POLA KOMUNIKASI IBU TERHADAP ANAK UNTUK MENCEGAH KENAKALAN REMAJA DI DESA WONUA KECAMATAN KONDA KABUPATEN KONAWE SELATAN ROSMA NIM:12030101007
ABSTRAK ROSMA, NIM.12030101007, Judul: Pola komunikasi ibu terhadap anak untuk mencegah kenakalan remaja di Desa Wonua Kecamatan Konda Kabupaten Konawe Selatan, ( Dibimbing oleh: Dr. Ros Mayasari, M. Si dan Sri Hadijah Arnus, S. Sos., M. Si ) Skripsi ini mengkaji pola komunikasi ibu terhadap anak untuk mencegah kenakalan remaja di Desa Wonua Kecamatan Konda Kabupaten Konawe Selatan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pola komunikasi ibu terhadap anak, langkah-langkah komunikasi ibu terhadap anak, dan faktor penghambat dan pendukung yang dihadapi oleh ibu untuk mencegah kenakalan remaja. Metode penelitian yang digunakan untuk mengurai masalah ini adalah metode kualitatif dengan tehnik analisis deskriptif. Data dikumpulkan melalui tehnik wawancara dengan ibu, anak remaja, ayah, tetangga dan tokoh masyarakat. Analisis data dilakukan dengan cara reduksi data, display data, dan verifikasi data. Pengecekkan keabsahan data melalui trianggulasi tekhnik, sumber dan waktu. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan beberapa hal. Pertama, pola komunikasi ibu terhadap anak di Desa Wonua Kecamatan Konda Kabupaten Konawe Selatan, ibu menggunakan bentuk pola komunikasi model stimulus-respon dan model interaksional. Dalam proses komunikasi Stimulus-Respon (aksi-reaksi) ibu menasehati dengan lembut, memberikan arahan, mengubah perilaku dan mendidik, dengan tujuan untuk kearah yang lebih baik terhadap anak khususnya untuk mencegah kenakalan remaja. Dalam hal ini, ibu hanya menggunakan kalimat yang sederhana anak langsung mengerti. Melalui model interaksional terjadi proses komunikasi dimana ibu tidak memaksa saat meminta bantuan, memberikan kesempatan kepada anak untuk mengajukan pendapat, dan anak bebas bercerita kepada ibu pada saat ada masalah. Disini, ibu sebagai komunikator dan anak sebagai komunikan, dan ibu menjadi komunikan atau pendengar saat anak sebagai komunikator. Kedua, langkah-langkah komunikasi ibu terhadap anak dilakukan
dengan dua cara spontanitas dan sistematis. Para ibu berbicara langsung kepada anaknya dirumah seputar masalah ataupun aktivitas yang dilakukan anaknya. Pada saat lain ibu merencanakan untuk meluangkan waktu bersama anaknya seperti mengajak dan mendengarkan anak untuk bercerita, memberikan nasehat agama, dan berbicara seputar aktivitasnya sehari-hari. Ketiga, secara umum ada dua faktor yang mempengaruhi komunikasi ibu terhadap anak untuk mencegah kenakalan remaja ada dua. Pertama, kemampuan mengendalikan diri pada saat berbicara pada anak (ada yang sudah baik seperti saat berbicara tidak marah, mengetahui kondisi anak saat memberikan nasehat, dan terjalin komunikasi yang baik. Sebaliknya ada yang belum baik seperti berbicara dengan marah, sehingga pesan tidak didengarkan). Kedua, kemampuan menyediakan waktu untuk berbicara ada yang sudah baik dan ada yang belum baik seperti tidak tersedianya waktu untuk berkomunikasi dan kondisi yang tidak mendukung saat anak ada masalah.
PENDAHULUAN Komunikasi adalah sesuatu yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia, sejak manusia itu dilahirkan manusia sudah melakukan proses komunikasi. Manusia adalah makhluk sosial, artinya makhluk itu hidup dengan manusia lainnya yang satu sama lain saling membutuhkan, untuk melangsungkan kehidupannya manusia saling berhubungan. Hubungan manusia tercipta dengan melalui komunikasi verbal (bahasa) dan komunikasi nonverbal (gambar, isyarat, bahasa diam, simbolsimbol, dan tanda-tanda sentuhan/rengkuhan, kontak mata. Dalam lingkungan keluarga, komunikasi antar anggota keluarga merupakan suatu alat yang sangat penting, khususnya antara ibu dengan anak, dimana komunikasi merupakan alat atau media penghubung dalam hubungan antar sesama anggota keluarga. Buruknya kualitas komunikasi dalam keluarga akan berdampak buruk bagi keutuhan dan keharmonisan dalam keluarga itu sendiri. Contoh bahwa faktor penyebab penyimpangan perilaku remaja di akibatkan kurangnya ibu dalam komunikasi terhadap reaksi kehidupan anak-anaknya, tidak cocok, tidak harmonis.
Mereka tidak sanggup memenuhi kebutuhan anak-anaknya, baik yang fisik maupun yang psikis.1 Berdasarkan pengamatan awal yang dilakukan oleh penelitipada salah satu warga Desa menunjukkan bahwa terjadi kenakalan remaja seperti minuman keras, pergaulan bebas (keluar dengan pacar), mencuri, judi (sabung ayam), dan kebutkebutan di jalan. Faktor yang mendasari kenakalan remaja yakni pergaulannya. Anakanak remaja lebih senang bergaul dengan teman-temannya daripada dengan keluarganya. Komunikasi antara keluarga dengan anak tampak tidak intensif. Kehidupan ekonomi keluarga saat ini, sedikit banyaknya menuntut ibu membantu suaminya untuk bekerja. Berdasarkan fenomena yang terjadi pada masyarakat di Desa Wonua tersebut diatas, penulis tertarik untuk mengetahui lebih luas tentang langkah-langkah komunikasi ibu terhadap anak untuk mencegah kenakalan remaja di Desa Wonua Kecamatan Konda Kabupaten Konawe Selatan, serta faktor apa yang menghambat dan mendukung komunikasi ibu terhadap anak untuk mencegah kenakalan remaja di Desa Wonua Kecamatan Konda Kabupaten Konawe Selatan. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian deskriptif kualitatif.Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah snowball sampling (sampel bergulir) dan purposive sampling (penunjukkan langsung) dengan terlebih dahulu menentukan informan kunci. Metode pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi, dokumentasi, dan wawancara.
PEMBAHASAN A. Pengertian dan Komponen Komunikasi 1. Komunikasi Antarpribadi (Interpersonal Communication) Komunikasi diadik ialah proses komunikasi yang berlangsung antara dua orang dalam situasi tatap muka. Percakapan berlangsung dalam suasana yang 1
Kartini Kartono, Patologi Sosial 2 Kenakalan Remaja, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2014), h. 66
bersahabat dan informal. Dialog berlangsung dalam situasi yang lebih intim, dan lebih personal, sedangkan wawancara sifatnya lebih serius, yakni adanya pihak yang dominan pada posisi bertanya dan yang lainnya pada posisi menjawab. 2 2. Pola Komunikasi Menurut Syaiful Bahri Pola diartikan sebagai bentuk atau struktur yang tetap, sedangkan komunikasi adalah proses pengiriman dan penerimaan pesan antara dua orang atau lebih dengan cara tepat sehingga pesan yang dipahami.3 Menurut Syaiful Bahri Djamarah
macam-macam pola komunikasi dalam
keluarga ada 3 yaitu : a. Model Stimulus-Respons Pola ini menunjukkan komunikasi sebagai suatu proses “ aksi-reaksi” yang sangat sederhana. Pola S-R mengasumsikan bahwa kata-kata verbal (lisan-tulisan), isyarat-isyarat nonverbal, gambar-gambar, dan tindakkan-tindakan tertentu akan merangsang orang lain untuk memberikan respon dengan cara tertentu. Proses ini dapat bersifat timbal-balik dan mempunyai banyak efek. Disini, orang tua tampaknya harus proaktif dan kreatif untuk memberikan rangsangan kepada anak, sehingga kepekaan anak atas rangsangan yang diberikan semakin membaik. Stimulus atau pesan yang disampaikan kepada komunikan mungkin diterima atau ditolak. Komunikasi berlangsung jika ada perhatian dari komunikan. Proses berikutnya komunikan mengerti. Kemampuan komunikan inilah yang melanjutkan proses berikutnya. Setelah komunikan mengolahnya dan menerimanya, maka terjadilah kesediaan untuk mengubah sikap.4
2
Cangara, Pengantar…..., h. 32-33. Syaiful Bahri Djamarah, Pola Komunikasi Orang Tua & Anak Dalam Keluarga, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2004), h. 1 4 (Online) (http://myworld-mala.blogspot.co.id/2011/12/model-komunikasi-stimulus-respons-r.html, diakses 25 Mei 2016), 2016. 3
b. Model ABX Model ABX yang dikemukakan oleh Newcomb dari perspektif psikologisosial. Pendekatan Theodoro Newcomb terhadap komunikasi adalah pendekatan pakar seorang psikologi sosial berkaitan dengan interaksi manusia. Model ini mengingatkan kepada diagram jaringan kelompok kerja yang dibuat para psikologi sosial dan merupakan awal formulasi konsistensi kognitif. Dalam bentuk paling sederhana dari kegiatan komunikasi, Seorang A menyampaikan informasi kepada orang lain B mengenai sesuatu X. Model tersebut menyatakan bahwa orientasi A (sikap) terhadap B dan terhadap X adalah saling bergantung dan ketiganya membentuk suatu sistem yang meliputi 4 orientasi. Pada Model Newcomb ini komunikasi merupakan cara yang biasa dan efektif dimana orang-orang mengorientasikan dirinya terhadap lingkungannya. Model Newcomb ini merupakan perluasan dari karya psikologi berkenaan dengan kecocokan dan ketidakcocokan yang timbul antara dua orang dalam hubungan dengan orang ke tiga atau suatu objek. Teori ini menyangkut kasus dua orang yang mempunyai sikap senang atau tidak senang terhadap masing-masing dan objek eksternal. Maka, akan timbul hubungan seimbang (jika dia saling menyenangi dan juga menyenangi suatu objek) dan juga tidak seimbang (kalau dua orang saling menyenangi, tetapi yang satu menyenangi
objek dan
yang
lainnya
tidak).
Selanjutnya
apabila
terjadi
keseimbangan setiap peserta akan menghadang perubahan. Dalam konteks ini, menurut Mulyana, ketegangan mungkin akan muncul yang menuntut mereka untuk mencari keseimbangan dengan cara mengubah sikap terhadap pihak lainnya, atau sikap mereka terhadap X. c. Model Interaksional Model interaksional menganggap manusia jauh lebih aktif. Komunikasi disini digambarkan sebagai pembentukan makna, yaitu penafsiran atas pesan atau perilaku orang lain oleh peserta komunikasi. Beberapa konsep penting yang digunakan adalah diri sendiri, diri orang lain, symbol, makna, penafsiran, dan tindakan. Semakin cepat memberikan pemaknaan dan penafsiran terhadap pesan yang disampaikan semakin
lancar kegiatan komunikasi. Model komunikasi interaksional yang menekankan proses komunikasi dua arah dari pengirim kepada penerima dan sebaliknya dari penerima kepada pengirim. Interaksional mengilustrasikan bahwa seseorang dapat menjadi baik pengirim maupun penerima dalam sebuah interaksi, tetapi tidak dapat menjadi keduanya sekaligus. Satu elemen penting bagi model komunikasi interaksional adalah umpan balik atau tanggapan terhadap suatu pesan. Umpan balik dapat berupa verbal maupun non-verbal, sengaja maupun tidak sengaja. Umpan balik juga membantu para komunikator untuk mengetahui apakah pesan mereka tersampaikan atau tidak dan sejauh mana pencapaian makna terjadi. Dalam model interaksional, umpan balik terjadi setelah pesan diterima, bukan pada saat pesan sedang dikirim.5
B. Hakikat Kenakalan Remaja a. Faktor-Faktor Timbulnya Kenakalan Remaja Faktor-faktor timbulnya kenakalan remaja secara garis besarnya dapat dikelompokkan menjadi dua bagian yaitu, faktor intern dan faktor extern. Mengenai faktor intern, Wirawan berpendapat faktor intern berlangsung lewat proses internalisasi diri yang salah oleh anak-anak remaja dalam menanggapi lingkungan sekitar dan semua pengaruh dari luar yang selanjutnya disalurkan menjadi perilakuperilaku tertentu. Faktor ini meliputi: kepribadian, kecerdasan, umur, jenis kelamin. Dari faktor extern juga terdapat beberapa pengaruh yang dapat mempengaruhi remaja melakukan tindakan
menyimpang.
Menurut Bambang Mulyono faktor
extern merupakan faktor semua perangsang dan pengaruh yang datangnya dari luar diri menimbulkan tingkah laku tertentu menyimpang pada seorang anak maupun
5
(Online) (https://id.wikipedia.org/wiki/Komunikasi_interaksi diakses 25 Mei 2016), 2016.
remaja sekalipun, yang termasuk faktor ini meliputi: lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat.6
C. Hubungan Pola komunikasi Ibu dan Anak dengan Perilaku Remaja Ibu adalah orang tua perempuan seorang anak, baik melalui hubungan biologis maupun sosial. Dalam komunikasi yang dilakukan ibu pada anaknya terkadang ada unsur-unsur pemaksaan keinginan agar anak dapat menjadi lebih sempurna dalam aspek kehidupannya, sehingga anak merasa tidak dihargai dan tertekan dalam menjalani kehidupannya. Untuk itu perlu ada cara atau bentuk didalam berkomunikasi antara ibu dan anak tidak terjadi kesenjangan harapan dan realita yang akan diungkapkan. Hawari dalam jurnal Ariza Cilvia mengatakan bahwa komunikasi antara ibu dan anak adalah komunikasi yang melibatkan unsur-unsur penerimaan, kehangatan, dan kasih sayang sehingga membentuk saling pengertian antar ibu dan anak. 7 Lebih lanjut Fuad mengatakan komunikasi yang dilakukan anak dengan ibu didalam keluarga tentang pengalaman sehari-hari sangatlah penting, sehubung dengan pesatnya perkembangan yang dialami anak, masalah dan kesulitan, banyak muncul dalam diri anak. Bagaimana cara anak mengatasi masalah, dapat menerima kekurangan pada dirinya, bagaimana anak dapat memanfaatkan waktu dengan baik dan bersemangat dalam menjalani hidup penting dipahami anak dengan cara berkomunikasi secara lancar, nyaman, dan akrab dengan ibu. 8
D. Penelitian Relevan Dalam penelitian ini dibahas tentang pola komunikasi ibu terhadap anak untuk mencegah kenakalan remaja di Desa Wonua Kecamatan Konda Kabupaten Konawe 6
Suyono. Jurnal Peranan Pondok Pesantren Dalam Mengatasi Kenakalan Remaja (Studi Kasus Di Pondok pesantren Al-Muayyad Surakarta, (Online) (eprints.uns.ac.id diakses 28 April 2015), h. 7 7 Ibid. 58 8
Ibid., h. 58
Selatan. Adapun penelitian yang relevan dengan peneltian ini, pertama dengan penelitian “Pola Komunikasi Orang Tua dalam Pembinaan Mental Terhadap Anak di Kelurahan Ranomeeto Kecamatan Ranomeeto Kabupaten Konawe Selatan Skripsi oleh: Nurhidayah Nim. 10030101010 Jurusan Dakwah Prodi Komunikasi Penyiaran Islam.9 Lebih lanjut penelitian relevan yang kedua dilakukan oleh Aspul Mahasiswa STAIN Sultan Qaimuddin Kendari dengan judul “ Peran Komunikasi Keluarga Pegawai Negeri Sipil dalam Pembinaan Mental Anak di Desa Baito Kecamatan Baito Kabupaten Konawe Selatan” Penelitian yang lain dilakukan oleh saudara Marjun Mahasiswa
STAIN Sultan Qaimuddin Kendari dengan judul “ Strategi
Komunikasi Pondok Pesantren Darul Ibadah Dalam Memberikan Pembinaan Agama Pada Masyarakat Desa Andinete Kec. Kolono Kab. Konawe Selatan” Berdasarkan penelitian relevan di atas penulis menyimpulkan bahwa ada perbedaan dari segi topik yang mereka teliti, kalau penelitian ini peneliti lebih kepada bagaimana pola komunikasi ibu dan anak dalam mencegah kenakalan remaja di Desa Wonua Kecamatan Konda kabupaten Konawe Selatan khususnya dalam komunikasi ibu terhadap anak. A. Pola komunikasi ibu terhadap anak untuk mencegah kenakalan remaja di Desa Wonua Kecamatan Konda Kabupaten Konawe Selatan Pola komunikasi suatu gambaran yang sederhana dari proses komunikasi yang memperlihatkan kaitan antara satu komponen komunikasi dengan komponen lainnya. Pola komunikasi diartikan sebagai bentuk atau pola hubungan dua orang atau lebih dalam proses pengiriman, dan penerimaan dengan cara yang tepat sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami. Begitu pula dalam menasehati saat anak melakukan kesalahan, tentunya ibu memberikan pesan dalam komunikasinya dengan cara yang tepat. Dari uraian informan menyatakan bahwa ibu meluangkan waktunya untuk bercerita bersama 9
Nurhidayah. Pola Komunikasi Orang Tua dalam Pembinaan Mental Terhadap Anak di Kelurahan Ranomeeto Kecamatan Ranomeeto Kabupaten Konawe Selatan. Skripsi Jurusan Dakwah STAIN Kendari, 2014.
anak-anaknya dari sekian banyak aktivitas dalam kesehariannya. Hal itu untuk menghadirkan ikatan hubungan anak dalam komunikasi. Tentunya waktu yang disisihkan ibu tersebut terjalin komunikasi. Hubungan yang harmonis dalam keluarga juga sangat berpengaruh dalam komunikasi keluarga. Karena dalam keluarga jarang terjadi sikap pertentangan anggota keluarga, tidak saling menyudutkan, mencari kambing hitam dalam mengeluarkan pendapat, tidak emosi, penuh humor, ceria, hangat, dan menjaga norma-norma sehingga terjalin kedekatan emosional. Dapat diuraikan dari informan yang telah diwawancarai bahwa tidak harus dengan kekerasan saat anak melakukan kesalahan, ibu menasehati dengan lembut, maka anak menyadari bahwa perbuatan tersebut kesalahannya. Hal ini berdasarkan firman Allah Swt.,:
Terjemahannya: “Dan
Katakanlah
kepada
hamba-hamba-Ku:
"Hendaklah
mereka
mengucapkan perkataan yang lebih baik (benar). Sesungguhnya syaitan itu menimbulkan perselisihan di antara mereka. Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagi manusia.” (QS. Al-Isra’17: 53)10
Berdasarkan uraian informan diatas bahwa
dalam berkomunikasi terjadi
proses interaksi antara komunikator dan komunikan. Hal itu dilihat dari timbal balik komunikator dan komunikan. Saat anak ditanya oleh ibunya dengan memberikan
10
Departemen Agama RI, Al-Qur’an,…., h. 287
respon. Dalam proses komunikasi, komunikan bisa menjadi komunikator selama proses komunikasi berlangsung. Berdasarkan pernyataan informan dapat diuraikan bahwa dalam cara menyampaikan pesan dengan keras, maupun lembut anak akan merespon dengan tepat, seperti dengan respon yang cemberut, ataupun dengan senang. Tinggal bagaimana kreativitas ibu dalam menyampaikan pesan. Berdasarkan uraian diatas bahwa saat proses komunikasi berlangsung, ibu mengetahui pesan yang disampaikan sama anak bentuk responnya dengan melaksanakan apa yang disampaikan. Hal ini senada dengan teori tentang pola komunikasi
dalam bukunya Djamarah, model stimulus- respon, pola ini
menunjukkan komunikasi sebagai suatu proses “ aksi-reaksi” yang sangat sederhana. Stimulus atau pesan yang disampaikan kepada komunikan mungkin diterima atau ditolak. Komunikasi berlangsung jika ada perhatian dari komunikan. Proses berikutnya komunikan mengerti. Kemampuan komunikan inilah yang melanjutkan proses berikutnya. Setelah komunikan mengolahnya dan menerimanya, maka terjadilah kesediaan untuk mengubah sikap.11 B. Langkah-langkah
komunikasi
ibu
terhadap
anak
untuk
mencegah
kenakalan remaja di Desa Wonua Kecamatan Konda Kabupaten Konawe Selatan Komunikasi merupakan cara terbaik dalam mengenal pribadi seseorang, termasuk dalam suatu keluarga. Begitupula yang dilakukan ibu-ibu di Desa Wonua dalam berkomunikasi dengan anak-anaknya seperti berkumpul sama anak-anak, membicarakan masalah ataupun berbagi kegiatan yang dilakukan. Hal itu salah satu langkah-langkah yang dilakukan ibu-ibu dalam membangun hubungan komunikasi yang harmonis dengan anak-anaknya. Berdasarkan penjelasan informan diatas dapat diuraikan bahwa salah satu yang dilakukan informan dalam membangun komunikasi kepada anaknya dengan 11
Syaiful Bahri Djamarah, Pola Komunikasi Orang Tua & Anak Dalam Keluarga, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2004), h. 38
meluangkan waktu dan membicarakan seputar masalah ataupun aktivitas yang dilakukan anaknya. ketika komunikasi terjalin dengan baik, maka anak akan terbuka dalam menceritakan masalahnya. Hal itu pula salah satu cara untuk tidak dalam melakukan kenakalan remaja. Berdasarkan penjelasan informan diatas bahwa langkah-langkah komunikasi yang dilakukan oleh informan kepada anaknya dengan menasehati, menjaga diri, mencari teman yang baik agar tidak terjerumus, dan memberikan kegiatan pengajian serta menanyakan pendapat terkait dengan aktivitas atau kegiatannya. Langkah yang dilakukan informan merupakan bentuk perhatian, bahkan dalam menasehati anaknya dengan memperhatikan tujuan yang disampaikan kepada anaknya agar tetap terjaga dengan kondisi lingkungan yang memprihatinkan terhadap kenakalan remaja. Selain itu dengan memberikan nasehat yang tidak henti-hentinya terhadap anak dan memberikan contoh. Dari penjelasan informan diatas dapat diuraikan bahwa secara sistematis ibu merencanakan setiap minggu untuk meluangkan waktu bersama anaknya saat libur dari pesantren, bahkan saat memboncengi anaknya diaajak untuk bicara. Hal itu dilakukan informan unutk membangun hubungan komunikasi yang baik bersama anaknya. Dari uraian informan jelas bahwa dengan komunikasi yang baik dan juga isi pesan yang disampaikan akan tertanam dalam benak anak ketika pesan disampaikan. Sehingga ada pemahaman dalam penerimaan pesan tersebut, teraktualisasi dalam kehidupannya. Apalagi ketika ada teman yang berbicara jelek, anak langsung mengatakan bahwa hal itu berdosa. Langkah komunikasi yang informan lakukan agar anaknya tidak melakukan kenakalan remaja secara spontanitas yang dilakukan informan diatas ketika berkomunikasi dengan anaknya yakni memberikan nasehat agama dan menanyakan pendapat ketika terjadi obrolan yang dilakukan ibu dan anak. Berdasarkan penjelasan kedua informan diatas dapat diuraikan bahwa bukan hanya nasehat yang dilakukan, tetapi mengontrol anak-anaknya dan berbicara lembut, tidak hanya itu, dalam nasehatpun dibarengi dengan memberikan pemahaman serta
memberikan contoh kepada anak, dan saat menasehati tidak dengan dikerasin suara. Meskipun dalam memberikan pemahaman bukan suatu yang mudah kepada anak. Karena pada fase tersebut anak mencari jati diri, meskipun dengan jalan yang salah. Hal senada pula Hawari mengatakan bahwa komunikasi antara ibu dan anak adalah komunikasi yang melibatkan unsur-unsur penerimaan, kehangatan, dan kasih sayang sehingga membentuk saling pengertian antar ibu dan anak, diperlukan membangun komunikasi yang baik antara ibu dan anak.12 C. Faktor-faktor yang menghambat dan mendukung komunikasi ibu terhadap anak untuk mencegah kenakalan remaja di Desa Wonua Kecamatan Konda Kabupaten Konawe Selatan Dalam komunikasi tidak jarang juga menghadapi hambatan maupun yang mendukung komunikasi ketika pesan itu akan disampaikan kepada komunikan. Keadaan lingkungan, bahasa yang digunakan pada pemaknaan tidak tepat, dan keadaan kondisi komunikator maupun komunikan akan sangat berpangaruh pada saat proses komunikasi berlangsung. Hal itu pula terjadi pada ibu-ibu di Desa Wonua yang mengalami hambatan, maupun kondisi yang mendukung selama komunikasi berlangsung. 13 Apalagi nasehat tersebut ditujukan kepada anak agar terjaga dari pergaulan bebas maupun kenakalan remaja lainnya. Berdasarkan pernyataan informan diatas dapat diuraikan bahwa dalam komunikasi yang terjalin itu pasti ada hambatan, ketika pada saat emosi, nasehat yang disampaikan kepada anak tidak tersampaikan, dan anak tidak mendengarkan apa yang disampaikan oleh ibu. Adapun hal yang mendukung komunikasi ketika pesan itu disampaikan anak tersebut mendengarkan apa yang disampaikan. Dari penjelasan informan diatas dapat diuraikan bahwa faktor yang menghambat dalam komunikasi ketika pesan yang disampaikan dalam keadaan 12
Ariza Cilvia Nora dkk, Komunikasi Ibu Dan Anak Dengan Depresi Pada Remaja (Online) (Journal.uad.ac.id diakses 20 Juni 2015), h. 58. 13 Observasi, 10 Desember 2015.
emosi/marah, seseorang akan kesulitan untuk menerima informasi, apapun pesan yang diberikan, tidak akan diterima dan ditanggapi, waktu untuk mendengarkan saat anak ada masalah, menyebabkan anak tidak mendengarkan apa yang disampaikan ibu. Untuk membangun komunikasi yang harmonis, harus ada keadaan yang mendukung komunikasi tersebut untuk disampaikan. Sehingga anak tidak mengalami kesulitan dalam memaknai nasehat maupun
pesan yang ditujukkan kepadanya.
Namun demikian, yang dialami ibu Nafsul Mutmahinnah salah satu informan tidak melakukan hal tersebut untuk menyampaikan nasehat kepada anaknya, ketika nasehat tersebut disampaikan maka anaknya melakukan apa yang disampaikan oleh ibunya. Berdasarkan penjelasan informan diatas bahwa setiap komunikasi yang berlangsung pasti terjadi hambatan, kondisi yang tidak mendukung menjadi salah satu faktor penghambat dalam proses komunikasi berlangsung. Seperti halnya dialami oleh informan diatas, nasehat yang disampaikan kadang tidak dilaksanakan. Hal itu terjadi kondisi yang tidak mendukung ketika ada temannya yang datang, sehingga nasehat tersebut tidak tersampaikan. Berdasarkan penjelasan informan diatas diuraikan bahwa kemudahan yang didapat informan selama proses komunikasi berlangsung, karena
nasehat yang
disampaikan didengarkan. Adapun pelaksanaannya diluar tidak bisa dikontrol, karena jauh dari komunikator. PENUTUP A. Kesimpulan Pola komunikasi ibu terhadap anak di Desa Wonua Kecamatan Konda Kabupaten Konawe Selatan, ibu menggunakan bentuk pola komunikasi model stimulus-respon dan model interaksional. Dalam proses komunikasi Stimulus-Respon (aksi-reaksi) ibu menasehati dengan lembut, memberikan arahan, mengubah perilaku dan mendidik, dengan tujuan untuk kearah yang lebih baik terhadap anak khususnya untuk mencegah kenakalan remaja.
Langkah-langkah komunikasi ibu terhadap anak
dilakukan dengan dua cara
spontanitas dan sistematis. Para ibu berbicara langsung kepada anaknya di rumah seputar masalah ataupun aktivitas yang dilakukan anaknya seperti menasehati tentang agama, berbicara lembut, dan memberikan perhatian terhadap pergaulannya. Faktor-faktor yang
mempengaruhi komunikasi ibu terhadap anak untuk
mencegah kenakalan remaja ada dua. 1) Kemampuan mengendalikan diri pada saat berbicara pada anak (ada yang sudah baik seperti saat berbicara tidak marah, mengetahui kondisi anak saat memberikan nasehat, dan terjalin komunikasi yang baik). 2) Kemampuan menyediakan waktu untuk berbicara ada yang sudah baik dan ada yang belum baik seperti tidak tersedianya waktu untuk berkomunikasi dan kondisi yang tidak mendukung saat anak ada masalah. Setelah penulis mengadakan penelitian tentang pola komunikasi ibu terhadap anak dalam mencegah kenakalan remaja, maka penulis menitipkan saran-saran kepada semua pihak yang nantinya dapat dijadikan sebagai pedoman dan minimal dapat menjadi dasar dalam mencegah kenakalan remaja. Khusunya ibu-ibu di Desa Wonua kecamatan Konda Kabupaten Konawe Selatan meningkatkan hubungan komunikasi yang lebih baik, kepercayaan terhadap anak, menciptakan kesempatan untuk saling berkomunikasi
dengan
anak
dan meluangkan
waktu untuk
mendengarkan. Bahwa dengan dua model komunikasi ada kelebihannya dan kekurangannya. Maka kemudian diharapkan ibu mengembangkan komunikasi dan mengetahui kelebihan dan kekurangan dari penggunaan kedua pola komunikasi tersebut. Khususnya kepada anak, diharapkan komunikasi dengan cara yang tepat, sebagai modal dasar dalam membekali diri untuk menghadapi tantangan diluar, serta memberikan pemahaman agama, Karena faktor penting bagi perkembangan anak dimasa depannya.
DAFTAR PUSTAKA Abdul Baqiy ,Fuad, Saheeh Muslim, (Kairo : Ibnu Jauzi, 2009) Abu Izzuddin , Solikhin, dan Dewi Atuti, The Great Power Of Mother Inspirasi Dahsyat Dunia Akhirat, (Yogyakarta: Pro-U Media, 2007) Al wa’ie, edisi 54, (Jakarta: Hizbut Tahrir Indonesia, Februari 2005) Al-Mundziri, Zaki Al-Din‘Abd Al-Azhim, Ringkasan Shahih Muslim ArabIndonesia, Cet I (Malaisya : Crescent News, 2004) Al-Mundziri, Zaki Al-Din‘Abd Al-Azhim, Ringkasan Shahih Al-Bukhari ArabIndonesia, Cet I (Malaisya: Crescent News, 2004) An-Nawawi ,Imam, Riyadhus Shalihin (Solo : Insan Kamil, 2011) An-Nabhani, Taqiyuddin, Peraturan Hidup dalam Islam (Jakarta : HizbutTahrir Indonesia, 2012) AS ,Enjang, Mengapa Komunikasi Konseling, (Bandung : Nuansa, 2009) Aspul. “ Peran Komunikasi Keluarga Pegawai Negeri Sipil dalam Pembinaan Mental Anak di Desa Baito Kecamatan Baito Kabupaten Konawe Selatan. Skripsi Jurusan Dakwah STAIN Kendari, 2012. Aziz , H. Al, Saat Istri Punya Penghasilan Sendiri, (Solo: Aqwam, 2012) Badri, A.M. Cerdas Berkomunikasi Ala Nabi Saw., (Jakarta: Pustaka Imam AsySyafi’i, 2013) Basya, H. S, Mendidik Anak Zaman Kita (Jakarta : Zaman , 2011) Cangara, Hafied, Pengantar Ilmu Komunikasi, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2007) Chomaria, Nurul, Menjadi Ibu Penuh Cinta (Solo : PustakaIltizam, 2008) Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2002) Departemen Agama RI, Al-Qur’an, Terjemahan dan Tafsir Untuk (Bandung : Jabal, 2009)
Wanita
Djamarah, Syaiful Bahri, Pola Komunikasi Orang Tua & Anak Dalam Keluarga, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2004) Effendi, Onong Uchjana. Ilmu Komunikasi Teori Dan Praktek, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1984) Effendi, Onong Uchjana, Dinamika Komunikasi, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1993) Iskandar, Materi Dasar Islam, (Bogor: Al-Azhar Press, 2011) Kartono, Kartini, Patologi Sosial 2 Kenakalan Remaja, (Jakarta : Rajawali, 2014) Kementerian Agama RI, Al-Qur’an Tajwid dan Terjemahannya, (Bandung: PT. Sygma Examedia Arkanleema, 2010) Koderi, Muhammad, Bolehkah Wanita Menjadi Imam Negara, (Jakarta: Gema Insani, 1999) Marjun, Strategi Komunikasi Pondok Pesantren Darul Ibadah Dalam Memberikan Pembinaan Agama Pada Masyarakat Desa Andinete Kec. Kolono Kab. Konawe Selatan. Skripsi Jurusan Dakwah STAIN Kendari, 2012. Muchtar, Affandi, Ensiklopedia Tematis Dunia Islam, (Jakarta: PT IctiarBaru Van Hoeve, 2002) Mulyana, Deddy, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2005) Muhajir, Noeng, Metodologi Penelitian Kualitatif, Cet I (Yogyakarta: 2000) Musthan, Zulkfli, Ilmu Komunikasi, (Makassar : CV. Kencana, 2004) Nurhidayah, Pola Komunikasi Orang Tua dalam Pembinaan Mental Terhadap Anak di Kelurahan Ranomeeto Kecamatan Ranomeeto Kabupaten Konawe Selatan. Skripsi Jurusan Dakwah STAIN Kendari, 2014 Radhawi, S.A, Mengarungi Samudra Kebahagiaan: Tata Cara Berkeluarga Menurut Islam, (Bandung: Mizan, 1998)
Rofidah Siti, Membentuk Anak Shaleh,(Panduan Praktis Pendidikan Anak Usia DiniRemaja Agar Menjadi Anak Shaleh) dengan kata pengantar oleh Hafiz Abdurrahman, (Jakarta: Wadi Press, 2008) Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Sultan Qaimuddin Kendari, Penulisan Karya Tulis Ilmiah, Kendari 2011
Pedoman
Sudarsono, Kenakalan Remaja, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2012) Sugiono, Metodologi Penelitian Kualitatif, Kuantitatif dan R&D, (Bandung : CV Alfabeta, 2006) Sugiono, Memahami Penelitian Kualitatif, (Bandung : Alphabeta, 2005) Sarwono, Psikologi Remaja, (Jakarta : PT RajaGrafindo Persada, 2007) Tubbs , Stewart I, Sylvia Moss, Human Communication Prinsip-Prinsip Dasar dengan kata pengantar oleh Deddy Mulyana, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2008) Sumber Online Akhmad Sukardi, Metode Dakwah Dalam Mengatasi Kenakalan Remaja (Online) (http://datastudi.files.wordpress.com diakses 20 Oktober 2013) 2013 Ariza Cilvia Nora dkk, Komunikasi Ibu Dan Anak Dengan Depresi Pada Remaja (Online) (Journal.uad.ac.id diakses 20 Juni 2015) 2015 Hendri Gunawan, Jurnal Komunikasi “ Jenis Pola Komunikasi Orang Tua Dengan Anak Perokok Aktif Di Desa Jembayan Kecamatan Loa Kulu Kabupaten Kutai Kartanegara”. (Online) (ejurnal.ilkomfisip-unmal.ac.id) diakses 24 April 2015 Sasa Eka Agustiana, Muslimah dalam Dunia Dakwah Dan Kerja,(Online) (http://dakwah-news.blogspot.com), diakses 20 Oktober 2013 Suyono, Jurnal Peranan Pondok Pesantren Dalam Mengatasi Kenakalan Remaja (Studi Kasus Pondok Pesantren Al-Muayyah Surakarta) (Online) (eprints.uns.ac.id) diakses 28 April 2015 Muhammad Wahyudi Budiman, Tips Mengoptimalkan Peran Ibu Rumah Tangga, (Online) (http://cahayawahyu.wordpress.com) diakses 20 Januari 2013
(Online) (http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/118/jtptunimus-gdl-salimahg0e5892-2-babii.pdf) diakses 24 Mei 2013 (Online)(http://myworld-mala.blogspot.co.id/2011/12/model-komunikasistimulus-respon-s-r.html ) diakses 25 Mei 2016 (Online) ( http://komsosdanpembangunangitta.blogspot.co.id/) diakses 25 Mei 2016 (Online) (http: www. teori pendidikan keluarga - penjelasan dan peran penting ibu.htm, diakses 3 Agustus 2016), 2016.