Dwi Rachmina, M.Si Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Februari 2014 sampai September 2014 ini adalah Usahatani, dengan judul Analisis Pendapatan Petani Padi di Desa Ciasihan Kecamatan Pamijahan Kabupaten Bogor. Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr. Ir. Anna Fariyanti, MSi selaku pembimbing, Dr. Ir. Netti Tinaprilla, MM sebagai dosen evaluator yang telah memberi saran serta Ir. Popong Nurhayati, MM dan Ir. Juniar Atmakusuma, MS selaku dosen penguji sidang yang telah memberikan banyak masukan. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Bapak H. Atta dari BP3K Cibungbulang, Bapak H. Majid dari Kelompok Tani Saluyo Ciasihan, Ibu Dwi dari Dinas Pertanian Cibinong, Bapak Hermin Syahri, S.Sos, yang telah membantu selama pengumpulan data. Ungkapan terima kasih teruntuk orang tua, suami, seluruh keluarga, sahabat, dan teman atas doa dan kasih sayangnya. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat. Bogor, Maret 2015 Suci Rahma Dini
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL
viii
DAFTAR GAMBAR
viii
DAFTAR LAMPIRAN
ix
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Perumusan Masalah
4
Tujuan Penelitian
5
Manfaat Penelitian
5
Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian
5
TINJAUAN PUSTAKA
6
Keragaan Usahatani
6
Pendapatan Usahatani Padi
7
KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka Pemikiran Operasional METODE PENELITIAN
9 9 15 17
Lokasi dan Waktu Penelitian
17
Jenis dan Sumber Data
17
Metode Penentuan Responden
17
Metode Analisis Data
17
HASIL DAN PEMBAHASAN
20
Kondisi Umum Wilayah Penelitian
20
Keragaan Usahatani Padi
25
Analisis Pendapatan Usahatani
29
SIMPULAN DAN SARAN
34
Simpulan
34
Saran
34
DAFTAR PUSTAKA
34
RIWAYAT HIDUP
38
DAFTAR TABEL 1. Produk domestik bruto sektor pertanian atas dasar harga berlaku, 20092013 2. Produksi, luas panen dan produktivitas padi di Indonesia, 2009-2013 3. Perkembangan luas panen, produktivitas, produksi tanaman padi Provinsi Jawa Barat tahun 2008-2013 4. Luas Panen, Produktivitas, Produksi Padi Sawah (GKG) di Jawa Barat, Tahun 2010-2011 5. Metode perhitungan pendapatan usahatani padi 6. Sebaran responden berdasarkan usia petani padi 7. Sebaran responden berdasarkan tingkat pendidikan 8. Sebaran responden menurut jumlah tanggungan keluarga petani padi di Desa Ciasihan tahun 2014 9. Sebaran status kepemilikan lahan petani di Desa Ciasihan tahun 2014 10. Sebaran responden menurut luas lahan garapan petani padi di Desa Ciasihan tahun 2014 11. Sebaran responden menurut pengalaman berusahatani padi di Desa Ciasihan tahun 2014 12. Rata-rata penggunaan input usahatani padi periode Januari-April 2014 di Desa Ciasihan 13. Biaya rata-rata usahatani padi sawah per hektar di Desa Ciasihan bulan Januari-April 2014 14. Pendapatan per hektar usahatani padi di Desa Ciasihan 15. Rata-rata pendapatan dan keuntungan usahatani padi di Desa Ciasihan per hektar per musim tanam 2014
2 3 3 4 19 21 22 22 23 23 24 25 31 32 32
DAFTAR GAMBAR
1. Kontribusi sektor pertanian dan sektor lainnya terhadap produk 2. 3. 4. 5. 6.
domestik bruto nasional (atas dasar harga berlaku, 2012) Kontribusi produk domestik bruto subsektor terhadap sektor pertanian (atas dasar harga konstan, 2012) Kurva hubungan biaya dengan tingkat produksi Maksimisasi laba dalam kurva Kerangka operasional analisis pendapatan usahatani padi Desa Ciasihan Kecamatan Pamijahan Bogor Jawa Barat Distribusi penduduk berdasarkan mata pencaharian di Desa Ciasihan
1 2 11 14 16 21
9
DAFTAR LAMPIRAN
1. Luas Panen, produktivitas, produksi padi sawah (GKG) di Jawa Barat, tahun 2010-2011 ......................................................................................... 36 2. Tahap persiapan lahan .................................................................................. 37 3. Tahap persemaian dan penanaman ............................................................... 37 4. Padi siap panen ............................................................................................. 37
1
PENDAHULUAN Latar Belakang Pertanian merupakan salah satu sektor ekonomi yang penting kedudukannya di Indonesia. Data Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia menurut sektor usaha pada tahun 2012 menunjukkan bahwa sektor pertanian menjadi sektor utama ketiga yang mempengaruhi laju pertumbuhan ekonomi. Kontribusi sektor pertanian dan sektor lainnya terhadap produk Domestik Bruto Nasional dapat dilihat pada Gambar 1.
38.85%
23.44%
Pertanian *) 37.71%
Industri Others
Pertanian *) termasuk kehutanan & perikanan
Gambar 1. Kontribusi sektor pertanian dan sektor lainnya terhadap produk domestik bruto nasional (atas dasar harga berlaku, 2012) Sumber:
Kementerian Pertanian, 2013
Jika dilihat pada Gambar 1, kontribusi sektor pertanian merupakan kontribusi terbesar dibandingkan dengan sektor-sektor lain. Sektor pertanian berhasil menyumbang 38.85% dari total PDB pada tahun 2012. Melihat pentingnya sektor pertanian bagi kelangsungan hidup negara, maka diperlukan upaya untuk mengembangkan dan memajukan sektor pertanian secara berkelanjutan. Salah satu subsektor yang memiliki kontribusi terbesar dan terus meningkat sejalan dengan pertumbuhan jumlah penduduk adalah subsektor pertanian. Hal tersebut berkaitan erat dengan masalah penyediaan pangan. Pada Gambar 2, dapat dilihat kontribusi PDB subsektor pertanian sempit yang meliputi tanaman bahan makanan, tanaman perkebunan dan peternakan mencapai 77.07%. Peningkatan budidaya dan pemanfaatan hasil pertanian dari subsektor tersebut merupakan salah satu upaya untuk memenuhi kebutuhan pangan. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 2. Ditinjau dari sektor pertanian, kontribusi masing-masing subsektor mengalami peningkatan dari tahun 2009-2013. Perkembangan PDB subsektor pertanian untuk tanaman bahan pangan memiliki kontribusi terbesar dari
2
subsektor pertanian lain (perkebunan, peternakan, kehutanan, dan perikanan) dan menunjukan kontribusi sebesar 7.7% pada tahun 2013.
5.32% 17.61%
Pertanian*)
77.07%
Perikanan Kehutanan
*) Termasuk bahan makanan, tanaman perkebunan, peternakan, dan hasilhasilnya
Gambar 2. Kontribusi produk domestik bruto subsektor pertanian (atas dasar harga konstan, 2012) Sumber : Kementerian Pertanian, 2013
terhadap sektor
Subsektor tanaman pangan tersebut meliputi padi, jagung, kacang hijau, ubi jalar, ubi kayu, kedelai, dan kacang tanah. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Produk domestik bruto sektor pertanian atas dasar harga berlaku, 20092013 Tahun Subsektor Tanaman Bahan Makanan Tanaman Perkebunan Peternakan dan hasilnya Kehutanan Perikanan
(Milyar Rupiah) Kontribusi Tahun 2013* 2013 (%) 335 049 7.7
2009
2010
2011
2012
419 195
482 377
529 988
574 330
111 379
136 049
153 298
159 754
76 897
1.8
104 884
119 372
129 298
146 090
77 774
1.8
45 120 176 620
48 290 199 383
51 781 226 691
54 907 255 332
26 696 137 546
0.6 3.2
Sumber : Kementerian Pertanian, 2013 Keterangan : * Data sampai dengan Triwulan II 2013 Tanaman bahan makanan dari subsektor tanaman pangan yang selalu mendapat prioritas yang tinggi dalam program pembangunan nasional adalah padi. Hal ini disebabkan padi atau beras merupakan kebutuhan pangan pokok bagi lebih dari 90% penduduk Indonesia. Di samping sebagai bahan konsumsi penting dari segi pengeluaran rumah tangga, beras juga merupakan sumber pendapatan dan kesempatan kerja bagi sebagian besar penduduk Indonesia. Dengan adanya
3 pertambahan penduduk setiap tahun, maka peningkatan produksi beras saat ini merupakan suatu tantangan untuk mengatasi kekurangan suplai. Adanya fluktuasi produksi, luas panen, dan produksitivitas padi sawah serta padi ladang di Indonesia dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Produksi, luas panen dan produktivitas padi di Indonesia, 2009-2013 2009
2010
Tahun 2011
2012
2013
Pertumbuhan (%)
64 399 12 884 49.99
66 469 13 253 50.50
65 757 13 204 49.80
69 056 13 446 51.36
70 867 13 770 51.46
2.62 2.41 0.19
61 171 11 797 51.85
63 018 12 119 52.00
62 528 12 169 51.38
65 188 12 281 53.08
67 000 12 619 53.10
2,78 2,75 0.04
3 228 1 086 29.71
3 451 1 135 30.42
3 229 1 035 31.21
3 868 1 164 33.22
3 867 1 151 33.59
-0.03 -1.12 1.11
Komoditas Padi Produksi (000 ton) Luas Panen (000 Ha) Produktivitas (Ku/Ha) Padi Sawah Produksi (000 ton) Luas Panen (000 Ha) Produktivitas (Ku/Ha) Padi Ladang Produksi (000 ton) Luas Panen (000 Ha) Produktivitas (Ku/Ha)
Sumber : Kementerian Pertanian, 2013 Pulau Jawa masih menjadi daerah sentra penghasil beras di Indonesia. Menurut Badan Pusat Statistik dan Direktorat Jendral Tanaman Pangan (2012), provinsi yang yang memiliki rata-rata produksi terbesar dari tahun 2008-2012 secara berturut-turut adalah Jawa Barat sebesar 9.623.625 ton, Jawa Timur sebesar 9.451.232 ton, dan Jawa Tengah sebesar 8.216.022 ton. Dengan kontribusi penghasil beras terbesar dengan rata-rata produksi sebesar 15% dari total produksi nasional, Provinsi Jawa Barat menjadi lumbung padi nasional. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Nasional maka dapat diketahui luas panen, produktivitas, produksi yang fluktuatif. Hal tersebut dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Perkembangan luas panen, produktivitas, produksi tanaman padi Provinsi Jawa Barat tahun 2008-2013 Tahun 2008 2009 2010 2011 2012 2013
Luas Panen (Ha) 1803628 1950203 2037657 1964466 1918799 2016433
% 0.08 0.04 -0.04 -0.02 0.05
Produktivitas (Ku/Ha) 56.06 58.06 57.60 59.22 58.74 59.56
% 0.04 0.01 0.03 0.01 0.01
Produksi GKG (Ton) 10111069 11322681 11737070 11633891 11271861 12009422
% 0.12 0.04 -0.01 -0.03 0.07
Sumber : BPS, 2014 Tabel 3 menunjukkan luas panen, produktivitas, dan produksi tanaman padi di Jawa Barat cenderung fluktuatif. Penurunan luas panen yang terjadi pada tahun 2011 dan 2012 mengakibatkan penurunan produksi GKG pada tahun tersebut. Peningkatan produktivitas yang terjadi tidak dapat membantu peningkatan produksi yang diakibatkan oleh berkurangnya lahan panen. Produksi padi dipengaruhi oleh luas panen komoditi padi sawah. Penurunan luas panen padi
4
maka produksi padi akan turun, begitu sebaliknya jika terjadi penambahan luas panen padi sawah maka produksi padi akan meningkat. Jika produksi padi meningkat maka akan menambah pendapatan petani. Salah satu masalah yang dihadapi saat ini adalah masalah sempitnya penguasaan lahan oleh petani. Kepemilikan lahan yang sempit semakin membuat petani sulit sejahtera.
Perumusan Masalah Salah satu daerah di Jawa Barat yang mengalami penurunan luas lahan panen adalah Kabupaten Bogor. Kontribusi Kabupaten Bogor yang mencapai 4.38% tahun 2011 dari total produksi daerah Jawa Barat merupakan kondisi yang perlu diperhatikan. Penurunan produksi yang sebesar 7.54% dari tahun 2010 disebabkan oleh berkurangnya luas lahan panen yang mencapai 6.183 ha dari tahun 2010 ke tahun 2011. Peningkatan produktivitas padi tidak selalu dapat meningkatkan jumlah produksi gabah kering giling jika diikuti dengan penurunan luas lahan panen. Hal ini dapat dilihat dari beberapa daerah di Jawa Barat yang mengalami peningkatan produktivitas dan penurunan luas lahan panen, tetapi produksi gabahnya menurun, seperti daerah Cianjur, Bandung, Purwakarta, Kota Bandung, dan Kota Banjar. Kondisi ini menjadi menarik untuk dikaji dari sisi intensifikasi, ekstensifikasi, dan diversifikasi pertanian yang bisa memperbaiki taraf hidup petani, memperluas lapangan pekerjaan bagi golongan masyarakat yang masih tergantung pada sektor pertanian. Tabel 4. Luas panen, produktivitas, produksi padi sawah (GKG) di Jawa Barat, tahun 2010-2011 2010 Kab/kota
Bogor Sukabumi Cianjur Bandung Garut Tasikmalaya Ciamis Total
Luas panen (ha)
Produktiv itas (Ku/ha)
88900 126 982 136 159 73 012 121 786 131 989 114 833 13177571
56.91 58.65 58.45 60.68 65.22 62.81 62.37
2011 Produksi (ton) 529893 744807 795 845 443 039 794 285 829 065 716 171 13121830
Luas panen (ha) 82717 116 041 125 100 68 464 125 609 127 602 114 313 13031416
Produktivitas (Ku/ha)
59.23 58.05 59.49 62.51 62.96 60.74 59.64
Produksi (ton) 489919 673 609 744 266 428 001 790 834 775 042 681 777 11180547
Sumber: BPS Jawa Barat, 2012 Pada Tabel 4 dapat dilihat dari tahun 2010 ke tahun 2011 adanya penurunan luas panen dari 1.904.974 hektar menjadi 1.849.205 hektar dan kenaikan produktivitas dari 59.17 kubik/hektar menjadi 60.46 kubik/hektar. Hal ini mempengaruhi jumlah produksi yang dihasilkan menurun sejumlah 90.412 ton sehingga mengurangi pendapatan petani padi di Jawa Barat. Kabupaten Bogor merupakan salah satu daerah yang memiliki lahan pertanian yang digunakan untuk menanam padi. Tanaman padi menyebar di wilayah tengah dan utara seperti kecamatan Rumpin, Cigudeg, Sukajaya,
5 Pamijahan, Cibungbulang, Ciampea, Caringin, Jonggol, Sukamakmur, dan Cariu. Pada tahun 2010 luas lahan pertanian untuk padi di Kabupaten Bogor seluas 88.900 hektar turun menjadi 82.717 hektar di tahun 2011 sehingga produksi padi menurun seluas 39.974 hektar. Menurun jumlah produksi padi maka berdampak pada pendapatan petani padi yang ada di wilayah Kabupaten Bogor. Dari uraian tersebut, ada beberapa hal yang menarik untuk dikaji, antara lain: 1. Bagaimana keragaan petani padi di Desa Ciasihan Kecamatan Pamijahan Bogor? 2. Bagaimana analisis pendapatan petani padi di Desa Ciasihan Kecamatan Pamijahan Bogor?
Tujuan Penelitian Berkaitan dengan latar belakang dan rumusan masalah, maka tujuan penelitian ini adalah : 1. Mengidentifikasi keragaan petani padi di Desa Ciasihan Kecamatan Pamijahan Bogor 2. Menganalisis pendapatan petani padi di Desa Ciasihan Kecamatan Pamijahan Bogor
Manfaat Penelitian Dari hasil penelitian tersebut diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Sumbangan pemikiran bagi pemerintah daerah khususnya Desa Ciasihan Kecamatan Pamijahan Bogor dalam rangka pembinaan terhadap petani padi dalam upaya peningkatan hasil produksi dan tingkat pendapatan petani 2. Menambah pengalaman dan pengetahuan penulis tentang masalah pertanian khususnya sektor tanaman padi 3. Bahan referensi dan perbandingan bagi peneliti berikutnya yang akan melakukan pengkajian masalah yang relevan
Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian Penelitian yang dilakukan membahas tentang usahatani padi sawah. Penelitian ini dimaksudkan untuk menganalisis kegiatan usatani padi yang dilakukan oleh petani agar dapat meningkatkan pendapatan petani padi di Desa Ciasihan Kecamatan Pamijahan Bogor. Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan sengaja (purpossive) berdasarkan daftar nama yang diberikan oleh ketua kelompok tani Saluyo.
6
Petani yang akan menjadi objek penelitian yaitu petani yang berada di daerah Desa Ciasihan Kecamatan Pamijahan Bogor sebanyak 31 orang. Petani yang akan menjadi responden itu berdasarkan luas lahan yang dimiliki petani di desa tersebut.
TINJAUAN PUSTAKA Keragaan Usahatani Keragaan usahatani padi sawah dibutuhkan agar bisa memiliki konsep untuk melakukan penanaman padi dengan cara-cara yang benar agar mendapatkan kualitas yang baik. Dalam penelitian Sirappa (2006), keragaan usahatani padi sawah pada dua sentra produksi padi di Maluku menggunakan pendekatan melalui konsep pengelolaan tanaman terpadu (PTT), yaitu suatu pendekatan dengan mengintegrasikan berbagai komponen teknologi secara spesifik lokasi. Hasil kajian menunjukkan bahwa penggunaan varietas unggul baru mampu memberikan hasil gabah kering panen yang relatif lebih tinggi dibandingkan dengan yang biasa digunakan petani. Demikian juga penerapan konsep PTT memberikan hasil gabah yang lebih tinggi dibandingkan dengan teknologi yang biasa diterapkan petani, sehingga pendapatan petani juga meningkat. Varietas unggul baru yang digunakan diantaranya adalah Way Apo Buru, Ciherang, Cisantana, Gilirang, Cigeulis, Fatmawati, Maro, dan Longping Pusaka. Beberapa varietas diantaranya yang mempunyai prospek baik untuk dikembangkan di dataran Waeapo, kabupaten Buru dan dataran Pasahari, Seram Utara, Kabupaten Maluku Tengah adalah Way Apo Buru, Ciherang, Cigeulis, Cisantana, Gilirang dan Longping Pusaka. Purwanto (2012) Usahatani padi yang dilakukan petani pada luasan lahan rata-rata 0.246 Ha, curahan tenaga kerja selama satu tahun cukup rendah yaitu 44.98, penggunaan biaya lebih tinggi pada musim penghujan, dan usahatani padi sawah memberikan pendapatan dan keuntungan bagi petani. Fardiyanti (1999) menulis dalam skripsinya bahwa produksi di lahan sawah yang diairi secara giliran akan lebih tinggi daripada sawah yang diairi air secara terus menerus. Padi merupakan bahan makanan pokok bagi sebagian besar penduduk Indonesia. Meskipun beras dapat digantikan oleh makanan lainnya, namun beras memiliki nilai tersendiri yang tidak dapat tergantikan dengan yang lain. Kebanyakan masyarakat Indonesia mengatakan kalau belum makan nasi itu sama saja mereka belum makan. Itulah uniknya tanaman padi ini. Masyarakat Indonesia secara umum tidak bisa hidup tanpa nasi. Beras adalah salah satu bahan makanan yang mengandung gizi dan penguat yang cukup bagi tubuh manusia. Jika tidak makan nasi, orang bisa menjadi lemas dan sulit untuk beraktivitas. Ini disebabkan beras mengandung bahan yang mudah diubah menjadi energi seperti karbohidrat, lemak, protein, serat kasar, vitamin, dan lain sebagainya. Hal ini seperti ditulis oleh Nuresiana (2011) yang meneliti tentang analisis usahatani padi sawah varietas Ciherang. Padi dibudidayakan dengan tujuan untuk mendapatkan hasil yang tinggi dan berkualitas yang baik sehingga sesuai yang diharapkan oleh petani. Budidaya tanaman padi biasa dilakukan secara umum oleh petani.Teknis budidaya tanaman
7 padi perlu memperhatikan syarat tumbuh tanaman, proses penyemaian, persiapan dan pengolahan tanah sawah, penanaman serta pemeliharaan yang baik. Syarat tumbuh tanaman padi sawah pun berbeda dengan jenis padi yang tumbuh di ladang atau di sawah pasang surut. Syarat tumbuh tanaman padi pada umumnya meliputi keadaan iklim, curah hujan, lokasi tanam, kondisi tanah, intensitas cahaya, air, dan suhu pada daerah tertentu. Syarat utama yang harus terpenuhi untuk menanam padi sawah adalah kebutuhan air yang cukup. Jika tidak mencukupi maka pertumbuhan padi sawah yang akan ditanam akan terhambat produktivitasnya. Air harus tersedia setiap saat untuk menggenangi tanah persawahan. Kekurangan dan kelebihan air dapat mengurangi hasil produksi karena itu dibutuhkan saluran irigasi yang baik untuk mengatur keluar masuknya air ke dalam persawahan yang akan ditanami padi sawah. Padi sawah dapat tumbuh dalam iklim yang beragam, terutama di daerah cuaca panas, kelembaban tinggi dengan curah hujan 200 milimeter per bulan atau 1500-2000 milimeter per tahun. Tanaman padi dapat tumbuh dengan baik pada suhu 23 derajat Celcius. Hal ini seperti ditulis oleh Resha (2011). Lokasi tanam padi sawah dengan ketinggian optimal 0-15 meter di atas permukaan laut. Padi sawah yang cocok ditanam di tanah berlumpur yang subur dengan ketebalan 1822 cm dengan pH tanah berkisar antara 4.0-7.0. Jika pH tanah yang tinggi atau di atas 7,0 akan mengurangi hasil produksi. Tanah yang cocok untuk areal persawahan adalah tanah berlempung yang berat atau tanah yang memiliki lapisan keras 30 cm di bawah permukaan tanah sehingga air dapat tertampung diatasnya dan menciptakan lumpur. Intensitas cahaya matahari berpengaruh terhadap tumbuhnya tanaman padi sehingga harus penuh sepanjang hari tanpa ada naungan. Selain itu, angin juga akan berpengaruh tehadap proses penyerbukan bunga padi sehingga lokasi sawah harus terbuka dan tidak terhalang sehingga angin dapat bertiup dengan bebas. Selain itu yang dibutuhkan dalam usahatani padi sawah ini adalah input yang cukup seperti pupuk. Kelebihan dan kekurangan pupuk bisa mengakibatkan tanaman tidak tumbuh dengan subur, bahkan bisa mengakibatkan gagal panen. Kemudian dibutuhkan insektisida untuk membasmi hama tanaman.
Pendapatan Usahatani Padi Pendapatan usahatani merupakan hasil pengurangan antara total penerimaan usahatani dengan biaya usahatani yang dikeluarkan. Petani akan memperoleh pendapatan usahatani apabila penerimaan usahatani yang diperoleh lebih besar daripada biaya usahatani, atau dapat dikatakan nilai pendapatan yang dihasilkan positif. Analisis pendapatan usahatani dalam penelitian ini terbagi menjadi dua, yaitu pendapatan atas biaya tunai dan pendapatan atas biaya total. Pendapatan atas biaya tunai diperoleh dari pengurangan antara total penerimaan dengan total biaya tunai, sedangkan pendapatan atas biaya total diperoleh dari pengurangan antara total penerimaan dengan total biaya, baik biaya tunai maupun biaya yang diperhitungkan. Hal ini seperti ditulis oleh Hasanah (2014), Astri (2013), Ganda dan Ardayani (2012), Febrian, Gultom,dan Rosyanni (2011). Meskipun demikian secara rata-rata keseluruhan pendapatan petani mengalami kerugian sebesar Rp 2 294 441 musim kedua akibat dari terjadinya
8
penurunan hasil produksi yang disebabkan oleh hujan yang terus menerus, sehingga produksi padi menurun.Ini yang ditulis oleh Hasanah (2004). Penerimaan usahatani merupakan jumlah seluruh hasil produksi usahatani dikalikan dengan harga jual yang berlaku pada saat di pasar. Besar kecilnya penerimaan petani dipengaruhi oleh jumlah produksi yang diperoleh dan dipengaruhi oleh harga yang berlaku saat penjualan hasil produk pertanian di pasar. Sebagaimana hasil penelitian Febrian, A (2011) tentang analisis pendapatan petani padi dengan penerimaan tunainya sebesar Rp 18.516.541.13 dan menguntungkan. Kirana (2012) mengatakan terdapat tiga variabel yang harus diketahui untuk melakukan analisis usahatani. Ketiga variabel tersebut yaitu penerimaan, biaya dan pendapatan. Cara analisis terhadap tiga variabel ini menggunakan analisis anggaran arus uang tunai (cash flow analysis). Kelayakan usahatani menggunakan R/C ratio yang mana jika R/C > 1 maka usahatani menguntungkan sebaliknya jika R/C < 1 maka usahatani produk pertaniannya mengalami kerugian dan jika R/C = 1 maka usahatani impas Nyanyu 2010), Ria dan Nor Laila (2011), Made (2013). Faktor-faktor produksi usahatani padi dapat diketahui dengan menggunakan analisis fungsi Cobb-Douglas (Nyayu 2010) dan dalam membandingkan pendapatan dengan uji-t. Pengambilan pada survei ini dengan menggunakan simple random sampling atau acak (Nyanyu 2010). Hal ini juga seperti yang ditulis oleh Noor Laila dan Ria (2011). Analisis struktur biaya diperlukan sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan tentang penggunaan teknologi dengan tujuan untuk meningkatkan produksi sekaligus memperbaiki taraf hidup masyarakat. Analisis struktur biaya ini menghitung berapa biaya yang dikeluarkan, baik itu biaya tetap, biaya variabel, biaya tunai, maupun biaya tidak tunai (diperhitungkan). Biaya tetap adalah biaya yang dikeluarkan perusahaan atau petani yang tidak mempengaruhi hasil output/produksi. Berapapun jumlah output yang dihasilkan biaya tetap itu sama saja. Contohnya sewa tanah, pajak, alat pertanian, iuran irigasi. Biaya variable adalah biaya yang besarnya berubah diikuti dengan berubahnya jumlah output yang dihasilkan. Contohnya air, tenaga kerja luar keluarga, dan lain-lain. Biaya tunai adalah biaya yang dikeluarkan dalam bentuk uang tunai. Contohnya biaya input pembelian pupuk dan pestisida, alat pertanian, biaya tenaga kerja luar keluarga, dan biaya pajak. Biaya tidak tunai (diperhitungkan) adalah biaya yang dikeluarkan petani tidak dalam bentuk uang tunai yaitu benih, biaya penyusutan alat pertanian, an biaya tenaga kerja dalam keluarga. Hal ini seperti dituliskan oleh Ganda (2012) dalam penelitiannya tentang “Analisis Produksi dan Pendapatan Usahatani Padi dengan Menggunakan Metode SRI” bahwa klasifikasi biaya merupakan bagian yang penting dalam membandingkan pendapatan untuk mengetahui kebenaran jumlah biaya yang tertera pada pernyataan pendapatan (income statement). Biaya tunai yang dikeluarkan oleh petani yang menerapkan metode SRI secara penuh sebesar Rp 17.048.476.19. Biaya tidak tunai yang dikeluarkan petani meliputi penyusutan peralatan, pupuk kompos, dan tenaga kerja dalam keluarga. Rata-rata yang dikeluarkan sebesar Rp 6.502.396.83. Penelitian yang saya tulis ini akan menggunakan analisis pendapatan bersih usahatani yang didapatkan dari pendapatan kotor usahatani (Gross Farm Income)
9 dikurangi pengeluaran total usahatani. Penghasilan bersih usahatani yang didapatkan dari pendapatan bersih usahatani dikurangi bunga modal pinjaman. Sedangkan imbalan kepada seluruh modal bisa dihitung dalam persen terhadap total modal yang mana didapatkan dari pendapatan bersih usahatani dikurangi nilai TK keluarga. Imbalan kepada modal petani didapatkan dari penghasilan bersih usahatani dikurangi nilai TK Keluarga, sedangkan imbalan terhadap TK Keluarga didapatkan dari penghasilan bersih usahatani dikurangi bunga modal petani. Diharapkan dengan penelitian yang dilakukan di Desa Ciasihan ini bisa membantu petani setempat.
KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis Teori Produksi Produksi adalah proses mengubah input menjadi output. Produksi meliputi semua kegiatan untuk menciptakan atau menambah nilai atau guna suatu barang/jasa. Produksi berkaitan dengan cara bagaimana sumber daya (masukan) dipergunakan untuk menghasilkan produk keluaran. Analisis produksi berfokus pada penggunaan input yang efisien untuk menghasilkan output. Produksi meneliti karakteristik teknis dan ekonomis yang digunakan untuk memberikan barang dan jasa dengan sasaran menetapkan cara yang optimal untuk menggabungkan masukan untuk meminimumkan biaya. Produksi melibatkan semua kegiatan yang berkaitan dengan penyediaan barang dan jasa (Nicholson, 1995). Faktor produksi adalah input yang digunakan untuk menghasilkan barang dan jasa. Dua faktor produksi yang paling penting adalah modal dan tenaga kerja. Modal (M) adalah seperangkat sarana yang dipergunakan oleh para pekerja. Tenaga kerja (L) adalah waktu yang dihabiskan orang untuk bekerja. Produsen dalam melakukan kegiatan produksi, mempunyai landasan teknis, yang didalam teori ekonomi disebut fungsi produksi. Faktor produksi dalam usaha pertanian mencakup tanah, modal dan tenaga kerja. Sebagian ahli berpendapat dan memasukan faktor keempat, yaitu manajemen atau pengelolaan (skill) ke dalam faktor produksi. Dua pendapat ini benar dan dapat dipakai tergantung mana yang akan kita pilih atau kita gunakan. Beberapa faktor yang mempengaruhi produksi pertanian adalah : Lahan pertanian Lahan pertanian merupakan penentu dari pengaruh faktor produksi komoditas pertanian.Secara umum dikatakan, semakin luas lahan (yang digarap/ditanami), semakin besar jumlah produksi yang dihasilkan oleh lahan tersebut. Ukuran lahan pertanian dapat dinyatakan dengan hektar (ha) atau are. Di pedesaan, petani masih menggunakan ukuran tradisional, misalnya patok, dan 1)
10
jengkal. Oleh karena itu, jika peneliti melakukan penelitian tentang luas lahan, dapat dinyatakan melalui proses transformasi dari ukuran luas lahan tradisonal ke dalam ukuran yang dinyatakan dalam hektar atau are. 2) Tenaga Kerja Tenaga kerja dalam hal ini, petani merupakan faktor penting dan perlu diperhitungkan dalam proses produksi komoditas pertanian. Tenaga kerja harus mempunyai kualitas berfikir yang maju seperti petani yang mampu mengadopsi inovasi-inovasi baru, terutama dalam menggunakan teknologi untuk pencapaian komoditas yang bagus sehingga nilai jual tinggi. Penggunaan tenaga kerja dapat dinyatakan sebagai curahan tenaga kerja. Curahan tenaga kerja adalah besarnya tenaga kerja efektif yang dipakai. Usahatani yang mempunyai ukuran lahan berskala kecil biasanya disebut usahatani skala kecil dan biasanya pula menggunakan tenaga kerja keluarga. Lain halnya dengan usahatani berskala besar. Selain menggunakan tenaga kerja luar keluarga, juga memiliki tenaga kerja ahli. Ukuran tenaga kerja dapat dinyatakan dalam hari orang kerja HOK) atau hari kerja orang (HKO). Menurut Soekartawi (2002), dalam analisis ketenagakerjaan diperlukan standarisasi satuan tenaga kerja yang biasanya disebut hari kerja setara pria (HKSP). 3) Modal Setiap kegiatan dalam mencapai tujuan membutuhkan modal apalagi kegiatan proses produksi komoditas pertanian. Dalam kegiatan proses tersebut modal dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu modal tetap (fixed cost) dan modal tidak tetap (variable cost). Modal tetap terdiri atas tanah, bangunan, mesin, dan peralatan pertanian di mana biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi tidak habis dalam sekali proses produksi, sedangkan modal tidak tetap terdiri dari benih, pupuk, pestisida, dan upah yang dibayarkan kepada tenaga kerja. Besar kecilnya skala usaha pertanian atau usahatani tergantung dari skala usahatani, macam komoditas, dan tersedianya kredit. Skala usahatani sangat menentukan besar kecilnya modal yang digunakan. Makin besar skala usahatani semakin besar pula modal yang digunakan, begitu sebaliknya. Jenis komoditas tertentu dalam proses produksi komoditas pertanian juga menentukan besar kecilnya modal yang digunakan. Misalnya, usaha perkebunan kelapa sawit menentukan biaya relatif besar dibandingkan usaha perkebunan kopi yang pada luas lahan yang sama. Tersedianya kredit sangat menentukan keberhasilan usahatani, walaupun produsen mengetahui bahwa usaha perkebunan kelapa sawit memerlukan modal besar. 4) Pupuk Seperti halnya manusia, selain mengonsumsi nutrisi makanan pokok, dibutuhkan pula konsumsi nutrisi vitamin sebagai tambahan makanan pokok. Tanaman pun demikian, selain air sebagai konsumsi pokoknya, pupuk pun sangat dibutuhkan dalam pertumbuhan dan perkembangan yang optimal. Jenis pupuk yang sering digunakan adalah pupuk organik dan anorganik. Menurut Sutejo (2000) dalam Soekartawi (2002) Pupuk organik atau pupuk alam merupakan hasil akhir dari perubahan atau penguraian bagian-bagian atau sisasisa tanaman dan binatang, misalnya pupuk kandang, pupuk hijau, kompos, bungkil, guano, dan tepung tulang. Sementara itu, pupuk anorganik atau pupuk
11 buatan merupakan hasil industri atau hasil pabrik-pabrik pembuat pupuk, misalnya pupuk urea, TSP, dan KCL. 5) Pestisida Pestisida sangat dibutuhkan tanaman untuk mencegah serta membasmi hama dan penyakit yang menyerangnya. Pestisida merupakan racun yang mengandung zat-zat aktif sebagai pembasmi hama dan penyakit pada tanaman. Tetapi pemberian pestisida pada tanaman harus secukupnya. Jika kelebihan memberikan pestisida maka hasil panen menjadi kurang bagus begitu sebaliknya jika kekurangan dalam pemberian pestisida hasil panen juga kurang bagus. 6) Bibit Bibit menentukan keunggulan dari suatu komoditas. Bibit yang unggul biasanya tahan terhadap penyakit. Hasil komoditasnya berkualitas tinggi dibandingkan dengan komoditas lain sehingga harganya dapat bersaing di pasar. 7) Teknologi Penggunaan teknologi dapat menciptakan rekayasa perlakuan terhadap tanaman dan dapat mencapai tingkat efisiensi yang tinggi. Sebagai contoh, tanaman padi dapat dipanen dua kali dalam setahun, tetapi dengan adanya perlakuan teknologi terhadap komoditas tersebut, tanaman padi dapat dipanen tiga kali dalam setahun. 8) Manajemen Dalam usahatani modern, peranan manajemen menjadi sangat penting dalam mengelola produksi komoditas pertanian. Mulai dari perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), pengendalian (controlling), dan evaluasi (evaluation). Teori Biaya dan Pendapatan Petani sebagai pelaksana mengharapkan produksi yang lebih besar agar memperoleh pendapatan yang besar pula. Fungsi biaya menggambarkan hubungan antara besarnya biaya dengan tingkat produksi (Gambar 3.) yang digambarkan dengan garis TC (total cost). Hal ini dapat dilihat pada Gambar 3.
Gambar 3. Kurva hubungan biaya dengan tingkat produksi Sumber : Suratiyah, 2006
12
Biaya (C) dapat dibedakan menjadi biaya tetap (FC=fixed cost) yaitu biaya yang besarnya tidak dipengaruhi besarnya produksi (y), dan biaya variabel (VC) yaitu biaya yang besarnya dipengaruhi oleh produksi. Dalam melakukan perhitungan tingkat pendapatan yang diperoleh suatu usaha pertanian, maka sangat perlu dilakukan identifikasi biaya-biaya yang dikeluarkan sekaligus mengetahi tingkat pendapatan, sehingga dapat diketahui apakah usaha tersebut menguntungkan atau tidak suatu periode tertentu. Biaya adalah semua pengeluaran yang dinyatakan dengan uang yang diperlukan untuk menghasilkan sesuatu produk dalam suatu periode produksi. Menurut Soekartawi (1984) biaya adalah nilai penggunaan sarana produksi, upah, dan lain-lain yang dibebankan pada proses produksi yang bersangkutan. Menurut Kuswadi (2007) dalam bahan ajaran mata kuliah usahatani mengatakan biaya adalah semua pengeluaran untuk mendapatkan barang dan jasa dari pihak ketiga. Hal ini juga dikemukakan oleh Mulyadi (2012) bahwa biaya adalah pengorbanan yang diukur dengan satuan uang yang dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu. Sedangkan Kusnadi (2006) dalam bahan ajaran mata kuliah usahatani bahwa biaya adalah manfaat yang dikorbankan dalam rangka memperoleh barang dan jasa. Manfaat (barang dan jasa) yang dikorbankan diukur dalam Rupiah melalui pengurangan aktiva atas pembebanan utang pada saat manfaat itu diterima.Biaya produksi dalam usahatani merupakan keseluruhan biaya yangdikeluarkan seseorang selama proses produksi. Faktor biaya sangat menentukankelangsungan proses produksi. Menurut (Soekartawi, 1995) biaya usahatani diklasifikasikan menjadi, yaitu: 1. Biaya tetap total (Total Fixed Cost/ TFC) adalah biaya yang relatif tetap jumlahnya, dan terus dikeluarkan walaupun produksi yang diperoleh banyak atau sedikit, misalnya: sewa tanah, sewa gudang pajak dan lainnya. 2. Biaya variabel total (Total Variable Cost/ TVC) adalah biaya yang besar kecilnya dipengaruhi oleh produksi yang diperoleh, misalnya: biaya sarana produksi, upah tenaga kerja, biaya angkut, dan sebagainya. Biaya yang diperhitungkan digunakan untuk menghitung berapa besar pendapatan kerja petani bila modal kerja dan nilai kerja keluarga diperhitungkan. Menurut Hernanto (1996) biaya produksi dalam usahatani dapat dibedakan atas : 1) Berdasarkan jumlah output yang dihasilkan yaitu biaya tetap dan tidak tetap. Biaya tetap adalah biaya yang besar dan kecilnya tidak tergantung pada aktivitas produksi, misalnya pajak tanah, sewa tanah, penyusutan alat-alat bangunan pertanian. Sedangkan biaya variabel adalah biaya yang berhubungan langsung dengan jumlah produksi dan biaya totalnya berubah sesuai jumlah produksi, misalnya pengeluaran untuk benih, obat-obatan, pupuk, maupun biaya tenaga kerja. 2) Berdasarkan yang langsung dikeluarkan dan diperhitungkan terdiri dari biaya tunai dan non tunai (diperhitungkan). Kalau biaya tunai adalah biaya tetap dan variabel yang dibayar secara tunai. Biaya tunai ini berguna untuk melihat pengalokasian modal yang dimiliki oleh petani. Sedangkan biaya non tunai adalah biaya penyusutan alat-alat pertanian, sewa lahan milik sendiri, tenaga kerja dalam keluarga. Biaya non tunai ini melihat bagaimana manajemen suatu usahatani.
13 Pendapatan merupakan balas jasa terhadap penggunaan faktor-faktor produksi yang digunakan dalam menjalankan usahatani (lahan, modal, tenaga kerja, dan pengelolaan). Soekartawi (1984) menjelaskan bahwa untuk mengukur pendapatan terdapat beberapa cara yaitu pendapatan tunai usahatani dan pendapatan bersih usahatani. Pendapatan bersih usahatani diperoleh dari selisih antara penerimaan tunai usahatani dan pengeluaran tunai usahatani. Penerimaan tunai usahatani didefenisikan sebagai nilai uang yang diterima dari penjualan produk usahatani. Pengeluaran tunai usahatani didefenisikan sebagai sejumlah uang yang dibayarkan untuk pembelian barang dan jasa bagi usahatani. Sedangkan untuk pendapatan bersih usahatani diperoleh dari selisih antara pendapatan kotor usahatani dan pengeluaran total usahatani. Dimana pendapatan kotor usahatani didefenisikan sebagai nilai produk total usahatani dalam jangka waktu tertentu, baik yang dijual maupun yang tidak dijual. Pengeluaran total usahatani merupakan nilai semua masukan yang habis terpakai atau dikeluarkan dalam produksi. Pendapatan kotor usahatani (gross farm income) didefenisikan sebagai sebagai nilai produk total usahatani dalam jangka waktu tertentu, baik yang dijual maupun yang tidak dijual. Jangka waktu pembukuan pada umumnya setahun dan mencakup semua produk yang dijual, dikonsumsi rumah tangga petani, digunakan dalam usahatani untuk bibit, digunakan untuk pembayaran, disimpan atau ada di gudang pada akhir tahun. Pengeluaran total usahatani (total farm expenses) didefenisikan sebagai nilai semua masukan yang habis terpakai atau dikeluarkan di dalam produksi baik tunai maupun tidak tunai. Selisih antara pendapatan kotor usahatani dengan pengeluaran total usahatani disebut pendapatan bersih usahatani (net farm income). Pendapatan bersih usahatani ini mengukur balas jasa atau imbalan yang diperoleh keluarga petani dari penggunaan faktor-faktor produksi kerja, pengelolaan, dan modal milik sendiri atau modal pinjaman yang diinvestasikan ke dalam usahatani. Hal ini merupakan ukuran keuntungan usahatani yang dapat dipakai untuk membandingkan penampilan beberapa usahatani. Pendapatan bersih usahatani merupakan langkah untuk menghitung ukuran-ukuran keuntungan lainnya. Maksimisasi keuntungan dalam kurva dapat dilihat pada Gambar 4. Penampilan usahatani kecil dapat dinilai dari penghasilan bersih usahatani (net farm earnings). Angka ini diperoleh dari pendapatan bersih usahatani dengan mengurangkan bunga yang dibayarkan kepada modal pinjaman. Ukuran ini menggambarkan penghasilan yang diperoleh dari usahatani untuk keperluan keluarga dan merupakan imbalan terhadap semua sumberdaya milik keluarga yang dipakai dalam usahatani. Apabila penghasilan bersih usahatani ditambah dengan pendapatan rumah tangga yang berasal dari luar usahatani, seperti upah dalam bentuk uang atau benda maka diperoleh penghasilan keluarga (family earnings). Di dalam usahatani semi komersial, imbalan kepada seluruh modal merupakan patokan yang baik untuk penampilan usahatani. Apabila modal diperoleh pinjaman, maka ada dua ukuran yang dapat dipakai. Imbalan kepada seluruh modal (return to total capital) dihitung dengan mengurangkan nilai kerja keluarga dari pendapatan bersih usahatani. Kerja keluarga dinilai menurut tingkat upah yang berlaku.Imbalan kepada modal petani (return to farm capital) diperoleh dengan mengurangkan penghasilan bersih usahatani.Selain itu balas jasa atau
14
imbalan kepada tenaga kerja keluarga (return to family labour) juga perlu dihitung dengan mengurangkan penghasilan bersih usahatani dengan bunga modal sendiri (Soekartawi, 1984). Pendapatan, biaya
(a)
q**
q*
Keluaran per periode
Laba
q* 0 \ Gambar 4. Maksimisasi laba dalam kurva Sumber : Nicholson, 1995
Keluaran per periode
15 Kerangka Pemikiran Operasional Peningkatan kesejahteraan masyarakat dilakukan melalui pembangunan di berbagai bidang, salah satunya pembangunan di bidang pertanian. Hal ini terlihat semakin digalakkannya pembangunan di bidang pertanian utamanya subsektor pangan. Salah satu subsektor pangan adalah usahatani padi sawah. Padi merupakan salah satu tanaman pangan yang sangat dibutuhkan masyarakat karena termasuk makanan pokok. Desa Ciasihan salah satu daerah yang mengusahakan tanaman padi, tetapi memiliki kendala pada skala usahatani yang dimiliki petani. Rata-rata petani memiliki luas lahan yang sempit yaitu kurang dari satu hektar sehingga jumlah produksi yang dihasilkan tidak sesuai dengan yang diharapkan petani. Jika harga produk pada saat dijual berfluktuatif dapat menyebabkan pendapatan petani tidak menentu. Selain itu kendala pada faktor manusia yaitu dilihat dari karakteristik petani dari segi umur, pendidikan, pengalaman. Semakin tinggi umur petani maka akan semakin berpengalaman. Disisi lain semakin bertambah umur, maka akan semakin menurun juga kemampuan fisik. Sedangkan dari segi pendidikan, ratarata petani adalah lulusan SD bahkan ada yang tidak mengenyam bangku pendidikan. Tingkat pendidikan yang rendah akan berpengaruh terhadap tingkat penyerapan teknologi baru dan ilmu pengetahuan. Beberapa kendala ini tentu akan berdampak pada pendapatan yang diperoleh petani sehingga penelitian ini melihat keragaan usahatani, menganalisis pendapatan, dan nilai rasio R/C. Petani dalam melakukan proses produksi (Q) untuk menghasilkan output, diperlukan biaya pengeluaran-pengeluaran (TC) yang digunakan dalam mempertahankan kelangsungan proses produksi tersebut. Besarnya produksi padi (Q) ditentukan dari penggunaan faktor-faktor produksi seperti bibit, pupuk,irigasi, tenaga kerja dan lahan serta pengolahan. Biaya Produksi (C) adalah banyaknya penggunaan faktor-faktor produksi dikali dengan harga masing-masing harga produksi, ditambah dengan biaya tetap seperti penyusustan alat-alat yang digunakan seperti: cangkul, parang, sprayer, arit dan lain-lain. Nilai produksi yang merupakan penerimaan kotor (TR) petani adalah banyaknya produksi (Q) dikali dengan harga jual (P).Selisih antara penerimaan kotor (TR) dengan biaya total (TC) adalah keuntungan (𝜋) usahatani padi yang di peroleh petani. Mengukur kelayakan usahatani, petani dapat melihat dengan kriteria hasil R/C > 1 berarti usaha yang dijalankan sudah menguntungkan dan sebaliknya jika R/C < 1 berarti usaha yang dijalankan tidak menguntungkan. Jika R=C maka usaha yang dijalankan dalam kondisi impas/Break Even Point (BEP).
16
Alur kerangka pemikiran secara operasional dapat dilihat pada Gambar 5.
Harga output
Jumlah Produksi
Penerimaan (tunai + non tunai)
Harga Input
∑ Faktor yang mempengaruhi : 1. Luas lahan 2. Pupuk 3. Benih 4. Modal 5. Jumlah TK
Pengeluaran/biaya (tunai + non tunai)
1) Pendapatan petani padi: * Pendapatan kotor usahatani * Pengeluaran total usahatani * Pendapatan bersih usahatani * Penghasilan bersih usahatani * Imbalan kepada seluruh modal petani * Imbalan kepada modal petani * Imbalan terhadap TK keluarga 2) Keuntungan Usahatani Padi
Gambar 5. Kerangka operasional analisis pendapatan usahatani padi Desa Ciasihan Kecamatan Pamijahan Bogor Jawa Barat
17
METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi yang akan dijadikan sebagai tempat penelitian yaitu Desa Ciasihan, Kecamatan Pamijahan Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Penelitian yang dilakukan membahas tentang pendapatan usahatani padi sawah. Kegiatan pengumpulan data dilaksanakan pada bulan April-Juni 2014.
Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian meliputi data Cross Section. Sumber data yang digunakan dalam penelitian meliputi data primer dan sekunder. Data primer diperoleh melalui observasi di lapangan dan pengisian kuesioner yang diisi langsung oleh pewawancara melalui wawancara dengan petani padi. Data sekunder berupa data yang diperoleh melalui literatur maupun studi pustaka yang terkait dan relevan dengan penelitian. Data tersebut bersumber dari laporan penelitian, Majalah Pangan, Badan Pusat Statistik (BPS), Perum BULOG, Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bogor, Unit Pelaksana Teknis Daerah Penyuluhan Pertanian dan Perikanan (UPTD-P3) Wilayah Pamijahan, Perpustakaan Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB, Perpustakaan Lembaga Sumberdaya Informasi IPB, internet, Kantor Desa Ciasihan dan sumber data lain yang mendukung penelitian.
Metode Penentuan Responden Pengambilan responden dilakukan melalui teknik purposive sampling (dilakukan secara tertuju). Banyaknya jumlah respoden atau petani yang diwawancarai untuk analisis pendapatan yaitu 31 orang berdasarkan daftar nama yang diberikan oleh ketua kelompok tani Saluyo di Desa Ciasihan. Sampel yang diambil dalam penelitian mengenai Analisis Pendapatan Petani Padi Sawah di Desa Ciasihan yaitu sebanyak 31 responden karena petani padi ini konsisten menanam padi sawah. Metode Analisis Data Data primer dan data sekunder yang diperoleh dari hasil penelitian akan dianalisis secara kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif digunakan untuk melihat kegiatan produksi dan sistem pemasaran pada usahatani padi di lokasi penelitian. Beberapa hal lain yang terkait dengan penelitian ini akan
18
diuraikansecara deskriptif. Sedangkan analisis kuantitatif disajikan dalam bentuk tabulasi. Analisis ini bertujuan untuk menyederhanakan data ke dalam bentuk tabel yang mudah dibaca. a. Analisis Keragaan Usahatani Padi Analisis data ini dilakukan secara kualitatif, yaitu dengan menggambarkan keragaan usahatani padi yang dilakukan oleh petani padi di Desa Ciasihan Kecamatan Pamijahan Bogor. Adapun keragaan yang dapat digambarkan meliputi, proses budidaya, penggunaan input dan output usahatani. b. Analisis Pendapatan Usahatani Analisis pendapatan dalam penelitian ini dibedakan menjadi 2, yaitu pendapatan atas biaya tunai dan pendapatan atas biaya total. Pendapatan atas biaya tunai adalah pendapatan yang didasarkan kepada biaya yang dikeluarkan oleh petani dalam bentuk uang, sedangkan pendapatan atas biaya total adalah pendapatan yang didasarkan atas semua biaya yang dikeluarkan, baik tunai maupun tidak tunai. Metode perhitungan pendapatan usahatani padi disajikan pada Tabel 5. Adapun hal lain yang mendasari pembagian analisis ini adalah karena pada umumnya petani hanya memperhitungkan biaya yang dikeluarkannya dalam bentuk uang tunai. K euntungan adalah selisih antara penerimaan total dan biayabiaya yang dikeluarkan dalam usahatani. Dimana biaya dapat diklasifikasikan menjadi dua yaitu biaya tetap (fixed cost) seperti sewa tanah, pembelian peralatan pertanian dan biaya tidak tetap (variabel cost) seperti yang diperlukan untuk membeli pupuk, benih, obat-obatan, dan pembayaran tenaga kerja dengan demikian keuntungan dapat dituliskan sebagai berikut : ∏ = TR – TC ∏ = TR – (TVC + TFC) ∏ = Py.Y – (Px.X + TFC) Keterangan : TR : Total penerimaan (Rp) TC : Total biaya tunai TVC : Total biaya variabel (Rp) TFC : Total biaya tetap (Rp) Py : Harga Output Y : Jumlah output Px : Harga input X : Jumlah input Keuntungan dan pendapatan bersih usahatani sangat tergantung dari jumlah output, harga output, dan biaya per satuan unit output. Semakin besar output semakin tinggi harga output, dan semakin rendah biaya per satuan unit output akan meperbesar keuntungan dan pendapatan bersih yang diterima. Sebaliknya semakin kecil output, semakin rendah harga output dan semakin tinggi biaya per satuan unit output maka keuntungan dan pendapatan bersih yang diterima oleh petani menjadi semakin rendah.
19 Tabel 5. Metode perhitungan pendapatan usahatani padi Uraian Metode Perhitungan Pendapatan Kotor Usahatani (Gross Farm Nilai produk total Usahatani dalam Income) atau Penerimaan Kotor (Gross jangka waktu tertentu, baik dijual Return) atau tidak & peningkatan nilai inventaris Pengeluaran Usahatani (Farm Expenses) 1. Pengeluaran Tunai 2. Pengeluaran Tidak Tunai (tidak termasuk TK Keluarga) B Pengeluaran Total Usahatani (Total Farm Nilai semua masukan yang habis Expenses) dipakai (tidak termasuk TK keluarga) tunai & tidak tunai, penurunan nilai inventaris C Pendapatan Bersih Usahatani(Net Farm A – B Income) D Penghasilan Bersih Usahatani (Net Farm C – Bunga Modal Pinjaman Earnings) E Imbalan Kepada Seluruh Modal (Return C – Nilai TK Keluarga to Capital) F Imbalan Kepada Modal Petani (Return To D – Nilai TK Keluarga Farm Equity Capital) G Imbalan Terhadap TK Keluarga (Return D – Bunga Modal petani to Family Labor) Sumber : Soekartawi, 2006 A
Menurut Darsono (2008) dalam Sari (2011) rasio merupakan metode analisis untuk mengukur kelayakan usaha dengan menggunakan rasio penerimaan (revenue) dan biaya (cost). Analisis kelayakan usaha digunakan untuk mengukur tingkat pengembalian usaha dalam menerapkan suatu teknologi dengan kriteria hasil : R/C > 1 berarti usaha yang dijalankan sudah menguntungkan dan sebaliknya jika R/C < 1 berarti usaha yang dijalankan tidak menguntungkan. Jika R=C maka usaha yang dijalankan dalam kondisi impas/Break Even Point (BEP). Adapun rumus perhitungan R/C rasio : R/C = 𝑇𝑅 𝑇𝐶 atau =
(𝑃𝑞. 𝑄)
Keterangan : TR = Total penerimaan TC = Total biaya Pq = Harga output Q = Output
(𝑇𝐹𝐶 + 𝑇𝑉𝐶)
20
TFC TVC
= Total biaya tetap = Total biaya variabe
HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Wilayah Penelitian Karakteristik Desa Ciasihan Desa Ciasihan merupakan bagian dari Kecamatan Pamijahan Kabupaten Bogor Provinsi Jawa Barat. Desa Ciasihan terletak 3 km (0,25 jam) dari ibu kota kecamatan, 60 km (3 jam) dari ibu kota kabupaten. Wilayah Desa Ciasihan berada pada ketinggian ± 700 M diatas permukaan laut dengan suhu udara antara 22280C dan kontur wilayah yaitu adanya perbukitan dan persawahan. Desa Ciasihan memiliki batas-batas Desa sebagai berikut : Sebelah Utara : Desa Cibitung Kulon Sebelah Selatan : Kecamatan Cidahu, Kabupaten Sukabumi Sebelah Timur : Desa Gunung Sari Sebelah Barat : Desa Ciasmara Berdasarkan data yang didapat dari arsip desa (2014), Desa Ciasihan memiliki luas wilayah 665.274 Ha, terbagi 3 (Tiga) Dusun, yaitu: Dusun I, Dusun II, Dusun III; dan terdiri dari 9 RW dan 52 RT, dengan jumlah penduduk sebanyak 10.455 jiwa: laki-laki 5.275 jiwa dan perempuan sebanyak 5.180 jiwa dari 2.580 KK. Seluruh penduduk di desa Ciasihan memeluk agama Islam dengan Suku Sunda yang merupakan suku asli penduduk di sana. Mata pencaharian penduduk Desa Ciasihan sebagai petani sebanyak 40.52 persen dari jumlah penduduk keseluruhan. Kemudian sebesar 16.32 persen memiliki mata pencaharian sebagai buruh tani, sebagai PNS sebesar 1.31 persen, sebagai pedagang 20.52 persen, sebagai pedagang keliling 3.51 persen, sisanya sebanyak 17.82 persen sebagai swasta, bidan, TNI/Polri, dan dukun terlatih dilihat pada Gambar 5.
Distribusi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian di Desa Ciasihan 0.07% 0.14% 0.10% 3.51%
17.53%
40.52%
20.52% 16.32%
Petani Buruh Tani PNS Pedagang
1.31%
21
Gambar 6. Distribusi penduduk berdasarkan mata pencaharian di Desa Ciasihan Sumber : Potensi Desa Ciasihan (Juni 2014) Lahan di Desa Ciasihan menurut penggunaannya untuk pemukiman 55 Ha, persawahan 342 Ha, perkebunan 47.24 Ha, Kuburan 1 Ha, pekarangan 12.5 Ha, perkantoran 2 Ha, kehutanan 250 Ha, dan 4.731 ha untuk prasarana umum lainnya. Lahan untuk pertanian tanaman pangan digunakan oleh 2.100 KK, jumlah keluarga yang memiliki tanah pertanian 2.010 KK, yang tidak memiliki lahan sekitar 355 KK, yang kurang dari 1 Ha sebanyak 238 KK, dan memiliki 1-5 Ha sebanyak 62 KK. Dilihat dari tingkat pendidikannya, sebanyak 940 (8.99%) orang belum sekolah, sebanyak 300 (2.87%) penduduk PAUD/TK/RA, sebanyak 784 (7.5%) penduduk tidak tamat SD/MI, sebanyak 3.136 (30%) penduduk tamat SD/MI, sebanyak 3.971 (37.99%) penduduk tamat SLTP/MTs, sebanyak 1.134 (10.66%) penduduk tamat SMA/MA, sebanyak 42 (0.40%) penduduk tamat pondok pesantren. Sementara penduduk yang melanjutkan ke Perguruan Tinggi hanya sebanyak 42 (0.40%) penduduk. Karakteristik Petani Responden Petani padi yang dipilih sebagai responden sebanyak 31 orang di Desa Ciasihan. Usahatani padi yang dilakukan responden adalah sistem budidaya monokultur. Adapun karakteristik petani responden diuraikan berdasarkan usia petani, tingkat pendidikan, jumlah tanggungan keluarga, status kepemilikan lahan, luas penggunaan lahan petani, pengalaman berusahatani dan pekerjaan di luar usahatani. a.
Usia Petani Berdasarkan hasil pengamatan di desa Ciasihan dapat dibedakan kelompok penduduk yang masih melakukan usahatani padi direntang usia antara 30-89 tahun. Sebaran responden berdasarkan usia petani padi dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6 menunjukkan bahwa sebagian besar petani responden yaitu sebesar 45 persen berada pada kisaran umur 50-69 tahun. Tabel 6. Sebaran responden berdasarkan usia petani padi Usia (tahun) 30-49 50-69 70-89 Jumlah
Jumlah petani responden (orang) 11 14 6 31
Persentase (%) 35 45 19 100
Hal ini menunjukkan bahwa petani padi didominasi oleh petani usia tua. Para pemuda tidak berminat melakukan usahatani padi karena sebagian besar dari mereka memilih untuk bekerja di luar sektor pertanian. Hal ini dilihat dari Gambar
22
5 yaitu petani yang bekerja sebagai PNS sebesar 1.31 persen, sebagai pedangang sebesar 20.52 persen, sebagai pedagang keliling 3.51 persen, dan sisanya sebanyak 17.82 persen sebagai swasta, bidan, TNI/Polri, dan dukun.
b.
Tingkat Pendidikan Tingkat pendidikan petani yang menjadi responden dalam penelitian ini beragam yang dimulai dari jenjang pendidikan SD hingga Perguruan Tinggi, namun masih ada yang tidak sekolah. Sebaran responden perdasarkan tingkat pendidikan dapat dilihat pada Tabel 7. Dari sebaran responden menurut pendidikan (Tabel 7) dapat dilihat bahwa petani padi di Desa Ciasihan sebagian besar memiliki tingkat pendidikan formal yang masih rendah yaitu sebesar 81 persen petani hanya mengenyam pendidikan pada tingkat Sekolah Dasar (SD). Kemudian lulusan SMP/sederajat sebesar 10 persen, lulusan Perguruan Tinggi enam persen dan yang tidak sekolah sebesar tiga persen. Bahkan tidak ada petani yang lulusan Sekolah Menengah Atas. Para petani mendapatkan keahlian dalam bertani dari nenek moyang/turun temurun. Tabel 7. Sebaran responden berdasarkan tingkat pendidikan Tingkat pendidikan
Jumlah petani responden (orang)
Tidak Sekolah SD/MI SMP/sederajat SMA/sederajat Perguruan Tinggi Jumlah
Persentase (%) 1 25 3 0 2 31
3 81 10 0 6 100
c.
Jumlah Tanggungan Keluarga Jumlah tanggungan keluarga merupakan salah satu ukuran yang menggambarkan beban ekonomi yang harus ditanggung oleh petani responden. Sebaran responden menurut jumlah tanggungan keluarga petani padi dapat dilihat pada Tabel 8. Dilihat dari Tabel 8, sebanyak 74 persen petani responden memiliki tanggungan keluarga sekitar 3-5 orang. Hal ini Ini menunjukkan bahwa ukuran keluarga yang kecil bisa mengurangi beban ekonomi bagi petani responden. Tabel 8. Sebaran responden menurut jumlah tanggungan keluarga petani padi di Desa Ciasihan tahun 2014 Jumlah Tanggungan (Orang) 0-2 3-5 6-8 Total
Jumlah Petani Responden (orang)
Persentase (%) 3 23 5 31
10 74 16 100
23 Ada beberapa petani yang anaknya sudah memiliki keluarga sehingga mengurangi beban ekonomi mereka. Namun masih ada petani responden yang memiliki tanggungan keluarga sebanyak 6-8 orang sekitar 16 persen dari keseluruhan petani responden. Dan yang memiliki jumlah tanggungan 0-2 orang hanya 10 persen. d.
Status Kepemilikan Status penguasaan lahan petani padi dibagi kedalam dua jenis yaitu pemilik dan penggarap. Petani pemilik merupakan petani yang memiliki lahan sendiri dan mengolahnya sendiri. Sementara untuk petani penggarap merupakan petani yang tidak memiliki lahan, namun menggarap lahan milik orang lain. Biaya pada usahatani padi yang dilakukan oleh petani penggarap dikeluarkan sendiri oleh petani penggarap. Adapun untuk lahan yang digunakan merupakan lahan yang disewa kemudian dibayar setiap tahun dalam bentuk uang sebesar Rp 5.625.000/hektar atau setiap musim tanam mengeluarkan uang sebesar Rp 2.812.500/hektar. Adapun sebaran status kepemilikan lahan petani di Desa Ciasihan dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9. Sebaran status kepemilikan lahan petani di Desa Ciasihan tahun 2014 Status kepemilikan lahan Sewa Milik sendiri Total
Jumlah (orang)
Persentase (%) 8 23 31
26 74 100
Tabel 9 dapat dilihat bahwa sebanyak 74 persen yang memiliki lahan dan menggarap sendiri lahan mereka. Sedangkan untuk petani yang menyewa lahan milik orang lain sebanyak delapan orang atau 26 persen dari keseluruhan responden. Ini menunjukkan bahwa di Desa Ciasihan masing-masing petani masih memiliki lahan garapannya sendiri. e.
Luas Penguasaan Lahan Petani Responden Luas penguasaan lahan petani padi di Desa Ciasihan tidak besar. Tabel 10 menunjukkan bahwa petani responden yang mengusahakan lahan kurang dari 0.5 hektar sebesar 87 persen atau sebanyak 27 orang dari 31 orang responden. Sedangkan responden yang mengusahakan lahan antara 0.5-1 hektar hanya empat orang atau sebanyak 13 persen dari keseluruhan responden. Sebaran responden menurut luas lahan garapan petani padi di Desa Ciasihan tahun 2014 dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10. Sebaran responden menurut luas lahan garapan petani padi di Desa Ciasihan tahun 2014 Luas Lahan (ha) <0.5 0.5-1.0 Total
Jumlah Petani (Orang)
Persentase (%) 27 4 31
87 13 100
24
Luas penguasaan lahan yang kecil diakibatkan oleh beberapa faktor salah satunya adalah adanya alih fungsi lahan untuk pemukiman penduduk, sehingga luas lahan pertanian berkurang, terutama untuk lahan sawah. Selain itu sebagian petani ada yang menjual lahannya kepada pihak lain karena tidak mempunyai uang untuk membiayai hidup dan memilih pekerjaan lain. f.
Pengalaman Usahatani Padi Pengalaman petani dalam berusahatani padi memiliki peran penting dalam menentukan sistem tanam yang digunakan. Petani yang memiliki pengalaman yang lebih lama cenderung kurang bisa untuk menggunakan teknologi yang lebih modern. Namun, petani yang tergabung dengan kelompok tani mau menggunakan teknologi yang modern yaitu sebesar 48 persen dan yang masih menggunakan sistem tanam biasa sebanyak 52 persen. Hal ini disebabkan keadaan tanah yang keras. Sebaran responden menurut pengalaman berusahatani padi di Desa Ciasihan dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 11. Sebaran responden menurut pengalaman berusahatani padi di Desa Ciasihan tahun 2014 Pengalaman usahatani (tahun) 0-20 21-40 41-60 Total
Jum lah petani (orang)
Persentase (%) 9 18 4 31
29 58 13 100
Tabel 11 menunjukkan bahwa pengalaman usahatani antara 0-20 tahun sebanyak 29 persen atau Sembilan orang. Sedangkan pengalaman usahatani antara 21-40 tahun sebanyak 58 persen. Pengalaman usahatani antara 41-60 tahun sebanyak 13 persen dari total keseluruhan responden. g.
Pekerjaan Petani Petani yang hanya mengusahakan petani padi sebesar 58 persen sedangkan yang memiliki usaha sampingan selain menjadi petani padi sebesar 42 persen. Diantaranya ada yang menjadi PNS, pedagang, dan menjadi kuli, dan yang menjadikan petani sebagai usaha sampingan sebanyak tiga orang dari 31 petani responden. Suatu usahatani akan mengalami permasalahan dalam pengelolaannya begitu juga dengan usahatani padi terdapat permasalahan yang dihadapi para petani khususnya di Desa Ciasihan. Permasalahannya berupa kurangnya jumlah luas lahan, langkanya tenaga kerja, harga pupuk dan benih yang mahal, dan cuaca. Meskipun disediakan di kelompok tani, tetapi tidak semua petani bisa mendapatkannya dan tidak disediakan di setiap musim tanam karena masalah transportasi dan penyediaan dari pemerintah. Tenaga kerja merupakan salah satu faktor penting dalam usahatani, jika tenaga kerja kurang memadai maka usahatani tersebut tidak akan berjalan dengan baik. Permasalahan tenaga kerja yang dihadapi oleh para petani diakibatkan kurangnya sumber daya manusia (pemuda) yang berminat untuk bekerja sebagai petani. Sebagian besar pemuda lebih memilih untuk bekerja di sektor non
25 pertanian seperti kuli atau pedagang. Sumber daya manusia yang berusia muda beranggapan bahwa akan sukses ketika bekerja di sektor non pertanian. Sumber daya manusia yang berusia muda tidak ingin mengikuti jejak orang tua mereka sebagai petani dan memilih sektor non pertanian. Anak-anak petani beranggapan biar orang tua mereka yang bekerja sebagai petani. Keragaan Usahatani Padi Keragaan usahatani padi menjelaskan tentang kegiatan usahatani padi di Desa Ciasihan Kecamatan Pamijahan Bogor. Usahatani padi merupakan usaha yang telah lama diusahakan oleh penduduk Desa Ciasihan. Hal ini terlihat dari tingkat pengalaman petani yang rata-rata telah mengusahakan padi lebih dari 40 tahun. Keragaan usahatani dilakukan dengan mengidentifikasikan pola tanam, penggunaan input produksi, teknik budidaya, dan output yang dihasilkan dari usahatani padi. Pola Tanam Padi merupakan tanaman utama yang diusahakan oleh petani di Desa Ciasihan.Usahatani padi yang dilakukan oleh petani di Desa Ciasihan dalam dua periode tiap tahunnya, yaitu pada periode Januari-April pada musim penghujan dan pada periode Juni-September pada musim kemarau. Input Produksi Sarana produksi atau input yang digunakan pada usahatani padi terdiri dari benih, pupuk, pestisida, tenaga kerja, dan alat-alat pertanian. input produksi ini harus dimiliki oleh petani padi agar mendapatkan hasil panen yang bagus. Perincian penggunaan benih, pupuk dan pestisida per hektar pada periode JanuariApril 2014 pada usahatani padi di Desa Ciasihan Kecamatan Pamijahan dapat dilihat pada Tabel 12. Tabel 12 Rata-rata penggunaan input usahatani padi periode Januari-April 2014 di Desa Ciasihan No 1 2
3
Komponen Input Benih padi Pupuk: Ponscha Urea SP-36 KCL Pestisida cair Pestisida padat
Satuan kg kg kg kg kg botol karung
Jumlah (Kg/satuan) 36.65
Harga (Rp/satuan) 6 838.71
288.01 170.11 142.30 132.51 4.66 6.34
2 526.32 2 108.33 2 766.67 2 375.00 18 500.00 31 142.86
Nilai (Rp) 250 605.21 727 615.32 358 655.36 393 691.72 314 709.45 86 131.01 197 572.52
26
a.
Benih Padi Benih padi yang digunakan oleh petani beragam, ada yang dibuat sendiri, ada yang dibeli di warung, dan ada yang beli di kelompok tani Saluyo. Varietas bibit yang digunakan adalah jenis padi ciherang. Pemilihan jenis padi ciherang dikarenakan menurut petani di Desa Ciasihan, menanam padi jenis ciherang merupakan varietas yang cocok untuk ditanam di musim hujan maupun musim kemarau. Alasan utama petani memilih menanam jenis padi ciherang karena jenis padi ini memiliki umur masa tanam yang lebih pendek dibanding varietas lain seperti IR 64. Jumlah rata-rata benih per hektar yang digunakaan oleh petani di Desa Ciasihan pada periode tanam Januari-April 2014 adalah sebanyak 36.65 kilogram per hektar.Sedangkan Jumlah rata-rata bibit per hektar yang digunakaan oleh petani konvensional pada periode tanam Januari-April 2011 adalah sebanyak 12.8 kilogram per hektar. Penggunaan jumlah bibit padi akan mempengaruhi total pengeluaran untuk input produksi padi. b.
Pupuk Pupuk yang digunakan oleh petani responden di Desa Ciasihan yaitu pupuk anorganik (pupuk urea, SP-36, NPK, dan Phonska). Pupuk urea, SP-36, NPK, dan Phonska diperoleh petani dengan membelinya di warung atau kelompok tani Saluyo di Desa Ciasihan. Sedangkan penelitian sebelumnya menggunakan dua jenis pupuk yaitu pupuk organik dan anorganik. Penggunaan pupuk per hektar dapat dilihat pada Tabel 12. c.
Pestisida Pestisida yang digunakan oleh petani tergantung dari petani itu sendiri. Pada saat penelitian dilakukan, hanya sedikit lahan sawah petani yang terserang hamawereng sehingga menyebabkan sedikit jumlah pestisida yang digunakan oleh petani. Bahkan ada petani responden yang tidak menggunakan pestisida untuk tanaman padi. Pestisida yang digunakan oleh petani terdiri dari dua jenis yaitu pestisida cair dan bubuk. Penggunaan pestisida dilakukan dengan cara mencampurkan konsentrat padat ataupun cair tersebut kemudian disemprotkan ke tanaman padi. Penyemprotan dilakukan pada pagi hari. Rata-rata penyemprotan pestisida oleh petani dilakukan sesuai dengan keinginan petani tersebut. Jika oleh petani dinilai tanaman padinya memerlukan pestisida, penyemprotan bisa dilakukan dua hingga empat kali dalam satu masa tanam. Jumlah rata-rata pestisida yang digunakan oleh petani responden perhektar lahan pada periode tanam Januari-April 2014 sebanyak 4.66 botol pestisida cair dan 6.34 kilogram pestisida bubuk. Untuk rata-rata jumlah pestisida yangdigunakan oleh petani padi sebanyak 1.65 botol pestisida cair dan 2.21 kilogram pestisida bubuk. d.
Tenaga Kerja Tenaga kerja yang digunakan oleh petani padi sawah di Desa Ciasihan terbagi menjadi dua kelompok yaitu tenaga kerja dalam keluarga dan tenaga kerja luar keluarga. Tenaga kerja yang digunakan dalam semua kegiatan usahatani padi yang dilakukan di lokasi penelitian dikerjakan oleh tenaga kerja laki-laki dan
27 perempuan. Tenaga kerja laki-laki semuanya mengerjakan untuk pengolahan dan pelumpuran lahan, sedangkan untuk proses budidaya padi yang lain ada yang perempuan dan ada yang laki-laki. Penggunaan tenaga kerja baik tenaga kerja dalam keluarga maupun tenaga kerja luar keluarga digunakan dalam kegiatan usahatani mulai dari persiapan lahan, persemaian, penanaman, penyiangan, pemupukan, penyemprotan pestisida dan pemanenan. Pada jenis kegiatan penanaman dalam pembayaran tenaga kerja luar keluarga yang dilakukan dengan cara sistem upah yang dibayarkan secara tunai dengan perhitungan per hari yaitu TK Pria berkisar Rp 40.000 hingga Rp 50.000 sedangkan yang wanita berkisar Rp 30.000 hingga Rp 40.000. Hal ini dilakukan karena rata-rata petani di Desa Ciasihan memiliki lahan kecil dan merasa ringan dengan memberikan upah tiap hari dibandingkan borongan. Rata-rata tenaga kerja untuk usahatani ini bekerja berkisar lima hingga enam jam per hari dari jam 07.00 hingga 12.00 wib. Adapun tenaga kerja dalam keluarga tidak dibayar dengan menggunakan sistem upah, namun tetap diperhitungkan dengan disetarakan dengan upah yang diberikan kepada tenaga kerja luar keluarga yaitu TK Pria berkisar Rp 40.000 hingga Rp 50.000 sedangkan yang wanita berkisar Rp 30.000 hingga Rp 40.000. Rata-rata penggunaan tenaga kerja petani padi per hektar periode JanuariApril 2011 untuk petani padi sawah di Desa Ciasihan adalah 20.63 HKP untuk tenaga kerja dalam keluarga yang terdiri dari 6.88 HKP pada proses pengolahan lahan, 6.68 HKP pada proses pemanenan dan 7.05 HKP untuk proses lainnya. Pada penggunaan tenaga kerja luar keluarga, jumlah tenaga kerja yang digunakan oleh petani padi sawah adalah 27.55 HKP terdiri dari 7.58 HKP untuk proses pengolahan lahan, 1.84 HKP untuk proses penanaman, 10.32 proses pemanenan, dan 7.81 HKP untuk proses lainnya. e.
Alat-Alat Pertanian Jenis alat pertanian yang digunakan dalam kegiatan padi adalah cangkul, arit, ember, linggis, pompa air, alat semprot hama dan traktor. Cangkul digunakan untuk menggemburkan tanah, arit digunakan untuk menyiangi ilalang yang ada disekitar lahan sawah, linggis digunakan untuk membalikkan tanah dan memecah tanah keras, pompa air digunakan untuk membantu mengairi sawah, alat semprot hama digunakan sebagai wadah penyemprot pestisida untuk memberantas hama dan traktor atau kerbau digunakan untuk membajak sawah dan menggemburkan tanah. Peralatan yang digunakan oleh petani responden adalah milik pribadi dan milik tenaga kerja. Metode perhitungan penyusutan alat pertanian yang digunakan adalah metode penyusutan garis lurus. Nilai biaya penyusutan peralatan pertanian yang digunakan dalam kegiatan usahatani padi dihitung ke dalam komponen biaya yang diperhitungkan. Nilai rata-rata penyusutan alat pertanian petani padi sawah di Desa Ciasihan adalah sebesar Rp 47.761.29.
Teknik Budidaya Teknik budidaya merupakan faktor penting pada usahatani dalam menentukan jumlah output yang diharapkan. Pada usahatani padi, teknik budidaya
28
terdiri dari persiapan lahan, penanaman, pemupukan, pengendalian hama dan penyakit tanaman (HPT) dan pemanenan. Teknik budidaya ini harus dilakukan dengan benar agar mendapatkan hasil panen yang bagus sehingga petani mendapatkan pendapatan yang maksimal sehingga bisa memperbaiki kesejahteraan petani. a.
Persiapan Lahan Tahap persiapan lahan dilakukan untuk mengubah sifat fisik tanah agar lapisan yang semula keras menjadi lebih lembut. Hal ini dilakukan agar gulma yang ada pada lahan sawah mati dan membusuk menjadi humus. Pada tahap persiapan lahan dilakukan juga perbaikan dan pengaturan pematang sawah dan selokan. Pengaturan pematang sawah diupayakan agar tetap baik untuk mempermudah pengaturan irigasi sehingga sawah tidak boros air dan mempermudah dalam perawatan tanaman. Setelah perbaikan pematang sawah kemudian dilakukan tahap pencangkulan. Pencangkulan dilakukan untuk memperlancar pada tahap pembajakan sawah menggunakan traktor. Pembajakan dilakukan untuk membuat tanah menjadi gembur dan percampuran unsur-unsur hara yang terkandung di dalam tanah. b.
Persemaian dan Penanaman Penanaman padi yang dilakukan oleh petani responden ditanam dengan jarak yang teratur. Jarak tanam antara tanaman padi satu dengan lainnya adalah 25 cm. Sebelum dilakukan penanaman, dua sampai tiga hari sebelumnya lahan sawah telah diberi pupuk dasar terlebih dahulu. Pemberian pupuk dasar dilakukan dengan tujuan untuk memperbaiki struktur dan memberi nutrisi bagi tanah. Pada saat penanaman, benih padi ditancapkan ke dalam lahan yang sudah digenangi air sedalam 10 cm sampai 15 cm hingga akar tanaman padi masuk ke bawah permukaan tanah.
c.
Penyiangan Penyiangan bisa dilakukan dengan tangan atau menggunakan alat penyiangan seperti landa/gasrok. Apabila penyiangan dilakukan dengan alat siang, cukup dilakukan satu arah sejajar legowo bagi petani yang menggunakan sistem budidaya legowo dan yang menggunakan sistem tanam biasa melakukan dengan cara dipotong. Sisa gulma yang tidak tersiang dengan alat siang bisa disiang dengan tangan, bahkan sisa gulma pada barisan pinggir tidak perlu diambil karena dengan sendirinya akan kalah persaingan dengan pertumbuhan tanaman padi. d.
Pemupukan Pada kegiatan usahatani, pemupukan dilakukan dengan tujuan agar tanaman padi dapat tumbuh optimal dan menghasilkan output yang baik. Pemupukan yang dilakukan oleh petani padi sawah dengan menggunakan pupuk anorganik (pupuk urea, SP-36, Phonska dan KCL). Pemupukan dilakukan dua kali selama musim tanam.
29 e.
Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman Pengendalian hama dalam kegiatan usahatani padi merupakan salah satu komponen penting yang menentukan keberhasilan usahatani padi. Padapetani di Desa Ciasihan, pengendalian hama dan penyakit yang dilakukan oleh petani responden adalah dengan menyemprotkan pestisida ke tanaman padi dengan tujuan untuk mencegah dan menanggulangi muncul hama dan penyakit pada tanaman. Pada saat penelitian berlangsung, hama yang menjangkiti tanaman padi adalah hama wereng. Hama wereng akan menyebabkan tanaman padi menjadi kering dan mati karena wereng menghisap cairan nutrisi yang ada pada tanaman padi. f.
Pemanenan Kegiatan pemanenan dilakukan pada saat usia padi sudah mencapai 100 hari atau padi dinilai sudah cukup umur dan mencapai kondisi yang diinginkan olehpetani. Cara panen padi yang dilakukan adalah dengan memotong padi dengan menggunakan sabit. Pemotongan padi dilakukan pada bagian atas padi. Hal ini dilakukan karena setelah padi dipotong, padi akan dirontokkan dengan menggunakan mesin perontok. Perontokan padi dilakukan dengan tujuan untuk melepaskan gabah dari malainya. Penggunaan mesin perontok dilakukan agar persentase rendemen padi rendah. Selain itu persentase padi yang tidak rontok rendah bila dibandingkan dengan menggunakan sistem gebot atau dibanting. Dengan demikian, hasil gabah yang didapat juga lebih banyak. Aktivitas petani padi di Desa Ciasihan dapat dilihat pada lampiran. Tetapi gambar yang diambil hanya pada aktivitas penanaman padi. Gambar lainnya hanya menggambarkan kondisi lahan petani padi sawah dari padi yang baru ditanam hingga padi yang sudah menguning.
Analisis Pendapatan Usahatani Pendapatan usahatani merupakan balas jasa terhadap penggunaan faktorfaktor produksi, sehingga dalam perhitungannya tidak hanya memperlihatkan besarnya keuntungan yang diperoleh tetapi juga menghitung besarnya imbalan terhadap faktor-faktor produksi yang digunakan. Kegiatan usahatani bertujuan untuk memperoleh pendapatan yang optimal sebagai imbalan atas usaha dan kerja yang telah dilakukan oleh petani. Bibit, pupuk, tenaga kerja dan peralatan usahatani yang digunakan selama kegiatan usahatani termasuk dalam input produksi yang dibutuhkan. Sedangkan output produksi yang diharapkan dari sebuah kegiatan usahatani adalah berupa hasil panen yang berlimpah. Analisis pendapatan usahatani padi di Desa Ciasihan menggambarkan besarnya penggunaan input-input produksi dan biaya-biaya yang harus dikeluarkan untuk menghasilkan output produksi yaitu padi sawah selama satu kali musim tanam tahun 2014.
30
Penerimaan Usahatani Padi Penerimaan usahatani terdiri dari penerimaan tunai dan penerimaan tidak tunai. Akan tetapi, para petani padi di Desa Ciasihan hanya mendapatkan penerimaan tunai saja yaitu langsung diterima oleh petani dalam bentuk uang tunai dari hasil penjualan produksi padi. Jumlah dari penerimaan tunai da penerimaan yang diperhitungkan adalah penerimaan total petani untuk tiap kilogram padi yang dijual. Harga yang diterima petani atas padinya yaitu Rp 3.500 dalam bentuk gabah kering panen (GKP). Penerimaan tunai adalah hasil dari perkalian antara hasil produksi yang dijual dengan harga yang diterima ditambah dengan penerimaan di luar usahatani. Rata-rata total penerimaan tunai usahatani padi di Desa Ciasihan adalah Rp 25.126.526/Ha/MT dengan rata-rata produksinya 4.074.4 kg/ha dan harga ratarata gabah kering panen senilai Rp 3.500. Sedangkan penerimaan rata-rata di luar usahatani senilai Rp 10.866.129/MT. Penerimaan di luar usahatani bisa besar nilainya karena ada yang menjadi PNS dengan gaji yang lumayan besar per bulannya yaitu Rp 8.000.000. Biaya Usahatani Padi Biaya yang dikeluarkan dalam usahatani terdiri dari dua jenis biaya yaitu biaya tunai dan biaya yang diperhitungkan. Biaya tunai adalah biaya yang dikeluarkan dalam bentuk uang tunai, yang termasuk dalam biaya tunai pada usahatani adalah biaya input pembelian bibit, pupuk dan pestisida, sewa lahan, sewa alat pertanian, biaya irigasi dan biaya tenaga kerja luar keluarga (TKLK), biaya pajak, dan bunga peminjaman uang. Adapun biaya rata-rata usahatani padi sawah per hektar di Desa Ciasihan bulan Januari-April 2014 dapat dilihat pada Tabel 13. Biaya yang diperhitungkan adalah biaya yang dikeluarkan petani tidak dalam bentuk uang tunai, yaitu biaya penyusutan alat pertanian dan biaya tenaga kerja dalam keluarga (TKDK). Adapun penyusutan diambil dari peralatan seperti cangkul, sabit/arit, dan pisau. Pada analisis usahatani yang dilakukan terhadap petani responden yang, biaya tunai terbesar adalah biaya tenaga kerja luar keluarga (TKLK) sebesar Rp 1.102.161. Tenaga kerja menjadi kompenen terbesar dalam biaya usahatani karena dalam setiap kegiatan usahatani yang dilakukan mulai dari persiapan lahan hingga pemanenan, hampir seluruh petani menggunakan tenaga kerja luar keluarga (TKLK). Di lokasi penelitian, petani responden menerapkan cara sistem bayar tunai dalam memberikan upah untuk penanaman. Dari total biaya tenaga kerja luar keluarga (TKLK) yang dikeluarkan, biaya pengolahan lahan merupakan biaya terbesar dengan nilai Rp 868.299.45 dari total Rp 2.158.780 untuk total biaya tenaga kerja. Setelah itu baru biaya pemanenan dengan nilai Rp 707.486.14 dari total Rp Rp 2.158.780. Upah untuk tenaga kerja pria rata-rata sebesar Rp 40.000.00 dengan jam kerja per hari selama lima hingga tujuh jam kerja. Biaya lain yang menjadi salah satu biaya terbesar adalah biaya pembelian pupuk sebesar Rp 1.794.672 dan biaya pembelian pestisida sebesar Rp 283.704. Biaya penggunan pupuk menjadi salah satu komponen biaya yang besar dikarenakan penggunaan pupuk oleh petani responden dalam menjalankan
31 usahatani melebihi anjuran yang disarankan oleh dinas pertanian sebesar 250 kg 300 kilogram per hektar. Tabel 13. Biaya rata-rata usahatani padi sawah per hektar di Desa Ciasihan bulan Januari-April 2014 Keterangan Biaya tunai : Benih Pupuk Ponscha Urea SP-36 KCL Pestisida Cair Pestisida Padat TKLK PBB Sewa lahan Total Biaya Tunai Biaya diperhitungkan : TKDK Penyusutan Biaya Traktor Total Biaya Diperhitungkan Total Biaya
Harga satuan (Rp)
Jumlah 36.65
6,839
288.01 170.11 142.30 132.51 4.66 6.34 27.55 2.91 0.37
2,526 2,108 2,767 2,375 18,500 31,143 40,000 45,522 132,532
65.27 1.00 2.87
40,000 47,761 177.581
Nilai (Rp/ha) 250,605 727,615 358,655 393,692 314,709 86,131 197,573 1,102,161 132,532 48,374 3,612,048 2,610,628 47,761 508.780 3,167,170 6,779,217
Pestisida yang digunakan oleh petani responden terdiri dari dua jenis yaitu pestisida cair dan pestisida bubuk, dimana rata-rata penggunaan pestisida cair mencapai 4.66 liter per hektar dan 6.34 kg per hektar untuk pestisida bubuk. Banyaknya penggunaaan pestisida oleh petani responden dikarenakan sebagian padi di sawah petani responden sempat terjangkit wabah hama wereng. Petani di lokasi penelitian yakin bahwa dengan menggunakan banyak pestisida mampu mencapai produksi yang diharapkan. Adanya penggunaan pestisida, petani berharap tanaman padi akan tahan terhadap hama yang akan menyerang tanaman padi. Pada komponen biaya diperhitungkan yang terbesar adalah biaya tenaga kerja dala keluarga yaitu sebesar Rp 2.610.628.Tenaga kerja tidak dibayar tunai tetapi tetap dihitung seperti biaya TKLK. Jadi total biaya rata-rata per hektar adalah senilai Rp 6.270.437. Ukuran Pendapatan dan Keuntungan Usahatani Padi Ukuran penampilan usahatani dinyatakan dalam banyak istilah salah satunya yaitu ukuran pendapatan dan keuntungan. Perhitungan pendapatan pada usahatani padi merupakan ukuran yang bisa dipakai untuk mengetahui seberapa
32
besar imbalan atau balas jasa terhadap faktor produksi yang telah digunakan petani responden. Faktor-faktor produksi dalam usahatani padi antara lain lahan, tenaga kerja, macam-macam sarana produksi dalam usahatani padi antara lain seperti benih, pupuk, obat-obatan, dan berbagai macam alat pertanian. Pendapatan per hektar usahatani padi dapat dilihat pada Tabel 14. Tabel 14. Pendapatan per hektar usahatani padi di Desa Ciasihan Jumlah Fisik Kg 4 074 A. Penerimaan Total penerimaan B. Biaya Usahatani Total Biaya Tunai Total Biaya Tidak Tunai C. Total Biaya Usahatani D. Pendapatan atas Biaya Tunai E. Pendapatan atas Biaya Total F. R/C rasio atas Biaya Tunai G. R/C Rasio atas Biaya Total Uraian
Satuan
Harga (Rp/Satuan) 3 500
Nilai Total (Rp) 14 260 397 14 260 397
% 100 100
7 432 792 69.48 3 265 076 30.52 100 10 697 868 6 827 605 3 562 529 1.92 1.33
Adapun rata-rata ukuran pendapatan dan keuntungan usahatani padi di Desa Ciasihan per hektar per musim tanam dapat dilihat pada Tabel 15. Tabel 15. Rata-rata pendapatan dan keuntungan usahatani padi di Desa Ciasihan per hektar per musim tanam 2014
A
B C D E F G
R/C
Uraian Pendapatan Kotor Usahatani (Gross Farm Income) Pengeluaran Usahatani (Farm Expenses) 1. Pengeluaran Tunai 2. Pengeluaran Tidak Tunai (tidak termasuk TK Keluarga) Pengeluaran Total Usahatani (Total Farm Expenses) = 1+2 Pendapatan Bersih Usahatani (Net Farm Income) = A – B Penghasilan Bersih Usahatani (Net Farm Earnings) = C – Bunga Modal Pinjaman Imbalan Kepada Seluruh Modal (Return To Capital) = C – Nilai TK Keluarga Imbalan Kepada Modal Petani (Return To Farm Equity Capital) = D – Nilai TK Keluarga Imbalan Terhadap Tenaga Kerja Keluarga (Return To Family Labor) = D – Bunga Modal Petani
Nilai (Rp) 14.206.397
7.432.792 654.448 8.087.240 6.173.158 6.173.158 3.970.817
3.970.817 4.960.072 1.33
Tabel 15. merupakan rata-rata ukuran pendapatan dan keuntungan pada usahatani padi di Desa Ciasihan per hektar per musim tanam tahun 2014. Pendapatan kotor usahatani (gross farm income) merupakan rata-rata penerimaan
33 yang diperoleh dari penjualan produksi padi yang dihasilkan selama satu kali musim tanam yaitu sebesar Rp 14.206.397. Sedangkan pengeluaran total usahatani (total farm expenses) terbagi menjadi pengeluaran tunai dan tidak tunai. Pengeluaran tunai terdiri dari biaya untuk benih, pupuk anorganik, obat-obatan, PBB, tenaga kerja luar keluarga (TKLK) serta biaya sewa lahan. Pengeluaran tidak tunai terdiri dari biaya penyusutan peralatan karena biaya tenaga kerja dalam keluarga (TKDK) tidak dimasukkan ke dalam pengeluaran total usahatani. Ratarata biaya tunai dan tidak tunai yang dikeluarkan untuk usahatani padi per hektar per musim tanam 2014 masing-masing sebesar Rp 7.432.792 dan Rp 654.448, sehingga rata-rata pengeluaran total usahatani padi sebesar Rp 8.087.240. Pendapatan bersih usahatani (Net Farm Income) merupakan hasil dari pendapatan kotor usahatani dikurangi dengan pengeluaran total usahani. Sedangkan penghasilan bersih usahatani (Net Farm Earnings) diperoleh dari pendapatan bersih usahatani dikurangi dengan bunga modal pinjaman yang dipakai untuk kepentingan usahatani. Para petani padi di Desa Ciasihan tidak menggunakan modal pinjaman sehingga tidak ada pengeluaran untuk biaya bunga modal pinjaman. Oleh karena itu nilai dari pendapatan bersih dengan penghasilan bersih menjadi sama yaitu Rp 6.173.158. Imbalan kepada seluruh modal (Return To Capital)diperoleh dari selisih pendapatan bersih usahatani dengan nilai tenaga kerja keluarga, sedangkan imbalan kepada modal petani (Return To Farm Equity Capital) merupakan selisih antara penghasilan bersih dengan nilai tenaga kerja dalam keluarga. Besarnya balas jasa terhadap seluruh modal maupun kepada modal petani bernilai sama yaitu sebesar Rp 3.970.817 karena para petani padi di Desa Ciasihan tidak menggunakan modal pinjaman. Selanjutnya imbalan kepada tenaga kerja keluarga (Return To Family Labor) dapat dihitung dari penghasilan bersih usahatani yang dikurangi dengan bunga modal perani yang diperhitungkan. Bunga modal petani yang diperhitungkan diasumsikan sebesar tingkat suku bunga deposito Bank Rakyat Indonesia (BRI) per tanggal 15 September 2014 untuk jangka waktu enak bulan yaitu 7.75 persen. Nilai bunga modal petani sebesar Rp 1.213.086 diperoleh dari tingkat suku bunga deposito dikalikan dengan seluruh modal petani. Seluruh modal petani adalah total dari pengeluaran yang digunakan untuk usahatani padi. Sehingga besarnya imbalan atau balas jasa terhadap tenaga kerja keluarga yaitu sebesar Rp 4.960.072. Analisis rasio R/C merupakan salah satu alat analisis yang bisa mengukur efisiensi usahatani. Dari Tabel 14 menunjukkan bahwa nilai rasio R/C adalah 1.33 artinya bahwa setiap Rp 1,- biaya total yang dikeluarkan oleh petani dalam kegiatan produksi padi akan memperoleh penerimaan sebesar Rp 1.33. Nilai rasio R/C yang lebih besar dari satu menunjukkan bahwa usahatani padi yang dilakukan petani responden di Desa Ciasihan selama satu musim tanam memperoleh penerimaan yang lebih besar dibandingkan dengan biaya usahatani yang dikeluarkan. Hal tersebut berarti bahwa usahatani padi di Desa Ciasihan menguntungkan tetapi belum produktif jika dibandingkan dengan UMR kota Bogor senilai Rp 2 658 155. Sama halnya dengan penelitian sebelumnya tentang analisis pendapatan padi (Febrian, 2011) nilai rasio R/C yaitu 2.08.
34
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan hasil penelitian pendapatan usahatani padi di Desa Ciasihan, maka dapat disimpulkan bahwa : 1. Karakteristik petani padi di Desa Ciasihan dilihat berdasarkan usia petani, tingkat pendidikan, jumlah tanggungan keluarga, status kepemilikan lahan, luas penggunaan lahan, pengalaman berusahatani dan pekerjaan di luar usahatani. 2. Hasil analisis pendapatan menunjukkan bahwa usahatani padi di Desa Ciasihan menguntungkan. Tetapi kurang efisien karena dilihat nilai rasio R/C Saran Sasaran utama pembangunan pertanian dewasa ini adalah peningkatan produktivitas dan pendapatan petani. Tingkat pendapatan petani secara umum dipengaruhi oleh beberapa komponen yaitu jumlah produksi, harga jual, dan biaya-biaya yang dikeluarkan petani dalam pertaniannya. Oleh karena itu perhatian pemerintah terhadap sektor pertanian merupakan usaha untuk memperbaiki taraf kehidupan sebagian besar penduduk yang tergolong miskin. Upaya meningkatkan pendapatan penghasilan para petani, pemerintah dapat memberikan subsidi dan bantuan peralatan. Jika hasil produksi meningkat maka akan meningkatkan pendapatan dan bisa mencukupi kebutuhan produksi serta dapat meningkatkan nilai rasio R/C.
DAFTAR PUSTAKA
Anshori, AA. 2011. Analisis Usahatani Padi Jenis Ketan Putih (Oryza Sativa Glutinosa (Studi Kasus Desa Jatimulya, Kecamatan Compreng, Kabupaten Subang, Provinsi Jawa Barat)”.[Skripsi]. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Ardayani, A. 2012. Analisis Pendapatan Usahatani Kentang dan Kubis di Desa Cikandang, Garut. [Skripsi]. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Ganda, SS. 2012. Analisis Produksi dan Pendapatan Usahatani Padi dengan Metode SRI. [Skripsi]. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Gultom, L. 2011. Analisis Pendapatan & Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produksi Usahatani Padi Sehat (Studi Kasus : Gapoktan Silih Asih di Desa Ciburuy Kecamatan Cigombong Kabupaten Bogor Provinsi Jawa Barat). [Skripsi]. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Kirana, CH. 2011. Analisis Pendapatan Usahatani Aggrek Dendrobium di DKI Jakarta. [Skripsi]. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Lipsey. 1995. Pengantar Mikroekonomi Jilid I Edisi Keenam. Binarupa Aksara. Jakarta
35 Made, Supartama. 2013. Analisis Pendapatan dan Kelayakan Usahatani PadiSawah Di Subak Baturiti Desa Balinggi Kecamatan Balinggi Kabupaten Parigi Moutong.[Jurnal] Agrotekbis. Palu Mayanti, SN. 2011. Analisis Pendapatan Usahatani dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produksi Cabai Merah Keriting di Desa Citapen Ciawi.[Skripsi]. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Mulyadi. 2012. Produksi dan Kebutuhan Beras Kecamatan Ciomas Tidak Seimbang. http://www.kabarpublik.com/2012/02/mulyadiproduksi-dankebutuhan-beras-kecamatan-ciomas-tidak-seimbang/. Diunduh 23 Oktober 2013. Nicholson,Walter. 1995. Teori Mikroekonomi : Prinsip Dasar dan Perluasan. Binarupa Aksara. Jakarta. Nicholson,Walter. 1995. Mikroekonomi Intermediate dan Aplikasinya. Binarupa Aksara. Jakarta. Laela. 2012. Analisis Pendapatan Usahatani Padi (Oryza Sativa L.) Benih Varietas Ciherang yang Bersertifikat dan tidak Bersertifikat Di Kecamatan Labuan Amas Selatan Kabupaten Hulu Sungai Tengah. [skripsi]. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Nuresiana, R. 2012. Analisis Usahatani Padi Sawah Varietas Ciherang Karawang.[skripsi]. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Nyanyu, NA. 2010.Jurnal Agribis Analisis Produksi Dan Pendapatan Usahatani Padi Pada Daerah Sentra Dan Non Sentra Di Kabupaten Lebong. Lebong. Rosyanni, RP. 2011. Analisis Pendapatan Usahatani, Pemasaran, dan Nilai Tambah ubi Kayu. [Skripsi]. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Siregar, EL.2010. Analisis Pendapatan Usahatani dan Pemasaran Nenas Bogor di Desa Sukaluyu, Kecamatan Taman Sari, Kabupaten Bogor.[skripsi].Institut Pertanian Bogor.Bogor. Soekartawi. 2006. Analisis Usahatani. Penerbit Universitas Indonesia: Jakarta. Soekartawi. 2002. Analisis Usahatani. Penerbit Universitas Indonesia: Jakarta. Soekartawi. 1995. Analisis Usahatani. Jakarta: Universitas Indonesia Press. Soekartawi. 1993. Agribisnis Teori dan Aplikasi. PT Rajagrafindo Persada: Jakarta. Soekartawi. 1990. Teori Ekonomi Mikro. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Soekartawi, A. Soeharjo, John L. Dilion, J. Brain Hardaker.1984. Ilmu Usahatani dan Penelitian untuk Pengembangan Petani Kecil. Penerbit UI-Press. Suratiyah, Ken. 2006. Ilmu Usahatani. Swadaya. Jakarta. Tamoka, N. 2013. Analisis Pendapatan Usahatani Tomat di Kecamatan Kawangkoan Barat Kabupaten Minahasa. Minahasa.
36
Lampiran 1. Luas Panen, produktivitas, produksi padi sawah (GKG) di Jawa Barat, tahun 2010-2011
Kab/kota Bogor Sukabumi Cianjur Bandung Garut Tasikmalaya Ciamis Kuningan Cirebon Majalengka Sumedang Indramayu Subang Purwakarta Karawang Bekasi Bandung Barat Kota Bogor Kota Sukabumi Kota Bandung Kota Cirebon Kota Bekasi Kota Depok Kota Tasikmalaya Kota Comahi Kota Banjar TOTAL
88900 126 982 136 159 73 012 121 786 131 989 114 833 63 169 88 664 101 108 71 965 224 307 166 674 37 610 184 627 100 446
2010 Produkti vitas (Ku/ha) 56.91 58.65 58.45 60.68 65.22 62.81 62.37 58.13 57.46 56.58 58.99 57.54 54.56 58.48 59.68 58.57
529893 744807 795 845 443 039 794 285 829 065 716 171 367 219 509 458 572 039 424 515 1 290 682 909 356 219 961 1 101 896 588 293
82717 116 041 125 100 68 464 125 609 127 602 114 313 60 037 84 619 96 755 72 237 218 439 175 173 33 792 186 366 98 427
2011 Produktivi tas (Ku/ha) 59.23 58.05 59.49 62.51 62.96 60.74 59.64 62.24 61.57 60.01 60.07 61.85 60.26 59.50 60.42 58.34
40211 1 446
60.18 57.61
241 987 8 331
34 462 1 565
59.33 58.52
204 472 9 159
3 539
61.26
21 682
3 603
67.67
24 382
1 490 729 965 817
54.72 57.22 57.87 58.97
8 164 4 171 5 585 4 818
984 630 817 857
57.57 56.57 54.66 58.17
5 665 3 564 4 466 4 985
619 15 012 7 913 13177571
61.49 58.84 60.24 58.98
3 806 88 330 47 668 13121830
554 13 250 6 792 13031416
59.13 58.64 62.32 59.98
3 276 77 699 42 325 11180547
Luas panen (ha)
Produksi (ton)
Luas panen (ha)
Produksi (ton) 489919 673 609 744 266 428 001 790 834 775 042 681 777 373 686 520 993 580 617 433 949 1 351 041 1 055 547 201 054 1 126 073 574 251
37 Lampiran 2. Tahap persiapan lahan
Lampiran 3. Tahap persemaian dan penanaman
Lampiran 4. Padi siap panen
38
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama Suci Rahma Dini dilahirkan di Bayua, 15 April 1990.Orang tua bernama Edi Suheri dan Rosnilawati, S.Pd. Saya memiliki dua orang adik laki-laki dan empat orang adik perempuan.Sekarang tiga orang sedang melanjutkan Perguruan Tinggi, dua orang Sekolah Menengah Atas, dan terakhir sedang Taman Kanak-kanak. Pada tahun 1995 penulis masuk TK, tahun 1996 masuk SDN 01 Pasar Tiku dan lulus tahun 2002. Kemudian melanjutkan ke MTsN 01 Tiku pada tahun 2002 dan lulus tahun 2005. Saat MTsN ini, penulis aktif di kegiatan ekstrakurikuler pramuka, marching band, OSIS, dan remaja masjid. Kemudian pada tahun 2005 melanjutkan ke SMAN 2 yang mana saat itu merupakan salah satu sekolah favorite di daerah Agam dan lulus pada tahun 2008. Saat mengenyam bangku SMA, penulis aktif di PKS (Polisi Keamanan Sekolah), Saka Bhayangkara, Saka Kencana, pelajar di MHTI (Muslimah Hizbut Tahrir Indonesia) dan aktif mengisi radio untuk program remaja Islam yang diberi nama PERMATA (Perbincangan Remaja Bertaqwa). Pada tahun 2008, penulis lulus untuk masuk Perguruan Tinggi di Diploma IPB jurusan Manajemen Agribisnis melalui jalur PMDK. Saat Diploma, penulis aktif di Mipro Akmapesa (Minat Profesi Akuntansi, MAB, dan PPMJ), BKIM (Badan Kerohanian Islam Mahasiswa) IPB. Disamping itu, sering mengikuti seminar tentang kewirausahaan, kepemimpinan, kepenulisan, dan lain-lain. Juli 2011 penulis lulus dari Diploma kemudian bekerja di Yasmin Group selama setahun lebih. Pada tahun 2012 penulis kemudian melanjutkan ke program Alih Jenis Agribisnis. Selama dua tahun ini, penulis menjadi anggota di MHTI dan dipercayakan menjadi tim media khususnya di sosial media untuk mengelola FP Muslimah Hizbut Tahrir Indonesia. Disamping itu penulis menulis buku antologi yang berjudul Puzzle Dakwah “Merangkai Cerita Menggapai Cinta-Nya”. Setelah lulus Alih Jenis, penulis ingin melanjutkan naskah novel yang tertunda yang insya Allah judulnya “Tetaplah Menjadi Matahariku”, dan “Catatan Bintang” Penulis memiliki impian untuk lima hingga sepuluh tahun kedepan sudah memiliki sebuah butik hijab syar’i, punya bisnis kuliner, menjadi penulis yang dikenal dengan karyanya, dan menempati posisi sebagai tim penerangan khususnya di bagian media di Daulah Khilafah kelak. Kemudian bisa mencetak generasi yang mencintai qur,an. Semoga kemampuan dan keahlian yang penulis miliki bisa bermanfaat buat masyarakat. Dan semua itu dilakukan karena meraih ridho Allah.