1
PERAN MUBALIGH DALAM PENERAPAN AJARAN AGAMA ISLAM PADA REMAJA MASJID DI DESA TETEASA KECAMATAN ANGATA KABUPATEN KONAWE SELATAN ABSTRAK
Misran, NIM. 09 030102 008, Peran Mubaligh Dalam Penerapan Ajaran Agama Islam Pada Remaja Masjid di Desa Teteasa Kecamatan Angata Kabupaten Konawe Selatan. (Dibimbing Oleh: Ahmad Sukardi, S.Ag., M.Sos.I, dan Siti Fauziah, M. S.Pd.I., M.Pd)
Penelitian ini membahas tentang peran mubaligh dalam penerapan ajaran Islam pada remaja masjid. Penerapan ajaran Islam dapat dilakukan melalui pelaksanaan rangakain ibadah khususnya pada remaja masjid berupa bimbingan pelaksanaan shalat, puasa dan beberapa aktifitas sosial lainnya yang dapat memberikan nilai ibadah kepada masyarakat secara umum. Pelaksanaan dakwah yang dilakukan oleh para mubalingh di desa Teteasa belum maksimal karena kurang menunjukan peran yang diharapkan, seperti kurangnya pemahaman remaja masjid terhadap nilai-nilai tersirat dalam ajaran agama Islam, kuranganya aktifitas keagamaan di masjid, kurangnya kesadaran terhadap manfaat dakwah, rentannya terjadi prilaku masyarakat yang bertentangan dengan norma agama, seperti lebih cenderung percaya pada beberapa ritual adat yang diyakini secara turun temurun seperti Mosehe, mombaho watu, pada hal di desa Teteasa dapat dikatakan bahwa secara dominan adalah beragama Islam, sehingga sangat dibutuhkan penerapan ajaran Islam secara intensif yang dapat diawali dari remaja masjid hingga kepada masyarakat berupa pelaksanaan ibadah untuk memberikan pemahaman kepada remaja Masjid terhadap pentingnya nilai-nilai ajaran Islam dalam kehidupan Penelitian ini adalah penelitian kualitatif yang bertujuan untuk mengetahui peran muballigh dalam penerapan ajaran Islam pada remaja masjid. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Teteasa Kecamatan Angata Kabupaten Konawe Selatan. Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Oktober 2015 sampai Agustus 2016. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara melakukan wawancara secara langsung, melakukan pengamatan dan dokumntasi. Analisis data menggunakan yakni pengumpulan data, penyajian data, serta penarikan kesimpulan dan verifikasi data. Berdasarkan hasil penelitian di lapangan bahwa 1)Penerapan ajaran Islam pada remaja Masjid Al-Khaerat adalah melaksanakan shalat dimana bukan hanya shalat wajib tetapi juga shalat sunat lainnya terutama bulan Ramadhan seperti tahajud, dhuha, penyelenggaraan shalat jenazah pelaksanaan puasa, ibadah yang berkaitan dengan masalah sosial meliputi, zakat, infaq, perkawinan, kelahiran, barasanji, seni religius,. 2).Peran muballing dalam penerapan ajaran Islam pada remaja Masjid Al-Khaerat di desa Teteasa Kecamatan Angata Kabupten Konawe Selatan, pembimbing, perubahan/ agent of change, motivator
2
PENDAHULUAN Agama mempunyai kedudukan dan peranan yang sangat penting dan strategis, utamanya sebagai landasan spiritual, moral dan etika dalam hidup dan kehidupan umat manusia. Agama sebagai sistem nilai seharusnya dipahami, dihayati dan diamalkan oleh seluruh pemeluknya dalam tatanan kehidupan setiap individu, keluarga dan masyarakat serta menjiwai kehidupan berbangsa dan bernegara. Para muballig sebagai pelaksana kegiatan penyiaran agama mempunyai peranan yang sangat strategis. Karena berbicara masalah dakwah berarti berbicara masalah ummat dengan semua problematika. Sebab banyak kasus dan dari banyak fakta dakwah, kita melihat tanda-tanda betapa kemalahatan ummat (jamaah) tidak merupakan sesuatu yang obyektif atau dengan kata lain belum mampu diwujudkan oleh pelaksana dakwah (muballigh). Hal ini merupakan salah satu problematika dari sisi pelaksana dakwah (muballigh), dimana sebagian aktivitas dakwah belum mampu menterjemahkan persoalan yang dihadapi umat secara rinci, untuk kemudian dicarikan jalan keluarnya dalam konteks dakwah Islam. Ungkapan ini tidak memperkecil peran para pelaksana dakwah, Sebab betapapun rendahnya kualitas keilmuan dan kemampuan penyampaian seorang muballigh, umumnya umat Islam (obyek dakwah) menyadari bahwa ia (muballigh) tetap merupakan figure sentral dari gerakan dakwah. Muballigh merupakan agent of change, juga sebagai leader atau pemimpin bahkan sayyidul qaum. Muballigh merupakan unsur yang dominan dalam pelaksanaan dakwah, bahkan lebih dari itu ia merupakan pemegang kunci yang terpenting terhadap sukses atau tidaknya pelaksanaan dakwah. Selanjutnya mengenai peranan seorang muballigh dalam kehidupan bermasyarakat setidaknya dapat merupah pola pikir masyarakat ke arah yang lebih bernilai dengan kehidupan Islam atau juga dengan hadirnya muballigh di tengah masyarakat “dapat dijadikan sebagai suri tauladan dalam masyarakat.”1 Dari kutipan tersebut maka kita dapat Abdul Aziz Asy Syakhs, Kelambanan dalam Pembinaan Remaja Masjid (Jakarta: 1 Gema Insani), h 25 1
3
menguraikan bahwa seorang muballigh merupakan suatu individu yang mampu untuk mengubah pola pikir masyarakat untuk lebih memahami tentang nilai-nilai yang tesirat dalam agama Islam serta dengan muballigh tersebut dapat dijadikan suri teladan bagi masyarakat dalam kehidupan bermasyarakat atau sebagai penuntun masyarakat dalam kehidupan beragama. Berdasarkan dari hasil observasi awal, pelaksanaan dakwah yang dilakukan oleh para mubaligh di desa Teteasa belum maksimal karena kurang menunjukan peran yang diharapkan, hal tersebut dapat dilihat pada berbagai kasus yang ada seperti, kurangnya pemahaman remaja masjid terhadap nilai-nilai tersirat dalam ajaran agama Islam, kuranganya aktifitas keagamaan di masjid, kurangnya kesadaran terhadap manfaat dakwah, rentannya terjadi prilaku masyarakat yang bertentangan dengan norma agama, seperti lebih cenderung percaya pada beberapa ritual adat yang diyakini secara turun temurun seperti Mosehe, mombaho watu, pada hal di desa Teteasa dapat dikatakan bahwa secara dominan adalah beragama Islam, sehingga sangat dibutuhkan penerapan ajaran Islam secara intensif yang dapat diawali dari remaja masjid hingga kepada masyarakat berupa pelaksanaan ibadah seperti shalat, puasa, dakwah, pelaksanaan aktifitas sosial di lingkungan masyarakat dan pembacaan Al-Qur’an secara tersistem untuk memberikan
pemahaman kepada
Remaja Masjid Al-Khaerat terhadap pentingnya nilai-nilai ajaran Islam dalam kehidupan. Berdasarkan hasil observasi atas penulis terdorong untuk melakukan penelitian tentang penerapan ajaran Islam pada remaja Masjid Al-Khaerat dan peran muballiqh dalam penerapan Ajaran Islam pada Remaja Masjid Al-Khaerat di Desa Teteasa Kecamatan Angata Kabupten Konawe Selatan. Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif, dengan menggunakan metode observasi, dokumentasi dan wawancara dengan 5 orang mubaligh, 7 orang remaja masjid dan bebebarapa orang tokoh masyarakat, dan pemerintah setempat.
PEMBAHASAN
4
A. Deskripsi Mubaligh 1. Pengertian Mubaligh Mubaligh ialah ahli kumpulan agama yang dihantar ke luar negeri untuk menyebarkan ajaran agama mereka melalui dakwah, ajaran, khidmat sosial dan sebagainya. Perkataan "mubaligh" berasal dari bahasa Arab yaitu, ﻣﺒﺎﻟﻎyang bermaksud
"berlebihan"
atau
"berluasan"
yang
menakrifkan
usaha
memperluaskan penyebaran agama oleh orang yang bergelar mubalig”2 Sedangkan dalam kamus besar bahasa Indonesia disebutkan bahwa mubaligh mempunyai dua arti “(1) pengantar dalam salat berjamaah, yaitu mengundangkan takbir
agar
kedengaran
oleh
makmum
(2)
orang
yang
menyiarkan
(menyampaikan) ajaran agama Islam”3 2. Peranan Mubaligh Dalam Masyarakat Tugas mubaligh tidak semata-mata melaksanakan dakwah agama dalam arti sempit berupa pengajian saja, akan tetapi keseluruhan kegiatan penerangan baik berupa bimbingan dan penerangan tentang berbagai program pembangunan. Lebih jelasnya diuraikan sebgai beirkut: 3.1. Pembimbing Sebagai pembimbing umat dengan rasa tanggung jawab, membawa masyarakat kepada kehidupan yang aman dan sejahtera. Posisi mubaligh sangat strategis
baik
untuk
menyampaikan
misi
keagamaan
maupun
misi
pembangunan. Mubaligh juga sebagai tokoh panutan, tempat bertanya dan tempat mengadu bagi masyarakatnya untuk memecahkan dan menyelesaikan berbagai masalah yang dihadapi oleh umat Islam. Apalagi seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, maka tantangan tugas mubaligh semakin berat, karena dalam kenyataan kehidupan ditataran masyarakat mengalami perubahan pola hidup yang menonjol.
2
Wikipedia, Ensiklopedia Bebas. Akses 23:48, 9 Agustus 2015. Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Bahasa Indonesia, (Jakarta, Pusat Bahasa 2008), h.974 3
5
B. Deskripsi Ajaran Islam 1. Pengertian Penerapan Kata penerapan pada dasarnya adalah implementation yang berasal dari bahasa Ingris yang dijadikan sebagai imbuhan serapan asing ke dalam bahasa Indonesia yang berbunyi implementasi yang artianya adalah” pelaksanaan, mengimplementasikan melaksanakan, menerapkan pengimplementasian proses, cara, perbuatan mengimplementasikan”4 dari keterangan tersebut maka dapat diuraikan bahwa implementasi merupakan suatu bentuk proses pemasukan atau penerapan suatu pola, sikap dalam suatu kegiatan. Jika dikaitkan dengan ajaran Islam maka implementasi dapat diuraikan bahwa suatu proses pemasukan, penerapan pelaksanaan ajaran Islam dalam suatu wadah lembaga yang meliputi penerapan ibadah dan syariat dalam masyarakat. 2. Nilai-Nilai Ajaran Islam Pada hakikatnya nilai-nilai merupakan beberapa indikator yang mempunyai makna tersendiri dan dapat digunakan oleh suatu individu demi kelangsungan hidupnya, namun jika kita merujuk secara harfiah maka disebutkan dalam Kamus bahasa Indonesia bahwa nilai mengadung banyak pengertian yang beraneka dimana yang antara lain adalah: “nilai (1) harga (dalam arti taksiran harga); (2) harga uang (dibandingkan dengan harga uang yg lain); (3) angka kepandaian; biji; ponten; (4) banyak sedikitnya isi; kadar; mutu;( 5) sifat-sifat (hal-hal) yang penting atau berguna bagi kemanusiaan atau yang bernilai guna”5 Nilai artinya sifat-sifat (hal-hal) yang penting atau berguna bagi kemanusiaan”6 Maksudnya” kualitas yang memang membangkitkan respon, penghargaan.”7 Nilai itu praktis dan efektif dalam jiwa dan tindakan manusia dan melembaga secara obyektif di dalam masyarakat. Menurut Sidi Gazalba yang dikutip Muhaimin mengartikan nilai sebagai berikut : 4
Depdiknas, KBBI, (Jakarta: Balai Pustaka, 2008), h. 580 Kamus Bahasa Indonesia,Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa.( Jakarta: Pusat Bahasa, 2008), h. 1004 6 W.JS. Purwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka, 1999), h. 677. 7 H. Titus, M.S, Persoalan-persoalan Filsafat, (Jakarta : Bulan Bintang, 1984), h 122. 5
6
Nilai adalah sesuatu yang bersifat abstrak, ia ideal, nilai bukan benda kongkrit, bukan fakta, tidak hanya persoalan benar dan salah yang menuntut pembuktian empirik, melainkan penghayatan yang dikehendaki dan tidak dikehendaki selanjutnya nilai merupakan sifat yang melekat pada sesuatu (sistem kepercayaan) yang telah berhubungan dengan subjek yang memberi arti (manusia yang meyakini). 8 Jadi nilai adalah sesuatu yang bermanfaat atau berguna bagi manusia sebagai acuan tingkah laku. Disamping itu beranjak dari pengertian di atas mengenai konsep nilai maka nilai yang dimaksud dalam penulisan ini merupakan suatu sifat atau hal-hal yang dapat bermanfaaat bagi manusia. Jika dikonversi dalam ajaran Islam maka dapat disimpulkan bahwa nilai ajaran Islam adalah segala bentuk tindakan atau prilaku yang diterapkan dalam Islam, karena dalam konsep ajaran Islam merupakan suatu usaha yang terencana untuk membekali suatu individu dengan apa yang telah digariskan dalam agama Islam itu tersendiri, dimana inti dari ajaran Islam tersebut adalah bagaimana manusia dapat mengenali, mengamalkan dan menjauhi larangan Allah sebagai penguasa alam semesta. 3. Dasar dan Tujuan Ajaran Islam 3.1. Dasar Ajaran Islam Dalam struktur ajaran Islam, tauhid merupakan hal yang amat fundamental dan mendasari segala aspek kehidupan para penganutnya, tak terkecuali aspek pendidikan dalam keluarga. Dalam kaitan ini para pakar sependapat bahwa dasar ajaran Islam adalah tauhid. Melalui dasar ini, Abudin Nata merumuskan konsep tauhid sebagai dasar Islam dalam hal-hal berikut: 1. Kesatuan kehidupan dunia dan akhirat dalam arti kesuksesan dan kegagalan hidup diakhirat sangat ditentukan oleh kehidupan di dunia. 2. Kesatuan ilmu, tidak ada pemisahan antara ilmu agama dan ilmu umum, karena keduanya bersumber dari Allah SWT. 3. Kesatuan iman dan akal. Keduanya sangat dibutuhkan dan masing-masing mempunyai wilayahnya sehingga saling melengkapi. 4. Kesatuan agama dalam arti agama yang dibawa oleh para Nabi pada prinsipnya bersumber dari Allah SWT. 8
Muhaimin dan Abdul Mujib, Pemikiran Pendidikan Islam, (Bandung: Trigenda Karya, 1993), h. 110.
7
5. Kesatuan kepribadian manusia, mereka semua diciptakan dari tanah dan Ruh Illahi. 6. Kesatuan individu dan masyarakat.9 Dengan dasar tauhid ini, maka pola pendidikan dapat diawali dalam lingkungan keluarga harus berwawasan ketuhanan dan kemanusiaan. Wawasan ketuhanan akan menumbuhkan idiologi, idealisme, cita-cita dan perjuangan, sedangkan wawasan tentang manusia akan menumbuhkan pribadi yang arif, bijaksana, mencintai kebersamaan, demokratis, menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan, dan sebaliknya menentang kekerasan dan kesewenang-wenangan. Wawasan yang dibangun atas dasar tauhid diharapkan
dapat melahirkan
kepribadian yang baik dan taat terhadap Tuhan Yang Maha Esa sebagai satusatunya Tuhan yang patut disembah dan dimintai pertolongan manusia. Ia akan jauh dari pribadi yang kejam, nakal, kasar dan kepribadian tidak terpuji lainnya. Ibrahim Lubis menjelaskan bahwa dalam rangka pembentukan kepribadian yang Islami, lingkungan keluarga memiliki tanggung jawab dalam ajaran Islam atas dasar hal-hal berikut: 1. Dasar moral menghendaki agar ukuran baik dan buruk, benar dan salah itu tidak diombang-ambingkan oleh ukuran yang dapat berubah-ubah karena pengertian duniawi. 2. Dasar kemasyarakatan menghendaki agar manusia dimuka bumi memiliki pandangan hidup kemasyarakatan yang tegas dan positif. 3. Dasar psikologis menghendaki agar manusia dapat hidup seimbang dan harmonis dalam suasana dunia yang saling pengertian dan isi mengisi sehingga tercapai kehidupan sakinah, ketentraman jiwa dan kenyamanan. 4. Dasar agama menghendaki agar menusia mengetahui, mengerti, memahami dan mengamalkan aqidah dan syariah Islamiyah.10
5. Ajaran Islam dalam Lingkungan Masyarakat Semakin
merosotnya
akhlak
dalam
masyarakat
telah
menjadi
keprihatinan semua elemen masyarakat, maupun pemerintah. Globalisasi budaya melalui teknologi komunikasi dan informasi dianggap sebagai salah satu
9
Abuddin Nata, Manajemen Pendidikan, (Jakarta: Pernada Media, 2003), h.97 Ibrahim Lubis, Agama Islam Suatu Pengantar, (Jakarta:Ghalia, 1984), h. 27
10
8
penyebab kemerosotan akhlak tersebut. Kemajuan filsafat, sains dan teknologi telah menghasilkan kebudayaan yang semakin maju pula, yang berdampak sangat positif bagi kepentingan hidup manusia, tetapi disisi lain juga berdampak terhadap kemerosotan moral bangsa. Kemerosotan akhlak itu agaknya terjadi kepada semua lapisan masyarakat, baik masyarakat yang ada di perkotaan maupun pada masyarakat yang ada dipedesaan, Meskipun dalam berbagai penelitian dijelaskan bahwa kemerosotan akhlak tersebut banyak terjadi dikalangan anak usia remaja, sebagai akibat dari kehilangan ketentraman dalam keluarga. Kondisi tersebut seharusnya menyadarkan kita, untuk sejak dini anakanaknya diberikan penetahuan dasar-dasar Islam sebagai bekal mereka menghadapi kehidupan globalisasi, dimana pengaruh budaya barat semakin intens dan keras. Diungkapkan oleh Ahmad Tafsir sebagai berikut: Pada masa global nanti, tingkat godaan akan semakin banyak dan semakin intens. Persaingan pun akan semakin ketat. Hanya orang-orang yang betul-betul siap lahir-batin yang akan mampu hidup konstruktif dalam keadaan seperti itu. Sementara globalisasi kebudayaan benar-benar tidak dapat ditiadakan atau dihindari. Meniadakan atau menghindari globalisasi kebudayaan sama halnya dengan meniadakan atau menghindari udara yang oleh manusia sangat dibutuhkan keberadaannya untuk bernafas.11 Sensor kebudayaan yang selama ini kita kenal, baik yang dilakukan oleh negara melalui Lembaga Sensor Film Nasional, guru atau orang tua, dirasakan belum efektif
mengendalikan pengaruh budaya-budaya menyimpang seperti
kekerasan, pornografi, pornoaksi, pelecehan seksual dan lain sebagainya. Karena itu jalan satu-satunya yang harus dilakukan adalah bagaimana membangun kehidupan lingkungan keluarga yang sakinah, mawadah dan penuh rahmat, sehingga mampu mempertebal kepribadian anak yang Islami melalui strategi pembinaan dan pendidikan Islam yang baik.
11
1996), h. 3
Ahmad Tafsir, Pendidikan Agama Dalam Keluarga, (Bandung: Remaja Rosdakarya,
9
Tentu saja yang paling bertanggung jawab dalam tugas pembentukan kepribadian yang Akhlakul karimah dalam Islami adalah tanggung jawab kita semua. Ahmad Tafsir mempertegas pernyataan ini sebagai berikut: Inti agama ialah iman. Inti keberagamaan ialah keberimanan. Keberimanan itu tidak dapat diajarkan di sekolah, di pesantren, ataupun dengan cara mengundang guru agama di rumah. Di sekolah dan pesantren diajarkan pengetahuan tentang iman, keimanan, dan keberimanan. Pengajaran itu bersifat kognitif saja, berupa penyampaian pengetahuan. Adapun keberimanan itu adalah sesuatu yang berada di dalam hati (al-qalb). Keimanan itu bukan di kepala, bukan berupa pengetahuan. Keberimanan itu bukan persoalan kognitif.12 Karena iman itu di dalam hati, bukan di kepala, maka keberimanan itu harus ditanamkan dalam hati. Penanaman iman pada anak harus dimulai sejak dini yaitu sejak memilih jodoh. Artinya sebelum menentukan pasangan hidup kita harus ada kehati-hatian dalam memilih pasangan hidup, karena sifat ayah dan sifat ibu dapat menurun kepada anaknya C. Penelitian Relevan Sebelum kita merujuk pada penelitian ini, peneliti telah mengambil beberapa penelitian terdahulu yang berhubungan dengan penelitian ini dengan harapan dapat
dijadikan sebagai bahan refrensi atau rujukan untuk kajian
mengenai penelitian ini. Adapun penelitian terdahulu yang diambil hanya beberapa saja seperti penelitian Suriyansyah yang berjudul “Strategi Tokoh Agama Islam Dalam Mengembangkan Dakwah Pada Masyarakat di Desa Asunde Kecamatan Besulutu Kabupaten Konawe” dengan hasil penelitian bahwa strategi pengembangan dilakukan dengan pendekatan budaya seperti upaya penyelesaian perdamaian (mombesara), tauziah, serta penolakan bala (mosehe) yang mana dapat berjalan secara efektif karena kondisi masyarakat yang cukup kental dengan nuansa adat dan juga dakwah dalam bentuk dialog,
12
Ibid., h. 4-5
10
dakwah pendekatan nasehat, dakwah dengan pendekatan teladan, membentuk dan membina basis kegiatan religius” 13 Selain Suryansyah, Suhadi Aswad juga menelaah tentang Aktivitas Dakwah Dalam Pembinaan Remaja Mesjid di Desa Lamoen Kecamatan Angata Kabupaten Konawe Selatan. Kesimpulan: Hasil penelitian menunjukan bahwa (1) Pemberian pembinaan agama secara langsung yang meliputi pembinaan, dalam hal
akhlak.
(2)Memberikan
pemahaman
tentang
kepedulian
sosial,
(3)Mengadakan lomba keagamaan selanjutnya dalam pembinaan remaja masijid”merupakan aktifitas dalam pembinaan remaja masid khususnya di desa Lamoen” 14 Dari berbagai penelitian yang relevan di atas maka dalam penelitian ini akan mengkaji lebih dalam mengenai peran mubaligh dalam membina penerapan ajaran islam khususya di desa Teteasa Kecamatan Angata Kabupaten konawe Selatan yang belum dibahas oleh peneliti lain.
D. Penerapan Ajaran Islam Pada Remaja Masjid Al-Khaerat di Desa Teteasa Kecamatan Angata Kabupaten Konawe Selatan Untuk lebih jelasnya mengenai pelaksanaan atau penerapan ajaran Islam kepada remaja masjid yang dilakukan oleh para muballigh di desa Teteasa maka penulis menguraikan beberapa bentuk berdasarkan dari penjelasan informan dalam penelitian ini. 1. Seruan/Ajakan Untuk Melaksanakan Shalat Berbicara masalah seruan ataupun ajakan shalat yang lakukan oleh para mubalik kepada setiap remaja masjid khususnya di desa Teteasa adalah satu bentuk upaya yang dilakukan oleh para muballigh untuk dituntun dijalan Allah. Sebagaimana yang kita ketahui bahwa shalat merupakan salahsatu ibadah yang Suriyansyah “Strategi Tokoh Agama Islam Dalam Mengembangkan Dakwah Pada Masyarakat di Desa Asunde Kecamatan Besulutu Kabupaten Konawe”, (Skripsi S1, Perpustakaan STAIN Kendari, 2012,),h.51-59 14 Suhadi Aswad, Aktivitas Dakwah Dalam Pembinaan Remaja Mesjid di Desa Lamoen Kecamatan Angata Kabupaten Konawe Selatan (Skripsi S1, Perpustakaan STAIN Kendari, 2013), h. 63 13
11
wajib dan dapat mendekatkan diri kepada Allah serta sebagai indikator kadar ketakwaan pada setiap manusia dan juga memberikan ketentraman dalam jiwa. Mengenai hal ini telah dijelaskan oleh informan bahwa: Bagi kami shalat adalah hal yang mustahil untuk ditinggalkan meskipun terkadang salah satu dari kami biasa tidak melaksanakannya secara berjamaah karena disebabkan sebagaian dari kami masih ada yang duduk di bangku sekolah namun setiap waktu kami juga senantiasa menepatkan waktu ke Masjid untuk shalat berjamaah.15 Beradarkan dari penjelasan informan di atas maka dapat diuraikan bahwa shalat adalah hal yang tidak mungkin untuk ditinggalkan dan mereka sadar bahwa shalat merupakan tiang agama yang tidak dapat dapat dipisahkan dari kehidupan sebagaimana dalam QS. 2: 45 berikut:
Terjemahnya: Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. dan Sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu', (QS. 2: 45)16 Untuk menerapkan ajaran Islam kepada remaja masjid ataupun di lingkungan masyarakat, maka hal mendasar yang harus dilakukan oleh seorang muballigh ataupun tokoh agama adalah dengan secara langsung memberikan seruan atau ajakan kepada mereka salah satunya adalah melalui ajakan shalat, artinya meskipun kita telah menyediakan beberapa fasilitas yang memadai untuk meningkatkan ajaran Islam tesebut jika tidak dibarengi dengan seruan atau ajakan secara terbuka kepada masyarakat maka akan sulit direalisasikan 1. Pelaksanaan Puasa
15 16
Ronas,Remaja Masjid, Wawancara, Teteasa, 24 Februari 2016 DEPAG, Op.Cit
12
Puasa merupakan salah satu bentuk ibadah kepada sang pencipta untuk memohon ridho baik dari kehidupan dunia maupun akhirat kelak, puasa pada dasarnya bukan hanya sekedar menahan lapar dan haus akan tetapi dapat menahan atau mencegah hal-hal yang dapat membatalkan puasa itu tersebut, disamping itu juga puasa terdapat beberapa jenis berdasarkan waktu pelaksanaannya, sehingga dengan itu dipandang sangat penting untuk mengukur kadar ketakwaan pada setiap manusia 2. Ibadah yang Berkaitan dengan Masalah sosial Ibadah lain yang
senatiasa diterapkan pada remaja masjid di desa
Teteasa adalah ibadah yang erat hubungannya dengan masalah sosial seperti bimbingan pembagian zakat fitrah, ritual perkawinan, bakti sosial dan menyambut kelahiran bayi dan penyelenggaraan hari besar Islam. Dari beberapa jenis penerapan ajaran Islam yang diberikan oleh para muballigh kepada remaja masjid maka diungkapkan oleh informan sebagai berikut: Pada dasarnya kami juga belum mengetahui secara pasti mengenai beberapa bentuk ibadah yang menyangkut masalah sosial namun setelah ada penerapan secara langsung dan bimbingan dari muballigh maka kami sangat memahami hal tersebut seperti pola pembagian zakat fitrah, zakat mal, hal ihwal yang menyangkut perkawinan dan menyambut kelahiran bayi maka kami juga sudah sebagian besar menyelenggarakannya contohnya saja dalam menyambut kelahiran bayi atau anak, maka dilakukan upacara potong rambut dan akikat dan juga barsanji. 3. Seni Religious Berbicara masalah seni merupakan salah bentuk hasil karya manusia yang berbentuk alunan suara ataupun alat musik, atau dengan kata lain bebicara masalah seni berarti berhubungan dengan musik ataupun lantunan suara yang dihasilkan. Sedangkan apabila dikaitkan dengan religius maka dapat berarti bahwa seni religius adalah satu bentuk aktivitas atau seni yang bernuansa religius atau kegamaan. Untuk lebih lanjutnya mengenai penjelasan ini maka akan dikaitkan dengan penerapan ajaran Islam kepada para remaja masjid dengan melalui metode seni religious, sebagaimana yang dijealaskan oleh beberapa informan antara lain:
13
….terdapat beberapa kegiatan yang kami terapkan kepada beberapa anak remaja masjid di kampung ini dengan harapan dalam pelaksanaan kegiatan tersebut dapat menjadi salah satu metode tepat untuk proses tranfermasi pengetahuan agama kepada para remaja masjid.17 E. Peran Muballing Dalam Penerapan Ajaran Islam pada Remaja Masjid AlKhaerat di Desa Teteasa Kecamatan Angata Kabupten Konawe Selatan 1. Pembimbing Peran pembimbing merupakan salah satu bentuk peren muballigh yang sangat umum dalam masyarakat hal tersebut kita dapat melihat bahwa sorotan mata dan media kepada para muballigh sekarang merupakan hal yang senantiasa di perbincangakan dalam masyarakat terutama dalam media cetak dan terlebih lagi di media online yang dibahas dalam beberapa blog atau artikel dakwah Islam, hal tersebut merupakan tantangan yang serius untuk menjadi seorang muballigh panutan dan pembimbing remaja masjid dan masyarakat mengenai ajaran agama.
Untuk itu mengenai peran muballigh dalam bentuk sebagai
pembimbing dapat di lihat dari berbagai penjelasan informan sebagai berikut: Peran pembimbing para muballigh merupakan salah satu bentuk peran yang tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan masyarakat secara umum, tidak terkecuali bagi remaja masjid sehingga dengan itu untuk mengajarkan nilai-nilai keIslaman tersebut kepada remaja masjid maka kira harus senantiasa membimbing mereka bagaimana hal ihwal yang harus mereka lakukan untuk memakmurkan masjid.18 Dari penjelasan informan di atas maka dapat kita uraikan bahwa peran muballigh sebagai pembimbing merupakan hal yang mendasar yang wajib dimiliki oleh setiap muballigh artinya bahwa dengan peran tersebut maka proses kegiatan pada remaja masjid dapat berlangsung sesuai dengan harapan bersama yakni untuk memajukan ajaran Islam kepada remaja masjid dan kepada masyarakat secara umum jadi hal tersebut tidak dapat dijadikan mainstream dalam kehidupan beragama karena tanpa keterlibatan muballigh dalam menerapkan peran bimbingan maka dapat mempengaruhi beberapa aktivitas remaja masjid khususnya di desa Teteasa 17 18
Imran, Muballigh, Wawancara, Teteasa, 3 Desember 2015 Imran, Muballigh, Wawancara, Teteasa, 14 Januari 2016
14
2. Perubahan/ Agent of Change Peran lain dari seorang muballigh dalam penerapan ajaran Islam kepada remaja masjid dapat menjadi sebagai agen yang membawa perubahan yang dinamis dalam ajaran Islam dimana kehadiran muballigh dapat menjadi teladan yang bersifat dinamis demi kemajuan ajaran Islam dilingkungan masyarakat secara umum, namun di lain sisi adanya muballigh dapat memberikan dampak positif dan penerapan ajaran Islam terkhusus pada remaja masjid sebagai tonggak kemajuan generasi muda Islam, peran perubahan dalam penelitian ini sebagaimana yang diungkapkan beberapa informan sebagai berikut: Kalau saya melihat dari tahun ketahun mbak..(peneliti) memang sangat berbeda kondisi masjid ini dibanding dengan beberapa tahun sebelumnya, artinya bahwa kalau dulu saya tidak mengetahui kalau di sini ada organisasi remaja masjid, tapi sekarang kita lihat masjid kita ini sudah berbeda sekali tidak pernah sepi jamaah, tiap pelaksanaan shalat selalu dikumandangkan azan, pengajian, dan beberapa kegiatan lain yang bermanfaat untuk kemajuan generasi muda di desa Teteasa.19 Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa peran serta muballigh dalam memberikan perubahan dalam penerapan ajaran Islam kepada remaja masjid di desa Tetesa juga
telah menjalankan fungsi informatif dan edukatif
kepada remaja masjid karena dengan itu dapat merupakan angin segar dalam pelaksanaan dakwah di daerah tersebut karena merupakan hal yang baru bagi remaja masjid sehingga dengan itu maka dapat mempermudah akses kegiatan dakwah kepada masyarakat secara luas 3. Motivator Motivasi yang dimiliki oleh muballigh dalam menerapkan ajaran Islam kepada ramaja masjid memang tidak akan memberikan perbedaan yang lebih jauh akan tetapi akan relevan, mengenai peran sebagai motivator tersebut dijelaskan sebagai berikut: Motivasi memang selalu di butuhkan oleh setia manusia namun sebagai motivator merupakan hal yang menjadi sulit bagi setiap manusia tidak tekecuali muballigh karena tidak semua muballigh dapat menjadi 19
Ridwan, Tokoh Masyarakat, Wawancara, Teteasa, 10 Desember 2015
15
motivator bagi remaja masjid sehingga dengan itu dibutuhkan profesionalis tertentu menjadi seorang motivator tersebut, misalnya seorang muballigh dapat memberikan teladan bagi remaja masjid, sehingga dapat menjadi panutan.20 Dari penjelasan di atas menenai peran motivator dari muballigh di desa Teteasa maka dapat dilihat pola tingkah laku, serta materi-materi yang disampaikan para muballigh ketika ceramah namun hal yang terpenting adalah para muballigh senantiasa memberikan nasehat-nasehat yang berharga bagi para remaja masjid sehingga dengan itu maka mereka menganggap para muballigh di desa Teteasa sebagai motivator hidup dalam menyebarkan dakwah di desa Teteasa. Berdasarkan
dari beberapa penjelasan dan uraian mengenai peran
mubaligh sebagaimana yang telah dibahas sebelumnya maka secara tersirat kita juga dapat melihat bahwa disamping peran seorang mubaligh dalam menerapkan ajaran islam maka disitu pulakita kita dapat melihat fungsi-fungsi dominan sebagai mubaligh seperti fungsi advokatif, informatif edukatif dan juga konsultatif PENUTUP A. Kesimpulan Dari uraian penjelasan isi skripsi yang penulis kemukakan pada bab-bab sebelumnya, maka bagian akhir skripsi ini penulis mencoba mengambil kesimpulan, dari seluruh uraian sebelumnya, antara lain: 1. Penerapan ajaran Islam pada Remaja Masjid Al-Khaerat yang dilakukan oleh para muballingh kepada remaja masjid berbentuk, pelaksanakan shalat, dimana bukan hanya shalat wajib tetapi juga shalat sunat lainnya terutama pada bulan Ramadhan pelaksanaan puasa, ibadah yang berkaitan dengan masalah sosial meliputi, zakat, infaq, perkawinan, kelahiran, barasanji, seni religious. 2. Peran muballing dalam penerapan Ajaran Islam pada Remaja Masjid AlKhaerat di Desa Teteasa Kecamatan Angata Kabupten Konawe Selatan, yaitu
20
Al-Qunus, Muballigh, Wawancara, Teteasa, 6 Januari 2016
16
peran sebagai pembimbing, Perubahan/ Agent of Change, Motivator, dimana muballingh sebagai unsur penting dalam penerapan ajaran ajaran agama kepada remaja masjid sebab mereka juga dijadikan sebagai teladan bagi remaja masjid serta membawa kabar atau ajaran yang selama ini masih merupakan hal yang tabu bagi masyarakat. B. Saran Berdasarkan kesimpulan penelitian di atas, maka saran yang dapat disampaikan penulis adalah: 1. Disarankan kepada para muballigh untuk senantiasa mengembangkan metode dakwah dalam penerapan ajaran islam yang diterapkan kepada ramaja masjid di desa Teteasa agar tidak terkesan monoton serta mengikuti metode dakwah kontemporer untuk memudahkan dalam menyampaikan materi-materi dakwah kepada remaja masjid dan kepada masyarakat pada umumnya. 2. Disarankan kepada pemerintah setempat untuk memberikan andil dalam beberapa kegiatan remaja masjid di desa Teteasa demi meningkatkan dakwah Islam pada masyarakat secara universal
DAFTAR PUSTAKA Abdullah Nurdin, Silsilah Tolaki Kukuaha, Malang: UM Press, 2009 Abdul Mujib dan Muhaimin, Pemikiran Pendidikan Islam, Bandung: Trigenda Karya, 1993. Arief, Armay Pengantar dan Metodologi Pendidikan Islam, Jakarta, :Ciputat Pers, 2002 Asmuni Syukir,. Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam. Surabaya Al-Ikhlas. 1983 Aziz Abdul Asy Syakhs, Kelambanan dalam Pembinaan Remaja Masjid Jakarta: Gema Insani 1987 Daradjat Zakiah, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta :Dirjen Bimbingan Islam, 1994
17
-------------------- Membina Nilai-Nilai Moral di Indonesia,
Jakarta, :Bulan
Bintang, 1971 Departemen Agama RI, al-Qur’an dan Terjemahannya Jakarta, :Departemen Agama RI 2010 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Bahasa Indonesia, Jakarta, Pusat Bahasa 2008 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahan Bandung, Mizan 2010 Kusnawan, Aep. Komunikasi Penyiaran Islam. Bandung Benang Merah Press, 2004 Dermawan, Andy. Metodologi Ilmu Dakwah. Yogyakarta LESFI., 2002 Depdiknas, KBBI, Jakarta: Balai Pustaka, 2008 Faisal,Sanafiah Metode Penelitian Sosial, Jakarta:Rajawali Pers, 2007 Ismail Nawari, Metode DakwahJakarta:Pelita, 2011 Kamus Bahasa Indonesia,Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa Jakarta: Pusat Bahasa, 2008 Lubis Ibrahim, Agama Islam Suatu Pengantar, Jakarta:Ghalia, 1984 Mulkhan Munir, Metode Dakwah Kontemporer Jakarta:Bina Ilmu, 2011 Nata Abuddin, Manajemen Pendidikan, Jakarta: Pernada Media, 2003 Nasution, H.M. Yunan Islam dan Problem-Problem Kemasyarakatan, Jakarta :Bulan Bintang, 1983 Purnomo Detiady Akbar dan Husaini Usman, Metodologi Penelitian Sosial, Jakarta, Bumi Aksara, 1995 Purwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia,Jakarta : Balai Pustaka, 1999 Suryawati, Metode Dakwah Jakarta, Mizan, 2010 Tafsir, Ahmat, Pendidikan Agama Dalam Keluarga, Bandung: Remaja Rosdakarya, 1996 Tim Dosen FIP IKIP Malang, Pengantar Dasar-Dasar Kependidikan, Surabaya : Usaha Nasional, 1988 Titus, M.S, Persoalan-persoalan Filsafat,Jakarta : Bulan Bintang, 1984. Wikipedia, ensiklopedia bebas. Akses 23:48, 9 Agustus 2015
18
Wijaya, Ilmu Komuniaksi Jakarta: Rineka Cipta, 2010