1
STRATEGI KOMUNIKASI PETANI PADI SAWAH MELALUI PENGUATAN MODAL SOSIAL DI DESA CIALAM JAYA KECAMATAN KONDA KABUPATEN KONAWE SELATAN
SKRIPSI
Oleh: AZLIM D1A1 11 229
PROGRAM STUDI/JURUSAN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS HALU OLEO KENDARI 2016
2
STRATEGI KOMUNIKASI PETANI PADI SAWAH MELALUI PENGUATAN MODAL SOSIAL DI DESA CIALAM JAYA KECAMATAN KONDA KABUPATEN KONAWE SELATAN
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Pertanian Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pada Jurusan Agribisnis
Oleh: AZLIM D1A1 11 229
PROGRAM STUDI/JURUSAN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS HALU OLEO KENDARI 2016
PERNYATAAN
DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI DAN BELUM PERNAH DIAJUKAN PERGURUAN
SEBAGAI TINGGI
SKRIPSI ATAU
ATAU
KARYA
LEMBAGA
ILMIAH
MANAPUN.
PADA
APABILA
DIKEMUDIAN HARI TERBUKTI ATAU DAPAT DIBUKTIKAN BAHWA SKRIPSI INI MERUPAKAN HASIL JIPLAKAN, MAKA SAYA BERSEDIA MENERIMA SANKSI SESUAI PERATURAN YANG BERLAKU.
KENDARI,
JANUARI 2016
AZLIM NIM. D1A1 11 229
ii
iii
iv
ABSTRAK
AZLIM (D1A1 11 229). Strategi Komunikasi Petani Padi Sawah Melalui Penguatan Modal Sosial di Desa Cialam Jaya Kecamatan Konda Konawe Selatan, di bawah bimbingan oleh Hartina Batoa sebagai pembimbing I dan Awaluddin Hamzah sebagai pembimbing II. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis karakteristik modal sosial petani padi sawah di Desa Cialam Jaya dan memformulasikan strategi peningkatan produktivitas petani padi sawah di Desa Cialam Jaya. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari sampai Februari tahun 2016. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh petani yang mengusahakan usahatani padi sawah sebanyak 160 KK. Penentuan sampel dilakukan secara acak sederhana (simple random sampling) yaitu dengan mengambil 25 % dari jumlah populasi yaitu sebanyak 40 responden. Metode yang digunakan untuk menganalisis data dalam penelitian ini adalah metode analisis deskriptif kualitatif. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa modal sosial yang dimiliki oleh petani padi sawah yaitu kepercayaan, jaringan, dan hubungan timbal balik. Ketiga unsur tersebut sudah sejak lama dijalani oleh masyarakat petani padi sawah di Desa Cialam Jaya. penyuluhan pertanian yang dilakukan di Desa Cialam Jaya di katakan sangat baik dan direspon baik oleh petani padi sawah, baik itu secara langsung (materi penyuluhan) maupun secara tidak langsung (media penyuluhan). Materi serta waktu dan tempat pelaksanaan penyuluhan selalu diimbangkan dengan kemampuan dan waktu luang petani padi sawah. Kata kunci: Strategi, Komunikasi, Modal Sosial, Padi Sawah
v
ABSTRACT
AZLIM (D1A1 11 229). Communication Strategy Paddy Rice Farmers Through The Strengthening of Social Capital in the village of Cialam Jaya Subdistrict Konda regency South of Konawe, under the guidance by Hartina Batoa as first supervisor and Awaluddin Hamzah as second supervisor. The purpose of this study was to analyze the characteristics of social capital paddy rice farmers in the village Cialam Jaya and formulate strategies for improving productivity of paddy rice farmers in the village of Cialam Jaya. This research was conducted in January until February 2016. The population in this study were all farmers who cultivate paddy rice farming as many as 160 households. The sampling is done randomly (simple random sampling) is to take 25% of the total population of as many as 40 respondents. The method used to analyze data in this research is qualitative descriptive analytical method. These results indicate that the social capital is owned by farmers paddy rice: trust, networks, and mutual relationship. Three elements have long lived by farming communities paddy fields in the village of Cialam Jaya. Agricultural extension was done in village Cialam Jaya at say very well and responded well by paddy rice farmers, either directly (extension materials) or indirectly (media extension). The material and the time and place of execution of the extension is always balanced against the ability and time to spare farmers paddy rice. Social capital Keywords: Strategy, Communication, Social Capital, Rice Field
vi
UCAPAN TERIMA KASIH
Subhanallah, Alhamdulillah, laaIllahaIllallah, Allahu Akbar. Maha Suci Allah dan segala puji untuk-Nya. Penulis mengucapkan syukur yang mendalam, Berkat rahmat, karunia-Nya, dan segala kemurahan-Nya, sehingga seluruh rangkaian pendidikan ini dapat diselesaikan. Terkhusus, istimewa, dan special kepada Ayahanda La Ode Tudaha dan Ibunda Asnia atas doa, dukungan, kesabaran, dan curahan kasih sayang yang tiada habisnya. Engkaulah harta dan anugerah terbesar di sepanjang hidupku. Terimakasih juga buat adinda Azlina atas semangat, motivasi, dukungan, dan doanya Penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Ibu Hartina Batoa, S.P.,M.Si sebagai pembimbing I dan Bapak Awaluddin Hamzah, S.P.,M.Si sebagai pembimbing II yang telah meluangkan waktu dan tenaga dalam memberikan arahan-arahan untuk perbaikan skripsi ini. Penulis sadar, selama menempuh pendidikan di UHO dan terutama dalam penyusunan hasil penelitian ini tidak lepas dari hambatan-hambatan, namun berkat bantuan dan dukungan dari berbagai pihak maka hambatan tersebut dapat teratasi. Olehnya itu dengan segala kerendahan hati penulis menghanturkan rasa terimakasih kepada: 1. Rektor Universitas Halu Oleo. 2. Dekan Fakultas Pertanian Universitas Halu Oleo. 3. Ketua Jurusan Agribisnis. 4. Sekretaris Jurusan Agribisnis. 5. Seluruh Dosen Fakultas Pertanian terkhusus Jurusan Agribisnis. 6. Pegawai Administrasi Jurusan Agribisnis dan Fakultas Pertanian. 7. Bapak Kepala Desa Cialam Jaya serta masyarakat petani padi sawah di Desa Cialam Jaya, yang telah meluangkan waktunya untuk keperluan wawancara penulis.
vii
8. Bapak Ir. H. Abdul Rahman, M.P da Ibu, Kakanda Arisman Apridhan Rahman, S.P dan Adinda Rista Syawalia, terimakasih atas dukungan, motivasi, semangat dan doa yang diberikan kepada penulis. 9. Fitriah Amir, terimakasih untuk tidak pernah bosan memberiku semangat dan motivasi untuk menjadi lebih baik. 10. Teman-teman Agribisnis 2011 (Tri Satrichal, La Hasrun, La Aman Tabia, La Roni, Risman, La Ode Ilham, Rendi, Rosiman, Ujang Hermansyah, Vivi Ristanti, Asrianti serta teman-teman lainnya yang tidak sempat disebutkan) yang telah membantu serta memotivasi penulis menyelesaikan studi di Jurusan Agribisnis secara khusus.
Kendari,
Penulis
viii
Januari 2016
DAFTAR ISI
Hal HALAMAN JUDUL ......................................................................................... i HALAMAN PERNYATAAN ...........................................................................
ii
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................... iii HALAMAN PERSETUJUAN PENGUJI ....................................................... iv ABSTRAK .........................................................................................................
v
UCAPAN TERIMAKASIH.............................................................................. vii DAFTAR ISI ...................................................................................................... ix DAFTAR TABEL ............................................................................................. xi DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xii DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................... xiii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ...............................................................................
1
B. Rumusan Masalah ..........................................................................
5
C. Tujuan dan Manfaat .......................................................................
5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Strategi ...........................................................................................
7
B. Modal Sosial .................................................................................. 13 C. Produktivitas .................................................................................. 25 D. Penelitian Terdahulu ...................................................................... 28 E. Kerangka Pikir Penelitian .............................................................. 30 BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Lokasi Penelitian ......................................................... 33 B. Populasi dan Sampel ...................................................................... 33 C. Jenis dan Sumber Data ................................................................... 33 D. Tehnik Pengumpulan Data .............................................................. 34 E. Variabel Penelitian ......................................................................... 35 F. Analisis Data ................................................................................... 35 G. Konsep Operasional ........................................................................ 36
ix
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian .............................................. 38 A.1. Keadaan Geografis Desa Cialam Jaya ................................... 38 A.2. Keadaan Tanah dan Penggunaannya ...................................... 38 A.3. Keadaan Penduduk Berdasarkan Umur.................................. 39 A.4. Keadaan Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan ........... 40 A.5. Keadaan Pertanian .................................................................. 41 B. Karakteristik Responden ................................................................ 41 B.1. Umur ....................................................................................... 41 B.2. Tingkat Pendidikan ................................................................. 43 B.3. Pengalaman Berusahatani ....................................................... 44 B.4. Jumlah Tanggungan Keluarga ................................................ 45 C. Strategi Komunikasi Petani Padi Sawah Melalui Penguatan Modal Sosial di DesaCialam Jaya .................................................... 46 C.1. Kepercayaan ........................................................................... 46 C.2. Jaringan Sosial ........................................................................ 48 C.3. Hubungan Timbal Balik ......................................................... 49 C.4. Metode Penyuluhan Pertanian ................................................ 53 C.5. Media Penyuluhan Pertanian .................................................. 55 C.6. Materi, Waktu dan Tempat Penyuluhan Pertanian ................. 57 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan .................................................................................... 60 B. Saran ............................................................................................... 61 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 62 LAMPIRAN ....................................................................................................... 64
x
DAFTAR TABEL No .1.
Hal Profil Produksi Padi Sawah Desa Cialam Jaya ....................................... 4
2.
Penelitian Terdahulu ............................................................................... 29
3.
Penggunaan Lahan di Desa Cialam Jaya Kecamatan Konda Kabupaten Konawe Selatan ......................................................... 38
4.
Keadaan Penduduk Berdasarkan Golongan Umur di Desa Cialam Jaya Kecamatan Konda Kabupaten Konawe Selatan ..................................................................................................... 39
5.
Keadaan Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Desa Cialam Jaya Kecamatan Konda Kabupaten Konawe Selatan ..................................................................................................... 40
6.
Keadaaan Pertanian Berdasarkan Pemanfaatan Lahan di Desa Cialam Jaya Kecamatan Konda Kabupaten Konawe Selatan ..................................................................................................... 41
7.
Keadaan Umur Responden di Desa Cialam Jaya Kecamatan Konda Kabupaten Konawe Selatan ...................................... 42
8.
Keadaan Tingkat Pendidikan Petani Padi Sawah di Desa Cialam Jaya Kecamatan Konda Kabupaten Konawe Selatan ..................................................................................................... 43
9.
Pengalaman Berusahatani Padi Sawah di Desa Cialam Jaya Kecamatan Konda Kabupaten Konawe Selatan.............................. 44
10.
Jumlah Tanggungan Keluarga Responden di Desa Cialam Jaya Kecamatan Konda Kabupaten Konawe Selatan.............................. 45
xi
DAFTAR GAMBAR No. Hal 1. Kerangka Pikir Penelitian ....................................................................... 32
xii
DAFTAR LAMPIRAN No. Hal 11. Riwayat Hidup ........................................................................................ 65 12.
Peta Lokasi .............................................................................................. 66
13.
Kuesioner Penelitian ............................................................................... 67
14.
Identitas Responden ................................................................................ 72
15.
Dokumentasi Penelitian .......................................................................... 73
xiii
xiii
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Pembangunan pertanian merupakan pembangunan prioritas ekonomi yang bertujuan untuk meningkatkan produksi guna memenuhi kebutuhan pangan, meningkatkan pembangunan dan kesejahteraan petani, memperluas kesempatan kerja serta melestarikan sumberdaya alam termasuk lingkungan hidup.Secara spesifik, dalam peningkatan dari sektor pertanian tidak terlepas dari peran serta petani itu sendiri. Hal ini menunjukan bahwa semakin banyak peran serta petani, maka akan menimbulkan rasa percaya diri dan kemandirian dalam upaya memperbaiki taraf hidupnya. Pembangunan produksi pangan khususnya padi sawah tidak terlepas dari peningkatan kemampuan pada pelaksanaan pembangunan sektor pertanian terutama bagi mereka yang terlibat langsung dalam setiap kegiatan penyuluhan pertanian.Peningkatan kemampuan pelaksanaan pembangunan sektor pertanian pada prinsipnya mencangkup aspek yang luas yaitu tidak hanya mampu mengatasi hambatan yang mengganggu untuk maju dalam pembangunan sektor pertanian, melainkan juga aspek keterpaduan dari usaha yang menimbulkan perubahan sikap atau perilaku keara kemajuan, serta usahatani dan nilai produksi. Rapuhnya sistem sosial sekarang ini disebabkan akibat dari model pembangunan yang hanya berorientasi pada pertumbuhan ekonomi seperti yang telah dijalankan oleh pemerintah pusat sebelumnya, sehingga dianggap gagal dan menyebabkan permasalahan bangsa. Hal ini perlu dicari sumber dan penyebab sehingga dapat memperoleh solusi yang baik dan salah satunya adalah
2
pembangunan dan pengembangan yang melibatkan aspek sosial selain dari aspek ekonomi dan demografi, karena hal inilah yang dianggap sebagai sumber permasalahan sekaligus pemecahan masalah yang ada. Intensitas tekanan sosialekonomi yang membawa akibat kemiskinan dan mempersulit kehidupan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan masyarakat sehari-hari.
Dalam
menanggulangi permasalahan yang ada maka perlu memikirkan faktor-faktor yang mempengaruhi misalnya faktor non ekonomi seperti rasa aman, partisipasi aktif, organisasi, peran adat/norma yang selama ini kurang diperhatikan. Dengan menciptakan kondisi ini akan dapat merangsang kreatifitas yang pada nantinya akan dapat mewujudkan manusia-manusia yang mempunyai inisiatif dan dapat memecahkan segala persoalan yang ada. Untuk membangun faktor non-ekonomi tersebut dalam masyarakat diperlukan beberapa faktor pendukung, salah satunya adalah bagaimana memainkan peran dan fungsi dari modal sosial dalam masyarakat yang menjadi salah satu komponen penting untuk menunjang model pembangunan manusia karena dalam model ini manusia ditempatkan menjadi subyek penting yang menentukan arah penyelenggaraan pembangunan. Partisipasi dan kapasitas mengorganisasikan diri menjadi penting agar masyarakat dapat berperan dalam model pembangunan manusia, sehingga kedua kapasitas tersebut baru bisa berkembang apabila ditunjang oleh modal sosial yang dimiliki masyarakat. Menurut Noor dalam Masdin AP (2006) bahwa modal sosial yang ada dalam
masyarakat
dapat
mensejahterakan
masyarakat
dan
mereduksi
ketidakpastian bahkan lebih dari itu dapat meminimalisir peluang konflik. Kondisi
3
inilah yang menjadi tantangan bagi daerah dalam rangka otonomi daerah yaitu membangun kembali institusi-institusi yang sudah hancur, menegakkan kembali modal sosial terutama rasa saling percaya antara masyarakat dan pemerintah. Kondisi masyarakat yang dulunya beriman dengan ciri-ciri masyarakat tradisional yang mengandalkan sifat toleransi, saling percaya dan gotong-royong kini berubah menjadi rasa saling mencurigai antar etnis, antar suku, antar agama, antar partai politik, antara masyarakat dengan pemerintah harus mendapat perhatian utama dalam memulai proses pembangunan daerah otonom. Desa Cialam Jaya merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan Konda Kabupaten Konawe Selatan dengan luas wilayah memiliki luas 406.5 ha, dengan luas sawah 215 ha. Ciri khas masyarakat Desa Cialam Jaya adalah keberadaan masyarakat
yang homogen yang didiami oleh suku jawa pada
umumnya. Sama halnya dengan masyarakat Indonesia lainnya, masyarakat di Desa Cialam Jaya membangun kerjasama dalam bentuk gotong royong telah melekat dalam beragam perilaku dengan intensitas dan nuansa yang sesuai dengan lingkungan setempat serta kebutuhan-kebutuhan dan daya tarik antar perilaku di dalam kelompok. Gotong royong berproses pada berbagai kelompok masyarakat baik atas dasar kesamaan wilayah, kesamaan kepentingan atau kesadaran membantu satu sama lain dalam menghadapi kesulitan dan tantangan yang muncul. Masyarakat Desa Cialam Jaya dikenal sebagai komunitas yang dalam kehidupan sehari-hari sebagian besar penduduknya menggantungkan hidupnya pada pertanian. Di Desa Cialam Jaya, produksi padi sawah dari tahun ke tahun
4
terjadi peningkatan dan penurunan yang disebabkan oleh berbagai faktor. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 1 berikut. No.
Tahun
Produksi (Ton)
1. 2010 84.196 2. 2011 83.868 3. 2012 103.151 4. 2013 107.919 5. 2014 101.022 Sumber: Kantor Desa Cialam Jaya, Tahun 2015
Produktivitas (Ton) 4,327 4,300 4,180 4,210 4,177
Tabel 1 menunjukan bahwa produksi padi sawah di Desa Cialam Jaya mengalami pasang surut dari tahun ke tahun. Hal ini sangat berpengaruh pada kehidupan perekonomian masyarakat petani padi sawah khususnya di Desa Cialam Jaya. Desa Cialam Jaya tatanan sosial masyarakatnya berakar kuat pada sendisendi agama dan erat dalam memegang adat istiadat setempat. Kandungan nilainilai sosial tersebut bersifat universal di mana banyak memuat nilai-nilai kebersamaan, saling tolong menolong, toleran dan sifatnya terbuka merupakan wujud nyata dari nilai-nilai modal sosial. Modal sosial yang muncul pada level individu seperti melaksanakan gotong royong, saling membantu satu sama lain, dan kegiatan lainnya. Sementara pada aktivitas kelompok, modal sosial muncul dalam kegiatan membangun sarana beribadah, madrasah, peringatan Maulid Nabi, peringatan hari syawal, peringatan hari besar Islam, selamatan dan lainnya. Dengan demikian keberadaan modal sosial tersebut dapat menguatkan strategi komunikasi petani padi sawah yang setiap tahunnya di Desa Cialam Jaya mengalami peningkatan. Strategi yang dimaksud adalah berupa penyuluhan yang meliputi metode penyuluhan, media penyuluhan, materi penyuluhan serta waktu
5
dan tempat penyuluhan dilaksanakan. Dengan berdasarkan pada permasalahan yang diuraikan pada latar belakang masalah di atas bahwa produktivitas petani di pengaruhi dengan faktor non-ekonomi, maka penulis mencoba melakukan penelitian dengan judul “Strategi Komunikasi Petani Padi Sawah Melalui Penguatan Modal Sosial di Desa Cialam Jaya Kecamatan Konda Kabupaten Konawe Selatan” B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimana karakteristik modal sosial petani padi sawah di Desa Cialam Jaya ? 2. Bagaimana strategi komunikasi petani padi sawah melalui penguatan modal sosial di Desa Cialam Jaya ? C. Tujuan dan Manfaat a. Tujuan Tujuan penelitian ini adalah untuk: 1. Menganalisis karakteristik modal sosial petani padi sawah di Desa Cialam
Jaya. 2. Memformulasikan strategi komunikasi petani padi sawah melalui penguatan
modal sosial di Desa Cialam Jaya.
6
b.
Manfaat Manfaat penelitian ini adalah untuk:
1.
Bagi Penulis, penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan sebagai bekal dalam mengaplikasikan pengetehuan teoritik yang didapat dibangku kuliah dengan praktek yang diperoleh dilapangan.
2.
Bagi masyarakat, dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai sumber informasi yang dapat dimanfaatkan masyarakat khususnya petani untuk meningkatkan produktivitas dan memberikan pemahaman baru tentang strategi peningkatan produktivitas petani melalui penguatan modal sosial.
3.
Bagi pengambil kebijakan, sebagai bahan pertimbangan dalam menetukan kebijakan yang tepat, khususnya dalam hal peningkatan produktivitas petani.
4.
Kegunaan teoritis, dapat memberikan bahan referensi bagi penelitian pada bidang yang sama dandapat menjadi bahan acuan pada bidang penelitian yang sejenis untuk pengembangan penelitian lebih lanjut.
7
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Strategi 1. Pengertian Strategi Tjipto (1997) menyatakan bahwa strategi dapat dilihat dari dua perspektif. Perspektif pertama, strategi adalah apa yang ingin dilakukan (intends to do), program
untuk
menentukan
dan
mencapai
tujuan
organisasi
dan
mengimplementasikan misinya. Hal ini bermakna bahwa manajer memaminkan peranan yang aktif, sadar dan rasional dalam merumuskan strategi organisasi. Perspektif kedua, strategi merupakan apa yang organisasi akhirnya lakukan (eventually does), artinya pola tanggapan atau respon organisasi terhadap lingkungannya sepanjang waktu. Purwanto (2007) menyatakan bahwa strategi menjadi suatu kerangka yang fundamental tempat suatu organisasi akan mampu menyatakan konstinuitasnya yang vital, sementara pada saat yang bersamaan ia akan memiliki kekuatan untuk menyesuaikan terhadap lingkungan yang selalu berubah. Yoshida (2006) mengemukakan bahwa strategi merupakan cara-cara yang digunakan organisasi untuk mencapai tujuannya melalui pengintegrasian segala keunggulan organisasi dalam menghadapi tantangan dan ancaman potensial untuk dihadapi masa mendatang oleh organisasi yang bersangkutan. Selain itu, Hax dan Majhuf, diacu dalam Yoshida (2006) menyatakan bahwa strategi yang komprehensif memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
8
1. Strategi bersifat koheren, menyatu dan menunjukan pola keputusan yang integratif. 2. Strategi menentukan dan menyatakan secara tersurat oleh organisasi terutama dalam hal tujuan jangka panjang, program-program yang akan dilakukan dan prioritas alokasi sumberdaya. 3. Strategi digunakan untuk memilih bisnis apa yang akan dimasuki oleh organisasi saat ini atau yang akan ditekuni oleh organisasi tersebut dimasa yang akan dating. 4. Strategi merupakan usaha organisasi untuk mencapai keunggulan jangka panjang secara terus menerus dalam setiap bisnis yang dimasukinya dan dari ancaman yang berasal dari lingkungan bisnis yang dihadapinya. 5. Strategi menentukan kontribusi natural ekonomi dan non ekonomi bagi para stakeholders yang bersangkutan. 2. Klasifikasi Strategi Berdasarkan teori manajemen strategi maka strategi perusahaan dapat diklasifikasikan atas dasar tingkatan tugas, yaitu strategi generik (generic strategy), strategi utama atau strategi induk (grand strategy), dan strategi fungsional. Menurut Porter (1991) mengemukakan bahwa terdapat model strategi generik yang dapat diterapkan oleh suatu organisasi yaitu: 1. Strategi Kepemimpinan Biaya Menyeluruh. Strategi bersaing biaya rendah ditujukan untuk mencapai sasaran pasar di keseluruhan industry. Strategi ini memerlukan konstruksi agresif dari fasilitas skala yang efisien, pengurangan harga secara gencar, pengendalian biaya dan
9
overhead yang ketat, penghindaran pelanggan yang marginal, dan minimisasi biaya dalam bidang-bidang seperti litbang, pelayanan armada penjualan, periklanan, dan lain-lain. Dengan memiliki posisi biaya rendah memungkinkan perusahaan untuk tetap mendapatkan laba pada masa-masa persaingan ketat. Selain itu, pangsa pasar yang tinggi memungkinkan memberikan kekuatan penawaran yang menguntungkan terhadap pemasuknya karena perusahaan membeli dalam jumlah besar. Oleh karena itu, harga yang murah berfungsi sebagai hambatan pesaing untuk masuk kedalam industri dan hanya sedikit yang dapat menandingi keunggulan biaya memimpin. 2. Strategi Diferensiasi. Strategi ini diarahkan kepada pasar luas dan melibatkan penciptaan sebuah produk baru yang dirasakan oleh keseluruhan industri sebagai hal yang unik. Pendekatan untuk melakukan diferensiasi dapat bermacam-macam bentuknya, yaitu citra rancangan atau merek, teknologi, keistimewaan, atau cirri khas, pelayanan pelanggan, jaringan penyalur, dan lain-lain. Jika penerapan strategi diferensiasi tercipta maka strategi ini merupakan strategi aktif untuk mendapatkan laba di atas rata-rata dari suatu bisnis karena adanya loyalitas merek dari pelanggan akan membuat sensitivitas konsumen terhadap harga menjadi lebih rendah. Oleh karena itu, loyalitas pelanggan berfungsi sebagai penghalang masuk industry karena perusahaan-perusahaan baru harus mengembangkan kompetensi tersendiri untuk membedakan produk mereka melaui cara-cara mereka.
10
3. Strategi Fokus Biaya. Strategi fokus dibangun untuk melayani target tersebut secara spesifik. Strategi fokus biaya mencari keunggulan biaya pada segmen sasarannya dan didasarkan atas pemikiran bahwa perusahaan dapat melayani target strateginya yang sempit secara lebih efektif dan efisien daripada pesaing yang bersaing lebih luas. 4. Strategi Fokus Diferensiasi. Strategi fokus diferensiasi berkosentrasi pada kelompok pembeli, segmen ini produk, atau pasar geografis tertentu dimana segmen sasaran tersebut harus memiliki salah satu pembeli dengan kebutuhan tidak lazim atau sistem produksi dan penyaluran yang melayani pasar berbeda dari pesaing lainnya. Menurut David (2006) strategi generik strategi di bagi menjadi empat, yaitu strategi integrasi vertikal, strategi intensif, strategi diversifikasi, dan strategi defensif. Strategi alternatif yang dapat digunakan oleh perusahaan dapat dikelompokan melalui dua belas tindakan, yaitu integrasi ke depan, integrasi ke belakang,
integrasi
pengembangan
horisontal,
produk,
penetrasi
diversifikasi
pasar,
konsentrik,
pengembangan diversifikasi
pasar,
horisontal,
retrenchment, divestasi, dan likuidasi. 1) Strategi Integrasi Vertikal Strategi integrasi vertikal merupakan sesuatu strategi yang memungkinkan perusahaan untuk mendapatkan kontrol atas distributor, pemasok, dan atau pesaing, misalnya melaui merger, akuisisi atau membuat perusahaan sendiri.
11
2) Strategi Intensif Strategi intensif biasanya digunakan perusahaan ketika posisi kompetitif perusahaan dengan produk yang ada saat ini akan membaik. Strategi ini memerlukan usaha-usaha yang intensif untuk meningkatkan posisi persaingan perusahaan melalui produk yang ada. 3) Strategi Diversifikasi Strategi ini dimaksudkan untuk menambah produk baru.Strategi ini kurang begitu popular, paling tidak ditinjau dari sisi tingginya tingkatan kesulitan manajemen dalam mengendalikan aktivitas perusahaan yang berbeda. 4) Strategi Defensif Strategi ini di bagi menjadi tiga, yaitu: a.
Strategi Retrenchment Strategi ini terjadi ketika suatu organisasi mengelompokan ulang melalui
pengurangan asset dan biaya untuk membalikan penjualan dan laba yang menurun. b.
Strategi Divestasi Strategi ini dilakukan dengan menjual satu divisi atau bagian dari suatu
organisasi yang bertujuan meningkatkan modal untuk akuisisi strategis atau investasi lebih lanjut. Divestasi dapat menjadi bagian dari keseluruhan strategi retrenchment untuk menyingkirkan bisnis perusahaan yang tidak menguntungkan, membutuhkan banyak modal, atau yang tidak cocok dengan aktivitas perusahaan lainnya.
12
c.
Strategi Likuidasi Strategi ini dilakukan dengan menjual seluruh asset perusahaan baik secara
terpisah-pisah atau sepotong-sepotong untuk nilai riilnya. Strategi ini bertujuan untuk menutup perusahaan. Selanjutnya Rangkuti (2006) mengelompokan strategi menjadi tiga tipe yaitu: 1. Strategi manajemen yaitu strategi yang dapat dilakukan oleh manajemen dengan orientasi pengembangan strategi secara makro misalnya, strategi pengembangan produk, strategi penerapan harga, strategi akusisi, strategi pengembangan pasar, strategi mengenai keuangan dan sebgainya. 2. Strategi investasi, strategi ini merupakan kegiatan yang berorientasi pada investasi. Misalnya apakah perusahaan ingin melakukan strategi pertumbuhan yang agresif atau berusaha mengadakan penetrasi pasar, strategi bertahan, strategi pembangunan kembali suatu divisi baru atau strategi diinvestasi dan sebagainya. 3. Strategi bisnis yaitu biasa disebut juga dengan strategi bisnis secara fungsional karena strategi berorientasi pada fungsi-fungsi kegiatan manajemen, misalnya strategi pemasaran, strategi produksi atau operasional, strategi distribusi, strategi organisasi dan strategi yang berhubungan dengan keuangan. Berdasarkan penjelasan tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa strategi adalah suatu cara atau pendekatan untuk mencapai tujuan yanbg diinginkan dalam perusahaan, organisasi maupun dalam hal yang lainnya.
13
Strategi
komunikasi
adalah
mengartikulasikan,
menjelaskan
dan
mempromosikan visi dan satu set tujuan yang didefinisikan dengan baik, dimana hal ini harus dilakukan secara konsisten dengan beberapa elemen penting. Swastha dan Irawan (1997) menjelaskan bahwa rencana yang terpenting dalam mewujudkan suatu tujuan adalah strategi. Oleh karena itu, strategi dapat dikatakan sebagai suatu alat. Strategi komunikasi mengandung unsur yang sangat utama untuk diperhatikan. Unsur-unsur itu terdiri dari: a) Penyuluhan pertanian yakni baik menyangkut tentang kredibilitas, daya tarik maupun kekuatan yang mereka miliki. b) Metode penyuluhan yakni bagaimana pendekatan yang dilakukan baik peorangan maupun kelompok terhadap masyarakat. c) Media penyuluhan yang terdiri pesan, makna dan simbol yang digunakan oleh penyuluh kepada masyarakat. d) Mempertimbangkan waktu dan penyuluhan akan dilaksanakan. Apakah waktu dan tempat tersebut dapat disepakati oleh masyarakat dan tidak merasa keberatan. B. Modal Sosial 1. Pengertian Modal Sosial (Social Capital) Modal sosial sebagai kumpulan dari hubungan yang aktif diantara manusia: rasa percaya, saling pengertian dan kesamaan nilai serta perilaku yang mengikat
14
anggota dalam sebuah jaringan kerja dan komunitas yang memungkinkan adanya kerja sama (Prusak, 2001). Modal sosial dibentuk dari kehidupan masyarakat tradisional dan dibentuk setiap hari oleh warga dan organisasi masyarakat kapitalis modern. Modal sosial akan lebih berkembang ketika teknologi semakin berkembang, organisasi struktur hirarki semakin bersifat merata (horizontal), dan hirarki dari sistem usaha digantikan oleh jaringan. Modal sosial merupakan seperangkat norma-norma atau nilai yang terbentuk secara informal. Umumnya norma-norma yang terbentuk secara informal, yakni tidak tertulis dan diumumkan. Sedangkan norma yang dibentuk melalui wewenang hirarki lebih menunjukan kepada bentuk hukum tertulis (Fakuyama, 1995). Modal sosial dapat dilihat dalam dua kategori, fenomena struktural dan kognitif. Kategori struktural merupakan modal sosial yang terkait dengan beberapa bentuk organisasi sosial khusus aturan, peranan, precedent dan prosedur yang dapat membentuk jaringan yang luas bagi kerjasama dalam bentuk tindakan bersama yang saling menguntungkan. Modal sosial dalam kategori kognitif diderivasi dari proses mental dan hasil pemikiran yang diperkuat oleh budaya dan ideologi khususnya norma, nilai, sikap, kepercayaan yang memberikan kontribusi bagi tumbuhnya kerjasama khususnya dalam bentuk tindakan bersama yang saling menguntungkan. Bentuk-bentuk aktualisasi modal sosial dalam fenomena struktural maupun kognitif itulah yang perlu digali dari dalam kehidupan masyarakat selanjutnya dikembangkan dalam usaha peningkatan taraf hidup dan kesejahteraan (Uphoff dalam Soetomo, 2006).
15
Modal sosial sebagai hubungan yang tercipta dari norma sosial yang menjadikan hal ini sebagai perekat sosial, yaitu terciptanya sebuah kesatuan dalam anggota kelompok secara bersama-sama. Modal sosial sebagai serangkaian nilainilai atau norma-norma yang diwujudkan dalam perilaku yang dapat mendorong kemampuan dan kapabilitas untuk bekerja sama dan berkordinasi untuk menghasilkan kontribusi besar terhadap keberlanjutan produktivitas (Soekanto, 1989). Modal sosial adalah hubungan yang terjadi dan dihimpuh oleh satu kepercayaan, saling pengertian dan nilai-nilai bersama yang mengikat anggota kelompok untuk membuat kemungkinan aksi bersama dapat dilakukan secara efisien dan efektif (Prusak L, 2001). Modal sosial dapat didefinisikan pula sebagai serangkaian nilai dan norma informal yan dimiliki bersama diantara para anggota suatu kelompok masyarakat yang memungkinkan terjadinya kerjasama diantara mereka. Tiga unsur utama dalam modal sosial adalah trust (kepercayaan), reciprocal (timbal balik) dan jaringan (network) (Fukuyama, 1995). 2. Unsur-unsur Modal Sosial Blakeley dan Suggate dalam Suharto (2007) menyatakan bahwa unsurunsur modal sosial adalah: (1) Kepercayaan, tumbuhnya sikap saling percaya antar individu dan antar institusi dalam masyarakat; (2) Kohesivitas, adanya hubungan yang erat dan padu dalam membangun solidaritas masyarakat; (3) Altruisme, paham yang mendahulukan kepentingan orang lain; (4) perasaan tidak egois dan tidak individualistik yang mengutamakan kepentingan umum dan orang
16
lain di atas kepentingan sendiri; (5) gotong royong, sikap empati dan perilaku yang mau menolong orang lain dan bahu-membahu dalam melakukan berbagai uapaya untuk kepentingan bersama; dan (6) jaringan dan kolaborasi sosial, membangun hubungan dan kerjasama antar individu dan antar institusi baik didalam komunitas sendiri/kelompok maupun diluar komunitas/kelompok dalam berbagai kegiatan yang memberikan manfaat bagi masyarakat. Hasbullah (2006) mengetengahkan enam unsur pokok dalam modal sosial bedasarkan berbagai pengertian modal sosial yang telah ada, yaitu: 1. Participation in a network. Kemampuan sekelompok orang untuk melibatkan diri dalam suatu jaringan hubungan sosial, melalui berbagai variasi hubungan yang saling berdampingan dan dilakukan atas dasar prinsip kesukarelaan (voluntary), kesamaan (equality), kebebasan (freedom), dan kesopanan (civility). Kemampuan anggota kelompok untuk selalu menyatukan diri dalam suatu pola hubungan yang sinergis akan sangat besar pengaruhnya dalam menentukan kuat tidaknya modal sosial suatu kelompok. 2. Reciprocity. Kecenderungan saling tukar kebaikan antar individu dalam suatu kelompok atau antar kelompok itu sendiri. Pola pertukaran terjadi dalam suatu kombinasi jangka panjang dan jangka pendek dengan nuansa altruism tanpa mengharapkan imbalan. Pada masyarakat dan kelompok-kelompok sosial yang terbentuk yang memiliki bobot resiprositas kuat akan melahirkan suatu masyarakat yang memiliki tingkat modal sosial yang tinggi. 3. Trust. Suatu bentuk keinginan untuk mengambil resiko dalam hubunganhubugan sosialnya yang didasari oleh perasaan yakin bahwa yang lain akan
17
melakukan sesuatu seperti yang diharapkan dan akan senantiasa bertindak dalam suatu pola tindakan yang saling mendukung. Paling tidak, yang lain tidak akan bertindak merugikan diri dan kelompoknya (Putnam, 2006). Tindakan kolektif yang didasari saling percaya akan meningkatkan partisipasi masyarakat dalam berbagai bentuk dan dimensi terutama dalam konteks kemajuan bersama. Hal ini memungkinkan masyarakat untuk bersatu dan memberikan kontribusi pada peningkatan modal sosial. 4. Sicial norms. Sekumpulan aturan yang diharapkan dipatuhi dan diikuti oleh masyarakat dalam suatu entitas sosial tertentu. Aturan-aturan ini biasanya terinstitusionalisasi, tidak tertulis tapi dipahami sebagai penentu pola tingkah laku yang baik dalam konteks hubungan sosial sehingga ada sangsi sosial yang diberikan jika melanggar. Norma sosial akan menentukan kuatnya hubungan antar individu karena merangsang kohesifitas sosial yang berdampak positif bagi perkembangan masyarakat. Oleh karenanya norma sosial disebut sebagai salah satu modal sosial. 5. Values. Sesuatu ide yang telah turun temurun dianggap benar dan penting oleh kelompok masyarakt. Nilai merupakan hal yang penting dalam kebudayaan, biasanya ia tumbuh dan berkembang dalam mendominasi kehidupan kelompok masyarakat tertentu serta mempengaruhi aturan-aturan bertindak dan berperilaku masyarakat yang pada akhirnya membentuk pola cultural. 6. Proactive action. Keinginan yang kuat dari anggota kelompok untuk tidak saja berpatisipasi tetapi senantiasa mencari jalan bagi keterlibatan anggota kelompok dalam suatu kegiatan masyarakat. Anggota kelompok melibatkan
18
diri dan mencari kesempatan yang dapat memperkaya hubungan sosial dan menguntungkan kelompok. Perilaku inisiatif dalam mencari informasi berbagai pengalaman, memperkaya ide, pengetahuan dan beragam bentuk inisisatif lainnya baik oleh individu maupun kelompok, merupakan wujud modal sosial yang berguna dalam membangun masyarakat. Ridell dalam Suharto (2007) menyatakan tiga parameter modal sosial yaitu: (1) kepercayaan (trust), harapan yang tumbuh di dalam sebuah masyarakat, yang ditunjukan oleh adanya perilaku jujur, teratur dan kerjasama berdasarkan normanorma yang dianut bersama; (2) Timbal balik, hubungan saling tukar kebaikan dalam hal pemahaman-pemahaman, nilai-nilai, harapan-harapan dan tujuan-tujuan yang diyakini oleh sekelompok orang; (3) Jaringan-jaringan (networks), merupakan infrastruktur dinamis yang berwujud jaringan-jaringan kerjasama antar manusia. Jaringan tersebut memfasilitasi terjadinya komunikasi dan interaksi, memungkinkan tumbuhnya kepercayaan dan memperkuat kerjasama. 1. Kepercayaan (Trust) Modal sosial akan bertahan bila aktor-aktor didalamnya mampu mempertahankan keuntungan dalam jaringan sosial atau struktur sosial lainnya. Modal sosial dapat dimiliki oleh individu lewat interaksinya dengan individu yang lainnya (Menm dalam Fukuyama, 1995). Rasa percaya atau mempercayai adalah suatu bentuk keinginan untuk mengambil resiko dalam hubungan-hubungan sosialnya yang didasari oleh perasaan yakin bahwa yang lain akan melakukan sesuatu seperti yang diharapkan
19
dan akan senantiasa bertindak dalam suatu pola tindakan yang saling mendukung dan tidak akan bertindak merugikan diri dan kelompok (Putnam, 2006). Membangun rasa percaya adalah bahagian dari proses kasih sayang yang dibangun sejak awal dalam satu keluarga. Sepanjang adanya rasa percaya dalam perilaku dalam hubungan kekeluargaan, maka akan terbangun prinsip-prinsip pertukaran dan kepeduliaan sesama manusia. Rasa saling percaya dapat menekan biaya pemantauan terhadap orang lain agar orang tersebut berperilaku seperti yang diinginkan. Percaya berarti siap menerima resiko dan ketidak pastian (Fukuyama, 1995). 2. Hubungan Timbal Balik (Reciprocal) Unsur penting kedua dari modal sosial adalah timbal balik, dapat dijumpai dalam bentuk memberi, saling menerima dan saling membantu yang dapat muncul dari interaksi sosial. Interaksi yang semakin meluas akan menjadi semacam jaringan sosial yang lebih memungkinkan semakin meluasnya lingkup kepercayaan dan lingkup hubungan timbal balik (Soetomo, 2006). Timbal balik yang mengarah pada kecenderungan saling tukar kebaikan antar individu dalam suatu kelompok atau antar kelompok itu sendiri. Pola pertukaran terjadi dalam suatu kombinasi jangka panjang dan jangka pendek dengan nuansa altruism tanpa mengharapkan imbalan. Pada masyarakat dan kelompok-kelompok sosial yang terbentuk yang memiliki bobot yang kuat akan melahirkan suatu masyarakat yang memiliki tingkat modal sosial yang tinggi (Putnam, 2006).
20
3. Jaringan (Network) Jaringan sosial merupakan bentuk dari modal sosial. Jaringan sosial yakni sekelompok orang yang dihubungkan oleh perasaan simpati dan kewajiban serta oleh norma pertukaran dan civic engagement. Jaringan ini bisa dibentuk karena berasal dari daerah yang sama, kesamaan kepercayaan politik atau agama, hubungan genealogis, dan lain-lain. Jaringan sosial tersebut diorganisasikan menjadi sebuah institusi yang memberikan perlakuan khusus terhadap mereka yang dibentuk oleh mereka yang dibentuk oleh jaringan untuk mendapatkan modal sosial dari jaringan tersebut. Dilihat dari tindakan ekonomi, jaringan adalah sekelompok agen individual yang berbagi nilai-nilai dan norma-norma informal melampaui nilai-nilai dan norma-norma yang penting untuk transaksi pasar biasa. Melalui pemahaman ini dapat dijelaskan bahwa modal sosial dapat bermanfaat bukan hanya dalam aspek sosial melainkan juga ekonomi (Pratikno dkk, 1993). Pemikiran dan teori modal sosial memang didasarkan pada kenyataan bahwa ”jaringan antar manusia” yaitu bagian terpenting dari sebuah komunitas. Jaringan ini sama pentingnya dengan alat kerja. Secara bersama-sama, berbagai modal ini akan meningkatkan produktivitas dan efektivitas tindakan bersama. Instruktur dinamis dari modal sosial berwujud jaringan kerja sama antar sesama manusia. Jaringan tersebut menfasilitasi terjadinya komunikasi dan interaksi memungkinkan tumbuhnya kepercayaan dan memperkuat kerja sama (Putnam, 2006). Jaringan sosial merupakan salah satu dimensi kapital sosial selain kepercayaan dan norma. Jaringan sosial dalam kapital sosial lebih memfokuskan
21
pada aspek ikatan antar simpul yang bisa berupa orang atau kelompok (organisasi). Dalam hal ini terdapat adanya hubungan sosial yang diikat, adanya kepercayaan yang mana kepercayaan dipertahankan dan dijaga oleh norma-norma yang ada. Pada konsep jaringan ini terdapat unsur kerja, yang melalui media hubungan sosial menjadi kerjasama. Pada dasarnya jaringan sosial terbentuk karena adanya rasa saling tahu, saling menginformasikan, saling mengingatkan, dan saling membantu dalam melaksanakan ataupun mengatasi sesuatu. Intinya konsep jaringan dalam kapital sosial menunjuk pada semua hubungan dengan orang atau kelompok lain yang memungkinkan kegiatan dapat berjalan dengan secara efisien dan efektif (Lawang, 2005). 3. Manfaat Modal Sosial Dalam konteks pembangunan manusia, modal sosial mempunyai pengaruh yang besar sebab beberapa dimensi pembangunan manusia sangat dipengaruhi oleh modal sosial antara lain kemampuan untuk menyelesaikan kompleksitas berbagai permasalahan bersama, mendorong perubahan yang cepat di dalam masyarakat, menumbuhkan kesadaran kolektif untuk memperbaiki kualitas hidup dan mencari peluang yang dapat dimanfaatkan untuk kesejahteraan. Hal ini terbangun oleh adanya rasa saling mempercayai, kohesifitas, tindakan proaktif dan hubungan internal-eksternal dalam membangun jaringan sosial didukung oleh semangat kebajikan untuk saling menguntungkan sebagai refleksi kekuatan masyarakat.
Situasi
ini
akan
memperbesar
kemungkinan
percepatan
perkembangan individu dan kelompok dalam masyarakat tersebut. Bagaimanapun juga kualitas individu akan mendorong peningkatan kualitas hidup masyarakat itu
22
berarti pembangunan manusia paralel dengan pembangunan sosial (Hasbullah, 2006). Modal sosial dan pembangunan sosial masyarakat yang memiliki modal sosial yang tinggi akan membuka kemungkinan menyelesaikan kompleksitas persoalan dengan lebih mudah. Dengan saling percaya, toleransi dan kerjasama mereka dapat membangun jaringan baik di dalam kelompok masyarakat maupun dengan kelompok masyarakat lainnya (Ancok, 2003). Pada masyarakat tradisional, diketahui memiliki asosiasi-asosiasi informal yang umumnya kuat dan memiliki nilai-nilai, norma dan etika kolektif sebagai sebuah komunitas yang saling berhubungan. Hal ini merupakan modal sosial yang dapat mendorong munculnya organisasi-organisasi modern dengan prinsip keterbukaan, dan jaringan-jaringan informal dalam masyarakat yang secara mandiri dapat mengembangkan pengetahuan dan wawasan dengan tujuan peningkatkan kesejahteraan dan kualitas hidup bersama dalam kerangka pembangunan masyarakat (Mubyarto, 1984). Berkembangnya modal sosial ditengah masyarakat akan menciptakan suatu situasi masyarakat yang toleran, dan merangsang tumbuhnya empati dan simpati terhadap kelompok masyarakat diluar kelompoknya. Jaringan-jaringan yang memperkuat modal sosial akan memudahkan saluran informasi dan ide dari luar yang yang merangsang perkembangan kelompok masyarakat. Hasilnya adalah lahirnya masyarakat peduli pada berbagai aspek dan dimensi aktivitas kehidupan, masyarakat yang saling memberi perhatian dan saling percaya. Situasi yang
23
mendorong kehidupan bermasyarakat yang damai, bersahabat dan tenteram (Hasbullah, 2006). a. Modal Sosial dan Pembangunan Ekonomi Modal sosial sangat tinggi pengaruhnya terhadap perkembangan dan kemajuan berbagai sektor ekonomi. Modal sosial yang kuat akan merangsang pertumbuhan berbagai sektor ekonomi karena adanya tingkat rasa percaya yang tinggi dan kerekatan hubungan dalam jaringan yang luas tumbuh antar sesama pelaku ekonomi (Fukuyama, 1995). Hasbullah (2006) memberikan contoh perkembangan ekonomi yang sangat tinggi di Asia Timur sebagai pola perdagangan dan perekonomian yang dijalankan pelaku ekonomi Cina dalam menjalankan usahanya memiliki tingkat kohefisitas yang tinggi karena dipengaruhi oleh koneksi-koneksi kekeluargaan dan kesukuan, meskipun pola ini mendorong pembentukan jaringan rasa percaya yang dibangun melewati batas-batas keluarga, suku, agama dan negara. Budaya gotong-royong, tolong menolong, saling mengingatkan antar individu dalam entitas masyarakat desa merefleksikan semangat saling memberi, saling percaya dan adanya jaringan-jaringan sosial. Hal ini membangun kekompakan pada masyarakat desa untuk bersama-sama dalam memulai bercocok tanam bersama-sama untuk menghindari hama, membentuk kelompok tani untuk bersama-sama menyelesaikan permasalahan dan mencari solusi bersama dalam rangka meningkatkan perekonomian pertanian (Hasbullah, 2006). Pembangunan industri pada masyarakat dengan modal sosial tinggi akan cepat berkembang karena modal sosial akan menghasilkan energi kolektif yang
24
memungkinkan berkembangnya jiwa dan semangat kewirausahaan ditengah masyarakat yang pada gilirannya akan menumbuhkembangkan dunia usaha. Investor akan tertarik untuk menanamkan modal usaha pada masyarakat yang menjunjung nilai kejujuran, kepercayaan, terbuka dan memiliki tingkat empati yang tinggi. Modal sosial, berpengaruh kuat pada perkembangan sektor ekonomi lainnya seperti perdagangan, jasa, konstruksi pariwisata dan lainnya (Ancok, 2003). b. Modal Sosial dan Pembangunan Politik Putnam (2006) mengemukakan bahwa modal sosial yang tinggi membawa dampak pada tingginya partisipasi masyarakat sipil dalam berbagai bentuknya. Akibat positif yang dihasilkan adalah pemerintah akan memiliki akuntabilitas yang lebih kuat. Tingginya modal sosial akan mendorong efektivitas pemerintahan, beragam determinan memungkinkan negara berfungsi secara lebih efektif dan memiliki legitimasi (Hasbullah, 2006). Modal sosial tinggi yang dimiliki masyarakat lebih dapat memfasilitasi hubungan antara negara dan rakyat. Hubungan yang baik antara pemerintah dan masyarakat akan menjamin stabilitas politik negara. Di tingkat lokal, modal sosial dapat menjembatani hubungan pemerintahan daerah dan masyarakat dalam menyebarkan
informasi
dan
mengimplementasikan
program-program
pembangunan (Hasbullah, 2006). Kepercayaan masyarakat kepada pemerintah, keterbukaan pemerintah pada masyarakat, adanya komitmen dan keinginan yang kuat antar pemerintah daerah dan masyarakat untuk membangun, serta adanya partisipasi aktif masyarakat
25
dalam pembangunan akan mendorong terciptanya pembangunan
sistem
pemerintahan yang baik dimana akuntabilitas dan transparasi pemerintahan berimbang dengan akses dan kontrol masyarakat terhadap pemerintahan. Hal ini juga dapat mendorong demokrasi tumbuh dari bawah dan memungkinkan pembangunan politik tidak hanya pada arus pusat tapi juga lokal (Hasbullah, 2006). Di samping itu, negara melalui sistem pemerintahan yang baik dapat mendorong menguatnya modal sosial yang mendukung berkembangnya kepercayaan, nilai-nilai dan norma yang baik dengan menciptakan situasi yang kondusif dalam mempererat jaring-jaring sosial di dalam masyarakat dan merangsang tumbuhnya sikap proaktif masyarakat dalam pembangunan (Ancok, 2003). C. Produktivitas Pengertian lain dari produktivitas adalah suatu konsep unversal yang menciptakan lebih banyak barang dan jasa bagi kehidupan manusia, dengan menggunakan sumber daya serba terbatas (Tarwaka, Bakri, dan Sudiajeng, 2004). Menurut (Sinungan, 2003), secara umum produktivitas diartikan sebagai hubungan antara hasil nyata maupun fisik (barang-barang atau jasa) dengan masuknya yang sebenarnya. Produktivitas juga diartikan sebagai tingkatan efisien dalam memproduksi barang-barang atau jasa. Produktivitas juga diartikan sebagai: 1) Perbandingan ukuran harga bagi masukan dan hasil. 2) Perbedaan antara kumpulan jumlah pengeluaran dan masukan yang dinyatakan dalam satuan-satuan (unit) umum.
26
Ukuran produktivitas yang paling terkenal berkaitan dengan tenaga kerja yang dapat dihitung dengan membagi pengeluaran oleh jumlah yang digunakan atau jam-jam kerja orang. Arfida (2003) menyatakan bahwa produktivitas mengandung pengertian filosofis, definisi kerja dan operasional. 1) Secara filosofis produktivitas mengandung pengertian sikap mental yang selalu mempunyai pandangan bahwa kehidupan hari ini lebih baik dari kemarin dan hari esok lebih baik dari hari ini. 2) Secara definisi kerja, produktivitas mengandung pengertian perbandingan antara hasil yang dicapai dengan keseluruhan sumber daya yang digunakan. 3) Peningkatan produktivitas dapat dilihat dalam empat bentuk, yaitu: 1.
Jumlah produksi yang sama dapat diperoleh dengan menggunakan sumber daya yang lebih sedikit.
2.
Jumlah produksi yang lebih besar diperoleh dengan menggunakan sumber daya yang lebih sedikit.
3.
Jumlah produksi yang jauh lebih besar diperoleh dengan menggunakan sumber daya yang relatif sama.
4.
Jumlah produksi yang jauh lebih besar diperoleh dengan pertambahan sumber daya yang lebih kecil.
Menurut Blocher, Chen, Lin (2000) Produktivitas adalah hubungan antara berapa output yang dihasilkan dan berapa input yang dibutuhkan untuk memproduksi output tersebut.
27
Menurut Basu Swasta dan Ibnu sukotjo (1998) Produktivitas adalah suatu konsep yang menggambarkan hubungan antar hasil (jumlah barang dan jasa yang diproduksi) dengan sumber (tenaga kerja, bahan baku, modal, dan energi) yang dipakai untuk menghasilakn barang tersebut. Menurut
Sinungan
(1985)
produktivitas
dapat
diartikan
sebagai
perbandingan antara totalitas pengeluaran pada waktu tertentu dibagi totalitas masukan selama periode terbut. Dua aspek penting dalam produktivitas yaitu efisiensi dan efektivitas. Efisiensi berkaitan dengan seberapa baik berbagai masukan itu dikombinasikan atau bagaimana pekerjaan itu dilaksanakan.Ini merupakan suatu kemampuan untuk menghasilkan lebih banyak dari jumlah masukan yang paling minimum.Ini berarti bagaimana mencapai suatu tingkat volume tertentu dengan kualitas yang tinggi, dalam jangka waktu yang lebih pendek, dengan pengeluaran yang seminimal mungkin. Sedangkan efektivitas berkaitan dengan suatu kenyataan apakah hasil-hasil yang diharapkan ini atau tingkat keluaran itu dapat dicapai atau tidak (Putti, 1998). Produktivitas juga diartikan sebagai tingkatan efisiensi dalam produksi barang-barang atau jasa-jasa. Produktivitas mengutarakan cara pemanfaatan secara baik terhadap sumber-sumber dalam produksi barang-barang (Sinungan, 2003). Menurut Sinungan (2003) pengertian produktivitas dapat dikelompokan menjadi tiga yaitu :
28
a. Rumusan tradisional bagi keseluruhan produktivitas tidak lain ialah ratio daripada apa yang dihasilkan (output) terhadap keseluruhan peralatan produksi yang dipergunakan (input). b. Produktivitas pada dasarnya adalah suatu sikap mental yang selalu mrmpunyai pandangan bahwa mutu kehidupan hari ini lebih baik daripadakemarin, dan hari esok lebih baik dari hari ini. c. Produktivitas merupakaninteraksi terpadu secaraserasi dari tiga faktor esensial, yakni investasi termasuk penggunaan pengetahuan dan penggunaan teknologi serta riset, manajemen dan tenaga kerja. Menurut Putti (1989) peningkatan produktivitas dapat dicapai dengan menekan sekecil-kecilnya segala macam biaya termasuk dalam memanfaatkan sumber daya manusia (do the right thing) dan meningkatkan keluaran sebesarbesarnya (do the thing right). Dengan kata lain bahwa produktivitas merupakan pencerminan dari tingkat efisiensi dan efektifitas kerja secara total. D. Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu ini menjadi salah satu acuan penulis dalam melakukan penelitian sehingga penulis dapat memperkaya teori yang digunakan dalam mengkaji penelitian yang dilakukan. Dari penelitian terdahulu, penulis tidak menemukan penelitian dengan judul yang sama seperti judul penelitian penulis. Namun penulis mengangkat beberapa penelitian sebagai referensi dalam memperkaya bahan kajian pada
penelitian
penulis.
Berikut
penelitian terdahulu terkait dengan penelitian yang dilakukan penulis.
merupakan
29
Tabel 2. Penelitian Terdahulu No
JUDUL/PENELITI/TUJUAN
ANALISIS DATA Penelitian menggunaka n pendekatan kualitatif dengan penganalisaa n secara croos-section.
1.
Penguatan Modal Sosial Untuk Pemberdayaan Masyarakat Pedesaan dalam Pengelolaan Agroekosistem Lahan/Tri Pranadji (2006)/Salah satu tujuan yaitu menjelaskan adanya hubungan erat antara kerusakan ALK terhadap tingkat melemahnya modal setempat.
2.
Modal Sosial Sebagai SaranaPengembangan Masyarakat (Studi Kasus di Kecamatan Wonomulyo, Kabupaten Polewali Mamasa, Provinsi Sulawesi Selatan)/ Masdin AP (2002)/Salah satu tujuannya yaitu mengetahui bentuk dan peran modal sosial dalam pengembangan masyarakat yang dikhususkan pada aspek pertanian.
Penelitian menggunaka n pendekatan kualitatif untuk mencari fakta dengan interpretasi yang tepat.
3.
Modal Sosial dan Ketahanan Ekonomi Keluarga Miskin (Studi Sosiologi pada Komunitas Bantaran Ciliwung)/Ujianto Singgih Prayitno (2004)/Salah satu tujuannya yaitu menemukan modal sosial komunitas di Bantaran Ciliwung untuk mempengaruhi ketahanan ekonomi keluarga miskin.
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif dengan pendekatan positivisme dan kualitatif dengan pendekatan substansi dengan sampel 150 responden.
KESIMPULAN Secara historis dapat dikatakan bahwa kerusakan ALK di desa-desa (Boyolali) bagian hulu DAS dinilai sudah sangat parah, kemampuan masyarakat pedesaan dalam mengurangi tekanan terhadap ALK dipengaruhi oleh kekuatan modal sosial yang berhasil diwujudkan oleh masyarakat pedeseaan setempat. Bentuk modal sosial dapat diketahui dengan tingginya nilai-nilai kemasyarakatan yang ditandai dengan sikap gotong royong di desa Sumberjo dan bentuk modal sosial di dalam masyarakat petani adalah dengan adanya organisasi local seperti kelompok tani dan peran modal sosial berhasil didalam mengembangkan masyarakat khususnya masyarakat tani. Hasil analisis kuantitatif ditemukan bahwa ditemukan hubungan bermakna yang kuat diantara variabel yang diuji terhadap ketahan ekonomi keluarga miskin. Dalam analisis kualitatif ditemukan bahwa ketahanan ekonomi keluarga miskin ditentukan sifat komunitas mandiri, ulet dan selalu melakukan penyesuaian terhadap tekanan ekonomi yang terjadi sehingga mereka dapat bertahan hidup.
30
4.
Strategi Nafkah Masyarakat Adat Kasepuhan Sinar Resmi Di Taman Nasional Gunung Halimun Salak/Soeryo Adiwibowo (2013)/Salah satu tujuannya yaitu Sejauh mana perluasan TNGHS mengubah akses sumberdaya alam masyarakat adat Kasepuhan Sinar Resmi.
5.
Kajian dan Strategi Pengembangan Komoditas Padi pada Lahan Kering dan Lahan Sawah di Kabupaten Jember/ Arlita Kartikasari (2008)/Salah satu tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tipologi petani padi di lahan kering dan lahan sawah.
Metode dalam penelitian ini menggunaka n pendekatan kualitatif dengan didukung data kuantitatif. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif dan komparatif.
Berdasarkan data yang diperoleh di lapangan, menunjukkan bahwa tidak terdapat perubahan strategi nafkah akibat berubahnya akses sumberdaya alam pada masyarakat adat Kasepuhan Sinar Resmi dikarenakan perluasan TNGHS. tipologi masyarakat di Desa Harjomulyo Kecamatan Silo dan di Desa Kepanjen Kecamatan Gumukmas dapat dilihat dari segi aspek topografinya, kegiatan pokoknya dapat dilakukan berdasarkan kemampuan keswadayaanya.
E. Kerangka Pikir Penelitian Petani adalah seseorang yang bergerak di bidang pertanian, utamanya dengan cara melakukan pengelolaan tanah dengan tujuan untuk menumbuhkan dan memelihara tanaman (seperti padi, bunga, buah dan lain lain), dengan harapan untuk memperoleh hasil dari tanaman tersebut untuk digunakan sendiri ataupun menjualnya kepada orang lain. Dalam bercocok tanam tentunya petani sangat menginginkan hasil produksi usahataninya mengalami peningkatan dari tahun-tahun sebelumnya. Untuk itu petani membutuhkan strategi untuk meningkatkan produktivitas, dimana strategi yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu berupa unsur-unsurpenyuluhan yang meliputi metode penyuluhan, media penyuluhan, materi penyuluhan serta waktu dan tempat penyuluhan dilaksanakan. Penyuluhan yang dimaksud yaitu proses pendidikan nonformal yang diberikan kepada keluarga tani dengan tujuan agar petani dapat memecahkan masalahnya
31
sendiri kususnya dalama bidang pertanian dan meningkatkan pendapatannya. Strategi yang dilakukan oleh petani melalui modal sosial yang terdiri dari kepercayaan, hubungan timbal balik, dan jaringan sosial. Kepercayaan yang dimaksud adalah adanya rasa saling percaya antar sesama petani. Hubungan timbal balik yaitu adanya sikap saling tolong menolong antar sesama manusia khususnya para petani.Jaringan sosial adalah para petani saling memberikan informasi. Dengan demikian makan akan berimplikasi atau berdampak pada produktivitas petani. Untuk lebih jelasnya dapat di lihat pada skema gambar kerangka pikir berikut:
32
PETANI PADI SAWAH
STRATEGI : Unsur-unsur Penyuluhan: - Metode - Media - Materi - Waktu dan Tempat
MODAL SOSIAL: 1. Kepercayaan 2. Hubungan Timbal Balik 3. Jaringan sosial
PRODUKTIVITAS PETANI PADI SAWAH
Gambar 1. Kerangka Pikir Penelitian Strategi Komunikasi Petani Padi Sawah Melalui Penguatan Modal Sosial di Desa Cialam Jaya Kecamatan Konda Kabupaten Konawe Selatan
33
III. METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Januari sampai Februari 2016 di Desa Cialam Jaya Kecamatan Konda. Lokasi penelitian ini ditentukan secara purposive dengan pertimbangan: 1.
Desa Cialam Jaya merupakan salah satu desa yang besar penduduknya mengusahakan tanaman padi sawah.
2.
Desa Cialam Jaya merupakan salah satu desa yang memiliki beragam suku yang sudah menanamkan nilai-nilai modal sosial yang bersifar universal yang memuat nilai-nilai kebersamaan, saling tolong menolong, toleran dan sifatnya terbuka.
B. Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh petani yang mengusahakan usahatani padi sawah sebanyak 160 KK. Penentuan sampel dilakukan secara acak sederhana (simple random sampling) yaitu dengan mengambil 25 % dari jumlah populasi yaitu 40 responden. Hal ini sesuai dengan pendapat Arikunto (1998) bahwa apabila subyeknya lebih dari 100 orang dan sama (homogen) dapat diambil sampel 20-25%. C. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang diukumpulkan terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh peneliti dari obyek penelitian melalui
34
wawancara terhadap responden dengan menggunakan kuesioner. Sedangkan data sekunder diperoleh secara tidak langsung dari obyek penelitian melalui sumber lain dengan metode kepustakaan yang diperoleh pada kantor-kantor instansi yang terkait dengan penelitian ini. D. Teknik Pengumpulan Data Dalam penelitian metode pengumpulan data yang digunakan adalah: 1.
Teknik Dokumentasi Metode dokumentasi adalah suatu cara untuk memperoleh data atau
informasi tentang hal-hal yang ada kaitannya dengan penelitian, dengan jalan melihat kembali sumber tertulis yang lalu baik berupa angka atau keterangan. 2.
Teknik Interview Interview yang sering juga disebut dengan kuisioner lisan, adalah sebuah
dialog yang dilakukan oleh pewawancara untuk memperoleh informasi dari terwawancara. 3.
Teknik Kuesioner (Angket) Metode angket adalah metode pengumpulan data melalui daftar pertanyaan
yang diisi oleh responden dan ditetapkan skor nilai-nilainya pada tiap-tiap item pertanyaan. Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya atau hal-hal yang ia ketahui.
35
E. Variabel Penelitian Variabel yang diamati dalam penelitian ini adalah: 1.
Identitas
responden,
yang meliputi:
umur,
pendidikan,
pengalaman
berusahatani dan jumlah tanggunngan keluarga. 2.
Strategi komunikasi petani padi sawah yaitu unsur-unsur penyuluhan yang meliputi: metode penyuluhan, media penyuluhan dan materi penyuluhan serta waktu dan tempat.
3.
Modal sosial, yang meliputi: kepercayaan, jaringan sosial, hubungan timbal balik dan norma sosial.
F. Analisis Data
Metode yang digunakan untuk menganalisis data dalam penelitian ini adalah metode analisis deskriptif kualitatif yaitu metode analisis dimana data yang diperoleh selanjutnya diolah dan dianalisis untuk ditarik suatu kesimpulan. Analisis data dapat dilakukan melalui tiga tahap yaitu mereduksi data, mendeskripsikan data dan membuat kesimpulan (Arikunto, 1993). Mereduksi data merupakan kegiatan menyeleksi data sesuai dengan fokus permasalahan. Pada tahap ini peneliti mengumpulkan semua instrument yang digunakan untuk mengumpulkan data untuk dikelompokan sesuai masalah. Hal ini juga memungkinkan peneliti untuk membuang data yang tidak diperlukan. Bentuk deskripsi tersebut dapat berupa naratif, grafik atau dalam bentuk tabel. Tahap terakhir adalah membuat kesimpulan dari data yang telah dideskripsikan. Tahap menganalisis dan menginterpretasikan data merupakan tahap yang paling penting
36
karena hal ini untuk memberikan makna dari data yang telah dikumpulkan. Hasil analisis dan interpretasi data merupakan jawaban dari rumusan masalah yang telah ditentukan sebelumnya. G. Konsep Opresional Konsep operasional adalah pengertian, batasan dan ruang lingkup penelitian ini guna memudahkan pemahaman dalam menganalisa data yang berhubungan dengan penarikan kesimpulan dari hasil-hasil pengamatan variabel yang ada, dimana konsep operasional yang digunakan dalam penelitian ini yaitu: 1. Petani adalah orang yang pekerjaannya bercocok tanam pada lahan pertanian berupa padi sawah. 2. Umur adalah usia responden (dalam jumlah tahun) pada saat penelitian dilaksanakan (diwawancarai). 3. Tingkat pendidikan adalah jenjang pendidikan formal tertinggi yang pernah diikuti dan diukur dalam tahun. 4. Pengalaman
berusahatani
adalah
pengalaman
petani
responden
mengusahakan padi sawah dalam melakukan kegiatan usahataninya yang dinyatakan dalam tahun. 5. Jumlah tanggungan keluarga adalah anggota keluarga yang terdiri dari istri, anak, dan orang lain yang menjadi tanggungjawab petani responden baik yang tinggal dirumah maupun diluar rumah. 6. Penyuluhan adalah proses pendidikan nonformal yang diberikan kepada keluarga tani dengan tujuan agar petani dapat memecahkan masalahnya sendiri kususnya dalama bidang pertanian dan meningkatkan pendapatannya.
37
7. Metode penyuluhan yakni cara penyampaian materi penyuluhan pertanian oleh penyuluh pertanian kepada petani khususnya petani padi sawah, baik secara langsung mapun tidak langsung. 8. Media penyuluhan yang terdiri pesan, makna dan simbol yang digunakan oleh penyuluh kepada masyarakat. 9. Kepercayaan adalah mempercayai seseorang dalam bentuk keinginan untuk bekerja sama. 10. Hubungan timbal balik adalah bentuk hubungan saling tukar kebaikan antar sesama masyarakat petani padi sawah. 11. Jaringan sosial adalah hubungan yang terbangun antar masyarakat petani padi sawah yang dilakukan melalui komunikasi dan interaksi, baik antar individu, kelompok, maupun antar masyarakat.
38
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
A.1. Keadaan Geografis Desa Cialam Jaya Desa Cialam Jaya merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan Konda Kabupaten Konawe Selatan dengan luas daerah 406,5 Ha. Desa tersebut berjarak 5 km dari pusat pemerintahan Kecamatan Konda dan berjarak 30 km dari Ibu Kota Provinsi Sulawesi Tenggara. Secara administratif Desa Cialam Jaya memiliki batasan sebagai berikut: Sebelah utara berbatasan dengan Desa Pombulaa Jaya Sebelah selatan berbatasan dengan Desa Tanea dan Amohalo Sebelah timur berbatasan dengan Desa Lawoila Sebelah barat berbatsan dengan Desa Masagena A.2. Keadaan Tanah dan Penggunaannya Desa Cialam Jaya secara keseluruhan mempunyai luas ±406,5 Ha² sebagian besar digunakan untuk lahan pertanian. Untuk lebih jelasnya distribusi tanah di Desa Cialam Jaya dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Penggunaan Lahan di Desa Cialam Jaya Kecamatan Konda Kabupaten Konawe Selatan. No. Jenis Penggunaan Lahan Luas (Ha) Persentase (%) 1. Pertanian 215 52,89 2. Perkebunan 117 28,78 3. Lain-lain 74,5 18,32 Jumlah 406,5 100 Sumber : Kantor Desa Cialam Jaya, Tahun 2015
39
Tabel 3 memberikan indikasi bahwa di Desa Cialam Jaya penggunaan lahan yang paling besar adalah pertanian denga luas lahan 215 ha, sedangkan untuk lahan perkebunan yaitu 117 ha. Hal ini berarti di Desa Cialam Jaya terlihat bahwa, banyak yang memanfaatkan lahan pertanian sebagai pendapatan utama masyarakat yang ada di Desa Cialam Jaya. A.3. Keadaan Penduduk Berdasarkan Umur Penduduk Desa Cialam Jaya hingga bulan Desember 2015 berjumlah 1.728 Jiwa, dimana pria terdiri dari 880 jiwa dan wanita 848 jiwa, dengan jumlah kepala keluarga sebanyak 477. Untuk lebih jelasnya mengenai rincian keadaan penduduk menurut golongan umur di Desa Cialam Jaya dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Keadaan Penduduk Berdasarkan Golongan Umur di Desa Cialam Jaya Kecamatan Konda Kabupaten Konawe Selatan. No. Umur (Tahun) Jumlah (Jiwa) Persentase (%) 1. 1-17 589 34,08 2. 18-56 894 51,73 3. 56 ke atas 245 14,17 Jumlah 1.728 100 Sumber : Kantor Desa Cialam Jaya, Tahun 2015 Pada Tabel 4 menunjukan bahwa golongan umur penduduk di Desa Cialam Jaya didominasi oleh golongan umur 18-56 yang berjumlah 885 (51,73%) jiwa dan 0-17 tahun yaitu sebanyak 589 (34,08%) jiwa. Hal ini dapat dikatakan bahwa sebagian besar umur yang dimiliki masyarakat Desa Cialam Jaya dalam kondisi baik untuk melakukan kegiatan usahatani padi sawah, dimana pendapat ini dipertegas oleh Soehardjo dan Patong (1984) yang mengelompokan umur berdasarkan kelompok produktif dan non produktif. Untuk kisaran umur 15-54 tahun termasuk dalam kategori produktif dan 55 tahun keatas termasuk kategori umur non produktif.
40
A.4. Keadaan Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan Pendidikan formal merupakan salah satu faktor penting dalam usaha pengembangan keterampilan dan pengetahuan serta perubahan pola pikir yang terbelakang menjadi lebih maju dan berkembang. Sehingga dapat dikatakan bahwa meskipun semakin tinggi tingkat usia produktif seseorang namun tidak didukung oleh tingkat pendidikan yang formal maka tidak dapat merubah pola pikir yang tangkas bagi petani. Untuk mengetahui tingkat pendidikan di Desa Cialam Jaya Kecamatan Konda Kabupaten Konawe Selatan dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Keadaan Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Desa Cialam Jaya Kecamatan Konda Kabupaten Konawe Selatan. No. Tingkat Pendidikan Jumlah (Jiwa) Persentase (%) 1. Tidak/Belum Sekolah 499 28,87 2. SD 509 29,45 3. SMP 380 21,99 4. SMA 610 35,30 Akademi Perguruan Tinggi 5. 30 1,73 Diploma/Strata Satu Jumlah 1728 100 Sumber : Kantor Desa Cialam Jaya, Tahun 2015 Tabel 5 terlihat bahwa penduduk yang ada di Desa Cialam Jaya memiliki tingkat pendidikan yang tergolong tinggi dimana penduduk yang memiliki jenjang pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA) menempati urutan pertama dengan jumlah 610 (35,30%) jiwa. Sedangkan penduduk dengan tingkat pendidikan Akademi/Perguruan Tinggi baik diploma maupun strata satu berada pada urutan terakhir dengan jumlah 30 (1,73%) jiwa.
41
A.5 Keadaan Pertanian Berdasarkan data yang diperoleh dari Desa Cialam jaya diketahui bahwa masyarakat Desa Cialam Jaya memanfaatkan lahan pertanian sebagai lahan sawah, tanaman perkebunan, dan lain-lain yang dimana luas masing-masing pemanfaatanlahan dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Keadaaan Pertanian Berdasarkan Pemanfaatan Lahan di Desa Cialam Jaya Kecamatan Konda Kabupaten Konawe Selatan. No. Pertanian Luas Lahan (Ha) Persentase (%) 1. Lahan Sawah 215 52,89 2. Perkebunan 117 28,78 3. Lain-lain 74,5 18,32 Jumlah 406,5 100 Sumber : Kantor Desa Cialam Jaya, Tahun 2015 Berdasarkan Tabel 6 pemanfaatan lahan sebagai lahan pertanian di Desa Cialam Jaya didominasi dengan lahan sawah dengan luas lahan 215 ha dan tanaman perkebunan dengan luas lahan 117 ha. Sedangkan tanaman lainnya yaitu seluas 74,5 ha. B. Karakteristik Responden B.1. Umur Umur merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi petani padi sawah dalam mengambil keputusan. Umur juga sangat berpengaruh terhadap kemampuan petani padi sawah dalam membentuk modal sosial dimasyarakat. Umur juga merupakan hal yang paling vital dalam mempengaruhi proses interaksi dengan orang lain, dimana umur mempengaruhi kemampuan seseorang dalam memahami sesuatu baik yang dibaca, didengar dan dilihat.
42
Petani yang berumur muda dan sehat cenderung memiliki kemampuan bekerja yang lebih baik dan responsive terhadap hal-hal baru yang dianjurkan sehingga terkesan dinamis. Kondisi ini disebabkan petani yang berumur muda umumnya memiliki keberanian yang lebih dalam pengambilan keputusan dibandingkan petani yang berumur tua yang umumnya bersikap lebih hati-hati dalam menerima resiko. Keadaan umur petani padi sawah di Desa Cialam Jaya dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Keadaan Umur Responden di Desa Cialam Jaya Kecamatan Konda Kabupaten Konawe Selatan. No. Umur (Tahun) Jumlah (Jiwa) Persentase (%) 1. 15-54 35 90,71 2. 55 ke atas 5 9,29 Jumlah 40 100 Sumber : Data primer diolah,Tahun 2015 Tabel 7 menunjukan bahwa secara umum umur responden di Desa Cialam Jaya sebagian besar tergolong produktif sebanyak 35 (90,71) jiwa. Hal ini berarti, dengan usia produktif maka responden akan lebih aktif dan memiliki kemampuan fisik yang kuat dalam berusahatani padi sawah dan lebih tanggap terhadap berbagai inovasi-inovasi yang dianjurkan. Komposisi usia demikian cukup baik jika dilihat dari kapasitas kerja mereka dan diharapkan akan lebih dinamis dalam mengikuti kegiatan usahatani khususnya yang terkait dengan kegiatan usahatani yang dapat meningkatkan produktivitas, sedangkan petani padi sawah yang berumur lebih dari 54 tahun usianya tidak produktif lagi. Hal ini disebabkan oleh kondisi fisik yang kurang memungkinkan untuk melaksanakan pekerjaan yang lebih banyak membutuhkan tenaga karena petani dalam kondisi ini lebih mudah lelah.
43
B.2. Tingkat Pendidikan Tingkat pendidikan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah tingkat pendidikan formal yang pernah dilalui oleh petani responden. Tingkat pendidikan merupakan salah satu aspek yang menentukan kemampuan dan keterampilan petani dalam mengelolah usahataninya selain faktor umur. Pendidikan yang tinggi, petani akan lebih mudah menerima dan menerapkan inovasi baru yang selalu berubah-ubah serta mampu berpikir rasional terhadap persoalan-persoalan yang dihadapi dalam berusahatani. Pendidikan
merupakan
penunjang
kemajuan
dalam
meningkatkan
kesejahteraannya. Pendidikan mempengaruhi perilaku dan kemampuan seseorang dalam menyerap informasi yang berkaitan dengan aktivitasnya sebagai petani padi sawah. Pendidikan juga merupakan salah satu komponen kesejahteraan, karena dengan pendidikan yang diperoleh akan meningkatkan kesadaran dan keinginan seseorang untuk ikut berpatisipasi dalam kehidupan guna meningkatkan produktivitas, pendapatan dan taraf hidupnya. Tingkat pendidikan yang lebih baik diharapkan kemampuan petani dalam pengelolaan sumber daya yang tersedia menjadi lebih baik. Keadaan pendidikan petani responden di Desa Cialam Jaya dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8. Keadaan Tingkat Pendidikan Petani Padi Sawah di Desa Cialam Jaya Kecamatan Konda Kabupaten Konawe Selatan. No. Tingkat Pendidikan Jumlah (Jiwa) Persentase (%) 1. SD 5 20,86 2. SMP 10 28,57 3. SMA 25 50,57 Jumlah 40 100 Sumber : Data primer diolah,Tahun 2015
44
Tabel 8 menunjukan bahwa tingkat pendidikan formal yang pernah ditempuh oleh petani padi sawah di Desa Cialam Jaya didominasi oleh tingkat pendidikan SMA yang berjumlah 25 (50,57%) jiwa dari seluruh jumlah petani yang membudidayakan tanaman padi sawah. Kondisi tersebut menunjukan bahwa adanya kemungkinan perkembangan pelaksanaan usahatani padi sawah akan berjalan dengan baik dan mulus, mengingat jenjang pendidikan formal yang dimiliki petani padi sawah di Desa Cialam Jaya cukup baik. Olehnya itu pemerintah sebagai pengambil kebijakan untuk sering memberikan atau mengadakan pendidikan non formal agar petani lebih paham akan maslah-masalah usahatani yang dihadapi oleh petani padi sawah yang ada di Desa Cialam Jaya. B.3. Pengalaman Berusahatani Pengalaman berusahatani merupakan suatu proses pendidikan yang diperoleh di luar pendidikan formal yang memiliki arti penting bagi petani dalam mengembangkan usahataninya. Petani yang berpengalaman akan lebih terampil dalam bekerja serta mampu mengolah sumberdaya yang ada dengan efisien sehingga dapat meningkatkan produktivitas pertanian yang dikelolahnya. Untuk mengetahui pengalaman usahatani di Desa Cialam Jaya dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9. Pengalaman Berusahatani Padi Sawah di Desa Cialam Jaya Kecamatan Konda Kabupaten Konawe Selatan. No. Pengalaman Jumlah Petani Persentase (%) (Tahun) (Jiwa) 1. <5 9 20 2. 5-10 20 48,57 3. >10 11 31,43 Jumlah 40 100 Sumber : Data primer diolah, Tahun 2015
45
Tabel 9 menunjukan bahwa sebagian besar petani memiliki pengalaman berusahatani lima sampai sepuluh tahum dengan jumlah 20 (48,57%) jiwa. Hal ini menunjukan bahwa petani sudah berpengalaman dalam berusahatani sehingga hal ini dapat menyebabkan akan tinggi produksi petani dalam memproduksi tanaman padi sawah. Berdasarkan pengalaman tersebut diharapkan petani mampu mengambil keputusan yang efektif dalam manajemen usahatani yang dimilikinya dan lebih terampil dalam mengembangkan usahataninya agar lebih produktif. B.4. Jumlah Tanggungan Keluarga Jumlah tanggungan keluarga adalah banyaknya orang dalam satu rumah tangga baik yang berasal dari dalam keluarga maupun dari luar keluarga dimana dalam memenuhi kebutuhan hidupnya berada dalam satu unit pengelolaan ekonomi rumah tangga responden. Menurut Tohir (1982) dalam Rahmayana (2010) penggolongan anggota keluarga berdasarkan pada standar umum, bahwa jika terdapat 3 orang jumlah anggota keluarga (istri dan 2 orang anak) dikategorikan keluarga kecil, jumlah anggota keluarga 4-6 orang dikategorikan keluarga sedang, dan yang lebih dari 7 orang anggota keluarga dikategorikan keluarga besar. Jumlah tanggungan keluarga responden di Desa Cialam Jaya dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10. Jumlah Tanggungan Keluarga Responden di Desa Cialam Jaya Kecamatan Konda Kabupaten Konda. Jumlah Tanggungan Keluarga Jumlah Responden Persentase No (orang) (Jiwa) (%) 1 1–3 33 77,19 2 4–6 7 22,81 Jumlah 40 100,00 Sumber : Data primer diolah,Tahun2015
46
Tabel 10 menunjukkan bahwa jumlah tanggungan keluarga responden di Desa Cialam Jaya masih tergolong dalam keluarga kecil dengan jumlah tanggungan keluarga
1-3 orang sebanyak 44 jiwa atau 77,19%. Hal ini
membuktikan bahwa setiap keluarga hanya mempunyai dua anak atau tiga anak karena dikarenakan pada umumnya responden telah sadar bahwa banyak anak akan menambah beban dalam keluarga apalagi dengan keadaan perekonomian keluarga yang tidak menentu. C. Strategi Komunikasi Petani Padi Sawah Melalui Penguatan Modal Sosial di Desa Cialam Jaya C.1. Kepercayaan Kepercayaan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah adanya rasa saling percaya antar sesama petani padi sawah di Desa Cialam jaya. Dengan adanya kepercayaan tersebut petani padi sawa sanggup mengambil resiko yang akan terjadi pada usahataninya. Seperti yang dikemukakan oleh Putnam (2006) bahwa kepercayaan adalah bentuk keinginan untuk mengambil resiko dalam hubunganhubungan sosialnya yang didasari oleh perasaan yakin bahwa yang lainnya akanmelakukan sesuatu seperti yang diharapkan dan akan senantiasa bertindak dalam suatu pola tindakan yang saling mendukung dan tidak akan bertindak merugikan diri dan kelompok. Membangun rasa percaya adalah bahagian dari proses kasih sayang yang dibangun sejak awal dalam satu keluarga. Sepanjang adanya rasa percaya dalam perilaku dalam hubungan kekeluargaan, maka akan terbangun prinsip-prinsip pertukaran dan kepeduliaan sesama manusia. Rasa saling percaya dapat menekan
47
biaya pemantauan terhadap orang lain agar orang tersebut berperilaku seperti yang diinginkan. Percaya berarti siap menerima resiko dan ketidak pastian (Fukuyama, 1995). Kepercayaan dalam kelompok tani di Desa Cialam Jaya sangat diperlukan, tidak hanya antar petani padi sawah namun antar petani padi sawah dengan pihak pemerintah juga dibutuhkan suatu kepercayaan karena dengan adanya kepercayaan ini maka akan terjalin suatu hubungan kerja sama yang baik. Hal tersebut sesuai dengan hasil wawancara yang dilakukan pada seorang petani padi sawah yang dijadikan sebagai responden sebagai berikut. “Saling percaya yang terjadi antara kami di sini terjadi dengan sesuai apa yang diharapkan.Saat penanaman setiap tahunya kami selalu turun bersamaan di ladang dan kami juga saling menutupi kekurangan.Seperti musim kemarau saat ini kami kekurangan air, jadi kami juga berkerjasama untuk bagaimana caranya semua ladang yang ada disini untuk mendapatkan air agar tanaman padi kami semua tumbuh dengan baik.”(Wawancara dengan Bapak Trisno, tanggal 27 Januari 2016). Hal ini diperkuat oleh seorang petani padi sawah yang dijadikan sebagai responden sebagai berikut “Ya, semua petani di desa ini sudah seperti keluarga, selain dikarenakan kami semua berasal dari suku yang sama, kami juga sudah saling tahu satu sama lain. Jadi, kami saling memahami dan saling mengerti dalam melakukan pekerjaan ini.Itulah yang membuat kami saling percaya sampai saat ini dan kami juga siap menerima resiko apapun nantinya jika ada masalah yang terjadi pada usaha kami ini” (Wawancara dengan Bapak Jarwo, tanggal 21 Januari 2016). Kepercayaan yang dimiliki oleh masyarakat petani padi sawah di Desa Cialam Jaya sangat berdampak pada peningkatan produktivitas petani padi sawah. Hal ini dibuktikan pada hasil wawancara pada beberapa responden yang
48
menyatakan bahwa, kekeluargaan menjadi bahan pertimbangan untuk menjalin kepercayaan sesama petani padi sawah dan kekompakan dalam kegiatan usahatani merupakan hal-hal yang mendasari dalam kepercayaan yang dijalani oleh petani padi sawah di Desa Cialam Jaya sampai saat ini. Sehingga dengan demikian, petani padi sawah melakukan aktifitas kesehariannya dengan cara bekerjasama yang sangat berimplikasi pada peningkatan produktivitas. C.2. Jaringan Sosial Jaringan merupakan kemampuan sekelompok orang untuk melibatkan diri dalam suatu hubungan sosial, melalui berbagai variasi hubungan saling berdampingan dan dilakukan atas dasar prinsip kesukarelaan, kesamaan, kebebasan, dan keadilan. Kemampuan anggota kelompok atau anggota masyarakat untuk selalu menyatukan diri dalam suatu pola hubungan yang sinergis akan sangat besar pengaruhnya dalam menentukan kuat tidaknya jaringan suatu kelompok. Jaringan terlahir dari kecenderungan saling tukar kebaikan antar individu dalam suatu kelompok atau antar kelompok itu sendiri. Pola pertukaran terjadi dalam suatu kombinasi jangka panjang dan jangka pendek dengan nuansa altruism tanpa mengharapkan imbalan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan di lapangan diketahui bahwa para petani padi sawah di Desa Cialam Jaya mempunyai jaringan sosial yang terbentuk karena berasal dari daerah yang sama, kesamaan kepercayaan politik atau agama serta memiliki perasaan simpati yang sama yaitu keadaan ekonomi. Hal ini sesuai
49
dengan hasil wawancara yang dilakukan dengan salah seorang petani padi sawah di Desa Cialam Jaya, sebagai berikut. “Alhamdulillah, hubungan antara kami terjalin dengan baik sehingga kami semua dapat melakukan pekerjaan dengan baik tanpa ada hambatan dan kami juga saling bantu satu sama lainnya.Komunikasi juga baik karena kami satu bahasa dan kami juga saling memahami.”(Wawancara dengan Bapak Paijo, tanggal 20 Januari 2016). Hal ini diperkuat oleh salah seoarang warga setempat yang berprofesi sebagai petani padi sawah sebagai berikut. “Selama hubungan sesama petani terjaga dengan baik maka semua hambatan yang akan dihadapi akan terselesaikan secara baik juga.Oleh karena itu, kami selalu menjaga hubungan kami agar selalu baik dan kami juga saling menginformasikan ketika ada hal-hal baru yang muncul mengenai usahatani kami.”(Wawancara dengan Bapak Sukiman, tanggal 21 Januari 2016). Informasi tersebut memberikan gambaran bahwa masyarakat petani padi sawah di Desa Cialam Jaya sudah membangun jaringan sejak dulu dengan baik. Sehinggga dalam melakukan kegiatanya mereka saling terbuka dan saling membantu jika ada salah seorang dari petani padi sawah membutuhkan bantuan. Dengan demikian sangat berpengaruh pada peningkatan produktivitas karena masyarakat petani padi sawah di Desa Cialam Jaya saling mengeratkan hubungan satu sama lain. C.3. Hubungan Timbal Balik Hubungan timbal balik merupakan salah satu unsur yang juga sangat penting. Dalam hubungan ini akan terjadi kerja sama yang baik jika ada pengertian antar petani padi sawah. Dalam kegiatannya akan terjadi interaksi
50
sosial. Interaksi sosial yang semakin meluas akan menjadi semacam jaringan sosial yang lebih memungkinkan semakin meluasnya lingkup kepercayaan dan lingkup hubungan timbal balik. Timbal balik antar petani padi sawah di Desa Cialam Jaya ini berperan penting dalam pembentukan kelompok agar lebih baik. Timbal balik yang diberikan antar sesama petani padi sawah dapat menjadikan suatu titik ukur agar lebih maju. Dengan saling menerima dan saling membantu antar petani padi sawah yang muncul dari adanya interaksi sosial dapat menjadikan mereka lebih peka terhadap sesama petani padi sawah baik secara kelompok maupun individu. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Desa Cialam jaya bahwa petani padi sawah sudah menjalin yang namanya hubungan timbal balik, baik antar individu maupun kelompok. Bentuk timbal balik yang terjadi antar petani padi sawah yaitu memberikan bantuan kepada petani yang lahannya kekurangan air, memberikan bantuan tenaga ketika ada salah seorang petani yang mengalami hambatan pekerjaan yang sangan berat dan susah dikerjakan secara individu, dan lain sebagainya. Seperti yang dikemukakan oleh seorang petani padi sawah yang dijadikan sebagai responden saat wawancara sebagai berikut. “Pada saat melakukan aktifitas keseharian kami di ladang, kami berangkat bersama-sama dan saling berkordinasi.Seperti saat ini kami menghadapi musim kemarau panjang jadi banyak petani yang kekurangan air diladang kami. Disaat seperti itu kami saling membantu agarpetani kekurangan air bisa mendapat air yang cukup untuk diladangnya.”(Wawancara dengan Bapak Santoso, tanggal24 Januari 2016). Hal ini diperkuat oleh seorang petani padi sawah yang dijadikan sebagai responden sebagai berikut
51
“Sering kali kami saling membantu dalam kesulitan apa saja.Sesam petani padi sawah biasanya saling membutuhkan antara satu dengan yang lainnya.Seperti jika ada salah seorang petani yang mengalami kerjaan sulit, maka kami membantunya tanpa mengharapkan imbalan apapun. Hal ini sering terjadi karena semua petani padi sawa sudah seperti keluarga.”(Wawancara dengan Bapak Abdul, tanggal 25 Januari 2016) . Dari pemaparan diatas diketahui bahwa para petani padi sawah sudah membina hubungan timbal balik yang baik. Mereka selalu saling membantu dalam kegiatan usahataninya, memberikan bantuan tenaga bagi petani padi sawah yang membutuhkan, kerja sama mendapatkan air yang cukup. Bantuan tersebut diberikan dengan ikhlas tanpa mengharapkan imbalan dan bayaran. Hubungan timbal balik di Desa Cialam Jaya bukan hanya terjadi pada individu, namun terjadi pula pada kelompok masyarakat petani padi sawah. Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan diketahui bahwa, hubungan timbal balik yang terjadi pada kelompok masyarakat petani sawah yaitu adanya kekerabatan dan komunikasi yang baik sehingga kerjasama dan gotong royong terjadi pada kelompok masyarakat petani padi sawah. Seperti yang dikemukakan oleh seorang petani padi sawah yang dijadikan sebagai responden sebagai berikut. “Alhamdulillah berjalan dengan baik karena hubungan timbal balik ini sangat penting bagi kami dan usahatani yang kami jalankan saat ini. Sampai saat ini kami berkomunikasi dengan baik sehingga masalah apapun yang kami hadapi bisa diselesaikan.”(Wawancara dengan Bapak Budi, tanggal 23 Januari 2016). Hal ini diperkuat oleh seorang petani padi sawah yang dijadikan sebagai responden sebagai berikut “Kami selalu melakukan komunikasi yang baik, jadi jenis pekerjaan apapun kami selalu mengerjakan secara bersama. Berkat hubungan timbal balik yang kami jalani sejak dulu, kami selalu bergotong royong pada acara-
52
acara kampung dan pada kegiatan kami di ladang.”(Wawancara dengan Bapak Ahmad, tanggal 24 Januari 2016). Dari hasil wawancara di atas dapat diketahui bahwa, hubungan timbal balik pada kelompok masyarakat petani padi sawah di Desa Cialam Jaya sudah dibina sejak dulu hingga saat ini dengan adanya komunikasi yang baik, sehingga terjadinya hubungan yang baik dan terjadinya hubungan kerjasama dan gotong royong. Hubungan timbal balik yang terjadi di Desa Cialam Jaya memberikan manfaat yang sangat besar. Manfaat tersebut dapat dirasakan baik secara individu maupun secara kelompok. Secara individu, manfaat dari hubungan timbal balik adalah lahirnya sifat kekeluargaan dan saling memahami antara petani padi sawah yang satu dengan yang lainnya, serta terciptanya hubungan yang harmonis dan lingkungan yang seimbang. Sedangkan secara kelompok, manfaat yang dirasakan adalah munculnya sifat saling membutuhkan antara petani padi sawah yang satu dengan yang lainnya, serta munculnya kepercayaan yang tinggi sesama petani padi sawah.Seperti yang dikemukakan oleh seorang petani padi sawah yang diwawancarai seperti berikut ini. “Manfaat dari hubungan timbal balik yang kami rasakan itu seperti kami selalu gotong royong dalam melakukan pekerjaan.Dari gotong royong itu juga kami merasakan adanya sebuah keluarga baru yang harmonis dan lingkungan baru juga.Selama ini hubungan timbal balik yang terjadi di desa ini berjalan cukup baik, namun terkadang terjadi perselisihan antara petani, namun dapat diselesaikan dengan cepat sebelum perselisihan itu terjadi lebih lama.”(Wawancara dengan Bapak Bagus, tanggal 21 Januari 2016).
53
Hal ini diperkuat oleh seorang petani padi sawah yang dijadikan sebagai responden sebagai berikut “Berkat adanya hubungan timbal balik yang terjalin diantara kami, gotong royong dan saling membantu satu sama lain selalu tercipta diantara kami disaat melakukan aktifitas keseharian kami sebagai petani padi sawah. Berkat hubungan timbal balik juga, usahatani kami juga lebih maju dan hasil tani kami meningkat tiap tahunnya.”(Wawancara dengan Bapak Hidayat, tanggal 20 Januari 2016). Dari hasil wawancara tersebut diperoleh informasi bahwa hubungan timbal balik membawa manfaat kepada setiap petani padi sawah di Desa Cialam Jaya. Hal ini dibuktikan dengan adanya gotong royong dan saling membantu satu sama lain, yang membawa mereka kepada kebaikan dan rasa saling memiliki serta usahatani yang mereka jalani berjalan dengan baik dan memuai hasil yang meningkat ditiap tahunnya. Dalam hal ini, dengan adanya hubungan timbal balik antar sesama masyarakat petani padi sawah maka sangat berimplikasi pada peningkatan produktivitas petani padi sawah. C.4. Metode Penyuluhan Pertanian Penyuluhan pertanian merupakan suatu upaya atau proses kegiatan yang dilakukan dalam rangka pemberdayaan masyarakat dan petani. Efektivitas penyuluhan pertanian ditentukan oleh komponen-komponen dalam sistem penyuluhan pertanian, diantaranya yaitu bagaimana memilih metode penyuluhan pertanian yang baik. Metode Penyuluhan Pertanian adalah cara penyampaian materi (isi pesan) penyuluhan pertanian oleh penyuluh pertanian kepada petani beserta anggota keluarganya baik secara langsung maupun tidak langsung agar mereka tahu, mau
54
dan mampu menggunakan inovasi baru. Umumnya pesan terdiri dari sejumlah simbol dan isi pesan inilah yang memperoleh perlakuan. Bentuk perlakuan tersebut memilih, menata, menyederhanakan, menyajikan, dll. Dilain pihak simbol dapat diartikan kode-kode yang digunakan pada pesan. Simbol yang mudah diamati dan paling banyak digunakan yaitu bahasa. Jenis metode penyuluhan pertanian yang sering dipakai oleh penyuluh saat turun kelapangan yaitu metode petani kunci/kontak tani, surat menyurat, kunjungan (anjangsana dan anjang-karya), karyawisata, dan demonstrasi. Semua jenis metode tersebut digunakan penyuluh terhadap petani pada umumnya, namun yang sering digunakan oleh penyuluh pertanian di Desa Cialam Jaya yaitu metode kunjungan dan metode demonstrasi. Hal ini dibuktikan dengan hasil wawancara dengan salah seorang warga Desa Cialam Jaya yang berprofesi sebagai petani padi sawah yang dijadikan sebagai responden, yakni sebagai berikut. “Penyuluh di desa ini sering datang langsung menemui kami disawah, mengajarkan kami bagaimana cara mengolah padi yang benar. Kadang juga penyuluh mengunjungi kami dirumah untuk berdiskusi masalah usahatani yang kami jalani.”(Wawancara dengan Bapak Darwin, tanggal 21 Januari 2016). Hal ini diperkuat oleh salah seorang petani padi sawah yang dijadikan sebagai responden sebagai berikut. “Kami selalu diajarkan cara yang benar menanam padi, penyuluh memperagakan langsung dihadapan kami di sawah. Selain itu, penyuluh juga menemui kami secara individu maupun kelompok, baik itu dirumah, dibalai desa, dan di sawah.Kami sangat bersyukur dengan adanya penyuluh tersebut, karena berkat dia juga usahatani kami berkembang.”(Wawancara dengan Bapak Ijo, tanggal 23 Januari 2016)
55
Berdasarkan hasil wawancara tersebut diketahui bahwa, penyuluh di Desa Cialam jaya sering menggunakan dua metode yaitu metode kunjungan dan metode demonstrasi. Dimana metode kunjungan adalah penyuluhan yang dilaksanakan oleh seorang penyuluh dengan melakukan kunjungan kepada sasaranya secara perorangan maupun kelompok, baik dirumah/tempat tinggal ataupun di tempat mereka biasa melakukan kegiatan sehari-hari. Metode demonstrasi merupakan kegiatan penyuluhan yang dilakukan dengan cara menunjukan bukti-bukti yang nyata yang dapat dilihat oleh mata kepala mereka sendiri, agar meraka mempercayai segala sesuatu yang disuluhkan, dan ketika meraka sudah percaya, mereka pasti lebih cepat terdorong untuk mencoba dan menerapkannya. C.5. Media Penyuluhan Pertanian Salah satu kegiatan dalam penyelenggaraan penyuluhan pertanian adalah penyampaian informasi pertanian kepada penggunanya.Informasi pertanian tersebut bisa disampaikan secara langsung dengan tatap muka atau tidak langsung dengan menggunakan media penyuluhan pertanian. Penggunaan media penyuluhan pertanian akan membantu memperjelas informasi yang disampaikan kepada penggunanya karena dapat lebih menarik, lebih interaktif, dapat mengatasi batasan ruang, waktu dan indera manusia. Agar informasi yang disampaikan bisa lebih jelas dan mudah dipahami sesuai dengan tujuan yang akan dicapai maka informasi tersebut perlu dikemas sesuai dengan karakteristik dari setiap media yang digunakan. Sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan di Desa Cialam Jaya ditemukan beberapa media yang diberikan kepada petani oleh penyuluh. Hal ini
56
untuk mempermudah petani memperoleh informasi. Dengan adanya media tersebut petani padi sawah merasa lebih mudah mendapatkan informasi. Jenis media yang di adakan oleh penyuluh tersebut berupa poster dan brosur. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara dengan seorang petani padi sawah yang dijadikan sebagai responden sebagai berikut. “Kami sering diberikan selebaran yang isinya itu foto dan kata-kata mengenai cara-cara bertani yang baik.Itu langsung dijelaskan juga pada kami maksud dari selebaran itu. Setelah diajarkan sekarang kami tahu dengan apa yang dimaksud dari selebaran itu. Sampai saat ini penyuluh selalu memberikan kami selebaran seperti poster dan brosur.”(Wawancara dengan Bapak Suyatno, tanggal 25 Januari 2016). Hal ini diperkuat oleh salah seorang petani padi sawah yang dijadikan sebagai responden sebagai berikut. “Ya betul, penyuluh selalu memberikan berupa pamflet dan poster dan brosur. Hanya itu media yang diberikan kepada kami, tidak ada jenis media lainnya dan dengan itu juga kami mudah mendapatkan informasi, tidak perlu lagi kami pergi menanyakan kepada penyuluh.”(Wawancara dengan Bapak Kasino, tanggal 26 Januari 2016). Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa petani padi sawah yang dijadikan sebagai responden diketahui bahwa, penyuluh yang bertugas di Desa Cialam Jaya sudah memeberikan akses untuk mempermudah petani memperoleh informasi sesuai yang dibutuhkan oleh petani padi sawah di Desa Cialam Jaya. Hal ini dibuktikan dengan adanya media yang diberikan kepada petani dan petanipun merasa sangat senang dengan adanya media tersebut karena menurut petani media yang diberikan sangat jelas penyampaiannya dan mudah dimengerti.
57
C.6. Materi, Waktu dan Tempat Penyuluhan Pertanian Salah satu kegiatan dalam penyelenggaraan penyuluhan pertanian adalah penyampaian informasi dan teknologi pertanian kepada penggunanya. Informasi dan teknologi pertanian tersebut sering kita sebut sebagai pesan penyuluhan atau materi penyuluhan pertanian. Materi penyuluhan pertanian yang akan disampaikan penyuluh kepada pelaku utama dan pelaku usaha pertanian diharapkan dapat memberikan dampak yang positif kepada peningkatan kesejahteraan masyarakat. Materi penyuluhan pertanian dibuat untuk memenuhi kebutuhan dan kepentingan pelaku utama dan pelaku usaha pertanian dengan memperhatikan pemanfaatan dan pelestarian sumberdaya pertanian. Sesuai dengan apa yang dilakukan oleh penyuluh di Desa Cialam Jaya bahwa, penyuluh memberikan materi penyuluhan dengan baik dan dapat dimengerti oleh petani padi sawah. Hal ini dibuktikan setelah penelitian dilakukan bahwa penyuluh di Desa Cialam Jaya memberikan materi yang jelas dan dapat dimengerti oleh petani serta materi yang diberikan sesuai dengan apa yang diharapkan oleh petani. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara dengan seorang petani padi sawah yang dijadikan sebagai responden sebagai berikut. ”Materi yang diberikan penyuluh sangat bagus sesuai dengan harapan kami. Kami juga mengerti dengan yang disampaikan penyuluh, jadi kami juga bisa langsung terapkan kelapangan.”(Wawancara dengan Bapak Jarwo, tanggal 22 Januari 2016). Hal ini diperkuat oleh seorang warga Desa Cialam Jaya yang berprofesi sebagai petani padi sawah yang dijadikan sebagai responden sebagai berikut. ”Materi yang disampaikan penyuluh sangat jelas, menggunakan bahasa yang mudah kami pahami. Sehingga kami juga mengerti dengan materi
58
yang disampaikan dan materinya juga bagus. Berkat materi yang kami dapat dari penyuluh, masalah usaha kami juga jadi terselesaikan.”(Wawancara dengan Bapak Uto, tanggal 22 Januari 2016). Dari hasil wawancara dapat diketahui bahwa, model materi yang disampaikan oleh penyuluh yaitu materi pokok dan materi penting. Dimana materi pokok yaitu materi yang benar-benar dibutuhkan dan harus diketahui oleh sasaran utamanya, sedang materi penting yaitu materi yang berisi dasar pemahaman tentang segala sesuatu yang berkaitan dengan kebutuhan yang dirasakan. Materi yang didapatkan oleh petani dapat dipahami dan langsung diterapkan ke pematang sawah. Berkat materi yang disampaikan, semua kebutuhan petani diperoleh dan masalah yang sedang dihadapi dapat diselesaikan dengan tepat. Tempat dan waktu pelaksanaan penyuluhan, sebaiknya juga harus disesuaikan dengan kesepakatan masyarakat tentang waktu dan tempat yang biasa mereka gunakan untuk keperluan-keperluan serupa. Karena
itu,
kegiatan
penyuluhan tidak boleh menetapkan bakuan tentang waktu dan tempat penyelenggaraannya. Sebaiknya disesuaikan dengan kesepakatan masyarakatnya, yaitu tempat penyuluhan tidak harus selalu di hamparan/lahan usahatani, tidak harus menetap, tetapi dapat berpindah-pindah sesuai dengan materi dan kesempatan yang dimiliki, hari dan waktu pertemuan tidak harus tetap, tetapi yang penting ada kepastian, dan selang waktu kunjungan tidak harus dua minggu sekali, tetapi yang penting dilakukan pertemuan (kunjungan) dua kali dalam sebulan, atau untuk masyarakat Jawa dapat diundur sedikit menjadi 2 kali dalam selapan (35 hari).
59
Hal ini sesuai dengan apa yang terjadi antara penyuluh dan petani padi sawah di Desa Cialam Jaya. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di ketahui bahwa, penyuluh selalu menyesuaikan waktu luang petani untuk melakukan penyuluhan, tidak mengambil keputusan sendiri. Seperti apa yang dipaparkan seorang warga di Desa Cialam Jaya yang berprofesi sebagai petani sawah saat wawancara dilakukan seperti berikut ini. “Kami tidak pernah keberatan dengan waktu dan tempat karena penyuluhnya selalu menanyakan dulu kapan kami siap untuk ikut penyuluhan. Jadi waktu penyuluhan dilaksanakan tidak mengganggu waktu aktifitas kami, baik itu waktu kerja maupun waktu istrahat dirumah”(Wawancara dengan Bapak Supardi, tanggal 21 Januari 2016). Hal ini diperkuat oleh seorang petani padi sawah yang dijadikan sebagai responden sebagai berikut.
“Waktu dan tempat pelaksaan penyuluhan selalu diimbangkan dengan waktu kerja kami, jadi kami selalu sepakat dengan waktu dan tempat tersebut. Kebanyakan waktu dan tempat kami yang atur, penyuluh selalu mengikut dengan keputusan kami. Jadi kami juga tidak pernah keberatan karena tidak mengganggu waktu kerja dan istrahat kami, dan kami juga tidak pernah terbeban dengan pelaksanaan penyuluhan.”(Wawancara dengan Bapak Muhidin, tanggal 21 Januari 2016). Berdasarkan hasil wawancara dapat diketahui bahwa, petani padi sawah di Desa Cialam Jaya tidak pernah keberatan dan selalu menyepakati dengan waktu dan tempat pelaksanaan karena penyuluh memberikan wewenang kepada petani untuk menentukan waktu dan tempat pelaksanaan penyuluhan pertanian. Jadi, petani padi sawah tidak merasa terbeban dan tidak merasa terganggu dengan pelaksanaan penyuluhan tersebut.
60
IV. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dikemukakan diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut. 1. Modal sosial yang dimiliki oleh masyarakat petani padi sawah di Desa Cialam Jaya adalah kepercayaan (mengutamakan kekeluargaan dan kekompakan serta kerja sama), jaringan (membina hubungan dan komunikasi yang baik dengan petani padi sawah secara individu maupun kelompok), dan timbal balik (saling membantu dalam melakukan kegiatan sehari-hari dan selalu bergotong royong dalam menyelesaikan pekerjaan). Ketiga unsur modal sosial tersebut sudah terjadi sejak lama dan hubungan itu semakin kuat karena berlandaskan kekeluargaan. 2. Strategi yang dilakukan oleh petani padi sawah di Desa Cialam Jaya untuk meningkatkan produktivitas petani yaitu melalui tiga unsur penyuluhan pertanian yaitu Metode penyuluhan (metode kunjungan dan metode demonstrasi), Media penyuluhan pertanian (poster dan brosur) dan Materi penyuluhan (materi pokok dan materi penting) serta waktu dan tempat penyuluhan (kesepakatan individu). Modal sosial berperan positif bagi produktivitas petani padi sawah yang menjadikan petani padi sawah terus melakukan praktik sosial berkaitan dengan modal sosial sehingga menjadi struktur yang menjadi sarana bagi petani padi sawah untuk terus mempolakan modal sosial dalam kehidupan sosial.
61
B. Saran 1. Disarankan agar masyarakat petani padi sawah di Desa Cialam Jaya lebih memperluas jaringan agar dapat mengembangkan usahanya kearah yang lebih baik lagi, dan menerapka norma sosial agar tidak terjadi hal-hal yang tidak di inginkan oleh masyarakat petani padi sawah. 2. Disarankan agar pemerintah memberikan perhatian khusus kepada masyarakat petani padi sawah agar kepercayaan masyarakat petani padi sawah kepada pemerintah semakin meningkat dan dapat meningkatkan pendapatan masyarakat petani padi sawah menjadi lebih baik. 3. Disarankan agar pemerintah dan masyarakat petani padi sawah selalu melakukan komunikasi yang baik khususnya dalam hal pemberian bantuan alsinta dan pemberian informasi mengenai tata cara bertani yang baik. 4. Disarankan agar peneliti selanjutnya untuk menarik permasalahan norma sosial pada petani padi sawah di Desa Cialam Jaya.
62
DAFTAR PUSTAKA
Arfida. 2003. Ekonomi Sumber Daya Manusia. Jakarta: Ghalia Indonesia. Basu, Swasta DH dan Ibnu Sukotjo, 1998, Pengantar Bisnis Modern, Edisi Ketiga. Yogyakarta: Liberty. Blocher, J. Edward, Kung H. Chen, Thomas W. Lin, 2000. Manajemen Biaya,Terjemahan Dra. A. Susty Ambarriani, M.Si., Akt, Salemba Empat. Jakarta. David F.R. 2006. Manajemen Strategi, Terjemahan : PT Indeks Kelompok Gramedia. PT Gramedia. Jakarta Fakuyama, F., 1995. Trust: The Social Virtues and Creation Of Prosperity. The Free Press. New York. Hasbullah, J., 2006. Sosial Capital (Menuju Keunggulan Budaya Manusia). MR United Press. Jakarta. Lawang R.M.Z., 2005. Kapital Social Dalam Prespektif Sosiologi. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta. Mubyanto, L.S., 1984. Nelayan dan Kemiskinan. Rajawali Press. Jakarta. Porter, M.E. 1991. “Towards a Dynamic Theory of Strategy”, Strategic Management Journal, 12. Winter Special Issue. pp. 95-117. Pratikno, 1993. The Properous Community – Social Capital and Public Life. Harvard. Business Riview. American. Prusak, L & Cohen, D., 2001. How To Invest in Social Capital. Harvard Business Review. Purwanto, I., 2007. Manajemen Strategis. Bina Rupa Aksara. Jakarta. Putnam, R., 2006. The Prosperous Community Social Capital and Publik Live. American Prospect. Putti, J.M. (1998).Understanding Productivity. (First Edition). Singapore: Federal Publication. Sinungan, Muchdarsyah. 1985. Produktivitas ; Apa dan Bagaimana, Edisi II. Jakarta : Penerbit Bumi Aksara , 2003. Produktivitas Apa dan Bagaimana, Penerbit Bumi Aksara. Jakarta.
63
. 2003. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta : Bumi Aksara. Soekanto, S., 1989. Kamus Sosiologi. Penerbit Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Soetomo, 2006. Strategi-Strategi Pembangunan Masyarakat. Pustaka Pelajar. Yogyakarta. Rangkuti, Freddy. 2006. Analisis SWOT, Teknik Membedah Kasus Bisnis. Gramedia. Jakarta. Tarwaka, Bakri. Sudiajeng L. 2004. Ergonomi untuk Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Produktivitas. Surakarta: UNIBA Press. Tjipto, F. 1997. Strategi Pemasaran. (edisi 2). Andi. Jakarta. Yoshida, D T. 2006. Arsitektur Strategi. PT. Gramedia. Jakarta. Jurnal Ancok, D., 2003. Modal Sosial dan Kualitas Masyarakat. Pdf.29/6/2007. (diakses pada tanggal 2 Oktober 2015. Pukul 20.00 Wita). Soeharto, E., 2007. Manajemen Sosiologi dan Kebijakan Publik. Jurnal Pdf. 29/12/2007. (diakses pada tanggal 30 September 2015. Pukul 15.00 Wita). Soetomo, 2006. Modal Sosial dan Kebijakan Publik. Jurnal Ragam/paper Pdf (seccered).23/6/2007/1;49 pm. (diakses pada tanggal 30 September 2015. Pukul 12.00 Wita).
64
65
Lampiran 1. RiwayatHidup RIWAYAT HIDUP Azlim lahir di Bukit Martajam, Malaysia dan merupakan anak pertama dari pasangan Bapak Khaharudin dan Ibu Asnia. Penulis menyelesaikan pendidikan pada jenjang SD (2004), SMP (2007), dan SMA (2010). Padatahun 2011 penulis melanjutkan pendidikan di Universitas Halu Oleo pada Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian. Selama menempuh pendidikan, penulis aktif dalam berbagai organisasi internal maupun eksternal guna mengasah kemampuan mental dan pengetahuan penulis. Organisasi yang pernah digeluti meliputi: GP Ansor (NU) cabang Sultra, GMNI Kendari, HIMJAGRI, POPMASEPI, Majelis Permusyawaratan Mahasiswa UHO.
66
Lampiran 2. Peta Lokasi Penelitian
Lokasi Penelitian
67
Lampiran 3. Kuesioner Penelitian KUESIONER A. Identitas Responden 1. Nama responden
:
2. Jenis kelamin
:
3. Umur
:
4. Pendidikan
:
5. Pengalaman berusahatani
:
6. Jumlah tanggungan keluarga
:
B. Strategi Peningkatan Produktivitas Petani Padi Sawah a. Metode Penyuluhan Pertanian 1. Metode apa yang dilakukan oleh penyuluh terhadap petani padi sawah ? a. Petani kunci b. Surat menyurat c. Kunjungan d. Karyawisata e. Demonstrasi Jelaskan: 2. Dari segi pendekatan kepada sasaran, pendekatan apa yang dilakukan oleh penyuluh ? a. Pendekatan perorangan
68
b. Pendekatan kelompok c. Pendekatan massal d. Pendekatan perorangan dan kelompok e. Ketiga jenis pendekatan Jelaskan: b. Media Penyuluhan 1. Jenis Media seperti apa yang diberikan oleh penyuluh ? a. Media cetak b. Media audio c. Media audio-visual d. Media cetak dan media audio e. Ke tiga jenis media tersebut Jelaskan: 2. Bentuk media seperti apa yang diberikan oleh penyuluh ? a. Poster b. Leaflet c. Film d. Brosur e. Kaset (CD/DVD) Jelaskan: c. Materi Penyuluhan serta Waktu dan Tempat 1. Seperti apa model materi yang disampaikan oleh penyuluh ?
69
a.
Materi pokok
b.
Materi penting
c.
Materi penunjang
d.
Materi pokok dan materi penting
e.
Ketiga model materi tersebut
Jelaskan: 2. Bagaimana dengan penentuan waktu dan tempat dilaksanakan penyuluhan ? a.
Kesepakatan individu
b.
Kesepakatan kelompok
c.
Kesepakatan pihak Desa
d.
Kesepakatan penyuluh
e.
Kesepakatan bersama
Jelaskan C. Modal Sosial Masyarakat Petani a. Kepercayaan 1. Dalam menjalin kepercayaan dengan orang lain, hal-hal apa saja yang menjadi pertimbangan Bapak ? a.
Kekerabatan
b.
Kekeluargaan
c.
Gotong-royong
d.
Kekerabatan dan gotong-royong
e.
Kekerabatan, kekeluargaan, dan gotong-royong
70
Jelaskan: 2. Hal apa saja yang mendasari kepercayaan agar tetap terjalin dalam masyarakat petani padi sawah ? a. Komunikasi yang baik b. Kekompakan dalam kegiatan kelompok c. Saling mendukung d. Perilaku yang jujur e. Lainnya Jelaskan: b. Jaringan Sosial 1. Seberapa penting jaringan bagi Bapak baik dalam mencari informasi metode pengolaan usahatani maupun pemasaran dalam kelembagaan kelompok tani ? Jelaskan: 2. Bagaimana dengan jaringan yang dijalin oleh Bapak baik dalam kelompok maupun dalam kemasyarakatan ? Jelaskan: 3. Manfaat apa saja yang didapat oleh Bapak dari jaringan sosial kepada lembaga-lembaga terkait ? Jelaskan: c. Hubungan Timbal Balik 1. Apakah kerjasama yang menjadi salah satu bentuk hubungan timbal balik yang dijalin oleh masyarakat petani padi sawah ? Jelaskan:
71
2. Seperti apa hubungan timbal balik yang terjadi pada kelompok masyarakat petani padi sawah ? Jelaskan: 3. Bagaimana dengan hubungan timbal balik yang dijalin antar petani padi sawah dan pihak pemerintah terkait ? Jelaskan: 4. Manfaat apa saja yang Bapak peroleh dengan adanya hubungan timbal balik ? Jelaskan:
72
Lampiran 4. Identitas Responden No . 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34. 35. 36. 37. 38. 39. 40.
Umur (Tahu n) 45 30 35 42 28 33 56 34 27 40 41 47 29 48 50 44 38 26 32 22 57 52 40 38 41 27 55 51 30 23 44 35 59 36 33 58 42 50 27 48
PendidikanTerak hir SMP SMA SMA SMP SMA SMA SD SMA SMP SMA SMA SMA SMA SMP SMA SMP SMA SMP SMA SMP SD SMA SMA SMP SMA SMA SD SMA SMP SMA SMA SMA SD SMA SMA SD SMA SMP SMA SMA
Pengalaman Berusahatani (Tahun) 15 6 8 10 4 5 30 7 3 6 7 9 2 8 20 10 7 4 6 3 25 29 8 5 8 3 35 18 7 4 9 8 28 9 4 37 6 25 4 15
JumlahTanggungan Keluarga (Jiwa) 6 3 5 2 1 2 2 3 1 2 3 3 2 2 1 2 3 1 4 1 2 2 2 4 1 3 2 3 2 1 3 5 2 1 2 6 3 2 1 6
73
Lampiran 5. Dokumentasi Penelitian Wawancara dengan Bapak Suyatno
Wawancara dengan Bapak Kasino