DESAIN LANSKAP AGROWISATA TAMANSARI BERBASIS KEARIFAN LOKAL BUDAYA SUNDA DI KABUPATEN BOGOR
MARIANA AGUSTIN PUTRI
DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Desain Lanskap Agrowisata Tamansari Berbasis Kearifan Lokal Budaya Sunda di Kabupaten Bogor adalah benar karya saya dengan arahan dari dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Maret 2015 Mariana Agustin Putri NIM A44100089
ABSTRAK MARIANA AGUSTIN PUTRI. Desain Lanskap Agrowisata Tamansari Berbasis Kearifan Lokal Budaya Sunda di Kabupaten Bogor. Dibimbing oleh DEWI REZALINI ANWAR. Perkembangan ekonomi sejalan dengan industrialisasi di perkotaan. Orientasi pada perkembangan ekonomi secara tidak langsung menurunkan nilai sosial dan kebudayaan lokal. Salah satu upaya untuk mengatasi hal ini dengan melestarikan budaya lokal dan pertanian itu sendiri. Agrowisata adalah wisata yang memanfaatkan pertanian sebagai objeknya. Tapak Tamansari, Kabupaten Bogor memiliki potensi menjadi agrowisata karena keaslian agroekosistem dan tanah yang sesuai untuk pertanian. Penelitian ini bertujuan untuk merancang lanskap agrowisata berbasis kearifan lokal Budaya Sunda. Metode yang digunakan adalah analisis spasial untuk mengolah data fisik dan biofisik, analisis kuantitatif untuk menghitung Daya Dukung, Thermal Humidity Index (THI), dan Penilaian Kriteria Kelayakan Agrowisata, serta analisis deskriptif untuk mengetahui preferensi pengguna. Sintesis yang diperoleh yaitu area pengembangan agrowisata dan penerapan konsep desain Opat Kalima Pancer. Luaran dari penelitian ini yaitu gambar desain (rencana tapak) dilengkapi dengan gambar detail (gambar potongan, gambar perspektif, dan rencana penanaman). Kata Kunci: desain lanskap, agrowisata, kearifan lokal, Budaya Sunda
ABSTRACT MARIANA AGUSTIN PUTRI. Landscape Design of Tamansari Agrotourism Based on Sundanese Cultural Local Wisdom in Bogor. Supervised by DEWI REZALINI ANWAR. Economic development is coherent with industrialization in the cities. It also decrease social values and local culture indirectly. One effort to solve this problems is to conserve agriculture and local wisdom itself. Agrotourism is one of tourism type which use agriculture as its object. Tamansari site, Bogor, has potencies to become agrotourism because of authentic agroecosystem and suitable soil for agriculture. This research is purposed to design agrotourism based on Sundanese local wisdom. The methods is spatial analysis to process physical and biophysical data, quantitative analysis to quantify Carrying Capacity, Thermal Humidity Index (THI), and Agrotourism Area Feasibility Assignment, and also descriptive analysis to know user preferences. The synthesis is agrotourism development area and Opat Kalima Pancer concept design implementation. This research output is design drawing (siteplan) completed with detail drawings (section plan, perspective drawing, and planting plan). Keywords: Landscape Design, Agrotourism, Local Wisdom, Sundanese Culture
© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2015 Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau peninjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apapun tanpa izin IPB
DESAIN LANSKAP AGROWISATA TAMANSARI BERBASIS KEARIFAN LOKAL BUDAYA SUNDA DI KABUPATEN BOGOR
MARIANA AGUSTIN PUTRI
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Departemen Arsitektur Lanskap
DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015
Judul Skripsi : Desain Lanskap Agrowisata Tamansari Berbasis Kearifan Lokal Budaya Sunda di Kabupaten Bogor Nama : Mariana Agustin Putri NIM : A44100089
Tanggal Lulus:
PRAKATA Penulis memanjatkan puji syukur ke hadirat Allah SWT yang senantiasa memberikan rahmat serta hidayah-Nya sehingga skripsi dengan judul “Desain Lanskap Agrowisata Tamansari Berbasis Kearifan Lokal Budaya Sunda di Kabupaten Bogor” dapat diselesaikan. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian di Departemen Arsitektur Lanskap. Skripsi ini tidak akan selesai tanpa dukungan dan bimbingan dari pihakpihak terkait. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada, 1. Keluarga besar terutama Ibu Diah Permata dan Indra Lorenza Gunawan yang selalu memberikan semangat, dorongan, dan doa kepada penulis untuk menyelesaikan tugas akhir. 2. Ibu Dewi Rezalini Anwar, S.P., M.A.Des. selaku pembimbing skripsi yang telah bersabar dalam memberikan bimbingan, arahan, dan semangat dan penyusunan tugas akhir. 3. Bapak Prof. Dr. Ir. Wahju Qamara Mugnisjah, M.Agr selaku penguji I dan Ibu Dr. Ir. Alinda F. M. Zain, Msi. selaku dosen penguji II atas saran untuk perbaikan tugas akhir ini. 4. Ibu Dr. Syartinillia, SP., MSi. selaku pembimbing akademik atas arahan dan saran mengenai akademik dan rencana studi. 5. Seluruh dosen dan staf Departemen Arsitektur Lanskap atas ilmu dan bantuannya selama penulis menjadi mahasiswa. 6. Pihak yang sudah meluangkan waktu dalam pengumpulan data, terutama Dinas Tata Ruang dan Pertanahan Kabupaten Bogor dan pengurus Desa Tamansari. 7. Keluarga besar ARL angkatan 47 atas kebersamaannya, terutama Citradut yang sering dibuat repot, Yazka teman sebimbingan yang selalu jadi penyemangat, Iyus dan Made yang membantu saat pengambilan data. 8. Tanoto Foundation atas beasiswa yang diberikan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan studinya. Penelitian ini membahas desain lanskap agrowisata dengan menerapkan kearifan lokal Budaya Sunda baik di dalam proses desain maupun penerapan elemen desain lanskap. Penulis menyadari bahwa tulisan ini jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kritik dan saran diperlukan untuk perbaikan di masa yang akan datang. Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat.
Bogor, Maret 2015
Mariana Agustin Putri
DAFTAR ISI DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan Manfaat Kerangka Pikir TINJAUAN PUSTAKA Desain Lanskap Agrowisata Kearifan Lokal Budaya Sunda METODOLOGI Lokasi dan Waktu Alat dan Bahan Batasan Penelitian Metode Penelitian Analisis Spasial Analisis Kuantitatif Analisis Deskriptif Tahapan Penelitian Project Acceptance Research and Analysis Perancangan HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Aspek Fisik dan Biofisik Lokasi dan Batas Tapak Aksesibilitas dan Sirkulasi Iklim Topografi dan Kemiringan Tanah dan Hidrologi Vegetasi dan Satwa Visual Aspek Sosial dan Budaya Agroekosistem Budaya Sunda Budaya Sunda Setempat
viii xi xi xv 1 1 1 2 2 3 3 3 4 5 6 6 6 8 8 8 8 10 10 10 10 11 11 11 11 11 12 13 14 15 16 17 19 19 19
Aspek Wisata Agrowisata Atraksi Pelayanan Transportasi Informasi dan Promosi Aspek Legal Kebijakan Pariwisata Analisis dan Sintesis Aspek Fisik dan Biofisik Aksesibilitas dan Sirkulasi Iklim Topografi dan Kemiringan Tanah dan Hidrologi Vegetasi dan Satwa Visual Aspek Sosial dan Budaya Agroekosistem Budaya Sunda Budaya Sunda Setempat Aspek Wisata Agrowisata Atraksi Pelayanan Transportasi Informasi dan Promosi Aspek Legal Kebijakan Pariwisata Daya Dukung Sintesis Konsep Konsep Dasar Konsep Desain Pengembangan Konsep Konsep Ruang Konsep Warna Konsep Sirkulasi Konsep Agrowisata Konsep Vegetasi Konsep Hidrologi Block Plan Desain Siteplan Area Penerimaan Amphiteater Bale Riung Pasar Pak Tani dan Restoran
19 19 20 20 21 21 21 21 22 22 22 22 24 25 25 31 31 31 31 31 31 34 35 35 36 37 37 37 38 40 40 40 41 41 43 43 45 47 49 51 51 51 57 58 59
Koridor Budaya Area Botram Area Kemah Kaulinan Barudak Area Ladang Detail Desain Sirkulasi Gerbang dan Signage Saung Planting Plan SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP
61 61 62 63 64 67 67 67 68 68 80 80 80 81 82 87
DAFTAR TABEL 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
Rekapitalasi Data yang dibutuhkan Kriteria Penilaian Kelayakan Kawasan Agrowisata Data Iklim Wilayah Bogor 2013 Jenis Pohon di Tapak Agrowisata Tamansari Jenis Semak di Tapak Agrowisata Tamansari Klasifikasi Kelas Lereng Luas Setiap Kelas Lereng Produksi Komoditas Pertanian Desa Tamansari Tahun 2012 Produksi Komoditas Buah Desa Tamansari Tahun 2012 Penilaian Kelayakan Kawasan Agrowisata di Tamansari Daya Dukung Fasilitas di Agrowisata Tamansari Luas dan Persentase Setiap Area Rencana Aktivitas dan Fasilitas Agrowisata Tamansari Ketentuan Petak Ladang sesuai Jenis Tanaman Daftar Pohon yang akan ditanam di Agrowisata Tamansari Daftar Semak yang akan ditanam di Agrowisata Tamansari
7 9 14 16 17 24 25 26 26 33 37 42 47 66 68 70
DAFTAR GAMBAR 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
Kerangka Pikir Penelitian Contoh Agrowisata Upacara Adat Seren Taun Penataan lanskap Budaya Sunda Lokasi Penelitian Orientasi dan Batas Tapak Jarak dari Gerbang Tol Menuju Tapak Sirkulasi di dalam Tapak Peta Kemiringan Tapak Agrowisata Tamansari Peta Jenis Tanah Tapak Agrowisata Tamansari Peta Kondisi Umum Objek dan Atraksi Wisata di Tapak Saluran Air Jalan Setapak Penampung Air dan Lapangan Parkir Peta Analisis Kondisi Umum Klasifikasi Iklim Yunghunh Peta Analisis Sirkulasi Peta Analisis Kemiringan Lahan Peta Analisis Tanah dan Komoditas Pertanian Peta Analisis Hidrologi Peta Analisis Visual Kecenderungan Aktivitas di Kawasan Agrowisata Referensi Kendaraan Wisata
2 4 5 5 6 12 12 13 14 15 18 20 20 21 21 21 23 27 28 29 30 32 35 36
25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72
Referensi Promosi dan Informasi Peta Sintesis Diagram Konsep Desain Konsep Ruang Aplikasi Konsep Warna dalam Budaya Sunda Ilustrasi Sirkulasi di dalam Kawasan Tipe Sirkulasi Kawasan Wisata Konsep Sirkulasi Diagram Wisata Konsep Vegetasi Budaya Sunda Konsep Vegetasi Ilustrasi Reservoir Air Konsep Irigasi Block Plan Siteplan Siteplan Segmen A Siteplan Segmen B Potongan Tampak & Perspektif Area Parkir dan Shelter Kereta Wisata Ilustrasi Penunjuk Lokasi Ilustrasi Gerbang Masuk Ilustrasi Area Parkir Amfiteater Bale Riung Pemandangan dari Amfiteater Restoran dan Pasar Pak Tani Ilustrasi Restoran dan Pasar Pak Tani Ilustrasi Pasar Pak Tani Koridor Budaya Ilustrasi Koridor Budaya Area Botram Ilustrasi Area Botram Area Kemah Ilustrasi Area Kemah Area Kaulinan Barudak Ilustrasi Kaulinan Barudak (Ucing Sumput) Ilustrasi Kaulinan Barudak (Air Mancur) Area Ladang Ilustrasi Area Ladang Ilustrasi Saung Kalender Tanaman di Kawasan Agrowisata Tamansari Ilustrasi Gerbang Ilustrasi Signage Ilustrasi Saung 2 Detil Sirkulasi Detil Gerbang Detil Signage Detil Saung Planting Plan Pohon
36 39 41 42 42 44 44 45 46 48 49 50 50 52 53 54 55 56 57 57 58 58 59 59 60 60 60 61 61 62 62 63 63 63 64 64 65 65 65 66 67 67 68 71 72 73 74 75
73 74 75 76
Planting Plan Semak Bagian 1 Planting Plan Semak Bagian 2 Planting Plan Semak Bagian 3 Planting Design
76 77 78 79
DAFTAR LAMPIRAN 1 2 3
Kuisioner Penelitian Panduan Wawancara Daftar Upacara Adat Budaya Sunda
82 84 85
1
PENDAHULUAN Latar Belakang Perkembangan ekonomi sejalan dengan industrialisasi di perkotaan. Keadaan ini menyebabkan alih fungsi lahan pertanian menjadi kawasan industri semakin marak terjadi, padahal pemenuhan kebutuhan pangan, sandang, dan papan tidak terlepas dari pertanian itu sendiri. Orientasi pada perkembangan ekonomi secara tidak langsung juga menggeser nilai-nilai sosial dan budaya lokal. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah pelestarian budaya pertanian dan kearifan lokal itu sendiri. Pelestarian budaya pertanian dan kearifan lokal dapat ditinjau dari aspek fisik, biofisik, ekonomi, sosial dan budaya suatu tapak. Selain sebagai penunjang sektor ekonomi, pertanian juga menjadi salah satu budaya yang ditemukan pada sebagian besar masyarakat di Indonesia. Wisata pertanian atau agrowisata dapat menjadi nilai tambah di bidang pertanian dan melestarikan budaya bertani pada masyarakat setempat. Agrowisata merupakan suatu kegiatan yang didasarkan pada keaslian agroekosistem (Nurisjah, 2001). Oleh karena itu, pemilihan lokasi agrowisata sebisa mungkin dipilih pada daerah pertanian. Salah satu kawasan pertanian di Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor berpotensi untuk dikembangkan menjadi agrowisata karena masih memiliki keaslian agroekosistem. Agroekosistem yang terdapat pada tapak yaitu agroekosistem ladang/huma dan kebun campuran. Selain itu, potensi tapak sebagai area pertanian sangat tinggi karena berada pada lahan yang subur di dataran tinggi. Berdasarkan peraturan daerah Kabupaten Bogor Nomor 3/2013 tentang Kepariwisataan, Desa Tamansari, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor diarahkan pengembangannya menjadi desa wisata. Sebagian besar wisata yang saat ini sudah dikembangkan di Tamasari adalah wisata alam sehingga pengembangan area penelitian menjadi agrowisata dapat menjadi variasi pilihan dalam berwisata di Tamansari. Pengembangan wisata bertujuan untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat serta harus memperhatikan aspek budaya, sosial, dan agama masyarakat setempat. Lanskap agrowisata Tamansari didesain dengan menerapkan nilai-nilai kearifan lokal budaya Sunda dalam elemen-elemen desain lanskap agrowisata. Hal ini bertujuan untuk mengangkat kembali nilai-nilai budaya lokal budaya Sunda juga sebagai identitas dari agrowisata di Desa Tamansari, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor. Oleh karena itu, studi lebih lanjut mengenai desain lanskap agrowisata Tamansari perlu dilakukan. Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk: 1. mengidentifikasi, menganalisis kondisi tapak berdasarkan potensi dan kendala yang ada dan memberikan sintesis sesuai dengan tujuan agrowisata,
2
2. menentukan konsep agrowisata dan konsep desain lanskap agrowisata berdasarkan kearifan lokal budaya Sunda, serta 3. merancang lanskap agrowisata berbasis kearifan lokal budaya Sunda di Desa Tamansari, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor. Manfaat Manfaat dari penelitian ini adalah; 1. memberikan alternatif desain lanskap agrowisata yang berbasis kearifan lokal budaya Sunda di Desa Tamansari, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor sebagai salah satu upaya pelestarian budaya pertanian dan kearifan lokal, dan 2. menjadi bahan pertimbangan dalam merancang lanskap agrowisata bagi pihakpihak terkait. Kerangka Pikir Diagram alir dari pemikiran desain agrowisata berbasis kearifan lokal Suku Sunda disajikan pada Gambar 1 di bawah ini, Perkembangan ekonomi Pergeseran nilainilai budaya lokal
Alih fungsi lahan pertanian
Upaya pelestarian budaya pertanian dan kearifan lokal budaya Sunda Agrowisata Aspek fisik & biofisik
Aspek sosial & budaya
Aspek wisata
Aspek legal
Analisis Analisis spasial
Analisis deskriptif
Analisis kuantitatif
Sintesis Konsep desain lanskap agrowisata Desain Lanskap Agrowisata Berbasis Kearifan Lokal Budaya Sunda di Kabupaten Bogor Gambar 1 Kerangka Pikir Penelitian
3
TINJAUAN PUSTAKA Desain Lanskap Dalam bidang arsitektur lanskap, desain lanskap merupakan kelanjutan dari proses perencanaan. Proses desain adalah suatu alat yang sistematis untuk menentukan keadaan awal yang diharapkan dan cara yang terbaik untuk mencapai keadaan yang diharapkan (Simonds, 1983). Perhatian perancangan ditujukan pada penggunaan volume dan ruang, serta setiap volume yang memiliki bentuk, ukuran, bahan, warna, tekstur, dan kualitas lainnya. Menurut Hakim (1987), untuk memberikan kesan komposisi yang paling serasi atau ideal dalam suatu perancangan maka harus memperhatikan elemenelemen desain yaitu tekstur, warna, bentuk, dan skala. Tekstur berfungsi untuk memberi kesan pada persepsi manusia melalui penglihatan visual. Bentuk akan memberikan berbagai kesan seperti statis, stabil, formal, agung, tuntas, labil, dan aktif. Elemen warna dapat memperjelas karakter objek dan memberi aksen pada bentuk dan bahan-bahannya. Skala untuk menunjukkan perbandingan antara ruang dengan elemen tertentu yang ukurannya sesuai dengan manusia. Menurut Vandyke (1990) prinsip perancangan terdiri dari: 1. Unity, yaitu kesatuan seluruh elemen (harmonis): repetition, module, grid, dan theme. 2. Balance, yaitu keseimbangan dalam skala dan proporsi untuk menyusun elemen lanskap: symmetry, asymmetry, dan radial. 3. Emphasize/dominance, yaitu menciptakan kontras/aksen: directionality, placement, contrast, size, dan number. Desain lanskap diharapkan dapat memberikan solusi atas permasalahanpermasalahan yang ada secara fungsional dan estetis. Agrowisata Berdasarkan Surat Keputusan (SK) Menteri Pariwisata No. KM.47/PW.DOW/MPPT-89 dan No. 204/KPTS/HK/050/4/1989, agrowisata sebagai bagian dari obyek wisata diartikan sebagai suatu bentuk kegiatan yang memanfaatkan usaha agro sebagai obyek wisata dengan tujuan untuk memperluas pengetahuan, pengalaman rekreasi, dan hubungan usaha di bidang pertanian (Tirtawinata 1996). Beberapa manfaat agrowisata menurut Titawinata (1996) antara lain; 1) meningkatkan konservasi lingkungan, 2) meningkatkan nilai estetika dan keindahan alam, 3) memberikan nilai rekreasi, 4) meningkatkan kegiatan ilmiah dan pengembangan ilmu pengetahuan, dan 5) meningkatkan keuntungan ekonomi. Upaya pengembangan agrowisata secara garis besar mencakup aspek pengembangan sumberdaya manusia, sumberdaya alam, promosi, dukungan sarana dan kelembagaan (Deptan 2008). Menurut Nurisjah (2001), kawasan agrowisata dapat ditata dan dikembangkan dengan menggunakan lima konsep sebagai berikut: 1) mengakomodasi kepentingan dan keinginan serta kepuasan
4
wisatawan, 2) meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan wilayah yang terkait dengan kegiatan agrowisata yang akan dikembangkan, 3) melestarikan budaya pertanian tradisional dan juga lingkungan alaminya, 4) diarahkan untuk suatu kegiatan rekonstruksi dan penataan suatu kawasan sebagai suatu aset budaya pertanian wilayah, dan 5) sebagai sarana introduksi dan pasar dari teknologi dan produk pertanian unggulan daerah.
Parashar Agritourism
Kusuma Agrowisata
Gambar 2 Contoh agrowisata Sumber: google.com
Wilayah kawasan agrowisata awalnya adalah perdesaan karena secara tradisional merupakan daerah produksi pertanian, tetapi saat ini dapat berkembang kemana saja tergantung bentuk pertanian yang ditawarkan. Berdasarkan pendapat E.Salim pada Nurisjah (2001) untuk pengembangan wisata agro ini ada tiga hal yang harus diketahui dan diperhatikan yaitu: 1) wisata agro merupakan suatu kegiatan yang didasarkan pada keaslian agroekosistem; 2) dalam mengembangkan aktivitas wisata agro harus bersendi pada riset ilmiah; 3) wisata agro merupakan suatu pemandangan alamiah yang bertumpu pada bentuk lanskap regional. Selanjutnya ada dua azas yang harus diakomodasikan pada aktivitas dan pengembangannya, yaitu (1) azas manfaat, dalam arti penyelenggaraan program wisata agro dapat memberikan manfaat politik, ekonomi, sosial, budaya maupun lingkungan; (2) azas pelestarian dalam arti penyelenggaraan program wisata agro diarahkan berperan guna meningkatkan pelestarian plasma nutfah sebagai sumberdaya utama bagi kelestarian alam dan lingkungan. Kearifan Lokal Istilah kearifan lokal adalah terjemahan dari “local genius,” yang pertama kali diperkenalkan oleh Quaritch Wales pada thun 1948-1949 dengan arti “kemampuan kebudayaan setempat dalam menghadapi pengaruh kebudayaan asing pada waktu kebudayaan itu berhubungan.” (Rosidi, 2011). Kearifan lokal merupakan pengetahuan lokal yang sudah demikian menyatu dengan sistem kepercayaan, norma dan budaya dan diekspresikan di dalam tradisi dan mitos yang dianut dalam waktu yang cukup lama (Sunaryo dan Laxman, 2003). Saat ini, keberadaan kearifan lokal mulai tergerus arus modernisasi yang cenderung mengesampingkan nilai-nilai yang dianut masyarakat setempat. Menurut Keraf (2002), kearifan lokal atau kearifan tradisional adalah semua bentuk keyakinan, pemahaman atau wawasan serta adat kebiasaan atau etika yang menuntun perilaku manusia dalam kehidupan di dalam komunitas ekologis. Kuatnya kearifan lokal yang dianut masyarakat setempat akan tercermin pada lingkungan yang terjaga dengan baik. Pada sebuah lanskap, kearifan lokal dapat
5
tercermin dari tata guna lahan, pengelolaan suatu lanskap dan elemen-elemen pendukung dalam suatu lanskap itu sendiri. Budaya Sunda Masyarakat Sunda merupakan bagian dari masyarakat suku bangsa-suku bangsa lainnya yang hidup di bumi nusantara. Harsojo sebagaimana dikutip Koentjaraningrat (2004) menyatakan bahwa secara antropologi-budaya, yang disebut sebagai orang Sunda atau Suku Sunda adalah orang-orang yang secara turun temurun menggunakan bahasa dan dialek Sunda sebagai bahasa ibu serta dialek dalam percakapan sehari-hari. Orang Sunda dimaksud tinggal di daerah Jawa Barat dan Banten yang dulu dikenal sebagai Tanah Pasundan atau Tatar Sunda. Secara kultural ekologis, pada umumnya masyarakat Sunda hidup pada daerah pegunungan sehingga tidak jarang pada masa lalu banyak yang menyebut bahwa orang Sunda dikenal sebagai “orang gunung”.
Gambar 3 Upacara Adat Seren Taun Sumber: google.com
Menurut Koesoemadinata (dalam Rosidi, 2006), masyarakat Sunda adalah masyarakat yang cinta pegunungan. Hal itu dibuktikan dengan kehidupannya yang lebih banyak di daerah pegunungan dan pengelolaan wilayah pegunungan sebagai lahan pertanian dan peternakan. Selain itu, bukti kedekatan masyarakat Sunda pada gunung atau pegunungan banyak diekspresikan melalui tembang-tembang Sunda yang bertemakan gunung atau kehidupan di pegunungan. Berdasarkan kontur alam gunung atau pegunungan, kehidupan mata pencaharian masyarakat Sunda pada masa lalu dikenal sebagai masyarakat “peladang”.
Kampung Budaya Sindang Barang
Kampung Naga
Gambar 4 Penataan Lanskap Budaya Sunda Sumber: google.com
6
Kebudayaan Sunda termasuk salah satu kebudayaan tertua di Nusantara. Kebudayaan Sunda yang ideal kemudian sering kali dikaitkan sebagai kebudayaan masa Kerajaan Sunda. Sistem kepercayaan spiritual tradisional Sunda adalah Sunda Wiwitan yang mengajarkan keselarasan hidup dengan alam. Kini, hampir sebagian besar masyarakat Sunda beragama Islam dan sebagian lain yang tidak beragama Islam, walaupun berbeda namun pada dasarnya seluruh kehidupan ditujukan untuk kebaikan di alam semesta.
METODOLOGI Lokasi dan Waktu Penelitian ini berlokasi di Desa Tamansari, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor. Secara geografis terletak pada 106°44’18.35’’ BT106°44’41.47’’ BT dan 6°39’16.72’’ LS-6°39’46.59’’ LS.. Penelitian berlangsung selama empat bulan yaitu pada bulan Februari sampai dengan bulan Juni 2014. Peta lokasi penelitian dijelaskan pada Gambar 5.
Peta Kabupaten Bogor
Peta Kec. Tamansari
Peta Desa Tamansari
Gambar 5 Lokasi Penelitian Berikut adalah batas wilayah dari lokasi penelitian, batas Utara : Jalan Ciapus batas Timur : permukiman penduduk batas Selatan : ladang dan hutan : jalan lingkungan batas Barat Alat dan Bahan Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah kamera, notebook, mouse, kalkulator, alat tulis (pensil, drawing pen, pewarna, penggaris dan lain-lain), dan alat survei (Global Positioning System, meteran, kertas, papan jalan, dan lainlain). Bahan-bahan yang dibutuhkan, antara lain, peta dasar tapak, panduan wawancara, kertas kerja, dan lain sebagainya. Penelitian ini membutuhkan data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari hasil survei lapang, wawancara dengan pengguna tapak dan warga
7
sekitar. Data sekunder yang diperlukan diperoleh melalui studi pustaka. Data dan sumber data yang diperlukan diuraikan pada Tabel 1.
Aspek Fisik & biofisik
Sosial dan budaya
Wisata
Tabel 1 Rekapitulasi Data yang Dibutuhkan Jenis Data Bentuk Data Sumber Data Lokasi tapak Letak, luas, dan Survei lapang, studi batas wilayah pustaka Aksesibilitas dan Peta jaringan jalan Bappeda, survei sirkulasi lapang Iklim Data iklim BMKG Bogor Topografi dan Peta topografi Dinas Tata Ruang dan kemiringan Pertanahan Hidrologi Keadaan hidrologi, Survei lapang, dan irigasi, dan badan Dinas Tata Ruang dan air Pertanahan Tanah
Jenis tanah
Vegetasi dan satwa Visual Agroekosistem Budaya Sunda
Jenis-jenis vegetasi dan satwa Informasi Data demografi, literatur
Budaya Sunda setempat
Data budaya Sunda
Agrowisata
Penilaian kelayakan kawasan Objek dan atraksi wisata Aktivitas wisata Data sarana dan prasarana Kebutuhan fasilitas Data transportasi menuju tapak dan di dalam tapak Ketersediaan informasi wisata Jenis promosi wisata RTRW, kebijakan pariwisata Kabupaten Bogor
Atraksi
Pelayanan
Transportasi
Informasi dan promosi
Legal
Kebijakan pemerintah setempat
Dinas Tata Ruang dan Pertanahan Survei lapang Survei lapang Survei lapang, pemerintah Kecamatan Tamansari Survei lapang, wawancara Survey lapang, analisis Survei lapang, kuisioner Survei lapang
Survei lapang
Studi pustaka, survei lapang
Pemda Kabupaten Bogor
8
Batasan Penelitian Penelitian ini dimulai dari tahap persiapan hingga desain. Keluaran yang dihasilkan dari penelitian ini adalah gambar desain (siteplan) yang dilengkapi dengan gambar detil (gambar potongan, gambar perspektif, rencana penanaman, dan gambar detil). Luas tapak yang akan didesain ± 28.78 ha. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah dengan pendekatan analisis spasial, analisis kuantitatif, dan analisis deskriptif. Penjelasan mengenai masingmasing metode analisis adalah sebagai berikut, Analisis Spasial Analisis spasial merupakan sekumpulan metode untuk menemukan dan menggambarkan tingkatan/pola dari sebuah fenomena spasial, sehingga dapat dimengerti dengan lebih baik. Dengan melakukan analisis spasial, diharapkan muncul infomasi baru yang dapat digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan di bidang yang dikaji. Metode yang digunakan sangat bervariasi, mulai observasi visual sampai pemanfaatan matematika/statistik terapan (Sadahiro, 2006). Analisis spasial digunakan untuk mengolah data aspek fisik dan biofisik. Keluaran untuk aspek fisik dan biofisik adalah overlay peta kesesuaian lahan tiaptiap komoditas pertanian untuk agrowisata berdasarkan jenis tanah, kemiringan lahan, dan ketinggian tempat. Analisis Kuantitatif Analisis kuantitatif digunakan untuk menganalisis daya dukung, thermal humidity index (THI), dan analisis kelayakan kawasan agrowisata. Analisis tersebut menjadi indikator dalam merencanakan kebutuhan ruang dan kebutuhan fasilitas. Secara umum rumus daya dukung (Boulon dalam Nurisjah, 2003): luas area (m2) standar kebutuhan (m2/orang) Pengukuran thermal humidity index (THI) untuk mengetahui indeks kenyamanan menurut iklim mikro dinyatakan dengan rumusan sebagai berikut: Daya dukung =
Thermal Humidity Index (THI) = (0,8 T + RH T)/500 T = suhu udara (oC) dan RH = kelembapan nisbi udara (%) Analisis kelayakan tempat menjadi agrowisata dilakukan sesuai kriteria yang dipaparkan oleh Smith (1989) dengan modifikasi. Modifikasi yang dilakukan dengan menyesuaikan kriteria penilaian dengan kriteria yang ada di lokasi penelitian. Kriteria untuk kelayakan kawasan agrowisata, antara lain, obyek dan atraksi berbasis pertanian, obyek dan atraksi alami, akses, dan letak dari jalan utama (Smith, 1989). Penilaian kelayakan agrowisata dijelaskan pada Tabel 2.
9
Tabel 2 Kriteria Penilaian Kelayakan Kawasan Agrowisata No.
1
2
3
4
5
Kriteria Obyek dan Atraksi Berbasis Pertanian (Bobot 20%): Ketersediaan ragam serta keindahan areal pertanian (sawah, perkebunan, kolam) • Beragam obyek dan aktivitas pertanian disertai keindahan pemandangan pertanian sekitarnya • Cukup beragam obyek dan aktivitas pertanian disertai keindahan pemandangan sekitarnya • Cukup beragam obyek dan aktivitas pertanian tetapi kurang keindahan pemandangan sekitarnya • Kurang beragam dan tak indah Obyek dan Atraksi Alami (Bobot 15%): Keindahan pemandangan alami (ekosistem, topografi, tanaman langka, satwa liar, air terjun) dan iklim (tropikal, udara yang bersih, & suhu yang nyaman) • Beragam obyek alami dengan keindahan dan kenyamanan alami • Cukup beragam obyek alami dengan keindahan dan kenyamanan alami • Beragam obyek alami dengan keindahan dan kenyamanan buatan (rekayasa) • Kurang obyek alami dengan keindahan dan kenyamanan buatan (rekayasa) Akses (Bobot 10%) : Kemudahan untuk pencapaian lokasi, ketersediaan jalan • Jalan primer dekat, mudah dicapai, kondisi baik, kendaraan umum beragam, kondisi baik • Jalan sekunder, kondisi sedang, kendaraan umum terbatas • Jalan tersier, kondisi sedang, tidak ada kendaraan umum • Tidak ada akses, tidak ada kendaraan umum Letak Dari Jalan Utama (Bobot 10%): Kedekatan dengan jalur jalan utama wilayah • Dekat (< 1 km) • Sedang (1 – 3 km) • Cukup jauh (3 – 5 km) • Sangat jauh (> 5 km) Sarana Wisata (Bobot 10%): Utilitas, sarana kesehatan, air bersih , fasilitas makan dan penginapan • Tersedia, lengkap, kualitas baik dan terawat • Ada beberapa, cukup terawat • Ada beberapa, kurang terawat • Tidak tersedia
Sumber: Smith 1989, modifikasi
Nilai
4 3 2 1
4 3 2 1
4 3 2 1
4 3 2 1
4 3 2 1
10
∑
∑
Keterangan : KKA = Kelayakan Kawasan Agrowisata Sij = Kriteria agrowisata tiap kawasan Aij = Bobot kriteria agrowisata Analisis Deskriptif Analisis deskriptif adalah prosedur penelitian berdasarkan data lisan atau tulisan dari subjek yang telah diamati dan memiliki karakteristik data yang diperoleh adalah data asli serta menggunakan metode yang sistematis dan dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Jenis penelitian deskriptif dapat dikelompokkan dalam tiga kelompok, yaitu (1) apabila hanya mendeskripsikan data apa adanya dan menjelaskan data atau kejadian dengan kalimat-kalimat penjelasan secara kualitatif disebut penelitian deskriptif kualitatif; (2) apabila dilakukan analisis data dengan menghubungkan antara satu variabel dengan variabel yang lain disebut deskriptif asosiatif; dan (3) apabila dalam analisis data dilakukan pembandingan disebut deskriptif komparatif (Sulipan, 2007). Analisis deskriptif didukung dengan studi pustaka yang terkait. Analisis deskriptif dilakukan pada aspek sosial dan budaya. Pada analisis deskriptif dihasilkan preferensi pengunjung agrowisata dan kearifan lokal budaya Sunda yang terdapat pada tapak. Tahapan Penelitian Tahapan penelitian mengikuti tahapan kerja yang dikemukakan oleh Booth (1983), yaitu Planning Design Process meliputi beberapa tahapan, yaitu Project Acceptance, Research/Analysis, Concept, Design Contruction Drawing, Implementation, and Post-Construction serta Evaluation and Maintenance. Tahapan penelitian desain agrowisata berbasis kearifan lokal Suku Sunda diuraikan sebagai berikut: 1. Project Acceptance Pada tahap ini, dilakukan persiapan sebelum melakukan penelitian. Persiapan tersebut yaitu perizinan kepada pihak-pihak yang terlibat. Selain itu, aspek legal dalam bidang-bidang yang terkait juga harus diperhatikan agar tidak ada hal-hal yang menyalahi hukum dan perundang-undangan. 2. Research and Analysis Tahap research and analysis terdiri atas pengumpulan data, inventarisasi, analisis tapak, dan sintesis. Penjelasan mengenai tahap-tahap tersebut diuraikan sebagai berikut: a. Pengumpulan data sebelum turun lapang melalui studi pustaka dengan menggunakan peta dasar sebagai acuan, seperti peta fisik dan biofisik yang mencakup peta lokasi, peta topografi dan tanah, peta iklim, peta drainase, dan peta tata guna lahan. b. Inventarisasi dilakukan untuk meninjau ulang data yang terdapat pada peta dasar dan menambahkan informasi yang belum diperoleh, seperti aspek visual,
11
aspek sosial budaya dan ekonomi masyarakat. Aspek sosial dan budaya dapat diperoleh dengan mewawancarai penduduk sekitar, pemerintah berwenang, dan lain-lain. c. Analisis tapak dilakukan secara spasial, deskriptif, dan kuantitatif untuk mengetahui potensi dan kendala pada tapak. Metode analisis yang digunakan dijelaskan lebih rinci pada sub bab Metode Penelitian. d. Sintesis dilakukan setelah analisis tapak guna memperoleh titik temu antara potensi dan kendala yang ada di tapak. Keluaran yang dihasilkan dari proses sintesis adalah rencana blok. Hal ini diperlukan untuk merumuskan konsep. 3. Perancangan Tahap perancangan terdiri atas perumusan konsep, desain, dan penyusunan gambar detil. Penjelasan mengenai tahap-tahap tersebut diuraikan sebagai berikut: a. Perumusan konsep merupakan tahap selanjutnya dalam alur perancangan. Pada tahap ini dirumuskan konsep dasar, konsep desain, dan konsep pengembangan. Konsep pengembangan terdiri atas konsep ruang, sirkulasi, vegetasi, fasilitas, dan lain-lain. Pada tahap konsep, luaran yang dihasilkan berupa peta zonasi dan rencana blok. b. Desain dibuat berdasarkan rencana blok yang disesuaikan dengan konsep sehingga diperoleh rencana tapak (siteplan). Setelah itu, rencana tapak dibuat lebih rinci sehingga diperoleh gambar detil. c. Gambar detil terdiri atas gambar potongan, perspective view, rencana penanaman dan spesifikasi, serta gambar detil konstruksi beserta materialnya. Gambar detil berfungsi untuk menjelaskan desain lanskap agar lebih mudah dipahami.
HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Aspek Fisik dan Biofisik Aspek fisik dan biofisik yang diinventarisasi meliputi aspek-aspek yang terkait dalam desain lanskap agrowisata yaitu: Lokasi dan Batas Tapak Lokasi tapak yang akan didesain menjadi lanskap agrowisata terletak di Desa Tamansari, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor. Berdasarkan letak geografisnya tapak berada pada 106°44’18.35’’-106°44’41.47’’ BT dan 6°39’16.72’’-6°39’46.59’’ LS. Luas area tapak yang akan didesain yaitu sebesar 28.78 Ha. Tapak berada pada ketinggian 624-631 mpdl. Tapak dibatasi oleh permukiman, hutan, dan Jalan Ciapus. Batas-batas tapak dapat dilihat pada gambar berikut ini (Gambar 6).
12
Jalan ciapus
Permukiman Jalan lingkungan
Hutan
Gambar 6 Orientasi dan Batas Tapak Sumber gambar: GoogleEarth
Aksesibilitas dan Sirkulasi Tapak dilalui oleh jalan kabupaten, yaitu Jalan Raya Ciapus. Akses dari jalan tol terdekat, yaitu Jalan Tol Jagorawi, dapat ditempuh melalui dua rute. Rute pertama yaitu rute Tol Jagorawi – Jalan Ir. H. Juanda – Jalan Kapten – Jalan Raya Ciapus dan rute kedua yaitu Tol Jagorawi – Jalan Pahlawan – Jalan Kapten – Jalan Raya Ciapus. Rute dari gerbang Tol Jagorawi menuju tapak dapat dilihat pada Gambar 7. Jarak tempuh rute pertama yaitu ±8.4 km dengan waktu tempuh ±14 menit, sedangkan jarak tempuh rute kedua yaitu ±10.4 km dengan waktu tempuh ±16 menit jika arus jalan lancar. Lebar Jalan Raya Ciapus yaitu 7–8.5 m dengan kondisi jalan yang berlubang pada beberapa titik. Perjalanan menuju ke lokasi tapak dapat ditempuh dengan kendaraan umum dan pribadi.
Gambar 7 Jarak dari Gerbang Tol Menuju Tapak Sumber gambar: GoogleMap
13
Terdapat dua buah akses menuju tapak. Akses pertama dari Jalan Raya Ciapus berupa jalan setapak menuju lahan pertanian dengan lebar ±2.7 m dengan material tanah yang dipadatkan dengan batu kerikil. Akses kedua melalui jalan lingkungan dengan lebar ±6.35 m dengan material aspal. Akses masuk tersebut dapat dilihat pada Gambar 11 Peta Kondisi Umum. Sirkulasi di dalam lokasi penelitian terdiri atas jalan aspal untuk masuk ke lokasi, dan jalan setapak tanah menuju ladang. Pada beberapa area belum ada sirkulasi permanen karena minimnya aktivitas yang dilakukan di lokasi tersebut. Salah satu sirkulasi di dalam tapak dapat dilihat pada Gambar 8.
a) Jalan ke ladang 1
b) Jalan ke ladang 2
c) Jalan masuk lokasi
Gambar 8 Sirkulasi di dalam Tapak Sumber gambar: Dokumentasi pribadi
Iklim Iklim di Desa Tamansari mengikuti iklim Kabupaten Bogor menurut klasifikasi Schmidt dan Ferguson, termasuk Iklim Tropis tipe A (Sangat Basah) di bagian selatan dan tipe B (Basah) di bagian utara. Suhu berkisar rata-rata antara 20°C-30°C. Curah hujan tahunan antara 2.500 mm sampai lebih dari 5.000 mm/tahun. Lokasi penelitian berada di Desa Tamansari memiliki suhu rata-rata pada tahun 2013 sebesar 26.3°C. Curah hujan rata-rata di tahun 2013 sebesar 335.0 mm/bulan dan kelembapan sebesar 83.8%. Lokasi tapak yang berada cukup dekat dengan Gunung Halimun-Salak juga mempengaruhi pada cuaca setempat yang lebih sejuk. Data iklim bulanan tahun 2013 dapat dilihat pada Tabel 3. Kondisi iklim suatu wilayah mempengaruhi budi daya pertanian, antara lain pemilihan jenis vegetasi, hewan ternak, dan faktor-faktor pemanenannya. Iklim pada tapak sesuai untuk tanaman sayuran dan palawija. Tanaman sayuran yang ditanam di tapak adalah cabai, terung, dan tomat, sedangkan tanaman palawija yang ditemukan di tapak yaitu singkong dan jagung. Selain itu, iklim juga berpengaruh pada kenyamanan yang dirasakan oleh manusia, dinyatakan dalam Thermal Humidity Index (THI). Analisis THI akan dipaparkan pada sub bab analisis dan sintesis.
14
Tabel 3 Data Iklim Wilayah Bogor 2013 Bulan
Suhu (oC)
Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober Nopember Desember Rata-Rata
25.6 25.7 26.2 26.7 26.8 26.4 26.0 26.3 26.5 26.8 26.6 26.1 26.3
Curah hujan (mm/bulan) 453.3 371.6 405.0 426.4 332.0 200.0 196.2 263.7 337.6 316.2 358.7 359.4 335.0
Kelembaban (%) 87.7 87.0 86.3 85.4 85.3 83.6 81.5 80.1 79.6 80.9 83.1 85.0 83.8
Kecepatan angin (km/jam) 7.2 7.6 7.2 6.8 6.5 6.5 6.8 7.2 7.6 7.6 7.2 7.2 7.1
Sumber: WeatherBase, 2013
Topografi dan Kemiringan Kondisi topografi di lokasi tapak cukup berbukit-bukit dengan kemiringan beragam dari 0-45 % dan ketinggian antara 624-631 meter di atas permukaan laut. Kondisi tersebut disebabkan oleh letak tapak yang cukup dekat dengan Gunung Halimun-Salak di sebelah barat daya.
Gambar 9 Peta Kemiringan Tapak Agrowisata Tamansari Sumber: Dinas Tata Ruang & Pertanahan Kabupaten Bogor
15
Peta topografi yang diperoleh dari Dinas Tata Ruang Kabupaten Bogor kemudian diolah untuk memperoleh peta kemiringan yang dapat dilihat pada Gambar 9. Peta kemiringan tersebut membantu dalam memilih jenis komoditas pertanian yang dapat dikembangkan serta menentukan titik-titik pembangunan struktur fasilitas pelengkap agrowisata. Hal ini akan diuraikan dalam sub bab analisis. Tanah dan Hidrologi Tapak di Tamansari mendapat curah hujan melimpah setiap tahunnya dan tidak mengalami kekeringan di musim kemarau. Selain itu, daerah tangkapan air pada tapak masih relatif banyak. Ketersediaan air juga ditunjang oleh keberadaan pipa saluran air yang berada di beberapa titik. Sumber air berasal dari anak Sungai Cisadane di sebelah timur tapak. Kondisi drainase tapak cukup baik namun pada titik-titik tertentu sering timbul genangan pada waktu hujan. Hal ini mengakibatkan tanah menjadi licin dan cukup berbahaya. Berdasarkan peta hidrogeologi Dinas Tata Ruang & Pertanahan Kabupaten Bogor, kondisi hidrogeologi tapak berada pada zona akuifer produktif setempat. Jenis tanah pembentuk di Desa Tamansari adalah latosol cokelat dan regosol (Dinas Tata Ruang dan Pertanahan, 2014). Menurut Darmawijaya (1980), tanah latosol memiliki kadar liat lebih dari 60 %, remah sampai gumpal, gembur, warna seragam dengan batas-batas horison yang kabur, solum dalam (lebih dari 150 cm), kejenuhan basa kurang dari 50 %, umumnya mempunyai epipedon umbrik dan horison kambik. Peta jenis tanah tapak agrowisata Tamansari dapat dilihat pada Gambar 10.
Gambar 10 Peta Jenis Tanah Tapak Agrowisata Tamansari Sumber: Dinas Tata Ruang & Pertanahan Kabupaten Bogor
16
Pada proses desain lanskap agrowisata, terdapat dua aspek penting yang perlu diperhatikan. Dua aspek tersebut adalah tanah sebagai media tumbuh tanaman dan tanah sebagai dasar bagi pembangunan struktur bangunan. Hal ini akan dibahas selanjutnya pada tahapan analisis. Vegetasi dan Satwa Vegetasi yang ada pada tapak sebagian besar merupakan tanaman pertanian, antara lain palawija (singkong dan jagung), sayuran (leunca, cabai, dan tomat), dan buah-buahan (pisang, mangga, dan jeruk). Selain itu terdapat tanaman perkebunan seperti lamtoro, pulai, dan lain sebagainya. Jenis vegetasi yang terdapat di lokasi tapak dapat dilihat pada Tabel 4 dan 5. Selain vegetasi, berdasarkan pengamatan singkat, satwa yang terdapat di tapak adalah burung gereja, kupu-kupu, dan berbagai jenis serangga.
No
Tabel 4 Jenis Pohon di Tapak Agrowisata Tamansari Gambar Nama Latin Nama Lokal
1
Albizia falcata
Sengon
2
Citrus sp.
Jeruk
3
Leucaena leucocephala
Lamtoro
4
Mangifera indica
Mangga
5
Manihot utilissima
Singkong
6
Musa paradisiaca
Pisang
17
No
Gambar
7
No
Nama Latin
Nama Lokal
Albizia falcata
Pulai
Tabel 5 Jenis Semak di Tapak Agrowisata Tamansari Gambar Nama Latin Nama Lokal
1
Capsicum annum
Cabai
2
Cordyline sp.
Hanjuang merah
3
Dracaena sp.
Drasena
4
Hydrangea sp.
Hydrangea
5
Solanum lycopersicum
Tomat
6
Solanum nigrum
Leunca
Sumber gambar: Google.com
Visual Aspek visual dari tapak beragam sesuai dengan karakter tapak. Hal yang perlu ditekankan adalah arah pandang ke barat daya memiliki visual yang sangat baik karena merupakan pemandangan Gunung Salak serta lanskap alami yang berbukit-bukit. Selain itu, pemandangan di dalam tapak juga cukup baik dengan kondisi lingkungan yang masih asri.
18
Gambar 11 Peta Kondisi Umum
19
Aspek Sosial dan Budaya Agroekosistem Budaya Sunda Sejak masa lampau, orang Sunda sudah bertani secara berpindah-pindah di lahan hutan pegunungan (de Haan dalam Adiwilaga, 1975). Para peladang biasanya menggunakan petunjuk indikator di alam. Pada masa silam, sistem pertanian yang utama di Jawa Barat adalah sistem ladang atau huma (Adiwilaga, 1975). Setelah itu, masyarakat Sunda mulai mengenal agroekosistem sawah dari Jawa Tengah sekitar tahun 1750. Agroekosistem yang dapat ditemukan pada tapak adalah agroekosistem ladang/huma dan kebun campuran. Agroekosistem tapak sesuai dengan topografi tapak yang berbukit-bukit. Secara khusus, sistem pertanian non-sawah, seperti huma, kebun-talun, dan pekarangan sering disebut agroforestri tradisional. Hal ini disebabkan karena pada sistem pertanian tersebut biasanya ditanami oleh beragam jenis tanaman campuran semusim dan tahunan. Akibatnya, struktur vegetasi pada sistem pertanian tersebut menyerupai hutan alam, tetapi memiliki fungsi sosial, ekonomi, dan budaya yang penting bagi pemiliknya (Soemarwoto, 1981). Budaya Sunda Setempat Pada umumnya, Budaya Sunda di Desa Tamansari tidak jelas terlihat. Warga desa sudah beradaptasi dengan baik terhadap perkembangan desa yang lebih modern. Selain itu, menurut pengurus kantor Desa Tamansari, desa tersebut memang belum melestarikan kebudayaan yang ada, tetapi lebih menggali potensi wisata alam sehingga, Desa Tamansari dikembangkan menjadi desa wisata. Namun, secara geografis, Budaya Sunda setempat sebagian besar dipengaruhi oleh keberadaan Kasepuhan di daerah Taman Nasional Gunung Halimun-Salak. Warga Kasepuhan merupakan masyarakat Sunda yang masih memegang teguh adat dan budaya Sunda. Aspek Wisata Agrowisata Saat ini, tidak ada aktivitas wisata di lokasi penelitian, tetapi dapat ditemukan aktivitas pertanian warga yang memiliki lahan pertanian. Pada beberapa area ditanami singkong, tomat, cabai, terung, jeruk, dan lain sebagainya. Warga yang mengolah lahan tersebut tidak menetap di lokasi penelitian, tetapi tinggal di permukiman di sekitarnya. Keberadaan aktivitas pertanian di lokasi tersebut dapat menjadi potensi untuk agrowisata. Salah satu cara untuk menilai suatu area untuk dapat menjadi kawasan agrowisata yaitu melalui penilaian kelayakan kawasan agrowisata yang dikemukakan oleh Smith (1989). Penilaian tersebut menguraikan potensi agrowisata pada tapak melalui beberapa kriteria, yaitu obyek dan atraksi berbasis pertanian, obyek dan atraksi alami, akses, dan letak dari jalan utama. Penilaian tersebut akan dilakukan pada tahap analisis-sintesis.
20
Atraksi Atraksi wisata adalah salah satu elemen dari produk wisata yang menarik pengunjung dan menentukan pilihan untuk mengunjungi suatu tempat daripada tempat lainnya (Medlik, 1993). Menurut Undang-undang No. 9/1990 tentang kepariwisataan disebutkan bahwa objek dan daya tarik wisata adalah suatu yang menjadi sasaran wisata, terdiri atas: 1. Objek dan daya tarik wisata ciptaan Tuhan Yang Maha Esa, yang berwujud keadaan alam, flora, dan fauna. 2. Objek daya tarik wisata hasil karya manusia yang berwujud museum, peninggalan purbakala, peninggalan sejarah, seni dan budaya, agrowisata, wisata buru, wisata petualangan alam, taman rekreasi, dan komplek hiburan. Objek dan atraksi wisata di lokasi penelitian meliputi aktivitas pertanian, mulai dari mengolah lahan, menanam, dan memanen hasil pertanian. Selain itu, pemandangan Gunung Salak menjadi salah satu potensi untuk dikembangkan sebagai objek wisata. Atraksi wisata dan objek wisata yang ada pada tapak dapat dilihat pada Gambar 12.
Gambar 12 Objek dan Atraksi Wisata di Tapak Sumber: Dokumentasi pribadi
Pelayanan Sarana dan prasarana yang terdapat di lokasi penelitian belum memadai untuk aktivitas wisata. Sarana dan prasana yang tersedia adalah saluran air untuk pengairan, rumah pengelola, lapangan parkir, penampung air, dan akses jalan setapak menuju area yang diolah menjadi ladang. Sementara itu, pada area lainnya akses masih berupa semak belukar. Saluran air dan tipikal jalan di dalam lokasi penelitian dapat dilihat pada gambar 13 dan 14.
Gambar 13 Saluran Air Sumber: Dokumentasi pribadi
21
Gambar 14 Jalan Setapak Sumber: Dokumentasi pribadi
Penampung air yang terdapat pada tapak berupa bak retensi air, dan biasa digunakan sebagai penyalur air untuk pertanian. Lapangan parkir terletak dekat dengan rumah pengelola tapak. Lapangan parkir terhubung dengan jalan lingkungan yang terletak di dekat permukiman penduduk. Penampung air dan lapangan parkir dapat dilihat pada Gambar 15.
Gambar 15 Penampung Air dan Lapangan Parkir Sumber: Dokumentasi pribadi
Transportasi Desa Tamansari memiliki cukup banyak objek wisata, sehingga tapak cukup sering dilewati moda transportasi. Tapak agrowisata Tamansari dapat ditempuh dengan kendaraan bermotor (mobil dan motor) baik umum maupun pribadi. Akan tetapi, kendaraan umum yang menuju lokasi saat ini masih terbatas. Sebagian besar dari pengunjung wisata di Tamansari menyewa bus dan mobil untuk menuju ke lokasi wisata karena lebih nyaman dan terjamin. Informasi dan Promosi Saat ini, belum ada informasi dan promosi terkait dengan lokasi tapak karena belum dikembangkan sebagai kawasan agrowisata. Akan tetapi, promosi mengenai Desa Tamansari sebagai Desa Wisata sudah dilakukan oleh pengurus desa melalui pembuatan peta objek-objek wisata yang diletakkan di kantor desa. Selain itu, sepanjang jalan terdapat beberapa papan petunjuk tempat wisata. Aspek Legal Kebijakan Pariwisata Pada tahun 2013, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bogor mengeluarkan Perda Nomor 3/2013 tentang Kepariwisataan. Perda tersebut telah mengatur penyelenggaraan pariwisata di Kabupaten Bogor. Berdasarkan wawancara dengan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bogor, Desa
22
Tamansari memang diarahkan untuk menjadi desa wisata. Wisata yang sedang dikembangkan adalah wisata alam, antara lain Curug Nangka, Eko Wisata Sukamantri, Gunung Salak Endah, dan wisata religi, yaitu Pura Parahyangan Agung Jagatkartta. Menurut Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bogor, pengembangan kawasan sebagai agrowisata mendukung Desa Tamansari sebagai desa wisata. Analisis dan Sintesis Aspek Fisik dan Biofisik Aksesibilitas dan Sirkulasi Smith (1989) mengemukakan bahwa akses dari jalan utama menuju kawasan wisata harus cukup dekat, atau berkisar antara 1-2 km. Hal ini untuk memudahkan pengunjung menjangkau kawasan wisata. Ketersediaan transportasi menjadi salah satu komponen penawaran wisata yang perlu diperhatikan. Sirkulasi di dalam tapak juga sebaiknya disesuaikan dengan kondisi lanskap yang ada sehingga aspek ekologis tapak tetap terjaga. Jarak dari jalan utama (Jalan Raya Ciapus) menuju tapak sangat dekat yaitu ±10 m. Akses menuju tapak cukup mudah, jalan utama sudah diaspal dengan lebar jalan 7 m dengan akses menuju tapak dengan lebar 6.72 m. Menurut standar yang dikeluarkan oleh Departemen Pekerjaan Umum (2009) lebar kendaraan mobil yaitu 2.1 m dan bus 2.4 m, sehingga untuk jalan dua lajur minimal ± 7 m. Artinya jalan utama sudah sesuai dengan standar. Sementara itu, sirkulasi di dalam tapak masih berupa jalan setapak dengan lebar ± 0.6 m dan ± 2.7 m. Sehingga, perlu pembuatan jalur sirkulasi yang lebih memadai untuk wisata. Analisis kondisi tapak secara umum pada Gambar 16 dan analisis sirkulasi pada Gambar 18. Iklim Berdasarkan data iklim yang diperoleh pada tahun 2013, diperoleh rata-rata suhu sebesar 26.3 oC dan kelembapan relatif (RH) 83.8%. Data tersebut diolah menggunakan rumus THI (Thermal Humidity Index) untuk mengetahui indeks kenyamanan manusia di lokasi agrowisata. THI manusia yang tinggal di negara tropis berkisar antara 21-27. Perhitungan THI dijabarkan sebagai berikut, Thermal Humidity Index (THI) = 0,8 T + ((RH T)/500) THI = (0.8)(26.3) + ((83.8)(26.3)/500) = 21.04 + 4.41 = 25.45 T = suhu udara (oC) dan RH = kelembapan nisbi udara (%) Nilai THI di lokasi penelitian sebesar 25.45 yang termasuk dalam kategori nyaman untuk manusia, sehingga modifikasi iklim tidak terlalu perlu dilakukan. Modifikasi iklim untuk meningkatkan kenyamanan manusia dapat diterapkan pada area pelayanan wisata dengan menata letak vegetasi yang dapat mengurangi area yang terpapar sinar matahari tinggi. Pengunjung akan merasa lebih nyaman dengan naungan dari kanopi pohon tersebut.
23
Gambar 16 Peta Analisis Kondisi Umum
24
Selain itu, kondisi iklim suatu area juga penting untuk mengetahui jenis tanaman yang dapat tumbuh di lokasi agrowisata. Kondisi iklim Tamansari yang masuk kategori tropis basah tipe A memiliki karakteristik tanaman hutan hujan tropis. Menurut klasifikasi iklim Yunghunh, pembagian iklim didasarkan pada ketinggian suatu tempat. Pada rentang ketinggian tertentu terdapat klasifikasi komoditas pertanian yang dapat dikembangkan. Klasifikasi iklim Yunghunh dapat dilihat pada Gambar 17. Berdasarkan klasifikasi iklim Yunghunh, tapak berada pada ketinggian di atas 600 mdpl sehingga termasuk daerah sedang. Jenis vegetasi yang dapat tumbuh antara lain tembakau, kopi, dan coklat.
Gambar 17 Klasifikasi Iklim Yunghunh Sumber: Wikipedia.org
Topografi dan Kemiringan Kelerengan pada tapak beragam, mulai dari landai hingga curam. Sebagian besar area berada pada kemiringan 8-15 % atau landai. Peta kemiringan tapak dapat dilihat pada Gambar 10. Klasifikasi kelas lereng pada suatu tapak dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6 Klasifikasi Kelas Lereng Kelas Lereng Kelerengan Keterangan 1 0–8% Datar 2 8 – 15 % Landai 3 15 – 25 % Agak Curam 4 25 – 45 % Curam 5 45 % atau lebih)* Sangat Curam Sumber: Keppres No. 32/1990
Analisis kemiringan lahan untuk agrowisata dilakukan sesuai dengan ketentuan area untuk wisata menurut Gold (1980). Kelerengan pada kelas landai memiliki tingkat kesesuaian sedang untuk dikembangkan menjadi wisata. Sementara itu, untuk area dengan kelas lereng curang akan dibiarkan alami. Pada kelas lereng agak curam dapat dimanfaatkan namun secara terbatas.
25
Kelerengan 0 – 8% 8 – 15% 15 – 25% 25 – 30% 30 – 45% >45%
Tabel 7 Luas Setiap Kelas Lereng Keterangan Datar Landai Agak Curam Curam Curam Sangat Curam
Luas (Ha) 3.11 13.51 10.55 1.36 0.25 0
Sumber: Dinas Tata Ruang dan Pertanahan Kabupaten Bogor, 2013
Kelerengan datar memiliki luas 3.11 Ha, kelerengan landai sebesar 13.51 Ha dan agak curam 10.55 Ha. Pemanfaatan untuk wisata sebagian besar pada area dengan kelerengan datar sampai landai yang akan dikembangkan menjadi lahan pertanian. Tanaman yang dipilih sesuai dengan klasifikasi berdasarkan iklim dan potensi pertanian pada tapak. Peta analisis kemiringan lahan dapat dilihat pada Gambar 19. Tanah dan Hidrologi Jenis tanah pada tapak terdiri atas tanah regosol dan latosol cokelat regosol. Menurut Hardjowigeno (1992) tanah regosol merupakan tanah yang belum mengalami perkembangan sempurna. Tanah regosol kurang menguntungkan bagi tanaman karena miskin bahan organik. Namun, tanah regosol masih dapat ditanami dengan tembakau, palawija, dan buah-buahan yang tidak memerlukan banyak air. Tanah latosol cokelat memiliki sifat fisik yang baik, tetapi sifat kimianya kurang baik. Tanah ini relatif subur karena memiliki cukup bahan organik sehingga tanah latosol sering disebut tanah kebun. Tanaman yang cocok untuk ditanam pada tanah latosol antara lain palawija, karet, kelapa sawit, cengkeh, lada, kopi, sayur-sayuran, dan buah-buahan. Kondisi hidrologi pada tapak sudah cukup baik, tetapi pengembangan tapak menjadi kawasan agrowisata memerlukan ketersediaan air yang memadai dan tidak mengganggu keseimbangan di sekitarnya. Oleh karena itu, pembuatan reservoir air diperlukan. Selain itu, reservoir air buatan dapat menjadi salah satu objek wisata pada tapak. Analisis tanah dan hidrologi dapat dilihat pada Gambar 20 dan Gambar 21. Vegetasi dan Satwa Komoditas pertanian yang dikembangkan di Desa Tamansari adalah palawija, sayur-sayuran dan buah-buahan. Komoditas pertanian dapat dilihat pada Tabel 8 dan 9. Sementara itu, vegetasi yang terdapat pada tapak yang beragam dapat menjadi objek dan atraksi wisata pertanian. Tanaman pertanian pada tapak seperti singkong, jagung, cabai, tomat, mangga, dan pisang. Keberadaan tanaman pertanian yang telah ada di tapak menjadi salah satu indikasi bahwa vegetasi yang tumbuh merupakan vegetasi yang sesuai dengan karakteristik lanskap dan aspek ekologis tapak. Vegetasi yang merupakan tanaman pertanian ini selanjutnya dapat dikembangkan menjadi komoditas unggulan dari agrowisata Tamansari. Vegetasi
26
yang akan dikembangkan di tapak adalah singkong, jagung, pisang, cabai, tomat, terung, dan kangkung. Keberadaan satwa seperti burung dan serangga pada tapak dapat menambah keragaman hayati pada tapak. Potensi perikanan pada tapak masih dapat dikembangkan sesuai dengan rencana reservoir sebagai sumber irigasi di tapak.
No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
Tabel 8 Produksi Komoditas Pertanian Desa Tamansari Tahun 2012 Luas Panen Komoditas Hasil/ha (ton/ha) Produksi (ton) (ha) Padi sawah Ubi kayu Ubi jalar Kacang tanah Kacang kedelai Kacang hijau Kacang panjang Cabai Tomat Terung Buncis Mentimun Kangkung Bayam
22 17 6 4 0 0 4 3 2 3 5 2 2 4
6.30 20.2 14.65 1.4 0 0 11,25 4 16 11,67 12,8 5,5 12 10,25
139 343 88 6 0 0 45 12 32 35 64 11 24 41
Sumber: Kecamatan Tamansari dalam Angka, 2013
Tabel 9 Produksi Komoditas Buah Desa Tamansari Tahun 2012 No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Komoditas Jeruk siam Alpukat Durian Duku Jambu biji Jambu air Nanas Mangga Pepaya Pisang Rambutan Salak Sawo Manggis Belimbing
Sumber: Kecamatan Tamansari dalam Angka, 2013
Produksi (kg) 500 1.500 20.800 2.000 5.400 500 32.600 700 1.300 61.500 12.700 3.500 300 2.300 200
27
Gambar 18 Peta Analisis Sirkulasi
28
Gambar 19 Peta Analisis Kemiringan Lahan
29
Gambar 20 Peta Analisis Tanah & Komoditas Pertanian
30
Gambar 21 Peta Analisis Hidrologi
31
Visual Arah pandang menuju Gunung Salak dapat dikembangkan sebagai salah satu vista. Pengembangan lebih lanjut dapat dilakukan dengan melengkapi fasilitas pada spot-spot yang sesuai untuk aktivitas sightseeing. Penataan lanskap di dalam tapak juga perlu dilakukan untuk meningkatkan kualitas visual dari kondisi awal. Pada beberapa area memiliki bad view, yaitu tumpukan sampah pada beberapa spot, saluran air yang terbuka, dan lain-lain. Oleh karena itu, penataan visual juga perlu dilakukan untuk memaksimalkan good view dan mengurangi bad view. Analisis visual pada tapak dapat dilihat pada Gambar 22. Aspek Sosial dan Budaya Agroekosistem Budaya Sunda Agroekosistem tapak yang berupa area berbukit-bukit sesuai dengan agroekosistem huma/ladang dan kebun campuran. Agroekosistem huma/ladang pertama kali ditemukan di budaya Sunda pada masa lampau. Pengembangan agrowisata lebih condong ke arah agroekosistem ladang. Pengembangan agroekosistem budaya Sunda dilakukan dengan memperkuat keberadaan agroekosistem ladang pada tapak. Salah satu cara yang dapat dilakukan yaitu dengan mempertahankan keberadaan ladang yang sudah ada, menata area selain ladang menjadi kebun campuran yang mengunggulkan keragaman vegetasi terutama sayuran dan palawija. Budaya Sunda Setempat Budaya Sunda di Desa Tamansari sebagian besar dipengaruhi oleh keberadaan Kasepuhan di daerah Taman Nasional Gunung Halimun-Salak. Warga Kasepuhan menjadi salah satu masyarakat yang masih memegang teguh adat dan budaya Sunda. Adat istiadat yang masih dilakukan oleh warga Kasepuhan antara lain upacara seren taun, yaitu upacara adat yang dilakukan setelah panen sebagai puji syukur kepada Tuhan. Upacara adat yang masih dilaksanakan oleh orang Sunda pada umumnya dapat dilihat pada Lampiran 4. Selain itu, dalam budidaya pertanian, warga Kasepuhan juga masih menggunakan pupuk organik dan mengumpulkan hasil panen dalam satu ruang yang dapat digunakan untuk kepentingan bersama. Aktivitas budaya lainnya yaitu berupa tari-tarian yang dapat menjadi atraksi wisata berupa pertunjukan. Aspek Wisata Agrowisata Penilaian kelayakan kawasan untuk menjadi kawasan agrowisata dilakukan dengan memberi skor sesuai dengan kriteria yang ada. Kriteria yang dinilai yaitu obyek dan atraksi berbasis pertanian, obyek dan atraksi alami, akses, dan letak dari jalan utama. Tabel penilaian dapat dilihat pada Tabel 10.
32
Gambar 22 Peta Analisis Visual
33
Tabel 10 Penilaian Kelayakan Kawasan Agrowisata di Tamansari No. Kriteria Obyek dan Atraksi Berbasis Pertanian (Bobot 20%): Ketersediaan ragam serta keindahan areal pertanian (sawah, perkebunan, kolam) • Beragam obyek dan aktivitas pertanian disertai keindahan pemandangan pertanian sekitarnya 1 • Cukup beragam obyek dan aktivitas pertanian disertai keindahan pemandangan sekitarnya • Cukup beragam obyek dan aktivitas pertanian tetapi kurang keindahan pemandangan sekitarnya • Kurang beragam dan tak indah Obyek dan Atraksi Alami (Bobot 15%): Keindahan pemandangan alami (ekosistem, topografi, tanaman langka, satwa liar, air terjun) dan iklim (tropikal, udara yang bersih, & suhu yang nyaman) • Beragam obyek alami dengan keindahan dan kenyamanan alami 2 • Cukup beragam obyek alami dengan keindahan dan kenyamanan alami • Beragam obyek alami dengan keindahan dan kenyamanan buatan (rekayasa) • Kurang obyek alami dengan keindahan dan kenyamanan buatan (rekayasa) Akses (Bobot 10%) : Kemudahan untuk pencapaian lokasi, ketersediaan jalan • Jalan primer dekat, mudah dicapai, kondisi baik, kendaraan umum beragam, kondisi baik 3 • Jalan sekunder, kondisi sedang, kendaraan umum terbatas • Jalan tersier, kondisi sedang, tidak ada kendaraan umum • Tidak ada akses, tidak ada kendaraan umum Letak Dari Jalan Utama (Bobot 10%): Kedekatan dengan jalur jalan utama wilayah • Dekat (< 1 km) 4 • Sedang (1 – 3 km) • Cukup jauh (3 – 5 km) • Sangat jauh (> 5 km) Sarana Wisata (Bobot 10%): Utilitas, sarana kesehatan, air bersih , fasilitas makan dan penginapan • Tersedia, lengkap, kualitas baik dan terawat 5 • Ada beberapa, cukup terawat • Ada beberapa, kurang terawat • Tidak tersedia Sumber: Smith (1989), modifikasi
Keterangan: Penilaian pada tapak ditandai warna hijau.
Nilai
4 3 2 1
4 3 2 1
4 3 2 1
4 3 2 1
4 3 2 1
34
∑
∑ = (4)(20%)+(3)(15%)+(3)(10%)+(4)(10%)+(1)(10%) = 0.8 + 0.45 + 0.3 + 0.4 + 0.1 = 2.05 Keterangan : KKA = Kelayakan Kawasan Agrowisata Sij = kriteria agrowisata tiap kawasan Aij = bobot kriteria agrowisata Range = 0.65-1.3 tidak sesuai 1.3-1.95 cukup sesuai 1.95-2.6 sesuai Skor kelayakan kawasan agrowisata (KKA) di Tamansari sebesar 2.05 masuk ke dalam rentang 1.95-2.6. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa lokasi tersebut sesuai untuk dijadikan kawasan agrowisata. Atraksi Gunn (1994) menyatakan bahwa atraksi wisata merupakan komponen paling penting dalam ketersedian wisata karena atraksi menghasilkan dua fungsi penting. Pertama, atraksi wisata menjadi daya tarik bagi seseorang untuk bepergian. Kedua, atraksi wisata memberikan kepuasan pada pengunjung yang telah melakukan wisata. Meskipun suatu tapak memiliki banyak fitur yang menarik, fitur tersebut dapat disebut atraksi wisata jika sudah siap menerima pengunjung (Gunn, 1994). Oleh karena itu, keberadaan aktivitas pertanian di tapak tetap memerlukan pengembangan sehingga dapat memberikan kepuasan terhadap pengunjung. Pengembangan tersebut juga erat kaitannya dengan keberadaan pelayanan pengunjung di tempat wisata. Sehingga, lima komponen penawaran wisata (Gunn, 1994) yang terdiri atas atraksi, pelayanan, transportasi, informasi, dan promosi saling berkaitan satu sama lain. Aktivitas pertanian seperti menanam, memetik buah, memelihara ternak, dan lain sebagainya, perlu ditata secara fungsional dan estetis. Kecenderungan aktivitas yang ingin dilakukan di kawasan agrowisata diperoleh melalui kuisioner. Aktivitas pertanian digolongkan kedalam tiga tahapan dari budidaya pertanian. Tiga tahapan tersebut yaitu tahap persiapan, pemeliharan, dan pemanenan. Tahap persiapan mencakup menyemai benih, mengolah tanah, dan menyiapkan kandang. Tahap pemeliharaan meliputi menyiangi gulma, memberi makan ternak/ikan, memupuk dan menyiram komoditas pertanian. Tahap pemanenan meliputi memetik buah, memanen padi, mengambil telur, dan memerah susu. Kecenderungan aktivitas dapat dilihat pada Gambar 23. Berdasarkan hasil kuisioner, 41.03% pengunjung lebih tertarik pada tahap pemanenan, 34.62% pengunjung lebih tertarik pada tahap pemeliharaan, dan 24% pengunjung tertarik pada tahap persiapan. Sehingga, lanskap agrowisata yang akan didesain akan diarahkan pada tahapan pemanenan.
35
24,00% 41,03%
Persiapan Pemeliharaan Pemanenan
34,62%
Gambar 23 Kecenderungan Aktivitas di Kawasan Agrowisata Pelayanan Gunn (1994) menjelaskan pelayanan wisata mencakup akomodasi, ketersediaan makanan, transportasi, agen perjalanan, dan lain sebagainya. Pelayanan wisata memberikan dampak ekonomi terbesar dari suatu wisata. Namun, pelayanan di dalam suatu wisata berhubungan erat dengan keberadaan sarana dan prasarana yang ada. Sehingga, sarana dan prasarana menjadi salah satu pertimbangan dalam komponen penawaran wisata. Sarana dan prasarana yang baik dapat meningkatkan kepuasan pengunjung kawasan wisata. Sebaliknya, jika sarana dan prasarana kurang memadai, meskipun objek wisata yang ditawarkan sangat menarik dapat menurunkan kepuasan pengunjung. Sarana dan prasarana pada suatu kawasan wisata tergantung pada objek dan atraksi apa yang ingin dihadirkan. Sarana dan prasarana umum yang harus dimiliki suatu kawasan wisata antara lain akses yang baik, area parkir, toilet dan mushola, penginapan, pusat informasi, kantor pengelola, dan lain sebagainya. Penataan fasilitas pada tapak belum tertata dengan baik sehingga perlu adanya relokasi dan penyesuaian lainnya. Transportasi Transportasi menjadi salah satu komponen penting dalam sistem wisata (Gunn, 1994). Transportasi menjadi penghubung antara pengunjung dan kawasan wisata. Oleh karena itu, dalam merencanakan suatu wisata perlu mempertimbangkan moda transportasi untuk mengurangi friksi. Moda transportasi umum yang tersedia menuju agrowisata Tamansari masih terbatas, yaitu angkutan umum dan ojek. Namun, Desa Tamansari yang dikenal memiliki cukup banyak objek wisata, moda transportasi umum selalu tersedia setiap hari. Pengembangan moda transportasi belum diperlukan dimasa yang akan datang. Namun, pengembangan akses jalan menuju agrowisata Tamansari harus lebih dulu disiapkan. Transportasi yang dapat dikembangkan di dalam agrowisata berupa kendaraan wisata yang disediakan oleh pengelola untuk memperkecil risiko kemacetan di dalam tapak jika menggunakan kendaraan pribadi. Kendaraan
36
wisata juga dapat lebih mengakomodasi pengunjung wisata yang tidak membawa kendaraan umum. Referensi kendaraan wisata dapat dilihat pada Gambar 24.
Gambar 24 Referensi Kendaraan Wisata Sumber: Google.com
Informasi dan Promosi Informasi yang dimaksud adalah informasi bagi pengunjung wisata. Informasi berbeda dengan promosi. Menurut Gunn (1994), promosi ditujukan untuk mengiklankan wisata, sementara informasi ditujukan untuk menginformasikan wisata melalui peta, buku panduan, brosur, jadwal perjalanan, dan lain-lain. Sampai saat ini belum ada informasi mengenai agrowisata Tamansari, sehingga perlu penyusunan informasi agrowisata di Desa Tamansari secara terpadu. Referensi Informasi dan Promosi pada Gambar 25. Sebagian besar promosi merupakan program wisata. Promosi untuk wisata biasanya terbagi menjadi empat aktivitas: periklanan (berbayar), publikasi (tak berbayar), hubungan masyarakat, dan insentif (hadiah dan diskon) (Gunn, 1994). Seluruh rencana promosi harus terkait dengan rencana komponen wisata lainnya. Promosi wisata dapat dilakukan oleh pemerintah daerah dari tingkat desa sampai kota/kabupaten. Praktik promosi dapat dilakukan setelah atraksi, pelayanan, transportasi, dan informasi selesai dikembangkan.
Gambar 25 Referensi Informasi dan Promosi Sumber: Google.com
37
Aspek Legal Kebijakan Pariwisata Kebijakan pariwisata di Tamansari sudah diatur dalam Perda Nomor 3/2013 tentang Kepariwisataan, didalamnya telah memuat ketentuan mengenai penyelenggaraan wisata. Pada Bab V pasal 11 mengenai Kawasan Strategis, penetapan kawasan strategis wisata harus memperhatikan beberapa aspek yaitu; a. sumberdaya pariwisata alam dan budaya yang potensial menjadi daya tarik pariwisata, b. potensi pasar, c. lokasi strategis yang berperan menjaga persatuan bangsa dan keutuhan wilayah, d. perlindungan terhadap lokasi tertentu yang mempunyai peran strategis dalam menjaga fungsi dan daya dukung lingkungan hidup, e. lokasi strategis yang mempunyai peran dalam usaha pelestarian dan pemanfaatan aset budaya, f. kesiapan dan dukungan masyarakat, dan g. kekhususan dari wilayah. Pada Perda tersebut, poin penting dalam penyelenggaraan pariwisata yaitu penyelenggaraan wisata dikembangkan untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat serta harus memperhatikan aspek budaya, sosial, dan agama masyarakat setempat. Desain lanskap agrowisata juga memperhatikan kondisi lanskap yang sudah ada terutama topografi kawasan. Daya Dukung Daya dukung fasilitas dihitung untuk mengetahui perkiraan jumlah maksimal satuan (orang/unit) yang dapat ditampung dalam setiap fasilitas yang ada di kawasan wisata. Daya dukung fasilitas dapat dihitung dengan membagi luas (m2) masing-masing fasilitas dengan standar kebutuhan ruang (m2/satuan unit). Daya dukung fasilitas dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 11 Daya Dukung Fasilitas di Agrowisata Tamansari Standar Total Satuan kebutuhan Daya Fasilitas Luas ruang Dukung (m2) (m2/satuan) Jumlah Luas (m2) (satuan) Amphitheater 2 1 507 507 254 Botram 2 20 4 80 40 Camping ground 20 1 1350 1350 68 Gedung penelitian 2 4 350 1400 700 Gudang alat 2 4 50 200 100 pertanian Guest house 7 11 100 1100 157 Kantor Pengelola 2 1 400 400 200 Kaulinan barudak 2 1 916 916 458 Koridor budaya 4 1 3478 3478 870
38
Fasilitas Lapangan parkir mobil Lapangan parkir motor Leuit Loket Mushola Pasar Pak Tani Pos Keamanan Pusat Informasi Saung Toilet
Standar kebutuhan ruang 2 (m /satuan)
Satuan Luas (m2)
Jumlah
Total Luas (m2)
Daya Dukung (satuan)
15
148
15
2220
148
1,8
1
332
332
184
2 2 2 2 2 2 2 2
30 1 2 80 3 1 65 5
100 100 400 4 10 100 25 20
3000 100 800 320 30 100 1625 100
1500 50 400 160 15 50 813 50
Sumber: Harris & Dines (1998); Chiara & Koppelman (1997); Gold (1980) dalam Akbar (2014)
Sintesis Berdasarkan analisis pada setiap aspek, diperoleh area yang dapat dimanfaatkan pada tapak untuk berbagai komoditas pertanian yang sesuai. Komoditas pertanian yang cocok dikembangkan pada tapak yaitu tanaman sayuran dan palawija, sehingga agroekosistem yang akan dikembangkan ada ladang/huma dan kebun campuran sebagai pendukung. Kondisi tapak yang cukup banyak ditumbuhi pohon menjadi faktor pembatas pengembangan agrowisata. Pada area yang dipadati pepohonan, pengembangan yang dapat dilakukan terbatas dan tidak banyak mengubah kondisi yang ada. Pengembangan yanng dapat dilakukan pada area tersebut dapat berupa penambahan jalur trekking yang ekologis, dan spot sightseeing. Sintesis menghasilkan empat area yang dapat dikembangkan sebagai wisata, baik wisata utama (agrowisata) dan wisata pendukung, yaitu: 1. Area sesuai untuk aktivitas wisata, yaitu area yang dapat dikembangkan menjadi area wisata utama yaitu objek dan atraksi pertanian. 2. Area cukup sesuai untuk aktivitas wisata, yaitu area yang dapat dikembangkan menjadi area wisata namun sifatnya mendukung wisata utama sebagai pelengkap dari objek dan atraksi pertanian. 3. Area kurang sesuai untuk aktivitas wisata, yaitu area yang dapat dikembangkan menjadi area wisata namun memiliki sebaran vegetasi yang cukup rapat sehingga penebangan pohon akan sulit dihindari. 4. Area tidak sesuai untuk aktivitas wisata, yaitu area yang tidak memenuhi syarat untuk menjadi area wisata sehingga sebaiknya dikonservasi. Secara spasial keempat area tersebut ditunjukkan pada Gambar 26.
39
Gambar 26 Peta Sintesis
40
Konsep Konsep Dasar Budaya Sunda dan budidaya pertanian terkait erat satu sama lain. Oleh karena itu, perlu suatu media untuk menggabungkan Budaya Sunda dan budidaya pertanian kedalam satu wadah, salah satunya agrowisata. Desain lanskap agrowisata Tamansari menerapkan kearifan lokal budaya Sunda dalam memanfaatkan alam dan budidaya pertanian untuk memperoleh keseimbangan (mandala). Kearifan lokal diterapkan dalam memilih vegetasi yang sesuai dengan kondisi biofisik setempat, menggunakan material alami dalam membangun fasilitas, dan lain sebagainya. Sasaran utama dari agrowisata Tamansari adalah anak-anak dan remaja sehingga konsep dasar agrowisata Tamansari yang ingin diangkat adalah konsep reality games. Di dalam reality games agrowisata Tamansari, pengunjung wisata harus menyelesaikan yang berkaitan dengan aktivitas pertanian. Pengunjung wisata mengelola lahan pertanian bersama petani lokal dan mengenal seni dan budaya Sunda. Pengunjung wisata dapat memilih berbagai program yang ditawarkan. Setiap program terdiri atas tantangan berupa aktivitas pertanian yang dapat dipilih sesuai dengan keinginan. Pengunjung wisata yang menyelesaikan tantangan akan diberi poin yang dapat ditukarkan dengan makanan, minuman, dan benda-benda menarik yang tersedia di dalam kawasan agrowisata. Tantangan yang diberikan beragam sesuai dengan kalender tanam, dari tugas yang ringan sampai berat, antara lain mengolah lahan, menanam, menyemai benih, memetik hasil pertanian, menyadap pohon karet, dan lain sebagainya. Saat berwisata, pengunjung juga didampingi oleh petani lokal. Sistem dari konsep agrowisata Tamansari diuraikan lebih lanjut pada subbab Konsep Agrowisata. Konsep Desain Konsep desain lanskap agrowisata tidak lepas dari kearifan lokal Budaya Sunda itu sendiri. Salah satu filosofi yang terdapat di Budaya Sunda adalah opat kalima pancer. Opat kalima pancer akan diterapkan dalam konsep desain lanskap agrowisata. Opat kalima pancer menggambarkan empat arah mata angin semesta, sebagai dasar pembentukan mandala. Menurut Sumardjo (2003), kebudayaan primordial termasuk Budaya Sunda mengenal antagonisme semesta, yaitu ada atas-bawah, kanan-kiri, luar-dalam, dan sebagainya. Persilangan dari setiap hal yang berlawanan menghasilkan keseimbangan. Keseimbangan tersebut dalam Budaya Sunda dikenal dengan mandala. Mandala adalah ruang kosmis, keteraturan, tata tertib, harmoni, yang dilepaskan dari chaos yang tidak memiliki struktur (Sumardjo, 2003). Sementara itu, menurut harfiah mandala berarti lingkaran, arti lengkapnya lingkaran dalam bujur sangkar atau bujur sangkar dari lingkaran; pusat dengan arah ke segala ruang. Bentukan mandala jika diuraikan terdiri atas bujur sangkar dan lingkaran. Bujur sangkar lambang dari dunia material, prakrti, ruang dunia, tempat tinggal sedangkan lingkaran adalah lambang purusha, esensi, hakekat, roh, isi sejati. Diagram konsep desain lanskap agrowisata dapat dilihat pada Gambar 27. Desain
41
lanskap agrowisata Tamansari mentransformasikan bentuk bujur sangkar dan lingkaran ke dalam tapak. Selain itu, penerapan konsep desain tersebut mengikuti prinsip desain yang dikemukakan Vandyke (1980) yaitu unity (harmoni), balance (skala, proporsi), dan emphasize. Desain lanskap agrowisata menekankan pada keseimbangan dan kesatuan dengan alam sehingga yang terwujud adalah keseimbangan asimetris. Penataan fasilitas yang berupa struktur bangunan mempertimbangkan kondisi lanskap yang ada. Material yang dipilih adalah material alami yang sering digunakan oleh masyarakat Sunda seperti batu, bambu, ijuk, kayu, dan lain sebagainya yang disesuaikan dengan kondisi iklim setempat. Penekanan dilakukan pada aspek objek dan atraksi wisata. Suasana yang ingin diciptakan adalah suasana alami yang kental dengan etnik Sunda.
Gambar 27 Diagram Konsep Desain Bentuk lingkaran diterapkan pada pola sirkulasi agar terkesan dinamis dan mengalir sedangkan bentuk bujur sangkar akan lebih banyak diterapkan pada elemen hardscape dan elemen pendukung wisata seperti bangku, tempat sampah, lampu, dan sebagainya. Pada elemen softscape, bentuk lingkaran dan bujur sangkar dapat diterapkan pada pola desain penanaman. Pengembangan Konsep Konsep Ruang Konsep ruang lanskap agrowisata Tamansari terdiri atas area pemanfaatan terbatas, area pemanfaatan wisata, dan area pelayanan wisata. Area pemanfaatan
42
terbatas yaitu area dengan vegetasi yang cukup rapat sehingga kurang memungkinkan untuk pengembangan aspek wisata tanpa menebang pohon. Area pemanfaatan wisata yaitu area yang berpotensi dimanfaatkan sebagai area wisata. Area pelayanan wisata adalah area yang dapat dimanfaatkan sebagai area pendukung aktivitas wisata. Tabel 12 Luas dan Persentase Setiap Area No Area Luas (Ha) Persentase (%) 1 Area pemanfaatan wisata terbatas 12.19 42.36 2 Area pemanfaatan wisata 12.05 41.87 3 Area pelayanan wisata 4.54 15.77 Total 28.78 100.00 Berdasarkan pembagian ruang tersebut, diperoleh luas dan persentase dari setiap area yang dapat dilihat pada Tabel 12. Kemudian, masing-masing area disesuaikan dengan konsep aktivitas wisata. Hal ini bertujuan untuk mengetahui fasilitas yang dibutuhkan untuk menunjang aktivitas wisata. Konsep ruang dapat dilihat pada Gambar 28.
Gambar 28 Konsep Ruang
43
Konsep Warna Masyarakat Sunda mengenal warna sebagai penunjuk arah. Hal ini juga dapat dilihat dari filososi opat kalima pancer. Opat kalima pancer memiliki simbol warna pada setiap arahnya. Pembagian warna dan contoh aplikasi sesuai filosofi tersebut dapat dilihat pada Gambar 29. Konsep warna akan diterapkan pada pemilihan vegetasi, pelengkap fasilitas (signage, lighting, bench, tempat sampah, dsb.) yang akan diuraikan pada konsep fasilitas. Konsep warna juga dapat menjadi orientasi arah sehingga pengunjung wisata tidak tersesat.
Gambar 29 Aplikasi Konsep Warna dalam Budaya Sunda Konsep Sirkulasi
Konsep sirkulasi dari agrowisata Tamansari terdiri atas sirkulasi primer, sirkulasi sekunder, dan sirkulasi tersier. Sirkulasi primer adalah sirkulasi utama diperuntukkan bagi kendaraan wisata untuk berkeliling kawasan. Sirkulasi sekunder merupakan sirkulasi bagi pejalan kaki. Sirkulasi tersier merupakan sirkulasi di antara bedengan dan ladang sayuran atau palawija. Ilustrasi masingmasing tipe sirkulasi, spesifikasi dan referensi material dapat dilihat pada Gambar 30. Sirkulasi primer memiliki lebar ± 5 meter dengan material aspal atau concrete. Pada sisi sirkulasi primer terdapat sirkulasi sekunder yang menghubungkan sirkulasi primer dan sirkulasi tersier. Sirkulasi sekunder memiliki lebar ± 1.5 meter dengan material dapat berupa concrete, paving block, atau grass block. Sirkulasi tersier terletak di antara petak ladang berukuran 25 x 25 meter dengan lebar sirkulasi ± 0.6 meter dengan material dapat berupa tanah, dek, atau gravel.
44
Gambar 30 Ilustrasi Sirkulasi di dalam Kawasan
Gambar 31 Tipe Sirkulasi Kawasan Wisata Sumber: Crompton dan Fesenmaier dalam Gunn (1994)
45
Menurut Crompton dan Fesenmaier dalam Gunn (1994), terdapat lima tipe zona wisata yang menentukan tipe sirkulasi di dalam kawasan wisata, yaitu: 1. Single destination, yaitu sebagian besar aktivitas terletak di satu loksi. 2. En route, yaitu beberapa tujuan dapat dikunjungi dalam perjalanan, pada lokasi yang berbeda-beda. 3. Base camp, yaitu beberapa tujuan wisata dapat dikunjungi ketika berada di lokasi utama. 4. Regional tour, yaitu beberapa tujuan wisata dapat dikunjungi pada suatu area. 5. Trip chaining, yaitu beberapa tujuan wisata dapat dikunjungi dengan mengelilingi suatu wilayah dan berakhir di titik awal. Kelima tipe sirkulasi tersebut dapat dilihat pada Gambar 31. Alur dari sirkulasi primer mengikuti tipe sirkulasi trip chaining agar lebih efektif dalam mencapai objek wisata yang tersebar dengan jarak yang cukup jauh. Sirkulasi tersier menghubungkan sirkulasi sekunder dengan spot-spot wisata yang tidak secara langsung dilalui kendaraan wisata. Peta konsep sirkulasi pada tapak dapat dilihat pada Gambar 32.
Gambar 32 Konsep Sirkulasi Konsep Agrowisata Konsep agrowisata Tamansari bertema reality games dalam aktivitas wisatanya. Sebelum berwisata, pengunjung dapat memilih program-program
46
wisata yang ada. Pada setiap program terdapat beberapa misi yang harus diselesaikan. Pengunjung yang berhasil menyelesaikan misi memperoleh poinpoin yang diberikan oleh Pak Tani yang mendampingi selama berwisata. Poin yang telah terkumpul dapat ditukarkan dengan souvenir atau makanan dan minuman khas Sunda. Setiap pengunjung wisata akan memilih program yang ditawarkan. Misi yang ditawarkan yaitu: 1. mengolah lahan agar siap ditanami. 2. menanam dan menyemai tanaman sayur (cabai, tomat, sayur-sayuran). 3. menyiram tanaman pertanian dan menyiangi gulma. 4. memetik hasil panen berupa sayuran. Konsep agrowisata Tamansari juga digambarkan dalam diagram wisata yang ditunjukkan pada Gambar 33.
Gambar 33 Diagram Wisata Pengunjung juga bersosialisasi dengan pengunjung lainnya, berkenalan, dan berteman untuk menyelesaikan misi bersama. Selain program satu hari, agrowisata Tamansari mengadakan program kemah pertanian yang ditujukan untuk anak-anak. Kemah pertanian adalah program bermalam di kawasan agrowisata untuk membantu petani lokal dan mengenal kesenian dan keterampilan Budaya Sunda. Setelah berwisata, pengunjung diharapkan dapat lebih mengenal pertanian dan Budaya Sunda setempat melalui perspektif masyarakat lokal. Aktivitas lain yang ditawarkan yaitu botram (makan bersama) masakan khas Sunda yang bahan-bahannya dibeli di Pasar Pak Tani yang tersedia di kawasan agrowisata dan dimasak langsung. Pasar Pak Tani menyediakan sayuran-sayuran segar yang dipanen langsung dari kawasan agrowisata dan juga menyalurkan hasil-hasil pertanian dari sekitar Desa Tamansari. Berdasarkan program-program wisata tersebut, desain lanskap agrowisata harus mempertimbangkan fasilitas bagi aktivitas pertanian, yaitu gudang peralatan pertanian, leuit untuk menampung hasil panen sementara sebelum disalurkan ke pasar tani, saluran irigasi yang memadai, akomodasi bagi pengunjung yang akan menginap terdiri dari homestay dan area kemah, dan pusat informasi. Fasilitas pendukung transportasi, terdiri atas area parkir, jalan penghubung, dan layanan keamanan. Rencana aktivitas dan fasilitas dapat dilihat pada Tabel 13.
47
Tabel 13 Rencana Aktivitas dan Fasilitas Agrowisata Tamansari Sub-Ruang Aktivitas Fasilitas Ruang Berjalan-jalan, Area konservasi Jalur tracking menikmati pemandangan Area pemanfataan Berkemah, berjalanwisata terbatas Area penyangga jalan, mengenal jenisCamping ground jenis pepohonan Menyemai benih Ladang, gedung sayuran, menanam bibit penelitian, sayuran dan palawija, gedung mengolah dan memupuk persemaian, Area agrowisata lahan, menyiangi gulma, leuit, gudang memetik hasil panen, alat pertanian, menyadap pohon karet, saung, pasar Pak mengenal teknik Tani budidaya tanaman, dll. Area pemanfaatan Bermain angklung dan wisata suling, bermain permainan tradisional Amphiteater, (enggrang, sondah, ucing area botram, Area pengenalan sumput, dll.), memasak kaulinan Budaya Sunda masakan khas Sunda, barudak, koridor menyaksikan pertunjukan budaya budaya, mengenal dan membuat kerajinan khas Sunda, dll.
Area pelayanan wisata
Area penerimaan
Pengunjung masuk ke dalam kawasan, memilih program wisata, memperoleh informasi tentang wisata.
Lapangan parkir, Visitor Information Center, kantor pengelola,
Area pelayanan
Beribadah, membersihkan diri, beristirahat
Mushola, toilet, guest house, toko souvenir
Sementara itu, fasilitas pendukung agrowisata, terdiri dari area bermain anak, restoran, sarana penelitian, cultural center, pasar tani, sightseeing spot, dan toko souvenir. Material yang digunakan untuk fasilitas yaitu material alami berupa bambu, batu, dan kayu untuk menambah kesan alami. Konsep Vegetasi Budaya Sunda secara turun temurun telah mewariskan tata cara dalam mengelola lahan dan lanskap. Pada pembagian wilayah hutan, masyarakat Sunda menerapkan nasihat yang disampaikan secara lisan. Masyarakat Sunda mengenal pembagian wilayah hutan ke dalam tiga tingkatan.
48
Menurut Adimihardja dalam Rosidi dkk (2006), wilayah hutan terdiri atas leuweung kolot atau leuweung geledegan yaitu hutan yang lebat yang masih ditumbuhi oleh pohon-pohon besar dan kecil yang tua. Leuweung Sempalan adalah jenis hutan yang dapat dieksploitasi manusia secara luas. Di hutan jenis ini manusia boleh membuka huma atau perladangan, menggembalakan ternak, mengambil kayu bakar dan lain-lain. Leuweung Titipan adalah jenis hutan yang diakui oleh semua warga adat kasepuhan sebagai hutan kramat. Jenis hutan ini tidak boleh dieksploitasi oleh manusia, kecuali atas izin sesepuh girang (ketua adat) pun berdasarkan wangsit atau ilapat dari nenek moyang mereka melalui sesepuh girang. Sistem pembagian wilayah hutan diterapkan dalam pemanfaatan area hijau yang terdapat pada konsep ruang. Selanjutnya, konsep vegetasi yang diterapkan merujuk pada saur sepuh warga Sunda yang berbunyi sebagai berikut: Gunung talingakeun, leuweung kanyahokeun, kebon garaaeun, gawir awieun, lebak balongan, sampalan sawahan, walungan rempekan (gunung harus dijaga, hutan harus dipelajari/diperhatikan, kebun harus diolah, tebing harus ditanami bambu, cekungan lembah dibuatkan kolam, dataran harus dijadikan sawah, sungai ditanami pepohonan pada pinggirannya). Konsep vegetasi dalam Budaya Sunda dapat dilihat pada Gambar 34 dan konsep vegetasi pada tapak dapat dilihat pada Gambar 35. Iskandar (2011) mengemukakan terdapat lima macam agroekosistem pada masyarakat Sunda, yaitu ladang (huma), sawah, kebun campuran (talun), kebun sayur, dan pekarangan. Akan tetapi, agroekositem yang ditemukan di lokasi penelitian terdiri atas agroekosistem ladang (huma), kebun campuran (talun), dan kebun sayur. Pengembangan konsep vegetasi disesuaikan dengan kondisi fisik dan biofisik dari tapak sesuai dengan Budaya Sunda. Komoditas pertanian yang dikembangkan merupakan tanaman lokal yang sudah ada pada tapak, yaitu sayursayuran.
Gambar 34 Konsep Vegetasi Budaya Sunda
49
Gambar 35 Konsep Vegetasi Konsep Hidrologi Berdasarkan hasil analisis hidrologi, waduk buatan menjadi persediaan air yang mendukung aktivitas wisata di dalam tapak. Menurut Harris dan Dines (1998), kriteria pemilihan area untuk waduk harus memperhatikan hal-hal berikut, 1. batas air cukup luas untuk menampung ketersediaan air, 2. volume air yang tertampung cukup banyak dan memadai dalam waktu lama, 3. kondisi tanah yang sesuai (misalnya: semakin tidak dapat ditembus, semakin baik, 4. bentuk topografi yang mampu dibentuk menjadi tandon air tanpa pada biaya yang layak (minimum regrading), 5. Daerah Aliran Sungai (DAS) bebas kontaminan, 6. tapak bebas dari material organik yang berlebihan. Konsep dari reservoir air yang direncanakan ada pada tapak yaitu dengan menyesuaikan kondisi topografi dan kemiringan pada tapak. Reservoir berfungsi untuk memenuhi kebutuhan air di kawasan agrowisata. Ilustrasi tandon air pada tapak dapat dilihat pada Gambar 36.
50
Gambar 36 Ilustrasi Reservoir Air Sumber: Harris & Dines (1998)
Gambar 37 Konsep Irigasi Berdasarkan potensi arah run-off yang dilihat dari kelerengan topografi pada tapak, diperoleh dua area yang berpotensi menjadi reservoir. Setelah itu, area yang berpotensi menjadi ladang dihubungkan dengan reservoir terdekat sebagai sumber irigasi pertanian. Reservoir direncanakan menjadi sumber air untuk irigasi pertanian yang disalurkan melalui pipa ke ladang sayuran.
51
Pipa-pipa yang menyalurkan air dari reservoir dihubungkan dengan keran pada setiap baris petak ladang. Pengairan akan berlangsung secara otomatis ketika keran dibuka. Sistem pengairan otomatis lebih efektif dan efisien, terutama pada area ladang yang luas. Pengecekan pipa dan keran harus rutin dilakukan untuk menghindari kebocoran. Gambaran kasar dari konsep irigasi pada tapak dapat dilihat pada Gambar 37. Block Plan Block plan dari Agrowisata Tamansari diperoleh melalui overlay peta pengembangan konsep (konsep agrowisata, dan konsep sirkulasi) dengan peta analisis fisik dan biofisik (peta kemiringan lahan dan sebaran vegetasi). Hasil overlay dari peta tersebut dapat dilihat pada Gambar 38. Desain Desain lanskap agrowisata Tamansari menerapkan prinsip-prinsip desain yang dikemukakan oleh Vandyke (1990) ke dalam tapak. Konsep dasar opat kalima pancer yang ditransformasikan menjadi bentukan mandala yang terdiri atas bentuk dasar lingkaran dan persegi. Bentukan lingkaran sebagian besar diaplikasikan pada sirkulasi pada tapak. Pola lingkaran yang bersifat organik dapat menciptakan kesan yang lebih santai dan dinamis. Selain itu, pola sirkulasi organik dapat menyesuaikan dengan kondisi topografi yang ada sehingga meminimalkan grading. Sementara itu, bentuk persegi sebagian besar diaplikasikan terhadap struktur bangunan dan ladang. Site Plan Pada site plan, block plan yang sudah diperoleh dikembangkan lebih lanjut, yaitu dengan menyesuaikan antara fasilitas pendukung wisata dan fasilitas utama. Semua elemen pada tapak dimasukan di rencana tapak sesuai skala dan proporsi. Site plan agrowisata Tamansari dapat dilihat pada Gambar 39-41. Lahan yang sesuai untuk pertanian ditanami komoditas sayuran dan palawija, yaitu cabai, terong, singkong, jagung, pisang, dan tomat. Fasilitasfasilitas yang mendukung aktivitas pertanian antara lain gedung untuk sarana penelitian dan penyemaian benih, gudang alat pertanian pada setiap dua petak ladang (ukuran 25x25 m), saung untuk beristirahat, leuit sebagai tempat menampung hasil panen sementara, pasar tani untuk menyalurkan hasil panen dari agrowisata Tamansari dan sekitarnya, serta mini-truk yang mengangkut hasil panen dari leuit ke pasar tani. Fasilitas pendukung lainnya yaitu amphiteater (bale riung) sebagai panggung pertunjukan kesenian Sunda dan acara-acara tertentu, galeri budaya yang menyajikan artwork terkait budaya Sunda dan pertanian secara outdoor. Aktivitas orang Sunda yang senang berkumpul dan makan bersama juga diakomodasi dengan adanya area botram dengan kavling-kavling yang terbuat dari dek yang portabel. Selain itu, untuk mengangkat kembali permainan anakanak, disediakan area kaulinan barudak yang mengakomodasi permainan anakanak seperti sondah, tatakolan, ucing sumput, dan air mancur.
52
Gambar 38 Block Plan
53
Gambar 39 Siteplan
54
Gambar 40 Siteplan Segmen A
55
Gambar 41 Siteplan Segmen B
56
Gambar 42 Potongan Tampak & Perspektif
57
Area Penerimaan Area parkir kawasan agrowisata Tamansari mengakomodasi kendaraan roda dua dan empat dengan akses masuk dan keluar yang berbeda untuk mengantisipasi kemacetan di akses masuk. Pada sisi yang lain terdapat area parkir kereta wisata yang dapat digunakan oleh pengunjung wisata. Area parkir dan shelter kereta wisata dapat dilihat pada Gambar 43.
Gambar 43 Area Parkir dan Shelter Kereta Wisata Saat memasuki kawasan agrowisata, pengunjung disambut dengan signage dan gerbang. Signage terletak di dekat jalan raya sebagai penanda sebelum memasuki kawasan. Gerbang dan signage sebagian besar terbuat dari material bambu yang diharapkan dapat menambah suasana alami Budaya Sunda. Ilustrasi penunjuk lokasi dan gerbang masuk dapat dilihat pada Gambar 44 dan 45.
Gambar 44 Ilustrasi Penunjuk Lokasi
58
Gambar 45 Ilustrasi Gerbang Masuk
Gambar 46 Ilustrasi Area Parkir Area parkir kawasan agrowisata didesain untuk menampung kendaraan roda empat atau lebih dan kendaraan roda dua. Lokasi area parkir untuk pengunjung wisata juga berdekatan dengan area parkir kendaraan wisata untuk berkeliling kawasan. Pengunjung yang telah membayar tiket dapat langsung menaiki kendaraan wisata. Ilustrasi area parkir dapat dilihat pada Gambar 46. Amphiteater Bale Riung Amphiteater Bale Riung merupakan amphiteater yang mengakomodasi pertunjukan dan acara budaya yang berlangsung di luar ruangan. Amphiteater yang didesain berbentuk setengah lingkaran dengan material semen beton. Amphiteater memanfaatkan kondisi topografi yang cukup curam sehingga tidak banyak dilakukan rekayasa lanskap. Amphiteater Bale Riung dapat dilihat pada Gambar 47.
59
Gambar 47 Amphiteater Bale Riung Amphiteater bersisian dengan reservoir air sehingga dapat menjadi salah satu good view di dalam tapak. Reservoir air tersebut digunakan sebagai slah satu sumber air irigasi pertanian. Pemandangan yang dapat dilihat dari amphiteater Bale Riung dapat dilihat pada Gambar 48.
Gambar 48 Pemandangan dari Amphiteater Pasar Pak Tani dan Restoran Pasar Pak Tani dan restoran letaknya saling berdekatan karena restoran menyediakan makanan dari hasil panen yang diperoleh atau dengan membeli bahan makanan di Pasar Pak Tani. Hal ini bertujuan untuk mempromosikan bahan pangan lokal di Tamansari dan mendukung keberadaan petani khususnya di Desa Tamansari. Restoran dan Pasar Pak Tani didesain semi-outdoor dengan material bambu. Siteplan restoran dan Pasar Pak Tani dapat dilihat pada Gambar 49.
60
Gambar 49 Restoran dan Pasar Pak Tani
Gambar 50 Ilustrasi Restoran dan Pasar Pak Tani
Gambar 51 Ilustrasi Pasar Pak Tani
61
Koridor Budaya Karya seni dan budaya khas Sunda dibuat replikanya dan ditata pada sebuah koridor yang cukup luas. Di koridor tersebut pengunjung wisata dapat mengapresiasi karya seni dan budaya yang ada, duduk-duduk pada bangku yang disediakan, atau berfoto. Koridor budaya dapat dilihat pada Gambar 52 dan ilustrasinya pada Gambar 53.
Gambar 52 Koridor Budaya
Gambar 53 Ilustrasi Koridor Budaya Area Botram Salah satu kebiasaan masyarakat Sunda yang mulai dilupakan adalah botram atau berpiknik. Oleh karena itu, area botram disediakan untuk mengakomodasi aktivitas berpiknik. Botram biasanya menggunakan tikar yang digelar di atas tanah, tetapi selain itu area botram juga menyediakan kavlingkavling dek bambu yang dapat digunakan untuk berpiknik.
62
Gambar 54 Area Botram Selain itu, dek didesain dengan roda di bawahnya dan jalur rel sehingga dek dapat digeser sesuai kebutuhan. Area botram dinaungi oleh pohon ketapang kencana di sekitar dek dan pohon ki hujan pada lawn area. Area botram terletak di samping koridor budaya. Area botram dapat dilihat pada Gambar 54 dan ilustrasi area botram pada Gambar 55.
Gambar 55 Ilustrasi Area Botram Area Kemah Area kemah diperuntukan bagi keluarga dan anak-anak. Setiap tiga kavling berkemah terdapat firepit untuk api unggun. Area yang diperuntukkan untuk berkemah masing-masing telah diberi patok. Tampak atas dan ilustrasi area kemah dapat dilihat pada Gambar 56 dan 57.
63
Gambar 56 Area Kemah
Gambar 57 Ilustrasi Area Kemah Kaulinan Barudak Kaulinan barudak merupakan fasilitas yang mengakomodasi anak-anak untuk bermain di lapangan. Permainan yang dapat dimainkan yaitu sondah, tataluan, ucing sumput, dan water feature. Area kaulinan barudak di Gambar 58.
Gambar 58 Area Kaulinan Barudak
64
Ilustrasi kaulinan barudak berupa ucing sumput/petak umpet dapat dilihat pada Gambar 59. Ilustrasi kaulinan barudak berupa air mancur dapat dilihat pada Gambar 60.
Gambar 59 Ilustrasi Kaulinan Barudak (Ucing Sumput)
Gambar 60 Ilustrasi Kaulinan Barudak (Air Mancur) Area Ladang Aktivitas pertanian yang didukung di agrowisata Tamansari yaitu dari aspek pengolahan ladang sampai pemanenan. Lahan yang berpotensi sebagai ladang sayur akan ditanami sayuran cabai, tomat, terung, jagung, singkong, atau pun pisang. Setiap area ladang dapat memiliki berbagai macam ladang yang disesuaikan dengan kalender tanam untuk menghindari hama dan penyakit sehingga sering terjadi pergiliran tanaman setiap beberapa waktu. Contoh area ladang dapat dilihat pada Gambar 61 dan ilustrasi pada area ladang dapat dilihat pada Gambar 61 dan 62.
65
Gambar 61 Area Ladang
Gambar 62 Ilustrasi Area Ladang
Gambar 63 Ilustrasi Saung
66
Lahan yang ditanami disesuaikan dengan jenis tanaman yang dipilih. Ketentuan dalam menanam tanaman sayuran dan palawija berbeda dari penataan petak ladangnya, baik dari panjang, lebar, dan tinggi bedengan, lebar dan dalam parit (untuk tanaman sayuran), kedalaman dan diameter lubang tanam, serta jarak tanam. Ketentuan petak ladang sesuai jenis tanaman dapat dilihat pada Tabel 14.
No 1
2
3 4 5 6 7 8
Tabel 14 Ketentuan Petak Ladang sesuai Jenis Tanaman Jenis Tanaman pB lB tB lP dP dLb jT Dlt Tomat (baris tunggal) 500 120 30 30 30 15 60x80 8 Solanum lycopersicum Tomat (baris ganda) 500 40 30 30 30 15 80 8 Solanum lycopersicum Cabai 500 100 30 30 30 15 80 8 Capsicum anuum Terong 500 100 30 30 30 15 80 8 Solanum melongena Pisang 70 30 300x300 30 Musa paradisiaca Jagung 50 5 70x20 5 Zea mays Singkong 50 10 80x120 5 Manihot esculenta Kangkung 500 100 30 30 30 15 15x30 8 Ipomoea reptana
Keterangan: pB= panjang bedengan, lB= lebar bedengan, tB= tinggi bedengan, lP= lebar parit, dP= dalam parit, dLb= dalam lubang, jT= jarak tanam, Dlt= diameter lubang tanam. Sumber: Susila, 2006 dengan modifikasi.
Gambar 64 Kalender Tanaman di Kawasan Agrowisata Tamansari
67
Musim panen tanaman yang berbeda-beda dari setiap tanaman memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihannya yaitu setiap kali pengunjung berwisata, selalu dapat memanen hasil tanam. Namun, informasi mengenai kalender tanaman harus diketahui oleh pengunjung agar dapat memilih waktu yang tepat untuk berwisata. Kalender tanaman di kawasan agrowisata Tamansari dapat dilihat pada Gambar 64. Detil Desain Sirkulasi Sirkulasi pada tapak terdiri atas sirkulasi primer, sekunder, dan tersier. Sirkulasi primer yaitu sirkulasi yang ditujukan bagi kendaraan bermotor di dalam tapak. Sirkulasi primer menggunakan material aspal dengan lebar 7 m. Sirkulasi sekunder adalah sirkulasi bagi pejalan kaki di dalam tapak baik di sisi kiri dan kanan sirkulasi primer maupun di area yang tidak terjangkau sirkulasi primer. Sirkulasi sekunder memiliki lebar 1.2 m dengan material conblock. Sirkulasi tersier merupakan sirkulasi pada area ladang dengan lebar 0.6 m dan material gravel. Detil sirkulasi dapat dilihat pada Gambar 68. Gerbang dan Signage Gerbang kawasan agrowisata Tamansari mengadopsi bentuk atap rumah tradisional Sunda yaitu Julang Ngapak. Gerbang memiliki lebar ± 13 m dengan tinggi ± 9 m. Material yang digunakan adalah bambu dan dengan fondasi beton. Signage memiliki lebar ± 7 m dan tinggi ± 2.7 m. Signage menggunakan ornamen anyaman bambu pada penunjuk lokasi dan beton sebagai fondasi. Ilustrasi gerbang dan signage dapat dilihat pada Gambar 65 dan Gambar 66. Detil gerbang dan signage dapat dilihat pada Gambar 69 dan Gambar 70.
Gambar 65 Ilustrasi Gerbang
Gambar 66 Ilustrasi Signage
68
Saung Saung digunakan pada area ladang dan restoran, dengan ukuran yaitu 5x5 m. Saung digunakan untuk beristirahat setelah bertani di ladang. Saung terbuat dari material bambu dengan atap ijuk untuk menambah kesan alami di kawasan agrowisata. Ilustrasi saung dapat dilihat pada Gambar 67. Detil saung dapat dilihat pada Gambar 71.
Gambar 67 Ilustrasi Saung 2 Planting Plan Tanaman yang direncanakan di kawasan agrowisata dipilih untuk memperkuat konsep budaya Sunda yang diangkat pada tapak, yaitu dengan memilih tanaman tropis lokal yang biasa ditemukan di daerah Jawa Barat. Tanaman yang dipilih antara lain bambu, pisang hias, juga tanaman berbunga atau berdaun menarik seperti jakaranda, tabebuia, ketapang kencana, dll. Daftar pohon yang akan ditanam di kawasan agrowisata dapat dilihat pada Tabel 15. Tabel 15 Daftar Pohon yang akan ditanam di Kawasan Agrowisata Tamansari No Nama Ilmiah Nama Lokal Jumlah Gambar
1 Bambuusa vulgaris
Bambu
395 plb
2 Delonix regia
Flamboyan
37 plb
3 Hevea braciliensis
Karet
132 plb
4 Jaccaranda mimusafilia
Jakaranda
8 plb
69
No Nama Ilmiah
Nama Lokal
Jumlah
5 Mimusoph elengii
Tanjung
191 plb
6 Plumeria alba
Kamboja putih
21 plb
7 Ravenala madagascariensis
Pisang Kipas
6 plb
8 Roystonia regia
Palem raja
30 plb
9 Samanea saman
Ki hujan
11 plb
10 Schizolobium parahyba
Tower tree
44 plb
11 Syzigium oleina
Pucuk merah
150 plb
12 Tabebuya sp.
Tabebuya kuning
43 plb
13 Terminalia mantaly
Ketapang kencana
17 plb
Sumber gambar: Google.com
Gambar
70
Tanaman semak yang akan ditanam di kawasan agrowisata antara lain hanjuang, spider lily, iris, pakis, dll. Daftar tanaman semak yang akan ditanam dapat dilihat pada Tabel 16. Planting plan pohon dapat dilihat pada Gambar 72. Planting plan semak dapat dilihat pada Gambar 73-75. Tabel 16 Daftar Semak yang akan ditanam di Kawasan Agrowisata Tamansari No Nama Ilmiah Nama Lokal Jumlah Gambar
1 Alternanthera amoena
Bayam merah 304 plb
2 Alpinia purpurata
Lengkuas merah
240 plb
3 Bromelia sp.
Nanas hias
160 plb
4 Capsicum annuum
Cabai hias
577 plb
5 Colocasia esculenta
Talas
487 plb
6 Cordyline terminalis
Hanjuang merah
410 plb
7 Heliconia sp.
Pisang hias
1701 plb
8 Neomarica longifolia
Iris
331 plb
9 Nephrolepis excelsa
Pakis sisir
576 plb
Sumber gambar: Google.com
71
Gambar 68 Detil Sirkulasi
72
Gambar 69 Detil Gerbang
73
Gambar 70 Detil Signage
74
Gambar 71 Detil Saung
75
Gambar 72 Planting Plan Pohon
76
Gambar 73 Planting Plan Semak Bagian 1
77
Gambar 74 Planting Plan Semak Bagian 2
78
Gambar 75 Planting Plan Semak Bagian 3
79
Gambar 76 Planting Design
80
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Lokasi penelitian di Desa Tamansari memiliki potensi sebagai kawasan agrowisata karena terdapat aktivitas pertanian didalamnya. Aspek fisik dan biofisik tapak sesuai untuk dikembangkan menjadi kawasan agrowisata. Pengembangan Desa Tamansari sebagai desa wisata juga sesuai dengan aspek legal yang terkait dengan kepariwisataan. Lokasi tapak yang berada di Desa Tamansari Kabupaten Bogor mempengaruhi aspek sosial dan budaya pada tapak. Penduduk di sekitar tapak mayoritas berasal dari suku Sunda. Namun, kebudayaan Sunda di sekitar tapak sudah jarang ditemui, kecuali di daerah Kasepuhan yang berbatasan dengan kawasan Taman Nasional Gunung Halimun-Salak. Oleh karena itu, desain lanskap agrowisata Tamansari perlu mengangkat kearifan lokal budaya Sunda sebagai konsep dari lanskap agrowisata. Konsep kearifan lokal yang diangkat yaitu opat kalima pancer. Opat kalima pancer menggambarkan empat arah mata angin semesta, sebagai dasar pembentukan mandala yang berarti keseimbangan. Penerapan konsep tersebut pada penempatan vegetasi, penggunaan bentuk lingkaran dan persegi sebagai representasi mandala pada elemen lanskap hardscape dan softscape, Sementara itu konsep dasar agrowisata yaitu reality games dimana pengunjung wisata menjadi pemain yang harus menyelesaikan tantangan berupa aktivitas-aktivitas yang berkaitan dengan pertanian dengan sistem reward. Desain lanskap agrowisata Tamansari menghasilkan beberapa spot wisata, yaitu area utama untuk berladang dengan komoditas utama sayuran, antara lain tomat, terung, cabai, kangkung, singkong, jagung, dan pisang. Area pendukung wisata antara lain area penerimaan (area parkir dan loket tiket), amphiteater, pasar, restoran, koridor budaya, area botram, area kemah, dan area bermain anak. Saran Kearifan lokal memiliki banyak nilai-nilai positif yang masih dapat diterapkan hingga kini tetapi seringkali terlupakan keberadaannya. Penerapan kearifan lokal yang ada di masyarakat dapat menjadi salah satu solusi agar kearifan lokal tetap ada. Kearifan lokal Budaya Sunda di Kabupaten Bogor yang mulai terdegradasi dapat diangkat kembali dengan mempopulerkan kembali tradisi dan kebiasaan masyarakat Sunda, memperkenalkan kesenian dan bahasa Sunda kepada anak-anak, maupun menerapkan filosofi Budaya Sunda dalam proses mendesain suatu lanskap. Proses perencanaan dan desain suatu tapak menjadi salah satu peluang untuk mengangkat kembali kearifan lokal dan budaya tapak agar tetap lestari. Oleh karena itu, kearifan lokal tersebut harus diterapkan pada proses analisis tapak dan perumusan konsep dalam penerapannya elemenelemen desain.
81
DAFTAR PUSTAKA [BPS] Badan Pusat Statistik Kabupaten Bogor. 2013. Kecamatan Tamansari dalam Angka 2013 [Buku Data]. [Pemkab Bogor] Pemerintah Kabupaten Bogor. 2013. Peraturan Daerah Kabupaten Bogor Nomor 3/2013 tentang Kepariwisataan. Bogor (ID): Pemerintah Kabupaten Bogor. Adiwilaga A. 1975. “Beberapa Catatan Tentang Penulisan Sejarah Jawa Barat Sekitar Permasalahannya.” Dalam Ali, R.M. dkk, Sejarah Jawa Barat: Pandangan Filsafat Sejarah. Bandung (ID): Proyek Penunjang Peningkatan Kebudayaan Nasional Provinsi Jawa Barat. Akbar A. 2014. Perencanaan Lanskap Wisata Alam Danau Maninjau, Kecamatan Tanjung Raya, Kabupaten Agam, Sumatera Barat. [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Booth NK. 1983. Basic Elements of Landscape Architectural Design. New York (US): Waveland Press Inc. Carpenter PL, TD Walker, LO Lanphear. 1975. Plants in The Landscape. San Fransisco (US): WH Freeman & Co. Chiara J, Koppelman LE. 1997. Standar Perencanaan Tapak (Terjemahan). Jakarta: Penerbit Airlangga. Darmawijaya IM. 1980. Klasifikasi Tanah. Yogyakarta (ID): Gajah Mada University Press. Gold S. M. 1980.Recreation Planning and Design. Mc.Graw-Hill Book Company. New York. Gunn CA. 1994. Tourism Planning: Basics, Concepts, Cases. Washington DC (USA): Taylor & Francis Hakim R. 1987. Unsur Perancangan dalam Arsitektur Lanskap. Jakarta (ID): PT Bina Aksara Hardjowigeno S. 1992. Ilmu Tanah. Edisi ketiga. Jakarta (ID): PT Mediatama Sarana Perkasa. Harris CW, Dines NT. 1998. Time-Saver Standards for Landscape Architecture: Design and Construction Data. USA: McGraw-Hill, Inc. Iskandar J dan Iskandar BS. 2011. Agroekosistem Orang Sunda. Bandung (ID): PT Kiblat Buku Utama Keraf SA. 2002. Etika Lingkungan. Jakarta (ID): Buku Kompas. Koentraningrat. 2004. Manusia dan Kebudayaan di Indonesia. Jakarta: Djambatan. Lawson F dan Baud-Bovy M. 1998. Tourism and Recreation Handbook of Planning and Design. London (UK): Architectural Press. Nurisyah S. 2001. Pengembangan Kawasan Wisata Agro. Buletin Taman dan Lanskap Indonesia. IV: 20-23. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Nurisjah S dkk. 2003. Daya Dukung dalam Perencanaan Tapak. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Tidak dipublikasikan. Rosidi A, dkk. (Penyunting). 2006. Prosiding Konferensi Internasional Budaya Sunda. Bandung-Jakarta (ID): Yayasan Kebudayaan Rancage bekerjasama dengan PT Dunia Pustaka Jaya.
82
Rosidi A. 2011. Kearifan Lokal Dalam Perspektif Budaya Sunda. Bandung (ID): Kiblat Buku Utama. Sadahiro Y. 2006. Spatial Analysis Using GIS. Tokyo (JP): University of Tokyo. Tidak dipublikasikan. Simonds JO. 1983. Landscpae Architecture: A Manual of Site Planning and design. New York (US): Graw-Hill Book Co. Smith, Stephen L.J.. 1989. Tourism Analysis: A Handbook. London: Longman Group UK Limited. Soemarwoto O. 1981. Homegarden in Indonesia. Singapura (SG): 4th Pacific Science International Congress. Sulipan. 2007. Kegiatan Pengembangan Profesi Guru. Jakarta (ID): Sains Reka Sunaryo dan Laxman J. 2003. Peranan Pengetahuan Ekologi Lokal Dalam Sistem Agroforestri. Yogyakarta (ID): Penerbit Andi. Sumardjo J. 2003. Simbol-simbol Artefak Budaya Sunda. Bandung (ID): Penerbit Kelir. Tirtawinata MR dan Lisdiana F. 1996. Daya tarik dan Pengelolaan Agrowisata. Jakarta (ID): Penebar Swadaya. Vandyke S. 1990. From Line to Design. New York (US): Design Graphic Comunication, Van Nostrand Reinhold, Co.
LAMPIRAN Kuisioner Penelitian Desain Lanskap Agrowisata Tamansari Berbasis Kearifan Lokal Budaya Sunda di Kabupaten Bogor Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi masyarakat mengenai potensi agrowisata di Tamansari. Kuisioner ini merupakan salah satu pelengkap dalam penyusunan skripsi. Oleh: Mariana Agustin Putri (A44100089), Mahasiswa Departemen Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor (IPB). Petunjuk: Lingkari pada jawaban yang sesuai Identitas Responden Nama : b.Wanita Jenis Kelamin : a. Pria Pekerjaan Usia Domisili
: : :
1. Apakah Anda pernah berkunjung ke daerah Tamansari, Ciapus? a. Pernah b. Tidak pernah 2. Aktivitas apa yang Anda lakukan di Tamansari, Ciapus? a. wisata, ke........................................... b. bekerja
83
c. mengunjungi keluarga/teman e. lain-lain, sebutkan....................................
d. bersekolah
3. Apakah Anda pernah melakukan wisata ke daerah Tamansari, Ciapus? c. Pernah, d. Tidak pernah ke................................................ 4. Silakan lingkari tempat wisata yang Anda ketahui berada di Tamansari, Ciapus: a. Curug Nangka b. Highland Hotel & Resort c. Pura Parahyangan Agung d. Gunung Salak Endah Jagatkartta e. Eko Wisata Sukamantri f. lain-lain, sebutkan................................... Potensi Agrowisata 5. Apakah Anda mengetahui tentang agrowisata? a. Ya b. Tidak 6. Menurut Anda apakah yang dimaksud dengan agrowisata? ............................................................................................................................... ............................................................................................................................... .................................... 7. Apakah Anda setuju jika terdapat agrowisata di Tamansari? a. Ya b. Tidak 8. Aktivitas apa saja yang ingin anda lakukan di dalam kawasan agrowisata? a. Menanam b. Memetik c. Memancing d. Beternak 9. Manakah kegiatan dalam budidaya pertanian yang paling menarik bagi Anda? (Silakan beri nomor urutan dari yang Anda anggap paling menarik) .......Persiapan (menyemai benih, mengolah tanah, menyiapkan kandang) .......Pemeliharaan (menyiangi, memberi makan ternak/ikan, dll) .......Pemanenan (memetik buah, memanen padi, mengambil telur, memerah susu) 10.Fasilitas apa saja yang Anda inginkan ada di agrowisata? Jawaban boleh lebih dari satu. a. Toko souvenir b. Area bermain anak c. Area outbound d. Restauran e. Sarana penelitian f. Pasar mini
84
g. Camping ground e. Lainnya, sebutkan........................... Konsep 1. Apa yang Anda pikirkan mengenai budaya Sunda? ............................................................................................................................... ............................................................................................................................... .................................... 2. Apakah Anda mengetahui Budaya Sunda? (0=tidak tahu, 5=sangat tahu) 0---1---2---3---4---5 3. Menurut Anda perlukah pelestarian Budaya Sunda di Bogor? (0=tidak perlu, 5=sangat perlu) 0---1---2---3---4---5 4. Jika budaya Sunda diterapkan dalam desain agrowisata, elemen apa yang menurut Anda dapat mewakili budaya Sunda? (Jawaban boleh lebih dari satu) a. Bangunan b. Jenis tanaman c. Pembagian ruang d. Gerbang 5. Kearifan lokal apa yang Anda ketahui ada di budaya Sunda? ............................................................................................................................... ............................................................................................................................... ....................................
Atas pertisipasinya saya ucapkan terimakasih.
Panduan Wawancara Desain Lanskap Agrowisata Tamansari Berbasis Kearifan Lokal Budaya Sunda di Kabupaten Bogor
Pertanyaan 1. Adakah upacara adat/keagamaan yang dilakukan berhubungan dengan pertanian? 2. Jika ada, apa saja? (sebutkan)......................................................................... 3. Adakah organisasi adat/budaya Sunda yang melestarikan budaya Sunda setempat? 5. Adakah kearifan lokal setempat dalam bertani? Bagaimana? 6. Apakah dalam aktivitas proses produksi, kegiatan produksi (musim memulai tanam, pengairan, mulai beternak, mulai menebar benih, dsb) ditentukan adat? 7. Adakah benda yang mencerminkan kearifan lokal dan budaya Sunda setempat? 8. Apakah harapan bapak/Ibu/Saudara jika di Tamansari terdapat agrowisata?
85
Daftar Upacara Adat Budaya Sunda No. Nama
1
2
Upacara Adat Seren Taun
Upacara Adat Labuh Saji
3
Upacara Adat Nyalawena
4
Upacara Adat Badirian Panganten Tebu
Waktu
Juli
April
Lokasi
Deskripsi
Kampung Sinar Resmi, Kasepuhan Ciptagelar
Sebagai ungkapan rasa syukur, rasa hormat serta terimakasih kepada Yang Maha Kuasa dan Dewi Sri atas panen yang telah diperoleh
Pelabuhan Ratu
Agar hasil tangkapan berlimpah setiap tahun dan memelihara hubungan baik dengan Nyi Dewi Roro Kidul.
Desember
Pantai Apra Cianjur
April/Mei
Pabrik Gula Jatiwangi, Kadipaten Majalengka
5
Upacara Adat Mipit Indung Pare
Agustus
Kampung Leuwi Panas, Majalengka
6
Upacara Adat Kawin Cai
November
Desa Balong, Kuningan
Untuk menyambut datangnya ikan kecil (impun) dari laut menuju pantai yang jumlahnya sangat banyak yang ditangkap oleh masyarakat untuk dijadikan lauk pauk. Sebagai rasa syukur atas hasil penanaman tebu yang diperoleh, memohon berkah dan keselamatan untuk memproses (menggiling) tebu menjadi gula, dan mohon berhasil lagi di masa mendatang. Sebagai pernyataan syukur atas keberhasilan pertanian serta upaya dalam memelihara hubungan dan mendekatkan diri kepada Tuhan. Untuk memohon turun hujan guna mengairi lahan pertanian serta kebutuhan hidup lainnya.
86
7
Upacara Adat Panjang Jimat
Mei
Keraton Kasepuhan, Cirebon
Upacara Adat Ruatan Bumi
Kampung Banceuy, Kabupaten Subang
9
Upacara Adat Wuku Taun
Januari
Kampung Cikondang, Kabupaten Bandung
10
Upacara Adat Ngalungsurkeun Jimat
Maret
Situs Makam Godog. Kabupaten Garut
8
11
Cialuteureun
12
Upacara Hajat Sasih
13
Upacara hajat Laut
14
Upacara Adat Ngampih Pare/Ngalaksa
15
Upacara Adat Tutup Buku Guar Bumi/Ngaruat Jagat
Untuk memperingati kelahiran Nabi Muhammad SAW dan mengenang jasa-jasanya dalam menyiarkan agama islam. Sebagai ungkapan rasa syukur atas keberhasilan pertanian dan upaya tolak bala, sebagai penghormatan kepada leluhur. Sebagai ungkapan syukur atas nikmat dan memohon keselamatan, kesejahteraan dan terhindar dari kekurangan tahun lalu. Sebagai penghormatan dan penghargaan kepada Prabu Kean Santang.
Penyerahan dan Pameungpeuk, selamatan dengan Oktober kabupaten mengirimkan sesuatu Garut melalui laut. Ucapan syukur atas keselamatan, Kampung keberhasilan, limpahan Naga, Februari hasil bumi serta tanah Kabupaten yang subur dan meminta Tasikmalaya keberkahan kepada leluhur. Jojontor Pamayang Sebagai event Januari Sari, kepariwisataan Tasikmalaya Desa Wisata Sebagai wujud syukur Ranca Juli atas hasil panen Kalong, melimpah terutama padi. Sumedang Sebagai rasa syukur, menandakan bahwa Alun-alun Situ penggarapan sawah akan September Raja, segera dimulai, dan Sumedang mengharapkan produksi pertanian lebih baik.
87
Mei
Panjalu, Kabupaten Ciamis
Sebagai rasa syukur atas peruangan dalam menjaga kelestarian sejarahnya.
Desa sukanagara, Kabupaten Ciamis
Sebagai rasa syukur masyarakat atas berkah dan nikmat.
16
Upacara Adat Nyangku
17
Upacara Adat Hajat Bumi
Januari
18
Upacara Adat Ngarot
Desa Lelea, November Kabupaten Indramayu
19
Upacara Adat Tanah Ububan Kamasan
20
Upacara Adat Mapag Sri
Desa Taman Rahayu, Kabupaten Bekasi
Juni
Desa Cibeusi Kabupaten Subang
Sebagai ungkapan syukur atas hasil panen dan permohonan berkah keselamatan serta perlindungan. Untuk mengenang kembali jasa Raden Sungging Kamasan sebagai orang yang pertama kali mengembangkan kerajinan Untuk menyambut atau menjemput Dewi Sri (Dewi Padi) yang telah memberikan berkah pada petani atas hasil panen yang diperoleh.
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Sumedang, 6 Juli 1992. Penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara dalam keluarga ibu Diah Permata dan bapak Rudi. Penulis menyelesaikan pendidikan menengah di SMPN 1 Bandung pada tahun 2007 dan SMAN 2 Bandung pada tahun 2010. Penulis diterima menjadi mahasiswa Institut Pertanian Bogor melalui jalur SNMPTN pada tahun 2010 di Departemen Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanian. Selama menjadi mahasiswa, penulis memiliki pengalaman bekerja sebagai asisten di Atelier Lifescape dan aktif dalam kegiatan Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) jurnalistik Koran Kampus selama dua tahun sebagai reporter dan sekretaris umum periode 2011-2012 serta menjadi staf Exchange Program Department di IAAS LC IPB selama satu tahun. Pada tahun 2014, penulis diberi kepercayaan untuk menjadi asisten Mata Kuliah Teori Desain Lanskap. Penulis juga aktif dalam mengikuti sayembara di bidang arsitektur lanskap dan meraih Juara I pada AFAIR UI 2012 dan 30 karya terbaik pada Paradesc 2013. Penulis juga mengikuti sayembara diluar bidang lanskap seperti lomba lukis TPB 2011 dan lomba lukis IAC 2012.