STUDI PENGEMBANGAN WISATA AGRO BERKELANJUTAN (Kasus Agrowisata Bina Darma di Kabupaten Ogan Ilir Sumatera Selatan)
EKA MULYANA
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012
ii
PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Studi Pengembangan Wisata Agro Berkelanjutan (Kasus Agrowisata Bina Darma di Kabupaten Ogan Ilir Sumatera Selatan) adalah karya saya dengan arahan dari Komisi Pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada Perguruan Tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Bogor, Juli 2012
Eka Mulyana NRP H351090091
iii
Abstract Eka Mulyana, 2012. The Study on the sustainable development of Agrotourism (The Case in Agrowisata Bina Darma in the District of Ogan Ilir, South Sumatera). Supervised by EKA INTAN KUMALA PUTRI as the leader and SETIA HADI as member of supervisory commission. Tourism is one of the sources of economy development which is growing so fast now. The kind of tourisms which has the big potential to develop is agro tourism. One of them is an Agro Wisata Bina Darma. Yet, it has not been developed fully and utilised optimally up to now, so we need to do the study about the study on the sustainable development of agrotourism, the case is taken in Agrowisata Bina Darma. The purpose of the research is to estimate the carrying capacity, prefeasibility on economy in the developing in Agrowisata Bina Darma and formulating the sustainable agro tourism in Agrowisata Bina Darma. The result of analysis on economy prefeasibilty determines that Agrowisata Bina Darma is deserved to be developed sustainably either to scenarios on managing each tourist area or roundtrip ticket. The carrying capacity to develop Agro Wisata Bina Darma is still good. Analytical Hierarchy Process (AHP) shows that appropriate strategy (prime priority) to develop Agro Wisata Bina Darma is the sustainable strategy to increase promotion about Agro Wisata Bina Darma. The recommendation which is proposed that the organiser can increase an extra hour visit for each guest for tourist objects which have limited hour if there is an increase significantly on visitors. Keywords: Agrotourism; Carrying Capacity; economy prefeasibility; Analytical Hierarchy Process (AHP)
iv
RINGKASAN Eka Mulyana, 2012. Studi Pengembangan Wisata Agro Berkelanjutan (Kasus Agrowisata Bina Darma di Kabupaten Ogan Ilir Sumatera Selatan). Dibimbing oleh EKA INTAN KUMALA PUTRI sebagai ketua dan SETIA HADI sebagai anggota komisi pembimbing. Agrowisata Bina Darma menerapkan konsep wisata agro yang ramah lingkungan dengan panorama keindahan alam dan aneka fasilitas rekreasi. Melalui wisata agro yang mendidik dan menghibur, memberikan pengenalan dan pengetahuan pertanian dan rekreasi bagi masyarakat pengunjung dan memberikan nilai tambah ekonomi bagi pemiliknya. Sebagai salah satu obyek wisata agro yang mulai dikenal masyarakat, menjadi penting bagi Agrowisata Bina Darma untuk menerapkan prinsip-prinsip pengelolaan wisata agro yang berkelanjutan. Agrowisata Bina Darma mengemban konsep wisata agro dengan harapan dimasa yang akan datang dapat lebih mengembangkan berbagai fasilitas wisata yang berkaitan dengan bidang pertanian, sehingga dapat dimanfaatkan sebagai media pendidikan, sarana rekreasi dan sekaligus juga sebagai usaha (bisnis) di bidang pertanian. Berdasarkan potensi-potensi yang dimiliki oleh Agrowisata Bina Darma, maka lokasi wisata agro ini sangat potensial untuk dikembangkan sebagai wisata agro berkelanjutan. Namun sampai saat ini, potensi wisata agro yang sangat tinggi ini belum sepenuhnya dikembangkan dan dimanfaatkan secara optimal. Untuk itu, perlu dirumuskan langkah-langkah kebijakan yang konkrit dan operasional guna tercapainya kemantapan pengelolaan Obyek wisata agro di era globalisasi dan otonomi daerah. Berdasarkan hal di atas maka penelitian ini dilakukan dengan tujuan (1) Mengestimasi daya dukung lingkungan dalam pengembangan wisata agro berkelanjutan di Agrowisata Bina Darma, (2) Mengestimasi prakelayakan dalam pengembangan wisata agro berkelanjutan di Agrowisata Bina Darma, dan (3) Memformulasi strategi pengembangan wisata agro berkelanjutan di Agrowisata Bina Darma. Tujuan pertama dilakukan dengan menghitung daya dukung lingkungan dalam pengembangan Agrowisata Bina Darma. Untuk menjawab tujuan kedua yaitu analisis prakelayakan dengan menggunakan analisis biaya manfaat, dengan kriteria kelayakan yang digunakan adalah Benefit Cost Ratio (BCR), Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR) dan Payback Period (PP). Tujuan ketiga dijawab dengan merumuskan strategi pengembangan wisata agro berkelanjutan di Agrowisata Bina Darma dengan menggunakan Analisis Hirarki Proses (AHP). Hasil penelitian yang didapatkan adalah: Daya dukung Agrowisata Bina Darma tanpa mengubah keadaan fisik atau menurunkan mutu lingkungan sekitarnya adalah 764 orang. Daya dukung lingkungan tertinggi dimiliki oleh kegiatan wisata dalam bentuk kunjungan kebun agro (sayur-sayuran) sebesar 200 orang. Daya dukung lingkungan terendah dimiliki oleh kegiatan wisata berupa shooting target (2 orang) dan delman (2 orang). Daya tampung wisatawan di kawasan Agrowisata Bina Darma sekitar 7122 orang per hari. Daya tampung wisatawan tertinggi dimiliki oleh kebun agro yang mencapai 3600 orang per hari dan daya tampung terendah dimiliki oleh shooting target dan delman. Sebagian besar (17 dari 23) obyek wisata masih terbuka untuk menerima tambahan
v
pengunjung/wisatawan baru, terutama taman satwa (rasio = 129 : 1) dan kebun agro ( rasio = 60 : 1). Kegiatan wisata agro di kawasan Agrowisata Bina Darma layak dikembangkan secara berkelanjutan baik untuk skenario pengelolaan per wahana maupun skenario pengelolaan tiket terusan, karena mempunyai nilai NPV>0, BCR>1, IRR 16%, dan PP yang terjadi di bawah umur teknis fasilitas wahana. Pengelolaan kegiatan wisata agro dengan tiket per wahana mempunyai nilai NPV Rp 8.237.963.585,-, BCR 1,30, IRR 53%, dan PP 3 tahun 2 bulan. Pengelolaan dengan pembayaran tiket terusan mempunyai NPV, BCR, dan IRR lebih baik, yaitu NPV Rp 9.885.444.800,-, BCR 1,36, IRR 73%, dan PP 1 tahun. Apabila terjadi kenaikan biaya operasional sebesar 30 persen pertahun akibat dari kenaikan BBM, maka untuk pengelolaan Agrowisata Bina Darma dengan tiket per wahana diperoleh NPV sebesar Rp 5.727.436.112,-, BCR sebesar 1,19, IRR sebesar 44%, dan PP 3 tahun 5 bulan. Sedangkan untuk pengelolaan Agrowisata Bina Darma dengan tiket terusan diperoleh NPV, BCR, IRR, dan PP berturutturut adalah Rp 7.374.917.327,-, 1,35, 65% dan 1 tahun. Bila melihat capaian nilai parameter ekonomi tersebut terutama nilai BCR, maka pengelolaan Agrowisata Bina Darma tetap layak diteruskan. Strategi yang paling tepat (prioritas pertama) untuk pengembangan Agrowisata Bina Darma adalah strategi meningkatkan promosi tentang Agrowisata Bina Darma yang berkelanjutan (S-PRMOSI) (RK = 0,248). Sedangkan strategi lainnya yang dapat menjadi back-up, berturut-turut berdasarkan prioritas adalah strategi mencegah kerusakan dan kehancuran lokasi wisata (S-CEGAH) (RK = 0,229), mengedepankan kualitas wisata agro (SKUALIT) (RK = 0,205), mengembangkan wisata agro berbasis pendidikan (SPENDIK) (RK = 0,168), dan melestarikan tradisi dan budaya masyarakat lokal (STRABUD) (RK = 0,150). Formulasi strategi tersebut dapat dipercaya karena mempunyai inconsistency rasio < 0,10, yaitu 0,07.
vi
© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2012
Hak Cipta Dilindungi Undang-undang 1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumber. a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penulisan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB 2. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis dalam bentuk laporan apapun tanpa ijin IPB.
vii
STUDI PENGEMBANGAN WISATA AGRO BERKELANJUTAN (Kasus Agrowisata Bina Darma di Kabupaten Ogan Ilir Sumatera Selatan)
EKA MULYANA
Tesis Salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister sains pada Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012
viii
Penguji Luar Komisi Pada Ujian Tesis : Dr. Ir. Ahyar Ismail, M.Agr
ix
Judul Tesis
Nama NRP
: STUDI PENGEMBANGAN WISATA AGRO BERKELANJUTAN (Kasus Agrowisata Bina Darma di Kabupaten Ogan Ilir Sumatera Selatan) : Eka Mulyana : H351090091
Disetujui Komisi Pembimbing
Dr. Ir. Eka Intan Kumala Putri, M.Si Ketua
Dr. Ir. Setia Hadi, M.Si Anggota
Diketahui
Ketua Program Studi Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan
Dekan Sekolah Pascasarjana
Prof. Dr. Ir. Akhmad Fauzi, M.Sc
Dr. Ir. Dahrul Syah, M.Sc.Agr
Tanggal Ujian : 18 Juni 2012
Tanggal lulus:
x
PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah yang berjudul “Studi Pengembangan Wisata Agro Berkelanjutan (Kasus Agrowisata Bina Darma di Kabupaten Ogan Ilir Sumatera Selatan)”. Penulis menyadari dalam penyusunan tesis ini masih terdapat banyak kekurangan, karena itu saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan guna penyempurnaan tesis ini. Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dan terlibat dalam penyelesaian tesis ini, semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat.
Bogor, Juli 2012
Eka Mulyana
xi
UCAPAN TERIMA KASIH
Syukur alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya selama penulis menyusun tesis ini. Penyusunan tesis ini tidak akan terlaksana dengan baik jika tidak ada arahan dan bimbingan dari komisi pembimbing dan bantuan dari berbagai pihak. Karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggitingginya kepada: 1. Dr. Ir. Eka Intan Kumala Putri, M.Si selaku Ketua Komisi Pembimbing atas segala bimbingan, arahan, saran, kritik, perhatian dan ilmu yang telah diberikan kepada penulis. 2. Dr. Ir. Setia Hadi, M.Si selaku Anggota Pembimbing atas segala bimbingan dan arahan serta ilmu kepada penulis. 3. Prof. Dr. Ir. Akhmad Fauzi, M.Sc selaku Ketua Program Studi Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan (ESL) IPB yang selalu memberikan bimbingan, perhatian, ilmu dan pelajaran kepada penulis. 4. Dr. Ir. Ahyar Ismail, M.Agr selaku penguji I dan Dr. Meti Ekayani, S.Hut, M.Sc selaku penguji perwakilan program studi yang telah bersedia menguji penulis pada saat ujian tesis. 5. Seluruh jajaran Dosen dan Staf Departemen ESL atas bantuannya selama penulis menempuh pendidikan pascasarjana. 6. Universitas Sriwijaya (UNSRI) yang telah mengizinkan dan mendukung penulis untuk melanjutkan studi pascasarjana di IPB. 7. Pendidikan Tinggi (DIKTI) yang telah memberikan beasiswa bagi penulis dalam menyelesaikan studi pascasarjana. 8. Dekan dan Ketua Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian UNSRI yang telah memberikan ijin dan dukungan bagi penulis untuk melanjutkan dan menyelesaikan studi. 9. Pengelola Agrowisata Bina Darma, Pemilik Agrowisata Bina Darma, Kepala Dinas Parsenibudpora Kabupaten Ogan Ilir, Kepala Desa Pulau Semambu beserta staf yang telah membantu penulis dalam penyediaan data selama penelitian berlangsung di Agrowisata Bina Darma.
xii
10. Orang tua terkasih, H. Sofyan Hamid dan Hj. Faidah Mansyur serta mertua, H. Hazawi dan Hj. Farha untuk segala doa, dukungan dan semangat yang telah diberikan bagi penulis. 11. Suami tercinta, Yuristian, atas segala dukungan, perhatian, doa, pengorbanan serta kasih sayang dan cinta bagi penulis. 12. Semua Saudara : Sari, Arif, Uci, Aulia dan Ica untuk doa, dukungan dan semangat bagi penulis. 13. Semua ipar: Kak Yopi, Cak Meta, Aan dan Ikal. 14. Semua keponakan tersayang: Agif, Dira, Arif, Fadhil, Faiz, Ozin, Chalista, Aditya dan nayza. 15. Rekan-rekan seperjuangan ESL angkatan 2009 untuk kebersamaan dan kekompakan selama studi. 16. Teman-teman penulis: Asti, Sanda, Lely, Rezi, Anto dan Rita atas semua dorongan semangat dan bantuan bagi penulis.
Bogor, Juli 2012
Eka Mulyana
xiii
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Meranjat pada tanggal 14 oktober 1977 sebagai anak pertama dari enam bersaudara dari pasangan H. Sofyan Hamid dan Hj. Faidah Mansyur. Pada tahun 1995 penulis menamatkan pendidikan Sekolah Lanjutan Tingkat Atas di SLTA Negeri 1 Indralaya. Selanjutnya pada tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan pada Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya (UNSRI). Penulis mendapatkan gelar Sarjana Pertanian pada tahun 2000. Pada tahun 2008 penulis diterima sebagai Pegawai Negeri Sipil di Universitas Sriwijaya. Saat ini penulis tercatat sebagai staf pengajar pada Fakultas Pertanian UNSRI. Pada tahun 2009, penulis berkesempatan untuk melanjutkan pendidikan pada Program Studi Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan, Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.
xiv
DAFTAR ISI
Halaman DAFTAR ISI ..................................................................................................
xiv
DAFTAR TABEL .........................................................................................
xvii
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................
xviii
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................
xx
I
PENDAHULUAN ..................................................................................
1
1.1. Latar Belakang ..................................................................................
1
1.2. Perumusan Masalah ...........................................................................
4
1.3. Tujuan Penelitian ...............................................................................
7
1.4. Manfaat Penelitian .............................................................................
8
1.5. Ruang Lingkup Penelitian .................................................................
8
TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................
9
2.1 Wisata Agro .......................................................................................
9
2.1.1 Definisi dan Konsep Wisata Agro...........................................
9
2.1.2 Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Wisata Agro ..........
10
2.2 Manajemen Pengembangan Wisata Agro Berkelanjutan ...................
15
2.2.1 Wisata Agro Berkelanjutan .....................................................
15
2.2.2 Pengembangan Wisata Agro ...................................................
18
2.3 Strategi Pengembangan Wisata Agro Berkelanjutan .........................
21
2.4 Penelitian Terdahulu ..........................................................................
24
III KERANGKA PEMIKIRAN ..................................................................
27
3.1 Kerangka Teoritis ..............................................................................
27
3.1.1 Daya Dukung Lingkungan ......................................................
27
3.1.2 Pendekatan Analisis Biaya dan Manfaat .................................
27
3.1.3 Pendekatan Analisis Hirarki Proses (AHP) ...........................
30
3.2 Kerangka Operasional .......................................................................
32
IV METODE PENELITIAN ......................................................................
35
4.1 Waktu dan Tempat Penelitian ............................................................
35
II
xv
4.2 Jenis dan Sumber Data .......................................................................
36
4.3 Metode Pengambilan Sampel .............................................................
36
4.4 Metode Analisis Data .........................................................................
37
GAMBARAN UMUM PENELITIAN .................................................
43
5.1 Profil Agrowisata Bina Darma ...........................................................
43
5.2 Potensi Agrowisata Bina Darma .........................................................
44
5.3 Permasalahan Agrowisata Bina Darma ..............................................
49
5.4 Karakteristik Wisatawan.....................................................................
53
5.4.1 Kelompok Wisatawan..............................................................
53
5.4.2 Jumlah Kunjungan ...................................................................
57
5.4.3 Tujuan Kunjungan ...................................................................
58
5.4.4 Alasan Kunjungan ...................................................................
58
5.4.5 Ketersediaan Informasi mengenai Agrowisata Bina Darma ...
59
5.4.6 Biaya Perjalanan Berdasarkan Penggunaannya .......................
60
5.4.7 Persepsi Wisatawan terhadap kondisi Agrowisata Bina Darma ......................................................................................
61
DAYA DUKUNG LINGKUNGAN DAN ANALISIS PRAKELAYAKAN ...............................................................................
65
6.1 Daya Dukung Lingkungan Agrowisata Bina Darma .........................
65
6.1.1 Hasil Analisis Kebutuhan Area dan Waktu Kunjungan Wisatawan ...............................................................................
65
6.1.2 Hasil Analisis Daya Dukung Lingkungan, Koefisien Rotasi dan Daya Tampung Wisatawan ...............................................
67
6.2 Analisis Prakelayakan Agrowisata Bina Darma ................................
72
6.2.1 Nilai Net Present Value (NPV) ...............................................
74
6.2.2 Nilai Benefit-Cost Ratio (BCR) ...............................................
75
6.2.3 Nilai Internal Rate of Return (IRR) .........................................
76
6.2.4 Nilai Payback Period (PP) ......................................................
77
6.2.5 Sensitivitas Prakelayakan Agrowisata Bina Darma ................
78
VII STRATEGI PENGEMBANGAN WISATA AGRO BERKELANJUTAN ...............................................................................
81
7.1 Kepentingan Aktor Pengembangan ...................................................
81
V
VI
xvi
7.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengembangan ........................
83
7.3 Prioritas Strategi Pengembangan Agrowisata Bina Darma ..............
92
7.4 Hasil Analisis Vertikal Strategi Pengembangan Agrowisata Bina Darma yang Berkelanjutan ................................................................
96
7.5 Implementasi Strategi Pengembangan Agrowisata Bina Darma Terpilih .............................................................................................
100
VIII KESIMPULAN ......................................................................................
105
8.1 Kesimpulan .......................................................................................
105
8.2 Saran ..................................................................................................
105
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................
107
LAMPIRAN-LAMPIRAN ...........................................................................
111
xvii
DAFTAR TABEL Nomor
Halaman
4.1 Skala Utama Model AHP .........................................................................
40
4.2 Contoh Matriks Perbandingan Berpasangan ............................................
40
4.3 Matriks Penelitian.....................................................................................
41
5.1 Persentase Biaya Perjalanan berdasarkan Penggunaannya ......................
61
5.2 Persepsi Wisatawan terhadap Kondisi Agrowisata Bina Darma..............
62
6.1 Hasil analisis rata-rata kebutuhan area per individu dan rata-rata waktu per kunjungan ...........................................................................................
66
6.2 Daya dukung lingkungan, koefisien rotasi dan daya tampung wisatawan, jumlah wisatawan maksimal serta rasio kunjungan ...............
68
6.3 Hasil Analisis Prakelayakan Agrowisata Bina Darma .............................
74
6.4 Hasil Analisis Sensitivitas Prakelayakan Agrowisata Bina Darma .........
78
7.1 Hasil analisis rasio dan prioritas kepentingan setiap aktor dalam pengembangan Agrowisata Bina Darma ..................................................
82
7.2 Hasil analisis rasio kepentingan (bobot) setiap faktor pendukung menurut pandangan aktor terkait ..............................................................
91
7.3 Hasil analisis rasio dan prioritas kepentingan setiap opsi strategi dalam pengembangan Agrowisata Bina Darma ..................................................
93
7.4 Perbandingan berpasangan diantara opsi strategi terkait investasi dalam pandangan PEMDA .................................................................................
94
7.5 Perbandingan berpasangan diantara opsi strategi terkait potensi pasar dalam pandangan pengelola .....................................................................
95
xviii
DAFTAR GAMBAR Nomor
Halaman
3.1 Ilustrasi Model Hirarki AHP ...................................................................
32
3.2 Diagram Alir Kerangka Penelitian ..........................................................
33
4.1 Peta Administrasi Wilayah Kabupaten Ogan Ilir ...................................
35
4.2 Model Hierarki strategi pengembangan Agrowisata Bina Darma yang berkelanjutan ...........................................................................................
39
5.1 Distribusi Responden Wisatawan Berdasarkan Kelompok Usia ............
54
5.2 Distribusi Responden Wisatawan Berdasarkan Jenis Kelamin ..............
54
5.3 Distribusi Responden Wisatawan Berdasarkan Kelompok Pendidikan ..
55
5.4 Distribusi Responden Wisatawan Berdasarkan Kelompok Pekerjaan ...
55
5.5 Distribusi Responden Wisatawan Berdasarkan Kelompok Pendapatan .
56
5.6 Distribusi Responden Wisatawan Berdasarkan Asal Daerah ..................
56
5.7 Persentase Frekuensi Kunjungan ke Agrowisata Bina Darma Setahun Terakhir ..................................................................................................
57
5.8 Tujuan Kegiatan wisata oleh Wisatawan ...............................................
58
5.9 Alasan Kunjungan Wisatawan ke Agrowisata Bina Darma ...................
59
5.10 Ketersediaan Informasi mengenai Agrowisata Bina Darma ...................
60
7.1 Kepentingan Aktor dalam Pengembangan Agrowisata Bina Darma .....
81
7.2 Kepentingan Faktor Pendukung Menurut Pandangan PEMDA .............
84
7.3 Kepentingan Faktor Pendukung Menurut Pandangan Pengelola ...........
85
7.4 Kepentingan Faktor Pendukung Menurut Pandangan Wisatawan ..........
87
7.5 Kepentingan Faktor Pendukung Menurut Pandangan Lembaga Pembina/Pendamping .............................................................................
89
7.6 Kepentingan Faktor Pendukung Menurut Pandangan Aparat Desa (Kepala Desa) ..........................................................................................
90
7.7 Hasil Analisis Pemilihan Strategi Pengembangan Agrowisata Bina Darma yang Berkelanjutan (Berdasarkan Urutan Prioritas) ...................
93
7.8 Hasil Analisis Hierarki Strategi Pengembangan Agrowisata Bina Darma yang Berkelanjutan ......................................................................
99
xix
DAFTAR LAMPIRAN Nomor
Halaman
1.
Analisis Prakelayakan Skenario Per Wahana Agrowisata Bina Darma
113
2.
Analisis Prakelayakan Skenario Tiket Terusan Agrowisata Bina Darma ....................................................................................................
115
Analisis Prakelayakan Skenario Per Wahana Sensitivitas 30% Agrowisata Bina Darma ........................................................................
117
Analisis Prakelayakan Skenario Tiket Terusan Sensitivitas 30% Agrowisata Bina Darma ........................................................................
119
Biaya Perjalanan Responden Wisatawan Berdasarkan Penggunaannya .....................................................................................
121
6.
Tampilan Hierarki Pengembangan dalam Format Team EC 9.5 .........
125
7.
Hasil Analisis Perbandingan Berpasangan Diantara Aktor Terkait ......
125
8.
Hasil Analisis Perbandingan Berpasangan Diantara Faktor Pendukung dalam Pandangan PEMDA .................................................
126
Hasil Analisis Perbandingan Berpasangan Diantara Faktor Pendukung dalam Pandangan Pengelola ...............................................
126
10. Hasil Analisis Perbandingan Berpasangan Diantara Faktor Pendukung dalam Pandangan Wisatawan .............................................
127
11. Hasil Analisis Perbandingan Berpasangan Diantara Faktor Pendukung dalam Pandangan Lembaga Pembina/ Pendamping ..........
127
12. Hasil Analisis Perbandingan Berpasangan Diantara Faktor Pendukung dalam Pandangan Aparat Desa (Kepala Desa) ...................
128
13. Hasil Analisis Perbandingan Berpasangan Diantara Opsi Strategi Terkait Investasi dalam Pandangan PEMDA ........................................
128
14. Hasil Analisis Perbandingan Berpasangan Diantara Opsi Strategi Terkait Fasilitas dalam Pendangan PEMDA .........................................
129
15. Hasil Analisis Perbandingan Berpasangan Diantara Opsi Strategi Terkait SDM dalam Pandangan Pengelola ...........................................
129
16. Hasil Analisis Perbandingan Berpasangan Diantara Opsi Strategi Terkait Potensi Pasar dalam Pandangan Pengelola ...............................
130
3.
4.
5.
9.
xx
17. Hasil Analisis Perbandingan Berpasangan Diantara Opsi Strategi Terkait Investasi dalam Pandangan Wisatawan ...................................
130
18. Hasil Analisis Perbandingan Berpasangan Diantara Opsi Strategi Terkait Fasilitas dalam Pandangan Wisatawan ....................................
131
19. Hasil Analisis Perbandingan Berpasangan Diantara Opsi Strategi Terkait Investasi dalam Pandangan Lembaga Pembina/Pendamping ..
131
20. Hasil Analisis Perbandingan Berpasangan Diantara Opsi Strategi Terkait Fasilitas Dalam Pandangan Lembaga Pembina/Pendamping ..
132
21. Hasil Analisis Perbandingan Berpasangan Diantara Opsi Strategi Terkait SDM dalam Pandangan Aparat Desa (Kepala Desa) ..............
132
22. Hasil Analisis Perbandingan Berpasangan Diantara Opsi Strategi Terkait Potensi Pasar dalam Pandangan Aparat Desa (Kepala Desa) .
133
23. Perbandingan Kepentingan Strategi Terpilih (Meningkatkan Promosi tentang Agrowisata Bina Darma yang Berkelanjutan (S-PRMOSI)) dengan strategi S-CEGAH ....................................................................
133
24. Perbandingan Kepentingan Strategi Terpilih (Meningkatkan Promosi Tentang Agrowisata Bina Darma yang Berkelanjutan (S-PRMOSI)) dengan Strategi S-KUALIT ..................................................................
134
25. Perbandingan Kepentingan Strategi Terpilih (Meningkatkan Promosi tentang Agrowisata Bina Darma yang berkelanjutan (S-PRMOSI)) dengan strategi S-PENDIK ...................................................................
134
26. Perbandingan Kepentingan Strategi Terpilih (Meningkatkan Promosi tentang Agrowisata Bina Darma yang Berkelanjutan (S-PRMOSI)) dengan Strategi S-TRABUD.................................................................
135
27. Foto-foto Kawasan Agrowisata Bina Darma ........................................
137
28. PDRB Kabupaten Ogan Ilir Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha (Juta Rp) ....................................................................
141
29. PDRB Kabupaten Ogan Ilir Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000 Menurut Lapangan Usaha (Juta Rp) .....................................................
142
30. Distribusi Persentase PDRB Kabupaten Ogan Ilir Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha ......................................................
143
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Berdasarkan data yang disampaikan oleh Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata Tahun 2010, terjadi peningkatan kunjungan wisatawan mancanegara ke Indonesia sejak Tahun 2004 (5.321.165 kunjungan) hingga Tahun 2009 mencapai 6.452.259 kunjungan, dengan pertumbuhan mencapai 19,12 persen. Demikian pula dengan kunjungan wisatawan nusantara, terus meningkat dimana pada tahun 2001 sebesar 103.884.000 orang (rata-rata perjalanan 1880 orang per hari) dengan total pengeluaran Rp. 58,71 triliun. Pada Tahun 2009 meningkat menjadi 119.944.000 orang (rata-rata perjalanan 1.920 orang per hari) dengan total pengeluaran mencapai Rp. 137,91 triliun. Hal ini menunjukkan sektor pariwisata merupakan pilihan usaha yang prospektif untuk terus dikembangkan. Menurut
Kementerian
Pertanian
(2010),
Indonesia
memiliki
keanekaragaman hayati (biodiversity) nomor tiga terbesar di dunia setelah Brazilia dan Costa Rica. Kekayaan alam yang melimpah tersebut dapat dimanfaatkan sebagai sumber plasma nutfah/genetik dan atau sebagai areal wisata. Demikian pula dengan kondisi tanah dan iklim yang beragam, peluang untuk mengembangkan berbagai komoditas pertanian pun semakin besar dengan menerapkan sistem pengelolaan lahan yang sesuai. Hal ini tercemin pada berbagai teknologi
pertanian
lokal
yang
berkembang
di
masyarakat
dengan
menyesuaikannya dengan tipologi lahan. Keunikan-keunikan tersebut merupakan aset yang dapat menarik bangsa lain untuk berkunjung/berwisata ke Indonesia. Salah satu jenis wisata yang berpotensi untuk dikembangkan di Indonesia adalah wisata agro. Potensi pengembangan wisata agro di Indonesia telah mendapat perhatian serius dari pemerintah dengan membentuk Komisi Wisata Agro (KWA) di bawah arahan Menteri Pertanian dengan menjalin kerjasama dengan beberapa asosiasi, pengusaha wisata agro, dan instansi terkait seperti AWAI (Asosiasi Wisata Agro Indonesia), ASITA (Asosiasi Tour and Travel), dan Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata (Kementan, 2010). Wisata agro merupakan bagian dari objek wisata yang memanfaatkan usaha pertanian (agro) sebagai objek wisata. Tujuannya adalah untuk memperluas
2
pengetahuan, pengalaman rekreasi, dan hubungan usaha di bidang pertanian. Melalui pengembangan wisata agro yang menonjolkan budaya lokal dalam memanfaatkan lahan, kita bisa meningkatkan pendapatan petani sambil melestarikan sumber daya lahan, serta memelihara budaya maupun teknologi lokal (indigenous knowledge) yang umumnya telah sesuai dengan kondisi lingkungan alaminya (Kementan, 2010). Obyek wisata agro tidak hanya terbatas kepada obyek dengan skala hamparan yang luas seperti yang dimiliki oleh areal perkebunan, tetapi juga skala kecil yang karena keunikannya dapat menjadi obyek wisata yang menarik. Caracara bertanam tebu, acara panen tebu, pembuatan gula pasir tebu, serta cara-cara penciptaan varietas baru tebu merupakan salah satu contoh obyek yang kaya dengan muatan pendidikan. Cara pembuatan gula merah kelapa juga merupakan salah satu contoh lain dari kegiatan yang dapat dijual kepada wisatawan yang disamping mengandung muatan kultural dan
pendidikan juga dapat menjadi
media promosi, karena dipastikan pengunjung akan tertarik untuk membeli gula merah yang dihasilkan pengrajin. Dengan datangnya masyarakat mendatangi obyek wisata juga terbuka peluang pasar tidak hanya bagi produk dan obyek wisata agro yang bersangkutan, namun pasar dan segala kebutuhan masyarakat. Wisata agro bukan semata merupakan usaha/bisnis dibidang jasa yang menjual jasa bagi pemenuhan konsumen akan pemandangan yang indah dan udara yang segar, namun juga dapat berperan sebagai media promosi produk pertanian, menjadi media pendidikan masyarakat, memberikan signal bagi peluang pengembangan diversifikasi produk agribisnis dan berarti pula dapat menjadi kawasan pertumbuhan baru wilayah. Dengan demikian maka wisata agro dapat menjadi salah satu sumber pertumbuhan baru deerah, sektor pertanian dan ekonomi nasional. Potensi wisata agro yang sangat tinggi ini belum sepenuhnya dikembangkan dan dimanfaatkan secara optimal. Untuk itu, perlu dirumuskan langkah-langkah kebijakan yang konkrit dan operasional guna tercapainya kemantapan pengelolaan obyek wisata agro di era globalisasi dan otonomi daerah. Sesuai dengan keunikan kekayaan spesifik lokasi yang dimiliki, setiap daerah dan setiap obyek wisata dapat menentukan sasaran dan bidang garapan pasar yang
3
dapat dituju. Dalam pengembangan wisata agro, dibutuhkan kerjasama sinergis di antara pelaku yang terlibat dalam pengelolaan wisata agro, yaitu masyarakat, swasta dan pemerintah. Wisata agro berkelanjutan harus bertitik tolak dari kepentingan dan partisipasi masyarakat untuk dapat memenuhi kebutuhan wisatawan/pengunjung, sehingga meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pengelolaan sumberdaya wisata agro, dilakukan sedemikian rupa sehingga kebutuhan ekonomi, sosial dan estetika, dapat terpenuhi dengan memelihara integritas kultural, proses ekologi yang esensial, keanekaragaman hayati dan sistem pendukung kehidupan. Salah satu lokasi wisata agro dimaksud adalah Agrowisata Bina Darma. Agrowisata Bina Darma menerapkan konsep wisata agro yang ramah lingkungan dengan panorama keindahan alam dan aneka fasilitas rekreasi, beralamatkan di Jl Palembang- Indralaya KM 26 Pulau Semambu Kecamatan Indralaya, Ogan Ilir, Sumatera Selatan, dengan total luas areal 30 ha yang sudah dikelola sebanyak 15 ha. Melalui wisata agro yang mendidik dan menghibur, memberikan pengenalan dan pengetahuan pertanian dan
rekreasi bagi masyarakat pengunjung dan
memberikan nilai tambah ekonomi bagi pemiliknya. Sebagai salah satu obyek wisata agro yang mulai dikenal masyarakat, menjadi penting bagi Agrowisata Bina Darma untuk menerapkan prinsip-prinsip pengelolaan wisata agro yang berkelanjutan. Agar industri pariwisata Agrowisata Bina Darma dapat berkelanjutan, faktor lamanya waktu kunjungan dan jumlah belanja dari para wisatawan sangat berperan. Pada kondisi sekarang, wisatawan yang datang ke Agrowisata Bina Darma melakukan kunjungan untuk 1 (satu) hari atau diteruskan keesokan harinya lagi apabila berupa kegiatan dari kantor mereka. Sedangkan kegiatan pembelanjaan para wisatawan terdiri dari pembelian bibit tanaman, aneka sayuran dan jamur yang ditanam pada kebun Agrowisata Bina Darma, serta pupuk kompos dan obat tanaman. Berdasarkan potensi-potensi yang dimiliki oleh Agrowisata Bina Darma, maka lokasi wisata agro ini sangat potensial untuk dikembangkan sebagai wisata agro berkelanjutan. Untuk itu perlu dilakukan kajian tentang studi pengembangan wisata agro berkelanjutan di Agrowisata Bina Darma.
4
1.2 Perumusan Masalah Menurut Sumarno (2008), dalam pengembangan kawasan wisata agro yang berkelanjutan, pengelolaannya harus dilakukan secara terintegrasi dengan sektor-sektor terkait seperti pertanian, peternakan, perikanan, pengolahan, perhotelan, biro perjalanan, industri, kesenian dan kebudayaan dan lain sebagainya dalam bingkai kewilayahan dan keterpaduan pengelolaan kawasan. Wisata agro dapat berkelanjutan apabila produk wisata agro yang ditampilkan dapat harmonis dengan lingkungan lokal. Masyarakat akan peduli terhadap sumberdaya wisata karena memberikan manfaat, sehingga masyarakat merasakan kegiatan wisata sebagai suatu kesatuan dalam kehidupannya. Agrowisata Bina Darma merupakan salah satu perusahaan yang bergerak di bidang pariwisata yang ada di wilayah Sumatera Selatan, dengan visi dan misi menjadi tempat wisata alam yang terbaik di Sumatera Selatan dan menjadi pelayan terbaik (Service Excellent.). Tempat ini mengemban konsep wisata agro dengan harapan dimasa yang akan datang dapat lebih mengembangkan berbagai fasilitas wisata yang berkaitan dengan bidang pertanian, sehingga dapat dimanfaatkan sebagai media pendidikan, sarana rekreasi dan sekaligus juga sebagai usaha (bisnis) di bidang pertanian. Sementara itu berbagai wahana permainan yang telah disediakan dimaksudkan sebagai pelengkap atraksi wisata bagi para wisatawan yang berkunjung ke tempat ini (Pengelola Agrowisata Bina Darma, 2010). Namun pada kenyataannya, didalam pengelolaan Agrowisata Bina Darma ini, pihak pengelola menghadapi berbagai permasalahan. Salah satunya adalah permasalahan yang menyangkut pengoperasian kawasan wisata agro ini sendiri. Seperti terlihat saat ini, Agrowisata Bina Darma masih harus mengandalkan kegiatan operasionalnya pada aneka wahana permainan yang ada, padahal semestinya wahana permainan tersebut hanya sebagai pelengkap dalam bisnis wisata agro. Hal ini dikarenakan, mayoritas wisatawan yang berkunjung, masih bertujuan untuk mencoba berbagai wahana permainan, sementara hanya sebagian saja yang melakukan kegiatan agro, meskipun pihak pengelola sendiri telah menyediakan beberapa kegiatan wahana agrobisnis, seperti penjualan bibit tanaman dan sayuran, kebun sayuran, rumah jamur, tempat pembuatan pupuk
5
kompos, bank sampah, tempat pemancingan ikan serta kebun buah yang masih dalam tahap pengembangan. Secara otomatis, pendapatan yang diperoleh oleh pihak pengelola Agrowisata Bina Darma ini sebagian besar masih bergantung kepada pendapatan yang berasal dari wahana permainan yang tersedia, dibandingkan dari sektor wisata agronya sendiri. Lokasi dimana Agrowisata Bina Darma berada, pada awalnya merupakan hamparan rawa lebak yang secara ekonomi kurang produktif. Tanaman yang mendominasi wilayah ini adalah pohon gelam, dimana keberadaan jenis tanaman ini mengindikasikan bahwa tanah tersebut mempunyai sifat asam dan tergolong tanah yang kurang subur. Permasalahan lain yang dihadapi dalam pengelolaan kawasan wisata agro ini adalah kurangnya tenaga ahli untuk setiap wahana permainan yang ada. Hal ini mengakibatkan pihak pengelola masih harus mendatangkan tenaga ahli dari luar daerah khususnya dari pulau Jawa. Ini berarti biaya yang dikeluarkan untuk menggaji tenaga ahli tersebut akan lebih besar bila dibandingkan dengan penggunaan tenaga ahli yang berasal dari daerah setempat. Permasalahan lain yang tidak kalah penting adalah mulai munculnya para pesaing dalam industri pariwisata ini di kota Palembang, misalnya telah dibukanya Water Park di daerah Jakabaring, disamping pesaing lama dalam bisnis ini yaitu Fantasi Island yang letaknya tidak jauh dari lokasi wisata agro ini sendiri. Walaupun Agrowisata Bina Darma mengusung konsep wisata agro yang memberikan ciri khas tersendiri dalam konsep wisata yang ditawarkan, namun karena masih tergantungnya roda perekonomian tempat wisata ini dengan wahana-wahana permainan yang ada, mengakibatkan munculnya tempat rekreasi yang baru tersebut berpengaruh terhadap jumlah pengunjung Agrowisata Bina Darma sendiri. Hal ini membuat pengelola Agrowisata Bina Darma harus berfikir dan bekerja keras lagi dalam mempertahankan dan meningkatkan jumlah wisatawan. Untuk mengantisipasi dampak negatif pariwisata, perlu pendekatan daya dukung dalam pengelolaan wisata agro sesuai dengan batas-batas yang dapat diterima. Daya dukung wisata agro dipengaruhi faktor motivasi wisatawan dan faktor lingkungan biofisik lokasi pariwisata. Perspektif daya dukung pariwisata tidak hanya terbatas pada jumlah kunjungan, namun juga meliputi aspek-aspek
6
lainnya seperti kapasitas ekologi (kemampuan lingkungan alam untuk memenuhi kebutuhan wisatawan), kapasitas fisik (kemampuan sarana dan prasarana untuk memenuhi kebutuhan wisatawan), kapasitas sosial (kemampuan daerah tujuan untuk menyerap pariwisata tanpa menimbulkan dampak negatif pada masyarakat lokal), dan kapasitas ekonomi (kemampuan daerah tujuan untuk menyerap usahausaha komersial namun tetap mewadahi kepentingan ekonomi lokal). Berdasarkan hal tersebut, Agrowisata Bina Darma memiliki permasalahan yang berkaitan dengan kondisi daya dukung lingkungan, dengan masih kurangnya sarana dan prasarana untuk memenuhi kebutuhan wisatawan misalnya sarana penginapan yang direncanakan bagi para wisatawan berupa cottage tradisional Kampung Bidar yang berada di atas permukaan air dengan menggunakan bahan kayu dan bambu, walaupun sudah ada tapi belum dapat dimanfaatkan, dikarenakan masih belum siap untuk ditempati, karena sarana penunjangnya seperti jembatan menuju cottage belum seratus persen pembangunannya. Kemampuan lingkungan alam untuk memenuhi kebutuhan wisatawan, dari total luas area 30 hektar, yang sudah dikelola sekarang adalah seluas 15 hektar, dimana peruntukkannya adalah bagi restoran Gubuk Makan Mang Engking bersama saung-saungnya, taman satwa, kolam pemancingan, serta aneka wahana permainan seperti disebutkan sebelumnya, para wisatawan dapat mengakses semua tempat-tempat tersebut. Sisanya sebanyak 15 hektar lagi, direncanakan untuk lokasi Sport Centre, perluasan areal kampus Universitas Bina Darma, pengembangan taman satwa dan Camping Ground, serta penambahan wahanawahana agro seperti kampung petani, kampung ternak, kampung kelinci, kampung madu dan kampung keramik. Untuk mencapai wisata agro yang berkelanjutan, diperlukan formulasi strategi yang tepat dengan berbagai pertimbangan aspek terkait secara sinergi. Suatu kebijakan yang dirumuskan dengan menyaring dan memilih tuntutan yang harus dipenuhi dalam waktu bersamaan, terutama disebabkan jumlah dan kualitas sumberdaya yang terbatas dibanding tuntutan atau kebutuhan. Permasalahan yang dihadapi oleh pihak pengelola terkait dengan pemerintah setempat diantaranya adalah terkait masalah prosedur yang kurang jelas. Idealnya peranan pemerintah dalam upaya mengembangkan Agrowisata Bina Darma adalah berkaitan dengan
7
pembuatan dan penetapan peraturan-peraturan yang berkaitan dengan wisata agro itu sendiri. Pemerintah juga diharapkan memberikan pembinaan dan penyuluhan untuk mendorong pengembangan Agrowisata Bina Darma. Fungsi pengawasan dari pemerintah juga diperlukan untuk mencegah terjadinya penyimpangan, misalnya timbulnya masalah lingkungan akibat dari pengelolaan agrowisata Bina Darma. Banyaknya permasalahan yang dihadapi dalam pengelolaan Agrowisata Bina Darma, maka penulis memandang perlu untuk melakukan penelitian lebih lanjut tentang analisis prakelayakan dan formulasi strategi pengembangan untuk mencapai wisata agro berkelanjutan di Agrowisata Bina Darma, dimana selama ini belum ada yang melakukan penelitian dengan pokok bahasan tersebut di Agrowisata Bina Darma ini. Berdasarkan hal tersebut, masalah penelitian ini adalah: 1. Bagaimanakah daya dukung lingkungan dalam pengembangan wisata agro berkelanjutan di Agrowisata Bina Darma? 2. Bagaimanakah prakelayakan dalam pengembangan wisata agro berkelanjutan di Agrowisata Bina Darma? 3. Bagaimanakah
strategi
pengembangan
wisata
agro
berkelanjutan
di
Agrowisata Bina Darma ? 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk melakukan studi pengembangan Agrowisata Bina Darma yang berkelanjutan. Secara khusus, tujuan penelitian ini adalah: 1. Mengestimasi daya dukung lingkungan dalam pengembangan wisata agro berkelanjutan di Agrowisata Bina Darma. 2. Mengestimasi
prakelayakan
dalam
pengembangan
wisata
agro
yang
berkelanjutan di Agrowisata Bina Darma. 3. Memformulasi strategi pengembangan wisata agro berkelanjutan di Agrowisata Bina Darma.
8
1.4 Manfaat Penelitian Hasil penelitian diharapkan menjadi bahan pertimbangan bagi penentu kebijakan, khususnya di bidang wisata agro dalam merumuskan program pembangunan wisata agro yang berkelanjutan. Penelitian juga dapat bermanfaat bagi pihak swasta yang membutuhkan data dan masalah lain yang berkaitan dengan pengelolaan wisata agro berkelanjutan. Selain pemerintah dan swasta, pihak lain yang cukup penting untuk memperoleh nilai guna penelitian ini adalah masyarakat, khususnya pelaku usaha wisata agro. Secara khusus penelitian ini berguna: 1. Sebagai bahan masukan bagi pemerintah dalam mengambil kebijakan di bidang pengembangan kepariwisataan khususnya menyangkut wisata agro berkelanjutan. 2. Memberikan informasi kepada masyarakat, khususnya pelaku wisata agro mengenai daya dukung lingkungan, prakelayakan dan formulasi strategi pengembangan wisata agro berkelanjutan. 3. Menambah perbendaharaan ilmu pengetahuan bagi mahasiswa maupun peneliti serta referensi bagi penelitian selanjutnya. 1.5 Ruang Lingkup Penelitian Studi ini berupaya untuk menghitung daya dukung lingkungan terhadap kunjungan wisatawan, melakukan analisis prakelayakan dan menformulasikan strategi pengembangan yang tepat agar wisata agro yang berkelanjutan dapat diwujudkan di Agrowisata Bina Darma.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Wisata Agro
2.1.1
Definisi dan Konsep Wisata Agro Wisata agro merupakan bagian dari wisata alam yang memanfaatkan usaha
pertanian (agro) sebagai
objek wisata.
wisata agro menjadi kegiatan
kepariwisataan yang pada akhir-akhir ini telah dimanfaatkan oleh kalangan usaha perjalanan untuk meningkatkan kunjungan wisata pada beberapa daerah tujuan wisata agro. Wisata agro berasal dari terjemahan dari istilah Bahasa Inggris, agrotourism. Agro berarti pertanian dan tourism berarti pariwisata/kepariwisataan. Wisata agro adalah berwisata ke daerah pertanian. Dalam istilah sederhana, agrotourism atau wisata agro didefinisikan sebagai perpaduan antara pariwisata dan pertanian dimana pengunjung dapat mengunjungi kebun, peternakan atau kilang anggur untuk membeli produk, menikmati pertunjukan, mengambil bagian aktivitas, makan suatu makanan atau melewatkan malam bersama di suatu areal perkebunan atau taman (www.farmstop.com). Sutjipta (2001) mendefinisikan, wisata agro adalah sebuah sistem kegiatan yang terpadu dan terkoordinasi untuk pengembangan pariwisata sekaligus
pertanian, dalam kaitannya
dengan
pelestarian lingkungan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat petani. Damardjati (1995:5) dalam bukunya “Istilah-istilah Dunia Pariwisata” mengatakan bahwa yang dimaksud dengan wisata agro adalah wisata pertanian dengan objek kunjungan daerah pertanian atau perkebunan yang sifatnya khas, yang telah dikembangkan sedemikian rupa sehingga berbagai aspek yang terkait dengan jenis tumbuhan yang dibudidayakan itu telah menimbulkan motivasi dan daya tarik bagi wisatawan untuk mengunjunginya. Aspek-aspek itu antara lain jenis tanaman yang khas, cara budidaya dan pengelolaan produknya, penggunaan teknik dan teknologi, aspek kesejarahannya, lingkungan alam dan juga sosial budaya disekelilingnya. Masih
dalam
konteks
yang
sama,
Arifin
(1992)
dalam
http://www.namagraph.com/index.php?option=com_content&view=article&id=4 4:agrowisata-wisata-lanskap-pertanian&catid=18:arsitektur-lanskap&Itemid=77 berpendapat bahwa wisata agro adalah salah satu bentuk kegiatan wisata yang
10
dilakukan di kawasan pertanian yang menyajikan suguhan pemandangan alam kawasan pertanian (farmland view) dan aktivitas di dalamnya seperti persiapan lahan, penanaman, pemeliharaan, pemanenan, pengolahan hasil panen sampai dalam bentuk siap dipasarkan dan bahkan wisatawan dapat membeli produk pertanian tersebut sebagai oleh-oleh. Wisata agro tersebut ikut melibatkan wisatawan dalam kegiatan-kegiatan pertanian. Senada dengan pendapat Arifin, Nurisjah
(2001)
dalam
http://www.namagraph.com/index.php?option=com_
content&view=article&id=44:agrowisata-wisata-lanskap-pertanian&catid=18: arsitektur-lanskap&Itemid=77, mengatakan bahwa agrotourism, wisata agro atau wisata pertanian merupakan penggabungan antara aktivitas wisata dan aktivitas pertanian. Menurut Tirtawinata dan Fachruddin (1996), pengertian wisata agro juga terdapat dalam Surat Keputusan Bersama Menteri Pertanian dan Menteri Pariwisata, Pos, dan Telekomunikasi Nomor: 204/KPTS/30 HK/050/4/1989 dan Nomor KM. 47/PW.DOW/MPPT/89 Tentang Koordinasi Pengembangan Wisata Agro, yang mendefinisikan wisata agro sebagai suatu bentuk kegiatan pariwisata yang memanfaatkan usaha agro sebagai obyek wisata dengan tujuan untuk memperluas pengetahuan, perjalanan, rekreasi dan hubungan usaha di bidang pertanian. Berdasarkan beberapa pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa wisata agro adalah kawasan agro (pertanian) yang diperuntukkan secara khusus, dibina dan dipelihara guna kepentingan pariwisata dan rekreasi masyarakat. 2.1.2. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Wisata Agro Upaya pengembangan wisata agro secara garis besar mencakup aspek pengembangan sumberdaya manusia, sumberdaya alam, promosi, dukungan sarana, dan kelembagaan (http://database.deptan.go.id). Selanjutnya aspek-aspek tersebut dapat dirinci sebagai berikut: a)
Sumberdaya Manusia Sumberdaya manusia mulai dari pengelola sampai kepada masyarakat
berperan penting dalam keberhasilan pengembangan wisata agro. Kemampuan pengelola wisata agro dalam menetapkan target sasaran dan menyediakan, mengemas, menyajikan paket-paket wisata serta promosi yang terus menerus
11
sesuai dengan potensi yang dimiliki sangat menentukan keberhasilan dalam mendatangkan wisatawan. Dalam hal ini keberadaan/peran pemandu wisata dinilai sangat penting. Kemampuan pemandu wisata yang memiliki pengetahuan ilmu dan keterampilan menjual produk wisata sangat menentukan. Pengetahuan pemandu wisata seringkali tidak hanya terbatas kepada produk dari objek wisata yang dijual tetapi juga pengetahuan umum terutama hal-hal yang lebih mendalam berkaitan dengan produk wisata tersebut. b) Promosi Kegiatan promosi merupakan kunci dalam mendorong kegiatan wisata agro. Informasi dan pesan promosi dapat dilakukan melalui berbagai cara, seperti melalui leaflet, booklet, pameran, cinderamata, mass media (dalam bentuk iklan atau media audiovisual), serta penyediaan informasi pada tempat public (hotel, restoran, bandara dan lainnya). Dalam kaitan ini kerjasama antara objek wisata agro dengan Biro Perjalanan, Perhotelan, dan Jasa Angkutan sangat berperan. Salah satu metoda promosi yang dinilai efektif dalam mempromosikan objek wisata agro adalah metoda "tasting", yaitu memberi kesempatan kepada calon konsumen/wisatawan untuk datang dan menentukan pilihan konsumsi dan menikmati produk tanpa pengawasan berlebihan sehingga wisatawan merasa betah. Kesan yang dialami promosi ini akan menciptakan promosi tahap kedua dan berantai dengan sendirinya. c)
Sumberdaya Alam dan Lingkungan Sebagai bagian dari usaha pertanian, usaha wisata agro sangat
mengandalkan kondisi sumberdaya alam dan lingkungan. Sumberdaya alam dan lingkungan tersebut mencakup sumberdaya objek wisata yang dijual serta lingkungan sekitar termasuk masyarakat. Untuk itu upaya mempertahankan kelestarian dan keasrian sumberdaya alam dan lingkungan yang dijual sangat menentukan keberlanjutan usaha wisata agro. Kondisi lingkungan masyarakat sekitar sangat menentukan minat wisatawan untuk berkunjung. Sebaik apapun objek wisata yang ditawarkan namun apabila berada di tengah masyarakat tidak menerima kehadirannya akan menyulitkan dalam pemasaran objek wisata. Antara usaha wisata agro dengan pelestarian sumberdaya alam dan lingkungan terdapat hubungan timbal balik yang saling menguntungkan. Usaha wisata agro
12
berkelanjutan membutuhkan terbinanya sumberdaya alam dan lingkungan yang lestari, sebaliknya dari usaha bisnis yang dihasilkannya dapat diciptakan sumberdaya alam dan lingkungan yang lestari. d) Dukungan Sarana dan Prasarana Kehadiran konsumen/wisatawan juga ditentukan oleh kemudahankemudahan yang diciptakan, mulai dari pelayanan yang baik, kemudahan akomodasi dan transportasi sampai kepada kesadaran masyarakat sekitarnya. Upaya menghilangkan hal-hal yang bersifat formal, kaku dan menciptakan suasana santai serta kesan bersih dan aman merupakan aspek penting yang perlu diciptakan. e)
Kelembagaan Pengembangan wisata agro memerlukan dukungan semua pihak,
pemerintah, swasta terutama pengusaha wisata agro, lembaga yang terkait seperti perjalanan wisata, perhotelan dan lainnya, perguruan tinggi serta masyarakat. Pemerintah bertindak sebagai fasilitator dalam mendukung berkembangnya wisata agro dalam bentuk kemudahan perijinan dan lainnya. Intervensi pemerintah terbatas kepada pengaturan agar tidak terjadi iklim usaha yang saling mematikan. Untuk itu kerjasama baik antara pengusaha objek wisata agro, maupun antara objek wisata agro dengan lembaga pendukung (perjalanan wisata, perhotelan dan lainnya) sangat penting. Terobosan kegiatan bersama dalam rangka lebih mengembangkan usaha agro diperlukan. Menurut Tirtawinata dan Fachruddin (1996), terdapat beberapa manfaat wisata agro, antara lain: a) Meningkatkan konservasi lingkungan Pengembangan dan pengelolaan wisata agro yang obyeknya benar-benar menyatu
dengan
lingkungan
alamnya
harus
memperhatikan
kelestarian
lingkungan. Jangan sampai pembuatan atau pengembangannya merugikan lingkungan. Nilai-nilai konservasi yang ditekankan pada keseimbangan ekosistem yang ada menjadi salah satu tujuan pengelolaan wisata agro. b) Meningkatkan nilai estetika dan keindahan alam Pengembangan setiap komponen obyek tentunya perlu dipertimbangkan secara masak. Jangan sampai pembuatan unsur-unsur tambahan, seperti fasilitas
13
bangunan, justru menurunkan nilai keindahannya. Walaupun disajikan secara artifisial, tetapi unsur-unsurnya hendaknya dibuat sedemikian rupa agar menyatu dengan alam. Oleh karenanya, dalam pembuatan wisata agro diperlukan perencanaan tata letak, arsitektur bangunan, dan lansekap yang tepat. c) Memberikan nilai rekreasi Sebagai tempat rekreasi, pengelola wisata agro perlu membuat atau menyediakan fasilitas-fasilitas penunjang atau paket-paket acara yang dapat menimbulkan kegembiraan di tengah alam. d) Meningkatkan kegiatan ilmiah dan pengembangan ilmu pengetahuan Pengelolaan dan peningkatan kualitas tempat wisata agro antara lain membina hubungan dengan lembaga-lembaga penelitian dan pendidikan. Para peneliti dan mahasiswa diberi kesempatan melakukan penelitian di areal wisata agro. Bentuk kerja sama ini tentunya akan sangat berguna bagi kedua belah pihak. Pihak pengelola wisata agro menyediakan tempat dan sarana penelitian, sedangkan
para
peneliti
dapat
menyumbangkan
hasil
penelitian
bagi
pengembangan obyek wisata agro selanjutnya. e) Mendapatkan keuntungan ekonomi Keuntungan ekonomi ini tentu sangat erat kaitannya dengan tujuan pengelolaan wisata agro itu. Keuntungan tersebut tidak hanya bagi pengelola wisata agro itu, tetapi juga bagi masyarakat di sekitarnya, pemerintah daerah, dan negara pada umumnya. Faktor-faktor yang berhubungan dengan keberhasilan suatu wisata agro dalam kaitannya dengan atraksi yang ditawarkan sebagai objek wisata, diidentifikasikan oleh Syamsu (2001) sebagai berikut: a) Kelangkaan Jika wisatawan melakukan wisata di suatu kawasan wisata agro, wisatawan mengharapkan suguhan hamparan perkebunan atau taman yang mengandung unsur kelangkaan karena tanaman tersebut sangat jarang ditemukan pada saat ini. b) Kealamiahan Kealamiahan atraksi wisata agro, juga akan sangat menentukan keberlanjutan dari wisata agro yang dikembangkan. Jika objek wisata tersebut
14
telah tercemar atau penuh dengan kepalsuan, pastilah wisatawan akan merasa sangat tertipu dan tidak mungkin berkunjung kembali. c) Keunikan Keunikan dalam hal ini adalah sesuatu yang benar-benar berbeda dengan objek wisata yang ada. Keunikan dapat saja berupa budaya, tradisi, dan teknologi lokal dimana objek wisata tersebut dikembangkan. d) Pelibatan Tenaga Kerja Pengembangan wisata agro diharapkan dapat melibatkan tenaga kerja setempat, setidak-tidaknya meminimalkan tergusurnya masyarakat lokal akibat pengembangan objek wisata tersebut. e) Optimalisasi Penggunaan Lahan Lahan-lahan pertanian atau perkebunan diharapkan dapat dimanfaatkan secara optimal, jika objek wisata agro ini dapat berfungsi dengan baik. Tidak ditemukan lagi lahan tidur, namun pengembangan wisata agro ini berdampak positif terhadap pengelolaan lahan, jangan juga dieksploitasi dengan semenamena. f) Keadilan dan Pertimbangan Pemerataan Pengembangan
wisata
agro
diharapkan
dapat
menggerakkan
perekonomian masyarakat secara keseluruhan, baik masyarakat petani/desa, penanam modal/investor, regulator. Dengan melakukan koordinasi didalam pengembangan secara detail dari input-input yang ada. g) Penataan Kawasan Wisata
agro
pada
hakekatnya
merupakan
suatu
kegiatan
yang
mengintegrasikan sistem pertanian dan sistem pariwisata sehingga membentuk objek wisata yang menarik. Menurut Spillane (1994), untuk dapat mengembangkan suatu kawasan menjadi kawasan pariwisata (termasuk juga wisata agro) ada lima unsur yang harus dipenuhi seperti dibawah ini: a) Attractions Dalam konteks pengembangan wisata agro, atraksi yang dimaksud adalah, hamparan kebun/lahan pertanian, keindahan alam, keindahan taman, budaya
15
petani tersebut serta segala sesuatu yang berhubungan dengan aktivitas pertanian tersebut. b) Facilities Fasilitas
yang
diperlukan
mungkin
penambahan
sarana
umum,
telekomunikasi, hotel dan restoran pada sentra-sentra pasar. c) Infrastructure Infrastruktur yang dimaksud dalam bentuk sistem pengairan, Jaringan komunikasi, fasilitas kesehatan, terminal pengangkutan, sumber listrik dan energi, sistem pembuangan kotoran/pembuangan air, jalan raya dan sistem keamanan. d) Transportation Transportasi umum, terminal bis, sistem keamanan penumpang, sistem informasi perjalanan, tenaga Kerja, kepastian tarif, peta kota/objek wisata. e) Hospitality Keramah-tamahan masyarakat akan menjadi cerminan keberhasilan sebuah sistem pariwisata yang baik. Pemilihan lokasi wilayah pertanian yang akan dijadikan objek wisata agro perlu dipertimbangkan, di antaranya mempertimbangkan kemudahan mencapai lokasi, karakteristik alam, sentra produksi pertanian, dan adanya kegiatan agroindustri. Pemilihan lokasi juga dapat dilihat berdasarkan karakteristik alam, apakah merupakan dataran rendah atau dataran tinggi, pantai, dan danau/waduk. Pemilihan juga dapat dilakukan dengan melihat potensi daerah seperti sentra produksi pertanian, letak daerah yang strategis, sejarah dan budaya ataupun pemilihan dilakukan dengan melihat potensi wisata agro suatu wilayah (http://lampungpost.com). 2.2.
Manajemen Pengembangan Wisata Agro Berkelanjutan
2.2.1. Wisata Agro Berkelanjutan Wisata agro yang berkelanjutan adalah wisata agro yang tetap mempertahankan dan meningkatkan kualitas lingkungan dan melestarikan sumberdaya alam. Wisata agro berkelanjutan harus bertitik tolak dari kepentingan dan partisipasi masyarakat untuk dapat memenuhi kebutuhan wisatawan/ pengunjung, sehingga meningkatkan kesejahteraan masyarakat, dengan kata lain
16
bahwa pengelolaan sumberdaya wisata agro dilakukan sedemikian rupa sehingga kebutuhan ekonomi, sosial dan estetika dapat terpenuhi dengan memelihara integritas kultural, proses ekologi yang esensial, keanekaragaman hayati dan sistem pendukung kehidupan. National Geograpic Online dalam The Global Development Research Center (2002) mendifinisikan pariwisata berkelanjutan sebagai berikut: (1) Pariwisata yang memberikan penerangan. Wisatawan tidak hanya belajar tentang kunjungan (negara/daerah yang dikunjungi) tetapi juga belajar bagaimana menyokong kelangsungan karakter (negara/daerah yang dikunjungi) selama dalam perjalanan mereka. Sehingga masyarakat yang dikunjungi dapat belajar (mengetahui) bahwa kebiasaan dan sesuatu yang sudah biasa dapat menarik dan dihargai oleh wisatawan; (2) Pariwisata yang mendukung keutuhan (integritas) dari tempat tujuan. Pengunjung memahami dan mencari usaha yang dapat menegaskan karakter tempat tujuan wisata mengenai hal arsitektur, masakan, warisan, estetika dan ekologinya; (3) Pariwisata yang menguntungkan masyarakat setempat. Pengusaha pariwisata melakukan kegiatan yang terbaik untuk mempekerjakan dan melatih masyarakat lokal, membeli persediaan-persediaan lokal, dan menggunakan jasa-jasa yang dihasilkan dari masyarakat lokal; (4) Pariwisata yang melindungi sumber daya alam. Dalam pariwisata ini wisatawan menyadari dan berusaha untuk meminimalisasi polusi, konsumsi energi, penggunaan air, bahan kimia dan penerangan di malam hari; (5) Pariwisata yang menghormati budaya dan tradisi. Wisatawan belajar dan melihat tata cara lokal termasuk menggunakan sedikit kata-kata sopan dari bahasa lokal. Masyarakat lokal belajar bagaimana memperlakukan/ menghadapi harapan wisatawan yang mungkin berbeda dari harapan yang mereka punya; (6) Pariwisata ini tidak menyalahgunakan produk. Stakeholder mengantisipasi tekanan pembangunan (pariwisata) dan mengaplikasikan batas-batas dan teknik-teknik manajemen untuk mencegah sindrom kehancuran (loved to
17
death) dari lokasi wisata. Stakeholder bekerjasama untuk menjaga habitat alami dari tempat tempat warisan budaya, pemandangan yang menarik dan budaya lokal; (7) Pariwisata ini menekankan pada kualitas, bukan kuantitas (jumlah). Masyarakat menilai kesuksesan sektor pariwisata ini tidak dari jumlah kunjungan belaka tetapi dari lama tinggal, jumlah uang yang dibelanjakan, dan kualitas pengalaman yang diperoleh wisatawan; (8) Pariwisata ini merupakan perjalanan yang mengesankan. Kepuasan, kegembiraan pengunjung dibawa pulang (ke daerahnya) untuk kemudian disampaikan kepada teman-teman dan kerabatnya, sehingga mereka tertarik untuk memperoleh hal yang sama, hal ini secara terus menerus akan menyediakan kegiatan di lokasi tujuan wisata. Jamieson dan Noble (2000) menuliskan beberapa prinsip penting dari pembangunan pariwisata berkelanjutan, yaitu: 1. Pariwisata tersebut mempunyai prakarsa untuk membantu masyarakat agar dapat
mempertahankan
kontrol/pengawasan
terhadap
perkembangan
pariwisata tersebut; 2. Pariwisata ini mampu menyediakan tenaga kerja yang berkualitas kepada dan dari masyarakat setempat dan terdapat pertalian yang erat (yang harus dijaga) antara usaha lokal dan pariwisata; 3. Terdapat peraturan tentang perilaku yang disusun untuk wisatawan pada semua tingkatan (nasional, regional dan setempat) yang didasarkan pada standar kesepakatan internasional. Pedoman tentang operasi pariwisata, taksiran penilaian dampak pariwisata, pengawasan dari dampak komulatif pariwisata, dan ambang batas perubahan yang dapat diterima merupakan contoh peraturan yang harus disusun; 4. Terdapat program-program pendidikan dan pelatihan untuk meningkatkan serta menjaga warisan budaya dan sumber daya alam yang ada. Prinsip-prinsip penting pembangunan pariwisata berkelanjutan yang dimaksud adalah ”Berbasis Masyarakat”. Tentu saja prinsip-prinsip tersebut paling kental pada wisata agro, selain secara geografis berada di pedesaan juga
18
secara sistem, langsung menyentuh lapisan masyarakat pada level paling bawah (petani kecil) baik secara langsung maupun tidak langsung. Prinsip ini menekankan keterlibatan masyarakat secara langsung, terhadap seluruh kegiatan pembangunan pariwisata dari mulai perencanaan, pelaksanaan hingga pengawasan. Masyarakat diletakkan sebagai faktor utama, yang memiliki kepentingan berpartisipasi secara langsung dalam pengambilan keputusan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat melalui upaya konservasi serta pemanfaatan sumber daya alam dengan dilandaskan pada opsi pemilikan sendiri sarana dan prasarana pariwisata oleh masyarakat setempat, kemitraan dengan pihak swasta dan sewa lahan atau sumber daya lainnya baik oleh masyarakat maupun kerja sama dengan swasta. 2.2.2. Pengembangan Wisata Agro Pengembangan sebuah
tempat wisata harus menggunakan pendekatan
yang berkelanjutan karena sumberdaya alam, lingkungan, dan budaya yang terpelihara dan terjaga kualitasnya merupakan potensi dan modal utama yang dapat menarik kedatangan wisatawan dan juga dapat memberikan pengalaman yang memuaskan bagi wisatawan. Tiga elemen kunci yang perlu dipertimbangkan dalam pengembangan wisata yang berkelanjutan, yaitu 1) Quality of the experiences; 2) Quality of the resources; dan 3) Quality of life. Keserasian, keharmonisan hubungan antara ketiga
elemen
berkelanjutan.
tersebut
mencerminkan
dasar
dari
pembangunan
yang
Dengan pendekatan wisata agro yang berkelanjutan, kualitas
pengalaman wisatawan, kualitas lingkungan dan kualitas hidup masyarakat diharapkan dapat terjaga keberlanjutannya.
Di samping itu, sumberdaya alam
dan budaya masyarakat dapat terus berjalan seiring dengan kepuasan wisatawan, pecinta lingkungan dan masyarakat lokal tetap terjalin dengan baik (Schouten, 1992, dalam Lubis, 2006). Pengembangan kawasan wisata agro juga menuntut pengelolaan ruang (tata ruang) yang lebih menyeluruh baik yang meliputi pengaturan, evaluasi, penertiban maupun peninjauan kembali pemanfaatan ruang sebagai kawasan wisata agro, baik dari sisi ekologi, ekonomi maupun sosial budaya. Penataan kawasan wisata agro ini sangat mungkin beririsan dengan pemanfaatan kawasan
19
lain seperti kawasan pemukiman atau kawasan industri. Dalam hal ini perlu dilakukan prioritas dengan mempertimbangkan kepentingan jangka panjang. Oleh karena itu dalam pengembangannya diperlukan pendekatan kawasan yang bukan hanya meliputi sisi ekologi, tetapi juga sosial budaya dan ekonomi. Sehingga dalam jangka panjang, bukan hanya pelestarian daya dukung lingkungan saja yang tercapai, tetapi juga pertumbuhan ekonomi yang stabil serta budaya yang lestari. Pengembangan kawasan wisata agro juga harus dilakukan secara terintegrasi dengan sektor-sektor terkait seperti pertanian, peternakan, perikanan, pengolahan, perhotelan, biro perjalanan, industri, kesenian dan kebudayaan dan sebagainya dalam bingkai kewilayahan dan keterpaduan pengelolaan kawasan. Wisata agro dapat merupakan pengembangan dari sektor lain yang diharapkan mampu menunjang pengembangan ekonomi secara berkelanjutan, misalnya pengembangan kawasan wisata agro pada kawasan agropolitan, pengembangan kawasan wisata agro pada kawasan perkebunan, pengembangan kawasan wisata agro pada tanaman pangan dan hortikultura, pengembangan kawasan wisata agro pada kawasan peternakan, pengembangan kawasan wisata agro pada kawasan perikanan darat dan lain sebagainya. Menurut Tirtawinata dan Fachruddin (1996), kegiatan pengelolaan kawasan wisata agro dimulai dengan perencanaan yang matang, dimana dalam perencanaan dikumpulkan sejumlah data-data yang berguna bagi persiapan dan pengembangan suatu kawasan wisata agro. Prinsip yang harus dipegang dalam sebuah perencanaan wisata agro yaitu: 1.
Sesuai dengan rencana pengembangan wilayah tempat wisata agro itu berada.
2.
Dibuat secara lengkap tetapi sesederhana mungkin.
3.
Mempertimbangkan tata lingkungan dan kondisi sosial masyarakat di sekitarnya.
4.
Selaras dengan sumber daya alam, sumber tenaga kerja, sumber dana, dan teknik-teknik yang ada.
5.
Perlu sesuai dengan perkembangan yang ada. Masih dalam konteks yang sama Sumarno (2008) mengemukakan bahwa
terdapat beberapa prinsip dalam pengembangan kawasan wisata agro, yaitu sebagai berikut:
20
a. Pengembangan kawasan wisata agro harus mempertimbangkan penataan dan pengelolaan wilayah dan tata ruang yang berkelanjutan baik dari sisi ekonomi, ekologi maupun sosial budaya setempat. Pengembangan kawasan wisata agro perlu
mempertimbangkan
RTRWN
yang
lebih
luas
sebagai
dasar
pengembangan kawasan, mendorong apresiasi yang lebih baik bagi masyarakat luas tentang pentingnya pelestarian sumber daya alam yang penting dan karakter sosial budaya, dan menghargai dan melestarikan keunikan budaya, lokasi dan bangunan-bangunan bersejarah maupun tradisional. b. Pengembangan fasilitas dan layanan wisata yang mampu memberikan kenyamanan pengunjung sekaligus memberikan benefit bagi masyarakat setempat. Hal itu dapat dilakukan dengan cara memberikan nilai tambah bagi produk-produk lokal dan meningkatkan pendapatan sektor agro, merangsang tumbuhnya investasi bagi kawasan wisata agro sehingga menghidupkan ekonomi lokal, merangsang tumbuhnya lapangan kerja baru bagi penduduk lokal, menghidupkan gairah kegiatan ekonomi kawasan wisata agro dan sekitarnya, dan meningkatkan efisiensi pemanfaatan sumber daya lokal. c. Pengembangan kawasan wisata agro harus mampu melindungi sumber daya dan kekayaan alam, nilai-nilai budaya dan sejarah setempat. Pengembangan kawasan wisata agro ini tidak hanya memenuhi kebutuhan pasar semata, tetapi harus dalam koridor melindungi dan melestarikan aset-aset yang menjadi komoditas utama pengembangan kawasan. Penggalian terhadap nilai-nilai, lokasi, kegiatan, atraksi wisata yang unik ditujukan untuk mendorong pertumbuhan kawasan wisata agro secara berkelanjutan. d. Diperlukan studi dan kajian yang mendalam, berulang (repetitive) dan melibatkan pihak-pihak yang relevan baik dari unsur masyarakat, swasta maupun
pemerintah.
Dengan
demikian
diharapkan
perencanaan
&
pengembangan kawasan semakin baik dari waktu ke waktu serta terdokumentasi dengan baik. 2.3.
Strategi Pengembangan Wisata Agro Berkelanjutan Pengembangan wisata agro berbasis kawasan merupakan pengembangan
kawasan yang tumbuh dan berkembang dengan memadukan berbagai kelebihan
21
dan keuntungan agribisnis dengan kegiatan wisata secara berkelanjutan. Hal ini memerlukan rencana pengembangan yang menyentuh hal-hal yang paling mendasar baik dari sisi penataan wilayah dan kawasan, pengelolaan sumber daya lokal (baik alam, penduduk, ekonomi, sosial maupun budaya). Penetapan dan pengembangan kawasan wisata agro dapat dilakukan pada beberapa kawasan secara terpadu seperti kawasan sentra produksi pertanian dengan kawasan danau dan sungai. Dengan demikian kawasan wisata agro bukanlah kawasan yang secara khusus diperuntukkan bagi industri wisata, melainkan dapat saja berupa kawasan lain dengan memberikan pengembangan fasilitas, kegiatan serta promosi wisata. Fandeli dan Nurdin (2005), berpendapat bahwa arah pengembangan dasar kebijakan ekowisata yang dapat diterapkan dalam kebijakan wisata agro, antara lain: 1. Lingkungan alam dan sosial budaya harus menjadi dasar pengembangan pariwisata dengan tidak membahayakan kelestariannya. 2. Wisata agro bergantung pada kualitas lingkungan alam dan sosial budaya yang baik. Keduanya menjadi pondasi untuk meningkatkan ekonomi lokal dan kualitas kehidupan masyarakat yang timbul dari industri pariwisata. 3. Keberadaan organisasi yang mengelola
agar tetap terjaga kelestariannya,
berkaitan dengan pengelolaan yang baik dari dan untuk wisatawan; saling memberikan informasi dan pengelolaan dengan operator wisata, masyarakat lokal dan mengembangkan potensi ekonomi yang sesuai. Dalam hal ini, Sumarno (2008) berpendapat bahwa arah pengembangan kawasan wisata agro harus mampu menyentuh komponen-komponen kawasan secara mendasar. Hal ini antara lain meliputi: 1. Pemberdayaan masyarakat pelaku wisata agro 2. Pengembangan pusat-pusat kegiatan wisata sebagai titik pertumbuhan. 3. Pengembangan sarana dan prasarana yang menunjang. 4. Adanya keterpaduan antar kawasan yang mendukung upaya peningkatan dan pelestarian daya dukung lingkungan serta sosial dan budaya setempat. 5. Adanya keterpaduan kawasan wisata agro dengan rencana tata ruang wilayah daerah dan nasional.
22
Selanjutnya Sumarno (2008) menyatakan bahwa strategi dan arah kebijakan pengembangan kawasan wisata agro sekurang-kurangnya dilakukan dengan memperhatikan beberapa hal berikut ini: 1. Adanya pedoman pengelolaan ruang kawasan wisata agro sebagai bagian dari RTRWN, yang berupa strategi pola pengembangan kawasan wisata agro tersebut. 2. Penetapan kawasan wisata agro dilakukan berdasarkan studi kelayakan yang secara
mendasar
mempertimbangkan
kelayakan
ekologis,
kelayakan
ekonomis, kelayakan teknis (agroklimat, kesesuaian lahan, dll), dan kelayakan sosial budaya. 3. Pengembangan kawasan wisata agro harus melalui tahapan-tahapan yang jelas dan terarah. Tahapan-tahapan tersebut antara lain: a. Persiapan Kawasan Wisata Agro Merupakan rencana pengembangan jangka pendek antara 0-1 tahun. Kawasan ini merupakan daerah potensi pengembangan yang diidentifikasi memiliki potensi yang layak dikembangkan karena kekayaan alamnya dan topologinya, peruntukan maupun sosial budaya. Kawasan ini dapat juga berupa kawasan yang diarahkan untuk kawasan wisata agro, misalnya kawasan bantaran sungai atau danau yang akan direhabilitasi. Melalui pengembangan fasilitas yang mendukung, daerah ini dapat dikembangkan sebagai kawasan wisata agro. b. Pra Kawasan Wisata Agro Merupakan rencana pengembangan jangka menengah 1 – 5 tahun, dimana kawasan mulai dikembangkan sesuai dengan arah perencanaan dan pengembangan. Pada tahap ini kawasan sudah mulai berkembang dan kegiatan wisata agro sudah mulai berjalan. Hal ini dapat dicirikan dengan adanya
kesadaran
yang
mulai
tumbuh
di
masyarakat
tentang
pengembangan kawasan wisata agro di daerahnya serta kegiatan agribisnis dan wisata agro yang berjalan bersama secara serasi. Kegiatan pengembangan sumber daya manusia dan lingkungan pada tahap ini harus dilakukan secara intensif, untuk mempersiapkan sebuah kawasan dengan kesadaran wisata agro.
23
c. Tahap Kawasan Wisata Agro Pada tahap ini kawasan sudah mapan sebagai kawasan wisata agro. Pada tahapan ini kawasan wisata agro sudah berkembang dan memiliki ciri-ciri seperti: optimalisasi sumberdaya alam, adanya pusat-pusat kegiatan wisata terpadu dengan berbagai kegiatan budidaya, pengolahan dan pemasaran; minimalnya dampak lingkungan yang terjadi; pemberdayaan masyarakat lokal, seni, sosial dan budaya. 4. Pengembangan kawasan wisata agro dalam jangka panjang berorientasi pada pelestarian daya dukung lingkungan dan sumber daya alam. Hal ini menuntut pola agribisnis yang dikembangkan benar-benar sesuai dengan karakter dan kesesuaian lahan, memiliki dampak lingkungan minimal (misalnya tidak diperkenankan penggunaan pestisida secara berlebihan atau aplikasi pestisida organik yang aman secara ekologis). Berbagai kebijakan, program, prosedur dan petunjuk pelaksanaan harus dirumuskan secara lebih rinci dengan melibatkan berbagai pihak terkait. 5. Pengembangan kawasan wisata agro diharapkan mampu memelihara dan bahkan memperbaiki daya dukung lingkungan dan kelestarian sumber daya alam secara berkelanjutan dalam jangka panjang. Upaya-upaya pelestarian flora dan fauna yang mulai langka diharapkan dapat dilakukan dan memberikan nilai ekonomi bagi pelaku usaha wisata agro misalnya dengan mengembangkan kawasan budidaya tanaman obat atau tanaman pangan yang sudah mulai jarang dikonsumsi pada masyarakat modern. Hal ini dapat juga dilakukan pada bidang peternakan dan perikanan. 6. Manfaat Pengembangan wisata agro (warta penelitian dan pengembangan pertanian vol 24 no, 1, 2002). Pengembangan wisata agro sesuai dengan kapabilitas, tipologi, dan fungsi ekologis lahan akan berpengaruh langsung terhadap kelestarian sumberdaya lahan dan pendapatan petani dan masyarakat sekitarnya. Kegiatan ini secara tidak langsung meningkatkan persepsi positif petani serta masyarakat di sekitarnya akan arti pentingnya pelestarian sumberdaya lahan pertanian. Pengembangan wisata agro pada gilirannya akan menciptakan lapangan pekerjaan, karena usaha ini dapat menyerap tenaga kerja dari masyarakat pedesaan, sehingga dapat menahan atau mengurangi
24
arus urbanisasi yang semakin meningkat saat ini. Manfaat yang dapat diperoleh dari wisata agro antara lain adalah melestarikan sumberdaya alam, melestarikan teknologi lokal dan meningkatkan pendapatan petani/masyarakat sekitar lokasi wisata. Dalam kaitannya dengan pengembangan wisata agro sebagai kerangka pengembangan masyarakat petani pada kehidupan yang lebih baik, maka diperlukan gerakan serentak (Sutjipta, 2001), berupa: 1. Menjaga
kelestarian
lingkungan:
Pengembangan
Pariwisata
harus
memperhatikan kelestarian lingkungan karena jika lingkungan rusak mustahil pariwisata bisa terus berkembang. 2. Pemanfaatan sumberdaya alam secara bijaksana: Sumberdaya alam yang ada bukan untuk dinikmati oleh generasi sekarang saja tetapi untuk anak cucu kita juga, dari sinilah diharapkan kita tidak melakukan ekploitasi alam dengan semena-mena. 3. Keseimbangan antara konsumsi dan produksi: berproduksi sesuai dengan permintaan pasar, bukan melakukan penawaran secara berlebihan sehingga tercipta kondisi over suplay, jika kondisi ini terjadi maka segala sesuatu akan bernilai rendah. 4. peningkatan sumber daya manusia: Jika sumberdaya manusia tidak cakap, maka ada potensi dalam waktu panjang SDM yang ada akan tergusur oleh SDM global yang lebih potensi dan kompeten, disinilah diperlukan pengembangan SDM secara terus menerus. 5. Pemberantasan
kemiskinan:
Program-program
yang
ditawarkan
oleh
pemerintah sebaiknya tidak hanya memberikan kemudahan bagi kapitalis tetapi juga sebaiknya memperhatikan masyarakat petani yang sebagian besar tergolong miskin bahkan melarat. 2.4.
Penelitian Terdahulu Penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti sebelumnya yaitu tahun 2004,
Gune Purnamasari melakukan penelitian dengan judul Kajian Pengembangan Produk Wisata Alam berbasis Ekologi di Wilayah Wana Wisata Curug Cilember Kabupaten Bogor. Kriteria yang digunakan untuk menentukan produk wisata alam berbasis ekologi yang dipilih ditentukan berdasarkan aspek sumberdaya alam,
25
karakteristik pengunjung, dukungan stakeholder dan masyarakat serta sarana dan prasarana, dilihat dari kegiatan menikmati produk wisata air terjun, pengobatan dengan air terjun, tracking, menikmati pemandangan alam, kemping, outbond, serta pengamatan flora, fauna dan kupu-kupu. Dari kegiatan-kegiatan menikmati produk wisata yang diidentifikasi selanjutnya dianalisis berdasarkan AHP (Analitical Hierarchy Process). Produk wisata alam berbasis ekologi dari yang tertinggi hingga terendah adalah: 1. Menikmati air terjun (0,2766)
6. Pengamatan flora (0,0665)
2. Menikmati pemandangan alam (0,1623) 7. Pengamatan kupu-kupu (0,0563) 3. Kemping (0,1405)
8. Pengamatan fauna lainnya (0,0525)
4. Tracking (0,1073)
9. Outbound (0,0380)
5. Pengobatan dengan air terjun (0,0885) Penelitian selanjutnya telah dilakukan oleh Halomoan Hutajulu (2010) dengan judul Kerugian Ekonomi Negara Akibat Penebangan Liar dan Dampak Kerusakan Hutan Cagar Alam Pegunungan Cycloops (CAPC) terhadap masyarakat di Distrik Sentani Kabupaten Jayapura. Hasil penelitian menggunakan analisis AHP menunjukkan untuk mengatasi kerusakan hutan Cycloops pada tataran kepentingan stakeholder yakni stakeholder LMA dan masyarakat dengan nilai masing-masing sebesar 0,30. Pendekatan kebijakan yang paling tepat adalah kebijakan hutan lestari dan ramah lingkungan sebesar 0,66 nilai rasio konsistensi sebesar 0,04. Sedangkan alternatif kebijakan pengembangan kawasan CAPC, kebijakan pemberdayaan masyarakat hutan dengan bobot nilai rata-rata 0,34. Penelitian berjudul Analisis Potensi Pengembangan Ekonomi Bahan Bakar Nabati Berbasis Kelapa di Propinsi Sulawesi Utara, dilakukan oleh Andriani Rahayu pada tahun 2011. Penelitian ini melakukan analisis finansial, dengan dua pendekatan, yaitu analisis biaya per kWh dan analisis Benefit Cost Ratio (BCR), yang terdiri atas analisis Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), dan Pay Back Period (PBP). Hasil penelitian menunjukkan bahwa perhitungan ekonomi kelapa sebagai bahan baku BBN melihat dua aspek perhitungan, yaitu usahatani komoditas kelapa dan industri biodiesel. Investasi usahatani komoditas kelapa berdasarkan indikator ekonomi (NPV, IRR, B/C) layak dilakukan apabila pengembangan industri BBN mampu menawarkan harga komoditas kelapa sama
26
atau lebih tinggi dengan harga pasar saat ini, maka secara ekonomi akan ada insentif bagi usahatani kelapa untuk mengembangkan usahanya melalui intensifikasi maupun perluasan areal. Investasi industri biodiesel kelapa (pabrik), berdasarkan indikator ekonomi layak dilakukan dengan harga biodiesel Rp 9.000 perliter. Namun, dengan harga biodiesel-10 (non subsidi) sebesar Rp 7.000,- per liter maka usaha pengembangan cocodiesel hanya mungkin dilakukan dalam skala kecil baik perorangan atau kelompok tani. Penelitian tentang analisis dari daya dukung lingkungan dilakukan oleh Ahmad Bahar tahun 2004 dengan judul ”Kajian Kesesuaian dan Daya Dukung Ekosistem Mangrove untuk Pengembangan Ekowisata di Gugus Pulau Tanateke Kabupaten Takalar Sulawesi Selatan. Hasil penelitian menunjukkan daya dukung kawasan dari aktivitas mengamati burung (10m2/orang), memandang alam (10m2/orang), jalan-jalan (10m2/orang), pemotretan (10m2/orang) dan interpretasi alam (20m2/orang). Penelitian ini berbeda dengan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya. Penekanan penelitian ini adalah menghitung daya dukung lingkungan terhadap kunjungan wisatawan, menghitung analisis prakelayakan, dan memformulasi strategi pengembangan untuk mewujudkan Agrowisata Bina Darma yang berkelanjutan.
III. KERANGKA PEMIKIRAN
3.1. Kerangka Teoritis 3.1.1
Daya Dukung Lingkungan Carrying capacity atau daya dukung lingkungan mengandung pengertian
kemampuan suatu tempat dalam menunjang kehidupan mahluk hidup secara optimum dalam periode waktu yang panjang. Daya dukung lingkungan dapat pula diartikan kemampuan lingkungan memberikan kehidupan organisme secara sejahtera dan lestari bagi penduduk yang mendiami suatu kawasan (Soemarwoto, 1997). Menurut Hadi (2005), Appropriated carrying capacity adalah lahan yang dibutuhkan untuk dapat menyediakan sumber daya alam dan mengabsorbsi limbah yang dibuang. Konsep daya dukung lahan ini menjadi alat untuk menguji lahan yang dibutuhkan untuk mendukung aktivitas ekonomi kita. Selanjutnya, daya dukung lingkungan dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut (Libosada, 1998): area yang digunakan wisatawan Carrying Capacity (CC) = -------------------------------------------rata-rata kebutuhan area per individu Daya tampung wisatawan per hari = CC X koefisien rotasi Di mana koefisien rotasi diperoleh dari:
Koefisien Rotasi
3.1.2
Jumlah jam area terbuka untuk wisatawan = ------------------------------------------------Rata-rata waktu satu kunjungan
Pendekatan Analisis Biaya dan Manfaat Analisis manfaat dan biaya merupakan penerapan konsep ekonomi
kesejahteraan modern yang ditujukan untuk memperbaiki efisiensi ekonomi dalam alokasi sumberdaya. Karena itu, nilai ekonomi masyarakat dijadikan untuk menilai usulan-usulan tertentu (Abelson, 1979). Untuk menghitung analisis prakelayakan dalam pengembangan wisata agro digunakan :
28
1. Benefit Cost Ratio (BCR) Yaitu rasio jumlah nilai sekarang dari manfaat dan biaya. Kriteria alternatif yang layak adalah BCR > 1 dan kita meletakkan alternatif yang mempunyai BCR tertinggi pada tingkat pertama. Secara matematis, BCR dapat disajikan sebagai berikut (Gittinger, 1986): t n
BCR
t 1 t n t 1
Bt (1 i) t Ct (1 i) t
Dimana : Bt
= manfaat yang diperoleh tiap tahun
Ct
= biaya yang dikeluarkan tiap tahun
t
= 1, 2, . . . . . , n
n
= jumlah tahun
i
= tingkat bunga (diskonto).
2. Net Present Value (NPV) NPV atau nilai sekarang bersih adalah jumlah nilai sekarang dari manfaat bersih. Kriteria keputusan yang lebih baik adalah nilai NPV yang positif dan alternatif yang mempunyai NPV tertinggi pada peringkat pertama. Secara matematis, Net Present Value dapat disajikan sebagai berikut (Gittinger, 1986): t n
NPV t 1
Bt - C t (1 i) t
Dimana : Bt
= manfaat yang diperoleh tiap tahun
Ct
= biaya yang dikeluarkan tiap tahun
t
= 1, 2, . . . . . , n
n
= jumlah tahun
i
= tingkat bunga (diskonto).
29
3. Internal Rate of Return ( IRR) Internal rate of return adalah discount rate yang dapat membuat besarnya the net present value (NPV) proyek sama dengan nol (0), atau yang dapat membuat B/C ratio = 1. Dalam perhitungan IRR ini diasumsikan bahwa setiap benefit neto tahunan secara otomatis ditanam kembali dalam tahun berikutnya dan memperoleh rate of return yang sama dengan investasiinvestasi sebelumnya. Besarnya IRR ini tidak ditemukan secara langsung, dan harus dicari dengan coba-coba. Mula-mula dipakai discount rate yang diperkirakan mendekati besarnya IRR. Kalau perhitungan ini memberikan NPV yang positif, maka harus dicoba discount rate yang lebih tinggi, dan seterusnya, sampai diperoleh NPV yang negatif. Kalau hal ini sudah tercapai, maka diadakan interpolasi antara discount rate yang tertinggi (i’) yang masih memberi NPV yang positif (NPV’), dan discount rate terendah (i’’) yang memberi NPV yang negatif (NPV’’), sehingga diperoleh NPV sebesar nol (0). Secara matematis, internal rate of return dapat disajikan sebagai berikut (Kadariah, 1988):
Dimana : i’
= discount ratetertinggi yang menghasilkan NPV positif
i’’
= discount rate terendah yang menghasilkan NPV negatif
NPV’ = NPV positif NPV’’ = NPV Negatif Layak bila IRR ≥ Discount Rate 4. Payback Period (PP) Payback Period adalah jumlah tahun yang diperlukan untuk membuat manfaat dapat menutup biaya (Kadariah, 1988). Masa pengembalian biaya investasi atau payback period merupakan jangka waktu yang diperoleh untuk membayar kembali seluruh investasi yang dikeluarkan melalui keuntungan yang diperoleh dari suatu proyek (Gittinger, 1986). Secara matematis, Payback Period (PP) dapat dirumuskan sebagai berikut (Ibrahim, 2003):
30
Payback Period
I Ab
Dimana : I
= besarnya biaya investasi yang diperlukan
Ab = manfaat bersih yang dapat diperoleh pada setiap tahunnya dan telah didiskontokan Nilai pertimbangan yang mendasar dari analisis manfaat biaya adalah anggapan bahwa: 1) Kegiatan yang menyumbang terhadap peningkatan kesejahteraan secara positif terhadap ekonomi masyarakat haruslah dapat diukur dengan nilai moneter,
dimana
barang
dan
jasa
yang
masyarakat
bersedia
mengeluarkannya sebagai ganti. 2) Dampak negatif terhadap kesejahteraan masyarakat perlu diukur dengan ukuran satuan uang, barang dan jasa yang dibutuhkan masyarakat sebagai imbalan terhadap kondisi buruk yang mungkin muncul. Menurut Suparmoko (2000), dalam penerapannya Analisis Manfaat dan Biaya akan terdapat banyak kesulitan antara lain : 1) Bagaimana mengukur manfaat; 2) Bagaimana mengenal dan mengukur biaya; 3) Bagaimana menentukan waktu dan tingkat diskonto (discount rate) Berkaitan dengan hal tersebut, maka diperlukan langkah-langkah tetap untuk melakukan analisa, yaitu : 1) Menentukan dampak dari proyek, yaitu barang dan jasa apa yang akan diperoleh dari proyek tersebut, dan 2) Menyatakan dampak dari proyek tersebut secara kuantitatif 3.1.3 Pendekatan Analisis Hirarki Proses (AHP) Menurut
Dermawan
(2009),
Model
proses
analitis
berjenjang
diperkenalkan pertama kali oleh Thomas L. Saaty pada era 1970-an. Model yang berada di wilayah probabilistik ini merupakan model pengambilan keputusan dan perencanaan stretegis. Ciri khas dari model ini adalah penentuan skala prioritas atas alternatif pilihan berdasarkan suatu proses analitis secara berjenjang dan
31
terstruktur atas variabel keputusan. Ide dasar dari model ini memiliki kemiripan dengan konsep taksonomi dalam disiplin biologi. Dalam model ini, proses analitis terhadap suatu masalah dilakukan secara berjenjang dan terstruktur. Adapun bangun dasar konsep matematis yang dipakai adalah matriks. Oleh karena itu, pemahaman yang cukup baik tentang konsep matriks akan membantu memahami sejumlah konsep dasar dan penggunaan dari model kuantitatif ini. Hal-hal berikut ini merupakan langkah standar dalam proses pengambilan keputusan secara berjenjang (Dermawan, 2009): 1.
Tentukan tujuan utama. Tentukan apa yang hendak diwujudkan? Apa yang hendak diraih? Mengapa tujuan yang ditetapkan penting untuk diraih? Dan sebagainya.
2.
Identifikasikan bagian-bagian dari tujuan. Setiap tujuan utama selalu dihadapkan pada sejumlah batasan atau masalah. Batasan atau masalah inilah yang dinamakan dengan sub tujuan, atau faktor-faktor yang mempengaruhi tujuan. Tentukan pula cakupan waktu yang mempengaruhi tujuan; jangka pendek, menengah dan panjang.
3.
Identifikasi kriteria dan faktor dan sub kriteria secara jelas dan rinci. Langkah ini membutuhkan pengelompokkan sub kriteria berdasarkan wilayah tertentu, seperti: harga, kualitas, tingkat kepentingan dan sebagainya.
4.
Identifikasikan alternatif pilihan yang memungkinkan. Karena proses analitis secara berjenjang merupakan metode perbandingan antar alternatif pilihan, maka tentukan alternatif pilihan yang diasumsikan memiliki nilai yang sama.
5.
Tentukan dan identifikasi konsekuensi dan risiko atas setiap kriteria dan alternatif.
6.
Tentukan pola relasi antar tujuan, variabel keputusan dan alternatif pilihan.
7.
Tentukan evaluasi numeris manfaat dan biaya dari setiap alternatif.
8.
Tentukan keputusan akhir berdasarkan hasil perbandingan nilai numeris yang tersedia. Bandingkan pula nilai risiko yang terkandung di setiap alternatif solusi. Secara umum, hirarki dalam Analisis Hirarki proses (AHP) dapat dibagi
menjadi dua jenis (Saaty, 1991):
32
1.
Hirarki Struktural. Dalam hirarki ini masalah yang kompleks diuraikan menjadi komponen-komponen pokoknya dalam urutan menurun menurut sifat strukturalnya. Misalnya membagi-bagi objek menjadi sejumlah gugusan, sub gugusan dan gugusan yang lebih kecil.
2.
Hirarki fungsional. Hirarki fungsional menguraikan masalah yang kompleks menjadi elemen-elemen pokoknya menurut hubungan esensial mereka. Setiap perangkat elemen dalam hirarki fungsional menduduki satu tingkat hirarki. Tingkat puncak disebut fokus, terdiri dari satu elemen yaitu sasaran keseluruhan yang sifatnya luas. Tingkat-tingkat berikutnya masing-masing dapat memiliki beberapa elemen
(gambar bagan hirarki): Tujuan
Kriteria
Sub Kriteria
Alternatif
Sumber: Saaty (1980)
Gambar 3.1. Ilustrasi Model Hirarki AHP 3.2.Kerangka Operasional Agrowisata Bina Darma (ABD) merupakan obyek wisata agro yang menawarkan panorama alam dan kenyamanan. Keberadaan Agrowisata Bina Darma tentu diharapkan untuk dapat menguntungkan secara ekonomi, secara sosial dapat diterima oleh masyarakat dan secara lingkungan dapat tetap lestari. Berikut bagan alur penelitian studi pengembangan wisata agro berkelanjutan di Agrowisata Bina Darma :
33
Pengelolaan Agrowisata Bina Darma
Secara ekonomi menguntungkan
Analisis ekonomi
Secara sosial dapat diterima
Lingkungan lestari
Kebijakan (stakeholder)
Analisis Biaya dan Manfaat (BCR,NPV,IRR,PP)
Daya dukung lingkungan
Metode AHP
Rekomendasi pengelolaan Agrowisata Bina Darma yang berkelanjutan Gambar 3.2. Diagram Alir Kerangka Penelitian
Berdasarkan kerangka penelitian diatas, untuk menentukan daya dukung lingkungan atas pemanfaatan Agrowisata Bina Darma digunakan pendekatan Carrying Capacity (CC). Untuk mengestimasi prakelayakan ekonomi dalam pengembangan Agrowisata Bina Darma digunakan analisis biaya dan manfaat dimana pendekatan yang digunakan dalam analisis ini adalah Benefit Cost Ratio (BCR), Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR) dan Payback Period (PP). Sedangkan teknik AHP (Analisis Hirarki Proses) digunakan untuk menentukan kebijakan prioritas untuk strategi pengembangan Agrowisata Bina darma berkelanjutan.
IV. METODE PENELITIAN
4.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei-Juni 2011 bertempat di Agrowisata Bina Darma di Jl. Palembang-Indralaya Km 26 Pulau Semambu Kecamatan Indralaya Ogan Ilir Sumatera Selatan. Pengambilan lokasi ini dilakukan secara purposive, dengan pertimbangan tempat ini memiliki potensi yang besar untuk dikembangkan sebagai objek wisata agro yang berkelanjutan.
Lokasi penelitian
Gambar 4.1. Peta Administrasi Kabupaten Ogan Ilir
36
4.2 Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer berupa data umur, jenis kelamin, pekerjaan, tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, pandangan tentang keberadaan Agrowisata Bina Darma. Data primer ini bersumber dari wisatawan yang datang ke Agrowisata Bina Darma, Pemerintah setempat dan pengelola, dengan metode wawancara maupun kuesioner. Data sekunder berasal dari laporan statistik, laporan penelitian, laporan tahunan, maupun data lain berupa tulisan, tabel, diagram, grafik, gambar dan informasi lain yang terkait dengan penelitian ini. Data sekunder yang dikumpulkan berupa gambaran umum wilayah Agrowisata Bina Darma serta komponen biaya dalam pengelolaan Agrowisata Bina Darma. 4.3 Metode Pengambilan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah wisatawan domestik yang mengunjungi kawasan Agrowisata Bina Darma, pengelola kawasan, lembaga Pembina/pendamping serta pemerintah daerah setempat. Dasar penentuan sampel yakni Purposive sampling, yaitu memilih sampel secara sengaja, dengan jumlah responden yang diambil terdiri atas tiga kelompok yaitu: 1. Responden untuk menentukan daya dukung lingkungan/Carrying Capacity (CC) atas pemanfaatan Agrowisata Bina Darma, terdiri dari pihak pengelola Agrowisata Bina Darma dan wisatawan domestik sebanyak 150 orang serta literatur terkait. 2. Informan untuk analisis prakelayakan adalah pengelola Agrowisata Bina Darma Hasil wawancara dengan informan digunakan untuk melengkapi data sekunder berupa laporan keuangan yang diperoleh dari Agrowisata Bina Darma. 3. Responden untuk Analytic Hierarchy Process (AHP) berjumlah 5 orang, terdiri dari pihak pengelola Agrowisata Bina Darma, aparat desa setempat, dinas pariwisata,wisatawan, lembaga Pembina/pendamping. Penggalian data dilakukan dengan kuesioner yang telah disiapkan untuk masing-masing responden.
37
4.4 Metode Analisis Data Untuk menghitung daya dukung lingkungan digunakan pendekatan CC (Carrying Capacity) dengan formula sebagai berikut (Libosada, 1998) : area yang digunakan wisatawan di ABD Carrying Capacity (CC) = --------------------------------------------------rata-rata kebutuhan area per individu Daya tampung wisatawan di ABD per hari = CC X koefisien rotasi Di mana koefisien rotasi diperoleh dari: Jumlah jam area terbuka untuk wisatawan di ABD -------------------------------------------------------------Rata-rata waktu satu kunjungan
Koefisien Rotasi =
Untuk mengestimasi prakelayakan dalam pengembangan Agrowisata Bina Darma digunakan analisis biaya dan manfaat, pendekatan yang digunakan adalah sebagai berikut: 1. Benefit Cost Ratio (BCR) Yaitu rasio jumlah nilai sekarang dari manfaat dan biaya. Kriteria alternatif yang layak adalah BCR > 1 dan kita meletakkan alternatif yang mempunyai BCR tertinggi pada tingkat pertama. Secara matematis, BCR dapat disajikan sebagai berikut : t n
BCR
t 1 t n t 1
Bt (1 i) t Ct (1 i) t
Dimana : Bt = manfaat yang diperoleh tiap tahun Ct = biaya yang dikeluarkan tiap tahun t
= 1, 2, . . . . . , n
n = jumlah tahun i
= tingkat bunga (diskonto).
2. Net Present Value (NPV) NPV atau nilai sekarang bersih adalah jumlah nilai sekarang dari manfaat bersih. Kriteria keputusan yang lebih baik adalah nilai NPV yang positif dan
38
alternatif yang mempunyai NPV tertinggi pada peringkat pertama. Secara matematis, Net Present Value dapat disajikan sebagai berikut : t n
NPV t 1
Bt - C t (1 i) t
Dimana : Bt = manfaat yang diperoleh tiap tahun Ct = biaya yang dikeluarkan tiap tahun t
= 1, 2, . . . . . , n
n
= jumlah tahun
i
= tingkat bunga (diskonto).
3. Internal Rate of Return ( IRR) Internal rate of return adalah discount rate yang dapat membuat besarnya the net present value (NPV) proyek sama dengan nol (0), atau yang dapat membuat B/C ratio = 1. Secara matematis, internal rate of return dapat disajikan sebagai berikut :
Dimana : i’
= discount rate tertinggi yang menghasilkan NPV positif
i”
= discount rate terendah yang menghasilkan NPV negatif
NPV’ = NPV positif NPV’’ = NPV Negatif Layak bila IRR ≥ Discount Rate 4. Payback Period (PP) Pendapatan yang diterima pada awal pelaksanaan proyek oleh pelaksana proyek masih menunjukkan nilai yang negatif, karena biaya investasi yang harus dikeluarkan cukup besar. Oleh karena itu perlu dilakukan suatu analisis untuk melihat jangka waktu dalam pelaksanaan proyek yang dapat menutupi nilai negatif pada awal proyek dijalankan. Payback period adalah jangka waktu tertentu yang menunjukkan terjadinya arus penerimaan secara kumulatif sama dengan jumlah investasi dalam bentuk present value. Analisis payback
39
period menunjukkan lamanya suatu proyek yang dikerjakan untuk dapat mengembalikan investasi yang telah dikeluarkan.
Payback Period
I Ab
Dimana : I
= besarnya biaya investasi yang diperlukan
Ab = manfaat bersih yang dapat diperoleh pada setiap tahunnya dan telah didiskontokan Nilai net benefit setiap tahunnya didiskontokan terlebih dahulu sebelum dikumulatifkan, sehingga diperoleh present value dari net benefit setiap tahunnya. Lalu dilihat periode tahun yang dapat mengembalikan seluruh nilai investasi. Semakin kecil angka yang dihasilkan, mempunyai arti semakin cepat tingkat pengembalian investasinya, dan usaha tersebut semakin layak untuk dilaksanakan. Untuk mengkaji strategi yang akan diterapkan agar Agrowisata Bina Darma bisa menjadi wisata agro yang berkelanjutan digunakan Metode Analisis Hirarki Proses (AHP), yang dideskripsikan pada gambar berikut : Mewujudkan Agrowisata Bina Darma yang berkelanjutan
Tujuan yang dicapai
Aktor
Pemerintah Daerah
Faktor-faktor
Kualitas SDM
Strategi yang dapat ditempuh
Meningkatkan promosi tentang Agrowista Bina Darma yang berkelanjutan
Pengelola
Wisatawan
Investasi
Mengembangkan wisata agro berbasis program pendidikan
Lembaga Pembina/Pendamping
Potensi Pasar
Melestarikan tradisi dan budaya masyarakat lokal
Mencegah kerusakan dan kehancuran lokasi wisata
Kepala Desa
Fasilitas
Mengedepankan kualitas wisata agro
Gambar 4.2. Model Hierarki strategi pengembangan Agrowisata Bina Darma yang berkelanjutan
40
Dalam upaya mencapai prioritas strategi yang akan dipilih, dilakukan dengan membandingkan antara satu pilihan strategi dengan yang lain, dan juga membandingkan kelebihan yang dimiliki satu pilihan terhadap pilihan lain. Nilai dan definisi pendapat kualitatif dari skala perbandingan berpasangan dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4.1 Skala utama model AHP Intensitas Kepentingan/ Tingkat Preferensi 1
Definisi
Penjelasan
Equal importance
Dua aktivitas memberikan kontribusi sama terhadap tujuan
3
Moderate importance
Pengalaman dan penilaian memberikan nilai tidak jauh berbeda antara satu aktivitas terhadap aktivitas lainnya.
5
Strong importance
Pengalaman dan penilaian memberikan nilai kuat berbeda antara satu aktivitas terhadap aktivitas lainnya
7
Very strong importance
Satu aktivitas sangat lebih disukai dibandingkan aktivitas lain
9
Extreme importance
Satu aktivitas secara pasti menempati urutan tertinggi dalam tingkatan preferensi
Nilai kompromi atas nilai-nilai di atas
Penilaian kompromi secara numeris dibutuhkan semenjak tidak ada kata yang tepat untuk menggambarkan tingkat preferensi
2,4,6,8
Sumber: (Saaty 2000:73, perubahan pen. RD)
Perbandingan dilakukan berdasarkan kebijakan pembuat keputusan dengan menilai tingkat kepentingan satu elemen terhadap elemen lainnya. Proses perbandingan berpasangan dimulai dari level hirarki paling atas yang ditujukan untuk memilih kriteria, misalnya A, kemudian diambil elemen yang akan dibandingkan misalnya A1, A2 dan A3. Susunan elemen-elemen yang dibandingkan tersebut akan tampak seperti pada gambar matriks di bawah ini: Tabel 4.2. Contoh matriks perbandingan berpasangan A1
A2
A3
A1
1
-
-
A2
-
1
-
A3
-
-
1
41
Untuk menentukan nilai kepentingan relatif antar elemen digunakan skala bilangan dari 1 sampai 9 seperti pada tabel diatas. Penilaian ini dilakukan oleh seorang pembuat keputusan yang ahli dalam bidang persoalan yang sedang dianalisa dan mempunyai kepentingan terhadapnya. Apabila suatu elemen dibandingkan dengan dirinya sendiri maka diberi nilai 1. Jika elemen i dibandingkan dengan elemen j mendapatkan nilai tertentu, maka elemen j dibandingkan dengan elemen i merupakan kebalikannya. Secara ringkas, berikut disajikan matriks penelitian: Tabel 4.3. Matriks Penelitian Data No
Tujuan
Alat Analisis
1
Untuk menghitung daya dukung lingkungan terhadap Agrowisata Bina Darma
2
3
Jumlah Reponden 150 orang
Jenis
Sumber
- CC (Carrying Capacity) - Daya tampung wisatawan - Koefisien rotasi
Data primer dan sekunder tentang rata-rata kebutuhan area/individu, luas area, jumlah jam kunjungan dan ratarata waktu yang dihabiskan wisatawan untuk satu kali kunjungan
Wawancara dengan pengelola dan wisatawan serta literatur terkait
Mengestimasi prakelayakan dalam pengembangan Agrowisata Bina Darma
-
Data sekunder berupa laporan keuangan Agrowisata Bina Darma
Pengelola Agrowisata Bina Darma
-
Untuk mengkaji strategi yang akan diterapkan agar Agrowisata Bina Darma bisa menjadi wisata agro yang berkelanjutan
- Analisis Hirarki Proses (AHP)
Data primer tentang pilihan strategi yang tepat untuk mencapai Agrowisata Bina Darma yang berkelanjutan
Wawancara dan Kuesioner
5 orang
BCR NPV IRR PP
Berdasarkan matriks penelitian diatas, dapat diketahui tujuan penelitian, alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini serta jenis dan sumber data guna menjawab masalah penelitian untuk mencapai wisata agro berkelanjutan di Agrowisata Bina Darma.
V. GAMBARAN UMUM LOKASI
5.1. Profil Agrowisata Bina Darma Agrowisata Bina Darma adalah salah satu perusahaan yang bergerak di bidang pariwisata yang ada di wilayah Sumatera Selatan, soft louncing 27 Desember 2009. Adapun visi dan misi Agrowisata Bina Darma adalah menjadi satu-satunya tempat wisata yang terkenal dan terbesar di wilayah Sumatera Selatan. Maskot dari Agrowisata Bina Darma adalah pohon duku dan ikan belida yang merupakan flora dan fauna populer dari Sumatera Selatan. Agrowisata Bina Darma ditetapkan sebagai kawasan Agrowisata, berdasarkan
Surat
Izin
Usaha
Perdagangan
(SIUP)
Nomor:
510/2/KOPERINDAG/XII/2009, yang dikeluarkan oleh Plh Kepala Dinas Koperasi UMKM Indag Kabupaten Ogan Ilir tertanggal 7 Desember 2009. Nama perusahaannya adalah CV. AGROWISATA BINA DARMA, dengan alamat kantor perusahaan adalah, di jalan Palembang-Indralaya KM 26 RT III Dusun II Desa Pulau Semambu, Kecamatan Indralaya Utara Kabupaten Ogan Ilir telp (0711) 5455111 Sumatera Selatan. Kegiatan awal tempat ini adalah rumah makan, kolam renang dan tempat pemancingan ikan, yang kemudian berkembang seperti yang terlihat saat ini. Total luas areal Agrowisata Bina Darma ini adalah 30 hektar, dimana yang sudah dikelola adalah seluas 15 hektar, dan sisanya sebanyak 15 hektar lagi masih dalam tahap pengembangan sesuai perencanaan, untuk perluasan kampus Universitas Bina Darma, lokasi sport centre, pengembangan taman satwa dan camping ground. Kondisi asli dari kawasan ini adalah rawa-rawa lebak, adapun tanaman yang mendominasi adalah pohon akasia (Acacia indica) dan pohon gelam (Melaleuka leucadendron). Pada gerbang utama untuk masuk ke Agrowisata Bina Darma, kita harus membayar tiket parkir, untuk kendaran dikenakan biaya: Mobil Rp. 5.000,-, Bis Rp. 10.000,-, dan Motor Rp. 2.000,- kemudian diteruskan dengan membayar tiket masuk terusan sebesar Rp.30.000,-/orang, sudah bisa menikmati panorama alam dan wahana wisata di Agrowisata Bina Darma. Atraksi wisata yang disediakan berupa wahana permainan seperti flying fox, kolam renang, tangkap ikan, wahana
44
perahu naga, wahana berkuda, water ball, sepeda air, motor ATV, aqua taddler boat (perahu tangan), shooting target, paintball, sepeda BMX, gajah tunggang, delman, spider game, komedi putar, kereta agro dan kereta mini. Wisata agro yang ditawarkan adalah kunjungan ke kebun sayuran, kunjungan ke kebun bibit buah-buahan, taman satwa, kolam pancing keluarga. Wisata edukasi yang disediakan pada Agrowisata Bina Darma adalah cara penanaman jamur tiram dan cara memetik sendiri jamur tiram yang siap panen. Oleh-oleh dari Agrowisata Bina Darma yang bisa dibawa pulang oleh wisatawan dengan cara membeli adalah bibit tanaman, pupuk dan obat tanaman yang dijual di kios agrobisnis. Fasilitas pendukung yang disediakan di Agrowisata Bina Darma adalah sebagai berikut : resto buah di dua titik area permainan, puja sera, resto Mang Engking yang menyediakan makanan/nasi dengan aneka lauk dan aneka minuman, saung-saung kecil tempat bersantai, toilet, lapangan sepak bola, mushola dan aula. Promosi yang dilakukan oleh pihak pengelola, untuk menarik para wisatawan, agar mengetahui keberadaan Agrowisata Bina Darma, antara lain melalui publikasi lewat internet, stasiun televisi lokal, stasiun radio dan brosur wisata, serta koran. Mendatangi langsung ke sekolah-sekolah yang ada disekitar Palembang dan Kabupaten Ogan Ilir Sumatera Selatan juga dilakukan dalam rangka promosi tentang Agrowisata Bina Darma. 5.2. Potensi Agrowisata Bina Darma 1.
Potensi sebagai Lokasi Penelitian dan Pengembangan Ilmu Pengetahuan Agrowisata Bina Darma dapat berfungsi sebagai lokasi penelitian bagi mahasiswa, khususnya mahasiswa Universitas Sriwijaya dan Universitas Bina Darma. Mahasiswa Universitas Bina Darma selama kurang lebih satu tahun terakhir ini, telah memanfaatkan Agrowisata Bina Darma sebagai tempat praktek untuk mahasiswa fakultas olah raga dan Jurusan Ilmu Komputer. Mahasiswa
Fakultas
Pertanian
Universitas
Sriwijaya
memanfaatkan
Agrowisata Bina Darma sebagai tempat untuk mengadakan kuliah lapangan, karena lokasinya juga relatif dekat dengan kampus terpadu Universitas Sriwijaya di Kota Indralaya Kabupaten Ogan Ilir, yang jaraknya kurang lebih 9 km dari lokasi Agrowisata Bina Darma. Untuk proyek penelitian dan pengembangan pohon kayu gelam, pihak Agrowisata Bina Darma bekerja
45
sama dengan Dinas Kehutanan Propinsi Sumatera Selatan, dimana pihak dinas kehutanan memberikan bibit tanaman, sedangkan pihak Agrowisata Bina Darma menyediakan tempat/areal untuk penanaman dan pemeliharaan tanaman seluas satu hektar. 2.
Potensi sebagai Salah Satu Obyek Wisata Agro Unggulan Daerah Agrowisata Bina Darma sebagai salah satu perusahaan yang bergerak di bidang pariwisata, mempunyai kekhasan tersendiri dibandingkan dengan tempat wisata lain yang ada di Kabupaten Ogan Ilir. Agrowisata Bina Darma menawarkan aneka kegiatan dan fasilitas yang berkaitan dengan kegiatan pertanian dalam arti luas. Di kawasan wisata agro ini disediakan kolam pemancingan ikan, kebun buah, wahana berkuda, kebun sayuran, penjualan bibit buah, bunga dan sayuran, taman satwa, rumah jamur dan aneka wahana permainan. Hal inilah yang membedakan Agrowisata Bina Darma dengan tempat wisata lain yang ada di Kabupaten Ogan Ilir. Disamping keindahan alam dan kenyamanan suasana yang ditawarkan oleh tempat ini, hal lain yang menunjang Agrowisata Bina Darma berpotensi sebagai salah satu obyek wisata agro unggulan adalah letaknya yang strategis karena berada di pinggir jalan raya negara. Hal ini merupakan salah satu bentuk promosi langsung, karena para pemakai jalan raya bisa langsung mengetahui keberadaan lokasi Agrowisata Bina Darma ini.
3.
Potensi sebagai Pemanfaatan Lahan Tidur Menjadi Lahan Produktif Wilayah bagian utara Kabupaten Ogan Ilir merupakan hamparan rawa lebak yang sangat luas mulai dari Kecamatan Pemulutan, Pemulutan Barat, Pemulutan Selatan, sampai Indralaya Utara tempat dimana Agrowisata Bina Darma berada, hingga Indralaya dan sebagian di Kecamatan
Indralaya
Selatan. Wilayah daratan Kabupaten Ogan Ilir mencapai 65% serta wilayah berair dan rawa-rawa sekitar 35%. Derajat keasaman tanah berkisar antara pH 4,0 sampai 6,0. Desa Pulau Semambu Kabupaten Ogan Ilir sendiri mempunyai tanah basah rawa seluas 458 ha. Kondisi awal lahan dimana Agrowisata Bina Darma berada adalah rawa lebak yang merupakan lahan tidur. Setelah melalui proses pengolahan yang panjang dan menelan dana yang tidak sedikit, maka
46
berubahlah lahan tidur tersebut menjadi lahan yang produktif. Kawasan Agrowisata Bina Darma sendiri masih memiliki kesempatan untuk pengembangan/perluasan wilayah, hal ini dikarenakan lingkungan sekitar Kawasan wisata agro ini merupakan hamparan rawa. 4.
Potensi sebagai Salah Satu Sumber Pendapatan Asli Daerah Pariwisata di Kabupaten Ogan Ilir dipersepsikan sebagai wahana untuk meningkatkan pendapatan, baik pendapatan masyarakat maupun pendapatan pemerintah,
khususnya
perolehan
pendapatan
asli
daerah
(PAD).
Pengembangan pariwisata di Kabupaten Ogan Ilir diharapkan lebih bersifat ekonomi dan berorientasi pada pertumbuhan. Perolehan devisa ditentukan oleh jumlah kunjungan wisatawan, pengeluaran dan lama kunjungan wisatawan ke lokasi wisata. Tolok ukur keberhasilan pengembangan Agrowisata Bina Darma akan dinilai dengan pencapaian target: a.
Jumlah kunjungan wisatawan lokal, nusantara dan mancanegara
b.
Pengeluaran wisatawan lokal, nusantara dan mancanegara
c.
Lama tinggal wisatawan lokal, nusantara dan mancanegara
d.
Peningkatan pendapatan masyarakat sekitar Agrowisata Bina Darma Kontribusi nyata yang telah diberikan oleh Agrowisata Bina darma kepada
pemerintah daerah Kabupaten Ogan Ilir, adalah sebagai wajib pajak daerah. Pajak yang dibayar berupa pajak rumah makan dan tontonan/permainan serta pajak bumi dan bangunan, dimana total pembayarannya telah mencapai angka belasan juta rupiah. Hal ini menunjukkan bahwa keberadaan Agrowisat Bina Darma ini benar-benar dapat memberikan kontribusi yang cukup berarti bagi pendapatan asli daerah (PAD) kabupaten Ogan Ilir. 5.
Potensi sebagai Tempat Pemberdayaan Masyarakat Lokal Sikap apatis dan ketidakpedulian terhadap kondisi aset-aset wisata yang terdapat dalam suatu obyek wisata, merupakan cermin hubungan yang tidak harmonis antara pihak manajemen obyek wisata dengan lingkungannya. Tumbuhnya rasa kepedulian akan timbul apabila masyarakatnya merasa diuntungkan secara sosial ekonomi, dan akan menjaga aset-aset wisata tersebut karena ketergantungan ekonomi.
47
Keberadaan Agrowisata Bina Darma diharapkan secara sosial dapat mengharumkan nama Desa Pulau Semambu khususnya, dan nama Kabupaten Ogan Ilir pada umumnya. Agrowisata Bina darma diharapkan dapat menjadi tempat untuk pertunjukan atraksi seni dan budaya masyarakat lokal. Secara ekonomi dapat berfungsi sebagai tempat penampungan dan pemasaran hasil industri kerajinan dan hasil pertanian masyarakat lokal, sehingga timbul suatu bentuk interaksi positif, antara pihak Agrowisata Bina Darma dan masyarakat lokal, dalam bentuk rasa ikut memiliki untuk menjaga eksistensi Agrowisata Bina Darma. 6.
Potensi sebagai Penciptaan Peluang Kerja Pembauran dan keanekaragaman produk wisata dengan sifat saling tergantung, membuat industri pariwisata menjanjikan peluang kerja yang sangat besar. Kejelian insan pariwisata dalam mengenali karakteristik pasar dan kemampuan menangkap berbagai peluang serta kreatifitasnya untuk memenuhi permintaan guna memenangkan pasar yang otomatis akan berimbas
pada
terciptanya
peluang-peluang
kerja
pada
berbagai
bidang/sektor. Keberadaan Agrowisata Bina Darma di Desa Pulau Semambu diharapkan dapat membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat sekitarnya, sehingga mampu mengurangi angka pengangguran. Kontribusi nyata yang sudah dirasakan dengan adanya Agrowisata Bina Darma dibidang lapangan kerja bagi masyarakat sekitarnya adalah dengan dipekerjakannya mereka sebagai karyawan, mulai dari pekerjaan pembukaan areal (tukang tebas), tukang parkir, petugas kebersihan, operator wahana permainan, penjaga tiket, satpam hingga sebagai kepala divisi. Penempatan tenaga kerja tersebut disesuaikan dengan tingkat pendidikan dan keahlian yang dimiliki oleh masyarakat tersebut. 7.
Potensi sebagai Sarana Pendidikan Sebagai suatu bentuk kegiatan pariwisata yang memanfaatkan usaha agro (agrobisnis) sebagai objek wisata dengan tujuan untuk memperluas pengetahuan, pengalaman, rekreasi dan hubungan usaha di bidang pertanian,
48
maka keberadaan Agrowisata Bina Darma dapat berpotensi sebagai sarana pendidikan. Wisata edukasi yang ditawarkan oleh Agrowisata Bina Darma adalah cara penanaman jamur tiram dan para pengunjung juga bisa langsung memetik sendiri jamur tiram yang telah siap dipanen. Mengetahui cara pembuatan pupuk kompos yang memanfaatkan sampah organik dan kotoran hewan juga merupakan wisata edukasi yang menyenangkan dan memperluas pengetahuan para wisatawan. Disamping itu disediakan juga permainan flying fox yang bertujuan untuk melatih keseimbangan, kekuatan dan koordinasi tubuh, melatih kerjasama, mematuhi aturan permainan dan berinteraksi, melatih berimajinasi dan mengakomodasi orang lain, melatih berfikir dan merencanakan, memecahkan masalah baik secara individu maupun kelompok. Selain flying fox, juga disediakan program perang-perangan yaitu shooting target yang bertujuan untuk melatih kesigapan, dan kemampuan mengatur strategi. 8.
Potensi sebagai Wisata Agro Berkelanjutan Daerah Sumatera Selatan kaya akan flora dan fauna yang beraneka ragam dan mempunyai kekhasan. Namun beberapa jenis satwa kini terancam punah, karena perburuan liar yang terus berlangsung, pengrusakan habitat, penebangan liar dan sebab lainnya. Kelestarian satwa tersebut merupakan tanggung jawab bersama. Salah satu usaha untuk melestarikannya adalah melalui taman satwa/kebun binatang, yang merupakan benteng terakhir dari satwa yang dipelihara secara ilmiah, dengan penuh kasih sayang dan bertanggung jawab tanpa dibatasi oleh macam jenis dan jumlahnya. Pembangunan taman satwa sebagai salah satu fasilitas/sarana di Agrowisata Bina Darma dengan tujuan menjadi salah satu obyek rekreasi/wisata kebanggaan daerah dan sebagai media pendidikan, pembinaan cinta alam dan pelestarian satwa sehingga akan terciptanya suatu kesadaran masyarakat untuk berperan serta dalam pelestarian sumber daya alam. Pembuatan pupuk kompos dengan memanfaatkan sampah organik dan kotoran hewan yang terdapat di areal Agrowisata Bina Darma, juga merupakan salah satu bentuk mempertahankan dan meningkatkan kualitas
49
lingkungan. Pemisahan sampah organik dari sampah anorganik yang dilakukan, pengumpulan kotoran hewan yang ada di areal wisata agro, merupakan tindakan untuk menjaga kebersihan dan kesehatan. Pengolahan bahan-bahan tersebut menjadi pupuk kompos, telah menjadikan bahan sampah tersebut menjadi zat yang berguna bagi kesuburan tanaman yang dibudidayakan di areal wisata agro, sekaligus bernilai ekonomi dengan menjual pupuk kompos tersebut kepada wisatawan dan masyarakat yang membelinya. Sampah anorganik yang terdapat di kawasan ini, juga dipisahkan antara yang masih bisa dijual untuk didaur ulang sehingga bisa menambah penghasilan dan sisanya dibuang ke tempat pembuangan akhir. Tanaman teratai liar yang banyak terdapat di areal wisata agro ini juga tetap dipelihara dan dipertahankan keberadaannya, dimana tanaman air ini berperan dalam fotosintesis (pertukaran O2 dan CO2), sehingga disamping menambah keindahan juga sebagai cara untuk melestarikan sumber daya alam. Pada sungai kecil, yang digunakan untuk pengoperasian wahana perahu naga mengelilingi areal wisata agro, masih banyak dijumpai jenis-jenis ikan liar yang merupakan penghuni habitat rawa, seperti ikan gabus, patin, nila, sepat, lele, gurami dan belut. Pohon-pohon seperti akasia dan gelam yang banyak tumbuh liar di sekitar kawasan wisata agro ini, juga diusahakan untuk tetap dipertahankan keberadaannya serta ditingkatkan kualitasnya dengan penambahan penanaman pohon-pohon gelam jenis unggulan. 5.3. Permasalahan Agrowisata Bina Darma Beberapa permasalahan yang dihadapi oleh Agrowisata Bina Darma meliputi: 1.
Belum tersedianya pemandu wisata Salah satu unsur penting dan strategis dalam pengembangan rekreasi/ pariwisata adalah pemandu wisata (interpreter), yang memiliki kemampuan pengetahuan dan keterampilan serta etika yang memadai, karena interpreter dapat memainkan peranan kunci dalam menarik minat wisatawan melalui pelayanan yang baik dan memuaskan. Fungsi terpenting dari seorang pemandu wisata adalah, menghubungkan wisatawan dengan pusat-pusat ikon destinasi dan khasanah budaya lokal. Agrowisata Bina Darma belum
50
memiliki pemandu wisata, sehingga informasi yang didapat para wisatawandi lokasi wisata, hanya berasal dari brosur wisata dan bagian informasi di lokasi wisata. 2.
Kurangnya tenaga operator di setiap wahana Permasalahan yang dihadapi oleh Agrowisata Bina Darma adalah, kekurangan tenaga operator untuk setiap wahana permainan. Hal ini terjadi karena jumlah pegawai yang ada belum mencukupi untuk berjaga pada setiap wahana, padahal seringkali untuk satu wahana permainan diperlukan lebih dari satu orang tenaga operator. Pada awal pendirian tempat ini, jumlah karyawan telah mencukupi untuk berjaga di setiap wahana yang ada, namun karena
belum
stabilnya
manajemen
Agrowisata
Bina
darma
ini,
mengakibatkan pihak manajemen harus merampingkan jumlah pegawai yang ada, tentu saja hal ini berdampak pada pelayanan kepada pengunjung yang ingin bermain dengan nyaman di setiap wahana yang disediakan. 3.
Kurangnya pemeliharaan fasilitas-fasilitas Kemungkinan kerusakan obyek-obyek wisata disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya: a. Kegagalan pengelolaan b. Sikap “acuh tak acuh” dari masyarakat terhadap kelestarian obyek c. Umur bangunan, dan beberapa sebab lain. Pada Agrowisata Bina Darma, ditemukan beberapa fasilitas/bangunan wahana yang mengalami kerusakan, seperti pada wahana perosotan untuk anak-anak, dimana terdapat papan-papan jembatan yang terlepas dari talinya, kemudian terdapatnya genangan air di sekitar areal permainan prosotan dan komedi putar anak-anak. Bangku taman yang rusak satu, dan jebolnya pinggiran kolam pemancingan sehingga pada saat hujan air bisa merembes sampai ke jalan. Jarak antara kolam pemancingan dan sungai buatan terlalu rendah dan sejajar, sehingga pada saat musim hujan air dari sungai bisa merembes masuk ke dalam kolam pemancingan dan sebaliknya. Hal yang tidak kalah pentingnya adalah banyaknya tumbuhan hydrilla di wahana sepeda air yang bisa mengganggu kenyamanan para pengguna wahana wisata ini.
51
4.
Belum mampu menampung hasil industri kerajinan, pertanian dan budaya masyarakat lokal Potensi masyarakat lokal, dimana Agrowisata Bina Darma berada adalah petani sayuran/palawija, buruh/tukang, kerajinan tenun songket, keranjang bambu, anyaman kipas dari bambu,anyaman tikar purun, sangkek dan tampa dari plastis bekas limbah pabrik, industri makanan seperti kemplang ikan. Kesenian masyarakat yang tersedia: rebana ibu-ibu, seropal anam, kelompok campur sari kuda lumping, peternak ikan patin, lele jumbo dan gurame. Namun sayangnya, keberadaan Agrowisata bina Darma belum mampu menampung potensi masyarakat tersebut, dikarenakan masih dalam tahap pengembangan, hanya pada saat acara-acara seremonial dan seminar-seminar yang sifatnya temporer yang diadakan di Agrowisata Bina Darma, kesenian masyarakat setempat tersebut akan ditampilkan.
5.
Belum berfungsinya beberapa fasilitas penunjang Keberadaan fasilitas penunjang kepariwisataan seperti penginapan merupakan faktor yang tidak bisa diabaikan demi kemajuan dari lokasi wisata itu sendiri. Belum berfungsinya cottage tradisional yang ada di Agrowisata Bina Darma dikarenakan jembatan yang menghubungkan antara cottage tersebut dengan daratan belum rampung dibuat, sementara akses untuk menuju cottage tersebut harus melewati rawa kecil yang penuh dengan air.
6.
Pemasaran/promosi yang masih kurang Walaupun pihak pengelola sudah melakukan promosi dengan cara mempublikasikan tempat wisata ini lewat media massa seperti Koran lokal (Sumatera Ekspres dan Sriwijaya Post) dan media elektronik seperti TV lokal (Pal TV) dan radio lokal (Indralaya FM), website, namun promosi yang dilakukan masih kurang, terutama promosi dengan pihak-pihak instansi pemerintah dan perkantoran yang merupakan calon wisatawan potensial.
7.
Pegawai di lapangan kurang komunikatif Wisatawan yang berkunjung ke lokasi wisata biasanya mengharapkan kualitas pelayanan yang baik, sesuai dengan biaya yang dikeluarkan. Pelayanan yang baik tidak hanya diharapkan dari fasilitas-fasilitas yang diberikan, namun juga dari sikap dan etika para pegawai kawasan wisata.
52
Para pegawai yang ada dilapangan/wahanan permainan dirasakan kurang ramah dan kurang berkomunikasi dengan para pengunjung, sehingga para pengunjung agak merasa segan untuk memulai percakapan. 8.
Manajemen yang masih belum stabil Seringnya terjadi bongkar pasang pegawai di Agrowisata Bina Darma disebabkan karena tempat wisata ini masih dalam tahap pengembangan dan penyesuaian dengan pendapatan yang diperoleh oleh pihak pengelola. Pegawai yang ada di Agrowisata Bina Darma terdiri dari pegawai tetap dan pegawai freelance.Jumlah pegawai tetap ada 33 orang dan pegawai freelance ada 35 orang. Akibat dari belum stabilnya manajemen yang ada di tubuh Agrowisata Bina darma ini juga mengakibatkan tempat wisata ini belum mampu untuk berperan optimal sebagai tempat untuk menampung hasil bumi dan kerajinan serta seni budaya masyarakat lokal.
9.
Harga tiket tergolong mahal Harga tiket terusan yang dikenakan oleh pihak pengelola Agrowisata Bina Darma sebesar Rp 30.000,00 ini dirasakan cukup mahal oleh sebagian pengunjung, apalagi dengan kondisi yang ada sekarang, dimana kadangkadang pengunjung tidak dapat menikmati seluruh wahana permainan yang ada.
10. Banyaknya wahana permainan yang tergenang pada saat musim hujan Kondisi Agrowisata Bina Darma yang merupakan bekas daerah rawa lebak yang ditimbun, mengakibatkan banyaknya wahana permainan yang masih tergenang air pada saat musim hujan. 11. Lokasi wisata masih bersuhu panas Belum besarnya tanaman peneduh merupakan salah satu faktor yang mengakibatkan suhu udara di areal wisata masih terasa panas, disamping memang letaknya yang berada di dataran rendah. 12. Adanya fasilitas yang tidak berfungsi sebagaimana mestinya Misalnya: Kereta wisata terkadang dijadikan alat untuk mengangkut rumput untuk makanan hewan sehingga wisatawan yang ingin memanfaatkan kereta wisata tersebut terkadang agak kurang leluasa.
53
13. Luas Kebun agro masih terlalu sempit Suatu lokasi wisata agro sejatinya mempunyai kebun agro yang luas, namun pada Agrowisata Bina Darma kebun agro yang dimiliki masih terlampau sedikit (hanya ½ hektar). 14. Belum ada stand tempat penjualan souvenir Para pengunjung suatu lokasi wisata biasanya ingin membawa oleh-oleh dari tempat wisata yang dikunjunginya, begitupun para wisatawan yang berkunjung ke Agrowisata Bina Darma. Namun, Agrowisata Bina Darma belum memiliki stand yang menjual souvenir yang berlogo Agrowisata Bina Darma, ataupun barang-barang lain sebagai kenang-kenangan bagi wisatawan dari kunjungan yang mereka lakukan ke tempat wisata ini. 15. Harga makanan di restoran Mang Engking
masih tergolong mahal bagi
sebagian wisatawan Wisatawan yang berkunjung ke Agrowisata Bina Darma terdiri dari berbagai kalangan dan berbagai tingkat pendapatan. Tidak semua wisatawan yang berkunjung ke lokasi wisata ini mampu menjangkau harga makanan yang tersedia di restoran yang ada. 16. Belum adanya pengolahan hasil dari produksi rumah jamur Produksi jamur tiram yang dihasilkan dari tempat ini baru dijual dalam bentuk segar kepada para wisatawan dan pengumpul serta untuk menyuplai kebutuhan dari restoran Mang Engking. 17. Belum ada petugas medis yang berjaga di lokasi Beberapa wahana permainan cukup beresiko terutama bagi anak-anak, oleh karena itu keberadaan petugas medis untuk berjaga-jaga sangat diperlukan , tidak cukup hanya kotak P3K. 18. Kurang koordinasi antara pihak Agrowisata Bina Darma dengan pemerintah daerah, khususnya dinas terkait seperti dinas pariwisata.
5.4. Karakteristik Wisatawan 5.4.1. Kelompok Wisatawan Minat untuk berkunjung ke Agrowisata Bina Darma banyak dilakukan oleh masyarakat usia muda. Hal ini terlihat pada gambar 5.1 berikut ini.
54
15%
15-20 tahun : 10%
10%
21-25 tahun : 26% 17% 17%
26%
26-30 tahun : 15%
15%
31-35 tahun : 17% 36-40 tahun: 17% >40 tahun : 15%
Gambar 5.1. Distribusi Responden Wisatawan Berdasarkan Kelompok Usia Gambar 5.1 menunjukkan bahwa, sebagian besar responden wisatawan berusia 21-25 tahun yaitu sebesar 26 persen, hal ini menunjukkan bahwa, kawasan Agrowisata Bina Darma ini adalah kalangan muda, yang memang cenderung untuk menyukai jenis wisata alam terbuka. Responden wisatawan yang berusia 31-35 tahun dan responden yang berusia 36-40 tahun yaitu 17 persen. Kelompok usia 26-30 tahun dan > dari 40 tahun sebanyak 15 persen dan sisanya sebesar 10 persen merupakan kelompok usia 15-20 tahun.
38% 62%
Laki-laki
: 38%
Perempuan : 62%
Gambar 5.2 . Distribusi Responden Wisatawan Berdasarkan Jenis Kelamin Berdasarkan gambar 5.2 diketahui bahwa reponden yang berkunjung ke Agrowisata Bina Darma lebih dari setengahnya yaitu sebanyak 62 persen berjenis kelamin perempuan dan sisanya sebanyak 38 persen berjenis kelamin laki-laki. Hal ini sesuai dengan sifat kaum wanita yang menyukai kegiatan yang bersifat rileks dan menyenangkan.
55
6%
SMA/SMK : 51%
34%
51%
D3 : 9% S1 : 34% S2 : 6%
9%
Gambar 5.3. Distribusi Responden Wisatawan Berdasarkan Kelompok Pendidikan Berdasarkan tingkat pendidikan, responden wisatawan yang berkunjung ke Agrowisata Bina Darma sebagian besar yaitu 51 persen merupakan tamatan SMA/SMK, ini menunjukkan bahwa peminat dari wisata agro ini adalah, mereka yang berasal dari tingkat pendidikan menengah, dimana mereka cenderung bisa memahami dan menikmati kelebihan yang dimiliki oleh suatu wisata agro. Tamatan S1 sebanyak 34 persen dan tingkat pendidikan D3 sebanyak 9 persen disusul tingkat pendidikan S2 sebanyak 6 persen. 14% Karyawan : 14%
27% 59%
Wiraswasta : 59% PNS : 27%
Gambar 5.4. Distribusi Responden Wisatawan Berdasarkan Kelompok Pekerjaan Responden wisatawan yang berkunjung ke Agrowisata Bina Darma berdasarkan kelompok pekerjaan dibagi dalam tiga kelompok, yaitu kelompok wiraswasta sebanyak 59 persen, hal ini sesuai dengan tingkat pendidikan mayoritas wisatawan yang berasal dari tamatan SMA/SMK, dimana jenis pekerjaan yang mayoritas bisa dilakukan oleh kelompok pendidikan ini adalah bergerak di bidang swasta. Kelompok PNS sebanyak 27 persen dan kelompok karyawan sebanyak 14 persen.
56
≤1500000 : 18% 21%
18% 1.600.0003.000.000 : 61%
61%
>3.000.000 : 21%
Gambar 5.5. Distribusi Responden Wisatawan Berdasarkan Tingkat Pendapatan Berdasarkan tingkat pendapatan sesuai dengan kelompok pekerjaan, responden wisatawan Agrowisata Bina Darma terbagi menjadi tiga kelompok, yaitu kelompok 1 adalah responden yang berpendapatan 1.600.000,- sampai Rp 3.000.000,-sebanyak 61 persen, dimana mereka mayoritas berasal dari tingkat pendidikan SMA/SMK. Kelompok 2 adalah responden yang berpendapatan > Rp 3.000.000,- sebanyak 21 persen dan kelompok 3 adalah responden yang berpendapatan ≤ 1.500.000,- sebanyak 18 persen. 5%
1% 3% 1%1% Palembang : 61% Ogan Ilir : 28%
28%
Muara Enim : 5% 61%
Ogan Komering Ilir : 1% Musi Banyu Asin : 3% Banyu Asin : 1% Ogan Komering Ulu : 1%
Gambar 5.6. Distribusi Responden Wisatawan Berdasarkan Asal Daerah Berdasarkan hasil survei pada 150 responden, hasil analisa menunjukkan bahwa sebagian besar responden lebih dari setengahnya 61 persen responden berasal dari Palembang, kemudian Kabupaten Ogan Ilir sebesar 28 persen, hal ini dimungkinkan karena jarak Agrowisata Bina Darma ini dengan Kotamadya Palembang dan Kabupaten Ogan Ilir yang relatif dekat. Untuk daerah-daerah lain seperti Kabupaten Muara Enim sebesar 5 persen. Kabupaten Musi Banyu Asin
57
sebesar 3 persen sedangkan Kabupaten Banyu Asin, Kabupaten Ogan Komering Ulu dan Kabupaten Ogan Komering Ilir masing-masing sebesar 1 persen. 5.4.2. Jumlah Kunjungan Jumlah
kali
kunjungan
wisatawan
ke
Agrowisata
Bina
Darma
menggambarkan tingkat kepuasan terhadap kunjungan sebelumnya. Semakin banyak frekuensi kunjungan wisatawan ke Agrowisata Bina Darma, maka kondisi tersebut menggambarkan tingkat kepuasan kunjungan terhadap Agrowisata Bina Darma. Jumlah kunjungan wisatawan ke Agrowisata Bina Darma dalam setahun terakhir ditunjukkan pada gambar berikut. 3% 5%
1% 2 kali : 64%
5%
3 kali : 22% 4 kali : 5%
22%
5 kali : 5% 64%
6 kali : 3% 7 kali : 1%
Gambar 5.7. Persentase Frekuensi Kunjungan ke Agrowisata Bina Darma Setahun Terakhir Sumber : Data diolah (2011)
Gambar 5.7 menunjukkan bahwa sebagian besar wisatawan sudah berkunjung sebanyak dua kali adalah sebanyak 64 persen, hal ini dimungkinkan karena lokasi wisata agro ini sangat strategi, jarak yang relatif dekat dari Kotamadya Palembang dan Kabupaten Ogan Ili, serta warga Kabupaten Ogan Ilir dan Kotamadya Palembang memang relatif kekurangan tempat hiburan, sehingga adanya Agrowisata Bina Darma ini memang disambut cukup baik, khususnya bagi warga kedua kota tersebut. Wisatawan yang berkunjung sudah tiga kali adalah sebanyak 22 persen. Kunjungan untuk keempat kali dan
kelima kali
masing-masing sebanyak 5 persen. Sisanya adalah kunjungan untuk keenam kali sebanyak 3 persen dan terakhir adalah kunjungan untuk yang ketujuh kali sebanyak 1 persen. Semua wisatawan responden sudah mengetahui keberadaan
58
Agrowisata Bina Darma sebagai objek wisata karena sudah pernah berkunjung sebelumnya. 5.4.3. Tujuan Kunjungan Hasil penelitian yang dilakukan terhadap 150 wisatawan yang berkunjung ke Agrowisata Bina Darma menunjukkan bahwa tujuan dari kegiatan wisatawan adalah menikmati pemandangan alam, menikmati atraksi permainan, makan di gubuk mang Engking, pendidikan/penelitian, membeli bibit, pupuk, dan sayuran. Tujuan utama kegiatan wisata tertinggi dari wisatawan adalah menikmati pemandangan alam yaitu sebanyak 44 persen. Tujuan wisatawan berikutnya yaitu menikmati atraksi mainan yakni sebesar 39 persen. Agrowisata Bina Darma mempunyai banyak atraksi mainan yaitu 19 jenis atraksi mainan sehingga dapat menarik wisatawan untuk mengunjungi lokasi wisata tersebut. Selain itu, dari hasil wawancara juga teridentifikasi bahwa tujuan wisatawan yaitu membeli bibit, pupuk, dan sayuran yakni sebesar 9 persen. Kemudian tujuan yang selanjutnya adalah makan di Gubuk Mang Engking sebesar 7 persen dan terakhir adalah tujuan untuk pendidikan/penelitian sebesar 1 persen. Secara rinci tujuan kegiatan wisata oleh wisatawan Agrowisata Bina Darma disajikan pada Gambar berikut. Menikmati Pemandangan : 44% Alam
1% 9%
Menikmati Atraksi : 39% Permainan
7% 44%
39%
Makan di Gubuk Mang : 7% Engking Pendidikan/Penelitian : 1%
Membeli Bibit, Pupuk, dan : 9% Sayuran
Gambar 5.8. Tujuan Kegiatan wisata oleh Wisatawan 5.4.4. Alasan Kunjungan Sebagian besar dari wisatawan mempunyai alasan kunjungan karena jarak yang dekat yaitu 44 persen. Alasan kedua wisatawan datang berkunjung ke Agrowisata Bina Darma, yaitu adanya kemudahan transportasi sebesar 21 persen, hal ini dimungkinkan oleh lokasi wisata agro ini yang berada tepat di pinggir jalan
59
raya. Namun, potensi alam Agrowisata Bina Darma juga menjadi salah satu alasan kunjungan wisatawan Agrowisata Bina Darma yaitu sebesar 17 persen. Alasan kunjungan lain yaitu biaya yang murah sebanyak 11 persen, lingkungan yang sepi dan alami sebanyak 6 persen dan alasan untuk semuanya sebesar 1 persen. Secara rinci alasan kunjungan wisatawan ke Agrowisata Bina Darma dapat dilihat pada Gambar berikut. 1%
Jarak yang Dekat : 44%
6% 17%
44%
Kemudahan : 21% Transportasi Biaya yang Murah : 11% Potensi Alamnya : 17%
11% 21%
Lingkungan yang sepi : 6% dan alami Semuanya : 1%
Gambar 5.9. Alasan Kunjungan Wisatawan ke Agrowisata Bina Darma Berdasarkan gambar 5.9 diatas, terlihat bahwa sebagian besar pengunjung yang berwisata ke Agrowisata Bina Darma dikarenakan jaraknya yang relatif dekat. Hal ini dimungkinkan karena Agrowisata Bina Darma ini terletak di perbatasan Kabupaten Ogan Ilir dan Kotamadya Palembang. Kemudahan transportasi juga menjadi alasan yang cukup penting, hal ini dimungkinkan karena Agrowisata Bina Darma Ini terletak di pinggir jalan raya negara, sehingga para wisatawan bisa menggunakan kendaraan pribadi atau pun kendaraan umum untuk menuju ke lokasi Agrowisata Bina Darma ini. 5.4.5. Ketersediaan Informasi mengenai Agrowisata Bina Darma Sebelum berkunjung ke Agrowisata Bina Darma perlu adanya informasi yang jelas mengenai kawasan tersebut. Berdasarkan hasil penelitian teridentifikasi bahwa asal informasi mengenai keberadaan Agrowisata Bina Darma berasal dari teman, media cetak dan elektronik, biro perjalanan, dan lain-lain. Hasil menunjukkan bahwa asal informasi yang diperoleh para wisatawan mengenai keberadaan Agrowisata Bina Darma tertinggi adalah berasal teman/keluarga sebesar 75 persen, berasal dari media cetak dan elektronik sebesar 15 persen, berasal dari biro perjalanan sebesar 1 persen, dan lain-lain sebesar 9 persen. Hal
60
ini menunjukkan bahwa informasi objek wisata Agrowisata Bina Darma dari publikasi atau promosi sudah cukup bagus. Secara rinci disajikan pada Gambar berikut. 1% 9%
Biro Perjalanan : 1%
15% Media Cetak & : 15% Elektronik Teman/Keluarga : 75%
75%
Lain-lain : 9%
Gambar 5.10. Ketersediaan Informasi mengenai Agrowisata Bina Darma 5.4.6. Biaya Perjalanan Berdasarkan Penggunaannya Komponen biaya perjalanan merupakan jumlah biaya yang dikeluarkan oleh wisatawan untuk sampai ke Agrowisata Bina Darma hingga kembali ke tempat tinggal. Biaya perjalanan tersebut terdiri dari tiket masuk, transportasi, konsumsi, dan dokumentasi. Hasil perhitungan untuk biaya total per responden menunjukkan bahwa sebagian besar biaya perjalanan ke Agrowisata Bina Darma berasal dari konsumsi yaitu sebesar 48,5 persen, selanjutnya berasal dari tiket masuk sebesar 28,5 persen, penggunaan untuk transportasi 13,3 persen, dan penggunaan untuk dokumentasi sebesar 9,7 persen. Penggunaan biaya untuk konsumsi paling besar karena di Agrowisata Bina Darma juga memang tersedia rumah makan dan restoran buah. Dari hasil penjumlahan seluruh komponen aktifitas, didapatkan total rata-rata sebanyak Rp 105.165,- artinya setiap satu orang responden wisatawan menghabiskan sebesar jumlah tersebut. Jumlah biaya perjalanan berdasarkan komponen-komponen biaya tersebut secara rinci dapat dilihat pada tabel berikut.
61
Tabel 5.1. Persentase Biaya Perjalanan berdasarkan Penggunaannya Biaya Total per responden
Biaya Total Wisatawan per bulan
Aktivitas
Nominal
Persentase (%)
Nominal
Persentase (%)
Tiket Masuk
30.000
28,5
218.940.000
28,5
Transportasi
13.947
13,3
101.782.773
13,3
Konsumsi
51.027
48,5
372.392.613
48,5
Dokumentasi
10.191
9,7
74.376.791
9,7
105.165
100
4.189.292.834
100
Total
Sumber: Data diolah (2011) Biaya total wisatawan perbulan dapat menggambarkan jumlah pengeluaran wisatawan Agrowisata Bina Darma. Biaya total wisatawan ini diperoleh dari perkalian antara masing-masing biaya total per responden dengan rata-rata jumlah pengunjung/wisatawan yang datang ke Agrowisata Bina Darma dalam satu bulan selama satu tahun terakhir yaitu sebanyak 7.298 orang. Hasil perhitungan biaya total wisatawan pertahun menunjukkan persentase yang sama dengan biaya total per responden. 5.4.7. Persepsi Wisatawan terhadap kondisi Agrowisata Bina Darma Dalam penelitian ini, persepsi wisatawan terhadap keberadaan Agrowisata Bina Darma yang dinilai adalah kondisi jalan, aksesibilitas, keindahan, tata ruang, fasilitas, keamanan, dan kebersihan. Hasil menunjukkan bahwa persepsi wisatawan terhadap kondisi jalan 23 persen menilai masih dalam keadaan baik dan sebagian besar beranggapan kondisi jalan cukup baik. Namun, masih ada wisatawan yang masih beranggapan bahwa kondisi jalan masih tidak baik yakni sebesar 9 persen. Hal ini menunjukkan bahwa masih perlu ada perhatian khusus terhadap kondisi jalan agar dapat menarik wisatawan.
62
Tabel 5.2. Persepsi Wisatawan terhadap Kondisi Agrowisata Bina Darma Persepsi Responden Jalan
Aksesibilitas
Keindahan
Tata Ruang
Fasilitas
Keamanan
Kebersihan
Kriteria
Jumlah
%
Sangat Baik
0
0
Baik
34
23
Cukup
103
69
Tidak Baik
13
9
Sangat Mudah
8
5
Mudah
74
49
Cukup
64
43
Tidak Mudah
4
3
Sangat Indah
4
3
Indah
50
33
Cukup
91
61
Kurang Indah
5
3
Sangat Baik
1
1
Baik
51
34
Cukup
90
60
Tidak Baik
8
5
Sangat Lengkap
0
0
Lengkap
45
30
Cukup
93
62
Kurang Lengkap
12
8
Sangat Aman
4
2
Aman
115
77
Cukup
31
21
Kurang Aman
0
0
Sangat Bersih
0
0
Bersih
49
33
Cukup
99
66
Kurang Bersih
2
1
Sumber: Data diolah (2011)
Dari tabel 5.2 diatas terlihat bahwa, untuk aksesibilitas menuju Agrowisata Bina Darma, sebesar 49 persen menyatakan bahwa aksesibilitas ke Agrowisata Bina Darma mudah dan sebesar 43 persen menyatakan aksesibilitas ke Agrowisata Bina Darma cukup mudah. Sementara, untuk persepsi keindahan, wisatawan beranggapan bahwa keindahan di Agrowisata Bina Darma cukup indah, sebesar 33 persen beranggapan indah, dan sebesar 3 persen beranggapan
63
sangat indah. Namun, masih ada wisatawan yang masih beranggapan Agrowisata Bina Darma kurang indah. Selain itu, dari segi tata ruang sebagian besar wisatawan yaitu sebesar 60 persen menyatakan bahwa tata ruang Agrowisata Bina Darma masih cukup baik. Sebesar 34 persen dari wisatawan menyatakan bahwa tata ruang Agrowisata Bina Darma sudah baik. Hanya satu persen dari wisatawan yang beranggapan bahwa tata ruang Agrowisata Bina Darma sudah sangat baik. Akan tetapi, masih ada wisatawan yang menyatakan bahwa tata ruang Agrowisata Bina Darma masih tidak baik. Selain itu, persepsi lain yang dilihat yaitu fasilitas Agrowisata Bina Darma. Sebesar 62 persen, wisatawan menyatakan bahwa fasilitas Agrowisata Bina Darma sudah cukup. Sebanyak 30 persen wisatawan menyatakan bahwa fasilitas di Agrowisata Bina Darma sudah lengkap. Namun, masih ada sebesar 8 persen dari wisatawan menyatakan bahwa fasilitas di Agrowisata Bina Darma masih kurang lengkap. Untuk mengenai persepsi terhadap keamanan, sebagian besar dari wisatawan yaitu sebesar 77 persen beranggapan bahwa keamanan di Agrowisata Bina Darma sudah aman. Sebesar 2 persen dari wisatawan bahkan beranggapan bahwa Agrowisata Bina Darma sudah sangat aman. Namun, masih ada wisatawan yang beranggapan bahwa keamanan di Agrowisata Bina Darma cukup aman yaitu sebesar 21 persen. Dari segi kebersihan, sebagian besar dari wisatawan yaitu sebesar 66 persen menyatakan bahwa kebersihan di Agrowisata Bina Darma yaitu sudah cukup. Namun, sebanyak 33 persen dari wisatawan Agrowisata Bina Darma menyatakan bahwa Agrowisata Bina Darma sudah bersih. Hanya ada satu persen dari wisatawan yang menyatakan bahwa Agrowisata Bina Darma masih kurang bersih.
VI. DAYA DUKUNG LINGKUNGAN DAN ANALISIS PRAKELAYAKAN
6.1. Daya Dukung Lingkungan Agrowisata Bina Darma Informasi daya dukung lingkungan berguna untuk mengetahui kapasitas atau kemampuan optimal kawasan Agrowisata Bina Darma dalam memberi pelayanan jasa wisata agro secara jangka panjang. Informasi daya dukung juga berguna bagi pengelola dalam mengatur pola pemanfaatan kawasan wisata terutama terkait dengan jumlah maksimum pengunjung/wisatawan tanpa mengubah keadaan fisik atau menurunkan mutu lingkungan sekitarnya. Menurut Libosada (1998) dan Hadi (2005), daya dukung (carrying capacity) merupakan perbandingan antara luas area kawasan yang digunakan wisatawan/pengunjung dengan rata-rata kebutuhan luas area per individu wisatawan/ pengunjung. Setiap wisatawan/pengunjung akan membutuhkan suatu luasan area tertentu untuk dapat menikmati kegiatan wisata dengan baik, dan oleh karenanya harus menjadi perhatian bagi pengelola wisata disamping juga bertujuan mempertahankan mutu lingkungan yang ada. 6.1.1. Hasil Analisis Kebutuhan Area dan Waktu Kunjungan Wisatawan Kebutuhan area digunakan individu wisatawan dan waktu kunjungannya merupakan dua hal penting yang perlu diketahui sebelum analisis daya dukung lingkungan. Untuk waktu kunjungan, informasi yang dibutuhkan ada dua jenis yaitu waktu terbuka untuk kunjungan yang disediakan oleh pengelola Agrowisata setiap hari dan rata-rata waktu satu kunjungan yang dimanfaatkan oleh wisatawan/pengunjung. Selain kebun dan taman satwa, ada 19 obyek wisata yang bisa dimanfaatkan oleh wisatawan bila berkunjung ke kawasan Agrowisata Bina Darma, dan sebagian besar terdapat di dalam wahana utama dengan tiket khusus (sebelum Mei 2011). Hasil analisis terkait kebutuhan area per individu pengunjung dan rata-rata waktu satu kunjungan untuk setiap obyek wisata tersebut di kawasan Agrowisata Bina Darma disajikan pada Tabel 6.1.
66
Tabel 6.1. Hasil analisis rata-rata kebutuhan area per individu dan rata-rata waktu per kunjungan Kegiatan Wisata
Luas Area (m2)
Rata-Rata Rata-Rata Kebutuhan Waktu Terbuka Waktu Satu Area Per Individu Untuk Kunjungan Kunjungan (m2/org) (jam/hari) (jam/hari) (c) (d) (e)
(a) (b) Kunjungan Kebun 5000 Agro Rumah Jamur 800 Kunjungan Kebun 5000 Bibit Buah-Buahan *) **) Taman Satwa 4800 Flying Fox 1000 (Outbound) ***) Kolam Renang 3000 Kolam Pancing 2000 Keluarga Hiburan Tangkap 150 Ikan Wahana Perahu Naga 16400 Wahana Berkuda 1000 Roller Ball 50 Sepeda Air****) 4800 Motor ATV 200 Aqua Taddler Boat 200 (Perahu Tangan) Shooting Target 40 Paintball 1500 Sepeda BMX 2500 Gajah Tunggang 150 Delman*****) 300 Spider Game 600 Komedi Putar 100 Kereta Agro 1000 Kereta mini 50 Sumber : Hasil analisis data lapang (2011) *)
**)
***)
****)
*****)
25
9
0,5
40
9
0,5
70
9
0,5
84
9
0,5
18
0,5
0,5
40
9
2
40
3
3
7,5
0,17
0,17
450 200 17 125 7
0,25 0,17 0,5 0,25 0,17
0,25 0,17 0,5 0,25 0,17
6
0,17
0,17
20 150 312.5 25 150 60 16.67 50 8.33
0,17 0,42 0,25 0,25 0,33 9 0,08 0,33 0,08
0,17 0,42 0,25 0,25 0,33 0,5 0,08 0,33 0,08
Termasuk jenis tanaman bonsai /kecil yang sedang tumbuh dimana pengunjung tidak boleh terlalu padat agar tanamannya tidak stres (Libosada, 1998) Umumnya dari jenis biota unik /dilindungi/reproduksi terbatas, dimana pengunjung tidak boleh terlalu padat agar hewannya tidak stres (Libosada, 1998) Renang merupakan kegiatan yang mobile/berpindah-pindah, untuk kenyamanan dibutuhkan area yang cukup luas (Calimag, P.1994) Bersifat mobile, daya jelajah bisa lebih tinggi dari kegiatan renang, tapi di bawah kegiatan mobile di daratan (Calimag, P. 1994) Bersifat mobile, jelajah bisa lebih tinggi dari kegiatan di air, (Calimag, P. 1994)
Setiap obyek wisata akan menggunakan area atau lintasan khusus dalam memberi pelayanan kepada wisatawan/pengunjung. Luas area yang ada, kebutuhan area per individu, waktu terbuka untuk kunjungan yang disediakan oleh pengelola Agrowisata akan mempengaruhi rata-rata waktu satu kunjungan
67
pengunjung/wisatawan. Selanjutnya rata-rata waktu satu kunjungan tersebut akan mempengaruhi dinamika kegiatan wisata agro yang terdapat di kawasan Agrowisata Bina Darma. Kebun agro, rumah jamur, kebun bibit buah-buahan, kolam renang, taman satwa dan spider game terbuka selama 9 jam per kunjungan setiap harinya. Kolam pancing untuk keluarga dibuka selama 3 jam per kunjungan perwisatawan setiap harinya, sedangkan obyek wisata lainnya (permainan dan sejenisnya) lebih pendek, yaitu kurang dari 1 jam untuk setiap kunjungannya. Walaupun waktu terbuka untuk kebun dan taman satwa cukup lama, tetapi wisatawan hanya memanfaatkannya rata-rata 0,5 jam, sedangkan untuk obyek wisata sejenis permainan dimanfaatkan sesuai dengan waktu terbuka untuk kunjungan. Menurut Syamsu (2001) dan Carter (1993), pemanfaatan waktu terbuka untuk kunjungan sangat dipengaruhi oleh ketertarikan dan tingkat kepuasan yang didapat oleh pengunjung, dimana bila mereka tertarik dan belum puas, mereka akan menggunakan waktu kunjungan yang lebih lama, sedangkan bila sebaliknya akan lebih pendek. 6.1.2. Hasil Analisis Daya Dukung Lingkungan, Koefisien Rotasi dan Daya Tampung Wisatawan Informasi kebutuhan area per individu, luas area, dan waktu kunjungan pada Bagian 6.3.1, akan digunakan untuk analisis penentuan daya dukung lingkungan (carrying capacity), koefisien rotasi, serta daya tampung wisatawan per hari di kawasan Agrowisata Bina Darma. Menurut Hadi (2005), pendekatan daya dukung berguna untuk menyediakan sumberdaya secara optimal dalam mendukung pelayanan produk dan jasa yang dibutuhkan oleh manusia. Terkait dengan ini, maka informasi tentang kebutuhan area per individu, luas area, dan waktu kunjungan merupakan data penting untuk menduga kapasitas kawasan Agrowisata Bina Darma dalam memberikan pelayanan jasa wisata kepada pengunjungnya. Koefisien rotasi berguna untuk melihat perputaran kunjungan wisatawan/ pengunjung pada kondisi daya dukung yang ada, sehingga berbagai tindakan pengelolaan yang diperlukan dapat dilakukan dengan baik. Hal ini penting mengingat fasilitas wisata mempunyai ketahanan terbatas, dan supaya pengunjung tidak cepat bosan, maka tindakan penyempurnaan dan menciptakan variasi
68
layanan sangat diperlukan. Informasi daya tampung wisatawan setiap hari berguna untuk mendukung pelayanan teknis wisata setiap harinya sehingga wisatawan terpuaskan dan fasilitas wisata tetap terjaga. Hasil analisis terkait daya dukung lingkungan (carrying capacity), koefisien rotasi, daya tampung wisatawan, jumlah maksimum wisatawan, serta rasionya di kawasan Agrowisata Bina Darma disajikan pada Tabel 6.2. Tabel 6.2. Daya dukung lingkungan, koefisien rotasi dan daya tampung wisatawan, jumlah wisatawan maksimal serta rasio kunjungan
Kegiatan Wisata
Daya Dukung Lingkungan (orang/hari) (b/c)
(1) (2) Kunjungan Kebun Agro 200 Rumah Jamur 20 Kunjungan Kebun Bibit Buah-Buahan 71 Taman Satwa 57 Flying Fox (Outbound) 56 Kolam Renang 75 Kolam Pancing Keluarga 50 Hiburan Tangkap Ikan 20 Wahana Perahu Naga 36 Wahana Berkuda 5 Roller Ball 3 Sepeda Air 38 Motor ATV 29 Aqua Taddler Boat (Perahu Tangan) 33 Shooting Target 2 Paintball 10 Sepeda BMX 8 Gajah Tunggang 6 Delman 2 Spider Game 10 Komedi Putar 6 Kereta Agro 20 Kereta mini 6 Total 764 Sumber : Hasil analisis data lapang (2011)
(3) 18 18
Daya Tampung Wisatawan (orang/hari) (b/c)x(d/e) (4) 3600 360
18 18 1 4,5 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 18 1 1 1
Koefisien Rotasi (perhari) (d/e)
Jumlah Wisatawan Rasio Maksimal (4):(5) (5) 60 8
(6) 60:1 45:1
1286 1029 56 338 50 20 36 5 3 38 29
60 8 6 8 8 6 6 2 2 8 8
21:1 129:1 9:1 42:1 6:1 3:1 6:1 3:1 2:1 5:1 4:1
33 2 10 8 6 2 180 6 20 6 7122
8 2 10 6 6 2 8 6 7 6
4:1 1:1 1:1 1:1 1:1 1:1 23:1 1:1 3:1 1:1
Berdasarkan Tabel 6.2, jumlah maksimum wisatawan yang dapat menggunakan Agrowisata Bina Darma tanpa mengubah keadaan fisik atau menurunkan mutu lingkungan sekitarnya adalah 764 orang setiap harinya. Daya
69
dukung lingkungan ini termasuk rendah bila dibandingkan dengan daya dukung taman wisata, ekowisata pesisir, dan lainnya. Hasil penelitian Semet (2012) di Taman Wisata Alam (TWA) Gunung Meja Manokwari misalnya menunjukkan bahwa daya dukung TWA tersebut mencapai 58.092 orang. Hal ini terjadi karena luas kawasan wisata alam tersebut sangat luas yang meliputi seluruh kawasan gunung meja. Ini tentu berbeda sekali dengan luas kawasan Agrowisata Bina Darma yang hanya 30 hektar, sementara berbagai aktivitas (23 obyek wisata) dipadatkan. Dari 23 obyek wisata yang ada, daya dukung lingkungan tertinggi dimiliki oleh kegiatan wisata berupa kunjungan kebun agro (sayur-sayuran) sebesar 200 orang. Relatif tinggi daya dukung kebun agro ini lebih karena berupa wilayah perkebunan palawija yang luas (5000 m2) dan dominan ditumbuhi oleh sayursayuran, sehingga memberi ruang yang cukup luas bagi pengunjungnya. Disamping itu, kebun agro lebih diarahkan untuk memberikan pemandangan yang menyejukkan mata, sehingga dalam penataannya di kawasan Agrowisata Bina Darma menempati area yang relatif lebih luas dibandingkan obyek wisata lainnya. Eagles, et.all (2002) menyatakan bahwa pengembangan kawasan wisata harus dilakukan sesuai tujuan peruntukannya, supaya manfaat yang didapat pengunjung maksimal dan sesuai dengan tujuan wisata yang dilakukannya. Bila hal ini dapat dilakukan dengan baik, maka pengunjung semakin tertarik berkunjung dan keberlanjutan kegiatan wisata dapat terus berlanjut. Taman satwa mempunyai daya dukung yang lebih rendah (57 orang) daripada kebun agro meskipun luas areanya (4800 m2) hampir sama dengan kebun agro. Hal ini terjadi karena taman satwa membutuhkan luas area per individu pengunjung yang lebih tinggi (84 m2/org). Menurut Libosada (1998), kebutuhan area per individu pengunjung sangat ditentukan oleh karakteristik obyek wisata dan kenyamaan pengunjung. Taman satwa umumnya didiami oleh satwa langka dan unik yang jarang berinteraksi dengan manusia, seperti orang utan, burung elang, siamang, beruang, buaya rawa, yang karenanya akan mudah stress bila terlalu banyak pengunjung, dan ini sedikit berbeda dengan obyek lainnya yang tidak banyak terganggu oleh kepadatan pengunjung. Bahar (2004) dalam penelitiannnya di Gugus Pulau Tanakeke, Kabupaten Takalar juga menunjukkan
70
pola yang sama, yang mana untuk kegiatan ekowisata berupa pengamatan burung mensyaratkan adanya standar kenyamanan bagi pengunjung dan burung yang diteropong. Standar kenyamanan tersebut diperhatikan supaya burung yang diteropong merasa nyaman, tidak stress dan lari, serta tujuan wisata mengamati burung juga tercapai. Kolam renang mempunyai daya dukung sedang 75 orang pada luas area 3000 m2, dimana setiap individu pengunjung membutuhkan area rata-rata sekitar 40 m2. Sepintas luas area 3000 m2 yang hanya bisa menampung maksimal 75 orang cukup mubazir. Hasil survai dilapangan menunjukkan bahwa area kolam renang terbagi jadi dua bagian, yaitu area kolam untuk anak-anak dan area kolam renang untuk dewasa. Penataan seperti ini dilakukan untuk memberi kenyamana kepada pengunjung baik dalam berenang dan bercengkerama dengan pengunjung lainnya, terutama dari keluarga. Pengunjung kolam renang di kawasan Agrowisata Bina Darma banyak berupa rombongan keluarga atau teman kerja yang sengaja berlibur dengan berenang bersama-sama. Dengan pelayanan seperti ini, pengunjung kolam renang akan lebih betah sehingga memberi peluang untuk mengulanginya kembali di kemudian hari. Daya dukung lingkungan terendah dimiliki oleh kegiatan wisata berupa shooting target dan delman. Komedi putar dan kereta mini mempunyai luas area yang rendah, sehingga dalam pelayanannya gampang membludak. Daya dukung yang rendah untuk delman, berkuda, dan sepeda BMX lebih karena karakter wisata tersebut yang bersifat petualang/melancong dan bergerak cepat, sehingga dalam pergerakannya membutuhkan area yang cukup luas. Hal yang berbeda terjadi untuk wisata dengan mengunjungi kebun agro, rumah jamur, yang karakternya cenderung pasif menikmati kesegaran, kedamaian, dan keindahan tanaman sekitar. Calimag (1994) menyatakan bahwa daya dukung lingkungan suatu kegiatan wisata sangat dipengaruhi oleh karakter wisata, tingkat pelayanan, dan fasilitas pelayanan. Fasilitas pelayanan yang lengkap dan lancar juga mempengaruhi pola pemanfaatan area oleh wisatawan dalam kegiatan wisatanya. Koefisien rotasi merupakan jumlah rotasi yang bisa dilakukan oleh wisatawan untuk satu kali kunjungan (hari) berdasarkan jumlah jam yang dibuka bagi kegiatan wisata per rata-rata waktu kunjungan untuk setiap kegiatan wisata
71
berbeda. Koefisien rotasi tertinggi yaitu pada kegiatan wisata kunjungan kebun sayuran, rumah jamur, kunjungan kebun bibit buah-buahan, taman satwa dan spider game, yaitu masing-masing sebanyak 18 kali. Hal ini terjadi karena ratarata wisatawan hanya memanfaatkan waktu 0,5 jam dari alokasi waktu terbuka (9 jam) untuk kunjungan. Libosada (1998) menyatakan bahwa pola pemanfaatan waktu tersedia dapat menjadi acuan bagi pengelola kegiatan wisata dalam mempertahankan keberlanjutan kegiatan wisata. Bila volume kunjungan tetap stabil, maka pengelolaan sudah cukup baik pada kondisi saat ini (walau waktu satu kunjungan dimanfaatkan singkat), sedangkan bila volume kunjungan menurun, maka terjadi kebosanan, sehingga pengelola harus segera mengambil tindakan pengelolaan yang diperlukan. Koefisien rotasi yang cukup tinggi yaitu terdapat pada kegiatan wisata kolam renang (4,5 kali), sedangkan 17 kegiatan wisata lainnya mempunyai koefisien rotasi masing-masing 1 kali. Fadeli dan Nurdin (2005) menyatakan bahwa pola pemanfaatan kegiatan wisata oleh wisatawan ini dengan waktu yang singkat dapat membantu pengistirahatan beberapa fasilitas/obyek wisata sehingga tidak membahayakan keberlangsungannya dan mengecewakan pengunjung. Hal ini penting mengingat kegiatan wisata agro lebih mengandalkan pada kualitas obyek wisata yang dominan merupakan lingkungan alam. Pada Tabel 6.2. juga memperlihatkan daya tampung wisatawan atau jumlah pengunjung yang bisa diakomodasi di kawasan Agrowisata Bina Darma. Secara umum daya tampung wisatawan di kawasan Agrowisata Bina Darma tanpa mengubah keadaan fisik atau menurunkan mutu lingkungan sekitarnya adalah 7122 orang per hari. Daya tampung wisatawan ini diperoleh dari hasil perkalian antara daya dukung lingkungan dengan koefisien rotasi. Daya tampung wisatawan tertinggi dimiliki oleh kebun agro yang mencapai 3600 orang per hari. Kebun bibit buah-buahan dan taman satwa mempunyai daya tampung wisatawan yang juga tinggi, yaitu masing–masing 1.286 orang per hari dan 1.029 orang per hari. Menurut Libosada (1998), lokasi wisata yang memuat tanaman bonsai, bibit, dan satwa peliharaan umumnya lebih mudah stres bila dikunjungi banyak orang. Terkait dengan ini, maka meskipun luas area kebun bibit buah-buahan dan taman
72
satwa hampir sama dengan kebun agro, tetapi daya tampung wisatawannya lebih rendah. Kegiatan wisata shooting target, delman, rollerball, wahana berkuda, sepeda BMX, komedi putar, dan kereta mini mempunyai daya tampung wisatawan yang rendah. Hal ini dipengaruhi oleh karakter wisata yang cenderung dinamis, luas area yang lebih sempit, dan lainnya. Menurut Carter (1993), kegiatan wisata dengan daya tampung yang rendah tidak akan berdampak negatif selama pelayanan yang diberikan baik, dan kegiatan wisata penopang lainnya lainnya lebih hidup dan menyenangkan. Berdasarkan rasio wisatawan, sebagian besar obyek wisata masih terbuka untuk menerima tambahan pengunjung/wisatawan baru. Hanya ada enam obyek wisata yang jumlah wisatawan maksimalnya sama dengan daya tampung obyek wisata tersebut, diantaranya sepeda BMX, gajah tunggang, delman, komedi putar, dan kereta mini. Taman satwa dan kunjungan kebun agro merupakan dua obyek wisata dengan rasio yang tinggi (masing-masing 129 : 1 dan 60 : 1), sehingga sangat berpeluang untuk dikembangkan lanjut. Terkait dengan ini, maka untuk keberlanjutan pengembangan Agrowisata Dina Darma, perhatian menyeluruh terhadap obyek wisata yang ada harus diperhatikan, terutama yang memiliki peluang besar (rasio tinggi) untuk dikembangkan. Bila dilakukan pengembangan seperti perbaikan sistem layanan, penambahan fasilitas, dan lainnya sebaiknya dikomunikasikan kepada wisatawan dan masyarakat luas, sehingga mereka mengetahui dan tertarik mengunjunginya. 6.2.
Analisis Prakelayakan Agrowisata Bina Darma Hasil analisis prakelayakan ini memberi petunjuk tentang kemungkinan
pengembangan kegiatan wisata agro secara jangka panjang dengan memanfaatkan berbagai obyek wisata yang terdapat di kawasan Agrowisata Bina Darma. Disamping itu, hasil analisis prakelayakan juga berguna untuk mengetahui bargaining position Agrowisata Bina Darma sebagai obyek wisata yang dikelola dengan baik dan menjadi salah satu lokasi alternatif yang bisa dikunjungi wisatawan. Menurut Hanley dan Spash (1993) dan Cahyo (1995), analisis prakelayakan memberi informasi penting tentang bargaining position usaha ekonomi dalam persaingan bisnis yang menentukan bertahan tidaknya usaha
73
ekonomi tersebut secara jangka panjang dalam memberikan pelayanan kepada pelanggannya. Untuk memastikan hal ini dan kemungkinan pengembangan kegiatan wisata agro secara jangka panjang di kawasan Agrowisata Bina Darma, maka dianggap perlu dilakukan analisis prakelayakan dalam pengelolaan wahana hiburan dan fasilitas wisata lainnya berdasarkan parameter ekonomi yang relevan. Parameter ekonomi tersebut mencakup Benefit-Cost Ratio (BCR), Net Present Value (NPV), Internal Rate Return (IRR), dan Payback Period (PP). Hanley dan Spash (1993), Griffin dan Ronald (1991) memberi petunjuk tentang perimbangan manfaat dan biaya dari suatu usaha ekonomi sehingga peluang pengembangan secara berkelanjutan lebih dapat dipastikan. Dalam penelitian ini, prakelayakan Agrowisata dibuat menjadi dua skenario, yaitu skenario pengelolaan tiket per wahana dan skenario pengelolaan tiket terusan. Kedua skenario ini dipilih karena pada tahun 2011, wisata agro mengalami perubahan sistem pengelolaan dalam pembayaran tiket. Dimana sebelum bulan Mei 2011, pembayaran tiket adalah per wahana. Sementara, setelah bulan tersebut sistem yang diterapkan adalah tiket terusan yaitu Rp 30.000 per satu kali kunjungan per orang. Artinya, untuk menggunakan fasilitas atau wahana yang berada di dalam Agrowisata Bina Darma setiap pengunjung tidak perlu membayar kembali setelah membayar tiket terusan tersebut. Masa operasi efektif rata-rata fasilitas yang terdapat di wahana hiburan agrowisata Bina Darma diperkirakan mencapai 14 tahun. Kedua skenario tersebut dikembangkan dalam penelitian ini, supaya bisa menjadi
bahan
perbandingan,
sehingga
pengelola
wisata
agro
dapat
mempertimbangkan sistem pengelolaan terbaik yang nantinya dapat diberlakukan permanen dan jangka panjang. Hasil analisis prakelayakan skenario pengelolaan per wahana dan skenario pengelolaan tiket terusan di Agrowisata Bina Darma tersebut disajikan Tabel 6.3.
74
Tabel 6.3. Hasil Analisis Prakelayakan Agrowisata Bina Darma Parameter Ekonomi
Skenario Pengelolaan Tiket Terusan
Standar
Pengelolaan Per Wahana
NPV
>0
Rp 8.237.963.582-
Rp 9.885.444.800,-
BCR IRR PP
>1 >16 %
1,30 53% 3 tahun 2 bulan Layak
1,36 73% 1 tahun Layak
Sumber : Hasil analisis data lapang (2011)
Pada perhitungan analisis prakelayakan dengan skenario pengelolaan perwahana, diasumsikan bahwa penerimaan naik sebesar 5% setiap tahun terhitung mulai tahun 2012 sedangkan biaya operasional naik 2% pertahun mulai dari tahun 2012, biaya administrasi dan perkantoran naik 2% pertahun mulai dari tahun 2012, biaya bunga angsuran dan Pajak Bumi dan Bangunan dianggap tetap sedangkan biaya lingkungan dianggap naik 2% pertahun mulai dari tahun 2012. Demikian halnya dengan perhitungan analisis prakelayakan dengan skenario tiket terusan juga berlaku asumsi yang sama dengan tiket per wahana. Hasil analisis prakelayakan kedua skenario pengelolaan menggunakan parameter Benefit-Cost Ratio (BCR), Net Present Value (NPV), Internal Rate Return (IRR), dan Payback Period (PP) akan dibahas pada bagian berikut. 6.2.1 Nilai Net Present Value (NPV) Parameter Net Present Value (NPV) digunakan untuk mengetahui prakelayakan pengembangan Agrowisata Bina Darma berdasarkan selisih antara nilai sekarang (present) dari penerimaan dengan nilai sekarang dari pengeluaran pada tingkat bunga tertentu yang berlaku yang terjadi selama menjalankan kegiatan wisata agro di lokasi. Sedangkan suku bunga yang berlaku untuk kredit perbankan, yaitu sekitar 16 % (Bank Indonesia, 2010). Suku bunga ini dijadikan acuan karena pembangunan obyek wisata agro di kawasan Agrowisata Bina Darma berasal dari dana investor, yang secara rutin harus dibayarkan oleh pengelola Agrowisata Bina Darma. Berdasarkan Tabel 6.3, pengelolaan wisata agro dengan tiket terusan mempunyai nilai NPV yang lebih tinggi yaitu sebesar Rp 9.885.444.800,- daripada pengelolaan agrowisata dengan tiket per wahana yaitu NPVsebesar Rp 8.237.963.585,-. namun kedua skenario pengelolaan ini
75
layak dilakukan dari segi NPV untuk mendukung pengembangan Agrowisata Bina Darma. Nilai NPV sebesar Rp 9.885.444.800,- menunjukkan bahwa pengelolaan agrowisata dengan tiket terusan dapat memberikan keuntungan bersih sebesar itu selama 14 tahun masa operasi efektifnya jika diukur dari tahun 2009, setelah mempertimbangkan suku bunga kredit sekitar 16 %. Sedangkan nilai NPV sebesar Rp 8.237.963.585,- menunjukkan bahwa pengelolaan agrowisata dengan tiket per wahana memberikan keuntungan bersih sebesar itu 14 tahun masa operasi efektifnya jika diukur dari tahun 2009. Keuntungan bersih dari pengelolaan wisata agro dengan tiket terusan lebih tinggi, memberi indikasi bahwa pembayaran yang sedikit lebih tinggi dengan implikasi membebaskan wisatawan berwisata di semua wahana yang ada akan lebih baik daripada menyuruh mereka pembayaran untuk setiap wahana yang diminati. Untuk pengelolaan per wahana, harga tiket totalnya untuk semua wahana bisa lebih tinggi daripada harga tiket terusan, tetapi tidak semua pengunjung akan memanfaatkan semua wahana tersebut. Hasil analisis Tabel 6.3, telah menunjukkan hal tersebut. Menurut Fandeli dan Nurdin (2005) dan Bygrave (1997), pelanggan/wistawan selalu memilih fasilitas yang disukai selama berwisata, namun mereka umumnya tidak menolak membayar lebih tinggi bila ada diskon dan diperbolehkan menggunakan fasilitas secara bebas, meskipun dalam pelaksanaan tidak dimanfaatkan semua. 6.2.2. Nilai Benefit-Cost Ratio (BCR) Dalam penelitian ini, parameter Benefit-Cost Ratio (BCR) digunakan untuk prakelayakan pengelolaan Agrowisata Bina Darma dengan melihat perimbangan antara penerimaan yang didapat dengan pengeluarannya dalam menjalankan kegiatan wisata agro di kawasan Agrowisata Bina Darma. Nilai BCR ini diharapkan lebih dari 1 (satu), yang berarti penerimaan kegiatan wisata agro lebih besar daripada pembiayaannya. Berdasarkan Tabel 6.3, dari segi BCR pengelolaan Agrowisata Bina Darma dengan tiket per wahana maupun tiket terusan layak dikembangkan lanjut karena keduanya mempunyai nilai BCR yang lebih dari 1 (satu), yaitu masingmasing 1,30 dan 1,36. Untuk pengelolaan Agrowisata Bina Darma dengan tiket per wahana, setiap 1 (satu) satuan biaya yang dikeluarkan untuk menjalankan
76
kegiatan wisata agro, maka akan mendatangkan penerimaan bersih sekitar 1,30 satuan. Hal yang sama juga untuk pengelolaan Agrowisata Bina Darma dengan tiket terusan, dimana setiap 1 satuan biaya yang dikeluarkan akan mendatangkan penerimaan bersih masing-masing 1,36 satuan. Secara sepintas, jumlah penerimaan bersih berdasarkan analisis BCR ini tidak terlalu besar. Hal ini karena pembandingnya merupakan akumulasi biaya yang dikeluarkan selama menjalankan kegiatan wisata agro tersebut (14 tahun). Setiap penerimaan yang didapat oleh pengelola, maka sebagian disisihkan untuk biaya operasional wahana, biaya tenaga kerja, biaya perkantoran, biaya angsuran, bunga, dan lainnya, belum lagi alokasi biaya penyusutan dari modal investasi yang digunakan pada saat pembangunan fasilitas wisata agro. Bila semua biayabiaya tersebut diperhitungkan, maka tentu sangat banyak, sehingga sangat wajar bila rasio penerimaan dikatakan baik dengan hanya lebih beberapa satuan dari akumulasi biaya tersebut (Hanley dan Spash, 1993). Bila kedua skenario pengelolaan yang ada diperbandingkan, maka dari segi BCR ini pengelolaan Agrowisata Bina Darma dengan tiket terusan lebih tinggi daripada pengelolaan dengan tiket per wahana. 6.2.3. Nilai Internal Rate of Return (IRR) Dalam penelitian ini, paramater Internal Rate Return (IRR) digunakan untuk mengetahui batas untung rugi pengelolaan Agrowisata Bina Darma, yang ditunjukkan oleh suku bunga maksimal yang menyebabkan NPV=0. Hasil analisis menunjukkan bahwa pengelolaan Agrowisata Bina Darma dengan tiket per wahana mempunyai IRR sekitar 53% dan pengelolaan dengan tiket terusan mempunyai IRR sekitar 73% (Tabel 6.3). Nilai IRR 53% untuk pengelolaan dengan tiket per wahana memberi pengertian bahwa menginvestasikan uang untuk pengelolaan dengan meminta pengunjung/wisatawan membayar tiket untuk setiap wahana yang dikunjungi (skenario I) akan mendatangkan keuntungan sekitar 53% per tahunnya. Sedangkan nilai IRR 73% menunjukkan bahwa pengelolaan Agrowisata Bina Darma dengan meminta pengunjung membeli tiket terusan Rp 30.000 per orang (hanya sekali bayar untuk semua wahana, skenario II) akan mendatangkan keuntungan sekitar 73% per tahunnya. Terkait dengan ini, maka skenario
77
pengelolaan dengan tiket terusan lebih baik dari segi IRR dibandingkan skenario pengelolaan dengan tiket per wahana. Namun demikian, kedua skenario pengelolaan tersebut termasuk bagus dan layak dikembangkan, karena nilai IRR keduanya lebih tinggi dari suku bunga perbankan yang berlaku hanya 16% (bunga kredit). Hal ini menunjukkan bahwa dengan menggunakan modal pinjaman dari pihak luar (univesitas, perbankan, dan lainnya)
untuk
mengelola
kawasan
Agrowisata
Bina
Darma
masih
menguntungkan bagi pengelola karena persentase keuntungan bersih yang didapat (53% untuk skenario I dan 73% untuk skenario II) lebih besar dari suku bunga kredit pinjamannya (16%). 6.2.4. Nilai Payback Period (PP) Dalam penelitian ini, paramater Payback Period (PP) digunakan untuk mengetahui jumlah tahun yang diperlukan untuk dapat menutupi seluruh biaya yang digunakan. Pada kondisi ini pengelola Agrowisata Bina tidak memperoleh keuntungan maupun kerugian dalam dalam menjalankan kegiatan wisata agro. Bila skenario pengelolaan dipilih per wahana, maka Payback period (PP) adalah 3 tahun 2 bulan (Tabel 6.3) sedangkan skenario pengelolaan tiket terusan mempunyai Payback period (PP) selama 1 tahun (Tabel 6.3). Terkait dengan ini, maka PP untuk skenario pengelolaan tiket terusan ini terjadi pada masih di bawah umur teknis fasilitas agrowisata yang rata-rata mencapai 14 tahun. Dengan demikian, maka dari segi PP kedua skenario pengelolaan layak dilakukan. Oleh karena semua parameter ekonomi (NPV, BCR, IRR, dan PP) dapat dipenuhi dengan baik bila menggunakan kedua skenario tersebut, maka kegiatan wisata agro “layak” dan dapat dikembangkan secara berkelanjutan di kawasan Agrowisata Bina Darma, Kabupaten Ogan Ilir. Bila mulai Mei 2011, pengelolaan dengan tiket terusan telah diberlakukan, maka dapat terus dilakukan karena membawa manfaat ekonomi yang lebih baik. Namun demikian, bila dikemudian hari ada keberatan dari pengunjung/wisatawan terutama dengan tujuan khusus dan hanya ingin berwisata pada salah satu wahana, maka dapat ditinjau kembali, misalnya dengan pemberlakuan terbatas skenario pengelolaan dengan tiket per wahana. Menurut BisnisUKM.com (2011) dan Bygrave (1997), pengelolaan bisnis harus mengedepankan kebutuhan pelanggan dan trend pasar yang terjadi.
78
Setiap kegiatan bisnis akan menghadapi fase perkenalan, pertumbuhan, pendewasaan, dan kemunduran, sehingga dibutuhkan strategi pengelolaan yang tepat yang memungkinkan pelanggan tetap setia terhadap pelayanan yang diberikan. 6.2.5. Sensitivitas Prakelayakan Agrowisata Bina Darma Kegiatan wisata agro di kawasan Argowisata Bina Darma dapat dikatakan masih baru, karena pengelolaan efektif dilakukan pada tahun 2010, dan bulan Mei 2011 baru memberlakukan pengelolaan dengan tiket terusan. Kondisi ini menyebabkan pengunjung/wisatawan yang datang cenderung fluktuatif. Kajian sensitivitas perlu dilakukan untuk mengetahui sejauh pengelolaan Agrowisata Bina Darma dapat dipertahankan secara layak. Untuk mengakomodir hal ini, maka terhadap dua skenario pengelolaan yang ditawarkan (pengelolaan per wahana dan pengelolaan tiket terusan) akan dianalisis sensitivitasnya. Tabel 6.4. Hasil analisis sensitivitas prakelayakan Agrowisata Bina Darma Parameter Ekonomi
Standar
Pengelolaan Per Wahana
Skenario Pengelolaan Tiket Terusan
NPV
>0
BCR
>1
1,19
1,35
IRR
>16 %
44%
65 %
PP
Rp 5.727.436.112,-
3 tahun 5 bulan Layak
Rp 7.374.917.327,-
1 tahun Layak
Sumber : Hasil analisis data lapang (2011)
Berdasarkan Tabel 6.4, diasumsikan apabila terjadi kenaikan biaya operasional sebesar 30 persen pertahun akibat dari kenaikan BBM, maka untuk pengelolaan Agrowisata Bina Darma dengan tiket per wahana diperoleh NPV sebesar Rp 5.727.436.112,-, BCR sebesar, 1,19, IRR sebesar 44 %, dan PP pada 3 tahun 5 bulan. Pengelolaan Agrowisata Bina dengan tiket terusan diperoleh NPV, BCR, IRR, dan PP berturut-turut Rp 7.374.917.327,-, 1,35, 65%, dan 1 tahun. Bila melihat capaian nilai parameter tersebut terutama nilai BCR, maka pengelolaan Agrowisata Bina Darma tetap layak secara ekonomi diteruskan.
79
Apabila dibandingkan antara hasil analisis prakelayakan dengan hasil analisis sensitivitas, terjadi penurunan nilai, baik dari hasil NPV, BCR, IRR maupun PP. Terkait dengan ini, maka pengelola harus melakukan berbagai upaya untuk menarik minat pengunjung/wisatawan terutama pada kondisi sepi tidak bertepatan dengan liburan sekolah, perayaan hari besar, dan lainnya. Penggalakan promosi melalui media, pentas seni dan budaya, pameran, dan lainnya dapat menjadi alterntif yang bisa dilakukan untuk menarik minat pengunjung/wisatawan. Pengembangan seperti perbaikan sistem layanan, penambahan fasilitas dan peningkatan promosi wahana yang memiliki peluang besar untuk dikembangkan seperti taman satwa dan kebun agro. Semua ini tentu memerlukan biaya, sehingga didalam analisis telah dialokasikan sebagai biaya promosi. Namun bila hal dilakukan dengan baik, maka alokasi biaya tersebut dapat tertutupi kembali, sedangkan operasional jasa layanan wisata agro tidak banyak berubah. Menurut Cahyono (1995), kegiatan bisnis yang produk dominannya berupa jasa pelayanan, cenderung memberi manfaat ekonomi yang lebih baik pada kondisi permintaan meningkat daripada kegiatan bisnis yang menjual produk habis pakai. Hal ini terjadi karena layanan tambahan dapat diberikan menggunakan fasilitas yang sama pada waktu yang sama pula dari kondisi biasa, asalkan daya dukung fasilitas tidak terlampaui. Bila kedua skenario diperbandingkan, maka skenario pengelolaan dengan tiket terusan tetap dapat dipertahankan baik pada kondisi pengunjung biasa (kondisi saat ini), maupun bila terjadi peningkatan jumlah pengunjung di tahun-tahun berikutnya.
VII. STRATEGI PENGEMBANGAN WISATA AGRO BERKELANJUTAN
7.1 Kepentingan Aktor Pengembangan Kawasan Agrowisata Bina Darma merupakan kawasan wisata agro yang terdapat di Kabupaten Ogan Ilir yang karena potensi alam yang dimilikinya dapat dimanfaatkan sebagai kawasan wisata. Pengembangan kawasan wisata ini, tentu sangat tergantung dari dukungan/kepentingan semua aktor yang terkait di lokasi. Aktor yang berkepentingan tersebut, diantaranya pemerintah daerah (PEMDA), pengelola kawasan, wisatawan, lembaga pembina/pendamping, dan aparat desa (kepala desa). Oleh karena itu, sejauhmana kepentingan setiap aktor tersebut akan menentukan strategi yang tepat untuk pengembangan Agrowisata Bina Darma. Gambar 7.1 menyajikan hasil analisis kepentingan setiap aktor terkait bagi pengembangan Agrowisata Bina Darma yang berkelanjutan di Kabupaten Ogan Ilir, sedangkan Tabel 7.1 menyajikan susunan nilai rasio kepentingan (bobot) dan prioritasnya.
Abbreviation Goal PEMDA PNGELOLA WSTAWAN LMBGBINA KPLDESA
Definition Strategi Pengembangan Agrowisata Bina Darma Berkelanjutan Pemerintah Daerah Pengelola Agrowisata Wisatawan Lembaga Pembina/Pendamping Kepala Desa
Gambar 7.1. Kepentingan aktor dalam pengembangan Agrowisata Bina Darma
82
Tabel 7.1.
Hasil analisis rasio dan prioritas kepentingan setiap aktor dalam pengembangan Agrowisata Bina Darma
Aktor Pengembangan Pengelola Agrowisata Pemerintah Daerah Lembaga Pendamping/ Pembina Wisatawan Kepala Desa
Rasio Kepentingan 0,353 0,208 0,206
Prioritas 1 2 3
0,167 0,066
4 5
Berdasarkan Gambar 7.1 dan Tabel 7.1, pengelola Agrowisata Bina Darma mempunyai tingkat kepentingan yang paling tinggi bagi pengembangan Agrowisata Bina Darma di Kabupaten Ogan Ilir, yang ditunjukkan oleh nilai rasio kepentingan (RK) 0,353. Informasi ini dapat dipercaya karena mempunyai inconsistency ratio (IR) 0,09. Sedangkan secara statistik, batas inconsistency yang diperbolehkan adalah tidak lebih dari 0,1. Nilai RK tersebut memberi petunjuk bahwa
kepentingan
pengelola
harus
menjadi
prioritas
pertama
dalam
pengembangan Agrowisata Bina Darma baik dengan skenario pengelolaan per wahana maupun skenario pengelolaan tiket terusan. Besarnya kepentingan pengelola wisata agro sangat wajar karena mereka merupakan pelaku langsung usaha wisata yang maju mundurnya sangat tergantung pada kemampuan mereka dalam mengelola dan memberi pelayanan terbaik kepada pengunjung (wisatawan). Menurut Jamieson dan Noble (2000), pengelola pariwisata mempunyai kepentingan mempertahankan eksistensi obyek wisata, manfaat dan dampak pengelolaan pariwisata, serta bersama-sama dengan masyarakat menjalin pertalian yang erat antara usaha lokal dengan pariwisata. Pemerintah Daerah (PEMDA) Kabupaten Ogan Ilir dan lembaga pembina/pendamping mempunyai kepentingan tertinggi kedua dan ketiga bagi pengembangan Agrowisata Bina Darma yang berkelanjutan di Kabupaten Ogan Ilir, yang ditunjukkan oleh nilai rasio kepentingan (RK) masing-masing 0,208 dan 0,206 pada incosistency terpercaya 0,09. Menurut Depdagri (2005), dalam Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah, PEMDA diberi kewenangan untuk menetapkan bentuk pengelolaan terhadap daerah, mengatur dan mengontrol jenis kegiatan yang prospektif bagi daerah, dan mendorong peluang pengembangan usaha yang mendukung pengembangan
83
daerah. Terkait hal tersebut, maka cukup wajar bila PEMDA Kabupaten Ogan Ilir mempunyai kepentingan tinggi terhadap pengembangan Agrowisata Bina Darma. Untuk lembaga pembina/pendamping, mereka juga berperan penting dalam memberikan pelatihan, pendampingan, dan mendukung pembiayaan yang dibutuhkan Agrowisata Bina Darma, sehingga kepentingan mereka juga cukup besar di kawasan Agrowisata Bina Darma. Aparat desa (kepala desa) mempunyai tingkat kepentingan paling rendah bagi pengembangan Agrowisata Bina Darma yang berkelanjutan di Kabupaten Ogan Ilir, yang ditunjukkan oleh nilai rasio kepentingan (RK) 0,066 pada incosistency terpercaya 0,09. Rendahnya tingkat kepentingan aparat desa (kepala desa) ini bisa jadi karena pengembangan wisata agro ini dapat membawa manfaat langsung kepada anggota masyarakat desa tersebut, sehingga strategi manapun yang terpilih dengan tujuan mendapatkan manfaat lebih bagi anggota masyarakat, aparat desa akan sangat senang meskipun secara institusi tidak banyak dirasakan. Disamping itu, pengembangan wisata agro ini tidak banyak melibatkan aparat desa karena semua perijinan dan pembiayaan tergantung PEMDA dan pengelola, serta pola pengembangannya dikonsultasikan dengan lembaga pembina/ pendamping. Sayogyo (1977) menyatakan bahwa pola pemerintahan desa lebih menunjukkan keramahan, keluwesan, dan penerimaan yang baik, daripada sifat birokratis terhadap suatu program pembangunan. Mereka umumnya mendukung penuh berbagai kegiatan yang membangun dan memajukan wilayah desanya. 7.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengembangan 1. Faktor yang Mempengaruhi Pengembangan Menurut PEMDA Untuk memilih strategi yang tepat bagi pengembangan Agrowisata Bina Darma, PEMDA Kabupaten Ogan Ilir mempunyai penilaian tersendiri terhadap faktor-faktor yang perlu diperhatikan untuk mendukung pengembangan. Hal ini wajar karena setiap aktor mempunyai interest/penilaian tersendiri yang didasarkan pada pengalaman atau apa yang dipahami tentang suatu faktor pengembangan. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengembangan wisata agro, termasuk di kawasan Agrowisata Bina Darma Kabupaten Ogan Ilir, diantaranya kualitas SDM, investasi, potensi pasar, dan fasilitas pendukung. Gambar 7.2 menyajikan hasil
84
analisis kepentingan faktor terkait dalam mendukung pengembangan Agrowisata Bina Darma menurut pandangan PEMDA.
Abbreviation Goal PEMDA SDM INVSTASI PASAR FSLITAS
Definition Strategi Pengembangan Agrowisata Bina Darma Berkelanjutan Pemerintah Daerah Kualitas Sumberdaya Manusia Investasi Potensi Pasar Fasilitas
Gambar 7.2. Kepentingan faktor pendukung menurut pandangan PEMDA Menurut pandangan PEMDA, potensi pasar merupakan faktor pendukung yang paling penting dalam pengembangan Agrowisata Bina Darma, Kabupaten Ogan Ilir. Hal ini ditunjukkan oleh rasio kepentingan (RK) potensi pasar dibandingkan tiga faktor pendukung lainnya, yaitu sekitar 0,389 pada inconsistency terpercaya 0,06. Menurut pandangan PEMDA, investasi merupakan faktor pendukung yang penting kedua (RK = 0,303 pada incosistency terpercaya 0,06) dan harus menjadi perhatian berikutnya setelah potensi pasar dikelola dengan baik. Penilaian PEMDA yang baik terhadap potensi pasar dan investasi ini, bisa jadi karena PEMDA melihat bahwa pasar yang baik akan lebih menjamin keberlanjutan suatu kegiatan pengembangan, dan investasi menjadi faktor penting dalam aktualisasinya. Bila dikaitkan dengan manfaat yang bisa diterima oleh PEMDA yaitu pendapatan asli daerah (PAD), maka penekanan terhadap potensi pasar dan investasi wajar dan memang sangat dibutuhkan untuk menggerakkan ekonomi sekaligus peningkatan kontribusi terhadap PAD. Fasilitas tidak menjadi perhatian penting PEMDA yang ditunjukkan oleh nilai RK yang paling kecil (0,130) pada inconsistency terpercaya 0,06. Fasilitas pengembangan kawasan wisata agro umumnya dibangun oleh investor dalam hal
85
ini pihak Agrowisata Bina Darma. Menurut PEMDA, bila dukungan investor kuat maka dengan sendirinya fasilitas akan tersedia dengan baik. Untuk infrastruktur jalan masih cukup memadai ke lokasi Agrowisata Bina Darma, sehingga dianggap belum merupakan kebutuhan mendesak oleh PEMDA. Penilaian PEMDA ini sebenarnya tidak bertentangan dengan Spillane (1994) yang menyatakan bahwa fasilitas merupakan satu dari lima unsur penting (atraksi, fasilitas, infrastrukur, transportasi, dan rumah sakit) yang perlu diperhatikan untuk pengembangan kawasan wisata. PEMDA beranggapan bahwa kondisi fasilitas yang ada saat ini masih bagus dan bila ada kekurangan akan ditangani langsung investor, sehingga PEMDA tidak perlu turun tangan langsung. 2. Faktor yang Mempengaruhi Pengembangan Menurut Pengelola Bagi pengelola, kawasan Agrowisata Bina Darma perlu diperhatikan dengan optimal agar dapat menjadi aset penting daerah dan juga banyak membantu ekonomi dan kehidupan masyarakat sekitar. Dalam kaitan dengan pengembangan, pengelola mempunyai penilaian tersendiri terkait faktor-faktor apa yang perlu diperhatikan untuk mendukung pengembangan Agrowisata Bina Darma tersebut, dan hasilnya disajikan pada Gambar 7.3.
Abbreviation Goal PNGELOLA SDM INVSTASI PASAR FSLITAS
Definition Strategi Pengembangan Agrowisata Bina Darma Berkelanjutan Pengelola Agrowisata Kualitas Sumberdaya Manusia Investasi Potensi Pasar Fasilitas
Gambar 7.3. Kepentingan faktor pendukung menurut pandangan pengelola Menurut pengelola, potensi pasar merupakan faktor paling penting yang perlu diperhatikan untuk mengembangkan kawasan Agrowisata Bina Darma. Penilaian pengelola ini ditunjukkan oleh nilai rasio kepentingan (RK) potensi
86
pasar tersebut yang mencapai 0,487 pada inconsistency terpercaya 0,06. Dalam kaitan ini maka menurut pengelola, strategi pengembangan yang dipilih haruslah strategi yang dapat memanfaatkan secara optimal potensi pasar dari wisata agro tersebut, baik yang ada di Kabupaten Ogan Ilir maupun di luar Kabupaten Ogan Ilir. Untuk wilayah Kabupaten Ogan Ilir, potensi pasar tersebut dapat mencakup penduduk kota, masyarakat kecamatan terdekat, kelompok pencinta alam, dan pengawai/ karyawan instansi pemerintah dan swasta. Menurut pengelola, strategi pengembangan yang terpilih haruslah yang dapat mengoptimalkan potensi pasar tersebut, dan menjadikan obyek lokal sebagai tujuan utama wisatanya. Fasilitas dan investasi merupakan faktor pendukung kedua dan ketiga yang perlu diperhatikan menurut pandangan pengelola, namun tingkat kepentingannya sangat jauh di bawah potensi pasar. Menurut pandangan pengelola, rasio kepentingan fasilitas dan investasi masing-masing hanya sekitar 0,223 dan 0,162 pada inconsistency terpercaya 0,06. Bank Indonesia (2007) menyatakan bahwa investasi menjadi kebutuhan utama dalam pengembangan suatu wilayah, namun bila biaya investasi tersebut bisa disiapkan secara mandiri, maka investasi menjadi komponen yang mengikuti kegiatan pengembangan tersebut. Terkait dengan ini, bisa jadi pengelola Agrowisata Bina Darma mempunyai kemampuan finansial yang baik, dengan adanya pihak Universitas Bina Darma sebagai penyandang dana, sehingga tidak terlalu mengkhawatirkan masalah investasi dalam pengembangan kegiatan wisata agro yang dikelolanya. Kualitas SDM merupakan faktor pendukung yang tidak terlalu penting menurut pandangan pengelola, yaitu dengan rasio kepentingan 0,127 pada inconsistency terpercaya 0,06. Pengelola beranggapan bahwa wisata agro di kawasan Agrowisata Bina Darma ini difokuskan pada pemanfaatan wahana permainan dan pengembangan aktifitas di bidang pertanian dalam arti luas. Syamsu, dkk (2001) menyatakan unsur keunikan dan kelangkaan menjadi daya tarik penting dalam pengembangan suatu kawasan wisata agro, sehingga keunikan suatu kegiatan pola tanam, kelangkaan suatu hamparan tanaman perlu dilestarikan dan dibina terus di kawasan wisata agro.
87
3. Faktor yang Mempengaruhi Pengembangan Menurut Wisatawan Wisatawan merupakan perorangan atau kelompok orang yang melakukan kegiatan wisata pada suatu obyek wisata dengan tujuan untuk mendapatkan kepuasan tertentu. Terkait dengan ini, maka dalam pengembangan Agrowisata Bina Darma harus juga memperhatikan kepentingan atau penilaian wisatawan terkait faktor-faktor pendukung yang perlu diperhatikan dalam pengembangan. Hasil penilaian wisatawan terkait pengembangan Agrowisata Bina Darma secara berkelanjutan yang diolah menggunakan program AHP (Expert Choice 9.5) disajikan pada Gambar 7.4. Abbreviation Goal WSTWAN SDM INVSTASI PASAR FSLITAS
Definition Strategi Pengembangan Agrowisata Bina Darma Berkelanjutan Wisatawan Kualitas Sumberdaya Manusia Investasi Potensi Pasar Fasilitas
Gambar 7.4. Kepentingan faktor pendukung menurut pandangan wisatawan Dalam pandangan wisatawan, fasilitas dan investasi merupakan faktor pendukung yang paling penting yang harus diperhatikan dalam pengembangan Agrowisata Bina Darma secara berkelanjutan di Kabupaten Ogan Ilir. Hal ini ditunjukkan oleh nilai rasio kepentingan (RK) masing-masing 0,309 pada inconsistency terpercaya 0,06. Penilaian ini cukup beralasan karena kepuasan dalam berwisata akan didapat oleh wisatawan bila mereka menikmati dan merasa nyaman dengan fasilitas yang ada. Investasi akan mendukung pengadaan fasilitas yang dimaksud, sehingga wisatawan memberi perhatian penting terhadap faktor investasi ini. Terkait dengan ini, maka wisatawan akan lebih menyukai strategi pengembangan yang dapat membenahi secara maksimal fasilitas wisata yang ada, pengembangan investasi untuk mempertahankan keberlanjutannya. Pada kondisi
88
tertentu, fasilitas yang ada mungkin sudah memadai/menarik hanya kebanyakan wisatawan tidak menyadari atau belum mengetahui. Strategi pengembangan yang mengakomodir hal ini tentu sangat baik sehingga fasilitas dan obyek menarik yang terdapat di kawasan Agrowisata Bina Darma dapat diketahui semua calon wisatawan. Kualitas SDM merupakan faktor pendukung ketiga yang perlu diperhatikan dalam pengembangan Agrowisata Bina Darma menurut pandangan wisatawan. Meskipun urutan ketiga, tetapi perhatian wisatawan relatif tinggi terhadap kualitas SDM ini dibandingkan aktor lainnya yang ditunjukkan oleh nilai RK 0,241 pada inconsistency terpercaya 0,06. Ini bisa jadi supaya pihak pengelola Agrowisata Bina Darma semakin kreatif dan inovatif dalam mengelola areal wisata agronya. Potensi pasar menjadi faktor pendukung yang paling rendah tingkat kepentingannya menurut wisatawan, yaitu dengan RK 0,142 pada inconsistency terpercaya 0,06. Pandangan wisatawan tentang faktor pendukung tersebut menjadi pertimbangan penting dalam penentuan prioritas strategi yang akan digunakan untuk mengembangkan kawasan Agrowisata Bina Darma, Kabupaten Ogan Ilir. 4. Faktor
yang
Mempengaruhi
Pengembangan
Menurut
Lembaga
Pembina/Pendamping Di kawasan Agrowisata Bina Darma, keterlibatan lembaga pembina/ pendamping disamping berperan sebagai pembina dan pendamping dalam pengelolaan kawasan wisata, lembaga ini juga membantu pengelola wisata agro bila kesulitan dalam keuangan. Lembaga pembina/pendamping ini telah menjadi bagian penting dalam pengembangan kawasan Agrowisata Bina Darma Kabupaten Ogan Ilir. Dalam kaitan dengan pengembangan tersebut, lembaga pembina/ pendamping ini mempunyai penilaian tersendiri terkait faktor-faktor apa yang perlu diperhatikan untuk mendukung pengembangan Agrowisata Bina Darma secara berkelanjutan.
Hasil penilaiannya yang diolah menggunakan program
AHP (Expert Choice 9.5) disajikan pada Gambar 7.5.
89
Abbreviation Goal LMBGBINA SDM INVSTASI PASAR FSLITAS
Definition Strategi Pengembangan Agrowisata Bina Darma Berkelanjutan Lembaga Pembina/Pendamping Kualitas Sumberdaya Manusia Investasi Potensi Pasar Fasilitas
Gambar 7.5. Kepentingan faktor pendukung menurut pandangan lembaga pembina/pendamping Berdasarkan Gambar 7.5, potensi pasar merupakan faktor pendukung yang pertama yang harus diperhatikan dalam pengembangan Agrowisata Bina Darma secara berkelanjutan menurut pandangan lembaga pembina/pendamping. Hal ini ditunjukkan oleh nilai rasio kepentingan (RK) 0,365 pada inconsistency terpercaya 0,08. Kepentingan potensi pasar ini tidak terlalu dominan dibandingkan menurut penilaian pengelola (Bagian 2). Hal ini lebih karena lembaga pembina/pendamping tidak berinteraksi langsung dengan aktivitas wisatanya dibandingkan dengan pengelola yang bisa merugi bila wisata agro kurang diminati pasar. Penilaian lembaga pembina/pendamping terhadap potensi pasar ini menjadi pertimbangan penting dalam penentuan strategi terbaik untuk pengembangan Agrowisata Bina Darma, Kabupaten Ogan Ilir. Kompas (2003) menyatakan bahwa pasar produk merupakan penyebab utama pengembangan suatu usaha termasuk di bidang pariwisata, dan strategi pengembangan usaha tersebut sangat ditentukan oleh trend pasar bagi produk yang dihasilkan. Ketersediaan fasilitas merupakan faktor pendukung kedua yang perlu diperhatikan dalam pengembangan kawasan wisata agro tersebut dengan RK 0,260 pada inconsistency terpercaya 0,08. Lembaga pembina/pendamping melihat bahwa fasilitas yang ada termasuk infrastruktur jalan ke lokasi perlu dibenahi lagi, sehingga kegiatan wisata agro di Agrowisata Bina Darma semakin nyaman. Kualitas SDM merupakan faktor pendukung yang dianggap tidak begitu penting
90
oleh lembaga pembina/pendamping, yang ditunjukkan oleh rasio kepentingannya paling kecil, yaitu 0,139 pada inconsistency terpercaya 0,08. 5. Faktor yang Mempengaruhi Pengembangan Menurut Aparat Desa Sebagaimana aktor lainnya, aparat desa juga mempunyai harapan tersendiri terkait pengembangan kawasan Agrowisata Bina Darma Kabupaten Ogan Ilir, meskipun mereka mempunyai tingkat kepentingannya rendah seperti ditunjukkan pada Gambar 7.6. Harapan ini ada karena aparat desa (kepala desa) ingin melihat masyarakatnya lebih sejahtera bila kawasan Agrowisata Bina Darma akan dikembangkan lebih lanjut. Harapan atau penilaian aparat desa (kepala desa) terkait faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam pengembangan Agrowisata Bina Darma secara berkelanjutan yang diolah lebih lanjut menggunakan program AHP (Expert Choice 9.5) disajikan pada Gambar 7.6. Abbreviation Goal KPLDESA SDM INVSTASI PASAR FSLITAS
Definition Strategi Pengembangan Agrowisata Bina Darma Berkelanjutan Kepala Desa Kualitas Sumberdaya Manusia Investasi Potensi Pasar Fasilitas
Gambar 7.6. Kepentingan faktor pendukung menurut pandangan aparat desa (kepala desa) Menurut pandangan aparat desa (kepala desa), pembenahan fasilitas merupakan faktor paling penting yang perlu diperhatikan dalam pengembangan Agrowisata Bina Darma, yang ditunjukkan oleh nilai rasio kepentingan (RK) 0,358 pada inconsistency terpercaya 0,02. Investasi menjadi menjadi faktor paling penting kedua yang perlu diperhatikan yang ditunjukkan oleh nilai rasio kepentingan (RK) 0,302 pada inconsistency terpercaya 0,02. Menurut aparat desa (kepala desa), kedua hal ini perlu dibenahi lebih awal karena menjadi daya tarik
91
pengelolaan Agrowisata Bina Darma secara jangka panjang. Keberadaan investor akan menjamin keberlanjutan pemeliharaan fasilitas wisata yang ada. Bila kedua faktor tersebut sudah dibenahi, maka menurut aparat desa, pasar akan tercipta dengan sendirinya, karena bila wisatawan tertarik, maka mereka akan datang. Potensi pasar ini menjadi faktor pendukung ketiga yang perlu diperhatikan menurut pandangan aparat desa, yang ditunjukkan oleh nilai rasio kepentingan (RK) 0,230 pada inconsistency terpercaya 0,02. Kualitas SDM tidak penting menurut aparat desa (RK = 0,110) pada inconsistency terpercaya 0,02). Pearce dan Moran (1994) menyatakan bahwa tradisi masyarakat yang unik dan potensi sumberdaya alam lokal merupakan potensi dasar yang dimiliki oleh suatu kawasan, yang keberadaannya tidak membutuhkan investasi besar, tetapi hanya membutuhkan kearifan manusia. Secara keseluruhan, kepentingan setiap faktor terkait dalam mendukung pengembangan Agrowisata Bina Darma menurut pandangan setiap aktor terkait di lokasi disajikan pada Tabel 7.2. Tabel 7.2. Hasil analisis rasio kepentingan (bobot) setiap faktor pendukung menurut pandangan aktor terkait Aktor Pengembangan Pemerintah Daerah Pengelola Agrowisata Wisatawan Lembaga Pendamping/ Pembina Kepala Desa
Rasio Kepentingan Faktor Pembatas SDM
Inconsistency Ratio INVESTASI PASAR FASILITAS 0,06
0,178
0,303
0,389
0,130
0,127 0,241
0,162 0,309
0,487 0,142
0,223 0,309
0,139
0,237
0,365
0,260
0,08
0,110
0,302
0,230
0,358
0,02
0,06 0,06
Pada Tabel 7.2, terlihat bahwa setiap faktor pendukung mempunyai urgensi tersendiri bagi setiap aktor dalam mendukung pengembangan Agrowisata Bina Darma. Untuk faktor fasilitas misalnya, pemerintah daerah memandangnya tidak begitu penting dibandingkan tiga faktor pendukung lainnya, sedangkan aparat desa (kepala desa), menjadikan fasilitas sebagai faktor pembatas yang
92
paling menentukan dalam pengembangan Agrowisata Bina Darma. Untuk faktor investasi, pengelola agrowisata memandangnya tidak begitu penting (RK = 0,162), tetapi bagi aktor lainnya termasuk faktor pendukung yang lumayan penting. Perbedaan pandangan ini cukup wajar terjadi karena perbedaan kepentingan masing-masing aktor dalam pengembangan Agrowisata Bina Darma. Hal ini menjadi pertimbangan penting dalam pemilihan strategi yang paling tepat untuk pengembangan kawasan wisata agro tersebut. 7.3 Prioritas Strategi Pengembangan Agrowisata Bina Darma Pemilihan opsi strategi pengembangan Agrowisata Bina Darma yang berkelanjutan ini ditentukan melalui pertimbangan integral terhadap kepentingan semua aktor dan kepentingan setiap faktor pendukung pengembangan. Bila melihat hasil analisis Bagian 7.1 dan bagian 7.2, maka setiap aktor mempunyai kepentingan dan peran yang berbeda-beda, begitu juga dengan penilaian terhadap faktor yang dianggap penting dalam pengembangan Agrowisata Bina Darma, Kabupaten Ogan Ilir. Hasil analisis terkait kepentingan setiap aktor (5 aktor), dan penilaian terhadap setiap faktor pendukung (4 faktor) akan mempengaruhi pemilihan strategi pengembangan Agrowisata Bina Darma yang berkelanjutan di Kabupaten Ogan Ilir. Mengacu kepada jumlah aktor yang berkepentingan dan jumlah faktor yang mempengaruhi kegiatan pengembangan, maka jumlah pertimbangan untuk memilih setiap opsi strategi pengembangan yang ditawarkan ada sekitar 20 pertimbangan. Bila mengacu kepada Saaty (1991), maka kombinasi pertimbangan yang menyeluruh (integratif) ini memberi indikasi bahwa strategi pengembangan Agrowisata Bina Darma yang dipilih akan lebih dapat mengakomodir semua kepentingan, kondisi/keterbatasan yang ada untuk pengembangan kegiatan wisata agro yang lebih baik di Agrowisata Bina Darma, Kabupaten Ogan Ilir. Berdasarkan rancangan hirarki dalam metodologi yang di cek kembali kesesuaiannya dengan kondisi dilapangan, maka ada 5 (lima) opsi strategi pengembangan Agrowisata Bina Darma yang ditawarkan, yaitu : a. Meningkatkan
promosi
tentang
Agrowisata
Bina
Darma
berkelanjutan (S-PRMOSI) b. Mengembangkan wisata agro berbasis pendidikan (S-PENDIK)
yang
93
c. Melestarikan tradisi dan budaya masyarakat lokal (S-TRABUD) d. Mencegah kerusakan dan kehancuran lokasi wisata (S-CEGAH) e. Mengedepankan kualitas wisata agro (S-KUALIT) Hasil analisis pemilihan strategi pengembangan Agrowisata Bina Darma yang berkelanjutan tersebut setelah diolah menggunakan sofware Team EC ditunjukkan pada Gambar 7.7, sedangkan hasil penetapan prioritas strategi berdasarkan nilai rasio kepentingan disajikan pada Tabel 7.3.
Gambar 6.17. Hasil analisis pemilihan strategi pengembangan Agrowisata Bina Darma yang berkelanjutan Gambar 7.7
Hasil analisis pemilihan strategi pengembangan Agrowisata Bina Darma yang berkelanjutan (berdasarkan urutan prioritas)
Tabel 7.3.
Hasil analisis rasio dan prioritas kepentingan setiap opsi strategi dalam
pengembangan Agrowisata Bina Darma
Strategi Pengembangan S-PRMOSI S-CEGAH S-KUALIT S-PENDIK S-TRABUD
Rasio Kepentingan 0,248 0,229 0,205 0,168 0,150
Prioritas 1 2 3 4 5
Berdasarkan Gambar 7.7 dan Tabel 7.3, opsi strategi meningkatkan promosi tentang Agrowisata Bina Darma yang berkelanjutan (S-PRMOSI) mempunyai rasio kepentingan paling tinggi dibandingkan empat opsi strategi lainnya, yaitu sekitar 0,248 pada inconsistency terpercaya 0,07. Secara statistik, batas inconsistency yang diperbolehkan tidak lebih dari 0,1. Tabel 7.4 dan Tabel
94
7.5 menyajikan contoh hasil analisis yang menunjukkan strategi meningkatkan promosi tentang Agrowisata Bina Darma yang berkelanjutan (S-PRMOSI) lebih baik dari strategi lainnya terkait beberapa faktor pendukung dalam pandangan aktor terkait.
Tabel 7.4. Perbandingan berpasangan diantara opsi strategi terkait investasi dalam pandangan PEMDA Berdasarkan Tabel 7.4, strategi meningkatkan promosi tentang Agrowisata Bina Darma yang berkelanjutan (S-PRMOSI) lima kali lebih penting daripada strategi melestarikan tradisi dan budaya masyarakat lokal (S-TRABUD) dan strategi mengedepankan kualitas wisata agro (S-KUALIT). Strategi promosi (SPRMOSI) tiga kali lebih penting daripada strategi mengembangkan wisata agro berbasis pendidikan (S-PENDIK) dan strategi mencegah kerusakan dan kehancuran lokasi wisata (S-CEGAH). Terkait dengan ini, maka dalam pandangan PEMDA, untuk meningkatkan investasi maka strategi promosi tentang Agrowisata Bina Darma yang berkelanjutan (S-PRMOSI) jauh lebih baik dari semua strategi lainnya.
95
Tabel 7.5. Perbandingan berpasangan diantara opsi strategi terkait potensi pasar dalam pandangan Pengelola Berdasarkan Tabel 7.5, strategi meningkatkan promosi tentang Agrowisata Bina Darma yang berkelanjutan (S-PRMOSI) lima kali lebih penting daripada strategi mengembangkan wisata agro berbasis pendidikan (S-PENDIK) dan strategi melestarikan tradisi dan budaya masyarakat lokal (S-TRABUD). Strategi promosi (S-PRMOSI) tiga kali lebih penting daripada strategi mencegah kerusakan dan kehancuran lokasi wisata (S-CEGAH) dan dan strategi mengedepankan kualitas wisata agro (S-KUALIT). Terkait dengan ini, maka strategi
meningkatkan
promosi
tentang Agrowisata
berkelanjutan (S-PRMOSI) merupakan strategi
Bina
Darma
yang
yang paling tepat bagi
pengembangan Agrowisata Bina Darma di Kabupaten Ogan Ilir (prioritas pertama). Hal ini sesuai dengan pendapat Tamba (2004) yang menyatakan bahwa promosi merupakan ujung tombak pemasaran produk (termasuk wisata), dan oleh karenanya pengembangan usaha harus memberikan perhatian khusus kepada kegiatan promosi sehingga produk yang dihasilkan dapat dikenal luas dan diterima dengan baik oleh pasar. Hasil analisis perbandingan lainnya ditunjukkan pada Lampiran 13 – 22, sedangkan hasil analisis perbandingan dalam memenuhi harapan/kepentingan aktor terkait disajikan pada Lampiran 23 – 26.
96
Opsi strategi mencegah kerusakan dan kehancuran lokasi wisata (SCEGAH) menjadi strategi prioritas kedua untuk pengembangan Agrowisata Bina Darma yang berkelanjutan di Kabupaten Ogan Ilir (RK = 0,229 pada inconsistency terpercaya 0,07). Strategi mencegah kerusakan dan kehancuran lokasi wisata (S-CEGAH) dapat menjadi back-up bagi pengembangan kegiatan wisata agro di Agrowisata Bina Darma, terutama bila banyak kendala untuk mengembangkan kegiatan promosi wisata, seperti dana promosi yang minim, konflik pengelolaan, dan isu destruksi lingkungan yang menyebabkan kegiatan promosi tidak menarik. Opsi strategi mengedepankan kualitas wisata agro (S-KUALIT) dan Mengembangkan wisata agro berbasis pendidikan (S-PENDIK) menjadi strategi prioritas ketiga dan keempat untuk pengembangan Agrowisata Bina Darma yang berkelanjutan. Kedua opsi strategi mempunyai rasio kepentingan (RK) masingmasing 0,205 dan 0,168 pada inconsistency terpercaya 0,07. Sedangkan opsi strategi melestarikan tradisi dan budaya masyarakat lokal (S-TRABUD) menjadi strategi prioritas terakhir untuk pengembangan Agrowisata Bina Darma yang berkelanjutan di Kabupaten Ogan Ilir (RK = 0,150 pada inconsistency terpercaya 0,07). Pelestarian tradisi dan budaya masyarakat lokal tidak menjadi prioritas, bisa jada karena tradisi dan budaya tersebut telah menyatu dengan kehidupan dan kegiatan pertanian yang dilakukan oleh masyarakat sekitar, sehingga tanpa diprogramkan tradisi dan budaya tersebut tetap lestari. 7.4 Hasil Analisis Vertikal Strategi Pengembangan Agrowisata Bina Darma yang Berkelanjutan Pada bagian ini, semua elemen yang terkait dengan penentuan strategi pengembangan Agrowisata Bina Darma akan dibahas secara menyeluruh dan vertikal mulai dari aktor yang dominan berperan, faktor pendukung dominan yang mempengaruhi pengembangan, sampai terpilihnya satu strategi terbaik (prioritas) untuk pengembangan kegiatan wisata agro di kawasan Agrowisata Bina Darma. Hal ini supaya implementasi strategi terpilih lebih efektif dan tepat sasaran dengan mengoptimalkan peran aktor serta faktor pendukung yang dominan. Hasil analisis vertikal pada level pertama (tingkat aktor) menunjukkan bahwa kepentingan pengelola mempunyai rasio paling tinggi, yaitu mencapai
97
0,353. Hal ini menunjukkan bahwa peran pengelola sangat penting dalam mendukung keberlanjutan pengembangan Agrowisata Bina Darma, dimana maju mundurnya kegiatan wisata agro sangat tergantung pada pola pengelolaan yang dikembangkan oleh mereka. Untuk mengelola Agrowisata Bina Darma, pihak Universitas Bina Darma (pemilik lokasi), menunjuk pengelola khusus yang mempunyai kewenangan untuk menetapkan jenis kegiatan wisata yang dikembangkan, lama kunjungan, jenis atraksi, menetapkan tarif tiket, serta pengadaan dan perawatan berbagai fasilitas yang dibutuhkan. Terkait ini, maka cukup wajar bila pengelola mempunyai peran dan kepentingan dominan bagi maju mundurnya kegiatan wisata agro di kawasan Agrowisata Bina Darma. Untuk level kedua (tingkat faktor pembatas), potensi pasar mempunyai rasio kepentingan paling tinggi, yaitu mencapai 0,323. Hal ini menunjukkan bahwa faktor pendukung berupa potensi pasar sangat dominan dalam mendukung pengembangan kegiatan wisata agro di lokasi. Hasil identifikasi lapang menunjukkan bahwa anak-anak sekolah, masyarakat Kota Palembang, dan masyarakat kota terdekat lainnya menjadi pasar potensial bagi kegiatan wisata agro di kawasan Agrowisata Bina Darma. Hal ini cukup realistis karena jarak yang dekat dan sifat wisata yang mendekatkan masyarakat dengan alam. Anak sekolah dan masyarakat kota biasanya ingin mencari ketenangan dan meninggalkan sejenak kepenatan serta hiruk-pikuknya kota atau aktivitas yang ramai. Hasil analisis vertikal yang memberi rasio kepentingan tinggi bagi potensi pasar ini dapat menjadi arahan bagi pengelola untuk mengembangkan pasar, sehingga aktivitas kunjungan lebih meningkat dan keberlanjutan Agrowisata Bina dapat lebih terjamin. Musim libur harus dimanfaatkan dengan baik untuk menarik minat pengunjung dari kalangan anak sekolah dan pekerja kantoran. Dengan memperhatikan peran aktor dan faktor pendukung yang dominan, maka pada analisis vertikal level ketiga, didapatkan strategi prioritas untuk pengembangan Agrowisata Bina Darma yang berkelanjutan. Strategi prioritas tersebut adalah meningkatkan promosi tentang Agrowisata Bina Darma yang berkelanjutan (S-PRMOSI) dengan rasio kepentingan 0,248. Strategi promosi dianggap sebagai strategi yang paling tepat untuk memanfaatkan pasar potensial Agrowisata Bina Darma lebih karena paling cocok untuk memberi informasi dan
98
pengertian kepada masyarakat calon pengunjung, sehingga mereka dapat mengetahui jenis-jenis obyek wisata yang dapat dinikmati di kawasan Agrowisata Bina Darma, dan kemudahan untuk mengunjunginya. Implementasi strategi Agrowisata Bina Darma yang berkelanjutan (SPRMOSI) akan efektif, bila memperhatikan : 1. Dukungan PEMDA baik dalam kemudahan ijin, penyertaan dan pelibatan Agrowisata Bina Darma dalam berbagai kegiatan promosi daerah, dan kegiatan daerah lainnya harus dipertahankan. 2.
Pengelola wisata agro harus tetap menjalankan kegiatan pelayanan wisata agro secara rutin dan selalu memelihara obyek wisata yang ada baik pada kondisi ramai maupun sepi pengunjung (manfaat finansial kecil).
3.
Kegiatan promosi dapat memanfaatkan wisatawan yang berkunjung dengan member pelayanan yang baik, selebaran pamflet serta promosi lewat media elektronika, surat kabar, internet, dan lainnya.
4. Kemitraan
dengan
lembaga
pembina/pendamping
perlu
terus
dipertahankan dalam bentuk memberikan pendampingan pengelolaan. Secara
keseluruhan,
hasil
analisis
vertikal
penentuan
strategi
pengembangan Agrowisata Bina Darma yang berkelanjutan disajikan pada Gambar 7.8. Berdasarkan Gambar 7.8, untuk keberlanjutan pengembangan Agrowisata Bina Darma, maka strategi prioritas pertama pengembangan kegiatan wisata adalah meningkatkan promosi tentang Agrowisata Bina Darma. Hal ini perlu dilakukan dengan memberi perhatian penting pada pengembangan potensi pasar serta mengakomodir secara maksimal kepentingan pengelolaan. Menurut Tamba (2004) dan Spillane (1994), upaya promosi yang dilakukan selaras dengan potensi pasar yang ada merupakan aktivitas penting yang perlu dilakukan oleh pengelola wisata alam secara terus menerus, sehingga kawasan selalu menarik minat pengunjung (wisatawan). Kepentingan pengelola juga perlu diberi perhatian utama, karena mereka adalah pelaku langsung kegiatan wisata agro dan menjadi penentu akhir maju-mundurnya Agrowisata Bina Darma ke depan.
99
Mewujudkan Agrowisata Bina Darma yang berkelanjutan
Tujuan yang dicapai
Pemerintah Daerah (0,208)
Aktor
Faktor-faktor
Strategi yang dapat ditempuh
Kualitas SDM (0,159)
Meningkatkan promosi tentang Agrowista Bina Darma yang berkelanjutan (0,248)
Pengelola (0,353)
Wisatawan (0,167)
Investasi (0,263)
Mengembangkan wisata agro berbasis program pendidikan (0,168)
Lembaga Pembina/ Pendamping (0,206)
Potensi Pasar (0,323)
Melestarikan tradisi dan budaya masyarakat lokal (0,150)
Mencegah kerusakan dan kehancuran lokasi wisata (0,229)
Kepala Desa (0,066)
Fasilitas (0,256)
Mengedepan kan kualitas wisata agro (0,205)
Gambar 7.8. Hasil analisis vertikal strategi pengembangan Agrowisata Bina Darma yang berkelanjutan Pada saat intensitas strategi promosi (S-PRMOSI) dikurangi, strategi yang menjadi back-up dapat dintensifkan implementasinya. Seperti dijelaskan sebelumnya, strategi mencegah kerusakan dan kehancuran lokasi wisata (SCEGAH) merupakan strategi kedua/back-up utama dari strategi promosi tersebut (RK = 0,229). Strategi mencegah kerusakan dan kehancuran lokasi wisata (SCEGAH) dapat dilakukan, misalnya dalam bentuk memperbaiki fasilitas wisata yang rusak, melakukan konservasi pada lingkungan sekitar yang kurang terawat, dan membangun wahana/obyek wisata tambahan di lokasi. Strategi mengedepankan kualitas wisata agro (S-KUALIT) menjadi strategi prioritas ketiga untuk pengembangan Agrowisata Bina Darma yang berkelanjutan (RK = 0,205). Oleh karena semua fasilitas termasuk masih baru, maka kualitas pelaksanaan kegiatan wisata agro diduga dapat berjalan dengan baik dalam beberapa tahun ke depan. Pada waktu tertentu nantinya fasilitas tersebut mungkin sudah ada yang rusak dan kurang maksimal dalam operasinya, maka perlu menjadi perhatian bagi pengelola untuk memberikan penanganan perbaikan secara cepat dan terus-menerus melakukan perawatan rutin. Bila hal ini
100
dapat dilakukan dengan baik, maka kualitas pelakasanaan kegiatan wisata agro terus terjaga hingga di masa datang. Strategi mengembangkan wisata agro berbasis pendidikan dan strategi melestarikan tradisi dan budaya masyarakat lokal merupakan strategi prioritas keempat dan kelima yang dapat dikembangkan di kawasan Agrowisata Bina Darma. Fasilitas yang masih baik terutama kebun buah dan taman satwa dapat mendukung peningkatan pendidikan bagi pengunjung terutama dari kalangan anak-anak, dan hal ini harus terus dipertahankan. Tradisi dan tata nilai budaya lokal dapat diintroduksi dalam paket wisata nantinya, sehingga kegiatan wisata lebih variatif dan lebih menarik minat. Kedua strategi ini tidak begitu mendesak sehingga bisa dilakukan bila kegiatan promosi, dan kualitas layanan sudah dimaksimalkan. Wisata dengan basis edukasi dan muatan budaya lokal dapat menjadi variasi atau pilihan baru bagi pengunjung nantinya untuk berwisata di kawasan Agrowisata Bina Darma. Bila hal ini dapat dilakukan dengan baik, maka keberlanjutan kegiatan Agrowisata Bina Darma dapat dipertahankan hingga masa mendatang. 7.5 Implementasi Strategi Pengembangan Agrowisata Bina Darma Terpilih Pada Bagian 7.3 dinyatakan bahwa strategi meningkatkan promosi tentang Agrowisata Bina Darma yang berkelanjutan (S-PRMOSI) terpilih sebagai strategi yang paling tepat (prioritas pertama) untuk pengembangan kegiatan wisata agro di Agrowisata Bina Darma Kabupaten Ogan Ilir. Dalam implementasinya, strategi terpilih ini perlu ditunjukkan untuk memecahkan berbagai permasalahan yang terjadi di kawasan Agrowisata Bina Darma. Untuk tahap pertama, implementasi strategi terpilih dapat dilakukan dalam bentuk pemberian pembekalan kepada pegawai yang dimiliki oleh Agrowisata Bina Darma. Hal ini karena pegawai merupakan SDM yang sudah tersedia, berinteraksi langsung dengan calon pengunjung/wisatawan, serta menjadi ikon dalam promosi, terutama terkait dengan layanan. Bila pegawai diberi pemahaman promosi atau diberi pembekalan yang maksimal, yang memudahkan mereka dalam menjelaskan obyek wisata yang bisa dikunjungi secara lengkap, maka akan sangat mungkin mereka dapat menyakinkan dan menarik pengunjung/wisatawan. Keberhasilan penempaan pegawai sehingga mampu meningkatkan daya tarik bagi
101
pengunjung, merupakan hal penting dalam salah satu keberhasilan implementasi strategi peningkatan promosi (strategi terpilih). Keberhasilan ini juga sekaligus memecahkan masalah manajerial usaha yang belum stabil di Agrowisata Bina Darma, karena pegawai terlatih tentu akan lebih siap pakai, ulet, dan lebih kuat bertahan terhadap berbagai krisis pengelolaan yang terjadi. Pelaksanaan strategi promosi (strategi terpilih) dapat juga didekati dengan rekrutmen dan pembinaan tenaga operator, pemeliharaan fasilitas serta perbaikan bangunan/fasilitas yang sudah tua, menjadi bagian penting dari obyek kegiatan wisata agro. Kekurangan operator dan pemeliharaan fasilitas serta umur bangunan yang sudah tua menjadi masalah di Agrowisata Bina Darma selama ini. Bila sebagian dari anggaran program promosi dapat digunakan pada pembenahan hal ini, maka kegiatan wisata dan berbagai atraksi di setiap obyek wisata dapat berjalan maksimal karena operator dapat berperan aktif sesuai tugasnya dan fasilitas wisata berfungsi baik. Aksi nyata dari hal ini adalah dengan menambah tenaga operator sesuai kebutuhan setiap obyek wisata, kemudian mereka dilatih bagaimana cara mengoperasikan obyek wisata dengan baik termasuk mengenai perawatan rutin harian, perawatan rutin mingguan dan bulanan, serta teknik cepat mengatasi masalah mendadak yang terjadi pada mesin. Selama masa rekrutmen dan pelatihan, perbaikan fasilitas utama, fasilitas penunjang, dan pembangunan fasilitas utama yang baru perlu terus dikebut, sehingga tersedia pada waktu yang tepat dan peningkatan pelayanan lebih maksimal dan signifikan. Perbaikan dan pembangunan tersebut dapat mencakup : perbaikan area wahana yang masih becek dan tergenang air, perbaikan area dan pembangunan stand penjualan souvenir, pembangunan unit pengolahan di rumah jamur, penambahan area kebun agro, dan pembangunan fasilitas pelayanan medis. Operator yang terampil dan fasilitas wisata yang baik dan memadai tentu dapat meningkatkan kenyamanan dalam berwisata, ini merupakan hal positif dalam peningkatan promosi, sehingga secara tidak langsung hal ini juga merupakan implementasi dari strategi terpilih (peningkatan promosi). Strategi peningkatan promosi (strategi terpilih) berikutnya juga dapat dikembangkan melalui pemberdayaan potensi masyarakat sekitar, misalnya dengan memperkenalkan dan menampung hasil industri kerajinan, pertanian dan
102
budaya masyarakat lokal. Selama ini, hasil usaha dari petani sayuran/palawija, kerajinan tenun songket, keranjang bambu, anyaman kipas dari bambu, anyaman tikar purun, sangkek dan tampa, serta hasil industri makanan seperti kemplang ikan belum banyak dijajakan di sekitar Agrowisata Bina Darma. Padahal ini dapat meningkatkan daya tarik pengunjung, karena selain berekreasi di obyek wisata, mereka juga dapat berwisata jalan-jalan dan berbelanja beberapa hasil usaha dan kerajinan masyarakat lokal yang disukai. Stand souvenir yang telah dibangun pada tahap sebelumnya dari pelaksanaan strategi terpilih ini akan sangat menentukan dan mendukung keberhasilan hal ini. Untuk bidang kesenian, potensi masyarakat seperti rebana ibu-ibu, seropal anam, kelompok campur sari, kuda lumping, dan lainnya juga dapat dipentaskan sebagai bagian dari kegiatan wisata di kawasan Agrowisata Bina Darma. Pengembangan promosi dengan melibatkan potensi masyarakat lokal tersebut akan sangat positif, selain meningkatkan daya tarik wisata juga dapat membantu ekonomi masyarakat lokal. Pada kondisi ini juga permasalahan berupa harga tiket dan makan di restoran yang dirasa mahal, dapat langsung terpecahkan, dimana dengan adanya hal ini, pengunjung/wisatawan dapat menikmati banyak hal dan mendapat kepuasan lebih, sehingga biaya tiket dan makan di restoran terasa wajar. Strategi meningkatkan promosi tentang Agrowisata Bina Darma yang berkelanjutan (S-PRMOSI) melalui pemberdayaan potensi lokal cukup mudah diimplementasikan karena birokrasi yang ada di desa sekitar tidak sulit dan bahkan aparat desa cenderung mendukung. Pada tahap selanjutnya, strategi peningkatan promosi ini dapat dilakukan dengan menjalinkan kerjasama dengan PEMDA terkait (PEMDA Kabupaten Ogan Ilir). Bila selama ini belum banyak komunikasi yang dilakukan dengan Dinas Pariwasata Kabupaten Ogan Ilir, melalui implementasi strategi, hal ini dapat ditingkatkan. Kondisi ini dapat dipahami karena pemilik wilayah (termasuk PEMDA), akan selalu menginginkan kemajuan, pembangunan, peningkatan ekonomi masyarakat di wilayahnya, sehingga semua upaya yang mempromosikan atau memperkenalkan potensi wilayah akan selalu didukung dan dianggap sebagai upaya yang sangat baik. Menurut Sayogyo (1977) dan Syamsu (2001), ikatan emosional suatu kelompok usaha masyarakat dengan suatu wilayah (PEMDA)
103
akan menyebabkan mereka terus berupaya mengembangkan dan memperkenalkan potensi wilayah tersebut, meskipun secara individu mereka tidak memperoleh manfaat banyak. Promosi yang mengintegrasikan potensi obyek wisata, potensi masyarakat lokal (kerajinan, makanan, dan kesenian) merupakan ikatan emosional yang dikembangkan dalam pengembangan Agrowisata Bina Darma di Kabupaten Ogan Ilir.
VIII. SIMPULAN DAN SARAN
8.1 Simpulan a.
Daya dukung untuk pengembangan Agrowisata Bina Darma tanpa mengubah keadaan fisik atau menurunkan mutu lingkungan sekitarnya adalah 764 orang. Sebagian besar (17 dari 23) obyek wisata masih terbuka untuk menerima tambahan pengunjung/wisatawan baru, terutama taman satwa (rasio = 129 : 1) dan kebun agro ( rasio = 60 : 1).
b.
Kegiatan wisata agro di kawasan Agrowisata Bina Darma layak dikembangkan secara berkelanjutan baik untuk skenario pengelolaan per wahana maupun skenario pengelolaan tiket terusan, karena mempunyai nilai NPV>0, BCR>1, IRR 16 %, dan PP yang terjadi di bawah umur teknis fasilitas wahana. Apabila terjadi kenaikan biaya operasional sebesar 30 persen pertahun akibat dari kenaikan BBM, maka pengelolaan Agrowisata Bina Darma tetap layak untuk dilakukan, baik untuk skenario pengelolaan per wahana maupun skenario pengelolaan tiket terusan.
c.
Strategi yang paling tepat (prioritas pertama) untuk pengembangan Agrowisata Bina Darma adalah meningkatkan promosi tentang Agrowisata Bina Darma yang berkelanjutan (S-PRMOSI) (RK = 0,248).
Sedangkan
strategi lainnya yang dapat menjadi back-up, berturut-turut berdasarkan prioritas adalah mencegah kerusakan dan kehancuran lokasi wisata (SCEGAH) (RK = 0,229), mengedepankan kualitas wisata agro (S-KUALIT) (RK = 0,205), mengembangkan wisata agro berbasis pendidikan (S-PENDIK) (RK=0,168), dan melestarikan tradisi dan budaya masyarakat lokal (STRABUD) (RK = 0,150). Formulasi strategi tersebut dapat dipercaya karena mempunyai inconsistency rasio < 0,10, yaitu 0,07. 8.2 Saran a.
Pengelola diharapkan dapat menambah waktu terbuka untuk kunjungan bagi obyek wisata agro yang dibuka dalam waktu yang singkat. Bila saat ini obyek wisata agro tersebut hanya dibuka 0,17 – 0,5 jam per hari perwisatawan, maka secara bertahap bisa ditingkatkan menjadi 2, 3 atau 4 jam per hari perwisatawan. Daya tampung yang ada saat ini yang mencapai 7122 orang
106
per
hari
dapat
dioptimalkan
pemanfaatannya
terutama
dengan
mempromosikan obyek wisata agro dengan rasio tinggi (seperti taman satwa dan kebun agro). b.
Pengelolaan dengan tiket terusan yang telah diberlakukan di Agrowisata Bina Darma sejak Mei 2011 dapat terus dilakukan karena membawa manfaat ekonomi yang lebih baik. Namun demikian, bila dikemudian hari ada keberatan dari pengunjung/wisatawan terutama dengan tujuan khusus dan hanya ingin berwisata pada salah satu wahana, maka dapat ditinjau kembali, misalnya dengan pemberlakuan terbatas pengelolaan dengan tiket per wahana.
c.
Bila strategi meningkatkan promosi tentang Agrowisata Bina Darma diimplementasikan secara nyata, maka akomodasi kepentingan Pemda, wisatawan,
dan
lembaga
pembina/pendamping
harus
benar-benar
diperhatikan. Koordinasi dengan Pemda harus dipelihara karena cenderung mendukung atau memberi kemudahan bagi pengembangan Agrowisata Bina Darma, termasuk melalui berbagai ajang promosi daerah. Interaksi dengan wisatawan dan lembaga pembina/pendamping perlu dilakukan secara terkontrol, sehingga tidak memperlemah kegiatan promosi yang dilakukan.
DAFTAR PUSTAKA
Abelson. P. 1979. Cost Benefit Analysis and Environment Problems. Gower Publishing Company Limited. England. Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS). 2007. Buku Pegangan Penyelenggaraan Pemerintahan dan Pembangunan Daerah – Pengembangan Ekonomi Daerah dan Sinergi Kebijakan Investasi PusatDaerah. Jakarta: BAPPENAS Bahar Ahmad. 2004. Kajian Kesesuaian dan Daya Dukung Ekosistem Mangrove untuk Pengembangan Ekowisata di Gugus Pulau Tanakeke Kabupaten Takalar Sulawesi Selatan. Tesis Sekolah Pascasarjana IPB. Bank Indonesia (BI). 2007. Pengembangan Kredit Usaha Kecil dan Menengah Dalam Mendukung Investasi di Sektor Rill. www. bi.co.id BisnisUKM.com. 2011. Strategi Pemasaran, Menghadapi Pasang Surut Penjualan. http://bisnisukm.com/strategi-pemasaran-menghadapi-pasangsurut-penjualan.html Bygrave, W. D. 1997. The Portable MBA Entrepreneurship. John Wiley dan Soons, Inc, USA. 248 hal. Cahyono Bambang Tri. 1995, Manajemen Strategi Pemasaran. Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi IPWI Program Magister Manajemen. Badan Penerbit IPWI Jakarta. Calimag, P. 1994. Ecotourism Status, Gains, Gap, and Prospects in Forest Lands with Emphasis on Protected Areas. The Symposium-Workshop on Ecological Torurism. Los Banos. Carter, Eslet. 1993. Ecotourism in the Third : Problems for Sustainable Tourism Development. Tourism Management. London. Damarjati R.S. 2001. Istilah-istilah Dunia Pariwisata. Pradnya Paramitha. Jakarta. Departemen Dalam Negeri. 2005. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah. Jakarta. Dermawan Rizky. 2009. Model Kuantitatif Pengambilan Keputusan dan Perencanaan Strategi. Alfabeta. Bandung. Eagles, P.F.J., S.F. McCool, and C.D. Haynes. 2002. Sustainable Tourism in Protected Areas : Guidelines for Planning and Management. WTO and IUCN-The World Conservation Union.
108
Fandeli Chafid. 2001. Dasar-dasar Manajemen Kepariwisataan Alam. (Editorial): Liberty. Yogyakarta. Fandeli Chafid dan Muhammad Nurdin, 2005. Pengembangan Ekowisata Berbasis Konservasi di Taman Nasional. Fakultas Kehutanan Universitas Gajah Mada bekerjasama dengan Pusat Studi Pariwisata Universitas Gajah Mada. Yogyakarta. Gittinger. J. Price. 1986. Analisa Ekonomi Proyek-Proyek Pertanian. Universitas Indonesia. Jakarta. Griffin. Ronald C. 1991. The Welfare Analytics of Transaction Costs, Externalities and Institutional Choice. American Journal of Agricultural Economics, 73(3): 601-614. Hadi Sudharto P. 2005. Dimensi Lingkungan Perencanaan Pembangunan. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Hanley, N. D. and C. Spash. 1993. Cost-Benefit Analysis and the Environment. Edward Elgar, Cheltenham, UK. http://www.namagraph.com/index.php?option=com_content&view=article&id=4 4:agrowisata-wisata-lanskap-pertanian&catid=18:arsitekturlanskap&Itemid=77. Diakses pada 23 Februari 2011. Hutajulu Halomoan. 2010. Kerugian Ekonomi Negara Akibat Penebangan Liar Dan Dampak Kerusakan Hutan Cagar Alam dan Pegunungan Cycloops (CAPC) terhadap Masyarakat Distrik Sentani Kabupaten Jayapura. Tesis Sekolah Pascasarjana IPB. Ibrahim Y. 2003. Studi Kelayakan Bisnis. Ed Revisi. Jakarta. Rineka Cipta. Jamieson, W. and Noble, A. 2000. A Manual for Community Tourism Destination Management. Canadian Universities Consortium Urban Environmental Management Project Training and Technology Transfer Program. Kadariah. 1988. Pengantar Evaluasi Proyek. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Jakarta. Kantor Pariwisata Seni Budaya Pemuda dan Olahraga Kabupaten Ogan Ilir. 2007. Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah (RIPPDA). Indralaya. Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata Republik Indonesia. 2010. Statistik Pariwisata. www.budpar.go.id. Diakses tanggal 28 Desember 2010.
109
Kementerian Pertanian Republik Indonesia. 2010. Wisata Agro Indonesia. Tersedia pada: http://database.deptan.go.id/agrowisata. Diakses tanggal 29 Desember 2010. Kompas. 2003. Mampukah Indonesia Jadi Pemain Utama di Pasar Dunia?, http://www.kapet.org/articles/. Diakses tanggal Januari 2011. Libosada Carlos. 1998. Ecotourism in the Philippines. Bookmark. Makati City. Lubis Haris Sutan. 2006. Perencanaan Pengembangan Ekowisata Berbasis Komunitas Di Kawasan Wisata Tangkahan Kabupaten Langkat Sumatera Utara. Tesis. Universitas Sumatera Utara. Pearce, D. dan D. Moran. 1994. The Economic Value of Biodiversity. IUCN – The World Conservation Union. London, UK. Purnamasari Gune. 2004. Kajian Pengembangan Produk Wisata Alam Berbasis Ekologi di Wilayah Wana Wisata Curug Cilember (WWCC) kabupaten Bogor. Tesis Sekolah Pascasarjana IPB. Rahayu Andriani 2011. Analisis Potensi Pengembangan Ekonomi Bahan Bakar Nabati berbasis Kelapa di Propinsi Sulawesi Utara. Tesis Sekolah Pascasarjana IPB. Saaty, Thomas. L. 1991. Pengambilan Keputusan bagi Para Pemimpin. PT. Pustaka Binaman Pressindi. Jakarta. Sayogyo. 1977. Metode Pengukuran Kesejahteraan Rumah Tangga Petani dan Masyarakat Pedesaan. IPB. Bogor. Semet Maria Magdalena. 2012. Analisis Ekonomi Wisata Alam Keberlanjutan Taman Wisata Alam (TWA) Gunung Meja Manokwari, Papua Barat. Tesis SPS-IPB. Bogor. Sumarno. 2008. Perencanaan–Pengembangan Kawasan Agrowisata. Tersedia pada: http://images.soemarno.multiply.multiplycontent.com/attachment /0/S6P80AooCtgAAB. Diakses tanggal 28 Desember 2010. Spillane, James.1994. Ekonomi Pariwisata, Sejarah dan prospeknya. Kanisius. Yogyakarta. Subowo. 2002. Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian Vol.24 No.1, 2002. Sutjipta I Nyoman. 2001. Agrowisata. Magister Manajemen Agribisnis. Universitas Udayana. Bali.
110
Soemarwoto Otto. 1997. Ekologi, Lingkungan Hidup dan Pembangunan. Cetakan Ketujuh (Edisi Revisi). Penerbit Djambatan. Jakarta. Syamsu Yoharman. 2001. “Penerapan Etika Perencanaan pada kawasan wisata, studi kasus di kawasan Agrowisata Salak Pondoh, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta”. Jakarta: LP3M STP Tri Sakti, Jurnal Ilmiah, Vol 5. No. 3 Maret 2001 Tamba, H. 2004. Mencari Format Kebijakan Pemasaran UKM. dalam Majalah Infokop Nomor 25 Tahun XX, 2004. hal. 90-98. Proyeksi Pengembangan UKMK Menuju 2010. Jakarta: Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah. www.smecda.com/deputi7/file_Infokop/EDISI%2025/ kebijakan pemasaran ukm.pdf. Tim Pengelola Agrowisata Bina Darma. 2010. Agrowisata Bina Darma. Pengelola
Agrowisata Bina Darma. Indralaya. Tirtawinata Mohammad Reza dan Lisdiana Fakhruddin, 1996. Daya Tarik dan Pengelolaan Agrowisata, Deskripsi Fisik, Jakarta. Utama I Gusti Bagus Ray. Agrowisata Sebagai Pariwisata Alternatif. Tersedia pada: www.gdnet.org/CMS/fulltext/1164925881 Buku Agrowisata.doc. diakses pada 23 Februari 2011.
LAMPIRAN
Lampiran 1. Analisis Prakelayakan Skenario Per Wahana Agrowisata Bina Darma Komponen Penerimaan Kebun Agro Rumah Jamur Kios Pupuk Kebun Bibit Buah-buahan Wahana Outbound Wahana Kolam Renang Wahana Kolam Pancing Keluarga Wahana Hiburan Tangkap Ikan Wahana Perahu Naga Wahana Berkuda Wahana Water Ball Wahana Sepeda Air Restoran Mang Engking Restoran Buah Parkiran Sewa Kios Manfaat Kesuburan Penerimaan Lain-Lain Total Penerimaan Present Value Total Penerimaan Pengeluaran A. Biaya Investasi Fasilitas/Bangunan Sub Total Biaya Investasi B. Biaya Operasional Biaya Pemeliharaan Wahana Outbound Wahana Kolam Renang Wahana Kolam Pancing Keluarga Wahana Hiburan Tangkap Ikan Wahana Perahu Naga Wahana Berkuda (Pakan, dll) Wahana Water Ball Wahana Sepeda Air Restoran Mang Engking Restoran Buah Pembibitan Produksi Sayur-Sayuran Produksi Jamur Pembuatan Pupuk Kompos Taman Satwa Sub Total Biaya Operasional C. Biaya Tenaga Kerja Gaji dan Honor Karyawan Langsung
Tahun 2009
2010 34200000 159885000 22116000 7221900 1635414067 252265333 145813067 786667 115426667 49806667 35932500 407820000 1485261933 117186667 132751667 9334627 9234000 13239429 4633696191 4633696191
2011
2012
2013
2014
2015
2016
2017
2018
2019
2020
2021
2022
36000000 37800000 168300000 176715000 23280000 24444000 7602000 7982100 1618381364 1699300432 251702727 264287864 166793291 175132955 938182 985091 119116364 125072182 39376364 41345182 24529091 25755545 328832727 345274364 1112645455 1168277727 146683091 154017245 113780727 119469764
39690000 41674500 43758225 45946136 48243443 50655615 53188396 55847816 58640207 61572217 185550750 194828288 204569702 214798187 225538096 236815001 248655751 261088539 274142966 287850114 25666200 26949510 28296986 29711835 31197427 32757298 34395163 36114921 37920667 39816700 8381205 8800265 9240279 9702292 10187407 10696777 11231616 11793197 12382857 13002000 1784265453 1873478726 1967152662 2065510296 2168785810 2277225101 2385664391 2504947611 2630194991 2761704741 277502257 291377370 305946238 321243550 337305728 354171014 371879565 390473543 409997220 430497081 183889603 193084083 202738288 212875202 223518962 234694910 246429656 258751138 271688695 285273130 1034345 1086063 1140366 1197384 1257253 1320116 1386122 1455428 1528199 1604609 131325791 137892080 144786684 152026019 159627320 167608686 175989120 184788576 194028005 203729405 43412441 45583063 47862216 50255327 52768093 55406498 58176823 61085664 64139947 67346945 27043323 28395489 29815263 31306026 32871328 34514894 36240639 38052671 39955304 41953070 362538082 380664986 399698235 419683147 440667304 462700670 485835703 510127488 535633863 562415556 1226691614 1288026194 1352427504 1420048879 1491051323 1565603889 1643884084 1726078288 1812382202 1903001313 161718108 169804013 178294214 187208924 196569371 206397839 216717731 227553618 238931299 250877864 125443252 131715414 138301185 145216244 152477057 160100909 168105955 176511253 185336815 194603656
9720000 10206000 22420689 23541723 4190102071 4399607174 4190102071 3792764805
10716300 11252115 11814721 12405457 13025730 13677016 14360867 15078910 15832856 16624499 24718809 25954750 27252487 28615112 30045867 31548161 33125569 34781847 36520939 38346986 4619587533 4850566909 5093095255 5347750018 5615137519 5895894394 6185267150 6494530507 6819257032 7160219884 3433106074 3107552912 2812871170 2546133387 2304689703 2086141542 1886663938 1707756151 1545813757 1399227970
125375591 127883103 225968338 230487705 21171927 21595366 131977800 134617356 3235636 3300349 7220291 7364697 3559636 3630829 1200000 1224000 561273 572498 887302123 905048165 38174836 38938333 12000000 12240000 22800000 23256000 12720000 12974400 12000000 12240000 12000000 12240000 1517267451 1547612800
130440765 133049580 135710572 138424783 141193279 144017144 146897487 149835437 152832146 155888789 235097459 239799408 244595396 249487304 254477050 259566591 264757923 270053081 275454143 280963226 22027273 22467819 22917175 23375518 23843029 24319889 24806287 25302413 25808461 26324630 137309703 140055897 142857015 145714155 148628439 151601007 154633027 157725688 160880202 164097806 3366356 3433683 3502357 3572404 3643852 3716729 3791064 3866885 3944223 4023107 7511991 7662230 7815475 7971785 8131220 8293845 8459722 8628916 8801494 8977524 3703446 3777515 3853065 3930126 4008729 4088903 4170681 4254095 4339177 4425960 1248480 1273450 1298919 1324897 1351395 1378423 1405991 1434111 1462793 1492049 583948 595627 607540 619690 632084 644726 657620 670773 684188 697872 923149128 941612111 960444353 979653240 999246305 1019231231 1039615856 1060408173 1081616336 1103248663 39717100 40511442 41321671 42148104 42991066 43850887 44727905 45622463 46534913 47465611 12484800 12734496 12989186 13248970 13513949 13784228 14059913 14341111 14627933 14920492 23721120 24195542 24679453 25173042 25676503 26190033 26713834 27248111 27793073 28348934 13233888 13498566 13768537 14043908 14324786 14611282 14903507 15201577 15505609 15815721 12484800 12734496 12989186 13248970 13513949 13784228 14059913 14341111 14627933 14920492 12484800 12734496 12989186 13248970 13513949 13784228 14059913 14341111 14627933 14920492 1578565056 1610136357 1642339085 1675185866 1708689584 1742863375 1777720643 1813275056 1849540557 1886531368
2202491698 2202491698 141700433 215143407 24097333 136445867 3288000 1932000 4350667 424000 1071444107 31756800 11760000 22344000 12465600 11760000 11760000 1700672214 747749333
694504364
708394451
722562340
737013587
751753858
766788936
782124714
797767209
813722553
829997004
846596944
863528883
113
114
Komponen Gaji dan Honor Karyawan Tidak Langsung Sub Total Biaya Tenaga Kerja D. Biaya Administrasi Perkantoran Administrasi dan Pelayanan PAM, Listrik, dan Telpon Promosi Sub Total Biaya Adminstrasi Perkantoran Beban Angsuran Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) Biaya Lingkungan Sub Beban Angsuran, Pajak, dan Lainnya Total Pengeluaran Present Value Total Pengeluaran Penerimaan-Pengeluaran (Net Benefit) DF 16% Present Value Net Benefit NPV BCR IRR PP
2009
2010 2011 2012 532493333 630673636 643287109 1280242666 1325178000 1351681560
Tahun 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 656152851 669275908 682661426 696314655 710240948 724445767 738934682 753713376 768787644 784163396 1378715191 1406289495 1434415285 1463103591 1492365662 1522212976 1552657235 1583710380 1615384587 1647692279
184567660 186517847 190248204 194053168 197934231 87335663 88209291 89973477 91772947 93608406 75682800 64146218 65429143 66737725 68072480 347586123 338873356 345650823 352563840 359615117 101104505 95402720 95402720 95402720 95402720 39166667 2202492 2202492 2202492 2202492 28910000 29500000 30090000 30691800 31305636 169181172 127105211 127695211 128297011 128910847 2202491698 3497682175 3308424019 3372640395 3438141099 3504951817 2202491698 3497682175 3308424019 2907448616 2555098914 2245474277 -2202491698 1136014016 881678052 1026966779 1181446434 1345615093 1 0.862068966 0.743162901 0.640657674 -2202491698 1136014016 881678052 885316188.7 878007159.6 862078634.9 8237963585 1.30 53% 3 tahun 2 bulan
2202491698
-1066477682 -184799630 700516558
73776349 9.495137225 2.504862775
201892916 95480574 69433930 366807419 95402720 2202492 31931749 129536960 3573098749 1973390631 1519996506 0.552291098 839480539.2
205930774 97390185 70822608 374143567 95402720 2202492 32570384 130175595 3642608619 1734293374 1705141398 0.476113015 811840012.8
210049390 99337989 72239060 381626439 95402720 2202492 33221791 130827003 3713508688 1524180878 1901628831 0.410442255 780508824.9
214250378 101324749 73683841 389258968 95402720 2202492 33886227 131491439 3785826757 1339537302 2110067637 0.35382953 746604240.2
218535385 103351244 75157518 397044147 95402720 2202492 34563952 132169163 3859591188 1177273565 2325675962 0.305025457 709390372.6
222906093 105418268 76660669 404985030 95402720 2202492 35255231 132860442 3934830908 1034675513 2559699600 0.26295298 673080637.6
227364215 107526634 78193882 413084730 95402720 2202492 35960335 133565547 4011575421 909358372 2807681611 0.226683603 636455384.9
231911499 109677167 79757760 421346425 95402720 2202492 36679542 134284753 4089854826 799226749.5 3070365058 0.1954169 600001220.1
Lampiran 2. Analisis Prakelayakan Skenario Tiket Terusan Agrowisata Bina Darma Komponen
2202491698 2202491698
2010
2011
2012
2013
2014
2015
2016
2017
2018
2019
2020
2021
2022
34200000 159885000 22116000 7221900 3712020000 1485261933 117186667 132751667 9334627 9234000 13239429 5702451223 5702451223
36000000 168300000 23280000 7602000 2627574545 1112645455 146683091 113780727
37800000 176715000 24444000 7982100 2758953273 1168277727 154017245 119469764
39690000 185550750 25666200 8381205 2896900936 1226691614 161718108 125443252
41674500 194828288 26949510 8800265 3041745983 1288026194 169804013 131715414
43758225 204569702 28296986 9240279 3193833282 1352427504 178294214 138301185
45946136 214798187 29711835 9702292 3353524946 1420048879 187208924 145216244
48243443 225538096 31197427 10187407 3521201194 1491051323 196569371 152477057
50655615 236815001 32757298 10696777 3697261253 1565603889 206397839 160100909
53188396 248655751 34395163 11231616 3882124316 1643884084 216717731 168105955
55847816 261088539 36114921 11793197 4076230532 1726078288 227553618 176511253
58640207 274142966 37920667 12382857 4280042059 1812382202 238931299 185336815
61572217 287850114 39816700 13002000 4494044161 1903001313 250877864 194603656
9720000 22420689 4268006507 4268006507
10206000 23541723 4481406832 3863281752
10716300 24718809 4705477174 3496936069
11252115 25954750 4940751033 3165330062
11814721 27252487 5187788584 2865169453
12405457 28615112 5447178013 2593472349
13025730 30045867 5719536914 2347539627
13677016 31548161 6005513760 2124928110
14360867 33125569 6305789448 1923426307
15078910 34781847 6621078920 1741032433
15832856 36520939 6952132866 1575934530
16624499 38346986 7299739509 1426492462
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
141700433 215143407 24097333 136445867 3288000 1932000 4350667 424000 1071444107 31756800 11760000 22344000 12465600 11760000 11760000 1700672214
125375591 225968338 21171927 131977800 3235636 7220291 3559636 1200000 561273 887302123 38174836 12000000 22800000 12720000 12000000 12000000 1517267451
127883103 230487705 21595366 134617356 3300349 7364697 3630829 1224000 572498 905048165 38938333 12240000 23256000 12974400 12240000 12240000 1547612800
130440765 235097459 22027273 137309703 3366356 7511991 3703446 1248480 583948 923149128 39717100 12484800 23721120 13233888 12484800 12484800 1578565056
133049580 239799408 22467819 140055897 3433683 7662230 3777515 1273450 595627 941612111 40511442 12734496 24195542 13498566 12734496 12734496 1610136357
135710572 244595396 22917175 142857015 3502357 7815475 3853065 1298919 607540 960444353 41321671 12989186 24679453 13768537 12989186 12989186 1642339085
138424783 249487304 23375518 145714155 3572404 7971785 3930126 1324897 619690 979653240 42148104 13248970 25173042 14043908 13248970 13248970 1675185866
141193279 254477050 23843029 148628439 3643852 8131220 4008729 1351395 632084 999246305 42991066 13513949 25676503 14324786 13513949 13513949 1708689584
144017144 259566591 24319889 151601007 3716729 8293845 4088903 1378423 644726 1019231231 43850887 13784228 26190033 14611282 13784228 13784228 1742863375
146897487 264757923 24806287 154633027 3791064 8459722 4170681 1405991 657620 1039615856 44727905 14059913 26713834 14903507 14059913 14059913 1777720643
149835437 270053081 25302413 157725688 3866885 8628916 4254095 1434111 670773 1060408173 45622463 14341111 27248111 15201577 14341111 14341111 1813275056
152832146 275454143 25808461 160880202 3944223 8801494 4339177 1462793 684188 1081616336 46534913 14627933 27793073 15505609 14627933 14627933 1849540557
155888789 280963226 26324630 164097806 4023107 8977524 4425960 1492049 697872 1103248663 47465611 14920492 28348934 15815721 14920492 14920492 1886531368
747749333 532493333 1280242666
694504364 630673636 1325178000
708394451 643287109 1351681560
722562340 656152851 1378715191
737013587 669275908 1406289495
751753858 682661426 1434415285
766788936 696314655 1463103591
782124714 710240948 1492365662
797767209 724445767 1522212976
813722553 738934682 1552657235
829997004 753713376 1583710380
846596944 768787644 1615384587
863528883 784163396 1647692279
184567660 87335663 75682800 347586123
186517847 88209291 64146218 338873356
190248204 89973477 65429143 345650823
194053168 91772947 66737725 352563840
197934231 93608406 68072480 359615117
201892916 95480574 69433930 366807419
205930774 97390185 70822608 374143567
210049390 99337989 72239060 381626439
214250378 101324749 73683841 389258968
218535385 103351244 75157518 397044147
222906093 105418268 76660669 404985030
227364215 107526634 78193882 413084730
231911499 109677167 79757760 421346425
101104505
95402720
95402720
95402720
95402720
95402720
95402720
95402720
95402720
95402720
95402720
95402720
95402720
115
Penerimaan Kebun Agro Rumah Jamur Kios Pupuk Kebun Bibit Buah-buahan Tiket Terusan Restoran Mang Engking Restoran Buah Parkiran Sewa Kios Manfaat Kesuburan Penerimaan Lain-Lain Total Penerimaan Present Value Total Penerimaan Pengeluaran A. Biaya Investasi Fasilitas/Bangunan Sub Total Biaya Investasi B. Biaya Operasional Biaya Pemeliharaan Wahana Outbound Wahana Kolam Renang Wahana Kolam Pancing Keluarga Wahana Hiburan Tangkap Ikan Wahana Perahu Naga Wahana Berkuda (Pakan, dll) Wahana Water Ball Wahana Sepeda Air Restoran Mang Engking Restoran Buah Pembibitan Produksi Sayur-Sayuran Produksi Jamur Pembuatan Pupuk Kompos Taman Satwa Sub Total Biaya Operasional C. Biaya Tenaga Kerja Gaji dan Honor Karyawan Langsung Gaji dan Honor Karyawan Tidak Langsung Sub Total Biaya Tenaga Kerja D. Biaya Administrasi Perkantoran Administrasi dan Pelayanan PAM, Listrik, dan Telpon Promosi Sub Total Biaya Adminstrasi Perkantoran F. Beban Angsuran, Pajak, dan Lainnya Beban Angsuran
Tahun 2009
116
Komponen Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) Biaya Lingkungan Sub Beban Angsuran, Pajak, dan Lainnya Total Pengeluaran Present Value Total Pengeluaran Penerimaan-Pengeluaran (Net Benefit) DF 16% Present Value Net Benefit NPV BCR IRR PP
2009
2202491698 2202491698 -2202491698
2010 39166667 28910000 169181172 3497682175 3497682175 2204769048
-2202491698
2204769048
2011 2202492 29500000 127105211 3308424019 3308424019 959582488 1 959582488 9885444800 1.36 73%
2012 2202492 30090000 127695211 3372640395 2907448616 1108766437 0.862068966 955833135.5
2013 2202492 30691800 128297011 3438141099 2555098914 1267336075 0.743162901 941837154.5
2014 2202492 31305636 128910847 3504951817 2245474277 1435799216 0.640657674 919855785.4
1 tahun
2202491698 2277350
Tahun 2015 2016 2202492 2202492 31931749 32570384 129536960 130175595 3573098749 3642608619 1973390631 1734293374 1614689836 1804569394 0.552291098 0.476113015 891778822 859178975.7
2017 2018 2019 2020 2021 2022 2202492 2202492 2202492 2202492 2202492 2202492 33221791 33886227 34563952 35255231 35960335 36679542 130827003 131491439 132169163 132860442 133565547 134284753 3713508688 3785826757 3859591188 3934830908 4011575421 4089854826 1524180878 1339537302 1177273565 1034675513 909358372 799226749.5 2006028227 2219687003 2446198260 2686248013 2940557445 3209884684 0.410442255 0.35382953 0.305025457 0.26295298 0.226683603 0.1954169 823358748.2 785390808.7 746152741.6 706356919.9 666576157.7 627265712.7
Lampiran 3. Analisis Sensitivitas Skenario Per Wahana (Kenaikan Biaya Operasional sebesar 30 %) Komponen
2010 34200000 159885000 22116000 7221900 1635414067 252265333 145813067 786667 115426667 49806667 35932500 407820000 1485261933 117186667 132751667 9334627 9234000 13239429 4633696191 4633696191
2011
2012
2013
2014
2015
2016
2017
2018
2019
2020
2021
2022
36000000 168300000 23280000 7602000 1618381364 251702727 166793291 938182 119116364 39376364 24529091 328832727 1112645455 146683091 113780727
37800000 176715000 24444000 7982100 1699300432 264287864 175132955 985091 125072182 41345182 25755545 345274364 1168277727 154017245 119469764
39690000 185550750 25666200 8381205 1784265453 277502257 183889603 1034345 131325791 43412441 27043323 362538082 1226691614 161718108 125443252
41674500 194828288 26949510 8800265 1873478726 291377370 193084083 1086063 137892080 45583063 28395489 380664986 1288026194 169804013 131715414
43758225 204569702 28296986 9240279 1967152662 305946238 202738288 1140366 144786684 47862216 29815263 399698235 1352427504 178294214 138301185
45946136 214798187 29711835 9702292 2065510296 321243550 212875202 1197384 152026019 50255327 31306026 419683147 1420048879 187208924 145216244
48243443 225538096 31197427 10187407 2168785810 337305728 223518962 1257253 159627320 52768093 32871328 440667304 1491051323 196569371 152477057
50655615 236815001 32757298 10696777 2277225101 354171014 234694910 1320116 167608686 55406498 34514894 462700670 1565603889 206397839 160100909
53188396 248655751 34395163 11231616 2385664391 371879565 246429656 1386122 175989120 58176823 36240639 485835703 1643884084 216717731 168105955
55847816 261088539 36114921 11793197 2504947611 390473543 258751138 1455428 184788576 61085664 38052671 510127488 1726078288 227553618 176511253
58640207 274142966 37920667 12382857 2630194991 409997220 271688695 1528199 194028005 64139947 39955304 535633863 1812382202 238931299 185336815
61572217 287850114 39816700 13002000 2761704741 430497081 285273130 1604609 203729405 67346945 41953070 562415556 1903001313 250877864 194603656
9720000 22420689 4190102071 4190102071
10206000 23541723 4399607174 3792764805
10716300 24718809 4619587533 3433106074
11252115 25954750 4850566909 3107552912
11814721 27252487 5093095255 2812871170
12405457 28615112 5347750018 2546133387
13025730 30045867 5615137519 2304689703
13677016 31548161 5895894394 2086141542
14360867 33125569 6185267150 1886663938
15078910 34781847 6494530507 1707756151
15832856 36520939 6819257032 1545813757
16624499 38346986 7160219884 1399227970
424000 1071444107 31756800 11760000 22344000 12465600 11760000 11760000 1700672214
125375591 225968338 21171927 131977800 3235636 7220291 3559636 1200000 561273 887302123 38174836 12000000 22800000 12720000 12000000 12000000 1517267451
166248034 299634016 28073976 175002563 4290454 9574106 4720078 1591200 744248 1176562614 50619833 15912000 30232800 16866720 15912000 15912000 2011896640
169572994 305626696 28635455 178502614 4376263 9765588 4814479 1623024 759133 1200093867 51632230 16230240 30837456 17204054 16230240 16230240 2052134573
172964454 311739230 29208164 182072666 4463788 9960900 4910769 1655484 774315 1224095744 52664874 16554845 31454205 17548135 16554845 16554845 2093177265
176423743 317974015 29792327 185714120 4553064 10160118 5008984 1688594 789802 1248577659 53718172 16885942 32083289 17899098 16885942 16885942 2135040810
179952218 324333495 30388174 189428402 4644125 10363320 5109164 1722366 805598 1273549212 54792535 17223661 32724955 18257080 17223661 17223661 2177741626
183551262 330820165 30995937 193216970 4737008 10570586 5211347 1756813 821710 1299020196 55888386 17568134 33379454 18622222 17568134 17568134 2221296459
187222288 337436568 31615856 197081310 4831748 10781998 5315574 1791950 838144 1325000600 57006154 17919496 34047043 18994666 17919496 17919496 2265722388
190966733 344185300 32248173 201022936 4928383 10997638 5421886 1827789 854907 1351500612 58146277 18277886 34727984 19374560 18277886 18277886 2311036836
194786068 351069006 32893137 205043394 5026950 11217591 5530323 1864344 872005 1378530625 59309202 18643444 35422544 19762051 18643444 18643444 2357257572
198681789 358090386 33551000 209144262 5127489 11441943 5640930 1901631 889445 1406101237 60495386 19016313 36130995 20157292 19016313 19016313 2404402724
202655425 365252193 34222020 213327148 5230039 11670781 5753749 1939664 907234 1434223262 61705294 19396639 36853615 20560438 19396639 19396639 2452490778
747749333 532493333 1280242666
694504364 630673636 1325178000
708394451 643287109 1351681560
722562340 656152851 1378715191
737013587 669275908 1406289495
751753858 682661426 1434415285
766788936 696314655 1463103591
782124714 710240948 1492365662
797767209 724445767 1522212976
813722553 738934682 1552657235
829997004 753713376 1583710380
846596944 768787644 1615384587
863528883 784163396 1647692279
184567660 87335663 75682800 347586123
186517847 88209291 64146218 338873356
190248204 89973477 65429143 345650823
194053168 91772947 66737725 352563840
197934231 93608406 68072480 359615117
201892916 95480574 69433930 366807419
205930774 97390185 70822608 374143567
210049390 99337989 72239060 381626439
214250378 101324749 73683841 389258968
218535385 103351244 75157518 397044147
222906093 105418268 76660669 404985030
227364215 107526634 78193882 413084730
231911499 109677167 79757760 421346425
2202491698 2202491698 141700433 215143407 24097333 136445867 3288000 1932000 4350667
117
Penerimaan Kebun Agro Rumah Jamur Kios Pupuk Kebun Bibit Buah-buahan Wahana Outbound Wahana Kolam Renang Wahana Kolam Pancing Keluarga Wahana Hiburan Tangkap Ikan Wahana Perahu Naga Wahana Berkuda Wahana Water Ball Wahana Sepeda Air Restoran Mang Engking Restoran Buah Parkiran Sewa Kios Manfaat Kesuburan Penerimaan Lain-Lain Total Penerimaan Present Value Total Penerimaan Pengeluaran A. Biaya Investasi Fasilitas/Bangunan Sub Total Biaya Investasi B. Biaya Operasional Biaya Pemeliharaan Wahana Outbound Wahana Kolam Renang Wahana Kolam Pancing Keluarga Wahana Hiburan Tangkap Ikan Wahana Perahu Naga Wahana Berkuda (Pakan, dll) Wahana Water Ball Wahana Sepeda Air Restoran Mang Engking Restoran Buah Pembibitan Produksi Sayur-Sayuran Produksi Jamur Pembuatan Pupuk Kompos Taman Satwa Sub Total Biaya Operasional C. Biaya Tenaga Kerja Gaji dan Honor Karyawan Langsung Gaji dan Honor Karyawan Tidak Langsung Sub Total Biaya Tenaga Kerja D. Biaya Administrasi Perkantoran Administrasi dan Pelayanan PAM, Listrik, dan Telpon Promosi Sub Total Biaya Adminstrasi Perkantoran
Tahun 2009
118
Komponen F. Beban Angsuran, Pajak, dan Lainnya Beban Angsuran Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) Biaya Lingkungan Sub Beban Angsuran, Pajak, dan Lainnya Total Pengeluaran Present Value Total Pengeluaran Penerimaan-Pengeluaran (Net Benefit) DF 16% Present Value Net Benefit NPV BCR IRR PP
Tahun 2009
2010
2202491698 2202491698 -2202491698
101104505 39166667 28910000 169181172 3497682175 3497682175 1136014016
-2202491698
1136014016
2011 95402720 2202492 29500000 127105211 3308424019 3308424019 881678052 1 881678052 5727436112 1.19 44%
2012 95402720 2202492 30090000 127695211 3836924235 3307693306 562682939 0.862068966 485071499
2013 95402720 2202492 30691800 128297011 3911710616 2907038210 707876917 0.743162901 526067863.5
2014 95402720 2202492 31305636 128910847 3987992724 2554938141 862574186 0.640657674 552614771
2015 95402720 2202492 31931749 129536960 4065800474 2245505408 1027294781 0.552291098 567365762.4
2016 95402720 2202492 32570384 130175595 4145164379 1973566712 1202585638 0.476113015 572566674.6
2017 95402720 2202492 33221791 130827003 4226115563 1734576400 1389021956 0.410442255 570113303.4
2018 95402720 2202492 33886227 131491439 4308685770 1524540260 1587208625 0.35382953 561601281.5
2019 95402720 2202492 34563952 132169163 4392907381 1339948581 1792359769 0.305025457 546715357.2
2020 95402720 2202492 35255231 132860442 4478813424 1177717337 2015717083 0.26295298 530038813.8
2021 95402720 2202492 35960335 133565547 4566437588 1035136527 2252819444 0.226683603 510677229.5
3 tahun 5 bulan 7975988943
2202491698 -1066477682 -184799630 300271869
40422625 7 5
2022 95402720 2202492 36679542 134284753 4655814236 909824782.8 2504405648 0.1954169 489403186.9
Lampiran 4. Analisis Sensitivitas Skenario Tiket Terusan (Kenaikan Biaya Operasional sebesar 30 %) Komponen
2202491698 2202491698
2010
2011
2012
2013
2014
2015
2016
2017
2018
2019
2020
2021
2022
34200000 159885000 22116000 7221900 3712020000 1485261933 117186667 132751667 9334627 9234000 13239429 5702451223 5702451223
36000000 168300000 23280000 7602000 2627574545 1112645455 146683091 113780727
37800000 176715000 24444000 7982100 2758953273 1168277727 154017245 119469764
39690000 185550750 25666200 8381205 2896900936 1226691614 161718108 125443252
41674500 194828288 26949510 8800265 3041745983 1288026194 169804013 131715414
43758225 204569702 28296986 9240279 3193833282 1352427504 178294214 138301185
45946136 214798187 29711835 9702292 3353524946 1420048879 187208924 145216244
48243443 50655615 225538096 236815001 31197427 32757298 10187407 10696777 3521201194 3697261253 1491051323 1565603889 196569371 206397839 152477057 160100909
53188396 248655751 34395163 11231616 3882124316 1643884084 216717731 168105955
55847816 261088539 36114921 11793197 4076230532 1726078288 227553618 176511253
58640207 274142966 37920667 12382857 4280042059 1812382202 238931299 185336815
61572217 287850114 39816700 13002000 4494044161 1903001313 250877864 194603656
9720000 22420689 4268006507 4268006507
10206000 23541723 4481406832 3863281752
10716300 24718809 4705477174 3496936069
11252115 25954750 4940751033 3165330062
11814721 27252487 5187788584 2865169453
12405457 28615112 5447178013 2593472349
13025730 13677016 30045867 31548161 5719536914 6005513760 2347539627 2124928110
14360867 33125569 6305789448 1923426307
15078910 34781847 6621078920 1741032433
15832856 36520939 6952132866 1575934530
16624499 38346986 7299739509 1426492462
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
141700433 215143407 24097333 136445867 3288000 1932000 4350667 424000 1071444107 31756800 11760000 22344000 12465600 11760000 11760000 1700672214
125375591 225968338 21171927 131977800 3235636 7220291 3559636 1200000 561273 887302123 38174836 12000000 22800000 12720000 12000000 12000000 1517267451
166248034 299634016 28073976 175002563 4290454 9574106 4720078 1591200 744248 1176562614 50619833 15912000 30232800 16866720 15912000 15912000 2011896640
169572994 305626696 28635455 178502614 4376263 9765588 4814479 1623024 759133 1200093867 51632230 16230240 30837456 17204054 16230240 16230240 2052134573
172964454 311739230 29208164 182072666 4463788 9960900 4910769 1655484 774315 1224095744 52664874 16554845 31454205 17548135 16554845 16554845 2093177265
176423743 317974015 29792327 185714120 4553064 10160118 5008984 1688594 789802 1248577659 53718172 16885942 32083289 17899098 16885942 16885942 2135040810
179952218 324333495 30388174 189428402 4644125 10363320 5109164 1722366 805598 1273549212 54792535 17223661 32724955 18257080 17223661 17223661 2177741626
183551262 187222288 330820165 337436568 30995937 31615856 193216970 197081310 4737008 4831748 10570586 10781998 5211347 5315574 1756813 1791950 821710 838144 1299020196 1325000600 55888386 57006154 17568134 17919496 33379454 34047043 18622222 18994666 17568134 17919496 17568134 17919496 2221296459 2265722388
190966733 344185300 32248173 201022936 4928383 10997638 5421886 1827789 854907 1351500612 58146277 18277886 34727984 19374560 18277886 18277886 2311036836
194786068 351069006 32893137 205043394 5026950 11217591 5530323 1864344 872005 1378530625 59309202 18643444 35422544 19762051 18643444 18643444 2357257572
198681789 358090386 33551000 209144262 5127489 11441943 5640930 1901631 889445 1406101237 60495386 19016313 36130995 20157292 19016313 19016313 2404402724
202655425 365252193 34222020 213327148 5230039 11670781 5753749 1939664 907234 1434223262 61705294 19396639 36853615 20560438 19396639 19396639 2452490778
747749333 532493333 1280242666
694504364 630673636 1325178000
708394451 643287109 1351681560
722562340 656152851 1378715191
737013587 669275908 1406289495
751753858 682661426 1434415285
766788936 696314655 1463103591
782124714 797767209 710240948 724445767 1492365662 1522212976
813722553 738934682 1552657235
829997004 753713376 1583710380
846596944 768787644 1615384587
863528883 784163396 1647692279
184567660 87335663 75682800 347586123
186517847 88209291 64146218 338873356
190248204 89973477 65429143 345650823
194053168 91772947 66737725 352563840
197934231 93608406 68072480 359615117
201892916 95480574 69433930 366807419
205930774 97390185 70822608 374143567
210049390 99337989 72239060 381626439
214250378 101324749 73683841 389258968
218535385 103351244 75157518 397044147
222906093 105418268 76660669 404985030
227364215 107526634 78193882 413084730
231911499 109677167 79757760 421346425
101104505 39166667 28910000
95402720 2202492 29500000
95402720 2202492 30090000
95402720 2202492 30691800
95402720 2202492 31305636
95402720 2202492 31931749
95402720 2202492 32570384
95402720 2202492 33221791
95402720 2202492 33886227
95402720 2202492 34563952
95402720 2202492 35255231
95402720 2202492 35960335
95402720 2202492 36679542
0
119
Penerimaan Kebun Agro Rumah Jamur Kios Pupuk Kebun Bibit Buah-buahan Tiket Terusan Restoran Mang Engking Restoran Buah Parkiran Sewa Kios Manfaat Kesuburan Penerimaan Lain-Lain Total Penerimaan Present Value Total Penerimaan Pengeluaran A. Biaya Investasi Fasilitas/Bangunan Sub Total Biaya Investasi B. Biaya Operasional Biaya Pemeliharaan Wahana Outbound Wahana Kolam Renang Wahana Kolam Pancing Keluarga Wahana Hiburan Tangkap Ikan Wahana Perahu Naga Wahana Berkuda (Pakan, dll) Wahana Water Ball Wahana Sepeda Air Restoran Mang Engking Restoran Buah Pembibitan Produksi Sayur-Sayuran Produksi Jamur Pembuatan Pupuk Kompos Taman Satwa Sub Total Biaya Operasional C. Biaya Tenaga Kerja Gaji dan Honor Karyawan Langsung Gaji dan Honor Karyawan Tidak Langsung Sub Total Biaya Tenaga Kerja D. Biaya Administrasi Perkantoran Administrasi dan Pelayanan PAM, Listrik, dan Telpon Promosi Sub Total Biaya Adminstrasi Perkantoran F. Beban Angsuran, Pajak, dan Lainnya Beban Angsuran Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) Biaya Lingkungan
Tahun 2009
120
Komponen Sub Beban Angsuran, Pajak, dan Lainnya Total Pengeluaran Present Value Total Pengeluaran Penerimaan-Pengeluaran (Net Benefit) DF 16% Present Value Net Benefit NPV BCR IRR PP
2009
2010 169181172 2202491698 3497682175 3497682175 -2202491698 2204769048 -2202491698 2204769048
2011 127105211 3308424019 3308424019 959582488 1 959582488 7374917327 1.35 65%
2012 127695211 3836924235 3307693306 644482597 0.862068966 555588445.7
1 tahun
2202491698 2277350
2013 128297011 3911710616 2907038210 793766558 0.743162901 589897858.3
2014 128910847 3987992724 2554938141 952758309 0.640657674 610391921.6
Tahun 2015 2016 129536960 130175595 4065800474 4145164379 2245505408 1973566712 1121988110 1302013634 0.552291098 0.476113015 619664045.2 619905637.5
2017 2018 130827003 131491439 4226115563 4308685770 1734576400 1524540260 1493421351 1696827990 0.410442255 0.35382953 612963226.6 600387850
2019 132169163 4392907381 1339948581 1912882067 0.305025457 583477726.3
2020 132860442 4478813424 1177717337 2142265496 0.26295298 563315096.1
2021 133565547 4566437588 1035136527 2385695278 0.226683603 540798002.3
2022 134284753 4655814236 909824782.8 2643925273 0.1954169 516667679.5
121
Lampiran 5. Biaya Perjalanan Responden Wisatawan Berdasarkan Penggunaannya Responden ke1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53
Tiket 30,000 30,000 30,000 30,000 30,000 30,000 30,000 30,000 30,000 30,000 30,000 30,000 30,000 30,000 30,000 30,000 30,000 30,000 30,000 30,000 30,000 30,000 30,000 30,000 30,000 30,000 30,000 30,000 30,000 30,000 30,000 30,000 30,000 30,000 30,000 30,000 30,000 30,000 30,000 30,000 30,000 30,000 30,000 30,000 30,000 30,000 30,000 30,000 30,000 30,000 30,000 30,000 30,000
Transportasi 15,000 25,000 10,000 30,000 25,000 12,000 7,000 15,000 3,000 7,000 12,000 25,000 12,000 15,000 6,000 15,000 25,000 20,000 25,000 6,000 15,000 15,000 15,000 15,000 5,000 7,500 15,000 15,000 15,000 15,000 15,000 15,000 4,000 4,000 15,000 20,000 10,000 50,000 10,000 10,000 20,000 15,000 10,000 25,000 15,000 25,000 10,000 60,000 25,000 15,000 10,000 10,000 6,000
Konsumsi 40,000 30,000 20,000 25,000 50,000 35,000 25,000 35,000 8,000 30,000 25,000 25,000 30,000 40,000 30,000 35,000 25,000 45,000 60,000 95,000 35,000 80,000 70,000 30,000 20,000 18,000 50,000 50,000 60,000 45,000 80,000 30,000 100,000 50,000 55,000 50,000 70,000 50,000 20,000 100,000 50,000 20,000 70,000 45,000 40,000 25,000 40,000 70,000 30,000 50,000 50,000 50,000 11,000
Dokumentasi 4,167 20,000 10,000 4,545 30,000 20,000 3,889 10,000 10,000 3,750 20,000 6,667 13,333 8,333 8,889 20,000 4,412 5,000 6,667 10,000 5,000 8,000 8,000 10,000 6,000 5,000 7,000 6,250 4,000 5,000 5,000 5,000 20,000 2,500 10,000 10,714 10,000 10,000 25,000 10,000 5,000 5,000 20,000 13,333 5,000 15,000 7,000 8,333 10,000 7,500 12,500 10,000 15,000
Total 89,167 105,000 70,000 89,545 135,000 97,000 65,889 90,000 51,000 70,750 87,000 86,667 85,333 93,333 74,889 100,000 84,412 100,000 121,667 141,000 85,000 133,000 123,000 85,000 61,000 60,500 102,000 101,250 109,000 95,000 130,000 80,000 154,000 86,500 110,000 110,714 120,000 140,000 85,000 150,000 105,000 70,000 130,000 113,333 90,000 95,000 87,000 168,333 95,000 102,500 102,500 100,000 62,000
122
Responden ke54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 87 88 89 90 91 92 93 94 95 96 97 98 99 100 101 102 103 104 105 106 107 108
Tiket 30,000 30,000 30,000 30,000 30,000 30,000 30,000 30,000 30,000 30,000 30,000 30,000 30,000 30,000 30,000 30,000 30,000 30,000 30,000 30,000 30,000 30,000 30,000 30,000 30,000 30,000 30,000 30,000 30,000 30,000 30,000 30,000 30,000 30,000 30,000 30,000 30,000 30,000 30,000 30,000 30,000 30,000 30,000 30,000 30,000 30,000 30,000 30,000 30,000 30,000 30,000 30,000 30,000 30,000 30,000
Transportasi 10,000 4,000 15,000 15,000 10,000 10,000 10,000 10,000 10,000 5,000 7,000 9,000 25,000 4,000 5,000 4,000 2,000 15,000 15,000 10,000 5,000 10,000 5,000 12,500 15,000 20,000 20,000 6,000 10,000 12,000 50,000 50,000 10,000 5,000 5,000 20,000 20,000 25,000 5,000 20,000 12,000 10,000 5,000 10,000 10,000 10,000 12,500 10,000 12,500 4,000 10,000 7,000 8,000 8,000 10,000
Konsumsi 60,000 50,000 125,000 155,000 10,000 85,000 30,000 60,000 30,000 80,000 80,000 80,000 20,000 30,000 40,000 110,000 60,000 40,000 20,000 40,000 50,000 50,000 30,000 45,000 30,000 45,000 30,000 50,000 50,000 60,000 85,000 70,000 25,000 45,000 60,000 75,000 45,000 30,000 50,000 55,000 50,000 35,000 75,000 45,000 70,000 50,000 65,000 55,000 125,000 30,000 60,000 100,000 60,000 60,000 70,000
Dokumentasi 10,000 10,000 20,000 15,000 5,000 8,333 16,667 15,000 7,143 3,750 8,571 3,000 5,000 5,000 5,000 10,000 10,000 30,000 926 15,000 10,000 15,000 10,000 20,000 15,000 10,000 10,000 10,000 24,000 23,000 24,000 20,000 10,000 15,000 10,000 10,000 15,000 30,000 20,000 10,000 10,000 15,000 15,000 12,000 7,143 10,000 5,000 10,000 10,000 8,333 15,000 6,667 6,667 7,143 4,444
Total 110,000 94,000 190,000 215,000 55,000 133,333 86,667 115,000 77,143 118,750 125,571 122,000 80,000 69,000 80,000 154,000 102,000 115,000 65,926 95,000 95,000 105,000 75,000 107,500 90,000 105,000 90,000 96,000 114,000 125,000 189,000 170,000 75,000 95,000 105,000 135,000 110,000 115,000 105,000 115,000 102,000 90,000 125,000 97,000 117,143 100,000 112,500 105,000 177,500 72,333 115,000 143,667 104,667 105,143 114,444
123
Responden ke109 110 111 112 113 114 115 116 117 118 119 120 121 122 123 124 125 126 127 128 129 130 131 132 133 134 135 136 137 138 139 140 141 142 143 144 145 146 147 148 149 150 Total Rata-Rata Persentase
Tiket 30,000 30,000 30,000 30,000 30,000 30,000 30,000 30,000 30,000 30,000 30,000 30,000 30,000 30,000 30,000 30,000 30,000 30,000 30,000 30,000 30,000 30,000 30,000 30,000 30,000 30,000 30,000 30,000 30,000 30,000 30,000 30,000 30,000 30,000 30,000 30,000 30,000 30,000 30,000 30,000 30,000 30,000 4,500,000 30,000 28.5
Transportasi 8,000 12,500 20,000 3,000 60,000 10,000 10,000 10,000 10,000 10,000 35,000 10,000 5,000 15,000 15,000 4,000 5,000 3,000 10,000 4,000 100,000 25,000 12,500 12,500 10,000 10,000 10,000 10,000 4,000 7,000 8,000 12,500 5,000 7,000 8,000 15,000 6,000 10,000 20,000 10,000 20,000 9,000 2,092,000 13,947 13.3
Konsumsi 75,000 30,000 100,000 20,000 25,000 30,000 45,000 45,000 65,000 50,000 90,000 75,000 100,000 100,000 50,000 60,000 70,000 72,000 30,000 50,000 30,000 100,000 40,000 100,000 45,000 45,000 40,000 35,000 50,000 20,000 20,000 55,000 50,000 60,000 115,000 85,000 15,000 25,000 30,000 25,000 30,000 7,654,000 51,027 48.5
Dokumentasi 7,143 5,000 10,000 10,000 5,000 10,000 6,000 9,615 5,000 11,538 10,000 3,750 5,455 7,500 7,500 5,714 5,000 10,500 7,143 10,000 10,000 12,500 7,500 7,500 10,000 3,333 2,000 18,000 10,000 20,000 6,667 5,000 5,000 5,000 5,000 13,333 8,333 5,263 10,000 7,143 13,333 9,375 1,528,709 10,191 9.7
Total 120,143 77,500 160,000 63,000 120,000 80,000 91,000 94,615 45,000 116,538 125,000 133,750 115,455 152,500 152,500 89,714 100,000 113,500 119,143 74,000 190,000 97,500 150,000 90,000 150,000 88,333 87,000 98,000 79,000 107,000 64,667 67,500 95,000 92,000 103,000 173,333 129,333 60,263 85,000 77,143 88,333 78,375 15,774,709 105,165 100
125
Lampiran 6. Tampilan hierarki pengembangan dalam format TeamEC 9.5
Lampiran 7. Hasil analisis perbandingan berpasangan diantara aktor terkait
126
Lampiran 8. Hasil analisis perbandingan berpasangan diantara faktor pendukung dalam pandangan PEMDA
Lampiran 9. Hasil analisis perbandingan berpasangan pendukung dalam pandangan Pengelola
diantara
faktor
127
Lampiran 10. Hasil analisis perbandingan berpasangan pendukung dalam pandangan Wisatawan
diantara
faktor
Lampiran 11. Hasil analisis perbandingan berpasangan diantara faktor pendukung dalam pandangan Lembaga Pembina/Pendamping
128
Lampiran 12. Hasil analisis perbandingan berpasangan diantara pendukung dalam pandangan Aparat Desa (Kepala Desa)
faktor
Lampiran 13. Hasil analisis perbandingan berpasangan diantara opsi strategi terkait investasi dalam pandangan PEMDA
129
Lampiran 14. Hasil analisis perbandingan berpasangan diantara opsi strategi terkait fasilitas dalam pendangan PEMDA
Lampiran 15. Hasil analisis perbandingan berpasangan diantara opsi strategi terkait SDM dalam pandangan Pengelola
130
Lampiran 16. Hasil analisis perbandingan berpasangan diantara opsi strategi terkait potensi pasar dalam pandangan Pengelola
Lampiran 17. Hasil analisis perbandingan berpasangan diantara opsi strategi terkait investasi dalam pandangan Wisatawan
131
Lampiran 18. Hasil analisis perbandingan berpasangan diantara opsi strategi terkait fasilitas dalam pandangan Wisatawan
Lampiran 19. Hasil analisis perbandingan berpasangan diantara opsi strategi terkait investasi dalam pandangan Lembaga Pembina/Pendamping
132
Lampiran
20. Hasil analisis perbandingan berpasangan diantara opsi strategi terkait fasilitas dalam pandangan Lembaga Pembina/Pendamping
Lampiran 21. Hasil analisis perbandingan berpasangan diantara opsi strategi terkait SDM dalam pandangan Aparat Desa (Kepala Desa)
133
Lampiran 22.
Hasil analisis perbandingan berpasangan diantara opsi strategi terkait potensi pasar dalam pandangan Aparat Desa (Kepala Desa)
Lampiran 23. Perbandingan kepentingan strategi terpilih (meningkatkan promosi tentang Agrowisata Bina Darma yang berkelanjutan (S-PRMOSI)) dengan strategi S-CEGAH
134
Lampiran 24. Perbandingan kepentingan strategi terpilih (meningkatkan promosi tentang Agrowisata Bina Darma yang berkelanjutan (S-PRMOSI)) dengan strategi S-KUALIT
Lampiran 25. Perbandingan kepentingan strategi terpilih (meningkatkan promosi tentang Agrowisata Bina Darma yang berkelanjutan (S-PRMOSI)) dengan strategi S-PENDIK
135
Lampiran 26. Perbandingan kepentingan strategi terpilih (meningkatkan promosi tentang Agrowisata Bina Darma yang berkelanjutan (S-PRMOSI)) dengan strategi S-TRABUD
137
Lampiran 27. Foto-foto Kawasan Agrowisata Bina Darma
Pintu Gerbang
Maskot
Wahana Renang
Kebun Agro
Taman Satwa
Wahana Berkuda
Wahana Tangkap Ikan
Wahana Kolam Pancing
138
Penginapan Kampung Bidar
Wahana Paint Ball
Kios Pupuk
Kios Bibit Buah
Rumah Jamur
Pembuatan Kompos
Wahana Perahu Naga
Wahana Sepeda Air
139
Wahana Flying Fox
Wahana Motor ATV Kecil
Wahana Kereta Agro
Wahana Sepeda BMX
Wahana Gajah Tunggang
Wahana Delman
Wahana Roller Ball
Wahana Komedi Putar
140
Wahana Shooting Target
Wahana Kereta Mini
Area Parkir Mobil dan Motor
Wawancara dengan responden
Kuliah Lapangan Mahasiswa Universitas Sriwijaya
Maket Agrowisata Bina Darma
141
Lampiran 28. PDRB Kabupaten Ogan Ilir Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha (Juta Rp) LAPANGAN USAHA 1.
2002 490,471 143,296 152,768 57,947 41,304 95,156
2003 538,395 151,977 173,637 61,053 44,522 107,206
2004 606,639 165,397 201,346 67,489 48,943 123,464
2005 686,106 185,228 235,669 72,830 52,754 139,625
2006 770,667 202,435 279,481 79,642 53,912 155,197
2007 r) 842,110 222,193 311,978 816,370 61,579 164,990
2008 r) 917,663 244,546 331,265 91,797 65,409 184,646
2009*) 944,794 261,447 324,105 93,806 75,677 189,759
2010 **) 1,038,251 284,172 372,819 100,669 79,476 201,115
78,634 19,620 0 59,014
85,881 22,164 0 63,717
98,443 28,742 0 69,701
120,953 44,442 0 76,511
136,914 51,574 0 85,340
153,475 57,979 0 95,496
183,436 71,165 0 112,271
195,118 57,979 0 137,139
226,994 69,385 0 157,609
167,344 0 1) Pengilangan Minyak Bumi 0 2) Gas Alam Cair 0 b. Industri tanpa migas 167,344 1) Makanan, Minuman dan Tembakau 121,745 2) Tekstil, Barang Kulit dan Alas Kaki 1,910 3) Barang Kayu dan Hasil Hutan lainnya 30,330 4) Kertas dan Barang Cetakan 148 5) Pupuk, Kimia Dan Barang dari Karet 2,906 6) Semen dan Barang Galian Bukan Logam 5,825 7) Logam Dasar Besi dan Baja 0 8) Alat Angkat, Mesin dan Peralatannya 4,480 9) Barang lainnya 0
181,634 0 0 0 181,634 129,918 2,046 35,421 161 3,228 6,226 0 4,634 0
198,530 0 0 0 198,530 138,604 2,265 42,332 175 3,588 6,592 0 4,974 0
218,302 0 0 0 218,302 148,749 2,520 50,412 191 412 7,046 0 5,260 0
241,097 0 0 0 241,097 160,813 2,831 59,355 209 4,724 7,586 0 5,579 0
268,135 0 0 0 268,135 175,817 3,195 69,322 228 5,297 8,358 0 5,918 0
294,987 0 0 0 294,987 192,766 3,611 76,536 249 5,871 9,673 0 6,281 0
320,906 0 0 0 320,906 213,661 4,110 78,833 279 6,449 10,654 0 6,920 0
353,832 0 0 0 353,032 238,002 4,522 83,359 317 7,235 11,986 0 7,611 0
2,069 1,813 0 256
2,624 2,341 0 283
2,909 2,598 0 311
3,287 2,937 0 350
3,901 3,477 0 424
5,287 4,737 0 550
6,486 5,746 0 740
7,177 6,307 0 870
7,982 6,959 0 1,023
PERTANIAN a. Tanaman Bahan Makanan b. Tanaman Perkebunan c. Peternakan dan Hasil-hasilnya d. Kehutanan e. Perikanan
2.
PERTAMBANGAN & PENGGAJIAN a. Minyak dan Gas Bumi b. Pertambangan Tanpa Migas c. Penggalian
3.
INDUSTRI PENGOLAHAN a. Industry migas
4.
LISTRIK, GAS & AIR BERSIH a. Listrik b. Gas c. Air Bersih
5.
BANGUNAN
185,800
202,021
231,093
267,860
314,012
378,070
475,347
539,805
321,625
6.
PERDAG, HOTEL & RESTORAN
269,200 249,151 172 19,877
282,873 261,669 184 21,020
307,261 284,567 208 22,486
341,626 317,002 241 24,383
384,901 357,360 284 27,257
434,680 403,531 324 30,825
490,089 457,645 368 32,076
545,320 509,272 412 35,636
621,674 572,561 458 39,655 87,109
26,301 23,099 0 22,048 0 887 0 164 3,202 2,962 240
30,372 26,606 0 25,418 0 1,003 0 185 3,766 3,494 272
34,361 29,676 0 28,359 0 1,111 0 206 4,865 4,356 329
42,059 36,740 0 35,271 0 1,239 0 230 5,319 4,918 401
52,847 46,352 0 44,692 0 1,404 0 256 6,495 6,041 454
62,553 54,699 0 52,795 0 1,616 0 288 7,854 7,342 512
75,282 65,808 0 63,629 0 1,853 0 326 9,474 896 578
79,598 68,050 0 65,691 0 2,011 0 348 11,548 10,926 622
73,270 0 70,775 0 2,117 0 378 13,839 13,179 660 0 135,384
61,999 4,604 533 0 50,887 5,975
66,845 4,889 594 0 55,156 6,206
72,914 5,040 667 0 60,539 6,668
80,094 5,316 755 0 66,720 7,303
88,501 5,707 823 0 74,019 7,952
97,073 6,201 882 0 81,176 8,814
108,276 6,826 940 0 90,890 9,620 0
221,236 7,125 1,012 0 101,896 11,193
7,947 1,104 0 114,058 12,275 0 577,951
118,667 83,285 83,285 0 35,382 16,268 138 18,976
139,370 101,348 101,348 0 37,822 17,767 153 18,902
158,235 117,841 117,841 0 40,394 19,409 174 20,811
193,857 150,498 150,498 0 43,359 21,344 198 21,817
240,365 193,643 193,643 0 46,722 23,497 224 23,001
298,303 248,134 248,134 0 50,169 25,780 259 24,130
374,905 318,009 318,009 0 56,896 31,109 298 25,489
488,915 422,079 422,079 0 66,836 37,695 334 28,807
502,116 502,116 502,116 0 75,835 43,567 382 31,886
1,400,485 1,380,865
1,530,015 1,507,861
1,710,385 1,681,643
1,954,144 1,909,702
2,233,205 2,181,631
2,539,686 2,481,707
2,926,471 2,855,306
3,242,859 3,184,880
3,661,002 3,591,617
a. Perdagangan Besar & Eceran b. Hotel c. Restoran 7.
PENGANGKUTAN & KOMUNIKASI a. Pengankutan 1)
Angkutan Rel
2)
Angkutan Jalan Raya
3)
Angkutan Laut
4)
Angk. Sungai Danau & Penyebrangan
5)
Angkutan Udara
6)
Jasa Penunjang Angkutan
b. Komunikasi
8.
1)
Pos dan Telekomunikasi
2)
Jasa Penunjang Komunikasi
KEU. PERSEWAAN, & JASA PERUSAHAAN a. Bank b. Lembaga Keuangan Tanpa Bank c. Jasa Penunjang Keuangan d. Sewa Keuangan e. Jasa Perusahaan
9.
JASA-JASA a. Pemerintahan umum 1)
Adm. Pemerintah & Pertahanan
2)
Jasa Pemerintah lainnya
b. Swasta 1)
Sosial Kemasyarakatan
2)
Hiburan & Rekreasi
3)
Perorangan & Rumahtangga
PDRB DENGAN MIGAS PDRB TANPA MIGAS
Keterangan :
r) Angka Revisi *) Angka sementara **) Angka sangat sementara
142
Lampiran 29. PDRB Kabupaten Ogan Ilir Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000 Menurut Lapangan Usaha (Juta Rp) LAPANGAN USAHA 1.
2002 399,336 112,495 128,312 45,095 39,681 73,753
2003 418,338 115,960 135,870 46,524 41,312 78,672
2004 438,831 120,228 144,179 48,213 42,929 83,282
2005 460,297 125,097 153,940 50,060 44,487 86,713
2006 481,217 130,251 167,348 52,177 42,525 88,916
2007 r) 494,778 135,761 174,377 49,119 44,667 90,854
2008 r) 504,200 1,241,572 176,571 50,016 43,452 92,589
2009*) 515,668 146,196 180,150 51,551 42,015 95,756
2010 **) 533,772 150,363 187,842 53,628 41,338 100,601
68,348 231,649 0 46,699
71,074 22,749 0 48,325
73,990 23,950 0 50,040
77,209 25,262 0 51,947
81,478 26,685 0 54,793
85,850 27,642 0 58,208
90,090 28,203 61,887
95,355 28,601 0 66,754
100,600 28,753 0 71,847
133,366 0 1) Pengilangan Minyak Bumi 0 2) Gas Alam Cair 0 b. Industri tanpa migas 133,366 1) Makanan, Minuman dan Tembakau 95,404 2) Tekstil, Barang Kulit dan Alas Kaki 1,877 3) Barang Kayu dan Hasil Hutan lainnya 25,315 4) Kertas dan Barang Cetakan 135 5) Pupuk, Kimia Dan Barang dari Karet 2,237 6) Semen dan Barang Galian Bukan Logam 4,184 7) Logam Dasar Besi dan Baja 0 8) Alat Angkat, Mesin dan Peralatannya 4,214 9) Barang lainnya 0
138,374 0 0 0 138,374 99,068 1,989 26,213 140 2,348 4,274 0 4,342 0
143,910 0 0 0 143,910 103,159 2,108 27,123 145 2,467 4,407 0 4,501 0
149,890 0 0 0 149,980 107,605 2,240 28,075 150 2,595 4,549 0 4,676 0
156,641 0 0 0 156,641 112,759 2,399 29,013 156 2,732 4,707 0 4,875 0
164,052 0 0 0 164,052 118,560 2,574 29,947 163 2,857 4,861 0 5,090 0
170,688 0 0 0 170,688 124,998 2,763 29,447 170 2,978 5,017 0 5,315 0
177,739 0 0 0 177,739 131,770 2,995 28,849 179 3,102 5,284 0 3,560 0
185,339 0 0 0 185,339 139,103 3,124 28,139 189 3,280 5,631 0 5,873 0
1,329 1,134 0 195
1,391 1,189 0 202
1,457 1,247 0 210
1,543 1,323 0 220
1,722 1,484 0 238
2,169 1,904 0 265
2,335 2,024 0 311
2,509 2,158 0 351
2,702 2,310 0 392
PERTANIAN a. Tanaman Bahan Makanan b. Tanaman Perkebunan c. Peternakan dan Hasil-hasilnya d. Kehutanan e. Perikanan
2.
PERTAMBANGAN & PENGGAJIAN a. Minyak dan Gas Bumi b. Pertambangan Tanpa Migas c. Penggalian
3.
INDUSTRI PENGOLAHAN a. Industry migas
4.
LISTRIK, GAS & AIR BERSIH a. Listrik b. Gas c. Air Bersih
5.
BANGUNAN
158,007
164,794
172,522
181,183
191,909
205,669
224,015
243,818
267,761
6.
PERDAG, HOTEL & RESTORAN
257,376 239,645 158 17,573
266,338 248,192 162 17,984
276,215 257,549 166 18,500
286,710 267,465 170 19,075
298,069 278,190 175 19,704
310,340 289,791 179 20,370
322,043 301,255 184 20,604
335,670 313,998 192 21,480
353,292 330,357 201 22,734
17,374 14,463 0 13,557 0 765 0 141 2,911 2,708 203
18,243 15,068 0 14,119 0 797 0 152 3,175 2,955 220
19,167 15,739 0 14,743 0 833 0 163 3,428 3,188 240
20,448 16,456 0 15,411 0 870 0 175 3,992 3,730 262
21,979 17,253 0 16,152 0 914 0 187 4,726 4,440 286
23,656 18,098 0 16,934 0 964 0 200 5,558 5,247 311
25,736 19,073 17,843 0 1,014 0 214 6,665 6,326 339
28,247 20,141 0 18,843 0 1,072 0 226 8,106 7,749 357
30,869 21,322 0 19,958 0 1,126 0 238 9,547 9,175 372
53,668 4,098 421 0 43,445 5,704
54,747 4,312 444 0 44,217 5,874
56,005 4,333 469 0 45,084 6,119
57,427 4,458 496 0 46,035 6,438
59,025 4,598 524 0 47,140 6,763
60,639 4,759 552 0 48,215 7,113
63,205 4,957 580 0 50,210 7,458
67,743 5,121 614 0 54,174 7,836
72,707 5,381 651 0 58,470 8,205
98,259 67,622 67,622 0 30,637 13,783 133 16,721
103,774 72,207 72,207 0 31,567 14,291 140 17,136
108,785 75,922 75,922 0 32,863 14,888 148 17,827
117,006 82,778 82,778 0 34,228 15,515 157 318,556
129,517 93,829 93,829 0 35,688 16,188 165 19,335
145,557 108,382 108,382 0 37,175 16,866 174 20,135
166,048 125,717 125,717 0 40,331 19,173 183 20,975
184,530 139,837 139,837 0 44,693 21,824 194 22,675
198,878 151,066 151,066 0 47,812 23,310 207 24,295
a. Perdagangan Besar & Eceran b. Hotel c. Restoran 7.
PENGANGKUTAN & KOMUNIKASI a. Pengankutan 1)
Angkutan Rel
2)
Angkutan Jalan Raya
3)
Angkutan Laut
4)
Angk. Sungai Danau & Penyebrangan
5)
Angkutan Udara
6)
Jasa Penunjang Angkutan
b. Komunikasi
8.
1)
Pos dan Telekomunikasi
2)
Jasa Penunjang Komunikasi
KEU. PERSEWAAN, & JASA PERUSAHAAN a. Bank b. Lembaga Keuangan Tanpa Bank c. Jasa Penunjang Keuangan d. Sewa Keuangan e. Jasa Perusahaan
9.
JASA-JASA a. Pemerintahan umum 1)
Adm. Pemerintah & Pertahanan
2)
Jasa Pemerintah lainnya
b. Swasta 1)
Sosial Kemasyarakatan
2)
Hiburan & Rekreasi
3)
Perorangan & Rumahtangga
PDRB DENGAN MIGAS PDRB TANPA MIGAS Keterangan :
r) Angka Revisi *) Angka sementara **) Angka sangat sementara
1,187,063 1,165,414
1,237,037 1,214,324
1,290,882 1,266,932
1,351,713 1,326,451
1,421,557 1,394,872
1,492,710 1,465,068
1,568,360 1,540,157
1,651,281 1,622,680
1,745,920 1,717,169
143
Lampiran 30. Distribusi Persentase PDRB Kabupaten Ogan Ilir Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha (Dengan Migas) LAPANGAN USAHA 1.
PERTANIAN a. Tanaman Bahan Makanan b. Tanaman Perkebunan c. Peternakan dan Hasil-hasilnya d. Kehutanan e. Perikanan
2.
PERTAMBANGAN & PENGGAJIAN a. Minyak dan Gas Bumi b. Pertambangan Tanpa Migas c. Penggalian
3.
INDUSTRI PENGOLAHAN a. Industry migas 1)
Pengilangan Minyak Bumi
2)
Gas Alam Cair
b. Industri tanpa migas
4.
1)
Makanan, Minuman dan Tembakau
2)
Tekstil, Barang Kulit dan Alas Kaki
3)
Barang Kayu dan Hasil Hutan lainnya
4)
Kertas dan Barang Cetakan
5)
Pupuk, Kimia Dan Barang dari Karet
6)
Semen dan Barang Galian Bukan Logam
7)
Logam Dasar Besi dan Baja
8)
Alat Angkat, Mesin dan Peralatannya
9)
Barang lainnya
LISTRIK, GAS & AIR BERSIH a. Listrik b. Gas c. Air Bersih
2001 33.69 10.31 10.16 4.02 3.06 6.41
2002 35.02 10.23 10.91 4.14 2.95 6.79
2003 35.19 9.93 11.35 3.99 2.91. 7.01
2004 35.47 9.67 11.77 3.95 2.86 7.22
2005 35.11 9.48 12.06 3.73 2.7 7.15
2006 34.51 9.06 12.51 3.57 2.41 6.95
2007 r) 33.16 8.75 12.28 3.2 2.42 6.5
2008 r) 31.36 8.36 11.32 3.14 2.24 6.31
2009*) 2010 **) 29.13 28.36 8.06 7.76 9.99 10.18 2.89 2.75 2.33 2.17 5.85 5.49
5.76 1.75 0 4.01
5.61 1.4 0 4.21
5.61 1.45 0 4.16
5.76 1.68 0 4.08
6.19 2.27 0 3.92
6.13 2.31 0 3.82
6.04 2.28 0 3.76
6.27 2.43 0 3.84
6.02 1.79 0 4.23
6.2 1.9 0 4.31
11.92 0 0 0 11.92 8.43 0.14 2.36 0.01 0.22 0.42 0 0.34 0
11.95 0 0 0 11.95 8.69 0.14 2.17 0.01 0.21 0.42 0 0.32 0
11.87 0 0 0 11.87 8.49 0.13 2.32 0.01 0.21 0.41 0 0.3 0
11.61 0 0 0 11.61 8.1 0.13 2.47 0.01 0.21 0.39 0 0.29 0
11.17 0 0 0 11.17 7.61 0.13 2.58 0.01 0.21 0.36 0 2.27 0
10.8 0 0 0 10.8 7.2 0.13 2.66 0.01 0.21 0.34 0 0.25 0
10.56 0 0 0 10.56 6.92 0.13 2.73 0.01 0.21 0.33 0 0.23 0
10.08 0 0 0 10.08 6.59 12 2.62 0.01 0.2 0.33 0 0.21 0
9.9 0 0 0 9.9 6.59 0.13 2.43 0.01 0.2 0.33 0 0.21 0
9.64 0 0 0 9.64 6.5 0.12 2.28 0.01 0.2 0.33 0 0.21 0
0.12 0.1 0 0.02
0.15 0.13 0 0.02
0.17 0.15 0 0.02
0.17 0.15 0 0.02
0.17 0.15 0 0.02
0.17 0.16 0 0.02
0.21 0.19 0 0.02
0.22 0.2 0 0.03
0.22 0.19 0 0.03
0.22 0.19 0 0.03
5.
BANGUNAN
13.36
13.27
13.2
13.51
13.71
14.06
14.89
16.24
16.65
16.98
6.
PERDAG, HOTEL & RESTORAN
20.25 18.79 0.01 1.45
19.22 17.79 0.01 1.42
18.49 17.1 0.01 1.37
17.96 16.64 0.01 1.31
17.48 16.22 0.01 1.25
17.24 16 0.01 1.22
17.12 15.89 0.01 1.21
16.75 15.64 0.01 1.1
16.82 15.7 0.01 1.1
16.74 15.64 0.01 1.08
1.68 1.47 0 1.4 0 0.06 0 0.01 0.2 0.19 0.01
1.88 1.65 0 1.57 0 0.06 0 0.01 0.23 0.21 0.02
1.99 1.74 0 1.66 0 0.07 0 0.01 0.25 0.23 0.02
2.01 1.74 0 1.66 0 0.06 0 0.01 0.27 0.25 0.02
2.15 1.88 0 1.8 0 0.06 0 0.01 0.27 0.25 0.02
2.37 2.08 0 2 0 0.06 0 0.01 0.29 0.27 0.02
2.46 2.15 0 2.08 0 0.06 0 0.01 0.31 0.29 0.02
2.57 2.25 0 2.17 0 0.06 0 0.01 0.32 0.3 0.02
2.45 2.1 0 2.03 0 0.06 0 0.01 0.36 0.34 0.02
2.38 2 0 1.93 0 0.06 0 0.01 0.38 0.36 0.02
4.27 0.35 0.04 0 3.44 0.45
4.43 0.33 0 0 3.63 0.43
4.37 0.32 0.04 0 3.6 0.41
4.26 0.29 0.04 0 3.54 0.39
4.1 0.27 0.04 0 3.41 0.37
3.96 0.26 0.04 0 3.31 0.36
3.82 0.24 0.03 0 3.2 0.35
3.7 0.23 0.03 0 3.11 0.33
3.74 0.22 0.036 0 3.14 0.35
3.7 0.22 0.03 0 3.12 0.34
8.69 6.17 6.17 0 2.51 1.14 0.01 1.37
8.47 5.95 5.95 0 0.53 1.16 0.01 1.35
9.11 6.64 6.64 0 2.47 1.16 0.01 1.3
9.25 6.89 6.89 0 2.36 1.13 0.01 1.22
9.92 7.7 7.7 0 2.22 1.09 0.01 1.12
10.76 8.67 8.67 0 2.09 1.05 0.01 1.03
11.75 9.77 9.77 0 1.98 1.02 0.01 0.95
12.81 10.87 10.87 0 1.94 1.06 0.01 0.87
15.08 13.02 13.02 0 2.06 1.16 0.01 0.89
15.79 13.72 13.72 0 2.07 1.19 0.01 0.87
a. Perdagangan Besar & Eceran b. Hotel c. Restoran 7.
PENGANGKUTAN & KOMUNIKASI a. Pengankutan 1)
Angkutan Rel
2)
Angkutan Jalan Raya
3)
Angkutan Laut
4)
Angk. Sungai Danau & Penyebrangan
5)
Angkutan Udara
6)
Jasa Penunjang Angkutan
b. Komunikasi
8.
1)
Pos dan Telekomunikasi
2)
Jasa Penunjang Komunikasi
KEU. PERSEWAAN, & JASA PERUSAHAAN a. Bank b. Lembaga Keuangan Tanpa Bank c. Jasa Penunjang Keuangan d. Sewa Keuangan e. Jasa Perusahaan
9.
JASA-JASA a. Pemerintahan umum 1)
Adm. Pemerintah & Pertahanan
2)
Jasa Pemerintah lainnya
b. Swasta 1)
Sosial Kemasyarakatan
2)
Hiburan & Rekreasi
3)
Perorangan & Rumahtangga
JUMLAH
Keterangan :
r) Angka Revisi *) Angka sementara **) Angka sangat sementara
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00