STUDI POTENSI LANSKAP PERDESAAN UNTUK PENGEMBANGAN AGROWISATA BERBASIS MASYARAKAT DI KECAMATAN CIGOMBONG KABUPATEN BOGOR
RESA MAHARANI
DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009
RINGKASAN RESA MAHARANI. Studi Potensi Lanskap Perdesaan untuk Pengembangan Agrowisata Berbasis Masyarakat di Kecamatan Cigombong Kabupaten Bogor. Dibimbing oleh TATI BUDIARTI. Alih fungsi lahan pertanian yang terjadi disebabkan oleh kegiatan ekonomi dan pembangunan yang lebih berorientasi pada kegiatan industri yang terletak di perkotaan. Hal ini menyebabkan pembangunan yang tidak berimbang antara kota dan desa serta menimbulkan permasalahan sosial dan ekonomi di perdesaan. Lahan pertanian mempunyai fungsi yang beragam yaitu fungsi produksi, ekologis, estetika, sosial dan ekonomi. Nilai dan fungsi tersebut dapat dikembangkan melalui agrowisata. Pengembangan agrowisata yang menonjolkan budaya lokal dalam pemanfaatan lahan dapat meningkatkan pendapatan petani sekaligus melestarikan sumber daya lahan, serta memelihara budaya maupun teknologi lokal (indigenous knowledge) yang umumnya telah sesuai dengan kondisi lingkungan alaminya (Departemen Pertanian, 2003). Agrowisata merupakan salah satu jenis wisata yang memanfaatkaan usaha pertanian (agro) menjadi suatu objek wisata. Berdasarkan Keputusan bersama Menteri Pariwisata Pos dan Telekomunikasi No. KM.47/PW.DOW/MPPT-89 dan Menteri Pertanian No. 204/KPTS/HK/050/4/1989 tujuan agrowisata adalah untuk memperluas pengetahuan, pengalaman rekreasi, dan hubungan usaha di bidang pertanian. Penelitian ini bertujuan untuk menginventarisasi dan menganalisis potensi lanskap perdesaan Kecamatan Cigombong untuk kesesuaian pengembangan agrowisata berbasis masyarakat serta menentukan kawasan potensial untuk pengembangan agrowisata berbasis masyarakat di Kecamatan Cigombong berdasarkan potensi lanskap dan potensi masyarakatnya. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang potensi lanskap perdesaan yang dimiliki Kecamatan Cigombong Kabupaten Bogor untuk dapat dipertimbangkan oleh Pemerintah Kabupaten Bogor dan instansi terkait dalam mengembangkan kawasan agrowisata berbasis masyarakat di kawasan tersebut. Penelitian ini terdiri dari dua tahap, yaitu tahap inventarisasi dan tahap analisis. Tahap pertama adalah inventarisasi atau pengumpulan data. Pada tahap ini dilakukan survey lapang dan pengamatan langsung pada tapak serta dilakukan studi pustaka yang mendukung pengolahan data. Tahap kedua adalah tahap analisis yang dilakukan terhadap potensi masyarakat, potensi pengembangan pertanian dan potensi pengembangan agrowisata berbasis masyarakat. Potensi masyarakat dianalisis dengan analisis deskriptif. Potensi pengembangan pertanian dianalisis melalui evaluasi kesesuaian lahan aktual Kecamatan Cigombong terhadap beberapa komoditas pertanian. Analisis tersebut dilakukan dengan metode kuantitatif yaitu berupa penilaian kesesuaian lahan aktual terhadap persyaratan tanam beberapa komoditas pertanian seperti padi sawah, ubi jalar, tomat, melon, dan bunga aster. Analisis spasial dilakukan dengan melakukan overlay peta kesesuaian lahan tiap-tiap komoditas pertanian berdasarkan jenis tanah, kemiringan lahan dan ketinggian tempat. Potensi pengembangan agrowisata berbasis masyarakat dianalisis dengan metode pembobotan atau scoring kelayakan kawasan agrowisata. Penilaian kelayakan kawasan dilakukan terhadap desa-desa yang ada di Kecamatan Cigombong.
Penggunaan lahan terbesar di Kecamatan Cigombong adalah lahan pertanian, yaitu berupa kebun campuran (24,97%), tegalan (23,82%) dan sawah (22,49%). Pertanian di Kecamatan Cigombong memanfaatkan 5 buah sungai, 2 mata air dan 1 buah irigasi teknis untuk irigasinya. Komoditas pertanian yang telah dikembangkan di Kecamatan Cigombong antara lain padi sawah, palawija (ubi jalar, jagung, dan singkong), tanaman hortikultura (sayur-sayuran, buahbuahan dan bunga potong), perikanan air tawar dan ternak (kambing dan ayam). Karakteristik budaya penduduk Kecamatan Cigombong menunjukan ciri masyarakat perdesaan, dengan ciri antara lain usaha ekonomi masyarakat pada umumnya adalah bidang pertanian yang bersifat tradisional, jumlah penduduk yang bermata pencaharian sebagai petani adalah sebanyak 66,37%. Hubungan sosial masyarakat bersifat kekeluargaan dan kekerabatan. Kelembagaan yang berkaitan erat dengan kegiatan pertanian adalah kelompok tani yang kemudian terintegrasi kembali ke dalam Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan). Di kecamatan Cigombong terdapat 33 Kelompok Tani dan 4 Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) yang menyebar di tiap-tiap desa. Kecamatan Cigombong dapat diakses melalui dua akses dari Kota Bogor yaitu melalui jalan propinsi yang biasa disebut Jalan Raya Bogor-Sukabumi (Jalan Raya H. E Sukma) dari kota Bogor melalui Ciawi dan melalui Cipaku masuk hingga Kecamatan Cijeruk dan berawal di Desa Ciburayut. Akses dari Sukabumi yaitu melalui Jalan Raya Bogor-Sukabumi (Jalan Raya H. E Sukma). Sarana prasarana pendukung wisata di Kecamatan Cigombong berdasarkan Kecamatan dalam Angka Tahun 2005 terdiri dari Hotel (Aryaduta, Lido) 1 buah serta rumah makan sebanyak 15 buah. Kemampuan masyarakat Kecamatan Cigombong dalam bidang pertanian sudah cukup baik karena telah menerima pembinaan dari beberapa lembaga baik lembaga pemerintah ataupun lembaga swasta di bidang pertanian. Kelompok Tani dan Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) sebagai lembaga kemasyarakatan yang berkaitan langsung dengan pertanian dapat diberdayakan sebagai lembaga yang nantinya dapat mengorganisir pelaksanaan aktivitas agrowisata berbasis masyarakat di Kecamatan Cigombong. Masyarakat Kecamatan Cigombong cukup siap dalam menerima adanya agrowisata ini. Berdasarkan potensi dan kesesuaian lahan aktual untuk pertanian maka Kecamatan Cigombong memiliki kesesuaian sesuai bersyarat (S3) hingga tidak sesuai (N) untuk padi sawah, ubi jalar, tomat, melon dan bunga aster (bunga potong). Berdasarkan kelayakan kawasan untuk pengembangan agrowisata didapatkan tiga desa yang sangat berpotensi. Ketiga desa tersebut adalah Desa Ciburuy, Desa Wates Jaya, dan Desa Pasir Jaya. Ketiga desa ini sangat berpotensi untuk dikembangkan menjadi kawasan agrowisata dengan memanfaatkan potensi yang telah ada dan penambahan fasilitas-fasilitas pendukung wisata seperti perbaikan jalan, home stay, tempat ibadah, tempat parkir dan toilet umum. Agrowisata berbasis masyarakat perlu disosialisasikan kepada masyarakat Kecamatan Cigombong karena masyarakat merupakan pelaku utama dalam pengembangan agrowisata berbasis masyarakat. Kelembagaan komunitas sebagai wadah masyarakat untuk mengintegrasikan segala kegiatan agrowisata yang dilaksanakan. Pemerintah Daerah berperan dalam hal memberi dukungan untuk membina masyarakat, penentu kebijakan dan penyediaan fasilitas wisata untuk mendukung berjalannya kegiatan wisata.
ABSTRACT RESA MAHARANI. Potencies Study of Rural Landscape for Agrotourism Based on Community Development in Cigombong Resident, Bogor. Under the direction of TATI BUDIARTI. Economics and development activities were more oriented in indusrial activities at the cities by this time. It cause conversion land of agriculture and an unbalancing development between urban and rural region. Even, agricultural lands have variety functions and values were consist of production function, ecological, esthetics, social and economics functions. And then, rural community’s life also need to be wealthed. Agrotourism is one of tourism type which use the agriculture as its object. Through the agrotourism based on community concept can give more values for rural community. Cigombong Resident is one of place at Bogor which still has a wide of agricultural lands and potential to develope being an agrotourism area. So, this study will look into the election result of landscape potencies at Cigombong resident. This research was purposed to inventory and analize the rural landscape potencies and community activities in Cigombong Resident for agrotourism based on community development. This research has several steps which are inventory and analysis. First step, inventory was site surveying and site watching. Second steps, analize was done to community potencies, agriculture development potencies and potencies of agrotourism based on community development. Community potencies analie by desciptive methode. Agriculture development potencies analize by land evaluation of some agriculture commodity, such as pady, sweet potato, tomato, melon and aster flower. Potencies of agrotourism based on community development analize by scoring methode of attribute at each villages on Cigombong Resident. As a result, Cigombong Resident community is already to receive the agrotourism based on community development on their region. The suitability of Cigombong Resident for pady, sweet potato, tomato, melon, and aster flower are conditional suitable (S3) until non suitable (N). And based on the suitability region Cgombong Resident for agrotourism based on community development, the most potential villages are Ciburuy village, Wates Jaya village, and Pasir Jaya village. The development of agrotourism based on community is also supported by some aspects such as accessibility, region’s infrastructure, government policies, community and the community organization.
STUDI POTENSI LANSKAP PERDESAAN UNTUK PENGEMBANGAN AGROWISATA BERBASIS MASYARAKAT DI KECAMATAN CIGOMBONG KABUPATEN BOGOR
RESA MAHARANI
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Departemen Arsitektur Lanskap
DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009
Judul Skripsi : Studi Potensi Lanskap Perdesaan untuk Pengembangan Agrowisata Berbasis Masyarakat di Kecamatan Cigombong Kabupaten Bogor Nama : Resa Maharani NRP : A44051529
Disetujui, Dosen Pembimbing
Dr. Ir. Tati Budiarti, MS NIP. 19610720 198403 2 002
Diketahui, Ketua Departemen Arsitektur Lanskap
Dr. Ir. Siti Nurisyah, MSLA NIP. 19480912 197412 2 001
Tanggal Lulus :
KATA PENGANTAR Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul ”Studi Potensi Lanskap Perdesaan untuk Pengembangan Agrowisata Berbasis Masyarakat di Kecamatan Cigombong Kabupaten Bogor” ini dengan baik. Skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. Dalam pelaksanaan penelitian dan penyusunan skripsi ini, penulis mendapatkan bantuan baik materi maupun spiritual dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Keluarga tercinta,
Bapak Sayuti, Mama Retno Sayekti, dan adikku
”abang” Aditya Alam, juga untuk keluarga di Ciledug dan di Tanjung Duren. Terima kasih untuk doa, dukungan, kasih sayang dan perhatian yang tak pernah berhenti. 2. Ibu Dr. Ir. Tati Budiarti, MS selaku pembimbing skripsi dan juga pembimbing akademik atas bimbingan, arahan dan nasehatnya baik dalam akademik ataupun penyusunan skripsi ini. 3. Prof. Dr. Ir. Hadi Susilo Arifin, MS dan Dr. Ir. Nizar Nasrullah, MAgr. selaku dosen penguji atas saran dan masukan untuk skripsi ini. 4. Camat, staf dan pegawai Kecamatan Cigombong (khususnya Bapak Suhandi dan Bapak Sulistyo). 5. Seluruh Kepala Desa dan staf kantor desa di Kecamatan Cigombong beserta masyarakatnya atas partisipasi dan bantuannya dalam penelitian skripsi ini. 6. Badan Perencana dan Pengembangan Daerah Kabupaten Bogor. 7. Dinas Tata Ruang dan Pertanahan Kabupaten Bogor. 8. Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Bogor. 9. Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bogor. 10. Unit Pelayanan Teknis Daerah (UPTD) Pertanian Wilayah Caringin dan penyuluh-penyuluh pertanian Kecamatan Cigombong. 11. Bapak H. Zakaria serta seluruh Ketua Kelompok Tani dan Gabungan Kelompok Tani di Kecamatan Cigombong.
12. Arief Adi Pradana, Ridwan Satria Putra dan keluarga, Yosep Permata dan Hudi Widyarta untuk bantuan dan keterlibatannya selama penelitian di Cigombong. 13. Fitri, Azi, Anya, Nina, Cindy, Mega untuk bantuan dan dukungannya. 14. Lya Bapao, Mega A, dan Frans untuk berbagi tentang agrowisata, juga Dika, Sammy dan M untuk masukannya. 15. Teman-teman ARL 42, khususnya Tika sebagai rekan satu bimbingan. 16. Pondok Iswara’ers, Riri, Bule, Sari, Vina, Ulfa, Wulan, Jayanti juga Bouvier’ers Dery dan Shakti. 17. Freggy Gryata Putera Adipurwa, untuk inspirasi dan semangatnya. 18. Semua pihak yang tidak dapat disebut dan telah banyak terlibat dan membantu dalam penyusunan skripsi ini. Terima kasih. Semoga semuanya tidak sia-sia dan menghasilkan sesuatu yang baik. Semoga skripsi ini bermanfaat.
Bogor, Desember 2009
Resa Maharani
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Tangerang pada tanggal 23 Maret 1987 dari ayah Sayuti dan ibu Retno Sayekti. Penulis merupakan putri pertama dari dua bersaudara. Penulis menempuh pendidikan di TK. Prisna Taruna Jakarta (1992-1993), lalu melanjutkan pendidikan di SDN Kembangan Selatan 01 Jakarta (1993-1999), kemudian meneruskan pendidikan tingkat menengah pertama di SLTPN 105 Jakarta (1999-2002), dan SMAN 65 Jakarta (2002-2005). Selama di SMA penulis aktif menjadi pengurus OSIS SMAN 65 peride 2003-2004 sebagai anggota Seksi Organisasi dan Kepemimpinan serta aktif sebagai anggota redaksi Majalah Sekolah SMAN 65 RAS. Pada tahun 2005 penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB). Setahun kemudian, penulis berhasil mendapatkan mayor pada Departemen Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanian. Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif pada Unit Kegiatan Mahasiswa Koperasi Mahasiswa (Kopma) IPB, serta menjadi sekretaris II pada HIMASKAP (Himpunan Mahasiswa Arsitektur Lanskap) periode 2007 dan menjadi sekretaris I pada HIMASKAP periode 2008, juga aktif dalam beberapa kegiatan kepanitiaan baik di dalam kampus maupun di luar kampus.
DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL ........................................................................................... vi DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... vii DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... ix I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ............................................................................. 1.2 Tujuan Penelitian .......................................................................... 1.3 Kegunaan Penelitian ...................................................................... 1.4 Batasan Penelitian .........................................................................
1 3 3 3
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lanskap Perdesaan ........................................................................ 2.2 Wisata ............................................................................................ 2.2.1 Daya Tarik Wisata ............................................................... 2.2.2 Pengembangan Wisata ......................................................... 2.3 Pengertian dan Konsep Agrowisata .............................................. 2.3.1 Manfaat Agrowisata ............................................................. 2.3.2 Lokasi Agrowisata ............................................................... 2.3.3 Aktivitas Agrowisata ............................................................ 2.3.4 Fasilitas Agrowisata .............................................................
4 5 5 6 6 8 8 9 10
III. METODOLOGI 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian ........................................................ 3.2 Bahan dan Alat ............................................................................... 3.3 Metode Penelitian ......................................................................... 3.4 Alur Penelitian ..............................................................................
11 11 11 18
IV. INVENTARISASI 4.1 Kondisi Umum Wilayah ............................................................... 4.1.1 Letak Geografis dan Administratif ....................................... 4.1.2 Luas Wilayah Administratif ................................................. 4.2 Aspek Biofisik ............................................................................... 4.2.1 Penggunaan Lahan ............................................................... 4.2.2 Tanah .................................................................................... 4.2.3 Topografi, Ketinggian dan Kemiringan Tanah .................... 4.2.4 Iklim dan Kenyamanan ........................................................ 4.2.5 Hidrologi .............................................................................. 4.2.5.1 Irigasi ....................................................................... 4.2.5.2 Badan Air ................................................................. 4.2.6 Visual ................................................................................... 4.2.7 Vegetasi dan Satwa ..............................................................
19 19 20 21 21 25 28 33 34 34 37 38 40
4.3 Aspek Sosial Kemasyarakatan ...................................................... 4.3.1 Kependudukan ..................................................................... 4.3.2 Sosial Budaya ....................................................................... 4.3.3 Pola Pemukiman .................................................................. 4.3.4 Pola Pertanaman ................................................................... 4.3.5 Kelembagaan Komunitas ..................................................... 4.4 Aspek Ekonomi ............................................................................ 4.4.1 Sektor Pertanian ................................................................... 4.4.2 Sektor Perikanan .................................................................. 4.4.3 Sektor Peternakan ................................................................. 4.4.4 Sektor Industri dan Perdagangan ......................................... 4.5 Aspek Wisata ................................................................................ 4.5.1 Aksesibilitas ......................................................................... 4.5.2 Sarana dan Prasarana ............................................................ 4.5.3 Pariwisata di dalam Tapak ................................................... 4.5.4 Wisatawan ............................................................................ 4.6 Aspek Legal .................................................................................. 4.6.1 Kebijakan Pariwisata ............................................................ 4.6.2 Rencana Tata Ruang Wilayah .............................................. V. ANALISIS 5.1 Potensi Masyarakat ....................................................................... 5.1.1 Penggunaan Lahan Pertanian Masyarakat ........................... 5.1.2 Kelembagaan Komunitas ..................................................... 5.1.3 Sumberdaya dan Kesiapan Masyarakat ............................... 5.2 Potensi Pengembangan Pertanian ................................................. 5.2.1 Evaluasi Kesesuaian Lahan Aktual untuk Padi Sawah ........ 5.2.2 Evaluasi Kesesuaian Lahan Aktual untuk Ubi Jalar ............ 5.2.3 Evaluasi Kesesuaian Lahan Aktual untuk Tomat ................ 5.2.4 Evaluasi Kesesuaian Lahan Aktual untuk Melon ................ 5.2.5 Evaluasi Kesesuaian Lahan Aktual untuk Bunga Aster ....... 5.3 Potensi Pengembangan Agrowisata Berbasis Masyarakat di Kecamatan Cigombong ................................................................. 5.3.1 Objek dan Atraksi Agrowisata ............................................. 5.3.2 Kawasan Potensi untuk Pengembangan Agrowisata Berbasis Masyarakat ............................................................ 5.4 Konsep Pengembangan Agrowisata Berbasis Masyarakat ........... 5.4.1 Faktor-faktor dalam Pengembangan Agrowisata Berbasis Masyarakat di Kecamatan Cigombong ................................ 5.4.2 Strategi Pengembangan Agrowisata Berbasis Masyarakat Di Kecamatan Cigombong ...................................................
42 42 43 43 44 46 48 48 50 50 51 52 53 55 57 57 58 58 59 61 61 62 64 66 67 71 75 79 83 87 87 91 98 99 101
VI. SIMPULAN DAN SARAN 6.1 Simpulan ....................................................................................... 103 6.2 Saran .............................................................................................. 103 DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 105 LAMPIRAN .................................................................................................... 107
DAFTAR TABEL Halaman 1.
Rekapitulasi Data yang Dikumpulkan Berdasarkan Aspek, Jenis dan Sumber Data .................................................................................... 12
2.
Penilaian Kelayakan Potensi Kawasan Agrowisata .............................. 17
3.
Luas Wilayah Administratif Kecamatan Cigombong ........................... 20
4.
Luas Penggunaan Lahan Kecamatan Cigombong Tahun 2005 ............. 21
5.
Data Ketinggian Tempat di Kecamatan Cigombong ............................. 28
6.
Data Kemiringan Lahan di Kecamatan Cigombong .............................. 29
7.
Data Rata-rata Iklim Kecamatan Cigombong Tahun 2006-2008 .......... 33
8.
Thermal Humidity Index Kecamatan Cigombong Tahun 2006-2008 ... 34
9.
Jumlah Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur Tahun 2008 ............. 42
10.
Data Kelompok Tani dan Gapoktan di Kecamatan Cigombong Tahun 2009 ............................................................................................ 47
11.
Komoditas Pertanian Tiap Desa di Kecamatan Cigombong .................. 48
12.
Data Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Pertanian Kecamatan Cigombong Tahun 2008 ...................................................... 49
13.
Data Kunjungan Wisatawan ke Objek Wisata di Kecamatan Cigombong Tahun 2008 ......................................................................... 57
14. Hasil Penilaian Kesesuaian Lahan Aktual untuk Padi Sawah ............... 67 15. Hasil Penilaian Kesesuaian Lahan Aktual untuk Ubi Jalar .................... 71 16. Hasil Penilaian Kesesuaian Lahan Aktual untuk Tomat ........................ 75 17. Hasil Penilaian Kesesuaian Lahan Aktual untuk Melon ........................ 79 18. Hasil Penilaian Kesesuaian Lahan Aktual untuk Bunga Aster .............. 83 19. Penilaian Kelayakan Potensi Kawasan Agrowisata ............................... 94
DAFTAR GAMBAR Halaman 1.
Skema Jenis Wisata ................................................................................ 5
2.
Diagram Alur Penelitian ........................................................................ 18
3.
Peta Administratif Kecamatan Cigombong ........................................... 19
4.
Peta Penggunaan Lahan Kecamatan Cigombong ................................. 22
5.
Lahan Sawah di Kecamatan Cigombong ............................................... 23
6.
Peta Jenis Tanah Kecamatan Cigombong .............................................. 26
7.
Peta Topografi Kecamatan Cigombong .................................................. 30
8.
Peta Ketinggian Tempat Kecamatan Cigombong .................................. 31
9.
Peta Kemiringan Lahan Kecamatan Cigombong .................................... 32
10.
Jenis Irigasi di Kecamatan Cigombong ................................................. 35
11.
Peta Hidrologi Kecamatan Cigombong ................................................. 36
12.
Badan Air di Kecamatan Cigombong .................................................... 38
13.
Pemandangan Dominan di Kecamatan Cigombong ............................... 39
14.
Satwa Asli di Kecamatan Cigombong .................................................... 41
15.
Ilustrasi Pola Pemukiman di Kecamatan Cigombong ............................ 43
16.
Pemukiman di Kecamatan Cigombong................................................... 44
17.
Kegiatan Perikanan Masyarakat di Kecamatan Cigombong................... 50
18.
Kegiatan Peternakan Masyarakat di Kecamatan Cigombong ................ 51
19.
Kondisi Jalan di Kecamatan Cigombong ................................................ 54
20.
Peta Aksesibilitas dan Jalan Kecamatan Cigombong ............................ 56
21.
Peta Rencana Tata Ruang Wilayah Kecamatan Cigombong ................. 60
22.
Kegiatan Wisata Pertanian di Gapoktan Silih Asih di Desa Ciburuy .... 63
23.
Tambak Ikan Kelompok Tani Mekar Jaya di Desa Wates Jaya ............. 64
24.
Peta Kesesuaian Jenis Tanah Aktual untuk Padi Sawah ......................... 68
25.
Peta Kesesuaian Ketinggian Aktual untuk Padi Sawah .......................... 69
26.
Peta Kesesuaian Kemiringan Aktual untuk Padi Sawah......................... 69
27.
Peta Kesesuaian Lahan Aktual untuk Padi Sawah di Kecamatan Cigombong ........................................................................... 70
28.
Peta Kesesuaian Jenis Tanah Aktual untuk Ubi Jalar ............................. 72
viii
29.
Peta Kesesuaian Ketinggian Aktual untuk Ubi Jalar .............................. 73
30.
Peta Kesesuaian Kemiringan Aktual untuk Ubi Jalar ............................. 73
31.
Peta Kesesuaian Lahan Aktual untuk Ubi Jalar di Kecamatan Cigombong ........................................................................... 74
32.
Peta Kesesuaian Jenis Tanah Aktual untuk Tomat ................................. 76
33.
Peta Kesesuaian Ketinggian Aktual untuk Tomat ................................. 77
34.
Peta Kesesuaian Kemiringan Aktual untuk Tomat ................................. 77
35.
Peta Kesesuaian Lahan Aktual untuk Tomat di Kecamatan Cigombong ........................................................................... 78
36.
Peta Kesesuaian Jenis Tanah Aktual untuk Melon ................................. 80
37.
Peta Kesesuaian Ketinggian Aktual untuk Melon .................................. 81
38.
Peta Kesesuaian Kemiringan Aktual untuk Melon ................................. 81
39.
Peta Kesesuaian Lahan Aktual untuk Melon di Kecamatan Cigombong ........................................................................... 82
40.
Peta Kesesuaian Jenis Tanah Aktual untuk Bunga Aster ....................... 84
41.
Peta Kesesuaian Ketinggian Aktual untuk Bunga Aster......................... 85
42.
Peta Kesesuaian Kemiringan Aktual untuk Bunga Aster ....................... 85
43.
Peta Kesesuaian Lahan Aktual untuk Bunga Aster di Kecamatan Cigombong ........................................................................... 86
44.
Something to See dalam Kegiatan Agrowisata ...................................... 87
45.
Something to Do dalam Kegiatan Agrowisata ....................................... 88
46.
Peta Aktivitas Pertanian Potensial Kecamatan Cigombong ................... 90
47.
Peta Kawasan Potensi Agrowisata Kecamatan Cigombong .................. 97
DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1.
Analisis Potensi Agrowisata di Tiap Desa .............................................. 108
2.
Persyaratan/Karakteristik Tanaman Pertanian ....................................... 117
3.
Lembar Kuesioner .................................................................................. 122
I. PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang mengalami pembangunan dan
pertambahan penduduk yang pesat dari waktu ke waktu. Hal ini menyebabkan terjadinya berbagai alih fungsi lahan dari pertanian menjadi pemukiman atau industri. Lahan pertanian merupakan faktor yang sangat penting karena menghasilkan sumber bahan pangan dan sandang untuk manusia. Kegiatan ekonomi dan pembangunan saat ini lebih berorientasi pada kegiatan industri yang terletak di perkotaan sehingga terjadi pembangunan yang tidak berimbang antara kota dan desa. Hal tersebut juga menyebabkan minat generasi saat ini terhadap pertanian menurun dan beralih bekerja pada sektor industri atau jasa di perkotaan, padahal kehidupan masyarakat perdesaan juga perlu disejahterakan dalam rangka memenuhi pembangunan yang merata. Bercermin dari permasalahan tersebut dan kondisi Indonesia sebagai negara tropis yang memiliki berbagai macam kekayaan alam, iklim dan kondisi tanah yang beragam, maka diperlukan suatu konsep yang dapat mempertahankan fungsi lahan pertanian dan meningkatkan nilai hasil pertanian. Konsep ini diharapkan juga dapat meningkatkan pendapatan petani sekaligus menciptakan alternatif produk selain komoditas pertanian. Agrowisata merupakan salah satu konsep yang dapat menjadi solusi dari permasalahan tersebut. Agrowisata merupakan salah satu jenis wisata yang memanfaatkaan usaha pertanian (agro) menjadi suatu objek wisata. Berdasarkan Keputusan bersama Menteri Pariwisata Pos dan Telekomunikasi No. KM.47/PW.DOW/MPPT-89 dan Menteri Pertanian No. 204/KPTS/HK/050/4/1989 tujuan agrowisata adalah untuk memperluas pengetahuan, pengalaman rekreasi, dan hubungan usaha di bidang pertanian. Melalui pengembangan agrowisata yang menonjolkan budaya lokal dalam pemanfaatan lahan, kita bisa meningkatkan pendapatan petani sekaligus melestarikan sumber daya lahan, serta memelihara budaya maupun teknologi lokal (indigenous knowledge) yang umumnya telah sesuai dengan kondisi lingkungan alaminya ( Departemen Pertanian, 2003).
2
Pada era otonomi daerah sekarang ini, agrowisata dapat dikembangkan di masing-masing daerah tanpa perlu ada persaingan antar daerah, mengingat kondisi wilayah dan budaya masyarakat di Indonesia sangat beragam. Masing-masing daerah bisa menyajikan atraksi agrowisata yang lain daripada yang lain berdasarkan potensi dan sumberdayanya. Kabupaten Bogor merupakan salah satu daerah di Jawa Barat yang memiliki potensi untuk pengembangan agrowisata, antara lain di Kecamatan Cigombong. Wilayah ini merupakan daerah pertanian yang masih bercirikan perdesaan, juga merupakan daerah strategis karena berada pada jalur lintas Bogor-Sukabumi. Wilayah ini tidak hanya menghasilkan satu produk sub-sistem pertanian saja tetapi juga menghasilkan produk dari beberapa sub-sistem pertanian, yaitu menghasilkan beras sehat, beternak ayam, kambing dan ikan. Penerapan teknologi juga telah terlihat dalam sistem pertanian di daerah ini seperti penggilingan padi dan pengolahan kompos dari limbah jerami. Proses produksi komoditas pertanian inilah yang sebenarnya merupakan nilai jual aktivitas agrowisata. Agrowisata tanpa hal tersebut, hanya menjadi wisata biasa saja. Produk yang disajikan dalam agrowisata tidak hanya pemandangan kawasan pertanian yang estetis dan nyaman saja, tetapi juga aktivitas para petani beserta teknologi khas yang digunakan sedemikian rupa sehingga wisatawan juga dapat mengikuti aktivitas tersebut. Nilai histori lokasi, budaya pertanian yang khas, arsitektur, atau aktivitas-aktivitas pertanian yang disajikan dapat menjadi keunikan kawasan tersebut. Aktivitas ini mencakup persiapan lahan, pembibitan, penanaman, pemanenan, pengolahan pasca panen dan juga pemasarannya. Dalam aktivitas agrowisata, para petani di dalamnya dapat menjadi objek bagian dari produk yang ditawarkan dan juga menjadi pemilik atau pengelola kawasan tersebut (Kaswanto, 2007). Oleh karena itu, melalui penelitian ini akan dikaji potensi-potensi yang ada di Kecamatan Cigombong ini dari berbagai aspek seperti biofisik, sosial kemasyarakatan, ekonomi dan aspek wisata guna pengembangan konsep agrowisata di kawasan ini untuk kesejahteraan masyarakat dan keberlanjutan (pelestarian) lahan pertanian.
3
1.2
Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk: 1. Menginventarisasi potensi lanskap perdesaan Kecamatan Cigombong untuk pengembangan pertanian dan pengembangan agrowisata berbasis masyarakat. 2. Menganalisis potensi lanskap perdesaan dan kesesuaian lanskap Kecamatan
Cigombong
untuk
pengembangan
pertanian
dan
pengembangan agrowisata berbasis masyarakat. 3. Menentukan kawasan potensial untuk pengembangan agrowisata berbasis masyarakat di Kecamatan Cigombong berdasarkan potensi lanskap dan potensi masyarakatnya.
1.3
Kegunaan Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang
potensi lanskap perdesaan yang dimiliki Kecamatan Cigombong Kabupaten Bogor
untuk dapat dipertimbangkan oleh Pemerintah Kabupaten Bogor dan
instansi terkait dalam mengembangkan kawasan agrowisata berbasis masyarakat di kawasan tersebut. 1.4
Batasan Penelitian Batasan penelitian ini mencakup inventarisasi dan analisis terhadap
potensi-potensi yang dimiliki lanskap perdesaan Kecamatan Cigombong terkait dengan pertanian serta melihat kesesuaiannya untuk pengembangan agrowisata berbasis masyarakat.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Lanskap Perdesaan Lanskap perdesaan menurut Undang-Undang No. 24 Tahun 1994 tentang
penataan ruang, didefinisikan sebagai suatu kawasan yang mempunyai kegiatan utama pertanian termasuk pengelolaan sumberdaya alam dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat pemukiman perdesaan, pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial dan kegiatan ekonomi. Lanskap perdesaan merupakan gabungan antara lanskap yang dikelola dan lanskap alami yang berada di desa. Lanskap tersebut tidak hanya menggambarkan bagian dari muka bumi yang tidak hanya dihuni untuk pemukiman tetapi juga mampu mempreservasi lingkungan yang alami. Sumber daya alami, makanan dan habitat satwa liar mampu disediakan oleh lanskap ini yang memungkinkan manusia untuk hidup di lingkungan ekologi yang sangat beragam (Departemen Pekerjaan Umum, 2005). Karakteristik umum wilayah perdesaan di Indonesia adalah wilayah yang masih tertinggal laju pembangunannya dibandingkan dengan wilayah perkotaan namun masih merupakan tempat tinggal bagian terbesar penduduk Indonesia. Fenomena ketertinggalan laju pembangunan di wilayah pedesaan menyangkut isu kemiskinan, ketimpangan, dan ketidakadilan sosial. Salah satu strategi untuk menstimulasi ekonomi perdesaan yaitu dengan menggunakan sumberdaya lokal melalui induksi pariwisata. Dengan beberapa karakteristik khusus wilayah perdesaan, dapat dijadikan keunggulan komparatif dalam pengembangan pariwisata (Diarta, 2007). Vanslembrouck dkk (2005) dalam Brščić (2006) mengakui bahwa nilai lanskap tanah pertanian memiliki kelebihan berdasarkan keindahannya yang permai dari lanskap perdesaan, seperti ladang, kebun buah buahan, dan kumpulan ternak yang digembalakan di padang rumput. Aktivitas pertanian secara umum bersifat non-polluting (anti pencemaran), seperti padang rumput dan pertanian hortikultura (terutama buah dan bunga) memiliki peranan dalam pembentukan pemandangan perdesaan.
5
2.2
Wisata Wisata merujuk pada bepergian jauh saat hari libur sebagai bagian dari
gaya hidup masyarakat barat. Wisata adalah aktivitas manusia yang meliputi perilaku manusia, penggunaan sumberdaya dan interaksi dengan orang lain, ekonomi dan lingkungan (Holden, 2000). World Tourism Organization (WTO) menyatakan bahwa wisata adalah aktivitas perjalanan seseorang keluar dari lingkungan sehari-harinya selama beberapa waktu dengan tujuan utama dari perjalanan adalah melakukan aktivitas menguntungkan dari tempat yang dikunjungi (Utama, 2006) . Jafari dan Ritchie (1981) dalam Anonim (2008) menyatakan bahwa wisata merupakan suatu interdisiplin dan terintegrasi variasi subyek, disiplin dan fokus dapat dilihat banyak titik pandang dan pendekatan. Wisata sebagai pusat studi bisa dipelajari dari banyak fokus dan dibuat dalam sebuah bentuk baru pengembangan wisata. Model pengembangan wisata bisa dibuat dalam bentuk bervariasi seperti fokus pada pertanian sebagai agrowisata, ekologi sebagai ekowisata, budaya sebagai wisata budaya, agama sebagai wisata agama dan lain-lain.
Gambar 1. Skema Jenis Wisata Sumber : McIntosh and Goeldner (1990) dalam Anonim (2008) 2.2.1 Daya Tarik Wisata Menurut Smith (1989), indeks daya tarik suatu kawasan wisata adalah ketersediaan beberapa faktor, yaitu: 1. Faktor alami, seperti iklim dan keindahan alam. 2. Faktor sosial, seperti bentukan arsitektur, festival dan atraksi budaya lokal.
6
3. Faktor kesejarahan, seperti reruntuhan jaman kuno, upacara dan tempat suci keagamaan, dan peristiwa atau lokasi sejarah yang penting. 4. Sumberdaya rekreasi dan tempat berbelanja seperti barang-barang olahraga, museum, kebun binatang, akuaria dan taman-taman. 5. Sarana turistik seperti jalan, utilitas dan pelayanan kesehatan yang memadai, serta fasilitas makan dan penginapan yang memadai. 2.2.2
Pengembangan Wisata Knudson (1980) menyatakan bahwa beberapa hal yang harus diperhatikan
dalam merencanakan atau mengembangkan suatu kawasan rekreasi atau wisata antara lain: 1. Menganalisis sumber daya, yaitu dengan mempelajari keadaan awal tapak. 2. Menganalisis
potensi
pengunjung
atau
pengguna
tapak,
dengan
mempelajari orang-orang yang terlibat di tapak. 3. Penyelesaian desain, baik dalam bentuk site plan, kebijaksanaankebijaksanaan maupun pelaksanaan, dengan mempelajari alternatifalternatif dan akibat-akibatnya. 4. Partisipasi masyarakat dan meninjau kembali apa yang telah direncanakan dengan mendengarkan pendapat umum.
2.3
Pengertian dan Konsep Agrowisata Agrowisata
pada
prinsipnya
merupakan
kegiatan
industri
yang
mengharapkan kedatangan konsumen secara langsung di tempat wisata yang diselenggarakan. Aset yang penting untuk menarik kunjungan wisatawan adalah keaslian, keunikan, kenyamanan, dan keindahan alam. Oleh sebab itu, faktor kualitas lingkungan menjadi modal penting yang harus disediakan, terutama pada wilayah-wilayah yang dimanfaatkan untuk dijelajahi para wisatawan. Nilai kualitas lingkungan tersebut disadari sangat penting. Oleh karena itu, masyarakat atau petani setempat perlu diajak untuk selalu menjaga keaslian, kenyamanan, dan kelestarian
lingkungannya
(Departemen
Pertanian,
2003).
Agrowisata
menggabungkan wisata dan pertanian karena pengunjung bepergian sebagai wisatawan yang menikmati, relaksasi, menghabiskan waktu dan uang untuk kenikmatan dan kesenangan dengan tambahan mengunjungi area pertanian,
7
melakukan kegiatan yang berhubungan dengan pertanian seperti panen, menanam, memancing dan lain-lain (Utama, 2006). Pengembangan agrowisata dapat diarahkan dalam bentuk ruangan tertutup (seperti museum), ruangan terbuka (taman atau lanskap), atau kombinasi antara keduanya. Tampilan agrowisata ruangan tertutup dapat berupa koleksi alat-alat pertanian yang khas dan bernilai sejarah atau naskah dan visualisasi sejarah penggunaan lahan maupun proses pengolahan hasil pertanian. Agrowisata ruangan terbuka dapat berupa penataan lahan yang khas dan sesuai dengan kapabilitas dan tipologi lahan untuk mendukung suatu sistem usaha tani yang efektif dan berkelanjutan. Komponen utama pengembangan agrowisata ruangan terbuka dapat berupa flora dan fauna yang dibudidayakan maupun liar, teknologi budi daya dan pascapanen komoditas pertanian yang khas dan bernilai sejarah, atraksi budaya pertanian setempat, dan pemandangan alam berlatar belakang pertanian dengan kenyamanan yang dapat dirasakan. Agrowisata ruangan terbuka dapat dilakukan dalam dua versi/pola, yaitu alami dan buatan (Departemen Pertanian, 2003). Perlu diperhatikan pula bahwa pengembangan lanskap agrowisata tidak lagi sekedar pembangunan ekonomi saja, tetapi juga merupakan proses pembangunan kebudayaan yang mengandung arti pengembangan dan pelestarian. Secara konkret harus diimplementasi bahwa agrowisata seyogyanyalah senantiasa melestarikan dan melindungi kekayaan yang ada didalamnya, apapun itu. Tidak hanya kekayaan alam tetapi juga kekayaan budaya, masyarakat, etnis, arsitektur dan
sebagainya.
Pengembangan
agrowisata
tidak
boleh
tidak
harus
memperhatikan, (1) daya dukung lingkungan, (2) diversitas, (3) estetika alam, (4) vandalisme, (5) polusi, (6) dampak sosial budaya, dan (7) pengelolaannya. Pengelolaan lanskap agrowisata yang baik selalu merupakan pengelolaan yang berbasiskan masyarakat (community based). Pengelolaan lanskap agrowisata selalu menunjukkan suatu usaha perbaikan kehidupan masyarakat di sekitarnya (terutama para petani) dengan memanfaatkan potensi sumberdaya yang ada secara fungsional berdaya guna dan secara estetika bernilai indah (Kaswanto, 2007).
8
2.3.1
Manfaat Agrowisata Manfaat yang dapat diperoleh dari agrowisata adalah melestarikan sumber
daya alam, melestarikan teknologi lokal, dan meningkatkan pendapatan petani/masyarakat sekitar lokasi wisata. Selain itu, agrowisata berkontribusi pada banyak peningkatan ekonomi masyarakat lokal. Kontribusinya adalah peningkatan produk pertanian dan menstimulasi keikutsertaan dalam usaha yang berkaitan dengan wisata. Agrowisata membantu peningkatan situasi sosial dalam hal kemiskinan, menurunkan jumlah pengangguran, dan mengurangi urbanisasi (Departemen Pertanian, 2003). Agrowisata juga memberikan manfaat yang tidak sedikit, yakni (1) membantu mengkonservasi lingkungan, (2) memberikan nilai estetika lingkungan, (3) merangsang kegiatan ilmiah dan ilmu pengetahuan, (4) sebagai tempat pemulihan (re-creation), (5) memberikan nilai ekonomi bagi daerah dan rakyat di sekitarnya (Tirtawinata dan Fachrudin, 1999). 2.3.2
Lokasi Agrowisata Identifikasi suatu wilayah pertanian yang akan dijadikan objek agrowisata
perlu dipertimbangkan secara matang. Kemudahan untuk mencapai lokasi, karakteristik alam, sentra produksi pertanian, dan adanya kegiatan agroindustri merupakan faktor yang dapat dijadikan bahan pertimbangan. Pemilihan lokasi agrowisata dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu, pemilihan berdasarkan karakteristik alam, pemilihan berdasarkan potensi daerah dan pemilihan berdasarkan agroindustri. Pemilihan tempat berdasarkan karakteristik alamnya memiliki daya tarik yang berbeda-beda sesuai dengan kondisi alamnya. Tempat-tempat tersebut antara lain: a. Dataran rendah, memiliki ciri khas suhu udara yang panas dan beriklim kering. Pada daerah ini dapat dikembangkan dengan menonjolkan panorama hamparan padang rumput yang luas ditambah adanya hewanhewan ternak seperti sapi, kuda, domba dan kambing yang berkeliaran. b. Dataran tinggi, memiliki ciri khas suhu udara yang rendah, iklim yang sejuk dan dingin serta topografi yang berbukit-bukit. Kondisi tersebut cocok bagi pertumbuhan tanaman bunga, sayuran dan beberapa tanaman
9
perkebunan seperti teh, tembakau dan kopi. Keberadaan tanaman tersebut dan udara yang sejuk dapat menjadi daya tarik wisatawan. c. Pantai, dapat dimanfaatkan untuk usaha budidaya perikanan laut dan tambak, ataupun budidaya rumput laut. Usaha budidaya tersebut dipadu dengan pemandangan pantai sangat cocok dijadikan objek agrowisata. d. Danau dan Waduk, dapat dimanfaatkan sebagai lokasi budidaya ikan air tawar dan akan sangat menarik apabila di lokasi tersebut disediakan sarana pemancingan. Pemilihan tempat berdasarkan potensi daerah karena tentunya tiap-tiap daerah memiliki potensi yang berbeda-beda. Potensi tersebut dapat berupa produksi pertanian, lokasi yang strategis, dan kekayaan sejarah budaya, dengan penjelasan sebagai berikut: a.
Sentra produksi pertanian, adanya produksi yang melimpah di suatu daerah untuk komoditas tertentu yang akhirnya disebut trademark diharapkan akan meningkatkan minat wisatawan.
b.
Letak yang strategis, pertimbangan pemilihan lokasi yaitu mudah dijangkau dan dekat dengan kelompok sasaran. Sangat tepat apabila objek agrowisata berlokasi di kota atau di pinggir kota. Kemudian, adanya tempat wisata lain di daerah tersebut juga berpeluang menarik banyak pengunjung.
c.
Sejarah dan budaya, sumberdaya alam dan budaya yang spesifik merupakan aset wisata yang paling andal untuk menarik wisatawan. Pemilihan tempat juga dapat berdasarkan agroindustri karena agroindustri
merupakan bagian dari sektor industri yang mengolah dan merubah bahan mentah hasil pertanian menjadi produk pertanian menjadi produk antara dan produk akhir bagi konsumen. Kegiatan yang berlangsung pada agroindustri ini dapat menarik wisatawan bila dikemas dalam satu paket wisata terpadu (Tirtawinata dan Fachrudin, 1999). 2.3.3
Aktivitas Agrowisata Agrowisata merupakan penggabungan antara aktivitas wisata dengan
aktivitas pertanian. Aktivitas wisata pertanian merupakan kegiatan berjalan-jalan keluar dari ruang dan lingkup pekerjaannya sambil menikmati pemandangan atau
10
hal-hal lain yang tidak terkait dengan pekerjaan yang dimiliki wisatawan. Aktivitas pertanian dalam hal ini adalah pertanian dalam arti luas, merupakan seluruh aktivitas untuk kelangsungan hidup manusia yang terkait dengan pemanenan energi matahari dari tingkat primitif (pemburu dan pengumpul) sampai model pertanian yang canggih (kultur jaringan) antara lain adalah aktivitas pertanian lahan kering, sawah, lahan palawija, perkebunan, kehutanan, pekarangan, tegalan, ladang dan sebagainya. Dalam kegiatan agrowisata, wisatawan diajak berjalan-jalan untuk menikmati dan mengapresiasi kegiatan pertanian dan kekhasan serta keindahan alam binaannya sehingga daya apresiasi dan kesadaran untuk semakin mencintai budaya dan melestarikan alam semakin meningkat (Nurisyah, 2001). 2.3.4
Fasilitas Agrowisata Sarana dan prasarana dalam agrowisata menurut Tirtawinata dan
Fachrudin (1999) dapat dikelompokan menjadi tiga yaitu, fasilitas objek, fasilitas pelayanan dan fasilitas pendukung. Fasilitas objek dapat bersifat alami, buatan manusia atau perpaduan keduanya. Fasilitas objek dapat berupa lahan dan produk pertanian serta kegiatan petani, mulai dari budidaya sampai pasca panen. Fasilitas pelayanan meliputi pintu gerbang, tempat parkir, pusat informasi, papan informasi, jalan dalam kawasan agrowisata, toilet, tempat ibadah, tempat sampah, toko cinderamata, restoran, tempat istirahat dan pramuwisata. Sedangkan yang termasuk fasilitas pendukung adalah jalan menuju lokasi, komunikasi, keamanan, sistem perbankan dan pelayanan kesehatan.
III. METODOLOGI 3.1
Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan selama lima bulan, mulai bulan April sampai dengan
Agustus 2009. Lokasi penelitian adalah Kecamatan Cigombong, Kabupaten Bogor. Pengolahan data dilakukan di Kampus IPB Dramaga Bogor. 3.2
Bahan dan Alat Adapun bahan dan alat yang digunakan selama penelitian antara lain: 1. Untuk survey lapang, alat dan bahan yang digunakan yaitu peta rupa bumi, Global Positioning System (GPS), kamera serta lembar kuesioner. 2. Untuk analisis, digunakan seperangkat komputer yang dilengkapi dengan software ArcView 3.2 dan Autocad 2006 untuk mengolah data spasial.
3.3
Metode Penelitian Dalam pelaksanaan penelitian ini terdiri dari 2 tahapan, yaitu inventarisasi
dan analisis, dengan penjelasan sebagai berikut: 1. Inventarisasi (Pengumpulan Data) Pada tahap ini dilakukan pengumpulan data melalui survey lapang dan pengamatan langsung pada tapak serta dilakukan studi pustaka yang mendukung pengolahan data. Jenis data yang dikumpulkan adalah data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data yang diperoleh dari survey lapang dan pengamatan langsung, sedangkan data sekunder merupakan data yang diperoleh dari instansi terkait dan studi pustaka. Rekapitulasi data yang dikumpulkan terdapat pada Tabel 1. Pada survey lapang dilakukan pengumpulan data primer melalui pengamatan tapak dan wawancara atau kuesioner. Wawancara awal mengenai potensi umum dilakukan kepada pemerintah setempat di Kecamatan Cigombong. Setelah itu dilakukan ground truth check berdasarkan informasi yang telah didapat, juga dilakukan penandaan lokasi aktivitas pertanian potensial dengan menggunakan GPS (Global Positioning System). Wawancara menggunakan kuesioner kepada masyarakat dan petani mengenai aktivitas pertanian dan pendapat mereka mengenai agrowisata berbasis masyarakat.
12
Tabel 1. Rekapitulasi Data yang Dikumpulkan Berdasarkan Aspek, Jenis, Bentuk, dan Sumber Data Aspek Biofisik
Sosial
Ekonomi
Wisata
Legal
Jenis Data
Bentuk Data
Sumber Data
Lokasi tapak
Letak, luas dan batas wilayah
Survey lapang, studi pustaka
Iklim
Data iklim
Stasiun Klimatologi Citeko, Bogor
Topografi
Peta topografi
Dinas Tata Ruang dan Pertanahan
Hidrologi
Keadaan hidrologi, irigasi dan badan air
Survey lapang, Dinas Tata Ruang dan Pertanahan
Tanah
Jenis tanah
Dinas Tata Ruang dan pertanahan
Vegetasi & Satwa
Jenis-jenis vegetasi & satwa
Survey lapang
Visual
Informasi
Survey lapang
Penggunaan lahan
Peta penggunaan lahan
Pemda Bogor, survey lapang
Keadaan masyarakat
Data kependudukan, sosial budaya masyarakat
Survey lapang
Pola/tipe pemukiman
Data pola/tipe pemukiman
Survey lapang
Pola tanam pertanian
Data pola tanam pertanian
Survey lapang
Kelembagaan komunitas
Data kelompok tani dan Gapoktan
UPTD Pertanian, survey lapang
Aktivitas produksi dan komoditas pertanian
Data produktivitas hasil pertanian
Dinas Pertanian dan Kehutanan, UPTD, Survey lapang
Industri dan perdagangan
Data industri dan perdagangan
Profil Kecamatan Cigombong
Aksesibilitas
Peta jaringan jalan
Bappeda, survey lapang
Sarana dan Prasarana
Data sarana dan prasarana
Kecamatan Dalam Angka, survey lapang
Objek dan Atraksi Wisata
Data objek, atraksi, dan daya tarik wisata yang ada di Kec. Cigombong
Survey lapang, wawancara
Wisatawan
Data kunjungan wisatawan
Dinas Pariwisata dan Kebudayaan
Kebijakan pemerintah setempat
RTRW, kebijakan pariwisata Kabupaten Bogor
Pemda Bogor
13
Pada survey lapang tersebut juga dilakukan pengumpulan data sekunder pada instansi-instansi yang terkait, diantaranya (1) Dinas Tata Ruang dan Pertanahan Kabupaten Bogor untuk memperoleh peta serta RTRW Kecamatan Cigombong, (2) Badan Perencana dan Pengembangan Daerah Kabupaten Bogor untuk memperoleh profil Kecamatan Cigombong, (3) Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bogor untuk memperoleh data pertanian Kecamatan Cigombong (4) UPTD Pertanian Wilayah Caringin serta (5) Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Bogor untuk memperoleh data mengenai wisata di Kecamatan Cigombong. Selain itu, juga dilakukan pengumpulan berbagai informasi dan pustaka untuk menganalisis data penelitian. 2. Analisis Pada tahap ini, analisis dilakukan terhadap beberapa potensi, antara lain : a)
Analisis Potensi Masyarakat Analisis potensi masyarakat di Kecamatan Cigombong
dilakukan dengan analisis deskriptif kualitatif yaitu melihat keadaan masyarakat di tapak dan mengkaitkannya pengembangan pertanian dan agrowisata berbasis masyarakat. b)
Analisis Potensi Pengembangan Pertanian Analisis potensi pengembangan pertanian di Kecamatan
Cigombong dilakukan melalui evaluasi lahan terhadap beberapa komoditas
pertanian
yang
telah
dikembangkan
di
Kecamatan
Cigombong. Evaluasi lahan ini dilakukan melalui analisis kuantitatif dan analisis spasial. Analisis kuantitatif yaitu mengkaitkan kondisi aktual Kecamatan Cigombong dengan karakter dan persyaratan tanam beberapa komoditas pertanian seperti padi sawah, ubi jalar, tomat, melon, dan bunga aster. Kondisi aktual yang dianalisis adalah iklim, jenis tanah, ketinggian tempat dan kemiringan lahan. Analisis spasial dilakukan dengan melakukan overlay peta kesesuaian lahan tiap-tiap komoditas pertanian berdasarkan jenis tanah, kemiringan lahan dan ketinggian tempat.
14
c)
Analisis Potensi Pengembangan Agrowisata Berbasis Masyarakat Analisis
potensi
pengembangan
agrowisata
berbasis
masyarakat di Kecamatan Cigombong dilakukan melalui analisis deskriptif dan pembobotan atau scoring. Analisis deskriptif dilakukan terhadap potensi objek dan atraksi agrowisata di Kecamatan Cigombong. Analisis pembobotan atau scoring dilakukan terhadap penilaian kelayakan kawasan agrowisata. Penilaian kelayakan kawasan dilakukan terhadap desa-desa yang ada di Kecamatan Cigombong. Hal ini dilakukan untuk menemukan desa yang paling berpotensi atau yang paling layak untuk dikembangkan sebagai kawasan agrowisata. Kelayakan
tersebut
dinilai
berdasarkan
kriteria
yang
dibutuhkan dalam pengembangan agrowisata berbasis masyarakat. Potensi eksisting yang ada di tiap desa untuk mendukung pengembangan agrowisata berbasis masyarakat di Kecamatan Cigombong diberi nilai berdasarkan kriteria-kriteria yang telah ditentukan.
Kriteria untuk
kelayakan kawasan agrowisata antara lain obyek dan atraksi berbasis pertanian, obyek dan atraksi alami, obyek dan atraksi budaya/sosial, obyek dan atraksi sejarah, sumberdaya rekreasi dan tempat perbelanjaan, akses, dan letak dari jalan utama (Smith, 1989). Tabel penilaian kelayakan kawasan agrowisata terdapat pada Tabel 2,
sedangkan
penilaian kriteria-kriteria agrowisata dijelaskan sebagai berikut: 1.
Obyek dan Atraksi
Berbasis Pertanian (Bobot 20%):
Ketersediaan ragam serta keindahan areal pertanian (sawah, perkebunan, kolam, keramba) •
Beragam obyek dan aktivitas pertanian disertai keindahan pemandangan pertanian sekitarnya (4)
•
Cukup beragam obyek dan aktivitas pertanian disertai keindahan pemandangan sekitarnya (3)
•
Cukup beragam obyek dan aktivitas pertanian tetapi kurang keindahan pemandangan sekitarnya (2)
•
Kurang beragam dan tak indah (1)
15
2.
Obyek dan Atraksi
Alami (Bobot 15%): Keindahan
pemandangan alami (ekosistem, topografi, tanaman langka, satwa liar, air terjun) dan iklim (tropikal, udara yang bersih, suhu yang nyaman, sinar matahari yg cukup dll) •
Beragam obyek alami dengan keindahan dan kenyamanan alami (4)
•
Cukup
beragam
obyek
alami
dengan
keindahan
dan
kenyamanan alami (3) •
Beragam obyek alami dengan keindahan dan kenyamanan buatan (rekayasa) (2)
•
Kurang obyek alami dengan keindahan dan kenyamanan buatan (rekayasa) (1)
3.
Obyek dan Atraksi Budaya/Sosial (Bobot 15%) : Perdesaan, perkotaan, bentukan arsitektur vernakular, festival budaya (festival seni budaya, MTQ), atraksi budaya lokal (pasar lokal, upacaraupacara) •
Bernilai lokal tinggi, berjumlah relatif banyak, dilestarikan (4)
•
Bernilai lokal tinggi, berjumlah relatif banyak, kurang diperhatikan (3)
4.
•
Bernilai lokal tinggi, berjumlah sedikit, kurang diperhatikan (2)
•
Tidak memiliki aset budaya lokal (1)
Obyek dan Atraksi Sejarah (Bobot 10%) : Peninggalan kuno (kerajaan, situs-situs dan bangunan sejarah/arkeologis), upacara keagamaan (temporal), lokasi historikal yang penting (kolonial, battle fields) •
Bersejarah, dijaga kelestariannya (4)
•
Bersejarah, kurang diperhatikan (3)
•
Bersejarah, tidak dilestarikan (2)
•
Tidak bernilai sejarah (1)
16
5.
Sumberdaya Rekreasi dan Tempat Perbelanjaan (Bobot 10%): Ketersediaan tempat olah raga, tempat piknik, tempat belanja, taman, museum, galeri seni/budaya
6.
•
Tersedia, lengkap, kualitas baik dan terawat (4)
•
Ada beberapa, cukup terawat (3)
•
Ada beberapa, kurang terawat (2)
•
Tidak tersedia (1)
Akses (Bobot 10%) : Kemudahan untuk pencapaian lokasi, ketersediaan jalan •
Jalan primer dekat, mudah dicapai, kondisi baik, kendaraan umum beragam, kondisi baik (4)
7.
•
Jalan sekunder, kondisi sedang, kendaraan umum terbatas (3)
•
Jalan tersier, kondisi sedang, tidak ada kendaraan umum (2)
•
Tidak ada akses, tidak ada kendaraan umum (1)
Letak Dari Jalan Utama (Bobot 10%): Kedekatan dengan jalur jalan utama wilayah
8.
•
Dekat (< 1 km) (4)
•
Sedang (1 – 3 km) (3)
•
Cukup jauh (3 – 5 km) (2)
•
Sangat jauh (> 5 km) (1)
Sarana Wisata (Bobot 10%):
Utilitas, sarana kesehatan, air
bersih , fasilitas makan dan penginapan •
Tersedia, lengkap, kualitas baik dan terawat (4)
•
Ada beberapa, cukup terawat (3)
•
Ada beberapa, kurang terawat (2)
•
Tidak tersedia (1)
Kelayakan Kawasan Agrowisata:
∑KKA = ∑ Sij. Aij
Keterangan : KKA=Kelayakan Kawasan Agrowisata, Sij=kriteria agrowisata tiap kawasan, Aij=bobot kriteria agrowisata
17
Tabel 2. Penilaian Kelayakan Potensi Kawasan Agrowisata Kelayakan Kawasan Agrowisata Desa
20 %
15 %
15 %
10 %
10 %
10 %
10 %
10 %
1
2
3
4
5
6
7
8
Jumlah terbobot ∑ KKA
Peringkat
1. Ciadeg 2. Ciburayut 3. Ciburuy 4. Cigombong 5. Cisalada 6. Pasir Jaya 7. Srogol 8.Tugu Jaya 9. Wates Jaya
Sumber: Smith, 1989, dimodifikasi sesuai kebutuhan kegiatan
Keterangan: Peringkat 1-3
: Kawasan (Desa) Sangat Berpotensi (Sangat Layak)
Peringkat 4-6
: Kawasan (Desa) Berpotensi (Layak)
Peringkat 7-9
: Kawasan (Desa) Kurang Berpotensi (Kurang Layak)
d) Hasil Analisis Hasil analisis spasial berupa peta kesesuaian lahan untuk beberapa komoditas pertanian dan peta kawasan potensi agrowisata berbasis masyarakat.
18
3.4
Alur Penelitian
Gambar 2. Diagram Alur Penelitian
IV. INVENTARISASI 4.1
Kondisi Umum Wilayah
4.1.1
Letak Geografis dan Administratif Secara geografis, Kecamatan Cigombong terletak pada 6º 49' LS dan 106º
48' BT. Kecamatan Cigombong merupakan salah satu kecamatan yang terletak di Kabupaten Bogor dan merupakan hasil pemekaran Kecamatan Cijeruk pada tahun 2005. Batas wilayah Kecamatan Cigombong secara administratif adalah sebagai berikut: a. Sebelah utara
: Kecamatan Cijeruk
b. Sebelah timur
: Kecamatan Caringin
c. Sebelah barat
: Kabupaten Sukabumi
d. Sebelah selatan
: Kabupaten Sukabumi
Gambar 3. Peta Administratif Kecamatan Cigombong Kecamatan Cigombong merupakan kecamatan yang terletak di bagian paling selatan Kabupaten Bogor dan berbatasan dengan Kecamatan Sukabumi. Hal ini membuat Kecamatan Cigombong menjadi kawasan strategis karena dilalui oleh jalur lintas antar kabupaten. Kedekatan wilayah Kecamatan Cigombong dengan pusat Pemerintahan Kabupaten Bogor (Cibinong) berjarak 40 km, serta 165 km dari Pusat Pemerintahan Propinsi Jawa Barat (Bandung) dan 60 km dari Ibukota Negara (DKI Jakarta).
20
4.1.2
Luas Wilayah Administratif Luas wilayah Kecamatan Cigombong adalah 4.325,16 ha atau 43,252 km2,
yang terdiri dari 9 desa yaitu Desa Cigombong, Wates Jaya, Ciburuy, Srogol, Cisalada, Tugu Jaya, Pasir Jaya, Ciburayut dan Ciadeg. Luasan lahan berdasarkan pembagian administratif terdapat dalam Tabel 3. Tabel 3. Luas Wilayah Administratif Kecamatan Cigombong Nama Desa
Luas (ha)
Ciadeg
258,74
Ciburayut
353,80
Ciburuy
325,61
Cigombong
144,50
Cisalada
211,56
Pasir Jaya
635,22
Srogol
101,62
Tugu Jaya
1010,15
Wates Jaya
1283,96
4325,16 Total Luas Wilayah Sumber : Dinas Tata Ruang dan Pertanahan Kabupaten Bogor, 2005, dengan pengolahan
Tabel diatas menunjukkan bahwa Desa Wates Jaya adalah desa terluas di Kecamatan Cigombong sedangkan pusat pemerintahan kecamatan terletak di Desa Cigombong. Pada Desa Wates Jaya terdapat Danau Lido seluas 16 ha dan Hutan Bodogol seluas 400 ha. Sebagian Desa Tugu Jaya dan Desa Pasir Jaya merupakan bagian dari Kawasan Taman Nasional Gunung Halimun Salak. Desa-desa yang ada di Kecamatan Cigombong kemudian terbagi lagi menjadi beberapa dusun atau kampung. Dusun atau kampung tersebut memiliki ketua dusun. Dusun-dusun tersebut biasanya memiliki batas wilayah berupa sungai atau jalan. Ada beberapa dusun yang batas wilayahnya merupakan batas administrasi RW (Rukun Warga). Hal ini menjadi ciri bahwa Kecamatan Cigombong merupakan kawasan perdesaan.
21
4.2
Aspek Biofisik Aspek biofisik merupakan aspek lanskap yang berkaitan dengan karakter
lanskap itu sendiri baik biotik yaitu vegetasi satwa dan abiotik seperti tanah, air, iklim, dan topografi. Aspek-aspek biofisik yang dikaji berkaitan dengan lokasi penelitian ini yaitu penggunaan lahan, tanah, hidrologi, topografi dan ketinggian, iklim, vegetasi dan satwa, juga view. 4.2.1
Penggunaan Lahan Pengertian lahan dalam arti legal adalah bagian permukaan bumi dimana
hak kepemilikan dapat diberikan (Sutanto, 2005). Lahan merupakan tanah dengan segala sumberdayanya yang telah mengalami pemanfaatan dengan aktivitas atau kegiatan diatasnya. Penggunaan lahan di Kecamatan Cigombong dibagi atas emplasement tetap, perkampungan, perumahan, sawah, kebun campuran, tegalan, hutan, badan air (danau/sungai/waduk/setu), dan lapangan golf. Luasan lahan berdasarkan penggunaan lahan di Kecamatan Cigombong terdapat dalam Tabel 4. Peta penggunaan lahan dapat dilihat pada Gambar 4. Tabel 4. Luas Penggunaan Lahan Kecamatan Cigombong Tahun 2005. Luas Penggunaan Lahan
(ha) 972,94
% 22,49
Lahan Sawah Lahan Kering 1,81 0,04 • Emplasement tetap 260,79 6,03 • Perkampungan 50,65 1,17 • Perumahan 1079,95 24,97 • Kebun campuran 1030,00 23,82 • Tegalan 782,89 18,10 • Hutan Lahan Lainnya 27,93 0,65 • Badan air (danau/sungai/waduk/setu) 118,19 2,73 • Lapangan Golf Total 4325,16 100 Sumber : Dinas Tata Ruang dan Pertanahan Kabupaten Bogor, 2005, dengan pengolahan
Tabel luas penggunaan lahan Kecamatan Cigombong tersebut menunjukan bahwa penggunaan lahan dominan adalah sebagai lahan pertanian. Luas penggunaan lahan pertanian di wilayah ini mencapai 71,28% dari luas wilayah keseluruhan. Hal ini mengindikasikan bahwa Kecamatan Cigombong bercirikan perdesaan dimana lahan pertanian masih mendominasi.
22
23
Penggunaan lahan di Kecamatan Cigombong secara umum terbagi atas sawah, tegalan, kebun campuran, hutan, pemukiman (perkampungan dan perumahan), badan air, dan penggunaan lainnya (emplasement tetap dan lapangan golf). Penjelasan dari tiap penggunaan lahan adalah sebagai berikut: 1. Sawah Sawah adalah tanah pertanian yang secara periodik atau terus menerus digenangi air dan ditanami padi. Kecamatan Cigombong merupakan kawasan yang masih memiliki sawah cukup luas yaitu sekitar 22,49% dari luas wilayahnya pada tahun 2005. Sawah di kecamatan Cigombong merupakan sawah yang memanfaatkan air hujan sebagai sumber air utamanya (tadah hujan), tetapi juga dibantu dengan pengairan dari sungai, mata air, dan irigasi teknis. Penggunaan lahan ini memiliki fungsi antara lain sebagai kawasan konservasi tanah dan air, kawasan penghasil bahan pangan dan ruang terbuka hijau.
a b Gambar 5. Lahan Sawah di Kecamatan Cigombong (a) Sawah di topografi datar (b) Sawah di topografi bergelombang 2. Tegalan Tegalan adalah jenis pemanfaatan tanah kering yang intensif. Penyebaran tegalan di Kecamatan Cigombong berada di dataran rendah maupun dataran tinggi. Tegalan pada topografi bergelombang sehingga tegalan dibuat dalam bentuk berteras-teras. Tanaman yang banyak ditanam pada tegalan adalah singkong, jagung, dan ubi jalar. Penggunaan lahan ini memiliki fungsi antara lain sebagai kawasan konservasi tanah dan air, kawasan penghasil bahan pangan dan ruang terbuka hijau.
24
3. Kebun Campuran Kebun campuran merupakan lahan yang pemanfaatannya belum intensif. Kebun campuran di Kecamatan Cigombong pada umumnya terdiri dari beberapa tanaman antara lain pisang, singkong, ubi jalar, cabe, bambu dan talas. Tanaman yang ada di kebun campuran biasanya dimanfaatkan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, bukan untuk mata pencaharian dan sumber pendapatan seperti sawah atau tegalan. Penggunaan lahan ini memiliki fungsi antara lain sebagai kawasan konservasi tanah dan air, kawasan penghasil bahan pangan dan ruang terbuka hijau. Keberadaan kebun campuran ini perlu dipertahankan selain untuk kebutuhan masyarakat juga sebagai ruang terbuka hijau kawasan yang dapat menjaga kenyamanan iklim mikro. 4. Hutan Hutan adalah sekelompok vegetasi beserta komponen biotik dan abiotik yang saling berinteraksi dalam ekosistemnya. Hutan di Kecamatan Cigombong terdiri dari hutan rakyat dan hutan negara. Hutan rakyat merupakan hutan produksi sedangkan hutan negara merupakan hutan lindung. Hutan lindung di Kecamatan Cigombong terletak di bagian tenggara yang merupakan bagian dari Pusat Pendidikan Konservasi Alam Bodogol (Taman Nasional Gunung Gede Pangrango) dan hutan lindung di bagian timur merupakan bagian dari Taman Nasional Halimun Salak. 5. Pemukiman Pemukiman di Kecamatan Cigombong terdiri dari perumahan dan perkampungan. Perumahan merupakan pemukiman yang sudah tertata dimana penghuninya merupakan orang pendatang dan bukan penduduk asli Kecamatan Cigombong. Perkampungan atau pemukiman perdesaan merupakan pemukiman yang belum tertata dimana penghuninya adalah penduduk asli Kecamatan Cigombong. Kebutuhan akan pemukiman akan terus meningkat di waktu yang akan datang. Alih fungsi lahan dari ruang terbuka menjadi pemukiman akan terus meningkat. Oleh karena itu, kebijakan pemerintah terhadap pembatasan kawasan terbangun diperlukan untuk mencegah adanya konversi ruang terbuka menjadi kawasan terbangun.
25
6. Badan Air Badan air merupakan sumber air atau suatu tempat yang dapat menampung air. Badan air di Kecamatan cigombong terdiri dari badan air alami dan badan air buatan. Badan air alami yaitu danau, sungai dan mata air. Badan air buatan yaitu tambak dan kolam. 7.
Penggunaan Lainnya Penggunaan lahan lainnya dimaksudkan untuk penggunaan lahan yang
sudah bersifat permanen seperti emplasement tetap dan lapangan golf. Empalsement tetap adalah lahan yang digunakan sebagai Sekolah Kepolisian Republik Indonesia di Desa Srogol sedangkan lapangan golf merupakan bagian dari Taman Rekreasi Lido. Penggunaan lahan memiliki fungsi masing-masing untuk konvervasi dan keberlangsungan ekosistem yang ada di dalamnya. Bentuk pengembangan agrowisata berbasis masyarakat dapat mengantisipasi terjadinya konversi ruang terbuka khususnya lahan pertanian yaitu dengan memanfaatkan lahan pertanian yang ada saat ini sebagai area agrowisata. Kebijakan pemerintah setempat juga sangat dibutuhkan dengan menetapkan Kecamatan Cigombong sebagai areal pertanian sehingga pembangunan yang tidak terkendali ataupun konversi lahan pertanian dapat dihindari. 4.2.2
Tanah Sutanto (2005) menyatakan bahwa tanah merupakan hasil transformasi
zat-zat mineral dan organik di muka daratan bumi yang terbentuk di bawah pengaruh faktor-faktor lingkungan yang bekerja dalam masa yang sangat panjang dan merupakan media bagi tumbuhan tingkat tinggi dan tempat hidup bagi hewan juga manusia. Jenis tanah di Kecamatan Cigombong merupakan Landform Volkan yang terbentuk dari aktivitas Gunung Salak berupa lahar dan lava yang terdiri dari bahan agak halus dan sedang saling berselingan. Jenis tanahnya terdiri dari Andosol, Assosiasi Latosol Cokelat Regosol dan Podsolik Merah Kekuningan. Peta jenis tanah di Kecamatan Cigombong dapat dilihat pada Gambar 6.
26
27
Studi yang dilakukan Badan Perencanaan dan Pengembangan Daerah (Bappeda) Kabupaten Bogor (2005) menjelaskan bahwa tanah Andosol memiliki sifat fisik warna coklat gelap sampai hitam, tekstur lempung berdebu sampai lempung liat berdebu, tidak lekat dan tidak plastis. Memiliki kandungan bahan organik tinggi, drainase baik dengan konsistensi sangat gembur sampai gembur. Sifat kimia yang dimiliki tanah jenis ini adalah tanah bereaksi agak masam (pH 5,0-6,0), P-tersedia rendah, kapasitas tukar kation dan kejenuhan basa sedang. Tanah jenis ini ditemukan di dataran tinggi mulai dari 1000 m dpl. Kondisi eksisting saat ini adalah pada tanah jenis ini merupakan areal hutan yang ditumbuhi tanaman-tanaman hutan seperti albizia dan pinus. Assosiasi Latosol Cokelat dan Regosol adalah dimana dalam suatu satuan peta tanah terdapat dua jenis tanah yaitu Latosol Cokelat dan Regosol dimana salah satunya tidak ada yang mencapai jumlah 75%. Latosol memiliki sifat tanah bersolum sangat dalam (>150 cm), drainase baik, warna tanah lapisan atas coklat gelap dan lapisan bawah coklat kekuningan sampai merah kekuningan, tekstur liat, konsistensi teguh (lembab), lekat dan plastis (basah). Reaksi tanah masam (pH 4,0-4,5), C-organik rendah, P-tersedia rendah, kapasitas tukar kation dan kejenuhan basa rendah. Tanah jenis ini tergolong subur untuk pertanian. Regosol memiliki sifat fisik warna tanah kuning kemerahan, agak teguh dan tekstur lempung. Reaksi tanah masam (pH 4,0-4,5), C-organik rendah, P-tersedia sangat rendah, kapasitas tukar kation dan kejenuhan basa rendah. Tanah jenis ini cukup produktif untuk pertanian apabila cukup pemupukan dan penyediaan air dapat dikendalikan. Tanah jenis ini ditemukan di dataran rendah (400-600 m dpl). Kondisi eksisting saat ini adalah pada tanah jenis ini merupakan areal pertanian berupa sawah. Tanaman padi dapat tumbuh dengan baik dan produktif, akan tetapi jumlah pasokan air harus cukup agar tanaman padi tidak mengalami kekeringan ataupun berlebihan air. Tanah Podsolik Merah Kekuningan memiliki sifat fisik warna tanah lapisan atas coklat gelap dan lapisan bawah coklat kekuningan sampai merah kekuningan, tekstur liat, konsistensi gembur (lembab) hingga teguh (lembap), lekat dan plastis (basah). Sifat kimia yang dimiliki tanah jenis ini adalah reaksi tanah masam (pH 4,0-4,5), C-organik rendah, P-tersedia rendah, kapasitas tukar
28
kation dan kejenuhan basa rendah. Struktur tanah jenis ini tidak mantap sehingga sering terjadi erosi. Jenis tanah ini bila digunakan untuk pertanian maka diperlukan pemupukan tanah lengkap dan pengolahan tanah lainnya harus diperhatikan perbaikannya, serta untuk mendapatkan panen yang baik maka harus cukup air (Soepardi, 1983). Tanah jenis ini ditemukan di dataran sedang (6001000 m dpl). Kondisi eksisting saat ini adalah pada tanah jenis ini merupakan areal pertanian berupa sawah, tegalan dan kebun campuran. 4.2.3
Topografi, Ketinggian, dan Kemiringan Tanah Topografi wilayah Kecamatan Cigombong tergolong memiliki topografi
bergelombang di bagian timur dan barat. Morfologi wilayah Kecamatan Cigombong tergolong beragam, karena Kecamatan Cigombong terletak diantara dua gunung yaitu Gunung Salak di bagian barat dan Gunung Gede Pangrango di bagian timur. Peta topografi disajikan pada Gambar 7. Ketinggian tempat di Kecamatan Cigombong dibagi menjadi 3 area yaitu 400-550 m dpl , 550-1000 m dpl dan 1000-2000 m dpl. Luas wilayah berdasarkan ketinggian dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Data Ketinggian Tempat di Kecamatan Cigombong Ketinggian (m dpl)
400-500
501-1000
1001-2000
Luas Wilayah (%)
27,7
65,7
6,6
Sumber: Dinas Tata Ruang dan Pertanahan Kabupaten Bogor, 2005, dengan pengolahan.
Dataran Kecamatan Cigombong secara umum berada pada ketinggian 5011000 m dpl dengan ketinggian rata-rata 536 m dpl. Variasi ketinggian pada lokasi penelitian menambah kekayaan visual karena bentukan tapak yang berlerenglereng membuka view ke arah dataran yang lebih tinggi ataupun ke arah dataran yang lebih rendah. Pada ketinggian >500 m dpl beberapa komoditas hortikultur bisa tumbuh dengan baik, seperti sayuran dan bunga potong, juga tanaman perkebunan seperti teh dan kopi. Pada dataran yang lebih rendah komoditas utama adalah padi dan palawija. Ketinggian tempat di Kecamatan Cigombong merupakan potensi dan mendukung pengembangan konsep agrowisata karena variasi ketinggian tempat menentukan ketinggian disajikan pada Gambar 8.
keragaman komoditas pertanian. Peta
29
Kemiringan lahan di Kecamatan Cigombong digolongkan menjadi kelas yaitu 0-3%, 3-8%, 8-15%, 15-25%,
25-40% dan >40%. Luas wilayah
berdasarkan kemiringan dapat dilihat pada Tabel 6. Peta Kemiringan dapat dilihat pada Gambar 9. Tabel 6. Data Kemiringan Lahan di Kecamatan Cigombong Kelas Kemiringan
0-3%
3-8%
8-15%
15-25%
25-40%
>40%
Luas Wilayah (%)
-
42,36
38,87
11
3,24
4,53
Sumber: Dinas Tata Ruang dan Pertanahan Kabupaten Bogor, 2005, dengan pengolahan.
Data kemiringan menunjukkan bahwa Kecamatan Cigombong tidak memiliki area dengan topografi datar sedangkan daerah dengan topografi agak datar (3-8%) cukup dominan. Areal pertanian di Kecamatan Cigombong mayoritas berada pada kemiringan 3-8% dan 8-15%. Lahan pertanian sawah dominan berada pada areal dengan kemiringan 3-8% sedangkan lahan pertanian berupa tegalan berada pada areal dengan kemiringan 8-15%. Kemiringan dengan kecuraman yang tinggi memiliki resiko terjadinya longsor atau erosi yang dapat membahayakan makhluk hidup yang tinggal di kawasan dengan kemiringan curam. Bahaya tersebut dapat dicegah dengan melakukan konservasi tanah dan air. Hal ini dapat dilakukan melalui dua cara, yaitu metode mekanik dan metode vegetatif. Metode mekanik dapat dilakukan dengan pola penanaman mengikuti kontur (berteras) dan perbaikan irigasi serta drainase. Metode vegetatif dapat dilakukan dengan melakukan jenis penanaman tanaman yang bersifat menutupi tanah secara terus menerus atau dengan melakukan rotasi tanaman. Pada aktivitas pertanian sebaiknya dilakukan kedua metode tersebut yaitu dengan penanaman berteras sering serta melakukan pergiliran tanaman pada lahan pertanian. Pada pengembangan agrowisata, banyaknya lahan yang memiliki kemiringan curam merupakan kendala dalam penempatan pusat-pusat aktivitas agrowisata. Oleh karena itu, sebaiknya aktivitas agrowisata diarahkan pada kegiatan wisata berorientasikan alam.
30
31
32
33
4.2.4
Iklim dan Kenyamanan Kecamatan Cigombong memiliki iklim tropis dengan musim hujan jatuh
pada bulan Oktober-April dan musim kemarau jatuh pada bulan Mei-September. Data iklim tahun 2006-2008 menunjukkan Kecamatan Cigombong memiliki suhu udara rata-rata tahunan berkisar antara 16-25o C dan curah hujan sebesar 1774 mm/tahun. Data Iklim selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 7 yang berasal dari Stasiun Klimatologi Citeko Kabupaten Bogor (ketinggian 300 m dpl). Data suhu dikonversi dengan ketinggian rata-rata lokasi penelitian 425 m dpl. Tabel 7. Data Rata-rata Iklim Kecamatan Cigombong Tahun 2006-2008 Bulan
Temperatur ( ° C )
Kelembapan
Curah Hujan
Maks
Rata-rata
Min
udara (%)
(mm)
Januari
22,12
18,55
15,95
88,7
348
Februari
23,38
19,42
16,48
83,5
220
Maret
23,78
19,75
16,38
84,8
263
April
24,62
20,08
16,12
80,6
105
Mei
24,15
19,82
15,62
79,4
47
Juni
24,52
19,72
15,18
76,4
8
Juli
24,55
19,42
14,72
76,1
38
Agustus
25,08
19,92
14,88
74,5
43
September
25,08
20,22
15,42
77,7
93
Oktober
24,25
19,75
16,02
84,3
166
November
23,08
19,08
16,48
87,8
286
Desember
24,03
19,60
15,75
81,3
157
Rata-rata 24,05 19,61 15,75 81,27 Sumber: Stasiun Klimatologi Citeko Bogor, 2009, dengan pengolahan
147,86
Tabel data iklim tersebut menunjukan bahwa Kecamatan Cigombong memiliki suhu yang sejuk dengan kelembapan dan curah hujan yang tinggi. Studi yang dilakukan Badan Perencanaan dan Pengembangan Daerah (Bappeda) Kabupaten
Bogor
(2005)
menyatakan
bahwa
kondisi
iklim
demikian
menyebabkan Kecamatan Cigombong termasuk dalam wilayah dengan tipe hujan A dengan bulan basah (curah hujan >100 mm/bulan) antara 6 dan 12 bulan. Curah hujan hampir merata sepanjang tahun,
tertinggi terjadi pada bulan Januari-
Februari, dan terendah terjadi pada bulan Juni-Agustus. Tingkat kenyamanan pengunjung untuk wisata dihitung dengan menggunakan rumus THI (Thermal Humidity Index) yaitu 0,8T+(RH x T/500).
34
Perhitungan Thermal Humidity Index (THI) menunjukkan bahwa Kecamatan Cigombong termasuk kawasan nyaman karena batas toleransi manusia terhadap suhu dan kelembapan adalah bila nilai THI kurang dari 27 (THI<27). THI Kecamatan Cigombong selama tahun 2008 dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8. Thermal Humidity Index Kecamatan Cigombong Tahun 2006-2008 THI
0,8T+(RHxT/500) Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun
Jul
Aug
Sep
Okt
Nov
Des
18,1
18,8
19,2
19,3
19,0
18,8
18,5
18,9
19,3
19,1
18,6
18,9
Tabel THI tersebut memperlihatkan THI rata-rata untuk tahun 2006-2008 adalah 18,9. Nilai THI ini menunjukkan bahwa tingkat kenyamanan di Kecamatan Cigombong cukup tinggi untuk dijadikan sebagai kawasan agrowisata. 4.2.5 Hidrologi 4.2.5.1 Irigasi Air dan irigasi merupakan faktor yang sangat penting bagi pertanian baik pertanian lahan basah (sawah) ataupun lahan kering (tegalan, kebun dan perkebunan), rumah tangga, dan pariwisata. Perkembangan berbagai sektor kehidupan, ekonomi, sosial budaya juga ikut meningkatkan kebutuhan akan air. Sumberdaya air yang dimanfaatkan di Kecamatan Cigombong untuk mengairi lahan pertanian berasal dari air hujan, air sungai dan mata air yang terdapat di beberapa desa. Lahan pertanian di Kecamatan Cigombong pada umumnya menggunakan irigasi perdesaan yaitu dengan cara membuat parit-parit dari sumber air untuk mengalirkan
air
ke
areal
persawahan atau
pertanian.
Survey
lapang,
mengidentifikasi satu buah irigasi teknis, yang terdapat di desa Srogol. Irigasi teknis ini berupa pintu pengatur air yang memanfaatkan Sungai Cisadane. Sungaisungai yang digunakan sebagai sumber irigasi di Kecamatan Cigombong adalah Sungai Cibogo, Sungai Cileungsir, Sungai Cigombong, dan Sungai Cisadane. Adanya potensi alam berupa mata air juga sangat mendukung kebutuhan pertanian akan air. Survey lapang mengidentifikasi ada dua buah mata air yang masingmasing berada di Desa Cisalada dan Desa Tugu Jaya. Sistem penyaluran air yang
35
digunakan juga sama dengan sistem irigasi dari sungai yaitu dengan membuat parit-parit dari sumber mata air menuju areal pertanian. Kendalanya adalah irigasi yang digunakan di Kecamatan Cigombong belum merata ke setiap desa. Beberapa desa di kecamatan ini masih mengalami kekeringan apabila kemarau datang. Hal ini disebabkan karena sistem irigasi yang digunakan adalah irigasi perdesaan yang masih sederhana sehingga saat musim kemarau debit air berkurang dan tidak dapat mengalir ke lahan-lahan pertanian. Lahan pertanian memerlukan adanya pemerataan irigasi ke setiap lahan pertanian karena air merupakan faktor utama dalam pertanian.
b a Gambar 10. Jenis Irigasi di Kecamatan Cigombong (a) Irigasi perdesaan (b) Irigasi teknis Daerah yang mengalami kendala dalam pemerataan air adalah Desa Ciadeg, Desa Ciburuy dan sebagian Desa Wates Jaya. Desa-desa yang tidak pernah mengalami kendala air adalah desa yang terletak di bagian barat yang berdekatan dengan Gunung Salak seperti Desa Tugu Jaya, Desa Pasir Jaya, Desa Cisalada dan Desa Srogol. Hal ini disebabkan karena keempat desa ini memiliki sumber air seperti mata air ataupun irigasi teknis. Oleh karena itu, dibutuhkan adanya irigasi teknis di setiap desa, sehingga lahan pertanian di setiap desa dapat termanfaatkan secara optimal walaupun sedang musim kemarau. Apabila lahan pertanian dapat termanfaatkan secara optimal sepanjang tahun maka dapat mendukung adanya pengembangan agrowisata. Peta Hidrologi terdapat pada Gambar 11.
36
37
4.2.5.2 Badan Air Badan air merupakan salah satu potensi bagi pengembangan agrowisata karena adanya badan air baik berupa alami ataupun buatan dapat meningkatkan beberapa hal, antara lain produktivitas pertanian, visual, dan kekayaan biota air. Kecamatan Cigombong memiliki badan air yang berpotensi yaitu Danau Cigombong atau biasa dikenal dengan Danau Lido. Danau ini telah dimanfaatkan oleh pihak swasta sebagai tempat rekreasi yaitu Lido Lake Resort and Conference. Danau ini juga dimanfaatkan oleh salah satu kelompok tani yang bergerak di perikanan tawar yaitu kelompok tani ikan Mekar Jaya. Jenis badan air lainnya yaitu mata air, berdasarkan survey lapang teridentifikasi ada dua buah mata air yang masing-masing berada di Desa Cisalada dan Desa Tugu Jaya. Mata air juga dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar untuk keperluan rumah tangga selain untuk kebutuhan pertanian. Keberadaan mata air sangat mendukung kehidupan warga Kecamatan Cigombong di berbagai sektor kehidupan walaupun pemanfaatannya belum optimal karena sistem pengaturan dan pembagian airnya belum teratur. Sungai juga merupakan potensi badan air di Kecamatan Cigombong selain danau dan mata air. Sungai besar yang melalui daerah penelitian adalah Sungai Cisadane. Kecamatan ini merupakan Sub-DAS bagian hulu dari Sungai Cisadane. Beberapa sungai yang melalui Kecamatan Cigombong ini antara lain Sungai Cileungsir, Sungai Cibogo, Sungai Cigembrong, Sungai Cimanggis, Sungai Ciseblak, Sungai Ciadeg,
Sungai Ciketug, Sungai Ciencred, dan Sungai
Cimanggis. Sungai juga digunakan sebagai batas desa ataupun batas kampung, selain fungsinya sebagai sumber air, sungai juga berfungsi sebagai pembatas sosial. Badan air buatan yang ditemukan di Kecamatan Cigombong antara lain kolam dan tambak. Kolam dibuat di pekarangan rumah sebagai tempat memelihara ikan ataupun hanya sekedar tempat menampung air. Tambak digunakan untuk membudidaya ikan. Potensinya adalah badan air yang ada di Kecamatan Cigombong ini dapat dijadikan sebagai objek agrowisata, misalnya sebagai wisata budidaya ikan dan pemancingan.
38
Kendalanya adalah pengelolaan yang masih rendah terhadap badan air seperti mata air dapat dilihat dari kurang terpeliharanya kolam sumber mata air dan alat-alat filterisasi yang masih sederhana. Pengelolaannya dapat ditingkatkan dengan pemeliharaan yang lebih baik yaitu menjaga kebersihan di sumber mata air dan mengganti peralatan yang sudah tidak layak pakai. Pembuatan saluransaluran air yang lebih permanen dengan pembagian khusus untuk rumah tangga dan pertanian juga diperlukan agar air yang mengalir ke lahan pertanian tidak terkontaminasi dengan air bekas penggunaan rumah tangga.
a b Gambar 12. Badan Air di Kecamatan Cigombong (a) Danau Lido (b) Kolam buatan 4.2.6
Visual Pemandangan atau view didefinisikan sebagai gambar yang dibingkai,
tema, perubahan mood secara konstan, ruang visual yang dibatasi, latar belakang, dan juga merupakan suatu setting dari struktur (Simonds, 1983). Pemandangan di Kecamatan Cigombong dibentuk oleh bentukan alam seperti ragam topografi dan hamparan vegetasi. Pemandangan alam di Kecamatan Cigombong cukup beragam, mulai dari pemandangan
hamparan sawah dengan topografi datar,
pemandangan sawah berteras sering pada topografi bergelombang, pemandangan kebun di tegalan dan kebun campuran. Pemandangan yang paling mendominasi pandangan mata adalah pemandangan ke arah Gunung Salak di sebelah barat dan pemandangan Gunung Gede Pangrango di sebelah timur. Pemandangan Gunung Salak secara utuh dapat dilihat dari Desa Ciburuy, Desa Cisalada, Desa Ciburayut, Desa Tugu Jaya, dan Desa Pasir Jaya apabila menghadap ke arah barat. Pemandangan Gunung Gede Pangrango secara utuh dapat dilihat dari Desa Ciburuy, Desa Cigombong, Desa Srogol dan Desa Wates
39
Jaya apabila menghadap ke arah timur. Kombinasi bentukan alam dan buatan juga menjadi pemandangan yang menarik, seperti areal persawahan dengan setting pemukiman penduduk atau pola jalan membelah sawah dan dilatar belakangi pemandangan gunung. Kecenderungan dominasi pandangan ke arah Gunung Salak
menyebabkan
banyak
dilakukan
pembangunan
villa
dan
rumah
peristirahatan di kawasan dataran tinggi berdekatan dengan Gunung Salak. Pembangunan tersebut justru memblokir pandangan ke arah Gunung Salak.
a b Gambar 13. Pemandangan Dominan di Kecamatan Cigombong (a) Pemandangan Gunung Pangrango (b) Pemandangan Gunung Salak Keindahan pemandangan tidak hanya dapat dilihat dari dataran rendah ke arah dataran yang lebih tinggi tapi juga dapat dinikmati pada arah sebaliknya, yaitu pemandangan dari dataran tinggi ke arah dataran rendah. Pemandangan yang dapat dilihat adalah pemukiman dan lahan pertanian yang menyerupai lembah dengan kombinasi warna penutupan lahan yang menarik. Pemandangan tersebut dapat dilihat dari desa yang berada di dataran tinggi seperti Desa Tugu Jaya dan Desa Pasir Jaya. Keindahan pemandangan yang telah disebutkan tentunya tidak menyeluruh di Kecamatan Cigombong. Beberapa bagian kawasan masih terlihat kurang baik, antara lain sampah yang menumpuk di tempat-tempat tertentu bahkan di pinggir jalan, sungai dan sudut-sudut kampung. Penyediaan sarana tempat sampah yang kurang menjadi salah satu penyebabnya. Kesadaran masyarakat akan pentingnya kebersihan juga masih rendah. Oleh karena itu, pembuatan tempat pembuangan sampah di sekitar jalan dan pemukiman dapat mengurangi kebiasaan masyarakat membuang sampah sembarangan. Setiap desa juga sebaiknya memiliki tempat pembuangan akhir agar warga tidak sulit membuang sampah yang ada. Akses
40
yang sulit terhadap tempat pembuangan sampah menjadi salah satu penyebab permasalahan tersebut. Kebersihan lingkungan merupakan faktor penting yang harus diperhatikan dalam pengembangan kawasan wisata. Pengunjung akan merasa enggan berkunjung ke kawasan wisata yang kotor dan tidak tertata. Oleh karena itu, kesadaran masyarakat akan pentingnya kebersihan sangat penting untuk pengembangan kawasan ini sebagai kawasan wisata. 4.2.7
Vegetasi dan Satwa Vegetasi dan satwa merupakan faktor biotik yang terkait dengan karakter
suatu lanskap. Vegetasi merupakan kelompok organisme atau makhluk hidup yang diklasifikasikan dalam kerajaan (kingdom) plantae. Satwa merupakan kelompok organisme atau makhluk hidup yang diklasifikasikan dalam kerajaan (kingdom) animalia. Keragaman vegetasi di Kecamatan Cigombong cukup tinggi. Hal ini disebabkan oleh perbedaan ketinggian di beberapa tempat di Kecamatan Cigombong. Perbedaan penggunaan lahan juga menyebabkan terjadi keragaman vegetasi. Keberadaan vegetasi ini dapat menunjang beberapa aspek kehidupan antara lain keindahan (visual), modifikasi iklim mikro dan juga beberapa vegetasi yang ada dapat dimanfaatkan untuk mata pencaharian masyarakat. Penyebaran vegetasi antara lain berupa pekarangan, sawah, tegalan dan kebun campuran (talun), perkebunan serta hutan. Pekarangan merupakan bagian terkecil penyebaran vegetasi. Masyarakat cenderung memilih tanaman hias untuk ditanam di pekarangannya. Tanaman hias ini biasanya ditanam dalam pot ataupun di tanah. Tanaman hias yang ditemui antara lain balancing (Dieffenbachia sp.), bunga euphorbia (Euphorbia milii), hanjuang (Cordyline sp.), sansiviera (Sansevieria trifasciata), walisongo (Schefflera sp.), bunga tahi kotok (Tagetes patula), patah tulang (Pedilanthus tithymaloides), dracaena (Dracaena sp.), puring (Codiaeum sp.), bunga bokor (Hydrangea macrophylla) dan simbang darah (Irisine herbstii). Selain tanaman hias ditemui juga beberapa tanaman buah seperti jambu air (Syzygium samarangense), jambu biji (Psidium guajava), nangka (Artocarpus integer Merr) dan mangga (Mangifera indica).
41
Vegetasi yang ada di sawah yaitu padi (Oryza sativa), pada guludan sawah biasa ditanami kedelai ( Glycine max. L) juga tanaman kelapa (Cocos nucifera) yang alami menyebar di bagian-bagian tepi sawah. Pada tegalan biasanya dapat ditemukan tanaman ubi jalar (Ipomoea batatas), singkong (Manihot utilissima) atau jagung (Zea mays), juga beberapa sayuran seperti kacang panjang (Vigna sinensis) dan cabe (Capsicum sp.). Tegalan di dataran tinggi ditanami sayuran seperti kubis (Brassica oleracea), wortel (Daucus carota L.) dan tomat (Solanum lycopersicum). Kebun campuran ditanami vegetasi lebih beragam, yaitu pisang (Musa paradisiaca), singkong (Manihot utilissima), bambu (Bambusa sp.), kelapa (Cocos nucifera), pala (Myristica fragrans) dan di beberapa daerah dataran tinggi mulai ditemukan pohon pinus (Pinus merkusii), durian (Durio zibethinus Murr.) dan kayu manis (Cinnamomum burmanii). Tanaman perkebunan yang ada di Kecamatan Cigombong adalah kopi (Coffea sp.) dan teh (Camelia thea). Vegetasi yang terdapat di hutan antara lain pinus (Pinus merkusii), albizia (Albizia falcataria), mahoni (Swietenia mahogani), kayu afrika dan jati (Tectona grandis). Satwa menjadi salah satu keragaman makhluk hidup yang turut memperkaya keberadaan suatu lanskap selain vegetasi. Satwa yang ditemukan di Kecamatan Cigombong antara lain hewan ternak dan satwa asli Kecamatan Cigombong. Sebagian besar satwa yang ditemukan berupa hewan ternak seperti ayam, kambing, domba, bebek, sapi dan kuda. Selain itu, satwa yang banyak tersebar di lahan-lahan pertanian adalah burung prenjak dan satwa asli yang terdapat di bagian Taman Nasional Gunung Halimun Salak adalah Elang Jawa.
Sumber: Trisakti Kenari Bird Farm, 2009
Sumber: Falconer, 2007
a b Gambar 14. Satwa Asli di Kecamatan Cigombong (a) Burung Prenjak (b) Elang Jawa
42
4.3
Aspek Sosial Kemasyarakatan Aspek sosial kemasyarakatan merupakan aspek yang berkaitan dengan
masyarakat dan kehidupan sosial yang berlangsung dan mempengaruhi kualitas suatu lanskap baik dari segi estetika seperti pola pemukiman ataupun dari segi produksi seperti jumlah penduduk dan pola pertanaman pertanian. 4.3.1
Kependudukan Data demografi dalam Laporan Bulanan Kecamatan Cigombong Bulan
Januari 2009 mencatat jumlah penduduk Kecamatan Cigombong adalah 82.386 jiwa. Jumlah ini terdiri dari 41.825 jiwa (50,77%) laki-laki dan 40.561 jiwa (49,23%) wanita, dengan jumlah Kepala Keluarga sebanyak 20.475 keluarga dan kepadatan penduduk 1.915 jiwa/km2 dan tingkat pertumbuhan penduduk sekitar 8,3%. Pertumbuhan penduduk yang cukup besar dikarenakan di beberapa bagian wilayah di Kecamatan Cigombong mulai berkembang menuju perkotaan terutama bagian yang dilalui oleh jalur lalu lintas Bogor-Sukabumi seperti Desa Cigombong, Desa Ciburuy, Desa Srogol dan Desa Wates Jaya. Data jumlah penduduk berdasarkan kelompok umur dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9. Jumlah Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur Tahun 2008 Jumlah Jiwa
Kelompok Umur
Laki-laki
Perempuan
Jumlah
0-4
3.545
3.580
7.125
5-9
3.784
4.075
7.859
10-14
4.135
3.457
7.592
15-24
8.242
6.718
14.960
25-49
15.301
15.617
30.918
>50
6.818
7.114
13.930
Jumlah 41.825 40.561 82.386 Sumber: Laporan Bulanan Kecamatan Cigombong Bulan Januari, 2009, dengan pengolahan.
Data jumlah penduduk tersebut menunjukkan bahwa tingkat usia terbanyak yaitu pada usia 15-24 tahun (18,16%) dan 25-49 tahun (35,53%) dimana usia ini merupakan angkatan kerja produktif. Hal ini menunjukan bahwa sumberdaya manusia yang ada di Kecamatan Cigombong berpotensi untuk diberdayakan sebagai subjek pengendali agrowisata berbasis masayarakat karena berada pada usia produktif.
43
4.3.2
Sosial Budaya Karakteristik budaya penduduk Kecamatan Cigombong cenderung masih
menunjukan ciri masyarakat perdesaan, dengan ciri antara lain usaha ekonomi masyarakat pada umumnya adalah bidang pertanian yang bersifat tradisional. Laporan Bulanan Kecamatan Cigombong Bulan Januari 2009 mencatat jumlah penduduk yang bermata pencaharian sebagai petani adalah sebanyak 66,37%. Hal ini menunjukkan bahwa pertanian menjadi sektor dominan di Kecamatan Cigombong. Hubungan sosial masyarakat bersifat kekeluargaan dan kekerabatan. Suku budaya mayoritas di Kecamatan Cigombong adalah Suku Sunda, akan tetapi bentuk pengembangan Budaya Sunda sendiri sudah meluntur. Penggunaan Budaya Sunda yang utama adalah Bahasa Sunda yang digunakan masyarakat sehari-hari, akan tetapi, bentuk pengembangan budaya yang lain seperti kesenian daerah hampir punah. Ada beberapa kelompok kecil seni calung di beberapa desa. 4.3.3
Pola Pemukiman Karakteristik sosial budaya suatu masyarakat juga dapat dilihat melalui
pola pemukimannya. Kecamatan Cigombong memiliki pola pemukiman perdesaan dimana pemukiman mengelompok pada suatu area, mengikuti jalan (menghadap jalan) baik jalan utama ataupun jalan setapak dengan lahan pertanian di sekelilingnya. Kepemilikan lahan bersumber pada satu orang dan terdiri dari beberapa rumah dan kepala rumah tangga. Rumah-rumah yang masih berada pada satu kepemilikan lahan tersebut ditinggali oleh satu keluarga atau orang-orang yang memiliki hubungan kekerabatan. Hal ini menunjukan bahwa masyarakat Kecamatan Cigombong masih menjunjung tinggi nilai-nilai kekerabatan sehingga kecenderungan untuk terus berkumpul dalam sosialisasi kekerabatan cukup tinggi.
Gambar 15. Ilustrasi Pola Pemukiman di Kecamatan Cigombong
44
a b Gambar 16. Pemukiman di Kecamatan Cigombong (a) Pemukiman di Desa Wates Jaya (b) Pemukiman di Desa Cisalada 4.3.4
Pola Pertanaman Pola pertanaman merupakan suatu metode vegetatif untuk konservasi
tanah dan air. Pola pertanaman adalah melakukan pergiliran jenis tanaman pada periode waktu tertentu dalam satu tahun. Pola pertanaman juga diterapkan pada jenis tanaman yang sama dalam satu tahun. Sebagian besar pertanian di Kecamatan Cigombong tidak menggunakan pola pergiliran tanam. Hal ini disebabkan karena curah hujan yang cukup besar sepanjang tahun dan hanya mengalami 3 bulan kering yaitu bulan Juni-Agustus. Wawancara dengan petani menunjukkan bahwa petani cenderung menanam padi sepanjang tahun karena keuntungan yang diperoleh lebih besar dibandingkan dengan pergiliran tanaman. Petani menanam palawija seperti jagung, singkong,ubi jalar dan sayuran, pada bagian lahan yang berbeda tidak menggunakan sistem pergiliran tanam. Wawancara dengan petani di Kecamatan Cigombong menghasilkan beberapa contoh kasus pola pertanaman di Kecamatan Cigombong dapat antara lain: 1. Pola Pertanaman di Sawah • Padi sawah Padi sawah Padi sawah Pada pola pertanaman jenis ini yaitu sawah ditanami padi sawah sebanyak tiga kali dalam waktu satu tahun. Pada pola ini, periode tanam padi pertama dimulai pada bulan pertama musim penghujan yaitu sekitar bulan September atau bulan Oktober. Pola tanam jenis ini terdapat di desadesa yang tidak mengalami hambatan dalam permasalahan distribusi air seperti Desa Tugu Jaya, Desa Pasir Jaya, Desa Cisalada dan Desa Srogol. Desa-desa tersebut biasanya memiliki sumber air seperti mata air, sungai atau irigasi buatan, sehingga tidak hanya mengandalkan air hujan.
45
• Padi sawah Padi sawah Bera Pada pola pertanaman jenis ini yaitu sawah ditanami padi sawah sebanyak dua kali dalam waktu satu tahun. Pada pola ini, periode tanam padi pertama dimulai pada bulan pertama musim penghujan yaitu sekitar bulan September atau bulan Oktober. Pada bulan kering, yaitu sekitar bulan Juni-Agustus, lahan dibiarkan bera. Pola tanam jenis ini terdapat di desa yang ketersediaan airnya mengalami hambatan, seperti Desa Ciadeg dan Desa Ciburuy. 2. Pola Pertanaman di Tegalan • Ubi Jalar Ubi Jalar Ubi Jalar Pada pola pertanaman jenis ini yaitu tegalan ditanami ubi jalar sebanyak tiga kali dalam waktu satu tahun. Pola tanam jenis ini terdapat di beberapa desa yang memiliki pertanian tegalan seperti Desa Wates Jaya dan Desa Srogol . • Jagung Jagung Jagung Pada pola pertanaman jenis ini yaitu tegalan ditanami jagung sebanyak tiga kali dalam waktu satu tahun. Pola tanam jenis ini terdapat di beberapa desa yang memiliki pertanian tegalan seperti Desa Wates Jaya dan Desa Srogol. Pada pola tanam di tegalan tidak bergantung pada awal musim penghujan karena tanaman yang ditanam bukan tanaman yang selalu membutuhkan air seperti padi sawah. 3. Pola Pertanaman di Kolam/Tambak/Danau • Ikan Ikan Ikan Ikan Pada pola pertanaman jenis ini yaitu kolam/tambak/danau dibudidayakan ikan sepanjang tahun karena ikan berkembang biak dalam waktu yang cukup singkat. Ikan biasanya dipanen dalam waktu 3-4 bulan setelah pembenihan. Pola tanam jenis ini terdapat di beberapa desa yang masyarakatnya mengembangkan perikanan seperti Desa Wates Jaya dan Desa Ciadeg. Pola pertanaman dan pergiliran tanaman bergantung pada ketersediaan air. Pada musim penghujan dikembangkan tanaman pertanian yang membutuhkan banyak air, sedangkan pada musim kemarau ditanam tanaman pertanian yang
46
tahan akan kekeringan. Hasil wawancara kepada petani dan perbandingan data iklim tahun 2006-2008 menunjukkan bahwa petani dapat mengidentifikasi bulan basah dan bulan kering setiap tahun, tetapi pola pergiliran tanaman memang tidak diterapkan. Petani cenderung menanam tanaman yang sama sepanjang tahun apabila tanaman tersebut menguntungkan. Berdasarkan survey lapang yang dilakukan mulai bulan April hingga Juli 2009, komoditas yang banyak dijumpai antara lain, padi sawah, ubi jalar, jagung, singkong, cabe, tomat, dan kubis. Petani berpendapat bahwa selama ini tidak terjadi masalah yang besar walaupun pola pergiliran tanaman tidak diterapkan. Beberapa masalah yang ada biasanya yaitu serangan hama tikus dan penyakit kuning (tungro) pada areal persawahan. Sistem pergiliran tanaman sebenarnya memiliki keuntungan antara lain memperkecil adanya resiko gagal panen dan dapat memutus daur hama dan penyakit. 4.3.5 Kelembagaan Komunitas Masyarakat sebagai sumberdaya di suatu kawasan merupakan potensi untuk pengembangan kawasan tersebut. Kelembagaan dapat menjadi sebuah wadah untuk menyalurkan berbagai kepentingan dan partisipasi masyarakat dalam kegiatan pembangunan. Kelembagaan yang berkaitan erat dengan kegiatan pertanian adalah kelompok tani. Kelompok tani ini merupakan organisasi dari petani-petani yang bertujuan agar kegiatan pertanian di setiap desa dapat berjalan efisien
dan
produktif.
Seluruh
kegiatan
pertanian
terintegrasi
dalam
pelaksanaannya dan mempunyai hasil pertanian yang lebih baik dibandingkan apabila petani melakukan usaha pertanian secara individu. Beberapa kegiatan yang dikordinasikan oleh kelompok tani antara lain, sistem pembagian air, penentuan musim tanam dan pergiliran penggunaan peralatan pertanian. Beberapa kelompok tani yang terdapat di satu desa kemudian terintegrasi kembali ke dalam Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan). Setiap desa di Kecamatan Cigombong memiliki kelompok tani, akan tetapi, tidak semua desa telah membentuk Gapoktan. Data kelompok tani dan Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) setiap desa di Kecamatan Cigombong terdapat pada Tabel 10.
47
Tabel 10. Data Kelompok Tani/Gapoktan Kecamatan Cigombong Tahun 2009 Desa Cigombong Tugu Jaya
Gapoktan (Hasil Unggulan) Sukagalih
Wates Jaya Ciburuy
Silih Asih (Beras Sehat)
Cisalada Srogol Pasir Jaya
Harapan Maju
Ciadeg Ciburayut
Dewi Sri (Domba)
Nama Kelompok Kelompok Tani Dewi Sri Benteng Barokah Jaya Waluyo Cibogo I Sukagalih Berkah Jaya Cibogo II Warga Saluyu Hibar Berkah Mekar Jaya Motekar Saluyu Lisung Kiwari Silih Asih I Saung Kuring Bibilintik I Bibilintik II Silih Asih II Darmaga Tani I Darmaga Tani II Silih Asuh Lodaya Harapan Maju Bunga Desa Nagrok Mekar Tani Banyu Resmi I Cigowang Banyu Resmi II Padurenan Hijrah Situ Hiang Dahlia
Komoditas
Kelas
Padi/Palawija Padi/Palawija
Pemula Lanjut
Padi/Palawija Padi/Palawija Padi/Palawija Padi/Palawija Padi/Palawija Padi/Palawija Palawija Ikan Padi/Ternak Padi/Ternak Padi Padi/Ikan/Sayuran Padi/Palawija Padi/Palawija Padi/Palawija Padi/Palawija Padi/Palawija Padi/Palawija Padi/Palawija/Ternak Padi/Palawija Padi Bunga potong Padi/Palawija Padi/Palawija Padi/Palawija/Ikan Padi/Palawija Padi/Palawija Padi/Palawija Padi/Palawija/Ternak Padi/Palawija Padi
Pemula Pemula Pemula Pemula Pemula Pemula Lanjut Maju Pemula Pemula Lanjut Maju Pemula Pemula Pemula Pemula Pemula Pemula Lanjut Lanjut Pemula Pemula Lanjut Pemula Lanjut Lanjut Lanjut Lanjut Lanjut Pemula Pemula
Sumber: - Rencana Kerja Penyuluh Pertanian, 2007 - Survey Lapang, 2009
Tabel 10 tersebut menunjukkan bahwa terdapat 33 kelompok Tani dan 4 Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan). Setiap desa di kecamatan Cigombong memiliki sejumlah kelompok tani dan beberapa desa telah memiliki Gapoktan. Keberadaan kelompok tani dan Gapoktan ini dapat menjadi indikator berkembang atau tidaknya pertanian di suatu desa.
48
4.4
Aspek Ekonomi Aspek ekonomi merupakan aspek yang berkaitan dengan kemampuan
kawasan dalam segi produksi baik dari aspek pertanian ataupun dari aspek industri, perdagangan dan jasa. Aspek-aspek ekonomi yang akan dikaji berkaitan dengan lokasi penelitian ini antara lain sektor pertanian, sektor perikanan, sektor peternakan, dan sektor industri dan perdagangan. 4.4.1 Sektor pertanian Sektor pertanian merupakan sektor utama di Kecamatan Cigombong yang didominasi oleh pertanian tanaman pangan terutama padi. Pada lahan sawah biasanya ditanami padi. Tegalan dan kebun campuran di dataran rendah biasanya ditanami tanaman palawija seperti jagung, singkong, ubi jalar juga sayuran seperti kacang panjang dan cabe. Tegalan yang berada di dataran tinggi biasanya ditanami sayuran seperti wortel, kubis dan tomat. Komoditas buah-buahan yang dibudidayakan di Kecamatan Cigombong adalah pisang, durian, jambu biji, dan melon. Data komoditas pertanian tiap Desa disajikan dalam Tabel 11. Tabel 11. Komoditas Pertanian Tiap Desa di Kecamatan Cigombong Desa Ciadeg Ciburuy
Komoditas Pertanian Padi sawah, kacang panjang, cabe, kedelai, ayam, ikan lele Padi sawah, kacang panjang, petsai, melon, singkong, ubi jalar, pisang, ikan, kambing
Srogol Wates Jaya
Padi sawah, ubi jalar, singkong, jagung, pisang, kambing Padi sawah, ubi jalar, singkong, jagung, pisang, cabe, kacang panjang, kambing
Cigombong Cisalada Tugu Jaya Pasir Jaya
Padi sawah Padi sawah, ubi jalar, pala Padi sawah, jagung, durian, pala, jamur, ayam, sapi Padi sawah, bunga potong, tanaman hias, wortel, tomat, kubis, pala, durian, jambu biji, ayam, sapi
Ciburayut
Padi sawah, talas, kubis, domba, kambing
Sumber: Survey Lapang, 2009
Tabel 11 menunjukkan bahwa komoditas yang dikembangkan di setiap desa adalah padi sawah. Komoditas lain yang banyak dikembangkan selain padi sawah adalah tanaman pangan seperti jagung, singkong dan ubi jalar. Komoditas pertanian yang telah dikembangkan saat ini sebaiknya dipertahankan karena dapat menjadi identitas atau komoditas khas dari Kecamatan Cigombong sebagai
49
kawasan agrowisata. Komoditas yang dapat dipertahankan adalah komoditas yang memiliki produktivitas yang tinggi, karena hal ini menunjukkan bahwa komoditas tersebut dapat berkembang dengan baik di Kecamatan Cigombong. Data Produksi dan Produktivitas Pertanian Kecamatan Cigombong disajikan dalam Tabel 12. Tabel 12. Data Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Pertanian Kecamatan Cigombong Tahun 2008 Komoditas
Luas Panen (ha)
Produktivitas (ton/ha)
Produksi (ton)
Padi Ubi Jalar Singkong Petsai Kacang Panjang Cabe besar Cabe rawit Tomat Terung Buncis Ketimun
1126 35 32 18 18 5 1 9 6 13 9
5,83 13,89 19,51 3,7 5,6 7,4 7,4 6,9 3,3 3,8 4,7
6.565 487 617 66,8 99,9 37 7,4 62,1 20 48,9 42
Sumber : Monografi Pertanian Kabupaten Bogor, 2008, Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bogor, dengan pengolahan.
Tabel data pertanian tersebut memperlihatkan besarnya produksi padi tahun 2008 yaitu sebesar 6.565 ton dengan produktivitas sebesar 5,83 ton per hektar. Jumlah ini tergolong besar dan menunjukkan bahwa Kecamatan Cigombong merupakan sentra produksi padi. Perkembangan padi yang cukup baik di Kecamatan Cigombong dapat menjadikan padi sebagai komoditas unggulan dari agrowisata yang akan dikembangkan. Potensi ini didukung oleh salah satu gabungan kelompok tani yaitu Gapoktan Silih Asih yang memproduksi beras sehat (organik) dan melakukan produksi beras organik hingga ke pengemasan, pemasaran dan pengolahan limbah menjadi kompos. Tanaman perkebunan yang berkembang adalah perkebunan teh dan kopi yang ada di desa Pasir Jaya. Selain itu, juga banyak ditemukan perkebunan milik pribadi dengan komoditas durian dan jambu biji. Sektor kehutanan yang berkembang terutama untuk hutan rakyat didominasi oleh tanaman produksi seperti albizia seluas 5,65 ha, mahoni seluas 166,46 ha, afrika 3,61 ha, dan jati seluas 16,57 ha (Dinas Pertanian Kabupaten Bogor, 2008).
50
4.4.2
Sektor Perikanan Sektor perikanan di Kecamatan Cigombong yang cukup berkembang
adalah perikanan air tawar, seperti ikan lele, ikan mas dan ikan bawal. Usaha perikanan di masyarakat memang belum berkembang karena biasanya hanya untuk memenuhi konsumsi pribadi dan pasar lokal. Masyarakat yang mengembangkan
sektor
perikanan,
biasanya
memiliki
kolam
untuk
membudidayakan ikan di pekarangan atau di kebun mereka. Usaha perikanan dalam jumlah besar yang telah berkembang adalah perikanan terapung di danau Lido yang dilakukan oleh kelompok tani Mekar Jaya. Kelompok ini telah dapat melakukan pembudidayaan ikan tawar seperti ikan nila, bawal dan patin mulai dari pembenihan hingga ke pemasarannya yang mencakup Jabodetabek. Kelompok ini juga telah melebarkan usahanya dengan membuat restoran terapung yang terletak berdekatan dengan keramba ikan sehingga konsumen dapat melihat langsung tempat pembudidayaan ikannya.
a b Gambar 17. Kegiatan Perikanan Masyarakat di Kecamatan Cigombong (a) Kolam-kolam ikan di Desa Ciadeg (b) Kegiatan panen ikan di Desa Wates Jaya 4.4.3
Sektor Peternakan Sektor peternakan yang ada di Kecamatan Cigombong mengembangkan
beberapa komoditas ternak seperti kambing, domba dan ayam. Terdapat dua jenis usaha ternak di Kecamatan Cigombong yaitu usaha ternak swasta dan usaha ternak masyarakat. Usaha ternak swasta cenderung mengembangkan peternakan ayam sedangkan usaha ternak masyarakat lebih cenderung mengembangkan ternak kambing dan domba.
51
Kegiatan ternak domba berkembang di Desa Ciburayut dan kegiatan ternak kambing berkembang di Desa Srogol dan Ciburuy. Kegiatan tersebut dikembangkan oleh masing-masing kelompok tani yang ada di desa tersebut. Kelompok tani Silih Asuh di Desa Srogol memiliki jumlah ternak kambing sekitar 300 ekor kambing dari kepemilikan 25 orang anggota kelompok tani. Survey lapang menemukan 4 peternakan ayam, diantaranya dua peternakan di Desa Ciadeg, serta satu peternakan masing-masing di Desa Cisalada dan Desa Pasir Jaya. Peternakan ini dimiliki oleh individu atau swasta yang berasal dari luar Kecamatan Cigombong. Perusahaan ini melibatkan masyarakat dalam pemilikan lahan dan kandang, untuk perlengkapan lainnya dan bibit ayam berasal dari perusahaan. Masyarakat biasanya juga memiliki hewan ternak walaupun jumlahnya sedikit (1-3 ekor) untuk mendukung kegiatan pertanian mereka. Biasanya kotoran hewan ternak digunakan oleh petani sebagai pupuk sedangkan limbah pertanian seperti jerami dijadikan pakan ternak.
b a Gambar 18. Kegiatan Peternakan Masyarakat di kecamatan Cigombong (a) Kandang ternak di Desa Ciburuy (b) Ternak kambing di Desa Srogol Ragam sektor pertanian yang ada di Kecamatan Cigombong sangat mendukung adanya konsep pengembangan agrowisata berbasis masyarakat. Aktivitas pertanian yang tidak monoton pada satu sektor dapat dijadikan objek wisata yang menarik. Kegiatan ini juga dapat ditunjukan bahwa pertanian adalah suatu sistem terpadu yang menghasilkan bahan pangan dan makanan untuk kepentingan orang banyak. 4.4.4
Sektor Industri dan Perdagangan Sektor industri di kecamatan Cigombong belum terlalu berkembang
karena masih didominasi oleh industri kecil. Profil Kecamatan Cigombong tahun
52
2005 mencatat jumlah industri kecil di Kecamatan Cigombong sebanyak 50 buah diantaranya industri kerajinan dandang dan makanan ringan. Industri kecil ini merupakan usaha rumahan (home industry) dengan areal pemasaran yang masih sempit. Industri besar sebanyak 12 buah dimana salah satunya adalah perusahaan air mineral, untuk industri sedang berjumlah 17 buah. Industri kecil yang dominan menyebar di Kecamatan Cigombong adalah industri kerajinan dandang dan makanan ringan. Kerajinan dandang merupakan usaha perorangan dan pemasarannya dilakukan secara berkeliling. Industri makanan ringan memanfaatkan hasil dari pertanian seperti pisang, singkong dan ubi jalar yang dijadikan keripik, atau membuat manisan dari pala dan selai pisang. Produknya dijual ke warung-warung di desa atau pasar lokal. Hasil survey lapang mengidentifikasi satu industri makanan ringan di Kecamatan Cigombong yang sudah cukup berkembang dan memiliki merek dagang. Pemasarannya sudah cukup luas hingga ke Kota Bogor dan Jakarta. Survey lapang juga menemukan satu buah industri boneka yang sudah cukup berkembang. Industri kecil di Kecamatan Cigombong masih berskala lokal dan belum mampu memenuhi pasar yang lebih luas. Produksi yang terus menerus dan konsisten akan membuat industri ini menjadi sebuah potensi untuk pengembangan wisata. Produk-produk tersebut dapat dijadikan ciri khas sebagai oleh-oleh atau souvenir wisata. Pengunjung wisata akan lebih tertarik pada produk yang bersifat khas dari daerah lokal wisata tersebut.
4.5
Aspek Wisata Indikator penting yang perlu dibahas dalam analisis potensi wisata ini
antara lain aksesibilitas, objek maupun atraksi pertanian yang dapat dijadikan daya tarik wisata. Selain itu, juga dikaji sarana dan prasarana yang telah ada dan banyaknya kunjungan wisatawan yang berkunjung ke tempat wisata yang telah ada di Kecamatan Cigombong. Hal tersebut dikaji untuk memberikan informasi mengenai potensi pendukung yang dibutuhkan dalam pengembangan kawasan wisata di tempat penelitian ini.
53
4.5.1
Aksesibilitas Salah satu faktor yang dipertimbangkan wisatawan untuk mengunjungi
tempat wisata adalah kemudahan dalam mencapai lokasi wisata tersebut. Semakin mudah akses menuju lokasi biasanya tempat wisata tersebut akan semakin sering didatangi wisatawan. Lokasi yang strategis dan kondisi jalan yang baik akan mendukung adanya kegiatan wisata. Kecamatan Cigombong sendiri merupakan kecamatan yang terletak di perbatasan antara Kabupaten Bogor dan Kabupaten Sukabumi. Kecamatan ini dapat dicapai dari beberapa arah, dari arah kota Bogor dapat melalui dua akses sedangkan dari arah Sukabumi dapat diakses melalui satu akses. Akses masuk dari Kota Bogor yang pertama yaitu melalui jalan propinsi yang biasa disebut Jalan Raya Bogor-Sukabumi (Jalan Raya H. E Sukma). Akses masuk ini dari arah jalan tol Ciawi melalui Kecamatan Caringin dan berawal di desa Ciburuy. Jalur ini merupakan jalur paling strategis, karena menghubungkan Bogor dan Sukabumi. Keadaan jalan cukup baik dengan lebar jalan sekitar 7 meter. Jalur ini merupakan jalur lintas yang cukup padat bahkan sering mengalami kemacetan apalagi pada akhir pekan dan hari libur. Hal ini disebabkan karena jalur ini digunakan oleh masyarakat yang ingin berlibur ke Sukabumi. Jalur ini dilalui angkutan umum, antara lain, bus jurusan Jakarta-Sukabumi dan BogorSukabumi, ada juga angkot dengan trayek Bogor-Cicurug dan angkutan umum minibus trayek Ciawi-Sukabumi. Jalur ini juga merupakan akses masuk pengguna yang berasal dari Sukabumi. Akses masuk yang kedua yaitu akses dari arah Kota Bogor melalui Cipaku masuk hingga Kecamatan Cijeruk dan berawal di Desa Ciburayut. Jalur ini merupakan jalur alternatif dari jalur pertama. Keadaan jalan sebelum masuk Kecamatan Cigombong rusak dan berbatu, tetapi setelah masuk Kecamatan Cigombong jalan dalam keadaan baik dengan lebar jalan 4 meter. Jenis kendaraan yang dapat melalui jalur ini adalah kendaraan pribadi roda empat dan roda dua, untuk kendaraan umumnya hanya ada ojek. Akses ke Kecamatan Cigombong juga dapat ditempuh melalui transportasi kereta api. Stasiun kereta api berada di Desa Cigombong yaitu Stasiun Kereta Api Cigombong. Kereta api melalui stasiun ini dua kali dalam sehari, yaitu di pagi hari
54
dan sore hari. Pada pagi hari kereta berasal dari Kota Bogor menuju Sukabumi, berhenti di Stasiun Cigombong sekitar pukul enam pagi. Pada sore hari, kereta berasal dari Sukabumi menuju Kota Bogor, berhenti di Stasiun Cigombong sekitar pukul lima sore. Kemudahan akses di kecamatan ini karena dilalui oleh jalan propinsi yang menghubungkan dua kabupaten yaitu Kabupaten Bogor dan Kabupaten Sukabumi. Hal tersebut menjadi sebuah potensi bagi pengembangan agrowisata karena kawasan ini merupakan kawasan strategis. Jalan yang digunakan sebagai sirkulasi yang menghubungkan tiap desa adalah jalan kabupaten dan jalan desa. Kondisi jalan kabupaten yaitu memiliki lebar badan jalan ±4 meter. Jalan ini dapat dilalui oleh kendaraan roda empat, akan tetapi, jalan ini kurang lebar untuk dilalui oleh dua lajur kendaraan roda empat berlawanan. Kondisi jalan pada umumnya baik yaitu beraspal dan halus. Jalan desa yaitu memiliki lebar badan jalan ±3 meter. Jalan ini dapat dilalui oleh kendaraan roda empat, tetapi tidak bisa dilalui dua kendaraan roda empat berlawanan arah pada saat bersamaan. Kondisi jalan pada umumnya baik, walaupun di beberapa bagian desa masih terdapat jalan-jalan yang rusak.
a
b
c d Gambar 19. Kondisi Jalan di Kecamatan Cigombong (a) Ruas jalan propinsi (b) Ruas jalan kabupaten, (c) Jalan desa kondisi baik, (d) Jalan desa kondisi rusak
55
Hasil wawancara menunjukkan 88,57% responden menyatakan bahwa aksesibilitas untuk pemasaran produk pertanian cukup mudah, dimana lahan pertanian mereka dilalui oleh jalan, baik itu jalan desa ataupun hanya jalan setapak yang nantinya terhubung dengan jalan utama kecamatan. Jaringan jalan ini tentunya memudahkan petani dalam memasarkan produk pertanian mereka. Alternatif pemasaran produk pertanian oleh petani biasanya dijual ke pengumpul yang biasanya ada di tempat penggilingan padi yang menyebar di setiap desa. Potensinya adalah jalan di Kecamatan Cigombong berkelok-kelok mengikuti kontur sehingga membuka view ke arah yang lebih tinggi atau ke arah yang lebih rendah. Kendalanya adalah jalan kabupaten dan jalan desa di Kecamatan Cigombong tergolong sempit untuk digunakan sebagai sirkulasi wisata. Pelebaran jalan diperlukan untuk mendukung kegiatan wisata. Kondisi jalan disesuaikan untuk kebutuhan wisata yaitu 5,5-6,5 meter sedangkan untuk produksi minimum 7 meter (Dines and Brown, 1988 dalam Susanto, 2005). Kondisi jalan yang rusak juga memerlukan perbaikan untuk menunjang kenyamanan pengguna wisata dan masyarakat. Kondisi jalan yang berkelok-kelok juga menjadi kendala karena akan membahayakan pengguna jalan. Oleh karena itu, diperlukan pemasangan-pemasangan marka jalan untuk meningkatkan keamanan. Peta aksesibilitas dan jalan dapat dilihat pada Gambar 20. 4.5.2
Sarana dan Prasarana Pengembangan
suatu
konsep
pariwisata
tentunya
harus
melihat
sumberdaya yang telah ada. Salah satunya adalah sarana dan prasarana yang dapat mendukung kegiatan wisata itu sendiri. Sarana prasarana pendukung wisata di Kecamatan Cigombong berdasarkan Kecamatan dalam Angka Tahun 2005 terdiri dari Hotel (Aryaduta, Lido) 1 buah di Desa Wates Jaya, rumah makan sebanyak 15 buah yang tersebar di Desa Cigombong, Desa Ciburuy, dan Desa Wates Jaya serta 1 buah masjid di Desa Cigombong. Akomodasi yang belum memadai menjadi kendala dalam pengembangan kawasan ini menjadi kawasan agrowisata. Dalam survey lapang dijumpai villa yang berpotensi untuk disewakan, selain itu dari survey lapang juga teridentifikasi industri souvenir sebanyak 2 buah yang terdiri dari home industry boneka dan industri pengolahan keripik di Desa Ciburuy.
56
57
4.5.3
Pariwisata di dalam Tapak Keberadaan objek wisata yang telah ada juga dapat menarik wisatawan
untuk datang mengunjungi kawasan ini. Objek wisata yang telah ada di Kecamatan Cigombong antara lain (1) Taman Rekreasi Lido di Desa Wates Jaya, (2) Wana Wisata Bodogol di Desa Wates Jaya, (3) Wisata Agro Kapol di Desa Pasir Jaya, dan (4) Wisata Desa Kampung Bambu di Desa Ciburayut. Pusat kunjungan wisatawan adalah Taman Rekreasi Lido dimana terdapat conference hall, lapangan golf dan hotel. 4.5.4
Wisatawan Wisatawan merupakan orang yang terlibat langsung dalam kegiatan
wisata. Wisatawan bisa juga dikatakan sebagai pengguna jasa wisata. Wisatawan inilah yang nantinya kan memanfaatkan objek dan atraksi wisata, serta sarana dan prasarana yang ada. Jumlah kunjungan wisatawan yang datang ke tempat wisata di Kecamatan Cigombong perlu diketahui untuk mengetahui seberapa besar potensi kedatangan wisatawan ke Kecamatan Cigombong. Data kunjungan wisatawan ke objek wisata di Kecamatan Cigombong dapat dilihat pada Tabel 13. Tabel 13. Data Kunjungan Wisatawan ke Objek Wisata di Kecamatan Cigombong Tahun 2008 Kunjungan Wisatawan Nama Objek Wisata
Lokasi Desa
WisNus
WisMan
Jumlah
Taman Rekreasi Lido
Wates Jaya
9.410
-
9.410
Wana Wisata Bodogol
Wates Jaya
5.718
92
5.810
Wisata Agro Kapol
Pasir Jaya
1.485
4
1.489
Wisata Desa Kampung Bambu
Ciburayut
2.250
6
2.256
18.863
102
18.965
Total Pengunjung
Sumber: Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Bogor, 2008.
Data kunjungan wisatawan ke objek wisata di Kecamatan Cigombong memperlihatkan bahwa kunjungan wisatawan mancanegara masih sedikit sekali. Oleh karena itu, diperlukan adanya promosi daerah agar Kecamatan Cigombong lebih dikenal lagi oleh masyarakat luas. Promosi daerah ini haruslah melibatkan segenap pihak, mulai dari pengelola objek wisata, masyarakat sekitar, pemerintah setempat dan pemerintah Kabupaten Bogor.
58
4.6
Aspek Legal Indikator penting yang perlu dibahas dalam analisis pengembangan
agrowisata berbasis masyarakat adalah aspek legal, yaitu untuk mengetahui sejauh mana kebijakan atau peraturan pemerintah dan instansi terkait dapat mendukung adanya pengembangan agrowisata berbasis masyarakat. Aspek legal yang dibahas adalah mengenai kebijakan pariwisata yang berlaku dan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kecamatan Cigombong. 4.6.1
Kebijakan Pariwisata Peraturan Daerah Kabupaten Bogor Nomor 4 tahun 2007 menjelaskan
bahwa Kabupaten Bogor adalah salah satu daerah yang memiliki kekayaan alam dan sumberdaya yang melimpah. Sumber daya alam dan buatan yang dapat dimanfaatkan sebagai objek dan daya tarik wisata berupa keadaan alam, flora dan fauna, hasil karya manusia, serta peninggalan sejarah dan budaya. Hal ini mendukung bahwa pertanian sebagai suatu budaya masyarakat yang mengolah sumber daya alam dapat
dimanfaatkan sebagai objek dan daya tarik wisata
melalui agrowisata. Pembentukan konsep agrowisata berbasis masyarakat juga didukung dengan adanya Peraturan Daerah Kabupaten Bogor Nomor 4 Tahun 2007 Bab V Pasal 31 dijelaskan bahwa masyarakat memiliki kesempatan yang sama dan seluas-luasnya dalam proses pengambilan keputusan di bidang kepariwisataan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. Peran serta masyarakat yang dimaksud adalah berupa pemberian saran, pertimbangan, pendapat, tanggapan terhadap pengembangan, informasi potensi dan masalah, serta rencana pengembangan kepariwisataaan. Pedoman Operasional Pemanfaatan Ruang Kabupaten Bogor Tahun 2008 menyatakan bahwa pemanfaatan agrowisata yang direncanakan dalam kawasan pertanian perdesaan pengaturannya antara lain: (1) Tidak merubah bentang alam dan buatan (irigasi, sungai, jalan, dan lain-lain), (2) Kegiatan pertanian (agro) yang dikembangkan untuk wisata berupa persawahan dan perikanan, (3) Kegiatan pertanian (agro) yang dikembangkan harus mendukung terhadap peningkatan kegiatan pertanian.
59
4.6.2 Rencana Tata Ruang Wilayah Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kecamatan Cigombong perlu diketahui dalam identifikasi potensi kawasan ini untuk memprediksi sejauh mana konsistensi dari penggunaan suatu lahan. Apabila peruntukan suatu kawasan dalam RTRW adalah untuk kawasan pertanian maka semakin berpotensi kawasan tersebut untuk dikembangkan sebagai kawasan agrowisata. RTRW Kecamatan Cigombong yang digunakan pada penelitian ini adalah RTRW Tahun 2005 yang akan berlangsung selama 10 tahun. Berdasarkan RTRW tersebut, maka dapat diketahui prediksi konsistensi lahan pertanian di Kecamatan Cigombong hingga tahun 2015. Peta Rencana Tata Ruang Kecamatan Cigombong dapat dilihat pada Gambar 21. Data RTRW Kabupaten Bogor tahun 2005 yang bersumber dari Dinas Tata Ruang dan Pertanahan Kabupaten Bogor menunjukan bahwa RTRW Kecamatan Cigombong lebih mengorientasikan Kecamatan Cigombong sebagai kawasan pertanian seperti tanaman tahunan dan lahan basah. Peruntukan lahan pertanian dalam RTRW Kecamatan Cigombong adalah peruntukan tanaman tahunan 1611,8 ha ( 37,26%), peruntukan lahan basah 563,27 ha (13,02%) dan peruntukan lahan kering 43,82 ha (1,01%). Jumlah tersebut sebenarnya lebih kecil dibandingkan dengan penggunaan lahan pertanian aktual pada tahun 2005. Data penggunaan lahan tahun 2005 dari Dinas Tata Ruang dan Pertanahan Kabupaten Bogor menunjukan bahwa penggunaan lahan pertanian adalah seluas 972,94 ha sawah (22,49%), 1079,95 ha kebun campuran (24,97%) dan 1030,00 ha tegalan (23,82%). Kebijakan pemerintah berupa RTRW merupakan salah satu cara untuk menghindari terjadinya alih fungsi lahan pertanian menjadi lahan non-pertanian. Lahan pertanian merupakan hal penting karena berfungsi sebagai kawasan produksi bahan pangan, daerah resapan air, dan area terbuka hijau. Oleh karena itu, instansi-instansi pemerintah seperti Dinas Pertanian, Dinas Tata Ruang dan Pertanahan serta Badan Perencana dan Pengembangan Daerah (Bappeda) perlu bekerja sama untuk menghasilkan kebijakan yang dapat mempertahankan keberadaan lahan pertanian, khususnya di Kecamatan Cigombong.
60
V. ANALISIS 5.1
Potensi Masyarakat Syamsu, dkk (2001) dalam Utama (2006) menyatakan bahwa perencanaan
pengembangan suatu kawasan wisata memerlukan faktor pemberdayaan masyarakat (community empowerment). Faktor ini menghimbau agar masyarakat lokal benar-benar dapat diberdayakan dengan keberadaan suatu objek wisata di daerahnya, sehingga akan timbul rasa memiliki masyarakat terhadap kawasan wisata tersebut. Potensi masyarakat yang akan dikaji antara lain penggunaan lahan pertanian masyarakat, kelembagaan, serta sumberdaya dan kesiapan masyarakat. 5.1.1
Penggunaan Lahan Pertanian Masyarakat Penggunaan lahan pertanian oleh masyarakat merupakan salah satu
indikator
potensi
masyarakat
untuk
pengembangan
agrowisata
berbasis
masyarakat. Kepemilikan terhadap lahan pertanian perlu dikaji untuk mengetahui seberapa luas lahan yang dimiliki oleh masyarakat lokal untuk pertanian. Hal ini dapat menunjukan bahwa di kawasan penelitian masih tersedia lahan untuk dikelola dan dimanfaatkan oleh masyarakat saat ini dan tahun-tahun berikutnya. Lahan pertanian milik masyarakat inilah yang nantinya dapat dikembangkan sebagai objek agrowisata berbasis masyarakat. Konsep agrowisata berbasis masyarakat mengharapkan pemanfaatan lahan pertanian masyarakat lokal yang dapat berlangsung dalam waktu lama dan seterusnya sehingga salah satu tujuan dari konsep agrowisata dapat tercapai yaitu meningkatkan pendapatan petani. Secara umum, kepemilikan lahan di Kecamatan Cigombong adalah kepemilikan lahan warisan atau lahan yang telah dimiliki oleh keluarga secara turun temurun. Akan tetapi, saat ini telah banyak lahan yang dimiliki oleh investor dari luar Kecamatan Cigombong. Lahan tersebut kemudian dikelola atau digarap oleh masyarakat lokal sebagai lahan pertanian. Kegiatan pertanian pada lahan tersebut tentunya tidak akan bertahan lama karena kegiatan akan dihentikan bila pemilik akan menggunakan lahannya. Sistem hak penggunaan lahan pertanian di Kecamatan Cigombong ada bermacam-macam, antara lain sistem milik sendiri, sistem sewa, sistem bagi hasil dan sistem gadai. Sistem sewa lahan yaitu petani menggarap lahan milik orang
62
lain untuk jangka waktu tertentu dan membayar sewa kepada pemilik lahan. Sistem bagi hasil yaitu dimana biasanya petani menggarap lahan milik orang lain dimana hasil panennya akan dibagi, yaitu 50%:50% atau 60% untuk petani dan 40% untuk pemilik lahan. Sistem gadai yaitu dimana pemilik lahan meminjam uang dari penggarap dengan perjanjian penggarap dapat menggunakan lahan pemilik lahan selama jangka waktu yang ditentukan. Kepemilikan lahan secara umum di tiap desa diperoleh dari hasil wawancara melalui ketua kelompok tani dan ketua Gapoktan juga dilakukan wawancara melalui kuesioner terhadap beberapa petani yang menyebar di tiaptiap desa. Hasil wawancara dengan responden yang bermata pencaharian sebagai petani menunjukan 40% petani memiliki lahan sendiri, 20% menyatakan bahwa lahan pertaniannya merupakan lahan sewaan dan 28, 6% menyatakan lahan pertaniannya adalah lahan garapan, serta sisanya 11,4% menyatakan kepemilikan lahannya campuran antara milik sendiri-sewaan atau milik sendiri-garapan. Hal tersebut menunjukan bahwa jumlah petani yang memiliki lahan sendiri dengan jumlah petani penggarap adalah hampir sama jumlahnya. Lahan pertanian yang masih dimiliki oleh masyarakat lokal merupakan potensi untuk pengembangan agrowisata berbasis masyarakat. Lahan pertanain dan aktivitas pertanian diatasnya dapat diberdayakan sebagai objek atraksi agrowisata. Oleh karena itu, melalui konsep agrowisata berbasis masyarakat diharapkan lahan pertanian yang masih dimiliki masyarakat lokal dapat dipertahankan dan dilestarikan serta memberikan manfaat optimal bagi petani pemilik seperti meningkatnya pendapatan petani. 5.1.2
Kelembagaan Komunitas Kelompok tani dan Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) sebagai
kelembagaan masyarakat pertanian merupakan suatu parameter kemampuan masyarakat dalam hal organisasi dan pengelolaan di bidang pertanian. Kelembagaan di bidang pertanian ini cukup mendukung adanya aktivitas pertanian dan keberadaan lahan pertanian. Keberadaan kelompok tani dan Gapoktan dapat meningkatkan produktivitas pertanian yang akan berdampak pada meningkatnya kesejahteraan petani. Gapoktan memfasilitasi petani dalam pemerataan distribusi bantuan-bantuan pertanian dari pemerintah atau lembaga
63
lainnya. Gapoktan juga memiliki program kerja untuk menghasilkan suatu komoditas unggulan. Kecamatan Cigombong memiliki 33 kelompok tani dan 4 Gapoktan yang menyebar di tiap-tiap desa. Jumlah ini cukup banyak, apalagi beberapa diantara kelompok tani tersebut termasuk ke dalam kelas maju sehingga dapat menunjang adanya pengembangan agrowisata berbasis masyarakat.
Kelembagaan petani
yang memiliki struktur organisasi dan berkembang dengan baik serta memiliki komoditas unggulan, antara lain: 1. Gabungan Kelompok Tani Silih Asih di Desa Ciburuy, di dalamnya terdiri dari 11 kelompok tani dan kelompok wanita tani. Gapoktan ini memiliki produk unggulan beras sehat (organik). Kegiatan Gapoktan ini antara lain: (1) pertanian sawah, (2) pertanian buah, (3) budidaya ikan, (4) budidaya kambing, (5) pengolahan pasca panen padi dan pengemasan beras, (6) pembuatan kompos, (7) koperasi dan saprotan. Sistem pertanian terpadu secara tidak langsung telah diterapkan oleh Gapoktan ini karena kegiatan yang dilakukan tidak hanya kegiatan on farm, tetapi juga kegiatan off farm. Gapoktan ini sudah mendapat pengakuan baik di tingkat Kabupaten, Propinsi maupun Nasional. Komoditas unggulan Gapoktan ini adalah beras sehat (organik) atau yang lebih terkenal dengan beras SAE. Gapoktan ini juga telah mampu menerima kegiatan pelatihan dan wisata belajar pertanian di lingkungan lahan pertanian milik mereka (Gambar 22).
a b Gambar 22. Kegiatan wisata pertanian di Gapoktan Silih Asih Desa Ciburuy (a) Kegiatan menanam padi (b) Kegiatan membajak sawah
64
2. Kelompok Tani Ikan Mekar Jaya di desa Wates Jaya. Kelompok tani ini telah memiliki struktur organisasi yang baik. Kegiatan kelompok tani ini antara lain : (1) budidaya ikan mulai dari pembibitan hingga panen (2)
pengemasan dan pemasaran ikan.
Kelompok ini memanfaatkan
sebagian Danau Lido sebagai tempat mengembangkan usaha mereka.
b a Gambar 23. (a) dan (b) Tambak Ikan Kelompok Tani Mekar Jaya di Desa Wates Jaya Keberadaan kedua kelompok tani tersebut merupakan potensi bagi pengembangan agrowisata berbasis masyarakat. Perkembangan dan struktur kelembagaan komunitas yang tertata dengan baik menunjukan bahwa masyarakat atau petani di Kecamatan Cigombong telah mampu melakukan suatu sistem pengelolaan, yang akan mendukung penerapan konsep agrowisata berbasis masyarakat. Kelompok tani dan Gapoktan dapat menjadi suatu wadah yang mengorganisir aktivitas pertanian untuk dijadikan objek wisata dan menjadi pengintegtrasi kegiatan agrowisata yang dilaksanakan. 5.1.3
Sumberdaya dan Kesiapan Masyarakat Konsep agrowisata berbasis masyarakat (community-based agrotourism)
dalam arti masyarakat adalah sebagai subjek pengendali bukan sebagai objek penderita (Diarta, 2007). Sumberdaya manusia sangat dibutuhkan dalam penerapan konsep tersebut. Oleh karena itu, perlu dikaji sejauh mana masyarakat memiliki kemampuan, baik dalam bidang pertanian ataupun dalam kesiapan masyarakat menerima konsep agrowisata berbasis masyarakat. Kemampuan masyarakat Kecamatan Cigombong dalam bidang pertanian hingga saat ini cukup baik. Petani telah mengenal dan mampu menerapkan beberapa inovasi dalam pertanian seperti penerapan jarak tanam legowo. Petani
65
juga telah mendapatkan binaan di bidang pertanian dari UPTD (Unit Pelayanan Teknis Daerah) Pertanian. Pembinaan ini berupa pelatihan dan penyuluhan untuk pengetahuan mengenai budidaya pertanian baik dalam bidang pertanian, perikanan, peternakan ataupun kehutanan. Setiap desa di Kecamatan Cigombong memiliki satu atau lebih penyuluh pertanian dari UPTD ini. Selain itu, beberapa Kelompok Tani juga mendapatkan pembinaan dari beberapa lembaga nonpemerintah seperti Lembaga Pertanian Sehat (LPS) dari Dompet Dhuafa yang membina Gapoktan Silih Asih di Desa Ciburuy dan PT. Telkom yang membina Kelompok Tani Ikan Mekar Jaya di Desa Wates Jaya. Bentuk binaan lembagalembaga tersebut biasanya lebih luas, yaitu hingga mencakup pembinaan untuk kegiatan off-farm seperti pengolahan pasca panen dan pemasaran produk. Dinas Koperasi UKM Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Bogor juga pernah mengadakan pelatihan pemberdayaan keterampilan ibu rumah tangga seKecamatan Cigombong. Kegiatan ini berupa pelatihan keterampilan pengolahan pisang untuk dijadikan keripik dan sale pisang. Program dan pembinaan yang telah didapatkan masyarakat Kecamatan Cigombong setidaknya dapat menjadi parameter kemampuan dan keterampilan masayarakat dalam bidang pertanian pada khususnya. Kesiapan masyarakat berkaitan dengan pengembangan agrowisata berbasis masyarakat di Kecamatan Cigombong cukup baik. Hal ini dapat dilihat dari hasil wawancara, yaitu 63% responden menyatakan setuju jika lahan pertanian yang mereka kelola saat ini dikembangkan menjadi objek agrowisata. Sedangkan 37% responden tidak setuju jika lahan pertaniannya dijadikan objek agrowisata. Hal ini disebabkan karena masyarakat belum mengetahui pengertian dan konsep agrowisata. Oleh karena itu dibutuhkan sosialisasi mengenai agrowisata berbasis masyarakat kepada masyarakat yang ada di Kecamatan Cigombong. Sumberdaya masyarakat
sebagai
pengelola
berperan
penting
dalam
keberhasilan
pengembangan wisata agro. Kemampuan pengelola wisata agro dalam menetapkan target sasaran, menyediakan, mengemas, menyajikan paket-paket wisata serta promosi yang terus menerus sesuai dengan potensi yang dimiliki sangat menentukan keberhasilan dalam mendatangkan wisatawan.
66
5.2
Potensi Pengembangan Pertanian Pertanian merupakan objek utama dari pengembangan agrowisata.
Komoditas pertanian (mencakup tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, kehutanan, peternakan dan perikanan) dengan keragaman dan keunikannya yang bernilai tinggi serta diperkuat oleh kekayaan kultural yang sangat beragam mempunyai daya tarik kuat sebagai agrowisata. Oleh karena itu, akan dikaji komoditas pertanian yang telah dikembangkan di Kecamatan Cigombong berdasarkan kesesuaian agroekosistemnya dan juga beberapa komoditas potensial lainnya untuk dikembangkan. Komoditas pertanian yang saat ini sudah dikembangkan di Kecamaatan Cigombong antara lain padi sawah, palawija (ubi jalar, jagung, singkong), dan hortikultura seperti sayuran (cabe, kacang panjang, wortel, kubis,dan tomat), buah-buahan (pisang, melon, jambu biji dan durian) dan beberapa jenis bunga potong seperti bunga aster dan bunga krisan. Dalam pembahasan ini akan dikaji mengenai kesesuaian lahan Kecamatan Cigombong untuk komoditas padi sawah, ubi jalar, tomat, melon, dan bunga potong (bunga aster). Komoditas pertanian ini dipilih untuk dikaji kesesuaiannya karena komoditas pertanian tersebut telah berkembang dengan baik di Kecamatan Cigombong serta menarik untuk dijadikan sebagai objek agrowisata. Kesesuaian lahan untuk komoditas pertanian dianalisis berdasarkan persyaratan atau karakteristik tanam komoditas pertanian. Kesesuaian lahan untuk komoditas pertanian ini dievaluasi melalui analisis kuantitatif dan analisis spasial. Analisis kuantitatif yaitu mengkaitkan kondisi aktual Kecamatan Cigombong dengan karakter dan persyaratan tanam tiap-tiap komoditas pertanian yang akan dianalisis kesesuaiannya. Kondisi aktual tersebut dilihat dari jenis tanah, iklim, kemiringan lahan dan ketinggian tempat. Persyaratan atau karakteristik tanam komoditas pertanian dapat dilihat pada Lampiran 2. Analisis spasial dilakukan dengan melakukan overlay peta kesesuaian lahan tiap-tiap komoditas pertanian berdasarkan jenis tanah, kemiringan lahan dan ketinggian tempat. Pada analisis spasial spasial tidak dilakukan overlay terhadap peta iklim karena secara keseluruhan iklim di Kecamatan Cigombong adalah sama.
67
5.2.1
Evaluasi Kesesuaian Lahan Aktual untuk Padi Sawah Padi sawah merupakan komoditas utama di Kecamatan Cigombong.
Produktivitas tanaman ini juga cukup tinggi yaitu sebesar 5,83 ton/ha pada tahun 2008. Oleh karena itu, perlu dikaji kesesuaian lahan aktual untuk tanaman padi di Kecamatan Cigombong untuk mengetahui apakah tanaman ini sesuai untuk dikembangkan di Kecamatan Cigombong atau tidak. Hasil penilaian kesesuaian lahan aktual untuk padi sawah di Kecamatan Cigombong dapat dilihat pada Tabel 14. Tabel 14. Hasil Penilaian Kesesuaian Lahan Aktual untuk Padi Sawah No 1
3
Kondisi Aktual Tanah • Andosol 1. Drainase 2. Tekstur 3. Ketebalan 4. KTK Liat 5. Kejenuhan basa 6. pH 7. C-organik • Ass Latosol Cokelat Regosol 1. Drainase 2. Tekstur 3. Ketebalan 4. KTK Liat 5. Kejenuhan basa 6. pH 7. C-organik • Podsolik Merah Kekuningan 1. Drainase 2. Tekstur 3. Ketebalan 4. KTK Liat 5. Kejenuhan basa 6. pH 7. C-organik Iklim 1. Curah hujan 2. Suhu 3. Kelembapan Kelerengan
4
Ketinggian Tempat
2.
Karakter
Kesesuaian
baik Lempung berdebu-liat berdebu <50 cm sedang sedang 5,0-6,0 tinggi
S2 S2 S1 S2 S2 S1-S2 S1
baik liat >150 cm Rendah Rendah 4,0-4,5 rendah
S2 S2 S3 S2 S3 S3 S3
baik liat >150 cm Rendah Rendah 4,0-4,5 rendah
S2 S2 S3 S2 S3 S3 S3
1774 mm/tahun 16-24º C 81,27% 3-8% 8-15% 15-25% 25-40% >40% 400-500 m dpl 501-1000 m dpl 1000-2000 m dpl
S2 S2-S3 S1 S2 S3 S3 N N S2 S3 N
68
Tabel 14 tersebut menunjukan kesesuaian persyaratan tanam untuk padi sawah terhadap aspek fisik aktual Kecamatan Cigombong. Berdasarkan jenis tanah kesesuaian lahan untuk padi sawah adalah tanah Andosol sesuai (S2), tanah Assosiasi Latosol Cokelat Regosol dan tanah Podsolik Merah Kekuningan sesuai bersyarat (S3) untuk padi sawah. Peta kesesuaian lahan aktual untuk padi sawah berdasarkan jenis tanah disajikan pada Gambar 24. Ketinggian di Kecamatan Cigombong memiliki kesesuaian sesuai (S2), sesuai bersyarat (S3), dan tidak sesuai (N) untuk padi sawah. Peta kesesuaian lahan aktual untuk padi sawah berdasarkan ketinggian tempat disajikan pada Gambar 25. Berdasarkan kemiringan lahan di Kecamatan Cigombong maka kesesuaian lahan untuk padi sawah adalah sesuai (S2), sesuai bersyarat (S3) dan tidak sesuai (N). Peta kesesuaian lahan padi sawah berdasarkan kemiringan lahan disajikan pada Gambar 26. Kesesuaian lahan untuk padi sawah secara spasial dianalisis melalui overlay peta kesesuaian lahan padi sawah berdasarkan jenis tanah, kemiringan lahan dan ketinggian tempat tersebut. Hasil dari overlay tersebut adalah peta kesesuaian lahan aktual untuk padi sawah di Kecamatan Cigombong. Peta tersebut disajikan pada Gambar 27.
Gambar 24. Peta Kesesuaian Jenis Tanah Aktual untuk Padi Sawah
69
Gambar 25. Peta Kesesuaian Ketinggian Aktual untuk Padi Sawah
Gambar 26. Peta Kesesuaian Kemiringan Aktual untuk Padi Sawah
70
71
5.2.2
Evaluasi Kesesuaian Lahan Aktual untuk Ubi Jalar Ubi jalar merupakan salah satu komoditas yang banyak dikembangkan
oleh petani di Kecamatan Cigombong. Ubi jalar ini adalah salah satu produk yang banyak dijual di sekitar jalan raya Bogor-Sukabumi sebagai buah tangan atau oleh-oleh. Kesesuaian lahan aktual untuk ubi jalar di Kecamatan Cigombong perlu dikaji untuk mengetahui apakah tanaman ini sesuai untuk dikembangkan di Kecamatan Cigombong atau tidak. Hasil Penilaian kesesuaian lahan aktual untuk ubi jalar di Kecamatan Cigombong dapat dilihat pada Tabel 15. Tabel 15. Hasil Penilaian Kesesuaian Lahan Aktual untuk Ubi Jalar No 1
3
Kondisi Aktual Tanah • Andosol 1. Drainase 2. Tekstur 3. Ketebalan 4. KTK Liat 5. Kejenuhan basa 6. pH 7. C-organik • Ass Latosol Cokelat Regosol 1. Drainase 2. Tekstur 3. Ketebalan 4. KTK Liat 5. Kejenuhan basa 6. pH 7. C-organik • Podsolik Merah Kekuningan 1. Drainase 2. Tekstur 3. Ketebalan 4. KTK Liat 5. Kejenuhan basa 6. pH 7. C-organik Iklim 1. Curah hujan 2. Suhu 3. Kelembapan Kelerengan
4
Ketinggian Tempat
2.
Karakter
Kesesuaian
baik Lempung berdebu-liat berdebu <50 cm sedang sedang 5,0-6,0 tinggi
S1 S1 S1 S2 S2 S1 S1
baik liat >150 cm Rendah Rendah 4,0-4,5 rendah
S1 S1 S3 S2 S2 S3 S3
baik liat >150 cm Rendah Rendah 4,0-4,5 rendah
S1 S2 S3 S2 S2 S3 S3
1774 mm/tahun 16-24º C 81,27% 3-8% 8-15% 15-25% 25-40% >40% 400-500 m dpl 501-1000 m dpl 1000-2000 m dpl
S2 S3 S2 S1 S2 S3 N N S2 S2 S3
72
Tabel 15 tersebut menunjukan kesesuaian persyaratan tanam untuk ubi jalar terhadap aspek fisik eksisting Kecamatan Cigombong. Berdasarkan jenis tanah kesesuaian lahan untuk ubi jalar adalah tanah Andosol sesuai (S2), tanah Assosiasi Latosol Cokelat Regosol sesuai bersyarat (S3) dan tanah Podsolik Merah Kekuningan sesuai bersyarat (S3) untuk ubi jalar. Peta kesesuaian lahan aktual untuk ubi jalar berdasarkan jenis tanah disajikan pada Gambar 28. Ketinggian di Kecamatan Cigombong memiliki kesesuaian sesuai (S2) dan sesuai bersyarat (S3) untuk ubi jalar. Peta kesesuaian lahan aktual untuk ubi jalar berdasarkan ketinggian tempat disajikan pada Gambar 29. Berdasarkan kemiringan lahan di Kecamatan Cigombong untuk ubi jalar adalah sesuai (S2), sesuai bersyarat (S3) dan tidak sesuai (N). Peta kesesuaian lahan aktual untuk ubi jalar berdasarkan kemiringan lahan disajikan pada Gambar 30. Kesesuaian lahan untuk ubi jalar secara spasial dianalisis melalui overlay peta kesesuaian lahan ubi jalar berdasarkan jenis tanah, kemiringan lahan dan ketinggian tempat tersebut. Hasil dari overlay tersebut adalah peta kesesuaian lahan aktual untuk ubi jalar di Kecamatan Cigombong. Peta tersebut disajikan pada Gambar 31.
Gambar 28. Peta Kesesuaian Jenis Tanah Aktual untuk Ubi Jalar
73
Gambar 29. Peta Kesesuaian Ketinggian Aktual untuk Ubi Jalar
Gambar 30. Peta Kesesuaian Kemiringan Aktual untuk Ubi Jalar
74
75
5.2.2
Evaluasi Kesesuaian Lahan Aktual untuk Tomat Tomat merupakan salah satu komoditas yang dikembangkan oleh petani di
Kecamatan Cigombong. Tomat merupakan salah satu komoditas yang banyak dikonsumsi karena bermanfaat bagi kesehatan dan menarik untuk dijadikan objek agrowisata. Oleh karena itu, perlu dikaji kesesuaian lahan aktual untuk tomat di Kecamatan Cigombong untuk mengetahui apakah tanaman ini sesuai untuk dikembangkan di Kecamatan Cigombong atau tidak. Hasil penilaian kesesuaian lahan aktual untuk tomat di Kecamatan Cigombong dapat dilihat pada Tabel 16. Tabel 16. Hasil Penilaian Kesesuaian Lahan Aktual untuk Tomat No 1
3
Kondisi Aktual Tanah • Andosol 1. Drainase 2. Tekstur 3. Ketebalan 4. KTK Liat 5. Kejenuhan basa 6. pH 7. C-organik • Ass Latosol Cokelat Regosol 1. Drainase 2. Tekstur 3. Ketebalan 4. KTK Liat 5. Kejenuhan basa 6. pH 7. C-organik • Podsolik Merah Kekuningan 1. Drainase 2. Tekstur 3. Ketebalan 4. KTK Liat 5. Kejenuhan basa 6. pH 7. C-organik Iklim 1. Curah hujan 2. Suhu 3. Kelembapan Kelerengan
4
Ketinggian Tempat
2.
Karakter
Kesesuaian
baik Lempung berdebu-liat berdebu <50 cm sedang sedang 5,0-6,0 tinggi
S1 S1 S1 S2 S2 S2 S1
baik liat >150 cm Rendah Rendah 4,0-4,5 rendah
S1 S1 S3 S2 S3 S3 S3
baik liat >150 cm Rendah Rendah 4,0-4,5 rendah
S1 S1 S3 S2 S3 S3 S3
1774 mm/tahun 16-24º C 81,27% 3-8% 8-15% 15-25% 25-40% >40% 400-500 m dpl 501-1000 m dpl 1000-2000 m dpl
S3 S1-S2 S2 S1 S2 S3 N N S2 S2 S3
76
Tabel 16 tersebut menunjukan kesesuaian persyaratan tanam tomat terhadap aspek fisik aktual Kecamatan Cigombong. Berdasarkan jenis tanah kesesuaian lahan untuk tomat adalah tanah Andosol sesuai (S2), tanah Assosiasi Latosol Cokelat Regosol sesuai bersyarat (S3) dan tanah Podsolik Merah Kekuningan sesuai bersyarat (S3) untuk tomat. Peta kesesuaian lahan aktual untuk tomat berdasarkan jenis tanah disajikan pada Gambar 32. Ketinggian di Kecamatan Cigombong memiliki kesesuaian sesuai (S2), dan sesuai bersyarat (S3) untuk tomat. Peta kesesuaian lahan aktual untuk tomat berdasarkan ketinggian tempat disajikan pada Gambar 33. Berdasarkan kemiringan lahan di Kecamatan Cigombong maka kesesuaian lahan untuk tomat adalah sangat sesuai (S1), sesuai (S2), sesuai bersyarat (S3) dan tidak sesuai (N). Peta kesesuaian lahan aktual untuk tomat berdasarkan kemiringan lahan disajikan pada Gambar 34. Kesesuaian lahan untuk tomat secara spasial dianalisis melalui overlay peta kesesuaian lahan tomat berdasarkan jenis tanah, kemiringan lahan dan ketinggian tempat tersebut. Hasil dari overlay tersebut adalah peta kesesuaian lahan aktual untuk tomat di Kecamatan Cigombong. Peta tersebut disajikan pada Gambar 35.
Gambar 32. Peta Kesesuaian Jenis Tanah Aktual untuk Tomat
77
Gambar 33. Peta Kesesuaian Ketinggian Aktual untuk Tomat
Gambar 34. Peta Kesesuaian Kemiringan Aktual untuk Tomat
78
79
5.2.4
Evaluasi Kesesuaian Lahan Aktual untuk Melon Melon merupakan salah satu komoditas yang dikembangkan oleh petani di
Kecamatan Cigombong. Melon merupakan salah satu komoditas yang banyak dikonsumsi dan menarik untuk dijadikan objek agrowisata. Oleh karena itu, perlu dikaji kesesuaian lahan untuk melon di Kecamatan Cigombong untuk mengetahui apakah tanaman ini sesuai untuk dikembangkan di Kecamatan Cigombong atau tidak. Hasil penilaian kesesuaian lahan aktual untuk melon di Kecamatan Cigombong dapat dilihat pada Tabel 17. Tabel 17. Hasil Penilaian Kesesuaian Lahan Aktual untuk Melon No 1
3
Kondisi Aktual Tanah • Andosol 1. Drainase 2. Tekstur 3. Ketebalan 4. KTK Liat 5. Kejenuhan basa 6. pH 7. C-organik • Ass Latosol Cokelat Regosol 1. Drainase 2. Tekstur 3. Ketebalan 4. KTK Liat 5. Kejenuhan basa 6. pH 7. C-organik • Podsolik Merah Kekuningan 1. Drainase 2. Tekstur 3. Ketebalan 4. KTK Liat 5. Kejenuhan basa 6. pH 7. C-organik Iklim 4. Curah hujan 5. Suhu 6. Kelembapan Kelerengan
4
Ketinggian Tempat
2.
Karakter
Kesesuaian
baik Lempung berdebu-liat berdebu <50 cm sedang sedang 5,0-6,0 tinggi
S1 S1 S1 S2 S2 S2 S1
baik liat >150 cm Rendah Rendah 4,0-4,5 rendah
S1 S1 S2 S2 S3 S3 S3
baik liat >150 cm Rendah Rendah 4,0-4,5 rendah
S1 S1 S2 S2 S3 S3 S3
147,86 mm/bulan 16-24º C 81,27% 3-8% 8-15% 15-25% 25-40% >40% 400-500 m dpl 501-1000 m dpl 1000-2000 m dpl
S3 S2-S3 S2 S1 S2 S3 N N S2 S2 S3
80
Tabel 17 tersebut menunjukan kesesuaian persyaratan tanam untuk melon terhadap aspek fisik aktual Kecamatan Cigombong. Berdasarkan jenis tanah kesesuaian lahan untuk melon adalah tanah Andosol sesuai (S2), tanah Assosiasi Latosol Cokelat Regosol sesuai bersyarat (S3) dan tanah Podsolik Merah Kekuningan sesuai bersyarat (S3) untuk melon. Peta kesesuaian lahan melon berdasarkan jenis tanah disajikan pada Gambar 36. Ketinggian di Kecamatan Cigombong memiliki kesesuaian sesuai (S2), dan sesuai bersyarat (S3) untuk melon. Peta kesesuaian lahan melon berdasarkan ketinggian tempat disajikan pada Gambar 37. Berdasarkan kemiringan lahan di Kecamatan Cigombong maka kesesuaian lahan untuk melon adalah sangat sesuai (S1), sesuai (S2), sesuai bersyarat (S3) dan tidak sesuai (N). Peta kesesuaian lahan melon berdasarkan kemiringan lahan disajikan pada Gambar 38. Kesesuaian lahan untuk melon secara spasial dianalisis melalui overlay peta kesesuaian lahan melon berdasarkan jenis tanah, kemiringan lahan dan ketinggian tempat tersebut. Hasil dari overlay tersebut adalah peta kesesuaian lahan aktual untuk melon di Kecamatan Cigombong. Peta tersebut disajikan pada Gambar 39.
Gambar 36. Peta Kesesuaian Jenis Tanah Aktual untuk Melon
81
Gambar 37. Peta Kesesuaian Ketinggian Aktual untuk Melon
Gambar 38. Peta Kesesuaian Kemiringan Aktual untuk Melon
82
83
5.2.4
Evaluasi Kesesuaian Lahan Aktual untuk Bunga Aster Bunga Aster merupakan salah satu komoditas yang dikembangkan oleh
petani di Kecamatan Cigombong. Komoditas ini potensial untuk dijadikan objek agrowisata dan menambah keragaman produk agrowisata yang ditawarkan. Oleh karena itu, perlu dikaji kesesuaian lahan untuk bunga aster di Kecamatan Cigombong untuk mengetahui apakah tanaman ini sesuai untuk dikembangkan di Kecamatan Cigombong atau tidak. Hasil penilaian kesesuaian lahan aktual untuk bunga aster di Kecamatan Cigombong dapat dilihat pada Tabel 18. Tabel 18. Hasil Penilaian Kesesuaian Lahan Aktual untuk Bunga Aster No 1
3
Kondisi Aktual Tanah • Andosol 1. Drainase 2. Tekstur 3. Ketebalan 4. KTK Liat 5. Kejenuhan basa 6. pH 7. C-organik • Ass Latosol Cokelat Regosol 1. Drainase 2. Tekstur 3. Ketebalan 4. KTK Liat 5. Kejenuhan basa 6. pH 7. C-organik • Podsolik Merah Kekuningan 1. Drainase 2. Tekstur 3. Ketebalan 4. KTK Liat 5. Kejenuhan basa 6. pH 7. C-organik Iklim 7. Curah hujan 8. Suhu 9. Kelembapan Kelerengan
4
Ketinggian Tempat
2.
Karakter
Kesesuaian
baik Lempung berdebu-liat berdebu <50 cm sedang sedang 5,0-6,0 tinggi
S1 S1 S1 S2 S2 S1-S2 S1
baik liat >150 cm Rendah Rendah 4,0-4,5 rendah
S1 S1 S3 S2 S2 S3 S3
baik liat >150 cm Rendah Rendah 4,0-4,5 rendah
S1 S1 S3 S2 S2 S3 S3
1774 mm/tahun 16-24º C 81,27% 3-8% 8-15% 15-25% 25-40% >40% 400-500 m dpl 501-1000 m dpl 1000-2000 m dpl
S1 S1-S2 S1 S1 S2 S3 N N S2 S1 S2
84
Tabel 18 tersebut menunjukan kesesuaian persyaratan tanam untuk bunga aster terhadap aspek fisik aktual Kecamatan Cigombong. Berdasarkan jenis tanah kesesuaian lahan untuk bunga aster adalah tanah Andosol sesuai (S2), tanah Assosiasi Latosol Cokelat Regosol sesuai bersyarat (S3) dan tanah Podsolik Merah Kekuningan sesuai bersyarat (S3) untuk bunga aster. Peta kesesuaian lahan aktual untuk bunga aster berdasarkan jenis tanah disajikan pada Gambar 40. Ketinggian di Kecamatan Cigombong memiliki kesesuaian sangat sesuai (S1) dan sesuai (S2) untuk bunga aster. Peta kesesuaian lahan aktual untuk bunga aster berdasarkan ketinggian tempat disajikan pada Gambar 41. Berdasarkan kemiringan lahan di Kecamatan Cigombong maka kesesuaian lahan untuk bunga aster adalah sangat sesuai (S1), sesuai (S2), sesuai bersyarat (S3) dan tidak sesuai (N). Peta kesesuaian lahan aktual untuk bunga aster berdasarkan kemiringan lahan disajikan pada Gambar 42. Kesesuaian lahan untuk bunga aster secara spasial dianalisis melalui overlay peta kesesuaian lahan bunga aster berdasarkan jenis tanah, kemiringan lahan dan ketinggian tempat tersebut. Hasil dari overlay tersebut adalah peta kesesuaian lahan aktual untuk bunga aster di Kecamatan Cigombong. Peta tersebut disajikan pada Gambar 43.
Gambar 40. Peta Kesesuaian Jenis Tanah Aktual untuk Bunga Aster
85
Gambar 41. Peta Kesesuaian Ketinggian Aktual untuk Bunga Aster
Gambar 42. Peta Kesesuaian Kemiringan Aktual untuk Bunga Aster
86
87
5.3
Potensi Pengembangan Agrowisata Berbasis Masyarakat di Kecamatan Cigombong
5.3.1
Objek dan Atraksi Agrowisata Atraksi wisata merupakan sesuatu yang disajikan agar dapat dinikmati
pengunjung dalam suatu kegiatan wisata. Yoeti (1997) menyatakan bahwa suatu atraksi memiliki nilai jual apabila memenuhi tiga syarat, yaitu sesuatu yang dapat dilihat (something to see), sesuatu yang dapat dilakukan (something to do), dan sesuatu yang dapat dibeli (something to buy). Menelaah persyaratan tersebut, maka untuk persyaratan ”sesuatu yang dapat dilihat” dalam kegiatan agrowisata di Kecamatan Cigombong adalah lanskap perdesaannya dengan elemen-elemen pembentuknya, baik biofisik, ataupun masyarakat yang terdapat di dalamnya. Lanskap perdesaan di Kecamatan Cigombong berada pada setting yang didominasi oleh hamparan sawah berdampingan dengan pemukiman dan dilatarbelakangi oleh pegunungan. Hal ini merupakan salah satu pemandangan alam yang cukup menarik untuk dijadikan objek atraksi agrowisata. Morfologi lahan yang bergelombang menambah keindahan pemandangan karena sebagian besar wilayah Kecamatan Cigombong berada pada kemiringan lahan agak curam. Aktivitas pertanian, perikanan dan peternakan juga menjadi sesuatu yang dapat disajikan dan dilihat.
a b Gambar 44. Something to See dalam Kegiatan Agrowisata (a) Pemandangan (b) Aktivitas pertanian Persyaratan ”sesuatu yang dapat dilakukan” dalam kegiatan agrowisata adalah keikutsertaan pengunjung dalam aktivitas pertanian, mulai dari tahap awal penanaman sampai tahap pasca panen produk pertanian. Kegiatan pertanian, peternakan atau perikanan yang ada saat ini masih menggunakan metode
88
konvensional yang menggunakan alat-alat tradisional. Hal ini dapat menjadi suatu potensi yang unik dan khas karena bersifat tradisional. Kegiatan pertanian sawah terdiri dari beberapa aktivitas, diantaranya adalah pengolahan tanah dengan cangkul atau bajak kerbau,
pengairan sawah, penyiapan benih, penanaman,
pemeliharaan (penyiraman dan pemupukan) hingga kegiatan panen. Aktivitas pasca panen yang dapat dijadikan atraksi dalam agrowisata antara lain, menggiling padi menjadi beras, pembersihan beras dan pengemasan. Kemudian juga dilakukan pengemasan produk untuk dijual ke pasaran atau konsumen.
a b Gambar 45. Something to do dalam Kegiatan Agrowisata (a) Membajak sawah (b) Memberi makan ikan Aktivitas peternakan yang dapat dijadikan sebagai atraksi wisata adalah kegiatan budidaya ternak. Kegiatan yang dapat melibatkan pengunjung adalah kegiatan memberi makan ternak, menggembala ternak juga memerah susu. Aktivitas perikanan yang dapat dijadikan sebagai atraksi wisata adalah belajar pembudidayaan ikan dan ternak mulai dari pembenihan hingga panen. Kegiatan pemeliharaan ikan seperti memberi pakan ikan akan menjadi atraksi yang menarik. Kegiatan ini dapat juga melibatkan pengunjung. Hal ini tentunya merupakan pengalaman yang menarik dan bermanfaat, khususnya untuk anakanak usia sekolah, mereka bisa berwisata sambil belajar. Aktivitas pertanian yang berpotensi menjadi objek agrowisata di Kecamatan Cigombong, antara lain: 1. Tambak Ikan Kelompok Tani Mekar Jaya dimana memanfaatkan danau Lido sebagai keramba ikan. Tempat tersebut difasilitasi dengan saungsaung terapung, rumah makan terapung dan perahu. Kegiatan wisata
89
yang bisa dilakukan antara lain naik perahu, belajar tentang budidaya ikan tawar dan menangkap ikan. 2. Lingkungan Saung Gapoktan Silih Asih dimana di lingkungan ini terpadu suatu sistem pertanian. Lingkungan ini terdiri dari sawah, kebun melon, saung pertemuan petani, penggilingan padi, pengemasan beras dan pengolahan kompos. Kegiatan wisata yang dapat dilakukan adalah insect teaching di sawah, mengunjungi kebun buah, membajak sawah dengan kerbau dan traktor, menanam padi, kunjungan ke penggilingan padi dan mengolah kompos. Kelompok tani ini pun telah menerima kunjungan wisata belajar pertanian untuk keluarga di lingkungan saungnya. 3. Kebun bunga potong Kelompok Tani Bunga Desa dimana di tempat ini dikembangkan berbagai jenis bunga potong seperti aster dan berbagai tanaman hias. Kegiatan wisata yang dapat dilakukan adalah mengunjungi kebun bunga dan melakukan kegiatan petik bunga. 4. Ternak komunal domba Gabungan Kelompok Tani Dewi Sri di Desa Ciburayut. Kegiatan wisata yang dapat dilakukan adalah melihat budidaya ternak domba dan memberi makan ternak. 5. Hamparan kebun sayuran di Desa Pasir Jaya. Kegiatan wisata yang dapat dilakukan adalah mengunjungi kebun sayuran dan memetik sayuran. Persyaratan terakhir adalah ”sesuatu yang dapat dibeli” dalam kegiatan agrowisata adalah produk pertanian. Produk pertanian ini dapat beragam komoditasnya, misalnya produk tanaman pangan seperti padi dan jagung, tanaman hortikultura seperti sayuran dan bunga potong serta ikan dari hasil perikanan. Produk unggulan di Kecamatan Cigombong adalah beras organik (beras sehat). Selain itu, juga dapat berupa produk pertanian yang telah diolah seperti keripik singkong, pisang, juga manisan pala. Ketiga persyaratan yang telah dikemukakan oleh Yoeti (1997) untuk nilai jual atraksi wisata telah dipenuhi Kecamatan Cigombong.
Hal tersebut merupakan potensi bagi pengembangan agrowisata
berbasis masyarakat di Kecamatan Cigombong. Keberadaan aktivitas pertanian potensial dapat dilihat pada Gambar 46.
90
91
5.3.3
Kawasan
Potensi
untuk
Pengembangan
Agrowisata
Berbasis
Masyarakat Dalam
pengembangan
Kecamatan
Cigombong
menjadi
kawasan
agrowisata perlu diketahui kelayakan kawasan ini untuk dikembangkan menjadi kawasan wisata. Smith (1989) menyatakan bahwa indeks daya tarik suatu kawasan wisata adalah ketersediaan beberapa faktor, yaitu: 1. Faktor alami, seperti iklim dan keindahan alam. 2. Faktor sosial, seperti bentukan arsitektur, festival dan atraksi budaya lokal. 3. Faktor kesejarahan, seperti reruntuhan jaman kuno, upacara dan tempat suci keagamaan, dan peristiwa atau lokasi sejarah yang penting. 4. Sumberdaya rekreasi dan tempat berbelanja seperti barang-barang olahraga, museum, kebun binatang, akuaria dan taman-taman. 5. Sarana turistik seperti jalan, utilitas dan pelayanan kesehatan yang memadai, serta fasilitas makan dan penginapan yang memadai. Kelayakan kawasan agrowisata di kecamatan Cigombong dianalisis melalui metode scoring atau pembobotan beberapa kriteria yang dianggap mendukung pengembangan agrowisata berbasis masyarakat di kawasan ini. Penilaian kelayakan kawasan dilakukan terhadap desa-desa yang ada di Kecamatan Cigombong. Hal ini dilakukan untuk menemukan desa yang paling berpotensi atau yang paling layak untuk dikembangkan sebagai kawasan agrowisata. Penilaian kelayakan kawasan agrowisata terdapat pada Tabel 19. Kelayakan tersebut dinilai berdasarkan kriteria yang dibutuhkan dalam pengembangan agrowisata berbasis masyarakat. Potensi eksisting yang ada di tiap desa untuk mendukung pengembangan agrowisata berbasis masyarakat di Kecamatan Cigombong diberi nilai atau score berdasarkan kriteria-kriteria yang telah ditentukan. Analisis potensi tiap desa terdapat pada Lampiran 1. Kriteria untuk kelayakan kawasan agrowisata antara lain obyek dan atraksi
berbasis
pertanian, obyek dan atraksi alami, obyek dan atraksi budaya/sosial, obyek dan atraksi sejarah, sumberdaya rekreasi dan tempat perbelanjaan, akses, dan letak dari jalan utama (Smith, 1989). Penilaian kriteria-kriteria agrowisata dijelaskan sebagai berikut:
92
1. Obyek dan Atraksi Berbasis Pertanian (Bobot 20%): Ketersediaan ragam serta keindahan areal pertanian (sawah, perkebunan, kolam, keramba) •
Beragam obyek dan aktivitas pertanian disertai keindahan pemandangan pertanian sekitarnya (4)
•
Cukup beragam obyek dan aktivitas pertanian disertai keindahan pemandangan sekitarnya (3)
•
Cukup beragam obyek dan aktivitas pertanian tetapi kurang keindahan pemandangan sekitarnya (2)
•
Kurang beragam dan tak indah (1)
2. Obyek dan Atraksi Alami (Bobot 15%): Keindahan pemandangan alami (ekosistem, topografi, tanaman langka, satwa liar, air terjun) dan iklim (tropikal, udara yang bersih, suhu yang nyaman, sinar matahari yg cukup dll) •
Beragam obyek alami dengan keindahan dan kenyamanan alami (4)
•
Cukup beragam obyek alami dengan keindahan dan kenyamanan alami (3)
•
Beragam obyek alami dengan keindahan dan kenyamanan buatan (rekayasa) (2)
•
Kurang obyek alami dengan keindahan dan kenyamanan buatan (rekayasa) (1)
3. Obyek dan Atraksi Budaya/Sosial (Bobot 15%) : Pedesaan, perkotaan, bentukan arsitektur vernakular, festival budaya (festival seni budaya, MTQ), atraksi budaya lokal (pasar lokal, upacara-upacara) •
Bernilai lokal tinggi, berjumlah relatif banyak, dilestarikan (4)
•
Bernilai lokal tinggi, berjumlah relatif banyak, kurang diperhatikan (3)
•
Bernilai lokal tinggi, berjumlah sedikit, kurang diperhatikan (2)
•
Tidak memiliki aset budaya lokal (1)
4. Obyek dan Atraksi Sejarah (Bobot 10%) : Peninggalan kuno (kerajaan, situs-situs dan bangunan sejarah/arkeologis), upacara keagamaan (temporal), lokasi historikal yang penting (kolonial, battle fields) •
Bersejarah, dijaga kelestariannya (4)
•
Bersejarah, kurang diperhatikan (3)
•
Bersejarah, tidak dilestarikan (2)
•
Tidak bernilai sejarah (1)
93
5. Sumberdaya Rekreasi dan Tempat Perbelanjaan (Bobot 10%): Ketersediaan tempat olah raga,tempat piknik, tempat belanja, taman, museum, galeri seni/budaya •
Tersedia, lengkap, kualitas baik dan terawat (4)
•
Ada beberapa, cukup terawat (3)
•
Ada beberapa, kurang terawat (2)
•
Tidak tersedia (1)
6. Akses (Bobot 10%) : Kemudahan untuk pencapaian lokasi, ketersediaan jalan •
Jalan primer dekat, mudah dicapai, kondisi baik, kendaraan umum beragam, kondisi baik (4)
•
Jalan sekunder, kondisi sedang, kendaraan umum terbatas (3)
•
Jalan tersier, kondisi sedang, tidak ada kendaraan umum (2)
•
Tidak ada akses, tidak ada kendaraan umum (1)
7. Letak Dari Jalan Utama (Bobot 10%): Kedekatan dengan jalur jalan utama wilayah •
Dekat (< 1 km) (4)
•
Sedang (1 – 3 km) (3)
•
Cukup jauh (3 – 5 km) (2)
•
Sangat jauh (> 5 km) (1)
8. Sarana Wisata (Bobot 10%): Utilitas, sarana kesehatan, air bersih , fasilitas makan dan penginapan •
Tersedia, lengkap, kualitas baik dan terawat (4)
•
Ada beberapa, cukup terawat (3)
•
Ada beberapa, kurang terawat (2)
•
Tidak tersedia (1)
Kelayakan Kawasan Agrowisata:
∑KKA = ∑ Sij. Aij
Keterangan : KKA=Kelayakan Kawasan Agrowisata, Sij=kriteria agrowisata tiap kawasan, Aij=bobot kriteria agrowisata
94
Tabel 19. Penilaian Kelayakan Potensi Kawasan Agrowisata Desa
20 % 1
15 % 2
Kelayakan Kawasan Agrowisata 15 10 10 10 10 10 % % % % % % 3 4 5 6 7 8
1. Ciadeg
2
3
1
1
1
2
3
2. Ciburayut
2
3
1
1
3
3
3. Ciburuy
4
3
1
1
2
4. Cigombong
1
1
1
1
5. Cisalada
3
3
1
6. Pasir Jaya
3
4
7. Srogol
3
8.Tugu Jaya 9. Wates Jaya
Jumlah terbobot ∑ KKA
Peringkat
1
1,8
9
2
1
2
7
3
4
3
2,7
1
2
4
4
3
1,9
8
1
1
3
3
1
2,1
5
1
1
3
3
2
1
2,35
3
3
1
1
1
4
4
1
2,3
4
3
3
1
1
1
3
2
1
2
6
3
3
1
1
3
4
4
3
2,7
2
Sumber: Smith, 1989, dimodifikasi sesuai kebutuhan kegiatan
Keterangan: Peringkat 1-3
: Kawasan (Desa) Sangat Berpotensi (Sangat Layak)
Peringkat 4-6
: Kawasan (Desa) Berpotensi (Layak)
Peringkat 7-9
: Kawasan (Desa) Kurang Berpotensi (Kurang Layak)
Tabel Penilaian Kelayakan Kawasan Agrowisata tersebut menunjukan bahwa tiga desa yang paling berpotensi atau yang paling layak untuk dijadikan kawasan agrowisata adalah Desa Ciburuy, Desa Wates Jaya dan Desa Pasir Jaya. Ketiga desa tersebut memiliki nilai kelayakan kawasan agrowisata tertinggi dibandingkan enam desa lainnya. Secara kualitatif, ketiga desa tersebut memang memiliki beberapa potensi yang berbeda. Penjelasan potensi dari ketiga desa tersebut akan dijelaskan berikut ini: 1. Desa Ciburuy Desa ini memiliki luas wilayah sebesar 325,61 ha berada pada ketinggian 400-500 mdpl. Aktivitas pertanian yang telah ada saat ini antara lain pertanian sawah, pertanian kebun, ternak kambing dan ikan. Komoditas yang telah dikembangkan adaalh padi sawah, jagung, ubi jalar, melon, ikan dan kambing. Desa ini memiliki Gapoktan Silih Asih dengan komoditas unggulan berupa beras organik (beras sehat). Selain itu, juga terdapat industri aneka kripik pisang, ubi samarinda, talas, singkong dengan merek dagang Rhineka sari dan industri boneka. Desa ini juga memiliki akses yang mudah karena dilalui oleh jalan
95
propinsi (jalan raya Bogor-Sukabumi) dan jalan kabupaten. Pada area yang dilalui jalan propinsi kondisinya lebih berkembang karena banyak terdapat unit-unit usaha seperti rumah makan, pertokoan dan jasa fotokopi. Desa ini sangat berpotensi
untuk
dikembangkan
menjadi
kawasan
agrowisata
dengan
memanfaatkan potensi yang telah ada dan penambahan fasilitas-fasilitas pendukung wisata seperti home stay, tempat ibadah, tempat parkir dan toilet umum. 2. Desa Wates Jaya Desa ini memiliki luas wilayah sebesar 1283,96 ha berada pada ketinggian 400-1000 mdpl. Aktivitas pertanian yang telah ada saat ini antara lain pertanian sawah, pertanian kebun dan tegalan, ternak kambing dan ikan. Komoditas yang telah dikembangkan adalah padi sawah, jagung, ubi jalar, ikan dan kambing. Desa ini memiliki Kelompok Tani ikan Mekar Jaya dengan komoditas unggulan berupa ikan. Desa ini memiliki potensi alami berupa Danau yaitu Danau Cigombong (Danau Lido) dan sebagian kawasan desa merupakan bagian dari kawasan Wana Wisata Hutan Bodogol di bagian tenggara. Selain itu, di desa ini juga telah terdapat tempat rekreasi Lido berupa rekreasi air, lapangan golf,hotel dan conference hall. Akses di desa ini tergolong mudah karena dilalui oleh jalan propinsi (jalan raya Bogor-Sukabumi). Pada area yang dilalui jalan propinsi kondisinya lebih berkembang karena banyak terdapat unit-unit usaha seperti rumah makan dan pertokoan. Desa ini sangat berpotensi untuk dikembangkan menjadi kawasan agrowisata dengan memanfaatkan potensi yang telah ada dan penambahan fasilitas-fasilitas pendukung wisata seperti home stay, tempat ibadah, tempat parkir dan toilet umum. 3. Desa Pasir Jaya Desa ini memiliki luas wilayah sebesar 635,22 ha berada pada ketinggian 500-2000 mdpl. Aktivitas pertanian yang telah ada saat ini antara lain pertanian sawah, pertanian kebun dan tegalan, serta peternakan ayam dan sapi oleh pihak swasta. Komoditas yang telah dikembangkan adalah padi sawah, bunga potong, sayuran, dan jambu biji. Desa ini memiliki Gapoktan Harapan Maju dengan komoditas utama padi, selain itu, salah satu kelompok taninya mengembangkan bunga potong dan tanaman hias yang berbeda dari kelompok tani lainnya. Desa ini
96
memiliki potensi alami berupa suhu udara yang sejuk karena merupakan dataran tinggi dan sebagian kawasan desa merupakan bagian dari kawasan Taman Nasional Gunung Halimun Salak. Selain itu, di desa ini juga telah terdapat perkebunan PT. Kapol atau Wisata Agro Kapol. Akses di desa ini tergolong mudah karena dilalui oleh jalan kabupaten yang merupakan akses alternatif dari Kota Bogor. Desa ini sangat berpotensi untuk dikembangkan menjadi kawasan agrowisata dengan memanfaatkan potensi yang telah ada dan penambahan fasilitas-fasilitas pendukung wisata seperti perbaikan jalan, home stay, tempat ibadah, tempat parkir dan toilet umum. Kawasan (Desa) Berpotensi (Layak) terdiri dari Desa Srogol, Desa Cisalada dan Desa Tugu Jaya. Ketiga desa ini sebenarnya memiliki potensi untuk pengembangan agrowisata berbasis masyarakat dengan aktivitas pertanian yang cukup beragam walaupun tanpa komoditas unggulan atau komoditas pertanian yang khas. Akses terhadap ketiga desa ini juga tergolong mudah karena ketiga desa dilalui oleh jalan kabupaten. Potensi alami seperti pemandangan alamnya juga cukup mendukung. Ketiga desa tersebut juga telah memiliki kelompok tani dan aktivitasnya berjalan dengan cukup baik. Hambatan yang ada adalah masih kurangnya sarana prasarana pendukung seperti rumah makan dan pertokoan. Apabila ketiga kawasan ini dikembangkan menjadi kawasan agrowisata diperlukan penambahan obyek atraksi wisata, fasilitas-fasilitas pendukung wisata seperti perbaikan jalan, home stay, tempat ibadah, tempat parkir dan toilet umum. Kawasan (Desa) Kurang Berpotensi (Layak) terdiri dari Desa Ciburayut, Desa Cigombong dan Desa Ciadeg. Ketiga desa ini sebenarnya memiliki potensi untuk pengembangan agrowisata berbasis masyarakat, akan tetapi tingkat keragaman aktivitas pertanian masih rendah tanpa komoditas unggulan atau komoditas pertanian yang khas. Akses terhadap ketiga desa ini juga tergolong mudah dan potensi alami seperti pemandangan alamnya juga cukup mendukung. Hambatan yang ada adalah masih kurangnya sarana prasarana pendukung seperti rumah makan dan pertokoan. Apabila ketiga kawasan ini dikembangkan menjadi kawasan agrowisata diperlukan penambahan obyek atraksi wisata, fasilitasfasilitas pendukung wisata seperti perbaikan jalan, home stay, tempat ibadah, tempat parkir dan toilet umum. Peta Kawasan Potensi disajikan pada Gambar 47.
97
98
5.4
Konsep Pengembangan Agrowisata Berbasis Masyarakat Pengembangan Kecamatan Cigombong menjadi kawasan agrowisata
membutuhkan konsep yang sesuai dengan kondisi wilayah Kecamatan Cigombong yang merupakan kawasan perdesaan dan pertanian yang masih alami. Dalam pengembangan kawasan ini dibutuhkan konsep yang dapat melestarikan sumberdaya lahan dan budaya pertanian serta dapat meningkatkan kesejahteraan petani. Nurisyah (2001) menyatakan bahwa kawasan agrowisata dapat ditata dan dikembangkan dengan menggunakan konsep-konsep sebagai berikut: 1. Mengakomodasikan kepentingan dan keinginan serta kepuasan wisatawan (visited oriented). 2. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan wilayah yang terkait dengan kegiatan agrowisata yang dikembangkan. 3. Melestarikan budaya pertanian tradisional dan juga lingkungan alaminya. 4. Diarahkan untuk suatu kegiatan rekonstruksi dan penataan suatu kawasan sebagai suatu aset budaya (pertanian) wilayah. 5. Sebagai sarana introduksi dan pasar dari teknologi dan produk unggulan daerah. Konsep agrowisata berbasis masyarakat merupakan konsep agrowisata yang memanfaatkan lahan pertanian masyarakat dan masyarakat itu sendiri. Masyarakat sebagai sumberdaya yang diberdayakan sebagai subjek pengendali dari keseluruhan aktivitas agrowisata. Diversivikasi komoditas pertanian yang memiliki nilai ekonomis tinggi seperti sayuran, buah maupun bunga potong dapat menambah nilai jual agrowisata. Komoditas pertanian ini diharapkan dapat dijadikan produk khas daerah yang dijual kepada pengunjung agrowisata sehingga nilai jual meningkat dan meningkatkan pendapatan petani. Usaha lain yang dapat dilakukan
adalah
memperluas
ragam
sektor
pertanian
mengembangkan sektor perikanan dan juga peternakan.
yaitu
dengan
99
5.4.1 Faktor-faktor dalam Pengembangan Agrowisata Berbasis Masyarakat di Kecamatan Cigombong Pengembangan agrowisata berbasis masyarakat diperlukan keterlibatan beberapa pelaku usaha yaitu masyarakat dan kelembagaan komunitas, pemerintah terkait, pihak swasta, lembaga usaha ataupun perorangan. Faktor-faktor terkait yang berperan dalam pengembangan agrowisata berbasis masyarakat, antara lain: 1. Pemerintah Pemerintah sebagai penentu kebijakan sangat berperan dalam mendukung berjalannya pengembangan agrowisata berbasis masyarakat yang akan dilakukan. Pemerintah dapat merangsang pembangunan sektor pertanian terlebih dahulu dengan memberikan bantuan usaha kepada petani berupa bantuan bibit dan pupuk. Pemberdayaan kelompok tani dapat dilakukan melalui penyuluhan dan pembinaan terhadap petani tentang pertanian seperti teknik budidaya yang tepat guna dan ramah lingkungan untuk menjaga kelestarian lingkungan dan optimalisasi produk pertanian. Penetapan harga komoditas pertanian juga perlu ditetapkan agar masyarakat tidak merasa rugi karena haraga komoditas pertanian yang tidak menguntungkan. Penyediaan dan perbaikan infrastruktur wisata juga diperlukan untuk mendukung berjalannya kegiatan wisata. Pemerintah juga perlu membuat kebijakan dimana kebijakan itu berupa Rencana Tata Ruang Wilayah yang dapat mempertahankan keberadaan lahan pertanian untuk memperkecil peluang terjadinya konversi lahan pertanian. Selain itu, juga perlu dilakukan sosialisasi mengenai agrowisata kepada petani tentang aktivitas pertanian merupakan bagian dari atraksi wisata yang akan disajikan. Memberikan pendidikan kepada Kelompok Tani dan Gapoktan tentang manajemen sistem wisata. Satu hal lagi yang peran pemerintah yang sangat diperlukan adalah melakukan promosi agrowisata berbasis masyarakat ini untuk menarik wisatawan datang ke Kecamatan Cigombong. 2. Kelompok Tani dan Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Kelompok Tani dan Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) sebagai sebuah organisasi kemasyarakatan memiliki peran penting dalam pengembangan agrowisata berbasis masyarakat. Keberadaan organisasi ini terkait langsung dalam
100
kegiatan budidaya, seperti pengaturan air irigasi, dan penentuan waktu tanam. Organisasi ini merupakan forum bagi anggota-anggotanya daam mengatasi dan menyelesaikan permasalahan pertanian, juga melakukan kordinasi dengan Dinas Pertanian dan pemerintah setempat dalam kegiatan penyuluhan pertanian dan pendistribusian bantuan-bantuan pertanian. Kelompok Tani dan Gapoktan sebagai wadah masyarakat petani sebaiknya memberikan himbauan bagi anggotanya agar tidak mudah menjual lahan pertanian mereka untuk dimanfaatkan sebagai penggunaan non pertanian. Alih fungsi lahan yang terjadi saat ini akan mengancam eksistensi lahan pertanian di Kecamatan Cigombong. Komoditas pertanian yang mereka hasilkan diharapkan dapat dijual pada wisatawan yang berkunjung sehingga nilai jualnya pun akan meningkat dan pada akhirnya akan meningkatkan pendapatan petani. Pengelolaan agrowisata berbasis masyarakat ini sebaiknya diserahkan kepada masyarakat dimana kelompok tani dan Gapoktan sebagai pengorganisir dengan bimbingan dan pengawasan pemerintah terkait yaitu Dinas Pertanian dan Dinas Pariwisata. Unsur penting dalam pengembangan agrowisata berbasis masyarakat adalah
petani
membutuhkan
sebagai
pelaksana
peningkatan
langsung
pengetahuan
kegiatan
budidaya
pertanian.
maupun
Petani
pengetahuan
pengelolaan aktivitas dan produk pertanian agar petani siap menghadapi kemajuan dan perkembangan dalam dunia pertanian. Kesiapan para petani sangat dibutuhkan apabila lahan pertanian mereka nantinya akan dikembangkan menjadi kawasan agrowisata. Regenerasi keanggotaan kelompok tani dan Gapoktan juga diperlukan mengingat usia para anggota kelompok tani dan Gapoktan saat ini memiliki kategori usia manula. Konsep pemikiran mengenai pertanian perlu diubah sehingga akan ada generasi penerus dalam bidang pertanian yang memiliki kualitas sumber daya manusia yang baik dan kreatif. 3. Masyarakat Peran penting masyarakat Kecamatan Cigombong dalam pengembangan agrowisata berbasis masyarakat adalah sebagai pelaku bisnis pariwisata sebagai penyedia modal, penyedia sarana prasarana pendukung seperti restoran, penginapan juga penjualan souvenir. Peran penting yang lainnya adalah dengan mendukung ketetapan Pemerintah berkaitan dengan kawasan RTHK yaitu dengan
101
tidak membangun pada kawasan-kawasan yang telah ditetapkan sebagai kawasan agrowisata. Masyarakat juga perlu disosialisasikan mengenai pemahaman tentang agrowisata berbasis masyarakat agar mereka dapat menerima perubahan yang terjadi jika daerah mereka dijadikan kawasan agrowisata. Masyarakat diharapkan dapat berperan aktif dalam mendukung berjalannya kegiatan agrowisata seperti menjaga kebersihan lingkungan, menjaga ketertiban, menghormati wisatawan yang datang agar kegiatan agrowisata dan kehidupan sosial masyarakat dapat berjalan beriringan tanpa terjadinya konflik. 5.4.2
Strategi
Pengembangan
Agrowisata
Berbasis
Masyarakat
di
Kecamatan Cigombong Diarta (2007) meyatakan bahwa dalam mengembangkan sebuah kawasan perdesaan menjadi kawasan wisata memerlukan beberapa tahap pendekatan. Tahapan-tahapan tersebut antara lain: 1. Tahap perencanaan yang terdiri dari dua bagian yaitu perencanaan secara individu dan kolektif. Tahap ini harus dimulai dengan membangkitkan kesadaran individu penduduk lokal dan kemudian pengadopsian secara kolektif peluang pemanfaatan sumberdaya lokal dalam perencanaan sosial ekonomi. Tahap ini bisa dijadikan evolusi bagi wilayah perdesaan dengan mengintegrasikan konsep pariwisata dalam proses pembangunan ekonomi perdesaan. Tahap ini merupakan tahap perencanaan strategi untuk kepentingan bersama. 2. Tahap penguatan sistem sosial (social network empowerment). Pada tahap ini mulai dibangun kemitraan antara komunitas lokal dengan lembaga pariwisata formal untuk menjamin keberlanjutan atraksi pariwisata kawasan. Komponen pendukung pariwisata perdesaan mulai dilembagakan untuk menjamin pengelolaan pariwisata memberikan manfaat dan keuntungan dalam jangka pendek dengan tidak melupakan konservasi sumber daya untuk kepentingan jangka panjang. Organisasi pariwisata yang dibangun untuk mengelola kawasan tersebut mengambil kendali semua proses pengembangan untuk menjamin keterpaduan dan integrasi pemasaran kawasan tersebut. Hal yang paling pokok dalam tahap ini adalah keikutsertaan masyarakat lokal sebagai kekuatan pengendali.
102
3. Tahap implementasi pariwisata perdesaan yang dicirikan oleh telah berjalannya pariwisata perdesaan secara baik. Ada pengembangan kerjasama pemasaran kawasan jangka panjang yang sepenuhnya terpadu. Dalam tahap ini, perencanaan pengembangan harus bertanggung jawab, berkualitas, berdasar kebutuhan lokal, berkeadilan sosial, dan dapat menjangkau dan menjamin keuntungan komunitas lokal dalam jangka pendek dan jangka panjang dengan tanpa melupakan isu konservasinya. Wisata perdesaan, khususnya agrowisata berbasis masyarakat yang akan dikembangkan di Kecamatan Cigombong lebih baik ditempatkan sebagai diversifikasi pendapatan tradisional masyarakat yang bersumber dari pertanian daripada diposisikan sebagai pengganti (mensubstitusi) sumber pendapatan tradisionalnya mengingat sifat pariwisata yang sangat fluktuatif. Hal ini juga dapat menghindari terjadi alih fungsi utama kegiatan pertanian sebagai fungsi produksi. Bagaimanapun, produk pertanian adalah tujuan utama dari aktivitas pertanian dalam rangka memenuhi kebutuhan pangan masyarakat luas dimana kebutuhan tersebut merupakan kebutuhan primer manusia.
VI. SIMPULAN DAN SARAN
6.1
Simpulan Kecamatan Cigombong merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Bogor
dimana pertanian merupakan salah satu sektor ekonomi utamanya. Hal ini didukung dengan penggunaan lahan pertanian yang masih mendominasi yaitu sekitar 71,28% dari luas wilayahnya. Pertanian juga menjadi mata pencaharian utama masyarakat Kecamatan Cigombong, yaitu 66,37% masyarakatnya bermata pencaharian sebagai petani. Kemampuan masyarakat Kecamatan Cigombong dalam bidang pertanian sudah cukup baik karena telah menerima pembinaan dari beberapa lembaga baik lembaga pemerintah ataupun lembaga swasta di bidang pertanian. Kelompok Tani dan Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) sebagai lembaga kemasyarakatan yang berkaitan langsung dengan pertanian dapat diberdayakan sebagai lembaga yang nantinya dapat mengorganisir pelaksanaan aktivitas agrowisata berbasis masyarakat di Kecamatan Cigombong. Masyarakat Kecamatan Cigombong cukup siap dalam menerima adanya agrowisata ini. Berdasarkan potensi dan kesesuaian lahan aktual maka Kecamatan Cigombong memiliki kesesuaian sesuai bersyarat (S3) hingga tidak sesuai (N) untuk padi sawah, ubi jalar, tomat, melon dan bunga aster (bunga potong). Sedangkan berdasarkan kelayakan kawasan untuk pengembangan agrowisata didapatkan tiga desa yang sangat berpotensi. Ketiga desa tersebut adalah Desa Ciburuy, Desa Wates Jaya, dan Desa Pasir Jaya. Ketiga desa ini sangat berpotensi untuk dikembangkan menjadi kawasan agrowisata dengan memanfaatkan potensi yang telah ada dan penambahan fasilitas-fasilitas pendukung wisata seperti perbaikan jalan, home stay, tempat ibadah, tempat parkir dan toilet umum.
6.2
Saran Agrowisata berbasis masyarakat perlu disosialisasikan kepada masyarakat
Kecamatan
Cigombong
karena
masyarakat
merupakan
pelaku
utama
dalam
pengembangan agrowisata berbasis masyarakat. Kelembagaan komunitas sebagai wadah masyarakat untuk mengintegrasikan segala kegiatan agrowisata yang dilaksanakan. Pemerintah Daerah berperan dalam hal memberi dukungan untuk membina masyarakat,
104 penentu kebijakan dan penyediaan fasilitas wisata untuk mendukung berjalannya kegiatan wisata. Agrowisata berbasis masyarakat yang akan dikembangkan di Kecamatan Cigombong lebih baik ditempatkan sebagai diversifikasi pendapatan tradisional masyarakat yang bersumber dari pertanian daripada diposisikan sebagai pengganti (mensubstitusi) sumber pendapatan tradisionalnya mengingat sifat pariwisata yang sangat fluktuatif. Hal ini juga dapat menghindari terjadi alih fungsi utama kegiatan pertanian sebagai fungsi produksi. Bagaimanapun, produk pertanian adalah tujuan utama dari aktivitas pertanian dalam rangka memenuhi kebutuhan pangan masyarakat luas dimana kebutuhan tersebut merupakan kebutuhan primer manusia.
DAFTAR PUSTAKA Anonim. 2008. Agrotourism Bali Indonesia. http://www.wordpress.com [26 Januari 2009].
[terhubung
berkala].
[BBSDLP]. Balai Besar Sumber Daya Lahan dan Pertanian. 2009. Persyaratan Penggunaan/Karakteristik Lahan. [terhubung berkala]. http://www.bbsdlp@ litbang. deptan.go.id [8 Agustus 2009]. Brščić, Kristina. 2006. The Impact of Agrotourism on Agricultural Production. Journal Central European Agriculture. Vol.7, No.3, November 2006: 559563. Departemen Pekerjaan Umum. 2005. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 1994 tentang Penataan Ruang. [terhubung berkala]. http://www.pu.go.id [21 Januari 2009] Departemen Pertanian. 2003. Direktori Profil Agrowisata: Meningkatkan Pendapatan Petani. [terhubung http://www.database.deptan.go.id [20 Januari 2009].
Agrowisata berkala]
Diarta, I Ketut Surya. 2007. Ada Apa dengan Politik Kepariwisataan di Indonesia. Humanist Bali Institute for Socio Cultural Studies (HABISCUS). [terhubung berkala]. http://www.habiscus.blogspot.com [7 Februari 2009]. Falconer, Ivan. 2007. Elang dari Genus Spizaetus. [terhubung berkala]. http://duniasatwa.dszoo.com [21 Oktober 2009]. Hapsari, Betri AE. 2008. Perencanaan Lanskap bagi Pengembangan Agrowisata di Kawasan Agropolitan Merapi Merbabu, Kabupaten Magelang. [Skripsi]. Program Studi Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanian IPB. Bogor. Holden, Andrew. 2000. Environment and Tourism. London: Routledge. Kaswanto, R. L.. 2007. Eksistensi Lanskap Agrowisata Bogor-Puncak-Cianjur (Bopunjur). [terhubung berkala]. http://reganleonarduskaswanto.blog. friendster.com [7 Februari 2009]. Knudson, D. M. 1980. Outdoor Recreation. New York: Mac Millan Publ Co. Nurisyah, S. 2001. Pengembangan Kawasan Wisata Agro. Buletin Taman dan Lanskap Indonesia. Program Studi Arsitektur Lanskap. Jurusan Budidaya Pertanian. Fakultas Pertanian. IPB. Bogor. IV: 20-23. Simond, J.O. 1983. Landscape Architecture. New York: McGraw-Hill Pub Co.
106
Smith, Stephen L.J.. 1989. Tourism Analysis: A Handbook. London: Longman Group UK Limited. Soepardi, Goeswono. 1983. Sifat dan Ciri Tanah. IPB: Bogor. Susanto, Ario Adi. 2007. Studi Potensi Agrowisata Berbasis Ecovillage di Desa Sukaharja Kecamatan Cijeruk Kabupaten Bogor. [Skripsi]. Program Studi Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanian IPB. Bogor. Sutanto, Rachman. 2005. Dasar-dasar Ilmu Tanah, Konsep dan Kenyataan. Yogyakarta: Kanisisus. Tirtawinata, MR, Fachrudin, I.. 1999. Daya Agrowisata. Penebar Swadaya. Bogor.
Tarik
dan
Pengelolaan
Trisakti Kenari Bird Farm. 2009. Jenis Burung Masteran di Trisakti Bird Farm. [terhubung berkala]. http://www.trisakti-kenari.co.id [21 Oktober 2009]. Utama, I Gusti Bagus R. U.. 2006. Agrowisata sebagai Pariwisata Alternatif. [terhubung berkala]. http://www.gdnet.org [20 Januari 2009]. Utami, Ni Wayan F.. 2005. Studi Potensi Lanskap Pertanian Perkotaan Untuk Pengembangan Wisata Agro di Kota Denpasar. [Skripsi]. Program Studi Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanian IPB. Bogor. Yoeti, O.A..1997. Perencanaan dan Pengembangan Pariwisata. Jakarta: Pradnya Paramitha.
LAMPIRAN
108
Lampiran 1. Analisis Potensi Agrowisata di Tiap Desa 1. Desa Ciadeg Aspek Tanah
Analisis Solusi Jenis tanah yaitu Ass Latosol Pengairan yang cukup akan Cokelat Regosol. Kesesuaian membuat jenis tanah ini bersyarat (S3) untuk tanaman produktif untuk pertanian. pangan dan hortikultur.
Air
Sumber air yaitu air hujan dan air sungai. Dua buah sungai digunakan untuk sumber irigasi. Irigasi yang digunakan adalah irigasi perdesaan. Penggunaan lahan dominan berupa lahan pertanian sawah.
Pembuatan irigasi teknis agar pemanfaatan air lebih optimal dan merata.
Belum tersedianya saranasarana untuk penunjang agrowisata seperti toilet umum, rumah makan, pertokoan, dan home stay.
Apabila desa ini dikembangkan menjadi kawasan agrowisata, maka diperlukan pembangunan fasilitas seperti toilet umum, rumah makan, pertokoan, home stay, tempat parkir, dan tempat ibadah.
Penggunaan Lahan
Aksesibiltas
Kelembagaan Komunitas
Komoditas
Sarana dan Prasarana
Penetapan kawasan sebagai area konservasi dan ruang terbuka hijau sehingga konversi lahan pertanian dapat dicegah. Desa ini terletak 4 km dari Pembuatan jalan dan perbaikan pusat pemerintahan kecamatan. kondisi jalan untuk mendukung Memiliki 1,5 km jalan kegiatan agrowisata. kabupaten. Transportasi umum adalah ojek. Terdapat dua kelompok tani Kelompok tani juga dapat komoditas dengan komoditas padi. Salah mengembangkan lainnya seperti satu kelompok taninya pertanian merupakan kelompok tani palawija yang sesuai dengan kondisi desanya. maju. Komoditas utama adalah padi Desa ini tergolong ke dalam rendah, sehingga sawah. Ada 2 buah peternakan dataran ayam milik swasta dan 1 buah komoditas yang ada saat ini usaha perikanan milik personal. sudah cukup sesuai. Diversikasi komoditas untuk tanaman pangan dapat dikembangkan.
109
Lanjutan Lampiran 1 2. Desa Ciburayut Aspek Tanah
Analisis Jenis tanah yaitu Podsolik Merah Kekuningan. Podsolik merah kekuningan memiliki kesuburan rendah, mudah erosi karena struktur tidak mantap. Kesesuaian bersyarat (S3) untuk tanaman pangan dan hortikultur.
Air
Sumber air yaitu air hujan dan Pembuatan irigasi teknis agar air sungai. Irigasi yang pemanfaatan air lebih optimal dan digunakan adalah irigasi merata. perdesaan.
Penggunaan Lahan
Sebagian besar penggunaan Penetapan kawasan sebagai area lahan berupa sawah. konservasi dan ruang terbuka hijau sehingga konversi lahan pertanian dapat dicegah. Berpotensi untuk dijadikan kawasan agrowisata. Desa ini terletak 4 km dari Perbaikan kondisi jalan untuk pusat pemerintahan kecamatan. mendukung kegiatan agrowisata. Dapat dilalui kendaraan roda empat. Transportasi umum adalah ojek. berpotensi untuk Terdapat tujuh kelompok tani Gapoktan yang terintegrasi ke dalam satu dijadikan objek atraksi wisata dan gabungan kelompok tani. pengelola agrowisata. Kelompok tani di desa ini tergolong maju. Komoditas utama adalah padi Komoditas yang ada saat ini sudah sawah, hortikultur, domba. cukup sesuai. Diversikasi komoditas ternak dapat dikembangkan.
Aksesibiltas
Kelembagaan Komunitas
Komoditas
Sarana dan Prasarana
Belum tersedianya saranasarana untuk penunjang agrowisata seperti toilet umum, rumah makan, pertokoan, dan home stay.
Solusi Pada tanah Podsolik Merah Kekuningan diperlukan pemupukan lengkap dan pengendalian air yang cukup apabila digunakan untuk pertanian.
Apabila desa ini dikembangkan menjadi kawasan agrowisata, maka diperlukan pembangunan fasilitas seperti toilet umum, rumah makan, pertokoan, home stay, tempat parkir, dan tempat ibadah.
110
Lanjutan Lampiran 1 3. Desa Ciburuy Aspek Tanah
Air
Penggunaan Lahan
Aksesibiltas
Kelembagaan Komunitas
Komoditas
Sarana dan Prasarana
Analisis Jenis tanah yaitu Ass Latosol Cokelat Regosol. Memiliki keseuaian bersyarat (S3) untuk tanaman pangan dan tanaman tahunan. Sumber air yaitu air hujan dan air sungai. Irigasi yang digunakan adalah irigasi perdesaan.Mengalami kesulitan memperoleh air apabila musim kemarau datang. Sebagian besar merupakan lahan pertanian berupa sawah, hanya saja lahan tersebut bukan milik masyarakat setempat. Sebagian kawasan berkembang menuju desa perkotaan. Desa ini terletak 1,5 km dari pusat pemerintahan kecamatan. Dilalui oleh 1,5 km jalan propinsi dan 4 km jalan kabupaten. Transportasi umum adalah angkot dan ojek. Terdapat delapan kelompok tani yang dengan komoditas yang berbeda. Kelompokkelompok tani ini bergabung dalam satu Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) yang merupakan Gapoktan maju dan berkembang dengan sangat baik. Gapoktan ini memiliki komoditas unggulan beras sehat (beras semiorganik). Komoditas utama adalah padi sawah. Gapoktan desa ini memiliki komoditas unggulan beras sehat dan melakukan produksi hingga pengemasan.
Solusi Pengairan yang cukup akan membuat jenis tanah ini produktif untuk pertanian
Pembuatan irigasi teknis agar pemanfaatan air lebih optimal pada musim kemarau.
Penetapan kawasan ruang terbuka hijau sehingga konversi lahan pertanian dapat dicegah. Berpotensi untuk dijadikan kawasan agrowisata. Perbaikan kondisi jalan agar dapat mendukung kegiatan agrowisata.
Gapoktan ini sangat berpotensi sebagai objek atraksi wisata dan pengelola agrowisata.
Desa ini tergolong ke dalam dataran menengah. Diversikasi komoditas hortikultur buahbuahan dan tanaman hias dapat dikembangkan.Mempertahankan dan meningkatkan produk unggulan yang sudah ada. Terdapat dua buah rumah Apabila desa ini dikembangkan makan dan beberapa pertokoan. menjadi kawasan agrowisata, maka diperlukan pembangunan fasilitas seperti toilet umum, home stay, tempat parkir, dan tempat ibadah.
111
Lanjutan Lampiran 1 4. Desa Cigombong Aspek Tanah
Analisis Jenis tanah yaitu Podsolik Merah Kekuningan. Podsolik merah kekuningan memiliki kesuburan rendah, mudah erosi karena struktur tidak mantap. Kesesuaian bersyarat (S3) untuk tanaman pangan dan hortikultur.
Penggunaan Lahan
Diperlukan adanya pengendalian pembangunan agar lahan pertanian yang ada tidak berkurang lagi. Menjadikan desa ini sebagai desa pusat informasi wisata. Sumber air yaitu air hujan dan air Pembuatan irigasi teknis agar sungai. Irigasi yang digunakan pemanfaatan air lebih optimal adalah irigasi perdesaan. Irigasi dan merata. yang digunkan bergiliran dengan Desa Tugu Jaya. Desa ini merupakan pusat Perbaikan kondisi jalan untuk kegiatan pemerintahan kecamatan. mendukung Memiliki 2 km jalan aspal yang agrowisata. dapat dilalui oleh kendaraan roda empat. Dilalui oleh jalan propinsi dan angkutan umum. Terdapat satu kelompok tani Mempertahankan kelompok denagan komoditas padi dan tani yang sudah ada untuk terus palawija. Kelompok tani ini mengelola lahan pertanian yang kurang berkembang karena lahan sekarang dimanfaatkan agar pertanian yang sempit di desa tidak terjadi alih fungsi lahan Cigombong. pertanian. Komoditas utama adalah padi Desa ini merupakan dataran sawah. menengah sehingga komoditas yang ada sudah sesuai.
Air
Aksesibiltas
Kelembagaan Komunitas
Komoditas
Sarana dan Prasarana
Solusi Pada tanah Podsolik Merah Kekuningan diperlukan pemupukan lengkap dan pengendalian air yang cukup apabila digunakan untuk pertanian.
Desa ini merupakan desa pusat pemerintahan kecamatan yang berkembang menuju desa perkotaan. Lahan pertanian hanya sekitar 15% dari luas wilayah.
Terdapat empat buah rumah makan dan beberapa pertokoan seperti tempat fotokopi dan mini market. Juga terdapat Masjid utama yaitu Masjid Cigombong. Desa ini cukup berkembang dengan baik dalam hal sarana dan prasaran karena merupakan pusat pemerintahan kecamatan dan berada pada jalan utama yaitu Jalan Raya Bogor-Sukabumi.
Apabila desa ini dikembangkan menjadi kawasan agrowisata, maka diperlukan penambahan dan perbaikan fasilitas seperti toilet umum dan tempat parkir.
112
Lanjutan Lampiran 1 5. Desa Cisalada Aspek Tanah
Air
Penggunaan Lahan
Aksesibiltas
Kelembagaan Komunitas
Komoditas
Sarana dan Prasarana
Analisis Jenis tanah yaitu Podsolik Merah Kekuningan. Podsolik Merah Kekuningan memiliki kesuburan rendah, mudah erosi karena struktur tidak mantap. Kesesuaian bersyarat (S3) untuk tanaman pangan dan hortikultur. Sumber air yaitu air hujan, air sungai dan mata air. Irigasi yang digunakan adalah irigasi perdesaan.
Solusi Pada tanah Podsolik Merah Kekuningan diperlukan pemupukan lengkap dan pengendalian air yang cukup apabila digunakan untuk pertanian.
Pembuatan irigasi teknis agar pemanfaatan air lebih optimal dan merata.
Penggunaan lahan berupa sawah.
dominan Penetapan kawasan ruang terbuka hijau sehingga konversi lahan pertanian dapat dicegah. Berpotensi untuk dijadikan kawasan agrowisata. jalan dan Desa ini terletak 1 km dari Pembangunan pusat pemerintahan kecamatan. perbaikan kondisi jalan agar Memiliki 2,5 km jalan dapat mendukung kegiatan kabupaten. Transportasi umum agrowisata. adalah ojek. Terdapat dua kelompok tani di Mempertahankan keberadaan desa ini akan tetapi belum kelompok tani yang sudah ada berjalan dan berkembang sekarang ini untuk mengolah lahan pertanian yang ada agar dengan baik. tidak terjadi alih fungsi lahan pertanian. Komoditas utama adalah padi Desa ini tergolong ke dalam sawah, palawija, pala, ternak dataran tinggi. Diversikasi ayam. komoditas pengembangan jenis hortikultur seperti sayuran dapat dikembangkan. Belum tersedianya saranasarana untuk penunjang agrowisata seperti toilet umum, rumah makan, pertokoan, dan home stay.
Apabila desa ini dikembangkan menjadi kawasan agrowisata, maka diperlukan pembangunan fasilitas seperti toilet umum, rumah makan, pertokoan, home stay, tempat parkir, dan tempat ibadah.
113
Lanjutan Lampiran 1 6. Desa Pasir Jaya Aspek Tanah
Air
Penggunaan Lahan
Aksesibiltas
Kelembagaan Komunitas
Komoditas
Sarana dan Prasarana
Analisis Jenis tanah yaitu Andosol dan Podsolik Merah Kekuningan. Andosol memiliki drainase baik dan kesuburan baik. Terdapat di dataran tinggi. Podsolik merah kekuningan memiliki kesuburan rendah, mudah erosi karena struktur tidak mantap. Sumber air yaitu air hujan dan air sungai. Irigasi yang digunakan adalah irigasi perdesaan. Sebagian kawasan merupakan kawasan hutan Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS). Lahan pertanian berupa sawah dan tegalan. Desa ini terletak 3 km dari pusat pemerintahan kecamatan. Memiliki 4km jalan aspal yang dapat dilalui kendaraan roda empat. Transportasi umum adalah ojek. Terdapat tiga kelompok tani yaitu dua kelompok tani padi/palawija dan satu kelompok tani bunga potong. Kelompok tani di desa ini termasuk kelompok tani maju. Komoditas utama adalah padi sawah, palawija, hortikultur, dan tanaman tahunan. Terdapat perkebunan swasta dan satu buah peternakan ayam
Belum tersedianya saranasarana untuk penunjang agrowisata seperti toilet umum, rumah makan, pertokoan, dan home stay.
Solusi Pada tanah Podsolik Merah Kekuningan diperlukan pemupukan lengkap dan pengendalian air yang cukup apabila digunakan untuk pertanian.
Pembuatan irigasi teknis agar pemanfaatan air lebih optimal dan merata. Penetapan kawasan sebagai area konservasi dan ruang terbuka hijau sehingga konversi lahan pertanian dapat dicegah. Berpotensi untuk dijadikan kawasan agrowisata. Pembangunan jalan dan perbaikan kondisi jalan untuk mendukung kegiatan agrowisata.
Kelompok Tani Bunga Desa yang mengembangkan bunga potong dapat dijadikan sebagai objek atraksi agrowisata.
Desa ini tergolong ke dalam dataran tinggi. Diversikasi komoditas pengembangan jenis pertanian seperti sayuran dan bunga potong dapat dikembangkan juga ternak seperti sapi dan kuda Apabila desa ini dikembangkan menjadi kawasan agrowisata, maka diperlukan pembangunan fasilitas seperti toilet umum, rumah makan, pertokoan, home stay, tempat parkir, dan tempat ibadah.
114
Lanjutan Lampiran 1 7. Desa Srogol Aspek Tanah
Air
Penggunaan Lahan
Aksesibiltas
Kelembagaan Komunitas
Komoditas
Sarana dan Prasarana
Analisis Jenis tanah yaitu Podsolik Merah Kekuningan dan Ass Latosol Cokelat Regosol. Podsolik Merah Kekuningan memiliki kesuburan rendah, mudah erosi karena struktur tidak mantap. Kesesuaian bersyarat (S3) untuk tanaman pangan dan hortikultur. Sumber air yaitu air hujan dan air sungai. Irigasi yang digunakan adalah irigasi teknis. Penggunaan lahan sebagian besar merupakan lahan pertanian berupa tegalan. Pemukiman penduduk cukup padat di desa ini.
Solusi Pada tanah Podsolik Merah Kekuningan diperlukan pemupukan lengkap dan pengendalian air yang cukup apabila digunakan untuk pertanian.
Desa ini tidak mengalami kendala dalam masalah air untuk pertanian Penetapan kawasan sebagai area konservasi dan ruang terbuka hijau sehingga konversi lahan pertanian dapat dicegah. Berpotensi untuk dijadikan kawasan agrowisata. Desa ini terletak 2 km dari Perbaikan kondisi jalan agar pusat pemerintahan kecamatan. dapat mendukung kegiatan Dilalui oleh jalan propinsi. agrowisata. Memiliki 1,5 km jalan yang dapat dilalui kendaraan roda empat. Transportasi umum adalah ojek. Terdapat satu kelompok Silih Kelompok tani ini berpotensi Asuh. Kelompok ini merupakan untuk dijadikan sebagai objek agrowisata dan kelompok tani maju yang atraksi berkembang dengan baik pengelola agrowisata. dengan komoditas padi, palawija dan ternak. Komoditas utama adalah Desa ini tergolong ke dalam palawija, padi sawah dan ternak dataran rendah, sehingga kambing. komoditas yang ada saat ini sudah cukup sesuai. Terdapat empat buah rumah Apabila desa ini dikembangkan makan dan beberapa pertokoan. menjadi kawasan agrowisata, maka diperlukan pembangunan fasilitas seperti toilet umum, home stay, tempat parkir, dan tempat ibadah.
115
Lanjutan Lampiran 1 8. Desa Tugu Jaya Aspek Tanah
Air
Penggunaan Lahan
Aksesibiltas
Kelembagaan Komunitas
Komoditas
Sarana dan Prasarana
Analisis Jenis tanah yaitu Andosol dan Podsolik Merah Kekuningan. Andosol memiliki drainase baik, kesuburan baik. Terdapat di dataran tinggi. Podsolik Merah Kekuningan memiliki kesuburan rendah, mudah erosi karena struktur tidak mantap. Sumber air yaitu air hujan, air sungai dan mata air. Terdapat satu buah mata air, 2 buah sungai digunakan untuk sumber irigasi. Irigasi yang digunakan adalah irigasi perdesaan. Sebagian kawasan merupakan kawasan hutan Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS). Lahan pertanian berupa sawah dan tegalan. Desa ini terletak 2 km dari pusat pemerintahan kecamatan. Memiliki 2 km jalan aspal. Hanya sedikit wilayah desa yang dilalui jalan aspal yang dapat dilalui kendaraan roda empat. Transportasi umum adalah ojek. Terdapat tujuh kelompok tani dan tergabung ke dalam satu buah gabungan kelompok tani (Gapoktan). Komoditas Gapoktan ini adalah padi dan palawija. Selain itu juga terdapat satu kelompok tani tanaman kehutanan. Komoditas utama adalah padi sawah, palawija (kelompok tani tanaman tahunan, jamur, ternak ayam dan kambing. Belum tersedianya saranasarana untuk penunjang agrowisata seperti toilet umum, rumah makan, pertokoan, dan home stay.
Solusi Pada tanah Podsolik Merah Kekuningan diperlukan pemupukan lengkap dan pengendalian air yang cukup apabila digunakan untuk pertanian.
Pembuatan irigasi teknis agar pemanfaatan air lebih optimal dan merata.
Penetapan kawasan sebagai area konservasi dan ruang terbuka hijau agar konversi lahan pertanian dapat dicegah. Penambahan dan pembangunan jalan aspal yang dapat dilalui roda empat (jalan lokal I), serta perbaikan kondisi jalan agar dapat mendukung kegiatan agrowisata.
Kelompok tani ini berpotensi sebagai pengelola untuk pengembangan agrowisata. Kegiatan kelompok tani ini juga dapat dijadikan sebagai objek atraksi agrowisata.
Desa ini tergolong ke dalam dataran tinggi. Diversikasi komoditas pertanian dataran tinggi seperti sayuran dan buahbuahan dapat dikembangkan. Apabila desa ini dikembangkan menjadi kawasan agrowisata, maka diperlukan pembangunan fasilitas seperti toilet umum, rumah makan, pertokoan, home stay, tempat parkir, dan tempat ibadah.
116
Lanjutan Lampiran 1 9. Desa Wates Jaya Aspek Tanah
Air
Penggunaan Lahan
Aksesibiltas
Kelembagaan Komunitas
Komoditas
Sarana dan Prasarana
Analisis Jenis tanah yaitu Podsolik Merah Kekuningan dan Ass Latosol Cokelat Regosol. Podsolik Merah Kekuningan memiliki kesuburan rendah.
Solusi Pada tanah Podsolik Merah Kekuningan diperlukan pemupukan lengkap dan pengendalian air yang cukup apabila digunakan untuk pertanian. Sumber air yaitu air hujan dan Pembuatan irigasi teknis agar air sungai. Irigasi yang pemanfaatan air lebih optimal digunakan adalah irigasi dan merata. perdesaan. Terdapat Danau Lido yang telah digunakan pihak swasta sebagai tempat wisata dan sebagian danau digunakan oleh kelompok tani Mekar Jaya Lahan pertanian cukup Penetapan kawasan ruang dominan, hanya saja lahan terbuka hijau sehingga tersebut bukan milik konversi lahan pertanian dapat masyarakat. Sebagian lahan dicegah. adalah miliki investor untuk lapangan golf dan tempat wisata di sekitar Danau Lido. Sebagian kawasan juga merupakan bagian dari Hutan Bodogol. Desa ini terletak 0,5 km dari Pembangunan jalan desa dan pusat pemerintahan kecamatan. perbaikan kondisi jalan agar Dilalui oleh 2,5 km jalan dapat mendukung kegiatan propinsi. Transportasi umum agrowisata. adalah ojek. Terdapat satu kelompok tani Kelompok tani ikan berpotensi dengan komoditas palawija. untuk dijadikan sebagia objek Kemudian satu kelompok atraksi agrowisata juga sebagai dengan komoditas ikan air pengelola agrowisata karena kelompk tani ini memiliki tawar. struktur organisasi yang baik. Komoditas utama adalah Desa ini tergolong ke dalam palawija seperti ubi jalar, dataran rendah, sehingga jagung dan singkong. Selain itu komoditas yang ada saat ini komoditas utama yaitu ikan. sudah sesuai. Terdapat lima buah rumah Apabila desa ini dikembangkan makan dan beberapa pertokoan. menjadi kawasan agrowisata, maka diperlukan pembangunan fasilitas seperti toilet umum, home stay, tempat parkir, dan tempat ibadah.
117
Lampiran 2. Persyaratan/Karakteristik Tanaman Pertanian Aster (Aster sp.) Persyaratan penggunaan/ karakteristik lahan
Kelas kesesuaian lahan S1
S2
S3
N
18 - 25
25 - 30
30 - 35
> 35
15 - 18
10 - 15
< 10
500 - 1.000
250 - 500
< 250
2.000 - 3.000
3.000 - 4.000
> 4.000
> 42
36 - 42
30 - 36
< 30
baik, sedang
agak terhambat
terhambat, agak cepat
sangat terhambat, cepat
sedang, agak halus, halus
agak kasar
sangat halus
kasar
Bahan kasar (%)
0 - 15
15 - 35
35 - 55
> 55
Kedalaman tanah (cm)
> 50
> 50
25 - 50
< 25
Ketebalan (cm)
< 60
60 - 140
140 - 200
> 200
Ketebalan (cm), jika ada sisipan bahan mineral/ pengkayaan
< 140
140 - 200
200 - 400
> 400
KTK liat (cmol)
> 16
≤ 16
Kejenuhan basa (%)
> 35
20 - 35
< 20
5,5 - 7,8
5,0 - 5,5
< 5,0
7,8 - 8,0
> 8,0
> 1,2
0,8 - 1,2
< 0,8
0-8
8 - 16
16 - 30
> 30
sangat rendah
rendah sedang
berat
sangat berat
Temperatur (tc) Temperatur rerata (°C)
Ketersediaan air (wa) Curah hujan (mm)
Kelembaban (%)
1.000 - 2.000
Ketersediaan oksigen (oa) Drainase
Media perakaran (rc) Tekstur
Retensi hara (nr)
pH H2O
C-organik (%) Bahaya erosi (eh) Lereng (%) Bahaya erosi
Sumber: BBSDLP, 2009, dengan pengolahan
118
Lanjutan Lampiran 2 Melon (Citrulus vulgaris SHRAD) Persyaratan penggunaan/ karakteristik lahan
Kelas kesesuaian lahan S1
S2
S3
N
22 - 30
30 - 32
32 - 35
> 35
20 - 22
18 - 20
< 18
700 - 1.000
> 1.000
300 - 400
200 - 300
20 - 24
< 20
80 - 90
> 90
baik, agak terhambat
agak cepat, sedang
terhambat
sangat terhambat, cepat
sedang, agak halus, halus
-
agak kasar
kasar
Bahan kasar (%)
< 15
15 - 35
35 - 55
> 55
Kedalaman tanah (cm)
> 50
> 50
30 - 50
< 30
Ketebalan (cm)
< 60
60 - 140
140 - 200
> 200
Ketebalan (cm), jika ada sisipan bahan mineral/ pengkayaan
< 140
140 - 200
200 - 400
> 400
KTK liat (cmol)
> 16
≤ 16
Kejenuhan basa (%)
> 35
20 - 35
< 20
5,8 - 7,6
5,5 - 5,8
< 5,5
7,6 - 8,0
> 8,0
> 1,2
0,8 - 1,2
< 0,8
<8
8 - 16
16 - 30
> 30
sangat rendah
rendah sedang
berat
sangat berat
Temperatur (tc) Temperatur rerata (°C)
Ketersediaan air (wa) Curah hujan (mm) Kelembaban udara (%)
400 - 700 24 - 80
< 200
Ketersediaan oksigen (oa) Drainase
Media perakaran (rc) Tekstur
Retensi hara (nr)
pH H2O C-organik (%) Bahaya erosi (eh) Lereng (%) Bahaya erosi
Sumber: BBSDLP, 2009, dengan pengolahan
119
Lanjutan Lampiran 2 Padi sawah tadah hujan (Oryza sativa) Persyaratan penggunaan/ karakteristik lahan
Kelas kesesuaian lahan S1
S2
S3
N
24 - 29
22 - 24 29 - 32
18 - 22 32 – 35
< 18 > 35
Curah hujan (mm) bulan ke-1
175-500
500 - 650 125 - 175
650 - 750 100 - 125
> 750 < 100
Curah hujan (mm) bulan ke-2
175-500
500 - 650 125 - 175
650 - 750 100 - 125
> 750 < 100
Curah hujan (mm) bulan ke-3
175-500
500 - 650 125 - 175
650 - 750 100 - 125
> 750 < 100
Curah hujan (mm) bulan ke-4
50-300
300 - 500 30 - 50
500 - 600 < 30
> 600
Kelembaban (%)
33 - 90
30 - 33
< 30 > 90
Drainase
terhambat, agak terhambat
agak cepat, sedang, baik
sangat terhambat
cepat
Tekstur
halus, agak halus, sedang
halus, agak halus, sedang
agak kasar
kasar
Bahan kasar (%)
<3
3 - 15
15 – 35
> 35
Kedalaman tanah (cm)
> 50
40 - 50
25 - 40
< 25
Ketebalan (cm)
< 60
60 - 140
140 - 200
> 200
Ketebalan (cm), jika ada sisipan bahan mineral/ pengkayaan
< 140
140 - 200
200 - 400
> 400
KTK liat (cmol)
> 16
≤ 16
Kejenuhan basa (%)
> 50
35 - 50
< 35
5,5 – 8,2
5,0 - 5,5 8,2 - 8,5
< 5,0 > 8,5
> 1,5
0,8 - 1,5
< 0,8
<3
3-8
>8 - 25
> 25
sangat rendah
rendah sedang
berat
sangat berat
Temperatur (tc) Temperatur rerata (°C) Ketersediaan air (wa)
Media perakaran (rc)
Retensi hara (nr)
pH H2O C-organik (%) Bahaya erosi (eh) Lereng (%) Bahaya erosi
Sumber: BBSDLP, 2009, dengan pengolahan
120
Lanjutan Lampiran 2 Tomat (Solanum lycopersicon esculentum MILL.) Persyaratan penggunaan/ karakteristik lahan
Kelas kesesuaian lahan S1
S2
S3
N
18 - 26
26 - 30
30 - 35
> 35
16 - 18
13 - 16
< 13
700 - 800
> 800
300 - 400
200 - 300
80 - 90
> 90
20 - 24
< 24
baik, agak terhambat
agak cepat, sedang
terhambat
sangat terhambat, cepat
halus, agak halus, sedang
-
agak kasar, sangat halus
kasar
Bahan kasar (%)
< 15
15 - 35
35 - 55
> 55
Kedalaman tanah (cm)
> 50
> 50
30 - 50
< 30
Ketebalan (cm)
< 60
60 - 140
140 - 200
> 200
Ketebalan (cm), jika ada sisipan bahan mineral/ pengkayaan
< 140
140 - 200
200 - 400
> 400
KTK liat (cmol)
> 16
≤ 16
Kejenuhan basa (%)
> 35
20 - 35
< 20
6,0 - 7,5
5,5 - 6,0
< 5,5
7,5 - 8,0
> 8,0
> 1,2
0,8 - 1,2
< 0,8
<8
8 - 16
16 - 30
> 30
sangat rendah
rendah sedang
berat
sangat berat
Temperatur (tc) Temperatur rerata (°C)
Ketersediaan air (wa) Curah hujan (mm) pada masa pertumbuhan Kelebaban udara (%)
400 - 700 24 - 80
< 200
Ketersediaan oksigen (oa) Drainase
Media perakaran (rc) Tekstur
Retensi hara (nr)
pH H2O C-organik (%) Bahaya erosi (eh) Lereng (%) Bahaya erosi
Sumber: BBSDLP, 2009, dengan pengolahan
121
Lanjutan Lampiran 2 Ubi jalar (Ipomoea batatas) Persyaratan penggunaan/ karakteristik lahan
Kelas kesesuaian lahan S1
S2
S3
N
22 - 25
25 - 30 20 - 22
30 - 35 18 - 20
> 35 < 18
800 - 1.500
600 - 800 1.500-2.500
400 - 600 2.500-4.000
< 400 > 4.000
Lama bulan kering (bln)
<3
3-4
4-6
>6
Kelembaban (%) saat panen
< 75
75 - 85
> 85
baik, agak terhambat
agak cepat, sedang
terhambat
sangat terhambat, cepat
agak halus, sedang
halus, agak kasar
-
kasar
Bahan kasar (%)
< 15
15 - 35
35 - 55
Kedalaman tanah (cm)
> 75
50 - 75
20 - 50
< 20
Ketebalan (cm)
< 60
60 - 140
140 - 200
> 200
Ketebalan (cm), jika ada sisipan bahan mineral/ pengkayaan
< 140
140 - 200
200 - 400
> 400
KTK liat (cmol)
> 16
≤ 16
Kejenuhan basa (%)
≥ 35
20 - 35
< 20
5,2 - 8,2
4,8 - 5,2 8,2 - 8,4
< 4,8 > 8,4
>2
1-2
<1
<8
5 - 18
16 - 30
sangat rendah
rendah sedang
berat
Temperatur (tc) Temperatur rerata (°C)
Ketersediaan air (wa) Curah hujan (mm)
Ketersediaan oksigen (oa) Drainase
Media perakaran (rc) Tekstur
Retensi hara (nr)
pH H2O C-organik (%) Bahaya erosi (eh) Lereng (%) Bahaya erosi
Sumber: BBSDLP, 2009, dengan pengolahan
> 30
122
Lampiran 3. Lembar Kuesioner KUESIONER PENELITIAN “STUDI POTENSI LANSKAP PERDESAAN UNTUK PENGEMBANGAN AGROWISATA BERBASIS MASYARAKAT DI KECAMATAN CIGOMBONG KABUPATEN BOGOR” Oleh : Resa Maharani (Departemen Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor) Assalamualaikum Wr. Wb. Dalam rangka penelitian saya yang berjudul ”Studi Potensi Lanskap Perdesaan untuk Pengembangan Agrowisata Berbasis Masyarakat di Kecamatan Cigombong Kabupaten Bogor” sebagai syarat memperoleh gelar sarjana S1 di Institut Pertanian Bogor, maka saya mohon kesediaan Bapak/Ibu/Saudara untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan dari kuesioner ini dalam rangka memperoleh informasi lebih lanjut mengenai lanskap perdesaan dan potensinya yang ada di Kecamatan Cigombong ini. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah mengidentifikasi potensi-potensi lanskap perdesaan yang ada di Kecamatan Cigombong ini untuk pengembangan agrowisata berbasis masyarakat. Kuesioner ini nantinya berguna sebagai data pelengkap yang dibutuhkan untuk analisis lebih lanjut. Atas kesediaan Bapak/Ibu/Saudara, saya ucapkan terima kasih dan selamat mengisi. I. Latar Belakang Responden 1. Umur: a. 15-24 th (remaja) b. 25-55th (dewasa) c. >55 th (manula) 2. Jenis kelamin: a. laki-laki b. perempuan 3. Pendidikan terakhir: a. SD c. Akademi-PT b. SLTP-SMU d. tidak sekolah e.lainnya (sebutkan)...................... 4. Mata pencaharian utama: a. PNS b. Swasta c. TNI d. Petani e.lainnya (sebutkan)......... 5. Tempat tinggal: ............................................................................................................................... 6. Lama tinggal di Kecamatan Cigombong: a.<1 th b. 1-5 th c. 5-10 th d. >10 th II. Potensi Lanskap Perdesaan dan Pertanian a. Potensi Lahan dan Produk 1. Luasan total lahan yang dimiliki/digarap: a. <100 m2 c. 300-500 m2 e. >1000 m2 2 2 d. 500-1000 m b. 100-300 m 2. Jenis penggunaan lahan yang dimiliki (bisa lebih dari satu): a. lahan pertanian (sawah, tegal, pekarangan, kebun, dalam m2) b. lahan perikanan (kolam, tambak, dalam m2) c. lahan peternakan (padang gembala, kandang, dalam m2) d. lainnya (sebutkan)..........................................................
123
3. Kepemilikan lahan: a. lahan sendiri b. Sewaan c. Garapan 4. Keterkaitan terhadap lahan: a. lahan bebas b. lahan warisan 5. Lama kepemilikan: a. <1 th b. 1-2 th c. 2-4 th d. > 4 th 5. Jenis komoditas yang ditanam/dibudidayakan: a. pertanian (pangan, buah, sayuran, tanaman upakara, industri) b. perikanan (sebutkan komoditasnya) c. peternakan (sebutkan komoditasnya) d. lainnya (sebutkan)..................................................................................... 7. Untuk lahan pertanian, pola pertanaman tanaman yang digunakan: a. tanaman musiman b. tanaman dwi musim c. Tanaman tahunan 8. Untuk komoditas pertanian, lamanya panen mulai dari tanam sampai panen: ...................................................... ............................................................... b. Potensi ekonomi 1. Banyaknya panen dilakukan/tahun: a. > 2 kali per th b. 2-4 kali per th c. 4-6 kali per th d. > 6 kali per th 2. Apakah produk yang dihasilkan untuk dijual/dikonsumsi sendiri? a. dijual b. dikonsumsi 3. Jika dijual, keuntungan yang diperoleh setiap kali panen: a. < 500 ribu b. 500 rb-1 juta c. 1-2 juta d. > 2 juta 4. Apakah ada kegiatan pengolahan produk setelah panen/langsung dijual(segar)? a. ada b. tidak 5. Tenaga kerja yang digunakan: a. sendiri b. tenaga kerja bayaran c. Potensi aksesibilitas 1. Relatifitas kemudahan dalam memasarkan produk pertanian: a. mudah b. sulit 2. Relatif letak jalan terhadap jalan utama: a. jauh b. dekat 3. Ada/tidaknya alternatif akses pemasaran produk pertanian: a. tidak ada b. ada (sebutkan alternatifnya).......................................... d. Potensi aktivitas adat dan budaya 1. Adakah upacara adat/keagamaan yang dilakukan berhubungan dengan pertanian: a. ada b. tidak ada 2. Jika ada, apa saja? (sebutkan)......................................................................... 3 Adakah atraksi (membajak, memanen, menggembala, dsb) yang dapat ditunjukkan sehubungan dengan kegiatan produksi? a. ada b. tidak ada 4. Jika ada, apa saja? (sebutkan)......................................................................... 5. Jenis aktivitas apa saja yang dilakukan selama proses produksi? (sebutkan) ........................................................................................................................ 6. Apakah dalam aktivitas produksi terkait dengan organisasi adat? a. terkait b. tidak terkait
124
7. Jika ya, apakah dalam aktivitas proses produksi, kegiatan produksi (musim memulai tanam, pengairan, mulai beternak, mulai menebar benih, dsb) ditentukan adat? a. ya b. tidak 8. Sebelumnya apakah anda pernah mendengar istilah ”agrowisata” ? Jika ya, menurut anda apakah pengertian ”agrowisata” itu ? .................................................................................................................................. .................................................................................................................................. .................................................................................................................................. 9. Apakah anda setuju jika lahan dan aktivitas pertanian di Kecamatan Cigombong dikembangkan sebagai agrowisata? a. setuju b. tidak setuju 10. Apakah harapan bapak/Ibu/Saudara jika lahan pertanian di Kecamatan Cigombong ini nantinya dikembangkan menjadi wisata agro? .................................................................................................................................. .................................................................................................................................. ..................................................................................................................................
Sumber: Utami, 2005