KOMPETENSI GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM PENGELOLAAN KELAS DI SDN LAROWIYU KECAMATAN MELUHU KABUPATEN KONAWE
Disajikan untuk Memenuhi sebagian Persyaratan untuk Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Islam Program Studi Pendidikan Agama Islam
OLEH :
ETIK ROSTIKAWATI NIM: 21122078
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS AGAMA ISLAM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KENDARI 2015
HALAMAN PERSETUJUAN
KOMPETENSI GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM PENGELOLAAN KELAS DI SDN LAROWIYU KECAMATAN MELUHI KABUPATEN KONAWE
ETIK ROSTIKAWATI NIM: 21122078
PEMBIMBING 1
PEMBIMBING II
Syahrul, S.Pd.I., M.Pd NIP. 19800627 200901 1 008
Muliyani,S.Pd.I.,M.Pd.I NIP.
Kendari, 12 November 2015
Mengetahi, Dekan Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Kendari
Muh. Yusuf, S.Pd.I., M.Pd.I NIDN. 0905027901
ii
PENGESAHAN DEWAN PENGUJI
KOMPETENSI GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM PENGELOLAAN KELAS DI SDN LAROWIYU KECAMATAN MELUHI KABUPATEN KONAWE
Talah diajukan dan dipertahankan di Hadapan Dewan Penguji Skripsi Program Studi Pendidikan Agama Islam Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Kendari Nomor : 19/SK/II.3AU-FAI/2015 Tanggal : 14 November 2015
Tim Penguji
Tanda Tangan
Tanggal
…………………...
……………………
1.
Yusuf S, S.Pd.I., M.Pd.I Ketua
2.
Muliyani, S.Pd.I., M.Pd.I Sekretaris
…………………..
……………………
3.
Ardianto Azis, S.Pd.I., MA Anggota
…………………..
……………………
4.
Muallimah, S.Pd.I., M.Pd.I Anggota
…………………..
……………………
5.
Isna Humaera, S.Ag., M.Pd Anggota
…………………..
……………………
Kendari, Mengetahui, Dekan Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Kendari
Yusuf S, S.Pd.I., M.Pd.I NIDN. 0905027901
iii
November 2015
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ...................................................................................... HALAMAN PERSETUJUAN ..................................................................... HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ PENGESAHAN SKRIPSI ............................................................................. KATA PENGANTAR ................................................................................... ABSTRAK ...................................................................................................... DAFTAR ISI ..................................................................................................
i ii iii iv v vii viii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ............................................................................. B. Rumusan Masalah ....................................................................... C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .................................................. D. Defenisi Operasional ....................................................................
1 6 6 7
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Konsep Kompetensi Guru ........................................................... 9 B. Konsep Pengelolaan kelas ............................................................ 14 C. Konsep Pembelajaran PAI .......................................................... 29 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ............................................................................. B. Teknik Pengumpulan Data .......................................................... C. Teknik Analisis Data .................................................................... D. Pengecekan Keabsahan Data ......................................................
38 38 39 40
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ............................................................................. 42 B. Pembahasan Hasil Penelitian ...................................................... 48 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ................................................................................... 66 B. Saran .............................................................................................. 67 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
iv
KATA PENGANTAR
Alhamdulilhru puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas bimbingan dan petunjuk_Nya sehingga tulisan ini teiselesaikan, sesuai keberadaan Peneliti, maka apa yang tertuang dalam tulisan ini merupakan perwujudan dari upaya optimal yang telah peneliti lakukan, yang sampai pada detik ini kita semua masih senantiasa dalam lindungan Allah SWT. Dengan demikian Peneliti sadar masih terdapat kekuarangan yang perlu disempernakan. Shalawat dan salam senantiasa kita curahkan kepada Nabi tercinta panutan seluruh ummat manusia, Nabi Muhimrnad SAW, yang telah diutus oleh Allah SWT membawa Risalah Islam sehingga Islam yang membawa rahmat bagi semesta alam dapat tersebar ke seluruh penjuru dunia sehingga kita semua dapat merasakan indahnya Islam sampai sekarang. Peneliti menyadari bahwa skripsi ini terwujud berkat arahan dari Syahrul, S. Pd.i., M.Pd selaku pembimbing I dan Ibu Muriyani , S.Pd.i pembimbing II. oleh karena itu, kepada beliau berdua peneliti ucapkan kasih atas penghargaan yang sebesar-besamya dan seturus-turusnya. selanjutnya ucapan terima kasih peneriti sampaikan pula kepada : 1. Bapak Muhammad Nur, SP.,M.Si, selaku Rektor Universitas Muhimmdiyah Kendari. 2. Bapak Yusuf, S.Pd.i., M.Pd.i, Dekan Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Kendari. 3. Ardianto Aziz, S.Pd.i., MA, Ketua program Studi pendidikan Agama Islam Universitas Muhammadiyah Kendari.
v
4. Para Dosen civitas akademika yang telah memberikan pengetahuan dan pelayanan administrasi sehingga tulisan ini selesai. 5. Bapak Jumali, A.Ma, S.Sos, Kepala SDN Larowiyu Kecamatan Meluhu Kabupaten
Konawe dan Guru
yang telah
membantu
memberikan
data/informmasi yang dibutuhkkan. Akhirnya kepada Allah SWT jualah sehingga penulis berserah diri dan memohon semoga budi baik yang telah diberikan mendapat pahala di sisi-Nya dan sdmoga tulisan ini bermanfaat, Aniin.
Kendari, 10 Oktober 2015
Peneliti
vi
ABSTRAK Etik Rostikawati NIM. 21122078 “Kompetensi Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Pengelolaan Kelas di SDN Larowiyu Kecamatan Meluhu Kabupaten Konawe”(di bimbing oleh Syahrul, S. Pd.i., M.Pd selaku pembimbing I dan Ibu Muriyani , S.Pd.i pembimbing II). Skipsi ini membahas tentang pengelolaan Kelas dalam pembelajaran pendidikan Agama Islam. Fokus Pernasalahan dalam penelitian ini adalah Bagaimana pengelolaan Kelas dalam pembelajaran pendidikan Agama Islam di Sekolah Dasar Negeri Larowiyu Kecamatan Meluhu Kabupaten Konawe? Tujuan penelitian ini adalah Untuk mengetahui pengelolaan kelas dalam pembelajaran pendidikan Agama Islam di Sekolah Desar Negeri Larowiyu kecamatan Meluhu Kabupaten Konawe. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yakni penelitian yang menjelaskan objekif tentang pengelolaan Kelas dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di sekolah Dasar Negeri Larowiyu Kecamatan Meluhu Kabupaten Konawe, metode pengumpulan data dalam penelitian ini penulis menggunakan observasi, wawancara dan dokumentasi dalam mendapatkan data yang sesuai dengan masalah yang akan dikaji, dalam dalam penelitian ini peneliti menggunakan reduksi data, penyajian data dan verifikasi data. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada pengelolaan kelas sudah cukup baik, mengenai pengelolaan prabot kelas, pengelolaan tempat duduk siswa, penghentian tingkahlaku siswa yang menyelewangkan perhatian kelas, menjalin hubungan baik antara guru dan siswa serta disiplin waktu. Hal tersebut dapat dilihat dari antusias guru dalam mengolah kelas. Pengololaan kelas dalam pembelajaran pendidikan agama islam sudah baik, hal tersebut dapat dilihat dari cara guru mampu membuat kelas tidak tegang dan santai, diktahui serta adanya kesemangatan dan kerajinan yang bagus pada siswa dalam mengikuti program keagamaaan sebagai salah satu program pengembangan diri di sekolah, seperti program pembiasaan shalat jum’at.
vii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Sumber daya manusia Indonesia yang beikuatitas merupakan aset bangsa dan negara dalam melaksanakan pembangunan nasional di berbagai sektor dan dalam menghailapi tantangan kehidupan masyarakat dalam era globalisasi. Sumber daya manusia ini tiada lain ditentukan oleh hasil produktivitas lembaga-lembaga penyelenggara pendidikan, yang terdiri alas jalur sekolah dan luar sekolah serta secara spesifik merupakan hasil proses belajar-mengajar di kelas. Pendidikan jalur sekolah terdiri atis tiga jenjang yaitu pendidikan desar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi serta bersifat formal, karena dilaksanakan secara beikesinambungan dan adanya saling keterkaitan dalam kurikulum yang diajarkan. Jenjang pendidikan yang lebih tinggi baru bisa diikuti apabila jenjang sebelumnya telah selesai diikuti dan berhasil (St. Vembrianto, dkk., 1994). Pada dasarnya pendidikan merupkan interaksi antara pendidik dan peserta didik, untuk mencapai tujuan pendidikan. Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi pencapaian pendidikan diantaranya adalah kompetensi pendidik (guru). Dalam undang-undang Republik Indonesia nomor 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen dijelaskan bahwa “kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati dan dikuasai oleh guru dan dosen dalam melaksanakan ugas keprofesionalan”. 8
Kelas merupakan segmen sosial dari kehidupan sekolah secara keseluruhan. Gairah proses belajar dan semangat pencapaian hasil belajar yang baik, amat tergantung pada pembiasaan sehari-hari atas kehidupan yang terjadi di antara guru dan para anak didiknya di dalam kelas. Karena itu manajemen atau pengelolaan atas kelas merupakan hal utama dalam menunjang terciptanya proses belajar yang menyenangkan dan pencapaian hasil belajar yang bnik. Kondisi dan kehidupan kelas kita di tingkat pendidikan dasar, masih memprihatinkan. Penampilan fisik kelas yang anak-anak tinggali setiap harinya nampak kurang kondusif atas penciptaan kondisi belajar yang diinginkan. Meja kursi atau bangku yang mereka duduki kurang sesuai dengan kebutuhan belajar mereka. Kebiasaan bersih, indah dan tertib dalam membuang sampah belum terciptakan dari dalam kelas secara kuat. Kelas-kelas kita di antaranya masih belum asri, bahkan semrawut dan kotor. Sentuhan tangan untuk penataan kelas dari orang orang yang berkepentingan atas pendidikan anak amat terbatas. Guru-gurupun untuk sebagian di antaranya bekerja dengan caranya yang typical (asal melaksanakan tugas rutin) tanpa mempedulikan apakah kelasnya itu menyenangkan bagi anak atau tidak. Konsep-konsep yang mendasari terwujudnya interaksi di dalam kelas terasa masih miskin. Manipulative learning materials belum menjadi kepedulian guru dalam mengusahakan linkungan belajar yang lebih menyenangkan. Pengetahuan psikologis kontemporer guru-guru belum terlihat dalam hubungan implementasi kurikulum dan penciptaan lingkungan belajar. Selain itu,
9
dukungan birokrasi dan kepemimpinan setiap sekolah belum sepenuhnya muncul. Kelas-kelas kita akhirnya menjadi kurang menarik dan bahkan menjemukan sehingga anak nampak terbelenggu dalam kerangkeng statusquo pekerjan guru/para pendidik. Aktivitas guru saat mengajar di kelas dapat dipilih menjadi dua yaitu mengelola pengajaran (aktivitas instruksional) dan mengelola kelas (ativitas non-instruksional). Pengelolaan pengajaran adalah kegiatan mengajar itu sendiri yang melibatkan materi, metode, media, dan di akhiri dengan evaluasi. Sedangkan pengelolaan kelas adalah usaha guru untuk menciptakan
dan
mempertahankan
kondisi
yang
memungkinkan
pengelolaan pengajaran dapat berlangsung dengan baik dan tentunya memberikan hasil yang optimal. Dua aktivitas tersebut diatas pada dasarnya saling terkait sama lain. Artinya,
aktivitas
memperhitungkan pelaksanaan
instruksional alctivitirs
aktivitas
tidak
mungkin
non-inslruksional.
non-instruksional
dilakukan
berjalan
tanpa
Demikian
pula
dalam
rangka
pelaksanaan aktivitas instruksional. Namun, itu tidak berarti bahwa bahwa masalah-masalah
yang
muncul
dari
masing-masing
lantas
dicampuradukkan. Masalah intruksional harus dipecahkan dengan caracara intruksional. Demikian pula non-instruksional harus dipecahkan dengan cara- cara non-instruksional. Pelajar yang sering mengganggu jalanya proses belajar-mengajar, enggan masuk kelas karena tidak diterima oleh kelompok, dan lain-lain di luar aktivitas intruksional merupakan
10
masalah non-instruksional. Tidak tepat kalau seperti membuat pelajaran menjadi menarik dan mengurangi nilai raport, tetapi hendaknya di pecahkan, apabila pelajar tidak tertarik pada pelajaran PAI, hendaknya masalah ini tidak dipecahkan dengan menciptakan hubungan interpersonal yang lebih akrab, tetapi dengan mencari jalan agar penyajian pelajar itu menjadi lebih mudah dicerna oleh pelajar. Dalam proses betajar mengajar guru ditunttrt untuk menguasai bahan pelaJaran yang akan diajarkan dengan sebaik-baiknya. Metode resitasi atau metode pengulangan dapat digunakan ayat al-Qur’an yang menjelaskan tentang hal itu terdapat dalam surah al-alaq yang berbunyi: Artinya: “Bacclah dengan menyebut nama Tuhan-Mu yang menciptakan alam semesta. Ia yang menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah Muhammad dengan nama Tuhanmu itu amat mulia, yang mengajar manusia dengan perantara kalam.” (Q.S AI-Alaq : l-5)
secara lahiriah memberi petunjuk tentang metode mengajar, bahwa yang paling utama adalah pelajaran membaca. Didalam pelajaran membaca terkandung makna hendak memberikan pengetahuan. Pengetahuan yang mula-mula diketahui manusia adalah nama. Nama ialah simbol pengetahuan permulaan, dan dari mengenali nama orang dapat memberikan pengertian atau konsep ilmu pengetahuan.
11
Abdurahman (1994 : 136) mengemukakan bahwa pengelolaan kelas adalah semua upaya dan tindakan guru dalam membina dan memodalisasi serta menggunakan sumber daya kelas secara optimal, selektif dan efesien untuk menciptakan kondisi atau menyelesaikan probrema kelas agar proses belajar mengajar dapat berlangsung wajar. Pengelolaan kelas ini memberikan gambaran bahwa kegiatan belajar mengajar mempunyai arah dan penanggung jawab yang Jelas. Artinya dilihat dari komponen yang berkaitan dengan pembelajaran pada institusi sekolah, memberikan gambaran yang jelas bahwa kepala sekolah dalam memberikan fasilitas dan kelengkapan pembelajaran, kejelasan kedudukan guru untuk menentukan mendesain pembelajaran dan mengorganisir kelas, alokasi waktu, desain kurikulum, media dan kelengkapan pembelajaran dan lainnya yang berkaitan dengan suksesnya penyelenggaraan kegiatan belajar. Rendahnya prestasi belajar siswa disebabkan oleh banyak faktor, salah satu faktor tersebut adalah rendahnya kemampuan guru dalam mengelola proses belajar mengajar. Diantara kemampuan tersebut adalah kemampuan mengelola kelas dan memanfaatkan kelas sebagai sarana pendukung kegiatan belajar mengajar. Sekolah Dasar Negeri Larowiu Kecamatan Meluhu Kabupaten Konawe berada tidak jauh dari Masjid maka setidaknya masjid tersebut dapat dijadikan Objek motivasi keagamaan khususnya oleh siswa SD Negeri Larowiu atau
12
sebagai objek tambahan yang dapat dijadikan sebagai tempat praktek kegiatan keagamaan dengan fasilitas-fasilitas yang ada di masjid tersebut dapat memudahkan siswa dalam melaksanakan pratek keagamaan dan tentunya kegiatan belajar diluar sekolah akan menyenangkan bagi siswa SD Negeri Larowiu dan akan menambah minat dan gairah belajar siswa. Namun kenyataairnya guru PAI SD Negeri Larowiu kurang memperhatikan. Berdasarkan hasil observasi, pengelolaan kelas dalam pembelajaran PAI umumnya disampaikan dengan cara ceramah, dan guru tidak pernah memaksimalkan perabotan yang ada di ruang kelas, konsep-konsep yang disampaikan masih kurang dipahami oleh siswa. Berdasarkan
fenomena
diatas,
penulis
tertarik
meneliti
“Kompetensi Guru Pendidikan Agama Islam dalam pengelolaan Kelas di sekorah Dasar Negeri Larowiyu Kecamatan Meluhu Kabupaten Konawe” B. Rumusan Masalah Bagaimana pengelolaan Kelas dalam pembelajaran pendidikan Agama Islam di sekorah Dasar Negeri Larowiyu Kecamatan Meluhu Kabupaten Konawe. C. Tujuan dan Manfaat penelitian 1. Tujuan Penelitian a. Untuk mengetahui pengelolaan kelas di sekolah Dasar Negeri Larowiyu kecamaian Meluhu Kabupaten Konawe.
13
b. Untuk mengetahui pengelolaan kelas dalam pembelajaran pendidikan Agama Islam di sekolah Desar Negeri Larowiyu kecamatan Meluhu Kabupaten Konawe. 2. Manfaat penelitian a. Manfaat Teoritis Memberikan masukan dalam rangka penyusunan teori dan konsep baru terutama untuk mengembangkan terkait dengan Urgensi pengelolaan Kelas Agama Islam di Sekolah Dasar Negeri Larowiyu Kecamatan Meruhu Kabupaten Konawe. b. Manfaat praktis 1) Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan semangat belajar pada siswa khususnya dalam mata pelajaran pendidikan Agama Islam. 2) Dapat dijadikan referensi atau bahan perbandingan bagi para peneliti selanjutnya. D. Defenisi Operasional 1. Kompetensi guru dalam pengelolaan keras yang dimaksud adarah sebagai usaha guru untuk mengatur siswa dan ruang kelas agar kegiatan pembelajaran berlangsung menarik dan menyenangkan, misalnya pengaturan perabot kelas dan tempat duduk siswa penghentian tingkah laku siswa yang menyelewengkan perhatian kelas, menjalin hubungan baik antara guru dan siswa serta disiplin 14
waktu sehingga proses pembelajaran berjalan dengan baik dan tujuan kurikuler dapat tercapai. 2. Pemberajaran pendidikan Agama Islam yang dimaksud adalah upaya pemberajaran secara sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami dan menghayati hingga mengimani, bertaqwa dan berakhrak mulia dalam mengamalkan ajaran agama islam dari sumber utamanya kitab suci al-qur'an dan hadits melarui kegiatan bimbingan, pengajaran latihan serta penggunaan pengalaman untuk mencapai hasil yang diinginkan berdasarkan kondisi pembelajaran yang ada.
15
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Konsep Kompetensi Guru Menurut Kamus umum Bahasa Indonesia karangan WJS Purwadarminto (1999: 405), pengertian kompetensi adalah kekuasaan untuk menentukan atau memutuskan suatu hal. pengertian dasar kompetensi adalah kemampuan atau kecakapan. Menurut pendapat C. Lynn (1995: 33), bahwa "competence my range from recall and understanding of fact and concepts, to advanced mator skill, to teaching behaviours ond profesionar varues” Kompetensi dapat meliputi pengulangan kembali fakta-fakta dan konsep-konsep sampai pada keterampilan motor lanjut hingga pada perilaku-perilaku pembelajaran dan nilai-nilai profesional. Menurut E. Mulyasa (2004: 37-38),kompetensi merupakan perpaduan dari pengetahuan, ketrampilan, nilai dan sikap yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak. pada sistem pengajaran, kompetensi digunakan untuk mendeskripsikan kemampuan profesional yaitu kemampuan untuk menunjukkan pengetahuan dan konseptuarisasi pada tingkat yang Iebih tinggi. Kompetensi ini dapat diperoleh melalui pendidikan, pelatihan dan pengalaman lain sesuai tingkat kompetinsinya.
16
Menurut Undang-Undang No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen,kompetensi adalah sepdrangkat pengetahuan, keirampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati dan dikuasai oleh guru atau dosen dalam melaksanakan tugas keprofesionalan. Dari beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa kompetensi merupakan seperangkat penguasaan kemampuan, ketrampilan, nilai, dan sikap yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai guru yang bersumber dari pendidikan, pelatihan, dan pengalamannya sehingga dapat menjalankan tugas mengajarnya secara profesional. Menurut zamroni (2001: 60), guru adalah orang yang memegang peran penting dalam merancang strategi pembelajaran yang akan dilakukan. Keberhasilan proses pembelajaran sangat tergantung pada penampilan guru dalam mengajar dan kegiatan mengajar dapat dilakukan dengan baik dan benar oleh seseorang yang telah melewati pendidikan tertentu yang memang dirancang untuk mempersiapkan sebagai seorang guru. pernyataan tersebut mengantarkan kepada pengertian bahwa mengajar adalah suatu profesi, dan pekerjaan guru adalah pekerjaan profesional. Setiap pekerjaan profesiona dipersyaratkan memiliki kemampuan atau kompetensi tertentu agar yang bersangkutan dapat melaksanakan tugas-tugas profesionalnnya. Guru adalah orang yang berwenang dan bertanggung jawab atas pendidikan muridnya. Ini berarti guru harus memiliki dasar kompetensi sebagai wewenang dan kemampuan dalam menjalankan tugasnya. oleh
17
karena itu kompetensi harus mutlak dimiliki guru sebagai kemampuan, kecakapan dan ketrampilan mengelola pendidikan. Guru harus memiliki kompetensi sesuai dengan standar yang ditetapkan atau yang dikenal dengan standar kompetensi guru. standar ini diartikan sebagai suatu ukuran yang ditetapkan atau dipersyaratkan. Lebih lanjut Suparlan (2006: 85), menjelaskan bahwa “Standar kompetensi guru adalah ukuran yang ditetapkan atau dipersyaratkan dalam bentuk penguasaan pengetahuan dan perilaku perbuatan bagi seorang guru agar berkelayakan untuk menduduki jabatan fungsional sesuai dengan bidang tugas, kualifikasi dan jenjang pendidikan. Menurut Piet Sahertian (1994: 73), “Kompetensi guru adalah kemampuan melakukan tugas mengajar dan mendidik yang diperoleh melalui pendidikan dan latihan”. suparlan (2006: 85) berpendapat bahwa “Kompetensi guru melakukan kombinasi kompleks dari pengetahuan, sikap, ketrampilan dan nilai_nilai yang ditujukkan guru dalam konteks kinerja yang diberikan kepadanya” Nana Sudjana (2002: l7), mengutip pendapat Cooper bahwa ada empat kompetensi yang harus dimiliki guru, yaitu: 1) Mempuyai pengetahuan tentang berajar tingkah raku manusia. 2) Mempunyai pengetahuan dan menguasai bidang studi yang dibinanya. 3) Mempunyai sikap yang tepat tentang dirinya, sekolah, teman sejawat dan bidang studi yang dibinanya. 4) Mempunyai kemampuan tentang teknik mengajar
18
Pada tahun 1970-an terkenal wacana tentang apa yang disebut sebagai pendidikan dan pelatihan berbasis kompetensi atau ”competency Based Training Education CBTE”. Pada saat itu, Direktorat pendidikan Guru dan Tenaga Teknis (Disguntentis) pernah mengeluarkan “buku saku” tentang sepuruh kompetensi guru, yaitu: 1) Memiliki kepribadian sebagai guru. 2) Menguasai landasan pendidikan. 3) Menguasai bahan pengajaran. 4) Menyusun program pengajaran. 5) Melaksanakan proses belajar mengajar. 6) Melaksanakan penilaian pendidikan. 7) Melaksanakan bimbingan. 8) Melaksanakan administrasi. 9) Menjalin kerjasama dan interaksi dengan guru sejawat dan masyarakat. 10) Melaksanakan penelitian sederhana (Suparlan, 2006: 81-82). Kesepuluh kompetensi di atas diharapkan dimiliki guru secara maksimal agar proses belajar mengajar akan lebih efektif sehingga menghasikan peserta didik yang kompeten. Sesuai PP No- 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional pendidikan pasal 28 (3) menyatakan bahwa kompetensi yang harus dimiki oleh seorang guru sebagai agen pemberajaran adarah sebagai berikut:
19
1) Kompetensi
pedagogik
adalah
kemampuan
mengelola
pemberajaran peserta didik meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai kompetensi yang dimilikinya. 2) Kompetensi kepribadian adarah kemampuan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif dan berwibawa menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak mulia. 3) Kompetensi profesional adalah kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkannya membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan. 4) Kompetensi sosial adalah kemampuan pendidik sebagai bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar. Tanpa mengabaikan kompetensi yang lainnya, kompetensi professional merupakan kompetensi yang harus dimiliki oleh guru yang profesional. Kompetensi tersebut harus dikembangkan dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran di sekolah. Kompetensi profesional dipandang penting untuk dikembangkan oleh para guru karena kompetensi profesional mencakup kemampuan guru dalam penguasaan terhadap materi pelajaran dan kemampuan guru dalam pengelolaan pembelajaran.
20
B. Konsep Pengelolaan Kelas 1. Pengertian Pengelolaan Kelas Pengelolaan kelas terdiri dari dua kata, yaitu pengelolaan dan kelas. Kata pengelolaan diartikan “Manajemen” Manajemen adalah kata yang aslinya dari bahasa Inggris, yaitu “Management” yaitu ketatalaksanaan dan tata pimpinan (Djamarah dan aswan sain (2002 : 96). Selanjutnya, Ahmad (1995:19) menyatakan “pengelolaan kelas adalah segala usaha yang diarahkan untuk mewujudkan suasana belajar mengajar yang efektif dan menyenangkan serta dapat memotivasi siswa untuk belajar dengan baik sesuai kemampuan” pengelolaan kelas merupakan usaha sadar, untuk mengatur kegiatan proses belajar mengajar secara sistematis. Usaha sadar itu mengarah pada persiapan bahan belajar, penyiapan sarana dan alat peraga, pengaturan ruang berajar, mewujudkan situasi/kondisi proses belajar mengajar dan pengaturan waktu, sehingga proses belajar mengajar berjaran dengan baik dan tujuan kurikuler dapat tercapai. Wina Sanjaya (2005:174) mengemukakan bahwa pengerolaan keras merupakan keterampilan guru menciptakan dan memerihara kondisi berajar yang optimal dan mengembalikannya manakala terjadi hal-hal yang dapat mengganggu suasana pemberajaran. seranjutnya suharsimin 21
Arikunto (1996 : 67-68) mengemukakan pengelolaan kelas adalah suatu usaha yang dilakukan oleh penanggungjawab kegiatan belajar mengajar atau yang membantu dengan maksud agar dicapai suatu kondisi optimal sehingga dapat terlaksana kegiatan berajar mengajar yang diharapkan. Menumt usman (2003) “pengelolaan kelas yang efektif merupakan prasyarat mutlak bagi terjadinya proses berajar mengajar yang efektif”. Pengelolaan dipandang sebagai salah satu aspek penyelenggaraan sistem pembelajaran yang mendasar, di antara sekian macam tugas guru di dalam kelas. Berbagai definisi tentang pengelolaan kelas yang dapat diterima oreh para ahli pendidikan, yaitu pengelolaan kelas didefinisikan sebagai : a. Perangkat kegiatan guru untuk mengembangkan tingkah laku peserta didik yang diinginkan dan mengurangkan tingkah laku yang tidak diinginkan. b. Seperangkat kegiatan guru untuk mengembangkan hubungan interpersonal yang baik dan iklim sosio emosional kelas yang positif. c. Seperangkat
kegiatan
guru
untuk
menumbuhkan
dan
mempertahankan organisasi kelas yang efektif, Berdasarkan uraian di atas, maka fungsi pengelolaan kelas sangat mendasar sekali karena kegiatan guru dalam mengelola kelas meliputi kegiatan mengelola tingkah laku peserta didik dalam kelas, menciptakan iklim sosio emosional dan mengelola proses kelompok sehingga keberhasilan guru daram menciptakan kondisi yang memungkinkan,
22
indikatornya proses belajar mengajar berlangsung secara efektif. Inti kegiatan suatu sekolah atau kelas adalah proses belajar mengajar (PBM). Kualitas belajar peserta didik serta para lulusan banyak ditentukan oleh keberhasilan pelaksanaan PBM tersebut atau dengan kata lain banyak ditentukan oleh fungsi dan peran guru. 2. Prinsip-Prinsip Pengelolaan Kelas Kita mulai dengan beberapa asumsi untuk mengembangkan prinsip-prinsip umum suatu pengelolaan kelas yang baik. Asumsi berikut dikembangkan oleh Good dan Brophy (1991: 199), yaitu: a.
Anak-anak itu suka mengikuti aturan karena memang mereka itu mengerti dan menerimanya.
b.
Masalah disiplin kelas dapat dikurangi manakala si anak terlibat secara teratur dalam aktivitas (belajar) yang bermakna yang mendorong minat dan sikapnya.
c.
Manajemen atau pengelolaan (kelas) hendaklah lebih didekati dari tujuan memaksimalkan atau menghabiskan waktu anak untuk terlibat dalam kegiatan produktif; daripada mendasarkan pada sudut pandangan yang negatif menekankan pengawasan atas perilaku anak yang menyimpang, dan
d.
Tujuan guru adalah mengembangkan self control dalam diri anak dan bukan semata-mata melakukan pengawasan yang menekan atas diri mereka.
23
Berdasarkan asumsi-asumsi di atas, dagatlatr dikembangkan prinsip-prinsip pengelolaan kelas sebagai berikut: a.
Bahwa setlap aturan dan prosedur yang mengikat dan ditempuh haruslah direncanakan terlebih dahuru sebelum hal itu dapat dilangsungkan.
b.
Aturan-aturan yang ditetapkan dan prosedur yang ditempuh itu harus jelas dan dibutuhkan.
c.
Biarkan anak mengasumsikan tanggung jawabnya secara independent.
d.
Kurangi gangguan dan keterlambatan atau penundaan.
e.
Rencanakan kegiatan belajar yang independent atau individual dan juga kegiatan belajar kelompok. Prinsip-prinsip lainnya dikembangkan Bolla (1985: 5-6), yaitu:
a.
Dalam setiap kegiatan pengelolaan kelas (termasuk belajar mengajar), antusias dan kehangatan guru harus ditunjukkan
b.
Setiap tutur kata, tindakan dan tugas-tugas yang diberikan kepada anak menantang; tidak menimbulkan kebosanan tetapi justeru menimbulkan gairah belajar yang produktif.
c.
penggunaan variasi dalam alat, media, metoda dan gaya berinteraksi adalah kunci sukses pengelolaan kelas.
d.
Kewaspadaan akan jalannya proses kegiatan berajar mengajar dari kemungkinan terjadinya berbagai gangguan mengharuskan guru bersikap dan bertindak luwes.
24
e.
Biasakanlah pemusatan pikiran secara positif dan menghindar pada hal-hal yang negatif.
f. Pengeloraan kelas tidak bisa lepas dari kepentingan anak untuk berdisiprin atas dirinya sendiri. Karena itu guru sepantasnya berdisiprin pada dirinya sendiri agar di hadapan anak menjadi teladan. 3. Tujuan Pengelolaan Kelas Tujuan pengelolaan kelas adalah mewujudkan situasi dan kondisi kelas sebagai lingkungan pemberajaran yang memungkinkan peserta didik untuk mengembangkan kemampuan mereka secara maksimal, menghilangkan berbagai hambatan yang dapat mengharangi terwujudnya interaksi pembelajaran, menyediakan dan mengatur fasilitas media pembelajaran yang mendukung dan memungkinkan peserta didik belajar sesuai dengan lingkungan sosial, emosional dan intelektual mereka dalam kelas, membina dan membimbing sesuai dengan latar berakang sosial, ekonomi, budaya dan sifat_sifat individunya. (Mulyadi, 2009 :5) Tujuan pengelolaan kelas pada hakikatnya telah terkandung pada tujuan pendidikan dan secara umum tujuan pengelolaan kelas adalah penyediaan fasilitas bagi bermacam-macam kegiatan belajar siswa sehingga subjek didik terhindar dari permasalah mengganggu seperti siswa mengantuk, enggan mengerjakan tugas, terlambat masuk kelas, mengajukan pertanyaan aneh dan lain sebagainya.
25
4. Pendekatan dalam Pengelolaan Kelas Beberapa pendekatan untuk pengelolaan kelas yang dapat dipelajari dari berbagai sumber, dapatlah dikemukakan paling tidak mencakup pendekatan perubahan tingkah laku, pendekatan penciptaan iklim sosio-emosional, pendekatan proses kelompok dan pendekatan eklektik (entang Joni, dan Prayitno: 1985). a) Pendekatan Perubahan Tingkah Laku (Behavior Modification). Pengelolaan kelas menurut pendekatan ini mendasarkan pada asumsi bahwa: a. Semua tingkah laku anah yang baik atau yang kurang bailg merupakan hasil proses belajar, dan b. Terdapat proses psikologis yang fundamental untuk menjelaskan terjadinya proses belajar yang dimaksud. Adanul proses psikologis yang dimaksudkan itu adalah: (1) Penguatan positif atau positive reinforcemen! (2) Hukuman (3) Penghapusan, dan (4) Penguatan negatif atau negative reinforcement. Menurut pendekatan ini, untuk membina suatu tingkah laku anak yang dikehendaki maka guru dituntut untuk memberi penguatan positif atau member dorongan positif sebagai ganjaran
26
dan guru dituntut pula untuk memberi penguatan negatif yakni menghilangkan hukuman atau stimulus negatif. selanjutnya untuk mengurangi tingkah raku yang tidak dikehendaki, guru dituntut untuk menggunakan hukuman atau pemberian stimulus negatif, dan melakukan penghapusan atau pembatalan pemberiaan ganjaran. b) Pendekatan Penciptaan Iklim Sosio-Emosional (Socio-Emotional Climate) Pengelolaan kelas menurut pendekatan ini mendasarkan pada asumsi bahwa: a. Proses pengajaran yang efektif mensyaratkan iklim sosioemosional yang baik atau adanya jalinan hubungan inter-personal yang baik di antara pihak yang terlibat dengan proses pengajaran itu dan b. Guru merupakan key-person dalam pembentukan iklim sosioemosional yang dimaksudkan. Banyak saran yang dapat dipelajari guna membantu guru menciptakan iklim sosio-emosional yang kondusif bagi efektivitas pengajaran. Namun demikian beberapa hal yang dianggap penting adalah sikap dan kebiasaan guru untuk tampil jujur, tulus dan terbuka; bersemangat, dinamis dan enerjik. Hal lainnya adalah kesadaran diri; menerima dan mengerti siapa anak didiknya dengan penuh rasa simpati. Selain itu yang tidak kurang pentingnya adalah keterampilan berkomunikasi secara efektif, kemampuan mengambil keputusan dengan cepat dan akurat,
kemampuan
mengembangkan 27
prosedur
pemecahan
masalah, kemampuan mengembangkan rasa tanggung jawab sosial, dan kemampuan mengembangkan iklim dan suasana belajar yang demokratis. terbuka. c) Pendekatan Proses Kelompok (Grorry Processes). Pengelolaan kelas menurut pendekatan ini mendasarkan pada asumsi: a. Pengalaman belajar (bersekolah) berlangsung dalam konteks atau kelompok sosial, dan b. Tugas guru yang pokok adalah membina dan kelompok yang produktif dan kohesif. Di antara banyaknya saran yang patut diperhatikan dalam pendekatan ini, schmuck dan Schmuck yang dikutip Entang, Joni dan prayitno (1985) berpendapat bahwa unsur-unsur pengelolan kelas dalam rangka pendekatan proses kelompok mencakup: a) Harapan yang timbal balik yang realistik dan jelas antara siswa dan guru b) Kepemimpinan yang mengarahkan kegiatan kelompok untuk pencapaian tujuan-tujuan c) Pola dan ikatan persahabatan terbentuk yang mendukung kelompok semakin produktif d) Terdapat pemeliharaan norma kelompok yang semakin produktif, menggantikan norma yang kurang produktif,
28
e) Terjarin komunikasi yang efektif antar anggota kelompok yang terlibat, dan f)Terdapat derajat keterikatan yang terhadap kerompok secara keseluruhan (cohesiveness). d) Pendekatan Eklektik Pendekatan ini mendasarkan pada pemahaman atas adanya kekuatan dan kelemahan dari kesemua pendekatan di muka. pendekatan ekrektik lebih menunjukkan suatu penggunaan kombinasi dari beberapa pendekatan ketimbang menggunakan satu pendekatan secara utuh. Jadi dalam prakteknya guru itu menggabungkan semua aspek terbaik dari pendekatan-pendekatan yang digunakannya yang secara filosofis, teoritis dan psikologis dibenarkan (Rachman 1998/1999:79). oleh karena itu menurut dia syarat yang perlu dipenuhi guru dalam menerapkan pendekatan ini, adalah: (1) Mengrasai pendekatan-pendekatan pengeroraan keras, dan (2) Dapat mem,ih pendekatan yang tepat dan meraksanakan prosedur yang sesuai dengan masalah pengelolaan kelas yang dihadapi, Keberhasilan mengajar seorang guru tidak hanya berkaita langsung dengan proses belajar mengajar, misalnya tujuan yang jelas, menguasai materi, pemilihan metode yang tepat, penggunaan sarana dan evaluasi yang tepat. Hal lain yang tidak kalah pentingnya adalah keberhasilan guru dalam mencegah timbulnya perilaku
29
subyek didik yang mengganggu jalannya proses belajar mengajar, kondisi fisik belajar dan kemampuan mengelolanya. oleh sebab itu kegiatan guru dapat dibagi menjadi dua, yaitu kegiatan pengelolaan pengajaran dan kegiatan pengelolaan kelas Tujuan pengajaran yang tidak jelas, materi yang terlalu mudah atau terlalu sulit, urutan materi tidak sistematis, alat pembelajaran tidak tersedia merupakan contoh masalah pembelajaran. sedangkan subyek didik mengantuk, enggan mengerjakan tugas, terlambat masuk kelas , mengganggu teman lain, mengajukan pertanyaan aneh, tempat duduk banyak kutu busuk ruang kelas kotor, merupakan contoh masalah pengelolaan kelas. Dan untuk penanggurangannya seoftmg guru harus dapat memberikan bimbingan sebab ini secara psikologis akan menarik keterlibaan peserta didik. Guru bisa memulainya dengan apa yang peserta didik sukai, bagaiman cara berpikir mereka dan bagaimana mereka menyikapi hal-hal yang terjadi dalam kehidupan mereka. untuk menunjang kegiatan belajar mengajar yang mengaktifkan peserta didik perlu diperhatikan hal-har sebagai berikut : a. Aksesbilitas yang dimaksud adalah peserta didik mudah menjangkau alat dan sumber belajar. b. Mobilitas yang dimaksud adalah peserta didik dan guru mudah bergerak dari satu bagian ke bagian yang lain. c. Interaksi yang dimaksud adalah memudahkan terjadi interaksi antara diri peserta didik maupun antar peserta didik.
30
d. variasi
kerja
peserta
didik
yang
dimaksud
adarah
memungkinkan peserta didik bekerja secara perorangan, berpasangan atau berkerompok. Pada intinya, kemampuan guru memilih strategi pengelolaan kelas yang tepat sangat tergantung pada
kemampuannya
menganalisis
masalah
Kelas
yang
dihadapinya jika ia tepat meletakkan strategi tersebut maka proses belajar mengajar akan efektif. 5. Penataan Ruang Kelas Agar tercipta suasana belajar
yang menggairahkan, perlu
diperhatikan penagaturan dan penataan ruang kelas belajar. penyusunan dan pengaturan ruang belajar hendaknya memungkinkan anak duduk berkelompok dan memudahkan guru bergerak secara leluasa untuk membantu siswa dalam belajar. Dalam masalah pengaturan tempat duduk pengaturan alat-alat pengajaran penataan keindahan dan keberhasilan kelas, pentilasi serta cahaya, pengaturan tempat duduk dalam belajar tempat duduk sangatlah berpengaruh. Bila tempat duduknya bagus, tidak terlalu rendah, tidak terlalu besar, bundar, persegi empat panjang, sesuai dengan keadaan tubuh siswa maka akan dapat belajar dengan tenang. (Harsanto, 2007 :55) Penyusunan tempat duduk hendaklah bersifat fleksibel, artinya dapat dengan mudah diubah sesuai dengan kebutuhan dalam proses pembelajaran. Untuk diskusi misalnya tempat duduk hendaknya dibuat lingakaran atau setengah lingkaran sehingga suasana demokratis dapat
31
dihayati (Mulyadi, 2009 : 28) Pengaturan tempat duduk siswa dikelas tidaklah netral, pengaturan sangat berpengaruh dari bagi para siswa interaksi antar mereka dan interaksi dengan guru. Hal ini berarti bahwa pengaturan tempat duduk siswa memberi dampak dalam proses pembelajaran. Pengaturan tempat duduk siswa sering dipandang oleh beberapa guru dianggap remeh, serta tidak berpengaruh terhadap kehidupan dan dinamika kelas. Berdasarkan pengalaman dan pengamatan dapat disimpulkan bahwa tataletak tempat duduk siswa dalam kelas formal dalam sekolah umumnya berbentuk format kolom dan baris (format KB). Tanpa kita sadari format tempat duduk siswa sebenarnya mempengaruhi pola interaksi siswa, padahal intensitas interaksi antara guru dan siswa, siswa dan siswa dapat mempengaruhi hasil belajar. Format tempat duduk siswa sebaiknya dibuat lues sehingga dapat diubah-ubah sehingga dapat diubah dapat diubah sesuai kebutuhan dan persyaratan pembelajaran. Apabila guru memilih tekhnik diskusi sejumlah format posisi tempat duduk siswa dapat dikembangkan, anatara lain format tapal kuda atau format U terbuka format U tertutup, Lingkaran besar, lingkaran kecil, kotak besar atau kotak kecil. Harus kita akui bahwa raam format tempat duduk siswa dapat membuahkan hasil positif. (Harsanto, 2007 :62). Pemilihan salah satu bentuk format tempat duduk siswa dipengaruhi oleh tujuan pembelajaran yang akan diraih, rancangan pembelajaran yang akan dipersiapkan dan jenis bahan ajar yang akan
32
ditekuni oleh siswa. untuk itu sejumlah persyaratan perlu diingat format apapun yang dipilih oleh guru haruslah: 1) Memiliki kemudahan untuk mengembangkan dan memantau proses pembelajaran yang sedang berlangsung Menjaga proses pembelajaran yang sedang berlangsung. 2) agar tidak mengganggu proses pembelajaran dari kelas yang berdampingan. 3) Dapat disesuaikan dengan tingkat perkembangan psikologis 4) Menjaga akses keadilan bagi setiap siswa 5) Terlebih dahulu dijelaskan dengan serangkaian yang memberi petunjuk bagi setiap siswa. G M
M
M M M MM M M M MM
M M
M
M
M
M
M M M
M
M
M
M
MM M M
M
M
M
M
M M
M
M
M
M
M
Gambar 1. Format Kolom Baris (KB)
Dalam dinamika kelas format dan kegiatan pembelajaran, format KB memiliki sejumlah kelemahan. Beberapa kelemahan tersebut adarah sebagai berikut: 1) Format KB mendorong guru sebagai pengelola kelas menganut tekhnik ceramah. Perlu diketahui bahwa tekhnik berceramah telah terbukti bahwa daya serap siswa terhadap pesan atau
33
informasi yang disampaikan guru rendah. Hanya sekitar 75% siswa yang mendengarkan ceramah guru, dan dari jumlah tersebut daya serap mereka maksimar hanya sekitar 60%. 2) Pola komunikasi kelas hanya bersifat dua arah yaitu hanya guru dan siswa saja. Sifat komunikasi dua arah membuat sebagian siswa kurang memberi perhatian kepada uraian guru, terutama mereka yang tidak berada dalam cakupan rentang pandangan guru. 3) Multi-interaksi antar siswa kurang hidup, akibatnya kelas cenderung bersifat pasif dan kurang responsif. Dengan demikian prestasi belajar kelas secara keseluruhan sulit dimaskimalkan. 4) Kehidupan kelas sangat bergantung dan didominasi oleh guru. Akibatnya perhatian guru yang tergolong dalam level bawah kurang mendapat perhatian lebih. Guru cenderung melakukan tanya jawab kepada siswa yang tergolong pada level atas atau mereka yang memiliki keberanian. Akibatnya, siswa yang tergolong dalam level bawah kurang memiliki keberanian akan merasa tersingkir. Keadaan semacam ini akan membuat mereka yang tersingkir mengembil sikap apatis. 5) Rentang pandang serta perhatian guru sangat terbatas kepada para siswa yang duduk di deretan depan-tengah. Dengan demikian, rentang pandang guru dikelas dipersempit dan kurang merata Anak-anak berbakat yang duduk di rentang pandang
34
guru kurang dapat retribusi perhatian. Akibatnya merekapun akan cenderung bersifat pasif atau apatis (Harsanto,2007:60-61) G MM
MM
MM
MM
MM
MM
MM
MM
G
G
G
MM
MM
MM
MM
MM
MM
MM
MM
Gambar 2. Format Kolom Kotak Kecil
Gambar 3. Format Kolom U Terbuka Keterangan: G = Guru
M = Murid
C. Konsep Pembelajaran Pendidikan Agama Islam l. Pengertian Pembelajaran
35
Pembelajaran berasal dari kata “ajar” yang artinya petunjuk yang diberikan kepada orang supaya diketahui/dituruti. Selanjutnya kata “ajar” mendapat awalan “ber” menjadi kata kerja “belajar” yang berarti berusaha memperoleh kepandaian suatu ilmu pengetahuan atau keterampilan. Kata “pembelajaran” berasal dari kata “belajar” yang mendapat awalan “pe” dan akhiran “an”, yang mempunyai arti proses (Peter Salim dan Yenniy Salim. Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer.Hlm 25). Kata pembelajaran diinterpretasikan sebagai aktivitas guru yang merencanakan atau merancang kegiatan belajar dan siswa yang melakukan aktivitas belajar. Istilah pembelajaran diterjemahkan instuction yang menurut Roniszowsky merujuk pada proses pengajaran yang berpusat pada tujuan atau goal directed teaching process yang dapat direncanakan sebelumnya. Sifat proses tersebut adalah perubahan perilaku dalam konteks pengalaman yang sebagian besar sengaja dirancang. Oemar Hamalik (2001:57) mengemukakan bahwa pembelajaran sebagai suatu kombinasi yang tersusun, meliputi unsur-unsur manusiawi, fasilitas, perlengkapan dan prosedur yang saling mempengaruhi untuk mencapai tujuan pembelajaran. selanjutnya Muahaimin (2002:164) mengemukakan bahwa pembelajaran merupakan proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar dimana seseorang bereaksi terhadap kondisi tertentu. Zuhairimi (1981: 25) mengartikan pendidikan Agama Islam sebagai asuhan-asuhan secara sistematis dalam membentuk anak didik
36
supaya mereka hidup sesuai dengan ajaran Islam. Sedangkan menurut Zakiyah Drajat (1992:26) dalam bukunya ilmu pengetahuan pendidikan Agama Islam menyatakan bahwa Pendidikan Agama Islam adalah usaha berupa bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agar kelak setelah selesai pendidikannya dapat memahami dan mengamalkan ajaran agama serta menjadikannya sebagai pedoman sebagai pandangan hidup. Bila dikaitkan dengan pengertian pemberajaran PAI, maka diperoreh pengertian menurut Muhaimin bahwa pemberajaran pendidikan Agama Islam adalah upaya membuat peserta didik dapat belajar, butuh belajar terdorong belajar, mau belajar, dan tertarik untuk terus menerus mempelajari agama Islam, baik untuk kepentingan mengetahui bagaimana cara beragama yang benar, maupun belajar Islam sebagai pengetahuan. Dari uraian di atas dapat diamati bahwa pembelajaran pendidikan Agama Islam telah memberikan dorongan kepada peserta didik dengan mengajak mereka untuk tertarik dan terus menerus memperajari ajaran agamalslam, sehingga dapat mengaplikasikan dalam kehidupannya seharihari. pembelajaran pendidikan Agama Islam di sekolah dilaksanakan bukan hanya untuk pengusaan materi pada aspek kognitif saja tetapi juga penguasaannya pada aspek afektif dan psikomotorik. Istilah pembelajaran berhubungan erat dengan pengertian belajar dan mengajar. Belajar, mengajar dan pembelajaran terjadi bersama-sama. Berajar dapat terjadi tanpa guru atau tanpa kegiatan mengajar dan pembelajaran formal lain. Sedangkan proses belajar mengajar merupakan
37
interaksi yang dilakukan antara guru dengan peserta didik dan sumber belajar pada suatau lingkungan belajar. Proses pembelajaran perlu direncanakan, dilaksanakan, dinilai, dan diawasi agar terlaksana secara efektif dan efisien. Dalam proses pemberajaran perencanaan dimulai dari penetapan tujuan yang akan dicapai melalui analisis kebutuhan serta dokumen yang lengkap, kemudian menetapkan langkah-langkah yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut. Pembelajaran merupakan suatu proses yang terdiri dari kombinasi. Dua aspek yaitu belajar tertuju kepada apa yang harus dilakukan oleh siswa mengajar berorientasi pada apa yang harus dilakukan oleh guru sebagai pemberi pelajaran. Kedua aspek ini berkolaborasi secara terpadu menjadi suatu kegiatan pada saat terjadi interaksi antara guru dengan siswa serta antara siswa dengan siswa di saat pembelajaran sedang berlangsung. Perencanaan pemberajaran dimaksudkan untuk agar dapat dicapai perbaikan pembelajaran. Bahwa perlunya perencanaan pembelajaran dimaksudkan agar dapat dicapai perbaikan pembelajaran. upaya perbaikan pembelajaran ini dilakukan dengan asumsi sebagai berikut: 1) Untuk memperbaiki kualitas pembelajaran perlu perencanaan pembelajaran yang diwujudkan dengan pembelajaran. 2) untuk merancang sesuatu pembelajaran perlu menggunakan pendekatan sistem.
38
3) Perencanaan desain pembelajaran mengrrcu pada bagaimana seseorang belajar. 4) Untuk merencanakan suatu desain pembelajaran mengacu pada siswa secara perorangan. 5) Pembelajaran yang dilakukan akan bermuara pada ketercapaian tujuan pembelajaran, dalam hal ini akan ada tujuan langsung pembelajaran, dan tujuan pengiring dari pembelajaran. 6) sasaran akhir dari perencanaan desain pembelajaran adalah mudahnya siswa untuk belajar. 7) Perencanaan pembelajaran harus melibatkan semua variabel pembelajaran. 8) Inti dari desain pembelajaran yang dibuat adalah penetapan metode pembelajaran yang optimal untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Perencanaan pembelajaran dibuat bukan hanya sebagai perengkap administrasi, namun disusun sebagai bagian integral dari proses pekerjaan profesional, sehingga berfungsi sebagai pedoman dalam pelaksanaan pembelajaran. Dengan demikian, penyusunan penencanaan pembelajaran merupakan suatu keharusan karena didorong oleh kebutuhan agar pelaksanaan pembelajaran terarah sesuai dengan tujuan dan sasaran yang akan dicapai. Pada kegiatan merencanakan pembelajaran, pendidik menentukan tujuan pembelajaran, yakni tujuan yang ingin dicapai setelah terjadinya
39
proses kegiatan pembelajaran. Pembelajaran merupakan suatu proses yang terdiri dari aspek yaitu apa yang dilakukan peserta didik dan apa yang dilakukan pendidik. oleh karena itulah, untuk mendapatkan proses pembelajaran yang berkualitas dan maksimal, maka dibutuhkan adanya perencanaan. Perencanaan pemberajaran adalah proses pengambilan keputusan berdasarkan hasil berpikir secara rasional, tentang sasaran dan tujuan pembelajaran tertentu, perubahan tingkah laku peserta didik setelah melalui pembelajaran serta upaya yang harus dilakukan dalam mencapai tujuan tersebut. Konkretnya, dalam perencanaan pembelajaran ini pendidik membuat perangkat pembelajaran. Pada kegiatan mengorganisasikan pembelajaran, pendidik mengumpulkan dan menyatukan berbagai macam sumber daya dalam proses pembelajaran, baik pendidik, peserta didik ilmu pengetahuan serta media belajar. Dan dalam waktu yang sama mensinergikan antara berbagai sumber daya yang ada dengan tujuan yang akan dicapai. Pada kegiatan mengevaluasi pembelajaran, pendidik melakukan penilaian (evaluasi) terhadap pembelajaran yang telah berlangsung. Dalam kegiatan menilai itulah pendidik dapat menemukan bagaimana proses berlangsungnya pembelajaran serta sejauh mana tujuan pembelajaran dapat tercapai. sehingga kemudian dapat menemukan berbagai upaya untuk meningkatkan kualitas pembelajaran berikutnya. Melalui kegiatan mengevaluasi pembelajaran ini kemudian dapat
40
dilakukan upaya perbaikan pembelajaran. Manajemen pembelajaran merupakan bagian penting dalam proses pembelajaran dan pendidikan. Sehingga dalam manajemen pembelajaran pun memiliki beberapa kegiatan dan hal-hal penting untuk diperhatikan. Beberapa bagian brpenting dalam manajemen pembelajaran tersebut antara lain: a) Penciptaan lingkungan belajar mengajar b) Melatihkan harapan kepada peserta didik c) Meningkatkan aktivitas belajar dan d) Meningkatkan kedisiplinan peserta didik Disamping itu, dalam penyusuhan materi diperlukan juga rancangan tugas ajar dalam ranah psikomotorik, rancangan tugas ajar dalam ranah afektif, rancangan tugas ajar dalam ranah kognitif . Dari beberapa pendapat para ahli tentang pembelajaran tersebut dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah suatu usaha yang direncanakan untuk membantu siswa dalam rangka untuk mencapai tujuan yang dinginkan. Adapun upaya perbaikan pembelajaran ini dilakukan sebagai berikut: a) untuk memperbaiki mutu pembelajaran perlu diawali dengan perencanaan pembelajnran yang diwujudkan dengan adanya dessain pembelajaran. b) untuk merancang suatu pembelajaran perlu menggunakan pendekatan sistem.
41
c) Perencanaan desain pembelajaran diacuhkan pada bagaimana seseorang belajar. d) Untuk merencanakan suatu desain pemberajaran diacuhkan pada murid secara perorangan. e) Pembelajaran yang dilakukan bermuara pada ketercapaian tujuan pembelajaran, dalam hal ini akan ada tujuan langsung pembelajaran, dan tujuan pengiring dari pembelajaran. f) Sasaran akhir dari desain pembelajaran adalah mudahnya murid untuk belajar. g) Perencanaan pembelajaran harus melibatkatkan semua variable pembelajaran. h) Inti dari desain pembelajaran yang dibuat adalah penetapan metode pembelajaran yang optimal untuk mencapai tujuan yang ditetapkan.
2. Fungsi Pendidikan Agama Islam Selanjumya Depdiknas (2001 : 9) menjelaskan pendidikan agama islam di SD berfungsi untuk: a. Mengembangkan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT serta akhlak mulia seoptimal mungkin yang telah ditanamkan lebih dahulu dalam lingkungan keluarga . b. Penanaman nilai ajaran islam sebagai pedoman pencapaian kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.
42
c. Penyesuaian mental peserta didik terhadap lingkungan fisik sosial melalui pendidikan agama Islam. d. Perbaikan kesalahan-kesalahan kelemahan-kelemahan, peserta didik dalam keyakinan, pengalaman ajaran agama islam dalam kehidupan sehari-hari. e. Pencegahan peserta didik dari hal-hal negative budaya asing yang akan dihadapinya sehari-hari. f. Pengajaran tentang ilmu pengetahuan keagamaan secara umum (alam nyata dan alam nyata), sistem dan fungsionalnya. g. Penyaluran siswa untuk mendalami pendidikan agama dan penyaluran agama yang tinggi. Menurut Abdur Majid dan Dian Andayani (2005:134 ) pendidikan Agama Islam untuk sekolah memiliki fungsi sebagai: a) Pengembangan
yaitu
sekolah
berfungsi
untuk
menumbuhkembangkan lebih lanjut dalam diri anak melalui bimbingan pengajaran, dan pelatihan agar keimanan dari ketakwaan tersebut dapat berkembang secara optimal sesuai dengan tingkat perkembangannya. b) Penanaman nilai sebagai pedoman hidup untuk mencari kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat c) Penyesuaian mental yaitu menyesuaikan diri pada lingkungan fisik dari sosial serta dapat mengubah lingkungannya sesuai dengan ajaran islam
43
d) Perbaikan yaitu memperbaiki kesalahan, kekurangan, anak didik dalam pemahaman, dan pengalaman ajaran daram kehidupan sehari-hari. e) Pencegahan yaitu menangkal hal-hal negatif dari lingkungannya yang dapat membahayakan dirinya menuju manusia indonesia seutuhnya. f) Pengajaran tentang ilmu pengetahuan keagamaan secara umum (alam nyata dan nir-nyata), sistem dan fungsionalnya g) Penyaluran, yaitu menyalurkan anak didik yang memiliki bakat khusus dibidang agama islam agar bakat itu dapat berkembang secara optimal sehingga dapat dimanfaatkan untuk dirinya dan orang lain. Adapun tujuan pendidikan agama islam di SD adalah untuk menumbuhkan dan meningkatkan keimanan , melalui pemberian dan pemupukan pengetahuan, penghayatan pengalaman peserta didik tentang agama islam sehingga menjadi manusia muslim yang terus berkembang dalam hal keimanan, ketaqwaan kepada Allah SWT serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, serta untuk dapat melanjutkan pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi (Depdiknas 2001:9). BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis penelitian
44
Penelitian ini bersifat kualiatif dimana penelitian ini disajikan dalam bentuk penjelasan uraian dan menggambarkan kondisi atau kenyataan yang sesungguhnya terjadi dan diterapkan di Sekorah Dasar Negeri Larowiyu Kecamatan Meruhu Kabupaten Konawe. Landasan teori dimanfaatkan sebagai pemandu agar fokus penelitian sesuai dengan fakta dilapangan. B. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data beragam bentuk dan cara yang dapat digunakan dapat disesuaikan dengan karakteristik dan tujuan penelitian yang akan dicapai. oleh karena itu dalam pengumpulan data dipilih teknikteknik yang dianggap cocok untuk digunakan pada penelitian tersebut. Adapun teknik-eknik pengumpuran data yang dipilih untuk digunakin adalah sebagai berikut : 1. wawancara (interview) merupakan langkah pencarian atau pengumpulan data dengan melakukan Tanya jawab secara langsung pada informan yang dilakukan secara sistematis dan berlandaskan pada tujuan penelitian. 2. Pengamatan (obsenasi) adalah penelitian atau pengamatan sisternatis dan terencana yang diniati untuk perolehan data yang dikontrol validitas dan reliabilitasnya (Alwasitah. (2002:211). 3. Teknik dokumentasi adalah teknik yang digunakan untuk memperoleh
data
langsung
45
dari
tempat
peneliti,
yang
digunakaan untuk mendapatkan data tentang jumlah Siswa, jumlah kelas, dan foto. C. Teknik Analisis Data Setelah data-data yang dihutuhkan telah terkumpul maka tugas selanjutnya adalah membaca dan menelaah data (menganalisa data). Analis data ini merupakan kerja penting dalam sebuah penelitian, karen hanya dengan melalui analisis data peneliti dapat mendeskripsikan, dan melakukan simpulan-simpulan dan membuktikan sebuah teori atau hipotesis. Data yang telah terkumpul di klarifikasikan kemudian di analisis secara deskriptif kualitatif yang pada akhirnya di tarik kesimpulan sebagai akhir dari proses penelitian ini. Adapun dalam proses analisa data kami menggunakan metode miells dan hubermen yaitu: 1. Reduksi Data. Reduksi data merupakan proses penyederhanaan dan transportasi data “kasar” yang muncul dari data peneliti di lapangan melalui beberapa tahap yaitu membuat ringkasan, mengkode, menulis tema, membuat patris, membuat memo. Adapun Data yang akan peneliti reduksi yaitu keadaan di lokasi penelitian seperti pembuatan ringkasan pada saat berada di lokasi penelitian,wawancara dan dokumentasi serta objek yang akan diteliti.
46
2. penyajian Data. penyajian Data yaitu informasi tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. 3. verifikasi atau Penarikan kesimpulan. verifikasi atau penarikan kesimpuran yaitu makna-makna yang muncul dari data yang lurus diuji kebenarannya, kekohannya, dan kecocokannya yang merupakan faliditas dari data tersebut. D. Pengecekan Keabsahan Data Selain menganalisis data peneliti juga harus menguji keabsahan data agar memperoleh data yang valid. untuk menetapkan keabsahan data tersebut diperlukan tehnik pemeriksaan. Adapun tehnik yang digunakan dalam pemeriksaan keabsahan data penelitian ini yaitu dengan menggunakan teknik Triangulasi. Teknik triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsaan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain dari luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Ada empat macam triagulasi sebagai teknik pemeriksaan yang memamfaatkan penggunaan sumber, metode, penyidik dan teori. Dalam penelitian ini, dalam hal ini digunakan teknik triagulasi dengan pemamfaatan sumber dan penyidik teknik triagulasi yang diperoreh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam metode deskriptif kualitatif. Hal itu dapat dicapai peneliti dengan jalan :
47
a) Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara; b) Membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan apa yang dikatakan secara pribadi, c) Membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi penelitian dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu. d) Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan
48
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian 1. Keadaan guru Keadaan guru di sekolah Dasar Negeri Larowiyu Kecamatan Meluhu Kabupaten Konawe dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel l. Daftar nama guru dan pegawai tahun ajaran 2014/1015 di Sekolah DasarNegeri Larowiyu Kecamatan Meluhu Kabupaten Konawe No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Nama Jumali,A. Ma, S.Sos Sumadi Sumini Suharna, S.Pdi Aldy Afandy, S.Pd Atim,A.Ma Andi Cahyono Istri Rahayu,S.Pdi Rosnawati, S.Pd SD Kurniawati Jilianto
Jabatan
Agama
Kepala Sekolah Guru Guru Guru Guru Guru Staf Administrasi Guru Guru Tata Usaha Tata Usaha
Islam Islam Islam Islam Islam Islam Islam Islam Islam Islam Islam
Sumber : SDN Larowiyu Kecamatan Meluhu Kabupaten Konawe
2. Keadaan siswa Jumlah siswa secara keseluruhan 113 siswa yang terbagi dalam 6 kelas. Kelas I berjumlah 21 siswa kelas II berjumlah 21 siswa kelas III berjumlah 20 siswa. Kelas IV berjumlah 22 siswa. Kelas V berjumlah 15 siswa dan Kelas VI berjumlah 14 siswa. Berikut daftar jumlah siswa di Sekolah Dasar Negeri Larowiyu Kecamatan Meluhu Kabupaten Konawe.
49
Tabel 2. Jumlah Siswa Sekolah Dasar Negeri Larowiyu Kecamatan Meluhu Kabupaten Konawe No.
Kelas
Jumlah Siswa
1
I
21
2
II
21
3
III
20
4
IV
22
5
V
15
6
VI
14 113
Total Sumber : SDN Larowiyu Kecamatan Meluhu Kabupaten Konawe
Tabel 3. Jumlah Siswa Berdasarkan Jeis Kelamin Di Sekolah Dasar Negeri Larowiyu Kecamatan Meluhu Kabupaten Konawe
No.
Kelas
Laki-Laki
Perempuan
Jumlah
1
I
13
8
21
2
II
11
10
21
3
III
17
3
20
4
IV
12
10
22
5
V
7
8
15
6
VI
7
7
14
Total Sumber : SDN Larowiyu Kecamatan Meluhu Kabupaten Konawe
50
113
3. Sarana dan Prasarana Dalam rangka mendukung kegiatan pendidikan dan pengajaran Sekolah Dasar Negeri Larowiyu Kecamatan Meluhu Kabupaten Konawe telah menyediakan Sarana dan prasarana ying dapat digunakan guru dan siswa dalam proses kegiatan belajar mengajar. Adapun sarana dan prasarana yang tersedia di Sekolah Dasar Negeri Larowiyu Kecamatan Meluhu Kabupaten Konawe adalah dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 4. Sarana dan Prasarana Sekolah Dasar Negeri Larowiyu Kecamatan Meluhu Kabupaten Konawe Sarana dan
No.
Prasarana
Jumlah Unit
Keterangan
1
Kantor/Majelis Guru
1
Baik
2
Pustaka
1
Baik
3
Kelas
6
Baik
4
Wc Guru
2
Baik
5
Wc Murid
1
Baik
6
Komputer
2
Baik
7
Mesin Tik
2
Baik
8
Meja
150
Baik
9
Kursi
159
Baik
10
Lemari
8
Baik
11
Dispenser
1
Baik
12
Cermin hias
1
Baik
Sumber : SDN Larowiyu Kecamatan Meluhu Kabupaten Konawe
51
4. Tugas Perangkat Sekolah Peran Kepala sekolah sangatlah penting dalam memajukan dunia pendidikan, baik dan buruknya suatu institusi pendidikan akan sangat berpengaruh dari kepemimpinan dan kebijaksanaannya. Iayaknya dalam tubuh manusia, kepala merupakan bagian yang menjadi obyek utama dalam penilaian. Tugas pokok dan fungsi kepala sekolah inilah yang menjadi 29 pedoman kepala sekolah dalam menyelenggarakan pendidikan sebagai pertanggungjawaban kepada pemerintah, Pelanggan dan masyarakat. Apa sajakah tugas seorang kepala sekolah, sebagai berikut: 1. Tugas Kepala Sekolah: a)
Menyelenggarakan kegiatan pendidikan.
b) Membina kesiswaan. c)
Melaksanakan bimbingan dan penilaian bagi guru dan tenaga kependidikan lainnya.
d) Menyelenggarakan administrasi sekolah. e)
Merencanakan
pengembangan,
pendayagunaan,
dan
pemeliharaan sarana prasarana. f)
Melaksanakan hubungan sekolah dengan lingkungan, orang tua dan / masyarakat
2. Tugas wakil Kepala Sekolah:
52
Wakil Kepala Sekolah membantu Kepala Sekolah dalam kegiatan-kegiatan sbb: a) Penyusunan rencana pembuatan program kegiatan dan pelaksanaan b) Pengorganisasian c) Pengarahan d) Ketenagakerjaan e) Pengkoordinasian f)
Pengawasan
g) Penilaian h) Identifikasi dan pengumpulan data i)
Pengembangan keunggulan
j)
Penyusunan laporan
3. Tugas Guru Mata Pelajaran: a) Membuat Perangkat Pembelajaran b) Melaksanakan kegiatan pembelajaran c) Melaksanakan kegiatan Penilaian proses Belajar, ulangan Harian, Ulangan Umum, Ujian Akhir d) Melaksanakan analisis hasil ulangan harian e) Menyusun
dan
melaksanakan
pengayaan f)
Mengisi daftar nilai siswa
53
progam
perbaikan
dan
g) Melaksanakan
kegiatan
membimbing
(pengimbasan
pengetahuan) kepada guru lain dalam proses kegiatan belajar mengajar h) Membuat alat pelajaran / alat praga i)
Menumbuh kembangkan sikap menghargai karya seni
j)
Mengikuti kegiatan pengembangan dan pemasyarakatan kurikulum
k) Melaksanakan tugas tertentu di sekolah l)
Mengadakan pengembangan program pengajaran yang menjadi tanggung jawabnya
m) Membuat catatan tentang kemajuan hasil belajar n) Mengisi dan meneliti daftar hadir siswa sebelum memulai pelajaran o) Mengatur keberhasilan ruang kelas dan praktikum p) Mengumpulkan dan menghitung angka kredit untuk kenaikan perangkatnya 4. Tugas Wali Kelas a) Pengelolaan kelas b) Penyelenggaraan administrasi kelas meliputi : Denah tempat duduk siswa, papan absensi siswa, Daftar pelajaran kelas, Daftar piket kelas, Buku absensi siswa Buku kegiatan pembelajaran/buku kelas, Tata tertib siswa pembuatan statistik bulanan siswa
54
c) Pengisian daftar kumpulan nilai (legger) d) Pembuatan catatan khusus tentang siswa e) Pencatatan mutasi siswa f)
Pengisian buku laporan penilaian hasil belajar
g) Pembagian buku laporan hasil belajar 5. Tugas Tata Usaha: a) Penyusunan program kerja tata usaha sekolah b) Pengelolaan keuangan sekolah c) Pengurus administrasi ketenagaan dan siswa d) Pembinaii dan pengembangan karir pegawai tata usaha sekolah e) Penyusunan administrasi perlengkapan f)
Penyusunan dan penyajian data/31 tatistic sekolah
g) Mengkoordinasikan dan melaksanakan 7K h) Penyusunan
laporan
pelaksanaan
kegiatn
pengurusan
ketatausahaan secara berkala. B. Pembahasan Hasil penelitian Berdasarkan hasil pengamatan penelitin dan hasil wawancara kepada sumber secara mendalam diperoleh beberapa informasi terkait dengan pengelolaan kelas di Sekorah Dasar Negeri Larowiyu Kecamatan Meluhu Kabupaten Konawe yaitu sebagai berikut: 1. Pengelolaan Perabotan Kelas
55
Tugas utama guru adalah menciptakan suasana didalam kelas agar terjadi interaksi belajar mengajar yang dapat memotivasi siswa untuk belajar dengan baik dan bersungguh-sungguh. Dalam kegiatan belajar mengajar terdapat dua hal yang turut menentukan berhasil tidaknya pengajaran, dalam arti tercapainya tujuan- tujuan intruksional, sangat bergantung kepada kemampuan mengatur kelas. Untuk menciptakan suasana yang dapat menumbuhkan gairah belajar, meningkatkan prestasi belajar siswa dan lebih memungkinkan guru memberikan bimbingan dan bantuan terhadap siswa dalam belajar, diperlukan pengorganisasian kelas yang memadai. Pengorganisasian keras adalah suatu rentetan kegiatan guru untuk menumbuhkan dan mempertahankan organisasi kelas yang efektif. Kelas merupakan taman berajar bagi siswa dan menjadi tempat mereka tumbuh dan berkembang baik secara fisih intelektual maupun emosional. Oleh karena itu, kelas harus dikelola sedemikian rupa sehingga benar-benar merupakan taman belajar yang menyenangkan. salah satu syarat terciptanya keras yang nyaman dan menyenangkan adalah penataan perabot kelas yang baik dan teratur. Adapun perabot kelas yang tersedia di kelas IV Sekolah Dasar Negeri Larowiyu kecamatan Meluhu Kabupaten Konawe adalah sebagai berikut:
56
Tabel 5. Perabot kelas yang tersedia di kelas TV sekotah Dasar Negeri Larowiyu kecamatan Meluhu Kabupaten Konawe No Perabot Kelas Jumlah Keterangan 1 Papan Tulis 1 Baik 2 Meja 28 Baik 3 Kursi 28 Baik 4 Lemari Kelas 1 Baik 5 Jadwal Pelajaran 1 Baik 6 Daftar Piket Kelas 1 Baik 7 Tempat Sampah 1 Baik 8 Sapu 3 Baik 9 Kalender Pendidikan 1 Baik 10 Spidol 1 Baik 11 Penghapus 1 Baik Sumber: Sekolah Dasar Negeri Larowiyu kecamatan Meluhu Kabupaten Konawe
Demikian pernyataan sumadi sebagai salah satu guru kelas IV Sekorah Dasar Negeri Larowiyu Kecamatan Meruhu Kabupaten Konawe bahwa : “Sebelum berlangsungnya kegiatan berajar, terlebih dahulu kami membersihkan ruangan kelas serta mengatur sarana dan prasarana kelas seperti mengatur tempat duduk siswa dan menyiapkan alat peraga”. Dalam penataan ruang kelas IV Sekorah Dasar Negeri Larowiyu kecamaan Meluhu Kabupaten Konawe, lemari keras ditempatkin disemping papan tulis atau disamping meja guru. lemari terbuat dari kayu yang digunakan sebagai tempat penyimpanan kepustakaan kelas, alat turis dan piala. Jadwal pelajaran, daftar piket keras dan karender pendidikan di
57
tempatkan pada posisi yang mudah dilihat oleh siswa selanjutrya sapu tempat sampah dan alat pembersih lainnya ditempatkan disamping lemari kelas. pengaturan tempat perabot kelas dapat dipindah-pindahkan sesuai dengan keadaan atau kondisi di kelas untuk menciptakan suasana yang nyaman. Berikut pernyataan Suharhna, S.Pd.i sebagai guru pendidikan agama islam kelas IV sekolah Dasar Negeri Larowiyu kecamatan Meluhu Kabupaten Konawe menyatakan bahwa : “Perabotan kelas disusun berdasarkan kebutuhannya bertujuan untuk menciptakan kelas yang rapi dan nyaman , selain itu mengajarkan siswa untuk disiprin di lingkungan berajarnya perabotan keras yang tertata rapi akan memudahkan guru dan siswa memanfaatkan perabotan kelas sesuai dengan fungsinya dalam proses belajar mengajar” Dari pemyataan diatas dapat disimpulkan bahwa perabotan kelas yang ditata rapi sesuai dengan kebutuhannya dapat berdampak positif pada guru dan siswa. Suasana nyaman dan tertib akan dirasakan setiap hari jika perabotan kelas dirawat dan dijaga. 2.
Pengelolaan Tempat Duduk Siswa Tempat duduk siswa yang tidak teratur akan menyulitkan siswa
bergerak dengan bebas di ruangan kelas. Adapun beberapa posisi tempat duduk yang biasa di terapkan dalam proses belajar mengajar di kelas IV Sekolah Dasar Negeri Larowiyu kecamatan Meluhu Kabupaten Ksnawe yaitu : a. Pola berderet atau berbaris berjajar, pola ini biasa digunakan jika proses belajar mengajar seperti biasa.
58
b. Pola susunan berkelompok, pola ini biasa digunakan saat belajar kelompok. Selain memperhatikan kebutuhan siswa guru mengatur posisi tempat duduk juga harus memperhatikan jumlah siswa. seperti yang diungkapkan Rosnawati,S.Pd sebagai salah satu guru sekolah Dasar Negeri Larowiyu kecamatan Meluhu Kabupaten Konawe bahwa : “Sesekali kami mengatur tempat duduk siswa agar siswa tidak merasa bosan dalam belajar, memudahkan pandangan siswa dan guru dengan jarak yang sudah diperhitungkan. Posisi tempat duduk siswa mempengaruhi fokus belajar maka dari itu kami selalu mengubah pola tempat duduk siswa sesuai dengan kebutuhan belajar. Apabila menggunakan metode belajar kelompok maka posisi tempat duduk siswa dibentuk kolom kotak kecil, kemudian jika menggunakan metode ceramah maka posisi tempat duduk siswa dibentuk format KB dan bentuk leter U terbuka apabila menggunakan metode Tanya jawab”. Dari pernyataan diatas pengelolaan tempat duduk siswa sangat berperan penting dalam proses pembelajaran, karena kenyamanan kelas adalah poin utama untuk menarik siswa fokus dalam menerima materi pelajaran. 3. Pengelolaan Penghentian Tingkah Menyelewengkan Perhatian Kelas
Laku
siswa
yang
Pengelolaan kelas yang berdasarkan prinsip-prinsip pengubahan tingkah laku (behavioral modification), yaitu seperangkat kegiatan guru untuk mengembangkan tingkah laku siswa yang diinginkan dan mengurangi atau meniadakan tingkah laku yang tidak diinginkan. secara singkat, guru membantu siswa dalam mempelajari tingkah laku yang tepat melalui penerapan prinsip- prinsip yang diambil dari teori penguatan (reinforcement). 59
Tingkah laku siswa yang tidak baik di dalam kelas akan menghambat berjalannya pembelajaran karena itu guru sangat berperan penting dalam menyikapi siswa yang mengalihkan tingkah laku yang membuat pembelajaran terhambat. Dalam proses belajar mengajar di Sekolah Dasar Negeri Larowiyu kecamatan Meluhu Kabupaten Konawe, sesekali siswa membuat gaduh kelas dengan memperlihatkan tingkah laku yang kurang baik sehingga membuat kelas belajar menjadi tidak nyaman seperti, berbicara dengan teman kelasnya saat guru menyampaikan materi pelajaran, bermain dengan teman kelas yang membuat keributan sehingga kelas menjadi tidak nyaman. Dari kejadian tersebut guru mengarahkan siswa dengan cara memberi pengertian agar tetap menjaga ketertiban kelas dan memberi nasihat-nasihat agar siswa menghentikan tingkah laku yang tidak baik saat proses berajar mengajar sedang berlangsung. Hal tersebut sesuai dengan pemyataan Kepala sekolah Dasar Negeri Larowiyu kecamatan Meluhu Kabupaten Konawe yaitu Jumali,A.Ma.S.Sos bahwa: “sesekali ada siswa yang memperlihatkan tingkah laku yang kurang baik yang mengganggu kami saat menyampaikan materi, tingkah laku siswa yang biasa terjadi itu seperti, siswa bermain didalam kelas saat guru menyampaikan materi pelajaran , sebagai solusinya kami memberikan nasihat agar mereka tidak mengulanginya lagi dan sesekali kami memberikan sanksi yang mendidik agar mereka jera”. Dari pernyataan di atas peran guru sangat penting karena guru dapat mempengaruhi keberhasilan siswa dalam belajar, rospon siswa yang
60
positif akan berdampak positif kepada siswa itu sendiri dan akan menjadi kebanggaan guru karena telah berhasil mendidik siswanya. Berikut pmyataan Ika wulandari sebagai salah satu siswa kelas IV Sekolah DasarNegeri Larowiyu kecamatan Meluhu Kabupaten Konawe : “Saat pembelajaran berrangsung teman sekelas saya pernah mengganggu konsentrasi belajar sy, kemudian guru menegur dan menasehati agar perbuatannya tidak diulangi lagi” Berikut pernyataan sumini sebagai salah satu guru di sekolah Dasar Negeri Larowiyu kecamatan Meluhu Kabupten Konawe : “Disaat pembelajaran berlangsung, sesekali ada siswa yang bermain didalam kelas dan saling ejek. Hal tersebut sangat mengaggu pernbelaran, sebagai solusinya saya mendekati anak tersebut dan memberikan nasihat agar tidak mengulanginya lagi. Apabila setelah diberikan nasihat masih mengulanginya maka saya memberikan sanksi agar siswa itu jera”. 4.
Pengelolaan dalam Menjalin Hubungan yang Baik antara Guru dan Siswa Pengelolaan kelas sebagai proses penciptaan iklim sosio-emosional
yang positif di dalam kelas. Pandangan ini mempunyai anggaran dasar bahwa kegiatan belajar akan berkembang secara maksimal di dalam kelas yang beriklim positif, yaitu suasana hubungan interpersonal yang baik antara guru dengan siswa dan siswa dengan siswa. Untuk terciptanya suasana seperti ini guru memegang peranan kunci. Peranan guru adalah mengembangkan iklim sosio-emosional kelas yang positif melalui pertumbuhan hubungan interpersonal yang sehat. Dengan demikian, pengelolaan kelas adalah seprangkat kegiatan guru untuk mengembangkan hubungan interpersonal yang baik dan iklim sosio-emosional kelas yang positif. 61
Hubungan guru dan siswa dalam pemberajaran pada mulanya ada anggapan bahwa guru telah berhasil menjalankan pembelajaran dengan baik apabila suasana kelas tenang. Hanya suara guru yang terdengar berceramah. Siswa mendengarkan guru menerangkan pelajaran seraya melipat kedua tangannya di atas meja. Atau melongo saja memperhatikan guru menjelaskan materi belajar. Perkembangan proses pendidikan telah mengubah semua anggapan tersebut. Pembelajaran itu dikatakan baik apabila terjadi hubungan timbal balik atau interaksi bersifat dinamis. Antara guru dengan siswa siswa dengan temannya atau siswa dengan sumber berajar yang sedang digunakan. Sumber belajar yang digunakan antara lain media berajar, alat peraga buku sumber belajar, dan lain sebagainya. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Kepara Sekolah Dasar Negeri
Larowiyu
kecamatan
Meluhu
Kabupaten
Konawe
yaitu
Jumali,A.Ma, S.sos bahwa: “Pada kenyataannya hubungan baik yang terjalin antara guru dan siswa, antara siswa dan siswa sangat mempengaruhi kenyaman kami baik di dalam kelas maupun di lingkungan sekolah. Mengajarkan kepada siswa agar saling menyapa dan tersenyum jika bertemu sudah diterapkan dengan baik. hubungan emosional yang terjalin dengan baik akan memudahkan kami dan siswa dalam proses belajar mengajar” Hubungan komunikasi timbal balik harus berlangsung secara independen, tanpa ada tekanan pada masing-masing pihak. Guru merasa nyaman untuk membelajarkan siswa. sementara siswa sendiri merasa bebas betajar. Bebas belajar disini maksudnya mempunyai keleluasaan
62
dalam mengeksploitasi dan mengeksplorasi materi perajaran sehingga menjadi milik siswa. Berikut pernyataan Putri Lestari sebagai salah satu siswa kelas IV Sekolah Dasar Negeri Larowiyu kecamatan Meluhu Kabupaten Konawe : “Guru-guru di sekolah kami semuanya baik dan ramah, mereka mendidik kami dengan senang hati mengajarkan kepada kami untuk menjalin hubungan baik terhadap guru dan sesama siswa” Hubungan komunikasi seperti itu akan terjalin apabila hubungan social antara guru dan siswa berjalan harmonis. Hubungan sosial yang harmonis sesungguhnya dapat menghemat energi guru dalam menegakkan disiplin belajar. Prilaku menyimpang siswa selama belajar dapat ditekan sekecil mungkin. Namun jika hubungan sosial guru dan murid berlangsung sebaliknya. Energi guru akan tersita hanya untuk menegakkan disiplin belajar siswa. Menasehati atau memarahi siswa melulu. Akibatnya, apapun strategi dan metode mengajar, sangat diragukan akan membuahkan hasil kecuali hanya sekadar tertulis dalam perangkat mengajar yang dibuat oleh guru. 5.
Pengelolaan Disiplin Waktu Seorang siswa dalam mengikuti kegiatan belajar di sekolah tidak
akan lepas dari berbagai peraturan dan tata tertib yang diberlakukan di sekolahnya, dan setiap siswa dituntut untuk dapat berperilaku sesuai dengan aturan dan tata tertib yang berlaku di sekolahnya. Kepatuhan dan ketaatan siswa tertradap berbagai aturan dan ata tertib yang yang berlaku
63
di sekolahnya itu biasa disebut disiplin siswa. sedangkan peraturan, tata tertib, dan berbagai ketentuan lainnya yang berupaya mengatur perilaku siswa disebut disiplin sekolah. Disiplin sekolah adalah usaha sekolah untuk memelihara perilaku siswa agar tidak menyimpang dan dapat mendorong siswa untuk berperilaku sesuai dengan norma peraturan dan tata tertib yang berlaku di sekolah , khususnya disiplin saat proses pembelajaran berlangsung. Disiplin merupakan poin penting yang harus ditanamkan dalam diri masing-masing siswa, khususnya dalam hal ini disiplin waktu. Berdasarkan pengamatan peneliti kedisiplinan waktu siswa kelas IV Sekolah Dasar Negeri Larowiyu kecamatan Meluhu Kabupaten Konawe kurang diterapkan , hal ini dapat dilihat dari beberapa siswa masih ada yang tidak mengerjakan PR dan terlambat masuk kelas. Berikut pernyataan Aldy Afandy, S.Pd sebagai salah guru Sekolah Dasar Negeri Larowiyu kecamatan Meluhu Kabupaten Konawe : “Terkadang ada siswa yang tidak mengerjakan PR dan terrambat masuk kelas hal tersebut karena kurangnya disiprin waktu siswa untuk meminimalkan hal tersebut kami memberikan sanksi. Dari sanksi yang telah diberikan, siswapun akhirnya merasa sedikit jera, dan sedikit demi sedikit kedisiplinan mulai diterapkan lagi khususnya disiplin waktu” Kedisiplinan yang harus ditanamkan pada diri siswa merupakan suatu pembawaan sikap yang baik dan patut dicontoh. sikap ini dapat terbawa hingga ke jenjang pendidikan maupun diluar pendidikan. Dalam urusan kedisiplinan belajar peran guru sangatlah penting karena guru dalam membentuk atau membantu siswa agar disiplin bisa dikatakan sulit.
64
Tak banyak dari siswa yang membangkang dengan peraturan yang ada sehingga guru terpaksa memberikan punishment yang diharapkan dapat membuat jera si pelaku. Berikut pemyataan Febrianto sebagai salah satu siswa kelas IV Sekolah Dasar Negeri Larowiyu kecamatan Meluhu Kabupaten Konawe : “Minggu yang lalu saya sempat tidak mengerjakan PR dan terlambat masuk kelas tetapi setelah saya ditegur dan menerima sanksi saya tidak pernah terlambat lagi masuk kelas dan PR yang diberikan guru selalu saya selesaikan tepat pada waktunya” Disiplin juga menjadi salah satu prasyarat terbentuknya pendidikan yang kondusif, dalam hal ini baik kepala sekolah maupun guru ikut serta bertanggung jawab atas terselenggarunya pendidikan. penanggulangan masalah disiplin yang terjadi di sekolah dapat dilakukan melalui tahapan preventif, represif don kuratif, Mendorong siswa melaksanakan tata tertib sekolah. Memberi persuasi bahwa tata tertib itu baik untuk perkembangan dan keberhasilan sekolah. Pengelolaan kelas yang diterapkan dengan baik dan benar akan berdampak positif pada guru dan siswa Demikian pemyataan Atim, A.Ma sebagai salah satu guru kelas IV Sekolah DasarNegeri Larowiyu kecamatan Meluhu Kabupaten Konawe bahwa: Dampak positif yang dirasakan oleh siswa yaitu dapat menerima materi dengan baik dan kegiatan belajar berjaran maksimal. Siswa dapat memahami materi dengan baik”. Begitu pentingnya pengelolaan kelas sehingga mempengaruhi pembelajaran , baik pembelajaran di dalam kelas maupun di lingkungan sekolah. Berikut pemyataan Kepala Sekolah Dasar Negeri Larowiyu Kecamatan Meluhu Kabupaten Konawe bahwa: 65
“Pengelolaan kelas sangat penting dalam pembelajaran, karena pengelolaan kelas sangat memacu minat belajar siswa. Tanpa pengelolaan yang baik proses berjalannya kegiatan belajar tidak dapat berjalan maksimal. Dengan demikian saya menghimbau kepada seruruh guru agar penguasaan pengelolaan kelas selalu diterapkan dimulai dari disiplin guru itu sendiri”. Pengelolaan kelas di kelas IV Sekolah Dasar Negeri Larowiyu Kecamatan Meluhu Kabupaten Konawe sudah cukup baik dan dampaknya sudah dirasakan oleh guru dan siswa. Sekolah Dasar Negeri Larowiyu Kecamatan Meluhu Kabupaten Konawe merupakan sekolah umum, yang pelajaran agmna Islam mempunyai target waktu yang sedikit, yaitu 2 jam mata pelajaran/minggu. sementara itu, dalam proses pembelajaran sering ditemui masalah dan tingkah laku siswa yang mengganggu kelancaran pembelajaran. Hal ini menuntut guru untuk profesional mengelola kelas, sehingga pembelajaran berlangsung efektif, efisien dan menyenangkan. Sekolah Dasar Negeri Larowiyu Kecamatan Meluhu Kabupaten Konawe sebagai sekolah umum, mempertimbangkan masalah waktu dalam menerapkan suatu strategi untuk pembelajaran pendidikan agama Islam, yang hanya terjadwal 80 menit/minggu. Sebelum proses pembelajaran, guru menentukan penggunium blok-blok waktu instruksional dan mempersiapkan bahan atau petunjuk prosedur belajar yang akan digunakan. Dari hasil penelitian diketahui bahwa guru mampu membuat kelas tidak tegang dan santai. Guru sering menggunakan pembelajaran leaming comunity yang di adakan di kelas. Penyampaian materi disajikan
66
dengan mendahulukan materi dari pada praktik sesuai dengan Kompetensi Dasar yang ditetapkan. Berikut pernyataan suharna, S.Pd.i sebagai guru PAI sekolah Dasar Negeri Larowiyu Kecamatan Meluhu Kabupaten Konawe : “Untuk sejauh ini, kami hanya melakukan kegiatan belajar dikelas saja, tidak pernah melakukan kegiatan belajar diluar kelas seperti masjid atau musholah, kami mendahulukan materi daripada praktek sesuai dengan materi yang diterapkan namun sesekali kami melakukan praktek seperti praktek shalat fardhu yang dilaksanakan di dalam kelas. Namun kami mengharuskan kepada siswa untuk shalat jum’at di masjid khususnya siswa laki-laki”. Pemberian motivasi dengan keyakinan siswa bahwa ia bisa dan Tanya jawab lebih sering dilakukan, sehingga belajar menjadi interaktif dan materi lebih diterima. Stategi dan metode yang digunakan Tanya jawab dan ceramah dengan membawa siswa untuk menemukan sendiri apa yang harus ia pelajari. Langkah-langkah pembelajaran inilah yang dianggap efektif dan efisien yang lebih sering dilakukan guru pendidikan agama Islam di sekolah Dasar Negeri Larowiyu Kecamatan Meluhu Kabupaten Konawe. Sebagaimana komponen-komponen yang harus dilakukan dalam menerapkan suatu pembelajaran, yaitu kegiatan pembelajaran
pendahuluan,
seperti
apresiasi,
dan
ilustrasi
kasus
penyampaian informasi, partisipasi peserta didik, tes, kegiatan lanjutan (tidak lanjut). Berikut pernyataan Suharna S.Pd.i sebagai guru PAI kelas IV sekolah Dasar Negeri Larowiyu Kecamatan Meluhu Kabupaten Konawe bahwa :
67
“sebelum kami melanjutkan materi pelajaran , kami selalu mereview ulang pelajaran pendidikan agama islam yang sudah diajarkan pada minggu sebelumnya dengan metode tanya jawab kepada siswa dan sesekali diadakan kuis untuk menarik perhatian siswa agar termotivasi untuk menjawab. Hal tersebut dilakukan agar siswa tidak merasa bosan dan lahirnya keingintahuan siswa yang tinggi dengan di berikannya poin tambahan untuk nilai rapor bagi siswa yang berhasil menjawab pertanyaan”. Namun sesekali guru menerapkan sistem belajar kelompok agar siswa belajar aktif dalam proses pembelajan. Hal tersebut bertujuan untuk mengembangkan cara berpikir siswa. Berikut pemyataan Suhama, S.Pd.i sebagai guru PAI Kelas IV Sekolah Dasar Negeri Larowiyu Kecamatan Meluhu Kabupaten Konawe : “Sesekali kami menggunakan metode belajar kelompok di kelas, tujuannya agar terjalin komunikasi yang baik antara anggota kelompok yang terlibat menumbuhkan ikatan persahabatan dan persaudaraan. Dengan demikian secara tidak langsung mengembangkan pola pikir siswa itu sendiri”. Panilaian yang dilakukan, setelah materi benar-benar dikuasai oleh siswa. Atau pada saat proses kelompok berlangsung. Guru juga dapat menggunakan pembelajaran pada materi pelajaran pendidikan agama islam sebagai realisasi dari sasaran operasional Sekolah Dasar Negeri Larowiyu Kecamatan Meluhu Kabupaten Konawe. Guru mengajak siswa belajar diluar kelas, seperti di taman sekolah. Namun demikian keadaan semangat siswa mengikuti pembelajaran ini tidak pasti, disebabkan energi fisik siswa yang menurun dan capek pada jam pelajaran yang agak siang. Dan juga keaktifan siswa dikelas masih belum maksimal dan menyeluruh, namun, guru tetap berusaha untuk memberikan motivasi dan semangat kepada siswa.
68
Dalam proses pembelajaran agama Islam di kelas IV sekolah Dasar Negeri
Larowiyu
Kecamatan
Meluhu
Kabupaten
Konawe,
guru
mengharap siswanya secara langsung dapat menguasai pada saat itu juga materi yang dipelajari. Antara lain siswa dapat mencapai pada aspek kognitif dan psikomotorik. Dari hasil penelitian, diketahui bahwa untuk mengukur pemahaman siswa terhadap materi, pada waktu proses pembelajaran digunakan tanya jawab dan tes tulis. Sedangkan untuk mengukur keterampilan siswa dalam mempraklikkan materi yang dipelajari, penilaian dilakukan pada saat siswa melakukan belajar kelompok atau dengan tanyajawab, tes lisan, belajar kelompok dan praktik. Dari hasil penelitian, diketahui bahwa pengelolaan kelas yang digunakan guru pendidikan agama Islam telah mampu membantu siswa dalam menguasai dan memahami materi yang dipelajari. Menurut hasil wawancara diperoleh siswa merasa pengetatruannya bertambah dengan mempelajari agama Islam. Disamping itu sesuai dengan hasil observasi terhadap proses pembelajaran dan hasil penilaian oleh guru pendidikan Agama Isram yang kebetulan pada saat itu membahas tentang materi mengenal tata cara sholat fardhu, bahwa nilai prestasi yang diperoleh para siswa pada aspek kognitif, rata-rata mereka berhasil mencapai nilai baik sekali, jauh diatas standar kurikulum yang telah ditetapkan guru, meskipun masih ada tiga anak yang memperoleh nilai sesuai dengan standar kurikulum.
69
Namun pada aspek psikomotorik sesuai observasi hasil penilaian, tentang kemampuan siswa dalam mempraktikkan shalat Fardhu prestasi yang diperoleh siswa adalah banyak diantara mereka memperoleh nilai baik sekali, terdapat juga diantara mereka tujuh siswa memperoleh nilai dibawah standar kurikulum . Hal ini tetap diperlukan perhatian dan dukungan dari semua pihak khususnya guru pendidikan agirma Islam, salah satunya adanya remidial. Dari pembahasan ini dapat disimpulkan bahwa siswa secara langsung dapat dikategorikan telah mampu meningkatkan prestasinya dalam mempelajari materi shalat rawatib melalui proses evaluasi, baik penguasaan materinya maupun praktiknya. Bahwa terdapat tujuan yang secara langsung yang akan dicapai melalui pelaksanaan progam pengajaran (satuan pelajaran) yang dilaksanakan guru setelah selesai suatu pertemuan peristiwa belajar mengajar. Hasil yang akan dicapai biasanya berkenaan dengan cognitive Domain (pengetahuan) dan psychomotor domain (keterampilan). Kedua domain ini bisa diukur secara kongkrit, pasti, dan karenanya dapat langsung dicapai ketika itu. Dengan demikian pengelolaan kelas yang dilaksanakan telah memberikan efek/dampak langsung terhadap peningkatan prestasi belajar pada pelajaran agama Islam. Dampak pengiring berkenaan dengan affective dotnain (sikap dan nilai). Dalam menilai prestasi afektif (sikap/nilai) siswa, guru kelas IV sekorah Dasar Negeri Larowiyu kecamatan Meruhu Kabupaten Konawe
70
hanya bisa melakukan penilaian melalui sikap siswa ketika mengikuti ekstrakurikuler keagamaan. Sedangkan dirumah dan di masyarakat guru sulit untuk mengidentifikasinya. Namun demikian guru pendidikan agam islam tetap berusaha dengan meminta dukungan dari guru-guru lain memotivasi siswa dan bersama-sama melakukan pembiasaan beribadah disekolah. serta menganjurkan kepada orang tua untuk selalu mengontrol anaknya dirumah. Berikut pernyataan Kumiawati sebagai slaah satu tata usaha Sekolah Dasar Negeri Larowiyu Kecamatan Meluhu Kabupaten Konawe: “Dampak positif terlihat dari siswa yang saya lihat yaitu siswa dapat memiliki memiliki akhlak yang baik contohnya dapat menghormati guru di sekolah. Adapun dampak negatiftya yang ada pada diri siswa yaitu terkadang saling ejek antara siswa”. Dari observasi hasil penilaian, diketahui adanya kesemangatan dan kerajinan yang bagus pada siswa dalam mengikuti program keagamaan sebagai salah satu program pengembangan diri di sekolah, seperti progrrm pembiasaan sholat berjamaah juma'at dan Baca Tulis Qur,an (BTQ). Penilaian disajikan dengan kategori huruf A (Baik sekari), B (Baik), c (cukup), dan D (Kurang). Namun penilaian sikap ini masih diukur dari sikap atau kerajinan siswa dalam mengikuti kegiatan ekstrakurikuler keagamaan di sekolah saja, belum diukur dari kepribadian siswa dan sikap mandiri dalam melaksanakan ibadah di luar sekolah (di rumah dan di masyarakat). Hal ini sesuai dengan pemyataan Ahmad Zikri sebagai salah satu siswa kelas IV sekolah Dasar Negeri Larowiyu kecamatan Meluhu Kabupaten Konawe yaitu : 71
“saya semangat jika guru pendidikan agama islam mengajar, karena guru selalu bersikap ramah kepada kami sehingga saya santai dan tidak tetang saat menerima materi pendidikan agama islam dan materi pelajaranpun mudah kami mengerti walaupun sarana dan prasarana kelas terbatas”. Hasil belajar pendidikan agama tidak semua berupa hasil nyata yang dapat diukur langsung setelah belajar, karena hasil pembelajaran ranah sikap tidak bias diamati setelah pembelajaran pendidikan agama berakhir. Ranah sikap merupakan hasil pendidikan agama yang banyak diharapkan dan sikap lebih merupakan hasil pendidikan agama yang berbentuk secara kumulatif dalam waktu yang relatif lama dan merupakan integrasi internalisasi dari hasil sejumlah perlakuan pembelajaran pendidikan agama. oleh karena itu, untuk meningkatkan prestasi afektif siswa kelas IV Sekolah Dasar Negeri Larowiyu kecamatan Meluhu Kabupaten Konawe dalam pembelajaran agama Islam, secara tidak langsung pengelolaan kelas masih diusahakan dengan maksimal untuk memberikan
pengaruh
terhadap
siswa
agar
bisa
dan
sanggup
mengaplikasikan mareti-materi agama islam yag dipelajari dalam kehidupan
sehari-hari,
kapan
72
da
dimana
sja
mereka
berada.
BAB V PENUTUP
A. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya mengenai pengelolaan kelas dalam pembelajaran pendidikan agama islam di Sekolah Dasar Negeri Larowiyr Kecamatan Meluhu Kabupaten Konawe dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut : Pengelolan kelas di kelas IV Sekolah Dasar Negeri Larowiyu Kecamatan Meluhu Kabupaten Konawe di terapkan dengan cukup baik hal ini dapat dilihat dari antusias guru dan murid dalam menata perabot kelas, mengatur tempat duduk siswa, menghentikan tingkah laku siswa yang menyelewengkan perhatian kelas, terjalinnya hubungan yang baik antara guru dan siswa serta disiplin waktu. pengelolaan kelas dalam pembelajaran pendidikan agama islam Sekolah Dasar Negeri Larowiyu Kecamatan Meluhu Kabupaten Konawe sudah tercipta dengan baik, hal ini dapat dilihat dari cara guru yang mampu membuat kelas tidak tegang dan santai diketahui adanya kesemangatan dan kerajinan yang bagus pada siswa dalam mengikuti program keagamaan sebagai salah satu program pengembangan diri di sekolah, seperti program pembiasaan sholat juma’at.
73
B. SARAN Berdasarkan kesimpulan penelitian yang telah dikemukakan di atas, maka diajukan beberapa saran sebagai berikut : 1. Kepada lembaga pendidikan sekolah Dasar Negeri Larowiyu Kecamatan
Meluhu
Kabupaten
Konawe
diharapkan
seralu
mengembangkan pengelolaan kelas dalam pembelajaran pendidikan agama islam. 2. Kepada guru diharapkan agar selalu mengaplikasikan pengelolaan kelas dan pembelajaran pendidikan agama islam dengan terpadu agar siswa terpacu untuk memahami dan mengaprikasikannya dengan baik. 3. Kepada siswa diharapkan untuk memiliki motivasi yang tinggi untuk mengikuti pelajaran pendidikan agama islam, memahaminya dengan benar dan mampu mengaplikasikannya dikehidupan sehari-hari.
74
DAFTAR PUSTAKA
Abdurahman. 1994. Pengelolaan Pengajaran. Ujungpandang : Bintang Selatan Ahmad Rohani dan Ahmadi. 1995. Pengelolaan Pengajaran. Jakarta: Rineka Cipta Alwasilah, A. Chaedar. 2002 . Pokonya Kualitatf Dasar-Dasar Merancang dan Melalukan Penelitian Kualitatif. Bandung: Pustaka Jaya. Arikunto Suharsimin,1996. Pengelolaan Keros dan siswa sebuah Pendekatan Evoluative. Jakarta: Raja Grafindo Permai Bolla, John I; Joni, T.Raka dan Wardani, I.G.A.K. (Ed.). 1995. Keterampilan Mengelola Kelas. Jakarta: Depdikbud. Ditjen. Dikti. Proyek Pengembangan LPTK. Depdiknas. 2001. Kurikulum Berbasis Berbasis Mata Pelajaron PAI Sekolah Dasar. Jakarta. Puskur-Balibang Depdiknas. Djamarah syaiful bahri, Zain Aswan. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Rineka Cipta. Entang, M; Joni, T. Raka; Prayitno K. 1995. Pengelolaan Kelas. Jakarta: Depdikbud. Ditjen. Dikti. Proyek Pengembangan LPTK. Good, Thomas L.; Brophy, Jere E. 1991. Looking in classrooms. Fifth Edition. New York: Harper Collins publishers. Harsanto, Radno. 2007. Pengelolaan Kelas yang Dinamis. Yogyakarta : Kanisius Majid, Abdul dan Dian Andayani. 2005. Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi. Bandung: Remaja Rosdakarya. Muhaimin. 2002. Paradigma Pendidikan Islam Upaya pengefektifan PAI di Sekolah. Bandung: Rosdakarya. Mulyadi. 2009. Clas Room Management. Malang : UIN Malang press Mulyono. 2003. Pendidikan Bagi Anak Kesulitan Belajar.Jakarta: Reneka Cipta Oemar Hamalik. 2001. Kurikulum Dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara. Rachman, Maman.1998/1999. Manajemen Kelas. Depdikbud. Dikjen. Dikti. Proyek Pendidikan Guru Sekolah Dasar.
Salim, Peter dan Yenniy Salim. Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer. Jakarta: Modern English Press. Usman, Moh. Uzer. 2003. Menjadi Guru Profesional. Bandung : Remaja Rosda Karya. Vembiarto, St., dkk. 1994. Kamus Pendidikan. Jakarta. Grasindo Wina Sanjaya. 2005. Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kemampuan. Jakarta : Kencana Prenada Media Grup, Edisi Pertama, Cetakan ke-2. Zakiyah Drajat, 1992. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara Zuhairimi, 1981. Metodik Khusus Pendidikan Agama. Surabaya: Usaha Ofset Printing