STUDI POTENSI LANSKAP DESA CIHIDEUNG UNTUK PENGEMBANGAN AGROWISATA
R ANISAH WIJAYANTI J MULYANA
DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Studi Potensi Lanskap Desa Cihideung untuk Pengembangan Agrowisata” adalah benar karya saya dengan arahan dari dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi baik yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun yang tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Desember 2013 R Anisah Wijayanti J Mulyana NIM A44090007
ABSTRAK R ANISAH WIJAYANTI J MULYANA. Studi Potensi Lanskap Desa Cihideung untuk Pengembangan Agrowisata. Dibimbing oleh TATI BUDIARTI. Alih fungsi lahan terus terjadi sehingga mengancam keberlanjutan sistem pertanian di Indonesia. Peningkatan nilai fungsi lahan perlu dikembangkan di antaranya, melalui pengembangan agrowisata di perdesaan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan keberlanjutan sistem pertanian. Penelitian ini bertujuan 1) mengidentifikasi potensi lanskap, 2) menilai keberlanjutan masyarakat, 3) mengetahui persepsi dan preferensi masyarakat dan pengunjung tentang agrowisata, dan 4) memberikan rekomendasi untuk pengembangan agrowisata. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Cihideung, Kecamatan Parongpong, Kabupaten Bandung Barat dari bulan Maret sampai Agustus 2013. Metode yang digunakan adalah metode dari Smith (1989), penilaian keberlanjutan masyarakat dengan pendekatan GEN (Global Ecovillage Network), dan analisis SWOT. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Desa Cihideung memiliki potensi lanskap pertanian sebagai obyek agrowisata, yaitu budi daya tanaman hias, sayuran, buah, dan perternakan sapi perah. Masyarakat dan pengunjung menilai potensi agrowisata terutama tanaman hias sangat baik dan pengunjung menginginkan penambahan sarana dan prasarana wisata. Penilaian keberlanjutan masyarakat menyatakan bahwa Desa Cihideung menunjukkan awal yang baik ke arah keberlanjutan pada aspek sosial dan spiritual, tetapi memerlukan tindakan perbaikan pada aspek ekologis. Berdasarkan analisis SWOT Desa Cihideung berada pada posisi V (Hold and Maintain), strategi yang dapat dilakukan adalah mempertahankan dan mengembangkan potensi yang ada dan alternatif mengatasi permasalahan. Kata kunci: agrowisata, keberlanjutan, lanskap pertanian
ABSTRACT R ANISAH WIJAYANTI J MULYANA. Study Of Landscape Potential Cihideung Village For Agri-Tourism Development. Supervised by TATI BUDIARTI. Agricultural land conversion continues to threaten the sustainability of farming systems in Indonesia. Increase in the value of land use needs to be developed, particularly through the development of agri-tourism in rural areas to increase social welfare and sustainability of farming system. This study aims to: 1) indentify the potential of the landscape, 2) assess the sustainibility of the community, 3) know perceptions and preferences of the community and visitors about agri-tourism, 4) provide recommendations for the development of agritourism. The study was conducted in the Village Cihideung, Parongpong District, West Bandung Regency, from March to August 2013. The method use is Smith (1989), Community sustainability assessment approuch by GEN (Global Ecovillage Network), and a SWOT analysis. Result of the research shows that the Village Cihideung has the potential landscape agriculture as an object of agri-
tourism, which is cultivation of ornamental plants, vegetables, fruits, and dairy farming. Community and visitors assess the potential of agri-tourism is very good especially ornamental plants and visitors wants additional tourist facilities and infrastructure. Community sustainability assessment shows that the Village Cihideung has a good start towards sustainability in social and spiritual aspects, but require corrective action on the ecological aspects. Based on the SWOT analysis Village Cihideung is in a position fifth quadrant (Hold and maintain), a strategy that can be done is to keep growing and developing existing and potential alternatives to resolve it. Key words: agri-tourism, agriculture landscape, sustainability
STUDI POTENSI LANSKAP DESA CIHIDEUNG UNTUK PENGEMBANGAN AGROWISATA
R ANISAH WIJAYANTI J MULYANA
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Departemen Arsitektur Lanskap
DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013
© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2013 Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau peninjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apapun tanpa izin IPB
Judul Skripsi: Studi Poten si Lansb p Desa Cihideung untuk Pengembangan Agrowisata Nama : R Anisah Wijayanti J \ lulyana NIM : A44090007
Disetujui oleh
r. Ir. Tati Budiarti MS Pembimbing
ng Sulistyantara, MAgr Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
1 \l
Judul Skripsi : Studi Potensi Lanskap Desa Cihideung untuk Pengembangan Agrowisata Nama : R Anisah Wijayanti J Mulyana NIM : A44090007
Disetujui oleh
Dr. Ir. Tati Budiarti, MS Pembimbing
Diketahui oleh
Dr. Ir. Bambang Sulistyantara, MAgr Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Studi Potensi Lanskap Desa Cihideung untuk Pengembangan Agrowisata”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu persyaratan untuk menyelesaikan gelar Sarjana Pertanian Institut Pertanian Bogor. Penulis mengucapkan terima kasih kepada 1. Dr. Ir. Tati Budiarti, MS selaku pembimbing skripsi yang telah membimbing dan memberi saran dalam menyelesaikan skripsi ini; 2. Dosen pembimbing akademik yang telah memberikan saran selama penulis menjalani masa perkuliahan di Departemen Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor; 3. Ir. Qodarian Pramukanto, Msi., Dr. Syartinilia Wijaya, SP., Msi., Dr. Ir. Nizar Narsullah, Magr., dan Prof. Dr. Ir Wahju Qamara atas saran dan kritik untuk kemajuan skripsi ini: 4. Aparat desa Bapak Adang, Bapak Danu, dan Bapak Asep yang telah membantu dalam memberikan arahan selama di lapangan; 5. Ketua Gabungan Kelompok Tani Bapak Adil Hendra, Mantri Sapi Bapak Jajang, dan Pengusaha Tanaman Hias Bapak Asep Marlina, dan Bapak Ganda yang telah memberikan informasi di lapangan, serta para petani lainnya; 6. Teman-teman seperjuangan (Ina Winiastuti, Istiqomah Vista, Siti Novianti, Azka Lathifa, Miftahul Jannah, Mariska, Eka, Lucyana, Yasyirah, Firdha, Azis, Aero, Asny, Renny, Yaomi, Gaby, dan teman-teman ARL 46 lainnya atas doa dan dukungannya; 7. Mahasiswa Pasca Sarjana (M. Zaini Dahlan, Arkham, dan Roosna); 8. Adik dan kakak kelas Arsitektur Lanskap atas doa dan dukungannya. 9. Ir. Endang Muljana, MSc dan Siti Maryani Wijaya selaku orang tua penulis, R Eviana Octavianie M selaku kakak penulis, serta seluruh keluarga atas doa, dukungan, dan kasih sayangnya. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat untuk dijadikan rekomendasi bagi pengembangan Desa Cihideung menjadi desa yang lestari dan sejahtera bagi penduduknya.
Bogor, Desember 2013 R Anisah Wijayanti J Mulyana
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Tujuan Penelitian
2
Manfaat Penelitian
2
Kerangka Pikir Penelitian
2
TINJAUAN PUSTAKA
3
Lanskap Perdesaan
3
Pembangunan Desa Berkelanjutan (Ecovillage)
4
Agrowisata
6
METODE
8
Tempat Lokasi dan Waktu Penelitian
8
Batasan Penelitian
9
Metode Penelitian
9
Jenis Data HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Kondisi Umum
16 17 17 17
Identifikasi Karakter Lanskap Perdesaan
20
Aspek Fisik
20
Iklim
20
Tanah
22
Topografi
23
Penutupan Lahan
26
Hidrologi
27
Aspek Biofisik
28
Vegetasi dan Satwa
28
Identifikasi Karakter Sosial Budaya Masyarakat
30
Aspek Sosial dan Ekonomi
31
Demografi
31
Persepsi Penduduk Desa Cihideung
32
Persepsi Pengunjung Desa Cihideung
33
Preferensi Pengunjung Desa Cihideung
34
Penilaian Keberlanjutan Masyarakat
40
Kelembagaan
41
Kelembagaan Pemerintah
41
Kelembagaan Masyarakat
41
Kelembagaan Ekonomi
42
Potensi Agrowisata
42
Aksesibilitas
42
Akomodasi
44
Fasilitas Kesehatan dan Keamanan
46
Program Wisata yang sudah Berkembang
46
Pembahasan
52
Analisis Karakter Lanskap Perdesaan
52
Aspek Fisik
52
Iklim
52
Tanah
53
Topografi
53
Penutupan Lahan
53
Hidrologi
53
Aspek Biofisik
53
Vegetasi dan Satwa
53
Aspek Sosial Budaya
54
Preferensi Masyarakat
54
Preferensi Pengunjung
54
Kelembagaan
55
Penilaian Keberlanjutan Masyarakat
55
Potensi Agrowisata
57
Potensi Lanskap Pertanian
57
Kualitas Lanskap
58
Potensi Agrowisata di Desa Cihideung
58
Wisata Pendukung
61
Analisis SWOT
62
Sintesis
69
Potensi Lanskap Perdesaan untuk Pengembangan Agrowisata SIMPULAN DAN SARAN
69 78
Simpulan
78
Saran
79
DAFTAR PUSTAKA Kuesioner Pengunjung RIWAYAT HIDUP
79 81 87
DAFTAR TABEL 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31
Kriteria penilaian dalam CSA/PKM Data fisik dan biofisik Data sosial Jenis kelembagaan Data potensi agrowisata Luas wilayah menurut penggunaan Jumlah curah hujan (mm) Suhu rata-rata (0C) Kelembaban rata-rata (0C) Tanaman sayuran ddan palawija Tanaman buah Tanaman hias Jenis satwa ternak dan satwa peliharaan Tingkat pendidikan penduduk Mata pencaharian penduduk Total perhitungan nilai keberlanjutan masyarakat Desa Cihideung Total perhitungan Nilai PKM pada aspek sosial Total perhitungan nilai PKM pada aspek ekologis Total perhitungan Nilai PKM pada aspek spiritual Lembaga keamanan di Desa Cihideung Lembaga pendidikan di Desa Cihideung Kelayakan kawasan agrowisata di Desa Cihideung Tingkat kepentingan faktor internal Tingkat kepentingan faktor eksternal Matriks Eksternal Factor Evaluation (EFE) Penilaian bobot strategis internal Penilaian bobot strategi eksternal Matriks Internal Factor Evaluation (IFE) Matriks SWOT Perangkingan alternatif strategi Kegiatan agrowisata Desa Cihideung
12 16 16 16 17 18 20 21 22 28 28 29 30 31 31 40 40 41 41 46 46 58 64 65 65 66 66 66 68 69 76
DAFTAR GAMBAR 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Kerangka pikir Peta Lokasi Penelitian Desa Cihideung, Kec Prongpong, Tahapan penelitian Matriks internal eksternal Matriks SWOT Peta Desa Cihideung Rata-rata jumlah curah hujan Grafik rata-rata suhu udara Rata-rata kelembaban udara
3 8 9 14 15 19 20 21 22
10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53
Peta topografi Desa Cihideung 24 Peta kemiringan lahan Desa Cihideung 25 Peta penutupan lahan Desa Cihideung 26 Saluran Irigasi 27 Saluran air yang kurang tertata 27 Persepsi pengunjung tentang keindahan Desa Cihideung 33 Persepsi pengunjung tentang kebersihan Desa Cihideung 33 Persepsi pengunjung tentang kenyamanan Desa Cihideung 33 Persepsi pengunjung tentang agrowisata desa saat ini 34 Persepsi pengunjung tentang sikap penduduk Desa Cihideung 34 Biaya yang dikeluarkan pengunjung untuk berwisata 35 Tujuan pengunjung ke Desa Cihideung 35 Kegiatan yang dilakukan pengunjung di Desa Cihideung 35 Preferensi pengunjung tentang pengembangan agrowisata di Desa Cihideung 36 Preferensi pengunjung tentang atraksi wisata pertanian 36 Preferensi pengunjung tentang atraksi wisata perkebunan 36 Preferensi pengunjung tentang atraksi wisata perikanan 36 37 Preferensi pengunjung tentang atraksi wisata perternakan Preferensi pengunjung tentang atraksi wisata kehutanan 37 Preferensi pengunjung tentang wisata umum 37 Preferensi pengunjung tentang tempat parkir 38 Preferensi pengunjung tentang tempat makan 38 38 Preferensi pengunjung tentang kios cindera mata Preferensi pengunjung tentang toilet 39 Preferensi pengunjung tentang tempat ibadah 39 Preferensi pengunjung tentang tempat sampah 39 Preferensi pengunjung tentang papan informasi 39 Preferensi pengunjung tentang penginapan 39 Preferensi pengunjung tentang kendaraan transportasi di desa 40 43 Alat transportasi desa (a) angkutan umum dan (b) ojeg Peta jalur akses Desa Cihideung 44 Sarana dan prasarana Desa Cihideung 45 Kebun tanaman lanskap: (a) dan (b) dalam rumah kaca, (c) dan (d) bunga potong, 47 Display tanaman (a) tanaman penutup tanah, (b) pohon, (c) tanaman hias 48 Pengepakan tanaman hias yang akan dikirim ke luar daerah 49 Atraksi wisata (horse riding) di Kampung Gajah 49 Fasilitas wisata di Kampung Gajah (a) papan informasi, (b) tempat 50 (a) Suasana Kampung Daun dengan saung-saung dan (b) suasana tropis 51 Ritual Irung-Irung 52 Matriks internal eksternal (IE) 67 70 Potensi agrowisata Desa Cihideung Potensi area pertanian Desa Cihideung 72 Peta zonasi potensi ruang Desa Cihideung 75 Potensi view Desa Cihideung 77
DAFTAR LAMPIRAN 1 2
Kuisioner pengunjung Hasil rekapitulasi kuisioner pengunjung
81 84
PENDAHULUAN
Latar Belakang Pertanian merupakan sektor penting di Indonesia dan sebagai sumber perekonomian bagi masyarakat perdesaan. Beberapa permasalahan dalam pembangunan pertanian adalah penurunan luas areal pertanian karena alih fungsi lahan, harga jual produk pertanian yang berfluktuasi, dan degradasi lahan pertanian. Dengan demikian, diperlukan upaya untuk menjamin keberlanjutan sistem pertanian, diantaranya melalui pengembangan agrowisata sehingga terdapat nilai tambah melalui jasa wisata dan pemasaran produk pertanian dapat lebih baik. Untuk pengembangan agrowisata diperlukan identifikasi potensi-potensi lanskap untuk mendukung agrowisata yang sesuai dengan potensi sumber daya alam dan kondisi sosial budaya masyarakatnya agar tercapainya kemantapan pengembangan objek agrowisata. Menurut Sutjipta (2001) agrowisata dapat berkembang dengan baik jika terjadi tri mitra dan tri karya pembangunan agrowisata yang meliputi, pemerintah sebagai pembuat aturan, rakyat/petani sebagai subyek, dan dunia usaha pariwisata sebagai penggerak perekonomian rakyat. Menurut Spillane (1994) untuk dapat mengembangkan suatu kawasan menjadi kawasan pariwisata (termasuk juga agrowisata) ada 5 unsur yang harus dipenuhi, seperti: atraksi, fasilitas, infrastruktur, transportasi, dan penerimaan masyarakat. Sebagai dasar pengembangan agrowisata diperlukan penilaian keberlanjutan masyarakat untuk melandasi rekomendasi pengembangan agrowisata. Dalam mengevaluasi keberlanjutan masyarakat dilakukan dengan metode Community Sustainability Assessment (CSA) atau Penilaian Keberlanjutan Masyarakat (PKM). Metode CSA/PKM merupakan metode yang diperkenalkan oleh Global Ecovillage Network yang meliputi aspek ekologis, aspek sosial, dan aspek spiritual. Desa Cihideung, Kecamatan Parongpong, Kabupaten Bandung Barat berada di dataran tinggi yang memiliki suhu yang sejuk dan memilki potensi lanskap yang menarik dalam bidang pertanian, seperti lahan budidaya sayuran dataran tinggi, industri tanaman hias dan tanaman bunga potong, serta peternakan sapi perah. Hal tersebut dapat dikembangkan menjadi lebih baik sehingga dapat meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat desa dalam bidang perekonomian, kualitas lingkungan hidup, dan dapat mengembangkan kebudayaan masyarakat setempat. Pada saat ini preferensi dan motivasi wisatawan berkembang secara dinamis. Kecenderungan pemenuhan kebutuhan dalam bentuk menikmati objekobjek spesifik seperti udara yang segar, pemandangan yang indah, pengolahan produk secara tradisional, maupun produk-produk pertanian modern dan spesifik menunjukkan peningkatan yang pesat. Kecenderungan ini merupakan signal tingginya permintaan akan agrowisata dan sekaligus membuka peluang bagi pengembangan produk-produk agribisnis dalam bentuk kawasan atau pun produk pertanian yang mempunyai daya tarik spesifik. Sehubungan dengan hal tersebut
2 diperlukan kajian potensi lanskap di perdesaan untuk pengembangan kawasan agrowisata di Desa Cihideung ini yang saling terintegrasi. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian studi potensi lanskap Desa Cihideung untuk pengembangan agrowisata adalah 1. mengidentifikasi karakter lanskap yang berpotensi untuk agrowisata berdasarkan aspek fisik, biofisik, serta sosial budaya sebagai dasar pengembangan agrowisata di Desa Cihideung, Kecamatan Parongpong, Kabupaten Bandung Barat, 2. mendapatkan informasi persepsi dan preferensi masyarakat dan pengunjung dalam pengembangan agrowisata, 3. mendapatkan informasi keberlanjutan masyarakat melalui metode Community Sustainability Assessment (CSA) atau Penilaian Keberlanjutan Masyarakat (PKM), dan 4. memberikan rekomendasi untuk pengembangan agrowisata. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian studi potensi lanskap Desa Cihideung untuk pengembangan agrowisata adalah 1 dapat mengetahui potensi lanskap di Desa Cihideung, Kecamatan Parongpong, Kabupaten Bandung Barat, dan 2 dapat menjadi dasar rekomendasi bagi pemerintah daerah dan pihak terkait dalam melakukan pengembangan agrowisata di Desa Cihideung, Kecamatan Parongpong, Kabupaten Bandung Barat. Kerangka Pikir Penelitian Desa Cihideung, Kecamatan Parongpong, Kabupaten Bandung Barat merupakan desa yang masih memilki lanskap alami dengan suasana yang sejuk, memilki potensi dalam bidang pertanian, seperti terdapat lahan budidaya sayuran dataran tinggi, industri tanaman hias dan tanaman bunga potong, serta peternakan sapi perah. Namun, saat ini kegiatan alih fungsi lahan pertanian menjadi lahan terbangun terus terjadi. Oleh karena itu, perlu adanya optimalisasi lahan pertanian agar dapat mencegah alih fungsi lahan pertanian dan perlu adanya suatu kegiatan yang dapat memperkenalkan tentang pertanian kepada generasi muda malalui kegiatan agrowisata. Lanskap pertanian merupakan aspek penting yang dapat dikembangkan melalui kegiatan agrowisata dengan tetap menjaga kelestarian dan karakter khas dari desa tersebut. Pengembangan lanskap tersebut harus memperhatikan potensi yang dimilikinya sehingga, dapat bermanfaat dan berkelanjutan. Pengembangan lanskap perdesaan yang baik tersebut diharapkan dapat dirasakan manfaatnya oleh masyarakat setempat pada khususnya dan masyarakat luar pada umumnya. Kerangka penelitian dari rencana penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 1.
3 Lanskap Desa Cihideung, Kec Parongpong, Kab Bandung Barat
Karakter lanskap
• Analisis fisik dan biofisik • Analisis potensi obyek agrowisata
Potensi lanskap untuk agrowisata
Karakter sosial budaya masyarakat
• Analisis persepsi dan preferensi masyarakat • Analisis kelembagaan masyarakat • Analisis keberlanjutan masyarakat
Nilai keberlanjutan masyarakat Desa Cihideung
Rekomendasi pengembangan agrowisata berkelanjutan Gambar 1 Kerangka pikir
TINJAUAN PUSTAKA
Lanskap Perdesaan Simonds (1983) mengungkapkan lanskap adalah bentangan alam yang memiliki karakteristik tertentu yang beberapa unsurnya dapat digolongkan menjadi unsur mayor dan minor. Unsur mayor adalah unsur yang tidak dapat diubah, sedangkan unsur minor adalah unsur yang relatif mudah diubah. Unsurunsur tersebut saling berkaitan secara harmonis membentuk karakter khas pada sebuah lanskap memberikan kesan alami dan keindahan. Simonds (1983) menyatakan bahwa terdapat ciri-ciri yang khas pada lanskap perdesaan, yaitu: 1) Lahan tersedia luas; 2) Suasana bebas, pandangan terbuka menuju halaman, pepohonan dan langit, merupakan kualitas lanskap penting; 3) Pemilihan tapak perdesaan menunjukkan keinginan menyatu dengan
4 alam; 4) Corak lanskap mayor dapat dibentuk; 5) Karakter dan suasana lanskap alami dominan; 6) Tanah dan permukaan lahan merupakan elemen visual yang kuat; 7) Lanskap yang menyenangkan merupakan salah satu bentuk transisi; 8) Struktur merupakan elemen yang timbul di tengah lanskap; 9) Lanskap perdesaan bersifat lembut dari bayangan daun, warna langit dan bayangan awan; 10) Tapak perdesaan berimplikasi area yang luas dan pergerakan: pola jalur kendaraan dan pedestrian menyatu dengan batas-batas kepemilikan; 11) Indigenous materials dari tapak perdesaan (macam-macam batuan, kerikil, hingga mineral) membentuk karakter lanskap, penggunaan material ini menciptakan keterkaitan dengan sumberdaya setempat. Lanskap perdesaan dapat dimanfaatkan sebagai lanskap agrowisata, yaitu lanskap pertanian berupa lahan pertanian, fasilitas pertanian, dan pengolahan hasil pertanian yang telah dimodifikasi untuk meningkatkan perekonomian dan rekreasi serta memanfaatkan pemandangan lanskap alami dengan meminimalkan perusakan lingkungan. Pemandangan lanskap alami yang dapat menjadi obyek lanskap agrowisata, antara lain: sawah, perkebunan, palawija, taman bunga, taman koleksi, pembibitan, pekarangan, peternakan, perikanan, dan lain-lain. Prinsip pengembangan wisata perdesaan sebagai salah satu produk wisata alternatif yang dapat memberikan dorongan bagi pembangunan perdesaan yang berkelanjutan serta memiliki prinsip-prinsip pengelolaan antara lain, ialah: (1) memanfaatkan sarana dan prasarana masyarakat setempat, (2) menguntungkan masyarakat setempat, (3) berskala kecil untuk memudahkan terjalinnya hubungan timbal balik dengan masyarakat setempat, (4) melibatkan masyarakat setempat, (5) menerapkan pengembangan produk wisata perdesaan, dan beberapa kriteria yang mendasarinya antara lain: 1. penyediaan fasilitas dan prasarana yang dimiliki masyarakat lokal yang biasanya mendorong peran serta masyarakat dan menjamin adanya akses ke sumber fisik merupakan batu loncatan untuk berkembangnya desa wisata, 2. mendorong peningkatan pendapatan dari sektor pertanian dan kegiatan ekonomi tradisional lainnya. Penduduk setempat memiliki peranan yang efektif dalam proses pembuatan keputusan tentang bentuk pariwisata yang memanfaatkan kawasan lingkungan dan penduduk setempat memperoleh pembagian pendapatan yang pantas dari kegiatan pariwisata, dan 3. mendorong perkembangan kewirausahaan masyarakat setempat. Pembangunan Desa Berkelanjutan (Ecovillage) Ecovillage adalah pemukiman berskala manusia dengan fitur yang lengkap untuk kegiatan manusia yang berkaitan dengan alam tidaklah destruktif dalam rangka mendukung pembangunan manusia yang sehat serta berhasil tetap lestari di masa depan dalam waktu yang tidak terbatas (GEN 2007). Ecovillage diwujudkan dalam bentuk cara hidup yang didasarkan pada pemahaman mendalam bahwa makhluk hidup dengan segala sesuatu akan saling berhubungan. Ecovillage dibagi ke dalam 3 konsep yaitu ekologi, sosial, dan spiritual. Konsep ecovillage pada aspek ekologi adalah 1. mengadakan perbaikan dan pelestarian lingkungan alam, 2. membangun tempat tinggal dengan bahan, metode, dan rancangan bangunan yang ramah lingkungan dan berasal dari sumber daya lokal,
5 3. memaksimalkan produksi pangan lokal organik untuk pemenuhan kebutuhan hidup masyarakat, 4. melakukan kegiatan daur ulang barang konsumsi, 5. memaksimalkan efisiensi utilitas sumber daya energi yang dapat diperbaharui, 6. mengolah limbah dan meminimalkan polusi. Konsep ecovillage pada aspek sosial adalah 1. bersikap terbuka serta menimbulkan rasa percaya dan keamanan dalam lingkungan masyarakat, 2. mengutamakan kebebasan dalam menerima dan menyampaikan gagasan, 3. menciptakan jaringan komunikasi yang efektif, 4. saling membantu dan berbagi barang kebutuhan hidup dan sumber daya, 5. menekankan pelayanan kesehatan pada kegiatan pencegahan, baik kesehatan fisik, mental, dan spiritual, 6. mengutamakan toleransi dalam keragaman, 7. mengandalkan musyawarah dan diskusi dalam membuat penyelesaian konflik, 8. pemberdayaan dan peningkatan kesejahteraan kelompok marjinal, 9. pemusatan kegiatan pendidikan secara menyeluruh, dan 10. menciptakan perekonomian lokal yang mampu bersaing dan berdampak minimal terhadap lingkungan. Konsep ecovillage pada aspek spiritual adalah 1. warisan seni dan budaya masyarakat terus dipertahankan sebagai jati diri masyarakat, 2. ungkapan kreativitas, nilai seni, budaya, keagaman, dan nilai kepercayaan dihargai sebagai bagian dari masyarakat, 3. perasaan bersatu dan saling mendukung dalam kesenangan dan kesulitan, 4. rasa hormat dan dukungan kespiritualan yang dinyatakan dalam banyak cara, 5. kesepakatan dan visi bersama menyatakan komitmen terhadap warisan budaya, perdamaian dunia, serta pembangunan manusia yang sehat, 6. kemampuan untuk bertahan dan bereaksi positif dalam menghadapi ancaman dari dalam maupun luar masyarakat, dan 7. pemahaman akan adanya ikatan dan saling ketergantungan antara manusia dan sesamanya serta semua unsur kehidupan di bumi. World Summit on Social Development menjelaskan definisi pembangunan berkelanjutan adalah suatu kerangka kerja dalam upaya memperoleh kualitas hidup seluruh umat manusia yang lebih tinggi di mana pembangunan ekonomi, pembangunan sosial, dan perlindungan alam saling ketergantungan sebagai komponen yang saling memperkuat satu sama lain. Keberlanjutan merupakan upaya menyediakan keluaran atau hasil terbaik bagi manusia maupun lingkungan pada masa sekarang dan masa yang akan datang tanpa batas waktu yang ditentukan. Keberlanjutan berhubungan dengan kontinuitas dari aspek sosial, ekonomi, institusi, dan lingkungan dalam masyarakat, demikian pula dengan lingkungan non-manusia. Keberlanjutan bertujuan membentuk peradaban dan kegiatan manusia, di mana setiap anggota masyarakat dapat memenuhi berbagai kebutuhannya dan menuangkan potensi terbesarnya di masa sekarang sementara keragaman biota dan ekosistem alami terlindungi. Masyarakat yang berkelanjutan merencanakan dan bertindak agar mampu mencapai idealisme di atas dalam jangka panjang.
6 Lanskap berkelanjutan (sustainable landscape) menurut Nurisjah (2008) merupakan suatu lanskap yang tidak hanya produktif, fungsional, dan dapat dimanfaatkan oleh penggunanya di saat ini tetapi juga tetap dijaga produktifitas dan fungsinya sehingga terus dapat dimanfaatkan oleh para penggunanya pada masa yang akan datang. Rencana perubahan dan pemanfaatan yang dilakukan pada sumberdaya lanskap seharusnya tetap menjaga dan mempertahankan keberlangsungan produksi dan fungsi lanskap ini sehingga kesejahteraan yang potensial dimiliki oleh sumberdaya tersebut dapat tetap dimiliki dan dikendalikan. Untuk mendukung konsep keberlanjutan ini maka pada setiap rencana perubahan dan penataan lanskap, tidak hanya bentuk dan karakternya tetapi juga key factors dan key elements pembentuk lanskap tersebut (baik lanskap alami maupun binaan) perlu untuk diketahui sehingga keberlanjutannya secara fisik dan konsepsional dapat diwujudkan. Pembangunan desa yang berkelanjutan merupakan pembangunan desa yang tidak merusak lingkungan. Pembangunan desa yang berkelanjutan bukan berpijak kepada konsep model produksi kapitalis dengan desa hanya sebagai pasarnya alat-alat pertanian yang diproduksi oleh industri alat pertanian yang membebani masyarakat. Agrowisata Menurut Bahar (1989) agrowisata merupakan suatu rangkaian kegiatan wisata yang memanfaatkan obyek di sektor pertanian, antara lain: perkebunan, ladang pembibitan, palawija, dan lain-lain untuk meningkatkan produktivitas di sektor pertanian. Menurut Arifin (2001) agrowisata adalah salah satu bentuk kegiatan wisata yang dilakukan di kawasan pertanian dan aktivitas di dalamnya seperti persiapan lahan, penanaman, pemeliharaan, pemanenan, pengolahan hasil panen sampai dalam bentuk siap dipasarkan sehingga dapat dibeli wisatawan sebagai oleh-oleh. Sutjipta (2001) mendefinisikan, agrowisata adalah sebuah sistem kegiatan yang terpadu dan terkoordinasi untuk pengembangan pariwisata sekaligus pertanian, dalam kaitannya dengan pelestarian lingkungan, peningkatan kesejahteraan masyarakat petani. Agrowisata dapat dikelompokkan ke dalam wisata ekologi (eco-tourism), yaitu kegiatan perjalanan wisata dengan tidak merusak atau mencemari alam dengan tujuan untuk mengagumi dan menikmati keindahan alam, hewan atau tumbuhan liar di lingkungan alaminya serta sebagai sarana pendidikan (Kementan 2005). Keuntungan dari pengembangan agrowisata bagi petani lokal adalah sebagai berikut (Lobo dkk 1999): 1. Agrowisata dapat memunculkan peluang bagi petani lokal untuk meningkatkan pendapatan dan meningkatkan taraf hidup serta kelangsungan operasi mereka; 2. Menjadi sarana yang baik untuk mendidik orang banyak/masyarakat tentang pentingnya pertanian dan kontribusinya untuk perekonomian secara luas dan meningkatkan mutu hidup; 3. Mengurangi arus urbanisasi ke perkotaan karena masyarakat telah mampu mendapatkan pendapatan yang layak dari usahanya di desa (agri-tourism); 4. Agritourism dapat menjadi media promosi untuk produk lokal, dan membantu perkembangan regional dalam memasarkan usaha dan menciptakan nilai
7 tambah dan “direct marking” merangsang kegiatan ekonomi dan memberikan manfaat kepada masyarakat di daerah di mana agrotourism dikembangkan. Tirtawinata dan Fachruddin (1996) menyatakan bahwa manfat agrowisata, antara lain: meningkatkan konservasi lingkungan, meningkatkan nilai estetika dan keindahan alam, memberikan nilai rekreasi, meningkatkan kegiatan ilmiah dan pengembangan ilmu pengetahuan, mendapatkan keuntungan ekonomi terutama untuk masyarakat sekitar. Manfaat agrowisata bagi pengunjung menurut Rilla (1999) adalah menjalin hubungan kekeluargaan dengan petani atau masyarakat lokal, meningkatkan kesehatan dan kesegaran tubuh, beristirahat dan menghilangkan kejenuhan, mendapatkan petualangan yang mengagumkan, mendapatkan makanan yang benar-benar alami (organic food), mendapatkan suasana yang benar-benar berbeda, biaya yang murah karena agrowisata relatif lebih murah dari wisata yang lainnya. Peran serta masyarakat dalam kegiatan agrowisata dapat melalui: 1. Masyarakat desa yang memiliki lahan di dalam kawasan dapat mengolah lahannya sehingga menunjang peningkatan hasil produk pertanian yang menjadi daya tarik agrowisata dan di sisi lain akan mendorong rasa memiliki dan tanggung jawab di dalam pengelolaan kawasan secara keseluruhan. 2. Melibatkan masyarakat desa setempat di dalam kegiatan perusahaan investor secara langsung sebagai tenaga kerja, baik untuk pertanian maupun untuk pelayanan wisata, pemandu, dan lain-lain. Oleh karena itu, pihak pengelola perlu melakukan langkah-langkah dan upaya untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan tenaga kerja khusus yang berasal dari masyarakat. 3. Menyediakan fasilitas dan tempat penjualan hasil pertanian, kerajinan dan cendera mata bagi masyarakat desa di sekitar kawasan, sehingga dapat memperkenalkan khas setempat sekaligus untuk meningkatkan penghasilan. Selain itu, dapat pula diikutsertakan di dalam penampilan atraksi seni dan budaya setempat untuk disajikan kepada wisatawan. Menurut Spillane (1994) untuk dapat mengembangkan suatu kawasan menjadi kawasan pariwisata (termasuk juga agrowisata) terdapat 5 unsur yang harus dipenuhi seperti dibawah ini: a) Attractions Dalam konteks pengembangan agrowisata, atraksi yang dimaksud adalah hamparan kebun/lahan pertanian, keindahan alam, keindahan taman, budaya petani tersebut serta segala sesuatu yang berhubungan dengan aktivitas pertanian. b) Facilities Fasilitas yang diperlukan seperti penambahan sarana umum, telekomunikasi, hotel dan restoran pada sentra-sentra pasar. Menurut Tirtawinata dan Fachruddin (1996) sarana dan fasilitas yang dibutuhkan untuk kegiatan wisata, antara lain: akses menuju lokasi, pintu gerbang, tempat parkir, pusat informasi, papan informasi, sirkulasi jalan dalam kawasan, shelter, toilet, tempat ibadah. c) Infrastructure Infrastruktur yang dimaksud dalam bentuk sistem pengairan, jaringan komunikasi, fasilitas kesehatan, terminal pengangkutan, sumber listrik dan
8 energi, sistem pembuangan kotoran/pembungan air, jalan raya, dan sistem keamanan. d) Transportation Transportasi umum, terminal bus, sistem keamanan penumpang, sistem informasi perjalanan, tenaga kerja, kepastian tarif, peta kota/objek wisata. e) Hospitality Adanya budaya/sikap ramah dan keterbukaan penduduk sekitar area wisata yang dapat dijadikan daya tarik pengunjung sehingga dapat membuat pengunjung merasa nyaman mengunjungi tempat wisata tersebut.
METODE Tempat Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Cihideung, Kecamatan Parongpong, Kabupaten Bandung Barat (Gambar 2). Desa ini terletak sekitar 20 km dari Kota Bandung. Dari arah Bandung, desa ini dapat dicapai melalui Jalan Sersan Bajuri di depan Terminal Ledeng Jalan Setiabudi, sebelah utara kampus UPI. Dari arah Lembang, Desa Cihideung dapat dicapai melalui Jalan Kolonel Masturi. Penelitian ini dilaksanakan selama 6 bulan dimulai dari bulan Maret sampai Agustus 2013.
Gambar 2 Peta Lokasi Penelitian Desa Cihideung, Kec Prongpong, Kab Bandung Barat
9 Batasan Penelitian Kegiatan penelitian ini terbatas pada identifikasi lanskap di Desa Cihideung yang berpotensi dikembangkan menjadi kawasan agrowisata. Dalam penelitian ini juga dilakukan kajian keberlanjutan masyarakat sebagai dasar pengembangan agrowisata. Dari proses tersebut dapat dihasilkan rekomendasi yang dapat dijadikan dasar pengembangan agrowisata di Desa Cihideung. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif, yaitu data dikumpulkan dengan teknik survei dan wawancara. Pada pelaksanaanya penelitian ini meliputi tahap persiapan, inventarisasi, analisis, sintesis, dan hasil akhir (Gambar 3).
Persiapan
Inventarisasi
• • •
Penyusunan proposal penelitian Perizinan Studi pustaka
Data primer dan sekunder Analisis karakter lanskap
aspek fisik dan aspek biofisik Analisis Analisis karakter sosial budaya masyarakat
• persepsi dan preferensi masyarakat • penilaian keberlanjutan masyarakat
Analisis SWOT Sintesis
Potensi lanskap sebagai agrowisata Nilai keberlanjutan masyarakat di Desa Cihideung
Hasil Akhir
Rekomendasi pengembangan agrowisata berkelanjutan di Desa Cihideung Gambar 3 Tahapan penelitian
10 1) Persiapan Pada tahapan ini dilakukan penyusunan proposal penelitian, pengurusan izin kepada pihak-pihak terkait, dan studi pustaka untuk mencari informasi awal mengenai penelitian ini. 2) Inventarisasi Pada tahapan ini, kegiatan yang dilakukan adalah pengumpulan data yang berhubungan dengan kondisi eksisting tapak. Data meliputi data primer dan sekunder. Produk dari tahapan ini berupa tabel data, peta dasar (peta topografi, peta kemiringan lahan, dan peta tata guna lahan), dan foto dokumentasi. Data primer diperoleh melalui hasil survei lapang, berupa pengamatan, dokumentasi, dan groundcheck untuk mendapatkan data fisik dan biofisik tapak yang berupa kondisi eksisting tapak. Studi pustaka dilakukan untuk memperoleh data awal untuk membantu dalam melengkapi informasi tempat penelitian. Data mengenai aspek sosial budaya yang berupa persepsi dan preferensi masyarakat dan pengunjung diperoleh melalui proses wawancara dengan tokoh masyarakat, kepala desa, dan staff instansi terkait. Kuesioner disusun menggunakan pertanyaan terstruktur. Penentuan responden wawancara dilakukan secara terpilih pada pihak-pihak yang terpercaya. Penyebaran kuesioner dilakukan dengan jumlah responden pengunjung 30 secara acak dan responden warga Desa Cihideung secara purposive sampling. 3) Analisis Sintesis Berdasarkan data yang diperoleh dilakukan analisis terhadap (1) Sumber daya daya alam yang berpotensi dikembangkan sebagai kawasan agrowisata dan kendala yang terdapat pada tapak Dilakukan melalui analisis deskriptif dengan menguraikan potensi yang dapat dikembangkan dan kendala yang dapat diminimalkan di Desa Cihideung serta analisis melalui pembobotan yang dilakukan pada tiap dusun di Desa Cihideung untuk mengetahui kelayakan area yang berpotensi dikembangkan menjadi agrowisata. Kelayakan area yang berpotensi diperoleh berdasarkan hasil penilaian dengan kriteria yang telah ditentukan. Kriteria kelayakan daerah agrowisata antara lain obyek dan atraksi berbasis pertanian, obyek dan atraksi alami, obyek dan atraksi budaya/sosial obyek dan atraksi sejarah, sumberdaya rekreasi dan tempat perbelanjaan, akses, dan letak dari jalan utama (Smith 1989). Menurut Smith (1989) dengan dimodifikasi, penilaian kriteria agrowisata sebagai berikut: 1. Obyek dan atraksi berbasis pertanian (bobot 40%) Ketersediaan ragam serta keindahan areal pertanian a. beragam obyek dan aktivitas pertanian disertai keindahan pemandangan pertanian sekitarnya (4) b. cukup beragam obyek dan aktivitas pertanian disertai keindahan pemandangan sekitarnya (3) c. cukup beragam obyek dan aktivitas pertanian tetapi kurang keindahan pemandangan sekitarnya (2) d. kurang beragam dan tidak indah (1)
11 2. Obyek dan atraksi alami (bobot 15%) Keindahan alami (ekosistem, topografi, tanaman langka, satwa liar, air terjun) dan iklim (tropikal, udara yang bersih, suhu yang nyaman, sinar matahari yang cukup) a. beragam obyek alami dengan keindahan dan kenyamanan alami (4) b. cukup beragam obyek alami dengan keindahan dan kenyamanan alami (3) c. beragam obyek alami dengan keindahan dan kenyamanan buatan (rekayasa) (2) d. kurang obyek alami dengan keindahan dan kenyamanan buatan (rekayasa) (1) 3. Obyek dan atraksi sosial/budaya (bobot 10%) Perdesaan, perkotaan, bentukan arsitektur vernakular, festival seni budaya, atraksi budaya lokal a. bernilai tinggi, berjumlah relatif banyak, dilestarikan (4) b. bernilai lokal tinggi, berjumlah relatif banyak, kurang diperhatikan (3) c. bernilai lokal tinggi, berjumlah sedikit, kurang diperhatikan (2) d. tidak memiliki aset budaya lokal (1) 4. Obyek dan atraksi sejarah (bobot 5%) Peninggalan kuno, upacara keagamaan, lokasi historikal yang penting a. bersejarah, dijaga kelestariannya (4) b. bersejarah, kurang diperhatikan (3) c. bersejarah, tidak dilestarikan (2) d. tidak bernilai sejarah (1) 5. Sumberdaya rekreasi dan tempat perbelanjaan (bobot 10%) Ketersediaan tempat olahraga, tempat piknik, tempat belanja, taman, museum, galeri seni/budaya a. tersedia, lengkap, kualitas baik, dan terawat (4) b. ada beberapa, cukup terawat (3) c. ada beberapa, kurang terawat (2) d. tidak tersedia (1) 6. Akses (bobot 10%) Kemudahan untuk pencapaian lokasi, ketersediaan jalan a. jalan primer dekat, mudah dicapai, kondisi baik, kendaraan umum beragam (4) b. jalan sekunder, kondisi sedang, kendaraan umum terbatas (3) c. jalan tersier, kondisi sedang, tidak ada kendaraan umum (2) d. tidak ada akses, tidak ada kendaraan umum (1) 7. Letak dari jalan utama (bobot 5%) Kedekatan dengan jalur jalan utama desa a. dekat (<1km) (4) b. sedang (1-3 km) (3) c. cukup jauh (3-5 km) (2) d. sangat jauh (>5 km) (1) 8. Sarana wisata (bobot 5%) Utilitas, sarana kesehatan, air bersih, fasilitas makan, dan penginapan a. tersedia, lengkap, kualitas baik, dan terawat (4) b. ada beberapa, cukup terawat (3)
12 c. ada beberapa, kurang terawat (2) d. tidak tersedia (1) Kelayakan Kawasan Agrowisata: ΣKKA= Σ Sij x Aij Keterangan KKA = Kelayakan Kawasan Agrowisata Sij = kriteria agrowisata tiap area Aij = bobot kriteria agrowisata (2) Aspek sosial ekonomi meliputi persepsi dan preferensi pengunjung, serta kelembagaan yang terkait yang dapat menjadi pertimbangan dalam pengembangan kawasan agrowisata di Desa Cihideung. (3) Mengevaluasi keberlanjutan masyarakat Dilakukan dengan metode Community Sustainability Assessment (CSA) atau Penilaian Keberlanjutan Masyarakat (PKM). Metode CSA merupakan suatu cara mengevaluasi tingkat keberlanjutan masyarakat di suatu lokasi dalam kerangka pikir ecovillage (suatu ekosistem di mana masyarakat perdesaan atau kota yang ada di dalamnya berusaha mengintegrasikan kelestarian lingkungan sosial dengan cara hidup yang berdampak rendah). Kriteria penilaian CSA dapat dilihat pada Tabel 1. Acuan dalam metode CSA berdasarkan metode yang diperkenalkan oleh Global Ecovillage Network yang meliputi aspek ekologis, aspek ekonomi, dan sosial/budaya/spiritual. Tabel 1 Kriteria penilaian dalam CSA/PKM No Parameter Aspek ekologis 1 Perasaan terhadap tempat 2 Ketersediaan, produksi, dan distribusi makanan 3 Infrastruktur, bangunan, dan transportasi 4 Pola konsumsi dan pengolahan limbah padat 5 Sumber air, mutu, dan pola penggunaan 6 Limbah cair dan pengelolaan polusi air 7 Sumber dan penggunaan energi Total nilai aspek ekologis Aspek sosial 1 Keterbukaan, kepercayaan, keselamatan, ruang bersama 2 Aliran komunikasi, gagasan, dan informasi 3 Jaringan pencapaian dan jasa 4 Keberlanjutan sosial 5 Pendidikan 6 Pelayanan kesehatan 7 Keberlanjutan ekonomi yang sehat Total nilai aspek sosial Aspek spiritual 1 Keberlanjutan budaya 2 Seni dan kesenian 3 Keberlanjutan spiritual 4 Keterikatan masyarakat 5 Gaya pegas masyarakat 6 Holographic baru dan pandangan dunia 7 Perdamaian dan kesadaran global Total nilai aspek spiritual Total nilai keseluruhan Sumber: GEN (2007)
Bobot * * * * * * * ** * * * * * * * ** * * * * * * * ** ***
13 Keterangan: ∗ 50+ 25-49 0-24 **
333+ 166-332 0-165
***
999+ 500-998 0-449
Menunjukkan kemajuan sempurna ke arah keberlanjutan Menunjukkan suatu awal yang baik ke arah keberlanjutan Menunjukkan perlunya tindakan untuk mencapai keberlanjutan Menunjukkan kemajuan sempurna ke arah keberlanjutan Menunjukkan suatu awal yang baik ke arah keberlanjutan Menunjukkan perlunya tindakan untuk mencapai keberlanjutan Menunjukkan kemajuan sempurna ke arah keberlanjutan Menunjukkan suatu awal yang baik ke arah keberlanjutan Menunjukkan perlunya tindakan untuk mencapai keberlanjutan
Metode analisis SWOT merupakan metode untuk mengidentifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi (Rangkuti 1997). Analisis SWOT ini digunakan untuk mengetahui atau melihat keadaan Desa Cihideung saat ini dengan membandingkan faktor internal dari kekuatan (strenght) dan kelemahan (weakness) dengan faktor eksternal yang terdiri dari peluang (opportunity) dan ancaman (threat). Tahapan kerja dengan menggunakan analisis SWOT adalah a. Analisis Penilaian Faktor Internal dan Eksternal Penilaian faktor internal (IFE) adalah untuk mengetahui pengaruh kekuatan dan kelemahan yang dimilki dengan cara mendaftarkan semua faktor kekuatan dan kelemahan tersebut, serta memberikan dasar untuk mengidentifikasi dan mengevaluasi hubungan antar faktor tersebut. Penilaian faktor eksternal adalah untuk mengetahui pengaruh peluang dan ancaman yang dimiliki dengan mendaftarkan semua faktor peluang dan ancaman yang ada (David, 2008). Identifikasi berbagai faktor tersebut secara sistematis digunakan untuk merumuskan strategi pengembangan Desa Cihideung menjadi kawasan agrowisata. b. Penentuan Bobot setiap Variabel Setelah faktor internal dan eksternal diketahui, dilakukan penentuan tingkat kepentingan dengan memberikan nilai tingkat kepentingan kepada setiap faktor dengan kisaran nilai: 4=sangat penting 3=penting 2=cukup penting 1=tidak penting Semakin besar tingkat kepentingan faktor kekuatan dan peluang maka nilainya akan semakin besar dan semakin kecil nilai tingkat kepentingan faktor kelemahan dan ancaman maka nilai akan bernilai semakin kecil. Selanjutnya dilakukan pembobotan dengan menggunakan metode Paired Comparison (perbandingan berpasangan). Pembobotan setiap variabel menggunakan skala 1, 2, 3, dan 4 dengan penjelasan sebagai berikut (David 2008): 1. Bobot 1 jika indikator faktor horizontal kurang penting dibandingkan indikator faktor vertikal.
14 2. Bobot 2 jika indikator faktor horizontal sama penting dibandingkan indikator faktor vertikal. 3. Bobot 3 jika indikator faktor horizontal lebih penting dibandingkan indikator faktor vertikal. 4. Bobot 4 jika indikator faktor horizontal sangat lebih penting dibandingkan indikator faktor vertikal. Bobot setiap variabel diperoleh dengan menentukan pembagian nilai setiap variabel terhadap jumlah nilai keseluruhan variabel (Kinnear dan Taylor, 1991). c. Penentuan Peringkat (Rating) Nilai pembobotan setiap variabel dikalikan dengan peringkat berdasarkan nilai tingkat kepentingannya untuk mendapatkan skor pembobotan. Total skor pembobotan didapatkan dari hasil penjumlahan skor pembobotan dari semua faktor strategis. Total skor pembobotan berkisar antara 1-4 dengan rata-rata 2.5. Jika total skor pembobotan IFE di bawah 2.5 maka dinyatakan faktor internal lemah, sedangkan jika total skor pembobotan IFE di atas 2.5 maka dinyatakan faktor internal kuat. Hal tersebut juga berlaku pada total skor pembobotan EFE (David 2008). Nilai total skor pembobotan IFE dan EFE selanjutnya dipetakan dalam matriks Internal-Eksternal (IE). Pemetaan ke matriks IE bertujuan untuk mengetahui kondisi Desa Cihideung saat ini berdasarkan faktor internal dan eksternal.matriks IE terbagi menjadi 9 kolom dengan pemberian kolom I, II, dan IV untuk strategi yang tumbuh dan membangun (Growth and Build); kolom III, V, dan VII untuk strategi yang mempertahankan dan memelihara (Hold and Maintain); serta kolom VI, VIII, dan IX untuk strategi pemanenan dan divestasi (Harvest and Divest) (David 2008). Nilai total skor pembobotan dipetakan pada matriks IE untuk mengetahui posisi keadaan Desa Cihideung saat ini pada kolom yang ada. Posisi tersebut dapat dijadikan sebagai acuan untuk menentukan dan menyusun strategi yang tepat untuk pengembangan Desa Cihideung menjadi kawasan agrowisata. Matriks internal eksternal dapat dilihat pada Gambar 4.
Gambar 4 Matriks internal eksternal
15 d. Penyusunan Alternatif Strategi Alat bantu untuk menyusun potensi lanskap untuk pengembangan kawasan agrowisata di Desa Cihideung adalah matriks SWOT yang berisi kemungkinan strategi alternatif. Terdapat 4 jenis strategi yang dihasilkan, yaitu: 1. Strategi SO adalah dengan menggunakan seluruh kekuatan untuk mengambil peluang sevesar-besarnya. 2. Strategi ST adalah dengan menggunakan kekuatan untuk mengatasi ancaman. 3. Strategi WO adalah dengan mendapatkan keuntungan dari peluang yang ada untuk mengatasi kelemahan. 4. Strategi WT adalah dengan meminimalisir kelemahan untuk menghindari ancaman. Matriks SWOT tersebut dapat menghasilkan beberapa alternatif strategi pengembangan Desa Cihideung menjadi kawasan agrowisata sehingga kekuatan dan peluang dapat dimanfaatkan dan ditingkatkan serta kelemahan dan ancaman dapat diminimalisir dan diatasi. Matriks SWOT tersebut dapat dilihat pada Gambar 5. Eksternal
Opportunity
Threat
Internal Strength
Weakness
Menggunakan kekuatan yang dimilki untuk mengambil kesempatan yang ada
Menggunakan kekuatan yang dimilki untuk mengatasi ancaman yang dihadapi Mendapatkan keuntungan Meminimumkan kelemahan dari kesempatan yang ada dan menghindari ancaman untuk mengatasi kelemahan yang ada Gambar 5 Matriks SWOT
e. Pembuatan Tabel Ranking Alternatif Strategi Penentuan ranking prioritas strategi yang telah dihasilkan dilakukan dengan memperhatikan faktor yang saling terkait dan berpengaruh dalam strategi tersebut. Kemudian dilakukan penjumlahan skor pembobotan dari masing-masing faktor tersebut. Hasil perhitungan tersebut menjadi nilai bagi strategi yang ada. Penentuan ranking prioritas dilakukan berdasarkan urutan nilai strategi yang terbesar hingga yang terkecil. Perangkingan ini dilakukan secara subyektif dengan memaksimumkan kekuatan (strength) dan peluang (opportunity) serta meminimumkan kelemahan (weakness) dan ancaman (threat). Hasil sintesis berupa bentuk zonasi ruang di Desa Cihideung dan strategi dalam melakukan pengembangan kawasan agrowisata berdasarkan hasil penilaian keberlanjutan masyarakat serta analisis SWOT. Zona yang terbentuk berdasarkan sensitivitas aspek fisik, biofisik yang menjadi potensi dan kendala dalam pengembangan kawasan agrowisata, kesesuaian aspek sosial ekonomi, kelembagaan yang terkait, dan area agrowisata bagi pengunjung. 4) Hasil Akhir Pada tahap ini akan dihasilkan informasi potensi lanskap yang dapat dijadikan dasar untuk mengembangkan agrowisata yang berkelanjutan . selain
16 itu, dihasilkan juga rekomendasi strategi untuk pengembangan agrowisata di Desa Cihideung. Informasi dan rekomendasi tersebut dapat disajikan secara spasial dan deskriptif. Jenis Data Data yang akan diperoleh dari data primer dan data sekunder. Data primer tersebut diperoleh dari wawancara dengan tokoh masyarakat, kepala desa, dan pihak terkait. Data-data primer tersebut adalah data mengenai mata pencaharian penduduk, potensi daerah desa, keadaan warga secara umum.. Sedangkan, data sekunder yang diperoleh dari studi literatur adalah letak geografis, iklim, tanah, hidrologi, peta rupa bumi, demografi, dan lain-lain. Jenis data yang diperlukan dapat dilihat pada Tabel 2, Tabel 3, Tabel 4, dan Tabel 5. No
Jenis data
1
Tapak
2
Iklim
3 4 5 6
Tanah Topografi Tata guna lahan Hidrologi
1
Vegetasi dan satwa
No 1
Jenis Data Persepsi dan preferensi pengunjung Persepsi dan preferensi penduduk Demografi
2
3
Tabel 2 Data fisik dan biofisik Spesifikasi Cara perolehan data Fisik Lokasi, batas wilayah, Studi pustaka dan luas wilayah dan survey lapang Curah hujan, suhu udara, Studi pustaka kelembaban udara Jenis Studi pustaka Kemiringan lahan Studi pustaka Peta land use Studi pustaka Drainase Studi pustaka Biofisik Jenis Studi pustaka, groundcheck Tabel 3 Data sosial Spesifikasi Cara perolehan data Keinginan dalam Wawancara wisata Kesiapan dalam wisata
Wawancara
Jumlah penduduk, mata pencaharian, jenis kelamin
Wawancara, pustaka
Sumber data
Bappeda
BMKG Bakosurtanal Bakosurtanal Bakosurtanal Bakosurtanal Lapang, Distanbunhut Sumber data Pengunjung
Penduduk
studi Penduduk, pemerintah
Tabel 4 Jenis kelembagaan No 1
Jenis Data Kelembagaan masyarakat
2
Kelembagaan pemerintah Kelembagaan ekonomi
3
Spesifikasi Organisasi atau kelompok yang terbentuk Perangkat desa Bank, koperasi, pasar
Cara perolehan data Wawancara dan studi pustaka
Sumber data Pemerintah, penduduk
Wawancara dan studi pustaka Wawancara
Pemerintah setempat Pemerintah dan penduduk
17
No 1
2
Jenis Data Program wisata yang sudah berkembang
3
Kualitas lanskap Akomodasi
4
Aksesibilitas
5
Fasilitas kesehatan dan keamanan Fasilitas pendidikan
6
Keterangan: Bappeda Bakosurtanal BMKG Pemda TK SD SMP SMA/K
Tabel 5 Data potensi agrowisata Spesifikasi Cara perolehan data Seni budaya lokal, Wawancara dan tradisi dan kebiasaan observasi lokal, wisata pendukung Good view dan bad Survey lapang view Homestay, villa Survey lapang, wawancara Jaringan dan moda Survey lapang, angkutan, jarak wawancara menuju lokasi Rumah sakit/klinik, Survey lapang, polisi, penerangan wawancara TK, SD, SMP, SMA/SMK, Perguruan Tinggi
Survey lapang, wawancara
Sumber data Penduduk
Lapang Lapang Lapang
Lapang
Lapang, pemerintah
: Badan Perencanaan Pembangunan Daerah : Badan Koordinasi Survey dan Pemetaan Nasional : Badan Meteorologi dan Geofisika : Pemerintah Daerah : Taman Kanak-kanak : Sekolah Dasar : Sekolah Menengah Pertama : Sekolah Menengah Atas/Kejuruan
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Kondisi Umum Desa Cihideung merupakan desa yang berada di Kabupaten Bandung Barat. Kabupaten Bandung Barat ini memilki visi “Terwujudnya sistem politik yang demokratis, pemerintahan yang desentralistik, pembangunan daerah yang berkelanjutan, serta keberdayaan masyarakat yang partisipatif dengan didukung sumber daya aparatur yang profesional dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia”. Salah satu kata kunci dari Visi Kementerian Dalam Negeri tersebut adalah Pembangunan Daerah yang merupakan salah satu tujuan yang akan dicapai yaitu terwujudnya pembangunan daerah yang berkesinambungan melalui peningkatan kemandirian daerah dalam pengelolaan pembangunan yang berbasis wilayah, ekonomi, dan berdaya saing, secara profesional dan berkelanjutan. Untuk mewijudkan visi Pembangunan Daerah tersebut pemerintah Kabupaten Bandung Barat berupaya mewujudkannya melalui misi untuk memperkuat otonomi desa
18 dan meningkatkan keberdayaan masyarakat dalam aspek ekonomi, sosial, dan budaya. Untuk mewujudkan visi dan misi pemerintah Kabupaten Bandung Barat mulai dikembangkan desa wisata, salah satunya Desa Cihideung, Kecamatan Parongpong. Kecamatan Parongpong memilki luas wilayah 433938 km2 dan terletak berbatasan dengan Kabupaten Subang dan Kabupaten Purwakarta di sebelah utara, Kecamatan Cisarua di sebelah barat, Kecamatan Lembang di sebelah timur, dan Kota Bandung di sebelah selatan. Kecamatan ini memiliki topografi dengan kemiringan lahan dominan 6-13%. Kecamatan Parongpong berada pada ketinggian 1100-1700 mdpl. Kecamatan ini memiliki potensi pertanian dalam berbagai komoditas, diantaranya tanaman sayuran, tanaman hias, dan peternakan sapi. Secara administrasi Desa Cihideung berada di Kecamatan Parongpong. Desa Cihideung ini berada pada ketinggian 1000-1500 mdpl. Luas wilayah Desa Cihideung sebesar 445.410 ha dengan penggunaan lahan dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6 Luas wilayah menurut penggunaan Penggunaan Luas Pemukiman 201, 000 ha Kuburan 2, 000 ha Pekarangan 40, 249 ha Perkantoran 0, 155 ha Tegal/ladang 175,887 ha Fasilitas umum Tanah kas desa 0,513 ha Lapangan olahraga 2,025 ha Jalan 5,700 ha Tempat pemakaman desa 0,006 ha Bangunan sekolah/perguruan tinggi 0,048 ha Prasarana umum lainnya 11, 243 ha Area kosong 182, 471 ha Total 445,410 ha Sumber: Profil Desa (2010)
Desa Cihideung berbatasan dengan Desa Karyawangi di sebelah utara, Desa Isola di sebelah selatan, Desa Sukajaya di sebelah timur, serta Desa Karyawangi dan Desa Cigugur Girang di sebelah barat. Batas wilayah desa sebelah utara dan selatan ditandai dengan gapura desa, sedangkan sebelah barat dan timur dibatasi oleh lahan hijau, pemukiman, dan pembatas pagar beton. Desa Cihideung terdiri dari 17 RT dengan 4 dusun, yaitu dusun Nyingkir, Panyairan, Cihideung, dan Kancah.
19 Desa Cihideung ini ditetapkan sebagai desa wisata sebagai upaya dalam mewujudkan visi dan misi pemerintah Kabupaten Bandung Barat. Desa Cihideung ini juga didukung oleh keadaan lingkungan yang nyaman yaitu berada pada suhu rata-rata 17-240C sehingga Desa Cihideung ini berpotensi dikembangkan menjadi destinasi wisata. Wilayah Desa Cihideung dapat dilihat pada Gambar 6.
Sumber: Bakosurtanal (2013) Gambar 6 Peta Desa Cihideung
20 Identifikasi Karakter Lanskap Lanskap yang terbentuk di Desa Cihideung, Kecamatan Parongpong, Kabupaten Bandung Barat ini terbentuk dari aspek fisik dan biofisik dengan bercirikan lanskap pertanian. Aspek Fisik Iklim Berdasarkan data dari Stasiun BMKG Lembang diketahui bahwa rata-rata curah hujan tertinggi di Desa Cihideung terjadi pada bulan Desember dan rata-rata curah hujan terendah terjadi pada bulan Agustus. Jumlah curah hujan Desa Cihideung berdasarkan pengukuran Stasiun Lembang dapat dilihat pada Tabel 7. Grafik rata-rata jumlah curah hujan di Desa Cihideung dapat dilihat pada Gambar 7. Tabel 7 Jumlah curah hujan (mm) Tahun
Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun
Jul
Agt
Sep
Okt
Nop
Des
2002
386
124
236
167
26.0
29.0
155
25.0
0.00
27.0
192
323
RataRata 141
2003
100
319
180
72.0
82.0
24.0
19.0
13.0
18.0
267
124
289
126
2004
193
270
194
203
229
36.0
53.0
0.00
14.0
13.0
148
315
139
2005
198
450
315
172
155
106
42.0
35.0
109
159
198
245
182
2006
291
219
42.0
143
131
19.0
5.00
0.00
0.00
20.0
61.0
445
115
2007
82.0
338
137
409
72.0
97.0
2.00
4.00
16.0
139
456
361
176
2008
230
129
310
278
79.0
25.0
0.00
54.0
24.0
173
257
221
148
2009
208
205
418
196
169
55.0
31.0
0.00
11.0
154
301
202
162
2010
307
436
552
90.0
332
103
176
145
299
286
402
292
285
2011 RataRata
55.0
64.0
81.0
174
183
22.0
37.0
1.00
8.00
143
505
321
133
205
255
246
190
146
52.0
52.0
28.0
50.0
138
264
301
161
Sumber: BMKG (2012)
Sumber: BMKG (2012) Gambar 7 Rata-rata jumlah curah hujan
21 Berdasarkan data jumlah curah hujan di atas, jumlah bulan basah (>60 mm) pada 10 tahun terakhir (2002-2011) adalah 8 bulan dan jumlah bulan kering (<60 mm) adalah 4 bulan. Maka, dapat diperoleh nilai ratio bulan kering terhadap bulan basah (Q) untuk menentukan jenis iklim mikro Desa Cihideung. Rumus yang dapat digunakan adalah Q = Jumlah Bulan Kering x 100% Jumlah Bulan Basah Nilai yang diperoleh adalah Q = 4/8 X 100% = 50 %. Berdasarkan klasifikasi Schmidth dan Ferguson (1951), iklim di Desa Cihideung termasuk ke dalam tipe iklim C, yaitu daerah agak basah (Koesmaryono dan Handoko 1995) Suhu rata-rata di desa ini adalah 20,040C (BMKG, 2012). Suhu rata-rata Desa Cihideung berdasarkan pengukuran Stasiun Lembang dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8 Suhu rata-rata (0C) Tahun
Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun
Jul
Agt
Sep
Okt
Nop
Des
2002
20.1
19.7
20.4
20.4
20.5
19.8
19.7
19.1
20.1
21.8
21.2
20.7
RataRata 20.3
2003
20.8
20.0
20.1
20.6
20.7
19.9
19.5
19.8
20.4
20.5
20.9
20.0
20.3
2004
20.7
20.0
20.6
20.7
20.4
19.7
19.2
19.1
20.3
21.5
21.1
20.2
20.3
2005
20.3
20.1
20.4
20.5
20.3
20.1
19.5
19.4
20.0
20.4
20.7
20.0
20.1
2006
19.9
20.3
20.3
20.2
18.5
17.4
17.6
16.5
20.1
21.3
21.5
20.5
19.5
2007
19.7
19.7
19.8
20.1
20.4
19.9
19.6
19.5
20.3
20.7
20.4
20.0
20.0
2008
20.4
19.2
19.6
19.8
19.8
19.4
19.3
19.5
20.4
20.7
20.4
20.1
19.9
2009
19.7
19.4
19.6
20.2
20.3
19.8
19.3
19.5
20.3
20.4
20.3
20.4
19.9
2010
19.9
20.2
20.4
21.0
21.1
20.2
19.6
19.9
19.7
20.1
20.2
19.7
20.2
2011
19.8
19.8
19.8
19.9
20.1
19.6
19.1
19.2
20.1
20.8
20.0
20.6
19.9
RataRata
20.1
19.8
20.1
20.3
20.2
19.6
19.2
19,6
20.2
20.8
20.7
20.2
20.0
Sumber: BMKG (2012)
Berdasarkan hasil survey lapang diperoleh suhu sesaat di desa ini adalah 180-210C dan kelembaban udara sebesar 71-100 %. Grafik rata-rata suhu udara di Desa Cihideung dapat dilihat pada Gambar 8.
Sumber: BMKG (2013) Gambar 8 Grafik rata-rata suhu udara
22 Kelembaban udara di Desa Cihideung sebesar 84,63 % (BMKG, 2012). Kelembaban udara Desa Cihideung berdasarkan pengukuran Stasiun Lembang dapat dilihat pada Tabel 9. Grafik rata-rata kelembaban udara di Desa Cihideung dapat dilihat pada Gambar 9. Tabel 9 Kelembaban rata-rata (0C) Tahun
Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun
Jul
Agt
Sep
Okt
Nop
Des
2002
90
89
88
87
85
85
86
82
80
71
83
88
RataRata 85
2003
83
90
90
87
84
81
79
82
81
85
85
88
85
2004
89
88
86
87
88
83
86
80
80
74
83
88
84
2005
87
89
88
85
87
87
84
84
85
83
82
92
86
2006
90
88
86
89
85
81
84
77
74
72
79
89
83
2007
84
91
88
92
86
87
82
74
73
82
91
92
85
2008
86
89
89
88
83
83
79
84
80
84
89
89
85
2009
86
89
86
87
85
85
79
80
76
80
85
86
84
2010
88
90
89
83
86
86
87
86
88
86
88
85
87
2011
84
81
84
86
88
83
83
78
77
80
88
84
83
RataRata
87
88
87
87
86
84
83
81
79
80
85
88
85
Sumber: BMKG (2012)
Sumber: BMKG (2012) Gambar 9 Rata-rata kelembaban udara
Tanah Jenis tanah di Desa Cihideung adalah tanah Andosol Cokelat dan Latosol Cokelat. Tanah Andosol Cokelat berasal dari bahan induk abu vulkan yang telah mengalami pelapukan sehingga menghasilkan tanah yang subur. Penyebaran tanah tersebut di daerah beriklim sedang dengan curah hujan di atas 2 500 mm/ tahun tanpa bulan kering. Tanah jenis ini banyak ditemukan di dataran tinggi bersuhu
23 sedang hingga dingin. Umumnya dijumpai di daerah lereng atas kerucut vulkan pada ketinggian di atas 800 mdpl. Tanah Andosol Cokelat ini tersebar di pulaupulau yang memiliki gunung api aktif, seperti di Sumatra bagian Barat, Jawa, Bali, dan sebagian Nusa Tenggara. Tanah ini banyak dikembangkan untuk tanaman perkebunan dan hortikultura. Tanah Latosol Cokelat memiliki profil tanah yang dalam, mudah menyerap air, memiliki pH 6–7 (netral) hingga asam, memiliki zat fosfat yang mudah bersenyawa dengan unsur besi dan aluminium, namun kadar humusnya mudah menurun. Jenis tanah ini pada dasarnya merupakan bentuk pelapukan dari batuan vulkanis. Tanah Latosol Cokelat tersebar di daerah beriklim basah, curah hujan lebih dari 300 mm/tahun, dan ketinggian tempat berkisar 300–1.000 meter. Tanah Latosol Cokelat memiliki ketersediaan air yang cukup, kadar nitrogen, pospor, dan kalium yang cukup, dan untuk peningkatan produksi dapat dilakukan dengan pemupukan. Berdasarkan karakteristik tanah, Desa Cihideung didominansi oleh tanah Andosol Cokelat. Tanah Andosol Cokelat ini sangat penting bagi bidang pertanian. Namun, produktivitas tanah yang rendah akibat sifat kimia yang khas seperti retensi P yang tinggi, pencucian unsur basa dari tanah. Oleh karena itu, untuk mempertahankan kesuburan tanah Andosol Cokelat perlu dilakukan berbagai upaya untuk meningkatkan kesuburan tanah tersebut agar produktivitas lahan meningkat sehingga produksi hasil pertanian pun meningkat. Topografi Kondisi topografi di Desa Cihideung sangat bervariasi. Peta topografi Desa Cihideung dapat dilihat pada Gambar 10. Hal tersebut dikarenakan letak desa ini yang berada di daerah perbukitan sehingga kontur Desa Cihideung bervarisai yang mengakibatkan kemiringan tanah berkisar antara datar hingga sangat curam. Kemiringan lahan Desa Cihideung berada pada 0-8%, 8-15%, 1525%, 25-40%, dan >40%. Peta kemiringan lahan Desa Cihideung dapat dilihat pada Gambar 11.
24
Sumber: Bakosurtanal (2013)
Gambar 10 Peta topografi Desa Cihideung
25
Sumber: Bakosurtanal (2013) Gambar 11 Peta kemiringan lahan Desa Cihideung
26 Penutupan Lahan Penutupan lahan di Desa Cihideung, terdiri atas: lahan budidaya, hutan, padang rumput, semak belukar/alang-alang, perkebunan, persawahan, tegalan/ladang, danau/situ, dan perumahan. Peta Penutupan lahan ini dapat dilihat pada Gambar 12.
Sumber: Bakosurtanal (2013) Gambar 12 Peta penutupan lahan Desa Cihideung
27 Hidrologi Bentuk badan air yang ada di Desa Cihideung merupakan badan air alami berupa mata air dan sungai. Mata air tersebut berjumlah 8 unit. Sungai yang terdapat di desa ini merupakan sungai kecil. Kondisi badan air tersebut relatif baik. Hal tersebut dikarenakan area di sekitar badan air masih ditumbuhi pepohonan. Kualitas air tersebut tergolong ke dalam air jernih yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari terutama sebagai sumber irigasi budidaya tanaman hias, tanaman sayur, dan buah serta tanaman bunga potong. Saluran drainase di Desa Cihideung ini terbagi menjadi dua, yaitu saluran drainase alami dan buatan. Saluran drainase alami merupakan saluran air yang mengikuti keadaan topografi pada tapak. Air mengalir dari puncak bukit menuju tegalan-tegalan di daerah bagian bawah. Saluran drainase buatan merupakan saluran drainase yang sengaja dibuat di sepanjang koridor jalan, pemukiman penduduk dan di sekitar lahan budidaya tanaman. Saluran drainase yang berupa sumber irigasi dapat dilihat pada Gambar 13.
Gambar 13 Saluran irigasi
Secara umum kondisi saluran drainase tersebut relatif baik. Namun, kondisi saluran drainase buatan terlihat kurang baik. Hal tersebut dikarenakan masyarakat membuang limbah padat rumah tangga ke dalam saluran air sehingga mengakibatkan ketika turun hujan air meluapkan limbah tersebut ke jalan. Keadaan hidrologi di Desa Cihideung sangat berpotensi untuk dimanfaatkan sebagai sumber air saluran irigasi untuk lahan budidaya tanaman hortikultura. Kebutuhan air di Desa Cihideung selalu tercukupi walaupun pada musim kemarau. Namun, penataan saluran yang kurang tertata terutama di tepi jalan akan membuat bad view sehingga diperlukan penataan saluran drainase agar dapat terlihat lebih baik. Keadaan saluran air yang kurang tertata dapat dilihat pada Gambar 14.
Gambar 14 Saluran air yang kurang tertata
28 Aspek Biofisik Vegetasi dan Satwa Berdasarkan hasil survey lapang dan studi literatur vegetasi yang terdapat di Desa Cihideung, yaitu vegetasi budidaya. vegetasi pelindung, vegetasi konservasi, dan vegetasi perkebunan. Vegetasi budidaya antara lain tanaman hias, tanaman sayuran, dan tanaman buah. Vegetasi pelindung antara lain pinus (Pinus merkusii), cemara, kecrutan (Spathodea campanulata), dan lainnya. Vegetasi konservasi antara lain rerumputan, alang-alang (Imperata cylindrical), bambu (Bamboosa vulgaris), orok-orok, palem merah (Cyrtostachis renda). Vegetasi perkebunan adalah teh. Selain itu, terdapat juga vegetasi estetik, seperti rumput paetan (Axonopus compressus), teh-tehan (Acalypha macrophylla), euphorbia (Euphorbia milii), palem botol (Mascarena lagenicaulis), palem raja (Roystonea regia), bugenvil (Bougainvillea sp.), petai cina (Leucaena leucocephala). Sebagian besar vegetasi yang terdapat di Desa Cihdeung merupakan vegetasi budidaya. Hal tersebut terlihat dari pemanfatan pekarangan rumah penduduk untuk mendisplay tanaman lanskap yang siap di jual dan pembudidayaan tanaman. Tanaman lanskap yang dijual mulai dari tanaman penutup tanah hingga pohon. Selain itu, terdapat usaha pembudidayaan bunga potong yang dapat digunakan untuk dekorasi. Beberapa jenis tanaman pertanian yang dibudidayakan di Desa Cihideung dapat dilihat pada Tabel 10, Tabel 11, dan Tabel 12. Tabel 10 Tanaman sayuran ddan palawija No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Nama lokal Nama ilmiah Jagung Zea mays Ubi kayu Manihot esculenta Ubi jalar Ipomoea batatas Petsai/sawi/sosin Brassica rapa Kubis Brassica oleracea Buncis Phaseolus vulgaris Cabai merah Capsicum annum Cabai rawit Capsicum frutescens Tomat Solanum lycopersicum Brocoli Brassica oleracea Selada Lactuca sativa Labu siam Sechium edule Tabel 11 Tanaman buah
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Nama lokal Alpukat Sawo Mangga Durian Jambu biji Jambu air Jeruk siam/keprok Pepaya Pisang
Nama Ilmiah Persea americana Manilkara zapota Mangifera indica Durio zibethinus Psidium guajava Eugenia aquea Citrus nobilis Carica papaya Musa paradisiaca
29 Tabel 12 Tanaman hias No 1 2 3 4 5 6 7
Nama lokal Anggrek bulan Anthurium bunga Anyelir Simbang darah Gladiol Pisang-pisangan Krisan
Nama ilmiah Phalaenopsis amabilis Anthurium sp. Dianthus caryophyllus Iresine herbstii Galdiolus sp. Heliconia sp. Chrysanthemum sp.
8 9 10 11 12 13
Mawar Sedap malam Dracaena Melati Palem merah Aglaonema
Rosa sp. Polyanthes tuberosa Dracaena godseffiana Jasminum sambac Cyrtostachis renda Aglaonema sp.
14 15 16 17 18
Kamboja jepang Euporbia Pilodendron Pakis Monstera
Adenium obesum. Euphorbia milii Philodendron sp. Cycas rumphii Monstera sp.
19 20 21
Wijaya kusuma Hanjuang Daun bahagia
Epiphyllum oxypetalum Cordyline terminalis Dieffenbachia sp.
22
Lidah mertua
Sansevieria sp.
23 24 25 26 27 28 29
Keladi hias Sutra Bombay Kana Dahlia Kaktus Spider lily Soka
Caladium bicolor Portulaca sp. Canna sp. Dahlia variabilis Eriosyce imitans Hymenocallis speciosa Ixora sp.
30 31 32 33 34
Dusty miller Zodia Hortensia Nipple fruit Kastuba
Senecio cineraria Eulovia suaveolens Hydrangea macrophylla Solanum mammosum Euphorbia pulcherrima
Spesies Phalaenopsis amabilis Anthurium andraeanum Dianthus caryophyllus Iresine herbstii Galdiolus communis Musa paradisiaca Chrysanthemum aphrodite, Chrysanthemum arcticum, Chrysanthemum argyrophyllum, Chrysanthemum chanetii, Chrysanthemum cinerariaefolium, Chrysanthemum coronarium, Chrysanthemum crassum Rosa alba Polyanthes tuberose Dracaena godseffiana Jasminum sambac Cyrtostachis renda Aglaonema commutatum, Aglaonema crispum, Aglaonema marantifolium, Aglaonema nebulosum, Aglaonema nitidum Adenium obesum Euphorbia milii Philodendron Cycas rumphii Monstera acuminata, Monstera dubia, Monstera punctulata, Monstera standleyana Epiphyllum oxypetalum Cordyline terminalis Dieffenbachia amoena, Dieffenbachia bowmanii, Dieffenbachia maculata, Sansevieria hyacinthoides, Sansevieria trifasciata Caladium bicolor Portulaca grandiflora Canna generalis, Canna indica Dahlia variabilis Eriosyce imitans Hymenocallis speciosa Ixora coccinea, Ixora chinensis, Ixora pavetta Senecio cineraria Eulovia suaveolens Hydrangea macrophylla Solanum mammosum Euphorbia pulcherrima
30
Tabel 12 Tanaman hias (lanjutan)
No 35 36 37 38
Nama lokal Bunga matahari Teratai Alang-alang air Bugenvil
Nama ilmiah Helianthus annuus Nymphaea lotus Typa angustifolia Bougainvillea sp.
39 40
Amarylis Futoi/bambu air
Hippeastrum hybrida Equisetum hyemale
Spesies Helianthus annuus Nymphaea lotus Typa angustifolia Bougainvillea buttiana, Bougainvillea glabra, Bougainvillea spectabilis Hippeastrum hybrida Equisetum hyemale
Satwa yang terdapat di Desa Cihideung sebagian besar merupakan satwa yang dibudidayakan atau satwa ternak. Jenis-jenis satwa ternak tersebut dapat dilihat pada Tabel 13. Tabel 13 Jenis satwa ternak dan satwa peliharaan No Nama lokal Nama ilmiah 1 Sapi perah Bos primigenius 2 Ayam kampung Gallus domesticus 3 Ayam broiler Gallus gallus 4 Bebek Cairina moschata 5 Kuda Equus caballus 6 Domba Ovis aries 7 Kelinci Oryctolagus cuniculus 8 Anjing Canis Lupus 9 Kucing Felis Domesticus Sumber: Profil Desa (2010)
Populasi satwa ternak yang terbesar adalah sapi perah. Hal tersebut dikarenakan produksi yang dihasilkan dari sapi dilakukan secara rutin dan dilakukan pemasaran ke luar Desa Cihideung. Sedangkan, satwa ternak dan satwa peliharaan yang lainnya hanya dikembangkan dalam skala rumah tangga sebagai hewan peliharaan. Daerah pengembangan sapi perah tersebut berada di RT 16 dan 17. Hal tersebut didukung oleh adanya lahan yang relatif luas untuk peternakan sapi, adanya tenaga peternak, tersedianya bahan pakan ternak yang cukup. Identifikasi Karakter Sosial Budaya Masyarakat Untuk mengetahui karakter budaya masyarakat dapat diketahui melalui persepsi dan preferensi pengunjung dan penduduk Desa Cihideung, kelembagaan masyarakat yang berkembang di desa, dan penilaian keberlanjutan masyarakat.
31 Aspek Sosial dan Ekonomi Demografi Jumlah penduduk Desa Cihideung sebesar 12 996 jiwa dengan rincian 6 259 orang laki-laki, 6 667 orang perempuan, 4 041 KK. Tingkat pendidikan penduduk Desa Cihideung sangat beragam. Tingkat pendidikan tersebut dapat dilihat pada Tabel 14. Tabel 14 Tingkat pendidikan penduduk Tingkat Laki-laki Persentase Perempuan pendidikan (orang) (%) (orang) SD/sederajat 683 52.18 535 SMP/sederajat 218 16.65 325 SMA/ sederajat 316 24.14 323 D1/ sederajat 15 1.15 35 D2/ sederajat 20 1.53 15 D3/ sederajat 12 0.92 17 S1/ sederajat 15 1.15 12 S2/ sederajat 17 1.30 20 S3/ sederajat 13 0.99 15 Sumber: Profil Desa (2010)
Persentase (%) 41.25 25.06 24.90 2.70 1.16 1.31 0.93 1.54 1.16
Berdasarkan tingkat pendidikan penduduk yang beragam mengakibatkan mata pencaharian penduduk pun bervariasi. Mata pencaharian penduduk Desa Cihideung dapat dilihat pada Tabel 15. Mata Pencaharian
Tabel 15 Mata pencaharian penduduk Laki-laki Persentase Perempuan (orang) (%) (orang) 1 187 32.71 310 8.54 97 154 4.24 57 18 0.50 15
Petani Buruh tani Buruh migrant Pengrajin industri rumah tangga Pedagang keliling Peternak Montir Dokter Bidan Perawat Pembantu rumah tangga TNI POLRI Notaris Dukun Jasa pengobatan alternatif Dosen Pengusaha Seniman Karyawan swasta Karyawan pemerintah Sumber: Profil desa (2010)
Persentase (%) 16.22 9.53 2.51
1 430 37 2 1 17
39.40 1.02 0.06 0.03 0.47
17 5 1 53 -
2.84 0.84 0.17 8.86 -
12 105 1 1
0.33 2.89 0.03 0.03
1 30 5 -
0.17 5.02 0.84 -
3 5 1 305 39
0.03 0.14 0.03 8.40 1.07
2 1 1 297 21
0.33 0.17 0.17 49.67 3.51
32 Berdasarkan data tersebut 41.25% penduduk laki-laki dan 16.22% penduduk perempuan bermata pencaharian sebagai petani terutama petani tanaman lanskap dan pedagang. Hal tersebut sangat mendukung keberlanjutan pengembangan agrowisata. Mayoritas penduduk Desa Cihideung beragama Islam yaitu sebesar 12 636 orang dan minoritas beragama Kristen yaitu sebesar 290 orang. Kehidupan beragama penduduk di Desa Cihideung dapat dilihat dari tersedianya sarana peribadatan di setiap RT di Desa Cihideung, serta adanya kegiatan peribadatan (pengajian) rutin ibu-ibu Desa Cihideung. Penduduk Desa Cihideung juga memilki kebudayaan tradisional berupa kesenian sasapian dan tradisi ritual Irung-Irung. Sasapian merupakan salah satu bentuk syukur penduduk Desa Cihideng atas segala nikmat yang telah diberikan Allah selama ini. Bentuk rasa syukur tersebut disajikan dalam bentuk pertunjukan sasapian yang menggambarkan adanya peperangan melawan penjajah pada masa dahulu yang diibaratkan oleh sapi. Tradisi ritual Irung-Irung merupakan ritual membersihkan mata air irung-irung yang merupakan sumber mata air yang mengairi lahan pertanian penduduk Desa Cihideung. Penduduk selalu berperan aktif dalam kegiatan tersebut yang merupakan salah satu bentuk kegiatan keagaamaan yang rutin dilakukan setiap tahun. Persepsi Penduduk Desa Cihideung Pada tahun 1985 petani di Desa Cihideung mengembangkan tanaman dalam polybag. Pada tahun 1988 mulai dibuka akses jalan di Desa Cihideung sehingga mengakibatkan ramainya pengunjung ke Desa Cihideung. Namun, pada tahun 1997 mulai terjadinya konversi lahan menjadi lahan terbangun. Hal tersebut mengakibatkan para petani beralih menjadi petani bunga potong agar dapat memaksimalkan lahan dan memperoleh keuntungan, para peternak juga kehilangan lahan luas untuk mengembangkan peternakan sapi perahnya, hanya beberapa peternak saja yang tetap bertahan. Persepsi penduduk, Desa Cihideung merupakan desa yang sangat cocok untuk pengembangan agrowisata terutama tanaman hias. Hal tersebut dikarenakan lingkungan desa yang sangat mendukung pengembangan tanaman hias tersebut.
33 Persepsi Pengunjung Desa Cihideung Untuk mengetahui persepsi pengunjung Desa Cihideung dilakukan penyebaran kuisioner kepada 30 responden. Berdasarkan hasil kuisioner yang telah diberikan pengunjung Desa Cihideung secara umum memilki kesan yang baik terhadap Desa Cihideung. Hal tersebut dapat terlihat dari suasana desa yang nyaman, indah, bersih, serta penduduk yang ramah. Namun, fasilitas wisata yang masih kurang membuat pengunjung kurang merasa puas saat berkunjung ke desa. Berdasarkan persepsi pengunjung pemandangan Desa Cihideung sebesar 80% indah dan 20% sangat indah (Gambar 15); kebersihan Desa Cihideung 93% menyatakan bersih dan 7% menyatakan kotor (Gambar 16); dan sikap penduduk Desa Cihideung sebesar 93% menyatakan ramah serta 7% menyatakan terbuka (Gambar 17).
Gambar 15 Persepsi pengunjung tentang keindahan Desa Cihideung
Gambar 16 Persepsi pengunjung tentang kebersihan Desa Cihideung
Gambar 17 Persepsi pengunjung tentang kenyamanan Desa Cihideung
34 Pengunjung juga merasakan kenyamanan ketika mengunjungi Desa Cihideung, yaitu sebesar 90% merasa nyaman dan 10% merasa sangat nyaman (Gambar 18). Pengunjung juga berpendapat tentang agrowisata yang saat ini sudah ada di Desa Cihideung menyatakan sebesar 70% menarik, 17% kurang menarik, dan 13 % sangat menarik (Gambar 19).
Gambar 18 Persepsi pengunjung tentang sikap penduduk Desa Cihideung
Gambar 19 Persepsi pengunjung tentang agrowisata desa saat ini
Preferensi Pengunjung Desa Cihideung Untuk mengetahui preferensi pengunjung Desa Cihideung telah dilakukan penyebaran kuisioner kepada 30 responden. Berdasarkan hasil kuisioner yang telah diberikan pengunjung Desa Cihideung didapatkan sebagian besar pengunjung desa berasal dari Jakarta, Bandung, dan Bogor. Biaya yang dikeluarkan pengunjung untuk berwisata sebesar 47% Rp > 100 000, 33% Rp 50 000 – 100 000, dan 20% Rp 10 000 – 50 000 (Gambar 20). Tujuan pengunjung ke Desa Cihideung sebesar 50% untuk rekreasi; 34% untuk penelitian, melintas saja, dan lainnya; 13% ingin tahu ; dan 3% untuk berbelanja (Gambar 21). Kegiatan yang paling banyak dilakukan pengunjung ketika berada di Desa adalah jalanjalan dan menikmati pemandangan (Gambar 22).
35
Gambar 20 Biaya yang dikeluarkan pengunjung untuk berwisata
Gambar 21 Tujuan pengunjung ke Desa Cihideung
Gambar 22 Kegiatan yang dilakukan pengunjung di Desa Cihideung
Berdasarkan hasil kuisioner pengunjung lebih tertarik kepada obyek agrowisata dalam bidang pertanian dan perternakan untuk dikembangkan di Desa Cihideung (Gambar 23). Pengunjung lebih menyukai atraksi wisata pertanian menanam, memanen, dan memakan hasil olahan (Gambar 24). Pada wisata perternakan pengunjung lebih menyukai atraksi memerah susu dan memberi makan ternak (Gambar 27).
36
Gambar 23 Preferensi pengunjung tentang pengembangan agrowisata di Desa Cihideung
Gambar 24 Preferensi pengunjung tentang atraksi wisata pertanian
Gambar 25 Preferensi pengunjung tentang atraksi wisata perkebunan
Gambar 26 Preferensi pengunjung tentang atraksi wisata perikanan
37
Gambar 27 Preferensi pengunjung tentang atraksi wisata perternakan
Gambar 28 Preferensi pengunjung tentang atraksi wisata kehutanan
Gambar 29 Preferensi pengunjung tentang wisata umum
Selain agrowisata dalam bidang perternakan pengunjung juga menginginkan adanya wisata umum lain, yaitu: sebesar 53% outbond, 30% berkemah, dan 17% piknik. Untuk menunjang kegiatan berwisata di Desa Cihideung, pengunjung menginginkan adanya sarana dan prasarana yang lengkap, seperti tempat parkir, tempat makan, kios cindera mata, toilet, tempat ibadah, tempat sampah, papan informasi, dan penginapan. Pengunjung menginginkan sebesar 53% tempat parkir yang terpusat di suatu tempat, 27% menyebar di beberapa titik lokasi, 13% di dalam kawasan Desa Cihideung, dan 7% di luar kawasan Desa Cihideung (Gambar 30). Pengunjung lebih menyukai sebesar 97% tempat makan yang bernuansa alami dibandingkan bernuansa modern (Gambar 31). Pengunjung sebagian besar jika mengunjungi suatu tempat wisata ingin membawa oleh-oleh yang dijual di kios cinderamata, sebesar 87% pengunjung menginginkan kios cinderamata yang terpusat di suatu tempat dan 13% menyebar di titik lokasi tertentu (Gambar 32).
38
Gambar 30 Preferensi pengunjung tentang tempat parkir
Gambar 31 Preferensi pengunjung tentang tempat makan
Gambar 32 Preferensi pengunjung tentang kios cindera mata
Pengunjung menginginkan tersedianya toilet sebesar 63% yang bernuansa alami dan 37% bernuansa modern (Gambar 33). Pengunjung lebih menyukai sebesar 80% tempat ibadah yang bernuansa alami dan 20% tempat ibadah bernuansa modern (Gambar 34). Pengunjung menginginkan tersedianya sebesar 93% tempat sampah menyebar di beberapa titik lokasi dan sebesar 7% terpusat disuatu tempat (Gambar 35). Untuk memudahkan pengunjung mendapatkan informasi pengunjung menginginkan tersedianya sebesar 80% papan informasi dengan bernuansa alami agar lebih menarik dan 20% bernuansa modern (Gambar 36). Ketika berada di desa pengunjung lebih tertarik sebesar 60% tinggal di sebuah villa dan 37% di rumah penduduk (homestay) (Gambar 37). Pengunjung ketika sedang berjalan-jalan di desa sebesar 53% lebih tertarik menggunakan kendaraan tradisional, seperti becak, delman dan sebesar 40% memilih menggunakan kendraan bermotor (Gambar 38).
39
Gambar 33 Preferensi pengunjung tentang toilet
Gambar 34 Preferensi pengunjung tentang tempat ibadah
Gambar 35 Preferensi pengunjung tentang tempat sampah
Gambar 36 Preferensi pengunjung tentang papan informasi
Gambar 37 Preferensi pengunjung tentang penginapan
40
Gambar 38 Preferensi pengunjung tentang kendaraan transportasi di desa
Penilaian Keberlanjutan Masyarakat Untuk mengetahui arah keberlanjutan masyarakat Desa Cihideung dilakukan penilaian melalui 3 aspek, yaitu aspek ekologis, aspek sosial, dan aspek spiritual berdasarkan kriteria dari Global Ecovillage Network. Berdasarkan hasil penilaian keberlanjutan masyarakat tersebut diketahui bahwa masyarakat Desa Cihideung sudah menunjukan suatu awal yang baik ke arah keberlanjutan. Hasil penilaian tersebut dapat dilihat pada Tabel 16. Tabel 16 Total perhitungan nilai keberlanjutan masyarakat Desa Cihideung No 1 2 3
Aspek Bobot total aspek ekologis Bobot total aspek sosial Bobot total aspek spiritual Bobot Total Seluruh aspek
Bobot 149 243 306 698
Pada aspek sosial didapatkan nilai pada rentang 166-332 yang menunjukan suatu awal yang baik ke arah keberlanjutan. Hasil penilaian aspek sosial dapat dilihat pada Tabel 17. Tabel 17 Total perhitungan Nilai PKM pada aspek sosial No Parameter 1 Keterbukaan, kepercayaan, keselamatan, ruang bersama 2 Aliran komunikasi, gagasan, dan informasi 3 Jaringan pencapaian dan jasa 4 Keberlanjutan sosial 5 Pendidikan 6 Pelayanan kesehatan 7 Keberlanjutan ekonomi yang sehat Total nilai aspek sosial
Bobot 38 29 42 42 31 30 31 243
41 Berdasarkan hasil penilaian didapatkan nilai aspek ekologis berada pada rentang 0-165 yang menunjukkan perlunya tindakan untuk mencapai keberlanjutan Hasil penilaian aspek sosial dapat dilihat pada Tabel 18. Tabel 18 Total perhitungan nilai PKM pada aspek ekologis No Parameter 1 Perasaan terhadap tempat 2 Ketersediaan, produksi, dan distribusi makanan 3 Infrastruktur, bangunan, dan transportasi 4 Pola konsumsi dan pengolahan limbah padat 5 Sumber air, mutu, dan pola penggunaan 6 Limbah cair dan pengelolaan polusi air 7 Sumber dan penggunaan energi Total nilai aspek ekologis
Bobot 18 16 20 15 42 12 25 149
] Pada aspek spiritual didapatkan nilai pada rentang 166-332 yang menunjukan suatu awal yang baik ke arah keberlanjutan. Hasil penilaian aspek spiritual dapat dilihat pada Tabel 19. Tabel 19 Total perhitungan Nilai PKM pada aspek spiritual No Parameter Bobot 1 Keberlanjutan budaya 42 2 Seni dan kesenian 21 3 Keberlanjutan spiritual 31 4 Keterikatan masyarakat 49 5 Gaya pegas masyarakat 48 6 Holographic baru dan pandangan dunia 57 7 Perdamaian dan kesadaran global 57 Total nilai aspek spiritual 306
Kelembagaan Kelembagaan Pemerintah Kelembagaan pemerintah yang terdapat di Desa Cihideung, diantaranya Aparat Desa dan Badan Permusyawaratan Desa. Kelembagaan tersebut masih aktif dalam menjalankan tugasnya melayani penduduk Desa Cihideung. Aparat Desa Cihideung berjumlah 17 orang. Susunan pengurus Aparat Desa Cihideung terdiri atas: Kepala Desa : Ayi Kosasih Sekertaris Desa : Asep, Sip Kepala Urusan Pemerintahan : Desi Ekonomi Pembangunan : Erin Umum : Wawan Keuangan : Cicah Trantia : Adang Badan Permusyawaratan Desa Cihideung berjumlah 11 orang. Kelembagaan Masyarakat Kelembagaan masyrakat di Desa Cihideung, diantaranya Lembaga Kemasyarakatan Desa, LPMD, PKK, Rukun Warga, Rukun Tetangga, Karang
42 Taruna, Kelompok Tani, Kelompok Ternak, Lembaga Adat, Organisasi Keagamaan, Organisasi Bapak, Pecinta Alam, Badan Usaha Milik Desa, Kelompok Penggerak Pariwisata. Lembaga masyarakat tersebut berstatus aktif melaksanakan kegiatan-kegiatan. Kelembagaan Ekonomi Kelembagaan ekonomi yang ada di Desa Cihideung, diantaranya adalah Lembaga Ekonomi dan Unit Usaha Desa, Jasa Lembaga Keuangan, Industri Kecil dan Menengah, Usaha Jasa Pengangkutan. Usaha Jasa dan Perdagangan, Usaha Jasa Hiburan, Usaha Jasa Gas, Listrik, BBM, dan air, Usaha Jasa Keterampilan, Usaha Jasa Hukum dan Konsultasi, Usaha Jasa Penginapan. Kelembagaan ekonomi yang ada di Desa Cihideung tersebut berperan aktif dalam meningkatkan perekonomian penduduk desa. Potensi Agrowisata Saat ini potensi agrowisata yang sudah berkembang di Desa Cihideung dipengaruhi oleh beberapa hal, yaitu adanya aksesibilitas, akomodasi, fasilitas kesehatan dan keamanan, fasilitas pendidikan, dan obyek agrowisata yang sudah ada. Aksesibilitas Desa Cihideung merupakan desa yang terletak di perbatasan kota Bandung. Desa Cihideung juga diapit oleh dua terminal, yaitu Terminal Ledeng dan Terminal Parongpong. Hal tersebut mengakibatkan Desa Cihideung selalu ramai dilalui kendaraan. Ibu kota kecamatan dengan Desa Cihideung memilki jarak 2 km dengan lama jarak tempuhnya 0,25 jam. Kendaraan umum ke ibu kota kecamatan berjumlah 30 unit. Ibu kota kabupaten dengan Desa Cihideung memilki jarak 15 km dengan jarak tempuh 0,5 jam. Kendaraan umum ke ibu kota kabupaten berjumlah 40 unit. Ibu kota provinsi dengan Desa Cihideung memilki jarak 0,5 km dengan jarak tempuh 2 jam. Kendaraan umum ke ibu kota provinsi berjumlah 30 unit. Pengunjung dapat mencapai Desa Cihideung dengan menggunakan berbagai jenis kendaraan umum dan kendaraan pribadi. Kendaraan umum yang dapat digunakan antara lain angkutan umum dan ojeg seperti pada Gambar 39. Kendaraan umum berupa angkutan umum dapat digunakan hingga pukul 18.00 dan ojeg selalu tersedia hingga 24 jam. Kendaraan pribadi yang dapat digunakan dapat berupa mobil, sepeda motor, bus, dan truk.
43
(a) (b) Gambar 39 Alat transportasi desa (a) angkutan umum dan (b) ojeg
Desa Cihideung dapat ditempuh kurang lebih 6 km dari pusat kota Bandung ke arah Lembang, setelah melewati Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) di sebelah kiri akan ditemukan Jl. Sersan Bajuri. Setelah itu, berbelok ke kiri masuk ke Jl. Sersan Bajuri sekitar 4 km sampailah di Desa Cihideung. Selain itu, ada jalan lain menuju Desa Cihideung yaitu melewati jalan Cihanjuang, pengunjung dapat menikmati indahnya perkebunan di sepanjang jalan menuju Desa Cihideung. Jalur akses untuk menuju Desa Cihideung dapat dilihat pada Gambar 40. Kesegaran dan kesejukan tersaji di sepanjang perjalanan menuju lokasi. Pengunjung juga dapat melewati jalan dari arah Lembang. Terdapat 3 jenis jalan di Desa Cihideung, yaitu jalan primer, sekunder, dan tersier (Gambar 40). Jalan primer merupakan jalan yang dilalui oleh kendaraan yang besar sampai kendaraan kecil dengan lebar jalan berkisar 6 meter. Jalan sekunder yaitu jalan yang dapat dilalui oleh kendaraan sedang dengan lebar jalan berkisar 4 meter. Jalan sekunder merupakan jalan yang hanya dapat dilalui oleh kendaraan kecil dan pejalan kaki dengan lebar jalan berkisar 2 meter. Akses jalan utama (Jl. Sersan Bajuri) yang melewati Desa Cihideung membuat selau ramai dilewati kendaraan yang menjadikan sebagai jalur alternatif menuju tempat lain. Hal tersebut membuat jalan cepat mengalami kerusakan dan tercemarnya lingkungan desa oleh polusi udara dan polusi suara kendaraan bermotor.
44
Gambar 40 Peta jalur akses Desa Cihideung
Akomodasi Terdapat sarana dan prasarana yang menujang kegiatan wisata di Desa Cihideung (Gambar 41), antara lain akses yang mudah menuju lokasi Desa Cihideung, sirkulasi jalan dalam kawasan yang cukup baik, toilet, tempat ibadah (18 masjid, 27 mushola), sistem pengairan, jaringan komunikasi, fasilitas kesehatan, terminal pengangkutan, sumber listrik dan energi, sistem pembuangan
45 kotoran/ air, sistem keamanan, transportasi umum, sistem keamanan penumpang, 5 villa/penginapan, 13 restoran/tempat makan.
Gambar 41 Sarana dan prasarana Desa Cihideung
46 Fasilitas Kesehatan dan Keamanan Fasilitas kesehatan yang terdapat di Desa Cihideung, diantaranya adalah 2 unit puskesmas pembantu, 17 unit posyandu, 1 unit apotek, dan 1 unit kantor praktek dokter. Selain itu, terdapat dokter desa yaitu 1 orang dokter umum, 5 orang paramedis, 4 orang dukun terlatih, dan 5 orang bidan. Lembaga kemanan di Desa Cihideung dapat dilihat pada Tabel 20. Lembaga pendidikan di Desa Cihideung dapat dilihat pada Tabel 21. Tabel 20 Lembaga keamanan di Desa Cihideung Jenis lembaga Jumlah (orang) Hansip dan Linmas 251 Satpam swakarsa 10 TNI 17 POLRI 1 Sumber: Profil Desa (2010) Tabel 21 Lembaga pendidikan di Desa Cihideung Tingkat pendidikan Jumlah Lembaga formal Play group 1 TK 8 SD/sederajat 8 Lembaga non formal/kursus Komputer 3 Menjahit 6 Sumber: Profil Desa (2010)
Program Wisata yang Sudah Berkembang Adanya obyek dan atraksi wisata di suatu tempat wisata merupakan hal yang sangat penting untuk menarik minat para pengunjung wisata. Desa Cihideung memilki beberapa obyek dan atraksi wisata yang dapat dikembangkan untuk menarik minat pengunjung. Obyek dan atraksi wisata tersebut dapat terlihat dari adanya potensi lanskap pertanian, karakter sosial ekonomi masyarakat desa, serta kebudayaan masyarakat. Suasana desa yang sejuk dan pemandangan alam Gunung Tangkuban Perahu dapat menjadi salah satu daya tarik bagi pengunjung. Beberapa obyek dan atraksi wisata yang ada di Desa Cihideung adalah 1. Tanaman hias Awalnya penduduk Desa Cihideung mengembangkan budidaya padi dataran tinggi. Namun, keuntungan budidaya padi/sawah dataran tinggi tersebut tidak terlalu dapat mencukupi kebutuhan hidup dan waktu produksi yang relatif lama mengakibatkan penduduk beralih menjadi budidaya tanaman hortikultura. Hal tersebut dikarenakan kondisi agroklimat Desa Cihideung yang sangat mendukung pengembangan tanaman hortikultura. Pada tahun 1985 penduduk Desa Cihideung mulai mengembangkan tanaman dalam polybag. Namun, seiring berkembangnya zaman penduduk beralih kepada budidaya tanaman potong. Pada tahun 1997 Menteri Penerangan Harmoko meresmikan Desa Cihideung sebagai kawasan agrowisata tanaman hias dengan luas areal 50 Ha. Tanaman hias yang banyak dikembangkan di Desa Cihideung adalah tanaman lanskap dan tanaman bunga potong untuk dekorasi. Lahan budidaya tanaman
47 lanskap dan bunga potong dapat dilihat pada Gambar 42. Beberapa display tanaman hias yang terdapat di sepanjang jalan utama Desa Cihideung (Jl. Sersan Bajuri) dapat dilihat pada Gambar 43.
Gambar 42 Kebun tanaman lanskap: (a) dan (b) dalam rumah kaca, (c) dan (d) bunga potong, (e) dan (f) tanaman sayuran, (g ) dan (h) tanaman hias yang ditanam di halaman rumah
48
Gambar 43 Display tanaman (a) tanaman penutup tanah, (b) pohon, (c) tanaman hias gantung, (d) tanaman air, (e) dan (f) semak
Usaha budidaya tanaman hias tersebut dilakukan secara turun temurun dalam suatu keluarga dan perorangan secara mandiri. Pengelolaan budidaya tanaman lanskap dan bunga potong sebagian besar dilakukan oleh penduduk asli Desa Cihideung yang masih memiliki lahan luas. Sedangkan pengelolaan tanaman hias yang didisplay sebagian besar dilakukan oleh pedagang pengecer penduduk asli Desa Cihideung dan penduduk yang berasal dari desa sekitar Desa Cihideung. Pengunjung Desa Cihideung dapat menikmati obyek wisata dengan sepanjang Jalan Sersan Bajuri atau mengunjungi kebun atau lahan budidaya tanaman. Harga tanaman yang dijual tersebut relatif terjangkau terutama jika pengunjung membeli tanaman dalam jumlah besar.
49 Para penduduk Desa Cihideung tersebut juga sering melakukan penukaran komoditas tanaman dengan daerah lain (Gambar 44). Hal tersebut dilakukan untuk memperkaya koleksi tanaman hias yang dijual dan sebagai upaya pengembangan jaringan usaha dapat dikembangkan menjadi obyek dan atraksi wisata pertanian. Hal tersebut didukung karena banyaknya ragam jenis tanaman yaitu tanaman hias berupa bunga potong dan tanaman dalam polybag, tanaman sayur, dan tanaman buah. Namun, agrowisata tanaman hias ini belum memilki fasilitas wisata yang lengkap dan belum adanya integrasi secara baik antar pengusaha budidaya tanaman, serta belum adanya ragam kegiatan wisata selain wisata belanja.
Gambar 44 Pengepakan tanaman hias yang akan dikirim ke luar daerah
2. Kampung Gajah Kampung Gajah merupakan tempat wisata dengan sarana wisata, belanja, dan kuliner bernuansa modern di Desa Cihideung. Semula area Kampung Gajah merupakan area pertanian dengan luas yang cukup besar. Namun, dilakukan modifikasi tapak yang mempengaruhi kondisi lahan. Di Kampung Gajah terdapat berbagai macam permainan di antaranya adalah touring ATV, fun bike, horse riding, outbound activities, segway, buggy, children playground, swing & swing, mini flying fox dan sky rider. Selain itu, terdapat juga food stand yang menyajikan menu-menu khas Kampung Gajah. Mulai dari menu spesial ala Kampung Gajah, European hingga Asian Cuisine. Semua dapat ditemukan di food stand, resto & cafetaria, serta bar & lounge yang berada di sekitar area Kampung Gajah. Salah satu atraksi wisata di Kampung Gajah dapat dilihat pada Gambar 45.
Gambar 45 Atraksi wisata (horse riding) di Kampung Gajah
50
Pengelolaan Kampung Gajah ini dilakukan oleh pihak swasta. Hal tersebut mengakibatkan harga tiket masuk yang cukup mahal. Namun, hal tersebut didukung oleh fasilitas yang lengkap. Beberapa fasilitas yang terdapat di Kampung Gajah dapat dilihat pada Gambar 46. Secara umum pengunjung Kampung Gajah cukup ramai dan berasal dari luar kota.
Gambar 46 Fasilitas wisata di Kampung Gajah (a) papan informasi, (b) tempat sampah, (c) tempat duduk, (d) mobil wisata
3. Kampung Daun Gallery & Cafe Kampung Daun Gallery & Cafe merupakan sebuah kompleks rumah makan dengan nuansa pegunungan yang sejuk dan nyaman. Menyediakan berbagai makanan tradisonal khas Indonesia juga makanan modern dari negara lain. Luas area Kampung Daun sekitar 30 ha.
51 Di kawasan Kampung Daun Gallery & Cafe juga terdapat area perkebunan buah. Suasana budaya tradisional dan modern dapat dinikmati oleh pengunjung yang mengunjungi Kampung Daun Gallery & Cafe. Selain itu, penataan lanskap pemukiman yang indah juga dapat menjadi daya tarik pengunjung. Pengelolaan Kampung Daun Gallery & Cafe dilakukan oleh pihak swasta (PT Triniti). Suasana yang dirasakan ketika berada di Kampung Daun adalah suasana taman tropis dengan banyak penggunaan tanaman tropis berlatar belakang gunung. Suasana Kampung Daun dapat dilihat pada Gambar 47.
(a)
(b)
Gambar 47 (a) Suasana Kampung Daun dengan saung-saung dan (b) suasana tropis Kampung Daun
4. Kebudayaan masyarakat Seni budaya yang berkembang di Desa Cihideung adalah kesenian Sasapian. Kesenian Sasapian sudah ada sejak tahun 1935. Kesenian Sasapian merupakan suatu kesenian khas masyarakat Desa Cihideung berupa pertunjukan kesenian seseorang yang menunggangi sapi-sapian yang diarak. Kesenian Sasapian ini menggambarkan adanya peperangan melawan penjajah pada masa dahulu yang diibaratkan oleh sapi. Sasapian itu juga merupakan suatu bentuk semangat berjuang yang harus terus dilakukan oleh penduduk Desa Cihideung. Sapi-sapian tersebut terbuat dari rangka bambu. Hewan yang diibaratkan sapi ini diyakini masyarakat Desa Cihideung sebagai lambang ketangguhan. Kesenian ini merupakan salah satu bentuk syukur penduduk Desa Cihideng atas segala nikmat yang telah diberikan Allah selama ini.. Kesenian ini dilaksanakan setahun sekali pada saat Festival Bunga Cihideung. Festival Bunga Cihideung dilaksanakan di bulan Agustus atau di akhir tahun. Kesenian Sasapian dapat menjadi daya tarik bagi pengunjung. Pengunjung dapat menikmati kesenian tradisional khas Desa Cihideung. Pelaku kesenian Sasapian ini mulai dari anak kecil hingga orang dewasa. Penduduk Desa Cihideung melestarikan kesenian Sasapian ini sebagai ikon Desa Cihideung. Tradisi kesenian/budaya yang biasa dilakukan penduduk Desa Cihideung, yaitu Ritual Irung-Irung. Ritual tersebut merupakan ritual untuk membersihkan mata air Irung-Irung yang merupakan sumber mata air untuk mengairi lahan pertanian di Desa Cihideung. Ritual tersebut dilaksanakan setahun sekali pada saat Festival Bunga Cihideung. Ritual Irung-Irung ini disimbolkan bersatunya antara dunia lelaki dan perempuan. Masyarakat zaman dahulu mempunyai kreativitas tersendiri untuk memberikan simbol-simbol dalam kehidupan.
52 Perempuan disimbolkan dengan dunia basah, air, atau dunia atas. Sedangkan, lelaki disimbolkan dengan dunia kering, tanah, atau dunia bawah. Melalui ritual Irung-Irung ini merupakan simbol bersatunya lelaki dan perempuan untuk kesuburan. Namun, inti dari ritual itu berdoa kepada Tuhan YME agar tanah di lingkungan sekitar subur. Darah dari domba yang disembelih itu pun sengaja mengalir sepanjang selokan sumber mata air. Ritual tersebut ada di masyarakat Desa Cihideung sebagai sentra tanaman hias di KBB Sejak 1932 silam. Ritual Irung-Irung dapat menjadi daya tarik pengunjung. Pengunjung dapat mengetahui dan menyadari pentingnya menjaga kelestarian lingkungan alam. Ritual Irug-Irung dapat dilihat pada Gambar 48.
Sumber Rachman (2012) Gambar 48 Ritual Irung-Irung
Pembahasan Berdasarkan hasil inventarisasi data yang telah diperoleh melalui survey langsung dan studi literatur, diperoleh hasil analisis yang meliputi potensi, kendala, dan solusi. Analisis Karakter Lanskap Aspek Fisik Iklim Berdasarkan unsur-unsur iklim yaitu curah hujan, suhu udara, dan kelembaban udara di Desa Cihideung, kondisi iklim tersebut sesuai untuk pengembangan budidaya tanaman hortikultura. Tanaman hortikultura yang dapat dikembangkan, yaitu: tanaman hias, tanaman buah, dan tanaman sayuran dataran tinggi. Kondisi iklim ini juga sangat menunjang untuk kegiatan wisata yang dapat memberikan kenyamanan bagi pengunjung yang ingin menikmati dan merasakan suasana yang sejuk. Berdasarkan data curah hujan, jumlah curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Desember sebesar 301 mm dan jumlah curah hujan terendah pada bulan Agustus sebesar 28 mm. Jumlah curah hujan yang tinggi di desa ini dapat menyebabkan tanah longsor sehingga berbahaya bagi penduduk dan pengunjung Desa Cihideung. Untuk mencegah tanah longsor, diperlukan penanaman tanaman pelindung pada area yang rawan longsor agar dapat menghindari bahaya ketika curah hujan tinggi.
53 Tanah Tanah Andosol Cokelat yang mendominasi di wilayah Desa Cihideung merupakan tanah yang subur dengan sifat fisik dan kimia yang sesuai dengan kondisi tanah yang diperlukan dalam pertanian. Hal tersebut mengakibatkan Desa Cihideung merupakan wilayah yang sangat cocok untuk pengembangan area pertanian, khususnya pertanian tanaman hortikultura. Namun, pada tanah Andosol Cokelat ini terdapat retensi P yang tinggi dan mudahnya tejadi pencucian unsur basa dari tanah yang dapat menyebabkan produktivitas tanah menurun sehingga diperlukan pemberian pupuk organik untuk meningkatkan kesuburan tanah agar produktivitas tanah meningkat. Topografi Berdasarkan keadaan topografi di Desa Cihideung sangat berpotensi dijadikan spot untuk menikmati pemandangan dan good view di Desa Cihideung. Namun, pada lahan yang memiliki kemiringan yang curam dapat berbahaya bagi manusia jika dilakukan aktivitas wisata yang berlebihan. Oleh karena itu, perlu adanya pemilihan lahan atau area yang sesuai untuk melakukan aktivitas wisata dan aktivitas lainnya. Penutupan Lahan Penutupan lahan di Desa Cihideung di dominansi oleh tegalan/ladang. Tegalan /ladang tersebut berupa area pertanian tanaman hias, tanaman sayur, dan tanaman buah. Dominansi lahan tersebut sangat sesuai untuk pengembangan agrowisata di Desa Cihideung. Selain itu, di Desa Cihideung juga terdapat area perkebunan yang dikelola oleh Perhutani, pemukiman penduduk, area persawahan, padang rumput, hutan semak belukar/alang-alang, danau/situ, dan lahan budidaya lain berupa budidaya ikan. Penutupan lahan tersebut juga dapat dijadikan potensi pendukung untuk pengembangan ragam jenis agrowisata di Desa Cihideung. Hidrologi Desa Cihideung memilki sumber air yang selalu tersedia dalam jumlah yang relatif cukup. Hal tersebut merupakan potensi yang sangat menujang untuk pengembangan pertanian khususnya tanaman hortikultura. Air yang digunakan untuk mengairi lahan pertanian didistribusikan melalui pipa-pipa atau selang menuju lahan-lahan pertanian. Namun, pipa-pipa/selang saluran air tersebut terlihat tidak rapi, terutama di sekitar jalan utama desa yang sering dilalui oleh pengunjung desa. Hal tersebut mengakibatkan ketidaknyamanan pengunjung yang datang ke desa sehingga diperlukan suatu penataan saluran air agar dapat terlihat lebih rapi. Aspek Biofisik Vegetasi dan Satwa Desa Cihideung ini merupakan desa yang sudah ditetapkan sebagai sentra tanaman lanskap. Hal tersebut sangat berpotensi jika dikembangkan menjadi kawasan agrowisata. Kegiatan agrowisata yang dapat dilakukan mulai dari
54 penyiapan bahan tanaman sampai dapat menikmati hasil pertanian dari kegiatan agrowisata tersebut. Keberadaan berbagai variasi tanaman hortikultura yang dibudidayakan oleh penduduk dapat berpotensi mendatangkan pengunjung dari luar desa. Namun, saat ini lahan pertanian yang semakin berkurang menyulitkan penduduk desa yang bermata pencaharian sebagai petani dalam membudidayakan tanaman lanskap. Selain itu, tidak adanya penyuluh pertanian yang ahli dalam hal tanaman lanskap terutama tanaman hias. Oleh karena itu, pemerintah harus membuat kebijakan yang tegas untuk mencegah terjadinya alih fungsi lahan yang menyebabkan lahan pertanian semakin berkurang dan perlu dihadirkannya penyuluh pertanian yang ahli dan mengerti tentang tanaman lanskap. Satwa ternak yang berpotensi dikembangkan di Desa Cihideung yang dapat mendukung kegiatan agrowisata adalah sapi perah. Hal tersebut dikarenakan berbagai variasi kegiatan yang dapat dikembangkan di peternakan sapi perah. Namun, lahan peternakan juga semakin berkurang dan modal membuat peternakan sapi perah yang cukup tinggi membuat hanya sebagian kecil penduduk yang mash memilki peternakan sapi perah dalam skala besar sehingga diperlukan kebijakan khusus dari pemerintah secara tegas untuk mencegah alih fungsi lahan menjadi lahan terbangun dan memberikan subsidi atau modal kepada peternak agar dapat mengembangkan peternakan sapi perah tersebut. Aspek Sosial Budaya Preferensi Masyarakat Berdasarkan hasil wawancara dengan tokoh masyarakat di Desa Cihideung didapatkan preferensi penduduk mengenai pengembangan agrowisata di Desa Cihideung yaitu penduduk sangat ingin mengembangkan agrowisata tanaman bunga potong dan peternakan sapi perah di Desa Cihideung. Pada dasarnya penduduk Desa Cihideung ingin tetap mempertahankan lanskap perdesaan yang ada di Desa Cihideung, penduduk juga berharap adanya desa yang memilki lahan luas sebagai pengembangan agrowisata yang seutuhnya. Penduduk Desa Cihideung juga sangat mendukung adanya pengembangan agrowisata jika adanya partisipasi dari pemerintah, seperti membuat kebijakan yang tidak hanya menguntungkan pihak tertentu serta adanya bantuan modal awal untuk membangun infrastruktur yang mendukung untuk kawasan agrowisata. Penduduk juga menginginkan keterlibatan secara aktif untuk saling bekerja sama mengembangkan kawasan agrowisata tersebut. Preferensi Pengunjung Berdasarkan hasil pengamatan preferensi terhadap pengunjung yang datang, pengunjung akan lebih tertarik berwisata ke desa jika lebih dioptimalkan kembali agrowisata yang bersinergis antara agrowisata pertanian, perikanan, peternakan, dan perkebunan sehingga dapat dikembangkan obyek dan atraksi wisata yang bernuansa alami. Pengunjung juga akan lebih tertarik datang ke Desa Cihideung jika terdapat kelengkapan sarana dan prasarana wisata yang menunjang kegiatan wisata.
55 Kelembagaan Kelembagaan di Desa Cihideung terdiri atas kelembagaan pemerintah, kelembagaan masyarakat, dan kelembagaan ekonomi. Fungsi dari kelembagaan pemerintah tersebut sangat membantu penduduk Desa Cihideung dalam menentukan kemajuan desa dalam berbagai bidang. Penduduk desa juga dapat menyalurkan aspirasi melalui kelembagaan pemerintah yang ada. Namun, kadangkala kelembagaan pemerintah tersebut melakukan kebijakan yang kurang sesuai dengan visi dan misi Desa Cihideung, seperti memberikan izin kepada pihak swasta dalam melakukan pembangunan pada lahan yang diperuntukan sebagai lahan pertanian atau lahan konservasi. Hal tersebut mengakibatkan kerugian bagi pengembangan pertanian di Desa Cihideung sehingga diperlukan kerjasama antara kelembagaan pemerintah dengan penduduk agar dapat menjaga lahan pertanian tetap lestari. Kelembagaan masyarakat yang terdapat di Desa Cihideung seperti Kelompok Tani dan Kelompok Peternak.. Melalui kelembagaan masyarakat tersebut penduduk dapat terlibat aktif dalam memajukan desa. Kelembagaan ekonomi yang terdapat di desa juga sangat membantu penduduk terutama dalam meningkatkan pendapatan masyarakat. Namun, hanya sedikit keterlibatan penduduk secara langsung dalam kelembagaan ekonomi. Hal tersebut mengakibatkan tidak sedikit penduduk terutama yang bermata pencaharian sebagai petani harus berhubungan dengan para tengkulak yang membeli hasil pertanian dengan harga yang murah. Oleh karena itu, diperlukan suatu kerjasama antar penduduk agar keberadaan kelembagaan ekonomi dapat terasa manfaatnya oleh seluruh penduduk. Penilaian Keberlanjutan Masyarakat Berdasarkan aspek ekologis kriteria perasaan terhadap tempat berada pada range nilai 0-24 yang menunjukan perlunya tindakan untuk mencapai keberlanjutan. Hal tersebut dapat dilihat dari jumlah penduduk Desa Cihideung yang semakin meningkat mengakibatkan pola konservasi terhadap alam semakin menurun dikarenakan adanya kebutuhan hidup yang harus dipenuhi dengan terus menerus memanfaatkan sumber daya alam tanpa berupaya melestarikannya. Pada kriteria ketersediaan, produksi, dan distribusi makanan berada pada range nilai 024 yang menunjukan perlunya tindakan untuk mencapai keberlanjutan. Hal tersebut dapat dilihat dari sumber pangan penduduk Desa Cihideung yang berasal dari luar desa sehingga membutuhkan energi lebih banyak dibandingkan jika sumber pangannya berasal dari dalam desa (produksi mandiri). Pada kriteria infrastruktur, bangunan, dan transportasi berada pada range nilai 0-24 yang menunjukan perlunya tindakan untuk mencapai keberlanjutan. Hal tersebut dapat dilihat dari bahan bangunan yang digunakan penduduk merupakan bahan yang berasal dari luar desa dan tidak alami, infrastruktur yang bergaya modern tidak sesuai dengan kondisi di suatu perdesaan, dan alat transportasi yang sebagian besar dimilki oleh individu, sehingga dapat meningkatkan polusi udara di area Desa Cihideung. Berdasarkan kriteria pola konsumsi dan pengolahan limbah padat serta limbah cair dan pengelolaan polusi air berada pada range nilai 0-24 yang menunjukan perlunya tindakan untuk mencapai keberlanjutan. Hal tersebut dapat dilihat dari ketersediaan dan pola konsumsi penduduk yang bukan
56 merupakan produk lokal dan penduduk belum mengetahui cara pemanfaatan limbah yang dihasilkan dari rumah tangga sehingga limbah rumah tangga tersebut jika dibiarkan saja dapat mencemari lingkungan desa. Pada kriteria sumber air, mutu, dan pola penggunaan berada pada range nilai 24-49 yang menunjukan suatu awal yang baik ke arah keberlanjutan. Hal itu dapat dilihat dari cara masyarakat menjaga sumber air yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup dalam bidang pertanian. Pada kriteria sumber dan penggunaan energi berada pada range nilai 24-49 yang menunjukan suatu awal yang baik ke arah keberlanjutan. Hal itu dapat dilihat dari penduduk cukup memperhatikan dalam pemenuhan kebutuhan energi yang tidak dapat diperbaharui, seperti meminimalkan penggunaan listrik pada siang hari. Berdasarkan hasil penilaian pada aspek ekologis tersebut perlu dilakukan upaya yang bersinergis antara semua pihak di dalam desa agar dapat mencapai keberlanjutan lingkungan yang lebih baik. Berdasarkan aspek sosial kriteria keterbukaan, kepercayaan keselamatan, ruang bersama berada pada range nilai 24-49 yang menunjukan suatu awal yang baik ke arah keberlanjutan. Hal itu dapat dilihat dari adanya kepercayaan dan keterbukaan antar penduduk di Desa Cihideung, keamanan saat berada di Desa Cihideung cukup terjaga, dan terdapat ruang dalam memenuhi aktivitas sosial dalam kehidupan bermasyarakat untuk berdiskusi hingga untuk berkumpul santai. Pada kriteria aliran komunikasi, gagasan, dan informasi berada pada range nilai 24-49 yang menunjukan suatu awal yang baik ke arah keberlanjutan. Hal itu dapat dilihat dari adanya suatu forum untuk menyampaikan aspirasi penduduk kepada lembaga pemerintah desa, akses sumber informasi juga didapatkan dengan mudah oleh penduduk Desa Cihideung. Pada kriteria jaringan pencapaian dan jasa berada pada range nilai 24-49 yang menunjukan suatu awal yang baik ke arah keberlanjutan. Hal itu dapat dilihat dari penduduk dapat memperoleh informasi dalam berbagai sumber dan tersedianya pelayanan untuk membantu penduduk dalam mengatasi kebutuhan sehari-hari. Pada kriteria keberlanjutan sosial berada pada range nilai 24-49 yang menunjukan suatu awal yang baik ke arah keberlanjutan. Hal itu dapat dilihat dari adanya sikap toleransi dalam kehidupan bermasyarakat dan beragama yang dilakukan oleh penduduk Desa Cihideung dan keterlibatan secara aktif penduduk dalam melakukan musyawarah bersama. Pada kriteria pendidikan berada pada range nilai 24-49 yang menunjukan suatu awal yang baik ke arah keberlanjutan. Hal itu dapat dilihat dari adanya kesempatan yang sama bagi penduduk untuk mendapatkan dan melanjutkan pendidikan sesuai dengan kemampuan penduduk Desa Cihideung. Pada kriteria pelayanan kesehatan berada pada range nilai 24-49 yang menunjukan suatu awal yang baik ke arah keberlanjutan. Hal itu dapat dilihat dari terdapat pelayanan kesehatan untuk penduduk di dalam Desa Cihideung dan tingkat kesehatan penduduk yang relatif cukup baik. Pada kriteria keberlanjutan ekonomi yang sehat berada pada range nilai 24-49 yang menunjukan suatu awal yang baik ke arah keberlanjutan. Hal itu dapat dilihat dari pendapatan penduduk yang sebagian besar sebagai petani/pengusaha tanaman hias dapat memenuhi kebutuhan hidup keluarganya dan keterlibatan beberapa penduduk dalam kelembagaan ekonomi yang dapat lebih meningkatkan pendapatan. Berdasarkan penilaian seluruh kriteria aspek sosial menunjukan suatu awal yang baik ke arah keberlanjutan. Namun, tetap harus dilakukan upaya-upaya untuk mencapai suatu keberlanjutan masyarakat yang lebih baik.
57 Berdasarkan aspek spiritual kriteria keberlanjutan budaya berada pada range nilai 24-49 yang menunjukan suatu awal yang baik ke arah keberlanjutan. Hal itu dapat dilihat dari kebudayaan tradisional yang masih dipelihara dalam kehidupan penduduk sehari-hari, seperti kebudayaan Sasapian dan Ritual IrungIrung yang dilaksanakan setahun sekali. Pada kriteria seni dan kesenian berada pada range nilai 0-24 yang menunjukan perlunya tindakan untuk mencapai keberlanjutan. Hal itu dapat dilihat dari frekuensi keterlibatan penduduk dalam kegiatan kesenian yang relatif kurang karena hanya dilakukan minimal setahun sekali. Berdasarkan kriteria keberlanjutan spiritual berada pada range nilai 24-49 yang menunjukan suatu awal yang baik ke arah keberlanjutan. Hal itu dapat dilihat dari adanya kebebasan beragama dengan tetap menjunjung tinggi sikap toleransi antar agama, adanya kegiatan keagamaan secara rutin yang dilakukan oleh penduduk Desa Cihideung, seperti pengajian rutin, shalat berjamaah di mesjid, dan lainnya. Pada kriteria keterikatan masyarakat berada pada range nilai 24-49 yang menunjukan suatu awal yang baik ke arah keberlanjutan. Hal itu dapat dilihat dari adanya rasa kepedulian dan toleransi antar penduduk, adanya kesempatan untuk berkumpul bersama. Pada kriteria gaya pegas masyarakat berada pada range nilai 24-49 yang menunjukan suatu awal yang baik ke arah keberlanjutan. Hal itu dapat dilihat dari adanya sikap saling bekerja sama, membantu sesama penduduk Desa Cihideung jika sedang mengalami kesulitan. Pada kriteria holographic baru dan pandangan dunia berada pada nilai 50+ yang menunjukan kemajuan yang sempurna ke arah keberlanjutan. Hal itu dapat dilihat dari adanya sikap tanggung jawab, kepedulian, saling menghargai antar penduduk walaupun berada dalam perbedaan di dalam kehidupan bermasyarakat di Desa Cihideung. Pada kriteria perdamaian dan kesadaran global berada pada nilai 50+ yang menunjukan kemajuan yang sempurna ke arah keberlanjutan. Hal itu dapat dilihat dari adanya sikap penduduk dalam menerima kebenaran dan pengaruh dari luar desa untuk kemajuan yang lebih baik dengan tetap memperhatikan adat istiadat yang sudah ada di Desa Cihideung. Berdasarkan seluruh penilaian kriteria pada aspek spiritual menunjukan suatu awal yang baik ke arah keberlanjutan. Potensi Agrowisata Potensi Lanskap Pertanian Berdasarkan penilaian kriteria kelayakan daerah agrowisata antara lain obyek dan atraksi berbasis pertanian, obyek dan atraksi alami, obyek dan atraksi budaya/sosial obyek dan atraksi sejarah, sumberdaya rekreasi dan tempat perbelanjaan, akses, dan letak dari jalan utama (Smith, 1989) yang telah dilakukan pada 4 dusun di Desa Cihideung (Kancah, Panyairan, Cihideung, dan Nyingkir diperoleh area yang berpotensi dikembangkan untuk agrowisata. Hasil penilaian kelayakan potensi agrowisata tersebut dapat dilihat pada Tabel 22.
58 Tabel 22 Kelayakan kawasan agrowisata di Desa Cihideung Dusun Kancah Panyairan Cihideung Nyingkir
40 4 4 3 2
Kelayakan kawasan agrowisata (%) 15 10 5 10 10 5 3 2 3 1 3 3 4 2 4 4 4 4 3 2 1 3 3 3 3 2 1 3 3 3
5 3 4 3 4
Σ KKA 3,10 3,80 2,80 2,45
Rangking II I III IV
Keterangan Bobot Kelayakan 40% : Obyek dan atraksi berbasis pertanian 15% : Obyek dan atraksi alami 10% : Obyek dan atraksi sosial/budaya 5% : Obyek dan atraksi sejarah 10% : Sumberdaya rekreasi dan tempat perbelanjaan 10% : Akses 5% : Letak dari jalan utama 5% : Sarana wisata Rangking Peringkat 1 : Sangat berpotensi (sangat layak) Peringkat 2 : Berpotensi (layak) Peringkat 3 : Cukup berpotensi (cukup layak) Peringkat 4 : Kurang berpotensi (kurang layak)
Kualitas Lanskap Desa Cihideung merupakan desa yang masih memilki pemandangan yang asri. Hal tersebut dapat terlihat dari penataan tanaman hias di wilayah Desa Cihideung. Posisi ketinggian yang bervariasi di Desa Cihideung juga mempengaruhi pemandangan yang dapat dilihat. Namun, di Desa Cihideung ini masih terdapat lahan kosong yang belum termanfaatkan. Lahan tersebut hanya ditumbuhi semak belukar. Selain itu, karakter bangunan dan pemukiman yang sebagian besar bergaya modern dirasakan kurang menyatu dengan alam sehingga terlihat belum menyatunya karakter desa yang asri dengan bangunan dan pemukiman yang ada. Oleh karena itu, lahan yang masih kosong tersebut dapat dimanfaatkan untuk area pembudidayaan tanaman dan perlu dilakukan penataan bangunan dan pemukiman. Hal tersebut dilakukan agar dapat mendukung suasana desa yang masih asri di Desa Cihideung ini. Potensi Agrowisata di Desa Cihideung Beberapa unsur yang terdapat di Desa Cihideung yang dapat dikembangkan untuk agrowisata, yaitu: a) Attractions Berdasarkan potensi atraksi yang terdapat di Desa Cihideung adalah kebun tanaman hortikultura, keindahan alam desa, keindahan display tanaman hias yang siap dijual. Namun, lokasi kebun yang berjauhan menyulitkan untuk dapat menghubungkan atraksi wisata dengan atraksi wisata lainnya dan belum tersedianya tenaga yang terampil untuk melakukan pelayanan wisata yang ideal di Desa Cihideung ini sehingga diperlukan suatu akses yang memudahkan
59 pengunjung saat melakukan atraksi wisata di desa dan pelatihan secara khusus untuk penduduk desa agar dapat memberikan pelayanan wisata yang ideal b) Facilities Fasilitas yang termasuk sarana dan prasarana di Desa Cihideung sudah termasuk lengkap. Namun, keberadaan sarana dan prasarana tersebut juga menyebar yang membuat kurang terorganisir dengan baik. Sarana dan fasilitas yang dibutuhkan untuk kegiatan wisata, terdiri atas: 1. Akses menuju lokasi Akses masuk menuju Desa Cihideung dapat dilalui melalui 3 jalur, yaitu jalur dari selatan (melewati Jl. Sersan Bajuri), jalur dari barat (melewati Jl. Sukajadi), dan jalur dari timur (dari arah Lembang). Badan jalan yang terdapat di Desa Cihideung sudah cukup baik. Namun, badan jalan menuju desa yang kurang baik karena berbatu dan tergenang air jika hujan sehingga diperlukan perbaikan badan jalan dan pembatasan kendaraan agar kondisi badan jalan dapat lebih terpelihara. Vegetasi yang terdapat di jalan desa masih kurang terutama pada area yang curam kurang adanya vegetasi pelindung dari bahaya longsor sehingga diperlukan penambahan vegetasi di area yang curam agar dapat meminimalkan bahaya ketika longsor. Fasilitas jalan desa tergolong kurang karena kurangnya pencahayaan pada malam hari. Sumber cahaya hanya didapatkan dari kendaraan yang melintas dan tidak adanya jalur pedestrian untuk pengunjung yang ingin menikmati suasana desa dengan berjalan kaki sehingga diperlukan penambahan penerangan jalan dan pembuatan jalur pedestrian yang ideal. Jenis kendaraan yang masuk ke desa bermacam-macam, seperti truk pengangkut barang, mobil pribadi, bus pariwisata, angkutan umun, dan motor. 2. Pintu gerbang Terdapat dua pintu gerbang utama Desa Cihideung yang berada di utara dan selatan. Namun, pintu gerbang yang ada kurang mencerminkan Desa Cihideung dan tidak terkontrolnya kendaraan yang masuk ke desa. Oleh karena itu, diperlukan penataan pintu gerbang agar lebih menarik dengan mencirikan Desa Cihideung dan membuat aturan kendaraan masuk desa agar lebih terkontrol. 3. Tempat parkir Fasilitas tempat parkir kendaraan di Desa Cihideung belum ada karena ketika pengunjung datang hanya dapat memarkirkan kendaraannya di pinggir jalan saja atau di restoran yang memiliki sedikit area parkir. Hal tersebut mengakibatkan pengunjung kesulitan jika ingin memarkirkan kendaraanya dan kadangkala menimbulkan kemacetan jika terlalu banyak kendaraan yang parkir di pinggir jalan sehingga perlu diperuntukan lahan khusus untuk parkir pengunjung Desa Cihideung di beberapa area agar dapat memberikan fasilitas yang nyaman bagi pengunjung. 4. Pusat informasi Pusat informasi di Desa Cihideung tidak aktif dikarenakan tidak ada pengurus yang mengurusi bagian informasi tersebut sehingga perlu diaktifkan kembali melalui peran serta aktif penduduk desa agar dapat memberikan pelayanan kepada pengunjung Desa Cihideung.
60 5. Papan informasi Papan informasi yang khusus menjelaskan tentang Desa Cihideung tidak ada hanya terdapat papan informasi penunjuk jalan dan papan reklame beberapa obyek wisata yang ada di desa sehingga perlu adanya papan informasi tentang Desa Cihideung agar dapat memperkenalkan desa ini kepada pengunjung yang datang dari luar desa. 6. Sirkulasi jalan dalam kawasan Sirkulasi jalan dalam kawasan sudah cukup baik untuk dilalui kendaraan. Namun, kondisi kawasan yang memiliki ketinggian yang berbeda-beda menyebabkan para pengguna kendaraan harus berhati-hati jika melewati sirkulasi jalan sehingga diperlukan penanda dapat berupa vegetasi pengarah atau papan penunjuk arah di sepanjang sirkulasi jalan dalam kawasan Desa Cihideung. 7. Shelter Tidak terdapat shelter di Desa Cihideung sehingga diperlukan penambahan shelter untuk mengakomodasi pengunjung wisata. 8. Toilet Fasilitas toilet sudah tersebar di beberapa area desa. Namun, toilet tersebut merupakan toilet yang menyatu dengan fasilitas tempat ibadah. Dilihat dari kebersihan dan kenyamanannya belum memenuhi standar di dalam suatu kawasan wisata sehingga diperlukan penataan toilet agar dapat memberikan kenyamanan bagi pengunjung. 9. Tempat ibadah Tempat ibadah terutama mesjid di Desa Cihideung sudah tersedia dengan cukup baik sehingga dapat memudahkan pengunjung yang ingin melaksanakan kegiatan ibadah ketika sedang berkunjung di Desa Cihideung. c) Infrastructure Infrastruktur yang terdapat di Desa Cihideung, terdiri atas: 1. Sistem pengairan Sistem pengairan di Desa Cihideung cukup baik dan lancar. Hal tersebut dikarenakan sumber airnya berasal dari mata air yang selalu ada airnya dan tidak pernah mengalami kekeringan. Namun, sumber mata air tidak dapat dikonsumsi langsung karena memilki pH yang relatif asam. Hal tersebut menyebabkan sebagian besar penduduk menggunakan air PAM atau air mineral untuk dikonsumsi. Oleh karena itu, jika ingin menggunakan sumber air dari mata air untuk dikonsumsi diperlukan pengolahan air terlebih dahulu agar pH air tersebut mendekati netral. 2. Jaringan komunikasi Jaringan komunikasi berjalan cukup lancar ketika berada di Desa Cihideung. 3. Fasilitas kesehatan Terdapat beberapa fasilitas kesehatan yang dapat dimanfaatkan oleh penduduk atau pengunjung Desa Cihideung. 4. Terminal pengangkutan Desa Cihideung tidak memiliki terminal pengangkutan di dalam wilayahnya. Namun, terdapat terminal pengngkutan dekat dengan Desa Cihideung yaitu Terminal Parongpong dan Terminal Ledeng. Terminal tersebut merupakan terminal tipe C. Terminal tipe C merupakan terminal
61 yang berisi angkutan umum dalam kota atau dalam daerah. Keberadaan terminal tersebut sangat membantu penduduk dan pengunjung desa yang ingin melakukan mobilisasi dari dalam atau ke luar desa. 5. Sumber listrik dan energi Sumber listrik di Desa Cihideung cukup lancar. Sebagian penduduk menggunakan sumber energi yang berasal dari alam, seperti energi cahaya pada siang hari diperoleh dari sinar matahari dengan pemanfaatan bukaan pada suatu bangunan. 6. Sistem pembuangan kotoran/pembuangan air Sistem pembuangan kotoran/pembuangan air cukup baik. Namun, saat hujan kadangkala saluran air meluap karena tersumbat oleh sampa sehingga diperlukan pembersihan secara rutin dan membiasakan untuk tidak membuang sampah sembarangan. 7. Jalan raya Terdapat jalan raya di Desa Cihideung yaitu Jl Sersan Bajuri. Keberadaan jalan raya tersebut sangat membantu pengunjung dalam menemukan Desa Cihideung dan melakukan mobilisasi. 8. Sistem keamanan Sistem keamanan desa cukup baik dikarenakan sikap penduduk yang saling menjaga keamanan desa. d) Transportation Transportasi umum yang digunakan di Desa Cihideung adalah angkutan umum dan ojeg. Hal tersebut cukup memudahkan pengunjung yang tidak membawa kendaraan pribadi dapat tetap berkunjung ke desa. Sistem keamanan penumpang angkutan umum tersebut cukup aman. Namun, kadangkala dapat membahayakan karena mobil angkutan umum yang digunakan sudah rusak atau tidak kuat untuk dipakai sehingga diperlukan pemilihan mobil operasional angkutan umum yang berada dalam kondisi yang baik. Terdapat sistem informasi perjalanan di Desa Cihideung berupa papan penunjuk arah menuju lokasi tertentu. Kepastian tarif kendaraan yang melewati Desa Cihideung cukup jelas karena dapat dilihat pada papan informasi dari Dinas Perhubungan Kab. Bandung Barat. e) Hospitality Desa Cihideung memiliki budaya kesenian Sasapian yang dapat menarik pengunjung. Sikap ramah dan keterbukaan penduduk desa juga dapat membuat pengunjung dari luar desa merasa nyaman. Wisata Pendukung Kampung Gajah berpotensi untuk dikembangkan sebagai alternatif wisata di Desa Cihideung. Namun, konsep modern yang diciptakan tidak sesuai dengan latar belakang Desa Cihideung yang memiliki suasana perdesaan sehingga perlu adanya penyesuaian tema dan konsep wisata yang lebih menekankan kepada wisata alam. Kampung Daun juga merupakan wisata pendukung untuk menikmati ragam budaya tradisional. Namun, pengelolaan yang ada belum melibatkan peran serta penduduk Desa Cihideung secara langsung sehingga perlu adanya keterlibatan penduduk desa agar dapat merasakan manfaat dari adanya program wisata tersebut.
62 Seni budaya dan tradisi masyarakat desa sangat berpotensi dikembangkan sebagai bagian dari agrowisata Desa Cihideung dan dapat menjadi daya tarik pengunjung. Namun, belum diketahui secara meluas oleh pengunjung tentang seni budaya dan tradisi ini sehingga belum banyak menarik perhatian pengunjung. Oleh karena itu, perlu adanya publikasi dan pengenalan secara meluas tentang segala seni budaya dan tradisi Desa Cihideung agar dapat memperkaya pengetahuan dan pengalaman pengunjung yang datang. Analisis SWOT Strategi pengembangan Desa Cihideung menjadi kawasan agrowisata dapat ditentukan dengan menggunakan analisis terhadap faktor yang mempengaruhinya. Faktor tersebut adalah faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal terdiri atas kekuatan (strenght) dan kelemahan (weakness) serta faktor eksternal terdiri atas peluang (opportunity) dan kelemahan (threat). Identifikasi Faktor Strategis Internal Faktor strategis internal adalah faktor yang dimiliki oleh tapak. Faktor ini ditentukan berdasarkan hasil pengamatan di lapangan serta diskusi dengan tokoh masyarakat desa dan dinas terkait. a. Kekuatan 1. Lingkungan desa yang sesuai untuk pengembangan agrowisata Desa Cihideung merupakan desa yang sesuai untuk pengembangan agrowisata. Hal tersebut dikarenakan iklim dan kondisi lingkungan yang sesuai serta aksesibilitas yang mudah untuk digunakan para pengunjung yang ingin berkunjung ke Desa Cihideung. 2. Terdapat keragaman tanaman lanskap yang dibudidayakan penduduk desa Keragaman tanaman lanskap yang dibudidayakan dapat dijadikan daya tarik bagi pengunjung. Pengunjung dapat menikmati pemandangan tanaman lanskap yang ditata sepanjang jalan utama desa (Jl. Sersan Bajuri). Pengunjung juga dapat melihat kegiatan budi daya tanaman lanskap tersebut di kebun-kebun petani. Selain itu, pengunjung dapat membawa pulang tanaman yang diinginkan untuk dipelihara sendiri. 3. Terdapat SDM sebagai petani tanaman lanskap Sebagian besar penduduk Desa Cihideung bermata pencaharian sebagai petani. Hal tersebut sangat mendukung keberlanjutan pengembangan bididaya tanaman lanskap sebagai komoditas tanaman utama Desa Cihideung. 4. Terdapat perternakan sapi Perternakan sapi ini dapat dijadikan sebagai obyek dan atraksi wisata yang diintegrasikan dengan wisata pertanian. 5. Terdapat lembaga masyarakat yang membantu penduduk Lembaga masyarakat tersebut sangat berperan dalam membantu perekonomian penduduk desa. Beberapa lembaga masyarakat yang terdapat di Desa Cihideung adalah Kelompok Tani, Kelompok Peternak Sapi, Koperasi Sapi.
63 b. Kelemahan 1. Keterbatasan pengetahuan penduduk dalam menjaga lingkungan lestari Keterbatasan pengetahuan penduduk dalam menjaga lingkungan lestari dapat dilihat dari belum adanya upaya pemanfaatan atau pengolahan limbah yang dihasilkan. 2. Kurangnya sikap saling bekerja sama antar penduduk desa Penduduk Desa Cihideung terlihat kurang perduli antar sesama penjual tanaman lanskap. 3. Belum adanya tenaga ahli Belum adanya tenaga ahli, yaitu tidak ada penyuluh pertanian yang mengerti dan memahami tanaman lanskap secara utuh. Selain itu, belum banyaknya penduduk yang siap untuk memberikan pelayanan wisata secara lengkap. Identifikasi Faktor Strategis Eksternal Identifikasi faktor strategis eksternal adalah faktor dari luar yang mempengaruhi tapak. Faktor ini ditentukan berdasarkan hasil pengamatan di lapangan serta diskusi dengan tokoh masyarakat desa dan dinas terkait. a. Peluang 1. Jumlah pengunjung yang semakin meningkat Jumlah pengunjung wisata semakin meningkat dikarenakan adanya kebutuhan manusia akan tempat wisata, tingkat pendidikan, dan status sosial yang semakin tinggi sehingga Desa Cihideung merupakan desa yang dapat dijadikan destinasi wisata dalam bidang agrowisata. 2. Program pemerintah kabupaten untuk menjadikan sebagai destinasi wisata Pemerintah sangat mendukung pengembangan Desa Cihideung menjadi destinasi wisata. Hal tersebut terlihat dari adanya program pelatihan bagi penduduk desa dan bantuan dana secara langsung kepada pengusaha di Desa Cihideung. 3. Keinginan penduduk Desa Cihideung untuk meningkatkan pendapatan masyarakat Melalui pengembangan Desa Cihideung menjadi kawasan agrowisata akan meningkatkan pendapatan penduduk. Penduduk dapat mengembangkan potensi desa dan kemampuan diri masing-masing penduduk. b. Ancaman 1. Alih fungsi lahan menjadi lahan terbangun Adanya alih fungsi lahan menjadi lahan terbangun yang dilakukan oleh pihak pengembang yang semakin meningkat merupakan suatu ancaman yang dikhawatirkan terjadi di Desa Cihideung. Hal tersebut mengakibatkan lahan pertanian semakin berkurang. 2. Eksploitasi lingkungan desa Penggunaan lahan di desa secara berlebihan tanpa memperhatikan kelestarian lingkungan dikhawatirkan dapat menurunkan kualitas lingkungan sehingga perlu adanya pembatasan yang jelas agar tidak terjadi eksploitasi lingkungan di Desa Cihideung. Meningkatnya pengguna atau pengunjung Desa Cihideung dikhawatirkan terjadinya over carrying capacity yang akan mengganggu kelestarian lingkungan Desa Cihideung.
64 3. Bencana alam yang tidak dapat diprediksi Adanya potensi bencana alam yang tidak dapat diprediksi dapat mempengaruhi kegiatan agrowisata di desa. Bencana alam yang mungkin terjadi adalah longsor dan gunung meletus. Hal tersebut dikarenakan posisi Desa Cihideung yang berkontur dan dekat dengan gunung berapi. 4. Adanya obyek wisata lain Berkembangnya obyek wisata modern seperti De Ranch, Kampoeng Gajah dapat mempengaruhi jumlah pengunjung yang datang ke Desa Cihideung. 5. Adanya urbanisasi Posisi Desa Cihideung yang berada di kawasan kabupaten dapat memicu terjadinya urbanisasi yaitu perpindahan penduduk dari desa ke kota. perpindahan penduduk tersebut dapat disebabkan karena faktor ingin memperbaiki perekonomian keluarga dengan mencari pekerjaan di kota, memperoleh pendidikan yang lebih tinggi dan baik. Penilaian Faktor Strategis Internal dan Faktor Strategis Eksternal Setiap faktor strategis internal dan eksternal masing-masing diberi penilaian berdasarkan tingkat kepentingannya. Nilai tersebut ditentukan oleh pengaruh setiap faktor terhadap pengembangan kawasan agrowisata di Desa Cihideung. Tabel 23 dan Tabel 24. Simbol S1 S2 S3 S4 S5 Simbol W1 W2 W3
Tabel 23 Tingkat kepentingan faktor internal Faktor kekuatan (strength) Tingkat kepentingan Lingkungan desa yang sesuai untuk Kekuatan yang sangat pengembangan agrowisata besar Terdapat keragaman tanaman lanskap yang Kekuatan yang besar dibudidayakan penduduk desa Terdapat SDM sebagai petani tanaman Kekuatan yang sangat lanskap besar Terdapat perternakan sapi Kekuatan yang besar Terdapat lembaga masyarakat yang Kekuatan yang besar membantu penduduk Faktor kelemahan (weakness) Tingkat kepentingan Keterbatasan pengetahuan penduduk dalam Kelemahan yang berarti menjaga lingkungan lestari Kurangnya sikap saling bekerja sama antar Kelemahan yang sangat penduduk desa berarti Belum adanya tenaga ahli Kelemahan yang cukup berarti
65
Simbol O1 O2 O3 Simbol T1 T2 T3 T4 T5
Tabel 24 Tingkat kepentingan faktor eksternal Faktor peluang (opportunity) Tingkat kepentingan Jumlah pengunjung yang semakin Peluang yang sangat besar meningkat Program pemerintah kabupaten untuk Peluang yang sangat besar menjadikan sebagai destinasi wisata Keinginan penduduk Desa Cihideung untuk Peluang yang besar meningkatkan pendapatan masyarakat Faktor Ancaman (threat) Tingkat kepentingan Alih fungsi lahan menjadi lahan terbangun Ancaman yang sangat besar Eksploitasi lingkungan desa Ancaman yang besar Bencana alam yang tidak dapat diprediksi Ancaman yang besar Adanya obyek wisata lain Ancaman yang cukup besar Adanya urbanisasi Ancaman yang sangat besar
Pembuatan Matriks Internal Faktor Evaluation (IFE) dan Matriks Eksternal Faktor Evaluation (EFE) Setelah memperoleh nilai tingkat kepentingan dari faktor internal dan eksternal, dilakukan pembobotan dengan metode Paired Comparison. Hasil pembobotan tersebut dapat dilihat pada Tabel 25 dan Tabel 26. Tabel 25 Matriks Eksternal Factor Evaluation (EFE) Faktor strategis eksternal Peluang (Opportunity) Jumlah pengunjung yang semakin meningkat Program pemerintah kabupaten untuk menjadikan sebagai destinasi wisata Keinginan penduduk Desa Cihideung untuk meningkatkan pendapatan masyarakat Ancaman (Threat) Alih fungsi lahan menjadi lahan terbangun Eksploitasi lingkungan desa Bencana alam yang tidak dapat diprediksi Adanya obyek wisata lain Adanya urbanisasi Total
Bobot
Rating
Skor
0.16 0.16
4 4
0.64 0.64
0.10
3
0.30
0.17 0.10 0.10 0.06 0.17 1
1 2 2 3 1 20
0.17 0.20 0.20 0.18 0.17 2.50
66 Tabel 28 Matriks Internal Factor Evaluation (IFE) Faktor strategis internal Bobot Rating Kekuatan (Strength) Lingkungan desa yang sesuai untuk 0.17 4 pengembangan agrowisata Terdapat keragaman tanaman lanskap yang 0.10 3 dibudidayakan penduduk desa Terdapat SDM sebagai petani tanaman lanskap 0.17 4 Terdapat perternakan sapi 0.10 3 Terdapat kelembagaan masyarakat yang 0.10 3 membantu penduduk Kelemahan (Weakness) Keterbatasan pengetahuan penduduk dalam 0.10 2 menjaga lingkungan lestari Kurangnya sikap saling bekerja sama antar 0.17 1 penduduk desa Belum adanya tenaga ahli 0.06 3 Total 1 23
Skor 0.68 0.30 0.68 0.30 0.30
0.20 0.17 0.18 2.81
Selanjutnya, bobot dari setiap faktor dikalikan dengan nilai tingkat kepentingannya untuk memperoleh skor pembobotan. Hasil skor pembobotan tersebut dapat dilihat pada Tabel 27 dan Tabel 28. Matriks IFE dan EFE tersebut dgunakan untuk membuat peringkat prioritas strategi pengembangan kawasan agrowisata di Desa Cihideung. Simbol S1 S2 S3 S4 S5 W1 W2 W3
S1
Simbol O1 O2 O3 T1 T2 T3 T4 T5
O1
1 2 1 1 1 2 1
2 1 2 1 1 1 2
Tabel 26 Penilaian bobot strategis internal S3 S4 S5 W1 W2 W3 2 3 3 3 2 4 1 2 2 2 1 3 3 3 3 2 4 1 2 2 1 3 1 2 2 1 3 1 2 2 1 3 2 3 3 3 4 1 1 1 1 1 Total
Total Bobot 20 0.17 12 0.10 20 0.17 12 0.10 12 0.10 12 0.10 20 0.17 7 0.06 115 1
Tabel 27 Penilaian bobot strategi eksternal O2 O3 T1 T2 T3 T4 T5 2 3 2 3 3 3 2 3 2 3 3 3 2 1 1 2 2 3 1 2 3 3 3 4 2 1 2 1 2 3 1 1 2 1 2 3 1 1 1 1 1 1 1 2 3 2 3 3 4 Total
Total Bobot 18 0.16 18 0.16 11 0.10 19 0.17 11 0.10 11 0.10 7 0.06 19 0.17 114 1
S2 3 3 2 2 2 3 1
Pembuatan Matriks Internal Eksternal (IE) Berdasarkan perhitungan IFE dan EFE diketahui kondisi internal dan eksternal di Desa Cihideung sebesar 2.81 untuk total skor kondisi internal dan sebesar 2.5 untuk total skor kondisi eksternal. Berdasarkan skor yang didapat dari
67 pembobotan ranking tersebut. Maka dapat diketahui posisi Desa Cihideung pada kuadran tertentu yang dapat menyatakan kekuatan dan kelemahan melalui matriks internal eksternal IE. Matriks IE tersebut memiliki 2 dimensi kunci, yaitu skor total matriks IFE pada Sumbu x dan total matriks EFE pada Sumbu y. Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan posisi kuadran Desa Cihideung dapat dilihat pada Gambar 49.
Gambar 49 Matriks internal eksternal (IE)
Berdasarkan nilai total skor IFE dan EFE, Desa Cihideung berada pada posisi Kuadran V. Posisi tersebut menunjukan bahwa Desa Cihideung berada pada posisi Hold and Maintain. Berdasarkan matriks tersebut maka dapat disusun strategi pengembangan kawasan agrowisata yang dapat digunakan oleh penduduk Desa Cihideung dan pemerintah setempat akan diperoleh matriks SWOT. Matriks SWOT Setelah melakukan identifikasi faktor internal dan eksternal dapat diperoleh strategi pengembangan kawasan agrowisata yang sesuai dengan menggunakan matriks SWOT. Matriks SWOT tersebut dapat dilihat pada Tabel 29.
68 Tabel 29 Matriks SWOT
Faktor eksternal Peluang (Opportunity) (O1) Jumlah pengunjung yang semakin meningkat (O2) Program pemerintah kabupaten untuk menjadikan sebagai destinasi wisata (O3) Keinginan penduduk Desa Cihideung untuk meningkatkan pendapatan Faktor internal masyarakat Kekuatan (Strenght) Strategi SO (S1) Lingkungan desa 1. Melengkapi sarana dan yang sesuai untuk prasarana yang pengembangan menunjang kegiatan agrowisata agrowisata (S2) Terdapat keragaman 2. Menjadikan kegiatan tanaman lanskap yang budidaya tanaman dibudidayakan penduduk lanskap sebagai atraksi desa wisata perternakan sapi (S3) Terdapat SDM sebagai bagian sebagai petani tanaman agrowisata yang dapat lanskap menarik pengunjung (S4) Terdapat 3. Memberdayakan perternakan sapi kelembagaan masyarakat (S5) Terdapat untuk pengembangan kelembagaan masyarakat agrowisata yang membantu penduduk Kelemahan (Weakness) Strategi WO (W1) Keterbatasan 1. Memberikan pengetahuan penduduk himbauan/arahan agar dalam menjaga dapat menjaga lingkungan lestari kelestarian lingkungan (W2) Kurangnya sikap 2. Meningkatkan sikap saling bekerja sama antar saling bekerja sama penduduk desa untuk membangun (W3) Belum adanya kehidupan desa yang tenaga ahli sejahtera antar penduduk 3. Memberikan pelatihan pertanian kepariwisataan, dan perekonomian dari pemerintah
Ancaman (Threath) (T1) Alih fungsi lahan menjadi lahan terbangun (T2) Eksploitasi lingkungan desa (T3) Bencana alam yang tidak dapat diprediksi (T4) Adanya obyek wisata lain (T5) Adanya urbanisasi Strategi ST 1. Mendayagunakan lahan untuk menciptakan kegiatan agrowisata yang bervariasi dan menarik 2. Memanfaatkan lahan untuk budidaya tanaman lanskap untuk mendukung kegiatan agrowisata berkelanjutan 3. Meningkatkan peran penduduk desa
Strategi WT 1. Melakukan kegiatan konservasi pada daerah yang rawan bencana 2. Meningkatkan sikap perduli dalam menjaga kelestarian lingkungan desa untuk kemajuan bersama 3. Meningkatkan keterampilan penduduk dalam mengembangkan obyek dan atraksi agrowisata
69 Pembuatan Tabel Ranking Alternatif Strategi Penentuan ranking alternatif diperoleh berdasarkan nilai yang didapatkan dari analisis kuantitatif terhadap skor pembobotan faktor internal dan eksternal. Setelah semua alternatif strategi mendapatkan nilai, kemudian disusun urutan ranking dari strategi yang memiliki total nilai yang terbesar hingga yang terkecil. Hasil urutan ranking tersebut dapat dilihat pada Tabel 30. Tabel 30 Perangkingan alternatif strategi No
Alternatif strategi
1
Melengkapi sarana dan prasarana yang menunjang kegiatan agrowisata Menjadikan kegiatan budidaya tanaman lanskap sebagai atraksi wisata dan perternakan sapi sebagai bagian agrowisata yang dapat menarik pengunjung Memberdayakan kelembagaan masyarakat untuk pengembangan agrowisata Mendayagunakan lahan untuk menciptakan kegiatan agrowisata yang bervariasi dan menarik Memanfaatkan lahan untuk budidaya tanaman lanskap untuk mendukung kegiatan agrowisata berkelanjutan Meningkatkan peran penduduk desa Memberikan himbauan/arahan agar dapat menjaga kelestarian lingkungan Meningkatkan sikap saling bekerja sama untuk membangun kehidupan desa yang sejahtera antar penduduk Memberikan pelatihan pertanian kepariwisataan, dan perekonomian oleh pemerintah Melakukan kegiatan konservasi pada daerah yang rawan bencana Meningkatkan sikap perduli dalam menjaga kelestarian lingkungan desa untuk kemajuan bersama Meningkatkan keterampilan penduduk dalam mengembangkan obyek dan atraksi agrowisata
2
3 4
5
6 7 8
9
10 11
12
Faktor yang berpengaruh S1, O1, O2
Total nilai 1.96
Ranking
S2, S4, O1, O3
1.54
II
S5, O2
0.94
IV
S1, S4, T1, T4
1.33
III
S2, T2
0.5
X
S3, T5 W1, O1
0.85 0.84
V VI
W2, O3
0.47
XI
W3, O2
0.82
VII
W1, T3
0.40
XII
W2, T1, T2
0.54
VIII
W3, T4, T5
0.53
IX
I
Sintesis Potensi Lanskap Pertanian untuk Pengembangan Agrowisata Berdasarkan hasil inventarisasi dan analisis, Desa Cihideung merupakan desa yang memilki karakter lanskap pertanian. Karakter lanskap pertanian tersebut didominansi oleh tanaman lanskap dan peternakan sapi perah. Tanaman lanskap tersebut dibudidayakan oleh penduduk Desa Cihideung. Tanaman lanskap yang dibudidayakan adalah tanaman hias, tanaman sayur, dan tanaman buah. Peta
70 kelayakan potensi agrowisata setiap dusun di Desa Cihideung dapat dilihat pada Gambar 50.
Gambar 50 Potensi agrowisata Desa Cihideung
71 Berdasarkan hasil penilaian kelayakan kawasan agrowisata, potensi agrowisata yang dapat dikembangkan pada setiap dusun di Desa Cihideung, antara lain: 1. Dusun Kancah Dusun Kancah merupakan dusun yang memilki luas area yang paling besar diantara dusun lainnya dan memilki jumlah kepala keluarga terbanyak. Area pertanian di dusun ini masih luas untuk dikembangkan perternakan sapi perah. Melalui perternakan sapi perah tersebut dapat dikembangkan atraksi wisata perternakan yang dapat menarik perhatian pengunjung. Kebiasaan penduduk desa yang masih mempertahankan perternakan sapi perah berpotensi untuk dikembangkan wisata pendidikan berbasis pertanian khususnya dalam bidang perternakan. Pengunjung dapat menikmati atraksi wisata, seperti memerah susu sapi, menikmati hasil olahan dari sapi perah tersebut, memberi pakan sapi. Selain itu, letak Dusun Kancah yang berada pada posisi tertinggi juga berpotensi untuk dapat menikmati view pemandangan desa. Akses menuju dusun ini cukup mudah dilalui kendaraan bermotor. 2. Dusun Panyairan Dusun Panyairan merupakan dusun yang sangat berpotensi untuk dikembangkan agrowisata. Komoditas utama yang dihasilkan dari dusun ini adalah tanaman hias dan tanaman buah. Pengunjung dapat melakukan atraksi wisata pertanian, seperti menikmati pemandangan kebun bunga potong, kebun tanaman hias, dan display tanaman lanskap di sepanjang jalan utama desa. Selain itu, pengunjung dapat mengetahui cara budidaya tanaman lanskap. Sarana dan prasarana wisata yang terdapat di Dusun Panyairan cukup lengkap, seperti terdapat penginapan/villa, restoran/tempat makan, tempat ibadah (masjid, mushola). Akses untuk menuju Dusun Panyairan ini sangat mudah karena dilalui oleh jalan utama desa. 3. Dusun Cihideung Dusun Cihideung merupakan dusun yang sebagian besar mengembangkan budidaya tanaman sayuran dataran tinggi. Dusun ini cukup berpotensi dikembangkan menjadi agrowisata dengan melakukan atraksi pertanian di kebun sayuran, seperti menanam sayuran, memanen sayuran, mengolah hasil panen, dan lainnya. Pengunjung juga dapat melakukan atraksi wisata belanja karena di dusun ini banyak didisplay tanaman lanskap yang siap dijual. Akses untuk menuju Dusun Cihideung ini sangat mudah karena dilalui oleh jalan utama desa. 4. Dusun Nyingkir Dusun Nyingkir merupakan dusun yang kurang berpotensi dikembangkan agrowisata karena lahan yang ada sudah didominansi oleh rumah penduduk, Namun, pengunjung masih dapat menikmati atraksi wisata belanja tanaman lanskap yang didisplay sepanjang jalan utama desa. Akses untuk menuju Dusun Nyingkir ini sangat mudah karena dilalui oleh jalan utama desa dan paling dekat untuk menuju ke Kota Bandung. Peta penyebaran potensi aktivitas agrowisata di Desa Cihideung dapat dilihat pada Gambar 51.
72
Gambar 51 Potensi area pertanian Desa Cihideung
73 Potensi agrowisata yang dapat dikembangkan di Desa Cihideung, antara lain: 1. Area perternakan sapi perah Area ini merupakan area yang penduduknya mengembangkan perternakan sapi perah. Hasil produksi dari perternakan sapi perah ini adalah susu sapi segar. Kegiatan wisata yang dapat dilakukan oleh pengunjung di area ini, antara lain: memerah susu, memberi pakan sapi, dan menikmati susu sapi segar. 2. Area tanaman air Area ini merupakan area yang didominansi oleh tanaman hias air. Tanaman air yang biasa dibudidayakan merupakan tanaman hias yang biasa ditanam di kolam taman rumah. Kegiatan wisata yang dapat dilakukan oleh pengunjung di area ini, antara lain: melakukan budidaya tanaman air dan wisata belanja tanaman air serta kebutuhan dalam pembuatan taman air. 3. Area tanaman hias Area ini merupakan area display tanaman hias. Jenis tanaman hias yang didisplay, antara lain tanaman penutup tanah dan tanaman semak. Tanaman hias ini dikemas dalam wadah polybag. Kegiatan wisata yang dapat dilakukan oleh pengunjung di area ini adalah wisata belanja tanaman hias. Pengunjung dapat membeli tanaman hias tersebut dalam skala yang besar atau skala kecil sesuai yang dibutuhkan. Pengunjung juga dapat meminta jasa dekorasi untuk acara pernikahan, rapat, atau pertemuan penting dengan memanfaatkan tanaman hias sebagai elemen dekorasi. 4. Area tanaman hias (pohon) Pada area ini dikembangkan tanaman hias berupa pembesaran pohon. Kegiatan wisata yang dapat dilakukan oleh pengunjung di area ini adalah melakukan pemeliharaan tanaman agar dapat tumbuh dan berkembang secara optimal dan wisata belanja tanaman. 5. Area kebun tanaman hias Area ini merupakan area pembudidayaan tanaman hias. Tanaman hias tersebut dibudidayakan di lahan yang terbuka dan di rumah kaca sederhana. Kegiatan wisata yang dapat dilakukan oleh pengunjung di area ini adalah mengikuti kegiatan budidaya tanaman hias dan melakukan pemeliharaan tanaman agar dapat tumbuh dan berkembang secara optimal. 6. Area tanaman buah Area ini merupakan area pembesaran bibit tanaman buah yang berasal dari luar Desa Cihideung. Kegiatan wisata yang dapat dilakukan oleh pengunjung di area ini adalah mengikuti kegiatan pemeliharaan tanaman agar dapat tumbuh dan berkembang secara optimal. 7. Area kebun bunga potong Area ini merupakan area budidaya tanaman bunga potong. Bunga potong tersebut dibudidayakan di lahan terbuka dan di dalam rumah kaca sederhana. Kegiatan wisata yang dapat dilakukan oleh pengunjung di area ini adalah mengikuti kegiatan budidaya bunga potong dan wisata belanja bunga potong. Bunga potong ini juga sering digunakan untuk dekorasi acara pernikahan dan acara penting lainnya.
74 8. Area kebun strawberry Area ini merupakan kavling kebun strawberry. Kegiatan wisata yang dapat dilakukan oleh pengunjung di area ini adalah memetik/memanen strawberry langsung dari kebunnya. 9. Area kebun tanaman sayur Area ini merupakan area budidaya sayuran dataran tinggi. Kegiatan wisata yang dapat dilakukan oleh pengunjung di area ini adalah melakukan budidaya sayuran dataran tinggi dan melakukan pemeliharaan secara mekanis dan manual. Pengunjung juga dapat menikmati hasil olahan sayuran tersebut sebagai hidangan makanan ketika berada di Desa Cihideung. Berdasarkan hasil kelayakan kawasan agrowisata dan potensi pertanian di Desa Cihideung dapat dilakukan penzonasian ruang yang dapat dikembangkan menjadi ruang agrowisata. Zonasi ruang yang dapat dikembangkan untuk agrowisata adalah 1. Ruang konservasi Area ini berpotensi untuk dikembangkan menjadi ruang konservasi dikarenakan merupakan area perkebunan dan sumber mata air pegunungan yang harus dijaga kelestariannya untuk keberlanjutan kehidupan di Desa Cihideung. Pada ruang sebaiknya tidak dilakukan aktivitas yang aktif. Aktivitas yang dapat dilakukan hanya untuk menikmati pemandangan dan suasana sekitar. 2. Ruang atraksi perternakan sapi perah Area ini berpotensi untuk dikembangkan menjadi ruang atraksi perternakan sapi perah dikarenakan merupakan area pengembangan perternakan sapi perah. Aktivitas yang dapat dilakukan merupakan aktivitas aktif hingga pasif, seperti melakukan interaksi dengan sapi perah atau hanya untuk menikmati pemandangan perternakan sapi perah tersebut. 3. Ruang atraksi tanaman lanskap dan sayuran Area ini berpotensi untuk dikembangkan menjadi ruang tanaman lanskap dan sayuran dikarenakan banyak terdapat area perkebunan tanaman lanskap dan sayuran serta sarana dan prasarana yang menunjang untuk agrowisata seperti tersedianya penginapan dan restoran. Aktivitas yang dapat dilakukan di ruang ini merupakan aktivitas aktif hingga pasif, seperti melakukan kegiatan pertanian atau hanya untuk menikmati pemandangan desa dan kebudayaan penduduk desa. 4. Ruang penunjang Area ini berpotensi untuk dikembangkan menjadi ruang penunjang dikarenakan pada area ini merupakan area untuk mendisplay tanaman lanskap yang siap dijual. Aktivitas yang dapat dilakukan di ruang ini merupakan aktivitas aktif, seperti melakukan wisata belanja tanaman lanskap atau souvenir khas desa. 5. Ruang penyangga Area ini berpotensi untuk dikembangkan menjadi ruang penyangga dikarenakan pada area ini sudah berkembang hal-hal selain agrowisata, seperti pengembangan permukiman sehingga beragam aktivitas dapat dilakukan di ruang ini. 6. Ruang penerimaan Area ini berpotensi untuk dikembangkan menjadi ruang penerimaan dikarenakan area ini dapat langsung terhubung dengan akses jalan dari luar
75 desa menuju desa. Pada ruang ini dapat dilengkapi dengan sarana dan prasarana yang dibutuhkan oleh pengunjung dari luar desa, seperti tempat parkir, pusat informasi agrowisata Desa Cihideung, serta kelengkapan sarana dan prasarana lainnya. Zonasi potensi ruang yang dapat dikembangkan untuk agrowisata tersebut dapat dilihat pada Gambar 52.
Gambar 52 Peta zonasi potensi ruang Desa Cihideung
76 Berdasarkan potensi lanskap pertanian yang terdapat di Desa Cihideung tersebut merupakan dasar pengembangan kawasan agrowisata. Hal tersebut didukung oleh beberapa hal, diantaranya terdapat wisata pendukung, tradisi kebudayaan penduduk yang masih dilaksanakan dan dipelihara, sarana dan prasarana yang ada, aksesibilitas yang mudah, serta obyek dan atraksi yang dapat dikembangkan. Wisata pendukung yang terdapat di Desa Cihideung merupakan salah satu obyek dan atraksi wisata yang menjadi daya tarik sendiri bagi pengunjung. Tradisi kebudayaan penduduk yang masih dilaksanakan dan dipelihara, seperti Kesenian Sasapian dan Ritual Irung-Irung merupakan salah satu obyek dan atraksi wisata yang dapat menarik perhatian pengunjung wisata. Melalui tradisi kebudayaan tersebut penduduk dapat memperkenalkan sejarah Desa Cihideung kepada para pengunjung. Sarana dan prasarana yang ada cukup lengkap untuk mendukung kegiatan wisata merupakan hal yang penting bagi pengunjung. Aktivitas/kegiatan wisata khususnya agrowisata yang dapat dijadikan daya tarik pengunjung dapat dilihat pada Tabel 31. Terdapat potensi view yang dapat dinikmati di Desa Cihideung dapat dilihat pada Gambar 53. Tabel 31 Kegiatan agrowisata Desa Cihideung
77
Gambar 53 Potensi view Desa Cihideung
Berdasarkan penilaian keberlanjutan masyarakat dengan metode CSA diketahui bahwa keberlanjutan masyarakat Desa Cihideung menunjukan suatu awal yang baik ke arah keberlanjutan berdasarkan aspek ekologis, sosial, dan spiritual. Berdasarkan hasil penilaian tersebut diperlukan strategi untuk mencapai kemajuan sempurna ke arah keberlanjutan di Desa Cihideung ini sehingga hal tersebut dapat mendukung pengembangan agrowisata yang berkelanjutan.
78 Berdasarkan analisis SWOT yang telah dilakukan, Desa Cihideung berada pada posisi kuadran V (Hold and Maintain). Berdasarkan hasil penilaian keberlanjutan masyarakat dengan metode CSA/PKM dan hasil analisis SWOT, rekomendasi strategi pengembangan agrowisata yang dapat dilakukan oleh penduduk Desa Cihideung dan pemerintah setempat serta pihak terkait adalah 1. mengembangkan dan mempertahankan kegiatan agrowisata seperti budidaya tanaman hias, tanaman sayuran dataran tinggi, tanaman buah, dan perternakan sapi perah dengan tetap mempertahankan lahan pertanian dan melakukan promosi agrowisata Desa Cihideung, 2. meningkatkan sikap kepedulian dalam menjaga kelestarian lingkungan melalui pelestarian keanekaragaman hayati, meminimalkan polusi, meminimalkan energi yang tidak terbarukan, menggunakan bahan organik, mendaur ulang limbah, dan lainnya, 3. menambahkan sarana dan prasarana yang menunjang wisata (agrowisata), seperti tempat parkir, papan informasi, shelter, pintu gerbang, signage, dan lainnya, 4. meningkatkan peran penduduk desa melalui pelatihan pertanian, kepariwisataan, dan perekonomian agar dapat memiliki keterampilan dalam mengembangkan agrowisata di Desa Cihideung, dan 5. meningkatkan sikap kebersamaan antar penduduk dengan menyelenggarakan acara rutin, seperti acara keagamaan, acara kesenian dan tradisi kebudayaan agar tercipta kehidupan desa yang harmonis.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan Karakter lanskap yang berpotensi dikembangkan untuk agrowisata di Desa Cihideung adalah lanskap pertanian tanaman lanskap dan perternakan sapi perah. Berdasarkan aspek fisik Desa Cihideung merupakan desa yang sesuai untuk pengembangan pertanian tanaman lanskap dan perternakan sapi. Hal tersebut dapat dilihat dari iklim, kondisi tanah, dan keadaan hidrologi yang sesuai untuk pertumbuhan tanaman lanskap. Selain itu, kondisi biofisik dengan adanya pengembangan budidaya tanaman lanskap yang beragam dan perternakan sapi perah dapat mendukung pengembangan agrowisata di Desa Cihideung. Adanya tradisi kebudayaan berupa Kesenian Sasapian dan Ritual Irung-Irung yang masih dipelihara oleh penduduk dapat menjadi salah satu daya tarik wisata untuk pengunjung. Pada dasarnya penduduk Desa Cihideung memiliki keinginan untuk mengembangkan Desa Cihideung menjadi kawasan agrowisata dengan melibatkan peran aktif penduduk secara keseluruhan. Hal tersebut disebabkan Desa Cihideung merupakan sumber kehidupan bagi penduduknya yang harus dijaga kelestariannya.
79 Saat ini, Desa Cihideung mulai ramai didatangi pengunjung dari luar desa. Hal tersebut mengakibatkan Desa Cihideung dapat dijadikan suatu kawasan destinasi wisata terutama dalam bidang agrowisata. Selain itu, suasana desa yang sejuk, bersih, dan keramahan penduduk desa membuat para pengunjung nyaman ketika berada di Desa Cihideung. Oleh karena itu, pengunjung juga menginginkan sarana dan prasarana yang menunjang wisata serta obyek dan atraksi wisata bernuansa alam yang beragam sehingga dapat lebih menarik. Berdasrakan penilaian keberlanjutan yang dilakukan dengan menggunakan metode CSA diperoleh nilai keberlanjutan masyarakat Desa Cihideung menunjukan suatu awal yang baik ke arah keberlanjutan berdasarkan aspek ekologis, sosial, dan spiritual. Berdasarkan hasil penilaian tersebut diperlukan strategi untuk mencapai kemajuan sempurna ke arah keberlanjutan di Desa Cihideun sehingga dapat mendukung pengembangan agrowisata yang berkelanjutan. Berdasarkan analisis SWOT yang telah dilakukan, Desa Cihideung berada pada posisi kuadran V (Hold and Maintain). Sehingga, strategi yang dapat dilakukan oleh penduduk dan pemerintah setempat adalah mempertahankan dan mengembangkan potensi yang sudah ada dan mencari alternatif untuk mengatasi permasalahan yang terjadi di Desa Cihideung. Saran Saran yang dapat diberikan adalah a. penduduk desa dapat tetap menjaga kelestarian alam dan tradisi kebudayaan Desa Cihideung, b. pemerintah dapat lebih memperhatikan kebijakan peraturan terutama dalam hal penggunaan lahan di kawasan Desa Cihideung, c. pemerintah dan penduduk dapat melakukan promosi dan pengembangan networking dengan pihak-pihak terkait pengembangan agrowisata di Desa Cihideung, dan d. penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan dalam perencanaan kawasan agrowisata Desa Cihideung dengan memperhatikan prinsip keberlanjutan.
DAFTAR PUSTAKA Arifin H S. 2001. Peran Arsitek Lanskap dalam Perencanaan dan Pengembangan Wisata Agro di Indonesia. Proyek Koordinasi Peningkatan Ketahanan Pangan. Bahar H. 1989. Peranan Pendidikan Pariwisata dalam Pengembangan Agrowisata di Indonesia. Makalah Seminar Wisata Agro. IPB. Bogor (ID) [BMKG] Badan Meteorologi dan Geofisika. 2013 Data Iklim Stasiun Lembang, Jawa Barat. Jakarta (ID): BMKG [Kementan] Kementerian Pertanian. 2005. Agrowisata Meningkatkan Pendapatan Petani. Pada http://database.deptan.go.id (7 Februari 2013) [Pemda] Pemerintah Daerah. 2010. Profil Desa Cihideung Kecamatan Parongpong Kabupaten Bandung Barat. Bandung (ID): Dinas Daerah
80 David F R. 2008. Manajemen Strategi ke 10. Terjemahan oleh Budi S. Strategic Mangement: Concepts and Cases. Jakarta (ID): Salemba Empat. Global Ecovillage Network. 2007. Community Sustainability Asessment. Gen. Ecovillage. Org [17 Februari 2013] Kinnear T C dan Taylor J R. 1991. Riset Pemasaran Edisi ke 3. Jakarta (ID): Erlangga Koesmaryono J dan Handoko. 1995. Klimatologi Dasar. Jakarta (ID): PT. Dunia Pustaka Jaya. 190 hal. Lobo, R.E., Goldman G.E. and others. 1999. Agricultural Tourism: Agritourism Benefits Agriculture in San Diego County, California Agriculture, University of California. Nurisjah S. 2008. Penuntun Praktikum Perencanaan Lanskap. Departemen Arsitektur Lanskap. IPB. Bogor (ID). Rangkuti F. 1997. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis: Reorientasi Konsep Perencanaan Strategi untuk Menghadapi Abad 21. Jakarta (ID): PT Gramedia Utama. Rilla, E. 1999. Bring the City & County Together. California Coast and Ocean. Vol. 15, No. 2. 10p. Schmidth F H dan Ferguson J H. 1951. Rainfall Types Based on Wet and Dry Period for Indonesia with western New Guinea. Kementrian Perhubungan Djawatan Meteorologi dan Geofisika. Verhandelingen No. 42 Jakarta (ID) Simonds J O. 1983. Landscape Architecture. McGraw-Hill Pub. Co. New York (US). 331 p. Smith, Stephen L J. 1989. Tourism Analysis: A Handbook. London (US): Longman Group UK Limited Spillane, James.1994. Ekonomi Pariwisata, Sejarah dan prospeknya. Kanisius. Yogyakarta (ID) Sutjipta, I Nyoman. 2001. Agrowisata Magister Manajemen Agribisnis. Universitas Udayana. (Diktat) Tirtawinata, M. R. Dan L. Fachrudin. 1996. Daya Tarik Pengelolaan Agrowisata. Penebar Swadaya. Bogor (ID).
81 Lampiran 1 Kuesioner pengunjung Kuesioner Pengunjung Desa Cihideung, Kec Parongpong, Kab. Bandung Barat Saya adalah mahasiswa semester akhir dari Departemen Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Saat ini saya sedang menyusun skripsi yang berjudul Studi Potensi Lanskap Perdesaan untuk Pengembangan Agrowisata di Desa Cihideung Kecamatan Parongpong Kabupaten Bandung Barat. Kuesioner ini merupakan instrumen yang saya gunakan untuk mengetahui persepsi dan preferensi pengunjung Desa Cihideung, Kecamatan Parongpong, Kabupaten Bandung Barat. Hasil dari kuesioner ini akan dijaga kerahasiaannya dan dipergunakan dengan sebaik-baiknya. No. Responden: Tanggal: IDENTITAS PENGUNJUNG Nama : Usia/Jenis Kelamin : Asal : Pendidikan terakhir : a. SMP c. Diploma b. SMA/SMK d. Sarjana/Pascasarjana Pekerjaan : a. Mahasiswa/Pelajar e. Pegawai Negeri b. Ibu RT f. ABRI c. Wiraswasta g. Pensiunan d. Pegawai swasta h. Lainnya........... 1. Tujuan mengunjungi desa a. Rekreasi c. Berbelanja b. Ingin tahu d. Lainnya............................. Obyek yang dikunjungi..................................................................................... 2. Kunjungan ke desa a. Pertama kali c. Lebih dari kedua kali b. Kedua kali d. Lainnya............................ 3. Berapa frekuensi kunjungan a. 2 kali/tahun c. 1 kali/bulan b. 3 kali/tahun d. Lainnya............................ 4. berapa pengeluaran/biaya yang Anda keluarkan untuk berwisata per bulan a.