SKRIPSI
ANALISIS PRODUKSI DAN PENDAPATAN PETANI PADI SAWAH DI KECAMATAN MOWILA KABUPATEN KONAWE SELATAN
Oleh SITI NURROHMAH Stb. B1A1 11 004
JURUSAN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS HALU OLEO KENDARI 2016
SKRIPSI
ANALISIS PRODUKSI DAN PENDAPATAN PETANI PADI SAWAH DI KECAMATAN MOWILA KABUPATEN KONAWE SELATAN
Oleh SITI NURROHMAH Stb. B1A1 11 004
JURUSAN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS HALUOLEO KENDARI 2016
SKRIPSI
ANALISIS PRODUKSI DAN PENDAPATAN PETANI PADI SAWAH DI KECAMATAN MOWILA KABUPATEN KONAWE SELATAN
SKRIPSI
Untuk Memenuhi Gelar Sarjana Pada Jurusan Ilmu Ekonomi
Oleh SITI NURROHMAH Stb. B1A1 11 004
JURUSAN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS HALU OLEO KENDARI 2015 Tanggal 18 April 2016
KATA PENGANTAR Segala Puji dan Syukur bagi Allah SWT pencipta alam semesta beserta isinya, yang telah memberikan Rahmat dan Hidayah serta petunjuk kepada setiap makhluk ciptaan-Nya, termasuk penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Analisis Produksi dan Pendapatan Petani Padi Sawah di Kecamatan Mowila Kabupaten Konawe Selatan”. Salam dan Shalawat dihaturkan kepada Nabi Muhammad SAW, sang pencerah yang menuntun ummatnya dari alam yang gelap gulita menuju alam yang terang benderang dengan segala ilmu dan ajarannya. Penulisan skripsi ini merupakan tugas akhir untuk mencapai gelar Sarjana Ekonomi (S.E) pada Jurusan Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Halu Oleo, untuk memberikan pengalaman kepada penulis dalam meneliti dan menyusun karya ilmiah berupa skripsi. Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam skripsi ini. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik serta saran yang membangun dari seluruh pihak untuk membantu dan memotivasi penulis agar lebih baik di masa yang akan datang. Dalam menyelesaikan skripsi ini, penulis diberi bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak baik secara materil maupun moril. Khususnya untuk kedua orang tuaku tersayang Bapak Suseno dan Ibu Sulastri yang selalu mendoakan, memotivasi, mendukung pilihan ananda tercinta. Untuk itu, ananda mengucapkan terima kasih sedalam-dalamnya atas doa, motivasi dan dukungannya serta telah menjadi orang tua terbaik bagi ananda. Penulis juga menyampaikan rasa hormat dan terima kasih yang setinggitingginya kepada semua Pihak yang mendukung tercapainya karya ilmiah ini. Semoga segala bantuan dan bimbingan dari semua pihak yang telah diberikan kepada penulis dibalas dengan kebaikan dan pahala dari Allah SWT. Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang setulusnya kepada : 1. Bapak Prof. Dr. Ir. H. Usman Rianse, MS, Selaku Rektor Universitas Halu Oleo Kendari. 2. Bapak Prof. Dr. H. Muh. Syarif, SE., MS, Selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Halu Oleo Kendari.
vii
3. Ibu Dr. Rosnawintang, SE., M.Si, Selaku Ketua Jurusan Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Halu Oleo Kendari. 4. Bapak Dr. Tibertius Nempung, SE., M.S dan Ibu Ulfa Matoka, SE., M.Si Selaku Pembimbing I dan II yang telah banyak memberikan saya saran dan masukan dalam penyelesaian skripsi ini. 5. Bapak Dosen Tim Penguji, yang juga telah banyak memberikan masukan dan saran sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi ini. 6. Bapak dan Ibu Dosen dan Staf Jurusan Ilmu Ekonomi yang telah memberikan saya ilmu pengetahuan dan motivasi selama saya berada di bangku perkuliahan saya ucapkan banyak terima kasih atas bimbingannya. 7. Untuk saudara Laki-laki ku, Ilham Akbar, Dika Anggara saya ucapkan banyak terima kasih atas dukungannya selama ini. 8. Sahabat-sahabat Ilmu Ekonomi 011, Muhamad Rudi Samuji SE, Kustiana Ayu, Nur Amelia SE, Fona Adhitami, Ruhaniati, Leni Bakka, Hesti, Elfira, Chandri Maharani, Riski Setiawan, Didi Setiawan, Made Mudana, Siti Mana Wa Salwa, Rahmadhani, Nirwana,
serta sahabat-sahabat 011 yang tidak
sempat penulis sebutkan, saya ucapkan banyak terima kasih atas motivasi dan dorongan kalian. 9. Rekan-rekan mahasiswa Ilmu Ekonomi FEB UHO yang selalu memberikan dukungan dan dorongan sehingga penelitian ini dapat diselesaikan. 10. Pihak-pihak yang tidak sempat penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu penulis baik secara langsung maupun tidak langsung. Akhir kata, penulis berharap agar skripsi ini dapat memberikan manfaat serta sumbangsih wawasan dan pemikiran bagi seluruh pihak yang membacanya.
Kendari,
April 2016
Penulis
viii
ABSTRAK SITI NURROHMAH, B1A1 11 004, Analisis Produksi dan Pendapatan Petani Padi Sawah di Kecamatan Mowila Kabupaten Konawe Selatan, dibimbing oleh Tibertius Nempung dan Ulfa Matoka. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa banyak produksi padi sawah yang di hasilkan dan untuk mengetahui seberapa besar pendapatan petani di Kecamatan Mowila Kabupaten Konawe Selatan. Ruang lingkup pada penelitian ini dibatasi pada produksi padi sawah dan pendapatan petani maupun biaya yang digunakan untuk produksi padi sawah di wilayah penelitian di Kecamatan Mowila Kabupaten Konawe Selatan. Sampel dalam penelitian ini adalah diambil 10% dari populasi, yaitu sebanyak 30 orang petani. Teknk analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah menganalisis data primer yang dikumpulkan melalui kuisioner yang telah dibuat terlebih dahulu yang memuat daftar pertanyaan yang dibutuhkan dalam penelitian. Data yang diperoleh diklasifikasi, ditabulasi, dan diolah sesuai dengan alat analisis yang dipakai adalah Analisis Pendapatan Bersih. Hasil penelitian menunjukan bahwa jumlah penerimaan petani padi sawah di Desa Wuura Kecamatan Mowila Kabupaten Konawe Selatan adalah sebesar Rp.252.000.000/MT dengan rata-rata penerimaan sebesar Rp.8.400.000/MT. Demikian juga jumlah biaya yang dikeluarkan petani padi sawah di Desa Wuura Kecamatan Mowila Kabupaten Konawe Selatan adalah sebesar Rp.84.000.000/MT, dengan rata-rata biaya sebesar Rp.2.800.000/MT. untuk setiap petani, namun biaya yang dikeluarkan berbeda sesuai dengan luasan lahan garapannya. Demikian pula jumlah keseluruhan pendapatan petani padi sawah di Desa Wuura Kecamatan Mowila Kabupaten Konawe Selatan adalah sebesar Rp.168.000.000/MT, dengan rata-rata pendapatan petani sebesar Rp.5.600.000/MT.
Kata Kunci : Produksi, Pendapatan.
ix
ABSTRACT SITI NURROHMAH, B1A1 11 004, Production and analysis of farmers' income in Rice district Mowila Kabupaten Konawe Selatan, guided by Tibertius Nempung and Ulfa Matoka. This study aims to determine how much the production of rice in the yield point and determine how much income the farmers in the district Mowila Kabupaten Konawe Selatan. The volume of this study is limited to rice production and income of farmers and costs used for the production of rice in the field of scientific research in the Area Mowila Kabupaten Konawe Selatan. Samples were taken 10 % of the population is at least 30 farmers. Teknk analysis used in this study is the analysis of primary data collected through questionnaires that have been made in advance with a list of questions , which are necessary for scientific research. Data obtained classified tabulated and processed in accordance with the analysis tool used Net Revenue Analysis The results showed that the number of hospitalizations of rice farmers in the village Wuura Southern District Mowila Konawe was Rp.252.000.000 / MT with an average receipt Rp.8.400.000 / MT. In addition , the amount of expenditure incurred by the rice farmers in the village Wuura Southern District Mowila Konawe was Rp.84.000.000 / MT, with an average cost Rp.2.800.000 / MT. for each farmer , but costs vary depending on the area of his land . Similarly, the total number of paddy farmers' income in the village Wuura Southern District Mowila Konawe was Rp.168.000.000 / MT, with an average income of farmers amounted Rp.5.600.000 / MT.
Keywords : production, income.
x
DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL LUAR . ...............................................................................i HALAMAN SAMPUL DALAM ............................................................................ii HALAMAN PRASYARAT GELAR SARJANA .................................................iii HALAMAN PERSETUJUAN ..............................................................................iv HALAMAN PENETAPAN PENGUJI .................................................................. v HALAMAN KEASLIAN TULISAN ....................................................................vi KATA PENGANTAR ...........................................................................................vii ABSTRAK ..............................................................................................................ix ABSTRACT ............................................................................................................. x HALAMAN DAFTAR ISI...................................................................................... xi HALAMAN DAFTAR TABEL ..........................................................................xiii HALAMAN DAFTAR GAMBAR ......................................................................xiv BAB 1 PENDAHULUAN ....................................................................................... 1 1.1 Latar Belakang .................................................................................................... .1 1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................ 6 1.3 Tujuan Penelitian ................................................................................................. 7 1.4 Manfaat Penelitian ............................................................................................... 7 1.5 Ruang Lingkup Penelitian.................................................................................... 7 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................. 8 2.1. Landasan Teorits ................................................................................................. 8 2.1.1. Pengertian Produksi ........................................................................................ 8 2.1.2. Faktor-faktor produksi ..................................................................................... 8 2.1.3. Konsep Pendapatan ........................................................................................ 16 2.1.4. Konsep Biaya . ............................................................................................... 22 2.1.5. Pengertian Tanaman Pangan . ...................................... ................................. 28 2.1.6. Pengertian Tanaman Tumpang Sari ............................. ................................. 28 2.1.7. Pembangunan Sektor Pertanian ..................................................................... 30 2.1.8. Tahap-Tahap Pembangunan Pertanian......................... ................................. 32 2.2. Kajian Empirik ................................................................ ................................. 34 2.3. Kerangka Pemikiran.......................................................................................... 36 BAB 3 METODE PENELITIAN ....................................... ................................. 37 3.1. Lokasi Penelitian............................................................................................... 37
xi
3.2. Populasi dan Sampel ......................................................................................... 37 3.2.1. Populasi .......................................................................................................... 37 3.2.2 Sampel............................................................................................................. 37 3.3. Jenis dan Sumber Data ...................................................................................... 38 3.3.1. Jenis Data ....................................................................................................... 38 3.3.2. Sumber Data................................................................................................... 38 3.4. Teknik Pengumpulan Data ................................................................................ 38 3.5. Teknik Analisis Data......................................................................................... 39 3.6. Definisi Operasional.......................................................................................... 40 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................. 41 4.1. Gambaran Umum Wilayah Penelitian .............................................................. 41 4.1.1. Karakteristik Fisik Lokal ............................................................................... 41 4.1.1.1. Letak Geografis .......................................................................................... 41 4.1.1.2. Topografi dan Administratif ...................................................................... 43 4.1.1.3. Iklim dan Musim ........................................................................................ 43 4.1.2. Karakteristik Kependudukan ......................................................................... 45 4.1.2.1. Komposisi Penduduk menurut Jenis Kelamin ........................................... 45 4.1.3. Produksi Pertanian Kabupaten Konawe Selatan ........................................... 46 4.1.3.1. Kondisi Luas Lahan Kabupaten Konawe Selatan ...................................... 46 4.1.3.2. Kondisi Produksi Padi di Kabupaten Konawe Selatan .............................. 48 4.2. Hasil Penelitian ................................................................................................ 50 4.2.1. Karakteristik Responden ............................................................................... 50 4.2.2. Hasil Analisis di wilayah penelitian............................................................... 52 4.3. Analisis Pendapatan yang diterima Petani Padi Sawah Desa Wuura Kecamatan Mowila Kabupaten Konawe Selatan ........................................... 55 4.3.1. Penerimaan Usahatani.................................................................................... 55 4.3.2. Biaya Usahatani ............................................................................................ 56 4.3.3. Pendapatan Usahatani .................................................................................... 57 4.4. Pembahasan....................................................................................................... 58 BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN .................................................................. 59 5.1. Kesimpulan ....................................................................................................... 59 5.2. Saran ................................................................................................................. 60 DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................
xii
DAFTAR TABEL Tabel 1.1. Luas Lahan Sawah menurut Desa/ Kelurahan di Kecamatan Mowila Tahun 2010……… ................................................................................ 5 Tabel 1.2. Perkembangan Konsumsi Beras Tahun 2000-2009……… ................... 6 Tabel 4.1. Luas Wilayah Kecamatan Mowila menurut Desa……….................... 42 Tabel 4.2. Komposisi Penduduk Kecamatan Mowila menurut Jenis Kelamin Menurut Desa/ Kelurahan Tahun 2014…… ........................................ 45 Tabel 4.3. Jumlah Penduduk menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin Tahun 2014……… .............................................................................. 46 Tabel 4.5. Luas Lahan Kabupaten Konawe Selatan Menurut Jenisnya 2012-2014……… ................................................................................ 48 Tabel 4.6. Petani Padi Sawah Berdasarkan Jenis Kelamin……… ....................... 49 Tabel 4.7. Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Padi Sawah dan Ladang Kabupaten Konawe Selatan Tahun 2014 ……… ................................................. 49 Tabel 4.8. Petani Padi Sawah Berdasarkan Jenis Kelamin……… ....................... 50 Tabel 4.9. Petani Padi Sawah di Wilayah Penelitian Berdasarkan Kelompok Usia..................................................................................... 51 Tabel 4.10. Petani Padi Sawah Berdasarkan Tingkat Pendidikan……… ............ 51 Tabel 4.11. Luas Lahan Sawah yang di Tanami Padi ……… .............................. 53 Tabel 4.12. Bibit yang diperlukan saat Musim Tanam ......................................... 54 Tabel 4.13. Hasil Produksi Padi Sawah di Desa Wuura Kecamatan Mowila Kabupaten Konawe Selatan……… ...................................................................... 54 Tabel 4.14. Pendapatan Petani pada Usahatani Padi Sawah di Desa Wuura Kecamatan Mowila Kabupaten Konawe Selatan……….................. 55 Tabel 4.15. Biaya Petani Padi Sawah di Desa Wuura Kecamatan Mowila Kabupaten Konawe Selatan ………………………………………56 Tabel 4.16. Pendapatan Petani pada Usahatani Padi Sawah di Desa Wuura Kecamatan Mowila Kabupaten Konawe Selatan …………………57
xiii
DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1. Kerangka Pemikiran......................................................................... 36
xiv
1
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertanian Indonesia adalah pertanian tropika karena sebagian besar daerahnya berada di daerah tropis yang langsung dipengaruhi oleh garis khatulistiwa, yang memotong Indonesia hampir menjadi dua. Indonesia masih merupakan Negara yang memegang peranan penting bagi keseluruhan perekonomian nasional. Salah satu komoditas tanaman pangan di Indonesia adalah padi yang hasil produksinya masih menjadi bahan makanan pokok. Padi merupakan tanaman pertanian dan merupakan tanaman utama dunia. Sektor pertanian merupakan sektor yang sangat penting peranannya dalam perekonomian di sebagian Negara-negara yang sedang berkembang. Hal tersebut bisa kita lihat jelas dari peranan sektor pertanian dalam menampung penduduk serta memberikan kesempatan kerja kepada penduduk. Pembangunan pertanian perlu mendapat perhatian yang lebih baik, sekalipun prioritas pada kebijaksanaan industrialisasi sudah dijatuhkan, namun sekor pertanian dapat memiliki kemampan untuk menghasilkan surplus. Hal ini terjadi bila produktivitas diperbesar sehingga menghasilkan pendapatan petani yang lebih tinggi dan memungkinkan untuk menabung dan mengakumulasikan modal. Peningkatan taraf hidup tersebut diperoleh petani dengan cara meningkatkan pendapatannya. Untuk memperoleh pendapatan yang tinggi mereka melaksanakan beberapa kegiatan dengan mengembangkan berbagai kemungkinan komoditi petanian lain (diversifikasi usahatani) yang secara ekonomis menguntungkan jika lahan 1
2
pertaniannya memungkinkan. Pengembangan pendapatan di luar usahatani (off farm income) juga akan sangat membantu peningkatan kesejaheraan karena terbatasnya potensi usahatani, berbagai penelitian menunjukan bahwa peningkatan pendapatan sektor pertanian akan mampu menurunkan angka kemiskinan petani (Sudarman, 2001). Undang-undang No. 7 tahun 1996 tentang pangan mengamanatkan bahwa pemerintah bersama masyarakat berkewajiban mewujudkan ketahanan pangan. Ketahanan pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi rumah tangga yang tercermin dari tersediaanya pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, merata dan terjangkau. Salah satu upaya pemerintah untuk mewujudkan ketahanan pangan dilaksanakan melalui peraturan pemerintah (PP) No. 68 tahun 2002 tentang ketahanan pangan yang menyatakan bahwa penyediaan pangan diselenggarakan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi pangan masyarakat yang utama, walaupun ada konsumsi pangan lainnya kebutuhan pangan tersebut terus berkembang dari waktu ke waktu terlebih pertambahan penduduk terus bertambah sehingga permintaan pangan akan meningkat setiap tahun. Sektor pertanian di Negara-negara berkembang (developing country) peranannya sangat besar sekali karena merupakan mata pencaharian pokok sebagian besar penduduknya. Peranan sektor pertanian dalam perekonomian suatu Negara dapat dilihat dari besarnya persentase Produk Domestik Bruto (PDB) dari sektor pertanian Negara tersebut. Makin besar kontribusi sektor pertanian terhadap PDP-nya berarti Negara tersebut masih tergolong atau termasuk Negara
3
agraris,
sebaliknya
apabila
kontribusi
sektor
pertanian
terhadap
PDB
persentasenya kecil maka Negara tersebut dapat disebut Negara industri. Kontribusi sektor pertanian di Negara kita dari tahun ke tahun persentasenya terus menurun searah dengan melajunya perkembangan sektor industri yang terus meningkat. Sebelum tahun tujuh puluhan, persentase PDB dari sektor pertanian masih di atas 50%, pada tahun 1993 menjadi 17,88% dan pada tahun 1995 hanya mencapai 17,10% , sejak krisis ekonomi melanda Indonesia pertengahan tahun1997 kontribusi sektor pertanian terhadap PDB cenderung meningkat, khususnya terhadap ekspor non migas. Dengan adanya peningkatan ekspor non migas seperti kayu gelondongan dan hasil perkebunan serta ekspor migas maka peningkatan produksi padi/ beras berhasil mengantarkan Indonesia mencapai taraf swasembada beras pada tahun 1984. Dengan keberhasilan tersebut, Indonesia yang pada tahun tujuh puluhan merupakan pengimpor beras terbesar di dunia berubah menjadi Negara pengekspor meskipun tidak besar. Tetapi, mulai tahun 1990-an taraf swasembada tersebut terancam kelestariannya, karena itu, saat krisis moneter 1997, Indonesia kembali mejadi pengimpor beras terbesar di dunia. Kecamatan Mowila merupakan salah satu sentra produksi padi khususnya untuk pengembangan tanaman padi sawah. Sebagian besar penduduk bermata pencaharian sebagai petani. Hasil yang diproduksi biasanya untuk dikonsumsi sebagai bahan pangan dan ada pula yang dijual dengan tujuan untuk meningkatkan pendapatan keluarga. Besar kecilnya pendapatan usahatani padi sawah yang diterima oleh penduduk di Kecamatan Mowila dipengaruhi oleh penerimaan biaya produksi. Berdasarkan kontribusinya pada tahun 2014
4
Kabupaten Konawe Selatan
merupakan penyumbang produksi padi terbesar
kedua setelah konawe di wilayah Provinsi Sulawesi Tenggara, yaitu sebesar 13,82 persen. Kemudian luas tanam dan luas panen tanaman padi yang paling besar di Kabupaten Konawe Selatan adalah Kecamatan Mowila berturut-turut sebesar 2.666 hektar dan 2.667 hektar. Perkembangan luas panen produksi dan produkivitas padi sawah di Kecamatan Mowila pada tahun 2014 yaitu sebanyak 88.048 ton yang dihasilkan dari lahan sawah yang di panen seluas 21.242 hektar dengan produktivitas sebesar 41,45 kwintal per hektar. Menurut penggunaanya, luas lahan Kabupaten Konawe Selatan yang digunakan untuk persawahan (irigasi dan non irigasi) pada tahun 2014 sebesar 23.351 hektar atau sekitar 5,71 persen dan total luas wilayah Kabupaten Konawe Selatan. Luasan ini tidak lebih besar dari luas lahan sawah tahun 2012 dan 2013 yaitu sebesar 24.065 dan 25.875 hektar. kemudian di Kecamatan Mowila luas lahan persawahan yaitu sebesar 2.136 hektar, hal tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
5
Tabel 1.1 Luas Lahan Sawah Menurut Desa/ Kelurahan Di Kecamatan Mowila Tahun 2010 No Nama Desa/ Kelurahan Luas Wilayah Luas Sawah (km²) (Ha) 1 Wuura 7,5 200 2 Lamolori 3,6 63 3 Rakawuta 5,5 71 4 Toluwonua 6,2 155 5 Mowila 3,9 70 6 Pudahoa 21,5 2 7 Puuwehuko 15 351 8 Kandoano 5 200 9 Mulyasari 2,2 45 10 Monapa 5,6 280 11 Kanombayasa 2,5 70 12 Puunggulahi 4,4 125 13 Ranoaopa 2,8 125 14 Lalosingi 6,5 219 15 Mataiwoi 6,2 20 16 Wonua Kongga 3,8 10 17 Wonuasan 2,2 30 18 Tetesingi 9,7 5 19 Wonua Monapa 7,3 95 Jumlah 129,4 2.136 Sumber : BPS Kabupaten Konawe Selatan Kebutuhan beras Kabupaten Konawe memperlihatkan bahwa konsumsi beras dalam rumah tangga selama 10 tahun
terakhir menurun rata-rata 0,58
persen pertahun, hal ini menggambarkan bahwa konsumsi beras masyarakat sudah mulai menurun dan kemungkinan bersubtitusi dengan makanan jadi karena permintaan beras perkapita dengan memperhitungkan industri sebesar 139 kg/tahun.
Dengan
demikian
pemerintah
masih
tetap
memprioritaskan
pengembangan komoditas padi dibanding komoditas pangan lain yang selama ini dimanfaatkan lansung sebagai makanan utama masyarakat Indonesia. Konsumsi beras dapat di lihat pada tabel berikut ini:
6
Tabel 1.2 Perkembangan Konsumsi Beras Tahun 2000-2009 Tahun Konsumsi beras (kg/tahun) 2000 120,00 2001 133,00 2002 100,70 2003 127,89 2004 99,04 2005 105,00 2006 119,00 2007 120,20 2008 107,80 2009 101,15 (% / tahun) -0,58 Sumber : BPS Kabupaten Konawe Selatan Hasil sensus pertanian tahun 2013 Kabupaten Konawe Selatan menunjukan bahwa sebanyak 17.231 rumah tangga yang mengusahakan tanaman pangan padi sawah walaupun demikian jumlah petani laki-laki masih dominan dibandingkan jumlah petani perempuan yang membantu suami dalam bertani menanam padi sawah. Jumlah petani laki-laki sebanyak 19.596 orang dan petani perempuan sebanyak 2.468 orang petani. Dari latar belakang diatas maka penulis dapat mengambil judul “Analisis Produksi dan Pendapatan Petani Padi Sawah di Kecamatan Mowila Kabupaten Konawe Selatan” 1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas maka yang menjadi masalah dalam penelitian ini adalah: 1). Berapa besar produksi padi sawah yang di hasilkan dalam satu kali musim tanam di Desa Wuura?
7
2). Berapa besar pendapatan petani atas usaha produksi padi sawah dan biaya yang dikeluarkan untuk produksi padi sawah tersebut di wilayah penelitian Kecamatan Mowila Kabupaten Konawe Selatan? 1.3. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan penelitian ini adalah: 1). Untuk mengetahui seberapa banyak produksi padi sawah yang di hasilkan di Kecamatan Mowila Kabupaten Konawe Selatan. 2). Untuk mengetahui seberapa besar pendapatan petani atas usaha produksi padi sawah dan biaya yang dikeluarkan di Kecamatan Mowila Kaupaten Konawe Selatan. 1.4. Manfaat Penelitian 1. Bagi akademisi/keilmuan Dapat meningkatkan pengetahuan dan pengembangan yang terkait dengan produksi padi sawah dan pendapatan petani. 2. Bagi peneliti selanjutnya Sebagai bahan referensi untuk peneliti selanjutnya, terutama yang berkaitan dengan sub sektor tanaman pangan dan pendapatan petani. 1.5. Ruang Lingkup Penelitian Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitian ini maka untuk menghindari kesalahan interpretasi dalam kajian ini peneliti membatasi ruang lingkup penulisan, sehingga ruang lingkup hanya pada produksi padi sawah dan pendapatan petani maupun biaya yang digunakan untuk produksi padi sawah di wilayah penelitian di Kecamatan Mowila Kabupaten Konawe Selatan.
8
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Pengertian Produksi Sejumlah ahli ekonomi mengemukakan berbagai macam definisi tentang produksi akan tetapi pada prinsipnya mempunyai pengertian yang sama. Pengertian produksi secara ekonomi adalah menghasilkan sejumlah output. Mengenai hal tersebut selanjutnya penulis mengemukakan pendapat para ahli sebagai berikut : Menurut Assauri (2006 : 107) mendefinisikan produksi sebagai berikut : Produksi adalah merupakan segala kegiatan dalam menciptakan dan menambah kegunaan (utility) suatu barang dan jasa. Selain itu produksi dapat juga diartikan sebagai kegiatan menghasilkan barang maupun jasa atau kegiatan menambah nilai kegunaan atau manfaat suatu barang (www. Dikmenum.go.id). Selanjutnya menurut M. Fuad (2004 : 8) produksi adalah kegiatan atau proses yang mentransformasikan masukan (input) menjadi keluaran (output). 2.1.2. Faktor-faktor Produksi Menurut Sukirmo (2006 : 6) pengertian faktor produksi adalah bendabenda yang disediakan oleh alam atau diciptakan oleh manusia yang dapat digunakan untuk memproduksi barang dan jasa. Produksi pertanian yang optimal adalah produksi yang mendatangkan produk yang menguntungkan ditinjau dari sudut ekonomi ini berarti biaya faktorfaktor input yang berpengaruh pada produksi jauh lebih kecil bila dibandingkan 8
9
dengan hasil yang diperoleh sehingga petani dapat memperoleh keuntungan dari usaha taninya. Faktor-faktor produksi yang dimaksud dalam penulisan ini adalah : a. Alam Alam merupakan semua kekayaan yang terdapat di alam untuk dimanfaatkan dalam proses produksi, karena sudah begitu saja ada pada kita dan sejak dulu dimanfaatkan untuk produksi, maka SDA ini termasuk faktor produksi yang meliputi tanah, air, iklim, udara, dan sebagainya. Kekayaan alam yang besar belum tentu menjamin tingkat kemakmuran yang tinggi, alam sebagai faktor produksi hanya menyediakan bahan-bahan atau kemungkinan-kemungkinan untuk berproduksi, jika kemungkinan-kemungkinan yang tersedia di dalam lingkungan alam itu tidak dimanfaatkan, maka kemungkinan-kemungkinan itu tinggal potensi belaka. Perlunya pengelolaan tanah dalam pertanian, karena dengan adanya pengelolaan tanah akan mencakup berbagai faktor yaitu: 1. Perencanaan penggunaan tanah sesuai dengan kesanggupannya. 2. Menyiapkan tanah dalam keadaan olah yang baik. 3. Pergiliran tanaman yang tersusun dengan baik. 4. Konservasi tanah dan air. 5. Mnegusahakan unsure hara tersedia dengan baik melalui pemupukan. Selain itu perlu juga adanya pengelolaan tanah berkelanjutan karena dngan adanya pengelolaan tanah berkelanjutan akan dapat menghasilkan keuntungan dalam jangka waktu yang lama serta tetap memelihara kesehatan dan kualitas
10
lingkungan. Selanjutnya, Dumenski (1994), dalam Winarso (2005) menyatakan bahwa pengelolaan berkelanjutan akan memperhatikan dan memadukan teknologi yang mencakup empat pilar utama, yaitu: a. Melindungi lingkungan, b. Secara ekonomis sangat layak dan produktif, c. Secara sosial diterima, dan d. Mengurangi resiko. Pertanian berkelanjutan didefinisikan sebagai pertanian yang dapat mengarahkan pemanfaatan oleh manusia lebih besar, efisiensi penggunaan sumberdaya lahan lebih besar dan seimbang dengan lingkungan, baik dengan manusia maupun dengan hewan. FAO (1990) merevisi batasan di atas dengan adanya pengukuran berkelanjutan pertanian saat ini dan perkembangan masa depan, dengan criteria sebagai berikut: a. Kebutuhan pangan saat ini dan generasi yang akan datang b. Memberikan lapangan pekerjaan yang cukup, pendapatan layak dan kehidupan manusia yang diiinginkan dalam produksi pertanian. c. Memelihara dan jika mungkin meningkatkan kapasitas produksi SDA secara keseluruhan tanpa mengganggu siklus alam dan keseimbangan ekologi, merusak identitas sosial budaya komunitas pedesaan. d. Sektor pertanian lebih lentur melawan factor-faktor alami dan sosial ekonomi yang merusak, resiko lain serta meningkatkan kepercayaan diri penduduk pedesaan.
11
Akhirnya dapat disimpulkan bahwa pengelolaan pertanian berkelanjutan dapat mempertahankan produktivitas tanah untuk generasi mendatang baik secara ekologi, ekonomi, dan budaya. Jenis-jenis Sumber Daya Alam (SDA) 1. Sumber Daya Alam Berdasarkan Kemungkinan Pemulihanya
Sumber daya alam yang selalu ada, adalah sumber daya yang tidak pernah habis. Karena mengalami siklus sepanjang masa, misalnya energy sinar matahari, udara, energi pasang surut air laut, dan sumber daya air.
Sumber daya alam yang dapat diperbaharui, adalah sumber daya yang jika habis tidak dalam waktu yang lama dan cepat tersedia kembali baik dengan reproduksi atau pengembangbiakan seperti hewan dan tumbuhan.
Sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui, adalah sumber daya yang sulit atau bahkan tidak bisa menyediakannya kembali karena membutuhkan waktu yang sangat lama dan bahkan sampai jutaan tahun, seperti barangbarang tambang.
2. Sumber Daya Alam Berdasarkan Jenisnya
Sumber daya alam hayati/biotik, adalah sumber daya alam berupa makhluk hidup seperti hewan, tumbuhan, mikroba dan manusia.
Sumber daya alam nonhayati/abiotik, adalah sumber daya alam fisik yang berupa benda-benda mati, seperti barang tambang, kincir angin, air dan tanah.
3. Sumber Daya Alam Berdasarkan Kegunaan dan Penggunaanya
12
Sumber daya alam penghasil bahan baku, adalah sumber daya alam yang digunakan untuk menghasilkan benda atau barang lain dengan nilai guna yang tinggi.
Sumber daya alam penghasil energi, adalah sumber daya alam sebagai penghasil energi untuk kebutuhan manusia. Salah satunya sinar matahari yang memancarkan energi untuk manusia. Begitu juga dengan arus air yang digunakan sebagai penghasil energi dalam penggerak turbin pembangkit listrik.
4. Sumber Daya Alam Berdasarkan Nilai Kegunaanya atau Sumber Daya Ekonomis
Sumber daya alam ekonomis tinggi, adalah sumber daya yang didapatkan dengan biaya yang besar. Seperti mineral-mineral logam mulia contohnya intan, perak dan emas.
Sumber daya alam ekonomis renda, adalah sumber daya alam yang didapatkan dengan biaya yang cukup murah dan tersedia dengan jumlah yang cukup banyak. Seperti bahan-bahan bangunan. Contohnya batu, gamping dan pasir .
Sumber daya alam nonekonomis, adalah sumber daya alam yang didapatkan tanpa mengeluarkan biaya, tanpa pengorbanan yang tersedia dalam jumlah yang tidak terbatas. Contohnya sinar matahari, suhu, udara dan angin.
b. Tenaga Kerja Dalam ilmu ekonomi (Daniel, 2002 : 86) yang dimaksud tenaga kerja adalah suatu alat kekuatan fisik dan otak manusia yang tidak dapat dipisahkan dari manusia dan ditujukan pada usaha produksi. Tenaga kerja ternak atau traktor
13
bukan termasuk faktor tenaga kerja, tetapi termasuk modal yang menggantikan tenaga kerja. Tenaga kerja juga dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang mengelola sumber daya alam tersebut dengan menggunakan tenaga dari manusia atau biasa disebut dengan sumber daya manusia. Dalam faktor ini ada pengelompokan tersendiri bagi tenaga kerja yaitu berdasarkan sifatnya dan kemampuan atau kualitasnya. 1) Berdasarkan sifatnya, tenaga kerja terbagi menjadi dua, tenaga kerja jasmani, dimana seluruh kegiatan atau aktivitas pekerjaan yang dilakukan lebih banyak menggunakan kekuatan fisik seperti : kuli banguna, tukang kuli cangkul sawah, tukang becak, buruh pengangkut barang dan lain sebagainya. Dan tenaga kerja rohani dimana kegiatan yang dilakukan lebih banyak mneggunakan otak atau pikiran seperti: direktur, guru, penulis, pengacara dan lainya. 2) Berdasarkan kualitas atau kemampuannya, tenaga kerja terbagi menjadi tiga, yaitu (1) tenaga kerja terdidik, dimana tenaga kerjanya membutuhkan pendidikan yang sesuai seperti profesi dokter, guru, bidan dan lainya. (2) terampil dimana tenaga kerja yang dibutuhkan mengharuskan pengalaman, skill, dan biasanya mengikuti kursus sebelumnya seperti contoh: penjahit, tukang rias, tukang las dan lain sebagainya. (3) tidak terdidik dan tidak terampil yang biasa disebut tenaga kerja kasar dimana tidak membutuhkan keterampilan atau pendidikan khusus seperti contoh tukang penjual Koran.
14
c. Modal Modal/Kapital mengandung banyak arti, tergantung pada penggunaannya. Dalam arti sehari-hari, modal sama artinya dengan harta kekayaan yang dimilki seseorang yaitu semua harta berupa uang, tanah, mobil, dan lain sebagainya. Menurut Von Bohm Bawerk (Daniel, 2002 : 74), arti modal modal atau kapital adalah segala jenis barang yang dihasilkan dan dimiliki masyarakat, disebut dengan kekayaan masyarakat. Sebagian kekayaan itu digunakan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi dan sebagian lagi digunakan untuk memproduksi barangbarang baru dan inilah yang disebut modal masyarakat atau modal sosial. Jadi, modal adalah “Setiap hasil/produk atau kekayaan yang digunakan untuk memproduksi hasil selanjutnya atau hasil yang baru”. Secara umum modal dapat dibagi 2, yaitu : 1) Modal tetap adalah barang-barang yang digunakan dalam proses produksi yang dapat digunakan beberapa kali, meskipun akhirnya barang-barang modal ini habis juga, tetapi tidak sama sekali terisap dalam hasil. Contoh : mesin, pabrik, gedung, dll 2) Modal bergerak adalah barang-barang yang digunakan dalam proses produksi yang hanya bisa digunakan dalam proses produksi, misalnya bahan mentah, pupuk, bahan bakar, dll. Dalam usaha pertanian dikenal ada modal fisik dan modal manusiawi. Modal fisik atau modal material, yaitu berupa alat-alat pertanian, bibit, pupuk, ternak. Sedangkan modal manusiawi adalah biaya yang dikeluarkan untuk pendidikan, latihan, kesehatan. Modal manusiawi tidak memberikan pengaruh
15
secara langsung, dampaknya akan
kelihatan dimasa datang dengan
meningkatnya kualitas dan produktivitas sumber daya manusia pengelolanya. Yang dimasukkan dalam kalkulasi modal usaha tani padi adalah semua biaya yang dikeluarkan oleh petani padi mulai dari pengolahan tanah sampai permanen hasil. Biaya yang dimaksud yaitu pembelian bibit, pupuk, pestisida, alat-alat dan biaya lainnya yang dikeluarkan untuk usaha tani padi yang dilakukan. d. Skill (Keterampilan) Yang dimaksud dengan keahlian atau skill adalah manajemen atau kemampuan petani menentukan manfaat pengunaan faktor produksi dalam perubahan teknologi, sehinga usaha tani yang dikelolanya dapat memberikan hasil (output) yang lebih baik. Oleh karena itu kapada para petani harus diberikan penyuluhan dalam menggunakan dan memanfaatkan faktor-faktor produksi pada saat muncul teknologi baru yang dapat diterapkan dalam melakukan usaha tani, yang dapat menyebabkan biaya produksi dapat ditekan dan dapat meningkatkan produksi. Keterampilan (skill) yang harus dimiliki oleh seorang pengusaha terdiri dari: 1.
Managerial skill, yaitu kemampuan dalam mengorganisasikan semua
faktor produksi agar mencapai tujuan. 2.
Technical skill, yaitu keahlian yang bersifat teknis dalam pelaksanaan
proses produksi sehingga berjalan dengan baik.
16
Banyak orang yang tidak mempunyai keterampilan atau skill dalam melakukan atau membantu dari hasil produksi sehingga produksi dapat berjalan dapat berjalan dengan baik dengan skill yang dimiliki. Maka dari itu seseorang harus mempunyai skill dengan cara melatih keterampilannya atau bakat yang sudah dimiliki tinggal mengasah dengan demikian usaha ataupun ada kaitanya dibidang pertanian dapat berjalan dengan lancar. Hal yang menyebabkan seseorang tidak mempunyai keterampilan atau skill kerana kurangnya pengalaman dan pengetahuan. 3. organizational skill, yaitu keahlian dalam memimpin berbagai usaha, tidak hanya intern perusahaan yang bersifat bisnis, tetapi juga organisasi dalam bentuk lain. 2.1.3. Konsep Pendapatan a. Pengertian Pendapatan Menurut Sadono Sukirno (2009:85) dalam teori ekonomi mikro bahwa pendapatan adalah perolehan yang berasal dari biaya-biaya factor produksi atau jasa-jasa produktif. Pengertian tersebut menunjukan bahwa pendapatan adalah seluruh perolehan baik yang berasal dari biaaya faktor produksi maupun total output yang dihasilkan untuk seluruh produksi dalam suatu perekonomian dalam jangka waktu tertentu. Pemenuhan kebutuhan dasar manusia seperti sandang, pangan dan papan sangat tergantung pada besar kecilnya pendapatan yang diterima oleh seorang individu. Hal ini seesuai dengan pendapat sadono sukirno dalam buku “Teori
17
Ekonomi” semakin tinggi pendapatan diposibel yang diterima oleh rumah tangga, makin besar konsumsi yang dibelanjakan. (Sadono Sukirno, 2009:85). Pendapat diatas dapat dikatakan bahwa pendapatan akan menentukan tingkat kesejahteraan yang dimiliki oleh seorang individu artinya makin besar pendapatan makin besar pula konsumsi dan tingkat kepuasan yang diperolehnya. Oleh sebab itu setiap individu berusaha semaksimal mungkin untuk memenuhi kebutuhan melalui berbagai usaha dengan factor-faktor produksi yang dimilikinya yaitu tanah, tenaga kerja, modal dan keahlian. Selanjutnya Winardi (2007:89) mengemukakan bahwa pendapatan adalah hasil berupa uang atau materi lainnya yang diperoleh dari pemanfaatan modal atau kekayaan. Jikan melihat pendapat yang dikemukakan diatas maka dapat disimpulkan bahwa pendapatan seseorang adalah jumlah penggunaan kekayaan jasa-jasa yang dimilikinya baik dalam bentuk uang atau dalam bentuk materi lainnya. Ekonomi sebagaimana yang diketahui adalah kegiatan manusia dengan masyarakat untuk memanfaatkan dan mempergunakan unsure-unsur produksi dengan sebaik-baiknya guna memenuhi berbagai rupa kebutuhan. Keadaan ekonomi dalam suatu masyarakat sangat ditentukan oleh tinggi rendahnya pendapatan, jenis pekerjaan dan jumlah tanggungan dalam keluarga. Pendapatan sering dijadikan tolak ukur dalam mengukur tingkat kesejahteraan suatu masyarakat dan keberhasilan perekonomian suatu Negara. Manusia sebagai makhluk sosial, disamping harus mengadakan interaksi dengan orang lain juga harus berusaha seoptimal mungkin untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun
18
keluarganya. Seseorang yang bekerja untuk memperoleh pendapatan senantiasa mengharapkan agar pendapatan yang diterima sesuai dengan tingkat pengorbanan yang telah diberika, sedangkan pemberi kerja mengharapakan hasil pekerjaan yang lebih memuaskan dengan kata lain tenaga kerja tentu mengharapkan pendapatan besar sebaliknya bagi pengusaha pendapatan harus ditekan sedemikina
rupa
sehingga
laba
yang
diperoleh
semakin
besar
guna
mengembangkan usahanya dan meningkatkan kesejahteraan karyawannya. Pendapatan sebagai salah satu unsure kesejahteraan. Harga dan pendapatan merupakan faktor yang menntukan besar kecilnya permintaan barang dan jasa. Pendapatan menurut pengertian umum adalah balas jasa yang diterima oleh seorang individu setelah melaksanakan sesuatu pekerjaan atau nilai barang dan jasa yang diterima oleh seorang individu melebihi hasil penjualanya. Ditinjau dari segi rumah tangga perusahaan, maka pendapatan pada prinsipnya mempunyai sifat menambah atau menaikkan nilai kekayaan pemilik perusahaan, baik dalam bentuk penerimaan maupun tagihan. Untuk memperjelas pengertian tentang pendapatan, dikemukakan pengertian pendapatan dari para ahli: M.P Simangunsong (2004 : 6) mengemukakan bahwa : “Pendapatan adalah bertambahnya aktiva perusahaan atau uang tunai, piutang, kekayaan lain yang berasal dari penjualan barang atau jasa yang mengakibatkan modal bertambah”.Dumairy (1999 : 56) menambahkan bahwa: Pendapatan adalah jumlah balas jasa yang diterima oleh faktor-faktor produksi yang turut serta dalam proses produksi meliputi uapah/gaji, sewa tanah, bunga dan keuntungan.
19
Pendapatan nasional menurut Lincolin Arsyad (2004 : 13) merupakan nilai produksi barang-barang dan jasa-jasa yang dihasilkan suatu perekonomian (negara) dalam waktu satu tahun. a. Pendapatan Nasional Yang dimaksud dengan pendapatan nasional adalah keseluruhan pendapatan yan diterima golongan masyarakat pemilik faktor-faktor produksi berupa alam, tenaga kerja, modal dan skill dalam satu tahun. Selanjutnya pendapatan nasional salah satu diantaranya adalah produk nasional yang dibedakan atas : 1) Gross National Product (GNP), yaitu produksi nasional total suatu negara atau output barang-barang atau jasa-jasa dalam jangka waktu tertentu yang dinilai dengan harga pasar dalam bentuk uang. GNP ini paling umum digunakan untuk menentukan tingkat kegiatan ekonomi secara keseluruhan. 2) Net National Product (NNP), yaitu nilai pasar semua uang, barang dan jasa yang dihasilkan sebuah perekonomian dalam jangka waktu tertentu. Biasanya satu tahun dikurangi penyusutan barang-barang modal. 3) Net National Income (NNI), yaitu jumlah penerimaan golongan-golongan pemilik faktor-faktor produksi dalam masyarakat. b. Pendapatan Perseorangan Pendapatan perseorangan adalah semua pendapatan yang diperoleh seseorang dalam kegiatan ekonomi dalam waktu tertentu. Pada umumnya pendpatan perseorangan dapat dibedakan atas : 1) Pendapatan nominal, yaitu pendapatan yang dinyatakan dalam bentuk uang.
20
2) Pendapatan riil (yaitu), yaitu pendapatan yang dihitung dari jumlah yang dapat dibeli pendapatan nominal. Kedua jenis pendapatan diatas sangat penting, akan tetapi yang selalu mendapat perhatian dari para ahli adalah riil income, sebab walaupun pendapatan tinggi, jika harga barang dan jasa tinggi, maka pada hakekatnya pendapatan riil menjadi rendah. Pendapatan perseorangan dapat dibedakan atas : 1) Upah adalah sejumlah uang. Barang-barang dan jasa-jasa yang diterima seseoran dalam jangka waktu tertentu atas pemakaian tenaga. 2) Deviden adalah pendapatan yang diterima oleh pemilik saham sebagai balas jasa dari pengikutsertaan modal dalam perusahaan. 3) Sewa adalah pendapatan yan diterima oleh pemilik harta atas harta yang dipersewakan dalam jangka waktu tertentu sebagai imbalan atas penggunaan fasilitas yang dimanfaatkan orang lain. 4) Bunga adalah pendapatan yang diterima oleh pemilik modal. 5) Pendapatan pengusaha merupakan pendapatan yang diterima para pengusaha. Pendapatan ini seringkali sebagai kumpulan dari beberapa pendapatan. c. Pendapatan Usahatani Pendapatan usahatani menurut Gustiyana (2004), dapat dibagi menjadi dua yaitu: (1) pendapatan kotor, yaitu pendapatan yang diperoleh petani dalam usahatani selama satu tahun yang dapat diperhitungkan dari hasil penjualan atau pertukaran hasil produksi yang dinilai dalam rupiah berdasarkan harga persatuan berat pada saat pemungutan hasil, (2) pendapatan bersih, yaitu seluruh pendapatan
21
yang diperoleh petani dalam satu tahun dikurangi dengan biaya produksi selama proses produksi. Biaya produksi meliputi biaya rill tenaga kerja dan biaya rill sarana produksi. Dalam pendapatan usahatani ada dua unsur yang digunakan yaitu unsure penerimaan dan unsur pengeluaran dari usahatani tersebut. Penerimaan adalah hasil perkalian jumlah produk total dengan satuan harga jual, sedangkan pengeluaran atau biaya yang dimaksudkan sebagai nilai penggunaan sarana produksi dan lain-lain yang dikeluarkan pada proses produksi tersebut (Ahmadi, 2001). b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Secara umum Muljianto (2007: 98) mengemukakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi besar pendapatan yang diperoleh adalah: 1) Jumlah faktor produksi yang dimiliki dan disumbangkan dalam proses produksi, semakin banyak faktor produksi yang digunakan maka semakin besar pula pendapatan yang akan diterima. 2) Harga pokok produksi, hal ini turut pula menentukan besar kecilnya pendapatan yang diterima pemilik faktor produksi, semakin tinggi harga faktor produksi maka akan semakin tinggi pula pendapatan yang diterima faktor produksi. 3) Efisiensi kerja, juga turut mempengaruhi pendapatan, karena efisisensi kerja merupakan jumlah pekerjaan yang berhasil diselenggarakan oleh seorang pekerja. Umumnya dapat dikatakan semakin tinggi efisiensi kerja akan semakin tinggi pula tingkat pendapatannya.
22
Baharsjah
(2007:30)
mengemukakan
bahwa
factor-faktor
yang
menentukan kemajuan dan peningkatan pendapatan petani yaitu kondisi sumber daya alam. Kondisi sumber daya manusia dan kondisi kelembagaan petani. Selanjutnya Muksidar (2005: 13) mengemukakan bahwa ada empat faktor yang mempengaruhi pendapatan yaitu modal, tenaga kerja, peralatan kerja dan skill. Dalam arti sederhana pendapatan dapat pula diartikan sebagai total penerimaan setelah dikurangi semua biaya (pengeluaran). Balas jasa yang diterima oleh pemilik faktor produksi yang dihitung dalam jangka waktu tertentu. Bentuk dan jumlah pendapatan mempunyai fungsi yang sama yaitu untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari dan member kepuasan, disamping itu pendapatan berfungsi pula untuk mencukupi kegiatan lain dan memenuhi kewajiban-kewajiban. Pendapatan tersebut dapat diperoleh dari berbagai sumber seperti hasil penjualan jasa, hasil penjualan barang dagangan, hasil penjualan produksi pertanian dan sumber-sumber lainnya. Berdasarkan pada uraian di atas, maka pendapatan dari seorang warga masyarakat atau individu adalah nilai dari seluruh faktor produksinya atau sumber-sumber yang dimilikinya, sebagai alat untuk memperoleh barang dan jasa guna memenuhi kebutuhan kehidupannya dan keluarganya. Ini mengandung suatu pengertian bahwa tinggi rendahnya suatu tingkat kehidupan seseorang ditentukan oleh tinggi rendahnya pendapatan dari orang atau keluarga yang bersankutan. 2.1.4. Konsep Biaya Menurut Kuswadi (2007 : 72) bahwa biaya adalah semua pengeluaran untuk mendapatkan barang dan jasa dari pihak ketiga. Hal senada juga
23
dikemukakan oleh Mulyadi (2007 : 8) bahwa biaya adalah pengorbanan yang diukur dengan satuan uang yang dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu. Sedangkan Kusnadi (2006 : 168) bahwa biaya adalah manfaat yang dikorbankan dalam rangka memperoleh barang dan jasa. Manfaat (barang dan jasa) yang dikorbankan diukur dalam Rupiah melalui pengurangan aktiva atas pembebanan utang pada saat manfaat itu diterima. Berdasarkan pendapat diatas, dapat dikatakan bahwa biaya adalah pengorbanan yang dikeluarkan saat sekarang dan diharapkan dapat memperoleh hasil tertentu pasa masa yang akan datang. Macam-macam Biaya Untuk tujuan yang berbeda, biaya dapat dibedakan dalam berbagai cara, sebagaimana Supriyono (2002 : 18) mengemukakan bahwa : Penggolongan biaya adalah proses mengelompokkan secara sistematis atas keseluruhan elemen yang ada kedalam golongan-golongan tertentu yang lebih ringkas untuk dapat memberikan informasi yang lebih punya arti atau lebih penting. Mulyadi (2007 : 14) menggolongkan biaya kedalam 5 (lima) cara penggolongan, menurut : 1) Objek peneluaran dalam suatu perusahaan yang terdiri atas : a.Biaya bahan baku, yaitu biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh bahan baku yang akan diubah menjadi bentuk baru. b.Biaya tenaga kerja, yaitu biaya yang dikeluarkan untuk membiayai karyawan yang bekerja dalam proses produksi.
24
c.Biaya overhead pabrik, yaitu biaya yang dikeluarkan selain biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja lansung untuk membiayai kegiatan produksi. 2) Fungsi pokok perusahaan yang terdiri atas : a.Biaya produksi, yakni biaya yang dikeluarkan untuk mengolah bahan baku menjadi bahan jadi b.Biaya pemasaran, yaitu biaya yang dikeluarkan untuk menyelenggarakan kegiatan pemasaran produk jadi. c.Biaya administrasi dan umum, yaitu biaya yang dikeluarkan untuk membantu kelancaran kegiatan produksi dan pemasaran produk. 3)Hubungan biaya dengan sesuatu yang terbagi atas : a.Biaya langsung, yaitu biaya yang penyebab satu-satunya adalah karena adanya sesuatu yang dibiayai b.Biaya tidak lansung, yaitu biaya yang dikeluarkan tidak hanya disebabkan karena adanya sesuatu yang dibiayai. 4)Perilakunya dalam hubungannya dengan perubahan volume kegiatan, terdiri atas: a.Biaya variabel, yaitu biaya yang dalam jumlah totalnya akan berubah sebanding/proporsional dengan perubahan volume kegiatan produksi b.Biaya semi variabel, yaitu biaya yang perubahannya tidak sebanding dengan perubahan volume kegiatan produksi c.Biaya semi tetap, yaitu biaya yang jumlahnya tetap dalam volume kegiatan tertentu dan akan berubah dengan jumlah yang konstan pada volume produksi tertentu
25
d.Biaya tetap, yaitu biaya yang jumlah totalnya tetap dalam volume kegiatan tertentu dan waktu tertentu 5) Atas dasar jangka waktu manfaatnya, terdiri atas : a.Pengeluaran modal yaitu biaya yang dikeluarkan untuk masa manfaat lebih dari satu periode akuntansi b.Pengeluaran pendapatan yaitu biaya yang dikeluarkan yang masa manfaatnya hanya pada masa/saat atau periode akuntansi menjadi pengeluaran tersebut. Untuk melakukan perhitungan tinkat pendapatan yang diperoleh suatu usaha pertanian, maka sangat perlu dilakukan identifikasi biaya-biaya yang dikeluarkan sekaligus menetahi tingkat pendapatan, sehingga dapat diketahui apakah usaha tersebut menguntungkan atau tidak suatu periode tertentu. Machfoedz (2006: 122) mengatakan bahwa biaya adalah beban terhadap penghasilan karena perusahaan menggunakan sumberdaya ekonomi yang ada, biaya bisa berasal dari aktiva atau kejadian langsung tanpa memalalui aktiva. Bambang dan Kartasapoetra (2008:1) mendefinisikan biaya adalah jumlah yang diukur dalam unit moneter atau uang yang dikeluarkan, jasa-jasa yang diberikan atau hutang yang ditanggung dalam hubungannya dengan barangbarang atau jasa-jasa yang diterima. Batasan-batasan tersebut mempunyai perbedaan dalam rumusan konsep oleh para ahli, tetapi pada prinsipnya mempunyai peranan asas, sehingga dengan demikian dapat pula ditarik bebrapa kesimpulan yaitu: 1. pengorbanan sumber-sumber yang bersifat ekonomis (sifat potensial) yang dapat diukur dengan uang (takaran moneter) karena sifatnya yang
26
potensial maka keberadaannya berdasarkan pada apa yang telah dan akan terjadi. 2. Pengorbanan sumber-sumber ekonomis tersebut dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu. Olehnya itu kalau dikaitkan dengan tujuan perusahaan maka dengan sendirinya dapat dikatakan bahwa pengorbanan sumbersumber ekonomis telah dan bakal terjadi untuk mencapai keuntungan. 3. Analisis biaya merupakan bagian penting dalam perencanaan. Adanya ksimpulan di atas, dapat pula dikatakan bahwa setiap perusahaan sangat perlu menganalisis apakah tujuan tersebut dapat dicapai dengan berhasil dan berdayaguna, karena manfaat dari perencanaan adalah : 1. Tujuan yang ingin dicapai telah ditetapkan, sehingga pelaksaan kegiatan dapat diusahakan dengan efektifitas dan efisiensi setinggi mungkin. 2. Untuk mengetahui apakah tujuan yang telah ditetapkan tersebut dapat dicapai dan dilakukan koreksi-koreksi atas penyimpangan-penyimpangan yang timbul seawall mungkin. 3. Dapat
mengidentifikasi
hambatan-hambatan
yang
timbul
dan
mengatasinya secara terarah. 4. Dapat menghindari adanya kegiatan yang tidak terarah dan terkontrol. Bambang dan Kartasapoetra (2008: 4) mengemukakan bahwa dalam usaha produksi yang dilangsungkan oleh suatu pabrik pada umumnya terdapat tiga komponen biaya dasar, yaitu: 1. Biaya bahan (material) langsung, 2. Biaya tenaga kerja langsung
27
3. Biaya Overhead atau biaya umum. Biaya bahan langsung (direct material cost) adalah biaya bahan-bahan yang secara langsung dipergunakan dalam produksi 2.1.5. Pengertian Tanaman Pangan Pengertian tanaman pangan adalah tanaman yang dimanfaatkan sebagai bahan makanan sehari-hari yang dapat memenuhi kebutuhan karbohidrat didalam tubuh. Bisa dibilang bahwa bahan makanan ini merupakan hal yang paling harus ada pada saat kita makan, walaupun sebagian orang mengurangi makanan yang mengandung karbohidrat karena alasan takut gemuk. Di Indonesia terdapat banyak sekali jenis tanaman pangan yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan makanan penghasil karbohidrat, yang paling utama adalah nasi, nasi berasal dari tanaman padi. Nasi merupakan makanan pokok orang Indonesia, kurang lengkap rasanya makan jika tidak memakai nasi. Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber daya hayati dan air, baik yang diolah maupun tidak diolah yang diperuntukan sebagai makanan atau minuman bagi konsumsi manusia. Termasuk di dalam pengertian pangan adalah bahan tambahan pangan, bahan baku pangan, dan bahan-bahan lainnya yang digunakan dalam proses penyiapan, pengolahan, dan/atau pembuatan makanan dan minuman. Pengertian pangan di atas merupakan definisi pangan yang dikeluarkan oleh badan dunia untuk urusan pangan, yaitu Food and Agricultural Organization (FAO). Berkaitan dengan kebijakan ketahanan pangan, pengertian pangan dikelompokkan berdasarkan pemrosesannya, yaitu:
28
1) Bahan makanan yang diolah, yaitu bahan makanan yang dibutuhkan proses pengolahan lebih lanjut, sebelum akhirnya siap untuk dikonsumsi. Pemrosesan di sini berupa proses pengubahan bahan dasar menjadi bahan jadi bahan setengah jadi untuk tujuan tertentu dengan menggunakan teknik tertentu pula. Contoh bahan
makanan olahan adalah nasi, pembuatan sagu, pengolahan
gandum, pengolahan singkong, pengolahan jagung, dan lain sebagainya. 2) Bahan makanan yang tidak diolah, yaitu bahan makanan yang langsung untuk dikonsumsi atau tidak membutuhkan proses pnegolahan lebih lanjut. Jenis makanan ini sering dijumpai untuk kelompok buah-buahan dan beberapa jenis sayuran. Bahan baku pangan secara umum dapat dikatakan untuk diolah lebih lanjut ataupun dapat langsung dikonsumsi (tanpa diolah). Dalam proses pengolahan ini juga dibutuhkan bahan tambahan, berupa bumbu masak, bahan-bahan penyedap, dan bahan-bahan lainya yang berfungsi untuk pelengkap penyajian makanan. Pengertian pangan yang dimaksudkan dalam penelitian ini atau sesuai dengan konteks ketahanan pangan nasional difokuskan pada jenis pangan yang mendominasi kandungan karbohidrat. Jenis makanan atau pangan yang dimaksudkan terdiri atas beras, jagung, ketela, singkong, jenis ubi-ubian, dan jenis ketela. 2.1.6. Pengertian Tanaman Tumpang Sari Tumpang sari adalah suatu bentuk pertanaman campuran (polyculture) berupa pelibatan dua jenis atau lebih tanaman pada satu areal lahan tanam dalam waktu yang bersamaan atau agak bersamaan. Tumpang sari yang umum dilakukan
29
adalah penanaman dalam waktu yang hampir bersamaan untuk dua jenis tanaman budidaya yang sama, seperti jagung dan kedelai, atau jagung dan kacang tanah. Dalam kepustakaan, hal ini dikenal sebagai double-cropping. Penanaman yang dilakukan segera setelah tanaman pertama dipanen (seperti jagung dan kedelai atau jagung dan kacang panjang) dikenal sebagai tumpang gilir (relay cropping). Tumpang sari dapat pula dilakukan pada pertanaman tunggal (monokultur) suatu tanaman perkebunan besar atau tanaman kehutanan sewaktu tanaman pokok masih kecil atau belum produktif. Hal ini dikenal sebagai tumpang sela (intercropping). Jagung atau kedelai biasanya adalah tanaman sela yang dipilih. Sistem budidaya surjan, suatu bentuk kearifan lokal dari Yogyakarta selatan, juga dapat digolongkan sebagai tumpang sari. Konsep serupa tumpang sari dapat diperluas dalam kelas usaha tani lain. Dalam kehutanan, kombinasi pertanaman antara tanaman semusim dengan pohon hutan dikenal sebagai wana tani. Suatu konsep serupa juga diterapkan bagi budidaya padi dan ikan air tawar pada lahan sawah yang dikenal sebagai mina padi. Pola penanaman tumpang sari dapat memaksimalkan lahan dibandingkan pola monokultur karena: 1. Hasil panen pada lahan tidak luas bisa beberapa kali dengan usia panen dan jenis tanaman berbeda, 2. petani mendapat hasil jual yang saling menguntungkan atau menggantikan dari tiap jenis tanaman berbeda dan, 3. resiko kerugian dapat ditekan karena terbagi pada setiap tanaman.
30
Penggunaan pupuk majemuk dalam tumpang sari lebih menguntungkan karena:
lebih murah dibandingkan dengan pupuk tunggal dan,
pemakaiannya sekali.
2.1.7. Pembangunan Sektor Pertanian Peranan sektor pertanian dalam pembangunan ekonomi sangat penting karena sebagian anggota masyarakat di Negara-negara miskin menggantungkan hidupnya pada sektor tersebut. Para perencana harus sungguh-sungguh memperhatikan kesejahteraan masyarakatnya, maka satu-satunya cara adalah dengan meningkatkan kesejahteraan sebagian besar anggota masyarakatnya yang hidup di sektor pertanian itu. Cara itu bisa ditempuh dengan cara meningkatkan produksi tanaman pangan dan tanaman perdagangan mereka dan atau menaikan harga yang mereka terima atas produk-produk yang mereka hasilkan. Tentu saja tidak semua kenaikan output akan menguntungkan sebagian besar penduduk pedesaan yang bergerak dibidang pertanian itu. Lahirnya sistem mekanisme, perkebunan-perkebunan besar, dan lain-lain bisa saja hanya akan menguntungkan petani-petani kaya saja. Dengan kata lain, kenaikan output pertanian bukanlah merupakan syarat yang cukup untuk mencapai kenaikan kesejahteraan masyarakat pedesaan, namun merupakan syarat yang penting. Pertumbuhan ekonomi sebagai kenaikan Gross Domestic Product tanpa memandang apakah kenaikan itu lebih besar atau lebih kecil dari tingkat pertumbuhan penduduk, atau apakah perubahan struktur ekonomi terjadi atau tidak. Padat pula diartikan sebagai proses multidimensional menuju kea rah yang
31
lebih baik namun dilihat dari segi pendapatan dan output, atau lebih menitik beratkan pada aspek kuantitas saja. Namun demikian umumnya para ekonom memberikan istilah sama pada kedua istilah tersebut. Mereka mengartikan pertumbuhan atau pembangunan ekonomi sebagai Gross Domestic Product saja. Dalam penggunaan yang lebih umum, istilah pertumbuhan ekonomi biasanya digunakan untuk menyatakan perkembangan ekonomi di Negara-negara maju, sedangkan istilah pembangunan ekonomi untuk menyatakan perkembangan ekonomi di Negara sedang berkembang (Lincoln Arsyad,2004:13). Suatu perekonomian baru dapat dinyatakn dalam keadaan berkembang jika pendapatan perkapita menunjukan kecenderungan jangka panjang yang menaik. Namun tidak berarti pendapatan perkapita akan menunjukan kenaikan terusmenerus. Adanya resesi ekonomi, penurunan impor, kekacauan politik. Dapat mengakibatkan
perekonomian
mengalami
penurunan
tingkat
kegiatan
ekonominya. Jika kegiatan demikian hanya bersifat sementara dan kegiatan ekonomi secara rata-rata meningkat dari tahun-ketahun maka masyarakat tersebut dapat dikatakan mengalami pembangunan ekonomi. Pertumbuhan pada sektor pertanian sangat
terkait dengan teori
pertumbuhan The Law of Diminishing Return dari David Ricardo. Dimana terdapat hukum hasil yang semakin berkurang. Pertumbuhan pada sektor pertanian juga terbatas pada aspek kuantitas atau pendapatan output saja. Di dalam sektor pertanian ternyata berlaku fluktuasi produksi akibat penggunaan faktor produksi yang digunakan. Dalam kenyataannya terdapat hukum hasil yang
32
semakin berkurang “The Law of Diminishing Return”. Berkenaan dengan hokum ini David Ricardo menyatakan bahwa apabila input variabel ditambahkan penggunaannya sedangkan input lain tetap maka tambahan output yang dihasilkan dari setiap tambahan 1 unit input yang ditambahkan tadi mula-mula naik tetapi kemudian akan menurun apabila input variabel tersebut terus ditambah. Input tetap adalah tanah dimana dikatakan input tetap karena tanah bersifat tetap tetap berapapun variabel yang digunakan. Dan input variabel adalah tenaga kerja dan modal (produk marjinal) dari tenaga kerja dan capital akan menurun dengan semakin banyaknya kedua input variabel ini digunakan pada sebidang tanah (Lincolin Arsyad. 2004). 2.1.8. Tahap-tahap pembangunan pertanian Ada 3 tahap perkembangan pembangunan pertanian, antara lain yaitu: 1. Pertanian Tradisional Dalam pertanian tradisional, produksi dan konsumsi sama banyaknya dan hanya satu atau dua tanaman saja(biasanya jagung atau padi) yang merupakan sumber pokok bahan makanan. Produksi dan produktivitasnya rendah karena hanya menggunakan peralatan sangat sederhana (teknologi yang dipakai rendah). Penanaman atau penggunaan modal hanya sedikit saja, sedangkan tanah dan tenaga kerja manusia merupakan faktor produksi yang dominan. Pada tahap ini hukum oenurunan hasil (The Law of Diminishing Return) berlaku karena terlampau banyak tenaga kerja yang pindah bekerja di lahan pertanian yang sempit. Kegagalan panen karena hujan, atau kurang suburnya tanah, atau karena tindakan-tindakan pemerasan oleh para rentenir, merupakan hal
33
yang sangat ditakuti oleh para petani. Tenaga kerja banyak yang mengganggur sepanjang tahun, walaupun para pekerja tersebut mungkin bekerja penuh pada musim tanam dan musim panen. Para petani biasanya hanya menggarap tanah hanya sebanyak yang biasa digarap oleh keluarganya saja, tanpa memerlukan tenaga kerja bayaran, walaupun ada sekali. Keadaan lingkungan sangat statis, teknologi sangat terbatas dan sederhana, sistem kelembagaan social, pasar-pasar terpencar jauh, serta jaringan komunikasi antara daerah pedesaan dan perkotaan yang kurang memadai cenderung akan menghambat perkembangan produksi. Dalam keadaan demikian, kekuatan motivasi utama dalam kehidupan para petani ini barangkali bukanlah meningkatkan penghasilan, tetapi berusaha untuk bisa mempertahankan kehidupan keluarganya. 2. Tahap Pertanian Tradisional Menuju Pertanian Modern Tahap kedua adalah tahap penganekaragaman produk pertanian sudah mulai terjadi dimana produk pertanian sudah ada yang dijual ke sektor komersial, tetapi pemakaian modal dan teknologi masih rendah mungkin merupakan suatu tindakan yang tidak realistis jika mentransformasi secara cepat suatu sistem pertanian tradisional ke dalam sistem pertanian yang modern. Upaya untuk mengenalkan tanaman perdagangan dalam pertanian tradisional seringkali gagal dalam membantu petani untuk meningkatkan kehidupannya. Menggantungkan diri pada tanaman perdagangan bagi para petani kecil lebih mengundang resiko daripada pertanian subsistem murni karena resiko fluktuasi harga menambah keadaan menjadi lebih tidak menentu.
34
3. Pertanian modern Tahap yang ketiga adalah tahap yang menggambarkan pertanian modern yang produktifitasnya sangat tinggi yang disebabkan oleh pemakaian modal dan teknologi yang tinggi pula. Pada tahap ini produksi pertanian seluruhnya ditujukan untuk melayani keperluan pasar komersial. Pertanian modern bisa berbeda-beda dalam ukuran dan fungsinya. Mulai dari jenis pertanian buahbuahan dan sayur-sayuran yang ditanam secara intensif., sampai pada pertanian gandum dan jagung yang sangat besar seperti di Amerika Utara. Hampir semua menggunakan peralatan mekanis yang sangat hemat tenaga kerja, mulai dari jenis traktor yang paling besar dan mesin-mesin panen yang modern, sampai pada teknik-teknik penyemprotan udara yang memungkinkan satu keluarga bisa mengolah dan menemani beribu-ribu hektar tanah pertanian. 2.2. Kajian Empirik Tesa Rahayu (2014), menganalisis tentang “ Analisis Pendapatan Petani Padi Sawah di Nagari Gugua Kuranji Hilir Kecamatan Sungai Limau Kabupaten Padang Pariaman “. Di dalam penelitianya Tesa Rahayu menyimpulkan yaitu, 1. Biaya Biaya total eksplisit rata-rata petani padi sawah adalah Rp. 1.742.387 dan biaya total rata-rata implicit Rp. 778.764 sehingga didapat total biaya rata-rata responden (biaya eksplisit + biaya implisit) adalah Rp. 2.521.151 per satu kali periode tanam. 2. Penerimaan
35
Produksi yang diperoleh rata-rata 0,99 ton dan harga dari hasil produksi Rp. 4.581.604 maka di dapat total penerimaan rata-rata responden (produksi yang diperoleh X harga dari hasil produksi) adalah Rp. 4.535.788 per satu kali periode tanam. 3. Keuntungan Penerimaan rata-rata Rp. 4.535.788 dan total biaya rata-rata Rp. 2.521.151 maka didapat total keuntungan rata-rata responden (penerimaan-biaya total) adalah Rp. 2.014.637 per satu kali periode tanam. 4. R/C Pendapatan Rp. 2.793.401 dan biaya total Rp. 2.521.151 maka didapat total Rp. 2.521.151 maka didapat total R/C Ratio rata-rata (Pendapatan / biaya total) adalah 1,1. Fatmawati M. Lumintang (2013), menganalisis tentang” Analisis Pendapatan Pendapatan Petani Padi di Desa Teep Kecamatan Langowan Timur”. Biaya produksi berpengaruh terhadap pendapatan petani dalam pengelolaan usaha tani. Penelitian ini bertujuan, menganalisa potensi produksi petani serta, menganalisa tingkat pendapatan petani padi yang ada di desa teep. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah primer. Metode yang di gunakan adalah metode analisis deskriptif dan analisis kelayakan usaha yang berujuan untuk mengetahui besarnya penggunaan faktor produksi. Hasil penelitian menunjukan bahwa besar kecilnya pendaptan usaha tani padi di Desa Teep di pengaruhi oleh penerimaan dan biaya produksi. Bagi petani agar terjadi peningkatan pendapatan maka diharapkan para petani dapat menekan biaya produksi.
36
2.3. Kerangka Pemikiran Pendapatan dilihat dari dua sisi yaitu penerimaan petani dari hasil produksi dan biaya yang dikeluarkan petani. Dalam penerimaan petani terdiri dari luas lahan dan hasil produksi, sedangkan biaya terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel kemudian diaanalisis dengan rumus pendapatan bersih untuk menarik sebuah kesimpulan.
Petani Padi Sawah
Analisis Produksi dan Pendapatan Petani
Luas Lahan
Hasil Produksi
Biaya Produksi
Biaya Tetap
Biaya Variabel
Pendapatan Bersih P = TR – TC
Kesimpulan/Saran
Gambar 2.1. Kerangka Pemikiran
37
BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi Penelitian Penelitian ini akan dilakukan di Desa Wuura Kecamatan Mowila Kabupaten Konawe Selatan dengan obyek studi produksi sektor tanaman pangan dan pendapatan petani. 3.2. Populasi dan Sampel 3.2.1. Populasi Arikunto (2008:108), memberikan pengertian tentang Populasi adalah yaitu keseluruhan subyek penelitian. Dari pengertian tersebut dapat ditarik kesimpulan, bahwa populasi dalam penelitisan ini meliputi segala sesuatu yang akan dijadikan subyek/obyek penelitian. Adapun yang menjadi Populasi dalam penelitian ini adalah semua petani padi sawah yang bertani padi di Desa Wuura Kecamatan Mowila Kabupaten Konawe Selatan. Jumlah petani padi sawah pada Desa Wuura sebanyak 300 orang petani. 3.2.2. Sampel Ridwan (2007) mengatakan bahwa: sampel adalah bagian dari populasi, sampel penelitian adalah sebagian dari populasi yang diambil sebagai sumber data dan dapat mewakili seluruh populasi. Sampel dalam penelitian ini diambil 10% dari populasi, maka diperoleh 30 orang adapun wilayah yang diambil yatitu pada Desa Wuura yang ada di Kecamatan Mowila Kabupaten Konawe Selatan.
37
38
3.3. Jenis dan Sumber Data 3.3.1. Jenis Data Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan studi deskriptif dengan mengumpulkan data yang terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari survey lapangan menyangkut obyek yang akan diteliti dan disesuaikan dengan kebutuhan. Data juga diperoleh dari wawancara terhadap responden masyarakat lokal pada lokasi penelitian. Data sekunder diperoleh dari beberapa instansi yang terkait dengan penelitian ini. 3.3.2. Sumber Data Data-data yang dibutuhkan dalam penelitian ini diperoleh dari: Kantor Dinas Pertanian Kabupaten Konawe Selatan , Kantor Statistik Kabupaten Konawe Selatan dan Kantor Pemerintahan Kecamatan Mowila untuk memperoleh data Geografis dan Demografis. 3.4. Teknik Pengumpulan Data Untuk memperoleh data dalam penelitian ini digunakan beberapa teknik pengumpulan data yaitu: Teknik Pengamatan atau observasi meliputi berbagai hal yang menyangkut pengamatan kondisi fisik dan aktifitas pada lokasi penelitian. Teknik kuisioner adalah bentuk pertanyaan terstruktur yang diberikan kepada responden sesuai dengan masalah penelitian.
39
Teknik wawancara yaitu kegiatan mengajukan pertanyaan melalui wawancara guna memperoleh informasi melalui tanya jawab secara langsung dengan responden dan informan. 3.5. Teknik Analisis Data Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah menganalisis data primer yang dikumpulkan melalui kuisioner yang telah dibuat terlebih dahulu yang memuat daftar pertanyaan yang dibutuhkan dalam penelitian. Data yang diperoleh diklasifikasi, ditabulasi, dan diolah sesuai dengan alat analisis yang dipakai: Analisis Pendapatan Bersih Untuk menghitung pendapatan bersih usahatani terlebih dahulu harus diketahui tingkat pendapatan total dan pengeluaran pada periode tertentu. Pendapatan
total
petani
dihitung
dengan
persamaan
sebagai
(Boediono,1993:105): Pendapatan total = TR = PxQ Dimana : TR = Total Revenue = pendapatan total petani (Rp) Q = Quantitas = jumlah produk yang dihasilkan Pendapatan bersih petani diperoleh dengan rumus sebagai berikut: P = TR – TC TR = P x Q TC = TFC + TVC
berikut
40
P adalah pendapatan bersih yang diperoleh petani dengan mengurangi pendapatan total dengan biaya total. TR adalah pendapatan total dari penjualan jumlah produk yang dihasilkan (jumlah produk dikalikan harga yang berlaku). 4.6.Definisi Operasional 1. Produksi adalah besarnya jumlah baik produksi yang dihasilkan petani dalam sekali masa tanam dihitung dalam ton. 2. Biaya variabel adalah biaya yang jumlahnya senantiasa berubah seiring dengan perkembangan usaha yaitu pengadaan bibit, pupuk, obat/pestisida, dan tenaga kerja. 3. Biaya tetap adalah biaya yang jumlahnya tidak berubah-ubah yaitu biaya perawatan dan biaya lain-lain. 4. Pendapatan bersih petani padi adalah jumlah yang diterima dari hasil usahatani padi dan merupakan selisih antara nilai produksi dengan total biaya produksi yang dikeluarkan dihitung dalam satuan rupiah.
41
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Wilayah Penelitian 4.1.1. Karakteristik Fisik Lokal 4.1.1.1. Letak Geografis
Kabupaten Konawe Selatan Letak geografis Kabupaten Konawe Selatan
terletak pada koordinat
3º.58.56- 4º.31.52 lintang selatan dan 121º,58- 123º,16 bujur timur. Batas ²daerah Kabupaten Konawe Selatan yaitu: sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Lambuya, Pondidaha dan sampara Kabupaten Konawe serta baruga dan poasia Kota Kendari. Sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Rumbia Kabupaten Bombana dan Lambandia serta Ladongi Kabupaten Konawe Selatan. Sebelah selatan berbatasan dengan Pulau Tobea Besar dan Selat Tiworo Kabupaten Muna dan Kabupaten Buton. Sebelah Timur berbatasan dengan Laut Banda dan Laut Maluku. Luas wilayah daratan Kabupaten Konawe Selatan, 451.420 Ha atau 11,83 persen dari luas wilayah daratan Sulawesi Tenggara. Sedangkan luas wilayah perairan (laut) ± 9.368 km². Selain jazirah tenggara pulau Sulawesi, terdapat juga pulau kecil yaitu pulau Cimpedak.
Kecamatan Mowila Kondisi geografis Kecamatan Mowila membentang dari selatan ke utara
menyebabkan perbedaan jarak dari masing-masing Desa ke Ibu Kota Kecamatan (Mowila). Desa terdekat dari Ibu Kota Kecamatan adalah Desa Mataiwoi (±1Km)
41
42
sedangkan Desa terjauh adalah Desa Puuwehuko(±7 Km). Kecamatan Mowila memiliki wilayah dataran, dengan batas-batas wilayah sebagai berikut: sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Pondidaha, sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Baito, sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Landono, dan sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Angata. Kecamatan Mowila merupakan wilayah dataran yang memiliki wilayah seluas 127,41 km² atau 2,82 persen dari luas wilayah daratan Kabupaten Konawe Selatan. Kecamatan mowila mempunyai 20 wilayah desa dengan desa yang terluas adalah desa Puwehuko dengan luas wilayah 28,14 km² atau 22,09 persen dari luas Kecamatan Mowila. Untuk desa terkecil adalah desa Pudahoa dengan luas 0,98 km² atau 0,77 persen dari luas Kecamatan Mowila.
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 I5 16 17 18 19 20
Tabel 4.1 Luas Wilayah Kecamatan Mowila Menurut Desa Desa Luas (km²) % (presentase) Wuura 8,15 6,40 Lamolori 4,26 3,33 Rakawuta 3,06 2,40 Toluwonua 5,78 4,54 Mowila 2,97 2,33 Pudahoa 0,98 0,77 Puwehuko 28,14 22,09 Kandoano 16,25 12,75 Mulyasari 2,79 2,19 Monapa 2,41 1,89 Ranombayasa 5,46 4,29 Punggulahi 2,30 1,80 Ranoaopa 2,53 1,99 Lalosingi 1,40 1,10 Mataiwoi 6,38 5,0 Wonua Kongga 4,05 3,18 Lamebara 7,40 5,81 Wonuasari 2,49 1,95 Tetisingi 11,92 9,35 Wonua Monapa 8,69 6,82 Jumlah 127,41 100
Sumber : BPS Kabupaten Konawe Selatan Tahun 2015
43
4.1.1.2. Topografi dan Administratif Secara umum Kecamatan Mowila memiliki topografi hamparan dan lereng dengan sedikit dataran rendah yang berpotensi sebagai lahan pertanian. Akses dari Ibukota Kecamatan keseluruh desa di wiliyah Kecamatan Mowila relatif mudah, karena semua desa dapat dilewati dengan kendaraan roda empat maupun roda dua. Wilayah administrasi pemerintahan Kecamatan Mowila dengan Ibukota Kecamatan adalah Desa Mowila, terdiri dari 20 desa adalah Desa definitif. Dalam setiap desa di Kecamatan Mowila telah terbentuk antara 3 sampai 4 Dusun, dimana untuk setiap Dusun terdiri dari 2 Rukun tetangga (RT). Dalam setiap Desa di Kecamatan Mowila telah dilengkapi dengan aparat desa, mulai sekretaris Desa (Sekdes) sampai dengan Kepala Urusan (Kaur). Dalam menjalankan tugas seharihari semua desa telah
memiliki kantor. Untuk sarana dan prasarana lainnya
seperti Balai Desa dan sanggar PKK hampir semua Desa telah ada. Pada tahun 2011 jumlah prasarana pertahanan sipil desa/kelurahan di Kecamatan Mowila berjumlah 34 buah. Sedangkan jumlah personil pertahanan sipil berjumlah 169 orang. 4.1.1.3 Iklim dan Musim Adapun iklim daan musim Kecamatan Mowila identik dengan daerahdaerah lain di Indonesia, di Kecamatan Mowila di kenal dengan dua musim yaitu musim kemarau dan musim penghujan. Keadaan musim banyak dipengaruhi oleh arus angin yang bertiup di atas wilayahnya. Pada bulan November sampai dengan Maret, angin banyak mengandung uap air yang berasal dari Benua Asia dan
44
Samudra Pasifik, setelah sebelumnya melewati beberapa lautan, pada bulan-bulan tersebut terjadi musim penghujan. Demikian pula pada bulan April, arus angin selalu tidak menentu dengan curah hujan kadang-kadang kurang dan kadang-kadang lebih. Musim ini oleh para pelaut setempat dikenal dengan musim pancaroba. Sedangkan pada bulan Mei sampai dengan Agustus, angin bertiup dari arah Timur yang berasal dari Benua Australia kurang mengandung uap air. Hal ini mengakibatkan minimnya curah hujan yang terjadi di daerah ini. Pada bulan Agustus sampai dengan Oktober terjadi musim kemarau. Hal ini sebagai akibat dari perubahan kondisi alam yang sering tidak menentu, keadaan musim juga sering menyimpang dari kebiasaan. Curah hujan di Kecamatan Mowila pada tahun 2014 mencapai 2.124,9 mm dalam 185 hari hujan (HH). Sedangkan suhu udara dipengaruhi oleh berbagai faktor, perbedaan ketinggian dari permukaan air laut mengakibatkan perbedaan suhu untuk masing-masing tempat dalam satu wilayah. Secara keseluruhan, Kecamatan Mowila merupakan daerah yang bersuhu tropis. Berdasarkan data yang ada, diperoleh dari pangkalan Udara Wolter Monginsidi, selama tahun 2014 suhu udara maksimum 32°C Dan minimum 22°C . Tekanan udara rata-rata 1.011,5 milibar dengan kelembaban udara rata-rata 82 persen. Kecepatan angin pada umumnya berjalan normal yaitu sekitar 3 m/sec.
45
4.1.2. Karakteristik Kependudukan 4.1.2.1. Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin Jumlah Penduduk terbanyak di Kecamatan Mowila terdapat pada desa Pudahoa dengan jumlah penduduk 1240 orang, dengan jumlah penduduk laki-laki sebanyak 805 orang dan jumlah penduduk perempuan sebanyak 435 orang. Sedangkan jumlah penduduk terkecil terdapat pada Desa Wonua Kongga dengan jumlah penduduk sebanyak 257 orang. Komposisi penduduk Kecamatan Mowila menurut jenis kelamin per desa selengkapnya disajikan pada tabel 4.2 berikut ini: Tabel 4.2 Komposisi Penduduk Kecamatan Mowila Menurut Jenis Kelamin Menurut Desa/ Kelurahan Tahun 2014 No Desa/ Kelurahan Laki-laki Perempuan Jumlah 1 Wuura 260 263 523 2 Lamolori 364 313 677 3 Rakawuta 401 338 739 4 Toluwonua 312 281 593 5 Mowila 577 597 1174 6 Pudahoa 805 435 1240 7 Puwehuko 216 192 408 8 Kandoano 474 434 908 9 Mulyasari 335 319 654 10 Monapa 352 326 678 11 Ranombayasa 177 186 363 12 Punggulahi 188 177 365 13 Ranoaopa 184 183 367 14 Lalosingi 387 312 699 15 Mataiwoi 314 362 676 16 Wonua Kongga 129 128 257 17 Lamebara 228 204 432 18 Wonuasari 221 205 426 19 Tetisingi 237 234 471 20 Wonua Monapa 284 273 557 Jumlah 6.467 Sumber : BPS Kabupaten Konawe Selatan (2014)
5.785
12.252
46
Tabel 4.3 Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis kelamin Tahun 2014 Kelompok Umur Laki-laki Perempuan Total 0-4 28 44 72 5-9 40 24 64 10-14 30 32 62 15-19 20 24 44 20-24 20 23 43 25-29 22 24 46 30-34 22 22 44 35-39 19 20 39 40-44 13 17 30 45-49 10 9 19 50-54 11 6 17 55-59 9 5 14 60-64 6 5 11 65+ 10 8 18 Jumlah 260 263 523 Sumber : BPS Kabupaten Konawe Selatan 2014 Berdasarkan tabel 4.3. diatas tentang jumlah penduduk Desa Wuura pada tahun 2014 sebanyak 523 jiwa. Penduduk terbanyak di Desa Wuura didominasi oleh jenis kelamin perempuan sebanyak 263 jiwa, sedangkan untuk jenis kelamin laki-laki sebanyak 260 jiwa. Berdasarkan kelompok umur jumlah penduduk terbanyak terdapat pada kelompok umur 0-4 tahun dengan jumlah 72 orang. 4.1.3. Kondisi Pertanian Kabupaten Konawe Selatan 4.1.3.1. Kondisi Luas Lahan Kabupaten Konawe Selatan Kabupaten Konawe Selatan dalam angka 2015 menunjukan luas lahan Kabupaten Konawe Selatan terbagi menjadi Sembilan fungsi, dimana yang paling besar adalah lahan untuk tambak, kolam, empang, dan hutan Negara(28,38%), pekarangan/tanah untuk bangunan (26,09%), dan 17,37 persen merupakan lahan perkebunan. Luas lahan sawah (irigasi dan non irigasi) yang ada di Kabupaten Konawe Selatan pada tahun 2014 sebesar 23.351 hektar atau sekitar 5,17 persen
47
dari total luas wilayah Kabupaten Konawe Selatan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.4. berikut: Tabel 4.4. Presentase Luas Lahan Kabupaten Konawe Selatan menurut Fungsinya,2014 No Jenis Lahan Presentase (%) 1 Tanah Sawah 5,17 2 Tegal/Kebun 7,71 3 Padang Rumput 1,49 4 Lahan Tanaman Kayu-Kayuan hutan rakyat 4,96 5 Tambak, Kolam, Empang, Hutan Negara dll 28,38 6 Pekarangan/Tanah Untuk Bangunan 26,09 7 Ladang/Huma 4,85 8 Lahan Kosong 3,93 9 Perkebunan 17,37 Jumlah 100 Sumber : BPS Kabupaten Konawe Selatan 2014 Luasan lahan Kabupaten Konawe Selatan menurut jenisnya didominan oleh lahan pertanian bukan sawah yaitu sebesar 310.255 hektar pada tahun 2014. Lahan pertanian bukan sawah terdiri dari tegal, ladang, lahan yang sementara tidak diusahakan, lainya (perkebunan, hutan rakyat, tambak dan kolam). Sedangkan luasan lahan yang terkecil digunakan untuk lahan sawah yaitu sebesar 16.716 hektar pada tahun 2014. Luasan ini tidak lebih besar dari luas lahan sawah tahun 2012 dan 2013, yaitu sebesar 24.065 dan 25.875 hektar. Hal ini dapat terjadi karena adanya pengalihan fungsi lahan pertanian menjadi pemukiman, kebun, ladang, dan lain-lain. Fakta ini dapat dilihat dalam Tabel 4.5 yang menunjukkan adanya peningkatan luas lahan bukan pertanian pada tahun 2013 dan 2014 sebesar 63.765 hektar.
48
Tabel 4.5. Luas Lahan Kabupaten Konawe Selatan Menurut Jenisnya, 2012 - 2014
Sumber: BPS Kabupaten Konawe Selataan Tahun 2014 4.1.3.2. Kondisi Produksi Padi di Kabupaten Konawe Selatan Berdasarkan kontribusinya, pada tahun 2014 Kabupaten Konawe Selatan merupakan penyumbang produksi padi terbesar kedua setelah Kabupaten Konawe di wilayah Propinsi Sulawesi Tenggara, yaitu sebesar 13,82 persen. Tabel 4.6 menunjukkan luas panen padi (padi sawah dan padi ladang) pada tahun 2014 adalah 22.126 Ha. Hasil perhektar pada tahun 2014 sebesar 41.07 kw. Sedangkan hasil produksi pada tahun 2014 sebesar 90.867 ton. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.6 berikut.
49
Tabel 4.6. Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Padi Kabupaten Konawe Selatan No Kondisi Pertanian Tahun 2012 2013 2014 1 Luas Panen (ha) 28.789 26.089 22.126 2 Hasil perhektar (kw) 40,48 41 41,07 3 Produksi (ton) 116,543 106,968 90,867 Sumber : BPS Kabupaten Konawe Selatan 2014 Produksi komoditi padi masih didominasi oleh padi sawah. Tabel 4.7 menunjukkan perkembangan luas panen, produksi dan produktivitas padi sawah dan padi ladang pada tahun 2014. Sebanyak 88.048 ton dihasilkan dari lahan sawah yang dipanen seluas 21.242 hektar dengan produktivitas 41,45 kuintal per hektar. Sementara itu komoditi padi ladang diproduksi sebanyak 2.818 ton dari lahan ladang yang dipanen seluas 884 hektar dengan produktivitas 31,89 kuintal per hektar. Fakta di atas menunjukkan bahwa padi sawah lebih berpotensi untuk dikembangkan di Kabupaten Konawe Selatan. Namun, alasannya luas lahan tersedia selain itu produktifitas lebih besar dibanding padi ladang. Kontribusi komoditi padi ladang dalam sektor pertanian di Kabupaten Konawe Selatan juga perlu mendapat perhatian. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.7. berikut. Tabel 4.7. Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Padi Sawah dan Padi Ladang Kabupaten Konawe Selatan Tahun 2014 No Kondisi Pertanian Jenis Lahan Padi Sawah Padi Ladang 1 Luas Panen (ha) 21.242 884 2 Hasil perhektar (kw) 41,45 31,89 3 Produksi (ton) 88.048 2.818 Sumber : BPS Kabupaten Konawe Selatan 2014
50
4.2. Hasil Penelitian 4.2.1. Karakteristik Responden Karakteristik responden yang mengusahakan produksi padi sawah di wilayah penelitian dimaksud adalah jenis kelamin, kelompok usia dan tingkat pendidikan para produsen padi sawah di wilayah penelitian. Lebih jelasnya diuraikan sebagai berikut: a. Jenis kelamin Berdasarkan jenis kelamin, petani padi sawah yang ada di Desa Wuura Kecamatan Mowila Kabupaten Konawe Selatan mayoritas berjenis kelamin lakilaki. Lebih jelasnya ditampilkan melalui tabel berikut: Tabel 4.8. Petani Padi Sawah Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis Kelamin Jumlah Responden (Orang) Laki-laki 25 Perempuan 5 Jumlah 30 Sumber: Data Primer, Tahun 2016 (diolah)
Persentase (%) 83,33 16,66 100
Tabel 4.8. di atas menunjukan bahwa sebanyak 25 responden (83,33%) adalah laki-laki sedangkan perempuan sebanyak 5 responden (16,66%). Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pada umumnya petani padi sawah adalah lakilaki. b. Kelompok Usia Umur seseorang akan sangat berpengaruh terhadap aktivitasnya dalam memenuhi kebutuhanya sehari-hari. Sesuai hasil penelitian dengan menggunakan kuisioner, dan hasil kuisioner sampel yang diteliti termasuk dalam kategori usia
51
produktif sekitar 20-40 tahun, ini merupakan potensi untuk meningkatkan produksi padi di wilayah penelitian. Lebih jelasnya ditampilkan melalui tabel berikut: Tabel 4.9. Petani Padi Sawah di Wilayah Penelitian Berdasarkan Kelompok Usia Kelompok Usia (Tahun) Jumlah Responden (Orang) 15-19 0 20-30 2 31-40 20 >41 8 Jumlah 30 Sumber: Data Primer, Tahun 2016 (diolah)
Persentase (%) 0 6,66 66,66 26,66 100
Tabel 4.9. di atas menunjukan bahwa petani terbanyak berusia antara 31-40 tahun yaitu sebanyak 20 responden (66,66%). Mereka merupakan petani produktif yang berusia antara 20-30 tahun, sehingga merupakan potensi karena masih usia muda dan dapat ditingkatkan produksinya. c. Pendidikan Tinggi rendahnya pendidikian seseorang akan dapat mempengaruhi pola pikir, sikap dan tindakannya dapat juga dilihat dari potensi sumber daya bidang pertanian. Sesuai hasil penelitian diperoleh temuan bahwa mayoritas responden yang diteliti memiliki tingkat pendidikan yang relatif rendah sehingga peningkatan produktivitasnya bisa lambat meningkat karena faktor pendidikan. Lebih jelasnya ditampilkan melalui tabel berikut. Tabel 4.10. Petani Padi Sawah Berdasarkan Tingkat Pendidikan Tingkat Pendidikan Responden (Orang) SD 6 SMP 21 SMA 3 Jumlah 30 Sumber: Data Primer, Tahun 2016 (diolah)
Persentase (%) 20 70 10 100
52
Tabel 4.10. diatas menunjukan bahwa sebanyak 6 responden (20%) berpendidikan SD. Yang berpendidikan SMP sebanyak 21 responden (70%), Sehingga tingkat pendidikan ini masih kategori rendah, sehingga produktivitasnya akan berpengaruh. Kemudian yang berpendidikan SMA sebanyak 3 responden (10%). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tingkat pendidikan petani padi sawah di Desa Wuura Kecamatan Mowila Kabupaten Konawe Selatan yang diteliti tergolong rendah namun walaupun rendah, pengalaman mereka cukup memadai sehingga diharapkan produktivitas bisa meningkat, dan pendapatan mereka ikut meningkat. 4.2.2. Hasil Analisis di Wilayah Penelitian Salah satu aspek yang diperlukan untuk mengetahui produksi dan pendapatan petani padi sawah di Desa Wuura Kecamatan Mowila Kabupaten Konawe Selatan adalah melalui wawancara terhadap petani atau responden, dalam hal ini adalah masyarakat yang berprofesi sebagai petani. a. Luas Lahan Sawah yang di Tanami Padi Luas lahan yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu merupakan luas areal persawahan yang akan ditanami padi dimusim tertentu. Yang pada umumnya lahan sawah merupakan lahan pertanian yang berpetak-petak dan dibatasi oleh pematang saluran untuk menahan/ menyalurkan air yang biasanya ditanami padi sawah tanpa memandang darimana diperolehnya atau status tanah tersebut. Semua lahan pertanian yang dimiliki petani di Desa Wuura adalah miliknya sendiri sehingga petani tidak perlu mengeluarkan biaya untuk menyewa lahan. Sementara luas lahan berpengaruh terhadap produktivitas usaha tani dimana
53
usahatani dengan luas lahan yang lebih besar akan memeiliki produktivitas yang lebih tinggi daripada usahatani yang memiliki luas lahan pertanian yang lebih kecil. Luas lahan petani bervariasi, untuk lebih jelasnya mengenai luas lahan pada responden di lokasi penelitian dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4.11. Luas Lahan Sawah Yang di Tanami Padi No Luas Lahan (Hektar) Responden (Orang) 1 0,5 3 2 1 12 3 1,5 3 4 2 12 Jumlah 30 Sumber: Data Primer, Tahun 2016 (diolah)
Persentase (%) 10 40 10 40 100
Berdasarkan tabel 4.11 di atas, mengenai luas lahan sawah responden yang ditanami padi di lokasi penelitian bervariasi. Yang memiliki luas lahan sebesar 0,5 hektar yaitu sebanyak 3 responden (10%). Untuk luas lahan sebesar 1 hektar yaitu sebanyak 12 responden (40%). Dan yang memiliki luas lahan 1,5 hektar yaitu sebanyak 3 responden (10%). Sedangkan yang memiliki luas lahan 2 hektar adalah sebanyak 12 responden (40%). Berdasarkan data di atas maka dapat disimpulkan bahwa dari 30 responden mayoritas luas lahan sawah yang ditanami padi adalah 1 hektar dan 2 hektar. b. Bibit yang diperlukan Jumlah bibit dan kualitas bibit sangat mempengaruhi hasil produksi padi sawah, ketika jumlah bibit banyak dan berkualitas bagus didukung dengan luas sawah maka akan mempengaruhi jumlah produksi padi. Bibit yang diperlukan saat musim beraneka ragam, untuk lebih jelasnya ditampilkan melalui tabel berikut:
54
Tabel 4.12. Bibit yang diperlukan saat musim tanam No Jumlah Bibit (kg) Responden (Orang) 1 100 12 2 75 3 3 50 12 4 35 3 Jumlah 30 Sumber: Data Primer, Tahun 2016 (diolah)
Persentase (%) 40 10 40 10 100
Berdasarkan tabel 4.12. diatas tanggapan responden mengenai bibit yang diperlukan saat musim tanam beraneka ragam. 40% responden menjawab 100 kg dan 50 kg bibit yang diperlukan saat musim tanam, sedangkan 10% responden menjawab memerlukan bibit sebesar 75 kg dan 35 kg saat musim panen. Jumlah bibit yang diperlukan petani saat musim tanam tiba bergantung pada luas sawah yang akan ditanami. Sedangkan untuk pengolahan sawah setiap tahun mengolah sawah 2 kali dalam setahun untuk menanam padi. Tabel 4.13. Hasil Produksi Padi Sawah di Desa Wuura Kecamatan Mowila Kabupaten Konawe Selatan No Hasil Produksi (Ton) Responden (orang) 1 4 12 2 3 3 3 2 12 4 1 3 Jumlah 30 Sumber: Data Primer, Tahun 2016 (diolah)
Persentase (%) 40 10 40 10 100
Berdasarkan tabel 4.13. diatas mengenai hasil padi sawah di desa Wuura Kecamatan Mowila Kabupaten Konawe Selatan dari 30 responden sebanyak 12 responden (40%) hasil produksi nya sebesar 4 ton, untuk hasil produksi 3 ton responden nya adalah 3 orang (10%). Dan untuk hasil produksi 2 ton responden nya adalah 12 orang (40%). Sedangkan untuk hasil produksi 1 ton responden nya adalah 3 orang (10%).
55
4.3. Analisis Pendapatan Yang diterima Petani Padi Sawah Desa Wuura Kecamatan Mowila Kabupaten Konawe Selatan 4.3.1. Penerimaan Usahatani Penerimaan dalam usahatani padi adalah perkalian antara produksi yang diperoleh dengan harga jual, hasil produksi padi sehingga penerimaan ditentukan oleh besar kecilnya jumlah produksi padi dan harga jual yang berlaku saat itu di wilayah penelitian. Dengan demikian bahwa penerimaan petani padi sawah beraneka ragam tergantung besar kecilnya hasil produksi padi saaat panen juga ditentukan luasan saawah yang dimiliki petani. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4.14. Penerimaan Petani Padi Sawah di Desa Wuura Kecamatan Mowila Kabupaten Konawe Selatan No Responden (orang) Penerimaan (Rp) Persentase (%) 1 12 12.000.000 40 2 3 9.000.000 10 3 12 6.000.000 40 4 3 3.000.000 10 Jumlah 30 252.000.000 100 Rata-rata 8.400.000 Sumber: Data Primer, Tahun 2016 (diolah) Tabel 4.14. di atas menjelaskan penerimaan petani padi sawah di Desa Wuura Kecamatan Mowila Kabupaten Konawe Selatan menunjukan jumlah keseluruhan penerimaan petani adalah Rp.252.000.000/MT, dengan rata-rata penerimaan petani padi adalah sebesar Rp.8.400.000/MT dengan harga jual Rp. 3.000/kg.
56
4.3.2. Biaya Usahatani Biaya usahatani padi adalah semua biaya yang dikeluarkan selama berusahatani. Biaya tersebut meliputi biaya variabel dan biaya tetap. Biaya variabel adalah biaya yang jumlahnya senantiasa berubah seiring dengan perkembangan usaha yaitu pengadaan bibit, pupuk, obat/pestisida, dan tenaga kerja. Sedangkan biaya tetap adalah biaya yang jumlahnya tidak berubah-ubah yaitu biaya perawatan seperti biaya peralatan tani dan biaya lain-lain. Lebih jelasnya mengenai rincian biaya ditampilkan melalui tabel berikut: Tabel 4.15. Biaya Petani Padi Sawah di Desa Wuura Kecamatan Mowila Kabupaten Konawe Selatan No 1 2 3 4
Responden Biaya Tetap (Rp) 12 1.000.000 3 700.000 12 600.000 3 400.000 Jumlah 22.500.000 Rata-rata 750.000
Biaya Variabel (Rp) 3.000.000 2.300.000 1.400.000 600.000 61.500.000 2.050.000
Jumlah Biaya (Rp) 4.000.000 3.000.000 2.000.000 1.000.000 84.000.000 2.800.000
Berdasarkan tabel 4.15 diatas mengenai biaya petani padi sawah di Desa Wuura Kecamatan Mowila Kabupaten Konawe Selatan menunjukan bahwa jumlah biaya tetap nya adalah Rp. 22.500.000/MT dengan
rata-rata Rp.
750.000/MT dari 30 masyarakat yang dijadikan responden. Untuk biaya variabel jumlahnya adalah Rp. 61.500.000/MT dengan rata-rata sebesar Rp.2.050.000/MT. Sedangkan jumlah biaya adalah sebesar Rp. 84.000.000/MT dengan rata-rata biaya sebesar Rp. 2.800.000/MT.
57
4.3.3. Pendapatan Usahatani Besarnya pendapatan yang diterima petani merupakan hasil dari jumlah produksi padi saat musim panen dikali dengan harga jual padi saat musim panen dengan satuan harga Rp. 3.000/kg dikurangi dengan total biaya yang terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel. Dimana biaya tetap terdiri dari biaya perawatan seperti biaya peralatan tani dan biaya lain-lain, sedangkan biaya variabel terdiri dari biaya pengadaan bibit, biaya pembelian pupuk, pembeliaan obat atau pestisida, dan biaya tenaga kerja. Besarnya pendapatan responden petani padi sawah dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut: P = TR – TC Pendapatan responden padi sawah dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4.16. Pendapatan Petani pada Usahatani Padi Sawah di Desa Wuura Kecamatan Mowila Kabupaten Konawe Selatan No
Responden
1 2 1 12 2 3 3 12 4 3 Jumlah Rata-rata
Total Penerimaan (Rp) 3 12.000.000 9.000.000 6.000.000 3.000.000 252.000.000 8.400.000
Total Biaya (Rp) 4 4.000.000 3.000.000 2.000.000 1.000.000 84.000.000 2.800.000
Total Pendapatan Bersih (Rp) 5=3-4 8.000.000 6.000.000 4.000.000 2.000.000 168.000.000 5.600.000
Berdasarkan tabel 4.16. diatas tentang pendapatan petani pada usahatani padi sawah di Desa Wuura Kecamatan Mowila Kabupaten Konawe Selatan menunjukan bahwa jumlah total pendapatan bersih petani padi sawah di Desa Wuura Kecamatan Mowila Kabupaten Konawe Selatan adalah sebesar
58
Rp.168.000.000/MT dengan
rata-rata pendapatan petani padi sawah adalah
Rp.5.600.000/MT, yang merupakan hasil pengurangan jumlah penerimaan dengan Namun pendapatan masing-masing petani bisa beragam karena, luasan produksi padi berbeda tiap petani, sehingga pendapatan bersih petani berbeda pula, seperti ditunjukan pada tabel 4.16 diatas. 4.4. Pembahasan Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa besar kecilnya pendapatan usahatani padi sawah yang diterima oleh penduduk di Desa dipengaruhi oleh penerimaan dan biaya produksi. Jika produksi dan harga jual padi sawah semakin tinggi, maka akan meningkatkan penerimaan. Apabila biaya produksi lebih tinggi dari penerimaan maka akan menyebabkan kerugian usaha para petani. Adapun pendapatan bersih yang diterima petani padi sawah di Desa Wuura berdasarkan hasil penelitian adalah sebesar Rp.168.000.000/MT dengan rata-rata pendapatan padi sawah adalah Rp.5.600.000/MT, yang merupakan hasil pengurangan jumlah penerimaan dengan jumlah biaya yang dikeluarkan selama satu musim tanam padi sawah. Diharapkan petani dapat menekan biaya produksi, terutama pada biaya benih, biaya obat, dan biaya tenaga kerja.
59
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan mengenai Analisis Produksi dan Pendapatan Petani Padi Sawah di Kecamatan Mowila Kabupaten Konawe Selatan,maka dapat disimpulkan bahwa: 1. Jumlah penerimaan petani padi sawah di Desa Wuura Kecamatan Mowila Kabupaten Konawe Selatan adalah sebesar Rp.252.000.000/MT dengan ratarata penerimaan sebesar Rp.8.400.000/MT. 2. Jumlah biaya yang dikeluarkan petani padi sawah di Desa Wuura Kecamatan Mowila Kabupaten Konawe Selatan adalah sebesar Rp.84.000.000/MT, dengan rata-rata biaya sebesar Rp.2.800.000/MT. untuk setiap petani, namun biaya yang dikeluarkan berbeda sesuai dengan luasan lahan garapannya. 3. Jumlah keseluruhan pendapatan petani padi sawah di Desa Wuura Kecamatan Mowila Kabupaten Konawe Selatan adalah sebesar Rp.168.000.000/MT, dengan rata-rata pendapatan petani sebesar Rp.5.600.000/MT, namun pendapatan bersih berdasarkan luas lahan garapan beragam.
59
60
5.2. Saran Sehubungan dengan kesimpulan mengenai analisis produksi dan pendapatan petani padi sawah maka perlu adanya saran-saran untuk pemerintah dalam hal penyediaan bibit unggul agar produktifitas dapat ditingkatkan, dan penyuluhan tentang teknik pengelolaan usahatani padi sawah terkait usaha peningkatan produksi padi sawah di Desa Wuura Kecamatan Mowila Kabupaten Konawe Selatan. Serta pengupayaan adanya toko tani untuk mendukung petani, yang diupayakan dari pemerintah daerah Kabupaten Konawe Selatan.
DAFTAR PUSTAKA Assauri. 2006. Manajemen Produksi dan Operasi. Jakarta: FE UI. Badan Pusat Statistik. 2015. Kecamatan Mowila dalam dalam Angka 2015. Sultra: Badan Pusat Statistik. Badan Pusat Statistik. 2015. Konawe Selatan dalam Angka 2015. Wakatobi: Badan Pusat Statistik. Boediono. 1993. Ekonomi Makro, Seri Sinopsis Pengantar Ilmu Ekonomi No.2, Edisi 4, Yogyakarta: BPFE. Daniel. 2002. Pengantar Ekonomi Pertanian. Jakarta: Bumi Aksara. Daniel, Moehar. 2002. Pengantar Ekonomi Pertanian, Bumi Aksara, Jakarta. Dumairy. 1999. Matematika Terapan untuk Bisnis dan Ekonomi. Yogyakarta: Anggota IKAPI. Firdaus, M. 2007. Manajemen Agribisnis. Edisi Perttama. Jakarta: Penerbit Bumi Aksara. Fuad, M. 2004. Pengantar Bisnis. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Gustiyana, H. 2004. Analisis Pendapatan Usahatani untuk Produk Pertanian. Jakarta. Salemba Empat. Kusnadi. 2006. Konflik Sosial Nelayan, Kemiskinan dan Perebutan Sumber Daya Alam. Yogyakarta: LKiS. Kuswadi. 2007. Analisis Keekonomian Proyek. Yogyakarta: PT. Andi. Lincolin, Arsyad. 2004. Ekonomi Pembangunan. Yogyakarta: Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN. Mulyadi. 2007. Sistem Akuntansi. Jakarta: Salemba Empat.
Mulyanto. 2007. Ilmu Lingkungan. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Mubyarto. 1995. Pengantar Ekonomi Pertanian PT. Pustaka LP3ES Indonesia, anggota IKAPI. Jakarta. Prawirokusumo, Soeharto. 1990. Ilmu Usaha Petani, BPEF, Yogyakarta. Sadono, Sukirno. 2006. Ekonomi Pembangunan Proses Masalah dan Dasar Kebijakan. Jakarta: Kencana. Saraswati, R dan Sumamo. 2008. Pemanfaatan Mikroba Penyubur Tanah sebagai Komponen Teknologi Pertanian. Iptek Tanaman Pangan. Simangunsong, Bintang. 2004. The Economic Performance of Indonesia Forest Sector in the period 1980-2002. Bogor: Institut Pertanian Bogor. Supriono. 2002. Akuntansi Manajemen. Jakarta: Salemba Empat. Soekartawi. 2002. Analisis Usaha Tani, UI – Press, Jakarta. Soekarwati. 2002. Analisis Usahatani. Jakarta: University Indonesia. Sutanto, R. 2006. Pertanian Organik. Penerbit Kasinius, Yogyakarta. Wirawan. 2009. Evaluasi Kinerja Sumber Daya Manusia Teori Aplikasi dan Penelitian. Jakarta. Penerbit: Salemba Empat. Yuwono, T. 2008. Bioteknologi Pertanian. Gadjah Mada University.
Tabel Penerimaan Petani Padi Sawah di Desa Wuura Kecamatan Mowila Kabupaten Konawe Selatan Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 Jumlah Rata-rat
Luas Sawah (Ha) 2 1 1,5 2 1 1 2 2 1 2 2 1 2 1 2 1 2 1 1,5 2 1 2 2 1,5 1 2 0,5 1 0,5 1 42 1,4
Hasil Produksi (Ton) 4 2 3 4 2 2 4 4 2 4 4 2 4 2 4 2 3 4 2 4 4 3 2 4 1 2 1 2 1 2 84 2,8
Penerimaan (Rp) 12.000.000 6.000.000 9.000.000 12.000.000 6.000.000 6.000.000 12.000.000 12.000.000 6.000.000 12.000.000 12.000.000 6.000.000 12.000.000 6.000.000 12.000.000 6.000.000 9.000.000 12.000.000 6.000.000 12.000.000 12.000.000 9.000.000 6.000.000 12.000.000 3.000.000 6.000.000 3.000.000 6.000.000 3.000.000 6.000.0000 252.000.000 8.400.000
Tabel Komponen Biaya Tetap dan Biaya Variabel Responde n
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 Jumlah Rata-rata
Biaya Tetap Biaya Biaya Pengadaa Lain-Lain n Bibit 400.000 600.000 200.000 400.000 250.000 450.000 400.000 600.000 200.000 400.000 200.000 400.000 400.000 600.000 400.000 600.000 200.000 400.000 400.000 600.000 400.000 600.000 200.000 400.000 400.000 600.000 200.000 400.000 400.000 600.000 200.000 400.000 250.000 450.000 400.000 600.000 200.000 400.000 400.000 600.000 400.000 600.000 250.000 450.000 200.000 400.000 400.000 600.000 150.000 250.000 200.000 400.000 150.000 250.000 200.000 400.000 150.000 250.000 200.000 400.000 8.400.000 14.100.00 0 280.0.00 470.000
Biaya Bibit 500.000 300.000 400.000 500.000 300.000 300.000 500.000 500.000 300.000 500.000 500.000 300.000 500.000 300.000 500.000 300.000 400.000 500.000 300.000 500.000 500.000 400.000 300.000 500.000 100.000 300.000 100.000 300.000 100.000 300.000 11.100.00 0 370.000
Biaya Variabel Biaya Biaya Pupuk Obat 800.000 350.000 600.000 800.000 350.000 350.000 800.000 800.000 350.000 800.000 800.000 350.000 800.000 350.000 800.000 350.000 600.000 800.000 350.000 800.000 800.000 600.000 350.000 800.000 200.000 350.000 200.000 350.000 200.000 350.000 30.600.00 0 1.020.000
700.000 250.000 500.000 700.000 250.000 250.000 700.000 700.000 250.000 700.000 700.000 250.000 700.000 250.000 700.000 250.000 500.000 700.000 250.000 700.000 700.000 500.000 250.000 700.000 100.000 250.000 100.000 250.000 100.000 250.000 13.200.00 0 440.000
Biaya Tenaga Kerja 1.000.000 500.000 800.000 1.000.000 500.000 500.000 1.000.000 1.000.000 500.000 1.000.000 1.000.000 500.000 1.000.000 500.000 1.000.000 500.000 800.000 1.000.000 500.000 1.000.000 1.000.000 800.000 500.000 1.000.000 200.000 500.000 200.000 500.000 200.000 500.000 20.000.00 0 700.000
Tabel Pendapatan Petani pada Usahatani Padi Sawah di Desa Wuura Kecamatan Mowila Kabupaten Konawe Selatan No
1 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 Jumlah Rata-rata
Responden
2
Total Penerimaan (Rp) 3 12.000.000 6.000.000 9.000.000 12.000.000 6.000.000 6.000.000 12.000.000 12.000.000 6.000.000 12.000.000 12.000.000 6.000.000 12.000.000 6.000.000 12.000.000 6.000.000 9.000.000 12.000.000 6.000.000 12.000.000 12.000.000 9.000.000 6.000.000 12.000.000 3.000.000 6.000.000 3.000.000 6.000.000 3.000.000 6.000.000 252.000.000 8.400.000
Total Biaya (Rp) 4 4.000.000 2.000.000 3.000.000 4.000.000 2.000.000 2.000.000 4.000.000 4.000.000 2.000.000 4.000.000 4.000.000 2.000.000 4.000.000 2.000.000 4.000.000 2.000.000 3.000.000 4.000.000 2.000.000 4.000.000 4.000.000 3.000.000 2.000.000 4.000.000 1.000.000 2.000.000 1.000.000 2.000.000 1.000.000 2.000.000 84.000.000 2.800.000
Total Pendapatan Bersih (Rp) 5=3-4 8.000.000 4.000.000 6.000.000 8.000.000 4.000.000 4.000.000 8.000.000 8.000.000 4.000.000 8.000.000 8.000.000 4.000.000 8.000.000 4.000.000 8.000.000 4.000.000 6.000.000 8.000.000 4.000.000 8.000.000 8.000.000 6.000.000 4.000.000 8.000.000 2.000.000 4.000.000 2.000.000 4.000.000 2.000.000 4.000.000 168.000.000 5.600.000